Pencarian

Naga Pembunuh 1

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Naga Pembunuh (Lanjutan Golok Maut) Karya : Batara DJVU oleh : OrangStress Dimhader
Convert by : Dewi KZ & Lavender
Editor : Dewi KZ & Lavender
Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid : I WANITA itu berjalan terhuyung-huyung. Usianya masih
muda, tak lebih dari dua puluh satu tahun. Tapi wajahnya
yang cantik dan beringas menunjukkan dendam setinggi langit
ketika terseok dan terhuyung di bukit bebatuan itu.
Tinjunya berkali-kali terkepal, mendesis dan menyebut-
nyebut nama seseorang penuh benci. Dan kalau orang melihat
sinar matanya maka orang akan bergidik menyaksikan sorot
penuh benci di bola mata yang kadang berputar setengah liar
itu. Siapakah dia" Kita dengar saja gumam dan kutuk di
bibirnya. Wanita itu mendaki bebatuan terjal ketika tiba-tiba ia
mengeluh, mendekap perut dan berhenti. Dan ketika ia
menyeringai dan jatuh terduduk, menahan sakit, tiba-tiba ia
menangis dan mengguguk disitu.
"Hauw-ko (kanda Hauw), tolonglah aku, Jangan biarkan
aku mati sebelum anak ini lahir!"
Orang akan merinding. Gadis atau wanita itu tiba-tiba
tersedu-sedu, tangisnya mengguncang batin. Dan ketika dia
mengguguk dan memanggil-manggil nama kekasihnya
mendadak dia berteriak dan me lengking tinggi, meloncat
bangun. "Kedok Hitam, aku akan membunuhmu. Biar aku mati
menghadapi seribu pasukan namun aku akan merajang dan
mencincang tubuhmu!" dan berteriak serta mencak-mencak
disitu tiba-tiba wanita ini menjambak dan memukul-mukul
tubuhnya sendiri. Tangis dan sedu-sedan itu kini bercampur dengan pekik
dan benci. Wanita itu tiba-tiba melolong dan menjerit-jerit
seperti gila. Dan ketika ia bergerak terhuyung-huyung dan
menyambar sebuah batu hitam, sekepalan tinjunya tiba-tiba
batu itu digigit dan dikeremus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedok Hitam, aku akan menggigit dan mengunyah
jantungmu. Seperti ini.... krius-kriuss!" batu itu hancur,
dimamah dan lenyap memasuki tenggorokan itu dan wanita
ini terkekeh-kekeh. Sekarang dia melahap lagi sebuah batu yang lain,
mengeletak dan menggigitnya putus seperti orang makan
agar-agar. Dan ketika batu itu belah dan hancur dimamah
mulutnya maka benda sekeras karang ini sudah menjadi
seperti kerupuk dan lenyap di kerongkongan wanita itu,
wanita yang cantik tapi rupanya gila!
"Hi-hik, aku akan membuatmu seperti ini, Kedok Hitam.
Aku akan memamah dan mengunyah semua daging dan
tulang-belulangmu. Awas kau, heh-heh.... awas suatu hari aku
membalas padamu!" Wanita itu menyambar lagi pasir dan bebatuan di pinggir
jalan. Mulutnya tertawa-tawa tapi tak pernah berhenti
mengunyah makanan aneh ini, pasir dan lumpur hingga
mulutnya pun menjadi kehitam-hitaman. Namun ketika sesuatu berjengit di
perutnya dan wanita itu berteriak tiba-tiba ia membuang semua sisa-sisa pasir dan batu di tangannya
itu. "Aduh, keparat jahanam.
Jangan menyakiti ibumu, nak. Jangan meronta-ronta
di perut ibumu seperti itu.
Aduh, tolong, Hauw-ko. Anak kita nakal....." dan wanita ini yang mengerang dan
bergulingan di tanah lalu menangis dan merintih-rintih lagi.
Bukan memaki-maki si Kedok Hitam melainkan memaki-
maki anak di perutnya itu. Kiranya wanita ini hamil. Dan ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menangis dan meraung-raung di tanah maka wanita itu
bergulingan memanggil-manggil kekasihnya lagi.
"Hauw-ko, anak kita kurang ajar. Aduh, kenapa punya anak
seperti ini" Ah, sakit, Hauw-ko..... sakit....!"
Wanita itu mengguguk. Akhirnya dia terlempar dan jatuh
dalam satu keadaan yang menyedihkan. Perutnya didekap-
dekap tapi akhirnya dipukuli.
Wanita itu membentak anaknya kenapa begitu menyakitkan. Dan ketika sang anak tak menghiraukan dan
rupanya membuat satu gerakan kuat karena kaget dan marah
dipukuli ibunya mendadak gadis atau wanita ini berteriak dan
roboh pingsan. "Aduh, mati aku!"
Selanjutnya tak ada gerakan. Wanita itu terguling, diam tak
bergerak-gerak. Tubuhnya membujur kaku dan dingin.
Agaknya, dua tiga jam dalam keadaan begitu barangkali dia
akan tewas. Wanita ini pingsan. Tapi tepat wanita itu terguling
dan menjerit mengeluh mati mendadak muncul seorang
nenek-nenek yang tertegun disitu.
"Ah, wanita hamil" Seorang ibu muda" Aduh, kasihan sekali
kau, nak. Rupanya mau melahirkan dan tak ada siapapun
yang menolongmu. Celaka...!" dan nenek ini yang tergesa dan
bergegas melangkah tiba-tiba berlari dan pucat menuju ke
tempat itu, tersandung dan jatuh tapi si nenek sudah bangun
lagi. Kayu kering di punggungnya terlempar, tak dihiraukan. Dan
ketika nenek ini berjongkok dan meraba tubuh yang dingin,
namun jantung masih berdenyut maka nenek itu berkomat-
kamit dan mengucap puja-puji semacam mantra penolong
orang sakit. "Aduh, Thian Yang Agung. Kandungannya sudah tua...!"
dan sibuk mengurut atau memijat sana-sini akhirnya nenek itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menyadarkan wanita ini, yang merintih dan
mengerang. "Cepat, tahan napas!" nenek itu berseru. "Kau akan
melahirkan, hujin. Bagaimana sampai sendirian disini. Ah,
mana suamimu yang kejam itu" Kenapa tidak mengantar?"
tapi, melihat si cantik menangis tiba-tiba nenek ini terkejut,
menghibur. "Ah, sudahlah, maafkan aku. Kau rupanya baru
bertengkar dan meninggalkan suamimu. Jangan khawatir, aku
akan menolongmu, anak baik. Dan sekarang tahan napas
kuat-kuat untuk dua detik!"
Wanita itu mengguguk. Melihat munculnya seorang nenek
tiba-tiba dia merasa mendapat teman. Memang dalam
keadaan seperti itu dia butuh teman, atau dia akan mati.
Maka ketika si nenek menghibur dan mengurut sana-sini
maka gadis atau wanita ini tersedu. "Kau......kau siapa?"
"Aku nenek Lui, anak baik. Aku sedang mencari kayu bakar
ketika melihat kau disini. Sudahlah, tahan napas dan turut
kata-kataku. Aku akan membantumu melahirkan!"
Wanita itu menangis. Akhirnya dia menahan napas seperti
yang dikatakan nenek ini, mengerang dan merintih ketika
kembali diserang rasa sakit yang hebat. Dan ketika nenek itu
menyuruh ini-itu sambil meniup pusarnya maka kain panjang
terpaksa dilepas dan si nenek menelentangkan calon ibu muda
itu di rumput. "Tenang.... tenang, jangan membuat aku gugup. Bayi ini
akan lahir, hujin. Aku akan membantumu. Mengejan dan
tahan napas kuat-kuat!"
Wanita itu bercucuran air mata. Akhirnya dia menjerit
ketika gerakan di perutnya menghebat. Si nenek mengurut
dan membuka pahanya. Dan ketika setengah jam kemudian
nenek itu mandi keringat karena wanita ini meronta-ronta dan
berteriak menahan sakit, padahal dia harus melawan gerakan-
gerakan itu maka sebuah kepala bayi mulai tersembul.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas, jangan meronta-ronta. Kepala bayimu mulai keluar,
hujin. Mengejanlah! Y ang kuat! Akan kubantu menariknya dan
jangan berteriak-teriak membuat aku ketakutan!"
Ternyata si nenek ketakutan. Dia terlempar dan
terpelanting ketika tadi wanita itu menamparnya. Tenaganya
demikian kuat dan luar biasa, si nenek seolah dihempas angin
topan! Maka ketika nenek itu terbelalak dan ngeri tapi juga
kasihan, perasaan yang campur aduk maka dia harus kembali
lagi untuk melakukan pertolongan itu.
Si cantik menjerit-jerit ketika bayi mulai keluar, tidak cepat
tapi perlahan-lahan. Dan ketika nenek itu menarik tapi
ditendang, mencelat dan terguling-guling maka nenek ini
gentar melihat kedahsyatan tenaga si cantik!
Selanjutnya wanita itu mengaduh dan berteriak tak keruan-
keruan. Hal ini membuat si nenek memberanikan diri untuk
mendekat lagi, gemetar dan berjongkok di bawah sepasang
kaki itu untuk menarik si bayi yang semakin panjang, kena
dua kali tendangan lagi tapi si nenek tak perduli, terlempar
dan datang lagi dengan resiko kena tendang.
Jerit dan rintih yang menyayat itu jauh lebih menguasainya
dari pada rasa takut. Dan ketika nenek ini berjuang susah
payah sementara wanita muda itu melolong dan meraung-
raung akhirnya kepala bayi ditarik semua dan tangis yang
melengking memecah keheningan angkasa.
"Sruput...!" Sang ibu muda mengeluh pendek.
Perjuangan panjang akhirnya ditutup kelegaan besar. Bayi
itu telah keluar, lahir. Dan ketika tangis menggantikan jerit
atau lolong wanita muda ini maka si nenek ganti disibukkan
karena bayi itu tak mau diam!
"Celaka, cerewet melebihi ibunya. Aduh... diam, anak
baik.... diam, Aku akan membersihkan tubuhmu dan lihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nenek Lui berlepotan darah!" nenek itu bingung, gugup
membersihkan sana-sini dan si bayi ditepuk-tepuk perlahan,
maksudnya mau mendiamkan bayi tapi si orok tak mau diam
juga. Nenek itu gemetaran dan mandi keringat. Ah, diapun
semakin bingung. Tapi ketika seseorang muncul disitu dan
nenek ini ditegur maka kakek tua renta terkejut melihat
menggeletaknya seorang ibu yang baru melahirkan.
"Ah, apa ini" Kau melakukan pertolongan darurat" Hei,
serahkan saja anak itu kepadaku, Lui-ma. Biar kudiamkan dan
kau tolong ibunya!" Si nenek terkejut, tapi segera menjadi girang. "Kau, Pa-
pek" Ah, kebetulan sekali. Cepat, diamkan anak ini dan
kubersihkan ibunya dulu!"
Si kakek meloncat. Kiranya dia adalah suami nenek ini dan
cepat menerima bayi itu. Bajunya rangkap dua cepat dilepas,
dipakai sebagai selimut. Dan ketika anak itu sudah dibungkus
dan merasa hangat maka si anak diam dan kakek itu menina-
bobok. "Ha-ha, kau bodoh, Lui-ma. Bocah ini kedinginan. Lihat,
begitu kuselimuti dengan bajuku rangkap dua tiba-tiba dia
diam. Ah, kau bodoh. Tak tahu keinginan anak kecil!" dan si
kakek yang tertawa-tawa dan bernyanyi kecil lalu menciumi
dan girang sekali mendapatkan anak itu.
Tak perduli pada isterinya yang tertegun tapi segera
tersenyum menghampiri ibu si bayi, membersihkan sisa-sisa
darah dan akhirnya wanita muda ini mengeluh menyatakan
lapar. Perutnya berkeruyuk, juga haus. Dan ketika si nenek
mengangguk dan berlari menghampiri buntalannya, yang
terselip di kayu kering maka dia sudah membuka dan
memberikan roti kering. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Makanlah, aku tak punya apa-apa. Tapi ini sementara
cukup untukmu." "Dan air..?" wanita itu mengeluh, menjilat bibirnya yang
pucat. "Aku haus, nek ..... aku ingin minum!"
"Ah-ah, ada. Aku lupa!" dan si nenek yang menyambar dan
membuka seguci air lalu memberikannya dan menuangkannya
di mulut sang ibu. Wanita ini menggelogok dan tampak lahap, bibirnya
seketika menjadi merah dan segar. Tapi ketika terdengar lagi
tangis si bayi dan wanita ini bangkit duduk maka dia minta
agar anak itu diserahkan kepadanya.
"Aku ingin mendekapnya. Aku ingin menyusuinya. Berikan
kepadaku..." Si kakek berkerut kening. Dia ragu dan rupanya enggan
memberikan. Tapi ketika pandang matanya bentrok dengan
mata wanita itu dan secercah cahaya berkilat menyambar tiba-
tiba kakek ini terbungkuk dan cepat-cepat memberikan,
gentar! "Ini..." si kakek terbata. "Anakmu sehat dan montok, hujin
(nyonya). Dan tangisnya luar biasa sekali!"
Wanita itu tersenyum. Dia menerima dan mencium bayinya,
berseri-seri. Lalu ketika si bayi menangis dan dia cepat
membuka bajunya, gerakan otomatis dari seorang ibu yang
ingin menyusui anaknya maka kakek itu melengos karena
isterinya melotot melihat dia memperhatikan segumpal buah


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dada segar! "Laki-laki...!" wanita itu mendesis. "Ah, terkabul niatmu,
Hauw-ko. Anak kita laki-laki, hi-hik!" wanita itu terkekeh,
bangkit berdiri dan menciumi anaknya dengan gembira.
Dia tadi telah membuka selimut itu dan memperhatikan
jenis kelamin anaknya, ternyata laki-laki. Namun ketika si bayi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba tersedak dan menangis, air susu ibunya belum keluar
maka wanita ini tertegun dan bingung.
"Cup-cup..." katanya. "Diamlah, anak-ku sayang. Diam lah.... ibu rupanya masih kurang minum!" dan
menyambar lagi guci air di tangan si nenek, yang digelogok
dan dihabiskan isinya maka wanita itu menyesapkan kembali
puting buah dadanya yang segar.
Si kakek dipaksa melengos lagi karena isterinya menyambar
tajam. Nenek itu rupanya dapat cemburu, ah, lucu!
Tapi ketika air susu tak keluar juga dan si bayi menangis
melengking-lengking, tangis yang amat mengejutkan maka
nenek ini berkata bahwa si ibu harus dibuatkan jagung
"sangan", digoreng tanpa minyak.
"Kau baru melahirkan, air susumu belum keluar. Marilah ke
rumah dan kubuatkan jagung sangan."
"Benar," si kakek tiba-tiba juga berseru, menimbrung. "Kau
dapat tinggal di rumah kami, hujin. Kebetulan sekali kami tak
punya anak. Marilah, kita kesana dan kau istirahat disana!"
Wanita ini mengerutkan alisnya. Sebenarnya dia bingung
tapi mengangguk ketika si nenek menawarkan lagi jasa
baiknya. Nenek itu telah menolong persalinannya. Dia selamat
karena nenek ini. Dan ketika si nenek dianggap lebih
berpengalaman dan dia bingung kenapa air susunya belum
keluar maka wanita muda itu menyetujui dan sudah terhuyung
dipapah si nenek. Kakek itu sendiri sudah melompat kegirangan menyambar
kayu kering isterinya. Dia akan kedatangan rejeki, rumahnya
akan diisi tangis bayi. Maka ketika dia berteriak kegirangan
dan isterinya sudah menuntun wanita muda itu maka tak lama
kemudian wanita yang baru melahirkan ini sudah berada di
rumah yang sederhana di pinggir sebuah hutan kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya nenek dan kakek itu tinggal di tempat yang sunyi.
