Pencarian

Pedang Keadilan 34

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 34


dapat berbicara ..."
seebun Giok-hiong berkerut kening, tanpa bersuara ia
melangkah ke depan menghampiri Pek si-hiang.
2854 Waktu itu, perhatian semua orang sedang tertuju ke
wajah Pek si-hiang, hingga gerak-gerik seebun Giokhiong
lolos dari pantauan mereka.
sampai seebun Giok-hiong sudah tiba di sisi Pek sihiang,
Li Tiong-hui baru menyadari akan gawatnya
situasi, buru-buru hardiknya: "Cepat halangi dia"
sayang keadaan sudah terlambat, telapak tangan
seebun Giok-hiong secara telak sudah menghantam
punggung Pek si-hiang. Gempuran tersebut tidak
menimbulkan sedikit suara pun, tahu-tahu kelihatan
tubuh Pek si hiang gontai, muntahkan darah segar dan
segera roboh terjungkal ke lantai.
"Benar-benar perbuatan yang keji" umpat Hongpo
Tiang-hong sambil tertawa dingin Dengan jurus "
menggapai ke air memancing naga" pedangnya langsung
ditusukkan ke tubuh seebun Giok-hiong.
si Hakim sakti ciu Huang pun tidak mengira seebun
Giok-hiong bakal membokong musuhnya secara begitu
licik, dengan penuh amarah ia membentak keras dan
melepaskan pula sebuah pukulan segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat langsung meluncur ke depan
dengan iringan suara yang nyaring.
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, tangan
kirinya diputar untuk menyambut datangnya serangan
dari ciu Huang, sementara kutungan pedang di tangan
kanannya digetarkan menangkis tusukan pedang dari
Hongpo Tiang-hong, kemudian badannya mengegos ke
samping dan secepat petir menyerbu maju ke depan
2855 Kim-hud lotiang mengebaskan senjata kebutannya,
dengan jurus Bidadari cantik menyebar bunga, ia babat
tubuh lawan Seebun Giok-hiong mengangkat kutungan pedangnya
ke atas menyongsong kedatangan senjata kebutan itu,
lalu keempat jari tangan kanannya secara beruntun
disentilkan keluar Empat gulung desingan angin tajam
serentak meluncur ke udara dan menyerang musuhnya.
Buru-buru Kim-hud totiang mengegos ke samping,
Berhasil menghindari ketiga gulung desingan tajam yang
pertama, sayang gagal menghindari serangan keempat.
Tahu-tahu bahu kirinya terasa amat sakit, serangan
tersebut sudah bersarang telak.
Sebuah tendangan kilat dari Seebun Giok-hiong
mendesak Hongpo Tiang-hong. Ter-gopoh-gopoh
Hongpo Tiang-hong menarik kembali pedangnya yang
sedang menggempur lawan Tubuh Seebun Giok-hiong
segera miring ke samping dan langsung menyerbu ke
tepi pintu ruang perahu. Sambil mengayun golok panjangnya Li Tiong-hui
mengejar dari belakang, teriaknya: "cepat halangi dia"
Kebetulan waktu itu Seebun Giok-hiong sudah sampai
di tepi pintu ruang perahu, pangeran pedang yang
mendengar teriakan Li Tiong-hui itu tiba-tiba mencabut
keluar pedangnya dan membentak nyaring: "Kembali kau
ke dalam ruangan." "Aaaah, belum tentu" ejek seebun Giok-hiong.
Kutungan pedangnya diputar... Traaaang Diiringi suara
benturan nyaring pedang si Pangeran pedang berhasil
ditangkis ke samping, sepasang kakinya segera meluncur
2856 ke atas melepaskan tendangan maut, dua lelaki kekar
yang menghadang persis di depan pintu segera termakan
tendangan itu dan roboh terjungkal ke tanah.
Memanfaatkan peluang inilah, seebun Giok-hiong
menerobos keluar ke atas geladak perahu, Lengan
kirinya langsung digetarkan ke atas, burung aneh
berwarna abu-abu yang bertengger di bahunya tadi
langsung terbang ke angkasa.
Bersamaan dengan terbangnya burung aneh itu,
seebun Giok-hiong menjejakkan pula kakinya meluncur
ke udara dan menyambar sepasang kaki burung tadi,
Memanfaatkan ke sempatan ini, badannya ikut meluncur
pula ke tengah sungai sejauh dua kaki dari tempat
semula. Dalam saat itu ciu Huang dan Li Tiong-hui telah
menyusul ke ujung geladak perahu, ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki seebun Giok-hiong benar-benar luar
biasa, walaupun hanya meminjam sedikit tenaga dari
burung aneh tersebut, namun tubuhnya dalam waktu
sekejap telah berada empat-lima kaki dari posisi semula.
Terdengar dari kejauhan sana ia berseru lantang: "Li
Tiong-hui, cepat atau lambat akhirnya kita harus berduel
juga. Lebih baik tetapkanlah waktu dan tempat yang
sesuai untuk melangsungkan pertarungan antara kita"
Li Tiong-hui berpaling memandang sekejap ke ruang
perahu, lalu bisiknya lirih: "Bagaimana keadaan luka
nona Pek?" "Parah sekali" jawab Phang Thian-hua.
2857 sambil menggeretak gigi dan menghela napas Li
Tiong-hui bergumam: "Tampaknya aku tak bisa
menggubris makian dari ibu lagi..."
sambil mempertinggi nada suaranya ia berteriak:
"seebun Giok-hiong, aku khawatir kau tak berani
mendatangi tempat yang akan kutentukan"
"Biar ke sorga atau neraka, seebun Giok-hiong tak
akan mundur setapak pun"
"Bagus, berani kau mendatangi lembah Ban-siong-kok
di bukit Hong-san?" tantang Li Tiong-hui.
"Bagus sudah lama kudengar nama besar lembah Bansiong-
kok di bukit Hong-san. Kalau memang nona Li
bersedia mengundang,sampai waktunya, aku seebun
Giok-hiong pasti akan hadir, tentukan juga waktu
pertemuan kita." "Tengah hari tanggal sepuluh bulan dua belas, akan
kunantikan kehadiranmu di lembah Ban-siong- kok"
"Baiklah, mumpung jaraknya dari hari ini masih ada
tiga bulan, segera akan kuundang bala bantuan
sebanyak-banyaknya."
"sampai waktunya lebih baik nona seebun ajak serta
segenap anak buah andalanmu, kita selesaikan pertikaian
kita hingga tuntas" "Baik" seebun Giok-hiong tertawa, "Dengan selesainya
pertikaian di antara kita. Tahun baru mendatang pun
bisa kulewati dengan lebih tenang dan santai."
"Kalau begitu, kita tetapkan begini saja, silakan nona
seebun lanjutkan perjalananmu"
2858 "Bila nasib Pek si-hiang kurang beruntung dan keburu
mati, harap nona Li sudi mewakiliku untuk tancapkan
sekuntum bunga berkabung di hadapan pusaranya."
"Dalam keluarga Hong-san kami banyak tersimpan
obat Hui-seng-wan yang mujarab dan hebat, Asal nona
Pek sanggup bertahan sehari semalam lagi untuk
mencapai bukit Hong-san, aku yakin selembar jiwanya
pasti akan selamat" "Moga-moga saja apa yang kau ucapkan dapat
terkabul, semoga ia mampu bertahan sehari semalam
lagi" ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa.
"Nona seebun, rupanya kau sudah melupakan
kehadiranku di sini" sela Phang Thian-hua tiba-tiba
sambil melangkah keluar dari ruang perahu dengan
langkah lebar. "Dengan andalkan kemampuan ilmu
pengobatan-ku serta persediaan obat yang kumiliki masih
lebih dari cukup untuk melindungi keselamatan nona Pek
serta Lim siangkong selama tiga hari dua malam"
seebun Giok-hiong tertawa hambar.
"Kalau begitu, tolong sampaikan rasa haru-ku kepada
Lim siangkong bila telah sadar nanti," katanya, kemudian
putar badan dan berlalu dari situ.
Memandang bayangan punggung seebun Giok-hiong
yang menjauh, Phang Thian-hua berkata: "Hanya
andalkan kekuatan seekor burung, ternyata ia mampu
menyeberangi sungai berarus deras ini dengan selamat.
Tampaknya kita harus akui bahwa ilmu silat yang dimiliki
orang ini luar biasa sekali."
2859 Sementara itu Hakim sakti Ciu Huang telah datang
menghampiri sambil berbisik: "Benarkah Bengcu hendak
gunakan bukit Hong-san untuk berduel dengan seebun
Giok-hiong?" Li Tiong-hui menghela napas panjang, "Aaaaai...
kecuali bukit Hong-san, tidak kutemukan tempat lain
yang lebih sesuai." "Bagaimana kalau ibumu tak setuju?"
"Nasi sudah terlanjur menjadi bubur, Kalau ibuku mau
marah, biarlah dia mengumpat diriku habis-habisan"
Ciu Huang termenung dan berpikir beberapa saat, lalu
katanya: "Ada beberapa patah kata, entah pantas tidak
kuutarakan keluar?" Li Tiong-hui tidak menanggapi perkataan Ciu Huang,
sambil berpaling ke arah Pangeran pedang, katanya:
"Kau boleh pergi sekarang"
Dengan langkah lebar Pangeran pedang keluar dari
ruang perahu, serunya seraya menjura: "sebenarnya
maksud kedatanganku ke Tionggoan adalah ingin
menjumpai para jago lihay dari dunia persilatan tapi
sekarang, aku sadar bahwa kemampuanku masih
ketinggalan jauh, maka aku segera akan pulang ke Lamhay
dan mengajak ayah untuk bersama sama menghadiri
pertemuan di bukit Hong-san..."
Tampaknya ia belum selesai dengan perkataannya,
ditatapnya wajah Li Tiong-hui lekat-lekat, namun tak
sepatah kata pun diucapkan.
Melihat itu, dengan kening berkerut Li Tiong-hui
segera menegur: "Masih ada yang ingin disampaikan?"
2860 sesudah mendeham pelan kata Pangeran prdang:
"Harap nona sudi menyediakan sebuah meja perjamuan
untuk ayahku dalam pertemuan puncak di bukit Hongsan
nanti." "Ayahmu pasti datang?"
"Nona tak usah khawatir seandainya ayahku menolak.
aku punya cara yang dapat membuat beliau penuhi
harapanku, jadi harap nona sediakan sebuah tempat
baginya." selesai berkata ia pun memberi hormat, lalu sambil
memberi tanda kepada para pengawal elitnya ia berseru:
"Kembali ke perahu"
Dengan langkah lebar ia tinggalkan perahu tersebut
diikuti puluhan orang pengawal elit-nya.
Memandang kepergian kawanan jago tersebut, Li
Tiong-hui menghela napas panjang, bisiknya kepada Ciu
Huang: "Apa yang ingin ciu tayhiap katakan, sekarang
boleh kau sampaikan"
"Aku mendukung nona menjadi Bulim Bengcu,
tujuannya tak lain agar kau bersedia memimpin umat
persilatan untuk melawan seebun Giok-hiong, tapi bila
nona ingin kembali ke bukit Hong-san, makaaku pun
terpaksa harus mohon diri"
"Kenapa?" "Semasa ayahmu masih hidup, meski dia adalah
sahabat karibku tapi antara aku dengan ibumu pernah
terlibat percekcokan yang sangat hebat. sejak peristiwa
itu belum pernah aku bertemu lagi dengannya,judi aku
2861 merasa kurang leluasa bila harus mengikuti nona pulang
ke bukit Hong-san!" "Aaaah, mungkin ibuku sudah lupa dengan peristiwa
itu, buat apa Ciu tayhiap masih memikirkannya di hati?"
Ciu Huang tertawa tergelak "Ha ha ha... aku tak
pernah risau dengan masalah tersebut, justru yang
kukhawatirkan adalah bila ibumu masih menyimpan
masalah ini di dalam hati."
"Ciu tayhiap tak usah khawatir, selama belasan tahun
terakhir ibuku selalu hidup menyepi dan tak pernah
memikirkan urusan keduniawian lagi, jadi beliau tak akan
memikirkan peristiwa itu lagi."
Ciu Huang menghela napas panjang, "Aaaai...
kendatipun begitu, aku pernah diusir ibumu tempo hari
dari bukit Hong-san. sekalipun kejadian ini sudah
berlangsung cukup lama dan sepantasnya dilupakan,
tapi..." "Kalau begitu demikian saja," tukas Li Tiong-hui cepat
"Bagaimana kalau Ciu tayhiap mewakili aku pergi
mengundang siau-lim-pay, Bu-tong-pay, Cing-shia-pay,
serta Kun-lun-pay untuk hadir di bukit Hong-san pada
bulan dua belas sebelum tanggal sepuluh?"
"Dengan senang hati kuterima tugas ini, namun..."
"Aku tentu akan melaporkanmu kepada ibuku
bahwasanya kesediaan ciu tayhiap hadir di Hong-san
adalah lantaran ingin selamatkan umat persilatan dari
tragedi." 2862 Ciu Huang termenung berpikir sejenak. kemudian
katanya: "Baiklah, bila ibumu bersedia menerima aku,
tentu aku akan hadir di bukit Hong-san."
Li Tiong-hui pun alihkan sorot matanya ke wajah Kimhud
totiang, tegurnya: "Bagaimana keadaan luka
totiang?" "Enteng sekali" jawab Kim-hud lotiang cepat.
"Bagus, kalau begitu aku minta tolong kepada totiang
agar memberitahukan setiap umat persilatan yang kau
jumpai agar bersedia datang ke lembah Ban-siong-kok di
bukit Hong-san sebelum tanggal sepuluh bulan dua


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belas..." "Bagaimana kalau yang datang lebih banyak mereka
yang cuma menonton keramaian?"
"Tidak apa-apa, makin banyak makin baik," sahut Li
Tiong-hui seraya tertawa getir.
"Aku benar-benar tak habis mengerti," sela Ciu Huang.
"Apakah nona sudah temukan suatu rencana yang
bagus?" Li Tiong hui menghela napas panjang.
"ibuku saban hari cuma menutup diri di belakang
gunung, beliau semakin lama semakin jarang
mencampuri urusan kami dua bersaudara, Hubungan
batin kami sebagai ibu dan anak pun makin lama
semakin mendingin dan hambar, tapi apabila umat
persilatan yang hadir di bukit Hong-san banyak sekali,
demi reputasi dan nama baik keluarga Hong-san,
kendatipun ibu enggan campur tangan, paling tidak mau
tak mau terpaksa ia harus tampilkan diri juga."
2863 "oooh, jadi tampaknya nona ingin gunakan cara ini
untuk paksa ibumu tampilkan diri?" Kembali Li Tiong-hui
menghela napas. "Aaaaai Apabila sampai waktunya kondisi badan nona
Pek belum pulih juga, aku benar-benar tak tahu dengan
cara apa kita harus hadapi seebun Giok-hiong." Tiba-tiba
Hongpo Tiang-hong tertawa tergelak
"Ha ha ha... semasa ayahmu masih hidup, ia pernah
bilang kepadaku bahwa ilmu silat yang dimiliki ibumu luar
biasa hebatnya, setiap umat persilatan pasti pernah
mendengar bahwa nyonya Li memiliki ilmu silat hebat,
tapi tak seorang pun pernah saksikan beliau turun
tangan menghadapi lawan. jika sampai waktunya aku
berkesempatan menyaksikan peristiwa itu, biarpun harus
mati, aku akan mati dengan meram."
"Aaaai... jangan lagi umat persilatan, kami sebagai
putra-putrinya pun tidak mengetahui sampai di mana
watak serta sifat ibuku yang sebenarnya, terutama pada
beberapa tahun terakhir. Tidak gampang bagi aku serta
kakakku untuk bersua muka dengannya."
Ciu Huang manggut-manggut, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkan kembali.
