Pencarian

Misteri Pulau Neraka 9

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bagian 9


semula, mendengar perkataan itu buru-buru dia bangkit berdir
sembari ujarnya : "Aaaah, mana boleh jadi, lebih baik biar aku sendiri yang
merundingkan persoalan tersebut dengan sandara Ku!"
Mendadak Oh Put Kui berkata sambil tertawa :
"Leng tua, pedang Hian-peng-kiam tersebut telah kuhadiahkan kepada putri dan menantumu sebagai hadiah
perkawinan mereka, tapi sekarang muncul segelincir manusia
yang ingin merampas pedang tersebut, sewajarnya kalu
akupula yang tampilkan diri untuk menyelesaikan masalah
tersebut." Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berpaling kearah
KU Bun-wi sekalian berlima sembari berkata :
"Bukankah kedatangan kalian berlima untuk mendapatkan
pedang ini " Aku bersedia untuk menyelesaikan maslah ini
dengan kalian ...." Menghadapi keadaan yang tidak menguntungkan pihaknya
ini, Ku Bun-wi sudah mempunyai rencana untuk mengundurkan diri dari tempat tersebut.
Dia tahu, dengan kepandaian yang dimiliki mereka berlima,
tak nanti bisa menandingi kehebatan dari Put-lo-huang-siu.
Sekalipun demikian, dia enggan menunjukkan kelemahannya dihadapan Oh Put Kui, mendengar ucapan
mana, katanya sambil tertawa hambar :
"Apabila kau ingin melibatkan diri dalam kasus ini, terpaksa
aku harus menyalahi dirimu."
Mendadak dia memandang sekejab kearah Put-lo-huang-
siu, kemudian melanjutkan :
"Cuma saja, memandang diatas wajah emas dari Ban tua,
hari ini kita sudahi masalah tersebut samapai disini!"
Tampaknya saja dia seperti bersedia mengalah, tapi tak
sudi memberi muka untuk Oh Put Kui.
"Ku tayhiap, apa maksud perkataanmu itu?" desak Oh Put
Kui tiba-tiba. Ku Bun-wi tertawa dingin.
"Selewatnya hari ini, dimana kita bersua di situ kita
selesaikan perselisihan perselisihan kita ini."
Mendengar perkataan tersebut, Oh Put Kui segera tertawa
terbahak-bahak : "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kalian takut ban
Locianpwee melibatkan diri didalam persoalan ini sehingga
lebih suka mengundurkan diri saja dari sini?"
Ku-Bun-wi tertawa dingin pula :
"Justru karena kami menghormati Ban Locianpwee !"
Belum selesai Ku Bun-wi berkata, Put-lo-huang-siu sudah
tertawa terbagak-bahak. "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., Siau-kukoay, aku
akan mencampuri urusan kalian semua, apapun yangkalian
suka lakuakan, silahkan saja melakukannya, tak usah kuatir
aku akan mencampuri urursan ini!"
Oh Put Kui juga berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak
: "Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kecuali kalian
semua tidak akan menyinggung lagi masalah pedang Hian-
peng-kiam tersebut, kalau tidak semua perselisihan bersedia
kuselesaikan pada hari ini juga!"
Ku Bun-wi berkerut kening, lalu katanya ketus :
"Tampaknya kau tak ingin melepaskan kami semua
meninggalkan tempat ini ?"
"Aku hanya berharap semua masalah dapat dijelaskan
sehingga duduknya perkara menjadi terang."
"Majikanmuda kami bertekad hendak mendapatkan pedang
Hian Peng Kiam tersebut!" ujar Ku Bun-wi kemudian samabil
tertawa dingin. "Sungguhkah itu?"
"Aku pun tidak terhitung seorang manusia yang suka
berbicara mencla-mencle, lihat saja nanti !"
"Aku tak akan menunggu sampai nanti, sekarang juga
persoalannya akan kubikin jelas !"
"Bagaimana caranya untuk bikin jelas ?" tanya Ku Bun-wi
agak tertegun. "kau hendak menyuruh aku mengakui apa"
Tak bakal ku kabulkan permintaan itu."
"Tidak megabulkan poun harus dikabulkan juga!" tukas Oh
Put Kui sambil tertawa dingin.
oOdwOooOdwOooOdwOooo Bebera kata dari Oh Put Kui ini diutarakan dengan nada
yang amat ketus. Seolah-olah dia menganggap bagaimanpun jua, si panji
sakti perenggut Nyawa Ku Bun-wi pasti akan menyanggupi
permintaannya ini. Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku Bun-wi, dengan
gusar teriaknya : "Jika aku tak akan mengabulkan, mau apa kau?"
Oh Put Kui seger tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kalau begitu
terpaksa kalian akan kutahan disini samapi kau berlima
menyanggupi permintaan itu."
Kontan saja Ku Bun-wi melotot besar, sedangkan Hakim
sakti hitam putih Pak Cau Kun melotot marah, rambut dan
cambangnya pada berdiri tegak semua bagaikan landak.
"Bocah ingusan yang masih bau tetek, kau berani amat
ngebacot yang bukan-bukan !"
"Jika kau tidak percaya, mengapa tidak di coba saja ?"
Hek-pek-sin-poan Pak Cau-kun terhitung seorang lelaki
berhati keras yangtak pernah tunduk pada siapapun, selama
tiga puluh tahun ini dia tak pernah mau bersikap lunak kepada
oranglain. Entah beberapa banyak manusia jumawa yang
telah disikat olehnya. Maka dari itu, begitu Oh Put Kui menyelesaikan kata-
katanya, ia segera bangkit berdiri, kemudian serunya sambil
tertawa dingin : "Aku justru tidak percaya !" sambil berkata, dengan langkah
lebar dia berjalan menuju kedepan ......
Oh Put Kui tertawa dingin, secepat sambaran kilat dia
menyelinap kedepan. "Sebelum kau memberikan janjian, jangan harap bisa
meninggalkan tempat ini barang selangkahpun !" serunya.
Tahu-tahu dia sudah menghadang dihadangan Hek-pek-
sin-poan Pak Cau-kun. Hek-pek-sin-poan Pak Cau-kun mendongakkan kepalanya
lalu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., kalau kau mah
belum pantas, ayo cepat enyah dari sini!"
Sebuah pukulan segera dilontarkan keatas Oh Put Kui.
Oh Put Kui sama sekali tidak bergerak dari posisinyasemula, katanya sambil tertawa dingin :
"Kecuali kau annggap untuk membunuh aku dalam sekali
pukulan saja, kalau tidak, kau harus tetap tinggal disisni !"
"Bluukkk ..... !"
Pukulan tersebut benar-benar bersarang telak ditubuhnya,
tapi serangan tersebut sama sekali tidak memberikan hasil
apa-apa. Oh Put Kui masih tetap berdiri tegak seperti bukit karang.
Sebaliknya Hek-pek-sin-poan Pak Cau Kun justru
memperlihatkan rasa terkejut dan tercengangnya yang luar
biasa. Jangan-jangan sianak muda ini berotot kawat tulangbesi "
Klau tidak, mengapa serangannya tidak mempan sama sekali
" Padahal Pak Cau kun cukup mengetahui daya kekuatan
dari serangan sendiri, biarpun baja yang keras pun pasti akan
terhajar menajdi tujuh pasti akan terhajar menjadi tujuh
delapan bagaian oleh tenaga pukulannya yang maha dahsyat
tersebut ...... Menyaksikan sikap Hek-pek-sin poan Pak Cau Kun yang
berdiri melongo seperti orang bodoh itu, Oh Put Kui segera
berkata sambil tertawa : "Serangan yang kau lakukan ternyata tidak mampu
membodohkan aku, lebih baik kau pulang dan duduk kembali!"
Hekpen-sin poan tertegun untuk beberapa saat lamanya,
kemudian ia baru berkata lagi :
"Sungguh ,... sngguh suat kejadian yang aneh ...."
"Kau tak usah keheranan, sejak kecil aku sudah hidup
bersama binatang buas, jadi akupun sudah terlatih ilmu kebal,
yang mampu manahan serangan lawan, pukulanmu tadi sih
belum berarti apa-apa bagi dirku!"
Hek-pek-poan Pak Cau Kun menggelangkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa dingn :
"Aku tidak percaya, aku tidak percaya..."
"Kalau tidak percaya, mengapa tidak mencoba sekali lagi?"
"betul! Aku memang justru akan mencoba sekali lagi...."
Begitu selesai berkata, sebuah pukulan kembali dilontarkan
ke depan. Dalam serangan yang dilancarkan olehnya kali ini, dia telah
sertakan tenaga sebesar dua belas bagian.
Diam-diam Pak Cau Kun berpikir :
"Biarpun kau si bocah berotot kawat tulang besi, sembilan
puluh persen tak akan dengan menyambut seranganku ini
keras lawan keras." Didalam waktu singkat tepi telapak tangannya telah
menyentuh bahu kanan Oh Put Kui.
Mendadak ..... Hek-pek-sin-poan membentak gusar, tubuhnya melompat
mundur ke belakang dengan sangat cepat.
Mundurnya kalai mencapai jarak sejah dua kali lebih.
"Kau....kau... kepandaian silat apakah itu?" seru Pak Cau
Kun tertegun. Serangan yang dilancarkan dengan tenaga sebesar dua
belas bagaian itu ternyata barhasil dipunahkan oleh Oh Put
Kui sehingga hilang lenyap tak berbekas.
Bukan begitu saja. Lamat-lamat dia merasakan badannya
sehingga nyaris terbang ke angkasa, coba kalau tenaga dalam
yang dimilikinya tidak terlalu tinggi, sudah pasti kerugian yang
dideritanya akan semakin bertambah besar.
Sambil tertawa hambar Oh Put Kui berkata :
"Sekarang kau tentunya sudah percaya bukan?"
"Tidak, aku tetap tidak percaya !" seru Hek-pek-sin-poan
dengan mata melotot dan teramat gusar.
Manusia ini betul-betul keras kepala, mendadak dari balik
jubag panjangnya dia mencabut keluar sebatang pena emas
yang panjangnya beberapa depan. Kemudian sambil tertawa
dingin dia maju kearah Oh Put Kui dengan langkah lebar.
Melihat itu, sambil tertawa Oh Put Kui berkata :
"Saudara disebut si pena sakti. Itu berarti kepandaian
silatmu dalam permainan poan koan pit pasti hebat, aku
bersedia mencoba kelihayan ilmu silatmu dengan tangan
kosong!" Sikap dari si anak muda ini ternyata lebih keras kepala lagi.
Sekalipun musuh yang dihadapinya adlah seorang jago
lihay kelas satu didalam dunia persilatan,namun dia tak
bersedia mengahadapinya dengan mempergunakan senjta
tajam. Saking mendongkolnya Hek-pek-siu-poan Pak Cau Kun
sampai melotot besar landak, bentaknya dengan marah :
"Bocah keparat, kau tak usah takabur!"
Secepat kilat pena emasnya diayunkan kedepan dan
mengurung lima buah jalan darah penting didepan dada Oh
Put Kui. Oh Put Kui tertawa hamabar, menddak kelima jari
tangannya dipentangkan lebar-lebar, kemudian sambil
mengerahkan ilmu Hun kong-cho-im (memisah cahaya
menangkap bayangan ) dia cengkeram pena ems la.
Hek-pek-siu-poan sangat terperanjat, tiba-tiba pena
emasnya ditekan kearah bawah.
Ditengah gelak tertawa Oh Put Kui yang amat nyaring,
mendadak Pak Cau Kun kehilangan bayangan tubuh
lawannya. Kenyataan tersebut tentu saja disambut Hek-pek-siu-poan
Pak Cau Kun dengan perasaan amat terperanjat.
"Aaah. Ilmu langkah Tay-siu Huan-ipoh!" pekiknya dihati.
Namun gerakan tubuhnya sama sekali tidk berhenti,
secepat kilat dia memutar badannya kemudian penanya
disodok kedepan dengan cepat.
Didalam perkiraannya, kali ini Oh Put Kui psti
mengandalkan ilmu langkah tay Siu-huan im-poh nya untuk
menyelinap kebelakang tubuhnya, maka sewaktu membalikkan badan, pena emasnya kembali disodokkan ke
muka. Siapa tah ketika badannya berputar sambil melancarkan
serangan tadi, dari belakang tubuhnya kembali bergema suara
tertaw ringan dari Oh Put Kui telah balik kembali ke posisinya
semuala. Dengan perasaan terkesiap Hek-pek-siu-poan berseru :
"Apa hubunganmu dengan Mi-sim-kui-to (sitosu setan
pembingung hati)

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sahabat!" sahut Oh Put Kui tersenyum.
Hek-pek-siu-poan segera mneunjukan sikap sama sekali
tidak percaya, serunya cepat :
"Kau tidak terlalu jujur!"
Nada suara dari Pak Cau Kun saat ini sama sekali telah
berubah, kesombongannya sudah bekurang separuhnya.
Sambil tertawa Oh Put Kui segera berkata :
"Tampaknya kau tidak mau percaya engan begitu saja
terhadap setiap masalah yang dijumapai, apapun yang
dikatakan lawan, aku tetap akan mempercayainya."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba ia menarik
wajahnya seraya berkata lagi :
"Kedudukan Pak Tayhiap dalam dunia persilatan cukup
bersih, aku benar-benar tak tega untuk memberi kejelakan
yang kulewat batas kepdamu apabila Pak tayhiap masih
mendesak terus, terpaksa aku harus melakukan yang lebih
kasar, tapi bila kua tahu harap Pak Tayhiap jangan marah."
Nada suara dari Oh Put Kui pun turut berubah menjadi jauh
lebih sungkan. Tapi nada suaranya masih tetap membikin hari orang puas
dan tidak tahan. Sesudah tertegun beberapa saat lamanya.
Hek-pek-siu-poan baru berkata :
"Mau apa kau" Masa aku takut kepadamu ?"
"Kalau begitu Pak Tayhiap tak sudi kembali ke tempat
duduk semula ....?" Kata Oh Put Kui sambil tertawa dingin.
Oh Put Kui segera terbahak-bahak :
"Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., sekalipun aku
seorang manusi rudhiu , namun belum sampai sehina itu
derajatku sehingga mesti menjadi seorang kuli pemikul tandu
!" "Belum habis di berkata, mendadak telinganya menangkap
suara bisikan dari Put-lo-huang-siu Ban Sik-tong yang berkata
dengan ilmu menyampaikan suara :
"Bocah muda, bekuk saja orang tua itu dan kembalikan
kebangkannya!" Oh Put Kui menjadi tertegun sesudah mendengar
perkataan tersebut, segera pikirnya:
"Memangnya pekerjaan yang gampang untuk mencengkeramnya dan di kembalikan kebangku semula?"
Dia cukup sadar, tenaga dalam yang dimilikinya masih
belum mencapai ketingkatan yang sedemikian tingginya itu.
Sementara dia masih berpikir dengan sangsi terdengar
suara bisikan dari kakek itu berkumandang lagi :
"Hey anak muda, mengapa kau tidak mencobanya?"
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Oh Put Kui,
dia tahu sudah pasti Put-lo-huang-siu telah bersedia
membantunya secara diam-diam.
Sorot matanya segera dialihkan kembali ke arena, baru
saja dia hendak berbicara ....
Tiba tiba Hek pek sin-poan (hakim sakti hitam putih) telah
berkata lagi : "Hey bocah keparat, kalau toh kau enggan menggotong
kembali aku ke tempat semula, aku pun bersumpah tak akan
balik sendiri ke situ ...."
"Bagus sekali," Pikir Oh Put Kui segera,
"Kau telah memberi kesempatan kepadaku untuk dapat
berbicara lagi." Maka sambil tertawa hambar katanya :
"Tampaknya saudara benra-benar keras kepala dan kolot!"
