Pencarian

Naga Beracun 9

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 9


nyawa lawan. Kalau dia mengerahkan tenaga sin-kang untuk menggugah
hawa beracun itu, maka hawa beracun itu akan
menyebar di seluruh tubuhnya dan jangankan
pukulannya, baru rambut, kuku, dan ludahnya
saja mengandung racun yang cukup untuk
membunuh orang. Sekali gores dengan kukunya
saja, kalau kulit orang terluka dan berdarah, maka
racun dari kukunya akan membunuh orang itu.
"Sudah cukup, cucuku," nenek itu terkekeh
gembira. "Omitohud......betapa senangnya hatiku.
Engkau memang berbakat sekali, Thian Ki. Belum
dua tahun engkau telah mampu menguasai hawa
beracun di tubuhmu. Engkau sekarang baru te pat
berjuluk Tok-liong (Naga Beracun). Besok kuantar
engkau pulang, aku ingin mengunjungi ibumu dan
mantuku yang gagah perkasa."
Tentu saja Thian Ki juga girang mendengar ini.
Dia sudah merasa rindu kepada ibunya, kepada
ayah tirinya dan terutama kepada Cian Kui Eng.
"Aku juga senang sekali, nek dan te rima kasih
atas bimbinganmu. Aku senang sekali bahwa kini
aku tidak takut lagi bergaul dengan sumoi, dan
tidak takut pula untuk melayaninya berlatih silat."
Nikouw tua itu mengangguk-angguk dan merangkap kedua tangan di depan dada, menarik
napas panjang dan matanya dipejamkan, mukanya
dite ngeadahkan. "Omitohud, semoga Sang Buddha
akan memberi bimbingan kepada cucuku sehingga
kelak dia akan dapat mencuci bersih nama
neneknya.Thian Ki, ingat! Jangan sekali-kali engkau mempergunakan hawa beracun di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhmu untuk perbuatan jahat! Biarpun tubuhmu beracun, namun hatimu haruslah bersih
dari pada segala kejahatan."
"Aku mengerti, nek."
Nenek dan cucunya ini berkemas, siap untuk
berangkat besok pagi-pagi meninggalkan Mo-kin-
cung menuju ke te mpat tinggal Cian Bu Ong atau
sekarang sekarang kita kenal dengan nama baru,
yaitu Cian Bu yang tinggal sebagai hartawan,
dermawan dan kepala dusun Ke -cung di kaki Bukit
Emas. Sore hari itu Thian Ki membantu neneknya
membersihkan kuil. Nenek itu ingin agar kuil itu
bersih sebelum ditinggalkan,
karena selama beberapa hari kuil itu akan ditinggalkan dan tidak
ada yang akan membersihkannya. Selagi mereka
asyik membersihkan kuil, tiba-tiba mereka mendengar suara banyak orang di luar kuil.
"Omitohud, siapa yang berkunjung ke kuil sore-
sore begini?" kata Lo Nikouw lirih. Ia hampir tidak
pernah kedatangan tamu kecuali orang-orang
dusun yang datang untuk minta obat atau minta
berkah atau mau sembahyang.
Akan tetapi, pada saat itu, terdengar teriakan
dari luar yang amat mengejutkan hati Thian Ki.
"I blis betina, keluarlah untuk menerima hukuman.!" De ngan mata terbelalak Thian Ki memandang
kepada neneknya. Nikouw tua itupun terkejut,
namun sikapnya te nang saja, bahkan bibirnya
te rsenyum. "Omitohud, agaknya serapat-rapatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bungkusan barang busuk, akhirnya akan te rcium
juga baunya. Thian Ki, engkau tinggallah saja di
sini dan jangan keluar, biar pin-ni yang menghadapi mereka. Ingat, apapun yang te rjadi,
engkau harus pulang ke rumah orang tuamu.
Mengerti?" De ngan jantung masih berdebar te gang Thian Ki
mengangguk. Nenek itupun melangkah keluar dan
sikapnya sungguh te nang, senyumnya tak pernah
meninggalkan wajahnya yang nampak jauh le bih
muda daripada usia sebenarnya. Nenek berusia
enampuluh enam tahun itu nampak seperti
berusia empat puluh tahun saja,dan kepalanya
yang gundul itu nampak kulitnya putih bersih dan
mengkilap. Dahulu, ketika ia masih muda dan
bernama Phang Bi Cu berjuluk Ban-tok Mo-li (Iblis
Betina Selaksa Racun), selain tubuhnya beracun
dan ia memiliki banyak macam pukulan beracun,
juga ia selalu membawa kipas dan kebutan yang
menyembunyikan pedang. Akan te tapi sekarang,
semenjak menjadi nikouw, ia tidak pernah lagi
membawa senjata apapun. De ngan jantung berdebar tegang, Thian Ki cepat
menyelinap ke depan dan dia mengintai dari balik
je ndela depan. Dia melihat neneknya keluar
dengan langkah tenang dan wajah berseri, dan
dengan hati khawatir dia melihat bahwa di luar
telah berdiri sepuluh orang laki-laki yang rata-rata
nampak gagah dan marah. Mereka te rdiri dari
orang-orang yang usianya empatpuluh tahun ke
atas, ada yang berpakaian seperti seorang tosu ada
pula hwes io dan ada yang berpakaian seperti orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari dunia persilatan. Rata-rata mereka membawa
senjata. Ketika Lo Nikouw keluar dan berte mu dengan
sepuluh orang itu, mereka nampak terkejut dan
juga meragu. Akan te tapi hwesio yang bermuka
merah dan usianya kurang le bih limapuluh tahun,
sudah melintangkan sebatang toya hitam di depan
dada lalu memutar toya dan menancapkan toya di
depan kakinya. "Omitohud, biar engkau sudah menyamar sebagai nikouw sekalipun tidak ada gunanya. Ban-
tok Mo-li. Kami akhirnya dapat menemukan
te mpat persembunyianmu dan dapat menuntut
balas atas kejahatanmu.!"
"Siancai.....! Ban-tok Mo-li sudah menumpuk
dosa terlampau banyak. Biar menjadi nikouw
sampai seribu kali, bagaimana mungkin dapat
mencuci bersih dosa-dosanya?" kata tosu yang
usianya juga sekitar limapuluh tahun.
Ada dua orang hwes io dan dua orang tosu di
situ, mereka ini sudah siap menyerang dan sinar
mata mereka memandang penuh kebencian kepada
Lo Nikouw. Adapun enam orang yang lain, yang
berpakaian sebagai orang-orang kang-ouw, juga
tidak kalah galaknya. Mereka te rbagi menjadi dua
golongan, masing-masing tiga orang. Yang tiga
orang berpakaian serba hijau, sedangkan tiga
orang yang lain, yang mengenakan baju putih
dengan celana bermacam warna, mempunyai
gambar seekor naga melingkar di dada mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ban-tok Mo-li, kami dari Pulau Hiu datang
untuk mencabut nyawamu!" kata seorang dari
mereka yang berpakaian hijau.
"Ban-tok Mo-li, le bih baik engkau menyerah
kepada kami untuk kami seret ke hadapan majikan
kami di Bukit Naga!" kata seorang di antara mereka
yang memakai tanda gambar naga di dada.
Menghadapi sepuluh orang yang kelihatan
marah dan penuh kebencian itu, Lo Nikouw
te rsenyum ramah dan sikapnya masih tetap
te nang. Hal ini membuat Thian Ki yang mengintai
dari dalam merasa heran. Kalau neneknya bekas
seorang datuk yang amat jahat, bagaimana
mungkin dapat bersikap se sabar dan setenang itu"
Dia sendiri yang sejak kecil digembleng orang
tuanya agar tidak suka akan kekerasan, kini
hampir tidak dapat menahan kemarahannya
melihat dan mendengar sikap sepuluh orang itu
yang memaki-maki neneknya dan mengancam
hendak membunuhnya. "Omitohud, kalau kalian berenam haus darah,
pin-ni masih dapat mengerti. Akan tetapi mengapa
dua orang hwes io dan dua orang tosu juga dapat
haus darah seperti kalian berempat?" tanyanya
sambil memandang kepada empat orang pendeta
itu. "Ban-tok Mo-li, ketahuilah bahwa pin-to berdua
adalah tokoh-tokoh dari Kun-lun-pai yang datang
untuk membasmimu," kata seorang tosu.
"Omitohud, biarpun kepalamu gundul dan
engkau mengenakan jubah nikouw, tidak akan
dapat mengelabui pin-ceng berdua. Pinceng adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid Siauw-lim-pai dari daerah selatan. Mendengar akan kejahatanmu, pin-ceng merasa
berkewajiban untuk ikut membasmi."
Lo Nikouw tersenyum. "Hemm, kalian berempat
bukanlah pendeta-pendeta yang baik.! Kalian
hanya budak-budak nafsu amarah dan dendam
kebencian seperti yang lain, sehingga percuma saja
kalian mengenakan jubah pendeta. Ketahuilah oleh
kalian bersama bahwa Ban-tok Mo-li sudah tidak
ada lagi, s udah mati. Pin-ni adalah Lo Nikouw."
"Ha-ha-ha. Ban-tok Mo-li, engkau seperti seekor
harimau yang mengenakan bulu domba.! Kami
sudah menyelidiki dan yakin bahwa engkau adalah
Ban-tok Mo-li. Apakah engkau yang dahulu
te rkenal jahat dan keji, sekarang te lah berubah
menjadi seorang pengecut yang tidak berani
mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya?"
"Omitohud..... " Lo Nikouw merangkap kedua
le ngan di depan dada, memejamkan kedua matanya. "Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu sudah lama
mati. Pin-ni adalah Lo Nikouw dan kalau kematian
pin-ni dapat meringankan dosa Ban tok Mo-li, pin-
ni siap untuk berkorban," setelah berkata demikian, Nikouw tua itu lalu duduk bersila di atas
tanah pekarangan kuil itu dengan kedua tangan
masih dirangkap di depan dada, tubuh te gak dan
mata terpejam seperti sebuah arca.
Sepuluh orang itu kini mengepung dan mereka
sudah mencabut senjata masing-masing. Thian Ki
yang mengintai di dalam, te rbelalak dan mukanya
berubah pucat. Apa yang harus dia lakukan"
Membela neneknya" Bukankah neneknya te lah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceritakan bahwa neneknya dahulu seorang
yang te ramat jahat, yang te lah membunuh banyak
orang tak berdosa, yang te lah melakukan kejahatan apapun saja. Dan kalau sepuluh orang
itu datang membalas dendam atau menghukum


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejahatannya, perlukah neneknya dibela" Ibunya
berulang kali mengatakan bahwa membela orang
jahat sama saja dengan membela kejahatannya
dan menjadi penjahat pula! Dan tanpa menggunakan hawa beracun di tubuhnya, diapun
belum tentu akan mampu melawan dan menandingi orang itu. Menggunakan hawa beracun
berarti membunuh mereka! Tidak, dia tidak mau
menjadi pembunuh, apalagi sepuluh orang yang
memusuhi neneknya itu tentu saja orang-orang
dari golongan bersih yang menentang neneknya
sebagai sumber kejahatan. Tidak, dia tidak boleh
membela. Akan tetapi, neneknya seorang sakti,
tidak mungkin dapat dibunuh begitu saja! Biarpun
kelihatan duduk bersila dan memejamkan mata,
dia tahu benar bahwa sekali neneknya bergerak,
te ntu akan ada lawan yang roboh dan te was
keracunan! De mikianlah pula pendapat sepuluh orang itu.
Mereka adalah orang-orang kang-ouw yang sudah
berpengalaman dan rata-rata memiliki ilmu kepandaian tinggi. Di antara mereka ada yang
pernah mengenal Ban-tok Mo-li dan tahu benar
akan kelihaian iblis betina itu, dan yang belum
pernah bertemu juga sudah banyak mendengar
akan kelihaian Iblis Betina Selaksa Racun ini.
Maka, mereka tidak berani turun tangan dengan
lancang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hati, kalau ia menyebar racun, kita dapat
celaka semua." kata seorang di antara mereka.
Sampai lama, sepuluh orang itu hanya melangkah dengan hati-hati, mengelilingi Lo Nikouw yang masih duduk bersila tak bergerak
sedikitpun. Wajahnya masih cerah dihias senyum
dan ia nampak sabar dan te nang, sedikitpun tidak
nampak bayangan rasa takut di wajahnya.
Setelah belasan kali mengelilingi nikouw itu dan
tidak ada reaksi apapun, timbul keberanian di hati
seorang di antara anak buah Pulau Hiu. Dia
seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun yang
bertubuh tinggi besar dan nampak kokoh kuat, di
tangannya nampak sebatang tombak pengait yang
biasa dipergunakan nelayan untuk menangkap
ikan besar. "Biar kucoba dulu dengan ini, baru kita semua
turun tangan," katanya sambil mengangkat tombaknya ke atas kepala. Semua orang memandang dan mengangguk, yang berada di
bagian belakang Lo Nikouw segera lari ke samping
agar tidak menjadi sasaran tombak berkait. Anak
buah Pulau Hiu itu lalu mengerahkan tenaganya
dan dari jarak tidak le bih dari enam meter dia
melontarkan tombaknya ke arah dada Lo N ikouw.!
Bias anya, kalau dia menombak ikan besar, jarak
antara dia dan sasarannya sampai belasan meter,
dan tombak itu gagangnya diikat dengan tali pula.
Sekarang, jaraknya hanya enam meter dan tidak
ada tali, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya
luncuran tombak yang dilontarkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Singgg........cappppp......!" Tombak itu menancap
dan mene mbus dada Lo Nikouw.!
"Omitohud........!" Dari mulut Lo Nikouw keluar
seruan le mah dan tubuhnya yang bersila te rjengkang, akan te tapi tidak te rus telentang
karena tubuh itu te rtahan ujung tombak yang
sompai menembus punggungnya!
Melihat ini, sembilan orang yang lain tercengang,
akan te tapi juga timbul keberanian di hati mereka
dan sembilan macam senjata turun bagaikan
hujan menimpa tubuh yang sudah sekarat itu.
Dalam sekejap mata, tubuh Lo Nikouw yang sama
sekali tidak melawan itu telah menjadi onggokan
daging dan tulang yang berle potan
darah.! Lehernya putus dan kepalanya menggelinding tak
jauh dari onggokan daging itu. Lo Nikouw te was
te rcincang tanpa melakukan perlawanan sedikitpun juga. Thian Ki terbelalak dan tak dapat bertahan lagi.
Dia mengeluh dan te rkulai pingsan di belakang
je ndela. Dia tidak tahu betapa sepuluh orang
kangouw itu memasuki kuil, mencari-cari dan
melihat dia te rkulai pingsan,
mereka tidak mengganggunya. Juga kuil itu tidak dirusak.
Agaknya mereka mencari kalau-kalau te rdapat
te man atau anak buah Ban-tok Mo-li yang kini
menjadi Lo Nikouw itu. Akan tetapi mereka tidak
menemukan siapapun kecuali seorang anak laki-
laki yang pingsan. Mereka lalu pergi dengan hati
bertanya-tanya dan mulai merasa ragu dan
menyesal. Benarkah yang mereka bunuh tadi Ban-
tok Mo-li" Bagaimana kalau nikouw itu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ban-tok Mo-li melainkan seorang pendeta wanita
yang le mah dan suci" Meremang bulu tengkuk
mereka kalau mereka membayangkan kemungkinan ini.! Senja telah lewat dan malam mulai tiba ketika
Thian Ki siuman dari pingsannya. Begitu siuman,
dia te ringat akan peristiwa tadi. Bukan mimpi,
pikirnya dan dia tidak sedang tidur. Dia menggeletak di atas lantai di balik jendela.! Dia
cepat melompat berdiri dan melihat keluar remang-
remang di luar, hampir gelap, akan tetapi ia masih
dapat melihat onggokan daging dan kepala
neneknya tak jauh dari situ!
"Nenek.......!" Dia berteriak dan melompat keluar
dari je ndela, lari ke pekarangan.
"Nenek.......!" Dia berteriak lagi dan menubruk
kepala itu, kepala neneknya yang matanya masih
te rpejam dan mulutnya masih tersenyum! Dia
mengambll kepala itu memegang dengan kedua
tangan, dilihatnya baik-baik. Kepala neneknya!
De ngan leher putus dan berlepotan
darah. Neneknya.! "Nenek.........!" Dia mendekap kepala itu dan
menangis, membawa kepala itu ke depan onggokan
daging bekas tubuh neneknya, mendekap kepala
sambil berlutut dan menangis terisak-isak. Terbayang semua peristiwa tadi, betapa neneknya
dihujani senjata, dicincang tanpa melawan sedikitpun. Dia tidak perduli akan dinginnya hawa
malam yang mulai tiba bersama semilirnya angin
dan munculnya bintang-bintang di langit. Dia
berlutut sambil menangis dan setelah lebih dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejam menangis sehingga air matanya kering, dia
masih berlutut mendekap kepala neneknya dan
te rmenung teringat akan kehidupan bersama
neneknya selama satu setengah tahun ini. Dan
te ringatlah dia akan pesan neneknya beberapa
bulan yang lalu, seolah-olah neneknya sudah
mendapat firasat ia akan meninggal dunia tak lama
lagi. "Cucuku yang pin-ni sayang, engkaulah satu-
satunya orang yang kucinta, Thian Ki. Dan
kepadamulah pin-ni meninggalkan pesan ini. Kalau
kelak pin-ni meninggal dunia, bakarlah jasma pin-
ni menjadi abu, kemudian bagi menjadi empat
abuku. Seperempat bagian kuburlah di dalam
tanah, seperempat lagi hanyutkan ke lautan,
seperempat lagi taburkan dari puncak bukit biar
te rbawa angin, dan yang seperempat lagi le mparkan ke unggun besar biar ditelan api lagi
sampai habis. Ketika itu, dia merasa heran dan bertanya
mengapa neneknya meninggalkan pesan seperti itu
dan apa maksudnya. Neneknya lalu menjelaskan maksud dan pesannya itu. Ia mengatakan bahwa tubuh
manusia te rdiri dari empat unsur dan ia ingin
tubuhnya dikembalikan ke asalnya, yaitu kepada
api, air, angin dan tanah. Dan agar pelaksanaannya mudah, maka ia minta jenazahnya
agar dibakar menjadi abu sehingga akan mudah
bagi Thian Ki mengembalikan abu itu kepada api,
air, angin dan tanah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat akan pesan neneknya itu, Thian Ki
menghentikan renungannya dan diapun dengan
penuh hormat dan hati-hati meletakkan kepala
neneknya di atas onggokan daging. Dia masuk ke
kuil, mengambil sehelai selimut neneknya, dan
kembali ke pekarangan sambil membawa obor.
Setelah menancapkan gagang obor di tanah
sehingga pekarangan itu cukup te rang, dia lalu
mengumpulkan onggo kan dating dan tulang
bersama kepala itu ke atas selimut dan dibungkusnya baik-baik. Kemudian dia mengumpulkan kayu kering, ditumpuknya kayu-
kayu kering itu menjadi tumpukan setinggi hampir


