Pencarian

Pengelana Rimba Persilatan 3

Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi Bagian 3


Kereta kuda yang berlari mendadak membelok, membuat kereta tidak terkendali dan berguling ke kanan.
Di dalam bayangan debu, sepuluh ekor lebih kuda telah datang menerjang, melihat kereta kuda berguling, mereka tidak keburu menghindar.
Orang berteriak, kuda berkikik! Langit goyang bumi goncang, mengerikan sekali.
"Oh! Langit!" Fu Ke-wei yang melayang turun di atas tumpukan pasir di sisi jalan me-nengadah kepala berteriak, merasa, bulu di seluruh tubuhnya menjadi dingin dan berdiri, hawa dingin menutup tubuhnya.
Kereta empat kuda yang mewah dan empat penunggang kuda telah berlari sejauh seratus langkah lebih, suara keretanya sangat keras, derap kuda seperti guntur, semua menghilang dalam debu yang berterbangan.
Tiga belas penunggang kuda, hanya tinggal tiga orang yang paling belakang, di saat kritis menerjang, mereka kesamping dan masuk kesawah jadi bisa selamat, sepuluh yang lainnya tujuh mati seketika, tiga luka berat hampir mati, empat belas ekor kuda tidak ada seekor pun yang dapat berdiri sendiri, kebanyakan putus kaki patah leher, roboh semua.
Kusir utama sudah mati, mati tertindih oleh kuda yang mati.
Delapan penumpang di dalam kereta luka parah, yang beruntung selamat hanya dua orang, pelajar dan pedagang. Yang satu patah tulang kaki kanannya, yang satu tangan patah dan kepala luka.
Orang yang tidak mati, dalam kepulan debu menolong yang terluka, yang mati dibaringkan di sisi jalan, yang luka dibopong kesawah untuk dibalut lukanya.
Fu Ke-wei menemukan buntalannya sendiri dibawah kereta yang hancur, dengan lancarnya mengobati dan membalut luka pelajar dan pedagang.
Dia mendengar suara derap kuda, juga tahu tiga penunggang kuda yang selamat membawa temannya yang luka, dengan cepat pergi kearah selatan.
Dia tidak sempat memperdulikan, dengan fokus dia mengobati pelajar dan pedagang. Dia mempunyai obat luka yang paling bagus, cara membalutnya juga lancar sekali.
"Kalian bertalianlah." Dia menghibur dua orang yang terluka parah, "nanti aku pergi kekampung terdekat minta pertolongan."
Dia jalan kearah datangnya, kampung Ru-wen yang ada dibelakang yang berpenduduk sekitar dua-tiga puluh keluarga.
Dia tidak dapat tinggal menjadi saksi melapor ke polisi, setelah dua orang yang luka parah di serahkan pada kepala kampung, dia meninggalkan Ru-wen menuju kearah selatan, menuju ke kabupaten Ye. Saat tiba disana, hari sudah hampir malam.
Dia masuk kota sebelum gerbang kota di tutup, dan tidur di penginapan.
Hari kedua dia tidak meneruskan perjalanan, dia menghabiskan waktu seharian mencari berita.
Hari ketiga, dia menyewa seekor keledai kecil, dengan penuh amarah menuju Nan-yang.
Xiang-yang, kota terbesar di perairan tengah Han-jiang, adalah pintu penting di utara provinsi Hu dan Guang, sejak jaman dahulu ternama lalu lintasnya, perekonomian dan kemili-terannya.
Kota pemerintahan Xiang-yang walau mengalami beberapa kali peperangan, tapi pulihnya cepat sekali, di dalam kota sudah tidak tampak kerusakan akibat peperangan, pasar sangat ramai, tampak sangat maju.
Xiang-yang merupakan sentral perdagangan, di seberang utara Han-jiang berjarak tiga empat li dari kota Fan. Dulu jalan kota Fan memanjang sampai kepinggir kali, tapi jalan lama telah dibakar rusak, deretan toko dan penginapan yang makmur sudah tidak terlihat.
Fu Ke-wei menginap di penginapan Fulai, penginapannya terletak di selatan kota, di sekitarnya merupakan tempat penambatan perahu, 'naga' dan 'ular' bercampur baur, hingga banyak masalah terjadi.
Satu li lebih dari barat daya kota, ada satu erumahan Han-bei yang cukup ternama, lerumahan ini miliknya tuan Li, bangsawan Xiang-ang, Li Yong-kang.
Tapi pengurusnya adalah marga Jin, biasa dipanggil Jin-ba-dou (tuan kedelapan Jin).
Perumahan ini adalah satu tempat penting yang di ketahui orang-orang dunia persilatan, orang di perumahan ini menguasai berbagai macam usaha di Xiang-yang, kereta, perahu, toko, kaki, gigi, tidak ada yang tidak di kuasai. Barang kelontongan yang datang dari hilir, dan hasil bumi ang dikirim ke hilir, semua telah di dirikan oleh tuan Li dengan kantor bermerk besar, pemasukan perhari satu dou emas sumbernya sangat luas.
Di hati orang persilatan, nama tuan Li berada dalam urutan Sembilan Jago Pedang terbesar, julukannya Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian), pedang pusaka dia yang bersinar emas mencolok mata sungguh menakutkan orang.
Julukannya Jin-ba-dou adalah Delapan Arah Tanah, bisa di nilai dia orang bagaimana.
Pokoknya, mereka berdua bukan saja naga setempat daerah Xiang-yang, di dunia persilatan juga punya nama. Di dalam hati orang setempat, mereka adalah hartawan kaya raya dan tuan tanah besar.
Rumah tuan Li, berada sepuluh li di selatan Xiang-yang sebelah barat gunung Xian, tempatnya dinamakan Kebun Li. Diantara Kebun Li dengan gunung Xian, ada sebuah jalan raya yang menuju Jing-zhou. Dari Kebun Li ke utara, sampai ke pantai selatan danau Xiang-yang, sawah didaerah ini hampir semuanya milik keluarga Li, bisa bayangkan besarnya kekayaan keluarga Li.
Xiang-yang adalah pelabuhan darat dan air terbesar di Han-jiang, tidak saja hasil buminya subur, lebih-lebih jalannya ramai oleh pedagang dan pelancong, di penginapan jika ada seorang tamu menginap, tentu tidak menimbulkan perhatian orang lain, apa lagi tamu ini sama sekali bukan orang ternama.
Nama yang di daftarkan Fu Ke-wei di penginapan adalah Fu-xian, seorang pelajar pengelana.
Pakaiannya cocok dengan kedudukannya, berbaju hijau, orangnya tampan dan tinggi, ada bawaan sedikit lembut, sedikit pun tidak ada ciri ciri orang persilatan.
Kebun Li tidak terlalu luas, di sana ada sepuluh lebih gedung yang di kelilingi pohon dan bunga. Satu li disebelah barat, baru ada perkampungan petani yang terdiri dari dua puluh lebih rumah dan kandang hewan, ini adalah tempat tinggalnya para pekerja dan petani.
Gunung Xian adalah tempat melancong yang ternama, dengan pemandangan indah. Anak anaknya keluarga Li, sering dengan anak orang kaya di kota, melancong ke atas gunung.
Pagi hari ini, sekelompok pemuda berbaju mewah, beramai-ramai melewati kampung menuju Xian Shan di lereng barat, mereka jalan di jalan besar mendaki gunung. Satu li lebih di atas, terdapat kuil Yang-hou yang ramai di kunjungi orang.
Di sepanjang jalan, pohon menghijau, kicau burung, wanginya bunga, membuat hati orang jadi lega dan damai.
Orang yang paling depan mendaki adalah putra sulung tuan Li, Li Hoa-xin, dan putra keduanya Li Hoa-sheng. Li Hoa-xin sudah kawin dan punya anak, usianya baru dua puluh lima-enam tahun sudah mempunyai sepasang anak, julukannya di dunia persilatan Telapak Besi Pedang Dewa (Tie zhang-shen-jian).
Li Hoa-sheng masih belum berusia sepuluh tahun, tapi tubuhnya tegap seperti anak sapi, malah memakai baju ringkas sutra berwarna biru, tampak sangat gagah.
Ada seorang pemuda yang berjalan bersama mereka, sama gagah dan juga tampan. Mantelnya berwarna hijau langit, di sabuknya yang lebar ada dua buah variasi yang modern: Kantong bahu dan dompet.
Di belakangnya, ada tiga orang wanita. Mereka adalah tamunya keluarga Li
Salah satu tamunya adalah nyonya muda berusia dua puluh tahun lebih, bajunya berwarna hijau air danau, memakai konde rambut hijau, mutiaranya tampak bergoyang-goyang. Di sabuknya ada sebuah belati mewah sebagai pelindung.
Tuan rumahnya adalah putri sulung tuan besar Li, Li Jian-jian, dan putri yang paling bontot Li Xiu-xiu.
Usia Jian-jian delapan belas tahun, dia pernah ikut kakaknya Telapak Besi Pedang Dewa pergi ke banyak tempat, punya banyak pengalaman, tapi sampai sekarang masih belum punya jodoh, putra orang kaya di sekitarnya, sama sekali tidak berani melamar pada keluarga Li, begitu menyebut putri sulung keluarga Li, tidak ada orang yang berminat.
Ini bukan karena Li Jian-jian, wanita buruk rupa yang ditakuti orang, sebaliknya dia adalah wanita cantik yang jarang ada tandingannya di Xiang-yang. Justru karena dia sangat cantik, wanita yang sangat cantik dan pintar, akan berbeda dengan wanita umumnya, membuat para pemuda yang didikan keluarganya keras, hatinya merasa takut.
Hari ini dandanan dia, tidak terlihat seperti anak keluarga kaya, dia memakai baju musim semi dengan lengan ketat warna biru kehijauan, baju model ini sangat di benci oleh para pendekar, walau para pendekar diam-diam juga sangat menikmati baju model begini, baju ini bisa membuat orang yang melihat menjadi melotot, bajunya membuat lekuk tubuhnya bisa dilihat dengan jelas, langsing semampai, sangat seksi.
Dia juga membawa belati, dan lebih dari satu kantong kulit kecil, tentu saja di dalamnya terisi senjata rahasia.
Adiknya Li Xiu-xiu, gadis kecil berusia dua belas tahun, juga sama seperti kakaknya, dia memakai baju ringkas hitam kehijauan, meski masih kecil, sudah tampak kecantikannya.
Enam orang itu dibagi jadi dua kelompok, sambil berbincang mereka berjalan naik keatas.
"Saudara Luo." Li Hoa-xin pada tamu yang tampan itu berkata, "kau datang dari Jiang-xi, kudengar, Xie-jian-xiu-luo yang paling misterius, paling berani di dunia persilatan, tiga bulan yang lalu telah membuat onar di Jiu-jiang, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Kejadian sebenarnya aku juga tidak begitu jelas." Luo Wen-jing tersenyum pahit, "menurut kabar, salah satu dari tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran di dunia yaitu perkumpulan Qing-lian, mendapat pesanan membuat jebakan di Wu-hu diam-diam ingin membunuh Xie-jian-xiu-luo, tapi rencana ini tidak saja gagal, malah sebaliknya Xie-jian-xiu-luo mendatangi pusat perkumpulan, dan membubarkan perkumpulan Qing-lian, menghapus namanya dari perkumpulan pembunuh bayaran."
"Ooo! Saudara Luo." Kata Li Jian-jian di belakang menyela, "tahun lalu aku di Wu-chang, sudah mendengar nama Xie-jian-xiu-luo, setiap orang membuat cerita berbeda, Saudara Luo sudah lama berkelana di dunia persilatan, julukan saudara Shuang-jie-shu-sheng, termasuk dalam Tiga Pelajar Persilatan, pengalamannya banyak, apakah saudara pernah melihat orang ini?"
"Tidak pernah." Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing wajahnya tidak senang, "orang ini jarang tampil dengan wajah aslinya, berhubungan dengan orang juga jarang sekali menyebutkan julukannya, hampir tidak ada orang yang pernah melihat wajah aslinya, dia adalah golongan keji yang tidak pantas bertemu dengan orang, iblis jahat yang suka mengurusi urusan orang dengan cara keji, orang-orang aliran putih dan hitam memandang dia sebagai wabah, semua membenci pada dia."
"Siapa marga dan namanya "
"Tidak pernah ada orang mendengar dia menyebutkan namanya." Kata Luo Wen-jing lagi, "makanya sahabat persilatan menyebut dia orang yang paling misterius."
"Jika ada kesempatan, aku ingin mencoba orang ini." Li Hoa-xin seperti berkata pada diri sendiri, "aku tidak percaya dia mampu menghancurkan perkumpulan Qing-lian."
"Adik Li, paling bagus kau jangan sampai bertemu dengan pengelana persilatan yang suka berbuat seenaknya." Kata nyonya muda yang cantik itu, "menurut yang aku tahu, orang yang bertarung dengan dia, tidak satu pun yang bisa mengalahkannya, sampai Raja Langit Utara Ling Jun-yi pendekar besar Ling yang paling hebat dari aliran putih, juga di permainkan oleh dia sampai mendapat malu, jadi sulit di bicarakan, setiap orang ini berada di suatu tempat, maka di tempat itu akan timbul mala petaka, paling baik kau menghindari dia sejauh mungkin."
"Sebenarnya, dia tidak pantas dikatakan dia iblis jahat yang dibenci dewa ditolak setan." Kata Luo Wen-jing sedikit malu, "umumnya, sahabat persilatan kelas satu atau dua, memuji dirinya. Dalam aliran putih, juga tidak sedikit orang yang menyukai dia. Bagusnya orang semacam ini selalu tidak memupuk kekuasaan untuk dirinya sendiri, hingga dunia persilatan masih bisa menerima dia"
"Pedang saudara Luo menggemparkan dunia persilatan, kedudukannya termasuk satu diantara Tiga Sastrawan Persilatan." Li Hoa-xin dengan bodohnya menanyakan hal yang tidak seharusnya ditanyakan, "jika saudara Luo berselisih dengan Xie-jian-xiu-luo, apakah saudara mampu mengungguli dia?"
