Pencarian

Misteri Pulau Neraka 4

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bagian 4


kesulitan. Perjamuan telah berlangsung, nyanyianpun telah berakhir.
Sambil tertawa tergelak, pengemis pikun berkata:
"Merdu merayu, lembut mengalun, selain cantik nona
berempat memang mempunyai kepandaian yang amat
menarik hati.!" Oh Put Kui tak kuasa menahan gelinya, dia segera berseru:
"Lok . . . Lok tayjin, tampaknya kau adalah orang yang amat
mengenal seni suara!"
Mencorong sinar terang dari balik mata pengemis pikun,
sambil tertawa sahutnya: "Kongcu, aku yang rendah belum pernah merasa
segembira hari ini..."
Liu Im segera memenuhi cawannya dengan arak, kemudian
ujarnya dengan manja: "Biarlah aku yang rendah sekalian menghormati arak
secawan sebagai rasa terima kasih kami atas pujian kongcu
dan tayjin." Sambil berkata dia lantas meraba tengkuk si pengemis
pikun dengan lemah lembut.
Serta merta pengemis pikun menyingkir kesamping dengan
perasaan terkejut. Menyaksikan rabaannya dihindari Liu Im kelihatan tertegun,
lalu katanya lagi dengan lembut:
"Tayjin, apakah kau merasa aku yang rendah kotor?" Satu
ingatan cerdik segera melintas dalam benak pengemis itu,
sambil tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan begitu nona, selama berada dihadapan Oh Kongcu,
terpaksa aku harus tahu menahan diri."
Mendengar itu, Liu Im segera tertawa cekikikan.
Sedang Siau Hoag yang berada disisi Oh Put Kui juga
sudah mulai melancarkan ilmu rayuan mautnya.
Seluruh tubuhnya hampir boleh dibilang bersandar diatas
dada pemuda itu, sambil mendongakkan kepalanya dia
berkata dengan manja: "Koogcu, suara parau aku yang rendah mungkin hanya
akan mengganggu pendengaran Kongcu saja, bagaimana
kalau kuhormati kau dengan secawan arak sebagai
permintaan maafku " Kongcu, kau harus memberi muka
kepada aku yang rendah."
Walaupun dihati kecilnya diam-diam Oh Put Kui tertawa
geli, tapi dia merasa tak tahan juga menghadapi rayuan
lembut dari perempuan cantik itu.
Yaa, lelaki mana yang bisa melewati barisan perempuan
dengan selamat" Apalagi Oh Put Kui cuma manusia biasa.
Tangannya segera merangkul pinggang Siau Hong yang
ramping dan menekannya keras-keras, sementara sekulum
senyuman aneh tiba-tiba menghiasi ujung bibirnya.
Dengan sorot mata yang tajam, pengemis pikun
mengawasi wajah pemuda tersebut tanpa berkedip, inilah
keputusan yang terakhir. Jika senyuman dari Oh Put K.ui telah berubah, maka pada
saat yang bersamaan mereka akan turun tangan secara
serentak. Tapi senyuman yang menghiasi ujung bibir Oh Put Kui
masih saja tetap dan tak berubah.
"Lama kelamaan habis sudah kesabaran pengemis pikun,
dia lantas berkata dengan lantang:
"Kongcu, Van-hiang-su-hoa memang merupakan empat
bunga yang indah dan menahan di kota Kim-leng, cukup
didengar dari suara nyanyiannya yang begitu merdu, boleh
dibilang jarang sekali dijumpai gadis semacam mereka ini..."
Suara tertawanya amat keras dan nyaring, karena saat
inilah yang mereka nanti-nantikan selama ini.
Sepasang mata Oh Put Kui yang bersinar jeli, tiba-tiba saja
berubah menjadi aneh sekali menyusul gelak tertawa
pengemis pikun yang keras, ketika pengemis pikun
menyaksikan sorot mata tersebut ia segera bersorak didalam
hati. Tangan kiri Oh Put Kui yang menempel diatas pinggang
Siau Hong itu mendadak menekan keras, sementara tangan
kanannya pada saat yang bersamaan disentilkan ke muka
melepaskan dua buah serangan berantai ka arah tubuh Khi-
cui dan Wi hiang. Ditengah jeritan kaget yang berkumandang saling beruntun,
empat orang dari Thian hiang itu sudah kena dipecundangi
semua. Jalan darah Wi Kiong-hiat ditubuh Liu Im pun kena di totok
oleh pengemis pikun. Untuk menghadapi seorang korban saja-sudah barang
tentu bagi pengemis tersebut lebih dari cukup.
Sebaliknya Oh Put Kui sendiripun dapat bekerja dengan
enteng dan amat santai. Buktinya hanya didalam sekali gerakan saja, Khi-cui, Wi-
hiang dan Siu-hong sudah berhasil dikuasai sama sekali.
Oh Put Kui tertawa hambar, memandang kearah empat
dayang Thian-hiang yang sedang melotot ke arahnya dengan
perasaan gemas. marah, gelisah, jengkel dan kaget itu, dia
berkata dengan suara rendah:
"Maaf, terpaksa aku harus menyiksa kalian berempat!"
Mimpi pun ke empat orang dayang Thian-hiang itu tak
pernah menyangka kalau dalam dunia persilatan masih
terdapat orang berani mencari gara-gara dengan mereka
berempat. Apa yang terjadi sekarang sungguh membuat mereka tidak
puas, tidak takluk. Sementara itu si pengemis pikun telah melompat ke depan
pintu dan menguncinya rapat rapat.
"Lok tua, pertunjukkan bagus sekarang baru akan dimulai!"
Oh Put Kui kemudian sambil tertawa hambar.
Pengemis pikun tertawa tergelak.
"Benar, hei bocah muda, aku siap menantikan perintahmu..." Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sambaran kilat,
Oh Put Kui memandang sekejap ke arah Liu Im, lalu
bentaknya keras-keras: "Aku hanya ingin menyelidiki tentang satu hal kepada
kalian, asal kalian bersedia untuk menjawab dengan
sejujurnya, maka akupun tak akan menyusahkan kalian!"
Setelah berada dalam keadaan seperti ini, apa lagi yang
bisa dilakukan oleh Liu im sekalian berempat" Mereka betul-
betul mau menangis tak bisa, tertawa apa lagi.
Jalan darah yang tertotok membuat sekujur badan mereka
tak sanggup bergerak, selain matanya yang masih bisa
bergoyang, hampir seluruh tulang belulangnya terasa sakit
bagaikan remuk. Diantara ke empat orang dayang itu Liu Im merupakan
pemimpin diantara mereka.
Setelah melirik sekejap kearah ketiga orang rekannya,
dengan perasaan gemas dia berseru.
"Siapakah kau" Mengapa kau melakukan perbuatan
semacam ini terhadap kami" Tahu kah kau, perbuatanmu itu
telah mengundang bencana besar bagi dirimu sendiri ?"
"Nona, kau tak usah bertanya siapakah diriku," kata Oh Put
Kui sambil tertawa, "Sedang bencana besar yang kau
maksudkan bagi pendengaran kami justru amat menggelikan
sebab tujuan dari kedatanganku ke tempat ini adalah untuk
menerbitkan bencana besar..."
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" jerit Liu Im dengan
suara tercengang. "Hmmm, aku hanya ingin mencari tahu tentang kabar berita
seseorang!" Sekali lagi Liu Im tertegun, "Siapa?"
"Ki Yan-hong!" Hampir saja ke empat orang dayang itu menjerit tertahan
saking kagetnya setelah mendengar perkataan itu, lama sekali
mereka termangu-mangu dan ternyata tak seorang pun yang
menyahut. Sambil tartawa dingin Oh Put Kui berkata lagi:
"Tidak kenal" Nona aku percaya kalian pasti sangat
mengenal diri orang itu"
"Kong cu, sebenarnya siapakah kau ?" tanya Liu Im dengan
sinar mata sayu karena duka.
Oh Put Kui tertawa dingin.
"Soal ini tak usah nona tanyakan, apa yang kalian kerjakan
hanya menjawab apa yang ku ajukan kepada kalian !"
Siau-hong, dayang termuda diantara ke empat orang itu
tiba-riba berteriak keras:
"Kau.,.kau si iblis jahanam... cepat bebaskan jalan darah
kami." "Nona, kau belnm menjawab pertanyaan yang kuajukan
tadi!" Siau-hong menjadi amat gusar sehingga sepasang
matanya melotot brsar kembali teriaknya:
"Iblis...sampai mati pun aku tak akan memberitahukan hal
ini kepadamu.." "Benarkah itu?" Pengemis pikun tertawa aneh. "budak cilik,
lebih baik jangan sembarangan berbicara kalau tidak merasa
tulangmu sudah cukup keras!"
Oh Put Kui tertawa dingin, dia mengalihkan pula sorot
matanya kewajah perempuan-perempuan itu dengan sinar
mata setajam sembilu kemudian jengeknya.
"Kalian anggap aku benar-benar tak berani menggunakan
kekerasan untuk memaksa kalian?"
Sikap yang begitu angker dan seram tersebut, seketika
menggetarkan setiap orang.
Gemetar keras sekujur badan Liu Im karena ngeri,
sahutnya kemudian dengan suara lirih:
"Kongcu, tahukah kau siapa kami berempat ?"
Oh Put Kui menjengek sinis.
Sebaliknya pengemis pikun membentak keras:
"Ngaco belo, bicara tak karuan!" tiba-tiba sorot mata Liu Im
pun berkilat, kemudian tertawa, pikirnya dengan cepat:
"Ternyata kalian memang benar-benar anggota dunia
persilatan kalau toh begitu, berarti ancaman terhadap jiwa
kami pun menjadi tipis sekali..."
Ia bisa berpikir demikian karena dia menganggap nama
besar dari majikannya sudah terlampau termashur dalam
dunia persilatan Ditinjau dari keberanian mereka untuk datang
mencari gara-gara dengan majikannya, tentu saja merekapun
tak akan mencelakai dirinya sebagai seorang dayang
sehingga merusak nama baik sendiri, sebab dia cukup
mengetahui titik kelemahan orang persilatan lebih suka
menjaga gengsi dan nama baik daripada mempersoalkan
yang lain. Berpikir demikian, dia lantas bertanya:
"Kongcu, ada urusan apakah kau mencari majikan kami?"
"Tak usah banyak bicara," bentak pengemis pikun gusar,
"persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
kalian!" Liu Im segera mendengus dingin, "Jika kalian berdua tak
mau menerangkan alasannya lebih dulu, terpaksa kamipun tak
bisa memenuhi keinginan kalian itu!"
Pengemis pikun menjadi semakin gusar, bentaknya:
"Budak sialan, kau berani menantang aku" Baik, lohu akan
suruh kau merasakan kelihayanku..."
Begitu selesai berkata, dia lantas mengayunkan telapak
tangannya melancarkan sebuah pukulan kearah punggung Liu
Im. Oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu segera berseru
cepat: "Lok, tua ampuni selembar jiwanya!" Waktu itu telapak
tangan si pengemis pikun sudah menempel diatas punggung
Liu Im, tenaga dalamnya juga sudah siap dilancarkan keluar,
seandainya Oh Put Kui tidak membentak tepat pada
waktunya, sudah pasti Liu Im akan merasakan suatu
penderitaan yang luar biasa.
Untung saja kepandaian silat yang dimiliki pengemis pikun
sudah mencapai pada taraf yang sempurna, sehingga
mendengar suara tersebut, dengan cepat dia menarik kembali
tenaga serangannya. Kendati pun demikian, peluh dingin toh sempat jatuh
bercucuran juga membasahi seluruh badan Liu im.
"Terlalu enakan budak sialan ini...." omel pengemis pikun
dengan perasaan tidak puas.
Oh Put-kui tertawa hambar.
"Lok tua, sabarlah dulu, mereka pasti akan mengakui
dengan terus terang" katanya.
Tapi kemarahan sipengemis tua itu belum juga mereda,
sambil tertawa dingin dia berseru:
"Bocah muda, kau jangan sampai terpikat olehnya."
Mendengar itu, Oh Put-kui tertawa gelak.
"Haaahh.... haaaaahhh haaahhh.... jangan kuatir, didalam
dunia pada saat ini masih belum ada orang yang bisa
membuat diriku jadi terpikat!"
Kemudian sambil menarik kembali senyumanya, dia
berpaling kearah Liu Im dan membentak lagi:
"Nona, terus terang kukatakan bahwa aku tak ingin
mencelakai jiwa kalian, oleh sebab itu akupun berharap nona
bisa baik-baik membawa diri."
"Hmm, memetik bunga didapati kerbau.. ..." kembali
pengemis pikun itu tertawa mengejek.
Agaknya saat ini Lin im sudah tahu kalau kongcu yang
berada dihadapannya sekarang bukan seorang manusia yang
mudah dihadapi, setelah berputar otak sekian lama, akhirnya
berhasil juga dia menemukan suatu akal yang amnt bagus.
"Kongcu, bukannya aku tak mau berkata" katanya
kemudian "melainkan. .,. "
Dia sengaja menjual mahal dan tidak melanjutkan
perkataannya sedang matanya segera mengerling kewajah
Oh Put-kui, si anak muda itu tersenyum.
"Nona, lebih baik kau tak usah berlagak lagi, apa yang kau
pikirkan sudah cukup jelas bagiku!"


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terkesiap juga Liu Im setelah mendengar perkatan itu, tapi
perasaan mana tak berani di-utarakan diatas wajahnya.
Maka sambil berusaha keras untuk mempertahankan
ketenangannya, dia berkata sedih "Kongcu, setelah kau
mengetahui asal usul kami bersaudara tentunya juga tahu
bukan akan tabeat dari majikan kami" Bila kalau sampai
menyebutkan tempat tinggalnya tanpa mengetahui alasannya,
maka mungkin sekali hal ini akan..."
Berbicara sampai disitu, kembali ia berhenti ditengah jalan.
Oh Put-kui berkerut kening, dia seperti mengucapkan
sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkan.
Berdua dengan pengemis pikun, habis sudah kesabarannya menghadapi keadaan seperti itu, dengan gusar
dia lalu membentak "Budak kecil, bila kau masih saja berbicara mencla-mencle,
jangan salahkan kalau aku si pengemis tua akan segera
membunuhmu!." Begitu kata "si pengemis tua", disebutkan, maka
terbongkarlah kedudukan dan rahasiaj pengemis tersebut.
Siauw Hong yang pertama-tama menjerit keras lebih dulu:
"Kalian adalah anggota Kay-pang ?" pengemis pikun agak
tertegun sejenak, kemudian bentaknya cepat:
"Kalian tak usah mencampuri urusan ini!" Mungkin dalam
pandangan ke empat orang perempuan itu Kay-pang adalah
suatu perkumpulan lemah yang tak perlu dikuatirkan maka
setelah mengetahui ranasia tersebut mimik wajah mereka
yang semula menegang pun kini menjadi jauh lebih kendor.
Dengan suara lembut Liu Im berkata : "Kau orang tua
sudah pasti adalah salah Satu diantara ke enam orang tianglo
dari kay-pang, sedang kongcu ini, mungkinkah ia adalah murid
pertama dari Kongsun pangcu ?"
Dilihat dari mimik wajah serta nada pembicaraan ke empat
orang perempuan itu, Oh Put-kui sudah dapat menduga apa
yang menjadi pikiran mereka berempat.
