Pencarian

Naga Pembunuh 4

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 4


siulian-nya, sungguh luar biasa! Tapi teringat bahwa
puteranya itu bukan seorang anak-anak lagi melainkan sudah
seorang pemuda dewasa yang sempurna dan bertubuh
tegap dan mengagumkan maka wanita ini semburat merah
dan tersipu-sipu sendiri.
Swi Cu bukanlah wanita berbatin kotor. Wanita itu amatlah
bersih hingga tak pernah dia nyeleweng. Tapi melihat bentuk
tubuh puteranya dan betapa keadaan puteranya itu
mengingatkan dia akan sang suami tiba-tiba Swi Cu mengeluh
dan lari ke kamarnya. Nafsu yang aneh tiba-tiba bergolak. Sehari dia ditinggalkan
suami dan tiba-tiba saja rasa rindu yang hebat menyerang.
Swi Cu menangis dan tiba-tiba mencengkeram dan meninju-
ninju guling dengan marah. Tiba-tiba saja dia ingin suaminya
di situ dan ingin melampiaskan birahi. Aneh sekali. Dia
terangsang oleh tubuh puteranya sendiri! Dan ketika Swi Cu
menjerit dan meloncat bangun maka wanita itu mengamuk
dan menyerang apa saja. Piring dan gelas dibanting hancur.
Kursi dan meja akhirnya juga pecah berantakan. Tapi ketika
semuanya berhenti dan nafsu itu mengendor dengan
sendirinya maka Swi Cu mengguguk dan meremas-remas
rambut kepalanya sendiri.
"Terkutuk, bedebah jahanam. Masa aku harus terangsang
dan mencintai puteraku sendiri" Masa aku harus tergila-gila
dan mengingini tubuh anakku" Oh, siluman keparat. Pergi
kau, setan terkutuk. Enyahlah kau!" Swi Cu menangis, tergetar
dan ngeri oleh perasaannya sendiri dan dipanggil-panggillah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nama suaminya. Wanita ini ketakutan namun sang suami
belum juga pulang. Dan ketika ma lam semakin larut dan Swi
Cu lupa akan maksudnya semula memanggil puteranya maka
wanita itu kecapaian dan tertidur dengan tubuh dan mata
basah. Keringat dan air mata sama-sama bercucuran dari
tubuh wanita ini. Rasa khawatir dan berahi yang sudah padam
membuat Swi Cu tertekan, kelelahan. Dan ketika bulan sudah
condong ke barat dan wanita itu tertidur, pucat, maka
masuklah sesosok bayangan dari luar jendela.
Swi Cu tak tahu itu dan sang bayanganpun menutup daun jendela, tenang dan berindap memasuki kamar. Langkahnya bagai seekor kucing yang sama sekali tak mengeluarkan suara, begitu ringan dan perlahan. Tapi ketika lampu temaram di kamar itu memperlihatkan Swi Cu yang sedang tidur dengan pakaian kusut, di tepi pembaringan maka bayangan ini menahan napas melihat
sedikit paha Swi Cu tersingkap.
Namun bayangan itu tak berbuat lain. Dia menggerakkan
jarinya dan angin dingin berkesiur menyambar. Swi Cu yang
terlelap tiba-tiba tertotok, jatuh tak sadarkan diri. Dan ketika
wanita itu mengeluh dan sekejap membuka mata, kaget,
maka bayangan itu bergerak ke lemari dan mencari-cari
sesuatu, Swi Cu sendiri lalu roboh lagi dan lupa-lupa ingat
akan bayangan ini. Siapa dia" Bukan lain Han Han. Apa yang dilakukan"
Mencari caping! Maka begitu dia bergerak menotok ibunya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar sang ibu tidak terbangun maka Han Han sudah membuka
lemari dan mencari-cari barang yang diinginkan itu. Pemuda
ini memasuki kamar setelah melihat ibunya kelelahan,
akhirnya sadar dari samadhi-nya dan mendengar bantingan
gelas atau cangkir-cangkir itu. Pemuda ini terkejut dan
melompat bangun, bergegas menyambar pakaiannya dan
berkelebat ke kamar ibunya itu. Mungkin ada musuh datang.
Han Han sudah bersiap-siap. Tapi ketika dilihatnya ibunya
menangis dan mengamuk sendirian, Han Han tak tahu
sebabnya maka pemuda itu tertegun dan mengintai di luar
kamar. Han Han mendengar ibunya memanggil-manggil sang
ayah, juga mendengar Swi Cu mengumpat-umpat Golok Maut.
Tapi karena nama itu disebut sekali dua saja dan Han Han
membelalakkan mata maka keinginan tahu pemuda ini
terpendam tak terjawab dan Han Han mulai merasa aneh akan
semuanya itu. Sebenarnya, secara diam-diam, dia pernah mendengar juga
ayah atau ibunya berbicara tentang Si Golok Maut. T okoh itu
sering disebut-sebut dan kalau bicara tentang ini tentu ibunya
tiba-tiba juga menangis, apalagi kalau menyebut-nyebut nama
Wi Hong, suci atau kakak seperguruan ibunya itu, jadi
termasuk supek-bo atau uwak guru perempuan baginya. Han
Han akhirnya tahu juga bahwa dia masih mempunyai seorang
supek-bo, suci dari i-bunya itu. Tapi karena pemuda ini
pendiam dan jarang bertanya maka Han Han menyimpan saja
semua keheranan dan berbagai pikiran yang mulai
berkecamuk di otaknya. Mula-mula dia merasa heran bahwa beberapa murid Hek-
yan-pang yang termasuk senior tak mau bicara tentang ini.
Kalau dia bertanya di mana supek-bonya itu dan kenapa tak
muncul di Hek-yan-pang maka murid-murid tertua tutup
mulut. Mereka hanya bilang suruh saja bertanya kepada
ibunya. Tapi ketika dia bertanya dan sang ibu menjawab
pendek bahwa supek-bonya itu tak ada lagi maka ditutup agar
dia tidak bertanya-tanya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang ibumu mempunyai seorang saudara seperguruan
perempuan. Tapi sudahlah, suci ibumu itu tak diketahui di
mana rimbanya, Han Han. Dia orang a-neh dan agak
terganggu jiwanya. Mungkin dia sudah mati karena belasan
tahun tak jumpa lagi dengan ibumu."
"Tapi ibu tak berusaha mencarinya" Kenapa begitu kejam?"
"Hm, dulu dia pernah mengacau di sini, Han Han. Dan ibu
hampir saja celaka Supek-bomu itu dapat berbuat aneh-aneh,
tidak waras. Tapi karena ayahmu dapat mengusirnya maka dia
akhirnya pergi dan sampai sekarang tidak kembali lagi. Ibu
enggan mencarinya, karena tentu bakal terjadi onar!"
"Kenapa dia mengacau, ibu" Apakah benar karena ibu
merampas kedudukannya sebagai ketua?"
"Han Han!" sang ibu menghardik. "Kau bicara apa ini" Ibu
tidak merampas, justeru ibu menyelamatkan Hek-yan-pang
karena supek-bomu itu gila!"
"Kenapa dia gila" Apa yang menjadi sebab?"
Swi Cu tertegun. "Han Han," wanita ini tergetar. "Kenapa
hari ini kau banyak bicara" Bukankah selamanya kau tak
pernah mengusut dan mengusik-usik masa silam" Ibumu akan
berduka kalau kau bicara tentang itu. Sebaiknya tanya saja a-
yahmu atau kau tak usah bertanya-tanya!"
Han Han diam, tak bertanya lagi. Memang dia pendiam
dan selanjutnya tak bertanya-tanya. Apa yang didengar dan
diketahui sedikit itu dipendam saja sebagai sesuatu yang kian
menumpuk-numpuk. Aneh, tiba-tiba dia ingin tahu di mana
dan bagaimana wajah supek-bonya itu. Ingin tahu dan
kasihan kepada supek-bonya yang dikata gila, tidak waras.
Kenapa gila" Kenapa tidak waras" Dan ketika suatu hari dia
berjalan-jalan sendiri dan menemukan caping itu, caping yang
menggetarkan hatinya maka Han Han seolah kenal caping itu
sudah lama, seolah merupakan bagian dari hidupnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tertegun. Waktu itu, merenung sendirian sambil
berjalan di belakang rumah tiba-tiba dua ekor katak
berlompatan berkejar-kejaran. Mereka rupanya katak-katak
yang kesiangan dan dua-duanya melompat-lompat lincah.
Katak yang di belakang mengeluarkan suara mengorok dan
Han Han berhenti, melihat katak itu akhirnya menerkam yang
di depan tapi tepat bersamaan dengan itu katak di depan
meloncat tinggi. Temannya terbawa tapi celaka mereka
melompati sumur dan tiba-tiba terjatuh ke bawah, tak sampai
menyeberang. Dan ketika Han Han melongok dan kasihan,
bermaksud mengeluarkan sepasang katak itu dari sumur yang
kering dan tak berair lagi maka dia melihat caping itu di lantai
dasar. Han Han terkejut. Selamanya dia belum pernah melongok
karena sumur itu benda mati yang tak menarik lagi. Anak-
anak murid Hek-yan-pang juga tak pernah menengok sumur
ini karena airnya sudah kering dan habis. Sumur itu adalah
sumur tua dan mati. Maka ketika secara kebetulan saja dia
melihat caping itu di bawah, gara-gara dua ekor katak yang
tercebur maka Han Han bergerak dan sudah memasuki lubang
sumur itu. Sesuatu yang aneh menariknya begitu besar. Han Han tak
tahu bahwa itulah caping yang dulu dipakai mendiang Si Golok
Maut Sin Hauw, terlempar dan jatuh ketika bertanding secara
hebat dengan ayahnya, Beng Tan. Pertempuran yang begitu
dahsyat hingga dua hari dua malam dua orang itu tak ada
yang kalah atau menang. Dan ketika caping itu terlempar dan
duapuluh tahun tergeletak di dasar sumur tanpa ada yang
tahu atau mengusik maka hari itu Han Han menemukannya
secara kebetulan, gara-gara dua ekor katak yang terjatuh.
Han Han sudah mengambil caping ini dan melupakan dua
ekor katak itu sendiri. Dia bergerak dan melayang keluar,
mengenakan caping itu dan berseri-seri karena begitu pas di
kepalanya. Ah, bentuk kepalanya sesuai benar dengan pemilik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
caping lama. Begitu enak dan nyaman dipakai! Tapi ketika
ibunya marah-marah dan menyerangnya gara-gara caping itu,
hal yang membuat Han Han tertegun maka perasaan tertarik
dan penasarannya a-kan caping itu membuat Han Han malam
itu bergerak memasuki kamar ibunya.
Pemuda ini tak tahu kenapa ibunya menangis dan
mengamuk sendirian. Dia tak tahu bahwa ibunya terguncang
melihat keadaannya tadi, samadhinya yang telanjang bulat itu,
karena Beng Tan tak pernah mengajarkan ilmu samadhi
seperti ini kepada puteranya. Dan ketika Han Han menunggu
dan melihat ibunya tertidur, kelelahan, maka niat untuk
mencari caping itu tiba-tiba bangkit dengan cepat.
Han Han tak percaya bahwa ibunya telah membuang
caping itu. Tidak, ibunya tak biasa untuk membuang barang
milik orang lain. Maka ketika saat yang ditunggu tiba dan Han
Han memasuki kamar ibunya, menotok agar ibunya tidak
bangun maka segera pemuda ini membuka lemari dan
mencari-cari benda itu. Dan benar saja, caping itu ada di
dalam! Han Han melihat caping ini ditempelkan ibunya di
dinding lemari, ditarik dan seketika berkesiurlah angin dingin
dari belakang. Tepat Han Han mengambil caping itu maka
tepat saat itu pula sesosok bayangan berkelebat membentaknya. Han Han membelakangi orang ini dan terkejut
ketika sebuah serangan tiba-tiba menghantam. Dia tak
mendengar gerakan orang dan orang itupun tak melihat siapa
sebenarnya Han Han, karena kamar itu temaram dan Han Han
hanya memberikan pung gungnya. Tapi begitu Han Han
membalik dan menangkis pukulan ini, bentakan yang
dikenalnya sebagai suara ayahnya maka Han Han sudah
mengelak sekaligus melempar tubuh bergulingan. "Ayah...
dess!" Dua-duanya terkejut. Penyerang itu, Beng Tan, memang
tak menyangka bahwa puteranyalah yang ada di dalam kamar
itu. Dia tadi berkelebat dan melihat jendela kamar isterinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbuka, terkejut dan berdebar serta curiga bahwa sesuatu
telah terjadi, apalagi ketika isi kamar itu berantakan dan Beng
Tan melihat sesosok bayangan membuka lemari pakaian. Beng
Tan baru saja datang dari tempat Tek-wangwe dan malam itu
terlambat pulang karena dia bertemu beberapa orang lainnya
lagi, di mana semuanya itu menunda waktu perjalanannya tapi
malam itu juga pendekar ini terus kembali, meskipun sudah
lewat tengah malam. Maka ketika dia melihat jendela isterinya
terbuka sementara meja kursi jungkir balik tak keruan maka
Beng Tan terkesiap dan segera menduga bahwa musuh yang
berbahaya datang, mencelakai isterinya dan dilihatnya
"musuh" itu mencari-cari sesuatu di dalam lemari. Beng Tan
tak tahan lagi dan dibentaklah bayangan itu serta diserangnya
dengan pukulan Pek-lui-ciang. Tapi ketika bayangan itu
memanggil namanya dan kiranya bukan lain adalah puteranya
sendiri, Han Han, maka pukulan yang sepenuh tenaga itu
cepat dikurangi dan akibatnya mereka sama-sama terbanting.
"Kau..?" Beng Tan melompat bangun dengan kaget,
terbelalak. "Apa yang kau lakukan di s ini, Han Han" Dan... dan
kenapa ibumu?" Han Han tertegun. Dia tak segera menjawab dan sang ayah
tiba-tiba menotok membebaskan isterinya itu. Swi Cu memang
dalam pengaruh totokan karena diapun segera sadar begitu
mendengar ribut-ribut itu. Wanita ini terkejut karena ketika dia
sadar ternyata tubuhnya tak dapat digerakkan. Tapi begitu
suaminya membebaskan dan Swi Cu girang memanggil
perlahan maka wanita itu me loncat bangun dan tertegun
melihat Han Han ada di situ.
"Kau... ada apa di sini" Kenapa kau memasuki kamar
ibumu" Apa yang kau lakukan?"
"Maaf..." Han Han menunduk, tak dapat menyembunyikan
diri lagi. "Aku ke mari untuk mencari ini, ibu. Aku datang
untuk mengambil ini..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Astaga, caping itu lagi!" Swi Cu tiba-tiba membentak,


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkelebat dan merampas caping itu. "Kau terlalu dan kurang
ajar, Han Han. Kau tak pantas membuat ibumu malu seperti
ini. Terkutuk... plak-plak!" dan Han Han yang mendapat
tamparan dua kali di pipi kiri dan kanan akhirnya terhuyung
dan pucat memandang ibunya itu. Swi Cu tiba-tiba marah
sekali dan membanting caping itu, menginjak-injak. Tapi
sebelum ibunya itu berbuat terlalu jauh tiba-tiba Han Han
berkelebat dan menyambar caping itu, ibunya kalah cepat.
