Pencarian

Naga Pembunuh 2

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 2


"Ih!" Ki Bi berteriak. "Ular, pangcu. Ada ular di s ini!"
Beng Tan bergerak cepat. Entah dari mana datangnya tiba-
tiba seekor ular melejit dan terbang di mukanya. Ular itu
menyerang Ki Bi dan wanita itu berteriak, kaget. Tapi ketika
Beng Tan berhasil menangkap dan meremas kepalanya,
sementara Ki Bi menabrak dan menumbuk dinding batu maka
baju wanita itu sobek dan sebagian pundaknya yang mulus
putih kelihatan. "Bret!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara ini membuat Beng Tan tertegun. Dia semburat merah
menyaksikan pundak yang merangsang itu. Berada berduaan
saja dengan seorang wanita cantik macam Ki Bi memang
mudah menimbulkan bayangan macam-macam, apalagi Ki Bi
dengan pakaian seperti itu, masih tembus pandang dan basah
oleh air. Wanita itu tak sempat berganti pakaian karena Beng
Tan mengajaknya ke situ, mengejar musuh. Tapi karena Beng
Tan adalah pemuda berbatin bersih dan betapapun
pemandangan itu coba membangkitkan berahinya maka
pemuda ini berhasil menekan debaran jantungnya dengan
memberikan baju luarnya. "Ki Bi, kau bisa kedinginan. Pakailah bajuku, dan jangan
biarkan pundakmu terbuka."
Ki Bi mengeluh aneh. Beng Tan tak melihat pandangan
kecewa karena pemuda itu memang tidak berpikiran yang
macam-macam. Beng T an terlalu bersih untuk menduga yang
tidak-tidak. Dan ketika Ki Bi mengucap terima kasih dan
mereka menuju ke ruangan nomor dua maka di sini terjadi lagi
gangguan lain. Beng Tan yang siap memasuki pintu ruangan
mendadak mendengar kesiur angin dingin. Dari belakangnya
menyambar belasan sinar merah, atau cahaya yang kemerah-
merahan. Dan ketika Beng Tan tentu saja terkejut dan
menyampok, membentak perlahan maka sinar-sinar merah itu
mendadak saja terpental atau tertolak ke arah Ki Bi.
"Aduh, kelabang...!"
Beng Tan terkejut. Tentu saja pemuda ini membelalakkan
mata karena sinar-sinar merah yang disampoknya tadi adalah
kelabang-kelabang keparat. Binatang itu terpental dan
berjatuhan di tubuh Ki Bi, masuk dan menggigit serta
menyelinap di balik pakaian wanita itu. Kontan Ki Bi menjerit-
jerit dan melepas seluruh pakaian luarnya, hal yang membuat
Beng Tan terkesiap. Dan ketika wanita itu berlarian ke sana
kemari dan Beng Tan melihat betapa tubuh yang indah
menggairahkan itu bergerak atau berguncang ke sana ke mari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka Ki Bi akhirnya menubruk dan menjerit minta
diselamatkan! "Aduh, tolong, pangcu.... tolong...! Ada kelabang memasuki
pahaku!" Beng Tan tersirap. Ki Bi hendak membuka atau melepas
pakaian dalamnya, padahal itu adalah satu-satunya sisa
terakhir yang menutupi tubuh wanita itu. Maka begitu Ki Bi
berteriak dan seekor kelabang memang benar menggigit
pahanya, sedikit di bawah daerah rawan maka Beng Tan
membungkuk dan membentak menjepit kelabang jahanam itu,
meremasnya hancur. "Bedebah terkutuk!"
Ki Bi mengeluarkan keluhan panjang. Akhirnya wanita ini
roboh dan menangis di dada Beng Tan. Beng Tan telah
menahan gerakan tangannya tadi agar tidak membuka atau
melepas pakaian dalam itu. Bayangkan, celana dalam Ki Bi
akan dicopot. Beng Tan bisa mati kaku melihatnya! T api ketika
pemuda itu telah meremas hancur dan kelabang itu dibuang
dan diinjak maka dengan cepat kelabang-kelabang lain yang
menyusup atau bersembunyi nakal di tubuh gadis ini sudah
dibanting atau ditarik mampus.
"Sudahlah, sudah....!" Beng Tan menahan debaran
jantungnya yang tak keruan. "Kelabang-kelabang itu sudah
kubunuh semua, Ki Bi. Kini kau tak apa-apa dan selamat!"
"Ooohhh...!" wanita itu mengeluh panjang. "Binatang-
binatang terkutuk itu sudah tak ada lagi, pangcu" Mereka tak
menempel lagi di tubuhku?"
"Tidak, tubuhmu sudah bersih. Lihatlah."
"Aku tak berani lihat!" wanita ini mendekap mukanya. "Aku
jijik, pangcu. Aku ngeri. Dan ah.... rasanya di dadaku ada
seekor!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Tan terkejut. Di dada wanita i-tu tiba-tiba saja
memang benar ada seekor kelabang yang "nongkrong"
dengan asyik. Ki Bi tersentak dan tentu saja menjerit kaget.
Baju di bagian itu dibuka dan wanita inipun kontan menjerit.
Beng Tan mengeluarkan seruan tertahan karena "sepasang
bola" bergoyang lebar, padat dan berisi, montok sekali! Dan
ketika Ki Bi menjerit dan berteriak tak keruan, lari dan
menubruk Beng Tan maka Beng Tan pucat dan merah oleh
pemandangan yang tidak disangka-sangka itu, milik K i B i yang
amat pribadi! "Ah, jahanam keparat!" Beng Tan menotok dan menampar
hancur kelabang itu. "Sudah kubunuh, Ki Bi. Sudah kulempar
mampus. Jangan berteriak-teriak dan ketakutan seperti ini.
Pakai kembali bajumu!"
"Tidak.... tidak!" wanita ini histeris ketakutan. "Aku tidak
berani memakai bajuku, pangcu. Aku tidak berani melihat
kelabang-kelabang itu. Kau periksalah semua tubuhku atau
aku akan lari-lari telanjang bulat di s ini!"
"Ki Bi!" Beng Tan membentak. "Apa kau bilang" Kau gila"
Jangan melepas semua pakaianmu, tahan dan lihat bahwa kau
benar-benar sudah tidak apa-apa... plak!" dan Beng Tan yang
terpaksa memukul atau menampar gadis itu akhirnya
membuat Ki Bi terbanting roboh. Gadis ini mengeluh dan
menangis tersedu-sedu. Beng Tan maju berlutut, membebaskan totokan atau tamparannya tadi. Dan ketika
pemuda itu menghibur dengan kata-kata gemetar karena apa
yang dilihat tadi sungguh mengguncang perasaannya maka Ki
Bi diminta bangun berdiri dan mengenakan bajunya itu.
"Sudah tidak ada apa-apa lagi. Bangunlah, dan bagaimana
binatang-binatang itu tiba-tiba saja ada di sini!"
"Aku takut, ngeri..." Ki Bi menangis. "Aku tak tahu
bagaimana binatang-binatang itu ada di s ini, pangcu. Mungkin
saja.... mungkin saja keparat itu yang melemparnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Tan tertegun. Tiba-tiba dia teringat bahwa di situ
masih ada musuh yang harus dicari-cari. Mereka belum
mendapatkan musuh itu dan Beng Tan membuang semua
kenangan yang dilihat. Tapi karena pemandangan tadi
amatlah memukau dan darah mudanya bergolak cepat, panas,
maka Beng Tan tak semudah itu menindas perasaannya.
Benda pribadi yang dimiliki Ki Bi itu amat mengganggunya,
demikian mengganggu hingga tak dapat dilupakannya! Tapi
karena Beng Tan adalah pemuda berwatak teguh dan lagi-lagi
pemuda ini memperlihatkan diri bahwa dia bukanlah hidung
belang atau mata keranjang maka akhirnya Beng T an mampu
menguasai dirinya itu dan Ki Bi tertegun melihat Beng Tan
sudah menyambar lengannya tanpa perasaan, tenang dan
tidak terpengaruh! "Ki Bi, kau benar, musuh masih ada di sini. Marilah kita
lanjutkan dan tinggal dua ruangan yang harus kita periksa!"
Ki Bi memejamkan mata. Tiba-tiba kekecewaan hebat
membayang di wajah gadis itu namun sayang Beng Tan lagi-
lagi tak melihatnya. Beng Tan tak tahu betapa kecewa dan
gemasnya hati gadis i-ni, juga malu, di samping kagum. Dan
ketika Beng Tan mengajak gadis itu ke kamar terakhir maka
Beng Tan sudah bersiap-siap ketika tiba-tiba Ki Bi tersentak
dan mengeluarkan jerit tertahan.
"Ada gerakan di atas!"
Beng Tan terkejut. Suara gemuruh tiba-tiba menyentakkannya dari perhatian ke depan. Dia sedang
memperhatikan pintu ruangan itu karena siapa tahu musuh
tiba-tiba muncul dari sana, menyerang. Tapi ketika justeru Ki
Bi berteriak dan menuding ke atas, atap atau langit-langit
ruangan itu jebol maka Beng Tan terperanjat menggerakkan
tangannya ke atas. "Bumm!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara itu disusul jatuhnya empat batu besar. Beng Tan
berteriak karena Ki Bi tak cepat menghindar, menjerit dan
tertimpa batu-batu itu. Dan karena saat itu Beng Tan
meloncat ke kiri dan mengira Ki Bi juga meloncat
mengikutinya maka pemuda itu menjadi kaget karena Ki Bi
justeru merintih dan terhimpit batu besar.
"Ki Bi!" Beng Tan terpaksa mengebutkan lengan bajunya.
Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi debu tebal yang membuat
pandangannya terhalang. Beng Tan terkejut karena mengapa
Ki Bi tak menghindar, mungkin terperanjat dan bengong oleh
longsoran tanah di atas. Kiranya langit-langit guha longsor.
Namun ketika Beng Tan menolong gadis itu dan Ki Bi terisak-
isak bercucuran air mata mendadak pemuda ini tertegun
melihat seutas tali menjuntai lemah di sudut ruangan,
bergoyang-goyang. "Hm, apa itu?" Beng Tan tak memperlihatkan penemuannya kepada Ki Bi, curiga. "Bagaimana tali itu tahu-
tahu ada di sini dan bergelantungan" Melihat gelagatnya, tali
itu sengaja dipasang orang. Dan aneh kalau tiba-tiba langit
ruangan ambrol!" Beng Tan tak membicarakan ini. Dia takut bahwa Ki Bi
menjadi semakin tak keruan saja. Sebenarnya dia agak heran
bagaimana Ki Bi yang merupakan murid utama di Hek-yan-
pang bisa begitu penakut. Gadis ini sering menangis dan
cengeng, padahal sehari-harinya tidak! Dan ketika Beng Tan
membangunkan gadis itu dan membersihkan pakaiannya yang
penuh debu maka Beng Tan tertegun lagi me lihat sebuah
bungkusan terlempar di sudut, bungkusan yang bergerak-
gerak lemah, seolah ada isinya, mahluk hidup!
Apa itu" Beng Tan ingin tahu. Namun karena lagi-lagi dia
tak ingin membuat Ki Bi panik dan ketakutan maka Beng Tan
pura-pura tak me lihat karena pikirnya itu mungkin ular atau
sekumpulan cacing. Dan dia tentu saja tak takut. Beng Tan
sudah mengajak Ki Bi ke ruangan nomor empat. Ruangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nomor tiga tadi tak ada apa-apanya alias kosong, tinggal
ruangan nomor empat yang hendak dimasuki dan
diwaspadainya ini. Tapi tepat dia membuka pintu ruangan itu
dan berjaga untuk serangan gelap tiba-tiba saja berkesiur
angin dingin dan sebuah bungkusan menghantam kepalanya.
"Dess!" Beng Tan membuat bungkusan itu hancur. Beng Tan
terkejut karena tiba-tiba dari dalam bungkusan ini
berhamburan binatang-binatang luwing atau si kaki seribu. Ki
Bi terpekik dan menjerit karena binatang-binatang itu juga
menimpanya. Beng Tan sendiri menggerakkan lengan bajunya
dan luwing-luwing itu terpental berjatuhan ke tanah, tidak
seperti Ki Bi yang aneh sekali dapat tertimpa dan kejatuhan
binatang-binatang menjijikkan ini, padahal seharusnya dapat
mengelak! Dan ketika Beng Tan tertegun karena ruangan itu
juga kosong sementara Ki Bi berteriak-teriak dan menjerit
kengerian maka gadis ini sudah bergulingan melepas bajunya
untuk telanjang. "Ki Bi!" Beng Tan tiba-tiba berseru keras. Pemuda itu
berkelebat dan marah melihat apa yang hendak dilakukan Ki
Bi. Sesuatu melintas di otaknya dan sepolos-polosnya Beng
Tan tetaplah dia akhirnya dapat mencium apa yang
sebenarnya terjadi. Ternyata dia tertipu. Bungkusan yang
dihantamnya itu adalah bungkusan yang terlempar di sudut,
dan diapun diserang dari belakang, padahal yang ada di
belakangnya adalah Ki Bi! Maka ketika Beng Tan membentak
dan mengibas semua luwing-luwing yang ada di tubuh Ki Bi,
tak membiarkan gadis itu melepas pakaiannya karena tentu
dia akan dibuat panas dingin maka Beng Tan sudah menotok
dan merobohkan gadis itu.
"Kau menipu, kau gadis keparat!"
"Oohh...!" Ki Bi tersentak, mengeluh.
"Ap..... apa maksudmu, pangcu" Apa kau bilang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau gadis keparat, kau pembohong!" dan Beng Tan yang
mengulangi bentakannya serta merah padam memandang
gadis itu lalu menyambar dan mencengkeram Ki Bi, marah
bukan main. "Kau menipu aku bahwa sebenarnya tak ada apa-
apa di sini, Ki Bi. Bahwa tak ada musuh seperti katamu itu.
Kau berdusta dan menyerangku dengan bungkusan itu. Dan
semua perbuatan ini kiranya hanyalah ulahmu belaka!"
"Oohh...!" Ki Bi terkejut, menangis. "Bagaimana....
bagaimana kau menuduhku seperti itu, pangcu" Bagaimana
kau mendakwa aku seperti ini?"
"Hm, tak usah bohong. Bungkusan yang menyerangku itu
sudah kulihat di sudut tadi, Ki Bi, dan sekarang tak ada! Kau
mengambilnya dan melemparnya ke kepalaku, sengaja dan
hendak membuat aku terjebak! Ah, tahulah aku. Kau kiranya
hendak menjerat aku dan mengajak berbuat hina. Kau cabul
dan tak tahu malu!" "Pangcu...!" gadis ini menjerit. "Ada akibat pasti ada sebab.
Ada asap pasti ada api. Jangan membentak-bentakku kalau
ingin tahu yang sebenarnya. Lepaskan cengkeramanmu, dan
setelah itu kau boleh bunuh aku!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

0ooodwooo0 Jilid 3 BENG TAN tertegun. Ki Bi, yang tadi penakut dan cengeng
tiba-tiba saja beringas dan penuh kemarahan. Bukannya dia
yang membentak-bentak melainkan dia yang dibentak-bentak.
Beng Tan terkejut! Tapi ketika
dia melepaskan cengkeramannya dan Ki Bi jatuh terduduk maka gadis itu
menangis tersedu sebelum memberikan jawaban.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku... aku memang salah. Memang benar bahwa aku
berbohong. Tapi kaupun juga tak mengenal perasaan, pangcu.
Kau membuat aku dan anak-anak murid Hek-yan-pang yang
lain penasaran!" "Hm," Beng Tan terbelalak. "Apa maksudmu ini, Ki Bi. Dan
kenapa aku kau sebut tak berperasaan?"
