Pencarian

Naga Beracun 3

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


melintang di mukanya dan te ringatlah Lie Koan
Tek bahwa orang itu pernah dilihatnya di antara
para pengeroyoknya ketika ia menolong Liu Hwa
malam itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat ia lari menghampiri dan tanpa banyak
cakap lagi dia menerjang si codet yang sedang
memukuli tuan rumah. "Plakk!" Dipukul pundaknya, si codet te rpelanting. Tentu saja dia marah sekali dan
mencabut golok, lalu meloncat bangun dan hendak
menyerang pemukulnya. Akan te tapi, begitu dia
mengenal Koan Tek, mukanya yang codet menjadi
pucat. Dia mengenal pendekar ini yang membuat
dia dan belasan orang kawannya lari tunggang-
langgang tiga hari yang lalu.
Akan tetapi, dia tidak mungkin dapat lari lagi,
maka te rpaksa dia memberanikan diri dan
menyerang dengan bacokan goloknya ke arah
kepala Koan Tek. Pendekar ini menggeser kaki sehingga tubuhnya
miring dan ketika golok lawan meluncur le wat di
samping tubuhnya, dia cepat menggerakkan tangan memukul pundak kanan lawan.
"Krekkkl" Tulang pundak itu hancur. Golok
te rlepas dan si codet yang berteriak kesakitan
hendak melarikan diri. Akan te tapi sebuah
te ndangan membuat sambungan lutut kanannya
te rlepas dan diapun roboh tak mampu bangkit lagi,
hanya duduk dan mengaduh-a duh dengan muka
pucat ketakutan. Lie Koan Tek tidak berhenti sampai disitu saja.
Dia berkelebat ke sana-sini dan terdengar teriakan-
te riakan ketika empat orang penjahat yang lain
roboh terpukul olehnya. Ada yang remuk tulang
le ngan atau kakinya, ada yang benjol-benjol
kepalanya atau matang biru mukanya. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka semua tidak mampu melarikan diri lagi
dan hanya mengaduh-aduh, ada pula yang
pingsan. Lie Koan Tek tidak memperdulikan
penduduk yang datang berlarian ke te mpat itu,
juga tidak memperdulikan anggota perampok yang
lain. Dia menyeret tubuh si codet dan membawanya lari keluar dari dusun. Si codet
merintih-rintih ketakutan dan minta-minta ampun,
Namun Koan Tek tidak perduli dan te rus
menyeretnya keluar dusun sampai tiba di te mpat
sepi, baru dia melepaskan cengkeramannya sehingga tubuh si codet terhempas ke atas tanah.
"Ampun......ampunkan hamba......,tai-hiap......."
kata si codet sambil berlutut menyembah- nyembah. "Mudah saja mengampuni dan membunuhmu,
akan te tapi cepat katakan di mana adanya nyonya
yang kalian rampok tiga hari yang lalu itu. Katakan
dengan sejujurnya kalau engkau tak ingin kusiksa
sampai mati!" "Ampun, tai-hiap. Bukan saya yang mengganggunya, akan te tapi nyonya itu dibawa
pergi oleh toako........, ampunkan saya......."
"Siapa itu toako?" "It-gan Tiat-gu....... "
"Di mana dia sekarang" Nyonya itu dibawa ke
mana" Hayo katakan sejujurnya."
"Mungkin ke sarangnya yang baru......Saya.....saya hanya menjadi pembantunya
sementara saja, dan malam itu... dia pergi
melarikan nyonya itu......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, cepat antarkan aku ke sarangnya!"
"Jauh sekali, tai-hiap, perjalanan sehari penuh....."
"Cerewet! Kau ingin mampus!" Koan Tek menendang dan tubuh orang itu te rle mpar sampai
beberapa meter jauhnya. Dia mengerang dan merangkak bangun.
"Ampun, saya..... saya mau mengantarkan tai-
hiap, tapi........... saya takut, tentu dia akan marah
kepada saya dan membunuh saya."
"Huh, ada aku di sini, tidak perlu takut. Kalau
engkau mengantar aku sampai berhasil menemukan nyonya itu, aku akan mencegah dia
membunuhmu. Sebaliknya, kalau engkau tidak
memenuhi permintaanku, engkau akan kusiksa
sampai mati. Hayo cepat!"
Si codet itu takut sekali dan diapun cepat
bangkit lalu menjadi penunjuk jalan. Lie Koan Tek
berjalan di belakangnya dan mendorong-dorongnya
sehingga si codet, walaupun menderita nyeri di
pundaknya, terpaksa berlari-lari.
Untung bahwa karena gelisah memikirkan
keselamatan Poa Liu Hwa, Koan Tek memaksa si
codet berlari-lari sehingga dia tidak datang
te rlambat. Karena kepala perampok yang berjuluk
It-Gan Tiat-gu (Kerbau Besi Mata Satu) itu, setelah
berhasil melarikan Liu Hwa dan meninggalkan
Koan Tek dikeroyok anak buahnya, melakukan
perjalanan yang santai menuju ke sarangnya,
puncak sebuah bukit yang sunyi. Dia telah
menotok wanita tawanannya itu hingga Liu Hwa
tidak mampu meronta, tidak mampu pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berte riak. Dengan hati bangga dan girang, si mata
satu itu memondong tubuh Liu Hwa, dibawa ke
sarangnya dengan jalan kaki biasa saja tidak
berlari-lari. Dia bangga karena telah berhasil
menawan isteri ketua Hek-houw-pang dan akan
memaksa wanita itu menjadi isterinya.
Masih ada belasan orang anak buahnya di
sarang itu. Mereka menyambut kedatangan It-gan
Tiat-gu dengan gembira apa lagi ketika melihat
bahwa wanita yang ditawan pemimpin mereka
adalah isteri ketua Hek-houw-pang!
"Siapkan pesta. Malam ini aku akan menikah
dengan isteri ketua He k-houw-pang. Ha ha-ha!" It-
gan Tiat-gu berkata lantang kepada anak buahnya
dengan bangga, dan anak buahn ya yang belasan
orang itupun tertawa gembira.
Karena It-gan Tiat-gu hanya berjalan, sedangkan
si codet yang didorong oleh Koan Tek itu berlari-
lari, maka tidak jauh selisih waktu antara
kedatangan It-gan Tiat-gu dan mereka berdua di
puncak bukit itu. Mereka tiba di puncak itu pada
sore hari dan segera belas an orang anak buah
Kerbau Besi Mata Satu yang tentu saja mengenal si
codet sebagai rekan mereka. Melihat si codet
datang sambil meringis kesakitan dan memegangi
pundaknya, mereka segera merubungnya dan
bertanya-tanya. Si codet maklum bahwa sedikit
saja ia mengkhianati pendekar yang menawannya,
pendekar itu tentu akan membunuhnya. Maka
ketika kawan-kawannya membanjirinya dengan
pertanyaan, dia menggerakkan tangan dengan
tidak sabar "Sudahlah, jangan banyak bertanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu. Aku ingin menghadap toako, di mana dia"
Aku akan melaporkan sesuatu yang amat penting."
"Aihhh, toako sedang bersenang-senang dengan
calon isterinya, jangan diganggu,!" kata seorang di
antara mereka sambil menunjuk ke arah sebuah
pondok tak jauh dari situ.
"Malam nanti kita pesta untuk pernikahan
toako, ha-ha-ha!" kata yang lain. Mendengar ini,
tanpa menanti lagi Lie Koan Tek meloncat ke depan
pondok dan sekali tendang, daun pintu pondok itu
roboh dan diapun menyerbu ke dalam.
Apa yang dilihatnya di dalam kamar pondok itu
membuat wajah Koan Tek jadi merah saking
marahnya. Dia melihat Liu Hwa rebah telentang
dalam kedaan te rtotok dan pakaiannya tidak
karuan, karena It-gan Tiat-gu sedang te rkekeh-
kekeh sambil mulai membukai pakaian wanita itu.
"Ehh?" It-gan Tiat-gu terkejut bukan main ketika
tiba-tiba pintu pondok jebol. Dia meloncat sambil
menyambar senjatanya, sebatang golok yang tadi
ditaruh di atas meja. Dia terkejut ketika mengenal
pria yang tadi mengamuk dan dikeroyok oleh anak
buahnya. "Jahanam busuk!" Koan Tek membentak dan
biarpun lawan memegang golok dia tidak takut dan
bahkan Koan Tek yang menyerang dengan
dahsyatnya. Mata Satu menyambutnya dengan
bacokan golok ke arah kepalanya. Koan Tek
miringkan tubuh menghindar, dan tangannya terus
melanjutkan serangannya dengan pukulan tangan
te rbuka ke arah dada It-gan Tiat-gu. Kepala
perampok itu mengelak dengan loncatan ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samping dan goloknya berkelebat, kini membabat
ke arah pinggang tokoh Siauw-lim-pai itu. Koan
Tek yang sudah marah bukan main melihat
penjahat ini tadi nyaris memperkosa wanita yang
selalu berada dalam ingatannya itu, menyambut
serangan golok dengan te ndangan kaki dari
samping. "Trangggg....!" Golok terlepas dan membentur
dinding. It-gan Tiat-gu terkejut bukan main dan
merasa jerih, hendak melarikan diri. Akan tetapi
Koan Tek mendahuluinya dengan tendangan yang
mengenai belakang lututnya, kepala perampok
itupun terpelanting. Sebelum dia sempat bangun, kaki Koan Tek
menyusulkan tendangan yang diarahkan ke te ngkuknya. "Krekkkk!" Patahlah tulang leher It-gan Tiat-gu
dan diapun te was seketika. Pada saat itu, anak
buah perampok sudah menyerbu dari luar pondok.
Koan Tek cepat meloncat ke dekat pembaringan
dan sekali tangannya bergerak, bebaslah totokan
pada diri Liu Hwa. Sebelum wanita ini sempat
berkata sesuatu, Koan Tek sudah meloncat keluar
lagi dan mengamuklah dia dikeroyok belasan orang
anak buah perampok itu. Dia melihat bahwa si
codet yang tadi dipaksanya mengantar telah tewas,
te ntu dibunuh oleh rekan-rekannya sendiri setelah
dia lari menjebol daun pintu tadi.
Lie Koan Tek mengamuk dan biarpun ia
bertangan kosong, belas an orang anak buah
perampok itu bukan tandingannya. Mereka kocar-
kacir dan le bih-lebih ketika Liu Hwa muncul dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pondok memegang sebatang golok milik It-
gan Tiat-gu. Kini pakaian Liu Hwa telah rapi
kembali dan dengan golok di tangan, wanita ini
mengamuk membantu Koan Tek. Tentu saja para
perampok menjadi gentar dan merekapun lari
cerai-berai meninggalkan yang terluka.
Mereka saling pandang, berhadapan dalam jarak
tiga meter. Lalu tiba-tiba Liu Hwa melepaskan
goloknya, lari menghampiri Koan Tek dan

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjatuhkan diri sambil menangis. Koan Tek cepat
menyambutnya, memegang kedua pundaknya dan
menariknya berdiri, melarangnya berlutut. Liu Hwa
kini menangis di atas dada pendekar Siauw-lim-pai
itu. Hampir saja kepala perampok mata satu itu
memperkosanya. Ia sudah tidak berdaya sama
sekali. Dalam saat te rakhir, muncul pula pendekar
Siauw-lim-pai ini menyelamatkannya. Ia begitu
bersyukur, te rharu dan juga bersedih karena ia
te ringat lagi akan keadaannya yang kehilangan
seluruh keluarganya, maka ia lupa diri dan
menangis di atas dada yang bidang itu. Koan Tek
juga seperti lupa, dengan sendirinya mendekap dan
mengelus rambutnya dengan perasaan penuh
kasih sayang! Setelah menumpahkan perasaan haru dan
dukanya, Liu Hwa sadar akan dirinya dan iapun
melepaskan diri, melangkah
dua tindak ke belakang dan mukanya berubah merah sekali.
"Ahhh.......apa yang kulakukan......aih, tai-hiap,
maafkan aku........aku te lah membuat bajumu
basah....." katanya memandang kepada baju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar itu yang basah di bagian dada oleh air
matanya. Koan Tek te rsenyum. "Tidak apa, engkau
memang perlu dapat menangis sepuas hatimu,
nyonya. Nah, marilah kita melanjutkan perjalanan.
Kuantar engkau sampai ke dusunmu."
Liu Hwa mengangguk dan merekapun kini
meninggalkan bukit itu, menuju dusun Ta-bun-
cung. Malam telah tiba ketika mereka tiba di luar
dusun, dan di luar pintu gerbang yang nampak
sunyi, Koan Tek berhenti. "Nyonya, pergilah
engkau ke dalam. Aku le bih baik menanti saja di
sini. Mereka tentu mengenaliku sebagai seorang di
antara para penyerbu, dan mereka akan menyerangku." "Tidak, tai-hiap. Mari masuk saja, biar aku yang
akan memberi penjelasan kepada mereka nanti, "
kata Liu Hwa, akan tetapi Koan Tek merasa tidak
enak. Memang kalau dia ingat akan peristiwa yang
te rjadi di dusun itu, betapa dia membantu para
penjahat untuk membasmi Hek-houw-pang, dia
merasa menyesal bukan main dan merasa malu
kepada dirinya sendiri. "Aku menanti saja di sini. Kalau engkau perlu
berte mu dengan aku besok, aku akan berada di
sini." Terpaksa Liu Hwa meninggalkan pendekar
Siauw-lim-pai itu dan memasuki dusun Ta-bun-
cung yang nampak sunyi. Akan te tapi begitu ada
orang melihatnya, orang itu segera berseru akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
munculnya nyonya ketua He k-houw-pang dan
semua orangpun berlarian keluar menyambut. Dan
hujan tangispun te rjadi. Liu Hwa menangis lagi
mendengar betapa banyaknya korban
jatuh. Bahkan Coa Siang Lee yang menjadi tamu, juga
yang menjadi ahliwaris keluarga Coa yang selalu
menjadi ketua perkumpulan itu, ikut tewas.
De mikian pula Coa Song, kakek yang dihormatinya
itu. Malam hari itu juga, Liu Hwa membawa
perle ngkapan sembahyang dan ia bersembahyang
di depan makam suaminya. Ia tdak mau dite mani
orang lain, bahkan ia menyuruh semua orang yang
mengantarnya untuk meninggalkannya agar ia
dapat meratapi nasibnya di depan kuburan
suaminya. Ia hanya mempunyai satu saja hiburan,
yaitu bahwa pute ranya, Cin Cin, selamat dan kini
menurut pesan terakhir kakek Coa Song, Cin Cin
diantar oleh Lai Kun, sute suaminya, untuk
menjadi murid pendekar sakti Si Han Beng yang
berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning). la bersembahyang bukan saja di depan makam
suaminya, juga ia bersembahyang di depan makam
kakek Coa Song dan di depan makam Coa Siang
Lee, bahkan ia menyembahyangi makam para
murid atau anggota Hek-houw-pang yang te was
dalam serbuan itu. Ketika ia menghampiri makam
yang paling ujung sambil membawa hioswa (dupa
biting) dan sekeranjang kembang, ia melihat
sesosok tubuh kecil melingkar di depan makam itu.
Ternyata ada seorang anak laki-laki yang usianya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paling banyak enam tahun rebah miring dan
melingkar di atas tanah, agaknya tertidur!
Liu Hwa memandang ke arah makam itu. Sinar
bulan cukup te rang dan tulisan huruf-huruf di
atas kayu yang sementara dipasang sebagai nisan
itu cukup besar. Ia membaca nama korban itu. Ah,
kiranya itu makam The Ci Kok, seorang anggota
He k-houw-pang tingkat atas . The Ci Kok bahkan
menjadi suheng dari suaminya yang memiliki
kepandaian seimbang dengan suaminya. Kalau
Kam Seng Hin yang dipilih menjadi ketua adalah
karena The Ci Kok ini orangnya pendiam dan agak
bodoh. Kiranya dia juga tewas!
