Pedang Keadilan 39
Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 39
ini, pasti akan kuundang kalian semua untuk menghadiri
pesta perkawinanku, ... "
"Aku pikir kesempatanmu ke sana amat tipis"
Tiba-tiba Lim Han-kim melompat bangun sambil
berteriak: "Hey, aku Lim Han-kim adalah seorang lelaki, masa
kalian ..." "Bagaimana kalau kau tidak menimbrung dulu?" pinta
Pek si-hiang sambil memberi tanda.
"Kenapa" Aku Lim Han-kim toh bukan sebuah barang
persembahan, masa kau hendak sumbangkan kepada
orang lain?" "Aaaai... justru inilah masalah utama dari kita
berempat, bila kita terdiri dari dua pria dan dua wanita,
tentu urusan tak usah repot seperti ini, sayang di sini
hanya ada kau seorang..."
"Justru barang langka mahal harganya" sindir seebun
Giok-hiong sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Jangan mencemooh dia" pinta Pek si-hiang sambil
menggeleng, "Dengarkan dulu perkataanku. Kini Li
Tiong-hui sudah punya pilihan sendiri, sedang nyawaku
tinggal sebulan lagi, jadi setelah kupertimbangkan
berulang kali, rasanya kecuali kutitipkan dia pada cici,
siapa lagi yang bisa kuserahi?"
3267 "Seandainya kau bicara sejujurnya, urusan ini pun
merupakan masalah setelah selesainya pertemuan
puncak ini..." "Cici keliru besar, setelah berlangsungnya pertemuan
puncak itu, situasi dalam dunia persilatan tentu porak
poranda tak karuan, dengan mempertaruhkan sisa
hidupku, aku pasti akan berusaha menyumbangkan
sedikit baktiku untuk membenahi keadaan dunia
persilatan, syukur pabila aku bisa mengubah ancaman
yang berbau darah ini menjadi situasi yang tenang dan
penuh kedamaian, bila aku bisa melihat kau serta Li
Tiong-hui memiliki keluarga yang bahagia, meski harus
mati pun aku bisa mati dengan mata terpejam..."
Mendadak seebun Giok-hiong bangkit berdiri, katanya:
"Terima kasih banyak atas maksud baikmu itu, aku
merasa berterima kasih sekali dengan perhatian ini,
betul, aku memang menyukai Lim Han-kim, namun
seebun Giok-hiong berbeda sekali dengan wanita lain,
aku tak bisa melupakan dendam sakit hati orang tuaku
gara-gara seorang pria, bila tak ada jalan yang
sempurna, terpaksa aku harus jatuhkan pilihan pada
salah satu di antaranya. Aku pun setuju dengan
permintaanmu tadi, setelah kematianmu aku akan
berusaha dengan sekuat tenagaku untuk melindungi dan
menjaga kekasihmu itu, agar dia mempunyai posisi yang
terhormat dalam dunia persilatan, saat itu aku akan
berada di belakang layar dan mengaturkan strategi
baginya, Aku rasa pembicaraan kita hari ini cukup sampai
di sini saja, pagi sudah hampir menjelang tiba, lagipula
kondisi badanmu kurang bagus, segeralah pulang untuk
beristirahat Nah, sampai ketemu lagi."
3268 Selesai berkata, ia memberi hormat dan segera berlalu
meninggaikan tempat tersebut
Memandang bayangan punggung seebun Giok-hiong
yang menjauh, Pek si-hiang menghela napas panjang,
gumamnya: "Tak nyana ia begitu keras kepala"
"Mari kita pulang," ajak Li Tiong-hui sambil berdiri, "
Kalau memang ia nekat ingin bertarung, apa boleh buat
lagi?" BAB 51. ibarat Menunggang Di Punggung
Harimau Sambil berpaling ke arah Lim Han-kim, bisik Pek sihiang:
"Aku telah menyinggung perasaanmu, tidak
marah bukan?" Sebenarnya Lim Han-kim bermaksud menegur gadis
itu dengan beberapa patah kata yang tak sedap. namun
melihat rasa menyesal dari Pek si-hiang, kata-kata yang
sudah di bibir sukar diutarakan, akhirnya ia pun berkata
sambil tersenyum: "Sekarang kau sudah mengerti bukan, seebun Giokhiong
tak pernah menaruh rasa cinta padaku."
Pek si-hiang tidak memberi tanggapan, memandang
kegelapan malam yang masih menyelimuti jagad,
gumamnya: "Budi dendam yang diwariskan tiga orang gadis cantik
di masa lampau belum mencapai akhir cerita,
mungkinkah kisah sejenis itu akan terulang kembali...?"
3269 "Aku rasa ceritanya sangat berbeda," ucap Li Tionghui
setelah menghela napas panjang, "Kita tak bisa
disalahkan dalam peristiwa ini, kau sudah menunjukkan
kebesaran jiwa yang paling hebat"
Pek si-hiang menggeleng berulang kali.
"Aku tak habis mengerti, apa sih yang diandalkan
seebun Giok-hiong hingga dia berani bersikeras untuk
melanjutkan pertarungan ini?"
"Untuk mencapai peristiwa ini, sudah banyak tahun ia
membuat persiapan dan perancangan yang seksama, aku
yakin ia sudah mempunyai persiapan yang sangat
matang." "Mari kita pulang" ajak Lim Han-kim kemudian
"Aaaai... sewaktu datang, aku membawa pengharapan
yang besar, sungguh tak nyana harus diakhiri dalam
keadaan begini, betul-betul mengenaskan"
Sambil menghela napas berulang kali, pelan-pelan Pek
si-hiang meninggalkan tempat itu.
"Cepat kau gandeng tangannya," bisik Li Tiong-hui
pada pemuda itu, "Kau harus menahannya dengan
penuh cinta kasih." "Menahannya?" Untuk sesaat Lim Han-kim tak bisa
menangkap arti perkataannya hingga tertegun.
"Yaa, bila ia benar-benar tak ingin mati, berarti dia
akan peroleh cara lain untuk mempertahankan
hidupnya." "Lalu kenapa dia harus mati?"
3270 "Sebab hidupnya penuh penderitaan, kemampuannya
sangat bertolak belakang dengan kondisi tubuhnya yang
lemah, bayangkan sendiri semisalnya kau yang mesti
hidup menderita selama belasan tahun, apakah kau
masih bergairah untuk melanjutkan hidupmu..." Tiba-tiba
terlihat Pek si-hiang terhuyung-huyung lalu roboh ke
samping bukit. Rupanya jalan setapak itu curam lagi sempit, dalam
kondisi tubuh yang tak seimbang, badannya yang lemah
pun segera roboh terjungkal ke sisi jalan. Cepat-cepat
Lim Han-kim melompat ke depan dan memondong tubuh
gadis tersebut "Semenjak kecil, aku sudah terbiasa roboh tak
sadarkan diri sampai lama sekali," kata Pek si-hiang
sambil tersenyum, "Ketika sadar kembali dari pingsanku,
kulihat tubuhku sudah berbaring di atas ranjang, itulah
sebabnya selama ini Hiang-kiok dan siok-bwee selalu
mendampingiku ke mana pun aku pergi, tapi belakangan
ini aku jarang roboh mencium tanah"
"Masa sudah begini besar masih sering roboh
mencium tanah?" Pek si-hiang menghela napas sedih.
"Aaaai... walaupun memiliki kekayaan yang melimpah,
sandang pangan berlimpah ruah, tapi apa artinya hidup
tersiksa macam diriku ini?"
Sebenarnya Lim Han-kim ingin sekali mengucapkan
beberapa kata untuk menghibur hatinya, tapi ketika
dilihatnya Li Tiong-hui mengikuti persis di belakang
mereka, niat tersebut terpaksa ditahan kembali
Dalam waktu singkat mereka bertiga sudah balik ke
dalam lembah Ban-siong-kok. tampak cahaya lentera
3271 menerangi seluruh ruangan, bayangan manusia pun
bergerak kesana kemari, Melihat itu Li Tiong-hui berbisik,
"Kita kedatangan bala bantuan lagi, harap saudara Lim
antar dulu nona Pek pulang ke loteng Teng-siong-lo, aku
mesti melayani tamu-tamu yang baru datang."
"Kau adalah seorang Bengcu, sudah sepantasnya kau
menyambut kedatangan mereka," sahut Lim Han-kim.
Ia pun melanjutkan perjalanan menuju loteng Tengsiong-
lo. Tiba dalam kamar tidur, dari bawah ranjangnya Pek sihiang
ambil keluar sejilid kitab yane bersampul kulit
kambing, lalu bisiknya: "Kau tak usah pergi."
"Kenapa?" tanya Lim Han-kim terkejut.
"Baca dulu isi buku ini di bawah loteng sana, besok
aku akan mulai mewariskan ilmu silat padamu, selama ini
kau harus pusatkan pikiran, jangan melamunkan yang
bukan-bukan, manfaatkan waktu selama tujuh hari ini
dengan sebaik-baiknya." Lim Han-kim menggeleng.
"Aku tidak memiliki bakat dan kecerdasan seperti
nona, tak mungkin aku berhasil menguasai ilmu tersebut
dalam waktu tujuh hari."
"Akan kugunakan sejenis ilmu tusuk jarum untuk
membantu merangsang hawa murnimu."
Lim Han-kim sebera teringat pula bahwa gadis itu
memang sering merangsang timbulnya hawa terpendam
dengan bantuan tusuk jarum, untuk sesaat ia jadi
tertegun dan tak mampu mengucapkan sepatah kata
pun. 3272 "Bagaimana" Kau merasa sangat takut?" tanya Pek sihiang.
"Aku hanya tak habis mengerti, bagaimana mungkin
hawa murni yang dimiliki seseorang dapat bertambah
hanya dengan bantuan tusuk jarum?"
"Mengenai ilmu tusuk jarum, pengetahuannya amat
mendalam dan mendetail, susah bagiku untuk
menerangkan dalam waktu singkat Lebih baik kau buang
jauh-jauh semua pikiran yang tak berguna sekarang,
pusatkan perhatianmu hanya untuk berlatih ilmu silat
tersebut." "Aku takut gagal."
"Kau tak boleh gagal dalam latihan ini, sebab bila ilmu
tersebut gagal kau kuasai, bukan saja kau tak bisa
menempatkan diri dalam pertemuan puncak nanti,
bahkan tak akan berhasil selamatkan ibumu dari musibah
yang mengancam." "Tapi... apa sangkut pautnya dengan ibuku?"
"Apabia seebun Giok-hiong yang menangkan
pertarungan ini, akhir yang tragis tak usah dibayangkan
lagi, sebaliknya bila Li hujin yang berhasil mengungguli
seebun Giok-hiong, sudah pasti dia tak ingin masa
lalunya tersebar luas dalam dunia persilatan, berarti dia
tak akan membiarkan ibumu tinggalkan perkampungan
keluarga Hong-san, seperti juga nasib ibuku, sepanjang
hidup akan tersekap di sini."
"Benarkah itu?" seru Lim Han-kim tertegun-
"Tentu saja sungguh, Bila kita bisa mengubah tragedi
yang akan menimpa pertemuan puncak ini menjadi suatu
3273 pertemuan penuh kedamaian, bukan saja kita dapat
selamatkan umat persilatan dari kematian yang tak
berarti, semua pertikaian dari generasi tua kita pun bisa
dileraikan menjadi kebahagiaan sebaliknya jika senjata
yang berbicara, sudah pasti pertemuan ini akan berakhir
sangat mengerikan terlepas siapa menang siapa kalah,
yang ada hanyalah perebutan superior di antara sesama
umat persilatan." Lim Han-kim berpikir sejenak, akhirnya dia
mengangguk "Benar juga perkataan nona."
"Mula-mula aku berhasrat membujuk Seebun Giokhiong
agar berubah pikiran, tak nyana tekadnya sudah
mengeras bagai baja, berarti kita harus tergantung pada
diri sendiri bila ingin mengubah situasi tersebut."
"Hanya mengandalkan kekuatan nona dan aku
berdua?" "Mungkin saja kita masih mempunyai rekan yang satu
haluan, tapi apa bila kita tak mampu mengendalikan
situasi, sekalipun mereka punya haluan yang sejalan
dengan kita, toh tak akan kita peroleh bantuan nyata dari
orang-orang itu" "Kalau begitu biar kucoba dengan sepenuh tenaga."
"Bayangkan selalu bahwa persoalan ini menyangkut
keselamatan ibumu, menyangkut pula keselamatanku
maka kau pasti bisa mempelajari ilmu tersebut dengan
sungguh hati." "Tapi apa sangkut pautnya persoalan ini dengan
keselamatan nona?" 3274 "Siapa bilang tak ada sangkut pautnya" Bila kau bisa
memperlihatkan kehebatanmu dalam pertemuan puncak
nanti hingga situasi terkendali, berarti aku tak perlu
keluar tenaga, bila tenagaku tak tercecer artinya aku bisa
hidup dua tahun lebih lama."
"Sungguh?" "Kapan sih aku pernah membohongimu" Cuma... aku
hanya bisa hidup dua tahun lebih lama..."
"Hahahaha... dua tahun pun sudah lebih dari cukup."
Lim Han-kim tertawa tergelak.
"Kau benar-benar serius ingin mengawini seorang
perempuan penyakitan macam aku sebagai istrimu?"
"Tentu Akan kumanfaatkan dua tahun ini dengan baik,
akan kucurahkan semua cinta kasihku padamu, biar
cuma dua tahun, aku sudah merasa puas sekali."
"Dua tahun akan lewat dengan begitu saja, bagaimana
selanjutnya?" "Selanjutnya" Aku tetap akan mendampingimu..."
"Tapi aku kan sudah mati" Lim Han-kim tersenyum.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tahu, kau tak bakal mati, demi aku, kau pasti
akan berusaha untuk hidup terus, sekalipun kau benarbenar
mati, itu pun hanya ragamu yang pergi tinggalkan
aku, sedang suaramu, senyummu dan hatimu akan selalu
dan selamanya hidup dalam hatiku."
Senyum manis menghiasi wajah Pek si-hiang
mengiringi cucuran air mata kegirangan yang membasahi
pipinya, berbisik lirih: 3275 "Aku gembira... gembira sekali, tapi kegembiraan ini
mengingatkan aku pada penderitaan yang dialami Li
hujin, oleh karena itu aku harus mengatakan sesuatu
padamu." "Soal apa?" "Di kemudian hari, pabila kita berhasil menguasai
keadaan, terlepas penderitaan macam apa yang pernah
dialami ibumu, kita tak boleh bersikap kelewat keras
terhadap Li hujin" Lim Han-kim menghela napas panjang.
"Baiklah, sampai waktunya aku tentu akan menuruti
semua permintaanmu."
"Bagus." Pek si-hiang tersenyum, "sekarang kau boleh
membuka kitab tersebut dan mulai membaca isinya."
Dengan wajah penuh keriangan Lim Han-kim
membuka kitab itu dan membaca isinya dengan
seksama. Pek si-hiang duduk mendampingi di sisi-nya, ia begitu
lembut dan tenang menemani kekasihnya membaca.
Kitab itu sangat tipis, tak sampai sepenanak nasi
kemudian Lim Han-kim telah selesai membacanya.
"Minumlah dulu," bisik Pek si-hiang sambil
menyodorkan cawan teh, "istirahat sejenak sebelum kau
beritahu padaku bagaimana pandanganmu tentang ilmu
ini." Lim Han-kim menyambut cawan itu dan meneguk
isinya, kemudian baru berkata:
"Tulisan dalam kitab ini mempunyai makna yang
sangat mendalam, banyak bagian tidak kupahami."
3276 "Sekarang kau baru membaca sekali, tentu saja
artinya belum bisa kau tangkap dengan jelas, Coba
ulangi dua-tiga kali, pelan-pelan aku akan membantumu
untuk memberi penjelasan"
Sekali lagi Lim Han-kim membaca isi kitab tersebut
dari awal. Begitulah, di bawah bujuk rayu Pek si-hiang, Lim Hankim
telah membaca ulang isi kitab itu sampai puluhan
kali. Lambat laun dia mulai dapat menangkap maksud dari
tulisan tersebut dan menambah khazanah
pengetahuannya. Mendadak Pek si-hiang menutup rapat kitab itu, lalu
katanya sambil tersenyum: "sekarang kau harus
menderita." "Menderita apa?"
"Sekarang kau harus berada dalam kamar ini seorang
diri, semua pintu dan jendela akan kututup rapat, sedang
kau harus pusatkan pikiran untuk menelaah isi kitab
tersebut, bila menjumpai bagian yang tidak kau pahami
ulangi lagi mulai dari awal."
"Kalau tetap tidak mengerti?"
"Kau pasti bisa memahami banyak sekali."
"Baiklah, akan kucoba." Digenggamnya tangan Lim
Han-kim erat-erat, lalu bisik Pek si-hiang:
"Mulai sekarang kau harus berada dalam ruangan ini
seorang diri, selama dua belas jam tak boleh makan tak
3277 boleh minum, segenap pikiran dan perhatianmu harus
dicurahkan pada pelajaran silat."
"Dua belas jam akan lewat sekejap mata, apa artinya
untuk mempelajari suatu ilmu?"
"Dua belas jam kemudian aku akan datang lagi untuk
menjengukmu waktu itu kau tentu sudah hapal di luar
kepala seluruh isi kitab ini, meski ada bagian-bagian yang
mungkin tidak kau pahami, paling tidak kau sudah
mempunyai kesan yang mendalam terhadap kepandaian
itu. Nah, sampai waktunya kita bisa diskusikan bersama,
kau berlatih sambil mendengarkan penjelasanku Aku
yakin tujuh hari sudah lebih dari cukup bagimu untuk
menguasai kepandaian itu."
"Aku akan berlatih dengan sepenuh hati"
"Kalau begitu manfaatkan baik-baik waktu yang
tersedia." Selesai bicara, gadis itu beranjak keluar sembari
merapatkan pintu ruangan.
Sesuai dengan petunjuk Pek si-hiang, dengan seksama
Lim Han-kim mulai mempelajari isi kitab itu.
Tujuh hari berlalu amat cepat, sesuai dengan janjinya,
hari itu Pek si-hiang muncul dalam ruangan dan memberi
dorongan semangat kepada anak muda itu untuk berlatih
lebih tekun. Pada hari kedelapan, Lim Han-kim benar-benar sudah
hapal dengan ketiga jurus ilmu pukulan geledek serta
pedang sakti dunia jagat itu.
3278 Pek si-hiang ikut bergembira melihat keberhasilan
anak muda itu, katanya sambil tertawa:
"Walaupun tiga jurus pukulan geledek Thian-lui-samciang
serta ilmu pedang dunia jagat Cian-kun-it-kiam
merupakan ilmu maha tinggi yang luar biasa, namun
kepandaian tersebut termasuk juga ilmu yang paling
jahat dan ganas, untuk memiliki ilmu pemusnah
sedahsyat ini dibutuhkan seseorang dengan hati yang
bajik dan baik, kini walaupun kau berhasil menguasai
sebagian kecil kepandaian itu, namun tenaga dalam yang
kurang sempurna membuat daya pamungkas dari kedua
ilmu tersebut hanya mencapai delapan puluh persen,
oleh karena itu kau mesti manfaatkan setiap kesempatan
yang ada untuk berlatih diri"
Karena kelewat banyak bicara, gadis itu mulai
tersengal-sengal napasnya sambil bermandi keringat.
"Semuanya sudah kuingat," hibur Lim Han-kim cepat,
"Berapa hari belakangan ini kau turut tersiksa gara-gara
aku, sekarang tidurlah dan beristirahat sepuasnya."
"Dalam tujuh hari belakangan ini, beberapa kali Li
Tiong-hui mengutus anak buahnya mengundangmu ikut
menghadiri rapat umum dipendopo utama, tapi
semuanya telah kutolak, pagi tadi ia datang sendiri
kemari, katanya siang ini kau diminta hadir dipendopo
utama, dan aku telah mewakilimu menyanggupi
undangan tersebut sekarang tengah hari sudah tiba,
cepatlah kau bergabung dengan mereka"
"Ada rapat apa sih dipendopo utama?"
3279 "Paling banter membicarakan siasat untuk menghadapi
seebun Giok-hiong..." setelah berhenti sejenak, kembali
terusnya: "Konon dalam berapa hari belakangan ini,
perkampungan keluarga Hong-san telah kedatangan
banyak jago, ditinjau dari hal ini, tampaknya
pertumpahan darah tak dapat dihindari lagi... Lim
siangkong, lebih baik rahasiakan sementara waktu kalau
kau telah mempelajari tiga jurus pukulan geledek dan
jurus pedang maut tersebut."
"Aku mengerti."
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi, sedang aku pun
perlu beristirahat." selesai bicara, gadis itu beranjak
pergi. Lim Han-kim segera tinggalkan gedung Teng-siong-lo
dan buru-buru menuju kependopo utama.
Waktu itu banyak orang sudah hadir dalam pendopo,
Li Tiong-hui dengan menempati kursi utama sedang
memperhatikan seluruh ruangan
Lim Han-kim dapat melihat di situ hadir pula Ciu
Huang, Hongpo Tiang-hong, ketua Cing-im-koan yaitu Ci
Mia-cu, Li Bun-yang, Hansi-kong dan jago-jago lainnya
Begitu melihat kehadiran pemuda itu, sambil manggutmanggut
seru Li Tiong-hui: "Silakan duduk di sini saudara Lim"
Dengan langkah lebar Lim Han-kim menghampiri gadis
itu, betul juga lebih kurang tiga depa di sisi kiri Li Tionghui
terdapat sebuah bangku kosong, dia pun menempati
kursi tersebut. 3280 Beberapa saat kemudian Li Tiong-hui baru bangkit
berdiri, ditatapnya para jago sekejap kemudian baru
berkata: "Apa pendapat kalian tentang usaha kita menghadapi
agresi seebun Giok-hiong?"
"Posisi kita sekarang ibarat menunggang di punggung
harimau, jadi pertarungan tak dapat dihindari lagi," kata
Ciu Huang setelah mendeham pelan, "Dari kawanan jago
pelbagai perguruan yang telah berkumpul di sini, kalau
bukan dipimpin oleh ketuanya sendiri, pasti mengutus
jagoan paling tangguhnya untuk membantu kita. Pertama
hal ini menunjukkan kesetiaan semua jago terhadap
ketuanya, kedua membuktikan juga bahwa semua umat
persilatan telah mengetahui situasi sebenarnya yang
berlangsung dalam dunia persilatan saat ini, seebun
Giok-hiong adalah sumber dari semua bencana dan
tragedi ini, demi keselamatan jiwa kita semua hanya ada
satujalan untuk kita tempuh yakni bertarung hingga tetes
darah penghabisan-" "Betul," sambung Hongpo Tiang-hong pula, "Semua
yang kuundang untuk ikut menghadiri pertemuan puncak
ini telah menyanggupi untuk hadir tepat waktunya, ini
semua membuktikan bahwa persatuan masih ada dalam
hati kecil setiap umat persilatan, biar bagaimana pun
hebatnya ilmu silat seebun Giok-hiong, mustahil dia
sanggup melawan segenap kekuatan umat persilatan."
Mendadak terdengar dayang yang bertugas menjaga
pintu berseru lantang: "Ketua siau-lim-pay dan ketua Bu-tong-pay tiba"
3281 Reputasi kedua partai besar ini cukup hebat dalam
dunia persilatan selama berapa ratus tahun terakhir,
sudah barang tentu pamornya juga luar biasa. serentak
para jago yang hadir bangkit berdiri untuk menyambut
kedatangan mereka. Lim Han-kim coba memperhatikan keluar pendopo,
terlihat seorang padri dan seorang tosu muncul bersama
dari balik pintu. Si padri mengenakanjubah lhasa berwarna kuning,
alisnya panjang tergantung di sisi mata, wajahnya angker
dan berwibawa. Sebaliknya si tosu mengenakan jubah pendeta
berwarna hijau, jenggotnya panjang terurai sedada,
mukanya lonjong dan berwibawa.
Tampak pendeta berjubah kuning itu membalas
hormat para jago seraya berseru: "silakan duduk, silakan
duduk..." Sedangkan si tosu memberi hormat kepada Li Tionghui
sambil katanya: "Maaf bila Bengcu harus menunggu
lama karena keterlambatan kami berdua."
"Silakan duduk Taysu, totiang" kata Li Tiong-hui.
Tosu itu manggut-manggut, ia menyapu sekejap
wajah para jago dan akhirnya menjura kepada Ciu Huang
sambil katanya: "Selamat berjumpa kembali pendekar
ciu" "Selamat bertemu,"jawab Ciu Huang, "Tak kusangka
sebagai seorang ketua ternyata lotiang bersedia pimpin
sendiri anak buahmu untuk menghadiri pertemuan ini,
kehadiranmu sangat membantu moril kami semua."
3282 Hian- hok sangjin, ketua dari Bu-tong-pay itu segera
mengalihkan pandangannya ke wajah hwesio berjubah
kuning itu, sahutnya: "Kalau aku sih memang khusus kemari untuk
menyelesaikan sedikit perselisihan di masa lampau,
justru kita harus bersyukur karena ketua siau-lim-pay Buhong
taysu yang jarang melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan mau hadir sendiri di sini untuk
memimpin anak buahnya." Bu-hong taysu tersenyum.
"Pinceng memang wajib hadir dalam pertemuan ini
untuk memenuhi undangan dari Bengcu."
"Ucapan taysu kelewat serius," seru Li Tiong-hui.
sementara itu Lim Han-kim berpikir dalam hati:
"Tak kuduga sebagai seorang ketua siau-lim-pay yang
begitu tersohor, pendeta ini begitu rendah hati dan
bersahaja, betul-betul mengagumkan. Dari pintu gerbang
pendopo kembali terdengar suara dayang tadi berseru
lantang: "Ketua Gobi-pay dan cing-shia-pay hadir"
Tampak dua orang pendeta setengah umur muncul
dari balik pintu gerbang langsung menuju ke tengah
pendopo. Tak terlukis rasa girang Li Tiong-hui setelah melihat
partai-partai besar hadir dengan dipimpin langsung oleh
ketuanya, sambil memberi hormat serunya: "Silakan
duduk taysu berdua."
Dua orang hwesio itu berusia sekitar 50-an tahun,
seorang memakai jubah warna abu-abu, sedang lainnya
3283 berjubah hijau, setelah membalas hormat Li Tiong-hui,
masing-masing menempati tempat duduknya.
Ketika melihat semua tokoh penting telah hadir dalam
pendopo, Li Tiong-hui segera bangkit sambil berkata:
"Pengaruh besar yang ditimbulkan oleh bencana besar
kali ini sangat mempengaruhi situasi dunia persilatan
selama puluhan tahun berikut, aku berharap saudara
sekalian sudi mengemukakan pendapat masing-masing,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mari kita mencari cara yang paling tepat untuk
membendung serbuan musuh"
"Kami semua siap mengamankan dan melaksanakan
perintah Bengcu" seru Bu-hong taysu, ketua Siau-lim-pay
sambil bangkit berdiri. "Taysu, Li Tiong-hui tak lebih hanya seorang wanita
lemah, berkat dukungan dari para jagolah aku terpilih
menjadi ketua Bu-lim, untuk dukungan ini aku merasa
berterima kasih sekali. Cuma, bencana besar yang kita
hadapi sekarang berpengaruh amat besar bagi
keselamatan seluruh umat Bu-lim, itulah sebabnya aku
amat butuh pendapat dan usul dari para tokoh senior."
"Bengcu tak perlu berendah hati lagi," ujar Thian
Ceng-cu, ketua Bu-tong-pay. "Tapi aku memang berniat
mengusulkan beberapa hal, harap Bengcu mau
memaklumi." "Katakan saja pendapat totiang"
"Seebun Giok-hiong memiliki ilmu silat yang luar bisa,
ia datang dengan membawa seluruh inti kekuatan yang
dimiliki dengan satu tujuan yakni mencapai cita-citanya,
bisa dibayangkan pertarungan yang bakal berlangsung
3284 pasti amat sengit dan brutal. oleh sebab itu menurut
pendapatku, pada awal pertarungan nanti kita jangan
terlalu memforsir kekuatan kita dengan melakukan
pertarungan-pertarungan adu jiwa..."
Disapunya sekejap para jago dalam pendopo itu,
ketika melihat banyak di antara mereka manggutmanggut
tanda setuju, dia pun melanjutkan kembali
kata-katanya: "ltulah sebabnya kuusulkan agar kekuatan kita dibagi
menjadi tiga sektor dengan masing-masing sektor
didukung oleh kekuatan inti kita untuk menghadapi
seebun Giok-hiong maupun beberapa orang jago lainnya,
bila salah satu sektor merasa tak kuasa membendung
serangan musuh, maka kekuatan mereka harus ditarik
mundur ke sektor kedua, demikian seterusnya, mulut
lembah Ban-siong-kok kita jadikan sektor pertama
sedang depan pendopo ini menjadi basis kekuatan
terakhir kita..." "Bila sektor ketiga kita gelar di muka pendopo, apakah
hal ini tidak kelewat riskan, kelewat ke dalam?" tanya Ciu
Huang sambil bangkit berdiri.
"Aku telah pelajari situasi di seputar pendopo ini,
selain terdapat lapangan yang amat luas, jarak dengan
pepohonan pun cukup panjang, sehingga di antara
pohon-pohon bisa kita pakai untuk menyembunyikan
kekuatan kita, bisa pula digunakan untuk melangsun
pertempuran menurut pendapatku, bagaimana kalau Buhong
taysu dengan memimpin anak buahnya menggelar
sebuah barisan Lo-han-tin di muka pendopo tersebut
dengan menunggu kehadiran lawan yang menerobos ke
3285 sana, bila kawanan musuh itu terperangkap dalam
barisan maka jago-jago kita lainnya bisa melancarkan
serangan balasan, siapa tahu kita bisa menumpas habis
mereka di situ..." "Sebuah ide yang cemerlang" puji Ciu Huang sambil
menggebrak meja. Thian Ceng-cu tersenyum, lanjutnya:
"Bila kekuatan musuh berhasil kita potong, maka
konsentrasi kita tinggal dicurahkan pada seorang saja,
yakni musuh utama kita." Li Tiong-hui berpaling ke wajah
Bu-hong taysu. "Bagaimana pendapat taysu?" tanyanya.
"Meskipun lolap telah membincangkan siasat ini
dengan Thian Cengcu totiang, tapi yang terutama adalah
bagaimana tanggapan dari ibumu tentang hal ini?"
"Benar," sambung Ciu Huang, "Maksud hati ibumu
sukar diduga, lebih baik Bengcu bicarakan dulu masalah
ini dengan ibumu." Kembali Lim Han-kim berpikir.
"Sejak kawin dengan Li Tong- yang, Li hujin tak
pernah tinggalkan bukit Hong-san barang selangkah pun,
tapi nyatanya kebesaran nama perempuan itu sudah
menyebar luas ke seantero jagad, nampaknya dia
memang sebutir mutiara terpendam." sementara itu
Thian ceng-cu telah berkata lagi:
"Bila Bengcu dapat menghadirkan ibu Anda kemari,
maka rencana tersebut dapat kita putuskan segera."
