Pedang Keadilan 7
Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 7
terlihat sebuah lentera merah kembali dikerek naik.
Di tengah kegelapan malam yang mencekam, lentera
merah itu kelihatan luar biasa menyoloknya, juga penuh
diliputi kemisteriusan dan keanehan-
Dua orang tosu kecil yang menyusul ke arena
pertarungan itu pada awainya tidak bermaksud turun
tangan, namun setelah mendengar suitan panjang dan
melihat di-kereknya lentera merah, tiba-tiba saja sambil
memutar pedang mereka menyerbu ke dalam arena.
Han Si-kong segera mendengus dingin, "Hmmmm,
sungguh memalukan, Tak nyana anak buah Thian-hok
totiang hanya kawanan manusia yang mencari
kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak." ia
sudah menaruh kesan jelek terhadap Thian-hok sangjin,
ditambah lagi setelah menyaksikan pelbagai peristiwa
yang penuh diliputi rahasia, menyebabkan ia
548 berpendapat bahwa Thian-hok Sangjin tak lebih hanya
seorang manusia munafik yang saleh di luar namun keji
di hati kecilnya. oleh sebab itulah ia menaruh kesan yang buruk pula
terhadap segenap orang yang ada dipondok Lian-im-lu
itu, Ketika melihat mereka mengandalkan jumlah banyak
untuk merebut kemenangan, malahan empat bilah
pedang mengerubuti seseorang yang tidak bersenjata,
timbullah perasaan tidak senang di hati kecilnya.
Di tengah keheningan malam, keempat bilah pedang
itu menciptakan lapisan kabut pedang yang
menggidikkan hati. Mereka kepung musuhnya yang
bertangan kosong itu rapat-rapat.
Berpuluh gebrakan sudah lewat, namun keadaan
masih tetap berimbang, menang kalah sukar ditentukan.
pada saat inilah, orang yang berada di dalam rumah
gubuk itu telah menaikkan lentera merah yang ketiga.
Lim Han-kim sangat keheranan melihat ketiga lentera
merah yang dinaikkan itu, ia tak tahu apa maksud dan
tujuan setiap lentera merah yang dikerek naik itu Ketika
berpaling, ia jumpai Han si-kong sedang pusatkan semua
perhatiannya untuk menyaksikan pertarungan kelima
orang itu, sementara mulutnya mengumpat tiada
habisnya, Melihat itu Lim Han-kim merasa kurang leluasa
untuk mengusik perhatian-nya.
549 Tapi situasi terus berubah, satu peristiwa disusul
peristiwa berikut, Ketika lentera merah ketiga telah
dinaikkan, suara pekikkan panjang sekali lagi
berkumandang, disusul kemudian sederet manusia
muncul dari balik rumah gubuk itu.
Lim Han-kim buru-buru mengerahkan ketajaman
matanya untuk memandang. Lamat- lamat ia saksikan
sebuah tandu berbentuk aneh yang digotong empat
orang telah muncul dari balik kegelapan, di atas tandu itu
agaknya duduk sesosok manusia.
Dari sudut lain kembali muncul beberapa sosok
bayangan hitam yang meluncur datang dengan
keCepatan luar biasa, perubahan yang terjadi sangat
mendadak ini membuat anak muda ini tak dapat berpikir
lebih jauh. Kehadiran masing-masing pihak sungguh
teramat cepat, dalam waktu singkat mereka telah tiba di
sisi arena pertempuran. orang yang tiba paling duluan adalah tosu berjubah
kuning, dia tak lain adalah Thian-hok sangjin, Begitu
sampai di sisi arena dan melihat situasi pertarungan, ia
segera menghardik nyaring: "Tahan"
Ketiga orang tosu kecil dan gadis berbaju hijau itu
segera mengiakan dan menghentikan serangan, masingmasing
mundur sejauh lima depa dari posisi semula.
Dalam saat itu tandu berbentuk aneh itu sudah berjalan
makin dekat hingga keadaannya nampak lebih jelas,
550 ketika Lim Han-kim mengamati lebih nyata, hatinya
segera bergetar keras. Ternyata tandu yang tampak berbentuk aneh dari
kejauhan itu adalah sebuah pembaringan lemas
berbentuk persegi panjang, sedang keempat orang yang
menggotong tak lebih hanya gadis-gadis berperawakan
kecil mungil, Di atas pembaringan lemas itu duduk
seorang perempuan berjubah merah, angin malam yang
berhembus lewat mengibaskan ujung bajunya.
Pada saat itu Thian-hok sangjin telah berada dalam
jarak tujuh delapan depa dari para pendatang, di
belakang tosu itu kelihatan si kakek berambut putih
sedang yang seorang lagi adalah si lelaki setengah umur
berbaju hitam yang berwajah dingin.
orang itu berdiri di samping si kakek berambut putih
dengan pedang terhunus, ia tak lain adalah manusia
dingin yang menghalangi Lim Han-kim berdua naik bukit
baru-baru ini. Tampak Thian-hok sangjin memberi hormat kepada
perempuan yang ada di tandu tersebut, kemudian sambil
berpaling ke tempat persembunyian Lim Han-kim serta
Han si-kong serunya lantang: "Kalau toh kamu berdua
ingin menonton keramaian ini, kenapa tidak tampilkan
diri" 551 suara teriakan itu tidak terlalu keras namun nyaring
dan jelas sekali, setiap patah kata bagaikan palu yang
menggodam telinga Lim Han-kim serta Han si-kong.
Melihat hal ini Lim Han-kim jadi keheranan, segera
bisiknya: "Aneh benar, masa Thian-hok sangjin dapat
menemukan tempat persembunyian kita hanya dalam
sekilas pandangan?" "Mustahil," Han si-kong menggeleng, "Tapi ia dapat
menduga bahwa kita pasti bersembunyi di atas pohon
cemara ini, di sinilah pentingnya pengetahuan dan
pengalaman dunia persilatan. Ayoh, kita turun saja, toh
tempat persembunyian kita sudah ketahuan, lebih baik
kita muncul secara terang-terangan."
"Ehmm, akupun punya maksud Begitu."
Tanpa membuang waktu lagi mereka melompat turun
dari atas pohon cemara dan menuju ke arena dengan
langkah lebar. Han si-kong menyusul ketat di belakang Lim Han-kim.
Dengan kecepatan gerak tubuh mereka, hanya dalam
sekejap mata kedua orang itu sudah tiba di sisi Thianhok
sangjin- Kakek berambut putih itu berpaling memandang
mereka berdua sekejap. ia seperti hendak mengucapkan
sesuatu namun niat tersebut kemudian diurungkan
552 sementara itu awan hitam yang menyelimuti angkasa
telah tersebar oleh hembusan angin kencang, dari balik
awan tersirat selapis cahaya rembulan yang remangremang.
Cahaya rembulan menyinari perempuan berbaju
merah yang duduk di tandu, menciptakan seberkas
lukisan yang sangat indah. Di balik kain merah yang
terhembus angin tampak gadis itu, hanya mengenakan
kutang di dadanya serta sebuah gaun pendek sepanjang
lutut, lengannya yang putih mulus serta kakinya yang
telanjang kelihatan menyolok sekali di balik warna merah
pakaiannya. ia mempunyai rambut panjang sebahu, alis mata
bagaikan semut beriring, hidung yang mancung dan bibir
yang merah merekah, waktu itu dia duduk tak bergerak
dengan mata terpejam Setelah mendeham beberapa kali Thian-hok Sangjin
baru berkata: "Bila pintu tidak menyambut kedatangan
dewi dari kejauhan, harap dewi suka memaafkan."
Mendadak perempuan berbaju merah itu membuka
matanya, sorot matanya tajam mencorong ke luar
menatap wajah Thian-hok Sangjin lekat-lekat, kemudian
sambil tertawa dingin jengeknya: "He he he he... untung
arwah suhu melindungi sehingga totiang masih hidup
segar bugar di dunia ini."
553 Thian-hok Sangjin mendongakkan kepalanya tertawa
terbahak-bahak. "Ha ha ha ha... bila aku mati muda,
bukankah sia-sia saja nona menunggu saat selama lima
belas tahun ini...."
Mendadak perempuan berbaju merah itu bertepuk
tangan nyaring, keempat dayang penggotong tandu itu
segera menurunkan tandunya ke atas tanah. Dari balik
kutang-nya perempuan berbaju merah itu mengeluarkan
sepucuk surat, lalu sambil dilemparkan ke depan,
katanya: "Sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan, suhu tinggalkan surat ini. Lebih baik kau
baca dulu isi surat tersebut sebelum kita bertempur
habis-habisan." Thian-hok sangjin menerima surat rahasia itu.
sampulnya dibuka dan dibaca isinya di bawah sinar
rembulan, Tiba-tiba paras mukanya berubah hebat.
setelah menghela napas panjang, katanya: "Aaaai...
gara-gara salah melangkah mengakibatkan terjadinya
peristiwa ini. Aku sungguh menyesal sekali, aku bersedia
menggunakan sisa kehidupanku ini untuk membayar
kesalahan itu...." Tiba-tiba kakek berambut putih itu merampas surat
rahasia tersebut sambil bertanya: "Apa sih isi surat itu?"
554 Reaksi Thian-hok sangjin ternyata lebih cepat, ia
menarik tangan kanannya ke belakang lalu buru-buru
menyimpan surat tersebut ke dalam sakunya. setelah itu
sahutnya sambil tertawa getir: "Aaaai... Aku sudah
mendekati liang kubur, mati hidup bukan menjadi
masalah besar lagi bagiku, apalagi kepergianku kali ini
belum tentu harus mati...."
sesudah berhenti sejenak. sambungnya lebih jauh:
"Selama hidup aku tak suka mencari pangkat maupun
nama. Tiada persoalan di dunia ini yang perlu
kurisaukan, satu-satunya masalah yang membuat hatiku
tak lega adalah keempat bocah pencari obat yang sudah
banyak tahun mengikutiku. Aku harap saudara Pek
bersedia merawat mereka,anggap saja sebagai balas
budi hubungan persahabatan kita selama ini."
sepasang mata kakek berambut putih itu melotot
besar, tiba-tiba ia maju dua langkah sambil menghadang
di depan Thian-hok sanjin, Lalu kepada perempuan
berbaju merah itu ujarnya dingin: "Thian-hok lotiang
sudah lama hidup mengasingkan diri, dia sudah tak mau
berkelahi lagi dengan orang lain, Beda dengan aku
seorang awam, tidak sulit bila nona ingin mengajak pergi
saudara Thian-hok, tapi kau mesti kalahkan pedang
mustika Pek Khi-hong dulu"
Mendadak Han si-kong merasa dadanya seperti
dihantam dengan bogem mentah, sekujur tubuhnya
555 bergetar keras, tak kuasa lagi ia menjerit tertahan:
"Haaah..." Pek Khi-hong..." Pek Khi-hong...?"
"Locianpwee, kau kenal dia?" Dengan keheranan Lim
Han-kim berpaling sambil memandang Han si-kong
sekejap. "Bukan hanya aku seorang yang kenal dengan tokoh
sangat ternama ini, hampir semua jago kenamaan dalam
dunia persilatan pernah mendengar nama besar itu,
namun yang bisa bertemu dengannya boleh dibilang
sedikit, sedikitnya....,"
sementara itu si perempuan berbaju merah itu telah
berkata dengan suara dingin: "Kau berani maju
menghadang, aku percaya ilmu silatmu tentu luar biasa
hebat-nya" Tiba-tiba Thian-hok sangjin menghadang jalan maju
Pek Khi-hong, ujarnya dengan serius: "saudara Pek, bila
kau masih ingat dengan hubungan persahabatan kita,
harap kau jangan mencampuri urusanku"
Pek Khi-hong agak tertegun, tapi ia mundur juga ke
samping, Kepada perempuan berbaju merah itu Thianhok
sangjin segera memberi tanda, serunya: "Mari kita
berangkat." Perempuan berbaju merah itu tertawa.
556 "Semula kuduga pasti akan berlangsung suatu
pertempuran sengit, sungguh tak disangka begini
gampang...." "Aaaai...." Thian-hok Sangjin menghela napas
panjang, "Aku tak ingin bertarung melawan nona."
Kembali perempuan berbaju merah itu tertawa.
"Kau harus mengerti, nama besar Dewi Seratus Racun
bukan nama kosong, Bila kau tak puas untuk menyerah
dengan Begitu saja, tak ada salahnya jika kita coba-coba
adu kepandaian" Thian-hok Sangjin segera mengerutkan dahinya, di
balik keseriusan wajahnya terlintas hawa amarah yang
meledak, namun hanya sekejap saja telah pulih kembali
dalam ketenangan, pelan-pelan ujarnya: "Aku siap
menerima semua perintah nona."
"Aku hendak mengenakan seperangkat alat hukuman
ke tubuhmu." "Aku siap menerima."
Tiba-tiba perempuan berbaju merah itu bersuit
rendah, Dari atas kursi malas berlapis kulit binatang itu
tiba-tiba melesat lewat sekilas cahaya berwarna kuning
yang langsung menerkam ke tubuh Thian-hok Sangjin.
Dengan kening berkerut Lim Han-kim berpikir. "Senjata
557 rahasia macam apa itu" Masa dapat merantai orang
secara otomatis?" Tampak cahaya berwarna keemas-emasan itu
mengelilingi tubuh Thian-hok Sangjin beberapa kali lalu
berhenti dengan sendirinya. Ketika semua orang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperhatikan dengan lebih seksama, maka terjadilah
kegaduhan, ternyata cahaya keemas-emasan yang
meluncur tadi tak lain adalah seekor ular yang aneh
sekali bentuknya. Besarnya seibu jari, sedang lidah
bercabang duanya berwarna merah menyala.
Saat ini tubuh ular tersebut telah melingkari tubuh
Thian-hok Sanjin dan berhenti pada lehernya, sementara
kepalanya dengan membawa suara desisan ngeri persis
bergerak di hadapan wajah imam tersebut.
Terdengar perempuan berbaju merah itu tertawa
terkekeh-kekeh sambil berkata:
"Ular rantai emasku ini termasuk satu ular paling
beracun di kolong langit. Bukan saja bisanya sangat
mematikan, lagi pula badannya sangat kuat dan tidak
takut ketajaman senjata, jangan coba-coba memenggal
tubuhnya dengan mengandalkan senjata...." Waktu itu
perasaan semua orang sudah diliputi perasaan ngeri dan
seram. siapa pun tidak menyangka seekor ular ternyata
mampu diperintah oleh perempuan berbaju merah itu
558 serta menerkam korbannya sesuai dengan perintah,
Mereka tak habis mengerti sebenarnya dengan Cara
apakah perempuan itu bisa memberi perintah kepada
ujarnya sehingga mau menuruti semua kata dan
perintahnya. Dalam saat itu awan tebal telah buyar, sinar rembulan
memancarkan sinar dengan terangnya. si Dewi seratus
raCun yang berbaju merah ternyata berwajah Cantik
jelita dengan kulit badan yang putih bersih.
siapa pun tak akan menyangka kalau perempuan
seCantik ini ternyata adalah seorang penjinak ular,
Dengan sepasang biji matanya yang bening perempuan
itu memandang sekejap wajah para jago di sekitar arena,
lalu katanya lagi: "Nah, saudara-saudara sekalian, siapa
di antara kalian tidak puas, boleh saja untuk coba-coba
turun tangan...." Mendadak ucapannya terputus sedang sinar matanya
berhenti di wajah Lim Han-kim. Anak muda itu tertawa
dingin, pelan-pelan ia melengos kearah lain.
Perempuan berbaju merah itu kelihatan
menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan. setelah termenung
sejenak. dengan suara dalam ia baru berkata lagi: "Bila
di antara kalian ingin menggunakan serangan bokongan
untuk melancarkan serangan, jangan salahkan jika ular
rantai emasku berpaling dan memagut Thian-hok
559 sangjin, Ketahuilah pagutan beracunnya bisa mematikan
korbannya dalam waktu singkat...."
Bicara sampai di situ ia segera melompat naik ke
tandunya dan memberi perintah: "Ayo kita berangkat"
Empat orang dayang berwajah cantik itu segera
menggotong tandu tersebut dan berlalu dari situ, Di
bawah sinar rembulan, terlihatlah di sekeliling tandu itu
mulai bermunculan banyak sekali ular-ular berbentuk
aneh. sambil menjulurkan lidahnya ular-ular itu bergerak
kian ke mari dengan amat menjijikkan.
Menyaksikan semua ini Lim Han-kim merasa sangat
terkesiap. segera ia berseru kepada Han si-kong: "Aneh
betul, tak tersangka di bawah tempat duduknya berlapis
kulit binatang bisa- bermunculan Begitu banyak ular
beracun...." "Tak sedikit jumlah orang pandai dalam dunia
persilatan, termasuk juga pelbagai kejadian yang anehaneh.
Aku rasa kejadian semacam ini tak perlu kau
herankan lagi." Tampak si Dewi seratus Racun dengan tenang dan
santainya duduk dikelilingi beratus jenis ular beracun,
Kehadiran binatang melata tersebut seakan-akan bukan
gangguan baginya. 560 Thian-hok sangjin mengikuti di belakang tandu itu
dengan wajah murung, Ular rantai emas yang melilit di
tubuhnya takjauh berbeda bagaikan seutas rantai emas
yang merantai sekujur badannya.
Mendadak Pek Khi-hong mendongakkan kepalanya
sambil menghembuskan napas panja rambut putihnya
kelihatan bergetar keras, tanpa bicara sepatah katapun ia
mengejar dari belakang. sebetulnya Han si-kong sudah menaruh kesan yang
sangat jelek terhadap Thian-hok sangjin, tapi setelah
menyaksikan peristiwa ini timbul juga perasaan simpati
dan kasihan di hati kecilnya, kepada Lim Han-kim segera
bisiknya lirih: "saudara cilik, mari kita kejar untuk melihat
kejadian selanjutnya.,,."
semua orang yang hadirdi arena tanpa sadar
menggerakkan langkah masing-masing mengejar di
belakang Pek Khi-hong dan menyusul rombongan Dewi
seratus Racun. sepanjang jalan Lim Han-kim merasa pelbagai
pertanyaan melintas di dalam benaknya, Dia tak habis
mengerti siapa gerangan orang yang dapat memaksa
Thian-hok sangjin menyerah dengan Begitu saja
membiarkan badannya dililit ular beracun dan mengikuti
si Dewi seratus Racun untuk menerima hukuman berat.
561 Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya, tak
kuasa lagi ia bergumam sendiri: "Aaaah betul, kunci dari
persoalan ini tentu terletak pada surat rahasia yang
diterimanya itu." "Apa katamu" surat rahasia?" tanya Han si-kong.
"Betul, Thian-hok sangjin bisa menyerah dengan
begitusaja, hal ini pasti ada kanannya dengan isi surat
rahasia itu" "Ehmmm, betul juga perkataanmu itu." setelah
berpikir sejenak Han si-kong manggut-manggut. "Asal
kita bisa mendapatkan surat rahasia yang disimpan
dalam saku Thian-hok sangjin, tidak sulit bagi kita untuk
memahami rahasia di balik semua peristiwa ini "
sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah
mendekati rumah gubuk di tengah jalan itu, Tampak
seorang lelaki setengah umur berbaju biru yang
memelihara jenggot kambing berdiri di depan gubuk itu
dengan wajah serius. Mukanya berkerut penuh gejolak
emosi dan hawa amarah, diawasinya wajah Dewi seratus
Racun tanpa berkedip. sebaliknya Dewi seratus Racun sendiri duduk dengan
mata terpejam, sama sekali tak memandang kearah
orang itu sekejap pun, sementara itu keempat orang
dayang-nya menggotong tandu itu lewat dari sisinya
tanpa banyak bicara pula, Ketika lewat hampir saja ularTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
562 ular beracun itu menyerempet tubuh lelaki berbaju biru
itu. Ternyata manusia berbaju biru itu memiliki
ketenangan yang luar biasa. ia sama sekali tak berusaha
menghindari, memandang pun tidak ular-ular yang
hampir menyentuh wajahnya itu. sinar matanya tertuju
seratus persen pada wajah Thian-hok sangjin yang
berjalan mengikuti di belakang tandu itu.
Bibirnya kelihatan bergetar, akan tetapi tak
kedengaran suara apa pun, cuma dua baris air matanya
saja yang tampak berderai dengan derasnya.
Thian-hok sangjin berhenti sebentar sambil menengok
orang berbaju biru itu, lalu katanya sambil tersenyum:
"Rumah gubug ini sudah membelenggu sepasang kakimu
hampir puluhan tahun lamanya. Kepergianku kali ini
entah sampai kapan baru kembali lagi, kalian pun boleh
pergi meninggalkan tempat ini."
" orang baik selalu dilindungi Thian, Kepergianku kali
ini tentu akan selamat tanpa kekurangan sesuatu apa
pun Jui Lip bersedia jadi budak selama hidup dan siap
menanti kepulangan majikan di rumah gubug ini." Thianhok
sangjin tertawa pelan. "Bodoh, tiada perjamuan di dunia ini yang tak akan
bubar. Di dunia pun tak akan ditemukan obat mustika
yang membuat orang panjang umur, Apa lagi
563 kepergianku kali ini belum tentu mati, meski mungkin
aku tak akan balik ke mari lagi, aku rasa kalian tak perlu
menunggu kepulanganku lagi."
Tiba-tiba Jui Lip menjatuhkan diri berlutut Dengan air
mata bercucuran ujarnya pedih: "selama hayat masih
dikandung badan, aku Jui Lip tak akan duduk berpangku
tangan...." sambil tertawa Thian-hok sangjin gelengkan kepalanya
berulang kali. "Kau keliru, Kepergianku kali ini bersumber pada
kerelaanku sendiri, bagaimana mungkin kau malah
mendendam orang lain" Kau pun tak usah punya ingatan
untuk menolong aku sehingga menimbulkan pertikaian
dunia persilatan yang tak berguna. Aaai... Usiaku sudah
mendekati masa senja, sekalipun harus mati juga tak
perlu disesali...." Mendadak terdengar Dewi seratus racun yang duduk
di atas tandu itu berseru dengan nada ding in: "Ayo,
cepat berangkat." Pek Khi-hong dengan mata yang melotot merah
membentak pula: "Hmmm, kau anggap ular rantai emas
itu merupakan ancaman yang berbahaya" Bagaimana
kalau mencoba ketajaman pedangku?"
564 Diiringi suara bentakan nyaring, cahaya pelangi
berwarna kehijau-hijauan membabat ke muka dengan
kecepatan luar biasa. Gerakan tubuhnya sangat cepat
bagaikan sambaran kilat, sekilas menyelinap tampak
selapis cahaya berkilauan mengurung kepala ular rantai
emas tersebut. Tiba-tiba tampak Thian-hok sangjin miring kan
tubuhnya dengan cepat menyelinap ke muka, lalu sebuah
tendangan dilontarkan menghantam perut Pek Khi-hong.
Melihat datangnya tendangan ini, buru-buru Pek Khihong
menarik kembali tubuhnya yang sedang menerjang
maju, setelah mundur lima langkah, dengan pedang
disilangkan di depan dada serunya emosi: "To-heng, kau
benar-benar rela pergi bersama siluman perempuan itu?"
seperti menjawab tapi juga bukan Thian-hok sangjin
berkata: "Dua manusia aneh dari Thian-lam memiliki ilmu
silat yang sangat hebat, Saudara Pek harus
menghadapinya dengan berhati-hati. Paling baik kalau
bisa kau jelaskan persoalan yang sebenarnya sehingga
pertikaian berdarah dapat dihindari...."
setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan
"Putri kesayanganmu cantik lagi cerdik, sayang mengidap
penyakit aneh yang parah, semoga Thian maha pengasih
dan memberi jalan bagi saudara Pek untuk mendapatkan
obat mustika secepatnya sehingga kesehatan putrimu
segera sembuh kembali..."
565 Ia mengangkat kepalanya sambil menghela napas
panjang, kemudian sambungnya lebih jauh: "saat ini
kekacauan sudah mulai melanda dunia persilatan Badai
besar segera akan menyelimuti dunia, Meskipun aku
tidak pergi kali ini, rasanya sulit juga bagiku untuk
menentramkan badai itu. Kulihat putrimu yang paling
cocok menjadi juru mudi dalam menentramkan
gelombang ini...." Dari kejauhan tiba-tiba kedengaran seseorang
berseru: "Empek. tunggu sebentar, keponakan khusus
datang untuk mengantar kepergianmu"
Ketika berpaling tampak sebuah tandu kecil berwarna
hijau yang digotong dua orang dayang sedang berlari
mendekat, Dalam waktu singkat mereka sudah sampai di
depan beberapa orang itu Tirai tandu segera tersingkap dan muncullah seorang
gadis berbaju putih yang amat lemah, Di bawah cahaya
rembulan tampak gadis itu berjalan dengan tubuh yang
sangat lemah. Warna kulitnya seputih warna bajunya,
gadis itu tampak Begitu lemah sehingga amat
mengibakan hati. Buru-buru Thian-hok sangjin berseru: "Angin gunung
sangat kencang, keponakan, buat apa kau mesti
menyiksa dirimu sendiri?"
566 "Empek seorang yang bijaksana dan berhati mulia."
kata gadis berbaju putih itu sambil bersandar di bahu
seorang dayang-nya. " Kebesaran jiwamu mengibakan
hati siapa pun- Bila keponakan masih bisa hidup tiga
tahun lagi, aku pasti akan turut menyambut kepulangan
empek...." sambil tertawa sedih Thian-hok sangjin menggeleng:
"Aaaai.... tampaknya tiada harapan lagi bagiku untuk
bisa terkubur dipondok Lian-im-lu."
"Empek tak usah kuatir, Kau tak usah merisaukan
masa depanmu, siapa sih yang tak kenal dengan dirimu?"
Thian-hok Sangjin merasakan semangatnya berkobar
kembali, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak. "Manusia hidup seabad pun bagaikan
impian, yang penting hati kita sebersih cahaya rembulan.
Keponakanku, kau harus baik-baik menjaga diri, aku
harus berangkat sekarang"
Selesai berkata, dengan langkah lebar ia mengejar
rombongan dewi seratus racun"
Memandang bayangan punggung Thian-hok sangjin
yang semakin menjauh, gejolak emosi yang menyelimuti
wajah Pek Khi-hong makin menggelora, tiba-tiba ia
bersuit nyaring dan melakukan pengejaran.
567
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayah... tunggu sebentar...." jerit gadis berbaju putih
itu cepat, Dengan tubuhnya yang Begitu lemah, untuk
bicara saja sudah membutuhkan banyak tenaga apa lagi
mesti menjerit keras sekarang, seluruh kekuatan
tubuhnya boleh dibilang habis digunakan, belum habis
ucapan itu ia sudah terbatuk-batuk.
Cepat-cepat Pek Khi-hong menghentikan langkahnya
seraya berseru: "Nak, beristirahatlah di atas tandu, Udara
malam sangat dingin, kau tak bakal tahan-.."
"Ayah, kau penuhilah keinginan empek" bisik gadis
berbaju putih itu sambil memegangi dadanya.
"Nak. tahukah kau empek Thian-hokmu akan pergi ke
mana?" "Aku tahu, dia hendak pergi ke istana panca racun di
tebing Toan-cong-tay...."
"Tahukah kau istana panca racun adalah tempat
macam apa?" "Kota neraka yang dipenuhi oleh pelbagai binatang
beracun." Pek Khi-hong menghela napas panjang.
"Nak. kau belum pernah melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan, bagaimana kau bisa mengetahui
persoalan yang amat rahasia ini?"
568 "Sewaktu bermain catur dengan empek Thian-hok.
aku berhasil memenangkan rahasianya itu..." Tiba-tiba
alis matanya berkerut tubuhnya roboh terjengkang ke
belakang... Dayang kecil berbaju hijau yang berdiri di sampingnya
buru-buru membopong gadis berbaju putih itu dan
dibaringkan ke dalam tandu, setelah itu tandu digotong
dan buru-buru balik kejalanan semula.
Kembali Pek Khi-hong menghela napas panjang, tanpa
banyak bicara lagi ia menyusul di belakang tandu itu.
sepeninggal Pek Khi-hong sekalian, Lim Han-kim baru
berpaling kearah Han si-kong sambil bertanya:
"Locianpwee, kau tahu di mana letak istana panca racun
di tebing Toan-cong-tay itu?"
Han si-kong berpikir seb entar, lalu jawabnya:
"Rasanya pernah kudengar dari penuturan orang lain,
tapi sekarang aku lupa. Aaaai.... pokoknya kejadian
malam ini benar-benar membuat aku bingung dan
pikun." "Locianpwee, lebih baik kita tak usah mencampuri
urusan orang lain, ayo berangkat"
"Yaaa, mari kita berangkat" Han si-kong mengangguk
sambil menghela napas panjang,
569 ia pun putar badan meninggalkan tempat tersebut, Di
tengah hembusan angin malam yang dingin, kini tinggal
si orang berbaju biru dan lelaki berbaju hitam saja masih
berdiri bersanding sambil memandang termangu kearah
mana Thian-hok sangjin pergi.
Angin kencang mengibarkan ujung baju mereka,
namun kedua orang itu tetap berdiri seperti patung,
Tidak terdengar helaan napas, tidak pula kelihatan
cucuran air mata, namun kepedihan yang luar biasa
membekas nyata di antara raut wajahnya yang kaku.
Beberapa kali Han si-kong menoleh memandangi
wajah kedua orang itu, lama-lama timbul juga perasaan
iba di hati kecilnya, gumamnya sambil menghela napas:
"Aaaai.... tidak kusangka mereka berdua adalah manusia
yang berperasaan dalam"
Mendadak terdengar helaan napas rendah bergema
memecahkan keheningan, disusul kemudian isak tangis
yang memedihkan hati. sewaktu Lim Han-kim berpaling, ia jumpai seorang
lelaki berpakaian ringkas sedang berjalan mendekat
sambil tiada hentinya menangis, orang ini tak lain adalah
lelaki yang bertarung melawan beberapa orang tosu kecil
tadi. Terdengar isak tangisnya makin lama makin keras,
seolah-olah dia hendak melampiaskan ke luar seluruh
kemurungan dan kekesalan hatinya.
570 Han si-kong dengan sifatnya yang suka mencampuri
urusan orang menjadi tak tahan setelah menyaksikan
kejadian ini, ia segera berteriak keras- keras:
"Hey, sobat sebagai seorang lelaki sejati kita tak boleh
sembarangan menangis, persoalan apa sih yang
membuat kau merasa Begitu sedih?"
