Pencarian

Pedang Keadilan 32

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 32


menutupi sebagian wajahnya, Lim Han-kim mencoba
memperhatikan keadaan di sana, Tampak olehnya kedua
sampan tadi telah mengepung sebuah perahu layar yang
besar dan lebar. Tampaknya perahu layar itu sudah menurunkan
jangkar dan berlabuh di sana. Tubuh perahu kelihatan
terombang-ambing mengikuti gulungan ombak, sebuah
tiang dengan selembar kain yang lebar terlihat berkibar
di ujung layar. Betul juga, Pada kain itu tertera beberapa
huruf yang berbunyi: "Membalik tangan melumat Tionghui,
sambil tertawa mengejutkan seebun"
Perahu layar ini mirip dengan sebuah perahu nelayan
yang belum lama diubah sesuai bentuknya, di sana sini
2696 tampak bekas-bekas perubahan yang kelihatan masih
baru. selain kain lebar yang berkibar di atas tiang, suasana
dalam perahu itu amat hening dan sepi, Pintu ruangan
maupun jendela tertutup oleh kain berwarna merah yang
tebal sehingga orang luar tak dapat melihatjelas keadaan
di dalamnya. Tiba-tiba Lim Han-kim bangkit berdiri, sambil
menghampiri si nona nelayan, ia berbisik: " Nona, jangan
terlalu dekat dengan mereka, daripada menimbulkan
kecurigaan orang-orang di sampan tersebut"
Gadis nelayan itu manggut-manggut, pelan-pelan ia
memutar haluan perahu dan bergerak menuju ke arah
barat sementara itu sampan yang ditumpangi Li Tionghui
tiba-tiba memutar haluan dan bergerak langsung
menghampiri perahu layar itu.
Ketika sampan berada lebih kurang tujuh-delapan
depa dari perahu besar, mendadak Hongpo Lan
melompat naik ke atas perahu layar tersebut sambil
berseru: "Aku mendapat perintah dari Bu-lim bengcu
untuk menyambangi Anda yang berada dalam perahu,
harap Anda bersedia menjumpai kami"
suasana dalam perahu layar itu amat hening, tak
kedengaran seorang manusia pun menjawab.
Merasa sapaannya tak digubris, Hongpo Lan naik
pitam. Dengan langkah lebar ia berjalan mendekati pintu
ruangan- sebelum ia sempat mendorong pintu tersebut,
tiba-tiba Li Tiong-hui membentak keras: "Jangan
bertindak gegabah" 2697 Hongpo Lan menyahut dan segera mengundurkan diri,
katanya sembari menjura: "siap menantikan perintah
Bengcu berikut" Li Tiong-hui memberi tanda, sampan itu segera
bergerak mendekati perahu layar itu. pelan-pelan Li
Tiong-hui bangkit berdiri lalu serunya: "Jago lihai dari
manakah yang ada di sini?"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, mendadak pintu
ruang perahu terbuka dan muncul selembar papan
merah yang bertuliskan "Tidak terima tamu"
Li Tiong-hui mengerutkan kening, sambil melompat
naik ke atas perahu ia berseru: "Li Tiong-hui khusus
datang untuk bertamu"
Kembali papan merah itu berputar, kali ini di atas
papan itu tertera dua huruf yang amat besar: "silakan
kembali" Li Tiong-hui menghembuskan napas panjang, ia
segera memberi tanda, Li Bun-yang, Han si-kong dan Yu
siau-liong serentak melompat naik ke atas perahu besar
itu. Lim Han-kim yang menyaksikan kejadian ini segera
berpikir di dalam hati: "Tampaknya Li Tiong-hui naik
darah lantaran malu. Mungkin dia akan menerjang masuk
dengan kekerasan" sementara ia masih termenung, mendadak pemuda itu
merasa ada empat buah sinar mata yang amat tajam
sedang mengamati dirinya. Ternyata mereka adalah Han
si-kong serta Li Bun- yang. jelas gerakan perahu nelayan
2698 yang memutar haluan telah memancing kecurigaan
kedua orang tersebut. Pengembaraan yang dilakukan Lim Han-kim selama
beberapa bulan membuat pemuda ini lebih mampu
menahan diri, Buru-buru ia tundukkan kepalanya, purapura
membenahi jala ikan dan tidak menengok lagi ke
arah mereka. Terdengar ujung baju terhembus angin bergema
datang, agaknya ada orang yang melompat naik ke
perahu nelayan itu Lim Han-kim pura-pura tidak
mendengar, ia tetap tundukkan kepalanya sambil
membentang jala. Terdengar Hongpo Lan menegur dengan suara dingin:
"Sebetulnya apa maksud kalian mengejar sampan kami
sampai di sini?" Lim Han-kim angkat kepalanya sedikit lalu menuding
ke arah mulut sendiri sambil goyangkan tangannya
berulang kali, ia sadar, begitu dirinya buka suara, pasti
nada suaranya akan ketahuan sahabat karibnya ini, maka
ia terpaksa berlagak bisu.
Hongpo Lan segera berpaling ke arah gadis nelayan
itu sambil menegur: "Apakah dia bisu?"
Tampaknya gadis itu cerdik juga, dengan cepat ia
mengangguk "Yaa, ia tak bisa bicara"
"Dia ini apa mu?"
"saudara sepupu" Tampaknya gadis itu sudah
mempersiapkan jawaban yang jitu.
2699 Menggunakan kesempatan tersebut Hongpo Lan
memeriksa sekejap seluruh ruang perahu itu. Beberapa
waktu kemudian ia baru berkata: "Turuti nasehatku,
cepat tinggalkan tempat ini dan bawa perahumu
menjauh dari sini" Gadis itu menyahut dan buru-buru
memutar haluan perahu. Hongpo Lan tidak banyak bicara lagi, ia segera melejit
balik ke arah sampannya kemudian melompat baik ke
atas perahu besar itu. Lim Han-kim meletakkan kembali jala ikan ke atas
geladak lalu menghampiri si nona seraya berbisik,
"Jalanlah agak lambat." setelah itu dia kembali ke dalam
ruang perahu dan mengintip dari balik jendela.
Tampak Li Bun-yang serta Hansi-kong telah bergerak
menghampiri pintu ruang perahu layar itu sementara Yu
siau-llong serta Hongpo Lan berdiri di kedua sisi tubuh Li
Tiong-hui. Dari kejauhan terdengar Li Tiong-hui berseru: "Apakah
nona Pek yang berada di dalam ruang perahu?"
Kembali dari balik ruang perahu muncul sebuah papan
merah bertuliskan beberapa huruf.
Ketika itu perahu nelayan yang ditumpangi Lim Hankim
sudah agak jauh meninggalkan perahu besar. Hanya
mengandalkan ketajaman mata sulit baginya untuk
melihat jelas tulisan pada papan itu Namun samar-samar
terbaca juga beberapa huruf yang berbunyi: "Ternyata
Tiong-hui tidak pintar, buat apa kau menjadi ujung
tombak?" 2700 Begitu selesai membaca tulisan tersebut mendadak Li
Tiong-hui mengulapkan tangannya seraya berseru: "
Kembali ke perahu sendiri" Tanpa membuang waktu ia
melompat balik lebih dulu ke atas sampan sendiri
Yu siau-liong, Hongpo Lan, Li Bun-yang serta Han sikong
serentak menyusul di belakangnya untuk kembali
ke perahu sendiri Dalam waktu singkat kedua sampan
tersebut sudah bergerak meninggalkan tempat itu.
Melihat hal ini buru-buru Lim Han-kim berseru: "Nona,
cepat jalankan perahu ke dalam kelompok perahu
nelayan lainnya, dengan begitu mereka tak akan
melakukan suatu tindakan"
Gadis nelayan itu menyahut dan sekuat tenaga
mendayung perahunya menyusup ke dalam rombongan
perahu lainnya, Tak lama kemudian kedua sampan
tersebut sudah menyusul tiba, tapi mereka hanya
mengitari rombongan perahu nelayan itu sekali kemudian
bergerak menuju ke timur.
selang berapa saat kemudian kedua sampan itu sudah
lenyap dari pandangan mata.
Dari dalam sakunya kembali Lim Han-kim merogoh
keluar selembar daun emas. seraya meletakkan ke meja
dalam ruangan, katanya: "Terima kasih banyak atas
bantuan nona. Untuk sementara ini aku ingin mohon diri
lebih dulu, mungkin malam nanti aku masih
membutuhkan bantuan nona, Bila kau bersedia
membantu, tolong pasanglah sebatang hio di atas
geladak perahumu." 2701 Dengan cepat dia melangkah keluar dari ruang perahu
untuk kemudian melompat ke perahu sampingnya.
Dengan cepat pula ia sudah bergerak mencapai daratan.
sambil mengawasi bayangan punggung pemuda itu,
dalam hati gadis nelayan itu berpikir "Biarpun orang ini
punya wajah yang jelek. ternyata hatinya baik sekali..."
sementara itu setibanya di daratan, Lim Han-kim
mencari sebuah tempat yang sepi untuk beristirahat
Ketika hari sudah gelap baru dia balik kembali ke tepi
sungai di mana perahu nelayan itu tertambat Benar juga,
pada geladak perahu itu tertancap sebatang hio.
"Besar amat nyali budak ini," batin Lim Han-kim sambil
melompat naik ke atas perahu. Waktu itu rembulan
bersinar terang, angin berhembus sepoi-sepoi
meninggalkan udara yang dingin,
"Nona..." sapa Lim Han-kim setelah membetulkan
letak topinya, Pintu ruang terbuka, gadis nelayan itu muncul lebih
dulu diikuti seorang lelaki berperawakan tinggi besar.
Melihat kehadiran lelaki itu, Lim Han-kim membatin:
"Tampaknya ia berniat membohongi aku..."
Belum habis ingatan itu melintas, si nona sudah
menengok ke arah Lim Han-kim sambil berbisik kepada
lelaki kekar itu: "Dialah orang yang kumaksudkan..." Lalu
sambil menuding ke arah lelaki kekar itu, katanya lagi:
"Dia adalah kakak kandungku" Lim Han-kim segera
memberi hormati "Maaf saudara, aku ingin meminjam
perahumu." 2702 "Adikku telah menerangkan niatmu ini kepadaku tadi,
sebagai orang awam yang tidak mengenal dunia
persilatan, sebetulnya kami enggan melibatkan diri dalam
persoalan macam begini, tapi menurut adikku kau sangat
baik dan tahu sopan santun."
"Anda tak perlu cemas," tukas Lim Han-kim. "Bila
terjadi sesuatu, aku tak akan melibatkan kalian."
"Kau hendak ke mana?"
"sore tadi adikmu sudah ke situ"
Gadis nelayan itu bergerak menuju ke buritan perahu,
lalu serunya: "Aku tahu tempatnya Kau mendayung biar
aku yang pegang kemudi"
Tak lama kemudian bergeraklah perahu nelayan itu
menembus ombak sungai menuju ke barat, Lebih kurang
sepenanakan nasi kemudian, sampailah mereka di sisi
perahu besar tadi. Di bawah sinar rembulan tampak perahu besar itu
berlabuh dengan tenang di atas permukaan air. Tidak
nampak cahaya lentera dalam ruang perahu itu namun
daun jendela terpentang lebar. Tampaknya penghuni
perahu tersebut sedang menikmati keindahan malam.
sambil berdiri di ujung geladak, Lim Han-kim memberi
hormat dan berseru keras: "Aku, Lim Han-kim, ingin
bertemu dengan jago lihai dalam perahu"
Baru selesai ia berseru, pintu ruangan telah
terpentang lebar, seorang gadis yang menyoren pedang
munculkan diri seraya berseru: "Apakah Lim kongcu di
situ" Masih ingat dengan budak?"
2703 Lim Han-kim melompat naik ke atas perahu besar itu,
sapanya sambil tertawa: "Kau adalah nona Hiang- klok.
masa aku lupa?" Gadis berpedang itu memang Hiang- kiok. Ditatapnya
wajah Lim Han-kim lekat-lekat, sampai lama kemudian ia
baru menegur: "Kau benar-benar adalah Lim siangkong?"
Rupanya saat itu ia berdandan sebagai seorang
nelayan sehingga tak heran kalau Hiang- kiok tidak kenal
dan menaruh curiga. "Nona, masa suaraku pun tidak kau
kenali lagi?" seru Lim Han-kim.
"suaranya sih rasanya mirip sekali . . ."
Tiba-tiba dari dalam ruangan terdengar suara seorang
gadis berseru dengan nyaring: "suara itu memang suara
Lim siangkong, persilakan dia masuk"
"Kalau nona sudah bilang betul, dia tak bakalan keliru
lagi" Lim Han-kim segera berpaling ke arah kakak beradik
di atas perahu nelayan, serunya sambil menjura:
"sekarang kalian berdua boleh pergi, bantuan Anda tak
akan kulupakan untuk selamanya" Maka bergeraklah
perahu nelayan itu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Han-kim sendiri pelan-pelan membalikkan badan
dan berjalan menuju ke ruang perahu, ia berjalan sangat
lamban sementara pikirannya berputar kencang, pikirnya:
"sepatutnya aku gembira karena ia berhasil mempelajari
ilmu sesat dan lolos dari kematian, Namun ia pernah
berkata, apabila ilmu sesat tersebut berhasil dipelajari
maka selangkah demi selangkah dia akan terjerumus ke
dalam cengkeraman iblis, bahkan wata akan turut
2704 berubah, Entah bagaimana sikap serta tindak-tanduknya
kini?"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sementara berpikir ia sudah masuk ke dalam ruangan,
cahaya api tampak berkilat, sebatang lilin telah disulut
Tampak Pek si- hiang duduk di atas selembar kulit
harimau dengan wajah bersinar, pipinya merah dan ia
memakai baju berwarna putih.
Tatkala melihat Lim Han-kim berjalan masuk, ia cuma
ulapkan tangannya sambil menyapa: "Lim Han-kim, baikbaikkah
kamu selama ini?" Lim Han-kim tertegun, Diamatinya Pek si hiang
dengan wajah melongo, sampai lama sekali ia tak
sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata sikap
maupun cara bicara Pek si- hiang ketika bertemu
dengannya sekarang ternyata jauh berbeda dengan apa
yang diduganya semula. "Kenapa sih kau memandangi wajahku terus" sudah
tidak kenal?" kembali Pek si- hiang menegur seraya
membenahi rambutnya. "Nona, kau benar-benar telah berubah" bisik Lim Hankim.
Pek si- hiang terawa, "Berubah jadi lebih segar dan makmur bukan" Tapi
coba kau tengok dandananmu sekarang, bukankah kau
pun berubah?" "Yang kumaksudkan bukan bentuk luar nona, tapi
watak serta tindak-tandukmu."
"Oya" Bagian mana yang berubah?"
2705 "Aku tak bisa mengatakannya," Lim Han-kim
menggeleng, "Pokoknya seluruh tubuhmu, semua
tingkah laku, setiap kata dan tertawamu sudah berbeda
sekali dengan keadaan dulu."
sementara itu siok-bwee telah muncul dengan
membawa baki berisi teh wangi, segera ia menyapa:
"Lim siangkong, baik-baik sajakah kau selama ini" silakan
minum teh." "Terima kasih nona," Lim Han-kim menerima cawan
teh itu. Hiang- kiok segera menarik sebuah bangku dan
meletakkannya di belakang pemuda itu, lalu katanya:
"Lim siangkong, silakan duduk"
Pelan-pelan Lim Han-kim duduk. setelah melepaskan
topi bambunya ia berkata: "Nona, tolong ambilkan sebaki
air. Aku hendak mengubah kembali wajahku menjadi
seperti sedia kala."
sambil berkata, sepasang matanya mengawasi terus
wajah Pek si-hiang tanpa berkedip.