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama dengan tinggi tubuhnya, menyiramnya
dengan minyak, kemudian mengambil sebuah
kotak dari kuil, memasukkan buntalan daging dan
kepala ke dalam kotak dan dibakarnyalah tumpukan kayu itu. Thian Ki berlutut menghadap api unggun
membakar sis a jenazah neneknya. Kemudian dia
duduk bersila, menanti sampai tumpukan kayu,
peti dan isinya te rbakar habis. Pembakaran
je nazah itu memakan waktu sampai setengah
malam. Lewat tengah malam barulah api padam.
Thian Ki tetap duk bersila di pekarangan itu, di
dekat tumpukan abu, sampai pagi. Dia ingin
mengumpulkan abu neneknya setelah malam
le wat, karena pekerjaan itu harus dilakukan di
waktu terang cuaca. Setelah matahari pagi muncul, barulah Thian Ki
mengambil sehelai selimut lain, dan mulailah dia
membongkar tumpukan abu. Mudah saja membedakan abu je nazah neneknya dengan abu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kayu dan petinya, karena abu je nazah itu lembut,
putih dan berat. Dikumpulkannya abu itu dan
dibuntalnya dalam selimut dengan mata merah
karena dia tidak dapat menahan keharuan hatinya.
"Nek, orang sedunia boleh menganggap nenek
jahat, akan tetapi aku yakin bahwa nenek tidak
jahat atau setidaknya nenek sudah menebus
semua kesesatan nenek. Mereka itulah yang jahat,
mereka yang menganggap diri mereka bersih dan
baik, yang menjatuhkan hukuman kepada mereka
yang dianggap jahat, tidak memperdulikan niat
baik mereka yang ingin kembali ke jalan benar.
Nek, engkau akan selalu kukenang sebagai seorang
manusia baik, gagah perkasa dan menghadapi
kematian dengan senyum pasrah kepada Tuhan."
Thian Ki tidak pernah dapat melupakan senyum
di wajah kepala neneknya yang te rpis ah dari
badannya itu. Senyum pasrah! Setelah semua abu
je nazah terkumpul di selimut, diapun pergi
meninggalkan kuil, membawa buntalan pakaian
dan untaian terisi abu jenazah. Dia harus
memenuhi pesan neneknya. Akan te tapi dia
te ringat kepada ibunya. Bagaimanapun juga dia
harus membawa abu je nazah itu kepada ibunya
le bih dahulu. Kasihan ibunya yang tidak tahu akan
nasib neneknya. Setelah mendapat perkenan
ibunya, baru dia akan memenuhi pesan neneknya.
De ngan hati penuh duka dia lalu berangkat
meninggalkan tempat itu, menuju ke dusun Ke-
cung. Tentu saja kedatangan Thian Ki yang membawa
cerita menyedihkan te ntang kematian Lo Nikouw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disambut tangis ole h Sim Lan Ci. Wanita ini
mendekap buntalan abu je nazah dan menangis
te rsedu-sedu. Bagaimanapun juga, Lo Nikouw
adalah ibu kandungnya. Cian Bu yang amat mencinta isterinya. menepuk-nepuk pundak is terinya dan berkata
dengan suaranya yang tenang dan dalam. "Sudahlah, isteriku. Ibumu sudah meninggal dunia
sebagai seorang pendeta tulen, penuh kesabaran,
penuh kepasrahan. Engkau sepatutnya bangga
karena ibumu, walaupun dahulu pernah menjadi
datuk sesat, kini telah meninggal sebagai seorang
yang tidak lagi diperhamba nafsunya. Kita sembahyangi saja dengan khidmat, mendoakan
agar arwahnya dite rima dan ampuni Tuhan,
sebelum abu itu dikembalikan ke asalnya seperti
yang dipes annya kepada Thian Ki."
Mereka mengatur meja sembahyang, menaruh
abu di atas meja, lalu mengadakan upacara
sembahyang. Sementara itu Kui Eng mendekati
Thian Ki dan minta kepada suhengnya ini untuk
menceritakan kembali sejelasnya tentang kematian
Lo N ikouw. Kini gadis cilik itu telah berusia hampir
sebelas tahun, dan sikapnya te rhadap Thian Ki
masih manis dan ramah seperti dahulu, hanya
bedanya, ada sikap malu-malu bahkan kadang
canggung kalau Thian Ki kebetulan menatap agak
te rlalu lama. Thian Ki sendiri sudah berusia
empatbelas tahun dan dia memang amat menyayang adiknya ini, yang sejak kecil dia tahu
bukan adiknya sendiri, bukan pula adik tiri,
melainkan orang lain atau kalau adikpun, adik
seperguruan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, apakah engkau sudah berhasil melenyapkan racun dari tubuhmu" Apakah sekarang kukumu masih mengandung racun?"
setelah mendengar cerita ulang tentang Lo N ikouw,
Kui Eng bertanya mememandang ke arah tangan
Thian Ki. Thian Ki te rsenyum dan tahu bahwa ibunya,
juga ayah tirinya juga memperhatikan, agaknya
menanti jawaban darinya. Tadi dia belum sempat
bercerita tentang dirinya sendiri karena sibuk
menceritakan peristiwa yang menimpa neneknya.
Dia memandang kepada ibunya, ayah tirinya
kemudian kepada sumoinya dan berkata sambil
te rsenyum. "Nenek telah menggemblengku setiap
hari dan akhirnya aku dapat menguasai hawa
beracun di tubuhku, sumoi. Akan te tapi, nenek
tidak dapat mengusahakan le nyapnya hawa
beracun dari tubuhku, apa lagi ia memang tidak
menghendaki hal itu te rjadi."
Sepasang mata yang tajam dan je li itu te rbuka
le bar, bibir yang merah dan berbentuk indah itu
merekah dalam senyum setelah sejak tadi tak
pernah senyum untuk ikut berkabung atas
kematian Lo Nikouw. "Aihh, kalau begitu, mulai
sekarang kita dapat berlatih silat tanpa khawatir
aku akan menjadi korban keracunan tubuhmu?"
Thian Ki mengangguk sambil tersenyum. " Kalau
sekedar berlatih saja tidak mengapa, sumoi. Akan
tetapi tidak boleh mempergunakan sin-kang
karena kalau aku mengerahkan te naga dalam,
hawa beracun itu dapat bekerja dan te ntu akan
membahayakan dirimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, ha ha ha, bagus sekali!" Kata Cian Bu
sambil tertawa gembira. "Kalau mulai sekarang
engkau memperdalam latihanmu sehingga engkau
dapat menguasai semua ilmu simpananku, maka
beberapa tahun lagi saja, tidak akan mudah
mencari orang di dunia ini yang akan mampu
mengalahkanmu, Thian Ki! Ha-ha, aku akan
merasa bangga sekali.!"
Akan te tapi Sim Lan Ci tidak kelihatan
segembira suaminya. Alisnya berkerut dan ia
berkata dengan suara yang terdengar menegur
suaminya. "Apakah dalam hidup ini, hanya nama
besar saja yang terutama" Apakah Thian Ki selama
hidupnya harus menjadi seorang manusia beracun,
hanya mencari nama besar di dunia persilatan dan
dia tidak berhak untuk membentuk rumah tangga,
tidak berhak untuk menikah dan mendapat
keturunan?" Suaminya tidak mampu menjawab, akan te tapi
Kui Eng yang lincah itu cepat berseru "Aihhh,
kenapa tidak boleh, ibu" Apa salahnya kalau
suheng menikah" Bukankah dia kini sudah
mampu menguasai hawa beracun di tubuhnya?"
Lan Ci menghela napas panjang. Ia tadi lupa
bahwa di situ te rdapat pute ri tirinya. Akan tetapi
mengingat bahwa Kui Eng sudah menje lang
dewasa, iapun berkata dengan hati-hati.
"Kui Eng, kakakmu ini hanya mampu menguasai
hawa beracun sehingga kalau dia tidak mempergunakan sin-kang, racun itu dapat mengendap dan tidak bekerja. Akan tetapi, dia
sama sekali tidak boleh menikah sebelum hawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beracun itu bersih dari tubuhnya, karena kalau dia
melakukan hal itu isterinya akan keracunan dan
lambat laun akan mati keracunan."
-ooo0dw0ooo- Jilid 16 "I hh....." Kui Eng menatap wajah suhengnya
dengan mata te rbelalak, lalu berkata kepada
ayahnya, "Ayah, kalau begitu, sungguh kejam!
Ayah harus berusaha untuk membersihkan tubuh
suheng dari racun itu!"
Cian Bu menarik napas panjang. Kini diapun
mulai melihat betapa ambis inya itu tanpa dia
sadari mengancam kebahagian hidup Thian Ki
yang dia sayang seperti anak sendiri. "Me mang,
untuk mencapai sesuatu yang puncak, kadang-
kadang kita harus berkorban. Kui Eng, biarpun
ayahmu te lah mempelajari banyak ilmu yang
tinggi, akan tetapi mengenai racun, aku masih
kalah ahli dibandingkan ibumu. Kalau mendiang
nenekmu saja yang mampu membuat Thian Ki
menjadi tok-tong tidak mampu membersihkan
racun itu dari tubuh Thian Ki, bagaimana aku
akan mampu melakukannya" Tidak, aku tidak
mampu melakukannya."
Thian Ki melamun, ingat akan pengakuan
neneknya dan dia merasa perlu menyampaikan
penyesalan neneknya itu kepada ibunya dan ayah
tirinya. "Pernah nenek menyatakan kepadaku yang
menurut nenek merupakan penyesalan yang
te rlambat dan karena itu tidak ada gunanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ceritakan, apa yang ibu katakan kepadamu
Thian Ki," kata ibunya dan Cian Bu juga
mengangguk-angguk kepadanya, menyetujui permintaan iste rinya. "Nenek mengatakan bahwa kini ia melihat
kesalahannya. Apa yang te rjadi pada diriku adalah
akibat daripada mengejar suatu segi saja dari
kehidupan ini. Kehidupan ini, menurut nenek
merupakan kesatuan dari banyak hal yang
kesemuanya penting, yang kesemuanya menuntut
kita untuk memperhatikan dan memenuhinya.
Menurut nenek, banyak hal itu, te rmasuk makan,
pakaian, te mpat tinggal dan segala benda keperluan hidup lainnya, juga kedudukan dan
nama baik, kesehatan dan sebagainya. Menurut


