Pencarian

Putera Sang Naga Langit 2

Kisah Flarion Putera Sang Naga Langit Karya Junaidi Halim Bagian 2


Bab 19. Rahasia Kelam Flinch
Flarion berdiri di samping Merry yang sedang sibuk merawat luka di lengan Lyrian, The Spellcaster, Mage yang baru saja bertempur dengan Flarion. Sementara Elrica dan Hawkins masih juga memegang senjatanya dengan sikap waspada. Tubuh Flarion juga sudah tidak bersinar lagi. Lyrian telah membebaskan kutukan teman?teman Flarion. Lyrian seorang gadis muda yang sangat cantik. Umurnya diperkirakan sekitar 16 -17 tahun, Mage yang masih sangat muda.
?Maaf, aku menyerang kalian karena kupikir kalian adalah orang jahat yang berusaha membunuhku seperti orang? orang yang kutemui sebelum?sebelumnya,? Kata Lyrian lirih,? Aku hanya berusaha melindungi diriku sendiri.?
?Lyrian, mengapa kau membuat hutan terkutuk ini dan menyesatkan banyak orang"? Tanya Merry Lembut.
Lyrian balas menatap Merry. ?Bukan aku yang membuat Hutan Sihir ini. Aku dipenjara dalam Hutan ini semenjak aku lahir bersama dengan ibuku, namun dia sudah meninggal. Aku sendiri ingin sekali keluar dari Hutan ini tetapi tidak ada jalan keluar. Hanya ayah yang bisa keluar masuk hutan ini dan biasanya beliau membawakan kami makanan atau buku untuk dibaca. Tetapi sudah bertahun?tahun ia tidak pernah datang lagi,? cerita Lyrian.
?lalu bagaimana kau mendapatkan makanan"? Tanya Flarion,? Aku tidak melihat adanya hewan buruan di sini"?
?Summonning Magic! Aku mampu merapal mantera dan memanggil hewan yang mau kumakan ke tempat ini. Tetapi Hewan itu harus hewan yang lemah. Semakin kuat hewan yang dipanggil dengan ?summon? maka kekuatan yang dibutuhkan juga harus semakin kuat,? Lyrian menjelaskan.
?Jadi bukan kau yang sengaja menjebak aku dan rajwaliku masuk ke dalam hutan ini"? Tanya Hawkins.
?Tidak! Kau masuk sendiri ke hutan ini. Setiap orang yang melintas ke dalam wilayah Hutan Sihir akan terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar lagi, seperti halnya diriku,? Jawab Lyrian sambil menundukkan kepalanya dengan lesu.
?Ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi, Mage,? Pinta Elrica.
Lyrian pun mulai bercerita asal mula Hutan Sihir atau yang dikenal Hutan Sang Penyihir oleh kebanyakan orang. Semua ini berasal dari Bangsa Mage, Bangsa penyihir yang dipimpin oleh Flinch. Flinch adalah ketua dari Bangsa Mage dan juga merupakan penyihir paling berbakat dan kuat. Suatu hari Flinch jatuh cinta kepada Lylian, salah seorang muridnya yang cantik. Namun pada saat itu Flinch sudah memiliki seorang isteri bahkan seorang anak perempuan. Lylian yang muda tidak kuasa menolak keinginan Sang guru dan terpaksa melayani keinginan kotor Flinch. Hingga suatu hari, Lylian pun mengandung dari Flinch. Flinch yang menjadi panik berniat menggugurkan sang janin dengan ramuan sihir yang ampuh. Tetapi takdir mengatakan lain, Sang bayi tetap berhasil dilahirkan dengan selamat.
Flinch akhirnya memutuskan membuang Lylian dan bayinya agar rahasianya tetap aman. Karena Flinch tahu, jika rahasia perselingkuhan dirinya terbongkar, Bangsa Mage akan dipermalukan dan Ia akan kehilangan posisi ketua. Flinch lah yang menciptakan Hutan Sihir dengan mengorbankan nyawa 4 orang muridnya dalam sebuah ritual Kegelapan sebagai persembahan dan mengunci Lylian beserta bayinya di dalam Hutan Sihir. Dengan begitu rahasia gelapnya akan tetap tersembunyi. Flinch berbohong kepada penduduk Mage yang lain dengan mengatakan Lylian dan 4 murid lainnya hilang di dalam hutan karena terjebak sihir hitam.
?Bayi itu adalah aku!? isak Lyrian mengakhiri ceritanya,? Aku adalah anak yang dibuang oleh ayahnya sendiri.? Lyrian menangis tersedu?sedu. Flarion menghela nafas. Merry seibuk membelai?belai kepala Lyrian untuk menenangkannya.
?Dasar lelaki kotor!? Maki Hawkins,? Akhirnya dia mendapat balasan setimpal dengan mati di tangan muridnya sendiri, Garanox.?
?Lyrian, sekarang kau tidak sendirian lagi. Kami adalah keluargamu. Bukankah kita sama?sama terjebak di sini"? Flarion tersenyum kepada Lyrian.
Lyrian berhenti menangis dan terisak?isak mengusap air matanya. ?Terima kasih, semuanya... terima kasih.?
Bab 20. Ramalan dalam Cermin
Flarion dan Merry tidak menyerah. Mereka sudah seharian berjalan mengelilingi Hutan Sihir dari ujung ke ujung, namun Lyrian benar. Tidak ada jalan keluar. Bahkan Flarion menemukan hal yang mengerikan dari Hutan Sihir ini. Di Ujung Utara, Selatan, Barat dan Timur ditemukan 4 pohon besar yang sama persis. Di dalam batang setiap Pohon itu terdapat tubuh manusia yang sudah mati dan menyatu dengan Pohon tersebut. Flarion memperkirakan mereka adalah murid?murid Flinch yang dikorbankan oleh gurunya sendiri. Setiap kali Flarion berjalan ke arah Utara melampaui batas Pohon Besar itu maka ia akan muncul kembali di Pohon Besar di arah Selatan. Demikian juga jika ia terus berjalan terus ke arah timur maka akan muncul di arah barat. 4 Pohon inilah yang membuat mereka terus berjalan berputar?putar, tanpa pernah bisa keluar.
Flarion kembali ke gubuk dan menjatuhkan dirinya, berbaring di sebelah Lyrian yang sedang asyik membaca buku mantera. Lyrian dengan sikap manja segera merangkulkan dirinya ke bahu Flarion. Flarion membalasnya dengan menggelitiki bagian perut Lyrian yang terbuka. Lyrian pun tertawa geli dan mereka berdua bergulingan. Pada saat itulah sebuah cermin kecil jatuh dari saku Lyrian ke lantai.
Lyrian segera bangkit dan memungutnya. Ia melihat cermin itu dan bernafas lega,? Untung tidak pecah.? Ia pun kembali tersenyum dan balik menggelitiki Flarion. Mereka berdua kembali tertawa?tawa. Flarion berusaha menghindar dan mendorong Lyrian. Tiba?tiba saja Lyrian menjerit dan ia kembali mengeluarkan cerminnya.
?Apa" Apa yang terjadi"? Tanya Flarion heran.
Lyrian memandang Flarion dengan sama herannya,? Aku merasakan adanya energi sihir keluar dari cermin ini.?
?Cermin apakah itu"? Tanya Flarion penasaran.
?Cermin ini warisan dari Ibuku. Beliau berpesan kepadaku untuk menjaganya baik?baik. Beliau juga berkata jika aku sudah menguasai semua unsur alam maka aku dapat mengetahui kebenaran dalam sejarah Bangsaku,? Lyrian tersenyum.
Flarion memperhatikan cermin itu dari jauh. Ada 7 simbol terukir di sekeliling cermin tersebut, Api, Es, Angin, Logam, Pohon, Batu dan Kilat. ?Ada berapa unsur yang telah kau kuasai"? Tanya Flarion kepada Lyrian.
? Aku sudah menguasai Kutukan Batu, Pohon dan Kilat. Kurasa baru 3 unsur. Kenapa"? Tanya Lyrian heran.
Flarion mendekat dan menyentuh cermin tersebut. Lyrian terkejut ketika 2 simbol, Api dan Logam bersinar terang. ?Kumpulkan semua orang. Kurasa kita dapat memecahkan misteri dari cermin ini,? Kata Flarion.
Flarion tetap memegang cermin tersebut. Simbol Logam dan Api bersinar. ?Ice Crasher!? Seru Elrica menghantam permukaan cermin dengan pedang pusakanya. Simbol es menyala. Hawkins menusukkan tombaknya ke permukaan cermin. Simbol angin menyala. ? Giliranmu, Lyrian!? Kata Flarion. ? Stone Cast! Root Cast! Thunder Cast!? Seru Lyrian merapal mantera secara beruntun ke arah permukaan cermin, maka semua simbol itupun bersinar dan cermin itu pun pecah. Dari dalam cermin keluar cahaya yang memantul ke dinding dan mereka melihat Flinch.
Bayangan Flinch terpantul pada dinding dari cermin yang pecah tersebut. Cermin itu mengeluarkan cahaya rekaman dari kejadian?kejadian masa lalu. Flinch terlihat jauh lebih muda. Ia masuk ke ruangan dengan marah dan segera menampar wajah dari seorang gadis buta. Gadis itu adalah anaknya sendiri, The Watcher, orang yang meramalkan Garanox sebagai Mage terkuat. Gadis itu menangis. ?Aku menyesal melahirkan Mage buta sepertimu!? Teriak Flinch dan pada saat itu tiba?tiba The watcher melayang ke udara dan terdengar suara desisan :
Pada Tahun Ke- 106, mage terkuat akan lahir. Kekuatan Gelap akan berada di bawah telapak tangan nya dan dunia akan takluk di bawah kaki Sang Mage. Garanox, namanya Garanox.
?Ramalan... itu adalah Legenda dari ramalan!? Seru Elrica terkejut.
Cahaya itu padam dan kembali muncul. Namun tempatnya sudah berganti. Flinch sedang memangku seorang bayi perempuan yang mungil. ?Garanox, kini kau adalah muridku. Kau akan kujadikan Mage terkuat yang akan menaklukan dunia bahkan Kekuatan Gelap Lord of Darkness juga akan takluk di bawah tanganmu yang mungil ini.? Flinch tertawa riang.
Cahaya itu terus berlanjut. Seorang anak perempuan berumur 5 tahun, dalam keadaan telanjang dan terikat, dibenam dalam lumpur beracun. Ia menahan diri untuk tidak menjerit kesakitan. Flinch muncul dan memaki,? Garanox, sampai kapan kau akan terus di situ. Gunakan sihirmu untuk membebaskan diri bodoh!? Flinch berlalu... Garanox kecil meneteskan air mata.
Garanox kecil terbaring kesakitan. ?Guru, aku berhasil mengalahkan monster itu.? Flinch menamparnya dan memaki,? Dasar murid bodoh! Hanya begitu saja kau sudah puas"? Kau adalah Mage terkuat, seharusnya kau sudah berhasil mengalahkan Naga atau sejenisnya! Aku kecewa kepadamu!? Flinch pergi. Garanox mengepalkan tangannya, matanya berkilat, penuh tekad.
Garanox remaja menghajar 100 Mage dewasa dengan mantera yang mematikan. ?Mereka terlalu lemah, Guru!? Serunya kepada Flinch, ?Ajari aku sihir yang lain!? Flinch menggeleng,? Aku tidak punya sihir yang lain lagi untuk diajarkan kepadamu!? Flinch tersenyum bangga.
Garanox tidak puas. Ia diam?diam mencuri ?Darkness Scepter?, tongkat Kegelapan milik Lord of Darkness dan belajar ?The Dark Mage?, ilmu hitam yang amat sangat terlarang. Garanox pun berubah menjadi jahat. Garanox tidak puas dengan semua itu. Ia ingin membebaskan The Lord of Darkness, sang kegelapan dan kejahatan itu sendiri agar dapat belajar langsung dari Sang Master. Untuk itu ia butuh Energi Sihir yang banyak dari para Mage. Energi para Mage.
Garanox menghancurkan Bangsa Mage, Bangsanya sendiri. Membunuh semuanya termasuk juga Flinch dan sang peramal, The Watcher. Cahaya itu pun padam dan berakhir dengan tawa Garanox yang masih bergema.
?Jadi ramalan itu salah"? tanya Lyrian heran,? Garanox tidak menjadikan dunia takluk di kaki Bangsa Mage.?
?Tidak, ramalan itu tepat. Garanox kini memang Mage terkuat dan sebentar lagi dunia akan takluk di bawah kakinya bahkan kekuatan Kegelapan akan diwariskan ke tangannya. Ramalan itu tidak pernah menyebutkan Bangsa Mage yang akan menaklukkan dunia tetapi Garanox yang akan melakukannya,? Elrica menghela nafas,? Flinch yang salah mengartikan ramalan itu dan ia yang menggenapinya dengan mengajari Garanox hal yang tidak benar, ambisi yang menggebu?gebu untuk menjadi yang terkuat.?
?Garanox menjadi seperti itu karena ramalan ini!? Seru Flarion,? Bodohlah orang?orang yang percaya ramalan ini!?
Semua terdiam. ?Bangsa Mage jatuh karena percaya ramalan ini. Mereka jatuh karena memaksa seorang anak untuk menjadi Mage terkuat sesuai keinginan mereka tanpa peduli akibat maupun caranya. Bangsa Mage menciptakan monster bagi diri mereka sendiri karena kerakusan hati mereka akan kekuasaan!? Seru Flarion,? Ramalan itu juga mengatakan bahwa dunia akan takluk di bawah kaki si Penyihir Hitam Garanox. Apa dengan begitu kita akan tinggal diam, pasrah ditaklukkan kegelapan" Aku akan berjuang untuk kebenaran! Akan kupatahkan ramalan itu. Dunia tidak akan pernah takluk oleh kejahatan. Bagaimana dengan kalian" Kalian di pihakku atau tidak"?
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Bab 21. Teleport Portal Sang Phoenix
?Rahasianya terletak pada ke -4 pohon, masing - masing di Utara, Selatan, Timur dan Barat,? Merry memberi penjelasan,? tetapi masalahnya kita tidak tahu apa yang harus dilakukan.?
?Mungkin kita harus meruntuhkan ke-4 pohon itu,? saran Hawkins.
?Jangan! Ke-4 pohon itu adalah pilar dari Hutan Sihir ini. Jika ditebang maka Hutan ini akan musnah dan kita juga ikut musnah di dalamnya,? Lyrian menyanggah saran Hawkins. Mereka semua tertunduk tanpa mengerti apa yang harus dilakukan lagi.
?Flinch!? Seru Flarion tiba?tiba,? Lyrian, kau bilang ayahmu dapat keluar?masuk Hutan Sihir untuk membawakan kau dan ibumu makanan juga buku?buku, benarkah itu" Bagaimana dia melakukannya"?
?Teleport! Ayah yang menciptakan Hutan Sihir ini dengan The Darkness Scepter. Dengan Tongkat Kegelapan itu, Ayah bisa melakukan teleport masuk ke dalam Hutan Sihir ini,? Lyrian menjelaskan kepada yang lainnya,? Namun Teleport adalah kemampuan yang sulit dipelajari. Tingkat kesulitan yang dibutuhkan untuk melakukannya di setiap tempat berbeda. Hutan Sihir ini penuh dengan kekuatan magis. Dibutuhkan tenaga magic yang sangat besar dalam melakukan teleport keluar masuk begitu saja dari tempat ini. Dan rasanya tanpa Tongkat Kegelapan itu sendiri, tidak mungkin Mage sehebat apa pun bisa melakukan teleport keluar?masuk Hutan Sihir seperti ini.?
?Sehebat itukah tempat ini sehingga Mage sekuat Flinch pun tetap membutuhkan Tongkat Kegelapan untuk melakukan teleport"? Tanya Flarion penuh dengan keraguan dan keputusasaan untuk dapat keluar dari Hutan Sihir.
