Pencarian

Pedang Keadilan 35

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 35


luar sebatang jarum emas dan menyodorkannya ke
depan. Setelah menerima jarum emas itu, Pek si- hiang
meronta untuk bangun dan menusuk dadanya dengan
jarum itu. Phang Thian-hua dapat melihat, arah yang dituju
gadis tersebut ternyata adalah jalan darah penting Tiongteng-
hiat di atas dada, Begitu jalan darah tersebut
tertusuk, semangat Pek si-hiang seketika berkobar
kembali, raut wajahnya yang semula pucat pias pun kini
terlintas selapis warna semu merah.
2935 Kendatipun phang Thian-hua lihay dalam ilmu
pengobatan, ia sendiri pun tidak menyangka semangat
Pek si-hiang dapat bangkit kembali setelah jalan darah
penting itu ditusuk dengan jarum emas.
Dengan rasa heran bercampur penasaran ia menengok
Lim Han-kim dan Hiang- kiok sekejap. kemudian
tanyanya: "llmu silat apaan itu?"
Lim Han-kim hanya gelengkan kepalanya dengan
mulut membungkam. Beberapa saat kemudian, Pek si-hiang telah membuka
matanya kembali, dipandangnya Lim Han-kim lekat-lekat,
lalu bisiknya: "Berada di mana aku sekarang?"
"Keluarga Hong-san"
"Kalau begitu aku berada di rumahnya Li Tiong-hui."
Pek si-hiang menghembuskan napas panjang.
"Untung nona Li membawa pulang nona ke
rumahnya," sambung Hiang-kiok cepat, "Coba kalau tak
ada perawatan yang seksama dari Nyonya Li, entah
bagaimana jadinya?" "Selain itu kita juga harus berterima kasih kepada
Phang cengcu," kata Lim Han-kim pula, "Justru berkat
perawatan dan pengobatannya yang seksama sepanjang
perjalanan sampai kesini, kita masih tetap hidup dan
peroleh pertolongan"
"Hebatkah ilmu pengobatan yang dimiliki nyonya Li?"
tanya Pek si-hiang sambil tertawa hambar.
"Percuma aku peroleh nama besar selama ini," ujar
Phang Thian-hua sambil menghela napas. "Bila
2936 dibandingkan kemampuan nyonya Li, ternyata aku masih
ketinggalan jauh." "Entah bagaimana pula dengan ilmu silatnya?"
"lbarat bentangan air di lautan selatan, sukar diukur
luasnya dan berapa dalamnya." Pek si-hiang tertawa
getir. "Sekalipun dia hebat, toh ia tak akan mampu
menyembuhkan penyakit yang kuderita."
"Menurut pendapatku, nyonya Li pasti memiliki
kemampuan untuk mengobati penyakitmu," sambung
Phang Thian-hua. Pek si-hiang gelengkan kepalanya
berulang kali. "Mustahil di dunia saat ini, tak akan ada seorang
manusia pun yang bisa temukan cara pengobatan yang
tepat untuk menyembuhkan penyakitku ini"
"Kecuali dengan berlatih ilmu sesat sembilan iblis,
bukan?" sela Lim Han-kim sambil menghela napas.
"Aku belum terlalu kecanduan, lagi pula sebelum
berlatih ilmu tersebut, di dalam hati aku sudah membuat
persiapan yang sungguh-sungguh, sehingga tidak dilatih
pun sekarang sama saja."
Setelah menghela napas, lanjutnya: "Aaaai... terus
terang saja, coba kalau seebun Giok-hiong tidak
menghajarku hingga terluka parah, mungkin sulit bagiku
untuk menghentikan ketergantunganku pada ilmu
tersebut. Dengan ia melukaiku, justru telah
menyelamatkan aku dari kecanduan, Yaaa... antara budi
dan dendam memang sulit untuk dibicarakan"
2937 Tiba-tiba Phang Thian-hua menyela:
"Tahukah.nona, Lim Han-kim telah terluka di tangan
siapa?" "Ketika masih berlatih ilmu iblis, aku tidak kehilangan
daya ingatanku. Aku tetap sadar, hanya perangaiku
berubah seratus delapan puluh derajat, aku tak mampu
mengendalikan diri, aku tahu, ia terluka oleh
hantamanku" Dengan tatapan penuh rasa sesal dan cinta ia alihkan
sorot matanya ke atas wajah Lim Han-kim, pelan-pelan
ujarnya lagi: "saudara Lim, kau harus memaklumi
keadaanku. Pek si-hiang yang kau hadapi ketika itu
bukan Pek si-hiang yang sebenarnya, ilmu sesat sembilan
iblis telah mendorongku kealam dunia yang lain, aku lupa
akan diriku, aku telah berubah jadi duplikatnya sembilan
iblis." "Jangan kau lanjutkan kata-katamu" sela Lim Han-kim
cepat, "Aku tahu, kau tidak sengaja, kau tak berniat
untuk berbuat begitu, Aaaai... justru dewasa ini ada satu
masalah lain yang merisaukan hatiku."
"Soal apa?" "Dengan tidak melatih ilmu sesat sembilan iblis lagi,
kau memang dapat pulih kembali menjadi Pek si- hiang
yang sebenarnya, tapi tubuhmu lemah, penyakitmu
belum hilang, dengan cara apa kau hendak
mempertahankan diri?" Pek si- hiang tertawa.
"Tidak apa-apa, meski badanku lemah dan setiap saat
malaikat elmaut dapat merenggut nyawaku, tapi
kehidupan yang bisa kuraih sekarang akan merupakan
2938 kehidupanku yang paling bahagia, sebaliknya dengan
berlatih ilmu sesat sembilan iblis, betul badanku bisa
sehat dan kokoh, penyakitku hilang lenyap. tapi aku telah
menjadi duplikatnya sembilan iblis, meski dapat hidup
seratus tahun, lalu apa artinya?"
"Saat ini dunia persilatan sedang memasuki era yang
amat kritis, saat inilah mati hidupnya kaum sesat dan
lurus ditentukan orang secerdas nona tidak sepantasnya
mati dalam keadaan begini"
"Tidak apa-apa." Pek si-hiang tertawa.
"Aku dapat mengaturkan suatu tempat tujuan
untukmu, asal kau bersedia tinggal selama tiga tahun di
situ sebelum muncul lagi ke dalam dunia persilatan Aku
jamin kau tak bakal ikut terseret dalam bencana dunia
persilatan kali ini."
Tiba-tiba kedengaran suara pintu dibuka orang,
nyonya Li dengan wajah sedingin es berjalan masuk ke
dalam ruangan Melihat itu, buru-buru Hiang- kiok berseru: "Nona,
dialah nyonya Li yang telah selamatkan jiwamu" sembari
berkata, ia sudah menjatuhkan diri berlutut.
"Tak usah banyak adat," sela nyonya Li dingin Hiangkiok
menyahut dan bangkit berdiri
Dari atas pembaringannya Pek si- hiang manggutmanggut
sebagai tanda hormat, kata-nya: "Maaf bila aku
tak bisa memberi hormat berhubung sedang terluka,
harap locianpwee memaklum."
2939 Dengan sorot mata yang tajam, nyonya Li mengawasi
sekejap jarum emas yang tertancap di dada Pek si-hiang,
selang sesaat kemudian ia berkata:
"Tusukan jarum emas itu memang dapat
membangkitkan semangat hidupmu, tapi tahukah kau
bahwa cara seperti ini sama artinya dengan menghisap
candu untuk menahan sakit?"
"Betul." Pek si- hiang tertawa, "Tapi selain berbuat
demikian, terpaksa aku harus berbaring di atas ranjang
tanpa bergerak maupun bicara."
"Tahukah kau bahwa kau sudah tak mampu hidup
lebih dari setahun lagi?"
"Setahun kelewat lama." Pek si- hiang tertawa, "Aku
cuma ingin hidup tiga bulan lagi."
Di atas wajah nyonya Li yang dingin membeku, tibatiba
tersungging sekulum senyuman, ujarnya lembut:
"Tahukah kau nak mengapa kau tak bisa hidup lebih
lama?" Dengan sedih Pek si-hiang menghela napas panjang,
ia tundukkan kepalanya dan tidak berbicara.
Hiang-kiok yang ada di sisinya segera menimbrung:
"Dari dulu, wanita cantik memang berumur pendek.
mungkin hal ini disebabkan wajah nona kami kelewat
cantik." "Husss, kau budak cilik jangan ngaco belo" hardik Pek
si-hiang sambil angkat wajahnya.
2940 Sambil tersenyum nyonya Li berkata: "Meskipun apa
yang dia katakan tak tepat, namun selisih pun tidak
terlalu jauh." Pek si-hiang angkat wajahnya dan lantas tertawa
sedih, ia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi niat
tersebut diurungkan kemudian. Kembali nyonya Li
berkata: "Nak. aku mengerti, sesungguhnya dalam hati
kecilmupun sudah paham cuma tak ingin kau utarakan
keluar, betul bukan" Baiklah, biar aku yang bicara
mewakilimu" Mendengar pembicaraan tersebut, dengan rasa heran
Lim Han-kim berpikir: "Aneh, masa seseorang yang
hampir mati juga bisa dilihat dari bentuk wajahnya?"
Dengan wajah serius nyonya Li berkata lebih lanjut:
"Nak, kau kelewat pintar, tapi tiada manusia sempurna di
dunia ini. Dan manusia sempurna tak akan dibiarkan
hidup terus di dunia ini. Aaaai... mungkin orang lain tidak
paham maksud ucapan ini, tapi aku percaya kau pasti
mengerti" "Justru karena itulah, sedikitpun aku tak takut mati..."
Air mata berkembang di kelopak mata Pek si-hiang.
"Aku percaya perkataanmu itu, tapi apa sebabnya kau
bersikeras hendak pelajari ilmu sesat sembilan iblis?"
Pelan-pelan Pek Si-hiang melirik Lim Han-kim sekejap.
setelah itu jawab nya: "Lantaran dia, aku ingin hidup
beberapa tahun lebih panjang, tapi sekarang aku
mengerti, keputusanku itu salah."
2941 "Kau masih ada kesempatan untuk kembali dan kau
mampu untuk melepaskan semua itu, Aku percaya, kau
memiliki kemampuan yang lain daripada yang lain."
Sementara itu Lim Han-kim hanya melongo
mendengarkan pembicaraan kedua orang itu. sekilas
pandang, kata-kata yang mereka pergunakan dalam
pembicaraan tersebut kedengaran amat sederhana dan
seolah-olah mudah ditangkap. tapi setelah coba ditelaah,
ternyata ia tak habis mengerti ia gagal menangkap
maksud yang terkandung dalam ucapan tersebut, seolaholah
di balik pembicaraan tadi terselip makna yang
sangat dalam. Tiba-tiba nyonya Li menghela napas panjang, katanya:
"Nak. sesungguhnya aku ingin sekali berbicara lebih
mendalam denganmu" "Dengan senang hati aku akan melayani kehendak
nyonya." Nyonya Li berpikir sejenak. lalu katanya lagi: "Aku
hanya khawatir pembicaraan yang kelewat banyak akan
mempengaruhi kondisi sakitmu."
"Tidak apa-apa, toh sulit bagiku untuk hidup lebih dari
tiga bulan, lentera yang hampir kehabisan minyak justru
mesti dimanfaatkan sebisanya..."
"Bila kau dapat membantuku untuk memecahkan
beberapa persoalan pelik yang menyangkut ilmu
pengobatan, mungkin aku bisa membantumu untuk
mengobati penyakit yang kau derita,"
2942 "Aku khawatir kemampuanku tak berhasil
memecahkan persoalan tersebut," kata Pek si-hiang
sambil membenahi rambutnya yang kusut
Lim Han-kim ikut mengawasi gerak-gerik gadis itu,
mendadak ia menjerit tertahan: "Nona Pek, kau..."
"Oooh, sudah kau lihat rambutku yang mulai
beruban?" "Benar." "Bila aku dapat hidup tiga tahun lagi, saat itu kau tak
akan berhasil menjumpai seutas rambut pun yang
hitam." "Nak." sela nyonya Li tiba-tiba. "seharusnya kau mulai
pasrah, jangan kelewat memikirkan masalah kecantikan
diri" Seolah-olah baru menyadari akan sesuatu, Pek sihiang
berseru tertahan, sepasang matanya terbelalak
lebar sementara dua titik air mata jatuh berlinang.
Dengan senyuman hambar menghiasi bibirnya,
kembali nyonya Li berkata:"Nak. malam ini aku telah
sediakan suatu perjamuan makan malam yang amat
megah bagimu,pada kentongan pertama malam nanti
akan kuutus orang untuk mengundangmu. Kita bisa
berbincang-bincang sambil bersantap malam."
"Aku siap menanti perintah." Nyonya Li manggutmanggut
"Nah, baik-baiklah beristirahat, aku pergi dulu." seusai
berkata, ia membalikkan tubuh dan beranjak pergi
dengan langkah lebar. 2943 Buru-buru Pek si-hiang meronta bangun sambil
berseru: "Biar kuantar kepergian nyonya..."
"Tidak usah," tampik nyonya Li sambil berlalu.
Memandang bayangan punggung nyonya Li hingga
lenyap dari pandangan, Pek Si-hiang menghela napas
panjang. "Aaaai... ia sedang menghadapi banyak kesulitan di
depan mata..." Mendadak terlihat pintu kamar bergerak. Li Tiong-hui


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muncul dengan langkah lebar sambil menegur: " Ibuku
datang kemari?" "Yaa, baru saja ia berlalu."
"Ayah dan ibumu datang menjengukmu"
"Di mana mereka sekarang?"
"Di ruang tengah. Aku tahu sakitmu cukup parah, jadi
aku tak berani memutuskan apakah kau ingin bertemu
dengan mereka atau tidak" setelah berpikir sejenak, kata
Pek si-hiang: "Jauh-jauh orang tuaku datang kemari untuk
menjengukku, masa aku tidak menemui mereka...?"
Ia meronta bangun kemudian pelan-pelan berjalan ke
luar meninggalkan ruangan, Buru-buru Hiang-kiok
menyusul dan menggandeng nonanya.
"Nona Pek," sela Li Tiong-hui tiba-tiba. "Aku lihat
gerak-gerikmu sangat berat, kenapa tidak kau undang
orang tuamu untuk bertemu di dalam kamar saja?"
"Apakah leluasa?" Pek si-hiang tarik napas panjang.
2944 "Kenapa tidak" Tunggulah di sini nona, biar aku pergi
mengundang mereka untuk masuk kemari."
"Terima kasih atas bantuanmu"
Sambil berkata ia balik ke sisi pembaringan,
membaringkan diri dan mencabut ke luar jarum emas
dari atas dadanya, Begitu jarum dicabut, paras mukanya
segera berubah hebat, Cepat-cepat Hiang-kiok menarik
selimut dan diselimutkan ke atas dan Pek si-hiang.
"Saudara Lim." Tiba-tiba Phang Thian-hua berbisik.
"Kurang leluasa bagi kita untuk tinggal di sini, ayoh kita
juga pergi" Lim Han-kim mengiakan dan beranjak meninggalkan
ruangan, Melihat itu, cepat-cepat Hiang-kiok berteriak:
"Lim siangkong, Phang cengcu, kalian berdua mau ke
mana?" "Kami merasa kurang leluasa untuk berada di sini..."
"Apa salahnya siangkong tetap di sini agar bisa
bertemu dengan loya serta nyonya."
"Aku rasa tak usah..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, dari ruang luar
sudah bergema datang suara langkah kaki manusia, Li
Tiong-hui berjalan di muka diikuti seorang lelaki
setengah umur berambut putih di belakangnya.
Di belakang lelaki berambut putih itu menyusul
seorang nyonya setengah umur yang berwajah cantik
dan mengenakan pakaian warna hitam.