Kini Liu Hwa dapat menduga siapa anak kecil itu
dan hatinya seperti ditusuk. Anak itu te ntu The
Siong Ki pute ra suheng suaminya itu. Iapun tahu
bahwa ibu anak itu te lah tiada sejak anak itu
masih kecil sekali. Berarti bahwa anak itu kini
menjadi seorang anak yatim piatu.
"Siong Ki......Siong Ki.......! Bangunlah, jangan
tidur di sini, nak!" katanya lembut sambil
mengguncang pundak ana k itu. Akan te tapi, anak
itu tidak terbangun. Betapa kuatpun dia mengguncang, te tap saja anak itu tidak te rjaga. la
mulai curiga, lalu memeriksanya. Anak itu seperti
dalam keadaan tidur, akan te tapi kini ia tahu
bahwa anak itu sebenarnya jatuh pingsan!
Makin te rtusuk rasa hati Liu Hwa. Diletakkannya bunga dan dupa di atas makam dan
ia lalu mengangkat dan memangku anak itu,
mengurut te ngkuk dan dadanya. Akhirnya, anak
itu menggeliat lalu menggumam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah......ayah.....jangan tinggalkan Siong Ki
sendirian, ayah......! Jahanam, aku akan membunuh kalian semua.!" Anak itu meronta
bangkit dan dengan kedua tangan te rkepal dia
menyerang Liu Hwa! De ngan hati te rharu sekali Liu Hwa menangkap
pukulan-pukulan itu dengan lembut sambil berkata, "Siong Ki, lihatlah siapa aku ini......"
"Tidak perduli engkau siapa, setan atau iblis.
Aku tidak takut! Biar kau membunuhku, a ku tidak
takut. Aku ingin mati dan bersama ayah dan
ibuku!" Dan dia menyerang terus.
Setelah Liu Hwa menangkap kedua lengannya
dan merangkulnya, baru anak itu mengamati Liu
Hwa dan diapun merangkul dan menangis,
"Bibi.......ah. bibi.......! Aku.......aku ingin mati saja,
bibi..!" Biarpun hatinya sendiri seperti diremas-remas,
penuh kedukaan dan keharuan yang membuat ia
ingin menjerit-jerit dan menangis seperti anak
kecil, akan tetapi Liu Hwa menahan perasaannya,
menggigit gigi sendiri dan merapatkan bibir dengan
kuat-kuat sambil merangkul anak itu. Kemudian ia
bicara. -ooo0dw0ooo- Jilid 5 "Siong Ki, jangan bicara seperti itu!"
De ngan muka basah air mata dan mata merah,
anak itu mengangkat mukanya, memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada wanita itu. "Bibi, apa yang harus
kulakukan kalau aku dibiarkan hidup" Aku
seorang diri, tiada ayah ibu, tiada keluarga. Melihat
ayah te was, juga para paman......ah, apa gunanya
lagi aku hidup" Tiada lagi yang melindungi aku,
bibi....." "Hushh.....! Omongan apa itu" Disini masih ada
aku, Siong Ki. Aku yang akan melindungimu, dan
engkau boleh ikut denganku selamanya karena
mulai saat ini, engkau menjadi muridku."
Siong Ki membelalakkan matanya seperti orang
yang tidak percaya. "Benarkah ini..... " Benarkah,
bibi" Atau hanya hiburan kosong belaka?"
"Tentu saja benar, Siong Ki. Apakah kau tidak
percaya kepadaku dan menyangka aku membohongimu?" Anak itu nampak gembira sekali. "Kalau begitu,
berjanjilah di depan makam ayah, bibi. Biar ayah
menjadi saksi, biar ada semangat lagi bagiku
untuk hidup!" Lalu anak itu berlutut di depan Liu
Hwa dan kini suaranya terdengar lantang dan
penuh semangat. "Ayah saksikanlah, ayah. Mulai
saat ini anakmu, The Siong Ki, mempunyai
pelindung baru, yaitu bibi Poa Liu Hwa yang
menjadi guruku. Subo, te rimalah hormat tcecu
(murid)!" Dan diapun memberi hormat delapan kali
kepada wanita itu. "Siong Ki, muridku yang baik, bangkitlah."
"Teecu tidak akan bangkit sebelum subo (ibu
guru) berjanji di depan makam ayah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Hwa menatap makam itu dan diam-diam ia
bergidik. Ia sendiri kehilangan segala-galanya,
bahkan puteranya Cin Cin, yang selamat, kini telah
dibawa pergi ke te mpat jauh. Ia sendiri sebatangkara, dan kini ia telah mengambil Siong Ki
sebagai murid, siap melindunginya dan menjadi
pengganti orang tuanya. Suatu tu gas yang amat
berat. Sedangkan untuk melindungi diri sendiri
saja ia sudah jelas tidak kuat. Buktinya, hampir
saja ia celaka dan mungkin sekarang sudah te was
te rbunuh atau membunuh diri kalau saja ia tidak
dibebaskan dari tangan lt-gan Tiat-gu oleh
pendekar Siauw-lim pai itu! Akan tetapi, ia tidak
dapat undur kembali, sudah berjanji, dan kalau
ada anak ini di sampingnya, setidaknya ia akan
te rhibur. Maka iapun lalu mengangkat kedua
tangan di depan dada sambil membungkuk ke arah
makam The Ci Kok dan berkata dengan lirih.
"Suheng The Ci Kok. Aku berjanji bahwa mulai
saat ini pute ramu The Siong Ki telah menjadi
muridku. Semoga arwahmu ikut pula melindungi
kami berdua." Setelah mendengar janji gurunya itu, Siong Ki
bangkit dan kini wajahnya menjadi cerah. Liu Hwa
juga memandang kepadanya. Anak ini nampaknya
cerdik dan seingatnya, Siong Ki bukan seorang
anak yang bandel, tidak nakal dan pandai
membawa diri. "Siong Ki, setelah engkau selesai bersembahyang
di sini, susullah aku di makam suamiku."
"Aku sudah selesai, subo. Aku selalu berada di
sini sejak ayah dimakamkan dan baru satu kali


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku pulang ke rumah," katanya sambil mengambil
sebuah buntalan yang tadi dia gantungkan di
cabang sebatang pohon. "Engkau sudah siap dengan buntalan pakaianmu" Apakah engkau tidak ingin pulang ke
rumah mendiang ayahmu?"
Siong Ki menjawab dengan wajah sedih.
"Tadinya aku sudah ingin pergi saja, subo. Untuk
apa kembali ke dusun Ta-bun-cung dimana kita
hanya akan diingatkan selalu akan peristiwa
menyedihkan itu" Akan te tapi kalau subo ingin
kembali.......... " Liu Hwa melangkah ke arah makam suaminya,
lalu duduk di depan makam, te rmenung. Siong Ki
mengikutinya dan anak itupun duduk di depan
subonya. Setelah berulang kali menghela napas
panjang, Liu Hwa juga berkata dengan sura sendu.
"Akupun tidak mungkin dapat bertahan tinggal
di dusun dimana aku te lah kehilangan segala-
galanya. Apalagi, sebelum meninggal, kakek Coa
Song telah membagi-bagikan seluruh isi rumah
kepada para murid. Aku tidak dapat tinggal di
rumah kosong itu, yang setiap saat
akan mengingatkan aku kepada suamiku dan anakku."
"Lalu, ke mana kita akan pergi, subo?"
Wanita itu menundukkan mukanya dengan
sedih. "Aku tidak tahu, Siong Ki, ....aku tidak
tahu...... " Siong Ki bicara lagi, kini suaranya terdengar
gembira. "Subo, aku mendengar bahwa adik Cin
Cin telah diajak pergi oleh susiok Lai Kun ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah pendekar sakti Huang-ho Sin-liong Si Han
Beng. Bagaimana kalau kita menyusul kesana?"
Wajah wanita itu agak cerah mendengar ucapan
itu. Sudah diduganya, anak ini cerdik dan penuh
semangat, dan senang akan keputusannya mengambil anak ini menjadi murid.
"Benar, Siong Ki. Agaknya memang sebaiknya
kalau kita menyusul adikmu Cin Cin lebih dulu.
Setelah itu......setelah bertemu dengan Cin Cin,
baru kita mencari tempat tinggal baru. Akan tetapi,
ah, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Bahkan
senjatapun tidak punya lagi....."
"Subo, jangan khawatir?" kata Siong Ki dan anak
ini segera menurunkan buntalan pakaiannya yang
besar, lalu membukanya. Pertama-tama dia mengeluarkan sebatang pedang dengan sarungnya.
"I ni pedang milik ayah, subo. Kuambil dari tangan
je nazah ayah, lalu sarung pedangnya kucari. Nah,
te rimalah pedang ini subo, agar subo dapat
melindungi diri kita berdua dalam perjalanan."
De ngan girang Liu Hwa menerima pedang itu
dan memeriksanya. Ternyata sebatang pedang
yang cukup baik, te rbuat dari baja yang baik. Ia
merasa kuat ketika memegang pedang ini.
"Dan ini, subo. Ini peninggalan ayah, kukumpulkan semua dan kubawa serta. Subo
boleh menggunakannya semua untuk biaya apa
saja, biaya perjalanan kita, biaya mencari te mpat
tinggal baru......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Hwa te rbelalak. Anak itu membuka sebuah
buntalan kecil yang isinya potongan emas dan
perak, cukup banyak! "Siong Ki," ia berkata dengan terharu. "Ternyata
bukan aku yang menolongmu, melainkan engkau
yang menolongku." "Sama sekali tidak, subo. Aku sendiri tidak tahu
harus berbuat apa degan pedang dan emas perak
itu. Kuserahkan kepada subo agar subo dapat
melindungi kita berdua."
Liu Hwa tiba-tiba teringat kepada pendekar
Siauw-lim-pai yang menunggunya di luar pintu
gerbang. Ah, sudah terlalu banyak ia menyusahkan
pendekar itu. Sungguh ia merasa malu kepada Lie
Koan Tek. Pula, sungguh tidak pantas dilihat orang kalau
ia berdua saja dengan pendekar itu. Ia kini seorang
janda! Dan pendekar Siauw-lim pai Lie Koan Tek,
sepanjang yang didengarnya, belum pernah menikah. Biarpun usianya sudah empatpuluh
tahun le bih, masih membujang. Pasti akan
menimbulkan prasangka yang bukan-bukan dalam
benak orang yang melihat seorang janda berduaan
saja dengan seorang pria yang masih membujang.
Tidak, aku tidak boleh mengganggunya lagi. Akan
tetapi, bagaimana ia harus mengatakan kepada
pendekar itu bahwa ia tidak mau melanjutkan
perjalanan bersama dia"
"Siong Ki, mari kira pergi." "Pergi" Sekarang
juga, subo?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Hwa mengangguk. "Sekarang ini juga, kita
pergi meninggalkan dusun kita dan pergi menyusul
Cin Cin." Tentu saja Siong Ki merasa heran. Malam itu
biarpun ada bulan, namun te tap saja cuaca hanya
remang-remang. Mengapa subonya demikian te rgesa-gesa. Akan tetapi dia tidak berani membantah. "Baik subo. Mari!" Dia lari ke makam ayahnya,
memberi hormat lagi untuk yang terakhir kalinya,
kemudian membawa buntalan pakaiannya dan
berjalan di samping subonya. Ketika Siong Ki
hendak mengambil jalan keluar dari pintu gerbang,
Liu Hwa memegang tangannya, dan menariknya ke
kiri. "Kita ambil jalan ini saja, Siong Ki."
Kembali anak itu te rheran. Jalan keluar dari
dusun itu memang ada beberapa buah, a kan tetapi
yang paling enak adalah jalan keluar melalui pintu
gerbang. Akan te tapi subonya mengajak ia keluar
dari dusun melalui jalan setapak yang penuh
semak belukar! Akan tetapi diapun tidak berani
banyak bertanya dan dengan hati-hati mereka
keluar dari dusun itu. Sama sekali Poa Liu Hwa tidak pernah menduga
bahwa hanya tiga hari setelah dia pergi, Sim Lan Ci
dan Thian Ki datang ke dusun itu pula! Kalau saja
hal itu terjadi, pasti jalan hidupnya akan menjadi
lain! Hati Liu Hwa menjadi lega setelah mereka keluar
dari dusun dan tiba di le reng bukit. Matahari pagi
memandikan bumi dengan cahayanya yang hangat
dan segar menghidupkan. Biar pun merasa lelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali karena selain baru saja mengalami ancaman
malapetaka dan te rpendam kedukaan, apa lagi
semalam sama sekali tidak tidur, namun Liu Hwa
tidak mau berhenti berjalan. Siong Ki berjalan di
sebelahnya sambil menggendong buntalan pakaiannya. Kantung berisi emas dan perak oleh
Liu Hwa juga dititipkan kepadanya dalam buntalan. Hanya pedang itu kini tergantung di
punggung nyonya muda itu.
Sudah sejak malam tadi Liu Hwa melihat betapa
anak itu kelelahan, juga mungkin sekali kelaparan.
Namun, biarpun jalannya kadang te rhuyung, anak
itu sama sekali tidak pernah mengeluh. Hal ini saja
membuat Liu Hwa semakin suka kepada anak yang
kini menjadi muridnya itu. Anak ini keras hati dan
tabah bukan main, pikirnya. Ia merasa kasihan
akan te tapi tidak mau mengajak Siong Ki berhenti
karena ia khawatir kalau sampai bertemu dengan
Lie Koan Tek yang ingin dihindarinya. Ia sendiri
juga le lah, akan tetapi ia memaksa diri untuk
melewati sebuah bukit lagi, baru akan mengaso
dan mencari makanan. Ketika ia mulai mendaki bukit itu dan tiba di
sebuah hutan kecil, tiba-tiba saja di depannya
muncul seorang pria muda yang tam pan sekali.
Usianya sekitar duapuluh tujuh tahun, tubuhnya
sedang dan dia mengenakan pakaian pelajar yang
mewah. Wajahnya tampan dan ganteng, dengan
hidung besar mancung, bibir merah seperti diberi
pemerah bibir, matanya hitam sekali maniknya.
Dan kepalanya yang berambut hitam tebal itu
te rtutup sebuah caping le bar. Di pinggangnya
te rselip sebatang suling dan melihat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penampilannya, Liu Hwa menduga bahwa pemuda
ini tentu seorang pemuda kaya yang te rpelajar.
Namun kemunculannya yang tiba-tiba itu mengejutkan hatinya dan ia memandang dengan
khawatir. Pemuda itu bukan lain adalah Can Hong San.
Setelah dia berpis ah dari Pangeran Cian Bu Ong
dan memperoleh sekantung emas, Hong San lalu
sengaja pergi ke dusun Ta-bun-cung. Dia masih
merasa penasaran, ingin melihat apa yang te rjadi
di dusun itu, terutama sekali dia ingin mencari Lie
Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai bekas rekannya
itu yang dia lihat melarikan seorang wanita cantik
ketika mereka menyerbu dusun itu. Kini, bertemu
dengan Liu Hwa dan seorang anak laki-laki, dia
segera mengenal wanita itu sebagai wanita yang
pernah dilarikan Lie Koan Tek, maka cepat dia
menghadang wanita itu dan dia tersenyum girang
ketika melihat bahwa wanita yang usianya sekita
tigapuluh tahun ini juga cukup cantik untuk
menggelitik wataknya yang memang mata keranjang.! Hong San tersenyum dan wajahnya nampak
tampan dan menarik sekali. Karena sikapnya
memang sopan dan halus Liu Hwa juga te rsenyum
malu-malu dan nyonya ini menggandeng tangan
Siong Ki untuk diajak melewati pemuda itu sambil
membungkukkan tubuh sebagai penghormatan.
Melihat ini, Hong San cepat melangkah dan
menghadang lagi. "Perlahan dulu, enci. Kalau aku
tidak salah sangka, enci tentu datang dari dusun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ta-bun-cung, bukan?" Dia mengangkat kedua
tangan memberi hormat. Melihat sikap yang sopan dan ramah itu, Liu
Hwa membalas penghormatan pemuda itu dan
menjawab, "Benar, kongcu. Kami memang

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penduduk Ta-bun-cung."
"Bukankah enci wanita yang dilarikan oleh Lie
Koan Tek malam itu?"