"Sulit dikatakan," Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak tersinggung, dia tertawa tawar, "penyakit buruk orang persilatan adalah suka bertarung dan ingin menang, setiap orang percaya akan dirinya sendiri, aku pun tidak terkecuali, aku percaya bisa menang. Sayang aku belum pernah bertemu dengan dia, juga tidak ada perselisihan sulit mendapat kesempatan bertarung dengan dia, jika benar-benar bertemu, aku percaya sanggup membuat dia sedikit mengurangi kesombongannya. Ooo! Saudara Hoa-xin, adik anda Hoa-rong beberapa hari ini pasti bisa pulang?"
"Mungkin." Kata Li Hoa-xin, "kemarin adikku mengutus orang kemari melapor, mengatakan beberapa hari lalu di kabupaten Gang-yi, bertemu dengan orang hebat Nan-yang, hampir saja kalah, makanya saat kembali mungkin akan mengambil jalan lain, akan melalui gunung Tong-bo, sehingga akan telat beberapa hari kedatangan-nya."
"Ooo! Nan-yang-ba-jie (Delapan Hebat Nan-yang)?"
"Benar. Ayahku sudah lama bermusuhan dengan mereka, mereka tidak pernah mendapat kemenangan, adikku hanya membawa empat orang, mereka juga tidak mendapat keuntungan."
"Mmm! Saudara Hoa-xin, kali ini mungkin kalian akan ada kerepotan." Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan serius.
"Maksud saudara Luo adalah "
"Di kota He-nan, aku sudah mendengar manusia aneh nomor satu dari Zhong-zhou Huo-bao-ing (Pembalas Segera), Du Zhang-he, sedang menuju gunung Xiong Er bertamu ke Bu-fei-khe (Tamu Tak Kembali), Hong-wu, mereka bersama-sama akan menuju Nan-yang, berkumpul dengan Tombak Dewa Lu Hoa-ji. Tombak Dewa adalah kakak tertuanya Nan-yang-ba-jie, jika Lu Hoa-ji minta bantuan pada Huo-bao-ing, Du Zhang-he dan Bu-fei-khe, Hong-wu keadaan kalian sangat tidak menguntungkan! Menghitung waktu perjalanan, dua tua aneh yang sulit dihadapi ini, beberapa hari ini juga akan sampai."
"Dua tua aneh ini tidak ada yang perlu ditakuti." Hoa Sheng kecil meniru orang dewasa, dengan menepuk dada dengan berani dia berkata, "tentara datang di tahan jenderal, air datang ditimbun tanah, kita keluarga Li takut pada siapa" Apa itu Huo-bao-ing, apa itu Bu-fei-khe, menakuti orang lain boleh, datang ke Xiang-yang untuk menakuti orang keluarga Li, jangan harap."
"Pepatah mengatakan, tombak terang mudah dihadapi, panah gelap sulit menahannya."
Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa, "dua orang tua aneh tidak mudah dihadapi, dalam kegelapan seperti setan mengganggu kalian, bagaimana pun hal ini bisa membuat orang sakit kepala, bagaimana pun berhati-hati adalah yang terbaik, jika menilai kemampuan sebenarnya, tentu saja Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian) ayah kalian bisa mengalahkan mereka, tapi mereka berada di tempat gelap kita di tempat terang, juga siang malam harus waspada, itu hal yang tidak menyenangkan."
"Xiang-yang adalah daerah kekuasaan keluargamu, orangnya banyak, pengawasan di mana-mana." Nyonya muda cantik melanjut-kan, "jika mereka datang membalas dendam, pasti tidak akan terang-terangan, cara paling bagus bertahan, adalah menyerang lebih dulu, tidak memberi kesempatan lawan menyerang."
"Betul, menyerang lebih dahulu." Li Hoa-xin mengangguk kepala tanda setuju, "jika bukan saudara Luo kebetulan datang bertamu ke rumah, kami masih tidak tahu dua orang tua aneh itu adalah temannya Nan-yang-ba-jie, hingga mungkin memberi mereka kesempatan! Saudara Luo, terima kasih."
Di depan tampak ada satu bangunan kecil untuk istirahat, tadinya dari kejauhan tidak terlihat di dalamnya ada orang, tidak diduga setelah mendekati sampai sepuluh langkah, mereka melihat di sisi tiang berdiri seorang sastrawan muda berbaju hijau.
Sastrawan muda ini usianya dua puluh tahun lebih, wajahnya tampan, perawakan tinggi semampai, seluruh tubuhnya tampak lembut, tidak ada ciri-ciri orang persilatan, juga tidak seperti seorang pelajar yang lemah.
Mata semua orang menjadi bersinar, tidak tahan mereka menatap sekali pada sastrawan itu, tapi tidak ada waktu berpikir bagaimana dia bisa datang, sambil berbincang, mereka berjalan nendekati bangunan untuk istirahat.
"Kalian baru datang!" Sastrawan baju hijau :ertawatawar, "sungguh bagus, bagus..."
Li Hoa-xin tertegun, lalu menghentikan angkah.
"Kata-kata anda mengandung sesuatu." kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan nada dalam, "tolong tanya, bisakah beritahu siapa marga dan nama anda?"
"Aku orang biasa, tidak punya keluarga yang bisa dibanggakan, tidak menyebut marga dan nama juga tidak apa, kau panggil saja aku sastrawan, aku memang seorang sastrawan."
"Baik, anggap saja kau sastrawan." Li Hoa-rin sudah sampai dimulut bangunan, jarak kedua belah pihak kira-kira empat lima chi, "kau kenal kami?"
"Di kota Xiang-yang siapa yang tidak kenal dengan tuan muda Li yang besar?"
"Tapi aku tidak kenal dirimu, Ooo! Kau pasti ada keperluan penting, tolong tanya ada keperluan apa?"
"Ada orang menitipkan surat padaku untuk disampaikan." Sastrawan baju hijau mengulur tangan kedalam dada, "orang yang mengirim surat itu berkata, asalkan orangnya keluarga Li, suratnya boleh diberikan. Aku tahu tuan-tuan dari keluarga Li, sering datang bermain ke gunung Xian, maka aku datang kesini menunggu. Di rumah anda, di kebun Li ada anjing galak, aku tidak berani datang kesana mengantar surat. Ini! Ini suratnya."
"Ooo! Coba lihat." Luo Wen-jing melewati Li
Hoa-xin, mengulurkan tangan kanan menerima surat, "surat ini... ii!"
Luo Wen-jing berniat baik, dari pembicaraannya, dia sudah tahu orang ini, lawan bukanlah kawan, makanya dia ingin menggunakan kesempatan menerima surat, sekalian menangkap sastrawan untuk di tanya.
Tapi jurus Sutra Emas Membelit Pergelangan gagal dilancarkan, tangan si sastrawan sangat lincah, tidak saja telah ditarik di saat berbahaya, juga melontarkan surat itu dengan dua jarinya, dengan kecepatan sangat tinggi berputar menuju ke wajah Luo Wen-jing.
Suratnya lewat dari sisi telinga kanan Luo Wen-jing, malah terdengar ada desiran angin, bisa diketahui tenaga jari sastrawan sangat mengejutkan. Jika Luo Wen-jing tidak meningkatkan kewaspadaan sebelumnya, pasti tidak akan bisa menghindar luncuran surat itu.
Reaksi Luo Wen-jing cukup luar biasa, begitu tangkapannya gagal, dia sudah tahu ada bahaya, tepat waktu itu tubuhnya bergerak menghindar, juga menarik tangannya, cepat menangkap surat itu, sayang dia masih terlambat sedetik, dia tidak dapat menangkap surat yang sangat cepat itu.
Li Hoa-xin juga sudah bersiap, dia segera merendahkan tubuh, begitu berteriak, tangan kirinya diangkat, sebuah mata uang membelah angin terbang keluar.
Sastrawan itu tidak tertipu, dia tertawa dua kali, bertiarap ke tanah, meloncat miring keluar, menerobos bawah pembatas sisi bangunan, sejauh tiga zhang lebih.
Uang logam itu tiba-tiba menjadi tiga, membelok dari tiga arah terbang berputar, lalu setelah satu zhang lebih berkumpul kembali, baru nenjadi satu garis lurus berurutan terbang, di empat-lima zhang baru jatuh kedalam hutan.
Tapi sastrawan itu malah muncul dari arah berlawanan, dari sebelah kiri dia bangkit berdiri.
Li Jian-jian sudah sampai, dia juga berteriak, dengan angin yang membawa bau harum dia menyerang, lima jari tangan kanannya setengah lurus setengah di tekuk, dengan cepat menjulur ke dada sastrawan itu, arahnya sederetan jalan darah besar Ren-me, ke atas menguasai tenggorokan, ke bawah jalan darah Jiu-wei, titik mana pun sekali terkena, jika tidak lumpuh juga pasti mendapat luka dalam, melihat tenaganya saja, sudah tahu jari-jari mulus itu sangat menakutkan, pasti bukan serangan ringan.
"Kau juga terlalu sombong." Sastrawan dari dalam lengan bajunya mengeluarkan kipas, tanpa sungkan menyabetkan keatas.
Li Jian-jian terpaksa merubah gerakannya lari menotok jadi mencengkram, lima jarinya ditekan, dan berhasil menangkap bagian atas kipas tertutup itu, dengan posisi kuda-kuda merampas kipas.
Tapi, tiba-tiba dia merasakan diatas kipas ada arus tenaga yang tidak dapat ditahan, tidak saja dia harus melepaskan cengkeramannya, tenaga lawannya pun sudah menyerang.
Terdengar teriakan terkejut! Li Jian-jian seperti ditiup angin topan, terbang ke pinggir sejauh dua zhang lebih, hampir saja terjatuh, wajahnya berubah.
"Hahahaha " Tawa sastrawan itu menggelagar, tubuhnya zerbang masuk kedalam hutan, pergi menjauh.
"Saudara Li, jangan dikejar." Nyonya muda cantik cepat berteriak, "bertemu hutan jangan masuk, musuh sudah tidak dapat dikejar."
Li Hoa-xin menghentikan langkahnya dan mundur kebelakang, warna wajahnya sudah tidak seperti biasanya.
Dia tadi melihat, sastrawan itu telah mendahului, menghindar dari jurus Tiga Bintang Mengejar Rembulan, membuat di dalam hatinya merasa terkejut, dan merasa sangat tidak tenang.
Hoa-sheng yang kecil memungut suratnya, lalu membacakan: "Kepada Pedang Pemutus Arwah Tuan besar Li. Penjelasannya ada didalam."
Suratnya telah disegel, menurut aturan harus dibuka sendiri oleh tuan besar Li. Tapi karena cara pengirimannya mengandung permusuhan, diatas surat juga tidak ada pengirimnya, jadi sangat mencurigakan.
Li Hoa-xin adalah seorang yang berani bertanggung jawab, setelah berpikir sebentar, dengan berani membuka surat itu, dan dibacanya.
Setelah selesai membaca, diajadi tertegun.
"Surat dari siapa?" tanya Luo Wen-jing yang menghindar ke pinggir dengan perhatian.
"Tidak ditulis nama pengirim." Li Hoa-xin menggelengkan kepala.
"Apa yang ditulis?"
"Katanya setengah bulan lalu, kereta adik ku di pantai utara sungai Ru di kabupaten Ye terjadi kecelakaan, adikku dengan sengaja membuat celaka sebuah kereta, hingga empat belas orang mati."
"Aduh!" "Orang yang mengirim surat meminta ayah ku bertanggung jawab, pergi ke kabupaten Ye menyelesaikannya, menyerahkan pelakunya pada pemerintah, mengganti kerugian pada keluarga yang ditinggalkan."
"Hal tidak bagus." Luo Wen-jing tertawa pahit.
"Adikku di kabupaten Ye bertarung dengan Nan-yang-ba-jie, orang yang diutus belum kembali hingga laporannya tidak jelas, harus tunggu adikku pulang dulu, baru bisa tahu kejadiannya dengan jelas. Jika yang mati adalah orangnya Nan-yang-ba-ie, Hm! memang mereka seharusnya mati." Kata Li Hoa-xin dingin, "meminta kami menyerahkan orang ke pemerintah, mana ada aturannya?"
"Sastrawan tadi, sangat mungkin bukan orangnya Nan-yang-ba-jie." Li Jian-jian sangat teliti, berpikir tentang hal yang tadi dibicarakan, jika benar, dia seharusnya bertindak menurut aturan dunia persilatan, kenapa minta menyerahkan diri pada pemerintah"'
"Memang seharusnya dia bukan." Nada bicara Luo Wen-jing tidak begitu yakin, di sudut matanya timbul hawa pembunuhan, "jika benar, aku Luo Wen-jing akan terus bermusuhan dengan dia. Hemm! Aku pasti bisa menyelidiki asal-usul orang ini, lain kali jangan harap dia bisa meloloskan diri. Saudara Hoa-xin, kita pulang saja, ayahmu harus membuat rencana menghadapinya."
Enam orang berangkat dengan gembira tapi pulang dengan lesu.
Turun gunung sekitar setengah li, tiba-tiba Luo Wen-jing berkata dengan perlahan:
"Saudara Hoa-xin, kalian jalanlah duluan, jangan melihat kebelakang."
Li Hoa-xin mengerti, dia menganggukan kepala, mempercepat langkahnya.
Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing menyelinap ke belakang sebuah pohon besar di sisi jalan, menyembunyikan diri, seperti seekor kucing mengincar tikus, dengan sabarnya diam menunggu tikus bodoh keluar dari lubangnya.
Lama didepan dibelakang tidak ada gerakan.
