Pencarian

Naga Beracun 2

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


orang ini adalah sahabat-s ahabat ketua mereka
yang datang berkunjung sebagai tamu. Orang-
orang kang-ouw memang banyak yang aneh.
Berkunjung di te ngah malam seperti itu bukan
suatu pantangan bagi mereka.
"Jadi cu-wi (anda sekalian) ingin bertemu
dengan pang-cu kami?" tanya si botak, kini
sikapnya agak menghormati dan ragu-ragu. "Akan
tetapi, kami harus melaporkan dulu siapa cu-wi
dan apa keperluan cu-wi hendak menghadap pang-
cu kami." "Katakan saja kepada pang-cu kalian bahwa
kami berlima diutus oleh pangeran Cian Bu Ong.....
" Baru bicara sampai di situ, para murid He k-
houw-pang sudah terkejut sekali.
"Pemberontak!" "Tangkap!" "Kepung......!"
Tigabelas orang itu serentak mencabut senjata
dan mengepung lima orang yang bersikap te nang
itu. Si botak yang memegang sebatang pedang,
menudingkan te lunjuk kirinya ke muka Can Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
San dan dia berseru dengan nyaring. "Lebih baik
kalian lima orang pemberontak menyerah kepada
kami daripada harus kami tangkap dengan
kekerasan!" Hong San mengerutkan alisnya. Pangeran Cian
Bu Ong sudah marah ketika mendengar bahwa
He k-houw-pang mengambil sikap bermusuhan
dengan dia dan a kan membantu pasukan Ke rajaan
Tang untuk menangkapnya. Dia sudah berpesan
kepada Hong San bahwa kalau ketua Hek-houw-
pang mau diajak kerja sama, hal itu baik sekali.
Akan te tapi kalau mereka berkeras menentangnya,
maka lebih baik perkumpulan itu dibasmi saja!
"Hemm, orang He k-houw-pang. Sekali lagi,
panggil ketuamu ke sini agar kami dapat bicara.
Atau kami akan mengambil jalan berdarah untuk
menangkap ketua kalian!"
"Serbuuuu! Hancurkan pemberontak!" teriak si
botak dan dia sendiri sudah menyerang Hong San
dengan pedangnya, karena pemuda itu berdiri
paling depan. Juga para murid lain sudah
menggunakan senjata mereka untuk menyerang
empat orang rekan Hong San.
Hong San adalah seorang muda yang amat lihai.
Ilmu kepandaiannya sudah mencapai tingkat
tinggi, maka te ntu saja serangan murid tingkat ke
dua dari He k-houw-pang itu tidak ada artinya bagi
dirinya. Bahkan kalau dia mau melindungi
tubuhnya dengan sin-kang, pedang itu tidak akan
mampu menyentuhnya, akan tetapi, Hong San
sama sekali tidak mengelak, bahkan menangkap
pedang si botak yang menyerang dengan bacokan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangan kirinya menangkap pedang itu seolah
pedang itu bukan benda baja tajam yang
digerakkan dengan te naga besar, melainkan
sebatang pedang kayu tumpul yang digerakkan
tangan seorang anak kecil saja. Dan tangan
kanannya dibarengi dengan tamparan ke arah
kepala botak itu. "Prakkkk!" Si botak te rjengkang dan ro boh tewas
seketika karena kepalanya retak-retak dan pedangnya te rampas berada dalam cengkeraman
tangan kiri Hong San. Pemuda ini tidak berhenti
sampai di situ saja. Sekali dia melemparkan
pedang rampasan itu ke kiri, seorang pengeroyok
roboh dan pedang itu menancap di dadanya
sampai menembus punggung!
Empat orang rekannya juga sudah di keroyok
banyak murid Hek-houw-pang.
Gan Lui merobohkan seorang pengeroyok yang
te was seketika oleh senjata cambuknya, Thio Ki
Lok juga menewaskan seorang pengeroyok dengan
golok gergaji. De mikian pula Gulana meremukkan
kepala seorang pengeroyok dengan tongkat bajanya. Hanya Lie Koan Tek yang tampak ragu-
ragu. Melihat betapa sudah ada lima orang roboh
te was, dia melompat ke depan.
"Tahan semua senjata!" teriaknya dengan suara
lantang sekali karena tokoh Siauw-lim-pai ini
mengerahkan khi-kang sehingga suaranya keluar
dari perut dan amat nyaring. "Kami utusan
pangeran Cian Bu Ong datang untuk mengajak
bekerja sama, bukan bermusuhan. Kerajaan telah
dirampas pemberontak, apakah kalian hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu pemberontak Tang" Mari kita bicara
dengan baik dan kami persilakan ketua Hek-houw-
pang untuk keluar bicara dengan kami!"
"Akulah ketua Hek-houw-pang!" Tiba-tiba te rdengar suara keren dan Kam Seng Hin telah
berdiri di situ, didampingi oleh isterinya, Poa Liu
Hwa. Ketua yang berusia empatpuluh tahun ini,
yang bertubuh tinggi besar dan gagah, nampak
marah sekali melihat betapa lima orang murid Hek-
houw-pang telah roboh tewas. "Kailan anjing-anjing
penjilat Pangeran Cian Bu Ong yang memberontak!
Kami adalah rakyat yang tunduk dan taat kepada
pemerintah yang sah!"
Lie Koan Tek merasa khawatir sekali melihat
sikap ketua Hek-houw-pang itu. Dia tahu benar
betapa lihainya empat orang rekannya, te rutama
sekali Can Hong San yang masih muda itu, dan
betapa kejamnya hati mereka. Kalau dibiarkan saja
perkelahian berlangsung lagi, tentu semua orang
He k-houw-pang akan terbunuh mati. Maka diapun
cepat mendahului dengan suaranya yang lantang.
"Ketua Hek-houw-pang te rnyata masih muda
dan gagah. Pangcu, ketahuilah bahwa pendirianmu
itu keliru. Pemerintah yang sah adalah kerajaan
Sui yang jatuh ke tangan pemberontak yang kini
mendirikan Kerajaan Tang. Kalau engkau ingin
menjadi seorang pahlawan, seharusnya engkau
membela Kerajaan Sui, bukan Kerajaan Tang yang
didirikan para pemberontak!"
"Tidak perlu memutar-balikkan kenyataan!"
bentak pula Kam Seng Hin marah. "Setiap orang
te ntu tahu betapa lalimnya kaisar te rakhir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan Sui, menindas dan mencekik rakyat.
Panglima Li Si Bin adalah seorang pejuang rakyat,
seorang pahlawan yang mengenyahkan kaisar lalim
dan sekarang membangun pemerintahan baru
yang bersih dan adil. Kemudian Pangeran Cian Bu
Ong memberontak di Pohai, lalu sekarang menjadi
pelarian. Siapa tidak tahu akan hal itu" Sebaiknya
kalau kalian menyerah agar kami tangkap dan
kami hadapkan kepada pemerintah."
"Jahanam sombong!" bentak Can Hong San
marah dan diapun sudah menerjang dengan
tangan kirinya, menampar ke arah kepala Kam
Seng Hin. Ketua Hek-houw-pang ini merupakan
seorang murid kepala dan te ntu saja sudah
memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Namun,
kini dia berhadapan dengan seorang pemuda yang
kepandaiannya jauh le bih tinggi dari dia, maka
melihat tamparan itu, Kam Seng Hin cepat
menangkis sambil mengeluarkan seluruh tenaga.
"Plukkkk!" Begitu tangkis annya bertemu dengan
tangan Hong San, tubuh tinggi besar ketua itu
te rpelanting dan terbanting keras! Tentu saja
semua anggota Hek-houw-pang terkejut.
Poa-Liu Hwa menolong suaminya dan beberapa
orang anggota He k-houw-pang menyerang Hong
San dengan senjata mereka. Juga para anggota
He k-houw-pang lainnya yang sudah berkumpul
telah mengepung dan mengeroyok empat orang
yang lain dengan senjata mereka. Biarpun dengan
hati yang berat, karena dikepung dan dikeroyok,
Lie Koan Tek terpaksa membela diri. Akan tetapi,
kalau dia hanya mengelak dan menangkis saja dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merobohkan para pengeroyok tanpa membunuh
atau melukai dengan berat, empat orang lainnya
sebaliknya seperti berpesta-pora menyebar maut di
antara para anggota Hek-houw-pang.
Poa Liu Hwa yang menolong suaminya mendapat
kenyataan bahwa suaminya tidak terluka, maka
mereka berdua lalu menghunus senjata dan ikut
pula mengeroyok. Terjadilah perte mpuran yang
seru dan mati-matian. Can Hong San tidak menggunakan pedangnya.
Pihak lawan dianggap te rlalu lemah sehingga
cukup dengan suling di tangan kiri dan tangan
kanan yang kosong saja, dia sudah menyebar
maut. Sudah enam orang roboh dan tewas oleh totokan
suling di tangan kiri atau hantaman tangan
kanannya. Dia mengamuk sambil te rsenyum
gembira seperti orang yang sedang membunuhi
tikus saja. Melihat ini, Kam Seng Hin yang bersama
isterinya tadi mengeroyok Gulana, menjadi marah
sekali. Sambil berteriak nyaring dia membalik dan
menerjang Can Hong San, membantu anak
buahnya mengeroyok pemuda tampan ini.
-ooo0dw0ooo- Jilid 3 Kam Seng Hin terlampau marah dan hal ini
membuatnya kehilangan kewaspadaan. Seharusnya dia tahu bahwa dia sama sekali bukan
lawan pemuda lihai ini. Tadipun dalam segebrakan
saja, dia telah roboh walaupun tidak terluka. Kini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kemarahan meluap, Kam Seng Hin
menggunakan pedangnya untuk menyerang Hong
San. Padahal, para anak buah Hek-houw-pang
sudah mulai gentar untuk mendekati pemuda itu,
karena tadi mereka melihat betapa setiap lawan
yang berani mendekat atau menyerang, tentu
roboh dan tewas! "Haiiitttt ....!" Kam Seng Hin menerjang dengan
ganas, pedangnya menyambar ke arah dada Hong
San dengan tusukan maut. "Hemm, kau sudah bosan hidup!" kata Hong San
sambil tersenyum mengejek. Tubuhnya mendoyong
ke kiri dan ketika pedang meluncur dekat
tubuhnya, dia menggerakkan tangan kanannya ke
arah kepala Kam Seng Hin. Gerakannya sedemikian cepatnya sehingga tidak nampak oleh
ketua Hek-houw-pang yang tingkat kepandaiannya
kalah jauh itu. "Prakkk!" Kam Seng Hin mengeluh dan terkulai
roboh, tewas seketika dengan kepala retak!
Melibat suaminya roboh, Poa Liu Hwa menje rit
dan dengan nekat ia menggerakkan pedangnya,
menyerang Hong San. Namun sambil te rsenyum
pemuda ini menggerakkan kakinya menendang dan
tubuh wanita itu te rje ngkang jauh ke belakang. Ia
bangkit lagi, hendak mengadu nyawa membela
kematian suaminya, akan tetapi tiba-tiba tubuhnya
le mas karena ditotok orang dari belakang. Se belum
ia roboh, sebuah lengan yang kuat menyambutnya
dan di lain saat ia telah berada di dalam
pondongan dua le ngan yang kuat, kemudian orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu melarikan diri dengan loncatan jauh dan
menghilang dalam kegelapan malam.
Hong San melihat bahwa orang yang menotok
dan melarikan wanita itu adalah seorang rekannya,
yaitu Lie Koan Tek. Dia hanya te rsenyum
mengejek, mengira bahwa tentu rekannya itu
te rtarik pada wanita cantik isteri Hek-houw-pang-
cu dan menculiknya untuk dipermainkan sebelum
dibunuh. Dia tidak perduli dan pada saat itu
nampak dua bayangan berkele bat dan tahu-tahu di


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depannya berdiri seorang laki-laki tampan dan
seorang wanita cantik. Dia memandang heran
karena merasa pernah mengenal mereka, akan
tetapi lupa lagi entah di mana dan kapan.
Mereka itu adalah suami isteri Coa Siang Lee
dan Sim Lan Ci. Suami is teri ini tadi ikut keluar
dan sejenak mereka bingung melihat lima orang
yang amat lihai itu dikeroyok oleh puluhan anggota
He k-houw-pang. Mereka memang sudah lama tidak
mau mencampuri urusan dunia kangouw, bahkan
tidak pernah mau mempergunakan ilmu silat
untuk berkelahi. Kini mereka ragu-ragu, akan
tetapi ketika melihat Kam Seng Hin roboh te was
dan Poa Liu Hwa dilarikan orang, Siang Lee tidak
dapat menahan dirinya lagi dan diapun maju
mendekati tempat pertempuran.
"Aih, dia adalah jahanam itu ..." Tiba-tiba
isterinya, Sim Lan Ci berseru kaget. Siang Lee
memandang dan kini diapun mengenal Can Hong
San. Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu
ketika Thian Ki berusia tiga tahun. Pada suatu
malam, seorang Jai-hoa-cat (penjahat cabul)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muncul dalam kamar mereka, dan penjahat itu
lihai bukan main.! Mereka berdua mengeroyoknya
dan tiba-tiba penjahat itu menangkap Thian Ki
sebagai sandera, memaksa Sim Lan Ci untuk
menotok roboh Coa Siang Lee, kemudian dengan
mengancam nyawa Thian Ki penjahat itu memaksa
Lan Ci untuk menyerah digaulinya! Pada saat yang
amat berbahaya bagi kehormatan wanita itu
muncul seorang pendekar sakti, yaitu Huang-ho
Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng
sehingga perbuatan terkutuk itu dapat digagalkan
dan penjahat itu melarikan diri, tidak kuat
melawan Si Naga Sakti Sungai Kuning.
Penjahat itu bukan lain adalah Can Hong San
yang kini mereka hadapi! "Keparat, kiranya engkau jai-hoa-cat hina!"
Siang Lee memaki dan diapun cepat maju
menyerang bersama isterinya.
Semenjak mereka mengambil keputusan untuk
hidup sebagai petani dan tidak pernah mau
melibatkan diri dalam perkelahian atau permusuhan, suami isteri ini tidak pernah
membawa senjata, Sekarangpun mereka tidak
bersenjata lagi. Padahal Lan Ci memiliki sebatang
pedang pusaka yang bernama Cui-mo Hok-kiam
(Pedang Hitam Pengejar I blis) dan biasanya dahulu
ia membawa sekantung Toat-beng Tok-piauw
(Piauw Beracun Pencabut Nyawa). Akan tetapi
sekarang, wanita itupun seperti suaminya hanya
menyerang dengan tangan kosong. Biarpun demikian, ia memiliki Ban-tok Hwa-kun ( Silat
Tangan Kosong Selaksa Racun) yang dipelajarinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari ibunya, yaitu Ban-tok Mo-li, maka tentu saja
serangannya hebat dan hawa pukulan tangannya
mengandung racun. Juga Siang Lee menyerang
dengan pukulan-pukulan ampuh. Pria ini, selain
mewarisi ilmu-ilmu dari keluarganya, yaitu para
pimpinan He k-houw-pang, juga pernah mempelajari banyak macam ilmu silat dari tokoh-
tokoh kangouw, maka serangannya juga berbahaya
sekali. Diam-diam Can Hong San terkejut melihat
gerakan suami isteri itu. Dia mengingat-ingat, akan
tetapi tidak mengenal mereka. Dan serangan
mereka itu membuat dia tidak sempat untuk
banyak mengingat lagi. Serangan mereka te rlalu
berbahaya, maka diapun cepat mencabut pedangnya, diputar pedangnya itu untuk membela
diri dan balas menyerang. Pedang dan sulingnya
menyambar nyambar dan kini suami isteri itu yang
te rdesak, walaupun tidak begitu mudah bagi Hong
San untuk merobohkan mereka dalam waktu
singkat seperti yang tadi dilakukan te rhadap
lawannya. Gulana, jagoan peranakan Turki yang tinggi
besar hitam, juga sejak tadi mengamuk dan sudah
membunuh banyak lawan, ketika melihat betapa
Can Hong San dikeroyok dua orang laki-laki dan
perempuan yang lihai, segera membantu. Jagoan
ini wataknya sombong, maka melihat bahwa
biarpun lihai sekali, pria dan wanita yang
mengeroyok rekannya itu bertangan kosong, dia
lalu te rtawa dan menancapkan tongkat bajanya di
atas tanah. Dia sudah melihat kecantikan Sim Lan
Ci dan timbul niatnya untuk menangkap wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik itu. Tadipun ia melihat bahwa seorang
rekannya, Lie Koan Tek, telah menangkap dan
melarikan seorang wanita cantik, maka timbul
keinginannya untuk menangkap wanita yang kini
mengeroyok Can Hong San itu.
