Pencarian

Pengelana Rimba Persilatan 1

Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi Bagian 1


Judul asli : JIANG HU LIE REN
~Pengelana Rimba Persilatan~
Karya : Huang Yi Saduran : Liang YZ Editor : Adhi H Penerbit : Tunas Mandiri Jaya
Cetakan Kel: Desember 2007
ISBN/KDT : 978-979-1489-14-0
Sumber DJVU Manise di http://dimhad.via.my/
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/
Nama orang, nama tempat dan istilah-istilah lain yang dipakai, semuanya menggunakan bahasa: PING YIN
Jilid ke Satu Bab 1 Fu Ke-wei berdiri diatas bukit, mengangkat kepalanya dan menghirup nafas panjang, setelah menutup sepasang matanya, seluruh tubuhnya seperti membeku, tapi setiap otot di tubuhnya mengendur seperti kehilangan tenaga.
Lama... dia baru kembali mulai bernafas, tingkahnya tadi seperti orang mati, hanya bedanya dengan orang mati, dia masih bernafas.
Di ufuk timur sudah tampak sinar fajar, sekarang keadaan di sekeliling sudah mulai terlihat.
Sekeliling pegunungan itu penuh dengan rimba yang berwarna hijau, rumput liar hijau segar, bunga-bunga liar terdapat dimana-mana.
Dia menghirup hawa segar musim semi, Cuaca bagus di hari Cing-ming (Ceng-beng) yang sulit didapat, berbeda sekali dengan Cing-ming tahun lalu yang hujan mengesalkan orang.
Disini adalah tempat bagus untuk tidur panjang, di belakang ada perbukitan Yin-yang, di depan tidak sampai sembilan li, ada sungai besar berkilau perak, menghadap air membelakangi gunung, gunungnya terang airnya jernih.
Sebelum matahari fajar muncul, dia sudah selesai berlatih silat yang setiap hari harus dilatihnya.'...
Dia memungut pedang yang ditaruh di lapangan rumput, membereskan baju, wajah yang muda, mulai kembali kewajah yang normal, wajah yang tampak merah berdaging sehat.
Setelah berkelana didunia persilatan selama lima tahun, perjalanan ini tidak meninggalkan kerutan di wajahnya, dia tetap muda, sehat, energik.
Lima tahun, didalam ingatannya cukup panjang sekali, hari-hari yang dilewatinya penuh dengan sabetan pedang dan golok, pengalaman keluar masuk pintu hidup atau mati, sekarang dia malas memikirkannya.
Pada usia delapan belas tahun dia sudah keluar gunung, dia semakin matang, matangnya membuat membuat dia mengerti pahit getirnya kehidupan, kematangan yang membuat dia sadar akan lahir, tua, sakit, mati, lingkaran hidup yang tidak bisa diramalkan.
Setiap tahun pada hari Cing-ming, dia selalu datang kesini, membersihkan dan bersembahyang pada makam ayah dan ibunya yang telah meninggal selama delapan tahun, juga gurunya yang sambil duduk semedi meninggalkan hidupnya, gurunya yang telah mendidik dia hingga tumbuh dewasa. Maka walau dirinya berada puluhan ribu li ditempat liar sana, dia harus sampai ditempat ini pada hari Cing-ming ini, delapan tahun terasa seperti satu hari, dia tidak pernah absen.
Rumah dia berada di depan di bawah lereng gunung, nama tempatnya adalah kampung Liu Jiang, dia tinggal dengan empat-lima puluh kepala keluarga, separuh lebih adalah petani yang rajin.
Sekarang dia tinggal sendirian, beberapa gunung kecil di atasnya ditanami dengan pohon sejenis cemara, usia pohonnya sudah puluhan tahun, sama sekali tidak perlu diurus oleh dia. Makanya, dia kerasan di dunia persilatan, tidak ada yang dia khawatirkan.
Setelah sembahyang pada ayah ibu dan gurunya, pikiran dia seperti asap, melayang-layang diatas udara. Dia berpikir: 'manusia begitu kecil dan tidak menentu! Hidup, cuma beberapa puluh tahun, mati, menjadi setumpukan tanah kuning. Tidak perduli orang suci atau bukan, hidup adalah sama, mati pun juga sama, siapa pun tidak bisa lari dari putaran kehidupan.
Matahari sudah naik diatas gunung sebelah timur, angin gunung bertiup dingin. Dia^membereskan alat-alat sembahyang, dimasukan ke dalam keranjang jinjing, lalu keluar dari mulut pekuburan, sebelum pergi dia menatap lagi pada pekuburan yang sepi.
Dia tahu, dia sudah harus pergi, pergi kejalan yang dia pilih, pergi ke alam yang sulit ditebak. Cing-ming tahun depan, apakah dia bisa kembali kepekuburan ini untuk membersihkan dan membetulkan kuburannya" Hanya bisa mengandalkan dugaan saja. Mungkin, tulang mayat dia sendiri sudah tidak tahu dikubur ditanah kuning mana, dan dimakan oleh belatung.
Akhirnya dia pergi dengan langkah yang mantap, menandakan tekad dia yang akan maju kedepan.
Sampai di bawah bukit, kampung Liu-jiang sudah terlihat.
Dari deretan rumah yang tidak teratur, dia sudah dapat melihat dengan jelas bangunan rumah berderet tiga, didepannya ada pekarangan besar, itulah rumahnya.
Berjarak tiga-empat li, tiba-tiba dia melihat dari bayangan hutan, di depan benteng pekarangannya ada satu bayangan asing berkelebat menghilang.
Dia berdiri, berhenti berjalan.
Pelan-pelan dia menaruh keranjang jinjing nya, berdiri konsentrasi, wajahnya telah berubah, berubah jadi dingin, aneh, sepasang matanya bersinar, seluruh tubuhnya penuh dengan hawa yang menakutkan.
Dia mengambil pedangnya dan diselipkan dipinggang, mengangkat kain mantel panjang disisipkan kepinggangnya, menggulung lengan baju, memeriksa pelindung lengan sebelah kiri dan kanan. Diluar pelindung tangannya masing-masing ada tiga bilah pisau yang bentuknya tidak aneh tapi bersinar dan melengkung seperti bulan sabit, nama pisaunya adalah Xiu-luo, buatan India.
Karena senjatanya, dia di dunia persilatan dijuluki: Xie-jian-xiu-luo (Pedang Sesat Pisau Melengkung).
Nama Xie-jian-xiu-luo, didunia persilatan diakui sebagai orang yang paling berani, paling sulit ditebak, paling sulit dihadapi, pesilat muda misterius, tidak perduli pesilat mana baik dari golongan putih atau golongan hitam, semua segan terhadapnya, selain itu perbuatannya tidak pernah bohong dan tidak pernah menyesal.
Walau Xie-jian-xiu-luo menggemparkan dunia persilatan, tapi orang yang tahu nama asli dan wajah aslinya, sangatlah sedikit sekali.
Setelah pagi lewat, didalam kampung hanya tinggal beberapa orang saja.
Semua orang-orang kampung sudah pergi ke gunung membetulkan kuburan atau bersembahyang pada nenek moyang.
Kemudian dia muncul dibawah pohon besar di mulut kampung, di depan satu jembatan kecil dari kayu yang melintang diatas sungai, dia berdiri cliatas jembatan, melihat pekarangan rumah dia yang berjarak setengah li.
Dia tidak melihat lagi kearah kampung, mulutnya menyungging tawa dingin, tiba-tiba dengan langkah besar dia melewati jembatan kecil, dia berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Wajahnya sekali pun tidak menengok
Tidak lama kemudian, ada delapan orang, tua, muda, laki-laki, wanita menelusuri jalan kecil mengejarnya.
Yang paling depan adalah seorang tua berusia lima puluhan, dengan wajah berbentuk segi tiga, bermulut besar, berkumis tipis carang, matanya seperti elang bersinar dingin. Dipinggang-nya terselip sebilah pedang antik panjang, dan menggantung segulung tali dengan kail tiga mata y, ing bersinar.
Delapan orang itu, setiap orangnya juga membawa segulung tali aneh ini, tali yang tidak bisa putus di potong golok.
"Dia harus mati!"
Orang tua setengah baya itu sambil berlari sambil memaki:
"Tidak disangka, setelah sembahyang pada nenek moyangnya, dia tidak kembali kerumahnya, m.ilah langsung pergi, sia-sia kita menunggu dia setengah harian, hingga kehilangan kesempatan baik membunuhnya!"
"Orang tua Lu!" kata seorang setengah baya kurus dibelakangnya, "apa mungkin dia telah melihat kita, makanya dia melarikan diri?"
"Tidak mungkin." Kata orang tua Lu dengan pasti, "di saat begini, tidak seorang pun akan menduga ada orang bersembunyi di dalam rumah menunggu dia masuk."
"Mungkin sudah tidak bisa dikejar lagi."
"Omong kosong! Dia cuma berjalan dengan langkah biasa, memangnya bisa jalan seberapa jauh" Jika kita mengejar, paling sedikit lebih cepat dari dia lima kalinya."
"Tuan Lu, bisa mengejar dia juga sudah tidak ada kesempatan untuk mengatur jebakan lagi."
"Asal kita sudah melihat dia, maka kita coba melewati dia dari samping dan di depannnya kita cari tempat mengatur jebakan, itulah sebabnya aku menyuruh marga Li bersaudara mendahului dia."
"Pak Lu, aku selalu merasa ini tidak baik, terlalu berbahaya."
"Kau jangan banyak omong kosong, tidak bagus" Jika takut, kau tidak usah ikut." Kata tuan Lu dengan tidak senang.
Jalan kecil ini melewati perbukitan yang berliku-liku ke arah selatan, menuju ke kota An qing, disepanjang jalan jarang ada perkampungan, tidak ada manusia, burung dan binatang liar berkeliaran dimana-mana, tidak usah takut bertemu dengan orang.
Setelah beberapa saat mengejar, jalan kecil itu membelok, hutan sudah habis, didepan tampak lapangan rumput, jalan kecil itu melewati bukit barat, di sebelah barat jalan kecil ada satu parit yangjernih.
"Aduh!" Tuan Lu yang didepan tiba-tiba berteriak terkejut dan mendadak menghentikan langkahnya.
Tujuh orang lainnya yang dibelakang tidak keburu mengerem, hampir saja bertabrakan.
Di bawah pohon kecil disebelah kanan jalan, terbaring dua orang setengah baya berbaju ringkas.
Posisi pedang dan kantung serba gunanya masih tetap ditempatnya, bisa dipastikan mereka tidak pernah mengalami pertarungan. Wajahnya putih pucat seperti kertas, bibirnya membiru, sepasang matanya melotot besar, titik mata hitamnya sudah buyar.
Siapa pun bisa melihatnya, dua orang ini sudah mati.
Matinya belum lama, karena mayatnya masih hangat.
"Marga Li bersaudara sudah mati!" kata tuan Lu sambil menarik nafas dingin.
Di depannya tiba-tiba terdengar ada orang yang bernyanyi.
Mendengar nyanyian itu tuan Lu berteriak dengan marah dan sedih!
Nyanyian itu terdengar keluar, sampai di lapangan datar.
Di tengah-tengah lapang, seperti setan bayangan Fu Ke-wei tiba-tiba muncul.
Nyanyian sudah berhenti, orangnya berdiri disana tidak bergerak juga tidak bicara, hawa pembunuhan yang dingin memenuhi sekitar tempat itu, delapan orang yang berada jauh seratus langkah lebih, tetap merasakan tekanan hawa dingin yang tidak terhingga.
Segera tuan Lu mengibaskan tangannya, sambil menggigit gigi berjalan mendekat.
Tujuh orang lainnya membagi diri kekiri dan kekanan, pelan-pelan mengurung, sambil pelan-pelan mendekat, sambil melepaskan gulungan tali dengan tiga mata kail itu.
Fu Ke-wei berdiri seperti gunung, dengan sorot mata bersinar menyambut delapan orang yang datang mengurung.
Delapan orang itu mempercepat langkahnya, dan dua sayapnya semakin melebar, akhirnya berhasil mengurung dari empat penjuru, delapan orang itu membentuk kurungan bulat.
Delapan buah tali dengan tiga mata kailnya mulai diputar, sambil diputar talinya pelan-pelan diulur semakin panjang.
Tapi Fu Ke-wei tetap berdiri tegak, seperti patung batu.
Suara putaran tali semakin lama semakin keras, delapan set mata kailnya semakin diputar semakin kencang bergerak.
Asalkan ada perintah, maka delapan set kail besi itu akan menyatu dari delapan arah, walau kail besi tidak mengenai sasaran, dalam keadaan tertali oleh delapan tali aneh, pasti akan dapat mengikatnya, dan menarik jatuh. Sulit dapat menghindarnya.
"Anjing kecil, apa kau sudah tahu kami akan datang?" tanya tuan Lu menggigit gigi.
"Bukankah kalian sudah datang?" katanya dengan tertawa tawar.
"Pasti ada orang yang memberitahukan sebelumnya."
"Jika ada, pasti orang-orang kalian."
"Benar saja ada mata-mata di antara orang-orang kita." Kata tuan Lu kesal, "tapi kau tetap telah jatuh di tanganku."
"Kau kira aku tidak sanggup membunuh kalian, bisa sebodoh ini berdiam disini menunggu kalian datang mengepung?" Wajah Fu Ke-wei semakin dingin, "sebelum Sepasang Pedang Li mati, mereka telah mengatakan, dipekarangan depan rumahku kalian telah menyiapkan jebakan tali, makanya aku membawa kalian ketempat yang lapang, supaya kalian bisa melakukannya dengan sepenuh kekuatan, supaya mati pun kalian bisa menutup mata. Bukankah kau telah menghabiskan waktu tiga tahun, dan menghabiskan banyak uang untuk memesan tali khusus Penangkap Naga, kalau tidak ada gunanya, disamping itu bagaimana kalian akan puas setelah mati" Sekarang ayo lakukanlah! Aku sudah menunggu kalian!"
Di dalam hatinya, tuan Lu menjadi gentar, jika lawan tidak ada keyakinan, mana mungkin sebodoh itu menunggu musuh datang mengepungnya" Dia jadi ragu-ragu bertindak, yang lebih penting lagi dia sudah kehilangan kesempatan mengendalikan keadaan, hatinya sudah tidak mantap, begitu kehilangan kepercayaan membuat dia ragu-ragu bertindak.
"Ada satu hal yang harus kuberitahu." Pemuda itu melanjutkan, "seumur hidupku, perbuatanku terang-terangan, aku sangat benci terhadap perbuatan yang sembunyi-sembunyi, aku sudah berkelana lima tahun didunia persilatan, teman-teman dunia persilatan bisa menjadi saksi. Sepasang Pedang Li dibunuh olehku secara terang-terangan, aku membiarkan mereka diam-diam menyerang dari belakang, lalu secara berhadapan dengan kedua tangan kubunuh mereka. Kalian dirumahku menyiapkan jebakan diam-diam ingin menyerangku, maka aku punya alasan yang cukup membalas perbuatan kalian, sayang aku tidak ada gairah melakukan serangan secara diam-diam, jika tidak, dijalan ini mayat kalian akan nampak berturut-turut, tidak mungkin ada kesempatan untuk kalian menggunakan strategi tali nyamuk ini."
"Disini kami juga harus menelentangkan mayatmu." Kata tuan Lu dengan geram.