Tempat ini adalah sebuah belokan jalan, keatas kebawah bisa melihat pemandangan sejauh setengah li.
Di kedua sisi jalan adalah hutan sangat rimbun, rumput liar tumbuh subur, pandangan jadi terbatas dan juga sulit berjalan disana, walau kemiringan gunung tidak seberapa, berjalan pun tidak mudah.
Sehingga, orang yang naik atau turun gunung pasti lewat jalan gunung ini, tidak mungkin melewati tempat liar, mencari kesulitan sendiri.
Dia bersiap tidak menunggu lagi, baru saja mau bangkit berdiri.
"Apa sudah tidak sabar menunggu?" di belakang tubuhnya terdengar suara lantang yang penuh mengandung sindiran, "kau harus belajar seperti aku, tidur diatas pohon, kau lihat, bukankah aku ini santai sekali?"
Dia membalikan kepala melihat, hatinya diam-diam menjadi dingin!
Sastrawan baju hijau itu berada diatas akar pohon besar, tiga-empat zhang jauhnya, sedang menyilangkan kaki, setengah berbaring, tampak santai sekali.
Dengan ketajaman telinganya, di hari yang terang, ada daun kering yang jatuh pun, tidak ada orang yang bisa mendekati dari belakang, sampai sepuluh zhang tanpa diketahuinya, lalu darimana sastrawan ini datangnya"
"Anda sepertinya sudah datang beberapa saat."
Dengan suara dalam sastrawan itu melangkah pelan menginjak rumput menuju kebawah pohon, katanya
"Tidak salah." Kata sastrawan itu seperti tidak terjadi apa-apa.
"Anda sungguh hebat."
Sastrawan itu tertawa dingin, dengan santai nengeluarkan kipas lipat yang bergambarkan bunga anggrek.
"Terima kasih atas pujiannya."
"Apa kau mengerti keadaanmu?"
"Pasti berbahaya, benar tidak?"
"Benar, sangat bahaya."
"Belum tentu." "Anda tidak perlu memaksakan diri bersikap tenang, anda sudah tidak dapat turun lagi."
"Jika tidak bisa turun lagi, buat apa aku nenyapamu?" Sastrawan itu sedikit pun tidak serniat untuk bergerak, "bukankah kau sendiri yang kurang tenang, kau berpikir ingin menunggu kelinci dibawah pohon, lalu kenapa pergi begitu saja" Jarak dari tanah dua zhang, kau tidak dapat berbuat apa-apa padaku. Jika kau meloncat ke atas, aku akan turun kebawah, kau ikut turun, aku kembali meloncat keatas. Ha ha ha! Kau bisa berbuat apa?"
"Apa kau tahu julukanku Shuang-jie-shu-sheng, maka sengaja mempermainkan aku?" Luo Wen-jing kesal sampai hatinya terasa panas, "kau ngin mengadu ilmu meringankan tubuh denganku?"
"Memangku maksudku." Kata Sastrawan itu dengan wajah berseri-seri, "kau, marga Luo menganggap dirinya pahlawan hebat, menganggap dirinya dengan sebilah pedang dengan ilmu meringankan tubuh yang lumayan bagus, ingin meraja lela, menjagoi dunia persilatan, makanya mengambil sebutan Shuang-jie (sepasang hebat). Sekarang di tanganmu tidak ada pedang, kecuali beradu ilmu meringankan tubuh denganku, kau sedikit pun tidak ada kemampuan lainnya."
"Jika anda sudah tahu asal-usulku, tentu juga tahu tentang "
"Aku tahu maksudmu." Kata Sastrawan memotong, "kau punya seorang pelayan merangkap teman yang setia, dipanggil Bandit Tai. Orang ini sejak lahir sudah mempunyai tenaga super, dengan satu tangan dapat mengangkat tempat abu kaki tiga yang besar dan beratnya seribu jin, suatu kali perampok yang ternama dari gunung Tai ini, dikepung oleh tentara pemerintah, dan hampir dipenggal kepalanya. Saat itu kau tanpa sengaja sedang lewat disana, sesaat timbul perasaan satu nasib, malam-malam kau masuk ke dalam penjagaan yang ketat menolong dia membuat dia terhindar dari hukuman mati, membuat dia merasa hutang budi dan ingin membalas budinya, dia mengikutimu dari pinggir secara diam-diam melindungi keselamatanmu, dia telah menjadi bayanganmu. Tapi kau adalah pendekar kelana dari aliran putih, dia adalah perampok besar dari rimba hijau, jika berjalan bersama, mana pantas" Maka dia selalu bersembunyi, selamanya dengan setulus hati membalas budimu secara diam diam. Tapi, kau telah mengabaikan satu hal penting."
"Hal penting apa?"
"Kau terlalu yakin pada pemikiranmu, kau memastikan, dengan teman-temanmu bermain keatas gunung, pasti tidak akan terjadi sesuatu. Makanya, aku berani bertaruh denganmu, pengawalmu pasti ada di kampung Xian sedang tertidur lelap, kau tidak mungkin dapat menggunakan kemahiran dia menggunakan Garpu Terbang Kecilnya yang dahsyat itu bersama-sama menyerang aku, kau berani bertaruh tidak?"
"Suara siulanku dapat mencapai sepuluh li lebih, aku pasti bisa memanggil dia kesini, asal aku bisa bertahan, itu sudah cukup. Garpu Terbang Kecil dia, dalam jarak lima zhang tidak pernah meleset, kau pasti mati."
"Menunggu dia datang, mungkin aku sudah ada di kota bersenang-senang."
"Siapa tuan sebenarnya?" Luo Wen-jing mengganti topik pembicaraan, dia jelas tahu kata-kata sastrawan ini masuk akal.
"Kau tebak saja sendiri! tuan, pulang dan beritahu Tuan Li, orang yang mati sia-sia di kabupaten Ye itu, setiap orangnya harus mendapat ganti kerugian seribu liang perak. Dengan kekayaan dia, mungkin hanya satu rambut dari sembilan sapi. Jika dia tidak mau, dia akan menyesali seumur nidup."
"Nan-yang-ba-jie juga bukan orang baik, tidak perlu mengganti kerugian, perselisihan dunia persilatan bisa dibereskan masing-masing, kalau mati ya terima nasib, anda tidak berhak melibatkan diri dalam hal ini. Sekarang, anda sengaja menantang aku marga Luo, ini adalah perselisihan pribadi antara aku dengan kau, harus diselesaikan oleh kita berdua, bertarung mati atau hidup mengandalkan kepandaian masing-masing, aku pasti tidak akan melepaskanmu."
"Kau tidak pantas bagus! Ha ha ha "
Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing tidak tahan lagi, mendadak dia meloncat terbang, tanpa bersiap tanpa mengangkat kaki, dengan jurus Bangau Menerjang Awan dia naik keatas, senjatanya sudah siap menyerang.
Dalam tawa yang keras, sastrawan telah bergeser ke pinggir dua zhang, cepat dan ringan melayang turun, dibawah terdengar suara gemeresik daun, dia menerobos ranting masuk kedalam hutan, seperti terbang pergi ke selatan, dua tiga kali kelebatan sudah menghilang didalam hutan.
Luo Wen-jing mengejar sejauh setengah li, beberapa kelinci hutan pada lari ketakutan karena kejarannya, tapi dia terpaksa membawa perasaan terkejut menyerah mengejar, dengan lesu kembali mencari jalan turun gunung.
Setengah li di sana, Li Hoa-xin berlima bersembunyi di dalam kebun buah di sisi jalan, diam mendengarkan gerakan yang ada diatas, lama sekali, hingga membuat setiap orang gelisah.
Yang pertama tidak tahan adalah Hoa Sheng, anak kecil memang kesabarannya terbatas, dia ribut ingin naik ke atas membantu, akhirnya di paksa oleh kakaknya untuk diam.
Akhirnya, mereka mendengar tawa keras itu!
Mereka melihat ada orang yang turun gunung, Luo Wen-jing turun dengan rupa wajah yang tidak biasa.
Ketika dia berkumpul bersama melewati belakang kampung Xian beberapa saat, seorang pria besar dengan dandanan orang kampung, perawakannya tegap, dengan langkah besar keluar dari kampung, berjalan menuju ke jalan kecil.
Di sebelah kanan jalan di belakang satu pohon, melangkah keluar seorang sastrawan baju hijau, kipas lipatnya direntangkan, menghadang jalannya.
0oo0 Bab 6 "Bangsat gunung Tai, ha ha ha! Kau berdandan seperti orang kampung, meninggalkan gunung Tai seribu li lebih, mengira tidak ada orang yang bisa mengenalimu?" kata Sastrawan itu dengan keras, "kau ikut di belakang Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing jadi pengawalnya, semua orang persilatan sudah tahu, asal bisa mendapatkan marga Luo, pasti bisa menangkapmu dan menyerahkan pada polisi, memenggal kepalamu untuk digantungkan di gerbang kota untuk di pertontonkan"
Bandit Tai Qiao-zhuang bertolak pinggang, berhenti dua zhang lebih, sepasang mata yang seperti bel tembaga melotot pada sastrawan itu, dia tidak bicara, tidak bergerak, wajahnya bengis.
Sastrawan itu tidak banyak bicara lagi, juga dengan tanpa takut menatap lawannya.
Mata besar melotot pada mata kecil, terjadi, perang pelototan, melihat siapa yang lebih kuat, melihat siapa yang takut akan hancur lebih dulu.
Matahari diatas terasa terik, walau dari hutan di kedua sisi jalan angin bertiup sepoi-sepoi, perasaan panasnya tetap membuat orang tidak tahan, situasi yang tegang juga menambah kekuatan panasnya.
Udara gerah membuat sifat manusia bisa jadi buruk, mudah membuat orang kehilangan kesabarannya, dengan begini saling berhadapan, kau memelototi aku, aku memelototimu, lebih lebih mudah membuat orang naik darah.
"Kau ingin menangkap aku"'' Bandit Tai akhirnya tidak tahan bicara.
"Ada sedikit maksud itu, tapi bukan karena hadiahnya." Kata Sastrawan dengan santai. "Apa kau pantas?"
"Pantas atau tidak, tidak lama lagi akan tahu."
"Katakan julukanmu, nanti aku antar kau ke akherat."
"Sudahlah, yang ke akherat belum tentu diriku, pesilat tinggi bertarung, kesempatan hidup atau mati adalah setengah-setengah. Kalau kau mati, tahu julukanku juga apa gunanya" Bagaimana pun kau di depan raja akherat tidak bisa mendakwa aku, kau sama sekali tidak percaya di dunia ini ada dewa atau setan, hanya percaya yang kuat hidup yang lemah mati, orang mati seperti lampu mati, jika aku mati, kau juga tidak perlu tahu aku ini siapa, semuanya selesai, betul tidak?"
"Betul." "Makanya kau tidak ada gunanya bertanya."
"Kau sudah berada dalam lingkup kekuatan garpu terbang pencabut nyawaku, kau sudah dipastikan mati disini."
"Ha ha ha! Jika aku takut pada garpu terbang mu, aku tidak akan menampakkan diri berbicara denganmu, dari belakang kau saja diam-diam melakukan serangan mematikan, bukankah akan jauh lebih aman?"
"Sayang kau sudah tidak ada kesempatan untuk melakukan serangan diam-diam." Kata Bandit Tai dengan galak.
"Aku tidak percaya tahayul, coba buktikan padaku!"
Begitu Sastrawan habis berkata, tubuhnya tiba-tiba berkelebat kekiri.
Satu sinar membelah udara, berubah jadi pelangi, berkelebat dengan kecepatan yang sulit di lihat mata telanjang.
Tapi, kelebatan ke kiri tubuh sastrawan mendadak berhenti, dia tetap berada di tempatnya, sepertinya sedang menggunakan ilmu merubah tubuh, bayangan berkelebat, hanya begitu saja.
Garpu terbang yang kecil tajam sepanjang delapan cun, dari sisi bayangan sastrawan meluncur lewat, hingga mencapai sepuluh zhang lebih baru dengan satu suara keras jatuh ketanah.
Dalam jarak sepuluh zhang, jejak terbang garpu terbang ini adalah lurus, titik paling tingginya hanya naik sekitar lima cun, tenaga lemparan garpu terbang nya Bandit Tai, sungguh membuat orang mengeluarkan lidah, sulit di percaya.
"Lihay!" kata Sastrawan tertawa meng-ejek, "saudara, kau telah menghamburkan sebuah garpu terbang yang tidak mudah membuatnya, walau kau ada kesempatan memungutnya kembali, garpunya juga sudah berubah bentuknya tidak seperti semula lagi, ingin melemparnya dengan jitu sudah tidak mungkin."
"Kali ini aku akan memberimu tiga bilah." Kata Bandit Tai menggigit gigi, mulutnya bicara, tapi sepasang tangannya ke bawah tidak bergerak, telapak tangannya menghadap ke paha luar, entah garpu terbang kecil itu disembunyikan dimana.
"Aku ini orangnya tidak sabaran, tidak ada kesabaran yang besar." Sastrawan tidak tertawa lagi, nadanya berubah jadi bertenaga, tegas, tidak mengizinkan orang salah paham, "aku bisa memaafkan kau dalam keadaan gelisah ingin menyerang mengambil nyawaku, tapi tidak akan sungkan kalau kau terus-terusan menyerang ingin mengambil nyawaku. Mulai sekarang, jika kau menggunakan senjata rahasia lagi, menggunakan garpu terbang itu untuk mengambil nyawa orang, kau akan menyesal selama-lamanya."
Hati Bandit Tai seperti meloncat, sorot matanya sedikit berubah.
Melihat tingkah sastrawan yang berdiri tegak seperti gunung, tidak takut dan tidak ngeri, dan juga tampil dengan wajah yang percaya diri dan tegas, kepercayaan akan ketepatan lemparannya akhirnya mulai goyah, hatinya tergerak, telapaknya mulai berkeringat, ini adalah hal yang paling tidak bisa di benarkan oleh para pakar senjata gelap.