2945 Lim Han-kim segera mengenali lelaki berambut putih
itu sebagai si pedang racun Pek siang, sedangkan nyonya
berbaju hitam itu adalah Gadis naga berbaju hitam.
Dalam keadaan begini, Lim Han-kim serta Phang
Thian-hua jadi serba salah, mereka merasa kurang
leluasa untuk keluar dari ruangan tersebut, terpaksa
dengan termangu-mangu hanya berdiri mematung di sisi
ruangan. Dengan langkah lebar Pedang racun Pek Siang
langsung menyerbu ke sisi pembaringan, serunya dengan
suara dalam: "Anak Hiang, bukalah matamu, coba lihat
siapa yang telah datang menjengukmu?"
Pelan-pelan Pek si-hiang membuka matanya
memandang Pek siang sekejap, lalu bisiknya: "Ayah."
"Betul, ayah bersama ibumu dan Han-gwat samasama
datang menjengukmu..."
"Ananda sedang sakit, maaf kalau tak bisa memberi
hormat kepada kalian berdua," bisik Pek si-hiang lemah
sambil pejamkan kembali matanya.
Pek siang menghela napas panjang, "Aaaai... nak.
kondisi badanmu semakin lama semakin lemah, padahal
satu-satunya keinginanku serta ibumu adalah ingin
menyembuhkan penyakit yang kau derita itu, Biar harus
menjelajahi seluruh pelosok langit pun kami rela... tapi...
sudah sekian tahun kami mengembara, segala penjuru
dunia sudah kami singgahi, hasilnya tetap sia-sia...
Untung di saat kami sedang putus asa, Thian maha adil
dan mengabulkan permohonan kami. Akhir-nya kami
berhasil temukan seorang tabib hebat, cuma dia ingin
periksa dulu penyakitmu sebelum mengambil tindakan,
2946 Karenanya kami melacak jejakmu hingga tiba
diperkampungan keluarga Hong-san. Nak, pernah kah
kau bayangkan betapa sengsaranya kami selama ini?"
Dua titik air mata pelan-pelan meleleh ke luar
membasahi pipi Pek si-hiang, katanya: "Gara-gara
urusanku, ayah dan ibu harus lari pontang-panting, aku...
aku amat menyesal." "Nak. jangan bicara begitu, jangankan hanya
kecapaian, demi kau, biar usia kami berdua harus
dipotong puluhan tahun pun, kami rela, Cinta orang tua
terhadap anaknya memang tak bisa ditandingi oleh apa
pun, yang kami harapkan hanyalah kesediaanmu untuk
ikut kami menjumpai tabib tersebut, agar ia dapat
mengobati penyakitmu itu."
"Sejak dulu ananda toh sudah bilang, percuma usaha
ayah dan ibu selama ini, sebab tiada tabib di dunia ini
yang sanggup mengobati penyakitku ini..."
"Sekalipun begitu, ayah dan ibu harus berusaha
semaksimal mungkin."
Tiba-tiba Phang Thian-hua menyela:
"Setahuku, kecuali nyonya Li dari perkampungan
keluarga Hong-san, tiada tabib lain di dunia ini yang
sanggup menandingi kemampuanku."
Pek siang segera menoleh begitu mendengar ucapan
tersebut, tegurnya: "Anda adalah..."
"Phang Thian-hua dari perkampungan Pit-tim-sanceng"
2947 "Sudah lama kudengar nama besar Dewa jinsom" Pek
siang segera menjura memberi hormat.
Gadis naga berbaju hitam yang berdiri di sisinya buruburu
menyela: "Apakah Phang cengcu sudah periksa
penyakit yang diderita putri kami itu?"
"Yaa, sudah Cuma kemampuanku tak sanggup untuk
menanggulangi penyakit tersebut." Gadis naga berbaju
hitam menghela napas panjang.
"Aaaai... kalau toh Phang cengcu juga berkata begitu,
terpaksa kami harus mencoba untuk menemui orang
tersebut" "Saudara Pek, maaf bila aku banyak mulut," ucap
Phang Thian-hua tiba-tiba. "Boleh aku tahu, siapa yang
kau maksudkan mampu untuk mengobati penyakit
putrimu itu?" "Dia hanya seorang kakek yang tak dikenal dalam
dunia persilatan, tapi ilmu pertabiban yang dimilikinya
luar biasa sekali," kata Gadis naga berbaju hitam dengan
penuh rasa kagum. Dengan mata kepala sendiri
kusaksikan ia hidupkan kembali seorang wanita hamil
yang sudah mati hanya dengan sebuah tusukan jarum,
bahkan wanita tersebut berhasil melahirkan putranya
dengan selamat" Mendengar penuturan itu, Phang Thian-hua tertawa
terbahak-bahak: "Ha ha ha... kalau hanya begitu saja sih
tak aneh, aku yakin kemampuanku masih tak kalah dari
kemampuannya." "Tapi wanita hamil itu sudah putus nyawa"
"Sudah berapa lama ia putus napas?"
2948 "Lebih kurang setengah jam"
"Ha ha ha... kalau baru setengah jam, denyut
jantungnya belum berhenti sama sekali, tentu saja ia
dapat disembuhkan Tapi penyakit yang diderita putri
kalian ini... berbeda sekali... bahkan besar sekali
perbedaannya..." Bagaimana pun juga, Phang Thian-hua termasuk salah
satu tokoh pertabiban yang disegani dalam dunia
persilatan, tentu saja apa yang dia katakan sangat
berbobot otomatis kata-katanya itu mendatangkan
pengaruh yang cukup besar bagi Pek siang berdua.
Pelan-pelan si pedang racun Pek siang berpaling,
kemudian berkata sambil memberi hormat
"Demi menyembuhkan penyakit putriku ini, kami
berdua sudah peras pikiran dan tenaga habis-habisan,
tapi selalu gagal menjumpai seorang tabib hebat yang
mampu mengobati penyakit itu. Aaaai... terus terang saja
kami katakan, asal ada orang yang mampu mengobati
penyakit putri kami ini, biar orang tersebut berada di
ujung langit pun, kami tetap akan mencarinya sampai
dapat Phang cengcu, kau adalah seorang tabib
kenamaan, aku percaya kau pasti lebih paham mengenai
penyakit yang diderita putriku itu, dapatkah kau memberi
petunjuk" " "Menurut apa yang kuketahui, di dunia saat ini
mungkin hanya ada dua orang yang mampu mengobati
penyakit putrimu. " "Siapakah mereka berdua?"
2949 "Yang satu adalah nyonya Li dari keluarga Hong-san,
sedang orang kedua adalah putrimu sendiri"
"Bagaimana dengan Phang cengcu sendiri?" seru
Gadis naga berbaju hitam cepat "Bila cengcu sanggup
mengobati penyakit putriku itu, biar kami harus menjadi
kuda atau anjing pun, kami rela melakukannya."
"Ucapan Anda terlalu serius, padahal aku pun tak
berdaya, tapi kalian tak usah cemas sebab Nyonya Li
sudah berjanji akan mengobati penyakit yang diderita
putri kalian." Gadis naga berbaju hitam segera berpaling ke arah
pedang racun Pek siang, serunya: "Kita harus menjumpai
nyonya Li..." Belum sempat pedang racun Pek Siang menjawab,
tiba-tiba dari kejauhan sana berkumandang datang tiga
kali sudah genta yang dibunyikan bertalu-talu.
Sebagai orang yang sudah lama berkecimpungan
dalam dunia persilatan, timbul kecurigaan Pek siang
sesudah mendengar bunyi genta itu, bisiknya cepat:
"Phang cengcu, apa arti bunyi genta itu?"
Belum sempat Phang Thian-hua menjawab, lagi-lagi
tiga kali suara genta berkumandang datang.
Pek Siang segera melirik Gadis naga berbaju hitam
sekejap sambil bisiknya: "Suara genta kembali berbunyi,
kau lindungi anak Hiang, biar aku pergi memeriksanya"
BAB 39. Persiapan Menghadapi pertempuran
2950 Buru-buru Phang Thian-hua mencegah seraya
katanya: "Kita berada diperkampungan keluarga Hongsan
sekarang, lebih baik kalau kita berdiam diri saja"
"Betul aku hanya seorang tetamu, tapi setelah berada
di dalam perkampungan keluarga Hong-san, tak akan
kuijinkan siapa pun datang mencari gara-gara
diperkampungan ini. Apalagi nyonya Li sudah bantu
menolong anakku, sudah sepantasnya bila aku
manfaatkan kesempatan baik ini untuk membantu
perkampungan keluarga Hong-san, paling tidak sanggup
saja sebagai perasaan terima kasihku kepada mereka."
selesai bicara, ia pun beranjak pergi meninggalkan
ruangan. Begitu cepat gerakan tubuhnya, belum sempat Phang
Thian-hua menghalangi kepergiannya, tahu-tahu Pek
siang sudah lenyap dari pandangan.
Pada saat itu Lim Han-kim berpikir dalam hatinya:
"Baru setengah harian sudah dua kali muncul musuh
tangguh yang bermaksud menyerang perkampungan
keluarga Hong-san, entah tokoh silat dari mana yang
begitu bernyali hingga berani mencari gara-gara" Kini
Pek siang sudah tampilkan diri untuk membendung
serangan musuh, masa aku Lim Han-kim begitu pengecut
hingga keluar untuk menontonpun tak berani?"
Berpikir hegitu, ia pun turut melompat keluar dari
ruangan, Phang Thian-hua berniat menghalangi, sayang
terlambat sudah. Keluar dari ruangan, Lim Han-kim segera periksa
sekeliling tempat itu, namun bayangan si pedang racun
2951 Pek siang sudah lenyap tak berbekas, maka dia pun
menjejakkan kakinya dan melayang ke atas atap rumah.
Dengan ketajaman mata yang dimiliki, ia mencoba
periksa sekeliling tempat itu, namun suasana amat
hening. Bukan saja jejak musuh tak kelihatan, bahkan
jago-jago dari perkampungan keluarga Hong-san yang
memapaki serangan lawanpun tak kelihatan batang
hidungnya, apalagi jejak dari si pedang racun Pek siang.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir lagi: "Kelihatannya
setiap pembantu dan dayang yang berada dalam
perkampungan Hong-san ini sudah dididik secara ketat
hingga tidak gugup maupun panik dalam menghadapi
serbuan musuh..." Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar
teguran dari seorang gadis yang bernada dingin
berkumandang datang: "Urusan yang menyangkut keluarga Hong-san tak
perlu dicampuri orang luar, lebih baik menyingkirlah dari
situ dari pada terjadi kesalahan paham hingga melukai
Anda." Ketika Lim Han-kim menoleh, dia jumpai seorang
dayang berbaju hijau yang menggenggam pedang di
tangan kanannya dan sebuah benda berwarna putih
keperak-perakan di tangan kirinya telah muncul di
belakang tubuhnya. Melihat semua itu, kembali pemuda kita berpikir
"Benda keperak-perakan yang berada dalam genggaman
dayang itu pasti sejenis pelontar senjata gelap yang
dibubuhi racun... Waaah, kalau memang setiap dayang di
2952

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkampungan ini dilengkapi senjata pamungkas macam
begitu, sudah tentu saja kehebatannya luar biasa..."
Ketika melihat Lim Han-kim masih saja berdiri
mematung tanpa menggubris teguran-nya, dengan
marah kembali dayang itu menghardik.
"Hey, sudah kau dengar belum teguranku" Cepat
bersembunyi mau tunggu apa lagi di situ?"
Belum lagi Lim Han-kim melompat turun dari atap.
terdengar ujung baju terhembus angin bergema tiba,
bagai seekor burung Li Tiong-hui sudah muncul di
samping anak muda tersebut.
Setelah menengok dayang itu sekejap. katanya: "Lim
siangkong, ayo temani aku periksa posisi lawan."
Mendengar ucapan itu, tanpa banyak bicara dayang
tadi mengundurkan diri dan bersembunyi di balik
ruangan. Sepintas lalu perkampungan keluarga Hong-san ini
nampak kedodoran dalam soal penjagaan, padahal
pengawasan mereka ketat sekali, Rupanya para penjaga
menyembunyikan diri di tempat yang tersembunyi hingga
tak gampang ketahuan jejaknya.
"Saudara Lim," bisik Li Tiong-hui. "Tempat ini
merupakan gedung bagian belakang perkampungan
kami, Bila ada musuh tangguh menyusup kemari,
terpaksa kami akan hadapi mereka dengan senjata
rahasia andalan kami, yaitu jarum lebah."
"Aku tebak, jarum lebah itu pasti ganas dan sangat
beracun?" 2953 "Betul, kehebatan jarum lebah ini jauh di atas
keganasan bwee-hoa-ciam.. ibuku sudah turunkan
perintah, bila sipenyusup tidak melukai anggota
perkampungan, mereka dilarang menyerangnya dengan
menggunakan senjata itu sebab benda tersebut
merupakan hasil rancangan ibuku sendiri yang selama ini
belum pernah muncul dalam dunia persilatan, jadi tak
banyak orang yang tahu."
"Oooh, rupanya begitu"
"Apakah saudara Lim ingin tahu siapa penyusup itu?"
"Bila kutinjau dari suasana yang begini tenang di
seputar tempat ini, rasa-rasanya seperti tak ada
penyusup ganas yang menyerang perkampungan ini." Li
Tiong-hui segera tertawa.
"Lonceng peringatan tak bakal dibunyikan secara
ngawur. Bila genta itu sudah berdentang, berarti pasti
ada musuh tangguh yang menyusup masuk kemari,
saudara Lim, jika kau punya minat, ayolah ikut diriku,
mari kita periksa posisi lawan" setelah termenung
berpikir sejenak. Lim Han-kim manggut-manggut.
"Baiklah, harap nona berjalan duluan"
"Tidak usah sungkan-sungkan, aku akan menjadi
penunjuk jalan yang baik bagimu" selesai bicara, ia pun
bergerak lebih dulu menuju ke depan.
Dengan ketat Lim Han-kim mengikuti di belakang
gadis itu, dengan cepat mereka menyeberangi atap
rumah menuju ke halaman yang lain.
Gerak tubuh Li Tiong-hui cepat sekali, hanya dalam
waktu singkat mereka telah melampaui beberapa buah
2954 halaman. Kini lamat-tamat sudah dapat didengar suara
senjata tajam yang saling beradu.
"Aaaah, rupanya benar-benar ada musuh yang
menyusup kemari," gumam Lim Han-kim seraya
mempercepat langkahnya menuju ke sumber suara
bentrokan senjata itu. "Eeei, jangan sembarangan turun tangan..." seru Li
Tiong-hui memperingatkan.
Setelah melewati sebuah dinding pekarangan yang
tinggi, sampailah Lim Han-kim di depan sebuah tanah
berumput.yang luas. saat itu tampak empat orang
dayang berpedang sedang bertarung seru melawan
seorang kakek berpakaian pendeta yang melakukan
perlawanan dengan hanya andalkan tangan kosong.
Berapa kaki di belakang arena berdiri Ong popo
dengan tongkat kepala naganya, di kedua sisi nenek
tersebut berjajar enam orang dayang bersenjata
terhunus. Ilmu silat keluarga persilatan Hong-san memang
sudah termashur akan kehebatannya, terutama aliran
silatnya yang menyerap hampir semua intisari ilmu silat
yang dimiliki pelbagai partai besar untuk digabung
menjadi sebuah aliran baru, oleh sebab itu gerak
serangan yang digunakan keempat orang dayang
tersebut berbeda sekali dengan aliran yang ada pada
umumnya. Dalam pertarungan yang sedang berlangsung,
keempat orang dayang itu masing-masing
mengembangkan aliran silat yang berbeda-beda, hingga
seolah-olah dalam arena perta rungan sekarang hadir
2955 empat tokoh silat dari empat partai besar, dapat
dibayangkan betapa sulitnya menghadapi gempurangempuran
dahsyat mereka. Namun kepandaian silat yang dimiliki kakek
berdandanan pendeta itu pun tak kalah hebatnya, Di
antara kibaran ujUng bajUnya yang menari kian kemari
bak kupu-kupu yang terbang di antara aneka bunga,
kendatipun serangan keempat dayang itu amat dahsyat,
ternyata semua ancaman yang datang bisa dihadapinya
dengan mudah. Lim Han-kim mencoba memperhatikan kakek
berpakaian pendeta itu dengan lebih seksama, tapi ia
segera dibuat terperanjat. Ternyata kakek berbaju
pendeta yang sangat lihay itu tak lain adalah Thian-hok
sangjin dari bukit Mao-san.