Lelaki berpakaian ringkas itu tidak menggubris,
seakan-akan sama sekali tidak mendengar teguran itu ia
tetap melanjutkan langkahnya, Han si-kong segera
melejit ke udara dan melayang ke hadapan lelaki itu,
sambil menghadang jalan perginya kembali ia menegur:
"Hey sobat, rupanya kau congek?"
Lelaki berpakaian ringkas itu segera membesut air
matanya, lalu sambil mendongak serunya ketus: "Eeeei
tua bangka, siapa kau?"
ia berpaling dengan logat szuchuan yang sangat
kentara, nadanya pun keras dan nyaring,
sambil tersenyum Han si-kong menyahut "Melihat
tangisan anda Begitu memedihkan hati, aku bermaksud
menghibur hatimu." sebenarnya lelaki itu sudah berhenti menangis, namun
setelah mendengar ucapan Han si-kong itu tiba-tiba saja
ia menangis lagi. Han si-kong segera mengerutkan
dahinya kencang-kencang .
571 "sobat, bila kau menjumpai persoalan yang
memedihkan hatimu, utarakan saja kepada kami, siapa
tahu kami dapat membantumu untuk meringankan rasa
pedih itu...." "sebagai seorang lelaki sejati, aku tak pernah pikirkan
masalah mati hidupku, tapi teringat akan Thian-hok
sangjin, hatiku benar-benar amat pedih "
sementara itu Lim Han-kim hanya merisaukan masalah
obat mustika seribu tahun serta keselamatan ciu Huang,
Kalau bisa dia ingin secepatnya kembali ke kuil awan
hijau untuk melihat kejadian yang sesungguhnya, Melihat
Han si-kong kembali akan mencampuri urusan orang lain,
ia merasa sangat tak pUas.
Tapi setelah mendengar lelaki itu mengUngkap bahwa
kesedihannya bertautan dengan masalah Thian-hok
sangjin, timbul juga rasa ingin tahUnya, Tak tahan lagi ia
bertanya: "Kenapa kau bersedih hati untuk Thian-hok
sangjin?" Lelaki berpakaian ringkas itu menghela napas panjang,
"Demi kesejahteraan dan keselamatan umat persilatan
pada umumnya, ia rela mengantar diri ke istana panca
racun,coba kau bayangkan, bukankah tindakannya ini
sangat mengharukan" Tapi... berapa banyak umat
persilatan di dunia ini yang mengetahui latar belakang
peristiwa ini" Siapa yang tahu bahwa pengorbanan
572 Thian-hok Sangjin ini sesungguhnya merupakan tindakan
untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana?"
"ooooh.... kalau Begitu, kau tentu mengetahui latar
belakangnya?" "Tentu saja aku tahu"
"Bersediakah saudara untuk menjelaskan latar
belakang itu, sehingga mungkin kami pun bisa
membantu anda untuk menanggung sebagian kepedihan
tersebut." Lelaki berpakaian ringkas itu memperhatikan Lim Hankim
sekejap, mendadak ia membentak nyaring "Tidak
bisa Sekarang aku tak punya waktu untuk berbinCang
dengan kalian- Ayo cepat minggir"
Tangan kanannya segera diayunkan ke depan
membetot tubuh Lim Han-kim ke samping. Lim Han-kim
menarik perutnya ke belakang, tidak tampak ia menekuk
lututnya, tahu-tahu saja badannya sudah bergeser
mundur sejauh tiga depa. Han Si-kong segera maju dua langkah menghadang di
depan lelaki itu, tegurnya sambil tertawa dingin:
"Saudara, tanpa sebab kau menyerang orang lain, Kau
tidak merasa perbuatanmu itu kelewat batas?"
Mula-mula lelaki berpakaian ringkas itu tertegun,
menyusul kemudian teriakannya pula dengan marah:
573 "Kalau aku mau menyerang, mau apa kamu?" sebuah
pukulan dahsyat kembali dilontarkan
Han Si-kong memutar tangan kanannya membabat
lengan musuh, sementara mulutnya mengumpat:
"Takabur benar orang ini"
Lelaki berpakaian ringkas itu tidak banyak bicara lagi,
pukulannya dilontarkan beruntun Jurus-jurus
ancamannya membawa desingan angin tajam yang
memekik telinga, benar- benar hebat ilmu silat orang ini.
Dalam sekejap mata dua orang itu sudah bertarung
tiga-empat belas gebrakan lebih, Mendadak Han Si-kong
melepaskan satu pukulan lalu menyingkir kesamping, serunya:
"llmu pukulan saudara kuat dan dahsyat,jarang
kujumpai dalam dunia persilatan Boleh aku tahu apakah
kau adalah satu di antara tiga manusia gagah Juan tiongsam-
gi yang disebut orang si pukulan baja Ku Hui?"
Lelaki berpakaian ringkas itu tampak tertegun,, "siapa
kau" Dari mana bisa kenali aku?" serunya keheranan-
"Ha ha ha ha.... aku Han si-kong...."
"selamat bertemu, selamat bertemu Rupanya si
monyet tua...." buru-buru si pukulan baja Ku Hui
menjura. orang ini rada polos dan jujur Begitu berseru ia
barusadar kalau sebutannya rada kurang ajar, mukanya
574 jadi merah dan buru-buru kepalanya tertunduk malu.
Han si-kong kembali tertawa tergelak.
"Ha ha ha ha... dalam dunia persilatan, bukan hanya
saudara seorang yang menyebutku si monyet tua. Kau
tak usah persoalkan dalam hati, apalagi antara aku
dengan kedua saudara angkatmu masih terhitung sobatsobat
lama. Ha ha ha ha.... terus terang, di antara tiga
jago gagah juan tiong-sam-gi, tinggal saudaraku seorang
yang belum pernah kujumpai. Beruntung sekali aku
dapat bertemu denganmu malam ini."
"Akupun sering mendengar kedua saudaraku
membicarakan tentang saudara Han. setelah berjumpa
hari ini, baru kuketahui ternyata kau memang gagah dan
berjiwa terbuka." "Terima kasih. Terima kasih. saudara Ku, mari
kuperkenalkan seorang jago muda dari dunia persilatan,
Biar masih muda usia namun ilmu silatnya tidak berada
di bawah kepandaian kita." sambil berkata ia menuding
kearah Lim Han-kim. "ooooh, diakah orangnya?" sela si pukulan baja Ku
Hui. sambil tertawa hambar Lim Han-kim segera memberi
hormat: "Aku Lim Han-kim hanya bocah kemarin sore.
Harap saudara Ku bersedia memberi petunjuk."
575 Pukulan baja Ku Hui memperhatikan seluruh badan
Lim Han-kim dan atas sampai ke bawah kaki, lalu sambil
menyiapkan tangannya ia berkata: "Tidak berani Bila
saudara Han yang perkenalkan, aku percaya saudara Lim
pasti memiliki ilmu silat yang sangat tinggi."
Lim Han-kim tersenyum, dia segera mengalihkan
pandangannya kekejauhan, memandang rembulan yang
bersinar terang, ia segan banyak debat dengan orang
lain. Di antara tiga orang gagah Juan-tlong sam-gi, si
pukulan baja Ku Hui menduduki urutan paling akhir
namun wataknyapun paling jelek, la merasa sangat tak
puas telah mendengar Han si-koag memuji seorang
pemuda lemah yang tak ternama di hadapannya, apalagi
sesudah menyaksikan sikap Lim Han-kim yang hambar
dan acuh tak acuh, rasa mendongkol dan gusarnya
semakin menjadi-jadi. sambil tertawa dingin ia segera
berseru: "Bila aku dapat mempoleh kesempatan untuk
mencoba beberapa jurus pukulan saudara Lim, hatiku
tentu akan merasa puas."
Lim Han-kim memandang orang itu sekejap lalu
menggeleng, "Tak perlu dijajal. Aku percaya
kepandaianku masih belum menandingi kehebatan
anda." 576 Han si-kong tahu, ilmu silat yang dimiliki Lim Han-kim
sangat hebat dan luar biasa. Dia sadar orang berangasan
macam Ku Hui sudah pasti bukan tandingannya, tapi
setelah melihat sikap lelaki itu yang terus menerus
memojokkan lawan, mendongkol juga si orang tua ini.
Dengan suara keras ia segera berkata: "Tiga orang
gagah dari Juan-tiong masing-masing memiliki ilmu silat
yang sangat tangguh, si Lotoa termasyhur karena
permainan golok sakti delapan penjurunya, si leji
termashur karena pukulan pasir merahnya, sedang
saudara Ku ini terkenal karena sepasang kepalan
bajanya." Belum habis ucapan itu, Ku Hui telah memotong
sambil melirik Lim Han-kim sekejap: "Bila saudara Lim
bersedia melayani pertarunganku, aku pun bersedia
melayaninya dengan ilmu telapak, bukan ilmu kepalan"
Han si-kong memandang Lim Han-kim tajam-tajam,
lalu katanya dengan suara dalam: "Umat persilatan
memandang nama sebagai hal yang amat penting, oleh
sebab itu banyak sekali jago persilatan yang rela
mempertaruhkan jiwanya untuk mencari nama besar.
Juan-tiong-sam-gi terhitung jagoan ternama dalam
dunia persilatan dewasa ini. Bila saudara Lim bersedia
menghadapi saudara Ku ini bermain bbeerapa jurus,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka namamu segera akan ternama di wilayah
sepanjang Juan-tiong."
577 Maksud perkataan itu jelas sekali, ia memberi kepada
Lim Han-kim agar tidak usah mengalah lagi terhadap
manusia berangasan itu. Pelan-pelan Lim Han-kim mengalihkan sinar matanya
ke wajah Ku Hui, setelah memandangnya berapa saat, ia
berkata: "Berulang kali saudara Ku mendesak aku untuk
melayani permainan anda. Bila aku menampik terus, kau
tentu akan menganggap aku kurang sopan, Baiklah, aku
bersedia melayani permintaanmu itu, cuma sebelum
pertarungan dilangsungkan lebih baik kita sedikit
bertaruh agar permainan ini lebih semarak dan menarik"
Dengan mengandalkan sepasang kepalan bajanya Ku
Hui sudah mengalahkan banyak sekali jago tangguh,
selama puluhan tahun terakhir boleh dibilang ia jarang
menemui musuh tandingan Mendengar tantangan itu
segera katanya: "Aku lebih tua berapa tahun dari
usiamu, lebih baik saudara Lim saja yang mengambil
keputusan entah taruhan apa yang kau kehendaki?"
"Bila aku sampai kalah di tangan saudara Ku, aku rela
memotong tanganku dan selama hidup tak akan
bertarung lagi melawan orang lain^..."
Ku Hui tidak menyangka kalau Lim Han-kim bakal
menggunakan sepasang tangannya sebagai bahan
taruhan- langsung saja ia tertegun "Kau tidak merasa
taruhan itu kelewat berat?" serunya,
578 Biarpun orang ini sedikit emosi dan berangasan namun
bukan terhitung manusia berhati bengis dan keji, dia
hanya merasa sikap Lim Han-kim kelewat angkuh dan
takabur sehingga dia ingin menghajar pemuda itu dan
bergaya di hadapan Han Si-kong. Lim Han-kim tertawa
hambar, terusnya: "sebaliknya bila saudara Ku yang kurang beruntung
sehingga kalah di tanganku, aku harap saudara Ku
bersedia membeberkan latar belakang kepergian Thian
hok Sangji istana panca racun entah bagaimana menurut
pendapatmu?" Waktu itu si kepalan baja Ku Hui yakln kemenangan
pasti berada di pihaknya, maka ujarnya sambil tertawa:
"Saudara Lim, kau tidak merasa dirugikan dengan
taruhan macam ini?" "Kalau anda mengabulkan mari kita segera mencoba"
"Lebih baik saudara Lim menyerang dulu"
Lim Han-kim tidak mengalah lagi. Tangan kanannya
segera dilepaskan ke muka melancarkan satu pukulan.
Si kepalan baja Ku Hui tidak berkelit maupun
menghindar, dia ayunkan pula telapak tangannya
menyambut serangan lawan dengan keras lawan keras.
Lim Han- kim segera menekuk pergelangan tangan
kanannya ke bawah. Gerak serangannya tiba-tiba
579 berubah, dari pukulan kini berubah jadi cengkeraman
Sambil memotong dari sisi lengan musuh dia cengkeram
urat nadi pada pergelangan tangan Ku Hui.
Perubahan jurus dilakukan begitu cepatnya membuat
Ku Hui sangat terperanjat Buru-buru tangan kirinya
melepaskan satu babatan kilat, bersamaan waktunya
pergelangan tangan kanannya ditekuk ke bawah untuk
menghindar, Dengan susah payah akhirnya ia berhasil
iuga meloloskan diri dari ancaman maut tersebut.
Lim Han-kim tersenyum Tanpa menarik balik
pergelangan tangan kanannya yang sudah terlanjur
menyodok ke muka, ia melepaskan satu sentilan maut
menghajar urat nadi di pergelangan tangan kiri Ku Hui.
satu gerakan belum habis digunakan, tiga jurus
ancaman telah dilepaskan perubahan dan ancaman itu
betul- betul luar biasa, Dengan perasaan terkesiap Ku
Hui melompat mundur sejauh tiga depa untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut.
sadarlah dia, pemuda ini betul- betul musuh tangguh
yang belum pernah ia jumpai sepanjang hidupnya, ia tak
berani gegabah lagi, sambil memutar lengan kanannya,
dengan jurus "Menggeser Bukit Membalik samudra" ia
lepaskan satu babatan maut ke depan ia tersohor
sebagai kepalan baja, otomatis kesempurnaan ilmu
kepalannya luar biasa. Apalagi serangan itu dilepaskan
dalam keadaan marah, kehebatannya makin menggila,
580 Belum sampai ujung kepalannya mengenai sasaran,
desingan angin pukulan yang sangat kuat telah
menumbuk tiba. Diam-diam Lim Han-kim memuji kehebatan lawannya,
pikirnya: "Nama besar si kepalan baja ternyata bukan
nama kosong belaka, Cukup dilihat dari serangannya ini
bisa diketahui tenaga pukulannya betul- betul sangat
hebat...." Cepat-cepat dia mengegos ke samping untuk
menghindarkan diri dari gempuran dahsyat itu. Melihat
Lim Han-kim tak berani menyambut serangannya dengan
kekerasan lagi, si kepalan baja Ku Hui salah menduga
lawannya telah dibuat pecah nyali oleh kehebatan
pukulannya, maka secara beruntUn ia lepaskan
serangkaian serangan berantai Pukulan yang satu lebih
hebat dari pukulan sebelumnya.
dalam waktu singkat seluruh udara diselimuti desingan
angin pukulan yang menderu-deru dan bayangan
pukulan yang ber- lapis- lapis, Dengan mengandaikan
ilmu gerakan tubuhnya yang enteng dan lincah Lim Hankim
berkelit terus dari serangan-serangan musuh, di
samping itu dia andaikan ilmu memotong urat untuk
membendung gerak serangan lawan.
Tujuh gebrakan kemudian si kepalan baja Ku Hui
sudah dibuat kalang kabut oleh serangan Lim Han-kim.
otomatis ilmu kepalannya yang maha dahsyatpun tak
581 mampu dikembangkan lebih jauh, ia merasa setiap kali
serangannya hendak dilontarkan ujung jari musuh selalu
sudah mengancam datang lebih dulu, memaksa dia
untuk mau tak mau merubah gerak serangannya.
Kembali berapa gebrakan berlalu dengan susah payah,
kinipermainan kepalannya betul-betul sudah terbendung
mati oleh ancaman Lim Han-kim sehingga praktis ia tak
sanggup melepaskan ancaman maupun serangan
balasan lagi. dalam keadaan seperti ini, seandainya Lim Han-kim
berniat mencelakai jiwanya, mungkin sedari tadi ia sudah
terluka oleh ilmu pemotong urat anak muda tersebut.
Bila berhadapan dengan orang lain, setelah terperosok
dalam situasi begini, semestinya ia segera hentikan
serangan dan mengaku kalah, Namun Kui-Hui yang ingin
menang tak mau menyerah dengan begitu saja,
sekalipun permainan kepalannya praktis terkunci mati
oleh ancaman Lim Han-kim. ia segan mengaku kalah.
Dengan susah payah ia bertarung terus habis-habisan.
sepasang alis mata Lim Han-kim mulai berkerut,
pikirnya: "Goblok amat orang ini, tampaknya kalau tidak
diberi sedikit pelajaran, mungkin dia tak akan menyudahi
pertarungan ini secara baik-baik...."
Berpikir begitu, permainannya segera berubah, sambil
memutar tangan kanannya sebuah sentilan maut
582 dilepaskan. Untung saja Lim Han-kim tidak berniat
mencelakai jiwanya, sehingga dalam sentilan tersebut ia
tidak menggunakan tenaga sepenuhnya.
BAB 18. Menguak Rahasia Di Tepi Hutan.
Biarpun sudah cukup bagi si kepalan baja Ku Hui
untuk menderita kerugian besar, ia merasa urat nadi
pada lengan kanannya terhantam keras-keras, separuh
badannya seketika menjadi kaku, seluruh lengan kanan
itupun tak mau menurutiperintahnya lagi dan terkulai
lemas. Berhasil dengan pukulannya, Lim Han-kim segera
melompat mundur sejauh empat lima depa dari posisi
semula, Han si-kong kuatir si kepalan baja Ku Hui tak
sanggup menahan rasa mendongkol ini karena
kekalahannya hingga nekad beradu jiwa, buru-buru ia
maju menyongsong dan berseru sambil tertawa
terbahak: "Ha ha ha ha... kemampuan kalian berdua benarbenar
berimbang. saudara Ku memiliki ilmu ki-na-jiu-hoat
yang hebat..." sementara itu si kepalan baja Ku Hui berdiri termangu
sambil mengawasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
Diam-diam ia salurkan hawa murninya untuk memperTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
583 lancar peredaran darahnya, sampai lama sekali ia baru
bisa menggerakkan lengan kanannya itu.
Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali
ujarnya: "llmu silatnya jauh lebih hebat daripada
kepandaianku Aaai....padahal aku harus mengaku kalah
sejak tadi." Lim Han-kim sendiri hanya berdiri serius
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
si Kepalan baja Ku Hui berpaling memandang Han sikong
sekejap. kemudian ujarnya lagi: "saudara Han tidak
usah mungkir lagi, Tepat sekali ucapanmu, ilmu silat
yang dimiliki saudara Lim memang sangat hebat dan
jauh di atas kemampuanku "
Tiba-tiba ia merangkap tangannya di depan dada dan
memberi hormat kepada Lim Han-kim. walaupun orang
ini rada bodoh namun ia termasuk polos dan terus
terang, Kalau sebelum bertarung tadi sikapnya angkuh
dan jumawa, maka setelah menderita kekalahan ia
mengakui kekalahannya secara jantan, Nyata sekali apa
yang dipikir dan apa yang dijalankan memang satu arah.
"Tidak berani," sahut Lim Han-kim sambil membalas
hormat "Aku hanya bernasib lebih baik sehingga
beruntung bisa menangkan satu jurus darimu,
Kemenangan macam ini tidak terhitung apa-apa...."
"saudara Lim tidak usah merendah, Ke-kalahan kali ini
benar-benar kekalahan yang ikhlas."
584 Lim Han-kim tersenyum, "Ilmu kepalan saudara Ku
benar-benar kuat dan dahsyat, aku merasa kagum
sekali." "Terima kasih, terima kasih. ilmu silat saudara Lim
betul- betul luar biasa, kau adalah jago lihai pertama
yang pernah kujumpai selama ini."
"Kalian berdua tak usah saling merendah lagi," sela
Han si-kong kemudian sambil tertawa, "Pepatah kuno
bilang, kalau tidak bertempur maka tak akan saling
mengenal Mari kita cari tempat untuk minum beb erapa
cawan, biar aku yang mentraktir untuk merayakan
perkenalan kalian berdua."
"Di tengah hutan belantara yang begini sepi, ke mana
kita akan mencari rumah makan?" tanya Lim Han-kim.
Ku Hui segera tertawa. "Selama hidup aku hanya mempunyai satu
kesenangan yaitu arak wangi, ke manapun pergi aku
selalu membawa persediaan satu guci. Hanya sayang kita
tak punya hidangan sebagai teman minum arak."
"Di tengah gunung, paling cocok kalau kita berburu
beberapa ekor binatang liar." usul Han si-kong.
"Kemudian kita bikin api unggun dan memang gang hasil
buruan itu sambil minum arak. Wooow... Pasti nikmat
dan menyenangkan" 585 "Ehm, betul Usul ini memang bagus sekali," seru Ku
Hui. ia celingukan sekejap di sekitar situ, kemudian
meneruskan "Di sebelah sana terdapat hutan belantara
yang cukup luas, mungkin kita bisa peroleh beberapa
ekor buruan di situ."
Ha bis berkata ia berangkat lebih dulu menuju ke
hutan tersebut setelah tiba di tengah hutan, Ku Hui
segera berbungkuk mengambil sebutir batu kemudian
disambitkan ke dalam pepohonan
Diiringi suara desingan tajam, batu itu melesat
menembusi hutan mengejutkan kawanan burung yang
segera beterbangan. Menggunakan kesempatan itulah
Han si-kong mengayunkan tangannya berulang kali,
selapis batu kerikil segera berhamburan ke udara disusul
dengan rontoknya beberapa ekor burung.
Ku Hui segera memburu ke dalam hutan dan muncul
kembali sambil menenteng tiga ekor ayam hutan,
serunya kemudian sambil tertawa: "Ilmu sambitan dari
saudara Han betul- betul luar biasa, biarpun dilepaskan
dalam kegelapan ternyata bisa mengenai sasaran dengan
tepat. Tiga ekor ayam hutan ini cukup buat kita bertiga
isi perut." "sangat memalukan padahal aku telah melepaskan
enam biji batu gunung tapi nyatanya cuma tiga ekor
burung yang berhasil kujatuhkan, Kalau kejadian ini
586 sampai tersiar ke luar, tentu kawan-kawan umat
persilatan akan mentertawakan aku."
"Padahal kemampuanmu itu sudah luar biasa,..." kata
Ku Hui. Mereka bertiga pun masuk ke dalam hutan untuk
mengumpulkan ranting- ranting kering, setelah itu
mereka cari tempat di luar hutan dekat sebuah batu
besar untuk duduk, memasang api unggun dan mulai
bekerja membersihkan ketiga ekor ayam hutan itu.
Kemudian Han si-kong membungkus ketiga ekor ayam
hutan itu dengan lumpur dan dimasUkkan ke dalam api
unggun untuk dibakar, sementara Ku Hui mengeluarkan
sebuah kantung kulit dari sakunya dan berkata sambil
tertawa:
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di dalam kantung kulit ini masih tersimpan arak
wangi seberat tiga kati, walaupun tidak terlalu banyak
jumlahnya, tapi merupakan arak pilihan berusia di atas
seratus tahun yang cukup bagi kita bertiga untuk minum
sampai mabuk....." sambil berkata ia membuka penutup kantung kulit itu.
segulung bau arak yang sangat tebal segera menyelimuti
seluruh angkasa dan menusuk penciuman setiap orang.
587 sambil menelan air liurnya berulang kali, Han si-kong
mengomel: "Waaah.... arak wangi, arak wangi... cukup
dari baunya saja sudah membuat air liurku bercucuran..."
si kepalan baja Ku Hui segera menyodorkan kartung
kulit itu sambil ujarnya: "Di tengah hutan begini tak ada
cawan, Lebih baik kita minum langsung dari kantung,
saudara Han, silahkan minum seteguk dulu untuk
mencicipi bagaimana rasanya arak ini."
Han si-kong tidak menampik lagi, ia sambut kantung
kulit itu dan meminumnya satu tegukan, kemudian
pujinya berulang kali: "Bagus sungguh bagus Benarbenar
arak bagus." "saudara Lim." kata Ku Hui kemudian sambil berpaling
ke wajah Lim Han-kim. "Bagaimana kalau ikut minum
satu te-gukan?" "Aku jarang sekali minum arak. tampaknya tak
mungkin bisa mengimbangi kalian berdua."
si kepalan baja Ku Hui tertawa terbahak-bahak.
diambilnya kantung kulit itu dan sekaligus meneguk tiga
tegukan besar. setelah arak masuk perut, gelak tertawa
mereka terdengar makin nyaring, begitu kerasnya suara
tersebut hingga bergema di seluruh bukit.
Tiba-tiba saja Lim Han-kim menangkap di balik suara
tertawa itu terselip nada yang aneh, ketika ia berpaling
588 tampaklah Ku Hui sudah menangis tersedu-sedu, entah
sejak kapan suara tertawanya ternyata sudah berubah
menjadi isak tangis, Tampak air matanya bercucuran
amat deras, ia menangis dengan amat sedihnya.
Diam-diam Lim Han-kim merasa terkesiap, tanpa
terasa pikirnya: "jangan-jangan orang ini memiliki
penyakit aneh.... Kalau tidak. kenapa sebentar menangis
sebentar tertawa" Apa maksudnya...."
Berbeda dengan Han si-kong yang sudah lama
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan sehingga
pengetahuan dan pengalamannya sangat luas. begitu
melihat mimik muka Ku Hui, ia segera tahu kalau dalam
hati kecilnya orang itu sedang, dipenuhi perasaan kesal
yang meluap-luap. hingga setelah meneguk beberapa
tegukan arak tadi, ia tak bisa menahan diri lagi dan
melampiaskan ke luar seluruh gejolak emosinya
Karenanya ia mendeham dulu beberapa kali membuat si
kepalan baja Ku Hui agak sadar "dulu dari pikirannya
yang kabur," setelah itu ujarnya dengan suara keras:
"Saudara Ku, sebenarnya persoalan menyedihkan apa
yang mencekam perasaanmu hingga kau tak bisa
mengendalikan diri" Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku?" si kepalan baja Ku Hui berhenti menangis, sahutnya
sambil menyeka air mata dari wajahnya: "Aku bukan
sedih karena masalah pribadiku."
589 "Lantas saudara Ku bersedih hati untuk siapa?" tanya
Han si-kong keheranan. "Aku menangis untuk Thian-hok sangjin."
Mendengar persoalan telah kembali ke rel yang
sebenarnya, Lim Han-kim merasa semangatnya berkobar
kembali, cepat dia menyambung: "Di mana sih letak
kelebihan Thian-hok sangjin sehingga pantas bagi
saudara Ku untuk menangisi baginya?"
"Kami tiga orang gagah Juan-tiong-sam-gi sudah
puluhan tahun lamanya malang melintang dalam dunia
persilatan, sepanjang hidup kami hanya dua orang yang
kami kagumi...." "Dua orang yang mana?"
"Yang satu adalah Thian-hok sangjin, sedang yang lain
adalah si Hakim berwajah besi Ciu Huang pendekar Ciu.
walaupun Ciu tayhiap adalah seorang tokoh yang sangat
dihormati setiap orang, akan tetapi Thian-hok Sangjin
pernah menyelamatkan jiwa kami bertiga. oleh sebab itu
dalam hubungan persahabatan hubungan kami dengan
Thian-hok sangjin terhitung lebih akrab, Kini kami
saksikan dia pergi mengikuti siluman perempuan tersebut
menuju istana racun, tapi tak berdaya menyelamatkan
jiwanya, bagaimana mungkin kami dapat mengendalikan
rasa sedih dan kesal dalam hati kami?"
590 "Thian-hok sangjin sendiri yang rela mengikuti
perempuan tersebut menuju ke istana racun, aku
percaya ia tentu mempunyai perhitungan sendiri yang
matang." Cepat-cepat Ku Hui menggeleng.
"Biar pun aku tak pernah berkunjung ke istana racun,
namun sudah sering mendengar lotoa kami
membincangkan masalah tersebut, Konon tempat itu
adalah sebuah tempat yang amat gersang dan
berbahaya, bukan saja tidak tampak aneka tumbuhan
bahkan dipenuhi pelbagai jenis binatang beracun seperti
kelabang, kalajengking, ular beracun, tawon beracun dan
lain sebagainya. Pokoknya hampir semua binatang beracun terdapat di
sana, atau dengan perkataan lain, istana beracun itu
dikelilingi oleh beribu-ribu jenis makhluk beracun itu.
Aaaai-... jangan sebut dulu penghuni istana itu, cukup
dilihat istananya saja sudah membuat hati orang
bergidik" "Benarkah di kolong langit terdapat tempat semacam
ini?" seru Lim Han-kim setengah tak percaya.
"Benar-benar terjadi Malahan lotoa kami
berkesempatan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, jadi tak mungkin salah."
"Di kolong langit yang maha luas, segala keanehan
mungkin teejadi, kita tak boleh tak percaya kalau benarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
591 benar ada tempat semacam itu," kata Han Si-kong
menimpali Berkilat sepasang mata Lim Han-kim. Setelah
memandang Ku Hui sekejap, katanya lagi: "Thian-hok
Sangjin rela mengantar diri ke istana racun. Di balik
tindakannya itu tentu terselip sebab-sebab tertentu. Aku
percaya saudara Ku pasti mengetahuinya bukan"
Bersediakah kau memberitahukan kepada kami berdua?"
Si kepalan baja Ku Hui agak tertegun, "Kalau soal ini...
aku sendiri pun kurang jelas...."
setelah berhentik sejenak, kembali terusnya: "Tapi ada
satu hal yang kuketahui secara pasti, yakni kemauan
Thian-hok sangjin berangkat ke istana racun bukan
disebabkan masalah dendam pribadi, sebaliknya ia justru
berkorban demi keselamatan umat persilatan di seluruh
kolong langit, Coba bayangkan ada berapa orangkah di
dunia ini yang berjiwa sebesar dia?"
Berkerut sepasang alis mata Lim Han-kim, serunya:
"saudara Ku, kalau toh kau tidak mengetahui duduk
persoalan yang sebenarnya, dari mana kau bisa
mengatakan bahwa kepergian Thian-hok sangjin ke
istana racun kali ini adalah demi keselamatan jiwa umat
persilatan di seluruh kolong langit?"
sementara itu ketiga ekor ayam hutan yang dibakar
sudah matang, bau harum mulai tersiar menyengat
592 penciuman Han si-kong segera mendongkel ke luar
ayam-ayam itu dari balik api, melepaskan lumpur yang
membungkus di luarnya, membersihkan bulunya dan
merobek robek ayam itu menjadi berapa bagian, bau
harum makin menusuk hidung.