"Tentu saja!" gadis itu melengking. "Kau bermesra-mesraan
dan berbahagia dengan isterimu, pangcu. Kau bersenang-
senang dan membuat para murid yang lain kepingin! Wanita
mana tidak ingin bahagia dengan pasangannya" Wanita mana
tak ingin didekati lelaki apalagi kalau lelaki itu gagah perkasa
dan berwatak mulia" Kau membuat cemburu murid-murid
Hek-yan-pang, pangcu, dan satu di antaranya adalah aku!"
"Hah?" "Benar. Kau boleh buktikan kata-kataku, pangcu. Kau boleh
selidiki gerak-gerik murid Hek-yan-pang. Mereka.... mereka
mendambakanmu. Mereka mencintaimu!"
"Hm, aku adalah pangcu disini, mereka adalah anggauta.
Kalau aku dicintai mereka adalah wajar, Ki Bi. Aneh sekali
kata-katamu ini kalau disangkut-pautkan dengan urusan kita.
Aku tak jelas juntrungannya?"
"Pangcu tak melek?"
"Maksudmu?" "Mereka mencintaimu sebagaimana layaknya wanita
mencintai laki-laki, pangcu. Mereka mencintaimu dan iri
kepada Hu-pangcu yang mendapatkan suami dan pria yang
baik!" Beng Tan terperanjat. Ki Bi selanjutnya menangis tersedu-sedu dan menceritakan
bahwa sesungguhnya banyak sekali murid-murid Hek-yan-
pang yang jatuh hati kepadanya, mencintainya secara diam-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam. Bukan cinta dari seorang murid kepada ketuanya
melainkan cinta seorang wanita terhadap pria!
Beng Tan memang masih muda dan anak-anak murid Hek-
yan-pang pun rata-rata juga masih muda.
Beng Tan dibuka matanya bahwa sesungguhnya kalau dia
bermesra-mesraan atau bercumbu dengan isterinya itu maka
banyak anak murid yang cemburu. Mereka semuanya wanita,
kecuali dia yang laki-laki. Dan karena perkawinan Beng Tan
menggetarkan sesuatu di hati murid-murid itu dan
kebahagiaan sang Hu-pangcu membuat mereka kepingin dan
ingin merasakan maka Beng Tan akhirnya sadar bahwa
kehadirannya disitu sebagai pria tunggal telah menimbulkan
masalah! "Hm-hm!" pemuda ini merah padam. "Kau mengejutkan
aku dengan semua kata-katamu ini, Ki Bi. Tapi aku tentu saja
akan menyelidikinya. Dan kau, kenapa melakukan semuanya
itu" Apakah juga..."
"Benar!" Ki B i memotong. "Aku tak tahan dan akulah orang
terdekat setelah isterimu, pangcu. Aku mencintaimu seperti
juga cinta anak-anak murid yang lain itu. Aku tak tahan...
aku... aku lalu coba merayumu dengan segala tingkahku itu.
Aku sekarang puas. Kau boleh bunuh aku karena aku juga tak
ingin hidup lebih lama setelah apa yang kulakukan ini!"
"Hm!" Beng Tan tergetar, tersentuh perasaannya. "Kau
jujur, Ki Bi, meskipun .... meskipun tak tahu malu. Aku
menghargaimu, tapi kupikir tak perlu kau kubunuh!"
"Pangcu tak membunuhku" Pangcu ingin membuat aku
malu lebih hebat setelah semuanya itu?"
"Hm, jelek-jelek kau telah memberikan informasi penting,
Ki Bi. Aku berterima kasih dan kini memaklumimu. Tapi kalau
kau bohong, dusta, tentu saja tak ada ampun untuk kedua kali
dan kau mendapat hukuman berat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi pangcu mengampuniku" Tidak, kalau begitu aku yang
bunuh diri, pangcu. Aku malu bertemu isterimu dan siap
mati..... plak!" Beng Tan tiba-tiba bergerak, cepat dan luar biasa karena Ki
Bi tiba-tiba menghantam kepalanya sendiri dengan pukulan
sinkang. Gadis itu menjerit dan terlempar.
Beng Tan seketika terbelalak karena apa yang dikatakan
gadis itu benar-benar hendak dilaksanakannya. Tapi ketika
Beng Tan menotok dan mengerutkan kening dengan muka
berubah-ubah maka Ki Bi berteriak-teriak agar dibunuh.
"Pangcu, aku gadis tak tahu malu. Bunuhlah, jangan
biarkan aku hidup!" "Tidak, aku mulai percaya padamu, Ki Bi, dan aku
menghargai kejujuranmu ini. Aku ingin meyakinkan hatiku dan
membuktikan semuanya ini..." tapi ketika Beng Tan berhenti
dan menoleh ke belakang, mendengar dan melihat
berkelebatnya lima bayangan maka tahu-tahu disitu telah
berlutut lima orang anak murid Hek-yan-pang yang lain, sumoi
atau adik-adik seperguruan K i Bi.
"Pangcu, apa yang dikatakan enci Bi adalah benar. Kami
adalah bukti-bukti yang lain!"
Beng Tan terkejut. Disitu muncul Lin Siu dan empat
saudaranya, semua berlutut dan menunduk penuh hormat.
Muka mereka kemerah-merahan, sekilas melirik pemuda ini
namun cepat menunduk lagi dengan wajah bersinar.
Beng Tan tertegun melihat lima anak murid itu tahu-tahu
muncul, berlutut dan membenarkan apa yang dikata Ki B i. Dan
ketika pemuda itu menjublak dan tentu saja kaget, tergetar,
maka Lin Siu berkata bahwa merekapun boleh dibunuh kalau
menyatakan cinta kepada pangcu mereka itu.
"Kami semua murid Hek-yan-pang sebetulnya membutuhkan laki-laki. Kami mendambakan sekali pria atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami seperti pangcu ini. Dan karena kami tak menemukan
dan peraturan selama ini tak memperbolehkan kami
berdekatan dengan lelaki maka kebahagiaan dan kemesraan
pangcu bersama Hu-pangcu sungguh membuat kami iri dan
cemburu. Harap pangcu memberikan jalan keluarnya!"
Beng Tan tertegun. Segera dia semburat merah karena
teringat bahwa ketika bermesra-mesraan dengan isterinya
kadang-kadang mereka terlihat anak-anak murid Hek-yan-
pang, yakni ketika umpamanya mereka berada di taman atau
kolam ikan. Swi Cu sering tak mendengarkan nasihatnya bahwa
sebaiknya mereka di kamar saja, jangan di luar. Karena anak-
anak murid tentu ada yang mengintai dan berbisik-bisik. Tapi
karena Swi Cu berkata bahwa itu adalah tempat tinggalnya
dan anak-anak murid dapat diusir, kalau mengintai maka Beng
Tan mendiamkan saja dan isterinya tak tahu bahwa di balik
pohon atau semak-semak gerumbul, jauh dari situ sedang
terdapat beberapa murid yang berkasak-kusuk membicarakan
kemanjaan isterinya itu, karena Swi Cu sering merebahkan
tubuh atau kepala di dadanya, di saat mereka berduaan di
taman atau kolam umpamanya.
"Nah," Lin Siu menyambung lagi. "Sekarang kami juga
sudah berterus terang, pangcu. Dan kami siap mendapatkan
hukuman bila pangcu merasa perlu. Kami memang
mencintaimu, bukan sebagai ketua melainkan juga sebagai
kekasih atau suami!"
"Lin Siu...?" "Maaf, kami tak perlu menutup-nutupi lagi, pangcu. Apa
yang kami katakan adalah mewakili semua anak murid Hek-
yan-pang. Kami butuh lelaki, kami butuh pendamping sete lah
Hu-pangcu sendiri menikah denganmu!"
Beng Tan pucat. Akhirnya dia menggigil dan gemetar.
mendengar semua kata-kata itu. Dia tahu bahwa kalau sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begini maka anak-anak murid Hek-yan-pang tak salah. Dulu
mereka tak timbul keinginannya ketika Hek-yan-pang masih
belum dihadiri lelaki, yakni ketika dia belum masuk dan
menjadi suami Swi Cu. Tapi begitu dia disitu dan Swi Cu kerap berduaan
dengannya, berkasih-kasihan, karena mereka pengantin baru
maka tak heran kalau anak-anak murid Hek-yan-pang menjadi
kepingin dan cemburu. Dan untung cemburu mereka tak buta!
Untung selama ini anak-anak murid Hek-yan-pang hanya
memendamnya di hati. Mereka masih dapat menahan
perasaan dan takut sebagaimana murid yang baik. Tapi
karena mereka adalah manusia dan betapapun pemandangan
sehari-hari tentulah berkesan dan menimbulkan keinginan
yang amat hebat maka terjadilah peristiwa malam itu dengan
perbuatan Ki Bi yang sampai berusaha menjebak dirinya. Dan
Beng Tan ngeri. Kalau saja dia tak memiliki iman yang kuat tentu dia sudah
roboh oleh perbuatan Ki Bi yang nekat itu. Masih terbayang
jelas di ingatan Beng Tan tubuh serta bagian-bagian tubuh
yang menggairahkan dari murid yang satu ini.
Masih tak dapat terlupakan oleh Beng Tan keindahan dan
kemontokan buah dada Ki Bi. Hm, siapapun pasti ngiler! Dan
ketika Beng Tan menelan ludah dan menggigil memandang
lima murid yang berlutut itu akhirnya dia berkata bahwa dia
akan memikirkan semuanya ini demi kebahagiaan murid-murid
Hek-yan-pang. "Aku maklum, dan kini aku mengerti. Tapi tak mungkin aku
melayani kalian seperti yang kalian inginkan itu. Aku bukan
kaisar, mana mungkin memperisteri kalian" Tidak, cintaku
hanya untuk isteriku, Lin Siu, hanya untuk Swi Cu. Kalau
kalian butuh lelaki dan ingin adanya pendamping maka akan
kupikirkan untuk kalian jalan keluarnya!"
Lin Siu dan lain-lain semburat. Mereka terpukul juga oleh
kata-kata Beng Tan bahwa pemuda itu hanya mencinta Swi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cu, bukan mereka dan betapa pemuda itu amat setia sekali
menjaga cintanya. Ah, bahagianya kalau mendapatkan suami
seperti ini! Lin Siu dan lain-lain kagum tapi sekaligus juga kecewa
mendengar itu. T api karena Beng T an memang benar dan tak
mungkin bagi pemuda itu harus melayani sekian banyak
wanita maka Lin Siu mintakan ampun untuk Ki Bi.
"Sekarang kami hanya mengharap belas kasihan pangcu
kepada enci Ki Bi. Sukalah membebaskan totokannya dan
peristiwa ini tak disebarkan keluar."
"Hm, aku memang tak bermaksud menyebarkan kejadian
ini kepada siapapun, Lin Siu. Bahkan kepada isteriku sekali
pun! Aku memang tak akan menghukum Ki Bi meskipun tak
kalian minta. Hanya Ki Bi tentu saja tak boleh mengulangi lagi
perbuatannya itu dan kalian pun berhenti sampai disini!"
"Terima kasih!" Lin Siu dan yang lain menjatuhkan diri
berlutut. "Kau bijaksana dan arif, pangcu. Semoga kau benar-
benar memperhatikan kami dan memberikan jalan keluarnya
seperti kata-katamu tadi!"
"Hm, aku tentu akan mencarikan jalan keluarnya. Aku akan
memikirkan pendamping untuk kalian!"
"Dan kami minta seperti yang dirimu ini, pangcu. Gagah,
setia dan jujur serta bertanggung jawab!"
"Ah, itu tergantung nasib kalian. Aku tak berani
menjanjikannya. Pokoknya aku akan membicarakan dengan
isteriku dan kalian bawalah Ki B i!"
Lin Siu dan lain-lain girang. Beng Tan sudah membebaskan
totokan Ki Bi dan murid wanita itu mengguguk menutupi
mukanya. Rasa malu yang hebat terasa menyesakkan napas.
tapi Beng Tan menepuk-nepuk pundaknya, menghibur dan
berkata bahwa itu adalah pengaruh gejolak muda. Wajar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasanya kalau Ki B i melakukan itu, sebagai peletupan rasa tak
kuat disesakkan birahi. Beng Tan bersungguh-sungguh dan pemuda itu sudah
melupakannya. Dan ketika Ki B i berlutut dan mengucap terima
kasih, disusul adik-adiknya yang lain maka Beng Tan terharu
membangunkan murid-murid wanita ini.
"Sudahlah.... sudahlah, tak ada persoalan lagi. Kalian
kembalilah ke tempat masing-masing dan aku juga
beristirahat!" Ki Bi mengangguk bangkit berdiri. Wanita ini sekilas
melempar pandangan kagum dan kecewa, menunduk dan
sudah disambar Lin Siu untuk berkelebat keluar.
Dan ketika ma lam itu Beng Tan berkali-kali menarik napas
dan semburat mukanya maka malam itu Beng Tan tak dapat
tidur sampai keesokan harinya isterinya datang.
Mula-mula sukar bagi Beng Tan untuk mulai dari mana.
Yakni, dari mana dia mulai bicara dan memperbincangkan hal
itu. Tapi ketika isterinya tampak berseri dan menunjukkan
sutera-sutera mahal yang baru dibeli maka kesempatan itu
ada ketika isterinya membicarakan beberapa murid yang
bertemu dengan pemuda-pemuda tampan.
"Hi-hik, Lim-hwa kemarin bertabrakan dengan dua pemuda
yang tergesa-gesa ke kota. Mereka sama-sama menunggang
kuda, koko, dan Lim-hwa terpelanting!"
"Hm, apa yang terjadi" Kenapa begitu?"
"Entahlah, enam murid yang kubawa itu tiba-tiba saja
sepanjang jalan tampak lemah dan tak bersemangat. Mereka
jarang bicara, satu sama lain membisu. Tapi ketika dua orang
pemuda mencongklang dari depan dan kami tepat di tikungan
menajam tiba-tiba Lim-hwa bertabrakan sementara murid
yang lain keburu menyingkir dan selamat."
"Dan Lim-hwa cidera?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, tapi justeru bengong dan duduk melotot
memandang pemuda-pemuda itu. Lim-hwa tiba-tiba menjadi
aneh karena tiba-tiba kelihatan gembira dan berseri-seri!"
"Kenapa bisa begitu" Ada apa?"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tak tahu, tapi lima muridku yang lain juga tiba-tiba
begitu, koko. Dan ketika mereka kubentak dan kumaki tiba-
tiba mereka semua turun tapi bukan menolong Lim-hwa
melainkan dua pemuda itu, yang kiranya dikejar-kejar
perampok!" Beng Tan mengerutkan kening.
Sang isteri akhirnya bercerita bahwa ketika dia akan marah-
marah dan mendamprat dua pemuda itu tiba-tiba saja lima
muridnya turun dari kuda masing-masing untuk menolong dua
pemuda itu. Lim-hwa sendiri akhirnya berdiri dan menolong
pemuda pertama, yang terkilir dan mengaduh-aduh karena
tempurung lututnya bergeser. Dan ketika semua malah
memperhatikan dua pemuda itu padahal biasanya murid-murid
Hek-yan-pang "anti" lelaki maka Swi Cu terkejut dan terheran-
heran. "Bayangkan, mereka tiba-tiba bergairah dan satu sama lain
mencoba bersikap manis kepada pemuda-pemuda itu. Lim-
hwa sendiri bahkan minta maaf, padahal dialah yang
diterjang! Dan ketika aku marah-marah dan membentak enam
muridku itu ternyata mereka berlutut dan mintakan ampun
untuk dua pemuda itu. Aneh, bukankah ini ganjil, koko" Tapi
karena dua pemuda itu kulihat sebagai pemuda baik-baik
maka barulah aku tahu bahwa dua pemuda itu dikejar-kejar
perampok yang hendak merampas buntalan mereka, hingga
mereka melarikan kudanya dengan kencang dan terjadilah
tabrakan itu!" "Dan kau tidak menghukum mereka?"