Kim-hud totiang pun berkata: " Kalau memang begitu,
pinto akan gunakan segala kemampuan yang kumiliki
untuk melaksanakan perintah nona dan di dalam tiga
bulan mendatang, berita ini sudah tersiar merata di
seantero daratan Tionggoan."
"Terima kasih atas kesediaan totiang."
2864 "Bengcu tak usah banyak adat." Mendadak Ciu Huang
menengadah, lalu serunya sambil menghembuskan
napas panjang: "Nona Li, si pangeran pedang itu ..."
Tiba-tiba ia tutup mulut "Ada apa dengan pangeran pedang?" tanya Li Tionghui.
"Lebih baik utus orang memberitahu kepadanya agar
lebih baik mereka tidak menghadiri pertemuan di bukit
Hong-san," kata Ciu Huang setelah mendeham berapa
kali. seakan-akan menyadari akan sesuatu, Li Tiong-hui
bertanya: "Kenapa?"
"Panjang untuk menceritakan masalah ini, menurut
apa yang kuketahui tentang latar belakang persoalan ini,
tampaknya semasa masih hidupnya dulu ayahmu pernah
mempunyai hubungan yang luar biasa akrabnya dengan
si Raja pedang. Konon mereka berdua pernah berjanji
untuk berduel pedang di atas sebuah puncak tebing yang
terjal, siapa yang kalah dalam pertarungan tersebut,
meski tak sampai terluka di ujung pedang lawan ia pasti
akan terperosok ke dalam jurang dan tubuhnya hancur
lebur." "Tentu ayahku yang berhasil unggul dalam
pertarungan itu?" "Atas dasar apa nona berani mengatakan begitu?"
"Setahuku, mendiang ayahku tidak mati dalam
pertandingan pedang itu, jelas mendiang ayahku yang
menang." ciu Huang gelengkan kepalanya berulang kali.
2865 "Tak seorang pun berhasil unggul dalam pertarungan
itu Bila ada seorang di antara mereka yang berhasil
unggul, dengan watak ayahmu serta si Raja pedang yang
keras dan berangasan, tak nanti mereka akan biarkan
lawannya tetap hidup."
"Jadi maksudmu kekuatan mendiang ayahku seimbang
dengan si Raja pedang, tak ada yang menang dan tak
ada yang kalah?" "itu pun tidak, Bila ayahmu harus bertarung habishabisan
melawan si Raja pedang, salah seorang di antara
mereka pasti akan tewas atau paling tidak akan terluka
parah." "Waaah, aku jadi tak habis mengerti Kalau toh,
mereka berdua sudah duel habis-habisan, kekuatan
mereka berdua pun tidak berimbang, kenapa mereka
berdua sama-sama selamat tanpa luka?"
"Sebab ibumu muncul tepat pada saatnya dan melerai
pertarungan mengerikan itu..."
setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Tidak
banyak umat persilatan yang mengetahui peristiwa ini,
selain aku seorang, mungkin tiada orang kedua yang
tahu." "Rupanya begitu Tahukah Ciu tayhiap kenapa ibuku
melerai pertarungan mereka berdua?"
Pertanyaan ini diajukan dengan perasaan berharap, ia
berharap bisa mengorek sedikit keterangan dari mulut ciu
Huang. Terdengar ciu Huang menghela napas panjang.
2866 "Latar belakang yang sesungguhnya tak pernah
dijelaskan ayahmu kepadaku, jadi apa yang kuketahui
pun hanya terbatas sampai di sini saja."
Li Tiong-hui termenung dan berpiklr sejenak, lalu
tegasnya lirih: "ciu tayhiap betul-betul tidak tahu?"
"Aku benar-benar tak tahu."
Li Tiong-hui angkat wajahnya dan menghela napas
panjang katanya kemudian: "Kalau memang ciu tayhiap
enggan menjelaskan yaa sudahlah, aku juga tak bisa
mendesakmu terus." "Menurut pandanganku peristiwa yang sudah lewat
biarkan saja berlalu, toh tak ada sangkut pautnya dengan
keadaan sekarang, justru yang penting adalah usaha
Bengcu untuk mencegah si Raja pedang dan putranya
ikut hadir dalam pertemuan puncak di bukit Hong-san-"
"Begitu penting urusan tersebut?"
"Yaa menurut pandanganku"
"Bagaimana kalau kupikirkan dulu sebelum
diputuskan?" "Perahu mereka bergerak ke selatan mengikuti arus
sungai yang deras, bila nona tak segera ambil keputusan,
mungkin kau akan terlambat menyusul mereka."
Sementara pembicaraan berlangsung, perahu telah
merapat di tepi pantai sungai. Li Tiong-hui berpaling
memandang Siok-bwee dan Hiang-kiok sekejap lalu
tanyanya: "Kalian berdua ingin turut aku pulang ke bukit
Hong-san?" 2867 "Kami berdua akan mengikuti nona kami ke mana pun
pergi, biar harus mati juga tak menyesal," jawab siokbwee
cepat. "Bagus sekali Dengan kehadiran kalian berdua, nona
kalian tentu akan lebih terawat sepanjang jalan."
Sambil menghela napas siok-bwee memberi hormat
dalam-dalam, katanya: "Terima kasih banyak atas
kemurahan hati Li Bengcu"
"Nona Pek pernah lepas budi kepada umat persilatan,
sudah sepantasnya bila setiap anggota persilatan ikut
memperhatikan keselamatan jiwanya."
Begitu perahu merapat ke darat, Kim- hud totiang
segera mendarat duluan sambil serunya: "Bengcu, pinto
harus berangkat duluan untuk melaksanakan perintah
Anda..." "Terima kasih totiang"
"Bengcu kelewat serius." Kim- hud lotiang tersenyum,
dengan cepat ia bergerak meninggalkan tempat itu,
sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan. Sambil menghela napas Ciu Huang berkata lagi: "Li
bengcu, harap kau pertimbangkan kembali usulku
tentang menyusul Pangeran pedang dan mencegah
ayahnya ikut hadir dalam pertemuan puncak di bukit
Hong-san. sekarang aku harus mohon diri lebih dulu."
Dengan cepat ia beranjak pergi pula dari situ.
Sepeninggal Ciu Huang, Li Tiong-hui berpaling kearah
Hongpo Tiang-hong dan berkata: "Biar aku pulang
diiringi Phang cengcu saja, sedang lo-cengcu boleh
2868 sampaikan perintahku, minta kakakku beserta para jago
lainnya langsung berangkat ke bukit Hong-san"
"Nona Li," sela Phang Thian-hua. "Luka yang diderita
Lim Han-kim dan Pek si-hiang sangat parah, mereka
harus dibawa dengan kereta kuda, Perlu kujelaskan
bahwa perjalanan jauh ini berpengaruh sangat besar
terhadap kondisi lukanya, benar aku punya obat-obatan
yang hebat, tapi obat-obatan tersebut belum cukup
menjamin keselamatan jiwanya."
"Phang cengcu, aku hanya berharap kau bisa
pertahankan keselamatan mereka hingga tiba di bukit
Hong-san. setibanya di rumah, aku yakin ibuku dapat
mengobati luka-luka mereka."
"Bagaimana pun juga, aku berkewajiban memberi
keterangan yang sejelasnya lebih dulu, bagaimana
keputusannya terserah Bengcu"
Agaknya Li Tiong-hui sudah ambil keputusan,
tukasnya: "sekarang juga kita berangkat."
Mereka menempuh perjalanan dalam suasana yang
amat sepi, yang terdengar hanya suara roda kereta yang
berputar membawa dua orang penderita yang sakit
parah. Untuk menjaga keselamatan jiwa kedua orang itu,
sepanjang jalan phang Thian-hua tak berani
menyadarkan kedua orang pasiennya, Dengan andalkan
obat mestika ramuannya ia mencoba mempertahankan
kondisi sakit mereka agar tidak bertambah buruk.
Siok-bwee dan Hiang-kiok mendampingi majikannya
dengan perasaan kosong dan bimbang, luka Pek si-hiang
2869 yang sangat parah membuat mereka berdua kehilangan
kendali, mereka tak memiliki lagi kemampuan untuk
mengambil keputusan. Li Tiong-hui sendiripun jarang bicara sepanjang jalan,
tampaknya pikirannya sedang dibebani masalah yang
serius. Hari ini, ketika matahari sudah tenggelam di balik
bukit, tibalah rombongan tersebut di bukit Hong-san.
Dipimpin Li Tiong-hui sendiri, mereka berjalan menelusuri
dua buah tikungan bukit yang terjal.
"Untuk mencapai lembah Ban-siong-kok, kita harus
melewati perjalanan yang terjal dan berbahaya, Aku rasa
kereta-kereta tersebut terpaksa harus kita tinggalkan di
sini..." kata Li Tiong-hui kemudian.
Setelah memandang sekejap siok-bwee dan Hiangkiok.
lanjutnya: "Aku harap nona berdua mau
menggendong nona Pek."
"Yaa" tukas Hiang-kiok cepat. "Biar enci siok-bwee
menggendong nona kami sedang budak akan
membopong Lim siangkong"
Sesungguhnya Li Tiong-hui sedang serba salah, tentu
saja ia sungkan menyuruh Phang Thian-hua membopong
Lim Han-kim, sedang ia sendiri juga tak bebas
membopong pemuda tersebut. Untung saja Hiang-kiok
menyediakan diri untuk menggendong Lim Han-kim,
maka tanpa banyak bicara lagi serunya: "Bagus sekali
kalau begitu, mari kita segera berangkat."
Dari sakunya Phang Thian-hua mengambil keluar
sepotong emas dan diberikan kepada kusir kereta,
2870 kemudian ia berangkat menyusul di belakang rombongan
lainnya. Ketika mereka selesai melewati sebuah bukit, senja
telah menjelang tiba, angin kencang yang menerpa
pohon cemara, menimbulkan suara berisik yang
memekak telinga. Li Tiong-hui berpaling memandang sekejap dua orang
dayang itu, lalu bisiknya: "Nona berdua baru sembuh dari
luka, masih mampu untuk melanjutkan perjalanan?"
"Budak yakin masih sanggup bertahan diri," jawab
siok-bwee sambil menyeka peluh yang membasahi
jidatnya . Sambil menunjuk ke arah sebuah lembah hijau di
kejauhan sana, Li Tiong-hui menjelaskan: "Lembah di
depan itulah lembah Ban-siong-kok. mari kita percepat
perjalanan, sebelum malam tiba kita pasti sudah tiba di
sana," "Nona tak usah menguatirkan kami, teruskan
perjalanan dengan cepat, budak percaya masih mampu
menyusul" "Kalau begitu terpaksa harus repotkan kamu berdua."
Li Tiong-hui tertawa getir sambil meneruskan perjalanan.
Tatkala tiba di depan lembah Ban-siong-kok. siokbwee
dan Hiang-kiok sudah kepayahan, napas mereka
tersengal-sengal. Lembah Ban-siong-kok adalah sebuah lembah yang
berada di balik dua tebing karang yang mengapit sebuah
lorong sempit jalan masuk itu lebarnya cuma satu kaki,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi setelah masuk. jalanan menjadi sangat lebar.
2871 Di atas sebuah batu cadas setinggi satu kaki, tertera
beberapa huruf dengan tinta berwarna emas, tulisan itu
berbunyi: KELUARGA PERSILATAN BUKIT HONG-SAN.
Di sisi tulisan itu tertera dua baris tulisan kecil yang
berbunyi: Harap turun dari kuda, lepaskan pedang
sebelum masuk ke lembah. Dengan agak sangsi siokbwee
berkata: "Nona, budak berdua menggembol
senjata, apa perlu ditinggal di luar lembah?"
"Tidak usah, datang bersama aku tak perlu tinggalkan
senjata," jawab Li Tiong-hui seraya masuk ke dalam
lembah. Bukit Hong-san terkenal karena pohon pinusnya yang
lebat. Bentuk pohon-pohon tersebut sangat aneh lagi
kokoh, ada yang berbentuk manusia, ada berbentuk
monyet, ada pula yang berbentuk naga, sungguh indah
dan menakjubkan, Sambil menghela napas Phang Thian-hua berkata:
"padahal dalam perkampungan Pit-tim-san-ceng, aku
telah menanam pelbagai jenis pohon pinus yang
berbentuk aneh dan luar biasa, tapi kalau dibandingkan
dengan pohon pinus disini, benar-benar ketinggalan jauh,
Aaaai Hari ini, sepasang mataku benar-benar terbuka."
"Di belakang lembah Ban-siong-kok terdapat sebidang
kebun yang dinamakan Kebun raya seribu pohon, kebun
itu dibina keluarga kami secara turun temurun, disitu
ditanam aneka ragam pepohonan dan tumbuhan dari
segala penjuru dunia. Ketika masih kecil, aku sering
bermain di sana dengan kakakku hingga lupa waktu.
Apabila bencana besar ini dapat kita lewatkan dengan
selamat, aku berjanji akan menjamu para jago dari
2872 segala penjuru dunia di kebun raya tersebut, agar semua
orang dapat ikut menikmati hasil karya keluarga Hongsan
dalam membina kebun raya tersebut,"
"Yaaa, hanya cukup mendengar penuturan nona, aku
bisa bayangkan betapa hebatnya kebun raya yang
dimaksud." Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
sudah ratusan kaki menerobos masuk ke dalam lembah,
pemandanganpun kembali berubah. Kini di kedua sisi
jalan berdiri berjajar pohon pinus yang diatur secara rapi
dan teratur hingga mirip dengan lapisan dinding, Di
tengah kegelapan malam lamat-lamat kelihatan
bayangan bangunan yang berdiri tegak dan anggun.
Di tengah keheningan yang mencekam jagad inilah,
tiba-tiba terdengar bunyi desingan anak panah yang
melintas menembus angkasa, kian lama suara itu kian
menjauh sebelum akhirnya lenyap dari pendengaran.
Sambil tersenyum Li Tiong-hui menerangkan
"Keempat pengawal pintu keluarga kami memang nakal
dan suka menggoda orang, Agar tidak sampai
mengejutkan kalian, harap tunggu sebentar di sini".
Belum selesai ia berkata, terdengar suara auman
harimau yang memekakkan telinga bergema datang,
disusul berhembusnya angin puyuh yang kencang dan
berbau amis. Dua ekor harimau belang bertubuh besar muncul
secara tiba-tiba dari balik pepohonan dan langsung
menerkam ke hadapan mereka.
2873 "Jangan ganggu tamu-tamu kehormatan-ku" Li Tionghui
segera menghardik nyaring.
Tampaknya kedua ekor harimau itu pintar dan jinak.
setelah menengok Li Tiong-hui sekejap. mereka segera
mendekam ditanah sambil mendesis pelan, setelah itu
baru putar badan dan berlalu dari situ.
Melihat adegan ini, diam-diam siok-bwee berpikir
"Rupanya keempat penjaga pintu yang dia maksudkan
adalah harimau- harimau tersebut. Kini yang muncul
hanya dua ekor, berarti masih ada dua ekor lagi yang
belum muncul..." Baru saja ingatan tersebut melintas, dari balik pohon
di sisi sebelah kanan kembali terdengar suara pekikan
keras disusul munculnya dua ekor makhluk raksasa
menghadang di tengah jalan.
Dengan perasaan terkejut Hiang-kiok berpikir
"Waaah... Dari mana datangnya monyet sebesar ini"
betul- betul binatang langka..."
Tampak Li Tiong-hui mengebaskan tangannya
memberi tanda sambil berseru keras: "Ayoh pergi dari
sini, suruh mereka ambil lampu untuk menyambut
kedatangan tamu" Kedua ekor monyet besar berbulu emas itu mencicit
berulang kali, kemudian balik badan dan berlalu.
BAB 36. Memohon ijin ibu 2874 Seraya memandang bayangan kedua ekor monyet itu
berlalu, Li Tiong-hui kembali menjelaskan.