"lbu sudah berjanji akan turun tangan membantu,
tentu saja dia tak akan berpangku tangan belaka,
tentang kemunculannya, ia akan muncul pada saat yang
tepat hingga rasanya tak perlu mesti menghadiri rapat
ini, menurut pendapatku lebih baik kita membagi tugas
3286 seperti yang direncanakan biar ibuku yang menyesuaikan
diri kemudian." "Bengcu," ujar Hongpo Tiang-hong tiba-tiba sambil
bangkit berdiri, "Ada beberapa masalah entah bolehkah
kusampaikan keluar?"
"Katakan saja Hongpo lo-enghiong" seru Li Tiong-hui
tersenyum. "Menurut pendapatku, sebelum pertarungan paling
akbar ini digelar, lebih baik kalau kita beri kesempatan
lagi buat seebun Giok-hiong mengundurkan diri secara
terhormat, kita wajib tunjukkan kekuatan sesungguhnya
yang telah terhimpun sekarang agar dia tahu diri dan
membatalkan pertarungan tersebut."
"Bagaimana usulmu itu?"
"Menurut pandanganku, dari pada menghadangnya di
tengah jalan, lebih baik undang mereka semua datang
kemari, siapkan meja perjamuan kemudian sambil
pamerkan kekuatan kita berusaha membujuknya lagi
secara baik-baik agar ia sadar bahwa posisinya sudah
terjepit dan sangat berbahaya, seandainya tujuan seebun
Giok-hiong cuma pingin membalaskan dendam kematian
orang tuanya, beri kesempatan kepada orang-orang yang
terlibat langsung dalam peristiwa dulu untuk
menyelesaikan pertikaian mereka secara adil dan
terbuka, misalnya dalam penyelesaian tersebut ada di
antara mereka yang terluka di tangan seebun Giok-hiong,
hal ini pun sudah lumrah tapi urusannya bisa segera
dituntaskan, sebaliknya bila kita yang berhasil melukai
seebun Giok-hiong, aku yakin para pembantunya tak
akan berani bertindak gegabah apalagi dalam posisi
3287 tanpa seorang pimpinan, hanya tidak kuketahui
bagaimana pandangan Bengcu atas usulku ini?" Li Tionghui
tersenyum. "Pendapat Hongpo lo-enghiong memang bagus sekali,
masih ada pendapat atau usul lain?"
Dari luar gerbang pendopo kedengaran suara teriakan
lantang berkumandang: "Dewa cebol Cu Gi tiba"
Lim Han-kim segera menyaksikan seorang lelaki cebol
yang mengenakan topi caping lebar berjalan masuk ke
ruang pendopo dengan langkah cepat.
Hampir semua jago yang hadir dalam ruangan saat itu
menaruh hormat kepada tokoh silat yang selama ini
nampak kepala tak nampak ekornya ini, serentak mereka
berdiri menyambut seraya memberi hormat.
Dengan langkah lebar Dewa cebol Cu Gi langsung
menuju ke tengah pendopo, lalu serunya kepada Li
Tiong-hui: "Eeei keponakanku dimana ibumu sekarang?"
"Mungkin saja masih dipendopo Tay-Yang-kek."
"Bagaimana kalau diundang kemari" Ada beberapa
urusan penting harus kubicarakan sendiri dengan
ibumu." "Dapatkah locianpwee beritahukan padaku dulu?"
Menggunakan kesempatan di saat Li Tiong-hui sedang
bicara, si dewa cebol Cu Gi mengawasi sekejap seluruh
jago yang hadir dilain ruangan, setelah itu dia baru
berkata: "Tahu, siapakah Nyonya pedang patah hati?"
"Nyonya pedang patah hati" Rasanya pernah
kudengar ibu berbicara soal dia."
3288 "Selain nyonya pedang patah hati, seebun Giok-hiong
telah mengundang beberapa orang gembong iblis yang
sangat lihay untuk membantunya menyerang kita ..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, dari luar
pendopo telah kedengaran seseorang sedang berseru
dengan nada berat: "Selama hidup aku tak pernah
menyebut namaku." Cu Gi segera menghentikan pembicaraannya seraya
berpaling, tampak seorang kakek bermata satu yang
rambutnya telah memutih semua, dengan disertai
seorang gadis berbaju putih berkabung sedang
menyerbu masuk ke dalam ruangan dengan langkah
lebar. Di antara sekian banyak jago yang hadir dalam
ruangan, hanya Lim Han-kim, Li Tiong-hui, Han si-kong
serta Li Bun-yang beberapa orang yang kenal dengan
orang ini, serentak mereka bangkit untuk memberi
hormat. "Sang locianpwee..." sapa Li Tiong-hui sambil memberi
hormat "Sang Lam-ciau?" gumam dewa cebol Cu Gi seraya
melirik kakek itu sekejap.
"Sang Lam-ciau sudah lama mati, aku adalah aku,"
tukas Sang Lam-ciau ketus.
"Kau bukan sang Lam-ciau?"
"Tak usah perduli siapa aku, kedatanganku kali ini
adalah untuk membantu kalian..."
3289 Sorot matanya dialihkan ke wajah Li Tiong-hui,
terusnya: "Apa pun perintah Li Bengcu, akan kulaksanakan
semuanya tanpa menolak."
Keangkuhan dan sifat tinggi hati yang diperlihatkan
orang ini seketika membuat kawanan jago dalam
pendopo tertegun. Li Tiong-hui cukup memahami perasaan hati kakek ini,
dia tahu kakek tersebut menyimpan rasa benci dan
dendam yang amat mendalam, karena itu katanya lagi
sambil memberi hormat: "silakan duduk locianpwee."
Setajam sembilu sorot mata sang Lam-ciau mengawasi
sekejap kawanan jago dalam ruangan, kemudian tanpa
banyak bicara ia melangkah maju ke tempat duduk yang
tersedia. "Tunggu sebentar" hardik Dewa cebol Cu Gi mendadak
sambil melepaskan sebuah pukulan dengan tangan
kanannya. Sang Lam-ciau memutar tangan kanannya
menyongsong datangnya serangan tersebut dengan
keras lawan keras. "Blaaaammm. . "
Menyusul terjadinya benturan keras itu,
menggelegarlah suara ledakan yang memekikkan telinga,
baik si Dewa cebol Cu Gi maupun kakek berjenggot putih
itu masing-masing tergetar mundur satu langkah. sambil
tertawa tergelak seru Dewa cebol Cu Gi:
"Hahahaha... ternyata memang saudara Sang, selamat
berjumpa" sembari bicara ia memberi hormat
3290 Sang Lam-ciau mendengus dingin "Hmmm, cebol Cu,
aku paling benci diajak bergurau, lebih baik hati-hati
sedikit tingkah lakumu."
Dewa cebol Cu Gi tersenyum dan tidak menggubris
sang Lam-ciau lagi, kepada Li Tiong-hui ujarnya lebih
jauh: "Peristiwa ini tak boleh dianggap main-main, lebih baik
undang keluar ibumu."
"Soal ini... soal ini..."
"Semua orang gagah dari kolong langit telah
berkumpul di sini, masa ibumu masih jual lagak dengan
menampik untuk hadir di pertemuan im?" tegur Cu Gi
jengkel. "Aku tak pernah mencampuri urusan ibuku"
"Cebol Cu" umpat sang Lam-ciau marah, "Kau
memang paling suka cari penyakit, Li Tiong-hui adalah
ketua Bengcu kita, segala sesuatunya kita wajib mentaati
perintahnya, apa sangkut pautnya masalah ini dengan Li
hujin?" Dewa cebol Cu Gi tertawa tergelak.
"Hahahaha... kau tahu, siapa saja yang telah
diundang, seebun Giok-hiong untuk menunjang
kubunya?" "Siapa?" "Thia sik-kong..."
"Berapa jurus toya angin puyuh milik Thia sik-kong
bukan suatu kepandaian yang terlalu hebat, kenapa
mesti ditakuti?" 3291 "Jangan keburu napsu, toh kata-kataku belum selesai
disampaikan selain Thia sik-kong masih ada lagi Nyonya
pedang patah hati." "Nyonya pedang patah hati belum mampus?"
"Bukan saja belum mampus, malahan sudah
menerima undangan dari seebun Giok-hiong untuk
memperkuat kubunya."
"Sekalipun nyonya pedang patah hati ikut hadir, mau
apa dia?" "Mungkin saja saudara sang mampu untuk
membendung keampuhan nyonya pedang patah hati.."
Belum sempat sang Lam-ciau menanggapi perkataan
itu, mendadak terlihat seorang dayang berlari masuk
dengan langkah tergesa-gesa sambil berteriak: "Nona..."
"Ada apa?" Li Tiong-hui berkerut kening.
"Di luar lembah Ban-siong-kok kedatangan
serombongan manusia yang menyebut diri sebagai
pangeran pedang, sebelum budak sempat memberi
laporan, rombongan tersebut sudah menyerbu masuk..."
"Mengapa tidak kalian halangi?"
"llmu silatnya amat tangguh, banyak sudah rekan
hamba yang terluka di tangannya, padahal hamba
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekalian mendapat perintah untuk tidak membalas,
karena itu terpaksa hamba menerjang masuk kemari
untuk memberi laporan."
"Dimana ia sekarang?"
"Sudah menyerbu masuk ke dalam lembah, sesaat lagi
mungkin sudah akan tiba di luar pendopo."
3292 "Ehmm, aku sudah tahu, kau boleh pergi sekarang."
Dayang itu segera mengundurkan diri dari ruangan.
sepeninggal dayang tadi, Dewa cebol Cu Gi berteriak
dengan marah: "Kurang ajar, manusia macam apa yang begitu
bernyali, berani mengaku diri sebagai pangeran pedang"
" "Putranya raja pedang tentu menyebut diri sebagai
pangeran pedang." Ciu Huang menjelaskan
Lim Han- kim yang mengikuti-jalannya pembicaraan
itu segera berpikir: "Pangeran pedang pernah dikalahkan seebun Giokhiong
hingga menimbulkan rasa tidak puas dalam
hatinya, waktu itu ia sempat mengancam akan pulang ke
Lam-hay untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada
orang tuanya dan mengundang mereka untuk ikut
menghadiri pertemuan puncak ini, tapi... masa secepat
itu ia pulang ke Lam-hay dan muncul kembali di
daratan...?" Sementara anak muda tersebut masih berpikir, suara
langkah manusia telah bergema memecahkan
keheningan, empat orang Busu berbaju perang lapis baja
telah muncul di ambang pintu pendopo.
Di belakang keempat Busu berbaju perang itu
mengikuti seorang pemuda tinggi besar yang berbaju
sangat perlente dan mewah.
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han- kim dapat
mengenali kembali pemuda tinggi besar itu sebagai
pangeran pedang yang pernah dijumpainya tempo hari.
3293 Dengan angkuhnya pangeran pedang melangkah
masuk ke tengah ruang pertemuan, ditatapnya sekejap
seluruh hadirin, tapi ia segera tertegun setelah
menyaksikan beratus pasang mata sedang
mengawasinya dengan pandangan tajam, dalam sekilas
pandang saja ia sudah tahu bahwa kebanyakan jago
yang hadir dalam ruangan ini memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna. Tanpa sadar timbul rasa keder di hati kecilnya, dengan
sendirinya sikap angkuh dan jumawanya pun ikut luntur
sebagian. Sambil tertawa dingin seru Li Tiong-hui: "Pangeran
pedang, kenapa tidak memberi hormat setelah berjumpa
denganku?" Pangeran pedang mengawasi Li Tiong-hui sekejap
ketika dilihatnya gadis muda belia itu ternyata duduk di
bangku utama, tanpa terasa tegurnya balik: "Apa sih
kedudukan nona Li di sini?"
"Tentu saja Bu-lim Bengcu saat ini" bentak Han Sikong
penuh amarah. Sekali lagi pangeran pedang dibuat
tertegun tatkala menjumpai beratus pasang mata yang
mengawasinya memancarkan hawa amarah yang
meluap, buru-buru ia memberi hormat:
"Pangeran pedang menjumpai Bengcu." Biarpun
perawakan badannya tinggi besar, namun caranya
berbicara masih kekanak-kanakan.
"Cepat benar kehadiranmu di sini," tegur Li Tiong-hui
lagi, "Apa ayah ibumu turut datang?"
3294 "Yaa, di tengah jalan pulang ke rumah aku telah
bertemu dengan perahu yang ditumpangi orang tuaku,
maka aku pun balik kemari secepatnya."
"Ayahmu turut datang?"
"Aku disuruh berangkat duluan tapi orang tuaku
segera menyusul, paling cepat besok paling lambat tiga
hari lagi, mereka semua pasti sudah tiba di sini."
"Sebutan ayahmu adalah . . ." sela Dewa cebol Cu Gi.
"Aku menyebut diriku sebagai pangeran pedang, tentu
saja ayahku adalah raja pedang,"
"Yang kutanyakan siapa namanya, masa dia bermarga
Kiam dan bernama Ong?"
"Seorang anak tak boleh menyebut nama orang
tuanya secara sembarangan, sekalipun kutahu siapa
nama ayahku, namun tak akan kuucapkan sembarangan
" "Kalau kupaksa untuk berbicara juga?" ancam Dewa
cebol Cu Gi gusar. "Siapa sih kamu ini" Berani amat bersikap kurang ajar
padaku?" "Sialan, bapakmu pun belum tentu berani bicara kasar
padaku, kau si bocah ingusan kemarin sore berani
berkoar-koar seenaknya, sudah bosan hidup
nampaknya?" "Cebol jelek. monyet bertubuh kerdil, kau sendiri yang
sudah bosan hidup,.." balas pangeran pedang tak kalah
gusarnya. 3295 Selesai bicara ia segera memberi tanda, dua orang
Busu berbaju perang itu serentak menerjang Dewa cebol
Cu Gi dengan sebuah serangan yang dahsyat.
Dewa cebol Cu Gi tertawa dingin, dia rentangkan
sepasang tangannya melepaskan pukulan gencar.
Tidak kelihatan bagaimana caranya mengerahkan
tenaga, tahu-tahu dua orang Busu itu sudah mendengus
tertahan, mundur tiga langkah sambil mendekap
dadanya lalu terbongkok- bongkok menahan sakit.
BAB 52. Saling Mengatur formasi
Cukup lama sudah Dewa cebol Cu Gi malang
melintang dalam dunia persilatan, selama ini dia
ibaratnya seekor naga sakti yang nampak hidungnya tak
kelihatan ekornya, setiap orang tahu bahwa ilmu silatnya
amat tangguh, namun amat jarang orang melihat
bagaimana cara dia merobohkan musuhnya.
Maka setelah melihat cara pendekar cebol ini
merobohkan kedua orang musuhnya yang mengenakan
pakaian lapis baja hanya dengan sekali sodokan, bahkan
mengakibatkan lawannya luka parah, serentak para jago
tertegun dibuatnya. Dalam hati pangeran pedang sangat terkejut
bercampur ngeri setelah melihat kedua orang Busunya
roboh hanya dalam satu gebrakan saja, meski begitu
namun demi gengsi dan harga dirinya ia pantang
mengaku kalah dengan begitu saja. seraya meloloskan
pedangnya ia balas membentak:
3296 "Sebutkan dulu siapa namamu, aku tak sudi melukai
seseorang yang tak punya nama."
"Bagus," jengek Dewa cebol Cu Gi sambil tertawa
dingin, "Biar kuberi pelajaran dulu padamu sebelum
membuat tuntutan kepada bapaknya."
Sang Lam-ciau yang selama ini hanya mem-bungkam,
tiba-tiba melompat ke depan menghadang di muka
kedua orang itu sambil tegurnya dingini
"Hey, kehadiran kamu semua di sini demi menyokong,
Li Bengcu atau ingin pamer kekuatan saja?"
"Bocah sialan ini kelewat tengik lagaknya, kalau tak
diberi pelajaran tak enak rasanya hatiku," omel Dewa
cebok. "Kalau urusan sepele tak bisa ditahan, masalah besar
akan berantakan jadinya, kau si cebol toh sudah cukup
lama berkelana dalam dunia persilatan, masa prinsip
macam ini pun tidak kau pahami?"
Terhadap orang lain sikap Dewa cebol Cu Gi selalu
angkuh, tinggi hati dan enggan memberi muka kepada
siapa pun, hanya terhadap sang Lam-ciau dia sanggup
bersabar dan menahan diri
Teguran itu ternyata tidak membuatnya marah atau
berbalik mengajak sang Lam-ciau ribut, setelah
mendeham beberapa kali sahutnya:
"Betul juga ucapan saudara sang" Kepada pangeran
pedang segera serunya sambil tertawa dingini
"Sebagai seorang tua aku tak sudi ribut dengan
kurcaci macam kau, baiklah, saat ini aku tak akan ribut
3297 dulu, biar kubuat perhitungan ini dengan bapakmu
nanti." "Bagaimana menurut mendapatmu?" sang Lam-ciau
mengalihkan mata tunggalnya kepada pangeran pedang.
Pelan-pelan pangeran pedang sarungkan kembali
pedangnya: "Aku memang bukan orang yang suka mencari garagara,"
katanya. Begitulah, pertarungan yang nyaris meledak dapat
dilerai dan diredakan hanya dengan sepatah dua patah
kata Sang Lam-ciau. Setelah suasana mereda dan menjadi tenang kembali,
Li Tiong-hui baru menatap tajam pangeran pedang itu
sambil menegur. "Pangeran pedang, apa maksudmu
datang kemari?" "Aku berniat turut menghadiri pertemuan para jago ini
sambil menambah pengetahuanku tentang orang-orang
daratan-" "Berarti kau ingin memusuhi kami?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Sebagai musuh atau teman memang sukar dipastikan
sebelum kehadiran ayahmu di sini." Lim Han-kim yang
duduk di sisi gadis tersebut segera berbisik:
"Sebagai seorang Bu-lim Bengcu yang memimpin
dunia persilatan, kau harus tunjukkan sikap dewasa
seorang pemimpin, terlepas apa pun tujuan utama
kedatangannya, kau wajib menyediakan tempat duduk
baginya." 3298 Li Tiong-hui termenung berpikir sebentar setelah
mendengar ucapan itu, katanya kemudian-
"Pangeran pedang, aku tak mau tahu apa maksud
kedatanganmu yang sebenarnya, tapi setelah muncul
dalam perkampungan Hong-san ini, selayaknya kulayani
kau sebagai seorang tamu, silakan duduk."
Pangeran pedang menoleh memandang seputar
ruangan sekejap. kemudian baru ambil tempat duduk.
Sesaat kemudian Li Tiong-hui baru berkata lebih jauh:
"Gara-gara yang terjadi barusan telah memotong
pembicaraan Cu locianpwee yang belum selesai, silakan
kau lanjutkan pembicaraanmu tadi."
"Bila ibumu enggan menampakkan diri di sini,
percuma kuutarakan kata-kataku itu." Li Tiong-hui
melengak dan tak tahu bagaimana harus menanggapi
perkataan itu, Sementara ia dibuat serba salah, mendadak terlihat
olehnya ibunya dengan mengenakan baju serba putih
dan berwajah dingin membeku muncul di pintu pendopo.
Melihat itu buru-buru serunya:
"lbuku sudah datang, bila locianpwee ingin
menyampaikan sesuatu, katakan sekarang."
Dewa cebol Cu Gi berpaling memandang Li hujin
sekejap. lalu sapanya: "selamat berjumpa"
"Ada urusan apa kau bersikeras ingin bertemu
denganku?" tegur Li hujin dingin.
3299 "Entah dari mana seebun Giok-hiong mendapat tahu
tentang nyonya pedang patah hati, ia berhasil
mengundangnya untuk mendukung kubunya."
"Berita ini sudah kuketahui sejak kemarin."
"Siapa yang beritahu padamu?"
"Siapa pun orangnya toh sama saja"
Dewa cebol Cu Gi berkerut kening, kembali katanya:
"Semenjak kematian Li Tong- yang, belum pernah
nyonya tampilkan senyuman barang sekejap pun, hal ini
membuat kawan-kawan lama perkampungan Hong-san
tak berani mengunjungi tempat ini lagi."
"Hanya beberapa patah kata itu saja?" sela Nyonya Li
ketus. "Dengan susah payah kutempuh perjalanan sejauh
ribuan li hanya untuk menyampaikan berita tersebut, tak
nyana nyonya telah mengetahuinya lebih dulu."
Setajam sembilu Li hujin menatap wajah Cu Gi lalu
beralih ke wajah Ciu Huang, kemudian ujarnya menahan
geram: "Seandainya dia tidak kenal dengan teman-teman
macam kalian, mungkin hingga kini masih hidup segar di
dunia ini." Selesai berbicara dia balik badan dan berlalu dengan
langkah lambat. "Tunggu sebentar ibu" seru Li Tiong-hui cemas.
"Ada apa?" Li hujin berhenti seraya berpaling.
3300 "Semua jago dari pelbagai partai yang hadir di sini
menaruh rasa hormat kepada ibu, harap ibu mau tetap
tinggal di sini sambil membicarakan strategi berikut."
"Hmmm, sudah kelewat banyak masalah yang kau
berikan padaku, apakah itu belum cukup?"
Ketika menjumpai pangeran pedang duduk di situ, ia
segera menegur: "siapa orang ini?"
"Pangeran pedang . "
Agak berubah paras muka Li hujin, tapi hanya
sebentar dan segera pulih kembali dalam ketenangan,
katanya dingin: "Kau menyebut diri sebagai pangeran pedang,
bapakmu tentu orang yang menyebut diri sebagai raja
pedang?" "Benar, ayahku memang raja pedang "pangeran
pedang mengangguk.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekilas hawa napsu membunuh melintas di wajah Li
hujin yang serius, katanya lagi:
"Ayahmu juga berniat turut hadir dalam pertemuan
puncak ini?" "Benar, ayah dan ibuku akan segera menyusul
kemari." "Bagus sekali" Tanpa memperdulikan pangeran
pedang lagi, ia meneruskan langkahnya meninggalkan
ruangan. Sepeninggal Li hujin, Sang Lam-ciau baru berseru
kepada Dewa cebol Cu Gi dengan suara dingin:
3301 "Hei cebol, Li hujin sudah muncul, kesimpulan apa
yang telah kau peroleh?"
"Aaaai... sepeninggal Li Tong-yang, sifat Li hujin makin
berubah aneh dan nyentrik."
"Menurut pendapatku, apabila semua jago yang hadir
dalam pendopo ini mau berjuang dengan keberanian
penuh, aku yakin kekuatan kita masih sanggup
membendung serbuan dari seebun Giok-hiong ..."
Sorot matanya dialihkan ke wajah Li Tiong-hui,
kemudian terusnya: "Li Bengcu, ada beberapa patah kata perlu
kukemukakan sebelumnya daripada kalau sudah tiba
saatnya." "Katakan saja locianpwee."
"Maksudku datang kemari membantumu hari ini bukan
dikarenakan kau adalah seorang Bengcu maka aku
bersedia menolongmu, perduli siapa kau dan apa
kedudukanmu, semuanya tak ada sangkut pautnya
dengan aku. sesungguhnya sudah lama aku pensiun,
kehadiranku sekarang tak lain karena ingin mewujudkan
pesan terakhir majikanku.
Dalam anggapanku, kau masih tetap seorang ketua
dari perkumpulan Hian-hong-kau, oleh karena itulah aku
hadir dengan membawa semua inti kekuatan dari
perkumpulan tersebut..."
"Soal ini aku mengerti." Li Tiong-hui manggutmanggut,
3302 "Lebih baik tahu sejak dini, jadi dalam mengatur
kekuatan nanti, kau bisa bertindak sebagai seorang ketua
perkumpulan Hian-hong-kau yang memerintah anak
buahnya." "Aku amat bersyukur dengan kesediaan locianpwee
untuk menyumbangkan kekuatannya bagi kami."
Berkilat mata tunggal Sang Lam-ciau, setelah tarik
napas sejenak. terusnya lagi:
"Kini kau sudah menjadi ketua dari dunia persilatan
artinya sudah tak ada waktu lagi untuk mengurusi
masalah perkumpulan Hian-hong-kau, sedang aku pun
sudah putus asa dan tak bersemangat semenjak
kematian majikanku dulu, karenanya bila bencana besar
ini sudah lewat, perduli tinggal berapa jago Hian-hongkau
yang masih hidup, kau mesti umumkan pembubaran
perkumpulan ini kepada khalayak ramai, sebab sebagai
seorang ketua partai, hanya kau yang berhak untuk
melakukan hal ini." "Baik, akan kulaksanakan keinginan locianpwee itu."
Sang Lam-ciau tidak banyak bicara lagi, ia pun
mengundurkan diri dan duduk membisu.
Pelan-pelan Li Tiong-hui menyapu sekejap wajah para
jago dengan pandangan lembut, lalu ujarnya:
"Masih adakah di antara saudara sekalian yang ingin
mengemukakan pendapat" silakan dikemukakan"
Ketika pertanyaan yang diulang beberapa kali tidak
peroleh tanggapan, ia pun berkata lebih lanjut dengan
lantang: 3303 "Adakah di antara saudara sekalian yang enggan
menuruti perkataanku karena menganggap aku Li Tionghui
terlalu muda dan tak pantas menghadapi masalah
besar" Bila ada di antara kalian yang mempunyai
pendapat begitu, silakan kemukakan sekarang juga."
Para jago saling bertukar pandangan, sampai lama sekali
tak ada yang menanggapi "Baiklah," kata Li Tiong-hui kemudian, " Kalau
memang saudara sekalian begitu menganggap tinggi
diriku, biar kututup rapat hari ini hingga di sini dulu, Beri
waktu kepadaku untuk menganalisa pendapat dan usul
dari Anda sekalian tadi, bila sudah kuatur suatu
perencanaan matang, rapat pasti akan kuadakan lagi."
Suasana dalam sidang tetap hening, semua perhatian
hadirin tercurah ke wajah Li Tiong-hui, sampai lama
sekali belum ada yang buka suara. sambil tersenyum Li
Tiong-hui berkata lagi. "Kini musuh tangguh telah di depan mata, aku
berharap kita bisa menggalang persatuan dan kerja sama
yang erat untuk bersama-sama menanggulangi serbuan
musuh, untuk pelayanan yang kurang sempurna dari
perkampungan kami, aku mohon maaf yang sebesar-nya,
maklum kekuatan kami amat minim."
Kemudian sambil berpaling ke arah Li Bun-yang,
tambahnya: "Jika saudara sekalian membutuhkan sesuatu, hubungi
saudaraku" Selesai bicara ia beranjak dari tempat duduknya dan
keluar dari ruang pendopo.
3304 Sebelum berangkat menghadiri rapat tadi, Lim Hankim
telah menerima pesan dari Pek si-hiang yang minta
kepadanya agar tidak menjumpai ibunya sementara
waktu sampai see-bun Giok-hiong datang menyerbu,
meski ia sangat gelisah dan tak tenang, namun anak
muda tersebut enggan melanggar pantangan tersebut
karenanya sambil menahan gejolak hatinya ia tinggalkan
ruang pendopo dan langsung menuju bangunan Tengsiong-
lo. Pek si- hiang sudah menanti di mulut tangga, ketika
melihat pemuda tersebut muncul di sana, segera
sapanya sambil tertawa: "Apa yang diputuskan Li Tionghui?"
"Hingga kini belum ada orang yang mengetahui
rencananya, tapi bila dilihat dari sikap-nya, rupanya ia
sudah mempunyai perencanaan yang matang."
"Minumlah teh dulu," kata Pek si-hiang sambil
menyodorkan secawan teh dan duduk di sisinya, "
istirahat sejenak sebelum menceritakan semuanya
kepadaku." Lim Han- kim meneguk air teh itu setegukan kemudian
secara ringkas menceritakan kembali apa yang dilihat
dan didengarnya dalam ruang pendopo tadi.
Dengan sabar Pek si-hiang mendengarkan penuturan
itu hingga selesai, kemudian baru katanya sambil
tersenyum: "Rupanya Li Tiong-hui mempunyai pendirian dan
pandangan sendiri, ia ingin menegakkan wibawanya
sebagai seorang Bengcu" setelah berhenti sejenak.
kembali lanjutnya: 3305 "Sekilas pandang, situasi saat ini begitu tenang dan
damai, padahal kekalutan yang terjadi luar biasa sekali,
kekacauan yang membuat pertemuan puncak ini berubah
menjadi sebuah ajang pertarungan phisik maupun akal."
Setelah menarik napas panjang, katanya lagi sambil
tertawa: "Kekasih Lim, manfaatkan baik-baik sisa waktu yang
ada untuk mendalami ketiga jurus ilmu pukulan geledek
dan pedang sakti jagad dunia itu, aku ingin
penampilanmu dalam pertemuan puncak nanti
mengejutkan semua orang, agar kekuatan sejati yang
memimpin dunia persilatan bergeser kembali dari tangan
seorang wanita ke tangan seorang pria."
Lim Han- kim menggerakkan bibirnya seperti ingin
mengucapkan sesuatu, tapi segera dicegah Pek si-hiang
dengan goyangan tangannya.
"Tidak usah banyak tanya," tukasnya, "Lebih baik
pusatkan semua pikiranmu untuk melatih diri, tak usah
cabangkan pikiran untuk memikirkan urusan lain"
"Aku bersedia mengikuti petunjukmu," kata Lim Hankim
tersenyum. "Tentu saja harus menuruti kata-kataku, aku toh
sudah menjadi istrimu, masa ada seorang istri ingin
mencelakai suaminya?"
Waktu berlalu amat cepat, selama beberapa hari ini
Lim Han- kim mengurung diri dalam ruangan dan
pusatkan segenap perhatiannya untuk melatih ilmu sakti
tersebut. 3306 Hari ini, ketika fajar baru menyingsing Pek si-hiang
sudah muncul sambil menyapa: "Bagaimana hasil
latihanmu kekasih Lim?"
"Rasanya sih ada kemajuan yang cukup pesat"
"Sangat bagus, hari ini mungkin kau harus pamerkan
kebolehanmu itu di depan umum."
"Jadi pertemuan puncak akan dibuka hari ini?"
"Benar, dan tampaknya rasa percaya diri Li Tiong-hui
tumbuh semakin kuat selama beberapa hari ini."
"Kenapa?" "Sebab ia tidak mengunjungi diriku lagi."
Dengan pandangan yang tajam Lim Han- kim
mencoba mengamati wajah Pek si-hiang, terlihat olehnya
cahaya semu merah memancar dari balik wajahnya yang
pucat, kelihatannya kesegaran gadis itu lebih prima,
karenanya sambil tertawa serunya: "Kelihatannya
kesehatanmu bertambah baik belakangan ini..."
"Yaa, memang jauh lebih sehat..."
Gadis itu berhenti sejenak. kemudian melanjutkan:
"Walaupun kepandaian silatmu mengalami kemajuan
pesat, tidak banyak orang yang mengetahui hal ini, Li
Tiong-hui juga tak akan terlalu menghargai
kemampuanmu, tak nanti ia serahkan tugas penting
untukmu." "Lalu apa yang harus kulakukan?"
"lkuti saja ke mana pun dia pergi, bila keadaan tidak
memaksa, jangan sembarangan turun tangan"
3307 "Baik, pesan nona akan selalu kuingat." Lim Han- kim
manggut-manggut. Keluar dari pintu kamar, tiba-tiba
pemuda itu berpaling lagi sambil bertanya: "Bagaimana
dengan nona sendiri?"
"Aku pasti akan muncul pada saat yang paling tepat,"
sahut Pek si-hiang tertawa, "Pergilah, tak usah urusi aku"
"Kau mesti baik-baik jaga diri," pesan Lim Han- kim
serius. "Aku pasti akan merawat diriku baik-baik,"
Lim Han- kim manggut-manggut dan menuruni anak
tangga dengan langkah lebar.