Mereka jauh dari tetangga dan wanita ini tampak lega. Tadi
dia sudah was-was kalau si nenek mempunyai tempat tinggal
di daerah yang ramai. Dia tak menghendaki itu. Maka begitu
sebuah gubuk sederhana menyambutnya dan nenek itu sudah
membuka pintu rumahnya maka selanjutnya nenek ini
terkekeh menyiapkan balai-balai bambu untuk si ibu.
"Di tempat ini hanya ada dua tempat tidur. Biasanya kami
tidur sendiri-sendiri. Heh-heh, sekarang kau datang, anak
baik. Biarlah tempat tidurku kau pakai dan aku tidur bersama
suamiku!" "Terima kasih..."
"Dan, eh.... siapa namamu" Bagaimana aku memanggil?"
"Aku... aku tak punya nama. Biarlah kau sebut aku dengan
sebutan hujin!" "Mmmm....!" sang nenek tertegun. "Dan anakmu ini,
apakah juga tak diberi nama?"
"Dia Giam Liong, Sin Giam Liong!"
"Giam Liong" She Sin" Ah, suamimu she Sin, hujin" Jadi
kau adalah Sin-hujin (nyonya Sin)" Dan anakmu bernama
Giam Liong. Ih, nama itu berarti Naga Maut!" si nenek ngeri,
terkejut dan tergetar tapi segera dia terkekeh-kekeh karena
nama hanyalah sebutan saja.
Nama bisa berarti macam-macam tapi tentu nama itu tak
seganas artinya. Maka begitu dia tertawa dan mengangguk-
angguk, ngeloyor kebelakang maka nenek ini sudah membuat
makanan untuk si ibu agar air susunya cepat keluar. Dan
benar saja, susu si nyonya tiba-tiba membanjir.
Buah dada yang menggelembung penuh itu mendadak
deras sekali ketika diberi jagung sangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin-hujin atau nyonya Sin itu tampak berseri-seri melihat
anaknya yang menyusu demikian lahap. Air susunya disedot
dan dihisap kuat-kuat. Bayi itu seolah anak kelaparan! Dan
ketika beberapa hari kemudian ibu ini tinggal di tempat itu
maka Lui-ma, si nenek penolong menjadi gembira karena
rumahnya menjadi ramai. Tangis bayi itu meninggalkan kesan kuat yang enak
didengar. Entahlah, si nenek terkekeh-kekeh kalau bayi itu
menangis. Tangis itu seolah lagu gembira yang membuat si
nenek berseri-seri. Maklumlah, bertahun-tahun ini dia hidup
kesepian tanpa anak. Rumah yang kosong dan hanya berdua
dengan suami yang juga sudah sama-sama tua membuat
nenek itu rindu akan hadirnya seorang bocah.
Mereka adalah suami isteri mandul yang tak memiliki
harapan untuk mempunyai keturunan. Lui-ma dan suaminya
memang sepasang manusia yang menderita. Maka begitu hari-
hari berikut tempat tinggal mereka diisi tangis bayi dan wanita
cantik yang hanya dikenal sebagai Sin-hujin itu mau tinggal
bersama mereka maka seminggu kemudian ketika kesehatan
ibu muda itu sudah benar-benar pulih maka nenek ini menjadi
tercengang ketika tumpukan kayu keringnya di dapur tak
pernah surut! "Eh, seperti siluman saja. Kaukah yang mengisinya
kemarin, pek-pek" Kau menambahi kayu bakar ini?"
"Tidak, kenapakah?"
"Persediaan kita tak pernah kurang. Kemarin sudah surut
tapi sekarang tahu-tahu sudah bertambah sekian banyak lagi.
Ah, siapakah yang memberi" Silumankah?"
"Atau Sin-hujin itu?" si kakek terheran, membelalakkan
matanya. "Mana mungkin?" sang isteri menyahut. "Sin-hujin tak
pernah keluar, pek-pek. Lagi pula tak biasa baginya bekerja
kasar. Lihat tangan dan kakinya yang halus begitu. Wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
macam begitu adalah priyayi tulen, bangsawan atau anak
orang kaya, bukan seperti kita yang miskin dan papa ini. Ah,
tak mungkin!" "Lalu siapa?" "Entahlah, aku tak tahu. Dan anehnya pula periuk tempat
berasku selalu penuh. Begitu juga persediaan ikan dan
daging!! Ah, kita jadi makan enak setiap hari."
Pa-pek, kakek she Pa ini mendelong. Dia jadi mengerutkan
kening berulang-ulang setelah isterinya bercerita seperti itu.
Dan benar, beras dan segala kebutuhan lauk-pauk di
tempatnya selalu penuh. Mereka sekarang bukan lagi makan
sayuran melulu melainkan juga ikan dan daging, bahkan di
tempat mereka ada anggur segala, bukan anggur sembarang
anggur melainkan anggur merah yang
wangi dan menyehatkan. Minuman itu biasanya di tempat orang kaya dan bukan di
gubuk seperti milik mereka itu. Aneh! Dan ketika kakek itu
mengangguk-angguk dan bersinar matanya, menduga bahwa
Sin-hujin itu adalah isteri seorang hartawan atau bangsawan
kaya maka suatu malam kakek ini berkasak-kusuk dengan
isterinya. "Kau tahu siapakah dia" Bagaimana kira-kira?"
"Maksudmu?" "Aku menduga Sin-hujin ini isteri seorang hartawan atau
bangsawan, Lui-ma. Tapi isteri muda atau barangkali
gundiknya. Kita harus berhati-hati!"
"Ah, maksudmu?"
"Aku takut kalau dia melarikan diri atau diusir. Kalau
melarikan diri, hmm... berarti ada sesuatu yang tidak beres di
rumah suaminya. Siapa tahu barangkali dia mencuri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pa-pek!" sang nenek terkejut. "Kau bicara apa ini" Kau
mencurigai orang yang tidak-tidak?"
"Sst, jangan keras-keras. Aku sekarang jadi curiga dan
mengetahui siapa yang mengisi ransum makanan kita, Lui-ma,
ternyata benar Sin-hujin itu. Semalam dia lenyap, dan aku
heran. Tapi ketika aku mau bangun dan melihat bayinya
sendirian mendadak Sin-hujin itu muncul lagi dan di
tangannya penuh bawaan seperti beras dan lain-lainnya itu.
Dialah yang mengisi ransummu, dan dia meletakkan itu di
dapur!" "Kalau begitu kita mendapat rejeki. Sin-hujin membawa
keberuntungan!" "Hush, keberuntungan bagaimana" Bagaimana kalau
barang bawaannya itu hasil curian?"
"Apa?" "Benar, aku jadi curiga pada tamu kita ini, Lui-ma. Kalau
benar dia gundik seseorang dan melarikan diri karena mencuri
maka jangan-jangan kebiasaan jeleknya itu dibawa-bawa dan
kita bisa celaka oleh hasil perbuatannya!"
Sang nenek tertegun. "Aku tak percaya..." katanya. "Aku
lihat Sin-hujin itu orang baik-baik, pek-pek. Buktinya dia tak
pernah mengganggu kita dan justeru menolong kita dengan
mencari makanan. Masalah mencuri, ah, kau terlalu menduga
jelek. Bukankah dia juga memiliki gelang dan cincin permata"
Siapa tahu barang-barangnya itu sebagian dijual dan
digantikan rancum atau makanan untuk kita itu!"
"Ya, tapi siapa tahu gelang atau cincinnya itu hasil curian!
Aku melihat wanita ini aneh, Lui-ma. Sikapnya pendiam dan
kadang-kadang bola matanya berputar seperti gila!"
"Ah, kau..!" nenek ini marah. "Tak perduli baik atau tidak
tapi dia sudah mengisi rumah kita, Pa-pek. Kita sudah
mendapat teman dan anaknya yang mungil itu menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian hidupku. Aku tak mau kau membuat gara-gara kalau
tak ada bukti!" "Hm-hm...!" si kakek mengangguk-angguk. "Kalau begitu
lihatlah saja, Lui-ma. Tapi kalau benar omonganku maka
jangan salahkan aku!"
Dua kakek nenek itu lalu tidur. Mereka tak bicara dan
kasak-kusuk lagi dan s i kakek tak tahu betapa sepasang mata
berkilat mengawasinya dari balik dinding. Sebuah gerakan
tampak ditahan dan itulah lengan Sin-hujin. Wanita itu
mendengar dan sorot matanya mengeluarkan api.
Sebatang jarum siap di tangan tapi tak jadi digerakkan.
Hampir saja jarum itu melayang dan menembus kepala si
kakek. Dan ketika dua suami isteri itu tak berbisik-bisik lagi
dan mereka tidur di balai-balai mereka maka wanita ini
mendengus dan mencengkeram hancur sebuah batu yang
juga siap disambitkan, Batu itu menjadi tepung dan kalau si
kakek melihat ini tentu dia ngeri, mungkin semangatnya sudah
terbang mendahului keberaniannya. Dan ketika bisik-bisik itu
tak terdengar dan semua sunyi maka malam itu tak terjadi
apa-apa dan Sin-hujin inipun mencium pipi anaknya dan tidur.
= oo00dw00oo = Seminggu kemudian. Kakek she Pa itu, yang rupanya masih
memiliki kecurigaan dan rasa was-was kepada wanita ini tiba-
tiba suatu hari didatangi tiga lelaki berwajah seram.
Saat itu Sin-hujin tak ada dan nenek Lui-pun juga sedang
mencari kayu bakar. Kakek Pa menerima dan kasak-kusuk
dengan tiga laki-laki ini, mereka tampak serius. Tapi ketika tak
lama kemudian bayangan seseorang muncul di depan tangis
bayi mengawali semuanya itu maka kakek ini terkejut dan
cepat-cepat menyuruh tiga laki-laki itu bersembunyi.
"Lihat, dia datang. Kalian menyelinap di belakang dan
buktikan kata-kataku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga laki-laki itu, yang terkejut tapi tersenyum girang tiba-
tiba mengangguk. Mereka berlompatan dan hilang di
belakang, bersembunyi. Dan ketika kakek Pa keluar dan pura-
pura menyambut maka kakek ini tertegun melihat
bergemerincingnya gelang-gelang emas di tangan wanita itu,
gelang yang berjumlah dua kali lipat dari dulu yang dilihat!
"Ah, kau dari mana, hujin" Dan apa yang kau bawa itu
pula?" Kakek ini terbelalak. Di samping gelang-gelang emas itu,
yang membuatnya heran dan kaget ternyata Sin-hujin ini
menyeret pula seekor harimau besar. Binatang itu telah mati
dan bangkainya diseret, tentu saja membuat kakek itu terkejut
dan membelalakkan matanya lebar-lebar. Tapi ketika Sin-hujin
berhenti dan memandangnya tak berkedip maka wanita itu
berkata singkat, "Pa-lopek, tak usah kau tanya dari mana aku. Tapi kulitilah
dan kerat daging harimau ini untuk makan siang kita. Tadi Lui-
ma diserang harimau ini, kubunuh dan sekarang biar menjadi
santapan kita. Kerjakan itu dan jangan menganggapku yang
tidak-tidak." Sang kakek tertegun. "Ini... ini... bagaimana tadi" Lui-ma
diserang harimau" Kau tadi membunuhnya?"
Sin-hujin tak menjawab. Wanita itu terus melangkah dan
barulah sang kakek tersentak ketika tiba-tiba dari luar sana
terdengar jerit dan tangis Lui-ma. Nenek itu muncul dan
berlari-lari mengejar Sin-hujin, berkali-kali roboh tapi bangun
lagi memanggil-manggil nyonya muda itu.
Tapi ketika Pa-lopek menghampiri dan menangkap
lengannya, cepat, maka nenek itu terguling dan kayu di
belakang punggungnya juga terlepas.
"Aduh, hampir aku mati. Celaka! Aku nyaris diterkam
harimau, Pa-pek. Hampir aku terbunuh! Ah, untung ada Sin-
hujin itu. Dia menolongku.... dia menampar harimau itu...
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan.... dan, ah.....harimau ini disini?" sang nenek tiba-tiba
tertegun, seketika menghentikan teriakan-teriakannya dan
matanya melotot memandang bangkai harimau itu.
Tak disangkanya bahwa bangkai harimau itu tahu-tahu
sudah ada di rumah. Tapi ketika dia menjerit dan mengguguk
menubruk suaminya maka sang kakek gemetar mencoba
menghibur, masih kebingungan.
"Apa yang terjadi" Bagaimana Sin-hujin membunuh
harimau" Bukankah dia wanita lemah, Lui-ma" Masa dapat


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membunuh harimau?" "Ah, siapa bilang" Sin-hujin itu ternyata memiliki gerakan
cepat seperti siluman, Pa-pek. Ketika harimau itu menerkam
dan mau membunuh aku tiba-tiba Sin hujin berkelebat dan
menolong. Harimau itu ditampar, dan tahu-tahu roboh di
depan mataku. Ah, hampir pingsan aku waktu itu! Dia... dia
wanita hebat. Rupanya sakti dan dewi malaikat!"
"Hm, masa?" tapi ketika isterinya menangis dan
membentaknya menyuruh percaya tiba-tiba nenek itu
melepaskan diri dan memasuki rumah, mengejar Sin-hujin.
"Hujin, terima kasih. Kau telah menyelamatkan nyawaku!"
"Hm, bangunlah," wanita ini berhenti menoleh, melihat
sang nenek menjatuhkan diri berlutut. "Aku menolongmu
karena kaupun telah menolongku, Lui-ma. Tak ada terima
kasih di antara kita. Bangunlah, dan tanya suamimu apa saja
yang hari ini diperbuatnya!"
Sang nenek tertegun. "Suamiku" Dia... dia menunggu
rumah!" "Hm, aku mencium bau tikus-tikus busuk disini. Apakah dia
memelihara tikus-tikus pecomberan" Atau tikus-tikus itu yang
sengaja datang dan mau mencuri makanan disini?" dan ketika
si nenek kebingungan dan tak mengerti apa yang dimaksud
tiba-tiba wanita itu bergerak dan tahu-tahu telah berkelebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke belakang rumah, persis di depan tiga laki-laki yang kaget
bukan main karena persembunyian mereka diketahui!
"Hm, inikah?" Sin-hujin mendengus. "Siapa kalian, tikus-
tikus busuk" Mau apa datang dan menggerayangi rumah
orang?" Tiga laki-laki itu berteriak tertahan. Tadi mereka mengintai
dan bersembunyi disana, melihat dan mendengar semuanya
itu dan diam-diam mereka merasa heran dan kaget juga
bahwa Sin-hujin ini dikabarkan membunuh harimau, padahal
binatang itu cukup besar dan tak masuk akal kiranya kalau
wanita yang demikian lembut dan halus gerak-geriknya itu
membunuh harimau. Mereka dipanggil Pa-lopek yang menceritakan keganjilan
itu, adanya seorang wanita muda yang cantik dan baru
melahirkan tapi mempunyai perhiasan-perhiasan emas.