Dengan rasa tercengang bercampur tak habis
mengerti pikirnya: "Bukankah Thian-hok sangjin disekap
dalam istana panca racun" Kenapa bisa muncul di sini?"
Tanpa berpikir panjang lagi segera teriaknya: "Nona
berempat, harap segera hentikan serangan kalian"
Dalam gelisah dan cemasnya, tak tahan pemuda
tersebut berteriak dengan suara lantang.
Siapa sangka keempat dayang itu sama sekali tak
menggubris, jangankan menghentikan serangan,
menengok kearahnya sekejap pun tidak. bahkan mereka
semakin meningkatkan daya gempurnya.
Dengan setengah berbisik buru-buru Li Tiong-hui
berkata: "saudara Lim tak usah emosi, memang
2956 begitulah aturan pcrguruan kami, mereka tak bakal
tunduk pada perintah orang lain."
"Kau kenal dengan kakek berbaju pendeta itu?" Lim
Han-kim balik bertanya. "Yaa, dia kan Thian-hok Sangjin dari bukit Mao-san."
"Yaa, dia seorang pendeta jujur yang berhati lurus,
mustahil kedatangannya untuk mencari gara-gara. Harap
nona segera turunkan perintah kepada keempat
dayangmu agar segera hentikan serangan"
Li Tiong-hui manggut-manggut, seraya berpaling ke
arah Ong popo, serunya: "Ong popo, tolong suruh
mereka hentikan dulu serangannya"
Dengan kening berkerut, Ong popo bepikir sejenak,
tapi akhirnya ia menuruti juga maksud Li Tiong-hui,
bentaknya: "Tahan"
Begitu hardikan bergema, keempat orang dayang itu
segera menarik kembali senjatanya dan mundur dari
arena. Dengan langkah lebar Lim Han-kim, maju ke arena,
tegurnya seraya memberi hormat: "Locianpwee"
Pelan-pelan Thian-hok Sangjin mengalihkan sorot
matanya ke wajah Lim Han-kim, setelah mengamatinya
beberapa saat, ia pun menegur: "Kaukah yang bernama
Lim Han-kim?" "Yaa betul, ada urusan apa sih hingga secara tiba-tiba
locianpwee datang menyatroni perkampungan keluarga
Hong-san?" "Kedatangan pinto (aku) hanya atas dasar perintah"
2957 "Perintah dari siapa?"
"Pemilik istana panca racun"
Lim Han-kim kontan saja tertegun, serunya cepat:
"Ada beberapa masalah yang selama ini mengganjal
pikiranku, bersediakah locian-pwee memberi petunjuk
kepadaku?" "Kau ingin tahu hubungan budi dan dendam antara
pinto dengan pemilik istana panca racun?"
"Yaa, betul" Thian-hok sangjin menghela napas panjang.
"Aaaai... panjang sekali untuk menceritakan kisah ini,
lagi pula saat ini bukan saat yang tepat untuk
menyinggung kembali peristiwa tersebut. Bila ada
kesempatan di kemudian hari, pinto tentu akan
membeberkan-nya kepadamu."
"Thian-hok sangjin" Tiba-tiba terdengar Ong popo
menimbrung dengan suara dingin, "Malam ini kau
sengaja datang menyatroni perkampungan keluarga
Hong-san, tindakanmu itu sama artinya dengan tidak
pandang sebelah mata pun terhadap nyonya Li serta aku,
dengan cara apa kau hendak selesaikan hutangmu ini?"
Thian-hok sangjin tertawa getir.
"Pinto terpaksa berbuat begini, semoga nyonya Li
bersedia memaklumi tindakanku ini."
Ong popo termenung dan berpikir sejenak, kemudian
ucapnya: "Baiklah, mengingat kau adalah sahabat
lamaku, akupun tak ingin memperpanjang masalah ini
2958 lagi.. ." sembari ulapkan tangannya, ia menambahkan:
"Kau boleh pergi sekarang"
"Kedatanganku ke perkampungan keluarga Hong-san
bukannya tanpa sebab, sebelum tujuanku tercapai, masa
aku harus mengundurkan diri dengan begitu saja?"
"Jadi apa tujuanmu?" Air muka Ong popo berubah
hebat. "Tolong sampaikan kepada nyonya Li, katakan bahwa
pinto ada urusan dan ingin berjumpa dengannya"
"Sudah lama nyonya mengundurkan diri dari
keramaian dunia, ia tak pernah terima tamu lagi jika kau
ada persoalan, katakan saja kepadaku, nanti biar aku
yang sampaikan kepada nyonya"
"Persoalan ini menyangkut sebuah masalah yang
besar sekali, aku takut kau tak akan mampu ambil
keputusan,jadi dibicarakanpun tak ada gunanya."
"Urusan apa sih" Katakan saja kepadaku" timbrung Li
Tiong-hui tiba-tiba. "Nona ini adalah nona Li..." Buru-buru Lim Han-kim
memperkenaikan. "Kalau begitu, tolong nona suka menyampaikan
kepada ibumu bahwa Thian-hok sangjin dari bukit Maosan
ingin bertemu dengannya."
"Bukankah Ong popo sudah beritahu kepada totiang
bahwa ibuku sudah lama tak bersedia terima tamu lagi"
sudah lama aku yang muda mengagumi nama besar
totiang, apabila totiang butuh bantuan dari
2959 perkampungan keluarga Hong-san kami, aku Li Tiong-hui
pasti akan berusaha membantu dengan sepenuh tenaga"
"Maksud baik nona sangat mengharukan hati pinto,
tak heran bila Anda mampu menduduki jabatan sebagai
Bu-lim bengcu, tapi menurut pendapatku, dalam urusan
ini bukan saja nona tak bakal mampu menanggulanginya,
bahkan Anda tak bakal memahami maksudku."
Lama kelamaan habis sudah kesabaran Ong popo, ia
naik darah, bentaknya dengan penuh amarah: "Hei, si
hidung kerbau busuk yang tak tahu diri, kau jangan
mendesak terus menerus seharusnya kau sudah puas
karena aku tidak menuntut keadilan darimu gara-gara
kehadiranmu di perkampungan kami secara lancang. Bila
kau masih tak tahu diri dan cerewet melulu di tempat ini,
hmmm Hmmmm jangan salahkan bila aku bertindak
kasar kepadamu" Thian-hok sangjin mengangkat kepalanya memandang
sekejap cuaca dengan wajah gelisah bercampur cemas,
katanya kemudian "Baiklah, kalau toh kalian berdua
segan menyampaikan kehadiranku ke dalam, terpaksa
aku akan menerobos masuk secara paksa"
"Hmmm, coba kau hadapi diriku lebih dulu" teriak Ong
popo sambil menghentakkan tongkatnya ke tanah.
Sementara itu Lim Han-kim amati terus perubahan
sikap Thian-hok sangjin dengan seksama, ia semakin
keheranan sewaktu menjumpai kegelisahan yang
mencekam wajah pendeta itu, pikirnya: "Heran, kenapa
ia memaksa ingin bertemu dengan nyonya Li" Urusan
apa gerangan yang sedang dihadapinya?"
2960 Tedengar Thian-hok sangjin berkata lagi setelah
menjura dalam-dalam: "Batas waktu yang kumiliki amat
sedikit, aku tak bisa menunda lebih jauh lagi. Bila
perbuatanku menyinggung perasaan kalian semua,
biarlah di kemudian hari aku mohon maaf"
Seusai berkata, tiba-tiba ia melejit ke udara dan ibarat
seekor burung rajawali raksasa ia melesat ke udara,
melewati atas kepala Lim Han-kim dan menerobos ke
halaman dalam. Bersamaan waktunya dengan tindakan Thian-hok
sangjin itu, Ong popo turut melejit pula ke udara,
tongkatnya dengan jurus memotong putus awan di bukit
membabat pinggang pendeta tersebut.
Berada di tengah udara, tiba-tiba Thian-hok sangjin
menarik napas dalam-dalam, tahu-tahu badannya melejit
tiga depa lagi ke tengah udara dan terhindar dari


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sergapan maut itu. Tatkala ia melayang turun kembali ke
permukaan tanah, badannya sudah berada tiga kaki dari
posisinya semula. Dengan penuh amarah Ong popo membentak "Thianhok
sangjin, beranikan kau bertarung tiga ratus jurus
melawan tongkatku?" "Pinto tak punya banyak waktu, kalau ingin bertarung
lebih baik tunda dulu sampai di kemudian hari" sembari
berteriak. ia lanjutkan gerakan tubuhnya melesat masuk
ke dalam perkampungan. Baru saja Ong popo hendak melakukan pengejaran,
terdengar Li Tiong-hui mencegah: "Tak perlu dikejar,
biarkan ia rasakan sedikit penderitaan lebih dulu..."
2961 Mendengar ucapan tersebut, secara tiba-tiba Lim Hankim
teringat kembali pada tabung jarum Hui-hong-ciam
yang digenggam kawanan dayang dalam gedung.
Kendatipun ilmu silat yang dimiliki Thian-hok sangjin
amat lihay, namun sergapan jarum Hui-hong-ciam
tersebut bukanlah serangan yang mudah dihadapi, tak
kuasa lagi timbul perasaan khawatir dalam hati kecil anak
muda tersebut. Dengan rasa gemas bercampur gusar, Ong popo
mengawasi bayangan punggung Thian-hok sangjin yang
menjauh seraya bergumam: "Jika dia berani melukai
orang, aku bersumpah tak akan membiarkan dia keluar
dari lembah Ban-siong-kok dalam keadaan selamat"
Mendengar ucapan tersebut, dalam hati kecilnya Lim
Han-kim berpikir: "Kalau dilihat dari rambut Ong popo
yang sudah beruban, semestinya ia sudah berusia lanjut,
heran, kenapa wataknya masih begitu berangasan dan
berapi-api...?" Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terlihat dua
sosok bayangan manusia bagaikan burung rajawali
meluncur datang dari arah selatan.
Melihat kehadiran kedua orang itu, Ong popo semakin
naik darah, Dengan badan gemetar karena gejolak
emosinya, ia berteriak seraya menggeretak gigi: "Bagus,
bagus sekali selama puluhan tahun terakhir belum
pernah ada orang berani menyatroni perkampungan
keluarga Hong-san. Tak nyana, hanya dalam beberapa
hari saja musuh tangguh berulang kali datang mencari
gara-gara... Hmmm, jika tidak kutahan beberapa lembar
nyawa mereka sebagai peringatan, orang persilatan tentu
2962 tak anggap sebelah mata lagi kepada perkampungan
keluarga Hong-san kita."
Jelas beberapa patah katanya itu sengaja ditujukan
untuk menyindir Li Tiong-hui, sekalian menilai reaksi
yang bakal ditunjukkan gadis tersebut.
Biarpun tabiat Ong popo kasar dan berangasan,
namun tindak-tanduknya amat berhati-hati dan cara
berpikirnya pun amat teliti.
Li Tiong-hui hanya tersenyum tanpa menanggapi
sindiran tersebut, ditariknya lengan Lim Han-kim sambil
bisiknya: "Saudara Lim, kita tak repot-repot turun tangan
sendiri" Dengan cepat ia mundur lima langkah dari posisi
semula. Sungguh cepat gerakan tubuh kedua sosok bayangan
manusia itu, hanya dalam waktu singkat mereka telah
sampai di hadapan beberapa orang itu. Tatkala Lim Hankim
mencoba mengamati wajah para pendatang
tersebut, dengan cepat ia dibuat tertegun.
Si pendatang adalah seorang pendeta dan seorang
awam, yang pendeta tak lain adalah Ci Mia-cu, pemilik
kuil Cing-im-koan di bukit Ciong-san, sedangkan si awam
adalah pencuri sakti Nyoo cing-hong.
Ci Mia-cu memperhatikan Lim Han-kim sekejap.
kemudian serunya: "Bagus, bagus sekali, rupanya
saudara Lim juga berada di sini, kalau begitu pinto tak
usah susah-susah pergi mencarimu lagi"
"Koancu, baik-baikkah selama ini" Buru-buru Lim Hankim
menjura memberi hormat. 2963 Tidak memberi kesempatan kepada Lim Han-kim
menyelesaikan perkataannya, kembali Ci Mia-cu
meneruskan "Untuk melacak jejak saudara Lim, ibumu
serta gurumu telah datang ke kuil Cing-im-koan dan
memaksa pinto untuk serahkan dirimu kepada mereka,
ketika pinto sedang dibuat kelabakan dan kalang kabut,
untung muncul si pencuri tua yang kebetulan berkunjung
ke kuil kami. Menurut si pencuri tua, kemungkinan besar
saudara Lim berada di perkampungan keluarga Hongsan,
ia bahkan bersedia menemani pinto untuk
berkunjung kemari. Eeeh... ternyata tebakannya sangat
tepat" Ong popo yang selama ini hanya berdiam diri di sisi
arena, tiba-tiba ikut nimbrung: "Koancu, meski kau
termasuk tamu yang sering berkunjung ke
perkampungan keluarga Hong-san, namun kau tak boleh
bertindak semaumu sendiri tanpa mengindahkan
peraturan yang berlaku di sini jangan lagi mengetuk
pintu, mengucapkan kata permisi pun tidak, hmmm
jangan kau pandang enteng reputasi keluarga Hong-san
kami" Buru-buru ci Mia-cu memberi hormat seraya tertawa.
"Sesungguhnya pinto sudah masuk lewat lembah Bansiong-
kok. tapi berhubung lembah itu sudah ditutup
rapat oleh kepungan musuh tangguh, terpaksa
kugunakan seutas tali untuk merambat kemari lewat
dinding tebing... Maksudku sekalian memberi kabar
tentang kepungan tadi."
Berubah paras muka Ong popo setelah mendengar
laporan ini, serunya tak tahan lagi: "Kurang ajar, siapa
2964 yang begitu bernyali berani menutup jalan masuk ke
perkampungan keluarga Hong-san kami?"
"Waaah, kalau soal itu, pinto kurang jelas."
"Kalau dilihat dari dandanan mereka sih, nampaknya
sangat aneh," sambung si pencuri sakti Nyoo Cing-hong.
"Pakaian mereka berwarna-warni dan tingkah lakunya
nyentrik" "Huuuh, cepat betul kehadiran mereka," bisik Li Tionghui
sambil melirik Lim Han-kim sekejap.
Agak gelagapan Lim Ham-kim balik bertanya: "siapa
yang kau maksud?" "Anak buah seebun Giok-hiong"
"Aaaah... betul Anak buah seebun Giok-hiong memang
mengenakan pakaian berwarna- warni. . . "
Sambil menghentakkan tongkatnya ke tanah, Ong
popo berseru: "Nona, tolong ajaklah koancu untuk duduk
dalam ruangan, biar aku segera pergi menghadapi
mereka," Sambil memberi tanda pada kedelapan dayang
berbaju hijau itu, ia putar badan dan beranjak pergi dari
situ "Tunggu sebentar, Ong popo" teriak Li Tiong-hui.
"Ada urusan apa, nona?" Ong popo menghentikan
langkahnya. "Mereka hanya berhenti di luar lembah Ban-siong-kok
dan enggan menyerbu kemari, ini menandakan bahwa
mereka belum berniat menyerbu ke dalam lembah kita
dalam waktu singkat. . . "
2965 "Masa kita harus menunggu sampai mereka menyerbu
kemari baru melakukan perlawanan?"