Dengan kedudukannya sebagai empat dayang kepercayaan Thian-hiang Hui-cu Ki Yan-hong, tentu saja
mereka tidak memandang sebelah matapun terhadap
perkumpulan Kay-pang. Maka sambil tertawa dingin ujarnya: "Kalian jangan lupa,
nyawa kamu berempat sudah berada didalam genggamanku."
tampaknya keberanian ke empat orang perempuan itu makin
lama makin menjadi, baru saja Oh Pni-kui menyelesaikan
kata-katacya, mendadak terdengar Siau Hong berkata dengan
suara dingin: "Hmm, jangan lagi kalian, sekalipun pangcu kalian Kongsun
Liang juga tak berani mengganggu seujung rambutku pun,
padahal kau tak lebih cuma muridnya Kongsun Liang...
hmmm, kesombonganmu betul-betul mendekati keadaan tak
tahu tingginya langit dan tebalnya bumi..."
Belum habis perempuan itu berkata, pengemis pikun sudah
gusar, mendadak dia mengayunkan telapak tangannya dan
menampar wajahnya keras-geras.
Sekalipun tamparan itu tidak dilakukan tanpa disertai
tenaga dalam, toh akibatnya cukup mengenaskan, lima buah
bekas telapak tangan yang memerah telah membekas jelas
diatas pipinya yang pntih.
"Hmm, kalian anggap nama besar Kongsun pangcu boleh
sembarangan disebut oleh perempuan-perempuan lonte
seperti kalian?" teriaknya marah, "hmm, kalian harus tahu, aku
si pengemis tua tidak sesabar bocah muda itu, kalau berani
mengoceh tak karuan sekali lagi, jangan salahkan kalau aku si
pengemis tua tak akan sungkan-sungkan kepada kalian..."
Sekarang, keempat orang dayang itu baru terperanjat
sebab sepanjang sejarah baru pertama kali ini mereka jumpai
anggota Kay pang yang tidak jeri terhadap nama majikannya.
Sementara itu, paras muka Oh Put-kui juga telah berubah
menjadi amat mengerikan, dengan suara dingin ia
membentak: "Aku sama sekali tiada hubungan apa-apa
dengan pihak Kay-pang, lebih baik kalian jangan salah paham
dengan menghubungkan aku dengan perkumpulan lain..."
Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Bila kalian merasa berkepandaian silat lebih lihay dari ke
tujuh orang kakek yang menghuni di Pulau Neraka, silahkan
saja, tunjukkan keangkuhan kalian itu."
Begitu mendengar nama "Pulau Neraka," disebutkan, paras
muka ke empat orang perempuan itu berubah menjadi pucat
pias, peluh dingin jatuh bercucuran sementara matanya
terbelalak lebar. @oodwoo@ Jilid 8 Sekarang mereka baru sadar bahwa kongcu yang mereka
hadapi sekarang, ternyata adalah Long-cu koay-hiap
(pendekar aneh pengembara) yang namanya menggetarkan
dunia persilatan belakangan ini.
Tak heran kalau mulut mereka segera terkunci rapat-rapat
dan tak berani berkutik lagi.
orang persilatan telah melukiskan si "pengembara" yang
bernyali besar dan berilmu tinggi sukar diukur ini mendekati
seperti seorang malaikat. Mimpipun mereka tak mengira kalau
si pendekar aneh tersebut masih berusia begitu muda, malah
justru telah muncul dihadapan mereka berempat. Untuk
beberapa saat, mereka jadi termangu mangu dan memandang
wajah oh Put Kui dengan perasaan yang amat terkesiap.
sebaliknya oh Put Kui tetap tenang, dia tahu orang
persilatan telah mengibaratkan dia bagaikan malaikat, itulah
sebabnya dia bersikap acuh tak acuh terhadap pandangan
orang. Pengemis pikun yang berada disisi arena masih saja
tertawa dingin tiada hentinya, terdengar ia kembali
membentak: "Budak ingusan, kalian sudah berpikir jelas ?"
Tentu saja mereka sudah berpikir jelas, mereka bukan
orang bodoh tentu saja mana yang menguntungkan dan mana
yang merugikan dapat dibedakan dengan jelas.
Liu Im memutar biji matanya yang jeli, kemudian katanya
pelan: "Bolehkah aku yang rendah sekalian menanyakan
nama besar Kongcu?" "Aku oh Put Kui"
"Oh Kongcu..." kata Liu Im sambil tertawa, "maaf kalau aku
yang rendah sekalian tak bisa memberi hormat kepadamu
karena jalan darah kami masih tertotok...."
"Tidak usah" oh Put Kui sambil tersenyum, "asal nona
berempat bersedia untuk menerangkan dimana letak rumah
kediaman majikan kalian, aku sudah merasa sangat berterima
kasih sekali..." "Oh Kongcu" kata Liu Im pelan, "bukannya kami tidak
bersedia memberitahukan alamat majikan kami kepada
Kongcu, adalah Kongcu sendiri yang tak mau menerangkan
maksud kedatanganmu, bila aku yang rendah melanggar
peraturan dengan memberikan alamat suhu kami, niscaya
nyawa kami berempat akan terancam...."
Beberapa patah kata itu diutarakan dengan suara
sesengukkan, malah sampai akhirnya hampir saja menangis.
"Sungguhkah demikian ?" tanya oh Put Kui dengan kening
berkerut. "Masa aku yang rendah berani membohongi Kongcu ?"
oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya, memejamkan mata dan tidak berbicara lagi. sebaliknya
pengemis pikun berseru dengan gusar:
"Waaduhh.... betul betul repot, tampaknya akal bulus kalian
benar benar amat banyak"
"Locianpwe, kau harus maklum, kami mempunyai kesulitan
kami sendiri, harap kalian suka memaafkan."
"Heehhhh.... heeeehhh... heeehhhh. memaafkan- Lohu
sudah cukup memaafkan kalian-"
Kembali Liu Im tertawa sedih.
"Locianpwe, bagaimanapun juga kalian tak akan membiarkan kami dihukum mati oleh majikan kami sendiri
tanpa berusaha untuk menolong bukan ?" "Hmm..." kembali
pengemis pikun itu tertawa dingin. "Kenapa aku mesti
menolong kalian" Berbicara dari perbuatan terkutuk yang
kalian lakukan selama ini dalam dunia persilatan, sekalipun
mati seratus kali lagi juga belum cukup untuk menebus dosa
tersebut. Lohu mah tak akan memiliki hati yang begitu welas "
Mendengar perkataan itu, Liu Im merasa terkesiap sekali.
"Pengemis itu tampaknya tak bisa didekati dengan cara yang
halus tapi tak dapat pula dihadapi dengan kekerasan. itu
berarti kemungkin mereka berempat bisa lolos dari situ
dengan keadaan selamat menjadi tipis sekali.......
Tanpa terasa ia lantas berpaling kearah oh Put Kui sambil
berkata: "Kongcu, kalau begitu lebih baik bunuhlah kami
berempat................"
setelah menangis tersedu-sedu, kembali lanjutnya:
"Lebih baik kami mati ditangan kongcu saja daripada mati
secara mengenaskan ditangan majikan kami "
Begitu ia selesai berkata, Khi Cui, Wi Hiang dan siau Hong
segera berseru pula bersama sama...
"Kongcu, bunulah kami semuaa..... Kamu tak akan tahan
menerima siksaan keji dari majikan kami.........."
sikap yang diambil keempat perempuan itu sangat
menyusahkan oh Put Kui, karena dia memang tidak berniat
utk membunuh keempat orang itu, tujuan kedatangannya tak
lebih hanya ingin membantu gurunya untuk melepaskan diri
dari kesulitan- Apalagi setelah ia tahu kalau Thian Hiang Hui Cu Ki Yan
Hong adalah bekas kekasih gurunya, dia lebih lebih tak ingin
menyalahi anak murid dari Thian Hiang Hui Cu.
setelah termenung beberapa saat, akhirnya pemuda itu
menghela napas panjang, katanya :
"Nona, terus terang kuberitahukan kepada kalian,
sebenarnya aku tidak mempunyai dendam sakit hati apa apa
dengan majikan kalian, aku ingin bertemu dengannya karena
ingin berbicara sebentar saja dengannya"
Mendengar perkataan itu, perasaan keempat orang
perempuan itu menjadi lega.
-oOdwOooOdwOoo- Sambil tertawa, Liu Im segera berkata:
"Kongcu, benarkah kau hanya ingin berbicara sebentar saja
dengan majikan kami?"
"Sejak dilahirkan sampai sekarang, aku belum pernah
berbicara bohong...." kata oh Put Kui dengan wajah serius.
Tiba-tiba nona siau Hong tertawa.
"Dengan nama besar Kengcu, kami semua merasa
mempercayainya seratus persen-"
"Hmmm, sekalipun tidak percaya juga harus percaya." sela
pengemis pikun sambil tertawa mengejek.
Buru-buru oh Put Kui mengerling sekejab kearah pengemis
pikun, melarangnya banyak berbicara lagi. Dia kuatir kalau
sampai menggusarkan keempat orang perempuan itu maka
hal mana justru malah akan membengkalaikan urusan-sedang
pengemis pikun memang sangat menuruti perkataan dari oh
Put Kui, begitu diberi tanda, terpaksa manggut-manggut.
Maka sambil tertawa oh Put Kui berkata lagi kepada
keempat orang perempuan itu:
"Nona berempat, aku harap kalian bisa cepat - cepat
memberitahukan kepadaku tempat tinggal Ki locianpwe, sebab
kalau tidak. bila jalan darah kalian berempat tertotok kelewat
lama, maka akhirnya yang bakal menderita adalah kalian
sendiri" Mendengar perkataan itu, dengan suara rendah Liu Im
lantas berbisik: "Setelah kami mempercayai kongcu, tentu saja kamipun
akan menghantar kongcu kesana..."
"Apakah kalian berempat akan pergi bersama?"
Liu Im kembali menggelengkan kepalanya.
"Adik siau Hong yang akan membawa kongcu kesana.
sedangkan kami bersaudara masih harus tugas disini....."
Walaupun dia hanya seorang penghibur, akan tetapi
setelah berjumpa dengan manusia seperti oh Put Kui, ternyata
sikap mereka turut berubah juga menjadi serius.
Maka mereka tak berani mengatakan "harus menerima
tamu", melainkan kata itu dirubahnya menjadi "harus bertugas
disini". Diam-diam pengemis pikun menggelengkan kepalanya
sambil berpikir: "Bocah muda itu benar-benar luar biasa sekali,
sampai sampai lontepun tahu malu...."
sementara itu oh Put Kui telah berkata sambil tertawa
hambar: "Kalau memang begitu, aku harus merepotkan nona
siau Hong...." Begitu selesai berkata, dia lantas menggerakkan tangannya
melancarkan tiga buah totokan untuk membebaskan jalan
darah Khi cui, Wi Hiang serta siau
Hong yang tertotok. Pengemis pikunpun segera menepuk bebas jalan darah Liu
Im, cuma sikapnya tidak selembut oh Put Kui, sambil
membebaskan pengaruh totokan tersebut, dia membentak
keras: "Lebih baik kalian bertindaklah dengan sedikit sopan, kalau
tidak. kalian sendirilah yang bakal menderita"
Begitu totokannya dibebaskan, keempat orang perempuan
itu segera menghela napas panjang.


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil menggerakkan otot-otot badannya yang kaku, Liu Im
berkata: "Kau orang tua tak usah kuatir. Kami empat budak
Thian- hian bukan manusia yang termasuk golongan licik, apa
yang telah kami ucapkan, selamanya tak pernah disesali
kembali." Setelah berhenti sebentar, katanya kepada oh Put Kui
sambil tertawa: "Kongcu, ikutlah nona siau Hong kesana"
Sementara itu nona siau Hong telah bangkit berdiri, setelah
memberi hormat kepada oh Put Kui katanya: "Silahkan
Kongcu" Oh Put Kui segera memberi tanda kepada pengemis pikun,
kemudian dia membuka pintu dan berjalan keluar dari situ
dengan langkah lebar. Dengan cepat pengemis pikun
menyelinap dibelakang tubuh nona siau Hong dan
mengawasinya secara ketat.
Dia tidak percaya dengan budak budak tersebut, maka
untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
dia harus bersiap sedia selalu.......
Ternyata Liu Im, Khi Cui dan wi Hiang tidak melakukan
tindakan apa-apa, dengan sikap yang amat menghormati
mereka menghantarkan keberangkatan pemuda tersebut.
Kejadian mana kontan saja membuat oh Put Kui dan
pengemis pikun menjadi tertegun, sebab hal ini sama sekali
diluar duagaannya. Tapi berada dalam keadaan seperti ini, mereka tak sempat
untuk berpikir lebih jauh lagi, dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya, mereka mengikuti dibelakang tubuh
siau Hong dengan kencang.....
-oOdwOooOdwOoo- Nona siau Hong mengajak oh Put Kui dan pengemis pikun
berdua menuju kedepan sebuah patung sik-ang-tiong yang
besar sekali didepan kuburan siau-leng. Tiba-tiba saja nona itu
tidak berjalan lagi. "Sudah sampai"
"Sudah sampai " Ki Yan Hong tinggal disini?"
saking herannya pengemis pikun sampai melototkan
matanya besar-besar dan berteriak aneh.
Nona siau-hong tertawa, sahutnya:
"Benar, majikan kami memang tinggal didalam kuburan
sian-leng ini" "Nona, dimanakah kuburan tersebut" Apakah berada
dibawah tanah?" tanya oh Put Kui sambil tertawa.
Nona siau-hong turut tertawa.
"Apa yang Kengcu ucapkan memang benar, letaknya
memang berada dibawah kuburan siau-leng"
Pengemis pikun menjadi tertegun
Sungguh besar nyali Thian-hiang Hui-cu, ternyata dia
berani tinggal didalam kuburannya kaisar Tay-cu-huang-leng.
Apakah pihak kerajaan tak ada yang mengurusi ulahnya ini"
Sebaliknya oh Put Kui hanya menggelengkan kepalanya
sambil berkata: "Mengapa majikan kalian berani menghina
dan mengusik ketenangan Kaisar yang telah tiada" Kompleks
pekuburan sian-leng merupakan kompleks pekuburan raja
raja, apakah majikan kalian tidak kuatir ditangkap oleh pihak
Kerajaan ?" Tiba-tiba siau Hong tertawa, sahutnya:
"Kongcu, bila kau telah bersua dengan majikan kami nanti,
persoalannya akan menjadi jelas dengan sendirinya, budak
sekalian tak berani memberikan kritik seenaknya sendiri,
harap kongcu dapat memakluminya."
Oh Put Kui manggut manggut dan tidak berbicara lagi.
sebaliknya si pengemis pikun berseru sambil tertawa aneh:
"Budak, banyak amat permainan busukmu, hayo cepat
katakan, bagaimana cara kita untuk masuk kedalam?"
Nona siau Hong tertawa, dia segera maju kedepan
mendekati patung sik-ang-tiong dan mengetuk bagian
perutnya dua kali, kemudian dia berbelok kesebelah kiri dan
membisikkan sesuatu diantara celah celah pakaian-... Belum
habis dia berbisik, patung sik-ang-tiong tersebut telah
bergeser sejauh tiga kaki kesamping, menyusul kemudian
muncullah sebuah pintu rahasia.
Sambil tertawa terbahak-bahak. pengemis pikun berseru:
"Benar-benar sebuah cara yang sangat bagus, baru
pertama kali ini aku sipengemis tua menyaksikan cara
membuka pintu rahasia dengan cara semacam ini."
