Pencarian

Pedang Keadilan 8

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 8


memberitahukan akibatnya bila asal- usulmu itu
terungkap saat ini di dalam dunia persilatan, sudah pasti
badai kekacauan akan melanda dunia, jangankan ibumu
tak sanggup menghadapi kekacauan tersebut, bahkan
meskipun aku dan gurumu turun tangan bersama belum
tentu kekacauan itu bisa diredakan" Lim Han-kim jadi
tertegun. " Kalau begitu Locianpwee mengetahui asal usulku?"
serunya, si Hakim sakti Ciu Huang manggut-manggut.
"Yaa, dalam dunia persilatan saat ini kecuali ibumu,
gurumu dan aku yang mengetahui asal usulmu, mungkin
cuma Thian-hok...." Mendadak ia merasa telah salah bicara - sehingga
buru-buru tutup mulut. Lim Han-kim semakin tergetar perasaannya, serunya
tertahan: "Jadi Thian-hok sangjin juga tahu?"
Hakim sakti ciu Huang mengerti, kesalahan itu tak bisa
diperbaiki lagi, terpaksa ia menyahut: "Betul, Thian-hok
sangjin juga tahu, cuma apa yang diketahuinya amat
terbatas sehingga tak mungkin ia bersedia
memberitahukan kepadamu."
Tiba-tiba Lim Han-kim teringat kembali kalau Thianhok
sangjin telah berangkat ke istana racun, satu ingatan
639 kembali melintas dalam benaknya, diam-diam pikirnya:
"Pada mulanya aku mengira kepergian Thian-hok sangjin
ke istana racun merupakan suatu peristiwa yang aneh.
Tampaknya asal- usulku inilah merupakan rahasia
terbesar di dunia saat ini. jika aku tidak menggunakan
kesempatan ini untuk menyingkap asal- usulku hingga
tuntas, mungkin selanjutny aaku tak punya kesempatan
lagi untuk mengetahui asal- usulku secara jelas...."
Berpikir sampai di situ, ia segera bangkit berdiri seraya
menjura, katanya: "Locian-pwe, kalau memang kau
mengetahui asal- usulku, mohon kau sudi memberi
penjelasan kepadaku, sekalipun kejadian mana
menyangkut masalah besar dalam dunia persilatan, aku
pun bersedia menahan diri dengan tidak melakukan
segala perbuatan secara gegabah."
Hakim sakti Ciu Huang gelengkan kepalanya berulang
kali, tolaknya: "Kecuali persoalannya ini, bila kau masih
ada masalah lain katakan saja, asal tahu, aku pasti akan
memenuhi permintaanmu itu."
Ucapan itu diutarakan secara tegas sehingga sama
sekali tak diberi peluang untuk dirundingkan Lim Han-kim
sadar meski didesak lebih jauh pun tak ada gunanya
sebab Ciu Huang sudah bertekad tak akan membocorkan
asal-usulnya. Tapi ia tak rela untuk menyerah begitu
saja, maka untuk sesaat dia pun terbungkam dalam
seribu basa sementara otaknya bercutar mencari akal
640 Bagaimana caranya memancing orang tua ini sehingga
mau membeberkan asal-usulnya tanpa sengaja.
Terdengar ciu Huang membujuk sambil menghela
napas panjang: "Nah, kau tak usah banyak pikir lagi, tak
ada ibu di dunia ini yang tak sayang pada putranya,
ibumu tak bersedia mengungkap asal- usulmu, hal ini tak
lain demi kebaikanmu sendiri."
"Apakah Locianpwee suruh aku melewati sisa hidupku
secara bodoh dan kabur.,."
"Bila saatnya telah tiba, pasti ibumu akan
mengungkap sendiri secara jelas, Nah, kau sudah
bersabar belasan tahun, kenapa tidak bisa bersabar
berapa waktu lagi?" "sekalipun Locianpwee enggan memberitahukan
rahasia itu kepadaku, aku bersumpah tetap akan
menyelidiki persoalan ini dengan sepenuh tenaga hingga
terungkap sama sekali."
Pelan-pelan Ciu Huang membaringkan diri ke atas
pembaringan setelah itu tanyanya: "Tahukah kau apa
maksud ibumu menyuruh kau mengHantar obat mustika
itu untukku?" "Aku tidak mengerti"
"Aaaai.,, maksud ibumu benar-benar mulia, sekalipun
aku mengetahui secara jelas, namun aku tak ingin
641 membuatnya kecewa." Biar pun Lim Han-kim pintar,
namun pengetahuannya tentang dunia persilatan tidak
banyak. Ucapan yang diutarakan ciu Huang secara
mendadak ini seketika membuat dia terbelalak dan tak
tahu apa yang mesti dikatakan.
Pelan-pelan ciu Huang pejamkan matanya kembali,
katanya: "selama hidup aku hanya tahu melepaskan budi
kepada semua orang, tapi belum pernah menerima
setitik balasan pun dari orang lain, Kini ibumu mengutus
kau menempuh perjalanan ribuan li untuk mengHantar
obat kepadaku, meski dalam suratnya ia tidak berpesan
apa-apa, namun aku bisa menebak maksud hatinya
secara jelas," "Maafkan aku yang bodoh. Aku tak bisa menebak apa
maksud ibuku" Locianpwe, bersediakah kau
menerangkan sehingga pikiranku yang tersumbat bisa
sedikit terbuka?" "Nak. asal-usulmu penuh diliputi kesedihan. juga
menyangkut suatu peristiwa menyedihkan yang telah
lama tenggelam dalam dunia persilatan. Tokoh-tokoh
silat yang terlibat dalam peristiwa ini tersebar di seantero
jagad, hampir meliputi semua tokoh sakti zaman itu.
Demikian meluasnya mereka yang terlibat sehingga kalau
dibicarakan sungguh mengerikan.
Padahal peristiwa itu berawal dari suatu
kesalahpahaman tapi akhirnya terciptalah suatu tragedi
642 yang menggetarkan sukma. Nak. meskipun peristiwa itu
sudah terjadi pada dua culuh tahun berselang tapi
hingga kini tak ada orang berani menyinggung kembali
peristiwa itu. Aku sendiri, walaupun mengetahui asal- usulmu, juga
yakin tragedi itu timbul dari salah paham Tapi lantaran
pertama buktinya kurang lengkap aku tak bisa tampilkan
diri untuk mencuci bersih kesalahan paham ini. Kedua,
masalah ini mempunyai kaitan yang amat luas, aku tak
berani bertindak secara gegabah...."
Berbicara sampai di situ kembali ia berhenti sejenak.
sesudah termenung berapa saat ia baru melanjutkan
"sudah terlalu banyak yang kubicarakan mungkin hal ini
malah menambah banyak kemurungan bagimu. Aaaai...
meski ilmu silat gurumu sangat hebat dan termasuk
salah satu jago pilihan dalam dunia persilatan, namun
ilmu silat tiada batasnya, sekalipun seseorang
menggunakan segenap kemampuannya belajar
sepanjang hidup pun tak mungkin bisa menguasai
seluruh ilmu yang ada di dunia ini.
Maka dari itu dunia persilatan terdiri dari banyak partai
dan aliran, ada yang tersohor karena ilmu pedangnya,
ada pula yang terkenal karena ilmu pukulan setiap aliran
memiliki keunggulan masing-masing, Apa yang suhumu
bisa, belum tentu aku pun bisa, tapi apa yang kuketahui
belum tentu juga diketahui gurumu.
643 oleh karena itu meskipun ibumu tidak berkata apaapa,
tapi aku memahami maksud hatinya yaitu minta aku
mewariskan ilmu silat kepadamu."
" Kalau soal ini, aku tak berani menerima-nya."
"Nah, kau tak usah menampik," Ciu Huang menghela
napas. "Sesungguhnya ilmu silat bagimu merupakan
kunci terpenting yang perlu dimiliki, terlepas dari budimu
mengHantar obat untukku. Cukup ditinjau dari sikap
ibumu yang berjiwa baja dan mampu hidup menanggung
derita, aku tak bisa berpeluk tangan belaka.
Yang dihormati kita umat persilatan adalah istri setia
dan anak berbakti, apa lagi kau memiliki bakat yang
bagus untuk mewarisi ilmu silatku. Asal kau mau
bersabar menunggu beberapa hari lagi, dengan bantuan
obat jinsom berusia seribu tahun itu aku percaya sepuluh
hari kemudian lukaku bakal sembuh sama sekali.
Biarpun belum mampu digunakan untuk bertarung
melawan orang, tapi lebih dari cukup untuk mewariskan
ilmu silat kepadamu, hanya sebelum itu aku perlu
mengutarakan dulu...."
"Aku siap mendengarkan"
"Boleh saja aku mewariskan ilmu silat kepadamu,
namun kita tak boleh ada ikatan nama sebagai guru dan
murid." 644 Lim Han-kim hanya termangu-mangu saja tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, sebab ia memang tak
tahu apa yang mesti dikatakan.
Terdengar ciu Huang berkata lebih jauh: "Hal ini
bukan disebabkan bakatmu tidak sesuai menjadi anak
muridku serta mewarisi sebutan itu, sesungguhnya
akulah yang tidak pantas menjadi gurumu. Aaaai,., tidak
sedikit umat persilatan yang menaruh rasa kagum dan
hormat kepadaku, dengan pelbagai cara mereka ingin
belajar silat dariku, masuk dalam perguruanku tapi siapa
yang tahu dalam sepanjang hidupku aku pernah tiga kali
menderita kekalahan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, tiba-tiba ia
jatuhkan diri berlutut di hadapan Ciu Huang seraya
berkata: "sejak mengetahui urusan, aku selalu
dibelenggu perasaan murung memikirkan asal- usulku,
Walaupun ibu amat sayang kepadaku tapi setiap kali
menyinggung tentang ayahku, kalau bukan ia menegurku
dengan marah tentu menangis penuh kepedihan hati,
membuat aku selalu ketakutan tak berani bertanya lagi.
Tapi justru karena keadaan yang lain daripada
biasanya itu membuat aku semakin ingin mengetahui
asal-usulku yang sesungguhnya Aaaai... hampir belasan
tahun lamanya aku dirundung kemurungan gara-gara
masalah ini. Entah berapa banyak teguran dan makian
yang telah kuterima, dan entah berapa banyak kali
645 kusaksikan ibu menangis sedih, Tak heran keinginanku
mengetahui asal- usulku ibarat gelombang yang
mengamuk di samudra, tapi... ke mana aku harus pergi
untuk mencari seseorang yang tidak terlibat dalam
masalah ini namun bersedia mengungkapkan asalusulku"
Aaai.... Rupanya Thian maha pengasih, akhirnya aku
dapat bertemu dengan Locianpwee pada malam ini mau
menyingkap sedikit latar belakangku itu Bisa jadi ibuku
memang menaruh niat minta Locianpwee mewariskan
ilmu silatnya kepadaku, tapi tidakkah mungkin ia juga
memiliki niat lain?"
"Niat apakah itu" Bagaimana kalau kau jelaskan?"
"Locianpwe pernah bilang asal- usulku mengenaskan
dan pengalaman keluargaku tragis, ucapan ini pasti
benar bukan?" "Tentu saja benar."
"Dalam ingatanku sama sekali tidak tertinggal kesan
tentang ayahku, kupikir peristiwa tragis inipasti terjadi
gara-gara ayahku bukan?"
"Ehmmm, kau memang sangat pintar."
"Kalau Locianpwee memang mengetahui persoalan ini,
kumohon kau sudi membeberkannya kepadaku, sehingga
646 aku pun bisa melenyapkan kemurungan yang selama ini
mengganjal dadaku." Hakim sakti ciu Huang tidak-menjawab, pelan-pelan ia
membaringkan diri ke atas pembaringan.
BAB 20. Kakek Berambut Putih Menuntut obat
Lim Han-kim merasa darah panas bergelora di dalam
dadanya, tidak tahan lagi ia cucurkan air mata, terusnya
dengan nada sedih: "Bila Locianpwee tak mau
membeberkan asal-usulku hari ini, aku pun akan berlutut
terus sepanjang masa."
Pemuda murung yang selalu angkuh ini agaknya
sudah kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri,
air matanya bercucuran amat deras.
Tampaknya Hakim sakti Ciu Huang merasa sangat
terharu, pelan-pelan ia duduk kembali sambil membujuk:
"seorang lelaki sejati tak gampang mencucurkan air
mata, Cepat bangkitlah dulu."
"Jadi Locianpwee telah mengabulkan permintaanku?"
Haklm sakti ciu Huang menggeleng.
"Nak, cepatlah bangun. Mari kita berbincang-bincang
lagi. Aku suka dengan para pendekar yang gagah dan
647 berjiwa baja, paling benci dengan orang tak bersemangat
yang gampang terpengaruh emosi."
Sambil menyeka air matanya Lim Han-kim bangkit
berdiri, ujarnya: "Bila Locianpwee tidak bersedia
membeberkan asal-usulku, terpaksa aku pergi mencari
Thian-hok Sangjin." "Kalau aku tidak bicara, tanggung Thian-hok Sangjin
pun tak bakal meluluskan permintaanmu. "
Lim Han-kim ingin bertanya lebih jauh, mendadak
terdengar suara deheman berkumandang datang disusul
kemudian terdengar suara langkah kaki yang kacau.
Ketika berpaling, tampaklah ketua awan hijau ci Mia-cu
berjalan paling depan disusul Han Si-kong dan Li Bunyang
di belakangnya. ci Mia-cu memandang Lim Han-kim se-kejap, lalu
tanyanya kepada si Hakim sakti ciu Huang: "ciutayhiap,
lukamu tidak apa-apa bukan?" ciu Huang tertawa.
"Phang Thian-hua disebut orang dewa jinsom, tentu
saja nama besarnya itu bukan nama kosong saja,
Sungguh tak disangka sebotol pil jinsom berusia seribu
tahunnya benar-benar dapat merenggut balik sukma-ku
dari pintu neraka...."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

648 Ucapan itu diutarakan dengan suara nyaring dan
lantang, jelas luka yang dideritanya sudah sembuh
sebagian besar. Ci Mia-cu menghela napas panjang, katanya: " orang
baik memang selalu dilindungi Thian, pada waktu biasa
Ciu tayhiap hanya menolong orang, oleh sebab itulah
ketika berita terlukamu tersebar dalam dunia persilatan,
entah berapa banyak orang yang turut menguatirkan
keselamatan jiwamu. Meski aku tak ingin menyebar
luaskan berita ini, namun orang yang datang menjenguk
atau menghantar obat tetap mengalir datang tiada
habisnya." "Aku memang punya banyak teman di dunia
persilatan, tapi musuhku juga tak sedikit jumlahnya,
selama ini aku yakin banyak musuh besarku yang telah
datang ke kuil awan hijau untuk menuntut balas bukan?"
sambung Ciu Huang sambil ter-tawa.
Ci Mia-cu mengalihkan pandangannya memandang
para jago sekejap, kemudian sahutnya: "Yaa, walaupun
ada beberapa orang yang mendapat kabar dan datang
mencari balas, tapi semuanya berhasil dibendung oleh Li
kongcu" Ciu Huang segera menatap wajah Li Bun- yang lekatlekat,
katanya "Aku sudah beberapa kali bertemu muka
dengan ibumu, budi bantuan saudara Li pasti akan
kubalas setelah bertemu ibumu nanti."
649 "Locianpwe adalah seorang pendekar sejati masa ini,"
kata Li Bun- yang sambil tertawa. "sudah menjadi
kewajiban kami sebagai umat persilatan untuk berusaha
membantu Locianpwee lolos dari bencana kali ini,
tentang ibuku.... belakangan ini ia sudah hidup
memencilkan diri Meski aku sendiripun jarang dapat
bersua dengan beliau, maksud baik Locianpwee biar aku
mewakili ibuku untuk menerimanya."