"Ibu, jangan kejam. Caping ini tak berdosa, dia punyaku!"
dan Swi Cu yang terdorong serta terhuyung kaget tiba-tiba
terbelalak merah memandang puteranya itu, beringas, mata
berapi-api. "Kau mau menghina ibumu" Kau mau melawan ibumu"
Baik, lawanlah aku, Han Han. Bunuhlah ibumu dan coba kau
dorong aku lagi!" dan sang ibu yang berkelebat dan
menyerang puteranya lalu membentak dan memaki-maki Han
Han. Kaki dan tangannya bergerak naik turun dan Han Han
membiarkan ibunya menghajar dirinya kecuali caping itu.
Setiap ibunya mau merampas atau merebut kembali caping itu
selalu Han Han menyelamatkannya dengan baik. Pemuda ini
menggerakkan tangannya ke kiri dan kanan pula hingga
caping itu luput, sang ibu tak dapat merampas! Dan ketika
Han Han ditendangi dan suara bak-bik-buk pukulan dibiarkan
saja mendarat di tubuhnya maka Swi Cu melengking-lengking
tak dapat merebut caping di tangan puteranya itu.
"Han Han, berikan padaku, atau kau kubunuh!"
"Bunuhlah," Han Han menggigit bibir. "Kau sewenang-
wenang dan kejam, ibu. Kalau kau ingin merampas benda
milikku biarlah kau bunuh aku dulu dan aku tak akan
melawan!" "Ah, terkutuk. Bedebah!" dan Swi Cu yang semakin marah
dan benci memandang puteranya lalu menyerang Han Han
dengan dua pukulan Pek-lui-ciang. Beng Tan sampai kaget
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat isterinya sekalap itu, Han Han tak mengelak dan
membiarkan saja pukulan ibunya mendarat, padahal Swi Cu
menghantam sekuat tenaga. Dan ketika Beng Tan bergerak
dan menangkis pukulan itu, membentak isterinya maka Swi Cu
terpental tapi ibu yang marah itu masih melakukan tendangan
dari bawah menghantam dada puteranya.
"Dess!" Han Han terbanting dan terlempar roboh. Beng Tan
berteriak karena isterinya betul-betul mata gelap. Anak sendiri
sampai benar-benar tega mau dibunuh. Dia sudah menangkis
tapi tendangan dari bawah itu tentu saja luput dari perhatian,
akibatnya Beng Tan pucat dan berteriak akan keselamatan
puteranya itu. Han Han jelas tak mengerahkan sin-kang,
berarti, siap menerima kematian! Tapi ketika pendekar ini
berkelebat dan menolong puteranya, khawatir, ternyata Han
Han dapat bangkit berdiri dan tak apa-apa.
"Bocah keparat, bocah terkutuk!" sang isteri memaki-maki
geram. "Kau benar-benar membuat malu ibumu, Han Han.
Kau anak tak tahu diri. Aku akan benar-benar membunuhmu!"
"Sudahlah, tahan!" Beng Tan membentak, cepat berdiri
menengahi di tengah. "Kau kalap tak sewajarnya, Cu-moi. Kau
membingungkan aku dengan semuanya ini. Ada apa
sebenarnya dan kenapa Han Han lancang memasuki
kamarmu." "Aku hanya mau mengambil caping..."
"Aku sudah tahu," sang ayah memotong. "Tapi ganjil dan
aneh sekali rasanya malam-malam begini kau ke sini, Han
Han. Kau seperti pencuri!"
"Ibu tak mau memberikannya kepadaku pagi tadi," Han
Han menjawab, menunduk. "Aku memang salah, ayah. Dan
aku siap menerima hukuman, kematian sekalipun!"
"Hm!" sang ayah mencengkeram pundak puteranya.
"Bukan begitu bicara yang baik, Han Han. Kami adalah orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuamu, kau puteraku. Tak mungkin seorang ayah akan
membunuh anaknya!" "Tapi ibu tadi betul-betul mau membunuhku..."
"Hm, ibumu khilaf, kalap. Sudahlah, kau boleh pergi kalau
betul-betul ingin mengambil barang milikmu, Han Han. Tapi
besok tunggu aku dan kita bicara!"
"Tidak!" Swi Cu tiba-tiba melengking. "Benda terkutuk itu
tak boleh di tangannya, suamiku. Berikan padaku dan biar kita
hancurkan!" "Hm!" Beng Tan mencengkeram pundak sang isteri, ganti
menahan. "Kau juga salah, Cu-moi. Benda itu adalah milik Han
Han, dan apa yang dimiliki orang lain tentunya tak berhak kita
miliki. Dia anakmu, bukan musuh. Tenanglah dan biarkan dia
pergi!" dan berkedip agar Han Han cepat pergi, meninggalkan
ibunya yang marah bukan main maka Han Han menunduk dan
pedih meninggalkan kamar itu, tak terlihat bekas-bekas
pukulan tadi dan Beng Tan tiba-tiba teringat sesuatu,
berkelebat dan menahan Han Han sebentar untuk kemudian
dipencet punggungnya. Dan ketika pendekar ini merasakan
segumpal tenaga dahsyat menolak pencetannya, tertegun,
maka pendekar itu terbelalak memandang puteranya.
"Kau memiliki tenaga sakti yang bukan ajaran ayahmu! Eh,
dari mana kau dapatkan ini, Han Han" Apa yang telah terjadi
padamu?" "Dia melatih sinkang dengan cara berjungkir balik!" sang
ibu tiba-tiba berseru, teringat. "Anak kita itu rupanya melatih
ilmu sinkang sesat, suamiku. Sungguh tak kunyana dan tak
kuduga kalau diam-diam dia belajar ilmu milik orang lain!"
"Hm-hm!" Beng Tan jadi tertegun-tegun, me lebarkan
matanya memandang puteranya itu. "Kau melatih ilmu sesat,
Han Han" Tanpa sepengetahuan ayah ibumu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han menunduk. "Ayah tentu lebih tahu apakah sinkang
yang kulatih itu ilmu sesat atau bukan. Kalau sesat barang kali
ibu tak akan bangun lagi sewaktu tadi memukulku."
"Hm, luar biasa. Aneh, aku memang harus mengakui
kebenaran omonganmu. Baiklah, besok kita bicara, Han Han.
Dan sekarang tinggalkan kami karena aku ingin bicara dengan
ibumu!" Han Han mengangguk. Sekilas dia melirik ibunya dengan
muka merah karena tadi ibunya berkata tentang cara berlatih
sinkangnya itu. Berarti ibunya tahu bahwa dia telanjang bulat.
Berarti, ah... ibunya telah mengintai. Atau, mungkin bahkan
masuk ke kamarnya karena waktu itu ia lupa mengunci pintu
kamar. Tapi ketika pemuda itu bergerak dan meninggalkan
ibunya maka Beng Tan menutup pintu itu dan kini pendekar
ini menghadapi isterinya, yang kelihatan "stress".
"Ceritakan padaku semua asal mula ini. Kenapa isi kamar
jungkir balik dan bagaimana kau tahu Han Han bersamadhi
dengan caranya jungkir balik itu!"
"Aku... aku pagi tadi menolak permintaannya. Han Han
datang kepadaku dan bicara tentang caping itu. Aku marah-
marah dan bilang sudah kubuang!"
"Hm, kenapa begitu" Kau berjanji untuk menyimpannya,
Cu-moi, bukan untuk membuang atau menghancurkan. Dalam
hal ini aku terpaksa membela Han Han."
"Ya, aku salah. Tapi... tapi aku benci caping itu, suamiku.
Itu mengingatkan aku kepada Sin Hauw! Aku benci Han Han
mengenakan caping!" "Dan kau, bagaimana tahu puteramu melatih sinkang
berjungkir balik" Kapan kau melihatnya?"
"Aku... aku melihatnya secara kebetulan. Sejak Han Han
gagal mendapatkan caping itu maka sehari penuh dia
mengurung diri di kamar, bahkan sampai malam. Aku datang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengajaknya makan, membuang sepiku karena kau
belum kembali. Tapi ketika aku memasuki kamar itu tiba-tiba
saja.... tiba-tiba saja..."
"Tiba-tiba apa?" sang suami tertegun, melihat isterinya
pucat dan menggigil. "Kau melihatnya berjungkir balik itu?"
"Ya, tapi... tapi bukan hanya itu, suamiku. Melainkan Han
Han telanjang bulat dan mengatur napasnya naik turun!"
"Telanjang bulat?" Beng T an terkejut. "Dia berlatih s inkang
dengan cara demikian aneh" Dan kau masuk saja tanpa
memberi tahu?" "Tidak... tidak. Aku memanggilnya berulang-ulang tapi
ketika tetap saja tak ada jawaban maka aku mendobrak pintu
kamarnya itu dan siap memaki. Namun anak itu bersamadhi
seperti patung, pintu dibantingpun tidak terdengar!"
"Hm, tanda betapa tinggi dan khusuknya dia berlatih..."
"Benar, dan aku terkejut, suamiku. Baru kali itu kita orang
tuanya tahu!" "Dan kau, mengapa lalu membanting-bantingi meja kursi
ini" Kenapa mengamuk sendirian di kamar?"
"Aku marah kepadanya, juga kepadamu kenapa tak segera
pulang. Dan... dan karena aku benci caping itu maka aku
marah-marah tanpa sebab dan Han Han datang ke mari
mencari barang miliknya!"
"Hm!" Beng Tan tentu saja tak tahu apa yang
disembunyikan isterinya itu, tak mungkin Swi Cu harus
berterus terang bahwa dia marah-marah karena terangsang
melihat Han Han telanjang, hal yang tentu saja membuatnya
malu dan jengah karena itu tak pantas. Wanita ini tak tahu
bahwa sesungguhnya Han Han bukanlah puteranya. Han Han
adalah putera Si Golok Maut Sin Hauw yang ditukar oleh
encinya Wi Hong dulu. Jadi, tak aneh kalau wanita itu tergetar
dan terangsang oleh lawan jenis yang bukan darah dagingnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri karena Han Han adalah tiruan Sin Hauw. Melihat Han
Han sebenarnya sama dengan melihat Si Golok Maut Sin Hauw
itu, waktu masih muda. Maka ketika Swi Cu tergetar oleh
birahi tapi hal itu tentu saja tak dikatakannya kepada sang
suami maka Beng Tan mengangguk-angguk dan diam-diam
heran serta kaget bahwa puteranya itu memang memiliki
sinkang yang di luar pengetahuannya. Tadi puteranya itu
sudah ditendang dan tendangan maut yang tidak ditangkis
Han Han itu dapat berakibat fatal Setidak-tidaknya, Han Han
bisa muntah darah dan patah sebuah atau dua tulang iganya.
Tapi ketika pemuda itu tak apa-apa dan Beng Tan merasa
adanya tenaga tolak yang seperti karet, yang tadi menolak
dan mementalkan tendangan isterinya maka malam itu Beng
Tan menghibur isterinya dan mengajak tidur. Malam itu dia
bercerita bahwa beberapa orang ditemuinya di tengah jalai,
bercakap-cakap dan menunda perjalanannya. Dan ketika sang
isteri tenang dan dapat dibujuk, tertidur di pelukannya maka
keesokannya pendekar ini memanggil puteranya di serambi
depan, Swi Cu tak dibawa.
"Kau ceritakan kepadaku bagaimana kau demikian tergila-
gila dengan caping bambu itu, sampai kau tak segan
bertengkar dengan ibumu. Dan dari mana pula kau dapatkan
cara berlatih sinkang yang aneh itu!"
Han Han menunduk. Pagi itu, dengan wajah kuyu dan
sendu pemuda ini menghadap. Seperti biasanya, Han Han
berbaju putih dan membiarkan saja kelebihan ujung bajunya
yang menyembunyikan kesepuluh jari-jari tangannya yang
kokoh itu. Pemuda ini menunduk dan tidak segera menjawab.
Tapi ketika dia ditanya lagi dan memang dengan ayahnya
inilah dia merasa dekat dan lebih disayang, karena Beng Tan
tak pernah marah-marah kepadanya maka pemuda itu
menarik napas dan menekan debaran jantungnya.
"Aku tak tahu bagaimana aku demikian senang dan suka
dengan caping itu, ayah. Tapi aku merasa seakan caping itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah bagian dari hidupku. Caping itu bagus, demikian
penglihatanku. Dan aku suka kepadanya. Aku merasa bahwa
barang ini seolah milikku sendiri yang hilang.'"
"Hm, dan cara melatih sinkang dengan berjungkir balik
itu?" "Aku mendapatkannya dari sebuah kitab kecil..."
"Apa" Sebuah kitab?"
"Ya, sebuah kitab, ayah. Aku coba-coba melatihnya dan
merasa cocok. Aku merasa aliran darahku bertambah lancar
dan sehat. Aku merasa sesuatu yang enak dan nyaman."
"Hm, kitab apa itu" Dari mana?"
Han Han ragu. "Ayah akan merampasnya pula?"
Beng Tan merah. "Kalau itu kitab yang baik tentu tak perlu
aku merampasnya, Han Han. Tapi kalau kitab itu berisi
pelajaran-pelajaran sesat tentunya kau sendiri harus
membuangnya!" "Tidak, kitab ini hanya berisi pelajaran s inkang, ayah. Tidak
ada pelajaran lain!"
"Dari mana kau dapatkan itu!"
"Dari sumur tua, di belakang rumah"
"Hm, bersama caping itu juga?"
Han Han mengangguk. "Ke mari, berikan padaku, Han Han. Coba aku melihatnya!"
dan Han Han yang mengambil sebuah kitab dari balik sakunya
lalu tanpa ragu memberikannya kepada ayahnya. Ayahnya
memang lain dengan ibunya. Ayannya ini lebih penyabar dan
penuh sayang, sudah berapa kali dibuktikannya bahwa kalau
ibunya marah-marah maka ayahnya inilah yang maju
membela. Maka begitu sang ayah meminta dan Han Han
memberikan maka kitab kecil itu sudah diterima Beng Tan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi begitu Beng Tan membuka dan mempelajari isinya tiba-
tiba pendekar ini mencelat dan berseru tertahan.
"Pelajaran dari Si Golok Maut!"
Han Han terkejut. Dia melihat ayahnya terguncang dan
tampak betapa wajah ayahnya itu berubah-ubah. Beng Tan
meng gigil dan pucat serta merah berganti-ganti. Pendekar itu
terkejut bukan main. Tapi ketika dia sadar dan Han Han
bangkit berdiri maka kitab itu tiba-tiba dibanting.
"Han Han, ini kitab yang tak baik bagimu. Ah, dari seorang
gila. Kau tak boleh mempelajarinya dan jangan berlatih lagi!"
kitab tiba-tiba hancur, remuk menjadi serpihan-serpihan kecil
dan Han Han kaget bukan main. Ayahnya itu tak menepati
janji dan sekarang merusak barang miliknya begitu saja.
Tanpa ijin! Dan ketika pemuda ini pucat dan gemetar
membelalakkan mata maka Beng Tan tiba-tiba beringas dan
memandang puteranya itu, sinar matanya bagaikan api!
"Apa lagi yang kau dapatkan selain ini. Apa lagi yang kau
simpan!" "Tidak ada..." Han Han menggigil dan lemah menjawab.