"Benar, selain leluasa juga amat hati-hati" sambung oh Put
Kui sambil tertawa juga. Sambil tertawa nona siau Hong segera melangkah masuk
ke dalam lorong rahasia bersebut, katanya:
"Silahkan kalian berdua mengikuti budak masuk kedalam"
"Silahkan-....." sambung pengemis pikun
Mungkin saking girangnya, maka dia mengucapkan kata
sungkan. Nona siau Hong berpaling dan memandangnya sambil
tertawa, kemudian dia berjalan lebih dulu memasuki lorong
rahasia tersebut. Oh Put Kui dan pengemis pikun segera mengikuti pula
dibelakang tubuhnya. Lorong rahasia itu menjorok ke bawah,
mereka harus berjalan sedalam sepuluh kaki lebih sebelum
mencapai permukaan tanah yang datar. oh Put Kui segera
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengawasi daerah
disekeliling tempat itu, dijumpainya luas lorong rahasia itu
tidak sampai dua kaki, tapi tingginya mencapai tiga kaki lebih
dan luas sekali. Pada kedua belah dinding lorong rahasia tadi
terdapat beberapa butir mutiara, itulah sebabnya suasana
disekitar tempat itu tidak kelewat gelap. Akan tetapi setelah
mencapai tanah yang datar, suasanannya menjadi terang
benderang. Disana nampak sebuah pintu besar, pintu itu terbuat dari
batu kemala yang penuh dengan ukiran, sehingga nampak
sangat anggun dan indah sekali. Diatas pintu terpancang
sebuah papan nama yang bertuliskan : "Tee- hu-thian- kiong "
Oh Put Kui yang menyaksikan keadaan disana diam diam
ia merasa hatinya bergetar keras. Tampaknya tempat itu
bekas dihuni oleh orang-orang yang bertugas menjaga
kuburan raja-raja itu dimasa lampau.
Tiga ratus berselang, kerajaan Ming sudah runtuh, dan
gedung istana inipun entah sejak kapan berhasil ditemukan
oleh Thian hiang Hui-cu dan dipakai sebagai tempat
tinggalnya. Setelah melewati pintu gerbang, didalamnya merupakan
sebuah ruangan tamu yang luas. setelah ruang tamu terlihat
sebuah ruangan tengah yang luas sekali. Ruangan itu
tingginya mencapai beberapa kali dengan luas hampir puluhan
kaki lebih, betul betul sebuah ruangan yang amat besar.
Untuk membangun ruangan sebesar itu, entah berapa
banyak tenaga, pikiran dan uang yang telah dikeluarkan"
Oh Put Kui menjadi gegetun sendiri, karena membangun
ruangan dalam kompleks kuburan dengan segitu megahnya
jelas merupakan suatu pemborosan yang tidak pada
tempatnya. Waktu itu ruangan tengah yang amat luas itu sunyi senyap
tak nampak seorang manusiapUn.
Tapi didalam ruangan tersebut penuh dengan rak senjata
disekelilingnya, pelbagai macam senjata nampak tersedia
disana. Setelah memperhatikan sekejap sekitar ruangan tersebut,
sambil tertawa pengemis pikun berkata:
"Tampaknya ruangan ini mirip sekali dengan sebuah
ruangan untuk berlatih silat."
Mendengar itu, Siau Hong segera tertawa sahutnya:
"Benar, ruangan ini memang ruangan yang disediakan
untuk berlatih ilmu silat."
Pengemis pikun tidak menyangka kalau dugaanya bisa
benar, sambil tertawa serunya:
"Benarkah itu?"
Nona Siau Hong kembali tertawa, katanya:
"Kongcu dan locianpwe ini silahkan duduk sebentar, budak
akan segera melaporkan kunjungan kalian kepada majikan
kami,......" "Silahkan" sambil tertawa siau Hong segera berlalu dari ruangan itu
dan masuk melewati sebuah pintu berbentuk rembulan disisi
ruangan. Diam-diam pengemis pikun merasa keheranan setelah
menyaksikan keadaan disana, dia tidak habis pikir kenapa
ruangan Tee-hu-thian-kiong yang begitu luas bisa sunyi
senyap tak nampak seorang manusiapun, apakah Thian-
hiang Hui-cu tinggal disana seorang diri"
Ia tidak percaya kalau perempuan tua itu tidak mempunyai
pembantu juga. sebaliknya oh Put Kui juga sedang berpikir
mengapa Ki Yan-hong menggunakan kompleks pekuburan
raja-raja ini sebagai tempat tinggalnya" Mungkinkah dibalik
kesemuanya itu terdapat hal-hal yang luar biasa" Demikianlah, mereka berdua tercekam dalam lamunan
masing-masing, tapi toh tiada jawaban yang berhasil
didapatkan- Entah berapa lama sudah lewat, mendadak terdengar
suara tertawa merdu berkumandang memecahkan keheningan, lalu terdengar seseorang berkata dengan merdu:
"Oh kongcu, Lok locianpwe, majikan kami mempersilahkan
kalian untuk masuk kedalam."
Oh Put Kui tidak merasakan apa-apa sesudah mendengar
perkataan itu, sebaliknya pengemis pikun merasakan hatinya
bergerak. Ia sudah lama mendengar kabar kalau Ki Yan-hong adalah
seorang gembong iblis yang sangat kejam, mengapa dia
mempergunakan kata "mengundang" untuk mempersiapkan
mereka masuk" Mungkinkah apa yang tersiar didunia
persilatan tidak sesuai dengan kenyataan"
Tapi berada dalam keadaan seperti ini mereka tak sempat
untuk banyak bertanya lagi.
oh Put Kui memandang sekejap kearah wajah siau Hong
yang berdiri ditepi pintu berbentuk rembulan, lalu katanya
sambil tertawa: "Terima kasih banyak nona ?" selesai berkata,
dia lantas berjalan menuju kearah pintu berbentuk rembulan
itu. Pengemis pikun mengikuti pula dengan kencang dibelakangnya. setelah masuk kedalam pintu tersebut, oh Put
Kui segera merasakan pandangannya menjadi silau.....
sungguh indah sekali apa yang terlihat didepan mata.
Bangunan loteng, bangunan gardu, gunung-gunungan dan
batu-batuan disusun begitu indah didepan mata, menengok
dari balik pintu, tempat tersebut mana mirip seperti sebuah
kompleks tanah pekuburan" pada hakekatnya menyerupai
istana dilangit. Tanpa terasa oh Put Kui menghela napas panjang dengan
perasaan amat kagum. Sedangkan peng emis pikunpun memuji tiada hentinya.
sambil tertawa siau Hong kembali berkata:
"Disini terdapat lima puluh delapan buah bangunan loteng
serta gardu indah, bila kongcu mempunyai kegembiraan,
dikemudian hari boleh datang kemari untuk menikmatinya.
Bukan budak sengaja mengibul, istana kaisar diibukotapun
paling cuma begitu saja bila dibandingkan dengan keindahan
tempat ini...." "Apa yang nona katakan memang benar," ucap oh Put Kui
sambil tertawa, "semua yang indah diibu kota telah
kusaksikan, dan keindahan keraton kaisar memang tak lebih
indah dari tempat ini."
"Budak. tentunya bukan majikanmu yang membangun
keraton ini bukan ?" kata sang pengemis sambil tertawa.
"Tentu saja bukan-..... majikan kami hanya........"
Mendadak ia berhenti berbicara dan tertawa, sambungnya:
"Kongcu, locianpwe, silahkan mengikuti budak masuk
kedalam" Ia lantas membalikkan badannya dan berjalan menelusuri
gunung-gunungan ditengah sana.
Walaupun oh Put Kui merasa seperti teringat akan sesuatu
setelah mendengar ucapan yang tak selesai itu, tapi karena
siau Hong enggan meneruskan pembicaraannya, tentu saja
diapun merasa kurang leluasa untuk bertanya lebih jauh.
Dengan mulut membungkam, mereka bertiga segera
berjalan menuju kedepan, menurut perhitungan oh Put Kui
secara diam-diam, mereka telah berjalan lima li sebelum tiba
ditempat mereka berada sekarang.
Didepan mata sekarang, tampaklah berdiri sebuah
bangunan loteng yang sederhana.
Dibawah loteng, berdiri dua orang gadis yang menyoren
pedang. siau Hong segera maju dan mengucapkan sesuatu
kepada kedua orang gadis tersebut, dua orang gadis itupun
membuka pintu loteng dan mempersilahkan tamunya masuk.
Sambil tertawa oh Put Kui manggut manggut kearah dua
orang gadis itu, katanya: "Merepotkan nona berdua saja"
Kemudian dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk
kedalam ruangan loteng. Setelah memasuki bangunan loteng, dihadapan mereka
terlihat sebuah ruang altar Buddha yang amat indah.
Didepan altar terdapat sebuah kasur untuk duduk. dan
disitu duduklah seorang perempuan cantik setengah umur
yang berdandan model keraton-oh Put Kui segera merasa
terkesiap setelah menyaksikan kesemuannya itu, ternyata apa
yang tersiar dalam dunia persilatan tentang Thian- hiang Hui-
cu, sama sekali berbeda dengan kenyataannya.
Kalau dibilang perempuan berwajah suci dan anggun itu
adalah seorang iblis keji yang berwatak cabul, maka
perempuan didunia ini bukankah akan menjadi siluman


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua. Bahkan sipengemis pikun yang tak pernah seriuspun, kini
mulai terpengaruh oleh suasana yang terbentang dihadapan
mukanya, ia tak mampu tertawa lagi. Dengan wajah yang
serius, dia berjalan masuk kedalam ruangan itu dengan
langkah pelan, seolah-olah kuatir kalau langkah kakinya akan
mengusik ketenangan disitu.
Pada saat itulah, siau Hong telah memburu kedepan lebih
dulu, sambil berlutut katanya:
"Majikan, oh Kongcu telah datang"
Perempuan cantik setengah umur yang berbaju putih dan
berwajah anggun itu segera membuka matanya, mencorong
sinar setajam sembilu dari balik matanya. Diam-diam
pengemis pikun berpikir: "Tajam amat sepasang mata orang ini, nampaknya ilmu
silat yang dimiliki Permaisuri (Hui-cu) ini benar benar
menggidikkan hati." Belum habis dia berpikir, Thian- hiang
Hui-cu telah menatap wajah oh Put Kui dan berkata sambil
tertawa: "Kongcu, silahkan duduk Dalam loteng yang kuhuni ini
selalu hanya tersedia kasur duduk saja, terpaksa aku harus
merendahkan derajat oh Kongcu dan tianglo dari Kaypang
ini......" Sementara itu, oh Put Kui sudah terpengaruh oleh
keanggunan orang maka mendengar perkataan itu, buru-buru
dia membungkukkan badannya memberi hormat sahutnya :
"Boanpwe oh Put Kui menjumpai Ki locianpwe........."
Sembari berkata, dia lantas melakukan penghormatan
besar kepada perempuan itu.
Menyusul kemudian, pengemis pikun pun turut menjura
dalam-dalam. "Tak usah banyak adat, aku tak berani
menerimanya...." seru perempuan itu cepat.
Ujung bajunya dikebaskan kedepan, nyaris tubuh oh Put
Kui terangkat meninggalkan permukaan tanah. sedangkan
pengemis pikun, segera merasakan badannya terangkat satu
depa dari permukaan tanah.
Dari sini dapat diketahui betapa sempurnanya tenaga
dalam yang dimiliki perempuan itu.
Diam-diam oh Put Kui berdua merasa terkejut sekali
sehingga peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuh
mereka. Tapi diluarnya, oh Put Kui masih tetap bersikap dengan
hormat, sahutnya sambil menjura: "Terima kasih Ki cianpwe."
Sedangkan pengemis pikun berkata:
"Lok Jin-ki dari Kay-pang menjumpai Ki lo....."
"silahkan duduk" tukas Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa
hambar. "Boanpwe turut perintah......." kedua orang itu masing-
masing duduk diatas kasur yang telah tersedia.
Setelah semua orang duduk Thian-hiang Hui-cu baru
mengawasi wajah oh Put Kui dengan seksama, kemudian
tegurnya: "Oh Kongcu, ada urusan apa kau datang mencari diriku?"
Suatu pertanyaan yang langsung ditujukan pada maksud
dan tujuan, hal ini membuat pemuda kita agak tertegun.
Tapi dengan cepat oh Put Kui menjawab dengan hormat:
"Boanpwe datang kemari karena ingin menanyakan tentang
satu hal kepada kau orang tua"
"Persoalan apa" silahkan Kongcu utarakan"
"Boanpwe datang kemari karena urusan guruku," ucap
pemuda tersebut serius, "boanpwe hanya berharap selanjutnya lociapwe jangan mencari guru boanpwe lagi, agar
guru boanpwe bisa beristirahat dengan perasaan hati yang
lebih tenang......" Thian-hiang Hui-cu nampak agak tertegun setelah
mendengar pertanyaan itu, serunya dengan cepat: "siapakah
guru Kongcu" Aku....."
Ia berhenti sebentar dan mengelengkan kepalanya
berulang kali, sambungnya: "Kongcu, apakah kau tidak salah
orang?" "Boanpwe merasa tak mungkin salah orang, mohon
locianpwe sudilah kiranya....."
"sebenarnya siapakah gurumu?" tukas Thian- hiang Hui-cu
sambil tertawa. "Guru boanpwe disebut orang Pendeta sinting Tay-gi
sangjin". Begitu ucapan tersebut diutarakan, sekali lagi mencorong
sinar tajam dari balik mata Thian- hian Hui-cu.
Ditatapnya wajah oh Put Kui lekat-lekat, kemudian katanya
sambil tertawa: "Apakah kau ahli waris dari Tay-gi?"
"Benar" "Ehmmm......... dengan menggunakan tujuh bagian tenaga
Si-mi-sin-kang, nyatanya aku gagal membuatmu meninggalkan permukaan tanah, hal ini menunjukkan kau
telah memperoleh warisan langsung dari Tay-gi sangjin-"
setelah tertawa, lanjutnya:
"Tay-gi bisa mempunyai murid seperti kau, rasanya diapun
boleh merasa lega hati"
-oOdwOooOdwOoo- Mendengar perkataan itu, oh Put Kui merasa amat terkejut.
oh Put Kui merasa terharu sekuli, pikirnya:
"Heran, mengapa orang tua ini bisa dianggap sebagai iblis
cabul oleh kebanyakan orang" Padahal apa yang berada
dihadapan ku sekarang ini adalah seorang perempuan anggun
yang menyerupai malaikat........"
Dalam hati dia berpikir begitu, diluar ujarnya:
"Locianpwe begitu memandang tinggi diri boanpwe, hal ini
sungguh membuat boanpwe merasa malu sekali "
Thian-hiang Hui-cu tersenyum, tiba-tiba ujarnya kepada
pengemis pikun: "Hei si pikun kecil, baik- baikkah dengan
Kongsun Liang ?" Buru-buru pengemis pikun melompat
bangun, lalu menjawab dengan sikap yang amat menghormat:
"Pangcu kami berada dalam keadaan sehat wal-afiat,
terima kasih banyak atas perhatianmu...."
Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"Duduklah, selamanya aku tidak terlalu memperhatikan soal
adat istiadat atau tata kehormatan"
Buru- buru pengemis pikun mengucapkan terima kasih dan
duduk kembali ditempat semula.
Setelah menghela napas panjang, Thian-hiang Hui-cu
kembali berkata: "Pikun kecil, diantara kalian suheng-te
bertujuh, Kongsun Liang memang terhitung paling becus dan
mampu, dulu aku pernah berkata kepada gurumu Ciang-
liong- koay-siu (kakek aneh penakluk naga) Huyong Beng,
bilamana perkumpulan Kay-pang bisa dipimpin oleh orang ini,
maka Kay-pang pasti akan semakin besar dan jaya...."
Setelah berhenti sebentar dan tertawa hambar, katanya
lebih jauh: "Sekarang terbukti sudah, Kongsun Liang memang tidak
menyia-nyiakan harapan gurunya"
"Petunjuk berharga dari locianpwe, membuat boanpwe
sekalian merasakan manfaatnya, hal ini sungguh membuat
boanpwe sekalian merasa amat berterima kasih sekali."
