Pencarian

Naga Pembunuh 8

Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 8


ubun-ubun muridnya itu untuk memberi kekuatan. Dan ketika
Han Han mampu mengendalikan diri dan tangisnya tinggal
isak-isak kecil maka Han Han menutupi muka tak berani
memandang wajah gurunya itu.
"Teecu.... teecu lebih baik tak usah meninggalkan Guha
Siluman. Teecu ingin tetap menemani suhu di sini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, bodoh!" Im Yang Cinjin tertawa, lebih dulu mampu
menguasai hatinya. "Kau seperti anak ayam kehilangan
induknya, Han Han, tak bakal dewasa dan mampu mandiri.
Tidak, pinto justeru tak ingin lagi diganggu olehmu. Tugas
pinto sudah selesa i, semua ilmu-ilmu pinto telah kau warisi.
Dan karena pinto ingin menyendiri dan bertapa lagi maka
justeru pinto ingin memberi tahu padamu supaya meninggalkan Guha Siluman. Kau harus mengisi masa-masa
mudamu dengan pengalaman. Dan pengalaman yang paling
baik adalah keluar guha! Nah, tanpa pertanyaan ayah ibumu
itupun pinto pasti akan menyuruhmu pergi, Han Han. Karena
tak baik seorang anak muda tinggal di sini seumur hidup. Kau
tak dapat melaksanakan tugas pendekar dengan terus
berdiam di sini. Kau tak dapat menolong si lemah dan kecil
bila hanya mengurung diri, padahal semua ilmu dan nasihat-
nasihat telah kuberikan padamu. Karena itu berangkat dan
pergilah, Han Han. Sudah tiba waktunya untuk turun gunung!"
Han Han menangis dan menggigit bibir. Kalau gurunya
sudah bicara seperti itu maka percuma saja permintaan atau
bujukannya. Han Han sudah terbiasa hidup bertahun-tahun
dengan gurunya ini. Sudah terbiasa berdua dan budi baik
serta jasa gurunya itu besar sekali. Maka ketika gurunya
berkata bahwa tanpa persoalan dirinyapun memang dia akan
disuruh pergi, meninggalkan Guha Siluman dan gurunya ini
tiba-tiba Han Han tersedak lagi dan mengguguk. Namun Im
Yang Cinjin menepuk-nepuk punggung muridnya itu. Untuk
perasaan batin yang sedang bergolak begini memang Han Han
belum pernah mengalam i. Hal itupun juga belum pernah
diajarkan. Tapi ketika Im Yang Cinjin menyalurkan hawa
hangat dan hawa itu terus naik ke kepala, perasaan bingung
atau gundah lenyap maka Han Han perlahan-lahan dapat
menguasai dirinya lagi. "Tak ada pertemuan tanpa perpisahan, tadi sudah pinto
katakan. Nah, bersiap dan laksanakan tugasmu, Han Han.
Ambil buntalanmu dan pergilah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han menggigit bibir kuat-kuat. Meskipun dia tak
menangis lagi namun setitik dua masih juga air matanya
jatuh. Perpisahan itu tiba-tiba dirasanya berat, berat sekali!
Tapi ketika Han Han menguatkan hati dan memejamkan mata,
perlahan-lahan sedu-sedannya ditekan turun maka Han Han
bangkit terhuyung dan memasuki kamarnya, mengambil
buntalan dan menyiapkan ini-itu lalu menghadap gurunya lagi.
Ternyata apa yang hendak dibicarakan sama, yakni tentang
persoalan dirinya tapi bertambah dengan perpisahan itu. Han
Han sebenarnya hendak mengajak gurunya keluar bersama
dan bukan pergi sendirian. Tapi ketika Han Han berlutut dan
menggigil di depan gurunya, Im Yang Cinjin tampak
tersenyum haru maka kakek itu diam-diam kagum karena
muridnya sudah mampu menguatkan hati, dengan mengeraskan dagu. "Kau sudah siap?"
"Sudah." "Baiklah, berangkat dan hati-hatilah, muridku. Doaku
besertamu dan jangan lupa semua nasihatku. Ingat bahwa
kau harus membantu yang lemah melawan yang kuat, kejam.
Tugas pendekar terletak di pundakmu dan cari serta temukan
siapa orang tuamu." Han Han menggigit bibir. "Suhu belum memberi tahu
bagaimana ciri-ciri wanita yang membawaku itu. Bagaimana
rupanya dan apalagi lainnya."
"Ah, tak sukar. Dia cantik dan mengurai rambutnya, Han
Han. Berpakaian merah dan membawa sebatang pedang.
Ilmunya Ang-in Kiam-sut (Silat# Pedang Awan Merah) cukup
berbahaya meskipun tak perlu kau takuti."
"Terima kasih, dan selamat tinggal, suhu. Teecu harap
akan segera dapat mencari orang tua teecu dan kembali ke
sini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, hati-hati, muridku. Pinto tak dapat mengantar
karena pinto juga akan segera bersamadhi. Doa dan restu
pinto bersamamu!" Han Han mencium kaki gurunya. Ketika memberi hormat
dan menyentuh gurunya itu hampir saja tangisnya meledak
lagi. Untunglah, pemuda itu menguatkan batin dan menarik
napas dalam-dalam. Ada suatu nasihat bahwa bila seseorang
sedang diguncang sesuatu sebaiknya cepat-cepat menujukan
perhatian pada napas. Hitung, satu-dua-tiga-empat..... begitu
seterusnya. Dan ketika Han Han sudah melakukan ini dan
kedukaannya tertarik dalam, tak muncul di permukaan, maka
gurunya mengangguk dan tiba-tiba mendorong, sang murid
mencelat! "Pergilah, sampai bertemu lagi, muridku. Jaga diri baik-baik
dan panggil pinto dengan ilmu batin kalau kau benar-benar
memerlukannya?" Han Han terlempar dan berjungkir balik. Ketika gurunva
mendorong dan mengibaskan lengan bajunva tadi maka
serangkum angin maha kuat mengangkatnya naik, melempar
dan membuat dia tahu-tahu sudah terlempar keluar guha.
Tapi ketika Han Han berseru keras dan mengebutkan lengan
bajunya pula maka pemuda ini terjatuh dengan Kedua kaki
terlebih dahulu, tangan mengembang di kanan kiri tubuhnya,
persis garuda yang akan terbang!
"Ha-ha, bagus, muridku. Pergunakan sekarang Hui-thian-
sin-tiauw (Rajawali Sakti T erbang Ke Langit)!"
Han Han berseri. Lupa kepada perpisahan yang akan
dialam inya itu tiba-tiba pemuda ini melengking dan melempar
tubuh ke atas. Tidak seperti didorong atau dipukul gurunya
tadi yang membuatnya mencelat adalah sekarang pemuda ini
bergerak lurus dengan tangan terpentang lebar-lebar. Dia
menjejak atau melempar tubuh sekali untuk akhirnya lurus
naik ke atas seperti seekor burung yang terbang tinggi-tinggi,
kaki merapat sementara lengan menekan atau menghantam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke bawah. Angin yang amat kuat mementalkannya balik dan
itulah yang kini membuat pemuda itu meluncur ke atas, tinggi
sekali. Dan ketika Guha Siluman tahu-tahu sudah ada di
bawah dan Han Han hinggap di tebing yang menjorok,
sejenak saja maka pemuda itu sudah berseru keras dan
menjejakkan kakinya lagi empat lima kali. Gerakan ini diulang-
ulang hingga sebentar kemudian Han Han sudah semakin jauh
saja di bawah guha. Jejakan atau enjotan kakinya itu luar
biasa enteng hingga sekali tekan mampu membuatnya
mencelat sekitar sepuluh sampai duapuluh meter. Bukan
main! Dan ketika lima kali en-jotan tubuh sudah membuat
pemuda itu hinggap di sana, jauh di atas tebing maka debur
ombak selatan hampir tak terdengar lagi. Guha Siluman sudah
tak kelihatan karena kecil di bawah, jauh sekali!
"Suhu, selamat tinggal. Sampai jumpa lagi!"
"Ha-ha, sampai jumpa lagi, Han Han. Ingat semua
nasihatku dan lakukanlah tugas luhur di dunia kang-ouw!"
Han Han sudah berkelebat. Setelah sekarang dia di puncak
tebing maka tempat tinggalnya sudah tidak kelihatan lagi.
Gurunya juga tidak namun suara gurunya itu jelas benar
terdengar di atas. Itulah demonstrasi khikang atau ilmu suara
yang dipertunjukkan suhunya. Dia tadi juga mempergunakan
ilmunya itu hingga suhunya dapat menangkap di bawah. Dan
ketika Han Han berkelebat dan lari seperti burung, tangan
mengembang di kiri kanan tubuh maka pemuda itu bergerak
dan turun ke bawah. Han Han telah mempergunakan Hui-thian-sin-tiauwnya
atau Rajawali Sakti Terbang Ke Langit, sebuah ilmu
meringankan tubuh yang dipunyai gurunya. Dan ketika
pemuda itu meluncur dan meninggalkan Guha Siluman, tebing
yang dihantam ombak lenyap dengan cepat maka pemuda itu
sudah meninggalkan Laut Selatan untuk menuju ke barat. Han
Han telah mendapat ancer-ancer agar dia mencari ke daerah
Kwang-si. Di sana dekat dengan markas Hek-yan-pang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin dari situ penyelidikannya berhasil. Dan ketika Han
Han meluncur dan terbang dengan ilmu lari cepatnya itu, Hui-
thian-sin-tiauw yang amat luar biasa maka beberapa
perampok yang dilewatinya di hutan-hutan melongo dan
terkejut, terbengong-bengong.
"Setan! Ibliskah itu" Atau siluman terbang?"
Semua mata terbelalak. Han Han timbul kegembiraannya
setelah di alam bebas. Dia bebas mempergunakan ilmunya
setelah kini meninggalkan pertapaan, bebas melakukan apa
saja yang dia suka. Dan ketika pemuda itu melihat perampok-
perampok di hutan, sengaja menggoda dan ingin mempermainkan mereka maka pemuda ini lenyap dan muncul
lagi di hutan sebelah, naik turun gunung seperti siluman
terbang! Namun ketika akhirnya malam tiba dan sehari penuh
dia menguras tenaga, Han Han lupa makan lupa minum maka
pemuda itu melihat sebuah kota yang gemerlapan.
Han Han berhenti dan bertanya kepada seseorang.
Ternyata dia memasuki kota Na-ning, sebuah kota yang ramai
dan tak lama kemudian pemuda ini mencium bau masakan-
masakan sedap yang keluar dari rumah-rumah makan. Dan
ketika Han Han berkeruyuk dan teringat perutnya vang lapar,
dua anak kecil terkekeh mendengar bunyi suara itu maka Han
Han mendekati sebuah restoran sambil berkali-kali memainkan
cuping hidungnya untuk menikmati dahulu bau masakan-
masakan itu. Tapi ce laka, seorang pelavan memandangnya dengan mata
melotot. Han Han lupa kepada pakaiannya yang kotor dan
penuh debu, disangka pengemis. Maka ketika dia melongok
dan memasuki rumah makan itu, pelayan mencegat dan
membentaknya keluar tiba-tiba pemuda ini tertegun mendapat
kata-kata kasar. "Heii, pengemis tak boleh masuk. Keluar dan jangan
mengotori tempat ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bukan pengemis," Han Han terkejut dan menahan
marah. "Aku pelancong yang kemalaman di jalan."
"Tapi...." "Maaf," Han Han mengeluarkan sekeping uang emas,
pemberian gurunya. "Aku mau masuk, twako. Beri jalan dan
jangan menghina!" dan ketika pelayan itu didorong dan uang
emas dilempar ke atas meja, menancap dan melesak di situ
maka pelayan ini terkejut dan seketika sadar bahwa dia
berhadapan dengan seorang pemuda kang-ouw, gugup dan
gentar tapi bingung karena para tamu tiba-tiba menoleh,
mengerutkan kening dan menutup hidung mereka karena bau
pakaian Han Han yang berkeringat sungguh menusuk tajam.
Han Han tak sadar akan itu karena baru inilah dia memasuki
sebuah rumah makan di kota besar. Biasanya, dia duduk dan
makan-makan di warung sederhana kalau diajak gurunya
keluar untuk sesuatu keperluan, membeli pakaian umpamanya. Duduk dan berkumpul dengan kaum tani atau
orang-orang sederhana yang hidupnya bersahaja. Mereka itu
biasanya sama-sama berpakaian kuma l dan bau kecut atau
keringat bukan masalah, karena mereka petani-petani yang
biasanya baru membajak sawah mereka atau bercocok tanam.
Maka begitu Han Han memasuki rumah makan ini dan
kebiasaan rumah makan di kota besar tentu saja lain dengan
di kota-kota kecil, apalagi dusun dan kampung maka Han Han
menjadi perhatian banyak orang tapi dengan tenang pemuda
itu memilih sebuah meja dan duduk. Buntalannya diletakkan
dan Han Han baru mengebutkan ujung bajunya untuk
merontokkan debu-debu di s itu.
"Celaka!" pelayan itu terburu-buru menghampiri, pucat dan
gugup. "Maaf. kongcu (tuan muda), anda..... anda sebaiknya
ke belakang dulu. Jangan duduk di sini!"
"Kenapa?" "Tamu... para tamu tiba-tiba menyingkir. Mereka tak tahan
akan bau tubuhmu. Kongcu mandi dulu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, begitukah?" Han Han nierah mukanya, mendengar
suara cekikan dan segera menoleh ke kiri. Di s itu ada seorang
wanita cantik yang membawa payung. Wajahnya jelita dan
entah kenapa tiba-tiba saja jantung Han Han berdegup
kencang. Ada rasa malu dan gugup di situ, dia merasa
ditertawakan! Dan ketika Han Han tertegun dan sang pelayan
cepat-cepat menunjuk ke belakang, berkata bahwa di situ ada
kamar mandi maka Han Han diminta ke sana.
"Mari, kongcu kuantar. Lima tail saja untuk sekali mandi!"
Han Han mengangguk. Akhirnya dia sadar bahwa bau
keringatnya menjadi perhatian orang. T amu-tamu yang ada di
dekatnya memang tiba-tiba menyingkir dan beberapa di
antaranya bahkan membayar rekening dan keluar, tanda
terganggu makannya dan tak senang adanya Han Han di s itu,
pemuda yang berkesan pengemis! Dan ketika Han Han masuk
dan membawa buntalannya pula, menyambar pakaiannya
yang tertinggal di atas meja maka tak lama kemudian Han


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han sudah keluar dan tampak gagah serta tampan dengan
baju yang bersih, selesai mandi.
"Ih, tampan dan mengagumkan. Persis seperti yang
kuduga!" Han Han terkejut. Dia keluar dari kamar mandi ketika
seruan itu terdengar nyaring, nyaring namun merdu. Dan
ketika Han Han menoleh dan melihat bahwa itulah si cantik
yang membawa payung, pelayan juga tertegun memandangnya maka wanita itu terkekeh dan mengedipkan
sebelah matanva, tidak malu-malu.
"Mari.., mari, kongcu. Duduk dan semeja saja denganku.
Aku yang mentraktir!"
Han Han semburat. Selama hidup belum pernah dia
berdekatan dengan wanita karena sehari-harinya adalah
dengan gurunya itu, seorang pertapa pula. Tapi ketika pelayan
tertawa dan yakin bahwa pemuda ini betul-betul bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengemis, sikap dan wajahnya menunjukkan wajah seorang
pemuda gagah maka pelayan itupun menggerakkan ibu
jarinya menuding Han Han ke tempat si cantik.