"Dulu, penjaga pintu keluarga Hong-san kami hanya
terdiri dari dua ekor harimau raksasa, kedua ekor monyet
raksasa ini belum lama baru berhasil ditundukkan ibuku,
Konon kedua ekor monyet ini memiliki kekuatan yang
luar biasa, tenaga tarikannya sanggup membelah tubuh
harimau menjadi dua bagian. Entah dari mana asalnya
kedua makhluk itu hingga akhirnya bisa muncul di
seputar kawasan Hong-san."
"Menurut apa yang kuketahui," ucap Phang Thian-hua,
" Kedua makhluk tersebut disebut gorilla, masih
termasuk dalam jenis monyet, biasanya banyak
berkeliaran di tengah bukit yang terpencil atau hutan
yang luas." "Sungguh aneh makhluk itu," kata Hiang-kiok pula,
"Padahal tak sedikit gunung kenamaan dan hutan
belantara yang didatangi nona kami, rasanya selama ini
belum pernah kujumpai makhluk seperti ini. Lantas, apa
sebabnya mereka dapat muncul di bukit Hong-san?"
"Waaah, kalau soal ini aku tak bisa menjawab ..."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba
muncul hiasan cahaya lentera yang bergerak mendekati
mereka, Dari kejauhan sana tampak muncul dua orang
gadis berbaju hijau yang membawa lentera. usia kedua
orang gadis itu hampir sebaya, kira-kira berusia enamtujuh
belas tahunan. Begitu berjumpa dengan Li Tiong-hui, serentak
mereka memberi hormat seraya berseru: "Rupanya nona
telah pulang" 2875 Li Tiong-hui manggut-manggut, katanya: "Aku datang
mengajak beberapa orang tamu agung, coba kalian
siapkan beberapa buah kamar dan siapkan hidangan."
Budak di sebelah kanan menyahut dan segera
beranjak pergi, sedangkan budak yang ada disebelah kiri
dengan mengangkat lenteranya tinggi-tinggi, bergerak
sebagai membawa jalan. Sambil berjalan Li Tiong-hui berbisik, "Selama
beberapa waktu belakangan, apakah nyonya besar
pernah muncul dari pertapaannya?"
"Belum pernah." Budak itu menggeleng, "sejak
kepergian nona dan tuan muda, nyonya besar belum
pernah keluar dari gedung Tay-sang-kek. semua urusan
rumah tangga selama ini hanya diurus nenek ong."
Dalam pembicaraan itu, mereka telah melewati
beberapa buah dinding pohon dan tiba di depan sebuah
ruangan besar. seorang nenek berbaju biru yang
rambutnya telah beruban, berusia enam puluh tahunan
dan membawa sebuah tongkat tampak berdiri di depan
pintu, di kedua sisinya berdiri dua orang dayang berbaju
hijau yang membawa lentera besar.
Sambil menuruni tangga batu, nenek itu memberi
hormat seraya berkata: "Bila aku yang tua tak
menyambut kedatangan nona dari jauh, harap nona sudi
memaafkan." Tampaknya Li Tiong-hui menaruh hormat terhadap
nenek itu, buru-buru ia balas memberi hormat seraya
menyahuti. 2876 "Terima kasih banyak atas perhatian nenek dan mau
mengurusi rumah tangga selama ini."
Ong popo tertawa. "itu sudah tugas dan kewajibanku, nona jangan
merendah." Buru-buru ia menyingkir ke samping
memberi jalan lewat buat majikannya.
Kepada Phang Thian-hua, siok-bwee dan Hiang-kiok
bertiga Li Tiong-hui pun berseru: "Phang cengcu
sekalian, silakan masuk"
Selama ini ong popo hanya mengawasi Phang Thianhua
bertiga tanpa bermaksud menghalangi namun
keningnya jelas berkerut kencang.
Tiba dalam ruangan, air teh pun segera dihidangkan
Ong popo menyusul masuk ke dalam ruangan, bisiknya:
"Telah kuperintahkan ke dapur untuk menyiapkan makan
malam buat nona sekalian,"
Li Tiong-hui angkat wajahnya memandang sekejap
langit-langit ruangan, lalu katanya kembali.
"Harap popo sampaikan perintahku ke dapur, suruh
mereka siapkan hidangan dan arak dalam jumlah banyak.
dalam tiga-lima hari mendatang, bakal ada banyak jago
persilatan yang akan berkunjung ke lembah Ban-siongkok
kita." Agaknya ia sudah menduga, paras muka Ong popo
pasti berubah amat jelek sesudah mendengar perkataan
itu, karenanya ia enggan menatap wajah nenek tersebut
selama berbicara. 2877 Benar juga, Paras muka Ong popo berubah hebat,
rambutnya yang beruban kelihatan gemetar keras,
setelah mendeham berulang kali baru katanya: "Apa
perlu dilaporkan dulu ke nyonya?"
"Tidak usah," tolak Li Tiong-hui. "Jika ada yang
menyalahkan biar aku yang menanggung resiko ini."
"Aaaaai... kalau memang begitu, akan kulaksanakan
perintah ini." Akhirnya Ong popo menghela napas.
"Oya, masih ada satu urusan lagi, bila Ong popo
berkunjung ke gedung Tay-sang-kek, sampaikan kepada
ibuku, katakan aku ada urusan penting hendak berjumpa
dengannya." "Bagaimana jika nyonya belum selesai bertapa?"
"Kalau hari ini tak bisa, besok saja" sahut Li Tiong-hui
setelah berpikir sejenak, "Cuma kau perlu ambilkan dulu
sebotol bubuk obat si- mia-jit-po-san. Kedua orang
sahabatku terluka sangat parah, hanya obat tersebut
yang bisa selamatkan jiwanya".
"Ambil sebotol?" ong popo berseru kaget.
"Yaa, ambil sebotol"
"Setahuku, obat si- mia-jit-po-san tinggal dua botol
kurang, obat mestika itu sangat langka dan tiada duanya
di kolong langit, nona".
"ong popo" tukas Li Tiong-hui cepat, "Kini ibuku masih
bertapa, kakakku pergi jauh dan belum kembali, tolong
tanya siapa yang paling berkuasa di keluarga Hong-san
ini?" 2878 setelah tertegun sesaat, jawab ong popo: "Tentu saja
nona yang paling berkuasa"
"Bagus sekali Nah, sekarang ambil keluar sebotol obat
si- mia-jit-po-san" "Aku turut perintah" Dengan perasaan berat Ong popo
beranjak pergi dari situ.
Sepeninggal nenek itu, Phang Thian-hua baru
mendeham seraya berkata: "Ada beberapa patah kata
yang kurang pantas, entah bolehkah kuutarakan keluar?"
"Tidak apa-apa," sahut Li Tiong-hui. "Katakan saja"
"Tampaknya dalam keluarga Hong-san, Ong popo
mempunyai hak kekuasaan yang amat besar, dan
menurut perasaanku, rupanya ia kurang senang atas
kehadiran kami yang tak terduga ini.jadi menurut
perasaanku, lebih baik Beng cu jangan kelewat
memojokkan dirinya. Bila memang kurang berkenan di
hati, lebih baik kami pindah saja keluar dari lembah Banseng-
kok." "Tidak usah, sejak kecil Ong popo sudah berada di
keluarga Hong-san. Hingga kini boleh dibilang ia sudah
berdiam puluhan tahun, bahkan sejak kecil aku dan
kakakku dibesarkan olehnya. Memang tak keliru bila kita
agak mengalah kepadanya, tapi dia pun seorang yang
tahu keadaan dan persoalan, Meskipun pada saat ini
mungkin hatinya kurang senang, tapi selewatnya
beberapa hari, dia akan membaik sendiri"
Gerak langkah Ong popo kelihatannya amat lamban,
padahal dalam kenyataan cepatnya luar biasa, sementara
2879 pembicaraan masih berlangsung, ia telah muncul kembali
dalam ruang tamu. Sambil menghampiri Li Tiong-hui dan menyodorkan
sebuah botol porselen, terdengar nenek itu berkata:
"Nona, obat bubuk si- mia-jit-po-san telah kubawa
kemari." Li Tiong-hui serahkan botol itu ke tangan phang
Thian-hua sambil katanya: "Aku rasa Phang cengcu pasti
sudah tahu kegunaan dari Jit-po-san ini dan rasanya tak
perlu kujelaskan lagi, harap cengcu sudi memberikan
obat ini kepada mereka, sedang masalah lain biar kita
bicarakan besok saja setelah aku menghadap ibuku."
Melihat botol porselen itu masih disegel rapat, Phang
Thian-hua segera menerimanya.
"Nona, obat ini luar biasa mustajabnya, sedang nona
Pek dan Lim siangkong terbukti lukanya tidak mengalami
perubahan apa pun kendati telah menempuh perjalanan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh, ini menunjukkan bahwa mereka tidak perlu diobati
lagi dengan obat mustajab tersebut"
"Kalau begitu, tolong Phang cengcu simpankan lebih
dulu, Bilamana diperlukan, harap cengcu segera
memberikan kepada mereka."
"Baik, bila tidak terpaksa, aku pasti tak akan
menggunakan" janji Phang Thian-hua sambil masukkan
botol itu ke dalam sakunya,
Li Tiong-hui pun berpaling ke arah Ong popo sambil
bertanya: "Popo, sudah kau siapkan tempat pemondokan
buat mereka?" 2880 "Semuanya telah disiapkan, nona tak perlu
risau,"jawab Ong popo sambil menghela napas.
Pelan-pelan Li Tiong-hui bangkit berdiri, kembali
pesannya kepada Phang Thian-hua: "Bila luka yang
mereka derita mengalami sesuatu perubahan, tolong
suruh mereka memberi kabar kepadaku."
"Baik, akan kuingat"
Dipimpin dua orang dayang berbaju hijau yang
membawa lentera, Phang Thian-hua serta siok-bwee
sekalian diajak masuk ke sebuah halaman terpencil di
mana terdapat beberapa ruangan yang berjajar
Sambil menyulut lilin, pesan dayang itu. "silakan kalian
beristirahat sejenak, hidangan akan segera tiba."
Keesokan harinya, baru saja Phang Thian-hua bangun
tidur, seorang dayang telah muncul di depan pintu sambil
berkata: "Nona kami menunggu kedatangan Phang
cengcu" Dengan cepat Phang Thian-hua diajaknya masuk ke
dalam sebuah ruang besar di sisi gedung tersebut
Hari ini Li Tiong-hui mengenakan baju hijau dengan
gaun hijau pula, Meski senyuman menghiasi bibirnya,
namun keningnya nampak berkerut kencang dan diliputi
kemurungan yang mendalam.
Begitu melihat Phang Thian-hua muncul disana, ia
segera bangkit berdiri sambil serunya: "Cengcu, harap
kau menemani aku pergi menjumpai ibuku."
2881 "Sudah lama aku mengagumi nama besar nyonya Li,
beruntung sekali dapat menyambanginya, cuma leluasa
tidak?" "Tidak apa-apa..." setelah berhenti sejenak, kembali
lanjutnya: "Cuma... sikap ibuku memang agak dingin dan
hambar terhadap orang lain, untuk itu harap Phang
Cengcu jangan gampang tersinggung."
"Oooh, kalau soal itu mah aku tak berani."
"Kalau begitu mari kita berangkat"
Dengan mengikuti di belakang Li Tiong-hui,
berangkatlah Phang Thian-hua menelusuri jalan setapak
yang penuh aneka bunga dan pepohonan sebelum
akhirnya tiba di sebuah bangunan yang dikelilingi hutan
lebat. Sambil menelusuri jalan setapak selebar dua depa
yang beralas batu, Li Tiong-hui berbisik "lnilah gedung
Tay-sang-kek tempat tinggal ibuku."
Phang Thian-hua cuma mengiakan pelan tanpa banyak
bicara, Rupanya secara tiba-tiba ia merasakan betapa
tenang dan seriusnya gedung putih yang dikelilingi
pepohonan ini. Ketika habis melewati tiga belas buah anak tangga
beralas batu putih, tibalah mereka di depan sebuah pintu
gerbang yang tertutup rapat.
Ong popo yang berambut putih telah berdiri serius di
muka pintu, begitu melihat kehadiran kedua orang itu,
segera ucapnya: "Ibumu telah setuju..."
"Terima kasih banyak Ong popo."
2882 Ong popo angkat muka dan menghembuskan napas
panjang. "cuma, saat ini belum waktunya" ia berbisik
"Biar aku menanti di luar biliknya."
Ong popo tidak berkata apa-apa, namun sepasang
matanya yang tajam mengawasi terus wajah Phang
Thian-hua tanpa berkedip.
Ditatap seperti ini, Phang Thian-hua segera merasa
amat gundah dan tak tenang, buru-buru dia melengos
kearah lain dan tak berani beradu pandang dengannya.
Dalam suasana yang amat hening dan sepi, waktu
berialu sangat lambat, seakan- akan siput yang sedang
merangkak. Tiba-tiba kedengaran suara lonceng yang
berdentang pelan bergema keluar dari balik pintu kayu
yang tertutup rapat itu. Ong popo segera menyingkir ke samping, lalu ia
berkata: "Sekarang kau boleh masuk"
Buru-buru Li Tiong-hui berjalan mendekati pintu,
mendorongnya hingga terbuka dan menyelinap masuk ke
dalam, Phang Thian-hua ragu-ragu -sejenak. tapi dengan
cepat ia menyusul di belakang gadis tersebut.
Setelah masuk ke balik pintu, tampak tempat itu
merupakan sebuah ruangan kosong yang amat luas,
Kecuali empat buah bangku yang terbuat dari kayu
pinus, tiada perabot lain yang berada di sana, persis di
tengah dinding sebelah depan tergantung sebuah kain
dengan beberapa huruf yang amat besar, tulisan itu
berbunyi: LUPAKAN SEMUA PERASAAN.
Membaca tulisan ini, Phang Thian-hua pun berpikir
"Terhadap putra-putrinya sendiri pun nyonya Li bersikap
2883 begitu disiplin dan keras, rasanya tulisan yang tercantum
dalam ruangan ini memang cocok sekali dengan
sikapnya..." Sementara ia masih berpikir, dari balik dinding
ruangan telah berjalan keluar seorang nyonya setengah
umur. Dengan langkah cepat Li Tiong-hui segera memburu
ke depan, berlutut sambil serunya: "Ananda memberi
hormat kepada ibu" "Bangunlah..." ucap nyonya Li sambil tertawa hambar.
Phang Thian-hua pelan-pelan alihkan perhatiannya ke
wajah perempuan itu, ia saksikan nyonya Li mengenakan
pakaian berwarna putih, meski tidak berdandan namun
tidak menutupi kecantikan wajahnya yang alami. sekilas
pandang orang akan mengira usianya baru dua puluh
tujuh-delapan tahunan. Menyaksikan semua itu, tanpa terasa kembali ia
berpikir "Li Tong-yang sudah hampir belasan tahun
meninggal dunia, jadi kalau di-hitung-hitung paling tidak
usia Nyonya Li tahun ini sudah mencapai empat puluh
tujuh-delapan tahunan, tak nyana ia masih tetap awet
muda. Sementara ia masih berpikir, Li Tiong-hui telah
berbisik: "Phang cengcu, mari kesini menjumpai ibuku"
Dengan langkah lebar Phang Thian-hua maju
mendekat, seraya memberi hormat katanya: "Phang
Thian-hua dari perkampungan pit-tim-san-ceng
menjumpai nyonya Li"
2884 "Silakan duduk Phang cengcu," kata Li hujin.
ucapannya amat singkat, seakan-akan khawatir kalau
kelewat banyak bicara saja.
"Terima kasih" Setelah melihat tamunya duduk. nyonya Li baru
berpaling kembali kearah Li Tiong-hui. "Ada urusan apa
kau ingin bertemu denganku ?" tegurnya.
"Kaku benar hubungan ibu dan anak," batin
PhangThian-hua segera, "seakan-akan sedang berbicara
dengan teman lama yang sudah sekian tahun tak
berjumpa saja..." "lbu," sahut Li Tiong-hui. "Bila tak ada urusan penting,
ananda tak akan berani mengusik ketenangan ibu..."