Kembali Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"Pikun cilik, ketika aku berjumpa dengan kalian ditempat
gurumu dulu, waktu itu kau masih berusia belasan tahun
bukan" Kini enam puluh tahun sudah lewat, aaai...., benar-
benar sudah tua....."
Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu menjadi terkejut
sekali, kalau didengar dari pembicaraan tersebut, bukankah
berarti usia Thian-hiang Hui-cu telah mencapai seratus tahun
lebih " Tapi, kalau dilihat dari paras mukanya mengapa dia
nampak seperti baru berusia tiga puluh tahunan"
Sementara itu pengemis pikun buru buru bangkit berdiri
sambil menyahut: "Boanpwe masih ingat kau orang tua.......
enam puluh tahun belakangan ini, ternyata wajah cianpwa
masih saka seperti sedia kala."
"Pikun cilik, kaupun sudah menjadi pintar. sungguh patut
diucapkan selamat, benar-benar pantas menerima selamat....." kata Thian-hiang Hui-cu tertawa. Merah padam
selembar wajah pengemis pikun setelah mendengar perkataan itu. Sedang oh Put Kui pun merasa geli, cuma dia tak berani
mengeluarkan suaranya. Pelan-pelan Thian-hiang Hui-cu mengalihkan kembali sorot
matanya keatas wajah oh Put Kui, kemudian katanya :
"Nak, tadi kau bilang apa " Kau mengatakan aku telah
mengganggu ketenangan gurumu " sudah lama sekali aku tak
pernah pergi meninggalkan tempat ini, walau hanya selangkah
pun." Mendengar perkataan tersebut oh Put Kui menjadi
tertegun-"Kau orang tua......."
Dengan kening berkerut dia segera menjura kepada Thian-
hiang Hui-cu, kemudian lanjutnya :
"Boancwe telah menemukan surat yang ditinggalkan
guruku ditebung Cing-peng-gay, dalam surat itu dikatakan......"
Ia berhenti sejenak. kemudian akhirnya membeberkan apa
yang ditulis gurunya pada surat tersebut.
Ketika mendengar isi tulisan tersebut, mendadak Thian-
hiang Hui-cu tertawa tiada hentinya.
Meskipun perempuan ini sudah berusia hampir seratus
tahun lebih, namun gerak geriknya masih tak terlepas dari
tingkah laku seorang gadis remaja, sehingga waktu tertawa ia
nampak amat menawan hati. Dengan wajah termangu karena
keheranan oh Put Kui segera bertanya :
"cianpwe, mengapa kau tertawa ?"
"Nak, kau keliru besar "
"Maksud cianpwe, orang yang dimaksudkan suhuku dalam
suratnya itu bukanlah dirimu ?" tanya oh Put Kui agak sangsi.
"Benar nak. yang dimaksudkan gurumu adalah seseorang
yang lainnya......" Ketika mengucapkan perkataan itu, wajahnya menjadi
murung dan sorot matanya memancarkan sinar duka,
lanjutnya : "Kau keliru besar, orang itu bukan aku "
sekali lagi oh Put Kui berdiri termangu mangu sambil
mengawasi wajah Thian-hiang Hui-cu tanpa berkedip. "Kau
orang tua......" Ia tak tahu apa yang musti diucapkan, karena sianak muda
itu benar-benar dibikin tertegun oleh keadaan yang sedang
dihadapinya. sekali lagi Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang,
katanya lebih lanjut "Nak, yang dimaksudkan gurumu sebagai kekasih lamanya
bukan aku, cuma dia memang sangat mirip sekali wajahnya
dengan diriku, maka orang persilatan banyak yang mengira
dia sebagai aku " Hampir saja oh Put Kui tidak percaya dengan apa yang
didengarnya barusan, betulkah dalam dunia terdapat kejadian
semacam ini " sambil menggelengkan kepalanya berulang kali
dia berseru : "cianpwe, boanpwe benar-benar merasa kebingungan
setengah mati........"
"Nak, tentu saja kau akan merasa kebingungan-" sahut
Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa, "selama banyak tahun ini,
kecuali gurumu, aku dan perempuan itu, siapapun tak akan
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya........."
Oh Put Kui memandang sekejap kearah pengemis pikun,
kemudian manggut- manggut.
"Locianpwe, bolehkah boanpwe menanyakan sumber dari
persoalan ini?" "Tentu saja boleh," Thian-hiang Hui-cu menghela napas
panjang, " sejak berjumpa dengan kau, aku sudah merasa
senang denganmu nak. aku sudah merasa sedari dulu bahwa
persoalan ini sudah seharusnya dibikin jelas."
"Terima kasih banyak atas kesediaan locianpwe....." buru-
buru Oh Put Kui membungkukkan badannya memberi hormat.
Dari balik sorot mata Thian-hiang Hui-cu tiba-tiba terpancar
keluar sinar jengah seperti seorang gadis remaja, kemudian
setengah menghela napas panjang dan tertawa ringan,
katanya : "Nak. tahukah kau siapa nama preman dari gurumu itu ?"
Dengan cepat Oh Put Kui menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Boanpwe tak pernah menanyakan soal ini," sahutnya.
Thian-hiang Hui-cu segera berpaling kearah pengemis
pikun dan bertanya pula "Pikun cilik, pernahkah kau
mendengar seseorang yang bernama Thian-yang-yu-cu si
pengembara dari ujung langit oh sian?"
Pengemis pikun tercengang dan berdiri terbelalak, nama
Thian-yang-yu-cu oh sian sudah lama termashur dalam dunia
persilatan. Delapan puluh tahun berselang, bila nama tersebut disebut
orang, maka setiap manusia pasti tahu, setiap manusia pasti
pernah mendengar namanya......
Dengan mengandalkan sebilah pedang, ia pernah
membabat mampus delapan orang gembong iblis sekaligus.
Sedang kedelapan orang gembong iblis itu rata-rata
memiliki ilmu silat yang sepuluh kali lipat lebih lihay daripada
kepandaian silat ketua dari pelbagai perguruan.
Waktu itu, nasib seluruh umat persilatan hampir sebagian
besar dikuasahi oleh kedelapan gembong iblis itu dan dikuasai
sepenuhnya. Didalam suasana yang serba kritis dan kacau
inilah, mendadak Thian-yang-yu-cu oh sian munculkan diri
dalam dunia persilatan. Dengan kekuatan seorang diri


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditambah sebilah pedang, dia segera mencari kedelapan
orang gembong iblis itu dan menantang mereka untuk berduel
sambil menentukan kehidupan masing-masing.
Maka terjadilah suatu pertempuran sengit diatas bukit
Thay-san tebing Thian-bun-sian, disitulah delapan orang
gembong iblis tersebut berhasil dibereskan nyawanya.
Menurut penuturan salah seorang murid dari delapan iblis
yang menyaksikan jalannya pertarungan tersebut dengan
mata kepala sendiri, selama pertarungan berlangsung, Thian-
yang-yu-cu oh sian hanya mengeluarkan delapan jurus
serangan untuk membereskan kedelapan orang iblis tersebut.
Tapi semenjak peristiwa itu pula, jejaknya tahu-tahu sudah
lenyap tak berbekas. Sekalipun demikian, hampir semua jago dari angkatan tua
rata-rata mengetahui akan peranan jago lihay tersebut.
Pengemis pikunpun pernah mendengar soal ini dari
gurunya, maka dia pun tahu.
"Apakah kau maksudkan pendekar besar yang secara
beruntun membinasakan kedelapan orang gembong iblis
dibukit Thay-san itu ?" tanyannya kemudian dengan ragu.
"Yaa, betul. Dialah yang kumaksudkan", sahut Thian-hiang
Hui-cu sambil tertawa. "Boanpwe pernah mendengar guruku menceritakan tentang
soal ini, cuma kemunculan pendekar besar itu konon hanya
singkat sekali, tak sampai setahun ia muncul dalam dunia
persilatan, tahu-tahu jejaknya sudah lenyap tak berbekas "
"Haaahhhh..... haaaahhhh.....ha^ahhhh.... siapa bilang dia
lenyap tak berbekas ?" seru Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa
tergelak " dia tak lebih hanya mencukur rambutnya menjadi
pendeta " "Jadi maksudmu..... Tay-gi sangjin sesungguhnya adalah
oh tayhiap......" kata pengemis pikun terperanjat.
"Yaa, memang dia "
Pengemis pikun segera berpaling kearah oh Put Kui,
kemudian serunya dengan cepat:
"Bocah muda, gurumu benar-benar adalah seorang
manusia yang sangat aneh tapi sakti......."
Oh Put Kui hanya berdiri terbengong, dia tak tahu
bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu. selang berapa saat
kemudian, ia baru berkata sambil tertawa : "Lok tua, terima
kasih banyak atas pujianmu......."
Sementara itu Thian-hiang Hui-cu telah berkata lagi sambil
tertawa ramah : "Nak. gurumu tak lain adalah Thian-yang-yu-
cu oh sian yang amat termashur itu. Bahkan dia bukan cuma
gurumu saja, diapung merupakan empek kandungmu
sendiri....." "sungguh ?" seru oh Put Kui dengan perasaan bergetar
keras, " kalau begitu locianpwej uga mengetahui akan asal
usul boanpwe ?" Mendengar pertanyaan itu, berganti Thian-
hiang Hui-cu yang menjadi tertegun, serunya keheranan :
"Aya"Jadi gurumu tak pernah memberitahukan tentang
asal usulmu itu kepadamu ?"
"Yaa, belum pernah.........." oh Put Kui menggeleng.
"Waaah, kalau begitu lucu sekali......"
setelah berhenti sejenak. dengan cepat dia menambahkan
kembali "Tapi mungkin juga gurumu mempunyai tujuan lain-
....." selama ini oh Put Kui boleh dibilang gelap sama sekali
terhadap asal-usulnya, maka setelah menemukan setitik
cahaya terang tanpa disengaja, tentu saja dia enggan
melepaskannya dengan begitu saja, buru-buru katanya lagi :
"Locianpwe, tentunya kau tahu bukan siapakah ayah ibu
boanpwe?" "Yaa, tentu saja aku tahu "jawab Thian-hiang Hui-cu sambil
tertawa. "Dapatkah kau orang tua memberitahukan kepada
boanpwe?" "Maaf nak. aku tak dapat memberitahukan kepadamu "
"Mengapa ?" tanya oh Put Kui, "Apakah kau......"
"Nak, kalau toh gurumu tidak bersedia memberitahukan
kepadamu, itu berarti dibalik kesemuanya itu pasti ada
sebabnya, mungkin juga karena saatnya belum tiba, jika
kuutarakan kepadamu sekarang, apakah gurumu tak akan
marah kepadaku?" Tiba-tiba sepasang oh Put Kui menjadi merah, pintanya :
"Oh locianpwe, sejak dilahirkan didunia ini boanpwe sudah
tak punya keluarga lagi, aku hanya hidup bersama dengan
guruku selama ini. Baru kali ini kuketahui kalau suhu
sebenarnya empek boanpwe sendiri, tapi sekarang locianpwe
enggan mengatakan siapakah ayah ibuku, hal ini membuat
boanpwe bersedih hati......"
Ketika berbicara sampai disitu, titik air mata segera jatuh
berlinang membasahi pipinya .
Thian-hiang Hui-cu segera menghela napas panjang.
"Nak. kau tak usah bersedih hati, cepat atau lambat gurumu
pasti akan memberitahukan hal ini kepadamu "
Kemudian setelah tertawa dan berhenti sejenak. kembali
dia berkata : "Nak. apakah kau ingin mendengar kisah cerita
tentang diriku dan gurumu ?"
Oh Put Kui tahu, sekalipun dia bertanya lagi sekarang,
Thian-hiang Hui-cu juga tak akan menceritakan asal usulnya,
terpaksa dia mengiakan : "Boanpwe bersedia mendengarkan "
Thian-hiang Hui-cu menarik napas panjang, lalu setelah
tertawa katanya : "Sebelum mencukur rambutnya menjadi
pendeta dulu, gurumu adalah kakak seperguruanku. "
"Oooh........" Oh Put Kui baru mengerti sekarang. Thian-
hiang Hui-cu manggut - manggut, kembali lanjutnya:
"Gurumu dan aku adalah saudara seperguruan, sebenarnya hubungan kami selama ini baik sekali......"
Sikap jengah seorang gadis, sekali lagi menghiasi wajah
Thian-hiang Hui-cu, sesudah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Cuma, kebetulan sekali akupun menpunyai seorang adik
perempuan yang benar benar tak becus...."
"ooh, ternyata kembali ada perempuan yang masuk dalam
lingkaran hidup mereka........" pikir oh Put Kui.
Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang,
katanya lagi : "Adik kandungku ini berasal dari Mo-kau, sejak
bertemu dengan gurumu, dia menjadi tergila-gila dan
mengejarnya terus menerus akhirnya karena desakan yang
kelewat batas, gurumu memutuskan untuk mencukur rambut
menjadi pendeta dan tidak mencampuri urusan keduniawian
lagi......" sesudah menghela napas panjang, ia menambahkan :
"Dan akupun terpaksa harus hidup seorang diri pula hingga
setua ini......" Ketika mengucapkan kata-kata yang terakhir itu, mendadak
matanya berkaca-kaca. "Apakah locianpwe tidak membenci adikmu itu ?" tanya oh
Put Kui dengan kening berkerut.
Thian-hiang Hui-cu menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Bagaimana aku bisa membencinya" Dia adalah adik
kandungku sendiri, yaaa......... apa boleh buat " Terpaksa aku
harus menerima kenyataan tersebut sebagai nasib "
"Aaaai.... apakah kejadian ini bukan suatu peristiwa tragis
yang paling mengenaskan didunia ini ?" sela pengemis pikun
sambil menghela napas pula,
"besar benar jiwamu, coba kalau berganti orang lain,
mungkin-..... aaai, kamu memang malaikat suci yang berjiwa
besar....." sikap si pengemis tua itu selain telah berubah menjadi lebih
manusiawi, bahkan diapun bersikap begitu menaruh hormat
terhadap Thian-hiang Hui-cu..... Thian-hiang Hui-cu tertawa
rawan- "Kejadian lampau sebagai impian, sekalipun disinggung
kembali juga sama sekali tak ada gunanya..... nak. apakah
kau datang kemari mencariku adalah bermaksud agar aku
jangan merecoki gurumu lagi?"
Merah padam selembar wajah oh Put Kui karena jengah,
dia menyesal karena sudah menaruh prasangka yang salah
terhadap perempuan ini. Walaupun masih ada hal hal yang masih membingungkan
hatinya, seperti kenapa keempat orang dayang Thian-hiang
Hui-cu Ki Yan-hong menjadi pelacur-pelacur kenamaan-
Mengapa namanya dalam dunia persilatan begitu jelek
sehingga dianggap sebagai iblis perempuan yang berhati keji
" Tetapi dalam keadaan yang seperti ini, ia merasa tak
sanggup untuk mengutarakannya kembali.
"Boanpwe memang datang kemari dengan maksud
demikian-...." dia mengakui, "cuma sekarang, boanpwe sudah
berubah pendapat. Boanpwe tak ingin memohon apa apa lagi
kepada kau orang tua."
Dia memang tak dapat memohon apa apa lagi.
Seandainya apa yang dikatakan Thian-hiang Hui-cu
merupakan kenyataan, maka penderitaan yang dialaminya
didalam kehidupan ini sudah kelewat berat, bahkan jauh lebih
berat daripada penderitaan manapun yang pernah dialami
kaum wanita. Bila oh Put Kui sampai mengajukan sesuatu permohonan
lagi kepadanya, hal ini sama artinya dengan kelewat
memaksanya untuk menerima suatu kenyataan. Ketika
mendengar perkataan tersebut, Thian-hiang Hui-cu segera
tertawa, katanya : "Nak. aku merasa sangat berterima kasih sekali kepadamu
karena kau dapat memahami perasaanku....."
sesudah berhenti sebentar, dia mendehem pelan, lalu
melanjutkan : "Nak. mungkin dalam hatimu masih ada persoalan
persoalan yang mencurigakan hatimu bukan ?"
oh Put Kui tertawa hambar.