Hiang- kiok menyahut dan beranjak pergi, tak lama
kemudian ia sudah muncul dengan membawa sebaskom
air. Lim Han-kim mengambil keluar obat pemulih wajah
pemberian seebun Giok-hiong dan menuangnya ke dalam
air, setelah itu ia mulai mencuci wajahnya dengan air
obat itu. Betul juga, obat itu sangat manjur, tak selang berapa
saat kemudian wajahnya sudah pulih kembali seperti
sedia kala, tampan dan menawan hati.
2706 Pek si- hiang angkat wajahnya memandang Lim Hankim
sekejap. lalu katanya sambil manggut-manggut:
"Ehmmm, tak heran kalau seebun Giok-hiong menempel
ketat di sisimu dan enggan melepaskan kau pergi,
Ternyata wajahmu memang tampan dan sangat
menawan hati." Lim Han-kim mengerutkan kening, dan menukas: "Aku
masih tetap aku yang dulu, justru nona yang telah
berubah, bukan nona yang dahulu lagi"
Berubah hebat paras muka Pek si- hiang. Tiba-tiba ia
tertawa dingin, sambil melemparkan pandangan matanya
keluar ruangan, hardiknya: "siapa di situ?"
"Aku, Li Tiong-hui" seseorang menjawab dengan suara
yang merdu. Menyusul kemudian pintu ruang didorong
dan gadis itu berjalan masuk ke dalam.
Lim Han-kim turut berpaling, Tampak gadis itu
mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau dengan
rambut yang dibungkus saputangan berwarna hijau pula,
Mantelnya berwarna hitam dan ia tidak membawa
senjata. "Li Tiong-hui" tegur Pek si- hiang ketus, "siapa suruh
kau turut masuk kemari?"
Dengan agak tertegun Li Tiong-hui berhenti buru-buru
katanya sambil memberi hormat: "Bila kedatanganku kau
anggap lancang, harap cici sudi memaafkan kelancangan
ku ini." "Sebelum senja tiba tadi, kau telah mengajak anak
buahmu datang mengusikku, Waktu itu aku toh sudah
peringatkan kau agar tidak datang mengusik
2707 ketenanganku lagi, masa baru selisih berapa jam, kau
sudah melupakan peringatanku itu?"
Li Tiong-hui semakin tertegun dibuatnya, "Aku tahu
tindakanku itu salah, justru karena itulah aku hadir
kemari malam ini tanpa kawan, Aku datang untuk minta
maaf kepada cici." Bagaimana juga ia masih menaruh perasaan yang
amat menghormat terhadap Pek si- hiang sehingga
meskipun dalam hati merasa tak senang hati, namun ia
tetap merendah bahkan mau minta maaf.
Pek si- hiang mengalihkan sorot matanya ke wajah
Hiang- kiok, katanya tiba-tiba: "Apa hukuman bagi orang
yang berani memasuki perahu kita secara lancang?"
"soal ini... soal ini. . . budak . .." Hiang-kiok nampak
gelagapan. Pek si- hiang semakin gusar, kembali
hardiknya: "Apa ini itu, ayoh cepat jawab"
Hiang-kiok melirik Lim Han-kim sekejap lalu menengok
pula ke arah Li Tiong-hui, setelah itu baru ia menjawab:
"Bagi pelanggar, hukumannya adalah kutungi sepasang
kakinya" Pek Si-hiang segera mengalihkan kembali sorot
matanya ke wajah Li Tiong-hui, "Sudah kau dengar?"
bentaknya. "Yaa, sudah kudengar"
"setelah mendengar, apa yang hendak kau lakukan?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak, lalu ia
balik bertanya: "Menurut pendapat nona Pek, apa yang
harus kulakukan?" 2708 "Tentu saja melaksanakan hukuman itu"
"Bila cici memaksa hendak menerapkan hukuman
tersebut kepadaku, aku memang tak bisa berkata apaapa
lagi, cuma sebelum itu aku punya sebuah syarat."
"Apa syarat itu?"
Dengan sedih Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
ke wajah Lim Han-kim. Dari dalam sakunya iia
mengambil keluar sebuah panji berbenang emas yang
bertuliskan- "Bengcu-Ki". setelah melakukan itu ia pun
berkata: "Selama ini aku paling kagum dengan
kecerdikan serta kehebatan cici dalam mengatur strategi.
Adapun kedatanganku malam ini juga lantaran ingin
memohon kepada cici akan satu hal, tak disangka
kehadiranku ternyata sudah melanggar pantangan yang
cici terapkan- Asal nona Pek bersedia menerima panji
Bengcu ini serta mau memimpin dunia persilatan untuk
melenyapkan ancaman seebun Giok-hiong, jangan lagi
baru mengurungi sepasang kakiku, bahkan hendak
mengorek keluar hatiku pun aku tak akan henampik
apalagi menyesal" "Masalah ini merupakan dua masalah yang berbeda,
kau tak bisa mencampur- baurkan menjadi satu
persoalan yang sama" kata Pek si- hiang dengan kening
berkerut. Mimpi pun Li Tiong-hui tidak menyangka Pek Si- hiang
yang dahulu begitu lemah dan ramah, kini secara tibatiba
telah berubah jadi begitu dingin, kaku, kejam dan
sama sekali tak berperasaan-
Tanpa terasa rasa sedih, kecewa bercampur rasa
tercengang menyelimuti seluruh perasaan hatinya,
2709 dengan termangu-mangu diawasinya wajah gadis
tersebut tanpa berkedip. BAB 30. Menjadi kejam "Hmmm Mau apa kau memandangi aku terus?" tegur
Pek si- hiang sambil tertawa dingin.
" Ingin kuamati wajahmu dengan lebih teliti, benarkah
kau Pek si hiang yang pernah kukenali."
"omong kosong" hardik Pek si-hiang marah. "Kau
anggap ada orang lain yang berani menyaru sebagai
aku?" "Bila kau benar-benar adalah enci Pek yang pernah
kukenal dulu, aku benar-benar tak berani percaya."
Mendadak Pek si- hiang mendongakkan kepalanya dan
tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... ada apa" Bisa kau
tunjukkan bagian mana ku yang tidak mirip dengan
keadaan dulu?" "Enci Pek si-hiang yang kukenal dulu."
"Tunggu dulu" sela Pek Si-hiang mendadak "siapa sih
yang kesudian jadi enci- mu" Kau tak perlu memanggil
enci, enci terus, muak rasanya perutku"
setelah dipermainkan berulang kali, habis sudah
kesabaran Li Tiong-hui. Hawa amarahnya mulai
berkobar, dengan wajah berubah jadi merah padam ia
tertawa dingin, ia berseru: "Pek si- hiang yang kukenal
dulu orangnya halus, sopan dan berjiwa ksatria. Dia tak
segan-segan menolong kesulitan orang lain hingga setiap
orang menaruh hormat kepadanya"
2710 "Bagaimana dengan Pek si-hiang yang sekarang?"
tukas gadis itu. "Kejam, berhati busuk tak punya perasaan dan sadis"
Pek si- hiang tidak banyak komentar lagi, berpaling ke
arah siok-bwee, perintahnya: "Berikan pedang
kepadanya, biar dia potong kaki sendiri"
Pada saat itu Lim Han-kim hanya menyaksikan semua
adegan itu dari samping tanpa komentar, ia perhatikan
juga sikap serta tindak-tanduk siok-bwee serta Hiangkiok.
Dia ingin tahu setelah sifat Pek si-hiang berubah
jadi kejam dan tidak berperasaan, apakah sifat kedua
orang dayangnya turut berubah juga.
Tampak siok-bwee mencabut keluar pedangnya
dengan kening berkerut, perlahan bisiknya "Nona Li..."
Pek si- hiang menyambar pedang itu lalu... Traaaang
Dilemparkannya pedang itu ke hadapan Li Tiong-hui
sambil berseru: "Li Tiong-hui, bila kau turun tangan
sendiri mengurungi sepasang kakimu itu, mungkin kau
masih punya harapan untuk terus hidup, Bila aku mesti
turun tangan sendiri, mungkin bukan hanya sepasang
kakimu saja yang bakal kutung"
Li Tiong-hui membungkukkan badan memungut
pedang itu dari lantai, setelah ditimang-timang sebentar,
tiba-tiba ia tertawa tergelak, "Hei, apa yang lucu?" tegur
Pek si-hiang gusar. "Seandainya kau adalah Pek si-hiang yang
sebenarnya, jangan lagi mesti mengurungi sepasang kaki
ku, biar ditambah sepasang tanganpun aku, Li Tiong-hui,
akan melaksanakan tanpa berkerut kemng. Betul aku
2711 hanya seorang wanita, tapi aku tak takut menghadapi
rasa sakit. Aku bersedia mengorbankan diri demi
kepentingan orang banyak"
Dengan pandangan mata yang sedih dipandangnya
Lim Han-kim sekejap. kemudian lanjutnya: "Tapi
sayang... saat ini aku tidak percaya bahwa kau adalah
Pek si-hiang yang sesungguhnya, Pek si- hiang yang
pernah kukenali" selama ini Lim Han-kim hanya duduk melulu tanpa
bertindak atau komentar sekecap pun, tapi kini secara
tiba-tiba ia bangkit berdiri Dipandangnya Pek si- hiang
dengan sorot mata tajam, lalu katanya: "Apa yang
dikatakan nona Li tepat sekali. Terlepas kau adalah nona
Pek yang sebenarnya atau bukan, tapi satu hal sudah
jelas, semua perbuatan dan tingkah lakumu sekarang
sudah bukan merupakan tingkah laku nona Pek yang
dulu" "Tutup mulut" hardik Pek si- hiang. "Siapa suruh kau
ikut komentar?" Lim Han-kim tertawa tergelak: "Ha ha ha aku sendiri
yang ingin bicara, kenapa" siapa yang bisa melarang?"
"Hiang-kiok" bentak Pek si- hiang penuh amarah,
"Tangkap dulu orang ini"
"Tapi nona... dia adalah Lim siangkong..." bantah
Hiang-kiok agak tertegun.
"Aku tahu, totok dulu jalan darahnya sebelum
berbicara lagi" 2712 Hiang-kiok menyahut dan segera mengayunkan
tangannya untuk menotok jalan darah di ketiak Lim Hankim.
Dengan cekatan Lim Han-kim berkelit ke samping,
katanya kemudian- "Nona, walaupun kau turun tangan
karena terpaksa, namun apabila kau mendesak terus
menerus, terpaksa aku harus turun tangan untuk
membela diri" Hiang-kiok tidak banyak bicara, sepasang tangannya
bekerja keras melancarkan serangkaian totokan. Dalam
waktu singkat ia telah melancarkan belasan buah
totokan-namun kesemuanya dapat dihindari Lim Han-kim
dengan mudah. Mendadak terdengar Pek si- hiang membentak marah:
"Budak yang tak berguna, ayoh cepat mundur dari situ"
Hiang-kiok menyahut dan segera mengundurkan diri.
Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan Pek sihiang
sudah bangkit berdiri dan pelan-pelan berjalan
mendekatinya.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Li Tiong-hui melangkah ke depan, serunya:
"saudara Lim, cepat mundur dari perahu ini, biar aku
yang menghadapi Pek si-hiang"
" Kedudukanmu sekarang adalah Bu-lim Bengcu,
harapan serta mati hidup beribu-ribu orang rekan dunia
persilatan sudah berada di atas bahumu. Kau tak boleh
sembarangan menyerempet bahaya, lebih baik nona saja
yang segera mengundurkan diri dari sini"
"Persoalan ini timbul gara-gara aku. Aku tak ingin
membiarkan kau menderita lantaran kejadian ini"
2713 Belum sempat Lim Han-kim berbicara, Pek si- hiang
sudah berada di hadapan mereka sambil berkata: "Lim
Han-kim, dengan andalkan sedikit kepandaianmu itu, kau
masih ingin membela orang lain?"
"Aku siap menanti petunjukmu" tukas Li Tiong-hui
dingin- Lim Han-kim melintangkan lengan kanannya
menghalangi jalan maju Pek si- hiang sambil berseru:
"siapa yang telah menetapkan peraturan memotong
sepasang kaki ini?" "Aku . . . Pek si-hiang Kenapa" Ada yang salah?"
"Aku yang tiba di atas perahumu lebih dulu, Apabila
nona bersikeras hendak menerapkan peraturan ini,
sepantasnya bila kau kutungi lebih dulu sepasang kakiku"
"Kau anggap aku tak berani melakukan-nya?"
"Meskipun nona berani, namun belum tentu aku akan
menyerahkan diri dengan begitu saja"
Berkedip sepasang mata Pek si- hiang, tiba-tiba selapis
hawa membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan
nada dingin ia mengejek: "Kau ingin bertarung
melawanku?" Membayangkan kembali sikap mesra yang pernah
dialaminya bersama gadis tersebut di masa lalu, tak
kuasa Lim Han-kim menghela napas sedih. "Bebaskan Li
Tiong-hui, aku akan merelakan sepasang kakiku untuk
kau potong" Tiba-tiba Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh.
sepasang pipinya berubah jadi semu merah, ujarnya
2714 lembut: "Lim Han-kim, apakah kau amat menyukai Li
Tiong-hui?" setelah mengucapkan perkataan tersebut,
wajahnya kembali berubah jadi dingin, ketus dan serius,
selisih jarak antara kedua orang itu teramat dekat
sehingga Lim Han-kim dapat menyaksikan semua gerakgeriknya
dengan amat jelas, Melihat gadis tersebut
hanya dalam satu kerdipan mata saja dapat
menampilkan dua mimik muka yang berbeda dan
berlawanan, tak kuasa lagi ia menghela napas sedih,
pikirnya: "Jika ditinjau dari sikapnya sekarang, jelas sifat
aslinya sudah terpengaruh oleh ilmu sesat yang
dipelajarinya, setengah tahun berselang dia masih
merupakan seorang tokoh lemah lembut yang menjadi
harapan umat persilatan. semua orang berharap ia bisa
menaklukkan seebun Giok-hiong, tapi sekarang... aaaai,
ia mau berkorban demi orang banyak. masa sekarang
aku Lim Han-kim juga tak bisa berkorban demi dia, Pek
si-hiang...?" Terdengar Pek si- hiang menegur dengan suara
dingin: " Kenapa kau tidak berbicara" seorang lelaki
sejati berani berbuat, berani tanggung jawab. Kenapa sih
kau begitu tak bersemangat?"
Setelah mengambil keputusan dalam hatinya sikap Lim
Han-kim segera berubah jadi lembut dan ramah kembali,
sahutnya sambil tertawa hambar "Kalau senang kenapa,
kalau tidak senang kenapa pula?"
"Kalau kau benar-benar mencintainya, aku akan
segera mengutungi sepasang tangan dan sepasang
kakinya agar sepanjang hari kau bisa merawat dan
memenuhi kebutuhannya, agar kau tak pernah bisa
2715 meninggalkan dirinya lagi. Harapanmu juga akan segera
terkabul" "ooh ... begitu" Masih ada yang lain" "Lim Han-kim
tertawa. "Bila kau tidak mencintainya, biar kukutungi sepasang
kakinya lalu membuang tubuhnya ke dalam sungai, biar
dia sendiri yang menentukan mati hidupnya"
Lim Han-kim menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Aku tidak setuju dengan kedua usul nona itu."
"Lantas apa maumu?"