"Tentu saja tidak, bahkan aku menghajar tujuh perampok
yang akhirnya sampai di tempat kejadian. Dan disitulah enam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muridku menjalin persahabatan dengan dua pemuda itu dan
mereka tampak gembira dan bersemangat sekali!"
"Hm, kalau begitu suatu perubahan sedang terjadi," Beng
Tan mulai memasuki persoalan, tersenyum. "Apakah kau tidak
marah kepada murid-muridmu ini, Cu-moi" Kau mendiamkan
saja mereka itu dan tidak menegur?"
"Mula-mula tentu saja tak senang, kutegur. Tapi, eh...
teringat kita sendiri akhirnya aku jadi tak tega menghalangi
mereka, koko. Dan kini ingin kutanya bagaimana pendapatmu
karena diam-diam enam muridku itu membuat perjanjian,
kencan!" "Hm!" Beng Tan terkejut, mulai bersikap serius. "Kalau
begini maka tak boleh sembunyi-sembunyi, Cu-moi. Hubungan
gelap antara murid Hek-yan-pang dengan lelaki diluar bisa
menimbulkan bencana. Sebaiknya dua pemuda itu dipanggil
masuk dan dijadikan murid Hek-yan-pang pula!"
"Apa?" "Tenanglah, aku hendak sedikit bercerita padamu. Di
perkumpulan kita memang mulai ada perobahan," dan ketika
Beng Tan memeluk dan mencium isterinya itu maka pemuda
ini bertanya, sebelum melancarkan pertanyaan-pertanyaan
berat. "Bagaimana pendapatmu tentang anak-anak murid kita"
Salahkah jika kukatakan bahwa kita harus membahagiakan
dan membuat mereka senang?"
"Hm, senang dan bahagia bagaimana, koko" Aku tak jelas
arah pembicaraanmu!"
"Maksudku adalah bagaimana jika tanda-tanda yang kau
lihat itu diarahkan pada tempat yang semestinya. Murid-murid
Hek-yan-pang butuh lelaki. Maksudku, butuh teman lelaki
sebagai sahabat atau apa yang mereka dambakan. Aku juga
melihat bahwa anak-anak murid perempuan kita mulai
bersikap aneh, Cu-moi. Bahwa mereka seakan iri atau
cemburu kepadamu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cemburu" Kepadaku" Apa-apaan ini" Ah, kau bicara tak
keruan, Koko. Aku jadi semakin tak mengerti!"
"Sst, dengarlah, duduk baik-baik," dan memeluk serta
meraih lengan isterinya Beng Tan segera bertanya lembut,
"Kau tentu mencintaiku, bukan" Dan kau juga mencintai
murid-murid Hek-yan-pang disini?"
"Tentu saja!" "Nah, sejak aku disini dan kita berdua bermesraan maka
banyak murid-murid yang mengintai, Cu-moi. Kau tak tahu
bahwa banyak pasang mata memandangmu dengan iri dan
penuh rasa ingin. Mereka juga ingin sepertimu, mereka juga
ingin berkasih-kasihan dan bermesraan dengan pria pujaan
mereka. Maka kalau kau melihat Lim-hwa atau lain-lainnya itu
seperti tak bersemangat atau lemah maka sesungguhnya
mereka itu sedang mendapat tekanan atau ganjalan batin
yang menyesakkan napas. Mereka cemburu kepadamu,
mereka juga mendambakan nikah dan suami!"
"Maksudmu mereka ingin kawin?"
"Sst, jangan keras-keras. Sudah dikodratkan oleh Sang
Pencipta bahwa wanita tak dapat sendirian tanpa pria, Cu-moi,
seperti halnya pria pun tak dapat sendirian tanpa wanita.
Masing-masing sudah sewajarnya isi-mengisi, karena masing
masing juga sebenarnya saling membutuhkan. Bukankah tak
apa-apa kalau mereka menikah dan mendapatkan suami"
Bukankah tak apa-apa kalau mereka mencari teman lelaki dan
hidup berumah tangga" Aku juga sudah melihat seperti apa
yang kau lihat itu, Cu-moi. Hanya aku masih ragu dan baru
merasa yakin setelah kau bercerita tetang Lim-hwa dan
teman-temannya itu!"
Swi Cu tertegun. "Lihat," Beng Tan meneruskan lagi. "Siapa tak ingin dan
merasakan kebahagiaan seperti yang kau rasakan ini, Cu-moi"
Siapa tak ingin dan mendambakan suami" Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendamping mereka dapat merasakan hubungan rumah
tangga. Dengan pendamping mereka dapat menikmati apa itu
namanya madu cinta. Dan semua orang kukira butuh cinta,
tak perduli wanita atau pria!"
"Hm, jadi maksudmu bahwa anak-anak murid kita
dinikahkan saja" Dicarikan lelaki dan berumah tangga?"
"Bukan begitu. Aku tidak bermaksud menikahkan
mereka..." "Tapi kau tadi bilang begitu!" sang isteri memotong. "Kau
jelas menghendaki mereka mempunyai teman laki-laki, koko.
Dan kau juga menyebut-nyebut tentang nikmatnya cinta!"
"Betul, tapi aku atau kita disini hanya sebagai perantara
saja, Cu-moi, bukan penentu atau pemutus nasib mereka.
Mereka boleh menikah, berumah tangga. Tapi semua itu
adalah atas pilihan mereka sendiri dan bukannya aku atau
kau!" "Hm, jadi bagaimana" Kau hendak memasukkan laki-laki
diperkumpulan kita ini" Kau hendak membaurkannya menjadi
satu dan murid kita bebas melakukan apa saja?"
"Hm, jangan bernada tinggi," Beng Tan tersenyum, tak
cepat marah. "Aku tidak mengatakan begitu melainkan hendak
berkata bahwa Hek-yan-pang menerima murid laki-laki. Aku
dapat memilih pemuda-pemuda tampan yang cocok untuk
menjadi murid. Aku tahu bahwa murid-murid disini tak boleh
mendapatkan suami yang kepandaiannya di bawah isteri,
apalagi kalau suaminya sama sekali tidak bisa silat! Sabar, aku
tahu maksudmu, Cu-moi. Dan untuk itu tentu saja murid-
murid lelaki tidak dicampur aduk dengan murid perempuan.
Kita memiliki sebidang tanah kosong diluar telaga, dan kukira
itu dapat kita jadikan tempat untuk menampung mereka.
Bukankah murid-murid perempuan tetap sendiri dan murid-
murid lelaki juga sendiri?"
Swi Cu tertegun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tentunya tak menghendaki terjalinnya hubungan gelap
antara murid-murid Hek-yan-pang dengan laki-laki diluar. Lihat
kejadian-kejadian yang lalu. Lihat berapa sudah anak-anak
murid Hek-yan-pang yang terpaksa menerima hukuman
karena berhubungan dengan lelaki secara diam-diam, gelap.
Bukankah tak baik kalau hal itu terjadi disini padahal kita
dapat mencarikan jalan keluarnya" Hek-yan-pang bukan
seperti dulu lagi, moi-moi. Disini telah ada lelaki dan itu adalah
aku! Hek-yan-pang sudah berobah!"
Swi Cu terkejut. Akhirnya dia menjublak dan merah
mukanya. Suaminya segera bercerita bahwa gejolak yang disimpan
diam-diam dapat menimbulkan bahaya tak diduga. Suaminya
berkata bahwa kebahagiaan mereka disitu sudah membuat
semacam cemburu atau iri hati di anak-anak murid yang lain.
Mereka adalah wanita biasa, manusia biasa seperti halnya Swi
Cu atau wanita-wanita lain yang masih memiliki gairah dan
berahi. Anak-anak murid Hek-yan-pang bukanlah patung batu.
Mereka adalah mahluk hidup, yang berperasaan dan memiliki
perasaan seperti yang dimiliki Swi Cu itu. Dan ketika Beng Tan
menjelaskan bahwa betapa berbahayanya membiarkan
keinginan yang terpendam dengan tidak memberikan apa-apa
maka pemuda itu menutup dengan satu contoh.
"Gunung berapi adalah kekuatan dahsyat yang terpendam
di bawah tanah. Semakin ditumpuk dan ditumpuk saja tentu
suatu ketika akan meledak dan menimbulkan guncangan. Nah,
sebelum semuanya itu terjadi dan murid-murid kita sudah
menunjukkan gejala-gejala seperti itu maka sebaiknya diberi
penyaluran, moi-moi. Kita tampung murid-murid lelaki dan kita
biarkan mereka bergaul satu sama lain. Aku khawatir nafsu
atau keinginan itu tak terbendung lagi. Karena sekali meledak
tentu membuat kita terkejut!"
Swi Cu mengangguk-angguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Tan sendiri akhirnya membayangkan apa yang dibuat
Ki Bi. Hampir saja dia tergelincir bersama wanita itu, kalau
imannya tidak teguh. Dan "ngeri" bahwa K i B i bisa melakukan
yang aneh-aneh, tak kuat menahan gejolak rasa atau berahi
yang kian menyesakkan napas akhirnya Beng T an tahu bahwa
semua perasaan itu harus ditampung. Dan kini dia
membicarakan itu bersama isterinya. Isterinya rupanya dapat
menerima dan mengerti. Tapi tak ingin isterinya membantah
atau menarik urat maka dia mendahului bahwa murid-murid
perempuan itu tak usah ditanya apakah mereka ingin kawin
atau tidak. "Jangan tanya mereka apakah ingin menikah atau tidak.
Mereka adalah perempuan, tentu malu dan tak mungkin
menjawab benar. Kita tampung saja murid-murid lelaki dan
mereka pasti akan berhubungan sendiri, tanpa disuruh."
"Baiklah, aku mengerti, koko. Dan semuanya terserah
kebijaksanaanmu!" Beng Tan tersenyum, bangkit meraih isterinya ini. Dan
ketika mereka berpelukan dan Beng Tan mencium isterinya ini
maka murid Hek-yan-pang diam-diam bersorak ketika
diberitahukan bahwa sang ketua akan menerima murid-murid
baru, kaum lelaki, pemuda-pemuda tampan yang tentu saja
harus diseleksi atau diawasi Beng Tan ini.
Selanjutnya Hek-yan-pang bertambah semarak ketika satu
dua murid-murid lelaki mulai berdatangan, kian hari kian
bertambah banyak dan akhirnya tak kurang dari seratus murid
lelaki ada disitu, tinggal di luar telaga, mengelilingi pulau
dimana murid-murid perempuan tinggal disitu, sebagai
penghuni lama. Dan ketika Hek-yan-pang menjadi semarak
dan ramai, hubungan antara murid-murid perempuan dengan
lelaki tak dapat dicegah lagi maka seratus pemuda yang
menjadi murid baru sudah menjalin asmara dan siap berumah
tangga! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah," Beng T an tersenyum. "Lihat hasilnya, Cu-moi. Lihat
mereka itu sudah berpasang-pasangan!"
"Hm!" Swi Cu bersinar-sinar, gembira. "Betul katamu, koko.
Tapi mereka harus tetap diawasi agar tidak hamil diluar nikah.
Kita harus mengontrol setiap murid-murid kita sendiri!"
"Tentu, tapi aku sudah memeriksa murid laki-lakiku itu, Cu-
moi. Mereka rata-rata pemuda yang baik. Dan kuancam pula
agar berpacaran dulu kalau kepandaian mereka belum
menyamai kekasihnya!"
"Ih, dengan begitu mereka akan bersemangat sekali. Ah,
pintar kau, koko. Cerdik!"
"Ha-ha, kalau tidak cerdik mana mungkin menjadi
suamimu" Sudahlah, kita sama-sama mengawasi, Cu-moi. Dan
siapa melanggar harus dihukum!"
Swi Cu mengangguk. Akhirnya Beng Tan membebaskan murid-murid perempuan
Hek-yan-pang itu mengenakan kedoknya.
Hek-yan-pang dulu memang mengharuskan murid atau
bahkan ketuanya memakai kedok, sapu tangan hitam atau
merah untuk menghindari kekurang ajaran lelaki. Dan ketika
Beng Tan juga membuat peraturan-peraturan baru dimana
murid-mu-rid boleh keluar asal ijin maka beberapa peraturan-
peraturan lama yang kaku dan keras diperlunak pemuda ini.
Semuanya tentu saja membuat murid-murid itu girang. Di
bawah Beng Tan mereka mendapat keleluasaan bergerak. Dan
karena pemuda itu memang dicintai dan dihormati seluruh
murid maka Beng Tan dapat memimpin perkumpulan ini
dengan lembut namun juga tegas. Sampai akhirnya setahun
kemudian isterinya itu melahirkan anak laki-laki, kebahagiaan
yang membuat Hek-yan-pang semakin berbunga. Tapi ketika
semua keceriaan dan keriangan itu melanda semua murid
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba saja markas perkumpulan itu disatroni orang. Dan
begitu orang ini masuk maka Hek-yan-pang pun geger!
Malam itu, tepat sebulan setelah anak laki-lakinya lahir,
anak yang diberi nama Ju Han, Beng Tan dan isteri duduk di
beranda rumah mereka dengan wajah berseri-seri.
Beng Tan sedang melihat isterinya menyusui bayinya ini.
Anak mereka itu begitu montok, tubuhnya sehat dan wajahnya
kemerah-merahan. Tapi bukan kesitu perhatian Beng Tan
sebenarnya. Pemuda ini sejak tadi mengagumi buah dada
isterinya yang padat dan penuh air susu. Benda itu menarik
perhatiannya karena dari benda itulah dia dulu hidup dan
dihidupi ibunya. Seperti anaknya inilah kira-kira dia dulu juga diberi minum
susu, langsung dari buah dada ibu yang begitu penuh kasih
dan sayang. Dan ketika dia bersinar-sinar memandang buah
dada isterinya itu, yang lahap dikempong si bayi maka Beng
Tan tiba-tiba terkejut ketika mendadak saja isterinya itu
menoleh, rupanya getaran pandang matanya terasa, atau Swi


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu jengah. "Kau..." wanita itu kemerah-merahan. "Apa yang kau
pandang" Kau melihat Ju Han atau yang lain?"
"Hm!" Beng Tan bangkit berdiri, tersenyum menguasai
kegugupannya. "Aku... aku memandang kedua-duanya, Cu-
moi. Ya Ju Han ya ibunya. Aku kagum kepada kalian!"
"Kagum?" "Ya, kagum karena Ju Han bertubuh sehat dan montok
serta kagum karena kaupun tak kalah montok dengan
anakmu. Maksudku, ha-ha.... jangan marah, Cu-moi. Aku
mengagumi buah dadamu yang montok dan segar. Baru kali
ini kulihat benda milikmu itu demikian padat dan penuh isi. Ah,
tak heran kalau Ju Han begitu lahap. Akupun tiba-tiba merasa
lapar dan ingin....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hush!" sang isteri memotong, tersipu kemerah-merahan.
"Jangan disini, koko. Nanti ada orang. Jangan bicara keras-
keras!" "Ha-ha, siapa keras-keras" Aku memang lapar, ingin
minum...!" tapi ketika Beng Tan menunduk dan mau ikut-
ikutan seperti bayinya, mencium dan mengagumi benda yang
sejak tadi dipandangnya kagum itu tiba-tiba sang isteri
menepis dan menahan. "Ada orang!" Beng Tan terkejut. Dia membalik dan tertegun melihat Ki B i
ada disitu, seketika merah mukanya karena hampir saja dia
"mimik" di depan orang lain. Nyaris teledor!