"Boanpwe tak ingin banyak bertanya," sahutnya.
"Anak baik, kalian orang orang dari keluarga oh memang
semuanya merupakan orang-orang aneh."
sekali lagi oh Put Kui merasa terkejut sesudah mendengar
perkataan itu, pikirnya: "Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, dia seperti
mengenal sekali dengan ayah ibuku......"
Dian ingin bertanya lagi..... tapi diapun tak ingin ketanggor
batunya lagi. Thian-hiang Hui-cu menatap sekejab kearahnya, lalu
sambil tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali,
ujarnya: "Nak. aku tahu persoalan yang tidak kaupahami adalah
mengapa namaku dalam dunia persilatan bisa sebegitu
jeleknya, mengapa siau-hong sekalian budak menjadi pelacur
di sarang pelacuran" Tapi apa yang kau dengar ternyata tidak
sesuai dengan apa yang kau saksikan sekarang, bukankah
demikian ?" Merah padam selembar wajah oh Put Kui karena jengah,
sahutnya agak tergagap: "Boanpwe..... hal ini pasti dikarenakan cianpwe mempunyai
sesuatu rahasia yang tak bisa diutarakan-...."
Mendadak mencorong sinar terang dari balik mata Thian-
hiang Hui-cu, bagaikan seorang malaikat suci, ia menatap
wajah oh Put Kui sambil tertawa hambar dan manggut-
manggut, sahutnya pelan- "Nak, tahukah kau akan asal usulku" Aku adalah seorang
yang berasal dari marga cu......."
-oOdwOooOdwOooOdwOo- Begitu Thian-hiang Hui-cu mengatakan kalau dia she Cu,
oh Put Kui dan pengemis pikun Lok Jin-ki segera saling
berpandangan muka dengan wajah berubah hebat. Dengan
cepat mereka teringat akan kompleks pekuburan raja-raja
"Siau-leng" ini. Bukankah Ming-tay-cu adalah seorang dari
keluarga Cu" Mungkinkah Thian-hiang Hui-cu ada hubungannya dengan
kaisar dari ahala yang lain"
Tampaknya Thian-hiang Hui-cu dapat menebak jalan
pemikiran kedua orang itu, sambil tersenyum dia lantas
berkata: "Nak, apa yang sedang kalian pikirkan" Apakah ada
sangkut pautnya dengan kompleks pekuburan siau Leng ini ?"
"Boanpwe memang sedang menduga demikian, harap
cianpwe bersedia memberi petunjuk." kata oh Put Kui dengan
wajah serius. Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya
pelan: "Nak, sesungguhnya aku tak lain adalah adik kandung dari
Kaisar si-tiong-liat......"
Tercekat oh Put Kui mendengar ucapan itu, buru-buru dia
bertekuk lutut dan segera menyembah keatas tanah.
Pengemis pikun Lok Jin-kipun ikut melompat bangun dan
menyembah keatas sambil berseru keras :
"Lok Jin-ki murid Kay-pang menjumpai tuan putri....."
Tadi Thian-hiang Hui-cu mencegah mereka untuk
melakukan penyembahan, tapi sekarang dia membiarkan
mereka melaksanakan penyembahan tersebut sebanyak tiga
kali, setelah itu sambil mengulapkan tangan kanannya, dia
berseru sambil tertawa rawan:
"Nak, Lok Jin-ki, bangunlah orang yang sudah kehilangan
negeri tak perlu menerima penghormatan besar lagi,
bangunlah sekarang......"
segulung hembusan angin lembut dengan cepat mengangkat kedua orang itu untuk bangun berdiri.
Dengan wajah serius dengan sikap yang sangat
menghormat, oh Put Kui berbisik: "Terima kasih Tuan putri "
sekali lagi Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang,
tukasnya : "Nak. kalian tak usah mempergunakan sebutan
semacam itu " "Sebutan tak boleh ditinggalkan dalam suatu tata
kenegaraan, Tuan putri siau-bin (rakyat kecil) menganggap


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

soal panggilan tak boleh disebut secara sembarangan "
Thian-hiang Hui-cu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya dengan cepat :
"Nak, aku adalah seorang anggota persilatan, bukan
berada dalam suatu istana kenegaraan, mengapa kalian harus
menggunakan sebutan seperti itu" Apalagi kerajaan telah
runtuh, dinastiku telah berakhir. Penggunaan sebutan hanya
akan menimbulkan kesedihan dalam hatiku saja. Nak. kau tak
usah menolak lagi, bila kau tetap berkeras kepala, terpaksa
aku akan memerintahkan untuk mengusir kalian......"
Terpaksa oh Put Kui mengiakan:
"Kalau begitu terpaksa boanpwe harus menurut perintah
daripada membantah terus."
"Bilamana siau-bin telah melakukan kesalahan tadi, harap
kau orang tua sudi memaafkan...." kata pengemis pikun pula
dengan hormat. Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"Tampaknya pengemis pikun sesuai juga dengan namanya,
tentu saja aku tak akan menyalahkan dirimu "
Dalam pada itu, siau Hong telah munculkan diri
menghidangkan tiga cawan air teh.
Sekarang oh Put Kui telah merubah sikapnya setelah
mengetahui siapa gerangan tuan rumah tempat itu, maka
metelah menerima teh wangi, dia lantas berkata kepada nona
siau Hong dengan suara yang lembut dan ramah :
"Merepotkan nona saja "
@oodwoo@ Jilid 9 Nona Siau-hong tertawa manis, ditatapnya sekejap dengan
penuh arti yang dalam, kemudian bisiknya :
"Kongcu, asal kau tidak menaruh kesalah pahaman
terhadap budak sekalian. Budak sudah merasa gembira sekali
" Selesai berkata, dia lantas ngeloyor pergi.
Tergerak hati oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu,
pikirnya : "Nona ini sungguh menarik hati........"
Dalam pada itu, Thian-hiang Hui-cu telah mengalihkan
kembali sorot matanya kewajah kedua orang itu, kemudian
katanya sambil tertawa. "Nak, konon kau telah berkunjung ke Pulau Neraka,
benarkah berita tersebut ?"
Oh Put Kui tidak menyangka kalau secara tiba-tiba dia akan
mengajukan pertanyaan tersebut, buru-buru sahutnya:
"Atas dorongan emosiku sebagai anak muda, boanpwe
memang telah berkunjung kesana."
"Menyerempet bahaya memang merupakan kesukaan anak
muda, hal ini tak bisa dibilang sebagai dorongan emosi. Nak,
apakah kau telah berjumpa dengan ketujuh orang tua yang
menghuni di pulau tersebut ?"
Mendengar pertanyaan itu, oh Put Kui menjadi tertegun.
Bukankah Thian-hiang Hui-cu telah hidup terpencil didasar
tanah dalam kuburan " Mengapa setiap persoalan yang terjadi
dalam dunia persilatan diketahui olehnya "
Tapi ia toh menjawab juga :
"Yaa, sudah bertemu "
Thian-hiang Hui-cu kembali tertawa.
"Apakah kau juga telah menyaksikan kepandaian silat yang
mereka miliki?" " Yaa, sudah kusaksikan, kepandaian mereka memang luar
biasa sekali....." Thian-hiang Hui-cu kembali tertawa.
"Apakah kau juga telah menyaksikan kepandaian silat yang
mereka miliki......"
"Yaa, sudah kusaksikan, kepandaian mereka memang luar
biasa sekali...." Thian-hiang Hui-cu segera tersenyum.
"sepuluh tahun lebih melatih diri secara tekun, tentu saja
kemajuan yang berhasil mereka capai luar biasa sekali."
sesudah berhenti sebentar, tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu
berkata dengan wajah serius :
"Nak, apakah dalam hatimu masih terdapat persoalan yang
mencurigakan dirimu?"
sejak oh Put Kui tahu kalau Thian-hiang Hui-cu adalah tuan
putri dari dinasti Ming yang terakhir, dalam hati kecilnya sudah
tidak mempunyai perasaan curiga lagi.
Ia percaya, setiap perbuatan yang dilakukan perempuan ini
sudah pasti mempunyai maksud yang mendalam. oleh karena
itu, setelah mendengar ucapan tersebut segera sahutnya :
"Boanpwe sama sekali tidak mencurigai apa apa "
"Tidak, kau jangan bohong," seru Thian-hiang Hui-cu
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "janganlah
dikarenakan kau sudah tahu kalau aku adalah tuan putri dari
dinasti Ming, maka kau telah merubah jalan pikiranmu,
sekalipun tidak kau tanyakan, akupun akan memberitahukan
kepadamu......" Terkesiap juga hati oh Put Kui setelah mendengar
pernyataan tersebut. "Locianpwe begitu memandang tinggi diri
boanpwe, hal ini sungguh membuat boanpwe merasa tidak
tenang " "Nak, bukankah kau ingin tahu mengapa keempat orang
dayangku Liu Im, Khi Cui, Wi Hiang dansiau Hong menjadi
perempuan penghibur dirumah pelacuran Yan-hiang-lo ?"
"Boanpwe bodoh dan tak berani menduga secara
sembarangan " "Kota Kim leng merupakan pusat dari tujuh propinsi
diwilayah selatan, banyak pembesar penting dari kerajaan
Ching yang berkumpul ditempat ini, maka aku menyuruh
mereka berusaha menggunakan segala akal dan daya upaya
untuk menarik mereka agar berpihak ke kita......."
"Locianpwe, dengan berbuat demikian, apakah rahasiamu
tak akan menjadi terbongkar" Misalnya pihak lawan pada
dasarnya memang berjiwa budak, apakah hal mana tak akan
merusak rencana besar ?"
Dia tahu, Thian-hiang Hui-cu berusaha untuk menyuap
pembesar kerajaan Ching dengan maksud hendak mengenyahkan penjajah bangsa Boan dari muka bumi serta
membangun kembali kerajaan Ming yang jaya.
Tapi dia menganggap mencari orang lewat ruma pelacuran
bukankah suatu cara yang bisa dipercaya keberhasilannya.
selamanya dia memang memandang rendah soal
perempuan penghibur dan kehidupan malam seperti itu.
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa hambar.
"Nak, keempat orang dayangku ini mempunyai ketajaman
firasat yang melebihi orang lain. Kalau tidak berjumpa dengan
orang-orang yang rasanya bisa dibujuk untuk berpihak kepada
kita, mereka tak pernah akan membuang tenaga dengan
percuma." Diam-diam oh Put Kui manggut- manggut setelah
mendengar perkataan itu, tapi secara tiba tiba ia teringat
kembali akan satu persoalan. Maka katanya kemudian dengan
wajah bersungguh-sungguh:
"Locianpwe, boanpwe ingin memohon maaf kepadamu
tentang satu hal yang maha penting "
Tertegun Thian-hiang Hui-cu menyaksikan keseriusan
orang. "Persoalan apa " seriuskah ?"
"oleh karena boanpwe tak tahu jelas keadaan kau orang
tua yang sebenarnya, maka boanpwe telah banyak
mempercayai berita yang tersiar dalam dunia persilatan dan
benar benar menganggap kau sebagai seorang gembong iblis
dari dunia persilatan......"
"Kau tidak salah nak" tukas Thian-hiang Hui-cu sambil
tertawa, "nama Thian-hiang Hui-cu memang merupakan suata
nama yang penuh dengan dosa, karena nama tersebut selalu
digunakan orang lain untuk melakukan perbUata yang tak
senonoh." "walaupun cianpwe berkata demikian, tapi boanpwe masih
tetap merasa tidak tenang......" oh Put Kui menggeleng.
sepasang alis mata Thian-hiang Hui-cu segera berkenyit,
serunya cepat: "Nak, kau berulang kali mohon ampun,
sesungguhnya kesalahan besar apakah yang telah kau
lakukan ?" "Boanpwe..... boanpwe telah salah mencelakai seorang
dayang locianpwe....."
"OOOo, benarkah itu" Itu mah tidak menjadi soal....."
"Tapi..... tapi...... boanpwe telah membunuhnya "
"Siapa yang telah kau bunuh ?" seru Thian-hiang Hui-cu
agak kaget. "Han Yan " Mendengar nama tersebut, tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu
tertawa tergelak. "Jadi Han Yan mati ditanganmu ?"
"Benar, boanpwe telah salah membunuhnya "
Dengan cepat Thian-hiang Hui-cu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Nak, kau tidak salah membunuh......."
"Kau orang tua tak akan menegur boanpwe ?" seru oh Put
Kui setelah tertegun beberapa saat lamanya.
"Ilmu silat yang dimiliki Han Yan memang sangat lihay,
dalam kami dia sudah terhitung seorang jago lihay kelas
wahid, kecuali kau, rasanya memang tak ada orang yang
sanggup membinasakan dirinya lagi."
" Kepandaian silat yang dimiliki Han Yan memang sangat
lihay," ucap oh Put Kui dengan perasaan ragu, "seandainya
boanpwe tidak mengeluarkan ilmu jari Thian-liong-ci, hampir
saja aku yang kena dipecundangi olehnya, cuma waktu itu
boanpwe tidak tahu kalau dia adalah seorang pembela tanah
air yang berjiwa ksatria, aku telah menghilangkan nyawa
seorang pahlawan perempuan. ....... "
Mendadak Thian-hiang Hui-cu tertawa dingin, tukasnya :
"Nak, dia tidak pantas disebut sebagai seorang pahlawan
perempuan " Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya :
"Nak, apakah kau telah menemukan dia sedang melakukan
suatu perbuatan biadab yang memalukan sebelum turun
tangan melenyapkannya dari muka bumi"
Oh Put Kui mengangguk. "Yaa, boanpwe berhasil memergoki dia sedang berunding
dengan Jian-tok-coa-sin (dewa ular selaksa bisa) It bun seng
untuk mencelakai seorang tokoh persilatan, maka akupun
turun tangan lebih dulu untuk membereskan nyawa mereka "
Thian-hiang Hui-cu merasa terkejut setelah mendengar
perkataan itu, serunya "Benarkah itu " siapa yang hendak
mereka celakai ?" "Locengcu dari perkampungan Ang-yap-san-ceng, Pat-
hong-koay-siu kakek aneh delapan penjuru Liu Thian-cong "
"Ternyata bajingan tersebut adalah bajingan tua itu........"
seru Thian-hiang Hui-cu dengan gemas.
Tiab-tiba ia berhenti sebentar, lalu katanya lagi :
"Nak. kau memang tidak salah membunuh, Han Yan
memang beralasan untuk menerima kematiannya "
"Kau orang tua benar-benar tak akan menyalahkan diriku ?"
"Nak, sekalipun kau tidak membunuhnya, aku juga akan
menghabisi nyawa perempuan itu......."
"ooh....." Tiba-tiba oh Put Kui menjadi paham, kemungkinan besar
Han Yan adalah seorang mata-mata dari kerajaan ching.
Berbeda dengan pengemis pikun, dia merasa tidak habis
mengerti. "Locianpwe konon diantara keempat orang
dayangmu itu Han Yan adalah dayang yang paling kau
percayai, sebab itu pula dayang tersebut paling sukar dihadapi
dalam dunia persilatan, entah mengapa kau selalu
mengatakan bahwa dia memang pantas mati ?"
"Pikun, pikun, kau si pikun cilik ternyata menjadi pikun
kembali....." seru Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.
Pengemis pikun jadi tersipu-sipu. "Boanpwe memang
bodoh......" bisiknya.
