Pencarian

Misteri Pulau Neraka 7

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bagian 7


berdiri. Sambil tertawa kembali Oh Put-kui berkata :
"Jika sudah genap seratus gebrakan dan menang kalah
masih belum diketahui, harap saudara Kit sudi memberi tanda
agar jangan smapai menyalahi peraturan!"
"Siaute mengerti!"
Sambil tertawa Oh Put-kui manggut-manggut, sorot
matanya segera dialihkan kembali ketubuh kedua orang itu,
mendadak bentaknya dengan suara parau :
"Mulai !" Begitu bentakan diutarakan, dua sosok bayangan manusia
secepat sambaran kilat menerjang masuk ke tengah arena.
"Bilaaammmm....!"
Begitu maju bertarung, pada jurus yang pertama mereka
sudah saling beradu kekerasan satu kali.
Begitu telapak tangan masing masing saling beradu, kedua
orang itu segera saling berpisah.
Tapi begitu mundur mereka maju kembali untuk saling
beradu kekuatan lebih jauh.
Secara beruntun terjadi tujuh kali benturan nyaring yang
menggelepar diseluruh angkasa, sedemikian hebatnya
benturan tersebut membuat seluruh ruangan ikut bergoncang
keras. Tampaknya kedua belah pihak sama sama enggan
mengalah, kendatipun dalam peraturan ditentukan mereka
hanya boleh saling menowel saja, namun apa bedanya
pertarungan yang sedang berlangsung sekarang dengan
suatu peraturan adu jiwa "
Im Tiong-hok dan Lamkiong Ceng saling bertarung sepuluh
gebrakan lebih, akan tetapi menang kalah masih belum bisa
diketahui. Siapa pun tidak menyangka bahwasanya Im Tiong-hok
yang nampak halus lembut ternyata memiliki tenaga dalam
yang begitu sempurna. Sebaliknya Lamkiong Ceng yang sebetulnya termashur
karena kekuatan pukulannya kali ini tidak berhasil memperlihatkan keunggulan apa apa kendatipun pertarungan
adu kekuatan telah berlangsung belasan gebrakan lebih.
Tak heran kalau Lamkiong Ceng menjadi bersedih hati oleh
kenyataan tersebut. Tampak ia menggertak giginya kencang-kencang sementara dari balik matanya mencorong sinar tajam yang
menggidikkan hati. Ditengah suara pekikan nyaring yang menggetar sukma,
mendadak tubuhnya melejit setinggi tiga kali setengah udara.
Rupanya dia telah mengeluarkan ilmu andalan dari si kakek
pemutus usus pelenyap hati Hui Lok ...
"Aaah, delapan belas pukulan naga terbang!" kedengaran
ada orang menjerit kaget.
Memang tak salah lagi, Lamkiong Ceng memang telah
mengeluarkan ilmu delapan belas pukulan naga terbang yang
maha dahsyat itu. Begitu tubuhnya melejit ketengah udara, sebuah pukulan
segera dilancarkan dengan jurus Cian-liong gi-si (naga sakti
mencukur jenggot) Begitu angin pukulan dilancarkan, tiga kaki disekitar Im-
Tiong-hok berdiri segra diliputi oleh hawa serangan yang
menggidikkan hati, Terkesiap hati Im-Tiong-hok sesudah menyaksikan kejadian itu, dia tidak menyangka kalau delapan belas pukulan
naga terbang ternyata memiliki kedahsyatan yang begitu
mengerikan. Akan tetapi dia adalah seorang ahli yang berpengalaman
karenanya meski dibikin terkejut, hatinya tak sampai gugup
menghadapi ancaman yang tiba.
Dengan cepat Im-Tiong-hok merendahkan tubuhnya ke
bawah, telapak tangan kanannya dibalik dari bawah menuu
keatas dan menyongsong datangnya angin pukulan dari
Lamkiong Ceng, segulung angin serangan segera meluncur
keluar. Berbareng itu juga, tangan kirinya diputar dari luar menuju
kedalam, kemudian melepaskan sebuah sentilan jari.
Tenaga pukulan Lamkiong Ceng yang berat seperti tindihan
bukit Thay-san itu serta merta kena terbendung sehingga
tenaga serangan itu miring kesamping.
"Blaaammmm ........!" suara benturan keras yang memekikkan telinga segera bergema diangkasa.
Sebuah lubang sebesar satu kaki segera muncul diatas
permukaan lantai yang terdiri dari batu hijau keras itu.
Dari sini bisa diketahui kalau tenaga pukulan dari Lamkiong
Ceng tersebut cukup ganas dan mengerikan.
Kawanan jago yang berada di luar ruangan sama-sama
menjulurkan lidahnya setelah menyaksikan kejadian ini.
Siapa pun mengetahuinya bahwa batok kepala manusia
tidak lebih keras dari pada lantai ubin hijau tersebut, kalau
batu yang begitu kers saja kena dihajar berlubang. Apalagi
batok kepala manusia."
Begitu serangan Lamkiong Ceng dilancarkan, tubuhnya
meminjam daya pental tenaga pukulan sendiri melompat
mundur sejauh lima depa dari posisi semula.
Im Tiong hok tidak manfaatkan kesempatan tersebut untuk
melakukan pengerjaran. Sesungguhnya dia bisa saja menggunakan peluang itu
untuk maju mendesak sambil melancarkan serangan balasan,
setelah ia berhasil memukul mundur ancaman dari Lemkiong
Ceng dengan mengandalkan ilmu pukulan Kan-lei-ciang
ajaran Thian-hiun cinjin dan Ciang-mo-ci ajaran It-im taysu tiga
orang gurunya. Namun diapun lantas menduga bahwa Lamkoong Ceng
pasti telah mempersiapkan seangan berikutnya dengan
melancarkan delapan belas pukulan naga terbangnya lagi,
padahal untuk bergerak ditengah udara, pihak lawan jauh
lebih cepat dan cekatan daripada diri sendiri.
Sandainya dia melakukan pengerjaran tersebut, hal ini
sama artinya dengan ia memperlihatkan kelemahan pada
pertahanan sendiri, bisa jadi ia sendiri yang justru akan kena
dipecundangi. Itulah sebabnya dia mengambil keputusan untuk tetap
berdiri tenang ditempat semula tanpa bergerak.
Gagal dengan serangannya tadi, Lamkiong Ceng segera
menerjang maju lagi sambil melancarkan serangan.
Im-Tiong-hok tertawa terbahak-bahak, dia mengayunkan
telapak tangannya pula menyongsong datangny ancaman
tersebut. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat kembali
dalam suatu pertempuran yang benar-benar amat seru.
Kit Hu-seng yang bertugas menghitung jurus serangan,
berdiri disisi arena dengan sepasang mata melotot besar.
"Lima puluh dua... lima puluh enam...... empat puluh...."
Dengan suara keras dia menghitung terus tiada hentinya.
Oh Put Kui sendiripun mengikuti jalannya pertarungan yang
sedang berlangsung diarena dengan penuh perhatian.
Bukan saja dia mengawasi menang kalah kedua orang itu
dengan seksama, lebih lagi dia perhatikan jurus serangan
yang digunakan kedua orang itu, terlebih-lebih ilmu pukulan
delapan pukulan delapan belas pukulan naga terbang milik
Lamkiong Ceng. 000d0w000 Setelah diperhatikan sekian lama dia segera menerumakan
bahwa ilmu pukulan tersebut memang lihay, apalagi jika bisa
memperoleh perubahan-perubhan disana siui, pada hakekatnya merupakan ilmu pukulan yang ganas, dasyat,
tepat daha mematikan. Sekilas pandangan, Lamkiong Ceng yang bertarung
dengan menganlkan ilmu pukulan tersebut memang lihay,
apalagi jika bisa memperoleh perubahan-perubahan disana
sini, pada hakekatnya merupakan ilmu pukulan yang ganas,
dashyat, tepat dah mematikan.
Sekilas pandangan, Lamkiong Ceng yang bertarung
dengan mengandalkan ilmu depan belas pukulan naga
terbang seperti berhasil merebut posisi yang menguntungkan,
seluruh angkasa seakan-akan sudah dipenuhi oleh bayangan
tubuh Lamkiong Ceng saja.
Bahkan suasana diluar ruangan sudah berubah menjadi
gadung sekali karena dipenuhi suara tepuk tangan dan sorak
sorai dari para jago. Akan tetapi Oh Put Kui mengerti dengan pasti, taktik
pertarungan yang dipakai Im Tiong-hok adalah taktik
"menaklukkan gerak dengan ketenangan:, suatu taktik ilmu
silat tingkat tinggi. Percuma saja Lamkiong Ceng menyerang dengan sepenuh
tenaga dengan percuma, Sebaliknya Im Tiong-hok justru berada dalam posisi yang
lebih menguntungkan, sebab lebih sedikit tenaga yang
dipergunakan oleh. Setelah perminum the kemudian ...
"Delapan puluh sembilan....sembilan puluh tiga... sembilan
puluh lima..." Sekarang sudah tinggal lima jurus saja !
Akan tetapi menang kalah antara kedua orang itu masih
belum bisa ditentukan, Dengan perasaan tercengang Oh Put Kui segera berkerut
kening. Sudah jelas Im Tiong-hok mempunyai kesempatan untuk
meraih kemenangan, tapi mengapa ia tidak memanfaatkan
kesempatan yang sangat baik itu dengan begitu saja "
"Sembilan puluh sembilan!" Kit Hui-seng berteriak nyaring,
"sekarang tinggal jurus yang terakhir..."
Disaat Kit Hui-seng meneriakkan angka ke "sembilan puluh
sembilan" itulah tubuh dua orang yang sedang bertempur itu
menadak saling berpiah satu sama lainnya.
Bukan hanya berpisah saja bahkan masing-masing pihak
berdiri dak berkutik. Menyaksikan kejadian itu, Oh Put Kui segera tertawa, ia
segera mengerti apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi.
Dia tahu, kedua orang sama sama ingin mencari cara yang
paling baik untuk meraih kemenangan pada jurus serangan
yang terakhir ini, mencari akan bagaimana caranya untuk
mengalakan pihak lawan dalam satu gebrakan saja.
Para muka Lamkiong Ceng berubah menjadi seius sekali,
dadanya nampak naik turun tak menentu, napasnya
tersengkal sengkal. Sebaliknya Im Tiong-hok berdiri tenang seperti patung arca,
sorot matanya yang tajam sedang mengawasi tiada hentinya
wajah Lamkiong Ceng. Akhirnya Im Tiong-hok tertawa terbahak bahak.
"Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh...., saudara Lamkiong,
jurus serangan yang terakhir ini tak usah dilanjutkan lagi!"
Ucapan tersebut kontan saja membuat Lamkiong Ceng
menjadi tertegun dan tidak habis mengerti.
Demikian juga dengan kawasan jago yang hadir baik di
dalam ruangan maupun diluar ruangan.
Bahkan Oh Put Kui yang bertindak sebagai juri pun turut
tercengah dibuatnya. Setelah tertegun sesaat, Lamkiong Ceng segera membentuk dengan nyaring:
"Menang kalah akan segera ditentukan dalam jurus
serangan serangan yang terakhir ini, apakah saudara Im
merasa takut untuk melanjutkan pertarungan ini......"
"Saudara Lamkiong." Kata Im Tiong-hok sambil tertawa,
"dalam sembilan puluh sembilan jurus yang telah lewat,
kitahannya berrung seimbang, dari mana kau bisa tahu kalau
dalam gebrakan yang terakhir ini meng kalah dapat ditentukan
" Oleh karena itu, siaute rasa ta usah dilanjutkan lagi
pertarungan ini !" "tidak bisa !" Pertarungan ini hasur dilanjutkan sampai
selesai," Teriak Lamkiong Ceng dengan kening berkerut.
"Saudara Lamkiong, kau betul betul seorang yang amat
keras kepala ....!" "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... kalau sudah ada
permulaannya mana boleh tiada akhirnya "Saudara Im, kau
harus berhati hati .....,"
Sambil berkata, pelan pelan dia bergerak maju kemuka.
Im Tiong-hok segera menghela napas panjang, bisiknya
lirih : "Saudara Lamkiong, tampaknya sebelum melihat peti, kau
tak akan mengucurkan air mata ......"
Lamkiong Ceng sama sekali tidak berbicara apa, apa, dia
tetap maju kedepan selangkah demi selangkah.
"Baiklah," ucap Im Tiong-hok kemudian sambil tertawa
hambar, "siaute akan memenuhi harapanmu itu...."
Selesai berkata, mendadak dia melompat, maju kemuka
sambil melancarkan. Telapak tangan kanannya diayunkan kemuka menghantam
tubu Lamkiong ceng. Menyaksikan tibanya serangan nama, Lamkiong Ceng
berpekik nyaring lalu melejit, kembali ke tengah udara.


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang telapak tangannya segera diayunkan kewabah
menghajar sepasang bahu Im Tiong-hok......"
Melihat jalan darah Cian-keng-hiat dada seasang bahunya
terancam. Im Tiong-hok tertawa berbahak-bahak, dia
menerobs Lamkiong Ceng dari tenaga udara itu, lalu
melayang turun delapan depa dari posisi semula.
Seandainya dia melancarkan serangan balasan pad asaat
itu, niscaya Lamkiong Ceng tak akan lolos dari ancaman
bahasa maut tersebut. Namun ia tidak berbuat demikian, sebab seratus jurus yang
diinjak telah penuh. Demikian juga halnya dengan Lamkiong Ceng, tatkala
engkeramanna mengenai sasaran yang kosong, seratus jurus
sudah tercapai. "Seratus jurus!" Kit Hu-seng segera berteriak keras.
Lamkiong Ceng segera melayang turun ke tanah, kemudian
sambil menggelengkan kepalanya dia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... saudara Im, kita
benar benar seimbang dan sukar di tentukan siapa yang lebih
unggul diantara kita ...."
Namun belum selesai perkataan itu dilanjutkan, mendadak
ia menjadi tergegun dan segera membungkam.
Sebab dia menyaksikan uung baju sebelah kirinya telah
bertambah dengan seuah lubang kecil.
Hal ini menunjukkan kalau dia sudah menderita kekalahan
yang mengenaskan dalam pertarungan beruaha, coba kalau
pihak lawan tidak bermaksud melukai orang, niscaya dia
sudah ...... Tapi Im Tiong-hok segera menyambung kembali perkataan
itu : Ilmu silat saudara Lamkiong memang sangat hebat, siaute
bisa tidak menderita kekalahan, al ini benar-benar merupakan
suatu keberuntungan besar ........"
Sesudah berhenti sejenak, mendadak dia menghampiri Oh
Put Kui sambil tertawa tergelak, katanya :
"Terima kasih atas bantuan saudara Oh!"
Dalam ada itu, Oh Put Kui telah menyaksikan juga sebuah
lubang kecil yang muncul diujung baju Lamkiong Ceng.
Maka setelah menatap sekejap wajah Im Tiong-hok, dia
dalam pertaruhan ini....."
Belum lagi ucapan "kau yang menang" sempat diutarakan.
Im Tiong-hok telah menukas sambil tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh....haaaahhh....
haaaahhh..... saudara Oh, pertaruhan ini memang meruakan pertaruhan terbesar yang
pernah siaute lakukan selama hidupku, untuk saja keadaan
selambang dan tiada yang menang tiada yang kalah, benar-
benar suatu kejadian yang amat mujur sekali !"
Oh Put Kui dapat menangkap kerdipan mata Im Tiong-hok
kepadanya, maka dia segera tahu kalau orang itu ada maksud
untuk menjaga nama baik Lamkiong Ceng.