"Menurut pendapatku, kita bebaskan nona Li,
kemudian hukuman sekejam apa pun yang hendak nona
limpahkan kepadaku, akan kuterima dan tanggung
seorang diri" "Tidak bisa" tukas Li Tiong-hui sambil tertawa hambar
"Aku, Li Tiong-hui, yang telah melanggar peraturan nona
Pek, jadi sudah sepantasnya bila aku sendiri yang
menerima hukumannya. saudara Lim, maksud baikmu
biar kuterima dalam hati saja"
Pelan-pelan Lim Han-kim berpaling, ditatapnya wajah
Li Tiong-hui lekat-lekat kemudian bujuknya dengan
lembut: "Harapan semua jago silat di dunia ini terletak di
atas bahumu, Kau tak boleh menuruti emosi sehingga
mengorbankan masalah besar yang lebih penting,
pergilah nona, biar aku yang membereskan keadaan di
tempat ini" Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh.
2716 "He he he... wahai Lim Han-kim, kau ini apaku" Berani
amat kau mengambil keputusan mewakili diriku" serunya.
Lim Han-kim maju selangkah menghadang di depan
Pek si-hiang, lalu berseru: "Nona Li, harap segera keluar
dari ruangan ini" Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak Pek
si-hiang mengayunkan tangan kanannya dan secepat
kilat mencengkeram Li Tiong-hui yang berada di
belakang Lim Han-kim. Buru-buru Lim Han-kim mementangkan kelima jari
tangannya balas mengancam ketiak kanan Pek si-hiang.
"Kurang ajar" umpat Pek si-hiang marah, "Kau benarbenar
berani menentang aku?" Tangan kanannya ditarik
balik sementara tangan kirinya disodok ke depan.
Lim Han-kim tahu bahwa gadis ini tak pandai silat,
sekalipun selama berapa waktu belakangan ini dia
mempelajari ilmu sesat untuk mengobati penyakitnya,
oleh karena itulah dalam melancarkan serangan balasan,
ia enggan menggunakan tenaga penuh. Dia pun segan
menyerang dengan kecepatan tinggi karena kuatir
melukai gadis tersebut. Siapa yang mengira Pek si-hiang yang dihadapinya
sekarang sudah bukan Pek si-hiang dulu yang lemah,
penyakitan dan tak pandai silat. Gerak serangan tangan
kirinya dilancarkan dengan keCepatan yang luar biasa
hebatnya, sebelum Lim Han-kim sadar bahwa gelagat
tidak menguntungkan, ia sudah tak sempat lagi untuk
menangkis datangnya serangan tersebut
2717 Duuuuk serangan tersebut dengan telak menghajar di
atas dadanya. Lim Han-kim segera merasakan pandangan matanya
berkunang-kunang, tubuhnya mundur sempoyongan.
Untung di belakang tubuhnya ada dinding hingga ia tak
sampai roboh terjengkang.
Buru-buru Li Tiong-hui berpaling, ia saksikan paras
muka anak muda tersebut pucat pias bagaikan mayat,
jelas gempuran tersebut telah membuat isi perutnya
terluka cukup parah. Berhasil merobohkan Lim Han-kim dalam sekali
gempuran, Pek si-hiang mendesak maju ke hadapan Li
Tiong-hui, ejeknya: "Kau hendak paksa aku untuk turun
tangan?" Dengan penuh amarah Li Tiong-hui membentak: "Enci
Pek yang kuhormati dan kusanjung itu bukan manusia
kejam dan tidak berperasaan seperti kau. Aku yakin kau
adalah enci Pek gadungan, kau pasti sedang menyaru
sebagai dirinya" Kendatipun dengan jelas dan pasti ia tahu bahwa
orang yang berada di hadapannya sekarang adalah Pek
si-hiang yang tulen, namun dalam keadaan dan situasi
seperti ini mau tak mau dia harus bersikeras mengatakan
bahwa dia adalah Pek si-hiang gadungan.
Pek si-hiang tertawa dingin. "Tidak perduli aku adalah
asli atau gadungan, pokoknya hari ini kau jangan harap
bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat" Weesss...
kembali sebuah gempuran dahsyat dilontarkan.
2718 Dengan cekatan Li Tiong-hui mengegos ke samping
dan berteriak: "Kau jangan terlalu memojokkan posisiku"
"Hmmm, aku dengar ilmu silat dari keluarga Hong-san
mencakup pelbagai aliran ilmu silat di dunia. Malam ini
aku harus menyaksikan sendiri sampai di manakah
kehebatan ilmu silatmu itu. Bila kau berpendapat bahwa
ilmu pukulanmu yang terhebat, akan kusuruh kau terluka
di bawah pukulan ilmu telapakku, Bila kau anggap ilmu
jarimu lebih hebat, maka akan kusuruh kau terluka oleh
ilmu jariku" Baru selesai perkataan itu diucapkan, dari kejauhan
tiba-tiba terdengar seseorang tertawa merdu sambil
berseru: "Siapa sih kamu itu" Besar amat perkataanmu"
"Seebun Giok-hiong, rupanya kau pun khusus kemari
untuk mengantar kematianmu" bentak Pek si-hiang
ketus. Pintu ruangan terpentang lebar, seebun Giok-hiong
dengan mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau
tahu-tahu sudah berjalan masuk sambil menyahut: "siapa
bakal menang siapa bakal mampus, terlalu dini untuk
dikatakan sekarang" setelah menatap tajam wajah Pek si-hiang, dengan
agak tertegun serunya: "Ternyata benar-benar kau"
"Yaa, kita baru berpisah berapa bulan, masa kau
sudah tidak kenal lagi dengan diriku?" jawab Pek si-hiang
sinis. seebun Giok-hiong menarik kembali senyuman dari
wajahnya, ia melirik sekejap Lim Han-kim yang berada di
2719 sisi arena, lalu dengan kening berkerut memandang pula
wajah Li Tiong-hui. sambil tertawa dingin ia berujar kepada Pek si-hiang:
"Kau sanggup pura-pura mampus dengan berbaring
dalam peti mati untuk membohongi aku, hal ini
membuktikan kau memang seorang yang hebat"
Pelan-pelan Pek si-hiang mundur tiga langkah,
kemudian jengeknya: "Beruntung sekali kalian berkumpul
semua di sini malam ini, Dengan begitu aku pun tak usah
repot- repot mengumpulkan kalian lagi"
Lim Han-kim yang bersandar pada dinding ruangan
sambil pejamkan mata itu mendadak membuka matanya
kembali seraya berkata: "Nona seebun, nona Li, selama
ini aku Lim Han-kim belum pernah merepotkan kalian
dengan masalah apa pun. Malam ini aku ingin kalian
berdua mau memenuhi satu permintaanku, entah
bersediakah kalian berdua untuk memenuhi permitaanku
ini?" "Katakan saja" sahut seebun Giok-hiong cepat "Asal
mampu kulakukan, aku berjanji tak akan membuat kau
kecewa," "sesungguhnya Pek si-hiang telah terpaksa
mempelajari sejenis ilmu sesat yang pada awalnya
bermaksud untuk mengobati penyakit yang dideritanya.
siapa tahu setelah ilmu sesat itu mendatangkan hasil,
sifat serta tindak tanduknya turut berubah pula..."
Akibat berbicara dengan luka dalam yang cukup
parah, pemuda tersebut terengah-engah dibuatnya,
setelah berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak dan
kembali melanjutkan "sekalipun aku tidak mengetahui
2720 keadaannya secara mendetil, tapi aku percaya ilmu
tersebut merupakan sejenis ilmu silat yang sangat jahat
dan kejam, aku berharap kalian berdua..."
sambil tertawa terkekeh-kekeh Pek si-hiang menyela:
"Ha ha ha... Lim Han-kim, apakah kau berniat minta
kepada mereka berdua agar bergabung menjadi satu
kekuatan untuk bersama-sama menghadapi aku Pek sihiang?"
"Perubahan yang kau alami kelewat banyak, Aaaai...
tahu begini, aku pasti tak setuju kau mempelajari ilmu
sembilan iblis tersebut..."
Mendadak ia terbatuk-batuk lalu roboh terjungkal ke
atas tanah. Buru-buru seebun Giok-hiong dan Li Tionghui
memburu ke depan dan mengulurkan tangannya
hendak merangkul pemuda itu. Mereka berdua turun
tangan bersama, menjulurkan tangan bersama, tapi pada
akhirnya sama-sama menarik kembali tangannya.
Blaaammmm Diiringi suara benturan keras, tubuh Lim Han-kim
roboh terjengkang ke atas tanah.
Rupanya kedua orang gadis itu sama-sama punya
pikiran untuk mengalah kepada lawannya hingga samasama
menarik kembali uluran tangannya, akibat
perasaan tersebut Lim Han-kim yang menjadi korban.
Pek si-hiang kembali tertawa terkekeh: "Ha ha ha...
itulah akibatnya jika saling mengalah, kalian sama-sama
sungkan, akibatnya dialah yang menjadi korban"
setelah berhenti sejenak. dengan wajah berubah
menjadi dingin dan serius terusnya: "Sesungguhnya
2721 situasi yang kalian berdua hadapi hari ini adalah sama.
Dari kalian berdua, yang satu adalah Bu-lim Bengcu yang
bertanggung jawab atas keselamatan umat persilatan,
sedang yang lain adalah gembong iblis yang siap


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menciptakan badai pembunuhan besar-besaran dalam
dunia persilatan. semestinya kalian berdua harus saling
berhadapan sebagai musuh besar yang tak mungkin bisa
diakurkan satu sama lainnya. Tak nyana pada malam ini
kalian harus saling bertemu dalam situasi begini..."
"Hmmmm" dengus seebun Giok-hiong dingin, "Bila
ditambah dengan kau, nona Pek. maka kita akan
membentuk tiga kekuatan yang saling berhadapan. pihak
manapun jangan harap bisa menjadi nelayan beruntung
yang tinggal menunggu hasil panenan tanpa bersusah
payah" Pek si-hiang tertawa. "Aku rasa justru salah satu di antara kita bertiga harus
dimusnahkan lebih dulu, dengan demikian kedua pihak
yang terakhir baru bisa saling beradu kekuatan dengan
perasaan lega" seebun Giok-hiong melirik Li Tiong-hui sekejap.
kemudian ujarnya: "Lebih baik kita bertiga melempar
undian lebih dulu, yang menang boleh berpangku tangan
lebih dulu menyaksikan dua orang pihak yang kalah
bertarung duluan, Entah bagaimana menurut pendapat
kalian berdua?" Pek si-hiang mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Hiang-kiok dan siok-bwee, mendadak perintahnya:
"jalankan perahu"
2722 Kedua orang dayang itu menyahut dan beranjak
keluar dari ruangan. "Hei, mau apa kau?" tegur Li Tiong-hui.
"Akan kujalankan perahu dengan mengikuti arus
sungai, jadi seandainya kita semua bakal mati dalam
pertarungan nanti, perahu ini bisa membawa kita sampai
kesamudra luas, Kita bisa mati dengan perasaan bebas
tanpa gangguan dari siapa pun"
"Pek si-hiang" seebun Giok-hiong tertawa dingin. "Kau
tak usah berlagak di hadapan kami. Katakan saja bahwa
kau takut bala bantuan kami segera akan tiba di sini,
maka kau sengaja menyingkir"
"oooh, jadi kalian berdua sudah membuat persiapan
sampai ke situ?" tegur Pek si-hiang tertegun.
"Benar" sahut Li Tiong-hui, "sepuluh li di seputar
sungai ini telah kupersiapkan bala bantuan yang sangat
tangguh. Kendatipun kau menyingkir ke arah hilir, jangan
harap jejakmu bisa lolos dari pengejaran mereka semua"
"seandainya nona seebun juga telah persiapkan bala
bantuan, waaah... bakal ada tontonan menarik nanti,"
kata Pek si-hiang sambil tertawa, "Sementara kita bertiga
bertarung mati-matian di atas perahu, anak buah kalian
berdua akan saling gempur-gempuran pula di atas sungai
dan di daratan.. pertempuran itu pasti hebat dan seru"
seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha
ha... seandainya peristiwa semacam itu sungguh terjadi,
pada malam Tiong-ciu esok malam, kita semua bakal
mengetahui siapakah yang akhirnya paling berhak untuk
menguasai seluruh dunia persilatan"
2723 Pek si-hiang mundur dua langkah, lalu katanya: "Nona
Li, barusan nona seebun mengusulkan untuk buang
undian guna menentukan dua orang yang kalah untuk
bertarung duluan, entah bagaimana pula dengan
pendapatmu?" "Dengan senang hati kulayani keinginan tersebut"
"Bagus sekali Kalau begitu kalian berdua boleh buang
undian lebih dahulu"
Dengan tangannya yang halus pelan-pelan seebun
Giok-hiong membenahi rambutnya yang kusut, katanya
mendadak: "Bagaimana jika kutantang nona Pek lebih
dulu untuk berduel?"
Baru saja Pek si-hiang hendak menjawab, mendadak
dari luar geladak terdengar suara siok-bwee berteriak:
"Lapor nona, dari arah timur muncul empat buah sampan
yang bergerak mendekati"
sambil tersenyum Li Tiong-hui menyambung: "Apakah
di atas sampan-sampan tersebut tergantung sebuah
lentera berwarna merah?"
siok-bwee yang lebih pintar dan pengalaman segera
membungkam dan tidak berkata apa-apa lagi sesudah
mendengar ucapan Li Tiong-hui itu, sebaliknya Hiangkiok
segera berseru keras: "Yaa, betul, di atas setiap
sampan cepat itu tergantung sebuah lentera merah"
Li Tiong-hui tertawa hambar dan tidak bicara apa-apa
lagi. Dengan nada ketus Pek si-hiang berseru: "Putar
haluan kearah selatan, jalankan perahu dengan sepenuh
tenaga" 2724 seebun Giok-hiong yang menyaksikan kejadian ini,
dalam hati kecilnya segera berpikir "Kini bala bantuan Li
Tiong-hui telah tiba, bila aku mesti bertarung lebih dulu
melawan Pek si-hiang, baik menang atau kalah, pasti aku
sudah kehilangan banyak tenaga dan pikiran. Kejadian
semacam ini justru akan membuat Li Tiong-hui menjadi
si nelayan yang beruntung, HHmmm . . . Terlalu enak
baginya" sebaliknya paras muka Pek si-hiang dingin dan kaku.
ia tidak bicara juga tidak tertawa, sulit bagi orang lain
untuk menduga apa gerangan yang sedang dipikirkannya
sekarang" sementara Li Tiong-hui sendiri, karena ia sudah
mempunyai rencana yang matang, maka gadis ini hanya
menyandarkan diri pada dinding perahu dengan wajah
tenang dan penuh senyuman.
seebun Giok-hiong mulai memutar biji matanya melirik
ke sana kemari, tampaknya dia mulai peras otak untuk
mencari akal guna menghadapi situasi yang pelik ini.
seebun Giok-hiong yang tinggi hati dan percaya diri
sesungguhnya merupakan seorang tokoh yang tidak
takut langit tidak takut bumi, tapi terhadap Pek si-hiang
dia justru menaruh suatu perasaan takut yang sangat
aneh, suatu perasaan yang membelenggu dirinya, ia
berusaha keras untuk melepaskan diri dari belenggu
yang tak berwujud ini sehingga tak segan-segan untuk
menantang Pek si-hiang berduel.
Dalam anggapannya asal Pek si-hiang berhasil
dikalahkan, Li Tiong-hui sudah bukan tandingannya lagi.
Kini kehadiran keempat buah sampan itu telah
2725 menggeser posisi dan kekuatan mereka bertiga yang
menjerumuskan dirinya dalam suatu keadaan yangamat
pelik. semenjak pertempuran di telaga Tay-oh tempo hari,
seebun Giok-hiong mulai sadar bahwa ilmu silat yang
dimiliki sekawanan jago persilatan yang sudah lama
tersohor di dunia kangouw itu tak boleh dianggap
enteng, seandainya jago-jago itu turun tangan bersama
mengerubuti dirinya, siapa menang siapa kalah akan
semakin sulit untuk diramalkan.