"Aku bukan seorang kejam yang senang membunuh orang, aku tetap ingin memberimu satu kesempatan." Kata Pemuda itu dengan damai, "kau sebagai ketua Benteng Tian-long (Naga langit) dengan julukan Pedang Naga Langit (Tian-long-jian), Lu-zhao seorang tetua dan terhormat, termasuk nomor tiga dari tiga pimpinan aliran hitam, dan juga punya potensi menjadi nomor dua, tapi kau telah melakukan perbuatan jahat yang tidak terhitung banyaknya, tanganmu penuh dengan darah," manusia dan langitpun ingin menghukum-nya. Tapi, aku dengan kau tidak ada permusuhan dan dendam, juga tidak perbah menyaksikan perbuatan jahatmu, kita tidak saling mengganggu. Tapi, tidak seharusnya saat aku lewat, kau telah mengutus orang diam-diam ingin membunuhku, setelah gagal lalu melakukan pengeroyokan, belum puas kalau belum menghabisi aku, aku terpaksa membunuh dua saudara tirimu, dan dengan senjataku membunuh empat pengawal bentengmu, dalam pertarungan yang adil aku juga telah membunuh adik iparmu.
Selama tiga tahun kau terus mencoba membalas dendam, mengumpulkan teman-temanmu, mengutus orang kemana-mana menyelidik keberadaanku, setiap saat merencanakan diam-diam membunuhku. Tapi aku selalu merasa permusuhan ini lebih baik didamaikan dari pada dijalin terus, hari ini, kau mengejar sampai kerumahku, menurut aturan tidak seharusnya aku melepaskan kalian, tapi aku tetap ingin memberi satu kesempatan lagi padamu, bawalah teman-temanmu pergi dari sini! Orang yang mati sudah cukup banyak, kalian berdelapan ingin membunuh ku, terus terang saja, itu sama sekali tidak mungkin."
"Aku telah menghabiskan waktu tiga tahun, baru dapat menyelidiki jejak dan kebiasaanmu, hari ini kalau bukan kau maka aku "
"Buat apa" Tuan telah kalah setengah, apakah kau masih tidak bisa melihat, keadaannya tidak menguntungkan buatmu?"
"Delapan banding "
"Tuan, kujamin sekali menggerakan pisau Xiu-luo, dalam sekejap aku bisa membunuh setengah dari kalian. Jika kalian menganggap dengan menggunakan beberapa tali aneh bisa membunuhku, aku Xie-jian-xiu-luo bagaimana bisa hidup sampai sekarang" Pergilah, selagi masih sempat."
"Jika hari ini aku tidak membunuhmu, aku "
"Baiklah, hidup dan mati tergantung nasib, siapa yang kuat dialah yang hidup." Wajahnya kembali menjadi dingin menyeramkan, "silahkan mulai! Orang yang sial sulit bisa lolos, harap hati-hati terhadap pisau Xiu-luo ini, menghadapi pengeroyokan aku tidak akan menaruh hati kasihan."
Dia menyilangkan sepasang tangannya, kakinya pelan-pelan bergerak memasang kuda-kuda, matanya tambah bersinar, hawa pembunuhan mulai memancar, sepertinya seluruh orang disana ditutupi oleh hawa pembunuhan, setiap tempat yang disorot matanya, terasa membawa hawa pembunuhan yang sangat kuat.
Tidak ada orang yang dapat melihat pisau Xiu-luo nya, tampak sepasang tangannya kosong tidak terdapat apa apa.
Delapan set kail besi semakin diputar semakin kencang, delapan orang laki-laki dan perempuan mulai merubah posisi.
"Inilah kesempatan terakhir kalian." Katanya dengan suara dalam, "aku tidak berharap akan jadi orang yang mengubur mayat kalian."
Satu teriakan dengan suara dalam terdengar, kedua belah pihak sudah bersama-sama menyerang.
Delapan set kail besi bermata tiga terbang bersama-sama dari delapan arah, membentuk jaring berkumpul kearah tengah, suaranya memecah udara membuat orang mendengarnya kepalanya jadi mati rasa, suatu kerja sama yang tidak ada celahnya.
Andai kata yang diserang adalah seekor macan ganas, juga akan terikat, ditarik dan digulingkan.
Jika seekor naga terbang, juga tidak akan bisa lolos dari jaring langit ini.
Tapi dia bukanlah macan ganas atau naga terbang, tapi dia adalah pesilat tinggi dunia persilatan yang menakutkan.
Bersamaan dengan delapan kail besi itu menyerang, bayangan Fu Ke-wei seperti kilat terbang keutara, saking cepatnya sampai mata orang menjadi kabur, tampak seperti bayangan samar-samar.
Dan dua sinar kilat yang kecil yang sulit dipandang oleh mata telanjang, dari kiri dan kanan menuju kedepan sekali berkelebat langsung menghilang.
Kail besi masih belum berkumpul ditengah, bayangan hijau sudah menembus kepungan, saking cepatnya sulit dipercaya.
"Mmm " suara terbekam terdengar lebih dulu.
Delapan tali aneh itu berkumpul dan berbelit ditengah.
Suara teriakan terkejut terdengar sekali lalu menghilang, bayangan orang mendadak berhenti.
"Buuk! Buuk!" Tampak dua orang melepaskan dua talinya, berteriak jatuh dilapangan rumput meregang nyawa.
Wanita berbaju hitam yang berusia empat puluh tahuNan-yang berada diutara, dibelit oleh talinya sendiri sampai lima enam gulungan, sepasang tangannya pun tergulung erat, sedang kailnya ditangkap oleh Fu Ke-wei, tenggorokannya diinjak oleh kaki, sepasang matanya menunjukan rasa ketakutan sekali, wanita itu seperti kehilangan roh, mata yang tadinya terang melotot besar, kini sudah tidak tampak lagi.
Asal Fu Ke-wei menambahkan sedikit tenaganya, pasti tenggorokan wanita itu akan terinjak patah.
"Aku sedang berpikir, bagaimana cara menghukum kalian yang ingin membunuhku." Dia menatap pada Tian-long-jian, Lu-zhao yang wajahnya jadi pucat pasi, tidak tahu harus berbuat apa, "mengasihi musuh, berarti kejam terhadap diri sendiri, aku Xie-jian-xiu-luo bukan orang yang biasa mengampuni."
Julukan dia adalah Xie-jian-xiu-luo, kata Xiu-luo bukanlah hanya tertuju pada pisau Xiu-luo nya saja, tapi benar-benar ditunjukkan karena kepandaiannya dan cara memperlakukan musuhnya.
Xiu-luo, nama lengkap sebenarnya adalah A Xiu-luo, adalah nama dewa dari kitab suci Budha, salah satu dari delapan naga langit yang sangat sakti dan sering menantang dewa langit Yi, sampai raja langit pun tidak dapat berbuat apa-apa pada dia.
Seseorang jika disebut Xie-jian-xiu-luo, bagaimana bisa menjadi seorang pengikut Budha yang maha pengasih"
Diwajahnya tergambar kekejaman, jika sebelumnya dia tidak tahu siasat jahatnya Tian-long-jian Lu-zhao, atau ilmu silatnya lemah dan tenaga dalamnya kurang, sekali kena dibelit oleh sebuah tali saja, akibatnya tidak perlu ditanyakan lagi.
Ada salah seorang lawannya melemparkan talinya dan melarikan diri, pertama-tama hanya seorang, lalu dua orang, tiga orang berturut-turut melemparkan talinya kemudian melarikan diri, cepat seperti ikan terlepas dari jaring. Orang-orang ini bisa membaca situasi, melihat bahaya lalu lari menyelamatkan diri.
Akhirnya hanya tinggal Tian-long-jian Lu-zhao, dan seorang pria brewokan berusia setengah abad.
"Ampuni aku!" teriak wanita berbaju hitam yang ada dibawah kakinya ketakutan.
Fu Ke-wei menarik kakinya, dengan dingin menatap wanita yang ketakutan dibawah kakinya.
"Aku aku akan mengundurkan diri dari dunia dunia persilatan" kata wanita itu dengan gugup, dibawah tatapan dinginnya dia ketakutan sekali.
Fu Ke-wei melemparkan tali dan kail ditangannya, mengibaskan tangan memberi tanda pada wanita itu supaya cepat pergi.
Barulah wanita berbaju hitam itu berani menggulingkan tubuhnya, melepaskan tali yang menjerat tubuhnya, dengan rambut dan baju acak-acakan dia bangkit berdiri, belum sampai bajunya dibereskan, dia langsung berlari ketakutan.
Hati Tian-long-jian Lu-zhao seperti tenggelam, sambil menggigit gigi, dia membuang tali anehnya, selangkah demi selangkah mendekati Fu Ke-wei.
"Jika berani, jangan menggunakan pisau terbangmu, mari bertarung menggunakan pedang denganku." Tian-long-jian Lu-zhao dengan keras berteriak, "benteng Tian-long sudah runtuh oleh perbuatanmu, namanya sudah rusak di dunia persilatan, aku benci padamu dan bersumpah jika ada kau tiada aku, diantara kau dan aku, hanya boleh satu orang yang hidup didunia, sekarang kau berani tidak bertarung dengan adil?"
Pisau Xiu-luo Fu Ke-wei jika digunakan malam hari juga tetap akurat, sungguh pisaunya lebih mengerikan dari undangan raja neraka, apa lagi jika digunakan siang hari. Makanya Tian-long-jian Lu-zhao tidak ingin musuhnya menggunakan pisau Xiu-luo.
"Aku juga punya perasaan yang sama." Kata Fu Ke-wei dengan tenang, "jika kau tidak mati hari ini, dikemudian hari tentu akan menggunakan siasat yang lebih hina lagi menyerangku, lebih baik urusan kita diselesaikan pagi ini."
"Jadi Kau setuju tidak menggunakan pisau terbangmu?"
"Tentu, aku tidak akan gunakan pisau terbang, sekali aku berkata pasti dilaksanakan."
"Srreeng!" Lu-zhao mencabut pedangnya.
Laki-laki brewokan cepat melangkah maju, menahan tangannya Tian-long-jian Lu-zhao.
"Kakak Lu!" kata laki-laki brewokan dengan tulus, "empat tahun lalu ketika Empat Binatang Pintar bertarung melawan Rasi Tujuh Bintang di bukit Guan-re. Pedang Dewa Xi Gang-sheng yang menjadi jago pedang di urutan pertama dari sepuluh jago pedang terbesar di dunia, tampil keluar mencoba mendamaikan, tapi dia hampir saja mengantarkan nyawanya, tubuhnya terkena tiga luka pedang, nyawanya tinggal sekejap lagi, tapi tiba-tiba bocah ini muncul, bukan saja dia telah menolong Xi Gang-sheng dari bahaya kematian, juga dalam sekejap dia telah menghancurkan barisan Rasi Tujuh Bintang, dan hanya dalam tiga jurus dia menundukan Empat Binatang Pintar, akhirnya pertarungan besar itu berhenti tanpa ada yang cidera. Kakak Lu, bertarung dengan dia tidak akan ada harapan, lebih baik kita pergi saja! Orang orang yang terluka ini, harus cepat diobati!"
"Tidak!" teriak Tian-long-jian Lu-zhao seperti sudah gila, "aku ingin bertarung dengannya, dia atau aku yang mati, Saaa. ..V
Dalam teriakannya, tiba-tiba Tian-long-jian Lu-zhao maju menerjang, pedangnya diayun seperti geledek, saat lawan tidak bersiap dengan sekuat tenaga dia menyerang.
"Traang!" Satu suara keras terdengar, tampak satu sinar kilatan memancar, Fu Ke-wei dengan kecepatan yang sulit dibayangkan mencabut pedangnya, dengan tenang menangkis.
Kemudian dengan cara aneh Fu Ke-wei berkelebat dari samping, ujung pedangnya tahu-tahu sudah menempel dibawah pipi kanan Tian-long-jian Lu-zhao, asal didorong sedikit saja, ujung pedang yang tajam akan masuk kedalam tenggorokan.
"Apakah ini yang disebut pertarungan adil?" kata Fu Ke-wei dengan suara dingin, "kau juga seorang pesilat tinggi yang ternama, apakah bisanya hanya belajar menyerang secara mendadak" Aku jadi berpikir, julukan Tian-long-jian mu mungkin didapat olehmu dengan cara ini."
"Aku su sudah mencabut pedang, kau...kau tidak mencabut pedang itu bu...bukan salahku "
"Tidak tahu malu" maki Fu Ke-wei keras, "lepaskan pedangnya!"
"Sebelum mati, pedangku tidak boleh terlepas." Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan membandel.
Satu sinar kilat berkelebat dan "Paak..!" pedang Fu Ke-wei sudah diketokan pada pergelangan tangan kanan Tian-long-jian Lu-zhao, tenaga yan g dikeluarkan sangat pas sekali.
Tian-long-jian Lu-zhao tidak bisa lagi menggenggam pedangnya "Trang...!" pedang panjangnya terlepas dari tangannya, jatuh ketan ah.
Ujung pedang Fu Ke-wei kembali menempel di bawah pipi kanan Tian-long-jian Lu-zhao.
"Aku punja cukup alasan membunuhmu." Kata Fu Ke-wei dengan dingin, "menghadapi penjahat dunia persilatan yang menggunakan segala cara seperti mu, membunuh dengan cara ini terlalu menguntungkanmu."
"Kau " "Memusnahkan kepandaianmu jauh lebih bagus, membunuh kau hanya akan mengotori pedangku, biar orang lain saja yang menagih hutang padamu "
Perkataannya belum habis, dia melemparkan pedangnya, lalu iga kanan Tian-long-jian Lu-zhao telah terkena satu pukulan berat.
Tidak menunggu tubuh Tian-long-jian Lu-zhao stabil, telapak dan tinju seperti hujan badai menerpa, sebuah pukulan terakhir menimpa di tulang belakang. Tian-long-jian Lu-zhao berteriak sekali, lalu jatuh ke tanah menjerit kesakitan!
Laki-laki brewokan tidak dapat dan tidak berani melibatkan dirinya, dia melonggo menyaksikan Lu-zhao mendapat hajaran lawannya.
Pedang Fu Ke-wei yang dilemparkan, jatuh di bawah kaki pria brewokan itu, badan pedang berkilauan terkena sinar matahari, tapi terasa dingin sekali.
Laki-laki brewokan justru tidak berani mengambil pedang dan menusuk Fu Ke-wei, walau punggungnya menantang dihadapan laki-laki brewokan itu.
Fu Kei Wei berdiri tegak, melirik sekali pada Tian-long-jian Lu-zhao yang kesakitan, perlahan membalikan tubuh berjalan menuju pria brewokan.
. "Aku tidak akan tertipu olehmu." Kata laki-laki brewokan, "kepandaianku mengambil pedang atau mencabut pedang, pasti tidak akan secepat pisau Xiu-luo mu."
Fu Ke-wei tertawa tawar, lalu berjalan menuju dua orang yang roboh terkena pisau Xiu-luo, mengambil kembali pisau terbangnya, lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah kembali kerumah yang berada dibawah bukit Yin-yang, Fu Ke-wei merasa malas, tidak tahu kenapa rasa kesepian menyelimuti hatinya, rumah yang begitu besar, hanya ada dia seorang diri.
Hari ketiga, dia membawa buntalannya, meninggalkan rumahnya yang penuh debu, kembali terjun ke dunia persilatan.