Pengantin lelaki menderita kalah total pada upacara
perkawintannya, kalau hal ini sampai terjadi maka peristiwa
tersebut benar-benar merupakan satu kejadian yang sangat
tragis. "Benar, dalam pertaruhan ini kedua belah pihak memang
tiada yang menang dan tiada yang kalah!" serunya kemudian
cepat. Begitu selesai berkata, dia lants membalikkan badan dan
berjalan kembali ke tempat duduknya.
Tapi, saat itulah Lamkiong Ceng telah berteriak lagi dengan
suara lantang: "Saudara Oh, kau jangan pergi dulu !"
Sementara itu Oh Put-kui telah kembali ke tempat
duduknya semula, mendengar perkataan itu terpaksa dia
bangkit berdiri dan berkata sambil tertawa :
"Saudara Lamkiong, kepandaianmu seimbang dengan
kepandaian saudara Im, menang kalah sukar ditentukan, aku
lihat soal pertaruhanpun menjadi dibatalkan ! sedangkan
mengenai nyawa dari keenam orang cay-cu, menurut
pendapat siaute lebih baik diselidiki dulu sampai jelas
selewatnya hari perkawinan kalian, jika terbukti seperti apa
yang saudara Im dikatakan tadi dan keenam keenam orang itu
terbukti banyak melakukan kejahatan, sudah sepantasnya
saudara mengucapkan banyak terima kasih kepada saudara
Im ........." Setelah berhenti sebentar, kembali dia menghela napas
panjang dan melanjutkan: Selesai menjura, dia perpaling pula ke arah Im Tiong-hok
sambil melanjutkan : "Saudara Im, beberapa hari lagi pasti siaute akan mengutus
orang buat menyelidiki tindak tanduk ke enam orang anak
buahku itu, bila mereka benar-benar telah melakukan
perbuatan yang jahat, siaute pasti akan berterima kasih sekali
kepada saudara Im..."
Sesudah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan :
"Cuma, seandainya apa yang saudara Im ucapkan tidak
benar, sambil waktunya siaute pasti akan menuntut keadilan
kepada saudara Im atas nasib keenam orang anak buahku itu
!" Im Tiong-hok segera tertawa berbahak-bahak.
"Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... saudara Lamkiong,
setiap saat siaute akan menantikan pembalasan dari saudara
.... Cuma sebelumnya siaute ingin berbicara, dulu, seandainya
dikemudian hari kau berhasil menelidiki dosa dan kesalahan
yang pernah di lakukan ke enam orang anak buahmu, maka
kau tak boleh memutar balikkan duduknya persoalan sehingga
demi jaga nama baik sendiri, kau lantas menuntut balas
kepada siaute!" Ketika itu Lamkiong Ceng sudah merasa amat menyesal
disamping rasa kagum yang luar biasa terhaap Im Tiong-hok,
soal mencari balas dan lain sebagainya yang diucapkannya
barusan tak lebih hanya suatu pertanggungan jawab belaka
terhadap khalayak umum. Maka dikala Im Tiong-hok menyelesaikan perkataannya,
sambil tertawa dia lantas berseru :
"Saudara Im, apakah kau tidak mempercayai siaute lagi "
"Oooh, tentu saja percaya !"
"Bila saudara Im memang menaruh kepercayaan kepada
siaute, harap kau jangan banyak bicara lagi ...."
"Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... baik baik, siaute
akan turut perintah."
Kemudian setelah memandang sekejap sekeliling arena,
mendadak ujarnya lagi sambil menjura :
"Siaute hendak mohon diri lebih dulu !"
Lamkiong Ceng menjadi tertegun.
"Kenapa" Mengapa saudara Im terburu-buru hendak pergi
" serunya. "Sebenarnya kedatangan siaute ke wilayah Kanglam ini
disebabkan ada persoalan yang hendak diselesaikan, justeru
kaena kudengar saudara Lamkiong menikah, maka kusesampingkan masalah tersebut untuk sementara guna ikut
datang menyampaikan selamat."
"Aaaah, bukankah hal itu disebabkan pelayanku yang
kurang baik?" "Siaute benar-benar amat terburu-bru, bila kurang hormat,
harap saudara Lamkiong, sudi memakluminya, untuk
berterima kasih saja tak sempat, masa aku marah karena
pelayanan yang kurang baik ?"
Setelah berhenti sejenak, dia menjura keempat penjuru,
kemudian melanjutkan : "Sobat sekalian. Im Tiong-hok terpaksa harus pergi dengan
terburu-buru, bila ada kesalahan harap dimaafkan, jika kalian
ada wkatu pergi ke kanglam, jangan lupa mampir
ditempatku...." Selesai berkata, dia lantas melayang pergi meninggalkan
tempat terseut. Ia datang sangat tiba-tiba, pergi pun amat mendadak, yang
tertinggal hanyalah henaan napas panjang dan pujian dari
para hadirin. Oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu segera
menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya sambil
tertawa : "Orang ini benar-benar memiliki kewibawaan yang
mengagumkan." "Betul," sahut Siau lojin sambil tertawa, "ucapanmu
memang tepat sekali anak muda."
"Dia datang dengan sikap yang angkuh, pergi dengan sikap
yang hormat dan merendah, suatu perpaduan yang luar biasa
sekali, boanpwe lihat saat bersatunya kaum Liok-lim di utara
dan selatan sudah tak jauh lagi."
"Tentu saja, lohu memang sudah mengetahui akan hal ini."
"Dari mana kau bisa tahu?" tanya Oh Put Kui keheranan.
Siau lojin tertawa. "Hal ini menyangkut rahasia langit. Anak muda, lebih baik
kau jangan bertanya dulu."
0000d0w000 Upacara perkawinan berlangsung sampai larut malam,
cahaya lampu masih menerangi seluruh perkampungan siu-
ning-ceng. Tapi di atas seuah loteng di belakang bangunan gedung
pun di kejauhan sana, suasana justru gelap gulita tak nampak
setitik cahayapun. Di tengah kegelapan itulah nampak ada bayangan manusia
sedang bergerak-gerak. Semua berjumah tiga sosok, mereka bergerak amat
lamban di atas bangunan loteng itu.
Slaah seorang diantara mereka, tampaknya sanggup
melihat dalam kegelapan dengan jelas, buktinya kalau orang
lain hrus berjalan tertitah di tengah kegelapan, maka dia bisa
berjalan dengan santai, seakan-akan di tempat yang terang.
Tak selang berapa saat kemudian, seluruh bangunan
loteng tingkat kedua ini telah mereka periksa dengan
seksama, namun tampaknya mereka amat kecewa.
"Saudara Kau, jangan jangan kau salah mendengar/" suara
Oh Put Kui kedengaran brisik.
Rupanya tiga sosok bayangan manusia yang sedang
berjalan ditengah kegelapan itu adalah Oh Put Kui, pengems
sinting Lok Jin-khi serta petani dari Hosay Kau Cun-jin."
"Tak mungkin saah!" Jawab au Cun-jin pula setengah
berbisik, "Persekonngkelan, Lamkiong Ceng dan Kit Put sia
merupakan suatu peristiwa yang sesungguhnya,"
"Saudara Kau, bilang mereka bersekongkel tapi apa
sebabnya putra Kit-put-sia yakni singa latah pedang iblis Kit
Hu-seng seperti tidak begitu kenal dengan Lamkiong Ceng?"
Kau Cun-jin segera tertawa rendah.
"Kongcu, Kit Hu-seng amat jarang tinggal dalam lembah
iblis saakti, selain itu Ki Put-sia tidak pernah mau
mempergunakan tenaga dari putra kesayangannya ini !"
"Mereka kan ayah dan anak kandung, masa terhadap anak
sendiripun tidak percaya ?" seru Oh Put Kui sambil tertawa.
"Sejak kecil Kit Hu-seng dibesarkan oleh Ibunya."
"Siapa sih ibu Kit Hu seng ?"
"Dia adalah Kim teng-sin-yu nenek sakti dari puncak Kim-
teng yang turut terbunuh dibukit Go-bi!"
"Ooo....." Oh Put Kui yang berada di balik kegelapan
nampak tertegun. "Jadi kim-ten-sin-yu adalah ibu Kit Hui seng?" serunya
kemudian terkejut. "Yaa, dan urusan ini diketahi oleh setiap umat persilatan!"
Berkilat tajam sepasang mata Oh Put Kui dibalik
kegelapan, kembali ia berkata sambil tertawa.
"Kalau begitu ilmu silang yang dimiliki Kit Hu-seng juga
merupakan warisan dari ibunya?"
"Bukan!" tiba-tiba pengemis sinting menimberung sambil
tertawa, "lote, Kit Hu seng adalah murid Ceng-thian-sin-ciang
(Pukulan sakti penggetar langit) Cian Hau, itulah sebabnya dia
jadi ketularan sikap gagah dan bijaksananya !"
Oh Put Kui tidak mengira kalau Kit Hui seng adalah anak
murid dari Cian Han. Setelah menghela napas rendah katanya :
"Apakah ilmu silatnya berasal dari gedung Ceng thian
ciangkun-hu" "Siapa bilang tidak ?"
"Lok loko, Cian Han adalah panglima ternama pada
pemerintah dinasti yang lalu, diapun merupakan seorang
pendekat aneh ketika itu. Bagaimana mungkin dia bisa
menerima putra seorang gembong iblis menjadi muridnya?"
"Lote, kalau soal itu mah kau tak bakal mengetahui lebih
banyak daripada aku si pengemis tua."
"Tentu saja, siapa bilang aku mengetahui lebih banyak dari
pada loko ?" Jawab Oh Put Kui tertawa.
Umpakan tersebut langsung termakan oleh pengemis
sinting. Terdengar dia tertawa lirih dengan banga, lalu berkata :
"Lote, kau memang pandai sekali mengumpak ! Sudah
jelas aku si pengemis tua tahu kalau kau lagi mengumpakku,
tapi hatiku justru merasa amat nyaman sekali.... Saat lote, aku
benar-benar takluk kepadamu !"
Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
tertawa, katanya : "Engkoh tua, kau jangan membawa persoalan kelewat jauh
!" Pengemis sinting tertawa.
"Lote, tahukah kau Kim-teng-sin yu sebenarna bernama
siapa ?" "Engkoh tua, pertanyaanmu sama artinya dengan
pertanyaan kepada orang orang buta, mana aku bisa tahu ?"
"Dia bernama Cian Sian-koh!"
"Aaaah, mengerti aku sekarang, kalau begitu Cian Han dan
Kim-teng-sin-y tentu saudara sekandung."
"Tepat sekali!" teriak sipengemis lupa diri,
"Sssstt... pelan sedikit ..." buru-buru Oh Put Kui menegur


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kening berkerut. Ditengah kegelapan pengemis sinting membuat muka
setan, kemudian sahutnya berulang kali :
"Baik, baik!" Pada saat ituah Kau Cun-jin turut menimbrung :
"Kongcu, menurut penyelidikan ku, tusuk konde pemunah
tulang Ngo-im-hua-kut-cha memang disembunyikan dalam
loteng kecil dikebuh belakang perkampungan Siu-nin-ceng!"
"Tapi, kita sudah menggeledah loten ini sampai dua tingkat
!" seru Oh Put Kui dengan kening berkerut.
"Tapi kan masih ada satu tingkat ?" kata Cun-jin sambil
tertawa. "Masih ada setingkat " saucara Kau, kau bilang atap dari
loteng tingkat kedua ini ?"
"Benar !" "Tapi disini toh tiada pintu yang menghubungkan tempat
tersebut?" kata Oh Put Kui berkerut kening.
"Aku si orang tua tahu !"
Sambil berkata ka Cun-jin lantas berjalan menuju kesebuah
sudut ruangan itu. "Kongcu, tianglo, harap kalian mengikuti aku, "ajaknya
kemudian. Mereka berdua berjalan menyusul dibelakang Kau Cun-jin,
sementara itu sebuah langit-langit sudah disingkirkan dan
mereka bersiap-siap melompat naik keatas atas loteng itu.
000d0w000 Mendadak........ terdengar suara tertawa dingin berkumandang datang dari balik celah itu.
Hoo-see le-nong (petani tua dari Hoo-see) Kau Cun-jin
serentak mundur kebelakang dengan gerakan secepat kilat,
dia betul-betul merasa terperanjat.
"Ada orangnya " bisik Oh Put Kui dengan sorot mata
berkilat tajam. "Kongcu, kejadian semacam ini tak pernah kuduga
sebelumnya, satu-satunya cara yang terbaik sekarang,
menurut pendapatku adalah berusaha naik keatas dan
membungkam mulut saksi hidup itu......"
Ehmmm, miggirlah Kau loko, biar siau orang itu, begitu aku
naik, kalian segera mengikuti dibelakangku, siaute percaya
orang yang berada diatas loteng itu akan berhasil melukai
kalian!" "Lote, kau harus berhati-hati!" bisik pengemis sinting.
"Jangan kuatir......"
Begitu selesai berkata, dia lantas menarik langit-langit
ruangan itu dan menghimpun tenga dalamnya sambil bersiap-
siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Tak selang beberapa saat kemudian, mendadak tubuhnya
melayang naik keatas secara pelan-pelan.
Bagaian segumpal awan, pelan-pelan adannya melambung
dan meluncur ditengah udara.
Dalam pada itu, dari atas ruang loteng tersebut tidak
terdengar suara lagi kecuali suara tertawa dingin tadi.
Dengan suatu gerakan yang cepat Oh Put Kui melayang
kemulut masuk ruang loteng itu, tapi anehnya ternyata tidak
terasa ada kekuatan yang menghalangi gerak majunya hal
mana kontan saja membuat anak muda tersebut merasa
keheranan. Kalau memang disitu ada orang, mengapa tidak muncul
kekuaran yang menghalangi gerak melambungnya "
Sementara ingatan tersebut masih melintas dalam
benaknya, sang tubuh masing melambung terus keatas.
Pada saat pinggangnya hendak menembusi langit langit
ruangan itulah mendadak terdengar suara tertawa dingin,
kemudian terasa ada segulung tenaga tekanan yang sangat
berat menghantam tiba. Oh Put Kui jadi terperanjat sekali, dia merasa bahwasanya
ke hutan tenaga tekanan yang menindih tubuhnya sedemikian
hebat, pada hakekatnya beum pernah di jumpai sebelumnya.
Seketika itu juga, tubuhnya yang sedang melambung
ketengah udara itu terhenti setangah jalan.
Tapi, dia tidak melayang turun kembali kebawah.
Sebab dengan mengandalkan ilmu Kiu-pian tay-sian
sinkang ajaran perguruannya dia masih sanggu mempertahankan diri, hanya yang diherankan adalah
mengapa kekuatan lawan sanggup beradu seimbang dengan
kemampuan sendiri...."
Kenyataan tersebut hampir saja membuat Oh Put Kui tidak
percaya. Sementara itu, orang yang sedang berada dalam ruang
lotenganpun hampir tidak percaya dengan kenyataan yang
beraa di depan mata. Sudah duapulh tahunan lamanya dia berdiam dalam ruang
loteng ini, dan selama dua puluh tahun ini, baru pertama kali
ada orang yang tidak kena dipukul mundur oleh tenaga
saksinya. Berhubung sudah kelewat lama dia tinggal dalam
kegelapan, maka dia dapat melihat jelas kalau orang yang
melayang masuk kedalam ruangan itu tak lain adalah seorang
pemuda berumur dua puluh tahunan.
Kenyataan ini benar-benar membuat hatinya sangat
terperanjat. Dia tak habis mengerti, apa sebabnya bocah muda itu bisa
memiliki kepandaian silat yang begitu hebat, bahkan yang
dipakai mirip sekali dengan ilmu Kiu-pian-tay-sian singkang
dari sahabat karibnya. Begitulah, sementara kedua orang out masih memutar
otak, masing-masing pihak sudah saling berhadapan hampir
setengah perminum teh lamanya.