"Ah, benar. Silahkan duduk dan makan di sana, kongcu.
Nona itu rupanya juga ingin berkenalan denganmu. Sst...!" dia
mengakhiri dengan bisikan. "Gadis itu adalah seorang wanita
lihai. Tadi merobohkan dua pengemis yang datang
mengganggu!" Han Han tertegun. Dia jadi salah tingkah karena begitu
keluar guha tiba-tiba saja berhadapan dengan wanita cantik.
Ludahnya serasa sukar ditelan karena darah mudanya
berdebur kencang. Betapapun, wanita dewi itu kz memang
menggairahkan. Tubuhnya padat dan cukup berisi, dada dan
pinggulnya kelihatan besar dari samping. Hm! Namun karena
Han Han bukan pemuda pemogoran dan tawaran itu justeru
membuatnya gugup, Han Han terpaku tak dapat bicara
mendadak saja si cantik itu melenggok dan bangkit berdiri
menghampirinya. Langkahnya, ah... minta ampun. Han Han
berdesir melihat lenggang-lenggoknya yang aduhai, mirip ular
yang meliak-liuk. Dada dan pinggul itu bergerak-gerak dan
merupakan tonjolan yang merangsang. Wanita ini sexy sekali.
Han Han melengos! Tapi ketika lengannya sudah disambar
dan Han Han terkejut, si cantik sudah merangkul pundaknya
maka Han Han panas dingin cepat melepaskan diri.
"Kongcu tak usah takut, akupun bukan harimau. Mari,
kebetulan kita sendiri-sendiri. Duduk dan perkenalkan namaku
Eng Hwa!" Han Han benar-benar gugup bukan ma in. Dipeluk dan
disambar seperti itu sungguh seumur hidup belum pernah
dirasakannya. Ada sengatan yang tinggi menyetrom tubuhnya
tapi Han Han sudah mundur menjauh, melepaskan diri. Dan
ketika si cantik tersenyum dan tertawa lebar, tidak marah,
maka Han Han segera membungkuk dan cepat-cepat ke
bangkunya tadi, bangkunya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, aku... aku tak dapat menerima kehormatanmu,
nona. Terima kasih tapi biarlah aku di bangkuku sana!" dan
cepat-cepat meninggalkan wanita itu yang tiba-tiba mengerutkan kening, menghentikan tawanya, maka Han Han
segera memesan makanan dan minuman, ala desa.
"Aku minta air putih dan sayur bening. Boleh dengan
beberapa bak-pao!" "Apa" Kongcu.... kongcu memesan sayur bening" Dan air
putih?" "Ya, itu kesukaanku, bung pelayan. Sediakan dan cepat
karena perutku lapar!"
"Tapi ada arak atau anggur di sini, jauh lebih lezat daripada
air putih! Dan kamipun memiliki macam-macam masakan
istimewa seperti babi saos tomat atau ayam masak kecap!"
"Tidak, aku tak suka makanan berjiwa bung pelayan. Aku
suka sayur bening dan air putih. Aku tak ingin bicara lagi!"
"Ba.. baik!" dan si pelayan yang melongo tapi ngeloyor
pergi, sikap dan kata-kata Han Han menunjukkan
kesederhanaannya yang luar biasa maka wanita cantik yang
masih di situ tiba-tiba tersenyum dan melangkah menghampiri. "Bolehkah aku duduk bersamamu?"
Han Han tertegun. "Maaf, aku bukan srigala atau harimau yang galak, kongcu.
Aku wanita biasa dan namaku Eng Hwa. Aku perlu duduk di
sini karena perlu perlindunganmu. Lihat, di luar ada tujuh
pengemis memandangku. Mereka melotot dan pasti akan
menghajarku kalau nanti keluar!"
Han Han menengok. Benar saja di luar itu ada tujuh
pengemis yang berdiri di depan pintu, sikapnya mengancam
dan mata merekapun melotot memandang si cantik ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan terkejut dan buru-buru menyingkir. Rupanya, akan
ada kegaduhan! Dan ketika Han Han menerima masakannya
dan wanita itu duduk di sampingnya, menghadap pintu maka
wanita i-tu berbisik seraya merapatkan tubuh.
"Itu orang-orang Hek-i Kai-pang (Perkumpulan Pengemis
Baju Hitam). Dua di antara mereka tadi kuhajar karena datang
mengganggu. Sekarang memanggil teman-temannya dan
celaka aku nanti. Mereka bertujuh!"
Han Han terguncang. Bicara sambil merapat begitu
membuat buah dada wanita ini menempel di pundaknya.
Segumpal daging yang lunak lembut menggetarkan birahi,
Han Han tersentak dan berdesir. T api karena dia adalah murid
Im Yang Cinjin yang sakti dan berahi bukanlah kelemahannya,
Han Han sudah menekan guncangan hatinya dengan
mendorong halus tubuh wanita itu maka Han Han berkata
agar wanita itu tak usah takut, diam-diam menarik napas
dalam-dalam untuk mengusir rasa nikmat yang mengganggu,
getaran aneh yang dirasakan.
"Nona tak usah khawatir, ada aku di sini. Kalau mereka
mau berbuat curang tentu aku tak akan tinggal diam. Tapi
kenapa dengan dua orang pengemis tadi?"
"Mereka menggangguku, kongcu, menyodor-nyodorkan
piring sebelum makanku sendiri habis!"
"Hm, namaku Han Han, jangan panggil kongcu. Aku tentu
melindungimu, nona. Jangan takut dan mari temani aku
makan. Tapi maaf, pesananku amat sederhana!" Han Han
mengambil sumpit, mulai menjepit beberapa sayuran di
mangkok-nya dan wanita di sebelahnya itu terbelalak. Han
Han bersikap demikian tenang dan penuh kepercayaan diri.
Dia segera berkata bahwa pengemis-pengemis Hek-i Ka i-pang
bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka terdiri dari
pengemis-pengemis lihai dan tingkatan mereka ditentukan
oleh tongkat di tangan mereka itu, semakin pendek berarti
semakin berbahaya! Dan karena tujuh pengemis di luar rata-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rata memegang tongkat yang hanya sedepa saja, mereka itu
mungkin tingkat tiga atau empat maka Eng Hwa tampak
khawatir memandang Han Han.
"Kau tidak tahu, yang datang ini adalah anak-anak murid
yang tinggi kepandaiannya. Tongkat mereka hanya sedepa
saja, mungkin tingkat tiga atau empat!"
"Aku tak takut," Han Han tersenyum tenang, terus
menyumpit. "Mari makan, nona. Dan sementara ini biarkanlah
saja. Nanti aku yang menemui mereka dan memberi
penjelasan..." "Namaku Eng Hwa, jangan sebut nona!" wanita itu rupanya
tak mau kalah. "Kalau kau menyuruhku menyebut Han Han
biarlah kau panggil namaku pula, Han Han. Jangan ber-
kongcu atau ber-nona agar aku tak kikuk pula!"
"Baiklah, aku menyebutmu cici. Kau tampaknya lebih tua
dariku. Hm, makanlah, Hwa-cici. Nanti sayur ini keburu dingin.
Orang-orang itu tak akan mengganggu kita!" dan ketika Han
Han makan lagi karena perutnya memang lapar, sejak tadi
berkeruyuk maka santapan itu dinikmatinya dan Han Han
menawarkan beberapa bakpao di atas meja. Air putih itu tak
disentuh karena hanya segelas, Eng Hwa ditawari benda bulat
putih ini. Dan ketika Eng Hwa tertegun dan berseri
memandang Han Han, kagum akan sikapnya yang begitu
tenang dan percaya diri maka wanita ini tertawa.
"Ah, kau rupanya bukan pemuda sembarangan, Han Han.
Entah siapa gurumu hingga kau tak takut kepada orang-orang
Hek-i Kai-pang!" "Aku tak takut kepada siapa pun, asal di jalan benar. Mari
makan dan nanti kita temui mereka, Hwa-cici. Minumlah kalau
kaupun haus!" "Ah, hi-hik, kau hebat!" dan ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng Hwa menyambar bak-pao dan mengunyahnya di
mulut, diam-diam menaksir dan menduga siapa sebenarnya
pemuda ini maka tujuh pengemis di luar tetap berjaga dengan
sikap mengancam. Mereka mengamati dua orang itu dengan
tajam dan pandangan marah mereka jelas tertuju kepada Eng
Hwa, meskipun sesekali sorot mereka juga memancarkan
ketidaksenangan terhadap Han Han. Kasak-kusuk atau bicara
di dalam itu tak mereka dengar dengan jelas, kecuali tawa
atau kekeh nyaring Eng Hwa di akhir pembicaraan. Dan ketika
wanita itu menghabiskan sebutir bak-pao dan meneguk sedikit
air putih sisa Han Han, tak malu-ma lu, maka Han Han bangku
berdiri dan diam-diam sedikit jengah oleh sikap teman
barunya ini. "Hitung berapa yang kuhabiskan. Nih, uang pembayarannya!" Namun Eng Hwa terkekeh dan mendahului. Pelayan yang
dipanggil cepat-cepat diberi sekepal uang perak, uang Han
Han sendiri dikembalikan. Dan ketika Han Han terkejut karena
pembayarannya ditolak, Eng Hwa berkata bahwa pembelaan
dan perlindungan Han Han jauh dari sekedar hidangan di atas
meja tadi maka Han Han tersenyum tak berdaya.
"Aku tak dapat merepotkanmu untuk urusan sekecil ini.
Pembelaan dan perlindunganmu jauh dari sekedar harga
makanan. Lihat, mereka sudah bersiap-siap menyambut kita,
Han Han. Mari temui dan aku jadi berbesar hati sete lah
berdekatan denganmu!"
Han Han mengangguk. Pelayan mundur dan menjauh
ketika tujuh pengemis itu kelihatan bergerak. Mereka tak
memasuki restoran karena rupanya memang tak mau
mengganggu pemilik. Setiap bulan mereka sudah mendapat
semacam "upeti" dari rumah-rumah makan seperti ini. Dan
ketika Han Han dan temannya bergerak keluar, para tamu
tiba-tiba menyingkir dan beberapa di antaranya bersembunyi
menyaksikan kejadian itu, di luar tentu terjadi keributan maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan langkah tenang dan meyakinkan Han Han sudah tiba
di pintu luar, membungkuk.
"Sobat-sobat agaknya menunggu kami. Baiklah, ada
keperluan apa dan bolehkah aku bicara" Apakah kalian dari
Hek-i Kai-pang?" "Tutup mulutmu!" seorang pengemis tiba-tiba membentak,
berkelebat dan sudah berkacak pinggang di depan pemuda ini,
gerakannya ringan dan mengejutkan, tanda bahwa dia benar-
benar seorang pengemis lihai! "Kami tidak ada keperluan
denganmu, anak muda. Yang kami perlukan adalah si sundal
betina ini. Minggir, dan berikan dia kepada kami!"
Eng Hwa tampak ketakutan. "Tolong ..." katanya. "Mereka
pengemis-pengemis galak, Han Han. Ah, mati aku kalau
dibentak-bentak begini!"
Han Han mengerutkan kening. Melihat gerak dan sikap
lawan di depannya ini segera dia tahu bahwa pengemis itu
memang memiliki kepandaian cukup. Gerak dan loncatan
kakinya tadi ringan. Namun karena itu belum apa-apa bila
dibanding Hui-thian-sin-tiauwnya, ginkang yang diwarisi dari
sang guru maka Han Han tersenyum dan menjura, sekali lagi
memberi hormat. "Maaf, lo-kai. Agaknya setiap urusan dapat dibicarakan dan
diselesaikan baik-baik. Kalau kalian ingin berurusan dengan
Hwa-cici ini tentu saja boleh, tapi harap kalian tidak
mengeroyok seorang wanita. Tujuh laki-laki mengancam
seorang wanita kukira kurang patut, harap kalian tidak marah
dan bersabar menahan diri...."
"Cerewet!" pengemis itu tiba-tiba bergerak, tangannya
menyambar dan membanting Han Han. "Kusuruh minggir
harap minggir, anak muda. Tak perlu banyak omong atau kau
mampus.... aduh!" teriakan ini mengejutkan teman-temannya,
pengemis itu sudah menyambar dan menangkap Han Han
namun tiba-tiba dia sendiri yang terbanting. Tadi dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecepatan kilat Han Han menggerakkan kakinya dan
menggaet kaki si pengemis itu, cepat dan luar biasa hingga
tak satupun yang melihat. Bahkan Eng Hwa yang ada di
belakangnya juga tidak tahu. Dan ketika semua terkejut dan
Eng Hwa membelalakkan mata, tak tahu apa yang terjadi tapi
merasa geli karena mungkin pengemis itu tersandung, lucu
sekali, maka Eng Hwa terkekeh-kekeh dan terpingkal.
"Hi-hik, lucu dan menggelikan. Kalau tidak bisa menyerang


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih baik jangan menyerang. Eh, minggir, Han Han. Biar
orang-orang ini kuhadapi karena kalau hanya sekian saja
barangkali aku mampu!" dan Eng Hwa yang bergerak dan
meloncat ke depan, ingin menunjukkan kepandaian dan pamer
di depan Han Han tiba-tiba membentak dan menusuk seorang
pengemis. Pengemis-pengemis itu sedang terkejut oleh
terbantingnya teman mereka ini, tiga yang lain menolong
sementara tiga yang lainnya lagi tertegun, melihat teman
mereka itu. Maka begitu Eng Hwa terkekeh dan menyerang
mereka, jari menusuk dan mencolok mata tahu-tahu pengemis
yang diserang ini berteriak kaget dan cepat melempar tubuh
bergulingan, tongkatnya menangkis.
"Tak!" Tongkat itu terpental. Si pemilik terkejut tapi sudah
berteriak me lompat bangun, mukanya merah padam. Dan
ketika dia membentak dan teman-temannya melotot, Eng Hwa
menyerang di saat mereka tak waspada maka teman mereka
itu sudah mengemplang dan menggerakkan tongkatnya
bertubi-tubi, dielak dan ditangkis dan segera tubuh wanita itu
berkelebatan mengikuti lawan. Eng Hwa diserang gencar
namun wanita itu lincah berkelit, belum satu pun kemplangan
mampir di tubuhnya. Dan ketika Eng Hwa terkekeh dan
berkelebatan ke. sana-sini maka satu ketika kakinya bergerak
mengenai pengemis itu. "Buk!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis itu terjungkal. Selanjutnya Eng Hwa balas
menyerang dan lawannya ini bergulingan menjauh, berteriak
dan kaget karena segera kaki si cantik itu bak-bik-buk
menendang tubuhnya. Nyata, Eng Hwa lebih tinggi. Namun
ketika Eng Hwa terus mendesak dan Han Han tersenyum
melihat sepak terjang kawannya itu maka enam pengemis lain
bergerak dan menerjang Eng Hwa.