Di kota Fu Ke-wei menginap tiga hari, dia mendapat kabar bahwa Tian-long-jian Lu-zhao berobat dipenginapan kota, lalu pergi naik perahu, yang ikut bersama dia hanya pria brewokan itu saja.
Di dunia persilatan balas membalas adalah hal yang biasa, sehingga, terhadap masalah ini Fu
Ke-wei tidak terlalu disimpan dihati, masalah yang sudah lewat, biarlah berlalu!
Orang yang mengikuti Tian-long-jian Lu-zhao naik perahu, sebenarnya bukan hanya seorang laki-laki brewokan, perahu itu disewa mendadak, tapi setelah berlayar dua jam, perahu itu membelok di satu belokan sungai, dan bergabung dengan satu perahu kecil yang misterius, diatas perahu ada empat orang laki-laki dan perempuan, setelah menyambut Tian-long-jian Lu-zhao yang terluka dan pria brewokan, perahu kecil yang misterius itu segera berlayar lagi.
Hari ketiga saat siang hari, perahu itu sudah ditambatkan didekat kota air di tenggara pelabuhan Da-gu-dang.
Ini adalah pelabuhan ikan yang ternama di mulut danau Jun-yang, tempat ini bukan saja ada pasar tempat lelangnya ikan dan barang barang, juga adalah pelabuhannya hasil bumi, sangat sedikit pelancong disana, yang keluar masuk kebanyakan adalah pedagang dan orang-orang kasar yang mencari makan diatas perairan.
Perahu berlabuh dibawah sebuah gunung kecil di selatan, di daerah ini sangat jarang ada orang, tampak empat pria besar menggotong satu kursi besar, diatas kursi duduk Tian-long-jian Lu-zhao yang tidak bisa meluruskan pinggangnya.
Laki-laki brewokan itu maju sendirian di depan membawa jalan, menelusuri jalan kecil menuju satu perumahan besar yang ada bangunan terbuka di tengah pekarangannya.
Perumahan besar itu sepi, tidak terlihat ada orang.
Tapi hari ini ada tamu yang datang dari jauh, setelah lama mengetuk pintu, gerbang besar itu baru dibuka sambil mengeluarkan bunyi, seorang tua yang tampak lesu sebagai penjaga pintu berdiri ditengah pintu, dengan lemah menyipitkan mata:
"Siapa" Apa ada kepentingan?" Laki-laki brewokan tertawa tawar, tangan kirinya diangkat kedepan dada, telapaknya dibalikan keluar, menjentikan dua kali telunjuk dan jari tengah, setelah itu menurunkan tangan:
"Kami sudah lelah berjalan, dan ingin beristirahat dirumah anda, sambil minta semangkuk air minum, tidak tahu apakah di ijinkan?"
Orang tua penjaga pintu itu tetap berdiri ditengah pintu, tetap dengan wajah lesu yang hidup tidak mati pun tidak, berkata:
"Tidak apa-apa kalau mau istirahat disini, jika ingin air! Ambil sendiri, dipekarangan ada sumur air, mengenai makanan, kalian sendiri yang siapkan."
"Apakah bapak Guan ada dirumah?" "Ada atau tidak, tidak lama lagi akan tahu Laki-laki brewokan itu mengeluarkan kartu nama dan memberikannya:
"Tolong laporkan, orang yang tertera di kartu ini sengaja datang berkunjung."
Nama diatas kartu itu adalah ketua benteng Tian-long, Lu-zhao.
Orang tua penjaga pintu tertegun, mengangkat alis tuanya, melirik sekali pada Tian-long-jian Lu-zhao yang duduk tidak jauh diatas kursi, matanya menyorotkan tanda tanya, setelah menyuruh menunggu, dia cepat-cepat masuk kedalam.
Semua orang persilatan tentu pernah mendengar nama ketua benteng Tian-long, Tian-long-jian Lu-zhao, kedudukannya di dunia persilatan sangat tinggi, hari ini dia duduk diatas kursi, berjalan sambil digotong orang, sungguh membuat orang menjadi heran, tidak aneh mata si tua itu mengandung pertanyaan.
Tidak lama, pihak tuan rumah datang bertemu dengan tamunya diruang besar.
Tuan rumahnya adalah seorang tua setengah baya berbaju hijau berusia lima puluh tahun lebih, dengan wajah yahg jujur, pertama-tama dia berbasa-basi dulu, tuan rumah tidak memberitahukan namanya, hanya pria brewokan yang memperkenalkan Tian-long-jian Lu-zhao pada tuan rumah, lalu bersama tuan rumah masuk keruangan dalam, beberapa saat kemudian baru meraka kembali keruangan tamu.
Setelah tuan rumah duduk kembali, dia batuk dua kali, pada Tian-long-jian Lu-zhao sambil tertawa berkata:
"Ketua benteng Lu, saudara Gan sudah menceritakan dengan singkat masalah ketua benteng padaku, aku dengan saudara Gan dulu pernah ada urusan dagang, jadi bisa dikatakan ada hubungan dekat, jika dia mengenalkan anda datang kesini, aku terpaksa akan berusaha sebisanya membantu ketua benteng.
Ketua benteng mencari Xie-jian-xiu-luo selama tiga tahun, hal ini sudah bukan satu rahasia lagi, aku sudah lama mendengarnya, tidak diduga akibatnya bisa begini hebat, sangat disesalkan sekali..., aku tidak perlu basa basi lagi, aku ingin bertanya pada ketua benteng apakah tahu hal ini ada seberapa seriusnya?"
"Kenapa anda tidak terus terang saja menjelaskan?" kata ketua benteng Thian-long, "tentu saja, jika tidak ada kesulitan, aku juga tidak akan terima usulnya saudara Gan datang kepada anda. Memang beda usaha seperti beda gunung, aku tidak tahu sampai dimana seriusnya masalah ini, apakah buat anda ada kesulitan atau anda tidak sanggup menerima permintaan aku ini."
"Ini bukan masalah mampu atau tidak." Tuan rumah seperti tertawa tapi tidak tertawa, "tapi ini sangat mempengaruhi keadaan ketua benteng dikemudian hari, aku tidak dapat tidak harus memberi ingat terlebih dahulu."
"Maksud anda adalah "
"Bisnis seperti ini, biasanya tidak boleh didengar oleh orang ketiga." Tuan rumah melirik sekali pada empat orang pria besar, "walau saudara Gan bisa dikatakan adalah orang yang berkepentingan, tapi sudahlah, jika ada sedikit saja yang bocor, cepat atau lambat pasti ada orang yang mencari ketua benteng, walau teman Xie-jian-xiu-luo tidak banyak, tapi semua pesilat tinggi yang hebat, dan juga yang pengalaman dunia persilatannya sangat banyak, apakah ketua benteng mengerti maksudku?"
"Hal ini anda tidak perlu khawatir, aku sudah jadi orang yang tidak berguna, setelah kembali kebenteng, maka nama benteng Tian-long tidak akan ada lagi, di dunia persilatan tidak akan ada aku lagi, juga teman-temanku ini " Tian-long-jian Lu-zhao menunjuk pada empat pria yang ada disisinya, "semua setia, selamanya akan berada dan mengikuti aku, pasti tidak akan ada berita yang bocor, jika benar ada kebocoran juga, pasti bukan bocor dari pihakku."
"Baiklah! Jika ketua benteng sangat percaya diri, aku jadi tidak khawatir lagi." Kata tuan rumah tawa tawar, "dipihakku, pasti tidak akan ada berita yang bocor, hal ini dijamin dengan ketenaran nama selama tiga puluh tahun. Kuakui juga selama tiga puluh tahun ini, organisasiku juga pernah ada beberapa kali mengalami kegagalan, tapi walau pun gagal tidak pernah ada catatan yang tidak bagus yang melibatkan pemesan, hal ini mungkin ketua benteng sudah tahu. Makanya jika beritanya bocor, sama sekali bukan tanggung jawab organisasi kami."
"Pendirian diantara kita tidak bertentangan."
"Betul." kata Tuan rumah, "boleh dikatakan kedua belah pihak sudah mendapat saling pengertian."
"Kapan aku bisa bertemu dengan penanggung jawab organisasi anda dan merundingkannya?"
"Tidak perlu." Tuan rumah langsung menolak, "aku bisa memutuskannya, penanggung jawab organisasi kami tidak pernah bertemu langsung dengan pelanggan. Asalkan ketua benteng telah mengantarkan tujuh puluh persen uangnya, perjanjian bisnis kita langsung sah."
"Baiklah, dalam waktu setengah bulan aku pasti akan menyuruh orang mengantarkan "
"Masalah ini aku harus bicarakan dulu dengan saudara Gan, menyuruh orang mengantarkan kesini, ketua benteng pasti tidak akan menemukan seorangpun. Organisasi kami melakukan sesuatu sudah ada rencana dan persyaratannya, tidak sembarang melakukannya."
"Kalau begitu, semuanya diserahkan pada saudara Gan saja."
"Mengenai batas waktunya, aku harus pertegas lagi." Kata Tuan, "masalah ini sangat besar, tidak boleh terburu-buru, jika terburu-buru bisa gagal, jadi harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Makanya, ketua benteng harus menuruti batasan waktu yang organisasi kami tentukan."
"Tentu saja." "Baik. Ketua benteng sekarang boleh pergi, tindakan selanjutnya, ketua benteng bisa memperoleh seluruh beritanya dari saudara Gan."
"Apakah aku harus tinggal disini?"
"Jangan bicara seperti orang diluar bisnis." Tuan rumah tertawa, "saudara Gan harus bersama ketua benteng, nanti ada orang yang menghubungi saudara Gan."
"Tapi jejakku dengan saudara Lu "
"Mulai dari sekarang, jejak kalian semua dibawah pengawasan kami. Ha ha ha! Jangan lupa orang yang berhubungan dengan kalian, adalah Perkumpulan Qing-lian yang sudah tiga puluh tahun ternama. Saudara Gan, kalian pergilah!"
Perahu berlayar kearah Jiu Jiang, diatas perahu, pria brewokan bermarga Gan berkata pada Tian-long-jian Lu-zhao:
"Kakak Lu, apa kau benar akan menutup benteng Tian-long?"
"Benar." Kata Tian-long-jian Lu-zhao pasti.
"Apakah harus begitu?"
"Benar. Saudara Gan, apakah kau tidak melihat" Jika aku tidak mengatakannya, empat saudara aku ini mungkin tidak bisa keluar dari rumah setan itu, kata-kataku itu tidak didengar oleh orang ketiga, sedikit pun tidak mengandung bahaya, tapi api pembunuhan membara membuat orang menjadi dingin hatinya. Saudara Gan, sebenarnya siapa dia?"
"Aku pun tidak tahu, dulu waktu aku bertemu dengan dia, hanya tahu dia memperke-nalkan dirinya bermarga Tong, yang lainnya semua rahasia."
"Di perkumpulan Qing-lian kedudukan dia..."
"Tidak tahu, sepertinya pencari langganan kelas tiga, yang bertanggung jawab dibagian luar, mungkin dia sendiri belum pernah bertemu dengan orang penting dari perkumpulan Qing-lian. Kau minta bertemu dengan orang yang bertanggung jawab, itu melanggar pantangan mereka, itu tidak mungkin."
"Kau kira mereka benar-benar bisa mengawasi jejak kita?"
"Aku sangat percaya, mungkin perahu pertama dan berikutnya, paling sedikit ada dua milik mereka. Jangan berkhayal mencoba kekuatan mereka, itu tidak akan ada gunanya, kita tidak percaya pada mereka, mereka juga sama tidak percaya pada kita, siapa yang berani menjamin, jangan sampai mereka curiga kita mencoba menyelidiki mereka" Asal mereka sekali curiga, bukan saja bisnisnya akan batal, kita juga akan mendapat kesulitan yang amat besar!"
Laki-laki brewokan bermarga Gan berkata dengan hati-hati, dia sudah dapat melihat Tian-long-jian Lu-zhao sudah timbul niat mencoba kekuatan perkumpulan Qing-lian.
"Kau pikir apakah mereka bisa berhasil?"
"Pasti berhasil, menurut yang aku tahu, di dunia persilatan sekarang ada perkumpulan Kembang Merah, perkumpulan Teratai Putih, perkumpulan Qing-lian, tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran, perkumpulan Qing-lian yang paling misterius, paling menakutkan dan paling tertutup. Selama tiga puluh tahun, tidak pernah mendengar ada orang yang tahu seluk beluknya perkumpulan ini, tidak ada orang yang dapat melihat orang penting perkumpulan ini, lebih-lebih tidak pernah terdengar ada orang yang dapat menangkap pembunuh bayaran perkumpulan itu.
Di dunia persilatan ada banyak pesilat tinggi orang-orang ternama yang hilang secara misterius, mungkin ada hubungannya dengan perkumpulan ini."
"Coba kau terka, apakah mereka akan menganga seperti mulut singa?"
"Mungkin, harga anjing kecil itu sungguh terlalu tinggi."
"Kira-kira berapa besar yang mereka minta?"
"Mungkin tidak kurang dari sepuluh ribu liang."
"Oooh! Perlu enam orang untuk mengangkat uang sepuluh ribu liang perak, tapi aku rela mengeluarkannya." Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan menggigit gigi, "sepuluh orang yang mengangkat juga aku tidak keberatan, seharusnya sejak dulu aku berhubungan dengan perkumpulan Qing-lian."
"Kakak Lu, jika tidak ada kenalan, kau tidak mungkin bisa mencari mereka." Orang ber-marga Gan berkata lagi, "masalah kau bermu-suhan dengan Xie-jian-xiu-luo, kawan-kawan persilatan sudah pada tahu, mereka tidak memer-lukan banyak waktu untuk membuktikan-nya, sehingga, kepastian perjanjian bisnisnya tidak akan lama, waktu untuk kau mengumpulkan uangnya sangat sempit, hati-hati jangan sampai terlambat, kalau tidak perjanjiannya bisa berubah. Sekalian aku ingatkan, mereka hanya mau emas atau perak, tidak mau pusaka yang di nilai dengan uang."
"Tenang saja, tidak akan ada masalah." Kata Tian-long-jian Lu-zhao dengan pasti, dari matanya yang lesu berkilat sinar kebencian dan kekejaman.
o-o-o Dua bulan kemudian. Wu-hu berada di selatan Tai-ping, di sebelah selatannnya ada sungai Zhang-jiang, sedang bagian timur lautnya perbukitan, diantara pantai dengan perbukitan banyak terdapat rawa, sungai mengalir melewati kota, dihadapan sepanjang Wu-hu ada sungai Yu, sungai Yu adalah mulutnya sungai buatan.
Sekarang situasi sedang aman sejahtera, sudah tidak terlihat bekas-bekas peperangan.
Kota He-kou yang berada ditepi sungai di sebelah selatan kota, sekarang lebih ramai, lebih hidup dibanding dulu, jalanan panjang sejauh sepuluh li di penuhi pertokoan dan perhotelan, dipinggir sungai berderet rapat perahu besar dan kecil, lebih ramai dibanding dengan pelabuhan Da-jiang yang ada di sebelah barat kota.
Di dalam satu bangunan terbuka di ujung utara pelabuhan Da-jiang, diluar pagar bangunan, Fu Ke-wei berdiri berdampingan dengan seorang laki-laki setengah baya berbaju biru, sambil menikmati pemandangan, sambil berbincang-bincang.