Thian-hiang Hui-cu tak dapat menahan gelinya, dia segera
tertawa tergelak, kemudian baru katanya perlahan : "Dia
adalah seorang mata-mata "
"seorang mata-mata " Waaaah....... kalau begitu dia pantas
dibunuh......" "Itulah sebabnya, sekalipun bocah ini tidak membunuhnya,
akupun akan turun tangan membereskan dirinya "
"Waaah, jika locianpwe selalu berkata demikian, boanpwe
jadi merasa malu sendiri....." seru oh Put Kui sambil tertawa.
Thian-hiang Hui-cu ikut tertawa.
"Nak, kau telah membantuku melenyapkan penghianat,
sudah seharusnya aku berterima kasih kepadamu "
"Aaah, boanpwe tak berani menerima rasa terima kasih dari
cianpwe, ucapan terima kasihmu hanya membuat boanpwe
malu......" "Aaaai....., nak. kau tak usah sungkan-sungkan......" Thian-
hiang Hui-cu menghela napas pelan.
setelah berhenti sebentar, tiba-tiba sorot matanya berubah
menjadi amat sedih, lanjutnya :
"Apakah kau ingin mengetahui jejak adik kandungku yang
memalukan itu ?" Tentu saja oh Put Kui ingin mengetahuinya,
tapi dia merasa rikuh untuk bertanya secara langsung, maka
bukan menjawab, dia hanya tertawa jengah. Thian-hiang Hui-
cu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya
kemudian "Selama ini dia selalu mencatut namaku untuk berbuat
segala macam kejahatan dalam dunia persilatan, ada kalanya
aku menjadi marah dan ingin sekali memberi hukuman atau
peringatan kepadanya."
"Yaa, betul, kau orang tua memang harus berbuat
demikian" seru pengemis pikun tanpa sadar.
Tapi Thian-hiang Hui-cu kembali menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya lebih jauh: "Tidak. aku tidak
sanggup untuk turun tangan...."


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah mendongakkan kepalanya, dengan mata berkaca-
kaca dia menghela napas panjang, ujarnya lebih jauh:
"Negara hancur rumah berantakan, sakit hati leluhur belum
lagi terbalas, bagaimana mungkin aku bisa turun tangan
terhadap sanak keluargaku sendiri......" oleh karena itu......
aaai, segala sesuatunya terpaksa membiarkan dia bertindak
sesuka hati, dia bisa seperti sekarang, boleh dibilang akulah
yang paling berdosa...... cuma sayang menyesalpun telah
terlambat......" "Kau orang tua tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri "
ujar oh Put Kui sambil tertawa.
"Aaai....nak. kau mana tahu, coba kalau aku tidak
mewariskan ilmu silat ku secara diam-diam kepadanya, mana
mungkin dia bisa mencelakai umat persilatan dan melakukan
banyak kejahatan kejahatan besar bagi umat manusia.....?"
oh Put Kui segera terbungkam dan tak sanggup berbicara
lagi. Agaknya semua akibat ini bisa terjadi karena gara-gara
perasaan kasih dan sayang yang berlebihan dari Thian-hiang
Hui-cu terhadap adiknya. Thian-hiang Hui-cu memandang sekejap kearah oh Put Kui,
kemudian berkata lagi. "Nak, namaku yang sebenarnya adalah Cu Yu-hong,
sedangkan adikku bernama Cu Yu-hun setelah negaraku
musnah, akupun merubah namaku menjadi Ki Yan-hong,
sedangkan diapun berganti nama menjadi Ki Yan-hun. Akan
tetapi orang persilatan tiada yang tahu kalau Thian-hiang Hui-
cu sebetulnya bukan cuma satu orang......"
setelah tertawa, lanjutnya: "Tentu saja selain gurumu "
"sekarang boanpwe dan Lok-lopun mengetahui akan hal ini
" kata oh Put Kui sambil tertawa.
"Benar, aku merasa persoalan ini memang sudah saatnya
untuk diketahui orang lain aku berharap kau sudi melakukan
suatu pekerjaan bagiku, nak, bersediakah kau ?"
" Harap kau memberikan perintah "
"Nak, bantulah aku untuk membekuk Cu Yu-hun dan
seretlah kemari " oh Put Kui menjadi tertegun setelah mendengar perkataan
itu, lama kemudian baru katanya:
"Bukankah kau orang tua enggan untuk melukai........ Ji-
kuncu ?" Dia tak dapat menyebut nama Cu Yu-hun secara langsung,
maka disebutnya sebagai tuan putri kedua.
Thian-hiang HHul-cu menghela napas panjang.
"Aaaai.... aku hanya tak ingin membekuknya dengan
tanganku sendiri Nak, seandainya kau dapat membekuknya
besok. akupun tak akan mencelakai jiwanya, cuma akupun
melarang dia untuk melakukan kejahatan lagi Toh tindakanmu
merupakan suatu tindakan menguntungkan bagi gurumu"
Nak, masa kau tidak mau?"
oh Put Kui termenung sebentar, kemudian katanya:
"Baik, boanpwe bertekad akan membakti demi cianpwe"
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa.
"Nak, dia tinggal di....."
Belum selesai perkataan itu diutarakan mendadak
terdengar gelak tertawa yang amat nyaring menggelegar
memotong ucapan Thian-hiang Hui-cu yang belum selesai.
Menyusul gelak tertawa tersebut, terdengar seseorang
membentak dengan suara nyaring:
"Hong-nio, jangan berbuat demikian......"
oOdwOo Mendengar seruan tersebut, Thian-hiang Hui-cu agak
tertegun, kemudian sambil tertawa tegurnya:
"sian-heng kah disitu ?"
suara tertawa nyaring segera menggema lagi:
"Tak nyana Hong-nio masih dapat mengenali suaraku,
benar-benar Budha maha pengasih........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan sesosok bayangan
manusia telah meluncur datang. sambil melompat bangun, oh
Put Kui segera menyongsong kedatangan orang itu sembari
berseru : "suhu....." sambil berlutut dia memeluk sepasang kaki orang itu
dengan wajah yang binal. Ketika pengemis pikun berpaling, dia segera saksikan
orang yang baru saja munculkan diri itu adalah seorang
hwesio tua berambut putih, berjubah abu-abu dan berwajah
penuh senyuman. Mungkinkah pendeta ini adalah si pendeta sinting Tay-gi
sangjin " Pengemis pikun benar-benar menjadi pikun, untuk
sesaat dia sampai berdiri termangu-mangu.
Dalam pada itu, sipendeta sinting telah membelai kepala oh
Put Kui seraya berkata: "Ayohlah bangun, jangan seperti bocah umur tiga lagi, nanti
kau bisa ditertawakan orang "
"Tidak" kata oh Put Kui sambil menggelengkan kepalanya
berulang kali, "suhu, teecu tak akan bangun "
"Mengapa" sudah begini besar masih mengambek?"
oh Put Kui segera tertawa.
"Suhu, kau harus mengabulkan sebuah permintaanku dulu
sebelum tecu mau bangun-"
"Soal apa ?" pendeta itu memicingkan matanya.
"Ijinkan aku untuk mengganti panggilanku terhadapmu"
"Kenapa " Apakah kau sudah tak ingin menjadi muridku
lagi ?" seru pendeta sinting sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja" Jawaban tersebut kembali membuat pendeta sinting
menjadi tertegun. "Bocah keparat, sudah merasa sayapnya mulai tumbuh,
kau lantas melupakan asal usulmu" Gurumu sudah dipanggil
pendeta sinting, apakah kau ingin disebut orang sebagai
bocah sinting pula" Hayo cepat bangun."
"Tidak, tidak. Kecuali kalau kau mengabulkan aku
memanggilmu sebagai empek......"
Ketika mendengar ucapan tersebut, sekujur badan pendeta
sinting itu segera bergetar keras, senyuman yang semula
menghiasi wajahnyapun seketika lenyap tak berbekas. Dia
menundukkan kepalanya dan menatap oh Put Kui lekat
lekat..... "Empek....." oh Put Kui segera memanggil dengan mesra.
Tiba-tiba sorot mata pendeta itu memancarkan sinar
kesedihan, tapi hanya sebentar kemudian, senyuman manis
kembali menghiasi ujung bibirnya.
Ditatapnya sekejap wajah Thian-hiang Hui-cu sorot mata
yang ramah dan penuh welas kasih, setelah itu dia bertanya:
"Hong-nio, kau yang memberitahukan hal ini kepadanya ?"
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa.
"Sian-heng aku hanya memberitahukan hal ini saja, yang
lain akupun tidak tahu"
Suatu pemberitahuan yang sangat cantik, Pendeta sinting
segera tertawa, ditepuknya kepala oh Put Kui, lalu bisiknya
lirih: "Bangun, kukabulkan permintaanmu itu "
oh Put Kui segera bersorak gembira dan melompat bangun.
selama ini sorot mata Thian-hiang Hui-cu tak pernah beralih
dari tubuh pendeta sinting.
Begitu oh Put Kui bangkit berdiri, perempuan itu baru
berseru lagi sambil tertawa: "sian-heng, silahkan duduk"
Dia tidak bangkit berdiri, melainkan hanya sedikit
membungkukkan badan, Pendeta itu segera tertawa.
"Lolap sepanjang hari tak pernah meninggalkan kasur
duduk. persiapan dari sicu benar-benar amat sempurna."
Tiab-tiba saja dia merubah panggilannya. Inilah yang
menyebabkan dirinya disebut sinting "
Tak tahan lagi Thian-hiang Hui-cu segera tertawa terbahak-
bahak. "Haaaaahhhh......haaahhhh....haaaahhhh.... Sian-heng....."
"sicu, lolap Tay-gi" kata pendeta sinting dengan sinar mata
berkilat tajam. Thian-hiang Hui-cu segera tertawa rawan,
katanya dengan nada suara rendah :
"Yaa benar, kau adalah Tay-gi..... sayang sekali,
kesintinganmu belum juga berakhir......"
sementara itu Tay-gi sangjin telah duduk diatas kasur yang
semula ditempati oh Put Kui, ketika mendengar perkataan itu
dia segera merangkap tangannya sambil memberi hormat,
kemudian sambil tertawa tergelak ucapnya pelan:
"sicu, ada sebab pasti ada akibat, karena sebab dan akibat
selalu saling berkaitan, bila tiada akibat, bukanlah hal itu ajaib
namanya ?" "Aaai..... saudara sian, aah tidak, sangjin, pandanganmu
benar-benar amat terbuka" bisik Thian-hiang Hui-cu sambil
menghela napas rendah. "Buddha mengajarkan empat kekosongan yang terutama,
mengapa lolap tak bisa berpandangan terbuka?"
"Kalau begitu kuucapkan selamat untuk suheng......"
"Terima kasih sicu......"
selama ini si pengemis pikun berdiri menanti disamping
arena untuk maju memberi hormat, akan tetapi berhubung
sipendeta sinting berbicara terus dengan Thian-hiang Hui-cu,
maka diapun tak berkesempatan untuk ikut menimbrung.
Karenanya begitu mendengar pendeta tersebut mengeluarkan kata yang terakhir, dia tidak menyia-nyiakan
kesempatan tersebut dengan begitu saja, dengan cepat
tubuhnya maju kedepan untuk menyembah. "Boanpwe Lok
Jin-ki dari Kay-pang menjumpai sangjin"
sekalipun lagi berpejam mata, ternyata pendeta itu dapat
melihat semua gerak gerik dari pengemis pikun itu dengan
jelas. Baru saja pengemis pikun menbungkukkan badannya
sambil tertawa terbahak-bahak serunya :
"Tidak berani, tidak berani, sicu tak usah banyak adat....."
Walaupun pendeta itu tidak menggerakkan badannya
ataupun tidak mengebaskan ujung bajunya, akan tetapi
nyatanya sipengemis pikun tak sanggup untuk berlutut lebih
jauh. MEnghadapi keadaan seperti ini, dengan wajah memerah
karena jengah terpaksa pengemis pikun hanya menjura
belaka. saat itulah pendeta sinting baru mengulurkan
tangannya seraya berkata pelan:
"sicu, harap duduk kembali ketempat dudukmu "
"Tidak berani, ada cianpwe berdua disini Lok Jin-ki lebih
baik berdiri saja disini "
Mendengar itu, pendeta sinting segera tertawa terbahak-
bahak. "Haaaaahhhh.....haaaahhhh..haaahhhh.. tidak usah,
tidak usah, silahkan duduk"
Tay-gi sangjin tertawa. " orang sering bilang kalau dalam kaypang terdapat
seorang pengemis yang disebut pengemis pikun, dia kadang
kala pikun kadang kala pintar, ada kalanya sinting ada kalanya
latah, kaukah orangnya?"
Dengan wajah memerah karena jengah, pengemis pikun
menyahut: "Yaa, benar, memang boanpwe...."
"Kau tidak mirip....." ujar Tay-gi sangjin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Menghadapi jawaban tersebut, sipengemis pikun agak
tertegun untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun. sekali lagi pendeta sinting
tertawa tergelak. katanya:
"seorang enghiong yang sejati adalah seorang manusia
yang berwatak sejati, tidak banyak bertingkah, bila kau tak
bisa menunjukkan watak aslinya, buat apa pula hidup sebagai
manusia?" Pengemis pikun menjadi terkesiap. sekarang dia baru
merasa kalau dia sudah kehilangan watak sejatinya.
Bagaimana dia adalah seorang jago lihay yang sudah
termasyur banyak tahun, mendengar perkataan itu dia segera
tertawa terbahak-bahak. "Haaaahhhh..... haaahhhhh.... haaaahhhhh...... teguran locianpwe memang tepat sekali,
boanpwe tahu kesalahan dan pasti akan merubahnya."
"Nah, begitu baru benar....."
Thian-hiang Hui-cu yang menyaksikan kejadian itu menjadi
geli, serunya sambil tertawa:
"Pendeta sinting, pengemis pikun, kalian memang
merupakan pasangan yang paling cocok didunia ini......"
"sicu memang berbicara benar.... itulah yang lolap
harapkan-" Tingkah laku kedua orang itu segera menimbulkan gelak
tertawa oh Put Kui dan Thian-hiang Hui-cu
sekalipun Thian-hiang Hui-cu sudah tua, ternyata wajahnya
masih kelihatan cantik dan daya tariknya masih nampak
besar. Pendeta sinting yang menyaksikan kejadian itu segera
bergidik, serunya sambil tertawa:
"sicu benar benar memiliki ilmu awet muda, meskipun
usiamu sudah seratus tahun namun wajahmu masih nampak
muda, lolap ucapkan selamat untuk itu" Thian-hiang Hui-cu
mendongakkan kepalanya kembali, suatu perasaan girang
yang tak terlukiskan dengan kata segera melintas diatas
wajahnya. "saudara sian...."
"sicu...." pendeta itu segera berkerut kening.
Melihat itu, Thian-hiang Hui-cu segera menghela napas
sedih, tapi hanya sebentar kemudian ia sudah tertawa
kembali, katanya: "Bukankah sangjin berusia lebih tua
daripada diriku " Apakah kau nampak sudah tua ?"
"Yaah, rambutku sudah putih, jenggotku sudah beruban,
lolap berbeda jauh dari sicu."
setelah berhenti sejenak, mendadak katanya dengan wajah
serius: "Sicu, tentang soal adikmu, bagaimana kalau kau suka


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang diatas wajah lolap untuk menyudahi sampai disini
saja ?" Berkilat sepasang mata Thian-hiang Hui-cu.
"Kau....... kau tidak kuatir akan mengganggu ketenanganmu?" "Aaah, tidak Tidak takut, adikmu masih belum memiliki
kemampuan seperti itu."
oh Put Kui yang berada disisinya segera menimbrung:
"Empek. bukankah kau melarikan diri dari gua karena
hendak menghindari dirinya?"