Gelangnya ada enam buah sementara cincinnya sepasang. Pa-
lopek mencurigai wanita ini karena sete lah melahirkan Sin-
hujin itu tak pergi mencari suaminya, jadi dugaan bahwa dia
melarikan diri adalah kuat. Dan karena Pa-lopek diam-diam
mengincar perhiasan-perhiasan itu sementara jakunnya sering
naik turun kalau me lihat Sin-hujin menyusui anaknya maka
kakek ini akhirnya menemui tiga laki-laki itu dan
merundingkan siasat. "Aku terhalang isteriku. Kalian rampaslah gelang-gelang
emas itu dan kita bagi bersama. Sedang dia, hmm... bawa ke
hutan di depan itu dan biarkan aku membujuknya untuk
menjadi isteriku!" "Apa" Kau tua bangka mau kawin lagi" Siapa dia itu, Pa-
lopek?" "Entahlah, aku tak tahu, Hu-san. Tapi dia wanita muda
yang cantik dan menggairahkan. Dan perhiasannya cukup
berharga. Aku ingin memilikinya tapi kalau di rumah terhalang
isteriku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, begitukah" Baiklah, serahkan pada kami dan sekarang
juga kami dapat ke rumahmu dan merampasnya!"
"Jangan!" sang kakek terkejut. "Lakukan kalau isteriku tak
ada di rumah, Hu-san. Jadi seolah peristiwa perampokan
biasa. Tunggu beberapa hari lagi ketika isteriku mencari kayu
bakar. Kalian dapat melakukan itu dan datang ke rumah!"
"Hm, baiklah. Kami akan kesana!"
"Dan kau jangan mengganggu tubuhnya. Dia milikku!"
"Ha-ha, baik, Pa-lopek. Kalau memang kami tak tertarik
tentu kami tak akan mengganggunya. Ah, kau tua bangka
rupanya dapat jatuh cinta lagi!"
Begitulah, kakek ini lalu tersenyum-senyum. Dia segera
pulang dan tahu bahwa dua hari lagi isterinya akan keluar,
mencari kayu bakar. Tapi ketika hari itu tiga temannya datang
tapi Sin-hujin ikut keluar juga maka kakek ini agak bingung
tapi untung segera sang wanita datang.
Teman-temannya diminta bersembunyi dan kakek ini sudah
berseri-seri karena rencana akan berjalan mulus. Sudah
dibayangkannya bahwa ibu muda yang cantik itu akan dibawa
teman-temannya ke hutan. Disana ia akan menyusui dan coba
membujuk Sin-hujin itu. Dia me lakukan semua ini karena tak kuat menahan lagi
keinginan berahinya yang sering bangkit, sewaktu melihat
atau mengintai wanita itu menyusui bayinya. Tapi ketika
isterinya muncul dan Sin-hujin itu dikabarkan membunuh
harimau, berarti bukan wanita lemah maka kakek ini jadi
semakin kaget lagi ketika tahu-tahu wanita itu berkelebat dan
seperti iblis cepatnya mendadak sudah menemukan persembunyian Hu-san dan dua temannya itu. Dan tiga laki-
laki itu juga tampak terkejut.
Hu-san, yang berkumis dan bertampang seperti perampok
sudah lebih dulu menguasai kekagetannya. Laki-laki ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut tapi sudah tertawa lebar, ganda ketawa saja ketika
dibentak. Dan ketika wanita itu berdiri tegak dan Hu-san
kagum bahwa wanita ini memang muda dan cantik, tubuhnya
menggairahkan dengan sepasang buah dada yang penuh dan
montok maka laki-laki itu terbahak dan melompat bangun.
"Ha-ha, aku Hu-san, nyonya, Orang yang menguasai
daerah ini sampai tapal batas gunung Yee-san!"
"Hm, kau! Apa maksudmu ke mari" Kenapa bersembunyi?"
"Aku, ha-ha.... terus terang datang karena tertarik padamu.
Aku kasihan pada bayimu itu, ingin menawarkan jasa baik dan
tinggallah di rumahku yang lebih baik. Kakek she Pa itu tak
pantas untukmu. Jauh lebih pantas di tempatku dan kita dapat
bersenang-senang, ha-ha!"
Wanita itu berkilat. "Bersenang-senang" Apa maksudmu?"
"Wah, artinya aku ingin mengambilmu sebagai isteri,
nyonya, Kau cantik tapi sendirian. Tentu kau kesepian. Biarlah
tinggal bersamaku dan segala kebutuhan hidupmu kujamin!"
"Wut!" sebuah tangan tiba-tiba meluncur dengan cepat.
"Kau kiranya laki-laki kasar dan tak tahu malu, orang she Hu.
Terima kasih atas kebaikanmu dan inilah hadiahnya.... plak!"
Hu-san terpelanting roboh menjerit dan terguling-guling
dan seketika mulut laki-laki itu pecah!
Pa-lopek berseru tertahan sementara dua teman Hu-san
yang lain terkesiap. Mereka kaget dan pucat ketika melihat
Hu-san dibuat bergulingan hanya oleh sebuah tamparan saja.
Tapi ketika Hu-san meloncat bangun dan laki-laki itu marah
bukan main, berteriak, maka laki-laki itu sudah mencabut
goloknya yang dipakai untuk menakut-nakuti, karena dia
belum berniat benar untuk membunuh, masih eman-eman.
"Heh, wanita siluman. Keparat jahanam! Berani kau
memukulku dan menamparku seperti ini" Bedebah, lekas
jatuhkan diri berlutut kalau tak ingin golokku menyambar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya siluman. Diajak baik-baik tak mau malah menghina
aku. Terkutuk, cepat minta ampun dan jangan biarkan aku
marah!" "Hm, masih kurang?" Sin-hujin malah mendengus. "Orang
macam kau tak pantas kuajak bicara lagi, Hu-san. Pergilah
atau kau pulang tinggal nama!"
"Weh, menantang" Keparat terkutuk. lihat ini dan kau
mampus.... werr!" golok benar-benar menyambar, tak kenal
ampun dan dua teman Hu-san berteriak memperingatkan.
Mereka masih merasa sayang kalau wanita itu dibunuh. Hu-
san mata gelap. Tapi ketika mereka berteriak dan mencegah
Hu-san ternyata Sin-hujin itu berkelebat dan tahu-tahu lenyap
entah ke mana. "Crakk!" Golok Hu-san menghajar tanah. Saking kuat dan marahnya
laki-laki itu mengayun golok maka senjata itu menancap
ujungnya, hampir separoh. Tapi ketika Hu-san terpekik dan
nenek Lui-ma serta suaminya berteriak kaget, ngeri, tahu-tahu
wanita itu muncul lagi dan sebuah tendangan menghajar
pantat laki-laki ini. "Dess!" Hu-san mencelat menumbuk pohon. Laki-laki itu tak
menyangka dan baru saja berkutat menarik golok, tentu saja
terkejut dan menjerit dan kontan kepalanya beradu keras.
Laki-laki itu mengeluh dan pingsan, seketika roboh
kelengar. Dan ketika dua yang lain tertegun dan tersentak,
pucat melihat ini, maka wanita itu membalik karena saat itu
bayinya menangis. "Cup-cup..." katanya tenang. "Tak ada apa-apa disini,
Liong-ji (anak Liong). Ibu hanya menghajar dan membuat si
kumis itu pingsan. Kau diamlah, ibu akan melindungimu," dan
mengeluarkan buah dadanya menyesapi bayinya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puting yang penuh dan segar maka wanita itu berjalan dan
memasuki rumah, tak perduli pandang mata dua teman Hu-
san yang lain dan juga kakek Pa, tak perduli pada keadaan
sekitar karena saat itu juga ia harus menyusui bayinya yang
terbangun dan menangis oleh sedikit keributan itu.
Tapi ketika wanita ini memasuki rumah dan dua laki-laki di
luar sadar, mendadak mereka membentak dan mencabut
golok, hal yang membuat nenek Lui-ma menjerit.
"Heii...!" dua laki-laki itu berteriak "Tunggu dan berhenti,
wanita siluman. Kau menghajar dan membuat Hu-twako
pingsan. Kau jangan sombong!"
Wanita itu berkilat, sudah dikepung. "Kalian mau apa?"
Dua laki-laki itu tertegun. Mereka merasa dingin juga
mendengar suara yang tidak berperasaan ini. Suara itu seperti
suara mayat, kaku dan dingin. Tapi karena teman mereka
dihajar dan wanita ini sudah menjual lagak maka mereka yang
ingin menuntut balas tapi tertegun oleh buah dada yang segar
montok itu tiba-tiba naik turun jakunnya menelan ludah.
Wanita itu membiarkan saja buah dadanya terlihat laki-laki!
"Kami.... kami...." laki-laki di sebelah kiri melotot. "Kami
ingin kau menyerah dan minta maaf!"
"Benar," temannya di sebelah kanan juga melotot, bahkan
sebesar jengkol! "Kami tak mau kau bersikap sombong,
nyonya. Kalau kau mau baik-baik minta maaf dan ikut kami
maka kesalahanmu ini kami ampuni!"
"Hm!" suara itu kembali terdengar, dingin dan tak
berperasaan. "Kalau begitu kalian tunggu aku diluar. Biar
kususui anakku ini dan baru sete lah itu kalian boleh bicara
lagi..... dess!" dan dua laki-laki itu yang mencelat oleh sebuah
tendangan kilat tiba-tiba menjerit dan terbanting di luar roboh
terguling-guling. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka tadi tak tahu kapan datangnya serangan itu, baru
mau bersiap-siap tapi mendadak tendangan sudah melayang.
Tentu saja mereka berdebuk! Dan ketika dua laki-laki itu
merintih dan tak dapat bangun berdiri, karena sebelah kaki
mereka patah maka nenek Lui berteriak dan tiba-tiba
mengambil palang pintu serta menghajar dua laki-laki itu.
"Bedebah, terkutuk jahanam. Kiranya kalian pengganggu
dan pengacau liar. Hih rasakan ini, orang-orang busuk. Berani
benar kalian memaksa dan berkurang ajar kepada Sin-hujin....
buk-buk-buk!" alu atau palang pintu itu sudah menghantam
pulang balik, tujuh delapan kali menghajar dua laki-laki itu dan
tentu saja dua laki-laki ini berteriak kesakitan.
Mereka tak dapat menangkis atau mengelak karena kaki
sedang patah. Maka begitu dihajar dan jatuh bangun
meminta-minta ampun maka keduanya kontan berseru pada
Pa-lopek. "Aduh, tobat. T olong, Pa-lopek. Suruh isterimu ini berhenti
dan jangan biarkan kami dipukuli!"
Pa-lopek bergerak. melihat isterinya memukuli orang-orang
itu kakek ini terkejut. Mereka menjadi korban adalah gara-
garanya, jadi mau tak mau dia harus menolong dan sudah
menyambar alu di tangan isterinya itu. Dan ketika sang isteri
memekik dan mereka bersitegang, yang satu menarik dan
yang lain menahan maka kakek itu berseru,
"Jangan.... jangan hajar lagi mereka itu, Lui-ma. Cukup!
Biarkan mereka pergi dan jangan siksa lagi!"
"Apa, pergi" Keparat jahanam, mereka itu orang-orang
yang menghina Sin-hujin, Pa-pek. Dan Sin-hujin adalah
penyelamat jiwa isterimu ini. Mereka tak boleh pergi, Sin-hujin
menyuruh tunggu!" "Tidak, jangan...!" sang suami pucat. "Hujin sudah masuk
ke dalam, Lui-ma. Hujin sudah tidak memerlukan mereka lagi.
Biarlah kita ampuni dan jangan pukuli lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua suami isteri itu berkutat. Sejenak sang nenek tak mau
mengalah dan ngotot mempertahankan senjatanya. Tapi
ketika alu itu berhasil direbut dan sang kakek membuangnya
maka kakek itu membujuk agar isterinya tidak marah-marah
lagi. "Yang bersangkutan sudah membiarkan orang-orang ini.
Sin-hujin tak membunuhnya. Biarlah untuk sekali ini kita
ampuni mereka dan biarkan mereka pergi!"
"Terkutuk!" si nenek mengepal tinju. "Sekali lagi berani
datang tentu tak mau aku mengalah, Pa-pek. Baiklah, biar
mereka pergi dan hitung-hitung ini sebagai hajaran buat
mereka!" Pa-lopek lega. Isterinya sudah didorong dan disuruh masuk
ke dalam. Sin-hujin barangkali perlu bantuan dan kakek itu
mengangkat bangun dua laki-laki itu. Di sini kakek itu berbisik
agar mereka tak usah datang lagi.
Korban kiranya bukan daging yang empuk melainkan batu
yang atos. Seatos batu karang. Tapi ketika dua laki-laki itu
mengancam bahwa mereka akan datang lagi, dengan kawan
yang lebih banyak maka kakek itu pucat mendengar kata-
katanya. "Isterimu ikut campur, kami tak terima. Kami akan datang
dengan jumlah yang lebih banyak, lopek. Dan kami akan
membalas semua kejadian ini. Perempuan itu akan kami


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bunuh, dan isterimu juga!"
"Tidak!" sang kakek pucat. "Isteriku tak tahu apa-apa, Wi-
yung. Jangan kau mengancamnya seperti itu. Kalau kalian
penasaran kepada Sin-hujin itu boleh saja kalian membalas,
tapi jangan disini. Sebaiknya kuatur waktu agar kalian dapat
menemuinya di hutan!"
"Hm, ini semua gara-garamu, dan kau masih juga membela
mereka. Keparat, kau harus membunuh isterimu itu, Pa-pek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atau kami membuka rahasia ini bahwa kaulah biang
keladinya!" "Jangan.... tidak! Ah, sudahlah. Aku akan mengatur untuk
kalian pembalasan ini dan sekarang baiklah pergi cepat-cepat.
Bawa si Hu-san itu!"
Dua laki-laki itu mendengus. Mereka babak-belur dihajar si
nenek. Kalau saja mereka sebelumnya tak dihajar Sin-hujin
itu tentu si nenek bukan apa-apa. Dan si nenek menjadi
demikian berani karena mereka sudah dihajar wanita muda
itu. Keparat! Mereka tertatih dipapah bangun, berbisik dan mengancam
bahwa si kakek harus melakukan sesuatu untuk mereka, atau
kakek itu akan mendapat pembalasan. Dan ketika Pa-lopek
mengangguk-angguk dan gemetar kenapa dia mengundang
orang-orang ini, mencari penyakit, maka dua laki-laki itu
terpincang membawa pemimpinnya. Tapi bayangan Sin-hujin
tiba-tiba berkelebat menghadang.
"Siapa suruh pergi?"
Dua laki-laki itu pucat, menggigil.
"Aku tak menyuruh kalian pergi, tikus-tikus busuk,
melainkan menunggu. Hukuman kalian belum selesai!"
"Ampun," Pa-lopek tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut. "Aku
yang menyuruh mereka pergi, hujin. Aku yang mintakan
ampun untuk mereka. Kau biarkanlah mereka pergi dan
sudahilah kejadian ini!"
"Hm, kau mulai mencurigakan," Sin-hujin itu memandang
kakek ini. "Aku tak memberikan ampun, Pa-lopek. Kau
minggirlah dan jangan ikut campur!"
Pa-lopek pucat. Tiba-tiba dia melihat isterinya muncul dan
menggendong Giam Liong, anak laki-laki itu. Dan merasa
bahwa hanya isterinya inilah yang dapat membujuk Sin-hujin
maka kakek itu berlari dan berlutut di depan isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lui-ma, kau tolonglah aku. Mereka akan membunuhku
kalau tidak dibebaskan. Bujuklah Sin-hujin agar menyudahi
masalah ini!" Si nenek mengerutkan kening. Giam Liong tiba-tiba
menangis lagi. Sang bocah terganggu oleh ribut-ribut itu. T api
ketika nenek ini me lihat suaminya menangis dan baru kali itu
dilihatnya begitu ketakutan maka nenek ini menarik bangun
suaminya dan tergopoh-gopoh menyerahkan anak laki-laki itu.