Keluar dari Teng-siong-lo, ia langsung berangkat
menuju ke ruang pendopo. Sepanjang perjalanan suasana amat hening dan tak
nampak seorang manusia pun, bahkan para dayang yang
selama ini dipersiapkan untuk menjaga di sekitar tempat
itu pun telah ditarik mundur semua.
Tiba di ruang pendopo ia baru saksikan hampir semua
orang telah berkumpul di sana, ruangan yang begitu
lebar kini terasa penuh sesak hingga nyaris tak ada
ruang kosong. Secara berurut dari sebelah kiri duduk Ciu Huang,
menyusul kemudian Tan Ceng-poo, ketua Kun-lun-pay
Kim-hud totiang, si naga botak siang Kiam dan Nenek
naga berambut putih dan dua manusia aneh Thian- lam,
Hong-po Tiang- hong, Kim Nio-nio, Phang Thian-hua, Ci
Mia-cu dan lain-lain. 3308 Sedang berada di deretan sebelah kanan dikepalai Li
Bun-yang, menyusul kemudian Han kong, Hongpo Lan
dan puluhan lagi jago dari generasi yang lebih muda.
Meski Lim Han- kim tidak kenal dengan para jago itu
satu persatu, namun dia tahu mereka pastilah kawanan
jago yang menonjol atau punya nama di masing-masing
daerahnya. Yang tak nampak dalam ruangan tersebut adalah
jago-jago dari siau-lim-pay, Bu-tong-pay, jago-jago di
bawah pimpinan sang Lam-ciau serta rombongan dari
pangeran pedang. Tampaknya semua orang sedang menantikan sesuatu,
paras muka mereka nampak serius dan tegang, suasana
hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Lim Han- kim mengawasi sekejap suasana dalam
ruang pendopo, kemudian pelan-pelan berjalan menuju
ke deretan sebelah kanan-Hongpo Lan segera menggeser
duduknya sambil berbisik "Cepat kemari saudara Lim,
sebentar Bengcu akan tiba"
Lim Han- kim berpikir sejenak, lalu berjalan mendekat
dan mengambil urutan di antara Han si- kong serta
Hongpo Lan. Tak lama Lim Han-kim menempatkan diri-nya, dengan
langkah berwibawa Li Tiong-hui sudah muncul di dalam
ruangan. Ia muncul dikawal Yu Siau-liong di sebelah kiri dan
Tui-im, dayang pribadi Li hujin yang membawa sepasang
pedang di sebelah kanan. 3309 Sementara empat manusia buas dari sin-ciu yaitu si
Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung
dengan menggembel senjata masing-masing mengiringi
dari belakang. Melihat formasi tersebut, diam-diam Lim
Han- kim memuji: "sungguh berwibawa... benar-benar
hebat." Li Tiong-hui sudah tukar pakaiannya waktu itu, dia
mengenakan baju ringkas berwarna hijau dikombinasi
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sebuah mantel luar berwarna hitam, gagang
pedangnya yang menongol keluar dari balik mantel dihias
pula dengan pita kuning yang berkibar ketika tertiup
angin. Dengan pandangan berwibawa dia menyapu sekejap
seluruh hadirin dalam ruangan, lalu serunya:
"Maaf Anda semua harus lama menunggu."
"Menjumpai Bengcu" seru para jago serentak sambil
memberi hormat. Li Tiong-hui balas memberi hormat.
"Saudara-saudara sekalian," ujarnya kemudian,
"Apakah dunia persilatan kita bakal dikuasai kaum sesat
atau tidak di kemudian hari, semuanya tergantung
bagaimana kita mengantisipasi pertempuran yang bakal
berlangsung hari ini, aku berharap saudara sekalian mau
menjalin kerja sama yang baik dan bahu membahu
menghadapi musuh kita nanti."
"Kami semua pasti akan taat pada perintah Bengcu,"
sahut para jago serentak. Li Tiong-hui memandang cuaca
di luar, lalu katanya lagi:
"Sebentar Seebun Giok-hiong akan muncul di sini,
mumpung masih ada waktu, bila ada di antara kalian
3310 yang enggan terlibat dalam pertikaian ini dan berniat
menarik diri, manfaatkan kesempatan baik ini sekarang
juga." Kembali Lim Han- kim berpikir
"Kelihatannya Li Tiong-hui sudah mempersiapkan
segala sesuatunya secara matang."
Belum habis ingatan tersebut melintas, dari luar
pendopo sudah berkumandang suara teriakan seseorang:
"seebun Giok-hiong tiba"
"Aku tahu," sahut Li Tiong-hui sambil ulapkan
tangannya, kepada para jago ia berseru:
"Kita tak boleh bersikap kurang hormat terhadap tamu
kita, mari kita sambut bersama kedatangannya . "
Sambil berkata, ia berjalan meninggalkan ruangan.
Tui-im dan Yu siau-liong menempel ketat di sisi kiri
kanan gadis itu, sedangkan para jago menyusul di
belakangnya. Ketika tiba di lembah Ban-siong-kok, tampak seebun
Giok-hiong telah menanti di mulut lembah.
Hari ini, seebun Giok-hiong muncul dengan
mengenakan pakaian ringkas pula, sepasang pedangnya
digembol di punggung, sementara ikat pinggang terbuat
dari kulit ular hijau melilit di pinggangnya, di sana
tersoren pula sebaris pedang pendek. Li Tiong-hui segera
memberi hormat seraya berseru: "Bila kedatangan kami
agak terlambat, harap cici sudi memaafkan."
Menggunakan kesempatan ketika berbicara ia awasi
seputar tempat itu, terlihat di belakang seebun Giokhiong
mengikuti empat orang dayang, keempat orang itu
3311 semuanya membopong sepasang pedang di
punggungnya, sementara di kejauhan terlibat puluhan
bayangan manusia sedang menunggu.
Terdengar seebun Giok-hiong menjengek sambil
tertawa dingini "Li Bengcu, kau tak usah berbicara manis lagi, kita
datang sebagai musuh yang saling berhadapan aku rasa
bujuk rayu atau kata-kata manis singkirkan saja jauhjauh."
"Bagaimana pun juga aku tetap tuan rumah di sini,
tidak baik aku bersikap kurang sopan terhadap tamuku,
silakan cici, mari kita masuk ke dalam lembah untuk
minum teh." "Oya"Jadi kau sudah siapkan perjamuan yang
beracun?" "Cici tak perlu menyindir, aku hanya siapkan sedikit
arak dan beberapa cawan air teh untuk menyambut
tamu-tamuku." "Kau hanya mengundangku seorang atau
mengundang seluruh orang yang kuajak kemari hari ini?"
ejek seebun Giok-hiong lagi sambil melirik ke belakang
sekejap. "Biarpun perkampungan keluarga Hong-san letaknya
terpencil di atas bukit, namun kami cukup persediaan
untuk menjamu tamu yang datang, berapa banyak pun
pengikut yang cici bawa, kuundang semuanya untuk
minum arak." "Hmmm, kelihatannya Li Bengcu cukup supel."
3312 "Memang sewajarnya begitu, silakan masuk nona
seebun" Dengan pandangan dingin seebun Giok-hiong
menyapu sekejap para jago di belakang Li Tiong-hui,
kemudian katanya: "Dari mulut lembah sampai ruang pendopo
perkampungan kalian berjarak cukup jauh, lagipula harus
melewati banyak tempat yang strategis, kau tidak
merasa bahwa tindakanmu mengundang kami masuk ke
tengah lembah adalah suatu tindakan yang teramat
bodoh?" "ltu mah tak perlu cici risaukan."
"Jadi kau nekat ingin mengundang kami semua?"
"Benar" seebun Giok-hiong sebera tertawa dingin:
"Hmmm, ingin kulihat siasat busuk apa yang telah
direncanakan Pek si-hiang untuk menjebakku..."
Kepada dayang di sebelah kirinya ia berseru:
"Undang mereka semua untuk masuk lembah, katakan
Li Bengcu sudah siapkan perjamuan untuk mereka."
Dayang itu menyahut dan segera berlalu.
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong berjalan menghampiri
Li Tiong-hui. Dengan gerakan cepat ciu Huang menghadang di
depan Li Tiong-hui sambil bentak-nya:
3313 "Dengan maksud baik Li Bengcu mengundang kalian
minum arak, aku harap nona Seebun bersikap lebih
sopan." "Minggir kamu" hardik Seebun Giok-hiong sesudah
mengamati Ciu Huang sekejap.
"Semasa masih berkelana dalam dunia persilatan dulu,
ayahmu tersohor karena kelicikan, kebuasan dan
kekejaman hatinya, jadi kami harus selalu bersikap
waspada terhadap nona."
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong mencabut keluar sebilah
pedang pendek dari ikat pinggangnya, kemudian
katanya: "Misalnya aku ingin membunuh Li Tiong-hui sekarang,
aku yakin kau tak bakal mampu melindungi keselamatan
jiwanya." Diam-diam Ciu Huang menghimpun tenaga dalamnya
bersiap sedia, sambil mengawasi pedang pendek di
tangan perempuan itu ia mendengus:
"Aku tak tahu nona memiliki kepandaian tangguh
seperti apa itu, meski diriku tak becus, aku bersedia
menjajal kehebatanmu."
"Akan kusuruh kau saksikan sampai dimana kehebatan
yang kumiliki..." kata seebun Giok-hiong sambil
mempersiapkan pedang pendeknya.
Sementara itu semua jago yang hadir dalam lembah
tidak mengetahui permainan busuk apa yang sedang
dipersiapkan seebun Giok-hiong, setiap orang
meningkatkan kewaspadaan masing-masing dan bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan.
3314 Mendadak seebun Giok-hiong menggetarkan lengan
kanannya, dengan cepat pedang pendek itu melesat ke
tengah udara setinggi tiga kaki lebih, kemudian seakanakan
kehabisan tenaga, pedang tadi segera meluncur
balik ke bawah. Berkerut kening para jago yang hadir setelah
menyaksikan pertunjukan itu, pikir mereka:
"Permainan apaan ini, meski orang awam yang tak
berkepandaian pun sanggup untuk melakukan permainan
macam itu." Terlihat cahaya tajam berkelebat kembali di udara, kali
ini ada dua bilah pedang pendek yang meluncur ke
depan dan tepat menghantam di atas pedang pendek
yang jatuh hampir mencapai tanah tadi.
Benturan yang terjadi kali ini seketika mewujudkan
suatu perubahan yang sangat aneh.
Di kala pedang pendek yang pertama sudah rontok
hampir dua kaki ke arah tanah, begitu terhajar pedang
pendek kedua seketika melejit kembali ke udara dan
secepat kilat meluncur ke arah samping.
Menyusui kemudian pedang ketiga kembali meluncur
ke udara dan menghantam pada pedang pendek kedua.
Sesudah terbentur oleh pedang yang ketiga tadi, tibatiba
senjata itu berputar arah dan menyambar ke tubuh
Li Tiong-hui dengan kecepatan luar biasa.
Tui-im tidak ambil diam, secepat petir dia lancarkan
sebuah gempuran kilat ke arah senjata tadi. "Traaang..."
3315 Diiringi bunyi keras akibat benturan tersebut, pedang
pendek itu meluncur kembali ke sisi lain.
Pada saat itulah pedang kedua sudah terbentur
sambitan pedang ketiga hingga berputar arah dan ujung
senjata tersebut menyambar ke badan Li Tiong-hui. Tuiim
berkerut kening, sekali lagi ia lancarkan gempuran ke
arah senjata tersebut. Serangannya selain cepat juga amat tepat, persis
menghajar di ujung pedang pendek itu.
Tampak pedang pendek tersebut berputar beberapa
kali di udara kemudian secara mendadak mengancam
tubuh Li Tiong-hui lagi. Rupanya semua pedang pendek yang dilepaskan
seebun Giok-hiong tadi menggunakan sejenis kekuatan
berpusing yang istimewa, pada mulanya gerak serangan
itu nampak lemah dan tak bertenaga, padahal di balik
kelemahan itulah tersimpan sejenis kekuatan yang
sangat aneh. Bagi orang yang tidak mengetahui rahasia tersebut
dan membendungnya secara sembarangan maka
bentrokan yang terjadi justru memancing semakin
aktifnya kekuatan berpusing yang tersembunyi dan
mewujudkan kehebatannya. Tak terlukiskan rasa terkejut Tui-im setelah melihat
pedang pendek yang ditangkisnya itu bukan saja tidak
terpental sebaliknya setelah berputar dua kali kembali
mengancam tubuh Li Tiong-hui, ketika bersiap akan
melancarkan serangan lagi, keadaan sudah terlambat.
3316 Li Tiong-hui bukan orang bodoh ia sadar pasti ada
keistimewaan tertentu di balik gerakan pedang ini, ia tak
berani menangkis dengan kekerasan, dengan suatu
gerakan cepat nona ini berkelit ke samping untuk
menghindarkan diri Kebetulan sekali saat inilah pedang ketiga menyambar
datang dan meluncur ke arah mana Li Tiong-hui berada.
Li Tiong-hui sudah tahu bahwa pedang tersebut
mengandung suatu kekuatan yang aneh, apabila
diserang dengan kekerasan maka pedang tersebut justru
akan terpental dan menyerang ke arahnya dari posisi
yang tak terduga, oleh sebab itu dia tak mau
menanggapi dengan kekerasan.
Lagi-lagi badannya bergeser dua langkah ke samping
meloloskan diri dari ancaman tersebut
Tampak kedua batang pedang pendek itu membentur
di atas batu di tanah untuk kemudian terpental lagi ke
udara dan lagi-lagi mengancam tubuh Li Tiong-hui.
Decak kagum bergema memenuhi arena pertarungan,
kawanan jago di sisi arena benar-benar dibuat
terperanjat oleh kehebatan musuhnya.
Setelah mengetahui kalau benturan prdangnya tadi
mengakibatkan terjadinya peristiwa tak terduga ini, Tuiim
tak berani bertindak secara gegabah, terpaksa
teriaknya: "Hati-hati nona, serangan senjata rahasia dari
belakang." Li Tiong-hui mendusin dari lamunannya setelah
mendengar teriakan itu, buru-buru dia himpun tenaga
dalamnya dan melejit ke udara. "sreeeet..."
3317 Diiringi desingan angin tajam, sebatang pedang
pendek melintas lewat persis dari bawah kaki Li Tionghui.
Selesai melepaskan tiga batang pedang pendek tadi,
seebun Giok-hiong telah merogoh ke pinggangnya
mempersiapkan dua batang pedang lagi, cuma ia tidak
lepaskan serangannya kali ini.
Baru saja Li Tiong-hui berhasil menghindari sergapan
pedang kedua, pedang ketiga telah meluncur balik
mengancam dadanya, hal ini memaksanya harus berkelit
lagi ke samping. Hanya dua batang pedang pendek ternyata mampu
membuat Li Tiong-hui kalang kabut sendiri, kejadian
tersebut bukan saja membuat ketua dunia persilatan ini
amat sedih dan kehilangan muka, para jago yang ikut
menyaksikan jalannya peristiwa itu pun ikut bersedih
hati. Tak terbayang bagaimana malunya mereka
seandainya Li Tiong-hui sebagai seorang Bu-lim Bengcu
harus terluka oleh senjata rahasia seebun Giok-hiong
sebelum pertarungan resmi berlangsung. Mereka ingin
sekali turun tangan membantu, namun tak tahu dari
mana mereka harus membantunya.
Yang lebih menakutkan lagi seebun Giok-hiong masih
menggenggam dua bilah pedang yang siap dilancarkan
padahal dua bilah pedang pertama pun sudah amat sulit
dihadapi, apa jadinya bila kedua bilah pedang berikut
turut dilepaskanjuga" Terdengar seebun Giok-hiong
tertawa terkekeh-kekeh sambil mengejek:
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
3318 "Li Bengcu, asal kau lebih waspada dan bertindak lebih
cermat, sebetulnya tak sulit untuk merontokkan kedua
pedangku itu." sembari bicara kembali tangannya
digetarkan ke muka. Dua bilah pedang yang telah digenggamnya tadi
segera meluncur ke muka dan... "Traaang, traaang,
traaang . .." Keempat batang pedang itu saling
bertumbukan di udara dan semuanya rontok ke tanah. Li
Tiong-hui tertawa hambar, sahutnya:
"Enci seebun tak perlu pamer kepandaian lagi, padahal
aku sudah tahu akan kehebatan ilmu silatmu, berilah
kesempatan kepadaku untuk bertindak sebagai tuan
rumah yang ramah sebelum cici memamerkan kembali
kebolehanmu nanti." Lama sekali seebun Giok-hiong menatap wajah Li
Tiong-hui, kemudian sambil berdecak katanya:
"Cctt... ccct... ccct... mau tak mau aku meski kagumi
kesabaranmu, coba kalau aku bukan ingin balaskan
dendam orang tuaku hingga terpaksa mesti bentrok
denganmu, sekarang juga cici pasti akan pergi tinggalkan
tempat ini." Ia pungut kembali keempat batang pedangnya lalu
disisipkan kembali di pinggangnya.
"Kejadian telah berkembang jadi begini, aku rasa cici
tak perlu bersungkan-sungkan lagi, mari silakan masuk
ke dalam lembah" Seebun Giok-hiong segera memberi tanda kepada
anak buahnya, kemudian berangkatlah mereka
berbondong-bondong memasuki lembah.
3319 Li Tiong-hui coba melirik kawanan jago itu, selain
kakek berbaju kuning yang membawa burung abu-abu
itu, terlihat pula puluhan orang Busu berpakaian warna
warni yang menggembel aneka senjata, dua belas orang
dayang bersenjata pedang dan puluhan orang manusia
aneh berambut panjang yang membungkus kepalanya
dengan kain hitam. Tapi dari sekian banyak jago, yang paling menonjol
adalah isi tandu kecil berwarna putih yang digotong dua
orang perempuan setengah umur yang bertubuh kuat,
tirai pada jendela tandu itu tertutup rapat hingga tak
nampak jelas siapa penghuninya.
Mengikuti di belakang tandu putih itu adalah seorang
kakek yang mengenakan cadar muka warna kuning serta
seorang nenek setengah umur yang memakai pakaian
aneh. Pada kain cadar muka yang dikenakan kakek itu
tertempel sehelai kertas dengan tulisan yang berbunyi
begini: "Tak perlu tahu siapa namaku, yang penting tentukan
mati hidup lewat pertarungan"
Mengikuti di belakang sepasang kakek nenek itu
adalah Thia sik-kong beserta murid-muridnya yang kaku
bagaikan mayat hidup. Berkerut juga jidat Li Tiong-hui menyaksikan manusiamanusia
tersebut, pikirnya: "Entah dari mana saja ia
dapatkan aneka ragam manusia aneh tersebut?"
Sementara ia masih berpikir, seebun Giok-hiong telah
berkata lagi sambil tertawa terkekeh-kekeh:
3320 "Heheheheh . . . bagaimana Li Bengcu" Pingin tahu
kekuatan cici yang sesungguhnya?"
"Cici terlalu serius," jawab Li Tiong-hui sambil balik
badan dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
BAB 53. Kemunculan kembali Raja pedang
Seebun Giok-hiong percepat langkahnya untuk jalan
beriring dengan Li Tiong-hui, sambil berjalan tanyanya:
"Apa Pek si-hiang belum mati?"
Belum sempat Li Tiong-hui menjawab, Lim Han-kim
telah menyela duluan: "Dia masih hidup segar bugar, mengapa kau malah
sumpahi dia agar cepat mati?"
Seebun Giok-hiong berpaling memandang Lim Hankim
sekejap. lalu sindirnya sambil tertawa:
"Kau toh tahu, aku sedang berbicara dengan Bengcu
kalian..." Lalu sambil menatap Li Tiong-hui, tegurnya:
"Apa sih pangkatnya orang ini?"
"Ada apa" Dia kan Lim Han-kim, masa tidak kenal?"
"Sekarang kita sudah berhadapan sebagai musuh,
makin sedikit orang yang dikenal semakin baik."
Lim Han-kim mendengus dingini
3321 "Nona seebun jangan sombong dan tekebur dulu,
menurut pengamatanku, belum tentu kau bisa
menangkan pertarungan di perkampungan Hong-san kali
ini." Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh.
"Hahahaha... pasti Pek si-hiang yang ajari kau berkata
begitu," ejeknya. "Tak perlu diajari nona Pek. aku sama saja sanggup
menghadapi nona untuk bermain beberapa jurus."
Beberapa kali seebun Giok-hiong mengawasi wajah
Lim Han-kim, namun dia enggan berbicara dengan
pemuda itu, kepada Li Tiong-hui kembali katanya:
"Li Bengcu, walaupun kita saling berhadapan sebagai
musuh, namun selama ini kau selalu memanggil cici
padaku, sebutan mana membuat perasaanku tak pernah
tenang, oleh sebab itu aku perlu memberitahukan satu
hal padamu." "Soal apa?" "Kuakui Pek si-hiang memang seorang gadis berbakat
alam yang luar biasa hebatnya, sayang dia kelewat
banyak membaca buku hingga akhirnya keracunan
buku." "Yang kuketahui selama ini, semakin banyak
seseorang membaca buku, pengetahuannya juga makin
luas, belum pernah kudengar orang berkata bahwa
seseorang bisa keracunan buku karena kebanyakan
membaca." 3322 "Buktinya sekarang, dengan mengabaikan tempattempat
strategis untuk mempertahankan diri, kau malah
mengundang musuhmu memasuki daerah pentingmu,
apakah tindakan semacam ini tidak melanggar ajaran
strategi perang" Kecuali Pek si-hiang, aku yakin meski
ibumu sendiri juga tak akan berani mengambil tindakan
sedemikian drastis."
"Tebakan cici kali ini keliru besar, justru aku yang
merancang strategi kali ini."
"Apa" Kau yang merancang strategi ini?"
Seebun Giok-hiong membelalakkan matanya, "Betul,
aku mesti peras otak selama tiga hari tiga malam
sebelum memutuskan untuk menggunakan rancangan
strategi ini." Seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh,
"Hahahaha... apakah kau masih berharap aku bisa
berubah pikiran pada saat terakhir dan mau
mengabaikan niatku untuk membalas dendam kesumat
ini?" "Alangkah bahagianya diriku bila kau bersedia
melakukan hal itu, bila cici mau bertobat aku pun
bersedia meninggalkan bangku Beng-cu agar para jago di
kolong langit hidup dengan bebas."
Seebun Giok-hiong menghela napas panjang.
"Tak aneh jika kau merancang strategi ini," katanya.
"Sebaliknya bila cici bersikeras ingin menyelesaikan
masalah ini dengan banjir darah, apa mau dikata aku pun
terpaksa akan memimpin seluruh orang gagah yang
3323 terhimpun di sini untuk melakukan pertarungan hingga
titik darah penghabisan."
"Selain ibumu, belum kutemukan orang lain yang
mampu bertarung sebanyak seratus gebrakan
melawanku .,." "Seandainya kau sudah ditahan oleh ibuku, mampukah
orang-orang yang cici bawa bertarung melawan para
jago lihay dari pelbagai partai dan perguruan besar?"
"Justru yang tak kau sangka adalah dua orang musuh
besar ibumu dulu yang sengaja kuajak kemari untuk
menjegal kehadiran ibu-mu, perasaan benci mereka
terhadap ibumu sudah merasuk ke tulang sumsum,
dengan terhadangnya ibumu, maka aku bisa leluasa
melakukan pembantaian secara besar-besaran."
Setelah berhenti sejenak kembali lanjutnya: "Cuma ...
bisa jadi aku akan mengampuni jiwamu."
Li Tiong-hui tertawa hambar.
"Bila pertarungan mulai berkobar dalam pertemuan
puncak kali ini, bukan saja nasib dunia persilatan untuk
seratus tahun berikut menjadi bahan pertarungan nama
baik serta kehadiran perkampungan keluarga Hongsanpun
turut dipertaruhkan Apabila aku sampai kalah,
buat apa kuteruskan hidupku di dunia ini?"
"Hebat... luar biasa, sayang predikat Beng-cu yang
kau panggul di bahumu telah mencelakai kehidupanmu."
Li Tiong-hui angkat wajahnya menghembuskan napas
panjang, setelah termenung sejenak katanya:
3324 "Bila kau yang menangkan pertarungan kali ini, dalam
tiga puluh tahun mendatang tak akan ada seorang
manusia pun dalam dunia persilatan yang sanggup
menentangmu, saat tersebut cici pasti akan menguasai
seluruh jagad raya dan tak tertandingkan lagi."
Begitulah, sambil berbincang-bincang mereka
melanjutkan perjalanan, tanpa terasa tibalah rombongan
itu di tepi hutan, di luar pendopo utama. sambil berhenti,
kata Li Tiong-hui seraya berpaling:
"Sudah sampai di tempat tujuan, silakan cici masuk ke
ruang pendopo dan minum teh."
Seebun Giok-hiong tidak melanjutkan langkahnya, ia
perhatikan dulu sekeliling tempat tersebut kemudian baru
berkata: "Pepohonan yang tumbuh mengelilingi bangunan ini
nampaknya dibangun menurut posisi pat-kwa, apakah
ibumu yang merancang?" Li Tiong-hui tertawa hambar,
tukasnya: "Pepohonan yang tumbuh di tempat ini merupakan
cemara naga yang berusia di atas dua ratus tahun, mana
mungkin ibuku yang menanam?"
Seebun Giok-hiong tidak banyak bertanya lagi, dia
melanjutkan langkahnya memasuki ruang pendopo.
Li Tiong-hui menyusul di sisinya danjalan bersanding.
Dalam ruang pendopo yang luas telah disiapkan
puluhan buah meja perjamuan, sayur dan arak telah
dihidangkan. 3325 "Cici, aku mempersilakan semua jago yang kau
undang untuk memasuki ruangan, dalam setiap meja
perjamuan yang disediakan pasti ada orang dari pihak
kami yang menemani."
"Mula-mula duduk dan pesta bersama, selesai
bersantap pembantaian mulai digelar, waaah... waaah...
cici terhitung tamu jahat yang tak tahu diri"
"Tidak mengapa." Li Tiong-hui tersenyum, "Hidangan
sayur dan arak yang tersedia hanya merupakan tanda
hormatku sebagai tuan rumah terhadap tamu-tamunya."
"Lalu aku mesti duduk pada meja yang mana?"
"Tentu saja cici harus duduk di meja utama, biar aku
menemani cici duduk di sana," sahut Li Tiong-hui sambil
menuding ke arah meja perjamuan di paling belakang.
"Aku rasa tidak usah," tampik seebun Giok-hiong
sambil menggeleng, "Menurut pendapatku lebih baik kita
selesaikan masalah ini dengan pertarungan saja, sedang
soal perjamuan ini... aku pikir kelewat merepotkan..."
"Cici, kau kelewat sungkan masa untuk menghadiri
perjamuan saja enggan..."
Seebun Giok-hiong mendengus dingin sambil
melanjutkan langkahnya memasuki ruang pendopo,
sambil berjalan kembali tanyanya:
"Li Bengcu, selain kau dan aku, siapa lagi yang ikut
duduk satu meja dengan kita?"
"Lebih baik cici duduk duluan di meja perjamuan
utama sebelum kutemukan siapa saja yang cocok untuk
mendampingimu." 3326 "lbumu tidak ikut hadir?"
"Selesai perjamuan, ibu pasti akan muncul dengan
sendirinya." Seebun Giok-hiong segera berpaling dan membisikkan
sesuatu kepada dayang yang berada di belakangnya,
salah seorang di antaranya segera meninggalkan
ruangan menuju keluar pendopo.
Tanya Li Tiong-hui kemudian:
"Bagaimana cici" siapa saja yang kau undang untuk
duduk semeja dengan dirimu?"
"Selain aku, masih ada nyonya pedang patah hati,
Thia sik-kong serta kiongcu dari istana Panca racun."
"Ngo-tok Kiongcu juga ikut datang?" Li Tiong-hui
berkerut kening. "Nama besar istana panca racun memang tersohor
sampai di mana-mana, tapi berapa banyak orang sih
yang pernah berjumpa dengan ketua istananya secara
pribadi?" "Apakah ketua istana panca racun bernama Dewi
selaksa Racun?" "Bukan" seebun Giok-hiong menggeleng "Dewi selaksa
Racun hanya salah satu di antara ketiga orang murid
utamanya." Mendengar penjelasan tersebut, dalam hati Li Tionghui
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpikir. "Seebun Giok-hiong benar-benar luar biasa, tidak
kusangka sampai ketua istana panca Racun pun sanggup
3327 dia undang kemari." Walaupun berpikir demikian, ia
berkata juga: "Mendompleng ketenaran cici, hari ini aku tentu bisa
berkenalan dengan banyak sekali orang-orang
kenamaan." Seebun Giok-hiong tersenyum, selanya: "Li Bengcu,
siapa saja yang akan kau undang untuk duduk semeja
dengan kami...?" setelah berhenti sejenak. tambahnya:
"Ada sepatah dua patah kata perlu kusampaikan lebih
dulu, agar jangan sampai setelah terjadi sesuatu yang
tak diinginkan, cici baru disalahkan"
Li Tiong-hui tersenyum, meski di hati kecilnya ia
berpikir "Apa-apaan dia ini" permainan busuk apa lagi yang
sedang ia persiapkan terhadapku...?" kendatipun berpikir
begitu, tanyanya juga: "soal apa sih?"
"Nyonya pedang Patah Hati, Ketua istana Panca Racun
serta Thia sik-kong bukan termasuk anak buahku,
hubungan mereka denganku juga tak lebih hanya
sebagai tamu undangan, selain ikatannya denganku tidak
terlalu kuat, sifat mereka pun teramat jelek, oleh karena
itu di dalam memilih teman duduk yang akan
mendampingi mereka nanti, lebih baik kau bersikap
ekstra hati-hati,sebab kalau sampai salah bicara hingga
terjadi insiden yang tidak diharapkan jangan salahkan cici
yang tidak memberi peringatan lebih awal."
"Terima kasih banyak atas nasehat cici"
"Tak perlu sungkan-sungkan baik- baiklah memilih
patnermu." Li Tiong-hui berpaling dan melirik Tui-im
3328 sekejap. lalu perintahnya: "Cepat kau undang Dewa
Cebol Cu locian-pwee, sang locianpwee dan ..."
Karena masih kurang seorang sedang orang tersebut
belum ditemukan, maka dia pun termenung sejenak
sambil berputar otak. Tui-im tahu kalau majikannya belum selesai bicara,
maka dia hanya berdiri di sana sambil menanti.
Sementara Li Tiong-hui sedang mengalami kesulitan
untuk menemukan orang terakhir yang cocok untuk
mendampingi musuh-musuhnya, mendadak terdengar
seseorang menyambung dengan suara merdu:
"Jelek-jelek begini aku masih termasuk juga seorang
tamu agungmu, kenapa kau tidak mengundangku untuk
duduk mendampingi tamu-tamu agung lainnya?"
Ketika seebun Giok-hiong berpaling, terlihat olehnya
Pek si-hiang yang dituntun siok-bwee sedang berjalan
mendekat dengan langkah perlahan.