Angin sungai menerpa wajah dan mengibarkan baju, diatas sungai layar perahu berkelompok-kelompok, diatas langit burung-burung beterbangan, gelombang bergulung dengan deras, membentuk satu gambar yang menakjubkan, sangat indah dipandang, enakdihati.
Tapi isi pembicaraan mereka, malah tidak indah dipandang tidak menyenangkan hati.
"Adik Fu." Orang berbaju biru mengerutkan alis, nadanya tidak stabil, "lima hari yang lalu pembunuh berdarah dingin itu telah muncul didepan rumah keluarga Yang di gerbang Jin Ma, lalu terjadilah peristiwa berdarah, mendadak keluarga Yang mati di jembatan Tong-ji, kemudian kepala pengurus pelayaran Jiang-han, Dewa Nyamuk Zuo Xian-zhong juga mati terbunuh dengan cara yang sama, tidak ada luka luar tapi semua jeroannya hancur
Pelayaran Jiang-han masih bermusuhan dengan Ular Air Qin-ji yang terletak seberang pantai Wu-wei-zhou, permusuhannya masih berlansung terus, makanya si pembunuh pasti tidak akan puas jika belum bisa membunuh Ular Air, sebaliknya lawan juga tidak akan berhenti sebelum membunuh pemilik Pelayaran Jiang-han, sekarang mereka pasti masih bersembunyi di sekitar kabupaten menunggu kesempatan."
"Pemilik Pelayaran Jiang-han telah bersembunyi, tapi pembunuhnya mana bisa lama menunggu kesempatan melakukan pembunuhan?"
Fu Ke-wei mengatakan pendapatnya:
"Wu-feng bukanlah orang bodoh, jika dia muncul didepan rumah Yang di gerbang Jin-ma, pasti tahu orang akan datang mencari dia membalas dendam, setelah mendengar kabar ini, apa dia masih berani tinggal terus disini?"
"Pembunuh itu pandai menyembunyikan diri, dia sudah ahli sekali, dia sama sekali tidak takut orang mencari dia untuk membalas dendam, maka aku menduga dia pasti masih bersembunyi di dalam kota, jika pergi mengejar ke Nan-jing pasti akan melelahkan dan sia-sia."
"Tentu, sebelum mendapat bukti yang pasti, jangan sembarangan mengejar." kata Fu Ke-wei menganggukan kepala, "dan juga, dia belum tentu melarikan diri ke Nan-jing. Walau dia datang dari Wu-chang, siapa pun tidak berani mengatakan dia pasti tidak pulang ke Wu-chang. Begini sajalah! Kau dan aku membagi tugas, menyelidiki gerakan dia, bagaimana?"
"Bagaimana rencanamu?"
"Aku tahu kebiasaan dan hobi orang ini. Jika dia masih berada disini aku akan mendapatkan dia. Kita berpisah sekarang, nanti kita tetap berhubungan."
"Aku menunggu kabar baikmu, pergilah!"
Dua orang itu menelusuri pelabuhan ke arah selatan, tidak lama tampak jalan raya gerbang Shui-xi.
"Apakah adik hafal jalanam di Wu-hu?" kata orang berbaju biru sambil jalan sambil bertanya, "ini adalah pelabuhan besar tempat bercampurnya naga dan ular (Perampok dan penjahat), tempat berburunya berbagai aliran, kota He-kou lebih komplek lagi, kekuasaan ular setempat sangat besar, jika salah menghadapinya, bisa-bisa terjadi seperti perahu terbalik di parit kecil, perlukah aku mengumpulkan teman-teman untuk membantu?"


Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Iii...!" Fu Ke-wei tertegun, "saudara Pan, jika kau punya teman yang bisa digunakan, buat apa terburu-buru mengutus orang memanggil aku datang kesini?"
"Teman-temanku hanya pantas jadi mata-mata menyebarkan berita." Orang berbaju biru bermarga Pan tertawa pahit, "menghadapi pembunuh bayaran seperti Tamu Penggantung Wu-feng yang sulit dilacak, dan ilmu silatnya yang susah diukur, teman-temanku tidak ada gunanya, tidak ada orang yang berani menghadapinya, jadi tidak bisa digunakan untuk itu."
"Kau tahu sifatku selalu bergerak sendirian." Kata Fu Ke-wei dengan jujur, "untuk menghindarkan salah-paham, orang-orangmu harus jauh dari aku, jika tidak, akan timbul masalah yang serius. Kau tahu, saat aku dalam kondisi hidup atau mati, akan tidak perdulikan siapa pun orangnya."
"Baik, aku akan berhati hati," kata orang bermarga Pan dengan tenang, "sebenarnya, teman-teman jika tahu yang akan dihadapi adalah Tamu Penggantung, mungkin tidak ada orangyang berani tampil membantu, tidak menghindar setelah mendapat kabar itu sudah bagus."
"Itu kenyataan." Fu Ke-wei menganggukkan kepala, "dari empat penjahat besar di dunia persilatan, Tamu Penggantung menduduki urutan ketiga, sejak lahir dia sudah berdarah dingin, kejam dan jahat, pesilat tinggi kelas satu di dunia persilatan pun kalau mendengar namanya sudah merasa ketakutan, orang yang berani mencari dia bisa dihitung dengan jari. Saudara Pan, aku bukan membesarkan lawan, tapi jika berhadapan dengan penjahat ini, lebih baik kau cepat-cepat menghindar supaya lebih aman, dan juga jangan sampai dia mengetahui bahwa kau mencari aku untuk menghadapi dia, jika tidak, kau akan mendapat mala petaka.... Orang-orang di luar sudah semakin banyak, kita sudah harus berpisah, sampai jumpa."
Di luar gerbang selatan, itulah kota He-kou yang ternama, juga disebut kota He-nan. Dari tempat He-kou sampai pertemuan sungai Da-jiang yaitu di jembatan Fu-min, benar-benar tempat berkumpulnya semua golongan, pusatnya berbagai usaha, tempat kebutuhan sehari-hari masyarakat Nan-jing.
Jembatan Tong-ji di sebelah timur, adalah jalan raya menuju perkantoran pemerintah Ning-guo, toko-toko di daerah ini pendatang semua, kebanyakan adalah pemilik barang dan pengusaha kecil. Tamu-tamu penginapan di daerah jembatan Fu-min sebelah barat, kebanyakan adalah pedagang keliling dari aliran sungai Da-jiang, golongannya lebih bermacam-macam.
Mengenai pelabuhan Shui-xi-men, pelancongnya kebanyakan orang-orang yang punyakedudukan.
Makanya di tiga tempat ini, orang yang keluar masuk, secara tidak disengaja terbagi golongan dan kedudukannya, orang yang berpeng alaman dengan mudah bisa membedakan golongan dan kedudukan mereka.
Fu Ke-wei menginap di penginapan Yi-feng yang berada di sebelah timur jembatan Fu-min, dia menyamar sebagai seorang pengusaha kecil yang datang dari Nan-jing dan akan membeli kain sutra merah.
Surat jalan dia dicap oleh kantor pemerintah Jiang-ning, dijamin asli. Dandanan dia yan g terang tapi tidak berlebihan, cukup menunjukan kantongnya penuh dengan uang, tapi tampangnya tidak terlalu menyerupai seorang pengusaha kecil.
Tentu saja, dia pernah tampil di toko kain Hong-tai di sebelah barat jembatan Tong-ji.
Toko kain Hong-tai di perkantoran Ning-guo punya pabrik kain sendiri, hasil kain sutranya di Nan-jing tidak ada orang yang tidak tahu, pengusaha kecil yang membeli sendiri, mengirim sendiri, semua langsung berhubungan dengan toko kain Hong-tai.
Menurut pemikiran Fu Ke-wei, di Wu-hu hanya ada satu orang yang kenal dirinya, yaitu saudara Pan nya, seorang yang cukup punya nama di dunia persilatan, anggota dari satu organisasi pemburu bayaran yang khusus memburu buronan pemerintah, penjahat yang dosanya tidak bisa diampuni. Orang-orang yang membicarakan organisasi ini, semua merasa was-was, siapa tahu suatu hari tidak sengaja melakukan pelanggaran hukum, dan ditangkap oleh mereka, karena orang-orang sangat mungkin melakukan pelangaran hukum.
Perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Wu-feng, dalam catatan di kantor pemerintah, tidak ada dua puluh tapi pasti lebih dari sepuluh, setiap kabupaten juga ada perintah penangkapan terhadap penjahat kelas kakap ini.
Dipersimpangan jalan antara pesisir pelabuhan Shui-xi-men dengan kota He-nan, di dalam kota disebut jalan belakang, ini adalah tempat kacau, di tempat ini ada gang lampu merah, ada penjual candu yang pintunya setengah terbuka, ada bermacam-macam tempat judi, ada restoran yang menyajikan nyanyian atau tarian, semua adalah tempat membuang uang, di tempat ini banyak terjadi pertengkaran, tempat berkumpulnya dewa, ular setan, sapi, kokok, ayam, anjing, pencuri dan lain lain.
Tidak lama setelah malam hari, Fu Ke-wei muncul di depan bar Jin-lin melalui jalan belakang.
Tidak menunggu dia melangkah masuk ke dalam bar, disebelahnya telah menyerobot keluar seorang brandalan yang menempel padanya, dengan sembunyi-sembunyi berbisik di telinga dia:
"Bos Fu, bisa bicara sebentar?"
"Ooo!" Fu Ke-wei tersenyum nakal pada lawannya, "kau malah kenal aku, maaf, maaf."
"Anda menginap di penginapan Yi-feng, pernah ke toko kain Hong-tai membicarakan bisnis selama setengah hari." kata pria itu sangat pelan, "seorang usahawan seperti aku, jika beritanya tidak cepat, mungkin akan minum angin laut saja!"
"Ha ha ha! Sebenarnya kau usaha apa?" dia terus berkata, "penarik tamu" Penyerobot tamu" Atau calo?"
"Sembarangan bicara, aku ini pedagang..."
"Ooo! Pedagang" Kalau begitu sama dengan aku! Maaf maaf. Ha ha ha! Usahamu apa?"
"Bos Fu, bukankah kau mau beli kain sutra?"
"Betul, aku " "Ada satu partai barang, berkualitas tinggi, ingin cepat-cepat dilepas, harganya lebih murah dari toko kain Hong-tai empat puluh persen, telah diatur dengan baik, dijamin tidak ada masalah."
"Ooo! Aku mengerti sekarang." Dengan nada seorang ahli dia berkata, "kau sedang berkelakar, jika ingin membeli barang gelap, aku bisa mencari Naga Setempat Lu-jiu, paling sedikit lebih murah lima puluh persen. Kau sembarangan menawarkan, kau kira aku akan percaya padamu" Bisnis semacam ini aku paling nomor satunya, kau mungkin orang baru, hati-hati Naga Setempat bisa mematahkan kakimu, kau tahu kau sedang merusak bisnisnya, menyerobot mangkuk nasinya, kau tahu tidak" Sudahlah! Saudara...."
Begitu orang itu mendengar, gelagatnya terasa tidak benar, dia langsung melarikan diri seperti seekor tikus.
Fu Ke-wei masuk keruangan makan, lampunya terang benderang, suaranya ribut sekali, teriakan tebakan tangan dengan hukuman minum menggetarkan telinga, tamunya hampir memenuhi isi ruangan, tiga ruangan makan yang besar, hampir ada empat puluh meja, banyaknya tamu yang makan bisa di bayangkan, tentu saja udara-nya penuh dengan asap.
Pokoknya, orang-orang yang minum makan disini, pasti bukan tuan besar yang punya kedudukan.
Dia duduk di meja paling pinggir, memesan pada pelayan beberapa masakan dan tiga teko arak, makan minum sendiri sambil memperhatikan keadaan ruangan. Disini dia bisa melihat kesegala pelosok ruang makan, bisa mengawas: orang yang keluar masuk pintu restoran.
Dengan pengalaman dunia persilatan, dia tidak melihat ada yang tidak beres, jika ada orang yang menguntit pun, sekarang sudah tidak akar mendapatkan meja untuk mengawasinya.
Baru saja menghabiskan segelas arak brandalan itu kembali muncul dengan membawE seseorang, seorang pria besar berusia sekitar empal puluh tahunan, dengan alis tebal mata besai bertampang seorang penjahat.
"Orang-orang ini ingin mempermainkar aku." Didalam hatinya tertawa, "Naga Setempat Lu jiu tampil sendiri."
Benar saja dua orang itu mendorong oranj mabuk yang menghalangi jalannya, dengan tertawa licik berjalan menuju ke meja Fu Ke-wei.
"Ha ha ha!" Dia mendahului menyapa, "Lu jiu, tidak seharusnya kau mengutus orang baru bersandiwara. Kelihatannya kau betul-betul punyj barangnya. Duduklah! Suruh pelayan menambal dua pasang sumpit dan gelas, aku yang traktir."
"Ha ha ha! aku yang harus traktir, aki adalah tuan rumah." Naga Setempat Lu-jit menarik kursi dan duduk, dengan aba-aba tangar juga menyuruh temannya duduk, dengan wajar berseri-seri dia berkata, "bos Fu, kau pertama kal muncul ditempatku, aku terpaksa sedikit hati-hati Jujur saja, apakah bos ada minat pada barangku?"
Dia memanggil pelayan, menambah aral masakan sumpit dan gelas.
"Jika sumbernya tidak bau amis, aku tenti berminat. Jika tidak, kau cari saja orang lain." Dia terus terang berkata lagi, "jika bau amis, aku tidak bisa mengatasi resikonya. Polisi Lin Wei Yen sangat pintar, tindakannya sangat keras, kau adalal penguasa daerah ini, tahu keadaan dan bisa menghindar, tapi aku jadi kambing hitamnya!"
"Kau tenang saja, barang-barangku selamanya tidak bau amis, jika tidak aku tidak bisa sukses seperti sekarang." Naga Setempat tidak sungkan menumpahkan arak sendiri, "Polisi Lin Wei-yen akhir-akhir ini keadaannya tidak baik, beberapa perkara pembunuhan yang tidak bisa dipecahkan membuat dia kewalahan, mana dia ada waktu mengurus hal sekecil ini?"
"Julukan mu Naga Setempat tidak terlalu jelek." Dia mengangkat gelas memuji, "dengan ada kata-katamu ini, aku jadi tenang. Begini saja, nanti setelah melihat barangnya, kita baru bicarakan hal detailnya, bagaimana?"
"Satu kata, menurut kau saja."
"Baik, satu kata kita jadi, masalah lain kau yang urus, bagaimana?"
"Baik, satu kata kita jadi, kita sudah sepakat, bos Fu besok malam apakah ada waktu?" tanya Naga Setempat dengan gembira.
"Ada." "Saat menyalakan lampu, kita bertemu di gerbang Jin-ma di ujung jembatan Xiao-lie."
"Baik. Sekarang, aku hormati kau, bersulang untuk bisnis besok malam."
Tiga orang mengangkat gelas. Orang brandalan yang berwajah licik itu, sejak semula tidak pernah bicara, Naga Setempat juga tidak memperkenalkan kedua belah pihak, sepertinya menganggap dia sebagai pembantunya.
Tapi Fu Ke-wei telah memperhatikannya, dia menyelidiki orang yang berwajah licik ini, pengalaman di dalam hatinya lebih banyak dari pada di wajahnya, sepasang jari tangan yang seperti cakar elang tidak sama dengan orang biasa.