Seusai berkata, Oh Put Kui melayangkan pandangan
matanya dengan sinar tajam, kemudian bentaknya keras-
keras : "Silahkan saudara kembali ke tempat duduk sendiri!"
Sepasang tangannya digetarkan
bersama kemuka, kesepuluh jari tangannya dari jarak beberapa kaki segera
dilakukan tiga kali segerakan mencengkeram ke tubuh si
Hakim saksi hitam putih Pak Kun-jau tersebut.....
Pak Kun-jiau tertawa tergelak :
"Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., bocah keparat,
kepandaian silat yang kau miliki itu masih belum cukup
tangguh untuk memindahkan aku ...."
Tapi sebelum perkataan itu selesai diutarakan, dia sudh
membungkam dalam seribu bahasa.
Sebab pada saat itu Pak Kun-Jiau telah menjumpai
tubuhnya sudah meninggalkan permukaan tanah setinggi tiga
depan lebih dan melayang kedepan.
Sekuat dia berusaha untuk meronta dan melepaskan diri
dari pengaruh cengkeman tersebut, namun sayang usahanya
itu sama sekali tidak memberikan hsil apa-apa, tubuhnya tetap
melayang kedepan dan kembali ke bangkunya semua.
Setelah lawannya di kirim balik ke kursi semuala, Oh Put
Kui baru menurunkan kembali tangannya dan berkata sambil
tertawa hambar : "Nah saudara, coba kau lihat bagaimanakah kemampuanku
ini...," Hakim sakti hitam ptih Pak kun-jai seger terbungkam dalam
seribu bahasa . Sudah jelas si kakek yang keras kepala ini sudah dibikin
jengkel sampai hampir semaput rasanya.
Si pengemis sinting yang duduk disampingnya kontan saja
menggelengkan kepalanya sambil tertawa tergelak :
"Haaahhh ..... haaahhh..... haaahhh ....., lote, wahai loteku,
jangan bicara terus menerus, tahukah kau bahwa Pak Tayhiap
sudah hampir semaput lantaran dongkolnya ....?"
"Lok loko, Jangan salahkan aku, siapa suruh dia tak tahu
diri dan mencari penyakit buat diri sendiri...." Kata Oh Put Kui
sambil menggelangkan kepalannya dan menghela napas.
"Lote, aku rasa kau pun kelewat batas dengan seranganmu
itu." "Aaaah, apakah lok lote merasa kasihan kepadanya?" kata
Oh Put Kui sambil tertawa.
"Aku si pengemis memang selamanya berbelas kasihan
kepada siapa saja, tapi lote... aku kan tidak berbelas kasihan
kepada Pak Kun-jiau, aku Cuma meras tua bangkotan
tersebut mengenaskan sekali dan patut dikasihani."
Oh Put Kui tertawa hambar.
Ia tidak menggubris si pengemis sinting lagi, sambil
berpaling kearah KU Bun-wi, katanya kemudian :
"ku congkau-lian, bagaimana dengan persoalan pedang
Hian-peng-kiam tersebut ?"
Panji sakti pencabut nyawa Ku Bun-wi mengerutkan
dahinya, dia memandang sekejab kearah pedang setan baju
merah Suma Hian serta dua orang berpedang lainnya, lalu
sambil tertawa katanya : "Aku tahu lote memiliki ilmu silat yang luar biasa
semestinya aku harus memenuhi janji ...."
"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih lebih dahulu."
Tapi secara tiba-tiba si panji sakti pencabut nyawa
menggelengkan kepalanya lagi sambil berkata :
Hanya saja, perintah dari atasan kami sukar dibantah, oleh
sebab itulah kami pun sulit untuk memenuhi janji tersebut !"
"Jadi kalian ber empat mempunyai jalan pemikiran yang
sama seperti Pak tayhiap?" tanya Oh Put Kui pelan sambil
memejamkan matanya rapat-rapat.
Sikapnya yang sombong dan tinggi hati ini pada
hakekatnya seperti tak memandang sebelah mata pun
terhadap Ku Bun-wi sekalian.
Sementara itu Leng Cui-cui sudah meras kan hatinya
berdebar keras, keringat dingin bercucuran keluar membasahai seluruh tubuhny, ia benar benrta merasa kuatir
sekali. Sebab dia tahu ke empat orang itu memiliki kepandaian
silat yang amat hebat, bahkan ayahnya pun hanya bisa
bertarung seimbang bila seorang melawa seorang.
Namun kenyataannya sekarang, disaat Oh Put Kui jelas
tahu kalau pihak lawan sengaja mencari gara-gara
dengannya, ia justru memejamkan matanya rapat-rapat,
bukankah tindakan ini jelas sudah melanggar pantangan
terbesar bagi seorang umat persilatan "
Betul juga apa yang dia duga, baru saja Oh Put Kui
memejamkan matanya rapat-rapat, empat sosok bayangan
manusia sudah menerjang ke muka dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat. Ku Bun-wi, Suma Hian, Hui Bong Ki dan The Tay hong
serentak menyerbu ke muka, delapan buah telapak tangan
mereka bagaikan segulung dinding angin pukulan langsung
mengurung seluruh tubuh Oh Put Kui rapat-rapat.
Pada saat itu pula Oh Put Kui membuka matanya lebar-
lebar. Dia segera tertawa seram, kemudian tubuhnya melejit
ketengah udara dengan kecepatan tinggi.
Kembali leng Cui-cui menjerit kaget:" Oh kungcu, kau ...."
Dia telah melihat bahwa tindakan Oh Put Kui yang melejit
ketengah udara itu lagi-lagi merupakan suatu pelanggaran
yang besar sekali .... Sandainya empat orang musuhnya menyerang bersama
secara ganas. Bukankah Oh Put Kui akan mengalami
kesulitan untuk menghindarkan diri"
Oleh sbab itulah dia menjerit saking kagetnya.
Tapi kenyataannya sama sekali tidak sejelek apa yang
dibayangkan semula: Baru saja Oh Put Kui melejit ketengah udara, keempat
orang itu benar-benar membalikkan telapak tangannya sambil
melepaskan serangan bersama.
Tapi kenyataannya Oh Put Kui telah bertindak jauh lebih
pintar dari pada musuh-musuhnya itu.
Disaat keempat gulung angin pukulan itu dilontarkan
kepadanya, secepat sambaran anak panah dia meluncur
kembali ke atas permukaan tanah.
Dengan tindakan yang diambil olehnya itu, secara otomatis
angin pukulan yang di lontarkan keempat orang itupun
mengenai sasaran yang kosong.
Bukan Cuma begitu, berhubung sepasang tangan keempat
orang itu sedang diayunkan keatas, dengan sndirinya
pertahanan pada bagian dadanya menjadi sama sekali
terbuka. Begitu turun kembali keatas permukaan tanah. Oh Put Kui
segera tertawa keras. Ditengah gelak tertawa yang amat keras itulah, secepat
kilat dia berputar satu lingkaran didepan keempat orang itu."
Plaaaakk ..........plaaaakk.......... plaaaakk...."
Terdengar tiga kali suara benturan yang amat nyaring.
Tahu-tahu masing-masing orang sudah termakan oleh sebuah
pukulan. Namun saja, biarpun suara benturan itu kedengarannya
sangat nyaring, sesungguhnya kekuatan yang dipergunakan
amat lemah. Oleh sebab itulah kendatipun setiap serangan bersarang
telak diatas bagian yang mematikan diatas dada mereka,
namun bagi keempat orang jago lihay tersbut, keadaan itu
Cuma menimbulkan sedikit rasa sakit saja, bagaikan anak
kecil yang memukul nyamuk diatas tubuh mereka ...,.
"Aaaah, Oh kongcu! Kau memang benar-benar sangat
hebat...." tanpa sadar Leng Cui-cui berseru memuji.
Oh Put Kui segera berpaling dan melemparkan sebuah
senyuman kearahnya Jangan dilihat senyuman tersebut hanya senyuman bias,
namun bagi pandangan Leng Cui-cui yang menaruh hati
kepada lawan, senyuman tersebut bagaikan runtuhnya
sebuah bukit karang, sangat menggetarkan perasaan hatinya.
Kontan saja selembar pipinya berubah menjadi merah
padam karena jengah .....
Sementara itu jantungnya turut berdebar keras, mukanya
teras merah dan kepalanya tertunduk rendah-rendah .....
Namun dia toh tak tahan sempat melirik sekejap ke arah
pemuda itu dengan pandangan penuh perasaan cinta.
Sayang sekali Oh Put Kui tak sampai lagi memperhatikan
kadaan tersebut, sebab keempat lawannya telah menyerang
lagi secara ganas dan membabi buta.
Biarpun Oh Put Kui hanya menepuk dada mereka secra
pelan dengan maksud untuk menggertak mereka. Agar orang-
orang itu tahu diri dna segera mengundurkan diri. Namun
kejadian ini diterima oleh keempat orang tersebut sebagai
suatu penghinaan yang amat besar, jauh lebih nista dari pada
membinaskan mereka sekaligus.
Itulah sebabnya didalam keadaan gusar dan malunya,
mereka jadi nekad dan segera menyerang dengan cara
beradu jiwa. Agaknya Oh Put Kui pun sudah menduga bakal terjadi
akibat seperti ini, oleh sebab itu disaat empat musuhnya
menyerang secara membabi buta, dia justru menghadapi
mereka secara tenang dan santai.
Dengan mengandalkan ilmu gerakan tubuh Tay-siu-huan-
im-poh, seperti setan gentayangan saja tubuhnya bergerak
kian kemari, sebentar kedepan sebentar ke belakang, dia
selalu berkelabatan di antara serangan-serangan empat
lawannya. Melihat seperti apa yang diharapkan, Suma Hian segera
bekaok kaok penuh kegusaran.
Si pedang latah irama guntur The tay-hong juga melototkan
sepasang matanya yag ber api-api sambil berteriak seperti
orang gila. Sayangnya biarpun mereka berkaok-kaok dengan suara
yang keras, jangan lagi merobohkan lawannya, untuk menjawil
ujung baju dari Oh Put kui pun tak pernah berhasil.
Sehingga kurang tepatlah kalau dikatakan pertaruhkan
tersebut merupakan suatu pertarungan adu jiwa yang
mempertaruhkan mati dan hidup mereka.
Pada hakekatnya keadaan tersebut lebih mirip dengan Oh


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Put Kui yang memipin ke empat orang itu untuk bermain petak
dan berlarian kian kemari.
Pengemis sinting tak bisa menahan diri lagi, akhirnya dia
bertepuk tangan sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh......haaahhh...... haaahhh...... lote, nampaknya
kau sedang melihat monyet bermain akrobat " Kali ini, aku si
pengemis tua benar. The Tay hong dikenal orang sebagai si pedang latah irama
guntur, sudah barang tentu dia memiliki kekuatan yang luar
biasa dilancarkan segera terasa deruan angin dan guntur yang
sangat memekikkan telinga.
Oh put kui yang menjumpai keadaan tersebut tertawa
terbahak-bahak : "Haaahh... haaahhh... haaahhh.... Suatu permainan ilmu
pedang yang sangat hebat, tidak malu disebut sebagai
pedang latah irama guntur!"
Dalam pembicaraan tersebut, Oh Put kui telah menghindarkan diri dari serangan pedang The Tay hong itu.
Sementara itu Mi-ih-mo-kiam Suma Hiang telah meloloskan
pula pedang andalannya. Serangan gencar yang kemudian dilancarkan oleh kedua
bilah pedang tersebut tak ....
Benar terbuka sepasang mataku, ternyata ke empat
pengawal pedang dari Ceng-thian-kui-ong tidak lebih hanya
sekawanan monyet yang pandai bermain akrobatik saja..."
Ejekan dari si pengemis sinting ini kontan saja membuat Ku
Bun-wi berempat murka, ia makin kehilangan muka.
-oOdwOo0dw0oOdwOo- Mendadak terdengar pedang latah irama guntur The Tay-
hong membentak keras. "Bocah keparat, aku akan beradu jiwa denganmu!"
Dengan cepat dia memutar tangan kanannya, kemudian
meloloskan pedangnya. Cahaya emas segera memancar ke empat penjuru, secara
beruntun lima buah serangan berantai telah dilancarkan, bisa
dibandingkan dengan enteng dan ringannya serangan pukulan
tadi. Di dalam keadaan seperti ini, jangan harap Oh Put Kui bisa
melayani datangnya semua ancaman tersebut dengan
mengandalkan ilmu langkah Tay-siu-huan-im-poh saja.
Selain desingan angin pedang yang menderu-deru dan
amat menyayat badan, diapun harus waspada untuk
menghadapi serangan-serangan gencar dari Ku Ban-wi dan
Hu Bong-ki dengan pukulan tangan kosongnya...
Satu ingatan segera melintas dalam benak Oh Put Kui,
tiba-tiba dia berpekik nyaring lalu tubuh nya meluncur keluar
dari arena Si pedang latah irama guntur The tay-hong mengira Oh Pot
K"i hendak berusaha untuk melarikan diri, ia segera
membentak keras. "Pingin kabur" Jangan bermimpi di liang hari bolong bocah
keparat." Bagaikan seekor burung elang dia segera melejit ke tengah
udara dan langsung mengejar kearah Oh Put Kui.
Biarpun gerakan tubuh Oh Put Kui sangat cepat,
pengejaran yang dilakukan olehnyapun tidak terhitung lambat.
Tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau Oh Put Kui
sebenarnya tidak bermaksud untuk melarikan diri.
Apa yang dilakukan pemuda tersebut tak lebih hanya
mengulurkan tangannya mengambil sesuatu dari atas kursi
yang semula di dudukinya.
Selain itu, diapun segera membalikkan badannya sambil
menubruk kembali. Dengan tindakan yang dilakukan olehnya itu, berarti dia
saling bertemu dengan si pedang latah irama guntur The Tay
Hong. Hanya kali ini, didalam genggaman Oh Put Kui telah
bertambah dengan sebilah pedang berkarat
Dan pedang karat tersebut secara kebetulan sekali
menyambut datangnya bacokan pedang Lui-ing Kiam dari The
Tay hong. Menyaksikan kejadian ini, The Tay-hong merasa gembira,
segera serunya: "Bocah keparat, nampaknya kau sedang mencari
mampus!" Pedang Lui-lng Kiam adalah sebilah pedang mestika yang
tajamnya luar biasa, jangan lagi hanya sebilah pedang karat,
biar pun sebilah pedang mestika pun niscaya akan kutung bila
terpapas. The Tay-hong merasa sangat yakin bahwa pedang karat
milik Oh-put Kui tersebut pasti akan terpapas kutung menjadi
dua oleh bacokan senjatanya, dan sampai waktunya
"Sudah pasti bocah keparat itu akan menemui suatu
musibah yang luar biasa."
Sebab menurut perhitungannya, dengan kekuatan serangan pedangnya, bisa jadi pergelangan tangan kanan Oh
Put Kui akan turut terpapas kutung oleh bacakan pedangnya
itu. Tak heran kalau dia segera bersorak kegirangan
"Traaang tranng trring !"
Dengan cepat ke dua bilah pedang itu sudah saling beradu
satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara dentingan
yang amat nyaring. Bersamaan dengan menggemanya suara dentingan keras
itu, The Tay-hong mundur beberapa langkah ke belakang
dengan ketakutan. Ternyata pedang karat dari Oh Put Ku tidak kutung seperti
apa yang diduganya semula.