Sambil tertawa, bagaikan seekor binatang, dia
menubruk dari belakang. Sim Lan Ci adalah puteri
Ban-tok Mo-li, tingkat kepandaiannya bahkan lebih
tinggi dibandingkan suaminya. Biarpun sudah
bertahun-tahun ia tidak pernah berkelahi, namun
gerakannya masih sigap dan pendengarannya
masih tajam, mendengar gerakan dari belakang itu,
padahal saat itu, suling di tangan Hong San sedang
meluncur dan menotok ke arah dadanya. Ia cepat
membalik, mengelak dari totokan suling sambil
memutar tubuh dan lengan untuk menyambut
serangan yang datang dari arah belakang itu. Akan
tetapi, betapa kagetnya ketika kedua pergelangan
tangannya ditangkap oleh dua buah tangan yang
berjari panjang dan besar, kuat bukan main
sehingga kedua pergelangan tangannya itu seolah
dicengkeram je pitan besi! Dan Gulana menyeringai
le bar karena kini dia mendapat kenyataan bahwa
wanita yang ditangkapnya itu luar bias a cantiknya!
"Heh-heh-heh, manis, marilah padaku.........heh-
heh!" Dan sambil masih mencengkeram kedua
pergelangan tangan Lan Ci, dia membungkuk
dengan maksud untuk mencium muka wanita itu.
Kalau saja dahulu Lan Ci mempelajari ilmu-ilmu
yang amat jahat dari ibunya sehingga bukan saja
tangannya mengandung pukulan beracun, juga
kuku, gigi dan ludahnya dapat menjadi senjata
beracun, te ntu dalam keadaan te rtangkap kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
le ngannya itu ia masih dapat menyerang dengan
ludah beracun. Akan te tapi Sim Lan Ci memang
berbeda dengan ibunya. Biarpun ia mewarisi ilmu-
ilmu ibunya, namun ia tidak pernah mau
mempelajari ilmu yang keji itu. Kini, dicengkram
kedua pergelangan tangannya, ia meronta-ronta
dan mencoba untuk melepaskan diri dengan
te ndangan. Akan tetapi raksasa hitam itu menariknya dekat sehingga tidak mungkin menendang, dan yang lebih mengerikan lagi karena
raksasa itu mendekatkan mukanya dan mulut
yang le bar itu seolah moncong harimau yang
hendak menggigitnya! Lan Ci merasa ngeri sekali.
Tiba-tiba terdengar teriakan seorang anak kecil.
"Lepaskan ibuku!" Anak itu adalah Coa Thian Ki!
Tadi dia dan Kam Cin dipesan oleh orang tua
mereka untuk berdiam saja di kamar dan tidak
boleh keluar. Akan tetapi ketika mendengar suara
perte mpuran semakin gaduh di luar, te rdengar
te riakan-te riakan kesakitan, dua orang anak itu
tak mampu lagi menahan diri untuk tidak luar.
Mereka mengkhawatirkan orang tua masing-
masing dan akhirnya, seperti dikomando saja,
mereka bergandeng tangan untuk membesarkan
hati dan berlari keluar dari rumah itu. Dan mereka
melihat pemandangan yang mengerikan. Mayat
berserakan, darah bergelimang di mana-mana dan
mereka melihat empat orang yang mengamuk,
membunuhi para anggota He k-houw-pang seperti
empat ekor kucing mengamuk dan membunuh
tikus-tikus yang mengeroyok mereka.
Ketika Thian Ki melihat ibunya tak berdaya
ditangkap oleh seorang raksasa hitam, dan ibunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meronta-ronta lemah, dia menjadi marah bukan
main. Melupakan segala, kecuali hanya ingin
menolong ibunya, Thian Ki lalu berlari dan
berte riak, "Lepaskan ibuku!" dan diapun sudah
meloncat ke arah punggung raksasa itu. Dia
sendiri tidak tahu betapa gerakannya meloncat itu
sungguh luar bias a sekali, cepat dan ringan.
Hal ini merupakan suatu keanehan yang
seringkali terjadi pada orang yang sedang takut
atau sedang diancam bahaya. Dalam keadaan
biasa, kiranya tidak mungkin sekali Ioncat anak itu
dapat tiba di atas punggung Gulana yang tinggi itu.
Dan karena dia tidak tahu apa yang harus
dilakukan untuk menolong ibunya, begitu tiba di
punggung, Thian Ki menggunakan kedua le ngannya merangkul leher Gulana kemudian
membuka mulutnya dan dia menggigit te ngkuk
raksasa itu! Tiba-tiba saja sepasang mata yang besar dari
raksasa Turki itu te rbelalak melotot le bar,
cengkeraman kedua tangannya pada pergelangan
tangan Sim Lan Ci te rlepas dan kini kedua
tangannya yang membentuk cakar itu bergerak ke
arah punggungnya sendiri, tentu saja dengan
maksud untuk menyingkirkan mahluk
yang menggigit tengkuknya dan yang membuat seluruh
tubuhnya te rasa seperti dibakar itu. Akan tetapi,
dia hanya mampu mengangkat kedua tangan ke
atas dan sebelum cakar kedua tangan itu sempat
menyentuh tubuh Thian Ki, Gulana sudah roboh
te rsungkur ke depan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun tu buhnya kini sudah menjadi kaku,
mukanya menjadi hangus seperti dibakar, dan
tubuhnya rebah miring, namun Thian Ki masih
berada di punggungnya, merangkul dan menggigit
te ngkuk, seperti lintah yang menempel di tubuh
yang gemuk dan banyak darahnya.
Melihat betapa rekannya roboh dengan muka
hangus, dan seorang anak laki-laki kecil masih
melekat di punggung mayat Gulana dan menggigit
te ngkuk raksasa itu, Thio Ki Lok terbelalak. Bekas
kepala rampok ini selain ahli silat, juga ahli gulat
Mongol. Dia lalu maju dan mencengkeram ke arah
punggung Thian Ki. De mikian kuat cengkeramannya sehingga baju di punggung anak
itu robek dan jari tangan si pendek gendut itu
mencengkeram kulit punggung Thian Ki, lalu
melemparkan anak itu sampai melayang sejauh
enam meter! Akan tetapi, Thio Ki Lok mengeluarkan te riakan seperti

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seekor babi disembelih, matanya terbelalak memandang tangan
kiri yang mencengkeram tadi. Tangan itu kini te lah
hangus dan rasa nyeri menjalar dari tangan itu ke
atas! Dia adalah seorang yang berpengalaman,
maka tahulah dia bahwa entah bagaimana,
tangannya itu te lah kena racun yang amat hebat
seperti racun ular berbisa yang paling berbahaya,
tanpa ragu-ragu lagi, tangan kanan yang memegang golok bergerak dan.........."crokkk!" dia
telah membuntungi tangan kirinya sendiri sebatas
pergelangan tangan! Akan tetapi, kembali dia
meraung karena rasa nyeri itu telah menjalar ke
le ngannya. Kembali goloknya bergerak dan kini dia
membuntungi le ngan kirinya sampai sebatas siku!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Darah muncrat dan darah ini menghitam. Namun
usaha yang nekat ini terlambat. Thio Ki Lok
melempar goloknya, jatuh terpelanting, bergulingan
sambil meraung-raung dan tubuhnya berubah
menghitam, diapun tewas seperti Gulana!.
"Thian Ki.....!" Sim Lan Ci menghampiri pute ranya yang kini terlempar dan terbanting.
Pada saat itu, terdengar suara riuh rendah dan
te mpat itu diserbu oleh pasukan pemerintah!
Kiranya tadi ada seorang anggota He k-houw-pang
yang lari melapor kepada pasukan keamanan yang
kebetulan berada tidak jauh dari dusun Ta-bun-
cung. Melihat ini, Can Hong San terkejut dan maklum
bahwa sudah tiba saatnya ia dan teman-te mannya
harus pergi, Lie Koan Tek sudah pergi melarikan
seorang wanita. Thio Ki Lok dan Gulana telah
te was secara aneh oleh seorang anak kecil. Kini
hanya tinggal dia dan Gan Lui saja, dan dia harus
mempertanggung-jawabkan kegagalan ini kepada
Pangeran Cian Bu Ong! Maka, secepat kilat dia
menggerakkan suling dan pedangnya, mengirim
serangan dahsyat sekali kepada Coa Siang Lee.
Serangan ini terlalu hebat bagi Siang Lee. Biarpun
dia berusaha mengelak dengan loncatan ke
belakang, namun te rlambat dan ujung pedang
menusuk lehernya. Robohlah Siang Lee dan dia
hanya sempat mengeluarkan keluhan menyebut
nama Thian Ki. Sim Lan Ci yang masih merangkul pute ranya,
te rkejut mendengar suara suaminya. Ia menoleh
dan te rbelalak melihat suaminya roboh mandi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darah. Sim Lan Ci menje rit sambil memondong
putranya, meloncat ke dekat tubuh Siang Lee yang
sudah te was, menubruk tubuh itu dan menje rit.
Akan te tapi pada saat itu, ujung sulingnya
bergerak cepat dua kali dan ibu dengan pute ranya
lalu roboh pingsan. Can Hong San adalah seorang
yang amat cerdik. Melihat betapa anak itu mampu
membunuh Gulana dan Thio Ki Lok, dia dapat
menduga bahwa anak itu te ntu memiliki suatu
keane han dan mungkin menggunakan racun,
maka dia merobohkannya dengan suling. Andaikata dia tidak berhati-hati dan mencoba
untuk menotok Thian Ki dengan tangan, mungkin
diapun akan menjadi korban dan keracunan. Di
lain saat, Hong San sudah memondong tubuh ibu
dan anak itu dan meloncat ke dalam gelap sambil
berte riak kepada Gan Lui. "Mari kita pergi!"
Kiu-bwe-houw Gan Lui juga khawatir karena
munculnya pasukan, maka mendengar ajakan ini
diapun cepat meloncat dan mereka berdua
menghilang di dalam kegelapan malam, meninggalkan mayat dua orang rekan mereka yang
tak dapat ditolong lagi. Andaikata dua rekan itu
matinya wajar, mungkin mereka masih dapat
membawa je nazah mereka. Akan tetapi mereka
te was dalam keadaan keracunan yang aneh. Amat
berbahaya untuk menyentuh tubuh yang keracunan seperti itu. Setelah pasukan keamanan datang menyerbu
dan dua orang itu melarikan diri, pertempuran
te rhenti dengan sendirinya. Dan mulailah hujan
tangis. Lebih dari tigapuluh orang anggota Hek-
houw-pang te was dalam perkelahian itu, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saking marahnya, sis a anak buah He k houw-pang
menghujani mayat Thio Ki Lok dan Gulana dengan
senjata tajam sehingga dua buah mayat itu yang
sudah hangus menjadi hancur lebur!
Sungguh kasihan sekali melihat Kam Cin atau
Cin Cin. Anak ini juga keluar dari kamar bersama
Thian Ki. Kalau Thian Ki segera lari menyerang
Gulana untuk menolong ibunya, Cin Cin lari ke
arah mayat ayahnya, menubruk dan menangisi
mayat itu tanpa mempedulikan keadaan di
sekitarnya. Setelah pertempuran berhenti dan dia
ditolong, kembali anak ini menangis karena ibunya
le nyap, apa lagi dia mendengar bahwa ibunya
ditangkap penjahat dan dibawa lari.
Dusun Ta-bun-cung berkabung. Tiga puluh
enam orang anak buah He k-houw pang dimakamkan, diiringi tangis sanak keluarga
mereka. Lebih dari setengah jumlah anak buah
He k-houw-pang tewas, bahkan ketuanya juga
te was dan istri ketua le nyap. Lebih dari itu, Coa
Siang Lee juga tewas, isteri dan pute ranya juga
dilarikan penjahat. Pukulan ini terlalu hebat bagi kakek Coa Song
yang usianya sudah tujuh puluh sembilan tahun.
Berkali-kali kakek ini jatuh pingsan dan setelah
siuman, dia tidak mampu lagi bangkit dari te mpat
tidurnya. Ketika dia minta Cin Cin dibawa
kepadanya, dia merangkul cucu buyutnya itu dan
mereka bertangisan. Kakek itu jatuh sakit payah. Sebelum dia
meninggal dunia, dia mengumpulkan sisa anak
buah He k-houw-pang. Cin Cin duduk di te pi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembaringan dengan mata merah dan bengkak.
Kakek itu lalu meninggalkan pesan. Dia menugaskan seorang cucu murid bernama Lai
Kun, yaitu seorang sute (adik seperguruan)
mendiang Kam Seng Hin, untuk mengantar Cin Cin
pergi mencari Si Han Beng, Si Pendekar N aga Sakti
Sungai Huang-ho di dusun Hong-cun di tepi sungai
Huang-ho dan menyerahkan Cin Cin untuk
menjadi murid pendekar sakti itu.
De ngan tangan gemetar, untuk terakhir kalinya
kakek itu menulis surat singkat kepada Si Han
Beng. Dia sendiri tidak mengenal Si Han Beng
secara langsung, akan te tapi cucunya, Coa Siang
Lee telah menceritakan kepadanya bahwa pendekar sakti Si Han Beng adalah adik angkat
cucunya itu. Maka, dia mengambil keputusan
untuk mengirim cucu buyutnya, Kam Cin kepada
pendekar sakti itu agar menjadi muridnya dan
kelak dapat membalaskan kematian ayahnya dan
mencari ibunya yang dilarikan penjahat. Juga di
dalam suratnya dia menceritakan bahwa Coa Siang
Lee tewas di tangan penjahat yang sama, dan istri
Siang Lee juga dilarikan penjahat. Setelah
membuat surat itu, kakek Coa Song lalu berpesan
kepada semua anak buah Hek-houw-pang bahwa
mulai hari itu, He k-houw-pang dibubarkan dan
semua murid boleh mengambil jalan hidup masing-
masing. Semua harta milik Hek-houw-pang dibagi-
bagikan kepada para murid. Sete lah meninggalkan
semua itu, kakek Coa Song menghembuskan
napas terakhir, ditangisi Kam Cin yang seolah telah
kehabis an air mata, sehingga anak ini hanya
merintih dan mengeluh dengan bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua murid Hek-houw-pang patuh pada pesan
te rakhir kakek Coa Song. Setelah mengurus
je nasah kakek Coa Song, Lai Kun yang menerima
tugas mengantar Kam Cin ke dusun Hong-cun,
segera mengajak anak itu berangkat. Cin Cin
meninggalkan dusun Ta-bun-cung dengan menangis memilukan. Dia menangisi kematian
ayahnya, kehilangan ibunya, dan kematian kakek
buyutnya. Keberangkatan anak ini diantar sampai
ke luar dusun oleh semua bekas anggota He k-
houw-pang, dan tak seorangpun yang tidak ikut
menangis saking terharu dan kasihan melihat
nasib Kam Cin, anak yang baru berusia lima tahun
dan yang bias anya lincah jenaka dan periang itu.
oo000oo Can Hong San dan Gan Lui, dengan tubuh le su
karena lelah, menghadap Pangeran Cian Bu Ong di
te mpat persembunyian pangeran itu sambil membawa Sim Lan Ci dan Thian Ki yang masih
pingsan, karena setiap kali mereka siuman, Hong
San menotok mereka dengan seruling membuat
mereka pingsan kembali. Dia menyuruh Gan Lui
untuk memanggul tu buh Thian Ki, sedang dia
sendiri memanggul tubuh Lan Ci. Rekannya itu
mengomel panjang pendek. Pemuda itu memanggul
tubuh wanita yang hangat dan cantik sedangkan
dia harus memanggul tubuh seorang laki-laki,
tubuh yang amat berbahaya karena beracun!