"Wanita busuk, biarlah kami menggebukimu sampai
mampus.... wut-wut-wut!" dan enam tongkat yang susul
menyusul bergerak ke arah Eng Hwa akhirnya ganti
membahayakan wanita itu karena Eng Hwa segera dikepung
dari segala penjuru. Tongkat di tangan tujuh pengemis itu
berkelebatan naik turun hingga wanita ini kewalahan, satu
kemplangan akhirnya mengenai pundaknya. Dan ketika Eng
Hwa menjerit karena sakit, pukulan itu berat bagi seorang
wanita maka Han Han siap membentak ketika wanita itu
bergerak dan mencabut payungnya, yang tadi disisipkan di
pinggang. "Kalian pengecut, mengeroyok seorang wanita. Baiklah, aku
akan menghajar kalian dan lihat payungku ini... siap!" dan
payung yang membuka-menutup tiba-tiba mengejutkan tujuh
pengemis itu karena pandangan mereka tiba-tiba terhalang.
Payung hitam di tangan wanita itu bergerak cepat naik turun
pula dan tahu-tahu terdengar jeritan dua kali di sebelah kiri,
Eng Hwa telah mulai beraksi. Dan ketika yang lain terkejut dan
Eng Hwa tertakwa, tangan kirinya bergerak di balik payung
hitam maka lima sinar merah bertuiut-turut menyambar lima
pengemis itu yang seketika terjungkal dan roboh.
"Aduh...!" Han Han terkejut. Pertandingan selesai dan tujuh laki-laki
pengemis itu terkapar di tanah, mata mendelik dan tubuh
berkelojotan untuk akhirnya diam, tewas. Dan ketika Eng Hwa
menyimpan payungnya dan tertawa, giginya yang putih bersih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan gairah yang merangsang maka Han Han
terbelalak dan berseru kaget.
"Hwa-cici, kau membunuh mereka. Kenapa kau lakukan ini"
Kau bersikap demikian kejam?"
"Ah," Han Han dibuat bengong oleh tawa wanita ini, tawa
yang aneh dan membangkitkan berahi. "Kau tahu sendiri s iapa
yang kejam dan siapa yang tidak, Han Han. Tujuh laki-laki
mengeroyok wanita apakah pantas" Kalau aku tidak
membunuh tentu aku yang dibunuh. Itu jamak. Aku tidak
kejam melainkan sekedar membela diri dan agar jangan lagi
orang-orang Hek-i Kai-pang menghina aku!"
"Tapi.... tapi..." Han Han masih tergetar, kaget dan marah.
"Tujuh jiwa bukanlah main-main. Kau serampangan dan
ganas!" "Hm," Eng Hwa membalik, melipat payungnya. "Kau
rupanya baru turun gunung Han Han, tak tahu siapa yang
ganas dan siapa yang tidak. Kalau aku membiarkan diri saja
apakah mereka-mereka ini tidak menggangguku" Kalau aku
tidak cepat-cepat merobohkan mereka apakah mereka tak
akan semakin kurang ajar" Lihat ketika tadi kau bicara baik-
baik, Han Han. Apa jadinya ketika kau diserang dan mau
dibanting. Dan ketika juga ketika kau bicara lagi, mereka-
mereka ini tak ada yang menggubris dan langsung menyerang
aku! Pantaskah orang-orang semacam ini diberi ampun"
Pantaskah laki-laki yang mengeroyok wanita dibiarkan hidup"
Kalau mereka diampuni atau dibiarkan hidup maka mereka
akan semakin berani, Han Han, mungkin memanggil kawan-
kawannya dan aku repot. Kalau tertangkap tentu dibunuh dan
diperkosa. Dan itu adalah watak orang-orang Hek-i Kai-pang!"
Han Han tertegun. Mendengar bahwa Hek-i Kai-pang suka
membunuh atau memperkosa wanita, hal yang seketika
membuat alisnya berkerut maka pemuda ini diam tak bicara.
Dia memang sudah membuktikan kekasaran orang-orang ini.
Dan lagi, awal pertikaian adalah dari orang-orang Hek-i Kai-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pang itu sendiri. Mereka datang mengganggu Eng Hwa, yang
sedang makan. Dan heran bagaimana seorang pengemis
berani memaksa seorang tamu, untuk minta makan dengan
cara paksaan maka Han Han akhirnya diam saja tak
membantah kata-kata temannya itu, meskipun tetap saja dia
merasa tak puas dan kaget bagaimana Eng Hwa demikian
gampang main bunuh. Dia melihat sinar-sinar merah tadi dan
terkejut karena itulah jarum-jarum berbahaya, mungkin malah
beracun. Dan ketika dia membungkuk dan memeriksa mayat
seorang pengemis, mencabut dan merasakan hawa panas di
tubuh jarum maka Han Han seketika tak senang karena benar
saja jarum itu beracun! "Kau seperti orang sesat!" Han Han memandang penuh
selidik, mukanya merah. "Kau memiliki jarum beracun, cici.
Dan ini tak pantas dipunyai orang baik-baik. Kau rupanya
wanita jahat!" Eng Hwa terbelalak. Melihat Han Han marah dan
menegurnya kasar tiba-tiba ia pun menjadi marah. Tapi begitu
beradu pandang dan wajah Han Han yang tampan gagah
membuat kemarahannya lenyap tiba-tiba wanita ini terisak
dan berkelebat pergi. "Han Han, kau kasar dan tidak menghiraukan sekali
perasaan wanita. Kalau aku jahat biarlah tak usah kaudekati
aku lagi. Aku akan menghadapi orang-orang Hek-i Kai-pang
yang tentu akan mencari aku!" dan lenyap meninggalkan
pemuda itu, juga tujuh mayat pengemis yang tentu saja
membuat geger rumah makan maka Han Han terkejut dan
sadar. Dia segera mendengar teriakan dan seruan kaget di
sana-sini, yakni di sekitar rumah makan itu. Tapi karena dia
juga jadi ragu akan dugaannya sendiri, orang-orang Hek-i Ka i-
pang itu mungkin lebih jahat daripada Eng Hwa maka begitu
Eng Hwa menangis dan meninggalkannya tiba-tiba Han Han
merasa tak enak dan bersalah, berkelebat mengejar.
"Hwa-cici, tunggu....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Eng Hwa tak mau dengar. Wanita itu berlari cepat
dan Han Han dibiarkan mengejar, berkelebat dan akhirnya
melayang ke wuwungan sebuah rumah. Dan ketika wanita itu
bergerak seperti terbang dari rumah yang satu ke rumah yang
lain, diam-diam menguji Han . Han apakah pemuda itu pandai
dan mampu menyusul dirinya maka cepat bagai siluman
wanita ini sudah tiba di pintu kota sebelah timur. Eng Hwa tak
mendengar gerakan dan menoleh, dikiranya Han Han jauh
tertinggal di belakang, hal yang mulai membuat wanita itu
kecewa dan marah, diam-diam akan kembali dan mencari
pemuda itu untuk dihajar. Tapi ketika Han Han ada di
dekatnya dan pemuda itu kebingungan tak memanggil-
manggil lagi, hanya mengikuti dan mengintil seperti bayangan
maka Eng Hwa terkejut sekali karena pemuda itu dekat sekali
dengannya, tak lebih dari semeter!
"Ain, mau apa mengejar aku?" wanita itu terkejut dan
terpekik. "Pergi kau, Han Han. Pergi dan enyahlah....wut!" dan
sebuah pukulan yang dilepas untuk menghantam Han Han,
menguji sekaligus mengetahui sampai di mana kepandaian
pemuda itu tiba-tiba digagalkan oleh Han Han yang berkelit ke
kiri, tak menangkis. "Cici, aku barangkali salah, maafkan. Tapi tak layak kau
meninggalkan tujuh mayat pengemis-pengemis itu di rumah
makan!" "Apa perdulimu?" wanita itu membentak dan melepas
pukulan lagi, lalu berjungkir balik me lewati pintu kota yang
tinggi. "Aku tak perduli mereka-mereka itu, Han Han. Ada
pemilik rumah makan dan lain-lain di sana. Kalau kau mau
menahan aku silahkan kalau mampu!" dan Eng Hwa yang
berkelebat dan terbang lagi, meluncur dan menuju hutan di
depan tiba-tiba ingin mengetahui apakah Han Han mampu
menandinginya. Tadi mungkin kebetulan saja pemuda itu di
belakang, karena beberapa kali dia memang agak
memperlambat larinya, harus membelok atau melompati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wuwungan rumah-rumah umpamanya. Dan ketika kini mereka
di alam bebas dan Eng Hwa mengerahkan semua ilmu
meringankan tubuhnya, terbang dan meluncur seperti kijang
betina maka wanita itu mengharap Han Han tak mampu
mendekati. Namun dugaan wanita ini keliru. Eng Hwa sudah hampir
tiba di tepi hutan itu ketika tiba-tiba dia ingin menoleh ke
belakang, tak mendengar gerakan Han Han. Dan ketika dia
menoleh ternyata Han Han tak ada, wanita itu tersenyum
mengejek maka dia sudah siap mentertawakan pemuda itu
sesampainya di hutan. Namun alangkah kaget wanita ini.
Begitu dia membalik dan meneruskan larinya ke hutan, siap
terkekeh nyaring tiba-tiba Han Han sudah ada di sana.
Pemuda itu tegak di mulut hutan, berdiri, menantinya. Dilihat
sepintas, pemuda itu sudah lama di situ dan Eng Hwa tentu
saja terpekik. Dan ketika, dia berjungkir balik dan melayang
turun, Han Han tersenyum memandangnya tiba-tiba Eng Hwa
membentak dan menghantam pemuda ini.
"Jahanam keparat, kau jangan menter-tawakan aku....
dess!" dan Han Han yang bergerak secepat kilat mengelak
pukulan itu, menghilang, tiba-tiba membuat pukulan Eng Hwa
mengenai tanah, hancur dan berlubang dan Eng Hwa berseru
tertahan. Han Han tak kelihatan batang hidungnya dan
kagetlah wanita itu celingukan ke sana ke mari. Tapi ketika di
belakangnya terdengar suara berdehem dan Han Han ada di
situ, menegurnya kenapa dia menyerang maka Eng Hwa
terlonjak dan secepat kilat membalik dan menghantam
pemuda itu lagi. "Terkutuk, jangan mempermainkan aku Han Han. Kalau
kau berani terimalah!" namun Han Han yang lenyap dan
berada di tempat lain lagi akhirnya membuat lawan berulang-
ulang melakukan serangan sia-sia, mengamuk dan membalik
sana-sini namun Han Han selalu menghilang lebih dulu. Han
Han mempergunakan Hui-thian-sin-tiauwnya itu hingga tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin Eng Hwa menemukannya. Akibatnya, wanita itu
seperti berhadapan dengan iblis, atau siluman! Dan ketika Eng
Hwa pucat berteriak-teriak dan semua pukulannya selalu
gagal, Han Han selalu menghilang dan lenyap lebih dulu maka
wanita itu menjerit dan melepas satu pukulan lagi yang
membuat sebatang pohon roboh.
"Han Han, jangan permainkan aku. Muncullah, dan hadapi
aku secara jantan .... brukk!" dan pohon besar itu yang
tumbang dengan suara gemuruh akhirnya ditutup oleh
kehadiran Han Han yang tidak mempergunakan Hui-thian-sin-
tiauwnya lagi "Aku di sini, tak akan ke mana-mana. Asal kau tidak
menyerangku tentu aku tak akan menghilang. Lihat, kau
membuat suara hiruk-pikuk di tempat ini, Hwa-cici. Dan
banyak orang rupanya datang mendengar keributan ini!"
Eng Hwa tertegun. "Orang" Banyak orang?"
"Ya, aku mendengar langkah kaki mereka. Masih jauh, tapi
semuanya ke sini!" "Keparat!" Eng Hwa merasa dipermainkan, tak mendengar
atau melihat apa-apa. "Kau sombong dengan ilmumu yang
tinggi, Han Han. Namun aku tidak takut dan mari hadapi
secara jantan... siutt!" dan payung hitam yang bergerak ditarik
tiba-tiba mengembang dan sudah menutup pandangan Han
Han, selanjutnya menusuk dan menyodok namun Han Han
bukanlah pengemis-pengemis dari Hek-i Kai-pang tadi.
Pemuda ini dengan mudah bergeser sana-sini dan sesekali
tangannya mendorong. Payung tertahan dan akibatnya
serangan berikut gagal. Dan ketika Eng Hwa terkejut tapi juga
merasa kagum, Han Han tidak menghilang dan menghadapi
serangannya maka aneh sekali wanita ini tiba-tiba terkekeh,
gembira. "Bagus, begini baru memuaskan, Han Han. T api aku akan
mengeluarkan semua kepandaianku dan hati-hatilah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak apa," Han Han tersenyum. "Aku tahu maksudmu,
Hwa-cici. Kau ingin tahu kepandaianku dan menguji
Keluarkanlah semua ilmumu dan juga jarum-jarummu itu!"
"Kau menantang" Awas!" dan Eng Hwa yang merasa panas
dan marah tiba-tiba mengembang-tutup payung di tangannya,
bermaksud membingungkan Han Han karena siapa tahu
pemuda Itu akan gugup. Payung menusuk dan membabat
seperti pedang, kalau membuka tiba-tiba menyambar seperti
bendera. Tapi Han Han yang tenang dan tertawa saja tiba-tiba
mengebutkan ujung lengan bajunya hingga satu saat wanita
itu terpelanting! "Hati-hati, kaulah yang harus waspada, cici. Tapi
betapapun ilmu payungmu tidak buruk.... brett!" dan payung
yang sobek ujungnya akhirnya
membuat pemiliknya bergulingan dan Eng Hwa tiba-tiba berteriak marah. Enam


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sinar merah menyambar dari tangannya dan Han Han tidak
mengelak. Dibiarkannya sinar-sinar merah itu mengenai
tubuhnya dan runtuh. Dan ketika Eng Hwa terkejut melompat
bangun, beberapa bayangan hitam kini dilihat wanita itu maka
Han Han minta agar tidak usah serang-menyerang lagi.
"Itulah mereka, lihat. Agaknya, orang-orang dari Hek-i Kai-
pang!" Benar saja, beberapa bayangan hitam muncul dan tahu-
tahu sudah mengurung. Eng Hwa sudah tidak menyerang lagi
dan tertegun di situ. Bukan memandang bayangan-bayangan
hitam ini melainkan memandang Han Han. Wajahnya penuh
takjub dan gembira, bola matanya berseri-seri. Dan ketika
muncul semacam erangan lirih, mirip kucing merintih maka
Han Han mengerutkan kening tapi mendengar bentakan
orang-orang itu, seorang laki-laki tinggi kurus dengan tongkat
yang hanya sekepal panjangnya.
"Siluman betina, apakah kau yang membunuh murid-murid
Hek-i Kai-pang. Dan siapa dirimu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng Hwa terkejut, tiba-tiba tertawa. "Aih," katanya, sadar.
"Apakah kalian dari Hek-i Kai-pang" Ada apa mencari-cari dan
memburuku ke sini" Ah, benar aku yang tadi membereskan
tujuh murid-murid Hek-i Kai-pang itu. Dan kau, hmm...
barangkali kau adalah Hek-i Sin-lo-kai (Pengemis Sakti Baju
Hitam)!" Eng Hwa tidak takut dan memandang pengemis tinggi
kurus ini. Dia bertemu dengan sepasang mata berkilat yang
mencorong di malam gelap itu, belum lagi kilatan mata dari
banyak orang-orang Hek-i Kai-pang yang lain. Dan ketika laki-laki tinggi kurus
itu, Hek-i Kai-pangcu (ketua Hek-i Kai-pang) atau Hek-i Sin-lo-
kai belum menjawab maka seorang pengemis lain yang
bertongkat lebih panjang sedikit maju mewakili.