Perubahan yang terjadi di luar dugaan ini mau tak
mau memaksa seebun Giok-hiong mengubah
rencananya, Dia tak ingin tergesa-gesa menantang Pek
si-hiang untuk berduel. Dalam keadaan begini dia perlu
mempertahankan kekuatannya hingga dapat menghadapi
setiap perubahan yang tak diinginkan.
Mendadak angin berhembus kencang, rembulan yang
semula bersinar terang tiba-tiba redup, cuaca pun ikut
berubah drastis, Buru-buru Pek si-hiang lari ke sisi
jendela dan berusaha menutup daun jendela tersebut.
sayang tindakannya terlambat selangkah, cahaya lilin
dalam ruang perahu itu segera padam suasana pun
berubah jadi gelap gulita, sedemikian gelapnya sampai
untuk melihat kelima jari tangan sendiripun susah.
Perahu pesiar yang diubah sesuai dari perahu nelayan
ini mulai bergoncang hebat Tubuh perahu terombang
ambing naik turun mengikuti gempuran ombak yang
semakin menggila. sekilas cahaya halilintar membelah bumi diikuti suara
gemuruh yang memekikkan te-linga, Angin puyuh mulai
2726 berhembus kencang menimbulkan gelombang dahsyat,
guntur yang menggelegar menambah seramnya suasana.
Dari geladak perahu kedengaran suara Hiang-kiok
berteriak: "Nona, terjadi perubahan cuaca, Hujan deras
mulai mengguyur, ombak makin mengganas, tampaknya
kemudi perahu makin sukar dikendalikan"
"Bagaimana dengan keempat sampan kecil itu?" tanya
Pek si-hiang. "sudah semakin mendekati perahu layar kita,
gempuran ombak membuat kehadiran mereka makin
sulit diikuti, tapi hamba duga masih berjarak tiga kaki"
"Kurang ajar" maki Pek si-hiang, "Kenapa sampansampan
kecil itu tak khawatir menghadapi gempuran
ombak. justru kalian berdua budak dungu tak sanggup
menahan kemudi perahu?"
"Kau tak bisa salahkan mereka" tukas Li Tiong-hui
ketus "Pendayung keempat sampanku itu rata-rata
merupakan jagoan air yang sepanjang tahun hidup di
atas air, Bukan saja ilmu mendayung mereka sukar
ditandingi, sekalipun tercebur ke dalam air selama tiga
hari dua malampun tak nanti membinasakan mereka"
"seandainya mereka terluka parah, tentu keadaannya
akan berbeda," sambung seebun Giok-hiong.
"Kalian berdua tak usah panik" jengek Li Tiong-hui
dingin. "Kendatipun mereka berhasil mendekati perahu
ini, tanpa perintah dariku, tak nanti mereka akan
menyerbu masuk ke sini"
2727 "Sekalipun mereka berhasil menaiki perahuku paling
banter hanya akan menambah berapa lembar nyawa
yang mati penasaran" dengus Pek si-hiang sinis.
"Hmm, aku rasa belum tentu."
"Bila kau tak percaya, kenapa tidak suruh mereka naik
kemari untuk menjajal sendiri?"
"Yang pasti, hingga sekarang kita semua masih hidup
segar bugar," sela seebun Giok-hiong, Jadi siapa pun
jangan harap bisa meramalkan nasib lawannya.
Pek si-hiang serta Li Tiong-hui sama-sama tidak
berbicara lagi, suasana dalam perahu pun tiba-tiba
dicekam keheningan Dalam keheningan tersebut Li
Tiong-hui pasang telinga baik-baik untuk memeriksa
keadaan di seputarnya. Di tengah hujan badai yang
sedang berlangsung, lamat-lamat ia seperti mendengar
suara napas orang yang lirih.
Gadis ini segera sadar bahwa situasi kembali telah
terjadi perubahan jelas siapa pun tak ingin bertahan
terus dalam keadaan seperti ini. ia mencoba mengawasi
suara tersebut dengan lebih teliti. ia merasa ada orang
yang secara diam-diam mulai menggeserkan tubuhnya,
tapi berhubung perahu besar itu tergoncang hebat oleh
gempuran ombak maka geseran badan yang tak
seimbang itu beberapa kali menimbulkan suara.
suasana tenang yang luar biasa mulai mencekam
kegelapan. Rasa tegang itu makin lama berkembang
makin besar, membuat orang mulai merasa sesak napas
dan tak mampu mempertahankan diri
2728 Li Tiong-hui menghimpun hawa murninya siap
bergeser dari posisi semula, tapi tiba-tiba ia teringat akan
diri Lim Han-kim, pikirnya:
"Bila aku pergi dari sini, siapa yang akan melindungi
keselamatan jiwanya" Padahal dua musuh tangguh hadir
di sini sekarang, Mereka berdua tak segan-segan turun
tangan. hanya gara-gara urusan sekecil apa pun. Aaai...
kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan ini untuk
membawanya pergi dari sini. Lagi pula bala bantuan
telah tiba, sekalipun tercebur ke dalam sungai juga tidak
mengapa.." Berpikir sampai di situ, pelan-pelan ia mulai
berjongkok. Tapi... ada saat dia membungkukkan badan itulah
segulung desingan angin serangan yang tajam
menyambar lewat, nyaris menghajar telak batok
kepalanya. Li Tiong-hui tidak tahu siapa di antara kedua orang itu
yang membokong dirinya, Meski hatinya sangat gusar
namun ia berusaha untuk mengendalikan diri tanpa
menimbulkan sedikit suara pun, pikirnya: "Mereka berdua
sama-sama mengerti bahwa siapa pun telah menggeser
posisinya sekarang, Tapi siapa yang tahu di antara
mereka berdua bahwa aku belum berpindah posisi?"
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong menegur:
"Nona Li, baik-baikkah kau?"
sementara itu Li Tiong-hui telah berjongkok. pikirnya:
"Jelas seebun Giok-hiong yang telah menyergapku
barusan, karena tak mendengar reaksi apa-apa setelah
melepaskan gempurannya, ia sengaja menegurku untuk
mengetahui reaksinya..."
2729 Belum sempat ia mengucapkan sesuatu, terdengar Pek
si-hiang telah menyindir: "Nona seebun, tampaknya
gempuranmu barusan gagal menyergap diri Li Tiong-hui.
Waaah... sayang, sungguh patut disayangkan seandainya
bokonganmu berhasil mengenai sasaran, saat ini tinggal
kita berdua yang saiing berhadapan"
"Kurang ajar" umpat seebun Giok-hiong gusar,
"siasatmu memfitnah orang lain sungguh menggelikan
hati, Kalau berani menyerang sepantasnya berani
mengakui perbuatannya, Aku tak percaya Li Tiong-hui
akan termakan oleh siasatmu"
Waktu itu Li Tiong-hui telah berjongkok di samping
Lim Han-kim, pikirnya: "Perduli amat kalian mau bermain
siasat untuk menjebakku, asal tidak kugubris, kalian


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga tak bisa apa-apa"
Tatkala seebun Giok-hiong dan Pek si-hiang tidak
mendengar jawaban dari Li Tiong-hui, mereka jadi amat
keheranan. Namun hal ini juga membuktikan bahwa
gempuran tadi sudah meleset sebab Li Tiong-hui telah
menggeser kedudukannya. Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi:
"Nampaknya ilmu silat yang dimiliki nona Li kembali
mengalami kemajuan yang pesat, Nama besar keluarga
persilatan bukit Hong-san nyata memang bukan nama
kosong belaka" "Kau telah merebut kekasih hatinya, sakit hati ini
membuat rasa bencinya padamu merasuk ke tulang
sumsum. Mana mungkin dia mau kau bohongi lagi?"
sindir Pek si-hiang dingin
2730 "Ucapanmu kelewat serius, padahal orang yang
merebut kekasihnya mungkin bukan cuma aku, seebun
Giok-hiong, seorang diri"
"Kalau bukan kau, memangnya aku ikut
memperebutkannya?" "Nah, nona Pek sudah mengakui sendiri rasanya
akupun tidak usah banyak bicara lagi."
Pada saat itu Li Tiong-hui sedang membuat
perhitungan dalam hati kecilnya, ia berpikir "Bisa jadi
perhatian mereka berdua kini tertuju kepintu keluar
ruangan perahu ini. seandainya aku melakukan sedikit
gerakan, mungkin mereka berdua akan menggunakan
gempuran yang tercepat dan terhebat untuk menghabisi
nyawaku, Agar dapat lolos dari sini, aku mesti
memecahkan perhatian mereka berdua lebih dulu..."
Dalam hati ia paham, pada mulanya seebun Giokhiong
maupun Pek si-hiang tidak menganggapnya
sebagai musuh utama, sebab dalam pandangan mereka,
kemampuan yang dimilikinya hanya menduduki posisi
nomor dua. Tapi kehadiran anak buahnya pada saat tersebut
membuat kedua orang lawannya membuat pandangan
yang berubah, otomatis tindakan mereka pun ikut
mengalami perubahan. Kini, mereka saiing berdiri dalam
posisi segi tiga, Pihak mana pun segan untuk turun
tangan lebih dulu, sebab kehilangan kekuatan yang
mereka miliki akan menguntungkan pihak yang lain
Dalam keheningan yang mencekam terdengar seebun
Giok-hiong berkata lagi: "Nona Pek. menurut dugaanku,
Li Tiong-hui pasti sudah bersembunyi disamping Lim
2731 Han-kim. Kalau tak percaya, kau boleh mencoba dengan
lepaskan sebuah pukulan."
"Tidak mungkin" bantah Pek si-hiang, "Dia pasti
bersembunyi di sekitar pintu ruangan" Li Tiong-hui
mengerti dengan jelas, kedua orang itu saling menghasut
dan beradu otak dengan harapan pihak lain melancarkan
serangan terlebih dulu. Tiba-tiba satu ingatan melintas
lewat dalam benaknya, Diam-diam tangannya merogoh
ke dalam saku mengeluarkan sebuah mata uang. sambil
menghimpun hawa murninya, disentilnya mata uang itu
ke depan. saat itu hujan angin berlangsung makin kencang dan
hebat membuat bangku dan meja dalam ruang perahu
itu bertumbangan suara cawan yang hancur membuat
suasana riuh dan ramai, otomatis suara desingan yang
ditimbulkan mata uang yang dilepaskan Li Tiong-hui pun
ikut tertutup, Dengan membawa angin desingan yang
amat tajam mata uang itu meluncur kearah seebun Giokhiong.
Perlu diketahui, saat itu tubuh perahu mengalami
goncangan yang sangat keras, sedemikian hebat
goncangan itu membuat seebun Giok-hiong serta Pek sihiang
tak sanggup berdiri tegak. sebaliknya Li Tiong-hui
yang tiarap di lantai justru memperoleh keseimbangan
tubuhnya. Terdengar seebun Giok-hiong menjengek sambil
tertawa dingini "Nona Pek. kau belajar ilmu silat belum
genap setengah tahun. Kendatipun dengan kecerdasan
otakmu kau berhasil memperoleh kemajuan, tapi sayang
2732 tenaga sentilanmu untuk melepaskan mata uang masih
amat terbatas" Pek si-hiang balas tertawa dingini "He he he ...
rupanya kau ingin mencoba sekali lagi"
"Bila kau merasa tak puas, apa salahnya untuk dicoba
sekali lagi" tantang Seebun Giok-hiong sambil tertawa,
"Baik Kau berhati-hatilah"
"silakan turun tangan nona Pek" Diam-diam Li Tionghui
merasa girang, pikirnya: "Apabila Pek si-hiang
berhasil melukai seebun Giok-hiong, dapat dipastikan
seebun Giok-hiong tidak terima dan tentu berusaha
membalas dendam. sebaliknya bila Pek si-hiang gagal
melukai musuhnya, demi gengsi dan muka, ia tak akan
berdiam diri sampai di situ. Jika mereka berdua sudah
terlibat dalam pertarungan yang sengit, aku pun akan
peroleh kesempatan baik untuk melarikan diri"
Berpikir sampai di situ, diam-diam ia menghimpun
hawa murninya dan menggeser badannya sejauh berapa
depa sambil pasang telinga baik-baik.
"Hati- hati" seru Pek si-hiang.
Di tengah kegelapan yang mencekam ruang perahu
itu, mendadak terlintas dua titik cahaya terang, segulung
tenaga pukulan yang kuat muncul dari sudut ruang
perahu itu, dalam waktu singkat seluruh ruangan telah
dipenuhi oleh deruan angin yang memekikkan telinga.
Menyusul gemuruhnya angin pukulan itu, kedengaran
seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa: "Nona Pek.
kedua batang piau perakmu sungguh mungil dan
menawan hati" 2733 Mendadak cahaya api berkilauan, suasana dalam
ruang perahu itupun seketika berubah jadi terang
benderang. selama ini Li Tiong-hui memperhatikan terus gerakgerik
kedua orang itu, begitu melihat berkelebatnya
cahaya api, ia segera melompat bangun dan
menempelkan tubuhnya keatas dinding ruangan.
Terdengar seebun Giok-hiong mengejek sambil
tertawa tergelak: "Ha ha ha... ternyata dugaanku benar,
nona Li memang bersembunyi di belakang tubuh Lim
Han-kim" orang yang menyulut batu api tak lain adalah Pek sihiang.
Di tangan kirinya dia pegang batu api sementara
tangan kanannya menggenggam sebilah pedang pendek,
katanya dingin "seebun Giok-hiong, cepat atau lambat toh akhirnya
antara kita berdua harus melangsungkan suatu
pertarungan habis-habisan. Mumpung malam ini hujan
badai sedang berhembus, kenapa kita tidak tentukan
siapa di antara kita berdua yang lebih berhak untuk
hidup" Ayoh cepat loloskan senjata andalanmu"
Pelan-pelan seebun Giok-hiong maju dua langkah ke
depan, sahutnya: "Nona Pek memandang begitu serius
atas kehadiranku, tentu saja seebun Giok-hiong harus
pertaruhkan nyawa untuk melayani keinginanmu."
Ia berpaling memandang Li Tiong-hui sekejap,
kemudian melanjutkan "Bila kita berdua harus bertempur
lebih dulu, sekalipun akhirnya ada satu pihak tampil
sebagai pemenang, saat itu dia tentu kelelahan dan
2734 kehabisan tenaga, apa kau tidak kuatir bakal ada nelayan
beruntung yang siap memungut hasil?"
"Nona seebun, sebetulnya apa sih maksudmu" Kenapa
kau selalu menyindir aku?" tegur Li Tiong-hui.
"Ada satu persoalan yangamat gampang, nampaknya
aku harus minta bantuan kepada Li Bengcu untuk
melakukannya." "Tergantung apa persoalannya, aku mesti
pertimbangkan lebih dulu sebelum menyanggupi. "
"Padahal seharusnya kau sendiri pun dapat berpikir
sampai ke situ" Li Tiong-hui melirik Lim Han-kim sekejap. kemudian
katanya: "Maksudmu, kau suruh aku menyingkirkan Lim
Han-kim dari sini, agar tidak mengganggu konsentrasi
kalian dalam pertarungan nanti?"
"Tampaknya Li bengcu memang sangat pintar."