"Hujin, sudahlah. Aku jadi bingung kalau ada dua laki-laki
menangis begini. Aku mengasihani suamiku, dan anakmu pun
juga menangis lagi. Kau biarkanlah mereka pergi, hujin.
Lepaskanlah mereka yang tak mungkin berani datang lagi!"
Wanita itu bersinar-sinar. Pandangan matanya yang tajam
menusuk membuat kakek Pa tak berani membalas. Kakek itu
ketakutan dan gemetar. Tapi ketika dia mengangguk dan
menerima anaknya yang menangis maka wanita ini membalik
dan berkelebat pergi. "Baiklah, kubebaskan mereka, Lui-ma. Tapi sekali lagi
mereka berani menggangguku maka hukuman mati tak dapat
kubatalkan!" Kakek Pa girang. Begitu Sin-hujin lenyap dan masuk ke
dalam maka kakek ini tergopoh-gopoh menghampiri dua laki-
laki itu. Wi-yung dan temannya disuruh pergi, secepatnya.
Dan ketika dua laki-laki itu melotot namun jerih, di samping
dendam maka Hu-san pemimpin mereka kembali dibawa dan
dua laki-laki itu terpincang meninggalkan tempat celaka itu,
mendesis menahan sakit. "Pa-lopek, kau telah me lakukan sesuatu untuk kami, terima
kasih. T api beri tahu kami kapan kami dapat menemui s iluman
betina itu di hutan!"
"Sudahlah," kakek ini tergesa, bingung "Sasaran kita
ternyata batu karang, Wi-yung, bukan barang yang empuk.
Lain kali saja kuberi tahu dan pergilah cepat-cepat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua laki-laki itu pergi. Mereka mengancam dengan suara
perlahan dan si kakekpun gemetar.
Kejadian hari itu tak akan dilupakan dan Pa-lopek tetap
dituntut untuk mempertemukan mereka dengan Sin-hujin itu,
di hutan. Dan ketika mereka lenyap dan nenek Lui
mengerutkan kening maka nenek itu menegur apakah
suaminya mengenal orang-orang itu.
"Tidak, mereka tahu-tahu sudah ada di belakang rumah
kita. Aku tak mengenal mereka kecuali Wi-yung!"
"Dan kau berbisik-bisik dengan mereka itu. Apa yang kau
lakukan, Pa-pek" Kau main-main api?"
"Tidak... tidak!" sang kakek tergopoh. "Aku tak tahu apa-
apa tentang semuanya ini, Lui-ma. Mungkin si W i-yung itu
kebetulan tahu Sin-hujin ada disini dan mengajak temannya
untuk maksud yang tidak baik!"
"Hm, kau bicara benar?"
"Tentu saja. Aku tak pernah berbohong, Lui-ma. Kau tahu
itu!" Sang isteri lega. Memang selama ini ia tahu bahwa
suaminya tak pernah berbohong. Pa-lopek biasanya jujur dan
suka bicara apa adanya. Tak tahu bahwa sebuah perobahan
besar sedang terjadi. Tak tahu bahwa suaminya diam-diam
mengilar melihat Sin-hujin itu. Pa-lopek diam-diam tergila-gila
dan terangsang nafsunya melihat Sin-hujin menyusui anaknya.
Kakek itu bangkit berahinya ketika tiba-tiba saja segumpal
buah dada segar terbayang di depan mata. Ah, sudah puluhan
tahun ini dia "kering" dari pemandangan seperti itu. Milik
isterinya kempot, milik isterinya sudah tak menggairahkan lagi
dan terus terang dia terbakar melihat pemandangan itu.
Apalagi kalau berhasil diintai secara mencuri-curi. Ah,
nikmatnya bukan main! Dan karena kakek itu mulai dimabok
nafsu dan berahi yang kian membakar membuat kakek ini lupa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri maka dia bermaksud untuk merayu Sin-hujin itu dan
membujuknya agar mau menjadi isterinya.
Tapi di rumah itu ada Lui-ma. Ah, isterinya yang ini dirasa
mengganggu dan dia bingung. Kalau menurutkan nafsunya,
tentu ia ingin main seruduk saja dan tak perduli. Tapi kalau
dia gagal dan Lui-ma juga marah tentu dia akan kehilangan
kedua-duanya. Dan itu rugi besar!
Maka Pa-lopek memeras otak dan akhirnya ditemuilah jalan
keluar itu. Dia meminta pertolongan Hu-san dan kawan-
kawannya, menjanjikan perhiasan Sin-hujin itu sementara dia
tubuhnya. Tapi ketika Sin-hujin berbalik menghajar tiga laki-
laki itu dan kakek ini terkejut, tak menyangka, maka tiba-tiba
kakek itu menjadi jerih dan gentar!
Tapi nafsu tetaplah nafsu. Laki-laki tua itu hanya sebentar
saja dibuat kecut. Betapapun dia belum merasakan sendiri
hajaran Sin-hujin. Kakek ini tak tahu siapa Sin-hujin itu, tak
tahu bahwa ia adalah wanita ganas yang sedang mengalami
goncangan jiwa. Sin-hujin menjadi tenang sejenak setelah nenek Lui
memberinya kehangatan dan perhatian cinta kasih. Nenek itu
telah menolongnya dan melepas budi kebaikan. Semuanya itu
menormalkan gejolak di hati wanita muda ini, meskipun
gejolak itu bisa berobah sewaktu-waktu kalau disulut sumbu
peledaknya. Dan ketika hari-hari berikut keadaan tenang kembali
sementara Lui-ma sudah melupakan kejadian itu, menghormat
dan semakin dekat dengan Sin-hujin tiba-tiba saja nafsu kakek
itu bangkit lagi ketika suatu hari isterinya pergi ke hutan,
melihat Sin-hujin menyusui anaknya di kamar, sendirian.
"Heh-heh...!" kakek itu tak ma lu-ma lu, nyelonong begitu
saja. "Anakmu semakin gemuk dan sehat, hujin. Ah, betapa
lahap dan senangnya menikmati air susumu. Aduh, betapa
segarnya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang nyonya terkejut. Hari itu dia menina-bobok puteranya
dengan bernyanyi-nyanyi kecil. Kayu bakar sudah habis
namun kemarin dia telah menyiapkan itu di mulut hutan,
nenek Lui diminta mengambil karena Giam Liong sekarang
suka rewel kalau ditinggal sedikit.
Kakek Pa mengurus kebun dan masing-masing sudah ada
bagian sendiri-sendiri, kerjaan sendiri-sendiri. Maka begitu si
kakek muncul mendadak dan mengusap keringat sambil
terkekeh, mengawasi anaknya yang menyusu atau mungkin
buah dadanya sendiri mendadak Sin-hujin ini mengerutkan
kening tapi membiarkan saja buah dadanya terbuka, tak tahu
bahwa si kakek sampai mengilar, mendecak menelan liurnya
sendiri! "Eh, kau ada apa, lopek" Kenapa masuk kesini?"
"Heh-heh, aku.... hm, aku ingin melihat anakmu itu.
Kemarin menangis terus, apakah sakit" Kalau sakit cepat
diobati, hujin. Ada beberapa ramuan obat yang kutahu. Atau
berikan padaku dan biar kulihat!" si kakek maju, menjulurkan
tangan dan tiba-tiba menyambar Giam Liong.
Dalam gerakan ini tentu saja dia harus menyentuh atau
bersentuhan dengan buah dada si ibu, yang menyembul dan
sedang menyusui anaknya, buah dada yang montok dan
memang segar! Tapi ketika si kakek bergerak dan hampir
bersentuhan tiba-tiba Sin-hujin itu mengelak dan membentak,
melihat sinar mata si kakek yang ganjil,
"Pa-lopek, jangan lancang. Anakku tak apa-apa. Pergilah!"
Si kakek melotot lebar. Dalam mengelak dan menjauhkan
diri itu tiba-tiba saja susu si ibu lepas dari mulut anaknya.
Giam Liong terkejut dan menangis, susu ibunya menggantung
di luar, kokoh dan padat, air susunya sampai menetes-netes!
Dan ketika Pa-lopek terbelalak dan kagum oleh pemandangan
ini, buah dada seorang ibu muda yang sedang penuh air susu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka kakek itu tak tahan berseru memuji, mulutnya
mendecak. "Aduh, nikmat benar. Air susumu menetes-netes, hujin. Ah,
sayang dibuang. Biarkan aku menerimanya kalau anakmu
tidak lapar!" dan sigap tertawa penuh nafsu mendadak si
kakek yang menjadi jalang dan tak tahu malu ini tiba-tiba
merunduk dan menjilat air susu yang menetes-netes itu.
Sikapnya liar dan cabul sekali, mengejutkan sang nyonya
yang tak menyangka bahwa seorang kakek seperti itu ternyata
masih pula memiliki berahi, kini merunduk dan bersikap
seperti anjing yang siap menjilat-jilat!
Sin-hujin tertegun dan tentu saja cepat menyambar
bajunya, menutup bagian yang rupanya menimbulkan syahwat
si tua bangka. Dan ketika si kakek terkejtut dan tampak
kecewa, melotot, tiba-tiba nyonya itu mengeluarkan satu
seruan pendek dan pinggang si kakek tertekuk menjadi dua
ketika mendapat sebuah tendangan kuat.
"Bedebah, kiranya kau binatang jalang!" Sang kakek
menjerit. Pa-lopek berteriak karena tahu-tahu tubuhnya terlempar
keluar, berdebuk dan jatuh terguling-guling di sana. Dan
ketika kakek itu merintih dan mengaduh-aduh, kesakitan,
maka Sin-hujin berkelebat dan melepaskan lagi tendangan
beruntun. "Keparat jahanam, kau tak tahu malu, Pa-lopek. Kurang
ajar! Bedebah terkutuk, kiranya kau anjing hina-dina... des-
des-dess!" si kakek menjerit-jerit, jatuh bangun dihajar
sepasang kaki yang indah tapi menakutkan itu dan kakek ini
terpental pulang balik. Sin-hujin marah memaki-makinya tapi akhirnya kakek itu
berteriak minta ampun. Sadarlah si kakek bahwa nyonya
muda ini bukan wanita sembarangan. Hu-san dan dua
temannya telah dibuat roboh. Maka ketika dia menjadi bulan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulanan dan berteriak mengaduh-aduh, teriakan yang tak
dihiraukan mendadak dari luar muncul bayangan nenek Lui.
"Ada apa" Apa yang terjadi?"
Sang kakek dan sang nyonya sama-sama terkejut.
Sin-hujin menghentikan tendangannya sementara si kakek
lalu menelungkup. Pinggang kakek itu seakan patah-patah dan
bingunglah dia mencari jawaban. Isterinya muncul, celaka.
Tapi ketika Sin-hujin membelalakkan mata dan menahan
marah, anaknya menangis tapi sudah kembali disesapi buah
dadanya maka si kakek tertatih dan gemetar bicara, tak berani
memandangi buah dada yang membuat dia celaka itu,
"Aku.... aku jatuh tertimpa tangga. Seekor kucing lewat dan
mengejutkan aku, miring dan akhirnya jatuh. Aduh,
pinggangku serasa patah-patah, Lui-ma, tolong pijitin dan
gosok minyak lumur!"
Sang nenek tertegun. "Kucing" Disini ada kucing?"
"Entahlah, barangkali kucing hutan, Lui-ma, kucing liar.
Tadi Sin-hujin menggebuknya tapi kena aku...!"
"Hm!" sang nenek menoleh. "Benarkah hujin" Di mana
kucing itu sekarang?"
"Aku tak tahu, tapi mungkin hinggap di hidung suamimu
itu!" dan Sin-hujin yang membalik dan mendengus marah
akhirnya membuat si nenek menjublak dan bengong, merasa
ada sesuatu yang tidak beres tapi nenek ini tak bercuriga.
Dia memang belum pernah cekcok mulut dengan suaminya
itu, setidaknya dalam tujuh delapan tahun ini. Sang nenek tak
tahu bahwa suaminya tiba-tiba kembali menjadi "muda",
panas dan bergairah setelah sering mencuri lihat Sin-hujin
menyusui anaknya. Pemandangan yang membuat kukoay. itu
bangkit dan penuh semangat, tak mengukur diri sendiri dan
melihat siapa dia siapa Sin-hujin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika si nenek mengangguk-angguk dan percaya itu,
menolong suaminya maka nenek ini mengomel kenapa baru
ditinggal pergi tahu-tahu ada kucing hutan menabrak tangga.
"Sialan, membuat aku terkejut dan kaget saja. T uh, bantu
aku menyeret kayu bakar itu, pek-pek. Aku tadi melemparnya
ketika mendengar kau menjerit-jerit!"
"Dimana?" "Diluar rumah!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik," dan ketika si kakek bangun berdiri dan terpincang
mengikuti isterinya maka kayu bakar dibawa masuk tapi
mendadak Sin-hujin keluar berpapasan dengan mereka,
membawa buntalan. "Aku ingin pergi, tak betah lagi tinggal disini. Jaga dirimu
baik-baik, Lui-ma. Mudah-mudahan lain hari kita ketemu lagi
dan hati-hatilah menjaga dirimu."
Sang nenek terkejut. "Kau.... ada apa ini" Kenapa tiba-tiba
saja pergi" Ah, tidak!" sang nenek menjerit, menubruk dan
melepaskan kayu bakarnya. "Aku tak mau, hujin. Kau tetaplah
di sini atau aku ikut bersamamu! Aku mencintai anakmu itu,
aku bahagia kau disini. Kau tetaplah bersamaku atau ajak
sekalian aku pergi!"
Sang nyonya tertegun. Nenek Lui sudah menangis dan
menggerung-gerung. Nenek itu terkejut dan terluka,
perasaannya terguncang. Tapi ketika wanita ini mendorong
dan menepuk pundak si nenek maka Sin-hujin berkata bahwa
dia akan mencari suaminya.
"Aku akan pergi, mencari suamiku. Tak mungkin kau ikut
karena aku akan melakukan perjalanan jauh."
"Kalau begitu berikan Giam Liong kepadaku. Aku akan
memelihara dan menjaganya sampai kau kembali, hujin. Aku
ingin mengikatmu agar kau tidak meninggalkan aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang nyonya terkejut. "Tak bisa," katanya. "Aku sudah
cukup lama disini, nek Aku harus pergi dan tak mau
merepotkanmu. Biarlah lain kali aku datang lagi dan kita
bertemu." "Kalau begitu aku ikut!" sang nenek lari ke dalam,
menyiapkan buntalannya. "Aku bosan hidup menyepi, hujin.
Aku akan mengikutimu dan momong anakmu itu!"
"He!" sang kakek terkejut. "Kau gila, Lui-ma" Kau mau
meninggalkan aku?" "Kau ikutlah sekalian kalau kau suka. Aku bosan hidup
disini, pa-pek. Tak ada anak atau momongan. Kita sudah tua-
tua dan mau mati, lebih baik menikmati sedikit kegembiraan
ini dengan menjaga Giam Liong!"
Kakek Pa membelalakkan mata. Isterinya itu sudah berlari
keluar membawa buntalan. Benar saja, nenek ini mau ikut. Ia
tak perduli lagi pada suaminya dan rumah itu. Nenek ini sudah
mendapatkan kebahagiaannya dengan kehadiran Sin-hujin,
terutama si cilik Giam Liong itu, anak laki-laki yang baru
berusia sebulan. Dan ketika sang kakek membelalakkan mata
sementara Sin-hujin sendiri terkejut dan tertegun maka nenek
itu dengan gagah sudah berseru,
"Mari, kita pergi, hujin. Aku siap melakukan apa saja demi
kau dan anakmu itu!"