Kini Oh Put Kui sudah mulai merasa sedikit tak tahan,
tubuhnya hampir saja tenggelam ke bawah.
Mendadak.... saat itulah dia merasa daya tekanan di luar
badannya menjadi enteng, lalu terdengar seseorang berkata
sambil tertawa: "Naiklah ke atas! Lohu bersedia untuk bersahabat
denganmu..." Dalam tertegunnya, Oh Put Kui melangkah masuk ke
dalam ruangan loteng itu.
Anak muda ini memiliki juga kemampuan untuk melihat
dalam kegelapan, maka setibanya di dalam ruangan, dia
lantas dapat melihat segala sesuatu yang terbentang disana.
Ternyata luas loteng itu hanya tiga kaki lebih, empat
dinding kosong melompong tak ada sesuatu bendapun, di
tengah ruangan duduklah bersila seorang kakek.
Rambut putih kakek itu terurai sedada, bercampur baur
dengan jenggot putihnya yang memanjang, hampir tak dapat
dibedakan mana yang rambut dan mana yang jenggot.
Selemar wajahnya, ada sebagian yang tersembunyi di balik
rambut dan jenggotnya yang putih.
Oh Put Kui segera menemukan bahwa raut wajah kakek itu
sangat dikenal oleh, seakan-akan mereka sering berjumpa,
namun untuk sesaat dia tak teringat dimanakah mereka
pernah bersua ". Alis mata kakek itu sangat tipis, lagi pula belum berubah
memutih. Mulutnya besar sekali, akan tetapi belum berkeriput,
sedang kulit mukanya merah segar seperti bayi.
Sepasang matanya bulat sekali, bulan membawa sifat
kekanak-kanakan. Bajunya berwarna coklat tampat amat
bersih, sepanjang tangannya diletakkan keatas lutut,
sedangkan wajahnya nampak tersenyum ramah.
Diam-diam Oh Put Kui merasa amat terperanjat, sebab dia
menemukan kalau ilmu silat yang dimiliki kakek berambut
putih ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa hingga
pada hakekatnya sudah kembali kealam anak-anak.
Terhadap manusia seperti ini, dia tak ingin bersikap kurang
homat..... "Bila boanpwe Oh Put Kui telah salah masuk kemari, harap
kau orang tua .... Kakek berambut putih itu tertawa aneh, sebelum anak
muda itu selesai berbicara, dia telah menukas :
"Lohu tidak perduli siapakah kau, tapi kalau dilihat dari
kemampuanmu untuk menerima serangan Hui-sik-singkang
lohu, sepantasnya kalau kau terhitung jago nomor wahid
dikolong langit, nah anak muda, dengan usia semuda itu
hebat, kenyataan ini sungguh membuat lohu merasa gembira
sekali..... oleh karena itulah aku melanggar kebiasaan dengan
mengijinkan kau naik ke loteng......."
Mungkin lantaran gembira, dia lantas mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Tergerak hati Oh Put Kui sesudah mendengar itu, sambil
menjura segera ujarnya : "Locianpwe kelewat memuji diriku, membuat boanpwe
menjadi malu sendiri, boleh kah aku tahu siapa nama
cianpwe?" "Bocah, kau tak usah bertanya siapa namaku, sekarang
jarab dahulu yang kau gunakan untuk melompat naik keatas
tadi adalah Kui-pian-tay-sian sincang ?"
Terkesiap sekali perasaan Locianpwe sesudah mendengar
perkataan itu, serunya tanpa terasa :
"Darimana Locianpwe bisa mengetahui kepandaian sakti
dari perguruannya. Kakek tersebut tidak menjawab, pertanyaan orang,
sebaliknya sambil menatap wajah anak muda itu lekat-lekat,
katanya lagi sambil tertawa.
Bocah muda, apa hubunganmu dengan Oh Siau ?"
Oh Put Kui semakin terkejut lagi setelah mendengar nama
itu disinggung, segera pikirnya :
"Heran, mengapa orang tua ini bisa mengetahui nama
preman dari empekku yang juga merupakan guruku " jangan -
jangan dia adalah sahabat karib guruku?"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa sikapnya menjadi jauh
lebih menghormat, sahutnya cepat :
"Dia adalah empekku, juga merupakan guru koanpwe!"
Kakek berambut putih itu segera tertawa panjang.
"Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... tak heran kalau
kau memiliki kepandaian silat sedemikian lihaynya, anak
muda, ternyata kau adalah muridnya ! Oh Sian bisa
mempunyai ahli waris seperti kau, Lohu benar-benar ikut
merasa gembira ......haaahhh........ haaahhh........"
Sambil berkata, kakek itu tertawa tergelak tiada hentinya.
"Apakah locianpwe kenal dengan guru locianpwe?" tanya
Oh Put Kui kemudian serius.
Kakek itu menghentikan gelak tertawanya, lalu berteriak.
"Jika tidak kenal, bagaimana mungkin
aku bisa menyebutkan namanya" Tolol !"
Sementara Oh Put Kui masih tertegun, kakak itu sudah
brkata lagi sambil tertawa :
"Kau bilang siapa namamu" Oh.... Ooh....... Oh Tuh
(pikun)" Oh Put Kui ingin tertawa tapi tak berani terpaksa sahutnya
dengan sopan : "Boanpwe Oh Put Kui !"
Bagus sekali, bocah muda, kau berai memakai nama Oh
Put Kui, apakah ingin niru sastrawan Tau Ciu-beng?"
"Aaaaaah..................boanpwe mana berani berbuat begitu"
Harap kau orang tua jangan mentertawakan?"
"Kalau memang begitu, mengapa kau menggunakan nama
seaneh itu untuk namamu?"
"Guruku yang memberi nama tersebut untuku !"
"Oooh, jadi Oh siang yang mencarikan nama itu ?" si kakek
nampak tertegun. "Benar, guruku yang memberi !"
Kakek itu menundukkan kepalanya dan termenung
sebentar, kemudian katanya :
"Anak muda, apakah kau pernah bertanya kepada Oh Sian,
mengapa ia memberikan nama seaneh itu untukmu?"
Oh Put Kui segera tertawa.
"Aaaah, kalau angkatan tua yang memberi, masa boanpwe
berani banyak bertanya ?"
"Bagus sekali, anak muda, kau ...." Mendadak kakek itu
tertawa tergelak, "benar-benar tak kuangka kalau kau adalah
seorang yang ahli dalam agama To !."
Diam-diam Oh Put Kui ternayata geli pikirnya :
"Benarah aku ahli dalam agama To " Rupanya Cuma Thian
yang tahu....... "namun di luaran dia menjawab :
"Boanpwe pernah membaca buu para Nabi, sebab it
boanpwe tak berarti melangar perintah dari pada Nabi.
"Menganggur benar kau rupanya." Seru si kakek sambil
menggeleng, "lou paling takut kalau mendengar orang
menyinggung soal Nabi anak muda ! Jika kau berani
menyinggung soal itu lagi, lohu akan segera mengusirmu dari
sini. Oh Put Kui tidak menyangka kalau kakek berambut putih itu
membenci kata "Nabi" tapi dia tahu kebnnyakan kebanyakan
orang perliharaan persilatan memang mempunyai penyakit
aneh. Maka katanya kemudian sambil tertawa :
"Ka1au begitu," boanpwe tidak akan nyinggung lagi !"
Saat itulah si kakek baru berseri kembali, katanya
kemudian: "Nah, begitulah baru lumayan."
Setelah berhenti sejenak, dia bergerak kembali "
"Anak muda, siapakah kedua orang yang berada di loteng
tingkat kedua itu ?"
"Temanm Boanpwe! Jawab Oh Pit kui tertawa.
Temanmu?" kakek itu segera melotot besar, Lohu sudah
tahu mereka adakah temanu, kakau tidak, masa kalian bisa
melakukan perjalanan bersama-sama" Lohu ingin tahu,
siapakah mereka " Oh Pit kui tidak habis mengerti menga kakek ini sebentar
menjadi marah sebentar menjadi marah sebentar menjadi


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

girang. Perubahan perasaannya berlangsung mendadak
sekali. Akan tetapi terpaksa dia menyambut juga sambil tertawa
"Dia adalah anggota Kay-pang!"
"Haaahhh.. .haaahhh...haaahhh.... tak bisa dianggap
sebagai manusia luar biasa! Siapa nama mereka" Apakah
Kongsun Liang sibo cah kecil itu?"
Walauputi Oh Put Kui mendengar kakek ini menyebut ketua
Kay-pang sekarang. Lok Soug-tui-hun-siu (kakek bintang sakti
pengejar sukma) Kongsun Liang sebagal bocah kecil, akan
tetapi dia sudah tahu kalau kakek ini merupakan seorang
Locianpwe dalam dunia persilatan, maka ia tak menajadi
heran dibuatnya. Setelah tertawa hambar, katanya sambil menggelengku
kepala tiga berulang kali:
"Bukan, bukan Kougsu pangcu, dia adalah adik
seperguruannya, sipengemis pikun Lok Jin-khi serta seorang
tongcu kantor cabangnya di Shia Kam, Kau Cun-jin adanya!
Kakek itu menjadi tertegun setelah mendengar kata kata
itu, serunya tercengang: "Kongsun Liang telah menjadi pangcu?"
"Yaa, sudah hampir dua puluh tahun lamanya!"
Kembali kakek itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.........jiaaahhh.........haaahhh.........betu1,
Lohu sudah hampir dua puluh tahun lamanya ditiggal disini......"
Dibalik gelak tertawanya itu seakan akan diliputi olah
perasaun sedih yang amat tebal.
Sambil tertawa Oh Put hui bertanya 1agi:
"Apakah kau sudah berdiam hampir dua puluh tahun
lamanya disini?" "Kenapa?" seru sikakek dengan mata melotot, "apakah kau
anggap aku tak tahan berdiam disini?"
"Tentu saja tahan....., cuma, suaranu begitu keras bagaikan
geledek, apakah tidak kuatir kedengaran anggota perkampungan Siu-ning-ceng" Bila mereka sampai datang
kemari melakukan pemeriksaan loanpwe bisa berabe
dibuatnya.........."
"Kau anggap mereka berani?" seru si kakek sambi1 tertawa
tergelak, "lima puluh kaki disekitar loteng kecil yang dihuni
lohu ini merupakan daerah terlarang, siapapun tak boleh
mendekati kemari......"
"Kalau begitu boanpwe merasa lega !"
"Kalau tidak lega lantas mau apa.........?" kembali si kakek
melotot sampai membentak.
Oh Put Kui jadi tertegun dibuatnya Oleh suara bentakan itu,
kalau tidak lega lantas bagaimana "
Untuk sesaat dia tak mampu memberi jawaban atas
pertanyaan tersebut.......
Tampak kakek itu tertawa lagi katanya lebih jauh
"Bocah muda, kau bilang orang yang berada dibawah
loteng itu adalah si pikun kecil Lok Jin-khi?"
"Benar, benar dia "
Kakek itu segera tertawa terbahak-bahak.
Haaaahhh......... haaaahhh......... haaaahhh.........suruh dia
naik! Suah lama sekali lohu tak menggoda si pengemis cilik
ini." Diam-diam Oh Put Kui merasa amat girang, sejak dia tak
berani bertanya sewaktu menanyakan nama kakek tersebut,
hingga kini dia tak berani hertanya lagi. maka setelah
mendengar perkataan itu dia lantas tahu kalau si Pengemis
pikun Lok Jin-khi saling mengenal dengan orang ini, meski
seakrang dia tak berhasil mengorek nama kakek tersebut. dari
si pengemis pikun nanti, hal mana pasti bisa berhasil.
Maka setelah mengiakan, dia berjalan menuju ke arah pintu
celah langit langit ruangan, kermudian berteriaknya:
"Lok loko, naiklah! Saudara Kau, harap kau menanti
sebentar dibawah sana !"
Sejak Oh Put Kui naik keatas loteng tadi pengemis pikun
serta Kau Cunjin selalu merasa kuatir, segenap perhatian
mereka diarahkan keatas loteng untuk mengikui jalannya
pembicaraan. Maka begitu Oh Put Kui berteriak memanggil, pengemis
pikun segera mengiakan sambi1 melompat keatas.
Sehebat-hebatnya pengemis pikun Lok Jin-khi, dia masih
belum berhasil melatih ilmu melihat dalam kegelapan, tak
heran kalau pemandangan lima depa dihadapanya sudah
tidak terlihat jelas olehnya.
"Lote, apakah orang yang meughuni diatas ruangaa loteng
itu adalah seorang tokoh persilatan ?"
Saking gelisahnya, dia bertanya sambil mencengkeram
tubub Oh Put Kui kencang-kencang.
Oh Put Kui segera tertawa.
"Dia adalah seorang boanpwe berambut putih, loko, dia
kenal baik denganmu !"
"Aaaah, masa iya?" seru pengemis pikun sambil
mendongakkan kepala. "Kejadian ini benar-benar tak pernah
kusangka........." Belum selesai dia berkata, kakek berambut putih itu sudah
tertawa terbahak-bahak. "Haaaahhh.....haaaahhh......haaaahhh......pengemis
cilik, masih ingat dengan gula-gula pemberian lohu" puluhan tahun
tak bersu, apakah kediua biji gigi gerahammu sudah tumbuh
keluar" "Haaaahhh.....haaaahhh......haaaahhh...... hingga hari
ini lohu rnasih ingin tertawa tergelak tiap kali terbayang mimik
wajahmu, ingusmu serta air matamu ketika kau sipikun cilik
kehilaugan gigimu....."
Menyusul perkataan itu, dia tertawa tergeletak tiada
hentinya. Si Pengemis pikun Lok Jin-khi nmampak tertegun setengah
harian lamanya, mula-mula dia agak tertegun, menyusul
kemudian menjadi termagu seperti orang bodoh.
Akhirnya dia ketularan gelak tertawa karek tu dan turut
tertawa terbahak-bahak. "Haaaahhh.....haaaahhh......haaaahhh......,rupanya kau si
orang tua, bukankah kau adalah empek si bocah binal
berjenggot putih ?" Sambil berkata kembali pengemis pikun tertawa tergelak.
Oh Put Kui yang mendengarkan dari sisi arena, menjadi
menggelengkan kepalanya berulang kali.
Sebutan macam aakah itu "
Empek bocan binal berjenggot putih
@oodwoo@ JILID 16 Kalau dilihat dari usia pengemis pikun sekarang,
sesungguhnya dia sudah terhitung cukup tua.
Tapi kalau didengar dari penuturan si kakek tadi, ketika
pengemis pikun masih suka makan gula-gula, kakek tersebut
sudah mempunyai jenggot berwarna putih.
Lantas berapakah usia si kakek itu "
Kalau dihitung-hitung, bukanlah usianya paling tidak diatas
seratus dua puluh tahun"
Oh Put Kui lantas berbisik disisi telinga Pengemis pikun:
"Lok Loko, siapa sih locianpwe ini?"
"Lote, kakek ini bernama Pok-huat-wan-tong, put-lo-huang-
siu (Bocah binal berambut putih, kakek latah awet muda)!"
Mendengar nama itu, Oh Put Kui menjadi amat terperanjat,
tanpa terasa dia berseru:
"Jadi dia adalah Ban Sik-thong, Bau lo cianupwe?"
"Haaahhhh.....haaahhhh....... haaahhhh.......kalau bukan
dia, siapa lagi?" sahut pengemis pikun tertawa tergelak.
Sementara itu si Bocah binal berambut putih. Kakek latah
awet muda Ban Sik-thong masih tertawa tergelak terus tiada
hentinya. Oh Put Kui membelalakkan matanya lebarlebar, setelah
menyaksikan sikap lucu, aneh dan mulut si kakek aneh yang
ternganga lebar itu, dia segera menjadi sadar kembali.