Bukan main kagetnya Liu Hwa mendengar
pertanyaan itu dan ia memandang Hong San
dengan pernuh perhatian. Malam terjadinya penyerbuan di dusun itu te rlalu gelap sehingga ia
tidak mengenal para penyerangnya.
"Bagaimana engkau bisa tahu, kongcu?" tanyanya penuh selidik. "Ha-ha-ha, aku tahu segalanya, enci. Beberapa
malam yang lalu, He k-houw-pang di dusun Ta-
bun-cung diserbu oleh pembunuh-pembunuh
bayaran, bukan" Dan seorang di antara para
pembunuh itu adalah Lie Koan Tek. Kemudian,
setelah membunuhi banyak orang, mungkin yang
te rbanyak di antara rekan-rekannya, Lie Koan Tek
agaknya te rtarik kepadamu dan membawamu lari!
Apakah kini Lie Koan Tek sudah bosan denganmu
dan membiarkanmu pergi, enci yang baik?"
Wajah Liu Hwa menjadi merah sekali. Merah
karena marah dan merah karena malu. Juga ia
merasa dihina ole h pemuda halus ini.
"Tidak! Lie Koan Tek adalah seorang pendekar
Siauw-lim-pai yang gagah dan bukan pembunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayaran. Dia telah tertipu. Juga dia melarikan aku
karena dia ingin menyelamatkan aku!"
"Ha-ha-ha-ha! Enci yang baik, agaknya engkau
telah tergila-gila kepada pembunuh itu! Aku yang
le bih tahu bahwa dialah yang membunuh banyak
tokoh Hek-houw-pang!"
"Paman yang baik, apakah Lie Koan Tek itu pula
yang te lah membunuh ayahku" Ayahku bernama
The Ci Kok, dia suheng dari mendiang ketua He k-
houw-pang...." "Siong Ki!" Liu Hwa menegur muridnya.
"The Ci Kok" Ha, siapa lagi yang membunuhnya
kalau bukan Lie Koan Tek" Aku melihatnya
sendiri..... " "Engkau bohong! Sudahlah, jangan mengganggu
kami. Kami akan melanjutkan perjalanan kami!"
Liu Hwa kini berkata dengan marah. "Mari, Siong
Ki, kita pergi!" Ia menggandeng tangan muridnya
dan menariknya pergi. "Nanti dulu, enci yang manis. Engkau cukup
manis untuk menemaniku. Jangan kau pergi dulu.
Kalau anak ini mau pergi, biarkan dia pergi, akan
tetapi engkau harus menemaniku bercakap-cakap.
Aku kesepian sekali, enci yang manis."
Kini tahulah Liu Hwa dengan orang macam apa
ia berhadapan. Biarpun pemuda ini amat tampan
dan dapat bersikap halus dan ramah, namun ia
dapat menduga bahwa pemuda ini adalah seorang
pria yang suka memandang rendah dan mempermainkan wanita. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Singg...!" Ia mencabut pedangnya dan matanya
mencorong marah. "Manusia rendah, jangan
ganggu kami atau te rpaksa aku akan menggunakan pedang ini!"
Akan te tapi tentu saja gerakan itu merupakan
sesuatu yang lucu bagi Hong San sehingga dia
te rtawa. "Ha-ha-ha, sungguh aneh dan lucu.
Seekor kelinci betina yang gemuk mengancam
seekor harimau! Ha-ha-ha !"
Liu Hwa tidak sabar lagi dan iapun menggerakkan pedangnya menusuk ke arah dada
pemuda yang kurang ajar itu. Akan tetapi, dengan
amat mudahnya Hong San mengelak dan sekali
tangannya bergerak, dia telah menyentuh dada Liu
Hwa secara kurang ajar sekali.
"I hhhh......!" Liu Hwa menjerit dan meloncat ke
belakang. Wajahnya menjadi merah karena malu
dan marah, akan tetapi iapun terkejut karena
tahulah ia bahwa ia berhadapan dengan seorang
lawan yang amat lihai. lapun menjadi nekat dan
dengan ganas wanita itu memutar pedangnya
melakukan penyerangan bertubi-tubi. Namun,
semua serangan itu dapat dihindarkan dengan
amat mudahnya oleh Hong San. Kalau pemuda ini
menghendaki, dalam satu dua jurus saja tentu ia
mampu merobohkan Liu Hwa. Akan tetapi watak
pemuda ini memang aneh. I a ingin menjadi seperti
seekor kucing mempermainkan tikus. Dia akan
membekuk wanita ini setelah mempermainkannya.
Ia hanya mengelak, menangkis sambil mencolek
dagu, dada, mengelus pipi sambil tertawa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Liu Hwa menjadi semakin marah dan
nekat. Siong Ki melihat ini dengan alis berkerut.
Hatinya kecewa. Wanita yang diangkatnya sebagai
guru itu te rnyata tidak berdaya sama sekali
melawan pemuda itu! Mempunyai guru se le mah itu
sungguh tidak ada untungnya baginya.
"Can Hong San, jangan kurang ajar kau!" tiba-
tiba te rdengar bentakan dan muncullah Lie Koan
Tek yang langsung menyerang dengan rantai baja
yang selalu dipakai sebagai ikat pinggang. Pendekar ini menanti Liu Hwa di luar pintu
gerbang. Ketika pagi tadi dia tidak melihat Liu Hwa
keluar dia lalu mencari-cari, menyusul ke tanah
kuburan dan melihat bekas peralatan sembahyang.
Ketika dia tidak menemukan lagi wanita itu di
dusun, tahulah dia bahwa Liu Hwa tentu telah
pergi meninggalkan dusun, meninggalkan dia
melalui jalan lain. Dia cepat melakukan pengejaran
dengan hati merasa aneh dan heran. Mengapa Liu
Hwa meninggalkan dia" Andaikan tidak ingin
bersamanya, setidaknya wanita itu akan memberi
tahu kepadanya lebih dulu.
Akhirnya dia menemukan Liu Hwa yang sedang
dipermainkan oleh Hong San. Biarpun dia tahu
bahwa Hong San amat lihai, melihat wanita yang
telah menjatuhkan hatinya itu dipermainkan, dia
menjadi marah dan langsung menyerang dengan
rantai bajanya. Hong San meloncat ke belakang dan mencabut
sulingnya. "Ha-ha , Lie Koan Tek!. Engkau
pengkhianat besar. Engkau hendak melindungi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang kau larikan ini, ya" Bagus, aku
memang sedang mencarimu untuk memberi
hukuman atas nama Pangeran Cian Bu Ong!"
Lie Koan Tek yang sudah nekat itu tidak
menjawab melainkan segera menyerang dengan
dahsyatnya. Liu Hwa tidak mau tinggal diam dan
iapun membantu pendekar Siauw-lim-pai itu
dengan pedangnya. Melihat ini, kembali Hong San
te rtawa sambil memutar suling untuk menangkis
kedua senjata pengeroyoknya.
"Ha ha, si penculik dan yang diculik saling
bantu! Bagus, agaknya kalian sudah saling jatuh
hati. Ha-ha-ha!" Dan sulingnya diputar sedemikian
rupa sehingga amat merepotkan Lie Koan Tek. Apa
lagi Liu Hwa. Setiap kali pedangnya berte mu
suling, ia pasti terdorong dan te rhuyung. Untung
baginya bahwa Hong San tidak ingin membunuh
wanita ini, kalau demikian halnya, tentu ia sudah
roboh dan tewas. Hong San hendak membunuh Lie
Koan Tek akan tetapi ingin menangkap Poa Liu
Hwa hidup-hidup. Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah
seorang pendekar Siauw-lim-pai
yang sudah matang dalam pengalaman. Dia pernah diuji
kepandaiannya melawan Hong San dan dia tahu
betapa lihainya suling di tangan pemuda itu. Maka
pengalamannya ketika dia bertanding melawan
Hong San kini dia pergunakan untu k berjaga diri,
tidak menuruti kemarahan hatinya sehingga dia
dapat bertahan ketika Hong San mulai membalas
dengan desakan sulingnya. Sementara itu, biarpun
beberapa kali pedangnya hampir te rlepas dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya yang kadang seperti lumpuh kalau
pedang itu bertemu suling, Liu Hwa tidak pernah
mundur dan dengan nekat ia membantu Lie Koan
Tek tanpa memperdulikan lagi keselamatan dirinya
sendiri. Ia merasa yakin bahwa Lie Koan Tek
adalah seorang pendekar tulen, sedangkan pemuda
yang bernama Can Hong San ini seorang penjahat
yang berbahaya sekali. Kiranya Can Hong San ini
yang memimpin penyerbuan te rhadap He k-houw-
pang itu dan kini ia pun ingat. Can Hong San
inilah yang telah merobohkan dan membunuh
suaminya, Kam Seng Hin! Maka iapun menyerang
dengan mati-matian. Namun, kini Hong San juga sudah mencabut
pedangnya. Dia mempergunakan pedang di tangan
kanan dan suling di tangan kiri, dan desakan-
desakannya membuat Lie Koan Tek makin repot.
Pada saat itu te rdengar bentakan nyaring,
"Penjahat dari mana berani mengganggu paman Lie
Koan Tek?" Dan muncullah seorang wanita muda
yang usianya sekitar duapuluh empat tahun,
wajahnya bulat berkulit putih, hidungnya mancung
dan matanya tajam. Gerakannya ringan bukan
main dan begitu muncul, ia telah menggerakkan
sepasang pedangnya dan menyerang Hong San
dengan cepat dan kuat! Hong San terkejut sekali. Dia menangkis dengan
pedangnya sambil mengerahkan tenaga untuk
membuat pedang kiri gadis itu patah atau
te rpental. Akan tetapi, tangkisannya luput dan
tubuh gadis itu sudah meloncat ke atas, bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor burung rajawali ia sudah menyerang lagi
dengan tubuh menukik ke arah Hong San!
"Trang! Tranggg........!" Hong San menangkis dan
te rpaksa melangkah ke belakang. Diam-diam gadis
itupun terkejut karena tangkis an pemuda tampan
itu membuat kedua tangannya terasa panas dan
te rgetar hebat. Mengertilah ia mengapa pamannya,
Lie Koan Tek pendekar Siauw-lim pai itu tadi
te rdesak hebat, iapun turun dan menyerang lagi
dengan dahsyatnya, membantu Lie Koan Tek dan
Liu Hwa yang juga sudah menyerang lagi.
Lie Koan Tek terheran-heran, tidak mengenal
gadis yang menyebutnya paman itu. Akan te tapi
dia tidak sempat banyak berpikir, hanya mencurahkan seluruh perhatiannya untuk bersama gadis itu dan Liu Hwa mengeroyok Hong
San. Ternyata kepandaian gadis yang baru datang
itu hebat pula, bahkan tidak kalah dahsyatnya
dibandingkan kepandaian Lie Koan Tek sendiri.
Biarpun belum te ntu kalau dikeroyok tiga dia
akan kalah, Hong San merasa tidak ada gunanya
untuk berkelahi te rus. Gadis itu cukup lihai, dan
kalau mereka itu nekat, diapun mungkin akan
te rluka. Maka, setelah mendapatkan kesempatan,
diapun meloncat jauh ke belakang dan melarikan
diri dengan cepat. Gadis itu hendak mengejar
sambil berseru,

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan lari !" akan tetapi Lie Koan Tek cepat
mencegahnya. "Nona, jangan kejar dia. Dia berbahaya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tidak jadi mengejar. Iapun agaknya
tahu bahwa seorang diri saja, ia bukanlah lawan
pemuda tampan yang lihai tadi, maka iapun
berhenti dan kini menghadap Lie Koan Tek sambil
memberi hormat. "Paman, bertahun-tahun saya mencari paman
tanpa hasil. Sekarang, secara kebetulan kita dapat
berte mu di sini!" katanya dengan nada suara
girang. "Nanti dulu, maafkan aku, nona. Akan tetapi,
siapakah engkau?" Gadis itu memandang aneh. "Paman Lie Koan
Tek lupa kepada saya" Saya Bi Lan, paman, Kwa Bi
Lan." "Bi Lan......" Ah, Bi Lan, kiranya engkau ini?" Lie
Koan Tek memandang dengan wajah berseri dan
girang. "Tentu saja aku lupa. Engkau sudah begini
dewasa dan ilmu kepandaianrau hebat sekali."
"Aih, paman terlalu memujiku. Siapakah enci ini,
paman?" tanya Bi Lan sambil menunjuk kepada
Liu Hwa. "I a" Ah, ia ini adalah isteri mendiang ketua Hek-
houw-pang di dusun Ta-bun-cung. Panjang ceritanya, Bi Lan, dan......eh, engkau mencari
siapakah, nyonya?" Koan Tek mengalihkan pembicaraannya kepada Liu Hwa yang nampak
kebingungan dan mencari-cari dengan pandang
matanya. "Saya mencari Siong Ki! Di mana dia" Siong
Ki......! Siong Ki, di mana engkau.......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa Siong Ki?" tanya Koan Tek heran.
"Dia muridku, anak laki-laki berusia enam
tahun, putera dari suheng suamiku yang juga
menjadi korban pembunuhan....." Liu Hwa mencari-cari dan kini dibantu oleh Koan Tek dan
diikuti pula oleh Bi Lan. Akan tetapi sia-sia saja
usaha pencarian mereka. Siong Ki lenyap dan tidak
meninggalkan je jak. Melihat Liu Hwa bingung dan
khawatir, Koan Tek juga ikut merasa khawatir.
"Can Hong San itu jahat dan licik bukan main.
Jangan-jangan dia yang menculik anak itu dan
membawanya lari." Liu Hwa mengerutkan alisnya mengingat-ingat,
lalu menggeleng kepalanya. "Kurasa tidak begitu.
Agaknya anak itu memang.......sengaja hendak
meninggalkan saya, tai hiap. Tadi, ketika pemuda
itu muncul, sebelum tai-hiap datang pemuda itu
menyebut-nyebut nama tai-hiap sebagai pembunuh ayah Siong Ki. Ole h karena itu,ketika
tai-hiap datang dan membantuku, a gaknya dia lalu
diam-diam pergi meninggalkan aku. Dia anak yang
cerdik sekali, tai-hiap. Aku berte mu dengan dia di
depan makam ayahnya dalam keadaan pingsan,
lalu kuajak dia sebagai muridku."
"Hemmm......." Lie Koan Tek menggumam marah
kepada Hong San. "Hong San memang dapat
melakukan kejahatan apa saja. Biar nanti aku
yang membantumu mencari anak itu, nyonya.
Sekarang perkenalkan, ini keponakanku bernama
Bi Lan, pute ri dari enciku. Bi Lan, ini adalah
nyonya......." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namaku Poa Liu Hwa, adik Bi Lan. Terima kasih
atas pertolonganmu tadi sehingga pemuda yang
jahat sekali itu dapat diusir," kata Liu Hwa.
"Aih, enci jangan terlalu sungkan. Aku hanya
kebetulan lewat dan melihat enci dan paman
didesak, maka aku te ntu saja segera membantu.
Masih untung ada paman dan enci sendiri, kalau
aku seorang diri harus melawannya, kurasa aku
tidak akan mampu menang."
"Akan tetapi kulihat ilmu kepandaianmu sudah
maju pesat, Bi Lan, dan bukan sepenuhnya ilmu
silat Siauw-lim-pai. Oya,
bagaimana dengan ibumu" Sekarang di manakah ia tinggal?"
Ditanya tentang ibunya, Bi Lan menarik napas
panjang. "Aih. paman. Ibu sudah meninggal lima
tahun lebih yang lalu."
"Ah, kasihan! Engkau menjadi yatim piatu..... "
"Karena kematian ibu itulah aku lalu pergi
mencarimu, paman. Aku hidup sebatangkara
setelah ibu meninggal, dan satu-satunya keluarga
hanyalah paman. Akan te tapi, sia-sia aku mencari
paman........ " "Tentu saja. Aku ditangkap pemerintah dan
dipenjarakan, bagaimana engkau dapat menemukan aku" Lalu, bagaimana engkau sampai
le wat di s ini" Ceritakanlah pengalamanmu, Bi Lan.