Sin-hujin tiba-tiba terharu. Mendadak dia menitikkan air
mata dan nenek itu dipeluknya, menangis. Baru kali ini ada
seorang tua memperhatikan dirinya begitu rupa. Ah, tak dapat
dia mengajak wanita ini bepergian tak tentu arahnya. Dia tadi
berbohong dengan mengatakan bahwa dia akan pergi mencari
suaminya, karena suaminya itu sesungguhnya sudah tewas,
dibunuh seseorang. Maka ketika nenek ini mau ikut dan tentu saja
kesungguhannya itu membuat dia bingung, terharu, maka Sin-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hujin tak jadi pergi dan apa boleh buat melempar
buntalannya, juga buntalan si nenek.
"Baiklah," wajah tua itu diciumi. "Aku tak jadi pergi, nek.
Aku akan tinggal bersamamu lagi. Sekarang masuklah dan
jangan buat aku diremas perasaan begini!"
"Kau tak jadi pergi" Kau masih mau bersamaku disini?"
"Hm, semuanya karena kau, nenek Lui Meskipun ada
sesuatu yang kurang menyenangkan disini. Aku pergi karena,
hmm.. sudahlah. Aku sudah cukup bicara!" dan mengerling
atau menyambar si kakek Pa dengan pandangan marah maka
wanita ini masuk ke dalam dan tak jadi berangkat.
Dia diam-diam merencanakan pergi secara tak diketahui si
nenek, akan menghilang seminggu dua minggu lagi kalau
nenek itu sudah cukup terhibur. Dan ketika sang nenek girang
sementara si kakek kecut, karena tahu apa yang
sesungguhnya membuat Sin-hujin mau pergi maka hari demi
hari dilewati lagi seperti biasa dan rumah itu kelihatan tenang.
Sekarang Sin-hujin kerap bepergian dengan si nenek.
Wanita itu hampir tak pernah di rumah kalau nenek itu
mencari kayu bakar. Hal ini dilakukan karena dia tak mau si
kakek berkurang ajar lagi.
Kalau tidak melihat muka nenek Lui barangkali nyonya
muda ini tak sudi tinggal di situ. Maklumlah, ketidak-
senangannya sudah mulai timbul sejak si kakek mau
berkurang ajar. Kalau saja tidak ingin menjaga kerukunan
nenek Lui dengan suaminya mungkin wanita ini sudah melapor
apa yang diperbuat si kakek.
Sekarang Sin-hujin berhati-hati kalau dia menyusui
anaknya. Tak pernah lagi kakek itu dapat menikmati buah
dadanya kalau dia sedang menyusui Giam Liong. Semua itu
demi ketenteraman dan ketenangan rumah tangga ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika seminggu lewat dengan cepat dan Sin-hujin
merencanakan untuk meninggalkan rumah itu keesokan
harinya, melepas anting-anting dan gelangnya untuk
ditinggalkan kepada si nenek mendadak saja si nenek terkapar
dan merintih-rintih dengan mulut berbusa, di tengah ruangan.
"Ah!" Sin-hujin terkejut, berkelebat keluar. "Apa yang
terjadi, nek" Kenapa kau seperti ini?"
"Ak... aku tak tahu..." si nenek menangis. "Aku baru makan
nasi itu, hujin, ketika tiba-tiba perutku sakit dan melilit-lilit...!"
"Di mana Pa-lopek?"
"Aku tak tahu, katanya ke kebun...!"
Sin-hujin bergerak cepat. Sekali lihat dia tahu bahwa nenek
ini keracunan. Ah, racun yang berbahaya sudah memasuki
perut. Maka ketika dia menotok dan menjejalkan sebutir obat
maka si nenek diangkat dan dibawa masuk ke ruangan dalam,
di atas pembaringan. "Kau tunggu dulu disini, aku mencari air kelapa!"
Sang nenek bercucuran air mata. Dia muntah-muntah tapi
Sin-hujin sudah berkelebat keluar, menggapai dan memanggil
namun sayang nyonya muda itu tak mendengar. Dan ketika
Sin-hujin berkelebat datang dan membawa semangkok besar
air kelapa ternyata si nenek sudah menggeletak dan terkulai
wajahnya, kaku, tewas! "Lui-ma...!" Jeritan itu menggetarkan rumah. Sang nyonya berteriak
dan menubruk nenek itu, mengguguk.
Orang yang dikasihinya tiba-tiba meninggal, begitu cepat.
Dan ketika nyonya ini menangis dan suaranya memanggil-
manggil s i nenek maka aneh sekali Pa-lopek yang katanya ada
di kebun tak muncul-muncul juga, Kebun itu tak terlalu jauh
dan seharusnya kakek itu mendengar. Hal ini menyadarkan si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya dan Sin-hujin itu tiba-tiba mencelat keluar, berteriak
dan memanggil-manggil Pa-lopek. Namun ketika kakek itu tak
muncul juga dan kebun di belakang sunyi, tak ada orangnya
maka wanita ini heran karena teriakannya dan tangisnya yang
mengguguk tadi tak membangunkan anaknya, yang sedang
tidur. Padahal biasanya Giam Liong akan bangun dan menangis
begitu ada suara sedikit saja. Anaknya itu biasanya peka dan
mudah dibangunkan oleh sedikit suara gaduh. Maka heran dan
terkejut kenapa Pa-lopek tak ada sementara anaknya juga
tetap diam dan tenang saja di kamar maka wanita ini
berkelebat dan memasuki kamarnya.
Tapi, apa yang dilihat" Giam Liong tak ada. Anaknya itu
lenyap, kamar pun kosong!
"Liong-ji!!..!" pekik atau lengking ini mirip lolong srigala.
Wanita itu berteriak dan tiba-tiba berkelebat keluar. Rumah
yang baru dimasuki sudah ditinggalkan lagi, berkelebat dan
berputaran mencari ke sana ke mari. Kebun dan tempat-
tempat kosong didatangi. Suara panggilannya bergema
kemana-mana, merinding orang dibuatnya.
Tapi ketika semua tak ada dan tangis bayi sekonyong-
konyong terdengar di hutan, kaget dan panjang tiba-tiba
nyonya ini terkesiap dan terbang ke tempat itu, tempat yang
memang belum didatangi "Liong-ji...!" Lengking atau seruan ini terdengar menyayat. Sin-hujin
meluncur dan berkelebat ke hutan itu. Gerakannya seperti
siluman terbang. Nyonya ini terkejut karena mungkin anaknya diculik
harimau, atau mungkin binatang buas lain sewaktu dia
mencari kelapa tadi. Tapi ketika dia tiba di hutan dan tangis
anaknya terdengar dekat, panjang melengking-lengking maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya ini tertegun karena bukan harimau yang dijumpai
melainkan belasan orang bersenjata lengkap!
-ooo0dw0ooo- Jilid 2 "HA-HA-HA, ini anakmu, hujin?" sang nyonya terbelalak.
"Wah, sehat dan montok sekali. Semontok ibunya!"
Sang nyonya semburat merah. Suara tawa dan kekeh
kurang ajar terdengar di sana-sini, belasan orang itu terbahak-
bahak dan satu di antaranya adalah Hu-san, laki-laki yang
dulu dihajarnya pingsan i-tu. Dan ketika Hu-san meminta anak
itu diserahkan kepadanya dan laki-laki tinggi besar yang
brewokan ini mengangguk menyerahkan anak itu maka Hu-
san berkata agar nyonya itu menyerah.
"Anakmu di tangan kami, dan inilah Bin-twako si Harimau
Hitam. Menyerahlah baik-baik, hujin. Dan aku tak akan
mengingat peristiwa lama kalau kau mau baik-baik bersama
kami. Nah, berlututlah, serahkan dirimu!"
"Keparat!" sang nyonya membentak. "Kau berani menculik
anakku, Hu-san" Kau minta kubunuh" Serahkan puteraku, dan
kaulah yang berlutut minta ampun!"
"Ha-ha, gagah dan berani!" si brewok, yang rupanya
disegani dan menjadi pemimpin di situ berseru, mendahului
Hu-san. "Wanita yang kaukatakan ini hebat sekali, Hu-san,
dan cantik, meskipun kelihatan lemah lembut. Ah, aku tak
percaya bahwa wanita selembut dan secantik ini dapat
membuatmu pingsan!" "Hm, hati-hati," Hu-san, yang sudah mengenal dan
merasakan kelihaian sang nyonya menyelinap di belakang
punggung si brewok, melihat wanita itu akan menyambar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anaknya. "Aku harus mengakui wanita ini gagah dan berani,
Bin-twako. Gerakannya cepat seperti siluman. Kau lindungilah
aku kalau dia menyerang!"
"Ha-ha, kau takut" Tak usah takut, di sini ada aku, juga
belasan teman yang lain. Kau serahkanlah anak itu dan biar
wanita ini kutundukkan sendiri!"
Hu-san menyeringai. Dia menyerahkan anak itu karena saat
itu Giam Liong menangis keras-keras. Anak itu tak suka di
pondongan laki-laki kasar ini dan Hu-san mencubitnya dengan
kejam. Laki-laki itu memang ingin membalas sebagian
dendamnya dengan menyakiti si bocah, ingin me lihat ibunya
terbelalak dan pucat ketakutan. Tak tahunya Sin-hujin ma lah
melengking dan tiba-tiba berkelebat dengan amat cepatnya
ketika Giam Liong hendak diserahkan ke si tinggi besar. Dan
ketika si brewok itu terkejut dan berseru mengelak, kaget oleh
bayangan si nyonya yang benar saja mirip siluman terbang
tahu-tahu Hu-san menjerit karena, serangan si nyonya yang
dihindari si brewok mengenai mukanya, sebuah cengkeraman
dari sepuluh kuku-kuku tajam.
"Aduh..!" Hu-san menjerit bergulingan. Laki-laki ini melepas Giam
Liong dan saat itu sang ibu menyambut, menggerakkan
tangan yang lain dan disambarlah Giam Liong dengan cepat.
Dan ketika sang anak sudah kembali ke ibunya sementara
sang ibu masih tidak puas dengan serangannya ke muka Hu-
san maka sebuah tendangan mengiringi gerakannya hingga
Hu-san mencelat terguling-guling, membentur pohon.
"Kau binatang tak tahu diri. Enyahlah, dan jangan coba-
coba mengganggu anakku..... dess!"
Semua orang terpukau. Mereka kaget dan kagum oleh
gerakan luar biasa dari si nyonya, begitu cepat, begitu
mengejutkan. Tapi ketika Hu-san merintih dan mengaduh-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aduh, melingkar di sana maka si brewok dan teman-temannya
menjadi marah. "Wanita siluman!" si brewok menggeram. "He, kepung
rapat-rapat, kawan-kawan. Jangan sampai lolos dan hati-hati
dengan serangannya!" dan kaget tapi juga marah oleh sepak
terjang si nyonya, laki-laki ini menggulung lengan bajunya,
memperlihatkan pergelangan tangannya yang kuat dan kekar,
seperti bambu petung. "Nyonya, kau menghina kami. Hu-san
adalah anak buahku. Hayo cepat minta maaf dan berlutut di
depan Ang-houw B in Kiat T ung!"
"Hm, kau...!" si nyonya mendengus. "Jangan coba-coba
menggangguku pula, Bin Kiat Tung. Aku tak ada urusan
denganmu atau kaupun mengalami nasib sama seperti laki-laki
itu. Minggir, kalian jangan menghalangi!"
"Wah, kau begitu sombong" Berani menentang laki-laki
sedemikian banyaknya?"
"Hm, jangankan sekian. Seratus orang seperti kalian
sanggup kusapu bersih, Bin Kiat Tung. Minggir dan sekali lagi
jangan mengganggu aku. Anakku tak suka kalian menggonggong!" dan gugup melihat anaknya menangis dan
melengking-lengking, kaget dan takut oleh semuanya itu maka
si nyonya membuka bajunya dan apa boleh buat menyumpal
mulut anaknya dengan puting buah dada yang segar, tak
malu-malu atau segan-segan lagi demi si anak, agar diam.
Dan ketika ibu itu menepuk-nepuk pantat anaknya sambil ber-
cup-cup agar tidak menangis maka belasan pasang mata
melototkan memandang gratis pemandangan luar biasa itu.
"Wah, padat dan penuh gizi sekali. Segar!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, dan mau rasanya aku menggantikan anak itu, Sing-
twako. Ah, betapa lezat dan nikmatnya!"
"Hm, dan aku siap mati kalau sudah diberi segumpal saja.
Huwaduh, tenggorokanku kering, Bin-twako. Aku tiba-tiba saja
ingin emik!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, aku juga!"
"Dan aku juga...!"
Dan ketika tawa serta suara-suara kurang ajar menjadi
saling tindih dan gaduh mengiringi tepukan tangan maka Sin-
hujin berkilat dan menyambar-nyambar matanya. Saat itu dia
dikepung, ke manapun dia bergerak maka mata lelaki pasti
menyorotinya. Dia terpaksa menyusui anaknya karena hanya
dengan begitulah puteranya mau diam. Tapi ketika anaknya
malah tersedak dan kaget oleh sorak dan tawa itu,
melepaskan buah dadanya maka Sin-hujin ini menutup baju
dan secepat kilat tangan kirinya bergerak.
"Crep-crep!' Dua orang roboh menjerit. Tiba-tiba saja dua batang jarum
amblas di tenggorokan dua orang itu. Mereka terjungkal dan
berteriak sekali, terguling dan seketika tewas! Dan ketika yang
lain terkejut dan tentu saja mundur, berteriak tertahan maka
Sin-hujin itu sudah berkelebat dan keluar kepungan.
"Siapa mengganggu akan mati seperti itu. Majulah, kalau
ingin mendekati' maut! Gegerlah semua orang. Setelah mereka sadar dan tahu
akan kematian temannya tiba-tiba semua orang menjadi
marah. Ang-houw (Harimau Merah) Bin Kiat Tung sampai
mendelik matanya, lelaki itu terkejut dan marah sekali. Maka
ketika si nyonya keluar dan anak buahnya mundur memberi
jalan, otomatis, setelah melihat kejadian itu maka laki-laki
tinggi besar ini memekik dan menerjang maju.
"Tangkap wanita ini, robohkan dia!"