"Ong popo, masalah ini menyangkut suatu persoalan
yang amat besar, apa tidak lebih baik kau rundingkan
dulu masalah ini dengan ibu sebelum keluar dari lembah
untuk bertarung melawan mereka?"
Ong popo berpikir sejenak. lalu mengangguk
"Baiklah..." Kepada empat dayang berbaju hijau yang berada di
sisi kirinya, ia berkata lebih jauh: "Dengan
mengacungkan tabung jarum hui-hong-ciam, kalian
berjaga-jaga di mulut lembah, barang siapa berani
mencoba menerjang masuk, bunuh semua tanpa
pandang bulu" Keempat orang dayang itu mengiakan dan beranjak
pergi dari sana. Melihat semua ini Lim Han-kim berpikir "
Kelihatannya kedudukan ong popo dalam perkampungan
keluarga Hong-san amat tinggi dan punya kekuasaan
besar. Agaknya kecuali nyonya Li, dialah orang kedua
yang pegang kekuasaan, sehingga selama nyonya Li
menutup diri, dialah yang memegang semua keputusan
final." Mendadak teringat olehnya akan si pedang racun Pek
siang, kenapa selama ini tak nampak bayangan
tubuhnya?" Kalau dibilang ia sampai terluka oleh jarum
lebah terbang, peristiwa ini pasti merupakan suatu
kejadian yang patut disesalkan.
Baru saja dia hendak menanyakan soal ini kepada Li
Tiong-hui, mendadak terdengar dua pekikan nyaring
2966 bergema tiba. Pekikan tersebut panjang, tinggi dan
melengking, jelas bukan berasal dari suara manusia.
"Tampaknya pekikan tersebut berasal dari suara
pekikan monyet-monyet penjaga kampung..." pikir Lim
Han-kim. Tampak rambut Ong popo yang telah beruban itu
bergetar keras meski tak dihembus angin, ia
menengadah ke atas dan tertawa nyaring:
"Ha ha ha ha... bagus, bagus sekali Tampaknya dari
empat arah delapan penjuru musuh telah menyerbu
masuk. rupanya mereka memang punya maksud
menyusahkan aku si nenek..."
Mendadak ia melejit ke udara dan bagaikan segulung
asap ringan, badannya melesat ke arah berasalnya suara
pekikan itu dengan kecepatan luar biasa.
Memandang bayangan punggung Ong popo yang
menjauh, sambil gelengkan kepalanya berulang kali Ci
Mia-cu bergumam: "Haai... meski umurnya bertambah,
sifat berangasan nya masih tetap seperti sediakala."
Terlihat bayangan manusia bergerak cepat, kawanan
dayang berpedang itu pun turut bergerak menyusul di
belakang Ong popo. Sementara itu paras muka Li Tiong-hui telah berubah
amat serius, agaknya dia pun sudah merasakan bahwa
gelagat tidak beres. setelah termenung beberapa saat,
ujarnya: "Mari kita duduk dulu di ruang tamu"
Tanpa menanti jawaban, ia bergerak lebih dulu
meninggalkan tempat tersebut. sambil tersenyum, Nyoo
2967 Cing- hong berbisik: " Koancu, kelihatannya kita belum
terlambat" "Aaaai, bila dilihat situasinya kini, nampaknya pinto tak
bisa cuma berpangku tangan saja."
"Tapi nona Li sudah menjadi Bu-lim bengcu, kau toh
bukan anak buahnya, Bila kau enggan turun tangan
melawan musuh, ia pasti akan menganggapmu sebagai
lawannya." Ci Mia-cu menghela napas panjang.
"Aaaai, kau tak usah memaksa aku untuk
mengucapkan janji harus membantunya. Kau tahu
bukan, meski sifatku malas dan segan berkelahi dengan
orang, tapi situasi yang kita hadapi sekarang telah
memaksaku tak bisa berpeluk tangan belaka."
Waktu itu pikiran Li Tiong-hui sedang dipenuhi pelbagi
masalah hingga meski ia mendengar semua tanya jawab
yang sedang berlangsung, namun enggan untuk
menimbrung atau menanggapi.
Tiba-tiba di ruang tamu, empat orang dayang telah
menyediakan air teh untuk tamu-tamunya .
Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengawasi paras
muka kawanan dayang tersebut, dilihatnya wajah
mereka nampak tenang dan sedikit pun tidak
menunjukkan rasa gugup atau takut.
Tak kuasa lagi ia memuji di dalam hati, pikirnya: "Anak
buah perkampungan keluarga Hong-san memang dididik
secara ketat dan penuh disiplin, meski menghadapi
situasi gawat, mereka tak kelihatan panik apalagi
gugup,.." 2968 Dalam saat itu Li Tiong-hui telah membisikkan sesuatu
ke telinga seorang dayang yang berada di-sisinya,
nampak dayang tersebut segera berlalu dari situ dengan
langkah cepat. Selang berapa saat kemudian tampak delapan orang
dayang bersenjata lengkap muncul dalam ruang tamu
itu. Setelah munculnya kedelapan dayang bersenjata itu,
Li Tiong-hui baru bangkit berdiri sambil katanya: "Silakan
saudara sekalian duduk sejenak di sini, sedang aku
hendak menengok sekejap keluar lembah, ingin tahu
jagoan dari mana yang berani mengacau di sini"
"Aku bersedia menemanimu" sambung Lim Han-kim
cepat "Kalau begitu, silakan"
"Bagaimana kalau aku juga menemani Bengcu untuk
periksa keadaan di luar lembah?" Nyoo Cing-hong ikut
menawarkan diri seraya bangkit berdiri.
"Jangan, kalian baru saja datang dari tempat jauh dan
badan tentu sudah lelah, lebih baik istirahat dulu di sini"
"Biarpun harus korbankan jiwa, aku bersedia
melakukannya," desak Nyoo Cing- hong.
Ketika coba berpaling, dilihatnya Ci Mia-cu sedang
menikmati air teh dengan santai, terhadap pembicaraan
kedua orang tersebut dia seakan-akan tidak
mendengarnya sama sekali.
Nyoo Cing-hong tahu, ilmu silat yang dimiliki pendeta
itu sangat hebat. Apabila ia bersedia menemani


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2969 perjalanan ini, sudah dapat dipastikan kehadirannya akan
merupakan seorang pembantu yang bisa diandalkan oleh
sebab itu, tak tahan serunya lagi: "Totiang"
"Ada apa?" tanya Ci Mla-cu sambil tertawa hambar.
"Sialan si hidung kerbau busuk ini" umpat Nyoo Cinghong
dalam hati kecilnya. Tadi masih berkata mau turun
tangan membantu, setelah diajak. malah pura-pura
berlagak bisu tuli, sialan amat dia.
Meski berpikir begitu, katanya juga: "Nona Li mau
periksa keadaan musuh di luar lembah "
"Bagus" kata Ci Mia-cu sambil manggut-manggut
"Cepatlah berangkat, hingga cepat pula kembali"
"Bagus" Kembali Nyoo Cing-hong mengumpat "Kau
ajak aku si pencuri tua main gila... harus kuberi pelajaran
yang setimpal untukmu"
Maka dia pun berkata lagi: "Apa totiang tak berminat
untuk ikut menengok situasi?"
"Aku rasa menunggu di sini juga sama saja..." sahut Ci
Mla-cu sembari menghirup air tehnya.
Li Tiong-hui mengerdipkan matanya yang bulat besar
berulang kali, tiba-tiba katanya: "Giok-cian memang
kelewat nakal, sekarang ia sedang disekap ibuku, Bila
bertemu ibu, nanti tolong totiang mohonkan
pengampunan baginya."
"Soal ini pinto tentu akan mengingatnya"
"Kalau begitu, mari kita berangkat" kata Li Tiong-hui
kepada Lim Han-kim, dengan cepat ia beranjak pergi dari
situ. 2970 Tak terlukiskan rasa dongkol Nyoo Cing-hong melihat
kejadian itu, sambil berjalan umpatnya: "Hidung kerbau
busuk. lihat saja nanti, kalau aku si pencuri tua tidak
mencuri habis semua hartamu, percuma aku dijuluki
orang sebagai si pencuri sakti"
Li Tiong-hui mempercepat langkahnya, bagaikan
terbang ia meluncur ke depan, dalam waktu singkat
tibalah mereka di mulut lembah.
Delapan orang dayang bersenjata lengkap menempel
ketat di belakang Li Tiong-hui, sedang Lim Han-kim serta
Nyoo Cing-hong menyusul di barisan paling belakang.
Tiba di mulut lembah. tiba-tiba Li Tiong-hui
memperlambat langkahnya, sembabi membereskan
rambutnya yang kusut, pelan-pelan ia maju ke depan
lembah. Lebih kurang lima kaki di depan mulut lembah, berdiri
berjajar serombongan manusia yang mengenakan
pakaian warna-warni, tingkah laku mereka sangat aneh
dan kelihatan nyentrik. Warna pakaian mereka terbagi menjadi empat jenis,
setiap warna terdiri dari lima orang, orang yang
mengenakan warna kuning emas menyoren pedang,
yang mengenakan baju putih menggembol golok. yang
berbaju abu-abu membawa ruyung lemas, sedang yang
mengenakan warna biru langit membawa senjata trisula,
Kedua puluh orang tersebut masing-masing berdiri pada
empat penjuru yang berbeda.
Dengan pandangan mata tajam Li Tiong-hui menyapu
sekejap seluruh jagoan itu, kemudian katanya: "saudaraTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2971 saudara sekalian, siapa yang bertindak sebagai
komandan" silakan tampil keluar untuk berbicara"
"Li bengcu, ada petunjuk apa kau?" suara merdu
seseorang segera menanggapi.
Dari belakang kawanan jago bertubuh kekar itu pelanpelan
berjalan ke luar seorang gadis muda berbaju hijau
yang meng gembol pedang. "Siapa kau?" tegur Li Tiong-hui dengan kening
berkerut. "Budak adalah siau-cui, kehadiranku atas perintah
nona seebun," jawab gadis itu lembut.
"Di mana seebun Giok-hiong kini" suruh dia datang
kemari menjumpai aku."
"Majikan kami masih ada urusan lain, karenanya
budak diperintahkan untuk datang kemari lebih dulu."
"Apa maksud seebun Giok-hiong mengutus kau datang
kemari?" seru Li Tiong-hui sambil tertawa dingin. Kembali
siau- cui tersenyum. "Nona menitahkan budak agar menjaga di mulut
lembah Ban-siong-kok sambil menanti petunjuknya lebih
jauh." "Aku telah mengadakan perjanjian dengan seebun
Giok-hiong untuk menyelesaikan perselisihan kami, Kini
waktu yang dijanjikan belum tiba, kenapa dia ingkar janji
dengan mendahului mengutus kalian datang ke tempat
ini?" "Budak hanya tahu melaksanakan perintah, urusan
lain tak berani bertanya, Mengenai janji nona kami
2972 dengan Li bengcu, budak lebih-lebih tak mengerti, jadi
tak ada gunanya nona menegur budak"
Kembali Li Tiong-hui tertawa dingin.
"Tahukah kau, apa akibatnya apabila perjanjian
tersebut rusak terlebih dulu?"
"Soal itu sih budak kurang paham."
"Kalau tidak tahu, biar kujelaskan kepadamu sekarang
juga, semua pertarungan berdarah segera akan digelar di
tempat ini" "Sewaktu budak hendak berangkat kemari, nona telah
menyertakan dua puluh orang jagoannya yang paling
tangguh untuk menyertai perjalanan ini. Nona pun
berulang kali berpesan kepadaku, bila orang tidak
mengganggu kita, kita tak boleh mengusik orang lain,
tapi bila ada orang yang memaksa, kami dilarang untuk
mengundurkan diri dari kejadian tersebut, apalagi sampai
merusak dan mencoreng reputasi perguruan bunga
bwee" "Bila seketika ini juga kuperintahkan untuk membantai
kalian, seebun Giok-hiong tentu akan menggunakan
kejadian itu sebagai alasan untuk membuat gara-gara,
tapi kalian pun harus tahu, tindakan kamu semua dengan
menutup mulut lembah Ban-seng-kok kami merupakan
tindakan pemaksaan yang tak bisa diterima oleh pihak
perkampungan keluarga Hong-san..."
"Jadi maksud Bengcu?" siau-cui tertawa hambar.
"Segera tarik diri dari sini, ketimbang banjir darah
keburu digelarkan di tempat ini sebelum waktu yang
dijanjikan tiba" 2973 Siau-cui menghembuskan napas panjang, ucapnya:
"Terima kasih banyak atas kebaikan hati Li bengcu,
namun sebelum menerima perintah dari nona kami,
budak betul-betul tak berani meninggalkan tempat ini,
jadi harap nona maklum"
"Kalian benar-benar enggan angkat kaki?" Berubah
hebat paras muka LiTiong-hui.
"Sampai detik ini kami semua belum pernah
menginjakkan kaki di dalam lembah Ban-siong-kok yang
merupakan wilayah kekuasaan kalian, jadi sesungguhnya
kami pun belum pernah melanggar batas daerah dari
keluarga persilatan Hong-san, jikalau Li bengcu tetap
bersikeras hendak mempergunakan kekerasan, yaa apa
boleh buat lagi... tapi budak telah mendapat petunjuk
dari nona kami, sikap budak terhadap Li bengcu harus
sopan dan tahu hormat. Budak dilarang mengusik dirimu,
namun jika nona mendesak dan memojokkan terus posisi
budak. yaaa... apa boleh buat, terpaksa akan
kupertaruhkan selembar jiwaku ini untuk berusaha
melindungi diri" Li Tiong-hui tertawa dingin.
"Sebuah alasan yang betul-betul licik dan jahat, tak
ada bedanya sedikit pun dengan ulah seebun Giok-hiong.
sudah membawa jagoan untuk menutup lembah Bansiong-
kok kami, sekarang berdalih pula macammacam..."
"Bagaimana pun juga perkampungan keluarga Hongsan
toh punya pintu gerbang, sampai detik ini kami
semua belum pernah melangkah masuk ke dalam pintu
2974 gerbangmu, Dalam hal ini Li bengcu harus mengakui
kebenarannya, bukan?"
Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
memperhatikan sekejap kawanan jago yang dipimpin
siau-cui itu, memang benar, tak seorang pun di antara
mereka yang melanggar batas wilayah keluarga Hongsan.
Melihat hal ini, diam-diam pikirnya: "Budak ini selain
licik dan pandai berdebat, lagi pula teliti dan cermat, ia
terhitung manusia yang tak gampang dihadapi..."
Berpikir sampai di sini, ucapnya dengan nada dingin
"Apa maksud seebun Giok-hiong menitahkan kau dengan
membawa kawanan jago hadir di bukit Hong-san
sebelum batas waktu yang dijanjikan?"
"Budak hanya dititahkan untuk menyambut para tamu
yang diundang nona kami untuk hadir di sini."
Li Tiong-hui menarik napas panjang dan segera
terbungkam. Lim Han-kim tak dapat menahan diri lagi, selanya tibatiba:
"Masa seebun Giok-hiong perlu mengundang
bantuan untuk membantunya bertempur?"
Siau-cui mengerling genit ke arah Lim Han-kim, lalu
sahutnya: "Bila daya ingatku tak keliru, bukankah kau
adalah Lim Han-kim, Lim siangkong?"