Setelah itu, baru nanti kuceritakan semua pengalamanku dan tentang nyonya ini."
Mereka lalu memilih tempat yang te duh di
bawah sebatang pohon besar di dalam hutan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka duduk di atas batu dan Bi
Lan menceritakan pengalamannya.
Kwa Bi Lan adalah seorang gadis Siauw-lim-pai
pula, pute ri tunggal dari kakak perempuan Lie
Koan Tek. Ibunya seorang janda karena ayahnya
sejak ia kecil telah meninggal dunia. Ketika ibunya
meninggal dunia, Bi Lan menjadi sebatangkara. Ia
lalu meninggalkan rumahnya, bahkan menjual
semua miliknya dan mulai merantau mencari
pamannya, satu-satunya keluarga yang ada.
Namun, segala jerih payahnya sia-sia belaka
karena ia tidak pernah berhasil menemukan
pamannya yang menjadi buruan pemerintah karena Siauw-lim-pai dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah Kerajaan Sui yang
ketika itu belum jatuh. "Setelah hampir putus-asa mencarimu, paman,
pada suatu hari aku hampir celaka menghadapi
segerombolan perampok. Untung ada bintang
penolong, yang kemudian menjadi guruku. Dia
adalah Sin-tiauw Liu Bhok Ki."
"Ah, dia seorang pendekar besar!" kata Lie Koan
Tek. "Namanya terkenal sekali di dunia persilatan."
"Aku menjadi muridnya, bahkan kemudian aku
dijodohkan oleh suhu kepada seorang muridnya
yang ketika itu belum pernah kujumpai karena
murid itu sudah turun gunung. Karena suhu amat
baik kepadaku, seolah menjadi pengganti orang
tuaku, maka akupun menurut saja, yakin bahwa
suhu tentu telah mengatur sebaiknya untuk diriku.
Akan tetapi..... " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana selanjutnya, Bi Lan?" tanya Koan
Tek yang melihat wajah gadis itu berubah muram.
"Ternyata kemudian bahwa suhengku yang
menjadi calon suamiku itu, yang ketika itu sudah
menyetujui, di luar tahu suhu te lah menikah
dengan seorang wanita lain. Mendengar berita itu
kemudian, suhu menjadi marah sekali, juga
menjadi sakit hati. Akan tetapi dia tidak mampu
berbuat sesuatu, karena dia maklum bahwa ketika
itu kepandaian murid pertama itu sudah jauh lebih
tinggi daripada kepandaiannya sendiri. Agaknya,
kalau tidak ada aku, suhu te ntu telah membunuh
diri. Dia merasa dikhianati, merasa tidak dipandang dan hina oleh muridnya sendiri yang
amat disayang dan dibanggakan. Aku merasa
kasihan sekali, aku menangis dan menderita batin
bersama suhu. Sejak mudanya suhu sudah banyak
menderita karena ditinggal isterinya yang tercinta.!
Suhu tidak mempunyai anak, tidak mempunyai
siapa-siapa. Akhirnya......sudah kehendak Thian
agaknya, kami........maksudku, suhu dan aku.......
kami menikah dan menjadi suami isteri."
Gadis itu menghentikan ceritanya sambil menundukkan muka. Koan Tek memandang heran,
akan te tapi tidak sampai hati untuk memberi
komentar. Lima tahun yang lalu, pikirnya. Tentu
keponakannya ini baru berusia sembilanbelas
tahun, dan dia mendengar bahwa Liu Bhok Ki yang
berjuluk Sin-tiauw (Rajawali Sakti) itu jauh lebih
tua darinya, mungkin sekarang sudah mendekati
tujuhpuluh tahun, dan ketika bertemu dengan
keponakannya te ntu usianya sudah enampuluh
tahun lebih! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Llu Hwa yang juga ikut mendengarkan, tidak
merasakan sesuatu yang ganjil karena ia hanya
pernah mendengar nama Sin-tiauw Liu Bhok Ki
sebagai seorang datuk persilatan yang lihai.
Ketika akhirnya Bi Lan mengangkat mukanya,
Koan Tek telah dapat menguasai hatinya dan
wajahnya tidak membayangkan sesuatu. Legalah
hati Bi Lan dan iapun melanjutkan dengan suara
yang bernada sedih. "Setelah kami menikah, aku merasa hidupku
berbahagia sekali, paman. Dia amat baik kepadaku, dan dia kuanggap sebagai guru, orang
tua, dan suami yang amat kucinta. Akan te tapi,
agaknya luka yang dideritanya karena ulah
muridnya yang mengingkari janji itu tidak pernah
dapat diobati. Dia tetap saja menderita, dan
akhirnya, setelah menikah denganku selama dua
tahun le bih, guruku dan suamiku itu meninggal
dunia karena sakit dalam hatinya."
Bi Lan berhenti dan biarpun ia tidak menangis
namun kedua matanya basah dan punggung
tangannya mengusap beberapa butir air mata.
"Ah. Rajawali Sakti itu telah meninggal dunia?"
Lie Koan Tek berseru perlahan dan memandang
kepada keponakannya dengan penuh perasaan iba.
Tiba-tiba wajah yang menunduk itu terangkat
dan sepasang mata Bi Lan mengeluarkan sinar
mencorong, dan kedua tangannya dikepal. "I ni
semua gara-gara Si Han Beng! Aku akan pergi
mencari nya dan dia harus membayar kematian
suamiku, guruku dan orang tuaku itu dengan
nyawa!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bi Lan!" Koan Tek berseru kaget. "Apa
maksudmu" Si Han Beng" Kau maksudkan Huang-
ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)" Ada apa
pula dengan dia"!"
"Dialah suhengku itu! Dialah murid suhu dan
suamiku itu!" "Akan tetapi.....Huang-ho Sin-liong adalah seorang pendekar sakti yang ilmu kepandaiannya
amat tinggi!"

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak perduli, dan tidak takut. Aku rela
mati di tangannya untuk membela kematian
suamiku juga guruku!" kata Bi Lan dan kini
sikapnya amat keras. "Dan dia te rkenal sebagai seorang pendekar
budiman yang selalu membela kebenaran dan
keadilan. Bi Lan, ingatlah dan jangan menurutkan
perasaan!" kata pula pamannya.
"Hemm, paman mengira bahwa aku sakit hati
karena dia membatalkan ikatan perjodohan itu"
Sama sekali tidak, paman! Ketika ikatan perjodohan itu dilakukan oleh suhu, aku masih
belum mengenal Si Han Beng. Aku tidak atau
belum mempunyai perasaan cinta kepadanya.
Apalagi setelah aku menjadi isteri suhu. Cintaku
hanya untuk suamiku seorang! Dan suamiku yang
bertubuh sehat dan kuat itu te ntu belum mati
kalau hatinya tidak dirusak oleh kemurtadan Si
Han Beng!" "Bi Lan, bersabarlah, ingatlah bahwa engkau
hanya te rdorong oleh perasaan dendam yang
timbul dari kedukaan. Kematian setiap manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di tangan Thian, engkau tidak boleh
mencari Si Han Beng untuk membalas dendam
kematian gurumu.....eh, suamimu!"
"Tidak, paman. Aku harus pergi mencarinya dan
mengadu nyawa dengannya. Aku sudah bersumpah di depan makam suamiku!" Wanita
muda itu meloncat dan memandang kepada
pamannya dengan sinar mata mencorong. "Paman
atau siapapun juga tidak berhak melarangku.
Selamat tinggal, paman!" Dan iapun meloncat dan
berlari cepat meninggalkan tempat itu.
"Bi Lan.....!" Lie Koan Tek hendak mengejar.
"Tidak ada gunanya dikejar. Ia takkan mau
membatalkan niatnya," kata Liu Hwa dan Koan Tek
tahu akan hal ini maka diapun membatalkan
niatnya untuk mengejar, duduk kembali di atas
batu di depan Liu Hwa dan menghela napas
panjang menggele ng-gelengkan kepalanya.
"Bi Lan memiliki kekerasan hati yang luar biasa.
Aku dapat melihat pada pandang matanya," kata
pula Liu Hwa yang merasa kasihan kepada
penolongnya itu. Kembali Koan Tek menghela napas panjang.
"Seingatku, Bi Lan adalah seorang gadis yang
le mbut hati. Aku tahu, perubahan pada dirinya itu
pertama karena kedukaan yang mendalam, kedua
karena agaknya watak suaminya te lah menular
kepadanya. Aku mendengar bahwa Sin tiauw Liu
Bhok Ki adalah seorang pendekar yang berhati
baja, keras dan sukar diluluhkan. Aih, apa yang
akan terjadi nanti kalau sampai ia berte mu dengan
Huang-ho Sin-liong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tai-hiap, menurut apa yang kudengar, pendekar
sakti Si Han Beng adalah seorang pendekar yang
berhati budiman dan le mbut. Siapa tahu dia akan
bisa menundukkan kekerasan hati Bi Lan sehingga
tidak perlu terjadi perkelahian di antara mereka."
"Mudah-mudahan begitu. Sekarang kita bicara
te ntang dirimu sendiri, nyonya Kam......."
"Tay-hiap, harap jangan menyebutku nyonya
Kam. Suamiku meninggal dunia dan sebutan itu
hanya mengingatkan aku kepadanya. Namaku Poa
Liu Hwa dan tai-hiap boleh menyebut namaku
saja." Lie Koan Tek menahan senyumnya, senyum
gembira. "Baiklah, akan te tapi engkaupun jangan
menyebutku tai-hiap. Se but saja namaku, Lie Koan
Tek." Liu Hwa memandang wajah pendekar itu dengan
hati terharu. "Engkau penolongku yang budiman
dan di dekatmu aku merasa aman seolah berada di
dekat seorang kakak yang baik. Biarlah kusebut
engkau Lie-toako (kakak Lie)."
"Baik sekali, adik Liu Hwa. Nah, sekarang,
katakan. Kenapa engkau meninggalkan dusun Ta-
bun-cung dengan mengambil jalan lain dan tidak
memberitahu kepadaku yang menantimu di luar
pintu gerbang?" Liu Hwa menundukkan mukanya yang berubah
merah. Ia merasa malu sekali. Ia menghindarkan
diri dari pendekar ini sehingga ia bertemu orang
jahat dan kembali pendekar ini yang menyelamatkannya, bahkan hampir berkorban
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyawa kalau tidak muncul keponakan pendekar
ini. "Tai-hiap......eh, toako. Sesungguhnya, aku sengaja mengambil jalan ini untuk menghindarkan
perte muan denganmu.......maafkan aku, toako."
Lie Koan Tek mengerutkan alisnya. "Ehh"
Kenapa, Hwa-moi (adik Hwa)?"
Makin merah wajah Liu Hwa mendengar sebutan
"adik Hwa" yang demikian le mbut. "Maaf, toako.
Aku merasa betapa aku telah banyak merepotkanmu, bagaimana mungkin aku berani
membuat toako menjadi semakin sibuk untuk
melindungiku te rus" Bagaimana aku akan mampu
membalas budimu yang bertumpuk-tumpuk" Siapa tahu, di sini aku berte mu dengan penjahat
keji itu dan kembali engkau yang telah menolongku. Toako, maafkan aku...... "
Lie Koan Tek menarik napas panjang. Dia dapat
mengerti dan sikap itu bahkan membuat nyonya
muda ini menjadi semakin te rpuji. 'Hwa-moi,
kenapa engkau mempunyai anggapan bahwa
engkau merepotkan aku" Dan mengapa pula tidak
mungkin aku menjadi pelindungmu selamanya"
Aku sanggup melindungimu se lamanya, Hwa-moi."
Pendekar itu menghentikan ucapannya dengan
kaget, karena tanpa disengaja dia telah membongkar rahasia hatinya sendiri. Wanita
itupun dapat merasakan apa yang tersirat dalam
kata-kata itu, jantungnya berdebar keras, dan ia
merasa berdosa terhadap suaminya. Baru saja
beberapa hari, belum sebulan, ia ditinggal mati
suaminya dan sekarang sudah ada pria yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyatakan perasaan tertarik kepadanya! Ia juga
te rkejut bukan main, sama sekali tidak pernah
menyangka bahwa pendekar perkasa yang dikagumi itu diam-diam te rnyata mengandung
perasaan cinta kepadanya.
"Taihiap......?" Ia berkata lirih sambil te rbelalak,
lupa lagi akan sebutan kakak.
"Aku......aku tidak bermaksud buruk, Hwa-moi.
Maafkan kata-kataku kalau mengejutkan hatimu.
Sudahlah, aku menerima alasanmu tadi. Akan
tetapi, bukankah engkau katakan bahwa engkau
hendak mencari anakmu" Tadinya kusangka Siong
Ki itu anak yang kaucari-cari."
Ucapan ini mengingatkan kembali Liu Hwa
kepada anaknya dan kepada Siong Ki sehingga
rasa kaget dan sungkannya te rusir. "Siong Ki
bukan ana kku, toako. Sudah kukatakan tadi, aku
berte mu dengannya di depan makam ayahnya.
Ayahnya adalah The Ci Kok, suheng dari mendiang
suamiku. Melihat dia sebatang kara, yatim piatu,
maka aku ingin mengajaknya pergi dan mengakui
sebagai murid. Adapun ana kku, Cin Cin, seorang
anak perempuan, telah diajak pergi oleh Lai Kun,
sute dari suamiku, atas pesan kakek Coa Song."
"Dibawa pergi" Ke mana, Hwa-moi?"
"Ke dusun Hong-cun di te pi Sungai Huang-ho
untuk diserahkan kepada Huang ho Sin-liong Si
Han Beng, disertai surat dari kakek Coa Song agar
Cin Cin dapat diterima sebagai murid pendekar
itu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu bagus sekali. Anakmu te ntu
akan menjadi seorang pendekar wanita yang hebat
kelak kalau ia dapat menjadi murid Huang-ho Sin-
liong!" seru Lie Koan Tek dengan girang. "Lalu, apa,
kehe ndakmu sekarang, Hwa-moi. Tadinya bersama
Siong Ki, engkau hendak pergi ke manakah?"
"Aku hendak menyusul Cin Cin."
"Apa" Engkau hendak minta anakmu agar tidak
menjadi murid pendekar sakti itu?" "Bukan begitu,
toako. Akupun senang sekali mendengar bahwa
Cin Cin diantar paman gurunya untuk menjadi
murid Si Tai-hiap. Akan te tapi.........sekarang aku
hanya mempunyai ia seorang, tai-hiap. Bagaimana
aku dapat berpisah darinya" Aku hanya akan
menjenguknya, dan aku sendiri yang akan
menyerahkan dan menitipkan anakku kepada
keluarga Si Tai-hiap, kemudian aku akan tinggal di
dusun itu, bekerja apa saja di sana, pokoknya aku
tidak jauh dari anakku dan setiap waktu dapat
menengoknya. " Lie Koan Tek mengangguk-angguk. "Me mang
kukira sebaiknya begitu, Hwa-moi. Nah, karena
te mpat tinggal Huang-ho Sin-liong amat jauh dari
sini, dan kini perjalanan amat tidak aman dan
banyak orang jabat, mari kuantar engkau sampai
dapat berte mu dengan puterimu."
Biarpun hatinya merasa sungkan sekali, akan
tetapi terpaksa Liu Hwa menyambut penawaran itu
dengan hati girang. Kalau ia melakukan perjalanan
menyusul puterinya bersama pendekar ini, ia akan
merasa aman, dan juga tidak akan sesat di jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih. Lie-toako. Engkau begini baik
kepadaku, aku tidak mungkin dapat membalas
semua budi kebaikanmu. Biarlah Thian yang akan
membalasnya, toako. Biarlah kelak dalam penjelmaan yang lain aku akan menjadi pelayanmu," katanya terharu.
"Aih, Hwa-moi, lupakan saja semua itu. Aku
tidak mengharapkan balasan, juga tidak merasa
menolongmu. Memang akupun ingin sekali berte mu dengan pendekar sakti yang kukagumi
itu. Mari kita berangkat."