Sang nyonya mendengus. Dia melihat si tinggi besar sudah
menyerang dengan goloknya. Senjata yang lebar dan berat itu
mengaung, tanda betapa hebat dan dah syatnya tenaga si
pengayun golok. Tapi ketika dia berkelit lincah dan golok
menderu di samping telinga ternyata yang lain maju meluruk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tombak atau golok-golok lain berseliweran. "Wut-wut-
singgg...!" Sang nyonya mengerutkan kening. Dia mampu menghindari
semua serangan senjata tajam itu tapi anaknya menangis
melengking-lengking. Si nyonya terganggu dan apa boleh buat
menangkis sebatang golok yang menyambar dari kiri,
mementalkannya dan si pemilik golokpun menjerit, terpelanting, memberi sebuah jalan dan saat itulah Sin-hujin
keluar kepungan untuk kedua kalinya lagi, meletakkan
anaknya di atas rumput dan selanjutnya nyonya ini
beterbangan di antara senjata-senjata pengeroyoknya yang
mengejar, menghalau dan menolak balik semua senjata tajam
itu dengan kebutan ujung bajunya. Lawan sampai terpekik
karena hanya dengan kebutan ujung baju itu saja tiba-tiba
senjata mereka terpental, persis bertemu lempengan baja
atau kipas besi, dari ujung baju si nyonya. Dan ketika semua
terkejut dan Ang-houw Bin Kiat Tung sendiri terpekik oleh
sebuah tolakan tenaga kebut maka selanjutnya belasan laki-
laki kasar itu jatuh bangun dan terpelanting atau terlempar
oleh tenaga si nyonya. Kiranya Sin-hujin memiliki s inkang kuat
dan angin atau hawa pukulannya itu sanggup menahan
belasan senjata tajam, bukan main mengagumkannya. Dan
ketika nyonya itu mulai membalas dan Bin Kiat Tung serta
teman-temannya dibuat kalang-kabut maka lelaki itu berteriak
agar membunuh si bayi yang ada di atas tanah, mengganggu
konsentrasi si nyo nya. "Hajar dan bunuh anak laki-laki itu. Kacau perhatian
ibunya!" Dua orang mengangguk. Mereka merasa sependapat dan
tertawa girang, melompat dan menghampiri anak laki-laki
yang masih menangis itu, bahkan yang kian keras tangisnya
karena ditinggal s i ibu. Tapi ketika mereka bergerak dan golok
terayun ke leher, keji hendak menetak sekonyong-konyong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar tawa dingin dan Sin-hujin itu menggerakkan dua
sinar hitam ke arah dua laki-laki ini.
"Ya, bunuh anakku, kalau kalian ingin mampus!"
Dua orang itu menjerit. Sama seperti teman mereka yang
pertama tadi mendadak mereka berteriak dan terjengkang
roboh. Dua jarum hitam itu menembus teng gorokan mereka,
amblas dan seketika membuat mereka terguling, tewas dan
mukapun segera menjadi kehitaman. Dan ketika dua orang itu
roboh dan yang lain tersentak maka Bin Kiat Tung berteriak
menyuruh yang lainnya lagi.
"Kutahan wanita ini, hajar dan bunuh bocah itu!"
Empat orang kembali bergerak. Mereka marah dan juga
penasaran oleh kegagalan itu. B in Kiat T ung sudah menerjang
dan menahan si nyonya. Menurut perhitungan tentunya si
nyonya sibuk dan tak sempat menghalangi mereka, apalagi
sekarang mereka maju berempat dan bukannya berdua. Tapi
ketika si nyonya membentak dan golok di tangan lawan
diterima kedua jarinya, ditekuk dan dihentak ke bawah maka
golok itu bengkok sementara tangan si nyonya yang lain
mengeluarkan lagi jarum-jarum hitam itu.
"Crep-crep-crep!"
Empat orang roboh berteriak ngeri Ternyata mereka
menjadi korban juga sementara Ang-houw Bin Kiat Tung
terpekik melihat goloknya melengkung. Golok itu seperti
benda lembek yang begitu gampang dibuat bengkok. Ah! Dan
ketika laki-laki itu terkejut dan tertarik maju maka kaki si
nyonya bergerak menendar dan laki-laki ini mencelat.
"Dess!" Ang-houw Bin Kiat Tung terlempar. Laki-laki ini berdebuk
dan terbanting mengaduh, sadar bahwa dia kiranya
berhadapan dengan seorang wanita lihai, buka sembarangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika dia terhuyun bangun dan melotot gentar, ngeri,
maka si nyonya berseru bahwa mereka semua patut dibunuh.
"Tiga kali kalian mengganggu anakku. Cukup, itu sudah
lebih dari cukup. Sekarang lihatlah apa yang kupegang dan
bersiaplah ke akherat!"
Si Harimau Merah terbelalak. Belum jelas dia melihat tahu-
tahu sinar putih berkeredep menyambar. Sinar itu bergerak
cepat dan tahu-tahu menuju dirinya, membabat dan melewati
tiga orang di depan yang seketika berteriak ngeri. Dan ketika
tiga orang itu roboh dan tangan atau kaki mereka
beterbangan, entah bagaimana, tahu-tahu sinar putih itu juga
sudah menyambar dan membabat si Harimau Merah.
"Crass!" Darah memuncrat tinggi. Si Harimau Merah tak sempat
memekik karena tahu-tahu kepalanya putus. Batang kepala itu
lepas dari tubuhnya seakan disabet lidah seekor naga, atau
mungkin lecutan seekor naga sakti yang sedang marah. Dan
ketika empat atau lima tubuh bertumbangan dengan kaki atau
tangan putus-putus, terpisah dari tempatnya maka sisanya
yang lain terbelalak ngeri dan tiba-tiba menjerit memutar
tubuh lari sipat kuping! "Jangan lari, kalian harus
kubunuh.... cras-crass!" tangan dan kaki beterbangan lagi, disusul
jerit dan robohnya tubuh-
tubuh yang ambruk seperti
batang pisang. Lima laki-laki
tiba-tiba sudah menjadi korban lagi dari keganasan
sinar putih itu, yang ternyata sebatang golok dan
ampuhnya nggegirisi, karena golok itu tak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlepotan darah karena begitu dipenuhi darah tiba-tiba golok
ini sudah menghisapnya kering dan bersih, golok yang diamati
satu dari dua laki-laki terakhir yang jatuh terduduk, lunglai
dan ngeri oleh keberingasan si nyonya yang demikian sadis,
sungguh jauh bedanya dengan tubuh atau gerak-geriknya
yang lemah lembut itu, meskipun pandangan matanya meliar
dan tiba-tiba seolah orang yang tidak waras. Dan ketika golok
itu menyambar lagi dan teman laki-laki ini terjengkang dengan
kepala putus maka satu dari tujuhbelas o-rang yang masih
hidup itu berteriak, "Giam-to (Golok Maut)...!"
Sang nyonya tertegun. Teriakan atau seruan yang
sebenarnya merupakan pengiring bagi kematian laki-laki itu
tiba-tiba malah menyelamatkannya. Golok berhenti dan lekat
di kulit, tak jadi membabat, bergetar dan pucatlah laki-laki itu
menjatuhkan diri berlutut. Dan ketika si nyonya memandang
dingin dan golok masih menempel, dingin dan mengeluarkan
hawa menyeramkan tiba-tiba lelaki itu sudah meratap.
"Am.... ampun. Aku tak tahu bahwa kau kiranya isteri Si
Golok Maut, hujin. Kau kiranya Sin-hujin dari Hek-yan-pang
itu. Am.... ampun.... aku jangan dibunuh!"
Sang nyonya menarik goloknya. Cepat dan luar biasa tahu-
tahu senjata itu lenyap di punggung. Dan ketika pandang
matanya dingin menusuk dan laki-laki
itu rupanya mengenalnya, setelah dia mengeluarkan golok mautnya maka
nyonya itu menendang, tertawa aneh.
"Tikus busuk, kau orang pertama yang dapat mengenal
aku. Baiklah, kuselamatkan jiwamu. Tapi katakan dulu
bagaimana semuanya ini bisa terjadi dan anakku tahu-tahu
diculik.... dess!" Laki-laki itu terlempar. Dia mengaduh tapi berseru
kegirangan bahwa s i nyonya tak membunuhnya. Dia diampuni
dan itu berarti umurnya masih panjang. Maka ketika dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meringis bangun dan terhuyung menghampiri nyonya itu,
menjatuhkan diri berlutut maka segera dia ditanya bagaimana
anak sang hujin tahu-tahu diculik.
"Aku.... aku tak banyak tahu. Tapi Hu-san mengajak Ang-
houw Bin Kiat Tung mengganggu dirimu. Selanjutnya kau
dihadang di sini, hujin, dan selanjutnya pula kau telah
membunuh mereka....!"
"Hm, Hu-san" Laki-laki itu?"
"Benar," lawan bicara mengangguk memandang Hu-san
yang masih pingsan di tanah, karena laki-laki itulah yang
pertama kali diserang si nyonya. "Hu-san inilah yang
membawa Bin Kiat Tung kepadamu, hujin. Dan siapa yang
membawa anakmu ke sini sesungguhnya aku kurang jelas
benar." "Kalau begitu seret dia ke mari. Aku ingin bertanya!"
Hu-san disiram air dingin. Laki-laki ini memang pingsan dan
dia tidak terlibat pertarungan. Itulah sebabnya dia masih
hidup dan kini disadarkan. Tapi begitu laki-laki ini siuman dan
terkejut melihat Sin-hujin, terbelalak melihat banyaknya mayat
malang-melintang di sekitar dirinya tiba-tiba lelaki itu menjerit
dan lari lintang-pukang. "He, kau ke sini!" bayangan Sin-hujin berkelebat. "Berhenti
dan jangan lari, orang she Hu. Atau kau mati seperti yang
lain-lain ini.... bluk!" Hu-san roboh tertotok, kaget melengking
tinggi dan ambruk di hadapan nyonya itu. Lalu ketika laki-laki
ini merintih kesakitan dan meratap berulang-ulang, pucat dan
gentar maka Sin-hujin itu menanyainya tentang penculikan
anaknya. "Siapa yang membawa anakku ke sini, dan siapa
pula yang membawa orang she Bin itu!"
"Ak.... aku tak tahu!" laki-laki ini pias. "Ampunkan aku,
hujin.... ampunkan aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, temanmu itu mengatakan bahwa kaulah yang
membawa orang she Bin. Berani kau menyangkal?"
Hu-san terkejut. Baru dia sadar bahwa di situ ada
temannya itu. Maka mengeluh dan mengangguk gentar
terpaksa dia mengaku. "Dan siapa yang membawa anakku ke sini!"
"Pa-lopek." lelaki itu tiba-tiba bersinar. "Dialah yang
membawa anakmu, hu-jin, dan dialah yang meracun isterinya
pula!" "Apa?" kening itu terangkat. "Kakek tua bangka itu?"
"Benar, hujin. Dia.... dia...."
"Teruskan!" sang nyonya membentak. "Ceritakan jangan
terputus-putus, tikus busuk. Atau aku nanti menendangmu
dan kau mampus tak dapat bicara!"
Hu-san ketakutan. Akhirnya laki-laki ini menceritakan
bahwa kakek Pa itulah yang membawa Giam Liong ke hutan,
meracun isterinya dan mengharap mereka semua dapat
menangkap si nyonya. Dan ketika Sin-hujin merah padam dan
mendengarkan cerita itu maka si nyonya bertanya apa yang
menjadi maksud atau tujuan Pa-lopek itu.
"Dia... dia ingin memperisterimu. Kakek itu jatuh cinta
kepadamu!" "Bedebah!" muka itu semakin merah padam. "Kakek itu
mau memperisteri aku" Dan untuk itu dia sampai meracun
isterinya sendiri" Keparat, katakan di mana kakek jahanam itu
sekarang, Hu-san. Atau kau terbang ke akherat!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Am.... ampun...!" Hu-san ketakutan. "Tit... tidak, hujin.
Jangan bunuh aku. Kakek itu masih bersembunyi di hutan ini.
Tadi dia di belakang Bin Kiat Tung dan menggigil di balik
pohon besar itu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kalau begitu kau cari dia. Juga kau!" si nyonya
menuding laki-laki pertama. "Cari dan seret kakek itu ke mari,
tikus-tikus busuk. Dan jangan coba-coba lari kalau tak ingin
kubunuh. Kuberi waktu seperempat jam atau kalian mampus!"
Hu-san dan laki-laki pertama ketakutan. Mereka ngeri dan
segera dua laki-laki itu memasuki hutan, mencari dan tak lama
kemudian sudah membawa kakek i-tu. Ternyata benar, Pa-
lopek bersembunyi di hutan, jauh di tengah. Dan begitu kakek
ini tertangkap dan me lolong-lolong melihat begitu banyaknya
mayat di situ maka kakek ini ditendang dan Hu-san berusaha
mencari muka di depan Sin-hujin, yang matanya seperti
mengeluarkan api! "Katakan dan akui semua perbuatanmu di depan Sin-hujin.
Atau aku akan mencekikmu dan kau kubunuh!"
"Ti... tidak. Ampun, Hu-san.... ampun!"
"Jangan minta ampun kepadaku, tetapi kepada Sin-hujin....
dess!" kakek itu terlempar, jatuh tepat di depan Sin-hujin dan
nyonya ini menyambar rambut si kakek, memelintirnya dan
berteriak-teriak-lah kakek itu oleh pelintiran si nyonya. Dan
ketika Sin-hujin bertanya kenapa kakek itu meracun isterinya,
seperti yang dikata Hu-san maka kakek itu menangis.
"Am... ampun. Aku mencintaimu, hu-jin. Aku ingin hidup
berdua denganmu. Aku membenci isteriku yang tiba-tiba
cerewet. Kalau kau tak suka kepadaku biarlah kutarik niatku,
jangan kau membunuhku!"
"Hm, menarik niat setelah meracun isterimu" Menarik niat
setelah kau takut kubunuh" Keparat, kau tua bangka tak tahu
malu, Pa-lopek. Sungguh menjijikkan dan memuakkan
tingkahmu ini. Hayo kubur isterimu itu, dan minta ampun di
sana!" "Ba... baik!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan kalian!" nyonya itu membalik. "Bersihkan dan kubur
semua mayat-mayat ini, Hu-san. Setelah itu ikut aku ke nenek
Lui!" Hu-san mengangguk. Merasa mendapat harapan dan
ampunan si nyonya tiba-tiba laki-laki itu sudah bergegas
mengumpulkan mayat teman-temannya. Teman satunya
membuat lubang dan Hu-sanpun tak lama kemudian sudah
membantu. Sebenarnya dua orang itu ngeri dan hampir
muntah-muntah oleh pemandangan yang amat mengerikan
ini. Kaki dan tangan terpisah di mana-mana, terakhir kepala
Bin Kiat Tung tampak menggelinding di bawah semak,
bercampur dengan tahi kerbau! Tapi ketika semua itu
dilakukan dua orang ini dan menahan muntah mereka terus
memasukkan mayat-mayat itu maka Sin-mujin akhirnya
menendang Pa-lopek untuk ganti mengubur mayat isterinya.
"Tap.... tapi berjanjilah dulu bahwa kau tidak akan
membunuhku, hujin. Bahwa kau akan mengampuniku seperti
mengampuni dua orang ini!"
"Hm, aku memang tidak akan membunuhmu. T erlalu kotor
tanganku menyentuhmu!"
"Ah, terima kasih, hujin. Kalau begitu terima kasih!" dan si
kakek yang mencium serta menjatuhkan diri berlutut di kaki si
nyonya akhirnya ditendang dan mencelat lagi, bangun
merangkak dan terhuyung berdiri tersenyum-senyum dan
tidak ketakutan seperti tadi. Agaknya janji s i nyonya dipercaya
penuh, padahal Hu-san dan temannya saling lirik dan curiga.
Mata si nyonya menyinarkan nafsu pembunuhan, tak mungkin
dipercaya begitu saja. Tapi ketika mereka mengiring dan
berdebar melihat semuanya itu maka tiga orang ini akhirnya
tiba di rumah nenek Lui yang membujur kaku. Pa-lopek
akhirnya diminta mengubur isterinya dan meminta ampun.
Kakek itu biasa-biasa saja dan tidak menunjukkan penyesalan
sedikitpun. Rupanya kakek itu berdarah dingin, atau mungkin
tiba-tiba menjadi dingin dan sinis karena maksudnya gagal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin-hujin tak berhasil diraihnya sebagai isteri, sebuah impian
yang terlampau muluk! Dan ketika semuanya selesai dan jazad
nenek Lui sudah dikuburkan maka Hu-san mendapat isyarat
agar membunuh kakek itu, menggorok lehernya!