Lyrian menghela nafas,? Mungkin hanya Sang Penguasa Api yang bisa melakukan teleport keluar?masuk hutan sihir seperti ini tanpa butuh bantuan The Darkness Scepter. Karena menurut legenda kuno, Phoenix, Sang Penguasa Api adalah satu?satunya makhluk yang selalu terlahir kembali dari debu dan bisa berpindah tempat kemana pun ia mau. Tidak ada sihir yang mampu menghalangi Makhluk Legendaris ini.?
?Ide gila!? Hawkins tertawa,? Bagaimana caranya kita memanggil Phoenix kemari" Lagipula Bangsa bodoh mana yang mau bertatap muka dengan Phoenix" Siapa yang dapat tahan terhadap Api Abadi yang terus memancar dari tubuh Burung Sang penguasa Api tersebut" Mungkin hanya Naga?Naga kuno penguasa 5 unsur yang mampu menghadapinya.?
?Summoning! Bagaimana jika kita memanggil Phoenix dengan magic summoning"? Flarion mencetuskan ide.
Semua ternganga heran. ?Apa kau sudah gila"? Tanya Lyrian,? Apa kau pikir Phoenix sama seperti hewan ternak kecil yang dapat aku panggil begitu saja" Walaupun aku belajar 100 tahun lagi juga tetap tidak akan mampu memanggilnya. Lagipula apa kau mau membunuh kita semua dengan menantang Sang Penguasa Api" Dia sama sekali bukan hewan jinak dan sangat liar. Dengan api abadinya, Ia akan menghabisi dan membakar kita semua" Apa itu yang kau pikirkan"?
?Tak ada salahnya dicoba, kan" Jika tidak ada jalan keluar, pada akhirnya kita semua juga akan tetap mati di sini tanpa perjuangan,? kata Flarion.
?Yah, tapi setidaknya kita bisa hidup bahagia walau terkurung dalam hutan ini, kan"? Kata Lyrian menatap Flarion penuh harap,? aku takut akan kematian. Kematian adalah misteri yang tak pernah terungkap sebelum kita sendiri mengalaminya.?
?Tak ada yang perlu ditakuti dari kematian asal kita punya keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian, bahkan ada kehidupan abadi yang penuh dengan kemuliaan asalkan kita mengenal siapa Dia yang mencipta kehidupan,? Jawab Flarion dengan lirih,? Tapi adalah kemalangan besar jika kita menyerah begitu saja tanpa pernah mencoba untuk tetap hidup dan melakukan lebih banyak lagi untuk kebenaran dan kedamaian dunia.?
?Aku ikut denganmu. Aku tidak mau mati konyol karena usia tua di hutan terkutuk ini,? Kata Elrica. Merry dan Hawkins pun menganggukkan kepala memberi persetujuan. Hanya Lyrian yang masih tertunduk lemas dan kuatir.
?Tidak mudah meninggalkan rumah yang sudah kau tempati sejak kecil, Lyrian. Namun kami tidak akan pergi dari hutan ini tanpa dirimu. Ingat, kita adalah teman seperjuangan bahkan lebih dari itu, kita adalah keluarga sekarang. Kami tidak akan pergi jika kau tidak mau,? Kata Flarion menguatkan hati Lyrian. Lyrian mengangkat wajahnya menatap Flarion dengan mata berkaca?kaca.
Ritual untuk memanggil Sang Penguasa Api pun dimulai. Lyrian mempersiapkan diri selama seminggu untuk ritual ini. Yang lain berusaha membantu sebisanya dengan mengumpulkan bahan?bahan sihir yang akan digunakan. Mereka akan mencoba sesuatu yang tidak berani dicoba oleh siapapun sebelumnya bahkan oleh nenek moyang mereka yang terhebat sekalipun. Seminggu, dan pada akhirnya persiapan itu pun selesai.
?Oke, jadi beginilah rencana kita. Dengarkan baik?baik. Aku akan memanggil Phoenix dengan summoning magic. Jika berhasil, phoenix akan muncul dari dalam kuali besar itu. Yang harus kita lakukan adalah bersembunyi. Semoga saja Sang Phoenix yang kebingungan tidak mencari kita melainkan menciptakan portal untuk melakukan teleport keluar dari Hutan Sihir ini. Begitu portal itu muncul, kita harus berlari secepat mungkin ke dalam portal itu dan kita akan teleport ke luar hutan ini, entah kemana,? Jelas Lyrian,? Ingat! Kita harus cepat pergi sebelum portal lenyap dan sebelum Phoenix masuk terlebih dahulu ke dalam Portal karena begitu Phoenix menyentuh Portal, secara otomatis pintu Portal akan segera lenyap. Ritual ini hanya bisa aku lakukan sekali karena bahan?bahan ritualnya sangat langka. Tidak akan ada kesempatan kedua. Kita harus berhasil!?
Akhirnya ritual pun dimulai. Flarion merasa sangat was?was dan suasana menjadi begitu hening. Flarion pun memulai ritual kecilnya sendiri, berdoa seperti hal nya dulu Jeff dan Nyonya kerapkali melakukannya setiap menghadapi masalah. Cahaya api yang berdesis dan warna?warni keluar dari kuali yang digunakan oleh Lyrian. Lyrian sendiri terus mengucapkan mantera dan mulai berkeringat seakan?akan tenaganya habis terkuras oleh ritual itu sendiri.
?Aku butuh tambahan tenaga!? Seru Lyrian,? letakkan semua tangan kalian di tepi kuali!? Flarion dan yang lainnya maju ke depan dan segera meletakkan tangannya di tepi kuali sesuai perintah Lyrian dan saat itu juga kekuatan mereka seperti terhisap masuk ke dalam kuali.Api pun semakin membesar dan semakin banyak warna yang memancar keluar. Tiba?tiba api pun padam seketika dan ruangan menjadi gelap.
Lyrian mendesah pelan,? Maaf, teman?teman, aku rasa aku telah gagal.? Semua pun terdiam lemas dan mulai berbalik meninggalkan tempat ritual. Namun tiba?tiba terdengar desisan api. Flarion berbalik dan yang lain pun melakukan hal yang sama. Desisan api terdengar semakin keras.
?Sembunyi!? Teriak Flarion pada yang lain dan sedetik kemudian kuali itu meledak dengan kekuatan dashyat luar biasa. Api sepanas neraka muncul dari dalam kuali dan membakar segala sesuatu yang berada di dekatnya.Hutan yang gelap menjadi terang benderang. Pekikan Sang Penguasa Api membuat Hutan Sihir bergetar. Sang Phoenix telah terpanggil dan dilahirkan kembali.
Flarion dan kawan?kawannya bersembunyi tanpa bersuara. Mereka menahan nafas dan sakit akibat panas yang begitu menyengat. Flarion merasakan seluruh tubuhnya melepuh karena aura panas yang luar biasa. Sang Penguasa Api sungguh benar?benar mengerikan. ?Cepatlah pergi!? Rintih Flarion dalam hati. Ia tidak tahu sampai kapan mereka semua dapat bertahan di hadapan Phoenix api.
Sang Phoenix melihat sekelilingnya. Ia tampak marah dan mencari siapapun yang telah berani memanggilnya ke tempat ini. Sang Phoenix tidak menemukan siapa pun dan Ia pun kembali memekik dengan keras sambil membentangkan sayap apinya. Aura Api tersembur begitu dashyat. Hampir saja Flarion dan yang lainnya tidak tahan dari serangan panasnya. Namun mereka berhasil meneguhkan diri untuk tidak keluar dari tempat persembunyian masing?masing.
Sang Phoenix mulai tenang dan aura api nya pun meredup. Ia mulai bernyanyi merdu dan tiba?tiba saja sebuah portal muncul di hadapan Sang Penguasa Api. ?Sekarang!? Seru Lyrian memberi komando yang segera berlari menuju Portal. Sang Phoenix terkejut dan terdiam sesaat kebingungan. Lyrian berhasil menembus portal dan disusul oleh Hawkins dan Merry yang menunggang rajawali. Namun sial bagi Elrica dan Flarion, Sang Phoenix menyemburkan apinya ke arah mereka berdua saat selangkah akan memasuki portal. Elrica terpaksa berbalik dan menggunakan ?Ice Crasher?, mengubah udara di hadapannya menjadi perisai es. Perisai es itu langsung pecah melumer seketika itu juga namun berhasil menahan Api Sang Phoenix. Mereka beruntung Phoenix telah meredakan aura panasnya sehingga serangan apinya hanya mencapai 10% dari kekuatan sebenarnya.
Phoenix tidak lagi memberi kesempatan bagi kedua makhluk ini. Ia pun memekik marah dan Aura Api dari tubuhnya memancar dengan maksimal. Elrica yang berdiri tepat di hadapannya terlempar ke udara dan terbakar. Untunglah ia sempat memadamkan api yang membakar dirinya dengan Aura dingin Pedang Rembulan namun ia segera pingsan akibat luka bakar yang hebat. Saat perhatian Sang Phoenix teralih oleh mangsanya yang pingsan, Flarion berlari ke arah Elrica secepat mungkin dan segera memapahnya. Pintu Portal! Astaga, pintunya mulai mengecil dan akan segera lenyap.
Phoenix sekarang berdiri dengan gagah di hadapan Flarion yang bahkan tidak bisa menggunakan kedua tangannya karena sedang memapah Elrica yang pingsan. ?Apa yang harus aku lakukan!? Pikir Flarion panik,? Waktunya tidak banyak lagi! Aku harus cepat atau kami berdua akan mati sia?sia.... Faith!!!? Flarion berteriak keras. Phoenix menyemburkan api nya secara maksimal dan ketika itu juga Tubuh Flarion bersinar kembali. Bersinar begitu terang hingga Sang Phoenix pun terpaksa memejamkan matanya. Api yang dashyat bahkan tidak dapat membakar Flarion dan Elrica karena cahaya keemasan itu menyelimuti mereka berdua.
?Kita berhasil!? Seru Flarion kegirangan. Namun phoenix tiba?tiba saja kembali menyerang. Kali ini ekornya membelit kaki kanan Flarion sehingga ia pun jatuh terjerembab. Namun di detik?detik terakhir, Flarion masih sempat melemparkan tubuh Elrica ke dalam Portal sebelum pada akhirnya portal itu pun tertutup. Sekarang Flarion tertinggal sendirian bersama seekor Phoenix yang sedang mengamuk.
Bab 22. Logam Melawan Api
Cahaya Pelindung! Hanya ini satu?satunya harapan Flarion. Cahaya yang menyelimuti Flarion membuatnya menjadi ?anti api? sehingga ia bisa meredam panas yang terpancar dari seluruh tubuh Sang Phoenix, Penguasa Api Abadi. Tapi sayang ternyata Cahaya Pelindung tidak melindungi terhadap serangan fisik. Ekor Phoenix yang pada awalnya hanya membelit kaki Flarion mulai membelit seluruh tubuhnya dan ikatannya juga semakin kencang. Flarion merasa tubuhnya diremukkan secara perlahan, sakitnya luar biasa. Flarion berteriak namun tidak ada suara yang keluar. Ia tidak bisa bernafas. Dadanya mulai sesak dan kesadarannya perlahan menghilang.
?Flarion anakku, bangkitlah, belum saatnya kau pulang ke rumah keabadianmu. Belum Saatnya!? Suara yang tidak asing itu terdengar. Suara yang penuh dengan kekuatan, kelembutan dan kedamaian. Suara yang berasal dari dalam hatinya, dalam jiwanya dan dalam keyakinannya. The One!
Flarion membuka matanya dan berseru menantang Phoenix,? Demi The One yang disembah ayahku, aku akan terus bertahan. Aku tidak takut padamu, Wahai Penguasa Api karena Dia lebih kuat daripadamu!? Tubuh Flarion bersinar lebih dashyat dari sebelumnya. Ia merasakan seluruh darah dan ototnya menjadi panas, dipenuhi energi yang ingin meledak keluar. Sang Phoenix juga tidak mau menyerah, terus membelit Flarion semakin kuat dan saat itulah Cahaya di sekujur tubuh Flarion berubah bentuk menjadi Jubah Tempur, The Faith Armor. Flarion memakai Jubah Tempur Unsur Logam yang legendaris, The Faith Armor yang konon mampu menangkal semua jenis Magic dan Unsur Alam.
Tenaga Flarion menjadi berlipat ganda. Ia memaksimalkan kekuatannya dan perlahan melepaskan diri dari belitan ekor Phoenix. ?Iron Fist!? Seru Flarion mengayunkan tinjunya dan sebuah sinar keemasan melesat dari tangan kanan Flarion memukul tepat kepala Sang Phoenix.
Phoenix pun mundur ke belakang, terkejut akibat serangan mendadak dari lawannya. Walau tidak terluka sedikit pun, Phoenix menjaga jarak terhadap lawannya yang satu ini. Ia sama sekali tidak menyangka ada manusia yang bisa menahan dan menghadapinya seperti ini. Phoenix telah kehilangan akal untuk dapat menghabisi makhluk kecil di hadapannya.
Flarion melancarkan serangan bertubi?tubi dengan tinjunya, The Iron Fist. Tidak hanya satu pukulan melainkan puluhan dan ratusan pukulan. Dengan Jubah Tempur Faith Armor, kekuatan dan kecepatan Flarion bertambah menjadi puluhan kali lipat. Namun Sang Phoenix hanya memekik ringan tanpa merasakan serangan yang berarti. Tinju Flarion hanya seperti serangan lalat kecil yang sama sekali tidak bisa melukai tubuhnya yang terbuat dari api abadi. Flarion sendiri juga sudah kehabisan akal. Mereka berdua hanya dapat bertahan tanpa bisa saling melukai satu sama lain.
?Tinju sekali lagi, Flarion!? Suara itu kembali terdengar. Suara Sang Maha Kuasa yang Flarion sebut dengan The One. Flarion ragu?ragu, tinju sebelumnya sama sekali tidak berguna. Bagaimana mungkin tinju dapat mengalahkan api" Logam bukanlah tandingan dari api. Hukum alam sudah menetapkan logam sekeras apa pun akan mencair jika dibakar oleh api. Logam tak akan pernah menang melawan api, demikian juga dengan tinju besinya, bukan tandingan bagi Phoenix Api.. ?Jangan ragu, anakku!? Suara itu kembali terdengar menguatkan hati Flarion,? Percayalah dengan keyakinan akan kata?kata Ku. Akulah pencipta alam dan hukum?hukumnya. Semua ada karena Aku berkehendak demikian. Tinjulah Phoenix itu sekali lagi!?
?Iron Fist!? Teriak Flarion mengeluarkan seluruh tenaganya berpusat pada tinjunya sendiri. Cahaya yang dashyat keluar dari tinju Flarion namun cahaya itu tidak lagi berbentuk tinju melainkan meruncing menyerupai sebuah pisau dan menikam dada Sang Phoenix. Entah bagaimana Phoenix yang terbuat dari Api, yang seharusnya sama sekali tidak akan terluka oleh logam maupun cahaya, tiba?tiba saja memekik kesakitan. Pisau cahaya itu telah melubangi dada sang Penguasa Api dan Jantung Inti Apinya keluar dari tubuhnya, jatuh ke telapak tangan Flarion.
?Bagaimana mungkin"? Tanya Flarion heran.
?Apa yang tidak mungkin" Tidak ada yang mustahil bagi kehendak-Ku untuk terjadi. Jika Aku berkehendak logam akan menghancurkan api, siapa yang memiliki kuasa lebih dari pada ?Ku untuk menghalangi kehendak-Ku. Bukankah Aku Sang Maha Kuasa yang kau yakini dan kau sembah"? Suara itu kembali terdengar dalam hati Flarion,? Sekarang Kau lah Penguasa Api dari Phoenix dan juga Logam dari The Faith Armor.? Dan saat itu juga jantung Sang Phoenix meresap ke dalam tangan kanan Flarion. Tangan Flarion berubah menjadi kemerahan dan kini mampu mengendalikan unsur api juga Portal Teleport Sang Phoenix.
?Apa dia mati"? Flarion bertanya sambil menatap tumpukan abu yang tersisa dari Sang Phoenix yang legendaris,? Bukankah seharusnya dia adalah Makhluk Abadi"?