Kakek itu mengambil dua potong ayam dan dibagikan
kepada Ku Hui serta Lim Han-kim, setelah itu diambilnya
lagi sepotong dan langsung digigit, ujarnya kemudian
sambil tertawa: "Ehmmm.... harum nian ayam ini, ayoh
makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"
Waktu itu sesungguhnya Ku Hui sedang terpojok dan
tak mampu menjawab pertanyaan Lim Han-kim,
Tindakan Han si-kong dengan menyodorkan potongan
ayam hutan itu tak lain adalah menyelamatkan dia dari
malu, dan tanpa sungkan disikatnya daging ayam itu
sambil katanya kepada Lim Han-kim: "Lote, mari kita
makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"
Melihat dua orang rekannya makan dengan penuh
kenikmatan, timbul juga rasa lapar Lim Han-kim, maka
tanpa banyak bicara lagi dia pun ikut menyikat daging
ayam itu. Begitulah, sambil menikmati daging ayam dan
meneguk arak wangi ketiga orang itu melewatkan malam
yang dingin dengan penuh kegembiraan sepanjang
menikmati hidangannya Ku Hui putar otak tiada habisnya
593 berusaha mencarikan jawaban yang tepat untuk
menghadapi pertanyaan Lim Han-kim tadi.
sebaliknya Lim Han-kim dengan pandangannya yang
tajam mengawasi terus gerak-gerik Ku Hui, membuat
lelaki ini menjadi semakin gelisah dan tak tenang. Pada
dasarnya ia memang agak bodoh sehingga dalam
cemasnya ia semakin tak peroleh jawaban yang lebih
tepat untuk menghadapi pertanyaan orang, sampai habis
seekor ayam, jawaban belum juga ditemukan
Han si-kong yang berpengalaman segera dapat
merasakan kegelisahan rekannya itu dari perubahan
mimik wajahnya, maka dia pun bertanya: "Apakah
saudara Ku sedang menjalankan perintah saudaramu?"
Pertanyaan ini segera menggerakkan otak Ku Hui,
buru-buru sahutnya: "Yaaa, benar, Aku memang sedang
melaksanakan perintah toako..."
Ia berbatuk-batuk sebentar lalu meneguk arak
wanginya, setelah itu melanjutkan. "Aku mendapat
perintah datang ke sini untuk mengawasi gerak-gerik
Thian-hok sangjin, sebentar lagi aku harus pulang untuk
memberi laporan...."
"Kalau begitu saudara Ku benar-benar tidak
mengetahui latar belakang di balik persoalan ini?" tanya
Lim Han-kim. 594 Si kepalan baja Ku Hui menggaruk-garuk kepalanya
yang tak gatal, sahutnya cepat: "sekalipun aku tidak
mengetahui latar belakang di balik persitiwa ini, namun
tak salah lagi jika kukatakan kepergian Thian-hok sangjin
kali ini ke istana racun adalah demi keselamatan umat
persilatan. Bila saudara Lim ingin mengetahui kejadian
yang sebenarnya, lebih baik kau ikut aku bertemu
dengan toako" "jadi mesti berangkat ke Juan-tiong?"
"Tidak usah, Kau tak perlu ke Juan-tiong, sebab ketika
berangkat ke mari aku telah berjanji dengan kedua
saudara angkatku untuk bersua di rumah makan Ki-englo
di kota si- ciu." Rupanya orang kedua dan ketiga dari orang gagah
Juan-tiong adalah orang-orang yang polos dan agak
bodoh, Mereka berangasan dan gampang naik emosi,
hanya lotoa mereka seorang yang cerdik, banyak akal
dan sempurna dalam ilmu sastra maupun ilmu silat.
"saudara Ku, masih berapa lama lagi hari pertemuan
kalian?" tanya Han si-kong kemudian.
"Tidak terlalu lama,.. tidak terlalu lama," jawab Ku Hui
setelah berpikir sebentar. "selewatnya malam ini paling
banter tinggal tiga hari."
595 "Kerelaan Thian-hok sangjin mengikuti perempuan itu
menuju ke istana racun benar-benar merupakan kejadian
yang di luar dugaan, Aku percaya sekalipun tindakannya
itu bukan demi menyelamatkan jiwa umat pesilatan di
kolong langit, sudah pasti disebabkan alasan-alasan yang
mengejutkan hati...."
Dia angkat kepalanya memandang rembulan di
angkasa, lalu setelah menghela napas panjang terusnya:
"Perempuan yang duduk di atas tandu itu meski pandai
menggunakan benda beracun, namun mengandalkan
ilmu silat yang dimiliki Thian-hok sangjin serta
kemampuan si kakek dari marga Pek itu sesungguhnya
sudah cukup untuk menandingi kemampuan Dewi
seratus- racun, bahkan mempunyai kesempatan
memenangkan pertarungan itu.
Tapi nyatanya ia rela menyerah dengan begitu saja
dan berangkat ke istana racun secara ikhlas, Di balik
semua kejadian ini tentu terdapat rahasia yang sukar
diutarakan, suatu masalah yang maha penting yang telah
memaksa Thian-hok sangjin menyerahkan diri secara
sukarela." Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengatakan sesuatu, tapi niat tersebut diurungkan
kemud ian, Dia mendongakkan kepalanya memandang
rembulan di angkasa dan menghembuskan napas
panjang. 596 si kepalan baja Ku Hui melirik Lim Han-kim sekejap.
kemudian ujarnya pula: "saudara Lim tak usah cemas.
Asal kita berangkat ke si-ciu dan menjumpai toakoku,
maka latar belakang peristiwa ini pasti akan segera kau
ketahui, Bukan aku sengaja menyombongkan diri, kecuali
saudara angkatku itu, mungkin di kolong langit sudah
tiada orang kedua yang mengetahui latar belakang
peristiwa itu." Lim Han-kim tersenyum.
"Gara-gara Thian-hok sangjin menyerahkan diri masuk
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke istana racun, saudara Ku telah menangis dengan
begitu sedihnya, Aku pikir hubUngannya dengan kalian
tiga orang gagah dari juan-tiong tentu akrab sekali,
saudara Ku, walaupun kau tidak mengetahui latar
belakang kerelaannya menuju ke istana racun, tentu kau
sangat mengetahui watak serta tabiat Thian-hok sangjin
pada masa hidupnya. Bersediakah kau memberi
penjelasan?" "Thian-hok sangjin pernah menyelamatkan jiwa kami
tiga orang gagah dariJuan-tiong. Andaikata ia tidak
tampilkan diri untuk menolong, mungkin dalam dunia
persilatan saat ini sudah tiada nama Juan-tiong-sam-gi
lagi...." Tampaknya ia harus bersusah payah untuk
mengungkapkan beberapa patah kata itu. Selesai bicara
ia terbatuk-batuk berapa saat, akhirnya setelah meneguk
beberapa tegukan arak, baru ia meneruskan: "saudara
597 Lim, terus terang saja kukatakan, terhadap akal muslihat
segala macam aku benar-benar tidak mengerti bahkan
memahaminya, sehingga gara-gara ini beberapa orang
sahabat karibku dalam dunia persilatan memanggilku
sebagai si kepalan baja berhati batu. Berbeda sekali
dengan lotoaku itu, dia berpengalaman pintar, banyak
akal dan tahu membaca keadaan, sehingga selama ini
semua tindak-tanduk kami selalu diatur oleh lotoa kami
itu." Walaupun Lim Han-kim baru terjun ke dalam dunia
persilatan, namun rasa ingin tahunya telah terpancing
oleh pelbagai kejadian aneh dalam dunia persilatan ini.
setelah menghela napas panjang katanya: "Aaai....
seandainya aku tak ingin buru-buru kembali ke kota Kimleng,
aku betul- betul ingin mengikuti jejak Thian-hok
sangjin dengan mengunjungi istana racun di tempat
gersang itu" Berbicara sampai di sini, dia pun bangkit
berdiri "Bagaimana" saudara Lim hendak pergi?" tegur Ku
Hui. "Yaa, aku masih ada urusan penting yang mesti
segera diselesaikan sekarang juga aku hendak pulang ke
kota Kim-leng" Ku Hui segera menjura. 598 "Bila saudara Lim tidak keberatan, bila kebetulan lewat
diJuan-tiong, jangan lupa mampir ke rumahku."
"Terima kasih juga untuk arak wangimu malam ini."
sahut Lim Han-kim sambil balas memberi hormat.
selesai bicara ia balik badan dan berlalu dengan
langkah lebar, Buru-buru Han si-kong memberi hormat
pula kepada Ku Hui seraya berkata: "Sekarang Thian-hok
sangjin telah berangkat ke istana racun, aku rasa
saudara Ku juga tak perlu berdiam lebih lama lagi di sini,
Lebih baik cepat-cepat temui kakakmu agar rencana
pertolongan segera disusun, Aku percaya kakakmu yang
cerdik pasti punya rencana yang jitu. Aduh, aku pun
hendak mohon diri juga."
"Kalian berdua baik-baiklah menjaga diri dijalan, Aku
tidak mengantar lebih jauh."
sambil tertawa Han si-kong mengulapkan tangannya
lalu segera melakukan perjalanan, Dalam sekejap mata ia
sudah berada puluhan kaki jauhnya menyusul di sisi Lim
Han-kim. "Lote." bisiknya kemudian. " Hendak ke mana kita?"
Lim Han-kim menghela napas panjang,
"Aaai... meskipun persoalannya sudah agak terlambat,
namun aku tak bisa tidak mesti mengerahkan segenap
599 tenaga dan pikiran yang kumiliki untuk menemukan
kembali obat jinsom berusia seribu tahun itu."
"Bagus sekali, Aku juga hendak balik kepesanggrahan
Tho-hoa-kit untuk membuat perhitungan dengan Lik-ling
si budak busuk itu."
Lim Han-kim tertawa sedih.
"Kepergian kita kali ini meski bisa temukan Lik-ling dan
merampas balik obat jinsom berusia seribu tahun itu,
mungkin tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa
Ciu tayhiap, Aaaai,., sebelum meninggalkan rumah, ibuku
sudah wanti-wanti berulang kali, ia bilang obat jinsom itu
punya pengaruh yang sangat besar dengan keselamatan
seseorang, tak nyana aku telah menghilangkannya
sehingga mengakibatkan jiwa Ciu tayhiap terancam,
Aaaai, entah bagaimana aku mesti memberi laporan
kepada ibuku nanti."
"Lote, kau tak usah kelewat menyesali diri sendiri,"
bujuk Han si-kong sambil menghela napas pula, "Perlu
diketahui, seorang jago yang melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, mati hidup sukar di-duga,
sebaliknya Ciu tayhiap sudah puluhan tahun lamanya
tersohor dalam dunia persilatan, setiap umat persilatan
yang menyinggung tentang dia, ada yang
menghormatinya seperti dewa tapi ada juga yang
bencinya sampai merasuk tulang.
600 Ada sementara orang yang menguatirkan
keselamatanjiwanya dan selalu mohon kepada Thian
agar melindungi jiwanya, tapi tidak sedikit yang
mengutuk dan menyumpahi-nya. Bila seseorang telah
berada dalam situasi macam begini, mati atau hidup
memang sama-sama susahnya...."
setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia seperti teringat
dengan suatu persoalan yang sangat penting, kembali
lanjutnya: "Lote, maaf jika aku banyak bertanya. Apa sih
hubunganmu dengan Ciu tayhiap itu sehingga kau
bersedia mempertaruhkan jiwa untuk menghantarkan
obat mustika itu untuknya?"
Lim Han-kim menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku sendiri pun kurang jelas," sahut-nya. "Yang
kuketahui hanyalah melaksanakan perintah dari ibuku."
"ooooh... rupanya begitu" Han Si-kong manggutmanggut,
dia pun mengalihkan pokok pembicaraan ke
soal lain, "Kalau begitu kepergian lote kali ini merupakan
perjalanan perdanamu mengarungi dunia persilatan?"
"Tepat sekali, Aaaai... seandainya aku memiliki sedikit
saja pengalaman dalam dunia persilatan, tak nanti aku
sampai dipecundangi Han-gwat si budak kecil itu
sehingga obat mustikaku tercuri."
601 "Setahuku, obat mustika yang ada di dunia saat ini tak
satu pun yang bisa menangkan obat Jinsom seribu tahun
hasil racikan si dewa Jinsom Phang Thian-hua, boleh aku
tahu apakah jinsom seribu tahunmu itu merupakan hasil
racikan dari Phang Thian-hua?"
"Walaupun aku kurang begitu mengerti tentang
keadaan yang sesungguhnya, namun berdasarkan
analisaku, pil jinsom berusia seribu tahun itu memang
benar-benar hasil racikan dari Phang Thian-hua.
Semisalnya obat itu bisa diperoleh secara gampang, tak
nanti ibuku akan berpesan berulang kali serta
mengirimku sendiri untuk menempuh perjalanan jauh . "
Han Si-kong angkat kepalanya memandang rembulan
dan bintang yang bertaburan di angkasa, setelah itu
bisiknya: "Sementara menempuh perjalanan, baiklah aku
beritahu sedikit tentang pengetahuan dunia persilatan
kepadamu, agar di kemudian hari bila bertemu dengan
jago tangguh, kau sudah mempunyai persiapan yang
matang" "Terima kasih atas kesediaanmu, Aku siap
mendengarkan." Han si-kong mendehem beberapa kali untuk
memperlancar tenggorokannya, setelah itu baru ujarnya:
602 "Dalam dunia persilatan saat ini, terlepas dari
kesembilan partai besar, orang yang memiliki kedudukan
dan nama paling tinggi adalah Ciu tayhiap Ciu Huang,
Thiang-hok sangjin, si dewa jinsom Phang Thian-hua dan
Datuk sepuluh penjuru Siang Lam-ciau. Tapi keempat
orang itu jarang sekali saling berhubungan nama yang
diperoleh pun berbeda. seperti Thian-hok sangjin, ia jarang sekali bergerak
dalam dunia persilatan sehingga tidak banyak jago silat
angkatan muda yang mengetahui nama besarnya,
sebaliknya Ciu Huang Ciu tayhiap ibarat naga sakti yang
tampak kepalanya tak tampak ekomya, sebentar muncul
sebentar menghilang,jejaknya sukar diikuti lagi pula tidak
senang mencampuri urusan orang lain-
Di antara keempat orang itu, dialah terhitung jago
yang paling banyak membunuh orang, tapi namanya
juga paling termashur sehingga ada sementara orang
memandangnya sebagai Buddha penyelamat kehidupan,
tapi ada pula yang menganggapnya sebagai duri dalam
daging...." Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Lim
Han-kim, diam-diam pikirnya di dalam hati: "orang ini
kecuali berwatak agak berangasan sesungguhnya tak
hilang sifat adil dan jujurnya, Kalau diingat bagaimana
ibuku memerintahkan aku untuk menempuh perjalanan
jauh, lalu suhu mengambil resiko sampai terluka parah
603 gara-gara sebotol pil jinsom seribu tahun dan kejadiankejadian
lain, rasanya semua peristiwa ini di luar
kebiasaan, Tentu antara aku dengan ciu Huang
mempunyai kaitan hubungan yang amat besar, atau bisa
juga dia adalah sahabat karib suhuku... Yaa, kenapa
tidak kugunakan kesempatan ini untuk menyelidiki
wataknya?" Berpikir sampai disitu, iapun bertanya: "Locianpwee
mempunyai pengetahuan yang amat luas. Tentang kaum
persilatan pun Locianpwee memahami bagaikan melihat
jari tangan sendiri Bersediakah kau memberikan
tanggapan tentang watak serta tabiat Ciu tayhiap. Ciu
Huang?" "llmu silatnya maha sakti, orangnya jujur, adil dan
tidak berat sebelah, Paling senang mencampuri urusan
dunia yang tak adil, sehingga karena kebiasaannya itulah
ia dipanggil orang sebagai Hakim sakti,"
"Kalau begitu dia adalah seorang tokoh yang baik
sekali?" "Yaa, dia adalah seorang pendekar besar yang pantas
dihormati semua orang memanggilnya Ciu tayhiap dan
tak ada yang memanggil namanya, dari sini bisa
disimpulkan betapa hormatnya umat persilatan
terhadapnya." 604 "Lantas bagaimana pula dengan tabiat si Dewa jinsom
Phang Thian-hua?" "Phang Thian-hua seorang jago yang senang
menyendiri sepanjang hidupnya ia amat jarang
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi
kecerdasan serta kehebatan ilmu silatnya merupakan
orang paling top dalam seratus tahun belakangan ini.
Bukan cuma paham ilmu pengobatan dan pertabiban
bahkan dia pun menguasai ilmu tanah dan bangunan
perkampungan Pit-tim-san-ceng yang dibangunnya
penuh dilengkapi aneka alat rahasia yang memiliki
perubahan tak terduga. Walaupun hanya rerumputan atau pepohonan,
semuanya mengandung hawa pembunuhan yang
mengerikan selama puluhan tahun terakhir ini belum
pernah kudengar ada jago silat yang berhasil masuk
keluar dari perkampungan Pit-tim-san-ceng dengan
selamat tanpa seijin Phang Thian-hua."
"Aaah... pernah kah Locianpwee mengunjungi tempat
itu?" "Aku hanya pernah mendengar cerita yang beredar
dalam dunia persilatan, sedang diriku pribadi belum
pernah mengunjungi perkampungan itu."
"Phang Thian-hua memiliki kepandaian yang luar
biasa, dapat membangun bangunan yang penuh dengan
605 alat rahasia, menguasai ilmu pertabiban dan obatobatan,
Kehebatannya tiada tandingan, tapi bagaimana
jika ilmu silatnya dibandingkan dengan kemampuan ciu
tayhiap?" "Waah... kalau soal ini... kalau soal ini..." Han si-kong
agak gelagapan, tapi sesudah mendehem beberapa kali,
terusnya: "ilmu silat yang dimiliki kedua orang ini telah
mencapai puncak kesempurnaan. Kalau kedua orang itu
tidak saling berhadapan dan melakukan - duel, rasanya
sulit bagi kita orang awam untuk menentukan siapa yang
lebih mengungguli siapa...."
"Kalau menurut pandangan Locianpwee pribadi?"
"Kalau lote tetap ingin tahu, aku hanya bisa
mengatakan kepandaian mereka berimbang."
Tampaknya Lim Han-kim sudah terpancing oleh rasa
ingin tahunya setelah mendengar penuturan Han si-kong
yang panjang lebar tentang dunia persilatan, Kini, tak
tertahan lagi ia bertanya lebih lanjut: "siapa pula tokoh
silat yang disebut Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau"
Kenapa namanya bisa disejajarkan dengan si dewa
jinsom Phang Thian-hua, Ciu tayhiap serta Thian-hok
sangjin?" "Bila kita harus membedakan mereka menurut
tingkatan dalam dunia persilatan semestinya kedudukan
606 siang Lam-ciau masih setingkat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ciu tayhiap atau Phang Thian-hua."
"Apakah Datuk sepuluh penjuru masih hidup segar
bugar dalam dunia persilatan hingga detik ini?" desak
Lim Han-kim.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Waaah.... kalau soal itu aku kurang jelas, ia sudah
bertahun-tahun tak pernah memUnculkan diri dalam
dunia persilatan sedang jagoan yang benar-benar pernah
bersua dengannya juga sangat sedikit, Tapi anehnya
setiap jangka waktu tertentu, dalam dunia persilatan
selalu muncul surat hasil tulisannya yang berisikan
ramalan-ramalan yang mengejutkan bahkan ramalannya
selalu tersebar dengan cepat dalam dunia persilatan,
Walaupun tidak selalu tersebar luas sampai utara
maupun selatan sungai besar, tapi sudah pasti
menggetarkan suatu wilayah tertentu."
"Apakah ramalannya selalu tepat?" tanya Lim Han-kim
keheranan "Yaa, tepat sekali, tak satu pun ramalannya yang
meleset." "Bila apa yang Locianpwee katakan benar, bukankah
kemampuannya sudah melebihi dewa?" seru Lim Hankim
dengan nada penuh ragu. Han si-kong segera
tertawa terbahak-bahak 607 "Hahahaha... lote, kau tak usah banyak pikir lagi,
tentang masalah tersebut selama puluhan tahun terakhir
ini sudah begitu banyak orang yang menaruh rasa ragu
dan curiga, malahan ada yang membuang banyak tenaga
untuk menyelidiki palsu aslinya tulisan itu. Ada pula yang
mengembara sampai ke ujung dunia untuk menyelidiki
jejak si Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau, tapi
akhirnya tak seorang pun yang berhasil mengungkap
teka teki ini. Apakah siang Lam-ciau masih hidup di dunia ini atau
tidak juga tidak diketahui orang, apalagi asli tidaknya
surat ramalan tersebut memang tulisan siang Lam-ciau
atau bukan, hingga kini tetap merupakan tanda tanya
besar, Rahasia yang penuh diliputi misterius ini membuat
siapa saja tak habis mengerti.
Tapi dengan berlalunya sang waktu, daya tarik umat
persilatan terhadap persoalan ini pun makin surut.
Menurut pendapatku, rahasia tersebut mungkin tetap
akan menjadi teka-teki hingga akhir jaman, tak seorang
pun yang bisa menebak secara tepat apakah siang Lamciau
masih hidup di dunia ini atau tidak."
Pelbagai pertanyaan segera berkecamuk dalam benak
Lim Han-kim, taktahan ia bertanya lagi: "Masa di kolong
langit tak ada ahli tulisan yang bisa membedakan asli
tidaknya surat itu hasil karya siang Lam-ciau atau
bukan?" 608 "Yaaa, justru di sinilah letak keanehan tersebut."
"Apakah Locianpwee dapat menjelaskan?"
"Untuk menentukan asli tidaknya tulisan itu, umat
persilatan di seluruh kolong langit pernah berkumpul di
loteng oi-hokslo, bahkan dari segala pelosok negeri
dikumpulkan hasil karya siang Lam-ciau sebagai bahan
perbandingan, Lalu diundang pula dua belas orang ahli
tulisan untuk men-cocokan tulisan dalam surat ramalan
itu dengan hasil- hasil karyanya yang telah ada, namun
usaha tersebut tak pernah berhasil menentukan
kesimpulan...." "Kalau begitu kita bisa simpulkan tulisan dalam surat
ramalan itu memang hasil karya siang Lam-ciau pribadi?"
"Tapi setiap jago yang hadir dalam pertemuan itu
tidak percaya kalau beliau masih hidup di kolong langit"
"Aaaai... kalau begitu aneh sekali," ucap Lim Han-kim
sambi mendongakkan kepalanya dan menghela napas
panjang. "Lote, lebih baik kau lupakan saja persoalan ini untuk
sementara waktu. selama puluhan tahun sudah begitu
banyak jago peras otak dan tenaga untuk memecahkan
rahasia ini namun gagal, apalagi dengan kemampuan kau
seorang." 609 "Menurut perasaanku, tampaknya di balik teka teki ini
terkandung suatu rahasia besar yang dapat
menggetarkan seluruh umat persilatan."
"Tepat sekali," sahut Han si-kong sambil tertawa,
"Tapi sehari rahasia itu belum terungkap. orang yang
tidak percayapun harus mempercayainya."
"Menurutku belasan orang yang ahli dalam ilmu tulisan
pun tak bisa membedakan asli tidaknya tulisan dalam
surat ramalan itu, aku yakin tulisan itu tentu bukan hasil
karya orang lain. Bisa jadi benar-benar hasil karya siang
Lam-jau pribadi." "Darimana kau bisa tahu?" tanya han si-kong sambil
gelengkan kepalanya dan tertawa.
"Aaaah, aku hanya berbicara menurut apa yang
kudengar, belum tentu dugaanku benar. Di tahun-tahun
pertama penyelidikan peristiwa ini memang
menggemparkan dunia persilatan.
Tak sedikit jago persilatan turut campur. Namun
setelah dilakukan penyelidikan selama puluhan tahun
tanpa berhasil menemukan sesuatu keterangan,
persoalan pun jadi memudar sendiri, Meski nama siang
Lam-ciau masih beredar dalam dunia kangouw namun
mati hidupnya sudah tidak menjadi perhatian orang lagi.
610 Yang menjadi pusat perhatian justru surat ramalannya
yang beredar dalam dunia persilatan sebab selama
puluhan tahun setiap ramalannya tak ada yang meleset.
semua kejadian nyata benar-benar terjadi, oleh karena
itu surat ramalan itu sudah menjadi panutan umat silat.
Begitu tersiar setiap jago pasti mengetahuinya. Lim Hankim
menghela napas panjang. "Aaai... Dunia benar-benar telah berubah. Hanya
berdasarkan beberapa tulisan dari orang yang mati
hidupnya tidak ketahuan saja sudah cukup
menggemparkan dunia persilatan. Kejadian ini benarbenar
suatu peristiwa yang memedihkan hati." Han sikong
tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha ha... saudara cilik, kita tak perlu risau garagara
persoalan itu, sudah puluhan tahun persoalan itu
menggemparkan dunia namun tak pernah tuntas.
Dengan andalkan kemampuan kita berdua mana
mungkin rahasia besar ini bisa terpecahkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan tidak
berbicara lagi, mendadak ia percepat langkahnya
meneruskan perjalanan. semalaman mereka melakukan
perjalanan. Ketika fajar mulai menyingsing mereka sudah
menempuh perjalanan sejauh seratus lie lebih.
Tiba-tiba Han si-kong menghentikan langkahnya
sambil berseru: "saudara cilik, kita harus beristirahat
dulu." 611 "Keinginanku untuk pulang sekarang bagaikan anak
panah di atas busur, kalau bisa aku ingin punya sayap
dan terbang kembali."
"Aaai... saudara cilik, buat apa kau tergesa-gesa"
sekalipun kita sudah mendapatkan pil mustika seribu
tahun itu sekarang, belum tentu sempat menyelamatkan
jiwa ciu tayhiap." Lim Han-kim menghela napas sedih, ia bungkam diri
Begitulah, setelah beristirahat sejenak kembali mereka
berdua meneruskan perjalanan.
Han si-kong sudah lama berkelana dalam dunia
persilatan ia sangat hapal dengan jalanan di sekitar situ.
Dengan andalkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
kedua orang itu, perjalanan dapat ditempuh lebih cepat
lagi, Menjelang matahari terbenam, mereka telah tiba di
kuil awan hijau di bukit Ciong-san-
Tampak seorang gadis berbaju hijau yang
menggembol pedang dipunggungnya datang
menyongsong, dalam sekejap mata ia sudah tiba di
hadapan kedua orang itu "Berhenti" terdengar gadis itu membentak nyaring.
Lim Han-kim berpaling, ia segera kenali orang itu
sebagai adik misan Li Bun-yang dari bukit Hong-san,
cepat- cepat sapanya sambil menjura: "Nona"
612 "Aaaah Rupanya kau sudah pulang" Gadis berbaju
hijau itu berseru keheranan.
Mendadak wajahnya berubah amat serius, tegurnya
lagi dingin. "Diam-diam kau sudah ngeloyor sampai ke
mana" Hmmm Gara-gara kau, kami sampai harus
mencarimu di mana-mana..."
Lim Han-kim sudah tahu kalau gadis ini terbiasa
dimanja sejak kecil sehingga tabiatnya agak berangasan,
diapun tidak meladeni, tanyanya sambil tersenyum
"saudara Li ada di dalam kuil?"
"Kau menanyakan kakak misanku?" seru gadis berbaju
hijau itu dengan wajah cemberut.
"Dia ada di dalam kuil?"
"Tidak ada, kenapa?"
"Tahukah nona, kakak misanmu telah pergi kemana?"
tanya Lim Han-kim lagi dengan kening berkerut.
"Kau benar-benar tidak tahu atau sengaja bertanya
untuk mempermainkan aku?"
"Tentu saja benar-benar aku tidak tahu, buat apa aku
permainkan dirimu?" "Dia pergi mencarimu" seru gadis berbaju hijau itu
marah. 613 "Apa" Masa ketua kuil iuga tidak ada?"
"Hmmm... kau pergi tanpa pamit masih mendingan,
adik kesayanganmu juga kabur tanpa pamit"
"Apa" Dia juga pergi?" Lim Han-kim makin terkejut.
"Hmmm gara-gara kalian, ketua kuil awan hijau
sampai mengutus segenap anak muridnya pergi mencari
kalian dimana-mana" Lim Han-kim tidak bicara lagi, dia melangkah menuju
ke kuil. BAB 19. Asal Usul Menyangkut Geger Persilatan
Baru saja Han Si-kong akan menyusul di belakangnya,
siapa sangka gadis berbaju hijau itu maju ke depan dan
menghadang jalan perginya, bahkan tangan kanannya
meloloskan pedang yang tersoreng dipunggung dan siap
siap melancarkan serangan.
"siapa kau?" bentaknya nyaring. "Kau anggap kuil
awan hijau ini tempat macam apa, sehingga setiap orang
bisa masuk keluar semaunya?"
Berubah paras muka Han si-kong, ia balik menghardik,
"siapa nona, berani amat bersikap kurang jaar
kepadaku?" 614 "Kalau kurang ajar kepadamu, mau apa kau?"
"Kau tahu siapakah aku?"
"Perduli amat siapa kau, pokoknya aku melarang kau
masuk kuil ini, mau apa kamu?"
"Hmmm, seorang budak ingusan sore juga berani
begini takabur kepada-ku, kurang ajar, Biar aku mewakili
ketua kuil awan hijau memberi pelajaran yang setimpal
kepadamu" Waktu itu Lim Han-kim sudah masuk ke dalam kuil,
ketika mendengar perselisihan itu tanpa terasa ia
berpaling. Melihat dua orang itu siap bertarung, ia jadi
serba salah, maka teriaknya keras-keras: "Locianpwee,
memandang wajahku, mohon kau bersabar"
Belum habis ucapan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar
gadis berbaju hijau itu menghardik,
"Siapa suruh kau turut campur dalam urusanku"
Pedangnya dicabut ke luar dan tanpa membuang
waktu langsung ditusukkan ke dada Han si-kong.
Dengan cekatan Han si-kong berkelit ke samping,
serunya: "Dengan kondisiku sekarang, aku tidak leluasa
untuk bertarung melawan seorang bocah perempuan
macam kau. Biar kejadian hari ini kucatat atas nama
gurumu." 615 sementara beberapa patah kata itu di-ucapkan, secara
beruntun gadis berbaju hijau itu telah melancarkan tiga
jurus serangan. semua serangan dilancarkan amat ganas
dan hebat, memaksa Han si-kong harus mundur sejauh
tiga langkah dari posisi semula.
Mimpipun Han si-kong tidak mengira kalau seorang
nona kecil berusia empat lima belas tahunan dapat
melancarkan serangan pedang dengan jurus seganas dan
sehebat itu. Terkejut dan gusar segera bercampur aduk
dalam benaknya. ia sadar bila tidak membalas, bisa jadi
ia akan terluka oleh serangan pedangnya itu.