Dengan perasaan terkesiap bercampur cemas cepat-cepat
dia menarik kembali pedang Lui-ing-kiam nya sambil mundur
kebelakang, Apa yang kemudian terlihat"
Ternyata diatas tubuh pedang Lui-ing kiam nya telah
muncul dua buah gumpilan yang cukup besar, ini berarti
pedang mestikanya telah berubah menjadi pedang cacad
irama guntur. The Tay-hong sungguh dibuat tertegun oleh kejadian
tersebut. Didalam keadaan seperti ini, sekalipun Oh Put Kai
memenggal batok kepalanya sekalipun, sudah pasti dia tidak
akan merasakannya. Tentu saja Oh Put Kai tak akan melakukan perbuatan
seperti ini. "Sungguh tajam pedang dari The tayhiap " tanpa
menggerakkan tubuhnya Oh Put Kui memperdengarkan suara
tertawanya yang kering namun penuh dengan ejekan itu.
The Tay-hong masih juga tidak bergerak, dia masih juga
mengawasi pedang andalannya dengan wajah tertegun,
seakan-akan tidak merasa apa gerangan yang terjadi.
Dengan cepat Suma Hian, Hai Bong-ki dan Ko Ban-wi
berlarian mendatang, mereka bukannya kuatir Oh Put Kui
bakal melancarkan serangan berikut untuk melukai li pa-dang
latah irama guntur The Tay-hong.
Mereka hanya merasa tercengang apa sebabnya The Tay-
hong sampai berdiri termangu-mangu.
Sebab di dalam pertarungan yang sedang berlangsung
seru tadi, secara tiba-tiba saja mereka telah kehilangan jejak
Oh Put Kui menanti mereka membalikkan badan untuk
mencari Oh Put Kui. lawannya itu sudah beradu pedang
dengan The Tay-hong. Bentrokan tersebut tidak lebih hanya berlangsung satu kali
saja. tapi apa sebabnya The tay-hong berdiri termangu"
Tanpa terasa ke enam buah sorot mati mereka bersama-
sama dialihkan ke arah pe dang irama guntur tersabet.
Tiba-tiba paras muka mereka bertiga pula turut berubah
sangat hebat. Kemudian terdengar Ku Bun wi berseru tertahan:
"Apakah pedang saudara The menjadi gumpil?"
Sedangkan Hui Bong-ki dengan kening berkerut segera
mengawasi pedang karat milik Oh Put Kui itu lekat-lekat,
kemudian katanya dengan suara dalam :
"Apakah pedangmu itu adalah pedang karat Cing-peng
kiam milik Thian yang-yu-cu (pengembara dari ujung langit)
Oh Sian tay hiap dimasa lalu?"
Begitu mendengar nama pedang karat "Cing peng-kiam",
semua hadirin segera dibuat tertegun dan gempar.
Bahkan Put lo noangsiu (kakek latah awet muda) pun ikut
membuka matanya sambil menegur.
"Hei anak muda, apakah pedang itu milik gurumu?"
"Betul!" sahut Oh Put Kui sambil tertawa Mendadak si
kakek latah awet muda itu tertawa tergelak:
"Hey anak muda, kau tidak sepantasnya mempergunakan
pedang tersebut dalam kejadian semacam ini."
"Mengapa?" tanya pemuda itu melongo.
Sekali lagi Kakek latah awet muda tertawa terbahak-bahak:
"Anak muda, selama pedang tersebut berada di tangan
gurumu, dalam sepanjang hidup nya ia hanya pernah
mempergunakan sekali saja."
"Boanpwe tidak mengetahui tentang persoalan ini, tapi
kapan sih guruku pernah mempergunakannya?"
"Kejadian ini berlangsung sebelum dia mencukur gundul
kepalanya, dengan pedang tersebut ia telah bertarung
melawan golok nomor wahid dari kolong langit yang disebut
Golok penggetar langit milik Cian Thian-oh seorang tokoh silat
yang disebut orang Rasul sakti dari jagad."
"Siapa yang menangkan pertarungan itu"
Bagaimana pun dia tak ingin nama perguruannya ternoda,
karena itu dia ingin mengetahui hasil dari pertarungan
tersebut. "Sudah barang tentu Oh Sian yang unggul" jawab kakek
latah awet muda sambil tertawa, "kalau tidak, bagaimana
mungkin Cian Thian-oh bisa mengundurkan diri sedemikian
ini" Kalau dihitung-hitung, peristiwa itu sudah berlangsung
delapan puluh tahun lamanya."
Apakah maksudmu mengutarakan kisah tersebut adalah
minta kepada boanpwee agar tidak sembarangan mempergunakan pedang karat milik guruku ini apabila tidak
terpaksa karena menghadapi musuh yang benar-benar
tangguh ?" "Kau memang cerdik sekali, coba bayangkan sendiri,
dengan kemampuan yang kau miliki, pedang biasa yang
berada ditanganpun tak kalah dengan pedang mestika,
mengapa kau mesti mengandalkan pedang karat Cing- peng-
kiam yang tajam untuk meraih kemenangan ?"
Oh Put Kui lantas tertawa terbahak-bahak, dia segera
melontarkan pedang karat tersebut ke arah kakek itu.
"Kakek Ban !" serunya, "kuserahkan pedang ini kepadamu
untuk kau simpan bila kau menganggap boanpwe pantas
memakainya, serahkanlah kepada boanpwee nanti nya."
"Tepat sekali" kakek latah awet muda tertawa, baiklah,
akan kusimpankan untukmu. Karena tindakanmu ini tepat
sekali, aku yakin tak akan ada yang berani merampasnya. Hey
bocah cilik, kan ternyata licik sekali."
"Boanpwee tidak licik, cuma aku mau memakai wibawamu
untuk menakut-nakuti orang."
Kakek latah awet muda segera tertawa terpingkal-pingkal,
serunya kemudian: "Baik, baik, aku akan menyimpankan untukmu !"
"Terima kasih banyak !" Kemudian pemuda itu berpaling ke
arah Leng Siau-thian sambil katanya pula :
"Kakak Leng, bolehkah boanpwee meminjam sebilah
pedang ?" Sebelum Leng Siau-thian menjawab, Leng Cui-cui telah
menyela: "Oh kongcu, biar kupinjamkan pedangku ini . . ."
Dia segera meloloskan pedang milik sendiri dan segera
disodorkan ke muka. Sambil tertawa Oh Put Kui manggut-manggut, lalu sambil
menerima pedang itu katanya :
"Banyak terima kasih nona !" Dengan wajah memerah Leng
Cui-cui tertawa. katanya :
"Gara-gara urusan keluargaku kongcu tat segan-segan
bermusuhan dengan orang lain apa salahnya kalau aku
meminjamkan sebilah pedang untuk kongcu" Apalagi
memang sudah sewajarnya kalau kuucapkan banyak terima
kasih atas bantuan kongcu....,."
Hampir saja Oh Put Kui dibuat tergiur oleh sikap si nona
yang halus lembut dan penuh daya tarik itu.
Untung saja Leng Cui-cui telah memberi hormat dan segera
membalikkan badan untuk beranjak pergi dari situ.
Saat itulah Oh Put Kai baru menggetarkan pedangnya,
segera terasa olehnya pedang itu beratnya hanya sepertiga
daripada berat pedang karat Cing-peng-kiam yang dipergunakan olehnya tadi.
Tak tahun dia merasa tertawa geli sendiri sambil berpikir:
"Enteng benar pedang yang dipergunakan oleh kaum
wanita,..." Sementara dia masih termenung memikirkan persoalan
tersebut, mendadak ia mendengar si pedang latah irama
guntur The tay-hong sedang menangis tersedu-sedu.


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oh Put Kui menghadapi kejadian tersebut menjadi tertegun,
dia benar-benar dibuat keheranan oleh kejadian tersebut.
Padahal orang itu sudah tua kalau tak bila dibilang sudah
kakek-kakek, tapi mengapa dia masih juga menangis" "Yaa,
kakek itu nampak menangis sangat sedih, bahkan sedihnya
bukan alang kepalang The Tay-hong telah berjuang hampir sepanjang hidupnya
dengan mengandalkan pedang irama guntur untuk memperoleh gelar sebagai si pedang latah irama guntur,
sungguh tak disangka pedang irama gunturnya telah dibuat
cacat oleh seorang bocah muda, bayangkan saja siapa yang
tak akan sedih menghadapi keadaan seperti ini"
Isak tangis The Tay-hong yang begitu memedihkan hati itu
kontan saja membuat amarah yang semula menyelimuti wajah
Ka Bun wi hilang lenyap tak berbekas.
Dia se olah-olah telah kehilangan semangat nya untuk
bertempur. Bahkan si pedang iblis baju merah Suma Hianpun ikat
menghela napas sambil menggelengkan kepalanya berulang
kali. Hanya si pedang baja berhati merah Hui Bong-ki seorang
masih tetap mencerminkan kemarahan yang membara.
Ditatapnya Oh Put Kui sekejap, kemudian katanya sambil
mendengus dingin: Dengan mengandalkan senjata mestika kau telah membuat
gumpilnya pedang mestika Hong-te ku, kemenangan
semacam itu tak bisa dibilang suatu kemenangan yang
gemilang, Hui Bong Ki memang seorang manusia yang tak
becus, namun ingin Sekali kucoba berapa jurus ilmu
pedangmu yang hebat, itu!"
"Ooh, Hui tayhiap bermaksud menantangku bertarung"
Boleh-boleh saja, tentu akan kulayani keinginanmu itu!" kata
Oh-Put Kai sambil tertawa.
Dia segera mempersiapkan pedangnya, lalu berkata lagi:
"Pedang ini bukan termasuk pedang mestika yang tajam,
apakah Hui tayhiap setuju bila kupergunakannya?"
Hui Bong Ki tertawa dingin:
Heehhh...heehh...heeehhh... pedang itu toh sudah berada
dalam genggamanmu, buat apa kau mesti banyak bertanya?"
Dengan kening berkerut tiba-tiba saja dia meloloskan
senjata andalannya. "Criinggg" Serentetan cahaya merah segera memancar ke empat
penjuru. Agaknya inilah pedang andalan Hui Bong-ki yang disebut
pedang baja hati merah. Diam-diam Oh Put Kui tertawa geli di dalam hati, pikirnya:
@oodwoo@ Jilid 21 "Benar benar sebilah pedang mestika, meski Hui Bong-ki
nampaknya saja seorang yang kasar dan tak berotak. ternyata
dia jauh lebih cermat dan licik ketimbang The Tay-hong
"Dia melarangku mempergunakan pedang mestika,
padahal pedang yang ia pergunakan justru merupakan
pedang mestika, benar- benar suatu tindakan yang luar
biasa..." Meskipun dalam hati kecilnya berpikir demikian, namun
diluaran dia justru berkata sambil tertawa hambar:
"Tampaknya pedang baja milik Hui-tayhiappun termasuk
semacam benda yang amat termashur"
"Termashur atau tidak. asal sudah dicoba kau toh akan
mengetahui dengan sendirinya" jengek Hui Bong-ki sambil
tertawa dingin. Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja pedangnya digetarkan
melancarkan serangan- oh Put Kui masih tetap berdiri tenang ditempat semula
tanpa bergerak barang Sedikitpun jua .
Kembali Hui Bong-ki tertawa dingin sambi membentak:
"Hey, hati-hati..."
Pedang bajanya segera memancarkan selapis cahaya
merah yang segera menyelimuti seluruh angkasa.
oh Put Kui mencoba untuk melayangkan pandangan
matanya kesekeliling tempat itu, dia jumpai getaran dari
pedang Hui Bong-ki tersebut dapat menciptakan dua puluh
satu buah cahaya pedang yang bersama-sama menyerang
kearahnya, diam-diam ia mengangguk kagum atas kemampuan tersebut. Namun pedang yang berada ditangannya masih tetap
dihadapkan kebawah tanpa bergerak.
Menanti ujung pedang dari HuBong-ki tersebut sudah
hampir mencapai depan dadanya, baru dia bertindak.
Tidak nampak dia menggerakkan lengannya, tahu-tahu
saja pergelangan tangannya miring kesamping lalu pedangnya
ditusukkan kearah atas... "Traaanggg...."
Secara tepat sekali ujung pedangnya itu mencukil tubuh
pedang Hui Bong-ki sehingga mencelat kesamping.
Tindakan oh Put Kui yang menghadapi musuh dengan
ketengangan ini segera memanding tempik sorak dari Leng
cui-cui Seban dari kedua puluh satu kuntum bunga pedang yang
dilancarkan oleh Hui Bong-ki itu, bunga pedang manakah
yang merupakan serangan sebenarnya merupakan suatu hal
yang sulit untuk ditentukan secara tepat sekali.
Kecuali bila kau berani menggerakkan pedangnya dan
menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras
lawan keras. Sudah barang tentu oh Put Kui enggan menghamburkan
tenaga dengan begitu saja.
Itulah sebabnya dia menantikan gerakan musuh berikutnya
dengan suatu sikap yang sangat tenang.
Dan kenyataannya, dengan mengandalkan suatu kebasan
yang sangat ringan saja dia telah memberikan hasil yang
gemilang. Pada saat itulah sipedang baja hati merah Hui Bong Ki
merasakan tenaga getaran yang terpancar keluar dari
pergelangan tangan oh Put Kui itu besarnya bukan kepalang,
hal ini sungguh membuat hatinya merasa terkejut sekali.
Sekrang dia tak berani bertindak secara gegabah lagi.
Pedang bajanya segera diputar, kemudian secara beruntun
dia melancarkan tujuh buah serangan berantai
Kali ini oh Put Kui sama sekali tidak mengangkat
pedangnya, dia cuma menggerakkan tubuhnya sambil
menghindar ke samping, lalu dalam tiga langkah saja dia
sudah melepaskan diri dari ancaman serangan musuh...
Kemudian katanya sambil tersenyum: "Sungguh cepat
gerakan pedang dari Hui tayhiap"
Ketika melihat ketujuh buah serangan pedangnya
mengalami kegagalan total, Hui Bong Ki merasakan hatinya
amat terkesiap. Tapi ia merasa tak puas, dengan segera
teriaknya lagi: "Hey, bocah keparat, apakah gurumu hanya mengajarkan
kau untuk menghindarkan diri?"
Mendingan kalau dia tidak mengucapkan kata-kata
tersebut, begitu perkataan diucapkan, bencana pun segera
muncul didepan mata. oh Put Kui memang seorang pemuda yang tidak gampang
marah, akan tetapi jikalau ada orang berani memandang hina
atau mencemooh angkatan tuanya, maka dia bisa gampang
marah jauh melebihi siapa pun.
Apa yang dikatakan Hui Bong Ki tersebut sama artinya
seperti memaki gurunya, bayangkan saja apakah dia bisa
menerima keadaan tersebut dengan begitu saja" Tiba-tiba
mencorong sinar tajam dari balik matanya, lalu dengan suara
dingin berkata: "Hui Bong Ki, pada hakekatnya kau sedang
mencari penyakit buat diri sendiri.." Begitu selesai berkata
pedangnya yang tipis itu tiba-tiba diangkat ke atas. Sementara
itu sorot matanya yang tajam mengawasi musuhnya itu tanpa
berkedip. sementara itu Hui Bong Ki masih belum tahu kalau oh Put
Kui telah dibikin gusar oleh ulahnya, dia pun tidak tahu kalau
perkataan yang diucapkan tanpa sengaja tadi telah
menimbulkan amarah dari si gembong iblis kecil ini.
Bukannya tahu diri, Hui Bong Ki justru bersikap lebih kaku,
tiba-tiba dia membentak lagi:
"Bocah keparat, tak usah ngebacot dulu coba kita lihat saja
nanti siapa yang lagi mencari penyakit buat diri sendiri."
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... tapi yang jelas orang itu
bukan aku" Begitu selesai berkata, pedangnya sudah diangkat hingga
mencapai batas alis mata.