"Yaa, memang aku"
Dari dalam sakunya siau-cui ambil keluar sepucuk
surat yang bersampul rapat, kemudian katanya lebih
jauh: "Menurut nona, kongcu adalah orang yang berada
2975 di luar garis dalam perselisihan ini. Kau tidak termasuk
anggota perguruan bunga bwee, juga bukan anak buah
Li bengcu, kendatipun berada di perkampungan keluarga
Hong-san namun statusmu cuma tamu, betul tidak
pendapat ini?" Lim Han-kim termenung dan berpikir sejenak.
kemudian katanya: "Ada urusan apa kau, katakan saja
berterus terang" "Bila ucapan budak betul, nona titip sepucuk surat
rahasia yang harus disampikan kepada siangkong, Bila
Lim siangkong sudah berpihak kepada keluarga Hongsan,
lebih baik surat ini tak usah dibaca lagi"
"Kenapa?" "Menurut nona, bila Lim siangkong sudah menjadi
anak buah Li bengcu, tapi masih menerima surat rahasia
ini, maka siangkong akan memperoleh predikat sebagai
penghianat yang berhubungan dengan musuh"
"Betul, dia hanya berstatus tamu di sini" sela Li Tionghui
cepat. Siau-cui segera menyodorkan surat rahasia itu sambil
berkata: "Setelah Li bengcu sendiri menegaskan status
siangkong sebagai tamu, rasanya pernyataan ini tak
bakal salah lagi" Setelah menerima surat rahasia itu, Lim Han- kim
dapat membaca tulisan pada sampul surat itu berbunyi: "
Khusus untuk Lim Han- kim."
Lim Han- kim memandang Li Tiong-hui sekejap.
kemudian dengan suara dalam, katanya kepada siau-cui:
"Surat ini boleh segera kurobek untuk dibaca isinya?"
2976 "Menurut nona kami, meski Lim siangkong membuka
surat itu secara sembunyi pun akhirnya pasti siangkong
akan beritahu isi surat tersebut kepada Li bengcu, oleh
sebab itu kau tak perlu membukanya secara sembunyi,
kapan saja Lim siangkong ingin membaca isi surat
tersebut, setiap saat pula dapat kau lakukan."
Dengan wajah serius, Lim Han- kim membuka sampul
surat itu serta membaca isinya, tapi paras mukanya
seketika berubah hebat. Sementara itu siau-cui dengan sepasang matanya
yang jeli mengamati terus wajah Lim Han- kim tanpa
berkedip. agaknya dia ingin membaca suara hati pemuda
tersebut dari perubahan mimik mukanya.
"Apa isi surat itu?" tanya Li Tlong-hui setengah
berbisik, Setelah melihat kembali surat itu ke dalam sampul,
sahut Lim Han- kim pelan: "Lebih baik kita pulang dulu
sebelum nona membaca sendiri isi surat ini"
Li Tiong-hui terhitung seorang gadis yang amat cerdik,
seketika ia sadar akan kecerobohan dirinya, Bisa jadi isi
surat rahasia itu merupakan siasat busuk seebun Giokhiong,
bisa juga di balik surat itu masih tersembunyi
rencana lainnya, karena itu ia berkata kepada siau-cui.
"Sebelum matahari tenggelam hari ini, kau harus
angkat kaki dari tempat ini. Kalau sampai malam nanti
kalian masih di sini, hmmm jangan salahkan bila aku
bertindak keji" "Akan budak ingat baik-baik nasehat ini" sahut siau-cui
seraya tertawa. 2977 BAB 40. Rahasia isi surat
Dengan wajah sedingin salju, Li Tiong-hui meng
alihkan pandangan matanya melirik sekejap seputar
tempat itu. Ketika dilihatnya seekor kupu-kupu terbang
lewat, ia segera ayunkan tangan kanannya. Tampak
cahaya perak berkelebat lewat, tahu-tahu kupu-kupu
yang sedang terbang lewat itu sudah rontok ke tanah.
Ternyata di balik baju Li Tiong-hui tersembunyi pula
sebuah tabung penyembur jarum Hui- hong- ciam.
Dari kejauhan secara lamat-lamat kelihatan tubuh
kupu-kupu itu sudah dipenuhi dengan lubang-lubang
kecil. Dengan wajah berubah hebat, siau-cui berkata: "Tak


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyana anggota keluarga persilatan Hong-san juga
memakai senjata rahasia sebangsa Bwee-hoa-ciam."
"Keliru besar bila kau menganggap senjata itu Bweehoa-
ciam Bila dibandingkan dengan Bwee-hoa-ciam,
maka kehebatan senjata ini masih sepuluh bahkan
seratus kali lebih hebat, bukan saja dapat digunakan di
tengah kegelapan malam, kendatipun seebun Giok-hiong
datang sendiri pun, belum tentu ia mampu
menghindarkan diri" Bekernyit sepasang alis mata siau-cui, dia seperti
hendak mengatakan sesuatu, tapi niat tersebut sebera
diurungkan kembali. 2978 Kepada kedelapan orang dayang yang berada di
belakangnya Li Tiong-hui berkata lagi: "Kalian jaga di
mulut lembah Bila sampai malam menjelang tiba nanti
mereka belum mau angkat kaki, jangan segan-segan
pergunakan jarum Hui-hong-ciam untuk hadapi mereka,
Bunuh semua orang tersebut tanpa kecuali..."
Serentak kedelapan orang dayang itu menyahut
"Budak akan laksanakan perintah"
"Tapi sebelum matahari terbenam, jangan sekali-kali
kalian usik mereka" titah Li Tiong-hui lagi.
Tanpa membuang waktu lagi, ia beranjak pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Lim Han- kim segera menyusul di belakangnya,
sedang kedelapan orang dayang itu turut pula
mengundurkan diri masuk ke dalam lembah.
Memandang bayangan punggung Lim Han- kim yang
menjauh, siau-cui mendengus dingin, lalu sambil
menengadah ia termenung sambil berpikir.
Kehebatan, kekejian serta keganasan jarum Hui-hongciam
sudah terbukti di depan mata. siau-cui sadar bahwa
kemampuannya tak akan mampu membendung ancaman
tadi, namun dia pun tak rela angkat kaki begitu saja
sehingga untuk sementara waktu ia jadi bimbang dan tak
tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Pada saat itu Lim Han- kim yang menyusul di belakang
Li Tiong-hui segera percepat langkahnya begitu sudah
masuk ke dalam lembah, katanya cemas: "Nona Li,
mungkinkah siau-cui akan menarik diri sebelum batas
waktunya berakhir?" 2979 "Aku percaya dia tak akan membandel terus, justru
yang membuatku tak habis mengerti adalah sebab
musabab kehadiran mereka di sini."
"Benarkah di dalam lembah Ban-siong-kok ini terdapat
sebuah mata air yang besar?"
"Kenapa?" "Seebun Giok-hiong menyinggung masalah itu..."
"Apa dia ingin menggali sumber mata air tersebut
untuk menenggelamkan perkampungan keluarga Hongsan
kami?" "Di dalam suratnya ia berkata, apabila sumber mata
air itu tergali, maka seluruh lembah Ban-siong-kok akan
tenggelam oleh air bah, tapi orang yang berniat menggali
sumber mata air itu bukan dia."
"Kalau bukan dia, lantas siapa?"
"Soal itu tak disinggung dalam suratnya, tapi ia bilang
bila nona tidak mengetahui dengan jelas masalah sumber
mata air itu, dianjurkan untuk bertanya kepada nyonya,
Katanya, ibumu pasti mengetahui dengan jelas."
"Boleh kubaca ini suratnya?" pinta Li Tiong-hui
kemudian Dari dalam sakunya Lim Han-kim mengambil keluar
surat itu, katanya kemudian sambil menghela napas.
"Dalam suratnya, ia masih menyinggung banyak
masalah yang tak ada sangkut pautnya dengan masalah
ini. Dia tentu sedang ngaco belo, harap nona tidak
mempercayainya" sambil berkata ia sodorkan surat itu ke
tangan Li Tiong-hui. setelah menerima surat itu, Li TiongTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2980 hui pun membaca isinya: "Ditujukan untuk Lim Han-kim,
Lim siangkong: "Aku dengar di dalam keluarga Hong-san tersimpan
aneka macam obat-obatan yang mustajab dan tak
ternilai harganya, Di samping itu nyonya Li sendiri
sebagai seorang tokoh sakti dalam dunia persilatan,
bukan cuma ilmu silatnya yang tinggi, bahkan ilmu
pengobatannya juga luar biasa, jauh mengungguli
kemampuanku. Aku percaya kesehatan siangkong pasti
telah pulih kembali seperti sediakala, untuk itu aku
mengucapkan selamat kepadamu"
Membaca sampai di sini, sambil tertawa hambar Li
Tiong-hui berkata: "Tampaknya ia sangat memperhatikan
dirimu" ia lalu membaca lebih jauh.
"Aku dengar di masa lalu nyonya Li pernah patah hati,
Walau peristiwa itu sudah lewat belasan tahun, namun
luka-luka hatinya hingga kini belum sembuh juga
sehingga akibatnya beliau tak mau banyak campur
urusan tentang putra-putrinya. Tapi aku percaya kasih
seorang ibu terhadap anaknya tetap ada. Bila putrinya
menghadapi bencana besar, niscaya dia akan turut
membantunya." "Perasaan hatiku kini pernah diliputi dendam dan
benci, hawa napsu membunuhku sudah muncul, bisa
kubayangkan pertarungan seru ini pasti sangat
mengerikan, Dengan kedudukannya sebagai seorang Bulim
bengcu, Li Tiong-hui pasti akan manfaatkan
kesempatan ini untuk menghimpun kekuatan segenap
jago di kolong langit agar berkumpul di keluarga Hongsan.
Dengan tindakannya itu, aku percaya lembah BanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2981 siong-kok segera akan berubah menjadi ladang
pembunuhan yang paling brutal sepanjang sejarah,
Mayat akan bertumpuk menggunung, darah akan
menggenangi bumi bagaikan telaga."
Membaca sampai di sini, dengan kening berkerut Li
Tiong-hui berkata: "Kalau dibaca isi surat ini, tampaknya
seebun Giok-niong sudah bertekad untuk mengubah
pertarungan ini menjadi ladang pembunuhan yang paling
sadis." "Coba nona baca dulu isi surat itu hingga selesai." Lim
Han-kim menganjurkan- "Aku percaya di dalam dunia saat ini teramat sedikit
manusia yang sanggup menandingi kemampuanku. Betul
kecerdasan otak Pek si-hiang mengagumkan, tapi ilmu
silatnya amat terbatas, apalagi aku sudah menggunakan
cara yang paling hebat untuk melenyapkan kepandaian
silatnya, sekalipun di dalam keluarga Hong-san terdapat
obat-obat mestika, paling banter obat-obatan itu cuma
dapat selamatkan jiwanya dari kematian, Dengan luka
yang begitu parah, meski kubunuh Pek si hiang juga
tiada artinya sama sekali"
Membaca sampai di sini, kembali Li Tiong-hui
mendengus dingin "Hmmmm, bicara tak ada
juntrungnya, Antara kau dengan dirinya toh tak ada
dendam sakit hati, tak perlu dia membalaskan dendam
bagimu" "Dasar perempuan," pikir Lim Han-kim dalam hati,
"Dalam suasana dan situasi seperti ini pun kau masih
punya minat untuk mempermasalahkan soal kecil."
2982 Tampaknya Li Tiong-hui segera menyadari akan
kekeliruannya, ia pun membaca surat itu lebih lanjut.
"Sebenarnya aku ingin menuruti nasehat siangkong
dengan mengundurkan diri dari keramaian dunia
persilatan dan tidak mencampuri segala urusan tetek
bengek yang ada hubungannya dengan persilatan lagi,
tapi kematian orang tuaku yang mengenaskan segera
menyulut kembali perasaan dendamku. Rasa benci ini
sulit kulupakan hingga pada akhirnya aku harus menyianyiakan
harapan siangkong." "Satu permintaanku kepada siangkong, hanyalah
berharap kau keluar dari lingkaran masalah ini, tak usah
membantu pihakku pun tak usah membantu pihak Li
Tiong-hui, saksikan saja jalannya pertarungan ini sebagai
seorang penonton yang baik. Asal aku dapat membalas
dendam sakit hatiku ini, aku pasti akan mohon maaf di
hadapan siangkong." Li Tiong-hui segera menghela napas panjang: "Aaaai...
ternyata rasa cintanya kepadamu sudah begitu
mendalam..." Lim Han- kim turut menghela napas, "seebun Giokhiong
amat licik dan banyak akalnya, apalagi pikiran dan
perasaannya sudah terbalut oleh rasa dendam kesumat,
bagaimana kau boleh percaya dengan ucapannya itu?"
Li Tiong-hui tidak menanggapi lagi ucapan mana,
bacanya lebih jauh: "Menggunakan tentara tak bisa terhindar memakai
taktik, bahkan makin licik taktik itu makin baik, Dalam
posisi saling berhadapan sebagai musuh, berlaku aturan
kalau bukan kau yang mati, akulah yang mampus.
2983 semula aku berniat hendak menggali sumber mata air
dari bukti Hong-san untuk menenggelamkan
perkampungan keluarga Hong-san. Dengan kekuatan air
bah yang meluap. aku hanya butuh waktu amat singkat
untuk melenyapkan perkampungan keluarga Hong-san
yang sudah seratus tahun termashur dalam dunia
persilatan ini. Meski Nyonya Li memiliki kepandaian silat yang luar
biasa pun, tak nanti kekuatannya sanggup membendung
kekuatan alam berupa air bah yang datang menggulung,
Aku yakin lembah Ban-siong-kok akan berubah jadi
telaga." "Tapi aku pun merasa bahwa tindakanku seperti ini
amat merusak tata krama, apalagi siangkongpun masih
berada di dalam keluarga Hong-san, Air bah tak mungkin
bisa memilih mangsanya, Mengingat hubungan
siangkong dengan diriku selama ini amat baik, akhirnya
kubatalkan niatku itu. Aku ambil keputusan untuk
mengajak nyonya Li berduel dengan mengandalkan ilmu
silat." "Hmmm" Li Tiong-hui mendengus dalam-dalam.
"Rupanya ia mengurungkan niat untuk menggali sumber
mata air bukit Hong-san lantaran takut kau turut mati
tenggelam... sungguh romantis perempuan itu sungguh
bijak hatinya." Lim Han-kim kembali menghela napas
panjang. "Nona Li, bacalah surat itu lebih lanjut, sekalipun
seebun Giok-hiong tidak bermaksud menggali sumber
mata air bukit Hong-san, tapi ada orang lain yang berniat
mencelakai keluargamu"
2984 Dengan perasaan kesal bercampur sedih, Li Tiong-hui
melirik Lim Han-kim sekejap. kemudian membaca isi
surat itu lebih jauh: "Sekalipun aku batalkan niat keji itu, namun banyak
umat persilatan di dunia ini yang berhati lebih kejam
dariku, Menurut informasi rahasia yang berhasil kuterima,
agaknya ada orang lain yang berencana hendak
memanfaatkan situasi serba kacau ini untuk menggali
sumber mata air bukit Hong-san dan menenggelamkan
perkampungan itu." "Setelah kuselidiki kasus ini lebih mendalam, ternyata
maksud "orang itu pertama, ingin memfitnah diriku
dengan kejadian tersebut, Kedua, orang itu pasti punya
dendam kesumat yang amat mendalam dengan pihak
keluarga Hong-san sehingga dia ingin manfaatkan situasi
serba kacau ini untuk membalas sakit hatinya. orang
bilang, dengan sekali timpuk memperoleh dua ekor
burung, Harap siangkong sampaikan berita ini kepada
nona Li Tiong-hui hingga kejadian yang menyesalkan
bisa dihindari " "Dengan pemberitahuan siangkong ini, tak bisa
disangkal kau telah selamatkan beratus lembar jiwa
anggota keluarga Hong-san, siangkong pun bisa
membalas budi pertolongan mereka yang telah
selamatkan jiwamu, Dengan impasnya hutang piutang
ini, maka siangkong pun bisa cuci tangan atas masalah
tersebut." " Hanya kata-kata itu saja yang bisa kupersembahkan
kepada siangkong diiringi tetesan air mata."