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tak menyimpan a-pa-apa lagi, ayah. Tapi... tapi kenapa
kau menghancurkannya!"
"Itu milik Si Golok Maut. Itu milik orang gila. Kalau benar
kau tak mendapat apa-apa lagi coba bawa aku ke sumur tua
itu... wut!" dan Beng Tan yang menyambar serta menarik
puteranya lalu berkelebat dan menuju belakang rumah. Han
Han telah berkata bahwa kitab itu ditemukan di belakang
rumah, di sumur tua itu. Kini Beng Tan ingin menyelidiki dan
tahu lebih jauh. Dan ketika mereka tiba di sumur tua itu dan
Han Han menuding maka pemuda ini berkata bahwa kitab itu
didapat di bawah, di dasar sumur. Sang ayah tak bertanya lagi
karena tiba-tiba bergerak dan sudah lenyap memasuki sumur
tua itu. Beng Tan berkelebat dan hilang di dalam. Dan ketika
Han Han menunggu dan sang ayah mencari-cari maka ketua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-yan-pang itu keluar lagi dengan menjepit sepasang katak
jantan dan betina. "Tak ada apa-apa lagi, hanya ini!"
Han Han tertegun. Teringatlah dia akan sepasang katak
yang berkejar-kejaran itu, kini ayahnya membawa naik dan
itulah katak yang dulu menjadi gara-gara hingga dia
menemukan caping dan kitab berlatih sinkang, yang kata
ayahnya adalah milik Si Golok Maut. Dan karena dia sudah
mulai sering mendengar nama ini disebut-sebut sementara
anak-anak murid Hek-yan-pang tak berani mempercakapkannya setiap ditanya maka begitu ayahnya
keluar segera pemuda ini menghampiri, ayahnya sudah
melempar sepasang katak itu namun binatang-binatang ini
kembali lagi dan.... lenyap ke sumur. Rupa nya sudah kerasan!
"Ayah, siapa sebenarnya Si Golok Maut itu" Kenapa berkali-
kali kau membicarakannya?"
"Hm, dia... dia musuh ayahmu yang paling lihai, Han Han.
Seorang gagah tapi dipenuhi dendam yang membuatnya gila.
Dia pernah bertanding di s ini dan sekarang aku ingat apa yang
terjadi. Kiranya, caping yang kau dapatkan itupun adalah
miliknya!" Han Han terkejut. "Miliknya?"
"Ya, tak salah. Benda itu asli miliknya, Han Han. Itu milik Si
Golok Maut. Dan kitab itu, hmm... rupanya terjatuh setelah
pertandingan kami yang dua hari dua malam!"
"Hebatkah dia" Betul-betul saktikah dia hingga ayah tak
mampu merobohkannya?"
"Hm, Golok Maut tokoh yang luar biasa, Han Han. Dia
memang hebat dan sakti. Tapi diapun tak mampu
mengalahkan ayahmu. Kami seri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu ceritakan padaku kenapa ayah bermusuhan
dengannya. Dan bagaimana dia tewas! Benarkah dikeroyok
ribuan orang pasukan kerajaan?"
"Kau sudah tahu?"
"Sebagian saja, ayah. Tapi tidak lengkap. Aku ingin tahu
dan apa saja yang pernah terjadi antara ayah dengannya!"
"Hm, aku tak ingin bercerita. K isah itu membawa kenangan
yang buruk. Sudahlah, aku tak ingin kau tahu tentang tokoh
ini, Han Han. Dan sekarang aku tahu pula bahwa caping yang
kau dapatkan itu adalah miliknya. Buang benda itu dan jangan
pelajari pula ilmu s inkangnya itu!"
"Tidak!" Han Han tiba-tiba pucat. "Aku... aku tak merasa
apa-apa dengan semuanya itu, ayah. Aku tak merasa bahwa
ilmu yang kupelajari adalah sesat. Dan... dan sesungguhnya
aku menaruh kagum kepada tokoh ini. Aku ingin tahu tentang
dia lebih banyak!" "Apa?" sang ayah melotot. "Kau menga gumi orang gila itu"
Kau tidak mau mendengarkan kata-kata ayahmu?"
"Maaf, aku.. aku tak dapat melaksanakan kata-katamu itu,
ayah. Kalaupun kau memaksa maka hati ini yang tak dapat
ditundukkan. Ayah telah menghancurkan kitab yang
kutemukan itu, dan sekarang ayah ingin aku membuang
caping itu. Salah apakah aku hingga kau bersikap kejam,
ayah" Kenapa tiba-tiba kaupun sama dengan ibu?"
"Eh, aku tak mau banyak berdebat, Han Han. Aku tak mau
menjawab semuanya itu. Yang jelas, aku tak ingin kau
ketularan penyakitnya. Buang caping itu dan jangan sekali-kali
memakainya. Atau aku akan menghajarmu dan terpaksa
memberimu adat!" "Ayah...!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, juga tentang ilmu berlatih sin-kang itu, Han Han.
Kalau kau melatihnya maka aku tak mau menganggap kau
sebagai puteraku lagi!"
Han Han pucat. Pemuda itu tiba-tiba menggigil hebat dan
sang ayah tak tanggung-tanggung. Selain me larang dia
menyimpan caping itu juga melarang dia melatih sinkang dari
kitab yang sudah dihancurkan ayahnya tadi. Han Han tiba-tiba
tak tahan dan air matapun bercucuran. Ayahnya begitu
bengis dan keras sekarang, padahal belum pernah sikap itu
selama ini diperlihatkan. Dan ketika Beng Tan tertegun dan
tak tahan melihat puteranya menangis, hal yang luar biasa
sekali maka tiba-tiba sang ayah ini berkelebat dan pergi
meninggalkan puteranya itu. Han Han telah diancam untuk
membuang semua benda-benda yang pernah dimiliki Si Golok
Maut. Han Han telah disuruh pula untuk tidak menyimpan
caping itu. Padahal sekarang Han Han justeru semakin ingin
mempertahankannya setelah tahu bahwa itulah benda milik
seorang tokoh yang dikaguminya, tokoh yang menarik
namun sayang selama ini tak pernah dia dengar ceritanya.
Yang ada hanyalah cerita sepotong-sepotong dan itu tentu
saja tak memuaskan. Dan ketika sang ayah pergi dengan
marah dan baru kali itu Han Han diancam untuk tidak diakui
sebagai anak, pukulan yang amat berat tiba-tiba Han Han
mengeluh dan roboh terguling.
Selanjutnya pemuda ini menangis tersedu-sedu dan
timbullah penasaran serta kecewanya yang amat hebat.
Kenapa ayahnya sebengis itu dan kejam, tak mengenal
ampun" Apa salahnya hingga kitab dan caping harus
dihancurkan" Dan ketika ayahnya tadi berkata bahwa besok
caping itu sudah harus dimusnahkan, di depan ayahnya, tiba-
tiba pemuda ini mengguguk dan orang akan terkejut kalau
melihat betapa pemuda yang biasanya pendiam dan amat
tenang ini sekonyong-konyong berobah seperti anak kecil
yang tidak punya pegangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tersedu dan menutupi mukanya dengan air mata
bercucuran. Pemuda itu terpukul hebat oleh ancaman
ayahnya. Namun ketika dia bangkit berdiri dan wajah yang
seram tiba-tiba menggantikan kedukaannya tiba-tiba Han Han
berkelebat dan pergi meninggalkan sumur tua itu.
Semalam dia dibenci dan dimarahi ibunya, nyaris dibunuh.
Dan ketika sekarang ayahnyapun kehilangan kasih sayang dan
bersikap kejam, hal yang tak dimengerti pemuda ini tiba-tiba
kekecewaan berobah menjadi rasa marah yang luar biasa.
Beng Tan tak tahu bahwa Han Han adalah keturunan Si
Golok Maut. Watak dan pembawaan Si Golok Maut tentu saja
menurun pada pemuda ini, karena Han Han sebenarnya
adalah Giam Liong, Si Naga Maut atau Naga Pembunuh yang
kelak menggegerkan dunia kang-ouw, jauh lebih menggegerkan daripada sepak terjang ayahnya dulu. Maka
begitu dia diancam untuk tidak diakui anak, kalau tetap
mempertahankan caping dan ilmu sinkang itu tiba-tiba "jiwa
pemberontak" yang mudah berkobar di hati pemuda ini
sekonyong-konyong bangkit dan menerima tantangan!
Han Han tak takut dan merasa ayahnya bersikap terlalu.
Semalampun dia rela dibunuh ibunya gara-gara mempertahankan caping itu, yang sebenarnya adalah barang
milik mendiang ayahnya dan tentu saja getaran gaib yang ada
antara ayah dan anak bekerja. Beng Tan tak tahu semuanya
itu karena memang tak menduga.
Pendekar itu tak menyangka bahwa "puteranya" ini
bukanlah puteranya. Anaknya sendiri, anak kandung, telah
ditukar oleh Wi Hong dan dibawa lari. Semua itu tak diketahui
Beng Tan dan tentu saja dia tak tahu bahwa watak
pendendam dan mudah marah ada pada puteranya ini. Kalau
Han Han sudah ditantang maka setan-pun akan dia lawan.
Jangankan orang tua, iblispun dia tak gentar! Maka begitu
diancam dan Han Han merasa tak bersalah, ayah dan ibunya
dianggap terlalu maka malam harinya, setelah sehari penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menutup pintu kamar tiba-tiba pemuda ini bergerak dan
meluncur membelah telaga.
Siang tadi sudah dipikirnya untuk pergi namun anak-anak
murid Hek-yan-pang pasti mengetahuinya. Dia ingin pergi
secara diam-diam dan untuk itu ditunggunya sampai malam
tiba. Dan ketika ma lam datang dan dia sudah menyiapkan
semua buntalannya, pakaian dan roti-roti kering maka pemuda
itu berkelebat dan membuka pintu kamarnya. Han Han tak
mau lewat depan karena ayah ibunya mungkin tahu.
Karena itu begitu ia menutup pintu kamarnya kembali dan
melesat ke kiri, ke samping rumah maka pemuda ini sudah
bergerak dan menuju telaga.
Hek-yan-pang, sebagaimana diketahui, adalah markas
perkumpulan yang berada di tengah sebuah telaga.
Perkumpulan itu dikelilingi air telaga yang tak pernah surut
dan untuk masuk keluar tentu saja harus mempergunakan
perahu. Tapi ketika Han Han berada di sini dan melepas
sepatunya, melempar dan mempergunakan itu sebagai perahu
maka "perahu" aneh yang dipergunakan pemuda ini sudah
meluncur dan bergerak tanpa suara!
Itulah demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang sudah
mencapai tingkat tinggi. Swi Cu, ibunya sendiri, masih belum
berani melakukan seperti apa yang dilakukan pemuda ini.
Yang dipergunakan wanita itu adalah batang pisang, karena
batang pisang mampu mengapung dan tinggal dikemudikan
saja, meskipun tentu saja harus memiliki ilmu meringankan
tubuh karena tanpa itu tentu batang pisang tak akan meluncur
dengan cepat. Perahu sendiri akan kalah cepat kalau diadu lari
dengan wanita itu. Tapi Han Han yang mampu mempergunakan sepasang sepatunya untuk bergerak dan
membelah telaga tentu bakal membuat bengong anak-anak
murid yang melihatnya, karena hal itu hanya ketualah yang
mampu mengimbangi. Dan Han Han memang sudah setingkat
dengan ayahnya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ada dua hal mengapa pemuda itu tidak mempergunakan
perahu. Pertama, kalau dia mengambil, tentu perahu yang
hilang akan segera diketahui anak-anak murid yang berjaga,
karena betapapun tepian telaga hampir penuh oleh anak-anak
murid yang berjaga. Kedua, karena perahu tentu akan
menimbulkan suara beriak, hal yang tak dikehendaki Han Han
maka jadilah pemuda itu mempergunakan sepasang
sepatunya sendiri untuk bergerak dan meluncur di tengah
telaga. Dengan begini dia dapat meninggalkan pulau tanpa
suara. Perahu aneh yang ditungganginya itu memang nyaris
tak beriak. Han Han telah mempergunakan seluruh ilmu
meringankan tubuhnya agar sama sekali tak menerbitkan
suara. Han Han ibarat sebuah daun kering yang menempel di
atas sepatu itu, ditiup atau didorong oleh angin yang bergerak
hingga mendorongnya maju. Dan ketika pemuda itu tiba di
daratan seberang tapi tetap tak berani gegabah untuk
mengeluarkan suara maka begitu pemuda ini menendang
sepatunya ke atas maka sambil berjungkir balik mengejar
sepatu itu pemuda ini sudah mengenakannya di udara. "Cep-
cep!" Sepatu itu telah melekat di kedua kaki dengan cara luar
biasa. Han Han telah melayang turun dan hinggap di tanah
dengan kedua sepatu seperti semula. Kakinya terbungkus
rapat, tanpa salah! Dan ketika pemuda itu bergerak dan
menyelinap menerobos perumahan di luar telaga, yang rata-
rata dihuni anak-anak murid lelaki maka pemuda itu sudah
terbang dan meninggalkan Hek-yan-pang, seperti siluman!
Dapat dibayangkan betapa kaget dan terkejutnya ayah
ibunya di dalam. Beng Tan yang tak menyangka puteranya
akan pergi tiba-tiba tertegun me lihat sepucuk surat yang
ditinggalkan. Han Han memang meninggalkan sepucuk surat
untuk ayah ibunya itu. Dia berkata bahwa lebih baik dia pergi
daripada ayah ibunya sudah tak memiliki kasih sayang lagi.
Dia akan mempertahankan caping yang dipertengkarkan
dengan taruhan nyawa. Biarlah ayahnya tak mengakuinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak karena ayahnya itu memang sudah kehilangan kasih
sayang. Han Han telah menunjukkan jiwa mudanya yang
bergemuruh. Sang ayah terpaku. Han Han minggat! Tapi
ketika Swi Cu menjerit dan menyobek-nyobek surat itu,
memaki-maki puteranya tiba-tiba ibu yang ikut terpukul ini
mengguguk dan membanting-banting kakinya.
"Han Han, kau tak pantas sebagai putera ayah ibumu. Kau
lebih pantas sebagai putera Sin Hauw! Ah, jahanam terkutuk
kau, anak keparat. Tak tahu diuntung dan dibaiki orang tua.
Biarlah... biar kau minggat karena kasih sayang itu memang
tak ada lagi di hatiku!"
"Tidak," Beng Tan tiba-tiba terkejut, sadar. "Kau... kau


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak boleh bicara seperti itu, Cu-moi. Han Han adalah anak kita
satu-satunya. Dia darah daging kita, anak tunggal. Aku harus
menyusul dan menyuruhnya kembali!"
"Kau mau menjilat ludahmu sendiri?" sang isteri
melengking, menyambar ujung baju suami. "Kau mau tak
dihargai anak itu" Tidak, biarkan ia sendiri, suamiku. Dan lihat
siapa yang harus tunduk. Aku jadi benci kalau anak sudah tak
mau dinasihati orang tua. Biarkan dia, lepaskan saja!"
"Ah, kau tak khawatir akan sepak terjangnya di luar" Kau
benar-benar tak memiliki kasih sayang seorang ibu?"