Lim Han-kim lebih tersipu-sipu lagi, Dalam keadaan
begini ia merasa tak leluasa untuk mencegah, namun dia
pun tak bisa berpeluk tangan saja. sementara anak muda
itu berada dalam keadaan serba salah, tiba-tiba dari
kejauhan sana berkumandang suara bentakan keras:
"Tahan" Menyusul suara bentakan itu tampak sesosok
bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa, bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya dalam sekejap mata telah tiba di hadapan
beberapa orang itu Ketika pedang si nona berbaju hijau itu hampir
menusuk dada Han si-kong, tiba-tiba sebuah kipas telah
menangkis ancaman itu bahkan mementalkannya hingga
mencelat ke belakang. 616 "saudara Li, tepat sekali kedatanganmu Aku sedang
serba salah dibuatnya" seru Lim Han-kim cepat sambil
menjura. Ternyata orang yang barusan muncultak lain adalah Li
Bun-yang. Li Bun-yang berpaling memandang Han sikong
sekejap. lalu dengan gusar bentaknya kepada gadis
berbaju hijau itu. "Anak perempuan tak tahu diri, sedikitsedikit
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cabut pedang menyerang orang, Mau apa kau
masih berdiri di situ" Cepat mundur"
Melihat paras muka Li Bun-yang telah diliputi hawa
amarah dan nampaknya betul- betul sudah naik darah,
meski dalam hatinya agak takut namun gadis berbaju
hijau itu tak rela dimaki di depan orang, tiba-tiba ia
lempar pedangnya ke tanah, lalu sambil menutupi
mukanya dengan kedua belah tangan, ia menangis
tersedu-sedu. Perubahan yang sama sekali tak terduga ini kontan
saja membuat Lim Han-kim bertiga jadi tersipu-sipu, Li
Bun-yang menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
menghela napas panjang, lalu sambil menjura ke arah
Han si-kong ujarnya: "Han Locianpwee harap kau sudi memaafkan dirinya
karena masih muda dan tak tahu diri, aku mewakilinya
mohon maaf." 617 Jangan dilihat Li Bun-yang baru berusia duapuluh
empat-lima tahunan, ternyata pengetahuan dan
pengalamannya sangat luas. Apa lagi ia sudah terjun ke
dunia kangouwpa usia delapan belas tahun, tak heran
kalau banyak tokoh persilatan yang dia kenal. sekali pun
belum pernah bersua dengan orangnya, paling tidak ia
pernah mendengar tentang raut muka serta bentuk
wajah orang-orang kenamaan itu.
oleh karena itulah setelah mengamati bentuk wajah
dan tubuh Han si-kong, ia segera dapat mengenali orang
ini sebagai si raja monyet ceking Han si-kong.
Buru-buru Han si-kong balas memberi hormat sambil
menyapa: "Apakah anda adalah Li kongcu dari gunung
Hong-san?" "Tidak berani, tidak berani, aku yang muda Li Bunyang"
"Berapa tahun berselang, aku sudah pernah
mendengar nama kongcu..."
"Aaah, Locianpwee terlalu memuji."
sementara itu si nona berbaju hijau yang sedang
menangis bertambah mendongkol lagi setelah tidak
melihat ada orang yang menggubrisnya, isak tangisnya
makin menjadi-jadi. 618 Lim Han-kim merasa isak tangis itu sangat menusuk
pendengaran dan amat tak sedap di hati, tak tahan lagi
katanya kepada Li Bun-yang: "saudara Li, lebih baik kau
bujuklah adik misanmu itu agar berhenti menangis."
Dengan wajah dingin kaku dan amat serius Li Bunyang
memandang gadis berbaju hijau itu sekejap.
kemudian ancamnya: "Adik Kian, jika kau masih
menangis terus, aku benar-benar akan menghantarmu
pulang ke gunung Hong-san."
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menurunkan
tangannya yang sedang menutupi wajahnya itu, dengan
jengkel sahutnya: "Aku sengaja tak mau pulang, mau
apa kau" Dunia begini luas, kenapa aku mesti
mengintilmu terus"."
Diambilnya pedang yang tergeletak di tanah itu, lalu
kabur dari situ, Dengan cepat Li Bun-yang melejit ke
udara, tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu ia sudah menghadang di depan gadis berbaju
hijau itu sambil menegur "Kau hendak ke mana?"
"Aku datang ke kuil awan hijau sendirian, kenapa tak
boleh pulang sendirian?"
Li Bun-yang gelengkan kepalanya berulang kali sambil
menghela napas panjang, lalu dibisikinya gadis itu
dengan suara lirih. Bisikan itu begitu lirih sampai Lim
Han-kim dan Han si-kong pun tak dapat menangkap apa
619 yang dikatakan, tapi yang pasti hawa amarah gadis itu
hilang lenyap seketika, malahan sambil tertawa gembira
dia lari masuk ke dalam kuil awan hijau.
Pelan-pelan Li Bun-yang menghampiri Han si-kong,
setelah tertawa getir katanya: "Adik misanku ini sudah
terbiasa dimanja ibuku sehingga lahiriah kebiasaan yang
kurang menyenangkan ha rap Locianpwee jangan
mentertawakan" "Ha ha ha ha... saudara Li kelewat serius," Han sikong
tertawa terbahak-bahak. "sebagai seorang lelaki
sejati, masa kita mesti ribut dengan anak perempuan.
Apalagi usianya masih begitu muda, memang saatnya
untuk berbinal-binal."
Li Bun-yang mengalihkan pandangannya ke wajah Lim
Han-kim, kali ini ujarnya dengan suara rendah: "saudara
Lim, selamat untukmu, Ciu tayhiap berhasil lolos dari
bahaya maut, kini lukanya sudah mulai sembuh."
Walaupun setiap patah kata itu Lim Han-kim dapat
mendengar secara jelas, namun ia tak berani percaya
dengan pendengaran sendiri, sesudah termangu-mangu
berapa saat serunya: "Apa" Ciu Locianpwee sudah lolos
dari bahaya maut?" .
"Bukan cuma lolos dari bahaya maut," kata Li Bunyang
sambil tertawa, "Malahan kalau saudara Lim pulang
setengah bulan lebih lambat, mungkin luka Ciu
620 Locianpwee sudah sembuh total dan pergi meninggalkan
kuil awan hijau ini untuk mulai berpesiar"
"obat mustika apa yang telah diminum olehnya,
kenapa lukanya sembuh begitu cepat?"
"Tentu saja pil jinsom berusia seribu tahun."
sekali lagi Lim Han-kim tertegun dibuat-nya, ujarnya
kemudian: "Apakah diperoleh dari keluarga saudara Li di
bukit Hong-san." "Pil jinsom berusia seribu tahun merupakan obat hasil
ramuan si dewa jinsom Phang Thian-hua yang paling
mustajab, mana mungkin keluarga kami memiliki obat
mustika sehebat ini?"
"Aaai... aku jadi tak habis mengerti...." Li Bun-yang
tersenyum. "llmu pengobatan yang dimiliki Phang Thian-hua tiada
tandingannya di kolong langit, Hampir separuh hidupnya
dia benamkan dalam penyelidikannya membuat dan
meramu obat-obatan mustika sehingga itulah sebabnya
ia disebut orang Dewa jinsom.
Pil mustika berusia seribu tahun memiliki kemampuan
menghidupkan kembali orang yang telah mati, tapi
sayang watak Phang Thian-hua sangat dingin dan aneh.
walaupun sepanjang hidupnya menyelidiki ilmu
pengobatan, namun ia tak pernah menggunakan
621 kepandaiannya itu untuk menolong orang, ia selalu hidup
mengasingkan diri tidak mencampuri urusan dunia ramai
Malahan dengan kepandaian ilmu bangunan-nya ia
dirikan banyak alat rahasia serta barisan Ngo-heng-tin di
sekeliling perkampungannya, selama puluhan tahun
terakhir ini entah sudah berapa banyak jago persilatan
yang terluka atau bahkan tewas terkena alat rahasianya.
orang-orang yang menjadi korban kebanyakan justru
para pasien yang membutuhkan pertolongannya. Kalau
bukan ingin mencuri obat mustika guna menyembuhkan
penyakitnya, mereka tentu khusus datang untuk
memohon pengobatan dari Phang Thian-hua. Kasihan
betul orang-orang itu. Belum lagi bersua dengan phang Thian-hua,
kebanyakan sudah keburu tewas oleh alat jebakan atau
barisan Ngo-heng-tin yang maha dahsyat itu, Meski
antara dia dengan umat persilatan tiada ikatan dendam
atau sakit hati, namun kekejian hatinya merupakan
kebalikan dari kemampuan ilmu pertabibannya hingga
tak salah lagi jika orang menyebutnya sebagai si Tabib
sakti berhati ular."
"Berita sensasi yang tersiar dalam dunia persilatan tak
boleh dipercaya seratus persen," kata Han si-kong cepat,
"Tapi keluarga persilatan dari gunung Hong-san
mempunyai hubungan yang amat luas. Aku pikir saudara
Li tentu sudah pernah bersua dengan si dewa Jinsom
622 Phang Thian-hua bukan?" Cepat Li Bun-yang
menggeleng. "sudah lama aku mendengar namanya, namun sayang
belum berkesempatan untuk bertemu sendiri dengan
orangnya." Dalam pada itu Lim Han-kim sedang memikirkan
masalah pil jinsom seribu tahun itu, ketika mendengar
kedua orang rekannya makin berbicara membawa pokok
persoalan makin jauh, tak tahan lagi dia menyela:
"saudara Li, tahukah kau pil jinsom seribu tahun itu
merupakan hasil ramuan siapa?"
"Pil jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan Phang
Thian-hua amat jarang beredar dalam dunia persilatan,
sudah barang tentu obat yang diminum Ciu Locianpwee
adalah obat milik saudara Lim yang hilang itu."
"Aaaah, apa yang scbenarnya telah terjadi?" tanya Lim
Han-kim tercengang. "Aku benar-benar bingung dan
tidak habis mengerti bukankah pil jinsom berusia seribu
tahun milikku telah hilang...." Li Bun-yang tertawa
nyaring. "Kalau tidak kuterangkan duduk persoalannya, tentu
saja saudara Lim akan kebingungan.."
Maka secara ringkas dia pun menuturkan bagaimana
sipencuri sakti Ngoo Cing-hong meng hantar pil mustika
623 itu ke kuil. selesai mendengar penuturan tersebut, sambil
bertepuk tangan Han si-kong ber-seru: "Nah, apa kukata
saudara Lim" orang baik selalu dilindungi Thian bukan"
ciu tayhiap selalu membantu kaum lemah dan membela
kebenaran Bila ia sedang terancam bahaya, pasti ada
orang yang akan menolong keselamatan jiwanya."
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
menghembuskan napas lega, katanya pula: "Aaai....
syukur Thian masih maha adil dengan memberi
kesempatan hidup untuk Ciu tayhiap. dengan begitu aku
pun bisa pulang untuk memberi laporan kepada ibuku."
" Ciu tayhiap lewat ketua kuil awan hijau pernah
berpesan kepadaku, apa bila saudara Lim telah balik ke
mari, diminta segera mengajakmu untuk menjumpai
dirinya." kata Li Bun- yang sambil tertawa.
Lim Han-kim segera merasakan hatinya bergetar,
cepat-cepat serunya: "ciu tayhiap berada di mana
sekarang" Dapatkah kau mengajakku menjumpai
dirinya?" "saudara Lim tak usah kuatir, walaupun kesehatan ciu
tayhiap belum pulih secara total namun lukanya sudah
hampir sembuh, ia sudah dapat turun dari pembaringan
dan berjalan-..." 624 sesudah berhenti sejenak. kembali terusnya: "Cuma...
adikmu hingga kini belum ada kabar beritanya, entah ia
sudah pergi ke mana?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, sementara
mulutnya tetap membungkam diri, Li Bun- yang merasa
tak tega juga setelah melihat rasa murung menyelimuti
wajah anak muda itu, segera hiburnya: "Saudara Lim,
lebih baik kau bertemu dulu dengan ciu tayhiap. setelah
itu kita baru berusaha untuk mencari jejak adikmu."
"Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li."
Kembali Li Bun-yang tersenyum.
"Mari, biar aku menjadi penunjuk jalan buat kalian
berdua..." katanya, Selesai berkata dia putar badan dan
berjalan lebih dulu menuju ke dalam ruangan kuil. Lim
Han-kim dan Han si-kong menyusul di belakangnya.
Setelah melewati dua buah ruangan utama sampailah
mereka di sebuah bangunan kecil di sisi gedung kuil itu.
Sebuah bangunan kecil beratap hijau berdiri di kelilingi
pagar bambu nan hijau. Pintu dan jendela berada dalam
keadaan tertutup, dua orang tosu kecil duduk di kedua
belah sisi pintu sambil berjaga jaga. Tampak secara
lamat-lamat sarung pedangnya yang menongol dari balik
jubahnya, Ketika melihat datangnya rombongan itu, kedua orang
tosu kecil itu segera melompat bangun dan menghadang
625 jalan pergi mereka, Sambil menjura dan tertawa Li Bunyang
segera menyapa: "Saudara-saudara ini ingin
berjumpa dengan ciu tayhiap. tolong disampaikan ke
dalam" Dua orang tosu kecil itu memperhatikan sekejap wajah
Lim Han-kim dan Han Si-kong, setelah itu katanya: "Ciu
tayhiap baru saja minum obat, sekarang sedang tertidur
nyenyak. lebih baik kalian menunggu beberapa saat lagi."
"Kalau memang begitu biar kami menunggu sejenak di
luar pagar bambu," ujar Lim Han-kim.
selesai berkata ia duduk bersila di atas tanah,
Malampun makin gelap, selapis cahaya bintang
memancarkan Cahayanya yang redup dari angkasa.
setelah menunggu sekian lama tanpa kabar, lama
kelamaan habis sudah kesabaran Han si-kong. sambil
mendeham berat-berat tegurnya kepada dua orang tosu
kecil itu: "sampai kapan ciu tayhiap baru mendusin?"
"Tidak tentu," sahut dua orang tosu kecil itu sambil
menggeleng, "setelah terluka parah, tenaga dalamnya
belum pulih kembali, Kemungkinan besar ia baru
mendusin fajar besok.,."
"Waaah,.. kalau begitu berarti kami mesti duduk
menanti semalaman di tempat terbuka..."
626 "Maaf," kata tosu kecil sebelah kanan dengan wajah
serius, "suhu telah berpesan, apa bila Ciu tayhiap belum
bangun dari tidurnya, siapa saja dilarang mengusik
ketenangannya . " Berkilat sepasang mata Han si-kong, tampaknya ia
hendak mengumbar emosinya, namun akhirnya ia
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhasil mengendalikan diri, gumamnya: "Berbincang
dari kedudukan serta nama besar ciu tayhiap. sekalipun
aku mesti menunggu tiga hari tiga malampun hal ini
lumrah dan cukup berharga untuk dilakukan-"
Mendadak dari balik bangunan rumah yang tertutup
rapat itu berkumandang suara orang berbatuk-batuk
pelan, disusul kemudian terbias sekilas cahaya lentera,
setelah itu terdengar seseorang menegur dengan suara
yang rendah dan amat berat:
"Tokoh silat dari manakah yang hendak menjumpai
aku?" Pintu kayu terbuka lebar, seorang kakek yang lengan
dan kepalanya masih dibalut kain putih munculkan diri di
depan pintu. Buru-buru Li Bun-yang maju ke depan dan memberi
hormat, katanya: "Aku yang muda li Bun- yang
menjumpai Ciu Locian-pwee"
627 sebagian besar wajah kakek itu terbalut oleh kain
putih sehingga yang tampak sekarang tinggal telinga,
hidung, mulut serta sepasang matanya, Hal ini membuat
bentuk mukanya menjadi amat mengerikan
Lim Han-kim juga segera maju memberi hormat
sambil memperkenalkan diri: "Aku yang muda lim Hankim
menjumpai Lo-cianpwee."
sedang Han si-kong menjura pula seraya berseru:
"Aku Han si-kong, biasa dipanggil orang si monyet tua,
sudah lama kukagumi nama besar tuan, sungguh
beruntung hari ini dapat berjumpa."
Pelan-pelan kakek itu menyapu wajah ketiga orang itu,
kemudian baru katanya: " Kalian bertiga tak usah banyak
adat, silahkan masuk ke dalam rumah"
Li Bun-yang tidak bicara lagi ia segera melangkah
masuk lebih dulu ke dalam ruangan, perabot dalam
ruangan itu amat sederhana tapi bersih, dari balik
sebuah hiolo batu yang tingginya satu depa kelihatan
asap putih mengepul memenuhi seluruh ruangan,
menyiarkan bau harum. Di atas pembaringan kayu yang lebar dan besar
tampak selimut yang tebal dan bantal yang masih
terletak kacau, di atas meja kayu terletak sebuah botol
porselen. 628 Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali botol porselen itu sebagai benda miliknya
yang dicuri orang, Tiba-tiba timbul rasa malu di hati
kecilnya, cepat-cepat ia melengos ke arah lain dan tidak
berani memandang lagi. sementara itu si kakek telah berjalan menuju ke
pembaringan dan duduk di situ, kemudian baru katanya:
"silahkan kalian bertiga ambil tempat duduk, maaf aku
tak bisa melayani karena lukaku belum sembuh sama
sekali." "Locianpwee tak perlu sungkan-sungkan," sahut Li
Bun-yang cepat, "Kami bisa berjumpa pun sudah merasa
bangga dan berterima kasih sekali."
si Hakim sakti Ciu Huang tertawa canggung.
"Keluarga persilatan dari bukit Hong-san memang
sumber orang berbakat Kembali aku dapat bertemu
dengan seorang tokoh berbakat yang masih muda tapi
hebat." " Locianpwee terlalu memuji...." sinar matanya segera
dialihkan ke wajah Lim Han-kim, kemudian anak muda
itu melanjutkan "Ketua kuil awan hijau pernah berpesan
kepadaku untuk membawa saudara Lim datang
menghadap. Apa bila kehadiran kami mengganggu
istirahat Locianpwee mohon bisa dimaafkan."
629 si Hakim sakti Ciu Huang segera mengawasi wajah Lim
Han-kim lekat-lekat, kemudian tanyanya pelan: "Nak,
apakah kau yang mengantar pil jinsom seribu tahun itu
untukku?" Untuk sesaat Lim Han-kimjadi gelagapan dan tidak
tahu bagaimana harus menjawab. sesudah termenung
cukup lama baru ia berkata: "Walaupun pil mustika itu
memang aku yang membawa, tapi sayang telah dicuri
orang di tengah jalan. Untuk mendapatkan kembali pil
tersebut aku telah banyak merasakan penderitaan-"
"Penderitaan apa saja yang telah kau alami?" tanya
Ciu Huang sambil mengalihkan pandangan matanya ke
atap ruangan. secara ringkas Lim Han-kim menceritakan
pengalamannya sewaktu mencari balik pil mustikanya
yang tercuri itu. "oooh... ada kejadian seperti itu?" Hakim sakti Ciu
Huang berseru tertahan- "setelah sembuh dari lukaku
nanti, aku harus pergi untuk memeriksa sendiri"
"Pengalaman dan ilmu silat Locianpwee jauh melebihi
kami semua, Kami percaya tak satu pun kejadian dalam
dunia persilatan selama tiga puluh tahun belakangan ini
yang dapat mengelabui Locianpwee."
"Dunia sangat luas, biar pun aku telah menjelajahi
empat telaga lima samudra bukan berarti semua
persoalan tentu kuketahui..."
630 Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Coba utarakan persoalan apa yang ingin kau tanyakan,
asal bisa kujawab pasti akan kuberikan jawaban yang
sejelas-jelasnya . "
"Locianpwe banyak kenal dengan jago persilatan,
pernahkah kau mendengar asal usul dari perkumpulan
Hian- hong- kau?" Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan
matanya, sesudah termenung sejenak ujarnya: "selama
ini perkumpulan Hian- hong- kau hanya bergerak di
seputar wilayah Im-ciu dan Kui- ciu. Belum pernah
kudengar ia mengadakan hubungan dengan umat
persilatan...." "Tapi daya pengaruh mereka sudah meluas sampai ke
wilayah Kanglam, Bahkan pesanggrahan Tho-hoa-kit
yang umat termashur pun sudah menjadi salah satu
markas besarnya dalam menanamkan pengaruh
diwilayah Kanglam ini. Dengan menggunakan gadis-gadis
cantik sebagai umpan, mereka berhasil menghimpun
banyak jago persilatan untuk dijadikan anak buahnya."
si Hakim sakti Ciu Huang memutar sepasang matanya
memandang sekejap wajah ketiga orang itu, mulutnya
membungkam diri dalam seribu basa.
Melihat itu Li Bun-yang menghela napas panjang,
terusnya: "Walaupun aku sudah berdiam hampir satu
631 bulan lamanya di Pesanggrahan Tho-hoa-kit, sungguh
menyesal aku ternyata tak berhasil mengungkap rahasia
di balik semua itu, justru karena itu aku berpendapat
dalang dari semua persoalan ini pasti bukan manusia
sembarangan. Bila sUatu ketika perkumpulan Hianhong-
kau berhasil menancapkan sayapnya di wilayah
Kanglam, bisa diduga kehadiran mereka saat itu tentu
akan membawa badai pembunuhan atas jago-jago
Kanglam. Betul aku mempunyai tekad ingin melenyapkan bibit
bencana bagi umat persilatan ini, namun aku pun sadar
bahwa kemampuanku seorang tak sanggup memikul
tanggung jawab ini, Bahkan aku sendiri pun tidak tahu
manusia macam apakah ketua perkumpulan Hian- hongkau
itu. Locianpwee, kau sudah menjelajahi semua pelosok
dunia, tentu kau tahu bukan asal usul Hian- hong- kau
serta siapa kah pemimpin mereka itu..."
sejak tadi Han si-kong sudah mencoba untuk menahan
diri, tapi akhirnya ia tak sabar juga, cepat- cepat
selanya: "Aku telah mengalami sendiri kehebatan
mereka, Dengan lolohan arak wangi mereka membuat
aku mabuk kemudian memenjarakan aku hampir dua
tahun lamanya, sayang aku tak pernah punya
kesempatan untuk bertarung melawan pemimpin mereka
itu. Kehidupan selama dua tahun di tempat yang gelap
632 tanpa sinar matahari, biar tak kuterangkanpun tentu
kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana tersiksanya
bagi diriku. selama hid up belum pernah aku menerima hinaan
seperti ini. Rasa gusar dan dendamku hingga kini masih
menyumbat dadaku, saudara Li, apa bila kau berencana
hendak menyapu rata pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku
pun bersedia menjadi panglima pembuka jalanmu."
"Aku pernah bersua dengan ketua Hian- hong- kau jiu"
mendadak Lim Han-kim menimbrung.
"Manusia macam apa sih dia?" buru-buru Li Bun-yang
bertanya, " Wajah mereka sama-sama mengenakan topeng yang
amat tebal sehingga sulit bagiku untuk melihat raut
wajah mereka yang sesUngguhnya."
"Pada mulanya aku masih mengira Lik-ling yang cantik
jelita dan genit itu adalah pemimpin yang mendalangi
semua itu, akhirnya aku baru mengetahui bahwa di
belakang dia ternyata masih ada dalang lain."
si Hakim sakti Ciu Huang yang selama ini hanya
mendengar tanpa komentar mendadak mendehem
beberapa kali, setelah itu ujarnya: "Menurut apa yang
kuketahui, Hian- hong- kau cuma sebuah perkumpulan
633 kecil yang bermarkas di wilayah Im-ciu dan Kui-ciu.
Pemimpin mereka adalah seorang perampok ulung yang
dipaksa lima perguruan besar untuk menyingkir dari
wilayah Tionggoan hingga akhirnya kabur kepegunungan
diwilayah Im-ciu...."
Tiba-tiba ia berhenti sejenak seakan- akan sedang
memikirkan sesuatu, tapi seperti juga lagi beristirahat
kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru
melanjutkan: "llmu silat yang dimiliki orang itu sangat
sederhana dan bersahaja, tapi ia pandai menggunakan
obat pembius, ia membuka markas dipegunungan antara
wilayah Im-ciu dan Kui-ciu serta mengumpulkan para
pembelot dan penghianat perguruan besar untuk
dijadikan anak buahnya sehingga akhirnya berdirilah
perkumpulan Hian- hong- kau.
Aku jadi ragu-ragu, masa sebuah perkumpulan sekecil
dan selemah itu mampU menjelajahi daratan Tionggoan
dan malang melintang di sini.,."
"ltulah sebabnya kejadian ini agak mencUrigakan,"
sambUng Li Bun- yang. Ciu Huang menghembuskan
napas panjang "Yaa, aku percaya di balik peristiwa ini tentu ada latar
belakangnya." "Menurut pendapat aku Lim Han-kim, organisasi
mereka benar-benar amat misterius dan rahasia..."
634 sambung Lim Han-kim. Han si-kong tak mau kalah,
komentarnya pula: "Walaupun aku sudah terkurung
hampir dua tahun dan banyak siksaan telah kuderita,
namun selama ini diriku hanya disekap dalam penjara
bawah tanah itu, hal mana membuat aku tak pernah
berhasil mengorek rahasia Hian- hong- kau.
Tapi aku sempat juga bertarung beberapa gebrakan
melawan orang-orang yang ditugaskan mengirim nasi,
Aku rasa ilmu silat orang-orang itu meski belum bisa
dibandingkan dengan jagoan kelas satu, namun
kepandaian mereka tidak lemah. jika pemimpim yang
mengatur organisasi ini cuma seorang perampok biasa,
rasanya mustahil orang itu bisa memimpin kawanan
jago-jago tangguh itu,"
"Betul," Lim Han-kim menimpali "Biarpun aku belum
pernah bertarung secara resmi melawan orang-orang
Hian- hong- kau, namun aku pernah menyaksikan
kepandaian mereka dengan mata kepala sendiri Aku
percaya pemimpin organisasi itu adalah seorang manusia
kejam yang berhati telengas, ia tak mungkin cuma
seorang perampok biasa."
Kembali si Hakim sakti Ciu Huan pejamkan sepasang
matanya, ia berkata: "sejak awal toh sudah kujelaskan,
apa yang kukatakan tadi merupakan kejadian pada
puluhan tahun berselang, selama puluhan tahun ini bisa
saja terjadi perubahan yang di luar dUgaan. Mungkin
635 saja perkumpulan Hian- hong- kau telah memiliki
pemimpin baru...." sesudah berhenti sejenak, ia tatap wajah Lim Han-kim
dan menambahkan "Nak, coba kau tuturkan kembali
pengalamanmu sewaktu kehilangan pil jinsom berusia
seribu tahun itu, Mungkin dari penuturanmu tersebut aku
bisa mengungkap kejadian yang sesungguhnya."
Lim Han-kim manggut-manggut, maka secara ringkas
dla pun menceritakan apa yang telah dialaminya.
sambil pejamkan matanya si Hakim sakti Ciu Huang
memperhatikan dengan seksama, menanti Lim Han-kim
selesai dengan penuturannya dia baru membuka
matanya kembali sambil berkata: "Nak. siapa yang suruh
kau mengantar pil jinsom seribu tahun itu untukku?"
Lim Han-kim berkerut kening, setelah termenung
sampai lama sekali ia baru menjawab: "Aku mendapat
perintah dari ibuku untuk mengHantar obat tersebut ke
mari..." "lbumu?" Ciu Huang kelihatan tercengang.
Walaupun wajahnya terbungkus oleh kain perban
sehingga sulit untuk melihat mimik mukanya, namun
ditinjau dari nada suaranya yang penuh diliputi rasa
kaget dan tercengang, jelas membuktikan kalau ia sangat
tercengang dan keheranan oleh peristiwa itu.
636 Tiba-tiba Lim Han-kim seperti teringat akan suatu
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan yang sangat penting, ia melompat bangun
sambil menggerakkan bibirnya, tapi niat itu segera
diurungkan, pelan-pelan ia duduk kembali.
Melihat itu, Li Bun-yang melirik Han Si-kong sekejap,
kemudian sambil bangkit berdiri katanya: "Maaf, aku
harus menjumpai adikku sebentar, aku mohon diri dulu."
Han Si-kong sudah cukup lama berkelana dalam dunia
persilatan Melihat gelagat tersebut ia pun mengerti apa
maksudnya, sambil ikut bangun berdiri katanya pula:
"Aku juga ingin mohon diri dulu." Dengan cepat dia
mengikuti di belakang Li Bun-yang berlalu dari ruangan
tersebut, Memandang hingga bayangan punggung kedua orang
itu lenyap di balik kegelapan, si Hakim sakti Ciu Huang
baru menghela napas sambil bertanya: "Apakah dalam
hatimu terdapat banyak pertanyaan nak?"
"Hingga kini aku belum mengetahui asal-usulku yang
sebenarnya, Sejak mulai tahu urusan, aku selalu hidup
dan bermain di dalam lembah Hong-yap-kok. Belasan
tahun lamanya tak pernah meninggalkan lembah itu
selangkah pun, tiba-tiba saja kali ini ibu memerintahkan
aku untuk menghantarkan pil jinsom berusia seribu tahun
ini untuk Locianpwee...."
637 Mendadak ia merasa kata selanjutnya tak pantas
diucapkan, maka ia pun berhenti di separuh jalan.
"sebenarnya kecurigaan apa yang ada di hatimu"
utarakan saja secara blak-blakan," kata Ciu Huan segera.
"Selama belasan tahun ini aku mempunyai satu
persoalan yang rasanya selalu mengganjal di dadaku,
kuharap Locianpwee sudi memberi penjelasan
kepadaku." "soal apa?" "Asal usulku" Ciu Huang termenung tidak bicara, sampai lama
kemudian ia baru bertanya: "Apakah ibumu tak pernah
memberi tahukan persoalan ini kepadamu?"
"lbuku punya disiplin yang sangat ketat, setiap kali aku
bertanya tentang asul usul-ku, wajahnya segera berubah
serius dan menegurku agar tidak banyak bertanya. Tapi
sebagai putra manusia aku wajib mengetahui siapa
ayahku dan bagaimana asal-usulku, sebab bila masalah
ini saja tak jelas, apa artinya aku hidup sebagai seorang
manusia?" "Nak, walaupun pertanyaanmu itu benar, tapi maaf
aku pun merasa kurang leluasa untuk menerangkan
kepadamu. ibumu cerdik dan luar biasa, kalau ia belum
bersedia memberitahukan asal usulmu, berarti dia
638 menganggap saatnya belum tiba, Aaaai.,, tapi aku bisa
Pendekar Panji Sakti 27 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Jala Pedang Jaring Sutra 15
terlihat sebuah lentera merah kembali dikerek naik.