?Tidak! Tidak ada yang abadi selain Aku, anakku,? Jawab The One,? Tapi Phoenix memang belum waktunya untuk lenyap. Ia tetap hidup dalam lenganmu selama kau setia padaku dan tetap bersedia memperjuangkan kebenaran dengan lenganmu itu.?
?Siapa aku" Mengapa The Faith Armor memilihku sebagai tuannya dan bagaimana mungkin kini aku juga jadi Penguasa Api" Bukankah sebelumnya aku hanya seorang pengemis dan pencuri"? Tanya Flarion bertubi?tubi.
?Aku memilihmu dan merancang hidupmu dalam kekekalan bahkan jauh sebelum Aku menciptakan Cahaya, The Holy Light dan Kegelapan, Lord of Darkness. Bukankah itu sebabnya kau dinamakan Flarion, diambil dari kata Flare (Nyala Api) dan Iron (Besi?Logam). Apa kau pikir sebuah kebetulan kau dibesarkan sebagai pengemis dan pencuri, diampuni dan dirawat Nyonya baik hati, bertemu Jeff dan mengenal semua teman?temanmu" Tidak! Aku sudah merencanakan yang terbaik untuk perjalanan hidupmu dalam rancangan-Ku.Percayalah Pada -Ku, Flarion!?
Bab 23. Jatuhnya Hutan Bangsa Peri
Flarion melakukan teleport untuk pertama kalinya dengan meminjam kekuatan Sang Phoenix yang tertanam pada lengan kanannya.Iaberhasil keluar dari Hutan Sihir namun ia tidak berhasil menemukan teman?temannya. Flarion tidak tahuapa yang harus dilakukannya.Ia pun melangkah menuruti kata hatinya, yaitu menuju Kerajaan Bangsa Peri Hutan dengan harapan Elrica sudah kembali ke istananya.
Flarion kembali melakukan teleport dan tiba di depan gerbang Benteng Peri. Namun begitu ia menjejakkan kakinya ke tanah, sebuah pedang besar diayunkan ke arah lehernya. Beruntunglah Flarion, ia menggunakan The Faith Armor sehingga pedang itu pun patah menjadi dua. Goblin yang mengayunkan pedang itu pun tidak mendapat kesempatan kedua untuk kembali menyerang. Flarion segera mengayunkan ?Iron Fist? nya dan mematahkan semua tulang si Goblin. Namun Goblin itu tidak sendirian, 10 ribu Goblin dan ratusan Troll gunung berada di sekeliling Flarion, berusaha untuk menjatuhkan Benteng Peri. Kerajaan Bangsa Peri sedang diserang oleh Pasukan Kegelapan.
Flarion tidak tinggal diam. ?Phoenix Flare!? Seru Flarion lantang sementara dari telapak tangan nya Api Phoenix menyembur dengan dashyat, menghanguskan Goblin yang sedang berusaha mendobrak pintu gerbang. Flarion berdiri di depan Pintu Gerbang dan berusaha menghalangi siapapun untuk mendobrak masuk. Tinju Logam dan Api Phoenix mampu menahan serangan Pasukan Kegelapan. Namun puluhan tangga telah bersandar di sisi benteng dan para Goblin mulai memanjat naik. Panah?panah peri terus meluncur dan membunuh banyak Goblin maupun Troll. Namun jumlah yang tersisa masih sangat banyak dan perlahan?lahan mereka mulai memasuki Benteng.
Flarion tidak dapat melindungi semua celah. Ia terus bertahan di depan gerbang agar pintu Gerbang tidak ikut roboh dan semakin memudahkan Pasukan goblin untuk masuk. ?Ice Frost!? seru seseorang dan tiba?tiba saja angin dingin berhembus ke arah Flarion dan membekukannya. Seekor Ular Putih besar muncul di hadapan Flarion dan mendesis marah. Es yang membekukan Flarion dengan cepat mencair karena Api Phoenix dan cahaya The Faith Armor melindunginya dari dingin yang mematikan. Sebuah Kapak Besar melayang dan menghantam Flarion. The Faith Armor kembali meredam pukulan Kapak itu tetapi rasa sakitnya tetap terasa. Flarion terdorong ke belakang dan menghantam Pintu Gerbang Peri. Kapak itu pun kembali ke tangan seorang manusia berbadan besar. Ternyata Ular itu bukan satu ?satunya musuh Flarion tetapi juga pawangnya.
?Bagaimana rasanya Pukulan Kapak Terbang Gnorr, The Ice Serpent Master" Tanya manusia besar itu dengan nada mengejek. Flarion mengabaikan rasa sakitnya dan segera berdiri.
?Iron Fist!? Seru Flarion sambil mengayunkan tinjunya. Cahaya keluar dari tinjunya menuju ke arah Gnorr, manusia bertubuh raksasa itu. Namun Gnorr dengan mudahnya mengayunkan Kapak dan membelah tinju cahaya Flarion. Belum lagi Flarion sempat mengayunkan tinju lainnya, Ular besar Gnorr maju menyerang dan memukul Flarion dengan ekornya. Flarion terlempar ke belakang dan kembali menghantam Pintu Gerbang Benteng Peri hingga retak. Belum lagi Flarion menyentuh tanah, Kapak Gnorr kembali menghajarnya. Kali ini tidak dilemparkan melainkan Gnorr sendiri maju ke hadapan Flarion dan mengayunkan Kapak tersebut sekuat tenaga ke dadanya. Tubuh Flarion terdorong menembus Gerbang Benteng dan membuat lubang di pintu. Pintu Gerbang Benteng Peri jatuh hanya dengan sekali tebasan Kapak. Tenaga Gnorr memang benar?benar luar biasa!
Flarion bangkit sambil memegang dadanya. Sepertinya ia merasakan memar pada dadanya yang dihajar Kapak Gnorr. Seandainya saja ia tidak memakai Jubah Baja ?The Faith Armor?, tubuhnya pasti sudah hancur berantakan. Gnorr dan ularnya berhasil memasuki Pintu Gerbang Benteng diikuti dengan banyak Goblin dan Troll. Pasukan Peri bergerak maju dengan pedang dan panah. Flarion pun ikut maju bersama?sama dengan mereka.
Ular es itu kembali menyemburkan racun es yang membekukan. Beberapa peri yang terkena racun akan mati membeku atau minimal menjadi lumpuh karena dingin. Flarion segera menyemburkan Api Phoenix ke arah kepala Sang Ular yang memaksanya menghentikan semburan racun esnya. Sebagai gantinya, sang Ular maju ke arah Flarion sambil membuka mulutnya untuk menelan Flarion bulat?bulat. Flarion dengan gesit menghindar dengan melompat ke atas dan balas mengayunkan tinju cahayanya untuk menghancurkan kepala Sang Ular.Namun lagi?lagi sebuah Kapak melayang dan membelah tinju cahaya Flarion. Gnorr datang menolong ularnya.
Flarion memandang Gnorr dan ularnya silih berganti. Ia tidak tahu dari kedua lawannya ini, siapa yang akan menyerang terlebih dahulu. Ia tidak boleh lengah sedikit pun atau nyawanya akan melayang. Walau mengenakan The Faith Armor tidak menjadikan Flarion manusia abadi yang tidak dapat terluka. Pukulan Combo dari Kapak Gnorr dan Sang Ular yang dilakukan berkali?kali mungkin saja dapat membunuhnya. Belum lagi masih adah ribuan Goblin dan Troll yang masih harus dikalahkan. Hal ini cukup membuat Flarion cemas dalam hatinya.
?Istana terbakar! Istana terbakar!? Selamatkan wanita dan anak?anak!? Seru Para Prajurit terdengar. Rupanya Para Goblin meluncurkan panah berapi ke arah Istana Peri yang terbuat dari rangkaian Pohon berusia ratusan tahun. Api dengan cepat merambat. Teriakan wanita dan anak?anak terdengar dengan jelas. Flarion terpana memandangnya dan ia merinding... teringat akan Venetta... teringat akan nyonya dan teman?teman nya. Darahnya mendesir hebat dan tanpa menunggu lagi, Flarion memulai serangan.
?Phoenix Flare!? Seru Flarion dan Api pun menyembur dengan dashyat dari telapak tangannya. Namun tidak seperti sebelumnya, api yang keluar kali ini benar?benar Api yang dashyat dan menghanguskan. Aura panas yang ditimbulkan membuat Goblin berteriak ketakutan. Gnorr pun sempat terkejut dengan kekuatan tersembunyi dari sang lawan. Api yang Dashyat! Seakan?akan Phoenix sendiri yang hadir di dalam pertempuran ini. Kobaran api memenuhi halaman muka istana dan menghlanagi Goblin maupun troll untuk masuk ke dalam Istana.
?Mundur!? Teriak Flarion,? Semuanya masuk ke dalam Istana!? Para Prajurit Peri berhamburan masuk ke dalam istana untuk menyelamatkan diri, menghindar dari amukan api yang tiba?tiba memenuhi area pertempuran. Puluhan Goblin dan Troll hangus terbakar. Flarion masih sempat melihat Gnorr dan Ularnya berusaha memadamkan api dengan jurus es nya. Pintu Istana pun ditutup.
Flarion dan Bangsa Peri yang tersisa terkurung dalam istana yang juga terbakar. Istana tidak dapat bertahan lama. ?Semuanya, dengarkan aku!? Seru Flarion kepada Para Peri yang mulai panik,? Aku akan menciptakan portal keluar dari Hutan Peri. Yang harus kalian lakukan adalah masuk ke dalam portal dan carilah tempat yang aman untuk bersembunyi. Wanita dan anak?anak masuk terlebih dahulu!?
Maka rencana Flarion pun dijalankan. Para Prajurit ikut membantu pelarian mereka bersama. Namun waktu mereka tidaklah lama. Pintu Istana dipukul dengan keras dan hampir roboh. Sepertinya Pasukan Kegelapan, Goblin dan Troll telah berhasil mengatasi keganasan Api dan kini berusaha untuk mendobrak masuk istana sementara masih banyak rakyat peri yang belum sempat memasuki portal.
?Masuklah bersama rakyatku dan segera tutup portal itu , Flarion!? Seru Panglima Peri, Pimpinan tertinggi dari prajurit Peri,? Jangan biarkan mereka mengetahui bahwa Bangsa Peri Hutan melarikan diri melalui portal. Aku dan Prajurit Peri akan tetap di sini untuk menghalangi mereka sehingga kalian semua punya waktu untuk melarikan diri. Aku mohon pimpinlah Bangsa Peri ini ke Istana WhiteStone di Utara, Istana Peri Langit. Di sana mereka semua akan aman. Kupercayakan kepadamu Bangsa ini!? Setelah itu Panglima Peri membawa seluruh anak buahnya untuk menahan pintu istana yang hampir roboh.
Pintu istana roboh juga pada akhirnya. Gnorr masuk pertama kali dan langsung memukul prajurit peri yang berada di dekatnya. Tak satu pun peri yang sanggup menghadapinya. Panglima peri pun tewas oleh kapak raksasanya. Goblin dan Troll menyerbu masuk istana, menghasbisi siapa saja yang coba menghalangi mereka. Flarion hampir berhasil mengungsikan seluruh rakyat peri. Hanya tinggal tersisa sedikit lagi.Namun Gnorr melihat portal itu dan matanya mendelik,? Serbu Portal itu!?
Flarion menyadari bahaya saat melihat puluhan Goblin dan Troll besar menghampirinya. Namun panah?panah peri meluncur menghalangi Goblin dan Troll yang bermaksud menghancurkan portal. Pasukan Peri yang tersisa meluncurkan panah?panah tersebut tanpa henti walaupun di sisi yang lain pasukan Goblin membantai mereka dari belakang. Pasukan peri tidak berbalik dan terus fokus menghalangi siapapun yang bermaksud menghancurkan portal. Prajurit Peri terakhir telah tewas bersamaan dengan masuknya semua rakyat peri. Flarion pun segera melompat masuk diiringi dengan teriakan marah Gnorr dan pasukannya. Setelah Flarion masuk, seketika itu juga pintu portal tertutup. Lenyap!
Bab 24. Perjalanan menuju WhiteStone
Flarion tiba di padang rumput, sebelah utara dari Hutan Peri. Portal teleport langsung tertutup begitu Flarion melewatinya. Dan ia memandang ribuan Bangsa Peri yang berhasil selamat, namun mereka semua kebingungan kehilangan seorang pemimpin. Bangsa sebesar apapun tanpa seorang pemimpin akan segera hancur.
?Siapa di antara kalian yang berani untuk maju sebagai seorang pemimpin sementara"? Tanya Flarion sambil berseru lantang kepada seluruh Bangsa Peri,? Seorang pemimpin akan bertanggung jawab membawa Bangsa ini ke Istana WhiteStone. Di sana kalian semua akan aman.? Namun mereka semua menundukkan kepala. Sebagian Peri menggerutu menyesali nasib, sebagian lagi mengatakan tidak mampu sedangkan yang lainnya terdiam ketakutan. Tak satu orang pun yang bersedia menjadi pemimpin di saat yang sulit. Flarion mendesah,? Jika tidak ada yang bersedia maka aku sendiri yang akan memimpin kalian selama perjalanan ini. Tetapi aku punya satu peraturan, semua Peri harus saling berbagi makanan dan air karena kita tidak punya waktu untuk berisitrahat. Pasukan Kegelapan masih mengejar kita dan mereka dapat menyusul kapan saja jadi setiap detik waktu adalah taruhan nyawa kita semua. Wanita, orang tua dan anak?anak berjalan di tengah sementara Pria yang masih dapat bertarung mengelilinginya dalam bentuk lingkaran. Jika kita semua harus mati, maka kita akan mati bersama di sini. Sekarang aku butuh seseorang yang dapat menjadi penunjuk jalan Ke Istana WhiteStone. Siapa yang dapat melakukan tugas ini"?
?Biarlah hambamu ini yang mengambil beban tugas itu, Yang Mulia,? jawab seorang Peri,? Namaku adalah Fleric, wahai manusia yang mulia. Hamba adalah seorang pedagang yang sudah berulang kali pergi ke Kota WhiteStone. Istana WhiteStone berada di tengah?tengah kota tersebut.? Flarion tersenyum mengetahui masih ada rakyat peri yang dapat membantunya. Mereka pun memulai perjalanan. Flarion dan Fleric berjalan di depan. Fleric mengatakan bahwa ini adalah perjalanan yang panjang, sekitar 10 hari dengan berkuda. Jika berjalan kaki mungkin bisa mencapai 20 hari atau bahkan lebih.
?Seandainya saja aku tahu persis di mana kota tersebut berada maka aku dapat menciptakan Portal dan kita semua dapat melakukan teleport ke sana. Namun sayang, aku tidak pernah ke Kota WhiteStone, jadi aku tidak dapat membayangkan seperti apa kota itu,? Kata Flarion membuka percakapan dengan Fleric.
?Kota WhiteStone. Dahulu kami semua Bangsa peri tinggal di daerah itu. Namun ketika perbedaan timbul maka kami pun terpecah belah. Peri?peri yang menyukai kebudayaan dan pengetahuan membangun Kota besar yang diberi nama Az?Vitte dalam bahasa Peri yang kemudian lebih dikenal WhiteStone dalam bahasa umum dunia ini. Kota itu begitu indah dan kuat karena dibangun oleh batu alam dan kristal putih yang keras. Namun bagi kami, Peri yang menyukai keasrian hutan dan alam yang murni menentang pembangunan kota itu. Kami lebih menyukai hidup di tengah hutan, Pohon?pohon besar dan Padang yang luas. Akhirnya kami terpecah menjadi 2, Peri Hutan yang menyukai hidup di alam bebas dan Peri Langit yang menyukai hidup di dalam Kota yang megah. Peri Hutan pada akhirnya meninggalkan Az?Vitte dan mendirikan Kerajaan baru di tengah hutan,? Fleric mengakhiri ceritanya.