Arti lain dari telapak tangan berkeringat, adalah hati tegang, kepercayaan diri berkurang, pasti akan mempengaruhi ketepatan senjatanya.
"Aku ingin kau menyampaikan pesanku." Kata sastrawan itu menambah tekanan, "suruh Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jingjangan sampai tertutup matanya oleh persahabatan, mempercayai kata-kata sepihak pasti akan menghancurkan dia sendiri. Jika dia mau lepas tangan dan pergi, itu yang paling bagus, jika tidak mau menuruti, dan memutuskan melibatkan diri, maka pergilah kekantor polisi di kabupaten Ye, tanyakan dengan jelas kejadiannya, untuk menentukan apakah dia pantas melibatkan diri atau tidak.
Mengingat dia tidak mudah bisa jadi ternama, bagaimana pun Tiga Sastrawan Dunia Persilatan adalah orang dari aliran kebenaran yang dihormati orang, aku beri dia satu kesempatan untuk menguji apakah hati manusia itu jahat atau baik, apakah dia membuat cacat nama sastrawan, biarkan dia sendiri yang memutuskan kebaikan atau keburukan dia sendiri, kau, sekarang boleh pergi, ingat sampaikan pesanku."
Kata-kata ini maknanya benar, kalimatnya tegas, nadanya pun sangat angkuh.
Yang lebih penting adalah, setiap kata-katanya tegas bertenaga, menampakan tekad dan keberanian.
Bandit Tai Qiao-zhuang merasakan telapak, tangannya sudah basah oleh keringat.
"Siapa sebenarnya dirimu?"
"Seorang yang melihat ada yang tidak adil maka akan bersuara."
"Jika aku tidak memakai garpu gerbangku, apakah anda berani bertarung dengan aku?"
"Setiap saat kau boleh menyerang." Kata sastrawan itu menyimpan kipas lipatnya.
Bandit Tai membuka sepasang tangannya, menepukan tangan, menyatakan tangannya tidak menyembunyikan senjata gelap apa pun, sepasang matanya yang besar menyorot sinar dingin, hawa membunuh seperti gelombang ganas, semangatnya menekan orang.
Sastrawan itu membuat kuda-kuda, sepasang telapak di angkat menunggu serangan.
Seluruh tubuh dia tampak kendur, setiap ototnya lemas, sepasang telapak yang diangkat satu diatas satu dibawah, jarak depan belakang hanya kurang lebih setengah chi, telapaknya juga terlihat tidak bertenaga, dengan tampang Bandit Tai yang kejam seperti ingin makan orang sama sekali berbeda.
Bandit Tai mulai bergerak merubah posisi, tidak berani menyerang dari depan.
Sastrawan itu berputar di tempatnya, seluruh tubuhnya tampak lemas, kuda-kudanya pun tidak mantap, hanya sepasang matanya bersorot sinar aneh, menghisap dengan kuat sorot mata lawannya.
"Kau telah berlatih mencapai tingkat dari fokus kembali ke hampa," Bandit Tai tiba-tiba mengendurkan tenaganya, "aku bukan lawanmu, aku menyanggupi permintaanmu, aku pasti akan menyampaikan pesanmu."
Bandit Tai pandai melihat keadaan, memukul genderang mundur bukan tidak ada alasannya.
Seorang ahli sekali mengulurkan tangan, sudah tahu lawan ada tidak isinya.
Kepandaian sastrawan yang tenaga dalamnya terpusat di dalam, telah mencapai tingkat tertinggi dalam bertarung, sudah melampaui kemampuan seorang manusia, mencapai tingkat tiada orang tiada aku.
Saat tidak menyerang, penampilan luarnya lemas, sedikit pun tidak ada gejala yang membahayakan, sekali tenaga dalamnya keluar, pasti akan seperti geledek mendadak muncul, seperti gunung meletus bumi pecah, sangat mengerikan.
Bandit Tai adalah seorang ahli tenaga dalam, dia terpaksa mengakui dirinya tidak setinggi kepandaian lawannya.
Setelah berjalan sejauh seratus langkah lebih, Bandit Tai baru"merasakan otot di tubuhnya mengendur, sepasang telapak tangan sudah tidak berkeringat lagi, dia membalikan kepala melihat kebelakang, ternyata lawan sudah menghilang.
"Orang ini sangat menakutkan." Dia berkata sendiri, "ilmu silat dan pengalaman bertarungnya, paling sedikit telah mengalami ujian keras selama lima puluh tahun. Kenapa sejak dulu tidak pernah mendengar ada orang yang ilmu silatnya setinggi ini, apa lagi usianya begitu muda, sungguh hal yang tidak masuk akal."
Di kebun Li telah terjadi keributan yang tidak kecil, pengantar surat dengan kecepatan penuh menuju perumahan Han-bei di kota Fan, tikus, ular diseluruh kota semua dikerahkan.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak pergi ke kabupaten Ye, di kebun Li, mereka menunggu anak kedua tuan besar Li pulang dan menceritakan kejadiannya. Menunggu anak-anak keluarga Li, menyelesaikan perselisihan lamanya dengan Nan-yang-ba-jie yang namanya di dunia persilatan tidak begitu bagus, masalah di kabupaten Ye apa yang masih perlu di selidiki" Masalah ini tidak perlu ditangani oleh pemerintah, kecuali mayatnya korban ada di tangan polisi.
Alasan lain yang menurut tuan besar Li benar, adalah Nan-yang-ba-jie dalam keadaan marah, telah menutup jalan raya yang menuju ke utara, orang-orang tuan besar Li jika berani melampaui perbatasan, akan mendapat pembalasan yang sangat kejam.
Dua keluarga hartawan besar yang bertetangga ini telah bermusuhan selama beberapa tahun, akhirnya masing-masing mencari bantuan pada teman-temannya, permusuhan menjadi terbuka, masing-masing tidak mau mengalah, menimbulkan gejolak di dunia persilatan.
Api telah dinyalakan, tinggal menunggu kesempatan membara.
Setelah tiga hari, di jembatan Bao-tai sebelah utara kota Fan kira-kira lima-enam li, lima orang penanggung yang datang dari Nan-yang, dengan beberapa tukang pukulnya Tanah Delapan Arah Jin-ba-dou telah melakukan pertarungan yang seimbang, kedua belah pihak masing-masing ada yang terluka dan mati. Akhirnya orangnya Jin-ba-dou yang lebih banyak bisa memenangkan pertarungan kecil yang pertama kali ini.
Situasi kota Fan menjadi tegang, mereka bersiap-siap menghadapi keributan yang segera akan datang.
Hari ini penginapan Fu-tai menerima dua tamu, semuanya pria berusia sekitar empat puluhan, tepat menginap di sebalah kanan kamar Fu Ke-wei.
Karena sama-sama tamu, kedua belah pihak tidak terhindar bertemu dan menganggukan kepala saling menyapa, berbincang-bincang untuk menghilangkan kesepian di perjalanan.
Dimalam hari, kereta tuan muda kedua Li, memutar Zao-yang kembali ke Xiang-yang, pulang dari kota Fan kereta empat kuda melewati jalan raya, dengan cepat masuk ke perumahan Han-bei.
Tuan muda kedua Li Hoa-rong membawa seorang gadis cantik, lalu menunggang kuda sampai di sisi sungai, dengan perahu cepat yang di peruntukan keluarga Li diantar kepelabuhan kota, dengan gembira dia pulang ke kebun Li.
Dia berjalan melalui jalan raya barat kota, tidak melalui kota, karena gerbang kota telah di tutup.
Fu Ke-wei berdiri di depan penginapan, melihat kereta empat kuda lewat.
Dia mengenal kereta empat kuda yang mewah ini, tapi, dia melihat empat penunggang kuda yang mengawal orangnya telah diganti, bukan empat orang yang semula.
Biksunya bisa lari, kuilnya tidak akan lari, asalkan dia tahu siapa pemilik kereta empat kuda, dia tidak akan takut tidak bisa menemukan pelaku kejahatannya.
Tengah hari di hari kedua, situasi penginapan Fu Tai tiba-tibajadi tegang.
Sepuluh lebih pria besar mengawal Jin-ba-dou yang memakai mantel panjang, berdandan hartawan, dengan angkuh masuk keruangan, mereka mendapat sambutan dari pemilik dan pelayan penginapan.
Jin-ba-dou, julukannya adalah Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah), orangnya gampang bergaul, di Jiang-hu dia cukup punya nama.
Dia sudah berusia setengah abad, bahunya lebar berpinggang besar, beralis pedang, mata macan, tidak saja belum tampak tua, juga masih bersemangat sekali, gerakannya lincah, sorot mata sedikit berhawa pembunuhan, keberaniannya menonjol keluar.
Di bawah tuntunan pemilik penginapan, Jin-ba-dou dengan enam orang tukang pukulnya sampai di luar pintu kamar dua orang tamu.
Di depan dua mulut jalan pekarangan, sudah ada dua orang laki-laki besar berjaga.
Fu Ke-wei kebetulan mau keluar dan membuka pintu kamar, hingga mereka bertemu berhadapan.
Jin-ba-dou baru saja lewat dari pinggir sampai di depan pintu sebelah, ketika Fu Ke-wei membuka pintu melangkah keluar kamar, seorang tukang pukul yang berada dibelakang Jin-ba-dou, dengan tanpa sungkan mengulurkan tangan menghadang dia, tangannya menekan di dadanya.
"Masuk, disini tidak ada urusanmu."
Tukang pukulnya berkata pada dia, lagaknya memaksa, sepasang mata yang aneh melotot, sikapnya seperti ingin makan orang saja.
"Iii...! Kenapa kau ini?"
Sepasang kakinya tetap di tempat, dia melawan dorongan tangan besar lawan, membantah dengan tidak senang.
Begitu ada penolakan, segera hal itu menarik perhatian semua orang, sampai Jin-badou yang di depan juga membalikan kepala, melihatnya.
Para penjahat setempat ini sudah terbiasa memaksa orang, mana bisa menerima orang yang melawan"
Tukang pukul yang pertama tertegun, lalu timbul amarahnya.
"Apa kau ingin mati" Jika tidak, pasti punya tulang hina, ingin dipukul." Kata tukang pukul dengan keras, matanya melotot, "cepat kau berguling kesana, supaya tidak kupecahkan tulang hinamu."
Fu Ke-wei melirik sekali pada Jin-ba-dou, yang juga menatap dia, sedikit pun tidak ada niat menghentikan tindakan tukang pukulnya, dan di wajahnya tampak ada rasa tidak senang dan tidak sabar atas penolakan dia yang berani ini.
"Aku keluar untuk makan siang, aku tidak mengganggu siapa pun." Sorot matanya melihat pada tukang pukul dengan berani, "siapa yang memberitahuku, orang-orang bengis ini begitu galaknya, sebenarnya apa maksudnya?"
"Tuan, kau kurangilah bicara." Pemilik penginapan dengan wajah pahit menasihati.
"Paak..!" terdengar satu suara.


Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tukang pukul yang marah itu menampar.
"Pergi sana!" Tukang pukul itu berteriak marah, ingin menginjakkan kakinya diatas perut pemilik penginapan.
Fu Kei Wei mundur ke dalam kamar, lalu muncul kembali di pintu.
"Aku akan mengingat wajah kalian." Dia berkata dingin, "tempat ini sudah tidak ada hukum, harus mencari seorang yang punya kharisma, yang punya kemampuan, tampil membereskannya."
"Hajar dia!" teriak Jin-ba-dou tiba-tiba dengan nada dalam.
"Buum!" pintu kamarnya di tutup.
Tukang pukul baru saja ingin mendobrak pintu, pemilik penginapan keburu berteriak:
"Tuan ke delapan, penginapan kecilku tidak bisa bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa."
Jin-ba-dou tidak bodoh, akhirnya mengangkat tangan menyuruh menghentikan tukang pukulnya mendobrak pintu.
"Lihat saja nanti." Kata Jin-ba-dou pada tukang pukul, "urus hal penting dulu, utus orang awasi orang ini."
Seorang tukang pukul maju mengetuk pintu kamar sebelah, pintunya tidak lama sudah dibuka, tujuh orang masuk kedalam.
Pemilik penginapan dengan seorang pelayan menunggu di pekarangan, dua orang itu mengerutkan alis, wajahnya pahit, seperti ada kesulitan tidak bisa dibicarakan.
Pintu kamar Fu Ke-wei di buka, dia melangkah keluar kamar.
"Tuan, melawan orang-orang ini tidak ada gunanya." Kata pemilik penginapan sambil menggosok-gosok tangan tidak tenang, "orang jauh dari rumah yang utama harus bisa menahan diri, mereka orangnya banyak, jika kau tidak mengalah, demi mukanya, kau lebih beralasan juga mereka tidak akan membiarkan kau menyalahkannya, buat apa kau...?"
"Aku tadi dengar orang itu memaki aku orang bodoh." Dia berkata pada diri sendiri, 'aku ingin dia menyesal selamanya.'
"Tuan......" "Bagus, bagus sekali." Dia mulai tertawa keji, melirik sekali pada dua pria di ujung jalan pekarangan.
Di dalam kamar, dua orang tamu melihat dengan dua pasang mata aneh yang tidak bersahabat.
"Pagi ini kalian berdua pergi ke kantor polisi melapor." Tawa dingin di wajah Jin-ba-dou membuat orang ketakutan, "apa sudah selesai melapornya."