2985 Di bawahnya tercantum: salam dari seebun Giokhiong.
Selesai membaca surat tersebut, dengan kening
berkerut Li Tiong-hui kembalikan surat itu ke tangan Lim
Han-kimi katanya: "Apakah kau hendak menuruti
nasehatnya dan meninggalkan keluarga Hong-san kami?"
"Urusan ini tidak mendesak. lebih baik kita
kesampingkan dulu, Yang paling penting kini adalah
mencari tahu siapa gerangan yang berniat merusak
sumber mata air bukit Hong-san, Nona, tahukah kau
letak sumber mata air itu?"
"Rasanya aku pernah mendengar ibu berbicara soal
ini, Tapi aku sendiri kurang tahu di mana letak sumber
mata air itu Aku rasa sebelum peroleh persetujuan dari
ibu, aku tak berani mengambil keputusan secara
gegabah." "Urusan ini besar sekali pengaruhnya dan tak boleh
ditunda lagi, lebih baik nona segera pergi menjumpai
nyonya." "Baiklah" sambil menyahut Li Tiong-hui mempercepat
langkahnya melesat ke depan-
Tiba di ruang tamu, Lim Han-kim berseru: "silakan
nona pergi menjumpai hujin, sedang aku akan
menunggu di ruang tamu saja."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukankah ibuku sangat baik terhadapmu?"
"Kalau soal itu sih, aku kurang tahu."
"Lim siangkong, aku rasa lebih baik lagi jika kau
bersedia mendampingi aku untuk bertemu dengan ibu,
2986 lebih baik lagi apabila surat dari seebun Giok-hiong itu
kau perlihatkan kepada ibu. Aaai... selama belasan tahun
terakhir, ibuku selalu hidup mengasingkan diri di gedung
Tay-sang-kek dan tak pernah mencampuri urusan
keduniawian lagi. Semua masalah besar maupun urusan
kecil yang berkenaan dengan keluarga Hong-san, selama
ini diurus oleh ong popo, jadi terus terang saja aku
sendiri tak begitu yakin akankah berhasil membujuk
ibuku turun tangan serta mencampuri urusan ini. Kini
seebun Giok-hiong telah menganggap ibuku sebagai
musuh tangguhnya, aku rasa bila siangkong bersedia
mendampingi diriku serta melukiskan betapa congkaknya
seebun Giok-hiong, ada kemungkinan ibuku akan
tergerak hatinya untuk ikut serta dalam masalah ini."
"Kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya tak
terkalahkan oleh apa pun, mana ada seorang ibu yang
tidak memperdulikan keselamatan jiwa putri sendiri.."
bantah Lim Han-kim. setelah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Bila nona merasa lebih leluasa mengajakku, tentu saja
dengan senang hati akan kutemui nyonya."
"Kalau begitu, mari kita segera berangkat"
Terpaksa Lim Han-kim menyusul di belakang Li Tionghui,
mereka berangkat menuju ke gedung Tay-sang-kek.
Di depan pintu gerbang gedung Tay-sang-kek berdiri
dua orang dayang berbaju serba putih yang
menggenggam pedang, kedua orang itu segera
menghadang jalan pergi Li Tiong-hui berdua seraya
menegur. 2987 "Nyonya telah berpesan, kecuali peroleh panggilan
khusus, siapa pun dilarang memasuki gedung Tay-sangkek."
"Kurang ajar" umpat Li Tiong-hui mendongkol. "Masa
kau tidak kenal siapa aku?"
"Mana berani budak tidak mengenali diri nona," sahut
dayang berbaju putih yang ada di sebelah kiri cepatcepat.
"Nah, itulah dia, kenapa kalian masih belum mau
menyingkir?" "Maaf nona, nyonya sudah turunkan perintahnya
sehingga sebelum peroleh persetujuan beliau, budak
berdua tak berani ambil keputusan, untuk itu harap nona
sudi memaafkan" Sembari berkata, kedua orang dayang
itu sama-sama bungkukkan badan memberi hormat.
Sepasang alis mata Li Tiong-hui semakin berkerut,
katanya lebih jauh dengan nada dingin: "Kelihatannya
nyali kalian tambah lama bertambah berani, sampai aku
pun berani dihalangi?"
Dayang di sebelah kiri itu buru-buru menarik tangan
rekannya dan bersama-sama berlutut sambil menyahut:
"Budak berdua tak berani menghalangi nona, tapi hamba
pun tak berani membangkang perintah nyonya."
"Ayoh, cepat masuk beri laporan kepada nyonya,
katakan aku ingin bertemu" bentak Li Tiong-hui marah.
"Nyonya sudah berpesan, hamba berdua benar-benar
tak berani menerobos masuk." kata dayang di sebelah
kanan cepat, 2988 Sedang dayang di sebelah kiri buru-buru
menambahkan: "Bila nona bersikeras hendak masuk ke
dalam gedung Tay-sang-kek. silakan bunuh dulu budak
berdua." Li Tiong-hui tertawa dingin.
"Hmmm, kau anggap aku tak berani membunuh
kalian?" Kedua orang dayang itu tundukkan kepalanya sambil
melelehkan air mata, ia menyahut lirih.
"Budak berdua terpaksa harus membangkang perintah
nona, harap nona mau memaklumi keadaan kami. Tapi
bila nona bersikeras hendak menghukum mati budak
berdua, silakan saja beri perintah, Tanpa nona harus
turun tangan sendiri, budak berdua sanggup menghabisi
nyawa kami." Menyaksikan keadaan itu Lim Han-kim menghela
napas panjang, katanya: "Nona Li, kau tak boleh
salahkan mereka berdua."
Pada saat itulah dari dalam gedung Tay-sang-kek.
tiba-tiba berkumandang suara teguran yang dingin dan
kaku: "siapa di situ?"
Li Tiong-hui segera mengenali suara teguran itu
berasal dari suara ibunya, buru-buru dia menyahut.
"Anak Hui yang berada di sini."
Pintu gerbang yang semula tertutup rapat segera
terbentang lebar, nyonya Li dengan mengenakan pakaian
berwarna putih dan berwajah dingin bagaikan es telah
berdiri kaku di muka pintu.
2989 Cepat-cepat Li Tiong-hui jatuhkan diri berlutut seraya
berseru: "Ananda ada urusan penting ingin berjumpa
dengan ibu". Nyonya Li tertawa hambar. "Aku lihat nyalimu tambah
hari bertambah besar."
"persoalan ini menyangkut mati hidupnya keluarga
Hong-san kita, jadi mau tak mau terpaksa ananda harus
nyerempet bahaya untuk bertemu dengan ibu."
Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sembilu,
nyonya Li menatap wajah Li Tiong-hui dan Lim Han-kim
sekejap. kemudian tanyanya: "Urusan apa?"
"Lim siangkong telah menerima sepucuk surat rahasia
dari seebun Giok-hiong, dalam suratnya diberitakan
bahwa ada orang berniat membongkar sumber mata air
bukit Hong-san dengan maksud menenggelamkan
seluruh perkampungan kita."
Agak berubah paras muka nyonya Li " Hmmmmm" "
Setelah mendengar ucapan itu, serunya tertahan
"Masa ada kejadian seperti ini?"
"Yaa, justru lantaran persoalan ini maha penting dan
gawat, terpaksa ananda harus mengusik ketenangan
Ibu." "Di mana surat itu sekarang?"
Li Tiong-hui berpaling melirik Lim Han-kim sekejap.
lalu jawabnya: "surat itu berada di tangan Lim
siangkong." Melihat hal ini, Lim Han-kim berpikir "Kelihatannya
mau tak mau aku harus keluarkan surat itu"
2990 Dari dalam sakunya ia ambil keluar surat itu dan
disodorkan ke tangan nyonya Li sambil ujarnya: "surat itu
berada di sini, silakan locianpwee periksa." Pelan-pelan
nyonya Li menerima surat itu dan membaca isinya,
Li Tiong-hui yang secara diam-diam memperhatikan
terus perubahan wajah ibunya, dengan cepat merasa
amat gembira, begitu dilihat hawa amarah telah
menyelimuti wajah nyonya Li, pikirnya: "Bila isi surat
tersebut bisa membangkitkan amarah ibu, sudah bisa
dipastikan pertarunganku melawan seebun Giok-hiong
akan memberi keuntungan bagi posisiku."
Dengan cepat nyonya Li membaca habis isi surat itu,
kemudian sambil melipat kembali surat tersebut dan
serahkan ke tangan Lim Han-kim, katanya: "seebun Giokhiong
sudah menantang kau berduel"
Lim Han-kim tak tahu bagaimana harus memberikan
tanggapannya, terpaksa ia berlagak tidak mendengar dan
menyimpan kembali surat tersebut ke dalam saku.
"Anak Hul, bangunlah," kata nyonya Li kembali seraya
menghela napas panjang. "Terima kasih ibu," sahut Li Tiong-hui sambil bangkit
berdiri. "Apa yang dikatakan dalam surat itu memang benar."
nyonya Li melanjutkan kembali kata-katanya. "Di
belakang gedung Tay-sang-kek memang terdapat sebuah
sumber mata air, Apabila sumber mata air tersebut
terbongkar, bukan saja dalam waktu semalam seluruh
perkampungan keluarga Hong-san akan tenggelam,
mungkin air bah yang terjadi akan menggenangi pula
seluruh keresidenan di seputar bukit ini."
2991 "Ibu, harap kau memberi petunjuk kepada kami
bagaimana cara mencegah perbuatan keji ini, ananda
akan segera kirim orang untuk menghalanginya."
"Yang aneh adalah sumber mata air itu tersimpan
beratus-ratus kaki di bawah permukaan tanah, dari mana
seebun Giok-hiong bisa mengetahui rahasia tersebut..."
Tiba-tiba muncul seorang dayang berbaju hijau yang
berlarian mendekat sambil berseru: "Lapor nyonya, nona
Pek mohon bertemu" Tiba-tiba saja sekilas senyuman cerah tersungging di
balik wajah nyonya Li yang dingin kaku itu, sahutnya:
"Cepat undang dia masuk kemari" Dayang berbaju hijau
itu mengiakan dan segera berlalu. Kembali nyonya Li
ulapkan tangannya seraya berkata.
"Kalian boleh pergi dulu, tentang bagaimana cara
menghadapi orang yang akan menggali sumber mata air
itu, akan kuutus orang untuk memberitahukan kepada
kalian" Li Tiong-hui berpaling memandang Lim Han-kim
sekejap. lalu putar badan dan berlalu dari situ
Lim Han-kim berjalan mengikuti di belakang Li Tionghui,
sambil berjalan dengan perasaan keheranan
pikirnya: "Tampaknya Pek si- hiang benar-benar memiliki
kemampuan yang luar biasa, hingga nyonya Li yang
dingin kaku pun dapat menjalin hubungan yang begitu
akrab dengannya." Sementara dia masih termenung, tampak dayang
berbaju hijau tadi sudah muncul kembali dengan langkah
tergesa-gesa. Di belakang dayang berbaju hijau itu
2992 menyusul siok-bwee dan Hiang-kiok yang menggotong
sebuah tandu. Di atas tandu inilah Pek si-hiang membaringkan diri,
matanya terpejam rapat dan wajahnya pucat pias
bagaikan lilin. Mendadak Li Tiong-hui memperlambat langkahnya dan
berbisik kepada Lim Han-kim: "Tampaknya aku harus
minta pertolonganmu"
"Apa yang dapat kubantu?" tanya Lim Han-kim
tertegun- "Tampaknya ibuku menaruh kesan yang luar biasa
terhadap Pek si-hiang, seingatku belum pernah ibu
bersikap demikian terhadap orang lain jadi menurut
pendapatku, untuk bisa mengundang ibu turut serta
dalam kelompok penentang seebun Giok-hiong, aku
harus minta bantuan dari Pek si-hiang untuk mendukung
soal ini." "Lantas apa yang bisa kubantu?"
"Tentu saja membujuk Pek si-hiang agar
membantuku" "Rasanya... sama saja bukan bila nona sendiri yang
mengatakan kepadanya?" Li Tiong-hui tertawa getir.
"Kau bukan wanita, tentu saja tidak mengetahui
perasaan seorang wanita terhadap pria, semakin cerdik
perempuan itu, semakin gampang dia tergoda cinta, Dan
sekali wanita sudah jatuh cinta, maka sampai mati pun
rasa cintanya tak akan berubah, Yaa, dari dulu nasib
perempuan cantik memang selalu jelek, orang bilang
kecantikan mereka menarik hati banyak orang dan
2993 mudah mencari pasangan, padahal perasaan cintanya
yang tak pernah mau berubah seringkali merupakan
penyebab utama terjadinya tragedi dan kejadian sedih."
Dia seolah-olah sedang membicarakan soal Pek sihiang,
tapi seperti juga sedang menuturkan diri sendiri,
ini membuat Lim Han-kim gelagapan dan tak tahu
bagaimana harus menjawab.
Ketika mereka berdua balik ke ruang tamu, koancu
dari kuil Cing-im-koan ci Mia-cu masih duduk seorang diri
sambil menikmati air teh, sementara pencuri sakti Nyoo
cing-hong berdiri di luar ruangan sambil memandang ke
angkasa dengan pandangan kosong.
Rupanya Nyoo Cing-hong turut balik ke ruang tamu itu
ketika Li Tiong-hui dan Lim Han-kim meninggalkan mulut
lembah, Hanya saja tatkala sepasang muda mudi itu
menuju ke gedung Tay-sang-kek. pencuri tua ini
menunggu dalam ruang tamu.
Melihat kehadiran kembali Li Tiong-hui, Ci Mia-cu
angkat wajahnya memandang gadis itu sekejap. lalu
ujarnya: "Berhubung ibumu enggan terima tamu,
terpaksa pinto harus menunggu dengan sabar dalam
ruangan ini." "Sungguh hebat iman totiang, kau mampu menahan
diri." Ci Mia-cu tertawa.
"Pinto toh tak mungkin menyerbu masuk ke dalam
gedung Tay-sang-kek, kalau bukan sabar menunggu, apa
lagi yang bisa kuperbuat?"
Pelan-pelan Li Tiong-hui duduk. katanya: "Bila dilihat
dari tekad totiang yang ingin bertemu ibuku, pasti ada
2994 masalah penting yang hendak kau sampaikan, boleh
diberitahukan kepadaku?"
Ci Mia-cu menggeleng. "Urusan yang menyangkut generasi lalu, lebih baik
diselesaikan generasi yang lalu, meski disampaikan pada
nona, belum tentu nona akan memahami, jadi lebih baik
tak usah disinggung."
"Soal apa sih" Apa salahnya kau utarakan?"
"Nona ingin tahu?"
"Betul."

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ci Mia-cu meneguk air tehnya sambil termenung
berapa saat, kemudian sambil menggeleng katanya:
"Lebih baik jangan kukatakan"
"Kalau begitu totiang hanya membawa pesan orang
lain yang harus kau sampaikan?"
"Tak ada orang yang titip pesan kepadaku, tapi
selama hidup aku memang gemar berusaha demi orang
lain." "Demi ibuku?" "Selain demi ibumu, juga demi segenap umat
persilatan di kolong langit." Li Tiong-hui segera menghela
napas panjang. "Jadi urusan ini ada hubungannya dengan si raja
pedang yang pernah termashur dulu?"
"Apa" Jadi ibumu telah memberitahukan soal ini
kepadamu?" Ci Mia-cu kelihatan agak terperangah.
2995 "Tidak, tapi aku pernah mendengar orang lain
membicarakannya." Ci Mia-cu segera terbungkam sambil merenung berapa
saat, sampai lama kemudian baru ia berkata: "Kalau
memang ibumu belum pernah menyinggung masalah ini,
lebih baik aku pun tutup mulut."
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia yang
ramai bergema tiba disusul munculnya seorang dayang
berbaju hijau yang lari masuk ke dalam ruang tamu
dengan langkah tergopoh-gopoh.