Dengan cepat Tay-gi sangjin menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Anak bodoh, kau anggap aku benar benar
menyembunyikan diri karena dirinya?"
"Lantas surat yang kau tinggalkan itu?"
"Surat itu sengaja kutinggalkan agar dibaca olehnya."
jawab Tay-gi sangjin sambil tertawa.
"Ananda tidak mengerti."
"Tentu saja kau tak akan mengerti, maksudku agar dia
matikan hatinya itu." seraya berkata sorot matanya dialihkan
ke wajah Thian-hiang Hui-cu. Melihat itu, Thian-hiang Hui cu
segera tertawa, tertawanya kelihatan manis sekali.
"Terima kasih banyak.." bisiknya.
Mengapa dia berterima kasih " oh Put Kui masih saja tidak
mengerti. setelah tertawa hambar, kembali Tay-gi sangjin
berkata: "sicu, tak usah berterima kasih..... lolaplah biang keladi dari
dosa ini....." "Aku akan mengikutimu" kata Thian-hiang Hui-cu sambil
tertawa manis. Tay-gi sangjin menghela napas panjang.
"Aaai.... perkataan itu telah mencelakai sepanjang
hidupmu.... Hong..." Mendadak ia menutup mulutnya kembali.
Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"sangjin kelewat kukuh diri sendiri, padahal cinta adalah
sesuatu yang agung....."
"Bukan begitu, apakah sicu lupa kalau lolap sudah menjadi
pendeta, aku sudah melepaskan diri dari segala macam
ikatan." Berbicara sampai disitu, Thian-hiang Hui-cu hanya bisa
manggut-manggut sambil tertawa rawan.
"Yaa benar, tapi aku tetap akan menurutimu " demikian ia
berbisik. Tanpa terasa Tay-gi sangjin menghela napas
panjang. "sicu, lolap tak akan melupakan budimu itu untuk
selamanya....." "Bisa mendengar perkataanmu itu, aku merasa puas
sekali...." Mendadak Tay-gi sangjin tertawa tergelak. serunya:
"Seorang yang berkedudukan terhormat, terseret masuk
didalam dunia persilatan,oohh tuan putri..... kaupun seorang
yang tolol seperti lolap sendiri..."
Diantara gelak tertawanya itu, kelihatan air matanya turut
jatuh bercucuran, sedang Thian-hiang Hui-cu sendiripun telah
bercucuran air mata pula karena sedih.
Menyaksikan keadaan seperti ini, sipengemis pikun hanya
bisa memandang dengan wajah kebingungan.
sedangkan oh Put Kui ikut merasa amat sedih, karena
secara tiba-tiba ia teringat pula akan asal usulnya sendiri
"Empek" akhirnya dia berbisik.
Waktu itu Tay-gi sangjin sedang tertawa tergelak. Ia baru
terperanjat setelah mendengar seruan itu, tanyanya dengan
cepat: "Nak, ada urusan apa?"
"Bagaimana dengan ayahku?"
"Tak usah ditanyakan" Tay-gi sangjin mengelengkan
kepalanya berulang kali. "Tidak. empek aku harus bertanya. Bagaimana pula
dengan ibuku, aku ingin berjumpa dengan mereka"
"Nak. belum sampai waktunya....." kata pendeta itu sambil
tetap menggeleng. "Empek. mengapa kau tidak bersedia memberitahukan hal
itu kepadaku" Apakah ayah adan ibuku telah melakukan suatu
perbuatan jahat yang amat berdosa " Ataukah karena mereka
adalah....." Dia tak jadi melanjutkan kembali kata-katanya, karena
bagaimanapun juga ia merasa sungkan untuk mengeritik
orang tua sendiri Mendadak Tay-gi sangjin berteriak keras:
"Nak, kau tak boleh menduga sembarangan"
"Empek..... kalau kau tidak mengatakan, ananda tentu akan
terus menduga duga." ujar oh Put Kui dengan air mata
bercucuran. Thian-hiang Hui-cu yang menyaksikan hal itu dari samping,
segera menimbrung sambil tertawa:
"Yaaa, aku tahu....." Tay-gi sangjin menghela napas.
"Yaa benar, kau toh tak bisa mencegah bocah itu untuk
tidak menduga duga secara sembarangan "
Tay-gi sangjin menghela napas panjang, kemudian
katanya: "Nak, ayah dan ibumu adalah orang baik semua. Mereka
adalah orang terbaik didunia ini"
"Sungguh ?" senyuman segera menghiasi wajah oh Put
Kui. "Buat apa aku mesti membohongi dirimu ?" sahut Tay-gi
sangjin dengan wajah bersungguh sungguh.
"Tapi dimanakah" Aku hendak pergi menjumpai mereka.....
empek. kau pasti tahu bukan betapa sedihnya keponakan
selama banyak tahun ini........"
" Empek. kalau toh sudah tahu, mengapa kau tidak
bersedia memberitahukan kepada keponakan?"
sekali lagi pendeta itu menghela napas. "Belum
waktunya....." "Empek. sampai kapan hal ini baru bisa kau beritahukan
kepadaku?" seru oh Put Kui dengan gelisah.
"Disaat kau sukses dan berhasil" oh Put Kui menjadi
tertegun- " Kenapa" Apakah takut aku berpikiran cabang?"
"Benar" oOdwOo "Ananda tak mungkin akan berpikiran cabang, apalagi
kalau aku bisa bertemu dengan ayah ibuku, aku dapat
memusatkan segenap perhatianku untuk memperdalam ilmu
silatku agar bisa menggirangkan hati orang tuaku......"
Mendadak Tay-gi sangjin tertawa tergelak.
"Tidak mungkin nak. pikiranku pasti bercabang, karena......"
Agaknya dia merasa kalau telah salah berbicara sehingga
buru-buru dia membungkam kembali.
oh Put Kui tak mau lepas tangan dengan begitu saja, dia
segera mendesak lebih jauh.
"Mengapa begitu empek " Mengapa kau tak mau berbicara
?" Tay-gi sangjin segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Nak. bukannya aku enggan berbicara, tetapi sesungguhnya dibalik kejadian itu masih ada persoalan
lainnya." Tiba-tiba Thian-hiang Hui-cu menimbrung: "sian-heng,
bocah itu pernah berkunjung kepulau neraka "
Mendengar perkataan itu, sekujur badan Tay-gi sangjin
bergetar amat keras. Dengan cepat sorot matanya dialihkan kewajah Thian-
hiang Hui-cu, kemudian serunya:
"Hong-nio, kau bilang apa ?"
"Dia telah berkunjung kepulau neraka dan bertemu dengan
ketujuh orang tua itu"
Dengan kening berkerut Tay-gi sangjin segera berpaling
kembali kewajah oh Put Kui, setelah menatapnya lekat-lekat,
ujarnya lebih jauh: "Nak.jadi kau telah berkunjung kepulau
neraka yang dikenal orang persilatan sebagai pulau yang bisa
dikunjungi tak bisa kembali itu?"
"Ya benar, ananda telah berkunjung kesana."
"Apa saja yang dikatakan ketujuh orang tua itu kepadamu
?" tanya pendeta sinting itu dengan wajah agak tegang.
"Ananda pergi bersama Lok lo dan Nelayan sakti dari
lautan timur Cin Poo-tiong, agaknya ketujuh orang tua itu
sangat suka dengan ku, kami sudah berdiam beberapa hari
dipulau tersebut " Mendengar perkataan itu, paras muka Tay-gi sangjin
berubah menjadi amat berat dan serius.
"Nak. aku ingin bertanya kepadamu, apa saja yang mereka
katakan kepadamu ?" "Mereka mengira aku adalah muridnya Thian- liong susiok.
maka dari itu mereka mengajakku membicarakan banyak
peristiwa yang menyangkut diri Thian- liong susiok dalam
dunia persilatan dimasa lalu..."
"Tidak menyinggung soal aku ?"
"Pernah, tapi ananda berlagak tidak tahu....."
"Bagus sekali," seru Tay-gi sangjin sambil tersenyum,
"apalagi yang mereka bicarakan ?"
"Mereka semua mewariskan semacam kepandaian silatnya
untuk ananda " "Haaaahhhh.... haaaaahhhhh.... haaahhhhh.... bagus sekali," Tay-gi sangjin tertawa terbahak-bahak."hei bocah,
nampaknya rejekimu cukup besar juga...."
"Kesemuanya ini adalah berkat doa restu dari empek."
sahut oh Put Kui tertawa, "seandainya empek tidak
memelihara keponakan hingga dewasa, bagaimana mungkin
aku bisa mempunyai kesempatan untuk merasakan rejeki
besar itu ?" Perasaan Tay-gi sangjin yan semula tegang tampaknya
jauh lebih mengendor lagi sekarang, katanya kemudian sambil
tertawa: "Bagus sekali nak. kaupun mulai sungkan sungkan
terhadap empek......"
Thian-hiang Hui-cu ikut berkata sambil tertawa:
"sebutnya sih sudah sebut, cuma...."
"Nak, apakah kau telah berhasil mempelajari ketujuh
macam ilmu silat tersebut. Apakah kau juga mengetahui
siapakah nama dari ketujuh orang itu....?"
"Aku tidak tahu "
"Waaah, siapa suruh kau bergaul dengan si pengemis
pikun," seru Tay-gi sangjin sambil tertawa, "tak heran kalau
kaupun ketularan penyakit pikunnya....."
oh Put Kui segera tersenyum.
"Bukannya keponakan tak mau bertanya, hanya sungkan
rasanya untuk mengajukan pertanyaan itu....."
"Masa mereka tidak menyebutkan nama mereka sendiri ?"
tanya Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.
Kontan merah padam selembar wajah oh Put Kui.
"Haaaahhhh....haaaahhhh....hhhhaaaah.....
anak muda apakah karena namanya kelewat banyak maka kau lantas
melupakan nama mereka itu..." seru Tay-gi sangjin sambil
tertawa. " Keponakan memang telah melupakan....." setelah
berhenti sejenak, ujarnya lagi:
"Cuma aku masih teringat nama dari dua orang diantara
mereka." "siapakah dua orang ang kau maksudkan?"
"Yang pertama adalah Lei-hun-mo-kiam oh Ceng-thian, dia
merupakan seorang kakek kurus, maka keponakan mempunyai kesan yang dalam terhadapnya. selain itu ilmu
pedang yang dimilikinya juga sangat lihay sekali, sama sekali
tidak kalah dengan empek....."
sewaktu mendengar nama oh Ceng-thian, paras Tay-gi
sangjin kontan berubah hebat.
Thian-hiang Hui-cu juga menunjukkan sikap yang amat
tegang. Tapi selesai mendengar ucapan dari oh Put Kui,
mereka segera tertawa kembali.
"siapa pula yang lain ?" tanya mereka hampir berbareng.
"Yang seorang lagi bernama Ciat-cing suseng Leng To....
aaaah, keponakan teringat cula dengan seorang lagi yang
bernama Toan-kiam-huang-seng Liong Hui-thian...."
"Benar, ketiga nama itu memang benar, tapi masih ada
empat orang lagi....."
"Boanpwe ingat nama mereka....." timbrung pengemis
pikun tiba-tiba sambil tertawa.
Thian-hiang Hui-cu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh....haaaahhh....hahhhh....
nak, kau tak bisa menandingi si pikun cilik "
"Bukan begitu, karena boanpwe pernah mendengar nama
mereka dimasa lalu...." cepat-cepat pengemis
pikun menambahkan sambil tertawa jengah. setelah berhenti
sejenak, terusnya: "Empat orang lainnya adalah It-gi-ki-su Ku Put-beng,jian-gi
siausu, Mi-sim-kui-to dan Tiang-pek-cui-sin "
"Lok tua, hebat benar daya ingatmu " puji oh Put Kui cepat.
Tay-gi sangjin iut tertawa, tanyannya tiba-tiba:


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nak. kepandaian apakah
yang mereka wariskan kepadamu, bagaimana pula dengan hasil latihanmu?"
"Ku tua mewariskan ilmu Hong-hwe kun (pukulan angin
api)nya kepadaku....."
"Waah, itu mah ilmu andalannya," sela Thian-hiang Hui-cu
sambil tertawa, "nak. selama hidup dia memusatkan perhatiannya untuk
melatih ilmu pukulan ciptaannya itu sudah pasti luar biasa
dahsyatnya." "Hong-nio, kalau bukan begitu masa dia dianggap orang
sebagai si manusia gila dari ilmu pukulan ?" sambung Tay-gi
sangjin- "sedangkan oh lojin mewariskan ilmu pedang Lui-im-kiam
pedang irama gunturnya kepadaku," oh Put Kui menambahkan sambil tertawa.
"Ooh, ilmu pedang Lui-im-kiam?" mencorong sinar tajam
dari balik mata Tay-gi sangjin-
"Yaa, ilmu pedang Lui-im-kiam, ketika oh lojin menggunakan ilmu pedang tersebut, suara angin dan
gemuruh yang menyertai ancaman itu amat memekikkan
telinga dan menggidikkan hati....." Tay-gi sangjin segera
menghela napas panjang. "Aaai...Ji..... akhirnya dia berhasil juga....."
"sian-heng, kuucapkan selamat kepadamu " Thian-hiang
Hui-cu menambahkah sambil tertawa.
oh Put Kui tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi
dia dapat merasakan betapa besarnya perhatian empeknya itu
terhadap oh Ceng-thian-....
Maka tanpa berpikir panjang lagi, dia berkata lebih jauh :
"Leng loji mewariskan ilmu seruling Liu-hou-siau kepadaku,
sedangkan Jiang-gi siansu mewariskan ilmu jari Ban-hud-ci"
"Waaah, semuanya merupakan ilmu paling top didunia ini "
Thian-hiang Hui-cu komentar.
"sedangkan Liong lojin mewariskan ilmu pukulan Im-sat-
ciang, Mi-sim-toojin mengajarkan ilmu gerak badan Tay-siu-
heng-poh, sebaliknya To lojin mewariskan ilmu senjata rahasia
terutama menggunakan arak sebagai anak panah "
"Nak. kau benar-benar seorang manusia yang hebat,
hampir semua ilmu silat paling top yang ada didunia ini telah
kau pelajari semua."
"sian heng, belum komplit rasanya...." tiba-tiba Thian-hiang
Hui-cu menyela. Mendengar perkataan itu, Tay-gi sangjin segera berseru
sambil tertawa "Hong-nio, kau..... kaupun hendak membuatnya bertambah komplit....?"
"Mengapa tidak" Kalian orang lain bisa.... Mengapa aku tak
dapat ?" sahut perempuan itu sambil tertawa.
"Aku toh tidak mengatakan kau tak dapat?"
Thian-hiang Hui-cu tertawa.
"Kalau memang begitu kaupun tak usah mewariskan
kepandaian apa-apa kepadanya, aku hanya ingin menghadiahkan semacam barang untuknya." sembari
berbicara dari sakunya dia mengeluarkan sebutir mutiara
sebesar buah kelengkeng yang berwarna warni serta
memancarkan cahaya yang gemerlapan.
Melihat benda itu, dengan heran Tay-gi sangjin segera
berseru: "Hong-nio, kau hendak menghadiahkan mutiara
penghindar hawa sesat untuknya?"
"Tentu saja, barang lain toh tak ada gunanya diberikan
kepadanya ?" sahut perempuan itu tersenyum.