Ternyata ia kuatir Ciu Huang benar-benar
mengunjungi bukit Hong-san setelah lukanya sembuh
nanti, Dengan kedudukan serta pamornya dalam dunia
persilatan, sudah sepatutnya kalau kunjungan itu
disambut sendiri oleh ibunya. Padahal waktu itu ibunya
sedang menutup diri dan tak mungkin munculkan diri
untuk menyambut Dengan watak Ciu Huang tinggi hati,
perlakuan macam itu bisa jadi akan menimbulkan salah
paham dengan pihak keluarga Hong-san, karena itulah ia
berusaha untuk menampik. Hakim sakti Ciu Huang menghela napas panjang.
"Yaa, sebagian besar sahabat lamaku telah wafat, yang
masih hiduppun kebanyakan sudah mengundurkan diri
tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, Tinggal
aku seorang yang masih luntang-lantung dalam
keramaian dunia. Aaaai... kelihatannya sudah waktunya
aku mengundurkan diri juga...."
650 "Kata-kata Ciutayhiap pantas menjadi panutan bagi
kaum muda, Tapi bicara sejujurnya, hidup mengasingkan
diri pun tidak menjamin bisa lolos dari segala keruwetan
dalam dunia persilatan, contoh yang paling jelas adalah
diriku, meskipun aku sudah hidup sebagai pendeta di kuil
awan hijau dan boleh dibilang telah menghindarkan diri
dari keramaian dunia persilatan, tapi kenyataannya
selama belasan tahun ini begitu banyak jago persilatan
tetap datang mencari balas. Meski berulang kali aku
mengalah dan mencoba menahan diri, tak urung
beberapa kali juga aku dipaksa untuk turun tangan.
Aaaai... satu kali orang terlibat dalam dunia persilatan,
tampaknya selama hidup jangan harap bisa meloloskan
diri kembali." Kemudian setelah berhenti sejenak, Ci Mia-cu berkata
lebih jauh: "Berbicara dari kedudukan serta pamor ciu
tayhiap. ia sepuluh kali lipat lebih tinggi ketimbang aku.
Bila ingin mencari sepi untuk hidup tenang... aku rasa
sulitnya bukan kepalang."
"Ehmm, ucapan itu memang benar," timbrung Han sikong
tiba-tiba. "siapa pun yang pernah terjun ke dalam
dunia persilatan, selama hidup ia jangan harap bisa cuci
tangan dengan bersih."
setelah tarik napas panjang, terusnya: "Dari deretan
jago silat angkatan kita sekarang, ciu tayhiap. Phang
Thian-hua dan Thian-hok sangjin terhitung tiga jenis
651 tokoh yang saling berbeda, selama ini ciu tayhiap malang
melintang dalam dunia persilatan dengan mengutamakan
keadilan dan jiwa pendekar sehingga disebut orang
Hakim berwajah baja, tidak heran kalau Ciu tayhiap
mempunyai banyak musuh. sebaliknya Phang Thian-hua
tak pernah terjun ke dunia persilatan, tapi kenyataannya
musuh besar yang bermusuhan dengannya tidak berbeda
jauh dengan musuh-musuh ciu tayhiap...."
"Ehmm, perkataan itu benar juga," Ciu Huang
manggut-manggut. "Tapi yang paling mengenaskan justru Thian-hok
sangjin, Biasanya ia tak suka cari nama maupun
kedudukan, tapi justru begitu banyak jago silat serta
permasalahannya yang merembet dan melibatkan
dirinya. ia berusaha menjauhkan diri dari keramaian
dunia, tapi justru banyak orang pergi mencarinya untuk
membuat perhitungan sehingga pondok Lian-im-lunya
yang terdiri dari berapa buah bangunan gubug tak
pernah sepi dari kunjungan manusia. Nyatanya aku
pernah ke sana, si kepalan baja Ku Hui dari tiga orang
gagah Juan-tiong pun pernah ke situ.,."
"Apa?" mendadak sepasang mata Ciu Huang yang
berada di balik kain pembalut putih melotot besar.
"Menurut apa yang kuketahui, dua orang pembantu
Thian-hok sangjin bukan jago sembarangan, masa
mereka ijinkan sembarangan orang mengunjungi pondok
652 Lian-im-lu?" "Aku percaya dan yakin Thian-hok sangjin adalah
seorang jago pilihan, baik budi pekerti maupun ilmu
silatnya sudah mencapai taraf kesempurnaan dan akupun
menyadari selama hidup jangan harap aku orang she-
Han mampu melatih diri hingga mencapai taraf yang
seimbang dengan kemampuannya, tapi kalau berbicara
tentang beberapa orang pembantunya itu, Kemampuan
mereka masih belum cukup untuk membendung
kehadiran para jago."
"Ada apa" Kau pernah bertarung dengan mereka?"
"Jui lotoa orangnya ramah, ia lepaskan kami untuk
lewat, sebaliknya Li Loji galak dan tak kenal manusia,
sikapnya itu memaksa aku si monyet tua terpaksa harus
menerjang naik dengan kekerasan-"
"Kau dapat mengungguli Li leji, hal ini membuktikan
ilmu silatmu terhitung bagus sekali."
"Di kala kami berada di Pondok Lian-im-lu itulah,
dengan mata kepala sendiri kami saksikan kehadiran dua
manusia aneh dari Thian-lam.,."
"Nenek naga berambut putih..." tukas ciu Huang
tertegun. 653 "Yaa, selain Nenek naga berambut putih, masih ada
lagi seorang kakek berambut putih,"
"oooh, dia pasti si naga botak siang Cou pada puluhan
tahun berselang orang ini adalah seorang tokoh kalangan
hitam yang amat termashur dalam dunia persilatan,
kemudian ia dipaksa orang meninggalkan daratan
Tionggoan hingga mesti mengungsi ke Thian-lam.
Entah bagaimana ceritanya tahu-tahu ia sudah
menjadi anggota perguruan Thian-lam. Ada urusan apa
kedua orang itu datang kepondok Lian-im-lu?"
"Mencari Thian-hok sangjin untuk menelusuri jejak
dua mustika dari Thian-lam"
"Pedang usus ikan dan tameng naga langit?"
"Benar" "Menurut apa yang kuketahui, Thian-hok sangjin tidak
mencari nama maupun kedudukan walaupun dua
mustika dari Thian-lam merupakan mustika impian setiap
Umat persilatan, bukan berarti dia pun bakal tertarik
dengan benda-benda semacam itu. sudah pasti dua
manusia aneh dari Thian-lam mendapat hasutan orang
lain sehingga menyatroni pondok Lian-im-lu."
Agaknya secara tiba-tiba Han si-kong teringat akan
suatu persoalan yang amat penting, segera katanya: "ciu
tayhiap. kau sudah lama berkelana di dalam dunia
654 persilatan pengetahuan serta pengalamanmu pasti amat
luas, boleh dibilang jarang ada yang menandingi...."
"Anda terlalu memuji, bila ingin bertanya katakan
saja." "Ciu tayhiap. apakah kau kenal dengan seorang jago
pedang kenamaan dari dunia persilatan yang menjadi
sahabat karib Thian-hok sangjin, dia mengaku bernama
Pek Khi-hong?" si Hakim sakti Ciu Huang berpikir sejenak. kemudian
sahutnya: " Walaupun banyak jago pedang kenamaan
yang belum pernah kujumpai, paling tidak tentu pernah
kudengar namanya, tapi rasanya belum pernah kudengar
nama Pek Khi-hong itu.,."
Han Si-kong segera melirik Lim Han-kim sekejap.
kemudian tertawa tergelak. "Ha ha ha ha... saudara Lim,
kita sudah ditipu budak itu."
"Tapi kita tak akan salah melihat, pedang usus ikan
betul-betul berada di tangannya," ucap Lim Han-kim.
"Meskipun dua mustika dari Thian-lam tidak berada di
tangan Thian-hok sangjin, tapi kelihatannya ada
hubungan yang erat dengan dirinya, sedang kehadiran
dua manusia aneh dari Thian-lam di Pondok Lian-im-lu
juga bukan tanpa alasan, tentunya Ciu tayhiap pernah
655 mendengar tentang Gadis naga berbaju hitam bukan?"
Ciu Huang manggut-manggut membenarkan.
"Dengan membawa dua mustika dari Thian-lam,
perempuan ini telah membuat onar selama belasan
tahun di daratan Tionggoan, tapi secara tiba-tiba
jejaknya lenyap tak berbekas dan tak pernah munculkan
diri kembali, Dulu aku pernah bertemu satu kali
dengannya, apakah ia masih hidup hingga kini?"
"Bukan hanya masih hidup segar bugar malahan
sudah kawin." "Kawin dengan siapa?"
"Pek Khi-hong.-."
Maka secara ringkas Han si-kong menceritakan
bagaimana kisahnya mereka bertemu dengan Han-gwat,
terjerumus diperkampungan Lak-seng-tong, naik ke
Pondok Lian-im-lu untuk mematahkan borgol tangan lalu
bagaimana bertemu dengan si Gadis naga berbaju hitam
dan dua manusia aneh dari Thian-lam, di mana Thianhok
sangjin dipaksa untuk menyerahkan dua mustika dari
Thian-lam, lalu bagaimana Thian-hok sangjin secara
sukarela berangkat ke istana racun.
Selesai mendengar kisah tersebut, Ci Mia-cu menghela
napas panjang, katanya: "Selamanya Thian-hok Sangjin
tak pernah berhubungan dengan umat persilatan,
656 ternyata ia pun digundah banyak persoalan dan
kerepotan, Aaaai Sebagai anggota dunia persilatan
tampaknya susah amat untuk melepaskan diri dari
keruwetan pelbagai masalah.^
"Thian-hok Sangjin kelewat termashur," ujar Han Sikong.
"Dengan kedudukannya dalam dunia persilatan,
tentu saja sulit baginya untuk memutuskan hubungan
dengan masalah dunia persilatan, Betul ia tidak mencari
gara-gara, tapi orang lain justru datang mencarinya.
sekalipun di balik kejadian ini terdapat banyak masalah
yang kurang jelas, tapi sukar untuk dicari sebabmusababnya,
Yang membuat orang lebih tak habis
mengerti adalah kerelaan Thian-hok Sangjin menuruti
perintah Dewi seratus racun untuk berangkat ke istana
racun. Malahan kudengar kepergian Thian-hok Sangjin kali ini
konon ada hubungannya dengan keselamatan seluruh
umat persilatan di dunia ini, coba bayangkan apakah
kejadian ini tidak aneh?"
"Ehmmm... rasa- rasanya aku pun pernah mendengar
orang membicarakan masalah istana panca racun," kata
Ci Mia-cu. "Tapi kalau di pikirkan kembali sekarang,
rasanya susah bagiku untuk mengingat-ingat di manakah
leitak istana racun itu."
657 "oooh, kalian belum pernah mendengar tentang istana
panca racun" Aku bisa memberi sedikit penjelasan untuk
kalian," kata Ciu Huang.
"Jadi Ciu tayhiap pernah berkunjung ke istana panca
racun?" ciu Huang segera menggeleng
"Biarpun aku belum pernah berkunjung ke tempat itu,
namun aku mengetahui seluk beluknya dengan jelas."
"Yaa, aku pun pernah mendengar cerita tentang
betapa seram dan mengerikannya tempat itu," ujar Ci
Mia-cu. "Terus terang saja setelah peristiwa itu, aku
pernah berpikir cukup lama, tapi sulit rasanya untuk
mempercayainya dengan begitu saja."
Ciu Huang menghela napas panjang, "Berita yang
tersiar dalam dunia persilatan memang kedengarannya
menyeramkan sebab banyak yang sudah ditambahi
bumbu, tapi berita yang kudengar ini justru datang dari
mulut seorang sahabat lamaku, jadi kebenaran ceritanya
lebih dapat dipercaya. Menyinggung soal menyeramkan,
tempat itu memang tiada duanya di dunia saat ini..."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"sebetulnya tempat macam apakah itu?" tukas Li Bunyang.
"ibumu mempunyai pengetahuan serta pengalaman
yang amat luas, bahkan mungkin jauh di atas
658 kemampuanku, masa saudara Li belum pernah
mendengar ibumu menyinggung soal ini?"
"Mendengar sih pernah, cuma hanya sekilas pintas
saja sehingga kurang begitu jelas."
Ciu Huang menggeser badannya untuk duduk lebih
nyaman sedikit, kemudian setelah mendeham pelan,
terusnya: "Tempat itu merupakan suatu tempat yang
penuh diliputi hawa beracun yang jahat dan misterius,
Konon, sepuluh li di sekeliling istana panca racun penuh
tertimbun daun-daun membusuk serta aliran hawa racun
yang entah dari mana asalnya.
Aliran hawa racun serta daun-daun membusuk yang
terhimpun menjadi satu menciptakan suatu hawa maut
yang alami tapi jahatnya bukan kepalang, Kemudian oleh
seseorang tempat itu dirubah sedemikian rupa sehingga
bekas-bekas daun busuk itu jadi sama sekali tak
berbekas, ini menyebabkan orang luar yang tiba di situ
dan tidak mengetahui kondisi setempat menjadi terjebak
ke dalam alam beracun tanpa disadarinya. Kalau sudah
begini, biar kau memiliki ilmu silat yang maha
dahsyatpun jangan harap bisa lolos dari bencana
kematian...." semua orang mendengarkan penuturan itu dengan
seksama, enam buah sorot mata bersama-sama
ditujukan ke wajah Ciu Huang,
659 Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan
matanya, kemudian ia baru melanjutkan: "Alam maut
yang tercipta oleh daun- daun busuk serta aliran hawa
beracun itu benar-benar merupakan suatu tempat maut
yang tiada duanya di dunia ini. Tak usah seseorang
terjerumus ke dalam hawa racun yang sudah terhimpun
beratus tahun lamanya, cukup bau busuk yang terpancar
dari daun busuk saja sudah mampu membuat seseorang
mati lemas." "Aneh benar, masa anggota istana panca racun tidak
takut dengan hawa beracun itu?" tanya Han si-kong
keheranan- "Setiap benda di dunia ini pasti ada lawannya, konon
di dalam istana panca racun itu tumbuh sejenis bunga
aneh yang memiliki bau harum sangat tebal. Asal
seseorang mencantumkan sekuntum bunga itu di
badannya, maka ia tak perlu kuatir dengan hawa beracun
lagi." "Kecuali alam beracun itu apakah masih ada tempat
lain yang lebih berbahaya lagi?" tanya Li Bun-yang.
"Di dalam alam racun yang terdiri dari daun busuk
serta hawa racun itu terdapat sebidang tanah seluas
berapa ratus hektar. Di tempat itulah istana racun
tersebut didirikan Untuk melengkapi keseraman istana
tadi, dikumpulkan aneka macam makhluk beracun yang
660 kalau dijumlah mencapai lima jenis utama, itulah
sebabnya istana itu disebut istana panca racun."
"Kalau dibilang ada lima jenis makhluk beracun,
seharusnya antara makhluk yang satu dengan makhluk
yang lain saling bertentangan. Bagaimana mungkin tetap
ada lima racun" " tanya Li Bun-yang.
"Waaah, kalau soal itu aku kurang jelas."
Li Bun-yang mendehampelan, katanya lagi: "Manusia
macam apa pula pemimpin yang menyelenggarakan
istana panca racun itu?"
"Masalah ini bukan cuma aku yang tak jelas, aku rasa
tak ada orang kedua dalam dunia persilatan saat ini yang
mengetahui seluk beluk tersebut sejelasnya."