Hui Bong-ki tak mau menunjukkan kelemahannya diapun
tertawa dingin sembari berseru:
"Hey keparat, buat apa sih kau banyak berlagak di
hadapanku?" Dalam pada itu, pedang dari oh Put Kui sudah diangkat
hingga mencapai alis matanya dan tidak diangkat lebih keatas
lagi. Begitu perkataan lawan selesai diutarakan, dia segera
menjawab dengan suara hambar: "Orang she Hui, kalian
empat jago pedang termashur karena permainan pedangnya,
aku percaya kalian pasti memiliki ilmu pedang yang jauh
melebihi orang lain bukan?"
"Tentu saja" sahut Hui Bong ki sambil tertawa seram. oh
Put Kui manggut-manggut, katanya lebih jauh:
"Hari ini, aku akan menyuruh kalian empat jago pedang
menyaksikan sesuatu agar menambah pengetahuan kalian-"
"Pengetahuan apa?"jengek Hui Bong-ki sambil tertawa
dingin. "Apakah menyaksikan jurus sakti mengangkat pedang
menutupi mataharimu ini...?"
oh Put Kui segera tertawa dingin:
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... tepat sekali perkataanmu itu, aku akan menyuruh kau menyaksikan jurus
seranganku ini, bahkan aku akan membuat kau sipedang baja
hati merah kehilangan pedang dan kehilangan jari tangan
didalam satu gebrakan ini juga"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... betul- betul tekebur," Hui
Bong-ki tertawa tergelak. "siapa yang mau percaya kalau kau
sanggup menjatuhkan pedangku dan mengutungi jari
tanganku dalam satu jurus saja" Hmmm. biar setanpun pasti
tak akan percaya. Kau tak usah bermimpi disiang hari bolong"
Tiba-tiba oh Put Kui berkata sambil tertawa hambar:
"Hui Bong-ki, tiba-tiba saja aku merasa kasihan kepadamu,
seandainya kukutungi jari jari tanganmu itu, bukankah
selanjutnya kau tak akan mampu mengunakan pedang lagi"
Aku merasa cara semacam ini sedikit kelewat keji..."
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... jadi kau menaruh belas
kasihan kepadaku" gelak tertawa Hui Bong kisemakin keras.
Oh Put Kui balas tertawa:
"Itulah sebabnya aku ingin mengubah dalam satu gebrakan
membuatmu kehilangan pedang terpapas rambutnya, bagaimana menurut pendapatmu?"
Rupanya manusia yang bernama pedang baja hati merah
Hui Bong ki ini tak berbeda keadaannya dengan sipengemis
sinting, mempunyai rambut yang kusut dan awut awutan tak
karuan, bukan saja tidak disisir bahkan dibiarkan tergantung
begitu saja dibelakang bahunya.
Dalam satu gebrakan bisa memaksa orang untuk
melepaskan pedang dan kehilangan jari tanganpun sudah
merupakan suatu kejadian yang sulit untuk dipercayai.
Apalagi oh Put Kui mengatakan sekarang bahwa di dalam
satu gebrakan saja dia akan memapas rambut dari si pedang
baja hati merah Hui Bong ki, bukankah ucapan semacam itu
lebih mendekati sebagai bualan belaka..."
Oleh karena itulah Hui Bong Ki tertawa tergelak tiada
hentinya... "Bocah keparat, aku ingin sekali mengetahui sampai
dimanakah kehebatanmu itu" katanya kemudian-
Oh Put Kui masih tetap tersenyum tenang:
"Sebetulnya aku memang berniat untuk menambah
pengetahuan kalian, cuma saja, aku mempunyai syarat."
"Syarat apa?" tanya Hui Bong Ki tertegun. "ataukah kau
sudah sadar kalau bualanmu terlampau tinggi sehingga
sekarang ingin mencari alasan untuk menyulitkan diriku
sekalian, dengan begitu kau bisa memperoleh alasan untuk
mengundurkan diri?" oh Put Kui tertawa dingin-
"Lebih baik kau jangan menilai maksud baik seseorang dari
balik kacamata kepicikan dan kemunafikanmu itu"
Kemudian dengan wajah serius, dia berkata lebih jauh:
"Andaikata dalam satu gebrakan nanti aku berhasil
memaksa Hui tayhiap melepaskan pedang dan memapas
kutung rambutmu itu, aku mengharap kalian berjanji untuk
melanjutkan tak akan menyinggung masalah pedang Hian
Peng Kiam lagi, dan lagi kalian pun harus berjanji untuk tidak
mencari kesulitan lagi terhadap seluruh keluarga Leng dan
orang yang memegang pedang Hian Peng Kiam tersebut"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... baik, aku setuju," Hui
Bong Ki tertawa tergelak^ "bukan cuma soal itu saja, sekalipun
kau menghendaki batok kepalakupun aku pasti akan
menyanggupi, sebab aku sudah tahu, bualan dari kau si bocah
keparat sudah keterlaluan sekali"
Dari perkataan tersebut dapat diketahui kalau dia memang


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama sekali tak percaya kalau oh put Kui memiliki
kemampuan tersebut. Bukan cuma tak percaya kalau oh Put Kui mempunya
kemampuan itu, bahkan di dalam anggapan si Pedang baja
berhati merah Hui Bong Ki, biarpun si kakek latah awet muda
turun tangan sendiripun belum tentu ia mampu berbuat
demikian. Tak heran kalau ia segera menyanggupi permintaan
mana tanpa pikir panjang lagi.
oh Put Kui tertawa hambar tiba-tiba ia berpaling ke arah Ku
Bun-wi sambil bertanya pula:
"Bagaimana dengan Ku tayhiap?"
Sekalipun Ku Bun-wi tahu dengan pasti bahwa oh Put Kui
memiliki kepandaian silat yang sangat hebat, namun ia
memiliki jalan pikiran yang sama seperti Hui Bong Ki, dia
menganggap mustahil kemampuan oh Put Kui untuk
memaksa Hui Bong Ki melepaskan pedang dalam satu
gebrakan saja, apa lagi memapas rambutnya.
Maka sewaktu oh Put Kui mengajukan pertanyaannya, dia
pun menjawab dengan segera: "Aku setuju"
Belum lagi oh Put Kui bertanya kepada si Pedang iblis
berbaju merah Suma Hian, orang she Suma itu sudah berseru
dengan suara lantang: "Aku dan The sute setuju sekali, cuma bagaimana
andaikata kau gagal memaksa Hui Samte melepaskan
pedangnya dan memapas kutung rambutnya dalam satu
geberakan?" oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku segera akan
membalikkan badan dan berlalu dari sini, dan tak akan pernah
mencampuri urusanmu dengan keluarga Leng lagi"
"Bagus sekali, kita tetapkan dengan sepatah kata itu saja"
seru Suma Hian sambil tertawa tergelak.
"Hmmm, cuma kuperingatkan, setelah menyanggupi kalian
jangan menyesal dibelakang hari." dengus sang pemuda lagi.
"Kami semua belum pernah mengingkari janji yang telah
diucapkan sendiri" "Bagus sekali Nah, Hui tayhiap. kau harus berhati-hati"
Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja tangan kirinya
memencet tombol pada gagang pedang yang diangkat
setengah depa diatas alis mata itu sehingga menimbulkan
suara dengungan yang keras dan amat memekikkan telinga.
"Banyak betul penyakit dari bocah keparat ini"pikir Hui
Bong-ki dengan kening berkerut.
Belum sempat mengucapkan sesuatu, tahu tahu oh Put Kui
sudah menggerakkan senjatanya. Tiba-tiba saja mengayunkan tangan kanannya kedepan dengan kecepatan
tinggi... Pedang tersebut segera memapas kedepan dan segera
menutul keatas pedang yang berada dalam genggaman Hui
Bong-ki. Menyaksikan serangan ini, diam diam Hui Bong-ki tertawa
geli, pikirnya: "Dengan mengandalkan jurus serangan yang begitu
lamban, bagaimana mungkin..."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba saja
pandangan matanya menjadi silau.
Dengan perasaan terkesiap dia hendak mundur kebelakang, tapi secara tiba tiba saja tangan kanannya seperti
ditindih dengan suatu kekuatan yang berpuluh laksa kati
beratnya. "Traaaanggg..."
Seluruh lengan kanan Hui Bong-ki menjadi kaku,
kesemutan dan seolah-olah kehilangan rasa.
Belum sempat dia menghindarkan diri dari ancaman itu,
kembali batok kepalanya terasa dingin seperti disambar
dengan angin yang sangat tajam.
Entah apa yang sesungguhnya telah terjadi, terbukti
pedangnya benar-benar sudah mencelat sejauh berapa kaki
dan terlepas dari genggamannya.
Bukan cuma begitu, malah segenggam rambutnya turut
terpapas kutung dan beterbangan menjatuhi seluruh tubuh
sendiri. Hui Bong-ki benar-benar tertegun, berdiri bedoh dengan
mata mendelong sekujur badannya betul-betul merasa lemas
sekali seperti tak bertenaga. Sebaliknya oh Put Kui masih
tetap berdiri ditempat semula dengan senyum dikulum.
Pedangnya masih juga dijulurkan kebawah persis seperti
posisi semula, seakan-akan dia sama sekali tidak pernah
menggerakkan senjata tersebut untuk melancarkan serangan-
lmu pedang yang demikian cepat dan mengerikan hati itu
kontan saja membuat Leng Siauw-thian sekalian berdiri
termangu dengan mulut terbUka lebar-lebar dan mata melotot
besar. Lama kemudian baru terdengar Leng cui-cui menjerit kaget
: "Ooh... suatu ilmu pedang yang sangat hebat"
Sedangkan kakek latah awet muda berkata pula sambil
tertawa terbahak bahak: "Hey anak muda, apakah jurus serangan yang kau
pergunakan itu adalah Thian-Lui-it ki (Gempuran hebat guntur
langit)...?" oh Put Kui segera tertawa tergelak pula:
"Ban tua, tampaknya kau seperti mengenali setiap jenis
ilmu silat yang berada dikolong langit ini. Betul sekali, jurus
serangan yang boanpwee pergunakan ini adalah jurus
gempuran hebat guntur langit"
"Hey bocah muda, memangnya kau lupa" Akukan tahu
segala-galanya..." "Waaah, tampaknya nama besarmu itu memang bukan
cuma nama kosong belaka"
"Haaahhh... haah... haaah... sudah sepantasnya bila kau
mempercayai hal tersebut semenjak dulu, cuma kau merasa
amat heran, darimana kau pelajari ilmu pedang guntur langit
itu?" "Boanpwee berhasil mempelajari dari pulau neraka"
"Aaah, betul mengapa aku sampai lupa kesitu..." kakek
latah awet muda segera termanggut- manggut.
Dalam pada itu, sipedang baja berhati merah Hui Bong Ki
telah membungkukkan badan dan memungut kembali pedang
bajanya. "Nah, sekarang kalian boleh pergi dari sini." kata oh Put Kui
kemudian kepada keempat orang lawannya sambil tertawa,
"aku percaya kalian tentu tak akan mengingkari janji"
Sekarang The Tay-hong sudah berhenti menangis, paling
tidak ia merasa keadaannya jauh lebih baik ketimbang
keadaan yang dialami sipedang baja berhati merah. Tiba-tiba
terdengar Ku Bun-wi menghela napas panjang sembari
berkata: "Kesaktian ilmu pedang yang saudara miliki sungguh
mengagumkan sekali, apa yang sudah kami janjikan, sudah
barang tentu akan kami laksanakan pula, namun kami harnya
bisa menjamin kami sendiri dan tak bisa bertanggung jawab
atas usaha dari anggota Sian-hong-hu yang lain bila mereka
datang lagi kemari..."
oh Put Kui yang mendengar ucapan tersebut segera
mengerutkan dahinya rapat rapat. Pada saat itulah sipedang
iblis berbaju merah Suma Hian telah berkata pula:
"Apa yang saudara Ku ucapkan memang merupakan suatu
kenyataan, sekalipun oh kongcu menahan kami berlima disini
pun, kami hanya bisa berjanji bahwa kami berlima tidak akan
mencampuri urusan ini lagi, sedangkan mengenai jalan
pemikiran dari majikan muda istana Sian hong-hu... yaa,
bagaimana mungkin kami bisa menghalangi segala tindakannya...?" oh Put Kui manggut-manggut pelan, dia tahu apa yang
diucapkan ke lima orang kakek itu memang benar dan tak bisa
disalahkan. Maka sambil tersenyum katanya:
"Baiklah, aku setuju dengan apa yang kalian katakan, cuma
aku berharap sekembalinya kalian ke istana nanti, sampaikan
kepada Nyoo Ban-bu, lebih baik dia tahu diri daripada kedua
belah pihak saling bentrok lebih jauh"
"Apa yang oh sanhiap ucapkan tentu akan kusampaikan"
sahut Ku Bun-wi cepat. Kemudian setelah berhenti sejenak. dia berkata kepada di
Hakim sakti hitam putih Pak Kun jiu yang masih duduk dikursi
sambil tertawa: "Saudara Pak. mari kita pulang saja"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan
beranjak pergi lebih dulu.
Tanpa banyak berbicara Pak Kun jin, Suma Hian, Hui Bong
Ki, The Tay-hong serta kesembilan orang lelaki kekar yang
berada di luar ruangan itu bersama-sama berangkat
meninggalkan Benteng nomor wahid dari dunia persilatan-
Ancaman bahaya maut akhirnya dapat dilalui dengan
selamat, rasa terima kasih yang menggelora didalam dada
Leng Siau-thian sungguh tak dapat diucapkan dengan kata-
kata. Perasaan Leng cui-cuipun bagaikan bunga yang sedang
mekar, sekulum senyuman manis yang penuh pancaran rasa
cinta memancar keluar dari wajahnya yang ditujukan semua
kepada oh Put Kui. Sedangkan oh Put Kui sendiri justru secara diam- diam
merasa amat terkejut. Dalam keadaan begini dia tak dapat menerima limpahan
cinta kasih muda mudi, sebab diatas bahunya masih memikul
beban pembalasan dendam atas terbunuhnya kedua orang
tua Sekalipun berbicara yang sesungguhnya, dia sendiripun
merasa senang sekali dapat bertemu dengan nona tersebut...
Diantara sekian orang yang hadir, hanya sipengemis sinting
seorang nampak paling santai, tiada hentinya dia mengacungkan ibu jarinya sambil memuji kelihayan dan
kehebatan dari jurus pedang yang dipergunakan oh Put Kui
tadi. Si kakek latah awet muda hanya memeluk pedang karat
yang dititipkan kepadanya itu sambil tertawa tergelak..
Tak lama setelah semua anggota istana sian-hong-hu
berlalu, kakek menyendiri seribu li Leng Siau thian baru
teringat kalau putranya belum kenal dengan oh Put Kui
sekalian- Sambil mengumpat kepikunan sendiri, cepat-cepat dia
menyuruh putranya Leng Yok peng untuk menjumpai ketiga
orang itu. Leng Yok-peng yang mempunyai julukan sebagai Tui-sim-
sin-jin (tangan sakti penghancur hati) ini benar- benar
mempunyai kesan persis seperti namanya, dingin dan kaku
tanpa basa basi. Begitu selesai memberi hormat kepada tiga orang tamunya,
tanpa banyak cincong dia segera mengundurkan diri dari situ.