Setelah mereka berangkat, baru Liu Hwa teringat


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa sekantung uang yang tadinya ia terima dari
Siong Ki, ia titipkan kepada anak itu dan ketika
pergi, agaknya anak itu membawa pergi pula uang
yang dia berikan kepada subonya. Ia tidak
mempunyai apa-apa lagi, bahkan pakaianpun
hanya yang menempel pada tubuhnya.! Tentu saja
ia merasa canggung dan sungkan bukan main.
Apalagi setelah mereka melewati sebuah kota, Koan
Tek yang berpengalaman dan bijaksana itu, tanpa
bertanya sudah mengetahui keadaannya dan
pendekar itu mengajaknya ke toko dan membelikan
beberapa potong pakaian untuknya!.
Hampir Liu Hwa menangis saking girang dan
te rharunya mendapatkan bekal ganti pakaian yang
amat dibutuhkannya itu. Dan disepanjang perjalanan, seperti telah diduganya, Lie Koan Tek
selalu berlaku sopan dan lembut. Setiap kali
menginap di rumah penginapan, pendekar ini
selalu menyewa dua buah kamar yang berpisah,
walaupun berdekatan. Tak pernah sedikitpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar Siauw-lim-pai itu memperlihatkan sikap
kurang ajar. Kalaupun ada tanda-tanda bahwa
pendekar itu te rtarik kepadanya, maka hal itu
hanya nampak pada pandang matanya yang
kadang seperti orang terpesona, dan pada sikapnya
yang le mah lembut. Diam-diam, sebagai seorang
wanita yang berperasaan peka, Liu Hwa mengerti
bahwa pendekar itu jatuh hati kepadanya, atau
setidaknya menaruh perhatian besar sekali kepadanya. Hal ini membuat ia merasa te rharu
sekali, akan tetapi juga bingung dan selagi tidur
sendiri di waktu malam, ia suka menangis dan
meratap kepada mendiang suaminya. Ia seorang
wanita yang cantik dan sehat, usianya baru
tigapuluh tahun. Mungkinkah ia akan menyiksa
diri, menjanda selama hidupnya"
-ooo0dw0ooo- "Susiok, katanya susiok hendak membawaku
kepada ibu. Mana ibu" Kenapa kita belum juga tiba
di tempat ibu" Kita sudah melakukan perjalanan
selama berhari-hari! Paman, jangan bohongi aku!
Mana ib, susiok (paman guru)?"
Anak itu kini mulai merengek dan hampir
menangis. Ia seorang anak perempuan berusia lima
tahun yang manis. Akan te tapi pada saat itu ia
nampak marah, sedih dan juga kecewa. Ia adalah
Kam Cin yang diajak Lai Kun meninggalkan dusun
Ta-bun-cung, memenuhi pesan kakek Coa Song.
Amat sukar membujuk Kam Cin untuk ikut
bersamanya, akan tetapi Lai Kun mempunyai akal.
Setelah ia mengatakan bahwa dia mengajak anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu untuk mencari dan menyusul ibunya yang
menghilang pada malam te rjadinya penyerbuan
penjahat itu, tentu saja Kam Cin menjadi girang
sekali dan seketika ia menyatakan setuju.
Kini Lai Kun menghadapi anak yang mulai rewel
dengan alis berkerut. Sebagai sute dari ayah anak
itu, mendiang Kam Seng Hin, dia mengenal benar
watak Kam Cin. Seorang anak yang dapat menjadi
manis sekali, akan tetapi kalau sudah marah, juga
menjadi anak yang rewel dan sulit diatur! Mereka
sudah melakukan perjalanan selama sepuluh hari,
dan mulai pada hari kelima saja Kam Cin sudah
selalu merengek dan marah kepadanya.
"Sabarlah, Cin Cin. Tempat ibumu jauh sekali
dan kita belum sampai, terpaksa bermalam di
rumah penginapan ini. Mari kita makan. Lihat,
masakan yang kupesan ini enak sekali, bukan"
Mari kita makan, lalu tidur dan besok pagi-pagi
kita lanjutkan perjalanan!" Kata pria itu dengan
suara membujuk sambil menyodorkan mangkok
dan sumpit ke arah anak yang sedang marah itu.
Dia seorang pria berusia empatpuluh tahun, kurus
jangkung dengan hidung agak besar dan mata
kecil. Dia adalah Lai Kun, murid Hek-houw pang,
sute mendiang Kam Seng Hin. Karena diapun
masih membujang, dan tidak mempunyai keluarga
lagi, maka setelah terjadi penyerbuan para
penjahat yang membasmi Hek-houw-pang itu, Lai
Kun tentu saja tidak betah lagi tinggal di Ta-bun-
cung. Maka, ketika menerima tugas dari kakek Coa
Song, untuk mengantar murid keponakan itu
kepada Huang-ho Sin-liong di dusun Hong-cun, dia
merasa gembira sekali. Pertama, dia akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan dusun Ta-bun-cung yang kini
nampak menyedihkan itu, apa lagi Hek-houw-pang
sudah dibubarkan, dan kedua dia akan berte mu
dengan pendekar sakti Si Han Beng yang sudah
lama didengar nama besarnya dan dikaguminya
itu. Tak disangkanya, baru ju ga setengah perjalanan, Cin Cin sudah mulai rewel dan kini
malah mogok makan. "Tidak, aku tidak lapar! Susiok makan saja
sendiri!" kata Cin Cin sambi mendorong kembali
mangkok nasi itu. "Aku mau tidur!" Anak itu lalu
turun dari bangku dan lari ke pembaringan,
langsung saja ia meloncat ke atas pembaringan,
menghadap ke dinding. Lai Kun mengerutkan alisnya memandang ke
arah murid keponakan itu dan menghela napas
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah
beberapa hari ini dia selalu jengkel menghadapi
Cin Cin dan mulai dia menyesali tugasnya yang
te rnyata tidak menyenangkan ini. Beberapa kali
bahkan dia sudah membentak Cin Cin kalau
te rlalu rewel. Akan tetapi anak ini memang keras
dan sukar diatur. Dihadapi dengan sikap halus,
tetap marah. Kalau dikasari , bertambah marah!
Sulit memang! Dia mengangkat ke dua pundaknya
dan melanjutkan makan sendiri. Sejak siang tadi,
Cin Cin tidak mau makan. Hanya pagi tadi saja
makan bubur semangkuk. Anak itu memang
bandelnya bukan kepalang.
Tiba-tiba Cin Cin membalik sedikit dan menengok kepadanya. Lai Kun sudah merasa
girang karena mengira anak itu mulai kelaparan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mau mengubah sikapnya, mau makan. Akan
tetapi Cin Cin yang kedua matanya merah karena
tangis yang ditahan-tahan itu berkata ketus.
"Susiok, kalau besok kita belum tiba di tempat ibu.
Jelas bahwa engkau berbohong dan aku tidak mau
lagi melakukan perjalanan bersamamu!"
Makin mendalam kerut di antara alis Lai Kun.
Hatinya mulai panas oleh kejengkelan melihat
sikap menantang anak itu. "Hemm. lalu apa yang
akan kau lakukan kalau engkau tidak mau
melakukan perjalanan bersamaku?" tanyanya menahan marah. "Tidak perlu susiok tahu! Pendeknya, aku akan
mencari sendiri ibuku!"
Lai Kun menggebrak meja di depannya sehingga
mangkok piring berdentingan. "Anak bandel!
De ngar kau baik-baik. Kaukira aku kesenangan
mengantarmu" Aku hanya mentaati perintah
kakek Coa Song untuk membawamu kepada
Huang-ho Sin-liong Si Han Beng, kautahu" Kita
sedang melakukan perjalanan ke sana! Dan
engkau harus mentaati pesan kakek Coa Song!"
Cin Cin melompat turun dari pembaringan,
berdiri memandang wajah Lai Kun dengan marah.
"Nah, benar saja! Susiok te lah bohong kepadaku!
Aku tidak mau pergi ke manapun! Aku hendak
mencari ibuku. Bawa aku kembali ke Ta-bun-cung,
aku mau mencari ibuku!"
Melihat anak itu berteriak-te riak marah, hampir
saja Lai Kun menamparnya. Akan te tapi dia
te ringat dan menahan kemarahannya. Mukanya
merah sekali dan diapun mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, besok pagi kita pulang!" katanya
singkat. Agaknya Cin Cin juga puas dengan
keputusan itu dan iapun kini mau duduk
menghadapi makanan di atas meja. Ia mengambil
nasi dan sayur, mulai makan. Agaknya timbul
semangat anak itu ketika akan diajak pulang!
Akan te tapi Lai Kun sudah marah sekali maka
diapun mendiamkan saja. Dia merasa bingung.
Bagaimana dia dapat mengajak anak itu pulang ke
Ta-bun-cung setelah melakukan perjalanan setengahnya menuju ke dusun Hong Cun" Dan dia
tidak ingin pulang ke dusun Ta-bun-cung!
Sehabis makan dan setelah pelayan menyingkirkan mangkok piring, dia hanya berkata
singkat kepada Cin Cin. "Kau tidurlah, aku hendak
jalan-jalan dulu. Besok pagi-pagi kita berangkat!"
"Pulang?" Cin Cin menegas.
"Ya, pulang!" jawab Lai Kun singkat, lalu dia
keluar dari kamar, menutupkan daun pintu kamar
itu dari luar. De ngan hati mengkal dia lalu
berjalan-jalan di sepanjang jalan raya kota itu.
Kota Ji-goan merupakan kota yang cukup besar,
te rletak di sebelah utara Sungai Huang-ho,
sedangkan Lok-yang, kota raja, te rletak tidak
te rlalu jauh dari pantai selatan Sungai Kuning itu.
Bahkan penyeberangan sungai dari utara ke
selatan dan sebaliknya berada di kota Ji-goan,
maka te ntu saja kota yang menjadi pusat lalu-
lintas ke kota raja itu cukup besar, mempunyai
banyak los men dan rumah makan.
Sudah lazim bahwa jika sebuah kota dikunjungi
banyak tamu, maka selain perdagangan menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ramai, juga usaha hiburan berkembang biak
dengan cepat sekali. Para tamu itu membutuhkan
hiburan dan mereka berani mengeluarkan banyak
uang untuk mendapatkan kesenangan. Apa lagi
mereka adalah pedagang-pedagang yang mempunyai uang. Sete lah memperoleh keuntungan, mereka tidak sayang menghamburkan sebagian kecil keuntungannya di
rumah-rumah judi dan rumah pelesir.
Karena dia tidak mengenal jalan, tanpa disadari
Lai Kun memasuki lorong yang terkenal di kota itu
sebagai lorong pusat te mpat hiburan. Dia melihat
rumah-rumah ju di akan te tapi tidak te rtarik. Dia
sedang mengkal, sedang marah karena kerewelan
Cin Cin. Ketika melihat sebuah rumah minum yang
dihias indah, dia te rtarik. Dipesannya arak dan
kueh kering, lalu diapun minum untuk menghilangkan rasa je ngkelnya.


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kehadirannya sejak tadi diikuti sepasang mata
yang je li, mata seorang wanita muda yang
wajahnya dirias cantik, sikapnya genit dan wanita
itu memang seorang pelacur yang sedang mengintai korban di rumah makan itu. Melihat Lal
Kun minum-minum seorang diri, dan nampak jelas
bahwa pria ini adalah orang luar kota, pelacur itu
melihat,seorang calon korban yang akan menguntungkan dirinya. Ia menanti sampai Lai
Kun menghabis kan seguci kecil arak dan kepalanya sudah agak bergoyang-goyang.
Ketika Lai Kun minta tambah arak, pelacur itu
menghadang pelayan yang datang membawakan
arak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biar aku yang mengantarkan kepadanya," bisik
pelacur yang dikenal dengan nama Sui Su itu.
Pelayan itu te rsenyum. Kalau pelacur itu berhasil,
dia pasti akan menerima imbalannya nanti.
Diberikannya guci arak itu kepada Sui Su yang
dengan langkah gontai, bibir tersenyum-senyum
dan sikap memikat membawa guci arak itu kepada
meja Lai Kun. "Silakan, tuan. Ini tambahan araknya," katanya
dengan suara merdu. Lai Kun memandang kepadanya dengan alis
berkerut. "Eh" Siapakah nona....?"
Sui Su te rsenyum sehingga nampak giginya
berkilat di balik sepasang bibir yang merah, akan
tetapi dengan luwes ia menutupi mulutnya dengan
saputangan sute ra. "Nama saya Sui Su, tuan dan
saya menjadi pelayan tuan untuk malam ini....."
Matanya mengerling tajam dan penuh daya pikat.
Lai Kun sudah setengah mabok. Akan te tapi dia
bukan ana k kecil. Dia seorang laki-laki berusia
empatpuluh tahun dan biarpun sudah setengah
mabok, namun dia mengerti bahwa dia berhadapan
dengan seorang pelacur yang memiliki wajah
cukup cantik dan bentuk tubuh yang menggiurkan. "Hem, maaf, nona. Aku tidak ingin melacur
malam ini......" katanya akan tetapi dia tidak
menolak ketika wanita itu menuangkan arak dari
guci ke dalam cawan araknya.
Sui Su pura-pura marah. "Aih, jangan menghina,
tuan. Saya bukan pelacur! Saya memang suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghibur tamu yang kesepian dan yang sedang
menderita sedih, akan tetapi saya bukan pelacur
murahan!" Lai Kun te rsenyum sedikit dan minum araknya.
Bukan pelacur murahan te ntu pelacur mahalan,
pikirnya. Akan te tapi dia memang sedang je ngkel,
membutuhkan hiburan dan agaknya wanita ini
amat ramah sikapnya, menyenangkan kalau diajak
bercakap-cakap. "Duduklah, nona. Mungkin aku
membutuhkan teman bercakap-cakap malam ini."
Wanita itu duduk di bangku, dekat dengannya
dan melayaninya makan kue kering dan minum
arak. Dan memang benar dugaan Lai Kun, wanita
itu amat pandai bicara, pandai bercerita dan
pengetahuan umumnya juga banyak. Pandai
bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting yang
te rjadi di kota Ji-goan.
Karena terpikat oleh gaya bicara Sui Su yang
ramah, Lai Kun mempergunakan kesempatan itu
untuk berse nang-senang. Dari kakek Coa Song, dia
menerima sekantung emas yang kelak harus
diserahkan kepada pendekar sakti Si Han Beng,
sebagai biaya hidup Cin Cin kalau menjadi murid
pendekar itu agar jangan memberatkan penanggungan keluarga Si Naga Sakti Sungai
Kuning. Akan te tapi kemurungan dan kemarahannya te rhadap Cin Cin membuat murid
He k-houw-pang ini lupa diri, bahkan dia agaknya
seperti sengaja hendak menghamburkan uang itu
untuk menumpahkan kemarahannya te rhadap Cin
Cin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan Sui Su memang seorang wanita yang
berpengalaman dan cerdik. Dari cara Lai Kun yang
sudah setengah mabok itu membayar harga
makanan dan minuman secara royal, iapun
gembira sekali dan tahu bahwa dugaannya benar.
Korbannya ini memang golongan "kakap", maka
iapun memperhebat usahanya untuk menjatuhkan
hati Lai-kun dan akhirnya ia berhasil membujuk
Lai Kun untuk mengantarnya pulang!
De ngan senang hati Lai Kun mengantarnya, dan
te rnyata bahwa te mpat tinggal Sui Su adalah
sebuah rumah pelesir yang cukup te rkenal di kota
itu, yaitu rumah pelesir Ang-hwa (Bunga Merah).
Karena sudah mabok arak dan mabok kecantikan
dan rayuan maut Sui Su, Lai Kun tidak
memperdulikan banyaknya tamu dan para wanita
muda yang cantik yang memenuhi ruangan tamu
yang luas itu. Juga dia acuh saja ketika seorang
wanita berusia limapuluh tahun yang bertubuh
gendut menyambutnya dengan ramah sekali.
Samar-samar dia mendengar bahwa Sui Su
memperkenalkan wanita itu sebagai Cia Ma, yang
diperkenalkan sebagai ibu angkatnya!