"Aku tahu di dunia ini justru ada dua orang yang
mengetahui latar belakang istana racun itu secara jelas"
tiba-tiba Han si-kong menyela.
"harap Locianpwee menjelaskan lebih jauh."
"Yang pertama adalah Thian-hok sangjin, tapi dia
sudah memasuki istana racun sehingga tak perlu
disinggung lagi. Masih ada seorang lagi hingga kini masih
berdiam di pondok Lian-im-lu."
"Kau maksudkan gadis berbaju putih yang lemah
karena penyakit itu?" tanya Lim Han-kim.
661 "Yaa, gadis itulah yang kumaksudkan. Ketika Thianhok
sangjin hendak mengikuti si perempuan siluman
menuju ke istana racun tempo hari, hampir semua orang
yang hadir pada marah dan berusaha menghalangi.
cuma si nona baju putih yang datang secara tergesagesa
saja yang tidak terpengaruh oleh keadaan, Malahan
ia membujuk Thian-hok sangjin agar berangkat dengan
perasaan lega. Bukan saja ia berbicara dengan tenang,
malahan mengantar tanpa perasaan hati yang berat
Apabila ia belum mengetahui latar belakang persoalan itu
secara jelas, tak nanti ia bisa bersikap demikian."
"Ehmm, perkataan Locianpwee memang benar."
Tiba-tiba terdengar suara bulu sayap burung
membelah angkasa berkumandang datangi disusul
kemudian terlihat seekor burung kakak tua menembusi
angkasa melayang masuk ke dalam ruangan, Burung itu
tak lain adalah Bi-ji, burung yang cerdik itu,
setelah mengitari ruangan satu lingkaran burung itu
melayang turun dan hingga di bahu Li Bun-yang sambil
berteriak: "Nona bertemu musuh, nona bertemu
musuh..." Berubah paras muka Li Bun-yang, dengan cepat ia
melompat bangun sambil serunya: "Adikku telah bertemu
musuh tangguh dan kini sedang terlibat dalam perta
rungan sengit, harap kalian tunggu di sini, aku akan
membantu adikku dulu."
662 Selesai bicara, tanpa menanti jawaban dari beberapa
orang itu ia sudah lari ke luar dari ruangan dengan
langkah cepat. soat Bi-ji si burung cerdik itu segera mementang
sayapnya terbang lebih dulu sebagai penunjuk jalan, Han
si-kong segera ikut melompat bangun sambil ujarnya:
"Biar aku ikut saudara Li melihat keadaan, ingin kulihat
jagoan dari mana yang telah datang." Dengan langkah
lebar dia menyusul dari belakang.
ci Mia-cu tak mau kalah, katanya pula: "Lim situ,
harap kau tetap tinggal di sini menemani ciu tayhiap. aku
segera akan balik," Lim Han-kim berkerut kening, ja menggerakkan
bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat
itu kemudian dibatalkan ia mengawasi kepergian
beberapa orang rekannya itu tanpa bicara.
sepeninggal beberapa orang itu, si Hakim sakti Ciu
Huang baru berpaling memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian tanyanya: "Pernahkah ibumu membicarakan
tentang tabiatku selama ini?"
"Jarang sekali ibu membicarakan masalah dunia
persilatan dengan diriku, terutama masalah jago-jago
silatnya." 663 "Nah, itulah dia. Watakku memang aneh sekali, apa
yang telah kuputuskan selamanya tak akan pernah
dirubah. setelah aku memutuskan akan mewariskan ilmu
silat kepadamu, perduli kau setuju atau tidak. aku tetap
akan mewariskan kepandaian kepadamu, sebaliknya aku
tidak bersedia memberitahukan asal-usulmu, maka
meskipUn kau gorok leher sendiri di hadapankupun tak
nanti aku akan menuruti kehendakmu itu."
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan tegas dan
sama sekali tidak memberi peluang untuk berunding,
malah selesai bicara dia pejamkan matanya rapat-rapat.
Lim Han-kim menghela napas sedih, pelan-pelan ia
berjalan keluar dari ruangan sementara itu dua orang
tosu kecil penjaga pintu telah meloloskan senjata
masing-masing dan bersembunyi di balik kegelapan
untuk mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan. Lim Han-kim mengangkat kepalanya memandang
angkasa, tampak rembulan tergantung jauh di atas
awan, bintang bertaburan di angkasa memancarkan
cahaya yang redup, ia menghembuskan napas panjang,
ingin rasanya untuk membuang semua kekesalan yang
mengganjal dadanya, tangannya segera diayunkan ke
muka melepaskan satu pukulan kearah hutan bambu.
Pukulan itu hampir disertai seluruh kemurungan dan
kekesalan yang mengganjal dadanya, Tenaga yang
664 disertakanpun sangat kuat,Begitu dilepaskan, segulung
angin pukulan yang sangat kuat menyambar ke luar.
Mendadak segulung tenaga pukulan yang lembut
muncul dari balik hutan bambu itu dan menggulung ke
luar. secara gampang dan enteng sekali ternyata ia
berhasil memunahkan seluruh kekuatan pukulan yang
dilepaskan Lim Han-kim itu.
Pukulan yang dilepaskan secara sembarangan ternyata
memancing munculnya musuh tangguh, Kenyataan ini
sangat mengejutkan Lim Han-kim, otomatis rasa murung
dan kesalnya hilang seketika, diawasinya hutan bambu
itu dengan seksama lalu bentaknya nyaring: "siapa kau?"
"Aku datang untuk meminta obat," dari balik hutan
bambu bergema suara jawaban yang rendah dan berat,
kemudian pelan-pelan muncullah seorang kakek
berambut putih. Dengan sekilas pandangan saja Lim Han-kim segera
mengenali siapa pendatang itu, dengan tertegun serun a:
"Rupanya kau, Pek Khi-hong"
"Benar, memang aku"
Mendadak terlihat cahaya pedang berkilauan dua bilah
cahaya putih meluncur ke luar langsung menusuk
ketubuh kakek berambut putih itu.
665 Ternyata dua kilatan cahaya pedang yang menyerang
datang itu berasal dari dua bilah pedang tosu-tosu kecil
penjaga pintu itu. saat itu mereka berdiri dengan mata
terbelalak lebar, mereka tak tahu sejak kapan orang itu
sudah hadir di sana serta bersembunyi di dalam hutan
bambu dekat ruangan. seandainya bukan serangan Lim Han-kim yang
memaksa orang itu munculkan diri, mungkin sampai
orang itu menyelinap masuk ke dalam ruangan mereka
berdua belum menyadarinya.
Rasa malu bercampur gusar segera menyelimuti
perasaan dua orang tosu kecil itu. Tak heran begitu
melihatsi kakek berambut putih munculkan diri, serentak
mereka lancarkan serangan secara garang.
Tampak Pek Khi-hong mengebutkan ujung baju
kanannya, Pedang yang berada di tangan dua orang tosu
kecil itu segera terpental balik, pergelangan tangan
mereka jadi kaku dan nyaris senjatanya terlepas dari
genggaman. Dengan suara berat Lim Han-kim segera berseru:
"Kalian bukan tandingannya, cepat menyingkir."
Walaupun dua orang tosu kecil itu dibuat terkejut
bercampur terkesiap atas kehebatan ilmu silat si
pendatang, namun sebagai penjaga pintu yang
666 mempunyai tanggung jawab berat, tentu saja mereka tak
bisa berdiam diri begitu saja.
setelah berhenti sejenak untuk atur pernapasan
mereka segera memencarkan diri.
satu dari depan, yang lain dari belakang serentak
menggerakkan senjatanya melancarkan tusukan.
Pek Khi-hong tertawa dingin. ia berdiri tenang
bagaikan sebuah bukit Thay-san, sementara sepasang
telapak tangannya melepaskan pukulan kiri kanan depan
belakang secara berantai Menyusul berhembusnya angin pukulan itu, dua orang
tosu kecil itu segera merasakan pedang di tangan
mereka tersedot segulung kekuatan yang maha dahsyat
membuat serangan mereka miring ke samping.
Menggunakan kesempatan itulah Pek Khi-hong
mengubah pukulannya menjadi cengkeraman dan
menerobos masuk lewat peluang tersebut.
Gerak serangannya amat cepat bagaikan sambaran
kilat, Dua orang tosu kecil itu merasakan urat nadi pada
pergelangan tangannya jadi kaku, tahu-tahu senjatanya
terlepas dan sudah berpindah tangan semua.
sementara itu Lim Han-kim merasa amat terkesiap
setelah mengikuti jalannya pertarungan itu Demikian
cepatnya gerak serangan yang digunakan untuk merebut
667 senjata lawan itu, nyaris belum pernah disaksikan
sebelumnya. Terdengar Pek Khi-hong menjengek sambil tertawa
dingin: "Ketua kuil awan hijau mempunyai reputasi yang
sangat baik dalam dunia persilatan, aku tak ingin melukai
anak muridnya." sepasang pergelangan tangannya segera digetarkan,
dua orang tosu kecil itu seketika mencelat mundur
sejauh lima langkah. Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya bersiap sedia, kemudian ditatapnya Pek Khihong
sambil menegur: "Kau hendak minta obat pada
siapa?" "Kita pernah berjanji sewaktu ada di pondok Lian-im-lu
tempo hari, kalau aku dapat memutuskan rantai borgol
dari tangan kalian berdua, maka kau pun bersedia
memberikan pil jinsom berusia seribu tahun kepadaku.
sekarang aku tahupil mustika itu sudah terjatuh di kuil


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

awah hijau ini, kenapa aku tak boleh ke mari untuk
memintanya?" Lim Han-kim tertegun, dalam keadaan begini terpaksa
ia harus membantah sesaat kemudian baru ia berkata:
"Ketika berada di pondok Lian-im-lu tempo hari, Locianpwee
sendirilah yang berkata begitu Kapan aku
668 pernah berjanji apalagi pil jin-som berusia seribu tahun
itu sudah bukan menjadi milikku."
"Lalu milik siapa?"
"Pil jinsom milikku sudah dirampas orang-orang Hianhong-
kau, tapi kemudian berhasil dicuri kembali oleh si
pencuri sakti, Untuk membalas budi Ciu tayhiap. ia
hadiahkan pil tersebut untuknya, jadi obat itu sudah
bukan hakku lagi." "Perkumpulan Hian- hong- kau bisa merampas, Nyoo
Cing-hong bisa mencuri, masa aku tak boleh merebutnya
secara terang-terangan?" seru Pek Khi-hong.
"Tapi Ciu tayhiap menderita luka yang sangat parah, ia
membutuhkan obat tersebut untuk menyelamatkan
jiwanya," "Putriku juga menderita penyakit parah yang
mengancam keselamatan jiwanya, ia butuh juga obat
tersebut untuk selamatkan nyawanya."
"itu mesti disalahkan kehadiran Locian-pwee tidak
tepat pada waktunya,"
Pek Khi-hong tertawa dingin, "He he he he... nama
besar si Hakim sakti Ciu Huang mungkin bisa
menakutkan orang lain, tapi jangan harap bisa
menggertak mundur aku. Lagi pula sebotol pil jinsom
669 berusia seribu tahun itu pun tak habis dimakan seorang
diri, aku hanya minta bagian separuhnya saja."
Lim Han-kim jadi tertegun, diam-diampikirnya: "betul
juga perkataan ini. Kalau Ciu tayhiap tidak membutuhkan
obat sebanyak itu, ada baiknya juga membagi separuh
untuknya sehingga jiwa putrinya dapat diselamatkan
juga...." sementara itu Pek Khi-hong telah menyerobot masuk
ke dalam ruangan setelah melihat anak muda itu cuma
termenung tanpa menggubris perkataannya lagi.
Lim Han-kim jadi terkejut sekali setelah merasakan
desingan angin menyambar lewat dari sisi tubuhnya,
buru-buru dia lepaskan satu pukulan sambil teriaknya:
"Lo-cianpwee..." "Blaaammmm. . . "
Diiringi suara benturan yang amat nyaring, telapak
tangan kedua orang itu saling beradu satu sama lainnya.
Lim Han-kim segera merasakan hawa murni dalam
dadanya bergelora keras, tidak kuasa lagi tubuhnya
terdorong mundur sejauh tiga langkah, Mimpipun Pek
Khi-hong tidak menyangka kalau anak muda tersebut
memiliki tenaga pukulan yang begini sempurna, bahkan
gerak maju tubuhnya pun ikut terbendung.
Cepat- cepat Lim Han-kim menarik napas untuk
mententramkan hawa murninya yang bergolak di dada,
670 setelah itu katanya: "Ruangan ini merupakan tempat Ciu
tayhiap merawat lukanya. Locianpwee tak boleh
menerjang masuk secara sembarangan."
"Kalau begitu pil jinsom berusia seribu tahun itu pasti
berada dalam ruangan itu," seru Pek Khi-hong.
selesai berkata ia lepaskan satu pukulan lagi sambil
menerobos masuk ke dalam ruangan, setelah menerima
sebuah pukulannya tadi, Lim Han-kim telah mengerti
bahwa tenaga dalam yang dimilikinya masih jauh
melebihi kemampuannya sehingga mustahil baginya
untuk menentang Pek Khi-hong dengan kekerasan-
Kali ini kedua jari tangan kanannya disodokkan ke
muka menotok urat nadi pada pergelangan tangan
lawan, jurus memutus urat yang digunakannya ini sangat
lihai dan tepat penggunaannya, Mau tak mau Pek Khihong
harus menarik kembali serangannya terlebih dulu,
Berhasil membendung terjangan lawannya dengan
sabetan jari tangan itu, kembali Lim Han-kim
menggerakkan kaki kanannya melancarkan sebuah
tendangan kilat. sesungguhnya Pek KHi-hong sudah menerobos masuk
ke dalam pintu ruangan waktu itu, tapi karena gegabah
ia malah kena dipaksa mundur oleh totokan serta
tendangan Lim Han-kim. Kenyataan ini kontan saja
671 membuat kakek berambut putih itu tertegun. "Bocah
muda, hebat amat ilmu silatmu" serunya.
secara beruntun sepasang telapak tangannya
melepaskan serangkaian pukulan, dalam sekejap mata ia
telah melepaskan delapan buah pukulan berantai.
Kedelapan jurus serangan itu dilancarkan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat, Tenaga pukulan pun
berhamburan bagaikan gulungan ombak samudra, benarbenar
dahsyat dan mengerikan. Ketika Lim Han-kim selesai menyambut delapan buah
serangan itu, tubuhnya sudah kelelahan hingga paras
mukanya berubah hebat. Tapi ia sangat menguatirkan
keselamatan Ciu Huang, walaupun ia sadar dalam
menghadapi pertempuran sengit hari ini mau tak mau dia
mesti kerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya,
namun ia bertekad mencegah kakek itu menerjang
masuk ke dalam ruangan dan merampas obat mustika
itu. Ia mengerti, sekali kakek berambut putih itu berhasil
memasuki ruangan, kemungkinan besar ia bakal bentrok
dengan Ciu Hang, padahal si Hakim sakti baru sembuh
dari sakit parahnya, bagaimana mungkin ia sanggup
menerima tenaga pukulan yang begini sempurnanya"
Berpikir sejauh itu, Lim Han-kim semakin tak berani
gegabah, dengan mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya, ia melepaskan serangan balasan, Dengan
672 jurus "Datang Awan Dari Langit" tangan kanannya
menghantam dada musuh, sementara tangan kirinya
memakai jurus "Memisah Bunga Memilih Liu" menyodok
perut kakek itu. Pek Khi-hong mencak-mencak kegusaran dengan mata
melotot karena marah bentaknya: " Kau pingin
mampus?" Tubuhnya berkelebat menyingkir ke samping, begitu
lolos dari sergapan dua jurus serangan itu, tangan
kanannya dengan jurus "Memindah Bukit Membalik
samudra" menghantam sejajar dada.