?Sayang sekali. Tak kusangka bahkan Bangsa Peri pun mengalami perpecahan seperti halnya Bangsa Manusia. Sungguh disayangkan. Seandainya dunia ini tidak terpecah belah maka kekuatan Pasukan Kegelapan pasti dapat dihadapi,? Flarion menimpali cerita Fleric.
?Kau pasti akan mengagumi Kota itu, hai, Manusia yang mulia. Di sana juga banyak gadis?gadis Peri yang cantik. Para Bangsawan Peri yang ahli ramuan dan sihir banyak terdapat di sana,? Fleric berusaha mengalihkan pembicaraan ke arah yang lebih menyenangkan. Namun Flarion malah terdiam mendengar gadis, ramuan dan sihir. Flarion teringat Merry dan teman?temannya.
Telah berhari?hari Flarion berjalan bersama Bangsa Peri. Menurut hitungan Flarion sudah hampir 16 hari mereka berjalan. Persediaan makanan dan air mulai menipis. Bangsa Peri mulai gelisah dan kelelahan. Susah payah Flarion dan Fleric berusaha menguatkan hati mereka. Hingga akhirnya Bangsa Peri memutuskan untuk beristirahat. Mereka tidak lagi mengindahkan Flarion yang memaksa untuk terus berjalan karena musuh dapat menyerang kapan saja. Namun hati peri yang keras dan kelelahan tidak dapat dibujuk lagi. Malam itu mereka pun beristirahat.
Bab 25. Persiapan Peperangan Peri Langit
Langkah kaki... ratusan langkah kaki membangunkan Flarion dari tidurnya. Ada pasukan yang bergerak mendekati tempat peristirahatan mereka. Flarion mencium adanya bahaya dan Ia pun membangunkan Fleric, juga seluruh Bangsa Peri yang sedang asyik terlelap. Dengan seadanya mereka mempersiapkan senjata. Tongkat kayu, kapak untuk menebang pohon, pisau dan apapun juga digunakan sebagai senjata. Tak lama kemudian terlihat 200?300 Goblin datang menghampiri mereka dari arah Selatan. Namun pada saat yang bersamaan pula, dari arah Utara Flarion juga melihat Pasukan berkuda Para Peri... Pasukan Peri Langit.
Pasukan Peri Langit tiba terlebih dahulu ke tempat Flarion dan Bangsa Peri Hutan beristirahat namun mereka sama sekali tidak berhenti. Mereka terus maju dan langsung menyerbu Pasukan Goblin. Walau jumlah Pasukan Peri Langit sebanding dengan Pasukan Goblin tetapi mereka lebih unggul karena menggunakan kuda untuk bertarung. Namun Celaka! 200?300 Goblin itu hanya umpan. Serangan sebenarnya baru akan dimulai. 1000 Goblin tiba?tiba muncul dari segala arah dan mengepung Pasukan Peri Hutan. Mereka terkepung dan kalah jumlah. Tidak ada harapan untuk menang sama sekali.
Flarion menyadari posisi Pasukan Peri Langit yang terjepit. Ia pun segera berseru pada Rakyat Peri Hutan untuk maju berperang, membantu Pasukan Peri Langit. Namun hanya sebagian rakyat Peri Hutan yang menanggapi seruan Flarion. Sebagian lagi hanya memandang sinis dan yang lain menatap ragu. ?Mereka adalah Peri Langit, Peri sombong yang nenek moyangnya telah membuat kita terusir. Untuk apa membantu mereka"? Beberapa Peri Hutan menolak untuk bertarung. ?Untuk apa kita mempertaruhkan nyawa untuk mereka yang tidak peduli kepada nasib kita"? Kata yang lain.
Flarion tidak punya waktu untuk berdebat. Posisi Pasukan Peri Langit semakin kritis. ?Aku tidak tahu jelas apa permusuhan kalian, Hai Bangsa Peri. Tapi yang kutahu saat ini kita menghadapi musuh yang sama yaitu Pasukan Kegelapan. Jika kalian tidak mau mati di sini maka inilah saatnya untuk melupakan dahulu permusuhan antara kalian dan kita saling membantu. Sekarang terserah kalian, mau tetap menonton pertarungan di sini sebagai pengecut atau bertarung sebagai seorang Ksatria Peri. Tunjukkan kehormatan kalian, Hai, Bangsa Peri Hutan!? Seru Flarion sambil berlari maju ke arena pertempuran. Fleric adalah Peri pertama yang tanpa ragu maju bersama Flarion dan disusul oleh hampir semua Bangsa Peri Hutan. Mereka maju dengan tekad yang membara.
Serangan yang tidak terduga ini mengacaukan kepungan Bangsa Goblin. Jumlah Rakyat Peri Hutan yang banyak berhasil membalikkan keadaan. Sekarang Bangsa Goblin yang terkepung dari luar dan dalam lingkaran. Dari dalam mereka harus berhadapan dengan Peri Langit sementara dari luar rakyat Peri Hutan mengepung mereka dengan rapat. Kepanikan dan kebingungan membuat serangan Pasukan Goblin tidak lagi efektif. Dalam waktu singkat Pasukan Peri berhasil menang dengan mudah.
?Terima kasih banyak, Tuan Manusia dan tentu saja Bangsa Peri Hutan, saudaraku yang jauh,? Sahut seorang peri kepada Flarion dan Fleric. Peri itu tampaknya adalah pimpinan dari Pasukan kecil ini. ?Kami sungguh tak mengira rakyat Peri Hutan mau membantu Pasukan kami. Tapi memang di saat yang sulit ini kita harus saling membantu atau seluruh Ras Bangsa peri akan musnah oleh Pasukan Kegelapan,? Kata Sang Pimpinan Pasukan Peri Langit.
?Kau benar, Hai Peri pemberani. Bisakah kau membantu kami untuk memimpin Bangsa Peri Hutan ini sampai ke tempat tujuan kami, Istana WhiteStone"? Tanya Flarion, mengharapkan bantuan dari Pasukan Peri Langit. Dengan adanya perlindungan Pasukan Peri berkuda maka perjalan mereka semua akan menjadi lebih mudah.
Pimpinan peri Langit menggeleng lemah,? Maaf, Tuan dan Para Peri Hutan yang mulia. Kami semua mendapat perintah untuk segera kembali secepat mungkin ke Istana WhiteStone. Pasukan Kegelapan sedang bergerak cepat untuk menghancurkan kota. Oleh karena itu kami harus segera membangun pertahanan dan memulihkan kekuatan pasukan kami. Sungguh maaf, kami tidak dapat membantu. Perang besar akan segera terjadi di WhiteStone,? Pimpinan Pasukan Peri memberi penjelasan,? Kami akan terlambat datang jika harus menuntun kalian semua ke Istana WhiteStone. Mohon maaf.? Pasukan Peri Langit pun meninggalkan Flarion dan Bangsa Peri Hutan.
Perang akan segera terjadi di WhiteStone. Bangsa Peri Hutan pun menjadi gundah. Mereka datang ke WhiteStone untuk mencari perlindungan tetapi sungguh tak dikira sebuah perang besar sedang menanti mereka di sana. Beberapa Peri bahkan mulai berpikir untuk mencari tempat perlindungan lain dan mulai memutar arah. Namun Flarion tetap pada keputusannya. Ia akan pergi ke WhiteStone. Kota itu sedang membutuhkan bantuan walau bantuan itu hanya beberapa Rakyat Peri tanpa senjata.
Bab 26. Raja Istana WhiteStone
WhiteStone!Kota WhiteStone telah telihat. Suatukotayang benar?benar luar biasa dan berkilau ditimpa cahaya mentari.Pintu gerbangnya terbuat dari campuran baja keras dan permata putih yang ditempa oleh peri?peri masa lampau.Menara?menaranya tinggi menjulang ke angkasa dan dibangun dari batu alam dan dihiasi permata?permata putih. Flarion dengan beberapa ratus rakyat peri hutan segera berlari menujukotatersebut. Kurang lebih 600?700 rakyat peri yang masih mau mengikuti Flarion menuju Kota WhiteStone yangakan segera menghadapi peperangan, termasuk di antaranya adalah Fleric.Sebagian besar rakyat peri memutuskan untuk tetap tinggal di tempat mereka berteduh beberapa hari yang lalu. Sebagian lagi memutuskan untuk pergi mencari hutanlain untuk ditinggali.
Flarion dan rakyat peri hutan tiba di depan pintu gerbang. Flarion segera maju dan mengetuk pintu gerbang kota dengan keras. Tidak ada jawaban. Flarion mengetuk dengan lebih keras lagi namun tetap saja tidak ada jawaban. Ketakutan! Flarion dapat merasakan suasana ketakutan yang begitu luar biasa. Apakah peperangan telah terjadi"
?Siapa di luar"? Seru seorang prajurit peri dari atas menara,? Cepat jawab atau kami akan menembakmu dengan anak panah!?
Flarion segera menjawab dengan lantang,? Aku Flarion. Aku membawa rakyat peri dari hutan di selatan. Biarkan kami masuk!?
?Mereka datang! Musuh sudah datang! Semua pasukan bersiap pada pos nya masing?masing!? Seru prajurit tersebut.
Flarion terkejut. Ia tidak menyangka prajurit peri itu akan menganggap mereka sebagai musuh. Namun ketika ia membalikkan tubuhnya maka Flarion menyadari bahaya lain. Kepulan debu bergerak dengan cepat menuju ke arah mereka. Debu peperangan! Ribuan Goblin dan Pasukan Manusia Serigala bergerak dengan cepat, menyerang The WhiteStone. Namun yang paling parah adalah Flarion dan ratusan rakyat peri hutan yang tak bersenjata berada di luar benteng kota. Rakyat Peri Hutan mulai berlarian karena panik.
?Biarkan semua peri ini masuk!? Teriak Flarion kepada para Prajurit yang berada di atas pintu gerbang sementara Fleric berusaha menenangkan rakyat peri hutan. ?Buka pintunya! Biarkan kami masuk ke dalam!? Seru Flarion lagi namun tidak ada jawaban. Para prajurit peri lebih mementingkan untuk bersiap?siap menghadapi serangan daripada harus membuka gerbang dan menghadapi resiko masuknya Pasukan Kegelapan ke dalam Kota WhiteStone. Keadaan kini menjadi semakin gawat.
?Biarkan kami masuk, prajurit bodoh!? Seru Fleric yang pada saat itu juga memakai mahkota kerajaan WhiteStone. Yah, ternyata Fleric adalah seorang raja, Raja dari para Peri Langit. Ketika Mahkota telah terpasang di kepalanya maka keagungan, kebijaksanaan dan keperkasaan terpancar dari wajahnya. Prajurit Peri Langit seperti tidak percaya akan penglihatannya dan sebelum diperintah untuk kedua kalinya maka pintu gerbang pun dibukakan agar sang raja dapat masuk ke dalam.
?Flarion,? panggil Fleric, Raja Peri,? Sebelum memulai perjalanan ke tempat ini kau pernah mengatakan jika kita semua harus mati, maka kita akan mati bersama di sini. Apakah kau yang seorang manusia benar?benar rela mati untuk Bangsa Peri"?
?Jika hidupku bisa ditukar untuk keselamatan dan kemerdekaan hidup dari ribuan makhluk maka aku rela mati untuk bangsa manapun kecuali Pasukan Kegelapan keparat itu,? jawab Flarion sambil tersenyum.
?Kalau begitu mari kita bertempur bersama, saudaraku yang pemberani,? sahut Raja Peri Langit sambil menggenggam tangan Flarion dengan erat. Maka inilah saatnya nasib Bangsa Peri dipertaruhkan seluuhnya dalam pertempuran hidup dan mati.
Bab 27. Pertempuran Hidup dan Mati
?Luncurkan anak panah!? Perintah Jenderal Peri kepada pasukannya yang telah bersiap di atas benteng WhiteStone dan menara?menaranya yang kokoh. Serangan pertama telah dimulai. Puluhan manusia serigala yang telah mendekati pintu gerbang berguguran dalam sekejap. Namun Manusia Serigala yang lain menjadi semakin marah dan meningkatkan kecepatan lari mereka. Serangan panah para peri tidak dapat menghalangi mereka. Kecepatan lari dan ?animal sense? yang luar biasa membuat Manusia Serigala sangat gesit dalam menghindari anak panah karena mereka dapat merasakan adanya bahaya yang mendekat dan secepat kilat dapat menghindarinya. Pasukan Manusia Serigala berhasil mencapai pintu gerbang dan mereka segera mencoba untuk mendobrak masuk. Namun sia?sia. Pintu Gerbang WhiteStone yang terkenal kokoh tidak dapat ditumbangkan begitu saja. Cakar dan pukulan serigala tidak cukup kuat untuk menembus Gerbang WhiteStone yang putih berkilau, berdiri dengan gagah bagai gunung batu. Flarion dan Fleric yang telah tiba di atas benteng dapat bernafas lega ketika mengetahui serangan Manusia serigala tidak berhasil. Manusia Serigala juga tidak dapat memanjat tembok, bukan" Jadi mereka aman untuk sementara.
Puluhan panah diluncurkan ke udara dan puluhan prajurit peri menjerit kemudian tumbang kehilangan nyawa. Pengalih perhatian! Serangan Serigala ternyata hanya mengalihkan perhatian dari serangan yang sebenarnya. Ketika semua prajurit peri sibuk untuk melontarkan anak panah kepada para Manusia Serigala, Pasukan pemanah Goblin mendekat dan langsung menembakkan anak?anak panahnya. Bukan itu saja, mereka juga membawa banyak tangga besar dari besi. Mereka hendak memanjat tembok kota!
?Tembak si pembawa tangga! Tembak Goblin yang membawa tangga!? Seru Flarion,? Jangan biarkan mereka mendekat atau Pasukan Serigala akan naik atas benteng!? Flarion tahu mereka semua dalam bahaya. Pasukan Manusia Serigala tidak dapat menggunakan pedang maupun busur dan anak panah tetapi mereka jauh lebih unggul dalam serangan jarak dekat karena kekuatan dan kecepatan fisik mereka jauh di atas manusia maupun peri. Jika mereka berhasil naik maka benteng akan segera jatuh.
Peri kembali meluncurkan panah?panahnya namun mereka semakin sulit membidik karena para goblin pun juga terus meluncurkan anak panah mereka. Prajurit dari kedua belah pihak terus berguguran. Goblin terus mendorong tangga?tangga besar itu ke arah benteng. Setiap kali ada goblin yang gugur saat membawa tangga maka akan ada goblin baru yang menggantikan posisinya. Jumlah mereka sangat banyak dan tak terhitung.
?Kita harus turun dan mencegah tangga itu mendekat lagi!? Seru Flarion kepada Fleric.
?Apa kau gila" Para Serigala itu akan menghabisi siapa saja yang turun ke bawah!? Jawab Fleric yang terus sibuk memanah.
?Itu lebih baik daripada mereka naik ke atas Benteng dan menghabisi pemanah?pemanah kita. Kelemahan dari Pasukan Serigala adalah serangan jarak jauh. Jika kita kehabisan pemanah maka harapan kita akan semakin tipis. Apapun yang terjadi tangga itu tidak boleh mendekati benteng!? Seru Flarion lagi,? Aku akan menghancurkannya dengan taruhan nyawa jika perlu!?
Flarion, Fleric dan puluhan pasukan yang paling berani mengambil keputusan yang tidak pernah dibayangkan siapapun. Mereka turun dengan tali yang dijulurkan ke bawah dari atas benteng pintu gerbang WhiteStone. Manusia Serigala dapat memanjat tangga tetapi tidak memanjat tali. Maka Flarion dapat turun dengan mudah namun ratusan Manusia Serigala langsung menyerang begitu kaki mereka menginjak tanah. Flarion segera balas menyerang dan api sang Phoenix kembali bercahaya dari tangan kanannya, menghanguskan setiap manusia serigala yang berani mendekat. Para peri pemberani yang turun ke bawah segera membentuk lingkaran untuk bertahan dan bersiap?siap melakukan serangan serentak.