Tapi ketika Ki Bi sudah menjatuhkan diri berlutut dan pura-
pura tak melihat perbuatan sang ketua tadi yang dirangsang
gairahnya maka Ki Bi melapor bahwa diluar telaga dikatakan
ada seseorang yang masuk, menyelinap dan sekarang entah
dimana. "Tujuh murid lelaki roboh ma lang-melintang, dan lima
murid perempuan juga terkapar. Mohon pangcu memberikan
perintah apa yang harus dilakukan!"
"Hm, dimana Hak Su?"
"Kami disini...!" dua bayangan berkelebat. "Kami juga
hendak melapor itu, pangcu. Maaf bahwa kami terlambat!"
Beng Tan tertegun. Hak Su dan Wan To sudah berlutut di
depannya dengan sikap gemetar. Mereka adalah murid-murid
kepala digolongan laki-laki. Mereka itulah yang dulu ditolong
isterinya dan akhirnya kencan dengan Lim Hwa.
Hak Su saling cinta dengan Lim Hwa. Dan ketika dua
pemuda itu berlutut dan Swi Cu bangkit berdiri maka Swi Cu
bertanya siapa orang yang datang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tak tahu, entah kawan atau lawan. Tapi orang itu
dapat memasuki markas seperti orang yang sudah biasa
keluar masuk disini, pangcu. Dan kami heran serta kaget!"
"Hm, dan kalian tak tahu apakah dia laki-laki atau
perempuan?" "Tampaknya seperti perempuan, tapi bayangannya terlalu
cepat dan tak ada anak murid yang melihat jelas."
"Dan kami tambahkan disini bahwa tujuh murid laki-laki
akhirnya tewas," Hak Su menunduk sedih, menahan marah.
"Orang itu jelas adalah musuh, pangcu. Dan kami ingin minta
petunjuk apa yang harus dilakukan!"
"Hm," Beng Tan terkejut. "Tewas" Jadi orang itu sudah
main bunuh?" "Benar, pangcu. Dan menurut laporan dia amat lihai sekali.
Kami mohon pangcu memberikan perintah untuk menangkap
nya hidup-hidup ataukah mati!"
Beng Tan tergetar. Kalau sudah begini maka gairahnya tadi
tiba-tiba lenyap. Musuh menyatroni sarang mereka dan Beng
Tan menduga-duga siapa gerangan. Seingatnya, tak ada
musuh yang bersifat pribadi. Kalaupun ada yang menyatroni
maka itu tentulah Si Golok Maut.
Tapi karena Golok Maut sudah tewas dan tak ada musuh
yang dirasa berkaitan akhirnya Beng Tan menjadi curiga akan
adanya seseorang, yakni, si Kedok Hitam. Tapi begitu teringat
bahwa yang dilaporkan ini adalah perempuan, padahal Kedok
Hitam laki-laki maka Beng Tan bingung namun pemuda ini
mengepal tinjunya. "Baiklah," Beng Tan bertindak cepat. "Kembali ke tempat
masing-masing, Hak Su. Dan perintahkan semua murid untuk
mencari dan menangkap orang ini. Jangan bunuh, aku akan
berkeliling mencari bayangannya!"
Hak Su dan temannya mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki B i sendiri sudah diperintahkan untuk melakukan hal yang
sama, yakni menyebar murid-murid perempuan untuk mencari
dan menangkap pendatang ini, yang sudah membunuh tujuh
murid laki-laki. Dan ketika Beng Tan bersiap serta menyuruh
isterinya masuk tiba-tiba Swi Cu ma lah mengedikkan kepala
dan menggeleng. "Tidak, aku juga akan ikut mencari, koko. Akan kutangkap
dan kulihat siapa pengacau itu!"
"Hm, kau bersama Ju Han, mana mungkin mencari
penjahat" Tidak, kau menjaga saja anak kita itu, moi-moi. Biar
aku dan murid-murid yang lain saja. Dan Ju Han menangis,
lihat, kau melepas minumannya!"
Swi Cu mengerutkan kening. Anaknya tiba-tiba menangis
keras karena dia melepas buah dadanya. Ju Han kiranya
masih lapar dan tentu saja kecewa melihat ibunya melepaskan
emik. Dan ketika isterinya itu bingung dan men-cup-cup Ju
Han maka Beng Tan berkelebat mendahului mengulang
isterinya itu masuk. "Percayalah kepadaku, persoalan ini dapat kuselesaikan.
Masuk dan jaga Ju Han, Cu-moi. Jangan ikut-ikut mengejar
karena semua murid sudah kukerahkan!"
Swi Cu mendongkol. Apa boleh buat terpaksa dia masuk
dan menahan marah. Ju Han dimimiki lagi namun perasaan sang ibu yang sudah
tak keruan membuat si anak merasa, menangis dan sering
menendang-nendang. Maklumlah, kegelisahan ataupun kebingungan yang dirasa si ibu akan melanda si bayi juga.
Dan ketika Swi Cu menenangkan anaknya dan berkali-kali
harus membujuk atau berkata-kata manis agar anaknya diam
maka di saat itulah tiba-tiba terdengar panggilan lirih dan
seseorang sudah ada di balik lemari, di dalam kamar sang
nyonya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, kau baik-baik
saja?" Swi Cu kaget bukan main. Seseorang yang muncul dan tahu-tahu sudah berada di kamarnya pribadi jelas bukanlah orang sembarangan dan tentu amat lihai. Swi Cu membentak dan seketika memutar tubuhnya dengan cepat, tangan kiri
bergerak dan menghantam dengan pukulan Ang-in-kang, pukulan Awan
Merah. Tapi ketika dia membalik dan melihat siapa itu tiba-tiba
tangan nyonya ini lumpuh dan teriakan tertahan terdengar
dari mulutnya "Suci...!" Swi Cu tertegun. Seorang wanita cantik muncul dari balik
lemari pakaian itu, tersenyum. Langkahnya gontai dan sudah
menghampiri wanita ini. Dan ketika Swi Cu menjerit dan
berteriak penuh haru tiba-tiba nyonya muda itu sudah
menubruk dan tersedu-sedu memeluk wanita ini, wanita cantik
yang rambutnya riap-riapan, agak mengerikan karena bola
matanya ber putar setengah liar.
"Ah, suci.... suci! Dari mana kau selama ini" Bagaimana kau
datang begini tiba-tiba" Aduh, kau kurus, suci. Kau tampak
pucat dan menderita. Kau tersiksa!"
Wanita itu, sang suci, mengangguk-angguk tersenyum
aneh. Dia membiarkan saja sumoinya itu memeluk dan
menangisi dirinya. Tapi ketika Ju Han menangis dan gelisah
terhimpit ibunya maka wanita itu mundur melepaskan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu..... anakmu?"
"Benar.... ah, aku lupa!" dan Swi Cu yang mengusap air
matanya menepuk si anak lalu memperkenalkan anaknya itu
kepada sang suci. "Ini puteraku, suci, Han Han, atau Ju Han.
Baru sebulan umurnya. Kau sendiri, eh.... bukankah dulu kau
hamil?" "Hm!" wanita itu bersinar-sinar, tidak menjawab. "Anakmu
montok, sumoi, sehat dan tampan sekali. Boleh kugendong?"
"Tentu," Swi Cu memberikan. "Anakku adalah anakmu
juga, suci. Tapi dimana anak yang kau kandung itu!"
"Mati," wanita ini menjawab pendek. "Kau beruntung
memiliki putera demikian sehat dan tampan, sumoi. Dan
bapaknya, hm.... tentu akan mewariskan kepandaiannya yang
tinggi!" Swi Cu tertegun. "Mati" Maksudmu..."
"Ya, keguguran, sumoi. Anakku mati. Kau, hm... kau
tampaknya bahagia sekali. Kau hidup senang bersama
suamimu itu. Dan tampaknya demikian senang serta
bahagianya hingga melupakan aku dan leluhur-leluhur Hek-
yan-pang!" "Suci!" sang sumoi terkejut. "Apa.... apa maksudmu?"
"Hi-hik, melupakan aku tak apa-apa, sumoi, tapi melupakan
leluhur sungguh bukan perbuatan yang boleh diampuni. Kau
merobah peraturan-peraturan partai, kau membiarkan murid-
murid perempuan kita bergaul dengan lelaki. Hm, sedemikian
bahagia dan senangnyakah dirimu ini hingga mabok bersama
suami" Kau harus dihukum, sumoi. Kau melanggar
perkumpulan kita... wut!" dan sang suci yang tiba-tiba
berkelebat dan menyerang sang sumoi tiba-tiba sudah
menampar ibu muda itu, dikelit tapi gerakan tangan yang lain
menyambar dengan amat cepatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Swi Cu terkejut tapi apa boleh buat menggerakkan
tangannya pula, menangkis. Dan ketika dua lengan yang
sama-sama memiliki sinkang itu bertemu dan beradu maka
Swi Cu terpelanting sementara wanita cantik berambut riap-
riapan itu terdorong mundur.
"Suci.... des!"
Swi Cu bergulingan meloncat bangun.
Anaknya tiba-tiba menangis dan wanita ini pucat karena Ju
Han ada di gendong-an sucinya itu. Sucinya tertawa dan Ju
Han dipijit kepalanya. Dan ketika anak itu menjerit karena
kesakitan, hal yang membuat Swi Cu terbelalak dan marah
maka wanita ini berkelebat dan menyambar anaknya.
"Suci, serahkan anakku!"
Sang suci terkekeh. Dia berkelit dan menangkis ketika
sumoinya itu mengejar, berteriak dan membentak karena Ju
Han tiba-tiba menjerit-jerit.
Anak kecil itu rupanya ketakutan dan merasa bukan
digendongan ibunya sendiri. Dan ketika dua lengan kembali
beradu tapi kali ini sang suci yang terpelanting maka wanita
itu terkejut karena Swi Cu mempergunakan kekuatan sinkang
yang bukan milik Hek-yan-pang, selanjutnya dicecar dan
bertu-bi-tubi menerima serangan yang jauh lebih cepat dari
semula. Swi Cu membentak agar sucinya itu mengembalikan Ju
Han, berkali-kali melakukan serangan yang membuat sucinya
terpelanting. Dan ketika wanita berambut riap-riapan itu
terkejut karena itulah sinkang yang dimiliki Beng T an, Pek-lui-
kang atau Tenaga Petir maka dua kali lengannya gosong
terkena pukulan lawan, hal yang membuat wanita itu
melengking. "Sumoi, kau tidak mempergunakan ilmu-ilmu kita. Kau
semakin sesat!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kaulah yang sesat!" Swi Cu menangis memaki sucinya itu.
"Kau kiranya yang membunuh tujuh murid laki-laki Hek-yan-
pang, suci. Dan kau merampas anakku secara tak tahu malu.
Kembalikan anakku, atau aku akan mendesakmu dan
merobohkanmu!" "Hm, sudah tidak tahu hormat lagi!" wanita berambut riap-
riapan itu marah. "Kau sudah tak segan dan kurang ajar
kepada sucimu sendiri, sumoi. Kalau begitu kubawa anakmu
ini sebagai hukuman..... dar!" dan sebuah pelor hitam yang
dilempar dan meledak di ruangan itu akhirnya membuat Swi
Cu memekik dan berjungkir balik menyelamatkan diri, kaget
dan marah karena sucinya tiba-tiba melesat keluar jendela.
Saat itu asap hitam meme-nuhi kamar dan bayangan
wanita berambut riap-riapan itu lenyap, Swi Cu marah dan
gusar sekali. Maka ketika dia melengking dan memanggil
suaminya, ribut-ribut itu sudah didengar anak-anak murid
Hek-yan-pang maka bayangan Beng Tan berkelebat masuk
dan langsung pemuda ini membuyarkan pengaruh asap
dengan kebutan lengan bajunya.
"Apa yang terjadi. Siapa yang masuk!"
"Suci.... suci Wi Hong, koko. Dia.... dia menculik anak kita!"
"Apa?" "Benar, dia marah-marah dan datang kesini. Dan kiranya
dialah yang membunuh tujuh murid laki-laki!" dan ketika Swi
Cu mengguguk dan menyambar suaminya maka sambil
mengejar wanita ini bercerita.
Beng Tan kaget karena tak menyangka, pantas musuh
dikabarkan dapat masuk seperti memasuki rumahnya sendiri,


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak tahunya adalah Wi Hong, suci atau kakak seperguruan
isterinya ini dan W i Hong adalah bekas ketua lama. Itulah
wanita yang dulu menjalin cinta dengan mendiang Si Golok
Maut dan pergi karena dendam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Hong membenci sekali musuh yang membunuh suami
atau kekasihnya itu. Dan ketika isterinya selesai bercerita
sementara anak-anak murid Hek-yan-pang geger, mendengar
bahwa bekas ketua mereka yang lama muncul maka banyak
yang berdiri melenggong ketika wanita berambut riap-riapan
itu berkelebat ke telaga dan melarikan diri membawa Ju Han,
yang menangis dan menjerit-jerit di pondongan wanita ini. .
"Siapa berani menghalang dia akan kubunuh. Majulah,
kalau ingin mampus!"
Murid-murid wanita terbengong-bengong. Mereka pucat
ketika bekas ketua lama mereka itu berkelebat di depan mata,
mengancam dan akan membunuh siapa saja yang berani
menyerang. Dan karena kejadian itu berlangsung cepat dan
anak-anak murid tak menduga bahwa yang datang itu adalah
bekas ketua mereka sendiri, bengong membawa Ju Han yang
dikira anak wanita itu, karena bekas ketua mereka juga
dikabarkan hamil dan punya keturunan maka mereka baru
terkejut ketika bentakan Swi Cu yang meluncur bersama
suaminya memberi tahu bahwa Ju Han diculik.
"Dia anakku, Han Han. Kejar dan jangan bengong saja!"
Semua murid tersentak. Sekarang mereka baru tahu bahwa
anak yang di gendongan bekas ketua lama kiranya adalah Han
Han, bukan anak yang dulu dikandung wanita itu. Dan karena
Swi Cu sudah mengejar bersama suaminya dan anak-anak
murid mengikuti dibelakang maka Hek-yan-pang benar-benar
gaduh dan ribut oleh kejadian ini.
Namun kejadian itu berlangsung ketika malam hari. Swi Cu
harus berlarian kesana kemari sambil menyuruh murid-murid
mencegat, berteriak dan memaki-maki sucinya yang menculik
Ju Han. Telaga sudah dikepung. Dan ketika sebuah perahu
meluncur dan mendahului perahu-perahu lain, yang siap dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjaga di tepi telaga maka Swi Cu menjerit menyambar
sebuah perahu. "Itu dia, kejar. Semua mengejar!"
Beng Tan terbelalak. Wi Hong, wanita itu, meluncur dan sudah hampir di
seberang sana. Tinggal beberapa meter lagi wanita itu akan
menepi dan meloncat kabur. Tapi ketika anak-anak murid
lelaki bermunculan dan mereka itu sudah mendengar ribut-
ribut ini, datangnya musuh, maka mereka itu sudah
menyerang dan murid-murid lelaki ini tak tahu bahwa itulah
bekas ketua lama, membentak dan menghadang dan
kesempatan ini dipergunakan oleh Beng Tan dan isterinya.