"Ada urusan apa" Cepat katakan"
"Kini, ananda telah diangkat menjadi Bulim Bengcu"
"Ehmm, bagus sekali." Nyonya Li tertawa hambar.
"Ananda mengerti, kemampuan yang kumiliki masih
belum pantas untuk menduduki jabatan tersebut, umat
persilatan justru memilih ananda, semua ini tak lain
karena nama besar ayah dan ibu."
"Aku tahu, masih ada yang lain?"
Phang Thian-hua terkesiap. pikirnya: "Dingin benar
sikap nyonya Li sebagai seorang ibu terhadap putrinya,
Bukan cuma bicara singkat, nadanya pun dingin
membeku seperti hembusan angin puyuh dari Kutub
utara saja..." Terdengar Li Tiong-hui menghela napas panjang.
2885 "Kini, beberapa orang anak buah ananda terluka parah
dan hingga kini belum sadar, Ananda mohon kemurahan
hati ibu, sudilah kiranya untuk menolong mereka agar
lolos dari musibah kali ini."
Paras muka Nyonya Li tetap dingin membeku, sampai
lama sekali dia tak mengucapkan sepatah kata pun.
Li Tiong-hui angkat wajahnya memandang ibunya
sekejap. kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut
katanya lagi: "Ananda sadar, tidak seharusnya aku
mengusik ketenangan ibu, tapi nasi sudah menjadi
bubur, Masalah ini tak dapat dilepaskan dengan begitu
saja. Ananda mohon ibu sudi memandang di atas
hubungan kita sebagai ibu dan anak untuk mengabulkan
permohonan ananda ini."
Nyonya Li berpaling memandang sekejap tulisan di
atas dinding, kemudian katanya: "Hanya persoalan ini?"
"Masih ada masalah lain yang hendak ananda
laporkan" Nyonya Li berkerut kening, namun ia tetap
membungkam. Pelan-pelan Li Tiong-hui melanjutkan "Ananda bisa
diangkat sebagai Bulim Bengcu lantaran ingin melawan
kekejaman seebun Giok-hiong, perempuan iblis itu
memiliki ilmu silat yang luar biasa hebatnya. Ananda
sadar masih bukan tandingannya, malahan berulang kali
ananda keok di tangannya, Dalam keadaan begini,
terpaksa ananda menyebar undangan ke seluruh penjuru
daratan untuk mengundang kehadiran para jago di
kolong langit guna bersama-sama kumpul di bukit Hongsan
dan menyelenggarakan persatuan untuk bersamasama
melawan seebun Giok-hiong."
2886 Paras muka nyonya Li yang pada dasarnya sudah
dingin, kini diliputi sikap yang lebih membekukan hati
setelah mendengar penuturan tersebut, pelan-pelan ia
duduk di bangku. Phang Thian-hua mendeham pelan, sebetulnya dia
ingin membantu Li Tiong-hui mengucapkan sepatah dua
patah kata, Namun, setelah melihat sikap dingin dari
nyonya Li, kata-kata yang telah sampai di tenggorokan
itu segera ditelan kembali.
Ia berpengalaman luas,jadi orang pun pandai
menahan diri setelah melihat semuanya ini segera
pikirnya lagi: "sudah jelas Li Tiong-hui tahu bila sikap
ibunya amat dingin dan kaku, semestinya ia datang
menghadap sendirian Kenapa justru aku dipaksa untuk
mendampinginya" Di balik semua ini tentu ada
alasannya". Berpendapat begitu, dia pun mengambil sikap berdiam
diri, tutup mulut sambil menantikan perubahan
selanjutnya. Terdengar Li Tiong-hui berkata lebih lanjut
"Ananda telah menyebar undangan untuk memanggil
semua partai dan perguruan yang ada di daratan
Tionggoan- agar mengutus jago-jago andalannya untuk
ikut ambil bagian dalam pertarungan di bukit Hong-san.
Namun, kepandaian silat yang dimiliki seebun Giok-hiong
betul-betul luar biasa hebatnya, ditambah lagi anak
buahnya banyak dan sebagian besar merupakan jagojago
tangguh berilmu tinggi. Karenanya, walaupun pihak
ananda telah didukung para jago tangguh dari pelbagai
aliran dan perguruan, kekuatan kami belum tentu
sanggup menandingi kekuatan pihak seebun Giok-hiong."
2887 "Bagus" pekik Phang Thian-hua dalam hati. "Rupanya
dia sedang menggunakan siasat menghasut dan
memanasi hati ibunya untuk mensukseskan rencananya."
ia coba melirik ke wajah nyonya Li, tapi paras muka
perempuan itu tetap dingin, kaku, hambar dan sama
sekali tidak termakan hasutan itu.
Melihat hal ini, kembali Phang Thian-hua berpikir:
"Entah ilmu silat apa yang dipelajari nyonya Li, ternyata
ia begitu teguh imannya dan tidak terpengaruh oleh
hasutan macam begitu, sejak kemunculannya hingga
kini, sikapnya tetap dingin dan kaku ibarat sebuah
patung ukiran saja, sungguh luar biasa."
Tampak Li Tiong-hui angkat wajahnya memandang
ibunya sekejap. lalu melanjutkan kembali ucapannya
yang terhenti tadi. "Pertempuran ini bukan saja menyangkut nasib
seluruh umat persilatan, terlebih menyangkut pula nama
besar keluarga Hong-san kita." Nyonya Li menghela
napas pelan, tapi ia tetap membungkam.
"Ooh, ibu" pinta Li Tiong-hui. "semasa masih hidup
dulu, ayah adalah seorang ksatria sejati yang disanjung
dan dihormati setiap manusia, seandainya beliau masih
hidup sekarang, niscaya beliau pun akan mendukung
ananda... masa ibu..."
"Kau rindu sekali pada ayahmu?" Nyonya Li tertawa
getir. "Aaaai... dasar nasib ananda kurang beruntung,
semasa ayah masih hidup dulu, ananda masih berusia
kecil hingga kini bayangan wajah ayah pun hanya
teringat samar-samar..."
2888 Pelan-pelan nyonya Li meraba bahu Li Tiong-hui
dengan lemah lembut. Heran, begitu tangannya


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyentuh tubuh gadis tersebut, tiba-tiba ia menarik
tangannya kembali, kemudian setelah membenahi
rambutnya ia menukas: "Bicaramu kelewat banyak"
Li Tiong-hui angkat wajahnya, dua titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Hingga detik ini Phang Thian-hua tak mampu
menahan diri lagi, mendadak ia bangkit berdiri sambil
berseru keras. " Nyonya Li"
"Ada apa?" Pelan-pelan nyonya Li berpaling
memandang Phang Thian-hua.
"Atas sanjungan dan dukungan para jago dari seluruh
kolong langit, putrimu telah diangkat menjadi Bulim
Bengcu." "Soal ini aku sudah tahu."
"Demi keselamatan seluruh umat persilatan aku
bahkan tinggalkan kehidupanku yang tenang selama
puluhan tahun untuk berbakti kepada Bengcu dan
melaksanakan perintahnya, masa nyonya enggan
mengingat hubungan ibu dan anak dengan membantu
usaha putrimu itu?" Nyonya Li tertawa hambar. "Nenek Ong ada di mana?"
Tiba-tiba serunya. "Hamba di sini" Dengan membawa tongkat bambu
Ong popo munculkan diri. "Perintahkan mereka untuk
menggotong kemari kedua orang yang terluka parah itu"
2889 Apabila terhadap Li Tiong-hui sikap Ong popo begitu
keren dan serius, maka sikapnya terhadap nyonya Li
justru menghormat sekali, setelah menyahut buru-buru
dia beranjak pergi. Agaknya sifat sayang seorang ibu terhadap anaknya,
ditambah lagi dengan cucuran air mata putrinya telah
melelehkan kebekuan hati Nyonya Li. setelah menghela
napas sejenak, kembali ia melanjutkan ucapannya tadi.
"Orang bilang anak lelaki patuh pada ayahnya, anak
perempuan patuh pada ibunya, Tampaknya ucapan ini
memang benar dan patut dipercaya, Aaaai... kalian dua
bersaudara, tak seorang pun yang mirip aku, kalian
justru menuruni watak suka mencari gara-gara dari
bapakmu" "Ananda memang bersalah dan pantas menerima
hukuman, Bila urusan ini telah beres, ananda pasti akan
melepaskan jabatanku sebagai Bulim Bengcu dan siap
menerima hukuman dari ibu."
Nyonya Li tertawa hambar tanpa memberi tanggapan,
ia berpaling ke arah Phang Thian-hua, lalu ucapnya:
"Phang cengcu tersohor sebagai Dewa jinsom yang mahir
ilmu pengobatan dan pertabiban, sudah kau periksa
keadaan luka mereka berdua?"
"Sudah kuperiksa, luka yang diderita kedua orang itu
amat parah, bahkan aku pun dibuat gelagapan."
Sementara pembicaraan berlangsung, empat orang
dayang berbaju hijau telah muncul dalam ruangan
dengan membopong Lim Han-kim serta Pek si-hiang.
2890 "Baringkan saja di lantai, kalian boleh pergi" perintah
nyonya Li. Setelah meletakkan kedua tandu itu ke lantai, empat
dayang tadi segera mengundurkan diri.
Nyonya Li berpaling memandang sekejap ke arah Li
Tiong-hui, lalu perintahnya: "Kau boleh bangkit"
Kemudian dengan langkah lebar ia mendekati Lim Hankim.
Rupanya sedari tadi Li berlutut di tanah, mendengar
perintah tersebut ia pun bangkit dan menyusul di
belakang ibu-nya. Pelan-pelan nyonya Li menyingkap selimut yang
menutupi badan Lim Han-kim, namun ketika sorot
matanya membentur di wajah anak muda tersebut.
Bagaikan tersengat listrik bertegangan tinggi saja,
mendadak badannya gemetar keras. Rasa kaget
bercampur tercengang segera menghiasi wajahnya.
Selama ini, Li Tiong-hui hanya memperhatikan Lim
Han-kim, ia sama sekali tidak perhatikan perubahan
mimik wajah ibunya, Lain dengan Phang Thian-hua yang
amati terus gerak-gerik nyonya tersebut, semua
perubahan itu dapat dilihatnya dengan amat jelas.
Setelah berhasil menguasai gejolak perasaan hatinya,
nyonya Li pun bertanya: "Anak Hui, siapa namanya?"
Betapa gembiranya Li Tiong-hui tatkala mendengar
nada pembicaraan ibunya begitu lembut dan halus,
seakan-akan sudah menaruh kesan yang baik terhadap
pemuda itu, buru-buru ia memberikan jawaban. "Dia
bernama Lim Han-kim."
2891 "Lim Han-kim..."
"Yaa, Lim Han-kim, dia baik sekali orang-nya.,."
Nyonya Li tidak membiarkan Li Tiong-hui melanjutkan
kata- katanya, kembali dia menukas: "Anak Hui, tahukah
kau akan asal-usul nya?"
"Tidak" Nyonya Li tidak banyak bertanya lagi, ia periksa
denyut nadi Lim Han-kim dengan seksama, kemudian
berkata lagi dengan sikap serius.
"Meskipun lukanya cukup parah, hawa murninya
belum sampai buyar. Asal ia diberi obat yang jitu, niscaya
lukanya akan sembuh dan kesehatannya akan pulih
kembali dengan cepat"
"Ibu, kau sanggup menyembuhkan luka-nya?"
"Hal ini perlu bantuan dari Phang cengcu," kata
Nyonya Li sambil berpaling secara tiba-tiba ke arah
Phang Thian-hua. "Selama kemampuan aku she-Phang masih
dibutuhkan, aku pasti akan berusaha dengan sepenuh
tenaga." "Untuk melindungi isi perutnya, ia telah kerahkan
tenaga dalamnya yang terhimpun di dada, akibatnya di
bagian dadanya sekarang terkumpul segumpal darah
beku, Mula pertama kau mesti paksa keluar dulu
gumpalan darah di dalam dadanya dengan tenaga dalam,
setelah itu baru kita obati dengan ramu-ramuan."
"Yaa, aku pun sependapat dengan usul ini, hanya tadi
tak berani ambil keputusan."
2892 "Kalau begitu aku minta tolong kepada Phang cengcu
agar mendesak keluar gumpalan darahnya lebih dulu..."
Phang Thian-hua menyahut dan menghampiri Lim
Han-kim dengan langkah lebar.
"Tunggu sebentar, kita tunggu sesaat lagi sebelum
turun tangan" cegah nyonya Li tiba-tiba sambil
menggeleng. Phang Thian-hua agak tertegun, ia mundur balik ke
tempat semula. Pelan-pelan nyonya Li menghampiri Pek si-hiang,
menyingkap selimutnya dan bertanya: "siapa pula nona
ini?" "Dia bernama Pek si-hiang" sahut Li Tiong-hui.
"Tampaknya ia cerdik sekali."
"Tebakan ibu sangat tepat, nona Pek memang seorang
gadis yang cerdik dan berkemampuan luas."
Dengan teliti nyonya Liperiksa luka yang diderita Pek
si-hiang, lalu katanya: "Aku rasa luka yang diderita nona
ini jauh lebih parah ketimbang Lim Han-kim."
"Masih bisa ditolong?"
"Ditolong sih masih bisa, cuma butuh banyak tenaga
dan pikiran." "Ibu, mohon belas kasihanmu untuk menyelamatkan
jiwanya" "Kondisi tubuh nona Pek sudah jelek sejak sebelum
terluka, Aku tebak, ia tentu seorang nona yang
berpenyakitan bahkan tenaga dalam yang dimilikinya
2893 tidak disertai dasar yang kuat, Aku sendiri kurang yakin
apakah bisa menolongnya atau tidak."
"Maksud ibu... harapannya untuk sembuh kecil sekali?"
"Yaa, mati dan hidup masing-masing menempati
setengah bagian, aku hanya bisa berusaha dengan
segala kemampuan." Pelan-pelan air mata jatuh bercucuran membasahi
wajah Li Tiong-hui. "Ibu" bisiknya. "Aku telah berhutang budi kepada nona
Pek, beberapa kali ia telah selamatkan jiwaku. "
"Aku mengerti" Nyonya Li manggut-manggut. "Ong
popo" Tampaknya Ong popo belum pernah tinggalkan
gedung Tay-sang-kek. ia segera muncul dengan langkah
lebar begitu mendengar panggilan itu.
"Ada perintah apa, nyonya?" tanyanya,
"Suruh mereka siapkan sebuah wajan besar, dua
gentong cuka yang sudah berumur puluhan tahun serta
sebuah kukusan besar" Ong popo menyahut dan segera
berlalu. Berpaling kepada Li Tiong-hui, kembali nyonya Li
berkata: "sekarang kalian boleh pergi, tengah malam
nanti aku akan berusaha menyembuhkan luka yang
diderita nona Pek." "Terima kasih ibu"
Nyonya Li berpaling sekejap ke arah Phang Thian-hua,
lalu katanya pula: "Minta tolong kepada Phang cengcu
agar mendesak keluar gumpalan darah di dada Lim HanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2894 kim. Malam ini aku akan meramu obat, besok kita bisa
berikan kepadanya." "Terima kasih, nyonya Li."
"Phang cengcu, mari kita pergi," bisik Li Tiong-hui
kemudian. "Perlu gotong kembali Lim Han-kim dan Pek
si-hiang?" "Kita tak usah mengurusi."
Phang Thian-hua menyahut, bersama Li Tiong-hui
mereka segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Tiba di depan pintu, tampak Ong popo dengan
tongkatnya berdiri di samping halaman sambil
tersenyum, Kepada Li Tiong-hui segera serunya:
"selamat nona, akhirnya kau berhasil membujuk nyonya"
"Terima kasih juga untuk bantuan dari Ong popo,"
"Aaaai sudah sepantasnya bila aku membantu dengan
semampuku." Ong popo menghela napas panjang.
Dengan hormat Li Tiong-hui menjura kepada nenek itu
kemudian baru pelan-pelan menuruni anak tangga.