?Majulah Flarion! Hancurkan tangga2 itu! Kami yang akan mengurus Pasukan Serigala ini agar tidak menghalangimu,? Jerit Fleric yang saat itu juga langsung maju menyerang,? Frost Explosion!? Fleric merapal mantera dan mengangkat pedangnya. Ketika itu juga dari pedang Fleric mengeluarkan energi dingin yang sangat besar dan membekukan semua lawan yang berada beberapa meter dari tempatnya berpijak. Hal ini sudah cukup membuat celah bagi Flarion untuk menerobos keluar dari kepungan Pasukan Manusia Serigala. Flarion berlari secepat?cepatnya menuju ke arah Pasukan Goblin yang membawa tangga besar.
Bab 28. Wolfhaunt, The Cerberus
Flarion terus berlari tanpa halangan. Perhatian pasukan Manusia Serigala sedang tertuju dengan Fleric dan pasukannya yang bertempur di bawah benteng WhiteStone. Pasukan Serigala yang menyadari tujuan Flarion segera mengejar tetapi para pemanah dari atas benteng segera menghabisi mereka atau minimal memperlambat mereka dan memberi waktu Flarion untuk berlari menjauh. Namun rencana itu tidak sesempurna perkiraan Flarion dan Fleric. Masih tersisa satu Manusia Serigala yang tidak terhalang olah apapun. Manusia Serigala besar yang berwarna biru tua dengan kecepatan dan kekuatan superior, jauh di atas kemampun Manusia Serigala lainnya, Manusia Serigala yang disebut Wolfhaunt, The Cerberus.
Wolfhaunt mengejar Flarion dengan kecepatan luar biasa. Panah?panah yang dilontarkan kepadanya sama sekali tidak mengurangi kecepatannya. Ia mampu menghidar dengan lincah dan tiba?tiba saja ia sudah menyusul dan menghadang Flarion dari depan. Belum sempat Flarion pulih dari rasa terkejutnya, Wolfhaunt sudah maju menyerang dengan cakarnya. Serangan yang sangat cepat! Flarion yang tidak waspada terkena serangan cakar dengan telak. Flarion terdorong jatuh ke belakang. Cakar Wolfhaunt ternyata sangat beracun dan juga sangat kuat. Besi?baja pun akan meleleh karena serangan itu tetapi ?The Faith Armor? milik Flarion menyerap semua racun dan meredam sebagian besar kekuatan pukulan dari Wolfhaunt. Namun walau begitu Flarion tetap terluka dan kesakitan. Flarion segera dapat berdiri lagi dan mengambil posisi bertempur. Wolfhaunt tidak nampak terkejut sama sekali mengetahui kenyataan bahwa pukulannya hampir diredam seluruhnya oleh Armor yang dimiliki lawannya tersebut. ?satu persen dari kekuatan cakarku sudah cukup untuk membunuhmu,? Seru Wolfhaunt kembali menyerang.
?Iron Fist!? Seru Flarion balas menyerang. Terlambat. Wolfhaunt sudah melompat ke atas, menghindari pukulan Flarion. Wolfhaunt segera mengayunkan cakarnya ke arah Flarion dari atas. Flarion melompat mundur menghindar dan ?Phoenix Flare!? Seru Flarion. Api sang Phoenix menyembur dashyat dan berkobar melahap habis Wolfhaunt bahkan sebelum kaki Flarion menyentuh tanah kembali. Namun sebuah cakar kembali menghajar Flarion dari belakang. Flarion merintih kesakitan sambil berbalik dan melihat Wolfhaunt yang lain.
?Tidak mungkin, aku baru saja membakarmu dengan Api Phoenix!? seru Flarion terkejut,? Dan tidak mungkin itu ilusi karena bayangan tidak dapat hangus terbakar!
Wolfhaunt, The Cerberus tertawa. ?Aku mendapat julukan Cerberus bukan tanpa sebab, manusia bodoh. Cerberus adalah anjing berkepala tiga penjaga neraka. Apakah itu ada artinya bagimu"? Jawab Wolfhaunt yang menyeringai ganas ketika tubuhnya tiba?tiba terbelah menjadi 3. Wolfhaunt, The Cerberus dapat menggandakan dirinya.
Flarion terbelalak. Cerberus tidak dapat mati kecuali ke-3 nya dibunuh secara bersamaan. Jika ada satu saja yang masih hidup maka ia akan kembali menggandakan dirinya menjadi 3. Sungguh celaka! Flarion kembali menghindar ketika 3 Wolfhaunt kini menyerang secara bersamaan. Namun Flarion tidak dapat terus menghindar. Jika menghadapi sepasang cakar berkecepatan tinggi sudah sangat sulit, namun kini ia menghadapi 3 pasang cakar. Tinju cahayanya dan api Phoenix pun tidak banyak membantu karena setiap 1 Wolfhaunt terbunuh maka akan muncul wolfhaunt yang lain. Flarion hanya dapat bertahan dengan ?Faith Armor? nya. Namun luka yang diterimanya semakin banyak dan ia semakin lemah.Flarion menyadari dirinya dalam bahaya besar.
Bab 29. Para Sahabat berkumpul kembali
?Stone Cast!? Seru seseorang dari atas dan sebuah cahaya menghajar 1 dari 3 Wolfhaunt. Cahaya itu segera mengubahnya menjadi batu dan jatuh ke tanah. Pertarungan Flarion dan Wolfhaunt seketika berhenti dan keduanya memandang ke atas. Seekor Rajawali! Hawkins dan Lyrian sedang menungganginya. Hati Flarion menjadi lebih lega dan bahagia. Teman?temannya telah datang. Dari kejauhan ia juga melihat Elrica, Merry dan seorang Peri kuno kecil bersayap yang belum pernah dilihatnya sebelum ini. Yang lebih menggembirakan Flarion, Elrica membawa juga rakyat peri hutannya. Rakyat peri hutan yang memilih untuk tidak mau mengikuti Flarion membantu peri langit dalam bertempur. Namun sepertinya Elrica berhasil membujuk rakyatnya untuk ikut berperang.
Flarion segera mengambil posisi bertarung kembali. Semangatnya kembali bangkit. Kini Wolfhaunt yang tampak panik. Dari 3 Wolfhaunt kini tersisa 2 karena 1 telah dilumpuhkan Lyrian menjadi batu, namun Wolfhaunt tidak bisa menggandakan dirinya lagi untuk kembali menjadi 3. Saat itulah Flarion menyadari kelemahan dari makhluk ini. Wolfhaunt, The Cerberus hanya dapat menggandakan diri kembali menjadi 3 ketika salah satu dari Wolfhaunt tewas tetapi tidak saat mereka dilumpuhkan menjadi batu namun masih tetap hidup. Jumlah Wolfhaunt saat ini tetap 3, walau salah satunya telah berubah menjadi batu.
?Bagaimana Wolfhaunt" Tidak dapat menggandakan diri lagi" Bagaimana jika salah satu darimu dijadikan batu yang lain"? Ejek Flarion kepada Wolfhaunt. Tanpa menunggu jawaban, Flarion segera berseru kepada Lyrian,? Sihir dia, Lyrian! Sekarang!?
Lyrian segera menanggapi seruan Flarion. Ia segera mengucapkan mantera namun sebuah anak panah hitam melesat dan mengenai bahu Lyrian. Mantera Lyrian meleset dan ia pun jatuh dari punggung rajawali. Flarion bahkan tidak sempat terkejut karena 2 pasang cakar kembali menghajar tubuhnya. Flarion masih sempat melihat rajawali dengan sigap menangkap tubuh Lyrian dan membawanya mundur dari arena pertempuran. Flarion kini kembali harus menghadapi Wolfhaunt sendirian yang walau jumlahnya tinggal 2 namun tetap saja sulit untuk menghadapinya. Ketika yang satu terbakar atau dipukul maka yang lain akan kembali menggandakan dirinya menjadi 2 kembali. Sementara tidak mungkin bagi Flarion untuk dapat menghancurkan keduanya sekaligus. Mereka terlalu cepat dan selalu menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya.
?Hanya ada satu cara!? Seru Flarion. Flarion bergerak cepat ke arah salah satu Wolfhaunt. Flarion tidak menggunakan tinju maupun semburan api jarak jauh. Ia memutuskan untuk melakukan serangan dekat. Flarion menerjang Wolfhaunt tanpa mempedulikan berapa banyak cakar yang diterimanya. Flarion mencekik Wolfhaunt kuat?kuat dengan kedua tangannya. Saat itulah Wolfhaunt yang satu lagi merasa bebas menyerang Flarion dari belakang. Wolfhaunt tidak membuang?buang kesempatan segera melompat dan mengayunkan cakarnya.
?Sekarang!? Seru Flarion yang tiba?tiba melepaskan tangan kirinya dan mencekik Wolfhaunt yang menyerang. Berhasil! Kini Flarion berhasil mencekik kedua Wolfhaunt dengan kedua tangannya. Namun Flarion terus mendapat serangan cakar yang bertubi?tubi dan kedua tangannya gemetar kesakitan.Kedua Wolfhaunt meronta sekuat tenaga untuk membebaskan diri.
?Konsentrasi, Flarion!? Seru Flarion dalam hati menyemangati dirinya sendiri,? Sekarang atau tidak akan ada kesempatan kedua!? Tangan Flarion menegang. Tangan kirinya memancarkan cahaya, kekuatan tinju cahaya logam ?Faith Armor? terpusat di sana sementara tangan kanan nya memerah dan terbakar hebat memusatkan seluruh panas Api Sang Phoenix di telapak tangannya. ?Musnahlah kalian!? Teriak Flarion dan kekuatan dashyat segera meledak dari kedua tangannya. Wolfhaunt yang dicekik tangan kiri Flarion tewas dengan tercabik?cabik sementara yang satunya hangus terbakar menjadi debu oleh tangan kanan Flarion.
Flarion jatuh berlutut sambil mengatur nafasnya yang terengah?engah. Tak lama kemudian sambil menahan sakit, Flarion bangkit dan mendekati Wolfhaunt yang membatu. ?Sekarang apa kau masih dapat menggandakan diri, serigala jelek"? Ejek Flarion,? Akan kubantu kau menggandakan diri menjadi banyak dan kecil?kecil!? Flarion mengayunkan tinjunya dan menghancurkan Wolfhaunt yang membatu menjadi serpihan kecil?kecil.
Flarion memandang sekilas ke arah pasukan goblin. Tangga?tangga besar sudah mendekati benteng WhiteStone. Fleric dan pasukan kecilnya sudah terdesak mundur dan memutuskan untuk kembali ke atas benteng dengan memanjat menggunakan tali. Goblin?goblin mulai berusaha menyandarkan tangga?tangga tersebut ke dinding benteng sementara Para Peri Langit terus memanah tanpa henti. Flarion segera berlari menuju ke arah tangga?tangga tersebut. Mereka harus segera dihentikan.
Bab 30. Persatuan untuk Kemenangan
Elrica memandang pertempuran dari kejauhan. Ia telah selesai mengatur formasi bertempur rakyatnya yang sebagian besar tidak pandai dalam pertempuran. Elrica memandang Pasukan Goblin yang begitu banyak dengan hati yang ragu. Apakah mungkin kemenangan masih berpihak pada Bangsa Peri" Ia berpaling dan memandang kembali pasukan Peri Hutan nya. ?Mereka ketakutan. Pasukanku tidak siap bertempur, apalagi untuk membela kehormatan Peri Langit,? bisik hati kecilnya. Namun sebuah rintih kesakitan mengejutkan Elrica dan ia melihat Lyrian, Mage yang masih muda terbaring lemah. Sebuah anak panah beracun menancap di bahunya dan Flivia, The healer, Peri kuno yang sudah lama mengucilkan diri sedang berusaha menyembuhkannya. Hati Elrica bergetar hebat.
?Kalian lihat!? Seru Elrica kepada rakyatnya, Peri Hutan,? Kalian lihat Mage muda yang terkapar itu!? Semua mata rakyat peri hutan memandang Lyrian yang terkejut dan berusaha menahan sakit karena tahu dirinya menjadi pusat perhatian. ?Dia bukan peri!? Seru Elrica lagi,? Tapi dia berani maju bertempur dan terluka. Untuk apa" Untuk kehormatan dan kelangsungan hidup bangsa kita, Bangsa Peri! Jadi bagaimana dengan kalian" Lihat Flarion! Lihat Merry! Lihat Hawkins! Lihat semua teman?teman kita yang maju ke medan perang! Apakah kalian semua hanya akan berdiam diri saat melihat bangsa lain berjuang untuk kehormatan Bangsa kita" Seorang sahabatku bersedia menjadi budak untuk membela kehormatanku sebagai raja maka hari ini aku akan maju bertempur sampai mati untuk membela kehormatan Bangsaku sendiri. Sudah terlalu lama kita membiarkan dendam dan perselisihan memecah belah bangsa kita? Elrica pun mengangkat pedangnya, Pedang Rembulan, Pedang Mestika Albrick, Ksatria kuno Para Peri dan berlari maju ke medan tempur.
Ribuan rakyat Bangsa Peri Hutan berteriak keras dan mengikuti raja mereka maju ke medan perang. Hati mereka bergelora untuk membela kehormatan Bangsa Peri. Menyingkirkan dendam dan perselisihan untuk menghancurkan musuh yang sama. Hawkins dan Merry juga segera maju bersama rajawali, terbang ke angkasa. Mereka semua menyerang bagai badai besar, membelah pertahanan Goblin. Bangsa Peri Hutan terus maju agar dapat mengamankan Pintu Gerbang Benteng WhiteStone dari serbuan musuh. Hawkins, Merry dan rajawali yng pertama kali sampai ke depan Pintu Gerbang. Hawkins segera mengayunkan tombaknya dan menimbulkan angin keras yang menyapu Goblin di bawahnya. Merry juga meluncurkan anak?anak panah dengan cepat, membunuh banyak Goblin. Rajawali menghindari serangan anak panah balasan dari Bangsa Goblin di bawahnya dan kembali menukik ketika ada kesempatan. Rajawali berhasil mencengkram tangga yang telah bersandar ke benteng dan membawanya terbang lalu menjatuhkannya dari ketinggian. Tangga yang jatuh tersebut langsung hancur lebur bersama dengan Goblin maupun Manusia Serigala yang bergelantungan padanya.
?Bagus, Rajawali!? seru Flarion yang juga sedang sibuk menghancurkan tangga?tangga dengan tinjunya. Beberapa tangga sudah berhasil menempel pada dinding benteng dan pasukan Goblin maupun Manusia Serigala segera memanjat ke atas. Pertempuran di atas benteng pun terjadi. Para Peri telah berganti senjata dari busur dan anak panah menjadi pedang dan tombak. Para Peri Langit sudah kewalahan. Namun bantuan segera tiba. Para Peri Hutan yang dipimpin Elrica tiba di bawah Benteng WhiteStone dan menyapu Pasukan Goblin maupun serigala yang berniat naik ke atas. Elrica dan pasukannya juga berhasil menghancurkan tangga?tangga yang tersisa. Setelah semua pasukan musuh di atas benteng berhasil dihabisi, Peri Langit kembali menggunakan busur dan anak panah untuk menghabisi musuh di bawah benteng.
Pasukan Goblin dan Manusia Serigala kehilangan harapan. Mereka sudah kehabisan tangga dan itu berarti mereka kehilangan cara untuk dapat memasuki benteng Kota WhiteStone. Untuk mendobrak pintu gerbang sangat sulit dilakukan apalagi dengan adanya Bangsa Peri Hutan yang bertempur dengan berani di depan mereka. Sehingga dapat dikatakan mustahil bagi mereka untuk dapat merebut Kota WhiteStone hari ini. Seorang Goblin hitam besar membunyikan terompetnya. Suara mengerikan terdengar nyaring dan Pasukan Goblin maupun Manusia Serigala yang tersisa mengambil langkah mundur.