Tapi kalau Swi Cu berteriak dan mengejar dengan sebuah
perahu, meluncur dan memaki-maki sucinya adalah Beng Tan
yang kini menjadi ketua itu sudah berjungkir balik melempar
dua potongan bambu dan dengan bambu inilah pemuda itu
mengejar Wi Hong, bergerak dan meluncur me lebihi
kecepatan perahu, dengan kedua tangan atau kaki bergerak
maju mundur. "Wher-wherr...!"
Perahu Swi Cu tersalip. Beng Tan mendahului dan anak-
anak murid yang ada ditepi telaga kagum, bengong tapi sudah
bergerak dan berlompatan di atas perahunya sendiri untuk
mengejar atau mengikuti sang ketua. Dan ketika belasan
perahu meluncur seakan berlomba dan Wi Hong yang dicegat
dan diserang anak-anak murid lelaki melihat itu maka wanita
ini membentak dan melepas lagi tiga pelor hitamnya.
"Minggir, dan mampuslah...!"
Murid-murid lelaki itu berteriak. Mereka terlempar dan jatuh
ke telaga. Ledakan granat tangan telah melukai mereka dan
kesempatan ini dipergunakan W i Hong untuk mendaratkan
perahunya. Dan ketika Beng Tan membentak namun wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sudah berjungkir balik di seberang maka Wi Hong terkekeh
dan berkelebat menuju hutan.
"Hi-hik, boleh tangkap aku kalau bisa Beng Tan. Tunjukkan
kepandaianmu dan kejarlah aku!"
Beng Tan membentak. Suara tangis anaknya menjadi
pedoman tapi tiba-tiba tangis anaknya tak terdengar lagi. Wi
Hong rupanya menotoknya, atau, lebih ngeri lagi, wanita itu
menurunkan tangan kejam, membunuh Ju Han!
Dan ketika Beng Tan memekik dan berjungkir balik ke tepi
telaga, menendang dua potongan bambunya itu maka dua
potong bambu yang tiba-tiba dijadikan senjata dan terbang ke
tempat Wi Hong tadi me luncur dan meledak ketika
menghantam sasaran, pohon dibelakang Wi Hong yang tadi
dipergunakan wanita ini untuk melindungi dirinya.
"Dess!" Dua potongan bambu itu melesak tembus. Orang tentu
akan meleletkan lidah melihat kehebatan tenaga pemuda itu.
Dalam marah dan khawatirnya Beng Tan telah mempergunakan hampir seluruh tenaganya, dua potong
bambu itu menancap dan tembus mengeluarkan suara keras.
Dan ketika pohon itu bergoyang-goyang dan roboh menjadi
dua, tak kuat dihajar potongan bambu itu maka suaranya
berde-bum ketika jatuh ke tanah.
"Wi Hong, serahkan Ju Han. Atau aku akan membunuhmu!"
Beng Tan tak memperdulikan tumbangnya pohon di depan.
Dia sudah mengerahkan ilmunya meringankan tubuh dan
melihat bayangan wanita itu, membentak dan mengejar tapi
Wi Hong menyelinap di pohon yang lain, muncul dan
bersembunyi lagi hingga Beng Tan harus berputar-putar,
memaki dan marah sekali karena kekhawatirannya akan
keselamatan sang anak sudah begitu besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau saja waktu itu bukan ma lam hari dan keadaan tidak
gelap tentu dia sudah dapat menangkap dan mengejar
lawannya itu. Hutan itu sudah dikenal dan Beng Tan hafal
bagian-bagiannya. Namun karena Wi Hong juga sama-sama
mengenal karena wanita itu adalah bekas penghuni Hek-yan-
pang maka akhirnya melepas sebutir kerikil yang tepat
mengenai pundak lawan barulah Wi Hong jatuh berteriak.
"Aduh!" Beng Tan berkelebat menyambar anaknya.
Wi Hong jatuh terduduk dan saat itulah yang terbaik untuk
menyelamatkan anaknya. Tapi ketika Ju Han terampas dan Wi
Hong melengking tiba-tiba wanita itu menendang sebutir
kerikil hitam dan ganti menyerang pemuda ini.
"Tak!" Beng Tan tak apa-apa. Pemuda ini diserang lagi tapi sudah
melindungi dirinya dengan sinkang,. kebal. Dan karena ketua
Hek-yan-pang itu memang lihai dan sin-kangnya jauh di atas
lawan maka Wi Hong tersedu-sedu ketika gagal, meloncat
bangun. "Beng Tan, aku akan membunuhmu. Atau kau boleh
membunuh aku!" Beng Tan mengerutkan kening. Dia segera lega karena Ju
Han, anaknya, tak apa-apa. Anaknya itu benar tertotok dan
kini menangis setelah dia membebaskan totokan itu. Dan
ketika Wi Hong menyerangnya dan dia mengelak sana-sini
maka Swi Cu muncul dan wanita itu menangis kegirangan
karena anaknya sudah diselamatkan sang suami.
"Berikan padaku, biar kutenangkan!"
Beng Tan melempar anaknya itu. Swi Cu menerima dan
cepat ibu ini mendiamkan anaknya, membuka baju dan
menyumpalkan buah dadanya ke mulut si anak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maklum, itulah satu-satunya jalan untuk menenangkan
bocah yang menangis. Dan ketika benar saja Ju Han diam dan
anak itu mencecap buah dada ibunya dengan lahap dan
senang maka Wi Hong disana terhuyung-huyung dikibas atau
ditolak Beng Tan. "Cukup, tak perlu menyerang lagi, Wi Hong. Berhenti, dan
jangan nekat!" "Keparat!" Wi Hong menangis. "Kau boleh bunuh aku, Beng
Tan. Atau aku akan membunuhmu karena aku tak mau
berhenti menyerang!"
"Hm, kau bukan lawanku. Kau bukan tandinganku.
Meskipun kau menyerang tapi kau tak akan berhasil!"
"Bedebah, kau memang sombong!" dan ketika Wi Hong
menyerang dan terus menyerang tapi selalu kandas dan
terhuyung-huyung ditolak pemuda itu akhirnya Swi Cu tak
tahan berteriak nyaring, "Suci, sudahlah. Tahu dirilah!"
Wi Hong melotot. Dia mendelik memandang sumoinya itu
namun mulut tiba-tiba menyungging senyum melihat bocah di
gendongan wanita itu menyusu. Sesuatu yang aneh bersinar
di matanya, terkekeh dan tiba-tiba dia terbanting ketika Beng
Tan menangkis sebuah pukulannya, dengan kuat. Dan ketika
wanita itu mengeluh namun bergulingan meloncat bangun,
tertawa, maka tiba-tiba wanita ini berseru bahwa suatu ketika
dia akan datang lagi. "Baiklah, kau boleh menang, Beng Tan Lain kali aku akan
menuntut perhitungan lagi. Selamat tinggal!"
Beng Tan terbelalak memandang. Dia sesungguhnya tak
senang dengan semuanya itu, kedatangan Wi Hong yang
membunuh-bunuhi murid-murid lelaki Hek-yan-pang. Tapi
karena wanita itu adalah kakak seperguruan isterinya dan Wi
Hong pun bekas ketua lama maka dia membiarkan saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepergian wanita itu dan lega bahwa anaknya tak sampai
celaka. Itu saja sudah cukup.
Beng Tan tak memperhatikan bahwa popok anaknya lain,
bahwa ada sesuatu yang tidak biasa pada anaknya itu, yakni
ketika bocah itu melahap dan menyusu buah dada isterinya
demikian rakus. Hanya isterinya yang dapat merasakan itu tapi
selanjutnya Swi Cu pun tak bercuriga.
Wanita ini hanya menyangka bahwa anaknya sedang
melepaskan diri dari cengkeraman ketakutan, setelah tadi
dibawa dan diculik sucinya. Dan karena malam juga gelap dan
Swi Cu pun tak memperhatikan popok anaknya, yang lain dan
tidak serupa tadi maka wanita ini sama sekali tak menyangka
bahwa anaknya telah tertukar!
Suami isteri itu tak menduga sedikit pun bahwa Wi Hong
telah "mengerjai" mereka, apalagi Swi Cu mendapat
keterangan bahwa sucinya itu tak jadi mempunyai anak,
karena keguguran. Maka ketika mereka pulang dan anak-anak
murid yang berdatangan menyusul disuruh kembali dan
pulang ke tempat masing-masing maka malam itu Swi Cu
menangis di dada suaminya setelah sang anak tertidur.
"Suci telah datang, dan membuat onar. Ah, apa yang harus
kita lakukan, koko" Bagaimana kalau dia datang dan membuat
keributan lagi?" "Hm, tak usah cemas. Aku dapat mengatasinya, Cu-moi.
Dan kaupun tentunya juga begitu. Kau harus memperdalam
pukulan-pukulan Pek-in-kang atau ilmu silat Pek-jit Kiam-sut
kalau tak ingin direpotkan sucimu itu. K ita dapat berjaga-jaga,
tapi para murid tidak!"
"Itulah, dan aku khawatir. Bagaimana kalau murid-murid
kita dibunuh lagi" Tadi suci memaki-maki aku yang dikata
merobah peraturan partai, koko. Dan dia marah sekali melihat
murid-murid lelaki disini. Aku khawatir akan nasib perkumpulan kita!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak perlu berlebihan. Aku tak berpikiran sejauh itu, Cu-
moi. Tapi, eh... apakah dia datang sendirian?" Beng Tan tiba-
tiba tampak terkejut, memandang isterinya. "Mana anak yang
dulu dikandungnya itu" Bukankah dia hamil?"
"Suci keguguran...." Swi Cu masih terisak-isak. "Anak yang
dulu dikandungnya itu tak ada, koko. Dia datang sendirian.
Kenapakah?" "Hm, tak apa-apa. Kalau begitu selamat!"
"Selamat apanya?"
"Eh, tidakkah kau ingat dendam sucimu itu, moi-moi"
Tidakkah kau tahu bahwa sucimu akan mengajar anaknya
untuk membalas dendam" Kematian Golok Maut tak mungkin
dilupakannya begitu saja, dan aku ngeri kalau anak itu lahir!"
"Betul," Swi Cu terkejut, tampaknya sadar. "Suci memiliki
dendam setinggi langit, koko. Dan Kedok Hitam adalah
manusia yang amat dibencinya. Hm, aku ngeri, tapi untung.
Dia telah keguguran dan anaknya itu tak akan mengulang
sepak terjang ayahnya!"
Beng Tan mengangguk-angguk. Memang kalau W i Hong
sampai melahirkan keturunan tentulah geger dunia kang-ouw
kalau anak itu melanjutkan dendam bapaknya.
Dendam wanita itu tak akan puas oleh darah orang biasa
saja. Yang diminta adalah darah si Kedok Hitam padahal
Kedok Hitam adalah tokoh di istana, seorang laki-laki yang
merupakan adik tiri kaisar. Jadi tentu hebat akibatnya kalau Wi
Hong menghendaki nyawa orang itu, melalui anaknya. Dan
ketika Beng Tan tepekur dan teringat peristiwa-peristiwa lama,
kejadian yang membuat dia sesak dan marah ditahan maka
isterinya berbisik apakah dia ingat siapa si Kedok Hitam itu.
"Tentu, mana mungkin aku lupa" Kau sudah kuberi tahu,
moi-moi. Dan aku tentunya jauh lebih ingat daripada kau!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, bukan begitu maksudku. Maksudku, bagaimana kalau
suci sampai tahu, koko. Atau bagaimana kalau sampai dia
bertemu dengan si Kedok Hitam ini!"
"Dia tak mungkin tahu, dan tak mungkin bertemu dengan si
Kedok Hitam ini!" "Hm, kalau umpamanya tahu?"
"Tak mungkin, Cu-moi. Aku tak akan memberitahukannya,


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecuali kau!" Sang isteri tiba-tiba mengedikkan kepala, marah. "Koko,
kau tak perlu ragu akan janjiku. Aku telah bersumpah tak akan
memberitahukan siapa si Kedok Hitam itu kepada suci. Kalau
aku memberitahukannya biarlah kepalaku dipotong orang!
Kenapa kau menyinggungku seperti ini" Aku hanya hendak
minta pendapatmu bagaimana kalau seandainya secara
kebetulan suci bertemu dengan si Kedok Hitam itu. Apa yang
hendak kau perbuat!"
"Aku akan melindunginya," Beng Tan gugup menjawab,
cepat dan meredakan kemarahan isterinya itu. "Aku juga
sudah berjanji padamu, Cu-moi. Dan Kedok Hitam telah
kuminta untuk tidak mengganggu sucimu itu. Kalau dia
bohong, tentu aku akan menuntut pertanggung-jawabannya.
Sudahlah, maaf kalau kata-kataku tadi menyakitkan hatimu!"
Swi Cu mendorong suaminya. Tak gampang dia reda kalau
sudah dibuat marah begitu.
Sang suami harus membujuk tak henti-henti. Dan ketika
Beng Tan kelabakan dan meloncat menghadang isterinya ini
maka Beng Tan memeluk dan mencium pipi isterinya. "Maaf....
maaf.... kenapa masih marah juga" Aku tak bermaksud
menyinggung perasaanmu, Cu-moi Kalau masih kurang juga
biarlah aku berlutut minta maaf!" Beng Tan menjatuhkan diri
berlutut, mau memeluk dan mencium kaki isterinya itu tapi
Swi Cu sudah cepat menarik bangun. Akhirnya wanita ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis dan menyambar suaminya itu, menyusupkan dada
dan balas memeluk suaminya.
Dan ketika sang suami girang dan mencium isterinya itu,
dibiarkan, maka Swi Cu sudah diajak masuk ke kamar.
"Hush, belum waktunya. Tak boleh! Aku masih menyusui
Han-ji (anak Han), koko. Tak boleh begitu!"
"Ah, masa tidur dan memeluk isteri di ranjang saja tidak
boleh" Aku tidak menginginkan yang lebih, moi-moi. Aku tahu
itu. Tapi berilah sedikit penghibur dan biar aku melepas
rinduku!" "Ih, kau...!" dan sang isteri yang terpaksa menerima dan
tak menolak ajakan suami lalu membiarkan saja dirinya
dituntun dan masuk ke kamar, tak lama kemudian sudah
berduaan dan Beng Tan lega melihat isterinya mau dibujuk.
Dia ingin menyatakan kasih dan sayangnya, meskipun sang
isteri tak akan memberikan semua karena Swi Cu baru saja
melahirkan bayinya sebulan lebih sedikit, hal yang
mengharuskan suami "berpuasa" tapi Beng Tan dapat
menerima itu. Dan ketika keduanya sudah menutup pintu
kamar dan kebetulan Ju Han disana juga sudah terlelap tidur
maka suami isteri ini dapat berduaan dan bermesraan kembali
karena Swi Cu sudah tidak marah lagi.
0odwo0 "Hi-hik!" wanita berambut riap-riapan itu terkekeh. "Tahu
rasa kau sekarang, Beng Tan. Tahu rasa sekarang kalian
berdua. Hm, anakmu menjadi anakku, dan anakku sudah
menjadi anak kalian. Giam Liong akan mewarisi kepandaian
Pek-jit Kiam-sut atau Pek-lui-kang yang dahsyat. Dan anak
kalian ini, hi-hik.... cukup kuwarisi ilmu-ilmu s ilat dari Hek-yan-
pang!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang akan bingung mendengar kata-kata ini. Wanita
berambut riap-riapan itu terhuyung keluar hutan dan dia
membawa seorang anak laki-laki yang menangis sepanjang
jalan. Dialah Wi Hong yang semalam memasuki bekas
perkumpulannya sendiri, mengacau dan membunuh tujuh
murid laki-laki karena wanita ini kaget dan marah sekali bahwa
Hek-yan-pang tiba-tiba sudah berobah.