Sekarang dia baru tahu mengapa sewaktu berjumpa
dengan si kakek tadi, terasa olehnya kalau raut wajahnya
seperti amat dikenal. Rupanya sikap maupun tingkah laku kakek itu mirip sekali
dengan si Pengemis pikun. Sedangkan mimik wajahnya justru
mirip sekali dengan Khi-lok-sian-tong (bocah dewa kegembiraan). Tak heran kalau dia seperti amat mengenal dengan raut
wajah orang ini. Selain daripada itu, Oh Put-kui juga teringat akan pesan
dari Oh Ceng-thian, kakek yang menghuni di Pulau Neraka
yang kini telah diketahui sebagai ayah kandung sendiri itu.
Dia pernah berpesan, bilamana perlu dan ingin mengetahui
lebih jelas tentang hal-hal yang penting, maka dia
dipersilahkan mencari Bau-si-thong (Segala persoalan
dipahami) Ban Sik-tong. Tentu saja kakek ini sesungguhnya tidak usah dicari lagi,
sebab putra Oh Ceng-thian yang sebenarnya tak lain adalah
dia sendiri. Tapi, sungguh tak disangka meskipun dia tak
mempunyai rencana untuk mencarinya, mereka telah
berjumpa tanpa sengaja...
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh atau.....
Teringat akan julukan si kakek sebagai Ban-si-thong
(segala persoalan dipahami) dia lantas berpikir lebih jauh,
andaikata kakek ini bersedia membantunya, siapa tahu
dendam sakit hatinya bisa segera terbalaskan....
Sementara Oh Put-kui masih termenung, pengemis pikun
menegur secara tiba-tiba dengan perasaan tercengang :
"Lote, mengapa kau?"
"Aaah siaute baru teringat akan suatu persoalan, maka aku
jadi melamun dibuatnya."
"Apakah kau ingin memohon petunjuk dari Ban-si-thong
locianpwe ini akan suatu persoalan?"
"Yaa, siaute memang mempunyai maksud untuk berbuat
begitu.... Pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh.....haaahh...... haaahh..........saudaraku, bila kau
benar-benar mempunyai niat tersebut, maka akan sia-sia
tertegun setelah mendengar ucapan mana, serunya :
"Mengapa " Locianpwe ini......"
Tidak menanti si anak muda itu menyelesaikan perkataannya, pengemis pikun telah menukas sampil tertawa :
"Kau anggap si bocah binal tua ini benar-benar memahami
setiap persoalan yang ada di dunia ini?"
"orang persilatan rata-rata berkata demikian....."
"Aaah, itu mah cuma kentut busuk belaka!" potong
pengemis pikun sambil tertawa.
"Loko, sewaktu berada di Pulau neraka tempo hari, ayahku
pun pernah berpesan agar aku datang mencarinya....."
"Ayahmu suruh kau mencarinya karena dia "berharap" agar
kau bisa meminjam nama besarnya untuk menyuruh orang
lain mewakilinya mencarikan berita kemana-mana....."
Sekalipun Pengemis pikun orangnya, agak ketolol-tololan,
akan tetapi terhadap ayah Oh Pat Kui, tentu saja dia tak
berani sembarangan berbicara, dia kuatir ucapan yang salah
bisa berakibat saudara ciliknya itu menjadi marah.
Seperti memahami akan sesuatu, Oh Pat Kui segera
tertawa, katanya kemudian:
"Engkoh tua, siaute sudah mengerti, rupanya yang
dimaksudkan sebagai memahami dalam kata Ban-si-thong
tersebut, sesungguhnya harus ditambah dengan sebuah kata
"tidak," bukan begitu?"
"Seharusnya hal ini bisa kau pahami sejak tadi........"
Sambil tertawa kembali Oh Put Kui berkata :
"Orang persilatan menggunakan cara seperti ini untuk
menyindir cianpwe ini, apakah tidak kuatir kalau dia sampai
marah?" Pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhhh........haaaaahhhh......... haaaaahhhh.........jika
dia bisa marah, tak nanti orang lain akan menyebutnya
sebagai si Bocah binal berambut putih, kakek latah awet
muda. Saudara cilik, sepanjang hidupnya dia tak pernah
marah......" Belum selesai dia berkata, si kakek latah awet muda telah
berteriak secara aneh. "Pengemis cilik, kalau banyak berbicara begitu apakah kau
tidak merasa lidahmu menjadi kaku" Hati-hati kalau sampai
menggusarkan lohu, kali ini bukan cuma gula-gula saja yang
kuberikan kepadamu......"
Mendengar ancaman tersebut, dengan wajah ketahukan
pengemis pikun segera menjawab:
"Yaaa, kaku, kaku, lidahku sudah kaku. Harap kau orang
tua jangan mencopot gigiku lagi......"
Tampaknya kakek itu merasa bangga sekali, kembali dia
berteriak lantang : "Jangan takut pengemis cilik, lohu sudah bilang tak akan
menghadiahkan gula-gula untukmu, kali ini aku hendak
memberi hadiah lain kepadamu........"
"Hadiah apa" Hiiiiiihhhh.......hiiiiiihhhh.........
hiiiiiihhhh.........tentunya lebih enak ketimbang gula-gula
bukan?" seru pengemis pikun sambil tertawa cekikikan.
"Tentu saja, tentu saja! Aku rasa kau si pengemis tua cilik
pasti belum pernah mencicipinya!"
Mendadak kakek itu tertawa terpingkal-pingkal sampai
membungkukkan pinggangnya, setengah harian lamanya dia
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Pada saat itulah pengemis pikun baru berteriak lagi dengan
suara yang parau :

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Empek jenggot putih, kau memang pelit, aku pengemis tak
akan menggubrismu lagi......."
Sambil berkata dia lantas membalikkan badan dan turun
dari ruangan loteng itu. Jangan dilihat si kakek itu sedang tertawa terpingkal-
pingkal, kenyataannya setiap gerak-gerik pengemis pikun itu
dapat terlihat olehnya dengan jelas sekali.
Baru saja dia membalikkan badang, kakek itu sudah
berteriak dengan lantang :
"Eeeh......jangan molor dulu, pengemis cilik, kemari kau,
segera akan kuhadiahkan kepadamu!"
Sambil bersorak gembira, pengemis pikun segera
membalikkan badan dan lari mendekat.
Oh Put-kui yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam
tertawa geli, pikirnya : "Kedua orang tua bangka ini memang dasarnya
sepasang......" Sementara itu si kakek latah awet muda Ban Sik-thong
sudah mengambil sebuah bungkusan kecil dari bawah kasur
duduknya dan diangsurkan kepada Pengemis pikun Lok jin-
khi. Setelah menerima benda tadi, Pengemis pikun merasa
bungkusan itu adalah sebuah benda yang lunak sekali.
Dia lantas mengira isinya adalah gula-gula.
"Aneh, ini mah gula-gula, aku tak suka!" segera teriaknya.
"Bukan, bukan!" jawab Kakek latah awet muda sambil
tertawa, "benda itu adalah kueh kim-ciau-ni yang khusus lohu
bikin untuk dimakan pada tahun baru nanti. Sekarang kau
boleh mencicipinya lebih dulu"
"Sungguh!" seru pengemis pikun sambil membuka
bungkusan itu. "Buat apa lohu membohongi dirimu?" jawab kakek latah
awet muda dengan wajah serius.
Sementara itu pengemis pikun telah membuka bungkusan
itu, benar juga isinya adalah sebuah bungkusan itu, benar juga
isinya adalah sebuah gumpalan benda yang berwarna hitam
kekuning-kuningan. Sambil bersorak gembira dia lantas
menjejalkan benda tersebut ke dalam mulutnya.
Tapi sesaat kemudian dia berkerut kening sambil
mengunyah Kim-cau-ni gumamnya berulang kali :
"Tidak, manis, tidak manis, bahkan rasanya agak bau amis
dan busuk......" Sementara pengemis pikun melahap Kim cau-ni tadi, kakek
latah awet mudah tertawa semakin terpingkal-pingkal,
sedemikian kerasnya dia tertawa sampai rambut dan
jenggotnya turut terguncang keras.
Apalagi setelah mendengar pengemis pikun mengatakan
"tidak manis......", gelak tertawanya semakin menjadi-jadi
sampai hampir tak sanggup bernapas.
Oh Put Kui menjadi tertegun dibuatnya.
Mengapa Kakek latah awet muda bisa tertawa terpingkal-
pingkal karena kegelian"
Mungkin dibalik benda yang disebut kueh Kim-cau ni itu
masih ada hal-hal yang tidak beres"
Mendadak Kakek latah awet muda berhenti tertara, lalu
menegur : "Pengemis cilik, bukanlah kueh Kim-cau ni itu merupakan
sebuah makanan yang pasing aneh rasanya di dunia ini?"
"Bukan cuma aneh saja baunya, luar biasa sekali rasanya!"
jawab pengemis pkun sambil mengunyah terus.
"Bagaimana luar biasanya?"
"Tidak manis, tidak pedas, tidak kecut tapi terasa agak
getir, agak amis serta bau pesing yang sukar ditahan, kueh ini
dibuat dari bahan apa sih" Mengapa rasanya jadi campur
aduk tak karuan?" "Pengemis cilik, kau benar-benar seorang manusia yang
tak tahu mutu barang!"
Pengemis pikun menggelengkan kepadanya berulang kali,
sahutnya cepat : "Mungkin kau sendiri yang tahu bahan, suah pasti kau
ditipu orang selagi membeli bahan makanan itu, masa kue ini
kau buat dengan bahan yang bermutu begini rendah.
Hmmmm, syaang dengan uangmu."
Tiba-tiba Kakek latah awet muda bisa tertawa tergelak.
Haaaahhhh............haaaahhhh............
haaaahhhh............ bukan! Bukan begitu! Bahan-bahan tersebut bukan kubeli dari
orang lain, melainkan milik lohu sendiri......"
Kali ini pengemis pikun dibikin tertegun.
"Dari mana kau bisa mempunyai bahan untuk membuat
kueh?" serunya keheranan.
"Dari tubuhku sendiri!"
"Haaaah, mana mungkin bahan dari tubuh mu bisa dibikin
kueh Kim-cau-ni.....?" Pengemis pikun makin terperanjat.
"Tentu saja mungkin!"
"Aku tidak percaya!"
Sambil menahan rasa gelinya, tiba-tiba Kakek latah awet
muda bertanya lirih : "Pengemis cilik, apakah tiap hari kau kencing ?"
"Kau tidak kencing, bisa kembung perutku!"
"Nah, itulah dia....." seru Kakek latah awet muda sambil
tertawa cekikikan. Pengemis pikun turut tertawa tergelak.
"Apa sih hubungannya antara kencing dengan kueh Kim-
cau-ni........." Mendadak paras mukanya berubah hebat, lalu sambil
membungkukkan badan ia muntah-muntah.
Bocah binal berambut putih, Kakek latah awet muda segera
menepukkan sepasang tangannya ke bawah, lalu tidak
nampak bagaimana dia bergerak, tahu-tahu tubuhnya sudah
melambung setinggi tiga depa lebih.
Kemudian sambil tertawa terbahak-bahak serunya :
"Aduuh jeleknya, aduh jeleknya......pengemis makan tahi
malah dipuji gurih."
Sekarang Oh Put Kui baru tahu apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi, dia turut tertawa terbahak-bahak.
Mimpipun dia tak menyangka kalau Kakek itu akan
menghadiahkan segumpal tahi untuk pengemis pikub.
Sementara itu, pengemis pikun sudah muntah-muntah
hebat sampai keluar semua air kuningnya.
Akan tetapi gumpakah kueh Kim-cau-ni yang ditelannya
tadi belum juga ikut termuntahan keluar.
Terdengarh dia sambil muntah sambil mencaci maki tiada
hentinya : "Empek tua, kau si telur busuk, tua-tua keladi.....kau berani
mempermainkan aku si pengemis....baik, aku tak akan
bergurau lagi denganmu seumur hidup.....uuuh.....uuuh
..........uuuuhhh......"
Meski punya maki tiba-tiba saja pengemis pikun menangis
tersedu-sedu..... Melihat pengemis itu sudah menangis, Kakek latah awet
muda segera berhenti tertawa, buru-buru serunya :
"Pengemis cilik, sudahlah, jangan menangis, kalau
menangis bukan seorang enghi-ong! Coba kau lihat,
pernahkan empek tua menangis" Empek tua adalah seorang
enghi ong besar, tahukan kau" Ayolah tirulah aku......."
"Meniru kau" Waaah, dunia bisa kacau balau jadinya........"
Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu hampir saja
meledak gelak tertawanya.
Kini pengemis pikun seakan-akan berubah menjadi
seorang bocah nakal yang baru berusia tiga tahun.
Sedang Kakek latah awet muda sedang membujuknya agar
jangan menangis...... Akhirnya setelah dibujuk hampir setengah harian lamanya,
pengemis pikun baru berhenti menangis.
"Pengemis cilik, nah begitulah baru mirip seorang
enghiong," seru Kakek latah awet muda sambil tertawa.
Dengan mata melotot pengemis pikun segera melompat
bangun dari pelukan kakek itu, segera teriaknya :
"Anjing budugan ! Aku tak mau jadi enghiong, besok aku
harus mencekokimu dengan sebaskom air kencing!"
"Haaahh......haaahhh......haaahh.....boleh, boleh saja, asal
kau mampu saja !" "Tunggu saja tanggal mainnya," teriak pengemis pikun lagi
penuh kegemasan," aku bertekad hendak mencekokimu......"
"Haaaahhh.....haaaahhhh........haaaahh.....baik,
akan kutunggu! Akan kutunggu.."
Mendadak dia berhenti tertawa, lain serunya :
"Pengemis kecil, cepat duduk dan mengatur pernapasan!"
"Tak usah, aku sengaja tak mau menurut perkataanmu,
mau apa kau?" teriak pengemis pikun dengan gusar.
"Tak mau menurut ya sudah. Cuma kalau smapai Kim cau-
ni itu terbuang dengan percuma, jangan salahkan aku nanti!"
Pengemis pikun jadi tertegun.
"Kim-cau-ni apa lagi" Paling banter juga tahu anjing!"
serunya sambil menahan geram.
Kembali Kakek latah awet muda tertawa tergelak.
"Haaaahhh........haaa.......haaaahhh.....pengemis cilik kau
jangan mencaci maki lagi! Sudah cukup parah lohu kenakan
maki.....cuma paling baik kalau kau menuruti saja perkataanku. Duduklah dan mengatur pernapasan lebih dulu,
pokoknya besar sekali manfaat yang bakal kau peroleh !"
"Mengapa?" tanya pengemis pikun kemudian setelah
termangu-mangu beberapa saat.
Sekali lagi kakek itu tertawa nyaring.
"Sudahlah, tak usah kau tanyakan lagi, kita bicara kan
setelah kau selesai mengatur pernapasan nanti!"
Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak,
Pengemis pikun duduk bersila diatas tanah.
Kemudian setelah menarik napas panjang-panjang, dia
memejamkan mata dan mengatur napas.
Sambil tersenyum Kakek latah awet muda memandang
sekejap kearah Pengemis pikun, kemudian dengan perasaan
puas manggut-manggut, dia mengelapkan tangannya kepada
Oh Put Kui dan serunya : "Bocah muda, kemari kau!"
Dengan sikap yang amat menghormat Oh Put Kui maju
mendekat. Mendadak.......dengan suatu gerakan yang amat cepat
kakek itu mencengkeram tubuhnya.
Sementara Oh-put kui masih tertegun, mendadak dia
merasa lengan kanannya yang kena dicengkeram itu seperti
memperoleh suatu tekanan yang amat berat.