Tentu saja Cia Ma ini adalah sang mucikari,
pemilik dan pengurus rumah pelesir itu yang
te rsenyum-senyum melihat Sui Su mendapatkan
seorang korban. Ini berarti reje ki baginya, tentu
saja! Lai Kun, biarpun usianya sudah empatpuluh
tahun, pengalamannya dalam pergaulan dengan
wanita tidaklah terlalu banyak, maka mudah saja
dia jatuh oleh Sui Su yang pandai dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpengalaman itu. Untuk beberapa jam lamanya,
dia lupa diri dan dapat mereguk kesenangan,
merasa terhibur dan lupa akan segala kemurungan
hatinya tadi. Namun, setelah semua itu lewat, dia
te ringat lagi kepada Cin Cin yang ditinggalkannya
di rumah penginapan, teringat betapa besok pagi-
pagi anak itu te ntu akan menagih janji dan akan
marah-marah lagi. Maka, teringat akan ini, Lai Kun
kembali menjadi murung, bangkit dan duduk di
te pi pembaringan, tidak lagi menengok kepada Sui
Su yang baru saja melayaninya dan membuat dia
merasa senang dan te rhibur. Melihat ini, Sui Su
memandang penuh perhatian, ikut bangkit dan
merangkul dengan sikap manja.
"Lai-toako (kakak Lai), engkau kenapakah"
Mengapa engkau tiba-tiba saja menjadi murung"
Sejak engkau minum seorang diri di rumah makan,
aku sudah melihat engkau murung dan kelihatan
marah. Tadi engkau dapat melupakan semua
kemurunganmu, akan te tapi sekarang kembali
engkau murung. Toako yang baik, apakah yang
menyebabkan engkau murung" Ceritakan kepada
Sui Su, pasti aku akan dapat menghiburmu!"
Lai Kun menghela napas panjang. Teringat akan
tugasnya, teringat akan kerewelan Cin Cin, dia
merasa penasaran dan je ngkel sekali dan dia
memang memerlukan seseorang untuk menumpahkan semua rasa penasaran di hatinya.
Maka, dia lalu menceritakan semua itu kepada Sui
Su. Dianggapnya bahwa Sui Su adalah seorang
wanita yang baik sekali, yang amat mencintanya!
De mikianlah bodohnya pria kalau sudah berhadapan dengan wanita yang pandai mengambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya. Betapapun gagahnya seorang pria, sekali
berhadapan dengan wanita yang mampu menjatuhkan hatinya, dia akan berte kuk lutut dan
menyerah! Lai Kun tidak menyembunyikan sesuatu, mengharapkan nasihat dari wanita itu. Diceritakannya tentang He k-houw-pang yang dibasmi penjahat-penjahat lihai; tentang kematian
para pimpinan He k-houw pang, kemudian te ntang
tugasnya mengajak Cin Cin pergi ke Hong-cun dan
te ntang kerewelan Cin Cin yang membuat dia
pusing sekali. Setelah Lai Kun mengakhiri ceritanya, Sui Su
merangkulnya dan te rsenyum, akan tetapi suaranya te rdengar sungguh-sungguh ketika ia
bertanya, "Lai-toako, apakah anak perempuan itu
cantik" Dan berapa usianya?"
"Usianya baru lima tahun, akan te tapi ia
memang seorang anak yang cantik mungil, akan
tetapi keras hati dan keras kepala seperti setan!"
Lai Kun menjawab. "Bagus kalau ia cantik, akan te tapi sayang
usianya baru lima tahun. Toako, engkau tadi
berkata bahwa engkau hidup sebatangkara dan
tidak ingin kembali lagi ke Ta-bun-cung, dan
bahwa He k-houw-pang sudah dibubarkan. Tentu
engkau sudah tidak ingin lagi kembali ke sana,
bukan?" Lai Kun menggelengkan kepalanya. "Untuk apa
aku kembali ke sana" Sudah tidak ada apa-apanya
yang menarik kecuali kenangan pahit."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, kalau begitu, mengapa susah-susah
engkau hendak mengantar Cin Cin ke tempat jauh,
sedangkan anak itu rewel dan membuatmu
pusing" Kenapa tidak mempergunakan kesempatan yang tadinya menjengkelkan ini
berubah menjadi menguntungkan dan menyenangkan" Engkau akan te rbebas dari pada
kejengkelan, dan akan mendapatkan keuntungkan
besar." "Eh" Apa maksudmu, Sui Su?"
"Dengar baik-baik, toako. Ibu angkatku, Cia Ma,


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak mempunyai anak kandung dan ia ingin sekali
mengangkat anak perempuan yang mungil. Biarpun ia s udah mempunyai beberapa orang anak
angkat, akan te tapi mereka sudah dewasa dan Cia
Ma merasa tidak senang. Ia ingin merawat dan
mendidik seorang anak angkat yang masih kecil.
Nah, kau serahkan Cin Cin itu kepada Cia Ma,
anak itu akan berada di tangan yang penuh kasih
sayang, akan dididik menjadi seorang wanita yang
pandai dengan segala pekerjaan wanita, dan kelak
akan memperoleh jodoh seorang pria yang baik-
baik, kalau tidak bangsawan tinggi tentu hartawan
besar. Dan sebagai pengganti uang le lah, kalau
benar anak itu cantik jelita, engkau akan
menerima im balan sedikitnya seratus tail perak.!
Kalau lebih cantik dari pada yang kuduga,
mungkin lebih dari itu!"
"Ahhh......?" Lai Kun terbelalak dan kalau bukan
Sui Su yang bicara, dia te ntu marah sekali
mendengar usul untuk "menjual" Cin Cin itu. Akan
tetapi, dia sudah te rpengaruh ole h Sui Su yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggapnya amat baik, maka usul itu menjadi
bahan pertimbangannya. "Tapi.....hal itu tak dapat kulakukan," akhirnya
dia berkata. "Kenapa, toako" Apakah usulku itu tidak amat
baik?" "Kalau kelak hal ini diketahui orang, tentu aku
dipersalahkan." "Mana mungkin" Engkau tidak menyia-nyiakan
Cin Cin, bahkan menyerahkannya ke tangan orang
yang benar-benar dapat merawat dan mendidiknya.
Mereka bahkan akan berterima kasih kepadamu,
toako." "Akan te tapi, menurut kakek Coa Song, Cin Cin
akan diserahkan kepada seorang pendekar sakti
untuk menjadi muridnya."
"Aihh, toako. Cin Cin seorang anak perempuan,
dan cantik pula menurut ceritamu. Betapa
sayangnya seorang wanita cantik kelak menjadi
tukang pukul, galak, menjadi pembunuh dan
tukang berkelahi! Sayang kulitnya yang putih
halus menjadi kasar dan keras. Tidakkah seorang
wanita le bih baik dan menyenangkan kalau
menjadi wanita sepenuhnya, penuh kelembutan,
kehangatan, penuh dengan kemesraan dan pandai
dalam hal kesenian dan kebudayaan, bukan
menjadi tukang berkelahi yang mengerikan?"
Lai Kun te rsenyum. Percuma bicara dengan
seorang wanita yang sama sekali tidak mengerti
silat, tentang perlunya seorang wanita menjadi
pendekar. Akan tetapi kini hatinya tertarik. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin diserahkan kepada tangan yang baik, yang
akan mendidiknya dan merawatnya baik-baik
sehingga kelak Cin Cin menjadi seorang wanita
yang pandai dan berguna, berarti dia telah
melakukan usaha yang baik untuk pute ri suhengnya itu! Dan dia tidak perlu pusing
menghadapi kerewelan Cin Cin yang berkeras
minta pulang karena ingin mencari ibunya, tidak
mau diajak menghadap Huang-ho
Sin-liong. Ditambah pula dia mendapat seratus tail perak
yang dapat dia pergunakan sebagai modal kerja
atau berdagang! -ooo0dw0ooo- Jilid 6 Apakah engkau berani menjamin bahwa Cin Cin
akan diperlakukan dan dirawat dengan baik oleh
Cia Ma?" Melihat pancingannya berhasil, Sui Su menjadi
girang sekali. Kalau jual beli itu jadi, ia tentu
Mendapat imbalan dari Cia Ma! "Tentu saja,
kujamin dengan nyawaku, toako! Kau kira aku ini
orang yang akan diam saja kalau melihat anak
perempuan itu diperlakukan tidak baik" Aku yang
akan menjaga dan melindunginyal Akan te tapi,
kalau engkau setuju, aku harus melihat dulu
wajah anak Itu, agar aku dapat melapor kepada
Cia Ma!" Pada hal, Sui Su Ingin melihat agar la
dapat memasang harga untuk anak itu. Demi
keuntungannya, tentu saja!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lai Kun jatuh! Dia memang sedang kebingungan
Cin Cin berkeras tidak mau diantar ke rumah
pendekar Si Han Beng, berkeras minta pulang
untuk mencari ibunya. Ini saja sudah merupakan
masalah merepotkan baginya. Belum lagi kerewelan anak itu. Bagaimana dia akan mempertanggung-jawabkan kepada penduduk dusun Ta-bun-cung kalau dia pulang lagi bersama
Cin Cin ke sana" Malam itu Juga, Lai Kun mengajak Sui Su untuk
pergi ke rumah penginapan. Hari sudah larut
malam dan Sui Su le bih dahulu menemui Cia Ma,
berbisik-bisik dan Cia Ma dengan wajah cerah
mengijinkan Sui Su pergi bersama Lai Kun.
De ngan hati-hati Lai Kun membuka pintu kamarnya dan te rnyata Cin Cin tidur pulas ,
te rlentag di atas pembaringan tanpa membuka
sepatunya. Lai Kun menyalakan dua batang lilin
lagi di atas meja sehingga sinar lilin cukup te rang,
menerangi wajah Cin Cin yang agak menghadap
keluar sehingga Sui Su dapat mengamati wajah itu
sepenuhnya. Diam-diam ia kagum bukan main!
Wajah itu demikian cantik, manis dan mungil, dan
kulit muka dan le her itu demikian putih mulus!
Seorang anak yang kelak pasti akan menjadi gadis
yang cantik je lita Ini berarti la untung besar!
Sedikitnya Cia Ma akan berani membayar duaratus
perak untuk anak seperti ini, apalagi kalau disertai
surat pernyataan "Jual beli '. Dan ia akan
menerima imbalan pula di samping keuntungannya
sendiri! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui Su memberi is yarat kepada Lai Kun untuk
meniup lilin-lilin itu agar jangan mengganggu Cin
Cin, kemudian mengajak pria itu keluar kamar.
"Bagaimana pendapatmu?" tanya Lai
Kun dengan hati tegang, khawatir kalau s ampai Cin Cin
ditolak. Ketegangan Lai Kun ini saja membuat Sui
Su diam-diam bersorak. "Hemrn, tidak buruk, juga tidak terlalu istimewa.
Akan te tapi akan kuusahakan agar Cia Ma suka
membayar seratus duapuluh lima tail perak untuk
anak itu." "Seratus duapuluh lima tail" Aihhh kalau benar,
akan kuhadiahkan sepuluh tail untukmu, Sui Su!"
Sui Su te rsenyum. Hujan keuntungan berjatuhan dari depan belakang! Ia.berbisik,
"Harus diatur agar anak itu tidak curiga dan mau
kau tinggalkan di sana. Aku malam ini juga akan
bicara dengan Cia Ma. Engkau besok pagi-pagi
bawa anak itu ke sana. Katakan bahwa engkau
akan melakukan penyelidikan karena mendengar
bahwa ibu anak itu berada di sekitar daerah ini,
dan kautitipkan anak itu kepadaku, untuk sehari
saja. Kalau mendengar bahwa engkau akan
menyelidiki tentang Ibunya, tentu la tidak banyak
rewel. Kemudian, engkau akan kute mui, akan
kuserahkan uang itu dari Cia Ma. dan engkau
hanya tinggal menandatangani surat penyerahan
anak Itu." Lai Kun diam-diam merasa girang sekali. Dia
akan menerima seratus duapuluh lima tail perak!
Akan te tapi mendengar tentang penandatanganan
itu alis nya berkerut. "Harus menanda tangani'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui Su mengusap dagu pria itu dengan sikap
mes ra. "Tentu saja, toako Kalau tidak, salah-salah
kami akan di tuduh menculik anak itu!"
Lai Kun mengangguk-angguk maklum, walaupun dia sama sekail tidak mengerti tentang
urusan seperti itu. Sui Su memasuki tandu dan
dipikul ole h empat orang pemikul tandu, pulang ke
rumah pele sir Ang-hwa, sedangkan Lai Kun masuk
lagi ke kamarnya. N amun, semalam dia tidak dapat
tidur pulas . Bagaimanapun juga. dia merasa
te gang. Pertama, dia akan menyerahkan Cin Cin
kepada orang lain, bukan kepada pendekar sakti Si
Man Beng. Untuk ini, kalau kelak ada pertanyaan,
mudah saja baginya untuk membela diri. Dia akan
menyatakan bahwa karena Cin Cin tidak mau
diajak kesana, terpaksa dia menyerahkan kepada
orang lain yang berbalk hati untuk merawat dan
mendidik Cin Cin. Dan dia tidak berbohong karena
memang Cin Cin tidak mau diajak melanjutkan
perjalanan berkeras ingin pulang mencari ibunya.
Ke dua, dia akan menerima uang yang banyak.
Sudah ada uang yang dite rimanya dari kakek Coa
Song, kini ditambah seratus duapuluh lima tail.
Dia menjadi kaya! Tentu saja dia menganggap
demikian karena dia memang selama hidupnya
bellum pernah memegang uang sebanyak itu. Dia
membayangkan menjadi pedagang yang berhasil
dengan modal itu, hidup senang di te mpat lain,
hidup baru dan mungkin dia akan mengambil
seorang wanita untuk menjadi isterlnya. Yang
secantik Sui Su, selembut dan sehangat Sui Su!
Dan hidupnya akan berbahagia. Lamunan ini yang
membuat dia tidak dapat tidur. Sebetulnya, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa kasihan kepada Cin Cin. murid keponakan
yang sudah dekat dengan dia sejak kecil itu. Akan
tetapi, akan le bih menyedihkan lagi kalau Cin Cin
diajak pulAng ke Ta-bun-cung. Ayahnya sudah
te was dan ibunya dilarikan penjahat! Lebih baik
Cin Cin hidup dekat Cia Ma dan te rutama dekat
Sui Su yang demikian lembut dan ramah. Tentu ia
akan menjadi seorang gadis yang cantik dan
bahagia kelak! Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cin Cin
sudah bangun, dan ia sudah menghampiri pembaringan Lai Kui dan menggoyang pundak
orang itu. "Susiok. bangun! Susiok...... cepat bangun!"
Belum ada dua jam Lai Kun dapat tertidur dan
te ntu s aja ia terkejut ketika pundaknya diguncang.
Ia te rbangun dan bangkit duduk, memandang anak
itu "Susiok, mari kita berangkat. Pulang!'
"Hemm, nanti dulu, Cin Cin. Aku mempunyai
kabar yang baik sekali."
Anak Itu mengerutkan alis nya dan menatap
tajam, penuh curiga. "Kabar baik a pa, Susiok" Aku
ingin pulang dan mencari ibu!"
"Justeru ini kabar mengenai ibumu Cin Cin.
Semalam aku berjalan-jalan dan aku mendengar
te ntang ibumu." Wajah anak itu berseri dan pandang matanya
penuh ketegangan. "Benarkah itu, paman" Di
mana ibu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sabarlah, Cin Cin. Aku baru mendengar
beritanya saja semalam dari orang-orang yang
kupercaya. Katanya mereka melihat ibumu yang
diculik oleh penjahat, di sekitar daerah ini....."
"Kalau begitu, mari sekarang juga kita ke sana,
Susiok!" "Ahh, bagaimana mungkin mengajakmu, Cin
Cin" Ka utahu, penjahat itu berbahaya sekali. Aku
harus menyelidikinya sendiri. Mungkin aku harus
menyerang penjahat itu untuk menyelamatkan
lbumu Karena itu, untuk satu hari saja engkau
akan kutitipkan kepada orang-orang yang kupercaya itu." "Engkau pergilah sekarang juga menolong ibuku,
susiok. Aku akan menunggumu di sinil"
"Aih, mana bisa begitu" Kalau penjahat itu tahu
engkau pute ri ibumu, mungkin engkau akan
diculiknya pula untuk memaksa ibumu! Tidak,
sebaiknya engkau kutitipkan di rumah te man-
te manku itu, agar hatiku tenang, ada yang
menjagamu" "Aku di sini saja! Aku tidak mau di tempat lain!"