"Aku tak perlu bohong kepada diriku sendiri, suamiku. Han
Han tak mirip dirimu, la m irip Sin Hauw. Aku... aku melihatnya
sebagai Sin Hauw. Aku benci anakku itu!" dan Swi Cu yang
menangis serta menubruk suaminya lalu tersedu-sedu
menceritakan perasaan hatinya yang tak keruan. Betapa dia
sudah tak memiliki kasih sayang lagi sebagaimana layaknya
seorang ibu. Betapa dia membenci puteranya itu sete lah Han
Han menemukan caping Sin, Hauw. Mendiang Si Golok Maut
itu rupanya menurunkan musibah kepada mereka. Tokoh yang
amat pendendam itu rupanya masih mau mengganggu
mereka lewat Han Han. Maka ketika Swi Cu menangis dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memaki-maki pula Si Golok Maut itu tiba-tiba suaminya
menggigil dan mencengkeram lengannya.
"Cu-moi, orang yang sudah mati tak perlu diungkit-ungkit
lagi. Kau tak perlu memaki-maki. Diamlah dan jangan
membuat aku bingung!"
"Siapa yang lebih bingung" Kau atau aku" Akupun juga
bingung, suamiku. Kenapa Sin Hauw masih mengejar-ngejar
kita dari alam baka. Padahal kita sama sekali tak
mengganggunya dan bahkan menghormatinya. Ah, kalau aku
bertemu dengannya di alam baka tentu akan kulabrak dan
kumaki-maki dia di sana!"
"Sudahlah, sudah... aku bingung bukan karena Sin Hauw.
Aku bingung akan anak kita itu. Aku bingung akan Han Han.
Aku telah bersikap terlalu keras dan kejam..."
"Siapa bilang" Kau sudah benar, suamiku. Han Han tak
layak menyimpan atau memakai caping itu. Itu benda terkutuk
milik Si Golok Maut. Nanti dia kena tulah dan dosa-dosanya.
Kalau dia tak mau menuruti omongan orang-orang tua biarlah
dia mendapat celaka di sana!"
"Hush, kau mengutuk anak sendiri" Kau mendoakannya
jelek di perjalanan?"
"Biar, suamiku. Biar. Aku tak perduli. Han Han tak menurut
pada kita dan membuat sakit ayah ibunya!"
"Tapi dia anak tunggal, anak semata wayang..."
"Aku masih muda. Aku masih dapat memberikan keturunan
lagi untukmu!" dan ketika Beng Tan tertegun dan semburat
merah, kaget, maka isterinya sudah mengguguk dan lari
meninggalkan kamar, itu. Kepergian Han Han tiba-tiba saja
bukannya membuat anak itu disayang tapi malah semakin
dibenci oleh isterinya. Beng Tan was-was jangan-jangan
isterinya itu tidak waras. Anak sendiri sampai diperlakukan
sedemikian rupa. Ngeri dia! Tapi ketika dia dihadapkan pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua kemungkinan untuk menyusul Han Han atau menghibur
isterinya itu, yang terguncang, tiba-tiba pendekar ini
terhuyung melangkah pergi untuk menyusul isterinya. Beng
Tan menggigit bibir karena isterinya benar. Han Han dinilai tak
patuh sebagai anak yang baik. Anak itu bahkan menerima
tantangannya dan pergi, hanya untuk membela sebuah caping
bambu. Caping Si Golok Maut! Dan ketika pendekar itu
menutup pintu kamar dan mengikuti isterinya maka Han Han
bertualang dengan maut! -ooo0dw0ooo- Jilid 7 PEMUDA ITU, yang malam itu juga pergi meninggalkan
ayah ibunya sudah berkelebat menuju ke utara. Han Han tak
tahu hendak ke mana dan dia hanya menurutkan saja kakinya
melangkah. Baginya saat itu adalah kebebasan terbesar sejak
dia dikurung di Hek-yan-pang. Sebenarnya ini adalah
petualangan pertama kalinya di mana dia berjalan seorang
diri. Baru kali itulah Han Han minggat dan pemuda itu diam-
diam menggigit bibir. Kenapa ayahnya demikian kejam hendak
membuangnya sebagai anak hanya karena gara-gara sebuah
caping" Dan kenapa ibunya juga demikian benci kepadanya
akhir-akhir ini" Dan membayangkan bahwa semua itu hanya
karena benda-benda milik Si Golok Maut, tokoh yang kini
menarik dan menggetarkan hatinya diam-diam Han Han tidak
setuju kenapa ayah ibunya itu harus demikian keras.
Han Han memang tak tahu akan riwayat mendiang Si Golok
Maut itu. Tak ada murid-murid Hek-yan-pang yang berani
banyak terlalu bercerita. Kalau dia bertanya, kepada murid-
murid yang tua, yang senior, maka mereka lalu menjawab
biarlah dia bertanya kepada ayah ibunya, menyatakan tidak
tahu, padahal ayah ibunya tentu saja tak mau bercerita! Hm,
semua itu ma lah menarik perhatian Han Han dan karena kini
dia te lah melatih sinkang dari kitab peninggalan orang sakti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan capingnya juga sudah dipergunakan di atas kepalanya
maka Han Han tak menyadari bahwa kini dia benar-benar
mirip Si Golok Maut itu. Dan ini diketahuinya ketika keesokan
harinya, setelah terang tanah dan dia ingin mengisi perut di
sebuah kedai arak Han Han duduk di sudut dan minta
semangkok bubur panas. Mula-mula tak ada keanehan. Han Han duduk di sudut
menyendiri, capingnya dibenamkan di atas kepalanya agar
semata dia tak mudah dikenal. Itu saja. Tapi ketika beberapa
orang mulai berdatangan dan mereka sama-sama ingin minum
arak atau bubur panas, karena pagi masih cukup dingin maka
kesendirian Han Han di sudut kedai itu menarik perhatian
orang-orang ini. Han Han mendengar bisik-bisik di antara
mereka, mengangkat sedikit kepalanya dan melirik ke kanan.
Orang-orang itu tiba-tiba diam. Han Han berkesan angker dan
dingin, apalagi sinar matanya juga beku dan acuh, tak ada
senyum. Dan ketika beberapa orang lagi masuk ke kedai itu
tapi tempat mulai penuh maka tiga laki-laki tinggi besar yang
merupakan pendatang baru minta agar pemilik kedai
menyiapkan bangku untuk mereka.
"Sudah habis, kecuali di tempat tuan muda itu. Kalau sam-
wi (kalian bertiga) ingin duduk silahkan di sana dulu, atau
menunggu..." "Heh, kami ingin bangku dan satu meja sendiri, Ah-lopek.
Tak mau dicampur dengan segala macam tikus busuk yang
bau. Kalau kau ingin kam i di sana usir dulu dia dan berikan itu
kepada kami!" "Ma... maaf...!" pemilik warung gugup, ketakutan. "Ini... ini
tak dapat kulakukan, Sam-toaya (tuan besar Sam). Semua
tamuku adalah orang-orang yang membawa rejeki bagiku. Dia
belum habis, masih menikmati buburnya. Silahkan kalian
tunggu atau duduk di s ini saja, di tempatku!"
"Hm, kau mau menyuruh kami berasap dapur" Kau minta
kubanting mampus" Kalau pemuda itu tidak dapat kau usir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biarlah kami yang melakukannya. Ini pemuda asing, harus
menghormat pada yang lebih dulu menjadi langganan!"
seorang di antaranya tiba-tiba mendatangi Han Han, sikapnya
bengis dan beberapa tamu membelalakkan mata. Mereka
melihat si tinggi besar itu sudah dekat, menepuk dan
mencengkeram pundak Han Han seraya berseru agar pemuda
itu meninggalkan mejanya. Tapi ketika laki-laki itu membentak
dan mencengkeram pundak Han Han tiba-tiba dia menjerit
dan berteriak mengaduh. Apa yang terjadi" Kiranya tangan orang itu bengkak dan
keseleo! Han Han mengerahkan sinkangnya ketika pundaknya
dicengkeram, diam-diam marah dan ingin menghajar orang
ini. Maka begitu lawan menepuk dan mencengkeram
pundaknya, hendak diangkat dan disingkirkan ke tempat lain
Han Han sudah memberi adat laki-laki ini dengan sinkangnya
yang luar biasa, membuat pundaknya sekeras besi dan
tepukan atau cengkeraman laki-laki itu tentu saja bertemu
hawa saktinya yang tak diduga lawan. Laki-laki itu menjerit
karena begitu menepuk dan mencengkeram tiba-tiba
terdengar bunyi seperti dentingan besi, kelima jarinya selip
dan seketika itu juga tergelincir, bengkak dan keselio. Dan
ketika laki-laki itu menarik tangannya dan mengaduh-aduh,
berjingkrak-jingkrak maka beberapa tamu tertawa tapi dua
laki-laki tinggi besar yang lain tiba-tiba membentak dan
mencabut golok. "Siapa mentertawakan saudaraku. Siapa minta kubunuh!"
Yang tertawa tiba-tiba diam. Mereka berkerut tubuh dan
dua laki-laki itu menggeram. Mereka melotot sekeliling dan
tiba-tiba melompat ke arah Han Han. Pemuda itu masih
tenang-tenang saja menikmati buburnya seolah tidak tahu
kejadian sekeliling, begitu tenang dan acuh, kesannya tak
perduli. Atau barangkali itu merupakan ejekan bagi tiga laki-
laki kasar itu! Dan ketika mereka sudah dekat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat golok maka tanpa banyak bicara lagi tiba-tiba
dua lelaki itu menikam punggung Han Han.
"Kau sombong dan menghina adikku. Terimalah kematianmu!" Orang-orang melotot lebar. Pemilik kedai sendiri sampai
berteriak tertahan karena ketika golok sudah menusuk tetap
saja Han Han bersikap tenang, seolah tak tahu, atau mungkin
sudah tak sempat berkelit dan kini siap menerima kematian.
Tapi ketika terdengar suara ting-tang dua kali dan sekelebatan
tampak sinar kuning membentur golok maka dua laki-laki itu
berteriak keras dan terbanting!
Apa yang terjadi" Tak banyak orang tahu. Han Han
telah bergerak dengan amat luar biasa cepatnya dengan
sumpit di tangan. Benda itulah yang menangkis dan
membentur dua golok, yakni sinar kuning yang dilihat para
penonton dengan bengong. Dan karena Han Han mengisi
sumpitnya dengan sinkang yang istimewa, sumpit itu berobah
seperti benda pusaka saja layaknya maka dua batang golok di
tangan dua laki-laki tinggi besar itu terlepas dan patah
menjadi dua potong. Pemiliknya sendiri terpelanting dan
bergulingan dengan kaget, mereka merasa betapa telapak
tangan mereka bengkak dan pedas, itulah sebabnya mereka
menjerit dan seketika pucatlah dua orang laki-laki itu. Dan
ketika mereka melompat bangun dan melotot memandang
Han Han, yang masih menghirup bubur panasnya di mangkok
yang mulai dimiringkan maka dua laki-laki itu memutar tubuh
dan.... melarikan diri. "Iblis! Pemuda itu siluman...!"
Para tamu gempar. Sekarang mereka melihat bahwa tanpa
bergerak dari tempat duduknya Han Han telah mengalahkari
dua lawannya itu. Begitu mudah, begitu gampang. Namun
ketika dua laki-laki itu lintang-pukang dan berteriak-teriak,
lupa kepada saudaranya yang masih merintih-rintih di situ
mendadak mangkok di tangan Han Han disentilkan ke kiri dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang itu tiba-tiba roboh dengan kepala benjut sebesar
telur angsa. "Aduh.... bluk-bluk!"
Han Han bangkit berdiri. Sekarang pemuda ini melangkah
lebar menghampiri pemilik warung, meletakkan sekeping uang
perak aan kemudian pergi keluar. Sikapnya tenang dan dingin,
caping itu sudah semakin membenam lagi dan ketika lewat di
dekat dua laki-laki ini, yang berteriak dan mengaduh-aduh di
depan pintu tiba-tiba Han Han menggerakkan kakinya. Dan
ketika dua tubuh itu ditendang dan mencelat keluar, roboh
dan berdebuk di sana akhirnya Han Han meneruskan
perjalanannya dan beberapa gumam atau seruan terkejut
terdengar di mulut para tamu di kedai.
"Hebat, lihai sekali. Tapi sayang wajah setampan itu tak
pernah senyum!" "Ya, dingin sekali. Seperti mendiang Si Golok Maut!"
Tapi begitu Han Han berhenti dan menoleh, terkejut oleh
seruan terakhir itu maka orang yang mengeluarkan suara ini
tiba-tiba menyelinap dan gentar menyaksikan sepasang mata
Han Han yang mencorong dan keluar dari balik caping itu.
Orang yang mengeluarkan seruan ini sudah menyembunyikan
diri di antara kawan-kawannya, pemilik warung menggigil dan
ngeri melihat tampang pemuda itu. Dingin dan beku. Tapi
ketika Han Han tersenyum dan tampak sekilas deretan giginya
yang putih bersih, kuat dan rapi maka orang bengong melihat
betapa tampan dan manisnya pemuda itu, sama sekali
berbeda dengan sikap dinginnya yang seolah es di gunung
Mahameru. "Siapa mengenal mendiang Golok Maut?" seruan itu
diucapkan Han Han. "Siapa di antara kalian yang tahu?"
Namun orang-orang itu menggeleng. Akhirnya Han Han
sendiri tak tahu siapa sebenarnya orang yang bicara tadi. Dia
ingin mencari orang itu tapi rupanya orang itu ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senyum yang tadi mengembang tiba-tiba lenyap kembali. Han
Han sudah seperti gunung es yang beku. Dan ketika tak ada
jawaban dan Han Han menarik napas lalu pemuda itu
membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi. Han Han
kecewa karena orang-orang yang sudah menyebut nama Si
Golok Maut tadi mendadak bungkam, mungkin takut oleh
sikapnya. Dan karena dia menjadi jengkel dan gemas ditahan
maka Han Han mempercepat langkahnya dan.... pemuda
itupun sudah meluncur dan lenyap di luar dusun.
"Iblis, sungguh mengejutkan. Dia seolah terbang saja!"
"Dan menanyakan mendiang Si Golok Maut! Ah, ada apa
dia mencari tokoh itu" Apakah mau mengobrak-abrik
makamnya!" "Tak tahulah, tapi Hek-kwi Sam-houu (Tiga Harimau dari
Gunung Setan) sudah dipecundanginya begitu mudah. Dia
pemuda luar biasa!" Dan ketika semua orang ribut-ribut dan membicarakan Han
Han, yang pergi dan datang dengan caranya yang aneh maka


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedai arak itu menjadi bahan perbincangan yang ramai antar
sesama tamu. Mereka mulai menduga-duga siapa kiranya
pemuda bercaping bambu itu. Mereka teringat tokoh Si Golok
Maut yang juga bercaping dan berkepandaian luar biasa. Tapi
karena mereka tak mengenal Han Han dan jelas pemuda itu
bukanlah Si Golok Maut, karena Golok Maut telah binasa maka
Han Han tak tahu betapa dirinya menjadi bahan perbincangan
yang meluncur dari mulut ke mulut. Han Han tak tahu bahwa
di kedai itu akhirnya muncul tamu-tamu lain yang beraneka
ragam, ada yang seperti petani namun ada juga yang seperti
pedagang. Dan ketika mereka terbelalak dan mendengarkan
cerita itu, bertanya ke mana pemuda itu lenyap maka ketika
tiba di kota An-tiong, tigapuluh li dari kedai itu Han Han
melihat tiga orang penunggang kuda membalap dari belakang.