"Siluman betina, kami belum tahu dirimu, tapi kau sudah
berani membunuh anak-anak murid Hek-i Kai-pang. Sebutkan
siapa kau dan kenapa kau membunuh murid-murid kami!"
"Hm, kau tentu Ji-lokai (Pengemis Kedua), wakil Hek-i Kai-
pang yang katanya pandai mainkan silat Kaw-tung (T ongkat
Anjing). Apakah nama besarku belum kau ketahui" Aku Eng
Hwa, julukanku Sian-li-toan-kaw (Dewi Penyembelih Anjing).
Kalau kau macam-macam dan ingin mencari perkara
denganku jangan salahkan aku kalau lehermu kutabas!"
"Wanita sombong!" Ji-lokai, pengemis itu tiba-tiba marah
bukan main. "Kau besar mulut dan besar nyali, bocah. Kalau
suaramu menggelegar coba buktikan dengan kepandaian....
wut!" dan tongkat yang bergerak dan menyambar Eng Hwa,
menyusul lompatan panjang pengemis ini tiba-tiba sudah
diiringi suara menderu yang menggetarkan hati. Eng Hwa
memang sombong dan congkak karena adanya Han Han di
situ. Dia sudah menguji dan menyaksikan kepandaian pemuda
ini, yang jauh beberapa tingkat di atasnya! Maka ketika dia
bicara merendahkan dan ketua atau wakil ketua Hek-i Kai-
pang itu dihinanya, sengaja mengeluarkan kata-kata yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membakar agar dia diserang, Han Han tentu akan membantu
kalau dia terdesak nanti maka Eng Hwa berkelit dan tertawa
tapi Ji-lokai memburu, tetap membayangi dan tongkat tiba-
tiba bero-bah tajam menyambar dahi. Sekali kena tentu
celaka. Paling tidak, tulang dahi bisa retak! Dan karena Eng
Hwa tahu ini dan berseru kaget, payung dikelebatkan dan
menangkis ke atas maka benturan senjata tak dapat
dihindarkan lagi tapi wanita itu terpelanting.
"Trak!" Eng Hwa kaget bergulingan meloncat bangun. Nyata dia
kalah tenaga dengan wakil ketua itu, melihat lawan berhenti
dan tertawa mengejek. Sekali gebrakan itu menyatakan si
pengemis di pihak unggul. Tapi karena itu belum memastikan
dan Eng Hwa me lengking marah, maju dan membentak lagi
maka dia ganti menyerang duluan dan payungnya berkelebat
tiga kali menusuk atau membabat.
"Trak-trak-trak!"
Eng Hwa tak mau keras lawan keras. Dia tahu bahwa Ji-
lokai memiliki kelebihan tenaga, mungkin karena pengemis itu
laki-laki sementara dia perempuan. Maka begitu payung
terpental membalik ke diri sendiri, Eng Hwa me liuk atau
menggeser kaki maka payung sudah dibuat lagi menyerang
lawan, tiga kali berturut-turut dan Ji-lokai memuji juga.
Betapapun wanita itu memang hebat, cerdik. Dan ketika
kemudian Eng Hwa mengerahkan gin-kang dan berkelebatan
menyambar-nyambar, coba mendahului lawan dengan
kecepatan tubuhnya maka Ji-lokai sibuk menangkis dan
menghindar sana-sini. Eng Hwa mempercepat gerakannya
namun lawan tiba-tiba juga berkelebatan mengimbangi. Dua
orang itu tiba-tiba sudah bertanding dengan cepat. Tapi ketika
Eng Hwa menang cepat dan payung di tangannya menusuk
atau membacok, hebat sekali, maka Ji-lokai sebagai pihak
bertahan dan menggeram diserang bertubi-tubi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Hek-i Sin-lo-kai tiba-tiba berseru keras. Dia
menyuruh wakil ketuanya itu mengeluarkan Hek-tung Sin-
ciangnya (Tangan Sakti Tongkat Hitam) untuk meng iringi
gerakan-gerakan Hek-tung-sin-hoat (Silat Tongkat Hitam),
yakni ilmu silat yang tadi diejek Eng Hwa sebagai silat anjing.
Dan ketika Ji-lokai mengangguk dan membentak menggerakkan tangan kirinya, yang menderu dan tiba-tiba
lurus seperti tongkat hitam tiba-tiba payung di tangan Eng
Hwa berani ditangkisnya. "Plak!" Payung itupun terpental. Sekarang Eng Hwa kaget dan
mulailah tangan kiri lawannya itu bergerak-gerak mengikuti
gerakan tongkat. Eng Hwa seperti diserang dua senjata
karena lengan lawannya itupun seolah kayu hitam yang keras
sekali, tak lentur dipukul payungnya. Dan ketika Eng Hwa
terkejut dan berobah mukanya, Ji-lokai terkekeh dan
mendesak payungnya maka sebentar kemudian Eng Hwa
keteter dan gerak payungnya menciut dikurung tongkat dan
Hek-tung Sin-ciang lawannya itu.
"Ha-ha!" s i pengem is terbahak. "Mampus kau, bocah. Tahu
diri sekarang. Hayo berkaok-kaok dan bermulut besarlah lagi!"
Eng Hwa pucat. Didesak dan dikurung pukulan-pukulan
lawannya itu tiba-tiba saja ruang geraknya mengecil. Satu-
satunya jalan ialah menangkis namun sinkang si pengemis
lebih kuat. Tiga kali dia mencoba tapi tiga kali itu pula dia
terhuyung, bahkan, nyaris terpelanting! Dan ketika Eng Hwa
pucat namun masih tak mau kalah, dia masih memiliki senjata
rahasia berupa jarum-jarum merah itu maka tanganpun
merogoh dan sekali lempar tiba-tiba belasan jarum
menyambar lawan, berkeredep bagai kunang-kunang berbahaya yang akan merobohkan lawan.
"Hayaa!" si pengemis membentak dan menangkis dengan
tongkatnya. Belasan jarum dipukul runtuh dan beberapa
anggau-ta yang lain berseru marah. Ji-lokai tak berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan tangan kirinya ketika menangkis tadi,
terkejut dan memaki karena segera dia tahu bahwa itulah
senjata-senjata yang membunuh tujuh murid-murid Hek-i Ka i-
pang. Dan ketika pengemis itu melengking dan merangsek
lagi, Eng Hwa mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri
maka Hek-i Sin-lo-kai menggeram melihat jarum-jarum
beracun itu. "Sebaiknya tangkap wanita ini, bekuk dia hidup-hidup.
Kalian maju dan bantu Ji-lokai!"
Eng Hwa terkejut. Empat pengemis tiba-tiba mengangguk
dan berloncatan maju. Mereka adalah murid-murid tertua
karena panjang tongkat di tangan mereka menunjukkan itu.
Tongkat di tangan empat pengemis ini sedikit lebih panjang
dari sang wakil ketua, berarti murid-murid utama dan Hek-i
Kai-pangcu berseru agar wakilnya tak membunuh, melainkan
menangkap hidup-hidup. Dan ketika empat pengemis itu maju
ke depan dan tongkat menderu mengancam Eng Hwa, wanita
itu berteriak meminta. bantuan Han Han, merasa dirinya tak
kuat melayani karena Ji-lokai seorang sudah merupakan lawan
berat maka Eng Hwa melempar tubuh bergulingan sementara
tangan kirinya bergerak lagi melempar jarum-jarum beracun.
"Licik, curang. Kalian tak tahu malu!"
Namun empat pengemis itu sama lihainya dengan sang
wakil ketua. Mereka juga mempergunakan tongkat dan
meruntuhkan jarum-jarum merah. Eng Hwa di sana
bergulingan meloncat bangun. Dan setelah jarum-jarum
diruntuhkan dan mereka membentak lagi, maju menyerang
maka Eng Hwa kelabakan dan satu pukulan tongkat akhirnya
mengenai pundaknya. "Dess!" Wanita itu terjungkal. Selanjutnya Eng Hwa diserang dan
dikejar lagi, me lepas jarum-jarumnya namun lawan-lawannya
merontokkan senjata-senjata rahasianya itu. Dan ketika Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hwa terdesak dan kembali berteriak kepada Han Hari,
keadaan benar-benar berbahaya untuknya maka Han Han
yang sejak mula menonton jalannya pertandingan, berkerut
kening dan tidak setuju atas jarum-jarum Eng Hwa akhirnya
bergerak dan apa boleh buat terpaksa menolong temannya
itu, karena dia juga tidak setuju dengan keroyokan orang-
orang Hek-i Ka i-pang ini.
"Tahan, berhenti semua.... plak-plak-plak!" dan Han Han
yang berkelebat mengebutkan ujung bajunya tiba-tiba
membuat tongkat di tangan lima pengemis itu patah-patah
dan pemiliknya berteriak kaget melempar tubuh bergulingan,
tak menyangka dan pucat dan saat itupun Eng Hwa melompat
bangun. Wanita ini robek-robek payungnya dan marah tapi
girang melihat Han Han menolongnya di saat kritis. Pemuda
itu akhirnya datang juga membantu! Dan ketika Eng Hwa
terkekeh dan bangkit kegembiraannya, percaya kepada
kelihaian pemuda ini maka wanita itu berseru menantang
lawan-lawannya. "Hayo, kalian laki-laki curang. Maju dan kalahkan kekasihku
ini!" Han Han terkejut. Semua mata tiba-tiba menoleh dan
memandangnya, Eng Hwa terkekeh dan tak perduli. Dan
ketika dia malu namun tak sempat menjawab, Hek-i Kai-
pangcu dan murid-muridnya melotot padanya maka Eng Hwa
mem bakar api. "Kalian tikus-tikus busuk yang beraninya hanya menyerang
wanita saja. Hayo, tandingi temanku ini. Kalau kalian dapat
memenangkannya sepuluh jurus saja biarlah aku menyerah
dan membuang payungku. Kaki kalian kucium!"
Ji-lokai dan murid-murid yang lain mendelik. Wakil ketua ini
masih terguncang oleh bayangan Han Han tadi, kebutan ujung
bajunya yang tiba-tiba mematahkan semua tongkat. Tapi
ketika ketuanya maju sendiri dan menghadapi Han Han, jari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkerotok menahan marah maka ketua Hek-i Kai-pang itu
bertanya, suaranya berat dan penuh ancaman, dingin.
"Anak muda, kau kekasih siluman betina ini" Kau akan
maju dan membelanya" Baik, hadapi kami. Kau rupanya cukup
hebat karena mampu mematahkan tongkat-tongkat muridku
tadi. Namun seranganmu tak diduga mereka, aku ingin
menguji. Cabut senjatamu dan mari kita main-ma in sejenak.
Kalau sepuluh jurus aku tak mampu mendesakmu biarlah
kuanggap aku yang kalah. Awas!"
Oood-wooO Jilid 14 HAN HAN terkejut. Belum dia menjawab atau apa
mendadak saja ketua Hek-i Kai-pang itu menyerangnya.
Tongkat bergerak dan langsung menusuk ulu hati, suaranya
tak terdengar tapi ketika dekat mendadak menderu. Itulah
bukti tenaga sinkang yang hebat yang dimiliki ketua Hek-i Ka i-
pang ini. Namun karena Han Han melihat gerakan itu masih
lambat, tentu saja dengan mudah dia berkelit maka sang
ketua membentak dan menerjang lagi.. Gerakan Han Han
ketika mengelit tadi seakan begitu mudah dan mengentengkan serangannya.
"Haittt.... des-dess!"
Han Han meloncat dan tongkatnya akhirnya menghajar
tanah. Hebat dan kuat tenaga Hek-i Kai-pangcu itu karena
tiba-tiba tanah berlubang, batu hancur dan kerikil atau pasir-
pasir kecil berhamburan. Namun karena dua kali serangan itu
luput dan Hek-i Ka i-pangcu marah bukan main, para muridnya
melihat dan menonton pertandingan itu maka pengemis ini
tiba-tiba berkelebat dan menyerang Han Han dengan ilmu s ilat
Hek-tung-sin-hoat (Silat Sakti Tongkat Hitam), bergerak dan
menderu dan tongkatnya itu naik turun mengejar Han Han. Ke
manapun pemuda itu pergi selalu tongkat membayangi dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siap menyentuh. Han. Han mengerutkan kening dan berseru
agar ketua Hek-i Kai-pang itu sabar dulu, tak digubris dan si
pengemis malah membentak dan mempercepat gerakannya.
Ketua Hek-i Kai-pang ini marah karena Han Han dapat
mengelak semua serangannya sambil bicara, padahal dia
sudah memperhebat serangannya itu. Dan ketika kakek ini
kalap dan tongkat dihentak dengan pengendalian tenaga sakti
tiba-tiba tongkat terlepas dan terbang menyambar Han Han
dengan pengerahan sinkang istimewa.
"Ah!" Han Han berseru keras. "Kau nekat dan keras kepala,
pangcu. Baiklah, aku terpaksa menangkap tongkatmu dan


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maaf!" lalu ketika Han Han mengeluarkan Hui-thian-sin-
tiauwnya, Rajawali Terbang Ke Langit tiba-tiba tubuh pemuda
itu lenyap ke atas. Tongkat kehilangan sasaran dan Hek-i Ka i-
pangcu terkejut, tentu saja tertegun dan berhenti. Tapi begitu
tongkat berhenti dan tidak bergerak di udara, sang pengemis
terbelalak karena tak menemukan lawannya itu tahu-tahu Han
Han muncul lagi dan menyambar dari atas ke bawah.
"Krekk!" Tongkat tiba-tiba terpotong dua. Han Han telah menangkap
dan menjepit senjata ketua Hek-i Kai-pang itu dengan dua
jarinya, patah dan tentu saja lawannya berteriak kaget. Dan
ketika Han Han membuang patahan tongkat itu dan sudah
turun lagi ke tanah maka pemuda itu menjura dan
menyatakan penyesalannya. Gebrakan diakhiri begitu singkat!
"Maaf, sudah kukatakan tadi, pangcu. Aku tak ingin
bertanding dan dengarkan kata-kataku dulu. Aku bukan
membela temanku, melainkan membela s iapa yang benar dan
melawan siapa yang salah. Katanya anak buahmu memulai
keributan ini dulu, Hwa-cici diganggunya di rumah makan. Dan
tentang kekasih..." "Bedebah jahanam!" pengemis itu tiba-tiba membentak, tak
menunggu Han Han menyelesaikan kata-katanya. "Kau sudah
berani mematahkan tongkatku, anak muda. Dan ini tantangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati hidup untukku. Mampuslah.... wut!" dan sebatang
tongkat lain yang sudah menyambar dan dicabut kakek ini
tiba-tiba menderu dan meng hantam pemuda itu dengan
hebat. Hek-i Kai-pangcu ma lu dan gusar bukan main melihat
tongkatnya dipatahkan Han Han, padahal di situ banyak anak-
anak murid yang menonton. Maka begitu dia mencabut
tongkat cadangan dan dengan senjata ini dia menerjang
pemuda itu, menusuk dan membabat maka Han Han tak
dapat meneruskan kata-katanya lagi karena kakek itu sudah
menyerangnya kalap. Dia sebenarnya melihat bahwa kakek
ini cukup lihai, sayang terlalu angkuh dan tinggi hati, mungkin
karena kedudukannya sebagai ketua itu. Dan ketika Han Han
harus mengelak dan menghindari lagi serangan tongkat
terbang, karena Hek-i Kai-pangcu penasaran melanjutkan
serangannya tadi maka apa boleh buat Han Han pun
mengeluarkan Hui-thian-sin-tiauwnya lagi. Hanya dengan ini
dia dapat menundukkan kakek itu, karena begitu dia bergerak
tiba-tiba saja dia lenyap dan hilang dari pandangan mata. Dan
ketika si pengemis terkejut karena lagi-lagi dia kehilangan
sasaran, Han Han tahu-tahu muncul lagi dan menyambar
tongkatnya maka untuk kedua kali tongkat itu dikeletak patah.