"Apa?" laki-laki ini terkejut. "Membunuhnya, hujin"
Bukankah kau berjanji tak akan membunuhnya?"
"Hm, aku memang tak akan membunuhnya, Hu-san.
Tanganku terlampau bersih untuk dikotori darahnya yang
jahat. Tapi aku tak berjanji untuk meminjam tangan orang
lain, dan kaulah yang kupilih!"
Hu-san terkejut. Akhirnya dia sadar bahwa si nyonya
memang betul. Pa-lopek tak dibunuh dan justeru dialah yang
kini dipinjam. Kakek itu harus menemui kematian, bukan oleh
tangan Sin-hujin melainkan oleh tangannya. Dan ketika Pa-
lopek terbelalak dan pucat mendengar itu, tersentak, maka
laki-laki ini sudah tertawa dan mencabut goloknya.
"Lopek, rupanya kau terlalu banyak dosa. Lihat dan dengar
sendiri kata-kata Sin-hujin. Maaf, aku harus mengantar
nyawamu ke neraka!" "Tit.... tidak!" sang kakek tiba-tiba memutar tubuhnya, lari
lintang-pukang. "Aku mendapat janji tak akan dibunuh, Hu-
san. Aku sudah dinyatakan mendapat ampun!"
"Ha-ha, kau salah mengartikan. Sin-hu-jin memang
mengampunimu, lopek. Tapi aku tidak. Dan aku akan
membunuhmu!" dan Hu-san yang mengejar serta membentak
si kakek agar berhenti tiba-tiba menyusul dan mengayunkan
goloknya. Kakek Pa mengelak namun dia tersandung jatuh,
berteriak dan ngeri melihat Hu-san menggerakkan goloknya ke
arah leher. Kakek itu menggulingkan tubuh dan golok
menghajar tanah, luput. Tapi ketika Hu-san menggeram dan
mengejar lagi, membacok, maka si kakek mengeluh dan tahu-
tahu lehernya putus. "Crass!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Darahpun membasahi bumi. Hu-san tertawa bergelak dan
puas melaksanakan perintah sang nyonya. Dia merasa
mendapat ampun dan kepercayaan. Tapi ketika dia mau
menyarungkan goloknya dan berbalik melapor hasil tiba-tiba
Sin-hujin berkelebat dan menyuruh dia memotong lidah,
dengan goloknya itu! "Ap.... apa?" lelaki ini pucat, mundur dua tindak. "Mem....
memotong lidahku, hujin" Kau hendak membunuhku?"
"Hm, tidak," sang nyonya menggeleng, tersenyum dingin.
"Aku tidak membunuhmu, Hu-san. Hanya memerintahkan kau
mengerat lidahmu itu dengan golokmu sendiri. Aku tak
membunuhmu kecuali kau membangkang!"
"Tapi hujin mengampuni aku!"
"Benar, dan karena itu kau tidak kubunuh. Tapi sekarang
kalian berdua mengenal aku sebagai isteri Si Golok Maut, Hu-
san. Dan aku tak suka kalian menceritakan ini kepada orang
lain. Aku ingin memotong lidah kalian agar terjamin bahwa
kalian tak bercerita pada orang lain!"
"Ah!" dan Hu-san yang terbelalak serta ngeri tiba-tiba
menjatuhkan diri berlutut, menangis. "Aku bersumpah tak
akan menceritakan keadaan dirimu kepada o-rang lain, hujin.
Aku bersumpah demi langit dan bumi, juga arwah semua
nenek moyangku!" "Benar," temannya, yang ketakutan dan juga pucat oleh
keputusan itu tiba-tiba ikut menjatuhkan diri berlutut,
menangis. "Akupun bersumpah seperti itu, hujin. Percayalah
bahwa kami berdua tak akan menceritakan dirimu kepada
orang lain!" "Aku tak ingin banyak omong," sang nyonya tiba-tiba
berkilat. "Laksanakan perintahku atau kalian mampus, Hu-san.
Cepat dan jangan membuat aku marah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hu-san tiba-tiba memekik. Golok yang ada di tangannya
tiba-tiba ditusukkan kedepan. Sang nyonya ada di depannya
dan laki-laki inipun melompat bangun. Kemarahan dan
kengerian akhirnya membuat laki-laki itu nekat, menubruk dan
menusuk perut si nyonya dengan bentakan sengit. Tapi ketika
nyonya itu mendengus dan tak mengelak, membiarkan golok
menusuk perutnya tiba-tiba golok patah dan Hu-san berteriak
tinggi. "Aduh.... pletak!"
Kiranya patahan golok menancap di tubuh laki-laki itu
sendiri. Dengan gerakan cepat dan luar biasa Sin-hujin
menggerakkan kakinya, sedikit saja tapi golok sudah dicungkil
ke atas. Dan karena golok menyambar cepat dan ujung yang
lancip itu menuju dada maka robohlah Hu-san dengan
patahan goloknya sendiri!
"Nah," Sin-hujin menghadapi lawan satunya. "Kau saksi
terakhir yang masih hidup, tikus busuk. Tinggal melaksanakan
perintahku atau menyusul arwah Hu-san!"
"Ak... aku mau!" laki-laki itu menggigil. "Ak... aku akan
melaksanakan perintahmu, hujin. Dan aku akan memotong
lidahku!" tapi bingung tak melihat senjata tajam di situ laki-
laki ini gemetar, tapi segera ditunjuk si nyonya agar
mengambil patahan golok di dada Hu-san.
"Pakai itu, dan kerat lidahmu!"
Laki-laki ini menangis. Akhirnya apa boleh buat dia
mencabut patahan golok di dada temannya itu, lalu sekali dia
menjulurkan lidah dan mengerat maka lidah-nyapun
terpotong, putus. Tapi begitu lidahnya putus maka laki-laki
inipun juga ambruk dan roboh pingsan!
"Hm, kurcaci-kurcaci menyebalkan," nyonya ini tertawa
dingin, sama sekali tak tergerak oleh tiga tubuh yang malang-
melintang itu. "Selamat tinggal, nenek Lui-ma. Dan semoga
arwahmu tenang di alam baka!" lalu sekali bergerak dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar bayinya, yang tertidur dan pulas di situ tiba-tiba
nyonya ini sudah menghilang dan tidak memperdulikan kakek
Pa atau lain-lainnya itu.
0odwo0 Hek-yan-pang (Perkumpulan Walet Hitam). Di sini tinggal
dua orang gagah yang menjadi tokoh-tokohnya, sepasang
suami isteri yang baru setahun menikah dan disegani para
penghuninya. Dan bagi para pembaca yang sudah membaca
Golok Maut, kisah sebelum kisah ini tentu mengenal s iapa dua
orang gagah itu, suami isteri lihai yang tinggal dan memimpin
perkumpulan Walet Hitam ini.
Benar, mereka adalah Swi Cu dan suaminya, Beng Tan, J u
Beng Tan yang akhir nya dikenal orang sebagai Pek-jit Kiam-
hiap (Pendekar Berpedang Matahari), seorang pemuda gagah
perkasa yang dulu dipakai oleh istana untuk menandingi dan
menghadapi Si Golok Maut Sin Hauw, pembunuh yang
membuat geger di istana dan telah menjatuhkan tangan
mautnya dengan membunuh-bunuhi ratusan orang. Tak
kurang dari sepuluh orang-orang lihai telah dibabat Si Golok
Maut ini ketika orang-orang itu membantu istana. Dan ketika
Ci-ongya akhirnya terbunuh dan menemui ajal di tangan Si
Golok Maut, yang akhirnya juga tewas dan roboh di Bukit Iblis
maka sepak terjang atau keganasan si Golok Maut itu menjadi
buah bibir. Beng Tan ditarik ke istana untuk menjaga keselamatan
kaisar, juga dua adik tiri kaisar yang bernama Coa-ongya dan
Ci-ongya. Tapi ketika Ci-ongya tetap juga binasa dan Golok
Maut akhirnya dikejar-kejar, dikeroyok limaribu orang dipimpin
si Kedok Hitam yang misterius maka Golok Maut akhirnya
terbunuh dan mengalami nasib mengerikan di Bukit Iblis, mati
terpotong-potong. Memang menyedihkan nasib Si Golok Maut itu. Ajal
merenggutnya demikian sadis, padahal dia terikat duel dan
janji dengan Ju Beng Tan ini, lawan paling tangguh dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seimbang yang pernah dihadapi. Dan karena Beng Tan
akhirnya kecewa dengan kematian Si Golok Maut itu, yang
terjadi akibat ketidaksetiaan kaisar sendiri dengan kata-
katanya maka pemuda ini akhirnya menarik diri dan tak mau
lagi bekerja di istana. Beng Tan, pemuda gagah perkasa itu mengundurkan diri.
Pemuda itu mengalami kekecewaan berat, di samping rasa
terguncangnya yang hebat oleh kematian Golok Maut dan
hadirnya seorang tokoh yang mengejutkan, si Kedok Hitam
yang misterius itu. Dan ketika semuanya berakhir namun
pemuda ini terpukul oleh sesuatu yang amat mengguncangkan
maka Beng Tan mencoba melupakan itu dengan tinggal di
Hek-yan-pang. Sebenarnya, perkumpulan ini adalai milik isterinya, bukan
milik pemuda itu. Namun karena pemuda itu menjadi suami
Swi Cu dan Swi Cu adalah tokoh pengganti setelah sucinya
(kakak seperguruan perempuan) Wi Hong maka pemuda itu
otomatis diangkat sebagai ketua dan Beng Tan pun
sebenarnya bukan laki-laki asing bagi anggauta atau penghuni
Hek-yan-pang. Pemuda ini telah dua tiga kali menolong perkumpulan itu
dari sergapan Si Golok Maut, yakni ketika Golok Maut mencari
dan memasuki perkumpulan itu yang menyembunyikan Ci
Fang, putera mendiang Ci-ongya yang akhirnya tewas
terbunuh. Dan karena Beng Tan telah dua atau tiga kali
menyelamatkan perkumpulan ini maka hadirnya pemuda itu di
perkumpulan Walet Hitam dapat diterima baik-baik, apalagi
setelah pemuda itu menikah dengan Swi Cu, gadis yang dulu
menjadi hu-pangcu (wakil ketua) di perkumpulan ini.
Sebenarnya, setahun dua yang lalu Hek-yan-pang tak boleh
dimasuki lelaki. Perkumpulan ini amat keras menjaga
peraturannya yang sudah puluhan tahun. Siapa pun yang
berani datang, asal laki-laki, tentu dibunuh. Tapi ketika Golok
Maut datang dan mengobrak-abrik perkumpulan itu maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peraturan yang ketat dijalankan bertahun-tahun tiba-tiba saja
hancur berserpihan seolah kain lapuk ditiup angin kencang.
Dulu Hek-yan-pang amat keras dan membenci laki-laki.
Dulu perkumpulan ini tak mengijinkan laki-laki masuk dan
berbuat seenaknya. Tapi ketika Golok Maut dapat keluar atau
masuk sesukanya, karena tak ada seorangpun yang dapat
menandingi tokoh itu maka Hek-yan-pang roboh pamornya
dan celaka sekali ketua mereka yang cantik, Wi Hong, bahkan


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jatuh cinta dan bermesraan dengan manusia pembunuh itu.
Dan akibat dari semuanya itu ketua mereka hamil!
Para anggauta Hek-yan-pang terguncang. Mereka benar-
benar terpukul. Bayangkan, ketua mereka yang amat keras
dan membenci murid-murid yang berjina ternyata telah
melanggar larangan itu sendiri. Sang ketua galang-gulung
dengan Si Golok Maut dan hamil, padahal belum menikah.
Tapi karena yang melakukan itu adalah tokoh mereka sendiri
dan ada semacam "undang-undang tak tertulis" bahwa apa
yang dilakukan tokoh tak perlu dipergunjingkan lama-lama
maka anak murid Hek-yan-pangpun mengurut dada meskipun
beberapa di antara mereka, terutama yang dulu kena hukum
akibat jina merasa marah dan tidak puas. Maklumlah, ini tidak
adil! Namun, apa yang dapat mereka lakukan"
Ketua Hek-yan-pang itu sudah tak ada di situ lagi. Sang
ketua yang lama menghilang dan telah diganti sumoinya (adik
seperguruan perempuan) itu, Swi Cu, gadis yang tak kalah
lihai dengan sucinya dan memiliki Ang-in-kang (Pukulan Awan
Merah) di samping ilmu pedang Angin Kiam-sut (Ilmu Pedang
Awan Merah). Dan karena pimpinan kini sudah berganti orang
dan Swi Cu memimpin bersama suaminya maka beberapa
perobahan mulai dilakukan dan anak-anak murid Walet Hitam
girang. Pertama, mereka boleh berhubungan dengan lelaki. Ehm!
Lelaki boleh memasuki markas Hek-yan-pang dan siapa yang
hendak menjadi murid diterima. Hek-yan-pang tidak lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan perkumpulan yang dihuni wanita-wanita saja
melainkan juga lelaki atau pemuda-pemuda tegap yang
menjadi murid di situ. Dan peraturan ini tentu saja
menggembirakan murid-murid perempuan.
Betapa tidak" Mereka telah bertahun-tahun memendam
semacam perasaan rindu terhadap lelaki. Ada semacam
perasaan atau hasrat ingin bermanja-manja dan dilindungi
lelaki. Kebekuan yang ditrapkan ketua lama terasa menyiksa.
Itulah sebabnya ketika beberapa anak murid perempuan
merasa tak tahan dan "main-main" di luar, berhubungan
dengan lelaki tiba-tiba saja anak murid yang lain merasa iri
dan melapor pada ketuanya. Dan Wi Hong ketua yang lama
itu memberi hukum an keras. Ada murid yang terpaksa
dihukum kurung seumur hidup, ada pula yang dibunuh karena
tak dapat meninggalkan kekasihnya, ketika kekasihnya itu
masuk dan menyusul. Dan ketika peristiwa-peristiwa lain
mengguncangkan perkumpulan itu namun dapat diredam,
eh... mendadak sang ketua sendiri jatuh cinta kepada Golok
Maut dan berhubungan intim!
Tapi, ah., itu sudah lewat. Dalam malu dan bingungnya
sang ketua lama sudah meninggalkan perkumpulan. Sumoinya
duduk menggantikan dan Hek-yan-pang sudah dilindungi pula
oleh seorang pemuda gagah perkasa yang bukan lain Ju Beng
Tan adanya itu. Pemuda ini amat lihai, dia adalah murid atau
setidak-tidaknya orang yang menganggap diri sebagai murid
dari manusia maha sakti Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang
misterius itu. Dan karena pemuda ini amat hebat dan dua
ilmunya amat ditakuti lawan maupun kawan maka Pek-lui-
ciang (Tangan Kilat) dan Pek-jit Kiam-sutnya (Ilmu Pedang Ma
tahari) cukup membuat namanya dimalui.
Pemuda ini memang luar biasa. Dulu, setahun yang lalu
ketika tak ada seorang tokoh pun yang mampu menandingi
Golok Maut maka pemuda inilah yang muncul. Beng Tan inilah
yang mampu bertanding seru dengan tokoh pembunuh itu. Di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-yan-pang sendiri pernah dua orang ini bertarung sehari
semalam, dengan kesudahan masing-masing sama roboh dan
kehabisan tenaga. Dan ketika keduanya hendak melanjutkan
setelah beristirahat sejenak tiba-tiba Bu-beng Sian-su datang
dan melerai, memisah dua orang itu. Dan Beng Tan menjadi
tokoh idaman yang diam-diam digandrungi banyak murid-
murid perempuan Hek-yan-pang.