Tanpa menanti persetujuan dari Li Tiong-hui lagi,
dengan langkah lebar gadis tersebut langsung berjalan
menuju ke meja utama dan duduk persis di samping Li
Tiong-hui. Secara diam-diam seebun Giok-hiong mengamati
wajah Pek si-hiang, ia semakin keheranan setelah
dilihatnya sinar wajah gadis itu amat cerah, bahkan
kondisi tubuhnya nampak sehat sekali.
Kendatipun begitu, tegurnya juga sambil tertawa:
"Pek si-hiang, akhirnya kau berhasil juga meloloskan
diri dari cengkeraman elmaut, bila kulihat dari kondisi
3329 tubuhmu sekarang, mungkin umurmu akan mencapai
seratus tahun lebih."
"Terima kasih, terima kasih, semuanya ini tak lain
berkat doa restu cici seebun Giok-hiong ..." jawab Pek sihiang
tertawa. Tak terlukiskn rasa mendongkol seebun Giok-hiong
ketika mendengar namanya langsung disebut oleh gadis
tersebut, sambil tertawa dingin serunya:
"Biar kondisi tubuhmu cukup bagus, sayang jidatmu
berwarna semu hitam, itu pertanda kemungkinan besar
kau akan mengalami bencana kematian karena suatu
kasus pembunuhan." "Mati hidup manusia sudah ditentukan oleh takdir, aku
tak pernah memikirkannya di dalam hati."
"Hmmmm ... besar amat jiwamu"
"Kelihatannya percuma saja lidahku selama ini
berkicau, nyatanya usahaku tak ada guna-nya, orang
yang sudah terlanjur keblinger toh tetap keblinger juga.
Yaa... itulah sebabnya kedatanganku kali ini cuma ingin
menonton keramaian."
Melihat kedua orang itu sudah mulai perang mulut,
dimana ucapan kedua belah pihak makin lama semakin
meruncing, Li Tiong-hui sebera sadar, bila keadaan
tersebut dibiarkan berlanjut maka perselisihan tak bisa
dihindari lagi. oleh sebab itu buru-buru serunya:
"Bila ingin membicarakan sesuatu bagaimana kalau
kita lanjutkan seusai perjamuan nanti?"
3330 Pek si-hiang tersenyum, kepada dua orang dayang
yang berdiri di belakangnya, ia memberi tanda seraya
perintahnya: "Di sini sudah tak ada urusan kalian mundurlah dulu"
Kedua orang dayang itu menyahut dan bersama-sama
mengundurkan diri dari sana.
Dalam pada itu Tui-im masih berdiri menanti di
belakang Li Tiong-hui, ketika menyaksikan Pek si-hiang
telah menempati kursinya,terpaksa ia bertanya lirih:
"Hanya mengundang Cu locianpwee serta Sang
locianpwee?" "Yaa, cepat suruh mereka kemari"
Tiba-tiba terdengar seebun Giok-hiong berkata setelah
melirik Li Tiong-hui sekejap: "Li bengcu, apa tidak
berbahaya membiarkan nona Pek itu duduk di tempat
ini..." Walaupun mengerti apa yang dimaksudkan Li Tionghui
pura-pura bertanya lagi: "Bahaya apa?"
"Nona Pek tidak memiliki kemampuan untuk membela
diri, mendingan kalau orang lain yang dihadapi, kau tahu
Ngo-tok Kiongcu sangat berbisa, sekujur badannya boleh
dibilang membawa racun yang amat jahat, kalau sampai
dla ajak nona pek bergurau dan akibatnya nona Pek
sampai terluka... waaah, waaah, waaah, apakah
peristiwa ini tidak akan menyesalkan banyak orang?"
Pek si-hiang tersenyum. "Kalau soal itu mah... nona seebun tak perlu kuatir,
misalnya aku benar-benar terluka oleh racun jahatnya
3331 Ngo-tok Kiongcu, anggap saja ilmu yang kumiliki
memang belum becus sehingga meski harus mati juga
tak perlu disesalkan."
"Mengenaskan benar ucapanmu barusan... kalau
dilihat dari tubuhmu yang begitu lemah, memang
rasanya kurang tega melukaimu coba bayangkan sendiri,
apa cici tidak ikut menanggung penyesalan bila kau
betul-betul keracunan nanti?"
Sementara itu Lim Han- kim sudah mendapat perintah
dari Pek si-hiang, maka tidak menunggu undangan resmi
dari Li Tiong-hui, dia langsung mengambil posisi dengan
duduk di samping gadis tersebut
Ketika mendengar seebun Giok-hiong berulang kali
menyindir dan mempermainkan Pek si-hiang, darah
mudanya langsung bergelora dengan perasaan
mendongkol pikirnya: "Sialan benar orang ini... sudah tahu nona Pek
bertubuh lemah, buat apa dia memanasi terus dengan
kata-kata ejekan ...?"
Pek si-hiang sama sekali tidak termakan oleh ejekan
musuh, malahan sambil membenahi rambutnya yang
kusut dan tersenyum manis, ujarnya:
"Nona seebun, pernah tidak kau mendengar pepatah
yang mengatakan- BERPISAH TIGA HARI, JANGANLAH
MEMANDANG SESUATU DENGAN PANDANGAN SAMA"
Kalau memang ia melepaskan binatang peliharaannya
nanti, akan kubuktikan kepadamu bagaimana aku pandai
menangkapnya serta menghadiahkan kepadamu."
3332 Melihat gadis itu amat tenang, sama sekali tak gugup,
bahkan seolah-olah sudah mempunyai perhitungan yang
masak. dalam hati kecilnya seebun Giok-hiong berpikir.
"Begitu tenang gadis tersebut menghadapiku, janganjangan
ia memang sudah mempunyai persiapan yang
matang" Gila, aku mesti tingkatkan kewaspadaan-.."
Sementara dia masih termenung, Tui-im telah muncul
kembali mengajak si Dewa Cebol Cu Gi dan sang Lamciau.
Sebagaimana diketahui kedua orang jagoan ini bersifat
aneh sekali, yang seorang cebol berwajah lucu sedang
yang lain tua bermuka buruk penuh codet, untuk duduk
mendampingi gadis-gadis cantik tersebut, keadaan
mereka memberikan pemandangan yang amat kontras.
Sejak menempati kursinya di meja perjamuan si Dewa
Cebol Cu Gi selalu menunjukkan sikap yang dingin dan
ketus, pandangannya selalu tertuju ke atap rumah,
terhadap gadis-gadis cantik di hadapannya sama sekali
tidak memandang barang sekejappun.
Sebaliknya sang Lam-ciau hanya pejamkan matanya
duduk mematung, keadaannya tak berbeda dengan
seorang pendeta yang sedang bersemedi
Li Tiong-hui yang tenang, seebun Giok-hiong yang
genit serta Pek si-hiang yang cantik sudah cukup
mendatangkan perasaan dag dig dug bagi semua jago
yang hadir dalam pertemuan tersebut, kini ditambah lagi
dengan sang Lam-ciau yang menyeramkan serta Dewa
Cebol Cu Gi yang ketus, membuat suasana di situ
berubah semakin tegang dan mengerikan hati.
3333 Dalam keheningan yang mencekam, tiba-tiba Li Tionghui
menegur. " Kenapa tamu-tamunya cici belum juga
datang?" "Kenapa sih mesti terburu napsu?" seebun Giok-hiong
tersenyum, "Toh sejak tadi sudah kujelaskan mereka
bertiga bukan anak buahku, belum tentu mereka
bersedia menuruti perkataan cici, bila sebentar sikap
mereka menyinggung perasaan bengcu, harap kau sudi
memaklumi." Sementara pembicaraan masih berlangsung, terlihat
seorang dayang berbaju hijau muncul dengan membawa
tiga orang manusia berdandan aneh lagi nyentrik.
Orang pertama adalah seorang kakek berjenggot putih
yang membawa tongkat baja, dia tak lain adalah Thia
sik-kong. Orang kedua adalah seorang pendeta wanita yang
rambutnya disanggul ke atas serta memakai jubah
pendeta yang besar lagi longgar, wajahnya pucat pias
seperti mayat, pedang panjang tergantung di
punggungnya, Dandanan serta perawakannya yang aneh
membuat orang susah membedakan apakah dia seorang
pria atau wanita. sambil tersenyum seebun Giok-hiong
segera memperkenalkan- "Saudara-saudara sekalian, tentu kalian sudah pernah
mendengar nama besar dari saudara ini bukan" Dialah
ketua dari istana Panca Racun"
"Kiongcu, silakan duduk" Li Tiong-hui mempersilakan
sambil bangkit berdiri 3334 Pendeta aneh yang tak mirip pria maupun wanita itu
tertawa dingin, tanpa memberikan tanggapan dia
langsung menempati bangku di sisi Thia sik-kong.
Orang terakhir adalah seorang nyonya setengah umur
yang mengenakan gaun berwarna hijau, wajahnya cantik
jelita hanya sayang sikapnya kaku dan sedingin es.
sambil tertawa kembali seebun Giok-hiong
memperkenalkan. "Sedang nyonya ini tak lain adalah Nyonya pedang
Patah Hati yang nama besarnya tersohor di kolong langit
dan dikenal setiap umat persilatan"
"Selamat berjumpa, sudah lama kudengar nama
besarmu" Kembali Li Tiong-hui bangkit berdiri sambil
memberi hormat Nyonya pedang Patah Hati mendengus dingin
ditatapnya Li Tiong-hui sekejap, lalu tegurnya:
"Jadi kau adalah putrinya Li Tong-yang?"
"Benar, aku bernama Li Tiong-hui"
"Hahaha. dia malah seorang Bu- lim Bengcu sekarang"
Seebun Giok-hiong menimpali sambil tertawa terbahakbahak.
"Hmmm" Nyonya Pedang Patah Hati mendengus
dingin, "Sudah lama aku hidup mengasingkan diri dari
keramaian dunia, aku tak perduli dia adalah seorang
pemimpin dunia persilatan atau pemimpin perampok
dunia, toh tak ada sangkut pautnya denganku."
Li Tiong-hui hanya tertawa saja, ia tak menemukan
jawaban yang tepat untuk menanggapi ucapan tersebut
3335 Ketika tak mendengar jawaban dari gadis tersebut
kembali Nyonya Pedang Patah Hati berkata sambil
tertawa hambar "Sehat-sehat bukan keadaan ibumu?"
"Berkat doa restu dari locianpwee, kondisi ibuku
sangat bagus." "Bagus sekali, justru aku paling kuatir jika ia keburu
mati mendadak, kalau sampai ia keduluan mampus,
kedatanganku bukankah bakal sia-sia belaka?"
"Locianpwee, sebenarnya apa yang telah terjadi
dengan ibuku?" tegur Li Tiong-hui dengan kening
berkerut "Kalau didengar dari nada pembicaraanmu
sepertinya kau ada perselisihan dengan beliau" Kenapa
kau mesti menyakiti hatinya?"
"Kalau aku memang berniat menyakiti hati-nya, lantas
kau mau apa?" jengek Nyonya Pedang Patah Hati sambil
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menempati bangkunya. "Menyakiti hati orang dengan kata-kata yang kotor
bukan perbuatan seorang pendekar, apakah locianpwee
tidak kuatir menurunkan pamor serta nama baikmu?"
Berkilat sepasang mata Nyonya Pedang patah Hati
sesudah mendengar ucapan tersebut ditatapnya wajah
gadis itu tanpa berkedip, kemudian serunya dingin.
"Tunggu saja setelah kubunuh ibumu, pasti akan
kuberi pelajaran yang setimpal kepadamu."
Seraya berkata, pelan-pelan ia menempati tempat
duduknya. Seebun Giok-hiong pun menuding ke arah Pek si-hiang
sambil memperkenalkan 3336 "Sedang nona yang ini adalah nona Pek si-hiang, dia
termasuk seorang gadis jenius yang memiliki
kemampuan luar biasa, dialah perencana utama dari
pertemuan puncak yang diselenggarakan Li Bengcu kali
ini." Pek si-hiang hanya tersenyum tanpa memberikan
tanggapan-Ngo-tok Kiongcu melirik Pek si-hiang sekejap,
lalu tegurnya: "Tidak kusangka nona semuda itu ternyata memiliki
pengetahuan yang hebat, nanti pasti akan kucari
kesempatan untuk mohon petunjuk darimu..." Pek sihiang
tetap cuma tersenyum, mulutnya membungkam
dalam seribu bahasa. Melihat gadis itu tertawa, Thia sik-kong segera
menggebrak meja keras-keras seraya berteriak penuh
amarah: "Apa yang lucu" Kenapa kau tertawa" Hmm.. jangan
membuat hatiku mendongkol, jangan salahkan kalau
kucabuti semua gigimu."
Seebun Giok-hiong yang mendengar teriakan itu,
segera menimpali pula sambil menghela napas panjang:
"Aaaai... adik Pek. senyummu kelewat memikat hati,
tak heran Thia locianpwee sampai naik darah."
"Terima kasih banyak atas pujian cici see-bun" Pek sihiang
tetap tersenyum. Li Tiong-hui dapat membaca situasi yang bertambah
genting, ia sadar manusia-manusia macam apa Ngo-tok
Kiongcu, Nyonya pedang Patah Hati serta Thia sik-kong
adalah manusia aneh yang berhati kejam, bila keadaan
3337 tersebut dibiarkan berlangsung maka setiap saat
bentrokan phisik pasti tak dapat dihindari lagi.
Oleh karena itu perintahnya kepada dayang Tui-im
yang berada di belakangnya: "Perintahkan semua jago
untuk menempati kursi masing-masing" Tui-im menyahut
dan teriaknya: "Bengcu memerintahkan kepada semua jago agar
menempati kursi masing-masing ..."
Mendengar seruan tersebut, serentak para jago yang
hadir diperkampungan keluarga Hong-san mengambil
tempat duduk masing-masing.
Sebaliknya anak buah pengikut seebun Giok-hiong
masih tetap berdiri di posisi semula, nampaknya mereka
enggan menuruti perintah tersebut. Melihat itu, Li Tionghui
berpaling ke arah seebun Giok-hiong sambil ujarnya:
"Hidangan sudah mulai dingin, harap cici
memerintahkan mereka untuk menempati meja
perjamuan." Seebun Giok-hiong berpaling dan katanya kepada
seorang dayang di sisinya:
"Beritahu mereka, kita tak boleh menampik kebaikan
Li Bengcu, suruh mereka semua mengambil tempat
duduk" Dayang itu menyahut, dari sakunya dia mengeluarkan
sebuah panji kecil bersulamkan bunga bwee, lalu sambil
dikibarkan serunya: "Atas perintah dari nona seebun, diharapkan saudara
semua mencari tempat duduk."
3338 Begitu perintah diberikan, para jago pengikut seebun
Giok-hiong menyahut dan mencari tempat duduk.
Pelan-pelan seebun Giok-hiong berpaling ke arah Li
Tiong-hui, lalu katanya sambil tertawa mengejek:
"Adik Li, bilamana kau sanggup memaksa para jagoku
untuk menuruti semua perintahmu, maka kedudukanmu
sebagai Bu-lim Beng-cu baru benar-benar sah dan diakui
seluruh dunia persilatan"
"Aku yakin saat semacam itu sudah tak lama lagi" Pek
si-hiang yang duduk di sisinya menimpali
"Tapi harus menunggu berapa tahun berapa bulan
lagi?" sindir seebun Giok-hiong sambil tertawa hambar
"Aku percaya paling lama tengah hari besok. paling
cepat setelah senja menjelang hari ini."
"Aku kuatir keinginanmu itu sukar terwujud."
"Moga-moga saja apa yang telah kuucapkan barusan
segera akan menjadi kenyataan" Dalam pada itu Li
Tiong-hui telah mengangkat cawan araknya sambil
berseru: "Aku percaya para jago yang hadir dalam pertemuan
kali ini adalah jago-jago pilihan dari seluruh penjuru
dunia, untuk itu terimalah secawan arakku sebagai tanda
hormatku kepada saudara sekalian."
Selesai berkata, dia pun meneguk habis isi cawan nya.
Nyonya Pedang Patah Hati hanya mengangkat
cawannya sambil ditempelkan di atas bibir, kemudian
meletakkannya kembali ke meja, sedangkan seebun
3339 Giok-hiong dan Thia sik-kong masing-masing meneguk isi
cawannya hingga habis. Sedangkan Ngo-tok Kiongcu melirik sekejap cawan di
hadapannya, lalu berkata: "Kalau arak macam begitu
mah kurang sedap, biar diminum juga tak ada rasanya..."
Dari dalam sakunya ia merogoh keluar seekor
kelabang beracun, lalu dicelupkan ke dalam cawan
araknya. Kelabang itu seluruh badannya berminyak. ketika
dicelupkan ke dalam cawan arak tersebut warna seluruh
arak tersebut segera berubah menjadi hitam pekat
seperti tinta. Dengan tenangnya Ngo-tok Kiongcu meneguk habis isi
cawan tersebut, termasuk juga kelabang besar tadi,
dilalapnya ke dalam mulut dengan penuh nikmat.
Mual rasanya perut Li Tiong-hui setelah menyaksikan
bagaimana perempuan itu melahap habis seekor
kelabang seperti menikmati semangkuk bakmi saja,
dengan perasaan terkesiap pikirnya:
"Luar biasa kemampuan orang ini, tidak setiap orang
dapat melakukan hal semacam dia ini, entah ilmu racun
apa yang dikuasainya?"
Tiba-tiba Ngo-tok Kiongcu meroboh kantungnya,
kembali mengambil keluar seekor kelabang yang segera
disodorkan ke depan cawan Pek si-hiang, ujarnya sambil
tertawa menyeringai: "Aku dengar nona memiliki kepandaian yang luar
biasa, aku percaya kau pasti menguasai semua bidang
3340 kemampuan yang ada di dunia ini, bagaimana kalau
kuhormati Anda dengan secawan arak ini?"
Pek si hiang melirik sekejap isi cawan di hadapannya,
ketika menjumpai warna araknya telah berubah jadi
hitam pekat seperti tinta, segera sahutnya sambil tertawa
hambar: "Selama hidup belum pernah kupelajari ilmu melahap
binatang beracun macam kepandaian yang kau miliki,
jika mesti meneguk habis isi cawan tersebut, waaah...
aku bisa mati duluan"
"Hmmm..." Ngo-tok Kiongcu mendengus dingin, "Jika
seseorang telah ditakdirkan harus mati karena
keracunan, biar tidak minum arak beracun pun, dia bisa
mati lantaran digigit binatang beracun"
"Lantas kalau menurut pendapatmu, aku ini
ditakdirkan mati lantaran apa...?" tanya Pek Si-hiang
sambil tertawa. "Aku rasa kau bakal mati keracunan"
Pek si-hiang tersenyum, dengan tenangnya ia
membenahi rambutnya yang kusut, lalu diambilnya
cawan arak yang berada di hadapannya itu.
Tapi sebelum jari tangannya sempat menyentuh
cawan tersebut, mendadak sebuah tangan yang lain
telah merebut cawan arak tersebut sambil berseru keras:
"Biar aku yang coba merasakan kehebatan racun
kelabang ini, akan kulihat apa benar racunnya bisa
mematikan orang." 3341 Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan orang yang
merampas cawan arak tersebut tak lain adalah Sang
Lam-ciau. Dengan sekali tegukan ia habiskan isi cawan arak
beracun itu berikut kelabangnya, kemudian seraya
meletakkan kembali cawan kosong ke atas meja,
katanya: "Kukira kehebatan racun kelabang tersebut memang
luar biasa hingga mampu mencabut nyawa orang dalam
sekejap, huuh... ternyata kehebatannya cuma begitu
saja..." "Boleh kutahu siapa namamu?" seru Ngo-tok Kiongcu
sambil tertawa dingin. "Aku hanya seorang prajurit dari dunia persilatan
seorang serdadu tua di bawah perintah Li Bengcu, kalau
boleh, aku ingin mencoba pula beberapa jurus
kepandaian silat Kiongcu"
"Dia adalah Sang Lam-ciau yang termashur di kolong
langit," seru seebun Giok-hiong segera, "Tak disangka
seorang pendekar hebat akhirnya harus hidup terlantar
hanya gara-gara terjerat oleh jaring cinta, sungguh
mengenaskan hidupnya..." Berubah hebat paras muka
Sang Lam-ciau setelah mendengar ejekan itu, katanya
gusar. "Aku paling benci kalau ada orang mengajakku
bergurau, hmmm, nona, aku harap kau sedikit tahu diri"
"Aku tak ambil perduli kau betul-betul Sang Lam-ciau
atau bukan, sebab tidak penting bagiku, tapi dari
kesanggupanmu minum habis arak beracun kelabang ini
3342 maka kau memang sepatutnya memandang tinggi
kemampuanmu." Dari sakunya dia merogoh keluar seekor ular kecil
berwarna hijau lalu dengan sengaja mematukkan ibu
jarinya ke ujung gigi ular tadi, sampai lama kemudian ia
baru menarik kembali jari tangannya seraya berkata:
"Tadi, sudah kau buktikan bahkan arak beracun
kelabang tidak mempan terhadapmu, bagaimana kalau
kau coba lagi pagutan ular beracunku ini?"
"Sehebat- hebatnya seorang jago silat, mustahil ia
mampu mempelajari pelbagai ilmu silat yang ada di
kolong langit sekaligus, sebagai seorang ahli racun yang
semenjak kecil belajar ilmu beracun, tentu saja gigitan
seekor ular beracun tak akan melukaimu hmmm, apa sih
anehnya dengan kehebatan tersebut?" jengek Sang Lamciau
dingin. "Ooh... jadi maksudmu, kecuali dalam ilmu beracun
dalam ilmu silat lainnya kau masih jauh melebihi
kemampuanku?" "Maksudku, segala urusan sepatutnya diselesaikan
menurut keadaan yang paling adil, jadi masalahnya
bukan diajukan oleh kau sendirian..."
Ia pungut cawan arak yang berada di depannya,
meletakkan ke atas meja lalu menekannya dengan
telapak tangan kanan, setelah itu lanjutnya:
"Sekarang aku pun ingin mengajukan satu persoalan,
bila kau sanggup mengambil cawan arak yang berada di
tanganku tanpa membuat isi cawannya tertumpah, aku
3343 pasti akan membiarkan dari tanganku digigit oleh ular
beracun- mu." Selesai bicara, dia angkat kembali telapak tangannya
yang semula menekan di atas cawan tersebut.
Sekilas pandang, cawan tersebut tidak nampakkan
sesuatu yang aneh, cawan itu terietak secara normal di
atas meja hanya saja permukaan cawan tadi ternyata
sudah melesak masuk ke dalam kayu sehingga bibir
cawannya kini rata dengan permukaan meja tersebut
Demonstrasi tenaga dalam yang sangat hebat ini
kontan saja mengejutkan hati Li Tiong-hui di samping
perasaan kagum yang luar biasa, tak ketinggalan pula si
dewa cebol pun secara diam-diam mengagumi kehebatan
rekannya itu. Ketua istana panca racun kelihatan agak tertegun,
sampai setengah harian dia tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Sementara ia sedang serba salah, mendadak
terdengar Nyonya pedang patah hati mendengus dingin
sambil mencibir: "Huuh, hanya permainan sulap pun pingin
dipamerkan" Dengan ujung jari tangannya yang lembut dan putih,
ia membuat sebuah lingkaran di sekeliling cawan tadi,
lalu dengan jari telunjuk serta ibu jarinya ia jepit bibir
cawan tadi kemudian pelan-pelan mencabutnya keluar
dari dalam kayu tanpa setitik arak pun yang sempat
muncrat keluar. 3344 "Hebat, hebat" puji sang Lam-ciau, "Tak disangka ilmu
jari kim-kong-ci yang nyonya miliki telah kau latih hingga
mencapai tingkat kesempurnaan, luar biasa"
Li Tiong-hui tahu, bila keadaan tersebut dibiarkan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlangsung terus maka semua rencananya akan
berantakan, buru-buru dia menimpali:
"ilmu silat yang dimiliki cianpwee sekalian memang
rata-rata sangat hebat dan masing-masing mempunyai
kelebihan sendiri, aku rasa pertarungan tak usah
dilanjutkan lagi, ayoh, terimalah dulu salam hormatku
dengan secawan arak ini" selesai bicara, ia teguk habis isi
cawannya. Nyonya pedang patah hati tertawa dingin.
"Hmm, kau tak usah kuatir, sebelum berjumpa dengan
ibumu, tak nanti aku bertarung dengan siapa pun."
Sambil turut mengangkat cawannya diam-diam seebun
Giok-hiong melirik Sang Lam-ciau sekejap. pikirnya:
"Hebat benar ilmu silat tua bangkotan itu, aku mesti
memandangnya sebagai salah seorang musuh
tangguhku... ehmmm, aku harus mencari akal untuk
singkirkan dia terlebih dulu, daripada setelah terjadinya
pertarungan nanti, aku harus pecah perhatian untuk
mengawasi dia." Sementara itu Pek si-hiang secara diam-diam juga
sedang mengawasi perubahan wajah seebun Giok-hiong,
melihat biji matanya yang berputar-putar dan alis
matanya yang mengernyit, dia sadar bahwa hawa napsu
membunuh gadis tersebut telah bangkit Kepada sang
Lam-ciau segera bisiknya: "Locianpwee, kau tidak
seharusnya memamerkan kebolehanmu"
3345 "Apa kelewat kasar sehingga kurang sedap ditonton?"
"Bukan begitu, justru karena kelewat bagus maka
demonstrasimu tadi telah membangkitkan hawa napsu
membunuh orang lain, kau mesti berhati-hati terhadap
serangan gelap seseorang."
Terkesiap seebun Giok-hiong sesudah mendengar
sindiran itu, segera pikirnya:
"Tak nyana budak busuk tersebut begitu lihay,
sehingga apa yang menjadi suara hatiku juga berhasil
ditebaknya secara jitu, kelihatannya aku mesti
menjagalnya terlebih dulu." setelah mengambil
keputusan, sambil tersenyum ujarnya:
"Hey adik Pek. nampaknya kondisi tubuhmu
belakangan ini bertambah sehat dan segar."
"Seebun Giok-hiong," ujar Pek si-hiang dengan wajah
serius, "sekalipun aku mempunyai kesabaran yang luar
biasa, bukan berarti tanpa batas, lebih baik kau jangan
kelewat memojokkan posisiku. "
"Aaah, kau kelewat serius" seebun Giok-hiong tertawa
terkekeh-kekeh. Kecerdasan serta pengalaman yang dimiliki Li Tionghui
memang kalah jauh bila dibandingkan seebun Giokhiong
serta Pek si-hiang, tapi dari tanya jawab yang
dilakukan kedua orang itu, dia dapat menarik sedikit
kesimpulan maka pikirnya segera:
"Bisa gawat bila seebun Giok-hiong berniat mencelakai
Pek si-hiang, lagipula gadis itu tak pandai bersilat, mana
mungkin dia sanggup menghadapi gempurannya" Ehmm,
untuk menolong situasi, ada baiknya aku sedia payung
3346 sebelum hujan... tapi, semua orang yang hadir di sini
rata-rata memiliki ilmu silat yang sangat tangguh, kalau
tidak dicarikan sebuah akal yang sempurna, rasanya
mustahil aku bisa selamatkan jiwanya..."
Sementara dia masih berputar otak mencari akal,
mendadak terdengar seseorang membentak dengan
suara yang lantang lagi nyaring:
"Sungguh tak kusangka setelah aku mengundurkan
diri dari dunia persilatan di daratan Tinggoan, si katak
pun pingin jadi pentolan."
Nada pembicaraan orang itu amat tekebur, bahkan
diucapkan dengan kata-kata yang tegas dan nyaring,
membuat para jago yang hadir dalam arena merasa
tergetar hatinya. Ketika semua orang berpaling, terlihatlah seorang
lelaki setengah umur yang memakai jubah kuning,
berjenggot putih dan menggembel sebuah pedang di
punggungnya sedang berjalan masuk ke dalam ruangan
dengan langkah lebar. Tingkah laku orang itu amat congkak dan jumawa,
seakan-akan dia anggap semua jago yang hadir dalam
ruangan tersebut hanya patung-patung tak bernyawa.
seebun Giok-hiong pun turut berpikir dalam hati kecilnya:
"Siapa pula orang ini" Tapi kalau dilihat lagaknya yang
angkuh namun menawan hati, di masa mudanya dulu ia
pasti merupakan idaman hati setiap gadis."
Terdengar Nyonya pedang patah hati mengejek sambil
tertawa dingini 3347 "Bagus, bagus sekali, ternyata si raja pedang yang
sudah banyak tahun menyembunyikan diri di luar daratan
pun ikut hadir di sini."
"Raja pedang ...?" gumam seebun Giok-hiong.
"Benar, dialah raja pedang yang pernah mengobrak
abrik dunia persilatan selama dua puluh tahun dengan
segala cerita romantisnya, gara-gara kelewat banyak
menghamili perempuan akhirnya dia kabur keluar dari
daratan untuk menyembunyikan diri, tak nyana hari ini
dia berani muncul kembali di sini..."
Sementara itu pangeran pedang telah muncul di dalam
ruangan dengan langkah tergopoh-gopoh memberi
hormat di hadapan lelaki setengah umur tadi sambil
berseru: "Menyambut kehadiran ayahanda ..."
"Tidak usah banyak adat"
"Apakah ibunda juga turut datang?"
"Yaa, ibumu telah tiba di luar pendopo, pergi,
sambutlah kedatangannya..."
Pangeran pedang menyahut dan buru-buru
meninggalkan ruang pendopo itu.
Postur maupun perawakan kedua orang ini memang
berbeda sekali, kalau raja pedang meski telah berusia
setengah urnur namun masih memiliki daya tarik yang
luar biasa terutama bagi kaum wanita, sebaliknya
pangeran sedang memiliki perawakan badan yang tinggi
besar dan sama sekali tidak menarik. sehingga boleh
dibilang ia tak cocok menjadi keturunan seorang lelaki
romantis. 3348 Sementara para jago masih sangsi, tampak pangeran
pedang telah muncul kembali sambil menggandeng
tangan seorang perempuan yang berperawakan tinggi
besar, berpinggang lebar,wajah lebar dengan telinga
besar serta rambut yang disanggul dengan sekuntum
bunga merah menghiasi rambutnya.
Dengan perasaan tertegun pikir Lim Han- kim:
"Beginikah tampang istri si raja pedang yang tersohor
itu" seandainya dia seorang pria, waah ... orang itu pasti
jauh lebih angker dan menakutkan ..."
Kedengaran perempuan tinggi besar itu segera
berkoar begitu masuk ke dalam ruang pendopo:
"Hei suamiku, jauh-jauh kita datang kemari, masa
sebuah bangku tempat duduk pun tidak tersedia buat
kita?" Biarpun perawakan tubuhnya tinggi besar dan kasar,
ternyata perempuan itu mempunyai suara yang lembut
dan halus, berbeda jauh bila dibandingkan dengan
badannya. Raja pedang segera tertawa terbahak-bahak:
"Hahahaha... benar juga perkataan permaisuri, hey
siapa ketua penyelenggara pertemuan ini?"