"Aku rasa utusan ini memang bermanfaat bagi kedua
belah pihak, Baiklah, kusanggupi permintaanmu itu" ia
membungkukkan badan dan membopong tubuh Lim
Han-kim. Mendadak Pek si-hiang berseru sambil tertawa dingini
"Li Tiong-hui, kau adalah orang pintar. Lebih baik
letakkan saja dia di sudut ruangan lalu bersiap siagalah
penuh, daripada sampai waktunya kau gelagapan hingga
melukai dirinya." Li Tiong-hui tersenyum, "Bala bantuanku segera akan
tiba, sekalipun aku seorang diri masih bukan tandingan
2735 kamu berdua, rasanya kalau cuma untuk melarikan diri
sih masih lebih dari cukup"
"Hmmmm" seebun Giok-hiong mendengus, "saat ini
gelombang di sungai amat deras dan besar. Apabila
kekuatan Hiang-kiok dan siok-bwee telah habis nanti,
perahu ini pasti akan terbawa arus. Dalam situasi
seburuk ini mustahil sampan-sampan bantuanmu
sanggup mempertahankan diri. Waktu itu jangan harap
ada di antara kita yang masih bisa hidup. siapa pun yang
bakal muncul sebagai pemenang akhirnya bakal terkubur
juga di dasar sungai"
"Kebetulan sekali di saat kecil dulu aku gemar bermain
di air, sekalipun perahu ini terbalik, paling tidak aku
masih punya kesempatan untuk mempertahankan
hidup," ucap Li Tiong-hui sambil tertawa.
BAB 31. pertarungan Di Atas Perahu
sementara itu batu api yang berada di tangan Pek sihiang
sudah terbakar habis, cahaya apipun padam secara
tiba-tiba, suasana dalam ruangan perahu itu kembali
dicekam dalam kegelapan yang luar biasa. sambil
membopong tubuh Lim Han-kim, dengan cepat Li Tionghui
menggeser tubuhnya lagi berganti keposisi lain
Mendadak terdengar Pek si-hiang membentak keras:
"seebun Giok-hiong, kau sudah bersiap sedia?"
"setiap saat aku siap seranganmu"
sementara itu Li Tiong-hui telah berpikir kembali:
"semula nona Pek adalah satu-satunya orang yang paling
kukagumi dan kuhormati. Tak nyana baru berpisah
2736 setengah tahun, wataknya telah berubah secara drastis,
seakan-akan dua orang yang berbeda.
Ditinjau dari situasi malam ini, semestinya aku harus
biarkan mereka bertarung lebih dulu hingga aku tinggal
memungut hasilnya, tapi bila aku harus membiarkan Pek
si-hiang terluka di tangan seebun Giok-hiong tanpa
berusaha menolong, rasa-rasanya kok berat juga..."
sementara ia masih termenung, tiba-tiba tampak
cahaya berkilauan berkelebat lewat, langsung menerjang
kearah seebun Giok-hiong.
situasi saat ini benar-benaramat pelik, seebun Giokhiong
yang tinggi hati ternyata menaruh perasaan jeri
terhadap Pek si-hiang. sebaliknya Li Tiong-hui justru
menaruh rasa simpati dan kasihan kepada Pek si-hiang.
Apa sebabnya Pek si-hiang secara tiba-tiba menantang
seebun Giok-hiong untuk berduel" Apa maksud dan
tujuannya yang sebenarnya"
Terdengar seebun Giok-hiong berseru dengan nada
dingin: "Nona Pek, aku berada di sini"
Rupanya di saat cahaya api berkelebat lewat tadi,
secara diam-diam seebun Giok-hiong telah berganti
posisi, Kembali terlihat cahaya tajam berkilauan, kali ini
dengan cepat meluncur kearah mana seebun Giok-hiong
barusan berbicara. Kali ini seebun Giok-hiong tidak berkelit lagi. Di tengah
kegelapan kembali terlihat sekilas cahaya tajam
berkilauan langsung menyongsong datangnya cahaya
pertama. Traaanngg 2737 Diiringi benturan nyaring, tampak percikan bunga api
menyebar ke mana-mana, dua bilah senjata telah saling
beradu satu dengan lainnya.
Terdengar Pek si-hiang tertawa tergelak sambil
berseru: "Nona seebun, aku lupa beritahu kepadamu
tadi, sesungguhnya pedang yang kugunakan ini adalah
sebilah pedang mestika yang tajamnya luar biasa, ia
sanggup mengutungi senjata lain secara mudah, apakah
kau menderita kerugian?"
Lebih kurang lima depa kearah sudut ruangan, segera
bergema suara dari seebun Giok-hiong: "Apakah kau
telah menggunakan pedang usus ikan?"
"Benar" sekali lagi cahaya tajam berkilauan langsung
menerjang kearah seebun Giok-hiong.
Terlihat cahaya tajam berkilauan, serentetan bintang
berwarna keperak-perakan menerjang langsung kearah
Pek si-hiang. Di tengah kegelapan yang mencekam seluruh
ruangan, berkumandang serangkaian suara gemerincing
nyaring yang menusuk pendengaran. Menyusul suara
bentrokan nyaring itu, suasana kembali pulih dalam
keheningan yang luar biasa.
Agaknya bentrokan yang terjadi kali ini sangat dahsyat
dan hebat, tapi belum diketahui siapa menang siapa
kalah. Angin puyuh yang berhembus semakin menggila,
Tubuh perahu pun lebih hebat digoncang kian kemari,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2738 sebentar naik sebentar turun diiringi pula oleh suara
benda-benda yang terjatuh dan hancur.
Dalam hati Li Tiong-hui berpikir "Jangan-jangan kedua
belah pihak sama-sama terluka parah" Kalau tidak,
kenapa tak terdengar suara mereka berdua setelah
terjadinya bentrokan sengit tadi?"
sementara dia masih berpikir, dari luar geladak
kedengaran suara Hiang- kiok berteriak keras: "Nona,
dayungnya patah ombak semakin menggila"
Berapa kali Hiang-kiok berteriak memberikan
laporannya, tapi Pek si-hiang tidak menjawab juga, maka
dayang itu pun tidak berteriak lagi.
Diam-diam Li Tiong-hul membopong tubuh Lim Hankim,
pikirnya: "Tampaknya kedua belah pihak sama-sama
sudah menderita kerugian besar dalam pertarungan
barusan sehingga untuk beberapa saat kehilangan
kemampuannya untuk bertarung kembali. Hiang-kiok
serta siok-bwee tidak berpengalaman sama sekali dalam
mengemudikan perahu dalam cuaca begini, cepat atau
lambat perahu ini pasti akan tenggelam. Kenapa aku
tidak angkat kaki sekarang juga" Apa lagi yang harus
kutunggu?" Berpikir sampai di sini diam-diam ia bangkit berdiri,
Dengan tangan kanan menggenggam pedang, tangan kiri
membopong Lim Han-kim, ia bergerak mendekati pintu
ruangan perahu, semua perhatian dan kekuatannya telah
dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tidak dlinginkan 2739 Baru tiba di depan pintu ruangan dan baru saja ia
berniat mendorong daun pintunya, mendadak terdengar
Pek si-hiang membentak keras: "Berhenti"
Dengan kecepatan tinggi Li Tiong-hui membalikkan
badan, meletakkan Lim Han-kim ke lantai dan
menyilangkan pedangnya di depan dada siap
menghadapi segala kemungkinan-
"Kau ingin kabur?" jengek Pek si-hiang lagi sinis.
Li Tiong-hui tidak langsung menanggapi pertanyaan
tersebut, ia balik bertanya: "Nona Pek, baik-baikkah
kau?" "Aku baik sekali"
setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Kau telah
mengambil keuntungan yang sangat besar dalam
peristiwa malam ini, apa bila kau ingin manfaatkan
kesempatan ini untuk melarikan diri, aku rasa pikiranmu
itu kelewat sempurna"
"Jadi maksud nona Pek?"
"Tetap bertahan di sini setelah salah seorang di antara
kami tewas dalam duel ini, baru kau boleh mengambil
keuntungan akhirnya, Tindakanmu untuk kabur dari sini
benar-benar merupakan keputusan yang bodoh"
"Benar," sambung seebun Giok-hiong. "Apabila perahu
ini sampai karam, nona Li masih punya tugas untuk
menemani kami masuk ke dasar sungai dan sama-sama
menjadi santapan ikan"
Dari nada pembicaraan kedua orang itu Li Tiong-hui
dapat menyimpulkan bahwa kedua orang tersebut meski
2740 sudah terluka, luka yang dideritanya tidak terlampau
parah. ia sadar bila dirinya tetap bersikeras hendak pergi
dari situ, kedua orang jagoan tersebut niscaya akan
bergabung untuk menghadapi dirinya.
Dalam keadaan begini terpaksa ia berkata: "Aku hanya
ingin melihat situasi di luar geladak sana"
"Lebih baik kau tak usah putar otak lagi" tukas Pek si
hiang cepat. "Yaa, jangan sampai membangkitkan amarah kami
berdua" sambung seebun Giok-hiong. "Kalau sampai
terjadi begitu, bukan keuntungan yang kau raih, mungkin
kau malah akan menghadapi kematian yang lebih cepat"
Diam-diam Li Tiong-hui berpikir "Bila mereka berdua
turun tangan bersama menghadapi diriku, rasanya sulit
bagiku untuk membendung gempuran itu, bahkan
kesempatan untuk hidup pun bakal lenyap. Aku tak boleh
bertindak bodoh..." Berpikir sampai di sini, ia bopong kembali tubuh Lim
Han-kim dan balik ke tempatnya semula.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "Aku rasa
kedahsyatan ilmu sakti sembilan iblis hanya begitu-begitu
saja, justru ketajaman pedang usus ikanmu itu yang
merupakan ganjalan bagiku, sudah banyak senjataku
yang terkutung" "Hmmmm, tampaknya cukup banyak pedang pendek
dan pisau belati yang kau bawa?" ejek Pek si-hiang
sambil tertawa dingin. 2741 "Benar" sahut seebun Giok-hiong tertawa, "Semuanya
aku membawa delapan belas buah pedang pendek dan
empat bilah pisau belati yang sudah dilumuri racun"
"Meski membawa banyak. tapi apa gunanya" Akhirnya
toh tak akan mampu menahan ketajaman pedang usus
ikanku, Bila perhitunganku tak keliru, mestinya aku
sudah berhasil mengutungi tujuh bilah pedang
pendekmu." "Nona Pek kelewat sungkan, masa kau lupa
menghitung sebilah lagi?"
"Selama hidup belum pernah aku bertarung melawan
orang lain, Hari ini merupakan hari permulaanku untuk
mengumbar napsu membunuhku. sayang, aku harus
bertemu dengan kau, seebun Giok-hiong. Rasanya aku
patut merasa sayang bagimu"
"Apanya yang patut disayangkan?"
"sebab kau telah melewatkan kesempatan yang
sangat baik untuk membunuhku"
"Aaaaah, masa iya?" seru seebun Giok-hiong sambil
tertawa. "Betul Kau tahu kenapa aku ragu-ragu untuk
menyerangmu sejak tadi" ini disebabkan aku belum
punya pengalaman bertarung dengan orang sebelum
kejadian hari ini. seandainya kau melancarkan serangan
pada saat itu, mungkin dengan gampang nyawaku dapat
kau cabut. sayang sekali kau tidak memiliki keberanian
tersebut, kau telah menyia-nyiakan sebuah kesempatan
emas yang berharga sekali"
"Aku rasa sekarang pun belum terlambat"
2742 "Terlambat sudah, Apa bila kau masih memiliki
peluang untuk melakukan hal tersebut, tak mungkin
kukatakan masalah ini kepadamu"
seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Ha ha ha... nona Pek, bila kau bermaksud menggertak
dan menakut-nakuti aku dengan perkataan itu, maka
usahamu tersebut hanya akan sia-sia belaka"
"Ada satu hal, pernahkah kau merasakannya?"
"soal apa?" "Jurus serangan yang kupakai untuk menyerangmu
tadi, bukankah jurus yang satu lebih ganas dan hebat
ketimbang jurus sebelumnya?"
seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian katanya sambil manggut-manggut: "Yaaa,
rasanya memang begitu."
"Kehebatan ilmu sakti sembilan iblis justru terletak
pada pemahaman yang sangat cepat. setiap kali kau
lepaskan sebuah tusukan, maka tenaga iblis yang
terpancar pun satu bagian lebih menghebat. Hal ini
berarti jika kita bertarung berapa puluh jurus lagi,
kemenangan mutlak sudah jelas berada di pihakku .. ."
setelah berhenti sejenak, kembali Pek si-hiang
meneruskan: "Tapi sekarang, kau masih punya satu
kesempatan untuk memilih."
"Kesempatan apa" pilihan apa?" kata seebun Giokhiong
tertawa. "Pilihan antara mati dan hidup"
"Coba kau jelaskan lebih terperinci"
2743 "Kau menyombongkan diri sebagai pakar ilmu silat
yang menguasai aneka ragam kepandaian di dunia ini,
beranikah kau untuk mempelajari sejenis ilmu silat
dariku?" "Mempelajari sejenis ilmu silatmu" Apanya yang
aneh?" "Aku hendak mewariskan sejenis ilmu silat kepadamu,
Aku hanya minta kau mengulangi ko-koat (teori) tersebut
sepuluh kali saja di hadapanku"
"setelah mempelajari ilmu tersebut?"
"Perahu akan segera menepi dan kau boleh tinggalkan
tempat ini, bahkan sejak hari ini aku Pek si-hiang tidak
akan memusuhi dirimu lagi"
seebun Giok-hiong termenung sambil terpikir berapa
saat lamanya, kemudian ia baru menjawab: "syaratmu
nampaknya sederhana dan gampang, seandainya syarat
tersebut diucapkan orang lain, maka aku seebun Giokhiong
tanpa berpikir panjang segera akan menyanggupi
tapi bila ucapan itu keluar dari mulutmu, Pek si-hiang..."
"Kenapa" Tampaknya kau takut sekali kepadaku?"
"Takut sih tidak. tapi dalam pandanganku kau adalah
satu-satunya musuh tangguhku, Kedudukanku
berimbang, otomatis aku tak ingin rugi di tanganmu"
"Keadaan macam apa yang kau anggap sebagai tidak
menderita rugi?" "Mula-mula aku harus tahu terlcbih dulu sejenis ilmu
silat macam apakah itu, kemudian kau harus
melakukannya terlebih dulu di hadapan kami semua"
2744 "soal ilmu apakah itu, aku rasa biar kujelaskan juga
percuma toh kau tak bakal mengerti. Mengenai aku
harus melakukannya terlebih dulu, tentu saja, aku kan
mesti memberi contoh kepadamu"
seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Hmmmm,
hmmmm... aku tidak menggubris ilmu silat ganas macam
apa pun yang ingin kau ajarkan kepadaku. Bagiku, asal
Pek si-hiang berani melakukannya di depan umum, aku
seebun Giok-hiong juga bersedia untuk melakukannya"
"Baik Kita tetapkan dengan ucapanmu itu" sesudah
berhenti sejenak. kembali katanya: "Li Tiong-hui, kau
bersama seebun Giok-hiong sama-sama merupakan
pemimpin umat persilatan dewasa ini. Berapa tahun
berikut akan menjadi saat yang paling cemerlang buat
kalian berdua untuk malang melintang tanpa tandingan.
sayangnya, bila ditambah dengan kehadiranku maka
situasi dalam dunia persilatan segera akan mengalami
perubahan besar, apalagi jika aku dengan seebun Giokhiong
dari musuh berubah jadi teman, aku yakin
kedudukanmu sebagai Bu-lim Bengcu tak akan mampu
bertahan selama tiga bulan lagi"
"Nona Pek. apa maksudmu mengancam aku dengan
kata-kata itu?" "Bila kau pun bersedia seperti seebun Giok-hiong,
mempelajari sejenis ilmu silat dariku, maka mulai hari ini
aku akan mengundurkan diri dari dunia persilatan dan
tidak menyusahkan kalian berdua lagi"
Walaupun dalam hal ilmu silat serta kecerdikan Li
Tiong-hui masih setingkat di bawah kemampuan seebun
Giok-hiong, namun ketegasannya justru setingkat di atas
2745 gadis iblis itu, setelah termenung sejenak. Ia pun
menyahut "Kalau masalah ini sih sulit bagiku untuk
segera mengambil keputusan, beri sedikit waktu
kepadaku untuk berpikir dulu sebelum memberikan
jawaban." Pada saat itu dari luar perahu kembali terdengar suara
Hiang-kiok berseru: "Nona, kemudi ikut patah, kini
perahu kita ibarat kuda yang terlepas kendali, meluncur
mengikuti arus sungai dan tak mungkin bisa dikendalikan
lagi" Mendengar laporan tersebut Seebun Giok-hiong
segera tertawa terkekeh-kekeh, serunya: "Bagus, bagus
sekali. Kelihatannya siapa pun yang bakal unggul dalam
pertarungan malam ini, hasilnya tetap sama saja, mati di
dasar sungai dan mayatnya untuk umpan ikan, Aaaaai...
betapa pun hebatnya ilmu silat yang dimiliki seseorang,
tak mungkin ia mampu melawan kekuatan alam yang
maha dahsyat" "Hmmm, sejak semula aku telah memasang rangkaian
rantai yang mengelilingi tubuh perahu ini. Kecuali bila
perahu ini menumbuk di atas batu karang, sekalipun
ombak lebih menggila pun tak nanti kapal ini bakal
hancur berantakan" Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Li
Tiong-hui, pikirnya: "Lim Han-kim menderita luka dalam
yang cukup parah, bahkan sampai sekarang masih tidak
sadarkan diri, Apabila perahu ini benar-benar menumbuk
batu karang, mungkin kesempatan baginya untuk
mempertahankan hidup pun tak ada. Yaaa, kenapa aku
2746 tidak manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk
menolong dia?" Berpikir sampai di situ, diam-diam dia menyalurkan
hawa murninya ke dalam telapak tangan dan mulai
menguruti jalan darah penting di seluruh badan anak
muda tersebut. Mendadak terdengar Pek Si-hiang menegur dengan
suara dingin "Bagaimana Li Tiong-hui, apakah sudah kau
pertimbangkan?" "Aaaah, masa secepat itu?"