"Aaai.... Hong-nio, kau kelewat baik terhadap bocah ini......"
setelah berhenti sejenak katanya kepada oh Put Kui:
"Nak, selain mutiara itu bisa dipakai untuk menghindari
hawa sesat, juga bisa memunahkan racun, bisa menghindari
air bah dan kebakaran, benda tersebut merupakan salah satu
diantara tujuh benda mustika dari dunia persilatan-"
sementara itu Thian-hiang Hui-cu telah menghadiahkan
mutiara tersebut oh Put Kui sembari berkata :
"Nak, mutiaraku ini akan sangat bermanfaat bagimu
dikemudian hari, ambillah"
sebenarnya oh Put Kui hendak menampik, tapi dia merasa
apa yang dikatakan memang benar, apalagi dalam keadaan
seperti ini. Karena itu dengan sikap hormat dia lantas
menerima pemberian tersebut.
"Terima kasih banyak locianpwe," katanya kemudian.
Perempuan itu kemudian tertawa.
"Tak usah berterima kasih, baik- baiklah mempergunakannya, asal kau bersedia untuk menerimanya,
aku sudah sangat gembira sekali"
Dengan sangat berhati-hati oh Put Kui menyimpan mutiara
mestika itu kedalam saku lalu mengundurkan diri ketempat
semula, setelah itu tanyanya kepada Tay-gi sangjin:
"Empek. aku masih belum menerangkan kepada keponakan akan jejak dari orang tuaku"
"Nak, bagaimana sih kau ini ?" Tay-gi Sangjin berkerut
kening. "seandainya aku bersedia memberitahukan kepadamu, buat apa menunggu sampai kau mengajukan
pertanyaan" " "Empek. bukankah kau sering berkata asalkan ananda mau
menjelajahi dunia, maka tak sulit untuk menemukan mereka?"
"Asal kau bersedia untuk berbuat demikian, hal mana lebih
baik lagi, paling tidak toh akan banyak melatih diri."
oh Put Kui merasa gelisah juga diliputi perasaan kecewa.
Ditatapnya wajah Tay-gi sangjin lekat-lekat, sementara
tubuhnya sama sekali tak berkutik.
Melihat itu, Thian-hiang Hui-cu kembali berkata sambil
tertawa: "sian-heng, ilmu silat yang dimiliki bocah ini sudah
hebat, buat apa kau mesti merasa kuatir lagi" Beritahukan
saja kepadanya, coba kau lihat
tampangnya yang mengenaskan........"
Mendengar perkataan itu, Tay-gi sangjin menjadi termangu-
mangu, lama kemudian akhirnya dia baru menghela napas
seraya berkata: "Hong-nio, kau benar-benar berbaik hati."
"Sian-heng, beritahukanlah kepada bocah itu. orang bilang
dendam kesumat orang tua lebih dalam dari samudra, apakah
kau suruh bocah itu hidup selama dua puluh tahun lebih
dengan sia-sia belaka tanpa mengetahui siapa pembunuh
ibunya?" Bagitu mendengar perkataan tersebut, oh Put Kui menjadi
terkesiap sehingga peluh dingin jatuh bercucuran. "Ibu.....ibuku telah ter..... terbunuh......?" serunya dengan
suara gemetar. Tay-gi sangjin menghela napas dengan suara dalam.
"Aaaai.... benar nak, ibumu memang telah dibunuh orang "
sepasang mata oh Put Kui segera memancarkan cahaya
berapi api yang penuh dengan hawa pembunuhan.
"Siapa" siapakah yang telah membunuh ibuku ?" teriaknya
keras-keras. Dengan cepat Tay-gi sangjin menggelengkan
kepalanya berulang kali. "siapa yang tahu?"
Jawaban itu kontan saja membuat oh Put Kui menjadi
tertegun, serunya kemudian:
" Empek, masa kau orang tuapun tidak tahu ?" Tay-gi
sangjin menghela napas panjang.
"Aaaai, andaikata empek tahu, apakah aku tak membalaskan dendam bagi ibumu sejak dulu-dulu?"
" Lantas ayahku sendiri?" teriak oh Put Kui.
"Dia sendiripun tidak tahu."
"Empek, saat ini ayahku berada dimana?" kembali pemuda
itu bertanya dengan sedih.
"Di pulau neraka"
"Apa" Di Pulau neraka " siapakah dia empek" Apakah oh
lojin?" "Yaa benar, oh Ceng-thian adalah ayahmu....."
Tiba-tiba saja oh Put Kui menangis tersedu-sedu, ia benar-
benar merasa sedih. Dia teringat dengan janjinya kepada oh Lojin, berjanji akan
mencarikan putranya dan diapun telah menyanggupi. siapa
tahu dialah putra yang ditunggu-tunggu, bahkan setelah ayah
dan anak saling bersuapun mereka tidak saling mengenal. Ia
teringat kembali dengan gardu menanti putra. Diapun teringat
dengan tebing penantian putra. Terutama sekali wajah ayah
yang penuh pengharapan, kurus, sayu dan menyedihkan hati.
Dapatkah ia tak sedih" Dapatkah dia tak usah menangis"
Tiba-tiba terdengar Thian-hiang Hui-cu berbisik dengan
lirih: "Nak, buat apa kau menangis " Kau sudah seharusnya
merasa gembira." "Ya benar nak, kau harus gembira. Karena kau telah
berjumpa dengan ayahmu."
Tay-gi sangjin menambahkan.
oh Put Kui segera menyeka air matanya lalu berkata:
"Empek. diatas pulau neraka ayah telah mendirikan sebuah
gardu penantian, dia menantikan kedatanganku, tapi aku.....
ternyata aku tidak mengetahuinya....."
"Jite juga kelewat batas" Tay-gi sangjin menggeleng, "nak.
satu-satunya yang terpenting bagimu sekarang adalah latihlah
ilmu silatmu dengan sebaik-baiknya, karena musuh besar
ibumu hingga kini masih belum diketahui siapa orangnya....."
Dengan air mata bercucuran oh Put Kui mengangguk.
Thian-hiang Hui-cu ikut berkata pula sambil tertawa:
"Nak. aku masih ada satu permintaan yang ingin kuajukan
kepadamu, harap kau sudi mengabulkannya "
" Katakanlah locianpwe"
Dengan wajah bersungguh-sungguh Thian-hiang Hui-cu
ikut berkata: "Sebelum hari Tiong- yang depan, lebih baik kau jangan
pergi kepulau neraka lagi, karena ilmu silat yang dimiliki
ayahmu bertujuh tinggal selangkah lagi mencapai tingkat
kesempurnaan, bila kau kesana, itu berarti janji mereka telah
berakhir dan mereka pasti akan balik kembali kedaratan
Tionggoan.. nak. kau harus mengabulkan permintaan yang
kuajukan ini " Walaupun dalam hati kecilnya oh Put Kui merasa berat
untuk mengabulkan permintaan itu namun dia juga tahu kalau
Thian-hiang Hui-cu bisa berkata demikian, hal ini pasti
disebabkan oleh hal-hal tertentu, karena jika tidak mempunyai
maksud yang mendalam tak mungkin perempuan itu berkata
demikian akhirnya diapun mengangguk.
-oOdwOooOdwOooOdwOooOdwOooOdwOoo-
salju turun dengan derasnya diwilayah Hoo-say, ditengah
udara yang dingin dan menusuk tulang, tampak dua ekor kuda
berlarian kencang memasuki pintu kota.
Dua orang penunggangnya meski harus menempuh
perjalanan ditengah badai salju, namun wajahnya kelihatan
masih segar bugar. setelah masuk kedalam kota, mereka berdua melarikan
kudanya menuju kerumah makan Tay-pek-ki yang paling
termashur disitu. Waktu itu tengah hari telah menjelang.
Dan saat saat seperti ini merupakan saat ramainya orang
bersantap dan minum arak.
Kedua orang itu melompat turun dari kudanya didepan
pintu rumah makan, salah seorang diantaranya segera
membisikkan sesuatu kepada pelayan, kemudian naik keatas
loteng tingkat kedua. setelah memilih sebuah sudut ruangan yang tidak gampang
diperhatikan orang, setelah melepaskan mantel mereka dan
penutup kepalanya, maka tampaklah raut wajah mereka yang
sebenarnya. Ternyata mereka adalah Long-cu-koay-hiap (pendekar


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aneh sipengembara) oh Put Kui serta sipengemis pikun Lok
Jin-ki. Mereka telah meninggalkan kota Kim-leng dan menempuh
perjalanan sejauh beberapa ribu li sebelum tiba disana.
sikap oh Put Kui masih tetap santai dan tenang.
sekalipun dia sudah mengetahui asal usulnya, tahu kalau
ayahnya bernama Lie-hun-mo-kiam oh Ceng-thian, tahu kalau
ibunya bernama Pek ih-hong-hud (kebutan merah berbaju
putih) Lan Hong. Diapun tahu kalau ibunya telah dibunuh oleh seorang
musuh tangguh. Tapi, dia masih tetap akan bersikap acuh tak acuh, seakan-
akan tiada persoalan yang membuatnya pusing.
sipengemis pikun malah nampak lebih segar dan
bersemangat, mungkin hal ini dikarenakan dia telah berganti
dengan pakaian baru. Waktu itu mereka sedang minum arak sambil berbincang-
bincang dengan suara lirih.
@oodwoo@ Jilid 10 Kalau dilihat dari sikap mereka, seakan-akan ada
seseorang yang sedang dinantikan kedatangannya .
Dalam kenyataan mereka memang sedang menunggu
orang disitu. Seperminum teh kemudian, dari bawah loteng muncul
seorang petani tua yang berusia lima puluh tahunan.
Setelah celingukan sebentar, akhirnya sambil tertawa dia
berjalan menghampiri oh Put Kui.
"Oh Kongcu, kau sudah datang lebih duluan?" sapanya. oh
Put Kui tertawa. "Merepotkan saudara Kou saja, silahkan duduk!"
Petani tua itu tertawa, dia segera menjura pada pengemis
pikun seraya berkata: "Tecu memberi hormat buat tianglo"
"Tak usah banyak adat, silahkan duduk."
setelah petani tua itu duduk. oh Put Kui baru berbicara lagi
sambil tertawa: "Bagaimana" Tentunya perjalanan Kou loko
kali ini tidak sia-sia belaka bukan?"
"Untung lohu tak sampai menyalahi perintah....."
Belum habis dia berkata, Pengemis pikun telah menimbrung lebih dulu sambil tertawa "Kou cun-jiu, keparat
Cilik Kau berani menyebut saudara terhadap saudaranya
tianglomu?" Rupanya petani tua yang nampaknya sederhana itu tak lain
adalah Tongcu propinsi shia-kam dari perguruan Kay-pang
yang disebut orang sebagai si petani tua dari Hoo-say, Kou
Cun-jiu. sekilas pandangan Kou Cun-jiu nampaknya sudah berusia
lima puluh tahunan, padahal kalau dibandingkan dengan si
pengemis pikun, dia masih muda dua puluh tahun lebih, dalam
kedudukan diperkumpulanpun kedudukannya jauh dibawah
kedudukan si pengemis pikun. Maka begitu ditegur si
pengemis pikun, dia benar benar merasa terkejut sekali. "Tecu
tidak berani......" buru-buru serunya.
Kemudian dengan wajah memerah katanya lebih jauh:
"Kongcu, maafkan keteledoran aku si tua tadi, harap jangan
menjadi gusar." oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali,
serunya sambil tertawa: "Kou loko, kau tak usah mendengarkan perkataannya, kita
toh berhubungan secara terpisah, terserah saja pada
kehendakmu sendiri" "siau-loji tidak berani," kata petani tua dari Hoo-say itu
sambil tertawa, "Kongcu...."
"Hei bocah muda, tak usah berputar kayuh lagi, berbicara
saja hal-hal yang penting," timbrung pengemis pikun lagi.
"Baik, tecu turut perintah."
"Nah saudara Kou, apakah Lam kiong Ceng berada
dirumah?" Petani tua dari Hoo say mengangguk.
"Ada, perkampungan siu ning-cengnya ramai sekali
beberapa hari belakangan ini."
"Ooh, apakah ada suatu peristiwa besar?"
"Yaaa benar, dia sedang menarik menantu"
"siapa" Lam kiong Ceng mencarikan bini buat putranya?"
"Bukan, Lam kiong Ceng mencari bini buat dirinya sendiri"
"Oooh..... rupanya Lam kiong Ceng belum kawin....." seru
pengemis pikun sambil tertawa.
satu ingatan segera melintas dalam benak oh Put Kui,
katanya sambil tertawa: "saudara Kou, siapakah pihak
perempuannya?" "Pihak perempuannya mempunyai nama besar yang jauh
lebih termashur daripada Lam kiong Ceng sendiri"
"Ooooh tampaknya Lam kiong Ceng berhasil mendapatkan
mertua yang hebat?" kata pengemis pikun tertegun.
"Perkataan tianglo memang benar, sebab yang dikawini
Lam kiong Ceng adalah putri sulung dari Jiang-li-hu-siu ,
kakek seribu li menyendiri Leng siau-thian, pocu dari benteng
nomor wahid dalam dunia persilatan"
"ooh, kau maksudkan Hian-peng-kui-li (perempuan setan
dari tanah dingin)...."
"Benar, memang dia."
"Bagus sekali, bila Lam kiong Ceng bisa mempersunting
perempuan semacam ini, maka keadaanya ibarat harimau
yang tumbuh sayap" "Lok tua," kata oh Put Kui sambil tertawa, "tampaknya
keramaian ini tak boleh kita lewatkan dengan begitu saja,
siapa tahu dalam pesta perkawinan Lam kiong Ceng kita bisa
menemukan sesuatu yang menguntungkan?"
"Betul, betul, aku si pengemis memang berpendapat
demikian." setelah meneguk araknya, oh Put Kui segera bertanya lagi:
"saudara Kou, kapan sih perkawinan itu diselenggarakan?"
"Bulan dua belas, tanggal sepuluh."
"Hari ini tanggal delapan, berarti tinggal dua hari lagi," seru
oh Put Kui tertawa. "saudara, kesulitannya telah datang " seru pengemis pikun
dengan kening berkerut. "Kesulitan apa Lok tua?"
"Kadonya Kalau tinggal dua hari, kita mesti kemana untuk
menyiapkan kadonya?"
"soal itu mah gampang, Lok tua, kita beli saja dikota nanti"
Tapi dengan cepat pengemis pikun menggelengkan
kepalanya berulang kali. "saudara, kau anggap si Lam kiong Ceng itu manusia apa "
Kalau kita membeli kado secara sembarangan, niscaya dia
akan menuduh kita sebagai orang pelit....." setelah berhenti
sejenak. dia segera tertawa tergelak. katanya lebih jauh:
"saudaraku,jangan kau lihat aku si pengemis berasal dari
perkumpulan kaum pengemis, kalau soal kado atau tanda
mata, aku tak pernah memberi yang jelek sehingga
ditertawakan orang...."
"Benar, perkataan Lok tua memang benar......"
Kou Cun-jiu ikut menimbrung:
"Kongcu, untuk memberi kado, tampaknya sudah tak
sempat lagi...." "Maksudmu?" pengemis pikun melototkan sepasang
matanya bulat-bulat. Kou Cun-jiu segera tertawa.
"Lam kiong Ceng adalah congpiau pocu dari orang orang
Liok lim utara sungai besar, kalau cuma soal kado biasa, tak
mungkin dia akan memandang sebelah matapun..."
"Hei, kalau mau berbicara, katakan saja terus terang jangan
berputar kayu tiada hentinya...." tegur pengemis pikun sambil
berkerut kening. Kou Cun-jiu agak terkejut lalu mengiakan
berulang kali: "Menurut pendapat tecu, asal oh Kongcu menulis sendiri
beberapa patah kata ucapan selamat dan mencantumkan
nama besarmu, aku rasa dengan nama besar dari oh Kongcu
Istana Yang Suram 9 Perguruan Sejati Karya Khu Lung Pendekar Super Sakti 6
^