Dengan perasaan terkejut dia lantas mengerahkan
tenaganya untuk melawan. "Kau orang tua......."
Sambil tertawa Kakek latah awet muda menggelengkap
kepalanya berulang kali, ujarnya sambil tertawa :
"Bocah muda, ilmu Kin-paiu-tay-isian sim-kang mu baru
berhasil mencapai lima bagian kesempurnaan !"
"Boanpwe memang bodoh, hingga sukar untuk mencapai
kemajuan yang pesar...."
"Soal usia memang mempengaruhi dalam hal kesempurnaan, keadaan seperti ini tak bisa kelewat
dipaksakan, anak muda, asal kau mau berlatih tekun setiap
hari, tak sampai sepuluh tahun niscaya kau sudah berhasil
melampaui gurumu!" Oh Put Kui merasakan hatinya begetar keras setelah
mendengar ucapan itu, sahutnya cepat :
"Terima kasih banyak atas pujian kau orang tua, boanpwe
tidak berani berpikiran demikian."
"Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......siapa
bilang, kalau pikiran ini dinamakan khayalan" Bocah muda,
ucapan lohu tak bakal salah....."
Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh :
"Anak muda, kalian bertiga main sembunyi-bunyi
mendatangi lotengku ini, sebenarnya apa yang hendak kalian
curi?" Mendengar pertanyaan itu, Oh Put Kui segera berpikir di
dalam hati : "Aaaah, rupanya dia telah membawa pembicaraan kembali
ke pokok persoalan,"
Berpikir demikian sahutnya :
"Boanpwe datang untuk mencari sebuah benda !"
"Di loteng ini ada benda apa" Kau sedang memaki lohu?"
seru si kakek sambil melotot.
Oh Put Kuitidak menduga bila jalan pikiran Bocah binal
berambut putih, Kakek latah awet muda bisa begini cepatnya,
bahkan caranya menghubungkan satu masalah dengan
masalah lain bisa begini cepatnya. Dia tahu bila dirinya telah
salah bicara tadi, buru-buru sahutnya cepat :
"Boanpwe tak berani memaki lohu, Boanpwe memang
benar-benar datang buat mencari barang peninggalan
seorang leluhur kami !"
"Kau bilang Oh Sian adalah empekmu, kalau begitu kau
pastilah putra Oh Cengthian!" kata Kakek latah awet muda
kemudian sambil tertawa keras.
"Benar, dugaan locianpwe memang tepat sekali!"
"Siapakah ibumu " Pek-ih aug-hud (baju putih kebasan
merah) Lan Hong ataukah Kuay-ko hoat-cu (pemilik lembah
kebahagiaan) Kiau Ko-jin?"
Mendengar pertanyaan itu, Oh Put-kui menjadi tertegun.
Kuay-hoat-kokcu Kiau Ko-jin "
Bukankah perempuan cantik dari dunia persilatan ini
termasyur sebagai seorang iblis wanita " Apakah dia dengan
ayah..... Si anak muda itu tak berani berpikir lebih jauh, dengan


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah serius dia lantas menjawab :
"Mendiang ibukum adalah Pek-ih-ang-hud!"
"Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......akhir
nya bocah perempuan Lan yang berhasil memenangkan
persaingan ini....." seru si kakek sambil tertawa tergelak.
Mendadak dengan mata melotot dia berteriak :
"Bocah muda, apa kau bilang " Mendiang ibumu " Apakah
ibumu telah meninggal dunia ?"
"Yaa, sudah meninggal!" sahut Oh Put kui sedih.
"Apa yang menyebabkan kematiannya " Kena penyakit ?"
"Tidak, dia dibunuh oleh musuhnya."
"Telur busuk, bagaimana dengan ayahmu?" seru si kakek
mendadak dengan penuh kegusaran.
"Ayahku tak bisa bergrak dengan bebas lagi."
"Bocah muda, mengapa kau sendiri tidak berusaha untuk
membalas dendam?" Diam-diam Oh Put Kui berpikir :
"Siapa bilang aku tidak berusaha untuk membalas
dendam" Tapi....siapakah musuh besarku?"
Berpikir demikian, dia lantas menjawab :
"Beanpwe tidak tahu siapakah musuh besarku itu!"
"Apakah Oh Sian tidak menerangkannya kepadamu?" seru
Kakek latah awet mudah dengan mata melotot.
"Suhu pun tidak berhasil mengetahui akan hal ini."
"Apakah ayahmu juga tidak berhasil menyelidiki siapa
pembunuh keji itu?" sambung Kakek latah awet muda cepat
dengan alis mata berkenyit kencang.
Sebenarnya Oh Put Kui hendak menerangkan bahwa
ayahnya tersekap dalam pulau neraka hingga ia tak mampu
untuk melakukan penyelidikan sendiri, akan tetapi sewaktu
ucapan mana sudah sampai disisi bibir, dia segera berganti
nada : "Benar, ayahku pun tidak mengetahui akan hal ini!"
Kakek latah awet muda pelan-pelan memejamkan matanya
rapat-rapat, lalu berkata lirih :
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Boanpwe sedang mencari sebatang tusuk konde Ngo-im-
hua-kut-ciam milik mendiang ibuku !"
Mendengar itu, mencorong sinar tajam dari balik mata
kakek latah awet muda, serunya dengan cepat :
"Bocah muda, siapa yang mengatakan kalau tusuk konde
pelarut tulang itu berada diloteng ini?"
"Orang perkampungan ini yang mengatakan !"
"Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......boca
h muda, lagi-lagi kau tertipu !"
"Jadi tusuk konde pelarut tulang tidak berada diloteng ini?"
Kakek latah awet muda tidak menjawab apa yang
ditanyakan Oh Put Kui, malah sebaliknya bertanya sambil
tertawa : "Anak muda, sudah berapa lama ibumu terbunuh ?"
"Waktu itu boanpwe masih berumur tiga tahun."
"Dan sekarang, berapa usiamu?"
"Dua puluh satu tahun!"
Kakek latah awet muda segera tertawa.
"Itu berarti sudah hampir sembilan belas tahun bukan" Tapi
lohu sudah hampir dua puluh tahun tinggal di loteng ini, bila
tusuk konde pelarut tulang itu berada disini, masa lohu tidak
mengetahuinya". Oh Put Kui segera manggut-manggut.
"Yaa, perkataan kau orang tua memang benar!"
Tapi setelah berhenti sejenak, mendadak ujarnya lagi
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Tapi, kabar ini justru bersumber dari mulut Lamkiong Ceng
sendiri....." "Bocah muda, apakah kau merasa keheranan mengapa
Lamkiong Ceng membohongimu?"
"Yaa, boanpwe memang tidak habis mengerti akan hal ini!"
"Sebenarnya sederhana sekali, loteng kecil ini ibaratnya
mulut harimau, setiap orang yang datang kemari hanyak ingin
mencari benda mustika, jadi sebenarnya ditempat ini hanya
tersedia sebuah jalan saja, yaitu bisa masuk jangan harap
bisa keluar lagi! "Mengapa bisa demikian?" tanya Oh Put Kui tertegun.
"Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......meg
napa tidak bisa" Bila disini terdapat seorang jago macam lohu,
tolong tanya jago dari manakah yang bisa meninggalkan
tempat ini dalam keadaan selamat?"
Dengan perasaan terperanjat Oh Put Kui berseru :
"Jadi kau orang tua sudah membunuh banyak orang?"
"Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......apa
salahnya kalau kubunuh beberapa orang manusia yang
kemaruk akan harta?"
Sesudah berhenti sejenak, sambil menghela napas dia
berkata : "Apalagi hanya pekerjaan ini saya yang bisa lohu lakukan
untuk menghibur diri!"
Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu hanya bisa
menggelengkan kepalanya berulang kali.
Baru pertama kali ini dia mendengar kabar seperti itu,
membunuh orang hanya bertujuan untuk menghibur diri.
"Locianpwe, menurut pendapatmu, apakah hal ini
sebenarnya merupakan sebuah perangkap?"
"Yaa, hampir begitulah! Mereka ingin memperalat lohu
untuk melenyapkan musuh-musuh tangguhnya...."
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata kakek itu,
serunya sambil tertawa tergelak :
"Anak muda, lohu sudah mengerti sekarang......."
"Apa yang kau pahami?" tanya Oh-Put-Kui terperanjat.
"Lohu tak boleh melukai orang lagi!"
"Aaaah.......tentu saja, aku tahu kalau kau orang tua adalah
seorang yang berbudi luhur."
Kakek latah awet muda segera tertawa aneh.
"Lohu berbuat demikian bukan dikarenakan aku berbudi
luhur, hanya saja lohu tak ingin membantu orang lain untuk
membunuhi orang, apalagi menjual tenaga buat musuh besar,
bukanlah perbuatanku ini ibaratnya perbuatan telur busuk
tua?" Mendengar perkataan ini, diam-diam Oh Put Kui tertawa
geli, segera pikirnya : "Siapa bilang kau tidak tolol, sekarang pun kau sudah
terhitung seorang telur busuk tua!"
Tapi diluaran, dia segera bertanya :
"Kekek Ban, mengapa kau berdiam selama dua puluh
tahun lamanya ditempat ini?"
Mendengar perkataan tersebut. Kakek latah awet muda
menjadi naik darah, segera sahutnya :
"Kau anggap lohu sudah edan, mau berdiam selama dua
puluh tahun ditempat semacam ini?"
Mendengar itu, Oh Put kui menjadi terkejut. Dia tak mengira
kalau kakek ini cepat marah, cepat gembira dan cepat
murung. Buru-buru serunya sambil tertawa paksa.
"Boanpwe tidak bermaksud demikian, aku hanya heran,
mengapa kau orang tua.....,"
"Sudah, jangan ditanyakan lagi !"
Mendadak Kakek latah awet muda menggelengkan
kepalanya berulang kali, setelah menghela napas panjang,
sambungnya : "Aaai, semua ini gara-gara lohu terlalu jujur tehadap orang
lain." "Aku tahu, kau orang tua memang seorang yang berhati
jujur dan polos...."
Ternyata ungkapan tersebut membuat si kakek menjadi
girang sekali, katanya lebih jauh :
"Seandainya lohu tidak terlalu polos dan jujur, bagaimana
mungkin Jut Put bisa mengurung lohu disini ?"
Oh Put-kui pura-pura terkejut, serunya cepat :
"Apakah kau maksudkan Bau-mo-ci-mo., Tai-kek-sin-kiam
(Iblis diantara iblis pedang sakti tenaga raksasa " Ilmu silatnya
lihay sekali !" "Huuuh, iblis diantara iblis apa " Kentut anjing. Sedang soal
pedang sakti tenaga raksasa, hmm, dia masih belum tahan
menghadapi seujung jariku, hitung-hitung saja Thian masih
memberi usia panjang kepadanya !"
Oh Put-kui tertawa geli di dalam hati pikirnya :
"Siapa yang kentut anjir " Kalau orang lain dan dia tak
tahan seujung jarimu, mengapa orang lain bisa mengurungmu
selama dua puluh tahun lamanya disini ?"
Bagaimanapun juga, pikiran tersebut tidak berani
diutarakan terang-terangan, maka katanya kemudian :
"Benar juga perkataanmu, kalau begitu kau orang tua harus
meninggalkan tempat ini dan membuat perhitungan dengannya !" Ketika mendengar perkataan itu, mendadak kakek latah
awet muda menghela napas panjang, katanya lirih :
"Aaaai, tak mungkin lagi bagiku untuk meninggalkan tempat
ini." "Kenapa ?" "Jut Put-shia telah membelenggu lohu"
"Bagaimana caranya membelenggumu ?"
"Dia telah bertaruh dengan lohu dan ia berhasil menangkan
diriku dalam pertaruhan itu."
Kembali Oh Put Kui berpikir :
"Aaaah, dugaanku memang tak salah, si kakek binal ini
memang sudah terjebak oleh akal bulus iblis tua itu."
Maka sambil tertawa dia berkata :
"Bagaimana bisa kalah " Seharusnya dia tak akan berhasil
menangkan kau orang tua ?"
"Yaa, harus disalahkan diriku sendiri, coba kalau aku tidak
lagi mabuk arak, tak mungkin aku bakal tertipu oleh anjing cilik
itu......" "Bagaimana cara kalian bertaruh?"
Tiba-tiba paras muka kakek latah awet mudah berubah
menjadi merah padam, katanya:
"Dia menantang lohu untuk bertaruh mata uang !"
"Mata uang?" Oh Put Kui segera tertawa tergelak sampai
terpingkal-pingkal. Pada mulanya ia menduga taruhan mereka berdua pasti
merupakan suatu pertaruhan besar, tak tahunya yang mereka
pertaruhkan hanya permainan anak kecil saja.
Sambil tertawa getir kembali kakek latah awet muda
berkata : "Lohu yakin kepandaianku di dalam permainan ini sangat
hebat. Siapa tahu Kit Put shia jauh lebih lihay daripada diriku,
sepuluh buah mata uang yang dilemparkan ternyata
semuanya berada dalam keadaan terbalik....."
Oh Put-kui tertawa geli setelah mendengar perkataan itu,
pikirnya dengan cepat : "Tentu saja Kut Put-shia bisa berbuat demikian, sebab
orang lain telah sertakan tenaga dalam di dalam permainan
itu." Dia cukup mengetahui watak kakek latah awet muda ini, dia
tahu dalam permainan tersebut sudah pasti kakek itu tidak
menggunakan tenaga dalamnya, melainkan bermain dengan
cara seperti orang awam. Sebaliknya Kit-Put-shia pasti sudah menyertakan permainan curang dalam permainan tersebut.
Bayangkan saja tipisnya sebuah mata uang, bila seseorang
menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam mata uang tersebut,
apa salahnya untuk memutar balikkan sebuah mata uang "
Belum selesai dia berpikir, kakek latah awet muda sudah
berkata lagi sambil menghela napas :
"Begitulah, setelah lohu kalah maka akupun harus disekap
selama duapuluh tahun disini .....
"Sekarang dua puluh tahun sudah lewat, apakah kau orang
tua boleh ke luar dari sini?" tanya Oh Put kui sambil tertawa.
Kakek itu menggelengkan kepala berulang kali, sahutnya :
"Sepuluh hari lagi akan genap dua puluh tahun, cuma
ketika lohu menderita kalah dulu, aku pernah sesumbar bahwa
dua puluh tahun kemudian aku pasti akan mengalahkan
dia....." "Kalau tak bisa mengalahkah dia ?"
"Yaa, apa boleh buat. Terpaksa aku akan berdiam selama
dua puluh tahun lagi disini!" kata si kakek sambil menghela
napas. Oh Put-kui segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh......haaahh.......haaahhh.......kali ini kau orang tua
pasti akan menang!" Mendadak kakek latah awet muda merogoh ke dalam
sakunya dan mengeluarkan sebuah mata uang, lalu sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali, dia berkata :
"Sukar untuk dibilang, sukar untuk dibilang ! Setiap hari
lohu selalu berlatih melemparkan mata uang sebanyak
sepuluh kali, akan tetapi aku tak pernah berhasil menyamai
permainan dari Kit Put-shia, oleh karena itu lohu tahu, sulit
bagiku untuk meraih kemenangan darinya...."
"Kakek Bau asal kau membawa boanpwe serta dalam
pertaruhan itu, kutanggung kau pasti menang."
"Boleh saja membawamu serta, tapi kau tak boleh
mengacau secara diam-siam, kalau tidak, sekalipun bisa
menang juga tak bisa masuk hitungan!"
Diam-diam Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang
kali, dia merasa kakek ini kelewat jujur.
Akan tetapi diluarnya dia menyahut sambil tertawa :
"Tentu saja, maa boanpwe berani mengacau " Justru
karena boanpwe mempunyai kepandaian yang lebih hebat
dalam permainan mata uang ini, maka aku tak percaya kalau
Kit Put-sia bisa menang....."