Dalam pukulan ini dia sertakan tenaga dalam yang
maha dahsyat dan merupakan jurus serangan keras
melawan keras, Dalam posisi demikian, kecuali
menyambut serangan itu dengan kekerasan, Lim Hankim
hanya bisa berkelit ke samping saja untuk memberi
jalan lewat bagi lawannya.
"llmu silat Locianpwee amat sempurna, aku ikhlas bila
harus mati di ujung tangan Locianpwee."
Sepasang telapak tangannya segera ditarik sejajar
dada kemudian didorong ke depan, ternyata ia siap
menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, Terasa
olehnya segulung tenaga tekanan yang maha dahsyat
menumbuk kearah dadanya, membuat jantungnya
berdebar keras dan pandangan matanya berkunangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
673 kunang, Tubuhnya bergetar keras lalu mundur tiga
langkah dengan sempoyongan.
Pek Khi-hong kagum sekali dengan kehebatan anak
muda itu, tak kuasa pujinya: "Di kolong langit dewasa ini
hanya beberapa orang yang mampu menyambut delapan
bagian tenaga pukulanku, tak nyana kau sanggup
menerima seranganku ini...."
Walaupun ucapan itu diutarakan dengan nada
sungkan, namun serangan telapak tangannya tidak
menjadi terhenti Gempuran-gempuran yang lebih gencar
dilontarkan berulang kali, sementara berusaha
menerjang masuk ke dalam ruangan.
setelah menerima satu pukulan lawannya tadi, Lim
Han-kim sudah tak mampu menahan diri, bagaimana
mungkin ia mampu membendung datangnya serangkaian
serangan Pek Khi-hong yang begitu gencar"
Namun dalam hati kecilnya ia selalu memperingatkan
diri, bagaimana pun ia tak boleh memberi kesempatan
kepada lawannya menerjang masuk ke dalam ruangan,
apa lagi melukai Ciu tayhiap.
Ingatan ini melintas dan menggelora terus di dalam
benaknya. sekalipun kesadarannya sudah mulai
memudar, namun terhadap persoalan ini ia selalu
menaruh rasa was- was. Karenanya pukulan ppukulan
674 yang dilontarkan untuk membendung serangan itu pun
menggunakan jurus-jurus bUnuh diri.
Dalam keadaan seperti ini sekalipun Pek Khi-hong
memiliki ilmu silat yang sangat hebatpun susah baginya
untuk maju barang selangkah pun. Lama kelamaan naik
juga darah Pek Khi-hong, sambil membentak keras
serangan yang dilancarkan makin lama semakin
bertambah berat. Kembali Lim Han-kim bertahan beberapa gebrakan
dengan susah payah, ia mulai keteter hebat dan nyaris
tak sanggup menahan diri, mungkin dalam tiga sampai
lima gebrakan lagi ia bakal terluka di ujung tangan Pek
Khi-hong. Di saat yang amat kritis itulah mendadak terdengar
seseorang membentak nyaring: "siapa yang berani
menyatroni tempat terlarang Kuil Awan Hijau?"
Diiringi bentakan nyaring, segulung tenaga pukulan
menggulung tiba dengan kecepatan luar biasa
mengancam punggung Pek Khi-hong. Dari suara desiran
kuat yang mengancam belakang tubuhnya, Pek Khi-hong
sudah sadar kalau ia kedatangan musuh tangguh, Berada
dalam posisi begini mau tak mau dia mesti balikkan
tubuh untuk menyambut datangnya ancaman tersebut
cepat-cepat tangan kanannya lepaskan satu pukulan.
675 begitu dua gulung tenaga membentur, tubuh si
pendatang yang baru melayang turun ke tanah itu
tergetar mundur sejauh satu langkah, tapi begitu mundur
orang itu mendesak maju lagi, tangan kanannya
diayunkan ke depan, sebuah senjata kipas telah
menyodok dada lawan- Berkilat sepasang mata Pek Khi-hong. ia semakin
terkesiap setelah menjumpai si pendatang ternyata
adalah seorang pemuda tampan berusia dua puluh
tahunan, namun kecepatan serta kehebatan tenaga
pukulannya sedikit pun tidak berada di bawah
kemampuan Lim Han-kim. segera pikirnya: "Heran,
kenapa dalam Kuil Awan Hijau ini bisa terdapat begitu
banyak jago-jago muda berilmu tinggi...?"
sementara otaknya berputar, ia sudah terlibat dalam
perta rungan lagi melawansi pendatang, Tenaga dalam
yang dimiliki orang ini hampir seimbang dengan kekuatan
Lim Han-kim, namun pengalamannya dalam menghadapi
musuh serta keaneka-ragaman ilmu silatnya jauh
melampaui kemampuan pemuda she- Lim itu.
Tampak orang itu dengan memainkan ilmu kim-kong
dari aliran siau-lim di tangan kanannya, tangan kiri
menggunakan jurus "Membersihkan Debu Berdebat
santai" dari aliran Bu-tong justru memutar senjata
kipasnya sedemikian rupa.
676 Bukan saja memiliki perubahan yang amat banyak.
lagi pula sebentar menebas seperti pedang sebentar
membabat seperti golok. sukar diduga ke mana dia
hendak mengancam. Dalam kesempatan itu Lim Han-kim menggunakan
kesempatan tersebut mengatur kembali pernapasannya.
Dengan dasar tenaga dalamnya yang sempurna, tak
selang berapa saat kemudian kondisi tubuhnya telah
pulih kembali Ketika ia menengok kembali ke arena
pertarungan dijumpainya orang yang sedang bertarung
sengit melawan Pek Khi-hong itu ternyata tak lain adalah
Li Bun-yang dari bukit Hong-san.
sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki Pek Khi-hong
masih jauh di atas kemampuan Li Bun-yang, tapi
berhubung Li Bun-yang lebih gesit dan licik serta
berusaha menghindari pertarungan keras melawan keras,
maka untuk sesaat Pek Khi-hong pun tak dapat banyak
berbuat. Lim Han-kim menarik napas panjang-panjang,
sesudah menghimpun kembali tenaga dalamnya ia maju
dua langkah ke depan dan menghadang di depan pintu
siap menghadapi ancaman. Ternyata Li Bun-yang mengerti kalau tenaga dalamnya
tak mampu menandingi lawan, maka ia berusaha
menghindari pertarungan adu kekerasan. setiap kali
677 menjumpai serangan gencar yang dilepaskan musuhnya,
ia segera mundur untuk menghindar.
sebaliknya Pek Khi-hong yang menjumpai musuh
tangguh, mau tak mau harus melayani dengan sekuat
tenaga, tanpa sadar ia mengejar hingga berada di luar
ruangan. Dengan susah payah ia berhasil menerobos
masuk ke dalam ruangan tadi, tapi sekarang terpancing
oleh jurus-jurus serangan Li Bun-yang. Tanpa sadar
tubuhnya telah mundur lagi.
Dalam kesempatan itu Lim Han-kim telah berhasil
memulihkan kondisi badannya setelah mengatur
pernapasan beberapa saat. Ketika melihat situasi
pertarungan di arena, ia sadar Li Bun-yang sudah mulai


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keteter dan berada di bawah angin- sebaliknya tenaga
pukulan yang dilancarkan Pek Khi-hong makin lama
semakin bertambah kuat dan berhasil menguasai situasi.
Meski Li Bun-yang masih dapat bergerak dengan
andalkan kegesitan serta kelicikannya, namun tenaga
dalamnya tetap bukan tandingan musuh, Apa lagi ilmu
pukulan Pek Khi-hong yang nampaknya amat sederhana
sesungguhnya memiliki perubahan jurus yang di luar
dugaan, puluhan gebrakan kemudian posisinya makin
keteter. Di tengah pertarungan sengit itu, mendadak Pek Khihong
mengeluarkan jurus ampuhnya, telapak tangan
kanan disodok mengancam dada sementara tangan
678 kirinya menyusul di belakang tangan kanan, ikut
menyodok ke depan. Buru-buru Li Bun-yang membabatkan senjata kipasnya
kebawah, dengan jurus "Memisahkan Unsur im dan
Yang" ia bacok pergelangan tangan kanan Pek Khi-hong.
siapa sangka di saat terakhir mendadak Pek Khi-hong
menarik mundur pergelangan tangan kanannya,
sementara tangan kirinya yang tersembunyi di belakang
serangan tangan kanannya itu meluncur ke depan
dengan kecepatan luar biasa, serangan tersebut
langsung mencengkeram pergelangan tangan kanan Li
Bun-yang yang mencekal senjata kipas.
Mimpipun Li Bun-yang tidak menyangka kalau
perubahan jurus musuhnya dapat dilakukan dengan
kecepatan luar biasa, ia sangat terperanjat tergopohgopoh
tangan kirinya berputar satu lingkaran lalu
menyikut ke depan untuk membendung datangnya
ancaman cengkeraman dari Pek Khi-hong.
Bagaimana pun keluarga Li merupakan gudangnya
ilmu silat, pengetahuan serta pengalamannya sangat
mendukung dalam keadaan kritis seperti ini, jurus
penolong yang digunakan kali ini betul-betul jurus
simpanan yang luar biasa hebatnya.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir "Agak-nya kecuali
menggunakan jurus ini, tak ada jurus lain lagi yang bisa
679 dipakai untuk mematahkan sergapan kilat dari Pek Khihong."
"Ilmu penolong yang sangat bagus" bentak Pek Khihong
dingin, Kali ini dia hanya berdiri tanpa bergerak, ia
pun tidak melancarkan serangan berikut.
Pada saat itu Li Bun-yang sendiri meski sudah lolos
dari bahaya maut, namun perasaan hatinya benar-benar
terkesiap. sejak terjun ke dalam dunia persilatan belum
pernah ia jumpai tokoh sehebat orang ini, tanpa terasa
sahutnya pelan: "Anda terlalu memuji"
"Bila dugaanku tidak keliru, tentunya kau berasal dari
bukit Hong-san?" "Aku Li Bun-yang, Locianpwee tak pernah kenal
dengan diriku, darimana kau bisa tahu jika aku berasal
dari Hong-san?" Keluarga persilatan dari bukit Hong-san sudah amat
termashur dalam dunia persilatan selama seratus tahun
terakhir hampir dikenal setiap umat-persilatan, jadi meski
pihak lawan dapat menyebutkan asal usulnya pun tidak
terhitung suatu kejadian aneh.
Tapi ilmu silat yang dimiliki orang itu sangat tangguh
dan jarang ditemui sebelum-nya. Dengan bekal
pengetahuannya yang amat luas serta pergaulannya
yang amat luas pun Li Bun-yang tak berhasil menebak
680 asal usul lawan. ia tak mengira sebelum dirinya berhasil
menebak asal usul orang, asal usul sendiri malah sudah
tertebak duluan. Terdengar Pek Khi-hong berkata dengan dingin: "Jurus
silat yang kau pergunakan beraneka ragam dan
terhimpun dari ilmu silat pelbagai partai besar. Dalam
kolong langit dewasa ini selain keluarga persilatan dari
bukit Hong-san, keluarga mana lagi yang sanggup
berbuat begitu" Apa salahnya kalau aku dapat menebak
asal usulmu?" "Locianpwee, kehebatan ilmu silatmu benar-benar luar
biasa. selama hidup belum pernah kujumpai tokoh
sehebat dirimu, cobalocianpwee tidak berbelas kasihan
kepadaku tadi, mungkin aku sudah terluka di ujung
tanganmu..." BAB 21. Terluka Pukulan Beracun,
Pek Khi-hong tertawa dingin, mendadak ia memotong
pembicaraan Li Bun-yang yang belum selesai: "Pada
tempat dan keadaan seperti ini, tak sesuai kita
berbincang-bincang hal yang bukan-bukan, Aku pernah
bertemu dan berkenalan dengan ayahmu dulu, meski tak
terhitung kelewat akrab bagaikan saudara kandung,
namun hubungan persahabatan kami di luar kebiasaan.
Aku tak ingin bertarung lagi dengan kau."
681 Buru-buru Li Bun-yang menjura memberi hormat.
"Oooh, rupanya Locianpwee adalah sahabat mendiang
ayahku. Aku mohon maaf lebih dulu."
Pek Khi-hong berkelit ke samping menghindari
tanyanya kemudian: "Sudah berapa lama ayahmu
meninggal?" "Kurang lebih lima belas tahun berselang."
Tiba-tiba Pek Khi hong menghela napas panjang,
gumamnya: "Aaaai... tidak dapat menghadiri saat
penguburan sahabat sendiri, kejadian ini benar-benar
patut disesali...." Bergumam sampai di situ, tiba-tiba ia seperti teringat
suatu masalah yang sangat penting, Rasa duka di
wajahnya lenyap seketika, sebaliknya paras muka itu
berubah jadi dingin dan kaku, tegurnya kemudian:
"Apa hubunganmu dengan ciu Huang serta Kuil Awan
Hijau ini?" "Ketua Kuil Awan Hijau ci-mia-cu adalah sahabat
ayahku sebelum beliau menjadi pendeta. jadi kalau
dihitung ia masih termasuk angkatan tuaku, sebaliknya
ciu tayhiap disegani dan dihormati setiap umat persilatan
aku menaruh perasaan kagum dan hormat yang
mendalam terhadapnya...."
682 Pek Khi-hong segera berkerut kening, selanya:
"Seandainya aku hendak bentrok dengan ketua Kuil
Awan Hijau serta ciu tayhiap, entah kau bakal membantu
siapa?" Tertegun Li Bun-yang setelah mendengar
perkataan itu, diam-diam pikirannya:
"Jahe memang makin tua semakin pedas, Belum
sempat aku bertanya dia, ia sudah memojokkan aku lebih
dulu...." setelah termenung dan berpikir sejenak, sahutnya:
"Persoalannya ini benar-benar membuat aku menjadi
serba salah, Kalau berbicara menurut aturan dunia
persilatan, aku pasti akan menjatuhkan pilihan secara
cepat dengan berdiri dipihakmu, tapi sekarang... aku
berharap Locianpwee sudi memberi muka kepadaku dan
menghilangkan sikap permusuhan ini menjadi
persahabatan. Asal Locianpwee bersedia, maka masalah
Ciu tayhiap dan ketua Kuil Awan HHijau serahkan saja
kepadaku...." Pek Khi-hong tertawa dingin, selanya: "Kau salah
paham, Antara aku dengan Ciu Huang serta ketua Kuil
Awan Hijau tak pernah terikat dendam atau sakit hati,
aku datang ke mari hanya ingin minta suatu barang."
"Barang apa yang kau kehendaki?"
"sebotol pil jinsom berusia seribu tahun."
683 "Pil jinsom berusia seribu tahun.,.?" seru Li Bun-yang
agak tertegun. "Benar, pil jinsom berusia seribu tahun, Benda itu
mempunyai hubungan yang sangat penting dengan
diriku, jadi aku harus mendapatkannya."
"Menurut apa yang kuketahui, rasanya pil jinsom
seribu tahun itu menjadi milik saudara Lim."
"Tapi dia sudah mengabulkan permintaanku dan
menghadiahkannya kepadaku."
"soal ini... aku benar-benar tidak percaya. Dengan
susah payah saudara Lim ini menempuh perjalanan jauh
menghantar obat tersebut ke mari."