"Berapa lama kau butuhkan untuk mempertimbangkan
tawaranku ini?" "Paling tidak sampai nona seebun selesai mempelajari
ilmumu itu"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku rasa itu kelewat lama."
"Kemampuanku masih kalah jauh bila dibandingkan
kalian berdua, karena itu aku harus memikirkan baik-baik
lebih dulu sebelum memberikan jawabannya."
"Nona Li, kenapa sih secara tiba-tiba kau bersikap
begitu sungkan?" ejek seebun Giok-hiong mendadak.
"selama ini aku belum pernah bersikap tinggi hati
seperti nona seebun, kapan pula aku tak pernah bersikap
sungkan kepada orang?"
Tiba-tiba suasana dalam ruang perahu itu dicekam
keheningan yang luar biasa, Lamat-lamat semua orang
dapat merasakan bagaimana perahu yang mereka
tumpangi sedang meluncur mengikuti arus sungai
dengan kecepatan tinggi. 2747 Hening, sepi... Lebih kurang sepeminuman teh
kemudian seebun Giok-hiong kembali memecahkan
keheningan, tegurnya: "Nona Li, bagaimana keadaan Lim
Han-kim?" Mendengar pertanyaan itu, dalam hati Li Tiong-hui
berpikir: "Kenapa secara tiba-tiba ia menguatirkan
keselamatan Lim Han-kim" sebenarnya apa maksud dan
tujuannya?" Berpikir begitu, segera ia menjawab: "Dia belum mati,
tapi keadaannya juga belum membaik."
"Heran, kenapa nona Pek begitu tega turun tangan
sekeji ini terhadap Lim Han-kim?"
Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha...
apanya yang mengherankan terhadap kalian berdua pun
aku sanggup melancarkan serangan yang sama"
Dari luar ruang perahu terdengar lagi suara Hiang-kiok
berteriak keras: "Nona, enci siok-bwee kehilangan
sebuah jari tangannya, Angin puyuh semakin menggila,
kami tak mampu mengobati luka tersebut Bagaimana
kalau biarkan dia masuk sejenak untuk merawat
lukanya?" "Huuuh, baru kehilangan sebuah jari tangan sudah
ribut, kenapa sih berteriak-teriak macam orang gila?"
sahut Pek si-hiang dingin.
Li Tiong-hui yang menyaksikan kejadian ini segera
menghela napas panjang, dan berkata: "Nona Pek. kau
benar-benar telah berubah. Dulu sikapmu tidak sekasar
dan sekejam ini" 2748 Bukan menanggapi perkataan itu Pek si-hiang balik
bertanya: "Bagaimana dengan keputusanmu" sudah
selesai kau pikirkan" Kami berdua sedang menunggumu"
setelah termenung sebentar sahut Li Tiong-hui: "Yaa,
sudah selesai kupikirkan"
"Jadi kau sudah setuju?"
"Boleh saja aku menyetujuinya, cuma ada satu syarat"
"Apa syaratmu" Cepat utarakan"
"Kau segan menghadapi aku serta seebun Giok-hiong
dengan andaikan ilmu silat, Hal ini tak lain karena dua
sebab, pertama kau tidak memiliki keyakinan untuk
berhasil membunuh kami dalam satu gebrakan, dan
kedua karena kau menganggap kami bisa mati dalam
sekali gebrakan akan terlalu enak bagi kami berdua..."
"Tepat sekali" "Ditinjau dari kekejaman, kebuasan dan kekejianmu
sekarang, hukuman yang kau persiapkan berikut pasti
lebih kejam dan mengerikan, berarti pula ilmu silat yang
kami harus pelajari itu akan menjadi belenggu tak
berujud yang akan mengurangi keleluasaan kami".
"Hmmm, sudah setengah harian kau bicara, belum kau
sebutkan apa syaratmu," tukas Pek si-hiang dingin.
"sangat sederhana, kau harus sembuhkan dulu luka
yang diderita Lim Han-kim dan biarkan dia pergi dari sini.
sepeninggalnya, kita bertiga boleh melanjutkan
pertarungan ini dengan cara apa pun hingga sama-sama
mampus" 2749 "Waaah Nampaknya cinta kasihmu terhadap Lim Hankim
betul-betul amat mendalam dan sudah mendarah
daging" olok Pek si-hiang sambil tertawa.
"Apa yang diucapkan nona Li tepat sekali," sambung
seebun Giok-hiong pula, "Urusan kita bertiga lebih baik
diselesaikan oleh kita bertiga, Lim Han-kim tidak usah
mengorbankan diri gara-gara urusan ini"
Pek si-hiang segera tertawa terkekeh-kekeh: "Ha
haha...kenapa, kaupun menaruh hati kepadanya?"
"Hmmm Aku tak perduli apa yang kau pikirkan dan
apa yang kau ucapkan, pokoknya aku tetap berpendapat
bahwa masalah ini tak ada sangkut pautnya dengan Lim
Han-kim, jadi tak ada gunanya membiarkan ia tetap
berada di sini. Lagipula membebaskan dia pergi tak akan
merugikan siapa pun, kenapa kau mesti bersikeras untuk
menahannya?" Pek si-hiang tertawa dingin.
"Hmmm, jika kalian tidak seia sekata dan mengaku
sejujurnya, aku justru sengaja akan menahannya di sini,"
ancamnya. "Apa yang harus kulakukan sehingga kau bersedia
membebaskan dia pergi?" tanya Li Tiong hui.
"Aku minta kalian mengaku sejujurnya, tak boleh
berlawanan dengan apa yang terpikir dalam hati"
"Baiklah, kuakui bahwa aku sangat mencintainya, Nah,
dia sudah boleh pergi, bukan?"
"Nona seebun, bagaimana dengan kau sendiri?" desak
Pek si-hiang sambil tertawa.
2750 "Bila kau ingin mendengar, anggap saja aku pun
sangat mencintai dirinya" jawab seebun Giok-hiong.
"Tidak bisa, kalau cinta yaa cinta, mana ada anggap
saja mencintai... ayoh beri jawaban yang lebih tegas"
"Pek si-hiang" tegur seebun Giok-hiong geram,
"sampai detik ini kita belum tentukan siapa bakal hidup
siapa bakal mampus, menang kalah masih susah
diramalkan. Apalagi kau memojokkan kami terus
menerus,jungan salahkan bila aku akan bergabung
dengan Li Tiong-hui untuk bersama-sama memusuhi
dirimu. Hmmmm Kalau sampai terjadi hal itu, berarti
posisi akan berubah, kami berdua akan bersama-sama
menghadapi kau seorang"
Pek si-hiang termenung sambil berpikir sejenak,
akhirnya dia mengangguk: "Baiklah, kalau toh kalian
berdua sudah mengaku, melihat di atas wajah kalian
berdua, akan kubiarkan dia pergi dari sini"
Sementara itu hembusan angin topan dan gulungan
ombak sudah makin mereda, perahu yang semula oleng
kini menjadi tenang kembali, Dari dalam sakunya Pek sihiang
mengambil keluar batu api dan disulutnya
sebatang lilin. sambil menatap wajah Li Tiong-hui,
katanya dengan senyuman di kulum: "Serahkan padaku,
akan kubebaskan dulu urat nadinya yang terluka."
sambil membopong Lim Han-kim, pelan-pelan Li
Tiong-hui maju ke depan dan membaringkan pemuda
tersebut di hadapan Pek si-hiang.
Dengan cepat Pek si-hiang menempelkan tangan
kanannya di atas dada pemuda itu, setelah memandang
sekejap Li Tiong-hui dan seebun Giok-hiong, katanya
2751 sambil tertawa: "Betulkah kalian berdua amat
mencintainya?" "Apa maksud pertanyaanmu itu?" tegur Li Tiong-hui
dengan wajah keren dan serius.
"Apa salahnya kuulangi sekali lagi pertanyaanku?"
"Sudah kukatakan semenjak tadi, aku bicara dengan
sejujurnya" "Seebun Giok-hiong, apakah kau pun mengaku
dengan sejujurnya?" "Benar" seebun Giok-hiong mengakui.
Pek si-hiang segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... sekarang, asal
kukerahkan sedikit saja tenaga dalam yang telah
terhimpun, ia akan tewas seketika di tanganku"
"Pek si-hiang, tak nyana kau telah berubah menjadi
begitu licik, busuk dan memalukan" umpat Li Tiong-hui
marah. Pek si-hiang kembali tertawa, "Untuk menghadapi
musuh, makin licik siasat yang digunakan semakin bagus
hasilnya, Apa salahnya bila aku pun memakai akal licik?"
"Pek si-hiang" bentak seebun Giok-hiong sambil
tertawa dingin, "Jika kau berani membunuh Lim Han-kim,
kau akan sebera merasakan kehebatan tenaga
gabunganku dengan Li Tiong-hui"
"Lebih baik kalian duduk dulu dengan tenang" ucap
Pek si-hiang sambil tertawa hambar.
Sementara itu seebun Giok-hiong telah menghimpun
tenaga dalamnya dan siap melancarkan serangan,
2752 kembali dia berkata: "selama ini kau memaki aku, seebun
Giok-hiong, sebagai manusia kejam yang tidak
berperikemanusiaan, Paling tidak aku adalah jagoan yang
mau memegang janjiku sendiri, apa yang telah
kuucapkan tak pernah kusesali kembali"
Pek si-hiang tidak banyak bicara, Telapak tangannya
yang menempel di atas dada Lim Han-kim mendadak
digetarkan dan menekan kuat-kuat, Tak selang berapa
saat kemudian terdengar anak muda itu
menghembuskan napas panjang.
Waktu itu Li Tiong-hui telah menggenggam pedangnya
kencang-kencang siap melancarkan serangan, Asal ia
temukan Pek si-hiang hendak mencelakai Lim Han-kim,
maka dia pun akan melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga. Begitu pula dengan seebun Giok-hiong,
telapak tangan kanannya sudah diangkat siap
melepaskan serangan. Dengan pandangan dingin Pek si-hiang menyapu
sekejap wajah kedua orang gadis itu, kemudian katanya
sambil tertawa: "Duduk bersila sambil pusatkan seluruh
perhatian ke satu titik tertentu"
Jari tangannya kembali menyentil, untuk kedua kalinya
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang.
Li Tiong-hui yang pertama-tama membuang
pedangnya lebih dulu, ia menurut dan segera duduk
bersila sambil pusatkan pikiran.
Terpaksa seebun Giok-hiong ikut bersila pula di atas
tanah, katanya: "Kami sudah siap mempelajari ilmu
iblismu, sekarang kau harus bebaskan Lim Han-kim lebih
dulu" 2753 "Kenapa mesti gelisah" setelah kalian pelajari ilmuku,
belum terlambat untuk membebaskan dia pergi."
"Kau tidak pegang janji dan aku sudah merasakan
kecuranganmu itu. Lebih baik sembuhkan dulu lukanya
sebelum berbicara lebih jauh," kata Li Tiong-hui dingin.
"Baik, akan kusembuhkan dia lebih dulu." selesai
berkata sepasang tangannya segera menyentil beberapa
kali di atas dada Lim Han-kim, tak lama kemudian anak
muda itu membuka matanya kembali.
"Pek si-hiang," seebun Giok-hiong berkata kemudian.
"Bagaimana setelah kami turuti kemauanmu dengan
melatih ilmu tersebut sepuluh kali?"
"Aku segera akan mengundurkan diri dari dunia
persilatan dan tidak mencampuri urusan kalian lagi."
"Hmmm, aku takut kau bakal ingkar janji."
"Jadi kau minta aku bersumpah?"
"Paling baik memang bersumpah dulu, paling tidak
akan menambah rasa percaya kami."
"Aku, Pek si-hiang, apabila tidak mengundurkan diri
dari dunia persilatan setelah kalian mengikuti petunjukku
dengan melatih ilmuku sebanyak sepuluh kali, maka...
maka..." Mendadak ia tutup mulut. "Kenapa" Tidak berani angkat sumpah?" ejek seebun
Giok-hiong. "Dia pasti takut bersumpah karena punya rencana
busuk lainnya," sambung Li Tiong-hui. " Lebih baik kita
tak usah menuruti kemauannya, mari kita bertarung
2754 habis-habisan, biar mati pun mati dengan gagah" seraya
berkata ia siapkan kembali pedangnya,
"Tunggu sebentar, ada sepatah dua patah kata perlu
kuterangkan lebih dulu sebelum aku angkat sumpah."
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Seandainya ada seorang di antara kalian berdua yang
mengundangku untuk terjun kembali ke dalam dunia
persilatan, bagaimana pula keputusannya?"
seebun Giok-hiong melirik Li Tiong-hui sekejap sambil
berpikir: "seandainya benar-benar ada orang hendak
mengundangmu, orang itu pasti bukan aku"
Sementara Li Tiong-hui segera menjawab: "Tentu saja
lain ceritanya bila ada seorang di antara kami yang
mengundangmu." "selain salah seorang di antara kalian berdua, misalnya
orang lain yang mengundang pun belum tentu aku mau,"
kata Pek si-hiang. "Baik, kalau begitu kita berjanji dengan ucapan
tersebut, biar sampai mati pun tak nanti aku akan
memohon kepada nona Pek lagi"
sepasang tangan Pek Si-hiang kembali menyentil
berapa kali di tubuh Lim Han-kim, tiba-tiba saja anak
muda itu melompat bangun.