Tadinya dia ingin membunuh saja anak itu yang
hanya menjadi beban, akan tetapi Hong San
melarangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan tolol," demikian Hong San menegur
rekan yang menjadi pembantu atau bawahannya
itu. "Tugas yang kita lakukan biarpun berhasil
membasmi Hek houw-pang, akan te tapi juga
mengalami kegagalan besar dengan te wasnya Thio
Ki Lok dan Gulana. Bagaimana kita harus membela
diri di depan pangeran kalau kita tidak membawa
anak ini hidup- hidup" Biar pangeran melihat
sendiri bahwa dua rekan kita itu te was oleh anak
setan ini. Kalau engkau membunuhnya dan
meninggalkannya, apa yang kaujadikan alas an
kepada pangeran?" Mendengar ucapan itu, Gan Lui hanya cemberut,
akan te tapi dia tahu bahwa memang alas an yang
dlkemukakan Hong San itu masuk akal. Dia dapat
membayangkan betapa Pangeran Cian Bu Ong
akan kecewa mendengar betapa dua orang
pembantunya te was, dan seorang lagi yaitu Lie
Koan Tek bahkan melarikan diri membawa seorang
wanita keluarga Hek houw-pang.
Setelah mereka membawa ibu dan anak itu ke
depan Pangeran Cian Bu Ong dan menceritakan
hasil pelaksanaan tugas mereka, pangeran itu
menjadi marah dan menggebrak meja di depannya.


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

''Bodoh, sungguh bodoh sekali! Menghadapi
perkumpulan kecil seperti Hek-houw-pang saja
kalian sampai kewalahan dan dua orang tewas"
Dan ke mana perginya Lie Koan Tek?"
Hong San dan Gan Lui saling pandang, lalu
Hong San berkata, "Tadinya kami mengira bahwa
dia telah pulang lebih dulu membawa tawanannya,
seorang wanita cantik. Kalau tidak salah istri ketua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
He k-houw-pang. Kalau dia tidak kembali ke sini,
berarti dia te ntu melarikan diri dan membawa
wanita itu. Memang sejak semula aku tidak
percaya kepada murid Siauw-lim-pai itu, pangeran!" Pangeran Cian Bu Ong mengerutkan alisnya.
"Hem, kalau benar dia melarikan diri dan
mengkhianatiku, masih ada waktu untuk mencarinya dan dia akan menyesali perbuatannya!
Akan te tapi, bagaimana Thio Ki Lok dan Gulana
sampai tewas, dan mengapa pula kalian tidak
membawa mayat mereka, sebaliknya membawa
wanita dan anak ini?"
Karena takutnya, Kiuw-bwe-houw Gan Lui diam
saja hanya menundukkan kepala, membiarkan
Hong San yang menghadapi pangeran yang sedang
kecewa dan marah itu. Hong San bersikap tenang
saja. Tidak seperti para pembantu lainnya, dia
tidak pernah merasa gentar terhadap pangeran itu.
Kalau dia merendahkan diri menjadi pembantu,
hal itu dilakukannya karena pangeran itu telah
menolongnya keluar dari penjara. Juga karena dia
mengharapkan kelak akan mendapat jas a kalau
pangeran itu berhasil dalam perjuangannya.
"Hendaknya paduka ketahui bahwa dua orang
rekan kami itu te was keracunan sehingga amat
berbahaya untuk membawa mayat mereka ke sini,
bahkan menyentuhnyapun berbahaya. Mereka
te was secara tidak wajar dan yang membunuh
mereka adalah anak ini. Maka aku menangkap dia
dan juga ibunya, kemudian terserah keputusan
paduka, pangeran." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itu te rbelalak. "Anak ini" Membunuh
Thio Ki Lok dan Gulana" Hong San, siapa dapat
percaya laporanmu" Jangan bohong?"
Akan te tapi Hong San menentang pandang mata
pangeran itu dengan berani. "Aku tidak pernah
berbohong, pangeran. Ketika Gulana berhasil
menangkap tangan wanita ini yang memiliki ilmu
silat lumayan, anak ini muncul dan meloncat ke
punggung Gulana, menggigit tengkuknya dan
Gulana roboh dan tewas dengan tubuh menghitam.
Thio Ki Lok mencengkeram anak ini dan tangannya
sendiri yang keracunan, dibuntunginya tangan itu
namun racunnya sudah menjalar ke seluruh tubuh
dan diapun te was keracunan. Karena kami ingin
membawa bukti, kami menangkap ibu dan anak ini
untuk dihadapkan paduka."
"Ehhhh......?" Pangeran Cian Bu Ong turun dari
kursinya dan menghampiri ibu dan anak yang
masih pingsan itu. Dia mula-mula memeriksa
tubuh Thian-Ki, meraba dadanya, nadinya, membuka mulutnya dan memeriksa kuku tangannya, lalu meletakkan telapak tangan di
pusar anak itu. Hanya sebentar karena dia sudah
melepaskan tangannya dan meloncat ke belakang,
matanya te rbuka lebar. "Anak ini.......dia.....dia Tok-tong (Anak Beracun)!" serunya. "Tok-tong" Apa artinya itu, pangeran?" Biarpun
dia sendiri berpengalaman luas, namun selama
hidupnya belum pernah Hong San mendengar
te ntang Anak Beracun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi pangeran itu tidak menjawab karena
dia sedang memeriksa keadaan Sim Lan Ci yang
masih rebah pingsan. Wanita berusia tigapuluh
dua tahun ini memang memiliki kecantikan yang
khas, manis dan je lita. Pangeran Cian Bu Ong
bukan seorang mata keranjang yang mudah
te rtarik kecantikan wanita. Di waktu mudanya,
sebagai seorang pangeran, adik tiri mendiang
Kaisar Yang Ti, wanita manapun yang dikehendakinya tentu dapat diperoleh. Maka kini,
dalam usia limapuluh satu tahun dia tidak lagi
haus akan wanita cantik. Akan te tapi, sekali ini dia mengerutkan alis nya
yang te bal, memutar otaknya dan diapun mengangguk-angguk sambil menatap wajah Sim
Lan Ci. "Hong San, bagaimanapun ju ga, aku merasa
girang bahwa engkau memutuskan membawa
wanita dan anak ini kepadaku. Engkau benar dan
jas amu ini cukup besar. Akan tetapi, hubungan
antara kita sampai di sini dan kau terimalah ini
sebagai imbalan jasamu!"
Pangeran itu mengeluarkan sebuah kantung
kecil dan melemparkan benda itu ke arah Hong
San. Pemuda ini memandang heran, menyambar
bungkusan atau kantung kain itu dengan tangan
kiri dan membukanya. Isinya potongan-potongan
emas murni! "Pangeran, apakah artinya ini" Mengapa paduka
memutuskan hubungan?" tanyanya, akan tetapi di
dalam hatinya ia merasa gembira karena Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusan ini berarti kebebasannya dan dia masih
menerima hadiah yang demikian berharga pula.
Pangeran itu menarik napas panjang. "Perjuanganku tidak akan berhasil selama aku
tidak dapat mengumpulkan orang yang cukup
banyak untuk membentuk pasukan. Tidak enak
kalau hidup sebagai pelarian yang te rus diburu,
dikejar-kejar. Maka kubebaskan engkau, boleh
engkau pergi ke manapun engkau suka."
Can Hong San adalah seorang yang amat cerdik.
Dia hanya mempunyai satu saja pertimbangan,
yaitu asal baik dan menguntungkan untuk dirinya
sendiri yang lain dia tidak perduli lagi. Maka dia
lalu memberi hormat kepada pangeran itu.
"Terima kasih, Pangeran. Kalau begitu, sekarang
juga aku hendak pergi."
"Pergilah, Can Hong San. Engkau seorang
pembantu yang baik. Mudah-mudahan kelak,
kalau keadaanku mengijinkan, engkau dapat pula
membantuku. Kalau aku sudah kuat, engkau
carilah aku, engkau akan kuberi tugas dan
kedudukan yang baik."
Hong San mengangguk dan diapun pergi
meninggalkan pondok darurat di dalam hutan itu.
Gan Lui kini mengangkat muka memandang
kepada Pengeran Cian Bu Ong. Dia pun mengharapkan untuk dibebaskan seperti Hong San
dan diberi hadiah. Diapun selalu merasa khawatir
kalau harus mengikuti pangeran yang menjadi
pelarian dan dikejar-kejar pasukan pemerintah itu.
Apalagi kini dari lima orang pembantu utama,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya tinggal dia seorang. Hal ini amat mengecilkan hati. "Apakah hamba juga harus
pergi, pangeran?" Dia memberanikan diri bertanya.
Gan Lui ini sejak mudanya memang selalu menjadi
penjahat dan pemberontak. Dia tidak suka kepada
Kerajaan Sui yang kini te lah jatuh itu karena
dahulu ayahnya yang bernama Gan Lok dan
berjuluk Kiu-bwe-houw, tewas ole h pasukan
pemerintah Kerajaan Sui. Dia sendiri juga mempergunakan julukan ayahnya dan ketika dia
bersama kawan-kawannya melakukan pemberontakan, dia akhirnya te rtangkap dan
dihukum sampai akhirnya dia dibebaskan oleh
Pangeran Cian Bu Ong. "Nanti dulu, Gan Lui. Sebelum engkau kubebaskan, aku mempunyai tugas untukmu.
Kaulihat ibu dan anak ini. Mereka adalah orang-
orang Hek-houw-pang yang kubenci karena mereka
membantu pemerintah Tang. Juga anak ini telah
membunuh Thio Ki Lok dan Gulana. Karena itu,
ibu dan anak ini harus dihukum dan engkau yang
harus melakukannya." kata sang pangeran sambil
te rsenyum kejam. Sepasang mata Gan Lui mengeluarkan sinar
bengis. "Ah, serahkan saja kepada hamba,
pangeran! Akan hamba cincang tubuh ibu dan
anak ini. Hamba juga dendam kepada mereka atas
kematian dua orang rekan hamba!"
Akan tetapi pangeran itu menggelengkan kepala.
"Tidak begitu caranya Gan Lui. Terlampau enak
untuk mereka kalau dibunuh begitu saja. Mereka
harus disiksa dulu lahir batin sebelum dibunuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau tahu caranya menghukum dan menyiksa
seorang wanita, bukan" Dia cantik, tidak sukar
bagimu untuk mempermainkan sesuka hatimu dan
semua harus kaulakukan di depan anaknya."
"Anak setan itu harus melihat ibunya dipermainkan orang! Engkau tidak boleh membunuh anak itu, juga tidak boleh membunuh
ibunya sebelum kuber ijin. Mengerti apa yang
kumaksudkan?" Gan Lui adalah seorang penjahat besar. Sampai
usia tigapuluh lima tahun itu, entah kejahatan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

macam apa yang belum pernah dia lakukan. Dia
sudah biasa merampok, membunuh, memperkosa,
menyiksa dan dia te rkenal sebagai seorang datuk
atau tokoh besar dunia kang ouw. Mendengar
ucapan pangeran itu, ia menyeringai dan otomatis
tangannya meraba kumisnya yang jarang seperti
kumis tikus, dan matanya yang sipit menjadi
semakin sipit seperti terpejam. "Hamba mengerti,
Pangeran. Harap jangan khawatir, ia
akan mengalami penghinaan yang takkan dapat ia
lupakan selama hidupnya! Dan terima kasih,
paduka te lah menyerahkan si cantik manis ini
kepada hamba." "Nah, aku hendak pergi, kaulakukanlah perintahku baik-baik. Akan tetapi ingat, jangan
sentuh wanita ini sebelum ia sadar, agar ia
merasakan siksa batin yang paling hebat. Dan
jangan lupa, engkau tidak boleh membunuhnya,
juga tidak boleh membunuh anak ini. Aku sendiri
yang a kan membunuh mereka. Awas kalau engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanggar perintahku, engkau akan kuhukum
berat!" Gan Lui menyeringai. Apa sukarnya tugas
memperkosa wanita cantik" "Jangan khawatir,
pangeran. Hamba akan melaksanakan perintah
sebaiknya, ha-ha-ha!"
Pangeran Cian Bu Ong meninggalkan pondok itu
dan dengan kecepatan luar biasa dia mengunjungi
orang-orang yang berkumpul tak jauh dari pondok
bersembunyi di te ngah hutan. Setelah memberi
perintah kepada belasan orang pembantunya, dia
lalu kembali ke pondok. Ge rakannya demikian
ringan sehingga tidak terdengar oleh Gan Lui yang
mulai beraksi di dalam pondok itu untuk
melaksanakan perintah yang baginya amat menyenangkan itu. Gan Lui mengamati wajah wanita yang rebah
miring di atas lantai itu sambil te rsenyum-senyum,
kemudian dia membungkuk dan memondong
tubuh itu. "Manisku, mari kita pindah ke
pembaringan, heh-heh-heh!" Ingin dia mencium
mulut itu, akan tetapi dia ingat akan ancaman
Pangeran Cian Bu Ong dan ia bergidik. Tidak, dia
tidak akan berani melanggar. Dia harus menanti
sampai wanita ini siuman, baru dia akan
memperlakukannya sesuka hatinya. Dia harus
bersabar. Direbahkannya wanita itu di atas
pembaringan tunggal yang te rdapat di sudut
ruangan. Anak itu ia biarkan rebah di lantai.
Kemudian ia duduk di atas kursi dan melihat ada
seguci arak di atas meja, dia menyambarnya dan
mulai dia minum arak sambil menoleh ke arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembaringan, menanti sampai Sim Lan Ci siuman
dari pingsannya. Sudah agak lama sejak Hong San
menotoknya pingsan dan Gan Lui tidak lama
menunggu. Kini terdengar wanita itu mengeluh
lirih. "... Siang Lee... Thian Ki......ah, Siang Lee......."
wanita itu mengeluh dan menggerakkan tubuhnya.
Gan Lui sudah meloncat dan duduk di te pi
pembaringan. "Heh heh heh, manis, engkau sudah bangun"
Engkau cantik sekali!" katanya dan diapun
merangkul. Lan Ci membuka matanya dan dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika melihat
dirinya didekap seorang laki-laki yang tinggi kurus
bermuka kuning dan berkumis tikus dan bermata
sipit. Orang itu mendekap dengan kurang ajar,
tangannya meraba dadanya dan mukanya begitu
dekat, siap untuk menciumnya!
"Lepaskan aku, keparat!" bentaknya dan ia
menggerakkan kedua tangan untuk memukul.
Namun sambil te rkekeh Gan Lui yang sudah siap
itu menangkap kedua le ngan Lan Ci dengan
cengkeraman cakar harimau, satu di antara
kepandaiannya yang dia andalkan. Namun, Lan Ci
meronta dengan mengerahkan seluruh tenaganya
bahkan mengerahkan te naga Ban-tok Sin kang.
Ilmu dari ibunya yang membuat hawa yang
mendorong te naganya itu mengandung racun.
Walaupun tidak te rlalu kuat karena Lan Ci tidak
melatihnya selama bertahun-tahun, namun cukup
membuat Gan Lui terkejut ketika merasa betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telapak tangannya seperti memegang le ngan yang
te rbuat dari baja panas.
Kesempatan selagi cengkeraman Gan Lui mengendur dipergunakan oleh Lan Ci untuk
meronta lepas dan ia meloncat turun dari atas
pembaringan. Melihat Thian Ki roboh pingsan di
atas lantai, hatinya khawatir bukan main. Ia dan
pute ranya telah terjatuh ke tangan seorang
penjahat keji yang hendak memperkosanya! Demi
keselamatan pute ranya, demi kehormatannya, ia
harus membela dirinya mati-matian.