"Aku tak pernah bohong, kalau tak percaya tanyakan
sendiri kepadanya...." ia berpaling menatap tajam Lim
Han-kim, kemudian terusnya dengan suara dingin:
"Ketika aku hendak mematahkan rantai borgolmu di
pondok Lian-im-lu tempo hari, bukankah aku telah
berkata minta imbalan pil jinsom berusia seribu tahun
itu?" "Walaupun Locianpwee pernah bilang begitu, tapi aku
Lim Han-kim belum pernah.."
Tidak membiarkan Lim Han-kim menyelesaikan
perkataannya, Pek Khi-hong telah berkata lebih jauh:
"Nah, itulah dia Waktu itu kau toh bilang pil jinsom seribu
684 tahun itu sudah tak berada di tanganmu lagi, dirampas
orang-orang Hian-hong-kau?"
"Benar, tapi...."
Pek Khi-hong segera berpaling ke arah Li Bun-yang
dan ucapnya cepat: "saudara Li, kau sudah mendengar
semua bukan, tentunya kau tak lagi menuduh aku
sedang berbohong bukan?"
Mendengar orang itu mencari menangnya sendiri, Lim
Han-kim jadi mendongkol teriaknya keras-keras:
"Locianpwee, kau tak boleh berbicara seenaknya sendiri,
Berilah kesempatan kepadaku untuk bicara. Memang
betul Locianpwee mengajukan syarat agar aku
menghadiahkan pil mustika itu untukmu, tapi aku kan
belum mengabulkan permintaanmu itu"
"Kalau kau tidak mengabulkan permintaanku, sama
artinya kau hendak mengingkari janji."
Berubah hebat paras muka Lim Han-kim serunya
kemudian: " Kalau aku ngotot tidak mengabulkan
permintaanmu" "
"Tidak setujupun harus setuju." teriak Pek Khi-hong
gusar. "Kau jangan mendesak aku terus menerus, jangan
disangka aku tak berani membunuh orang."
"Seorang lelaki sejati lebih suka dibunuh daripada
dihina, jika Locianpwee ingin mengandalkan ilmu silat
685 untuk merampas pil jinsom berusia seribu tahun itu,
mungkin kau tak bisa memenuhi harapanmu itu dengan
lancar." Pek Khi-hong tertawa dingin, "Diminta secara baikbaik
tak bisa, terpaksa aku harus merampas dengan
kekerasan." Begitu selesai bicara, ia miringkan badannya kemudian
langsung menerjang masuk ke dalam ruangan.
Melihat orang itu benar-benar menerjang masuk
dengan kekerasan, Lim Han-kim pun berpikir:
"Tampaknya masalah hari ini harus diselesaikan lewat
suatu pertempuran sengit."
Telapak tangan kanannya dengan menggunakan jurus
"Pacul Terbang Menumbuk Genta" langsung
menghantam tubuh Pek Khi-hong. Tadi Ia sudah
menjajal kehebatan ilmu silat lawan. pemuda itu sadar
bila gempuran kali ini tidak disertai tenaga penuh, maka
terjangan orang itu mustahil dapat dibendung, oleh
sebab itu dalam serangannya- kali ini ia sertakan
sembilan bagian tenaga dalamnya, segulung angin
pukulan yang sangat kuat segera meluncur ke depan
dengan hebatnya. Pek Khi-hong sama sekali tidak mengubah gerak
tubuhnya yang menerjang ke dalam ruangan, sementara
tangan kirinya dengan jurus "Menyambut Tamu
686 Menghantam Bidadari," dari gerak menyikut berubah jadi
tabokan, dengan cepatnya menyambut datangnya
serangan dari Lim Han-kim itu.
Begitu ujung telapak tangan Lim Han-kim bersentuhan
dengan telapak tangan Pek Khi-hong, anam muda itu
segera merasakan segulung hawa panas yang sangat
kuat menerobos keluar dari tangan lawan langsung
menyusup masuk ke dalam tubuh-nya. Akibatnya bukan
saja sisa kekuatan yang terhimpun dalam lengan
kanannya tak mampu disalurkan keluar, bahkan lengan
itu terasa kaku dan sukar diperintah lagi.
sadarlah Lim Han-kim bahwa ia sudah terluka oleh
pukulan beracun orang itu, sambil menghela napas sedih
ia lepaskan satu tendangan kilat menghajar perut Pek
Khi-hong. Tendangan tersebut dilepaskan tanpa menimbulkan
sedikit suara pun, jurus serangan yang digunakan pun
sangat aneh. Pek Khi-hong yang waktu itu sudah
menerjang hingga ke pintu ruangan pun seketika
terdesak mundur kembali. Di saat yang amat kritis inilah Li Bun-yang telah
menerjang ke muka, sambil mengangkat senjata
kipasnya ia berseru: " Locianpwee, kalau ada persoalan
dibicarakan saja secara baik-baik. Apabila kau ngotot
hendak menerjang masuk ke dalam ruangan, terpaksa
aku tak bisa berpeluk tangan saja."
687 sementara berbicara, tubuhnya sudah mendesak ke
belakang Pek Khi-hong. Kipasnya berada dalam posisi
setengah ter-buka, siap melancarkan serangan maut.
Pek Khi-hong berpaling memandang Li Bun-yang
sekejap. lalu ujarnya dingini "Aku bersedia mengalah
kepadamu karena memandang mendiang ayahmu
sebagai sahabatku Aku tahu ilmu silat keluarga Hong-san
amat hebat dan tersohor di kolong langit, tapi jangan
dianggap kemampuanmu itu bisa berbuat sesuatu atas


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diriku." "Aku tahu kepandaianku bukan tandingan Locianpwee,
tapi sebagai seseorang yang sedang mengemban tugas,
aku tak bisa berdiam diri saja. Aku harap Locianpwee
sudi melihat wajah mendiang ayahku dengan memberi
muka untukku" Pek Khi-hong segera berkerut kening, bentaknya
gusar: "Jika aku mesti memberi muka kepadamu, lantas
siapa pula yang akan menolong nyawa putri
kesayanganku.." Tiba-tiba tampak tubuh Lim Han-kim gontai dan tak
bisa berdiri tegak. secara beruntun ia mundur sejauh
empat lima langkah lalu bersandar pada dinding ruangan.
Di bawah cahaya lilin yang memancar ke luar dari balik
ruangan, tampak wajah Lim Han-kim telah berubah jadi
merah membara. Peluh sebesar kacang kedele jatuh
bercucuran membasahi sepasang pipinya.
688 Terkesiap hati Li Bun-yang menyaksikan keadaan itu,
teriaknya keras-keras: "saudara Lim, kau terluka?"
sambil miringkan badan dengan senjata kipas
melindungi tubuhnya, ia menerobos masuk ke dalam
ruangan, "Mundur kau" bentak Pek Khi-hong gusar,
sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan ke
depan. Angin topan yang luar biasa hebatnya segera
memancar ke luar dari balik telapak tangannya langsung
menyapu ke depan. Cepat-cepat Li Bun-yang menolak telapak tangan
kirinya sejajar dada, teriaknya: "Locianpwee..."
Begitu sepasang tangan bersentuhan, tubuhnya
seketika tergetar mundur sejauh tiga langkah, maka
serunya lagi: "Waaah... tenaga pukulan yang sungguh
hebat." sesudah berhasil menguasai diri, senjata kipas di
tangan kanannya dengan jurus "Naga sakti Muncul Tiga
Kali" menciptakan tiga titik bayangan kipas yang secara
terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting di
tubuh Pek Khi-hong. Mendadak terdengar suara bentakan berat bergema
tiba: "Tahan" 689 Mendengar bentakan tersebut, Li Bun-yang segera
menarik kembali senjata kipasnya dan mundur sejauh
tiga depa. Ketika mengangkat kembali wajahnya, tampaklah si
Hakim sakti Ciu Huang dengan membawa tongkat bambu
serta wajah penuh pembalut putih telah berdiri di tengah
ruangan, sepasang matanya yang dingin menatap wajah
Pek Khi-hong tanpa berkedip.
Cepat-cepat Lim Han-kim menyeka peluh yang
membasahi jidatnya lalu melompat maju ke muka berdiri
menghadang di hadapan ciu Huang, Walaupun ia sudah
menderita luka dalam yang cukup parah, namun dalam
keadaan terpaksa ia telah bersiap sedia mempertaruhkan
selembar jiwanya untuk melindungi keselamatan ciu
Huang. Pek Khi-hong melototkan sepasang matanya
mengawasi wajah Ciu Huang, ketika empat mata saling
bertemu kedua belah pihak sama-sama membungkam
diri dalam seribu bahasa.
sampai lama kemudian Pek Khi-hong baru memberi
hormat sambil berkata: "Sudah lama aku mengagumi
nama besar anda, sungguh beruntung kita dapat
berjumpa hari ini." 690 "Terima kasih banyak. terima kasih banyak.
sesungguhnya aku sudah mengerti jelas maksud
kedatanganmu..." "itu lebih bagus," tukas Pek Khi-hong serius, "Sudah
belasan tahun putriku bergelut melawan penyakit aneh
yang diderita-nya, sebagai orang tua, aku tak bisa
berpeluk tangan saja membiarkan anakku tersiksa.
Hidupku seperti duduk di atas jarum, belum pernah bisa
makan nikmat, tidur nyenyak. Untuk mencarikan obat
mujarab yang dapat menyembuhkan penyakitnya, aku
telah menjelajahi seluruh pelosok negeri. sayang, aku
belum berhasil menemukan obat yang mujarab itu.,,."
Kemudian setelah berhenti sebentar untuk mengatur
napas, sambungnya lebih jauh: "Akhirnya aku mendapat
kabar kalau saudara Ciu berhasil mendapatkan sebotol pil
jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan phang Thianhua,
maka aku buru-buru menyusul ke mari dengan
harapan bisa mendapatkan separuh saja dari obat
mustika itu. Tentunya saudara Ciu tidak keberatan bukan
dengan permintaanku ini?"
Ciu Huang tertawa hambar, "Setiap orang tua yang
mempunyai anak menderita penyakit semacam ini tentu
akan risau menguatirkan keselamatannya, sebab itu
memang wajar, Tapi caramu memaksa orang lain untuk
menyerahkan obat mustika sangat keterlaluan dan terlalu
691 memojokkan tampaknya kau tak pandang sebelah mata
pun terhadap aku manusia Ciu?"
"Aku pun mengerti kedudukan Hakim sakti Ciu Huang
dalam dunia persilatan sudah pasti kau tak akan rela
membiarkan aku mengambil obat mustika milikmu
dengan begitu saja, tapi... maaf kalau aku bicara latah,
Dengan kondisi saudara Ciu saat ini, biar bergabung
dengan saudara Lim serta saudara Li dari Hong-sanpun
masih belum cukup tangguh untuk menghalangi niatku
dalam mengambil obat mustika tersebut...."
Lim Han-kim dan Li Bun-yang tidak bicara, mereka
membungkam diri dalam seribu basa sebab mereka
sadar apa yang dikatakan orang itu memang bukan
perkataan latah, kenyataannya mereka berdua memang
bukan tandingannya. setelah mendeham beberapa kali dengan suara berat,
kembali Pek Khi-hong melanjutkan "Setiap umat
persilatan di dunia saat ini mengetahui bahwa saudara
Ciu memiliki ilmu silat yang lihai dan tiada taranya di
kolong langit, Tapi sayang kondisi-mu saat ini tidak
mengijinkan Luka parah yang kau derita belum sembuh
sehingga mustahil bisa melayani serangan serta
sergapanku, padahal aku telah bersumpah akan
berusaha mendapatkan pil jinsom berusia seribu tahun
itu kendati apa pun yang bakal terjadi."
692 "He he he he... asal kau berhasil melukai diriku,
bukankah pil jinsom berusia seribu tahun itu dapat
segera kau bawa pergi?" jengek ciu Huang sambil
tertawa dingin. "ciu tayhiap tak usah memanasi hatiku dengan katakata
pedas seperti itu. seperti telah kukatakan tadi, apa
pun yang terjadi aku tetap akan membawa pergi obat
mustika berusia seribu tahun itu."
Hakim sakti Ciu Huang menoleh dan memandang meja
kayu di tepi pembaringannya, kemudian katanya: "pil
jinsom berusia seribu tahun itu kuletakkan di atas meja
kayu tersebut, kalau kau bersikeras hendak
mengambilnya, silahkan diambil sendiri"
Pek Khi-hong berpaling memandang Li Bun-yang
sekejap. lalu dengan langkah lebar berjalan menghampiri
meja kayu itu Lim Han-kim menggeser tubuhnya siap menghadang,
tapi Hakim sakti Ciu Huang melintangkan lengan
kanannya yang penuh pembalut putih itu menghalangi
tindakannya itu, bisiknya: "Jangan sembarangan
bergerak nak" sementara itu Li Bun-yang telah menerjang masuk ke
dalam ruangan, tapi dia sendiri pun dibuat gelagapan tak
tahu apa yang mesti diperbuatnya, Apa yang dapat
693 dilakukan hanyalah mengipasi tubuh sendiri sambil
mengawasi lawannya tanpa bicara.
sementara itu Pek Khi-hong dengan langkah lebar
telah menghampiri meja kayu itu dan menyambar botol
porselen yang terletak di sana, Dengan suara dingin Ciu
Huang kemudian berkata: "isi botol itu sudah kupakai
setengahnya, sisa yang ada boleh kau ambil semua"
Pek Khi-hong membuka penutup botol itu serta
menuang beberapa biji obat, setelah dipandang sekejap
ujarnya: "Apakah saudara Ciu butuh beberapa butir untuk
dipakai sendiri?" "Aku jadi orang tak pernah butuh belas kasihan orang
lain." Pek Khi-hong tidak banyak bicara lagi, dia tuang
semua isi botol tersebut dan dihitung jumlahnya,
ternyata masih tersisa tiga puluh dua biji. Maka tanpa
menunggu persetujuan dari ciu Huang lagi ia tinggalkan
dua belas butir obat ke atas meja sedang botol porselen
beserta isi lainnya dimasukkan ke dalam sakunya, setelah
itu baru ujarnya: "Ciu tayhiap. kau masih butuh berapa
lama untuk merawat lukamu itu?"
"Paling cepat dua bulan, paling lama tiga bulan."
694 "Baik, tiga bulan kemudian aku pasti akan berkunjung
lagi ke Kuil Awan Hijau ini untuk mohon petunjuk. sampai
waktunya tenaga dalam Ciu tayhiap tentu sudah pulih
kembali, Dengan mengandalkan ilmu silatmu aku percaya
kau bisa membalas dendam atas tindakanku malam ini
yang telah mengambil pergi obat mustika milikmu" ciu
Huang tertawa dingin. "Ketua Kuil Awan Hijau sudah lama hidup
mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan,
lagipula tempat ini merupakan tempat suci. Aku tak ingin
memberi kerepotan lagi untuk orang lain."
"Jikalau Ciu tayhiap keberatan aku datang berkunjung
lagi ke Kuil Awan Hijau ini, baiklah, silahkan kau
menunjuk tempat yang lain, tiga bulan kemudian aku
pasti akan datang memenuhi janji,"
Ciu Huang berpikir sejenak. setelah itu katanya: "Baik,
kita putuskan dengan sepatah kata. Tiga bulan kemudian
aku pasti akan berkunjung sendiri ke pondok Lian-im-lu."
"Kalau begitu aku pasti akan menunggu kehadiran ciu
tayhiap. selama empat bulan aku tak akan meninggalkan
pondok Lian-im-lu. Tapi bila empat bulan kemudian
saudara Ciu belum datang juga, maafkan aku. Terpaksa
aku tak bisa menunggu lebih lama lagi."