Terdengar Pek si-hiang bersumpah: "Bila kedua orang
ini selesai melatih ilmu iblisku sebanyak sepuluh kali dan
Pek si-hiang tidak bersedia mengundurkan diri dari dunia
persilatan, biar langit mengutuk dan membasmiku"
2755 Kemudian setelah berhenti sejenak, ia mulai


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membacakan teori ilmu iblisnya: " Himpun tenaga murni
ke atas kepala, dengan perasaan membawa hawa
melintas nadi." "Aku tak percaya di dunia ini benar-benar terdapat
ilmu silat yang bisa membunuh manusia" seru seebun
Giok-hiong. "Tentu saja tak akan mematikan" sahut Pek si-hiang
tertawa. "Buktinya dalam setengah tahun saja aku, Pek
si-hiang, dari seorang gadis lemah yang tidak mengerti
ilmu silat, kini sudah berubah sehebat ini. semuanya tak
lain berkat melatih ilmu sakti ini, jadi kalian berdua boleh
mengikuti petunjukku untuk melatih ilmu ini"
Sementara berbicara dia mengangkat tangan kirinya
sambil melakukan gerakan, tambahnya: "silakan kalian
berdua menirukan gerakanku."
selesai melakukan satu gerakan, kembali ia berkata
sambil tersenyum: "Jurus ini disebut senyum Manis
Bunga Layu, Tangan kanan diluruskan di depan dada,
kelima jari tangan setengah ditekuk setengah
mencengkeram..." Terpaksa seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui
mengikuti gerakan tersebut dan melakukannya.
Tampak Pek si-hiang menarik balik tangan kirinya
sambil menekan ke arah dada, sementara badannya
pelan-pelan bergerak maju ke muka, katanya lagi sambil
tertawa: "Setiap gerakan ilmu silatku pasti memiliki nama
yang indah dan menawan, jurus kedua ini disebut Gadis
Ayu Mempersembahkan Hati."
2756 seebun Giok-hiong serta Li Tiong-hui serentak merasa
bahwa hawa murni yang terhimpun dalam nadi Tok-meh
secara tiba-tiba menyimpang dari jalur dan menerjang ke
arah dada. Terjangan itu datangnya begitu cepat, bahkan
maha dahsyat hingga sukar dibendung. Kenyataan ini
kontan saja membuat kedua orang gadis ini berkerut
kening. Pek Si-hiang sama sekali tidak memberi kesempatan
kepada kedua orang ini untuk berpikir, dengan cepat ia
sudah berganti dengan jurus lain sambil menjelaakan:
"cepat perhatikan gerakan ini Angkat tangan kanan ke
atas dengan tangan kiri menyanggah sikut tangan kanan,
posisi badan pelan-pelan bergeser ke sisi kanan, Gerakan
ini dinamakan Menunggu Gundik Di Sisi Tiang,"
Dalam keadaan hawa murni menerjang keluar dari
jalurnya, keadaan Seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui
pada saat itu belum stabil kembali, tanpa sadar mereka
mengikuti petunjuk tersebut dan menirukan gerakannya.
seketika itu juga hawa murni yang menerjang ke arah
dadanya itu tiba-tiba menyebar diri menembusi nadinadi
penting di sekujur badannya, penyebaran kali ini
berlangsung amat lambat, seakan-akan ada seakan-akan
pula tak ada. Mendadak Pek Si-hiang mengangkat sepasang
tangannya menempel di atas kepala, lalu pelan-pelan
tangan itu digerakkan dari atas ubun-ubun menuju ke
belakang tengkuk. katanya lagi: "Jurus ini dinamakan
Ratu Kui-hui Terluka Hati"
Sementara itu Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong
sudah hampir tak dapat mengendalikan lagi aliran hawa
2757 murninya, di bawah petunjuk Pek Si-hiang, tenaga dalam
mereka menyebar ke seluruh nadi di tubuhnya hingga
susah dikontrol lagi. Pek si-hiang tersenyum, sepasang tangannya didorong
pelan ke depan sambil berseru:
"Jurus ini dinamakan Mengantar Kekasih seribu Li."
Menyusul kemudian paras mukanya berubah jadi serius,
lanjutnya: "Jurus yang terakhir dinamakan pintu Neraka
Terbentang Lebar." Tiba-tiba ia menarik kembali sepasang tangannya lalu
diputar ke samping sambil menolak keluar, pelan-pelan ia
bangkit berdiri, Ternyata seebun Giok-hiong serta Li
Tiong-hui mengikuti juga gerakan tersebut dan bangkit
berdiri pula. "Nah, pelajaran telah selesai, Bagaimana
perasaan kalian berdua?" tanya Pek si-hiang.
"Hmmm, aku rasa cuma begitu saja..." sahut seebun
Giok-hiong dingin "Ini baru satu kali. Apabila kalian berdua bisa
melakukan sembilan kali lagi, aku Pek Si-hiang segera
akan mengundurkan diri dari dunia persilatan."
"Hmmm, kenapa tidak berani?"
Mendadak terdengar Lim Han-kim berteriak keras:
"Kalian berdua jangan mau menuruti kata-katanya, kalian
akan termakan oleh siasat busuknya"
sayang teriakan tersebut sudah terlambat, kedua
orang gadis itu sudah mengulangi kembali untuk kedua
kalinya. 2758 Begitu ilmu iblis ini diulangi untuk kedua kalinya,
seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui segera merasakan
hawa murninya bergolak seakan-akan ada ribuan ekor
kuda liar yang lari bersama dalam tubuh mereka,
Gerakan itu tak mampu dihentikan di tengah jalan.
Mereka baru dapat berhenti berlatih ketika sudah
mencapai jurus penghabisan.
Pek si-hiang tersenyum, serunya cepat: "Latihan
kedua telah selesai, berarti bila kalian lakukan delapan
kali lagi, maka kemenangan mutlak berada di pihak
kalian berdua" "Nona berdua, kalian jangan termakan tipu
muslihatnya" teriak Lim Han-kim gelisah. "llmu sembilan
iblisnya ini merupakan sejenis ilmu jahat yang berbahaya
sekali, Bila kalian melatihnya, maka selama hidup kalian
bakal ketagihan dan tak bisa menghentikannya lagi,
selama hidup kalian akan tergantung dengan ilmu itu"
Pek si-hiang cuma tertawa dingin saja, ia tidak
menggubris ulah Lim Han-kim ini, meski anak muda
tersebut telah membocorkan rahasianya.
"saudara Lim," seebun Giok-hiong segera berkata,
"Bila Pek si-hiang mampu untuk melatihnya, kenapa kami
tak boleh melakukannya juga?"
"Aku tidak begitu tahu tentang keadaan yang lebih
terperinci tapi aku tahu dengan pasti bahwa ilmu
tersebut pantang dipelajari. Aku harap kalian berdua
jangan termakan siasatnya, jangan sampai gara-gara
ingin mengunggulinya, kalian malah terjebak dalam
perangkapnya itu" 2759 seebun Giok-hiong merasakan hawa murni dalam
tubuhnya yang menerjang ke seluruh penjuru badan
sukar dikendalikan lagi, bahkan nadi-nadi yang di hari
biasa sukar dicapai pun kini tertembus oleh hawa
murninya yang lepas kontrol itu. Kenyataan ini tentu saja
membuat hatinya amat terkesiap, pikirnya: "sebenarnya
apa yang telah terjadi" Masa hanya melatih ilmu tersebut
dua kali saja lantas terjadi gejala seperti ini?"
Ia mencoba menengok ke arah Li Tiong-hui. Tampak
gadis itu sedang mengerutkan dahinya kencang-kencang.
jelas penderitaan yang dialaminya sedikit pun tidak
berada di bawah penderitaan sendiri.
Terdengar Pek si-hiang berkata lagi: "Bila kalian
berdua merasakan tubuh kalian tak enak. lebih baik
berlatihlah kembali sesuai dengan petunjukku, jangan
biarkan hawa murni yang lepas kontrol itu menembusi
nadi- nadi penting dan melukai isi perut kalian,"
Agaknya pada mulanya Li Tiong-hui masih mencoba
untuk bertahan, tapi lama kelamaan ia tak sanggup lagi
mempertahankan diri sehingga akhirnya mengikuti
petunjuk Pek si-hiang dengan melatih kembali ilmu iblis
ajarannya itu. sebagaimana keadaan Li Tiong-hui, keadaan seebun
Giok-hiong juga tak jauh berbeda. Pada akhirnya dia tak
tahan untuk melatih ulang ajaran dari Pek si hiang itu.
Menyaksikan keadaan tersebut, sambil tertawa Pek sihiang
memandang Lim Han-kim sekejap. lalu ejeknya:
"Bagaimana" sudah kau saksikan sendiri bukan?"
"Mereka berdua tak mampu menahan diri lagi."
2760 Lim Han-kim tertawa dingin, tiba-tiba ia berjalan
menghampiri Li Tiong-hui, pemuda ini sadar, untuk
mencegah orang itu terjerumus dalam keadaan tak
diinginkan maka hanya ada satu jalan yang bisa
ditempuhnya saat itu, yaitu menotok dulu jalan darah
mereka berdua. "Berhenti" hardik Pek si-hiang dengan marah.
"Ada apa?" Lim Han-kim berhenti.
"Bila kau ingin mengusik kedua orang itu, berarti kau
sudah bosan hidup, ingin mencari jalan kematian sendiri"
Lim Han-kim segera berpikir "Bila tidak kutolong
mereka berdua saat ini, mungkin aku tak akan peroleh
kesempatan lagi." Berpikir begitu, sembari mempersiapkan diri untuk
menghadapi sergapan maut dari Pek si-hiang, dia maju
selangkah ke depan lalu dengan cepat tangan kirinya
diayunkan ke muka menotok jalan darah di Li Tiong-hui.
"Kurang ajar" umpat Pek si-hiang sangat gusar, "Coba
kau rasakan dulu kehebatan peluru pencabut nyawaku"
Buru-buru Lim Han-kim menghindar ke samping
berusaha berkelit dari ancaman tersebut, Ketika
berpaling, ternyata tidak nampak ada sesuatu benda
yang datang mengancam, Keningnya segera berkerut,
tapi belum sempat dia menegur, tiba-tiba terasa
segulung angin kuat telah menerjang tiba.
Lim Han-kim sama sekali tidak menduga akan
datangnya sergapan ini, Termakan oleh gempuran itu,
badannya sempoyongan dan mundur sejauh empat- lima
langkah sebelum berhasil mempertahankan diri.
2761 Berhenti memukul mundur Lim Han-kim dengan
serangannya, dengan ketus Pek si-hiang berkata:
"Hmmmm Hanya andalkan sedikit kepandaian silatmu itu,
kau sudah ingin menolong nyawa mereka berdua" Betulbetul
manusia tak tahu diri"
Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur
pernapasan untuk memeriksa apakah isi perutnya terluka
parah. Ternyata ia tidak menderita luka, bahkan masih
memiliki kemampuan untuk melanjutkan pertempuran,
karena itu tegurnya: "Dendam sakit hati apa terjalin
antara kau dengan Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong"
Kenapa kau bersikap begitu kasar dan kejam terhadap
mereka?" "Mereka berdua sama-sama adalah musuh cintaku"
sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Bila mereka berdua
sudah mati terbunuh, maka mau tak mau kau harus
kawin denganku" "Hmmm, walau semua wanita di dunia ini sudah pada
mampus pun tak nanti aku akan mengawinimu"
"Kenapa" Bagian mana ku yang kalah dengan
mereka?" "Kau kejam dan tak berperikemanusiaan, kekejianmu
ibarat ular yang amat berbisa, Meski kecantikan wajahmu
amat menawan hati, tak nanti ada orang berani
mengawinimu" "Apa kau bilang" Kau anggap selain kawin dengan
dirimu, maka di dunia ini sudah tak ada pria lain yang
mau kawin denganku?"
2762 "Mungkin saja masih beribu-ribu bahkan berjuta-juta
pria di dunia ini yang bersedia kawin denganmu, tapi
aku. Lim Han-kim tak akan melakukannya"
Pelan-pelan Pek si-hiang bangkit berdiri. tersenyum
manis dan berjalan menghampin Lim Han-kim, bisiknya
lembut: "Masa kau lupa dengan sumpah setia kita tempo
hari" Bukankah kau telah berjanji akan mengawini aku?"
Di bawah cahaya lilin tampak wajahnya yang cantik
dipenuhi oleh pancaran sinar cinta, sepasang matanya
yang bulat besar bersinar bening dan penuh kemesraan.
Agaknya pada saat itu Pek si-hiang telah pulih kembali
dalam kelemah lembutannya semula, langkahnya
nampak lamban seakan akan ada gankalan dalam
hatinya. Cukup lama Lim Han-kim termangu mengawasi gadis
di hadapannya itu, sampai lama kemudian ia baru
berbisik: "Nona Pek"
"Ada apa?" Pek si-hiang menghela napas pelan
"Apakah kesadaranmu sedang jernih saat ini?"
"Kesadaranku selalu jernih"
"Kalau begitu cepat bebaskan mereka berdua"
sinar mata Pek si-hiang yang lembut beralih ke wajah
seebun Giok-hiong, setelah menatapnya sekejap. pelanpelan
ia berjalan menghampiri gadis tersebut
Tapi sebelum mencapai sisi tubuh seebun Giok-hiong,
mendadak tangannya menekan ke arah perut sendiri lalu
pelan-pelan berjongkok. Buru-buru Lim Han-kim
2763 menghampiri gadis itu dengan langkah lebar, tegurnya:
"Kenapa kau nona Pek?"
"Aku sangat baik" jawab Pek si-hiang sambil
mendorong anak muda itu ke belakang, Ketika sorot
mata Lim Han-kim bentrok dengan sinar mata Pek Sihiang,
seketika itu juga anak muda tersebut tertegun
dibuatnya. Ternyata sinar mata Pek si- hiang yang semula lembut
dan penuh perasaan cinta itu kini sudah berubah lagi
menjadi cahaya keji, buas dan licik, wajahnya pun
berubah jadi dingin dan kaku sementara selapis hawa
napsu membunuh menghiasi wajahnya.
"Nona Pek" buru-buru Lim Han-kim menegur.
"Ada apa?" tukas si nona ketus.
"Bukankah kau telah berjanji akan membebaskan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka berdua" Kenapa berubah pikiran?"
Pek si-hiang pejamkan sepasang matanya rapat-rapat
sambil berdiri serius, ia tidak menanggapi pertanyaan
dari anak muda tersebut. Melihat gelagat ini dengan perasaan keheranan Lim
Han-kim berpikir "Kenapa sih orang ini" Kenapa sikapnya
sebentar dingin, sebentar hangat, sebentar gembira,
sebentar gusar?" Ketika mencoba mengamati lebih seksama, terlihat
olehnya napas Pek si-haing tersengal-sengal, tampaknya
ia sedang mengatur napas untuk mengendalikan gejolak
perasaan yang terjadi dalam dadanya.
2764 BAB 32. Habis Hujan Terbitlah Terang
Kembali Lim Han-kim berpikir dengan perasaan
termangu: "Tampaknya dia sedang mengatur
pernapasan untuk mengendalikan diri. Aaai semenjak dia
mempelajari ilmu sesat ini, watak maupun perangainya
telah mendalami perubahan secara drastis, berbeda
sekali dengan kelembutan Pek si-hiang yang dulu. Yaaa...
kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan ini untuk
menotok jalan darahnya sebelum mengambil keputusan
lain?" Berpikir begitu, ia segera berjalan menghampiri gadis
itu, ia mengerti ilmu silat yang dimiliki Pek si-hiang saat
ini sudah jauh di atas kemampuan dirinya, bila ingin
berhasil dalam sekali gempuran maka ia mesti
menyergapnya secara tiba-tiba.
Dalam keadaan seperti ini, Lim Han-kim tak ingin
banyak berpikir lagi, kendatipun ia mengerti bahwa
tindakan tersebut bukan perbuatan seorang lelaki sejati,
namun ia memaksakan diri untuk melakukannya juga.