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nenek, semua itu perlu untuk dilaksanakan agar
kesemuanya dapat maju dengan baik, berimbang.
Kalau kita hanya mementingkan yang satu dan
melupakan yang lain, maka akibatnya hanya
merugikan kita sendiri. Nenek hanya mementingkan nama besar, ingin menjadikan aku
sebagai tok-tong yang kelak akan dapat menjadi
jagoan nomor satu yang akan mengangkat namanya pula. Karena terlalu mementingkan hal
ini, ne nek melupakan yang lain, sehingga akhirnya
aku menjadi korban."
Kui Eng tidak mengerti apa yang te rsembunyi
dalam ucapan itu, akan tetapi Lan Ci dan Cian Bu
mengerti. Mereka mengangguk-angguk dan te rutama sekali Cian Bu bekas pangeran itu
mengerti benar apa yang dimaksudkan oleh nenek
Lo Nikouw. Dia sudah mengalamainya sendiri.
Pernah dia mengejar cita-cita menegakkan kembali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan Sui yang sudah runtuh dan untuk itu, dia
melupakan segala hal lain, sehingga akhirnya,
demi pengejaran cita-cita itu, dia mengorbankan
segalanya, bahkan keluarganya te rbasmi habis.
Betapa banyaknya manusia di dunia ini yang
melakukan kesalahan yang sama seperti yang
pernah dia lakukan, yang pernah dilakukan Lo
Nikouw. Orang mengejar dan saling memperebukan harta, seolah harta itulah kepentingan mutlak bagi hidupnya,s ehingga orang
lupa diri, melakukan hal-hal buruk dan jahat, lupa
bahwa harta itu pada suatu saat akan terasa tidak
ada artinya sama sekali. Betapapun kayanya seseorang, kalau dia dilanda
sakit parah, maka harta tidak akan menarik lagi
baginya, yang le bih menarik adalah kesehatan
badannya, sehingga dia akan bersiap mengorbankan seluruh hartanya demi kesembuhannya. Demikian pula dengan orang
yang mencapai kedudukan te rtinggi yang pada
mulanya amat dipentingkan, sehingga dia melupakan yang lain, mendapatkan kedudukan itu
dengan jalan memperebutkannya dengan manusia
yang lain, kalau perlu saling bunuh membunuh.
Pada akhirnya, suatu saat dia akan mendapat
kenyataan pahit, bahwa kedudukan yang tadinya
diperebutkan dengan taruhan nyawa itu tidak
membahagiakan hatinya, bahkan mungkin menyesengsarakan. Betapa banyaknya hartawan kaya raya yang
tidak pernah merasa puas akan apa yang
dimilikinya, selalu merasa kurang, bahkan ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan khawatir kalau-kalau harta miliknya
akan berkurang dan habis. Membayangkan dirinya
ditinggalkan seluruh hartanya, menjadi orang
miskin, merupakan bayangan kesengsaraan yang
amat hebat baginya. Banyak pula pejabat tinggi
yang memiliki kedudukan yang mulia, disanjung
dipuja dan dihormati, pada suatu saat akan jatuh
dan nama yang tadinya dis anjung-sanjung berbalik
dicaci maki. Andaikata tidak demikian, sedikitnya
dia selalu gelisah, khawatir kehilangan kedudukann ya dan membayangkan kehilangan
kedudukan itu merupakan bayangan kesengsaraan
yang amat hebat baginya. "Thian Ki, apakah mendiang ibu tidak meninggalkan pesan kepadamu, tidak memberi
tahu bagaimana caranya agar engkau dapat
te rbebas dari racun di tubuhmu" Apakah di dunia
ini tidak ada obatnya dan tidak ada orang yang
akan mampu membersihkan racun dari tubuhmu
itu?" Tanya Lan Ci yang menoleh dan memandang
ke arah meja sembahyang dimana abu je nazah
ibunya berada. Mendengar pertanyaan ibunya itu,
Thian Ki menghela napas panjang.
"Hal itu sudah kutanyakan kepada nenek, ibu..
dan nenek mengatakan bahwa di dunia ini jarang
ada orang yang cukup kuat untuk dapat mengusir
racun dari tubuhku dan nenek hanya mengenal
dua orang yang mungkin saja dapat, karena
mereka adalah orang-orang yang sakti."
"Siapa mereka, Thian Ki ?" Tanya ibunya penuh
harap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seorang bernama Pek I Tojin dari Thai-san dan
seorang lagi bernama He k Bin Hwesio dari
Himalaya." "Ahh! Dua nama besar yang sudah sejak dahulu
kukagumi, bahkan pernah aku ingin sekali
berte mu dengan mereka untuk bicara soal ilmu
silat dan kalau mungkin saling mengukur dan
menguji ilmu kepandaian!" seru Cian Bu.
"Dan menurut keterangan mendiang nenek, dua
tokoh sakti itu mempunyai murid. Pek I Tojin
mempunyai murid bernama Si Han Beng berjuluk
Huang-ho Sin-liong dan He k Bin Hwesio mempunyai murid bernama Bu Giok Cu, is te ri dari
Naga Sakti Sungai Kuning itu."
"Aih, apakah engkau tidak ingat kepada pendekar itu, Thian Ki?" Lan Ci bertanya.
Thian Ki mengangguk. "Tentu saja aku tidak
lupa kepada paman Si Han Beng, ibu. Aku masih
ingat kepadanya. Bukankah dia kakak angkat dari
mendiang ayah?" "Aha, jadi Naga Sakti Sungai Kuning yang
te rkenal itu adalah murid Pek I Tojin dan isterinya
murid He k Bin Hwesio" Dan le bih lagi, pendekar
itu adalah kakak angkat mendiang suamimu?"
Tanya Cian Bu kepada Lan Ci, "Kenapa aku tidak
pernah mendengar akan hal itu?"
Sim Lan Ci memandang kepada suaminya dan
menarik napas panjang. "Coa Siang Lee sudah
meninggal dunia, aku tidak ingin membicarakannya lagi, tidak ingin mengenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masa lalu. Karena itulah aku tidak pernah
bercerita tentang persaudaraan itu."
Suaminya mengangguk dan te rsenyum ramah.
Pengakuan itu saja sudah membuktikan bahwa
isterinya tidak ingin menyinggung perasaannya
dengan bercerita tentang suaminya yang pertama.
"Kalau begitu, masih ada harapan bagimu Thian
Ki. Engkau berlatih dengan tekun. Kalau sudah
matang ilmu kepandaianmu, kelak engkau dapat
mencari kedua orang sakti itu untuk minta
bantuan mereka, dan kiranya engkau dapat
bertanya kepada N aga Sakti Sungai Kuning dimana
adanya kedua orang sakti itu berada."
"Baik, ayah.." kata Thian Ki.
"Juga untuk melaksanakan pesan te rakhir
nenekmu, sebaiknya dilakukan kelak saja kalau
engkau sudah selesai belajar dan melakukan
perjalanan. Sementara ini, biarlah abu je nazah
nenekmu kita rawat dan kita sembahyangi agar
ibumu mendapat kesempatan untuk berbakti."
Lan Ci setuju sekali dengan usul suaminya itu.
"Suheng, kelak aku akan membantumu mencari
orang-orang sakti itu agar engkau dapat disembuhkan!" tiba-tiba Kui Eng berkata. "Ayah
dan ibu, boleh bukan kelak aku ikut suheng dan
membantunya?" Suami isteri itu saling pandang. Lan Ci hanya
mengangguk, akan te tapi Cian Bu berkata,
"Me rantau di dunia kangouw merupakan perjalanan yang amat berbahaya, oleh karena itu
engkau harus berlatih dengan giat, Kui Eng. Hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau engkau kuanggap cukup kuat dan cukup
pandai, aku akan membolehkan engkau membantu
suhengmu. Kalau engkau malas sehingga engkau
kurang kuat, le bih baik engkau berdiam di rumah
yang aman." Gadis cilik itu bangkit berdiri dan menghadapi
ayahnya dengan alis berkerut dan mata bersinar-
sinar. "Wah, ayah te rlalu memandang rendah
padaku! Lihat saja, aku pasti tidak kalah melawan
suheng!" Cian Bu dan is terinya tersenyum, juga Thian Ki
te rsenyum dan berkata, "Engkau memang pandai,
sumoi, kalau engkau berlatih dengan sungguh-
sungguh, mana mungkin aku akan dapat menandingimu?" De mikianlah mulai hari itu, Thian Ki dan Kui
Eng seperti berlomba dan bersaing dalam mempelajari ilmu-ilmu dari Cian Bu sehingga
mereka memperole h kemajuan pesat sekali.
oo-ooo0dw0ooo-o Pagi itu akan nampak biasa saja bagi para
nelayan dan mereka yang tinggal di pantai laut
karena merupakan pemandangan yang berulang-
ulang mereka lihat. Betapa indahnya sesuatu,
kalau setiap hari dilihat, apalagi kalau dimiliki,
maka keindahan itu akan semakin memudar,
bahkan aklhirnya lenyap tak terasakan lagi. Hal ini
dirasakan oleh mereka yang tinggal di tepi pantai.
Orang yang datang dari pedalaman, dari darat,
begitu tiba di pantai akan mengagumi keindahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemandangan lautan dengan takjub, akan te tapi


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para nelayan akan mendengarkan dengan heran,
karena bagi mereka, tidak terasa lagi adanya
keindahan itu! Sebaliknya, kalau nelayan yang
biasa hidup di lautan dan di pantai-pantai sunyi
itu datang ke kota, mereka akan te rkagum-kagum
melihat keramaian kota. Padahal bagi orang kota,
keramaian kota yang dianggap indah oleh sang
nelayan itu bahkan sebaliknya akan dianggap
mengganggu! Hanya bagi batin yang bebas dan
bersih daripada gambar- gambar yang diukir
ingatan sajalah yang akan dapat melihat segala
sesuatu sebagai baru, dapat menikmati keindahan
setiap hari, setiap saat.
Pagi itu matahari amat cerahnya, muncul di
permukaan air laut sebelah timur, tak te rhalang
segumpal awanpun, membentuk garis emas di
permukaan laut yang masih tenang. Suara air laut
bermain di pantai, berdesir di atas pasir, menggelegar garang pada batu karang, bergulung-
gulung dan susul-menyusul, meninggalkan suara
dahsyat disusul suara gemerisik yang makin
melemah sampai pada titik sunyi hening. Sejenak
saja, karena sudah datang bergulung lagi ombak
baru yang membawa pula suara gemuruh. Setiap
kali ombak itu baru, tak pernah sama dengan yang
sudah atau yang akan datang menyusul. Air yang
dihempaskan pada batu karang menimbulkan uap
dan ketika te rte mbus sinar matahari yang mulai
menguat, membentuk pelangi le mah.
Para nelayan sudah berdatangan pagi tadi
sebelum matahari te rbit, dan kini pantai itu
ditinggalkan orang. Hanya nampak perahu-perahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diseret jauh ke pantai. Pasir pantai nampak lembut
dan halus diusap air berulang kali, putih keabu-
abuan. Setiap kali air tipis mendarat, pasir itu
menjadi basah, akan tetapi air itu cepat diserap
dan pasir nampak kering kembali.
Kalau ada saat itu ada orang yang kebetulan
melihatnya, tentu orang itu akan mengira bahwa
pagi hari itu, dengan sinar matahari pagi sebagai
tangga, telah turun seorang dewi kahyangan yang
kini bermain-main di tepi pantai!
Dari jauh, hanya nampak bentuk tubuh yang
amat indah, yang sempurna le kuk le ngkungnya,
dan pakaian yang basah dan menempel ketat itu
membuat ia nampak dari jauh seperti telanjang.
Kedua kaki nan panjang, pinggangnya ramping,
pinggulnya menggunung dan dadanya membukit
kembar. Rambutnya te rurai le pas di belakang
punggung, sampai ke pinggul. Sungguh, pantasnya
ia seorang dewi kahyangan atau seorang pute ri
ratu lautan! Sebenarnya ia manusia biasa, seorang dara yang
memang memiliki bentuk tubuh yang indah.
Bagaikan setangkai bunga sedang mekar, usianya
sekitar sembilanbelas tahun. Ia berpakaian lengkap
walaupun dari sutera tipis, dan karena pakaian itu
basah, maka pakaian itu menempel ketat di
tubuhnya. Wajahnya manis, dan ia berlari-lari di
sepanjang pantai, membiarkan ombak menjilat
tubuhnya sampai ke paha. Ia tertawa-tawa seorang
diri, dan suara tawanya le nyap dite lan gemuruh
ombak. Wajahnya manis, kulitnya putih mulus dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemerahan karena sinar matahari, matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan.
Ketika ombak yang besar, yang datang setiap
lima enam kali sekali, diseling ombak-ombak yang
kecil, dara itu berteriak gembira dan iapun
menyongsong datangnya ombak yang tingginya
tidak kurang dari lima mete r itu dan begitu ombak
datang menggulung dirinya, iapun meloncat dan
menerjang ombak bagaikan seekor ikan lumba-
lumba! Tubuhnya le nyap dite lan ombak dan
sampai ombak itu memecah dan menipis di pantai,
agak jauh ke darat sampai mendekati perahu-
perahu yang diikat di darat, dara itu tidak nampak
lagi! Kalau ada yang melihat peristiwa itu terjadi,
te ntu akan menahan napas dan khawatir sekali,
mengira bahwa dara itu te ntu tenggelam, terseret
ombak ke te ngah atau mungkin juga dite rkam ikan
hiu! Semua orang tentu akan menduga demikian,
mengingat bahwa lama sekali dara itu tidak
muncul lagi. Manusia biasa saja tidak mungkin
dapat menyelam sampai selama itu. Kalau gadis itu
manusia biasa, tentu ia dite rkam hiu atau
te nggelam atau mati, atau kalau ia masih hidup,
berarti ia bukan manusia, melainkan dewi laut!
Kemudian, dari arah tengah, seperti seekor ikan
saja, dara itu nampak berenang ke te pi. Cepat
sekali renangnya, meluncur tanpa mengeluarkan
bunyi, seperti ikan lumba-lumba asli. Dan nampak
riang gembira, te rtawa-tawa dan bermain dengan
air. Ombak besar datang dari belakangnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendorongnya sehingga renangnya semakin cepat.
Akhirnya, ombak menerkamnya ke atas pasir, di
air yang hanya sedalam lutut.
Iapun akhirnya meninggalkan air, tiba di pasir
yang kering, agak te rengah dan sambil tertawa
iapun menjatuhkan diri ke atas pasir dan
te rlentang. Kedua kakinya te rpentang, kedua
le ngannya te rkembang di atas kepala, wajahnya
segar, rambutnya riap-riapan, sebagian menutup
dada dan sebagian menutup muka membelit leher.
Bukan main cantiknya. Manis , jelita menggairahkan! Sinar matahari yang mulai menguning cahayanya itu mendatangkan rasa hangat yang
amat nyaman. Dan angin semilir, angin yang juga
hangat, membuat dara itu terlena oleh kantuk dan
tak lama kemudian iapun sudah tertidur. Mulutnya masih setengah terbuka seperti orang
te rsenyum, napasnya le mbut dan panjang, dada
yang membusung itu turun naik.
Dara yang tidur pulas di bawah sinar matahari
pagi itu sama sekali tidak tahu betapa ada sebuah
perahu hijau datang bersama ombak dari te ngah,
menuju ke pantai itu. Jelas bukan perahu nelayan,
karena semua nelayan sudah pulang pagi-pagi tadi
seperti biasanya, dan dara itupun tahu akan
kebiasaan itu. Ia tahu bahwa saat itu tidak akan
ada nelayan di pantai, maka ia dapat berenang
dengan bebas tanpa dilihat siapapun. Dan model
perahu hijau itupun berbeda dengan perahu
nelayan yang mempunyai bentuk agak le bar,
karena para nelayan membutuhkan ruangan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te mpat hasil tangkapan mereka. Perahu hijau itu
sempit dan panjang meruncing, dibantu kayu atau
bambu runcing di kanan kirinya, dan mempunyai
tiang layar. Layarnya yang ju ga berwarna hijau
telah digulung, dan kini enam orang penumpang
perahu mendayung perahu mereka dengan gerakan
te ratur, berirama dan kuat sekali, membuat
perahu mereka meluncur cepat ke pantai.
Dara itu masih enak tidur terlentang ketika
enam orang itu menyeret perahu mereka ke darat,
bahkan ketika mereka menahan seruan kaget ,
heran dan kagum, kemudian mereka berenam
berdiri mengepung dara yang masih tidur te rlentang dengan pandang mata seperti singa
kehausan melahap seluruh tubuh yang terlentang
itu, ia masih tetap tidur dengan napas yang
le mbut. "Bukan main cantiknya...................!"
"Manis sekali !"
"Tubuhnya....................amboiiiii........!"
"Tak kusangka di dusun pantai ini terdapat
gadis sejelita ini."
"Wah, kalau semua perempuan di pantai ini
secantik dia, untung kita!"
"Mari kita undi, siapa yang berhak menjadi
orang pertama!" Orang pertama dari mereka, yang bertubuh
tinggi kurus seperti cicak kering, akan tetapi
kumisnya melintang panjang dengan kedua ujung
berjuntai ke bawah, segera berkata, "Hushh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah kalian mencari penyakit" Siapa orangnya
yang tidak mengilar melihatnya, akan te tapi kita
tidak boleh mencari penyakit. Kalau ada yang
melihat kita lalu semua penduduk keluar, kita
akan celaka, bahkan mungkin akan pergi dengan
tangan hampa." "Habis bagaimana" Bukankah kita datang ke
sini untuk menyelidiki keadaan" Dan ini.......si
jelita ini, adalah hadiah untuk kita!"
"Tolol!" bentak si cicak kering. "Kita hanya
menyelidik dan ternyata melihat perahu-perahu
para nelayan itu, dusun ini cukup makmur untuk
menjadi mangsa kita. Dan agaknya banyak pula
te rdapat perempuan cantik. Yang ini kita tangkap
dan kita bawa pulang untuk oleh-oleh. Tentu
majikan kita akan senang sekali, apalagi majikan
muda kita. Kita perlu membawa teman-teman yang
cukup banyak untuk menyerbu. Lihat, perahu
mereka lebih dari duapuluh buah banyaknya,
te ntu sedikitnya ada seratus orang laki-laki muda
di sini. Terlampau berat bagi kita berenam untuk
menghadapi mereka. Nah, mari kita tangkap dan
bawa anak ayam ini ke perahu!"
Bagaikan menerima komando, enam orang ini
seperti berubah menjadi enam ekor anjing pemburu menghadapi domba betina muda yang
gemuk! Mereka berenam seperti berlomba, menubruk ke
arah gadis yang te lentang tidur itu, ingin lebih
dahulu mendekap dan meringkusnya, merasakan
kehangatan tubuh yang molek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bress....!" Enam orang itu berteriak-teriak kaget
karena dara yang mereka tubruk itu tiba-tiba saja
menghilang! Mereka tadi melihat jelas betapa gadis
itu masih tidur te rlentang, dan ketika mereka
menubruk dari semua jurusan tampak bayangan
berkelebat dan mereka saling tubruk, saling
beradu kepala dan tangan dan gadis itu telah
le nyap! Selagi mereka kaget dan heran, te rdengar
suara tawa renyah dan mereka cepat berloncatan
berdiri, memutar tubuh menghadapi orang tertawa.
Kiranya gadis itu telah berdiri sambil bertolak
pinggang dan te rtawa bebas. Tidak seperti gadis
dusun atau kota biasa yang kalau te rtawa tidak
berani mengeluarkan suara, bahkan tidak berani
kelihatan giginya, gadis ini tertawa te rkekeh
membuka mulut dengan bebas sehingga nampak
sepasang bibirnya merekah, memperlihatkan rongga mulut yang merah tua dan gusi merah
muda di te ngah deretan gigi yang putih rapih
seperti mutiara diatur. "Heh-heh-heh, lucu sekali! Kalian ini siapakah"
Pakaian kalian serba hijau, kalian bukan orang
sini. Mau apa kalian datang ke sini dan
mengganggu aku yang sedang tidur lelap?"
Enam orang itu saling pandang. Sedang tidur
lelap kenapa ketika ditubruk dapat le nyap"
Manusiakah gadis ini" Atau dewi penjaga lautan"
Akan te tapi si cicak kering yang merasa dia
bersama lima rekannya dan merasa bahwa dia