"Antara tiga sampai empat bulan kemudian aku pasti
akan berkunjung ke pondok Lian-im-lu."
695 "Kalau begitu aku mohon lebih dulu," ucap Pek Khihong
sambil memberi hormat. seusai berkata ia segera
melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
"Maafkan aku tak bisa menghantar kepergianmu
badanku kurang sehat," seru Ciu Huang.
"Tak usah merepotkan" Dalam waktu singkat
tubuhnya sudah berada di luar ruangan dan kemudian
lenyap di balik kegelapan malam.
sepeninggal orang itu, Lim Han-kim baru menengok
Ciu Huang sekejap sambil katanya: "Locianpwee, kenapa
kau biarkan orang itu pergi membawa serta pil jinsom
berusia seribu tahun itu" Gara-gara sebotol obat mustika
itu, suhuku telah menderita luka parah karena terlibat
dalam pertarungan yang amat seru, tapi sekarang kau
biarkan orang itu memungut hasil tanpa bersusah payah,
tidakkah kelewat keenakan baginya?"
Ciu Huang menghela napas panjang, pelan-pelan ia
berjalan menghampiri pembaringan dan duduk. lalu
sambil menatap wajah anak muda itu lekat-lekat,
katanya: "Nak. bagaimana keadaan lukamu?"
"sesudah mengatur pernapasan sebentar keadaanku
sudah jauh lebih baik,"
"Tampaknya orang itu memiliki sejenis ilmu aneh dari
aliran sesat," sela Li Bun-yang cepat, "Dengan keadaan
696 lukamu sekarang, lebih baik saudara Lim jangan
bertindak kelewat gegabah."
"Nak," seru Ciu Huang lagi. "Coba perlihatkan
lenganmu yang terluka itu kepadaku."
Lim Han-kim menggulung lengan bajunya dan
memperlihatkan lengannya yang terluka itu .
Di bawah sinar lilin yang redup terlihat jelas dua belas
jalur panjang yang berwarna merah darah di atas
lengannya yang putih itu. Garis merah itu memanjang
sampai ke arah bahu. Menyaksikan keadaan luka itu, Li
Bun-yang segera berteriak kaget: "Haaah.." Ternyata
dugaanku tidak salah, Lengan saudara Lim jelas dilukai
oleh pukulan beracunnya..."
"Tidak mengkhawatirkan," potong ciu Huang sambil
menggeleng, "sekalipun ia terluka oleh pukulan beracun,
namun kondisinya tidak terlalu parah."
Tiba-tiba saja Li Bun-yang sadar kalau telah salah
bicara, cepat-cepat dia membungkam diri
Lim Han-kim kurang begitu mengerti tentang ilmu
sesat yang telah melukainya itu, tak tahan tanyanya:
"Locianpwee, apakah kau telah mengetahui ilmu pukulan
apa yang telah melukai lenganku ini?"
"Tampaknya seperti sejenis ilmu beracun ci-sat-ciang
(pukulan Racun Merah).,." serobot Li Bun-yang cepat.
697 Lim Han-kim ingin bertanya lagi, tapi Ciu Huang telah
mengulapkan tangan sambil berkata: "Aku merasa agak
penat, aku harap kalian berdua cepat-cepat istirahat
untuk pulihkan kondisi badan-"
sudah jelas perkataan itu bernada mengusir tamu,
terpaksa Lim Han-kim dan Li Bun-yang harus mohon diri
dan meninggalkan tempat tersebut Keluar dari pintu
kamar, tampak Ci Mia-cu dan Han si-kong sedang


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjalan mendekat. Di belakang kedua orang itu
mengikuti seorang gadis berbaju serba merah.
Li Bun-yang segera menjura, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, Han si-kong telah berteriak
duluan: "saudara Lim, barusan benar-benar telah
berlangsung suatu pertarungan sengit yang sangat
ramai. sayang kau tak bisa menyaksikan kehebatan ilmu
silat aliran Thian-lam. Nama besar mereka betul-betul
bukan nama kosong belaka, tidak aneh kalau selama
belasan tahun lamanya si Gadis Naga berbaju hitam
dapat malang melintang dalam dunia persilatan tanpa
tandingan-" "Di dalam kuil pun baru saja berlangsung suatu
pertarungan amat sengit," sambung Li Bun-yang. "Malah
si pendatang memiliki ilmu silat yang luar biasa
hebatnya, Andai- kata Ciu tayhiap tidak tampilkan diri
mencegah, mungkin kekuatanku serta saudara Lim tak
sanggup membendung terjangannya."
698 "Waaah... siapa dia" Masa begitu hebat?" seru Han sikong
dengan wajah tertegun. Ci Mia-cu yang jarang bicara, kali ini menukas pula
dengan wajah amat khawatir "Luka yang diderita Ciu
tayhiap belum sembuh betul, mana dia bisa bertarung
melawan orang lain?"
"Ciu tayhiap memang belum bertarung secara resmi
melawan orang itu, tapi mereka telah berjanji akan
bertemu lagi di masa mendatang."
ci Mia-cu menghela napas panjang, tampaknya ia
merasa lega sekali. nampaknya Han si-kong masih belum
puas, kembali ia bertanya: "siapa sih orang itu" Aku tak
habis mengerti siapa yang memiliki kemampuan
sedemikian hebatnya?"
"Pek Khi-hong" jawab Lim Han- kin
"Haaah,.." Manusia berambut putih yang kita jumpa i
di Pondok Lian-in-liu tempo hari?"
"Betul, suami si Gadis Naga berbaju hitam."
"Apa maksud kedatangannya ke mari?" tanya Ci Miacu.
"Merampas pil jinsom berusia seribu tahun."
"Pil mustika itu sudah terampas?" sela Han si-kong
kuatir. 699 "Yaa, sudah terampas"
ci Mia-cu berseru kaget, meskipun di luar wajahnya ia
berusaha keras mengendalikan ketenangannya, namun
tak bisa menutupi gejolak emosi dalam batinnya, setelah
menghela napas panjang katanya: "Luka yang diderita
Ciu tayhiap belum sembuh sama sekali, Pil mustika itu
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kondisi tubuhnya...."
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah
Li Bun-yang, kemudian sambungnya:" Apakah saudara Li
tidak berusaha untuk menghalangi perbuatannya?"
"Setelah Ciu tayhiap mengadakan perjanjian dengan
orang itu, beliau menyerahkan pil tersebut dengan begitu
saja, jadi kami berdua merasa kurang leluasa untuk
turun tangan menghadang."
"Dan Pek Khi-hong juga tidak mengambil semua isi
botol obat itu," sambung Lim Han-kim.
"Masa dia bersedia meninggalkan separuhnya untuk
Ciu tayhiap?" "Meski tidak sampai separuhnya persis, tapi
sepertiganya telah ditinggalkan di atas meja."
Tergopoh-gopoh Ci Mia-cu berjalan masuk ke dalam
ruang kamar Ciu Huang, sebelum dia sempat melangkah
masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba lentera dalam
700 ruangan itu telah dipadamkan, menyusul kemudian
terdengar Ciu Huang berkata dengan suara berat: "saat
ini aku merasa lelah sekali, aku tak ingin diganggu orang
lagi.^ Mendengar ucapan tersebut, terpaksa Ci Mia-cu
menghentikan langkahnya dan mundur lagi. saat itu Li
Bun-yang telah berbisik kepada Lim Han-kim: "Gadis
berbaju merah itu adalah adikku, bagaimana kalau
kuperkenalkan kepada saudara Lim?"
Meskipun dalam hati kecilnya Lim Han-kim merasa
segan, tentu saja dia tak bisa menampik dengan begitu
saja, terpaksa ia memberi hormat kepada gadis berbaju
merah itu sambil katanya: "sudah sering kudengar
saudara Li membicarakan tentang nona, sungguh
beruntung dapat bersua muka hari ini."
Ternyata gadis berbaju merah itu sangat supel, sambil
tersenyum sahutnya lembut: "Aku Li Tiong-hui, di lain
hari masih mengharapkan banyak petunjuk dari anda"
sesungguhnya Lim Han-kim masih menganut paham
kolot, maka setelah mendengar gadis itu langsung
memperkenalkan namanya, ia jadi tertegun dan untuk
berapa saat lamanya tak tahu apa yang mesti di-jawab.
sambil tersenyum manis kembali Li Tiong-hui
melanjutkan: "Nama besar saudara Lim juga sudah
701 kudengar dari pembicaraan antara ketua kuil dengan Han
Lo-cianpwee tadi...."
"Aku Lim Han-kim" Buru- buru pemuda itu
memperkenalkan diri. sementara itu Ci Mia-cu telah berjalan mendekat,
kepada beberapa orang itu bisiknya kemudian: "Ciu
tayhiap baru sembuh dari lukanya, Entah ia sedang
beristirahat atau sedang bersemedi, kurang leluasa bagi
kita untuk tetap tinggal di tempat ini."
"Koancu, aku ada satu permintaan yang kurang layak.
Entah dapatkah kuutarakan keluar?" Tiba-tiba Han sikong
menyela. "Utarakan saja berterus terang, aku tak punya
pantangan apa pun." "Ular- ular perutku sudah mulai bernyanyi dan
menagih janji, apakah dalam kuil- mu tersedia arak?"
"Aaah,., rupanya soal itu," Ci Mia-cu tersenyum "Arak
sih ada, cuma tidak sewangi yang kau harapkan."
"Ha ha ha ha... asal ada arak. itu sudah cukup "
Ci Mia-cu pun mengajak beberapa orang itu menuju
ke sebuah bilik samping yang amat tenang, setelah
duduk. Ia perintahkan seorang tosu kecil untuk
menghidangkan arak. 702 sementara itu Li Bun-yang sangat menguatirkan luka
beracun yang diderita Lim Han-kim, tak tahan lagi
serunya kepada Ci Mia-cu: "Koancu, kau pandai dalam
ilmu pertabiban dan obat-obatan, coba periksalah luka di
atas lengan saudara Lim itu, apakah betul terluka oleh
pukulan beracun manusia tadi."
Ci Mia-cu memperhatikan wajah Lim Han-kim sekejap.
ia jumpai air muka pemuda itu sangat normal tanpa
gejala yang aneh, tapi dia pun mengerti Li Bun-yang tak
bakal bicara sembarangan setelah termenung berpikir
sebentar, katanya: "sau-dara Lim, bagaimana kalau
kuperiksa sebentar lenganmu yang terluka pukulan itu?"
Lim Han-kim memandang sekeliling ruangan sekejap.
ketika menjumpai Li Tiong-hui duduk persis di
hadapannya, diam-diam ia berpikir: " Rasanya kurang
sopan bila aku menggulung lengan bajuku di hadapan
seorang gadis muda...."
Berpikir sampai di situ, dia pun tersenyum hambar,
tampiknya: "Terima kasih banyak atas perhatianmu, tapi
aku tidak merasakan ada gejala keracunan-..."
Tentu saja Ci Mia-cu tak bisa memaksakan
kehendaknya, mendengar tampikan tersebut terpaksa
katanya: "Kalau begitu apabila Lim kongcu merasa tidak
beres nanti baru katakan kepadaku...."
703 Waktu itu Hansi-kong sudah menghabiskan berapa
puluh cawan arak. setelah agak puas dia baru bertanya:
"Nona Li, bagaimana hasil pertarunganmu melawan
Gadis Naga berbaju hitam tadi?"
"Walaupun belum bisa diketahui siapa menang siapa
kalah, tapi ilmu silatnya benar-benar sangat lihai, jurus
pedangnya makin lama semakin gencar dan luar biasa,
aku rasa bila pertarungan dilanjutkan lebih jauh, akulah
yang berada di pihak kalah,"
Kembali Han si-kong meneguk beberapa cawan arak.
kemudian ia baru bergumam sendiri: "Aneh... sungguh
aneh.,." "Han Locianpwee, apanya yang aneh?" tanya Li Bunyang
setelah agak tertegun sejenak.
"Pek Khi-hong bukan seorang tokoh silat kenamaan,
tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, kejadian ini
membuat hatiku penuh curiga."
Ci Mia-cu tertawa. "Pada dasarnya dunia persilatan memang dipenuhi
tokoh-tokoh sakti yang tak suka dikenal orang, Aaaai...
kejadian seperti ini adalah sangat lumrah, tak perlu kau
herankan?" "Totiang, kau mana tahu, selama hidupku aku Han sikong
habiskan dengan mengarungi seluruh dunia
704 persilatan Meskipun dalam hal ilmu silat kemampuanku
belum mencapai tingkatan yang luar biasa, tapi orang
yang kukenal tak sedikit jumlahnya. Bukan aku sengaja
membual, jarang ada manusia di kolong langit dewasa ini
yang mampu disejajarkan dengan diriku, Nah, aku curiga
kemungkinan besar manusia yang bernama Pek Khi-hong
ini adalah seorang tokoh silat kawakan yang sengaja
tukar nama untuk menutupi identitas dirinya yang
sesungguhnya." Begitu perkataan tersebut diutarakan, semua yang
hadir dalam ruangan sama-sama tertegun dibuatnya,
sesaat kemudian Li Bun-yang baru berkata sambil
menghela napas panjang: "^hmmm, ucapan Locianpwee
memang beralasan sekali, tapi menurut dugaanmu
siapakah dia?" "Tokoh kawakan dalam dunia persilatan yang selama
ini lenyap takada kabar beritanya hanya satu orang saja.
orang itu adalah Datuk sepuluh Penjuru siang Lam-ciau"
Ci Mia-cu menjelaskan Dengan cepat Han sokong menggeleng, " Aku rasa tak
mungkin Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau sudah
sangat tua usia-nya, Meskipun dia masih hidup di dunia
ini, rasanya tanpa berganti nama pun masih gampang
baginya untuk menyelinap dalam dunia persilatan."
Lim Han-kim tidak begitu paham urusan dunia
persilatan Mendengar beberapa orang itu terlibat dalam
705 pembicaraan yang mengasyikkan, terpaksa ia hanya
bungkam diri dan menjadi pendengar yang setia.
Terdengar Han si-kong bicara lagi: "saudara Li, aku
tahu kau berasal dari keluarga persilatan yang tersohor.
Pergaulanmu luas dan kenalanmu tersebar luas di
seluruh pelosok tanah air, tapi bagaimana pun umurmu
relatip masih muda, bila kusinggung nama orang ini
belum tentu kau punya gambaran yang pasti...."
sorot matanya dialihkan ke wajah Ci Mia-cu, setelah
memandangnya sejenak. lanjutnya: "Tapi bagi totiang,
aku yakin anda pasti mengenal dengan orang yang
kumaksudkan ini." "Siapa dia?" "Dua puluh tahun berselang dalam dunia persilatan
pernah muncul seorang pemuda aneh yang pandai dalam
ilmu pukulan maupun ilmu pedang, Kehadirannya dalam
dunia kangouw seperti gulungan ombak dahsyat yang
menghempas di batu karang, seluruh kolong langit
bergetar dibuatnya, tapi tak disangka sepuluh tahun
berselang tiba-tiba jejaknya lenyap tak berbekas
dariperedaran dunia ramai. .hoancu, coba ingatlah
kembali siapa orang itu?"
Ci Mia-cu termenung beberapa saat mencoba
mengingat kembali kejadian lama, tiba-tiba paras
706 mukanya berubah, serunya tertanam "Kau maksudkan si
Pedang Racun Pak siang?"
"Hahahaha.., persis, memang si Pedang Racun Pak
siang yang kumaksudkan," sahut Han si-kong sambil
tertawa tergelak. "Koancu, kau dapat mengingat kembali
nama orang ini, tentunya tahu juga bukan kenapa ia
disebut orang si pedang racun?"