Flarion melihat ke arah Goblin besar yang membunyikan terompet itu. Ia melihat kebuasan dan kekuatan yang luar biasa di dalam tatapan mata sang Goblin. Flarion tahu dialah pemimpin serangan dari Bangsa Goblin ini. Panah Hitam! Mata Flarion melihat busur dan anak panah hitam yang terikat di bahu goblin tersebut. ?Jadi Makhluk inilah yang telah melukai Lyrian tadi,? bisik Flarion lirih.
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Bab 31. Flivia, the Healer
Teriakan kemenangan Para Peri menggema. Musuh telah berhasil dipukul mundur dan Kota WhiteStone berhasil diselamatkan. Sebuah kemenangan yang manis. Pintu gerbang benteng Kota WhiteStone pun dibukakan agar para Peri Hutan dapat masuk dan beristirahat. Flivia, The Healer segera sibuk bekerja untuk mengobati Pasukan Peri yang terluka. Flarion baru pertama kali melihat seorang peri yang begitu mirip dengan manusia. Memang pada dasarnya Bangsa Manusia dan Peri sangat mirip kecuali pada telinga peri yang runcing dan langkahnya yang lebih ringan. Namun Flivia memiliki telinga yang tidak begitu runcing dan berpakaian selayaknya seperti manusia biasa. Jika bukan karena baunya yang khas seperti peri?peri lainnya, belum tentu Flarion dapat mengenalinya memiliki darah peri.
?Dia mahkluk setengah peri,? Kata Elrica tiba?tiba berbisik dari belakang Flarion,? Ayahnya seorang Peri dan ibunya seorang Mage. Ia dikucilkan bangsa kami setelah ayahnya meninggal. Setelah Persatuan Guardian pecah, banyak makhluk yang lahir dari 2 Bangsa berbeda memiliki nasib yang menyedihkan. Dikucilkan dan tidak diterima oleh kedua belah bangsa orang tuanya.?
?Bagaimana dengna lukamu, Elrica"? Tanya Flarion sambil membalikkan badannya menatap Elrica,? Luka dari Api Phoenix. Apakah sudah sembuh total"?
?Yah, berkat Flivia. Begitu kami keluar dari portal, aku langsung pingsan dan tidak sadarkan diri. Ketika aku tersadar, aku telah berada di kediaman Flivia dan lukaku sudah hampir sembuh dirawat olehnya. Menurut keterangan Lyrian, begitu kami menembus portal, kami tiba di atas gunung berapi... sarang dari Sang Phoenix. Rajawali menurunkan kami satu per satu ke bawah dan kami sungguh beruntung, rumah pertama yang kami temui adalah gubuk tempat Flivia tinggal. Yah, di sana memang tempat yang baik untuk mengucilkan diri. Tidak ada makhluk yang suka tinggal dekat?dekat dengan kediaman Sang Phoenix, bukan"? Tanya Elrica.
Flarion tersenyum dan kembali menatap gadis cantik yang sedang sibuk mengobati para peri yang terluka. Ia memang cantik namun wajahnya hampir tidak pernah tersenyum. Begitu pucat dan tanpa emosi. Ia pasti sudah mengalami penderitaan yang sangat panjang.
?Jangan menatapnya terlalu lama, Flarion,? Elrica tersenyum nakal,? Kau tidak mau jatuh cinta kepada wanita yang jauh lebih tua, kan" Umurnya kini kurang lebih telah mencapai 180 tahun. Ayahnya adalah Albrick, Ksatria para peri yang luar biasa, yang juga telah mewariskan Pedang Rembulan ini kepadaku. Ayahnya meninggal dalam pertarungan ketika usianya 40 tahun dan ia telah hidup menyendiri selama 140 tahun.?
?Tapi mengapa ia terlihat masih begitu muda" Seperti gadis yang masih berusia belasan tahun bahkan semuda dengan Lyrian,? Flarion keheranan.
?Itulah keuntungan berdarah campuran, Flarion. Ia mewarisi umur panjang Para Peri yang dapat mencapai 400 tahun dan ia bisa tampil awet muda dengan kemampuannya dalam membuat ramuan yang diwarisi oleh ibunya yang berdarah Mage. Kemampuan dalam membuat ramuan penyembuh itu yang membuat ia mendapat julukan The Healer.? Elrica memberi penjelasan.
?Dengan kemampuannya, mengapa Bangsa Peri tidak mau menerimanya" Ia dapat menyelamatkan dan menyembuhkan banyak orang, bukan" Tanya Flarion
Elrica menggelengkan kepalanya. ?Kadang kebencian itu menutup akal sehat, Flarion. Hal itu juga berlaku untuk kami, Bangsa Peri. Kami juga bukan bangsa yang sempurna. Darah campuran tidak pernah dapat diterima di masyarakat kami sejak runtuhnya Persatuan Guardian dan dimulainya masa gelap ini. Sungguh disayangkan.?
Flarion terdiam. Elrica juga terdiam. Tahun?tahun masa Guardian End memang merupakan masa yang gelap. Tahun 136 GD hampir berakhir sekarang dan esok tahun 137 GD akan dimulai. Jika masih ada hari esok.
Bab 32. Hutang Darah di Masa Lalu
Anak kecil itu berlari dengan terengah?engah. Nafasnya memburu dan keringatnya mengalir deras, menetes di atas dataran salju yang lebat. Ia mendengar banyak langkah kaki mendekat dan ketika ia menoleh ke belakang, sebuah anak panah melesat dan menusuk kakinya. Gnorr kecil berteriak dan kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh ke dalam lereng jurang Pengunungan salju dan hanyut terbawa arus sungai es yang deras namun seekor ular besar menyelamatkan nyawanya. Ia menghangatkan tubuh Gnorr hingga pulih dan merawatnya bahkan secara tidak langsung melatihnya menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa dan ahli menggunakan racun ular. Dengan senjata kapak terbang dan disertai ularnya, Gnorr The Ice Serpent Master membalas dendam kepada perampok yang telah membantai habis seluruh keluarganya. Perampok yang sebelum itu disebutnya dengan paman. Pembalasan dendam yang manis namun juga harus dibayar dengan harga yang mahal. Penduduk yang ketakutan memanggil prajurit dan ksatria kerajaan untuk membunuh Sang Ular dan juga dirinya. Gnorr hampir saja kehilangan nyawanya.
?Master Gnorr, ada seorang tamu untuk anda,? Kata seorang goblin membuyarkan lamunan Gnorr akan masa lalunya. Ia pun mengangguk dan memberi tanda untuk memerintahkan goblin itu untuk pergi.
?Tamu" Siapakah yang berani bertamu ke dalam perkemahan Pasukan Kegelapan malam?malam seperti ini sesaat sebelum pertempuran besar menghancurkan Kota WhiteStone, Kota Putih Para peri dimulai"? Tanya Gnorr di dalam hatinya. Ia pun keluar dari kamarnya untuk menyambut tamu tersebut.
?Salam Kegelapan untuk Gnorr, Si pawang ular,? sapa sang tamu dengan nada mengejek,? Sebelumnya aku ucapkan selamat atas keberhasilanmu menggempur Hutan Peri dan menghancurkannya, namun sungguh disayangkan kau tidak dapat membawa pulang kepala rajanya untuk hadiah Master Garanox.? Sang tamu pun tertawa, menertawakan kegagalan Gnorr.
Gnorr mengepalkan tangannya dengan keras. Hatinya bersusah payah menahan amarah. ?Diam, kau Val?ark! Dasar Penghisap darah busuk! Saat aku bersusah payah merebut Hutan itu, kau hanya bersenang?senang meminum darah dari kematian. Dasar kau makhluk tidak berguna!? Hardik Gnorr dengan marah.
?Kuperingatkan kau, Gnorr! Aku dan Pasukan Vampirku diperintah langsung oleh Garanox untuk datang ke sini karena ketidak becusanmu dalam menghadapi musuh! Namun jika kali kau gagal lagi maka aku sendiri, Val?ark The Bloodhunter yang akan menghisap darahmu hingga tak bersisa. Kau mengerti"? Ancam Val?ark dengan keras.
Gnorr tersenyum. ?Kau pikir aku takut dengan semua ancaman kosongmu itu" Jika bukan karena hutang darahku kepada Sang Master Garanox, jangan harap aku sudi bekerja sama dengan makhluk terkutuk sepertimu!? Seru Gnorr dengan tegas dan ia pun segera membalikkan badan meninggalkan Val?ark yang mendesis karena kesal.
Garanox. Dialah orang yang menyelamatkan Gnorr dan sang ular ketika mereka sekarat menghadapi serangan prajurit dan ksatria barat. Dengan ilmu sihirnya yang hebat, Garanox membunuh semua prajurit dan Sang Ksatria juga berhasil membumihanguskan kota tersebut. Saat itu Gnoor baru pertama kalinya melihat kekuatan yang begitu dashyat. Sejak itulah Gnorr menjadi bagian dari Pasukan Kegelapan untuk membayar hutang budinya kepada Sang Master, Garanox.
Bab 33. Pertempuran yang Kembali Datang
Ribuan Goblin kembali berbaris keluar dari perkemahan raksasa Pasukan Kegelapan menuju WhiteStone. Kali ini Gnorr, The Ice Serpent Master sendiri yang memimpin Bangsa Goblin untuk menyerang Bangsa Peri sementara Val?ark memimpin Pasukan Vampir di belakangnya. Jumlah total dari kedua Pasukan ini mencapai 6000 prajurit, siap bertempur di medan perang dengan senjata yang lengkap dan berat. Pasukan Manusia Serigala memutuskan untuk mundur dan menghimpun kekuatan kembali karena jumlah mereka tinggal sedikit karena banyak yang telah terbunuh saat penyerangan terdahulu. Jika sebelumnya serangan menggunakan tangga gagal maka kini mereka memilih menggunakan ketapel besar yang diangkut dengan kereta untuk dapat meruntuhkan pintu gerbang Benteng WhiteStone.
Di lain pihak. Para Peri sebagain besar telah sembuh dari luka?lukanya walau belum pulih seratus persen namun mereka tetap bisa mengangkat senjata. Semua ini berkat Flivia yang menyediakan dan meramu obat?obat yang mujarab untuk menyembuhkan prajurit?prajurit yang terluka. Bukan itu saja, Flivia bahkan juga menyediakan ramuan yang dapat menghilangkan rasa sakit untuk sementara dan memberi kekuatan ekstra bagi yang meminumnya. Flarion dan yang lainnya berusaha mengatur strategi untuk menghadapi serangan berikutnya yang menurut perkiraan mereka pasti jauh lebih dashyat dari yang sebelumnya.
Hari ke-3 tahun 137 GD. Ketika matahari muncuk di ufuk timur, Hawkins dan rajawalinya mendarat di atas Gerbang WhiteStone dan bergegas menemui teman?temannya yang sedang berkumpul di aula. ?Mereka datang!? Seru Hawkins ketika memasuki ruangan,? Pasukan penyerbu yang terdiri dari Bangsa Goblin dan Vampir telah datang. Jumlah mereka sangat banyak, sekitar 5000?6000 prajurit.? Suasana menjadi hening. Peperangan ini ternyata lebih buruk dari perkiraan mereka semua karena Pasukan Vampir yang terkutuk telah ikut ambil bagian dalam penyerangan ini.
?Inilah saatnya, kawan?kawan bagi kita semua untuk bertempur dengan berani sekali lagi. Kita tidak punya pilihan. Berjuang sekuat tenaga atau mati dalam mempertahankan Kota ini. Ayo kita bersiap?siap!? Ajak Flarion sambil melangkah keluar dan diikuti yang lainnya. Fleric menatap Elrica dan demikian juga sebaliknya. Untuk pertama kalinya sejak sekian lama mereka bertempur dalam pihak yang sama kembali. Elrica tersenyum dan menjabat tangan Fleric. ?Demi Bangsa Peri,? bisik Elrica dan Fleric menjawabnya dengan mengganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan. Peri Hutan dan Peri Langit kembali bertempur bersama lagi.
Sebuah Batu terlempar ke udara dan menghantam Gerbang WhiteStone. Guncangan yang keras membuat panik seisi Kota WhiteStone. Pasukan pemanah sudah bersiap?siap di atas menara namun musuh masih di luar jangkauan tembak anak panah, hanya saja ketapel raksasa sang musuh telah menghujani Kota WhiteStone dengan batu?batu besar. Flarion, Elrica dan Fleric segera naik ke atas menara dan melihat situasi sementara Hawkins telah terbang ke angkasa dengan rajawalinya. Lemparan?lemparan batu semakin gencar atas perintah dari Gnorr, The Ice Serpent Master. Hal ini membuat Fleric menjadi semakin gusar. ?Dasar Manusia busuk!? Maki Fleric lalu ia berpaling kepada Flarion sambil tersenyum,? Maksudku bukan kau, Flarion.? Flarion hanya balik tersenyum.
Hawkins tiba?tiba memacu rajawalinya untuk terbang ke atas Pasukan Musuh sambil melakukan manuver menghindari lontaran?lontaran batu di udara. Rupanya ia berniat melakukan serangan nekat untuk menghentikan Pasukan Kegelapan melempari Kota whiteStone dengan batu. Ia dan rajawalinya bermaksud menghancurkan ketapel raksasa pihak lawan.
?Apa yang kau lakukan, Hawkins" Cepat kembali ke sini! Di sana berbahaya!? Seru Flarion kepada Hawkins. Namun tampakanya Hawkins tidak lagi mendengar seruan itu. Ia terlalu sibuk mengendalikan rajawali menghindari lontaran batu. Flarion dapat merasakan jantungnya berdetak keras dan batinnya berseru,?Hawkins dalam bahaya besar.?
Bab 34. Jatuhnya Sang Penunggang Angin
Rajawali menukik dengan cepat dan melakukan serangan mendadak. Serangan yang sangat nekat namun juga sangat efektif. Sebuah Ketapel Raksasa dihajarnya hingga hancur lebur. Pasukan Goblin tidak sempat menghalangi serangan Hawkins dan rajawalinya karena mereka tidak mempersiapkan diri dengan senjata busur dan anak panah mengingat Benteng WhiteStone masih di luar jangkauan anak panah. Pasukan Goblin sungguh tidak mengira datangnya serangan mendadak dari angkasa yang berasal dari seekor rajawali, Sang Penunggang Angin. Pasukan Goblin menjadi semakin panik ketika Hawkins mulai mengacaukan barisan mereka dengan tombak badainya. Ketapel kedua, ketiga dan keempat dihancurkan dengan mudahnya, namun pada saat itu Pasukan Goblin telah menyiapkan senjata busur dan panahnya dan mulai menembaki Hawkins dan rajawali.
Hawkins terbang ke atas menjauhi jangkauan tembak dari anak panah Bangsa Goblin. Tinggal 3 ketapel lagi yang tersisa dan Hawkins sepertinya tidak berniat mundur sebelum semua ketapel berhasil dihancurkan. Rajawali terbang ke arah matahari dan tiba?tiba melakukan serangan kilat dari arah cahaya matahari. Pasukan Goblin yang terbiasa tinggal di dunia bawah tanah yang penuh kegelapan tidak begitu tahan menatap cahaya matahari sehingga bidikan mereka meleset. Sebuah ketapel berhasil dilumpuhkan lagi. Namun sebuah panah hitam melesat dari belakang. Sebuah Goblin hitam besar mengarahkan anak panahnya kepada Hawkins dan menembaknya. Untunglah rajawali sempat berkelit dan anak panah tersebut hanya menggores leher Hawkins namun racun yang terdapat di anak panah tersebut mulai bereaksi. Hawkins merasa pandangannya mulai berkunang?kunang.
Mengetahui penunggangnya cidera, rajawali bergerak semakin cepat dan lincah. Ia berkelit sekali lagi dan kembali menghancurkan sebuah ketapel. Tinggal 1 buah ketapel lagi. Goblin hitam kembali membidik dengan anak panah beracunnya. Kini bukan lagi sebuah panah tetapi 3 panah sekaligus yng ditembakkan bersamaan. Rajawali tidak memiliki kesempatan menghindari 3 panah yang ditembakkan sedemikian cepat bagai kilat.