Leng Siau-thian yang menyaksikan kejadian tersebut hanya
bisa menggelengkan kepalanya sambil berkata,
"Ban tua, saudara Lok oh sauhiap. harap kalian hangan
marah, anakku yang satu ini memang tidak suka bergaul
dengan siapapun, orangnya kolot dan suka menyendiri"
Mendengar perkata an, sikakek latah awet muda segera
mendelik besar sambil berkata:
"Setiap orang mempunyai kemauan sendiri-sendiri kenapa
sih kau mesti mengurusi kemauanmu" Leng Siau-thian, kau
jangan lagi menganggap anakmu itu masih anak kecil, biarkan
saja dia pergi dari sini..."
"Kalau Ban tua-pun berkata demikian, apa lagi yang bisa
boanpwee katakan?" kata Leng siauw thian sambil tertawa
sesudah mendengar perkataan itu. "aku hanya kuatir, dengan
watak anakku yang dingin dan kaku itu, bisa jadi dia akan
menderita kerugian besar dikemudian hari"
"Leng tua tak usah kuatir" kata oh Put Kuipula sambil
tertawa, "justru sikap hidup putramu itu tidak sudi mencari
pamor dan rebutan nama dan kedudukan dengan orang lain
merupakan suatu tindakan yang terpuji, keadaannya inijauh
lebih baik daripada mereka yang mempunyai banyak kawan di
dalam dunia persilatan"
Leng Siauw-thian tertawa terbahak=bahak:
"Haaahh... haaahh... haaahhh... semoga saja apa yang
dikatakan oh sauhiap memang terwujud"
Tiba-tiba pengemis sinting mengerutkan keningnya secara
mendadak lalu berkata: "Tauke Leng, aku si pengemis memang kere, dapatkah kau
menghadiahkan semangkuk nasi lebih dulu untukku?"
Sudah jelas perutnya mulai lapar sehingga dia berkaok
kaok tanpa rikuh... Merah jengah selembar wajah Leng Siauw-thian setelah
mendengar perkataan itu, cepat-cepat serunya:
"Aku benar-benar sudah lupa... maaf maaf... biar sekarang
juga kuperintahkan mereka untuk mempersiapkan sayur dan
arak yang hangat..."
"Ayah, biar aku saja yang pergi" cepat cepat Leng cui-cui
berkata sambil tertawa. Dia membalikkan badan lalu kabur
dari situ dengan cepat. Leng Siauw-thian segera berkata lagi
dengan nada minta maaf: "Saudara Liok, maaf kalau siaute
telah melupakan hal ini..."
"Tidak usah minta maaf" pengemis sinting tertawa aneh,
"Leng loko, asal ada makanan saja, aku si pengemis tua
tak pernah marah kepada orang lain..."
Ucapan tersebut kontan saja diambut oleh kakek latah awet


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muda sekalian bertiga dengan gelak tertawa yang keras.
oOdwOo0dw0oOdwOo Pemilik benteng nomor wahid dari dunia persilatan Leng
Siau-thian mengumumkan secara tiba tiba kepada dunia
persilatan bahwa ia akan mengundurkan diri bahkan menutup
bentengnya yang disebut benteng nomor wahid tersebut.
Tentu saja, kejadian ini segera menggemparkan seluruh
umat persilatan yang mengetahuinya .
Mengapa Leng Siau-thian hendak mengundurkan diri"
Mengapa dia hendak menghapus nama bentengnya
sebagai benteng nomor wahid dari dunia persilatan"
Dengan nama besar dan kedudukan Leng Siau-thian dalam
dunia persilatan, siapa yang berani mengusik dan
mengganggunya" Setiap orang yang berperasaan tajam segera merasa
bahwa dibalik peristiwa tersebut tentu ada sesuatu yang tidak
beres. Tapi, mereka tak berhasil menggali keluar alasan
tersebut. Mungkin, kecuali Leng Siau-thian seorang siapapun tidak
tahu apa sebabnya bisa begitu.
Atau paling tidak masih ada juga yang tahu, meski sedikit
sekali Dan mereka lain adalah oh Put Kui, pengemis sinting dan
kakek latah awet muda. Sebab berbicara yang sebenarnya, ide tersebut justru
muncul dari benak oh Put Kui.
Ia merasa bahwa tujuan dan sasaran dari pihak istana sian-
hong-hu dan Raja setan penggetar langit wi Thian-yang
adalah nama besar Benteng nomor wahid dari dunia
persilatan, itu berarti selama Leng Siau-thian sekalian
bersama anak buahnya bila masih berdiam dibukit Ho lan-san,
maka cepat atau lambat akhirnya tentu akan bentrok juga
dengan pihak mereka. Padahal pihak lawan mempunyai kekuatan yangj auh lebih
besar dan kedatangan merekapun tak bisa diduga
sebelumnya, bagaimana akibatnya sunguh amat sulit untuk
diramalkan sebelumnya. Sebagai seorang lelaki sejati yang pandai dan tahu
keadaan, sudah barang tentu mereka tak ingin mengorbankan
diri secara konyol, karena itu satu-satunya jalan adalah
menghindarkan diri dari sana.
Maka diapun menganjurkan kepada Leng Siau-thian agar
untuk sementara waktu pindah dulu keperkampungan Siu-
leng-ceng milik Lamkiong ceng...
Ternyata usul tersebut disetujui oleh Leng Siau-thian,
sebagai seorang jago silat kawakan dia cukup memahami
maksud baik dari oh Put Kui tersebut.
Begitulah, nama besar Benteng nomor wahid dalam dunia
persilatanpun segera terhapus dari keramaian dunia.
Dan Leng Siau-thianpun mengumumkan pengunduran
dirinya. Setelah berdiam dibukit Ho lan san selama tiga hari, oh Put
Kui pun segera memohon diri.
Dia bersama kakek latah awet muda dan pengemis sinting
meneruskan perjalanannya menuju ke selatan.
Sedangkan sang tuan rumah Leng Siau-thian segera
memboyong keluarganya pindah rumah.
Adapun perjalanan oh Put Kui menuju ke selatan kali ini
adalah untuk mencari si Bangau sakti dibalik mega.
Ia merawa wajib untuk mencari tahu dulu masalah sekitar
siapa yang telah mengambil tusuk konde penghancur tulang
dari tubuh ibunya, sebelum ia dapat mengembara dalam dunia
persilatan dan membalas dendam dengan perasaan tenang.
oleh sebab itu, dia bersikeras hendak menemukan si
Bangau sakti dibalik mega lebih dulu.
Markas besar dari Liok- lim Bangau tujuh propinsi diwilayah
Kanglam ini terletak di gedung Tiong-gi-hu dalam kota Lam-
cong. Kakek latah awet muda segera mengusulkan untuk
mengambil jalan darat sampai di Kang ciu, lalu dari Kang-ciu
berganti lewat jalan air menuju kota Lam cong dengan
melewati telaga Phoa-yang-oh dan menelusuri sungai ci
ciang-kang. Sudah barang tentu pengemis sinting menyatakan
persetujuannya, terhadap setiap perkataan dari kakek latah
awet muda ia memang tak pernah barani mengucapkan kata
"tidak". Bagi oh Put Kui hal tersebut sama saja, baginya entah
lewat jalanan yang manapun, yang penting asal dapat
bertemu dengan im Tlong-hok seCepatnya sehingga musuh
besat pembunuh ibunya juga seCepatnya diketahui.
Tak sampai sepuluh hari kemudian, mereka sudah tiba di
kota Kang ciu. tapi mereka justru tak berhasil menyewa
sebuah perahupun di dermaga kota Kang ciu yang begitu
besar. Hal ini tentu saja membuat si kakek latah awet muda
merasa sangat berduka hati. orang tua ini bukan cuma
bersedih hati saja, bahkan amarahnya segera berkobar.
Semakin tidak berhasil mendapat sewaan perahu, dia
semakin bertekad untuk mencari perahu hingga dapat.
Sebenarnya oh Put Kui hendak berganti melewati jalan
darat saja, namun kakek latah awet muda bersikeras dengan
pendiriannya. Akibatnya terpaksa mereka harus beristirahat semalam di
kota Kang ciu tersebut. oh Put- kui minta kepada pemilik rumah penginapan untuk
mengusahakan perahu sewaan, namun alhasil gagal juga
usaha tersebut, konon semua perahu yang ada telah diberong
oleh seseorang dengan biaya sewa yang tinggi.
Mengenai siapa yang telah memborong semua perahu
sewaan tersebut, ternyata pemilik rumah penginapan tersebut
tidak berhasil untuk memperoleh keterangan.
Mengetahui keadaan tersebut, kontan saja kakek latah
awet muda mencak-mencak sambil mengumpat.
Sebaliknya oh Put Kui dengan kening berkerut dan wajah
masgul duduk termenung tanpa bicara.
Namun akhirnya dia berhasil mendapatkan sebuah jalan
baik, ujarnya kemudian: "Lloktua, apakah dikota Kang- ciu
inipun terdapat anggota Kay-pang..."
Pertanyaan tersebut dengan cepat menyadarkan kembali
sipengemis sinting. Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang
tidak gatal, segera serunya keras keras:
"Aaaai, aku sipengemis betul-betul sangat bodoh, mengapa
tidak pernah kupikir sampai kesitu" Yaa, nampaknya makin
tua aku sipengemis semakin pikun... biar aku segera pergi
mencari mereka" Sambil menggerutu dia segera beranjak pergi dari situ.
Seperminum teh kemudian, sipengemis sinting telah
muncul kembali dengan disertai seorang pengemis setengah
umur. "Ban tua, oh lote, orang ini adalah tongcu dari kantor
cabang Kay-pang untuk kota Kang- ciu yang disebut orang si
ular aneh Wan Sam" Kemudian kepada pengemis setengah umur itu bentaknya :
"Ayoh cepat menjumpai Ban locianpwee dan oh lote ku"
Dengan hormat sekali pengemis setengah umur itu menjura
kepada kedua orang itu, kemudian katanya :
"Boanpwee Wan Sam menjumpai cianpwee berdua"
oh Put Kui mengangguk tanda membalas hormat,
sebaliknya kakek latah awet muda tetap tak berkutik dari
posisi semula, malahan teriaknya keras keras : "Apakah kau
adalah kongcu dari kantor cabang kota Kang ciu?"
"Benar" sahut Wan Sam sambil menundukkan kepalanya.
"Mengapa disekitar wilayah Kang ciu tidak dijumpai sebuah
perahu pun yang dapat disewa?"
"Menurut apa yang boanpwee ketahui, semua perahu yang
ada dikota Kang ciu ini sudah disegel secara paksa oleh
orang" "Apa" Siapa yang begitu berani?"
"Menurut apa yang hamba ketahui, orang itu adalah putri
kesayangan dari pemilik istana Sian hong-hu di ibu kota"
Sian hong-hu" Lagi lagi ulah istana Sian hong-hu" Lantas
permainan apakah dibalik kesemuanya ini"
Untuk sesaat mereka bertiga sama sama dibuat tertegun...
Dalam tertegunnya oh Put Kui segera bertanya :
"Wan tong cu, benarkah kau tahu secara pasti bahwa
semua perahu yang berada di Kang ciu ini telah disegel
secara paksa oleh orang-orang yang dikirim pihak Sian hong-
hu" Mengapa pemilik rumah penginapan ini bilang kalau
semua perahu disewa orang?"
Wan Sam segera tertawa. "Dalam persoalan ini, pihak Sian- hong-hu telah bekerja
secara cermat dan rahasia, semua pemilik perahu dibikin takut
oleh gertak sambal orang-orang Sian- hong-hu yang berilmu
silat tinggi, karenanya terpaksa mereka beralasan perahunya
sudah disewa orang" "Lantas darimana kau bisa mengetahui, kejadian ini
semakin jelasnya?" tanya kakek latah awet muda.
"Anak buah hamba banyak yang bekerja sebagai kuli kasar
diperahu, oleh karena itulah Boanpwee mengetahui dengan
jelas, bahkan sebagian besar telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri bagaimana orang-orang Sian hong-hu
menggertak pemilik-pemilik perahu itu, dengan demikian
boanpwee pun dapat mengetahui keadaan tersebut dengan
sejelas-jelasnya" "Keluarga Nyoo tersebut betul-betul keluarga telur busuk"
umpat kakek latah awet muda penuh rasa geram.
"Ban tua, berbicara sesungguhnya Nyoo Thian wi adalah
orang baik," pengemis sinting segera berkata sambil tertawa,
"cuma sayang orang yang baik hatinya selalu diberkahi usia
yang pendek. Wan-sin-seng-siu (kakek suci berhati mulia)
telah menjadi kakek mampus"
"Yaaa..." sambung oh Put Kui sambil menghela napas,
"siapa yang mengira kalau keturunannya justru menjadi
seorang manusia lalim yang tidak tahu diri."
"Huuh, kentut anjing" seru kakek latah awet muda sambil
tertawa dingin, "siapa bilang dia kakek suci berhati mulia"
Seandainya Nyoo Thian-wi betul-betul berhati mulia, mau apa
dia berdiam di ibu kota" Saban hari mengandaikan
hubungannya dengan pembesar kerajaan ching untuk berbuat
semena-mena dimana-mana masih berani memakai gelar
berhati mulia" Huuuh, mau muntah rasaku setelah mendengar
kata-kata tersebut."
Satu ingatan segera melintas di dalam benak oh Put
Kuisesudah mendengar perkataan itu.
Sebaliknya pengemis sinting segera berkata sambil tertawa
: "Ban lopek, siapa tahu kalau Nyoo Thian-wi mempunyai
maksud tujuan yang lain?"
"Aaah, kau cuma tahu berkentut," seru kakek latah awet
muda sambil tertawa dingin lagi, "seandainya Nyoo Ban-wi
betul-betul seorang lelaki berhati mulia dan bijaksana,
mengapa dia tak pernah mengadakan hubungan dengan si
tamu baju putih Ibun Hau?"
Seketika itu juga pengemis sinting dibuat terbungkam
dalam seribu bahasa oleh ucapan kakek latah tersebut.
Yaa, berbicara yang sebenarnya, mengapa si kakek suci
berhati mulia Nyoo Thian-wi tak pernah mengadakan
hubungan dan pergaulan dengan orang orang dari golongan
lurus" Bukan begitu saja, bisa dipikirkan kembali, Nyoo Thian wi
malahan tak pernah berhubungan pula dengan orang orang
dari istana ceng-thian ciangkun yang berada di ibu kota.
Bukankah kejadian ini aneh sekali "
Kali ini, sipengemis sinting benar benar dibuat "sinting" oleh
kejadian tersebut. Sebaliknya oh Put- kui yang menjumpai pengemis sinting
segera dibuat terbungkam dengan kening berkerut setelah
mendengar perkataan tersebut menjadi terCengang dan
keheranan. Dia tak mengerti, mengapa Nyoo Thian wi tak dapat
dianggap seorang lelaki setia yang mulia dan bijaksana
karena dia tak mempunyai hubungan dengan si tamu baju
putih Ibun Hau. Apakah si tamu baju putih Ibun Hau
melambangkan sesuatu" Pikir punya pikir, akhirnya dia tak
bisa menahan diri lagi dan segera bertanya: "Ban tua, siapa
sih ibun Hau tersebut?"
oh Put Kui hanya tahu sitamu baju putih ibun Hau serta
kakek bayangan semu berbaju hijau Samwan To disebut
orang sebagai Sepasang kakek sakti dari Thian-tok dan
berdiam di puncak Thian-tok- hong bukit Hang san.
Dan lagi diapun tahu kalau kedua orang ini memiliki ilmu
silat yang betul-betul sangat lihay.
Selain itu, dia boleh dibilang tidak mengetahui apa- apa.
Mendengar pertanyaannya itu, tiba tiba saja kakek latah
awet muda berkata sambil tertawa aneh :
"Bocah muda, apakah sampai sekarang suhu dan
susiokmu belum pernah menyinggung soal kedua orang kakek
ini dihadapanmu" Tampaknya gurumu itupun orang bodoh."