"Sungguhkah itu" Kalau begitu cepat ajarkan kepada
lohu......" seru kakek latah awet muda kegirangan.
Padahal Oh Put Kui tidak memiliki kepandaian apa-apa, dia


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak lebih hanya bicara sekenanya.
Kini, si kakek latah awet muda menyuruh mengajarkan cara
tersebtu kepadanya, hal ini kontan saja membuatnya
kesulitan. Tapi sambil tertawa dia lantas mengalihkan pokok
pembicaraan kesoal lainnya, katanya :
"Kakek Bau, persoalan ini tak usah terburu-buru untuk
dilakukan hari ini, sekarang boanpwe justru mempunyai
persoalan yang tidak kupahami, kumohon kau orang tua sudi
memberi petunjuk kepadaku......."
"Baiklah, coba kau tanyakan."
"Kau orang tua mengatakan kalau tusuk konde pelumat
tulang tidak berada disini, sebaiknya Lamkiong Ceng bilang
tusuk konde itu berada di loteng ini, menurut pendapatmu
apakah dibalik kesemuanya ini terselip suatu intrik tertentu ?"
"Yaa, itulah yang dinamakan siasat meminjam pisau
membunuh orang......."
"Mengapa mereka hendak melakukan perbuatan meminjam
golok membunuh orang?"
"Mungkin saja mereka hendak membasmi semua orang
yang ada sangkut pautnya dengan tusuk konde pelumat
tulang itu !" Tergerak hati Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu,
kembali ujarnya sambil tertawa :
"Kakek Bau, jadi kalau begitu jejak tusuk konde pelumat
tulang itu pasti diketahui oleh Lamkiong Ceng atau Kit Put-
sia?" "Tentu saja ?" Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Put Kui,
serunya lagi : "Kalau begitu, kemungkinan besar Kit Put-shia adalah
musuh besar pembunuh ibuku?"
Kakek latah awet muda segera tertawa tergelak.
"Haaahh......haaahh.......haaahhh.......mana mungkin hal ini
bisa terjadi" Anak muda, kau berpikir kelewat jauh !"
"Locianpwe, bila Kit Put-sia bukan pembunuh ibu boanpwe,
mengapa dia sengaja menyiarkan berita bohon yang
mengatakan tusuk konse pelarut tulang berada disini"
Mengapa dia gunakan siasat meminjam pisau membunuh
orang ?" Kakek latah awet muda tertegun.
"Emmm, benar juga perkataanmu itu," serunyam "anak
muda, perkataanmu itu memang masuk diakal !"
"BOANPWE rasa, Kit-put-sia sangat mencurigakan di
dalam peristiwa ini......" kembali Oh Put Kui berkata.
"Emmm, sekaran lohu juga mulai percaya kalau dia
memang sedikit mencurigakan!"
Tiba-tiba dengan wajar sedih Oh Put Kui berkata :
"Locianpwe, boahpwe ingin mohon diri lebih dulu !"
"Kau hendak pergi?" boanpwe ingin mohon diri lebih dulu!"
"Kau hendak pergi ?" seru Kakek latah awet muda
tercengang. "Yaa, keinginan boanpwe untuk pergi ibaratnya anak panah
yang sudah berada di atas gendewa!"
"Hai ini mana boleh jadi " Bukanlah kau hendak
mengajarkan lohu untuk bermain lembaran mata uang" Kau
harus mengajarkan dulu kepadaku sebelum pergi !"
Dengan cepat Oh Put Kui menggeleng.
"Dendam sakit hati terbunuhnya ibuku harus segera
boanpwe balas, sebelum hal ini terlaksana, hatiku tak akan
merawa tenteram.......biar cara tersebut kuajarkan kepadamu
setelah boanpwe selesai membalas dendam nanti !"
"Tidak bisa !" teriak si Kakek latah dengan gusar,
"menunggu sampai kau selesai membalas dendam, apa
gunanya aku mempelajari cara kepandaianmu itu ?"
Oh Put Kui segera tertawa.
"Kenapa kau orang tua bersikeras untuk mempelajarinya
lebih dulu " Kit Put shia.....
Mendadak ia membungkam, karena sekarang dia sudah
memahami maksud hati dan si bocah binal berambut putih,
Kakek latah awet muda tersebut......."
Rupanya dia kuatir ia berhasil membalas dendam dengan
membinasakan Kit Put-sia sehingga kakek itu akan kehilangan
patnernya untuk bertaruh, seandainya hal ini sampai terjadi,
bukankah seumur hidup ia bakal terkurung terus disitu "
Sambil tertawa geli kembali Oh Put Kui berkata :
"Kakek Bau, aku cukup memahami maksud hatimu itu !"
Kakek latah awet muda mengangguk berulang kali, katanya
kemudian : "Jika kau sudah memahami maksud lohu, maka kau tak
boleh mohon diri lebih dulu."
Oh Put Kui tertawa pedih, sahutnya :
"Baik, boanpwe bertekad akan menunggumu selama
sepuluh hari !" "Haaahh......haaahh.......haaahhh.......nah, begitu baru anak
penurut, anak muda!" seru kakek latah awet muda sambil
tertawa terbahak-bahak. "Boanpwe sampai disitu, kembali dia membungkam.
Sebab dia telah menyanggupi permintaan kakek latah awet
muda, tentu saja sesuatu yang telah disanggupi tak bisa
dirubah lagi, meski begitu timbul juga perasaan yang aneh di
dalam hatinya. Munculnya pertentangan batin ini segera membuatnya
menutup mulut rapat-rapat.
Kakek latah awet muda segera tertara terbahak-bahak.
"Haaahh......haaahh.......haaahhh.......tak usah risau anak
muda, sekalipun harus menunggu sepuluh hari lagi juga tak
menjadi soal." Sementara mereka berbicara sampai disitu, mendadak si
Pengemis pikun Lok Jin-hi yang sedang duduk bersila sambil
mengatur pernapasan itu menarik napas dalam-dalam
tampaknya dia sudah menyelesaikan latihan semedinya.
Di tengah kegelapan, sepasang mata pengemis pikun
kelihatan bersinar tajam bahkan jauh lebih tajam dari keadaan
semula. Hal ini membuktikan kalau gumpalan tahi yang
dimakannya itu bukan sia-sia belaka.
Sambil memandang ke arah pengemis pikun, kakek latah
awet muda berkata sambil tertawa :
"Hei, pengemis cilik, kueh Kim-cau-ni buatan lohu dengan
bahan baku dari badan ku ini tidak jelek bukan ?"
Suasana hening menyelimuti ruang penerima tamu
perkampungan Siu-ning-ceng.
Ketua siau-lim-pay Hu-sin siansu dengan berkerut kening
duduk dihadapan keempat orang ciangbunjin partai lainnya,
beberapa kali terdengar dia menghela napas panjang.
Suasana hening dan murung tampak menyelimuti seluruh
ruangan tersebut. Paras muka Han-sian-hui-kiam Wie Sin dari Kay-pang
diliputi hawa kegusaran, tampaknya kelima orang ciangbunjin
itu sedang dirisaukan oleh sesuatu masalah besar.
Saat ini, suasana diliputi oleh keheningan yang
mencekam...... Meskipun paras muka kelima orang itu berubah amat serius
dan gusar, akan tetapi tak seorangpun yang buka suara.
Kentongan ke empat sudah lewat.
Cui-sian sangjiu yang memejamkan matanya itu mendadak
membuka matanya sambil menghardik :
"Siapa yang sedang mengintip diluar jendela ?"
Bentakan ini kontan saja membangkitkan rasa terkesiap
bagi ke empat ciangbunjin lainnya.
Pendatang sudah berada di depan pintu jendela, mengapa
mereka tidak mendengar sesuatu "
Gelak tertawa ringan segera bergema dari luar ruangan,
menyusul kemudian seseorang menyahut :
"Tajam amat pendengaran sangjin ! Boanpwe baru saja
tiba, jejakku segera ketahuan !"
Cui-sian sanjin tertawa hambar.
"Ilmu meringangkan tubuh yang siau-sicu miliki pun sangat
lihay sekali, kedatanganmu ditengah malam buta ini tentu
mempunyai maksud tertentu, mengapa siau-sicu tidak masuk
kedalam untuk berbincang-bincang?"
Kembali dari luar jendela berkumandang suara tertawa
ringan. "Boanpwe akan turut perintah..........."
"Kraaaaakkk !" Pintu kamar dibuka orang, diantara bergoyangnya sinar
lentera tahu-tahu dalam ruangan telah tambah dengan
seorang pemuda berbaju kuning.
Dia adalah Yu-liong-kuay-kiam (naga sakti pedang kilat)
Nyoo Ban-bu. Cut-sian sangjin merasa sedikit ada diluar dugaan, serunya
sambil tertawa : "Nyoo sicu kah?"
Keempat ciangbunjin lainnya turut berkerut kening pula,
kejadian ini diluar dugaan mereka.
Dalam perkiraan mereka semula, oleh karena tenaga
dalam yang dimiliki orang itu sedemikian hebat sampai
kehadirannya hingga ditepi jendelapun tidak disadari, maka
delapan puluh persen dia adalah Long-cu-koay-hiap
(pendekar aneh pengembara) Oh Put Kui !
Tak tahunya yang muncul adalah Nyoo Ban-bu.
Nyoo Ban-bu memandang sekejap wajah ke lima orang
ciangbunjin itu, lalu sambil menjura katanya !
"Bila kedatangan boanpwe ditengah malam buta ini
mengganggu ketenangan kalian, harap kalian sudi memaafkan !" Ucapannya sangat merendah dan cukup tahu sopan.
"Silahkan duduk !" kata Cui-sian sangjin sambil tertawa.
Nyoo Ban-bu membungkukkan badannya memberi hormat,
lalu duduk disebuah kursi yang berada barisan paling bawah.
Dengan kening berkerut, ketua Hna-san pay si Kakek
pedang pengejar angin Bwee Kun-peng menegur :
"Keponakan Nyoo, ada urusan apa kau muncul secara tiba-
tiba disini ......?"
Nyoo Ban-bu tertawa. "Boanpwe mempunyai persoalan yang serasa mengganjal
dalam hatiku, sebelum persoalan itu menjadi terang, sukar
rasanya bagiku untuk tidur dengan nyenyak dan makan
dengan nikmat, itulah sebabnya boanpwe sengaja datang
kemari untuk memohon petunjuk dari taysu sekalian !"
"Masalah pelik apakah yang sedang Nyoo sicu hadapi?"
tanya Hiang-leng totiang dari Bu-tong-pay sambil tertawa.
Sekilas perasaan gusar bercampur sedih menghiasi wajah
Nyoo Ban-bu, kemudian katanya :
"Boanpwe ingin bertanya tentang kisah terbunuhnya
mendiang ayahku!" "Nyoo sicu, apakah kau sudah tahu Kakek malaikat
dibunuh oleh siapa?" tanya Hian-leng totiang lagi serius.
Nyoo Ban-bu segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Justru persoalan inilah yang membuat boanpwe merasa
kesal, murung dan sedih!"
"Omintohud! Mengapa siau-sicu mest kesal?" ucap ketua
Siau-lim-pay Hui-lin-tasyu.
"Pembunuh keji itu terlampau licik, dia menyangkal
melakukan pembunuhan tersebut, meski boanpwe dibara oleh
api dendam, sayang sekali kekurangan bukti untuk
menantangnya berduel.........."
"Kalau kudengar dari perkataan siau-sicu itu, tampaknya
kau sudah mengetahui siapakah pembunuh keji itu?"
"Benar, boanpwe memang sudah tahu !"
"Siapakah dia?" cepat Hian-leng totiang bertanya.
"Hui Lok !" Mungkinkan ia Kakek pelenyap hati Hui Lok "
Untuk sementara waktu Hui-sin taysu berempat berdiri
tertegun dengan wajah melongo.
"Siau-sicu, apakah kau percaya dengan perkataan dari
Cen-thian-kui-ong (raja setan penggetar langit) dengan begitu
saja ?" kata Cui-sian sangjin tiba-tiba sambil tertawa hambar.
"Boanpwe sudah mempunyai bukti yang bisa ditelusuri!"
Nyoo Ban-bu dengan gusar. "Hui Lok benar-benar merupakan
manusia yang pantas dicurigai!"
"Bukti apa yang bisa ditelusuri !"
"Sewaktu mendiang ayahku terbunuh, Hui Lok pernah
muncul di ibu kota !"
"Siapa yang melihat ?"
"Kit Bun-siu tayhiap !"
"Si kutu buku itu?" Han-sian-hui-kim Wici Bin agak tertegun
setelah mendengar nama tersebut.
"Yaa, si kutu buku pena emas Kit tay-hiap yang
menyaksikan hal ini !"
Tiba-tiba Hu-sin siansu berkata sambil tertawa :
Meskipun hui sicu pernah muncul di ibukota, belum tentu
dia ada kaitannya dengan terbunuhnya Kakek malaikat. Lebih
baik siau-sicu bersikap lebih teliti !"
"Ciangbun tasysu hanya tahu satu tidak mengetahui
kedua," ucap Nyoo Ban-bu sambil tertawa dingin, "bukan saja
Hut Lok telah muncul di ibukota waktu itu, bahkan keesokan
harinya dia pergi dari kota itu dengan tergesa-gesa !"
Tiba-tiba Bwe Kunpeng tertawa seram lalu katanya :
"Apabila dia mempunyai urusan penting, tentu saka harus
berlalu dengan tergesa-gesa."
Kembali Nyoo-Bau bu tertawa dingin.
"Aaah, masa ada kejadian yang begitu kebetulannya di
dunia ini " Adalagi pelatih dari keluarga boanpwe Toh-min-
huan (panji sakti perenggut nyawa) Ku Bun-wi pernah bersua
muka dengannya waktu itu !"
"Sungguhkah perkataan dari siau-sicu ini ?" Hian leng
totiang menjerit kaget. "Tiada kepentingan bagi boanpwe untuk berbohong,
sekarang Ku Bun-wi masih berada dalam gedung siau-hong-
hu, tidak ada salahnya kalau ciangbunjin berlima mengikuti
boanpwe untuk berkunjung ke sana dan menanyakan sendiri
masalah tersebut!" "Lohu memang akan ke sana untuk menanyakan persoalan


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini !" kata Bwe Kun-peng dengan marah, "seandainya Ku Bun-
wi benar-benar pernah tertemu dengan Hui Lok maka
sembilan puluh persen Kakek malaikat tewas oleh Hui Lok."
Sekilas rasa girang segera menghiasi wajah Nyoo Ban-bu."
Sayang sekali ke lima orang ciangbunjin itu tidak melihat
akan perubahan ini. Hui-sin taysu menghela napas rendah, kemudian berkata :
"Lolap tidak mengira kalau Hui sicu adalah manusia yang
berhati keji......" "Taysu, jangan kau lupakan julukannya si kakek pelenyap
hati !" seru Wici Bin sambil tertawa dingin, "jikalau kakek
malaikat memang terbunuh olehnya, ini berarti peristiwa
berdarah lainnyapun sembilan puluh persen merupakan hasil
karya iblis tua ini juga."
Cui-sian sangjin mengerutkan keningnya, setelah merenung sejenak ia berkata :
"Aku lihat peristiwa ini perlu diselidiki dulu hingga jelas dan
terang !" "Sejak kematian mendiang ayahku, hingga kini masalahnya
belum pernah jelas. Hal mana membuat boanpwe tak pernah
merasa tenang," kata Nyoo Ban-bu lagi dengan penuh
kebencian," ciangbun taysu berilmu, kalian adalah tokoh-tokoh
persilatan yagn selalu menjunjung tinggi keadilan dan
kebenaran dalam dunia persilaan, oleh sebab itulah boanpwe
sengaja datang mengganggu di tengah malam buta ini dengan
harapan ciang bun taysu berilmu sudi mencarikan keadilan
bagi boanpwe." Hian-leng totiang segera manggut-manggut.