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi pemimpin rombongan itu, mengusir keraguan hatinya. Dia melangkah maju ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, kami memang bukan orang sini. Kami
datang karena melihat nona yang demikian cantik
seperti bidadari. Kami ingin nona ikut bersama
kami!" Si cicak kering sudah memberi is yarat
kepada te man-temannya untuk mengepung. Akan
tetapi gadis itu s ama sekali tidak kelihatan gentar,
seolah-olah keenam orang laki-laki yang sikapnya
seperti serigala itu dianggapnya sebagai anjing-
anjing yang jinak saja. Dara itu tersenyum dan mengangguk-angguk,
"Aih, begitukah" Kalian hendak mengajak aku
kemana" Siapakah kalian" Perkenalkan diri dulu
agar aku dapat mempertimbangkan apakah aku
akan memenuhi undangan kalian atau tidak."
Melihat sikap gadis itu yang ramah dan tidak
marah, enam orang laki-laki itu merasa senang
sekali. Si cicak kering yang merasa dirinya paling
unggul di antara te man-temannya karena memang
dia yang bertugas sebagai pimpinan, membusungkan dadanya. Akan te tapi karena dada
itu memang kerempeng dan tipis, dibusungkan
bukan nampak besar, melainkan melengkung
seperti batang kangkung. "Nona yang cantik, ketahuilah bahwa kami
adalah orang-orang gagah penghuni Pulau Hiu!
Nona kami undang untuk berkunjung ke pulau
kami dan berkenalan dengan majikan kami.
Majikan muda kami, Siangkoan Kongcu (Tuan
muda Siangkoan) adalah seorang pemuda yang
gagah, ganteng, tampan dan kaya raya, tentu akan
dapat menghargai seorang cantik jelita seperti
nona." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata yang je li itu nampak bersinar-
sinar. "Pulau Hiu" Baru sekarang aku mendengarnya! Majikannya she Siangkoan" Dimana sih letaknya pulau itu?" Kini gadis itu
menerawang ke arah lautan seperti hendak
mencari di mana letaknya pulau itu.
"Tidak jauh dari sini, nona. Hanya pelayaran
setengah hari menuju ke utara. Pulau Hiu kami
te rletak di seberang pantai Shantung."
"Setengah hari" Kalau begitu pulang pergi hanya
sehari dan sore nanti aku dapat pulang kesini?"
Gadis itu dalam bicarapun demikian polosnya
seperti juga ketika te rtawa, dan juga tanpa malu-
malu di depan enam orang pria itu, walaupun
pakaiannya yang tipis dan ketat itu kini berkibar
te rtiup angin laut sehingga bentuk tubuhnya
te rcetak jelas. Enam orang itu saling pandang dan tertawa.
Dalam hati mereka menertawakan gadis yang
mereka anggap dusun dan tolol itu. Tentu saja
kalau gadis itu sudah mereka bawa, ia tidak akan
kembali ke te mpat ini, pikir mereka.
"Tentu saja, sore nanti engkau dapat pulang
nona manis," kata pula si cicak kering, lalu ia
mengerling ke arah lima orang te man-te mannya
yang tersenyum-senyum. "Kalau begitu, aku mau ikut!" gadis itu berkata
dan suaranya seperti bersorak gembira. "Aku ingin
melihat Pulau Hiu. Apakah disana banyak ikan
hiunya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Banyak, nona!" jawab seorang di antara mereka.
"Ada hiu berkaki dua......"
"Hiu berkaki dua?" gadis itu terbelalak dan
semua orang tertawa. "Aih, temanku ini hanya berkelakar, nona," kata
si cicak kering. "Yang dia maksudkan adalah hiu
yang mempunyai sirip besar-besar dan gemuk."
Gadis itu berte puk tangan. "Aku suka sekali sirip
hiu! Enak sekali, apalagi kalau dimasak dengan
jahe!" Ia menjulurkan lidahnya yang merah segar,
menjilati bibir bawah. Enam orang itu menelan
ludah dan kalamenjing mereka naik turun. Saking
te rpesona penuh gairah, mereka sampai tidak
merasa aneh bahwa gadis pantai ini pernah makan
makanan sirip hiu yang hanya menjadi makanan
para hartawan kaya karena mahalnya.
"Mari kita berangkat nona. Jangan sampai
engkau nanti kemalaman kalau pulang." kata si
cicak kering sambil menggandeng tangan gadis itu.
Gadis jelita itu tidak menolak,dan ia te rsenyum-
senyum melihat enam orang itu mendorong perahu
ke air. Tak lama kemudian, ia sudah duduk di
perahu yang didayung enam orang itu ke te ngah,
melewati gelombang besar.
Dapat dibayangkan betapa gembiranya enam
orang itu melihat korban mereka menyerah
sedemikian mudahnya. Terlalu mudah! Dan gadis
itu terlalu cantik untuk membuat mereka dapat
menahan diri. Mulailah mereka mengeluarkan
kata-kata tidak senonoh, bahkan si cicak kering
yang menjadi pimpinan, kini melepaskan dayung
karena perahu itu mulai didorong layar yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikembangkan dan diapun duduk di dekat nona
itu, merapat. "Nona manis, siapakah namamu?" Tanya si cicak
kering, mukanya sedemikian dekatnya sehingga
gadis itu mengerutkan alisnya, karena dari mulut
si cicak kering itu mengeluarkan bau busuk seperti
bangkai. "I hh, kalau bicara jangan dekat-dekat!" gadis itu
menegur dan menggeser pinggulnya menjauh.
"Heh-heh-heh, aku tidak akan mengganggumu,
nona manis. Engkau akan kami hadiahkan kepada
kongcu, akan te tapi sebelum tiba di pulau, kita
duduk merapat begini kan hangat dan lebih enak?"
Mendengar ucapan itu, lima rekannya te rtawa
bergelak. "Kalau bicara dekat-dekat kenapa sih,
manis?" Gadis itu menggunakan tangan menutupi
hidungnya. "Mulutmu bau bangkai!"
Meledak lima orang itu te rtawa, dan si cicak
kering te rbelalak, mukanya berubah merah sekali.
Belum pernah selama hidupnya dia menerima
penghinaan seperti itu, apalagi dari seorang gadis
muda! "Nona, mulutmu lancang sekali, untuk itu kau
harus dihukum. Hayo kau cium aku dengan
mulutmu itu pada mulutku. Kalau engkau tidak
mau, kami tidak akan membawamu kepada
majikan kami, melainkan akan kami makan sendiri
di perahu ini, kemudian engkau akan kami
le mparkan ke air agar menjadi makanan hiu!"
Berkata demikian , si cicak kering menjulurkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua tangannya merangkul gadis itu dan hendak
memaksakan ciuman. Akan te tapi, tiba-tiba gadis
itu mengeluarkan suara tawa nyaring, ia bangkit
berdiri dan dengan gerakan yang luar biasa
cepatnya, ia telah menyambar kedua tangan si
cicak kering yang hendak menangkapnya dan
sekali ia membuat gerakan melontarkan tubuh si
cicak kering itu terlempar ke atas tiang layar!
Si cicak kering berte riak kaget dan ketakutan,
akan te tapi dia dapat menjangkau ujung tiang
layar dan memeluk tiang itu dengan era-erat,
sehingga dari bawah dia kelihatan seperti seekor
kera! Melihat ini, lima orang rekannya te rbelalak,
akan te tapi gadis itu, seperti seorang anak kecil
yang nakal, menghampiri tiang layar dan dengan
tangan kirinya ia mendorong dan mengguncang
tiang layar itu. Sungguh hebat,
tiang itu te rguncang keras dan tubuh si cicak kering tentu
saja ikut terguncang keras dan akhirnya dia tidak
dapat bertahan lagi, tubuhnya te rlepas dari ujung
tiang layar dan terlempar ke luar perahu.
"Byurr.......!"
tubuhnya dite lan gelombang lautan. Kini kelima orang anak buah Pulau Hiu itu
te rkejut dan juga marah. Barulah mereka menyadari bahwa gadis yang kelihatan bloon ini
te rnyata memiliki ilmu kepandaian tinggi dan
berte naga kuat. Mereka serentak menyerang untuk
menangkap dan meringkus. Akan te tapi, sambil
te rtawa-tawa, gadis itu kini menggerakkan kaki
tangannya dan lima orang itu disambar tamparan
dan te ndangan, tubuh mereka terlempar keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahu dan satu demi satu tercebur ke dalam
lautan! "He-he-he-he, kiranya kalian hanya tikus-tikus
lautan!" Gadis itu berte puk tangan dengan girang,
lalu memegang kemudi layar, hendak mengarahkan perahu untuk meluncur kembali ke
pantai yang sudah nampak jauh dari situ.
Akan tetapi, tiba-tiba perahu itu terguncang lalu
miring dan rebah, layarnya menyentuh air! Akan
tetapi gadis itu sama sekali tidak menjadi kaget
atau takut, bahkan ia te rtawa. "Heh-heh, kalian
hendak main-main di air, ya" Boleh, boleh!" dan
iapun meloncat dari perahu yang miring itu ke
dalam air. Enam orang itu adalah anak buah Pulau Hiu,
bajak-bajak laut yang te ntu saja merupakan ahli-
ahli renang yang pandai. Melihat gadis itu berani
meloncat ke air, hati mereka girang sekali.
Terutama si cicak kering yang ingin membalas
dendam, tubuhnya meluncur cepat ke arah gadis
itu. Ingin ia menangkap, meringkus dan menyeret
gadis itu ke dalam air agar kehabis an napas dan
menyerah. Akan tetapi, ketika dia tiba di dekat
gadis dan menerkam, tiba-tiba saja gadis itu
le nyap. Persis seperti ketika dite rkam di darat tadi.
Hanya bedanya, kalau tadi gadis itu menggunakan
gerakan kilat meloncat ke atas menghindar dari
te rkaman enam orang, kini ia menyelam ke bawah
dan lenyap! Dan tiba-tiba si cicak kering terbelalak, akan
tetapi dia tidak sempat berteriak karena tubuhnya
sudah lenyap terseret ke bawah seperti diseret ikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hiu. Memang tadinya diapun menyangka demikian
ketika tiba-tiba kedua kakinya ada yang menangkap dan dia te rseret ke bawah. Akan tetapi
di dalam air dia melihat bahwa yang menangkap
kakinya a dalah gadis tadi! Gadis itu ternyata dapat
bergerak seperti ikan di dalam air, rambutnya
te rlepas dari sanggul dan kini riap-riapan. Sungguh ia seperti dongeng ikan duyung yang
membuat si cicak kering merasa ngeri.
Dicobanya untuk melepaskan kedua kakinya,
namun sia-sia dan dia te rpaksa harus menahan
pernapasannya. Tentu saja dia kuat menahan
napas di air karena te rlatih, akan te tapi ternyata
dia terus diseret ke bawah dan batas waktunya
sudah melampaui ketahannya. Gadis itu seolah-
olah berubah menjadi ikan yang tidak perlu