"Ada apa kau mencari aku?" sapa Li Tiong- hui sambil
pelan-pelan bangkit berdiri Raja pedang tersenyum
"Jauh-jauh dari seberang lautan aku bersama
permaisuri dan pangeranku datang menghadiri
pertemuan puncak ini, masa tempat duduk pun tidak kau
Rumah Judi Pancing Perak 2 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Tusuk Kondai Pusaka 8
ini, pasti akan kuundang kalian semua untuk menghadiri
pesta perkawinanku, ... "
"Aku pikir kesempatanmu ke sana amat tipis"
Tiba-tiba Lim Han-kim melompat bangun sambil
berteriak: "Hey, aku Lim Han-kim adalah seorang lelaki, masa
kalian ..." "Bagaimana kalau kau tidak menimbrung dulu?" pinta
Pek si-hiang sambil memberi tanda.
"Kenapa" Aku Lim Han-kim toh bukan sebuah barang
persembahan, masa kau hendak sumbangkan kepada
orang lain?" "Aaaai... justru inilah masalah utama dari kita
berempat, bila kita terdiri dari dua pria dan dua wanita,
tentu urusan tak usah repot seperti ini, sayang di sini
hanya ada kau seorang..."
"Justru barang langka mahal harganya" sindir seebun
Giok-hiong sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Jangan mencemooh dia" pinta Pek si-hiang sambil
menggeleng, "Dengarkan dulu perkataanku. Kini Li
Tiong-hui sudah punya pilihan sendiri, sedang nyawaku
tinggal sebulan lagi, jadi setelah kupertimbangkan
berulang kali, rasanya kecuali kutitipkan dia pada cici,
siapa lagi yang bisa kuserahi?"
3267 "Seandainya kau bicara sejujurnya, urusan ini pun
merupakan masalah setelah selesainya pertemuan
puncak ini..." "Cici keliru besar, setelah berlangsungnya pertemuan
puncak itu, situasi dalam dunia persilatan tentu porak
poranda tak karuan, dengan mempertaruhkan sisa
hidupku, aku pasti akan berusaha menyumbangkan
sedikit baktiku untuk membenahi keadaan dunia
persilatan, syukur pabila aku bisa mengubah ancaman
yang berbau darah ini menjadi situasi yang tenang dan
penuh kedamaian, bila aku bisa melihat kau serta Li
Tiong-hui memiliki keluarga yang bahagia, meski harus
mati pun aku bisa mati dengan mata terpejam..."
Mendadak seebun Giok-hiong bangkit berdiri, katanya:
"Terima kasih banyak atas maksud baikmu itu, aku
merasa berterima kasih sekali dengan perhatian ini,
betul, aku memang menyukai Lim Han-kim, namun
seebun Giok-hiong berbeda sekali dengan wanita lain,
aku tak bisa melupakan dendam sakit hati orang tuaku
gara-gara seorang pria, bila tak ada jalan yang
sempurna, terpaksa aku harus jatuhkan pilihan pada
salah satu di antaranya. Aku pun setuju dengan
permintaanmu tadi, setelah kematianmu aku akan
berusaha dengan sekuat tenagaku untuk melindungi dan
menjaga kekasihmu itu, agar dia mempunyai posisi yang
terhormat dalam dunia persilatan, saat itu aku akan
berada di belakang layar dan mengaturkan strategi
baginya, Aku rasa pembicaraan kita hari ini cukup sampai
di sini saja, pagi sudah hampir menjelang tiba, lagipula
kondisi badanmu kurang bagus, segeralah pulang untuk
beristirahat Nah, sampai ketemu lagi."
3268 Selesai berkata, ia memberi hormat dan segera berlalu
meninggaikan tempat tersebut
Memandang bayangan punggung seebun Giok-hiong
yang menjauh, Pek si-hiang menghela napas panjang,
gumamnya: "Tak nyana ia begitu keras kepala"
"Mari kita pulang," ajak Li Tiong-hui sambil berdiri, "
Kalau memang ia nekat ingin bertarung, apa boleh buat
lagi?" BAB 51. ibarat Menunggang Di Punggung
Harimau Sambil berpaling ke arah Lim Han-kim, bisik Pek sihiang:
"Aku telah menyinggung perasaanmu, tidak
marah bukan?" Sebenarnya Lim Han-kim bermaksud menegur gadis
itu dengan beberapa patah kata yang tak sedap. namun
melihat rasa menyesal dari Pek si-hiang, kata-kata yang
sudah di bibir sukar diutarakan, akhirnya ia pun berkata
sambil tersenyum: "Sekarang kau sudah mengerti bukan, seebun Giokhiong
tak pernah menaruh rasa cinta padaku."
Pek si-hiang tidak memberi tanggapan, memandang
kegelapan malam yang masih menyelimuti jagad,
gumamnya: "Budi dendam yang diwariskan tiga orang gadis cantik
di masa lampau belum mencapai akhir cerita,
mungkinkah kisah sejenis itu akan terulang kembali...?"
3269 "Aku rasa ceritanya sangat berbeda," ucap Li Tionghui
setelah menghela napas panjang, "Kita tak bisa
disalahkan dalam peristiwa ini, kau sudah menunjukkan
kebesaran jiwa yang paling hebat"
Pek si-hiang menggeleng berulang kali.
"Aku tak habis mengerti, apa sih yang diandalkan
seebun Giok-hiong hingga dia berani bersikeras untuk
melanjutkan pertarungan ini?"
"Untuk mencapai peristiwa ini, sudah banyak tahun ia
membuat persiapan dan perancangan yang seksama, aku
yakin ia sudah mempunyai persiapan yang sangat
matang." "Mari kita pulang" ajak Lim Han-kim kemudian
"Aaaai... sewaktu datang, aku membawa pengharapan
yang besar, sungguh tak nyana harus diakhiri dalam
keadaan begini, betul-betul mengenaskan"
Sambil menghela napas berulang kali, pelan-pelan Pek
si-hiang meninggalkan tempat itu.
"Cepat kau gandeng tangannya," bisik Li Tiong-hui
pada pemuda itu, "Kau harus menahannya dengan
penuh cinta kasih." "Menahannya?" Untuk sesaat Lim Han-kim tak bisa
menangkap arti perkataannya hingga tertegun.
"Yaa, bila ia benar-benar tak ingin mati, berarti dia
akan peroleh cara lain untuk mempertahankan
hidupnya." "Lalu kenapa dia harus mati?"
3270 "Sebab hidupnya penuh penderitaan, kemampuannya
sangat bertolak belakang dengan kondisi tubuhnya yang
lemah, bayangkan sendiri semisalnya kau yang mesti
hidup menderita selama belasan tahun, apakah kau
masih bergairah untuk melanjutkan hidupmu..." Tiba-tiba
terlihat Pek si-hiang terhuyung-huyung lalu roboh ke
samping bukit. Rupanya jalan setapak itu curam lagi sempit, dalam
kondisi tubuh yang tak seimbang, badannya yang lemah
pun segera roboh terjungkal ke sisi jalan. Cepat-cepat
Lim Han-kim melompat ke depan dan memondong tubuh
gadis tersebut "Semenjak kecil, aku sudah terbiasa roboh tak
sadarkan diri sampai lama sekali," kata Pek si-hiang
sambil tersenyum, "Ketika sadar kembali dari pingsanku,
kulihat tubuhku sudah berbaring di atas ranjang, itulah
sebabnya selama ini Hiang-kiok dan siok-bwee selalu
mendampingiku ke mana pun aku pergi, tapi belakangan
ini aku jarang roboh mencium tanah"
"Masa sudah begini besar masih sering roboh
mencium tanah?" Pek si-hiang menghela napas sedih.
"Aaaai... walaupun memiliki kekayaan yang melimpah,
sandang pangan berlimpah ruah, tapi apa artinya hidup
tersiksa macam diriku ini?"
Sebenarnya Lim Han-kim ingin sekali mengucapkan
beberapa kata untuk menghibur hatinya, tapi ketika
dilihatnya Li Tiong-hui mengikuti persis di belakang
mereka, niat tersebut terpaksa ditahan kembali
Dalam waktu singkat mereka bertiga sudah balik ke
dalam lembah Ban-siong-kok. tampak cahaya lentera
3271 menerangi seluruh ruangan, bayangan manusia pun
bergerak kesana kemari, Melihat itu Li Tiong-hui berbisik,
"Kita kedatangan bala bantuan lagi, harap saudara Lim
antar dulu nona Pek pulang ke loteng Teng-siong-lo, aku
mesti melayani tamu-tamu yang baru datang."
"Kau adalah seorang Bengcu, sudah sepantasnya kau
menyambut kedatangan mereka," sahut Lim Han-kim.
Ia pun melanjutkan perjalanan menuju loteng Tengsiong-
lo. Tiba dalam kamar tidur, dari bawah ranjangnya Pek sihiang
ambil keluar sejilid kitab yane bersampul kulit
kambing, lalu bisiknya: "Kau tak usah pergi."
"Kenapa?" tanya Lim Han-kim terkejut.
"Baca dulu isi buku ini di bawah loteng sana, besok
aku akan mulai mewariskan ilmu silat padamu, selama ini
kau harus pusatkan pikiran, jangan melamunkan yang
bukan-bukan, manfaatkan waktu selama tujuh hari ini
dengan sebaik-baiknya." Lim Han-kim menggeleng.
"Aku tidak memiliki bakat dan kecerdasan seperti
nona, tak mungkin aku berhasil menguasai ilmu tersebut
dalam waktu tujuh hari."
"Akan kugunakan sejenis ilmu tusuk jarum untuk
membantu merangsang hawa murnimu."
Lim Han-kim sebera teringat pula bahwa gadis itu
memang sering merangsang timbulnya hawa terpendam
dengan bantuan tusuk jarum, untuk sesaat ia jadi
tertegun dan tak mampu mengucapkan sepatah kata
pun. 3272 "Bagaimana" Kau merasa sangat takut?" tanya Pek sihiang.
"Aku hanya tak habis mengerti, bagaimana mungkin
hawa murni yang dimiliki seseorang dapat bertambah
hanya dengan bantuan tusuk jarum?"
"Mengenai ilmu tusuk jarum, pengetahuannya amat
mendalam dan mendetail, susah bagiku untuk
menerangkan dalam waktu singkat Lebih baik kau buang
jauh-jauh semua pikiran yang tak berguna sekarang,
pusatkan perhatianmu hanya untuk berlatih ilmu silat
tersebut." "Aku takut gagal."
"Kau tak boleh gagal dalam latihan ini, sebab bila ilmu
tersebut gagal kau kuasai, bukan saja kau tak bisa
menempatkan diri dalam pertemuan puncak nanti,
bahkan tak akan berhasil selamatkan ibumu dari musibah
yang mengancam." "Tapi... apa sangkut pautnya dengan ibuku?"
"Apabia seebun Giok-hiong yang menangkan
pertarungan ini, akhir yang tragis tak usah dibayangkan
lagi, sebaliknya bila Li hujin yang berhasil mengungguli
seebun Giok-hiong, sudah pasti dia tak ingin masa
lalunya tersebar luas dalam dunia persilatan, berarti dia
tak akan membiarkan ibumu tinggalkan perkampungan
keluarga Hong-san, seperti juga nasib ibuku, sepanjang
hidup akan tersekap di sini."
"Benarkah itu?" seru Lim Han-kim tertegun-
"Tentu saja sungguh, Bila kita bisa mengubah tragedi
yang akan menimpa pertemuan puncak ini menjadi suatu
3273 pertemuan penuh kedamaian, bukan saja kita dapat
selamatkan umat persilatan dari kematian yang tak
berarti, semua pertikaian dari generasi tua kita pun bisa
dileraikan menjadi kebahagiaan sebaliknya jika senjata
yang berbicara, sudah pasti pertemuan ini akan berakhir
sangat mengerikan terlepas siapa menang siapa kalah,
yang ada hanyalah perebutan superior di antara sesama
umat persilatan." Lim Han-kim berpikir sejenak, akhirnya dia
mengangguk "Benar juga perkataan nona."
"Mula-mula aku berhasrat membujuk Seebun Giokhiong
agar berubah pikiran, tak nyana tekadnya sudah
mengeras bagai baja, berarti kita harus tergantung pada
diri sendiri bila ingin mengubah situasi tersebut."
"Hanya mengandalkan kekuatan nona dan aku
berdua?" "Mungkin saja kita masih mempunyai rekan yang satu
haluan, tapi apa bila kita tak mampu mengendalikan
situasi, sekalipun mereka punya haluan yang sejalan
dengan kita, toh tak akan kita peroleh bantuan nyata dari
orang-orang itu" "Kalau begitu biar kucoba dengan sepenuh tenaga."
"Bayangkan selalu bahwa persoalan ini menyangkut
keselamatan ibumu, menyangkut pula keselamatanku
maka kau pasti bisa mempelajari ilmu tersebut dengan
sungguh hati." "Tapi apa sangkut pautnya persoalan ini dengan
keselamatan nona?" 3274 "Siapa bilang tak ada sangkut pautnya" Bila kau bisa
memperlihatkan kehebatanmu dalam pertemuan puncak
nanti hingga situasi terkendali, berarti aku tak perlu
keluar tenaga, bila tenagaku tak tercecer artinya aku bisa
hidup dua tahun lebih lama."
"Sungguh?" "Kapan sih aku pernah membohongimu" Cuma... aku
hanya bisa hidup dua tahun lebih lama..."
"Hahahaha... dua tahun pun sudah lebih dari cukup."
Lim Han-kim tertawa tergelak.
"Kau benar-benar serius ingin mengawini seorang
perempuan penyakitan macam aku sebagai istrimu?"
"Tentu Akan kumanfaatkan dua tahun ini dengan baik,
akan kucurahkan semua cinta kasihku padamu, biar
cuma dua tahun, aku sudah merasa puas sekali."
"Dua tahun akan lewat dengan begitu saja, bagaimana
selanjutnya?" "Selanjutnya" Aku tetap akan mendampingimu..."
"Tapi aku kan sudah mati" Lim Han-kim tersenyum.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tahu, kau tak bakal mati, demi aku, kau pasti
akan berusaha untuk hidup terus, sekalipun kau benarbenar
mati, itu pun hanya ragamu yang pergi tinggalkan
aku, sedang suaramu, senyummu dan hatimu akan selalu
dan selamanya hidup dalam hatiku."
Senyum manis menghiasi wajah Pek si-hiang
mengiringi cucuran air mata kegirangan yang membasahi
pipinya, berbisik lirih: 3275 "Aku gembira... gembira sekali, tapi kegembiraan ini
mengingatkan aku pada penderitaan yang dialami Li
hujin, oleh karena itu aku harus mengatakan sesuatu
padamu." "Soal apa?" "Di kemudian hari, pabila kita berhasil menguasai
keadaan, terlepas penderitaan macam apa yang pernah
dialami ibumu, kita tak boleh bersikap kelewat keras
terhadap Li hujin" Lim Han-kim menghela napas panjang.
"Baiklah, sampai waktunya aku tentu akan menuruti
semua permintaanmu."
"Bagus." Pek si-hiang tersenyum, "sekarang kau boleh
membuka kitab tersebut dan mulai membaca isinya."
Dengan wajah penuh keriangan Lim Han-kim
membuka kitab itu dan membaca isinya dengan
seksama. Pek si-hiang duduk mendampingi di sisi-nya, ia begitu
lembut dan tenang menemani kekasihnya membaca.
Kitab itu sangat tipis, tak sampai sepenanak nasi
kemudian Lim Han-kim telah selesai membacanya.
"Minumlah dulu," bisik Pek si-hiang sambil
menyodorkan cawan teh, "istirahat sejenak sebelum kau
beritahu padaku bagaimana pandanganmu tentang ilmu
ini." Lim Han-kim menyambut cawan itu dan meneguk
isinya, kemudian baru berkata:
"Tulisan dalam kitab ini mempunyai makna yang
sangat mendalam, banyak bagian tidak kupahami."
3276 "Sekarang kau baru membaca sekali, tentu saja
artinya belum bisa kau tangkap dengan jelas, Coba
ulangi dua-tiga kali, pelan-pelan aku akan membantumu
untuk memberi penjelasan"
Sekali lagi Lim Han-kim membaca isi kitab tersebut
dari awal. Begitulah, di bawah bujuk rayu Pek si-hiang, Lim Hankim
telah membaca ulang isi kitab itu sampai puluhan
kali. Lambat laun dia mulai dapat menangkap maksud dari
tulisan tersebut dan menambah khazanah
pengetahuannya. Mendadak Pek si-hiang menutup rapat kitab itu, lalu
katanya sambil tersenyum: "sekarang kau harus
menderita." "Menderita apa?"
"Sekarang kau harus berada dalam kamar ini seorang
diri, semua pintu dan jendela akan kututup rapat, sedang
kau harus pusatkan pikiran untuk menelaah isi kitab
tersebut, bila menjumpai bagian yang tidak kau pahami
ulangi lagi mulai dari awal."
"Kalau tetap tidak mengerti?"
"Kau pasti bisa memahami banyak sekali."
"Baiklah, akan kucoba." Digenggamnya tangan Lim
Han-kim erat-erat, lalu bisik Pek si-hiang:
"Mulai sekarang kau harus berada dalam ruangan ini
seorang diri, selama dua belas jam tak boleh makan tak
3277 boleh minum, segenap pikiran dan perhatianmu harus
dicurahkan pada pelajaran silat."
"Dua belas jam akan lewat sekejap mata, apa artinya
untuk mempelajari suatu ilmu?"
"Dua belas jam kemudian aku akan datang lagi untuk
menjengukmu waktu itu kau tentu sudah hapal di luar
kepala seluruh isi kitab ini, meski ada bagian-bagian yang
mungkin tidak kau pahami, paling tidak kau sudah
mempunyai kesan yang mendalam terhadap kepandaian
itu. Nah, sampai waktunya kita bisa diskusikan bersama,
kau berlatih sambil mendengarkan penjelasanku Aku
yakin tujuh hari sudah lebih dari cukup bagimu untuk
menguasai kepandaian itu."
"Aku akan berlatih dengan sepenuh hati"
"Kalau begitu manfaatkan baik-baik waktu yang
tersedia." Selesai bicara, gadis itu beranjak keluar sembari
merapatkan pintu ruangan.
Sesuai dengan petunjuk Pek si-hiang, dengan seksama
Lim Han-kim mulai mempelajari isi kitab itu.
Tujuh hari berlalu amat cepat, sesuai dengan janjinya,
hari itu Pek si-hiang muncul dalam ruangan dan memberi
dorongan semangat kepada anak muda itu untuk berlatih
lebih tekun. Pada hari kedelapan, Lim Han-kim benar-benar sudah
hapal dengan ketiga jurus ilmu pukulan geledek serta
pedang sakti dunia jagat itu.
3278 Pek si-hiang ikut bergembira melihat keberhasilan
anak muda itu, katanya sambil tertawa:
"Walaupun tiga jurus pukulan geledek Thian-lui-samciang
serta ilmu pedang dunia jagat Cian-kun-it-kiam
merupakan ilmu maha tinggi yang luar biasa, namun
kepandaian tersebut termasuk juga ilmu yang paling
jahat dan ganas, untuk memiliki ilmu pemusnah
sedahsyat ini dibutuhkan seseorang dengan hati yang
bajik dan baik, kini walaupun kau berhasil menguasai
sebagian kecil kepandaian itu, namun tenaga dalam yang
kurang sempurna membuat daya pamungkas dari kedua
ilmu tersebut hanya mencapai delapan puluh persen,
oleh karena itu kau mesti manfaatkan setiap kesempatan
yang ada untuk berlatih diri"
Karena kelewat banyak bicara, gadis itu mulai
tersengal-sengal napasnya sambil bermandi keringat.
"Semuanya sudah kuingat," hibur Lim Han-kim cepat,
"Berapa hari belakangan ini kau turut tersiksa gara-gara
aku, sekarang tidurlah dan beristirahat sepuasnya."
"Dalam tujuh hari belakangan ini, beberapa kali Li
Tiong-hui mengutus anak buahnya mengundangmu ikut
menghadiri rapat umum dipendopo utama, tapi
semuanya telah kutolak, pagi tadi ia datang sendiri
kemari, katanya siang ini kau diminta hadir dipendopo
utama, dan aku telah mewakilimu menyanggupi
undangan tersebut sekarang tengah hari sudah tiba,
cepatlah kau bergabung dengan mereka"
"Ada rapat apa sih dipendopo utama?"
3279 "Paling banter membicarakan siasat untuk menghadapi
seebun Giok-hiong..." setelah berhenti sejenak, kembali
terusnya: "Konon dalam berapa hari belakangan ini,
perkampungan keluarga Hong-san telah kedatangan
banyak jago, ditinjau dari hal ini, tampaknya
pertumpahan darah tak dapat dihindari lagi... Lim
siangkong, lebih baik rahasiakan sementara waktu kalau
kau telah mempelajari tiga jurus pukulan geledek dan
jurus pedang maut tersebut."
"Aku mengerti."
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi, sedang aku pun
perlu beristirahat." selesai bicara, gadis itu beranjak
pergi. Lim Han-kim segera tinggalkan gedung Teng-siong-lo
dan buru-buru menuju kependopo utama.
Waktu itu banyak orang sudah hadir dalam pendopo,
Li Tiong-hui dengan menempati kursi utama sedang
memperhatikan seluruh ruangan
Lim Han-kim dapat melihat di situ hadir pula Ciu
Huang, Hongpo Tiang-hong, ketua Cing-im-koan yaitu Ci
Mia-cu, Li Bun-yang, Hansi-kong dan jago-jago lainnya
Begitu melihat kehadiran pemuda itu, sambil manggutmanggut
seru Li Tiong-hui: "Silakan duduk di sini saudara Lim"
Dengan langkah lebar Lim Han-kim menghampiri gadis
itu, betul juga lebih kurang tiga depa di sisi kiri Li Tionghui
terdapat sebuah bangku kosong, dia pun menempati
kursi tersebut. 3280 Beberapa saat kemudian Li Tiong-hui baru bangkit
berdiri, ditatapnya para jago sekejap kemudian baru
berkata: "Apa pendapat kalian tentang usaha kita menghadapi
agresi seebun Giok-hiong?"
"Posisi kita sekarang ibarat menunggang di punggung
harimau, jadi pertarungan tak dapat dihindari lagi," kata
Ciu Huang setelah mendeham pelan, "Dari kawanan jago
pelbagai perguruan yang telah berkumpul di sini, kalau
bukan dipimpin oleh ketuanya sendiri, pasti mengutus
jagoan paling tangguhnya untuk membantu kita. Pertama
hal ini menunjukkan kesetiaan semua jago terhadap
ketuanya, kedua membuktikan juga bahwa semua umat
persilatan telah mengetahui situasi sebenarnya yang
berlangsung dalam dunia persilatan saat ini, seebun
Giok-hiong adalah sumber dari semua bencana dan
tragedi ini, demi keselamatan jiwa kita semua hanya ada
satujalan untuk kita tempuh yakni bertarung hingga tetes
darah penghabisan-" "Betul," sambung Hongpo Tiang-hong pula, "Semua
yang kuundang untuk ikut menghadiri pertemuan puncak
ini telah menyanggupi untuk hadir tepat waktunya, ini
semua membuktikan bahwa persatuan masih ada dalam
hati kecil setiap umat persilatan, biar bagaimana pun
hebatnya ilmu silat seebun Giok-hiong, mustahil dia
sanggup melawan segenap kekuatan umat persilatan."
Mendadak terdengar dayang yang bertugas menjaga
pintu berseru lantang: "Ketua siau-lim-pay dan ketua Bu-tong-pay tiba"
3281 Reputasi kedua partai besar ini cukup hebat dalam
dunia persilatan selama berapa ratus tahun terakhir,
sudah barang tentu pamornya juga luar biasa. serentak
para jago yang hadir bangkit berdiri untuk menyambut
kedatangan mereka. Lim Han-kim coba memperhatikan keluar pendopo,
terlihat seorang padri dan seorang tosu muncul bersama
dari balik pintu. Si padri mengenakanjubah lhasa berwarna kuning,
alisnya panjang tergantung di sisi mata, wajahnya angker
dan berwibawa. Sebaliknya si tosu mengenakan jubah pendeta
berwarna hijau, jenggotnya panjang terurai sedada,
mukanya lonjong dan berwibawa.
Tampak pendeta berjubah kuning itu membalas
hormat para jago seraya berseru: "silakan duduk, silakan
duduk..." Sedangkan si tosu memberi hormat kepada Li Tionghui
sambil katanya: "Maaf bila Bengcu harus menunggu
lama karena keterlambatan kami berdua."
"Silakan duduk Taysu, totiang" kata Li Tiong-hui.
Tosu itu manggut-manggut, ia menyapu sekejap
wajah para jago dan akhirnya menjura kepada Ciu Huang
sambil katanya: "Selamat berjumpa kembali pendekar
ciu" "Selamat bertemu,"jawab Ciu Huang, "Tak kusangka
sebagai seorang ketua ternyata lotiang bersedia pimpin
sendiri anak buahmu untuk menghadiri pertemuan ini,
kehadiranmu sangat membantu moril kami semua."
3282 Hian- hok sangjin, ketua dari Bu-tong-pay itu segera
mengalihkan pandangannya ke wajah hwesio berjubah
kuning itu, sahutnya: "Kalau aku sih memang khusus kemari untuk
menyelesaikan sedikit perselisihan di masa lampau,
justru kita harus bersyukur karena ketua siau-lim-pay Buhong
taysu yang jarang melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan mau hadir sendiri di sini untuk
memimpin anak buahnya." Bu-hong taysu tersenyum.
"Pinceng memang wajib hadir dalam pertemuan ini
untuk memenuhi undangan dari Bengcu."
"Ucapan taysu kelewat serius," seru Li Tiong-hui.
sementara itu Lim Han-kim berpikir dalam hati:
"Tak kuduga sebagai seorang ketua siau-lim-pay yang
begitu tersohor, pendeta ini begitu rendah hati dan
bersahaja, betul-betul mengagumkan. Dari pintu gerbang
pendopo kembali terdengar suara dayang tadi berseru
lantang: "Ketua Gobi-pay dan cing-shia-pay hadir"
Tampak dua orang pendeta setengah umur muncul
dari balik pintu gerbang langsung menuju ke tengah
pendopo. Tak terlukis rasa girang Li Tiong-hui setelah melihat
partai-partai besar hadir dengan dipimpin langsung oleh
ketuanya, sambil memberi hormat serunya: "Silakan
duduk taysu berdua."
Dua orang hwesio itu berusia sekitar 50-an tahun,
seorang memakai jubah warna abu-abu, sedang lainnya
3283 berjubah hijau, setelah membalas hormat Li Tiong-hui,
masing-masing menempati tempat duduknya.
Ketika melihat semua tokoh penting telah hadir dalam
pendopo, Li Tiong-hui segera bangkit sambil berkata:
"Pengaruh besar yang ditimbulkan oleh bencana besar
kali ini sangat mempengaruhi situasi dunia persilatan
selama puluhan tahun berikut, aku berharap saudara
sekalian sudi mengemukakan pendapat masing-masing,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mari kita mencari cara yang paling tepat untuk
membendung serbuan musuh"
"Kami semua siap mengamankan dan melaksanakan
perintah Bengcu" seru Bu-hong taysu, ketua Siau-lim-pay
sambil bangkit berdiri. "Taysu, Li Tiong-hui tak lebih hanya seorang wanita
lemah, berkat dukungan dari para jagolah aku terpilih
menjadi ketua Bu-lim, untuk dukungan ini aku merasa
berterima kasih sekali. Cuma, bencana besar yang kita
hadapi sekarang berpengaruh amat besar bagi
keselamatan seluruh umat Bu-lim, itulah sebabnya aku
amat butuh pendapat dan usul dari para tokoh senior."
"Bengcu tak perlu berendah hati lagi," ujar Thian
Ceng-cu, ketua Bu-tong-pay. "Tapi aku memang berniat
mengusulkan beberapa hal, harap Bengcu mau
memaklumi." "Katakan saja pendapat totiang"
"Seebun Giok-hiong memiliki ilmu silat yang luar bisa,
ia datang dengan membawa seluruh inti kekuatan yang
dimiliki dengan satu tujuan yakni mencapai cita-citanya,
bisa dibayangkan pertarungan yang bakal berlangsung
3284 pasti amat sengit dan brutal. oleh sebab itu menurut
pendapatku, pada awal pertarungan nanti kita jangan
terlalu memforsir kekuatan kita dengan melakukan
pertarungan-pertarungan adu jiwa..."
Disapunya sekejap para jago dalam pendopo itu,
ketika melihat banyak di antara mereka manggutmanggut
tanda setuju, dia pun melanjutkan kembali
kata-katanya: "ltulah sebabnya kuusulkan agar kekuatan kita dibagi
menjadi tiga sektor dengan masing-masing sektor
didukung oleh kekuatan inti kita untuk menghadapi
seebun Giok-hiong maupun beberapa orang jago lainnya,
bila salah satu sektor merasa tak kuasa membendung
serangan musuh, maka kekuatan mereka harus ditarik
mundur ke sektor kedua, demikian seterusnya, mulut
lembah Ban-siong-kok kita jadikan sektor pertama
sedang depan pendopo ini menjadi basis kekuatan
terakhir kita..." "Bila sektor ketiga kita gelar di muka pendopo, apakah
hal ini tidak kelewat riskan, kelewat ke dalam?" tanya Ciu
Huang sambil bangkit berdiri.
"Aku telah pelajari situasi di seputar pendopo ini,
selain terdapat lapangan yang amat luas, jarak dengan
pepohonan pun cukup panjang, sehingga di antara
pohon-pohon bisa kita pakai untuk menyembunyikan
kekuatan kita, bisa pula digunakan untuk melangsun
pertempuran menurut pendapatku, bagaimana kalau Buhong
taysu dengan memimpin anak buahnya menggelar
sebuah barisan Lo-han-tin di muka pendopo tersebut
dengan menunggu kehadiran lawan yang menerobos ke
3285 sana, bila kawanan musuh itu terperangkap dalam
barisan maka jago-jago kita lainnya bisa melancarkan
serangan balasan, siapa tahu kita bisa menumpas habis
mereka di situ..." "Sebuah ide yang cemerlang" puji Ciu Huang sambil
menggebrak meja. Thian Ceng-cu tersenyum, lanjutnya:
"Bila kekuatan musuh berhasil kita potong, maka
konsentrasi kita tinggal dicurahkan pada seorang saja,
yakni musuh utama kita." Li Tiong-hui berpaling ke wajah
Bu-hong taysu. "Bagaimana pendapat taysu?" tanyanya.
"Meskipun lolap telah membincangkan siasat ini
dengan Thian Cengcu totiang, tapi yang terutama adalah
bagaimana tanggapan dari ibumu tentang hal ini?"
"Benar," sambung Ciu Huang, "Maksud hati ibumu
sukar diduga, lebih baik Bengcu bicarakan dulu masalah
ini dengan ibumu." Kembali Lim Han-kim berpikir.
"Sejak kawin dengan Li Tong- yang, Li hujin tak
pernah tinggalkan bukit Hong-san barang selangkah pun,
tapi nyatanya kebesaran nama perempuan itu sudah
menyebar luas ke seantero jagad, nampaknya dia
memang sebutir mutiara terpendam." sementara itu
Thian ceng-cu telah berkata lagi:
"Bila Bengcu dapat menghadirkan ibu Anda kemari,
maka rencana tersebut dapat kita putuskan segera."