Phang Thian-hua menyusul di belakangnya, sembari
berjalan bisiknya: "Aku sempat khawatir ketika bertemu
ibumu pertama kali tadi" sungguh tak nyana akhirnya
Bengcu berhasil juga membujuknya."
"Padahal aku sendiripun kurang yakin ketika tiba di
gedung Tay-sang-kek awal tadi, aku hanya adu
keberuntungan..." "Ketika ibumu bertemu Lim Han-kim tadi."
2895 "Ehmmm," tukas Li Tiong-hui sambil tertawa,
"Nampaknya ibu punya kesan yang baik sekali
terhadapnya, kejadian ini benar-benar berada di luar
dugaanku." BAB 37. Sembuh Dari Luka Phang Thian-hua mendeham beberapa kali dan tidak
menanggapi lagi, sementara di hati kecilnya dia berpikir
"Dengan keteguhan iman nyonya Li, tidak seharusnya
batinnya tergoncang hebat tatkala bertemu dengan Lim
Han-kim tadi, sudah pasti di balik peristiwa ini masih ada
latar belakangnya, mungkin juga suatu rahasia besar...
kelihatannya Li Tiong-hui belum sampai menyadari akan
hal tersebut Ehmmm... lebih baik aku tak campuri urusan
ini." Mendadak Li Tiong-hui menghentikan langkahnya dan
berkata kepada Phang Thian-hua: "Bila Lim Han-kim
sudah digotong keluar, para dayang pasti akan memberi
kabar kepada Phang cengcu..."
"Bengcu tak usah kuatir, aku percaya dengan mudah
dapat mendesak keluar gumpalan darah yang
menyumbat dadanya." Li Tiong-hui manggut-manggut.
"Sehabis mengobati luka yang diderita kedua orang
itu, Phang cengcu sendiri perlu istirahat secukupnya,
Mungkin dalam tiga sampai lima hari kemudian, para
jago dari seluruh pelosok dunia persilatan sudah
berdatangan kemari, Phang cengcu masih diperlukan
tenaganya untuk menyambut kedatangan mereka."
2896 "Masalah ini tak usah dikhawatirkan aku pasti akan
bekerja dengan sebaik-baiknya."
"Saat ini, Siok-bwee dan Hiang-kiok tentu sedang risau
dan gelisah memikirkan keselamatan nona Pek. tolong
Phang cengcu sampaikan juga kabar baik ini kepada
mereka." Selesai berkata, ia pun berialu dan situ.
Betul juga, Ketika Phang Thian-hua kembali ke
kamarnya, siok-bwee dan Hiang-klok sudah menanti di
dalam ruangan. Begitu melihat Phang Thian-hua muncul di situ,
serentak kedua orang dayang itu memberi hormat sambil
bertanya: "bagaimana dengan luka nona kami?"
"Nyonya Li sudah bersedia memberikan pertolongan
malam ini juga beliau akan turun tangan-"
"Besarkah harapannya?" tanya Siok-bwee sambil
menghembuskan napas panjang.
Tidak tega Phang Thian-hua melihat kerisauan yang
mencekam wajah kedua orang dayang itu, setelah
menghela napas panjang sahutnya: "Kalau didengar dari
nada pembicaraan nyonya Li sih, besar sekali
harapannya." Siok-bwee segera pejamkan matanya sambil
berkemak-kemik: "Thian yang maha pengasih mogamoga
Kau memberi kesembuhan untuk nona kami. Untuk


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menebus semua ini, biar umur hamba dipotong puluhan
tahun pun hamba rela menerimanya." Sekali lagi Phang
Thian-hua menghela napas panjang.
"Nona berdua tak usah khawatir kehebatan ilmu
pertabiban yang dimiliki nyonya Li masih jauh di atas
2897 kemampuanku. Bila ia bersedia memberi pertolongan
sudah pasti ia yakin dapat menyembuhkannya."
Dua orang dayang itu saling berpandangan sekejap.
setelah memberi hormat kepada Phang Thian-hua, pelanpelan
mereka pun mengundurkan diri dari situ.
Memandang bayangan mereka berdua yang berlalu,
kembali Phang Thian-hua menghela napas panjang,
batinnya: "Tak disangka kesetiaan kedua orang dayang
ini terhadap majikannya begitu tinggi dan tebal..."
Bila ia terbayang pula bagaimana usaha Pek si-hiang
selamatkan para jago dari bencana besar, perasaan sedih
bercampur haru menyelimuti pula seluruh perasaannya.
Tak lama sepeninggal siok-bwee berdua, seorang
dayang berbaju hijau telah muncul dalam ruangan sambil
melapor "Lim siangkong telah dikirim ke dalam kamar,
silakan Phang Cengcu menyembuhkan lukanya."
"Tolong bawa aku ke sana"
Dayang itu menyahut dan berlalu lebih dulu. Mengikuti
di belakang dayang tadi, Phang Thian-hua berjalan
melewati sebuah halaman yang luas dan masuk ke
sebuah bangunan yang sepi.
"Lim siangkong berada dalam kamar itu" ucap dayang
tersebut kemudian sambil membuka pintu ruangan.
Ketika Phang Thian-hua melangkah masuk ke dalam
ruangan, ia jumpai Li Tiong-hui sedang berdiri sedih di
depan pembaringan dan memandang wajah Lim Han-kim
dengan termangu-mangu. 2898 Hingga Phang Thian-hua tiba disisi pembaringanpun,
Li Tiong-hui masih belum merasa, bahkan berpaling pun
tidak. Setelah mendeham pelan phang Thian-hua menegur:
"Nona Li, bagaimana keadaan luka Lim siangkong?"
Pelan-pelan Li Tiong-hui berpaling, dengan mata yang
berkaca-kaca karena air mata ia menyahut: "Dia memang
pasangan yang serasi dengan Pek si-hiang"
Melihat kemasgulan yang begitu tebal menyelimuti
wajah gadis tersebut, untuk sesaat Phang Thian-hua tak
tahu bagaimana harus memberikan tanggapannya, Dia
hanya menengok ke arah Lim Han-kim dan
membungkam dalam seribu bahasa.
Setelah menghela napas, kembali Li Tiong-hui berkata:
"Ada satu permintaan ingin kusampaikan kepada Phang
Cengcu, harap kau jangan menampik,"
"Selama persoalan tersebut dapat kuselesaikan
dengan kemampuanku pasti akan kulakukan hingga
tuntas." "Bila kau berhasil menyembuhkan luka Lim Han-kim, ia
pasti akan berterima kasih sekali kepadamu."
"Apakah Bengcu minta aku menuntut imbalan bagi
pertolongan ini?" "Phang Cengcu salah paham, aku hanya mohon
Cengcu bersedia menjadi Mak comblang."
"Menjadi mak comblang untuk siapa?"
"Lim Han-kim dengan Pek si-hiang" Li Tiong-hui
tertawa getir. 2899 "Selama hidup belum pernah kulakukan pekerjaan
tersebut, aku tidak tahu bagaimana harus buka mulut
dan bagaimana harus mengikatkan jodoh kedua orang
itu." "Asal Phang cengcu sudah bersedia, bagaimana cara
berbicara dan bagaimana harus bertindak. aku akan
mengatur semuanya untukmu."
Berkilat sepasang mata Phang Thian-hua, ditatapnya
wajah Li Tiong-hui lekat-lekat kemudian katanya:
"Bengcu, kenapa sih kau hanya memikirkan kepentingan
orang melulu" Cobalah pikirkan untuk dirimu sendiri"
Kembali Li Tiong-hui tertawa getir.
"Bila bencana besar ini berhasil kulewati dengan
selamat, aku bermaksud serahkan kedudukan Bulim
Bengcu ini kepada si Hakim sakti Ciu Huang, Aku berniat
hidup mengasingkan diri dari keramaian dunia, hidup
memencilkan diri di tengah gunung yang sepi. Aaaai...
kini, aku baru bisa menyelami perasaan ibuku, tak heran
bila ia tak bisa mengulumkan senyumannya selama ini."
Diam-diam Phang Thian-hua gelengkan kepalanya, ia
berpikir "Kalau masalahnya sudah menyangkut cinta
muda-mudi, aku Phang Thian-hua harus angkat tangan,
sebab sedikitpun aku tidak memahaminya."
Terdengar Li Tiong-hui berkata lebih lanjut: "Phang
cengcu, aku harap kau bersedia memenuhi permintaanku
ini." Phang Thian-hua melirik Li Tiong-hui sekejap.
pikirnya: "Apabila kuterima permintaannya hari ini maka
keputusan tersebut akan berbobot lebih berat dari
2900 gunung baja. Andaikata ia menyesal di kemudian hari,
mungkin keputusan tersebut tak bisa diubah lagi..."
Perlu diketahui. Phang Thian-hua adalah seorang jago
yang tergila-gila pada ilmu silat dan ilmu pengobatan.
selama hidupnya boleh dibilang ia tak pernah mencicipi
rasanya bercinta, tapi pengalamannya berkecimpung
dalam dunia persilatan selama puluhan tahun membuat
orang tua ini pandai menilai keadaan orang,
pengalamannya yang matang membuat ia berhasil
menarik kesimpulan bahwa ucapan Li Tiong-hui itu meski
diucapkan setulus hati, namun diutarakan oleh karena
keadaan yang memaksa, Atau dengan perkataan lain, ia
mengorbankan diri demi cintanya.
Sesudah termenung sejenak. Phang Thian-hua berkata
kembali pada nona itu. "Kini, nona Pek menderita luka yang amat parah,
Masih merupakan tanda tanya besar, berhasilkah ia
sembuh dari Iukanya, sedangkan Lim Han-kim juga
belum sadar dari pingsan-nya. Aku rasa kelewat dini
untuk membicarakan masalah tersebut. Bagaimana kalau
persoalan ini ditunda beberapa hari lagi, agar aku pun
bisa mempertimbangkan secara matang?"
"Baiklah silakan Phang cengcu berpikir dengan
seksama, jangan kau anggap masalah ini sepele,
sesungguhnya mempengaruhi sekali keselamatan umat
persilatan di masa mendatang..."
"Waah, kalau begitu aku malah tak mengerti," tukas
Phang Thian-hua. "Setelah aku dipercayai dan diangkat menjadi seorang
Bulim Bengcu, sudah merupakan kewajibanku untuk
2901 mengutamakan keselamatan umat persilatan di dunia ini.
Kini pertarungan kita dengan seebun Giok-hiong belum
dimulai, terlalu dini untuk membicarakan masalahnya,"
"Bengcu harap menjelaskan"
Li Tiong-hui menghela napas panjang.
"Saat ini, dalam dunia persilatan terdapat dua sumber
bencana, Kesatu adalah seebun Giok-hiong sedang yang
lain adalah Pek si-hiang. Kekuatan seebun Giok-hiong
sudah terbentuk, keganasannya susah dikendalikan lagi
kecuali memerangi dengan kekerasan dan andalkan
kepandaian masing-masing untuk menentukan mati
hidup, Bila seebun Giok-hiong berhasil unggul, sudah
pasti dialah pemimpin dunia persilatan dan dunia
persilatan niscaya akan berada di bawah
kekuasaannya..." "Tentang masalah ini, Bengcu tak usah banyak
berpikir," sela Phang Thian-hua. "Kendatipun ilmu silat
yang dimiliki seebun Giok-hiong terbukti unggul dan
hebat, aku tak percaya kalau kemampuannya sanggup
melawan tenaga gabungan dari segenap jago tangguh
dari dunia persilatan. Betul akibat dari pertarungan ini
kedua belah pihak akan kehilangan banyak tenaga dan
jagoan, tapi pada akhimya seebun Giok-hiong merupakan
pihak yang menderita kekalahan total." Li Tiong-hui
tertawa getir. "Seandainya nasib kita baik dan berhasil
memenangkan pertarungan ini, berarti dalam dunia
persilatan tinggal bibit bencana yang berasal dari Pek sihiang.
Berbicara dari kecerdasan dan kelicikan yang
dimiliki kedua orang ini, kemampuan Pek si-hiang masih
2902 sepuluh kali lebih hebat daripada seebun Giok-hiong, jika
kita beri kesempatan tiga tahun kepadanya, ia pasti
dapat menghimpun suatu kekuatan yang maha dahsyat.
Bila ini sampai terjadi... aku takut tak seorang pun
manusia di dunia saat ini yang sanggup menghadapinya.
Tak sampai satu tahun, seluruh dunia persilatan pasti
sudah berada dalam cengkeramannya."
Phang Thian-hua berpikir sejenak. kemudian manggutmanggut,
"Benar juga perkataan ini, bila Pek si-hiang yang
melakukan tindak kejahatan, kedahsyatan dan
kebrutalannya pasti jauh di atas kemampuan seebun
Giok-hiong." "Untuk mencegah ia berbuat onar, kini hanya ada dua
cara, Kesatu, kita bunuh dia beserta kedua pelayannya
mumpung kesadarannya belum pulih kembali atau
kedua, terpaksa kita jodohkan dia kepada Lim Han-kim."
"Sekalipun kita jodohkan dia dengan Lim Han-kim, toh
ia tetap mampu melakukan keonaran dalam dunia
persilatan?" bantah Phang Thian-hua tidak habis
mengerti. Li Tiong-hui gelengkan kepalanya berulang
kali. "Aku rasa tak mungkin, Bila seorang gadis sudah
kawin dengan kekasih hatinya, maka keadaannya ibarat
kuda liar yang sudah diberi pelana, Dia tak akan
melakukan perbuatan-perbuatan yang kasar lagi,
Memang betul cara pertama lebih menuntaskan masalah,
sebab bibit bencana dapat ditumpas seakar-akarnya, tapi
cara semacam ini kelewat keji, lagi pula kita semua
berhutang budi kepada Pek si-hiang. oleh sebab itulah,
2903 setelah kupikir bolak-balik, akhirnya dapat kusimpulkan
bahwa cara kedua yang lebih pantas..."
"Betul juga perkataan Bengcu"
"Nah, obatilah lukanya, aku tak akan mengganggu
lagi." selesai berkata, gadis itu beranjak pergi dari situ.
Mengawasi bayangan punggung Li Tiong-hui yang
berlalu dengan langkah berat dan gontai, satu ingatan
segera melintas dalam benak Phang Thian-hua, pikirnya:
"seandainya dia bukan seorang Bulim Bengcu, tentu saja
ia tak perlu memikirkan keselamatan umat persilatan.
Aaaai... justru gara-gara memangku jabatan seorang
Bengcu, mau tak mau dia mesti mengorbankan
kepentingan pribadi..."
Berpikir sampai di sini, tak kuasa lagi dia turut
menghela napas sedih. Tiba-tiba dari luar kamar
terdengar suara Li Tiong-hui bergema lagi: "Aku harap
Phang cengcu mempertimbangkan masalah ini baik-baik"
Phang Thian-hua mengiakan. setelah menutup pintu
kamar, ia tanggalkan pakaian yang dikenakan Lim Hankim,
memeriksa luka di dadanya lalu mengerahkan
tenaga dalamnya lewat jalan darah Mia-bun-hiat untuk
mendesak keluar gumpalan darah yang menyumbat anak
muda itu. Sekalipun ia memiliki tenaga dalam yang amat
sempurna, namun pengobatan semacam ini paling boros
menggunakan energi, Tak sampai setengah jam, sekujur
tubuh Phang Thian-hua sudah basah kuyup oleh
keringat. 2904 Tapi dalam saat-saat yang genting ini, ia tak bisa
berhenti untuk beristirahat sejenak. terpaksa sambil
menggeretak gigi ia bertahan terus.
Di saat tenaga dalamnya makin menipis dan hampir
terputus inilah, mendadak ia merasa ada sebuah tangan
menempel pada punggungnya dan aliran hawa panas
segera menyusup masuk ke dalam badannya.
Terdengar Ong popo berbisik dari belakang: "Aku
mendapat perintah dari nona untuk membantumu."