?Kepakkan sayapmu, Hai, Penunggang angin!? Seru Hawkins kepada Rajawali dan rajawali melakukan persis seperti yang diperintahkan penunggangnya. Batu?batu dan pasir pun berterbangan di sekitar rajawali membentuk semacam tabir perisai pelindung yang membuat Hawkins dan rajwali menjadi tidak terlihat. Goblin Hitam terpaksa memejamkan matanya dan ketika ia berhasil melihat kembali, ketapel terakhir berhasil dihancurkan dan rajawali telah terbang kembali ke udara. Hawkins telah berhasil menjalankan tugasnya dengan sukses.
Darah menetes dan terbang rajawali semakin rendah. Sebuah panah! Sebuah panah menancap di sisi sayapnya yang berkilau ditimpa cahaya matahari. Ia berusaha terbang dengan susah payah namun terbangnya terus semakin rendah dan melambat. Hawkins juga tidak berdaya mengendalikan Sang Rajawali akibat lukanya yang beracun. Suara desauan angin terdengar dari belakang Hawkins dan belum sempat ia menoleh, sebuah Kapak besar menghantam Rajawali. Pekikan keras kesakitan terdengar hingga ke Pintu Gerbang WhiteStone dan Sang Rajawali, Si Penunggang Angin jatuh dari langit menghantam bumi dengan kerasnya. Gnorr menangkap kembali kapak terbangnya dan segera berlari meninggalkan barisan pasukan Goblin untuk mendekati mangsanya yang terkapar tak berdaya.
Hawkins berusaha untuk bangkit tetapi tubuhnya terasa begitu berat dan pandangannya menjadi buram. Ia hanya sekilas mendengar suara langkah kaki Gnorr dan melihat cahaya yang terpantul dari kapak besarnya. Kapak itu diangkat tinggi?tinggi dan diarahkan ke lehernya. Gnorr akan segera memenggal kepala Hawkins. Namun tiba?tiba sebuah cakar menyerang Gnorr dari belakang. Gnorr terjatuh dan ketika ia berbalik, ia melihat rajawali sudah siap menyerang wajahnya dengan cakar yang tajam. Pekikan Rajawali kembali terdengar. Belum sempat serangan cakarnya menghanjar Gnorr, tubuh rajawali telah terkena semburan racun dingin dari Ular Gnorr yang berusaha melindungi tuannya. Gnorr segera bangkit dan mengayunkan kapaknya yang besar sekuat tenaga ke arah dada Sang Rajawali. Darah Sang Penunggang Angin pun menyembur deras dan membasahi bumi.
?Tidak!? Seru Hawkins yang baru saja menyadari apa yang terjadi. Sang Penunggang angin telah jatuh dan tewas di tangan Gnorr, The Ice Serpent Master.
Bab 35. Gnorr yang Bertarung hingga Akhir
Hawkins segera mengambil kesempatan untuk meraih kembali tombaknya dan mengayunkan angin badai ke arah Gnorr yang masih membelakanginya setelah berhasil menghabisi Rajawali. Gnorr terangkat jauh ke angkasa akibat hembusan angin badai yang dashyat dan terjatuh terhempas ke tanah dengan keras. Hawkins berniat melemparkan tombaknya untuk membunuh Gnorr namun Sang Ular menghantamkan ekornya ke Hawkins dan menyemburkan racun dinginnya. Hawkins tidak lagi dapat bangkit. Ia jatuh berlutut kehabisan tenaga dengan tubuh yang membeku. Gnorr bangkit dengan menahan sakit lalu melemparkan kapaknya ke arah Hawkins yang tidak lagi dapat bergerak sedikit pun. Hawkins memejamkan matanya menanti ajal menjemput.
Tiiingg! Suara baja beradu dengan benda keras. Hawkins membuka matanya. Ia masih hidup dan dilihatnya Flarion telah berdiri di hadapannya dan mengenakan Jubahnya yang berkilauan. Flarion telah menahan kapak Gnorr untuk menghabisi Hawkins. Fleric dan Flivia segera membawa Hawkins ke tempat yang aman dan merawatnya. Sementara Elrica berdiri di sisi Flarion sambil menggenggam Pedang Rembulan dengan erat sementara Merry menyiapkan busur dan anak panahnya dari belakang Flarion. Pasukan Goblin sudah semakin dekat.
?Kau!? Seru Gnorr yang mengenali Flarion,? Pertempuran kita yang terdahulu sepertinya akan dituntaskan hari ini!? Gnorr segera maju menyerang Flarion dengan kekuatan penuh pada Kapaknya. Gnorr bermaksud melakukan serangan jarak dekat dengan mengayunkan kapaknya sekuat tenaga menembus Jubah Flarion. Tetapi Elrica maju terlebih dahulu dan menyerang Gnorr. Mau tidak mau Gnorr mengayunkan kapaknya membelah Elrica dan kapak itu hanya membelah udara. Bayangan! Elrica yang sebenarnya telah berlutut di belakang Gnorr dan menusuk kakinya. Gnorr berteriak kesakitan.
Sang ular berusaha maju namun Flarion menghalanginya dengan tinju cahayanya yang tepat menghajar kepalanya. Ketika Flarion berbalik untuk membantu Elrica, Sang Ular telah membelitnya dengan erat. Ular itu mencegah agar Flarion membantu Elrica membunuh Gnorr. Namun Flarion tidak dapat dihalangi. Tangan kanan Flarion mengeluarkan api Phoenix yang luar biasa panas. Sia?sia bagi si ular untuk menahan panas yang memancar begitu dashyatnya bahkan racun es nya pun tidak dapat menandingi kekuatan Phoenix, Sang Penguasa Api. Belitannya pun melemah dan kembali sebuah tinju menghajar kepala Sang Ular.
Gnorr yang tertatih?tatih berusaha menghindar serangan Elrica namun aura dingin dari Pedang Rembulan membuat gerakannya menjadi lebih lambat dari biasanya dan luka di kakinya menjadi semakin perih. Elrica segera mengayunkan sebuah serangan cepat untuk menikam jantung Gnorr namun tiba?tiba sebuah anak panah hitam melesat menghalangi serangan itu. Anak panah kedua menyusul tanpa memberi kesempatan Elrica untuk menghindar dan mengarah ke lehernya. Namun sebuah anak panah juga meluncur dan beradu dengan anak panah hitam Goblin yang beracun. Anak Panah hitam itu pun meleset dan terbelah dua. Merry berhasil menyelamatkan Elrica dengan anak panahnya. Namun Gnorr juga sudah berhasil menjauh dari Elrica dan mengambil jarak aman.
?Pasukan Goblin datang!Semua mundur kembali ke benteng!? Seru Merry. Teriakan Merry mencegah Elrica untuk mengejar dan menghabisi Gnorr yang terluka. Elrica memutuskan untuk mundur bersama dengan Merry. Bagaimana dengan Flaron" Begitu mendengar aba?aba dari Merry, ia pun mengambil langkah mundur tetapi sungguh malang, Sang Ular telah bangkit dan kembali membelitnya. Flarion terjebak. Merry dan Elrica yang menyadari hal tersebut segera berbalik untuk membantu.
?Mundur!? Seru Flarion,? Segera berlari ke benteng! Aku akan segera menyusul setelah membakar makhluk terkutuk ini. Jangan mendekat atau kalian juga akan ikut terbakar!? Merry masih terlihat ragu?ragu untuk meninggalkan Flarion namun ketika api mulai menyembur dari tangan Flarion maka ia pun tidak dapat tinggal diam di sana. Merry dan Elrica segera berlari menuju Benteng WhiteStone.
?Phoenix Flare!? Seru Falrion sambil terus meningkatkan kekuatan api Sang Phoenix sampai mencapai titik maksimal. Flarion benar?benar akan menciptakan ledakan yang besar. Ledakan ini akan melukai banyak Goblin dan pasukan lawan namun dirinya akan aman terlindung oleh perisai dari Faith Armor, Jubahnya yang anti sihir termasuk api Phoenix. Meski telah terbakar hebat, Sang Ular tidak mengendurkan belitannya dan Gnorr yang telah terluka datang mendekati Flarion sambil membawa Kapaknya yang besar. Ia mendekat dengan mata yang berapi?api.
?Inilah saatnya! Akan kubayar hutang darah kepada Garanox dengan serangan terakhirku! Matilah Kau, Flarion!? Teriak Gnorr sambil mengayunkan Kapak raksasanya dengan segenap kekuatan yang terakhir. Hasilnya sungguh luar biasa, di luar dugaan siapapun juga terutama Flarion. Kapak Gnorr yang diayunkan demikian kuat menyebabkan ledakan api yang amat sangat dashyat. Ular dan kapak Gnorr hancur berkeping?keping namun pada saat yang bersamaan kekuatan Faith Armor juga berhasil ditembus dan dalam sekejap saja berubah menjadi cahaya yang terpencar - pencar. Ledakan Api Flarion kini menjadi senjata makan tuan. Faith Armor yang berubah menjadi cahaya tidak dapat melindungi Flarion dari amukan api. Gnorr dan Flarion sama?sama terbakar hebat namun untunglah cahaya The Faith Armor berhasil menyatu kembali dan memadamkan api di tubuh keduanya. Gnorr beruntung tidak terbakar habis karena saat cahaya Faith Armor bersatu, ia berada dalam posisi memegang Flarion sehingga api di sekujur tubuhnya pun ikut terpadamkan oleh Faith Armor yang berhasil menyatukan diri. Namun keduanya terbaring lemas, tak berdaya sementara Pasukan Goblin telah tiba.
Sebuah tombak diarahkan kepada Flarion. Val?ark, The Bloodhunter, pimpinan para Vampir telah tiba. Ia tersenyum memandang Flarion yang telah tidak berdaya. ?Akhirnya kejayaan ada di tanganku!? Seru Val?ark. Ia pun tertawa buas. Dan ketika ia akan menusukkan tombaknya ke dada Flarion tiba?tiba Flarion bergerak dan mengeluarkan cahaya dari tangan kanannya. Saat itu juga Flarion maupun Gnorr menghilang. Teleport! Dalam sepersekian detik Flarion telah membuka gerbang teleport dan lenyap di dalamnya bersama?sama dengan Gnorr yang saat itu pingsan dalam keadaan menggenggam tangan Flarion.
Teriakan kemarahan dan kekecewaan Val?ark terdengar nyaring. Mangsa telah berhasil meloloskan diri begitu saja dari tangan The Bloodhunter.
Bab 36. Pelunasan Hutang Darah Gnorr
Gnorr terbangun dalam keadaan terikat. Kepalanya masih terasa berputar?putar karena pusing. Samar?samar Gnorr teringat akan pertarungan hidup dan mati dengan Flarion, namun ia tidak mengingat bagaimana akhir dari pertarungan tersebut. Apa yang terjadi" Gnorr juga tidak tahu mengapa ia bisa terikat dengan rantai seperti ini" Ia bahkan tidak tahu sedang berada di mana. Tak lama kemudian pintu di hadapannya terbuka dan Hawkins masuk ke dalamnya. Gnorr menyadari bahwa ia ternyata telah menjadi tawanan musuh dan dalam bahaya besar karena Hawkins menghunus tombaknya dengan mata penuh dengan dendam.
?Matilah kau pembunuh!? Teriak Hawkins sambil mengarahkan tombaknya ke leher Gnorr yang tidak dapat bergerak. Namun tombak itu berhenti hanya beberapa centimeter tepat di depan leher Gnorr. Keringat mulai mengalir, membasahi wajah Gnorr, menyaksikan Hawkins yang sedang bergulat dengan hatinya untuk membuat keputusan mengakhiri nyawa Gnorr atau tidak. Pergulatan antara dendam dengan keengganan untuk membunuh lawan yang tidak berdaya.
?Membunuh itu tidak mudah bukan"? Tanya Gnorr kepada Hawkins tiba?tiba,? Ada suatu tekanan yang luar biasa ketika kita mengayunkan senjata dan mengambil sebuah kehidupan begitu saja walau itu untuk sebuah pembalasan dendam.? Hawkins terkejut mendengar kata?kata Gnorr. ?Kita semua adalah pembunuh,? Gnorr melanjutkan kata?katanya,? Hanya saja kita berada di pihak yang berbeda. Kau membunuh Pasukan Kegelapan sedangkan aku membunuh siapa saja yang menghalangi Pasukan Kegelapan namun tetap saja kita semua pembunuh. Membunuh untuk sebuah tujuan yang hanya dimengerti masing?masing orang.?
?Termasuk membunuh untuk membalas budi"?Tanya Flaron yang tiba?tiba sudah berada di belakang Hawkins,? Tidak Gnorr, kita semua tidak sama. Ada perbedaan yang jelas antara kita. Antara kau dan aku.? Flarion mendekati Gnorr. Tubuh Flarion penuh dengan balutan namun lukanya sudah hampir sembuh. Nampaknya Flivia telah bekerja keras merawat Flarion.
?Tidak! Tidak, Flarion! Kita tidak berbeda! Kau dan aku adalah alat pembunuh! Bedanya aku adalah alat Garanox sementara kau adalah alat Bangsa Peri, namun kita tetaplah pembunuh!? Gnorr berusaha menjelaskan kepada Flarion.
Flarion mulai berkata,? Seorang manusia bernama Jeff pernah merelakan istrinya dibunuh dan rumahnya dihancurkan agar ia dapat terus melindungi istana Raja Allastar dari serangan musuh. Namun apakah ini berarti ia lebih mencintai raja daripada keluarganya sendiri" Tidak! Ia bahkan jauh lebih mencintai istrinya daripada dirinya sendiri. Lalu mengapa ia melakukan itu" Jawabannya hanya satu: Untuk kebenaran! Bertempur untuk kebenaran agar Pasukan Kegelapan tidak menang dan berhasil menghapus kebenaran dari dunia ini! Untuk itulah aku bertempur, Gnorr. Aku bertempur bukan untuk kepentingan diriku sendiri, bukan untuk orang yang aku kasihi, bukan untuk Bangsaku, bahkan bukan kehidupanku di dunia ini. Aku bertempur untuk sebuah harapan akan dunia yang penuh kedamaian dan kebenaran yang berkuasa. Untuk itu aku akan terus bertempur, mencegah kebangkitan The Lord of Darkness dan Pasukan Kegelapannya menguasai dunia ini. Itulah perbedaan kita, Gnorr. Kau bertarung untuk dirimu sendiri, untuk membalas budi Garanox terhadap dirimu. Sedangkan aku bertarung untuk sebuah zaman baru yang penuh kebenaran dan cinta kasih, tak peduli walaupun aku sendiri harus mati dalam perjuangan berusaha mewujudkannya.?
Gnorr lama terdiam. Lama?kelamaan air mata menetes di pipinya. ?Egois. Aku pikir selama ini aku benar karena mengabdi kepada Garanox untuk membalas budi, untuk sebuah kesetiaan. Tapi kau benar, Flarion. Pikiranku begitu dangkal dan hanya mementingkan diriku sendiri. Sungguh sebuah tujuan yang egois dan kesetiaan yang buta,? Gnorr bertanya,? Katakan padaku, Flarion. Bagaimana kau dapat mewarisi cita?cita yang mulai tersebut"?
?Harapan, Gnorr. Harapan dan cinta kasih. Yang Maha Kuasa telah menanamkan itu ketika aku bertempur bersama seseorang yang bisa kehilangan segalanya namun tidak kehilangan keyakinannya. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu sebelumnya, ada seseorang bernama Jeff yang mengajariku semua hal ini"?
?Kurasa sudah waktunya,? jawab Gnorr lirih,? Aku telah terlanjur berhutang kepada Garanox dan aku harus membayarnya.Bunuhlah aku, Flarion! Aku bangga dapat mati di tangan Ksatria sepertimu. Ini sebuah kehormatan besar.?
Flarion menghunus pedangnya,? Selamat tinggal, Gnorr The Ice Serpent Master. Kau pejuang yang hebat! Namun sudah saatnya tiba kau harus mati menebus semua hutang darahmu!?Flarion mengayunkan pedangnya.