Cin Cin berkeras. "Hemm, Cin Cin! Kenapa engkau selalu rewel
dan tidak menurut kata-kataku. Aku harus
melindungimu, bagaimana aku dapat meninggalkanmu seorang diri ditempat umum
begini" Tidak, kalau engkau tidak mau kutitipkan
kepada orang-orang yang kupercaya, akupun
te rpaksa tidak berani pergi meninggalkanmu. Aku
tidak akan menyelidiki keadaan Ibumu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"I h, jangan begitu, Susiok! Apakah Susiok te ga
membiarkan ibu di tangan penjahat" Baiklah, aku
akan menunggu di rumah te man-te manmu. Akan
tetapi siapakah mereka" Bagaimana Susiok yang
baru saja tiba di sini dapat mempunyai teman-
te man baik di sini?"
"Hemm, anak ini cerdik luar biasa. Aku harus
berhati-hati, demikian pikir Lai Kun. "Me mang
baru semalam aku bertemu dengan mereka. Dan
mereka itulah yang memberi kabar te ntang ibumu
itu kepadaku. A ku berte mu dengan seorang wanita
di rumah makan. Me lihat aku murung, ia bertanya
dan kami bercakap-cakap. Dan iapun memberi
kabar tentang ibumu itu. Kau bisa bertanya sendiri
padanya kalau bertemu dengannya."
"Seorang wanita" Ah, aku mau pergi ke sana.
Mari sekarang juga kita pergi Susiok, agar engkau
dapat segera mencari ibuku."
Lai Kun lalu berkemas, membayar sewa kamar,
kemudian mengajak Cin Cin pergi ke rumah
pelesir. Ang-hwa. Pagi hari itu, rumah itu sunyi
tidak ada tamu berkunjung, dan para gadis
penghibur juga enggan keluar dari kamar di mana
mereka masih tidur kelelahan. Akan te tapi Sui Su
sudah berdandan rapi dan menunggu di ruangan
depan. Begitu Lai Kun muncul bersama Cin Cin
wanita Itu lalu menyambut dengan sikap ramah
sekali. "Aih, Lai-toako. Pagi benar engkau datang!"
katanya. "Dan anak ini, siapakah ia" Anak yang
baik, mari, duduk di sini, dekat bibi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Sui Su, aku datang pagi-pagi untuk
menitipkan murid keponakanku ini di sini, untuk
sehari saja. Aku akan segera menyelidiki tentang
isteri suhengku itu. Dan anak ini bernama Kam
Cin, panggilannya Cin Cin, la puterl mendiang
suheng." "Aihh, Jadi Inikah yang kaucerita kan semalam"
Kasihan sekali. Baiklah biar di sini la menunggu
kau. Aku akan menjaganya baik-baik. Engkau
cepat cari Ibu anak Ini, toako. Kasihan sekali"
Pada saat Itu, Cia Ma muncul. Wanita yang
gembrot ini mengamati Cin Cin dengan penuh
selidik dan agaknya ia merasa puas. Ia tersenyum
dan berkata "Ah, kiranya tuan Lai Kun yang datang. Selamat
pagi! Dan siapa anak ini?" Ia mendekat dan
mengelus kepala Cin Cin dengan sikap menyayang.
"Anak manis siapa namamu?"
Cin Cin merasa senang. Orang-orang di sini
ramah, pikirnya. "N amaku Cin Cin!"
Lai Kun lalu berkata kepada Cin Cin "Cin Cin,
engkau di sini dulu, ya' Tunggu aku sehari di sini,
setelah berhasil aku akan menje mputmu "
"Cin Cin, mari main-main di dalam! Engkau
belum makan pagi, bukan" Ada bubur ayam di
dalam, enak sekail mari kita makan minum di
dalam, biar paman gurumu mencari ibumu. Mari,
anak manis!" Cia Ma menggandeng tangan anak itu
dan Cin Cin bangkit dari tempat duduknya. Akan
tetapi sebelum masuk, la menoleh kepada Susioknya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Susiok, berhasil atau tidak, aku menunggumu
sampai sore. Kalau sampai malam nanti engkau
tidak datang, aku akan mencari sendiri!" katanya
dengan nada mengancam. Lai Kun mengangguk
dan lapun keluar bersama Sui Su yang membawa
buntalan berat. Sui Su menyerahkan uang seberat seratus
limabelas tali perak dan berkata, "I ni seratus
limabelas, sudah kupotong sepuluh tail seperti
yang kau janjikan dan harap engkau suka
menandatangani surat penyerahan ini."
Lai Kun membaca surat itu yang mengatakan
bahwa dia menyerahkan anak bernama Kam Cin
kepada Cia Ma dengan Imbalan uang sebanyak
duaratus tail perak dan bahwa sejak saat itu dia
tidak boleh menemui Cin Cin, apa lagi mengajaknya pergi karena Cin Cin telah menjadi
anak angkat Cia Ma! "Dua ratus tail?" tanyanya dengan heran.
Sui Su te rsenyum manis. "Aih seperi engkau
tidak tahu saja urusan dagang, toako Dengan surat
ini, andaikata ada orang yang mau menebus Cin
Cin maka Cia Ma tentu saja menghendaki
keuntungan." Lai Kun percaya, apa lagi dia sudah merasa puas
dengan jumlah yang di te rimanya. Hanya te ntu
saja dia tidak menyangka bahwa yang tujuhpuluh
lima tail merupakan bagian Sui Su yang mencatut
harga itu! Karena dalam surat itu tidak diutarakan
jual-bell maka diapun dapat pergi dengan hati
ringan. Dia tidak menjual Cin Cin. melainkan
menyerahkan kepada orang yang akan dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merawatnya dengan baik. Dia tidak menjual, hanya
menyerahkan dan dia menirma imbalan, bukan
hasil penjualan! Demikian dia menghibur diri
sendiri dan diapun cepat pergi meninggalkan
rumah pelesir itu, dan langsung rneninggalki kota
Ji-goan! "Aku harus pergi dari sini! Sekarang juga!" kata
Cin Cin pada keesokan harinya, setelah malam tadi
Cia Ma dan Sui Su berhasil membujuknya untuk
meliwati semalam itu. Cin Cin sudah marah-marah
dan semalam hampir tidak tidur. Maka pagi-pagi la
te rbangun, langsung la menanyakan apakah
paman-gurunya sudah kembali. Ketika dijawab
belum, la lalu marah dan nekat untuk meninggalkan te mpat itu, membawa buntalan
pakaiannya. "Cin Cin, anak baik, engkau hendak pergi ke
mana" Engkau tidak membawa bekal uang, dan
perjalanan amat jauh!" Sui Su mencoba untuk
membujuk. "Semua uang dibawa oleh Susiok! Aku sekarang
tahu, dia pasti menipuku! Aku tidak sudi bersama
dia lagi. Aku mau pulang, aku mau mencari ibu!"
kata anak itu sambil mengenakan sepatunya dan
setelah mengikat buntalan pakaian di punggungnya, la lalu bergegas hendak keluar dari
pintu kamarnya. "Tidak, engkau tidak boleh pergi!' Sui Su kini
tidak sabar lagi. Bagaimanapun juga, tentu saja
anak Ini tdak boleh pergi.Ia sudah menyimpan
delapanpuluh lima tali sebagal keuntungan nya! Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini memegang lengan anak itu untuk menahannya. "Bibi Sui Su, le paskan aku! Aku mau pergi dan
siapapun tidak boleh menahan dan menghalangiku!" Cin Cin membentak marah.
"Cin Cin, engkau tidak boleh pergi sebelum
paman gurumu kembali! Dia menitipkan engkau di
sini. Kami bertanggung-jawab dan harus menahanmu di sini sampai dia kembali. Engkau
tidak boleh pergi!" kata Sui Su dan pegangan pada
le ngan anak itu semakin kuat.
"Bibi Sui Su, sekali lagi. lepaskan aku. Engkau
sudah bersikap baik jangan membuat aku marah
dan menganggap engkau Jahat!"
"Cin Cin, engkaulah yang jahat kalau memaksa
pergi. Kami bertanggung-jawab dan harus menahanmu di sini." Kini Cin Cin memandang marah. "Bagus!
Agaknya bibi bersekutu dengan susiok untuk
menahanku di sini, ya?" Tiba-tlba Cin Cin menarik
tangannya yang memegang kuat sehingga Sui Su
mengerahkan tenaga menahan dan menarik.
Mendadak Cin Cin memutar le ngannya dan
mendorong! Karena-saat Itu. Sui Su sedang
mempertahankan dan menarik, maka dorongan
yang tiba-tiba itu membuat ia te rje ngkang dan
te rhuyung, pegangannya terlepas!
Cin Cin yang sejak kecil sudah dilatih I lmu silat
oleh mendiang ayahnya itu, segera meloncat ke
arah pintu untuk melarikan diri. Akan te tapi tiba-
tiba di pintu muncul Cia Ma. Tubuhnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gembrot memenuhi pintu sehingga Cin Cin tidak
dapat keluar. "Eh, anak manis. Engkau hendak pergi ke
manakah?" tanya Cia Ma sambil mengembangkan
kedua le ngannya sehingga makin penuhlah lubang
pintu itu. "Cia Ma, biarkan aku pergi dari sini! Susiok Lai
Kun menipuku!" kata Cin Cin dengan sabar karena
sejak kemarin nenek gendut itu bersikap amat baik
dan ramah kepadanya. "Cia Ma, tahan anak itu! Ia hendak memaksa
melarikan diri!" Sui Su yang tadi terjatuh dan
pantatnya te rbanting agak keras di atas lantai
sehingga terasa nyeri, kini merangkak bangun dan
berte riak kepada Cia Ma.


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ehh" Cin Cin, engkau tidak boleh pergi dari
sini! Engkau sudah menjadi anak angkatku.
De ngar, engkau sudah jadi anakku. Tempat
tinggalmu disini dan engkau tidak boleh pergi dari
sinl!" kata Cia Ma, kini tidaklagi manis dan lembut
melainkan keras karena la tahu bahwa sekarang
saatnya menggunakan kekerasan untuk menakut-
nakuti Cin Cin. Akan te tapi ia salah besar kalau hendak
menakut-nakuti anak perempuan berusia lima
tahun itu. Melihat sikap dan mendengar ucapan
Cia Ma, Cin Cin membelalakkan matanya dan
mengepal tinjunya. "Ah, kiranya engkaupun
bersekongkol dengan suslok, nenek gendut Siapapun tidak boleh menahanku disini!" Dan
lapun menerjang nenek itu, kakinya menendang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tukk!" Sepatunya menendang te pat mengenai
tulang kering kaki kiri Cia Ma.
"Aduh h.....aduh, aduhh....... anak setan ......aduhh.....!" Cia Ma berjingkrak dengan kaki
kanannya sambil berusaha mengelus atau memegang kaki kiri dengan kedua tangannya yang
agaknya terlalu pendek. "Minggir kau!" Cin Cin membentak dan ia
menyeruduk ke depan, menggunakan pundaknya
untuk menerjang nenek yang sedang berjingkrak
dengan sebelah kaki itu. "Aughhh..... brukkk.....!" tentu saja Cia Ma
te rjatuh, terpelanting dan pinggulnya yang besar
itu menimpa meja tepat pada ujung meja segi
empat yang runcing. Melihat kesempatan ini, Cin
Cin lari keluar dari dalam kamar itu.
"Cin Cin, jangan lari!" teriak Sui Su sambil
mengejar. Dari ruangan luar menerobos masuk dua orang
laki-laki yang usianya sekitar empatpuluh tahun,
bertubuh tinggi besar dan bersikap garang. Mereka
adalah dua orang tukang pukul yang dipelihara
oleh Cia Ma. Mereka mendengar teriakan majikan
mereka, maka mereka la-i l ke dalam. Melihat
mereka, Cia Ma berteriak-teriak.
"Tangkap anak itu! Tangkap, jangan sampai ia
lari!" Dua orang laki-laki itu segera menghadang di
te ngah jalan. "Mlnggir!" te riak Cin Cin berani dan
menerjang di antara dua orang laki-laki itu. Akan
tetapi, dua orang tukang pukul itu te rtawa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disangkanya ada bahaya, tidak tau hanya hanya
seorang anak perempuan kecil yang hendak
melarikan diri! Seorang di antara mereka, yang
brewok dan bermuka hitam, menggerakkan tangan
kiri dan sekali cengkeram, dia sudah menangkap
punggung baju Cin Cin dan begitu tangannya
diangkat keatas, tubuh Cin Cin tergantung di
udara! "Lepaskan aku, kau babi hitam! Lepaskan aku!"
Cin Cin meronta-ronta dan memaki-maki, kakinya
mencoba untuk menendang-nendang, kedua tangannya mencakar dan memukul.
"Ha-ha-ha-ha-ha! " Laki-laki ke dua yang
bermuka bersih dan pucat kekuningan te rtawa-
tawa melihat anak perempuan itu memaki-maki
te mannya dengan sebutan babi hitam!
Si muka hitam mulai marah. Bukannya karena
makian itu, akan te tapi juga karena Cin Cin
menendang, mencakar memukul, bahkan mencoba
untuk menggiglt le ngnnnya dan meludah ke arah
mukanya! "Eh-eh, anak setan, anak liar. Engkau minta
ditampar, ya?" Tangan kanannya yang le bar sudah
siap untuk memukul dengan tamparan.
"Heii, Hek-gu (Kerbau Hitam), Jangan pukul
anakku! Awas kau, kalau berani memukulnya!" Cia
Ma mengancam muka hitam sambil terseok-seok la
menghampiri karena pinggulnya te rasa nyeri.
"Ah, tidak. Cia Ma, aku hanya menakut-nakuti
Habis , ia liar sekali" kata si muka hitam yang
berjuluk Kebau Hitam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau, Kerbau Hitam, Anjing Hitam, Babi Hitam,
le paskan aku!" kembali Cin Cin meronta-ronta
dengan marah. Anak ini memang memiliki keberanian luar biasa. Melihat ini, Cia Ma
mengerutkan alisnya. Celaka, pikirnya. Ia sudah
mengeluarkan uang duaratus tali perak dan
memang anak ini mungil sekail, kelak pasti
menjadi seorang gadis cantik yang menjadi sumber
keuangan besar baginya. Akan te tapi sungguh
tidak disangka, anak ini memiliki watak yang
demikian keras dan bandel, sukar diurus. Harus
dipergunakan kekerasan untuk anak sebengal ini. .
"Sekap ia dalam kamarnya. Jaga jangan sampai
dapat lari. Kalau perlu, Ikat kakinya dengan
rantai!" Cin Cin tidak dapat meronta pula karena kedua
kaki tangannya diikat dengan sabuk dan ia
dilempar ke atas pembaringan dalam kamarnya. Ia
melotot, memakl-maki, akan te tapi tidak mampu
meronta lagi. Anak ini memang bandel bukan main
dan juga amat tabah. Dalam keadaan seperti itu, la
tidak pernah menangis, hanya marah-marah dan
memaki-maki! Kalau Cia Ma tidak berpesan kepada
dua orang tukang pukulnya agar Jangan memukul
anak itu, tentu Hek-gu (Kerbau Hitam) dan Pek-gu
(Kerbau Putih) sudah menamparnya karena mereka dimaki-maki. Sampai habis suara Cin Cin dipakai memaki dan
berte riak-te riak. Juga kedua kaki tangannya terasa
nyeri dan lelah. Ia haus sekali, juga lapar, akan
tetapi ia tidak mau mengatakan penderitaannya
ini. Setelah tubuhnya le maa, ia mendiamkan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mencoba untuk tidur. Sementara itu, dua
orang tukangi pukul menjaga di luar pintu.