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernapas di permukaan air!
Mulailah si cicak kering gelagapan. Dia masih
melihat tubuh teman-temannya meluncur dan
mengejarnya, tentu hendak menolongnya. Akan
tetapi gadis itu tiba-tiba menyeretnya naik ke atas
sampai kepalanya tersembul di atas. Si cicak
kering megap-megap, seperti ikan yang dilempar ke
darat, dadanya seperti akan pecah rasanya dan
pada saat itu tubuhnya sudah te rayun dan
diputar-putar seperti gasing! Dara itu masih
memegang kedua kakinya dan kini tubuhnya
diputar di atas air, seolah-olah tubuhnya itu hanya
seringan sepotong kayu saja. Kemudian gadis itu
melepaskan pegangan pada kedua kakinya dan
tubuh si cicak kering melayang sampai amat jauh,
jatuh terbanting ke air lagi dalam keadaan nanar
dan hampir pingsan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini kelima orang itupun mengeroyok. Terjadi
perkelahian di air yang tidak seimbang dan tidak
lama. Gadis itu sungguh luar biasa, mampu
bergerak di air seperti ikan, sukar ditangkap.
Sebaliknya tamparan-tamparannya membuat lima
orang itu gelagapan, bahkan ada yang pingsan dan
te nggelam. Akhirnya, para pengeroyok itu tidak ada yang
berani mendekat, sibuk hendak menolong teman
yang pingsan te nggelam. Gadis itu sendiri sambil
te rkekeh lalu menyambar sebatang dayung yang
te rapung, memukul ke arah tiang layar perahu.
Terdengar suara keras dan tiang itupun patah!
Kemudian, dengan te naga yang luar biasa, ia
membalikkan perahu dan meloncat ke dalam
perahu, mendayung perahu itu ke pantai meninggalkan enam orang yang masih te rapung-
apung dipermainkan gelombang lautan. Mereka
dapat mendengar suara tawa merdu gadis itu, akan
tetapi bagi pendengaran mereka, sama sekali tidak
merdu menyenangkan, melainkan mengerikan.
Mereka merasa seolah-olah baru berjumpa dengan
iblis lautan yang amat ganas!
Setelah tiba di pantai, gadis itu menyeret perahu
hijau ke darat. Tiba-tiba nampak sesosok bayangan
putih berkelebat dan di situ telah berdiri seorang
wanita yang berpakaian serba putih dari sutera
halus. Wanita ini sudah berumur enampuluh
tahun lebih, akan tetapi ia masih langsing,
sehingga orang akan mengira bahwa usianya baru
sekitar empatpuluh tahun saja. Ia berdiri tegak
memandang kepada gadis itu yang kini menghadapi wanita itu sambil tersenyum gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Subo, aku mendapatkan sebuah perahu milik
enam orang yang kutinggalkan di sana," katanya
sambil menunjuk ke tengah lautan.
Wanita itu mengerutkan alisnya. Ia cantik akan
tetapi sikapnya dingin, bahkan wajahnya seperti
diliputi mendung, tidak secerah wajah muridnya.
Kalau ada orang kangouw melihatnya, tentu orang
itu akan terkejut ketakutan, karena wanita itu
bukanlah wanita sembarangan. Ia adalah seorang
datuk persilatan yang amat lihai dan berwatak
aneh, tidak berpihak kepada yang baik maupun
yang buruk. Bukan golongan putih, maupun
hitam, pendekar maupun penjahat. Ia terkenal
sebagai datuk di timur, dan di sepanjang pantai,
namanya sudah banyak dikenal orang kangouw,
dan ditakuti, walaupun ia jaran g mau mencampuri
urusan orang kangouw di daerah itu. Wanita ini
bukan lain adalah Tung-hai Mo-li (Iblis betina laut
Timur) Bhok Sui Lan! Dan gadis jelita yang lincah
dan ugal-ugalan itu bukan lain adalah Cin Cin
atau Kam Cin. Seperti kita ketahui, empat belas tahun yang
lalu, ketika ia berusia lima tahun, Cin Cin
mengalami malapetaka. Ayah kandungnya, yaitu
Kam Seng Hin, ketua Hek-houw-pang, tewas ketika
Cian Bu Ong mengutus para pembantunya
menyerbu. Kemudian Cin Cin atau nama le ngkapnya Kam Cin dikirim ke dusun Hong-cun,
te mpat tinggal Pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning Si Han Beng, agar menjadi murid
pendekar itu. Ia diantarkan ole h susiok (paman
gurunya) bernama Lai Kun. Akan te tapi dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjalanan, Lai Kun menyeleweng, menjual murid
keponakan itu kepada seorang mucikari! Cin Cin
yang ayahnya te lah te was dan ibunya dilarikan
penyerbu dusun mereka, jatuh ke tangan mucikari.
Kemudian, setelah beberapa tahun lamanya tinggal
di situ dan dipelihara oleh sang mucikari untuk
dipersiapkan menjadi seorang pelacur, Cin Cin
melarikan diri, dikejar oleh para jagoan rumah
pelesir itu dan akhirnya Cin Cin ditolong oleh
Tung-hai Mo-li yang membunuh semua pengejar
itu, kemudian mengambil Cin Cin sebagai muridnya. Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan mengajak Cin Cin
ke pantai Laut Kuning dan menurunkan semua
kepandaiannya kepada murid te rsayang itu.
Bahkan ilmu di air ia ajarkan, sehingga Cin Cin
kini telah menjadi seorang dara berusia sembilanbelas tahun yang amat lihai, baik ilmu
silatnya, tenaga sin-kangnya dan ilmunya bermain
di air. Cin Cin cantik manis, jelita dan menggairahkan.
Akan tetapi selain ilmu-ilmu yang ia warisi dari
Tung-hai Mo-li, ia juga mewarisi wataknya yang
aneh! Watak yang acuh terhadap orang lain, hidup
seenaknya, semaunya, tidak te rikat oleh segala
macam norma dan peraturan umum! Bahkan
seperti juga subonya Cin Cin jarang bergaul
dengan orang lain. Para gadis di pedusunan pantai
yang dijumpainya dan dikenalinya, tak lama
kemudian menghindar karena mereka semua
merasa takut dan segan kepada Cin Cin, bukan
hanya karena Cin Cin berwatak aneh, akan tetapi
juga karena gadis ini memiliki kelihaian yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggiriskan hati. Pernah ada tiga pemuda dusun
yang jatuh hati kepadanya, memperlihatkan sikap
manis dan seperti biasa, tiga orang pemuda itu
memperlihatkan sikap berani, merayu dan memikat. Bagi gadis lain, kalau memang ia tidak
suka, tentu ia akan menolak dan menghindar saja.
Akan tetapi Cin Cin tidak sama dengan gadis-gadis
lain. Ia merasa diremehkan, marah dan iapun
mematahkan kaki tangan tiga orang pemuda itu
dan meninggalkan mereka merintih-rintih di tepi
jalan! Bukan han ya satu kali itu Cin Cin menghajar
laki-laki yang te rlalu berani dan dianggapnya
kurang ajar kepadanya. Ada pula yang te was
karena laki-laki itu tidak sopan dan berusaha
merangkulnya. Sekali tangan Cin Cin menampar
dan mengenai pelipisnya, laki-laki itu roboh dan
nyawanya melayang! Akan tetapi, kalau ia tidak marah dan hatinya
sedang gembira, Cin Cin dapat bersikap ramah
kepada siapa saja. Ia memang pada dasarnya
memiliki watak lincah je naka dan gembira, hanya
menjadi aneh karena dididik oleh seorang datuk
wanita yang aneh. Dan selama ini, Cin Cin tidak
pernah lupa bahwa ia adalah pute ri ketua Hek-
houw-pang yang te was di tangan orang-orang yang
menyerbu perkampungan He k-houw-pang, bahkan
ibunya diculik oleh penyerbu. Diam-diam ia sudah
mengambil keputusan bahwa akan dicarinya
pembunuh ayahnya dan penculik ibunya, dan ia
hanya menanti ijin dari subonya. Biarpun wataknya ugal-ugalan, keras dan berani, namun
te rhadap subonya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin bersikap le mbut, taat dan menyayang. Hal
ini bukan saja karena ia berhutang budi, dan
karena gurunya memang menyayang kepadanya,
dan bersikap baik saja, akan te tapi terutama sekali
karena ia tahu benar bahwa subonya adalah
seorang wanita yang menderita kesengsaraan batin
yang hebat. Ia sendiri tidak tahu mengapa, karena
subonya tidak pernah mau bercerita dan mengatakan belum waktunya bercerita, akan tetapi
seringkali ia melihat subonya dengan diam-diam
sedang menangis dan merintih sampai semalam
suntuk! Dan ia tahu pula bahwa subonya tidak
mempunyai keluarga seorangpun, hidup sebatang
kara dan agaknya tidak pernah menikah atau
sudah cerai. Maka, ia merasa iba kepada subonya,
dan karena perasaan inilah ia ingin membalas budi
subonya dengan menyenangkan hatinya, yaitu
dengan jalan mentaati semua perintahnya.
Mendengar ucapan muridnya, Tung-hai Mo-li
Bhok Sui Lan mendekati perahu itu dan mengamatinya. Ketika ia melihat perahu itu bercat
hijau dan ada ukiran berbentuk ikan hiu di kepala
perahu, ia mengerutkan alisnya.
"Hemm, Kalau begitu tidak keliru dugaanku
perahu ini milik Pulai Hiu."
"Aihh, subo tahu" Memang benar milik Pulau
Hiu, subo. enam orang pemiliknya adalah anak
buah Pulau Hiu!" seru Cin Cin heran.
Mendengar ini, Tung-hai Mo-li lalu duduk di
ujung perahu yang kering, memandang ke arah
lautan yang tadi ditunjuk muridnya. Tidak
kelihatan apa-apa kecuali gelombang besar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buih di puncak ombak, lalu ia menatap wajah
muridnya dan berkata, "Cin Cin, ceritakan apa
yang te rjadi antara engkau dan enam orang dari
Pulau Hiu itu." Cin Cin lalu menceritakan dengan sikap lincah
je naka tentang pertemuannya dnegan enam orang
itu, betapa mereka mengajaknya ke Pulau Hiu dan
betapa mereka mengganggunya sehingga ia marah
dan melempar-lemparkan mereka ke air dan ia
kembali membawa perahu mereka.
Setelah Cin Cin menyelesaikan ceritanya, Tung-
hai Mo-li menarik napas panjang. "Hemm, sejak
dahulu memang orang-orang Pulau Hiu merupakan bajak-bajak laut. Aku tidak pernah
mencampuri pekerjaan mereka, akan tetapi kenapa
sekarang mereka berani mengganggu penduduk di
daratan" Kunjungan mereka ke daerah ini sudah
pasti mengandung maksud te rtentu. Agaknya tua
Bangka Siangkoan Bok itu sama sekali tidak
pernah bermimpi bahwa anak buahnya akan
berte mu dengan murid Tung-hai Mo-li!"
"Subo, siapakah Siangkoan Bok itu" Dan orang-
orang macam apakah yang menghuni Pulau Hiu"
Aku mendengar mereka bicara te ntang Siangkoan
Kongcu, majikan muda Pulau Hiu. Agaknya subo


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah mengenal mereka."
"Majikan Pulau Hiu bernama Siangkoan Bok,
seorang kakek yang kini tentu sudah tua sekali,
tidak kurang dari tujuhpuluh lima tahun usianya.
Dia hidup sebagai majikan Pulau Hiu di seberang
pantai daerah Shantung itu, sebagai seorang
hartawan yang kaya raya, juga kekuasaannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar karena dia menjadi datuk dari para bajak
laut di Lautan Kuning. Anak buahnya banyak, di
antaranya te ntu s aja enam orang yang kau jumpai
itu. Sebetulnya Siangkoan Bok sendiri tidak
melakukan pembajakan dan anak buahnya juga
tidak, akan te tapi karena dia merupakan datuk
bajak laut dan anak buahnya merupakan bekas
para bajak, te ntu saja kaang-kadang merekapun
menjadi gatal tangan dan melakukan pembajakan."
"Hemm, kiranya hanya bajak-bajak laut yang
hina," Cin Cin mencibirkan bibirnya yang merah.
"Kalau tahu mereka bajak, tadi tentu sudah
kubunuh semua. Dan siapakah yang mereka sebut
Siangkoan Kongcu, subo?"
Gurunya menggele ng kepala. "Setahuku, dahulu
memang ada pute ra Siangkoan Bok bernama
Siangkon Tek. Akan te tapi dia sudah tewas. Tentu
yang disebut Siangkoan Kongcu itu pute ranya yang
lain, karena kabarnya Siangkoan Bok mempunyai
banyak is te ri yang cantik, dan mungkin saja dia
mempunyai banyak keturunan."
"Hemm, aku ingin sekali berkunjung ke pulau
Hiu, subo. Akan kuobrak-abrik pulau bajak itu!"
Tung-hai Mo-li mengerutkan alis nya dan matanya mencorong ketika ia menatap wajah
muridnya. Melihat ini, Cin Cin terkejut dan
mendekati subonya, duduk di perahu dan memegang tangan subonya. "Maaf, subo. Kenapa
subo kelihatan marah?"
"Engkau ini mencari gara-gara saja! Apa
perlunya mencari perkara dengan pulau Hiu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau mempunyai tugas lain yang jauh lebih
penting!" Wajah Cin Cin berseri dan matanya bersinar-
sinar. "Subo! Apakah subo maksudkan sudah tiba
saatnya aku boleh melaksanakan tugasku itu"
Tentu saja aku tidak akan pernah lupa. Aku akan
ke dusun Ta-bun-cung, ke He k-houw-pang dan
menyelidiki siapa pembunuh ayahku, siapa pula
yang menculik ibuku. Aku akan mencari ibuku,
aku akan membunuh para penyerbu Ta-bun-cung
itu, aku.... " Cin Cin menghentikan ucapannya ketika melihat
gurunya mengangkat tangan memberi is yarat agar
ia diam. Ia melihat gurunya masih mengerutkan
alis dan kelihatan tidak senang.
"Cin Cin, engkau hanya memikirkan dirimu
sendiri saja. Engkau sedikitpun tidak pernah
memikirkan kebutuhanku."
Cin Cin merangkul gurunya. Memang hubungannya dengan gurunya se perti anak dengan
ibunya saja, mesra dan akrab, tidak berhormat-
hormat seperti murid te rhadap guru lain. "Subo,
maafkanlah aku. Tentu saja aku memikirkan,
bahkan mementingkan kebutuhan subo. Katakan,
apa yang dapat kulakukan untukmu, subo" Tentu
perintah subo akan kulaksanakan lebih dulu,
setelah itu, barulah aku akan mengurus diriku
sendiri." "Nah, begitu baru muri dku yang baik," kata
Tung-hai Mo-li dan iapun merangkul le her muridnya dan mencium kedua pipinya. Cin Cin
balas mencium dan dalam jarak dekat itu ia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat betapa wajah subonya masih amat cantik,
kedua pipinya halus dan putih kemerahan tanpa
bedak dan pemerah. "Aih, subo cantik sekali. Kenapa secantik ini
subo tidak menikah?"
Ditanya demikian, Tung-hai Mo-li melepaskan
rangkulannya dan ia menarik napas panjang.
"I nilah salah satu di antara hal yang kuminta
engkau membalaskan untukku, Cin Cin. Aku
hidup menderita dan tidak pernah mau mendekati
pria sejak muda karena ulah seorang laki-laki!"
Cin Cin memandang heran. Bagaimana mungkin
ada laki-laki yang berulah sehingga menghancurkan hati subonya" Kenapa subonya
tidak membunuh saja laki-laki itu dan membiarkan dirinya tenggelam dalam duka"
"Subo, siapakah dia dan apa yang te lah dia
lakukan" Ceritakan kepadaku, subo. Aku berjanji
akan melaksanakan segala perintah subo dan akan
kubalaskan semua sakit hati subo."
"Ada dua orang yang kuingin e ngkau mencarinya
dan membunuh mereka untuk aku. Dan untuk itu,
dengarkan dulu ringkasan riwayat hidupku."
Cin Cin mendengarkan penuh perhatian. Selama
sepuluh tahun lebih ia hidup bersama subonya
dan belum pernah ia mendengar riwayat subonya.
Agaknya subonya mempunyai riwayat yang menyedihkan. "Ceritakan, subo," katanya lirih sambil mengamati wajah subonya. Mereka duduk di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahu hijau itu, di pantai yang sunyi. Matahari
sudah naik agak tinggi, menyinarkan cahayanya
yang hangat menggigit. "Mari kita duduk di bawah pohon di sana, lebih
te duh di sana," kata Tung-hai Mo-li dan mereka
lalu meninggalkan perahu, duduk di bawah pohon
yang agak jauh dari pantai, duduk berhadapan di
atas akar pohon itu yang menonjol di permukaan
tanah. "Sejak kecil aku sudah yatim piatu," Tung-hai
Mo-li memulai dengan riwayatnya. Cin
Cin te rtegun. Ia sendiri sudah kehilangan ayah, akan
tetapi mungkin ibunya masih hidup. Dibandingkan
dengan subonya, ia masih lebih beruntung!
"Sejak kecil sebatangkara dan merantau sebagai
pengemis. Untung berte mu dengan seorang pengemis tua yang mau membimbingku. A ku mulai
belajar ilmu silat dengan giat sekali. Berganti-ganti
guru sampai aku dewasa. Kemudian aku bertemu
dengan seorang guru yang pandai dan bersama
seorang suhengku, aku belajar silat darinya.
Suhengku itu bernama Can Siok dan setelah tua
dia berjuluk Cui-beng Sai-kong. Akan te tapi,
setelah aku dewasa dan merantau seorang diri
dengan bekal kepandaian yang cukup, aku
berpisah dari suheng, pada waktu guru kami
meninggal dunia. Kami mengambil jalan masing-
masing dan nasib membawaku ke kotaraja." Tung-
hai Mo-li berhenti sebentar dan mengingat-ingat.
"Sejak kecil subo sudah menderita," komentar
Cin Cin. Lupa bahwa nasibnya sendiripun tidak
le bih baik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di kotaraja itulah aku bertemu seorang
pangeran. Dia gagah perkasa dan memiliki ilmu
silat yang hebat. Kami saling tertarik dan akhirnya
kami saling jatuh cinta....." Tung-hai
Mo-li menghela napas panjang dan Cin Cin mengamati
wajah subonya sambil te rsenyum. Tentu subonya
amat cantik ketika gadis , dan sudah sepantasnya
kalau subonya itu jatuh cinta dengan seorang
pangeran.! "Aih, te ntu pangeran itu gagah dan tampan
sekali, maka subo sampai jatuh cinta padanya,"
kata Cin Cin tanpa sungkan-sungkan lagi. "Subo
menikah....?" Tung-hai Mo-li te rsenyum dan baru sekarang ia
melihat subonya tersenyum! Bukan main manis nya
kalau tersenyum, akan tetapi hanya sebentar saja
karena senyum itu berubah pahit.
"Pangeran itu mempunyai cita-cita yang amat
besar. Dia adalah adik kaisar , dan ia bercita-cita
kelak akan menggantikan kakaknya menjadi
kaisar. Karena itu, dia tidak mau mengambil aku,
seorang wanita biasa, bahkan seorang wanita
kangouw menjadi isterinya yang sah! Dia harus
menjaga nama, dan dia bahkan akan menikah
dengan seorang pute ri. Aku hanya akan dijadikan
selir... " "Hemm, lalu bagaimana, subo?"
"Tentu saja aku tidak sudi! Kami sudah saling
bersumpah dan aku........aku telah menyerahkan
diri. Dia sudah berjanji akan mengambilku sebagai
isterinya, tidak tahunya hanya akan dijadikan selir.
Aku tidak mau dan aku meninggalkan dia!" Wajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih cantik itu nampak berduka sekali dan
ia memejamkan mata. Cin Cin mengerutkan alisnya. Betapa besar cinta
kasih subonya kepada pangeran itu, pikirnya.
Buktinya, sampai sekarang, subonya sama sekali
tidak mau berjalan lagi dengan pria lain!
"Subo, apakah subo mendendam sakit hati
kepada pangeran ini" Apakah aku harus mencari
dia dan membalaskan sakit hati subo?"
Tung-hai Mo-li membuka mata dan mengangguk. "Puluhan tahun aku memperdalam ilmu dengan
harapan pada suatu hari, murid yang kuwaris i
ilmu-ilmuku akan dapat mewakili aku untuk
membalas sakit hati yang kuderita selama puluhan
tahun ini, dan engkaulah orangnya yang kuharapkan akan dapat membuat aku mati dengan
mata terpejam, Cin Cin."
"Akan te tapi, subo dengan kepandaian yang
subo miliki, apa sukarnya bagi subo untuk
membunuh orang itu" Kenapa subo menanti
sampai puluhan tahun dan membiarkan hati
menderita dendam selama itu?"
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala dan
menghela napas panjang. "Biarpun dia juga bukan
orang le mah, bahkan ketika kami saling berpibu
dia lebih tangguh dariku, akan tetapi aku te rus
dengan giat memperdalam ilmuku dan mungkin
sekarang aku dapat menandingi dan mengalahkannya. Akan te tapi, aku sudah tua