"Dia orang yang sangat berbahaya." Di dalam hati dia berpikir.
Setelah selesai membicarakan bisnis, kedua belah pihak mengikuti aturan tidak membicarakan lagi, juga seperti biasa tidak menanyakan asal-usul lawan bicaranya, menghindar dari penyelidikan.
Minum sampai setengah mabuk, tiga orang laki laki tidak lama membicarakan soal wanita.
Perihal ini, Naga Setempat punya banyak bahan, sebagai penguasa setempat tentu sangat tahu setiap bintang ditempat masing-masing lampu merah, membicarakannya seperti menghitung pusaka dirumah.
Sedang asyik-asyiknya berbincang, tiba-tiba, suara manusia semakin merendah, tebakan minum arak menghilang. Semua tamu, membalikan kepalanya pada jendela terang yang berada disebelah kanan ruangan.
Seorang tua yang janggut dan alisnya putih, membawa seorang gadis muda berusia dua puluhan, gadis itu bermata terang bergigi putih, berjalan mengikuti pelayan datang dibawah jendela, pelayan menarik satu kursi panjang, mempersi-lahkan mereka berdua duduk, setelah berpesan beberapa kata, lalu meninggalkannya.
Ternyata penampilan gadis itu telah menyedot semua sorot mata di ruangan itu.
o-o-o Bab 2 Gadis itu memang luar biasa, sepasang mata yang terang seperti air di musim gugur, tampak penuh dengan kepintaran, rambut lembutnya bersinar pink yang sehat, wajahnya berbentuk kwaci dengan alis melengkung, bibir munggil seperti buah cherry merah.
Dia memakai baju indah dengan lengan baju ketat, rok lipatan yang satu warna, mengatakannya cantik memang cantik, semua tamu restoran jadi tertegun melihatnya. Di bawah lampu melihat wanita cantik, yang kecantikannya mencolok seperti sinar yang mendadak berkilat, telah menyedot perhatian semua tamu restoran.
Sedang si orang tua sudah berusia enam puluhan, sepasang matanya tidak bersinar, gerak geriknya lamban tidak bertenaga, sepertinya masalah apa saja didunia ini tidak berpengaruh pada dia.
Orang tua itu menaruh baki kecil di depan kakinya, dengan pelan mengeluarkan seruling dari kantong kain yang di gantung di pinggangnya.
Perhatian Fu Ke-wei juga tersedot pada wanita itu, hingga menaruh gelas araknya dimeja.
"Mereka adalah pengamen Li Lao-shi kakek dan cucunya yang bulan lalu datang ke tempatku, gadis itu namanya Yan-fang."
Naga Setempat dengan pelan berkata:
"Kecuali mengamen, ada orang juga mengatakan dia bekerja sambilan, hanya saja sifatnya jelek, orang yang tidak cocok dengan seleranya, biar memberikan uangnya lebih banyak pun dia tidak akan tertarik, kepintaran dan keseniannya juga hebat! Maka tidak heran jika sifatnya jelek."
"Aku lihat dia bukan orang baik-baik."
Fu Ke-wei dengan pelan berkata:
"Sepasang matanya terlalu liar, tingkahnya hanya pura-pura saja."
"Ha ha ha! Tidak diduga bos Fu bisa meramal orang juga dapat melihat tingkah seseorang."
Naga Setempat tertawa aneh:
"Jujur saja, jika aku Naga Setempat tidak tahu asal-usulnya, biar kepalaku dipotong pun aku tidak percaya dia wanita nakal."
Suara ribut orang-orang akhirnya berhenti, karena alunan suara seruling sudah mulai ditiup.
Sungguh teknik yang tinggi, tidak ada orang yang berani percaya, suara seruling ini bisa keluar dari mulutnya seorang tua setengah mati, nafasnya yang kuat, jari jarinya yang lancar, pengendalian tenaga keras atau lembut...
Semua sudah sampai taraf tertinggi, sepertinya di dunia ini, kecuali alunan suara seruling yang menggetarkan hati ini, tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan.
Itu adalah permulaan dari lagu Yu Lin-ling, suaranya sudah membuat para pendengar menahan nafas menikmatinya.
Akhirnya, suara yang bulat yang menggerakkan hati, mengimbangi suara alunan seruling yang hebat itu:
"Jangkrik kedinginan yang sedih, di malam hari menghadap bangunan terbuka, hujan lebat baru berhenti...tangan ditopang mata berlinang air, tidak berkata tenggorokan tersumbat...sejak dulu kekasih sedih berpisah... malam ini bangun dari mabuk tidak tahu tempat apa" Pesisir pohon Liu, angin malam, bulan sabit..."
Ini adalah kata-kata Yu Lin-ling nya Liu San-bian (Liu-yong) yang cukup berkarakter.
Ketika Liu San-bian yang sarjana, banyak melancong di Shia-xie, dia pandai membuat syair lagu. Setiap paguyuban seni menciptakan satu lagu baru, pasti meminta dia membuatkan syairnya, baru lagu itu diedarkan keluar, saat itu dia sangat populer.
Ada orang berkata: "Setiap ada sumur untuk minum, pasti dapat menyanyikan syair Liu-yong." Di sini bisa dilihat bagaimana populernya dia.
Syair dia sangat romantis, sekarang di nyanyikan oleh seorang pengamen wanita, jadi lebih menggerakan hati.
Suara seruling berhenti, nyanyiannya pun berhenti, seluruh tamu restoran bersorak seperti teriakan ayam, kucing, anjing.
Fu Ke-wei juga tidak terkecuali, dengan tulus dia bertepuk tangan dan bersorak!
"Bos Fu, bagaimana" Apa ada minat?" Naga Setempat bertanya dengan tertawa aneh, "dengan penampilanmu, He he he! Aku berani jamin."
"Tidak usah, orang seperti dia, pasti tamunya banyak sekali, kapan aku bisa mendapat giliran?" Dia ingin menangkap tapi pura-pura melepas, "aku tidak ingin kepalaku pecah, orang yang berebut pasti tidak sedikit, aku bukanlah orang kaya yang berkuasa."
"Memang kenyataannya begitu," Naga Setempat tertawa aneh, "beberapa hari lalu, memang ada orang yang dilempar seperti anjing mati, dari dalam pintu dia dilempar keluar pintu dalam keadaan setengah sadar."
"Apa benar ada yang mendekati dia?"
"Benar." "Orang dari mana?"
"Tidak jelas, orang ini telah menginap tiga hari...bukan, empat hari, asalnya tidak jelas, sepertinya seorang yang berusia empat puluh tahunan, wajahnya pucat putih, tubuhnya tinggi kurus, menangkap orang seperti menangkap anak ayam begitu mudahnya."
"Dimana orang ini sekarang?"
Dengan wajah tidak berubah dia semba-rangan bertanya.
"Dua hari lalu hilang misterius."
"Bagaimana kata nona Yan-fang?"
"Apa pun tidak mengatakan, dia menyangkal ada orang seperti ini datang padanya."
"Kau tidak menyelidikinya" Daerah ini kan termasuk wilayahmu."
"Menyelidiki kentut, orangnya mendadak menghilang, dan nona Yan-fang dengan tegas menyangkal, bagaimana menyelidikinya?" Naga Setempat mengangkat bahu, melakukan gerakan seperti tidak dapat berbuat apa-apa, "dan juga, masalahnya tidak menjadi besar, hingga aku pun tidak ada waktu mengurus hubungan antara pengamen dengan tamunya."
"Ha ha ha! Jika aku ada niat pada dia, bukakah akan timbul kejadian kepalaku dipukul pecah?" tanya Fu Ke-wei tertawa aneh.
"Ha ha ha! Jika kepalamu dipukul sampai pecah, bisnis kita bukankah jadi gagal?"
Lalu Naga Setempat mengulurkan tangan menepuk-nepuk bahunya:
"Tenang saja! Serahkan segalanya padaku, paling sedikit, aku Lu-jiu masih bisa mengurusnya!"
Saat itu Yan-fang sudah membawa baki, berjalan kesetiap meja mengambil uang sumbangan, dan sedang jalan menuju kemeja mereka.
"Bos Fu, kau beri dia beberapa perak, berilah dengan sedikit royal." Pesan Naga Setempat dengan pelan, "dengan demikian akan menarik perhatian dia, masalah selanjutnya biar aku yang atur, kau tidak perlu repot."
"Kau ingin langsung menghubungi dia?"
"Omong kosong! Dia tidak kenal aku." Naga Setempat berkata, "biasanya penyambut orang yang datang kedaerah kekuasaan ini, adalah adik tiriku, Hei Fei-ke, terhadap perempuan ini aku tidak begitu gairah, dia tidak cocok dengan seleraku."
"Hi hi hi! Apa seleramu wanita perkasa?"
"Bos Fu suka berkelakar, ha ha ha..."
Yan-fang tampil disisi meja. Sepasang mata genitnya seperti dapat bicara, dia melirik sekali dengan pelan di wajah Fu Ke-wei saat melihat dia menaruh sepuluh liang perak diatas baki, juga dengan pelan tertawa manis, tidak ada tingkah khusus yang tampak.
"Sepertinya dia tidak terlalu perdulikan uang." Kata Fu Ke-wei pada Naga Setempat dengan pelan, "seorang gadis yang sangat percaya diri, logikanya, pendapatan dia banyak, sepertinya tidak ada alasan untuk menerima tamu lagi, nyanyian dia sudah cukup untuk biaya hidupnya."
"Bos Fu, ha ha ha!" tawanya Naga Setempat sangat menusuk telinga, "mencari harta jangan takut kebanyakan, jika bisa mendapatkan, cepat-cepatlah mengambilnya bukankah itu pintar" Menunggu setelah habis masa mudanya, ibarat di depan pintu sudah sepi, kereta jarang yang lewat, ingin mengambilnya pun sudah terlambat. Kecantikan wanita ada batasnya, benar bukan" Ha ha ha! Tidak menolak kalau aku urus dia kan?"
"Hanya idiot yang menolak." Dia menatap bayangan belakang Yan-fang yang berada di meja sebelah mengumpulkan uang sumbangan, "tidak salah, dia memang seorang wanita cantik."
"Kalau begitu aku segera mengurusnya, kelihatannya tidak ada masalah, tadi aku melihat dia tersenyum penuh arti padamu, baguslah!" habis bicara Naga Setempat habis membalikan kepala, pada orang yang bermata tikus itu membisikan beberapa kata.
Pria bermata tikus tidak henti-hentinya menganggukan kepala, lalu meninggalkan tempat, dengan jalan-pelan menghampiri orang tua itu, di sisi telinga orang tua itu bicara beberapa saat.
Sejak tadi Fu Ke-wei memperhatikan keadaan di sekelilingnya, tapi tidak terlihat ada yang mencurigakan.
Ruang restoran yang amat ribut, tamu makan yang kasar dan rendahan, brandalan yang tidak tahu aturan dan licik, wanita petualang yang suka akan uang...semuanya begitu biasa, semuanya begitu alami.
Keadaan demikian, di seluruh dunia, setiap kota metropolitan dan kota yang agak pantas sedikit, memang seperti itu, sejak zaman dahulu, sungguh tidak tampak ada keadaan yang tidak biasa.
Menurut dia, apa yang dikatakan Naga Setempat, orang misterius yang ada di belakang Yan-fang, barulah hal yang tidak biasa.
Dia berusia empat puluh tahunan, wajahnya putih pucat, tubuhnya tinggi kurus, menangkap orang semudah menangkap anak ayam, ini adalah ciri khas wajah Tamu Penggantung Wu-feng. Orang yang mau dicarinya, itulah Tamu Penggantung Wu-feng, yang menempati urutan ketiga dari empat penjahat terbesar di dunia persilatan.
Tamu Penggantung adalah pembunuh berdarah dingin, sulit dilacak keberadaannya, ilmu silatnya sangat tinggi, hoby satu-satunya adalah wanita, juga khusus menyukai wanita petualang yang pandai diatas ranjang, terhadap wanita yang kelihatan manja, tidak romantis sedikit pun dia tidak ada selera.
Inilah alasannya, dari Yan-fang dia mendapatkan jejaknya.
Jika Wu-feng belum meninggalkan Wu-hu, pasti akan kembali ketempatnya Yan-fang yang harum itu.
Jika dia bisa tinggal di tempat Yan-fang selama beberapa hari, cepat atau lambat pasti akan bertemu Wu-feng dan melempar dia keluar pintu, dia berharap bisa menunggu tibanya hari itu.
Dia mengira tidak ada orang yang tahu asal-usulnya, lebih-lebih tidak terpikir ada orang yang akan mencelakainya. Sebab dia sudah mengawasi keadaan sekelilingnya, semua tampak normal, jika mempunyai reflek begini, maka dia akan hidup lebih lama.
Tidak ada hal yang mencolok mata, tidak tercium ada bau yang membahayakan. Sampai pria yang bermata tikus itu pun, tidak terlihat berlaku aneh. Orang ini hanya licik, serakah, gesit, pandai menyembunyikan keinginannya sebagai seorang tikus setempat, seekor tikus yang tubuhnya penuh jarum, suka berkeliaran di kegelapan saja, tidak perlu di khawatirkan oleh dia.
Ruang makan kembali ribut dan kacau seperti semula, Yan-fang sudah kembali ke tempatnya, menunggu kesempatan bernyanyi kedua kalinya, bernyanyi berturut-turut akan merusak gairah minum para tamu.
Pria bermata tikus sudah kembali.
Fu Ke-wei melihat Yan-fang dari jauh menatap kearah tempat dia, wajahnya tidak tampak expresi khusus.
"Aku pikir, kau tidak berhasil." katanya pada pria mata tikus yang baru saja duduk.
"Hanya berhasil setengah." Laki-laki bermata tikus pertama kali bicara, logat lokalnya sangat kental, "pertama, malam ini Yan-fang ada janji dengan orang, harus menunggu dia membatalkan janjinya terlebih dulu baru bisa menerima, bisa tidaknya membatalkan, sekarang sulit mengata-kannya. Kedua, jika telah membatalkan, kau harus datang setelah lewat tengah malam, dia mengamen biasanya selesai sekitar jam sepuluh malam, jika terlalu pagi, dia dengan kakeknya belum ada di rumahnya, pergi kesana juga tidak ada gunanya, dia berharap kau mendengar dia nyanyi disini sampai selesai."
"Aku ini orangyang sabar." Kata Fu Ke-wei.
"Kalau begitu bagus, dia sudah menyuruh orang untuk mengaturnya." Perkataan Pria bermata tikus tanpa ada perasaan, "aku beritahu terlebih dulu, uang bokingan dia semalam sangat tinggi, kau harus siap-siap dulu. Dan ada lagi yaitu apakah dia mau kau menginap atau tidak, dia berhak menentukannya, jika dia mempersilah-kan kau pergi, kau tidak boleh ngotot mau tinggal dan ribut."
"Kau tenang saja, aku akan tahu diri." Kata Fu Ke-wei, pembicaraannya beralih, "saudara, siapa marga dan nama anda" Sudah datang begitu lama, arak pun sudah banyak meminumnya, dan juga telah membantu aku, sampai sekarang aku belum berkenalan dengan saudara, sungguh tidak sopan."