Dulu murid-murid lelaki pantang disitu, bahkan Hek-yan-
pang telah mengadakan peraturan bahwa perkumpulan itu
hanya dihuni kaum wanita. Kaum lelaki, yang berani datang,
apa-lagi berbuat macam-macam pasti akan dibunuh. Paling
sial mereka diusir setelah tentu saja dilukai, dihajar atau
dikutungi kakinya karena kaki mereka itulah yang dianggap
bersalah, berani lancang dan nyasar ke tempat kaum
perempuan. Maka ketika malam tadi mendadak dia melihat perobahan
itu dan banyak murid-murid lelaki menjaga di tepi telaga,
sebagai tameng atau pelindung bagi murid-murid perempuan
yang ada di tengah telaga maka Wi Hong atau bekas ketua
Hek-yan-pang yang keras dan mudah sakit hati ini kontan saja
membunuh murid-murid yang tak disenangi.
Wi Hong, atau wanita ini, sebenarnya tentu tak asing bagi
para pembaca yang sudah membaca kisah Si Golok Maut.
Inilah wanita yang menjadi pangkal kebahagiaan sekaligus
juga malapetaka bagi mendiang Si Golok Maut itu. Dialah
satu-satunya wanita yang amat dicintai Si Golok Maut Sin
Hauw yang tewas di ujung banyak senjata.
Wi Hong inilah satu-satunya wanita yang membuat Sin
Hauw alias Si Golok Maut kena kutuk. Karena Golok Maut yang
dipegang Sin Hauw pantang dikotori hubungan suami isteri.
Dan Sin Hauw atau mendiang Si Golok Maut itu telah
melakukannya. Dalam gejolak cinta dan nafsu yang menggigit-gigit
akhirnya Sin Hauw me langgar larangan senjata yang dibawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam-to, atau Golok Penghisap Darah yang dibawa pemuda itu
terlanjur dikotori Sin Hauw dengan perbuatannya bersama
ketua Hek-yan-pang itu. Ada dua jalan bagi pemuda ini untuk
"membersihkan" diri dari tuah kutukan itu. Yakni membunuh
kekasihnya atau dia siap dibunuh oleh golok yang
dipegangnya sendiri. Tapi ketika Wi Hong diketahui hamil dan
akibat perbuatan mereka di hutan bambu itu membuahkan
benih maka Sin Hauw tak jadi membunuh kekasihnya ini dan
siap menerima kematian dengan mengorbankan dirinya
sendiri, menerima kutuk atau pantangan besar yang dulu juga
diperbuat oleh suhu dan subonya (baca: Golok Maut)!
Wi Hong atau wanita berambut riap-riapan ini akhirnya
tahu. Bekas ketua Hek-yan-pang itu memang dulu hampir saja
dibunuh oleh Si Golok Maut, kekasihnya sendiri. Tapi karena
ternyata waktu itu dia sudah berbadan dua dan perbuatan
mereka membuahkan keturunan maka Wi Hong dibiarkan
hidup sementara Si Golok Maut sendiri rela menemui ajalnya
dari dendam yang sebenarnya belum tuntas.
Ada dua orang yang amat dibenci Si Golok Maut itu, dua
orang yang membawa celaka keluarganya hingga dia
kehilangan segala-galanya, ayah, ibu dan kakak perempuannya. Tapi karena dia akhirnya juga tewas terbunuh
sementara dua orang musuhnya baru satu saja yang dibunuh
oleh tangannya sendiri maka Wi Hong atau kekasihnya inilah
yang diharap meneruskan dendamnya dengan musuh yang
terakhir itu. Dan musuh itu adalah si Kedok Hitam.
Wi Hong yang hamil dan membawa keturunan Si Golok
Maut ini diminta untuk mencari musuh besar itu. Wanita ini
juga bertekad bahwa musuh yang tinggal satu itu akan dicari
dan dibunuhnya. Tapi karena musuh amatlah licik dan
sekarang bertambah seorang lagi dengan yang namanya si
Kedok Hitam maka Wi Hong mendapat dua tugas sekaligus
yang amat berat dilakukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah musuh pertama yang masih hidup itu" Bukan lain
adalah pangeran Coa. Pangeran ini tinggal di kota raja dan dia
adalah adik tiri kaisar sekarang. Pangeran inilah yang
membuat dendam Si Golok Maut setinggi gunung. Tapi karena
pangeran itu selalu dilindungi orang-orang lihai dan berkali-kali
Golok Maut menyerbu selalu saja gagal maka pangeran Coa
selamat tapi adiknya yang bernama Ci-ongya berhasil dibunuh.
Dan sadis sekali pembalasan Si Golok Maut itu. Kepala Ci-
ongya dipenggal, tubuhnya dilempar dari atap yang tinggi.
Dan ketika semua geger dan Golok Maut dikeroyok ratusan
orang maka disini Golok Maut mengalami luka-luka dan
melarikan diri ke Lembah Iblis. Namun musuh mengejar.
Dipimpin oleh seorang laki-laki yang bernama Kedok Hitam,
tokoh amat lihai dan mengenakan saputangan hitam
dimukanya Si Golok Maut itu diburu. Disini Golok Maut
terkejut, dikepung dan akhirnya tewas. Dan ketika Golok Maut
dibunuh dan ganti dicincang tubuhnya, dipotong-potong maka
balas-membalas antara pihak Coa-ongya dengan pemuda itu
berakhir. Tapi benarkah demikian" Tak ada orang tahu bahwa Golok
Maut telah menanamkan benihnya di tubuh bekas ketua Hek-
yan-pang itu, wanita cantik alias Wi Hong, yang kini
terhuyung-huyung dan terkekeh meninggalkan hutan diluar
Hek-yan-pang itu. Dan karena hanya Swi Cu dan suaminya
serta anak-anak murid perempuan yang tahu akan itu maka
orang-orang luar tak ada yang tahu bahwa kekasih Golok
Maut itu mengandung. Dan inilah wanita yang ditolong nenek
Lui itu, wanita yang akhirnya membunuh Pa-lopek dan orang-
orang kasar macam Hu-san dan teman-temannya itu!
Sekarang Wi Hong tak ada di tempat nenek itu lagi. Nenek
Lui telah diracun suaminya sendiri, kakek Pa yang tergila-gila
dan ingin mendapatkan si cantik ini, tak tahunya malah
dibunuh dan menemui ajal dengan amat menyedihkan. Dan
karena Wi Hong tak tinggal di tempat itu lagi dan kakinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawanya kesana kemari maka wanita ini akhirnya ke
markas Hek-yan-pang dan menukar anaknya dengan anak Swi
Cu. Sebenarnya, Wi Hong hanya ingin menengok saja, rindu
pada sumoinya itu dan iseng-iseng melihat perkumpulan Walet
Hitam itu sekarang. Bagaimana keadaannya dan bagaimana
pula kehidupan rumah tangga sumoinya, karena dia tahu
bahwa sumoinya itu menjalin cinta dengan Beng T an, pemuda
luar biasa yang setingkat dengan kekasihnya sendiri. Si Golok
Maut. Tapi begitu dia melihat perobahan disana dan betapa Hek-
yan pang tiba-tiba sudah memasukkan laki-laki, hal yang
membuat wanita ini marah besar maka Wi Hong membunuh
dan lalu mencari sumoinva itu.
Dan wanita ini tiba-tiba tertegun melihat sumoinya juga
mempunyai anak laki-laki, persis dia. Dan karena anak itu
sama besar dengan anaknya dan pikiran baru tiba-tiba muncul
maka sebuah rencana yang semula tak direncanakan
mendadak timbul! 0ooodwooo0 Jilid 04 APA yang dipikirkan wanita itu" Bukan lain menukarkan
anaknya! Wi Hong, sebagaimana diketahui, kenal betul kelihaian
Beng Tan. Suami sumoinya itu sekarang merupakan pemuda
pilih tanding karena tak ada pemuda atau laki-laki lain yang
dapat menandingi Beng Tan ini. Pemuda itu adalah murid Bu-
beng Sian-su, atau setidaknya, anak didik Bu-beng Sian-su
karena kakek dewa itu telah memberikan sebuah dua buah
ilmunya kepada pemuda ini. Dan karena kakek dewa Bu-beng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian-su adalah kakek maha sakti di mana tak ada seorang pun
di dunia ini yang mampu menandingi kepandaiannya maka
Beng Tan sebagai murid kakek dewa itu tentu saja merupakan
pemuda pilih tanding yang luar biasa, dan ini dipergunakan
oleh Wi Hong untuk menukarkan anaknya itu.
Wi Hong memasuki kamar sumoinya dan anak laki-laki
yang ditinggalkan ibunya itu diamati lekat-lekat. Dia sendiri
menyembunyikan anaknya di luar Hek-yan-pang sana, di
dalam sebuah guha. Maka ketika dia berhadapan dengan Swi
Cu dan sumoinya itu memberikan anaknya ti-ba-tiba saja Wi
Hong melarikan anak ini dan Swi Cu tentu saja berteriak-
teriak. Swi Cu tak tahu bahwa sucinya itu membohonginya. Dalam
tanya jawab di kamar Swi Cu diberi tahu bahwa anak yang
dikandung W i Hong mati, padahal Wi Hong menyembunyikan
anak itu di luar sana. Maka ketika anak itu dibawa lari dan Swi
Cu berteriak-teriak, tentu saja mengejar dan menyerang
sucinya itu maka Wi Hong pergi ke hutan di mana anaknya
sendiri disembunyikan. Di situ wanita ini menukar Giam Liong
dengan Beng Han dan secepat kilat keluar lagi dari guha, tahu
bahwa dia dikejar-kejar dan sang ayah, Beng Tan, pasti
mencari-cari dirinya membantu isterinya itu. Dan ketika benar
saja Beng Tan muncul dan pemuda itu membentaknya untuk
menyerahkan Han Han, anak yang dibawa W i Hong ini maka
Beng Tan tak menyangka bahwa anaknya telah ditukar karena
anak yang dibawa wanita itu bukanlah Han Han melainkan
Giam Liong. Dan Wi Hong berhasil menyelesaikan
sandiwaranya. Sambil menangis dan pura-pura marah Wi
Hong menyerang Beng Tan, tentu saja tak akan menang
karena lawan memiliki kepandaian yang jauh di atas dirinya.
Dan ketika anak itu dirampas dan Wi Hong melarikan diri
maka akhirnya Beng Tan pulang ke markas sementara pagi itu
Wi Hong menimang-nimang anak yang bukan lain adalah Han
Han atau Beng Han itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, selamat untuk keberuntunganmu, anakku sayang.
Selamat untuk mewarisi kepandaian ayahmu yang gagah itu!"
dan mencium serta mengelus kepala anak di gendongannya
Wi Hong menujukan kata-katanya pada anak ini, karena dia
tadi menujukan kata-katanya untuk Giam Liong di sana,
"Dan kau, hm... kau cukup mempelajari ilmu-ilmu silat Hek-
yan-pang bocah. Biarlah kau kurawat dan kudidik sebagai
anakku sendiri. Kau adalah keponakanku juga, kau putera
sumoiku. Tak ada jeleknya merawat dirimu tapi jangan harap
kau dapat mengalahkan Giam Liong!"
Wi Hong terkekeh-kekeh. Geli dan bangga akan hasil
pikirannya ini tiba-tiba Wi Hong menyanyi-nyanyi. Han Han
yang ada di gendongannya mula-mula merasa tenteram, tak
menangis. T api ketika wanita itu mulai membiarkannya ketika
dia merasa lapar maka Han Han menangis dan anak ini mulai
rewel. "Diam, jangan cerewet. Aku ibumu juga dan jangan
menangis!"

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun mana mau anak itu disuruh begitu" Seharusnya
waktu itu Wi Hong memberinya makan, atau minum. Tapi
karena Wi Hong menganggap anak itu bukan anaknya sendiri
dan perhatian atau kasih sayangnya tentu saja tak sama
dengan kasih atau cintanya terhadap Giam Liong maka dia
menjadi marah ketika anak itu semakin menangis keras.
"Eh, tidak mau diam" Kutampar kau .... plak!" dan Wi Hong
yang mulai menampar atau menyakiti anak ini akhirnya bukan
membuat sang anak ketakutan melainkan juga marah-marah
karena itu terbukti dari s i anak yang kini melengking-lengking.
"Keparat!" Wi Hong merah mukanya. "Kau tidak mau diam,
bocah" Kau minta kuhajar?" dan ketika benar saja Wi Hong
mulai mencubit atau menampar berulang-ulang maka Han
Han atau anak itu menjerit-jerit dan meronta-ronta di
gendongan wanita ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bluk!" Wi Hong akhirnya membanting anak itu! Swi Cu
tentu akan terpekik dan kaget kalau tahu sikap sucinya
terhadap anaknya ini. W i Hong marah-marah dan memaki-
maki anak itu, yang untung tidak sampai mati tapi tentu saja
kesakitan! Dan ketika Wi Hong membiarkan anak itu menangis
menjerit-jerit dan menampar sekali lagi maka Wi Hong
berkelebat mencari buah-buahan di hutan.
Dan seat itu muncullah seorang tosu yang menarik napas
dalam-dalam. Tosu ini meraih dan mengambil Han Han
dengan lembut. Anak itu masih menangis melengking-lengking
tapi ketika tosu ini mengeluarkan susu sebotol, menempelkan
dan meminumkannya ke mulut si bocah tiba-tiba Han Han
diam. Anak itu mula-mula terbelalak me lihat tosu yang tak
dikenal ini, berkejap dan mau menangis lagi tapi dengan
lembut dan penuh kasih tosu itu berbisik menyerahkan susu
botolnya. Han Han diberi m inum dan seketika dicecaplah botol
susu itu oleh anak ini. Dan ketika susu mulai mengalir dan Han
Han tentu saja girang, diam, maka selanjutnya tosu itu sudah
tersenyum-senyum dan tertawa lembut menimang si bocah.
"Ha-ha, minumlah, anak manis. Puaskan rasa laparmu dan
biarlah pinto (aku) memberimu minum lagi kalau kurang."
Han Han tertawa. T iba-tiba anak itu dapat terkekeh ketika
si tosu mempermainkannya dalam timangan lembut. Han Han
tak menangis lagi dan saat itu berkelebatlah W i Hong, yang
telah kembali dengan setandan pisang. Dan begitu wanita ini
melihat si tosu tiba-tiba W i Hong terkejut dan tentu saja
wanita itu kaget. "He!" Wi Hong membentak. "Siapa kau, tosu bau. Kenapa
mengambil anakku dan lancang membawanya tanpa
sepengetahuan aku!" Tosu itu menoleh. Rupanya dia tidak terkejut oleh
kedatangan Wi Hong ini, bahkan tersenyum. Dan ketika dia
bergerak tapi anak itu tidak dilepasnya, malah ditepuk-tepuk
lembut tosu ini sudah menghadapi W i Hong dan berseru,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian-cai, kau datang lagi, hujin. Kukira kau tak mengurus
anak ini dan membiarkannya menangis. Ah, maaf. Aku
mengambilnya tanpa sepengetahuanmu karena kulihat kau
bersikap kejam. Anak ini kau banting, dan pinto (aku) tentu
saja tak dapat membiarkan ini."
"Keparat!" Wi Hong sudah melempar pisang di tangannya
itu, berkelebat mendekati. "Lepaskan anak itu, tosu bau. Dan
serahkan kepadaku!" "Maaf," sang tosu menggeleng. "Kau tak mengasihi anak ini
sebagaimana mestinya, hujin. Aku ingin meminjamnya barang
beberapa tahun dan biarlah kukembalikan kepadamu kalau
sudah cukup kuat." "Apa" Kau mau merampasnya" Keparat, jahanam
terkutuk!" dan Wi Hong yang berkelebat majn| menghantam
tosu ini tiba-tiba sudah membentak dan menyerang penuh
kemarahan. Tentu saja dia marah karena si tosu terang-
terangan ingin membawa Han Han, berkata "meminjam" tapi
istilah itu di dunia kang-ouw berarti merampas. Han Han akan
dibawa tosu ini dan tentu saja ia gusar. Maka begitu
membentak dan tangannya diayun ke depan tiba-tiba W i Hong
sudah melakukan tamparan.