"Belum pernah suhu membicarakan masalah asal usul
tokoh persilatan dengan boanpwee" kata oh Put Kui sambil
tertawa. "Beginipun ada baiknya juga, dari pada kau menaruh
hormat kepada orang lain setelah kau mengetahui asal usul
mereka, bukan begitu?" ucap kakek latah sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "aaaai, muridnya
saja begitu latah, apalagi gurunya..."
oh Put Kui segera tertawa geli:
"Suhu enggan membicarakan asal usul tokoh persilatan
dengan boanpwee, hal ini dikarenakan suhu tak ingin
boanpwee terlibat didalam urusan budi dan dendam orang-
orang persilatan-" "Tapi benarkah begitu" Bagaimana buktinya sekarang"
Bukankah kaupun terlibat juga?"


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Walaupun boanpwe terlibat juga, namun hal ini muncul
karena kemauan boanpwee sendiri," kata oh Put Kui sambil
menghela napas. Kontan saja kakek latah awet muda
mendelik besar : "Mana mungkin ada orang melibatkan diri dalam urusan
dunia persilatan karena kemauan sendiri" Hey anak muda,
kadangkala kau kelihatan amat pintar dan hebat, mengapa
ada kalanya justru begitu pikun dan sangat bodoh?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, kakek itu berkata lebih
jauh dengan wajah bersungguh-sungguh : "Nah anak muda,
dengarkan baik-baik..."
Melihat sikap tersebut oh Put Kui segera tertawa :
Jarang sekali dia melihat si kakek latah awet muda ini
berbicara dengan wajah begitu serius, sehingga nampaknya
sekarang ia sangat lucu dan menggelikan hati.
"Boanpwee akan mendengarkan dengan seksama" sahutnya dengan cepat. Kakek latah awet muda mengangkat kepalanya dan
menghela napas panjang, kemudian ujarnya dengan suara
pelan : "Anak muda, si tamu baju putih ibun Hau adalah Kaisar dari
dinasti yang lalu" oh Put Kui benar-benar sudah menyangka akan persoalan
ini. Semenjak ia mengunjungi Permaisuri Thian-hiang, ia sudah
mengetahui bahwa banyak sekali umat persilatan yang
bercita-cita hendak menegakkan kembali kejayaan serta
kekuasaan dinasti yang lampau.
oleh sebab itulah dia sudah menduga kalau ibun Hau
adalah seorang tokoh silat dari golongan tersebut.
"Ban tua, bagaimana sih kedudukan lojin ini didalampemerintahan dinasti yang lalu?"
Menurut dugaan oh Put Kui si tamu baju putih ibun Hau
tentu seorang menter atau pembesar kerajaan.
Namun jawaban dari Kakek latah awet muda justru
membUatnya sangat tercengang :
"Anak muda, ibun Hau tidak lebih cuma seorang penyusun
naskah kuno dari gedung Han-lim-wan"
"Lantas yang satunya lagi?" tanya oh Put- kui dengan
kening berkerut kencang. "Siapa yang kau maksudkan" Kalau tanya, bertanyalah
dengan jelas..." kata Kakek latah sambil tertawa.
"Boanpwee maksudkan Samwan lojin tersebut."
"Ooh, kau maksudkan si kakek bayangan semu baju hijau
Samwan To...?" "Betul" "Samwan To adalah teman membaca dari Kaisar Hun-
tiong-liat..." Sekarang oh Put-kui baru paham, ternyata sepasang
manusia sakti dari Thian tok ini tidak memiliki kedudukan yang
tinggi, tapi justru merupakan seorang kawan dekat kaisar.
Tak heran kalau kakek latah awet muda menuduh Nyoo
Thian-wi sebagai kurang "bijaksana dan setia" lantaran dia
tidak mempunyai hubungan dengan si tamu baju putih ibun
Hau. Ini berarti hanya manusia sebangsa ibun Hau saja baru
pantas menyandang gelar "bijaksana dan setia".
Sambil tertawa hambar oh Put- kui segera berkata :
"Kalau begitu, Nyoo Thian-wi benar- benar seorang
manusia yang patut dicugigai." Kakek latah awet muda tertawa
terbahak-bahak: "Haaahhh... haaahhh... haaahhh..., soal mencurigakan atau
tidak merupakan satu persoalan yang lain, sekarang orangnya
sudah mati, pada hakekatnya tak mungkin bisa diselidiki
kembali, cuma yang paling menggemaskan adalah aku sudah
hidup terkurung selama sepuluh tahun lebih di loteng tingkat
dua, kalau tidak..."
Mendadak dia seperti teringat akan sesuatu, sambil
melompat bangun segera serunya. "Habis sudah riwayatku,
aku sudah terkena siasat busuk dari Kit Put-sia"
"Kau orang tua terkena siasat busuk macam apa dari Kit
Put-sia...?" tanya oh Put=kui terkejut.
Sambil memukul dada sendiri saking mendongkolnya,
kakek latah awet muda berkata :
"Seandainya aku tidak terkurung selama dua puluh tahun,
asal usul dari Nyoo Thian-wi sudah pasti telah berhasil
kuselidiki... tapi akhirnya, aaaai... hanya disebabkan dorongan
emosi saat muda, aku dibuat tak karuan jadinya..."
"Jadi semenjak dua puluhan tahun berselang kau orang tua
sudah menaruh curiga terhadap Nyoo Thian-wi?" satu ingatan
segera melintas da lam benak oh Put- kui. Kakek latah awet
muda tertawa dingin: "Nyoo Thian-wi berusaha menarik simpatik umat persilatan
dengan menggunakan budi yang kecil. Didepan mata orang
lain, memang dia pantas disebut kakek suci, tapi dalam
pandanganku justru tak ada harganya seperti kentut anjing.
Coba bayangkan, kapan dia pernah memotong batok kepala
gembong iblis atau pembunuh keji mana pun dari persilatan?"
"Ban tua bukankah dia pernah membunuh seorang
gembong iblis yang bernama Raja Setan Penggetar Langit?"
"Anak muda, seandainya pada empat puluh tahun
berselang Nyo Thain-wi pernah melenyapkan Raja Setan
Penggetar Langit, mengapa empat puluh tahun kemudian kau
justru telah berjumpa lagi dengan Raja Setan Penggetar
Langit di perkampungan Siu-ning-ceng" Mungkinkah orang itu
gadungan" Kalau tidak, bukankah orang yang terbunuh pada
empat puluh tahun berselang adalah gadungan?"
Pertanyaan yang diajukan oleh kakek latah tersebut kontan
saja membuat oh Put Kui menjadi tertegun.
Peristiwa semacam ini memang belum pernah dibayangkan
sebelumnya... Mendadak kakek latah awet muda berteriak
kembali dengan suara yang keras : "Anak muda, apakah kau
sudah mengerti?" "Masih belum begitu mengerti"
"Tidak begitu mengerti?" kakek latah awet muda berkerut
kening, "jadi kau tidak percaya dengan dugaanku ini?"
"Aah, masa boanpwee berani tak percaya" cuma masih
ada banyak hal yang sangat mencurigakan. "
"Tentu saja. kalau masih tiada kecurigaan, masa aku berani
mengatakan hanya dugaan?"
oh Put Kui merasa apa yang dikatakan memang
merupakan suatu perkataan yang Sejujurnya.
Sekalipun demikian, dimulut dia berkata juga :
"Ban tua, bila dibicarakan menurut keadaan didepan mata,
Nyoo Thian-wi yang sudah mati sudah tentu tak perlu kita
urusi lagi, tapi paling tidak keturunan dari Nyoo Thian-wi telah
menunjukkan perlakuan yang salah dan melakukan perbuatan
jahat." "Bagaimana kalau kita kuntil mereka?" kata kakek latah
awet muda sambil manggut-manggut.
"Menguntit mereka?" Oh put-kui tertegun, "tapi Boanpwee
hendak pergi ke Lam-cong."
"Anak muda. paling tidak kita harus membuat jelas duduk
persoalan tentang kapal-kapal yang disegel di Kang-Ciu ini
sebelum pergi." Kemudian tanpa memperdulikan Oh Put-kui lagi, ia segera
berpaling ke arah si Ular Aneh Wan-sam sambil membentak,
"Tahukah kau apa sebabnya orang she Nyo itu menyegel
semua perahu yang ada disini?"
"Boanpwee dengar, hal ini sengaja dilakukan karena
hendak menghadapi perkumpulan Pay-kau." Jawab Wan-sam
perlahan, jangankan bersuara keras, mau menghembuskan
napas keras-keras pun tak berani.
"Hahaha, perselisihan apa yang telah terjadi antara pihak
Sian-Hong hu dengan Pay-kau?"
"Menurut laporan yang boanpwee terima, persoalan ini
timbul karena perselisihan murid pertama ketua Pay-kau yang
disebut si Tamu Tanpa Bayangan penghancur hati Ciu It-Cing
dengan majikan muda dari Sian-Hing hu, Nyo Ban-bu."
Mendengar perkataan itu, diam-diam Oh Put Kui terkesiap.
Padahal antara Ciu It-cing dan Nyo Ban-Bu tidak terjadi
sesuatu perselisihan yang terlau besar ketika berada dalam
perkampungan Siu-ning-ceng, tapi kenyataan Nyoo Ban-bu
begitu menaruh dendam sehingga tidak segan-segan
melakukan tindakan pembalasan secara besar-besaran, ini
berarti dibalik kesemuanya itu sudah pasti masih terselip hal-
hal lain yang luar biasa. Sementara itu kakek latah awet muda
telah berkata sambil tertawa tergelak : "Wan Sam, apakah
markas besar perkumpulan Pay Kau berada di Seng- ciu...?"
"Benar, berada di Seng- ciu"
"Sungguh aneh sekali, mengapa orang she Nyoo itu justru
menyegel semua kapal yang berada di Kang ciu?"
"Sebab Kaucu dari Pey-kau sudah berada di Kang ciu
sekarang" sahut Wan Sam sambil tertawa.
Kakek latah awet muda kontan saja tertawa tergelak :
"Haaahhh... haaahh... haaahh...jadi Li cing-siu pun sudah
datang ke Kang ciu" Kalau begitu tak ada yang aneh lagi Wan
Sam, tahukah kau mengapa Li cing siu bisa datang ke Kang
ciu ini?" Kelihatan sekali kalau Wan Sam banyak tahu tentang
persoalan dunia persilatan, dari sini dapat dibuktikan betapa
tajamnya pendengaran dari orang-orang Kay pang, mungkin
jauh melebihi perkumpUlan manapun juga.
Baru selesai si kakek latah awet muda berkata, Wan Sam
telah menyahut sambil tertawa:
"Li KaucU datang kemari berhubung sejumlah barang
kiriman telah ditahan orang secara paksa, karenanya dia
khusus datang sendiri untuk menyelesaikan persoalan
tersebut." Baru selesai Wan Sam berkata, si Pengemis pikun dengan
kening berkerut telah menggeleng sambil berkata: " Wan-
tongcu, siapa yang punya nyali sedemikian besarnya hingga
berani membegal barang milik Pay-Kau?"
"Betul" kata Kakek latah pula. "Siapa yang begitu bernyali
sehingga berani mengusik Li Cing-Siu?"
@oodwoo@ Jilid 22 "Konon orang itu adalah Tiga padri dari See-ih!" bisik Wan
Sam dengan wajah agak takut.
"Apa" Tiga orang hweesio pelindung hukum dari kuil
Bhudala-si?" seru pengemis sinting terperanjat.
"Yaa, hambapun mendengar hal ini dari anggota Pay-kau!"
"Aneh sekali, kenapa padri dari See-ih itu jauh-jauh datang
ke Tionggoan hanya berniat membegal barang milik Pay-kau"
Betul-betul suatu kejadian yang aneh sekali."
"Wan Sam," kata kakek latah kemudian sambi tertawa,
"apakah ketiga orang hweesio yang kau maksudkan itu benar-
benar berasal dari wilayah Tibet?"
"Boanpwee mendapat kabar ini dari anggota Pay-kau,
rasanya tak bakal salah lagi!"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau begitu pasti akan
ramai sekali!" seru kakek latah awet muda sambil tertawa
tergelak. Sebaliknya Oh Put Kui bertanya dengan kening berkerut :
"Ban tua, siapa sih ketiga padri dari See-ih itu?"
"Aku sendiripun tidak tahu, aku cuma tahu ilmu Tay-jiu-eng
dari para lhama Tibet merupakan semacam ilmu silat yang
betul-betul luar biasa, hanya saja mereka amat jarang
berkunjung ke daratan Tionggoan dimasa lalu, sehingga aku
sendiripun belum sempat menyaksikan kehebatan dari ilmu
silat mereka!" "Ban tua, selama dua puluh tahun belakangan ini, mereka
sudah beberapa kali berkunjung kemari !"
"Benarkah itu" Apakah ilmu Tay-jiu-eng masih bisa
ditandingkan dengan ilmu Hud-im-hian-hong-jiu?"
"Selisih jauh sekali!"
"Waaah, kalau begitu tiada sesuatu yang istimewa..."
gairah kakek latah segera berkurang setelah mendengar
perkataan itu. "Cuma saja..." pengemis sinting segera menambahkan
sambil tertawa, "jagoan yang kujumpai tempo hari hanya
golongan kelas tiga dan empat saja."
"Kalau begitu, bukankah ilmu Tay-jiu-eng terhitung cukup
hebat juga?" seru kakek latah cepat sambil tertawa tergelak.
"Sudah barang tentu begitu, aku tahu ilmu silat dari
golongan Mi-tiong termasuk ilmu silat tingkat atas."
"Bagus sekali, aku ingin sekali mengetahui sampai
dimanakah kelihayan dari kaum lhama tersebut."
"Ban tua, besok kita harus melanjutkan perjalanan," Oh Put
Kui segera menyela dengan kening berkerut.
"Eeeh... kau tak usah terburu napsu," seru kakek latah
sambi lmenggeleng, "keramaian semacam ini harus kuhadiri
untuk turut menyaksikannya..."
---------------------- "Ban tua, kalau begitu terpaksa boanpwee harus berangkat
seorang diri lebih dulu," ucap Oh Put Kui kemudian dengan
perasaan apa boleh buat. Kakek latah awet muda menjadi tertegun tapi sejenak
kemudian serunya lagi sambil tertawa tergelak :
"Kau berani?" "Mengapa boanpwee tak berani?" Oh Put Kui balas berseru
setelah sempat tertegun sejenak.
"Sebelum memperoleh persetujuanku, kau harus tetap
tinggal disini secara baik-baik."
Sebetulnya Oh Put-kui hendak membantah ucapannya itu,
tapi diapun mengerti bahwa berdebat hanya berarti
membuang tenaga dengan percuma, sudah pasti kakek tua
yang kolot ini tak akan memberi ijin kepadanya.
Terpaksa ujarnya sambil tertawa getir:
"Ban tua, aku harus menunggu sampai kapan lagi?"
"Aku sendiripun tidak tahu!" sahut si kakek latah sambil
tertawa senang.

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak orang tua itu teringat akan sesuatu, maka
kepada si ular aneh Wan Sam katanya pula:
"Wan Sam, tahukah kau kapan pihak Sian-hong-hu hendak
melancarkan serangannya terhadap pihak perkumpulan Pay-
kau?" "Malam nanti!" "Apa" Mengapa tidak kau katakan semenjak tadi?" teriak
kakek awet muda dengan marah. "atau mungkin kau memang
sengaja hendak mempermainkan diriku?"
Pucat pias selembar wajah Wan Sam karena kaget
bercampur takut, buru-buru dia menyahut:
"Boanpwee tidak berani!"