"Thian Ki... .!" Ia berseru akan tetapi tidak dapat
mendekati anaknya karena ia maklum bahwa
lawannya amat berbahaya. "Ha-ha-ha, sungguh seperti seekor kuda betina
liar! Ha, makin liar makin menyenangkan. Engkau
memang harus merasakan kelihaianku, harus
menderita siksaan lahir batin." Tar-tar-tar....... !
Cambuk yang ujungnya berekor sembilan itu
meledak-ledak di udara. Cambuk itu memang
sengaja diberi ekor sembilan yang dahulu merupakan senjata andalan ayah Gan Lui, sesuai
pula dengan julukan mereka Kiu-bwe-houw (Harimau Ekor Sembilan). Kini, cambuk itu
meledak-ledak, kemudian meluncur turun menyerang ke arah tubuh Lan Ci.
"Tar-tarrr......!"
Lan Ci bertangan kosong dan biarpun ia
memiliki gerakan lincah, namun tingkat kepandaian penyerangnya berimbang dengan tingkatnya, bahkan le bih tinggi sedikit dan kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan itu menggunakan cambuk yang panjang,
sedangkan ia bertangan kosong. Lan Ci berloncatan mengelak, akan tetapi sembilan ekor
cambuk itu seperti ular-ular hidup te rus mengejarnya dan melecut-lecut.
"Tar-tar-tarr.....I"
De ngan kelincahannya, Lan Ci berhasil meloncat
ke sana sini, menyusup di antara sinar ujung
cambuk dan bahkan ia meloncat mendekat dan
kakinya melakukan te ndangan kilat ke arah pusar
lawan! "Ehh.......?" Gan Lui te rkejut juga.
Tak disangkanya bahwa calon korbannya itu
sedemikian lincahnya. Terpaksa ia mengelak ke
kiri, akan tetapi, kembali tangan kiri wanita itu
menyambar dengan pukulan yang mendatangkan
hawa panas. Hawa beracun! Demikian berbahayanya pukulan yang mengandung hawa
beracun itu sehingga te rpaksa Gan Lui melempar
tubuh ke atas lantai, bergulingan dan cambuknya
menyambar-nyambar ke atas.
Tanpa setahu dua orang yang sedang berkelahi
mati-matian itu, sepasang mata
sejak tadi mengikuti semua gerakan mereka dan ketika Lan
Ci menyerang dengan te ndangan dan disusul
pukulan yang mengandung hawa beracun, pemilik
sepasang mata itu memandang kagum. Pengintai
itu bukan lain adalah Pangeran Cian Bu Ong!
Pangeran itu sejak mendengar cerita Hong San,
merasa tertarik sekali kepada Thian Ki. Apa lagi
setelah dia memeriksa sendiri keadaan tubuh anak
itu. Seorang Tok-tong (Anak Beracun)! Dia sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya mempunyai seorang anak perempuan yang
usianya juga masih kecil, kurang dari lima tahun.
Kalau saja dia dapat mengambil Tok-tong ini
sebagai anak, atau setidaknya sebagai murid. Akan
digemble ngnya anak itu dan kelak pasti akan
menjadi jagoan nomor satu di dunia. Jagoan yang
akan le bih hebat dari pada dia sendiri, dan dalam
waktu belasan tahun saja, mungkin anak ini yang
akan dapat membuat cita-citanya te rwujud! Dan
diapun sudah melihat ibu anak itu. Seorang wanita
yang masih muda, berwajah cantik manis, bertubuh berisi dan indah. Kini ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa wanita itu memiliki
tingkat kepandaian silat yang hebat, sebanding
dengan para pembantu utamanya kecuali Can
Hong San. Ah, dia melihat keuntungan besar
baginya. Dia sejak tadi mengikuti gerak-gerik
kedua orang itu dan setiap saat siap untuk
melindungi Lan Ci.! Kini Lan Ci kembali terdesak oleh serangan
bertubi-tubi dari cambuk itu. Gan Lui yang
maklum bahwa wanita ini sungguh tidak boleh
dipandang ringan hanya ingat bahwa Pangeran
Cian Bu Ong tak menghendaki dia membunuh
wanita Itu. Dia mempercepat gerakan cambuknya
dan kini ujung sembilan ekor cambuknya itu
mematuk-matuk ke arah pakaian Lan Ci.!
"Bret-bret-bret.... tar-tarr.... !" Mulailah pakaian
wanita itu cabik-cabik tergigit ujung cambuk.
Lan Ci berte riak marah, akan te tapi ia tidak
berdaya menghadapi hujan le cutan sembilan ekor
ujung cambuk itu. Ia seolah-olah ditelanjangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit demi sedikit oleh cambuk itu dan mulai
nampak pakaian dalamnya yang tipis berwarna
merah muda. Bahkan bagian atas dadanya sudah
nampak, dan ada bagian kulit tubuhnya yang
babak belur! Tiba-tiba ada sebuah batu kerikil melayang dan
mengenai tengkuk Thian Ki yang sedang rebah
pingsan. Anak itu nampak te rkejut, bergerak dan
bangkit duduk. Dia te rbelalak melihat ibunya
dihajar cambuk oleh seorang laki-laki tinggi kurus


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muka kuning. Ibunya sudah hampir te lanjang.
"I buuu.....!" Dia meloncat bangun.
Tentu saja Lan Ci te rkejut bukan main
mendengar teriakan anaknya. Tanpa menoleh
karena ia harus mengelak dan mencoba untuk
menangkap ujung cambuk iapun berse ru.
"Thian Ki! Larilah....! Selamatkan dirimu. Lari......!" Akan tetapi Thian Ki sama sekali tidak lari
keluar, bahkan lari menghampiri!
"Engkau jahat! Engkau mencambuki ibuku.!
Engkau jahat sekali! He ntikan serangan itu!"
"Tar-tarrr!" Ujung cambuk menyambar ke arah
tubuh Thian Ki. Leher dan dada anak itu terkena
cambuk, akan te tapi anak itu seperti tidak
merasakan biarpun kulit lehernya berdarah. la
menerjang te rus, berusaha untuk menangkap kaki
Gan Lui. "Anak Setan! Minggatlah!" Gan Lui berseru
marah. Kalau dia menghendaki, tentu sekali pukul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau tendang dia akan dapat membunuh anak itu.
Akan te tapi dia tidak berani melakukannya karena
ingat akan ancaman Pangeran Cian Bu Ong.
Kembali cambuknya meledak-Iedak, akan te tapi
anak itu di bawah hujan cambuk, te tap saja
menerjangnya. Dan ketika cambuknya menyambar
ke arah anak itu, Lan Ci yang terbebas dari
desakan cambuk, sudah mengirim pukulan- pukulan beracun! Gan Lui menjadi sibuk sekali. Dia mengelak dari
hantaman Lan Ci, kemudian dengan cambuknya
dia menahan serangan Lan Ci dan tangan kirinya
menyambar dan menangkap kedua le ngan Thian
Ki. Dia pikir bahwa anak itu agaknya memiliki
pukulan beracun seperti ibunya. Kalau sudah
ditangkap kedua le ngannya te ntu tidak akan
mampu bergerak. Mudah menotoknya agar anak
itu pingsan. Akan te tapi, begitu kedua le ngannya
dicengkeram, Thian Ki yang hendak menolong
ibunya itu menggigit tangan yang mencengkeramnya. Dengan sekuat tenaga, giginya
menghunjam ke tangan yang amat kuat itu.
"Aughhh......!"
Teriakan yang keluar dari kerongkongan Gan Lui seperti suara seekor
binatang buas yang ketakutan. Dia memandang ke
arah tangan yang te rgigit dan yang kini menjadi
hitam hangus dan nyerinya sampai menusuk
jantung. Dia terhuyung ke belakang dan kesempatan itu dipergunakan oleh Lan Ci untuk
mengirim serangan kilat, pukulan maut ke arah
dada lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakk.....!" Dan tubuh Gan Lui terjengkang,
matanya mendelik dan dia te was seketika pada
saat tubuhnya te rbanting ke atas lantai ruangan
itu. Ulu hatinya terkena hantaman pukulan yang
mengandung hawa beracun. Tanpa pukulan itupun
dia akan mati dalam waktu cepat karena dari
tangan yang te rgigit itu menjalar racun yang amat
kuat, yang membuat seluruh jalan darahnya
keracunan dan menghitam seperti hangus te rbakar. "Thian Ki.....!"
"I bu......!" Mereka berangkulan dan Lan Ci menangis,
te ringat akan suaminya yang tewas, juga menangis
karena lega bahwa ia dan pute ranya terlepas dari
ancaman bahaya yang mengerikan di tangan si
tinggi kurus muka kuning itu.
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara gaduh
dan agaknya banyak orang mengepung pondok itu.
Lan Ci merangkul anaknya, dan melihat cambuk
milik Gan Lui menggeletak di lantai, memungutnya, kemudian ia berbisik, "Thian Ki,
agaknya masih banyak musuh di luar. Mari naik
ke punggungku, kita harus lari dari tempat ini."
Thian Ki tidak membantah dan digendong di
punggung ibunya. Kakinya menje pit pinggang,
kedua le ngannya merangkul pundak dengan kuat.
Lan Ci membawa cambuk itu dan melompat
keluar. Benar saja, di luar terdapat belasan orang
yang memegang bermacam senjata. Begitu ia tiba
di luar, orang-orang itu berte riak-te riak dan
mengepung lalu menyerang dengan ganas. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rnyata bahwa mereka semua rata-rata memiIiki
ilmu silat yang cukup kuat sehingga kepungan itu
ketat dan tangguh, membuat ibu dan anak itu
kembali terancam. Lan Ci mengamuk dengan cambuknya. Ia
merasa canggung dan kaku karena keadaan
pakaiannya yang sete ngah telanjang, padahal
belasan orang pengeroyoknya itu semua adalah
laki-laki. Juga senjata yang dipegangnya itu
merupakan senjata yang asing baginya. Maka, ia
hanya menggunakan cambuk itu untuk menangkis i hujan senjata. Diputarnya cambuk itu
melindungi dirinya dan pute ranya, namun karena
ia kurang mahir memainkan cambuk, dalam waktu
sebentar saja pundak kirinya sudah te rcium ujung
golok sehingga terluka. Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat.
Bagaikan seekor burung rajawaIi, bayangan ini
menyambar-nyambar dan Lan Ci te rbelalak. De mikian hebat gerakan bayangan itu dan
kemanapun dia menyambar, te ntu ada pengeroyok
yang roboh dan dalam waktu singkat saja, belasan
orang pengeroyok itu roboh semua dan te was
seketika! Ketika bayangan itu berhenti bergerak, baru
nampak je las oleh Lan Ci bahwa dia seorang pria
yang bertubuh tinggi besar, bermuka merah,
berje nggot panjang dan nampak gagah perkasa,
juga penuh wibawa. Usianya sekitar limapuluh
tahun dan pria itu berdiri memandang kepadanya
sambil tersenyum. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari gerakan tadi saja dan melihat akibatnya,
Lan Ci maklum sepenuhnya bahwa ia berhadapan
dengan seorang sakti. Orang ini dengan kedua
tangan kosong te lah membunuh belasan orang
bersenjata yang kuat. Dan iapun tahu bahwa tanpa
pertolongan orang sakti ini, ia dan pute ranya tentu
akan tewas dikeroyok. Maka, tanpa ragu lagi iapun
melepaskan Thian Ki dari atas punggungnya dan
mengajak pute ranya menjatuhkan diri berlutut di
depan pria itu. "Tai-hiap (pendekar besar) yang budiman. Saya
Sim Lan Ci dan anak saya Coa Thian Ki
menghaturkan te rima kasih atas pertolongan tai-
hiap kepada kami......"
Pada saat itu, terdengar suara gaduh yang
datangnya dari arah barat, seperti suara banyak
orang bersorak dan berte riak-teriak. Mendengar
ini, orang gagah itu menanggalkan jubahnya yang
le bar dan mempergunakan jubah itu untuk
menyelimuti tubuh Lan Ci yang setengah telanjang,
kemudian dia memegang tangan Lan Ci dan
ditariknya bangkit berdiri.
"Sudah, tidak perlu banyak bicara, kita harus
cepat pergi dari sini. Mari ikuti aku!" Dan pria
tinggi besar yang gagah perkasa itu sudah
meloncat ke arah barat darimana suara gaduh itu
te rdengar. Lan Ci berterima kasih sekali karena
kini tubuhnya te rtutup. Ia mengikatkan sabuk di
luar jubah yang kebesaran itu, kemudian sambil
menggandeng tangan Thian Ki dengan tangan kiri
dan memegang cambuk di tangan kanan, iapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengikuti orang tinggi besar itu dengan penuh
kepercayaan. Siapakah pendekar yang gagah perkasa ini"
Tentu saja Lan Ci sama sekali tidak pernah
menduga bahwa orang itu bukan lain adalah
Pangeran Cian Bu Ong sendiri! Ketika pangeran
yang amat cerdik ini mendengar laporan Can Hong
San te ntang ibu dan anak itu, hatinya te rtarik
sekali dan setelah dia memeriksa tubuh Thian Ki
dan melihat kecantikan Lan Ci, timbul suatu
keinginan di hatinya untuk memiliki anak dan
ibunya itu. Maka, melihat betapa gerakannya ini sudah
gagal sehingga dia sekeluarga menjadi orang-orang
buruan, diapun ingin mengubah keadaan itu dan
memulai hidup baru yang lain sama sekali. Dia
membebaskan Hong San, lalu menyuruh Gan Lui
memperkosa Lan Ci yang sesungguhnya hanyalah
merupakan ujian bagi ibu dan anak itu untuk
meyakinkan hatinya. Juga diam-diam dialah yang menyuruh belasan
orang pengikutnya untuk mengeroyok Lan Ci. Dia
mengintai dan melihat betapa dugaannya memang
benar. Wanita itu selain cantik menarik juga
memiliki ilmu silat yang cukup timggi dan boleh
diandalkan, dan te rutama sekali Thian Ki sungguh
membuat dia kagum dan girang. Anak itu benar-
benar seorang Tok-tong, seorang anak beracun,
yang sekali gigit saja membuat Gan Lui keracunan
hebat! Ketika belasan orang-orangnya sendiri
melakukan pengeroyokan te rhadap Lan Ci, dia lalu
muncul dan membunuh mereka semua, sesuai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan siasat yang sudah direncanakan sebelumnya. Menurut rencananya, setelah dia menolong ibu
dan anak itu, tentu besar kemungkinan Lan Ci
yang berhutang budi padanya akan menerima
pinangannya untuk menjadi isteri ke dua. Isterinya
sendiri bersama kurang le bih belasan orang sanak
keluarganya, dia kumpulkan di dalam hutan itu,
bersama pute rinya yang masih kecil, tadinya
dikawal oleh belasan orang yang dia perintahkan
untuk mengeroyok Lan Ci itu.
Akan te tapi, tidak seluruh rencananya berjalan
baik. Tanpa diduga sama kali, ketika belasan orang
pengikutnya menyerbu pondo k untuk melaksanakan perintahnya, yaitu mengeroyok Lan
Ci, tempat persembunyian keluarganya itu diketahui pasukan pemerintah dan suara gaduh
itu adalah suara pasukan yang jumlahnya kurang
le bih seratus orang menyerbu hutan di mana
keluarganya berse mbunyi!
Ketika Pangeran Cian Bu Ong tiba di tempat itu,
diikuti oleh Lan Ci dan Thian Ki, mereka melihat
betapa keluarga pangeran itu te lah dikepung dan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikeroyok oleh banyak sekali perajurit kerajaan.
Keluarga pangeran yang te rdiri dari wanita, kanak-
kanak dan beberapa orang laki-laki itu melakukan
perlawanan dengan gigih karena mereka maklum
bahwa sebagai keluarga pemberontak, menyerah
berarti penyiksaan dan kematian pula. Maka dari
pada menyerah mereka lebih baik melawan sampai
mati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cian Bu Ong datang setelah terlambat.