Di tengah kegelapan malam yang mencekam, lentera
merah itu kelihatan luar biasa menyoloknya, juga penuh
diliputi kemisteriusan dan keanehan-
Dua orang tosu kecil yang menyusul ke arena
pertarungan itu pada awainya tidak bermaksud turun
tangan, namun setelah mendengar suitan panjang dan
melihat di-kereknya lentera merah, tiba-tiba saja sambil
memutar pedang mereka menyerbu ke dalam arena.
Han Si-kong segera mendengus dingin, "Hmmmm,
sungguh memalukan, Tak nyana anak buah Thian-hok
totiang hanya kawanan manusia yang mencari
kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak." ia
sudah menaruh kesan jelek terhadap Thian-hok sangjin,
ditambah lagi setelah menyaksikan pelbagai peristiwa
yang penuh diliputi rahasia, menyebabkan ia
548 berpendapat bahwa Thian-hok Sangjin tak lebih hanya
seorang manusia munafik yang saleh di luar namun keji
di hati kecilnya. oleh sebab itulah ia menaruh kesan yang buruk pula
terhadap segenap orang yang ada dipondok Lian-im-lu
itu, Ketika melihat mereka mengandalkan jumlah banyak
untuk merebut kemenangan, malahan empat bilah
pedang mengerubuti seseorang yang tidak bersenjata,
timbullah perasaan tidak senang di hati kecilnya.
Di tengah keheningan malam, keempat bilah pedang
itu menciptakan lapisan kabut pedang yang
menggidikkan hati. Mereka kepung musuhnya yang
bertangan kosong itu rapat-rapat.
Berpuluh gebrakan sudah lewat, namun keadaan
masih tetap berimbang, menang kalah sukar ditentukan.
pada saat inilah, orang yang berada di dalam rumah
gubuk itu telah menaikkan lentera merah yang ketiga.
Lim Han-kim sangat keheranan melihat ketiga lentera
merah yang dinaikkan itu, ia tak tahu apa maksud dan
tujuan setiap lentera merah yang dikerek naik itu Ketika
berpaling, ia jumpai Han si-kong sedang pusatkan semua
perhatiannya untuk menyaksikan pertarungan kelima
orang itu, sementara mulutnya mengumpat tiada
habisnya, Melihat itu Lim Han-kim merasa kurang leluasa
untuk mengusik perhatian-nya.
549 Tapi situasi terus berubah, satu peristiwa disusul
peristiwa berikut, Ketika lentera merah ketiga telah
dinaikkan, suara pekikkan panjang sekali lagi
berkumandang, disusul kemudian sederet manusia
muncul dari balik rumah gubuk itu.
Lim Han-kim buru-buru mengerahkan ketajaman
matanya untuk memandang. Lamat- lamat ia saksikan
sebuah tandu berbentuk aneh yang digotong empat
orang telah muncul dari balik kegelapan, di atas tandu itu
agaknya duduk sesosok manusia.
Dari sudut lain kembali muncul beberapa sosok
bayangan hitam yang meluncur datang dengan
keCepatan luar biasa, perubahan yang terjadi sangat
mendadak ini membuat anak muda ini tak dapat berpikir
lebih jauh. Kehadiran masing-masing pihak sungguh
teramat cepat, dalam waktu singkat mereka telah tiba di
sisi arena pertempuran. orang yang tiba paling duluan adalah tosu berjubah
kuning, dia tak lain adalah Thian-hok sangjin, Begitu
sampai di sisi arena dan melihat situasi pertarungan, ia
segera menghardik nyaring: "Tahan"
Ketiga orang tosu kecil dan gadis berbaju hijau itu
segera mengiakan dan menghentikan serangan, masingmasing
mundur sejauh lima depa dari posisi semula.
Dalam saat itu tandu berbentuk aneh itu sudah berjalan
makin dekat hingga keadaannya nampak lebih jelas,
550 ketika Lim Han-kim mengamati lebih nyata, hatinya
segera bergetar keras. Ternyata tandu yang tampak berbentuk aneh dari
kejauhan itu adalah sebuah pembaringan lemas
berbentuk persegi panjang, sedang keempat orang yang
menggotong tak lebih hanya gadis-gadis berperawakan
kecil mungil, Di atas pembaringan lemas itu duduk
seorang perempuan berjubah merah, angin malam yang
berhembus lewat mengibaskan ujung bajunya.
Pada saat itu Thian-hok sangjin telah berada dalam
jarak tujuh delapan depa dari para pendatang, di
belakang tosu itu kelihatan si kakek berambut putih
sedang yang seorang lagi adalah si lelaki setengah umur
berbaju hitam yang berwajah dingin.
orang itu berdiri di samping si kakek berambut putih
dengan pedang terhunus, ia tak lain adalah manusia
dingin yang menghalangi Lim Han-kim berdua naik bukit
baru-baru ini. Tampak Thian-hok sangjin memberi hormat kepada
perempuan yang ada di tandu tersebut, kemudian sambil
berpaling ke tempat persembunyian Lim Han-kim serta
Han si-kong serunya lantang: "Kalau toh kamu berdua
ingin menonton keramaian ini, kenapa tidak tampilkan
diri" 551 suara teriakan itu tidak terlalu keras namun nyaring
dan jelas sekali, setiap patah kata bagaikan palu yang
menggodam telinga Lim Han-kim serta Han si-kong.
Melihat hal ini Lim Han-kim jadi keheranan, segera
bisiknya: "Aneh benar, masa Thian-hok sangjin dapat
menemukan tempat persembunyian kita hanya dalam
sekilas pandangan?" "Mustahil," Han si-kong menggeleng, "Tapi ia dapat
menduga bahwa kita pasti bersembunyi di atas pohon
cemara ini, di sinilah pentingnya pengetahuan dan
pengalaman dunia persilatan. Ayoh, kita turun saja, toh
tempat persembunyian kita sudah ketahuan, lebih baik
kita muncul secara terang-terangan."
"Ehmm, akupun punya maksud Begitu."
Tanpa membuang waktu lagi mereka melompat turun
dari atas pohon cemara dan menuju ke arena dengan
langkah lebar. Han si-kong menyusul ketat di belakang Lim Han-kim.
Dengan kecepatan gerak tubuh mereka, hanya dalam
sekejap mata kedua orang itu sudah tiba di sisi Thianhok
sangjin- Kakek berambut putih itu berpaling memandang
mereka berdua sekejap. ia seperti hendak mengucapkan
sesuatu namun niat tersebut kemudian diurungkan
552 sementara itu awan hitam yang menyelimuti angkasa
telah tersebar oleh hembusan angin kencang, dari balik
awan tersirat selapis cahaya rembulan yang remangremang.
Cahaya rembulan menyinari perempuan berbaju
merah yang duduk di tandu, menciptakan seberkas
lukisan yang sangat indah. Di balik kain merah yang
terhembus angin tampak gadis itu, hanya mengenakan
kutang di dadanya serta sebuah gaun pendek sepanjang
lutut, lengannya yang putih mulus serta kakinya yang
telanjang kelihatan menyolok sekali di balik warna merah
pakaiannya. ia mempunyai rambut panjang sebahu, alis mata
bagaikan semut beriring, hidung yang mancung dan bibir
yang merah merekah, waktu itu dia duduk tak bergerak
dengan mata terpejam Setelah mendeham beberapa kali Thian-hok Sangjin
baru berkata: "Bila pintu tidak menyambut kedatangan
dewi dari kejauhan, harap dewi suka memaafkan."
Mendadak perempuan berbaju merah itu membuka
matanya, sorot matanya tajam mencorong ke luar
menatap wajah Thian-hok Sangjin lekat-lekat, kemudian
sambil tertawa dingin jengeknya: "He he he he... untung
arwah suhu melindungi sehingga totiang masih hidup
segar bugar di dunia ini."
553 Thian-hok Sangjin mendongakkan kepalanya tertawa
terbahak-bahak. "Ha ha ha ha... bila aku mati muda,
bukankah sia-sia saja nona menunggu saat selama lima
belas tahun ini...."
Mendadak perempuan berbaju merah itu bertepuk
tangan nyaring, keempat dayang penggotong tandu itu
segera menurunkan tandunya ke atas tanah. Dari balik
kutang-nya perempuan berbaju merah itu mengeluarkan
sepucuk surat, lalu sambil dilemparkan ke depan,
katanya: "Sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan, suhu tinggalkan surat ini. Lebih baik kau
baca dulu isi surat tersebut sebelum kita bertempur
habis-habisan." Thian-hok sangjin menerima surat rahasia itu.
sampulnya dibuka dan dibaca isinya di bawah sinar
rembulan, Tiba-tiba paras mukanya berubah hebat.
setelah menghela napas panjang, katanya: "Aaaai...
gara-gara salah melangkah mengakibatkan terjadinya
peristiwa ini. Aku sungguh menyesal sekali, aku bersedia
menggunakan sisa kehidupanku ini untuk membayar
kesalahan itu...." Tiba-tiba kakek berambut putih itu merampas surat
rahasia tersebut sambil bertanya: "Apa sih isi surat itu?"
554 Reaksi Thian-hok sangjin ternyata lebih cepat, ia
menarik tangan kanannya ke belakang lalu buru-buru
menyimpan surat tersebut ke dalam sakunya. setelah itu
sahutnya sambil tertawa getir: "Aaaai... Aku sudah
mendekati liang kubur, mati hidup bukan menjadi
masalah besar lagi bagiku, apalagi kepergianku kali ini
belum tentu harus mati...."
sesudah berhenti sejenak. sambungnya lebih jauh:
"Selama hidup aku tak suka mencari pangkat maupun
nama. Tiada persoalan di dunia ini yang perlu
kurisaukan, satu-satunya masalah yang membuat hatiku
tak lega adalah keempat bocah pencari obat yang sudah
banyak tahun mengikutiku. Aku harap saudara Pek
bersedia merawat mereka,anggap saja sebagai balas
budi hubungan persahabatan kita selama ini."
sepasang mata kakek berambut putih itu melotot
besar, tiba-tiba ia maju dua langkah sambil menghadang
di depan Thian-hok sanjin, Lalu kepada perempuan
berbaju merah itu ujarnya dingin: "Thian-hok lotiang
sudah lama hidup mengasingkan diri, dia sudah tak mau
berkelahi lagi dengan orang lain, Beda dengan aku
seorang awam, tidak sulit bila nona ingin mengajak pergi
saudara Thian-hok, tapi kau mesti kalahkan pedang
mustika Pek Khi-hong dulu"
Mendadak Han si-kong merasa dadanya seperti
dihantam dengan bogem mentah, sekujur tubuhnya
555 bergetar keras, tak kuasa lagi ia menjerit tertahan:
"Haaah..." Pek Khi-hong..." Pek Khi-hong...?"
"Locianpwee, kau kenal dia?" Dengan keheranan Lim
Han-kim berpaling sambil memandang Han si-kong
sekejap. "Bukan hanya aku seorang yang kenal dengan tokoh
sangat ternama ini, hampir semua jago kenamaan dalam
dunia persilatan pernah mendengar nama besar itu,
namun yang bisa bertemu dengannya boleh dibilang
sedikit, sedikitnya....,"
sementara itu si perempuan berbaju merah itu telah
berkata dengan suara dingin: "Kau berani maju
menghadang, aku percaya ilmu silatmu tentu luar biasa
hebat-nya" Tiba-tiba Thian-hok sangjin menghadang jalan maju
Pek Khi-hong, ujarnya dengan serius: "saudara Pek, bila
kau masih ingat dengan hubungan persahabatan kita,
harap kau jangan mencampuri urusanku"
Pek Khi-hong agak tertegun, tapi ia mundur juga ke
samping, Kepada perempuan berbaju merah itu Thianhok
sangjin segera memberi tanda, serunya: "Mari kita
berangkat." Perempuan berbaju merah itu tertawa.
556 "Semula kuduga pasti akan berlangsung suatu
pertempuran sengit, sungguh tak disangka begini
gampang...." "Aaaai...." Thian-hok Sangjin menghela napas
panjang, "Aku tak ingin bertarung melawan nona."
Kembali perempuan berbaju merah itu tertawa.
"Kau harus mengerti, nama besar Dewi Seratus Racun
bukan nama kosong, Bila kau tak puas untuk menyerah
dengan Begitu saja, tak ada salahnya jika kita coba-coba
adu kepandaian" Thian-hok Sangjin segera mengerutkan dahinya, di
balik keseriusan wajahnya terlintas hawa amarah yang
meledak, namun hanya sekejap saja telah pulih kembali
dalam ketenangan, pelan-pelan ujarnya: "Aku siap
menerima semua perintah nona."
"Aku hendak mengenakan seperangkat alat hukuman
ke tubuhmu." "Aku siap menerima."
Tiba-tiba perempuan berbaju merah itu bersuit
rendah, Dari atas kursi malas berlapis kulit binatang itu
tiba-tiba melesat lewat sekilas cahaya berwarna kuning
yang langsung menerkam ke tubuh Thian-hok Sangjin.
Dengan kening berkerut Lim Han-kim berpikir. "Senjata
557 rahasia macam apa itu" Masa dapat merantai orang
secara otomatis?" Tampak cahaya berwarna keemas-emasan itu
mengelilingi tubuh Thian-hok Sangjin beberapa kali lalu
berhenti dengan sendirinya. Ketika semua orang
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperhatikan dengan lebih seksama, maka terjadilah
kegaduhan, ternyata cahaya keemas-emasan yang
meluncur tadi tak lain adalah seekor ular yang aneh
sekali bentuknya. Besarnya seibu jari, sedang lidah
bercabang duanya berwarna merah menyala.
Saat ini tubuh ular tersebut telah melingkari tubuh
Thian-hok Sanjin dan berhenti pada lehernya, sementara
kepalanya dengan membawa suara desisan ngeri persis
bergerak di hadapan wajah imam tersebut.
Terdengar perempuan berbaju merah itu tertawa
terkekeh-kekeh sambil berkata:
"Ular rantai emasku ini termasuk satu ular paling
beracun di kolong langit. Bukan saja bisanya sangat
mematikan, lagi pula badannya sangat kuat dan tidak
takut ketajaman senjata, jangan coba-coba memenggal
tubuhnya dengan mengandalkan senjata...." Waktu itu
perasaan semua orang sudah diliputi perasaan ngeri dan
seram. siapa pun tidak menyangka seekor ular ternyata
mampu diperintah oleh perempuan berbaju merah itu
558 serta menerkam korbannya sesuai dengan perintah,
Mereka tak habis mengerti sebenarnya dengan Cara
apakah perempuan itu bisa memberi perintah kepada
ujarnya sehingga mau menuruti semua kata dan
perintahnya. Dalam saat itu awan tebal telah buyar, sinar rembulan
memancarkan sinar dengan terangnya. si Dewi seratus
raCun yang berbaju merah ternyata berwajah Cantik
jelita dengan kulit badan yang putih bersih.
siapa pun tak akan menyangka kalau perempuan
seCantik ini ternyata adalah seorang penjinak ular,
Dengan sepasang biji matanya yang bening perempuan
itu memandang sekejap wajah para jago di sekitar arena,
lalu katanya lagi: "Nah, saudara-saudara sekalian, siapa
di antara kalian tidak puas, boleh saja untuk coba-coba
turun tangan...." Mendadak ucapannya terputus sedang sinar matanya
berhenti di wajah Lim Han-kim. Anak muda itu tertawa
dingin, pelan-pelan ia melengos kearah lain.
Perempuan berbaju merah itu kelihatan
menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan. setelah termenung
sejenak. dengan suara dalam ia baru berkata lagi: "Bila
di antara kalian ingin menggunakan serangan bokongan
untuk melancarkan serangan, jangan salahkan jika ular
rantai emasku berpaling dan memagut Thian-hok
559 sangjin, Ketahuilah pagutan beracunnya bisa mematikan
korbannya dalam waktu singkat...."
Bicara sampai di situ ia segera melompat naik ke
tandunya dan memberi perintah: "Ayo kita berangkat"
Empat orang dayang berwajah cantik itu segera
menggotong tandu tersebut dan berlalu dari situ, Di
bawah sinar rembulan, terlihatlah di sekeliling tandu itu
mulai bermunculan banyak sekali ular-ular berbentuk
aneh. sambil menjulurkan lidahnya ular-ular itu bergerak
kian ke mari dengan amat menjijikkan.
Menyaksikan semua ini Lim Han-kim merasa sangat
terkesiap. segera ia berseru kepada Han si-kong: "Aneh
betul, tak tersangka di bawah tempat duduknya berlapis
kulit binatang bisa- bermunculan Begitu banyak ular
beracun...." "Tak sedikit jumlah orang pandai dalam dunia
persilatan, termasuk juga pelbagai kejadian yang anehaneh.
Aku rasa kejadian semacam ini tak perlu kau
herankan lagi." Tampak si Dewi seratus Racun dengan tenang dan
santainya duduk dikelilingi beratus jenis ular beracun,
Kehadiran binatang melata tersebut seakan-akan bukan
gangguan baginya. 560 Thian-hok sangjin mengikuti di belakang tandu itu
dengan wajah murung, Ular rantai emas yang melilit di
tubuhnya takjauh berbeda bagaikan seutas rantai emas
yang merantai sekujur badannya.
Mendadak Pek Khi-hong mendongakkan kepalanya
sambil menghembuskan napas panja rambut putihnya
kelihatan bergetar keras, tanpa bicara sepatah katapun ia
mengejar dari belakang. sebetulnya Han si-kong sudah menaruh kesan yang
sangat jelek terhadap Thian-hok sangjin, tapi setelah
menyaksikan peristiwa ini timbul juga perasaan simpati
dan kasihan di hati kecilnya, kepada Lim Han-kim segera
bisiknya lirih: "saudara cilik, mari kita kejar untuk melihat
kejadian selanjutnya.,,."
semua orang yang hadirdi arena tanpa sadar
menggerakkan langkah masing-masing mengejar di
belakang Pek Khi-hong dan menyusul rombongan Dewi
seratus Racun. sepanjang jalan Lim Han-kim merasa pelbagai
pertanyaan melintas di dalam benaknya, Dia tak habis
mengerti siapa gerangan orang yang dapat memaksa
Thian-hok sangjin menyerah dengan Begitu saja
membiarkan badannya dililit ular beracun dan mengikuti
si Dewi seratus Racun untuk menerima hukuman berat.
561 Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya, tak
kuasa lagi ia bergumam sendiri: "Aaaah betul, kunci dari
persoalan ini tentu terletak pada surat rahasia yang
diterimanya itu." "Apa katamu" surat rahasia?" tanya Han si-kong.
"Betul, Thian-hok sangjin bisa menyerah dengan
begitusaja, hal ini pasti ada kanannya dengan isi surat
rahasia itu" "Ehmmm, betul juga perkataanmu itu." setelah
berpikir sejenak Han si-kong manggut-manggut. "Asal
kita bisa mendapatkan surat rahasia yang disimpan
dalam saku Thian-hok sangjin, tidak sulit bagi kita untuk
memahami rahasia di balik semua peristiwa ini "
sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah
mendekati rumah gubuk di tengah jalan itu, Tampak
seorang lelaki setengah umur berbaju biru yang
memelihara jenggot kambing berdiri di depan gubuk itu
dengan wajah serius. Mukanya berkerut penuh gejolak
emosi dan hawa amarah, diawasinya wajah Dewi seratus
Racun tanpa berkedip. sebaliknya Dewi seratus Racun sendiri duduk dengan
mata terpejam, sama sekali tak memandang kearah
orang itu sekejap pun, sementara itu keempat orang
dayang-nya menggotong tandu itu lewat dari sisinya
tanpa banyak bicara pula, Ketika lewat hampir saja ularTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
562 ular beracun itu menyerempet tubuh lelaki berbaju biru
itu. Ternyata manusia berbaju biru itu memiliki
ketenangan yang luar biasa. ia sama sekali tak berusaha
menghindari, memandang pun tidak ular-ular yang
hampir menyentuh wajahnya itu. sinar matanya tertuju
seratus persen pada wajah Thian-hok sangjin yang
berjalan mengikuti di belakang tandu itu.
Bibirnya kelihatan bergetar, akan tetapi tak
kedengaran suara apa pun, cuma dua baris air matanya
saja yang tampak berderai dengan derasnya.
Thian-hok sangjin berhenti sebentar sambil menengok
orang berbaju biru itu, lalu katanya sambil tersenyum:
"Rumah gubug ini sudah membelenggu sepasang kakimu
hampir puluhan tahun lamanya. Kepergianku kali ini
entah sampai kapan baru kembali lagi, kalian pun boleh
pergi meninggalkan tempat ini."
" orang baik selalu dilindungi Thian, Kepergianku kali
ini tentu akan selamat tanpa kekurangan sesuatu apa
pun Jui Lip bersedia jadi budak selama hidup dan siap
menanti kepulangan majikan di rumah gubug ini." Thianhok
sangjin tertawa pelan. "Bodoh, tiada perjamuan di dunia ini yang tak akan
bubar. Di dunia pun tak akan ditemukan obat mustika
yang membuat orang panjang umur, Apa lagi
563 kepergianku kali ini belum tentu mati, meski mungkin
aku tak akan balik ke mari lagi, aku rasa kalian tak perlu
menunggu kepulanganku lagi."
Tiba-tiba Jui Lip menjatuhkan diri berlutut Dengan air
mata bercucuran ujarnya pedih: "selama hayat masih
dikandung badan, aku Jui Lip tak akan duduk berpangku
tangan...." sambil tertawa Thian-hok sangjin gelengkan kepalanya
berulang kali. "Kau keliru, Kepergianku kali ini bersumber pada
kerelaanku sendiri, bagaimana mungkin kau malah
mendendam orang lain" Kau pun tak usah punya ingatan
untuk menolong aku sehingga menimbulkan pertikaian
dunia persilatan yang tak berguna. Aaai... Usiaku sudah
mendekati masa senja, sekalipun harus mati juga tak
perlu disesali...." Mendadak terdengar Dewi seratus racun yang duduk
di atas tandu itu berseru dengan nada ding in: "Ayo,
cepat berangkat." Pek Khi-hong dengan mata yang melotot merah
membentak pula: "Hmmm, kau anggap ular rantai emas
itu merupakan ancaman yang berbahaya" Bagaimana
kalau mencoba ketajaman pedangku?"
564 Diiringi suara bentakan nyaring, cahaya pelangi
berwarna kehijau-hijauan membabat ke muka dengan
kecepatan luar biasa. Gerakan tubuhnya sangat cepat
bagaikan sambaran kilat, sekilas menyelinap tampak
selapis cahaya berkilauan mengurung kepala ular rantai
emas tersebut. Tiba-tiba tampak Thian-hok sangjin miring kan
tubuhnya dengan cepat menyelinap ke muka, lalu sebuah
tendangan dilontarkan menghantam perut Pek Khi-hong.
Melihat datangnya tendangan ini, buru-buru Pek Khihong
menarik kembali tubuhnya yang sedang menerjang
maju, setelah mundur lima langkah, dengan pedang
disilangkan di depan dada serunya emosi: "To-heng, kau
benar-benar rela pergi bersama siluman perempuan itu?"
seperti menjawab tapi juga bukan Thian-hok sangjin
berkata: "Dua manusia aneh dari Thian-lam memiliki ilmu
silat yang sangat hebat, Saudara Pek harus
menghadapinya dengan berhati-hati. Paling baik kalau
bisa kau jelaskan persoalan yang sebenarnya sehingga
pertikaian berdarah dapat dihindari...."
setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan
"Putri kesayanganmu cantik lagi cerdik, sayang mengidap
penyakit aneh yang parah, semoga Thian maha pengasih
dan memberi jalan bagi saudara Pek untuk mendapatkan
obat mustika secepatnya sehingga kesehatan putrimu
segera sembuh kembali..."
565 Ia mengangkat kepalanya sambil menghela napas
panjang, kemudian sambungnya lebih jauh: "saat ini
kekacauan sudah mulai melanda dunia persilatan Badai
besar segera akan menyelimuti dunia, Meskipun aku
tidak pergi kali ini, rasanya sulit juga bagiku untuk
menentramkan badai itu. Kulihat putrimu yang paling
cocok menjadi juru mudi dalam menentramkan
gelombang ini...." Dari kejauhan tiba-tiba kedengaran seseorang
berseru: "Empek. tunggu sebentar, keponakan khusus
datang untuk mengantar kepergianmu"
Ketika berpaling tampak sebuah tandu kecil berwarna
hijau yang digotong dua orang dayang sedang berlari
mendekat, Dalam waktu singkat mereka sudah sampai di
depan beberapa orang itu Tirai tandu segera tersingkap dan muncullah seorang
gadis berbaju putih yang amat lemah, Di bawah cahaya
rembulan tampak gadis itu berjalan dengan tubuh yang
sangat lemah. Warna kulitnya seputih warna bajunya,
gadis itu tampak Begitu lemah sehingga amat
mengibakan hati. Buru-buru Thian-hok sangjin berseru: "Angin gunung
sangat kencang, keponakan, buat apa kau mesti
menyiksa dirimu sendiri?"
566 "Empek seorang yang bijaksana dan berhati mulia."
kata gadis berbaju putih itu sambil bersandar di bahu
seorang dayang-nya. " Kebesaran jiwamu mengibakan
hati siapa pun- Bila keponakan masih bisa hidup tiga
tahun lagi, aku pasti akan turut menyambut kepulangan
empek...." sambil tertawa sedih Thian-hok sangjin menggeleng:
"Aaaai.... tampaknya tiada harapan lagi bagiku untuk
bisa terkubur dipondok Lian-im-lu."
"Empek tak usah kuatir, Kau tak usah merisaukan
masa depanmu, siapa sih yang tak kenal dengan dirimu?"
Thian-hok Sangjin merasakan semangatnya berkobar
kembali, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak. "Manusia hidup seabad pun bagaikan
impian, yang penting hati kita sebersih cahaya rembulan.
Keponakanku, kau harus baik-baik menjaga diri, aku
harus berangkat sekarang"
Selesai berkata, dengan langkah lebar ia mengejar
rombongan dewi seratus racun"
Memandang bayangan punggung Thian-hok sangjin
yang semakin menjauh, gejolak emosi yang menyelimuti
wajah Pek Khi-hong makin menggelora, tiba-tiba ia
bersuit nyaring dan melakukan pengejaran.
567
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayah... tunggu sebentar...." jerit gadis berbaju putih
itu cepat, Dengan tubuhnya yang Begitu lemah, untuk
bicara saja sudah membutuhkan banyak tenaga apa lagi
mesti menjerit keras sekarang, seluruh kekuatan
tubuhnya boleh dibilang habis digunakan, belum habis
ucapan itu ia sudah terbatuk-batuk.
Cepat-cepat Pek Khi-hong menghentikan langkahnya
seraya berseru: "Nak, beristirahatlah di atas tandu, Udara
malam sangat dingin, kau tak bakal tahan-.."
"Ayah, kau penuhilah keinginan empek" bisik gadis
berbaju putih itu sambil memegangi dadanya.
"Nak. tahukah kau empek Thian-hokmu akan pergi ke
mana?" "Aku tahu, dia hendak pergi ke istana panca racun di
tebing Toan-cong-tay...."
"Tahukah kau istana panca racun adalah tempat
macam apa?" "Kota neraka yang dipenuhi oleh pelbagai binatang
beracun." Pek Khi-hong menghela napas panjang.
"Nak. kau belum pernah melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan, bagaimana kau bisa mengetahui
persoalan yang amat rahasia ini?"
568 "Sewaktu bermain catur dengan empek Thian-hok.
aku berhasil memenangkan rahasianya itu..." Tiba-tiba
alis matanya berkerut tubuhnya roboh terjengkang ke
belakang... Dayang kecil berbaju hijau yang berdiri di sampingnya
buru-buru membopong gadis berbaju putih itu dan
dibaringkan ke dalam tandu, setelah itu tandu digotong
dan buru-buru balik kejalanan semula.
Kembali Pek Khi-hong menghela napas panjang, tanpa
banyak bicara lagi ia menyusul di belakang tandu itu.
sepeninggal Pek Khi-hong sekalian, Lim Han-kim baru
berpaling kearah Han si-kong sambil bertanya:
"Locianpwee, kau tahu di mana letak istana panca racun
di tebing Toan-cong-tay itu?"
Han si-kong berpikir seb entar, lalu jawabnya:
"Rasanya pernah kudengar dari penuturan orang lain,
tapi sekarang aku lupa. Aaaai.... pokoknya kejadian
malam ini benar-benar membuat aku bingung dan
pikun." "Locianpwee, lebih baik kita tak usah mencampuri
urusan orang lain, ayo berangkat"
"Yaaa, mari kita berangkat" Han si-kong mengangguk
sambil menghela napas panjang,
569 ia pun putar badan meninggalkan tempat tersebut, Di
tengah hembusan angin malam yang dingin, kini tinggal
si orang berbaju biru dan lelaki berbaju hitam saja masih
berdiri bersanding sambil memandang termangu kearah
mana Thian-hok sangjin pergi.
Angin kencang mengibarkan ujung baju mereka,
namun kedua orang itu tetap berdiri seperti patung,
Tidak terdengar helaan napas, tidak pula kelihatan
cucuran air mata, namun kepedihan yang luar biasa
membekas nyata di antara raut wajahnya yang kaku.
Beberapa kali Han si-kong menoleh memandangi
wajah kedua orang itu, lama-lama timbul juga perasaan
iba di hati kecilnya, gumamnya sambil menghela napas:
"Aaaai.... tidak kusangka mereka berdua adalah manusia
yang berperasaan dalam"
Mendadak terdengar helaan napas rendah bergema
memecahkan keheningan, disusul kemudian isak tangis
yang memedihkan hati. sewaktu Lim Han-kim berpaling, ia jumpai seorang
lelaki berpakaian ringkas sedang berjalan mendekat
sambil tiada hentinya menangis, orang ini tak lain adalah
lelaki yang bertarung melawan beberapa orang tosu kecil
tadi. Terdengar isak tangisnya makin lama makin keras,
seolah-olah dia hendak melampiaskan ke luar seluruh
kemurungan dan kekesalan hatinya.
570 Han si-kong dengan sifatnya yang suka mencampuri
urusan orang menjadi tak tahan setelah menyaksikan
kejadian ini, ia segera berteriak keras- keras:
"Hey, sobat sebagai seorang lelaki sejati kita tak boleh
sembarangan menangis, persoalan apa sih yang
membuat kau merasa Begitu sedih?"