"Waaah... kalau soal ini aku kurang begitu jelas."
"Aku punya jodoh dengan dia, Sebelum ini pernah
bertemu satu kali dengan manusia pak siang ini, Waktu
itu dia masih merupakan seorang pemuda berusia tiga
puluh tahunan, Meskipun disebut orang si pedang racun,
tapi sesungguhnya dia merupakan seorang pribadi yang
menarik. selain tampan juga gagah dan
mempesonakan...." sorot matanya menyapu Lim Han-kim dan Li Bun-yang
sekejap. kemudian meneruskan "Baik gaya maupun
wajahnya kira-kira berada seimbang dengan kalian
berdua saat ini." "Locianpwee," Li Tiong-hui menyela sambil tersenyum.
"Yang kita inginkan sekarang adalah kisah mula ia
mendapat nama si pedang racun itu, soal ketampanan
dan kegagahannya lebih baik tak usah disinggung."
707 "oooh... harus dibicarakan pantas dibincangkan," kata
Han si-kong setelah meneguk beberapa cawan arak.
"seluruh kisah orang ini berlangsung sekitar masalah
perempuan, ia berhasil di tangan perempuan, tapi juga
gagal gara-gara perempuan, Haha ha ha... orang gagah
tak terlepas soal wanita, ungkapan ini memang tepat
sekali bagi orang ini." Li Tiong-hui berkerut kening, tapi
akhirnya tertawa juga.

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah, perduli apa yang hendak kau bicarakan, yang
penting cepat utarakan kisah orang ini" serunya.
Han si-kong angkat kepalanya sambil meneguk
secawan arak lagi, kemudian lanjutnya: "seperti yang
kukatakan tadi, Pak siang ini persis seperti namanya,
muda, tampan, gagah dan ilmu silat yang dimilikinya
sangat tangguh, Bukan cuma begitu, ilmu sastra maupun
ilmu tulisannya sangat hebat, jarang ada manusia
berbakat seperti dia dalam dunia persilatan waktu itu
sehingga tak heran kalau banyak gadis muda yang jatuh
hati kepadanya...." Agaknya ia sudah mulai mabuk. sambil menatap wajah
Li Tiong-hui, terusnya lagi sambil tertawa: "seandainya
Nona Li hidup pada jaman itu dan punya jodoh bertemu
dengan Pak siang, aku yakin kau pasti akan menaruh hati
juga kepadanya." Meskipun Li Tiong-hui terhitung gadis yang supel dan
terbuka, bagaimana pun ungkapan tersebut membuatnya
708 sangat jengah, tak kuasa lagi sepasang pipinya berubah
jadi merah dadu. sambil tertawa tergelak kembali Han si-kong
melanjutkan- "Tak lama setelah Pak siang muncul dalam
dunia persilatan, nama besarnya telah menggetarkan
seluruh dunia persilatan, cuma lantaran orangnya
tampan dan pedangnya beracun tak heran kalau
kehadirannya ini banyak menimbulkan rasa dengki dan iri
bagi umat persilatan lainnya, ditambah lagi kisah-kisah
romantisnya dengan beberapa orang gadis, membuat
orang persilatan makin dengki kepadanya.
suatu badai kekacauan pun melanda kolong langit
pada waktu itu. Menurut apa yang kuketahui kemudian,
sekelompok jago lihai bersekutu siap menghabisi
jiwanya, tapi sayang ilmu silat Pak siang amat lihay.
Jejaknya pun sukar dilacak sehingga walaupun
kelompok pembunuh itu berjumlah banyak dan tersebar
di mana-mana, namun mereka pun tak dapat berbuat
apa-apa terhadap Pak siang,"
sementara itu Lim Han-kim sudah duduk dengan
wajah serius, sepasang matanya menatap ke depan
tanpa berkedip. dia seakan-akan sedang mendengarkan
dengan serius, tapi juga seakan-akan tidak menaruh
perhatian dan sama sekali tidak mendengarkan.
709 Beda dengan Li Tiong-hui, ia tak dapat menahan rasa
ingin tahunya lagi, tak tahan tanyanya cepat:
"Bagaimana kemudian?"
"Kemudian" Tragedi pun terjadilah"
"Tragedi apa?" "Ketika kelompok jago-jago lihay dari daratan
Tionggoan ini gagal menemukan jejak Pak siang, mereka
pun mulai menyiarkan berita-berita palsu yang
mengabarkan bahwa ilmu silat Pak siang telah
dipunahkan dan bersumpah tak akan muncul lagi dalam
dunia persilatan, sementara berita bohong itu disiarkan,
secara diam-dlam mereka menyebar mata-mata untuk
melacak jejak Pak siang, Aaai.,. Dasar anak muda, siapa
yang tak ingin menang sendiri" sekalipun aku sendiri
semasa muda juga tak dapat mengekang emosi, berita
bohong itu sebera mengobarkan amarah Pak siang.
Dia pun munculkan diri sambil menantang ketigapuluh
enam jago lihai dari Tionggoan itu untuk berduel,
pertempuran yang berlangsung kemudian, suasananya
benar-benar mengerikan Konon pertarungan berlangsung
dari senja hingga fajar berikutnya tanpa berhenti..."
Tiba-tiba ia menghela napas dan berhenti bercerita,
Cepat-cepat Li Tiong-hui memenuhi cawan Han si-kong
dtngan arak. sambil disodorkan ke hadapan orang tua
710 itu, tanyanya: " Locianpwee, apakah dalam pertarungan
itu Pak siang menderita luka dalam yang amat parah?"
"Betul Meskipun Pak siang terluka parah, namun dari
tiga puluh enam jago lihai yang mengerubutinya, dua
puluh tujuh orang berhasil dilukai dan sembilan lainnya
tewas. Ternyata tak satu orang pun berhasil lolos dari
gelanggang pertempuran dalam keadaan utuh...."
"Jika di antara tigapuluh enam orang yang
mengeroyoknya ada satu saja yang selamat tanpa
cedera, aku rasa Pak siang tak mungkin bisa hidup lebih
lanjut." Han si-kong segera tertawa terbahak-ba-hak. "Ha ha
ha ha... tepat sekali sayang dari tiga puluh enam orang
ini yang mampus pun telah mampus dan yang terluka
pun terluka, tak seorang pun manusia baik-baik...."
Lim Han-kim yang mengigau tersebut diam-diam
sebera berpikir: "Kalau didengar dari nada
pembicaraannya, dia sangat membelai Pak siang. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga puluh enam jago Tionggoan
yang terlibat dalam pengeroyok-an itu bukan manusia
baik-baik...." Terdengar Han si-kong bercerita lebih lanjut: "Sesudah
berlangsungnya pertempuran sengit itu, nama besar si
pedang Racun Pak siang pun makin tersohor, Tapi sejak
kejadian itu pula Pak siang tak pernah muncul lagi dalam
711 dunia persilatan jejaknya lenyap dengan begitu saja dari
keramaian dunia...." Ia menghela napas panjang,
terusnya: "Dari mereka yang terluka dalam pengeroyokan atas
diri Pak siang waktu itu, sebagian besar masih hidup
segar bugar hingga kini. Malah ada tiga orang di
antaranya yang sadar setelah peristiwa itu bahwa ilmu
silat yang mereka miliki sebenarnya hanya biasa-biasa
saja. sejak itu mereka mulai berlatih lebih tekun dan kini
berhasil menjadi pentolan satu daerah, jadi peristiwa
tersebut malah memberi hikmah kepada mereka."
"Locianpwee," sela Li Tiong-hui, "Bukan-kah sejak
peristiwa itu Pak siang lenyap dari keramaian dunia
persilatan dan tidak diketahui mati hidupnya" Dari mana
kau bisa yakin kalau Pek Khi-hong yang barusan muncul
adalah si Pedang Racun Pak Siang?"
"llmu silat dari keluarga persilatan Bukit Hong-san
amat lihai dan tiada taranya di kolong langit, sedang ilmu
silat saudara Lim juga pernah kusaksikan sendiri
kehebatannya, ia tak berada di bawah kehebatan
kakakmu...." "llmu silat saudara Lim amat lihai, aku merasa bukan
tandingannya," Buru-buru Li Bun-yang menimbrung.
"saudara Li tak usah merendah...." sambung Lim Hankim.
712 Han si-kong tertawa, ujarnya kemudian: "Biar aku
bicara seadil-adilnya. ilmu silat kalian berdua
sesungguhnya hampir berimbang, tapi kenyataannya
sekarang, dengan tenaga gabungan kalian berdua cun
gagal menghadang terjangan Pek- Khi-hong. Hal ini
memancing diriku untuk menelusuri asal mula orang
orang tersebut." "Tapi Locianpwee toh tak bisa menyimpulkan orang itu
pasti si pedang Racun Pak siang hanya atas dasar
petunjuk tersebut saja...."
"Meskipun aku hanya pernah bertemu satu kali
dengan si Pedang Racun Pak siang, namun sikap maupun
wataknya meninggalkan kesan yang amat mendalam di
hatiku, Lagipula ia memiliki sejenis ilmu sakti yang
disebut ilmu pukulan sam- yang-ciang, maka ketika
saudara Li bilang kalau dalam pukulannya mengandung
racun, aku pun jadi teringat kembali pada orang ini..."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lim Hankim,
katanya lebih jauh: "saudara Lim, ketika telapak
tangan kalian saling beradu tadi, apakah kau merasa
seperti tersengat api dalam tungku?"
"Betul. Tenaga balik pukulannya seakan-akan
mengandung sejenis daya panas yang luar biasa
hebatnya hingga merasuk ke dalam tubuh."
713 "Dalam dunia persilatan belum pernah beredar
seseorang yang bernama Pek Khi-hong, jika ditinjau dari
usianya, dia pun tak seperti baru muncul dalam dunia
persilatan mana mungkin dalam dunia persilatan kita bisa
muncul seorang tokoh sehebat ini selama belasan tahun
tanpa dikenal orang lain" oleh karena itulah aku
menyimpulkan bahwa orang ini tak lain adalah si Pedang
Racun Pak siang yang muncul kembali dalam dunia
persilatan" "Terlepas apakah dia benar Pak siang yang muncul
kembali dalam dunia persilatan atau bukan, yang jelas
kita beberapa orang ternyata tak mampu membendung
niat mereka berdua yang merampas piljin-som seribu
tahun. jika berita ini sampai tersiar dalam dunia
persilatan, orang lain akan mentertawakan kita."
"Untung sekali dia sudah berjanji akan bertemu lagi
dengan ciu tayhiap di kemudian hari," kata Li Bun-yang.
"Asal kepandaian silat ciu tayhiap telah pulih kembah, tak
susah bagi kita untuk menuntut keadilan darinya, Aku
rasa masalah terpenting kita saat ini adalah
membicarakan soal obat yang tersisa, Dengan jumlah
sesedikit itu, dapatkah luka ciu tayhiap disembuhkan
kembali seperti sedia kala?"
"Jika ia benar-benar telah meninggalkan sepertiga
darijumlah obat yang ada, aku rasa itu sudah cukup,"
sahut Ci Mia-cu. 714 Mendadak Li Bun-yang bangkit berdiri, katanya
kemudian: " Untuk sementara waktu persoalan ini dapat
diselesaikan sampai di sini, padahal maksudku semula
mengundang kehadiran adikku adalah hendak
menghadapi perkumpulan Hian-hong-kau yang
bersembunyi dalam pesanggrahan Tho-hoa-kit. Aku rasa
untuk sementara waktu kami harus berpisah dulu dengan
kalian semua." "Aku ikut kalian" teriak Han si-kong sambil
menggebrak meja dan bangkit berdiri, "Mereka sudah
mengurungku hampir dua tahun, dendam ini
bagaimanapun juga harus kubalas."
sebetulnya Lim Han-kim juga ingin turut serta, tapi
segera dicegah Li Bun-yang, hiburnya: "saudara Lim,
lukamu belum sembuh, kau tak boleh ikut dalam
rombongan kami. Lagipula dalam kuil masih
membutuhkan jago seperti kau untuk melindunginya. Bila
adikmu pulang ke mari dan tidak bertemu denganmu,
aku kuatir dia akan kelayapan lagi untuk melacak
jejakmu. " Menyinggung kembali soal Yu Siau-liong, kontan Lim
Han-klm merasa hatinya kembali gundah. Entah ke mana
perginya bocah itu selama berapa waktu ini" Padahal
dunia begitu luas, ke mana dia harus pergi untuk
mencarinya" 715 Sementara itu Li Bun-yang dan Li Tiong-hui telah
bangkit berdiri dan mohon diri kepada ci Mia-cu sekalian-
Sambil merangkap tangannya di depan dada ci Mia-cu
berkata: "Aku hanya bisa mendoakan kalian bertiga
semoga pulang dengan membawa kemenangan dan
segera berangkat segera pulang kembali." Li Bun-yang
tersenyum. "Aku juga berharap saudara Lim menunggu dulu di
kuil, sekembalinya dari Tho hoa-kit, aku masih ada
urusan yang hendak dibicarakan dengan dirimu."
"Aku pasti akan menunggu sampai saudara Li kembali
ke sini." Sementara pembicaraan beriangsung, ketiga orang itu
sudah berjalan ke luar dari kamar dan meninggalkan
tempat tersebut Memandang hingga bayangan ketiga
orang itu lenyap dari pandangan, ci Mia-cu baru pelanpelan
bangkit berdiri sambil ujarnya: "Waktu sudah
makin larut, lebih baik Lim kongcu cepat-cepat pergi
beristirahat" walaupun sesungguhnya masih banyak
persoalan yang ingin ditanyakan Lim Han-kim, namun
terpaksa ia harus menahan diri dan bangkit untuk
kembali ke kamarnya. Ketika pintu kamarnya dibuka, ia jumpai seseorang
sedang duduk bersila di atas pembaringannya. dengan
perasaan terkejut ia segera menghimpun, hawa
716 muminya, siap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan, bentaknya keras-keras: "siapa di
situ?" "jangan takut nak. aku" suara jawaban yang berat dan
mendalam segera berkumandang. Lim Han-kim agak
tertegun sejenak. kemudian baru bergumam:
"Ciu Locianpwee?"
"Betul, memang aku."
Dengan langkah lebar Lim Han-kim berjalan mendekati
pembaringan. Ketika melihat Ciu Huang sedang duduk
bersila di atas pembaringannya, ia segera memberi
hormat sambil tanyanya: "Locianpwee, ada urusan apa
kau mencari aku?" "Nasib ayahmu kurang beruntung sehingga mati
muda, sedang ibumu dengan susah payah
memeliharamu hingga dewasa, jika kau sampai
mengalami sesuatu yang tak wajar, bukankah dia akan
amat bersedih hati...."
Lim Han-kim dibuat tak habis mengerti dengan
pembicaraan itu, tapi jawabnya juga: "Perkataan
Locianpwee memang betul, tapi aku tidak merasakan
sesuatu yang aneh...."
"Kau sudah terluka oleh ilmu pukulan orang itu, dalam
tiga hari kemudian sari racun akan menyusup masuk ke
717 dalam isi perutmu, seandainya tidak diobati, maka luka


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu akan berubah jadi penyakit yang menakutkan, bukan
saja ilmu silatmu bakal punah, selembar jiwamu pun
susah dipertahankan"
"Masa ada kejadian seperti ini?" seru Lim Han-kim
terperanjat. "Masa aku merasa perlu untuk bergurau denganmu?"
Pelan-pelan Lim Han-kim menundukkan kepalanya dan
tidak berbicara lagi. Ciu Huang segera menepuk pembaringan di sisinya,
serunya kemudian- "Kau duduklah dulu."