"Pangcu, kau tak dapat mengalahkan aku. Dengar kata-
kataku dan berhenti menyerang!"
Namun kakek itu memekik. Begitu tongkat patah lagi tiba-
tiba kakek ini menyambar golok, bukan satu me lainkan dua
Dan ketika dia menerjang dan menyerang kalap, membabi-
buta, maka anak-anak murid yang pucat melihat kepandaian
pemuda itu tiba-tiba mendengar bentakan Ji-lokai yang
memberi aba-aba menyerang.
"Bunuh pemuda itu, bantu ketua!"
Dan ketika Ji-lokai sendiri menerjang dan menyambar
tongkat baru, karena tongkatnya tadi juga dihancurkan Han
Han maka pemuda itu dikeroyok dan anak-anak murid Hek-i
Kai-pang berkelebatan menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii..!" Han Han terkejut. "Berhenti, Ji-lokai. Berhenti,
jangan mengeroyok atau terpaksa aku menghajar kalian!"
"Hajarlah!" wakil ketua Hek-i Kai-pang itu menantang.
"Kami bergerak mem bela ketua kami, anak muda. Kalau kau
membunuh kami itupun tak akan kami elakkan!" dan ketika
pengemis itu mengemplang dan menggerakkan tongkatnya,
menerjang dan melancarkan pukulan tangan kirinya pula maka
Hek-tung Sin-ciang menyambar disusul pukulan-pukulan
tongkat anak-anak murid yang lain, gaduh dan riuh karena
Han Han lalu mempergunakan Hui-thian-sin-tiauwnya untuk
menghilang, senjata atau tongkat-tongkat lawan berbenturan
sendiri. Dan ketika Han Hari marah karena orang-orang Hek-i
Kai-pang itu mengeroyok maka Eng Hwa berkelebat dan
terkekeh. "Bagus, kubantu kau, Han. Han. Jangan khawatir.... des-
des-prak!" dan payung yang menghantam atau mengenai
kepala anak-anak murid itu lalu disusul teriakan atau pekik
ngeri. Dua tubuh terpelanting karena dengan kejam wanita
cantik itu telah membunuh lawannya. Eng Hwa merasa
mendapat kesempatan membalas dendam setelah tadi dia
dikeroyok, hampir saja celaka. Maka begitu Han Han dikerubut
tapi pemuda itu mampu beterbangan mendahului lawan, sama
seperti tadi ketika pemuda itu menghadapi serangannya maka
untuk berikut anak-anak murid Hek-i Kai-pang menjadi
korban. Darah mengalir dan tepi hutan itupun menjadi tempat
mengerikan. Eng Hwa mempergunakan kebingungan anak-
anak murid yang kehilangan Han Han untuk me lampiaskan
keganasannya, wanita ini ternyata telengas. Tapi ketika Han
Han mengeluarkan bentakan keras dan hutan serasa
digetarkan pekikan gajah, anak-anak murid terpelanting dan
Eng Hwa sendiri terkejut terhuyung mundur maka berturut-
turut senjata di tangan wanita itu dan ketua atau wakil ketua
Hek-i Kai-pang juga terlepas.
"Berhenti!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bentakan atau suara Han Han ini dahsyat sekali. Han Han
mempergunakan Sai-cu Ho-kang (Pekikan Singa) untuk
menghentikan pertempuran, anak-anak murid sudah roboh
terpelanting sementara ketua mereka terhuyung-huyung,
nyaris juga roboh. Dan ketika semua senjata terlepas dan Han
Han sudah berdiri di situ, di tengah-tengah maka semua
terbelalak pucat memandang pemuda ini.
"Semua tak boleh serang-menyerang lagi. Ini bukan tempat
pembantaian. Dan kau.....'" Han Han marah sekali
memandang Eng Hwa. "Kau keji dan telengas, cici. Kalau
sekali lagi aku melihat kau membunuh orang jangan harap aku
mau bersahabat lagi denganmu. Cukup, kita pergi dan jangan
ada di sini lagi!" dan membetot wanita itu berkelebat ke
hutan, Han Han menendang payung dan menyambar dengan
tangannya yang lain maka Hek-i Sin-lo-kai dan anak-anak
muridnya tertegun, sadar.
"Heii...!" kakek itu berseru. "Temanmu berhutang banyak
jiwa, anak muda. Tunggu dan bunuh sekalian kami semua!"
"Tidak," Han Han lenyap dan berseru dari jauh. "Kau juga
harus tahu diri, Lo-kai. Karena pihakmu yang memulai maka
jangan menuntut kepada kami. Kalian pulang dan kita tak
usah bertemu lagi!" "Keparat, jahanam. Kami tak takut mati!" namun si kakek
yang sia-sia mengejar dan kehilangan Han Han akhirnya
menangis dan membanting-banting kaki di situ. Enam
muridnya roboh binasa dan tigabelas jiwa melayang dengan
cepat. Bukan main keji dan ganasnya si cantik itu, karena si
pemuda tak pernah menurunkan tangan maut kepada dia
maupun anak-anak muridnya. Tapi karena Han Han
melindungi temannya itu dan kakek, ini tentu saja marah,
gusar, maka Hek-i Kai-pangcu mendendam dan mengingat-
ingat Han Han dengan baik. Dia telah memerintahkan anak-
anak muridnya kembali dan persoalan itu diselesaikan di situ,
meskipun kelak akan disusul dan dilanjutkan lagi. Dan ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han lenyap sementara kakek ini dan para pembantunya
kembali maka Han Han tiba di seberang hutan yang sana dan
berhenti melepaskan tangan Eng Hwa.
"Kau kejam, kau tak berperasaan," Han Han langsung saja
menyemprot kawannya ini. "Sekarang kita berpisah, cici. Aku
tak mau lagi berdekatan denganmu. Maaf dan terima kasih!"
"He!" Eng Hwa mencengkeram, langsung meloncat tak
membiarkan Han Han pergi. "Tunggu dulu, Han Han. Kau
boleh meninggalkan aku tapi lihat pukulan ini. Aku terluka!"
dan ketika wanita itu merintih dan Han Han terkejut melihat
pundak temannya yang dikuak, halus dan putih maka Eng
Hwa berkata bahwa itulah bekas pukulan Ji-lokai, menggigit
bibir dan menangis. "Aku kejam karena mereka juga kejam.
Lihat, tongkat jahanam itu dipoles racun, Han Han. Pundakku
hangus dan aku butuh pertolonganmu.... bret!" Han Han
memerah mukanya, melihat Eng Hwa tak malu-malu merobek
baju pundaknya lebih lebar lagi hingga bukit dadanya
tersembul! Kalau bukan Han Han tentu pemandangan itu
sudah membangkitkan berahi, Han Han tergetar namun
pemuda ini dapat menekan perasaannya. Dia sudah
diperlihatkan bekas pukulan itu dan Eng Hwa merintih bahwa
pundaknya panas, diraba dan benar saja bahwa pundak
wanita itu panas. Dan ketika Han Han tertegun karena Eng
Hwa tiba-tiba terhuyung, roboh, maka wanita itu tiba-tiba
menangis dan mengerang-erang.
"Aduh, sakit, Han Han.... panas sekali Tolong aku atau
nanti aku mati!" Han Han bergerak cepat. Melihat Eng Hwa mengeluh dan
terhuvung roboh tiba-tiba dia menahan dan menangkap
lengannya itu. Han Han heran tapi keheranannya dikalahkan
rasa terkejut, Eng Hwa sudah pingsan. Dan ketika Han Han
mengeluarkan obat dan menyalurkan sinkang di pundak
temannya itu maka tak lama kemudian Eng Hwa sadar namun
merintih menunjuk pundaknya yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku merasa sakit dan pedih di s itu. Ouh, tolong, Han Han.
Bukakan bajuku itu dan lihat apakah ada bekas pukulan pula
di s itu!" "Apa" Di sini?" Han Han terbelalak, melihat pundak Eng
Hwa sebelah kiri. "Ya, di situ, Han Han. Aku merasa sakit. Tadi belum kurasa,
karena pukulan di pundak kanan ini lebih berat. T olong robek
bajuku itu dan lihatlah!"
Han Han tergetar. Selama hidup dia belum pernah
berdekatan dengan wanita. Eng Hwa ini adalah wanita
pertama dan selama hidup pula dia belum pernah meraba
atau membuka-buka baju wanita. Kini Eng Hwa tiba-tiba
menyuruhnya, tentu saja Han Han gugup, bingung. Tapi
ketika Eng Hwa merintih dan menangis menahan sakit maka
sambil menggigit bibir Han Han merobek dan menguak baju
pundak wanita itu. "Bret!" Han Han benar-benar mengalam i cobaan berat. Pundak
yang mulus putih kembali terlihat jelas dan dia harus menekan
guncangan jantungnya melihat itu. Tapi ketika tak ada apa-
apa di situ dan Eng Hwa berkata bahwa dia merobek kurang
lebar, rasa sakit itu di bawahnya lagi maka si cantik minta
agar Han Han membukanya lebih lebar.
"Kurang.... kurang ke bawah. Aduh, sedikit lagi ke bawah,
Han Han. Aku merasa dadaku nyeri. Di situ!"
Han Han terkejut. "Masih ke bawah" Kurang ke bawah?"
"Ya, cepat, Han Han. Atau aku mati! dan Eng Hwa yang
menggeliat dan menahan sakit hebat tiba-tiba membuat Han
Han tak pikir panjang lagi dan apa boleh buat merobek baju
itu lebih ke bawah lagi. Sebenarnya dia mau memprotes
karena melakukan ini berarti membuka dada Eng Hwa, si
cantik menjerit dan merintih-rintih, Han Han merasa hawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas di situ. Dan ketika muka Han Han juga terasa panas
karena bukit yang indah terpampang di mukanya, Han Han
gemetar dan menggigil maka tampaklah di situ sebuah titik
merah dari sebatang jarum yang menancap di tempat yang
seharusnya tak boleh dilihat mata laki-laki.
"Ini.... ini jarummu sendiri!" Han Han terkejut. "Kau terkena
jarummu sendiri, Hwa-cici. Bagaimana bisa begini!"
"Aku ditangkis tongkat si Ji-lokai itu, jarum terpental dan
masuk. Aduh, tolong Han Han. Aku tak kuat menahan sakit.
Juga.... juga di pahaku. Sedot dan tarik keluar!"
Han Han menggigil seperti orang kecemplung di laut es.
Kalau saja Eng Hwa tak berkata bahwa jarumnya terpental
oleh tongkat Ji-lokai tentu dia akan segera curiga karena
tadipun dia sudah curiga. Tapi begitu Eng Hwa berkata dan
menerangkan asal-usulnya, Han Han lenyap kecurigaannya
maka begitu Eng Hwa merintih dan menjerit tiba-tiba dia
memejamkan mata dan membenamkan kepala di bukit yang
mengaduk-aduk isi perasaannya itu. Han Han sungguh diuji
hebat namun luar biasa sekali murid Im Yang Cin-jin ini. Bukit
lembut vang menyentuh pipinya itu sama sekali tak
membobolkan benteng imannya. Han Han telah menarik
napas dan kuat-kuat mengkonsentrasikan diri kepada jarum
beracun, bukan kepada bola yang lunak hangat itu, bola yang
sanggup meruntuhkan iman laki-laki! Dan ketika jarum
tersedot dan Han Han tak mau berlama-lama, daerah itu
memang "berbahaya" maka dengan muka penuh keringat Han
Han menarik keluar jarum beracun itu, menyedot dengan
khikangnya. "Selesai!" pemuda ini menarik tubuh dan kepalanya.
"Sekarang mana obat penawarmu, Hwa-cici. Kau tentu
memiliki obatnya!" Eng Hwa tertegun. Han Han tak tahu betapa wanita itu
terbelalak dan kagum serta berdetak. Tadi ketika Han Han
membenamkan kepalanya di bukit dadanya itu maka justeru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng Hwa yang "kepanasan" dan hebat menahan nafsu. Han
Han tak tahu dengan siapa dia berhadapan, tak tahu bahwa
inilah Siluman Kucing Mao-siao Mo-li, seorang wanita cabul
yang amat berbahaya karena kalau tak dapat mempergunakan
kepandaiannya maka wanita itu akan mempergunakan tubuh
dan kecantikannya, kalau ingin merobohkan seorang laki-laki.
Maka ketika Han Han mampu bertahan sementara dengan
cepat pemuda itu berhasil menarik jarum, Eng Hwa nyaris
menjerit dan memukul kagum, Han Han tak tergerak oleh
bukit dadanya yang montok maka wanita ini terbelalak lebar-
lebar dan napas tiba-tiba memburu, sekali lagi masih ingin
menguji. "Han Han, aku... aduh, terima kasih. Namun masih ada
sebatang jarum yang menancap di pahaku, di pangkal paha.
Cepat, tarik dan sedot keluar itu!"
Han Han merah padam, baru saja menutup lagi baju
pundak wanita itu, tak berani lama-lama memandang bagian
tubuh yang betapapun merangsang birahi-nya. Tapi ketika


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Eng Hwa mengeluh dan roboh terguling, pakaian di paha
tersingkap maka wanita itu sendiri yang tak sabar
menguakkannya, merintih, bukan oleh sakit melainkan oleh
nafsu. Han Han hampir tak mampu bernapas. Eng Hwa
menyingkap semua pakaiannya itu hingga seluruh pahanya
tampak. Han Han memang melihat setitik jarum merah
menancap di situ, Eng Hwa tidak bohong. T api karena seumur
hidup baru kali itu pula dia melihat paha seorang wanita,
gempal dan mulus, apalagi Eng Hwa menggeliat memperbesar
berahi maka Han Han yang semula mampu menenangkan
guncangan batin mendadak dibuat guncang lagi oleh
perbuatan wanita ini. Eng Hwa tak malu-malu dan lengkaplah
sudah Han Han menikmati bagian tubuh wanita ini. Mulus dan
menggairahkan! Tapi karena Han Han lagi-lagi adalah murid
Im Yang Cinjin yang sakti dan kekuatan batin pemuda ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup besar, Han Han memejamkan mata dan menarik napas
kuat-kuat maka tiba-tiba Han Han mampu menindas semua
hawa berahi ke lubuk yang paling dalam. Han Han memang
masih terlalu hijau untuk menghadapi tipu daya wanita cabul
sepintar Mao-siao Mo-li, yang kali ini mengerahkan segala
daya tariknya untuk merobohkan pemuda itu. T api ketika Han
Han tak roboh oleh tipu dayanya pertama, mengambil jarum
di buah dadanya tadi maka wanita ini langsung mengeluarkan
tipu dayanya terakhir, mempertontonkan paha dan bentuk
kakinya yang mulus itu. Biasanya, betapapun kuatnya laki-laki,
kalau sudah me lihat bagian yang "paling berbahaya" dari
wanita ini pasti akan roboh. Han Han juga tampak menggigil
dan gemetaran melihat bagian tubuh itu. Di sinilah puncak
kekuatan wanita! T api ketika Han Han panas dingin diguncang
perasaan yang hebat, berahinya menggelegak namun pemuda
ini mengerahkan segenap kekuatan batin untuk melawan
rangsangan yang hampir merobohkannya, Han Han tiba-tiba
mencipta bayangan gurunya agar mendapat kekuatan batin,
Eng Hwa merintih dan mengerang kepanasan, bukan oleh
jarum itu melainkan oleh berahinya sendiri karena tiba-tiba
wanita itupun terbakar oleh gejolak perasaannya, Han Han
membungkuk dan siap mencabut jarum dengan mata
terpejam tiba-tiba terdengar bentakan dan dua sosok
bayangan menyambar Han Han.