"Jin-ba-dou, aku mengerti maksudmu." Kata tamu pertama tenang, "walau anda bisa mengusir aku pergi, di kemudian hari masih ada orang yang akan datang. Orang yang datang lain kali, sangat mungkin adalah tuan Tui Guan, akibatnya bagaimana, harap kau dapat menghadapinya. Aku menjamin pada anda, sebelum tuan Tui-guan datang ke tempat anda, tuan Li dan anda sekalian, pasti akan makan nasi damai dulu di dalam penjara, percaya atau tidak terserah kau. Jika tidak bisa menghukum kalian yang tidak tahu aturan ini, buat apa pemerintah punya pejabat besar dan kecil?"
"Kau mengancam aku?"
"Aku tidak perlu mengancam siapa pun." kata si tamu dengan dingin, "aku hanyalah pengantar surat dari kantor polisi Nan-yang, dengan kantor Xiang-yang tidak ada hubungan sedikit pun, aku hanya melaksanakan tugas, itu saja. Jangan menganggap tuan besar Li banyak hartanya,dan besar kekuasaannya, lantas pemerintah takut pada dia, tapi jika bapak Bupati di tempat anda mengetahui masa depannya terancam, maka sudah tidak ada yang dia takuti lagi, maka nasib tuan besar Li sudah di tetapkan, anda pasti tahu cerita Ling Yi yang seluruh keluarganya di penggal."
"Mmm...! Begitu seriuskah" Apakah Nan-yang-ba-jie yang menuntutnya?"
"Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Nan-yang-ba-jie."
"Apa..." Bukan mereka......"
"Nan-yang-ba-jie bukan orang yang tidak bisa menerima, mereka sama dengan kalian, ingin menyelesaikan dengan cara sendiri."
"La......laporan dari kantor anda adalah..."
"Ada surat laporan resmi dari kabupaten Ye, yang menuntut adalah dua orang korban yang selamat, mereka adalah tamu ekspedisi, keluarga korban yang meninggal juga dengan tegas menuntut menangkap pelakunya. Di dalam kereta ada seorang yang jadi saksi, orang ini sudah sampai di tempat anda. Kantorku mengirim surat pada Xiang-yang, harap mengundang tamu ini ke kantor tempat kejadian menjadi saksi, itulah tugasku datang ketempat anda, besok aku segera meninggalkan tempat ini, tidak perlu merepotkan anda membawa orang mengusir keluar."
"Iii...! Bukankah orang yang mati itu orangnya Nan-yang-ba-jie?"
"Mereka yang mati tujuh orang, belum dilaporkan ke kantor pemerintah. Dalam angkutan kereta dari Xu-zhou, kusirnya berikut enam orang penumpang semua meninggal." Pengantar surat itu tertawa dingin, "tujuh nyawa orang hilang, apakah pemerintah bisa tinggal diam" meski kalian lebih kejam juga tidak akan bisa membereskan dengan menekan aku, tidak ada gunanya, bagaimana anda harus bertindak pikirlah sendiri, benarkah anda akan memaksa kami berdua pergi?"
Jin-ba-dou jadi bengong, tampang bengisnya sekarang sudah menghilang.
"Jangan menyangka pak Bupati di tempat anda merasa takut pada tuan besar Li, menurut yang aku tahu, terhadap tuan besar Li dia sudah tidak senang." Pengirim surat menambah tekanannya, "tidak ada orang yang senang di matanya ada duri, di hatinya ada pisau, tuan besar Li itulah duri di matanya pisau di hatinya. Kau tahu, beberapa tahun ini penangkapan terhadap orang-orang perkumpulan Er-le sangat gencar, entah sudah terjadi berapa banyak salah tangkap yang mengerikan, asalkan pak Bupati bertekad, mudah saja mengambil tindakan pada Tuan Jin, yang telah memenggal kepala tiga atau lima ratus orang. Tentu, kalian tidak ada hubungannya dengan perkumpulan Er-le, tapi asalkan ada dua tiga orang yang tampil menjadi saksi, akibatnya sulit dikatakan, bukankah begitu" Mencari beberapa orang saksi mudah sekali."
Jin-ba-dou mendengar kata-kata ini bulu kuduknya jadi berdiri semua, warna wajahnya berubah besar.
"Aku kira ini masalahnya Nan-yang-ba-jie, makanya......" Akhirnya Jin-ba-dou tidak bisa galak lagi, "makanya berbuat tidak sopan, saudara, aku di sini minta maaf, minta maaf."
"Tidak berani." Kata pengantar surat terhadap tingkah Jin-ba-dou yang mula-mula kasar belakangan menjadi hormat, dia seperti tidak merasakan terganggu, "sebenarnya dalam perkara ini kalian telah salah jalan, kalian ingin menghilangkan masalah, tapi malah mencari masalah yang bukan-bukan, kalian dengan sekuat tenaga menghadapi Nan-yang-ba-jie, sebaliknya mereka tenang-tenang menonton lelucon ini."
"Tolong tanya, siapa nama dan marga tamu itu?" tanya Jin-ba-dou.
"Surat dinas itu menggunakan surat segel, yang dikirim dari kantor polisi ke kantor polisi di tempat anda, juga memakai surat rahasia, aku tidak cukup alasan bisa mengetahui isi surat."
"Kalau begitu harus menyelidik ke kantor polisi."
"Betul, tuan besar Li tentu punya orang di kantor polisi."
"Terima kasih atas perhatiannya." Jin-ba-dou jelas ingin buru-buru pergi dari sana, "hal yang tidak mengenakkan ini, di lain hari aku akan meminta maaf, pamit."
Setelah mengantar pergi tamu yang tidak di undang, dua pengantar surat itu saling tertawa penuh arti, mereka kembali kekamar menutup pintu.
Di ruang dalam melangkah keluar seorang bertubuh pendek yang gesit berusia setengah baya, dengan enteng berkata, "terima kasih atas bantuan kalian berdua, banyak terima kasih."
"Baik, baik." Kata Pengirim surat yang tadi bicara dengan Jin-ba-dou, "dengan demikian, mereka tidak sempat lagi memperdulikan masalah kalian, pergilah dengan bebas! Semoga kalian berhasil."
"Aku segera menyampaikan suratnya." Kata orang setengah baya, "surat palsu itu, apa tidak tampak ada kelemahan?"
"Bukan aku bermulut besar." Pengantar surat menepuk dadanya, "aku Pit Seribu Bayangan dalam meniru tulisan dan prosedur surat resmi dan aturannya aku sangat hapal, pasti tidak akan ada kesalahan, tenang saja!"
"Bagus kalau begitu. Kalian berdua paling baik segera tinggalkan tempat ini, supaya jangan terjadi 'malam panjang banyak mimpinya', aku pergi dulu." Orang setengah baya selesai bicara, mundur ke ruang dalam, dari jendela belakang pergi meninggalkan rumah penginapan.
Dua orang pengantar surat segera beres-beres, bersiap pergi, ketika sedang membereskan bungkusan, seorang pengantar surat mengulur tangan mengambil kantong surat dinas yang di taruh diatas meja.
"Kantong itu tinggalkan saja, boleh tidak?" Di dalam gorden jendela ada orang yang bicara, "aku ingin melihat tanda tangan penerima-nya."
Dua orang pengantar surat itu terkejut, mereka jadi terbengong.
Fu Ke-wei melangkah maju ke sisi meja, wajahnya tenang.
"Pembicaraan kalian, aku telah mendengar semua." Dia menunjuk keruang dalam, "saudara yang telah pergi itu, apakah orangnya Nan-yang-ba-jie?"
"Kau......" Yang menyebut dirinya sendiri Pit Seribu Bayangan pengantar surat palsu maju ke depan mendesak.
"Jangan risau." Fu Ke-wei menggoyangkan tangan menghadangnya, "aku tidak menanyakan urusan kalian, kalian memberitahukan jejaknya saksi pada Jin-ba-dou, supaya semua orang-orangnya mencari saksi ini. Aku tanya, kalian tahu seberapa banyak terhadap saksi itu?"
"Jujur saja padamu, terbatas sekali." Kata Pit Seribu Bayangan, "orang itu tidak mau memberitahu namanya, kami hanya dapat katakan pada laporan di kampung Ru-wen, kira-kira tahu bentuk tubuh dan wajahnya saja, kalau mau jelas harus menyelidik ke Xu-zhou, di perusahaan angkutan Zhong-zhou di Xu-zhou dia telah meninggalkan nama dan usianya."
"Bukankah kalian berniat mencelakai dia" Jika dia jatuh ke tangan orang-orangnya tuan besar Li, tinggal tunggu mati saja."
"Tidak mungkin." Kata Pit Seribu Bayangan dengan pasti, "dia itu tidak mau menuntut, pasti ingin cepat-cepat pergi menghindarkan kerepotan, malah mungkin sudah meninggalkan Xiang-yang, lagi pula, di laporan dinas hanya ditulis nama palsu dia......"
"Nama palsu dia adalah......"
"Nama palsu dia adalah Wu-ming, ciri tubuhnya di kira-kira."
"semua pelancong yang bermarga Wu yang lewat di Xiang-yang, akan terkena imbasnya karena ulah kalian. Tapi itu bukan urusanku, pamit." Habis bicara dia tertawa tawar, lalu mundur ke ruang belakang.
Pit Seribu Bayangan berdua mencoba mengikutinya, tapi sudah kehilangan jejak dia.
Hati dua orang seperti ada setan, buru- buru mengambil bungkusannya, keluar kamar dan pergi.
Jin-ba-dou sudah melupakan masalah Fu Ke-wei, juga tidak mengutus orang mengawasinya. Masalahnya terlalu sibuk, sibuk mengejar pelancong yang bermarga Wu namanya Ming, sibuk mengutus orang pergi ke kabupaten Ye mencari kabar.
Hampir tengah malam, perumahan Han-bei masih sibuk.
Jin-ba-dou di ruangan mewah yang luas, mengumpulkan sepuluh pembantu yang di percaya, sedang merundingkan kemana pergi nya saksi Wu-ming.
Kota Xiang-yang sebesar itu, ingin cari seorang yang bermarga Wu dan namanya Ming. Sungguh tidak tahu harus bagaimana, marga dan nama ini sangat umum sekali, Wu-ming di kota ini yang sudah di data ada sebanyak sepuluh sampai dua puluhan.
Jika bisa mendapatkan saksi ini, masih ada harapan merubah keadaan, makanya Tuan besar Li sangat mementingkan hal ini, Jin-ba-dou terpaksa bekerja sekuat tenaga.
Dua bayangan hitam mendekat dari arah utara, dengan mudah menyusup masuk dua lingkaran penjagaan luar.
"Sungguh bodoh Tuan muda kedua melakukan hal ini." Kata Jin-ba-dou pada sepuluh lebih anak buahnya, "dia bersikeras tidak tahu apa yang terjadi, setelah lepas dari kejaran orang-orangnya Nan-yang-ba-jie, langsung menuju Xu-zhou, menjemput nona Bai, melalui Xi-ping kembali ke selatan, seharusnya setelah dia sampai di kota Xiang-yang, diam-diam mengutus orang kembali mengawasi ada gerakan apa dari Nan-yang-ba-jie, hingga akan tahu apa sebenarnya yang terjadi......Iii!"
Satu bayangan orang melayang masuk dari luar pintu ruangan yang terbuka, dibawah sinar lampu tidak bisa melihat dengan jelas.
Seorang laki-laki besar tertegun, dengan reflek yang cepat sekali bangkit berdiri mengulur tombak menghadang.
"Berhenti! Kau......" teriak laki-laki besar dengan suara dalam, sambil memukul dengan sebelah telapaknya.
"Buung!" terdengar suara getaran besar! Orang yang terbang masuk itu bertabrakan dengan dua laki-laki besar, dua orang itu jatuh ke bawah bergulung.
"Ha ha ha ha......" Suara tertawa keras terdengar, "disini Huo-bao-ing, Bu-fei-khe, orang yang menuntut keadilan sudah datang."
Satu hitam satu putih, dua bayangan orang, dengan suara keras, cepat masuk kedalam, mulutnya mengatakan keadilan, tapi gerakannya sebaliknya, sebilah pedang sebuah tongkat kepala naga seperti angin ribut hujan deras, dengan dahsyat melabrak.
Untungnya semua orang disana membawa senjata, tapi sudah tidak ada kesempatan membicarakan keadilan, di dalam teriakan marah, golok dan pedang keluar dari sarungnya melakukan serangan geledek.
Senjata bersentuhan membuat orang ketakutan, kelebatan bayangan orang seperti kilat.
Diikuti teriakan terkejut, bayangan orang mendadak berpisah, tenaga angin berpencar ke segala arah.
Semuanya ada empat orang yang jatuh ke tanah, di tanah meronta, merintih.
Di tengah ruangan berdiri dua orang, berwajah merah dengan janggut putih, Huo-bao-ing Du Zhang-he, dengan pedang bersinar di tangan, ujungnya ada bekas darah.
Bu-fei-khe Hong-wu yang memakai mantel putih berwajah pucat, beralis panjang dengan mata kecil, tongkat kepala naga di tangannya tampak panjang dan berat, bersinar ungu menyilaukan mata.
Karena Jin-ba-dou duduk di sebelah atas, tidak keburu bentrok dengan tamu tidak diundang, pedangnya sudah digenggam, saat ini tepat berhadapan dengan dua orang hebat dari punia persilatan.
"Aku bicara aturan dengan kalian." Huo-bao-ing dengan nada dalam berkata, "tiga hari kemudian tepat tengah hari, di Guan-qiu sebelah utara jembatan Bao-tai, suruh Tuan besar Li membawa anaknya kesana dan menyelesaikan masalah, jika dia melakukan siasat busuk, akibatnya dia yang bertanggung jawab."
"Du Zhang-he, apa dengan cara ini kau menyampaikan pesan?" kata Jin-ba-dou dengan marah sekali, dia mengangkat pedangnya maju ke depan, "kau terlalu menghina orang, perumahan Han-bei tidak bisa mengizinkan kau melakukan kejahatan disini, aku ingin mencoba ilmu pedangmu."