Merasakan begitu kuat dan dahsyatnya aliran hawa
panas yang menyusup ke dalam tubuh-nya, Phang
Thian-hua pun berpikir "Tak kusangka nenek ini memiliki
tenaga dalam yang begitu dahsyat, kuat dan
sempurna..." Setengah jam kembali sudah lewat, kini peredaran
darah dalam tubuh Lim Han-kim telah lancar kembali.
Gumpalan darah yang mengganjal dadanya terdesak
keluar dan menyembur keluar melalui mulutnya berupa
gumpalan-gumpalan hitam yang besar.
Sambil menarik kembali tangannya yang menempel
dipunggung Lim Han-kim, kata Phang Thian-hua: " Lim
siangkong, kau belum boleh berbicara sekarang, lebih
baik pejamkan mata sambil mengatur pernapasan"
Bersamaan waktunya Phang Thian-hua menarik
kembali tangannya yang menempel di punggung Lim
Han-kim, tangan yang menempel dipunggung phang
Thian-hua turut ditarik pula.
Belum sempat si Dewa jinsom ini berpaling untuk
mengucapkan sesuatu, terdengar desingan angin
2905 berhembus lewat, sesosok bayangan manusia sudah
menerobos keluar lewat pintu dengan kecepatan tinggi.
Pelan-pelan Lim Han-kim membuka mata-nya,
memandang Phang Thian-hua sekejap. lalu seperti ingin
mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkan kemudian.
Phang Thian-hua membantu pemuda itu untuk


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membaringkan diri, kemudian katanya: "Gara-gara ingin
selamatkan jiwamu, nona Li sudah mengorbankan
banyak pikiran dan tenaga." Kemudian setelah berhenti
sejenak. tambahnya: "Meski lukamu cukup parah, untung
tidak sampai merusak kondisi badanmu. Asal kau
beristirahat dengan baik, dalam tiga sampai lima hari
kesehatanmu bakal pulih kembali seperti sediakala, ingat
baik-baik, sebelum mendapat persetujuanku,jangan
bicara sembarangan sekarang istirahatlah dengan
tenang, dua jam lagi akan kuberi obat." selesai berkata,
ia balik badan dan berlalu.
Begitulah, di bawah perawatan yang seksama dari
Phang Thian-hua, dengan cepat kesehatan tubuh Lim
Han-kim pulih kembali seperti sediakala, Dua hari
kemudian tenaganya sudah pulih kembali, badannya juga
terasa lebih segar, Namun pelbagai persoalan yang
mencurigakan ikut pula timbul dalam hati kecilnya, hanya
saja semua kecurigaan tersebut tak bisa terjawab
berhubung Phang Thian-hua melarangnya berbicara
apalagi meninggalkan ruangan.
Tengah hari ketiga, Lim Han- Kim sudah tak mampu
mengendalikan diri lagi, diam-diam ia menghimpun
tenaga dalamnya dan secara tiba-tiba dihantamkan ke
tubuh Phang Thian-hua. 2906 Dengan perasaan amat terkejut buru-buru Phang
Thian-hua memutar tangan kanannya untuk menyambut
sera ngan tersebut, kemudian tegurnya dengan penuh
kegusaran: "Hey, apa-apaan kamu ini?"
"Locianpwee jangan marah." Lim Han-kim tersenyum,
"Aku hanya ingin menjajal apakah kekuatan tenagaku
telah pulih kembali atau belum."
"Hmmm, paling tidak pukulanmu itu mengandung
kekuatan seberat tiga ratus kati" seru Phang Thian-hua
ketus. "Lagi pula sasaran yang kau tuju adalah bagian
mematikan di dadaku, coba kalau reaksiku kurang cepat,
apa aku tidak terluka di tanganmu sedari tadi?"
"Jadi kekuatan tubuhku sudah pulih kembali?"
"Masa kau tak bisa merasakan sendiri dan harus
dicobakan langsung kepadaku?"
Kembali Lim Han-kim tertawa.
"Sesungguhnya sedari kemarin aku sudah merasa
bahwa kekuatan badanku telah pulih kembali seperti
sediakala, tapi heran, kenapa locianpwee masih melarang
aku berbicara dan sepanjang hari memaksaku untuk
beristirahat?" Mula-mula Phang Thian-hua agak tertegun, kemudian
teriaknya: "oooh, jadi kau sudah mencurigai aku?"
Buru-buru Lim Han-kim bangkit berdiri dan menjura
dalam-dalam, ujarnya lembut: "Banyak masalah
mencurigakan yang mengganjal dadaku selama ini. Aku
gagal menemukan jawabannya, sedang locianpwee
membatasi ruang gerak dan kebebasanku secara ketat,
melarangku berbicara sepatah pun. Dalam keadaan
2907 terpaksa, mau tak mau kugunakan siasat tersebut, untuk
itu harap locianpwee jangan marah."
Phang Thian-hua menghela napas panjang.
"Tahukah kau apa sebabnya kularang kau berbicara?"
tanyanya. "Aku tidak mengerti."
"Sesungguhnya akupun mengerti bahwa banyak
masalah mengganggu pikiranmu selama ini, tapi aku
sendiri pun khawatir bila sampai kau ajukan pertanyaan
itu kepadaku, sebab aku tak sanggup memberikan
jawabannya," "Kalau begitu beritahukan saja apa yang locianpwee
ketahui, sedang yang tidak kau ketahui, aku tak berani
mendesak." "Kalau begitu tanyalah"
"Apakah kita berada diperkampungan pit-tim-sanceng,
tempat tinggal locianpwee?"
"Bukan, bukan, tempat ini bukan rumah kediamanku"
Phang Thian-hua menggeleng. "Kita sedang berada di
lembah Ban-siong-kok, rumah tinggal keluarga Hongsan"
"Tempat tinggal keluarga Hong-san" Kenapa aku bisa
berada di sini?" "Kau dan Pek si-hiang terluka sangat parah. Aku tak
sanggup menolong kamu berdua, maka nona Li
membawa kalian pulang ke rumahnya dan minta tolong
ibunya untuk mengobati luka kamu berdua."
2908 "Ooooh, rupanya begitu, lantas bagaimana keadaan
luka nona Pek?" tanya Lim Han-kim sambil menghela
napas. Baru saja Phang Thian-hua hendak menjawab, tibatiba
satu ingatan melintas dalam benaknya, kata-kata
yang siap meluncur keluar seketika ditelan kembali,
dengan sepasang matanya yang tajam diawasinya wajah
Lim Han-kim tanpa berkedip.
Berubah wajah Lim Han-kim, kontan teriaknya: "Ada
apa" Apakah nona Pek sudah mengalami musibah yang
tidak diharapkan?" "Tidak, ia baik sekali," jawab Phang Thian-hua dengan
kening berkerut "Cuma luka yang dideritanya jauh lebih
parah daripada lukamu, Meski nyonya Li sudah berusaha
menolongnya siang malam, kondisi badannya belum
pulih seutuhnya." Mendengar jawaban tersebut Lim Han-kim
menghembuskan napas lega, ujarnya kemudian: "llmu
sesat sembilan iblis memang sejenis ilmu silat yang
paling jahat di dunia ini."
"Apa maksudmu?" tanya Phang Thian-hua tidak habis
mengerti. "Sebenarnya nona Pek adalah seorang gadis yang baik
sekali. Gara-gara mempelajari ilmu sesat sembilan iblis
wataknya jadi ikut berubah, tingkah lakunya liar dan
ganas, perbuatannya keluar dari rel kebenaran... bahkan
kejahatan macam apa pun dapat ia lakukan."
"Masa di kolong langit betul-betul terdapat ilmu silat
begitu aneh dan dahsyatnya?"
2909 "Dengan mata kepalaku sendiri pernah kubaca catatan
rahasia ilmu sesat sembilan iblis tersebut. Bahkan aku
pun pernah menyaksikan perubahan mimik wajah Li
Tiong-hui serta Seebun Giok-hiong yang dipaksa Pek Sihiang
mempelajari ilmu tersebut"
Timbul perasaan ingin tahu Phang Thian-hua setelah
mendengar uraian ini, tak tahan tanyanya: "Kalau begitu
Li Bengcu dan Seebun Giok-hiong pernah juga
mempelajari ilmu sesat sembilan iblis?"
"Yaa Untung segera kuketahui gelagat yang tidak
menguntungkan sehingga jalan darah mereka kutotok
secepatnya, Coba kalau tidak, mereka akan terperosok
makin dalam oleh pengaruh iblis tersebut dan susah
melepaskan diri lagi, mereka akan kecanduan hebat."
"Masa ada kejadian semacam ini" Berpuluh-puluh
tahun aku hidup mengembara dalam dunia persilatan,
rasanya belum pernah kudengar tentang kejadian
semacam ini..." Setelah berhenti sejenak. kembali terusnya: "Bila luka
nona Pek sudah sembuh nanti, aku harus minta petunjuk
darinya mengenai ilmu sesat sembilan iblis tersebut"
"Jangan...jangan.... Lebih baik jangan kau pelajari
ilmu jahat itu" cegah Lim Han-kim sambil goyangkan
tangannya berulang kali. "Aku sudah cukup lama hidup di dunia ini, kalau bisa
hidup terus pun paling banter tinggal berapa tahun lagi.
Apa salahnya bila kupelajari ilmu aneh tersebut untuk
menambah pengetahuan. Aku bukan bermaksud
mempelajarinya sebagai ilmu pegangan, aku cuma ingin
tahu saja." 2910 "Aaaaai..." Lim Han-kim menghela napas panjang,
"sekalipun pek si-hiang dapat sembuh dari luka yang
dideritanya, bukan berarti pengaruh ilmu iblisnya turut
musnah, ia tetap akan melakukan perbuatan dan sepak
terjang yang tak benar."
Mendadak terlihat bayangan manusia berkelebat
lewat, Li Tiong-hui tahu-tahu sudah melangkah masuk ke
dalam ruangan seraya menyapa: "saudara Lim, kau
sudah sembuh?" Buru-buru Lim Han-kim memberi hormat. "Terima
kasih banyak atas pertolongan Bengcu"
"Ketika berlangsung pemilihan Bengcu, saudara Lim
toh tidak ikut hadir, aku rasa kau tak perlu memanggilku
sebagai Bengcu..." Kemudian setelah berhenti sejenak.
kembali terusnya: "sebenarnya aku harus menjenguk
saudara Lim lebih awal lagi, tapi berhubung kondisi
badan nona Pek belum pulih kembali, Aku kuatir tak
dapat memberikan pertanggungan jawab bila berjumpa
dengan saudara Lim, karenanya aku tak berani
berkunjung kemari." "Lantas bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Lim
Han-kim cemas. Sekilas senyuman pedih tersungging di ujung bibir Li
Tiong-hui, sahutnya pelan: "Sekarang keadaannya sudah
membaik. Gara-gara ingin selamatkan nona Pek, ibuku
telah berjuang tiga hari tiga malam lamanya, syukur
pada akhirnya beliau berhasil membetot balik sukma
nona Pek dari pintu neraka."
"Sekarang ia sudah sadar?" desak pemuda itu lagi.
2911 Li Tiong-hui tak dapat membendung rasa sedih yang
mencekam perasaan hatinya lagi, buru-buru ia melengos
kearah lain sambil berseru: "siau-cing, kau ada di mana?"
Seorang dayang berbaju hijau segera munculkan diri
sambil menyahut: "Hamba berada di sini"
"Ajak Lim siangkong pergi menjenguk nona Pek"
perintah Li Tiong-hui cepat, kemudian buru-buru ia
beranjak pergi dari situ.
Memandang bayangan punggung si nona yang berlalu,
Phang Thian-hua menghela napas panjang, bisiknya tibatiba:
"Saudara Lim, kau telah melukai hatinya"
Lim Han-kim tertegun. "Sebenarnya aku berniat memberitahukan satu hal
kepadanya..." Belum selesai ucapan tersebut, terdengar dayang
berbaju hijau itu sudah berseru: "Siang-kong, harap ikuti
hamba" Lim Han-kim tertawa getir, katanya lagi: "Sebenarnya
aku hendak beritahu kepadanya, untuk menjaga segala
kemungkinan yang tak diharapkan, kita tak boleh
membiarkan nona Pek sadar kembali seutuhnya."
"Oooh, rupanya begitu, bagaimana kalau kutemani
dirimu?" "Locianpwee sangat pandai dalam ilmu pengobatan,
memang paling baik bila kau bersedia mendampingiku."
Sementara itu si dayang sudah menanti di luar pintu,
maka berangkatlah Lim Han-kim dan Phang Thian-hua
mengikuti di belakangnya.
2912 Setelah melewati sebuah kebun dengan halaman yang
luas, dayang berbaju hijau itu menuding ke arah sebuah
bangunan loteng di depan sana seraya menjelaskan
"Nona Pek berada dalam bangunan loteng itu, silakan
siangkong pergi sendiri"
"Terima kasih, nona."
Ketika tiba di depan pintu, tampak Hiang-kiok berdiri
menanti di sana, Begitu bertemu dengan Lim Han-kim, ia
segera memberi hormat seraya berkata: "Selamat Lim
siangkong atas kesembuhanmu dari luka parah."
"Terima kasih juga atas perhatianmu bagaimana
keadaan nona Pek?" "Berkat pengobatan nyonya Li yang seksama, kondisi
badannya sudah banyak membaik."
"Apakah ia sudah sadar kembali?" tanya Lim Han-kim
cemas. "Penyakitnya sih sudah sembuh, tapi ia belum sadar
kembali." Lim Han-kim menghembuskan napas lega setelah
mendengar perkataan ini, katanya kemudian "Boleh aku
masuk untuk menjenguk-nya?"
"Silakan" Masuk ke dalam ruangan, terlihat Pek si- hiang
tergeletak di atas pembaringan sambil menengok ke
langit-langit ruangan Tubuhnya yang lemah dan kurus
kini nampak lebih kurus kering, matanya terpejam dan
wajahnya pucat pias seperti mayat. siok-bwee berdiri
2913 ditepi pembaringan dengan wajah murung bercampur
masgul. "Dia sudah minum obat?" tanya Lim Han-kim
kemudian. "Sudah." "Ada satu hal yang sebenarnya ingin kurundingkan
dengan nona berdua."
"Urusan apa Lim siangkong" Katakan saja, budak pasti
akan melaksanakan segera."
"Pernahkah nona bayangkan, bagaimana keadaan
nona Pek bila sudah sadar kembali nanti?"
Siok-bwee tertegun, lalu jawabnya ragu: "soal ini
budak tak bisa ramalkan"
"Kini, kondisi tubuhnya belum pulih kembali padahal
ilmu sesat masih bercokol dalam tubuhnya. Bila setelah
mendusin nanti ia melakukan keonaran... aku tak bisa
menebak apa jadinya, apa lagi kita masih berada dalam
gedung milik keluarga Hong-san."
"Budak belum pernah berpikir sampai ke situ."
"Berhubung masalah ini menyangkut mati hidup nona


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek, aku harap nona berdua mau memikirkannya kembali
dengan seksama." siok-bwee menghela napas panjang.
"Aaaai... sesungguhnya pikiran budak saat ini sedang
amat kalut berhubung nona belum juga sadarkan diri.
Bila siangkong punya sesuatu pendapat, lebih baik
pikirkanlah untuk kami."
"Menurut pendapatku, begitu nona Pek sadar nanti,
kau harus segera menotok jalan darahnya."
2914 Mendadak Pek si- hiang membuka matanya lebarlebar,
memandang Lim Han-kim sekejap lalu dipejamkan
kembali ia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi
sayang tak berkekuatan untuk berbicara.
Walau begitu, kejadian tersebut sangat
menggembirakan siok-bwee, buru-buru teriaknya: "Non,
kau telah sadar, kau telah sadar."
Tiba-tiba dari belakang tubuh mereka bergema suara
seseorang yang dingin membeku bagaikan es: "Saat ini
ia belum boleh berbicara, jangan kalian usik dirinya"
Ketika Lim Han-kim berpaling, tampak seorang nyonya
setengah umur yang cantik bagaikan dewi telah berdiri di
muka pintu, Dengan cepat siok-bwee jatuhkan diri berlutut sambil
berseru: "Budak menjumpai nyonya besar."