"Orang semacam aku nama dan marga tidak terlalu dibutuhkan. Kau panggil saja aku Tikus Setempat." Kata Pria bermata tikus malah dengan tanpa perasaan mentertawakan dirinya sendiri, "aku mengikuti abang Lu sudah lima enam tahun, bertemu orang ngomong bahasa orang, bertemu setan ngomong bahasa setan, aku senang bekerja, mau memanggil apapun padaku, aku tidak akan menyalahkan kau."
"Ooo! Saudara Tikus Setempat, kau sungguh sangat penyabar." Dia berkata lagi, "kau mengatakan kau bekerja dengan senang, itu belum tentu, paling sedikit tadi diluar restoran, kau berlaku sangat kasar sekali, bukan saja tidak tepat, juga hampir saja terjadi salah-paham yang besar."
"Tapi akhirnya kau berhasil berbisnis dengan abang Lu, betul tidak?" kata Tikus Setempat, "itulah keberhasilan aku, yang gagal seharusnya kau."
"Jangan banyak omong kosong lagi, dengar! Yan-fang akan menyanyi lagi!" teriak Naga Setempat dengan keras.
Yan-fang memang mulai menyanyi lagi, suara seruling yang merdu mengikutinya.
Sepasang matanya yang genit melemparkan sorot mata seksi pada tamu lainnya, sambil bernyanyi sambil berdiri memegang sapu tangan, menggoyangkan pinggul, matanya genit seperti sutra penuh pesona, tapi sekali pun tidak pernah melirik pada Fu Ke-wei, sepertinya ada yang dikhawatirkan, dikatakannya tidak tertarik malah tertarik, mungkin dia sudah melupakan akan hal ini.
Ini adalah reaksi yang sangat normal, Fu Ke-wei sungguh kagum akan kematangan wanita pengamen ini, juga kepandaiannya menyembunyikan sesuatu.
Kabupaten He-kou karena berada diluar kota, makanya tidak ada jam malam, juga tidak ada larangan, perahu perahu bisa berlalu lalang siang dan malam, setiap saat ada perahu yang merapat di pelabuhan dan berangkat, bagaimana bisa mencegahnya"
Saat restoran hampir tutup, tamu-tamu mulai bubar, beberapa pemabuk dibopong oleh temannya pergi.
Akhirnya Yan-fang dengan orang tua itu juga pulang, saat mau pergi, dari kejauhan dia memberi senyuman manis pada Fu Ke-wei, sorot matanya membuat hati orang melayang.
Naga Setempat dan Tikus Setempat terus berkomplot mencekok arak pada Fu Ke-wei, tapi, kedua orang itu malah mabuk terlebih dahulu, sampai hampir saja terbaring! Fu Ke-wei yang minum seratus gelas lebih arak, sepertinya kecuali berkeringat, paling banyak hanya tiga puluh persen mabuk.
Tikus Setempat sedikit lebih sadar dari pada Naga Setempat, begitu Yan-fang pergi, dia segera menaruh gelas dan sumpit, sepasang tangannya bertahan pada meja, dengan lidah yang pendek berbicara tidak lancar pada Fu Ke-wei:
"Bos... Fu,... saatnya... pergi,,. mau... maukah... ku antar kau per...pergi kerumah...Yan-fang?"
"Tikus Setempat, apakah kau bisa jalan?" tanya Fu Ke-wei.
"Ten...tentu bisa, bang, kau...kau pergi duluan saja."
Naga Setempat sudah tengkurap diatas meja, sudah tidak bisa jalan!
"Uuu...mmm...mmm...ngek..."
Naga Setempat terus tersedak arak, tampaknya akan muntah.
"Dia segera akan merangkak." Kata Fu Ke-wei berkata.
"Nan...nanti...akan ada yang datang... datang menjemput dia." Kata Tikus Setempat sambil menahan meja, bergoyang-goyang berdiri, "bos Fu, per...pergilah! Ja...jauh sekali lho! Ib...iblis kecil itu, mmm...kapan-kapan aku...aku juga pergi...mencari dia bersenang-senang. Jalan, aku...aku antarkan."
"Tidak perlu, aku tahu cara mencari dia." Fu Ke-wei mengeluarkan dua blok perak diberikan pada pelayan yang melayani di samping, "dibawah benteng kota di ujung jalan, tidak terlalu jauh."
"Ooo! Ternyata kau...kau sudah menaruh ha...hati pada Yan-fang."
"Orang kabupaten He-kou, siapa yang tidak tahu tempat itu" sia-sia kau mengatakannya." Fu Ke-wei mendorong kursi bangkit berdiri, "Yan-fang sepertinya tidak menyuruh orang memberi jawaban, tidak tahu apakah dia membatalkan janjinya?"
"Apa masih perlu menyuruh orang memberi jawaban" Dia sudah dari tadi memberi aba-aba tangan menyatakannya!"
"Ooo! Kenapa aku tidak memperhatikan?" sangat diluar perkiraan Fu Ke-wei.
Dia terus mengawasi gerak-geriknya Yan-fang, seharusnya dia bisa melihat aba-aba tangan Yan-fang, tapi sungguh dia tidak melihatnya.
"Dia sedang menunggumu." Kata Tikus Setempat, "aku...aku sungguh kagum padamu, pergilah! Aku...aku antarkan, siapa tahu di...ditempat dia bi...bisa makan sup...sup penyadar arak...yang dia buat sendiri..."
"Kau tidak bisa berjalan, aku pergi sendiri saja, terima kasih!" kata Fu Ke-wei sambil merapihkan baju melangkah.
Naga Setempat mulai muntah, hawa arak memabukan orang. Kemudian datang dua orang yang berdandan kuli, mengapitnya pergi, para pelayan tidak ada orang yang berani bertanya.
Tikus Setempat sambil sempoyongan berjalan keluar dari restoran, di jalan sudah sedikit orang, lampu di luar toko bersinar merah gelap, beberapa pemabuk seperti roh, berjalan sempoyongan di sudut jalan.
Malam sudah larut, dan di daerah barat jalan di pinggir sungai tetap masih ada perahu yang bergerak, ada orang yang sedang sibuk.
Fu Ke-wei sudah tidak terlihat, dia berjalan menuju keujung jalan!
Didepan di sudut rumah dalam bayangan gelap, terdengar satu siulan pelan!
Tikus Setempat yang dengan sempoyongan berjalan kearah berlawanan, setelah melewati sepuluh toko lebih, tiba-tiba langkahnya menjadi cepat, mabuknya seperti telah hilang, di sudut jalan sekelebat saja dia sudah menghilang, masuk dalam kegelapan di sebuah gang kecil.
Di dekat kaki benteng kota, ada sederetan lima rumah yang tinggi rendahnya berbeda-beda, jalannya menyempit dua kali lipat, hingga bisa disebut gang kecil.
Dari lima buah rumah itu, hanya rumah kedua yang lampunya masih menyala. Di depan rumah ada pekarangan, di kedua sisinya ada tanah kosong, rumput liar tumbuh dimana-mana.
Fu Ke-wei dengan tenang sampai di depan pekarangan yang lampunya menyala.
Dengan teliti dia memperhatikan keadaan sekelilingnya, ini adalah kebiasaan orang dunia persilatan, selamanya harus memperhatikan tempat di mana dirinya berada.
Rumah tembok itu tampak biasa sekali, begitu melihat langsung tahu keadaannya. Siang hari tadi dia telah menyelidiknya, saat ini dia hanya perlu berdiri sebentar melihat keadaan sudah cukup.
Jika malam ini Wu-feng sudah datang lebih dulu, di dalam rumah pasti tidak akan begini tenang dan damai.
Dia maju mengetuk pintu tiga kali, sesaat, pintu dibuka oleh seorang tua, dia diam tidak bicara dan menyingkir kesamping, menunggu dia masuk, lalu menutup pintu kembali, dengan diam dia membawa jalan melewati pekarangan menuju ruangan, tampak orang itu tua sekali, seperti roh yang kecil dan kurus.
Ruangan rumah itu kecil sekali, tapi pengaturannya bersih dan segar. Di kedua sisi tidak ada kamarnya, jalanan ada di sebelah kanan, begitu masuk kedalam tampak ada kamar yang sinarnya redup, lalu ada pekarangan terbuka yang kecil, dibelakangnya lagi barulah ruang dalam, rumah di pinggir jalan seperti ini, sangat sederhana sekali tidak ada yang khusus.
Orang yang menyambutnya, adalah Yan-fang yang telah berganti baju.
Pakaian yang longgar, rok seratus lipatan warna hijau danau, samar-samar bisa terlihat lekukan tubuhnya, menambah tiga puluh persen kecantikannya.
Orang tua itu sudah masuk kedalam lagi, mungkin kamar di belakang ruangan adalah tempat tinggalnya si orang tua.
Yan-fang membesarkan api lampu minyak, dengan santai menyuguhkan segelas teh, di pipinya tampak sedikit malu, dengan lembut tapi tidak dibuat-buat berkata:
"Tuan Fu silahkan minum tehnya, tempat tinggalku sederhana sekali, di rumah masih belum memakai pembantu, jika pelayanannya tidak sempurna, harap bisa dimaklumi."
"Nona Yan-fang tidak usah sungkan." Dia tidak minum tehnya, gelas teh ditaruh diatas meja, "jangan perlakukan aku sebagai tamu."
"Tuan Fu silahkan duduk sebentar." Yan-fang berdiri, "di dapur aku telah menyiapkan cemilan, tidak memerlukan waktu lama. Atau, silahkan masuk keruang dalam istirahat, jika tidak tuan Fu duduk seorang diri, malah tidak leluasa, silahkan!"
Perkataannya tidak kampungan, juga tidak ada lagak yang dibuat-buat oleh wanita ini, hati Fu Ke-wei jadi lega, paling sedikit tidak akan terjadi keadaan yang kaku.
"Nona, silahkan." Dia tersenyum, "bisa tidak persilahkan bapak tua itu keluar berbincang-bincang" kata orang, dia kakeknya nona."
"Kakekku pendengarannya kurang baik, orangnya sudah tua dan malas bicara," Yan-fang tertawa, "beliau sudah istirahat, mari kita masuk ke dalam, silahkan ikut aku."
Yan-fang berkata, sambil membereskan peralatan minum, tapi setelah berpikir-pikir dia kembali menaruhnya, lalu berjalan masuk ke dalam.
Fu Ke-wei mengikuti dari belakang, seutas bau harum tipis yang jernih menerobos masuk ke dalam hidungnya.
Mendadak, dia sepertinya teringat sesuatu, langkahnya jadi melambat, sepasang alisnya mengerut dan menundukkan kepala berpikir.
Berjalan sampai ujung belakang menggantung satu lentera yang sinarnya buram. Tiba-tiba Yan-fang membalikan tubuhnya, dengan sangat alami mengulurkan tangan menggaet lengan Fu Ke-wei.
"Dipekarangan tidak ada lampu, tuan Fu hati-hatilah melangkah." Kata. Yan-fang tersenyum menggetarkan hati, "suatu hari, aku akan beli satu perumahan besar yang pekarangannya enak untuk dihuni."
"Keinginanmu pasti akan terkabul." Kata Fu Ke-wei, lamunannya jadi terpotong, "dengan wajahmu, keinginanmu cepat akan terkabul."
"Tuan Fu silahkan duduk." Yan-fang melepas tangannya sambil tertawa laksana bunga, "aku akan siapkan seteko teh yang harum."
"Jangan urus teh dulu." Dia tertawa ringan, sambil menarik Yan-fang dan mendekap pinggang yang munggil itu, Yan-fang tidak bisa mengendalikan dirinya, dia duduk di pangkuannya. Bantal kapas seperti ini memang untuk laki-laki dan perempuan duduk bertumpuk, "tempatmu lebih mewah, di bandingkan dengan pelacur ternama di Qin-huai kota Nan-jing."
"Mmm...tuan Fu." Yan-fang setengah
menolak menyandar dipelukannya, mulutnya yang kecil munggil memikat dimonyongkan, "sudahlah, jangan mengolok orang, kau adalah hartawan kecil dari Nan-jing, pengalamannya banyak, siapa yang bisa menandingi pelacur ternama Qin-huai! Apakah kau tiap hari pergi ke pesisir Qin-huai?"
"Pelayanan dalam berbisnis! Tidak bisa di hindarkan, tapi juga tidak setiap hari pergi, aku ini bukan tuan hartawan yang memiliki gunung mas gunung perak di rumah." Dia menangkap tangan mulus Yan-fang dinikmatinya, "dengan bakat seni mu, pasti bisa dijuluki bunga ternama yang berwajah cantik dan pandai, bunga ternama di Qin-huai, dibanding kau masih jauh."
Yan-fang duduk miring diatas pahanya, tangan kanannya dipegang Fu Ke-wei, pinggang munggil juga didekap dengan tangan kiri, ingin berdiri jadi tidak mungkin.
"Kau seperti berpengalaman sekali didalam kelompok bunga." Yan-fang ingin menarik tangannya, dengan wajah yang genit sangat memikat, jari mulus tangan kirinya perlahan ditunjukkan pada kening Fu Ke-wei, "aku telah mengatakan ingin membeli rumah, jika kau bisa percaya padaku, pinjamkan pada aku beberapa ratus liang perak, entah kau mau memberikannya atau tidak?"
Pengamen dengan tamu, yang dibicarakan jika bukan uang pasti sex, itu hal yang biasa sekali, Fu Ke-wei sedikit pun tidak ada alasan untuk curiga, walau saat dia masuk ke kamar sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Paling sedikit, seorang wanita pengamen yang setengah membuka pintu, mengatur rumah yang disewa begitu mewah, sedikitnya tidak normal.
"Bukan aku tidak mau, masalahnya ada pada dirimu." katanya.
"Aku" Maksudmu adalah, kau ingin di rumah emas menyembunyikan bunga, takut aku tidak mau?"
"Ini..." "Apa yang membuat kau tidak bisa tenang, yang bergerak?" pipi halus Yan-fang ditempelkan di wajahnya, dia tidak bisa melihat perubahan wajah Yan-fang, hanya merasakan pipi mulus yang sangat licin, mengelus-elus pipinya dengan nafas seperti anggrek.
"Maksud ku adalah..."
"Tuan Fu, kau harus mengerti." Kata Yan-fang sambil mencium wajahnya, dengan romantis, "di seluruh kabupaten He-kou, tidak ada orang yang setampan dirimu, juga kedudukannya terhormat, uangnya banyak. Aku sudah nekad mengikutimu, itu adalah keberuntunganku, juga harapan ku, kecuali kau tidak ada perasaan tidak ada cinta."
"Kau menggombal lagi..."
"Bukan aku menggombal, tapi aku mengatakan apa yang ada didalam hatiku." Yan-fang bangkit ingin berdiri, "kau dan aku baru berkenalan, di pihakku bunga jatuh ada maksud, sekali melihat langsung jatuh hati, di pihakmu aku tidak tahu, walau kau hanya bersandiwara! Aku pun tidak akan menyalahkanmu. Jangan mengusap-usap, sarapanku masih belum siap! Kau duduk dulu sendiri, aku segera menemani mu. Kamar dalam sudah dibereskan, mau tidak berbaring di dalam?"
"Di restoran aku sudah cukup minum arak, perut juga sudah penuh dengan makanan, mana bisa sarapan lagi." Dia memeluk tidak melepaskan, wajahnya berseri-seri, tangan yang memeluk pinggang munggil tidak jujur, memijat disini mengusap kesana-kemari, membuat Yan-fang yang diusap seluruh tubuhnya membara, "jangan tergesa gesa, dan juga..."