"Kau punya ilmu silat tinggi, aku tidak menganggap rendah dirimu, seharusnya aku menemanimu bermain-main sebentar." Huo-bao-ing Du Zhang-he memberi aba-aba tangan pada Bu-fei-khe, "pesan sudah di sampaikan, tidak ada waktu berlama-lama, pamit!"
"Berkata datang langsung datang, berkata pergi langsung pergi, kau terlalu menghinaku, aku akan menahanmu."
Habis berkata begitu Jin-ba-dou menyerang, pedang dan orangnya tiba bersamaan, terlihat sinar dingin sekelebat, cepat laksana kilat, pedang-nya mendadak berbunyi seperti siulan naga, hawa pedang seperti gelombang menerjang.
Menghadapi dua orang aneh dan hebat yang ternama di dunia persilatan, Jin-ba-dou malah berani terang-terangan menyerang, bisa diketahui Jin-ba-dou penguasa setempat ini, memang mempunyai ilmu yang hebat.
"Traang..traang!"
Huo-bao-ing berturut-turut menangkis dua kali, lalu mundur dua langkah.
Jin-ba-dou juga tidak bisa mengambil kesempatan baik dari serangan berturut-turutnya, posisinya berubah ke sisi pedang yang ditangkis keluar.
Dua serangan percobaan ini, mungkin kedua belah pihak menyimpan dua atau tiga puluh persen tenaganya, masing-masing ada rasa khawatir, menyerang dan menangkis dengan mantap.
"Kau sudah dapat mengeluarkan hawa pedang untuk melukai orang." Kata Huo-bao-ing dingin, "tidak aneh tuan besar Li bisa tenang-tenang hidup banyak tahun dalam kedamaian. Baik, kau juga terima dua jurus pedangku."
Pelangi pedang meluncur, dahsyat laksana mendorong gunung menumpahkan laut.
"Traang!" Dua Pedang bentrok, angin kuat menyebar.
Bayangan orang mendadak berpisah, hawa pedang mendadak hilang.
Huo-bao-ing mengeluarkan teriakan tertahan yang terkejut, dia mundur ke belakang satu zhang lebih, wajah yang merah api tiba-tiba kehilangan warna darah, tangan kanan yang memegang pedang tampak gemetar.
Jin-ba-dou hanya mundur dua langkah, tubuhnya tidak mantap, dia memaksakan berdiri dengan kuda-kuda, dia kehilangan tenaga untuk membalas serangan.
Bu-fei-khe tertegun, tongkat kepala naga di ulurkan, mundur dengan waspada, mengawal Huo-bao-ing mundur ke pintu ruangan.
"Orang ini telah berhasil melatih hawa pedang." Huo-bao-ing sambil mundur sambil perlahan berkata, "cepat mundur!"
Terdengar siulan marah, pedang Jin-ba-dou dan tubuhnya menjadi satu terbang kembali maju menyerang.
Jika Bu-fei-khe sebelumnya tidak mendapat peringatan dari Huo-bao-ing, pasti menggunakan tongkat kepala naga menangkisnya, dan sangat mungkin tongkatnya akan hancur oleh hawa pedang, malah mungkin juga terluka.
Dua orang ini tidak melayani serangannya, seperti angin ribut mereka keluar dari ruangan, menghilang dalam kegelapan malam. Di kebun sebelah kiri ruangan, di tanam tidak sedikit bunga dan pohon. Fu Ke-wei yang bersembunyi di satu pohon besar, dapat melihat dengan jelas gerak-gerik yang terjadi di dalam ruangan melalui jendela yang terbuka lebar.
Dia sudah lama datangnya, lebih pagi satu jam dari pada Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe.
Dia tidak sembunyi diatas cabang pohon, tapi dengan jurus aneh menempel di batang pohon, seperti seekor cecak. Orang di bawah pohon jika ingin mencari orang diatas cabang, pasti tidak akan berhasil.
Setelah dua orang tua hebat itu pergi, diam-diam dia juga meninggalkan perumahan Han-bei.
Di sebelah selatan rumah sembahyang Fan Hou bagian timur kota, ada satu warung yang menjual makanan kecil, arak yang di jualnya mendapat pujian dari para peminum, warung itu dinamakan Xu Lao-ren.
Masakan teman minum arak yang dijual di warung Xu Lao-ren, tidak ada yang memakai daging, semuanya dari buah kering dan kacang-kacangan.
Ruangan warung tidak besar, tidak ada pelayan, hanya pemilik warung Xu Lao-ren (orang tua Xu) yang melayani, tamunya hampir semuanya adalah langganan disekitar, tidak menjadi perhatian orang.
Sore hari, Fu Ke-wei tampil diwarungXu Lao-ren.
Ruang warung yang kecil, hanya ada enam meja makan.
Cuacanya panas, didalam ruangan warung sangat panas dan gerah.
Dia duduk disatu meja, satu teko arak, empat piring bermacam kacang-kacangan untuk teman minum arak, dia minum dengan santai, menikmati makanan.
Di meja sebelah kanan, ada dua orang tua setengah baya, dua orang tua yang lemah, tua dan buruk rupa, orang tua kampung.
Begitu orang jadi tua, segala penyakit bermunculan!
Sungguh hal yang menyedihkan, makanya kedua orang itu sepertinya seluruh tubuhnya berpenyakit, minum seteguk arak pun harus batuk dua kali, tidak hentinya menepuk pinggang dan punggung, supaya membuyarkan sakit pada punggung dan pinggang.
Laki-laki besar pertama muncul diluar pintu warung, lalu kedua, ketiga.
Dua orang tua buruk rupa tidak ada reaksi, sambil minum arah sambil meneruskan perbincangan, suaranya pelan, ada hawa tidak ada tenaga.
Paling akhir, Jin-ba-dou muncul dengan tubuhnya yang tinggi besar, di belakangnya diikuti oleh dua orang, dengan wajah yang serius perlahan melangkah masuk kewarung.
Dua orang ini yang satu adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing yang tampan, yang satunya lagi adalah tuan muda kedua dari keluarga Li, berwajah tampan dengan tampangnya yang sombong, usianya baru dua puluh dua tahun, dijuluki Yu-mien-el-lang (Tuan Kedua berwajah kemala),Li Hoa-rong.
Dua orang tua buruk rupanya merasakan keadaan berbahaya, mereka bersamaan menaruh gelas arak dan sumpit.
Tiga orang yang sampai di sisi meja, dingin menghentikan langkah.
Jin-ba-dou melirik sekali pada Fu Ke-wei, dia mengenal orang yang berada di penginapan Fu Tai, yang tidak tahu diri melawan hingga mendapat hajaran.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing walau telah melihat Fu Ke-wei, tapi sesaat belum mengenalnya, sebagai sastrawan yang hari itu bertemu di gunung Xian.
Karena saat ini dandanan Fu Ke-wei, walau tetap berbaju hijau, tapi baju bawahnya ditarik keatas diselipkan dipinggang, penampilannya persis seperti seorang persilatan, sedikit pun tidak ada bau pelajar.
Fu Ke-wei acuh saja, dia menundukkan kepala minum arak dan makan kacang.
"Kalian berdua, tidak perlu pura-pura lagi." Kata Jin-ba-dou dingin, "sebenarnya, dua hari lalu aku sudah menyelidik kalian berdua bersembunyi di rumah sembahyang Fan Hou, siang hari tidur, setelah bergerak di malam hari lalu kembali lagi, tidur di tumpukan rumput di belakang rumah sembahyang. Dengan kedudukan kalian berdua yang namanya menggemparkan dunia persilatan, dan terhormat, demi membantu teman sehingga hidup jadi susah, memang perlu dimaklumi, juga sangat menyedihkan."
Orang tua yang sepasang alisnya panjang, matanya kecil, membalikan wajah menengadah, dari sepasang matanya yang tampak lesu dan letih, dia tertawa tawar, pelan bangkit berdiri.
"Kalau tidak salah anda orang yang bergelar Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah)," kata orang tua berwajah buruk, "aku Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terlalu menganggap rendah dirimu, tidak aneh bisa ditemukan jejaknya olehmu. Ooo...! Anda membawa orang tidak sedikit."
"Tidak sedikit." Kata Jin-ba-dou tertawa dingin, "tapi anda boleh tenang, aku tidak pernah mengandalkan orang banyak untuk mencari kemenangan."
"Tentu, tentu, seorang pesilat tinggi di antara pesilat tinggi, pedangnya bisa mengeluarkan hawa pedang, mana mau mengandalkan banyak orang untuk menang?"
"Ini adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing saudara kecil Luo." Jin-ba-dou memperkenalkan temannya, "salah satu dari Tiga Sastrawan Dunia Persilatan masa kini, adalah orang hebat di dunia persilatan, kalian berdua mungkin tidak merasa asing."
"Sudah lama kami mendengar ketenarannya!" kata Huo-bao-ing juga bangkit berdiri, "gelombang belakang Zhang-jiang mendorong gelombang depannya, di dunia orang baru menggantikan orang lama, dunia persilatan adalah miliknya anak muda, dari Tiga Sastrawan Dunia Persilatan usianya paling banyak tidak melewati tiga puluh tahun, sungguh dunia persilatan sudah ada penerusnya."
"Ini tuan muda kedua Li, Li Hoa-rong, putra kedua tuan besar Li." Jin-ba-dou mengulur tangan memperkenalkan Li Hoa-rong, "tuan muda kedua, apa ada yang mau dibicarakan pada mereka?"
"Tidak ada yang harus dibicarakan." Kata Li Hoa-rong dengan sombong, "kemarin malam mereka merasa sebagai orang tua melakukan kejahatan mengirim pesan, melukai empat orang, kita harus mengundang mereka keperumahan, supaya nanti kalau Nan-yang-ba-jie pulang, menggunakan tandu melapor."
"Kalian berdua, bicaralah di luar warung." Jin-ba-dou mengulur tangan mempersilahkan, "ini adalah pertarungan yang adil, kalian berdua boleh kembali ke belakang rumah sembahyang mengambil senjata."
"Baik, aku menurut saja." Bu-fei-khe sambil tertawa melangkah keluar.
Huo-bao-ing menghembus nafas panjang, lalu melangkah mengikutinya.
"Hey! Dua orang tua." Fu Ke-wei tiba-tiba teriak, "kalian belum membayar bon masakan dan minuman lho! Jika kalian dipatahkan tulang tuanya dan digotong pergi, bukankah Xu Lao-ren akan rugi?"
Semua orang, jadi tertegun.
"Kau lagi." Jin-ba-dou marah, "kau ini......"
"Diam!" Fu Ke-wei dengan nada dalam berseru, dia menepuk meja bangkit berdiri, matanya melotot, "kemarin kau menghina dan memaki aku orang bodoh, aku mengalah saja, apa hari ini kau ingin memaki lagi?"
"Kau..." Jin-ba-dou merasa terkejut sekali.
"Lebih baik kau tutup mulut yang bau itu."
Jin-ba-dou sudah tidak tahan lagi! Mendadak melayangkan tangan menampar.
Shuang-jie-shu-sheng (Sepasang sastrawan hebat) Luo Wen-jing saat ini baru mengenali Fu Ke-wei, sastrawan yang hari itu bertemu di gunung Xian.
"Hati hati Tuan kedelapan......" teriak Luo Wen-jing buru-buru.
Tapi teriakannya sudah terlambat.
Paak... terdengar satu suara, pergelangan tangan Jin-ba-dou telah di cengkram dengan kuat oleh Fu Ke-wei.
"Kau telah mati satu kali." Fu Ke-wei memelintir tangan lawan dan ditekankan keatas meja, dengan galak berkata lagi, "untung aku tidak berniat mengambil nyawamu."
Sungguh sulit membuat orang percaya, Jin-ba-dou yang sudah berhasil melatih tenaga dalam sampai tingkat kesempurnaan, tidak bisa terluka oleh senjata tajam, bisa memakai pedang mengeluarkan hawa pedang, sekarang malah tidak bisa meronta, bukan saja tidak bisa bergerak, juga seluruh tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, tangannya dipelintir, ditekan di atas meja, membuat bentuk tubuhnya yang membuat orang tertawa, mulutnya terbuka menghirup nafas, tapi hawa murninya tidak bisa terkumpul di Dan-tian, perubahannya terjadi begitu mendadak, dia tidak dapat mengerahkan kepandaiannya melawan, seluruh kemampuannya sudah dikendalikan orang.
Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terkejut, mulut sampai menganga tidak bisa bicara, sepertinya tidak percaya dengan kenyataan didepan matanya.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing juga terkejut sampai wajahnya ikut berubah, bengong! walau pun dia tahu Fu Ke-wei mempunyai ilmu silat tinggi, tapi tidak terpikir bisa setinggi ini, menakutkan.
Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong juga terkejut, dia maju dua langkah ingin membela.
"Kau berani?" Fu Ke-wei berteriak keras, "dibandingkan dengan Jin-ba-dou, apa kepandaianmu lebih tinggi" Heeh!"
Tangan Yu-mien-el-lang yang terulur jadi terhenti, tidak berani bergerak maju lagi.
"Kau berani sekali." Li Hoa-rong dengan wajah merah, "apa kau orangnya Nan-yang-ba-jie" Apa kau telah melihat dengan jelas keadaanmu" Di daerah ini kau berani menampakan diri, sungguh . tidak memandang keluarga Li?"
"Orang yang bermarga Li, kau jangan salah kaprah." Kata Fu Ke-wei dingin, "aku ini hanya pelancong yang lewat di tempatmu, sekalian menyampaikan pesan, kesatu, tidak kenal siapa itu Nan-yang-ba-jie, kedua, tidak kenal dengan kau ini apanya keluarga Li, hanya tahu saudara ini membawa sekelompok tukang pukul, di penginapan bukan saja dengan kata-kata kasar menghina aku, juga menyuruh tukang pukul menghajar aku. Hari ini apa lagi, dia sendiri ingin turun tangan menangkap orang, orang semacam ini sudah tidak ada hukum, terlalu menghina orang, jika tidak mendapat hukuman, mana ada keadilan" mana ada hukum?"