"lbu sudah berjanji akan turun tangan membantu,
tentu saja dia tak akan berpangku tangan belaka,
tentang kemunculannya, ia akan muncul pada saat yang
tepat hingga rasanya tak perlu mesti menghadiri rapat
ini, menurut pendapatku lebih baik kita membagi tugas
3286 seperti yang direncanakan biar ibuku yang menyesuaikan
diri kemudian." "Bengcu," ujar Hongpo Tiang-hong tiba-tiba sambil
bangkit berdiri, "Ada beberapa masalah entah bolehkah
kusampaikan keluar?"
"Katakan saja Hongpo lo-enghiong" seru Li Tiong-hui
tersenyum. "Menurut pendapatku, sebelum pertarungan paling
akbar ini digelar, lebih baik kalau kita beri kesempatan
lagi buat seebun Giok-hiong mengundurkan diri secara
terhormat, kita wajib tunjukkan kekuatan sesungguhnya
yang telah terhimpun sekarang agar dia tahu diri dan
membatalkan pertarungan tersebut."
"Bagaimana usulmu itu?"
"Menurut pandanganku, dari pada menghadangnya di
tengah jalan, lebih baik undang mereka semua datang
kemari, siapkan meja perjamuan kemudian sambil
pamerkan kekuatan kita berusaha membujuknya lagi
secara baik-baik agar ia sadar bahwa posisinya sudah
terjepit dan sangat berbahaya, seandainya tujuan seebun
Giok-hiong cuma pingin membalaskan dendam kematian
orang tuanya, beri kesempatan kepada orang-orang yang
terlibat langsung dalam peristiwa dulu untuk
menyelesaikan pertikaian mereka secara adil dan
terbuka, misalnya dalam penyelesaian tersebut ada di
antara mereka yang terluka di tangan seebun Giok-hiong,
hal ini pun sudah lumrah tapi urusannya bisa segera
dituntaskan, sebaliknya bila kita yang berhasil melukai
seebun Giok-hiong, aku yakin para pembantunya tak
akan berani bertindak gegabah apalagi dalam posisi
3287 tanpa seorang pimpinan, hanya tidak kuketahui
bagaimana pandangan Bengcu atas usulku ini?" Li Tionghui
tersenyum. "Pendapat Hongpo lo-enghiong memang bagus sekali,
masih ada pendapat atau usul lain?"
Dari luar gerbang pendopo kedengaran suara teriakan
lantang berkumandang: "Dewa cebol Cu Gi tiba"
Lim Han-kim segera menyaksikan seorang lelaki cebol
yang mengenakan topi caping lebar berjalan masuk ke
ruang pendopo dengan langkah cepat.
Hampir semua jago yang hadir dalam ruangan saat itu
menaruh hormat kepada tokoh silat yang selama ini
nampak kepala tak nampak ekornya ini, serentak mereka
berdiri menyambut seraya memberi hormat.
Dengan langkah lebar Dewa cebol Cu Gi langsung
menuju ke tengah pendopo, lalu serunya kepada Li
Tiong-hui: "Eeei keponakanku dimana ibumu sekarang?"
"Mungkin saja masih dipendopo Tay-Yang-kek."
"Bagaimana kalau diundang kemari" Ada beberapa
urusan penting harus kubicarakan sendiri dengan
ibumu." "Dapatkah locianpwee beritahukan padaku dulu?"
Menggunakan kesempatan di saat Li Tiong-hui sedang
bicara, si dewa cebol Cu Gi mengawasi sekejap seluruh
jago yang hadir dilain ruangan, setelah itu dia baru
berkata: "Tahu, siapakah Nyonya pedang patah hati?"
"Nyonya pedang patah hati" Rasanya pernah
kudengar ibu berbicara soal dia."
3288 "Selain nyonya pedang patah hati, seebun Giok-hiong
telah mengundang beberapa orang gembong iblis yang
sangat lihay untuk membantunya menyerang kita ..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, dari luar
pendopo telah kedengaran seseorang sedang berseru
dengan nada berat: "Selama hidup aku tak pernah
menyebut namaku." Cu Gi segera menghentikan pembicaraannya seraya
berpaling, tampak seorang kakek bermata satu yang
rambutnya telah memutih semua, dengan disertai
seorang gadis berbaju putih berkabung sedang
menyerbu masuk ke dalam ruangan dengan langkah
lebar. Di antara sekian banyak jago yang hadir dalam
ruangan, hanya Lim Han-kim, Li Tiong-hui, Han si-kong
serta Li Bun-yang beberapa orang yang kenal dengan
orang ini, serentak mereka bangkit untuk memberi
hormat. "Sang locianpwee..." sapa Li Tiong-hui sambil memberi
hormat "Sang Lam-ciau?" gumam dewa cebol Cu Gi seraya
melirik kakek itu sekejap.
"Sang Lam-ciau sudah lama mati, aku adalah aku,"
tukas Sang Lam-ciau ketus.
"Kau bukan sang Lam-ciau?"
"Tak usah perduli siapa aku, kedatanganku kali ini
adalah untuk membantu kalian..."
3289 Sorot matanya dialihkan ke wajah Li Tiong-hui,
terusnya: "Apa pun perintah Li Bengcu, akan kulaksanakan
semuanya tanpa menolak."
Keangkuhan dan sifat tinggi hati yang diperlihatkan
orang ini seketika membuat kawanan jago dalam
pendopo tertegun. Li Tiong-hui cukup memahami perasaan hati kakek ini,
dia tahu kakek tersebut menyimpan rasa benci dan
dendam yang amat mendalam, karena itu katanya lagi
sambil memberi hormat: "silakan duduk locianpwee."
Setajam sembilu sorot mata sang Lam-ciau mengawasi
sekejap kawanan jago dalam ruangan, kemudian tanpa
banyak bicara ia melangkah maju ke tempat duduk yang
tersedia. "Tunggu sebentar" hardik Dewa cebol Cu Gi mendadak
sambil melepaskan sebuah pukulan dengan tangan
kanannya. Sang Lam-ciau memutar tangan kanannya
menyongsong datangnya serangan tersebut dengan
keras lawan keras. "Blaaaammm. . "
Menyusul terjadinya benturan keras itu,
menggelegarlah suara ledakan yang memekikkan telinga,
baik si Dewa cebol Cu Gi maupun kakek berjenggot putih
itu masing-masing tergetar mundur satu langkah. sambil
tertawa tergelak seru Dewa cebol Cu Gi:
"Hahahaha... ternyata memang saudara Sang, selamat
berjumpa" sembari bicara ia memberi hormat
3290 Sang Lam-ciau mendengus dingin "Hmmm, cebol Cu,
aku paling benci diajak bergurau, lebih baik hati-hati
sedikit tingkah lakumu."
Dewa cebol Cu Gi tersenyum dan tidak menggubris
sang Lam-ciau lagi, kepada Li Tiong-hui ujarnya lebih
jauh: "Peristiwa ini tak boleh dianggap main-main, lebih baik
undang keluar ibumu."
"Soal ini... soal ini..."
"Semua orang gagah dari kolong langit telah
berkumpul di sini, masa ibumu masih jual lagak dengan
menampik untuk hadir di pertemuan im?" tegur Cu Gi
jengkel. "Aku tak pernah mencampuri urusan ibuku"
"Cebol Cu" umpat sang Lam-ciau marah, "Kau
memang paling suka cari penyakit, Li Tiong-hui adalah
ketua Bengcu kita, segala sesuatunya kita wajib mentaati
perintahnya, apa sangkut pautnya masalah ini dengan Li
hujin?" Dewa cebol Cu Gi tertawa tergelak.
"Hahahaha... kau tahu, siapa saja yang telah
diundang, seebun Giok-hiong untuk menunjang
kubunya?" "Siapa?" "Thia sik-kong..."
"Berapa jurus toya angin puyuh milik Thia sik-kong
bukan suatu kepandaian yang terlalu hebat, kenapa
mesti ditakuti?" 3291 "Jangan keburu napsu, toh kata-kataku belum selesai
disampaikan selain Thia sik-kong masih ada lagi Nyonya
pedang patah hati." "Nyonya pedang patah hati belum mampus?"
"Bukan saja belum mampus, malahan sudah
menerima undangan dari seebun Giok-hiong untuk
memperkuat kubunya."
"Sekalipun nyonya pedang patah hati ikut hadir, mau
apa dia?" "Mungkin saja saudara sang mampu untuk
membendung keampuhan nyonya pedang patah hati.."
Belum sempat sang Lam-ciau menanggapi perkataan
itu, mendadak terlihat seorang dayang berlari masuk
dengan langkah tergesa-gesa sambil berteriak: "Nona..."
"Ada apa?" Li Tiong-hui berkerut kening.
"Di luar lembah Ban-siong-kok kedatangan
serombongan manusia yang menyebut diri sebagai
pangeran pedang, sebelum budak sempat memberi
laporan, rombongan tersebut sudah menyerbu masuk..."
"Mengapa tidak kalian halangi?"
"llmu silatnya amat tangguh, banyak sudah rekan
hamba yang terluka di tangannya, padahal hamba
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekalian mendapat perintah untuk tidak membalas,
karena itu terpaksa hamba menerjang masuk kemari
untuk memberi laporan."
"Dimana ia sekarang?"
"Sudah menyerbu masuk ke dalam lembah, sesaat lagi
mungkin sudah akan tiba di luar pendopo."
3292 "Ehmm, aku sudah tahu, kau boleh pergi sekarang."
Dayang itu segera mengundurkan diri dari ruangan.
sepeninggal dayang tadi, Dewa cebol Cu Gi berteriak
dengan marah: "Kurang ajar, manusia macam apa yang begitu
bernyali, berani mengaku diri sebagai pangeran pedang"
" "Putranya raja pedang tentu menyebut diri sebagai
pangeran pedang." Ciu Huang menjelaskan
Lim Han- kim yang mengikuti-jalannya pembicaraan
itu segera berpikir: "Pangeran pedang pernah dikalahkan seebun Giokhiong
hingga menimbulkan rasa tidak puas dalam
hatinya, waktu itu ia sempat mengancam akan pulang ke
Lam-hay untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada
orang tuanya dan mengundang mereka untuk ikut
menghadiri pertemuan puncak ini, tapi... masa secepat
itu ia pulang ke Lam-hay dan muncul kembali di
daratan...?" Sementara anak muda tersebut masih berpikir, suara
langkah manusia telah bergema memecahkan
keheningan, empat orang Busu berbaju perang lapis baja
telah muncul di ambang pintu pendopo.
Di belakang keempat Busu berbaju perang itu
mengikuti seorang pemuda tinggi besar yang berbaju
sangat perlente dan mewah.
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han- kim dapat
mengenali kembali pemuda tinggi besar itu sebagai
pangeran pedang yang pernah dijumpainya tempo hari.
3293 Dengan angkuhnya pangeran pedang melangkah
masuk ke tengah ruang pertemuan, ditatapnya sekejap
seluruh hadirin, tapi ia segera tertegun setelah
menyaksikan beratus pasang mata sedang
mengawasinya dengan pandangan tajam, dalam sekilas
pandang saja ia sudah tahu bahwa kebanyakan jago
yang hadir dalam ruangan ini memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna. Tanpa sadar timbul rasa keder di hati kecilnya, dengan
sendirinya sikap angkuh dan jumawanya pun ikut luntur
sebagian. Sambil tertawa dingin seru Li Tiong-hui: "Pangeran
pedang, kenapa tidak memberi hormat setelah berjumpa
denganku?" Pangeran pedang mengawasi Li Tiong-hui sekejap
ketika dilihatnya gadis muda belia itu ternyata duduk di
bangku utama, tanpa terasa tegurnya balik: "Apa sih
kedudukan nona Li di sini?"
"Tentu saja Bu-lim Bengcu saat ini" bentak Han Sikong
penuh amarah. Sekali lagi pangeran pedang dibuat
tertegun tatkala menjumpai beratus pasang mata yang
mengawasinya memancarkan hawa amarah yang
meluap, buru-buru ia memberi hormat:
"Pangeran pedang menjumpai Bengcu." Biarpun
perawakan badannya tinggi besar, namun caranya
berbicara masih kekanak-kanakan.
"Cepat benar kehadiranmu di sini," tegur Li Tiong-hui
lagi, "Apa ayah ibumu turut datang?"
3294 "Yaa, di tengah jalan pulang ke rumah aku telah
bertemu dengan perahu yang ditumpangi orang tuaku,
maka aku pun balik kemari secepatnya."
"Ayahmu turut datang?"
"Aku disuruh berangkat duluan tapi orang tuaku
segera menyusul, paling cepat besok paling lambat tiga
hari lagi, mereka semua pasti sudah tiba di sini."
"Sebutan ayahmu adalah . . ." sela Dewa cebol Cu Gi.
"Aku menyebut diriku sebagai pangeran pedang, tentu
saja ayahku adalah raja pedang,"
"Yang kutanyakan siapa namanya, masa dia bermarga
Kiam dan bernama Ong?"
"Seorang anak tak boleh menyebut nama orang
tuanya secara sembarangan, sekalipun kutahu siapa
nama ayahku, namun tak akan kuucapkan sembarangan
" "Kalau kupaksa untuk berbicara juga?" ancam Dewa
cebol Cu Gi gusar. "Siapa sih kamu ini" Berani amat bersikap kurang ajar
padaku?" "Sialan, bapakmu pun belum tentu berani bicara kasar
padaku, kau si bocah ingusan kemarin sore berani
berkoar-koar seenaknya, sudah bosan hidup
nampaknya?" "Cebol jelek. monyet bertubuh kerdil, kau sendiri yang
sudah bosan hidup,.." balas pangeran pedang tak kalah
gusarnya. 3295 Selesai bicara ia segera memberi tanda, dua orang
Busu berbaju perang itu serentak menerjang Dewa cebol
Cu Gi dengan sebuah serangan yang dahsyat.
Dewa cebol Cu Gi tertawa dingin, dia rentangkan
sepasang tangannya melepaskan pukulan gencar.
Tidak kelihatan bagaimana caranya mengerahkan
tenaga, tahu-tahu dua orang Busu itu sudah mendengus
tertahan, mundur tiga langkah sambil mendekap
dadanya lalu terbongkok- bongkok menahan sakit.
BAB 52. Saling Mengatur formasi
Cukup lama sudah Dewa cebol Cu Gi malang
melintang dalam dunia persilatan, selama ini dia
ibaratnya seekor naga sakti yang nampak hidungnya tak
kelihatan ekornya, setiap orang tahu bahwa ilmu silatnya
amat tangguh, namun amat jarang orang melihat
bagaimana cara dia merobohkan musuhnya.
Maka setelah melihat cara pendekar cebol ini
merobohkan kedua orang musuhnya yang mengenakan
pakaian lapis baja hanya dengan sekali sodokan, bahkan
mengakibatkan lawannya luka parah, serentak para jago
tertegun dibuatnya. Dalam hati pangeran pedang sangat terkejut
bercampur ngeri setelah melihat kedua orang Busunya
roboh hanya dalam satu gebrakan saja, meski begitu
namun demi gengsi dan harga dirinya ia pantang
mengaku kalah dengan begitu saja. seraya meloloskan
pedangnya ia balas membentak:
3296 "Sebutkan dulu siapa namamu, aku tak sudi melukai
seseorang yang tak punya nama."
"Bagus," jengek Dewa cebol Cu Gi sambil tertawa
dingin, "Biar kuberi pelajaran dulu padamu sebelum
membuat tuntutan kepada bapaknya."
Sang Lam-ciau yang selama ini hanya mem-bungkam,
tiba-tiba melompat ke depan menghadang di muka
kedua orang itu sambil tegurnya dingini
"Hey, kehadiran kamu semua di sini demi menyokong,
Li Bengcu atau ingin pamer kekuatan saja?"
"Bocah sialan ini kelewat tengik lagaknya, kalau tak
diberi pelajaran tak enak rasanya hatiku," omel Dewa
cebok. "Kalau urusan sepele tak bisa ditahan, masalah besar
akan berantakan jadinya, kau si cebol toh sudah cukup
lama berkelana dalam dunia persilatan, masa prinsip
macam ini pun tidak kau pahami?"
Terhadap orang lain sikap Dewa cebol Cu Gi selalu
angkuh, tinggi hati dan enggan memberi muka kepada
siapa pun, hanya terhadap sang Lam-ciau dia sanggup
bersabar dan menahan diri
Teguran itu ternyata tidak membuatnya marah atau
berbalik mengajak sang Lam-ciau ribut, setelah
mendeham beberapa kali sahutnya:
"Betul juga ucapan saudara sang" Kepada pangeran
pedang segera serunya sambil tertawa dingini
"Sebagai seorang tua aku tak sudi ribut dengan
kurcaci macam kau, baiklah, saat ini aku tak akan ribut
3297 dulu, biar kubuat perhitungan ini dengan bapakmu
nanti." "Bagaimana menurut mendapatmu?" sang Lam-ciau
mengalihkan mata tunggalnya kepada pangeran pedang.
Pelan-pelan pangeran pedang sarungkan kembali
pedangnya: "Aku memang bukan orang yang suka mencari garagara,"
katanya. Begitulah, pertarungan yang nyaris meledak dapat
dilerai dan diredakan hanya dengan sepatah dua patah
kata Sang Lam-ciau. Setelah suasana mereda dan menjadi tenang kembali,
Li Tiong-hui baru menatap tajam pangeran pedang itu
sambil menegur. "Pangeran pedang, apa maksudmu
datang kemari?" "Aku berniat turut menghadiri pertemuan para jago ini
sambil menambah pengetahuanku tentang orang-orang
daratan-" "Berarti kau ingin memusuhi kami?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Sebagai musuh atau teman memang sukar dipastikan
sebelum kehadiran ayahmu di sini." Lim Han-kim yang
duduk di sisi gadis tersebut segera berbisik:
"Sebagai seorang Bu-lim Bengcu yang memimpin
dunia persilatan, kau harus tunjukkan sikap dewasa
seorang pemimpin, terlepas apa pun tujuan utama
kedatangannya, kau wajib menyediakan tempat duduk
baginya." 3298 Li Tiong-hui termenung berpikir sebentar setelah
mendengar ucapan itu, katanya kemudian-
"Pangeran pedang, aku tak mau tahu apa maksud
kedatanganmu yang sebenarnya, tapi setelah muncul
dalam perkampungan Hong-san ini, selayaknya kulayani
kau sebagai seorang tamu, silakan duduk."
Pangeran pedang menoleh memandang seputar
ruangan sekejap. kemudian baru ambil tempat duduk.
Sesaat kemudian Li Tiong-hui baru berkata lebih jauh:
"Gara-gara yang terjadi barusan telah memotong
pembicaraan Cu locianpwee yang belum selesai, silakan
kau lanjutkan pembicaraanmu tadi."
"Bila ibumu enggan menampakkan diri di sini,
percuma kuutarakan kata-kataku itu." Li Tiong-hui
melengak dan tak tahu bagaimana harus menanggapi
perkataan itu, Sementara ia dibuat serba salah, mendadak terlihat
olehnya ibunya dengan mengenakan baju serba putih
dan berwajah dingin membeku muncul di pintu pendopo.
Melihat itu buru-buru serunya:
"lbuku sudah datang, bila locianpwee ingin
menyampaikan sesuatu, katakan sekarang."
Dewa cebol Cu Gi berpaling memandang Li hujin
sekejap. lalu sapanya: "selamat berjumpa"
"Ada urusan apa kau bersikeras ingin bertemu
denganku?" tegur Li hujin dingin.
3299 "Entah dari mana seebun Giok-hiong mendapat tahu
tentang nyonya pedang patah hati, ia berhasil
mengundangnya untuk mendukung kubunya."
"Berita ini sudah kuketahui sejak kemarin."
"Siapa yang beritahu padamu?"
"Siapa pun orangnya toh sama saja"
Dewa cebol Cu Gi berkerut kening, kembali katanya:
"Semenjak kematian Li Tong- yang, belum pernah
nyonya tampilkan senyuman barang sekejap pun, hal ini
membuat kawan-kawan lama perkampungan Hong-san
tak berani mengunjungi tempat ini lagi."
"Hanya beberapa patah kata itu saja?" sela Nyonya Li
ketus. "Dengan susah payah kutempuh perjalanan sejauh
ribuan li hanya untuk menyampaikan berita tersebut, tak
nyana nyonya telah mengetahuinya lebih dulu."
Setajam sembilu Li hujin menatap wajah Cu Gi lalu
beralih ke wajah Ciu Huang, kemudian ujarnya menahan
geram: "Seandainya dia tidak kenal dengan teman-teman
macam kalian, mungkin hingga kini masih hidup segar di
dunia ini." Selesai berbicara dia balik badan dan berlalu dengan
langkah lambat. "Tunggu sebentar ibu" seru Li Tiong-hui cemas.
"Ada apa?" Li hujin berhenti seraya berpaling.
3300 "Semua jago dari pelbagai partai yang hadir di sini
menaruh rasa hormat kepada ibu, harap ibu mau tetap
tinggal di sini sambil membicarakan strategi berikut."
"Hmmm, sudah kelewat banyak masalah yang kau
berikan padaku, apakah itu belum cukup?"
Ketika menjumpai pangeran pedang duduk di situ, ia
segera menegur: "siapa orang ini?"
"Pangeran pedang . "
Agak berubah paras muka Li hujin, tapi hanya
sebentar dan segera pulih kembali dalam ketenangan,
katanya dingin: "Kau menyebut diri sebagai pangeran pedang,
bapakmu tentu orang yang menyebut diri sebagai raja
pedang?" "Benar, ayahku memang raja pedang "pangeran
pedang mengangguk.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekilas hawa napsu membunuh melintas di wajah Li
hujin yang serius, katanya lagi:
"Ayahmu juga berniat turut hadir dalam pertemuan
puncak ini?" "Benar, ayah dan ibuku akan segera menyusul
kemari." "Bagus sekali" Tanpa memperdulikan pangeran
pedang lagi, ia meneruskan langkahnya meninggalkan
ruangan. Sepeninggal Li hujin, Sang Lam-ciau baru berseru
kepada Dewa cebol Cu Gi dengan suara dingin:
3301 "Hei cebol, Li hujin sudah muncul, kesimpulan apa
yang telah kau peroleh?"
"Aaaai... sepeninggal Li Tong-yang, sifat Li hujin makin
berubah aneh dan nyentrik."
"Menurut pendapatku, apabila semua jago yang hadir
dalam pendopo ini mau berjuang dengan keberanian
penuh, aku yakin kekuatan kita masih sanggup
membendung serbuan dari seebun Giok-hiong ..."
Sorot matanya dialihkan ke wajah Li Tiong-hui,
kemudian terusnya: "Li Bengcu, ada beberapa patah kata perlu
kukemukakan sebelumnya daripada kalau sudah tiba
saatnya." "Katakan saja locianpwee."
"Maksudku datang kemari membantumu hari ini bukan
dikarenakan kau adalah seorang Bengcu maka aku
bersedia menolongmu, perduli siapa kau dan apa
kedudukanmu, semuanya tak ada sangkut pautnya
dengan aku. sesungguhnya sudah lama aku pensiun,
kehadiranku sekarang tak lain karena ingin mewujudkan
pesan terakhir majikanku.
Dalam anggapanku, kau masih tetap seorang ketua
dari perkumpulan Hian-hong-kau, oleh karena itulah aku
hadir dengan membawa semua inti kekuatan dari
perkumpulan tersebut..."
"Soal ini aku mengerti." Li Tiong-hui manggutmanggut,
3302 "Lebih baik tahu sejak dini, jadi dalam mengatur
kekuatan nanti, kau bisa bertindak sebagai seorang ketua
perkumpulan Hian-hong-kau yang memerintah anak
buahnya." "Aku amat bersyukur dengan kesediaan locianpwee
untuk menyumbangkan kekuatannya bagi kami."
Berkilat mata tunggal Sang Lam-ciau, setelah tarik
napas sejenak. terusnya lagi:
"Kini kau sudah menjadi ketua dari dunia persilatan
artinya sudah tak ada waktu lagi untuk mengurusi
masalah perkumpulan Hian-hong-kau, sedang aku pun
sudah putus asa dan tak bersemangat semenjak
kematian majikanku dulu, karenanya bila bencana besar
ini sudah lewat, perduli tinggal berapa jago Hian-hongkau
yang masih hidup, kau mesti umumkan pembubaran
perkumpulan ini kepada khalayak ramai, sebab sebagai
seorang ketua partai, hanya kau yang berhak untuk
melakukan hal ini." "Baik, akan kulaksanakan keinginan locianpwee itu."
Sang Lam-ciau tidak banyak bicara lagi, ia pun
mengundurkan diri dan duduk membisu.
Pelan-pelan Li Tiong-hui menyapu sekejap wajah para
jago dengan pandangan lembut, lalu ujarnya:
"Masih adakah di antara saudara sekalian yang ingin
mengemukakan pendapat" silakan dikemukakan"
Ketika pertanyaan yang diulang beberapa kali tidak
peroleh tanggapan, ia pun berkata lebih lanjut dengan
lantang: 3303 "Adakah di antara saudara sekalian yang enggan
menuruti perkataanku karena menganggap aku Li Tionghui
terlalu muda dan tak pantas menghadapi masalah
besar" Bila ada di antara kalian yang mempunyai
pendapat begitu, silakan kemukakan sekarang juga."
Para jago saling bertukar pandangan, sampai lama sekali
tak ada yang menanggapi "Baiklah," kata Li Tiong-hui kemudian, " Kalau
memang saudara sekalian begitu menganggap tinggi
diriku, biar kututup rapat hari ini hingga di sini dulu, Beri
waktu kepadaku untuk menganalisa pendapat dan usul
dari Anda sekalian tadi, bila sudah kuatur suatu
perencanaan matang, rapat pasti akan kuadakan lagi."
Suasana dalam sidang tetap hening, semua perhatian
hadirin tercurah ke wajah Li Tiong-hui, sampai lama
sekali belum ada yang buka suara. sambil tersenyum Li
Tiong-hui berkata lagi. "Kini musuh tangguh telah di depan mata, aku
berharap kita bisa menggalang persatuan dan kerja sama
yang erat untuk bersama-sama menanggulangi serbuan
musuh, untuk pelayanan yang kurang sempurna dari
perkampungan kami, aku mohon maaf yang sebesar-nya,
maklum kekuatan kami amat minim."
Kemudian sambil berpaling ke arah Li Bun-yang,
tambahnya: "Jika saudara sekalian membutuhkan sesuatu, hubungi
saudaraku" Selesai bicara ia beranjak dari tempat duduknya dan
keluar dari ruang pendopo.
3304 Sebelum berangkat menghadiri rapat tadi, Lim Hankim
telah menerima pesan dari Pek si-hiang yang minta
kepadanya agar tidak menjumpai ibunya sementara
waktu sampai see-bun Giok-hiong datang menyerbu,
meski ia sangat gelisah dan tak tenang, namun anak
muda tersebut enggan melanggar pantangan tersebut
karenanya sambil menahan gejolak hatinya ia tinggalkan
ruang pendopo dan langsung menuju bangunan Tengsiong-
lo. Pek si- hiang sudah menanti di mulut tangga, ketika
melihat pemuda tersebut muncul di sana, segera
sapanya sambil tertawa: "Apa yang diputuskan Li Tionghui?"
"Hingga kini belum ada orang yang mengetahui
rencananya, tapi bila dilihat dari sikap-nya, rupanya ia
sudah mempunyai perencanaan yang matang."
"Minumlah teh dulu," kata Pek si-hiang sambil
menyodorkan secawan teh dan duduk di sisinya, "
istirahat sejenak sebelum menceritakan semuanya
kepadaku." Lim Han- kim meneguk air teh itu setegukan kemudian
secara ringkas menceritakan kembali apa yang dilihat
dan didengarnya dalam ruang pendopo tadi.
Dengan sabar Pek si-hiang mendengarkan penuturan
itu hingga selesai, kemudian baru katanya sambil
tersenyum: "Rupanya Li Tiong-hui mempunyai pendirian dan
pandangan sendiri, ia ingin menegakkan wibawanya
sebagai seorang Bengcu" setelah berhenti sejenak.
kembali lanjutnya: 3305 "Sekilas pandang, situasi saat ini begitu tenang dan
damai, padahal kekalutan yang terjadi luar biasa sekali,
kekacauan yang membuat pertemuan puncak ini berubah
menjadi sebuah ajang pertarungan phisik maupun akal."
Setelah menarik napas panjang, katanya lagi sambil
tertawa: "Kekasih Lim, manfaatkan baik-baik sisa waktu yang
ada untuk mendalami ketiga jurus ilmu pukulan geledek
dan pedang sakti jagad dunia itu, aku ingin
penampilanmu dalam pertemuan puncak nanti
mengejutkan semua orang, agar kekuatan sejati yang
memimpin dunia persilatan bergeser kembali dari tangan
seorang wanita ke tangan seorang pria."
Lim Han- kim menggerakkan bibirnya seperti ingin
mengucapkan sesuatu, tapi segera dicegah Pek si-hiang
dengan goyangan tangannya.
"Tidak usah banyak tanya," tukasnya, "Lebih baik
pusatkan semua pikiranmu untuk melatih diri, tak usah
cabangkan pikiran untuk memikirkan urusan lain"
"Aku bersedia mengikuti petunjukmu," kata Lim Hankim
tersenyum. "Tentu saja harus menuruti kata-kataku, aku toh
sudah menjadi istrimu, masa ada seorang istri ingin
mencelakai suaminya?"
Waktu berlalu amat cepat, selama beberapa hari ini
Lim Han- kim mengurung diri dalam ruangan dan
pusatkan segenap perhatiannya untuk melatih ilmu sakti
tersebut. 3306 Hari ini, ketika fajar baru menyingsing Pek si-hiang
sudah muncul sambil menyapa: "Bagaimana hasil
latihanmu kekasih Lim?"
"Rasanya sih ada kemajuan yang cukup pesat"
"Sangat bagus, hari ini mungkin kau harus pamerkan
kebolehanmu itu di depan umum."
"Jadi pertemuan puncak akan dibuka hari ini?"
"Benar, dan tampaknya rasa percaya diri Li Tiong-hui
tumbuh semakin kuat selama beberapa hari ini."
"Kenapa?" "Sebab ia tidak mengunjungi diriku lagi."
Dengan pandangan yang tajam Lim Han- kim
mencoba mengamati wajah Pek si-hiang, terlihat olehnya
cahaya semu merah memancar dari balik wajahnya yang
pucat, kelihatannya kesegaran gadis itu lebih prima,
karenanya sambil tertawa serunya: "Kelihatannya
kesehatanmu bertambah baik belakangan ini..."
"Yaa, memang jauh lebih sehat..."
Gadis itu berhenti sejenak. kemudian melanjutkan:
"Walaupun kepandaian silatmu mengalami kemajuan
pesat, tidak banyak orang yang mengetahui hal ini, Li
Tiong-hui juga tak akan terlalu menghargai
kemampuanmu, tak nanti ia serahkan tugas penting
untukmu." "Lalu apa yang harus kulakukan?"
"lkuti saja ke mana pun dia pergi, bila keadaan tidak
memaksa, jangan sembarangan turun tangan"
3307 "Baik, pesan nona akan selalu kuingat." Lim Han- kim
manggut-manggut. Keluar dari pintu kamar, tiba-tiba
pemuda itu berpaling lagi sambil bertanya: "Bagaimana
dengan nona sendiri?"
"Aku pasti akan muncul pada saat yang paling tepat,"
sahut Pek si-hiang tertawa, "Pergilah, tak usah urusi aku"
"Kau mesti baik-baik jaga diri," pesan Lim Han- kim
serius. "Aku pasti akan merawat diriku baik-baik,"
Lim Han- kim manggut-manggut dan menuruni anak
tangga dengan langkah lebar.