Lim Han-kim menurut dan duduk di tempat yang
ditunjuk. perasaan hatinya saat ini sangat kalut dan
gundah. walaupun banyak pertanyaan yang tidak
dipahami olehnya, namun dia pun tak tahu harus
berbicara mulai dari mana.
Terdengar Ciu Huang menghela napas panjang,
katanya pelan- "Aku telah menemukan sebuah cara
untuk menolong keadaanmu itu, hanya aku tak tahu kau
bersedia atau tidak untuk menjalankan"
"silahkan Locianpwee menjelaskan"
"Tampaknya pukulan beracun yang melukai tubuhmu
itu adalah pukulan sam-yang-ciang yang telah lama
718 punah dari dunia persilatan sebetulnya ilmu pukulan ini
tidak termasuk ilmu sesat, tapi lantaran pukulannya
kelewat beracun, bahkan kalau dibandingkan dengan
pukulan panca racun atau pukulan pasir merah dan
sebangsanya pun jauh lebih beracun, ditambah lagi ilmu
itu sudah lama punah dari peredaran dunia persilatan,
maka orang menganggapnya sebagai ilmu sesat, padahal
sam-yang-ciang seharusnya dimasukkan dalam golongan
ilmu tenaga dalam tingkat tinggi, nama aslinya adalah
sam-yang-khikang. Yang dimaksudkan dengan sam-yang
adalah api, maka dasar dari tenaga pukulan itu pun
merupakan tenaga yang- kang yang keras dan panas,
Hanya saja untuk melatih ilmu pukulan tersebut orang
harus menggabungkan api luar, api dalam dan api murni
menjadi satu kesatuan, dengan demikian tenaga
pukulannya baru bisa mengandung aliran hawa yang
panas sekali...." BAB 22. Mewarisi ilmu Pedang Naga sakti,
setelah berhenti sejenak untuk termenung beberapa
saat lamanya, ia melanjutkan kembali: "Aku sendiri
hanya mengetahui garis besarnya saja cara untuk
melatih diri itu, Kalau dilihat dari lukamu, tampaknya
tidak enteng, jelas racun api sam-yang telah merasuk ke
dalam perutmu, jika tidak diobati secepatnya, maka
719 selewatnya malam ini mungkin akan lebih sulit lagi untuk
menyembuhkannya." "Tapi aku sama sekali tidak merasa sakit karena luka
ini," sela Lim Han-kim sambil menggerakkan lengan
kirinya. "Kehebatan dari ilmu silat ini adalah membuat sang
korban pukulan sama sekali tidak menyadari kalau isi
perutnya sesungguhnya sudah menderita luka yang amat
parah, Menunggu kau sadar kalau keadaan luka itu tak
beres, mungkin jiwamu sudah tak tertolong lagi."
"Terima kasih banyak atas petunjuk Lo-cianpwee."
"Kau terluka gara-gara aku, masa aku hanya duduk
berpeluk tangan saja membiarkan kau menderita. Cuma
cara pengobatan atas luka pukulan ini tidak gampang,
Kita harus mempersiapkan diri baik-baik sebelum turun
tangan-" "Tapi bagaimana cara pengobatannya?" tanya Lim
Han-kim tenang. Nadanya sangat datar tanpa emosi, seakan-akan ia
tidak terpengaruh sama sekali oleh kondisi kesehatannya
yang terancam bahaya maut itu.
"Mula-mula kita harus menggunakan jarum emas
untuk menusuki jalan-jalan darah yang tersumbat,
720 setelah itu baru mendesak ke luar hawa racun panas
dengan menggunakan tenaga dalam."
"Tapi luka yang diderita Locianpwee belum sembuh
betul, mana mungkin kau bisa membantu diriku untuk
penyembuhan" Ketua Kuil Awan Hijau pandai dalam ilmu
pertabiban, biar dia saja yang menolongku untuk
mendesak ke luar hawa racun itu...."
"Betul si ketua Kuil Awan Hijau cakap dalam ilmu
pertabiban dan obat-obatan, tapi bukan berarti dia juga
mampu mengusir keluar hawa racun panas hasil pukulan
ilmu sam-yang-ciang dari tubuhmu."
setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "Nak.
jangan kuatir. Apabila aku tak yakin bisa membantumu
mengusir keluar hawa racun panas itu dari dalam
tubuhmu, tak nanti aku bakal pamer kemampuan di
hadapanmu." "Aku bukan bermaksud mencurigai kemampuan
Locianpwee, tapi khawatir tindakan tersebut akan
mempengaruhi keadaan luka Locianpwee yang sedang
dalam taraf penyembuhan Tapi kalau Locianpwee
berkata tidak mengganggu, baiklah, silahkan Locianpwee
mulai bertindak." Ciu Huang segera menyingkap selimutnya dan
melompat turun dari pembaringan, setelah itu katanya:
721 "Alat yang dibutuhkan dalam pengobatan itu tak lengkap
di sini, Lebih baik pindah ke kamarku saja."
"Aku siap menurut perintah"
Dengan mengikuti ciu Huang, mereka berjalan
menembusi beberapa gedung dan halaman sebelum
akhirnya tiba di kamar tidur hakim sakti tersebut, Ciu
Huang segera menutup rapat pintu kamarnya dan
memadamkan lentera. Dari bawah bantalnya ia
mengeluarkan sebuah kantung kulit kambing yang
lebarnya lima inci. Dari dalam kantung itu dikeluarkan
tiga batang jarum emas serta dua buah benda putih yang
bentuknya seperti telur burung puyuh, katanya kemudian
"Nak. dua biji pil ini merupakan obat pemunah racun
yang sangat ampuh, coba kau telan dulu dua biji
sekaligus." Lim Han-kim segera menerima pil itu dan langsung
ditelan, serunya: "Aku turut perintah"
"sekarang lepaskan baju atasmu" Lim Han-kim raguragu
sesaat, tapi kemudian mengikuti perintah dan
melepaskan baju atasnya. "Nak, kau harus menahan
sakit" "silahkan Locianpwee turun tangan Ha-nya beberapa
batang jarum emas itu tak akan menyusahkan diriku, aku
percaya masih sanggup untuk menahan rasa sakit itu."
722 "setelah kutusuk jalan darahmu dengan jarum emas,
kau mesti pejamkan mata rapat-rapat dan jangan sekalikali
coba mengintip." "Kenapa?" tanya Lim Han-kim keheranan "sewaktu
aku menggunakan jarum emas nanti, tubuhmu tak boleh
bergerak sama sekali, sebab bila sedikit melenceng saja
maka jiwamu bakal terancam bahaya maut. Apalagi jalan
darah yang harus kutusuk untuk mengusir hawa racun
panas nanti merupakan jalan darah rahasia yang sukar
sekali ditentukan letaknya secara tepat. selain itu aku
pun tak ingin orang lain mencuri lihat ilmu tusukan
jarumku ini." Walaupun Lim Han-kim merasa alasan itu kelewat
dibuat-buat serta dipaksakan, namun ia tak membantah,
sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat. Tak
lama kemudian ia merasa luka di lengannya terasa sakit
sekali. Lamat-lamat dia merasa Ciu Huang dengan jarum
emasnya telah menusuki belasan jalan darah pentingnya.
sekilas perasaan ingin tahu tiba-tiba muncul dalam
benaknya, dia ingin sekali membuka matanya untuk
mengintip. tapi niat tersebut segera diurungkan karena
teringat kembali pesan wanti-wanti yang disampaikan ciu
Huang barusan- Mendadak terdengar suara Ciu Huang bergema lagi:
"Nak. tahanlah rasa sakit berikut ini."
723 Baru saja Lim Han-kim hendak menjawab, mendadak
jalan darah "sin-teng-hiat" nya terasa kaku, tahu-tahu ia
sudah jatuh tak sadarkan diri, Entah berapa saat sudah
lewat. Ketika anak muda itu sadar kembali dari
pingsannya, pertama-tama yang dirasakan olehnya
adalah hawa dingin yang amat tebal serta suara
gemericiknya air yang mengalir, dia tak tahu berada di
mana sekarang. Menyusul kemudian ia merasa seluruh pakaiannya
telah dilucuti, Kini tinggal celana dalam saja yang masih
menempel, Tubuhnya ditelentangkan di atas batu yang
dingin dan keras, Batu itu sebagian besar terendam
dalam air sehingga yang masih nongol di permukaan air
cuma setengah inci saja. Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa malu bercampur
gusar. Malu karena menganggap dirinya telah
dipermainkan orang. Dengan cepat dia melompat bangun
dari atas batu itu. Ternyata saat itu ia berada di sebuah
mata air yang dikelilingi bukit terjal di sekelilingnya, Air
mengalir dari sekeliling batu yang tinggi dan terjal
membuat tempat di mana dia berada menjadi sebuah
telaga yang lebar. Luas telaga itu lebih kurang setengah hektar Airnya
dingin seperti es dan hawa dingin yang menusuk tulang
menyelimuti sekeliling tempat itu. Di tengah bukit yang
sepi dan dikelilingi bukit terjal di sekelilingnya itu, selain
724 suara gemercik air, boleh dibilang tak kedengaran suara
yang 1ain- Lim Han-kim mencoba memperhatikan
sekeliling tempat itu, namun tak tampak sesosok
bayangan manusia pun- Agaknya hanya dia seorang yang ditinggal dalam
telaga dingin itu, Padahal dia masih ingat dengan jelas
dirinya sedang diobati dalam kamar tidur Ciu Huang,
malah jalan darahnya di-tusuki dengan jarum emas, tapi
bagaimana mungkin ia berada di tengah telaga dingin
saat ini" Jika ditinjau dari tempat di mana ia berada sekarang,
jelas batu itu terletak di tengah telaga, selain terjun ke
dalam air, rasanya tak ada jalan lain untuk menepi,
padahal selama hidup ia paling takut dengan air, maka
untuk berapa saat lamanya pemuda itu hanya bisa
mengawasi air telaga sambil termangu-mangu.
Ia mencoba memperhatikan bekas luka di lengannya,
Di situ ia masih melihat bekas tusukan-tusukan jarum
pada jalan darahnya. Pada saat itu langit makin lama
semakin gelap. Malam yang kelam pun menjelang tiba,
pemandangan di sekeliling tempat itu mulai kabur dan
tak jelas dipandang. Lim Han-kim merasakan hawa dingin makin lama
makin mencekam hingga merasuk ke tulang. Dalam
keadaan begini mau tak mau dia harus duduk bersemedi
untuk melawan rasa dingin yang membekukan itu
725 Dengan tenaga dalamnya yang begitu sempurna, begitu
hawa murni disalurkan dari Tan-tian, segulung aliran
hawa panas segera menyerbak ke atas mencairkan
peredaran darahnya yang membeku. Dalam sekejap
mata kebugaran tubuhnya telah pulih kembali.
Entah berapa saat sudah lewat, mendadak terdengar
suara seseorang yang rendah dan berat berkumandang
datang: "Nak, coba kau atur pernapasan untuk
memeriksa, apakah masih ada sisa racun yang belum
terusir dari dalam tubuhmu."
Lim Han-kim dapat segera mengenali suara itu sebagai
suara Ciu Huang, tak kuasa lagi segulung api amarah
bergelora di dalam dadanya, sambil tertawa dingin
serunya: "Locianpwee, apa maksudmu menelanjangi aku
dan meninggalkan tubuhku di tengah telaga yang begitu
dinigin?" Terdengar jawaban dari ciu Huang bergema dari
kejauhan- "Nak, kau harus tahu sam-yang-khikang
merupakan ilmu tenaga dalam aliran tingkat atas yang
bersifat panas. Aku sengaja menceburkan badanmu ke
dalam telaga dingin karena berniat membiarkan hawa
dingin merasuk ke tubuhmu serta memunahkan racun
hawa panas yang mengeram di tubuhmu.
Khasiatnya bukan saja lebih manjur daripada minum
obat, bahkan di saat hawa panas saling bentrok dengan
hawa dingin dan memaksa kau mengerahkan tenaga
726 dalam untuk melawan hawa dingin yang merasuk ke
tubuhmu, secara otomatis tindakanmu tersebut akan
memancing daya kemampuan tubuhmu sendiri untuk
menghapuskan racun panas."
Mendengar penjelasan itu diam-diam Lim Han-kim
berpikir: "ooooh, begitu rupa-nya. Tapi semestinya dia
jelaskan dulu kepadaku sehingga aku tak perlu salah
paham...." Terdengar ciu Huang berkata lebih jauh: "Nak. saat ini
merupakan tengah malam yang paling dingin. Telaga
tersebut terletak di tengah bukit yang menghimpun
semua aliran air gunung. Hawa dingin yang menyelimuti
tempat tersebut amat menusuk tulang, Apabila kau
bersedia terjun ke dalam telaga serta membiarkan
badanmu terendam beberapa saat, maka bukan cuma
hawa racun panas dari sam-yang-ciang akan pUnah,
tenaga dalammu juga akan peroleh kemajuan."
selama hidup Lim Han-kim paling takut dengan air,
buru-buru dia berseru: "Aku rasa racun panas dalam
tubuhku telah punah, Tak usah berendam lagi...."


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau memang begitu mendaratlah, sekarang
kesehatanmu sudah pulih banyak tapi berhubung ada
urusan lain aku tak bisa berdiam terlalu lama di sini,
berarti saat berkumpul kita pun tak banyak lagi. Mulai
malam ini aku akan mulai mewariskan beberapa macam
ilmu silat kepadamu."
727 Lim Han-kim mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu ia lihat jarak terdekat antara telaga dengan
daratan adalah tiga kaki, padahal ia merasa ilmu
meringankan tubuhnya belum mampu mencapai jarak
tersebut dalam sekali lompatan saja, sementara di antara
telaga dengan daratan juga tak ditemukan sesuatu
benda sebagai batu lompatan, Berarti, ia mesti
menceburkan diri ke dalam telaga.
Hal mana kontan saja membuat perasaannya amat
cemas, buru-buru teriaknya keras-keras: "Locianpwee,
ilmu meringankan tubuh yang kumiliki masih belum
mampu mencapai daratan dalam sekali lompatan,
bersediakah kau membantu aku?"
"Air telaga itu tak dalam, masuklah ke telaga dan
menyeberang ke mari."
Diam-diam Lim Han-kim berpikir lagi: "Selama hidup
aku paling takut dengan air, kalau aku mau mencebur ke
dalam air, buat apa mesti minta bantuanmu?"
Meski menggerutu di dalam hati, di luar ia berkata
lagi: "Aku tak pandai berenang. Asal Locianpwee
melemparkan seuntai ranting kering aku percaya bisa
mendarat." Meskipun Ciu Huang merasa keheranan, namun ia tak
membantah lagi. seuntai ranting kering segera
dilontarkan ke dalam telaga. Lim Han-kim segera bangkit
728 berdiri, hawa murninya dihimpun ke seluruh tubuhnya,
setelah memperhatikan letak ranting kayu itu ia melejit
ke udara, Ujung kakinya menutul di atas ranting tersebut
dan menggunakan daya pental tadi melayang turun di
daratan. Padahal berbicara dari ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya sekarang, kendatipun ia tak mampu mencapai
daratan dalam sekali lompatan, namun untuk jarak
sejauh tiga kaki ini, asal ia meminjam daya apung air
telaga tersebut sesungguhnya tak susah baginya untuk
mencapai daratan dengan gampang. Tapi berhubung
sejak lahir ia sudah menaruh perasaan yang sangat takut
terhadap air, ternyata ia tak berani untuk mencobanya.
Memanah Burung Rajawali 3 Pedang Kayu Cendana Karya Gan K H Kisah Si Rase Terbang 9
^