Bab 37. Peri yang Terus Bertahan
Setelah Gnorr lenyap bersama dengan mangsanya, Flarion, Val?ark ganti memimpin Pasukan Goblin dan Vampir untuk menyerang Benteng WhiteStone.Mereka telah kehilangan Ketapel raksasa untuk meruntuhkan Pintu Gerbang karena Rajawali telah melakukan serangan mendadak dan menghancurkan semua ketapel yang ada.Namun Pasukan Kegelapan masih memiliki alat pendobrak yang besar dan terbuat dari baja, ujungnya dilapisi dengan Intan Hitam yang runcing.Pasukan Kegelapan terus maju dan mendekati Benteng.Para Peri tidak tinggal diam. Panah dan tombak terus meluncur dari atas benteng.Elrica, Fleric danMerry terus bekerja mengatur serangan namun Pasukan Kegelapan yang berjumlah besar tersebut tidak terbendung lagi.Mereka balas memanah Para Peri dan mulai mendobrak Pintu Gerbang.Dentuman demi dentuman terdengar hingga ke dalam istana di mana Flivia masih terus sibuk merawat yang sakit.Entah sampai kapan Pintu Gerbang WhiteStone dapat menahan serangan Pasukan Kegelapan.
Pertarungan saling memanah pun terjadi di depan gerbang WhiteStone antara Bangsa Peri dengan Bangsa Goblin. Bangsa Peri berusaha mencegah bangsa Goblin mendobrak masuk dengan memanahi pembawa alat pendobrak yang terbuat dari Intan hitam dan baja tersebut. Namun setiap kali ada goblin yang jatuh akan segera digantikan yang lain sementara ribuan goblin di belakangnya terus meluncurkan anak panah ke atas benteng. Situasi semakin kacau bagi Bangsa Peri setelah Bangsa vampir tiba di bawah benteng. Bangsa ini tidak memerlukan tangga ataupun pintu untuk masuk. Tubuh mereka sangat ringan dan sayap kelalawar yang secara alami terdapat di tubuh mereka memungkinkan bangsa terkutuk ini untuk terbang dan memanjat sisi Benteng WhiteStone. Kini Bangsa Peri segera berganti fokus untuk memanah Bangsa Vampir yang mulai naik ke atas Benteng. Tak lama kemudian Bangsa Peri dipaksa untuk menanggalkan senjata busur dan panahnya berganti dengan pedang dan tombak karena pertarungan jarak jauh telah usai. Kini saatnya pertarungan jarak dekat antara Bangsa Peri dan Vampir, sementara Bangsa Goblin terus berusaha mendobrak Pintu Gerbang WhiteStone yang mulai retak.
Val?ark melompat tinggi dan hinggap di atap benteng. Ia mengeluarkan sepasang Pedang bengkok dan mulai membantai Bangsa Peri. Fleric dan Elrica segera maju menghadapi Vampir yang ganas tersebut. ?Shadow Moon Strike!?Seru Elrica dan tiba?tiba saja bayangan Elrica muncul di mana?mana. Val?ark tidak terkejut dan ia pun mengembangkan sayap kelalawarnya dan mengucap mantera,? The Dark Terror!? Tiba?tiba saja dari Val?ark berubah bentuk menjadi puluhan kelalawar yang berterbangan. Kelalawar itu sama sekali tidak terpengaruh oleh bayangan Elrica dan langsung menyerang Elrica yang sebenarnya. Mereka tidak dapat dikelabui oleh bayangan.
?Frost explosion!? Seru Fleric yang dengan segera membantu Elrica yang terdesak dikerumuni oleh puluhan kelalawar yang mulai menghisap darahnya. Serangan Fleric menciptakan ledakan es dan berhasil membekukan kelalawar tersebut namun sungguh ajaib, mereka semua lenyap dan muncul kembali dari setiap bayangan hitam yang ada di sekitar mereka. Jumlahnya bahkan menjadi bertambah banyak. Kini baik Elrica maupun Fleric terdesak hebat oleh jurus andalan Val?ark. Setiap bayangan baik bayangan gedung, bayangan setiap prajurit Peri maupun Vampir bahkan bayangan Elrica dan Fleric sendiri mengeluarkan kelelawar penghisap darah yang tidak ada habis?habisnya. Setiap kali Elrica menebaskan pedangnya untuk membunuh seekor kelalawar maka hasilnya kelalawar tersebut akan membelah diri dan menjadi 2 ekor.
Elrica maupun Fleric berusaha terus bertahan namun mereka tidak dapat bertahan menghadapi jurus Val?ark. Merry yang berusaha membantu juga tidak dapat berbuat banyak. Kelalawar yang kini berjumlah ratusan itu tidak dapat dibunuh oleh anak panah dan juga menghalangi pandangan Merry untuk memanah Pasukan Vampir yang berada di atas Benteng WhiteStone. Kelalawar ciptaan Val?ark juga mulai menyerang para prajurit peri yang kewalahan menghadapi Pasukan Vampir.
?Bertahan sampai akhir pasukanku!? Seru Fleric memberi semangat,? Jika kita harus mati maka kita akan memberikan perlawanan hingga tetes darah terakhir.? Seruan Fleric mengobarkan kembali semangat Pasukan Peri untuk terus bertahan dan mereka berjuang mempertahankan setiap jengkal tanah. Para Peri terus bertahan.
Bab 38. Jatuhnya Sang Raja
Flarion maju ke depan. Jubahnya yang bercahaya menyilaukan pandangan Pasukan Vampir maupun kelalawar yang mengepung Fleric dan Elrica. Flarion segera membawa mereka berdua mundur ke belakang sementara Lyrian yang luka?lukanya telah selesai dibalut mengucapkan mantera ?root cast? dan keluarlah akar?akar dari lantai atas dan membelit Pasukan Vampir. Hal ini dimanfaatkan oleh Prajurit Peri yang terluka untuk mengambil langkah mundur dan digantikan oleh Prajurit Peri yang baru.
?Astaga, Flarion! Kemana saja kau" Masa kau begitu tega membiarkan kami bertempur di sini sementara kau asyik dirawat oleh gadis cantik di sana"? Tanya Fleric sambil mengedipkan matanya dengan senyum nakal.
?Maaf, sobat. Aku ada urusan sedikit di dalam. Sekarang biar aku yang maju menghadapi Vampir?vampir keparat itu. Flivia sedang menuju kemari. Ia akan merawat kau dan Elrica,? Jawab Flarion sambil tersenyum. Maka tanpa membuang waktu lagi Flarion segera maju ke medan tempur di atas Benteng WhiteStone. Sementara Lyrian dan Merry memperkuat pertahanan di Pintu Gerbang yang mulai runtuh akibat benturan dari Pendobrak Bangsa Goblin.
Kelalawar?kelalawar Val?ark segera menyerang dan mengerumuni Flarion. Jubah Tempur Flarion, The Faith Armor melindungi Flarion dari serangan fisik namun walau gimana pun ratusan kelalawar membuat Flarion tidak dapat banyak bergerak. Perlahan?lahan pertahanan Flarion melemah dan satu sampai dua gigitan berhasil menembus jubah tempurnya. Tinju cahaya maupun semburan Api Phoenix tidak mempan melawan kelalawar yang jumlahnya semakin banyak setiap kali dimusnahkan. Satu?satunya yang dapat menghentikan serangan kelalawar itu hanyalah ledakan cahaya dari Faith Armor yang menyilaukan. Setiap ledakan itu terjadi kelalawar itu terdiam di tempat seakan?akan kehilangan arah mangsa. Saat itulah Flarion menyadari sesuatu.
Flarion meninju salah satu kelalawar hingga tewas dan tiba?tiba dari sebuah bayangan di balik pintu muncul 2 ekor kelalawar yang baru. ?Iron Fist!? Seru Flarion sambil mengarahkan tinju cahayanya ke arah bayangan di balik pintu dan tiba- tiba saja bayangan itu meledak dan keluarlah Val?ark sambil memuntahkan darah dari mulutnya. Seketika itu juga ratusan Kelalawar di udara lenyap tanpa bekas. Flarion tersenyum dan berkata,? Dasar pengecut busuk! Bersembunyi di balik bayangan dan mengendalikan kelalawar untuk membunuh bagimu. Awalnya aku pikir kau sendiri yang berubah wujud menjadi ratusan kelalawar ternyata kau hanya bersembunyi di balik bayangan sambil terus melakukan summoning memanggil kelalawar. Tipuan licik! Kau tidak pantas disebut Blood Hunter!?
Val?ark tersenyum jahat dan menjawab,? Bukan karena dapat memanggil ratusan kelalawar aku disebut sebagai Bloodhunter tetapi karena ini...!? Val?ark segera melompat dan menyerang ke arah Flarion. Dengan sigap Flarion segera memasang posisi berlindung. Tetapi di luar dugaan, Val?ark tidak menyerang Flarion namun melewatinya dan menyerang ke arah Elrica dan Flivia yang sedang merawatnya. Val?ark dengan gerakan secepat kilat menyambar Flivia dan Elrica, masing?masing di kedua belah tangannya dan membawanya ke atap menara. Flarion terpana melihat aksi serangan Val?ark yang luar biasa cepat itu.
Elrica yang berada dalam keadaan tercekik oleh cakar Val?ark tidak tinggal diam. Ia segera menghunus pedangnya dan menusuk jantung Val?ark. Val?ark menjerit kesakitan dengan hebat dan ia segera menghujamkan taring vampirnya ke leher Elrica. Elrica menjerit kesakitan dan tubuhnya mulai melemah. Val?ark menghisap darah Elrica dan pada saat bersamaan luka?luka di tubuh Val?ark sembuh dengan cepat sementara Elrica semakin lemas kehilangan darah. Flarion tidak dapat menyerang dengan mudah karena selain posisi Val?ark yang jauh berada di atas atap menara. Val?ark juga menyandera Elrica dan Flivia sehingga serangan yang meleset dapat melukai kedua sahabatnya itu.
Tiba?tiba Elrica menggunakan kekuatannya yang tersisa dan kembali menghunus pedang rembulannya. Elrica menebaskan pedangnya ke tangan Val?ark yang sedang mencekik Flivia. Tubuh Val?ark kembali mengejang kesakitan dan tangannya putus. Flivia pun jatuh ke bawah namun Flarion dengan sigap melompat ke atas dan menangkap tubuhnya. Val?ark yang semakin marah dengan tindakan Elrica menjadi sangat ganas. Ia menghisap darah Elrica tanpa ampun dan tangannya yang putus mulai kembali tumbuh bahkan jantungnya yang tertusuk pedang rembulan hampir sembuh seperti semula.
?Aku tidak akan membiarkan tubuhku dimanfaatkan oleh iblis sepertimu!? bisik Elrica kepada Val?ark dan ia kembali menghunus pedangnya. Flarion telah tiba di atap menara dan dengan matanya sendiri ia melihat Elrica mengayunkan Pedang Rembulannya untuk yang terakhir kalinya. Pedang Rembulan diayunkan ke jantungnya sendiri dan saat itu juga darah yang tersisa di tubuh Elrica menyembur keluar dan tak terminum oleh Val?ark.
?Tidak!? Seru Flarion histeris melihat Sang Raja Peri Hutan, Elrica tumbang oleh pedangnya sendiri. Inilah akhir dari Elrica, Sang Raja yang terhormat dari Bangsa peri.
?Kurang ajar!? Val?ark pun tidak menyangka ada korbannya yang memilih mati daripada harus dihisap darahnya. Luka di jantung Val?ark belum pulih total dan tangannya masih belum lengkap tumbuh kembali. Ia melihat ke depan dan Flarion berdiri dengan tatapan mata kemarahan yang tak terbendung. Tangan Falrion mengepal erat dan otot?ototnya mengeras luar biasa. Api sang Poenix mengeluarkan aura dashyat yang membuat lutut Val?ark the Bloodhunter gemetar dengan hebatnya. ?Oh, Tidak!? Itulah seruan Val?ark terakhir yang terdengar dari atap menara sebelum Flarion mengarahkan tinjunya yang penuh dengan api maha dashyat dan ledakan hebat pun terjadi di atap menara WhiteStone.


Kisah Flarion Putera Sang Naga Langit Karya Junaidi Halim di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pasukan Vampir yang sedang bertarung di atas Benteng WhiteStone menjadi terpana sesaat dan melihat ke atas menara. Dari kepulan debu dan asap, Flarion keluar sambil menggendong Elrica yang telah gugur dan di pinggangnya terikat kepala Val?ark yang menjijikan. Pasukan Vampir gemetar melihat hal itu, Flarion dengan kesedihan dan kemarahannya yang bercampur maupun pemimpin Vampir yang telah tewas dengan mengerikan.
Bab 39. Manusia yang Dilahirkan Kembali
Dentingan besi beradu terdengar di bengkel Kota WhiteStone. Dentingan itu terdengar berulangkali tanpa mempedulikan teriakan dan perang yang terjadi di Benteng kota. Peluh mengalir dari sekujur tubuh manusia ini. Tubuhnya yang besar dan kuat terus mengayunkan palu berat untuk membuat sebuah senjata. Setelah beberapa waktu, ia menghentikan pekerjaan nya dan melihat senjata yang baru saja diselesaikannya. Ia tersenyum puas dan mengangkat kapak besarnya dengan bangga. Ia bergegas memakai baju tempur dan menuju ke arah medan pertempuran. Bisiknya kepada dirinya sendiri,? Tunggulah Flarion, Gnorr telah kembali. Akan kubalas semua perlakuanmu kepadaku!?
Flarion dan Fleric memusatkan pertahanan di atas Benteng WhiteStone sementara Merry, Hawkins dan Lyrian berusaha mati?matian mempertahankan pintu gerbang yang sudah setengah terbuka akibat pendobrak Bangsa Goblin. Beberapa prajurit?prajurit Goblin yang buas telah berhasil menembus pertahanan pintu gerbang dan mendesak masuk. Lyrian dan Merry mati?matian menggunakan serangan jarak jauh berupa sihir maupun panah untuk menghentikan mereka sementara Hawkins berusaha membantu menambal bagian pintu gerbang yang rusak. Namun Pasukan Goblin menyerbu bagai air bah yang tidak dapat dibendung lagi. Pintu Gerbang Peri hanya tinggal menunggu waktu untuk jatuh.
Sementara itu serangan di atas benteng sudah tidak segencar sebelumnya. Bangsa Vampir yang mulai kehilangan semangat tempur akibat kehilangan pemimpin memudahkan Flarion dan Fleric untuk mencegah mereka masuk lebih dalam. Namun hal ini cukup membuat mereka berdua sibuk dan tidak bisa memberi bantuan tambahan untuk mempertahankan pintu gerbang kota WhiteStone. Jika pertahanan di atas benteng berhasil ditembus maka usaha mempertahankan kota akan menjadi semakin sulit. Booomm! Suara benda berat terjatuh terdengar dengan keras dan lantai Benteng WhiteStone bergetar. Flarion memandang Fleric sesaat dengan tatapan mata penuh kekuatiran. Mereka berdua tahu bahwa pintu gerbang telah jatuh. Teriakan gembira Bangsa Goblin terdengar keras.
Merry melontarkan anak panahnya terus menerus. Pasukan Goblin menyerbu masuk dengan cepat. Tak seorang peri pun yang mampu menahan mereka semua. Goblin hitam masuk dengan cepat sambil terus menerus meluncurkan anak panahnya yang beracun. Ia melihat Lyrian yang sedang lengah. Tanpa membuang waktu, Sang Goblin hitam segera meluncurkan anak panahnya yang secepat kilat. ?Awas!? Seru Hawkins dan ia pun segera menjatuhkan dirinya ke arah Lyrian. Panah beracun itu tertancap di punggung Hawkins. Hawkins yang belum pulih benar dari luka sebelumnya tak bisa menahan serangan ini untuk yang kedua kalinya. Ia pun seegra roboh dan tak sadarkan diri. Lyrian segera menarik Hawkin menjauh dari arena pertempuran.
Elang Terbang Di Dataran Luas 5 Pendekar Buta Karya Kho Ping Hoo Tiga Dara Pendekar Siauw Lim 5
^