"Tar-tar!" Han Han menyingkir. "Minggir, anak muda.
Minggir...!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han minggir. Memang dia sengaja memberi jalan
meskipun diam-diam mendongkol. Tiga penunggang kuda di
belakang itu layaknya orang terburu-buru yang tidak
menghormat pejalan kaki. Mereka menerjang saja dan cepat
lewat di sisinya bagaikan terbang. Saat itu Han Han sudah
mulai memasuki batas kota dan tiga penunggang kuda ini
rupanya juga ingin ke An-tiong, karena mereka begitu buru-
buru dan menyuruh siapapun minggir. Namun ketika mereka
melewati Han Han dan ketiganya melirik tajam mendadak
kuda yang sudah dicongklang pesat itu dihentikan tiba-tiba
hingga kuda meringkik panjang dengan kedua kaki depan
terangkat tinggi-tinggi. "Heiitt... tar! Berhenti!"
Tiga penunggang kuda itu berhenti. Mereka tiba-tiba
menyeringai dan Han Han yang terkejut mengerutkan kening
mendadak surut selangkah ketika tiga ekor kuda itu tiba-tiba
dikeprak maju. Mereka ternyata orang-orang berpakaian
perlente yang memiliki sorot mata buas. Han Han tak tahu
siapa mereka. Tapi begitu mereka datang dan memutar
kudanya, maju mendekat maka orang di depan yang dahinya
codet bertanya, suaranya serak parau, kasar,
"Anak muda, apakah kau yang baru saja dari kedai Ah-
lopek" Apakah kau yang merobohkan Hek-kwi Sam-houw?"
"Hm," Han Han tak mengenal Hek-kwi Sam-houw, julukan
itu baru sekarang diketahuinya. "Siapakah itu Hek-kwi Sam-
houw dan siapakah itu Ah-lopek" Aku tak mengenal orang-
orang ini. Tapi kalau kaumaksudkan kedai arak di belakang
sana maka memang betul akulah orangnya. Ada apa kau
bertanya?" "Srat!" laki-laki itu tiba-tiba mencabut pedang. "Aku dan
dua orang temanku ini adalah sahabat-sahabat Hek-kwi Sam-
houw, bocah. Kalau benar kau yang telah merobohkan mereka
maka kami teman temannya datang untuk membunuhmu.
Menyerahlah, atau kepalamu kupenggal!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han terkejut. Sekarang dia mulai berhadapan dengan
orang-orang kang-ouw yang kasar. Selama ini, dia baru
mengenal orang-orang kang-ouw di pesta Tek-wangwe itu,
selebihnya dia belum banyak tahu. Tapi begitu orang bersikap
garang dan sudah mengancamnya segala, kekasaran dunia
kang-ouw tampak di sini tiba-tiba saja Han Han mendengus
dan watak dinginnya timbul.
"Hm, kalian tikus-tikus busuk mau apa" Aku tak
mengganggu orang-orang yang tak mulai menggangguku.
Kalau Hek-kwi Sam-houw yang kalian maksud adalah tikus-
tikus besar di kedai arak itu maka aku jadi ingin melempar
kalian dari atas kuda. Turunlah, dan rasakan tamparanku
nanti!" "Keparat, kau berani bicara begitu sombong" Eh, tuanmu
tak suka sikap seperti ini, bocah. Dan sayang kau harus
mampus lebih cepat meskipun minta ampun.... singg!" dan
pedang yang menyambar dari atas kuda menghantam kepala
Han Han tiba-tiba disusul oleh dua bentakan dan dua
serangan dari dua laki-laki di atas kuda yang lain. Mereka itu
juga marah dan mendelik mendengar kata-kata Han Han tadi.
Mereka adalah teman-teman Hek-kwi Sam-houw yang ingin
menuntut balas. Tapi begitu pedang mereka bergerak dan Han
Han menyambut dengan dua jarinya, menjepit dan menekuk
maka berturut-turut tiga batang pedang itu patah dan
pemiliknya tertarik dari atas kuda untuk akhirnya jatuh
terpelanting. "Plak-plak-plak!"
Han Han menambahi dengan tiga tamparannya ke arah tiga
laki-laki itu. Mereka berteriak dan tiga laki-laki itu bergulingan
mengaduh-aduh, pipi mereka bengkak! Tapi ketika mereka
melompat bangun dan merasa marah, bukannya gentar tiba-
tiba mereka naik ke atas punggung kuda lagi dan menyambar
tombak untuk kemudian menerjang dengan dahsyat
"Hm, tak tahu diri!" Han Han mendengus. "Kalian minta
kupatahkan tulangnya baru kapok" Baiklah, rasakan ini dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihat bagaimana kalian menyerang lagi!" Han Han berkelebat,
jauh mendahului tombak-tombak itu dan tiba-tiba dia
mengebutkan ujung lengan bajunya. Ujung lengan baju itu
tiba-tiba berobah sekeras baja dan tiga tombak yang
menyambar ditangkis perlahan, tampaknya perlahan tapi
nyatanya tiga batang tombak itu patah menjadi tiga dan
masing-masing membalik menyambar tuannya sendiri. Yang
pertama dan kedua membentur lengan pemiliknya hingga dua
laki-laki itu berteriak, tulang mereka berkeratak dan
merekapun jatuh dengan lengan patah. Dan ketika yang
ketiga menjerit karena kutung-an tombaknya menyambar
paha, berdetak dan terguling maka laki-laki itupun berteriak
karena pahanya terkulai alias tulangnya putus menjadi dua.
"Aduh.... bluk-bluk-bluk!"
Ketiganya menangis tak keruan bagai babi disembelih. Han
Han telah menghajar mereka lebih keras dan kini ketiga
lawannya itu mengaduh-aduh dengan kesakitan. Sekaranglah
mereka menjadi gentar namun Han Han sudah tak mau
mengampuni. Mereka terlalu congkak dan tak tahu diri. Dan
ketika mereka pucat dan jerih memandang pemuda itu maka
Han Han mengibas dari jauh dan tiga laki-laki itu terlempar
bagai dihembus angin topan.
"Tobaatt...!" Ketiganya terbanting dan pingsan di sana. Mereka sudah
tak dapat menahan sakit lagi ketika lengan atau kaki yang
patah beradu begitu keras dengan tanah. Mereka menjerit dan
tak sadarkan diri lagi. Dan ketika semuanya tengkurap dan
Han Han memutar tubuhnya maka dengan dingin dan tenang
pemuda itu meninggalkan lawan-lawannya untuk memasuki
kota An-tiong. Han Han tak memperdulikan beberapa tatapan kaget dari
beberapa orang yang lewat di jalan itu. Beberapa orang
memang kebetulan lewat dan menyaksikan akhir dari
pertandingan itu, melihat dan mendengar ribut-ribut disusul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
robohnya tiga laki-laki itu. Dan ketika Han Han meneruskan
langkah dan memasuki kota, mengebutkan ujung bajunya
yang kotor maka pemuda ini sudah mulai berjalan-jalan
tenang sambil berpikir apa yang akan dilakukan. Dan hatinya
tiba-tiba tertarik oleh sebuah toko kain yang menjual beberapa
pakaian bagus. Han Han teringat bahwa bekalnya harus
ditambah, pakaiannya hanya beberapa potong saja. Dan
ketika dia melangkah menghampiri toko ini, bermaksud untuk
membeli sepotong dua pakaian baru tiba-tiba dia tertegun
melihat seorang dara cantik juga sedang berada di toko itu,
melihat-lihat dan memilih beberapa gaun sutera mahal. Dan si
gadis pun kebetulan menoleh.
"Ah!" Han Han membuang muka. Entah kenapa tiba-tiba
dia terkesiap oleh bola mata yang bening dan lebar dari si
gadis cantik. Mata itu begitu terang dan jernih, menyambar
bagai gunting yang tajam dan Han Han yang biasanya acuh
terhadap wanita mendadak tergetar hebat. Dia cepat
melengos dan memasuki pintu toko sebelah kiri, ke pakaian
laki-laki. Tapi ketika dia tersandung dan terantuk kaca depan
yang menipu pandangan maka buntalan Han Han jatuh dan
pemuda itu sendiri geragapan dengan amat kagetnya.
"Ih, kongcu harap hati-hati. Awas kaca!"
Han Han merah padam. Gara-gara tergetar oleh bola mata
si gadis tiba-tiba dia menumbuk dinding kaca. Seharusnya dia
tahu tapi kekacauan hati telah membuatnya hilang sadar. Dan
ketika Han Han menengok dan mendengar suara lembut
nyaring itu maka tahu-tahu si cantik yang bermata bintang itu
telah berada di dekatnya, mengambilkan buntalannya.
"Ah, terima kasih. Aku, eh... aku tak melihat kaca ini!"
Terdengar kekeh ditahan. Han Han merah padam karena si
dara mengembalikan buntalannya sambil tertawa. Suara
tawanya begitu merdu dan enak didengar. Han Han berdegup
kencang dan untuk kesekian kalinya lagi gugup. Tapi ketika
dia menerima buntalannya dan mengucap terima kasih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur dan cepat-cepat memilih pakaian yang hendak dibeli
maka si cantik sudah kembali ke tempatnya tadi memilih
gaun-gaun yang juga hendak dibeli.
Namun di sini Han Han tertegun. Dua stel pakaian yang
sudah dipilih dan diminta dari pemilik toko tiba-tiba tak dapat
dibayarnya. Pakaian itu sudah dibungkus dan siap diberikan
ketika mendadak saja Han Han tak dapat mengeluarkan
uangnya. Dan ketika dia menjublak dan bengong dengan
muka pucat, malu, maka pemilik toko curiga dan berseru,
"Kongcu, ini pakaian pilihanmu. Delapan tail perak. saja!"
"Aku... aku...!" Han Han bingung. "Uangku tak ada!"
"Heh, tak membawa uang berani membeli" Eh, jangan
main-main, anak muda. Kalau memang tak punya uang
sebaiknya tak usah memasuki toko. Kau penipu, rupanya
berpura-pura saja..."
"Wut!" tangan Han Han tiba-tiba bergerak dan sudah
menyambar leher baju pemilik toko itu, cepat dan kuat. "Kau
bilang aku penipu" Kau kira aku pura-pura" Eh, jaga mulutmu,
orang tua. Atau kuhancurkan mulutmu nanti. Aku kehilangan
uangku, bukan bohong!"
"Celaka!" si pemilik meronta dan berteriak-teriak. "Tolong,
Pui-ek. Aku ma lah dicekik dan hendak diancam. Tolong....
tolong...!" Han Han jadi marah. Sebenarnya dia hendak memberi tahu
pemilik toko itu agar tidak menghinanya. Dia bukan penipu
atau orang yang berpura-pura membeli saja. Han Han sedang
bingung dan kaget karena uangnya mendadak lenyap.
Buntalannya sudah dibuka tapi uang bekalnya tak ada di situ.
Seluruh isi kantungnya sudah dikuras tapi uangnya itu juga
sudah tak ada. Entah lenyap ke mana. Aneh! Dan ketika Han
Han marah dan menyambar leher baju pemilik toko, minta
agar tidak menghinanya tiba-tiba dua orang pelayan muda
memburu dan menangkap lengannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, jangan main gila. Lepaskan tuanku!"
"Hm!" Han Han mendengus. Tentu saja dia bertambah
marah karena dua pelayan itu menarik-narik dan bahkan
menggigit lengannya. Dia membentak dan tiba-tiba kakinya
bergerak menendang. Dan ketika dua pelayan itu mencelat
dan terlempar, menjerit-jerit maka isi toko menjadi gaduh dan
tiba-tiba si cantik datang dengan suaranya yang nyaring
merdu, "Heii, kalian jangan menghina kongcu ini. Dia jelas bukan
perampok atau pencuri. Kalau uangnya tak ada biarlah aku
yang bayar.... cringg!" pemilik toko melotot, sekeping uang
emas ada di situ dan tiba-tiba saja Han Han melepaskan
cekikannya. Si cantik datang dan membayar pakaiannya. Tapi
bukan itu yang membuatnya terkejut, melainkan kepingan
uang emas itu yang menancap di meja kasir. Uang itu seperti
benda tajam saja yang menancap dan amblas hampir
setengahnya, si pemilik me lotot! Tapi ketika pemilik toko
tertawa dan mencabut uang itu, yang ternyata tak dapat
dicabut maka Han Han tertegun sementara pemilik toko
kebingungan, mencari ke sana-sini dan akhirnya ditemukannya
sebuah tang kecil. Dengan tang inilah dia mencabut dan
mengambil uang itu. Dan ketika dia menyeringai dan tertawa
gembira maka buntalan pakaian Han Han diserahkannya.
"Terima kasih, ha-ha... sungguh baik benar nona budiman
ini. Ah, bawalah, anak muda. Dan jangan mengganggu aku
lagi!" Namun Han Han tak beranjak dari tempatnya. Dia masih
tertegun dan terkesima memandang si cantik itu, kepandaiannya yang menancapkan uang emas di atas meja.
Jadi, si cantik ini kiranya bukan gadis sembarangan! Tapi
ketika HannHan tertegun dan bengong tiba-tiba gadis itu
sudah memutar tubuhnya dan menyambar pembeliannya
sendiri, berkelebat dan lenyap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii...!" Han Han terkejut dan sadar. "Tunggu, nona. Aku
tak mau menerima kebaikanmu ini!"
Si gadis menoleh sejenak. Han Han melihat senyum manis
itu namun yang dipanggil tak mau berhenti. Gadis itu terus
bergerak dan kini memasuki kompleks pertokoan yang lain,
atau pasar. Dan ketika dia mengejar dan si gadis bergerak
kian cepat maka Han Han kehilangan lawannya yang masuk
dan menyelinap di balik kerumunan orang banyak. Han Han
mendelong dan berhenti, celingukan ke sana-sini. Tapi ketika
dia menoleh untuk mencari-cari sekonyong-konyong seikat
pakaian jatuh di pundaknya, tepat ketika dia melihat gadis itu
berkelebat di sudut kiri jalan.
"Copet, pencuri!"
Han Han terkejut. Tiba-tiba empat orang menyerbunya
sambil berteriak marah. Han Han tak mengingat atau
memperdulikan pakaian yang jatuh di pundaknya itu,
mengejar si gadis karena dara cantik itu menampakkan diri di
ujung jalan. Maka ketika empat laki-laki berteriak padanya dan
Han Han mendorong mereka maka keempatnya terpelanting


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sementara Han Han mengejar dan kini melempar setumpuk
pakaian itu. Namun pakaian-pakaian yang lain berjatuhan menimpanya.