Ketika siang hari itu seorang wanita pelayan
datang mengantar makanan, Cin Cin tidak mau
makan, tidak mau minum dan tidak mau bicara,
hanya rebah dengan muka cemberut. Sebetulnya ia
menangis, akan tetapi tangisnya ditahan! dan
hanya kedua matanya saja basah, tidak ada
keluhan keluar dari mulutnya.
Ia merasa haus bukan main, dan lapar, dan
lelah. Akan tetapi semua itu ditahannya dan iapun
mengenangkan semua peristiwa yang terjadi
dengan diri nya. Biarpun ia baru berusia lima
tahun akan tetapi la seorang anak cerdas. Ia kini
yakin bahwa Susioknya, Lai Kun, telah menipunya.
Ia memang oleh Susioknya diberikan kepada Cia
Ma, dan kini entah ke mana perginya Susiok itu. Ia
marah kepada Susioknya. Akan te tapi iapun tidak
berdaya. Andaikata ia dapat kembali ke Ta-bun-
cung, kepada siapa ia akan melaporkan perbuatan
susioknya itu" Kakek Coa Song telah tiada,
demikian pula ayah dan ibunya. Supeknya, Coa
Siang Lee juga te was dan isteri supeknya bersama
Thian Ki lenyap pula. Tidak, ia tidak dapat
melaporkan kepada siapapun. Akan tetapi yang
te rpenting sekarang adalah mencari jalan untuk
membebaskan diri dari kurungan ini. Akan te tapi,
sampai terasa pening kepalanya, anak itu tidak
dapat menemukan jalan. Ia disekap dalam kamar,
kaki tangannya diikat rantai, dan di depan
kamarnya ada dua orang jahat dan kejam itu
melakukan penjagaan secara bergiliran. Ia sungguh tidak berdaya. Ingin rasanya ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis, akan te tapi ditahannya. Ia demikian
benci kepada mereka semua sehingga tidak ingin
menyenangkan hati mereka dengan memperlihatkan kelemahannya! Sejak kecil, ayahnya menekankan perlunya sikap gagah bagi
seorang calon pendekar! '
Beberapa kali dalam sehari itu, Cia Ma
menjenguknya dari pintu dan bicara lirih dengan
penjaga. Dan nenek itu mengerutkan alis, menarik
napas panjang dan menggeleng-geleng kepala.
Melihat nenek itu marah-marah dan kecewa, ada
perasaan lega yang merupakan hiburan di hati Cin
Cin. Setidaknya, ia mampu membalas dengan
membuat orang itu kecewa, pikirnya.
Malam itu, yang datang mengantar makanan,
selain seorang pelayan wanita itu juga ikut masuk
ke kamar itu Sui Su. Melihat wanita ini, Cin Cin
membuang muka. Biarpun selama ini Sui Su
memperlihatkan sikap baik kepadanya, namun
mengingat bahwa pertama kali susioknya membawanya ke situ yang menerima adalah Sui
Su, maka la menduga bahwa tentu wanita genit ini
ikut pula menjadi komplotan yang menipunya.
Sui Su duduk di te pi pembaringan Cin Cin
menggulingkan tubuhnya, menghadap dinding
membelakanginya. "Sstt......Cin Cin, aku mau
bicara denganmu. Penting untuk kebaikanmu
sendiri........" Cin Cin tidak perduli, atau setidaknya mengambil sikap tidak perduli walaupun kedua
telinganya dipasang baik-baik untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperhatikan apa yang akan dikatakan wanita
itu. "Anak baik, Jangan engkau bersikap seperti ini.
Engkau menyiksa dirimu sendiri.
Susiokmu bermaksud baik, menitip engkau di sini, dan kalau
engkau taat, tentu engkau akan diperlakukan
dengan baik, engkau akan dapat makan enak
setiap hari, dapat pakaian yang bagus-bagus, dan
engkau akan dihormati semua orang karena
engkau telah menjadi anak angkat Cia Ma."
"Aku tidak sudi! Lebih baik aku mati!" kata Cin
Cin ketus, akan tetapi kini ia membalikkan
tubuhnya untuk memandang kepada wanita itu.
"Hussh, Cin Cin, jangan begitu bodoh," bisik Sui
Su, "kalau engkau mati, berarti engkau akan
membikin gembira hati mereka yang membencimu.
Bodoh sekail " Kata-kata ini tepat sekali dan membuat Cin Cin
te rbelalak memandang kepada wanita itu. "Tapi........ aku tidak mau di sini. Aku tidak mau
menjadi anak Cia Ma. Aku ingin pulang, mencari


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ibuku!" "Sssst ..jangan berteriak-teriak" bisik lagi Sui Su.
"Dengar baik-baik Cin Cin. Aku ingin menolongmu.
Kalau engkau berkeras, bagaimana mungkin dapat
lolos dari sini" Kalau engkau tidak mau makan
minum tubuhmu akan menjadi le mas, mungkin
akan sakit dan mati. Engkau harus makan minum
agar kuat dan mencari kesempatan untuk kelak
melarikan diri......"
"Apa......apa maksudmu, bibi...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senang rasa hati Sui Su. Sepanjang hari Cia Ma
hanya marah-marah saja te rutama kepadanya,
mengatakan bahwa ia merasa tertipu dengan
membeli anak itu. Tentu saja Sui Su merasa tidak
enak hati, apa lagi mengingat bahwa ia memperoleh keuntungan banyak dalam jual beli
anak itu. Sui Su diam-diam merasa kasihan
kepada Cin Cin. I a teringat akan nasibnya sendiri.
lapun dahulu dijual oleh ayah ibunya yang melarat
kepada Cia Ma, ketika la berusia lima tahun. la
dirawat, dipelihara dan dididik menjadi pelacur
oleh Cia Ma. Setelah ia dewasa, ia dijual oleh Cia
Ma, diperas habis-habis walaupun ia dapat hidup
dalam kemewahan. Kini, setelah memperoleh
banyak uang karena jual beli Cin Cin, ia ingin
berdikari, ingin kembali ke dusun dan dengan
modalnya itu la dapat hidup tanpa harus menjual
dirinya. Ia merasa kasihan kepada Cin Cin, maka
sambil berusaha untuk meredakan kemarahan Cia
Ma dengan membujuk Cin Cin, iapun ingin
memberi jalan dan nasehat bagi anak itu agar
kelak dapat melarikan diri sebelum te rjeblos seertl
yang dialaminya. "Cin Cin," kata Sui Su berbisik sambil berlagak
mellrik ke luar seolah-olah ia tidak ingin suaranya
te rdengar oleh tukang pukul yang berjaga diluar
"Engkau harus pura-pura mentaati dan menjadi
anak yang baik di sini. Engkau menjaga kesehatanmu dengan makan yang cukup, tidur
yang cukup dan seolah-olah menikmati
kehidupan di sini. Dengan sikapmu itu, lambat
laun tentu Cia Ma akan percaya kepadamu. Nah,
kalau engkau sudah mendapat
kepercayaan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga tidak lagi dikeram, tidak lagi dijaga, dan
mendapat kebebasan, pada suatu hari yang baik
kalau ada kesempatan engkau te ntu akan dapat
melarikan diri dengan mudah. Bukankah ini akal
yang baik sekali" Kalau kita
tidak dapat menggunakan kekerasan, kita harus menggunakan
akal, anak yang manis."
Wajah anak itu semakin cerah dan pun
te rsenyum sambil menganggukkan "Engkau benar,
bibi, engkau benar, te rima kasih. Aku harus
bersabar menggunakan akal itu....." katanya lirih.
"Bagus, nak aku akan menyuruh mereka
melepaskan ikatan kaki tanganmu dan engkau
harus berlagak penurut, superti seekor anak
harimau yang memakai bulu domba. 'perumpamaan itu menyenangkan hati Cin Cin. Ia
anak harimau! Akan te tapipi demi keselamatannya, ia harus mengenakan bulu domba. I a mengangguk-angguk maklum.
Sui Su menoleh ke pintu dan berteriak kepada
Pek-gu yang kebetulan berjaga di situ, menggantikan He k-gu "heii paman lPek-gu. Tolong
kau le paskan rantai-rantai ini. Cin Cin kini sudah
mengerti dan ia tidak akan memberontak lagi"
Pek-gu memasuki kamar dan memandang
kepada Cin Cin. "Benarkah" Anak setan ini tidak
akan memaki-maki dan meronta lagi ?"
Sepasang mata Cin Cin mengandung api
kemarahan dan hampir saja ia memaki lagii kalau
saja Sui Su tidak cepat merangkulnya. "Paman,
hati-hatilah dengan omonganmu. Ingat, ia ini
adalah Cing Siocia (nona Cing), puteri Cia Ma.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau harus menghormatinya kalau tidak ingin
dimarahi Cia Ma!" Pek-gu menghampiri Cin Cin dan melepaskan
rantai-rantai yang mengikat kaki dan tangan anak
itu. Melihat anak itu diam saja tidak meronta dan
tidak mengeluarkan suara, Pek-gu yang berwajah
putih pucat kekuningan itu te rsenyum.
"Nah, begini baru anak baik, tidak membikin
repot orang. Nona kecil, engkau kelak tentu akan
menjadi seorang gadis yang cantik jelita dan hidup
serba kecukupan dan senang seperti nona Sui Su.
Lihat, nona Sui Su ini cantik sekali, bukan" Eh,
nona Sui Su. Sekali-kali perbolehkan aku bermalam di kamarmu! Bukankah kita sudah lama
menjadi rekan sekerja di sini?"
Sui Su tersenyum mengejek. "Sudah terlalu
banyakkah uangmu, paman" Setahuku, semua,
uangmu kau ha biskan di meja Judi!"
"Aih, sesama rekan masa pakai uang segala?"
"Enaknya! Sudah, keluar sana dan jangan
ganggu kami. Nona Cin harus makan sekarang."
Sui Su mengusir tukang pukul Itu yang keluar
sambil menyeringai, biarpun menjadi pelacur,
mereka yang anak angkat Cia Ma menang
dihormati orang karena Cia Ma yang galak itu
selalu melindungi anak-anaknya.
Oleh bujukan Sui Su, Cin Cin mau makan dan
minum. Baru te rasa olehnya betapa lapar dan
hausnya, sehingga ia makan dengan gembul,
dite mani Sul Bu yang melayaninya dengan sabar.
Setelah makan kenyang, muncullah Cia Ma. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejak tadi sudah diberitahu dan mengintip. Girang
sekali ia melihat Sui Su berhasil membujuk Cin
Cin. Tadi, Sui Su berkata kepadanya bahwa ia
akan membujuk Cin Cin dengan halus, dan kalau
berhasil, la minta diijinkan untuk mengambll cuti
selama seminggu karena ia hendak pulang ke
dusun menengok keluarga di dusun, walaupun
kini ayah dan ibunya sudah tiada. Cia Ma
menyanggupi, akan memberi ijin itu kalau benar
Sui Su berhasil. Nenek ini sudah terlalu pusing
melihat sikap Cin Cin dan ia membayangkan
uangnya yang dua ratus tail perak itu!
Cin Ma memasuki kamar itu dengan wajah
berseri "Aduh, anakku yang baik ana kku yang
manis. Cin Cin, engkau sudah suka makan dan
minum. Bagus, aku datang membawakan pakaian
yang bagus-bagus untukmu, nak!"
Cin Cin mengerling kepada Sui Su yang berkedip
kepadanya. Biarpun ia merasa tidak senang
kepada nenek gembrot itu, namun ia menahan
perasaannya, teringat akan nasihat Sui Su tadi. la
harus bersikap penurut dan manis memperoleh
kepercayaan sehingga kelak dengan mudah ia akan
dapat melarikan diri. Maka, ketika buntalan
pakaian yang serba indah itu dibuka, Iapun
memaksakan diri untuk te rsenyum dan memperihatkan muka girang
De mikianlah, Cin Cin yang biar berhati keras
namun amat cerdik ia bersikap penurut dan ia
mau saja ketika disuruh belajar menulis dan
menyulamm, melukis , bahkan bernyanyi , menari,
dan menabuh yang-kim (gitar) dan suling. Iapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
acuh saja ketika pada suatu hari Sui Su berpamlt
kepadanya, katanya hendak cuti seminggu untuk
menengok keluarganya di dusun.
"I ngat, jangan lari sebelum mendapat kesempatan yang baik sekail, karena kalau engkau
te rtangkap lagi, tentu akann dlperlakukan dengan
buruk ," demikian nasihatnya kepada Cin Cin.
dengan suara bisik bisik Benar saja seperti yang dikatakan Sui Su,
setelah Cin Cin bersikap taat dan penurut, Cin Ma
bersikap lembut dan manis kepadanya, bahkan
memanjakanya. Apa lagi ketika ia melihat betapa
Cin Cin amat cerdas. Segala yang diajarkan kepada
anak itu, sebentar saja dapat dikuasainya. Dalam
waktu setahun saja, anak Itu sudah pandal
meniup suing, bermain yang-kim, bahkan menari.
Juga dalan hal ilmu baca tulis , karena memang
tadinya ia sudah mendapat pelajaran dari orang
tuanya, ia maju pesat Pada suatu hari, pagi-pagi sekali Cin Cin sudah
menyelinap keluar dari rumah itu. Biarpun ia
masih kecil, namun karena setiap hari melihat
wanit wanita muda dan cantik bersenda-gurau
dengan kaum pria, ia sudah dapat meraba bahwa
para wanita itu tidak mengenal rasa malu dan
menyebalkan sekali. Ia makin tidak betah dan
setelah mendapatkan kepercayaan dan kebebasan,
maka pada pagi hari itu iapun menyelinap luar
ketika semua orang belum bangun tidur. Malam
tadi ia telah mempersiapkan segalanya. Membawa
pakaian untuk bekal, dibuntalnya, juga meloloskan perhiasan yang diberikan Cia Ma
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya juga dimasukkan ke dalam buntal
untuk bekal biaya perjalanannya. Tentu saja ia
tidak ingat lagi jalan pulang ke Ta-bun-cung. Yang
diingatnya hanyalah bahwa ketika ia melakukan
perjalanan bersama Susiok-nya, mereka berjalan
te rus ke barat. Maka kini la tahu bahwa ia harus
menuju ke timur, menyusuri tepi sebelah utara
dari Sungai Hua ho untuk kembali ke dusunnya.
Pada waktu itu, pergantian pemerintahan dari
dinasti Sui ke dinasti Tang baru berjalan kurang
le bih tiga tahun saja. Keamanan belum pulih,
te rutama sekali di luar kota raja Lok-yang
Pemerintah baru belum sempat mengatur daerah
daerah dan belum membentuk pasukan keamanan
untuk mengamankan kota-kota dan dusun-dusun.
Biarpun kota Ji-goan masih termasuk daerah Lok-
yang, namun pemerintahan di daerah itupun
belum lancar benar sehingga keamanannya masih
buruk. Para penjahat masih merajalela, melakukan
pemerasan di sana sini, perampokan dan gangguan
te rhadap rakyat. Jaminan keamanan dari pemerintah belum lancar benar dan hampir setiap
hari terjadi kejahatan. Cin Cin sama sekali tidak tahu akan hal ini.
Selama ini ia merasa aman semenjak melakukan
perjalanan bersama susioknya karena Susioknya
adalah murid He k houw-pang yang memiliki


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian cukup tangguh. Apa lagi ketika ia
berada dalam rumah besar Cia Ma, la tidak pernah
keluar tanpa pengawalan. Di dalam rumah itu yang
ada hanya kemewah dan pesta, maka ia selalu
merasa aman. Dalam pikiran anak berusia enam
tahun itu te ntu saja belum mengerti tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejahatan manusia yang kadang melebihi kekejaman mahluk apapun juga binatangpun tidak
sekejam manusia, dan hukum yang berlaku adalah
siapa kuat dia menang dan siapa menang dia
berkuasa, lalu siapa berkuasa dia selslu benar !
Sepagi itu selagi kota Ji-goan belum bangun,
Bende Mataram 5 Pendekar Sadis Karya Kho Ping Hoo Pedang 3 Dimensi 7
^