"Kalian laki-laki!" mata genit Yan-fang berair, nafsunya sudah sampai di alis, "seperti kucing yang rakus, setelah masuk rumah ingin masuk ruangan, setelah masuk ruangan ingin masuk kamar..."
"Setelah masuk kamar ingin naik ranjang." Dia dengan tertawa aneh melanjutkan, "tapi aku sedikit tidak sama..."
"Apa yang tidak sama?"
Yan-fang memelas, menarik tangan kanan, merangkul leher dia, seluruh tubuhnya menempel di dadanya, buah dada yang kenyal menekan di utas dadanya yang luas dan kuat.
Fu Ke-wei bukanlah seorang laki-laki kaku yang bisa memeluk tapi tidak kacau, dia juga tidak ingin jadi seorang yang kaku, dia mencium pipi halus Yan-fang, dengan mata seksi tertawa aneh, "tidak sama, tidak sama, karena aku sekarang masih belum memikirkan ranjang, juga belum memikirkan wanita cantik diatas ranjang. Setelah naik ranjang, gelang giok, walet terbang semua sama saja, Xi-zi, Wu-yen tidak jauh berbeda, yang berbeda adalah situasi dan romantisnya sebelum naik ranjang, bidang ini seharusnya kau lebih tahu dari pada aku, ruang dalammu diatur sedemikian seperti kamar pengantin, bisa di lihat di bidang ini kau pasti adalah pakarnya, siapa pun setelah masuk ruangan ini, ada berapa orang yang bisa menolak-nya" Tapi malam ini situasi hatiku beda, aku ingin berbincang denganmu dibawah sinar lilin."
"Apa! Kau..." Yan-fang menggeliatkan pinggangnya yang kecil, meronta.
"Jangan bangun, duduk saja di pelukanku sambil ngobrol." Dia erat memeluk tidak melepaskan, "aku tidak akan melepaskanmu, karena..."
"Ooo! Bagaimana pun kau harus membiarkan aku melepas baju..."
"Saat harus melepas baju, aku akan melepaskanmu." Dia memeluknya lebih erat lagi, "tidak perduli asal usulmu bagaimana, itu pastilah cerita lama yang sejak zaman dahulu sampai sekarang sama saja, aku tidak perlu menceritakan, yang ingin aku katakan adalah kau yang sekarang dan dikemudian hari."
"Sekarang" Apa kau sudah memutuskan menyimpan bunga didalam rumah emas" Kau..."
"Itu adalah hal di kemudian hari, sekarang aku ingin bicarakan keadaanmu. Mendengar kata kata Naga Setempat Lu-jiu, beberapa hari lalu ada orang disini berebut dan berkelahi, ada orang yang dilempar keluar pintu, dipukul sampai mengalirkan darah dan kepala pecah." "Adakejadian itu."
"Siapa saja mereka itu" Orang yang memukul dan melempar keluar pintu adalah..."
"Aduh! Kau memijat menyakiti pinggang aku," tiba-tiba Yan-fang tertawa sambil berseru, "lepaskan aku, aku ingin berdiri menarik nafas..."
"Aku kan tidak menggelitikmu." Akhirnya dia melepaskan tangannya, "hal cemburu berkelahi walau adalah hal biasa, tapi jika tidak betul mengurusnya, mungkin akan memakan korban..."
"Kau ingin tahu siapa orang itu, betul tidak?" Yan-fang dengan tangan memainkan godeknya, langsung bertanya.
"Aku ini mengkhawatirkan mu..."
"Khawatirkanlah dirimu sendiri!"
"Maksud mu..." "Aku ingin kau mati!"
Begitu suara mati keluar, tangan mulus Yan-fang turun kebawah, sinar jarum berkelebat, tiga buah jarum ekor lebah yang telah di sembunyikan di dalam rambut, dengan sangat cepat menusuk kearah dada Fu Ke-wei.
Berdiri bertempelan, yang satu berdiri yang satu duduk, sekali tangan dijulurkan langsung sampai di sasaran, yang satu tidak berniat, yang satu berniat, dewa sakti pun tidak akan lolos dari petaka ini.
Tangan kanan Fu Ke-wei saat ini baru saja diangkat mengusap dagunya, dia yang pertama menyadari dari lengan baju Yan-fang ada gerakan yang tidak biasa, setelah melihat bayangan jarum yang hampir tidak terlihat oleh kasat mata, dia sudah tidak dapat menghindar.
"Aiit..." dia berteriak terkejut, langsung jatuh terlentang.
Jarum ekor lebah yang panjangnya dua cun, jika masuk kedalam dada, bagaimana akan tertolong"
Walau tidak langsung mati, tapi sulit bergerak, sekali bergerak sakitnya menusuk paru-paru, sakitnya bisa membuat seluruh tubuhnya lemas, kehilangan semangat gerak dan tenaga.
Yan-fang bergerak mundur setelah melepaskan jarumnya, dengan ringannya terbang mundur satu zhang lebih, turun di pintu kamar dalam, dengan cepat mengangkat gorden masuk kedalam, saat keluar lagi di tangan kirinya ada sebilah pisau belati sepanjang satu chi, berdiri di jalan menuju dapur, dengan dingin menatap Fu Ke-wei yang diatas lantai, meronta kesakitan.
Wajah cantik dia berubah jadi dingin dan kaku, sepasang matanya yang cantik genit berubah bersinar dingin, tidak berkedip menatap Fu Ke-wei, seperti seekor serigala yang telah makan kenyang, dengan tatapan dingin melihat pada buruan kecilnya yang telah mati, di matanya walau ada hawa pembunuhan, tapi sudah tidak ada selera.
Fu Ke-wei menggulung tubuhnya, dengan sekuatnya menahan sakit, satu cun demi satu cun dia meronta duduk, sesaat, dia berhasil, tangan kiri menekan dadanya, tangan kanan bertahan pada bantal kapas, lutut kanannya dibengkokan setengah duduk, akhirnya dia bisa duduk stabil.
Wajah dia pucat putih, setiap otot wajahnya mengencang berubah bentuk, berubah sangat menakutkan, giginya digigitkan dengan kuat, bisa diketahui sakit yang dia derita begitu hebatnya.
Sinar matanya sangat menakutkan, dia mengawasi pada Yan-fang, api kemarahan membara, hitamnya menakutkan orang, dinginnya mengigilkan orang.
Dari kejauhan, terdengar suara kentongan tiga kali tanda jam dua belas malam!
"Jarum...ekor...lebah..." seluruh tubuhnya gemetar, "kau...kau adalah..."
Mata Yan-fang bergerak, terhadap lawan yang masih bisa meronta duduk, itu diluar dugaannya, dia juga terkejut karena dia masih bisa bicara.
Belati sudah keluar dari sarungnya tanpa suara, sinar dingin berkilat, sangat tajam sekali.
"Kau adalah...adalah Ratu Lebah Perempuan...yang su...sulit dilacak..."
Yan-fang melangkah, selangkah demi selangkah mendekat, langkahnya pelan sekali, matanya menyorot sinar yang sangat waspada sekali.
Tubuh Fu Ke-wei bergoyang, hampir saja jatuh, tapi akhirnya bisa ditahan dengan tangannya, dengan gemetar satu cun-satu cun dia menggerakan tubuhnya yang berat itu mundur kebelakang, menggerakan sepasang kakinya dengan susah payah mundur, sekali bergerak, garis kesakitan diwajarinya bertambah selapis.
Tidak jauh di belakang tubuhnya ada pintu ruangan, di luar adalah pekarangan yang gelap pekat.
Kecepatan Yan-fang mendekat, lebih cepat di banding gerakan dia mundur kebelakang.
Dia sudah bisa bicara, gemetar tubuhnya semakin keras.


Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sinar kilat datang, bayangan orang datang menekan, Yan-fang sudah tidak tahan lagi, dia menyerang dengan belatinya.
Angin kuat menekan tubuhnya, bau harum menyerang orang, hawa dingin belati menuju kearah dadanya, tubuhnya harus membungkuk dan juga menempel dekat.
Terdengar satu teriakan perlahan, sebelum sesaat ujung belati sampai disasaran, Fu Ke-we merebahkan tubuh kebelakang, sepasang kaki dengan kecepatan kilat menyerang, sakit yang amat sangat membuat dia tidak bisa mengerahkan tenaga seharusnya, tapi serangannya tetap saja dahsyat.
"Aiik..." Yan-fang berteriak terkejut, kaki kanannya tersapu, dia jatuh miring satu zhang lebih, jatuh dengan satu suara keras, dan menabrak mengenai dinding, membuat jendela bergetar, orangnya telah jatuh di bawah dinding.
Fu Ke-wei mengangkat tubuhnya, tapi di dalam ruangan gelap, sepasang lilin telah dipukul jatuh oleh Yan-fang, gelapnya sampai mengulurkan tangan tidak bisa melihat lima jari.
Jelas, Yan-fang tahu pisau Xiu-luo-nya sangat menakutkan, sangat mungkin dia masih ada tenaga melemparkan pisau terbangnya memadamkan lampu adalah pertahanan yang paling baik.
Dalam kegelapan, terdengar Yan-fan mengeluarkan siulan aneh.
Segera di depan sudah ada gerakan, si orang tua seperti setan keluar dari pekarangan, di tangannya membawa seruling bambu yang berwarna-warni, lebih panjang empat cun dari pada seruling yang dipakai untuk pertunjukan, seruling ini sepanjang dua chi dua cun.
"Dia di bawah pintu." Teriak Yan-fan dengan gelisah.
Di dalam pintu di bawahnya ada benda yang bergerak, dengan sinar bintang di pekarangan samar-samar bisa terlihat.
"Jarumku mengenai dadanya, tapi dia masih bisa bertahan." Yan-fang berbicara lagi, tapi telah merubah posisi, "dia telah menendang kaki kananku, dalam waktu singkat ini, dia tidak bisa bergerak leluasa, cepat bunuh dia!"
Orang tua itu mengangkat seruling kebibir-nya, sebuah sinar dingin menembak dari dalam seruling, dengan jitu mengenai benda bergerak di bawah pintu sejauh satu zhang lebih, satu suara aneh terdengar.
"Bukan manusia." Orang tua dengan perasaan aneh berteriak, "apa benar dia ada di dalam?"
"Seharusnya masih ada."
"Kau benar telah melukainya?"
"Tiga buah semuanya mengenai dadanya."
"Kau tidak menambah dia satu pisau?"
"Sedikit terlambat..."
"Kacau! Cepat keluar."
"Seharusnya dia sudah tidak akan bisa bertahan..."
"Cepat jalan!" Orang tua itu berteriak ketakutan.
Seluruh perumahan gelap gulita, sedikit suara pun tidak ada.
Fu Ke-wei bersembunyi di rerumputan pintu belakang, di belakang dia adalah benteng setinggi dua zhang, orang yang bersembunyi di dalam rumput, tidak akan mudah di temukan.
Dia keluar dari pintu belakang, karena sakit dia tidak bisa memukul jatuh lawannya.
Dia tidak bisa berjalan, kata-kata orang tua itu tidak bisa di percaya, jika lawan merencanakan siasat hebat yang tiada cacat untuk membunuhnya, pasti setelah melihat mayat buru-buru meninggalkan tempat.
Didalam hati dia tahu, di sekitar ini paling sedikit musuhnya telah menyembunyikan lima orang kawannya, menunggu dia keluar mengantar nyawanya, atau menunggu dia menghembuskan nafas terakhir baru mencari mayatnya.
"Sungguh aku pantas mati!" di dalam hati diam-diam dia memaki dirinya sendiri, "begitu banyak gejala yang mencurigakan, aku malah begitu bodoh mengabaikan satu persatu. Oh langit! Siapa yang mengatur siasat keji yang tidak ada kelemahannya ini" Dengan Ratu Lebah aku tidak ada permusuhan juga tidak ada dendam, dia tidak ada alasan untuk membunuhku, kenapa" Kenapa?"
Dia pernah mendengar di dunia persilatan ada seorang wanita yang pandai menggunakan jarum untuk membunuh orang, di dunia belum pernah mendengar ada orang yang pernah melihat wajah aslinya Ratu Lebah, dia belum pernah bertemu, dari mana datangnya permusuhan" Siapa nama Ratu Lebah apa pula marganya" Cantik atau buruk, siapa pun tidak ada yang tahu.
Jarum Ekor Lebah adakah senjata rahasia jarum yang membuat orang-orang persilatan ketakutan, di tempat yang terbuka kelompok orang ini secara diam-diam bisa membunuh orang, bisa dikatakan dewa tidak akan tahu setan tidak akan merasakannya, sangat mudah melakukannya dan sangat jitu.
Jarum Ekor Lebah sangat tajam, kekuatannya mengejutkan orang, tidak kena sasaran tidak apa-apa, begitu terkena pasti menembus masuk ke dalam tubuh dan mengenai jeroan, jika tidak dibedah dagingnya, sulit bisa mengeluarkan jarumnya, dalam sekejap, jeroannya pasti akan berdarah dan mati, jarum Ekor Lebah walau kecil, tapi di ukir bergerigi, bisa masuk tidak bisa mundur, bisa mengikuti gemetar sakitnya tubuh, sesudah masuk kedalam nadi darah, pembuluh yang dilalui satu persatu akan terluka. Lebih-lebih karena kecil, lukanya sulit ditemukan, makanya orang yang telah mati, penyebab matinya pun tidak dapat diselidiki.
Orang persilatan kalau membicarakan Jarum Ekor Lebah, seperti membicarakan wajah harimau berubah warna, ketakutan seperti melihat ular atau kala jengking, tidak perduli golongan putih atau hitam, tidak satu pun yang tidak membencinya setengah mati.
Beberapa tahun ini, orang yang mati tidak tahu sebabnya dibawah jarum ini, memang tidak sampai lima puluh tapi ada sekitar tiga sampai empat puluh banyaknya, semua adalah orang persilatan yang punya kedudukan, tanpa alasan yang jelas dibunuh, setelah mati baru di ketemukan penyebab kematian didalam tubuhnya. Mengenai korban yang tidak ditemukan penyebabnya, ada seberapa banyak" Sungguh sulit dihitung.
Dia diserang oleh wanita jahat ini dengan tiga jarum, jarum masuk kedalam tubuhnya, dia sudah tahu kehebatan senjata gelap ini.
Dengan hati-hati dia mencabut pisau Xiu-luo dari sarungnya, pelan-pelan membuka baju.
Dia begitu telitinya sedikit pun tidak mengeluarkan suara.
Orang yang berani merencanakan pembunuhan padanya, pasti bukan orang yang tidak ternama, mereka ini bersembunyi disekitar menunggu, ingin membuktikan dia hidup atau mati, suara sekecil apa pun, sulit lolos dari pendengaran tajam para pesilat tinggi ini, di ambang pintu hidup atau mati, sekecil apa pun kesalahan, sudah dapat menentukan jalan hidupnya.
Dia bukanlah orang yang bodoh, tapi kali ini dia telah melakukan kesalahan serius yaitu tahu setelah ada gejala yang mencurigakan.
Pertama, dia terpikir orang berbaju biru Bo Yi-he adalah anggota organisasi pemburu bayaran itu.
Dia dengan Bo Yi-he, pernah bertemu beberapa kali, dia tidak berhubungan erat, tapi dengan ketua organisasi pemburu bayaran Dewa Karma Pu Chao-chen, dia berhubungan erat dan juga sering mengadakan hubungan dagang.