Setiap Han Han melewati jalan atau lorong di mana gadis itu
berkelebat maka penjual pakaian di kiri kanan jalan berteriak-
teriak. Han Han mula-mula heran tapi akhirnya dia menjadi
gemas ketika dilihatnya gadis itu menimpukkan sesuatu dan
pakaian yang bergelantungan di atas toko-tokopun berjatuhan, putus talinya oleh tindakan dara nakal itu. Dan
ketika pasar menjadi ribut sementara Han Han berkelebat
mengejar si gadis maka gadis itu ternyata berputar-putar dan
berlari dari satu tempat ke tempat yang itu-itu juga. Tak ayal,
suasana menjadi kacau dan penjual buah atau sayur-
sayuranpun berteriak-teriak. Mereka didorong gerobaknya
hingga jungkir balik. Si gadis melakukan itu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghalangi pengejaran Han Han. Tapi karena Hari Han
dapat melewati semuanya itu dengan baik dan dua kali sudah
gadis itu berputaran mengelilingi pasar maka Han Han
menjadi gemas dan akhirnya mencegat atau memotong jalan.
Tapi celaka. Sebuah tenda tiba-tiba roboh. Han Han
tertelangkup dan terjebak di sini, mendengar teriakan orang-
orang di sekitar yang sudah dibuat marah oleh ulah mereka
berdua. Buah-buahan dan sayur-sayuran tumpah ruah di
jalanan kecil itu, lorong-lorong pasar atau pusat perbelanjaan
bagi penduduk An-tiong. Dan ketika Han Han terkejut karena
pikulan kayu atau apa saja menghantam dirinya, yang
tertelangkup dan terjebak di tenda itu maka didengarnya si
gadis terkekeh dan tertawa terbatuk-batuk.
"Hi-hik, awas hati-hati, kongcu. T angkap dan kejar lagi aku
kalau bisa!" Han Han gusar. Akhirnya dia menggerakkan tangannya ke
kiri kanan dan tenda itu terlempar ke belakang. Batu dan
pikulan atau apa saja yang menimpanya sekarang berbalik
menghantam pemiliknya sendiri. Orang-orang itu memekik,
jidat atau hidung mereka terkena sial. Dan ketika Han Han
keluar dan melompat mengejar maka sepasukan pengawal
kota muncul dan membentak mereka, yang membuat gaduh.
"Berhenti, kalian kami tangkap!"
Namun Han Han mendengus. Entah dari mana tiba-tiba
saja belasan pengawal itu muncul. Mereka mencabut pedang
atau golok dan beberapa pentunganpun tak ketinggalan. Han
Han mengejar si gadis karena dara yang nakal itu tiba-tiba
terbang ke selatan, lidahnya dileletkan begitu melihat
pengawal keamanan kota. Dan ketika Han Han membentak
namun dirintangi belasan pengawal ini, yang tak keburu
menghadang si nona dan mencegat Han Han maka pemuda
ini berjungkir balik dan.... sudah melewati kepala semua orang
dengan gemas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Minggir, aku tak berurusan dengan kalian!"
Para pengawal terbelalak. Komandannya, yang berkumis
tebal sekepal sebelah tiba-tiba berteriak. Dia menyambar
seekor kuda dan mengejar. Han Han sendiri sudah berkelebat
dan mengejar gadis yang nakal itu. Dan ketika ketiganya
berkejar-kejaran dan Han Han terkejut karena gadis di
depannya itu juga memiliki ilmu meringankan tubuh yang
amat baik maka An-tiong menjadi ribut oleh keonaran di pagi
itu. Para pedagang berteriak-teriak bahwa selain kacau barang
dagangannya juga peti-peti uang mereka lenyap. Han Han
hanya melihat gadis di depannya itu menggendong sebuah
buntalan besar, entah apa itu. Dan ketika dia gemas dan
menambah kekuatannya tiba-tiba kuda si komandan tertinggal
jauh dan komandan itu terbeliak melihat Han Han tak
menginjak permukaan tanah lagi, melayang atau terbang
seperti siluman. "Hantu! Iblis...!" sang komandan tersentak membelalakkan
mata. "Bukan manusiakah pemuda itu" Silumankah dia?"
Namun bukan hanya komandan ini saja yang terkejut
membelalakkan mata. Gadis cantik itu, yang semula tertawa
dan mengejek menggoda Han Han sekonyong-konyong
tersirap dan mengeluarkan seruan kaget. Han Han yang
jaraknya tadi masih jauh tiba-tiba saja sudah tinggal
beberapa meter lagi di belakangnya. Han Han menyuruh gadis
itu berhenti namun si nona tak mau mengikuti perintahnya.
Dan ketika jarak tinggal dua meter lagi dan Han Han
mengulurkan lengan, siap menyambar pundak si nona tiba-
tiba gadis itu menggerakkan tangan ke belakang dan belasan
sinar emas menyambar Han Han, dari muka sampai ke kaki.
"Cring-cring-cringg!" Han Han menampar runtuh. Kiranya itu
adalah uang-uang emas dan Han Han terkejut membelalakkan
mata. Lawannya ini tak sayang-sayang membuang sekian
uang emas yang dijadikan senjata rahasia. Betapa royalnya!
Dan ketika di belakang terdengar derap kuda dan komandan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sudah mengejar bersama puluhan pasukannya maka si
gadis yang terkejut melihat Han Han mampu meruntuhkan
semua uang emasnya sudah membentak dan menyambarkan
sepasang anak panah hitam yang bersiut ke mata pemuda ini.
"Coba terima, kalau kau gagah!"
Han Han belum banyak pengalaman. Dia menjadi marah
ketika kembali gadis itu menyerangnya, meskipun diam-diam
dia kagum karena gadis yang di depannya ini ternyata gadis
luar biasa. Di samping cantik ternyata lihai. Dan ketika dia
mendengus dan menampar panah-panah itu, yang terpukul
runtuh oleh telapak tangannya tiba-tiba gadis itu tertawa dan
Han Han merasakan rasa gatal yang tidak wajar di telapak
tangannya itu. "Hi-hik, bagus, bocah. Kau telah terkena racun panahku.
Tak mungkin kau dapat mengejarku lagi!"
Han Han tertegun. Sekejap, tak sampai semenit, mendadak
rasa gatal menjalar sampai ke atas. Rasa ini lalu disusul rasa
nyeri dan panas. Han Han terkejut ketika tiba-tiba
tenaganyapun serasa dilolosi, hilang. Tapi ketika Han Han
membentak dan mengerahkan sinkang untuk menahan semua
rasa yang tidak enak itu, racun yang kiranya menempel di
panah hitam maka dia dapat mengejar lagi dan membuat si
gadis terbeliak. "Eh, kau tak apa-apa" Dapat mengejar aku lagi" Hebat,
tapi rasakan lagi tujuh panahku ini. Coba kau masih sanggup
mengalahkan nonamu ini atau tidak.... wut wut-wutt!" tujuh
panah hitam kembali menyambar, kali ini menuju ke tujuh
jalan darah di depan Han Hari dan semuanya bercuitan tanda
dilepas oleh tenaga yang cukup hebat. Han Han kagum
sekaligus marah. Dan karena dia tidak takut akan panah-
panah itu dan mendengus serta menampar maka enam panah
itu runtuh sementara yang satu diterima oleh giginya dan
digigit. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Crep!" Han Han tertawa mengejek, berkelebat dan
mengejar lagi. "Boleh kauhabiskan semua anak-anak
panahmu, nona Tapi kukira kaupun harus menerima panahmu
ini!" Han Han meniup, panah di mulut tiba-tiba menyambar
dan mendesing di belakang gadis cantik itu. Si gadis berteriak
karena panah menyambar seperti dilepas dari busur. Bukan
main! Dan ketika dia melompat tinggi dan berjungkir balik
menghindari panahnya itu, yang melayang dan lewat di bawah
maka Han Han berseru kagum karena gadis itu akhirnya
menukik dan menyambar serta merampas anak panahnya
kembali. "Bagus!" Han Han memuji. "Kau hebat, nona. Tapi
betapapun kau harus berhenti. Cukup kau mempermainkan
aku!" Si gadis melengking marah. Han Han mengejar lagi karena
gadis itupun sudah berlari cepat memasuki hutan. Kalau Han
Han tak dapat menangkap maka gadis itu pasti lolos. Han Han
menggeram dan tiba-tiba menyambar sebutir kerikil hitam.
Dan tepat gadis itu di mulut hutan tiba-tiba dia menjentikkan
kerikil ini yang tepat mengenai pundak lawannya.
"Aduh..!" Gadis itu terguling. Han Han tertawa dan siap menotok lagi
ketika tiba-tiba dari bawah berhamburan kerikil-kerikil lain.
Gadis itu berteriak dan balik menyerang pemuda ini dengan
puluhan kerikil yang diraup. Han Han terkejut dan kagum
karena lagi-lagi gadis itu tak apa-apa, padahal seharusnya
sambaran kerikilnya tadi merobohkan gadis ini. Dan ketika dia
harus mengelak dan mengebut puluhan kerikil itu maka si
gadis sudah melompat bangun dan.... meneruskan larinya lagi.
"Pemuda keparat, kau tak tahu budi. Awas nanti kalau para
pengawal itu sudah tidak mengejar kita lagi!"
Han Han terkejut. Lagi-lagi dia me lihat lawannya itu
berkelebat dan menunjukkan ilmunya meringankan tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hebat, meluncur dan sudah memasuki hutan. Kini dia
bisa ketinggalan sementara komandan di belakang berteriak
mengejar-ngejar mereka. Han Han gemas. Dan karena dia tak
mau kehilangan lawannya itu, yang aneh dan menarik hatinya
maka Han Han bergerak dan tiba-tiba menyambar seperti
elang di atas kepala gadis itu, yang terpekik dan menjerit
kaget. "Heii... dukk!" Han Han menggerakkan lengan ke bawah. Si
gadis akan dicengkeram ketika tiba-tiba dengan marah
lawannya itu menangkis. Si gadis
membentak dan cengkeraman Han Han bertemu tenaga yang kuat dan
menggetarkan. Han Han tertahan tapi gadis itu terlempar ber
jungkir balik. Nyata si gadis kaget sekali karena Han Han
memiliki sinkang yang begitu hebat. Baik ginkang maupun
sinkang pemuda ini masih di atas dirinya, karena Han Han
mampu mengejar dan tadi menyambar dirinya dari atas. Tapi
karena gadis itu penasaran dan Han Han mengejar lagi, juga
kagum dan tergetar bertemu lengan yang halus namun kuat
itu maka gadis ini berseru agar mereka masuk ke tengah
hutan yang lebat. "Aku tak takut padamu, mari kita bertempur seribu jurus.
Tapi jangan pasukan di belakang itu turut campur!"
"Hm, akupun tak mau orang lain turut campur urusan kita,
nona. Asal kau mau berhenti dan mengatakan mengapa kau
mempermainkan dan mengejek aku maka aku tak akan
memburu-burumu lagi. Berhentilah, dan katakan kepadaku!"
"Aku tak mau berkata di sini. Komandan itu dan
pasukannya mengejar. Hayo ke tengah dan kita bertempur di
dalam'" Han Han mengangguk. Akhirnya dia mengikuti gadis itu
yang minta agar dia masuk ke hutan. Cepat dan luar biasa
gadis itu sudah berkelebat dan menyelinap lagi. Kalau Han
Han tak mengerahkan semua kepandaiannya barangkali dia
akan kehilangan jejak. Hebat! Dan ketika pasukan di belakang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertinggal jauh dan mereka akhirnya berada di tengah hutan,
gelap dan pekat maka gadis itu melayang tinggi dan tiba-tiba
sudah berdiri di atas pucuk daun yang rantingnya hampir
sama sekali tak bergoyang, tegak di atas pohon seperti
burung camar yang siap menanti lawannya!
"Hayo, kita bertempur di sini Siapa jatuh dia kalah!"
Han Han membelalakkan matanya. Ia melihat gadis itu
sudah berjungkir balik dan hinggap di pucuk daun yang paling
tinggi, jarak dengan tanah barangkali ada duapuluh meter.
Gagah dan tegak seperti burung rajawali yang siap
menunggunya, jelas menunjukkan ilmunya meringankan
tubuh yang luar biasa itu. Dan ketika Han Han bergerak dan
naik ke atas pula, menjejakkan kedua kakinya Jurus di tanah
maka Han Han juga sudah berdiri di atas pucuk daun yang
lain, bahkan berdiri dengan satu kaki!
"Hm!" Han Han bersinar-sinar. "Kau hebat, nona. Tapi
rupanya suka mengganggu orang. Nah, aku sudah di s ini. Apa
yang kau maui dan bertanding berapa jurus yang kau
kehendaki!" Si gadis tertegun. Dia sudah berdiri tak bergoyang di
puncak pohon yang paling tinggi. Tapi bahwa pemuda itu
dapat menyusul dan bahkan berdiri hanya dengan sebelah
kakinya saja, jelas tak mau kalah dengannya maka gadis itu
merah padam dan kembali merasa kalah setingkat!
"Kau sombong, tapi tak tahu budi. Nah, aku ingin
bertempur seribu jurus dan siapa jatuh dari sini maka dia
kalah!" "Hm, nanti dulu. Kenapa kau melakukan semuanya ini" Aku
menilai kaulah yang sombong, ingin memamerkan kepandaian
dan mengganggu orang. Apa maksudmu mempermainkan dan
mengejek aku" Dan kenapa kau menantangku bertanding?"
"Cerewet, kau tak tahu dosa-dosamu" Eh, kaulah yang
sombong, pemuda siluman. Kau menolak pemberianku secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik-baik di toko kain tadi. Kenapa kau membuat aku malu
dan marah" Kau kira begitu mudah kau menghina aku di
depan orang banyak" Hm, kini kita sudah berhadapan. Cabut
senjatamu dan jangan sombong dengan ilmu meringankan
tubuhmu itu!" Han Han tertegun. Si nona mencabut senjata dan sebuah
pedang .pendek berwarna hitam berada di tangan yang
gemetar itu, gadis ini menahan tangis! Dan ketika Han Han
menarik napas dan tersenyum pahit, merasa aneh dengan
sikap gadis ini maka dia tertarik me lihat buntalan besar yang
dipegang di tangan kiri lawan.
"Kau melempar-lemparkan uang emas. Entah dari mana
kaudapatkan itu dan bagaimana pula aku tiba-tiba kehilangan
uangku. Kalau boleh aku bertanya, sebelum kita bertanding,
siapakah namamu dan dari mana kau berasa l" Aku sendiri
bernama Han Han, tak bertempat tinggal karena sedang
berkelana..." "Cerewet!" gadis itu membentak. "Siapa ingin dengar
tentang nama dan dirimu" Kalau kau sudah merasa
berkepandaian tinggi mari cepat bertanding, manusia
sombong. Atau kau akan kuterjunkan dari sini dan kau
mampus.... singg!" pedang sudah bergerak, menusuk dan


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menikam dan gadis itu sudah meloncat bagaikan terbang. Han
Han mengelak namun pedang terus menyambar. Dan ketika
apa boleh buat dia harus menangkis maka tangannya
bergerak dan pergelangan tangan si gadis dipukul.
"Plak!" gadis itu berjungkir balik. Han Han merasa hawa
dingin menyambar dari pedang hitam itu dan tahu bahwa
sebatang pedang pusaka berada di tangan lawan. Dia tak
berani menerima begitu saja dan karena itu menangkis dari
samping. Lalu ketika lawan melengking dan berjungkir balik
turun, berkelebatan dan menyambar-nyambarnya bagai elang
menyergap mangsa maka Han Han sudah diserang dan
berada pada posisi yang didesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cabut senjatamu, atau kau kulempar dari sini!"