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan..........aku kuatir, kalau aku berhadapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan dia, hatiku akan menjadi lemah dan usaha
membalas dendamku tidak akan te rlaksana. Oleh
karena itulah aku menggemble ngmu mati-matian,
Cin Cin." "Aku akan mencari pangeran itu dan membunuhnya, subo. Siapa namanya dan dimana
aku dapat mencarinya?"
"Namanya Pangeran Cian Bu Ong, dahulu dia
adik kaisar Kerjaan Sui. Akan tetapi kerajaan Sui
telah jatuh dan diganti kerajaan Tang. Setelah
kerajaan Sui jatuh, aku mendengar dia beberapa
kali mengusahakan pemberontakan untuk mendirikan kembali kerajaan Sui, akan tetapi
semua usahanya gagal. Aku te lah menyelidiki dan
bertanya-tanya, dan mendengar bahwa dia suka
kelihatan di sepanjang lembah sungai Kuning. Ke
le mbah itulah engkau dapat mencarinya. Dia
seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar, gagah
sekali, mukanya kemerahan. Dia sekarang kalau
masih hidup te ntu sudah tua pula, karena dia
le bih tua setahun dariku. Sekarang usianya tentu
sudah enampuluh lima tahun le bih."
"Aku akan mencarinya, subo. Dan siapakah
orang kedua yang harus kucari ?"
"Dia bukan musuh pribadiku. Akan te tapi,
hatiku sakit karena dia telah membunuh suhengku, padahal dia itu adalah putera suhengku
sendiri. Anak durhaka itu harus dihukum dan
dibunuh. Suhengku itu amat sayang kepadaku,
bahkan dialah yang le bih banyak membimbingku
dahulu dan dia menganggap aku seperti adik
kandungnya sendiri. Suhengku itu bernama Can
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siok dan dahulu berjuluk Cui-beng Sai-kong dan
seperti telah kuceritakan tadi, sejak dewasa kami
saling berpisah mengambil jalan sendiri-sendiri.
Hanya se waktu-waktu saja kami saling jumpa, aku
mengunjunginya atau dia mencariku. Dia menemukan agama baru, yaitu menyembah Thian-
te Kwi-ong dan dia memiliki ilmu sihir yang hebat.
Suhengku mempunyai seorang pute ra yang bernama Can Hong San, dari isterinya yang berasal
dari pute ri Nepal. Dan anak durhaka itu pada
suatu hari membunuh ayah kandungnya sendiri.
Aku merasa sedih sekali mendengar nasib suheng
dna kuminta engkau kelak mencari Can Hong San
dan membunuhnya!" "Di mana aku dapat mencari Can Hong San itu,
subo?" "Entahlah, aku sendiri tidak tahu dimana dia
berada. Akan tetapi kau ingat saja namanya dan
karena dia seorang tokoh sesat, kukira namanya
dikenal oleh dunia kangouw dan engkau kelak
dapat melakukan penyelidikan." Tung-hai Mo-li
berhenti sebentar, lalu mengeluarkan seuntai
kalung mutiara yang amat indahnya. "Kau bawa ini
dan kalau engkau berte mu dengan Pangeran Cian
Bu Ong, berikan ini kepadanya dengan pesan
dariku, bahwa dia harus menukar kalung ini
dengan nyawanya, seperti yang pernah dia janjikan
kepadaku dahulu. Mutiara-mutiara ini kudapatkan
sendiri dengan menyelam di lautan yang paling
dalam, memilih yang te rbaik dan menguntainya
menjadi kalung untuk kuserahkan kepada pria
yang kucinta itu. Dia menerima dengan gembira
dan berjanji bahwa kalung itu akan disimpannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan disayangnya seperti nyawanya sendiri. Akan
tetapi, ketika dia hendak meninggalkan aku, dia
mengembalikan kalung ini kepadaku................"
Kedua mata Tung-hai Mo-li menjadi merah dan
basah dengan air mata. Ia membalikkan tubuh dan membelakangi Cin
Cin yang menerima kalung mutiara itu, agaknya ia
tidak ingin dilihat menangis dan ketika membalikkan tubuh itu, ia menghapus air matanya. "Nah, itulah pesanku kepadamu, Cin Cin.
Maukah engkau berjanji bahwa engkau akan
menunaikan tugas-tugas itu?" Tanya Tung-hai Mo-
li yang sudah menghadapi lagi muridnya.
Cin Cin mengalungkan kalung mutiara itu di
le hernya. "Subo, aku berjanji akan mencari dan
membunuh Pangeran Cian Bu Ong dan Can Hong
San!" katanya dengan penuh semangat.
Tung-hai Mo-li bangkit berdiri, wajahnya nampak le ga dan berseri. Ia lalu melepaskan tali
pengikat sarung pedangnya dari punggungnya,
menyerahkan pedang dan sarungnya itu kepada
Cin Cin. "Nah, kau te rimalah Koai-liong-kiam ini, Cin Cin.
Aku ingin engkau membunuh mereka dengan
pedang ini. Akan te tapi jangan sekali-kali mengurangi kewaspadaan, Cin Cin. Dua orang itu
bukan merupakan lawan yang ringan. Akan te tapi
aku yakin bahwa kalau engkau menggunakan
pedang ini dan mengerahkan seluruh te naga dan
kepandaianmu, engkau akan berhasil."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah subo. Aku akan melaksanakan perintah
subo dan mudah-mudahan saja aku akan berhasil
dan tidak mengecewakan subo."
"Aku percaya padamu, Cin Cin, dan berhati-
hatilah. Engkau tentu masih ingat akan nama para
tokoh di dunia persilatan yang pernah kuceritakan
kepadamu. Jangan memandang rendah lawan, dan
jangan mencari perkara. Bersikaplah seperti murid
te rkasih seorang datuk, tidak seperti perempuan
petualang yang mengandalkan kepandaian lalu
bersikap congkak dan menyebar bibit permusuhan
dimana-mana." Cin Cin merangkul gurunya, "Aku mengerti
subo. Dan kapan aku harus berangkat?"
"Hari ini juga. Mari kita pulang, engkau cepat
berkemas dan hari ini juga meninggalkan rumah
kita." Mereka lalu bergandengan tangan menuju ke
sebuah rumah yang berdiri te rpencil di luar dusun
nelayan, tak jauh dari pantai. Mereka jalan
bergandengan tangan seperti kakak beradik saja,
tidak seperti guru dan murid dan melihat dari
belakang, takkan ada yang menduga bahwa
seorang di antara mereka adalah seorang wanita
yang usianya sudah enampuluh tahun lebih!
"Berhasil atau tidak, dalam waktu setahun
engkau sudah harus kembali ke sini," demikian
pesan Tung-hai Mo-li ketika mengantar muridnya
pergi sampai ke luar daerah perbukitan di
sepanjang pantai itu. Ketika gadis itu dengan
pedang di pinggang dan buntalan pakaian di
pundak meninggalkannya, Tung-hai Mo-li Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rmenung, betapa semangatnya seperti terbawa
pergi, ia mencintai gadis itu seperti anaknya
sendiri. Cin Cin yang melangkah dengan cepat juga tidak
ingin terlihat menangis oleh gurunya. Ketika ia
meninggalkan gurunya, ia merasa begitu sedih dan
kasihan kepada gurunya yang amat disayangnya
itu. Biarpun gurunya seorang datuk, namun
te rhadap dirinya, Tung-hai Mo-li amat baik dan
menyayangnya, maka dianggapnya gurunya seperti
pengganti orang tuanya. Bagaimanapun ju ga, ia
masih ingat bahwa ia adalah puteri ketua Hek-
houw-pang, perkumpulan orang-orang gagah, maka te ntu saja ia tidak boleh menjadi seorang
yang jahat. Gadis itu melangkah tanpa menoleh lagi, menuju
ke utara, ke sungai Huang-ho (Sungai Kuning).
Untuk mencari Pangeran Cian Bu Ong, subonya
hanya memberitahu bahwa bekas pangeran itu
tinggal di lembah Sungai Kuning.
oo-ooo0dw0ooo-o Dusun Ta-bun-cung sekarang nampak ramai
dan makmur. Hal ini adalah berkat perkumpulan
He k-houw-pang yang kini te lah berdiri kembali
setelah dihancurkan oleh para penyerbu utusan
Pangeran Cian Bu Ong kurang le bih empatbelas
tahun yang lalu. Ketika malam itu terjadi
penyerbuan, banyak tokoh Hek-houw-pang yang
te was. Ketika itu ketuanya, Kam Seng Hin, tewas.
Juga sutenya yang bernama The Ci Kok, disamping
banyak lagi anggota He k-houw-pang. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek Coa Song, sesepuh Hek-houw-pang, meninggal dunia karena kaget dan berduka melihat
hancurnya Hek-houw-pang. Cucunya yang sudah lama meninggalkan He k-
houw-pang, yaitu Coa Siang Lee, yang kebetulan
berada di situ ketika perkumpulan itu diserbu,
juga te was pula ketika membela Hek-houw-pang.
Lebih hebat lagi, isteri ketua Kam Seng Hin, yaitu
Coa Liu Hwa diculik penjahat, demikian pula isteri
Coa Siang Lee, yaitu Sim Lan Ci, lenyap bersama
pute ranya Coa Thian Ki. Keluarga Hek-houw-pang
cerai berai tidak keruan, bahkan sejak terjadi
penyerbuan malam itu sampai matinya kakek Coa
Song, He k-houw-pang boleh dibilang telah mati.
Para anggotanya tidak berani lagi bergerak, apalagi
karena sudah tidak ada yang memimpin.
Akan te tapi, beberapa bulan kemudian, muncullah Lai Kun, seorang di antara para sute
dari mendiang ketua He k-houw-pang. Lai Kun
adalah sute termuda dari Kam Se ng Hin dan dialah
yang mendapat tugas untuk mengantar Kam Cin,
pute ri ketua itu ke Hong-cun, agar pute ri ketua itu
menjadi murid Pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning. Dia bercerita kepada para rekannya bahwa di
sepanjang jalan Kam Cin atau Cin CIn menangis,
menyatakan tidak mau pergi ke Hong-cun, akan
tetapi mengajak paman gurunya itu untuk mencari
ibunya yang hilang diculik penyerbu.
"Aku dapat mencegah ia lari dan membujuknya.
Akan te tapi pada suatu malam, kami diserbu
gerombolan perampok.