"Siau-sicu, di dalam persoalan ini tentu saja pinto sekalian
tak bisa berpelak tangan belaka !"
Bwe Ku-peng tertawa terbahak-bahak pula seraya berkata :
"Lohu berlima sempat menyaksikan akiat dari keempat
peristiwa pembunuhan itu, meski keponakan Nyoo tidak
kemari, lohu sekalipun tak nanti akan berpeluk tangan belaka
!" Lima orang ciangbunjin ini memang cukup jujur dan
terbuka...... Mereka selalu tidak percaya kalau Hui Lok adalah seorang
pembunuh keji, mereka selalu berusaha untuk membelai Hui
Lok, tapi begitu kenyataan sudah muncul di depan mata,
merekapun segera melepaskan pendapatnya tersebut,
mereka ingin menegakkan keadilan dan kebenaran bagi umat
persilatan... Agaknya Nyoo Ban-bu sudah menduga akan hasil yang
akan dicapai dalam kunjungannya kali ini.
Hanya saja, sia tak mengira kalau hasil tersebut bisa diraih
olehnya dengan cara yang begitu mudah.
"Kesedihan cianpwe sekalian untuk membantu diriku dalam
persoalan ini, sungguh membuat boanpwe merasa berterima
kasih sekali, budi kebaikan ini entah sampai kapan baru dapat
kubayar ........." @oodwoo@ Jilid 17 "Omintohud, perkataan sicu terlampau serius!" kata Hui-in
taysu sambil merangkap tangannya didepan dada, "ayah mu
telah memberikan kebahagiaan bagi umat persilatan, budi
kebaikannya tersebar sampai dimana-mana, bagaimana
mungkin lolap sekalian akan berpeluk tangan belaka dalam
peristiwa ini" Asalkan dapat membalaskan dendam bagi
kematian Kakel malaikat, meski lolap sekalian harus
mengorbankan selembar jiwapun kami bela......"
Sekilas warna semu merah menghiasi pula wajah Han-
sian-hui-kiam Wici Bin, agaknya diapun agak emosi.
"Saudara Nyoo, mari kita berangkat sekarang juga ke
ibokota!" serunya. Seraya berkata dia lantas melompat bangun.
"Wici lote," kata Cui-sian siangjin sambil tertawa, "apakah
kau akan pergi tanpa pamit dulu dengan tuan rumah?"
Wici Bin tertawa dingin. "Taysu, apa sih maksud kedatagnan kita kemari"
Memangnya kita datang untuk memberi muka kepada
manusia malaikat berpenyakitan Lamkiong Ceng" Berapa
besar sih pamor dari Lamkiong Ceng tersebut .....?"
"Tentu saja, pamornya tak pantas untuk kita hormati,"
sambung Bwee Kun-peng sambil tertawa.
"Yaa, rasanya pinto sekalian memang belum perlu untuk
mencari muka dengan mereka!" sambung Hiang-leng tootiang
sambil tertawa pula. "Itulah sebabnya aku rasa lebih baik kita tak usah
berpamitan lagio dengan mereka"sambung wici Bin cepat
sambil tertawa dingin. Cui-siun sanjin memandang sekejap kearah Hui sin taysu,
kemudian setelah tertawa getir dia berkata :
"Bila pergi tanpa pamit, apakah perbuatan ini tidak akan
menurunkan derajat sendiri?"
"Kalau begitu tinggalkan saja beberapa tulisan?" ucap Hui-
sin taysu kemudian sambil tertawa sedih.
Baru selesai dia berkata, Wici Bin telah menyambar pena
yang berada di meja dan menulis beberapa huruf besar di atas
dinding ruangan : "Kami hatuskan banyak terima kasih atas pelayanan anda
!" Kemudian sambil tertawa dia berseru:
"Ayo berangkat !"
Tanpa mengucapkan sesuatu lagi berangkatlah ke enam
sosok bayangan manusia itu meninggalkan tempat tersebut.
Kepergian ke lima ciangbunjin dan majikan muda gedung
Sian-hon-hu pedang kilat naga sakti Nyoo Ban-bu tanpa pamit
sama sekali tidak menggemparkan tuan rumah maupun para
tamu yang berada di perkampungan Siu-ning-ceng.
Perjamuan yang meriah berlangsung terus menerus
sampai setengah bulan lamanya.
Kian hari pari jago persilatan yang menghadiri perjamuan
pun semakin bertambah kurang.
Tapi jago-jago dari golongan rimba hijau justru makin hari
semakin bertambah banyak.
Ketika mencapai hari yang ke lima belas, satu-satunya jago
persilatan yang belum pergi dari situ hanyalah Pat-huang-it-
koay kakek setan berhati cacad Siau Lun seorang.
Mungkin gembong iblis tua ini ingin berkumpul lebih lama
lagi dengan sobat lamanya yang mengangkat nama bersama-
sama dia, si kakek pelenyap hati Hui Lok, oleh sebab itu dia
tetap tinggal disitu. Kit Hu-seng, Ciu It-ceng dan Leng Seng luan telah
berpamitan pada hari ke empat.
Oh Put-kui dan Lok Sin-kay berpamitan pada hari ke
sepuluh. Sewaktu hendak pergi meninggalkan tempat, secara
khusus Jian-lihu-siu (kakek menyender) Leng Siau-tian
menghantar mereka sampai sejauh sepuluh li.
Leng lojin minta kepada Oh Put-ui agar seusainya
melakukan pekerjaan sudi mampir di Bu-lim-tit-it-po (Beteng
nomor wahid dunia persilatan), karena tempat itu tak jauh
letaknya dari Ci-lian san, sedang Oh Put-kui hendak pergi ke
bukit Ci-lian-san. Oh Put-kui mengabulkan permintaan tersebut.
Hal ini bukan dikarenakan Leng lojin mendesaknya terus.
Rupanya ada sepasang masa yang jeli dan bening secara
diam-siam memohon kepadanya, dia tak tega untuk
menampik permintaan dari pemilik sepasang mata yang jeli
itu. Oleh sebab itu dia mengabulkan permintaan mana.
Dia berjanji akan berkunjung ke Bu-lim-tit-it-poo seusainya
melakukan pekerjaan di bukit Ci-lian-san nanti.
Oh put-kui tidak terbiasa menunggang kuda, ia terbiasa
berkelana, terbiasa pula berjalan kaki.
Baginya menunggang kuda malah sangat merepotkan.
Si Pengemis pikun menunggang kuda sambil membawakan
lagu Lian-hoa-lok, sambil menyanyi mulutnya tak henti sibuk
pula mengunyah kueh yang diperolehnya dair perkampungan
Siu-ning-ceng tadi. Bayangkan saja kalau ada orang mengunyah makanan
sambil menyanyi, hancur pasti suara nyanyiannya.
Maka tak heran kalau nyanyian Lian-hoa-lok yang
dibawakan olehnya itu membuat orang merasa bising dan
kesal. Oh Put-kui benar-benar tak kuat menahan kesemuanya itu.
Baginya jauh lebih enak mendengar suara ranting yang
bergoyang terhembus angin ketimbang mendengarkan suara
sengak yang tak sedap didengar itu.
Dua ekor kuda jempolan membawa dua tokoh persilatan
yang gagah perkasa, tidak sampai seharian sampailah mereka
di pegunungan Ci-lian-san.
Dengan hadiah sekeping uang perak, Oh Put-kui
menitipkan kudanya di rumah seorang
petani, lalu menghembuskan napas panjang, kepada si Pengemis pikun
serunya sambil tertawa. "Lok loko, waaah.....binatang itu benar-benar telah
menyiksa aku !" "Lote, dasar kau memang ditakdirkan bernasib kere, ada
binatang yang mewakili kakimu, kau malah merasa
tersiksa.....huuuhh, dasar jiwa kera....." seru Pengemis pikun
setelah tertegun beberapa saat.
Oh Put Kui tertawa. "Meskipun jiwa siaute jiwa kere, aku mah enggan untuk
menjadi ketua Kay-pang."
Tak tahan Pengemis pikun tertawa terbahak-bahak setelah
mendengar perkataan itu. "Saudaraku, kau memang terlalu besar ambisi, siapa sih
yang menyuruh kau menjadi ketua Kay-pang " Kalau kau
sampai menjadi ketua kami, waaahh....anggotanya bisa lebih
miskin lagi sampai membeli celanapun tak punya uang !"
"Haaahh......haaahhh.......haaahh.....benar,
tepat sekali ucapanmu itu." Oh Put Kui tertawa terbahak-bahak, "coba
balau bukan demikian, aku tentu akan mencoba untuk menjadi
ketua Kay-pang...." "Lebih baik jangan kau coba, kalau tidak bisa jadi aku
pengemis tua terpaksa harus berkhianat"
Sambil bergurau mereka berdua meneruskan perjalanannya menelusuri jalan setapak menuju ke atas
gunung. Setelah melalui empat buah tebing rendah habis sudah
kesabaran pengemis pikun.
"Saudaraku, mungkinkah keparat she Ban itu tak akan
datang kemarin....."
Oh Put Kui segera menggeleng.
Seandainya kau, mungkinkah kau tak akan kemari ?"
"Mengapa tidak datang " Memangnya dalam loteng kecil itu
terdapat sesuatu yang bisa diharapkan ?" sahut pengemis
pikun sambil tertegun. "Nah, itulah dia ! Makanya kakek Ban pasti akan datang
kemari......" "Kalau datang seharusnya sudah datang, jangan-jangan dia
menunggu kita dimulut lembah Sin-mo-kok ?"
"Bisa jadi demikian....." Oh Put Kui tertawa.
Belum habis dia berkata, mendadak tampak sesosok
bayangan manusia meluncur datang dari tengah udara.
Pengemis pikun yang berada di depan menjadi amat
terperanjat, buru-buru dia mengayunkan telapak tangannya
melancarkan sebuah pukulan ke depan.
"Bluuuuukkk........."
Bayangan manusia yang meluncur datang dari tengah
udara itu segera terhajar telak dadanya oleh tenaga pukulan
dari Pengemis pikun tersebut.
Namun anehnya, meskipun serangan dari Pengemis pikun
itu bersarang telak ditubuh lawan, namun alhasil bagaikan
menghantam diatas sebuah benda yang sama sekali tak
bertenaga. Baru saja Pengemis pikun berseru tertahan, bayangan
manusia itu sudah meluncur kembali ke tengah udara.
Tiba-tiba saja bayangan hitam itu menerkam lagi dengan
kecepatan luar biasa. Tergopoh-gopoh Pengemis pikun mengayunkan sepasang
telapan tangannya ke depan, sepenuh tenaga dia menghantam bayangan hitam tersebut.
Tapi bayangan hitam itu sudah menerjang lagi dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir.
Seketika itu juga sekujur badan Pengemis pikun terkurung
oleh bayangan hitam tadi.
Oh-put-kui yang berada disisi arena sampai tertegun
menyaksikan peristiwa ini.
Sebab semua peristiwa itu berlangsung dalam waktu
singkat, belum sempat dia menggerakkan badannya pengemis
pikun itu sudah tercengkeram oleh bayangan hitam itu.
Kalau dibilang tercengkeram maka lebih tepat kalau seluruh
badan pengemis pikun itu terkurung ketat.
Waktu itu, bayangan hitam tadi sudah mengurung sekujur
badan pengemis pikun sehingga tak terlihat lagi.
Dengusan bergema dari mulut si pengemis pikun, dengan
terkejut buru-buru Oh put-kui siap melancarkan serangan
untuk menolong. "Bocah muda, jangan urusi dia, biar pengemis busuk ini
merasakan sedikit pelajaran, siapa suruh dia menyebutku tua
bangka dibelakang orang !"
Kalau didengar dari suaranya, ternyata orang itu adalah
kakek latah awet muda.

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oh Put-kui segera menarik kembali tangannya yang siap
melancarkan serangan itu.
Berpaling kemuka, ia melihat diatas sebatang pohon siong
raksasa lebih kurang tiga kaki di hadapannya duduk seorang
kakek berambut putih yang berjubah panjang, dia tak lain
adalah Bau Sik thong adanya.
Sambil menggantungkan kakinya kebawah dan memutar
sepasang tangannya, dia membuat muka setan kearah Oh
Put-kui. Ketika Oh Put-kui berpaling ke arah pengemis pikun, waktu
itu sang pengemis pikun, sedang dibuat kalang kabut
setengah mati, sementara dari balik hitam itu menongol
sebuah kepala. Oh Put kui tak bisa menahan rasa gelinya lagi, dia segera
tertawa terbahak-bahak. Ternyata gumpalan bayangan hitam itu tak lain adalah
sebuah pakaian milik Put-lo hu ang-siu (kakek latah awet
muda). Sekalipun begitu, pengemis pikun sudah cukup dibuat
kalang kabut tak karuan. Sambil tertawa terbahak-bahak Put-lo-hu ang-su menuding
ke arah pengemis pikun sembari berseru :
"Pengemis busuk, tenaga pukulanmu masih terlampau
cetek....." Sementara itu pengemis pikun telah berhasil melepaskan
jubah panjang tersebut dari atas kepalanya, kontan saja dia
mencak-mencak sambil mengumpat :
"Sialan, kau berani mempermainkan aku...."
Belum habis dia berkata, tiba-tiba jubah panjang yang
berada ditangannya itu melayang kembali ke udara.
Pengemis pikun sudah merasakan penderitaan oleh jubah
mana, maka melihat jubah tersebut melayang ke udara, kotan
saja dia menjatuhkan diri bergelinding di atas tanah.
Pada dasarnya dia berperawakan rendah lagi kurus,
apalagi sedang merendahkan tubuhnya, maka gelindingannya
itu mirip sekali dengan baskom air, dalam waktu singkat dia
sudah berada sejauh dua kaki lebih dari tempat semula.
Sambil tertawa terbahak-bahak Put-lo-hu ang-siu berseru
kepada Oh Put-kui : "Haaahhh.....haaahh........haaaahhhhh.....bocah
muda, pernah melihat telur busuk menggelinding" Permainan dari
pengemis busuk itu memang indah sekali ?"
Ditengah gelak tertawanya, jubah hitam jadi tahu-tahu
sudah melayang kembali ke tangannya.
"Ban tua," ujar Oh Put Kui kemudian sambil tertawa,
"permainan jubah panjang jaring terbang menangkap kura-
kura emasmu sungguh hebat ! Baru pertama kali ini selama
hidup boanpwe menyaksikan demonstrasi yang begitu indah."
"Haaahh........haaahh......haaahh.....bocah muda, julukanmu
memang tepat sekali," seru Put-lo-huagn-siu, "jubah panjang
jaring terbang menangkap kura-kura emas....tepat ! Tepat
sekali ! Pengemis busuk itu memang seekor kura-kura emas !"
Tapi sejenak kemudian dia sudah berteriak kembali :
"Kurang cocok, kurang cocok ! Gara-gara pengemis busuk
ini menggelinding di atas tanah, jubah panjang baruku menjadi
hitam dan kotor. Dia harus disebut kura-kura busuk !"
Mendadak itu, Oh Put Kui tertawa terpingkal-pingkal
sampai terbungkuk-bungkuk.
Tapi pengemis pikun Lok Jin ki yang baru saja merangkak
bangun menjadi sewot dan mencak-mencak sambil mencaci
maki. "Sialan, sialan, kurang ajar betul.....................kalian yang
tua maupun yang muda sama-sama telur busuknya !"