Dari seruan siok-bwee, Lim Han-kim segera tahu
bahwa perempuan cantik ini tak lain adalah nyonya Li,
buru-buru ia menjura pula, seraya berkata dengan
hormat: "Aku yang muda Lim Han-kim menjumpai
nyonya." Dengan wajah serius nyonya Li ulapkan tangannya
"Tidak usah banyak adat."
Pelan-pelan dia menghampiri pembaringan lalu
tempelkan telapak tangannya di atas dada Pek si- hiang.
Kurang lebih sepeminuman teh kemudian baru ia
menghela napas dan berpaling seraya berseru: "Ambilkan
jarum emasku" Seorang dayang kecil berbaju hijau menyahut dan
menyembahkan sebuah kotak porselen.
2915 Nyonya Li membuka kotak itu, mengeluarkan sebatang
jarum emas dan setelah berpikir sejenak langsung
ditusukkan ke dada Pek si-hiang.
Dalam suasana hening yang mencekam seluruh
ruangan itulah, tiba-tiba terdengar suara genta yang
dibunyikan tiga kali bergema tiba.
Dengan kening berkerut nyonya Li berpaling sekejap
ke arah dayang berbaju hijau itu sambil perintahnya:
"Coba tengok, apa yang terjadi."
Meskipun Lim Han- kim tidak tahu perlambang apakah
suara genta itu, namun ia mengerti bahwa suara genta
itu mengartikan suatu pentingatan yang gawat.
Setelah mengutus dayangnya pergi, paras muka
Nyonya Li kembali kelihatan dingin dan kaku, tidak
kelihatan panik, risau maupun gelisah. suasana hening
kembali mencekam seluruh ruangan, sedemikian sepinya
sampai suara jarum yang terjatuh ke lantaipun dapat
kedengaran dengan jelas sekali.
Sepenanakan nasi kembali lewat tanpa terasa, Dayang
berbaju hijau yang diutus keluar tadi kini muncul kembali
dengan langkah tergesa-gesa. sesudah membisikkan
beberapa patah kata ke sisi telinga Nyonya Li, kembali ia
berlalu dengan langkah tergopoh-gopoh.
Paras muka nyonya Li tetap dingin dan kaku, pelanpelan
dia cabut keluar jarum emas yang berada di dada
Pek si-hiang, lalu sambil berpaling ke arah Lim Han-kim
dan siok-bwee, ujarnya seraya mengeluarkan sebuah
botol porselen: "Dalam botol ini berisi tiga butir pil,
Berikan kepadanya setiap tiga jam satu kali, besok dia
boleh bersantap apa saja."
2916 Selesai berkata ia pun membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ "Budak menghantar kepergian nyonya" seru siokbwee
sambil menyembah berulang kali.
"Tidak usah" tampik nyonya Li tanpa berpaling lagi.
Sepeninggal nyonya Li, siok-bwee baru bangkit berdiri
dan bisiknya kepada Lim Han-kim: "siangkong,
tampaknya nona dapat diselamatkan."
Baru selesai ucapan tersebut, dari kejauhan terdengar
dua suara pekikan nyaring berkumandang datang.
Ketika Lim Han-kim memburu keluar ruangan,
bayangan tubuh nyonya Li sudah tidak nampak lagi,
sementara Phang Thian-hua sedang berbisik-bisik
dengan Hiang-kiok di luar halaman.
Melihat kemunculan Lim Han-kim, Hiang-kiok pun
berbisik: "Kelihatannya keluarga Hong-san telah
kedatangan musuh tangguh."
"Tampaknya pihak pendatang sudah menerjang
masuk..." bisik Phang Thian-hua.
"Bagaimana kalau kita bersama-sama menengok ke
sana?" "Jangan" Phang Thian-hua buru-buru gelengkan
kepalanya, "Sebelum peroleh ijin dari nona Li serta
Nyonya Li, lebih baik kita jangan pergi secara
sembarangan lagi pula lebih baik kau berada di sini untuk
melindungi keselamatan nona Pek."
Belum sempat Lim Han-kim memberikan
tanggapannya, mendadak terlihat seorang dayang
2917 berbaju hijau dengan pedang terhunus berlarian
mendekat, semua dayang yang bekerja dalam keluarga
Hong-san rata-rata mengenakan pakaian dengan model
serta warna yang sama, oleh sebab itu tidak sulit untuk
mengenalinya dalam sekilas pandangan.
Dayang itu langsung menghampiri Phang Thian-hua
dan berbisik: "Ada musuh yang menyerang ke dalam
keluarga Hong-san, suatu pertarungan seru mungkin tak
bisa dihindari lagi. Kami berharap Anda semua masuk ke
dalam ruangan, tutup pintu dan jendela rapat-rapat agar
tak sampai menimbulkan kesalahanpaham."
"Seandainya musuh benar-benar tangguh,
sepantasnya bila kami turut menyumbangkan tenaga,
masa malah disuruh bersembunyi?" bantah Lim Han-kim.
"Membantu sih tidak perlu, lebih baik kalian masuk
saja ke dalam kamar dan tutup pintu rapat-rapat,"
"Saudara Lim," Phang Thian-hua segera menimpali
"Kita adalah tamu yang tidak tahu akan peraturan
keluarga Hong-san, lebih baik masuk ke dalam kamar."
selesai bicara, ia masuk lebih dulu ke dalam kamar.
Dengan perasaan terpaksa, Lim Han-kim dan Hiangkiok
masuk juga ke dalam kamar menyusul di belakang
Phang Thian-hua. "Jangan lupa tutup pintu dan jendela rapat-rapat"
Kembali dayang berbaju hijau itu berpesan. "walau
mendengar suara apa pun, lebih baik jangan mengintip
ke luar" Hiang-kiok menyahut dan segera tutup pintu
rapat-rapat. 2918 Setelah berada dalam ruangan, Lim Han-kim
menengok Phang Thian-hua sekejap lalu bisiknya: "Aku
rasa kejadian ini rada mencurigakan"
"Soal apa?" "Kenapa kita dilarang untuk mengintip ke luar?"
"Mungkin keluarga Hong-san mempunyai sistem
pertahanan yang tidak ingin diketahui orang luar."
Berbicara tentang sifat Phang Thian-hua, sebenarnya
dia adalah seorang yang tinggi hati dan segan tunduk
kepada siapa pun. Berhubung ia sudah dibuat kagum
oleh kehebatan ilmu pertabiban yang dimiliki Nyonya Li,
ditambah pula dengan sikap dingin dan kaku yang
dipancarkan perempuan tersebut, tanpa sadar dalam hati
kecilnya timbul perasaan kagum dan hormat yang tinggi.
itulah sebab-nya, kendatipun rasa heran dan curiga
sempat menyelimuti perasaan hatinya, namun ia
berusaha untuk tetap menahannya.
Hiang-kiok yang masih muda, sifat kekanakkanakannya
belum hilang, segera mengusulkan:
"Kalau mereka larang kita untuk mengintip ke luar,
bagaimana kalau kita buat lubang di daun jendela untuk
mengintip ke luar" Toh, mereka tak akan tahu?"
"Jangan" cegah Phang Thian-hua seraya menggeleng,
"Kalau sampai ketahuan, mereka pasti akan memandang
hina perbuatan kita"
Baru selesai perkataan tersebut diucapkan, mendadak
terdengar suara dengungan yang sangat aneh
berkumandang datang. 2919 Dengan kening berkerut Lim Han-kim ber-bisik:
"Kelihatannya memang rada aneh dan mencurigakan
coba dengar, suara aneh apa itu?"
Phang Thian-hua pasang telinga untuk memperhatikan
dengan seksama, sesaat kemudian ia gelengkan
kepalanya dan menghela napas panjang, jelas dia sendiri
pun tak bisa membedakan suara apakah itu. Mendadak
Hiang-kiok berseru tertahan: "Aaaah, tahu aku, suara itu"
"Suara apa?" "Suara tawon dalam jumlah yang besar"
Lim Han-kim pasang telinga baik- baik dan
mendengarkan dengan seksama, Benar juga, yang
terdengar memang suara rombongan tawon yang
terbang melintas, Kenyataan ini membuat hatinya makin
tercengang, pikirnya: "Masa keluarga Hong-san benarbenar
menggunakan rombongan tawon untuk memukul
mundur serangan musuh" Kalau benar merupakan
kenyataan, kejadian ini sungguh merupakan suatu
peristiwa yang langka, Aku bakal menyesal seumur hidup
jika tak bisa melihatnya."
Perasaan ingin tahu yang sangat kuat segera
berkecamuk dalam benaknya, tanpa sadar ia bergerak
hendak membuka daun jendela.
"Saudara Lim, jangan gegabah" Buru-buru Phang
Thian-hua mencegah. Mendengar teguran itu, Lim Han-kim menarik kembali
tangannya dan menghela napas panjang.
"Aaaai... belum pernah kudengar ada orang memukul
mundur musuhnya dengan rombongan tawon, Kalau
2920 tidak melihat sendiri, aku bakal menyesal sepanjang
hidup,.." "Sedikit pun tidak aneh" Tiba-tiba suara seseorang
yang terdengar lemah menyambung. suara itu terputusputus,
jelas berasal dari Pek si-hiang. serentak Lim Hankim,
Hiang-kiok dan siok-bwee memburu ke depan,
tampak Pek si-hiang sudah duduk bersandar di
pembaringan. Rupanya perhatian beberapa orang itu tercurah ke
luar ruangan sehingga tak seorang pun tahu sejak kapan
gadis itu sadarkan diri. "Nona," bisik siok-bwee, "Lukamu belum sembuh total,
lebih baik jangan sembarangan bergerak. Kalau toh nona
ingin bicara, lebih baik sambil berbaring saja" Pek sihiang
menggeleng. "Asalkan kesadaranku pulih kembali, maka dengan
cepat luka dalamku akan ikut pulih juga," ucapnya
lemah. "Nona hendak andalkan ilmu sesat sembilan iblis lagi?"
tanya Lim Han-kim ragu. "Di kolong langit ini hanya ilmu sesat sembilan iblis
yang dapat mengubah seorang awam menjadi seorang
yang hebat dalam tiga-lima bulan saja, dan cuma ilmu
sesat sembilan iblis yang dapat mengubahku dari
seorang gadis penyakitan yang lemah menjadi seorang
yang sehat dan segar"
"Aturan belajar silat yang benar adalah berurutan dari
dasar menuju ke atas, selangkah demi selangkah maju
terus ke atas, sebaliknya ilmu sesat sembilan iblis yang
2921 nona pelajari hanya bertujuan mencapai hasil dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya, meskipun memberikan
hasil yang luar biasa, namun kau tidak memiliki dasar
yang kokoh" Tiba-tiba Hiang-kiok menimbrung:
"Nona, maafkan budak banyak mulut, ada satu hal
perlu hamba laporkan kepada nona"
"Soal apa?" "Ketika masih di perahu tempo hari, nona telah
menghajar Lim siangkong hingga luka parah, untung ada
nona Li yang segera membawa nona serta Lim siangkong
pulang ke bukit Hong-san, coba kalau tidak, mungkin Lim
siangkong sudah tewas"
Mendadak Pek si-hiang mencengkeram selimutnya
kuat-kuat, peluh sebesar kacang kedele bercucuran amat
deras, mulutnya terbuka dan napasnya tersengal-sengal,
tampaknya ia menderita sekali.
Hiang-kiok paling muda di antara yang hadir di sana,
ia paling tak mampu menahan diri. Dengan rasa gelisah
bercampur takut teriaknya keras-keras: "Nona, kenapa
kau?" "Cepat ambilkan jarum emasku" seru Pek si-hiang
dengan napas tersengal-sengal. Mendengar ucapan
tersebut, siok-bwee menghela napas panjang.
"Nona, berhubung sudah lama nona tidak memakai
jarum emas, budak tidak membawanya."
Tiba-tiba Pek Si-hiang ambruk ke atas selimut, sekujur
tubuhnya gemetar keras, giginya menggigit ujung
selimut kuat- kuat, namun ia tetap berusaha untuk
menahan rasa sakit yang luar biasa itu agar tak sampai
2922 merintih atau mengaduh, penderitaan yang luar biasa ini
membuat Hiang-kiok maupun siok-bwee hanya bisa
berdiri tertegun, sementara air mata mereka bercucuran


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluar dengan derasnya, BAB 38. Melawan pengaruh iblis
Lim Han-kim turut tak tega, sambil berusaha menahan
air matanya jatuh berlinang, bisiknya pelan: "cepatlah
berlatih ilmu sesat sembilan iblis untuk melawan
penderitaanmu itu" Mendengar anjuran tersebut, sambil gelengkan
kepalanya Phang Thian-hua berkata: "Saudara Lim, kau
toh benci bila dia berlatih ilmu sesat sembilan iblis,
kenapa sekarang malah menganjurkan dia untuk
berlatih?" "Coba kau lihat penderitaannya. Kalau tidak
menyuruhnya melatih ilmu sesat tersebut, bisa jadi dia
akan mati lantaran tersiksa,"
"Kenapa kau tidak berusaha untuk membantunya,
siapa tahu dengan kekuatanmu dia bisa lolos dari
percobaan ini?" "Meski aku berniat untuk melakukannya, sayang
kemampuanku amat terbatas untuk berbuat begitu"
"Bagaimana kalau kubantu?"
"Silakan locianpwee memberi petunjuk. aku yang
muda siap untuk mendengarkan"
2923 "Pertama-tama totok dulu jalan darah Yu-bun dan Kikoan-
hiat-nya" Lim Han-kim agak tertegun, tapi ia menurut dan
menotok juga jalan darah Yu-bun dan Ki-koan-hiat di
tubuh Pek si-hiang. Terdengar Pek si-hiang, menghembuskan napas
panjang dan tiba-tiba menjadi tenang kembali, giginya
yang semula menggigit kencang ujung selimut pun
pelan-pelan dilepaskan. Agaknya dengan tertotoknya
jalan darah itu, penderitaan serta siksaan yang
dialaminya menjadi jauh lebih berkurang.
Lim Han-kim berpaling memandang Phang Thian-hua
sekejap. kemudian tanyanya: "Locianpwee, apa tindakan
kita berikutnya?" Belum sempat Phang Thian-hua menjawab, mendadak
pintu ruangan didorong orang.
Ketika semua orang berpaling, tampak seorang
dayang berbaju hijau pelan-pelan masuk ke dalam,
memberi hormat kepada Lim Han-kim dan katanya: "Lim
siangkong, kau diundang nyonya kami."
"Nyonya Li mengundang aku?" seru Lim Han-kim
tertegun. "Benar" Lim Han-kim berpaling ke arah Phang Thian-hua dan
pesannya: "Tolong locianpwee jaga keadaan nona Pek.
aku segera akan kembali ke sini"
"Kau tak usah khawatir saudara Lim"
2924 Tampaknya dayang berbaju hijau itu sudah tak sabar
menunggu, kembali bisiknya:
"Nyonya kami sudah lama menunggu"
"Ayoh kita berangkat"
Mengikuti di belakang dayang berbaju hijau itu, Lim
Han-kim berjalan ke luar dari ruangan, sambil berjalan, ia
mencoba memperhatikan pemandangan di seputar sana.
Ternyata segala sesuatunya masih seperti sedia kala,
tidak nampak bekas pertarungan, juga tak nampak ada
kerusakan. Menyaksikan semua ini, tak tahan pemuda itu
bertanya: "Apakah musuh tangguh yang menyerang
keluarga Hong-san telah berhasil dipukul mundur?"
"Hmmm Tak seorang pun dari pihak kami yang turun
tangan, tapi nyatanya musuh harus mundur dengan
membawa luka. siapa yang berani menyatroni keluarga
Hong-san sama artinya dengan mencari penyakit buat
diri sendiri" "Kalau tak seorang pun yang turun tangan, bagaimana
mungkin musuh bisa mundur dengan membawa luka?"