Kalau begitu, ayoh cepat suruh pelayan mempersiapkan
hidangan..." kata kakek latah awet muda kemudian sambil
mengulapkan tangannya kepada pengemis sinting.
Sang pengemis menyahut dan segera beranjak pergi dari
situ. Ketika Oh Put-kui mendengar bahwa peristiwa itu akan
berlangsung malam nanti, dalam hati kecilnya dia merasa
gembira sekali, katanya kemudian sambil tertawa:
"Ban tua, kau tak usah terburu napsu, sekarang toh baru
mendekati tengah hari..."
"Bocah muda, tahukah kau berapa jauhkah jarak antara
tempat ini dengan tempat berlangsungnya pertarungan itu?"
seru sang kakek sambil tertawa dingin.
Oh Put-kui menjadi tertegun, lalu pikirnya:
"Bagaimana mungkin aku bisa tahu?"
Karena itu diapun menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau toh tidak mengetahui berapa jauh tempat tersebut,
bila kita tidak berangkat sekarang juga, memangnya kau
anggap masih keburu sampai di situ?"
Oh Put-kui kembali menggelengkan kepalanya berulang
kali. Sambil tertawa Wan Sam segera menyela
"Locianpwee, boanpwee pun sudah menyelidiki tempat
yang hendak mereka pergunakan untuk bertarung itu!"
"Waaah, tampaknya kau si pengemis kecil pandai juga
untuk bekerja, ayoh cepat katakan kepadaku, dimanakah
peristiwa itu hendak berlangsung?" seru kakek latah
kegirangan. "Kuil Pau-in-si diluar kota Kang-ciu!"
"Dekatkah tempat itu?"
"Dekat sekali, paling banter cuma tiga li dari batas kota!"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau begitu masih
keburu..." Tapi kemudian secara tiba-tiba kakek itu berkata lagi:
"Wan Sam, tahukah kau kapan waktu yang telah mereka
tentukan?" "Kentongan ke dua nanti!"
Kakek latah awet muda segera tertawa tanpa mengucapkan kata-kata lagi, sedangkan Oh Put-kui segera
menyela pula: "Wan tongcu, perjanjian di kuil Pau-in-si ini ditentukan oleh
siapa" Aapakah pihak keluarga Nyoo yang menentukan?"
"Bukan! Tantangan itu dibuat antara pihak Pay Kau dengan
tiga padri dari wilayah See-ih!"
"Kalau begitu pihak Sian-hong-hu yang sedang bermain
setan dibalik kesemuanya itu," kata Oh Put Kui tertawa.
"Boanpwe pun menduga sampai ke situ, itulah sebabnya
boanpwe telah mengutus anggota kantor cabang kamu untuk
bersembunyi lebih dulu di sekitar kuil Pau-in-si pada malam
nanti, bilamana pergi kami siap akan membantu pihak Pay
Kau!" "Wah, tidak kusangka kau si pengemis kecil pun masih tahu
soal setia kawan!" kakek latah segera menghentikan
tertawanya. "Selama ini perkampungan kami mempunyai hubungan
yang sangat erat dan akrab dengan pihak Pay Kau, oleh
sebab itu walaupun boanpwe tahu kalau tindakan yang
kuambil merupakan tindakan yang tahu diri, namun kamu pun
tak bisa berpeluk tangan belaka membiarkan rekan kami di
gontok orang habis-habisan."
"Wan tongcu, apakah kau sudah tidak percaya lagi
terhadap pihak Sian-hong-hu?" tiba tiba Oh Put Kui menyela
sambil tertawa. Pertanyaan ini sudah jelas mengundang maksud dan
tujuan yang amat dalam. Sebab bagaimanapun juga orang-orang dari pihak Sian-
hong-hu merupakan anak murid Kakek suci, paling tidak,
mereka adalah orang-orang yang pantas dihormati dan
disegani oleh setiap anggota perkumpulan dan partai mana
pun yang ada dikolong langit, andaikata, terjadi persoalan
maka sudah sewajarnya bila anggota partai lain membantu
pihaknya. Akan tetapi kenyataannya sekarang, pihak kay-pang lebih
suka membantu Pay-kau untuk memusuhi para anak murid
dari kakek suci, hal ini menunjukkan kalau si ular aneh Wan
Sam sudah menaruh rasa tak percaya lagi terhadap tingkah
laku dan perbuatan dari orang-orang Sian-hong-hu, paling
tidak perintah ini diturunkan dari markas besar perkumpulan
Kay-pang. Kalau bukan begiut, sudah pasti Wan Sam tak akan berani
mencampuri perselisihan semacam itu.
Benar juga, baru saja Oh Put Kui menyelesaikan
perkataannya, Wan Sam segera berkata sambil tertawa :
"Apa yang diucapkan kongcu memang benar, semenjak
boanpwee mengetahui kalau kuku garuda dari Sian-hong-hu
banyak melakukan perbuatan terhina dengan menindas kaum
lemah dan rakyat kecil, boanpwee segera mangambil
keputusan untuk membantu pihak Pay-kau dengan sepenuh
tenaga..." Berhubung pengemis sinting membahasai Oh Put Kui
sebagai saudara, oleh karena itu dia pun harus membahasai
diri sendiri sebagai boanpwee.
Oh Put Kui kembali tertawa hambar:
"Apakah pihak markas besar perkumpulanmu mengetahui
tentang keputusan yang kau ambil ini?"
"Tidak tahu," Wan Sam menggeleng.
"Seandainya kau telah menyalahi pihak Sian-hong-hu,
apakah pangcu mu tak akan menyalahi dirimu?"
Tiba-tiba Wan sam tertawa tergelak dengan suara yang
amat nyaring, kemudian serunya:
"Selamanya boanpwe bekerja hanya berdasarkan atas
kebenaran, entah pihak itu dari golongan mana pun, yang
salah harus ditindak dengan tegas. Andaikata setelah kejadian
tersebut pangcu menegurku, boanpwe pun berani menerima
segala resiko dan akibatnya!"
Mendengar sampai disini, Oh Put Kui segera tertawa
terbahak-bahak, lalu pujinya:
"Betul-betul seorang lelaki sejati!"
Sebaliknya kakek latah awet muda ikut berkata pula sambil
tertawa tergelak: "Laksanakan saja dengan hati tenang, biarpun ada kejadian
yang bagaimana pun besarnya, biar aku yang tanggung!"
Wan Sam menjadi kegirangan setengah mati, cepat-cepat
dia berseru sambil tertawa:
"Banyak terima kasih loocianpwe... cuma boanpwe pun
percaya, sekalipun boanpwe melakukan perbuatan ini, pangcu
kami tentu tak akan menegur apalagi menyalahkan tindakanku
ini." "Betul. aku tahu Kongcu Liang si bocah kecil itu cukup
pandai membedakan persoalan..."
-------------------- Kentongan pertama sudah lewat.
Cahaya lentera bersinar amat terang disekitar kuil Pau-in-si
yang terletak diluar kota Kang-ciu
Tapi suasana disitu amat sepi, tidak terdengar suara genta,
tidak terdengar suara orang membaca doa, tidak terdengar
pula manusia yang hiruk pikuk.
Suasana dalam ruangan Wau-tong-poo-tiang pun sunyi
senyap tak kedengaran sedikit suara pun.
Hanya asap dupa dari balik hiolo yang mengepulkan asap
harumnya memenuhi seluruh ruangan,
Didepan ruangan dekat hiolo tersebut, duduk tiga orang
lhama berbaju kuning. Tampaknya mereka sedang bersemedi, sehingga keadaannya tidak berbeda dengan orang mati.
Pada saat itulah... Tampak dua sosok bayangan manusia melayang turun dari
tengah udara dengan gagah dan angkernya.
Gerakan tubuh dari kedua sosok bayangan manusia itu
sungguh amat cepat, mereka bukannya melayang turun
keatas permukaan tanah, melainkan meluncur masuk kebalik
rimbunnya dedaunan ditengah pelataran tersebut.
Meskipun gerakan tubuh kedua orang itu cepat sekali,
namun didalam kenyataannya sama sekali tidak menimbulkan
sedikit suara pun, bahkan dedaunan dibalik pepohonan itupun
tidak sampai bergetar, dari sini dapatlah disimpulkan bahwa
kepandaian silat yang dimiliki kedua orang itu benar-benar
hebat sekali. Begitu melayang masuk kebalik dedaunan, kedua orang itu
segera menyembunyikan diri baik-baik.
Kemudian salah seorang diantaranya segera menongolkan
kepalanya Ternyata orang itu adalah Oh Put Kui.
Lantas siapakah seorang yang lain " Kakek latah awet
muda atau pengemis sinting"
Setelah menongolkan kepalanya dan memeriksa sekejap
keadaan disekeliling tempat itu, Oh Put Kui segera berkata
kepada rekannya itu: "Ban tua, kalau ditinjau dari sikap ketiga orang lhama yang
sedang bersemedi itu nampak begitu tenang, bisa diduga
kalau ilmu silat yang dimiliki tentu hebat sekali, delapan puluh
persen dia adalah jago lihay kelas satu dari golongan Mi
tiong!" Rupanya rekan yang seorang lagi adalah Kakek latah awet
muda. Kakek latah awet muda manggut-mangut, lalu dengan ilmu
menyampaikan suara pula dia menjawab:
"Hey anak muda, kau harus baik-baik mempersiapkan diri,
aku akan periksa keadaan disekeliling tempat ini, daripada
setelah sampai waktunya untuk turun tangan nanti, kau belum
selesai mempersiapkan diri!"
"Ban tua, memangnya kau anggap boanpwee adalah
manusia yang tak berguna?" seru Oh Put Kui sambil tertawa.
Sementara itu, dari atas atap ruang tengah telah melongok
keluar pula sebuah kepala manusia.
Ternyata orang itu adalah si pengemis sinting.
Rupanya dia sadar kalau ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya kurang sempurna sehingga tak berani menyembunyikan diri diatas pohon tersebut, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terpaksa dia
mendaki ke atas atap ruangan dan menyembunyikan diri
disana. Kakek latah awet muda dan Oh Put Kui segera dapat
menjumpai jejaknya. Cuma mereka sama sekali tidak menyapa, sebab Oh Put
Kui kuatir kepandaian silat yang dimiliki ketiga orang Lhama
itu terlalu tinggi sehingga sapaannya
akan segera mengejutkan mereka bertiga.
Pada saat itulah kakek latah awet muda menangkap suara
langkah serombongan manusia yang datang dari kejauhan.
Pada mulanya ida mengira rombongan manusia itu tentulah
Li Cing-siu dan anak buahnya dari perkumpulan Pay kau.
Tapi setelah diamati lagi dengan seksama, segera
ditemukan olehnya bahwa gerak gerik kawanan manusia itu
sangat mencurigakan bahkan seakan-akan berusaha untuk
menyembunyikan diri dari pandangan orang lain...
Menyaksikan hal ini, kakek latah awet muda segera tertawa
tergelak kegelian. Kalau ditinjau dari gerak gerik mereka itu, sudah jelas
rombongan manusia itu adalah orang-orang dari istana Sian-
hong-hu... Diam diam ia bersyukur karena mereka bertiga datang
selangkah lebih awal, kalau tidak, sudah pasti tempat
persembunyian mereka akan diketahui oleh orang orang dari
Sian-hong hu. Tampaknya Oh Put Kui juga sudah mengetahui akan
kehadiran mereka, ia segera berbisik:
"Ban tua nampaknya ada orang sedang menyembunyikan
diri disekeliling tempat ini!"
"Yaa, nampaknya orang-orang dari Sian-hong-hu!"
Pada saat itulah dari kejauhan sana

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali berkumandang datang suara langkah kaki manusia.
Lalu nampak munculnya belasan pedang obor yang
menerangi serombongan manusia mereka berjalan langsung
menuju ke kuil Pau-in-si.
Agaknya rombongan yang datang kali ini adalah orang-
orang dari pihak Pay Kau.
Dengan sorot mata Oh Put Kui yang tajam, segera terlihat
olehnya bahwa rombongan Pay Kau terdiri dari dua puluhan
orang. Perjalanan yang mereka tempuh tidak terlalu cepat, jarak
sejauh dua li tersebut ditempuh dalam waktu seperminum teh
lamanya. Menanti rombongan tersebut sudah berada didepan kuil,
Oh Put Kui baru dapat melihat dengan jelas wajah-wajah
rombongan tersebut. Sebagai pemimpin rombongan adalah seorang kakek
berambut putih yang mengenakan jubah seorang imam.
Dia mempunyai raut wajah yang bersih dan sikap yang
lembut, langkah tubuhnya sangat ringan, sikapnya berwibawa
sehingga memberi kesan anggun bagi siapapun yang
melihatnya. Oh Put-kui tahu, orang itu tentulah Huan-im cinjin Li Cing-
siu dari Pay-kau. Dibelakang kakek itu adalah dua orang kakek berusia tujuh
puluh tahunan, seorang berpakaian imam dan seorang lagi
berpakaian preman. Dibelakang kedua orang kakek itu adalah tamu tanpa
bayangan penghancur hati Ciu It-cing.
Dibelakang Ciu It-cing adalah seorang tosu setengah umur
dan seorang sastrawan setengah umur.
Sedangkan dibelakang kedua orang itu adalah kawanan
lelaki kekar berdandan kelasi.
Tatkala rombongan tersebut tiba didepan ruangan, dari
kejauhan sana terdengar suara kentongan berbunyi dua kali.
Mendadak tiga orang lhama itu membuka matanya
bersama-sama... Salah seorang diantaranya, seorang pendeta berusia tujuh
puluh tahunan yang bermuka dingin menyeramkan segera
berseru sambil tertawa seram:
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... Li sicu benar-benar
seorang yang memegang janji, datang tepat pada saatnya...!"
Kakek berambut putih yang berbaju imam itu segera
tertawa hambar: "Untuk memenuhi undangan dari siansu bertiga, tentu saja
aku tak berani datang terlambat."
"Li sicu pandai juga merendah..." kata lhama itu kemudian
sambil tertawa, lalu sambil menuding ke sebuah kasur
ditengah ruangan, katanya lagi:
"Silahkan duduk dulu sebelum berbincang bincang!"
Kakek berdandan tosu dan dua kakek di belakangnya
segera mengambil tempat duduk dibantal bantal yang sudah
tersedia di hadapan ketiga orang lhama itu.
Sedangkan Siu It-cing sekalian berdiri berjalan ketiga orang
kakek itu. Sesudah mengambil tempat duduk, kaucu dari Pay Kau, Li
Cing-siu baru berkata dengan suara dalam:
"Tentang kehadiran Pu Khong siansu bertiga di daratan
Tiong-gona sudah lama kudengar, hanya tidak kupahami apa
sebabnya siansu justru menyegel beratus buah kapal dari
perkumpulan kami yang ada di Kang-ciu sekarang sehingga
menyebabkan perkumpulan kami menderita kerugian yang
cukup besar?" Put-khong lhama segera tertawa tergelak"
"Haaahhh... haaahhh...haaahhh.... Li sicu, berbicara yang
sebenarnya, tindakan lolap dengan menyegel beratus buah
kapal kalian itu merupakan suatu transaksi perdagangan."
"Transaksi perdagangan?" tanya Li Cing-siu menjadi
tertegun, "harap siansu jangan bergurau, tahukah kau bahwa
gara-gara ulahmu itu menyebabkan perkumpulan kami telah
kehilangan langganan terbesar dari kota Kim-leng" Hmmm,
masa siansu masih berkata demikian, bukankah perbuatanmu
ini sama artinya dengan mengejek diriku?"