Han Han kagum. Tiba-tiba dia sudah dikurung oleh sinar
hitam yang kian lama kian lebar. Pedang di tangan gadis itu
sudah bergulung-gulung dan Han Han sebagai putera seorang
ahli pedang segera melihat bahwa permainan pedang di
tangan lawannya itu hebat. Pedang itu mengeluarkan hawa
dingin sementara serangan-serangannya juga ganas dan
tajam. Tapi ketika pedang itu mulai membacok atau
membelah seperti gaya permainan sebuah golok, hal yang
aneh maka selanjutnya Han Han berkelebatan menghindari
lawan yang mulai mainkan silat antara ilmu pedang dan ilmu
golok! "Wah, hebat, tapi aneh sekali. Ilmu silat apa ini, nona" Ilmu
pedang atau ilmu golok" Kau mencampuradukkannya
sedemikian rupa, ini sudah bukan ilmu pedang asli!"
Si gadis terbelalak. Han Han beterbangan mengikuti
sambaran pedang hitamnya. Kemanapun pedang itu
menyambar maka ke situ pula pemuda itu mendahului.
Geraknya seperti kapas yang ringan tertiup angin, terdorong
sebelum disentuh Dan ketika Han Han memuji namun takl
dapat dibacok, terdorong dan selalu terdorong maka gadis itu
marah dan membentak sengit.
"Tak usah banyak mulut, kaukeluarkan senjatamu atau aku
akan merobohkanmu ke bawah.... sing-crat!" Han Han
terkejut, merunduk dan pedang membabat dedaunan di
belakang punggungnya, bergerak ke kiri tapi terus dikejar dan
tiba-tiba kaki gadis itu bergerak dari bawah ke atas. Untuk ini
Han Han tak waspada. Maka ketika dia kena tendangan dan
terpelanting ke bawah, karena mereka bertempur di atas
puncak pohon yang tinggi maka gadis itu bersorak karena
menganggap Han Han akan terus terbanting ke bawah.
Namun Han Han bukanlah putera Pek-jit Kiam-hiap kalau
begitu saja jatuh ke tanah. Pemuda ini terkejut sejenak tapi
sudah berseru keras menjejakkan kakinya di kaki yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaki kiri itu sudah menotol kaki kanan dan begitu dia
terpelanting ke bawah tiba-tiba Han Han sudah berjumpalitan
dan naik lagi ke atas. Dan ketika gadis itu terbelalak karena
Han Han sudah berada di tempatnya tadi, dengan tawa
mengejek maka gadis itu menerjang lagi dan pedangnya
bergerak kian ganas. "Bagus, kau pamer kepandaian. Tapi aku tak akan
memberimu ampun lagi dan coba hindarkan serangan-
serangan ini!" Han Han sibuk. Benar saja si gadis mengeluarkan jurus-
jurus simpanannya dan kini kaki atau tangan kiri gadis itu juga
bergerak-gerak memukul. Setiap pukulan mengeluarkan angin
dingin dan Han Han kagum. Dan ketika apa boleh buat dia
harus menangkis karena menghindar dan mengelak saja akan
membuat tubuhnya terpelanting lagi maka Han Han sudah
mengerahkan tenaga Pek-lui-kangnya menahan serangan-
serangan si nona. "Plak-dukk!" Si nona tergetar. Han Han segera tahu bahwa lawan kalah
tenaganya. Gadis itu terhuyung namun hebatnya dapat
menginjak daun-daun atau ranting lain di belakang tubuhnya,
tanpa menoleh. Kakinya begitu ringan dan enteng layaknya
burung yang hinggap di pucuk dedaunan saja. Dan ketika dia
diserang lagi namun Han Han mulai menangkis, bergerak dan
mengandalkan sinkangnya maka gadis itu mendelik karena
setiap adu tenaga dia selalu kalah, terdorong. Akibatnya
pedang itu naik turun di balik pukulan-pukulan tangannya dan
Han Han tak berani menangkis. Han Han maklum bahwa
pedang di tangan lawan bukanlah pedang biasa, pedang itu
pedang hitam yang ampuh, anginnya saja sudah cukup
menebas rontok daun-daun di belakang tubuhnya. Dan ketika
Han Han mengelak atau menghindar sambaran pedang itu
yang bergulung-gulung naik turun maka gadis itu mandi
keringat sementara Han Han bersinar-sinar matanya karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesungguhnya ilmu pedang setengah golok di tangan
lawannya itu hebat sekali.
Han Han kagum. Kalau saja bukan dia barangkali sudah
roboh sejak tadi. Mereka sekarang turun agak ke bawah
karena ranting atau daun-daun di atas pohon sudah gundul
terbabat pedang gadis itu. Pedang itu memang hebat dan dua
kali ujung bajunya sobek terkena sambaran angin pedang,
baru sambaran angin pedangnya saja! Dan ketika Han Han
melihat bahwa sudah cukup dia mengelak dan menangkis
maka Han Han berpikir dia sekarang harus mulai membalas.
Dan Han Han pun sudah mulai melakukan itu. Pemuda ini
bergerak dan jari tangan yang berkerotok tiba-tiba meluncur
ke nadi pergelangan tangan gadis itu. Han Han bergerak
mendahului dan dia bermaksud untuk melepaskan pedang di
tangan la-wannya. Gadis itu terkejut ketika tiba-tiba Han Han
bergerak amat cepat dar tahu-tahu jarinya sudah menyelinap
di sepanjang badan pedang, naik ke atas dan menotok
pergelangan tangannya. Tapi ketika Han Han merasa
totokannya bertemu benda yang kenyal, seperti karet, maka
pemuda itu berseru tertahan karena totokannya mental.
"Hi-hik. boleh totok lagi, manusia sombong. Hayo balas dan
serang aku lagi. Bukan hanya kau yang memiliki keunggulan!"
Han Han terkejut. Dia menotok dan ini mengulangi
kegagalannya, berkelebat dan mendahului sinar pedang yang
menyambar lehernya. Tapi ketika totokan itupun mental dan
jannya bertemu pundak yang kenyal maka Han Han terkejut
karena gadis itu rupanya menguasai ilmu meindahkan jalan
darah. "Ah, Pi-ki-hu-hiat (Tutup Hawa Lindungi Jalan Darah)!"
"Hi-hik, kau tahu. Bagus, betul manusia sombong. Aku
memiliki Pi-ki-hu-hiat" dan Han Han yang bengong tertegun
diam tiba-tiba sudah diserang dan menyambar ulu hatinya.
"Bret!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han lambat berkelit. Dia melempar tubuh ke bawah
ketika bajunya robek ditikam pedang, berjungkir balik dan
sudah menyambar sebatang dahan untuk pengait dirinya. Dan
ketika Han Han bergelantungan dan mau melemparkan tubuh
ke atas tapi si gadis menerjang dan turun ke bawah
mengikutinya, maka apa boleh buat Han Han memindah-
mindahkan tangannya dari satu dahan ke dahan lain, dikejar
dan dikejar tapi pemuda ini terus bergelantungan berpindah-
pindah. Sikapnya mirip monyet diserang rajawali, lucu tapi
gadis itu tak tertawa karena Han Han selalu dapat
menghindari diri. Dan ketika dia me lengking dan marah sekali, membacok
dahan di mana Han Han bergelantungan maka dahan itu
putus dan Han Han terjatuh ke bawah, bergerak dan
menyambar dahan yang lain tapi gadis itu menyusul dengan
gerakan pedangnya lagi, membacok dahan itu hingga tujuh
kali tubuh Han Han harus turun dan turun saja. Tak terasa,
pohon itu menjadi pendek dan hampir gundul! Mereka sama-
sama tinggal beberapa meter lagi dari tanah dan gadis itu
gemas sekali. Tujuh bacokannya tak membuat Han Han
terpelanting ke tanah karena setiap kali terpelanting tentu
pemuda itu sudah menyambar dahan yang di bawahnya lagi,
begitu berturut-turut. Dan ketika gadis itu mata gelap karena
kini tinggal sebatang dahan lagi yang sama-sama mereka
pakai, Han Han bergelantungan di bawah sementara gadis itu
di atasnya untuk menusuk-nusuk atau menyerang Han Han
maka pedang itu kembali berkelebat dan.... dahan itupun
putus dibabat. "Mampuslah, dan kau akan menginjak tanah!"
Namun Han Han sungguh luar biasa. Begitu dia tak
mendapat tempat bergelantungan lagi, padahal dia tak mau
jatuh ke tanah tiba-tiba pemuda ini mengayun tubuh empat
kali tinggi-tinggi ke atas. Gadis itu sendiri juga terjatuh karena
dahan yang sama-sama mereka tumpangi dibacok putus. T api
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika gadis-itu berjungkir balik ke bawah, geram dan memaki
Han Han maka Han Han sendiri sudah berjungkir balik ke atas
dan.... hinggap di pohon yang lain tak jauh dari pohon yang
sudah dibabat dan dihancurkan gadis itu.
"Keparat!" gadis itu mendelik, hinggap dan melayang turun
di tanah, tak menyangka Han Han melakukan itu. "Kau cerdik
dan lihai sekali, manusia sombong. Tapi kau juga tak dapat
mengalahkan aku!" "Hm!" Han Han tertawa, mengejek dan kagum. "Siapa
bilang begitu, nona" Kau sendiri menentukan bahwa siapa
yang terjatuh ke tanah dialah pecundang. Dan kau menginjak
tanah. Kau kalah!" 'Tidak, aku masih memegang pedang kumaksud ialah
siapa yang tak dapat menyerang lawannya lagi. maka dia
kalah aku masih dapat menyerangmu Lihat, kau licik!" dan si
gadis yang bergerak dan menjejakkan kakinya lurus terbang
ke atas tiba-tiba menyerang dan menusuk Han Han di pohon
sebelah. Dia geram dan marah karena persyaratannya harus
"diralat", ditambahi, Dan krtika Han Han mengelak dan
pedang mengenai injakan kaki Han Han maka dahan itu putus
lagi dan Han Han bergerak ketempat yang lebih tinggi. Han
Han tahu bahwa dia pasti dikejar dan benar saja gadis itu
berteriak penasaran, mengejar dan berjumpalitan lagi ke atas
ke tempat Han Han berada. Dan ketika dahan itu dibacok
putus dan Han Han melompat-lompat ke tempat yang lebih
tinggi lagi. Akhirnya semua dahan di bawah habis diserang
gadis itu. "Nah." gadis itu melotot. "Kau boleh terbang lagi ke pohon
yang lain, pemuda siluman. Dan aku akan membabat habis isi
hutan ini!" Han-han terkejut. Dia tak terasa lagi sudah di puncak yang
paling tinggi. Dahan-dahan di bawahnya habis semua dan kini
tinggal dahan di puncak yang paling atas itu. Sekarang
keadaannya berbalik dengan tadi, karena kalau tadi dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak dan melompat-lompat ke bawah adalah sekarang dia
bergerak dan melompat-lompat ke atas. Gadis lawannya itu
agaknya penasaran karena sudah sekian lama belum juga
mampu merobohkannya. Gadis itu menghendaki dia jatuh ke
tanah sementara Han Han tentu saja tak mau, tetap bertahan.
Dan ketika sekarang mereka sudah di puncak yang paling
tinggi dan ranting serta dahan-dahan di bawah dibabat habis,
pohon itu hampir gundul dengan sebatang dahan kecil di
puncaknya yang paling tinggi maka Han Han tak ada tempat
berpijak lagi kalau menghindar. Pohon di sebelah terlalu jauh
dan Han Han harus berpikir cepat, turun atau bersama-sama
turun dengan gadis itu! Dan ketika Han Han terbelalak karena
gadis itu sudah berjumpalitan ke atas, siap dengan pedangnya
yang menggigil di tangan, penuh kemarahan, maka Han Han
bermaksud untuk menangkis pedang dengan tangan
telanjang, coba-coba. "Plak!" Han Han terkejut. Pedang yang sudah diduganya sebagai
pedang yang ampuh itu ternyata menggores siku lengannya
sampai ke bawah, padahal dia sudah memasang kekebalannya. Dan ketika Han Han terkejut karena lengannya
luka, pedang terus bergerak menuju leher maka Han Han tiba-
tiba membentak dan secepat kilat tangan kirinya bergerak
memukul pergelangan tangan gadis itu.
"Plak-aduh!" Si gadis terlepas pedangnya. Dalam saat-saat yang
berbahaya itu Han Han dipaksa jatuh ke bawah. Sebenarnya
dia tadi hendak me lepaskan pedang lawan dengan
tangkisannya, tak tahunya pedang itu betul-betul hebat hingga
dia yang sudah mengerahkan s inkang masih saja terluka. Dan
karena pedang terus menyambar dan lehernya akan menerima
bahaya maka begitu dia menunduk dan miringkan kepala
secepat kilat tangan kirinya itu menghantam pergelangan
tangan si gadis. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan begitu si gadis terpelanting dan jatuh ke bawah,
pedangnya terlepas mencelat maka Han Han sendiri yang
harus mengelak dan miringkan kepala tadi juga terjatuh ke
bawah dan berjungkir balik melayang turun.
"Jahanam!" Han Han mendengar suara di sebelahnya. Mereka sama-
sama jatuh dan Han Han sempat melirik gadis yang terlempar
itu. Gadis itu terpelanting tapi berjungkir balik melengking
marah dia sudah berhasil merobah kepalanya yang di bawah
menjadi di atas, meluncur dan terus jatuh tanpa dapat
menahan diri lagi. Dan ketika dia anjlok dan jatuh dengan kaki
bersuara agak keras, terhuyung, maka Han Han baru
beberapa detik kemudian karena di tengah udara tadi Han
Han membuat tubuhnya seringan kapas hingga nyaris
kehilangan bobot. "Wut!" Han Han benar-benar seperti seekor burung yang
hinggap dengan ringan. Pemuda ini jatuh dan berdiri dengan
kedua kaki tegak, tidak terhuyung apalagi bersuara keras
seperti ketika lawannya tadi. Dan ketika si gadis terbelalak dan
marah memandangnya maka Han Han berseru bahwa gadis
itu kalah lagi, tiba lebih dulu dan jatuh di tanah.
"Aku tidak berkata begitu. Yang kumaksud adalah siapa


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tak dapat menyerang lagi. Keparat!" dan gadis itu yang
berkelebat dan memekik gusar tiba-tiba menyerang Han Han
dengan tamparan tangannya, bergerak dan menerjang sengit
dan Han Han mengerutkan kening. Kalau begini, dia dipaksa
untuk merobohkan lawannya itu. Dan karena dia akan terus
diserang dan diserang karena gadis itu rupanya nekat dan
keras kepala, tak mengenal sudah maka Han Han
mengeluarkan Pek-lui-kangnya dan dengan ilmu silat Tangan
Petir ini dia melayani lawan.
"Baiklah, kau yang meminta sendiri, nona. Aku akan
merobohkanmu dan kau tak akan dapat menyerang lagi....
plak-plak!" dan Han Han yang menangkis serta mengeluarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga Petirnya tiba-tiba membuat lawan menjerit dan
terpental kaget, maju lagi tapi ditangkis lagi dan gadis itupun
berteriak. Han Han membuat pukulannya mengeluarkan hawa
panas dan tamparan dingin yang dilancarkan gadis itu kalah.