"Ong popo sangat pandai menjinakkan tawon, musuh
sudah terluka oleh sengatan beracun tawon-tawon itu..."
Agaknya kemudian dayang itu sadar kalau ia sudah
salah berbicara, buru-buru ia menutup mulutnya rapatrapat.
Lim Han-kim juga tak banyak bicara lagi, ia percepat
langkahnya menelusuri jalan setapak.
2925 Sesudah melewati beberapa buah halaman luas,
sampailah mereka di depan sebuah pesanggrahan yang
megah. Dayang berbaju hijau itu langsung masuk ke
dalam ruangan pesanggrahan itu.
Ketika Lim Han-kim menyusul masuk ke dalam,
tampak nyonya Li sedang duduk di sebuah bangku rotan
sambil mengawasi bunga seruni putih di depan jendela
dengan termangu. "Nyonya" kata dayang berbaju hijau itu sambil
memberi hormat, "Lim siangkong telah datang"
"Sudah tahu, kau boleh pergi" sahut nyonya Li sambil
tetap menatap bunga seruni putih di luar jendela dengan
termangu Dayang berbaju hijau itu menyahut dan pelan-pelan
mengundurkan diri dari situ.
Lim Han-kim mencoba melirik nyonya Li sekejap.
Tampak perempuan itu berwajah cantik dan sangat
anggun, ia memakai baju warna biru, mukanya
berwibawa dan mendatangkan rasa hormat bagi yang
memandang. Tanpa terasa ia menjura dalam-dalam seraya
menyapa: "Aku yang muda, Lim Han-kim, menjumpai
locianpwee" Nyonya Li berpaling memandang Lim Han-kim
sekejap, lalu ditunjuknya bangku yang berada di sisinya
sambil berkata: "Duduklah di sana"
"Entah ada urusan apa locianpwee memanggilku?"
tanya Lim Han-klm setelah mengambil tempat duduk,
2926 "Baik-baikkah ibumu?"
Lim Han-kim tertegun lalu sahutnya: "lbunda sehat
walaftat." "Baikkah ayahmu?"
"Sudah lama ayahku meninggal, bahkan aku yang
muda pun belum sempat melihat raut muka ayahku."
Nyonya Li menghela napas panjang.
"Ibumu pernah menyinggung tentang masa lalu
ayahmu?" "Belum pernah ibu menyinggung soal masa lalu
ayahku." "Sebagai seorang anak, masa tak ingin tahu asal-usul
sendiri" Sekali pun Ibumu tak pernah menyinggung,
masa kau tak dapat mendesaknya agar menjelaskan?"
Tergerak hati Lim Han-kim setelah mendengar ucapan
itu, pikirnya: "Heran, kenapa tiba-tiba ia mengajukan
pertanyaan yang menyangkut asal-usulku, bahkan
pertanyaannya begitu menjurus?"
Kendatipun timbul perasaan curiga, tak urung
dijawabnya juga dengan sejujurnya:
"Beberapa kali aku pernah ajukan pertanyaan yang
menyangkut mendiang ayahku, tapi setiap kali ibu pasti
mencaci maki diriku habis-habisan, kemudian ibu
menangis tersedu-sedu. Karena aku tak ingin ibu
menderita gara-gara persoalan ini, maka aku pun tak
berani menyinggung masalah itu lagi."
"Benarkah di belakang telinga kiri ibumu terdapat
sebuah tahi lalat berwarna merah?"
2927 Lim Han-kim termenung berpikir sejenak, lalu serunya:
"Yaa betul, dari mana locianpwee bisa tahu?"
Perlahan-lahan nyonya Li membalikkan tubuhnya dan
menatap wajah Lim Han-kim lekat-lekat, katanya: "Dulu,
ibumu adalah saudaraku yang paling baik dan paling
akrab." Mendengar itu Lim Han-kim berpikir: "Wajahku
sedikitpun tidak mirip ibu, sekalipun ia akrab sekali
dengan ibu, tidak mungkin ia bisa temukan ciri- ciri khas
ibuku dari pengamatan pada wajahku, bisa jadi ia
menebaknya dari namaku..."
Berpikir sampai di sini dia pun berkata: "Ooh, rupanya
begitu, boleh aku tahu, aku harus menyebut apa
terhadap locianpwee?"
"Terserah apa maumu" sahut Nyonya Li sambil
tertawa hambar. Kembali Lim Han-kim berpikir: "Ia bilang,
hubungannya dengan ibuku melebihi hubungan
persaudaraan, jadi sepantasnya bila aku memanggilnya
bibi." Maka dia pun berseru: "Kalau begitu aku harus
menyebut bibi." "Terserah apa maumu." pelan-pelan nyonya Li bangkit
berdiri "Sekarang kau boleh kembali."
Ia memberi tanda kepada si dayang berbaju hijau
yang berada di muka pintu dan tanpa menunggu Lim
Han-kim berbicara, perintah-nya: "Ajak Lim siangkong
balik ke kamarnya" Seusai berkata, ia menoleh ke luar jendela dan tidak
menengok lagi pemuda tersebut walau sekejappun.
2928 Kendati pelbagai pertanyaan memenuhi benak Lim
Han-kim, namun sikap Nyonya Li yang begitu dingin,
kaku dan hambar, memaksa pemuda tersebut mau tak
mau harus menelan kembali semua pertanyaannya.
Dengan berjalan mengikuti di belakang dayang tadi,
kembalilah dia ke kamarnya.
Sepanjang jalan suasana amat hening, agaknya
dayang itu khawatir Lim Han-kim mengajukan berbagai
pertanyaan kepadanya, ia berjalan cepat sekali, dalam
waktu singkat mereka telah tiba dipesanggrahan di mana
Pek si-hiang sedang dirawat
Setelah membukakan pintu ruangan, buru-buru
dayang itu mohon pamit dan berlalu dari sana.
Mengawasi bayangan punggungnya yang menjauh,
dalam hati kecil Lim Han-kim berpikir "Heran, kenapa ia
datang dan pergi dengan begitu terburu-buru, seolaholah
khawatir aku mengajukan pertanyaan kepadanya"
Ehmmm, ia pasti sudah tahu latar belakangnya."
Belum habis lamunannya, Hiang-kiok sudah
membukakan pintu sambil berseru dengan gembira: "Lim
siangkong, nona kami sudah sadar kembali"
"Bagus sekali" sahut Lim Han-kim sekenanya, masalah
berat yang membebani benaknya membuat pemuda ini
segan banyak bicara. Di atas pembaringan tampak Pek si-hiang berbaring
dengan wajah tenang, matanya terpejam dan napasnya
teratur, semua penderitaan yang mencekam wajahnya
kini sudah lenyap tak berbekas, Phang Thian-hua dengan
tongkatnya berdiri serius di sisi pembaringan, ia kelihatan
amat keren, sedang siok-bwee kelihatan agak murung
2929 dan risau, agaknya ia sudah mendapat firasat bahwa
setelah suasana yang hening ini lewat, suatu badai yang
lebih dahsyat pasti akan berlangsung.
Hanya Hiang-kiok yang belum hilang sifat kekanakkanakannya,
wajahnya kelihatan berseri, tampaknya ia
belum menyadari betapa seriusnya suasana saat itu.
Dari situasi yang terbentang di depan mata, Lim Hankim
dapat merasakan betapa seriusnya keadaan saat itu,
setelah berhasil menenangkan perasaan hatinya, ia
berbisik "Locianpwee, apakah keadaan luka nona Pek
sudah ada perubahan?"
"Bila dalam satu jam mendatang tidak terjadi
perubahan atas dirinya, berarti situasi kritis sudah
terlalui." "Apakah locianpwee dapat merasakan sesuatu?"
"Sepeninggal saudara Lim tadi, aku periksa denyut
nadinya, secara lamat-lamat kutemukan ada segumpal
hawa murni yang tak terkendali sedang mengalir dan
menerjang dalam sekujur tubuhnya..."
Kemudian setelah menghela napas panjang, lanjutnya:
"Gejala semacam ini mirip sekali dengan pertanda jalan
Api Menuju Neraka yang sering dialami para pesilat. Aku
tak dapat menduga apakah aliran hawa murni yang tak
terkendali itu bakal menimbulkan sesuatu perubahan
atau tidak." "Kalau sudah tahu ada aliran hawa yang tak
terkendali, kenapa locianpwee tidak mencoba untuk
membimbing aliran tersebut agar mengalir pada jalurnya
yang benar?" sela Lim Han-kim.
2930 "Bila ada yang menggiring dari luar dan dia pribadi
meluruskannya dari dalam, mungkin cara tersebut bisa
membuahkan hasil, Tapi kini, nona Pek sendiripun tak
sanggup menguasai diri, bagaimana mungkin aku dapat
menggiring aliran tersebut dari luar?"
"Jadi kalau begitu kita hanya bisa pasrah pada nasib
dan biarkan ia berkembang sendiri?"
"Asalkan aliran sesat itu tidak sampai menyusup ke
dalam urat nadi serta sendi-sendi utamanya, mungkin
saja setelah mengalir beberapa waktu, aliran tersebut
akan balik kembali pada jalur yang sebenarnya. Bila
dilihat dari sikap tidurnya yang begini tenang sekarang,
mungkin saja aliran sesat itu sudah kembali pada posisi
yang sebenarnya." Mendengar itu, Lim Han-kim menghela napas panjang.
"Aaaai... aku rasa cara ini kelewat nyerempet bahaya..."
"Masalah apa sih?" Tiba-tiba terdengar seseorang
menimbrung Ketika Lim Han-kim berpaling, tampak Li Tiong-hui
sedang melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Ooh, kami sedang membicarakan keadaan nona Pek."
ujar Phang Thian-hua menerang-kan.
"Bukankah dia sedang tertidur nyenyak?" kata Li


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiong-hui setelah menengok Pek si-hiang sekejap.
"Sepintas lalu ia memang kelihatan tidur amat tenang
dan nyenyak, padahal aliran hawa sesat sedang bergolak
dalam isi perutnya, apabila sampai tersesat ke dalam
nadi dan sendi-sendi penting, keselamatan jiwanya
terancam." 2931 Li Tiong-hui menengok Lim Han-kim sekejap lalu
pelan-pelan berjalan ke hadapan pembaringan,
tangannya ditempelkan ke dada Pek si-hiang,
Lebih kurang sepenanak nasi kemudian baru ia
menarik kembali tangannya dan menghela napas.
"Yaa, betul, pergolakan hawa murni dalam isi perutnya
sangat menghebat, ibarat kuda liar yang terlepas kendali,
aku takut susah untuk dikendalikan lagi..."
Setelah menatap sekejap wajah Lim Han-kim, ia
menoleh kearah Phang Thian-hua sambil meneruskan:
"Phang cengcu, kau punya akal untuk mengembalikan
aliran hawa murninya yang tersesat?"
Phang Thian-hua menggeleng.
"Bila ada cara yang jitu, tak nanti kutunggu sampai
sekarang." "Gejala ini mirip dengan gejala jalan api menuju
neraka bagi kaum pesilat, makin lama kita mengulur
waktu, semakin berbahaya keselamatan jiwanya, urusan
ini tak bisa ditunda-tunda lagi Phang cengcu, bila kau
memang menyerah, terpaksa kita harus menanyakan
masalah ini kepada ibuku"
Phang Thian-hua menghela napas, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut dibatalkan
kemudian. "Barusan aku telah bertemu dengan Nyonya Li" kata
Lim Han-kim. "Apa yang ibu tanyakan kepadamu?"
"Nyonya Li menanyakan soal asal-usulku."
2932 Seakan-akan dadanya dihantam orang keras-keras,
sekujur badan Li Tiong-hui bergetar keras, serunya
tertahan: "lbu menanyakan asal-usulmu?"
"Betul, malahan ibumu adalah sahabat lama ibuku."
"Dari mana kau bisa tahu?" Li Tiong-hui tertegun.
"Sebetulnya aku sendiripun tak tahu, malah ibumu
yang memberitahukan kepadaku, ibumu bahkan dapat
menyebutkan ciri khas ibuku secara tepat, kenyataan ini
membuat aku mau tak mau harus percaya juga."
"Oooh, rupanya begitu" Li Tiong-hui menghela napas
pelan. Tiba-tiba muncul seorang dayang berbaju hijau yang
lari masuk dengan tergopoh-gopoh sambil melapor: "Di
luar gedung kedatangan seorang lelaki dan dua wanita
yang ingin bertemu dengan nona."
"Jangan-jangan para jago dari pelbagai partai yang
mendapat kabar telah berdatangan" Tapi rasanya tak
mungkin secepat itu..." pikir Li Tiong-hui. Segera
tegurnya: "Apakah mereka menyebutkan namanya?"
"Yaa, lelaki itu mengaku dari keluarga Pek."
"Aaah, pasti loya kami yang telah menyusul kemari,"
seru Hiang-kiok cepat. "sekarang mereka berada di
mana?" "Semenjak ada penceroboh yang menyusup masuk ke
dalam perkampungan Hong-san, ong popo telah
memperketat penjagaan disetiap penjuru, kini mereka
masih tertahan di mulut lembah."
2933 "Baiklah, undang mereka masuk, akan kutemui
mereka di ruang tamu."
"Ong popo berpesan juga, berhubung keluarga Hongsan
kita punya aturan yang mewajibkan setiap
pendatang melepaskan senjata, maka Ong popo minta
petunjuk apakah teman-teman nona juga wajib
meninggalkan senjata mereka di luar lembah?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian menggeleng: "Tidak usah, karena mereka
mohon menghadap secara baik-baik, berarti mereka
tidak berniat memusuhi kita."
Tiba-tiba siok-bwee memberi hormat seraya berkata:
"Nona Li, apa yang diucapkan adikku Hiang-kiok tepat
sekali. Besar kemungkinan loya kami yang telah
menyusul ke sini, Bagaimana kalau budak menyertai
nona untuk pergi menjumpainya, Bila dia memang loya
kami, budak akan tampilkan diri untuk bertemu,
sebaliknya kalau bukan, budak akan mengundurkan diri
secara diam-diam, hingga nona pun bisa melakukan
persiapan secukupnya."
"Baiklah, Kalau begitu, ikutlah aku"
"Terima kasih, nona"
Sambil berpaling kearah Phang Thian-hua, kembali
gadis itu berpesan: "Phang cengcu, tolong rawatlah nona
Pek baik-baik, setelah bertemu dengan pendatang, aku
akan mencari ibuku untuk minta petunjuk"
"Aku akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
Dengan disertai siok-bwee, berangkatlah Li Tiong-hui
meninggalkan ruangan itu.
2934 Mendadak Phang Thian-hua teringat kembali sikap
Nyonya Li ketika bertemu Lim Han-kim untuk pertama
kalinya, satu ingatan melintas dalam benaknya, ia
berpikir "Kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki nyonya Li
sudah mencapai taraf sikap yang begitu dingin dan
hambar, suatu tingkatan yang luar biasa sempurnanya.
Tapi aneh, kenapa ia tak mampu mengendalikan
emosinya tatkala bertemu Lim Han-kim untuk pertama
kalinya" Bahkan mengutus pula seorang dayang untuk
mengundang Lim Han-kim dan menanyai asal-usul nya"
Aku yakin ini bukan perbuatan iseng, di balik semua ini
pasti terselip suatu rahasia besar..."
Sementara ia masih melamun, tiba-tiba Pek si-hiang
membuka matanya dan menggerakkan tangan kanannya
dengan lemah seraya berbisik "Cepat ambilkan jarum
emasku" "Tadi enci siok-bwee sudah bilang, jarum emas tidak
dibawa," sahut Hiang- klok.
"Aku punya" sela Phang Thian-hua sambil merogoh ke
Kisah Si Bangau Putih 9 Munculnya Jit Cu Kiong ( Istana Mustika Matahari) Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Kisah Dewi Kwan Im 2
^