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika aku melawan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan perampok itulah Cin Cin melarikan
diri dan le nyap. Aku sudah mencari sampai
berbulan-bulan tanpa hasil, akhirnya aku pulang,"
demikian Lai Kun bercerita. Tentu saja cerita itu
bohong, karena seperti yang kita ketahui, dia telah
menjual Cin Cin ke rumah pelacuran!
Sebagai saudara muda ketua He k-houw-pang
yang sudah te was, Lai Kun berhak menggantikannya. Dia berusaha mengumpulkan
para anggota He k-houw-pang, kemudian perlahan-
lahan dia memimpin para anggotanya untuk
membangun kembali He k-houw-pang. Dia berhasil
mengumpulkan kurang lebih limapuluh orang, dan
mulai mendirikan perusahaan pengawalan barang
dengan bendera Hek-houw-pang. Mulailah perkumpulan itu berkembang dan mendapat
kepercayaan. Apalagi ketika pejabat daerah melapor ke kotaraja tentang Hek-houw-pang,
perkumpulan yang dengan gigih membela pemerintah Tang, sehingga dibasmi oleh anak buah
pemberontak Pangeran Cian Bu Ong, maka
peristiwa itu masuk dalam catatan petugas di
istana. Ketika Pangeran Li Si Bin, tujuh tahun
kemudian menggantikan kedudukan ayahnya
menjadi kasisar Tang Tai Cung, dia memeriksa
semua catatan itu dan mendengar te ntang Hek-
how-pang, kaisar inipun segera mengambil kebijaksanaan. Kaisar berkenan memberi hadiah kepada He k-
houw-pang, melalui pembesar daerah dan Hek-
houw-pang menerima bangunan baru yang besar
di Ta-bun-cung, juga menerima hadiah kereta
untuk pekerjaan mengawal barang, disamping dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
losin e kor kuda pilihan, uang dan terutama sekali,
nama baik. Peristiwa itu membuat nama Hek-houw-pang
semakin te rkenal dan dipercaya pedagang. Siapa
yang tidak percaya kepada perkumpulan yang telah
mendapat pengakuan dan hadiah dari kaisar
sendiri" De mikianlah, dusun Ta-bun-cung ikut menjadi
makmur berkat perkembangan He k-houw-pang.
Dan Lai Kun, ketua baru He k-houw-pang,
berusaha keras untuk membuat perkumpulan itu
semakin maju. Dia kini menjadi seorang ketua
yang te rhormat dan te rkenal. Dan sejak dia
menjadi ketua Hek-houw-pang, Lai Kun menikah
dan kini mempunyai dua orang anak laki-laki
berusia sepuluh dan delapan tahun.
Dia hidup terhormat, kecukupan, berbahagia
dengan keluarga. Kalaupun kadang-kadang dia
te ringat kepada Cin Cin dan diam-diam dia
menyesali perbuatannya, dia cepat mengusir
kenangan itu sebagai sebuah mimpi buruk yang
amat mengganggunya. Tak seorangpun tahu akan peristiwa itu dan Cin
Cin sudah dianggap le nyap atau mati oleh semua
anggota Hek-houw-pang, walaupun kadang-kadang
Lai Kun te rmenung dan ada perasaan khawatir
apabila dia teringat kepada Cin Cin.
Empat belas tahun telah lewat sejak peristiwa
pembasmian Hek-houw-pang dan kini dusun Ta-
bun-cung sudah berubah banyak. Banyak terdapat
toko dan kedai makan minum dan para penghuninya yang dahulu sebagian besar hanyalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
petani-petani miskin yang pakaian dan rumahnya
butut, kini pakaian mereka jauh lebih baik, karena
penghasilan mereka baik. Perdaganganpun mulai
ramai dan semua orang memuji ketua Hek-houw-
pang yang kini dipanggil Lai-pangcu (Ketua Lai).
Bahkan Lai Kun diangkat sebagai ketua atau
kepala dusun Ta-bun-cung oleh penduduk.
Pada suatu senja, Lai-pangcu bersama isterinya,
seorang wanita penghuni dusun itu juga yang
berwajah cantik, duduk minum-minum sambil
menikmati makan kecil di serambi depan. Dua
orang pute ra mereka sehat-sehat dan sebagai
pute ra ketua Hek-houw-pang, te ntu saja dua orang
anak laki-laki itu dilatih ilmu silat. Akan tetapi
karena ayah mereka menghendaki agar kelak
mereka dapat menduduki pangkat, keduanya juga
diharuskan mempelajari ilmu baca tulis secara
mendalam. Untuk itu, Lai-pangcu sengaja mendatangkan seorang sasterawan dari kota untuk
mengajar kedua orang pute ranya.
Hari mulai gelap dan seorang pelayan menyalakan lampu-lampu di rumah, juga lampu
te mbok yang berada di serambi depan, di mana
keluarga itu sedang minum teh. Pelayan itu tidak
berani berlama di situ, setelah menyalakan lampu
segera ia masuk kembali karena tidak ingin
mengganggu majikannya sekeluarga yang sedang
santai. Isteri Lai Kun seorang wanita yang le mbut
dan kedua pute ranya juga merupakan anak-anak
yang pandai dan patuh. Lai Kun merasa berbahagia sekali. Dia kini telah berusia limapuluh
empat, tubuhnya yang dahulu kurus itu kini telah
berubah gemuk, sehingga hidungnya yang dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak besar karena mukanya kurus, sekarang
kelihatan serasi. "Ayah, ada tamu....................!"
seorang pute ranya menuding ke pintu pagar. Lai Kun dan
isterinya memandang dan benar saja, di dalam
cuaca yang remang-remang itu nampak seorang
wanita yang bertubuh ramping memasuki pekarangan le wat pintu pagar dan kini melangkah
dengan tenang menghampiri serambi di mana
mereka duduk. Lai Kun cepat bangkit, diikuti
isterinya. -ooo0dw0ooo- Jilid 17 "Lai-suheng ( Kakak seperguruan Lai )....."
wanita itu berkata lembut, berdiri di bawah
serambi. Kalau saja cuaca tidak remang-remang, te ntu
akan nampak betapa wajah Lai Kun seketika
menjadi pucat sekali. Tentu saja dia segera
mengenal wanita itu yang bukan lain adalah Coa
Liu Hwa. Isteri mendiang suhengnya, Kam Seng
Hin, ketua Hek-houw-pang dan yang membuat dia
gelisah adalah karena mengingat bahwa wanita itu
adalah ibu kandung Cin Cin. Segera ia mengambil
keputusan nekat. Sekali melompat, dia telah
berada di pekarangan, di depan wanita itu.
"Siapa kau! Aku tidak mempunyai sumoi
sepertimu!" katanya galak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, benarkah engkau tidak mengenal aku?"
Tanya wanita itu mendekat.
"Ah, engkau te ntu penjahat yang mengaku-aku
saudara. enyahlah dari sini!" teriak Lai Kun dan
dia sudah menerjang dengan pukulan ke arah
le her Coa Liu Hwa! Pukulannya keras karena ketua
He k-houw-pang ini ingin sekali pukul merobohkan
orang yang dianggapnya berbahaya itu.
"I hh.......!" Coa Liu Hwa menggeser kakinya
dengan tenang, tangan kirinya menangkis.
"Dukk!" tangan Lai Kun terpental, membuat
ketua Hek-houw-pang ini te rkejut bukan main.
Akan te tapi ia mengirim pukulan lagi bertubi-tubi.
Agaknya dia berusaha keras untuk merobohkan
lawan dengan serangkaian pukulan. Dia ingat
benar bahwa sumoinya atau pute ri gurunya ini
dahulu kalah jauh dalam hal ilmu silat, apalagi
te naga darinya. Maka dia merasa yakin bahwa
serangkaian pukulan yang dilakukan ini pasti akan
merobohkan Coa Liu Hwa, karena dia menggunakan jurus dari ilmu silat Hek-houw-pang
yang paling diandalkan dan ampuh.
Akan te tapi, wanita itu dengan sigapnya menangkis dan mengelak, gerakannya ringan dan
mantap, kemudian pada menjelang akhir rangkaian serangan itu, tiba-tiba saja tangan kiri
wanita itu meluncur dan jari tangannya menotok
pada pundaknya. Lai Kun hanya merasa tubuhnya
kesemutan dan tidak mampu bergerak lagi. Dia
telah ditotok secara luar biasa ole h sumoinya yang
dahulu kalah jauh olehnya itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coa Liu Hwa tersenyum dan dengan sikap
ramah ia lalu menepuk-nepuk pundak Lai kun.
"Lai-suheng, pandanglah baik-baik siapa aku"
Mustahil engkau sudah lupa padaku?"
Begitu pundaknya dite puk-tepuk Lai Kun dapat
bergerak lagi! Dia terbelalak dan maklum bahwa
sumoinya tidak berniat buruk te rhadap dirinya,
bahkan tidak ingin membikin malu. Pada saat itu,
isterinya sudah menghampiri dan menegur suaminya. "Kenapa engkau marah-marah dan menyambut
tamu dengan serangan" Biarkan ia bicara dan
memperkenalkan diri, menceritakan apa keperluannya mengunjungi kita."
Liu Hwa memandang kepada wanita itu, lalu
kepada dua orang ana k laki-laki yang masih duduk
di kursi. "Aih, bukankah engkau ini Ci Nio, puteri


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kusir Ci Hoat" Ci Nio, tidak ingat lagikah engkau
padaku?" Isteri Lai Kun yang bernama Ci Nio itu
mengamati, kemudian dengan kaget dan gembira
dia berseru. "Bukankah engkau bibi Coa Liu Hwa?"
Kepada suaminya ia berte riak. "Ini bibi Coa Liu
Hwa, ibu Cin Cin!" Tentu saja Lai Kun sudah tahu. Karena dia
mengenal Liu Hwa, maka dia tadi menyerangnya.
Dia teringat akan perbuatannya te rhadap pute ri
wanita ini. Dia telah menjual Cin Cin kepada
rumah pelesir, dan karena takut dan mengira
kedatangan bekas sumoinya ini tentu akan
menuntut, maka dia tadi mendahului dengan
serangkaian serangan. Kini, melihat betapa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sumoinya telah menjadi orang yang lihai, diapun
pura-pura baru mengenalnya.
"Aih, kiranya Coa-sumoi..........!"
te riaknya, matanya memancarkan kehe ranan. "Silakan, sumoi, silakan duduk........" Lai-pangcu tampak
gugup . Liu Hwa tersenyum.
"Nanti dulu, aku tidak sendirian!"katanya dan ia
menoleh, lalu mengangkat lengan kiri ke atas
memberi is yarat. Tak lama kemudian, dari luar
pagar muncullah seorang laki-laki yang gagah
perkasa. Laki-laki itu berusia enampuluh tahun,
namun masih nampak gagah, bertubuh tinggi
besar dan tegap, mukanya dihias cambang bauk
yang rapi. "Lai-suheng, ini adalah..........suamiku, namanya
Lie Koan Tek!" Liu Hwa memperkenalkan,
lalu kepada suaminya ia berkata, "Ini adalah su-
heng Lai Kun yang s ekarang menjadi pang-cu baru
dari He k-houw-pang. Dan mereka adalah.....anak
dan isterimu bukan, s uheng?"
Lai Kun mengangguk-angguk dan cepat dia dan
isterinya membalas penghormatan suami Liu Hwa.
"Saudara........Lie Koan Tek.........aku seperti...........pernah mendengar nama itu...." kata
Lai Kun yang masih gugup dan tegang hatinya.
Liu Hwa te rsenyum mengangguk, " Suamiku
adalah Lie Koan Tek yang kau maksudkan itu,
suheng, tokoh Siau-lim-pai yang terkenal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, maaf, maaf.! Kami bersikap kurang
hormat.... " kata Lai Kun, gentar bukan main. Kini
tahulah dia mengapa tadi dia kalah oleh sumoinya
yang dahulu dia yakin tidak akan mampu
menandinginya. Kiranya sumoinya telah menjadi
isteri pendekar yang terkenal itu.!
"Harap jangan sungkan, Lai pangcu," kata Lie
Koan Tek. "Mari, silakan duduk. Aku harus memberi tahu
kepada semua anggota Hek-houw-pang. Kedatanganmu harus disambut meriah, sumoi."
"Jangan, suheng! Aku datang bukan untuk itu,
melainkan ada keperluan pribadi," kata Liu Hwa
dan ia bersama suaminya lalu mengambil tempat
duduk. "Aku memang sengaja datang di malam
hari begini agar tidak perlu kalian ramai-ramai
menyambut dan setelah mendapat kete rangan
yang kuperlukan darimu, aku akan segera pergi
dari sini.. " "Keperluan pribadi apakah, sumoi" Katakanlah,
te ntu kani akan membantumu sekuat tenaga."
Dalam hatinya tentu saja Lai Kun sudah dapat
menduga apa yang akan ditanyakan wanita itu,
akan tetapi dia pura-pura bertanya dan diam-diam
dia bersiap mengatur jawaban.
"Aku hanya ingin bertanya padamu te ntang
anakku Cin Cin. Bukankah Lai-s uheng yang dulu
mengantarnya untuk berguru kepada toa-ko
(Kakak) Si Han Beng, Naga Sakti Sungai Kuning di
dusun Hong-Cun?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau saja Lai Kun belum siap dan belum
memperhitungkan bahwa tamunya te ntu akan
bertanya demikian, mungkin dia akan terkejut dan
bingung karena akan merasa ditodong dengan
pertanyaan itu. Akan tetapi dia bersikap te nang.
Tidak ada orang tahu te ntang peristiwa antara dia
dan Cin Cin itu, dan ketika dia pulang dahulu, dia
sudah menceritakan kepada semua orang tentang
Cin Cin. Kini dengan sikap tenang dia menghela
napas panjang.. "Sudah sejak dahulu aku mengkhawatirkan
bahwa pada suatu hari, engkau akan bertanya
seperti ini kepadaku, sumoi, dan aku te rpaksa
harus menjawab dan memberitahukan berita yang
tidak menyenangkan kepadamu."
"Lai-suheng, apa yang te rjadi" Ceritakanlah!"
desak Liu Hwa, wajahnya berubah dan hatinya
merasa tidak enak. "Seperti sudah berulang kali kuceritakan pada
semua anggota He k-houw-pang, aku mentaati
pesan mendiang suhu Coa Song untuk mengantar
Cin Cin ke Hong-cun. Perjalanan kami tadinya
lancar walaupun di sepanjang perjalanan Cin Cin
rewel tidak mau diajak ke Hong-cun, akan te tapi
mendesak aku agar mencarimu, sumoi. Aku tidak
tahu harus mencarimu ke mana, maka aku
membujuknya mengatakan bahwa kami akan
mencarimu. Tentu saja aku terus menuju ke Hong-
cun. Akan tetapi, di dalam perjalanan itu, kami
dihadang gerombolan perampok. Aku melakukan
perlawanan mati-matian dan akhirnya berhasil
merobohkan beberapa orang perampok dan lainnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melarikan diri. Akan tetapi Cin Cin yang tadinya
menonton di bawah pohon, tahu-tahu telah lenyap.
Tentu ia melarikan diri karena memang tidak mau
kuajak ke Hong-cun dan sempatan itu agaknya ia
pergunakan untuk melarikan diri. Aku mencarinya
sampai berbulan-bulan, namun sayang, aku tidak
dapat menemukan jejaknya. Terpaksa, dengan hati
sedih aku kembali ke sini dan menceritakan hal itu
kepada para anggota Hek-houw-pang."
Sejak tadi Liu Hwa tidak pernah mengganggu
cerita Lai Kun, hanya mendengarkan saja dengan
hati yang sedih. Selama ini, sejak menjadi isteri Lie
Koan Tek dan hidup berbahagia dengan suaminya
yang amat menyayanginya, ia menghibur hatinya
dengan anggapan bahwa tentu pute rinya, Kam Cin,
telah menjadi murid Huang-ho Sin-liong Si Han
Beng dan menjadi seorang gadis yang pandai.
Siapa kira, mendengar cerita Lai Kun, semua
angan-angannya itu membuyar, diganti kedukaan
dan kekhawatiran. "Cin Cin anakku....... " Liu Hwa mengeluh, akan
tetapi ia mengeraskan hatimya dan tidak menangis, apa lagi ketika merasa betapa tangannya di pegang suaminya.
"Sumoi, maafkan aku telah gagal mengantar Cin
Cin ke Hong-cun......." kata Lai Kun, nada
suaranya menyesal. "Bukan salahmu, suheng. Akan tetapi, katakan
siapa perampok itu, atau siapa pemimpinnya."
"Aku tidak tahu, mereka tidak memperkenalkan
nama, sumoi." "Hemm, kalau begitu, di mana
te rjadinya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menghadapi pertanyaan tiba-tiba ini, Lai Kun
agak te rkejut dan dengan suara ragu dia
menjawab. ."Di.....kota........eh, Lok-yang,... ya di
Lok-yang." Hampir saja dalam kegugupannya dia
menyebut kota Ji-goan, di mana Cin Cin dia jual ke
rumah pelesir! Untung dia te ringat dan masih
sempat menyebut Lok-yang, kota besar di seberang
sungai Kuning sebelah selatan.
Liu Hwa bangkit berdiri dan berkata kepada
suaminya. "Mari kita pergi," dan kepada Lai Kun ia
berkata, "Lai-suheng, kami akan pergi. Terima
kasih atas keteranganmu. Mudah-mudahan engkau akan baik-baik menjaga Hek-houw-pang,
jangan sampai ada anak buah yang melakukan
penyelewengan. Aku sudah mendengar semua
te ntang He k-houw-pang yang menerima anugerah
dari kaisar, dan aku berterima kasih kepadamu
atas pimpinanmu yang baik."
"Sumoi, engkau hendak pergi ke manakah"
Apakah engkau dan suamimu tidak tinggal saja di
sini dan membantu Hek-houw-pang?" kata Lai
Kun. "Terima kasih, suheng. Aku tidak mungkin
tinggal di sini, aku harus ikut suamiku. Nah,
selamat tinggal." Liu Hwa dan suaminya memberi
hormat yang dibalas oleh Lai Kun dan isterinya,
kemudian mereka berdua melangkah keluar dan
menghilang di kegelapan malam.
Sampai lama Lai Kun berdiri te rte gun, memandang ke dalam kegelapan, ke arah mereka
pergi dan pikirannya melamun jauh. Timbul
penyesalan besar dalam hatinya kalau ia te ringat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan perbuatannya menjual Cin Cin kepada rumah
pelesir dahulu. Kenapa tadi dia menyebut Lok-
yang" Lok-yang dekat dengan Ji-goan, dan
bagaimana kalau Liu Hwa melakukan penyelidikan
ke sana dan bertemu Cin Cin" Lai Kun menyesal
bukan main. Pada dasarnya dia bukan orang jahat.
Kalau dulu dia menjual Cin Cin adalah karena Cin
Cin rewel dan membuat perjalanan itu melelahkan.
Juga dia te ringat pada Sui Su. pelacur yang
mampu menghiburnya ketika hatinya sedang risau.
Dia bukan berniat jahat terhadap Cin Cin,
melainkan dia ingin terbebas dari keadaan yang
menjengkelkan hatinya. Nafsu daya rendah adalah setan yang selalu
mempengaruhi hati akal pikiran kita. Nafsu daya
rendah yang diikut-sertakan kepada kita ketika
kita dilahirkan sebagai manusia, pada hakekatnya
diberikan sebagai anugerah, agar dapat membantu
kita dalam kehidupan kita sebagai manusia di
dunia. Akan te tapi, daya rendah berusaha
sekuatnya untuk menguasai kita, menjadi nafsu
yang mencengkeram dan memutar balikkan keadaan sehingga bukan lagi kita menjadi majikan
dan daya rendah menjadi hamba atau alat,
sebaliknya kita yang menjadi budak, diperalat oleh
nafsu. Setan ini memang licik bukan main sehingga
akal pikiran kita dibikin buta. Kadang kesadaran
dalam diri, hati nurani kita, memperingatkan kita
akan suatu perbuatan yang tidak baik, tidak benar.
Namun nafsu daya rendah yang memperole h
keuntungan dari perbuatan itu, yaitu untuk
melampias kan kehendak nafsu, dengan cerdiknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pokrol untuk membela perbuatan itu,
untuk membenarkan perbuatan itu. Bisikan-
bisikan berupa alas an-alasan yang nampaknya