Berbicara ilmu silat, Bo Yi-he dengan Wu-feng tidak berbeda jauh, Wu-feng jarang punya teman. Asal ditambah satu atau dua orang yang membantu, akan mudah menghadapi Wu-feng. Bo Yi-he mengutus orang membawa dia dari Di-zhou datang kesini, dia mengira Bo Yi-he pasti kekurangan orang. Tapi saat berpisah dengan Bo Yi-he, Bo Yi-he malah mengatakan bisa mengumpulkan teman-temannya untuk membantu dirinya, dengan adanya kejadian seperti ini kenapa dia tidak timbul curiga"
Yang lain adalah Naga Setempat Lu-jiu, lama diam di restoran, para berandalannya malah satu pun tidak terlihat, dimana bersembunyinya teman-teman Naga Setempat" Mana bisa mereka membiarkan bos mereka sendirian berbisnis dengan orang asing" Jelas Naga Setempat jika bukan satu kelompok, pasti telah dikendalikan oleh si pembunuh.
Satu lagi orang tua peniup seruling, jika adalah orang tua biasa, bagaimana bisa meniup seruling dengan nafas yang kuat sekali"
Yang paling tidak bisa diampuni adalah, dia pernah mencium bau harum tubuhnya Yan-fang dengan kwalitet harum yang tinggi sekali, tapi dia sedikit pun tidak timbul waspada.
Dia sudah berkelana di dunia persilatan sebanyak sepuluh musim semi dan musim gugur, dia pernah berhubungan dengan tidak sedikit teman wanita dan wanita asing. Mereka orang yang dari keluarga benar dan gadis terhormat, parfum dan kosmetik yang digunakan, kwalitasnya sama sekali berbeda dengan wanita pengamen, seharusnya sekali mencium dia bisa langsung sudah tahu, walau pelacur ternama di Qin-huai, untuk mengangkat diri juga menggunakan kosmetik kelas tinggi, tapi tidak bisa menghindar menggunakan dengan berlebihan, disatu pihak menyatakan harga dirinya tinggi, disatu sisi bisa menawarkan bau tubuh laki laki, apa lagi terhadap bau arak, jika tidak ada bau harum yang kental, bagaimana bisa tahan"
Yan-fang adalah wanita pengelana, dengan apa dia menggunakan parfum yang tipis" Saat itu dia sungguh sudah curiga, tapi malah jalan pikirannya terputus oleh gerakan Yan-fang menggaet tangannya mengatakan kata romantis, kecurigaan yang timbul mendadak jadi terbuyar-kan.
Semakin dipikir semakin berdiri bulu kuduknya, dia juga diam-diam mengagumi gerakan dan rencana Yan-fang yang sangat teliti.
Kalau saja dia minum teh yang ada di ruangan luar, kalau saja dia tidak menggunakan siasat menempelnya, kalau saja dia tidak mendesak hingga pembicaraannya sampai pada Tamu Penggantung dan masuk kekamar...
Dan juga kalau saja dia bukan sedang duduk mendapat serangan, bukan saja dalam sekejap dapat melihat hawa pembunuhan dimata Yan-fang...
Tidak perduli bagaimana pun mengatakannya, dia telah terkena siasat wanita cantik, seharusnya dia sial, dia salah menganggap harimau betina pembunuh wanita sebagai wanita jalanan, kelakar ini sudah terlalu besar.
Dia sudah mati sekali, dan sekarang bahaya masih belum lewat.
Dia memotong otot dada, menggigit gigi menahan sakit mencabut keluar satu Jarum Ekor Lebah didalam otot dadanya.
Disaat lawan melemparkan jarum terbang nya merentangkan badannya, dan tangan kanannya yang sedang mengusap dagu, dengan reflek menggunakan lengan menangkis jarum, makanya jarumnya masuk dengan miring, tidak masuk kedalam dada, sungguh berbahaya sekali, hidup dan mati hanya berbeda selembar rambut.
Dia memakaikan obat di dalam kantong serba guna mengobati lukanya, lalu memotong bajunya untuk membalut, semuanya dilakukan tanpa bersuara.
Dia begitu tenang, dengan sabar dapat menahan sakit, ini adalah modal dia berkelana di Jiang-hu selama lima tahun dan masih hidup sampai sekarang.
Diatas benteng, di satu tempat yang rusak, pelan-pelan nonggol setengah kepala, dengan sangat perhatian menyapu kebawah.
Dia telah melihatnya, tapi tidak perdulikan.
Diatap genteng rumah paling luar, ada satu bayangan hitam yang bergerak-gerak.
Mungkin orang-orang itu sudah tidak sabar menunggu, bersiap masuk kerumah mencari mayatnya, orang-orang ini semuanya penakut.
Langit terlalu hitam, nama Xie-jian-xiu-luo menggemparkan ke seluruh penjuru persilatan, di dalam kegelapan malam kedahsyatan pisau Xiu-luo bisa bertambah sepuluh kali lipat, siapa yang berani jadi pahlawan"
Dia pelan-pelan menggulung lengan baju kanannya, terima kasih langit! Tidak, seharusnya terima kasih pada pelindung lengan kantong pisau dirinya sendiri, dua buah jarum Ekor Lebah miring menancap kedalam kantong kulit tempat menyelipkan pisau, tertahan oleh badan pisau terbang arahnya jadi membelok dan tenaganya berkurang lebih dari setengahnya, maka jarum itu masih menancap di kantong kulit.
Melihat posisinya, dua buah jarum ini, satu menuju kearah jantung, dan yang satunya lagi sedikit keatas mengarah kedada kiri, ketepatannya, sungguh membuat hati orang bergetar.
"Wanita hina ini sungguh keji!" di dalam hati dia memaki.
Di depan terdengar ada suara yang pelan sekali, rupanya ada orang yang naik keatap genteng rumah mengintip.
"Malam ini orang yang datang membantu dari luar, paling sedikit ada delapan orang." Di dalam hati dia menghitung, sambil menenangkan diri mengawasi keadaan disekitarnya.
Dia tidak bisa keluar, otot dada yang dipotong masih terluka, begitu bergerak akan mengalirkan banyak darah, bagaimana bisa bertarung dengan pesilat tinggi"
Juga, tubuhnya tidak membawa senjata.
Tempat bersembunyiannya bagus sekali, dari belakang rumah sampai ke kaki benteng jaraknya ada tiga puluh langkah lebih, penuh tumbuh rumput liar dan pohon berduri kecil, dia berjongkok tiarap di rerumputan, rumput liar menutupi dirinya, walau sinar lebih terang lagi, dari atas benteng melihat kebawah juga sulit menemukan bayangan tubuhnya.
Yang paling penting, pesilat yang ilmu meringankan tubuhnya sudah sampai tingkat kesempurnaan pun tidak akan dapat dari jarak lebih dari sepuluh langkah seperti kilat mendadak menyerang dirinya.
Jika orang yang datang ke rerumputan mencari jejak, dari jarak dua zhang lebih sudah dapat dirobohkan dengan menggunakan pisau Xiu-luo, keadaan dia sekarang, tenaga yang dapat di gunakan untuk melempar pisau Xiu-luo, hanya dapat mencapai jarak kurang lebih dua zhang.
Jika tidak mendesak sekali, dia tidak akan menggunakan pisau Xiu-luo, untuk menghindarkan lukanya kembali pecah. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan, adalah bersembunyi dengan baik, berdoa pada langit supaya melindungi jangan sampai di temukan oleh orang-orang ini.
Asalkan hari sudah terang, orang-orang ini pasti akan melarikan diri.
Jika didalam rumah tidak ditemukan mayatnya, pasti akan timbul kekacauan, mungkin pemimpinnya mengira dia sudah melarikan diri, tidak buru-buru melarikan diri dari tempat kejadian itu, adalah hal yang aneh.
Akhirnya, dia mendengar ada suara di dalam rumah, malah dapat melihat sinar lampu yang keluar dari celah dinding, orang-orang ini sudah berani dengan terang-terangan menyalakan lampu mencari dia.
Lalu, ada orang yang mencari di kaki benteng, ada orang yang mencari di pinggir kali, di seberang jalan, ada orang dengan terburu-buru dari sebelah kiri tempat bersembunyinya lari kearah kaki benteng, jaraknya tidak sampai satu zhang, mereka malah tidak memperhatikan daerah rumput pendek tempat sembunyi dia, malah
mencari di tempat kaki benteng yang ditumbuhi rumput setinggi manusia dan pohon-pohon.
Orang-orang ini semua memakai pakaian malam, semua memakai cadar hitam, bukan saja tidak bisa melihat wajahnya, juga tidak bisa melihat jelas bentuk tubuhnya, langit terlalu gelap, dan gerakan orang-orang ini juga terlalu cepat.
Lama, dari arah kaki benteng ada orang mencari berbalik arah, mulai dari rumah sebagai pusat berkumpul. Dua bayangan hitam satu di kiri satu di kanan, dengan hati-hati selangkah-selangkah berjalan memeriksa, tidak henti-hentinya menggunakan pedang membuka rerumputan yang dicurigai.
Melihat arah dan garis jalannya, tempat sembunyinya tepat dari arah orang sebelah kanan, tidak diragukan lagi dia pasti tidak akan lolos dari nasib jika di temukan.
0-0-0 Bab 3 Dia menggigit gigi, sepasang tangannya mencabut sebilah pisau Xiu-luo.
Bayangan hitam semakin mendekat, babak hidup atau mati segera akan ditentukan.
Dia merasa jatungnya berdebar bertambah cepat, telapak tangannya mulai berkeringat.
Dua zhang, satu setengah zhang..sepasang tangan dia tidak berkeringat lagi, kembali seperti dulu tenang dan mantap, tenaga dalamnya diam-diam dipusatkan, akan melakukan satu serangan dahsyat menentukan hidup atau mati.
Ini adalah keistimewaan dia di Dunia persilatan yang berbeda dari orang-orang lain, ketika dia memutuskan akan bertarung, malah dia akan lebih tenang dibandingkan di saat kapan pun, tenangnya sampai dia sendiri juga heran, sebab kalau sudah begitu dia merasa meski langit runtuh pun tidak akan mempengaruhi dirinya, dengan berani dia menghadapi kematian, dibandingkan orang yang mengaku tidak takut mati jangan dikata.
Hampir mendekati jarak satu zhang, sorot mata bayangan hitam itu sedang menyapu dari arah kanan ketempatnya.
Pisau Xiu-luo dia, tenaganya sudah terpusat di ujung pisau.
Mendadak, diatap genteng muncul satu bayangan hitam, sambil mengeluarkan satu siulan tajam yang pendek, lalu sekelebat menghilang.
Bayangan hitam yang akan melangkah mendekat, membalikan kepala pada temannya yang di kiri, lalu bersiul mengangkat tangan mengayun ke belakang, dua orang itu membalikan tubuh lari ke arah kaki benteng, dengan gerakan Bangau Menerjang Langit, orang itu meloncat keatas benteng setinggi dua zhang, sekelebat sudah menghilang.
Jantungnya Fu Ke-wei kembali berdebar, telapaknya pun kembali berkeringat, perasaan mengendur setelah melewati bahaya, membuat dia merasa sangat lelah, dan lukanya kembali terasa sakit.
"Aku pasti bisa mencari kalian."
Dia didalam hati berteriak.
Cuaca akhirnya menjadi terang, dia masuk ke dalam rumah Yan-fang, dengan teliti memeriksa setiap pelosok, dia berharap bisa mendapatkan sedikit jejak.
Tapi harapannya sia-sia, kecuali perabotan rumah, apa pun tidak ada yang ditinggalkan, sampai satu baju pun tidak ditemukan.
Dia jadi tertawa pahit menggelengkan kepala, orang-orang ini sungguh pintar sekali, seperti setan saja, gerakan menghilangkan jejaknya begitu sempurna.
Terakhir, dia sekali lagi melihat kesekeliling rumah.
Tiba tiba, dia menyorotkan matanya pada alat minum yang pernah dia gunakan untuk menjebak orang tua, di barang itu ada satu lubang kecil terkena senjata gelap, tapi senjata gelapnya telah hilang.
Itu adalah lubang sebesar kacang, menembus alat setebal setengah cun, lubangnya ada yang mendadak membesar, di sekeliling lubang ada jejak warna hijau padam yang sulit dilihat.
Dia mencium-cium lubang kecil itu, lalu membuka kantong serba ada, dengan pisau Xiu-luo mengambil bubuk dari satu botol keramik perut besar, di campur dengan air liur lalu dioleskan pada satu sisi lubang kecil itu, dia memperhatikan perubahannya, dia tidak henti-hentinya mencium.
Tidak lama, sisi yang telah dioles bubuk, tampak ada jejak warna pucat keputihan.
Dia kembali menggunakan bubuk di botol lainnya, dioleskan pada sisi lain lubang kecil.
Berturut-turut dicobanya menggunakan empat macam obat bubuk, akhirnya obat terakhir menampakan jejak warna abu-abu hijau, mengeluarkan bau tipis semacam amis ikan.
Dia tertawa puas, lalu membereskan kantong serba ada pelan-pelan berdiri.
"Seruling Pengejar Nyawa, Jarum Kematian, aku sudah tahu siapa kalian!"
Dia berguman, sinar dingin di matanya tiba tiba jadi membara, sudut bibirnya tersenyum keji, sepasang tangan dengan reflek mengepal kuat.
Hari ketiga, Fu Ke-wei muncul di pesisir timur Au-zhou, menyuruh perahu menanti di tempat itu, dia sendirian masuk ke Zhou-xi.
Ini adalah daratan pasir yang melintang di mulut sungai, berhadapan dengan Lao-gu-fan yang berada jauh di seberang sungai, daratannya ditumbuhi oleh rerumputan, beberapa gubuk rumput di bangun untuk istirahat para nelayan, biasanya tidak ada orangyang tinggal.
Saat dia mendadak muncul di salah satu gubuk rumput, dia telah mengejutkan tiga pria besar yang sedang tidur.
"Iii! Kau..." Seorang laki-laki besar
meloncat terkejut sambil berteriak.
"Siapa yang dipanggil Penerobos Ombak Chen-shou?" tanya dia sambil menggendong tangan sambil tertawa.
"Kau adalah..." tanya Laki-laki lainnya dengan waspada.
"Aku marga Fu, mencari Chen-shou."
"Dia tidak disini, pergi ke Wu-wei-zhou di seberang pantai."
"Saudara adalah..."
"Aku marga Gao, kau cari kakak ketiga Chen..."
"Beri kabar pada bos kalian Naga Setempat Lu-jiu."
"Ini..." Wajah pria besar berubah.
"Aku berniat baik, tiga hari lalu, bos kalian dengan aku pernah berhubungan di restoran Jin-ling, minum arak seratus gelas lebih."
"Ooo! Kau pedagang kain marga Fu yang datang dari Nan-jing." Kata laki-laki besar itu dengan ketakutan, wajahnya berubah sekali.
"Benar, pedagang kain datang dari Nan-jing." Dia tertawa, "ini menandakan Naga Setempat diam-diam telah mengatur persiapan, kakak ketiga Chen kalian mungkin tahu akan hal ini."
Pendekar Bodoh 11 Juragan Tamak Negeri Malaya Karya Widi Widayat Naga Naga Kecil 9
^