"Anak muda, jangan lakukan itu!"
Han Han terkejut. Dibentak dan ditarik seseorang, Han Han
tersentak dan kaget tahu-tahu muncul sepasang pria dan
wanita yang menyambar punggungnya. Pria gagah itulah yang
mengeluarkan bentakan sementara wanita di sebelahnya,
cantik tapi sudah berumur empatpuluhan tiba-tiba memaki
dan menghantam Eng Hwa. Han Han terkejut dan tentu saja
pecah konsentrasinya. Dia mau mencabut jarum dan berhasil
menenangkan guncangan berahinya setelah mencipta wajah
gurunya tadi. Wajah gurunya inilah yang benar-benar
menambah kekuatan luar biasa untuk menekan getaran batin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han memang sedang diuji hebat. Tapi begitu dia
disambar dan laki-laki itu menariknya berdiri, Han Han tentu
saja terhuyung maka Eng Hwa yang diserang dan dihantam
wanita ini terlempar dan menjerit.
"Aduh..!" Han Han tertegun. Pria gagah itu mencekal lengannya agar
dia tidak bergerak, Eng Hwa terguling-guling dan seketika
buyarlah nafsu berahi wanita itu sendiri. Eng Hwa atau Mao-
siao Mo-li melengking. Dan ketika wanita cabul itu meloncat
bangun dan menyambar payungnya, Han Han juga mau
bergerak tapi laki-laki gagah itu berkata bahwa dia ditipu
dayai, dia berhadapan dengan seorang wanita cabul Siluman
Kucing maka di sana wanita cantik yang bersama laki-laki ini
sudah menerjang dan mengejar.
"Mao-siao Mo-li, dari dulu sampai sekarang masih saja kau
tetap sama. Dulu mengganggu dan merayu pemuda-pemuda
tampan sekarangpun juga begitu. Mampuslah, kau tak tahu
malu.... dess!" dan pukulan yang luput menghantam lawan
akhirnya membuat Eng Hwa melihat siapa wanita yang datang
ini, juga laki-laki gagah di sana. Dia me loncat tinggi berjung-
kir balik ketika pukulan itu menyambar, selamat tapi segera
berseru tertahan melihat siapa sepasang laki-laki gagah dan
wanita empatpuluhan itu, rupanya suami isteri dan wanita itu
sudah mengejarnya lagi dengan pukulan-pukulan cepat. Eng
Hwa atau Mao-siao Mo-li akhirnya terdesak, mengelak sana-
sini karena dia gugup dan bingung oleh kejadian yang tiba-
tiba ini. Tapi ketika dia sadar dan marah memaki-maki
lawannya itu, menangkis dan tidak mengelak lagi maka dia
membentak. "Bagus, kiranya kau.... trangg!" dan payung yang bertemu
pedang dan geme-rincing di udara akhirnya membuat Eng
Hwa atau Mao-siao Mo-li ini membalas, membentak dan
berkelebatan mengelilingi lawan dan akhirnya tampak bahwa
wanita ini mampu menghadapi lawannya. Bahkan, setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketenangan dan kegugupannya hilang tiba-tiba Eng Hwa
mampu mendesak lawannya itu. Wanita yang baru datang dan
berbaju merah itu keteter, pedang di tangannya sering
terpental o-leh payung. Nyata, dia kalah set ingkat. Dan ketika
Eng Hwa berhasil menekan dan mendesak lawan hingga lawan
terpekik oleh satu tusukan payungnya, wanita itu terhuyung
maka Mao-siao Mo-li terkekeh-kekeh.
"Hi-hik, kiranya kau, Bhi Pui. Ah, kuingat sekarang siapa
dirimu. Kiranya kau dan suamimu, Keng Han murid si tua
bangka Pek-lui-kong. Ada apa kalian datang ke mari" Minta
gebuk" Bagus, aku akan menghajarmu. Terimalah.... cring-
crangg!" dan payung yang kembali menyambar dan mengenai
lengan wanita itu akhirnya membuat wanita baju merah ini
menjerit kesakitan, menangkis tapi payung menyelinap
dengan lihai, menusuk pangkal lengannya. Dan ketika berkali-
kali akhirnya pedangnya terpental bertemu payung, ujung
payung menusuk dan menggigit-gigit maka laki-laki gagah di
samping Han Han itu berkelebat dan membantu isterinya.
"Mao-siao Mo-li, kau cabul dan hina. Setelah dulu kau
mengganggu dan mempermainkan diriku masih juga kau
mencari dan menjebak pemuda-pemuda tampan. Mampuslah,
tak boleh kau mengganggu pemuda baik-baik!" dan sebuah
pukulan yang dahsyat menghantam, pukulan bersinar putih
tiba-tiba menyambar dan mengenai punggung wanita itu.
"Dess!" Mao-siao Mo-li terlempar. Wanita ini berteriak karena ia
betul-betul tak sempat menghindar lagi. Waktu itu ia sedang
mengurung dan mendesak wanita baju merah, tahu-tahu
dihantam dan dipukul dari belakang. Tapi karena wanita ini
cukup lihai dan sinkangnya mampu menahan, pria gagah itu
kagum namun menyerang lagi, membentak dan maju
menerjang maka dua pukulan bersinar putih silih berganti
dengan pedang di tangan wanita baju merah itu. Sekarang
Mao-siao Mo-li dikeroyok dan Siluman Kucing ini melengking-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengking. Dia marah dan kaget karena Pek-lui-ciang atau
Tangan Halilintar menyerangnya bertubi-tubi. Pria gagah i-tu
ternyata setingkat lebih tinggi dibanding isterinya, jadi, tanpa
mengeroyokpun dia sudah setingkat dengan lawannya. Eng
Hwa atau Siluman Kucing berteriak-teriak. Dan ketika
rangsekan serta pukulan tak pernah berhenti, payung di
tangan Mao-siao Mo-li tertahan oleh pukulan di tangan pria
gagah itu akhirnya Mao-siao Mo-li pucat memanggil Han Han,
tak disangkanya bahwa Keng Han, laki-laki yang dulu dapat
dikalahkannya ternyata sekarang bertambah lihai dan
setingkat dirinya (baca: Golok Maut).
"Han Han, jangan diam saja. Bantu a-ku!"
Namun Han Han tak bergerak. Sesungguhnya dia
terguncang mendengar dan melihat kejadian ini. Laki-laki
gagah itu telah memberitahunya siapa teman wanitanya itu,
Mao-siao Mo-li alias Siluman Kucing. Dan karena julukan
siluman ini jelas menunjukkan dari golongan mana wanita itu
berasal, tak mungkin golongan baik-baik menerima gelar atau
julukan seperti itu maka tiba-tiba kemarahan besar melanda
pemuda ini. Han Han mula-mula teringat kepada kekejaman Eng Hwa
ketika membunuh tujuh pengemis di luar rumah makan. Lalu
kekejamannya pula ketika melepas jarum-jarum beracun,
membunuh-bunuhi lagi beberapa pengemis Hek-i Kai-pang
padahal ada dia di situ, yang dapat mengatasi pengemis-
pengemis itu. Dan ketika semuanya ini ditambah oleh
ketidaktahu-maluan wanita itu berbuka-buka busana, mula-
mula dada kemudian paha, jebakan yang kiranya untuk
memerangkap dirinya maka tahulah Han Han bahwa jarum-
jarum yang katanya terpental itu adalah pasti buatan wanita
itu sendiri. Sekarang dia sadar setelah tidak diguncang
debaran-debaran berahi bahwa jarum yang menancap di dada
dan paha adalah bikinan wanita itu sendiri, sebab kalau tidak,
mestinya Eng Hwa dapat mencabut dan mengobati dirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri. Sebagai orang yang memiliki jarum beracun pasti pula
memiliki penangkalnya. Han Han "mendusin" bahwa dia
terkecoh, wanita itu benar-benar licik dan iblis. Dan teringat
betapa dia dipameri dada dan paha mulus, kalau dia tidak
memiliki kekuatan batin pasti roboh tiba-tiba Han Han menjadi
marah dan dingin terhadap bekas temannya ini. "Mao-siao
Mo-li, kiranya kau wanita cabul dan tak tahu malu. Ah,
terkutuk kau. Hadapi lawanmu sendiri dan jangan panggil aku
lagi sebagai sahabatmu!"
"Aiihhhh...!" wanita itu terkejut dan mengelak sebuah
pukulan Halilintar, yang meledak dan merobohkan pohon di
belakangnya. "Kau ditipu orang-orang ini, Han Han. Mereka
musuh-musuhku yang memang tidak menyukai aku. Yang laki-
laki ini bekas kekasihku, si wanita cemburu. Tanya dan
buktikan itu kepadanya!"
"Bohong!" si pria gagah membentak, Han Han lebih
percaya kepadanya. "Kalaupun kekasih maka itu paksaan,
anak muda. Dia melolohi arak atau obat perang sang
kepadaku. Kaupun pasti akan dicekokinya kalau pameran paha
atau dada tadi gagal. Aku akan membunuhnya karena dia
wanita berbahaya!" "Benar," wanita di sebelah laki-laki gagah itu juga
menyambung, melengking. "Tanya siapa saja bagaimana
sepak terjang si cabul ini, anak muda. Dia pernah melolohi
dan mempermainkan suamiku ini dan juga pemuda-pemuda
lain. Aku akan membunuhnya karena dia berhutang sakit, hati
kepadaku!" Han Han merah mukanya. Tanpa diterangkan lagi seperti
itupun dia sudah dapat menilai watak si Eng Hwa ini. Pantas
begitu kejam dan tak tahu malu. Maka ketika Eng Hwa
melengking-lengking dan marah kepada suami isteri itu, gagal
membujuknya tiba-tiba wanita itu menangkis pedang di
tangan si wanita baju merah. Lalu ketika lawan terhuyung dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng Hwa merogoh bajunya tiba-tiba belasan sinar merah
berhamburan. "Awas...!" Si wanita baju merah memekik. Teriakan atau seruan
suaminya tadi sudah dimengerti, dia melempar tubuh untuk
meng hindarkan diri dari belasan jarum-jarum merah itu. Dan
ketika suaminyapun bergerak melepas pukulan, menghantam
Eng Hwa dari belakang maka Eng Hwa mengelak dan jarum-
jarum itupun tersapu runtuh. Eng Hwa membentak dan
melepas lagi jarum-jarum merahnya, dipukul atau disampok
runtuh. Dan ketika berkali-kali wanita itu gagal dan wanita
baju merah yang diincarnyapun selalu dilindungi sang suami,
Eng Hwa marah dan putus asa tiba-tiba wanita itu berkelebat
ke arah Han Han. "Biar aku menyerahkan diri saja kepadamu!" Mao-siao Mo-li
berkata seraya terisak, tiba-tiba menangis. Dan ketika Han
Han terkejut karena wanita itu menubruk padanya, tidak
disangka, mendadak ketika Han Han mengelak dan
menjauhkan diri sekonyong-konyong sebuah saputangan
mengebut di mukanya. Han Han tak dapat mengelak ini dan
tiba-tiba ia-pun pusing, roboh. Dan ketika Han Han terkejut
dan kesadarannya gelap, Han Han benar-benar masih hijau
dan mentah oleh pengalaman maka Mao-siao Mo-li terkekeh
dan menyambar tubuhnya. "Hi-hik, lain kali kita bertemu, Keng Han. Selamat tinggal
dan sampai jumpa!" "Heii!" Keng Han terkejut, tak menyangka. "Tinggalkan
pemuda itu, Mao-siao Mo-li. Atau kau mampus.... dess!" dan
pukulan Halilintar yang kembali menyambar namun dikelit
lawan akhirnya membuat Mao-siao Mo-li tertawa dan
melarikan diri. Han Han sudah dipanggul dan dibawa wanita
ini. Han Han pingsan karena menghirup bubuk pelumpuh
sukma, hal yang memang tidak disangka dan memang
merupakan kelengahan pemuda ini, karena murid Im Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cinjin itu belum banyak berpengalaman di dunia kang-ouw,
lika-liku atau kelicikan orang-orang jahat. Dan ketika pemuda
itu dibawa lari dan Siluman Kucing ini tentu saja me-nyalinap
keluar masuk hutan, Keng Han mengejar namun harus
menunggu isteri-nya yang tertinggal di belakang maka wanita
itupun kabur dan Han Han tak ingat apa-apa lagi.
"Hi-hik!" pagi itu Mao-siao Mo-li telah melepaskan diri dari
suami isteri gagah itu, menotok Han Han. "Tak boleh kau
lepas begitu saja, anak manis. Kalau kau mampu bertahan dan
tak roboh oleh keindahan tubuhku maka hari ini kau harus
roboh oleh arak Sorgaku. Hi-hik, kau akan kubuat panas dari
dalam!" Han Han tak sadarkan diri. Dibawa dan dipanggul semalam
suntuk sebenarnya pemuda itu mau siuman juga. Tapi begitu
Mao-siao Mo-li mengebutkan dan menyebarkan bubuk pellmah
sukmanya, Han Han tak berdaya melawan ini maka pemuda
itu pingsan lagi hingga pagi itu Mao-siao Mo-li membawanya
ke sebuah guha. Pagi itu wanita ini berseri-seri. Bagi pembaca yang telah
membaca kisah Si Golok Maut tentu telah mengenal wanita ini.
Dialah wanita cabul yang amat jahat, keji. Wanita ini tak
segan-segan mem pergunakan segala tipu daya untuk
merobohkan lawannya. Dan karena dia amat doyan wajah-


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah tampan, anak-anak muda yang kuat dan masih gagah-
gagah-nya maka Siluman Kucing atau Mao-siao Mo-li itu
mempermainkan korbannya dan sering mengisap sari pati
tenaga muda untuk mengawetkan dirinya. Dan itu terlihat dari
wajahnya. Wanita ini sebenarnya sudah berusia empatpuluh
lima tahun lebih. Tapi karena dia sering menghisap sari pati
tenaga muda, hawa yang biasanya diambil dari ubun-ubun
maka wanita ini masih tampak muda dan kelihatannya seperti
berumur duapuluhlimaan saja. Itulah sebabnya Han Han
memanggilnya cici karena disangkanya wanita itu sedikit di
atas usianya, padahal sebenarnya wanita itu sudah sebaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ibunya! Dan ketika pagi itu Han Han dirobohkan dan
dibawa wanita ini, Mao-siao Mo-li sudah berseri-seri karena dia
akan mampu menghisap sari pati tenaga pemuda ini, pemuda
yang hebat dan luar biasa hingga dia tak mampu
mengalahkannya maka begitu meletakkan Han Han di dalam
guha segera wanita ini mengambil arak dan mencekok-kannya
ke mulut Han Han. Dan karena Han Han masih pingsan
sementara wanita itu bernafsu sekali membayangkan apa
yang akan diperoleh, arah sudah masuk dan membuat wajah
Han Han merah maka dengan berani wanita ini akhirnya
menyadarkan dan membebaskan totokan Han Han.