"Plak!" si tosu menggerakkan sedikit ujung jubahnya. Wi
Hong terpental dan wanita itu kaget bukan ma in, melengking
dan menyerang lagi namun kembali ia terpental ketika
bertemu ujung baju lawan. Si tosu ternyata lihai dan pantas
saja begitu berani, kurang ajar, kiranya memang hebat. Dan
ketika Wi Hong melengking-lengking dan
mencabut pedangnya, menusuk dan membacok maka si tosu
berlompatan dan serangan-serangan ganas si nyonya selalu
dapat dihindarinya dan dielak baik, hai yang mengagetkan
wanita ini. "Bedebah! Terkutuk!" wanita ini memaki-maki. "Hayo
tangkis pedangku kalau berani, tosu bau. Hayo layani aku dan
jangan mengelak melulu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, begitukah" Baik, aku tak akan mengelak melulu,
hujin. Dan kalau kau menghendaki aku menangkis maka
itupun akan kulakukan.... piak-plak!" dan pedang si nyonya
yang tiba-tiba bertemu dan ditangkis lengan baju si tosu tiba-
tiba terpental dan hampir saja mengenai muka Wi Hong
sendiri, membuat nyonya itu menjerit dan Wi Hong terbelalak
pucat. Wanita ini akhirnya menjadi gentar namun kemarahan
dan kegeramannya belum terbayar lunas. Dia melihat si tosu
mulai bergerak-gerak dan ke manapun pedangnya menusuk
ke situ puia tosu ini menyambut, kian lama kian keras hingga
telapak wanita ini pedas-pedas dan terasa sakit! Dan ketika Wi
Hong menjadi naik pitam namun juga gelisah, maklum bahwa
dia berhadapan dengan lawan yang luar biasa maka nyonya
itu membentak dan satu tusukan pedangnya mengarah leher
si tosu yang tiba-tiba di tengah jalan secepat kilat berobah
karena menuju ulu hati. "Hm, jurus yang baik, tapi bersifat nekat. Lepaskan
pedangmu, hujin. Dan hentikanlah pertandingan ini... prat!"
dan pedang yang diterima dan digulung si tosu tiba-tiba
tertangkap dan terbungkus lengan baju itu, ditarik dan dibetot
dan Wi Hong berteriak kaget. Dia melancarkan jurus yang
disebut Bianglala Menukik Ulu Hati, satu serangan maut yang
sebenarnya bersifat mengadu jiwa. Tapi begitu pedangnya
digubat dan tentu saja tak dapat digerakkan, karena si tosu
menahan dan menjepitnya mendadak dia sudah tertarik ke
depan dan tinggal dua kemungkinan yang akan diterima, jatuh
dan akan ditendang tosu itu atau dia melepaskan pedangnya.
Dan ketika Wi Hong melengking dan memilih cara kedua,
karena tak sudi dia jatuh dan ditendang tosu itu maka wanita
ini sudah melepaskan pedangnya dan berjungkir balik
memaki-maki. "Bedebah, tosu keparat, jahanam terkutuk!" Wi Hong sudah
mengusap keringat dingin ketika melayang turun, kaget dan
marah sekali. Dan ketika dia berhadapan lagi dengan
lawannya sementara tosu itu melempar pedang kepadanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum, maka Wi Hong menggigil membentak tosu itu.
"Kau siapa dan sebutkan namamu. Aku masih belum
menyerah kalah dan ingin mencoba lagi. Kalau kau dapat
merobohkan aku barulah aku betul-betul menyerah dan tak
akan berurusan denganmu!"
"Hm, wanita yang keras," tosu ini tertawa pahit, menghela
napas. "Aku Yang Im Cinjin, hujin. Lama tak keluar dunia
kang-ouw dan barangkali kau tak mengenalku. Aku sejak tadi
sudah mengikuti gerak-gerikmu, dan kasihan kepada anak ini
yang tak kauperdulikan sebagaimana layaknya seorang ibu
yang baik. Kau tak keberatan dia kubawa, bukan" Ini bukan
anakmu, dan kau tentu tak menyesal. Maaf, aku tertarik
melihat tulang-tulangnya dan bentuk kepalanya yang
membayangkan kecerdasan yang tinggi!"
Wi Hong membelalakkan mata. Tiba-tiba wanita ini
bergetar ketika si tosu menyebut namanya, Yang Im Cinjin,
seorang tokoh yang sudah lima puluh tahun tidak muncul dan
itulah tokoh yang amat hebat dan sakti karena tokoh ini
setingkat dengan nenek-nenek gurunya. Tokoh yang amat luar
biasa dan guru atau nenek-nenek gurunya selalu memuji Y ang
Im Cinjin ini yang konon katanya memiliki sebuah ilmu
pukulan yang disebut Yang-im-sin-kun (Silat Sakti Im dan
Yang) yang begitu dahsyat hingga dikabarkan dapat
menggugurkan gunung mengeringkan lautan. Ilmu itu amat
dahsyat dan kabarnya lima puluh tahun yang lalu tokoh ini tak
ada tandingannya, setingkat atau seusap saja di bawah
kesaktian manusia dewa Bu-beng Sian-su. Namun karena Bu-
beng Sian-su lebih merupakan dongeng dibanding tokoh ini
karena Bu-beng Sian-su menampakkan diri pada orang-orang
tertentu saja maka Yang Im Cinjin yang lebih banyak keluar
dan sering bertanding dengan jago-jago dunia kang-ouw itu
lebih dikenal dan dirasakan kehadirannya daripada si manusia
dewa Bu-beng Sian-su. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan orang nyaris menyamakan kakek itu dengan Bu-beng
Sian-su, hal yang disanggah atau disangkal Yang Im Cinjin ini
dengan berkata bahwa Bu-beng Sian-su lebih unggul. Entah
sebuah pengakuan basa-basi ataukah pengakuan sesungguhnya, karena orang juga tak tahu apakah dua orang
ini pernah bertemu. Maklumlah, kakek dewa Bu-beng Sian-su
itu hampir dipercaya sebagai tokoh dongeng saja, bukan
tokoh yang sesungguhnya ada, seperti halnya Yang Im Cinjin
ini. Maka begitu kakek itu muncul dan tosu ini menyatakan diri
sebagai Yang Im Cinjin, tokoh yang mungkin enam sampai
tujuh tingkat di atas dirinya sendiri mendadak Wi Hong
bengong dan hampir tidak percaya.
Namun ketidak-percayaan akhirnya lebih menguasai wanita
itu daripada bengongnya. Yang Im Cinjin adalah tokoh yang
usianya mungkin sudah seratus tahun, jadi tak masuk akal
kalau masih hidup. Atau, kalaupun masih hidup, tentu tidak
setegar dan segagah kakek ini. Tosu yang mengaku sebagai
Yang Im Cinjin itu usianya tampak seperti lima puluhan dan
bukan seratus tahun, juga gagah dan mukanyapun bersinar-
sinar seperti layaknya orang muda. Mata dan gigi tosu ini-pun
masih utuh. Ah, tak mungkin Yang Im Cinjin! Dan merasa
bahwa dia ditakut-takuti, lawan terlalu berlebihan mendadak
Wi Hong melejit dan membentak tosu itu.
"Tosu siluman, kau rupanya pembohong. Yang Im-Cinjin
tentunya sekarang sudah mampus atau kakek-kakek renta
yang tak mungkin setegar dan segagah kau. Kau dusta, kau
melebih-lebihkan dirimu. Mampuslah, aku ingin mengajakmu
bertanding lagi dan coba kau tunjukkan Y ang-im-sin-kun yang
dipunyai tokoh itu!"
Sang tosu mengerutkan kening. Alis-nya yang putih
menjelirit sedikit bergerak ketika lawan menubruknya. Tapi
ketika dia sadar dan tersenyum mengangguk-angguk, sadar
bahwa lawan tampaknya tidak percaya maka tosu ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiarkan pedang lewat dan mengegos ringan sambil
berkata, "Bagus, kau anak perempuan yang berpikiran cerdas, hujin.
Dan melihat ilmu silatmu ini tentu kau cucu murid Hek-yan
Tai-bo.... wut!" dan ketika pedang lewat di sisinya tiba-tiba
kakek itu berseru bahwa dia akan membuat pedang si nyonya
meleleh. "Sekarang lihatlah, inilah Yang-im-sin-kun yang
kupunyai... dar!" dan ketika pedang dlkejar dan disentuh
kakek ini, yang tangannya sudah meraih dan mendahului
gerakan Wi Hong tiba-tiba pedang hancur dan meleleh
bertemu hawa panas yang keluar dari tangan kakek itu, yang
tiba-tiba berobah menjadi merah marong dan Wi Hong kaget
bukan main melihat ini. Kakek itu mengusap dan menyentuh
pedangnya dan pedangnya itupun tiba-tiba leleh, persls
seperti dibakar di tungku panas yang apinya luar biasa. Dan
ketika Wi Hong merasa betapa hawa panas itu juga menjalar
ke lengannya, yang memegang pedang maka tiba-tiba wanita
ini berteriak dan membanting tubuh bergulingan.
"Aiihhhh...!" Wi Hong pucat bukan main. Kaget dan terbelalak oleh ilmu
pukulan itu, ilmu usapan yang demikian mengerikan tiba-tiba
saja Wi Hong tersentak dan seakan terbang semangatnya.
Itulah tenaga sakti Y ang (panas) yang diperlihatkan kakek ini,
dahsyat dan luar biasa dan konon dengan tenaga panas inilah
Yang Im Cinjin dapat mengeringkan sebuah telaga dengan
cepat. Dan orang lalu mengatakan bahwa bukan telaga saja
yang dapat dikeringkan kakek itu melainkan juga lautan,
karena tenaga sakti Yang kakek itu demikian dahsyat hingga
air atau apa saja dapat dihisap cepat menjadi kering. Wi Hong
sekarang membuktikan ini namun Im atau tenaga Dingin
kakek itu belum dilihatnya. Katanya dengan tenaga dingin itu
kakek ini dapat membekukan apa saja mulai air di dalam gelas
sampai kepada telaga See-ouw, telaga Barat yang terkenal
besar dan hebat panoramanya itu. Dan ketika Wi Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloncat bangun dan bergulingan menjauh, ngeri dan gentar
tapi juga masih kurang percaya tiba-tiba wanita itu
melengking dan membentak si kakek agar mengeluarkan
tenaga sakti Im-nya. "Aku kurang percaya,
dan masih ingin mencoba. Kau keluarkanlah tenaga Im- mu itu dan kulihat apakah benar kau Yang Im Cinjin atau bukan!"
Sang tosu bersinar matanya. Tiba-tiba

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesorot cahaya dingin keluar dari mata kakek itu. Rasa tidak senang tapi juga maklumnya timbul berbareng. Tosu ini berkelit ketika si nyonya
menyambar dan Wi Hong menyerang lagi sambil berseru agar
dia mengeluarkan tenaga Im-nya itu, kalau benar dia adalah
Yang Im Cinjin. Dan ketika kakek ini mengelak dan W i Hong
meledakkan rambutnya, menghantam kepala tiba-tiba kakek
ini menghela napas dan berkata,
"Nyonya, ilmu bukan untuk dipamer-pamerkan apalagi
dibuat permusuhan. Kalau kau tidak percaya bahwa aku
adalah Yang Im Cinjin maka itu adalah hakmu, aku tak
memaksa. Tapi barangkali ini cukup dan selanjutnya kita
berhenti.... plak!" Wi Hong tiba-tiba menjerit, rambut di kepalanya menjadi
kaku dan tiba-tiba nyonya itu terpekik. Sang tosu menangkis
dengan ujung baju dan tiba-tiba saja serangkum hawa dingin
menyengat wanita ini hingga Wi Hong menggigil, kedinginan,
berketrukan. Dan ketika wanita itu tak dapat menggerakkan
tubuhnya karena mulai dari kaki sampai kepala semuanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti es, dingin dan kaku maka Wi Hong terkejut ketika air
matanya tiba-tiba juga berobah menjadi es, meluncur dan
berdetak di tanah lalu mencair dan lenyap!
"Ah!" Wi Hong tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi.
Lidahnya sudah kelu dan air liurnyapun tak dapat ditelan.
Cairan yang ada di tubuhnya membeku dan itulah akibat
pukulan Im-kang, yang demikian dahsyat dan luar biasa. Tapi
ketika tosu itu menepuk kepalanya dan semua rasa dingin
lenyap, terganti rasa hangat dan biasa lagi maka Wi Hong
jatuh terduduk dan tersedu-sedu berlutut di depan kakek ini,
percaya bahwa inilah Yang Im Cinjin yang masih hidup!
"Locianpwe, ampunkan aku.... maaf-kan aku. Sekarang...
sekarang aku percaya. Bawa dan bimbinglah aku sebagai
muridmu!" "Hm," kakek itu tersenyum. "Kau dipenuhi dendam dan
sakit hati, hujin. Tak baik menerima ilmuku. Anak ini yang
akan kujadikan muridku, kau mundurlah dan pergi bersihkan
dirimu itu. Aku tak dapat menerima."
Wi Hong mengguguk. Tiba-tiba dia beringas dan kecewa,
gilanya muncul. Dan ketika kakek itu menolaknya mendadak
dia menerkam dan menggigit kaki tosu ini.
"Kalau begitu kau tosu siluman. Bunuh dan habisi saja
aku!" Tapi begitu kaki itu digigit dan gigi wanita ini bertemu kaki
Yang Im Cinjin mendadak Wi Hong menjerit karena kaki itu
tiba-tiba merah marong, panas membakar dan tentu saja
wanita ini seperti menggigit bara. Wi Hong terpekik dan
mulutnya seketika melepuh, hangus! Dan ketika Wi Hong
menjerit dan bergulingan mendesah-desah, kepanasan, maka
Yang Im Cinjin tertawa pahit dan berkelebat lenyap.
"Wanita malang, kau tak dapat menghapus api dendammu.
Sayang, kau akan terbakar sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Hong berteriak-teriak. Akhirnya wanita ini bergulingan
meloncat bangun memaki-maki si tosu. Yang Im Cinjin tak
dihormatinya lagi sebagai tokoh tua melainkan dianggap
musuh yang membuat kebenciannya meluap. Tosu itu dikejar
dan ditantang-tantangnya, lucu.
Padahal kalau tosu itu ada tentu wanita ini tak akan mampu
menandingi. Maklum, menggigit kakinya saja Wi Hong sudah
kepanasan dan terbakar, akibat tenaga Y ang atau panas yang
dimiliki tosu itu. Dan ketika Wi Hong menangis dan
melengking-lengking, lawan tak ada di depannya lagi maka
wanita ini mengguguk dan jatuh terduduk di bawah pohon.
Hari itu W i Hong me lampiaskan kemarahannya dengan
mencabut-cabuti apa saja yang ada di depannya. Frustrasi
berat melandanya. Tapi begitu ingat bahwa Giam Liong di
tangan Beng Tan tiba-tiba saja Wi Hong ingin tahu siapakah
yang kelak lebih hebat. Anaknya itu ataukah Beng Han.