Dari perkataan itu bisa diketahui kalau kaucu dari Pay-kau
ini benar-benar sudah amat gusar, hanya saja dia masih
berusaha untuk mengendalikan diri agar amarahnya tidak
sampai meledak... Put-khong siansu kembali tertawa licik:
"Li sicu, lolap akan membeli semua perahumu itu!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Li Cing-siu setelah
mendengar perkataan itu, dengan lantang diapun berkata:
"Kalau begitu siansu memang benar-benar bermaksud
untuk mencari gara-gara dengan perkumpulan kami."
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... apakah kaucu merasa
keberatan untuk menjual perahu-perahumu itu?"
"Semua kayu dari perahu-perahu tersebut merupakan
pesanan dari seorang langgananku, bagaimana mungkin aku
boleh menjualnya lagi kepadamu" Apalagi si pemesanpun
belum tentu akan menyetujui jual beli ini?"
"Aaah, soal si pemesan sih urusan kecil, lolap pasti dapat
memaksanya untuk menyetujui."
Tiba-tiba Li Cing-siu menarik muka lalu berkata:
"Menurut peraturan dari perkumpulan kami, bilamana
barang pesanan belum tiba ditempat tujuan maka siapapun
tak boleh mengusiknya, jikalau siansu bersikeras hendak
membelinya, tunggulah sampai aku mengirim semua perahu
itu ke Kim-leng dan menyerahkan kepada pemesannya,
kemudian siansu baru mengadakan jual beli sendiri dengan
pemilik barang itu."
"Hmmm, sayang sekali lolap tidak mempunyai banyak
waktu..." kata Put-khong siansu sambil tertawa dingin.
Ki Siu-cing tertawa dingin pula:
"Sebelum barang pesanan itu tiba ditempat tujuan, bila
siansu memaksa terus sama artinya dengan ingin bermusuhan dengan perkumpulan kami."
Baru saja perkataan dari Li Siu cing itu selesai diutarakan,
lhama tua bertubuh kurus yang duduk disisi kiri Put-khong
siansu itu sudah tertawa panjang sambil menyela:
"Sejak kedatangan Li Kaucu dengan memimpin segenap
kekuatan, kau telah menganggap lolap sebagai musuh!"
"Apakah Wi cay siansu tidak menganggap perkataanmu itu
ingin mencari menangnya sendiri," kata Li Cing-siu dengan
suara dalam. Oh Put Kui yang mendengarkan pembicaraan tersebut,
diam-diam segera berpikir :
"Kalau didengar dari nama yang mereka pergunakan itu,
nampaknya mereka melepaskan diri dari kependetaannya dan
kembali menjadi orang swasta..."
Belum habis Oh Put Kui berpikir, Wi-cay siansu telah
berkata lagi dengan suara keras:
"Kapan sih lolap ingin mencari menangnya sendiri?"
Sambil tertawa dingin Li CIng-siu berseru:
"Tanpa sebab musabab kalian menahan semua barang
kami, bukankah tindakan tersebut sudah jelas mencerminkan
sikap permusuhan kalian terhadap perkumpulan kami" Hari ini
aku datang kemari sebetulnya berniat untuk menyelesaikan
persoalan secara baik-baik..."
Wi-cay siansu tertawa terbahak-bahak, sebelum dia sempat
berkata lagi, si lhama gemuk yang duduk di sebelah kanan Put
Khoong-siansu telah berkata pula smabil tertawa terkekeh-
kekeh : "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... Li Kaucu, aku si hwesio
gemuk paling suka untuk berbicara secara baik baik, coba kau
terangkan dulu bagaimana cara penyelesaianmu yang kau
anggap baik?" "Biala Ha-ha siancu memang suka penyelesaian secara
baik-baik, hal ini tentu saja lebih baik," seru Li Cing-siu dengan
kening berkerut dan suara keras, "sekarang harap kalian
bertiga untuk menurunkan perintah kepada anak buahmu
untuk mengembalikan semua barang milik kami, sekalipun
kami terlambat lima hari dari batas waktu penyerahan yang
telah ditetapkan, tak nanti aku akan menuntut ganti kerugian
dari kalian bertiga."
Oh Put Kui tertawa geli, pikirnya tiba-tiba:
"Hwesio ini memang tepat jika dipanggil Ha-ha siansu,
nyatanya dia memang suka sekali tertawa haha hihi..."
Sementara itu Ha-ha siansu telah menggelengkan
kepalanya sambil berkata:
"Tidak bia, cara penyelesaian kami yang dianggap baik
hanya satu saja." "Penyelesaian yang bagaimana?" tanya Lo Cing-siu marah.
Kembali Ha-ha siansu tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... jual semua barang itu
kepada lolap, bukan saja lolap akan membayar semua
harganya, bahkan akan kubayar beaya pengiriman lima kali
lipat lebih besar." Li Cing-siu segera melompat bangun, lalu sambil menuding
ke tiga orang pendeta itu serunya:
"Tampaknya kalian bertiga hendak mengandalkan ilmu silat
dari golongan Mi-tiong untuk berbuat semena-mena sehingga
tidak memandang sebelah matapun kepadaku, tapi aku perlu
memberitahukan kepada kalian, jika kalian beranggapan
demikian maka anggapan kalian itu keliru besar sekali."
----------------------- Ha ha siansu kontan saja melompat dari tempat duduknya
dan bersiap sedia untuk melancarkan serangan.
Begitu ia bangun berdiri, maka tampaklah perawakan
tubuhnya yang bulat persis seperti bola daging.
Berbicara soal tinggi badan, dia sebanding dengan
pengemis sinting, tapi perawakan tubuhnya justru empat kali
lipat lebih besar daripada tubuh si pengemis sinting.
Oh Put Kui yang menyaksikan hal tersebut hampir saja
tertawa tergelak saking gelinya.
Ha-ha siansu kembali berseru sambil tertawa tergelak:
"Jadi Li kaucu bersikeras tak mau menjualnya?"
"Lebih baik siansu tak usah bersilat lidah lagi," tukas Li
Cing-siu sambil tertawa dingin.
Baru selesai ia berkata, kakek berbaju hitam yang berada
disisinya telah membentak gusar:
"Kaucu, bekuk saja ketiga orang keledai gundul ini, masa
dia tak akan membebaskan barang-barang kita?"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... Tio Sian-hau, nampaknya bacotmu makin lama semakin bertambah besar,"
kata Ha-ha siansu tiba-tiba, "aku lihat dulunya kau toh belum
pernah mempunyai nyali sedemikian besarnya..."
Selama ini Oh Put Kui merasa tidak habis mengerti apa
sebabnya ketiga orang pendeta dari tibet ini bisa berbicara
bahasa Han dengan begitu luwes dan lancar.
Baru sekarang dia dapat menemukan sedikit titik terang
tentang persoalan tersebut.
Jangan-jangan ketiga orang hwesio itu sesungguhnya
memang orang Tionggoan yang kemudian pergi ke Tibet "
Sementara itu, kakek berbaju hitam yang sebenarnya
bernama kakek baju hitam Tio Sian-hau itu sudah berseru
dengan penuh amarah: "Aku akan segera membekukmu lebih dulu!"
Tubuhnya segera berkelebat maju kedepan lalu dengan
kesepuluh jari tangan yang dipentangkan lebar-lebar dia
cengkeram jalan darah cian-keng-hiat di atas bahu Ha ha
siansu Ha-ha siansu tertawa nyaring kemudian berputar badan
dan menyelinap ke belakang tubuh si kakek baju hitam Tio
Sian-hau, sementara itu tangan kanannya diayunkan ke muka
menghantam tubuh musuh. "Tio sicu" bentaknya kemudian, "biar lolap menghantar kau
pulang ke langit barat lebih dulu..."
Sejak Ha-ha siansu menyelinap kebelakang tubuhnya tadi,
Tio Sian-hau sudah menduga dan berjaga-jaga atas tindakan
yang akan dilakukan musuhnya ini.
Oleh karena itulah disaat Ha-ha siansu melancarkan
serangan mautnya itu, dengan cekatan pula Tio Sian-hau
melayang maju sejauh tiga depa dari posisi semula.
Kemudian diiringi bentakan amarah, dia melepaskan lima
buah serangan secara beruntun.
Pertarungan yang amat serupun segera berlangsung,
namun kedua belah pihak bertarung seimbang dan sama-
sama tak ada yang berhasil merobohkan lawannya.
Namun Oh Put Kui yang menyembunyikan diri sambil
menyaksikan jalannya pertarungan itu sudah dapat menentukan siapa yang telah unggul diantara mereka berdua.
Walaupun tenaga pukulan dari Tio sian-hau sangat kuat
dan berat, namun dia seakan-akan tidak mampu untuk
mendesak Ha-ha siansu apalagi mengancam keselamatan
jiwanya. Sebaliknya Ha ha siansu yang bertarung sambil tertawa
mengejek, meski kadangkala melepaskan pukulan ataupun
tendangan, namun setiap serangannya selalu berhasil
mendesak Tio Sian-hau untuk mundur dan menghindar.
Tiga puluh jurus kemudian, Tio Sian-hau membentak penuh
amarah. Tiba-tiba sepasang tangannya diputar dan dirangkapkan
didepan dada kemudian tubuhnya melompat mundur sejauh
satu kaki lima depa ke belakang.
Setelah menghimpun seluruh kekuatan yang dimilikinya,
sepasang telapak tangan itu didorong ke muka.
Dalam melancarkan serangannya kali ini, si kakek berbaju
hitam Tio Sian-hau telah mempergunakan segenap kekuatan
yang dimilikinya.

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Senyuman yang semula menghiasi wajah Ha-ha siansu
segera hilang lenyap tak berbekas, sementara mukanya
bertambah serius. Cepat-cepat dia mengayunkan lengan pendeknya keatas
dengan telapak tangannya menghadap keluar, disambutnya
serangan maut dari Tio Sian-hau yang mempergunakan
tenaga sebesar dua belas bagian itu dengan keras lawan
keras. "Blaaaammm..." Tenaga pukulan yang saling membentur satu sama lainnya
itu segera menimbulkan suara ledakan keras yang
memekikkan telinga. Dalam bentrokan yang begitu keras, tubuh Tio Sian-hau
terdorong mundur sejauh satu langkah.
Sebaliknya tubuh Ha-ha siansu cuma sedikit bergetar saja
akibat bentrokan ini. Dengan penuh amarah Tio Sian-hau segera membentak
keras: "Sungguh sebuah ilmu pukulan tay-jiu-eng yang sangat
kuat..." Sepasang lengannya segera diputar lalu melepaskan
sebuah pukulan lagi dengan sepenuh tenaga.
Ha-ha siansu tertawa sinis, dengan cepat dia menyambut
pula datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan.
"Blaaaammmm...."
Sekali lagi terjadi bentrokan kekerasan yang memekikkan
telinga, dalam bentrokan itu Ha-ha siansu hanya terdorong
mundur sejauh satu langkah.
Sebaliknya Tio Sian-hau terdorong mundur sampai sejauh
lima langkah lebih sebelum berhasil berdiri tegak.
Walaupun Tio Sian-hau tahu kalau tenaga dalam yang
dimiliki lawan masih jauh lebih unggul dari kemampuan
sendiri, namun ia tidak putus asa, setelah menarik napas
panjang-panjang, sekali lagi dia memutar badan sambil
melepaskan sebuah pukulan.
Menyaksikan datangnya ancaman ini, tiba tiba saja dari
balik mata Ha-ha siansu yang kecil itu mencorong keluar sinar
mata yang tajam dan menggidikkan hati.
Sepasang telapak tangannya segera dirangkap menjadi
satu, lalu diayunkan ke muka menyongsong datangnya
serangan maut dari Tio Sian-hau itu.
"Wahai orang she Tio" teriaknya lantang, "Hud-ya segera
akan mengirim kau pulang ke rumah nenek..."
Tampaknya jurus serangan kali ini merupakan pertarungan
adu jiwa yang akan menentukan nasib mereka selanjutnya.
Tio Sian-hau menerjang kedepan sambil melepaskan
pukulan mautnya, secara otomatis tenaga yang dihasilkan pun
satu kali lipat lebih hebat.
Tapi Ha-ha siansu pun bukan seorang manusia yang
mudah diperdaya lawan, dia pun menghimpun semua
kekuatannya untuk menyongsong datangnya ancaman ini.
Tatkala kekuatan serangan dari kedua belah pihak saling
membentur satu sama lainnya, tidak terdengar suara apapun
disekitar arena. Tapi tiba-tiba saja tubuh Tio Sian-hau melayang naik ke
tengah udara. Li Cing-siu segera melotot matanya bulat bulat, kemudian
menjejakkan badannya sambil meluncur ke muka.
Dia bermaksud untuk menyelamatkan jiwa Tio Sian-hau
dari ancaman tersebut. Sayang sekali tindakan yang dilakukan olehnya ini sudah
terlambat selangkah. Kendatipun dia berhasil menerima tubuh sikakek baju hitam
Tio sian-hau yang terbanting kebawah, namun tak berhasil
menyelamatkan selembar jiwa dari kakek baju hitam Tio Sian-
hau tersebut. Disaat kekuatan dari kedua belah pihak saling membentur
satu sama lainnya tadi ilmu pukulan Tay-jiu-eng dari Ha-ha
siansu telah menggetarkan nadi Tio Sian-hau sehingga putus.
Akhir dari pertarungan ini sama sekali di luar dugaan Oh
Put Kui, dia tidak menyangka kalau ilmu pukulan Tay jin eng
mempunyai daya penghancur yang begitu dahsyatnya.
Tahu begini, dia bersama kakek latah awet muda pasti
cepat turun tangan untuk menyelamatkan jiwa dari Tio Sian
hau. Sekalipun demikian, tenaga pukulan yang dilepaskan kakek
baju hitam Tio Sian-hau pun berhasil juga menghantam tubuh
Ha-ha siansu secara telak.
Sementara itu Ha-ha siansu sedang berusaha dengan
sekuat tenaga untuk mengendalikan gejolak hawa darah
panas yang mendidih didalam dadanya, dia duduk bersemedi,
hal ini membuktikan pula kalau luka yang dideritanyapun
termasuk parah. Seorang tianglo dari perkumpulan Pay-kau ternyata
menemui ajalnya ditangan Ha-ha siansu, salah seorang dari
tiga padri See-ih yang berilmu silat paling cetek dalam empat
puluh gebrakan saja, kenyataan ini benar-benar membuat Li
Cing-siu merasa terkejut sekali.
Dengan termangu-mangu dia memandangi jenasah Tio
Sian-hau yang masih bermandikan cucuran darah dari tujuh
lubang inderanya itu, kemudian menitahkan anak buahnya
untuk menggotong pergi dari sana, setelah mendehem berat,
dengan langkah lebar dia berjalan menghampiri Put-khong
siansu. Melihat kedatangan lawannya itu, Put-khong siansu segera
mengejek sambil tertawa sinis:
"Li sicu, siapa yang tahu keadaan dialah lelaki yang pandai,
sekarang Tio Sian-hau sudah mati, lolap percaya Li sicu tentu
tidak berharap ada orang yang mengalami nasib seperti ini
lagi bukan!" Perkataan dari hwesio ini benar-benar seenaknya sendiri,
seakan-akan terbunuhnya seorang jago lihay itu merupakan
kesalahan yang diperbuat oleh sang korban sendiri.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Li Cing-siu sesudah
mendengar ucapan ini, dia mendengus dingin, lalu katanya:
"Put-khong, aku tak ingin melukai mereka yang tak
berdosa, lebih baik persoalan hari ini kita selesaikan sendiri
saja." Put-khong siansu kembali tertawa dingin:
Seruling Perak Sepasang Walet 5 Pedang Kayu Cendana Karya Gan K H Wanita Gagah Perkasa 3
^