Biasanya, seberapa lihai dan hebatpun pemuda yang
dihadapinya tapi kalau begitu dicekoki arak pasti akan segera
limbung. Han Han pun juga begitu. Pemuda ini segera
membuka mata ketika disadarkan, totokan sudah dibebaskan.
Dan ketika dia bangkit berdiri dan limbung menahan dinding,
Mao-siao Mo-li terkekeh dan memanggil Han Han maka
pemuda itu menoleh dan melihat wanita itu sudah hampir tak
mengenakan pakaian apa-apa!
"Hi-hik, lihatlah ke sini, Han Han. Siapa aku dan kenalkah
kau kepadaku?" Han Han terbakar. Melihat wanita itu hampir tak berpakaian
sama sekali tiba-tiba saja pemuda itu mendengus. Han Han
baru sadar dan karena itu pikirannya masih belum pulih benar.
Dia merasa tubuhnya panas dan muka serta telinga rasanya
seperti dijalari api. Dia tak tahu bahwa pengaruh arak sudah
bekerja, arak bukan sembarang arak melainkan arak berahi,
arak kotor! Dan ketika Han Han terkejut karena Eng Hwa ada
di situ, tentu saja dia kenal tapi kenapa tiba-tiba tak
mengenakan pakaian lengkap, bagian-bagian tubuh yang
merangsang sengaja ditonjolkan sedemikian rupa maka Han
Han menggigil dan gemetaran hebat.
"Eng Hwa, kau.... kau kenapa seperti ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, hi-hik?" Siluman Kucing terbakar dan mabok oleh
nafsunya sendiri. "Aku begini karena ingin bersenang-senang
denganmu, Han Han. Aku mencintaimu. Kau tentu tak
menolak kalau kita bercinta... cup!" dan Eng Hwa yang sudah
memeluk dan mencium pemuda itu, terkekeh, tiba-tiba sudah
menggeliat dan menggeleser-geleserkan tubuhnya seperti
ular. Han Han terkejut tapi gemblengan batin yang sudah
diterimanya bertahun-tahun masih cukup tangguh, terbukti
karena pemuda itu tiba-tiba mengguncang dan mendorong
tubuh itu kuat-kuat. Dan ketika Eng Hwa terlempar dan Han
Han sendiri terjatuh, pusing, maka Mao-siao Mo-li terbelalak
dan terkejut. "Han Han, kau..."
"Keparat!" Han Han memaki, bangkit terhuyung. "Kau...
kau siluman cabul, Eng Hwa. Kau Mao-siao Mo-li seperti kata
laki-laki gagah itu. Kau apakan aku..wut!" dan Han Han yang
menubruk dan menyerang wanita itu, tentu saja membuat
Mao-siao Mo-li terkejut dan kaget tiba-tiba mengelak dan
menendang Han Han. "Dess!" Han Han terlempar dan terbanting. Eng Hwa
membentak dan berkelebat ke arahnya, mencaci maki. Dan
ketika Han Han bangkit berdiri dan terhuyung, kepala rasanya
pening sementara nafsu berkobar-kobar tiba-tiba wanita itu
menampar dan menotoknya. "Robohlah, kau tak tahu diri!" dan marah karena Han Han
rupanya masih dapat bertahan, sesloki arak rupanya kurang
maka Eng Hwa menyambar dan mencekoki lagi arak ke mulut
Han Han. "Apa.... apa yang kau lakukan itu. Apa yang kaumaui!"
"Hm, arak ini arak penghangat cinta, Han Han. Kalau kau
masih ingin menyerangku lagi maka kau harus meminumnya
seteguk. Kau di bawah kekuasaanku, di bawah pengaruhku.
Jangan macam-macam atau nanti kau kubunuh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han menolak. Di bawah gelombang berahi dan nafsu
yang berkobar-kobar ternyata pemuda ini masih memiliki
kekuatan batin yang kuat. Dia menutup mulut rapat-rapat
ketika cawan arak itu dipaksa memasuki mulutnya, hal yang
membuat Mao-siao Mo-li terbelalak. Tapi ketika wanita itu
terkekeh dan menotok rahang pemuda ini, Han Han kesakitan
dan berteriak tertahan maka saat itulah arak meluncur dan
lenyap ke dalam perutnya.
"Hi-hik, tak perlu sombong, Han Han. Jangan coba-coba
bertahan. Belum pernah selama ini seorang laki-laki mampu
melawan pengaruh arak. Kau akan kubawa menikmati sorga
yang indah, jangan bodoh dan ikuti saja. Atau aku nanti a-kan
memaksamu menghabiskan sebotol!"
Han Han mendelik. Baru turun gunung tahu-tahu
berhadapan dengan seorang wanita cabul, ditawan dan
dicekoki arak tiba-tiba membuat pemuda itu menyesal kenapa
dia demikian bodoh. Suhunya tak pernah menceritakan
tentang ini, tentang adanya wanita cabul dan arak pemabok.
Sebagai pertapa memang lm Yang Cinjin enggan menceritakan
tentang wanita, termasuk tokoh-tokoh cabul seperti Mao-sio
Mo-Ii itu. Dan karena Han Han tak pernah mendengarkan
kisah-kisah tentang ini, Im Y ang Cinjin hanya menasihati dan
berpesan agar hati-hati, di dunia kang-ouw banyak orang
jahat maka Han Han yang masih hijau dan mentah
pengalaman kini tertangkap oleh Siluman Kucing itu.
Han Han memang tak menduga akan adanya bubuk
perampas ingatan, bius yang dikebutkan lewat saputangan
wanita cabul itu. Dan karena Han Han selalu dilumpuhkan
setiap sadar, kecuali sekarang ini setelah dicekoki arak Sorga,
arak dahsyat yang akan membakar birahi laki-laki maka Han
Han yang sadar dan kecewa akan kebodohannya menyesali
dirinya sendiri. Waktu itu dua cawan atau dua sloki a-rak telah
memasuki mulutnya. Mao-siao Mo-li sendiri jarang mempergunakan dua cawan, karena biasanya hanya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secawan atau beberapa tetes saja korban sudah dapat
dikerjai. Tapi karena Han Han adalah pemuda luar biasa dan
terbukti masih mampu mengendalikan dirinya, menyerang
dan marah kepadanya tadi ma ka Mao-siao Mo-li diam-diam
kagum dan menambah jumlah arak agar Han Han kehilangan
kesadaran. Kalau sudah begitu tentu pemuda ini nanti akan
dikuasai nafsu berahi sepenuhnya, yang ada ialah keinginan
untuk bersenang-senang dan Mao-siao Mo-li bangga betapa
dia nanti akan memperoleh inti tenaga seorang pemuda
sehebat ini, ilmu awet mudanya akan menjadi semakin luar
biasa dan barangkali dia tak perlu tambah dengan seratus
pemuda lain. Cukup satu ini saja dan dia akan awet muda
selama duapuluhan tahun lagi! Tapi ketika wanita itu berseri-
seri dan menggeliat-geliatkan tubuhnya seperti ular,
mendengus dan menciumi Han Han agar supaya pengaruh
arak semakin hebat lagi, Han Han akan roboh dan cepat
dikuasai tiba-tiba wanita ini terkejut karena tubuh Han Han
menjadi dingin seperti es!
"Eh!" wanita itu tersentak, kaget sekali. Han Han yang
dipeluk tiba-tiba seolah arca beku. "Kau masih hidup, Han
Han" Kau seperti gedebok pisang atau manusia salju?"
Tak ada jawaban. Mao-siao Mo-li terpekik dan tentu saja ia
meloncat bangun. Ia meraba-raba tubuh Han Han namun
benar saja tubuh pemuda itu seperti es, kian lama kian dingin
hingga begitu disentuh jarinyapun menjadi beku! Mao-siao
Mo-li kaget karena detak jantung Han Hanpun berhenti. Dia
tak tahu bahwa saat itu Han Han mempergunakan hawa sakti
lm-yang-sin-kangnya untuk "membekukan" pengaruh arak.
Sebagai murid Im Yang Cinjin yang luar biasa dan mampu
membekukan benda-benda cair menjadi es atau sebaliknya
mencairkan benda-benda dingin menjadi lumer maka Mao-siao
Mo-li terkejut melihat keadaan Han Han. Wanita ini terlalu
memandang rendah murid lm Yang Cinjin yang sakti ini. Dia
terlampau sombong kalau menganggap Han Han sudah
dikuasainya, meskipun betul pemuda itu sudah dicekoki arak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menjadi tawanan, karena Mao-siao Mo-li amat curang dan
Han Han baru saja turun gunung, mentah pengalaman. Dan
ketika wanita itu terkejut karena menyangka Han Han tewas,
arak rupanya terlalu banyak dimasukkan ke tubuh maka
terdengarlah bentakan dan sesosok bayangan ramping
menyerang wanita itu. "Mao-siao Mo-li, kau keji dan tak tahu malu. Kau ternyata
membunuh pemuda itu pula!"
Siluman Kucing terkejut. Dia sendiri terkejut dan terheran-
heran oleh keadaan Han Han, tak merasa membunuh pemuda
itu tetapi kenapa si pemuda mati. Maka ketika seseorang tiba-
tiba menyambarnya dan sebatang pedang membabat
kepalanya, Eng Hwa tercekat dan tentu saja menghindar ke
kiri maka pedang tiba-tiba membalik dan menyabet pinggang.
"Haiyaahhh!" Mao-siao Mo-li melempar tubuh dan kaget
bukan main. Dua kali serangan yang cepat dan luar biasa ini
membuat Siluman Kucing terpekik dan harus membanting
tubuh kalau tak mau celaka, berteriak dan cepat menyambar
payungnya untuk kemudian bergulingan meloncat bangun.
Dan ketika ia berdiri dan melihat siapa lawannya, seorang
gadis berpakaian putih dengan pedang di tangan, cantik dan
bersinar-sinar memandangnya maka Eng Hwa atau Siluman
Kucing itu tertegun, tak mengenal.
"Siapa kau!" bentaknya. "Dan kenapa mencampuri urusan
orang!" "Hm!" gadis itu mendengus, tak menjawab. "Sudah tadi
kuamati gerak-gerikmu, siluman cabul. Dan ternyata pemuda
ini adalah pemuda baik-baik. Sekarang kau membunuhnya,
padahal ia tak berdosa kepadamu. Kekejian apa yang tak kau
miliki" Aku ingin membunuhmu agar tak ada jatuh korban lagi,
mampuslah dan terbanglah ke akherat.... singg!" dan pedang
yang kembali menyambar dan menusuk tenggorokan, si gadis
sudah berkelebat dan menyerang Mao-siao Mo-li akhirnya
membuat wanita itu marah dan menangkis dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
payungnya. Mao-siao Mo-li mendelik karena ia diancam, juga
karena kesenangannya tiba-tiba terganggu. Tapi ketika
pedang ditangkis dan ia terpental, payung di tangannya
bertemu sebuah tenaga yang kuat maka wanita ini terkejut
dan berseru marah, meloncat dan sur dah mengelak lagi dari
tusukan-tusukan atau tikaman berbahaya. Gadis cantik itu
menyerangnya dengan cepat dan bertubi-tubi. Dan ketika
Mao-siao Mo-li membentak dan berkelebatan menghindari
lawannya itu, payung membalas dan menyambar-nyambar
pula maka bertandinglah dua orang itu dengan cepat dan
seru. Mao-siao Mo-li me lihat bahwa lawannya ini benar-benar
lihai dan bertenaga kuat, sering payungnya terpental ketika
bertemu pedang. Dan ketika ia marah karena dalam hal
ginkangpun lawannya itu tak kalah cepat, ilmu meringankan
tubuh gadis cantik itu juga enteng dan bak walet menyambar-
nyambar maka Siluman Kucing terkejut dan penasaran, tak
tahu siapa sebenarnya gadis ini.
"Kau siapa, sebutkan namamu sebelum payungku
meremukkan kepala. Atau kuanggap kau pengecut dan tak
berani perkenalkan diri.'"
"Hm, aku tak takut kau mencariku untuk membalas
dendam, Mao-siao Mo-li. Aku Tang Siu, dari Kun-lun. Tapi
karena hari ini aku terpaksa membunuhmu, maaf saja maka
tak usah kau mengingat-ingat namaku!"
"Sombong, siapa takut" Dari Kun-lun atau dari Hengsan
aku tak gentar, bocah. Dan lihat siapa yang akan terbunuh ....
crangg!" dan payung yang kembali bertemu dengan pedang
dan terpental, seperti biasa, tiba-tiba kali ini disusul oleh
gerakan tangan kiri Eng Hwa yang menebarkan jarum-jarum
beracun. Tujuh sinar merah menyambar gadis itu dan Tang
Siu terkejut. Tapi ketika ia miringkan tubuh dan pedang
bergerak ke kanan, tujuh sinar merah itu crang-cring-crang-
cring bertemu pedangnya maka semua jarum-jarum beracun
itu runtuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, benar-benar curang dan tak tahu malu. Pantas, kau
sungguh pantas menjadi anggauta penjahat!"
Mao-siao Mo-li marah. Melihat tujuh jarumnya tak
mendapat sasaran ia sudah membentak dan menyerang lagi,
payungnya bergerak dan kali ini tiba-tiba mengembang. Dan
ketika si nona terkejut karena terhalang pandangannya, itulah
kelicikan Siluman Kucing maka berhamburan belasan jarum-
jarum merah yang menyambar dari balik payung hitam. Mao-
siao Mo-li merasa tak dapat mengalahkan lawannya ini kalau
tidak dibantu jarum beracun, hal itu sudah cepat
dilaksanakannya dan menyambarlah jarum-jarum merah itu ke
segenap penjuru mengejutkan lawan. Dan ketika gadis itu
memang terkejut dan berseru keras, pandangan ke depan
terhalang oleh payung yang dibuka maka membentaklah dia
menjejakkan kaki kuat-kuat untuk meloncat lurus ke atas.
Gerakannya ini tepat dan cepat hingga Siluman Kucing
tertegun, semua ja-rum-jarumnya rontok bertemu gulungan
sinar putih dari putaran pedang yang bagai kitiran. Dan ketika
gadis itu melayang turun kembali, marah dan melengking
menusukkan pedangnya maka tenggorokan Siluman Kucing
disambar pedang. "Brett!" Wanita itu menjerit berteriak tertahan. Dia kalah cepat
karena bengong memandang lawan, leher bajunya tertusuk


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlubang dan kagetlah Mao-siao Mo-li me lempar tubuh
dengan pucat. Dan ketika dia bergulingan namun dikejar lagi,
si gadis membentak karena dua kali berturut-turut dia
melakukan kecurangan, melepas jarum-jarum merahnya tadi
maka sibuklah wanita ini mengelak atau menangkis sana-sini,
ngeri dan gentar karena gerakan pedang amatlah cepatnya, la
kalah kuat dan satu tangkisan payungnya malah membuat
payungnya itu patah, habislah harapan wanita ini. Dan ketika
Siluman Kucing terpaksa merogoh jarum-jarum beracunnya
tadi, dia terdesak dan dalam bahaya maka sekantung penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jarum-jarum merah tiba-tiba berhamburan menyambar gadis
baju putih itu. "Kita boleh sama-sama mampus!"