Dia melihat isterinya, seorang wanita berusia
hampir limapuluh tahun, dengan pedang di
tangan, melawan pengeroyokan empat orang
perwira. Isterinya pernah belajar ilmu silat, akan
tetapi tidaklah terlalu pandai, maka dikeroyok
empat orang perwira yang lihai itu, ia telah
menderita luka-luka parah
walaupun masih melakukan perlawanan dengan gigih. Sambil
mengeluarkan suara melengking nyaring, Pangeran
Cian Bu Ong menyerbu dan begitu bayangannya
berkelebat dan kaki tangannya bergerak, empat
orang perwira yang mengeroyok isterinya itu
te rlempar ke sana-sini dengan kepala remuk atau
dada pecah dan tewas seketika.
Isteri pangeran itu mengeluh dan te rhuyung.
Pangeran Cian Bu Ong cepat merangkulnya. Dada,
perut dan punggung is te rinya sudah berlumuran
darah. "Aku.....aku.....melawan sampai akhir... tolong....
tolong......anak kita.... ia di.....sana...." kata wanita
itu dan iapun te rkulai pingsan dalam rangkulan
suaminya. Pangeran Cian Bu Ong memondong
tubuh is terinya dan menole h ke kiri, ke arah yang
ditunjuk isterinya tadi dan dia melihat Cian Kui
Eng, pute rinya yang baru berusia empat tahun,
dipondong oleh seorang prajurit bermuka hitam
yang te rtawa-tawa merangkul anak yang meronta-
ronta mencakar dan menggigit itu. Sebelum
pangeran ini turun tangan, tiba-tiba te rdengar
suara bentakan Thian Ki yang sudah tiba di situ
bersama ibunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang jahat! Lepaskan anak perempuan itu!"
Dan Thian Ki sudah meloncat ke dekat perajurit
yang memondong Kui Eng, pute ri atau anak
tunggal pangeran Cian Bu Ong.
Melihat anak kecil itu berada di depannya sambil
mengepal tinju dan menegurnya, prajurit itu
te rtawa, "Ha-ha-ha. engkau anjing kecil pergilah!"
Dan kakinya menendang ke arah dada Thian Ki.
Anak ini memang tidak pernah mempelajari ilmu
silat, tidak pernah berkelahi, akan tetapi semangatnya untuk menolong Kui Eng besar
sekali, maka biarpun dia terkena te ndangan
sampai te rguling-guling, dia bangkit lagi dan
meloncat dekat lagi. Prajurit itu marah, tangan kiri
tetap memondong tubuh Kui Eng dan tangan
kanan kini menjambak rambut kepala Thian Ki,
dijambak keras untuk dijebol. Akan tetapi tiba-tiba
dia meraung, melepaskan jambakannya, bahkan
Kui Eng juga te rlepas dari pondongannya. Orang
itu te rhuyung, memegangi tangan yang tadi
menjambak rambut. Tangan itu sudah menghitam
dan diapun te rpelanting roboh dan bergulingan
dalam sekarat! Thian Ki sudah menggandeng
tangan Kui Eng dan diajaknya pergi menjauh.
Sementara itu, dengan cambuk di tangan, Lan Ci
juga mengamuk untuk menolong keluarga yang
dikeroyok pasukan itu. N amun agaknya te rlambat,
karena semua anggota keluarga itu telah roboh.
Melihat keadaan ini, sekali loncat pangeran Cian
Bu Ong sudah mendekati puterinya dan menyambar tubuh pute rinya, dipondong bersama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh is terinya yang pingsan, lalu berkata kepada
Lan Ci. "Sim Lan Ci, cepat pondong anakmu dan kita
pergi dari sini!" Lan Ci maklum bahwa melawan hampir seratus
orang itu sama dengan mencari penyakit, maka
mendengar seruan penolongnya, iapun cepat
menghampiri Thian Ki, memondongnya dan sambil
memutar cambuknya, ia mengikuti Pangeran Cian
Bu Ong yang mencari jalan keluar sambil
menendang-nendang, merobohkan banyak prajurit
yang berani menghadang. Karena te ndangan-
te ndangan itu dahsyat sekali, ditambah gerakan
cambuk di tangan Lan Ci, akhirnya dua orang ini
berhasil keluar dari kepungan dan melarikan diri.
Pangeran Cian Bu Ong memasuki sebuah gua di
le reng bukit sambil memondong tubuh is terinya
dan juga pute rinya, diikuti oleh Lan Ci yang masih
memondong Thian Ki. Setelah menurunkan Thian
Ki, Lan Ci tanpa diminta lalu membuat api unggun,
dibantu oleh Thian Ki. Sementara itu, Pangeran
Cian Bu Ong merebahkan tubuh is terinya. Wanita
itu mengeluh lirih ketika suaminya memeriksa
luka-lukanya, dilihat oleh Lan Ci dan Thian Ki. Lan
Ci memandang dengan perasaan haru bercampur
iba, karena sekali pandang saja iapun tahu bahwa
wanita itu tidak mempunyai harapan untuk hidup
lagi. Luka-lukanya terlampau parah dan terlampau
banyak darah keluar. Yang mengagumkan hatinya,
anak perempuan itu tidak menangis hanya
bersimpuh di dekat ibunya sambil memegangi
tangan ibunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cian Bu Ong hanya dapat menotok
jalan darah isterinya untuk menghentikan mengucurnya darah yang hampir habis dan untuk
menghilang rasa nyeri. "Tenanglah, bagaimanapun
juga, anak kita dapat diselamatkan," kata pangeran
itu dengan suaranya yang lembut berwibawa.
"Aku.....aku rela.....harap kau didik baik- baik.....Kui Eng....." wanita itu te rkulai dan
menghembuskan napas te rakhir.
"I buuu.....I" Hanya sekali itu Kui Eng menje rit
lirih dan merangkul je nazah ibunya. Tangis nya
hampir tidak te rdengar, hanya kedua pundaknya
yang bergerak-gerak itu menunjukkan bahwa ia
te risak. Thian Ki juga sejak tadi memandang dengan hati
penuh perasaan iba te rhadap Kui Eng. Kini,
melihat Kui Eng mendekap je nasah ibunya sambil
menangis tanpa bersuara, Thian Ki mendekat dan
menyentuh pundak anak perempuan itu.
"Sudahlah, ditangisipun tidak ada gunanya.
Engkau tidak sendirian, baru saja akupun ditinggal
mati ayahku yang dibunuh orang jahat." Anak
perempuan itu mengangkat mukanya, menoleh dan
memandang kepada Thian Ki, lalu memandang
kepada Lan Ci dan bertanya, "I a itu ibumu?" Thian
Ki mengangguk. "Enak saja engkau bicara, engkau sih mempunyai ibu dan aku ditinggal mati ibuku."
"Akan tetapi engkaupun masih mempunyai ayah
yang gagah perkasa, dan aku te lah kehilangan
ayahku," bantah Thian Ki. Anak itu te rdiam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melirik kepada ayahnya, lalu kepada Lan Ci,
seperti juga yang dilakukan Thian Ki.
Lan Ci memandang kepada laki-laki perkasa itu,
merasa kasihan sekali karena ia merasa betapa
karena menolong ia dan Thian Ki, maka pria ini
kehilangan keluarganya. Andaikata dia tidak
menolongnya, te ntu berada bersama keluarganya
dan tidak akan te rjadi keluarganya te rbasmi oleh
pasukan, karena te ntu dia akan mampu melindungi mereka. "Tai-hiap, maafkan kami. Kami penyebab malapetaka menimpa keluarga tai-hiap," katanya
lirih. Pria itu menghela napas panjang. Sejak tadi dia
hanya duduk bersila dekat jenazah istrinya,
matanya dipejamkan dan wajahnya dibayangi
kedukaan. Setelah menghela napas, dia membuka
matanya dan memandang kepada Lan Ci.
"Benar seperti dikatakan pute ramu tadi. Ditangisipun tidak ada gunan ya. Kita harus dapat
melihat kenyataan, bagaimanapun macam dan
keadaannya. Aku harus cepat mengubur je nazah
ibu Kui Eng sekarang juga. Mungkin pasukan itu
akan dapat mengejar sampai di sini."
Malam itu juga Pangeran Cian Bu Ong menggali
lubang, menggunakan sebatang pedang pendek, di
dalam gua yang cukup besar itu, dibantu oleh Lan
Ci. Malam telah hampir terganti pagi
ketika pemakaman yang sederhana itu selesai. Pangeran
Cian Bu Ong dan pute rinya,Cian Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersembahyang di depan gundukan tanah itu
tanpa hio. Juga Lan Ci mengajak pute ranya untuk
memberi hormat. "Kita harus cepat meninggalkan te mpat ini.
Kalau sampai pasukan dapat mengejar, kita tentu
akan mengalami banyak kesukaran," kata pria itu.
"Kuharap engkau dan anakmu akan suka ikut
dengan aku sehingga aku akan dapat meI indungi
kalian." Lan Ci memandang heran. Penolongnya adalah
seorang yang sakti, dan baru saja kehilangan
semua keluarganya, hanya tinggal pute rinya yang
masih selamat. Bagaimana sekarang penolongnya
itu akan mengajak ia dan Thian Ki" Mengajak
kemana" Tentu saja ia ingin pulang saja ke
dusunnya, yaitu di Mo-kim-cung, akan tetapi ia
harus menengok dulu keadaan He k-houw-pang
yang telah diserbu penjahat-penjahat lihai itu.
"Thai-hiap, saya harus melihat dulu apa yang
te rjadi di dusun Ta-bun-cung, bagaimana dengan
keadaan keluarga suamiku di He k-houw-pang,"
katanya, merasa tidak enak kalau harus menolak
begitu saja ajakan pendekar sakti yang berniat baik
itu. Pangeran Cian Bu Ong kembali menarik napas
panjang. "Hem, perjalanan ke dusun itu mengandung banyak bahaya berte mu dengan
pasukan pemerintah. Mari kuantar sampai luar
dusun itu. Aku mengenal jalan yang aman, dan
aku menanti di luar dusun."
Lan Ci mengangguk dan merekapun berangkat.
Thian Ki menggandeng tangan Kui Eng. Dia merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasihan kepada anak perempuan itu, dan agaknya
anak itupun suka kepadanya. Cian Bu Ong


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Di
belakangnya kedua anak itu berjalan bergandeng
tangan dan Lan Ci berjalan di belakang melindungi
mereka. Pria tinggi besar itu mengambil jalan
melalui hutan dan lereng yang sunyi dan akhirnya,
setelah matahari naik tinggi tibalah mereka di
dusun Ta-bun-cung. Suasana di dusun itu sunyi,
tak nampak seorangpun berada di luar dusun.
"Kami menanti di sini," kata Cian Bu Ong.
"Mas uklah ke dusun dan setelah selesai urusanmu, harap suka kembali ke sini untuk
mengambil keputusan."
Lan Ci memandang ragu. Dianggapnya bahwa
urusan antara mereka sudah selesai, dan ia akan
mengambil jalan sendiri. Akan te tapi ia merasa
tidak enak. Pria ini baru saja kehilangan seluruh
keluarganya, maka kalau mereka harus saling
berpisahpun sepatutnya kalau dalam keadaan
yang baik. la akan kembali menemuinya untuk
berpamit kalau saatnya berpisah sudah tiba. Yang
penting, ia harus menengok bagaimana keadaan
suaminya dan keluarga He k-houw-pang. la lalu
mengangguk, kemudian menggandeng tangan
pute ranya dan diajaknya anak itu berlari memasuki dusun. Dusun Ta-bun-cung itu kini sunyi bukan main,
seperti mati. Akan tetapi ketika ada beberapa orang
kebetulan keluar dan melihat Lan Ci, mereka
berlari-larian menghampiri dan beberapa orang
wanita yang mengenal Lan Ci sebagai isteri Coa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Lee, sudah menangis dengan sedih. Lan Ci
tidak mempedulikan mereka dan langsung ia lari
menuju ke rumah keluarga Coa. Ternyata pintu
gerbang rumah besar itu te rtutup dan papan nama
besar yang biasanya te rgantung di depan pintu,
bertuliskan Hek-houw-pang, juga tidak ada lagi.
Sepi sekali di situ. Lan Ci mengetuk pintu. Daun
pintu terbuka dari dalam dan seorang laki-laki tua,
berusia limapuluhan tahun yang dahulu menjadi
pelayan keluarga Coa, memandang dengan mata
te rbelalak. -ooo0dw0ooo- Jilid 4 "Coa hujin (Nyonya Coa)......! Dan engkau kongcu
(tuan muda)! Ah, kalian masih selamat"
Syukur kepada Thian kalian masih selamat..."
dan orang itupun mengusap air matanya yang
mengalir turun. "Paman, kenapa rumah ini sekarang kosong"
Ceritakan semua akibat dari penyerbuan para
penjahat itu! Cepat ceritakan!" Lan Ci tidak sabar
lagi. Rumah itu nampak kosong dan sepi, bahkan
perabot-perabot rumahpun banyak yang hilang.
Baru beberapa hari saja ia tinggal di situ dan
sekarang semua telah berubah.
"Hujin......suamimu telah.....gugur..."
"Aku sudah tahu. Ceritakan siapa lagi yang
gugur dan bagaimana akhirnya dengan serbuan
para penjahat itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tigapuluh le bih anggota He k-houw-pang te was,
te rmasuk.....kongcu Coa Siang Lee dan juga
pangcu (ketua) Kam Seng Hin. Juga lo-cian-pwe
Coa Song....." "Alh! Kong-kong juga....?" Lan Ci berseru kaget
karena ia tidak melihat kakek itu ikut berkelahi
melawan penjahat. "Lo-cianpwe meninggal dunia karena duka."
"Ah, dimana isteri pangcu dan puteranya?"
"Sungguh menyedihkan sekali, hujin. Isteri
pangcu dilarikan penjahat...!"
"Dan bagaimana dengan Cin Cin?" Thian Ki yang
sejak tadi mendengarkan dengan sedih, bertanya.
"Di mana Cin Cin?"
"Sebelum meninggal dunia, lo-cianpwe Coa Song
memesan agar anak itu diajak ke dusun Hong-san,
diserahkan kepada Huang-ho Sin liong Si Han
Beng untuk dididik. Sekarang te lah berangkat dua
hari yang lalu. Dan lo-cian-pwe Coa Song juga
membubarkan Hek-houw-pang. Semua murid telah
meninggalkan dusun ini karena takut kalau-kalau
para penjahat yang lihai itu datang kembali.
Perabot rumah ini banyak dijual untuk biaya
pemakaman dan semua harta sesuai dengan pesan
lo-cian-pwe Coa Song, telah dibagi-bagi di antara
para anggota." "Ahhhh.....!" Lan Ci merasa jantungnya seperti
ditusuk. Perih sekali rasanya dan sungguh aneh, ia
te ringat pada pendekar tinggi besar yang te lah
menolongnya dan baru sekarang ia te ringat bahwa
ia belum mengenal penolongnya itu! Betapa sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar penderitaan antara ia dan penolongnya itu.
Penolongnya kehilangan isteri dan keluarganya,
hanya tinggal hidup berdua dengan pute rinya,
sedangkan ia juga kehilangan suami dan keluarga
suaminya, dan iapun hidup berdua dengan Thian
Ki "Thian Ki......!" Ia merangkul putranya, dan ia
te ringat akan keadaan puteranya. Susah payah ia
dan mendiang suaminya mendidik Thian Ki
menjadi seorang anak yang tidak mengenal ilmu
silat, tidak mengenal kekerasan. Akan te tapi
te rnyata putera mereka itu menjadi Tok-tong, dan
biarpun tidak disengaja, puteranya itu telah
membunuh tiga orang jagoan
lihai dengan tubuhnya yang beracun! "I bu, kenapa te rjadi hal ini" Kenapa ayah dan
para anggota He k-houw-pang dibunuhi orang"
Siapa pembunuh ayah" Dia jahat sekali dan
sepatutnya dia dihukum!"