Lelaki berpakaian ringkas itu tidak menggubris,
seakan-akan sama sekali tidak mendengar teguran itu ia
tetap melanjutkan langkahnya, Han si-kong segera
melejit ke udara dan melayang ke hadapan lelaki itu,
sambil menghadang jalan perginya kembali ia menegur:
"Hey sobat, rupanya kau congek?"
Lelaki berpakaian ringkas itu segera membesut air
matanya, lalu sambil mendongak serunya ketus: "Eeeei
tua bangka, siapa kau?"
ia berpaling dengan logat szuchuan yang sangat
kentara, nadanya pun keras dan nyaring,
sambil tersenyum Han si-kong menyahut "Melihat
tangisan anda Begitu memedihkan hati, aku bermaksud
menghibur hatimu." sebenarnya lelaki itu sudah berhenti menangis, namun
setelah mendengar ucapan Han si-kong itu tiba-tiba saja
ia menangis lagi. Han si-kong segera mengerutkan
dahinya kencang-kencang .
571 "sobat, bila kau menjumpai persoalan yang
memedihkan hatimu, utarakan saja kepada kami, siapa
tahu kami dapat membantumu untuk meringankan rasa
pedih itu...." "sebagai seorang lelaki sejati, aku tak pernah pikirkan
masalah mati hidupku, tapi teringat akan Thian-hok
sangjin, hatiku benar-benar amat pedih "
sementara itu Lim Han-kim hanya merisaukan masalah
obat mustika seribu tahun serta keselamatan ciu Huang,
Kalau bisa dia ingin secepatnya kembali ke kuil awan
hijau untuk melihat kejadian yang sesungguhnya, Melihat
Han si-kong kembali akan mencampuri urusan orang lain,
ia merasa sangat tak pUas.
Tapi setelah mendengar lelaki itu mengUngkap bahwa
kesedihannya bertautan dengan masalah Thian-hok
sangjin, timbul juga rasa ingin tahUnya, Tak tahan lagi ia
bertanya: "Kenapa kau bersedih hati untuk Thian-hok
sangjin?" Lelaki berpakaian ringkas itu menghela napas panjang,
"Demi kesejahteraan dan keselamatan umat persilatan
pada umumnya, ia rela mengantar diri ke istana panca
racun,coba kau bayangkan, bukankah tindakannya ini
sangat mengharukan" Tapi... berapa banyak umat
persilatan di dunia ini yang mengetahui latar belakang
peristiwa ini" Siapa yang tahu bahwa pengorbanan
572 Thian-hok Sangjin ini sesungguhnya merupakan tindakan
untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana?"
"ooooh.... kalau Begitu, kau tentu mengetahui latar
belakangnya?" "Tentu saja aku tahu"
"Bersediakah saudara untuk menjelaskan latar
belakang itu, sehingga mungkin kami pun bisa
membantu anda untuk menanggung sebagian kepedihan
tersebut." Lelaki berpakaian ringkas itu memperhatikan Lim Hankim
sekejap, mendadak ia membentak nyaring "Tidak
bisa Sekarang aku tak punya waktu untuk berbinCang
dengan kalian- Ayo cepat minggir"
Tangan kanannya segera diayunkan ke depan
membetot tubuh Lim Han-kim ke samping. Lim Han-kim
menarik perutnya ke belakang, tidak tampak ia menekuk
lututnya, tahu-tahu saja badannya sudah bergeser
mundur sejauh tiga depa. Han Si-kong segera maju dua langkah menghadang di
depan lelaki itu, tegurnya sambil tertawa dingin:
"Saudara, tanpa sebab kau menyerang orang lain, Kau
tidak merasa perbuatanmu itu kelewat batas?"
Mula-mula lelaki berpakaian ringkas itu tertegun,
menyusul kemudian teriakannya pula dengan marah:
573 "Kalau aku mau menyerang, mau apa kamu?" sebuah
pukulan dahsyat kembali dilontarkan
Han Si-kong memutar tangan kanannya membabat
lengan musuh, sementara mulutnya mengumpat:
"Takabur benar orang ini"
Lelaki berpakaian ringkas itu tidak banyak bicara lagi,
pukulannya dilontarkan beruntun Jurus-jurus
ancamannya membawa desingan angin tajam yang
memekik telinga, benar- benar hebat ilmu silat orang ini.
Dalam sekejap mata dua orang itu sudah bertarung
tiga-empat belas gebrakan lebih, Mendadak Han Si-kong
melepaskan satu pukulan lalu menyingkir kesamping, serunya:
"llmu pukulan saudara kuat dan dahsyat,jarang
kujumpai dalam dunia persilatan Boleh aku tahu apakah
kau adalah satu di antara tiga manusia gagah Juan tiongsam-
gi yang disebut orang si pukulan baja Ku Hui?"
Lelaki berpakaian ringkas itu tampak tertegun,, "siapa
kau" Dari mana bisa kenali aku?" serunya keheranan-
"Ha ha ha ha.... aku Han si-kong...."
"selamat bertemu, selamat bertemu Rupanya si
monyet tua...." buru-buru si pukulan baja Ku Hui
menjura. orang ini rada polos dan jujur Begitu berseru ia
barusadar kalau sebutannya rada kurang ajar, mukanya
574 jadi merah dan buru-buru kepalanya tertunduk malu.
Han si-kong kembali tertawa tergelak.
"Ha ha ha ha... dalam dunia persilatan, bukan hanya
saudara seorang yang menyebutku si monyet tua. Kau
tak usah persoalkan dalam hati, apalagi antara aku
dengan kedua saudara angkatmu masih terhitung sobatsobat
lama. Ha ha ha ha.... terus terang, di antara tiga
jago gagah juan tiong-sam-gi, tinggal saudaraku seorang
yang belum pernah kujumpai. Beruntung sekali aku
dapat bertemu denganmu malam ini."
"Akupun sering mendengar kedua saudaraku
membicarakan tentang saudara Han. setelah berjumpa
hari ini, baru kuketahui ternyata kau memang gagah dan
berjiwa terbuka." "Terima kasih. Terima kasih. saudara Ku, mari
kuperkenalkan seorang jago muda dari dunia persilatan,
Biar masih muda usia namun ilmu silatnya tidak berada
di bawah kepandaian kita." sambil berkata ia menuding
kearah Lim Han-kim. "ooooh, diakah orangnya?" sela si pukulan baja Ku
Hui. sambil tertawa hambar Lim Han-kim segera memberi
hormat: "Aku Lim Han-kim hanya bocah kemarin sore.
Harap saudara Ku bersedia memberi petunjuk."
575 Pukulan baja Ku Hui memperhatikan seluruh badan
Lim Han-kim dan atas sampai ke bawah kaki, lalu sambil
menyiapkan tangannya ia berkata: "Tidak berani Bila
saudara Han yang perkenalkan, aku percaya saudara Lim
pasti memiliki ilmu silat yang sangat tinggi."
Lim Han-kim tersenyum, dia segera mengalihkan
pandangannya kekejauhan, memandang rembulan yang
bersinar terang, ia segan banyak debat dengan orang
lain. Di antara tiga orang gagah Juan-tlong sam-gi, si
pukulan baja Ku Hui menduduki urutan paling akhir
namun wataknyapun paling jelek, la merasa sangat tak
puas telah mendengar Han si-koag memuji seorang
pemuda lemah yang tak ternama di hadapannya, apalagi
sesudah menyaksikan sikap Lim Han-kim yang hambar
dan acuh tak acuh, rasa mendongkol dan gusarnya
semakin menjadi-jadi. sambil tertawa dingin ia segera
berseru: "Bila aku dapat mempoleh kesempatan untuk
mencoba beberapa jurus pukulan saudara Lim, hatiku
tentu akan merasa puas."
Lim Han-kim memandang orang itu sekejap lalu
menggeleng, "Tak perlu dijajal. Aku percaya
kepandaianku masih belum menandingi kehebatan
anda." 576 Han si-kong tahu, ilmu silat yang dimiliki Lim Han-kim
sangat hebat dan luar biasa. Dia sadar orang berangasan
macam Ku Hui sudah pasti bukan tandingannya, tapi
setelah melihat sikap lelaki itu yang terus menerus
memojokkan lawan, mendongkol juga si orang tua ini.
Dengan suara keras ia segera berkata: "Tiga orang
gagah dari Juan-tiong masing-masing memiliki ilmu silat
yang sangat tangguh, si Lotoa termasyhur karena
permainan golok sakti delapan penjurunya, si leji
termashur karena pukulan pasir merahnya, sedang
saudara Ku ini terkenal karena sepasang kepalan
bajanya." Belum habis ucapan itu, Ku Hui telah memotong
sambil melirik Lim Han-kim sekejap: "Bila saudara Lim
bersedia melayani pertarunganku, aku pun bersedia
melayaninya dengan ilmu telapak, bukan ilmu kepalan"
Han si-kong memandang Lim Han-kim tajam-tajam,
lalu katanya dengan suara dalam: "Umat persilatan
memandang nama sebagai hal yang amat penting, oleh
sebab itu banyak sekali jago persilatan yang rela
mempertaruhkan jiwanya untuk mencari nama besar.
Juan-tiong-sam-gi terhitung jagoan ternama dalam
dunia persilatan dewasa ini. Bila saudara Lim bersedia
menghadapi saudara Ku ini bermain bbeerapa jurus,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka namamu segera akan ternama di wilayah
sepanjang Juan-tiong."
577 Maksud perkataan itu jelas sekali, ia memberi kepada
Lim Han-kim agar tidak usah mengalah lagi terhadap
manusia berangasan itu. Pelan-pelan Lim Han-kim mengalihkan sinar matanya
ke wajah Ku Hui, setelah memandangnya berapa saat, ia
berkata: "Berulang kali saudara Ku mendesak aku untuk
melayani permainan anda. Bila aku menampik terus, kau
tentu akan menganggap aku kurang sopan, Baiklah, aku
bersedia melayani permintaanmu itu, cuma sebelum
pertarungan dilangsungkan lebih baik kita sedikit
bertaruh agar permainan ini lebih semarak dan menarik"
Dengan mengandalkan sepasang kepalan bajanya Ku
Hui sudah mengalahkan banyak sekali jago tangguh,
selama puluhan tahun terakhir boleh dibilang ia jarang
menemui musuh tandingan Mendengar tantangan itu
segera katanya: "Aku lebih tua berapa tahun dari
usiamu, lebih baik saudara Lim saja yang mengambil
keputusan entah taruhan apa yang kau kehendaki?"
"Bila aku sampai kalah di tangan saudara Ku, aku rela
memotong tanganku dan selama hidup tak akan
bertarung lagi melawan orang lain^..."
Ku Hui tidak menyangka kalau Lim Han-kim bakal
menggunakan sepasang tangannya sebagai bahan
taruhan- langsung saja ia tertegun "Kau tidak merasa
taruhan itu kelewat berat?" serunya,
578 Biarpun orang ini sedikit emosi dan berangasan namun
bukan terhitung manusia berhati bengis dan keji, dia
hanya merasa sikap Lim Han-kim kelewat angkuh dan
takabur sehingga dia ingin menghajar pemuda itu dan
bergaya di hadapan Han Si-kong. Lim Han-kim tertawa
hambar, terusnya: "sebaliknya bila saudara Ku yang kurang beruntung
sehingga kalah di tanganku, aku harap saudara Ku
bersedia membeberkan latar belakang kepergian Thian
hok Sangji istana panca racun entah bagaimana menurut
pendapatmu?" Waktu itu si kepalan baja Ku Hui yakln kemenangan
pasti berada di pihaknya, maka ujarnya sambil tertawa:
"Saudara Lim, kau tidak merasa dirugikan dengan
taruhan macam ini?" "Kalau anda mengabulkan mari kita segera mencoba"
"Lebih baik saudara Lim menyerang dulu"
Lim Han-kim tidak mengalah lagi. Tangan kanannya
segera dilepaskan ke muka melancarkan satu pukulan.
Si kepalan baja Ku Hui tidak berkelit maupun
menghindar, dia ayunkan pula telapak tangannya
menyambut serangan lawan dengan keras lawan keras.
Lim Han- kim segera menekuk pergelangan tangan
kanannya ke bawah. Gerak serangannya tiba-tiba
579 berubah, dari pukulan kini berubah jadi cengkeraman
Sambil memotong dari sisi lengan musuh dia cengkeram
urat nadi pada pergelangan tangan Ku Hui.
Perubahan jurus dilakukan begitu cepatnya membuat
Ku Hui sangat terperanjat Buru-buru tangan kirinya
melepaskan satu babatan kilat, bersamaan waktunya
pergelangan tangan kanannya ditekuk ke bawah untuk
menghindar, Dengan susah payah akhirnya ia berhasil
iuga meloloskan diri dari ancaman maut tersebut.
Lim Han-kim tersenyum Tanpa menarik balik
pergelangan tangan kanannya yang sudah terlanjur
menyodok ke muka, ia melepaskan satu sentilan maut
menghajar urat nadi di pergelangan tangan kiri Ku Hui.
satu gerakan belum habis digunakan, tiga jurus
ancaman telah dilepaskan perubahan dan ancaman itu
betul- betul luar biasa, Dengan perasaan terkesiap Ku
Hui melompat mundur sejauh tiga depa untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut.
sadarlah dia, pemuda ini betul- betul musuh tangguh
yang belum pernah ia jumpai sepanjang hidupnya, ia tak
berani gegabah lagi, sambil memutar lengan kanannya,
dengan jurus "Menggeser Bukit Membalik samudra" ia
lepaskan satu babatan maut ke depan ia tersohor
sebagai kepalan baja, otomatis kesempurnaan ilmu
kepalannya luar biasa. Apalagi serangan itu dilepaskan
dalam keadaan marah, kehebatannya makin menggila,
580 Belum sampai ujung kepalannya mengenai sasaran,
desingan angin pukulan yang sangat kuat telah
menumbuk tiba. Diam-diam Lim Han-kim memuji kehebatan lawannya,
pikirnya: "Nama besar si kepalan baja ternyata bukan
nama kosong belaka, Cukup dilihat dari serangannya ini
bisa diketahui tenaga pukulannya betul- betul sangat
hebat...." Cepat-cepat dia mengegos ke samping untuk
menghindarkan diri dari gempuran dahsyat itu. Melihat
Lim Han-kim tak berani menyambut serangannya dengan
kekerasan lagi, si kepalan baja Ku Hui salah menduga
lawannya telah dibuat pecah nyali oleh kehebatan
pukulannya, maka secara beruntUn ia lepaskan
serangkaian serangan berantai Pukulan yang satu lebih
hebat dari pukulan sebelumnya.
dalam waktu singkat seluruh udara diselimuti desingan
angin pukulan yang menderu-deru dan bayangan
pukulan yang ber- lapis- lapis, Dengan mengandaikan
ilmu gerakan tubuhnya yang enteng dan lincah Lim Hankim
berkelit terus dari serangan-serangan musuh, di
samping itu dia andaikan ilmu memotong urat untuk
membendung gerak serangan lawan.
Tujuh gebrakan kemudian si kepalan baja Ku Hui
sudah dibuat kalang kabut oleh serangan Lim Han-kim.
otomatis ilmu kepalannya yang maha dahsyatpun tak
581 mampu dikembangkan lebih jauh, ia merasa setiap kali
serangannya hendak dilontarkan ujung jari musuh selalu
sudah mengancam datang lebih dulu, memaksa dia
untuk mau tak mau merubah gerak serangannya.
Kembali berapa gebrakan berlalu dengan susah payah,
kinipermainan kepalannya betul-betul sudah terbendung
mati oleh ancaman Lim Han-kim sehingga praktis ia tak
sanggup melepaskan ancaman maupun serangan
balasan lagi. dalam keadaan seperti ini, seandainya Lim Han-kim
berniat mencelakai jiwanya, mungkin sedari tadi ia sudah
terluka oleh ilmu pemotong urat anak muda tersebut.
Bila berhadapan dengan orang lain, setelah terperosok
dalam situasi begini, semestinya ia segera hentikan
serangan dan mengaku kalah, Namun Kui-Hui yang ingin
menang tak mau menyerah dengan begitu saja,
sekalipun permainan kepalannya praktis terkunci mati
oleh ancaman Lim Han-kim. ia segan mengaku kalah.
Dengan susah payah ia bertarung terus habis-habisan.
sepasang alis mata Lim Han-kim mulai berkerut,
pikirnya: "Goblok amat orang ini, tampaknya kalau tidak
diberi sedikit pelajaran, mungkin dia tak akan menyudahi
pertarungan ini secara baik-baik...."
Berpikir begitu, permainannya segera berubah, sambil
memutar tangan kanannya sebuah sentilan maut
582 dilepaskan. Untung saja Lim Han-kim tidak berniat
mencelakai jiwanya, sehingga dalam sentilan tersebut ia
tidak menggunakan tenaga sepenuhnya.
BAB 18. Menguak Rahasia Di Tepi Hutan.
Biarpun sudah cukup bagi si kepalan baja Ku Hui
untuk menderita kerugian besar, ia merasa urat nadi
pada lengan kanannya terhantam keras-keras, separuh
badannya seketika menjadi kaku, seluruh lengan kanan
itupun tak mau menurutiperintahnya lagi dan terkulai
lemas. Berhasil dengan pukulannya, Lim Han-kim segera
melompat mundur sejauh empat lima depa dari posisi
semula, Han si-kong kuatir si kepalan baja Ku Hui tak
sanggup menahan rasa mendongkol ini karena
kekalahannya hingga nekad beradu jiwa, buru-buru ia
maju menyongsong dan berseru sambil tertawa
terbahak: "Ha ha ha ha... kemampuan kalian berdua benarbenar
berimbang. saudara Ku memiliki ilmu ki-na-jiu-hoat
yang hebat..." sementara itu si kepalan baja Ku Hui berdiri termangu
sambil mengawasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
Diam-diam ia salurkan hawa murninya untuk memperTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
583 lancar peredaran darahnya, sampai lama sekali ia baru
bisa menggerakkan lengan kanannya itu.
Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali
ujarnya: "llmu silatnya jauh lebih hebat daripada
kepandaianku Aaai....padahal aku harus mengaku kalah
sejak tadi." Lim Han-kim sendiri hanya berdiri serius
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
si Kepalan baja Ku Hui berpaling memandang Han sikong
sekejap. kemudian ujarnya lagi: "saudara Han tidak
usah mungkir lagi, Tepat sekali ucapanmu, ilmu silat
yang dimiliki saudara Lim memang sangat hebat dan
jauh di atas kemampuanku "
Tiba-tiba ia merangkap tangannya di depan dada dan
memberi hormat kepada Lim Han-kim. walaupun orang
ini rada bodoh namun ia termasuk polos dan terus
terang, Kalau sebelum bertarung tadi sikapnya angkuh
dan jumawa, maka setelah menderita kekalahan ia
mengakui kekalahannya secara jantan, Nyata sekali apa
yang dipikir dan apa yang dijalankan memang satu arah.
"Tidak berani," sahut Lim Han-kim sambil membalas
hormat "Aku hanya bernasib lebih baik sehingga
beruntung bisa menangkan satu jurus darimu,
Kemenangan macam ini tidak terhitung apa-apa...."
"saudara Lim tidak usah merendah, Ke-kalahan kali ini
benar-benar kekalahan yang ikhlas."
584 Lim Han-kim tersenyum, "Ilmu kepalan saudara Ku
benar-benar kuat dan dahsyat, aku merasa kagum
sekali." "Terima kasih, terima kasih. ilmu silat saudara Lim
betul- betul luar biasa, kau adalah jago lihai pertama
yang pernah kujumpai selama ini."
"Kalian berdua tak usah saling merendah lagi," sela
Han si-kong kemudian sambil tertawa, "Pepatah kuno
bilang, kalau tidak bertempur maka tak akan saling
mengenal Mari kita cari tempat untuk minum beb erapa
cawan, biar aku yang mentraktir untuk merayakan
perkenalan kalian berdua."
"Di tengah hutan belantara yang begini sepi, ke mana
kita akan mencari rumah makan?" tanya Lim Han-kim.
Ku Hui segera tertawa. "Selama hidup aku hanya mempunyai satu
kesenangan yaitu arak wangi, ke manapun pergi aku
selalu membawa persediaan satu guci. Hanya sayang kita
tak punya hidangan sebagai teman minum arak."
"Di tengah gunung, paling cocok kalau kita berburu
beberapa ekor binatang liar." usul Han si-kong.
"Kemudian kita bikin api unggun dan memang gang hasil
buruan itu sambil minum arak. Wooow... Pasti nikmat
dan menyenangkan" 585 "Ehm, betul Usul ini memang bagus sekali," seru Ku
Hui. ia celingukan sekejap di sekitar situ, kemudian
meneruskan "Di sebelah sana terdapat hutan belantara
yang cukup luas, mungkin kita bisa peroleh beberapa
ekor buruan di situ."
Ha bis berkata ia berangkat lebih dulu menuju ke
hutan tersebut setelah tiba di tengah hutan, Ku Hui
segera berbungkuk mengambil sebutir batu kemudian
disambitkan ke dalam pepohonan
Diiringi suara desingan tajam, batu itu melesat
menembusi hutan mengejutkan kawanan burung yang
segera beterbangan. Menggunakan kesempatan itulah
Han si-kong mengayunkan tangannya berulang kali,
selapis batu kerikil segera berhamburan ke udara disusul
dengan rontoknya beberapa ekor burung.
Ku Hui segera memburu ke dalam hutan dan muncul
kembali sambil menenteng tiga ekor ayam hutan,
serunya kemudian sambil tertawa: "Ilmu sambitan dari
saudara Han betul- betul luar biasa, biarpun dilepaskan
dalam kegelapan ternyata bisa mengenai sasaran dengan
tepat. Tiga ekor ayam hutan ini cukup buat kita bertiga
isi perut." "sangat memalukan padahal aku telah melepaskan
enam biji batu gunung tapi nyatanya cuma tiga ekor
burung yang berhasil kujatuhkan, Kalau kejadian ini
586 sampai tersiar ke luar, tentu kawan-kawan umat
persilatan akan mentertawakan aku."
"Padahal kemampuanmu itu sudah luar biasa,..." kata
Ku Hui. Mereka bertiga pun masuk ke dalam hutan untuk
mengumpulkan ranting- ranting kering, setelah itu
mereka cari tempat di luar hutan dekat sebuah batu
besar untuk duduk, memasang api unggun dan mulai
bekerja membersihkan ketiga ekor ayam hutan itu.
Kemudian Han si-kong membungkus ketiga ekor ayam
hutan itu dengan lumpur dan dimasUkkan ke dalam api
unggun untuk dibakar, sementara Ku Hui mengeluarkan
sebuah kantung kulit dari sakunya dan berkata sambil
tertawa:
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di dalam kantung kulit ini masih tersimpan arak
wangi seberat tiga kati, walaupun tidak terlalu banyak
jumlahnya, tapi merupakan arak pilihan berusia di atas
seratus tahun yang cukup bagi kita bertiga untuk minum
sampai mabuk....." sambil berkata ia membuka penutup kantung kulit itu.
segulung bau arak yang sangat tebal segera menyelimuti
seluruh angkasa dan menusuk penciuman setiap orang.
587 sambil menelan air liurnya berulang kali, Han si-kong
mengomel: "Waaah.... arak wangi, arak wangi... cukup
dari baunya saja sudah membuat air liurku bercucuran..."
si kepalan baja Ku Hui segera menyodorkan kartung
kulit itu sambil ujarnya: "Di tengah hutan begini tak ada
cawan, Lebih baik kita minum langsung dari kantung,
saudara Han, silahkan minum seteguk dulu untuk
mencicipi bagaimana rasanya arak ini."
Han si-kong tidak menampik lagi, ia sambut kantung
kulit itu dan meminumnya satu tegukan, kemudian
pujinya berulang kali: "Bagus sungguh bagus Benarbenar
arak bagus." "saudara Lim." kata Ku Hui kemudian sambil berpaling
ke wajah Lim Han-kim. "Bagaimana kalau ikut minum
satu te-gukan?" "Aku jarang sekali minum arak. tampaknya tak
mungkin bisa mengimbangi kalian berdua."
si kepalan baja Ku Hui tertawa terbahak-bahak.
diambilnya kantung kulit itu dan sekaligus meneguk tiga
tegukan besar. setelah arak masuk perut, gelak tertawa
mereka terdengar makin nyaring, begitu kerasnya suara
tersebut hingga bergema di seluruh bukit.
Tiba-tiba saja Lim Han-kim menangkap di balik suara
tertawa itu terselip nada yang aneh, ketika ia berpaling
588 tampaklah Ku Hui sudah menangis tersedu-sedu, entah
sejak kapan suara tertawanya ternyata sudah berubah
menjadi isak tangis, Tampak air matanya bercucuran
amat deras, ia menangis dengan amat sedihnya.
Diam-diam Lim Han-kim merasa terkesiap, tanpa
terasa pikirnya: "jangan-jangan orang ini memiliki
penyakit aneh.... Kalau tidak. kenapa sebentar menangis
sebentar tertawa" Apa maksudnya...."
Berbeda dengan Han si-kong yang sudah lama
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan sehingga
pengetahuan dan pengalamannya sangat luas. begitu
melihat mimik muka Ku Hui, ia segera tahu kalau dalam
hati kecilnya orang itu sedang, dipenuhi perasaan kesal
yang meluap-luap. hingga setelah meneguk beberapa
tegukan arak tadi, ia tak bisa menahan diri lagi dan
melampiaskan ke luar seluruh gejolak emosinya
Karenanya ia mendeham dulu beberapa kali membuat si
kepalan baja Ku Hui agak sadar "dulu dari pikirannya
yang kabur," setelah itu ujarnya dengan suara keras:
"Saudara Ku, sebenarnya persoalan menyedihkan apa
yang mencekam perasaanmu hingga kau tak bisa
mengendalikan diri" Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku?" si kepalan baja Ku Hui berhenti menangis, sahutnya
sambil menyeka air mata dari wajahnya: "Aku bukan
sedih karena masalah pribadiku."
589 "Lantas saudara Ku bersedih hati untuk siapa?" tanya
Han si-kong keheranan. "Aku menangis untuk Thian-hok sangjin."
Mendengar persoalan telah kembali ke rel yang
sebenarnya, Lim Han-kim merasa semangatnya berkobar
kembali, cepat dia menyambung: "Di mana sih letak
kelebihan Thian-hok sangjin sehingga pantas bagi
saudara Ku untuk menangisi baginya?"
"Kami tiga orang gagah Juan-tiong-sam-gi sudah
puluhan tahun lamanya malang melintang dalam dunia
persilatan, sepanjang hidup kami hanya dua orang yang
kami kagumi...." "Dua orang yang mana?"
"Yang satu adalah Thian-hok sangjin, sedang yang lain
adalah si Hakim berwajah besi Ciu Huang pendekar Ciu.
walaupun Ciu tayhiap adalah seorang tokoh yang sangat
dihormati setiap orang, akan tetapi Thian-hok Sangjin
pernah menyelamatkan jiwa kami bertiga. oleh sebab itu
dalam hubungan persahabatan hubungan kami dengan
Thian-hok sangjin terhitung lebih akrab, Kini kami
saksikan dia pergi mengikuti siluman perempuan tersebut
menuju istana racun, tapi tak berdaya menyelamatkan
jiwanya, bagaimana mungkin kami dapat mengendalikan
rasa sedih dan kesal dalam hati kami?"
590 "Thian-hok sangjin sendiri yang rela mengikuti
perempuan tersebut menuju ke istana racun, aku
percaya ia tentu mempunyai perhitungan sendiri yang
matang." Cepat-cepat Ku Hui menggeleng.
"Biar pun aku tak pernah berkunjung ke istana racun,
namun sudah sering mendengar lotoa kami
membincangkan masalah tersebut, Konon tempat itu
adalah sebuah tempat yang amat gersang dan
berbahaya, bukan saja tidak tampak aneka tumbuhan
bahkan dipenuhi pelbagai jenis binatang beracun seperti
kelabang, kalajengking, ular beracun, tawon beracun dan
lain sebagainya. Pokoknya hampir semua binatang beracun terdapat di
sana, atau dengan perkataan lain, istana beracun itu
dikelilingi oleh beribu-ribu jenis makhluk beracun itu.
Aaaai-... jangan sebut dulu penghuni istana itu, cukup
dilihat istananya saja sudah membuat hati orang
bergidik" "Benarkah di kolong langit terdapat tempat semacam
ini?" seru Lim Han-kim setengah tak percaya.
"Benar-benar terjadi Malahan lotoa kami
berkesempatan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, jadi tak mungkin salah."
"Di kolong langit yang maha luas, segala keanehan
mungkin teejadi, kita tak boleh tak percaya kalau benarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
591 benar ada tempat semacam itu," kata Han Si-kong
menimpali Berkilat sepasang mata Lim Han-kim. Setelah
memandang Ku Hui sekejap, katanya lagi: "Thian-hok
Sangjin rela mengantar diri ke istana racun. Di balik
tindakannya itu tentu terselip sebab-sebab tertentu. Aku
percaya saudara Ku pasti mengetahuinya bukan"
Bersediakah kau memberitahukan kepada kami berdua?"
Si kepalan baja Ku Hui agak tertegun, "Kalau soal ini...
aku sendiri pun kurang jelas...."
setelah berhentik sejenak, kembali terusnya: "Tapi ada
satu hal yang kuketahui secara pasti, yakni kemauan
Thian-hok sangjin berangkat ke istana racun bukan
disebabkan masalah dendam pribadi, sebaliknya ia justru
berkorban demi keselamatan umat persilatan di seluruh
kolong langit, Coba bayangkan ada berapa orangkah di
dunia ini yang berjiwa sebesar dia?"
Berkerut sepasang alis mata Lim Han-kim, serunya:
"saudara Ku, kalau toh kau tidak mengetahui duduk
persoalan yang sebenarnya, dari mana kau bisa
mengatakan bahwa kepergian Thian-hok sangjin ke
istana racun kali ini adalah demi keselamatan jiwa umat
persilatan di seluruh kolong langit?"
sementara itu ketiga ekor ayam hutan yang dibakar
sudah matang, bau harum mulai tersiar menyengat
592 penciuman Han si-kong segera mendongkel ke luar
ayam-ayam itu dari balik api, melepaskan lumpur yang
membungkus di luarnya, membersihkan bulunya dan
merobek robek ayam itu menjadi berapa bagian, bau
harum makin menusuk hidung.