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

te pat dan kuat dihembuskan nafsu ke dalam
pertimbangan kita bahwa perbuatan itu benar atau
tidak salah, atau kesalahan terpaksa dan sebagainya lagi. Tidak ada seorangpun manusia
yang benar-benar TIDAK TAHU, bahwa perbuatannya jahat dan tidak benar, namun dia
tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk
mencegah perbuatannya sendiri! Demikian kuatnya
nafsu mencengkeram kita. Setiap pencuri pasti
tahu bahwa mencuri itu tidak baik. Setiap
pembunuh pasti tahu bahwa membunuh itu
berdosa besar, dan masih banyak macam kejahatan di dunia ini yang dilakukan orang, dan
semua orang yang melakukannya pasti tahu bahwa
perbuatannya itu tidak baik, tidak benar atau
berdosa, namun tetap saja dilakukannya! Kenapa
demikian" Karena nafsu telah mencengkeram
seluruh dirinya, hati akal pikirannya, sehingga
suara hati nurani menjadi lemah, tenggelam ke
dalam suara setan yang membela dan membenarkan perbuatan itu dengan seribu satu
macam alasan. Setiap orang pasti merasakan hal ini. Penyesalan
selalu datang kalau akibat buruk datang menimpa.
Dan setan membisikkan lagi cara-cara untuk
menyelamatkan diri, dengan cara apapun juga.!
Banyak di antara kita yang mendengar bis ikan hati
nuraninya sendiri dan menyesali perbuatannya,
ingin menaklukkan nafsu-nafsunya. Namun selalu
saja gagal. Mengapa demikian" Karena YANG
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
INGIN menaklukkan nafsu itu bukan lain adalah
NAFSU ITU SENDIRI! Yang ingin bertobat karena
perbuatan dosa adalah si pembuat dosa itu sendiri,
dengan dasar bahwa perbuatannya itu mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan dia
ingin te rbebas dari malapetaka itu. Perbuatan dosa
itu dilakukan karena dorongan nafsu ingin senang,
dan penyesalan, lalu keinginan bertobat itupun
didorong nafs u yang ingin senang karena terhindar
dari akibat yang tidak menyenangkan.! Lingkaran
setan ini terjadi setiap hari dan setiap saat dalam
diri kita. Maka, terjadilah pengulangan. Hari ini
berbuat salah, besok menyesal dan bertobat. Besok
lalu berbuat salah lagi, bertobat dan menyesal lagi.
De mikian seterusnya karena lingkaran setan itu
berputar te rus. Nafsu tidak mungkin dimatikan,
tidak mungkin dibuang dari diri kita, karena kalau
hal itu dilakukan, kita akan mati, atau kita tidak
akan menjadi manusia lagi. Nafsu daya rendah
mutlak perlu bagi kehidupan kita, seperti api pada
motor, seperti kuda pada kereta. Segala kemajuan
hidup duniawi adalah karena jasa nafsu yang
bekerja sama dengan hati akal pikiran. Namun,
segala macam kejahatan yang kita lakukan pun
akibat dorongan nafsu daya rendah.
Lalu kalau begitu bagaimana" Nafsu penting
bagi kehidupan kita, akan tetapi nafsu juga
menyeret kita ke dalam perbuatan dosa! Hidup ini
baru sesuai dengan kodratnya kalau nafsu menjadi
alat kita, bukan kita menjadi alat nafsu. Nafsu
harus kembali kepada tempat, kedudukan dan
fungsinya yang semula, yaitu menjadi budak atau
alat kita! Tapi bagaimana" Kalau usaha kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menundukkan nafsu juga merupakan usaha nafsu,
lalu siapa ang akan dapat mengembalikan nafsu
pada te mpatnya semula" Hanya Yang Menciptakannya! Hanya kekuasaan Tuhan sajalah
yang akan dapat mengatur itu, membebaskan kita
dari cengkeraman nafsu. Dan kekuasaan Tuhan
bekerja kalau kita menyerah dengan seluruh jiwa
raga kita, menyerah dengan penuh keikhlasan,
ketawakalan, kesabaran. Tuhan Maha Pencipta,
Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tuhan mengetahui apa yang yang te rbaik untu k kita.
Tuhan mengetahui apa yang berada di dalam
lubuk hati kita. Kalau kita menyerah dengan
seluruh jiwa raga kita, maka kekuasaan Tuhan
akan bekerja mutlak! Dan tidak ada hal yang tidak
mungkin bagi kekuasaan Tuhan.
Menyerah! Kata yang sederhana, mudah diucapkan dan mudah dimengerti. Namun, tidaklah begitu mudah untuk dilaksanakan. Kalau
penyerahan itu masih merupakan penyerahan dari
hati akal pikiran, maka di situ terkandung nafsu
dan penyerahan seperti itu sudah pasti berpamrih
pula! Menyerah agar begini agar begitu, pendeknya
agar mendapatkan keuntungan atau kesenangan,
agar menghindarkan kerugian atau kesusahan. Ini
bukan penyerahan namanya, melainkan usaha
nafsu untuk mendapatkan sesuatu, dan penyerahan hanya dijadikan alat atau cara saja.
Dan kalau nafsu yang berusaha, maka pasti
syaitan yang datang. Penyerahan dalam hal ini
adalah penyerahan tanpa pamrih te rtentu. Penyerahan berarti mati di depan Tuhan, dan
kekuasaan Tuhan yang membangkitkan kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali. Sebagai manusia lain, bukan pula budak
syaitan nafsu, melainkan hamba Tuhan! Kalau
sudah begini, maka tidak ada masalah lagi, karena
apapun yang te rjadi pada diri kita, sudah
dikehendaki Tuhan dan tidak perlu dipermasalahkan lagi. Tidak akan ada keluhan
keluar dari batin kita, yang ada hanyalah puji
syukur kepadaN ya. Penyesalan yang dirasakan Lai Kun hanya
penyesalan karena kini dia merasakan akibat dari
perbuatannya, yang menimbulkan perasaan takut.
Penyesalan macam ini seperti orang yang memberi
kompres dingin kepada luka untuk menghilangkan
rasa nyeri akibat luka itu, tanpa dapat menyembuhkan luka itu sendiri.
Lai Kun tidak berani mengakui kesalahannya
te rhadap siapapun, te rhadap is terinya tidak,
apalagi te rhadap Coa Liu Hwa ibu Cin Cin. Dia
menyimpannya sebagai rahasia pribadinya, dan
justru inilah yang membuat dia selalu merasa
gelisah. Andaikata di depan Liu Hwa dia berani
berte rus terang mengakui kesalahannya, dengan
siap menanggung segala akibat daripada perbuatannya, bertanggung jawab, maka te ntu
kegelisahannya tidak akan ada lagi.
o-ooo0dw0ooo- Gadis yang cantik jelita itu berdiri di tepi sungai
Kuning yang luas seperti anak lautan. Perutnya
te rasa lapar sekali dan ketika ia berdiri di tempat
sunyi itu sambil termenung, agak kesal karena
tidak nampak perumahan di situ, apalagi penjual
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makanan, ia melihat meluncurnya beberapa ekor
ikan bersisik kuning dan merah di te pi sungai.
Matanya segera bersinar-sinar, wajahnya gembira
dan lidahnya yang merah te rjulur ke luar menjilati
bibirnya yang merah basah. Ia mengilar melihat
ikan-ikan itu, karena ia mengenal bahwa ikan itu
semacam ikan emas yang amat lezat dagingnya.
Perutnya sedang lapar, di situ tidak ada orang,
tidak ada penjual makanan, akan tetapi ada ikan
yang gemuk dan gurih dagingnya berenang lewat
seperti mengeje k dan menggodanya! Tidak ada
pancing, tidak ada jala, tidak ada benda untuk
menangkap ikan itu. Cin Cin, gadis jelita itu, menengok ke kanan kiri
dan belakang. Tidak nampak orang di situ. Sunyi
dan jauh dari keramaian orang, juga di atas air itu
tidak nampak perahu. Hanya nampak layar
perahu-perahu yang jauh di sana, perahu para
nelayan mencari ikan. Hari sudah menjelang senja,
tak lama lagi hari akan menjadi gelap sehingga
akan semakin sukar mencari makanan. Ia tidak
mau melewati malam itu dengan perut tersiksa
lapar. Dan iapun perlu membersihkan diri setelah
hari itu melakukan perjalanan jauh yang melelahkan dan kulit tubuhnya penuh debu yang
bercampur keringat mendatangkan rasa gerah dan
le kat. Setelah yakin di situ tidak ada orang lain, tanpa
ragu lagi Cin Cin menanggalkan pakaiannya satu
demi satu dan ditumpuknya pakaian itu di balik
semak-semak. Iapun berte lanjang bulat, meloncat
ke dalam air dengan luncuran seperti seekor ikan
lumba-lumba! Tidak banyak air muncrat dan tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan banyak suara ketika tubuhnya
menusuk dan masuk ke dalam air dengan kedua
le ngan dan kepala lebih dahulu.
Cin Cin memang memiliki keahlian renang
bermain dalam air seperti seekor ikan. Mungkin
seperti dialah ikan duyung yang te rkenal dalam
dongeng itu. Rambutnya tadi dile pas dari sanggul
dan rambut itu te rurai panjang, lebat dan le mbut.
Ia menyelam dan tak lama kemudian ia sudah
berhasil menangkap dua ekor ikan sebesar
le ngannya sendiri, seekor bersisik kuning dan
seekor bersisik kemerahan, keduanya dengan perut
berwarna putih. Ikan-ikan yang gemuk berdaging
te bal.! Dibawanya dua ekor ikan itu ke darat dan
dibiarkan menggele par di balik semak, lalu iapun
masuk lagi ke air dan mandi. Betapa sejuk dan
segarnya air itu. Lenyap semua rasa lelah dan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerah. Terasa nyaman, bersih dan segar. Iapun
menggosok-gosok kulit tubuhnya sambil duduk di
atas batu yang menonjol keluar dari air, dan
dengan sendirinya mulutnya bersenandung lirih.
Kalau tubuh te rasa nyaman dan hati akal
pikiran tidak dibebani persoalan, maka akan
timbul perasaan bahagia yang membuat orang
condong untuk bersenandung! De mikianlah agaknya yang mendorong orang untuk bersenandung di waktu mandi. Keseimbangan rasa
nyaman tubuh dan rasa te nang batin ini
mendatangkan keseimbangan yang membuat hidup di saat itu terasa nikmat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin sama sekali tidak menyadari bahwa ada
sepasang mata yang mengamatinya dari balik batu
besar. Mata seorang pria, seorang pemuda yang
sebaya dengannya, seorang pemuda yang tampan
dan bertubuh te gap. Mula-mula ketika mendengar
suara senandung, pemuda itu tertarik dan berindap menghampiri. Setelah dia melihat apa
yang bersenandung itu, seorang gadis bertelanjang
bulat duduk di atas batu dan membersihkan tubuh
dengan menggosok-gosoknya, dengan rambut yang
panjang te rurai, sebagian menutupi dadanya
menyembunyikan sepasang bukit dada dan warna
rambut yang hitam membuat kulit tubuh itu
nampak semakin putih mulus, wajah yang manis
dan riang. Pemuda itu terbelalak, kemudian
mukanya menjadi kemerahan dan diapun te rpesona. Bukan gairah nafsu yang te rbayang
dalam pandang matanya, melainkan keheranan
dan ketakjuban, seperti seseorang melihat mahluk
lain dari luar angkasa, seperti seorang melihat
bidadari mandi di tepi sungai.
Memang, gadis itu seperti mahluk aneh bagi
pemuda itu karena selama hidupnya, baru sekali
ini ia melihat seorang gadis dewasa berurai rambut
dan berte lanjang bulat seperti itu! Karena selama
ini, biarpun usianya sudah duapuluh satu tahun,
tidak pernah te rlintas dalam benaknya hal-yang
ada hubungannya dengan birahi, maka dia tidak
melihat hal-hal yang menimbulkan rangsangan
nafsu birahi, dan pandang matanya penuh dengan
pesona dan keheranan, terpesona karena penglihatan itu amat indah baginya, juga amat
mengherankan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saking heran dan te rpesona, pemuda itu lupa
diri untuk bersembunyi dengan hati-hati. Dia kini
berdiri dan nampak dari dada ke atas di baik batu
itu, tidak tahu bahwa yang diintainya adalah
seorang gadis yang memiliki ketajaman dan
kepekaan rasa dan pandangan yang lain daripada
orang lain. Pandang mata yang penuh perhatian
dan perasaan memiliki getaran yang kuat sekali,
apa lagi bagi seorang sepeka Cin Cin perasaannya.
Ia merasakan getaran itu yang membuatnya
menengok dan.........dua pasang mata berte mu
pandang. Sekilas saja karena kepala pemuda yang tadi
nongol di balik batu lenyap lagi dan Cin Cin juga
tidak memperlihatkan suatu sikap yang menunjukkan bahwa ia telah melihat adanya
seorang pengintai. Ia menekan kemarahannya, dan
dengan tenang gadis itu turun ke air, sekali lagi
membiarkan kegerahan dan keletihan larut bersama debu di tubuh te rbawa air, dan iapun
berenang ke balik semak, mengenakan pakaiannya
dan menggelung rambutnya sejadinya saja agar
cepat. Namun dari balik semak ia memperhatikan
dan tahu bahwa si pengintai itu masih berada di
balik batu bes ar. Awas, engkau, laki-laki kurang ajar, gumamnya
dalam hati. Setelah semua pakaian bersih yang
Kemelut Di Majapahit 17 Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Pendekar Muka Buruk 21
^