Mendengar ucapan ini, Lan Ci mencium pipi
pute ranya tanpa menjawab, bahkan ia menoleh
kepada pelayan itu. "Paman, di mana suamiku
dimakamkan" Juga di mana kong-kong dimakamkan?" "Me reka semua dimakamkan di tanah kuburan
luar dusun ini, dan sudah diberi tanda papan
nama di depan makam-makam yang banyak itu.
Mudah untuk mencarinya. Mari kuantarkan..........."
"Tidak usah, paman. Katakan di sebelah mana
tanah kuburan itu berada?" Pelayan itu menunjuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke utara. "Di sebelah utara dusun, dekat pintu
gerbang utara." "Terima kasih, paman. Kami hendak bersembahyang di sana." Lan Ci lalu bangkit dan
bertanya lagi. "Apakah pakaian kami di kamar
sana itu masih ada paman?"
"Masih, nyonya. Kami tidak berani mengganggu
dan semua masih lengkap."
Lan Ci memasuki kamar di rumah itu, kamar
yang tadinya ia pakai dengan suaminya. Melihat
pembaringan itu, kursi- kursi itu, air matanya
bercucuran, rasanya suaminya masih berada di
situ, rebah di pembaringan itu, duduk di kursi itu.
Melihat ibunya menangis, Thian Ki yang baru
berusia lima tahun itu agaknya mengerti dan dia
mendekati ibunya, merangkul pinggang ibunya.
"I bu, ayah sudah tidak ada. Untuk apa ditangisi
lagi?" "Thian Ki.....!" Ibunya merangkul dan tangisnya
semakin keras, akan tetapi tak lama kemudian ia
mampu menekan perasaannya. Ia memilih pakaiannya lalu berganti pakaian, menggulung
jubah milik penolongnya dan menjadikan satu
dengan pakaiannya yang dibuntal kain kuning.
Pakaian Thian Ki juga dibuntal menjadi buntalan
lain untuk dibawa anak itu sendiri. Kemudian
merekapun keluar dan menuju ke tanah kuburan.
Dari pelayan itu, Lan Ci mendapatkan kelebihan
sisa hio (dupa biting) untuk keperluan sembahyang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanah kuburan itu sunyi dan menyeramkan
walaupun hari telah menjelang siang. Betapa tidak
menyeramkan melihat tanah kuburan yang penuh
dengan kuburan baru sebanyak itu" Biarpun Lan
Ci seorang wanita yang gemblengan, bahkan ia
pute ri seorang datuk sesat yang keras hati, namun
sejak menjadi istri Siang Lee dan hidup sebagai
petani yang te nang dan te nteram, perasaannya
peka dan kini ia tidak dapat menahan air matanya
yang te rus bercucuran. Melihat deretan makam
yang amat banyak itu, hatinya terasa sedih bukan
main. Akhirnya ia dapat menemukan makam
suaminya yang mengapit makam kakek Coa Song,
sedangkan di sebelah lain adalah makam Kam
Seng Hin, ketua Hek-houw-pang. Melihat makam
suaminya, Lan Ci membayangkan segala kebaikan
suaminya dan kedua lututnya menjadi le mas. Ia
menjatuhkan diri berlutut di depan makam itu,
memeluk gundukan tanah sambil menangis menyedihkan sekali sampai sesenggukan. Kata-
kata yang tidak je las keluar dari mulutnya,
bercampur isak tangisnya.
Thian Ki juga menjatuhkan diri berlutut di
samping ibunya. Kadang dia menoleh memandang
wajah ibunya yang ditutupi kedua tangan, lalu
menoleh memandang gundukan tanah yang masih
baru. Wajah ibunya yang basah air mata itu kini
menjadi kotor terkena tanah, membuat wajah itu
nampak menyedihkan sekali. Thian Ki mengerutkan alisnya dan tidak berani bicara. Dia
dapat merasakan betapa sedihnya hati ibunya, dan
dia merasa kasihan sekali kepada ibunya. Akan
tetapi tetap saja dia berpendapat bahwa tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gunanya menangisi kematian ayahnya. Ditangisi
bagaimanapun ju ga, ayahnya tidak akan dapat
bangun kembali. Setelah agak lama dia hanya
membiarkan saja ibunya menangis dan berkeluh
kesah, merintih-rintih dengan suara yang tidak
jelas apa maknanya, akhirnya Thian Ki menyentuh
le ngan ibunya. "I bu, apakah lilin dan hio ini tidak dinyalakan
dan dibakar?" Mendengar pertanyaan pute ranya itu, barulah
Lan Ci sadar bahwa ia te rseret kedukaan dan
iapun menoleh kepada pute ranya, menyusut air
matanya dan mencoba untuk te rse nyum, senyum
yang bahkan nampak amat mengharukan dan
sedih. "Kau nyalakan lilinnya dan pasang di depan
makam ayahmu dan kakek buyutmu, Thian Ki. Ibu
yang akan membakar hio-nya."
Ibu dan anak itu lalu bersembahyang di depan
makam Coa Siang Lee dan makam kakek Coa
Song, kemudian keduanya duduk di depan makam
Coa Siang Lee sambil termenung.
Hidup

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikuasai pikiran dan suka-duka merupakan permainan pikiran. Jarang sekali
pikiran dalam keadaan hening tidak te rpengaruh
suka ataupun duka. Pikiran selalu mengejar
kesukaan, menjauhi kedukaan. Namun, suka-duka
merupakan dua permukaan dari mata uang yang
sama, tak terpis ahkan. Dimana ada suka di sana
pasti ada duka, seperti terang dan gelap, siang dan
malam, merupakan pasangan yang membuat
kehidupan pikiran menjadi lengkap. Pikiran seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
air samudra, tak pernah diam, selalu berubah.
Oleh karena itu, tidak ada keadaan pikiran yang
abadi. Sukapun hanya sementara, demikian pula
duka, walaupun biasanya, duka le bih panjang
usianya dibandingkan suka. Bahkan suka biasanya berekor duka, walaupun duka belum
te ntu disambung suka. Apa yang hari ini mendatangkan kesukaan, besok sudah berubah
mendatangkan kedukaan. Keadaannya tidaklah
berubah. Keadaan apa adanya merupakan kenyataan yang tidak berubah. Yang berubah
adalah keadaan pikiran kita sehingga karena dasar
pemikirannya berubah, maka penilaiannya juga
berubah-ubah. Yang hari ini menyenangkan pikiran, besok dapat berubah menjadi menyusahkan. Kalau nafsu yang memperdaya hati
akal pikiran sudah mencengkeram kita, maka kita
selalu tenggelam, baik dalam suka maupun dalam
duka. Dikala suka, kita dapat menjadi mabok
kesenangan dan lupa diri, sebaliknya, di waktu
duka kitapun menjadi mabok kedukaan dan
merana. Keduanya merupakan keadaan di mana
kita dipermainkan ole h nafsu melalui hati akal
pikiran kita. Bagaimana kita dapat mencari jalan keluar dari
lingkaran setan ini" Bagaimana kita dapat te rbebas
dari nafsu hati dan akal pikiran" Siapa yang
bertanya ini" Siapa yang ingin bebas dari nafsu
yang menguasai hati dan akal pikiran" Jelas
bahwa yang bertanya adalah pikiran juga, pikiran
yang sama yang bergelimang nafsu. Melihat bahwa
nafsu mendatangkan ketidakbahagiaan,
maka pikiran lalu ingin agar bebas dari nafsu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana mungkin nafsu dapat bebas dari
dirinya sendiri" Semua usaha yang dilakukan
nafsu tentu mengandung pamrih menyenangkan
diri sendiri, membebaskan diri dari susah. Dengan
usaha ini, berarti kita terjatuh ke dalam lingkaran
setan yang sama, atau bahkan lebih kuat!
Kiranya tidak ada jalan lain bagi kita kecuali
MENYERAH! Menyerah kepada Tuhan, kepada
Sang Maha Pencipta, Maha kuasa dan Maha Kasih!
Kita ini, berikut hati dan akal pikiran, berikut
nafsu-nafsu kita, kita ini seluruhnya diciptakan
oleh kekuasaan Tuhan! Maka, tidak ada yang lebih
benar dari pada menyerahkan segala-galanya
kepada yang mengadakan kita, yang menciptakan
kita. Di waktu mengalami suka, kita selalu ingat
dan bersyukur kepadaN ya sehingga tidak mabok.
Di waktu mengalami duka, kita selalu ingat dan
menyerah padaN ya sehingga tidak tenggelam.
Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang mampu
meluruskan yang bengkok dalam batin kita,
membersihkan yang kotor. Setiap kehendak Tuhan
jadilah! Bukan pikiran yang ingin menyerah karena
kalau demikian te ntu ada pamrih yang te rsembunyi di balik penyerahan itu. Nafsu selalu
berpamrih untuk memperole h keuntungan bagi diri
sendiri. Tidak ada si aku atau pikiran yang ingin
menyerah. Yang ada hanya penyerahan itu saja,
titik. Seolah-olah mati di depan Tuhan. Nah kalau
nafsu hati dan akal pikiran tidak bekerja lagi,
maka segalanya terserah kepada Tuhan. Tuhan
Maha Bijaksana, Tuhan Maha Kas ih, dan hanya
kekuasaa Nya sajalah yang akan mampu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengadakan atau menjadikan yang tidak mungkin
bagi pikiran. "I bu, kita sekarang akan kemana?" tiba-tiba
Thian Ki berkata, suaranya yang lirih memecah
kesunyian dan menarik kembali semangat ibunya
yang melayang-layang. Lan Ci memandang anaknya. Thian Ki mendekati ibunya dan menggunakan tangannya
untuk membersihkan tanah dari wajah ibunya.
"Ke mana lagi kalau tidak pulang! Kita pulang ke
Mo-kim-cung, Thian Ki!"
Anak itu mengerutkan alisnya. "Akan tetapi,
rumah sudah tidak ada ayah.! Aku tidak suka
kembali ke sana, akan selalu te ringat kepada
ayah." Lan Ci menarik napas panjang. Ia juga merasa
ragu untuk tinggal di dusunnya itu, dekat dengan
ibunya! Bersusah-payah ia menjaga agar anak
tunggalnya tidak mengenal kekerasan, akan tetapi
setelah ibunya tiba dan menjadi nikouw di kuil
Thian-ho-tang, anaknya malah dijadikan Tok-tong
oleh ibunya! Kalau ia mengajak Thian Ki kembali
ke sana, tidak urung ibunya te ntu akan berusaha
keras agar Thian Ki mempelajari ilmu-ilmu yang
keji dan anaknya ini kelak akan menjadi seorang
manusia racun yang amat berbahaya bagi kehidupan orang lain. "Thian Ki, malapetaka yang menimpa kita ini
mengingatkan aku bahwa mungkin sekali aku
telah keliru mendidikmu. Sejak kecil, ayahmu dan
aku yang pandai ilmu silat selalu berusaha agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau tidak mempelajari ilmu silat. Bahkan kami
bertahun-tahun hidup bagai petani yang penuh
damai. Siapa tahu, di sini kita bertemu malapetaka! Andaikata ayahmu dan aku lebih
te rlatih, belum te ntu ayahmu te was. Dan engkau
sendiri.....ah, engkau bahkan telah menewaskan
tiga orang tokoh persilatan yang lihai."
"I bu, sebetulnya apakah yang te lah te rjadi" Aku
tidak bermaksud membunuh orang. Aku hanya
ingin menolongmu, aku hanya menggigit, dan yang
lain itu hanya mencengkeram aku, kenapa mereka
semua roboh dan te was" Ibu pernah mengatakan
kepadaku bahwa aku sakit, tubuhku beracun dan
kalau aku mendekati wanita, ia akan mati. Apakah
itu sebabnya maka tiga orang itu tewas, ibu. Dan
kalau benar begitu, mengapa tubuhku beracun?"
Lan Ci merangkul puteranya. "Thian Ki, kelak
engkau akan mengerti sendiri. Aku harus mencarikan obat untukmu, untuk melenyapkan
racun itu dari tubuhmu."
"I bu, di dunia ini te rdapat begitu banyak orang
jahat. Mereka telah membunuh ayah, membunuh
para paman He k-houw-pang, bahkan hampir
membunuh ibu dan aku. Mereka tidak dapat
membunuhku karena tubuhku beracun. Kalau ibu
hendak melenyapkan racun dari tubuhku, bukankah kalau a da orang jahat, aku akan mudah
mereka bunuh?" "Ha, tepat sekali ucapanmu itu, Thian Ki!" Tiba-
tiba Pangeran Cian Bu Ong muncul bersama
pute rinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki......!" Kui Eng berseru gembira dan
segera menghampiri Thian Ki dan memegang
tangan anak itu. Melihat munculnya penolongnya, Lan Ci cepat
memberi hormat. "Mengapa tai-hiap mengatakan
bahwa ucapan Thian Ki te pat" Tidak mungkin dia
dibiarkan begitu saja, menjadi Tok-tong dan
membahayakan nyawa setiap orang yang berdekatan dengannya. Bahkan sekarang juga,
nyawa puterimu dapat terancam bahaya, tai-hiap."
Mendengar ucapan ibunya, Thian Ki terkejut dan
cepat dia melepaskan tangannya yang saling
gandeng dengan tangan Kui Eng. Akan te tapi Kui
Eng memegang lagi tangan Thian Ki.
"Kui Eng, lepaskan tanganku. Tubuhku beracun
dan engkau dapat celaka keracunan!" kata Thian
Ki, kembali mele paskan tangannya.
"Aah, engkau te ntu tidak akan mencelakai aku,
te ntu aku tidak akan keracunan. Aku tidak takut
berdekatan denganmu, Thian Ki."
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum, walaupun
senyumnya masih nampak pahit karena hatinya
masih tertekan kedukaan. "Anakku benar, Lan Ci.
Justru kekuatan dahsyat dalam diri Thian Ki harus
dipelihara, dirawat dan dipupuk. Kalau dia dapat
menguasainya, tentu dia tidak akan mencelakai
orang tanpa disengaja. Aku ingin mengajarkan dia
untuk menguasai kekuatan dahsyat itu dan
mengajarkan semua ilmuku, bersama Kui Eng."
Lan Ci cepat memberi hormat. "Harap Thai-hiap
memaafkan saya. Sesungguhnya, sejak kecil Thian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki tidak pernah kami ajari ilmu silat dan tidak
memperkenalkan dia dengan kehidupan dunia
persilatan." "Sungguh aneh sekali. Engkau dan suamimu
memiliki ilmu silat yang cukup baik. Kenapa tidak
diwaris kan kepada anak tunggal kalian?"
"Kami ingin agar anak kami hidup dalam
keadaan aman te nteram dan penuh damai, jauh
dari kekerasan dan permusuhan seperti yang
dialami para ahli silat," kata Lan Ci dengan tegas.
"Aih, nyonya muda. Alangkah lucunya omonganmu itu. Engkau tidak mengajarkan ilmu
silat kepada pute ramu, ingin agar dia hidup dalam
keadaan tenang tenteram. Akan tetapi apa yang
telah terjadi" Masih kecil saja dia tertimpa


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malapetaka! Ayahnya tewas, ibunya hampir celaka,
dan dia sendiri, kalau tidak memiliki kekuatan
beracun itu tentu sudah tewas pula!"
"Kalau tidak ada tai-hiap yang menolong,
memang kami ibu dan anak tentu telah tewas,"
kata Lan Ci, ia bergidik membayangkan bahaya
mengerikan yang mengancam dirinya ketika itu.
"Sim Lan Ci, engkau seorang ahli silat, kenapa
pendirianmu seperti itu" Karena mungkin engkau
dahulu hidup penuh kekerasan dan permusuhan,
maka engkau hendak menjauhkan pute ramu dari
ilmu silat" Ingatlah, seorang ahli silat setidaknya
dapat membela diri, bahkan dapat mempergunakan ilmunya untuk membela yang
le mah, untuk melakukan perbuatan baik sesuai
dengan jiwa seorang pendekar dan pahlawan.