Namun pemuda itu telah memilih. Swi Cu, sang wakil
ketua, telah menjatuhkan hatinya. Pemuda ini tak bertepuk
sebelah tangan karena sang gadispun menyambut. Mereka
akhirnya menikah dan menetap di Hek-yan-pang itu, setelah
melalui dan mengalami beberapa kejadian pahit getir yang
membuat keduanya semakin dewasa dan matang, juga tentu
saja semakin dekat dan mesra satu sama lain. Dan ketika
pemuda itu menetap dan tinggal bersama anak-anak murid
Hek-yan-. pang maka Beng Tan secara resmi ditunjuk untuk
menjadi ketua di situ, sang isteri mewakili.
"Aku masih di bawahmu, dan kau jauh lebih lihai.
Kaupimpinlah perkumpulan ini ke arah yang lebih baik, Tan-
ko. Aku mendampingi dan cukup sebagai wakil ketua saja!"
"Hm, mana mungkin" Anggautamu semua perempuan, Cu-
moi. Dan aku tak bia sa bergaul dengan begitu banyak wanita.
Aku kikuk, sebaiknya aku saja sebagai pendamping atau
penasihat, pelindung!"
"Tidak, semua anggautaku sudah menyatakan persetujuannya, Tan-ko. Kau menjadi pemimpin dan kami
anak buahmu!" "Hush, kau bukan anak buah, kau isteri!"
"Mmmm.... ya, begitu maksudku. Pokoknya kau di atas dan
aku di bawah!" "Eit, bawah mana" Bawah kasur" Jangan macam-macam,
ini bukan gurauan, Cu-moi. Ini adalah warisan para leluhur
tetau tetua terdahulu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ih!" sang isteri cemberut, merasa salah omong.
"Maksudku tentu saja bukan bawah kasur, Tan-ko, melainkan
di bawahmu dalam arti kata jabatan. Semua anggauta sudah
menyatakan persetujuannya untuk kau pimpin!"
"Tapi Hek-yan-pang warisan guru dan nenek-nenek
gurumu. Aku bisa kena kutuk!"
"Tidak, kita bisa bersembahyang di abu leluhur. Para guru
dan arwah pendiri Hek-yan-pang tentu tahu bahwa tanpa kau
di sini tentu perkumpulan ini sudah hancur. Ingat saja ketika
kami diserang Golok Maut, dan ingat juga ketika beberapa
orang sesat mencoba merusak perkumpulan ini!"
"Hm-hm, baiklah," sang suami akhirnya mengangguk-
angguk, menarik lengan isterinya itu. "Tapi mengajari murid-
murid wanita tak mau aku, Cu-moi. Kaulah yang tetap
berhubungan dengan mereka dan aku hanya dari luar!"
Sang isteri tersenyum. Tentu saja dia mengangguk dan geli
oleh permintaan suaminya itu. Dan lagi, mana mungkin dia
membiarkan suaminya mengajari murid-murid perempuan"
Ah, itu urusannya. Suaminya adalah miliknya! Dan ketika
Bengj Tan setuju dan memimpin di situ maka pemuda ini
mengusulkan untuk menerima murid laki-laki.
"Apa" Laki-laki" Eh, memasukkan buaya kalau begitu, koko.
Jangan! Bisa tak keruan jadinya murid-murid perempuan kita
nanti!" "Itulah..." Beng Tan meraih tangan isterinya ini. "Ada
sesuatu yang hendak kubicarakan, Cu-moi. Dan justeru
sesuatu inilah yang amat penting!" dan membiarkan isterinya
terbelalak sejenak pemuda ini lalu mengajaknya duduk. "Kau
tentu ingin mendengar, bukan?"
"Ya." "Nah, ketahuilah," pemuda ini sudah mulai membuka jalan
pikirannya. "Aku melihat adanya sesuatu yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid-murid Hek-yan-pang gelisah, Cu-moi. Dan itu adalah
karena mereka tak ada yang menyanding. Jelasnya, beberapa
mata kulihat iri memandangmu!"
"Iri" Murid-muridku sendiri?"
"Hm!" pemuda ini semburat. "Sebagai lelaki aku dapat
melihat itu, Cu-moi, dan sebagai perempuan agaknya kau
tidak. Benar, murid-murid Hek-yan-pang iri memandangmu,
dan itu kulihat jelas!"
"Soal apa" Tentang apa?"
"Tentang kita!"
"Kita?" "Ya, kita, Cu-moi. Kebahagiaan yang kita peroleh ini,
pernikahan kita!" "Aku tidak mengerti," sang isteri mengerutkan kening.
"Apakah maksudmu itu mereka ingin menggantikan aku,
koko" Mau bercokol dan duduk sebagai hu-pang-cu?"
"Hm, salah, bukan begitu. Maksudku, hmm.... mereka itu
juga ingin kawin, menikah!"
"Hah?" "Benar, mereka ingin seperti kita, Cu-moi. Murid-murid
Hek-yan-pang itu butuh laki-laki dan pendamping!"
"Ah, hi-hik!" Swi Cu tiba-tiba tertawa, lenyap kekagetannya.
"Kukira apa, koko. Tak tahunya itu. Ih, salah. Semua murid-
murid perempuan di sini sudah biasa hidup sesama jenis dan
tidak memikirkan laki-laki!"
"Tapi mereka tetap manusia, Cu-moi. Mereka iri dan ingin
menikah seperti kita!"
"Tak mungkin, biar kutanya mereka!" dan Swi Cu yang
berkelebat dan sudah meninggalkan suaminya sambil terkekeh
lalu memanggil semua murid-murid Hekyan-pang, ditanya satu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
per satu dan apakah mereka mau kawin, pertanyaan yang
tentu saja mengejutkan murid-murid itu dan Beng Tan sendiri
sampai terhenyak. Pemuda ini pucat dan bingung sekali. Swi
Cu tahu-tahu bersikap seperti itu, memanggil semua murid
dan menanyai mereka, tentu saja tak ada yang mengaku! Dan
ketika Swi Cu terkekeh dan kembali berkelebat di depan
suaminya maka gadis, eh... nyonya muda ini berkacak
pinggang. "Lihat, penglihatanmu keliru, koko. Mereka tak ada yang
ingin kawin, semua murid Hek-yan-pang tak menghendaki
adanya laki-laki, kecuali kau di s ini!"
"Tapi... tapi..." sang pemuda gugup. "Mata hatiku melihat
itu, Cu-moi. Dan tentu saja murid-murid itu tak ada yang
mengaku. Mereka perempuan, malu!"
"Hm, tidak. Di s ini sudah dilatih untuk bersikap jujur, koko.
Siapapun yang ingin bicara dan mau melakukan sesuatu
dipersilahkan bicara. Kau terlalu berlebihan!"
"Ah, tidak. Aku serius!" tapi ketika sang isteri terkekeh
dan meninggalkannya maka Beng Tan termangu dan tak
berdaya, bingung dan tak tahu harus berbuat apa karena
sesungguhnya gejala-gejala itu dilihatnya jelas. Banyak murid-
murid Hek-yan-pang yang memandangnya dengan pandangan
aneh, dan satu di antaranya adalah Ki Bi! Dan ketika pemuda
itu tergetar dan pucat membayangkan ini maka teringatlah dia
akan kejadian beberapa hari yang lalu.
Waktu itu, untuk sesuatu keperluan di luar Swi Cu
meninggalkan Hek-yan-pang. Isterinya itu mengajak enam
murid yang lain karena mereka membutuhkan bahan makanan
untuk semua penghuni. Beras dan ransum-ransum lain habis,
persediaan tinggal menipis. Dan ketika isterinya pergi untuk
dua tiga hari maka terjadilah peristiwa ma lam itu yang
membuat Beng Tan terguncang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Bi, murid pertama di situ tiba-tiba mengetuk pintu
kamarnya. Saat itu dia sedang siulian atau duduk bersamadhi
untuk mengembalikan tenaga. Empat jam sudah dia berlatih
dan Beng Tan beristirahat, ingin memulihkan tenaga. Maka
ketika pintu kamar diketuk dan Beng Tan he-|ran serta
terkejut bagaimana malam-malam begitu ada anak murid
yang mendatanginya di kamar maka Beng Tan bertanya siapa
itu dan ada keperluan apa.
"Aku Ki Bi... aku.... aku ingin menghadap pangcu (ketua)."
Beng Tan tertegun. Cepat dia menyuruh gadis itu masuk
dan Beng Tan teringat wajah Ki Bi yang cantik dan manis.
Gadis ini adalah murid nomor satu di situ dan
kepandaiannyapun setingkat di bawah isterinya. Ki Bi selama
ini dikenalnya sebagai gadis yang lemah lembut dan gemulai,
meskipun tentu saja di balik semua kelemah-lembutannya itu
Ki Bi adalah gadis yang berkepandaian tinggi. Gadis ini mahir
menguasai Ang-in Kiam-sut dan hanya dalam pukulan Ang-in-
kang atau Pukulan Awan Merah itu dia masih kalah dengan
Swi Cu, karena Swi Cu memiliki sinkang setingkat di atas
murid utama ini. Maka ketika Beng Tan menyuruh masuk dan
tak bercuriga apa-apa, karena biasanya gadis itu juga tak
berbuat apa-apa maka Beng Tan tersentak ketika tiba-tiba
gadis itu masuk dan menjatuhkan diri berlutut dengan pakaian
yang tembus pandang, basah kuyup!
"Ampun...!" gadis itu menggigil. "Aku ... aku masuk
mengganggumu, pangcu. Aku habis bertempur dengan
seseorang dan jatuh ke telaga!"
"Bertempur dengan seseorang" Jatuh di telaga?"
"Benar," gadis itu tiba-tiba menangis. "Aku menghadapi
lawan tangguh, pangcu. Dan aku kalah. Musuh memasuki
tempat ini dan karena kuanggap kuat maka pangcu
kuganggu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah!" Beng T an meloncat dari atas pembaringannya. "Siapa
dia itu, Ki B i" Dari mana?"
"Aku tak tahu, tapi... tapi dia amat kuat!"
"Dan kau tidak membunyikan tanda bahaya!"
"Maaf, aku tak berani mengganggu murid-murid yang lain,
pangcu. Aku ingin agar pangcu sendiri yang menangani dan
membekuk penjahat itu!"
"Di mana dia!" "Memasuki lorong bawah tanah...."
"Ah, mari kita kejar, Ki Bi. Dan biar kutangkap!"
"Nanti dulu!" Ki Bi tiba-tiba meloncat bangun, tubuhnya
yang berpakaian tipis dan tembus pandang membuat darah
Beng Tan tersirap. "Aku juga ikut, pangcu. Dan jangan
tinggalkan aku. Aku takut!"
"Hm, marilah!" dan Beng Tan yang menyambar serta
menarik gadis ini lalu menekan debaran jantungnya lagi dan
berhasil menguasai diri. Kalau saja dia tidak mendapat laporan
akan adanya musuh yang datang tentu dia akan menegur dan
memaki Ki Bi kenapa berpakaian seperti itu. Hampir seluruh


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lekuk-lengkung gadis itu tampak, tercetak ketat karena
pakaian Ki Bi pun basah kuyup. Pemandangan ini cukup
membuat darah lelaki tergetar dan Beng Tan juga begitu.
Namun karena dia adalah pemuda yang berbatin bersih dan
Beng Tan bukanlah pemuda hidung belang maka keadaan Ki
Bi yang seperti itu hanya sempat mengguncangnya sejenak
tapi tidak untuk seterusnya. Pemuda ini berhasil menguasai
dirinya dan rangsangan nafsu yang menggodanya itu cepat
dapat dipadamkan. Beng Tan sudah bergerak dan
berkelebatan menuju ruangan bawah tanah. Ruangan itu
adalah penjara dan biasanya dipergunakan untuk menghukum
anak-anak murid yang bersalah. Dan ketika Beng Tan mulai
memasuki ruangan ini sementara Ki Bi ditarik dan selalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di sampingnya maka Ki Bi menggigil ketika mereka
mulai berada di ruangan yang gelap.
"Ki Bi, buatlah obor. Kita lacak jejak orang itu!"
"Ah, tidak, jangan pangcu, musuh nanti lari. Sebaiknya biar
begini saja dan kita tangkap secara diam-diam!"
"Hm, begitukah" Baik!" dan Beng Tan yang tidak bercuriga
dan menganggap benar lalu menarik Ki B i dan bersama wanita
itu sudah memasuki lorong bawah tanah. Namun Ki Bi
bersikap aneh. Wanita ini tiba-tiba mendesah, gugup dan
kelihatannya tak keruan. Beng Tan harus dua kali berhimpitan
badan ketika melalui lorong yang sempit, merasa betapa gadis
itu berdekatan muka dan pipi mereka nyarris berciuman!
Pemuda ini harus menahan napas karena napas Ki Bi justeru
menerjang mukanya, panas dan aneh. Dan ketika Beng Tan
diganggu perasaan tak enak dan cepat menjauhkan diri maka
selanjutnya mereka sudah keluar masuk ruangan bawah tanah
itu namun bayangan musuh yang dicari tak kelihatan batang
hidungnya. "Benarkah dia memasuki ruangan ini" Atau sudah lari?"
"Tak mungkin, musuh itu mendekam di sini, pangcu. Dan
aku tahu bahwa dia belum keluar!"
"Tapi kau tadi ke kamarku!"
"Benar, tapi kawat yang kuletakkan di depan pintu masuk
tadi juga masih tak berubah, pangcu. Benda itu masih di sana
dan pangcu sendiri tahu!"
"Hm, betul juga. Kalau begitu mari terus masuk!" dan Beng
Tan yang berin-dap serta berhati-hati melanjutkan langkahnya
lalu memeriksa ruangan demi ruangan. Tinggal empat
ruangan lagi yang akan diperiksa dan Ki Bi tampak tegang
sekali. Beng Tan merasa aneh tapi tidak heran. Mereka sedang
mencari musuh, melacak jejaknya. Tapi bahwa Ki Bi tampak
demikian ketakutan dan napasnya memburu, hal yang dirasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh maka Beng Tan berkata bahwa gadis itu tak usah terlalu
ketakutan. "Aku ada di sini, di depan. Kalau musuh menyerang maka
akulah yang lebih dulu terkena. Kenapa kau demikian gelisah
dan ketakutan, Ki Bi" Mana itu keberanianmu sebagai murid
utama Hek-yan-pang?"
"Maaf," wanita ini menggigil, tersedak. "Ak.... aku hanya
tegang, pangcu, bukan takut. Aku tegang bahwa musuh yang
kita cari itu belum ketemu!"
"Hm, pasti ketemu kalau benar-benar ada di ruangan
bawah tanah ini. Tinggal empat ruangan lagi yang kita
periksa, Ki Bi. Dan kalau betul dia di situ tentu akan kita
dapatkan!" Ki Bi tak menjawab. Wanita ini sekarang mencengkeram
lengan Beng Tan erat-erat. Lengan yang lembut namun terasa
panas itu menjalar juga di tubuh Beng Tan. Pemuda ini
merasa heran dan ganjil kenapa lengan wanita itu seperti
terbakar, layaknya seperti orang demam! T api karena mereka
berada di ruangan bawah tanah dan ketegangan yang
memuncak memang bisa saja membawa seseorang ke dalam
perasaan yang tinggi maka Beng Tan diam saja ketika mereka
mulai mendekati ruangan pertama, ruangan yang mulai
remang-remang karena mendapat sedikit cahaya bulan, dari
celah-celah batu di atas sana.
Pendekar Lembah Naga 11 Pendekar Sakti Karya Kho Ping Hoo Hati Budha Tangan Berbisa 10
^