Pewaris Bu-beng Sian-su ataukah Yang Im Cinjin! Dan ketika
wanita ini terkekeh-kekeh dan bangkit berdiri, mata meliar,
maka Wi Hong terhuyung meninggalkan hutan itu dan
mulutnya sering tertawa-tawa meskipun air matanya
bercucuran menangis! ooo0000dw0000ooo Waktu, seperti yang kita lihat dan ra-sakan adalah
"mahluk" yang perkasa sekali. Tak ada benda-benda baik di
dalam maupun di luar bumi yang tidak dilahapnya habis. Besi
dan batu dirobahnya menjadi sesuatu yang lain. Tanaman-
tanaman yang dulu muda tiba-tiba saja beberapa tahun
kemudian sudah menjadi besar dan hebat di mana akhirnya
mereka itu tua dan kering. Semua benda di dalam dan di luar
bumi digilas oleh mahluk yang bernama "waktu" ini hingga tak
terasa sudah menjadi lain dari yang dulu. Manusia yang dulu
masih orok tiba-tiba saja sudah berkembang dan dewasa
sebagai pemuda atau gadis yang gagah dan cantik. Orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dulu masih merupakan pemuda likuran tahun tiba-tiba
sekarang sudah berusia tiga puluh atau empat puluh tahun.
Itulah akibat waktu! Dan ketika hal ini juga melanda Beng
Tan, maka pemuda yang dulu gagah dan masih muda itu
sekarang sudah berusia hampir empat puluh tahun dan sedikit
jenggot menghiasi dagunya yang gagah.
Giam Liong, atau yang lebih dikenal sebagai Beng Han atau
Han Han oleh Beng Tan dan isterinya ini sekarang sudah
menggantikan posisi mereka dulu, sudah berubah sebagai
pemuda yang tegap dan gagah serta tampan. Pemuda ini
tentu saja mewarisi kepandaian "ayahnya" dan apa yang
diajarkan Beng Tan ditelannya habis. Tak ada kepandaian
Beng Tan yang belum diterima pemuda ini, mulai dari ilmu-
ilmu silat tangan kosong sampai kepada pedang. Dan karena
Giam Liong alias "Han Han" ini memiliki otak yang cerdas dan
bakat yang tinggi maka dalam usianya yang hampir sembilan
belas tahun itu pemuda ini sudah nyaris menyamai ayahnya.
"Kau sudah mewarisi semua kepandaianku, kau sudah
sama denganku. Tapi kau kurang pengalaman dan tinggal
mematangkan ilmu-ilmumu itu."
Beng Tan suatu hari berkata. Ketua Hek-yan-pang ini, yang
pagi itu bersinar-sinar memandang puteranya sama sekali tak
menyangka bahwa yang dihadapinya itu adalah keturunan
Golok Maut, musuhnya, lawan yang amat tangguh dan paling
tangguh dari semua lawan-lawan yang pernah dihadapi. Dan
ketika pagi itu Beng Tan berseri memandang "puteranya"
maka Beng Han atau yang dikenal sebagai Han Han ini diam
mengangguk-angguk. "Kau tahu apa yang kumaksud, Han-ji (anak Han)" Kau
tahu apa yang kuinginkan?"
"Aku tahu," Giam .Liong, atau yang marilah kita sebut
sebagai Han Han ini mengangkat mukanya, balas menatap
sang ayah dengan pandangan tajam dan gagah. "Kau ingin
mengingatkan aku akan kepandaian-kepandaian yang kumiliki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, yah. Bahwa aku harus selalu ingat petunjukmu bahwa ilmu
silat tak boleh dipakai untuk merugikan orang lain."
"Bagus, ha-ha, kau benar. Kau masih ingat itu. Betul, aku
hendak menekankan ini kepadamu, Han Han. Bahwa dengan
memiliki kepandaian seseorang tak selayaknya merugikan
orang lain, justeru seharusnya menguntungkan dan memberi
berkah pada orang lain. Bagus, kau ingat baik-baik kata-
kataku itu. Sekarang, tak adakah keinginan di hatimu untuk
keluar dan me lihat-lihat dunia kang-ouw" Kau selama ini lebih
suka mengurung diri, Han Han, giat berlatih dan tekun sekali
mempelajari semua ilmu-ilmu silatku itu. Itu baik-baik saja,
tapi selalu mengurung dan menyembunyikan diri di kamar
tentu tidaklah sehat bagi jiwamu yang perlu tumbuh dan
berkembang." Han Han, pemuda ini, diam saja. Dia menunduk ketika
ayahnya bicara tentang itu dan entah kenapa mukanya tiba-
tiba merona merah. Memang, selama ini tak pernah Han Han
atau pemuda itu keluar rumah. Mula-mula hal itu
menyenangkan Beng Tan karena hal ini tak membuat
puteranya keluyuran. Pemuda kalau sudah suka keluyuran
biasanya pastl tak baik. T api ketika semakin dewasa Han Han
justeru semakin suka mengurung diri kamar maka diam-diam
Beng Tan atau sang ayah ini heran juga.
Pemuda itu terlampau pendiam dan tak banyak bicara.
Jarang bercanda atau bergurau. Kalaupun ada yang lucu,
maka puteranya ini hanya tersenyum sedikit dan setelah itu
mulut-pun terkatup rapat. Kesannya, pemuda ini dingin dan
tak suka banyak cakap. Sungguh berbeda dengan wataknya
atau watak isterinya itu, yang riang dan suka terkekeh-kekeh
kalau ada sesuatu yang lucu sedikit saja. Dan ketika Beng Han
juga tak menunjukkan tanda-tanda tertarik akan wanita,
dingin dan acuh maka Beng Tan atau sang ayah menjadi
khawatir dan tak nyaman juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di Hek-yan-pang sebenarnya banyak anak-anak gadis
cantik. Mereka itu adalah puteri-puteri para murid senior yang
sudah menginjak remaja. Beng Han atau Han Han ini sering
dibicarakan secara bisik-bisik oleh gadis-gadis remaja itu,
bahkan banyak di antaranya yang coba memikat dan jatuh
hati. Tapi karena Han Han dingin-dingin saja dan tak acuh,
hatinya tampaknya tawar oleh semua itu maka Beng Tan
diam-diam khawatir kalau puteranya ini tidak mau menikah,
Pernah suatu kali Beng Tan coba-coba menggoda
puteranya itu apakah Han Han tak tahu lirikan anak-anak
murid Hek-yan-pang yang naksir padanya, gadis-gadis remaja
itu. Tapi ketika Han Han tersipu malu dan menunduk,
mendiamkan saja godaan ayahnya itu maka Beng Tan
penasaran dan menepuk pundak puteranya ini.
"Eh, apa jawabmu, Han Han" Kau tak tertarik atau jatuh
hati pada gadis-gadis remaja itu" Kau tak tahu bahwa kau
dilirik dan ditaksir oleh banyak dari mereka?"
"Ah, ayah. Kenapa kau menggodaku seperti ini" Aku tak
tahu tentang semuanya itu, dan aku tak tertarik dengan
semuanya itu. Aku tak suka wanita, aku jijik dengan mereka!"
"Apa?" sang ayah terbelalak. "Kau jijik" Maksudmu?"
"Entahlah," Han Han tampak bingung. "Aku tak suka
wanita, ayah. Aku benci mereka. Di sudut hatiku bahkan
terasa adanya semacam permusuhan yang tidak bersebab-
musabab. Aku tak suka mereka!"
"Tapi ibumu wanita!"
"Maaf," pemuda ini tampak terkejut. "Itu lain, ayah. Tapi,
ah... sudahlah. Aku tak suka bicara tentang ini!" dan ketika
Beng Han pergi dan meninggalkan dirinya maka Beng Tan
atau sang ayah terkejut membelalak, terngiang dan terheran-
heran oleh kata-kata puteranya itu. Bayangkan, Han Han
menyatakan jijik terhadap wanita, padahal laki-laki normal
tentu sebaliknya dan justeru cepat tergila-gila kepada wanita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak normalkah anaknya itu dan adakah sesuatu kelainan di
jiwanya" Dan saat itu sebuah helaan lembut terdengar di
telinganya. "Aku juga merasa aneh, kenapa Han Han bersikap dan
berkata seperti itu!"
Beng Tan membalik. Isterinya muncul, bersinar tapi tiba-
tiba berkaca-kaca. Dan ketika Beng Tan memeluk dan
menyambar isterinya ini tiba-tiba Swi Cu menangis.
"Aku takut," sang isteri tersedu-sedu. "Han Han sepertinya
tidak wajar, suami-ku. Dia banyak mengurung diri dan
berdiam di kamar. Dan... dan... wajahnya seperti Sin Hauw!"
"Apa?" Beng Tan tersentak. "Sin Hauw" Kau... kau bicara
apa?" "Benar," Swi Cu mendorong suaminya ini, mengusap air
matanya. "Aku melihat sesuatu yang ganjil, suamiku. Aku
tidak melihat wajahmu pada wajah anak kita itu, melainkan
wajah Sin Hauw! Lihat bentuk dagunya, lihat sinar matanya.
Bukan-kah mirip dan tidak seperti kau" Han Han memang
tampan, suamiku. Tapi dia dingin, tidak seperti kita!"
"Tapi dia anak kita!"
"Benar." "Dan tak mungkin anak Sin Hauw! Eh, apakah dulu semasa
mengandungmu kau membenci Si Golok Maut itu, Cu-moi"
Apakah kau sering membayangkannya hingga type Si Golok
Maut itu membekas di bayi yang masih ada dalam
kandunganmu?" "Memang begitu, tapi bukan perasaan benci. Aku justeru
kasihan dan haru kalau membayangkan mendiang Si Golok
Maut itu, yang hidupnya penuh menderita."
"Tapi itu agaknya cukup. Anak kita seperti dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, tidak begitu, suamiku. Kalau seseorang hamil
membenci orang lain maka paling-paling hanya wajah atau
beberapa bagian mukanya saja yang mirip. Watak, atau sikap,
tentunya tidak. Tapi Han Han ini mirip luar dalam. Lihat sikap
dan gerak-geriknya. Lihat dagu dan pandang matanya itu,
begitu dingin dan menyembunyikan keganasan terpendam!"
"Kau tak boleh mengata-ngatai anakmu sendiri. Han Han
adalah anak kita!" Beng Tan menegur, terkejut. "Eh, kenapa
tiba-tiba kaupun berobah begini, Cu-moi" Ada apa ini?"
"Entahlah," Swi Cu mengguguk, menubruk suaminya. "Aku
takut, suamiku... aku ngeri. Kadang-kadang aku melihat
pandang mata ganas pada diri anakku itu. Han Han sepertinya
orang lain. Dan..... dan... kadang-kadang akupun tak memiliki
cinta kasih sebagaimana layaknya seorang ibu!"
"Ah, gila!" dan Beng Tan yang mencengkeram serta
meremas isterinya ini tiba-tiba mendorong dan pucat,
menggigil. "Cu-moi, apa... apa katamu tadi" Kau tak memiliki
cinta kasih seorang ibu" Maksudmu kadang-kadang kau
membenci anakmu itu?"
"Tidak... tidak, bukan begitu. Hanya... hanya kadang-
kadang aku tak suka melihat mukanya itu, suamiku. Aku
melihat bahwa Han Han adalah Sin Hauw, bukan puteramu!"
"Hm, tidak benar," Beng Tan meremas pundak isterinya ini,
terguncang. "Kau bicara yang tidak benar, Cu-moi. Kau
melantur. Agaknya kau terkena trauma dari mendiang Si Golok
Maut itu. Kau diselubungi ketakutan sendiri, kau tidak beres.


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sudahlah, buang ketidak-wajaran itu dan kendalikan dirimu
dalam menilai anak kita!"
Swi Cu mengangguk. Memang dia merasa bahwa tidak
benarlah perasaannya itu, tidak baiklah dia memperlakukan
Han Han seperti itu. Tapi karena perasaan tidak senang itu
kadang-kadang muncul karena wajah dan sikap atau watak
puteranya itu mirip Si Golok Maut Sin Hauw maka entah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenapa wanita ini tak dapat mencintai puteranya itu
sebagaimana layaknya seorang ibu.
Swi Cu tak mengerti bahwa indera keenamnya telah
bekerja dan bahwa inderanya itulah yang memberi tahu
bahwa tak usah dia mencintai Han Han sebagai putera sendiri.
Han Han bukanlah anaknya melainkan keturunan Si Golok
Maut Sin Hauw, bocah yang dulu ditukar oleh ibunya dan tidak
diketahui Swi Cu maupun suaminya ini.
Namun karena indera keenam juga tak dapat bicara secara
lisan dan Swi Cupun tak mengerti isyarat itu, masing-masing
terpengaruh oleh gaya atau kebiasaannya sehari-hari maka
isyarat atau pemberitahuan indera keenam itu tak tertangkap
wanita ini. Swi Cu hanya merasa samar-samar dan perasaan
samar-samar itu membuatnya tidak puas, rasa yang akhirnya
tentu saja membuat dia tidak senang dan terganggu,
perasaan yang kemudian terlampiaskan dengan rasa tidak
sukanya kalau melihat bahwa wajah Han Han lebih mirip Si
Golok Maut daripada suaminya.
Tapi ketika suaminya menegur dan menyuruhnya sadar
maka Swi Cu terisak dan perasaan yang mengganggiT'itu
berusaha dinetralisirnya agar tidak menyolok mata.
Dan Swi Cu memang berhasil me lakukan ini. Han Han,
yang kadang-kadang di-pandangnya tak puas itu akhirnya
dipandang dengan penuh belas kasihan dan haru. Memang tak
ada alasan baginya untuk tidak senang kepada puteranya itu.
Salah siapakah kalau Han Han mirip Si Golok Maut" Bukankah
salahnya sendiri kenapa sewaktu mengandung dulu dia
terguncang oleh wajah Si Golok Maut itu" Kalau tidak tentu
juga tidak, dan mirip Si Golok Maut atau bukan Han Han ini
adalah tetap puteranya, anak laki-laki yang dia besarkan dan
kini sudah mengisi kehidupan rumah tangganya!
Swi Cu tenang. Beng Tan, suaminya, sering memonitor
gerak-geriknya. Dan ini membuat Swi Cu sadar bahwa dia
diamati. Suam inya itu mempengaruhinya dan lama-lama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan yang "tidak beres" itu hilang, Swi Cu dapat bersikap
biasa lagi kepada Han Han. Dan ketika Beng Tan melihat
bahwa isterinya sudah betul-betul biasa, wajar, maka diapun
gembira dan dapat mengajak isterinya bercakap-cakap
tentang rumah tangga mereka.
Tapi ada yang masih mengganjal. Kebiasaan Han Han yang
suka mengurung dan mengeram diri di kamar membuat pria
ini tak puas. Han Han dinilai kurang bergaul dan itu tak
menguntungkannya di masa depan. Han Han harus diajaknya
keluar dan dibawanya pemuda itu mencari udara segar.
Mungkin Han Han bosan oleh kehidupan di tempat tinggalnya
sendiri, jemu. Maka ketika suatu malam dia bercakap-cakap
dengan isterinya dan Swi Cu setuju maka isterinya itu bahkan
mendorong. "Boleh, tentu baik! T api ke mana kau akan pergi, suamiku"
Dan berapa lama" Aku tidak melarang, tapi bagaimana kalau
Han Han dibiarkan sendiri, atau, setidak-tidaknya dengan
seorang dua murid Hek-yan-pang, sebagai teman!"
"Hm, anak kita itu pendiam, dan jarang pula bergaul
dengan anak-anak murid Hek-yan-pang. Aku kira dia tak akan
setuju, isteriku. Karena itu sebaiknya aku temani dan
Bentrok Rimba Persilatan 4 Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong Pedang 3 Dimensi 7
^