Menyaksikan keadaan pengemis pikun Lok Jin-ki yang
mengenaskan itu, gelak tertawa Oh Put Kui yang sebenarnya
mulai mereda, sekarang meledak dan berderai kembali.
Dengan langkah lebar Put-lo-huang-siu berjalan kehadapan
pengemis pikun, kemudian sekali mencengkeram dia
mengangkat tubuhnya seperti menangkap anak ayam saja.
Kini Oh Put Kui baru tahu kalau perawakan tubuh Kakek
latah awet muda Ban Sik-hong ini satu kali lipat lebih besar
daripada perawatak tubuh pengemis pikun.
"Ayo jawab, kau masih berani mengumpat lagi tidak"
Pengemis busuk....." hardiknya.
Dicengkeram macam anak ayam, pengemis pikun menjadi
ketakutan setengah mati, buru-buru dia menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Tidak..........tidak.......tidak berani !"
Put-long-huang-siu segera menggetarkan tangannya, tubuh
pengemis pikun segera terlempar ke udara sehingga jatuh
berjumpalitan. "Sudah berapa ratus kali kuampuni kau si....si pengemis
busuk....?" teriak Put lo-huagn-siu sambil menarik-narik
rambut ubannya. Pengemis pikun melejit dan melompat bangun dari atas
tanah, kemudian setelah membersihkan tubuhnya dari debu,
dengan mata melotot dan sikap rikuh sahutnya sambil tertawa
: "Agaknya...........agaknya keseratus tiga puluh tujuh
kalinya......" Put-lo-huang-siu tertawa tergelak.
"Haaahh............haaahh............haaahh............betul
ini adalah yang keseratus tiga puluh tujuh kalinya, bagaimanapun
juga umurmu memang masih muda enam puluh sembilan
tahun daripada aku, tentu saja daya ingatmu jauh lebih baik
daripada aku sendiri."
Oh-put-kui yang mendengar perkataan itu tak bisa
menahan diri lagi, ia segera tertawa terbahak-bahak.
Mungkin pengemis pikun tidak berani melawan Put-lo-
huang-siu, tapi tidak demikian dengan Oh-put-kui.
Begitu anak muda tersebut tertawa, kontan saja dia
melototkan sepasang matanya bulat.
"Saudaraku, rupanya kau senang melihat aku menderita "
Baik, tunggu saja nanti ! Asal kau berani berkumpul bersama
tua bangka celaka ini, pasti ada permainan yang sedan untuk
kau nikmati." "Mungkin hal itu benar." Oh Put Kui menggeleng, tapi
paling tidak bukan berada di depan mata sekarang !"
"Bocah muda, perkataanmu itu memang benar," sela Put-
lo-huang-situ dengan cepat, "apabila kau ingin bermain
kembangan, bila kau telah dewasa nanti, aku pasti akan
melayanimu sampai puas."
"Nah bagaimana?" ejek pengemis pikun sambil tertawa
tergelak, "tunggu saja tanggal mainnya saudaraku !"
Oh Put Kui masih saja tertawa hambar.
"Bila urusan yang penting telah selesai, boanpwe pasti
akan menemani Ban tua buat bermain-main !" ucapnya.
Put-lo-huang-siu yang mendengar ucapan itu lantas saja
menjadi mencak-mencak kegusaran.
"Bocah keparat, tampaknya kau lebih becus ketimbang
pengemis busuk itu ! Hei pengemis busuk, kau dengar tidak "
Orang lain begitu gagah, tidak pengecut macam kau saja !"
Pengemis pikun bertepuk tangan sambil bersorak sorai.
"Asalkan kau tidak mencariku, soal becus atau tidak bukan
masalah buat aku si pengemis...."
"Itu tak mungkin, aku sudah terbiasa bergaul dengan kaum
miskin, jadi meskipun kau tidak ingin berhubungan dengan
akupun tak mungkin, lohu akan segera menjadi hu-ting Beng
untuk minta orang..... Oh Put Kui tertawa sendiri setelah mendengar perkataan
itu, pikirnya kemudian. "Orang tua itu benar-benar berhati lurus orang lain enggan
berhubungan dengannya, teryata dia hendak mencari
ketuanya untuk menuntut orang......"
Pada saat itulah pengemis pikun buru-buru berseru :
"Sayang sekali locianpwe, guru aku si pengemis tua sudah
tidak menerima tamu lagi."
"Benarkah begitu?" Put-lo-huang-siu tertawa, "pengemis
cilik, apakah gurumu tidak menjadi ciangbunjin lagi ?"
Mendengar ucapan mana, dengan wajah serius Pengemis
pikun menyahut : "Gutuku sudah mengundurkan diri !"
"Gurumu itu benar-benar tak becus, kalau tidak menjadi
ketua, dia ingin menjadi apa ?"
"Guruku suka akan kebebasan, oleh sebab itu dia tak ingin
menjadi seorang ketua yang terikat gerak-geriknya......"
Put-lo-huang-siu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........kehidupa
n bebas kentut anjing, paling-paling dia malas dan ogak
bekerja." Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan mata melotot
besar dia berkata lagi : "Lantas siapa yang telah menjabat kedudukkan sebagai
ciangbujin ?" "Konsun toa-suheng !"
Kembali kakek latah awet muda tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........begitu
gurunya begitu pula penggantinya. Hu Teng-beng memang
rongsokan yang tak becus, maka dia mencari Konsun Lian
yang tidak doyan tertawa utnuk meneruskan jabatannya !
Coba kalau aku, sudah pasti aku akan mencari ji-suhengmu
pengemis pengembara Lui Sian-bu untuk memangku jabatan
itu............." "Untung saja bukan kau yang memilih.........."
"Hmmm, memangnya aku tidak berhak untuk melakukan
pemilihan tersebut ?"
Dipelototi oleh kakek tersebutm pengemis pikun menjadi
amat terperanjat, buru-buru dia berkata :
"Berhak, berhak ! Kau orang tua adalah seorang tokoh silat
yang berkedudukan tinggi, kedudukannya diatas semua ketua
dari pelbagai partai tentu saja kau sangat berhak............."
Jangan dilihat pengemis pikun itu bodoh, ucapan yang
diutarakan kontan saja membuat Put-lo-huang siu senangnya
setengah mati. Put-lo-huang-siu tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........sangat
berarti, sangat berarti ! Pengemis busuk, coba kau lihat,
apakah gayaku mirip sekali dengan gaya seorang tokoh silat
yang berkedudukan diatas para ciangbunjin lainnya ?"
Sambil berkata dia mencabut tiga lembar rambut putih dari
atas kepalanya. Kemudian setelah membenahi jubahnya dan membusungkan dada, dengan gaya yang dibuat-buat dia maju
beberapa langkah ke arah depan.
"Nah, mirip tidak ?" serunya.
Pengemis pikun segera menutupi mulutnya menahan rasa
geli, kemudian setelah mendengus sahutnya :
"Mirip ! Mirip sekali ! Pada hakekatnya mirip malaikat dari
kahyangan....." Dengan bangga Put-lo-huagn-situ tertawa tergelak,
kemudian sambil berpaling ke arah Oh Put Kui katanya pula :
"Bocah muda, bagiamana penurut pendapatmu ?"
Waktu itu Oh Put Kui sudah kegelian setengah mati hingga
napasnya seperti menjadi sesak, mendengar pertanyaan
tersebut, sahutnya dengan cepat :
"Meski tidak tepat keseluruhannya.....tapi berbeda pun tidak
banyak......." "Kenapa" Kau tidak puas?" Put-lo huang-siu merasa agak
tertegun oleh perkataan mana.
Oh Put Kui tertawa. "Bukan begitu.......cuma kau kelewat kurus lagi jangkung,
tidak mencerminkan wajah orang yang punya rejeni
besar........." Put-lo-huang-sia segera tertawa tergelak.
"Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........cuma
begitu saja ?" "Begitupun sebenarnya sudah lebih dari cukup......" pikir Oh
Put Kui dihati. Namun diluar segera sahutnya :
"Yaaa, hanya dalam hal itu saja yang agak mirip."
"Kalau cuma itu mah gampang sekali, aku akan segera
berubah sedikit bentuk wajah dan perawakanku !"
Ucapan ini segera membuat Oh Put Kui terkejut.
Dia tidak habis mengerti dengan cara apakah tua bangka
ini akan merubah dirinya "
Maka dengan perasaan tercengang dan ingin tahu dia
berseru : "Kau orang tua dapat merubah diri ?"
"Tentu saja! Kalau tidak mana mungkin aku bisa dikatakan
sebagai manusia yang serba bisa?"
Pengemis pikun yang berada disisi arena segera bertepuk
tangan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........kalau
begitu beribahlah, berubahlah menjadi seekor kura- kura..........." Belum habis kata tersebut diutarakan, cepat-cepat dia
menutup mulutnya kembali.
Untung saja Oh Put Kui menimpali :
"Boanpwe sangat tidak percaya dengan ucapanmu itu."
Tiba-tiba Put-lo-huang-siu tertawa aneh, kemudian ujarnya
sambil tersenyum : "Bocah muda, kau ingin membuktikan sendiri perkataanku
tadi.............?" Oh Put Kui memang ingin membuktikan dengan mata
kepala sendiri atas ucapannya itu.
Put-lo-huang-sium tertawa terbahak-bahak, mendadak ia
menggetarkan sepasang bajunya, rambut putihnya bergetar
keras dan tubuhnya yang jangkung lagi kurus itu tiba-tiba saja
menyusut menjadi satu depa lebih pendek.


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan begitu saja, dengan makin pendeknya sang tubuh
maka badannyapun makin menjadi gemuk.
Dengan perasaan terkesiap Oh Put Kui tertawa, lalu
serunya : "Ban tua, ilmu sakti perubah bentuk badan ini sungguh
hebat dan luar biasa!"
"Bocah busuk, kau bilang ilmu apa " Ilmu perubah bentuk
badan........?" "Memangnya masih ada nama lain ?"
"Tentu saja, kepandaian sakti itu bernama Tah-thian sin-
kang (ilmu sakti perogoh langit)!"
"Ilmu sakti perogoh langit?" Oh Put Kui tertegun dan berdiri
melongo. Ia belum pernah mendengar nama tersebut, pada
hakekatnya mendengar orang berkatapun tidak.
Bukan cuma dia, pengemis pikun sendiripun dibikin berdiri
bodoh..... Sejak kapan dalam dunia persilatan terdapat ilmu sakti
perogoh langit" "Boanpwe kurang berpengalaman sehingga nama itu belum
pernah kudengar....Ban tua apakah kau orang tua yang
memberi nama sendiri atas kepandaianmu itu ?"
Put-lo-huang-situ tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........memang
nya tidak boleh untuk memberi nama atas sebuah kepandaian
yang diciptakannya sendiri ?"
Oh Put Kui tertawa. "Apabila orang persilatan dapat menciptakan semacam
kepandaian sakti, maka hal mana merupakan suatu peristiwa
besar yang pantas dikagumi. Mengapa sih kau orang tua
mencurigai sikap orang lain......?"
"Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu itu, tampaknya
kau tak percaya dengan perkataan lohu !"
"Boanpwe tidak brani, boanpwe justru sangat kagum dan
hormat padamu." "Haaaahhh...........haaaahhh.........haaaahhh..........sudah
seharusnya memang demikian !"
Sikapnya saat ini berbeda sekali dengan sikapnya tadi,
memang tak salah lagi kalau dia nampak keren dan
berwibawa sekali, cuma wajahnya masih tetap memancarkan
sifat kekanak-kanakan. Pengemis pikun yang berada di sisinya kembali menyindir :
"Loacianpwe, tampangmu sekarang memang mirip sekali
dengan tampang tokoh silat yang dikagumi dan dihormati
orang !" Pengemis pikun mengerling sekejap ke arahnya, kemucian
berkata : "Pengemis busuk, aku tahu kalau perkataanmu itu macam
kentut anjing semua!"
Lalu sambil berpaling ke arah Oh Put Kui katanya lebih jauh
: "Bagaimana menurut pendapatmu bocah muda ?"
Oh Put Kui tertawa. "Yaa, memang rada miri ! Cuma.........."
Belum habis perkataan itu diutarakan, si kakek sudah
berkerut kening. "Cuma kenapa lagi" Aaaai....si bocah muda benar-benar
sukar dihadapi....."
Oh Put Kui yang mendengar perkataan tersebut segera
tertawa geli dibuatnya. Sulit untuk dihadapi "
Kau mirip dengan tokoh silat atau tidak, apa pula sangkut
pautnya denganku " Cuma diluaran ia tetap berkata :
"Aku lihat wajahmu itu menunjukkan sikap yang kelewat
binal......." Put-lo-huang-siu tertawa geli oleh perkataan itu.
"Waaah, kalau soal ini mah tak bisa di rubah lagi, bocah
muda, lohu sudah hidup hampir tiga kali enam puluh tahun,
tapi penyakit diwajahku ini tak pernah berhasil kurobah."
"Locianpwe polos dan jujur, tentu saja hal ini sukar untuk
dirubah......." "Haaahhh................haaahhhh............
haaahhhh............benar-benar sekali, aku memang polos dan
jujur, Put-lo-huang-siu tertawa tergelak, "bocah mudah,
bagaimana kalau kita membentuk partai jujur dan polos " Kau
sebagai ketuanya dan aku......"
Setelah termenung sejenak, dia melanjutkan sambil tertawa
: "Biar aku sebagai pembantunya saja !"
Baru saja Oh Put Kui hendak membuka mulut, Pengemis
pikun yang berada disisinya sudah berteriak keras :
"Kau seharusnya menjadi Tay-sang ciang-bunjin !"
Tiba-tiba paras musa Put-lo-huagn-siu berubah menjadi
merah padam, serunya : "Waaah, hal ini mana boleh jadi" Lohu sangat senang
dengan bocah muda ini, apabila aku menjadi Tay-sang
ciangbunjin, toh akibatnya aku tak dapat duduk sejajar
dengannya" Dia pasti akan bersikap hormat, gugup dan
munduk-munduk bila bertemu aku.......waaah, ini kurang
sedap! Pengemis busuk, idemu itu kurang cocok dan
berkenan dihati......"
Oh Put Kui yang mendengar ocehannya itu diam-diam
merasa kegelian sendiri. Ban Sik-thong benar-benar seorang manusia yang polos
dan lucu..... Untuk mendirikan suatu partai dalam dunia persilatan
sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang gampang, tapi
kakek itu berbicara dengan begitu santai, bukanlah hal ini
merupakan sesuatu kejadian yang lucu sekali"
Sambil tertawa pengemis pikun berkata lagi :
"Locianpwe, jika kau mesti menjadi pembantunya, Oh Lote,
ini baru mengenaskan namanya!"
Dengan cepat Put-lo-hung-siu menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya: "Mati demi rekan adalah sesuatu yang luhur, pengemis
busuk, sia-sia saja kehidupanmu di dunia ini, masa teori
semacam inipun tidak kau pahami" Sungguh tak berguna......"
"Baik, kalau begitu aku si pengemis akan memberi
kedudukan lain untukmu...." seru pengemis pikun lagi.
Lagaknya kali ini pada hakekatnya jauh lebih besar
daripada Put-lo-huang-siu.
Oh Put Kui menjadi geli rasanya, dia segera berpikir :
"Pengemis pikun ini seharusnya dirubah menjadi pengemis
pikun latah......" Sementara itu Put-lo-huang-siu dibikin kegirangan setengah mati, dia segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.............haaahhhh...........haaahhhh..........bagus,
bagus sekali, pengemis busuk! Coba katakanlah idemu itu !"
"Lebih baik kau jadi ciangbunjin, saudara cilik ini menjadi
Pedang Pembunuh Naga 1 Rahasia Kunci Wasiat Karya Khu Lung Sepasang Pedang Iblis 14
^