Dayang itu langsung berlari menuju ke sisi Li Tiong-hui
dan membisikkan sesuatu ke sisi telinganya.
Mendengar bisikan tersebut, paras muka Li Tiong-hui
berbuah hebat, tapi sebentar kemudian dengan lagak
setenang-tenangnya dia bangkit berdiri, membenahi
rambutnya yang kusut dan memberi tanda kepada si
dayang sambil serunya: "Aku sudah tahu, kau boleh
pergi dulu." Dayang berbaju hijau itu membungkukkan badan
memberi hormat dan mengundurkan diri dari situ.
Menunggu hingga dayang tadi keluar dari gedung dan
tak nampak bayangan tubuhnya, baru Li Tiong-hui
berkata lagi: "Harap lotiang dan Lim siangkong
menunggu dulu dalam ruangan, aku akan pergi sejenak."
"Silakan nona," sahut Ci Mia-cu cepat.
Dengan cepat Li Tiong-hui beranjak pergi
meninggalkan ruangan tersebut.
2996 Sepeninggal nona itu, Lim Han-kim turut bangkit
berdiri dan ujarnya sembari memberi hormat kepada Ci
Mia-cu: "Totiang, ada sedikit masalah ingin kutanyakan
kepadamu, harap kau bersedia memberi jawaban."
"Itu sih tergantung masalah apa yang ingin kau
tanyakan dan tahukah aku akan jawaban nya."
"Totiang kenal dengan ibuku?"
"Tentu saja kenal." Ci Mia-cu manggut-manggut,
"Totiang juga kenal dengan nyonya Li?"
"Benar." "Sudah lama totiang kenal dengan ibuku?"
"Tentu saja, waktu itu kongcu belum lahir." Ci Mia-cu
tertawa. "Kalau begitu pasti totiang kenal juga dengan ayahku,
bukan?" Mendapat pertanyaan ini ci Mia-cu tertegun-
"Kalau masalah ini sih aku kurang tahu, sebab setelah
perkawinannya ibumu tak pernah bertemu aku lagi."
"Aaaai..." Lim Han-kim menghela napas panjang,
"Padahal totiang mengetahui masalah ini, hanya enggan
mengaku terus terang, bukankah begitu?"
"Bila kongcu ingin mengetahui latar belakang asalusulmu,
kenapa tidak kau tanyakan langsung kepada
ibumu?" "lbu selalu melarang aku menyinggung masalah
tersebut" 2997 "Nah, itulah dia Kalau ibumu sendiri pun keberatan
membicarakan masalah tersebut, mana boleh
kubicarakan masalah orang lain?"
"Mungkin saja ibu memang segan menyinggung
masalah yang ada hubungannya dengan ayahku, sebagai
orang luar apa salahnya totiang membicarakan masalah
tersebut?" Cepat-cepat Ci Mia-cu gelengkan kepalanya
berulang kali. "Maaf, sebelum mendapat persetujuan dari ibumu, aku
tak dapat membicarakan masalah tersebut..."
Sesudah termenung sambil berpikir sejenak. kembali
ia menambahkan: "Tapi ada satu hal aku dapat
memberitahukan kepadamu, paling lama akhir bulan
nanti kau pasti sudah mengetahui dengan jelas asalusulmu."
"Apa maksud ucapan lotiang ini?"
"Badai besar yang pernah melanda dunia persilatan ini
pasti ada penyelesaiannya dalam tiga bulan mendatang,
Bila badai tersebut telah mereda, secara otomatis jagojago
yang mengetahui dengan jelas asal-usul kongcu pun
akan berdatangan semua ke perkampungan keluarga
Hong-san ini. sudah barang tentu salah satu di antara
mereka ada yang bakal membongkar rahasia asal-usulmu
itu." "Masa begitu sederhana?"
"Betapa pun sulitnya masalah yang ada di dunia ini,
asal sudah peroleh penyelesaian secara tepat, maka
segala sesuatunya akan nampak begitu gampang dan
sederhana. Kini kongcu merasa segala sesuatunya serba
2998 aneh dan misterius, hal ini lantaran kau belum
mengetahui secara jelas rahasia yang menyelimuti asalusulmu,
padahal begitu penjelasan diperoleh dan
segalanya menjadi terang, maka kau akan memperoleh
perasaan bahwa segala sesuatunya hanya begitu saja."
"Aku rasa masalah ini tak akan sesederhana apa yang
locianpwee utarakan, menurut pendapatku dalam dunia
persilatan dewasa ini tak banyak orang yang mengetahui
rahasia asal-usulku."
"Paling tidak. toh bukan cuma pinto seorang yang
tahu." Ci Mia-cu tersenyum.
Melihat hal ini Lim Han-kim pun berpikir "Melihat
kekerasan kepalanya, mungkin sulit bagiku untuk peroleh
jawaban yang memuaskan darinya, Kalau begitu aku
mesti menjebaknya dengan pembicaraan, siapa tahu aku
berhasil mengorek sedikit rahasia."
Berpikir demikian ia pun berkata: "Tampaknya bukan
kebanyakan jago lihay yang locianpwee maksudkan,
melainkan si raja pedang dari Lam-hay itu bukan?"
Benar juga, Ci Mia-cu langsung tertegun dibuatnya,
Namun bagaimana pun juga semakin tua jahe memang
makin pedas, dengan dasar pengalamannya yang
matang, ia tak sampai kalut dibuatnya.
Setelah termenung sejenak. katanya: "Tentang hal
tersebut, aku kurang begitu jelas."
Dari jawaban yang diperolehnya ini, Lim Han-kim
dapat mengambil kesimpulan bahwa pendeta tersebut
susah dipojokkan, sehingga ditanya lebih jauh pun tak
2999 ada gunanya, maka setelah menghela napas panjang dia
pun tidak banyak bicara lagi.
Dalam saat itu si pencuri sakti Nyoo Cing-hong telah
masuk ke dalam ruangan, ia bicara kepada Ci Mia-cu
dengan suara dalam: "Kini Li bengcu sedang menghadapi masalah yang
amat besar dan pelik, kendatipun kau enggan
membantunya memukul mundur musuh-musuh tersebut,
sepantasnya bila kau pikirkan suatu cara untuk
membebaskan dirinya dari kesulitan ini."
"Kesulitan apa?" tanya Lim Han-kim sambil melompat
bangun "Aku sendiri kurang tahu apa latar belakang
masalahnya, tapi sempat kulihat air matanya berderai
tatkala pergi meninggalkan ruang tamu tadi."
Ci Mia-cu menghela napas panjang.
"Beban yang harus ditanggung olehnya memang
kelewat berat. seorang gadis muda berusia belasan
tahun mesti memikul tanggung jawab untuk memikirkan
keselamatan segenap umat persilatan di dunia. Beban
tersebut masih harus ditambah dengan beban hancurnya
perasaan dan hatinya gara-gara cinta. Aaaai... hampir
seratus tahun lamanya keluarga Hong-santelah berbakti
demi umat persilatan, apakah Thian begitu tega dengan
memberi ganjaran kepada ibu beranak dua orang itu
hidup penuh penyesalan hanya disebabkan percintaan
yang gagal?" 3000 Lim Han-kim memahami betul apa artinya perkataan
itu walaupun tidak terlampau mendalam, ia segera
bangkit berdiri seusai mendengar perkataan itu.
"Biar kupergi lihat keadaan Li bengcu, andaikata ia
benar-benar menjumpai kesulitan, pasti akan kubantu
dirinya." seusai berkata ia segera beranjak keluar.
Ci Mia-cu menggerakkan bibirnya seperti mau
mencegah, tapi niat tersebut segera diurungkan kembali.
Keluar dari ruang tamu, Lim Han-kim saksikan suasana
di seputar tempat itu amat hening. Bayangan tubuh Li
Tiong-hui sudah tidak nampak lagi. Mendadak dari balik
sebatang pohon besar muncul seorang gadis berbaju
hijau yang menggenggam pedang, Lim Han-kim segera
berjalan menghampirinya seraya menegur. "Boleh kutahu
kemana nona Li telah pergi?"
"Kau ingin mencarinya?" tanya dayang berbaju hijau
itu setelah memandang Lim Han-kim sekejap.
"Benar." Setelah merenung sejenak, sahut dayang tadi: "la
pergi ke arah barat"
Tidak menunggu banyak waktu lagi, Lim Han-kim
berbalik ke arah barat dan menyusul ke situ.
Setelah melalui sebuah dinding yang terdiri dari
pepohonan rapat, tibalah pemuda itu di sisi kebun bunga
yang luas, Di sisi kebun itu terbentang sebuah jalan
setapak yang beralas batuan kecil berwarna putih.
Lim Han-kim mencoba memeriksa keadaan di
sekitarnya, ia jumpai jalanan yang mengarah ke utara
3001 adalah jalan yang menuju ke gedung Tay-sang-kek,
maka dia pun menelusuri jalanan ke arah barat.
Beberapa puluh kaki kemudian, kembali jalanan itu
berbelok menuju ke arah selatan-
Baru saja Lim Han-kim melalui sebuah tikungan,
mendadak terdengar seseorang membentak nyaring.
"Berhenti" Ketika pemuda itu angkat wajahnya, tampak seorang
perempuan setengah umur yang mengenakan celana
warna biru berjubah biru pula dengan mengangkat tinggi
toya kepala naganya telah menghadang jalan perginya.
Buru-buru Lim Han-kim menjura sambil
memperkenalkan diri: "Aku Lim Han-kim..."
"Tahukah kau tempat apakah ini" Berani amat kau
memasukinya secara sembarangan?" tukas perempuan
setengah umur itu ketus. "Aku tidak bermaksud apa-apa, aku sampai di sini
karena sedang mengejar nona Li."
"Baiklah, kau boleh berbalik sekarang"
"Berbalik?" Lim Han-kim tertegun "cian-pwee, kau
melihat ke mana nona Li pergi?"
"Kau maksudkan nona kami?"
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya:
"Berapa banyak saudara sih yang dimiliki keluarga Hongsan"
Kok. perlu bertanya-tanya lagi?" Meski begitu,
jawabnya juga: "Tentu saja nona kalian, nona Li Tionghui"
3002 Perempuan setengah umur itu menatap tajam anak
muda tersebut berapa saat, lalu katanya: "Walaupun aku
tahu di mana ia berada sekarang, tapi sebelum peroleh
persetujuan darinya, tak mungkin bisa kukatakan
kepadamu. Kalau memang nona tidak mengundang
kamu bertemu di sini, lebih baik kau tak usah
mencarinya" Lim Han-kim semakin keheranan dibuat-nya, kembali
ia berpikir "Masa Li Tiong-hui menyimpan sebuah rahasia
yang tak boleh diketahui orang lain?"
Ia mencoba memperhatikan keadaan di depannya, di
situ ia temui sebuah pintu yang tertutup rapat, Di
seputar bangunan tumbuh pepohonan yang rindang dan
rapat setinggi satu kaki lebih. sehingga sulit untuk
melihat dengan jelas keadaan di dalam sana . . .
Mendadak perempuan setengah umur itu
menghentakkan tongkatnya ke tanah sembari
membentak: "Apa yang perlu kau lihat" Ayoh cepat
mundur dari sini Kalau kau membandel terus, jangan
salahkan kalau aku bertindak kurang ajar"
Dengan kening berkerut Lim Han-kim mengundurkan
diri ke belakang, pikirnya: "semua dayang yang bekerja
di perkampungan keluarga Hong-san ini rata-rata cantik
dan lemah lembut. Heran, kenapa tabiat perempuan
setengah umur ini justru kasar dan berangasan...?"
Belum lagi ia beranjak pergi darisiiu, tiba-tiba dari
belakang tubuhnya berkumandang suara teriakan Li
Tiong hui. "siangkong, silakan kemari"
Tatkala Lim Han-kim berpaling, tampak pintu yang
semula tertutup rapat itu kini sudah terbuka, Tampak Li
3003 Tiong-hui bersandar di pintu sedang mengawasi dirinya,
mukanya lesu dan murung, masih basah oleh air mata.
Kenyataan ini kontan saja membuat pemuda kita
keheranan, tapi ia tetap melangkah maju
menghampirinya. BAB 41. Nasib jelek si Nona cantik


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meskipun perempuan setengah umur itu tidak turun
tangan menghalangi ternyata dia juga tidak menghindar
Terpaksa Lim Han-kim berjalan lewat melalui
sampingnya. "Silakan masuk. siangkong" ucap Li Tiong-hui sambil
menyingkir ke samping memberi jalan lewat.
"Leluasakah?" Lim Han-kim agak sangsi.
"Sebetulnya kurang leluasa, cuma tidak apa-apa.
Ayoh, cepat masuk ke dalam" setelah menghela napas
panjang, Lim Han-kim pun berjalan memasuki ruangan
itu. Setelah melalui pintu gerbang, di depannya terbentang
sebuah bangunan besar yang terbuat dari batu granit,
Bangunan itu mirip benteng, tapi juga mirip sebuah
kuburan-yang pasti bentuk bangunannya angker tapi
kokoh, sebuah terali besi yang besar dan berat tampak
tertutup rapat dan memisahkan bangunan bagian dalam
dengan bagian luar. "Tempat apaan ini?" tanya Lim Han-kim agak
tertegunTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
3004 "Tempat menyimpan abu leluhur kami, tiga generasi
keluarga Hong-san semuanya berada di sini, di samping
tempat menyimpan barang-barang penting dari keluarga
kami." "Aaaah, mana boleh kumasuki daerah yang begitu
penting dari perkampunganmu?" Li Tiong-hui tertawa
getir. "Tempat ini memang merupakan daerah terlarang dari
perkampungan keluarga Hong-san. jangan lagi orang
luar, anggota keluarga Hong-san sendiri pun tak boleh
memasuki daerah ini secara sembarangan..."
Dengan perasaan terkejut bercampur cemas Lim Hankim
mundur dua langkah. "Kalau begitu kau pun tak boleh sembarangan
memasuki daerah terlarang, lebih baik aku keluar saja..."
Mendadak air mata jatuh berderai membasahi wajah Li
Tiong-hui, setengah berbisik, ia berkata:
"Aku ingin kau pergi menjumpai seseorang."
"Siapa?" "Boleh dibilang dia adalah suamiku, juga bisa
dikatakan sebagai sahabat karibku, terserah apa pun
penilaianmu." "Apa" jadi nona telah berkeluarga?" seru Lim Han-kim
semakin terperanjat. Kembali Li Tiong-hui tertawa getir.
"Masih seorang diri atau sudah berkeluarga, buat aku
maupun kau sudah bukan suatu persoalan yang penting
lagi, seandainya aku belum berkeluarga kini, apa pula
yang bisa kau lakukan terhadapku?"
3005 "Soal ini... soal ini..." Lim Han-kim tertegun dan tak
mampu melanjutkan kata-katanya.
"Kau tak perlu ini itu lagi," tukas Li Tiong-hui. "Kini kau
sudah memiliki Pek si-hiang yang begitu mencintai
dirimu, ada pula seebun Giok-hiong yang bermanjamanja
denganmu, Dalam keadaan demikian, tak mungkin
aku Li Tiong-hui tebalkan muka dan ngotot ingin dikawini
dirimu pula, jadi kau tak usah khawatir." Lim Han-kim
menghela napas sedih. "Aaaai... nona Li, kenapa kau bilang begitu" Aku Lim
Han-kim bukan manusia bangsa kurcaci, terhadap siapa
pun aku punya pandangan dan perasaan yang sama."