Dengan langkah lamban ia berjalan ke sisi Pek sihiang,
ternyata gadis itu tidak menyadari kehadirannya,
Dengan cepat ia lepaskan satu totokan kilat ke atas jalan
darah Cian cing-hiat pada bahu nona itu.
Pek si-hiang kelihatan gontai lalu roboh terjengkang
ke atas tanah, Dengan cepat Lim Han-kim menyambar
tubuhnya dan membaringkan gadis itu ke lantai. Ketika
berpaling kembali, ia saksikan Li Tiong-hui serta seebun
Giok-hiong masih berlatih ilmu silat ajaran dari Pek sihiang
itu tiada hentinya, Dengan perasaan terkesiap ia
berpikir "Tak kusangka begitu dahsyat daya pengaruh
2765 ilmu sesat sembilan iblis ini, aku harus segera mengambil
keputusan" Dengan langkah lebar ia menghampiri Li Tiong-hui,
menotok jalan darahnya lalu berbalik ke arah seebun
Giok-hiong dan menotok pula jalan darahnya, suasana
dalam ruang perahu pun pulih kembali dalam keheningan
yang luar biasa, yang tersisa hanya kerdipan sinar lilin
yang mendampingi kehadiran Lim Han-kim.
Pelan-pelan anak muda itu menghembuskan napas
panjang, sambil memandang ketiga orang gadis yang
berbaring di atas lantai diam-diam pikirnya: " perselisihan
dan percekcokan yang terjadi dalam dunia persilatan
dewasa ini sebagian besar disebabkan oleh kehadiran
ketiga orang nona ini. Andaikan aku bisa berhati keji
dengan melemparkan tubuh mereka bertiga ke dalam
sungai, kendatipun perselisihan dalam dunia kangouw
belum tentu akan padam, paling tidak tak bakal terjadi
situasi yang meruncing seperti saat ini..."
Tapi kemudian ia teringat kembali bagaimana ketiga
orang gadis itu mempunyai budi kepadanya serta rasa
persahabatan yang tebal. Ambil contoh keputusan Li
Tiong-hui serta seebun Giok-hiong yang sampai mau
mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, semuanya ini tak
lain lantaran ingin menolong dirinya.
Dari hal tersebut, berarti satu-satunya orang yang
pantas dibunuh saat ini hanyalah Pek si-hiang satu
ingatan kembali melintas dalam benaknya: "Seebun Giokhiong
memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, Dengan
kecerdasan otaknya ia berhasil menghimpun kekuatan
yang begitu besar sehingga gadis ini memiliki
2766 kemampuan untuk melakukan pembantaian secara
besar-besaran dalam dunia persilatan satu-satunya orang
yang dapat membuatnya jeri hanyalah Pek si-hiang.
Bila sekarang kubunuh pek Si-hiang, maka di dunia ini
sudah tak ada orang kedua lagi yang bisa membuat takut
seebun Giok hiong. saat itu dia pasti akan malang
melintang tak terkendali dalam dunia kangouw, Dunia
persilatan pasti akan diobrak-abrik tak karuan lagi,
bahkan bisa jadi mayat akan bertumpuk setinggi bukit
dan darah akan mengalir sepenuh sungai.
Yaaa, aku harus tetap mempertahankan kehidupan
Pek si-hiang. selama Pek si-hiang masih hidup berarti
dunia persilatan akan aman dari ancaman seebun Giokhiong.
"sedangkan Li Tiong-hui... selain kelewat kemaruk
akan kedudukan dan nama besar, sesungguhnya ia
cukup baik dan berbudi luhur. Aku tak punya alasan yang
kuat untuk menyingkirkan dirinya."
Berpikir sampai di situ, ia berkesimpulan bahwa ketiga
orang gadis ini tak ada yang pantas dibunuh, Hal ini
justru membuatnya bimbang dan kebingungan sambil
menghela napas panjang, ia bergumam: "Aaaai... urusan
dunia persilatan memang susah untuk ditebak."
Mendadak dari luar ruang perahu berkumandang
datang suara teriakan dari Hiang-kiok: "Nona, angin dan
hujan telah berhenti, sekarang rembulan sudah nampak
di angkasa, tapi arus sungai amat deras, ombak masih
menggulung. Aku tak tahu kita berada di mana
sekarang?" 2767 Lim Han-kim membungkam, dalam hati pikirnya:
"sejak mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, perangai
Pek si-hiang telah berubah drastis. Entah bagaimana
dengan perangai Hiang-kiok serta siok-bwee?"
Tampaknya Hiang-kiok mulai curiga setelah tak
mendengar jawaban dari Pek si-hiang sekian lama,
kembali ia berteriak "Nona, kalau tadi angin dan ombak
mengganas sehingga kurang leluasa membuka pintu
ruangan, kini angin dan ombak telah mereda, Ijinkanlah
enci siok-bwee untuk masuk membubuhkan obat pada
lukanya." Lim Han-kim mengerutkan kening, pikirnya: "Kalau
aku tidak menjawab, kedua orang gadis itu tentu
menaruh curiga, sebaliknya kalau kujawab, kejadian di
sini akan segera ketahuan, lalu apa yang harus
kulakukan sekarang?"
sementara ia masih serba salah, mendadak terdengar
suara benturan keras bergema memecahkan keheningan
Tahu-tahu pintu ruangan terpentang lebar, Hiang- kiok
dengan rambut awut-awutan dan pakaian basah kuyup
telah menerjang masuk ke dalam.
sambil menghimpun tenaga dalamnya dan
menggenggam gedang Jin-siang-kiam-nya erat-erat, Lim
Han-kim bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan. Dengan sorot mata yang tajam Hiang- kiok menyapu
sekejap sekeliling ruangan, lalu tanyanya: "Lim
siangkong, apa yang telah terjadi?"
"Aku telah menotokjalan darah mereka bertiga"
2768 "Kau telah menotok jalan darah mereka bertiga?" seru
Hiang- kiok keheranan "Benar, bila nona tak percaya, ya apa boleh buat lagi."
"Aku memang bingung setengah mati," ucap Hiangkiok
bimbang, "Kenapa kau totok jalan darah mereka
bertiga" sebenarnya siapa yang kau bantu" Nona kami
atau Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong?"
"Siapa pun tidak kubantu"
"Aaaaai... kau semakin membuat aku bingung dan tak
habis mengerti" seru Hiang- kiok dengan kening
berkerut, " Cepat kau bebaskan jalan darah nona kami
yang tertotok. mungkin dia bisa memberi penjelasan
untukmu" Dengan cepat Lim Han-kim melangkah maju dan
menghadang jalan pergi Hiang-kiok, katanya: "Tidak
bisa. jalan darah siapa pun di antara mereka bertiga tak
bisa dibebaskan sekarang"
"Kenapa?" "sebab siapa pun di antara mereka bertiga bila
dibebaskan totokan jalan darahnya, maka dia akan
sebera membunuh dua orang yang lain, oleh sebab itulah
kularang kau untuk membebaskan totokan jalan darah
pada diri nona Pek."
"seandainya aku bersikeras hendak membebaskannya"
Kau hendak bertarung melawanku?" kata Hiang-kiok
dengan kening semakin berkerut.
"Betul, jika nona bersikeras akan membebaskan jalan
darah nona Pek yang tertotok, terpaksa kau harus
2769 mengalahkan pedangku lebih dahulu" seraya berkata ia
meloloskan pedang Jin-siang-kiam dari saku dan bersiap
sedia menghadapi serangan-
"Lim Han-kim" tegur Hiang-kiok setelah tertegun
sesaat "sebentar lagi kau akan menjadi majikan kami,
masa kau tidak merasa kasihan terhadap nona kami?"
"Siapa bilang aku akan menikah dengan nona kalian?"
"Aku dan enci siok-bwee mendengar dengan mata
kepala sendiri dan nona telah mengakui segala
sesuatunya kepada kami, masa hal ini bisa salah?"
"salah sih memang tidak salah, cuma urusan itu sudah
menjadi kenangan masa lalu" Hiang-kiok gelengkan
kepalanya berulang kali, gumamnya: "Aaaaai... masa
urusan perkawinan juga dianggap sebagai bahan
gurauan" Mau jadi terus jadi, mau dibatalkan segera
dibatalkan... betul-betul membuat orang tidak habis
mengerti, seandainya kau belum setuju, masa nona kami
berani mengemukakan hal ini kepada kami?"
"Aku memang pernah bilang mau mengawininya, tapi
waktu itu Pek si-hiang adalah seorang nona yang lemah
lembut dan berjiwa besar."
"Bukankah saat ini dia nampak jauh lebih cantik?"
tukas Hiang-kiok. "Betul, dia memang bertambah cantik, tapi kecantikan
wajahnya itu hanya merupakan keindahan lahiriah saja,
padahal yang betul dia adalah seorang iblis wanita yang
kejam, licik dan tidak berperikemanusiaan, Dia adalah
seorang wanita yang berbisa dan amat berbahaya."
2770 "Tutup mulut" bentak Hiang-kiok amat murka,
"Percuma nona kami amat mencintaimu tak nyana kau
justru mengumpatnya habis-habisan, Dasar lelaki busuk.
kau telah menyia-nyiakan harapan nona kami"
Diam-diam Lim Han-kim mengamati terus gerak-gerik
Hiang-kiok dengan teliti. selain sikapnya lebih dewasa
dan tahu urusan, ternyata perangainya tidak berubah
sama sekali, oleh sebab itu dengan melunakkan nada
suaranya ia berkata lagi: "setiap hari kau berkumpul
dengan nona Pek. masa tidak kau sadari bahwa
perangainya telah mengalami perubahan yang sangat
besar?" "Tentu saja sudah kami sadari, tapi ia begitu sayang
kepada kami, menganggap kami bagaikan saudara
kandung sendiri sekalipun sifatnya berubah jadi lebih
jahat pun, kami masih tetap budak-budaknya"
Lim Han-kim menghela napas sedih: "Kesetia kawanan
nona sangat mengagumkan hatiku . ."
"Kalau memang begitu, bebaskanlah totokan jalan
darahnya" sela Hiang- kiok cepat
"Tidak. aku tak boleh melakukannya"
"Lim siangkong" seru Hiang- kiok marah.
"Tahukah kau betapa hormatnya aku dan enci siokbwee
terhadapmu selama ini" Tahukah kau kenapa kami
selalu melayanimu dengan baik, mengaturkan tempat
pembaringan dan melayani kebutuhanmu dengan
hormat" 2771 "Soal ini... aku hanya bisa mengatakan berterima kasih
sekali kepada kalian berdua," sahut Lim Han-kim setelah
tertegun sesaat "Aku tidak butuh rasa terima kasihmu kepadaku, aku
hanya ingin kau menjawab apa sebabnya kami berbuat
demikian kepadamu?" "Aku tidak tahu."
"Baik, kalau tidak tahu biar aku terangkan kepadamu
sekarang, Hal ini kami lakukan karena nona kami amat
mencintaimu. Aku dan enci siok-bwee telah menganggap
kau sebagai bakal majikan lelaki kami"
"Aku tak perduli nona hendak mengumpatku dengan
perkataan apapun. Kau boleh memaki aku Lim Han-kim
sebagai lelaki yang tak tahu diri, berhati keras dan lupa
akan kasih sayang, Aku rela menerima caci makimu itu,
tapi ada satu hal yang perlu kutegaskan, apa pun yang
terjadi, aku tak akan membiarkan kau membebaskan
jalan darah Pek si-hiang yang tertotok"
"Baik Kau boleh berbuat sesuka hatimu asal Lim
siangkong mampu menghabisi nyawaku dan enci siokbwee
terlebih dulu" seru Hiang-kiok sambil
mempersiapkan pedangnya dan maju mendesak.
"Berhenti" bentak Lim Han-kim keras-keras. "Bila nona
mendesak terus, terpaksa aku akan melawan"
Hiang-kiok tidak banyak bicara. pedangnya diayunkan
ke depan melepaskan sebuah tusukan dengan jurus
Gadis Langit Memutar Pedang.
Lim Han-kim terpaksa menggetarkan pedangnya untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut Traaaang
2772

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan dari Hiang-kiok sebera terbendung, Di bawah
sinar lilin tampak pedang yang berada di tangan Hiangkiok
telah gompal sebagian. "Nona, kau mesti hati-hati, pedangku ini tajamnya luar
biasa" kata Lim Han-kim dingin.
Mendadak dari luar ruang perahu bergema datang
suara teriakan dari siok-bwee: "Jangan berkelahi, ada
persoalan kita bicarakan baik-baik"
Hiang-kiok menarik kembali pedangnya sambil
melompat mundur, ujarnya sengit: "cici, dia telah
menotok jalan darah nona, sekarang aku dihalangi untuk
membebaskan pengaruh totokannya"
Waktu itu jari tangan siok-bwee yang putus masih
mengucurkan darah segar, ia sedang menggunakan
robekan bajunya untuk membalut mulut luka itu
Mendengar teriakan mana si dayang tersebut segera
melangkah masuk ke dalam ruang perahu
"Lim siangkong" serunya. "Selama ini sikap nona kami
terhadap dirimu amat baik, masa kau melupakan semua
kebaikannya?" "seandainya dia masih Pek si- hiang yang dulu, masa
dia tak menggubris setelah melihat nona kehilangan
sebuah jari tangan?"
saat itu paras muka siok-bwee pucat pias seperti
mayat, rambutnya terurai ke bawah dan nampak kusut,
jelas luka yang dideritanya cukup parah sehingga
kekuatan tubuhnya belum pulih kembali.
Terdengar gadis itu menghela napas panjang, ujarnya
lirih: "Benar, nona kami memang sudah berubah, tapi dia
2773 tetap adalah nona kami berdua, Lim siangkong, mungkin
dalam dunia saat ini hanya kau seorang yang dapat
membujuknya agar berubah pikiran..."
"Tidak mungkin," Lim Han-kim gelengkan kepalanya
berulang kali, "Aku rasa ia sudah terlanjur kesurupan
ilmu iblis tersebut, tak nanti ada seorang manusia pun
yang bisa membujuknya lagi."
"Kau bisa... Kau pasti bisa sebab di dunia ini hanya
kau seorang yang dapat melakukan hal ini, sudah lama
budak memikirkan masalah ini."
Lim Han-kim tertawa getir, "Kalau dia masih ingat
dengan diriku, tak mungkin ia menghajarku tadi sehingga
aku menderita luka dalam yang cukup parah."
"Perbuatan itu dilakukannya di saat pikiran dan
kesadarannya terpengaruh oleh ilmu iblis yang sedang
dipelajarinya. Apabila ia sadar dan terlepas dari pengaruh
ilmu sesat tersebut, ia tetap adalah Pek si- hiang yang
dulu, Pek si- hiang yang lemah lembut dan penuh welas
kasih." Tergerak pikiran Lim Han-kim setelah mendengar
ucapan ini, terutama setelah membayangkan kembali
kejadian belum lama berselang, buru-buru tanyanya:
"Kapan dia baru akan sadar kembali?"
"Tatkala nona mempelajari ilmu sesat tersebut, budak
berdua dapat mengikuti terjadinya perubahan atas sifat
dan perangainya, seandainya orang lain yang
menghadapi masalah ini, mungkin keadaannya sudah tak
bisa tertolong lagi, tapi keadaan nona kami justru agak
berbeda." 2774 "Bagaimana bedanya?"
"Kecerdasan otaknya tiada tara di dunia ini,
Kendatipun pikirannya sudah dikendalikan oleh ilmu
sesat, namun kesadarannya belum punah sama sekali,
Pada awal ia mempelajari ilmu sesat tersebut, nona
pernah berkata kepada kami."
"Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang, seandainya dia mati pada saat itu maka
dunia persilatan akan ditinggali kenangan yang indah
Kidung Senja Di Mataram 4 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Suling Emas Dan Naga Siluman 1
^