Mulutnya sedang bicara, tangannya juga mungkin menambah tenaga tekanan, karena Jin-ba-dou sedang menggerakan tenaga melawan, ingin melepaskan tangannya.
Kesakitan tampak di wajah Jin-ba-dou, dia sudah menampakan kelelahan, setengah tubuhnya bergulung diatas meja setengah berbaring, wajahnya jadi hijau, seluruh tubuhnya sedang kram menakutkan.
"Lepaskan dia!" Yu-mien-el-lang berteriak marah, tangan kanannya seperti kait pelan-pelan diulurkan kedepan, "jika tidak, aku inginkan kau mati, hidup, keduanya susah."
"Ha ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras, "aku melanglang buana ke seluruh dunia, peristiwa besar apa yang belum aku temui" Kau, masih belum bisa menakuti aku marga Fu."
Sudah ada enam orang tukang pukul, mengurung ruangan warung, matanya melotot mengawasi, ingin segera bergerak.
"Saudara Hoa-rong, jangan ceroboh." Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing sadar, dia cepat-cepat bicara menghalangi, "saudara ini punya semacam ilmu aneh yang menakutkan, jika kau menyerang, Tuan kedelapan mungkin akan celaka."
"Aku tidak terima ancaman dia, jika dia berani mencelakai Tuan kedelapan, aku akan menghancurkan dia." Yu-mien-el-lang dengan benci berkata, tapi tangan yang sudah diulurkan telah dihentikan, meski tidak ditarik kembali, "walau dia bisa terbang ke langit masuk ke tanah juga tidak bisa lolos dari kematian."
"Apa benar?" tanya Fu Ke-wei seperti tertawa tapi bukan tertawa.
"Anda lebih baik percaya, lepaskan!"
Sepasang tangan Fu Ke-wei bersama-sama bergerak, pukulannya laksana badai menerpa di atas tubuh Jin-ba-dou yang tidak dapat bergerak. Sederetan suara yang aneh terdengar, telapak dan jari tanpa ampun mengenai daging.
Pukulannya terlalu cepat, menunggu Yu-mien-el-lang yang marahnya menyerang, pukulannya yang cepat telah berhenti, tubuhnya Jin-ba-dou yang setengah sadar dengan kecepatan yang menakutkan menubruk kearah Yu-mien-el-lang. Yu-mien-el-lang hampir saja tertubruk. Akhirnya dengan reflek yang cepat, dia mundur menghindar kesisi, menangkap Jin-ba-dou yang menyedihkan itu.
"Kita selesaikan di luar." Fu Ke-wei memakai pedang yang dirampas dari tangan Jin-ba-dou menunjuk keluar, "aku akan membuka larangan membunuh, biar kalian penjahat penguasa setempat yang tidak tahu hukum merasainya."
Dengan langkah lebar dia melangkah keluar, pedang menggantung kebawah dengan santainya, kepalanya menengadah langkahnya lebar seperti tidak ada orang, dengan dandanannya sama sekali berbeda, semangatnya sungguh menakutkan orang.
Seorang laki-laki besar mencoba menghalangi jalannya, tidak tahu bahaya goloknya diulurkan kedepan.
"Traang!" Terdengar suara keras menggetarkan telinga, kembang api memancar!
Goloknya si tukang pukul terbang naik, traang... menabrak tembok jatuh kebawah.
"Aduuh......" Tukang pukul itu menjerit sambil memegang tangannya, roboh ketanah secara terlentang, buku lima jari tangan kanannya semua terlepas, telapaknya pecah, darah mengalir.
Sekarang tidak ada lagi ada orang yang berani menghalangi, semua bengong melihat Fu Ke-wei melangkahi tubuh tukang pukul yang roboh ke tanah, keluar dari pintu.
Dua orang tukang pukul yang menjaga di luar pintu, terkejut dan menghindar memberi jalan.
Yang pertama keluar adalah Shuang-jie-shu-sheng, yang paling akhir adalah Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe, yang harus keluar semuanya sudah keluar, Jin-ba-dou malah tidak keluar.
Jalannya lebar sekali, saat ini di luar pintu telah berkerumun banyak orang yang menonton keramaian.
"Bertarung dulu baru bicara, atau bicara dulu baru bertarung, tamu terserah tuan rumah." Kata Fu Ke-wei sambil mengibaskan pedang dengan keras, wajahnya penuh dengan hawa membunuh, "harimau buas tidak takut kambing yang banyak, kalian boleh mengeroyok. Hidup mati tergantung nasib, keberuntungan ada dilangit, orang yang takut mati berdirilah yang jauh."
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing berdiri dua zhang lebih, wajahnya sedikit tegang, dia menatap pada Fu Ke-wei, tangannya memegang pegangan pedang, diam-diam memusatkan tenaga dalamnya, ber-siap-siap.
"Siapa nama tuan, bisakah beritahu?" tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan nada dalam.
"Aku marga Fu, Fu-xian. Bisa diselidik dari buku daftar tamu di penginapan, seorang persilatan kecil yang tidak punya nama."
"Beberapa hari lalu digunung Xian, anda mengaku sebagai orang pengantar surat, kenapa malah melibatkan diri dalam permusuhan antara Nan-yang-ba-jie dengan tuan besar Li" Jelas anda adalah orang yang membantu Nan-yang-ba-jie." Kata Shuang-jie-shu-sheng dengan nada menyalahkan.
"Kau sepertinya mudah lupa, aku sudah beberapa kali mengatakan tidak kenal dengan Nan-yang-ba-jie, juga selamanya tidak akan membela penguasa setempat di seluruh dunia." Fu Ke-wei tertawa tawar, "kau Shuang-jie-shu-sheng cukup ternama di dunia persilatan, namanya juga tidak buruk, makanya, aku pernah menitipkan pesan pada Bandit Tai untukmu, jika Bandit Tai tidak menyampaikan pesannya, pasti kau tidak memandang persahabatan, merasa diri benar, tidak memandang niat baikku, tidak mau pergi ke kabupaten Ye menyelidiki kejadian sebenarnya, tuan, aku sangat menyayangi mu!"
"Aku selalu punya pendirian, tidak perlu dinasihati orang," Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa dingin, "apa yang telah kau lakukan pada Tuan kedelapan Jin?"
"Masalah kecil, mengunci jalan darah dia, aku ingin dia menyesal selamanya, jika kalian tidak mampu dan tidak bisa membuka kuncian-nya, gotonglah dia ke gunung Wu-dang, mungkin para tetua Wu-dang dapat menolong dia. Wu-dang adalah nenek moyangnya tenaga dalam di dunia persilatan, mungkin tahu cara membuka penguncianku."
Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong mencabut pedangnya, wajah penuh dengan hawa membunuh.
"Tenang saudara Hoa Rong." Luo Wen-jing mengulurkan tangan menghalangi, "tanya dulu apa keinginannya, kemunculan dia pasti bukan tidak disengaja, aku telah pastikan dia adalah orangnya Nan-yang-ba-jie."
"Tidak perduli apa niatku, hari ini kalian tidak akan bisa lolos." Ujung alis dan sudut mata Fu Ke-wei tampak penuh hawa pembunuhan, "kalian ibarat ular setempat, menghadapi aku naga kuat, kecuali menyelesaikan dengan ilmu silat, tidak ada jalan lain lagi. Shuang-jie-shu-sheng yang bermarga Luo, perbuatanmu hari ini, sungguh membuat aku putus harapan, semua akibatnya, kau harus bertanggung jawab."
"Kenapa kau putus harapan?"
"Kau hanyalah pengelana Jiang-hu yang penjilat, membantu penjahat yang kuat, tidak pantas disebut Sastrawan."
"Apa" Kau......"
Luo Wen-jing saking marahnya hampir saja sampai meloncat.
"Jangan bicara dulu, Selain memfitnah, menuduh aku adalah orangnya Nan-yang-ba-jie."
Di sudut mulut Fu Ke-wei tampak tawa dingin yang sulit ditebak, "Jin-ba-dou menghina aku, anda melihat dengan mata kepala sendiri, siapa benar siapa salah, kau seharusnya sangat jelas, tapi aku tidak melihat kau tampil keluar mengatakan kata-kata adil, aku malah melihat kau sedang membantu seorang penguasa jahat setempat melakukan kejahatan. Orang-orang aliran putih dunia persilatan jika semuanya sepertimu, bukankah benar dan salah tidak bisa dipisahkan, hitam putih tidak dibedakan, menjadi dunia binatang. Kau mengandalkan apa pantas disebut Sastrawan" Mengandalkan apa pantas menyebut diri dari aliran putih?"
Kata-kata ini sangat berat, wajah Luo Wen-jing merah sampai ke telinga, dia tidak dapat berkata-kata.
"Aku adalah teman keluarga Li, anda menuduh aku membantu kejahatan itu tidak adil." Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing memaksakan diri membela diri, "dua jagoan dari Xiang-yang dengan Nan-yang, salju membeku tiga chi bukan karena dingin sehari, mereka telah bermusuhan bertahun-tahun, menyelidiki siapa benar siapa salah, saat ini sudah tidak ada artinya. Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, aku adalah temannya keluarga Li, demi teman dua iga ditancap pisau tidak masalah bagiku, hari ini, Jin-ba-dou walau punya salah, tapi anda pun harus mengerti, anda menggunakan cara ini menjebak Jin-ba-dou, itu adalah hal kenyataan yang tidak dapat dibantah, malah juga menarik aku tambah terjerumus, sungguh keji."
"Itu adalah pikiranmu sendiri."
"Kau......" "Kau telah naik ke punggung harimau, satu satunya cara menutupi, yaitu tetap menuduh aku adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, hingga punya alasan membantu penjahat setempat melakukan kejahatan, tidak perlu perdulikan siapa benar siapa salah, yang mana hitam yang mana putih." Fu Ke-wei sedikit pun tidak memberi ampun langsung menyerang kelemahan lawan, "dengan cara apa pun aku membuktikan bukan orangnya Nan-yang-ba-jie, kau juga tetap tidak percaya."
"Asalkan kau dapat mengeluarkan satu bukti kuat......"
"Apa yang dimaksud dengan bukti kuat?"
"Aku ingin menahan dua orang ini." Luo Wen-jing menunjuk pada dua orang yang aneh, "aku ingin dari mulut mereka, membuktikan asal usulmu."
"Ha ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras menengadah.
"Mengapa tertawa?" tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan tidak senang.
"Kau kira kau ini siapa" Apakah tuan langit?" Fu Ke-wei mengolok, "maka, jika bukan gila, kau pasti idiot. Puuh! Wajah dan mulutmu yang tidak mau kalah ini, sungguh membuat orang tidak bisa menerimanya."
"Kau......" "Hidup matinya dirimu masih belum bisa diramalkan, malah berkhayal dari mulut kedua orang tua menentukan hidup matinya aku. Aku lihat kau sudah terlalu banyak makan jadi sakit perut, hatimu tertutup minyak, sampai dirimu punya permainan apa juga tidak bisa membedakannya, aku kasihan padamu, tuan."
Luo Wen-jing yang didesak oleh kata-kata ini jadi sewot, dengan teriakan kemarahan dia mengulur tangan mencabut pedang.
Baru saja pedang keluar sarung, belum sempat diayunkan, perubahan besar telah terjadi.
Pedang Fu Ke-wei, tiba-tiba dengan kecepatan yang tidak bisa di lihat mata, seperti kilat menusuk, ujung pedang tiba-tiba telah menempel di tenggorokan Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing.
0-0-0 Bab 7 Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe yang berada tiga zhang lebih jauhnya, malah tidak melihat bagaimana cara Fu Ke-wei menghampiri Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing, mereka hanya melihat bayangan orang berkelebat, langsung sudah melampaui jarak satu zhang lebih, kecepatan gerakannya sampai tidak bisa diikuti dengan jelas.
Dua orang persilatan yang banyak pengalaman itu mulutnya sampai menganga tidak bisa bicara, mereka saling melihat, bulu kuduknya jadi berdiri.
Luo Wen-jing juga merasa ketakutan, saking ketakutan nafasnya seperti berhenti, tadinya dia berani menepuk dada, merasa dia tercepat dalam kecepatan mencabut pedang, jarak antara keduanya ada kira-kira satu zhang tujuh delapan chi, kecepatan orang mendekat tidak mungkin bisa lebih cepat dari dia mencabut pedang, tapi sekarang, ternyata sampai bayangan orangnya saja tidak terlihat jelas, tahu-tahu ujung pedang yang tajam, dingin sudah menempel di tenggorokannya!
"Jangan gelisah." Fu Ke-wei tertawa dingin, "aku tidak akan semudah ini membunuh mu, aku pasti akan memberi satu kesempatan bertarung adil denganmu, aku akan menggunakan cara yang benar, supaya nama Shuang-jie-shu-sheng dengan baik-baik terhapus di dunia persilatan."
Habis bicara, pelan-pelan dia mundur kembali, selangkah demi selangkah dengan mantap, wajahnya serius, sepasang mata macan bersinar dingin menakutkan orang, setiap saat siap menghadapi serangan Shuang-jie-shu-sheng.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak berani menyerang, di bawah sorot mata lawannya yang dingin berwibawa hatinya menjadi dingin, keberaniannya sudah hilang tertiup angin.
Didalam kerumunan penonton di sebelah kanan, kira-kira tiga zhang lebih, tiba-tiba terdengar satu teriakan yang dingin sekali, setiap kata-katanya menggetarkan gendang telinga:
"Balikan tubuhmu, akan kupakai senjataku membunuhmu."