Kakek itu mengambil dua potong ayam dan dibagikan
kepada Ku Hui serta Lim Han-kim, setelah itu diambilnya
lagi sepotong dan langsung digigit, ujarnya kemudian
sambil tertawa: "Ehmmm.... harum nian ayam ini, ayoh
makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"
Waktu itu sesungguhnya Ku Hui sedang terpojok dan
tak mampu menjawab pertanyaan Lim Han-kim,
Tindakan Han si-kong dengan menyodorkan potongan
ayam hutan itu tak lain adalah menyelamatkan dia dari
malu, dan tanpa sungkan disikatnya daging ayam itu
sambil katanya kepada Lim Han-kim: "Lote, mari kita
makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"
Melihat dua orang rekannya makan dengan penuh
kenikmatan, timbul juga rasa lapar Lim Han-kim, maka
tanpa banyak bicara lagi dia pun ikut menyikat daging
ayam itu. Begitulah, sambil menikmati daging ayam dan
meneguk arak wangi ketiga orang itu melewatkan malam
yang dingin dengan penuh kegembiraan sepanjang
menikmati hidangannya Ku Hui putar otak tiada habisnya
593 berusaha mencarikan jawaban yang tepat untuk
menghadapi pertanyaan Lim Han-kim tadi.
sebaliknya Lim Han-kim dengan pandangannya yang
tajam mengawasi terus gerak-gerik Ku Hui, membuat
lelaki ini menjadi semakin gelisah dan tak tenang. Pada
dasarnya ia memang agak bodoh sehingga dalam
cemasnya ia semakin tak peroleh jawaban yang lebih
tepat untuk menghadapi pertanyaan orang, sampai habis
seekor ayam, jawaban belum juga ditemukan
Han si-kong yang berpengalaman segera dapat
merasakan kegelisahan rekannya itu dari perubahan
mimik wajahnya, maka dia pun bertanya: "Apakah
saudara Ku sedang menjalankan perintah saudaramu?"
Pertanyaan ini segera menggerakkan otak Ku Hui,
buru-buru sahutnya: "Yaaa, benar, Aku memang sedang
melaksanakan perintah toako..."
Ia berbatuk-batuk sebentar lalu meneguk arak
wanginya, setelah itu melanjutkan. "Aku mendapat
perintah datang ke sini untuk mengawasi gerak-gerik
Thian-hok sangjin, sebentar lagi aku harus pulang untuk
memberi laporan...."
"Kalau begitu saudara Ku benar-benar tidak
mengetahui latar belakang di balik persoalan ini?" tanya
Lim Han-kim. 594 Si kepalan baja Ku Hui menggaruk-garuk kepalanya
yang tak gatal, sahutnya cepat: "sekalipun aku tidak
mengetahui latar belakang di balik persitiwa ini, namun
tak salah lagi jika kukatakan kepergian Thian-hok sangjin
kali ini ke istana racun adalah demi keselamatan umat
persilatan. Bila saudara Lim ingin mengetahui kejadian
yang sebenarnya, lebih baik kau ikut aku bertemu
dengan toako" "jadi mesti berangkat ke Juan-tiong?"
"Tidak usah, Kau tak perlu ke Juan-tiong, sebab ketika
berangkat ke mari aku telah berjanji dengan kedua
saudara angkatku untuk bersua di rumah makan Ki-englo
di kota si- ciu." Rupanya orang kedua dan ketiga dari orang gagah
Juan-tiong adalah orang-orang yang polos dan agak
bodoh, Mereka berangasan dan gampang naik emosi,
hanya lotoa mereka seorang yang cerdik, banyak akal
dan sempurna dalam ilmu sastra maupun ilmu silat.
"saudara Ku, masih berapa lama lagi hari pertemuan
kalian?" tanya Han si-kong kemudian.
"Tidak terlalu lama,.. tidak terlalu lama," jawab Ku Hui
setelah berpikir sebentar. "selewatnya malam ini paling
banter tinggal tiga hari."
595 "Kerelaan Thian-hok sangjin mengikuti perempuan itu
menuju ke istana racun benar-benar merupakan kejadian
yang di luar dugaan, Aku percaya sekalipun tindakannya
itu bukan demi menyelamatkan jiwa umat pesilatan di
kolong langit, sudah pasti disebabkan alasan-alasan yang
mengejutkan hati...."
Dia angkat kepalanya memandang rembulan di
angkasa, lalu setelah menghela napas panjang terusnya:
"Perempuan yang duduk di atas tandu itu meski pandai
menggunakan benda beracun, namun mengandalkan
ilmu silat yang dimiliki Thian-hok sangjin serta
kemampuan si kakek dari marga Pek itu sesungguhnya
sudah cukup untuk menandingi kemampuan Dewi
seratus- racun, bahkan mempunyai kesempatan
memenangkan pertarungan itu.
Tapi nyatanya ia rela menyerah dengan begitu saja
dan berangkat ke istana racun secara ikhlas, Di balik
semua kejadian ini tentu terdapat rahasia yang sukar
diutarakan, suatu masalah yang maha penting yang telah
memaksa Thian-hok sangjin menyerahkan diri secara
sukarela." Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengatakan sesuatu, tapi niat tersebut diurungkan
kemud ian, Dia mendongakkan kepalanya memandang
rembulan di angkasa dan menghembuskan napas
panjang. 596 si kepalan baja Ku Hui melirik Lim Han-kim sekejap.
kemudian ujarnya pula: "saudara Lim tak usah cemas.
Asal kita berangkat ke si-ciu dan menjumpai toakoku,
maka latar belakang peristiwa ini pasti akan segera kau
ketahui, Bukan aku sengaja menyombongkan diri, kecuali
saudara angkatku itu, mungkin di kolong langit sudah
tiada orang kedua yang mengetahui latar belakang
peristiwa itu." Lim Han-kim tersenyum.
"Gara-gara Thian-hok sangjin menyerahkan diri masuk
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke istana racun, saudara Ku telah menangis dengan
begitu sedihnya, Aku pikir hubUngannya dengan kalian
tiga orang gagah dari juan-tiong tentu akrab sekali,
saudara Ku, walaupun kau tidak mengetahui latar
belakang kerelaannya menuju ke istana racun, tentu kau
sangat mengetahui watak serta tabiat Thian-hok sangjin
pada masa hidupnya. Bersediakah kau memberi
penjelasan?" "Thian-hok sangjin pernah menyelamatkan jiwa kami
tiga orang gagah dariJuan-tiong. Andaikata ia tidak
tampilkan diri untuk menolong, mungkin dalam dunia
persilatan saat ini sudah tiada nama Juan-tiong-sam-gi
lagi...." Tampaknya ia harus bersusah payah untuk
mengungkapkan beberapa patah kata itu. Selesai bicara
ia terbatuk-batuk berapa saat, akhirnya setelah meneguk
beberapa tegukan arak, baru ia meneruskan: "saudara
597 Lim, terus terang saja kukatakan, terhadap akal muslihat
segala macam aku benar-benar tidak mengerti bahkan
memahaminya, sehingga gara-gara ini beberapa orang
sahabat karibku dalam dunia persilatan memanggilku
sebagai si kepalan baja berhati batu. Berbeda sekali
dengan lotoaku itu, dia berpengalaman pintar, banyak
akal dan tahu membaca keadaan, sehingga selama ini
semua tindak-tanduk kami selalu diatur oleh lotoa kami
itu." Walaupun Lim Han-kim baru terjun ke dalam dunia
persilatan, namun rasa ingin tahunya telah terpancing
oleh pelbagai kejadian aneh dalam dunia persilatan ini.
setelah menghela napas panjang katanya: "Aaai....
seandainya aku tak ingin buru-buru kembali ke kota Kimleng,
aku betul- betul ingin mengikuti jejak Thian-hok
sangjin dengan mengunjungi istana racun di tempat
gersang itu" Berbicara sampai di sini, dia pun bangkit
berdiri "Bagaimana" saudara Lim hendak pergi?" tegur Ku
Hui. "Yaa, aku masih ada urusan penting yang mesti
segera diselesaikan sekarang juga aku hendak pulang ke
kota Kim-leng" Ku Hui segera menjura. 598 "Bila saudara Lim tidak keberatan, bila kebetulan lewat
diJuan-tiong, jangan lupa mampir ke rumahku."
"Terima kasih juga untuk arak wangimu malam ini."
sahut Lim Han-kim sambil balas memberi hormat.
selesai bicara ia balik badan dan berlalu dengan
langkah lebar, Buru-buru Han si-kong memberi hormat
pula kepada Ku Hui seraya berkata: "Sekarang Thian-hok
sangjin telah berangkat ke istana racun, aku rasa
saudara Ku juga tak perlu berdiam lebih lama lagi di sini,
Lebih baik cepat-cepat temui kakakmu agar rencana
pertolongan segera disusun, Aku percaya kakakmu yang
cerdik pasti punya rencana yang jitu. Aduh, aku pun
hendak mohon diri juga."
"Kalian berdua baik-baiklah menjaga diri dijalan, Aku
tidak mengantar lebih jauh."
sambil tertawa Han si-kong mengulapkan tangannya
lalu segera melakukan perjalanan, Dalam sekejap mata ia
sudah berada puluhan kaki jauhnya menyusul di sisi Lim
Han-kim. "Lote." bisiknya kemudian. " Hendak ke mana kita?"
Lim Han-kim menghela napas panjang,
"Aaai... meskipun persoalannya sudah agak terlambat,
namun aku tak bisa tidak mesti mengerahkan segenap
599 tenaga dan pikiran yang kumiliki untuk menemukan
kembali obat jinsom berusia seribu tahun itu."
"Bagus sekali, Aku juga hendak balik kepesanggrahan
Tho-hoa-kit untuk membuat perhitungan dengan Lik-ling
si budak busuk itu."
Lim Han-kim tertawa sedih.
"Kepergian kita kali ini meski bisa temukan Lik-ling dan
merampas balik obat jinsom berusia seribu tahun itu,
mungkin tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa
Ciu tayhiap, Aaaai,., sebelum meninggalkan rumah, ibuku
sudah wanti-wanti berulang kali, ia bilang obat jinsom itu
punya pengaruh yang sangat besar dengan keselamatan
seseorang, tak nyana aku telah menghilangkannya
sehingga mengakibatkan jiwa Ciu tayhiap terancam,
Aaaai, entah bagaimana aku mesti memberi laporan
kepada ibuku nanti."
"Lote, kau tak usah kelewat menyesali diri sendiri,"
bujuk Han si-kong sambil menghela napas pula, "Perlu
diketahui, seorang jago yang melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, mati hidup sukar di-duga,
sebaliknya Ciu tayhiap sudah puluhan tahun lamanya
tersohor dalam dunia persilatan, setiap umat persilatan
yang menyinggung tentang dia, ada yang
menghormatinya seperti dewa tapi ada juga yang
bencinya sampai merasuk tulang.
600 Ada sementara orang yang menguatirkan
keselamatanjiwanya dan selalu mohon kepada Thian
agar melindungi jiwanya, tapi tidak sedikit yang
mengutuk dan menyumpahi-nya. Bila seseorang telah
berada dalam situasi macam begini, mati atau hidup
memang sama-sama susahnya...."
setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia seperti teringat
dengan suatu persoalan yang sangat penting, kembali
lanjutnya: "Lote, maaf jika aku banyak bertanya. Apa sih
hubunganmu dengan Ciu tayhiap itu sehingga kau
bersedia mempertaruhkan jiwa untuk menghantarkan
obat mustika itu untuknya?"
Lim Han-kim menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku sendiri pun kurang jelas," sahut-nya. "Yang
kuketahui hanyalah melaksanakan perintah dari ibuku."
"ooooh... rupanya begitu" Han Si-kong manggutmanggut,
dia pun mengalihkan pokok pembicaraan ke
soal lain, "Kalau begitu kepergian lote kali ini merupakan
perjalanan perdanamu mengarungi dunia persilatan?"
"Tepat sekali, Aaaai... seandainya aku memiliki sedikit
saja pengalaman dalam dunia persilatan, tak nanti aku
sampai dipecundangi Han-gwat si budak kecil itu
sehingga obat mustikaku tercuri."
601 "Setahuku, obat mustika yang ada di dunia saat ini tak
satu pun yang bisa menangkan obat Jinsom seribu tahun
hasil racikan si dewa Jinsom Phang Thian-hua, boleh aku
tahu apakah jinsom seribu tahunmu itu merupakan hasil
racikan dari Phang Thian-hua?"
"Walaupun aku kurang begitu mengerti tentang
keadaan yang sesungguhnya, namun berdasarkan
analisaku, pil jinsom berusia seribu tahun itu memang
benar-benar hasil racikan dari Phang Thian-hua.
Semisalnya obat itu bisa diperoleh secara gampang, tak
nanti ibuku akan berpesan berulang kali serta
mengirimku sendiri untuk menempuh perjalanan jauh . "
Han Si-kong angkat kepalanya memandang rembulan
dan bintang yang bertaburan di angkasa, setelah itu
bisiknya: "Sementara menempuh perjalanan, baiklah aku
beritahu sedikit tentang pengetahuan dunia persilatan
kepadamu, agar di kemudian hari bila bertemu dengan
jago tangguh, kau sudah mempunyai persiapan yang
matang" "Terima kasih atas kesediaanmu, Aku siap
mendengarkan." Han si-kong mendehem beberapa kali untuk
memperlancar tenggorokannya, setelah itu baru ujarnya:
602 "Dalam dunia persilatan saat ini, terlepas dari
kesembilan partai besar, orang yang memiliki kedudukan
dan nama paling tinggi adalah Ciu tayhiap Ciu Huang,
Thiang-hok sangjin, si dewa jinsom Phang Thian-hua dan
Datuk sepuluh penjuru Siang Lam-ciau. Tapi keempat
orang itu jarang sekali saling berhubungan nama yang
diperoleh pun berbeda. seperti Thian-hok sangjin, ia jarang sekali bergerak
dalam dunia persilatan sehingga tidak banyak jago silat
angkatan muda yang mengetahui nama besarnya,
sebaliknya Ciu Huang Ciu tayhiap ibarat naga sakti yang
tampak kepalanya tak tampak ekomya, sebentar muncul
sebentar menghilang,jejaknya sukar diikuti lagi pula tidak
senang mencampuri urusan orang lain-
Di antara keempat orang itu, dialah terhitung jago
yang paling banyak membunuh orang, tapi namanya
juga paling termashur sehingga ada sementara orang
memandangnya sebagai Buddha penyelamat kehidupan,
tapi ada pula yang menganggapnya sebagai duri dalam
daging...." Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Lim
Han-kim, diam-diam pikirnya di dalam hati: "orang ini
kecuali berwatak agak berangasan sesungguhnya tak
hilang sifat adil dan jujurnya, Kalau diingat bagaimana
ibuku memerintahkan aku untuk menempuh perjalanan
jauh, lalu suhu mengambil resiko sampai terluka parah
603 gara-gara sebotol pil jinsom seribu tahun dan kejadiankejadian
lain, rasanya semua peristiwa ini di luar
kebiasaan, Tentu antara aku dengan ciu Huang
mempunyai kaitan hubungan yang amat besar, atau bisa
juga dia adalah sahabat karib suhuku... Yaa, kenapa
tidak kugunakan kesempatan ini untuk menyelidiki
wataknya?" Berpikir sampai disitu, iapun bertanya: "Locianpwee
mempunyai pengetahuan yang amat luas. Tentang kaum
persilatan pun Locianpwee memahami bagaikan melihat
jari tangan sendiri Bersediakah kau memberikan
tanggapan tentang watak serta tabiat Ciu tayhiap. Ciu
Huang?" "llmu silatnya maha sakti, orangnya jujur, adil dan
tidak berat sebelah, Paling senang mencampuri urusan
dunia yang tak adil, sehingga karena kebiasaannya itulah
ia dipanggil orang sebagai Hakim sakti,"
"Kalau begitu dia adalah seorang tokoh yang baik
sekali?" "Yaa, dia adalah seorang pendekar besar yang pantas
dihormati semua orang memanggilnya Ciu tayhiap dan
tak ada yang memanggil namanya, dari sini bisa
disimpulkan betapa hormatnya umat persilatan
terhadapnya." 604 "Lantas bagaimana pula dengan tabiat si Dewa jinsom
Phang Thian-hua?" "Phang Thian-hua seorang jago yang senang
menyendiri sepanjang hidupnya ia amat jarang
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi
kecerdasan serta kehebatan ilmu silatnya merupakan
orang paling top dalam seratus tahun belakangan ini.
Bukan cuma paham ilmu pengobatan dan pertabiban
bahkan dia pun menguasai ilmu tanah dan bangunan
perkampungan Pit-tim-san-ceng yang dibangunnya
penuh dilengkapi aneka alat rahasia yang memiliki
perubahan tak terduga. Walaupun hanya rerumputan atau pepohonan,
semuanya mengandung hawa pembunuhan yang
mengerikan selama puluhan tahun terakhir ini belum
pernah kudengar ada jago silat yang berhasil masuk
keluar dari perkampungan Pit-tim-san-ceng dengan
selamat tanpa seijin Phang Thian-hua."
"Aaah... pernah kah Locianpwee mengunjungi tempat
itu?" "Aku hanya pernah mendengar cerita yang beredar
dalam dunia persilatan, sedang diriku pribadi belum
pernah mengunjungi perkampungan itu."
"Phang Thian-hua memiliki kepandaian yang luar
biasa, dapat membangun bangunan yang penuh dengan
605 alat rahasia, menguasai ilmu pertabiban dan obatobatan,
Kehebatannya tiada tandingan, tapi bagaimana
jika ilmu silatnya dibandingkan dengan kemampuan ciu
tayhiap?" "Waah... kalau soal ini... kalau soal ini..." Han si-kong
agak gelagapan, tapi sesudah mendehem beberapa kali,
terusnya: "ilmu silat yang dimiliki kedua orang ini telah
mencapai puncak kesempurnaan. Kalau kedua orang itu
tidak saling berhadapan dan melakukan - duel, rasanya
sulit bagi kita orang awam untuk menentukan siapa yang
lebih mengungguli siapa...."
"Kalau menurut pandangan Locianpwee pribadi?"
"Kalau lote tetap ingin tahu, aku hanya bisa
mengatakan kepandaian mereka berimbang."
Tampaknya Lim Han-kim sudah terpancing oleh rasa
ingin tahunya setelah mendengar penuturan Han si-kong
yang panjang lebar tentang dunia persilatan, Kini, tak
tertahan lagi ia bertanya lebih lanjut: "siapa pula tokoh
silat yang disebut Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau"
Kenapa namanya bisa disejajarkan dengan si dewa
jinsom Phang Thian-hua, Ciu tayhiap serta Thian-hok
sangjin?" "Bila kita harus membedakan mereka menurut
tingkatan dalam dunia persilatan semestinya kedudukan
606 siang Lam-ciau masih setingkat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ciu tayhiap atau Phang Thian-hua."
"Apakah Datuk sepuluh penjuru masih hidup segar
bugar dalam dunia persilatan hingga detik ini?" desak
Lim Han-kim.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Waaah.... kalau soal itu aku kurang jelas, ia sudah
bertahun-tahun tak pernah memUnculkan diri dalam
dunia persilatan sedang jagoan yang benar-benar pernah
bersua dengannya juga sangat sedikit, Tapi anehnya
setiap jangka waktu tertentu, dalam dunia persilatan
selalu muncul surat hasil tulisannya yang berisikan
ramalan-ramalan yang mengejutkan bahkan ramalannya
selalu tersebar dengan cepat dalam dunia persilatan,
Walaupun tidak selalu tersebar luas sampai utara
maupun selatan sungai besar, tapi sudah pasti
menggetarkan suatu wilayah tertentu."
"Apakah ramalannya selalu tepat?" tanya Lim Han-kim
keheranan "Yaa, tepat sekali, tak satu pun ramalannya yang
meleset." "Bila apa yang Locianpwee katakan benar, bukankah
kemampuannya sudah melebihi dewa?" seru Lim Hankim
dengan nada penuh ragu. Han si-kong segera
tertawa terbahak-bahak 607 "Hahahaha... lote, kau tak usah banyak pikir lagi,
tentang masalah tersebut selama puluhan tahun terakhir
ini sudah begitu banyak orang yang menaruh rasa ragu
dan curiga, malahan ada yang membuang banyak tenaga
untuk menyelidiki palsu aslinya tulisan itu. Ada pula yang
mengembara sampai ke ujung dunia untuk menyelidiki
jejak si Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau, tapi
akhirnya tak seorang pun yang berhasil mengungkap
teka teki ini. Apakah siang Lam-ciau masih hidup di dunia ini atau
tidak juga tidak diketahui orang, apalagi asli tidaknya
surat ramalan tersebut memang tulisan siang Lam-ciau
atau bukan, hingga kini tetap merupakan tanda tanya
besar, Rahasia yang penuh diliputi misterius ini membuat
siapa saja tak habis mengerti.
Tapi dengan berlalunya sang waktu, daya tarik umat
persilatan terhadap persoalan ini pun makin surut.
Menurut pendapatku, rahasia tersebut mungkin tetap
akan menjadi teka-teki hingga akhir jaman, tak seorang
pun yang bisa menebak secara tepat apakah siang Lamciau
masih hidup di dunia ini atau tidak."
Pelbagai pertanyaan segera berkecamuk dalam benak
Lim Han-kim, taktahan ia bertanya lagi: "Masa di kolong
langit tak ada ahli tulisan yang bisa membedakan asli
tidaknya surat itu hasil karya siang Lam-ciau atau
bukan?" 608 "Yaaa, justru di sinilah letak keanehan tersebut."
"Apakah Locianpwee dapat menjelaskan?"
"Untuk menentukan asli tidaknya tulisan itu, umat
persilatan di seluruh kolong langit pernah berkumpul di
loteng oi-hokslo, bahkan dari segala pelosok negeri
dikumpulkan hasil karya siang Lam-ciau sebagai bahan
perbandingan, Lalu diundang pula dua belas orang ahli
tulisan untuk men-cocokan tulisan dalam surat ramalan
itu dengan hasil- hasil karyanya yang telah ada, namun
usaha tersebut tak pernah berhasil menentukan
kesimpulan...." "Kalau begitu kita bisa simpulkan tulisan dalam surat
ramalan itu memang hasil karya siang Lam-ciau pribadi?"
"Tapi setiap jago yang hadir dalam pertemuan itu
tidak percaya kalau beliau masih hidup di kolong langit"
"Aaaai... kalau begitu aneh sekali," ucap Lim Han-kim
sambi mendongakkan kepalanya dan menghela napas
panjang. "Lote, lebih baik kau lupakan saja persoalan ini untuk
sementara waktu. selama puluhan tahun sudah begitu
banyak jago peras otak dan tenaga untuk memecahkan
rahasia ini namun gagal, apalagi dengan kemampuan kau
seorang." 609 "Menurut perasaanku, tampaknya di balik teka teki ini
terkandung suatu rahasia besar yang dapat
menggetarkan seluruh umat persilatan."
"Tepat sekali," sahut Han si-kong sambil tertawa,
"Tapi sehari rahasia itu belum terungkap. orang yang
tidak percayapun harus mempercayainya."
"Menurutku belasan orang yang ahli dalam ilmu tulisan
pun tak bisa membedakan asli tidaknya tulisan dalam
surat ramalan itu, aku yakin tulisan itu tentu bukan hasil
karya orang lain. Bisa jadi benar-benar hasil karya siang
Lam-jau pribadi." "Darimana kau bisa tahu?" tanya han si-kong sambil
gelengkan kepalanya dan tertawa.
"Aaaah, aku hanya berbicara menurut apa yang
kudengar, belum tentu dugaanku benar. Di tahun-tahun
pertama penyelidikan peristiwa ini memang
menggemparkan dunia persilatan.
Tak sedikit jago persilatan turut campur. Namun
setelah dilakukan penyelidikan selama puluhan tahun
tanpa berhasil menemukan sesuatu keterangan,
persoalan pun jadi memudar sendiri, Meski nama siang
Lam-ciau masih beredar dalam dunia kangouw namun
mati hidupnya sudah tidak menjadi perhatian orang lagi.
610 Yang menjadi pusat perhatian justru surat ramalannya
yang beredar dalam dunia persilatan sebab selama
puluhan tahun setiap ramalannya tak ada yang meleset.
semua kejadian nyata benar-benar terjadi, oleh karena
itu surat ramalan itu sudah menjadi panutan umat silat.
Begitu tersiar setiap jago pasti mengetahuinya. Lim Hankim
menghela napas panjang. "Aaai... Dunia benar-benar telah berubah. Hanya
berdasarkan beberapa tulisan dari orang yang mati
hidupnya tidak ketahuan saja sudah cukup
menggemparkan dunia persilatan. Kejadian ini benarbenar
suatu peristiwa yang memedihkan hati." Han sikong
tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha ha... saudara cilik, kita tak perlu risau garagara
persoalan itu, sudah puluhan tahun persoalan itu
menggemparkan dunia namun tak pernah tuntas.
Dengan andalkan kemampuan kita berdua mana
mungkin rahasia besar ini bisa terpecahkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan tidak
berbicara lagi, mendadak ia percepat langkahnya
meneruskan perjalanan. semalaman mereka melakukan
perjalanan. Ketika fajar mulai menyingsing mereka sudah
menempuh perjalanan sejauh seratus lie lebih.
Tiba-tiba Han si-kong menghentikan langkahnya
sambil berseru: "saudara cilik, kita harus beristirahat
dulu." 611 "Keinginanku untuk pulang sekarang bagaikan anak
panah di atas busur, kalau bisa aku ingin punya sayap
dan terbang kembali."
"Aaai... saudara cilik, buat apa kau tergesa-gesa"
sekalipun kita sudah mendapatkan pil mustika seribu
tahun itu sekarang, belum tentu sempat menyelamatkan
jiwa ciu tayhiap." Lim Han-kim menghela napas sedih, ia bungkam diri
Begitulah, setelah beristirahat sejenak kembali mereka
berdua meneruskan perjalanan.
Han si-kong sudah lama berkelana dalam dunia
persilatan ia sangat hapal dengan jalanan di sekitar situ.
Dengan andalkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
kedua orang itu, perjalanan dapat ditempuh lebih cepat
lagi, Menjelang matahari terbenam, mereka telah tiba di
kuil awan hijau di bukit Ciong-san-
Tampak seorang gadis berbaju hijau yang
menggembol pedang dipunggungnya datang
menyongsong, dalam sekejap mata ia sudah tiba di
hadapan kedua orang itu "Berhenti" terdengar gadis itu membentak nyaring.
Lim Han-kim berpaling, ia segera kenali orang itu
sebagai adik misan Li Bun-yang dari bukit Hong-san,
cepat- cepat sapanya sambil menjura: "Nona"
612 "Aaaah Rupanya kau sudah pulang" Gadis berbaju
hijau itu berseru keheranan.
Mendadak wajahnya berubah amat serius, tegurnya
lagi dingin. "Diam-diam kau sudah ngeloyor sampai ke
mana" Hmmm Gara-gara kau, kami sampai harus
mencarimu di mana-mana..."
Lim Han-kim sudah tahu kalau gadis ini terbiasa
dimanja sejak kecil sehingga tabiatnya agak berangasan,
diapun tidak meladeni, tanyanya sambil tersenyum
"saudara Li ada di dalam kuil?"
"Kau menanyakan kakak misanku?" seru gadis berbaju
hijau itu dengan wajah cemberut.
"Dia ada di dalam kuil?"
"Tidak ada, kenapa?"
"Tahukah nona, kakak misanmu telah pergi kemana?"
tanya Lim Han-kim lagi dengan kening berkerut.
"Kau benar-benar tidak tahu atau sengaja bertanya
untuk mempermainkan aku?"
"Tentu saja benar-benar aku tidak tahu, buat apa aku
permainkan dirimu?" "Dia pergi mencarimu" seru gadis berbaju hijau itu
marah. 613 "Apa" Masa ketua kuil iuga tidak ada?"
"Hmmm... kau pergi tanpa pamit masih mendingan,
adik kesayanganmu juga kabur tanpa pamit"
"Apa" Dia juga pergi?" Lim Han-kim makin terkejut.
"Hmmm gara-gara kalian, ketua kuil awan hijau
sampai mengutus segenap anak muridnya pergi mencari
kalian dimana-mana" Lim Han-kim tidak bicara lagi, dia melangkah menuju
ke kuil. BAB 19. Asal Usul Menyangkut Geger Persilatan
Baru saja Han Si-kong akan menyusul di belakangnya,
siapa sangka gadis berbaju hijau itu maju ke depan dan
menghadang jalan perginya, bahkan tangan kanannya
meloloskan pedang yang tersoreng dipunggung dan siap
siap melancarkan serangan.
"siapa kau?" bentaknya nyaring. "Kau anggap kuil
awan hijau ini tempat macam apa, sehingga setiap orang
bisa masuk keluar semaunya?"
Berubah paras muka Han si-kong, ia balik menghardik,
"siapa nona, berani amat bersikap kurang jaar
kepadaku?" 614 "Kalau kurang ajar kepadamu, mau apa kau?"
"Kau tahu siapakah aku?"
"Perduli amat siapa kau, pokoknya aku melarang kau
masuk kuil ini, mau apa kamu?"
"Hmmm, seorang budak ingusan sore juga berani
begini takabur kepada-ku, kurang ajar, Biar aku mewakili
ketua kuil awan hijau memberi pelajaran yang setimpal
kepadamu" Waktu itu Lim Han-kim sudah masuk ke dalam kuil,
ketika mendengar perselisihan itu tanpa terasa ia
berpaling. Melihat dua orang itu siap bertarung, ia jadi
serba salah, maka teriaknya keras-keras: "Locianpwee,
memandang wajahku, mohon kau bersabar"
Belum habis ucapan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar
gadis berbaju hijau itu menghardik,
"Siapa suruh kau turut campur dalam urusanku"
Pedangnya dicabut ke luar dan tanpa membuang
waktu langsung ditusukkan ke dada Han si-kong.
Dengan cekatan Han si-kong berkelit ke samping,
serunya: "Dengan kondisiku sekarang, aku tidak leluasa
untuk bertarung melawan seorang bocah perempuan
macam kau. Biar kejadian hari ini kucatat atas nama
gurumu." 615 sementara beberapa patah kata itu di-ucapkan, secara
beruntun gadis berbaju hijau itu telah melancarkan tiga
jurus serangan. semua serangan dilancarkan amat ganas
dan hebat, memaksa Han si-kong harus mundur sejauh
tiga langkah dari posisi semula.
Mimpipun Han si-kong tidak mengira kalau seorang
nona kecil berusia empat lima belas tahunan dapat
melancarkan serangan pedang dengan jurus seganas dan
sehebat itu. Terkejut dan gusar segera bercampur aduk
dalam benaknya. ia sadar bila tidak membalas, bisa jadi
ia akan terluka oleh serangan pedangnya itu.