Keluar dari Teng-siong-lo, ia langsung berangkat
menuju ke ruang pendopo. Sepanjang perjalanan suasana amat hening dan tak
nampak seorang manusia pun, bahkan para dayang yang
selama ini dipersiapkan untuk menjaga di sekitar tempat
itu pun telah ditarik mundur semua.
Tiba di ruang pendopo ia baru saksikan hampir semua
orang telah berkumpul di sana, ruangan yang begitu
lebar kini terasa penuh sesak hingga nyaris tak ada
ruang kosong. Secara berurut dari sebelah kiri duduk Ciu Huang,
menyusul kemudian Tan Ceng-poo, ketua Kun-lun-pay
Kim-hud totiang, si naga botak siang Kiam dan Nenek
naga berambut putih dan dua manusia aneh Thian- lam,
Hong-po Tiang- hong, Kim Nio-nio, Phang Thian-hua, Ci
Mia-cu dan lain-lain. 3308 Sedang berada di deretan sebelah kanan dikepalai Li
Bun-yang, menyusul kemudian Han kong, Hongpo Lan
dan puluhan lagi jago dari generasi yang lebih muda.
Meski Lim Han- kim tidak kenal dengan para jago itu
satu persatu, namun dia tahu mereka pastilah kawanan
jago yang menonjol atau punya nama di masing-masing
daerahnya. Yang tak nampak dalam ruangan tersebut adalah
jago-jago dari siau-lim-pay, Bu-tong-pay, jago-jago di
bawah pimpinan sang Lam-ciau serta rombongan dari
pangeran pedang. Tampaknya semua orang sedang menantikan sesuatu,
paras muka mereka nampak serius dan tegang, suasana
hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Lim Han- kim mengawasi sekejap suasana dalam
ruang pendopo, kemudian pelan-pelan berjalan menuju
ke deretan sebelah kanan-Hongpo Lan segera menggeser
duduknya sambil berbisik "Cepat kemari saudara Lim,
sebentar Bengcu akan tiba"
Lim Han- kim berpikir sejenak, lalu berjalan mendekat
dan mengambil urutan di antara Han si- kong serta
Hongpo Lan. Tak lama Lim Han-kim menempatkan diri-nya, dengan
langkah berwibawa Li Tiong-hui sudah muncul di dalam
ruangan. Ia muncul dikawal Yu Siau-liong di sebelah kiri dan
Tui-im, dayang pribadi Li hujin yang membawa sepasang
pedang di sebelah kanan. 3309 Sementara empat manusia buas dari sin-ciu yaitu si
Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung
dengan menggembel senjata masing-masing mengiringi
dari belakang. Melihat formasi tersebut, diam-diam Lim
Han- kim memuji: "sungguh berwibawa... benar-benar
hebat." Li Tiong-hui sudah tukar pakaiannya waktu itu, dia
mengenakan baju ringkas berwarna hijau dikombinasi
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sebuah mantel luar berwarna hitam, gagang
pedangnya yang menongol keluar dari balik mantel dihias
pula dengan pita kuning yang berkibar ketika tertiup
angin. Dengan pandangan berwibawa dia menyapu sekejap
seluruh hadirin dalam ruangan, lalu serunya:
"Maaf Anda semua harus lama menunggu."
"Menjumpai Bengcu" seru para jago serentak sambil
memberi hormat. Li Tiong-hui balas memberi hormat.
"Saudara-saudara sekalian," ujarnya kemudian,
"Apakah dunia persilatan kita bakal dikuasai kaum sesat
atau tidak di kemudian hari, semuanya tergantung
bagaimana kita mengantisipasi pertempuran yang bakal
berlangsung hari ini, aku berharap saudara sekalian mau
menjalin kerja sama yang baik dan bahu membahu
menghadapi musuh kita nanti."
"Kami semua pasti akan taat pada perintah Bengcu,"
sahut para jago serentak. Li Tiong-hui memandang cuaca
di luar, lalu katanya lagi:
"Sebentar Seebun Giok-hiong akan muncul di sini,
mumpung masih ada waktu, bila ada di antara kalian
3310 yang enggan terlibat dalam pertikaian ini dan berniat
menarik diri, manfaatkan kesempatan baik ini sekarang
juga." Kembali Lim Han- kim berpikir
"Kelihatannya Li Tiong-hui sudah mempersiapkan
segala sesuatunya secara matang."
Belum habis ingatan tersebut melintas, dari luar
pendopo sudah berkumandang suara teriakan seseorang:
"seebun Giok-hiong tiba"
"Aku tahu," sahut Li Tiong-hui sambil ulapkan
tangannya, kepada para jago ia berseru:
"Kita tak boleh bersikap kurang hormat terhadap tamu
kita, mari kita sambut bersama kedatangannya . "
Sambil berkata, ia berjalan meninggalkan ruangan.
Tui-im dan Yu siau-liong menempel ketat di sisi kiri
kanan gadis itu, sedangkan para jago menyusul di
belakangnya. Ketika tiba di lembah Ban-siong-kok, tampak seebun
Giok-hiong telah menanti di mulut lembah.
Hari ini, seebun Giok-hiong muncul dengan
mengenakan pakaian ringkas pula, sepasang pedangnya
digembol di punggung, sementara ikat pinggang terbuat
dari kulit ular hijau melilit di pinggangnya, di sana
tersoren pula sebaris pedang pendek. Li Tiong-hui segera
memberi hormat seraya berseru: "Bila kedatangan kami
agak terlambat, harap cici sudi memaafkan."
Menggunakan kesempatan ketika berbicara ia awasi
seputar tempat itu, terlihat di belakang seebun Giokhiong
mengikuti empat orang dayang, keempat orang itu
3311 semuanya membopong sepasang pedang di
punggungnya, sementara di kejauhan terlibat puluhan
bayangan manusia sedang menunggu.
Terdengar seebun Giok-hiong menjengek sambil
tertawa dingini "Li Bengcu, kau tak usah berbicara manis lagi, kita
datang sebagai musuh yang saling berhadapan aku rasa
bujuk rayu atau kata-kata manis singkirkan saja jauhjauh."
"Bagaimana pun juga aku tetap tuan rumah di sini,
tidak baik aku bersikap kurang sopan terhadap tamuku,
silakan cici, mari kita masuk ke dalam lembah untuk
minum teh." "Oya"Jadi kau sudah siapkan perjamuan yang
beracun?" "Cici tak perlu menyindir, aku hanya siapkan sedikit
arak dan beberapa cawan air teh untuk menyambut
tamu-tamuku." "Kau hanya mengundangku seorang atau
mengundang seluruh orang yang kuajak kemari hari ini?"
ejek seebun Giok-hiong lagi sambil melirik ke belakang
sekejap. "Biarpun perkampungan keluarga Hong-san letaknya
terpencil di atas bukit, namun kami cukup persediaan
untuk menjamu tamu yang datang, berapa banyak pun
pengikut yang cici bawa, kuundang semuanya untuk
minum arak." "Hmmm, kelihatannya Li Bengcu cukup supel."
3312 "Memang sewajarnya begitu, silakan masuk nona
seebun" Dengan pandangan dingin seebun Giok-hiong
menyapu sekejap para jago di belakang Li Tiong-hui,
kemudian katanya: "Dari mulut lembah sampai ruang pendopo
perkampungan kalian berjarak cukup jauh, lagipula harus
melewati banyak tempat yang strategis, kau tidak
merasa bahwa tindakanmu mengundang kami masuk ke
tengah lembah adalah suatu tindakan yang teramat
bodoh?" "ltu mah tak perlu cici risaukan."
"Jadi kau nekat ingin mengundang kami semua?"
"Benar" seebun Giok-hiong sebera tertawa dingin:
"Hmmm, ingin kulihat siasat busuk apa yang telah
direncanakan Pek si-hiang untuk menjebakku..."
Kepada dayang di sebelah kirinya ia berseru:
"Undang mereka semua untuk masuk lembah, katakan
Li Bengcu sudah siapkan perjamuan untuk mereka."
Dayang itu menyahut dan segera berlalu.
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong berjalan menghampiri
Li Tiong-hui. Dengan gerakan cepat ciu Huang menghadang di
depan Li Tiong-hui sambil bentak-nya:
3313 "Dengan maksud baik Li Bengcu mengundang kalian
minum arak, aku harap nona Seebun bersikap lebih
sopan." "Minggir kamu" hardik Seebun Giok-hiong sesudah
mengamati Ciu Huang sekejap.
"Semasa masih berkelana dalam dunia persilatan dulu,
ayahmu tersohor karena kelicikan, kebuasan dan
kekejaman hatinya, jadi kami harus selalu bersikap
waspada terhadap nona."
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong mencabut keluar sebilah
pedang pendek dari ikat pinggangnya, kemudian
katanya: "Misalnya aku ingin membunuh Li Tiong-hui sekarang,
aku yakin kau tak bakal mampu melindungi keselamatan
jiwanya." Diam-diam Ciu Huang menghimpun tenaga dalamnya
bersiap sedia, sambil mengawasi pedang pendek di
tangan perempuan itu ia mendengus:
"Aku tak tahu nona memiliki kepandaian tangguh
seperti apa itu, meski diriku tak becus, aku bersedia
menjajal kehebatanmu."
"Akan kusuruh kau saksikan sampai dimana kehebatan
yang kumiliki..." kata seebun Giok-hiong sambil
mempersiapkan pedang pendeknya.
Sementara itu semua jago yang hadir dalam lembah
tidak mengetahui permainan busuk apa yang sedang
dipersiapkan seebun Giok-hiong, setiap orang
meningkatkan kewaspadaan masing-masing dan bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan.
3314 Mendadak seebun Giok-hiong menggetarkan lengan
kanannya, dengan cepat pedang pendek itu melesat ke
tengah udara setinggi tiga kaki lebih, kemudian seakanakan
kehabisan tenaga, pedang tadi segera meluncur
balik ke bawah. Berkerut kening para jago yang hadir setelah
menyaksikan pertunjukan itu, pikir mereka:
"Permainan apaan ini, meski orang awam yang tak
berkepandaian pun sanggup untuk melakukan permainan
macam itu." Terlihat cahaya tajam berkelebat kembali di udara, kali
ini ada dua bilah pedang pendek yang meluncur ke
depan dan tepat menghantam di atas pedang pendek
yang jatuh hampir mencapai tanah tadi.
Benturan yang terjadi kali ini seketika mewujudkan
suatu perubahan yang sangat aneh.
Di kala pedang pendek yang pertama sudah rontok
hampir dua kaki ke arah tanah, begitu terhajar pedang
pendek kedua seketika melejit kembali ke udara dan
secepat kilat meluncur ke arah samping.
Menyusui kemudian pedang ketiga kembali meluncur
ke udara dan menghantam pada pedang pendek kedua.
Sesudah terbentur oleh pedang yang ketiga tadi, tibatiba
senjata itu berputar arah dan menyambar ke tubuh
Li Tiong-hui dengan kecepatan luar biasa.
Tui-im tidak ambil diam, secepat petir dia lancarkan
sebuah gempuran kilat ke arah senjata tadi. "Traaang..."
3315 Diiringi bunyi keras akibat benturan tersebut, pedang
pendek itu meluncur kembali ke sisi lain.
Pada saat itulah pedang kedua sudah terbentur
sambitan pedang ketiga hingga berputar arah dan ujung
senjata tersebut menyambar ke badan Li Tiong-hui. Tuiim
berkerut kening, sekali lagi ia lancarkan gempuran ke
arah senjata tersebut. Serangannya selain cepat juga amat tepat, persis
menghajar di ujung pedang pendek itu.
Tampak pedang pendek tersebut berputar beberapa
kali di udara kemudian secara mendadak mengancam
tubuh Li Tiong-hui lagi. Rupanya semua pedang pendek yang dilepaskan
seebun Giok-hiong tadi menggunakan sejenis kekuatan
berpusing yang istimewa, pada mulanya gerak serangan
itu nampak lemah dan tak bertenaga, padahal di balik
kelemahan itulah tersimpan sejenis kekuatan yang
sangat aneh. Bagi orang yang tidak mengetahui rahasia tersebut
dan membendungnya secara sembarangan maka
bentrokan yang terjadi justru memancing semakin
aktifnya kekuatan berpusing yang tersembunyi dan
mewujudkan kehebatannya. Tak terlukiskan rasa terkejut Tui-im setelah melihat
pedang pendek yang ditangkisnya itu bukan saja tidak
terpental sebaliknya setelah berputar dua kali kembali
mengancam tubuh Li Tiong-hui, ketika bersiap akan
melancarkan serangan lagi, keadaan sudah terlambat.
3316 Li Tiong-hui bukan orang bodoh ia sadar pasti ada
keistimewaan tertentu di balik gerakan pedang ini, ia tak
berani menangkis dengan kekerasan, dengan suatu
gerakan cepat nona ini berkelit ke samping untuk
menghindarkan diri Kebetulan sekali saat inilah pedang ketiga menyambar
datang dan meluncur ke arah mana Li Tiong-hui berada.
Li Tiong-hui sudah tahu bahwa pedang tersebut
mengandung suatu kekuatan yang aneh, apabila
diserang dengan kekerasan maka pedang tersebut justru
akan terpental dan menyerang ke arahnya dari posisi
yang tak terduga, oleh sebab itu dia tak mau
menanggapi dengan kekerasan.
Lagi-lagi badannya bergeser dua langkah ke samping
meloloskan diri dari ancaman tersebut
Tampak kedua batang pedang pendek itu membentur
di atas batu di tanah untuk kemudian terpental lagi ke
udara dan lagi-lagi mengancam tubuh Li Tiong-hui.
Decak kagum bergema memenuhi arena pertarungan,
kawanan jago di sisi arena benar-benar dibuat
terperanjat oleh kehebatan musuhnya.
Setelah mengetahui kalau benturan prdangnya tadi
mengakibatkan terjadinya peristiwa tak terduga ini, Tuiim
tak berani bertindak secara gegabah, terpaksa
teriaknya: "Hati-hati nona, serangan senjata rahasia dari
belakang." Li Tiong-hui mendusin dari lamunannya setelah
mendengar teriakan itu, buru-buru dia himpun tenaga
dalamnya dan melejit ke udara. "sreeeet..."
3317 Diiringi desingan angin tajam, sebatang pedang
pendek melintas lewat persis dari bawah kaki Li Tionghui.
Selesai melepaskan tiga batang pedang pendek tadi,
seebun Giok-hiong telah merogoh ke pinggangnya
mempersiapkan dua batang pedang lagi, cuma ia tidak
lepaskan serangannya kali ini.
Baru saja Li Tiong-hui berhasil menghindari sergapan
pedang kedua, pedang ketiga telah meluncur balik
mengancam dadanya, hal ini memaksanya harus berkelit
lagi ke samping. Hanya dua batang pedang pendek ternyata mampu
membuat Li Tiong-hui kalang kabut sendiri, kejadian
tersebut bukan saja membuat ketua dunia persilatan ini
amat sedih dan kehilangan muka, para jago yang ikut
menyaksikan jalannya peristiwa itu pun ikut bersedih
hati. Tak terbayang bagaimana malunya mereka
seandainya Li Tiong-hui sebagai seorang Bu-lim Bengcu
harus terluka oleh senjata rahasia seebun Giok-hiong
sebelum pertarungan resmi berlangsung. Mereka ingin
sekali turun tangan membantu, namun tak tahu dari
mana mereka harus membantunya.
Yang lebih menakutkan lagi seebun Giok-hiong masih
menggenggam dua bilah pedang yang siap dilancarkan
padahal dua bilah pedang pertama pun sudah amat sulit
dihadapi, apa jadinya bila kedua bilah pedang berikut
turut dilepaskanjuga" Terdengar seebun Giok-hiong
tertawa terkekeh-kekeh sambil mengejek:
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
3318 "Li Bengcu, asal kau lebih waspada dan bertindak lebih
cermat, sebetulnya tak sulit untuk merontokkan kedua
pedangku itu." sembari bicara kembali tangannya
digetarkan ke muka. Dua bilah pedang yang telah digenggamnya tadi
segera meluncur ke muka dan... "Traaang, traaang,
traaang . .." Keempat batang pedang itu saling
bertumbukan di udara dan semuanya rontok ke tanah. Li
Tiong-hui tertawa hambar, sahutnya:
"Enci seebun tak perlu pamer kepandaian lagi, padahal
aku sudah tahu akan kehebatan ilmu silatmu, berilah
kesempatan kepadaku untuk bertindak sebagai tuan
rumah yang ramah sebelum cici memamerkan kembali
kebolehanmu nanti." Lama sekali seebun Giok-hiong menatap wajah Li
Tiong-hui, kemudian sambil berdecak katanya:
"Cctt... ccct... ccct... mau tak mau aku meski kagumi
kesabaranmu, coba kalau aku bukan ingin balaskan
dendam orang tuaku hingga terpaksa mesti bentrok
denganmu, sekarang juga cici pasti akan pergi tinggalkan
tempat ini." Ia pungut kembali keempat batang pedangnya lalu
disisipkan kembali di pinggangnya.
"Kejadian telah berkembang jadi begini, aku rasa cici
tak perlu bersungkan-sungkan lagi, mari silakan masuk
ke dalam lembah" Seebun Giok-hiong segera memberi tanda kepada
anak buahnya, kemudian berangkatlah mereka
berbondong-bondong memasuki lembah.
3319 Li Tiong-hui coba melirik kawanan jago itu, selain
kakek berbaju kuning yang membawa burung abu-abu
itu, terlihat pula puluhan orang Busu berpakaian warna
warni yang menggembel aneka senjata, dua belas orang
dayang bersenjata pedang dan puluhan orang manusia
aneh berambut panjang yang membungkus kepalanya
dengan kain hitam. Tapi dari sekian banyak jago, yang paling menonjol
adalah isi tandu kecil berwarna putih yang digotong dua
orang perempuan setengah umur yang bertubuh kuat,
tirai pada jendela tandu itu tertutup rapat hingga tak
nampak jelas siapa penghuninya.
Mengikuti di belakang tandu putih itu adalah seorang
kakek yang mengenakan cadar muka warna kuning serta
seorang nenek setengah umur yang memakai pakaian
aneh. Pada kain cadar muka yang dikenakan kakek itu
tertempel sehelai kertas dengan tulisan yang berbunyi
begini: "Tak perlu tahu siapa namaku, yang penting tentukan
mati hidup lewat pertarungan"
Mengikuti di belakang sepasang kakek nenek itu
adalah Thia sik-kong beserta murid-muridnya yang kaku
bagaikan mayat hidup. Berkerut juga jidat Li Tiong-hui menyaksikan manusiamanusia
tersebut, pikirnya: "Entah dari mana saja ia
dapatkan aneka ragam manusia aneh tersebut?"
Sementara ia masih berpikir, seebun Giok-hiong telah
berkata lagi sambil tertawa terkekeh-kekeh:
3320 "Heheheheh . . . bagaimana Li Bengcu" Pingin tahu
kekuatan cici yang sesungguhnya?"
"Cici terlalu serius," jawab Li Tiong-hui sambil balik
badan dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
BAB 53. Kemunculan kembali Raja pedang
Seebun Giok-hiong percepat langkahnya untuk jalan
beriring dengan Li Tiong-hui, sambil berjalan tanyanya:
"Apa Pek si-hiang belum mati?"
Belum sempat Li Tiong-hui menjawab, Lim Han-kim
telah menyela duluan: "Dia masih hidup segar bugar, mengapa kau malah
sumpahi dia agar cepat mati?"
Seebun Giok-hiong berpaling memandang Lim Hankim
sekejap. lalu sindirnya sambil tertawa:
"Kau toh tahu, aku sedang berbicara dengan Bengcu
kalian..." Lalu sambil menatap Li Tiong-hui, tegurnya:
"Apa sih pangkatnya orang ini?"
"Ada apa" Dia kan Lim Han-kim, masa tidak kenal?"
"Sekarang kita sudah berhadapan sebagai musuh,
makin sedikit orang yang dikenal semakin baik."
Lim Han-kim mendengus dingini
3321 "Nona seebun jangan sombong dan tekebur dulu,
menurut pengamatanku, belum tentu kau bisa
menangkan pertarungan di perkampungan Hong-san kali
ini." Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh.
"Hahahaha... pasti Pek si-hiang yang ajari kau berkata
begitu," ejeknya. "Tak perlu diajari nona Pek. aku sama saja sanggup
menghadapi nona untuk bermain beberapa jurus."
Beberapa kali seebun Giok-hiong mengawasi wajah
Lim Han-kim, namun dia enggan berbicara dengan
pemuda itu, kepada Li Tiong-hui kembali katanya:
"Li Bengcu, walaupun kita saling berhadapan sebagai
musuh, namun selama ini kau selalu memanggil cici
padaku, sebutan mana membuat perasaanku tak pernah
tenang, oleh sebab itu aku perlu memberitahukan satu
hal padamu." "Soal apa?" "Kuakui Pek si-hiang memang seorang gadis berbakat
alam yang luar biasa hebatnya, sayang dia kelewat
banyak membaca buku hingga akhirnya keracunan
buku." "Yang kuketahui selama ini, semakin banyak
seseorang membaca buku, pengetahuannya juga makin
luas, belum pernah kudengar orang berkata bahwa
seseorang bisa keracunan buku karena kebanyakan
membaca." 3322 "Buktinya sekarang, dengan mengabaikan tempattempat
strategis untuk mempertahankan diri, kau malah
mengundang musuhmu memasuki daerah pentingmu,
apakah tindakan semacam ini tidak melanggar ajaran
strategi perang" Kecuali Pek si-hiang, aku yakin meski
ibumu sendiri juga tak akan berani mengambil tindakan
sedemikian drastis."
"Tebakan cici kali ini keliru besar, justru aku yang
merancang strategi kali ini."
"Apa" Kau yang merancang strategi ini?"
Seebun Giok-hiong membelalakkan matanya, "Betul,
aku mesti peras otak selama tiga hari tiga malam
sebelum memutuskan untuk menggunakan rancangan
strategi ini." Seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh,
"Hahahaha... apakah kau masih berharap aku bisa
berubah pikiran pada saat terakhir dan mau
mengabaikan niatku untuk membalas dendam kesumat
ini?" "Alangkah bahagianya diriku bila kau bersedia
melakukan hal itu, bila cici mau bertobat aku pun
bersedia meninggalkan bangku Beng-cu agar para jago di
kolong langit hidup dengan bebas."
Seebun Giok-hiong menghela napas panjang.
"Tak aneh jika kau merancang strategi ini," katanya.
"Sebaliknya bila cici bersikeras ingin menyelesaikan
masalah ini dengan banjir darah, apa mau dikata aku pun
terpaksa akan memimpin seluruh orang gagah yang
3323 terhimpun di sini untuk melakukan pertarungan hingga
titik darah penghabisan."
"Selain ibumu, belum kutemukan orang lain yang
mampu bertarung sebanyak seratus gebrakan
melawanku .,." "Seandainya kau sudah ditahan oleh ibuku, mampukah
orang-orang yang cici bawa bertarung melawan para
jago lihay dari pelbagai partai dan perguruan besar?"
"Justru yang tak kau sangka adalah dua orang musuh
besar ibumu dulu yang sengaja kuajak kemari untuk
menjegal kehadiran ibu-mu, perasaan benci mereka
terhadap ibumu sudah merasuk ke tulang sumsum,
dengan terhadangnya ibumu, maka aku bisa leluasa
melakukan pembantaian secara besar-besaran."
Setelah berhenti sejenak kembali lanjutnya: "Cuma ...
bisa jadi aku akan mengampuni jiwamu."
Li Tiong-hui tertawa hambar.
"Bila pertarungan mulai berkobar dalam pertemuan
puncak kali ini, bukan saja nasib dunia persilatan untuk
seratus tahun berikut menjadi bahan pertarungan nama
baik serta kehadiran perkampungan keluarga Hongsanpun
turut dipertaruhkan Apabila aku sampai kalah,
buat apa kuteruskan hidupku di dunia ini?"
"Hebat... luar biasa, sayang predikat Beng-cu yang
kau panggul di bahumu telah mencelakai kehidupanmu."
Li Tiong-hui angkat wajahnya menghembuskan napas
panjang, setelah termenung sejenak katanya:
3324 "Bila kau yang menangkan pertarungan kali ini, dalam
tiga puluh tahun mendatang tak akan ada seorang
manusia pun dalam dunia persilatan yang sanggup
menentangmu, saat tersebut cici pasti akan menguasai
seluruh jagad raya dan tak tertandingkan lagi."
Begitulah, sambil berbincang-bincang mereka
melanjutkan perjalanan, tanpa terasa tibalah rombongan
itu di tepi hutan, di luar pendopo utama. sambil berhenti,
kata Li Tiong-hui seraya berpaling:
"Sudah sampai di tempat tujuan, silakan cici masuk ke
ruang pendopo dan minum teh."
Seebun Giok-hiong tidak melanjutkan langkahnya, ia
perhatikan dulu sekeliling tempat tersebut kemudian baru
berkata: "Pepohonan yang tumbuh mengelilingi bangunan ini
nampaknya dibangun menurut posisi pat-kwa, apakah
ibumu yang merancang?" Li Tiong-hui tertawa hambar,
tukasnya: "Pepohonan yang tumbuh di tempat ini merupakan
cemara naga yang berusia di atas dua ratus tahun, mana
mungkin ibuku yang menanam?"
Seebun Giok-hiong tidak banyak bertanya lagi, dia
melanjutkan langkahnya memasuki ruang pendopo.
Li Tiong-hui menyusul di sisinya danjalan bersanding.
Dalam ruang pendopo yang luas telah disiapkan
puluhan buah meja perjamuan, sayur dan arak telah
dihidangkan. 3325 "Cici, aku mempersilakan semua jago yang kau
undang untuk memasuki ruangan, dalam setiap meja
perjamuan yang disediakan pasti ada orang dari pihak
kami yang menemani."
"Mula-mula duduk dan pesta bersama, selesai
bersantap pembantaian mulai digelar, waaah... waaah...
cici terhitung tamu jahat yang tak tahu diri"
"Tidak mengapa." Li Tiong-hui tersenyum, "Hidangan
sayur dan arak yang tersedia hanya merupakan tanda
hormatku sebagai tuan rumah terhadap tamu-tamunya."
"Lalu aku mesti duduk pada meja yang mana?"
"Tentu saja cici harus duduk di meja utama, biar aku
menemani cici duduk di sana," sahut Li Tiong-hui sambil
menuding ke arah meja perjamuan di paling belakang.
"Aku rasa tidak usah," tampik seebun Giok-hiong
sambil menggeleng, "Menurut pendapatku lebih baik kita
selesaikan masalah ini dengan pertarungan saja, sedang
soal perjamuan ini... aku pikir kelewat merepotkan..."
"Cici, kau kelewat sungkan masa untuk menghadiri
perjamuan saja enggan..."
Seebun Giok-hiong mendengus dingin sambil
melanjutkan langkahnya memasuki ruang pendopo,
sambil berjalan kembali tanyanya:
"Li Bengcu, selain kau dan aku, siapa lagi yang ikut
duduk satu meja dengan kita?"
"Lebih baik cici duduk duluan di meja perjamuan
utama sebelum kutemukan siapa saja yang cocok untuk
mendampingimu." 3326 "lbumu tidak ikut hadir?"
"Selesai perjamuan, ibu pasti akan muncul dengan
sendirinya." Seebun Giok-hiong segera berpaling dan membisikkan
sesuatu kepada dayang yang berada di belakangnya,
salah seorang di antaranya segera meninggalkan
ruangan menuju keluar pendopo.
Tanya Li Tiong-hui kemudian:
"Bagaimana cici" siapa saja yang kau undang untuk
duduk semeja dengan dirimu?"
"Selain aku, masih ada nyonya pedang patah hati,
Thia sik-kong serta kiongcu dari istana Panca racun."
"Ngo-tok Kiongcu juga ikut datang?" Li Tiong-hui
berkerut kening. "Nama besar istana panca racun memang tersohor
sampai di mana-mana, tapi berapa banyak orang sih
yang pernah berjumpa dengan ketua istananya secara
pribadi?" "Apakah ketua istana panca racun bernama Dewi
selaksa Racun?" "Bukan" seebun Giok-hiong menggeleng "Dewi selaksa
Racun hanya salah satu di antara ketiga orang murid
utamanya." Mendengar penjelasan tersebut, dalam hati Li Tionghui
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpikir. "Seebun Giok-hiong benar-benar luar biasa, tidak
kusangka sampai ketua istana panca Racun pun sanggup
3327 dia undang kemari." Walaupun berpikir demikian, ia
berkata juga: "Mendompleng ketenaran cici, hari ini aku tentu bisa
berkenalan dengan banyak sekali orang-orang
kenamaan." Seebun Giok-hiong tersenyum, selanya: "Li Bengcu,
siapa saja yang akan kau undang untuk duduk semeja
dengan kami...?" setelah berhenti sejenak. tambahnya:
"Ada sepatah dua patah kata perlu kusampaikan lebih
dulu, agar jangan sampai setelah terjadi sesuatu yang
tak diinginkan, cici baru disalahkan"
Li Tiong-hui tersenyum, meski di hati kecilnya ia
berpikir "Apa-apaan dia ini" permainan busuk apa lagi yang
sedang ia persiapkan terhadapku...?" kendatipun berpikir
begitu, tanyanya juga: "soal apa sih?"
"Nyonya pedang Patah Hati, Ketua istana Panca Racun
serta Thia sik-kong bukan termasuk anak buahku,
hubungan mereka denganku juga tak lebih hanya
sebagai tamu undangan, selain ikatannya denganku tidak
terlalu kuat, sifat mereka pun teramat jelek, oleh karena
itu di dalam memilih teman duduk yang akan
mendampingi mereka nanti, lebih baik kau bersikap
ekstra hati-hati,sebab kalau sampai salah bicara hingga
terjadi insiden yang tidak diharapkan jangan salahkan cici
yang tidak memberi peringatan lebih awal."
"Terima kasih banyak atas nasehat cici"
"Tak perlu sungkan-sungkan baik- baiklah memilih
patnermu." Li Tiong-hui berpaling dan melirik Tui-im
3328 sekejap. lalu perintahnya: "Cepat kau undang Dewa
Cebol Cu locian-pwee, sang locianpwee dan ..."
Karena masih kurang seorang sedang orang tersebut
belum ditemukan, maka dia pun termenung sejenak
sambil berputar otak. Tui-im tahu kalau majikannya belum selesai bicara,
maka dia hanya berdiri di sana sambil menanti.
Sementara Li Tiong-hui sedang mengalami kesulitan
untuk menemukan orang terakhir yang cocok untuk
mendampingi musuh-musuhnya, mendadak terdengar
seseorang menyambung dengan suara merdu:
"Jelek-jelek begini aku masih termasuk juga seorang
tamu agungmu, kenapa kau tidak mengundangku untuk
duduk mendampingi tamu-tamu agung lainnya?"
Ketika seebun Giok-hiong berpaling, terlihat olehnya
Pek si-hiang yang dituntun siok-bwee sedang berjalan
mendekat dengan langkah perlahan.