Kalaupun dia tewas dalam pertempuran, maka dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati seperti orang gagah. Sebaliknya, seorang
le mah akan selalu ditindas dan ditekan tanpa
mampu membela diri sehingga kalau sampai dia
mati, maka dia akan mati konyol! Matinya seorang
pendekar adalah matinya seekor harimau, sebaliknya matinya seorang yang le mah seperti
matinya seekor babi. Aku ingin mengambil Thian
Ki sebagai murid, kuharap engkau tidak menolak,
kalau engkau tidak ingin anakmu kelak membunuh lebih banyak orang lagi tanpa sengaja."
"Tapi.... tapi .... saya akan mencarikan obat
penawar racun dalam tubuhnya Lan Ci mencoba
untuk membantah dengan lemah.
"Nyonya muda, dari gerakanmu dan pukulanmu,
aku tahu bahwa engkau seorang ahli pukulan
beracun. Aku te lah memeriksa keadaan pute ramu
dan aku tahu bahwa tidak ada obat apapun di
dunia ini yang akan mampu membersihkan racun
dari tubuh pute ramu, kecuali kalau dia menularkan atau memindahkan racun itu kepada
banyak wanita yang akan menjadi korban. Seluruh
darahnya te lah mengandung racun, dari ujung
rambut sampai ke jari kakinya. Satu-satunya cara
untuk menghindarkan dia menjadi pembunuh
besar kepada semua orang yang dekat dengannya,
hanya dengan memberinya ilmu agar dia dapat
menguasai kekuatan itu dan hanya menggunakan
kekuatan itu kalau diperlukan saja."
Sejak tadi Thian Ki mendengarkan percakapan
antara ibunya dan laki-laki gagah itu. Dia masih
kecil, akan tetapi dia memang cerdas dan dapat
mempertimbangkan apa yang dibicarakan tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"I bu, aku tidak mau menjadi pembunuh. Aku
harus dapat menguasai racun ini!" lalu dia maju
dan menjatuhkan diri berlutut di depan Pangeran
Cian Bu Ong sambil berkata,"Suhu, teecu (murid)
akan mentaati semua perintah suhu!"
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum, "Bagus, Thian
Ki. Mulai sekarang engkau menjadi muridku,
menjadi suheng dari Kui Eng. Kalian berdua akan
kugembleng menjadi orang-orang yang berguna
kelak." Lalu pangeran itu menoleh kepada Lan Ci.
"Kuharap sekali engkau sekarang tidak akan
berkeberatan lagi, Lan Ci."
Sebetulnya, Lan Ci merasa berhutang budi
kepada penolongnya itu, yang bukan saja telah
menyelamatkannya dari bahaya maut, menyelamatkan kehormatannya, akan tetapi juga
yang selalu bersikap ramah dan baik, bahkan
akrab sekali dengan sebutan yang kadang-kadang
menyebut namanya begitu saja. Diapun tahu
bahwa penolongnya ini seorang sakti, dan bahwa
pute ranya te ntu akan menjadi seorang yang
berilmu tinggi kalau menjadi muridnya. Akan
tetapi iapun tidak ingin berpis ah dari puteranya.
"Tentu saja saya merasa senang dan berte rima
kasih kalau tai-hiap sudi mendidik Thian Ki. Akan
tetapi dia anak tunggal saya, dan saya hanya
mempunyai dia seorang. Bagaimana mungkin saya
dapat berpisah darinya, Tai-hiap?"
"Kenapa harus berpisah" Sim Lan Ci, kau tidak
perlu berpisah dengan anakmu. Engkau ikut
bersama kami, bahkan engkau dapat ikut membantu aku dan mendidik anakmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar penawaran ini, di dalam hatinya Lan
Ci merasa girang sekali. Kalau ia tidak berpisah
dengan pute ranya, maka tidak ada hal lain lagi
yang perlu dirisaukan. Hanya saja ia seorang
wanita, bahkan janda pula. Dan penolongnya
seorang pria, dan duda! Akan janggal sekali
nampaknya kalau ia mengikuti penolongnya itu,
walaupun penolongnya sudah menjadi
guru pute ranya. Dan ia tidak ingin berpisah dari
pute ranya. "Tapi .... tapi...." Ia meragu, menerima merasa
sungkan dan malu, menolak juga tidak berani.
"I bu," kata Thian Ki dengan suara Iantang.
"Kenapa ibu menolak" Suhu bermaksud baik
sekali. Aku dapat mempelajari ilmu tanpa harus
berpisah dari ibu." "Aih, engkau ini enak saja bicara. Kita hanya
akan menjadi beban dan akan memberatkan
gurumu saja!" kata Lan Ci sambil melirik
pute ranya dengan sikap menegur.
"Sama sekali tidak, bibi dan Thian Ki, eh ...
suheng! Ayahku seorang yang kaya raya, kalau
hanya ditambah dengan kalian berdua, sama sekali
tidak berat!" Tiba-tiba Kui Eng berkata.
"Nah, s umoi Kui Eng sudah berkata begitu, ibu,
walaupun aku tidak mengerti bagaimana suhu
dapat menjadi seorang yang kaya raya. Padahal
keluarga suhu telah dihancurkan orang, hartanya
dirampok, tidak banyak bedanya dengan kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, engkau tahu apa" Ayahku adalah
seorang pangeran, di mana-mana mempunyai
rumah gedung!" kata pula Kui Eng.
"Hushh, Kui Eng. Jangan membual kau!"
ayahnya menegur. Akan te tapi ucapan anak perempuan itu amat
mengejutkan hati Lan Ci. Ia terbelalak melihat
wajah penolongnya, raut wajah yang tampan gagah
penuh wibawa, memang pantas menjadi wajah
seorang pangeran! "Paduka.....paduka seorang pangeran" Bolehkah
saya mengetahui siapa nama paduka?"
Pangeran Cian Bun Ong menghela napas
panjang. Mereka masih duduk di depan makam, di
atas batu-batu yang banyak terdapat di tempat itu.
Keadaan di keliling itu s unyi.
"Me mang sudah sepantasnya kalau kita saling
mengenal lebih dekat lagi, karena puteramu telah
menjadi muridku, akupun hanya tahu bahwa
engkau bernama Sim Lan Ci, keluarga dari
pimpinan He k-houw-pang. Akan te tapi melihat
gerakan ilmu silatmu, jelas engkau bukan murid
He k-houw-pang." "Yang keluarga Hek-houw-pang adalah mendiang
suami saya. Dia adalah keturunan para pemimpin
atau ketua He k-houw-pang, yaitu keluarga Coa."
"Oh, begitukah" Pantas ilmu silatmu berbeda."
Pangeran itu lalu memandang kepada Thian Ki dan
Kui Eng. "Thian Ki, kauajak sumoimu pergi
bermain-main ke ujung tanah kuburan di sana.
Jangan te rlalu jauh. Aku ingin bicara dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibumu dan ana k-anak tidak boleh ikut mendengarkan." "Baik, suhu. Mari, sumoi!" kata Thian Ki sambil
menggandeng tangan Kui Eng. Mereka pergi
meninggalkan dua orang tua itu dan memetik
bunga liar yang bertumbuhan di sudut tanah
kuburan. "Nah, sekarang le bih leluasa kita bicara. Tidak
semua hal boleh didengar oleh anak-anak kita."
Lan Ci mengangguk, membenarkan.
"Ilmu silatmu selain berbeda, juga mengandung
hawa pukulan beracun. Siapakah
gurumu?" pangeran itu kembali bertanya. Demikian pandainya dia mengatur percakapan sehingga Lan
Ci tidak sadar bahwa pertanyaan tentang nama
pangeran itu sama sekali belum te rjawab, bahkan
kini orang itu yang menguras keterangan darinya.
"Guru saya adalah ibu kandung saya sendiri." Ia
te rpaksa mengaku. "Ah, kiranya begitu" Siapakah nama ibumu"
Tentu ia seorang tokoh dunia persilatan yang amat
te rkenal." Sungguh tidak enak rasanya memperkenalkan
ibunya, seorang datuk sesat yang namanya
te rsohor. Akan tetapi ia tidak dapat mengelak lagi.
Biarlah penolongnya ini tahu segala tentang
dirinya, te ntang Thian Ki yang sudah menjadi
muridnya. "Dahulu ibu bernama Phang Bi Cu,
berjuluk Ban-tok Mo-li akan tetapi sekarang telah
menjadi seorang Ni-kouw."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar seperti dugaannya, penolongnya itu
nampak te rkejut sekali. Nama ibunya te rlalu
te rsohor untuk tidak dikenal orang. "Ban-tok Mo-
li" Ibumu Ban tok Mo-li" Aahh, sekarang aku
mengerti mengapa anakmu menjadi Tok-tong
Ibumu seorang wanita yang amat lihai dan nama
besarnya sudah lama sekali kudengar!" Pangeran
itu memandang kagum, lalu cepat menyambung
dengan pertanyaan, " Dan ayahmu?"
"Ayah telah tiada sejak saya kecil sekali. Saya
tidak ingat lagi. Paduka belum menceritakan siapa
sebenarnya paduka." "Me mang aku seorang bekas pangeran. N amaku
Cian Bu Ong Lan Ci melompat berdiri dan wajahnya berubah
pucat, matanya te rbelalak memandang kepada
laki-laki itu dan kedua tangannya dikepal.
"Paduka Pangeran Cian Bu Ong" Jadi.........paduka ini yang mengirim lima orang
penjahat yang telah membasmi Hek-houw-pang
dan membunuh suami saya?"
"Duduklah, nyonya, duduk dan te nanglah agar
anak-anak kita tidak menjadi kaget " katanya dan
sungguh aneh, suara le mbut dan berwibawa itu
membuat Lan Ci menjadi tenang kembali dan
iapun kini sudah duduk lagi, walaupun pandang
matanya penuh selidik dan mengandung kemarahan. "Siapakah yang melempar fitnah itu dan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengatakan bahwa aku yang membasmi He k-
houw-pang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan fitnah! Lima orang penjahat itu sendiri
yang mengaku. Ketika mereka muncul di dusun
Ta-bun-cung, mereka mencari ketua atau pimpinan He k-houw-pang untuk dipanggil menghadap Pangeran Cian Bu Ong. Padahal
Pangeran Cian Bu Ong adalah seorang pemberontak yang menjadi buruan pemerintah,
maka te ntu saja Hek-houw-pang tidak mau,
bahkan hendak menangkap lima orang itu
sehingga te rjadi pertempuran. Jadi paduka ini
seorang pemberontak yang telah mengutus pembunuh-pembunuh itu untuk membasmi Hek-
houw-pang?" Pangeran itu menghela napas panjang. "Nanti
dulu, nyonya. Beginilah nasib orang yang kalah.
De ngarkan dulu keteranganku, baru nanti engkau
boleh menilai. Tidak kusangkal bahwa aku te lah
melakukan perlawanan terhadap pemerintah baru.
Akan te tapi coba pertimbangkan, siapakah sesungguhnya yang memberontak" Aku adalah
seorang pangeran dari Kerajaan Sui, saudara dari
mendiang Kaisar Yang Ti. Pemberontakan yang
dipimpin Li Si Bin dan ayahnya berhasil menjatuhkan Kerajaan Sui.
Sebagai seorang pangeran, aku berjuang melawan pemberontak
yang mendirikan krrajaan baru. Nah, siapakah
yang pemberontak" Justeru aku menentang
pemberontak! Dan kami kalah. Aku menjadi
pelarian bersama keluargaku. Kalau orang sudah
kalah, selalu menjadi bulan-bulanan
fitnah, dijadikan keranjang sampah untuk menampung
semua kekotoran dan kesalahan pihak lain.
Tidaklah mengherankan kalau lima orang penjahat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu mempergunakan namaku, agar
pasukan keamanan mencariku, bukan mereka. Engkau
melihat sendiri bagaimana sikapku ketika menolongmu. Aku membunuh anak buah penjahat. Bahkan keluargaku juga te rbasmi oleh
pasukan keamanan. Nyonya muda Lan Ci, apakah
engkau sekarang masih tega untuk menuduh aku
menjadi pembasmi keluarga Hek-houw-pang" Aku
sudah cukup menderita, maka kalau engkau
sekarang menuduhku jahat, maka penderitaanku
le ngkaplah, bahkan berlebihan, kalau engkau
menganggap a ku yang menyuruh bunuh suamimu,
nah, di depan makam suamimu ini, engkau boleh
membalas dendam, boleh membunuhku dan aku
tidak akan melawan. Aku hanya titip puteriku, Kui
Eng....... " Luluh semua kekerasan di hati Lan Ci mendengar keterangan itu. Semua keterangan itu
masuk akal. Pangeran ini bahkan seorang pahlawan yang gigih menentang pemberontak yang
menjatuhkan Kerajaan Sui. Kalau kini dia dicap
pemberontak, hal itu hanya karena
Kerajaan Sui telah jatuh. Dengan demikian
memang sukar mengatakan siapa yang memberontak kepada siapa! Apa lagi melihat wajah
yang gagah itu menjadi muram oleh kedukaan, Lan
Ci teringat akan nasibnya sendiri dan ia menunduk
lalu berkata lirih, "Maafkan saya, pangeran. Saya
percaya kepada paduka."
Wajah yang muram itu menjadi cerah kembali,
dan senyum kegembiraan te rsembul di wajah
Pangeran Cian Bu Ong. "Syukurlah, Lan Ci.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Syukurlah masih ada orang yang percaya kepadaku. Mari kita cepat pergi dari sini. Kalau
sampai ketahuan pasukan keamanan, te ntu kita
akan te rancam bahaya. Kita harus menyelamatkan
Kui Eng dan Thian Ki."
"Ke mana kita akan pergi, pangeran?"
"Di perbatasan utara, di sebuah lereng bukit ada
sebuah dusun besar orang-orong suku bangsa Hui.
Di sana aku mempunyai sebuah rumah. Dan di
sana kita akan aman dari jangkauan pengejaran
pasukan pemerintah Tang."
Mereka memanggil dua orang yang sedang
bermain-main itu dan berangkatlah mereka meninggalkan tanah kuburan, menuju ke utara.
Pangeran Cian Bu Ong menjadi penunjuk jalan dan
dia mengambil jalan melalui bukit dan le mbah,
melalui hutan-hutan yang sunyi. Dan di sepanjang
perjalanan Sim Lan Ci menjadi semakin kagum
dan te rtarik karena sikap pangeran itu sungguh
le mbut, halus dan sopan. Iapun diam-diam
menyerahkan nasibnya dan pute ranya ke tangan
pria yang berwibawa itu. o-ooo0dw0ooo-o "Lepaskan aku......atau bunuh saja aku. Biarkan
aku mati menyusul suamiku......!" Wanita itu
meronta-ronta dalam pondongan Lie Koan Tek
ketika pengaruh totokan membuatnya mampu
bergerak kembali. Mereka tiba di dalam sebuah
hutan. Lie Koan Tek melepaskan pondongannya dan
wanita itu menjatuhkan diri berlutut sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis. Wanita itu adalah Poa Liu Hwa, isteri
Kam Seng Hin ketua He k-houw-pang. Ketika lima
orang penjahat lihai menyerbu Hek-houw-pang, ia
membantu suaminya. Melihat suaminya roboh dan
te was, nyonya muda ini mengamuk dengan
pedangnya, nekat menyerang penjahat lihai. Akan
tetapi tiba-tiba ia te rkulai lemas, te rtotok dan
dibawa lari oleh seorang di antara lima penjahat
itu. Kini ia berada di tangan seorang penjahat lihai
dan melawanpun tidak ada gunanya. Teringat akan
kematian suaminya, te ringat pula akan nasib
pute ranya yang entah bagaimana, Poa Liu Hwa
hanya dapat menangis sedih.
"Tenanglah, nyonya, dan harap jangan salah
sangka. Aku sengaja melarikanmu dengan dua
maksud........" "Huh, penjahat keji macam engkau, maksudmu
te ntu keji dan jahat! Lebih baik bunuh saja aku!"