Gadis ini terkejut. Serangan adu jiwa yang jelas tak
menguntungkan itu membuat dia membentak dan memutar
pedangnya menahan diri. Nafsu untuk menyerang terpaksa
dikurangi dan apa boleh buat dia harus menangkis dulu semua
jarum-jarum berbahaya itu. Lawan menghamburkarinya
sekantung penuh, bukan main! Dan ketika gadis itu berhasil
meruntuhkan semua jarum, kecuali sebatang yang menancap
di pangkal lengannya maka Mao siao Mo-li yang meloncat
bangun dan tidak mengetahui ini tiba-tiba melarikan diri dan
merintih seperti kucing diguyur air panas.
"Lain kali kita bertemu lagi. Kutitipkan dulu nyawamu!"
Si gadis membentak. Ia mau mengejar ketika tiba-tiba
lengan kirinya itu kesemutan, kejang. Dan ketika ia terkejut
karena menyadari jarum beracun, lawan sudah menghilang
dan lenyap di luar guha maka tiba-tiba ia terhuyung dan jatuh
terduduk, menahan sakit. "Keparat!" gadis itu bicara sendiri. "Kau licik dan curang,
Mao-siao Mo-li. Sudah tak tahu malu masih juga memiliki
jarum-jarum beracun. Terkutuk!" dan duduk menahan sakit,
muka pucat dan marah gadis ini lalu merobek bajunya untuk
melihat luka itu. Sebatang jarum menancap di situ dan dengan
hati gregeten gar dis ini mencabut jarum dengan tangan yang
lain. Tapi karena dia tergesa-gesa dan jarum itu juga halus,
lembut sekali maka begitu dikasari sedikit tiba-tiba jarum
patah dan tertinggal ujungnya di dalam daging.
"Keparat!" gadis itu marah. "Kenapa harus patah dan tak
mau diambil" Oh, terkutuk kau, Mao-siao Mo-li. Kubunuh nanti
kalau jarummu tak mau keluar!" dan berkutat mencabut sisa
jarum, yang lembut dan halus sekali tiba-tiba gadis i-ni gagal
dan gemetar menahan racun yang mulai panas membakar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap dia menekankan jari ujung jarum itu malah
membenam, pucatlah gadis ini karena sebelah lengannya itu
tiba-tiba terasa lumpuh. Ia tak dapat menggerakkan tangan
kirinya lagi ketika racun menuju pundak. Dan ketika ia mulai
menangis karena rasa sakit dan marah bercampur satu, jarum
akhirnya membenam ke jaringan o-tot halus maka gadis itu
menggigil dan pucat pasi. Kalau jarum tak dapat dicabut maka
satu-satunya jalan ialah menahas lengannya itu, atau racun
akan menjalar ke jantung dan tewaslah ia. Tapi karena
membuntungi lengan berarti cacad, dan itu rasanya jauh lebih
hebat daripada mati maka gadis ini tiba-tiba sesenggukan dan
menangis tersedu-sedu. Dua pilihan yang sama-sama berat
terasa tak dapat sama-sama dipilih. Kalau dipaksa memilih,
barangkali ia pilih mati! Tapi ketika gadis itu mengguguk dan
memaki-maki lawannya, si terkutuk Siluman Kucing tiba-tiba
sebuah suara lembut terdengar di depannya.
"Jangan khawatir, aku dapat menolongmu, nona. Kalau kau
mengijinkan biarlah jarum itu kusedot!"
Sang gadis terkejut. Duduk dan menangis tersedu-sedu
seperti itu membuat ia tak tahu bahwa seorang pemuda telah
berdiri di depannya. Itulah Han Han, yang telah berhasil
membebaskan diri dan membekukan arak di dalam tubuh.
Sejak tadi dia sudah menguasai keadaan tapi tertarik kepada
gadis baju putih ini, yang membela dan melindunginya dari
tangan jahat Mao-siao Mo-li membuat Han Hari tak segera
beranjak dari tempatnya. Ia tertegun dan kagum kepada gadis
ini, bukan hanya kepandaiannya melainkan juga kecantikannya. Aneh, Han Han tergetar! Dan ketika pemuda
itu menyaksikan jalannya pertandingan dan lega bahwa gadis
ini dapat menguasai lawannya, ilmu pedang gadis baju putih
itu setingkat di atas ilmu silat Mao-siao Mo-li maka Han Han
bersinar-sinar dan tak jadi bangkit berdiri untuk menghajar
Siluman Kucing itu. Han Han malah terpesona dan tertegun
oleh kehadiran gadis baju putih ini, apalagi kedatangannya
karena hendak menolongnya, meskipun tanpa ditolong ia a-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kan dapat menyelamatkan diri karena sekejap saja akhirnya
pengaruh arak itu hilang. Han Han telah membekukannya di
dalam tubuh dan dengan Im-yang-sin-kang-nya akhirnya dia
mengumpulkan arak itu di pusar, dihisap dan akhirnya
dimuntahkan keluar. Tapi karena jalannya pertandingan itu
jauh lebih menarik daripada a-rak perangsang ini, yang dapat
dikendalikan dan dikuasai Han Han maka Han Han tak begitu
menghiraukan dirinya kecuali pertandingan di depan matanya
itu. Han Han hampir tak berkedip menyaksikan ilmu pedang
gadis ini, cukup lihai dan cepat. Dan ketika Mao-siao Mo-li a-
khirnya terdesak dan wanita itu memaki-maki, mengeluarkan
jarum-jarum merahnya tapi si gadis dapat menangkis, semua
jarum-jarum runtuh ke tanah maka Han Han berseri tapi di
akhir pertandingan terkejut melihat sebatang jarum menancap
di pangkal lengan gadis itu. Mao-siao Mo-li sendiri sedang
bergulingan dan tak melihat itu. Kalau tidak, barangkali tak
akan melarikan diri dan tertawa girang menyerang gadis itu
lagi, yang lumpuh sebelah lengannya. Dan ketika gadis itu
jatuh terduduk sementara Han Han tertegun tak mengejar
Siluman Kucing, hal yang seharusnya dilakukan maka dilihat-
nyalah gadis itu berkutat mencabut jarum. Han Han bengong
saja menyaksikan perbuatan gadis baju putih ini, sampai
kegagalannya dan tangisnya yang mengharukan hati itu. Dan
ketika jarum patah dan Han Han tahu apa vang terjadi, gadis
itu gelisah dan ngeri akan bayangan masa depan maka Hari
Hari bergerak dan tahu-tahu telah berdiri di depan gadis itu,
yang kaget dan bengong. "Kau.... kau masih hidup?"
"Ya, aku masih hidup," Han Han tersenyum, tenang. "Kau
terkena jarum beracun, nona. Dan kalau tidak cepat-cepat
diambil tentu akan membahayakan jiwamu. Bolehkah kucabut
dan kau memberinya ijin?"
Gadis ini tiba-tiba sadar. Tentu saja dia girang bahwa ada
orang lain di situ. Dia bertanya bagaimana Han Han
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabutnya dan dijawab bahwa jarum itu a-kan disedot. Tak
ada jalan lain untuk itu. Tapi ketika gadis ini mengangguk dan
Han Han berlutut, minta agar baju di lengannya itu dinaikkan
lagi ke atas maka mendadak wajahnya merah padam tersipu
jengah. "Aku tak dapat menghisapnya kalau kau tidak menarik ke
atas baju di pangkal lenganmu itu. Harap nona tarik lagi agar
jarum itu kelihatan!"
Si gadis merah tak menjawab. Han Han tak tahu karena tak
memperhatikan wajah si nona. Seluruh perhatian dan matanya
tertuju ke pangkal lengan itu, bagian yang dilukai jarum. Tapi
ketika baju itu tak bergerak juga dan si nona tampak
menggigil tak keruan, Han Han mendongak dan melihat
lawannya maka pemuda itu terkejut karena si gadis ternyata
menahan tangis dengan mata terpejam, air mata bercucuran!
"Eh!" Han Han terkejut, jadi sadar juga. "Maafkan aku,
nona. Tapi... tapi aku tak bermaksud memaksamu. Aku tak
bermaksud menghina. Lukamu berbahaya, jarum itu harus
lekas diambil. Atau kau nanti tewas dan seumur hidup tentu
aku menyesal tak habis-habisnya!"
"Ken... kenapa kau harus menyesal" Bukankah kita bukan
apa-apa?" "Tidak, kau adalah penolongku, nona. Kau datang ke sini
karena ingin menyelamatkan aku dari tangan Siluman Kucing
itu. T anpa itu tak mungkin kau terluka!"
"Baiklah, tapi.... tapi syaratnya maut. Aku tak biasa
memperlihatkan bagian tubuhku kepada laki-laki. Apakah kau
bersedia kubunuh setelah ini?"
Han Han tertegun. "Dibunuh?"
"Ya, aku terpaksa membunuhmu, sobat. Aku tak dapat
menanggung malu dengan membiarkan diri disentuh laki-laki.
Kau harus jawab dulu atau kaubiarkan saja aku mati!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tiba-tiba tersenyum. Tanpa pikir panjang dan
entah kenapa mendadak saja dia mengiyakan permintaan itu.
Baginya, gadis ini perlu diselamatkan. Gara-gara menolong
dirinyalah maka gadis itu mengalam i bahaya. Dan
menganggap sudah pantas gadis itu bicara seperti itu, karena
sebagai gadis baik-baik tentu tak mungkin membiarkan diri
disentuh laki-laki maka Han Han membungkuk dan
memejamkan mata. "Baiklah, aku tak mau berdebat soal ini,
nona. Kalau aku harus mati muda tentu tak perlu disesali,
barangkali sudah nasib. Angkatlah bajumu, dan aku akan
menyedot jarum dengan mata terpejam!"
"Kenapa?" gadis itu tiba-tiba tertegun, heran juga
kenapa Han Han harus memejamkan mata ketika menyedot
jarum. Tapi ketika Han Han berkata dengan tenang tetapi
sopan, menjawab bahwa di dunia akhirat dia tak mau
membuat gadis itu menanggung ma lu maka gadis ini merona
wajahnya. "Alasanku sederhana saja. Kalau di dunia saja kau merasa
malu tentu kelak di akherat kau lebih malu lagi. Nah, aku tak
akan membuatmu malu kalau kelak di sana kita bertemu.
Biarlah sekarang juga kupejamkan mata agar dapat kujawab
bahwa seumur hidup pun belum pernah kulihat pangkal
lenganmu!" Gadis itu bersemu dadu. Akhirnya dia -nenarik baju
pundaknya itu agar Han Han memulai pekerjaannya. Han Han
salah pertama kali ketika menempelkan mulut, bukan pangkal
lengan yang dihisap melainkan sikut. Dan ketika gadis itu geli
dan terkekeh tak dapat menahan, aneh sekali, maka Han Han
minta maaf dan minta ditunjukkan di mana jarum beracun itu.
"Tak akan kulihat biarpun salah. Maaf, beri tahu padaku,
nona. Cepat dan jangan perhatikan tingkahku!"
Gadis itu akhirnya mengangguk. Pangkal lengan itu
diangkat naik, ditempelkan! ke mulut Han Han. Dan ketika
pemuda i-tu mulai menyedot dan masing-masing merasakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
detakan yang aneh, gadis itu berdetak karena mulut Han Han
bertemu kulit lengannya maka Han Han sendiri juga dag-dig-
dug karena baru pertama ini dia menyentuh lengan halus
seorang wanita, bukan wanita macam Mao-siao Mo-li
melainkan wanita baik-baik! Dan ketika Han Han tergetar
namun dapat menekan perasaannya itu, Im-yang-sin-kang
dikerahkan dan jarum tiba-tiba tertarik keluar, cepat sekali,
maka gadis itu berseru kagum dan Han Han memuntahkan
jarum itu ke tanah, bangkit dan membalikkan tubuh.
"Selesai, dan selamat. Silahkan sekarang kau membunuh
aku!" Gadis itu tertegun. Melihat Han Han menyelesaikan
pekerjaannya begitu cepat, mata masih terpejam dan
membalikkan tubuh maka gadis ini kagum bukan main. Apa
yang diperlihatkan Han Han adalah sesuatu yang luar biasa.
Ujung jarum tadi sudah memasuki urat halusnya namun
pemuda itu mampu menyedot, tanda bahwa sinkang atau
tenaga sakti pemuda ini hebat sekali, karena tak gampang
untuk melakukan itu bagi orang lain. Maka ketika Han Han
memurar tubuhnya dan minta agar dibunuh, gadis itu tertegun
dan tentu saja tak menyerang Han Han maka pemuda itu
membalik dan keheranan. "Eh, kenapa diam" Kenapa tak membunuhku?"
"Tit... tidak!" gadis itu terkejut, sadar. "Aku... aku hanya
main-main kepadamu, sobat. Kau telah menolong jiwaku,
menyelamatkan aku. Tak mungkin aku membunuhmu!" dan
gagap memandang Han Han yang tersenyum lebar, memang
diam-diam Han Han juga tak mungkin membiarkan gadis itu
membunuhnya, karena seluruh sinkangnya sudah siap
melindungi maka Han Han yang juga hendak menguji gadis ini
tiba-tiba tertawa melihat wajah orang yang merona, merah
padam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf," Han Han membungkuk. "Akulah yang sehalusnya
berterima kasih, nona. Kau telah menyelamatkan aku dari
tangan Mao-siao Mo-li...."
"Tidak, kau ternyata lihai!" gadis itu tiba-tiba berseru,
rupanya teringat sesuatu. "Kau mampu menyedot dan
mengambil jarum, sahabat. Dan kaupun tak mati dicekoki
arak. Kau ternyata hebat, aku salah duga!"
"Ah," Han Han terkejut, cepat-cepat menggoyang lengan.
"Betapapun tanpa kedatanganmu mungkin saja aku celaka,
nona. Memang benar tadi bahwa aku coba membekukan arak
di perutku, agar tidak menjalar. T api kalau kau tak datang dan
mengganggu siluman betina itu barangkali usahaku bisa gagal
dan sia-sia. Tidak, aku harus berterima kasih dan ilmu
pedangmu hebat sekali!"
Gadis itu bersinar-sinar. Melihat Han Han bicara sungguh-
sungguh dan tak tampak sedikitpun kesombongan di situ,
pemuda ini bicara jujur dan penuh kerendahan hati maka
gadis ini merasa kagum dan gembira. Semula, dia merasa
malu dan tak senang, mengira dipermainkan tapi ternyata
pemuda itu bicara yang masuk akal. Memang barangkali tanpa
kehadirannya pemuda itu tak dapat membebaskan diri, jadi,
kedatangannya memang berguna. Dan karena Han Han
menjura dan mengucap terima kasihnya, rasa tersinggung dan
malu tiba-tiba lenyap maka gadis itupun tersenyum dan
tertawa lebar, menyambuti s ikap Han Han.
"Ah, kau kiranya di samping lihai dan pandai juga pintar
merendah. Baiklah, aku juga harus berterima kasih kepadamu,


Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sobat. Karena tanpa pertolonganmu tentu jarum ini akan tetap
mengeram dan membahayakan jiwaku. Siapa namamu dan
bagaimana kau bisa tertawan Siluman Kucing yang cabul itu!"
"Hm, aku terpedaya..." Han Han semburat merah. "Semula
dia kusangka orang baik-baik, nona. Tak tahunya cabul dan
tak tahu malu. Pantas, dia begitu ganas dan keji membunuh-
bunuhi orang. Kiranya Siluman Kucing!" dan Han Han yang
Pendekar Sakti 18 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Walet Besi 6
^