Tanpa menanti persetujuan dari Li Tiong-hui lagi,
dengan langkah lebar gadis tersebut langsung berjalan
menuju ke meja utama dan duduk persis di samping Li
Tiong-hui. Secara diam-diam seebun Giok-hiong mengamati
wajah Pek si-hiang, ia semakin keheranan setelah
dilihatnya sinar wajah gadis itu amat cerah, bahkan
kondisi tubuhnya nampak sehat sekali.
Kendatipun begitu, tegurnya juga sambil tertawa:
"Pek si-hiang, akhirnya kau berhasil juga meloloskan
diri dari cengkeraman elmaut, bila kulihat dari kondisi
3329 tubuhmu sekarang, mungkin umurmu akan mencapai
seratus tahun lebih."
"Terima kasih, terima kasih, semuanya ini tak lain
berkat doa restu cici seebun Giok-hiong ..." jawab Pek sihiang
tertawa. Tak terlukiskn rasa mendongkol seebun Giok-hiong
ketika mendengar namanya langsung disebut oleh gadis
tersebut, sambil tertawa dingin serunya:
"Biar kondisi tubuhmu cukup bagus, sayang jidatmu
berwarna semu hitam, itu pertanda kemungkinan besar
kau akan mengalami bencana kematian karena suatu
kasus pembunuhan." "Mati hidup manusia sudah ditentukan oleh takdir, aku
tak pernah memikirkannya di dalam hati."
"Hmmmm ... besar amat jiwamu"
"Kelihatannya percuma saja lidahku selama ini
berkicau, nyatanya usahaku tak ada guna-nya, orang
yang sudah terlanjur keblinger toh tetap keblinger juga.
Yaa... itulah sebabnya kedatanganku kali ini cuma ingin
menonton keramaian."
Melihat kedua orang itu sudah mulai perang mulut,
dimana ucapan kedua belah pihak makin lama semakin
meruncing, Li Tiong-hui sebera sadar, bila keadaan
tersebut dibiarkan berlanjut maka perselisihan tak bisa
dihindari lagi. oleh sebab itu buru-buru serunya:
"Bila ingin membicarakan sesuatu bagaimana kalau
kita lanjutkan seusai perjamuan nanti?"
3330 Pek si-hiang tersenyum, kepada dua orang dayang
yang berdiri di belakangnya, ia memberi tanda seraya
perintahnya: "Di sini sudah tak ada urusan kalian mundurlah dulu"
Kedua orang dayang itu menyahut dan bersama-sama
mengundurkan diri dari sana.
Dalam pada itu Tui-im masih berdiri menanti di
belakang Li Tiong-hui, ketika menyaksikan Pek si-hiang
telah menempati kursinya,terpaksa ia bertanya lirih:
"Hanya mengundang Cu locianpwee serta Sang
locianpwee?" "Yaa, cepat suruh mereka kemari"
Tiba-tiba terdengar seebun Giok-hiong berkata setelah
melirik Li Tiong-hui sekejap: "Li bengcu, apa tidak
berbahaya membiarkan nona Pek itu duduk di tempat
ini..." Walaupun mengerti apa yang dimaksudkan Li Tionghui
pura-pura bertanya lagi: "Bahaya apa?"
"Nona Pek tidak memiliki kemampuan untuk membela
diri, mendingan kalau orang lain yang dihadapi, kau tahu
Ngo-tok Kiongcu sangat berbisa, sekujur badannya boleh
dibilang membawa racun yang amat jahat, kalau sampai
dla ajak nona pek bergurau dan akibatnya nona Pek
sampai terluka... waaah, waaah, waaah, apakah
peristiwa ini tidak akan menyesalkan banyak orang?"
Pek si-hiang tersenyum. "Kalau soal itu mah... nona seebun tak perlu kuatir,
misalnya aku benar-benar terluka oleh racun jahatnya
3331 Ngo-tok Kiongcu, anggap saja ilmu yang kumiliki
memang belum becus sehingga meski harus mati juga
tak perlu disesalkan."
"Mengenaskan benar ucapanmu barusan... kalau
dilihat dari tubuhmu yang begitu lemah, memang
rasanya kurang tega melukaimu coba bayangkan sendiri,
apa cici tidak ikut menanggung penyesalan bila kau
betul-betul keracunan nanti?"
Sementara itu Lim Han- kim sudah mendapat perintah
dari Pek si-hiang, maka tidak menunggu undangan resmi
dari Li Tiong-hui, dia langsung mengambil posisi dengan
duduk di samping gadis tersebut
Ketika mendengar seebun Giok-hiong berulang kali
menyindir dan mempermainkan Pek si-hiang, darah
mudanya langsung bergelora dengan perasaan
mendongkol pikirnya: "Sialan benar orang ini... sudah tahu nona Pek
bertubuh lemah, buat apa dia memanasi terus dengan
kata-kata ejekan ...?"
Pek si-hiang sama sekali tidak termakan oleh ejekan
musuh, malahan sambil membenahi rambutnya yang
kusut dan tersenyum manis, ujarnya:
"Nona seebun, pernah tidak kau mendengar pepatah
yang mengatakan- BERPISAH TIGA HARI, JANGANLAH
MEMANDANG SESUATU DENGAN PANDANGAN SAMA"
Kalau memang ia melepaskan binatang peliharaannya
nanti, akan kubuktikan kepadamu bagaimana aku pandai
menangkapnya serta menghadiahkan kepadamu."
3332 Melihat gadis itu amat tenang, sama sekali tak gugup,
bahkan seolah-olah sudah mempunyai perhitungan yang
masak. dalam hati kecilnya seebun Giok-hiong berpikir.
"Begitu tenang gadis tersebut menghadapiku, janganjangan
ia memang sudah mempunyai persiapan yang
matang" Gila, aku mesti tingkatkan kewaspadaan-.."
Sementara dia masih termenung, Tui-im telah muncul
kembali mengajak si Dewa Cebol Cu Gi dan sang Lamciau.
Sebagaimana diketahui kedua orang jagoan ini bersifat
aneh sekali, yang seorang cebol berwajah lucu sedang
yang lain tua bermuka buruk penuh codet, untuk duduk
mendampingi gadis-gadis cantik tersebut, keadaan
mereka memberikan pemandangan yang amat kontras.
Sejak menempati kursinya di meja perjamuan si Dewa
Cebol Cu Gi selalu menunjukkan sikap yang dingin dan
ketus, pandangannya selalu tertuju ke atap rumah,
terhadap gadis-gadis cantik di hadapannya sama sekali
tidak memandang barang sekejappun.
Sebaliknya sang Lam-ciau hanya pejamkan matanya
duduk mematung, keadaannya tak berbeda dengan
seorang pendeta yang sedang bersemedi
Li Tiong-hui yang tenang, seebun Giok-hiong yang
genit serta Pek si-hiang yang cantik sudah cukup
mendatangkan perasaan dag dig dug bagi semua jago
yang hadir dalam pertemuan tersebut, kini ditambah lagi
dengan sang Lam-ciau yang menyeramkan serta Dewa
Cebol Cu Gi yang ketus, membuat suasana di situ
berubah semakin tegang dan mengerikan hati.
3333 Dalam keheningan yang mencekam, tiba-tiba Li Tionghui
menegur. " Kenapa tamu-tamunya cici belum juga
datang?" "Kenapa sih mesti terburu napsu?" seebun Giok-hiong
tersenyum, "Toh sejak tadi sudah kujelaskan mereka
bertiga bukan anak buahku, belum tentu mereka
bersedia menuruti perkataan cici, bila sebentar sikap
mereka menyinggung perasaan bengcu, harap kau sudi
memaklumi." Sementara pembicaraan masih berlangsung, terlihat
seorang dayang berbaju hijau muncul dengan membawa
tiga orang manusia berdandan aneh lagi nyentrik.
Orang pertama adalah seorang kakek berjenggot putih
yang membawa tongkat baja, dia tak lain adalah Thia
sik-kong. Orang kedua adalah seorang pendeta wanita yang
rambutnya disanggul ke atas serta memakai jubah
pendeta yang besar lagi longgar, wajahnya pucat pias
seperti mayat, pedang panjang tergantung di
punggungnya, Dandanan serta perawakannya yang aneh
membuat orang susah membedakan apakah dia seorang
pria atau wanita. sambil tersenyum seebun Giok-hiong
segera memperkenalkan- "Saudara-saudara sekalian, tentu kalian sudah pernah
mendengar nama besar dari saudara ini bukan" Dialah
ketua dari istana Panca Racun"
"Kiongcu, silakan duduk" Li Tiong-hui mempersilakan
sambil bangkit berdiri 3334 Pendeta aneh yang tak mirip pria maupun wanita itu
tertawa dingin, tanpa memberikan tanggapan dia
langsung menempati bangku di sisi Thia sik-kong.
Orang terakhir adalah seorang nyonya setengah umur
yang mengenakan gaun berwarna hijau, wajahnya cantik
jelita hanya sayang sikapnya kaku dan sedingin es.
sambil tertawa kembali seebun Giok-hiong
memperkenalkan. "Sedang nyonya ini tak lain adalah Nyonya pedang
Patah Hati yang nama besarnya tersohor di kolong langit
dan dikenal setiap umat persilatan"
"Selamat berjumpa, sudah lama kudengar nama
besarmu" Kembali Li Tiong-hui bangkit berdiri sambil
memberi hormat Nyonya pedang Patah Hati mendengus dingin
ditatapnya Li Tiong-hui sekejap, lalu tegurnya:
"Jadi kau adalah putrinya Li Tong-yang?"
"Benar, aku bernama Li Tiong-hui"
"Hahaha. dia malah seorang Bu- lim Bengcu sekarang"
Seebun Giok-hiong menimpali sambil tertawa terbahakbahak.
"Hmmm" Nyonya Pedang Patah Hati mendengus
dingin, "Sudah lama aku hidup mengasingkan diri dari
keramaian dunia, aku tak perduli dia adalah seorang
pemimpin dunia persilatan atau pemimpin perampok
dunia, toh tak ada sangkut pautnya denganku."
Li Tiong-hui hanya tertawa saja, ia tak menemukan
jawaban yang tepat untuk menanggapi ucapan tersebut
3335 Ketika tak mendengar jawaban dari gadis tersebut
kembali Nyonya Pedang Patah Hati berkata sambil
tertawa hambar "Sehat-sehat bukan keadaan ibumu?"
"Berkat doa restu dari locianpwee, kondisi ibuku
sangat bagus." "Bagus sekali, justru aku paling kuatir jika ia keburu
mati mendadak, kalau sampai ia keduluan mampus,
kedatanganku bukankah bakal sia-sia belaka?"
"Locianpwee, sebenarnya apa yang telah terjadi
dengan ibuku?" tegur Li Tiong-hui dengan kening
berkerut "Kalau didengar dari nada pembicaraanmu
sepertinya kau ada perselisihan dengan beliau" Kenapa
kau mesti menyakiti hatinya?"
"Kalau aku memang berniat menyakiti hati-nya, lantas
kau mau apa?" jengek Nyonya Pedang Patah Hati sambil
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menempati bangkunya. "Menyakiti hati orang dengan kata-kata yang kotor
bukan perbuatan seorang pendekar, apakah locianpwee
tidak kuatir menurunkan pamor serta nama baikmu?"
Berkilat sepasang mata Nyonya Pedang patah Hati
sesudah mendengar ucapan tersebut ditatapnya wajah
gadis itu tanpa berkedip, kemudian serunya dingin.
"Tunggu saja setelah kubunuh ibumu, pasti akan
kuberi pelajaran yang setimpal kepadamu."
Seraya berkata, pelan-pelan ia menempati tempat
duduknya. Seebun Giok-hiong pun menuding ke arah Pek si-hiang
sambil memperkenalkan 3336 "Sedang nona yang ini adalah nona Pek si-hiang, dia
termasuk seorang gadis jenius yang memiliki
kemampuan luar biasa, dialah perencana utama dari
pertemuan puncak yang diselenggarakan Li Bengcu kali
ini." Pek si-hiang hanya tersenyum tanpa memberikan
tanggapan-Ngo-tok Kiongcu melirik Pek si-hiang sekejap,
lalu tegurnya: "Tidak kusangka nona semuda itu ternyata memiliki
pengetahuan yang hebat, nanti pasti akan kucari
kesempatan untuk mohon petunjuk darimu..." Pek sihiang
tetap cuma tersenyum, mulutnya membungkam
dalam seribu bahasa. Melihat gadis itu tertawa, Thia sik-kong segera
menggebrak meja keras-keras seraya berteriak penuh
amarah: "Apa yang lucu" Kenapa kau tertawa" Hmm.. jangan
membuat hatiku mendongkol, jangan salahkan kalau
kucabuti semua gigimu."
Seebun Giok-hiong yang mendengar teriakan itu,
segera menimpali pula sambil menghela napas panjang:
"Aaaai... adik Pek. senyummu kelewat memikat hati,
tak heran Thia locianpwee sampai naik darah."
"Terima kasih banyak atas pujian cici see-bun" Pek sihiang
tetap tersenyum. Li Tiong-hui dapat membaca situasi yang bertambah
genting, ia sadar manusia-manusia macam apa Ngo-tok
Kiongcu, Nyonya pedang Patah Hati serta Thia sik-kong
adalah manusia aneh yang berhati kejam, bila keadaan
3337 tersebut dibiarkan berlangsung maka setiap saat
bentrokan phisik pasti tak dapat dihindari lagi.
Oleh karena itu perintahnya kepada dayang Tui-im
yang berada di belakangnya: "Perintahkan semua jago
untuk menempati kursi masing-masing" Tui-im menyahut
dan teriaknya: "Bengcu memerintahkan kepada semua jago agar
menempati kursi masing-masing ..."
Mendengar seruan tersebut, serentak para jago yang
hadir diperkampungan keluarga Hong-san mengambil
tempat duduk masing-masing.
Sebaliknya anak buah pengikut seebun Giok-hiong
masih tetap berdiri di posisi semula, nampaknya mereka
enggan menuruti perintah tersebut. Melihat itu, Li Tionghui
berpaling ke arah seebun Giok-hiong sambil ujarnya:
"Hidangan sudah mulai dingin, harap cici
memerintahkan mereka untuk menempati meja
perjamuan." Seebun Giok-hiong berpaling dan katanya kepada
seorang dayang di sisinya:
"Beritahu mereka, kita tak boleh menampik kebaikan
Li Bengcu, suruh mereka semua mengambil tempat
duduk" Dayang itu menyahut, dari sakunya dia mengeluarkan
sebuah panji kecil bersulamkan bunga bwee, lalu sambil
dikibarkan serunya: "Atas perintah dari nona seebun, diharapkan saudara
semua mencari tempat duduk."
3338 Begitu perintah diberikan, para jago pengikut seebun
Giok-hiong menyahut dan mencari tempat duduk.
Pelan-pelan seebun Giok-hiong berpaling ke arah Li
Tiong-hui, lalu katanya sambil tertawa mengejek:
"Adik Li, bilamana kau sanggup memaksa para jagoku
untuk menuruti semua perintahmu, maka kedudukanmu
sebagai Bu-lim Beng-cu baru benar-benar sah dan diakui
seluruh dunia persilatan"
"Aku yakin saat semacam itu sudah tak lama lagi" Pek
si-hiang yang duduk di sisinya menimpali
"Tapi harus menunggu berapa tahun berapa bulan
lagi?" sindir seebun Giok-hiong sambil tertawa hambar
"Aku percaya paling lama tengah hari besok. paling
cepat setelah senja menjelang hari ini."
"Aku kuatir keinginanmu itu sukar terwujud."
"Moga-moga saja apa yang telah kuucapkan barusan
segera akan menjadi kenyataan" Dalam pada itu Li
Tiong-hui telah mengangkat cawan araknya sambil
berseru: "Aku percaya para jago yang hadir dalam pertemuan
kali ini adalah jago-jago pilihan dari seluruh penjuru
dunia, untuk itu terimalah secawan arakku sebagai tanda
hormatku kepada saudara sekalian."
Selesai berkata, dia pun meneguk habis isi cawan nya.
Nyonya Pedang Patah Hati hanya mengangkat
cawannya sambil ditempelkan di atas bibir, kemudian
meletakkannya kembali ke meja, sedangkan seebun
3339 Giok-hiong dan Thia sik-kong masing-masing meneguk isi
cawannya hingga habis. Sedangkan Ngo-tok Kiongcu melirik sekejap cawan di
hadapannya, lalu berkata: "Kalau arak macam begitu
mah kurang sedap, biar diminum juga tak ada rasanya..."
Dari dalam sakunya ia merogoh keluar seekor
kelabang beracun, lalu dicelupkan ke dalam cawan
araknya. Kelabang itu seluruh badannya berminyak. ketika
dicelupkan ke dalam cawan arak tersebut warna seluruh
arak tersebut segera berubah menjadi hitam pekat
seperti tinta. Dengan tenangnya Ngo-tok Kiongcu meneguk habis isi
cawan tersebut, termasuk juga kelabang besar tadi,
dilalapnya ke dalam mulut dengan penuh nikmat.
Mual rasanya perut Li Tiong-hui setelah menyaksikan
bagaimana perempuan itu melahap habis seekor
kelabang seperti menikmati semangkuk bakmi saja,
dengan perasaan terkesiap pikirnya:
"Luar biasa kemampuan orang ini, tidak setiap orang
dapat melakukan hal semacam dia ini, entah ilmu racun
apa yang dikuasainya?"
Tiba-tiba Ngo-tok Kiongcu meroboh kantungnya,
kembali mengambil keluar seekor kelabang yang segera
disodorkan ke depan cawan Pek si-hiang, ujarnya sambil
tertawa menyeringai: "Aku dengar nona memiliki kepandaian yang luar
biasa, aku percaya kau pasti menguasai semua bidang
3340 kemampuan yang ada di dunia ini, bagaimana kalau
kuhormati Anda dengan secawan arak ini?"
Pek si hiang melirik sekejap isi cawan di hadapannya,
ketika menjumpai warna araknya telah berubah jadi
hitam pekat seperti tinta, segera sahutnya sambil tertawa
hambar: "Selama hidup belum pernah kupelajari ilmu melahap
binatang beracun macam kepandaian yang kau miliki,
jika mesti meneguk habis isi cawan tersebut, waaah...
aku bisa mati duluan"
"Hmmm..." Ngo-tok Kiongcu mendengus dingin, "Jika
seseorang telah ditakdirkan harus mati karena
keracunan, biar tidak minum arak beracun pun, dia bisa
mati lantaran digigit binatang beracun"
"Lantas kalau menurut pendapatmu, aku ini
ditakdirkan mati lantaran apa...?" tanya Pek Si-hiang
sambil tertawa. "Aku rasa kau bakal mati keracunan"
Pek si-hiang tersenyum, dengan tenangnya ia
membenahi rambutnya yang kusut, lalu diambilnya
cawan arak yang berada di hadapannya itu.
Tapi sebelum jari tangannya sempat menyentuh
cawan tersebut, mendadak sebuah tangan yang lain
telah merebut cawan arak tersebut sambil berseru keras:
"Biar aku yang coba merasakan kehebatan racun
kelabang ini, akan kulihat apa benar racunnya bisa
mematikan orang." 3341 Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan orang yang
merampas cawan arak tersebut tak lain adalah Sang
Lam-ciau. Dengan sekali tegukan ia habiskan isi cawan arak
beracun itu berikut kelabangnya, kemudian seraya
meletakkan kembali cawan kosong ke atas meja,
katanya: "Kukira kehebatan racun kelabang tersebut memang
luar biasa hingga mampu mencabut nyawa orang dalam
sekejap, huuh... ternyata kehebatannya cuma begitu
saja..." "Boleh kutahu siapa namamu?" seru Ngo-tok Kiongcu
sambil tertawa dingin. "Aku hanya seorang prajurit dari dunia persilatan
seorang serdadu tua di bawah perintah Li Bengcu, kalau
boleh, aku ingin mencoba pula beberapa jurus
kepandaian silat Kiongcu"
"Dia adalah Sang Lam-ciau yang termashur di kolong
langit," seru seebun Giok-hiong segera, "Tak disangka
seorang pendekar hebat akhirnya harus hidup terlantar
hanya gara-gara terjerat oleh jaring cinta, sungguh
mengenaskan hidupnya..." Berubah hebat paras muka
Sang Lam-ciau setelah mendengar ejekan itu, katanya
gusar. "Aku paling benci kalau ada orang mengajakku
bergurau, hmmm, nona, aku harap kau sedikit tahu diri"
"Aku tak ambil perduli kau betul-betul Sang Lam-ciau
atau bukan, sebab tidak penting bagiku, tapi dari
kesanggupanmu minum habis arak beracun kelabang ini
3342 maka kau memang sepatutnya memandang tinggi
kemampuanmu." Dari sakunya dia merogoh keluar seekor ular kecil
berwarna hijau lalu dengan sengaja mematukkan ibu
jarinya ke ujung gigi ular tadi, sampai lama kemudian ia
baru menarik kembali jari tangannya seraya berkata:
"Tadi, sudah kau buktikan bahkan arak beracun
kelabang tidak mempan terhadapmu, bagaimana kalau
kau coba lagi pagutan ular beracunku ini?"
"Sehebat- hebatnya seorang jago silat, mustahil ia
mampu mempelajari pelbagai ilmu silat yang ada di
kolong langit sekaligus, sebagai seorang ahli racun yang
semenjak kecil belajar ilmu beracun, tentu saja gigitan
seekor ular beracun tak akan melukaimu hmmm, apa sih
anehnya dengan kehebatan tersebut?" jengek Sang Lamciau
dingin. "Ooh... jadi maksudmu, kecuali dalam ilmu beracun
dalam ilmu silat lainnya kau masih jauh melebihi
kemampuanku?" "Maksudku, segala urusan sepatutnya diselesaikan
menurut keadaan yang paling adil, jadi masalahnya
bukan diajukan oleh kau sendirian..."
Ia pungut cawan arak yang berada di depannya,
meletakkan ke atas meja lalu menekannya dengan
telapak tangan kanan, setelah itu lanjutnya:
"Sekarang aku pun ingin mengajukan satu persoalan,
bila kau sanggup mengambil cawan arak yang berada di
tanganku tanpa membuat isi cawannya tertumpah, aku
3343 pasti akan membiarkan dari tanganku digigit oleh ular
beracun- mu." Selesai bicara, dia angkat kembali telapak tangannya
yang semula menekan di atas cawan tersebut.
Sekilas pandang, cawan tersebut tidak nampakkan
sesuatu yang aneh, cawan itu terietak secara normal di
atas meja hanya saja permukaan cawan tadi ternyata
sudah melesak masuk ke dalam kayu sehingga bibir
cawannya kini rata dengan permukaan meja tersebut
Demonstrasi tenaga dalam yang sangat hebat ini
kontan saja mengejutkan hati Li Tiong-hui di samping
perasaan kagum yang luar biasa, tak ketinggalan pula si
dewa cebol pun secara diam-diam mengagumi kehebatan
rekannya itu. Ketua istana panca racun kelihatan agak tertegun,
sampai setengah harian dia tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Sementara ia sedang serba salah, mendadak
terdengar Nyonya pedang patah hati mendengus dingin
sambil mencibir: "Huuh, hanya permainan sulap pun pingin
dipamerkan" Dengan ujung jari tangannya yang lembut dan putih,
ia membuat sebuah lingkaran di sekeliling cawan tadi,
lalu dengan jari telunjuk serta ibu jarinya ia jepit bibir
cawan tadi kemudian pelan-pelan mencabutnya keluar
dari dalam kayu tanpa setitik arak pun yang sempat
muncrat keluar. 3344 "Hebat, hebat" puji sang Lam-ciau, "Tak disangka ilmu
jari kim-kong-ci yang nyonya miliki telah kau latih hingga
mencapai tingkat kesempurnaan, luar biasa"
Li Tiong-hui tahu, bila keadaan tersebut dibiarkan
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlangsung terus maka semua rencananya akan
berantakan, buru-buru dia menimpali:
"ilmu silat yang dimiliki cianpwee sekalian memang
rata-rata sangat hebat dan masing-masing mempunyai
kelebihan sendiri, aku rasa pertarungan tak usah
dilanjutkan lagi, ayoh, terimalah dulu salam hormatku
dengan secawan arak ini" selesai bicara, ia teguk habis isi
cawannya. Nyonya pedang patah hati tertawa dingin.
"Hmm, kau tak usah kuatir, sebelum berjumpa dengan
ibumu, tak nanti aku bertarung dengan siapa pun."
Sambil turut mengangkat cawannya diam-diam seebun
Giok-hiong melirik Sang Lam-ciau sekejap. pikirnya:
"Hebat benar ilmu silat tua bangkotan itu, aku mesti
memandangnya sebagai salah seorang musuh
tangguhku... ehmmm, aku harus mencari akal untuk
singkirkan dia terlebih dulu, daripada setelah terjadinya
pertarungan nanti, aku harus pecah perhatian untuk
mengawasi dia." Sementara itu Pek si-hiang secara diam-diam juga
sedang mengawasi perubahan wajah seebun Giok-hiong,
melihat biji matanya yang berputar-putar dan alis
matanya yang mengernyit, dia sadar bahwa hawa napsu
membunuh gadis tersebut telah bangkit Kepada sang
Lam-ciau segera bisiknya: "Locianpwee, kau tidak
seharusnya memamerkan kebolehanmu"
3345 "Apa kelewat kasar sehingga kurang sedap ditonton?"
"Bukan begitu, justru karena kelewat bagus maka
demonstrasimu tadi telah membangkitkan hawa napsu
membunuh orang lain, kau mesti berhati-hati terhadap
serangan gelap seseorang."
Terkesiap seebun Giok-hiong sesudah mendengar
sindiran itu, segera pikirnya:
"Tak nyana budak busuk tersebut begitu lihay,
sehingga apa yang menjadi suara hatiku juga berhasil
ditebaknya secara jitu, kelihatannya aku mesti
menjagalnya terlebih dulu." setelah mengambil
keputusan, sambil tersenyum ujarnya:
"Hey adik Pek. nampaknya kondisi tubuhmu
belakangan ini bertambah sehat dan segar."
"Seebun Giok-hiong," ujar Pek si-hiang dengan wajah
serius, "sekalipun aku mempunyai kesabaran yang luar
biasa, bukan berarti tanpa batas, lebih baik kau jangan
kelewat memojokkan posisiku. "
"Aaah, kau kelewat serius" seebun Giok-hiong tertawa
terkekeh-kekeh. Kecerdasan serta pengalaman yang dimiliki Li Tionghui
memang kalah jauh bila dibandingkan seebun Giokhiong
serta Pek si-hiang, tapi dari tanya jawab yang
dilakukan kedua orang itu, dia dapat menarik sedikit
kesimpulan maka pikirnya segera:
"Bisa gawat bila seebun Giok-hiong berniat mencelakai
Pek si-hiang, lagipula gadis itu tak pandai bersilat, mana
mungkin dia sanggup menghadapi gempurannya" Ehmm,
untuk menolong situasi, ada baiknya aku sedia payung
3346 sebelum hujan... tapi, semua orang yang hadir di sini
rata-rata memiliki ilmu silat yang sangat tangguh, kalau
tidak dicarikan sebuah akal yang sempurna, rasanya
mustahil aku bisa selamatkan jiwanya..."
Sementara dia masih berputar otak mencari akal,
mendadak terdengar seseorang membentak dengan
suara yang lantang lagi nyaring:
"Sungguh tak kusangka setelah aku mengundurkan
diri dari dunia persilatan di daratan Tinggoan, si katak
pun pingin jadi pentolan."
Nada pembicaraan orang itu amat tekebur, bahkan
diucapkan dengan kata-kata yang tegas dan nyaring,
membuat para jago yang hadir dalam arena merasa
tergetar hatinya. Ketika semua orang berpaling, terlihatlah seorang
lelaki setengah umur yang memakai jubah kuning,
berjenggot putih dan menggembel sebuah pedang di
punggungnya sedang berjalan masuk ke dalam ruangan
dengan langkah lebar. Tingkah laku orang itu amat congkak dan jumawa,
seakan-akan dia anggap semua jago yang hadir dalam
ruangan tersebut hanya patung-patung tak bernyawa.
seebun Giok-hiong pun turut berpikir dalam hati kecilnya:
"Siapa pula orang ini" Tapi kalau dilihat lagaknya yang
angkuh namun menawan hati, di masa mudanya dulu ia
pasti merupakan idaman hati setiap gadis."
Terdengar Nyonya pedang patah hati mengejek sambil
tertawa dingini 3347 "Bagus, bagus sekali, ternyata si raja pedang yang
sudah banyak tahun menyembunyikan diri di luar daratan
pun ikut hadir di sini."
"Raja pedang ...?" gumam seebun Giok-hiong.
"Benar, dialah raja pedang yang pernah mengobrak
abrik dunia persilatan selama dua puluh tahun dengan
segala cerita romantisnya, gara-gara kelewat banyak
menghamili perempuan akhirnya dia kabur keluar dari
daratan untuk menyembunyikan diri, tak nyana hari ini
dia berani muncul kembali di sini..."
Sementara itu pangeran pedang telah muncul di dalam
ruangan dengan langkah tergopoh-gopoh memberi
hormat di hadapan lelaki setengah umur tadi sambil
berseru: "Menyambut kehadiran ayahanda ..."
"Tidak usah banyak adat"
"Apakah ibunda juga turut datang?"
"Yaa, ibumu telah tiba di luar pendopo, pergi,
sambutlah kedatangannya..."
Pangeran pedang menyahut dan buru-buru
meninggalkan ruang pendopo itu.
Postur maupun perawakan kedua orang ini memang
berbeda sekali, kalau raja pedang meski telah berusia
setengah urnur namun masih memiliki daya tarik yang
luar biasa terutama bagi kaum wanita, sebaliknya
pangeran sedang memiliki perawakan badan yang tinggi
besar dan sama sekali tidak menarik. sehingga boleh
dibilang ia tak cocok menjadi keturunan seorang lelaki
romantis. 3348 Sementara para jago masih sangsi, tampak pangeran
pedang telah muncul kembali sambil menggandeng
tangan seorang perempuan yang berperawakan tinggi
besar, berpinggang lebar,wajah lebar dengan telinga
besar serta rambut yang disanggul dengan sekuntum
bunga merah menghiasi rambutnya.
Dengan perasaan tertegun pikir Lim Han- kim:
"Beginikah tampang istri si raja pedang yang tersohor
itu" seandainya dia seorang pria, waah ... orang itu pasti
jauh lebih angker dan menakutkan ..."
Kedengaran perempuan tinggi besar itu segera
berkoar begitu masuk ke dalam ruang pendopo:
"Hei suamiku, jauh-jauh kita datang kemari, masa
sebuah bangku tempat duduk pun tidak tersedia buat
kita?" Biarpun perawakan tubuhnya tinggi besar dan kasar,
ternyata perempuan itu mempunyai suara yang lembut
dan halus, berbeda jauh bila dibandingkan dengan
badannya. Raja pedang segera tertawa terbahak-bahak:
"Hahahaha... benar juga perkataan permaisuri, hey
siapa ketua penyelenggara pertemuan ini?"
"Ada apa kau mencari aku?" sapa Li Tiong- hui sambil
pelan-pelan bangkit berdiri Raja pedang tersenyum
"Jauh-jauh dari seberang lautan aku bersama
permaisuri dan pangeranku datang menghadiri
pertemuan puncak ini, masa tempat duduk pun tidak kau
Rumah Judi Pancing Perak 2 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Tusuk Kondai Pusaka 8