Dan ketika empat kali dia menangkis dan empat kali itu pula
lawan berteriak mengaduh, gosong-gosong lengannya
akhirnya Han Han menjadi kasihan dan mengurangi tenaganya
melihat gadis itu menangis!
"Keparat! Jahanam terkutuk. Kau bunuhlah aku, pemuda
siluman. Kau robohkan aku dan jangan setengah-setengah!
Hayo, aku sekarang tahu bahwa itu adalah Pek-lui-kang.
Kiranya kau adalah murid Pek-jit-kiam Ju Beng Tan!"
Han Han terkejut. Lawan tiba-tiba kalap dan tidak
memperdulikan lengannya yang gosong-gosong. Nama
ayahnya disebut-sebut dan Han Han seketika berubah karena
kalau begitu jelas gadis ini mengenal ayahnya. Dan ketika dia
terus menangkis karena gadis itu juga terus menyerang,
nekat, maka Han Han mulai bertanya siapa sebenarnya gadis
itu. "Aku musuhmu, tak perlu cerewet. Hayo pukul aku sampai
mampus dan jangan kira aku takut!"
Han Han tergetar. Kalau sudah begini maka dia tak tahan
melihat air mata bercucuran itu. Han Han biasanya akan
menjadi ganas dan dingin kalau lawan sudah nekat, tak tahu
diri. Tapi menghadapi gadis ini yang entah mengapa membuat
perasaannya tak keruan maka Han Han justeru mundur-
mundur dan terus mengurangi tenaganya. Lawan tentu saja
heran tapi gadis itu terus mendesak. Dan ketika Han Han
tinggal bertahan dan lengan gadis itu bengkak-bengkak, tak
dapat dipergunakan lagi maka Han Han disapu sebuah
tendangan dari bawah hingga mencelat terlempar.
"Terkutuk kau, bedebah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han terkejut. Dia tak menyangka tapi dapat bangun
dengan bergulingan menjauh. Lawan menangis lagi dan
mengejar dengan sebuah tendangan melingkar, kena
pantatnya tapi gadis itu sendiri yang malah terjungkal! Dan
ketika Han Han menjadi kasihan sekaligus kagum karena gadis
ini benar-benar keras hati dan nekat maka dia berkelebat
ketika gadis itu hendak menyambar pedangnya.
"Tahan.... plak!" dan Han Han yang memukul runtuh
pedang itu akhirnya melihat si gadis terguling dan tersedu-
sedu. Gadis itu tak menyerang lagi dan kini meringkuk
menyedihkan. Han Han terkejut sekaligus
memelas. Perasaannya terbetot-betot mendengar tangis yang mengguguk-guguk itu. Dan ketika dia melangkah maju dan
menggigil mendekati, bermaksud menolong lawan yang
lengannya bengkak-bengkak ini mendadak sebuah tendangan
masih juga diluncurkan ketika dia membungkuk.
"Pergi!" Han Han menarik kepala ke belakang. Pemuda ini mengelak
namun caping bambunya yang menjadi sasaran. Mukanya
memang tidak terkena tendangan tapi caping bambunya itu
yang menjadi korban, karena caping itu lebih lebar dari
kepalanya. Dan ketika Han Han terkejut karena capingnya
mencelat, talinya putus maka gadis itu melompat bangun dan
tertegun oleh wajah Han Han yang tampak seluruhnya, gagah
dan ganteng! "Kau...!" Han Han terkesima. Gadis itu memandangnya terbelalak
dan dia yang tadinya hendak marah mendadak bengong dan
terlongong-longong. Gadis itu menuding sementara cuping
hidungnya berkembang kempis, mata terbelalak lebar-lebar
dan tiba-tiba pucat. Seolah, gadis itu sudah mengenalnya.
Tapi ketika gadis itu terkejut dan membuang muka, melengos,
maka gadis itu merah padam dan meloncat mundur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sudah mengalahkan aku, baik. Tapi kemenanganmu
ini jangan dibuat bangga dulu. Satu kekalahan akan kutebus
dengan dua kemenangan... wut!" dan gadis itu yang
berkelebat menjejakkan kaki tiba-tiba tak melihat adanya
sebuah akar pohon yang melintang di depan. Dia terjerembab
dan jatuh berteriak, kaget dan Han Han memburu untuk
menolong gadis ini. Dan ketika gadis itu menangis dan
mengipatkan lengannya, bangkit terhuyung ternyata dia jatuh
terduduk lagi karena kakinya keselio, kena akar pohon tadi.
"Sial, jahanam terkutuk. Kau sungguh pembawa sial. Ah,
kaubunuhlah aku, manusia sombong. Bunuhlah aku dan
jangan tertawa!" "Hm," Han Han menahan senyumnya, yang disangka tawa.
"Aku tidak mentertawakanmu, nona, melainkan bermaksud
menolongmu. Kaki dan tanganmu salah urat, kau harus
digosok...." "Digosok apanya" Digosok hidungmu itu" Kau mau kurang
ajar?" si gadis menyemprot, memotong kata-kata Han Han
dan pemuda ini jadi salah tingkah. Han Han memang hendak
menolong gadis itu ketika tiba-tiba saja mukanya menjadi
merah ditegur lawan. Tiba-tiba dia tertegun, mematung. Tapi
ketika dia menarik napas dan teringat caping bambunya, yang
dilempar dan ditendang gadis itu maka Han Han memutar
tubuh dan mengambil topi bambunya itu. Tapi ketika dia
hendak mengenakan di atas kepala tiba-tiba gadis itu berseru,
"Stop, jangan pakai dulu. Apakah kau Si Golok Maut Sin
Hauw?" Han Han terkejut. "Apa" Si Golok Maut" Bukankah dia
sudah tiada?" "Itulah, aku juga heran. Tapi kau mirip pinang dibelah
dua!" "Hm!" Han Han berdegup. Dia tak jadi memakai caping
bambunya itu karena tiba-tiba si gadis melempar segulung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kertas, berseru padanya agar dia melihat dan membuka kertas
itu. Dan ketika Han Han mendekat dan mengambil kertas ini,
membukanya, Han Han tertegun karena itu ternyata gambar
seorang laki-laki gagah yang mirip dirinya, dingin meskipun
ganteng. Seorang laki-laki bercaping bambu!
"Nah, lihat," gadis itu berseru. "Bukankah mirip?"
Han Han mundur, tergetar. "Dia ini Si Golok Maut" Atau
kau diam-diam mencuri lukis diriku?"
"Cih. siapa mencuri lukis" Itu tampang Si Golok Maut,
pemuda sombong. Dan aku jadi heran bagaimana kau mirip
benar dengannya, padahal kau adalah murid Pek-jit-kiam Ju
Beng Tan?" "Hm, aku puteranya," Han Han tak perlu menyembunyikan
diri lagi. "Aku Ju Beng Han, nona, panggilanku sehari-hari
adalah Han Han. Aku heran bagaimana gambar Si Golok Maut
ini bisa berada di tanganmu dan apakah kau tahu baik
riwayatnya!" "Tentu saja aku tahu baik riwayatnya. Nasibnya
menyedihkan. Sedang gambar itu, hmm... kuambil dari ayah!"
si gadis tiba-tiba terisak, sedih dan berduka dan Han Han
terkejut ketika tiba-tiba gadis itu menangis. Dan ketika
suaranya mengguguk dan Han Han tercekat maka dia
mendekat dan gambar itu digulungnya lagi sementara caping
bambunyapun dipakai. "Ada apa?" Han Han berhati-hati. "Kenapa kau menangis
begini sedih dan penuh perasaan" Siapa ayahmu itu dan
kenapa kau mengganggu aku seperti ini?"
"Aku ingin mencari mati, Han Han. Aku tak ingin hidup lebih
lama dan karena itu aku mengganggumu atau mengganggu
setiap orang. Kau bunuhlah aku, aku ingin mencari mati!"
Han Han terkejut, terbelalak. "Kau gila" Kau tidak sinting,
bukan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku memang tidak gila, aku tidak sinting. Tapi aku ingin
mencari mati dengan mengganggu dan mempermainkan
orang. Tapi sayang, aku belum menemukan orang seperti itu
karena mereka semua kukalahkan dan tak dapat menandingi,
kecuali dirimu!" "Hm!" Han Han menahan napas. "Aneh dan luar biasa
sekali caramu ini, nona. Pasti ada sesuatu yang membuat. kau
begitu. Kenapa kau seperti ini dan kenapa kau minta mati...."
"Aku membenci ayahku!"
"Hmm...." "Dan aku melampiaskan kebencian dan kemarahan hatiku
itu dengan mengganggu dan mempermainkan orang-orang
lain! Lihat, bukankah ini dompetmu, Han Han" Bukankah kau
tak tahu ketika aku mengambilnya dari kantung buntalanmu?"
Han Han terkejut. "Dan itu juga uang milik orang-orang lain yang kuambil.
Aku mencuri atau mencopetnya tanpa sedikitpun mereka tahu.
Aku melakukan ini agar aku dibenci dan dimusuhi orang. Aku
ingin agar mereka dapat membunuh dan mengalahkan aku!"
Han Han terkejut. Si gadis melempar sebuah dompet hitam
dan mengobrak-abrik buntalan besarnya. Itulah buntalan yang
tadi dibawa lari-lari dan kini dari buntalan itu menghambur
uang-uang emas dan perak. Dugaan Han Han bahwa gadis itu
menyimpan uang banyak ternyata benar. Dan ketika semua
uang-uang itu berkerincing tapi dinyatakan sebagai uang
copetan, dicuri atau dicopet maka Han Han tertegun
sementara gadis itu terus menangis tersedu-sedu.
"Lihat.... lihat, Han Han. Inilah pekerjaanku selama ini. Aku
mencuri dan mencopet, juga merampok! Aku memang
mengganggu dan mempermainkan orang banyak agar mereka
itu mengejar dan membunuhku. Tapi sayang, mereka kurcaci-
kurcaci rendah yang tak dapat mengalahkan aku. Baru kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
inilah orangnya. Nah, bunuhlah aku dan habisi riwayatku yang
buruk!" Han Han tertegun. Si gadis sudah meloncat bangun dan
berdiri menantang untuk dibunuh. Bukan ma in. Baru kali ini
Han Han menemui hal seaneh ini, orang yang tak mau hidup
lagi dan minta dihabisi nyawanya. Tapi ketika dia tersenyum
karena nona itu menahan sakit, kakinya masih keselio maka
Han Han menggerakkan lengannya dan secara halus dia
mengurut-urut kaki itu. "Duduklah, tenanglah. Agaknya kau dapat menceritakan
semua kepedihan hatimu ini kepadaku. Kita rupanya
mempunyai persamaan, meskipun tidak mirip..."
"Persamaan apa?" si gadis tertegun, merah tapi tidak
menolak ketika Han Han mengurut-urut kakinya. Dan ketika
Han Han menotok dan urat yang keselio itu pulih maka Han
Han menarik napas dan menjawab,
"Rasa tidak senangmu kepada orang tuamu itu. Akupun
juga begitu...." "Apa" Kau membenci dan juga memusuhi ayahmu?"
"Tidak, aku tidak membenci, nona, melainkan sekedar rasa
tidak senang. Aku sampai di s inipun karena itu..."
"Hm, menarik. Coba kau ceritakan kepadaku!"
Han Han tertawa. "Kenapa sebaliknya" Justeru kau yang
harus terlebih dahulu menceritakannya, nona. Bukan aku!"
Gadis itu kagum. Setelah Han Han tertawa tiba-tiba saja
wajah yang luar biasa tampan tampak di sini. Han Han
memang biasanya beku dan dingin, senyumnya mahal. Maka
begitu dia tertawa dan tawanya itu tampak tulus dan hangat
tiba-tiba saja gadis itu kagum bukan main karena wajah yang
gagah dan tampan itu semakin ganteng dan menarik saja.
Tapi ketika dua mata mereka beradu dan gadis ini sadar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendadak dia tersipu dan menarik kakinya yang sudah dilepas
Han Han, duduk bersimpuh.
"Aku enggan menceritakannya, tapi karena kau yang m inta
biarlah kukatakan..."
"Hm, nanti dulu. Kau sekarang sudah tahu siapa aku, s iapa
namaku. Bolehkah aku tahu siapa namamu?"
Gadis itu terkekeh, aneh sekali. "Apakah begitu perlu?"
tanyanya. "Apa gunanya sebuah nama" Kau sebut saja aku
Jing-ci-touw, Han Han. Karena itulah namaku akhir-akhir ini!"
"Jing-ci-touw (Copet Seribu Jari)?" Han Han berkerut
kening. "Itu bukan nama, nona. Kau main-main. Aku ingin
tahu namamu yang sebenarnya!"
"Nama itu pemberian ayah, aku tidak suka!"
"Hm, suka atau tidak kau pasti sudah mempunyai nama.
Beritahukanlah kepada ku agar aku dapat memanggilmu
dengar baik." -ooo0dw0ooo- Jilid 8 GADIS itu menunduk, wajahnya tiba-tiba muram. "Aku Yu
Yin," katanya, lirih. "Aku sudah hampir lupa namaku sendiri
karena lama tak ada orang memanggilku."
"Yu Yin?" Han Han kagum. "Ah, nama itu indah sekali,
nona. Cantik seperti orangnya!"
"Apa?" Yu Yin terkejut. "Cantik" Kau memujiku atau mau
kurang ajar?" "Maaf," Han Han merasa kelepasan bicara. "Aku memujimu,
nona. Aku tak sengaja. Biarlah kutarik kata-kata itu dan aku
tidak akan mengatakannya lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu kau mengatakan aku tidak cantik!" gadis itu
mendadak marah, bangkit berdiri, bertolak pinggang! "Kau
sama halnya mengatakan aku jelek, Han Han. Dan kalau
memang jelek kau mau apa!"


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lho"!" Han Han tersentak, kaget. "Apa maksudmu, nona"
Kenapa tiba-tiba marah begini?"
"Jelas!" gadis itu membentak. "Bicara tidak cantik berarti
jelek, Han Han. Dan kau menjelek-jelekkan aku. Nah,
memangnya kenapa kalau aku jelek!"
Han Han melongo. Caping bambunya yang dipakai tiba-tiba
diangkat sedikit. Dia jadi bingung dan kaget melihat sikap
gadis ini, juga gugup. Kalau begitu, bagaimana" Memuji
disangka kurang ajar, tidak memuji diartikan gadis itu jelek!
Wah, mana ada perkara macam begini" Dan melihat gadis itu
bertolak pinggang dan marah-marah dengan pipi kemerahan,
cuping hidung itu berkembang kempis bagai bunga yang
kuncup mekar maka Han Han tak dapat bicara dan tiba-tiba
mencelat ketika si nona membanting kaki di dekat pantatnya!
"Hayo bicara, memangnya kenapa kalau aku jelek!"
"Heii..!" Han Han bangun melompat. "Aku tidak berkata
begitu, nona. Aku tidak mengatakan dirimu jelek. Aku tidak
bicara apa-apa! Siapa bilang begitu?"
"Kalau begitu kau bilang apa?"
"Aku... aku tidak bilang apa-apa. Aku.."
"Bohong!" hardikan itu membuat jantung Han Han jungkir
balik. "Kau tak perlu berpura-pura, Han Han. Kalau kau tidak
Pedang Dan Kitab Suci 3 Sarang Perjudian Karya Gu Long Pendekar Pendekar Negeri Tayli 3
^