Liu Hwa berseru marah. "Diam dulu dan dengarkan keteranganku" Lie
Koan Tek membentak marah. Agaknya. Liu Hwa
dapat menangkap kekerasan dan ketegasan dalam
suara itu dan iapun menurunkan kedua tangan
yang tadi menutupi mukanya, memandang dengan
mata basah, akan tetapi dengan sinar kebencian
seolah hendak membakar. Melihat wanita itu
sudah agak te nang dan mau menghentikan
tangisnya, Lie Koan Tek menghela napas panjang.
"Tidak ada yang le bih menyakitkan hati dari
pada tuduhan orang bahwa aku keji, jahat dan
sudah menjadi seorang penjahat. Ketahuilah
bahwa aku bernama Lie Koan Tek, aku seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid Siauw-lim-pai yang belum pernah melakukan kejahatan."
Liu Hwa te rkejut, juga heran. Tentu saja ia
pernah mendengar nama Lie Koan Tek, murid
Siauw-lim-pai yang gagah-perkasa, yang merupakan sis a para tokoh Siauw-lim-pai yang
berhasil lolos ketika kuil Siauw-lim-si dibakar oleh
pasukan pemerintah Kerajaan Sui, beberapa tahun
yang lalu. Semua orang gagah di dunia persilatan
memuji dan kagum kepada Lie Koan Tek dan lima
orang saudaranya. "Tapi........tapi kenapa engkau ikut menyerbu
He k-houw-pang dan menawanku?"
"Dengar saja dulu baik-baik. Engkau mungkin
tidak tahu. Aku adalah seorang yang dimusuhi
Kerajaan Sui, dan karena aku selalu menentang
kesewenang-wenangan para pembesar Sui, akhirnya aku te rkepung dan te rtawan, lalu
dihukum penjara. Ketika kerajaan itu jatuh oleh
pasukan Li Si Bin yang memberontak, aku masih
di dalam penjara. Lalu aku dibebaskan oleh
Pangeran Cian Bu Ong yang sebaliknya sebagai
balasannya minta kepadaku untuk membantunya
melawan pemberontak Li Si Bin yang sudah
berhasil mendirikan Kerajaan Tang. Mula-mula
aku menyetujuinya karena aku sendiri biarpun
dimusuhi Kerajaan Sui juga menentang pemberontakan. Akan tetapi, ketika kami diperintah oleh Pangeran Cian Bu Ong menyerbu
He k-houw pang yang membantu
pemerintah pemberontak, aku melihat kegagahan orang-orang
He k-houw-pang dan melihat kekejian para Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rekanku. Timbullah kesadaranku bahwa orang-
orang yang membantu Pangeran Cian Bu Ong
adalah orang-orang

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jahat. Apalagi melihat suamimu ketua He k-houw-pang te rbunuh, dan
engkau te rancam, aku lalu turun tangan melarikanmu, dengan hanya satu niat saja, yaitu
menyelamatkanmu." "Aku tidak butuh kauselamatkan! Aku tidak
takut mati, bahkan aku ingin mati bersama
suamiku!" Liu Hwa berseru lalu iapun bangkit dan
lari meninggalkan Koan Tek.
"Haiii, nyonya, engkau hendak pergi ke mana?"
Koan Tek meloncat dan mengejar.
"Perduli apa denganmu?" Wanita itu membalik
dan menegur, penuh kemarahan. Walaupun ia
percaya akan keterangan Lie Koan Tek tadi, tetap
saja kebenciannya tidak hilang karena ia menganggap bahwa pria ini menjadi satu di antara
sebab tewasnya suaminya. "Aku......aku memang tidak ada sangkutan
denganmu, tapi.........amat berbahaya untuk melakukan perjalanan sendiri kembali ke dusunmu. Bagaimana kalau sampai engkau berte mu dengan anak buah Pangeran Cian Bu
Ong?" "Aku tidak takut. Aku akan melawan sampai
napas terakhir!" nyonya muda itu menjawab tegas.
Koan Tek kagum. Wanita ini memang gagah,
pikirnya, walaupun ilmu silatnya tidak begitu
tangguh. "Engkau sudah nekat, nyonya. Engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan lawan mereka. Sebaiknya engkau menanti
satu dua hari sebelum kembali ke dusunmu."
"Tidak! Aku harus pergi sekarang juga. Aku
harus mencari anakku!"
"Anakmu" Ahh, jadi ada anakmu te rtinggal di
dusun?" Kini hati Lie Koan Tek merasa khawatir
bukan main. Kas ihan wanita ini. Suaminya te was
dan ia masih meninggalkan anak di dusun yang
dihancurkan anak buah Pangeran Cian Bu Ong
itu. Kini Liu Hwa mengangguk dan hampir ia
menangis lagi ketika te ringat akan pute ranya.
"Anak tunggalku, Kam Cin yang baru berusia lima
tahun, entah bagaimana nasibnya. Aku harus
mencarunya sekarang juga," katanya dan iapun
lari lagi. Sejenak Lie Koan Tek termangu. Hatinya
makin iba terhadap wanita itu dan setelah menarik
napas panjang dia pun lari membayangi. Pendekar
perkasa ini merasa heran sekali kepada dirinya
sendiri. Entah mengapa. Baru sekarang ini dia
merasa tertarik dan kasihan sekali kepada seorang
wanita.! Seorang janda yang mempunyai anak lagi!
Sungguh aneh. Akan te tapi dia hanya mengikuti
perasaan hatinya dan membayangi karena dia tahu
bahwa wanita itu melakukan perjalanan yang
penuh bahaya. Apa yang dikhawatirkan pendekar Siauw-lim-pai
itu memang tidak berlebihan. Ketika para penjahat
di sekitar dusun Ta-bun-cung mendengar bahwa
He k-houw-pang te rbasmi, ketuanya tewas, bahkan
kakek Coa juga tewas dan semua anggota Hek-
houw-pang meninggalkan dusun karena Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkumpulan orang gagah itu dibubarkan, mereka
bagaikan gerombolan tikus yang ditinggalkan
kucing-kucing penjaga! Mereka seperti berpesta-
pora dan menjadi berani. Matahari telah naik tinggi ketika Liu Hwa tiba di
bukit te rdekat dengan dusun Ta-bun-cung. Ia tahu
bahwa di balik bukit itulah terletak dusunnya.
Biarpun tubuhnya sudah le lah sekali, namun ia
memaksa diri untuk berjalan terus. Kekhawatiran
akan puteranya membuatnya dapat bertahan.
Akan te tapi, ketika ia tiba di lereng bukit itu, di
jalan tikungan yang tertutup te bing bukit, tiba-tiba
ia di kejutkan oleh munculnya banyak orang yang
segera mengepungnya. Tidak kurang lari duapuluh
orang laki-laki yang sikapnya kasar, mengepung
dan memandang kepadanya dengan mata seperti
binatang buas yang kelaparan, mulut mereka
menyeringai kurang ajar. Mereka semua memegang senjata golok, pedang
atau ruyung dan sikap mereka buas.
"Aha, bukankah ini nyonya ketua Hek-houw-
pang yang terhormat?"
"Dan cantik manis" Lihat kedua pipinya segar
kemerahan!" "Ha-ha-ha, nyonya muda yang segar dan mole k!
Di mana suamimu?" "Hei, nyonya ketua. Dimana sekarang Hek-houw-
pang?" Melihat orang-orang itu mulai mendekat dan
tangan mereka mulai jahil dan kurang ajar, ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hendak mengelus dagunya, ada yang hendak
menyentuh tubuhnya, Liu Hwa menangkis sambil
berkata keras membentak, "Heii! Kalian mau apa"
Minggir atau terpaksa akan kubunuh kalian
semua!" Ternyata suara nyonya muda ini masih cukup
berwibawa sehingga beberapa orang yang kurang
kuat nyalinya, melangkah mundur sambil menyeringai. "Biar kuhadapi si manis ini!" tiba-tiba terdengar
suara parau dan seorang yang bertubuh tinggi
besar melangkah maju menghadapi Liu Hwa. Dia
seorang laki-laki yang usianya kurang le bih empat
puluh tahun, tubuhnya tinggi besar, suaranya
parau dan ketika Liu Hwa mengangkat muka
memandang, diam-diam nyonya ini merasa ngeri.
Wajah laki-laki ini memang menyeramkan. Rambutnya awut-awutan, agaknya tidak pernah
dicuci apalagi disisir, sehingga nampak kotor dan
jorok sekali. Mukanya kasar, dengan bintik-bintik
hitam dan nampak keras seperti kulit buaya,
hidungnya besar dan mulutnya lebar. Yang lebih
menyeramkan adalah matanya. Mata itu tinggal
sebelah kanan saja karena yang kiri te rpejam dan
agaknya tidak ada biji matanya lagi. Liu Hwa
te ringat sekarang. Biarpun belum pernah melihat
orangnya, namun pernah suaminya dan para
anggota He k-houw-pang bercerita tentang seorang
perampok ganas yang berjuluk It-gan Tiat-gu
(Kerbau Besi Mata Satu). Perampok ini pernah
meraja-lela di luar daerah Ta-bun-cung, akan
tetapi setelah Hek-houw-pang membuat gerakan
pembersihan, dia tidak berani muncul. Agaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang dia mengumpulkan penjahat-penjahat
lain untuk dipimpin menjadi gerombolan perampok. "Ha-ha-ha, manis. Ketua He k-houw-pang sudah
mampus, dan He k-houw-pang sendiri sudah
bubar. Daripada menjadi seorang janda kembang
yang te rlantar lebih baik engkau menjadi isteriku,
he heh-heh!" Berkata demikian, dia menjuIurkan
le ngan kanannya yang panjang dan besar, dan
tangannya hendak merangkul leher Liu Hwa. Akan
tetapi nyonya ini mengelak dan menepiskan tangan
tangan mata satu itu dengan pengerahan tenaga.
"Plakk!" Tangan penjahat itu terpental. "Aku
tidak sudi! Lebih baik aku mati dari pada menjadi
isterimu!" "Mati" Ha-ha, sayang kalau orang semanis
engkau mati. Engkau sudi atau tidak, mau atau
tidak, harus menjadi isteri It-gan Tiat-gu, he h-heh-
heh!" Dan tiba-tiba si mata satu itu menubruk
bagaikan seekor beruang menubruk kambing. Poa
Liu Hwa mengelak dengan loncatan ke kiri, lalu
kaki kanannya mencuat dalam sebuah te ndangan
ke arah perut raksasa mata satu itu. Akan tetapi,
Tiat-gu atau Si Kerbau Besi itu te rnyata cukup
lihai. Tangannya bergerak menangkis te ndangan
itu dan tangan kanan kembali mencengkeram ke
arah pundak Liu Hwa. Liu Hwa te rpaksa meloncat
lagi ke belakang dan diam-diam terkejut karena
kakinya yang te rtangkis terasa nyeri, tanda bahwa
raksasa mata satu itu memiliki tenaga seperti
seekor kerbau! Ketika ia meloncat ke belakang dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang anggota gerombolan menyergapnya. Liu Hwa
membalik dan kaki tangannya bergerak, menendang dan menampar. Dua orang anggota
gerombolan itu jatuh tersungkur. Akan te tapi lebih
banyak orang lagi mengeroyoknya, semua dengan
tangan kosong karena mereka ingin membantu
pemimpin mereka menangkap calon korban ini,
bukan hendak melukai atau membunuhnya.
"Tikus-tikus busuk!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan bagaikan seekor garuda
menyambar dari angkasa, Lie Koan Tek sudah
te rjun ke dalam perkelahian itu dan dia mengamuk. Sekali dia menerjang, dua orang
perampok te rpelanting keras. Melihat ini, para
perampok segera menggunakan senjata mereka
untuk mengepung dan mengeroyok. Pendekar
Siauw-lim-pai itupun melolos rantai bajanya yang
dipakai sebagai ikat pinggang, dan diapun memutar rantai baja itu, mengamuk di antara
pengeroyokan banyak orang.
Melihat munculnya seorang pria yang gagah
perkasa, It-gan Tiat-gu segera menubruk Liu Hwa
dari belakang dan karena pada saat itu Liu Hwa
sedang menghadapi pengeroyokan dua orang maka
ia tidak mampu mengelak. Kedua lengan Kerbau
Besi telah merangkulnya dan karena tenaga kepala
perampok itu memang besar, Liu Hwa sama sekali
tidak mampu berkutik. It-gan Tiat-gu sudah
menotoknya dan memanggul tubuh Liu Hwa yang
menjadi lemas, dan kepala perampok ini menyelinap pergi, menggunakan kesempatan selagi
Lie Koan Tek sibuk menghadapi pengeroyok yang
banyak jumlahnya.

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena sibuk menghadapi pengeroyokan kurang
le bih duapuluh orang yang semuanya bersenjata
tajam, Lie Koan Tek sendiri tentu s aja tidak sempat
untuk memperhatikan Liu Hwa. Dia mengamuk
dan memutar rantai bajanya, merobohkan bayak
pengeroyok sehingga para perampok menjadi
gentar. Sisanya yang belum roboh lalu melarikan
diri cerai-berai ke segala jurusan. Baru setelah
para perampo k pergi, Lie Koan Tek mendapat
kenyataan bahwa Liu Hwa tidak berada di situ!
Dia menjadi bingung. He ndak mengejar ke
mana" Para perampok itu lari ke empat penjuru!
Apakah Liu Hwa telah berhasil melarikan diri
ketika dia datang menyerbu para penjahat itu"
Mengingat akan kemungkinan ini, dia lalu cepat
mendaki bukit dan pergi ke dusun Ta-bun-cung.
Sebagai seorang di antara para penyerbu dusun
itu malam tadi, tentu saja dia tidak berani
memasuki dusun secara terang-terangan. Dia
menanti sampai hari menjadi gelap, baru dia
melakukan penyelidikan. Diam-diam dia merasa
menyesal juga mendapat keterangan bahwa puluhan orang anggota Hek-houw-pang telah te was
dalam perte mpuran ketika anak buah Pangeran
Cian Bu Ong datang menyerbu. Biarpun dia tidak
bersungguh-sungguh membantu pangeran itu, dia
tetap merasa ikut berdosa. Dia tidak menyelidiki
te rlalu banyak mengenai He k-houw-pang. Yang
dicarinya hanya Liu Hwa. Kalau nyonya muda itu
sudah kembali ke dusun, hatinya akan merasa lega
dan diapun akan pergi tanpa mene muinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan te tapi, betapa bingung hatinya ketika dia
mendapat kenyataan bahwa Poa Liu Hwa tidak
pernah pulang! Nyonya muda itu telah lenyap.!
Masih baik kalau le nyapnya itu karena ia telah
pergi dan tidak ingin kembali ke dusun, akan
tetapi bagaimana kalau sampai ia tertawan
penjahat" Lie Koan Tek cepat meninggalkan dusun itu dan
kembali memasuki hutan di lereng bukit, di mana
siang tadi dia membantu Liu Hwa yang dikepung
penjahat. Akan tetapi hutan itu s unyi saja. Dia tidak tidur
semalam suntuk melainkan menjelajahi bukit itu,
namun tidak menemukan jejak, bahkan tidak
berte mu dengan seorangpun manusia.
Agaknya anggota gerombolan perampok yang dia
robohkan dalam keadaan terluka atau tewas sudah
diangkut pergi kawan-kawan mereka. Terpaksa
pada keesokan harinya, dia menuruni bukit dan
menuju ke dusun yang nampak paling dekat di
kaki bukit. Dia menjelajahi dusun-dusun dan
akhirnya, pada hari ke tiga ketika dia memasuki
sebuah dusun, dia melihat lima orang se dang ribut
dengan pemilik rumah yang cukup besar di dusun
itu. Ia melihat lima orang itu memukuli tuan
rumah, dan yang lain sedang mengangkut barang-
barang berharga dari rumah itu. Seorang di antara
mereka yang menjadi pemimpin mempunyai luka
Pendekar Super Sakti 8 Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long Hina Kelana 11
^