Lim Han-kim lebih tersipu-sipu lagi, Dalam keadaan
begini ia merasa tak leluasa untuk mencegah, namun dia
pun tak bisa berpeluk tangan saja. sementara anak muda
itu berada dalam keadaan serba salah, tiba-tiba dari
kejauhan sana berkumandang suara bentakan keras:
"Tahan" Menyusul suara bentakan itu tampak sesosok
bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa, bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya dalam sekejap mata telah tiba di hadapan
beberapa orang itu Ketika pedang si nona berbaju hijau itu hampir
menusuk dada Han si-kong, tiba-tiba sebuah kipas telah
menangkis ancaman itu bahkan mementalkannya hingga
mencelat ke belakang. 616 "saudara Li, tepat sekali kedatanganmu Aku sedang
serba salah dibuatnya" seru Lim Han-kim cepat sambil
menjura. Ternyata orang yang barusan muncultak lain adalah Li
Bun-yang. Li Bun-yang berpaling memandang Han sikong
sekejap. lalu dengan gusar bentaknya kepada gadis
berbaju hijau itu. "Anak perempuan tak tahu diri, sedikitsedikit
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cabut pedang menyerang orang, Mau apa kau
masih berdiri di situ" Cepat mundur"
Melihat paras muka Li Bun-yang telah diliputi hawa
amarah dan nampaknya betul- betul sudah naik darah,
meski dalam hatinya agak takut namun gadis berbaju
hijau itu tak rela dimaki di depan orang, tiba-tiba ia
lempar pedangnya ke tanah, lalu sambil menutupi
mukanya dengan kedua belah tangan, ia menangis
tersedu-sedu. Perubahan yang sama sekali tak terduga ini kontan
saja membuat Lim Han-kim bertiga jadi tersipu-sipu, Li
Bun-yang menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
menghela napas panjang, lalu sambil menjura ke arah
Han si-kong ujarnya: "Han Locianpwee harap kau sudi memaafkan dirinya
karena masih muda dan tak tahu diri, aku mewakilinya
mohon maaf." 617 Jangan dilihat Li Bun-yang baru berusia duapuluh
empat-lima tahunan, ternyata pengetahuan dan
pengalamannya sangat luas. Apa lagi ia sudah terjun ke
dunia kangouwpa usia delapan belas tahun, tak heran
kalau banyak tokoh persilatan yang dia kenal. sekali pun
belum pernah bersua dengan orangnya, paling tidak ia
pernah mendengar tentang raut muka serta bentuk
wajah orang-orang kenamaan itu.
oleh karena itulah setelah mengamati bentuk wajah
dan tubuh Han si-kong, ia segera dapat mengenali orang
ini sebagai si raja monyet ceking Han si-kong.
Buru-buru Han si-kong balas memberi hormat sambil
menyapa: "Apakah anda adalah Li kongcu dari gunung
Hong-san?" "Tidak berani, tidak berani, aku yang muda Li Bunyang"
"Berapa tahun berselang, aku sudah pernah
mendengar nama kongcu..."
"Aaah, Locianpwee terlalu memuji."
sementara itu si nona berbaju hijau yang sedang
menangis bertambah mendongkol lagi setelah tidak
melihat ada orang yang menggubrisnya, isak tangisnya
makin menjadi-jadi. 618 Lim Han-kim merasa isak tangis itu sangat menusuk
pendengaran dan amat tak sedap di hati, tak tahan lagi
katanya kepada Li Bun-yang: "saudara Li, lebih baik kau
bujuklah adik misanmu itu agar berhenti menangis."
Dengan wajah dingin kaku dan amat serius Li Bunyang
memandang gadis berbaju hijau itu sekejap.
kemudian ancamnya: "Adik Kian, jika kau masih
menangis terus, aku benar-benar akan menghantarmu
pulang ke gunung Hong-san."
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menurunkan
tangannya yang sedang menutupi wajahnya itu, dengan
jengkel sahutnya: "Aku sengaja tak mau pulang, mau
apa kau" Dunia begini luas, kenapa aku mesti
mengintilmu terus"."
Diambilnya pedang yang tergeletak di tanah itu, lalu
kabur dari situ, Dengan cepat Li Bun-yang melejit ke
udara, tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu ia sudah menghadang di depan gadis berbaju
hijau itu sambil menegur "Kau hendak ke mana?"
"Aku datang ke kuil awan hijau sendirian, kenapa tak
boleh pulang sendirian?"
Li Bun-yang gelengkan kepalanya berulang kali sambil
menghela napas panjang, lalu dibisikinya gadis itu
dengan suara lirih. Bisikan itu begitu lirih sampai Lim
Han-kim dan Han si-kong pun tak dapat menangkap apa
619 yang dikatakan, tapi yang pasti hawa amarah gadis itu
hilang lenyap seketika, malahan sambil tertawa gembira
dia lari masuk ke dalam kuil awan hijau.
Pelan-pelan Li Bun-yang menghampiri Han si-kong,
setelah tertawa getir katanya: "Adik misanku ini sudah
terbiasa dimanja ibuku sehingga lahiriah kebiasaan yang
kurang menyenangkan ha rap Locianpwee jangan
mentertawakan" "Ha ha ha ha... saudara Li kelewat serius," Han sikong
tertawa terbahak-bahak. "sebagai seorang lelaki
sejati, masa kita mesti ribut dengan anak perempuan.
Apalagi usianya masih begitu muda, memang saatnya
untuk berbinal-binal."
Li Bun-yang mengalihkan pandangannya ke wajah Lim
Han-kim, kali ini ujarnya dengan suara rendah: "saudara
Lim, selamat untukmu, Ciu tayhiap berhasil lolos dari
bahaya maut, kini lukanya sudah mulai sembuh."
Walaupun setiap patah kata itu Lim Han-kim dapat
mendengar secara jelas, namun ia tak berani percaya
dengan pendengaran sendiri, sesudah termangu-mangu
berapa saat serunya: "Apa" Ciu Locianpwee sudah lolos
dari bahaya maut?" .
"Bukan cuma lolos dari bahaya maut," kata Li Bunyang
sambil tertawa, "Malahan kalau saudara Lim pulang
setengah bulan lebih lambat, mungkin luka Ciu
620 Locianpwee sudah sembuh total dan pergi meninggalkan
kuil awan hijau ini untuk mulai berpesiar"
"obat mustika apa yang telah diminum olehnya,
kenapa lukanya sembuh begitu cepat?"
"Tentu saja pil jinsom berusia seribu tahun."
sekali lagi Lim Han-kim tertegun dibuat-nya, ujarnya
kemudian: "Apakah diperoleh dari keluarga saudara Li di
bukit Hong-san." "Pil jinsom berusia seribu tahun merupakan obat hasil
ramuan si dewa jinsom Phang Thian-hua yang paling
mustajab, mana mungkin keluarga kami memiliki obat
mustika sehebat ini?"
"Aaai... aku jadi tak habis mengerti...." Li Bun-yang
tersenyum. "llmu pengobatan yang dimiliki Phang Thian-hua tiada
tandingannya di kolong langit, Hampir separuh hidupnya
dia benamkan dalam penyelidikannya membuat dan
meramu obat-obatan mustika sehingga itulah sebabnya
ia disebut orang Dewa jinsom.
Pil mustika berusia seribu tahun memiliki kemampuan
menghidupkan kembali orang yang telah mati, tapi
sayang watak Phang Thian-hua sangat dingin dan aneh.
walaupun sepanjang hidupnya menyelidiki ilmu
pengobatan, namun ia tak pernah menggunakan
621 kepandaiannya itu untuk menolong orang, ia selalu hidup
mengasingkan diri tidak mencampuri urusan dunia ramai
Malahan dengan kepandaian ilmu bangunan-nya ia
dirikan banyak alat rahasia serta barisan Ngo-heng-tin di
sekeliling perkampungannya, selama puluhan tahun
terakhir ini entah sudah berapa banyak jago persilatan
yang terluka atau bahkan tewas terkena alat rahasianya.
orang-orang yang menjadi korban kebanyakan justru
para pasien yang membutuhkan pertolongannya. Kalau
bukan ingin mencuri obat mustika guna menyembuhkan
penyakitnya, mereka tentu khusus datang untuk
memohon pengobatan dari Phang Thian-hua. Kasihan
betul orang-orang itu. Belum lagi bersua dengan phang Thian-hua,
kebanyakan sudah keburu tewas oleh alat jebakan atau
barisan Ngo-heng-tin yang maha dahsyat itu, Meski
antara dia dengan umat persilatan tiada ikatan dendam
atau sakit hati, namun kekejian hatinya merupakan
kebalikan dari kemampuan ilmu pertabibannya hingga
tak salah lagi jika orang menyebutnya sebagai si Tabib
sakti berhati ular."
"Berita sensasi yang tersiar dalam dunia persilatan tak
boleh dipercaya seratus persen," kata Han si-kong cepat,
"Tapi keluarga persilatan dari gunung Hong-san
mempunyai hubungan yang amat luas. Aku pikir saudara
Li tentu sudah pernah bersua dengan si dewa Jinsom
622 Phang Thian-hua bukan?" Cepat Li Bun-yang
menggeleng. "sudah lama aku mendengar namanya, namun sayang
belum berkesempatan untuk bertemu sendiri dengan
orangnya." Dalam pada itu Lim Han-kim sedang memikirkan
masalah pil jinsom seribu tahun itu, ketika mendengar
kedua orang rekannya makin berbicara membawa pokok
persoalan makin jauh, tak tahan lagi dia menyela:
"saudara Li, tahukah kau pil jinsom seribu tahun itu
merupakan hasil ramuan siapa?"
"Pil jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan Phang
Thian-hua amat jarang beredar dalam dunia persilatan,
sudah barang tentu obat yang diminum Ciu Locianpwee
adalah obat milik saudara Lim yang hilang itu."
"Aaaah, apa yang scbenarnya telah terjadi?" tanya Lim
Han-kim tercengang. "Aku benar-benar bingung dan
tidak habis mengerti bukankah pil jinsom berusia seribu
tahun milikku telah hilang...." Li Bun-yang tertawa
nyaring. "Kalau tidak kuterangkan duduk persoalannya, tentu
saja saudara Lim akan kebingungan.."
Maka secara ringkas dia pun menuturkan bagaimana
sipencuri sakti Ngoo Cing-hong meng hantar pil mustika
623 itu ke kuil. selesai mendengar penuturan tersebut, sambil
bertepuk tangan Han si-kong ber-seru: "Nah, apa kukata
saudara Lim" orang baik selalu dilindungi Thian bukan"
ciu tayhiap selalu membantu kaum lemah dan membela
kebenaran Bila ia sedang terancam bahaya, pasti ada
orang yang akan menolong keselamatan jiwanya."
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
menghembuskan napas lega, katanya pula: "Aaai....
syukur Thian masih maha adil dengan memberi
kesempatan hidup untuk Ciu tayhiap. dengan begitu aku
pun bisa pulang untuk memberi laporan kepada ibuku."
" Ciu tayhiap lewat ketua kuil awan hijau pernah
berpesan kepadaku, apa bila saudara Lim telah balik ke
mari, diminta segera mengajakmu untuk menjumpai
dirinya." kata Li Bun- yang sambil tertawa.
Lim Han-kim segera merasakan hatinya bergetar,
cepat-cepat serunya: "ciu tayhiap berada di mana
sekarang" Dapatkah kau mengajakku menjumpai
dirinya?" "saudara Lim tak usah kuatir, walaupun kesehatan ciu
tayhiap belum pulih secara total namun lukanya sudah
hampir sembuh, ia sudah dapat turun dari pembaringan
dan berjalan-..." 624 sesudah berhenti sejenak. kembali terusnya: "Cuma...
adikmu hingga kini belum ada kabar beritanya, entah ia
sudah pergi ke mana?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, sementara
mulutnya tetap membungkam diri, Li Bun- yang merasa
tak tega juga setelah melihat rasa murung menyelimuti
wajah anak muda itu, segera hiburnya: "Saudara Lim,
lebih baik kau bertemu dulu dengan ciu tayhiap. setelah
itu kita baru berusaha untuk mencari jejak adikmu."
"Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li."
Kembali Li Bun-yang tersenyum.
"Mari, biar aku menjadi penunjuk jalan buat kalian
berdua..." katanya, Selesai berkata dia putar badan dan
berjalan lebih dulu menuju ke dalam ruangan kuil. Lim
Han-kim dan Han si-kong menyusul di belakangnya.
Setelah melewati dua buah ruangan utama sampailah
mereka di sebuah bangunan kecil di sisi gedung kuil itu.
Sebuah bangunan kecil beratap hijau berdiri di kelilingi
pagar bambu nan hijau. Pintu dan jendela berada dalam
keadaan tertutup, dua orang tosu kecil duduk di kedua
belah sisi pintu sambil berjaga jaga. Tampak secara
lamat-lamat sarung pedangnya yang menongol dari balik
jubahnya, Ketika melihat datangnya rombongan itu, kedua orang
tosu kecil itu segera melompat bangun dan menghadang
625 jalan pergi mereka, Sambil menjura dan tertawa Li Bunyang
segera menyapa: "Saudara-saudara ini ingin
berjumpa dengan ciu tayhiap. tolong disampaikan ke
dalam" Dua orang tosu kecil itu memperhatikan sekejap wajah
Lim Han-kim dan Han Si-kong, setelah itu katanya: "Ciu
tayhiap baru saja minum obat, sekarang sedang tertidur
nyenyak. lebih baik kalian menunggu beberapa saat lagi."
"Kalau memang begitu biar kami menunggu sejenak di
luar pagar bambu," ujar Lim Han-kim.
selesai berkata ia duduk bersila di atas tanah,
Malampun makin gelap, selapis cahaya bintang
memancarkan Cahayanya yang redup dari angkasa.
setelah menunggu sekian lama tanpa kabar, lama
kelamaan habis sudah kesabaran Han si-kong. sambil
mendeham berat-berat tegurnya kepada dua orang tosu
kecil itu: "sampai kapan ciu tayhiap baru mendusin?"
"Tidak tentu," sahut dua orang tosu kecil itu sambil
menggeleng, "setelah terluka parah, tenaga dalamnya
belum pulih kembali, Kemungkinan besar ia baru
mendusin fajar besok.,."
"Waaah,.. kalau begitu berarti kami mesti duduk
menanti semalaman di tempat terbuka..."
626 "Maaf," kata tosu kecil sebelah kanan dengan wajah
serius, "suhu telah berpesan, apa bila Ciu tayhiap belum
bangun dari tidurnya, siapa saja dilarang mengusik
ketenangannya . " Berkilat sepasang mata Han si-kong, tampaknya ia
hendak mengumbar emosinya, namun akhirnya ia
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhasil mengendalikan diri, gumamnya: "Berbincang
dari kedudukan serta nama besar ciu tayhiap. sekalipun
aku mesti menunggu tiga hari tiga malampun hal ini
lumrah dan cukup berharga untuk dilakukan-"
Mendadak dari balik bangunan rumah yang tertutup
rapat itu berkumandang suara orang berbatuk-batuk
pelan, disusul kemudian terbias sekilas cahaya lentera,
setelah itu terdengar seseorang menegur dengan suara
yang rendah dan amat berat:
"Tokoh silat dari manakah yang hendak menjumpai
aku?" Pintu kayu terbuka lebar, seorang kakek yang lengan
dan kepalanya masih dibalut kain putih munculkan diri di
depan pintu. Buru-buru Li Bun-yang maju ke depan dan memberi
hormat, katanya: "Aku yang muda li Bun- yang
menjumpai Ciu Locian-pwee"
627 sebagian besar wajah kakek itu terbalut oleh kain
putih sehingga yang tampak sekarang tinggal telinga,
hidung, mulut serta sepasang matanya, Hal ini membuat
bentuk mukanya menjadi amat mengerikan
Lim Han-kim juga segera maju memberi hormat
sambil memperkenalkan diri: "Aku yang muda lim Hankim
menjumpai Lo-cianpwee."
sedang Han si-kong menjura pula seraya berseru:
"Aku Han si-kong, biasa dipanggil orang si monyet tua,
sudah lama kukagumi nama besar tuan, sungguh
beruntung hari ini dapat berjumpa."
Pelan-pelan kakek itu menyapu wajah ketiga orang itu,
kemudian baru katanya: " Kalian bertiga tak usah banyak
adat, silahkan masuk ke dalam rumah"
Li Bun-yang tidak bicara lagi ia segera melangkah
masuk lebih dulu ke dalam ruangan, perabot dalam
ruangan itu amat sederhana tapi bersih, dari balik
sebuah hiolo batu yang tingginya satu depa kelihatan
asap putih mengepul memenuhi seluruh ruangan,
menyiarkan bau harum. Di atas pembaringan kayu yang lebar dan besar
tampak selimut yang tebal dan bantal yang masih
terletak kacau, di atas meja kayu terletak sebuah botol
porselen. 628 Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali botol porselen itu sebagai benda miliknya
yang dicuri orang, Tiba-tiba timbul rasa malu di hati
kecilnya, cepat-cepat ia melengos ke arah lain dan tidak
berani memandang lagi. sementara itu si kakek telah berjalan menuju ke
pembaringan dan duduk di situ, kemudian baru katanya:
"silahkan kalian bertiga ambil tempat duduk, maaf aku
tak bisa melayani karena lukaku belum sembuh sama
sekali." "Locianpwee tak perlu sungkan-sungkan," sahut Li
Bun-yang cepat, "Kami bisa berjumpa pun sudah merasa
bangga dan berterima kasih sekali."
si Hakim sakti Ciu Huang tertawa canggung.
"Keluarga persilatan dari bukit Hong-san memang
sumber orang berbakat Kembali aku dapat bertemu
dengan seorang tokoh berbakat yang masih muda tapi
hebat." " Locianpwee terlalu memuji...." sinar matanya segera
dialihkan ke wajah Lim Han-kim, kemudian anak muda
itu melanjutkan "Ketua kuil awan hijau pernah berpesan
kepadaku untuk membawa saudara Lim datang
menghadap. Apa bila kehadiran kami mengganggu
istirahat Locianpwee mohon bisa dimaafkan."
629 si Hakim sakti Ciu Huang segera mengawasi wajah Lim
Han-kim lekat-lekat, kemudian tanyanya pelan: "Nak,
apakah kau yang mengantar pil jinsom seribu tahun itu
untukku?" Untuk sesaat Lim Han-kimjadi gelagapan dan tidak
tahu bagaimana harus menjawab. sesudah termenung
cukup lama baru ia berkata: "Walaupun pil mustika itu
memang aku yang membawa, tapi sayang telah dicuri
orang di tengah jalan. Untuk mendapatkan kembali pil
tersebut aku telah banyak merasakan penderitaan-"
"Penderitaan apa saja yang telah kau alami?" tanya
Ciu Huang sambil mengalihkan pandangan matanya ke
atap ruangan. secara ringkas Lim Han-kim menceritakan
pengalamannya sewaktu mencari balik pil mustikanya
yang tercuri itu. "oooh... ada kejadian seperti itu?" Hakim sakti Ciu
Huang berseru tertahan- "setelah sembuh dari lukaku
nanti, aku harus pergi untuk memeriksa sendiri"
"Pengalaman dan ilmu silat Locianpwee jauh melebihi
kami semua, Kami percaya tak satu pun kejadian dalam
dunia persilatan selama tiga puluh tahun belakangan ini
yang dapat mengelabui Locianpwee."
"Dunia sangat luas, biar pun aku telah menjelajahi
empat telaga lima samudra bukan berarti semua
persoalan tentu kuketahui..."
630 Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Coba utarakan persoalan apa yang ingin kau tanyakan,
asal bisa kujawab pasti akan kuberikan jawaban yang
sejelas-jelasnya . "
"Locianpwe banyak kenal dengan jago persilatan,
pernahkah kau mendengar asal usul dari perkumpulan
Hian- hong- kau?" Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan
matanya, sesudah termenung sejenak ujarnya: "selama
ini perkumpulan Hian- hong- kau hanya bergerak di
seputar wilayah Im-ciu dan Kui- ciu. Belum pernah
kudengar ia mengadakan hubungan dengan umat
persilatan...." "Tapi daya pengaruh mereka sudah meluas sampai ke
wilayah Kanglam, Bahkan pesanggrahan Tho-hoa-kit
yang umat termashur pun sudah menjadi salah satu
markas besarnya dalam menanamkan pengaruh
diwilayah Kanglam ini. Dengan menggunakan gadis-gadis
cantik sebagai umpan, mereka berhasil menghimpun
banyak jago persilatan untuk dijadikan anak buahnya."
si Hakim sakti Ciu Huang memutar sepasang matanya
memandang sekejap wajah ketiga orang itu, mulutnya
membungkam diri dalam seribu basa.
Melihat itu Li Bun-yang menghela napas panjang,
terusnya: "Walaupun aku sudah berdiam hampir satu
631 bulan lamanya di Pesanggrahan Tho-hoa-kit, sungguh
menyesal aku ternyata tak berhasil mengungkap rahasia
di balik semua itu, justru karena itu aku berpendapat
dalang dari semua persoalan ini pasti bukan manusia
sembarangan. Bila sUatu ketika perkumpulan Hianhong-
kau berhasil menancapkan sayapnya di wilayah
Kanglam, bisa diduga kehadiran mereka saat itu tentu
akan membawa badai pembunuhan atas jago-jago
Kanglam. Betul aku mempunyai tekad ingin melenyapkan bibit
bencana bagi umat persilatan ini, namun aku pun sadar
bahwa kemampuanku seorang tak sanggup memikul
tanggung jawab ini, Bahkan aku sendiri pun tidak tahu
manusia macam apakah ketua perkumpulan Hian- hongkau
itu. Locianpwee, kau sudah menjelajahi semua pelosok
dunia, tentu kau tahu bukan asal usul Hian- hong- kau
serta siapa kah pemimpin mereka itu..."
sejak tadi Han si-kong sudah mencoba untuk menahan
diri, tapi akhirnya ia tak sabar juga, cepat- cepat
selanya: "Aku telah mengalami sendiri kehebatan
mereka, Dengan lolohan arak wangi mereka membuat
aku mabuk kemudian memenjarakan aku hampir dua
tahun lamanya, sayang aku tak pernah punya
kesempatan untuk bertarung melawan pemimpin mereka
itu. Kehidupan selama dua tahun di tempat yang gelap
632 tanpa sinar matahari, biar tak kuterangkanpun tentu
kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana tersiksanya
bagi diriku. selama hid up belum pernah aku menerima hinaan
seperti ini. Rasa gusar dan dendamku hingga kini masih
menyumbat dadaku, saudara Li, apa bila kau berencana
hendak menyapu rata pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku
pun bersedia menjadi panglima pembuka jalanmu."
"Aku pernah bersua dengan ketua Hian- hong- kau jiu"
mendadak Lim Han-kim menimbrung.
"Manusia macam apa sih dia?" buru-buru Li Bun-yang
bertanya, " Wajah mereka sama-sama mengenakan topeng yang
amat tebal sehingga sulit bagiku untuk melihat raut
wajah mereka yang sesUngguhnya."
"Pada mulanya aku masih mengira Lik-ling yang cantik
jelita dan genit itu adalah pemimpin yang mendalangi
semua itu, akhirnya aku baru mengetahui bahwa di
belakang dia ternyata masih ada dalang lain."
si Hakim sakti Ciu Huang yang selama ini hanya
mendengar tanpa komentar mendadak mendehem
beberapa kali, setelah itu ujarnya: "Menurut apa yang
kuketahui, Hian- hong- kau cuma sebuah perkumpulan
633 kecil yang bermarkas di wilayah Im-ciu dan Kui-ciu.
Pemimpin mereka adalah seorang perampok ulung yang
dipaksa lima perguruan besar untuk menyingkir dari
wilayah Tionggoan hingga akhirnya kabur kepegunungan
diwilayah Im-ciu...."
Tiba-tiba ia berhenti sejenak seakan- akan sedang
memikirkan sesuatu, tapi seperti juga lagi beristirahat
kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru
melanjutkan: "llmu silat yang dimiliki orang itu sangat
sederhana dan bersahaja, tapi ia pandai menggunakan
obat pembius, ia membuka markas dipegunungan antara
wilayah Im-ciu dan Kui-ciu serta mengumpulkan para
pembelot dan penghianat perguruan besar untuk
dijadikan anak buahnya sehingga akhirnya berdirilah
perkumpulan Hian- hong- kau.
Aku jadi ragu-ragu, masa sebuah perkumpulan sekecil
dan selemah itu mampU menjelajahi daratan Tionggoan
dan malang melintang di sini.,."
"ltulah sebabnya kejadian ini agak mencUrigakan,"
sambUng Li Bun- yang. Ciu Huang menghembuskan
napas panjang "Yaa, aku percaya di balik peristiwa ini tentu ada latar
belakangnya." "Menurut pendapat aku Lim Han-kim, organisasi
mereka benar-benar amat misterius dan rahasia..."
634 sambung Lim Han-kim. Han si-kong tak mau kalah,
komentarnya pula: "Walaupun aku sudah terkurung
hampir dua tahun dan banyak siksaan telah kuderita,
namun selama ini diriku hanya disekap dalam penjara
bawah tanah itu, hal mana membuat aku tak pernah
berhasil mengorek rahasia Hian- hong- kau.
Tapi aku sempat juga bertarung beberapa gebrakan
melawan orang-orang yang ditugaskan mengirim nasi,
Aku rasa ilmu silat orang-orang itu meski belum bisa
dibandingkan dengan jagoan kelas satu, namun
kepandaian mereka tidak lemah. jika pemimpim yang
mengatur organisasi ini cuma seorang perampok biasa,
rasanya mustahil orang itu bisa memimpin kawanan
jago-jago tangguh itu,"
"Betul," Lim Han-kim menimpali "Biarpun aku belum
pernah bertarung secara resmi melawan orang-orang
Hian- hong- kau, namun aku pernah menyaksikan
kepandaian mereka dengan mata kepala sendiri Aku
percaya pemimpin organisasi itu adalah seorang manusia
kejam yang berhati telengas, ia tak mungkin cuma
seorang perampok biasa."
Kembali si Hakim sakti Ciu Huan pejamkan sepasang
matanya, ia berkata: "sejak awal toh sudah kujelaskan,
apa yang kukatakan tadi merupakan kejadian pada
puluhan tahun berselang, selama puluhan tahun ini bisa
saja terjadi perubahan yang di luar dUgaan. Mungkin
635 saja perkumpulan Hian- hong- kau telah memiliki
pemimpin baru...." sesudah berhenti sejenak, ia tatap wajah Lim Han-kim
dan menambahkan "Nak, coba kau tuturkan kembali
pengalamanmu sewaktu kehilangan pil jinsom berusia
seribu tahun itu, Mungkin dari penuturanmu tersebut aku
bisa mengungkap kejadian yang sesungguhnya."
Lim Han-kim manggut-manggut, maka secara ringkas
dla pun menceritakan apa yang telah dialaminya.
sambil pejamkan matanya si Hakim sakti Ciu Huang
memperhatikan dengan seksama, menanti Lim Han-kim
selesai dengan penuturannya dia baru membuka
matanya kembali sambil berkata: "Nak. siapa yang suruh
kau mengantar pil jinsom seribu tahun itu untukku?"
Lim Han-kim berkerut kening, setelah termenung
sampai lama sekali ia baru menjawab: "Aku mendapat
perintah dari ibuku untuk mengHantar obat tersebut ke
mari..." "lbumu?" Ciu Huang kelihatan tercengang.
Walaupun wajahnya terbungkus oleh kain perban
sehingga sulit untuk melihat mimik mukanya, namun
ditinjau dari nada suaranya yang penuh diliputi rasa
kaget dan tercengang, jelas membuktikan kalau ia sangat
tercengang dan keheranan oleh peristiwa itu.
636 Tiba-tiba Lim Han-kim seperti teringat akan suatu
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan yang sangat penting, ia melompat bangun
sambil menggerakkan bibirnya, tapi niat itu segera
diurungkan, pelan-pelan ia duduk kembali.
Melihat itu, Li Bun-yang melirik Han Si-kong sekejap,
kemudian sambil bangkit berdiri katanya: "Maaf, aku
harus menjumpai adikku sebentar, aku mohon diri dulu."
Han Si-kong sudah cukup lama berkelana dalam dunia
persilatan Melihat gelagat tersebut ia pun mengerti apa
maksudnya, sambil ikut bangun berdiri katanya pula:
"Aku juga ingin mohon diri dulu." Dengan cepat dia
mengikuti di belakang Li Bun-yang berlalu dari ruangan
tersebut, Memandang hingga bayangan punggung kedua orang
itu lenyap di balik kegelapan, si Hakim sakti Ciu Huang
baru menghela napas sambil bertanya: "Apakah dalam
hatimu terdapat banyak pertanyaan nak?"
"Hingga kini aku belum mengetahui asal-usulku yang
sebenarnya, Sejak mulai tahu urusan, aku selalu hidup
dan bermain di dalam lembah Hong-yap-kok. Belasan
tahun lamanya tak pernah meninggalkan lembah itu
selangkah pun, tiba-tiba saja kali ini ibu memerintahkan
aku untuk menghantarkan pil jinsom berusia seribu tahun
ini untuk Locianpwee...."
637 Mendadak ia merasa kata selanjutnya tak pantas
diucapkan, maka ia pun berhenti di separuh jalan.
"sebenarnya kecurigaan apa yang ada di hatimu"
utarakan saja secara blak-blakan," kata Ciu Huan segera.
"Selama belasan tahun ini aku mempunyai satu
persoalan yang rasanya selalu mengganjal di dadaku,
kuharap Locianpwee sudi memberi penjelasan
kepadaku." "soal apa?" "Asal usulku" Ciu Huang termenung tidak bicara, sampai lama
kemudian ia baru bertanya: "Apakah ibumu tak pernah
memberi tahukan persoalan ini kepadamu?"
"lbuku punya disiplin yang sangat ketat, setiap kali aku
bertanya tentang asul usul-ku, wajahnya segera berubah
serius dan menegurku agar tidak banyak bertanya. Tapi
sebagai putra manusia aku wajib mengetahui siapa
ayahku dan bagaimana asal-usulku, sebab bila masalah
ini saja tak jelas, apa artinya aku hidup sebagai seorang
manusia?" "Nak, walaupun pertanyaanmu itu benar, tapi maaf
aku pun merasa kurang leluasa untuk menerangkan
kepadamu. ibumu cerdik dan luar biasa, kalau ia belum
bersedia memberitahukan asal usulmu, berarti dia
638 menganggap saatnya belum tiba, Aaaai.,, tapi aku bisa
Pendekar Panji Sakti 27 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Jala Pedang Jaring Sutra 15