"Sudahlah, kita tak usah mendebatkan soal ini lagi,"
sela Li Tiong-hui sambil tertawa getir, "Mari kita masuk
ke dalam untuk menjenguk dirinya..." sambil berkata dia
melangkah maju ke depan Lim Han-kim mengikuti di belakang gadis itu dengan
ketat, mereka memasuki sebuah ruangan yang ditata
indah, Tampak seorang pemuda berwajah pucat pias dan
berambut kusut sedang duduk termenung di situ sambil
mengawasi sebuah lukisan yang dibentang di
hadapannya. Pelan-pelan Li Tiong-hui berjalan mendekati pemuda
itu sambil bisiknya: "Ngo-long, sehatkah tubuhmu akhirakhir
ini?" Pelan-pelan pemuda itu meletakkan lukisan tersebut
ke meja, angkat kepala dan memandang Li Tiong-hui
sekejap. sekulum senyuman segera tersungging di ujung
bibir-nya. 3006 "Akhirnya kau datang juga..." bisiknya lirih. Li Tionghui
coba tersenyum kecil, sahutnya:
"Sesungguhnya sejak awal aku berhasrat datang
menjengukmu namun masih banyak masalah yang harus
kuselesaikan terlebih dulu hingga tak sempat pulang,
padahal akupun sering merindukan kau."
Pemuda berwajah pucat itu nampak tertegun. "Apa"
Kau merindukan aku?" Ia coba menegaskan.
"Betul, siang kubayangkan malam kuimpikan, aku
rindu sekali kepadamu sampai-sampai duduk pun
melamunkan dikau, aku dapat rasakan bahwa di antara
semua lelaki yang ada di dunia ini, hanya kau seorang
yang benar-benar mencintaiku secara tulus hati."
"Sedang mimpikah aku ini...?" gumam pemuda
berwajah pucat itu dengan wajah mendelong.
"Tidak, kau bukan lagi bermimpi, kita masih hidup di
dunia ini, pikiran kita masih segar, siapa pun tak ada
yang sedang bermimpi"
Mendadak pemuda berwajah pucat itu bertepuk
tangan sambil menari-nari. Menari sambil diiringi suara
nyanyiannya yang keras dan parau.
Wajahnya yang semula murung dan alis matanya yang
semula bekernyit terus, kini telah berubah jadi cerah,
perasaan riang, gembira dan luapan emosi yang
meledak-ledak mewarnai seluruh tingkah lakunya.
Lim Han-kim hanya berdiri melongo di sisi ruangan,
memandang tingkah polah gila dari si pemuda tersebut
dengan perasaan agak gugup bercampur gelagapan.
3007 Sekulum senyuman kini tersungging di ujung bibir Li
Tiong-hui, kendatipun begitu, titik air mata nampak jatuh
bercucuran membasahi wajahnya yang cantik,
"Nona Li" kata Lim Han-kim kemudian setelah
menghela napas panjang, "Rasa cintanya kepadamu
sudah mendekati rasa cinta dari seorang sinting yang tak
waras otaknya, garang kujumpai manusia semacam ini."
Sembari membesut air mata yang membasahi pipinya,
Li Tiong-hui mengangguk. "Yaa... dulu, aku tak pernah ambil peduli, tapi
sekarang aku benar-benar sudah paham, betul-betul
sudah mengerti apa arti "cinta" yang sesungguhnya."
"Mengerti soal cinta?"
"Dulu, bukan saja aku tak pernah merasa bahagia atas
perhatian dan luapan cinta kasih yang diperlihatkan
dirinya kepadaku, bahkan timbul rasa muak dan benci
yang sangat mendatang Aku merasa orang itu sangat
menyebalkan Tapi kini aku baru sadar, aku baru tahu
bahwa penderitaan dan siksaan batin yang dialaminya
selama ini amat menusuk perasaan, penderitaannya
mustahil bisa dihadapi orang lain selain dia. Oleh sebab
itulah aku wajib membayar ganti rugi kepadanya, aku
harus menebus dosa-dosaku selama ini kepadanya
dengan cara mencoba mencintainya dan menyayanginya
dengan sepenuh hati."
Dengan mulut terbungkam dalam seribu basa Lim
Han-kim menundukkan kepalanya, untuk beberapa saat
ia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun-setelah
menarik napas panjang, kembali Li Tiong-hui berkata:
"Saudara Lim, betul bukan perkataanku ini?"
3008 Pelan-pelan Lim Han-kim angkat wajah-nya, sahutnya
dengan wajah bersungguh-sungguh:
"Terus terang saja, kau benar-benar kagum dan
menaruh hormat kepada ketulusan cinta saudara ini,
cintanya betul-betul murni dan sejati, rasa cinta yang
muncul dari sanubarinya yang murni."
"Yaaa... tak dapat dipungkiri, semua kenyataan yang
kualami sekarang ini tak lain akibat dari nasehat serta
ajaran saudara Lim kepadaku selama ini." Li Tiong-hui
tertawa getir, "Bukan saja aku harus berterima kasih kepadamu,
terutama saudara Ong, dia wajib mengucapkan banyak
terima kasih kepadamu, sebab berkat pelajaranmu, rasa
cintanya kepadaku baru bisa kesampaian."
"Aku yang telah memberi ajaran kepadamu?"
"Benar..." Tiba-tiba nampak pemuda berwajah pucat itu
membalikkan badannya dan langsung menubruk ke
dalam pelukan Li Tiong-hui.
Menghadapi tindakan tak terduga yang dilakukan
pemuda tersebut, secara otomatis Li Tiong-hui
membentangkan lengannya dan balas memeluk pemuda
itu, bahkan menyandarkan pula kepalanya di dada
pemuda tadi dengan penuh rasa cinta. Tak terlukiskan
rasa gembira pemuda itu, mendadak teriaknya keraskeras:
"Thian benar-benar maha tahu dan maha pengasih,
akhirnya aku Ong Yong-jing berhasil melumerkan
3009 kebekuan hati adik Hui..." Menyusul kemudian ia tertawa
terbahak-bahak. Saking gembiranya ia tertawa dan saking
memuncaknya luapan emosi saat itu, mendadak
napasnya jadi sesak. disusul kemudian badannya roboh
terjungkal ke atas tanah.
"Kekasih Ong..." jerit Li Tiong-hui terperanjat buruburu
ia totok jalan darah Mia-bun-hiat di punggung
pemuda itu. Ong Yong-jing mengeluh pelan lalu menghembuskan
napas panjang, setelah itu badannya mulai menggeliat
dan tersadar kembali dari pingsannya.
Perasaan gembira, kaget, panik dan masgul
bercampur aduk menghiasi wajah Li Tiong-hui, tiba-tiba
dengan wajah serius ia totok jalan darah di tubuh ong
Yong-jing. Peristiwa ini kontan saja membuat Lim Han
kim termangu, pikirnya: "Apa-apaan ini, waaah...
perasaan wanita memang paling susah ditebak..."
Sementara itu Li Tiong-hui telah membopong tubuh
Ong Yong-jing dan dibaringkan ke atas tempat
pembaringannya, kemudian ia baru berjalan ke luar dari
balik kamar. "Nona Li" sapa Lim Han-kim kemudian setelah
menghembuskan napas panjang, "Bagaimana keadaan
saudara Ong?" "Bukankah kau merasa sangat keheranan dengan
kejadian ini?" tanya Li Tiong-hui setelah menyeka air
matanya. 3010 "Benar, aku memang agak tercengang dengan
peristiwa ini." "Kau tentu heran bukan, apa sebabnya kutotok jalan
darahnya?" "Benar, aku memang tak habis mengerti, kenapa kau
mesti menotok jalan darahnya?"
"Aku harus menunggu hingga pertarunganku melawan
seebun Giok-hiong berakhir, saat itu aku akan
mengundurkan diri sebagai Bu-lim Bengcu dan datang
menengoknya, saat itulah aku bersama dia akan
mengundurkan diri dari keramaian dunia dan tidak
mencampuri urusan keduniawian lagi."
"Oooh, rupanya begitu, nona tak perlu menerangkan
lebih jauh, aku sudah memahami maksudmu."
"Sepantasnya kuajak dirimu untuk melihat sekeliling
tempat ini, namun untuk itu aku perlu membicarakan
terlebih dulu dengan ibuku."
"Tidak usah cukup bertemu dengan saudara Ong pun
sudah membuatku merasa amat puas."
Selesai berkata ia putar badan dan beranjak pergi dari
situ. Sambil menyusul di belakang Lim Han-kim, tiba-tiba Li
Tiong-hui berkata lagi: "Apakah saudara Lim ingin tahu urusanku dengan
saudara Ong?" "Bila nona bersedia menjelaskan aku siap untuk
mendengarkan" 3011 "Mendiang ayahku adalah sahabat karib ayahnya,
beliau sangat dikagumi ayahku, suatu ketika mendiang
ayahku minum arak bersama ayahnya, di kala mabuk.
ayah saudara ong menyuguhkan secawan air teh kepada
ayahku, dalam girangnya ayahkupun berjanji, bila beliau
punya putri, pasti akan dijodohkan kepada putranya..."
"Jadi hanya dasar ucapan di kala mabuk itu?"
"Yaa, bagi mendiang ayahku, ucapan tersebut tidak
bermakna apa-apa, lagipula tak pernah tercatat dalam
benaknya, siapa tahu setengah tahun kemudian ayah
saudara Ong mengirim sejumlah kado kepada ayahku,
saat itu aku baru dilahirkan tiga bulan..."
"Tajam betul pendengaran paman Ong mu itu..."
"Tentu saja ibu kaget setelah menerima kado tersebut,
ketika ditanyakan kepada ayahku, ayah pun ikut
terperanjat setelah diingat kembali, beliau baru teringat
bahwa di kala mabuk sempat mengutarakan janjinya itu."
Lim Han-kim menghela napas panjang.
"Aaaai... tak disangka empek Ong itu menanggapi
secara serius ucapan orang mabuk."
"Mendengar ayah sudah mengaku ada kejadian seperti
ini, terpaksa ibu pun cuma membungkam diri, tak nyana
ketika belum genap aku berusia satu tahun, ternyata
ayah sudah pergi mendahului diriku hingga bagaimana


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah ayah pun aku tak sempat melihatnya,"
"Bagaimana dengan empek Ong itu..."
"Tatkala ayah meninggal, empek Ong sempat datang
melayat, ia menangis hampir tiga hari tiga malam di
3012 hadapan layon ayahku, bahkan saking sedihnya terakhir
dia pun mati di depan meja sembahyang ayah."
"Waaah... tak nyana ayahmu mempunyai seorang
sahabat sejati macam begitu..."
"Meski demikian, ibu berpendapat lain, karena ia
sudah mempunyai kesan yang kurang simpati terhadap
empek Ong, maka kematiannya di depan layon ayah
dianggapnya sebagai intrik busuk yang telah
direncanakan sebelumnya." Kembali Lim Han-kim
menghela napas. "Kematian merupakan suatu kejadian maha besar bagi
umat manusia, ibumu kelewat banyak curiga."
"Anehnya, justru kejadian tersebut sudah terduga oleh
ibu jauh hari sebelumnya."
"Apa benar?" Lim Han-kim melengak. "Apa mungkin
kematian orang she Ong di depan layon ayahmu
merupakan suatu intrik yang telah direncanakan
sebelumnya?" "Boleh dibilang begitu setelah terjadinya peristiwa itu,
ibu mengundang datang berapa orang tabib kenamaan
untuk melakukan otopsi, dijumpai empek Ong memang
sudah menelan pil racun yang bekerja lambat sebelum
datang ke rumah kami."
"Nah di sinilah aku kurang paham, sekalipun
kematiannya disebabkan racun bereaksi lambat, toh
kematiannya demi ayahmu, ia mati karena rasa setia
kawannya yang tinggi, mungkinkah kematian semacam
itu dianggap sebagai sebuah intrik?"
3013 Li Tiong-hui melirik Lim Han-kim sekejap. lalu
sahutnya: "Empek Ong adalah seorang jago dalam ilmu
pertabiban, ia sadar bahwa dirinya telah mengidap
semacam penyakit aneh, sekalipun tidak mati di depan
layon ayah, usianya tak bakal melebihi tiga bulan lagi."
"Oooh, rupanya begitu..." Lim Han-kim
menghembuskan napas panjang. setelah berhenti
sejenak, terusnya: "Kesemuanya ini hanya berdasarkan analisa atau
memang terbukti?" "lbu sendiri yang mengisahkan hal tersebut, tentu saja
suatu kejadian yang nyata."
Cepat Lim Han-kim menggeleng. "Tapi harus diingat,
ibumu punya kesan yang kurang simpati terhadap empek
Ong itu." " Untuk membuktikan ia tak berniat memfitnah orang
seenaknya, maka ibu telah mengawetkan jenasah ayah
serta empek Ong dengan semacam obat-obatan dengan
maksud agar di kemudian hari kami dapat ikut
melakukan penelitian"
"Kalau memang begitu tak bakal salah lagi."
"Kecerdasan ibuku luar biasa dan tiada tandingannya
di dunia ini, bahkan Pek si- hiang juga tak bakal mampu
menandinginya, cuma selama ini beliau enggan
menonjolkan kelebihannya."
Mendadak Lim Han-kim menghentikan langkahnya
sambil berkata: 3014 "Nona Li, ada beberapa patah kata entah pantas tidak
kukatakan?" "Katakan saja, meski salah tanya juga tak apa, cuma
bila kuanggap tak pantas untuk dijawab, aku tak akan
menjawabnya." "Baik..." Setelah termenung sejenak, lanjutnya:
"Di saat ayahmu masih hidup, apakah hubungannya
dengan ibumu kurang harmonis?" Li Tiong-hui menarik
napas panjang. "Watak mereka bertolak belakang, mendiang ayahku
berjiwa terbuka, gagah dan berhati ksatria, sebaliknya
ibuku lebih suka menutup diri dan selalu hidup
menyendiri, dua sifat yang bertentangan"
"Maaf, tidak sepantasnya kuajukan pertanyaan
semacam ini." "Tidak apa-apa, toh sudah kau ajukan"
Lim Han-kim tidak berani banyak bertanya lagi, ia
percepat langkahnya meninggalkan tempat itu.
Li Tiong-hui mempercepat langkahnya dan menyusul
ke belakang Lim Han-kim, katanya lagi:
"Saudara Lim, ada satu persoalan ingin kumohonkan
kepadamu, harap kau jangan menampik,"
"Bila dapat kulakukan, tentu kulaksanakan sepenuh
tenaga." "Kau pasti bisa melakukan"
"Baiklah, katakan"
3015 "Setelah pertarunganku melawan Seebun Giok-hiong,
aku berniat mengumumkan pengunduran diriku di
hadapan para jago dari kolong langit serta meletakkan
jabatan sebagai Bengcu, tolong pada saat itu kau
mewakili aku untuk umumkan soal perkawinanku ini
sekalian mengundang mereka agar turut menikmati arak
perkawinanku." "Maaf nona, masalah ini merupakan masalah besar,
rasanya kedudukanku kurang cocok untuk
mengumumkan kejadian besar ini, kenapa tidak meminta
ibumu saja yang umumkan perkawinan ini?"
"Ibu tak setuju dengan perkawinan ini, otomatis beliau
enggan menyelenggarakan pesta perkawinan bagiku."
Lim Han-kim menghela napas panjang.
"Perkawinan adalah suatu kejadian besar bagi
kehidupan manusia, bila ibumu keberatan, masa kau
akan selenggarakan sendiri pesta perkawinan itu?"
"Itulah sebabnya aku minta tolong padamu untuk
umumkan perkawinanku ini ke hadapan umum, dengan
begitu meski ibu tak setuju, ia akan rikuh untuk
menghalangi perkawinanku ini."
"Kalau sampai begini, ibumu pasti akan sangat
membenciku" "Sebenarnya aku berniat minta tolong kakakku untuk
mengumumkan perkawinan ini, tapi aku takut setelah
peristiwa ini ibu akan sangat membencinya, hubungan
kami dua bersaudara dengan ibu pada dasarnya sudah
Pendekar Guntur 15 Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Karya Tan Tjeng Hun Kisah Si Rase Terbang 15
^