Fu Ke-wei tidak membalikan tubuhnya, dengan nada yang sama berkata:
"Bandit Tai, jangan teriak-teriak seperti kucing, anjing, setiap saat kau boleh menyerang dengan garpu terbangmu, senjatamu hanya bisa menakuti orang persilatan kelas tiga. Aku katakan sebelimnya, saat kau menyerang dengan garpu terbang, itulah saatnya mengumumkan Bandit Tai Qiao-zhuang mati. Prinsipku dalam bertarung, aku tidak mengizinkan siapa pun menyerang untuk kedua kalinya."
"Apakah kita pernah bertemu?" kata Bandit Tai merasa aneh.
"Jalan raya di luar kampung di gunung Xian, apa kau sudah lupa?"
"Ahh! Ternyata kau......"
Satu teriakan dalam terdengar, Shuang-jie-shu-sheng tiba-tiba dengan kekuatan sangat dahsyat, menyerang dengan ganasnya, tubuh dan pedang seperti menjadi satu, pedangnya mengeluarkan suara mengguntur, pedang itu membelah angin menerjang laksana kilat.
"Traang, traang!"
Suaranya menggetarkan telinga, angin kuat menerjang ke segala arah.
Shuang-jie-shu-sheng berikut pedangnya terpental melayang sejauh dua zhang lebih, saat menyentuh tanah lutut kanannya tertekuk, tangan kanannya menggunakan pedang untuk bertahan, tubuhnya tidak hentinya gemetar, matanya menyorotkan rasa ketakutan sekali, wajahnya mendadak berubah menjadi pucat.
Fu Ke-wei berdiri di tempat semula, tangan yang mengangkat pedang mantap tidak bergerak, tapi tubuhnya telah berputar ke kanan, menghadap pada Bandit Tai yang sudah berdiri di depan kerumunan orang.
"Kau seharusnya mengambil kesempatan tadi menyerang dengan garpu terbang itu." katanya dingin, "sekarang kau sudah tidak ada kesempatan lagi."
Serangan geledek tadi juga membuat Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong yang berdiri di pinggir seluruh bulu di tubuhnya berdiri, tangan yang memegang pedang ikut gemetar.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing yang namanya menggemparkan dunia persilatan, hanya dalam satu jurus sudah di pukul mundur dua zhang lebih, sepuluh lebih tukang pukul tampak ketakutan sekali, sampai keringatnya membasahi baju, kaki dan tangan jadi lemas.
Bandit Tai ikut tertegun, dia tidak tahu harus berbuat bagaimana"
Shuang-jie-shu-sheng dengan susah payah berdiri, pada Yu-mien-el-lang memberi isyarat tangan untuk mundur, satu patah kata pun tidak terdengar, dia membalikan kepala langsung pergi.
Hanya dalam sekejap, yang seharusnya pergi sudah pergi semua.
Kerumunan orang yang tadi ramai, mulai bubar.
Bandit Tai Qiao-zhuang menghembuskan nafas panjang, dengan lesu ikut mengundurkan diri.
Fu Ke-wei melemparkan pedang ke bawah, pada Huo-bao-ing berdua berkata:
"Dua orang tetua jika tidak pergi sekarang, Tuan besar Li akan datang dengan membawa Enam Jahat, saat itu kalian ingin pergi juga sudah tidak bisa lagi! Tuan besar Li bukan lawannya kalian berdua."
"Saudara kecil, apa kau sendiri tidak takut?" tanya Huo-bao-ing.
"Sulit dikatakan, kalau satu lawan satu masih bertahan, bagaimana pun tuan besar Li sudah tua."
"Aku dengan saudara Hong menurut pada saudara kecil, terserah bagaimana mengaturnya.."
"Maaf, aku tidak suka berteman dalam bertindak."
"Masalah saudara kecil......"
"Tidak dapat kuberitahukan, kalian berdua cepat pergi." Fu Ke-wei tegas menolak, "Harap beritahukan pada teman kalian Tamu Tombak Dewa Luo Hoa-ji, dengan kekuatan Delapan Hebat, masih belum cukup kuat untuk melawan keluarga Li, mengutus orang menyusup, cepat atau lambat akan ketahuan, kalian berdua adalah saksi hidup. Kalian berdua harus ingat, jika ingin membantu orang lain, yang pertama-tama harus dapat melindungi diri sendiri dulu. sampai jumpa!"


Pengelana Rimba Persilatan Jiang Hu Lie Ren Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang tertegun di tempat! melihat Fu Ke-wei pergi jauh.
"Saudara Hong, apakah kau pernah dengar, ada orang hanya dengan satu jurus saja bisa membuat Shuang-jie-shu-sheng ketakutan?"
Huo-bao-ing dengan terkejut berkata:
"Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing ilmu pedangnya telah ternama, bukan saja ilmu pedangnya sudah mahir sekali, hawa pedangnya juga sudah sampai tingkat ketujuh, begitu pedang tiba tidak ada yang tidak bakal hancur, tapi tadi hanya dalam satu jurus dia sudah kalah, kenapa di dunia persilatan tidak pernah mendengar ada seorang pemuda marga Fu ini?"
"Biar aku pikir-pikir dulu." Bu-fei-khe menunduk kepala berpikir.
"Saudara Du, kali ini kau pergi ke gunung Xiong-er mengajak aku pergi ke Nan-yang menemui saudara Luo, bukankah baru saja pulang dari Jiu Jiang?"
"Betul!" Huo-bao-ing berkata, "aku bertamu pada Pedang Setan Zuo-liang, saudara Zuo sungguh hidupnya beruntung, bisa bersenang-senang di-rumah, hidupnya seperti hartawan yang kaya raya."
"Bukankah saudara kecil Zhuang pernah bercerita tentang Xie-jian-xiu-luo, yang telah menghancurkan perkumpulan Qing-lian, salah satu dari tiga perkumpulan pembunuh bayaran besar di dunia?"
"Tidak salah." "Xie-jian-xiu-luo marganya Fu, dipanggil Fu Ke-wei."
"Kau curiga, pemuda yang dipanggil Fu Xian ini, adalah Xie-jian-xiu-luo?"
"Memang ada pikiran itu, kedua-duanya bermarga Fu, dan usianya juga berdekatan."
Bu-fei-khe menganggukan kepala:
"Peristiwa tabrakan kereta di kabupaten Ye, satu-satunya penumpang yang menolong penumpang yang terluka, menurut berita yang didapat dari perusahaan angkutan Zhong-zhou di Xu-zhou, dia adalah pemuda yang dipanggil Fu-xian itu, setelah menolong orang, diam-diam pergi, tidak mau tinggal jadi saksi perkara."
"Tidak ada orang yang pernah melihat wajah aslinya Xie-jian-xiu-luo, meski pemuda ini bermarga Fu, tapi tidak bisa memastikan dia adalah Xie-jian-xiu-luo yang misterius itu......"
"Beberapa hal tepat sama, apa mungkin?" Bu-fei-khe tidak membiarkan Huo-bao-ing habis bicara, supaya tidak memutuskan jalan pikirannya, "saudara Du, di dunia ini mungkin hanya ada satu orang, bisa dengan satu jurus mematahkan serangan hawa pedangnya Shuang-jie-shu-sheng."
"Yang kau maksud, Tian-luo-fei-mo yang menggemparkan dan meraja lela di seluruh dunia selama empat puluh tahun?"
"Iblis terbang itu sudah puluhan tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan, mungkin saja sudah ada di dalam kuburan."
"Kalau......" "Xie Jia Xiu-luo." Bu-fei-khe dengan pasti berkata, "hanya dia yang dapat melakukan, di bukit Guan-feng empat tahun lalu, peristiwa Empat Binatang Pintar bertarung dengan Tujuh Bintang, orang-orang persilatan semua tahu. Xie-jian-xiu-luo bukan saja telah menolong, Pedang Dewa Xu Kang-sheng yang menempati urutan pertama dari sepuluh jago pedang terbesar, juga dalam sekejap menghancurkan barisan Pedang Tujuh Bintang, dalam tiga jurus menaklukkan Empat Binatang Pintar, kepandaiannya yang sangat hebat ini di dunia persilatan sekarang, sungguh sulit bisa mencari orang yang bisa menandinginya."
"Jangan berpikir terlalu jauh, bukankah Pedang Setan adik Zhuo pernah bertemu dengan Xie-jian-xiu-luo" lain hari kita tanyakan pada adik Zhuo, bukankah itu akan jadi jelas."
"Betul juga." 0-0-0 Tuan kedelapan Jin terbaring di atas ranjangnya di perumahan Han-bei istri dan anak-anaknya berkumpul didepan ranjang sambil menangis.
Pesilat tinggi yang diundang oleh Li Hoa-rong, tidak henti-hentinya keluar masuk, setelah satu persatu memeriksanya, semuanya menggelengkan kepala tidak berdaya, siapa pun tidak dapat membuka jalan darah yang dikunci itu.
Seluruh tubuh Jin-ba-dou lumpuh tidak dapat bergerak, dia hanya dapat menggerakan bola mata saja.
Paling akhir, Tuan besar Li, Li Yong-kang membawa Enam Jahat Xiang-yang datang dengan menyeberang sungai.
Tuan besar Li termasuk dalam Sembilan Jago Pedang Terbesar, posisinya ada di urutan kelima, di dunia persilatan hanya ada beberapa orang saja yang dapat melawan ilmu pedangnya.
Enam Jahat Xiang-yang, bukanlah anak buahnya tuan besar Li, tapi orang persilatan yang ternama di daerah Xiang-yang, hubungannya dengan tuan besar Li sangat erat. Istilahnya ada untung dinikmati bersama, ada bahaya di tanggulangi bersama.
Tujuh orang ini menguasai Xiang-yang, kedudukannya sangat mantap.
Kepandaian Enam Jahat itu, walau lebih rendah satu kelas dibawah Toan-hun-jian Li Yong-kang, tapi jika enam orang ini bersatu padu, di dunia persilatan orang yang bisa melawan mereka tidak banyak.
Nan-yang-ba-jie ada delapan orang, tapi tidak berani berhadapan langsung dengan Tuan besar Li, karena jika terjadi perselisihan di sekitar Xiang-yang, tuan Besar Li pasti akan melibatkan Enam Jahat, membuat mereka sedikit pun tidak punya kesempatan menang.
Setelah melakukan pemeriksaan yang teliti, Tuan besar Li juga mengatakan tidak berdaya.
Seluruh jalan darah ditubuh Jin-ba-dou tidak ada perubahan yang besar, titik-titik saluran pentingnya juga tidak ada masalah, tapi begitu masing-masing jalan darah itu diperiksa, penyakitnya langsung keluar.
Katakan saja saluran negatif bagian kaki, setelah diperiksa dengan tenaga dalam, seluruh jalan darahnya lancar. Tapi jika diteruskan ke jalan darah yang lain, mulai dari titik saluran Da Heng di sisi pusar, dengan menggunakan tenaga dalam mengurutnya, titik saluran Fu-jie di bawahnya akan menyedot tenaga getaran yang besar itu, dan di bawah titik saluran Hu-she, malah tiba-tiba menutup sendiri, hingga jadi kehilangan fungsinya, perut dengan cepat terisi hawa murni, empedunya mengerut menjadi kram, perubahan perutnya sangat jelas, tampak Jin-ba-dou berkeringat dingin, mulut tidak bisa bersuara, tapi sorot dimatanya menunjukan kesakitan, membuat orang yang melihat jadi ketakutan, dan terpaksa menghentikan percobaan selanjutnya.
Pengetahuan Enam Jahat tidak seluas tuan besar Li, jadi tidak berani mencoba membuka jalan darah yang terkunci, mereka takut terjadi hal yang tidak diinginkan, malah menghilangkan nyawa Tuan kedelapan Jin.
Jin-ba-dou adalah komandonya para penjahat setempat, dengan adanya kejadian seperti ini, seperti ular tidak bisa tidak ada kepala, seluruh mata-mata yang berada di masing-masing tempat jadi lemah fungsinya.
Dalam hati Tuan besar Li terkejut, tadinya dia berencana segera mencari Fu Ke-wei untuk menyelesaikannya, tapi peristiwa perselisihan kedua belah pihak di Xu Lao-ren telah tersebar luas, saat ini jika dia membawa orang untuk menyelesaikannya, masalahnya malah akan bertambah besar, pemerintah pasti beraksi menekannya, kalau sudah begitu masalahnya tidak akan dapat dikendalikan lagi! Bertindak terang-terangan sudah tidak bisa, terpaksa dilakukan secara diam-diam, penginapan Fu-tai diawasi dengan ketat, untuk mengawasi gerak-gerik Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei tidur di penginapan, dengan tidak ada perubahan menghadapi banyak perubahan.
Dia tahu, di kamar sebelahnya semua adalah orangnya keluarga Li yang mengawasi dia.
Jika malam tiba, itu adalah waktu paling sibuk di dalam penginapan.
Kota Fan tidak ada jam malam, banyak pelancong setelah malam baru tiba mencari tempat menginap, karena udaranya terlalu panas, banyak pelancong melakukan perjalanan di waktu malam hari.
Dia keluar penginapan berjalan-jalan, di toko penjual makanan dia membeli makanan dan arak, lalu dibawa pulang kekamarnya, dan dia sendirian menikmati makanan dan minuman.
Setelah terjadi peristiwa di Xu Lao-ren, dia tidak makan lagi di penginapan, dia berjaga-jaga kalau ada orang ingin meracuninya, jadi dia sendiri keluar penginapan membeli makanan.
Kamar penginapan cukup luas, selain ada satu meja hias satu ranjang, masih ada tempat untuk meja besar.
Lampu minyak sayur bersinar merah, diatas meja terdapat lima enam macam masakan yang di bungkus dengan daun teratai, satu gentong kecil arak, menggunakan mangkuknya diisi penuh arak, dia minum seperti minum air.
Dua jin arak sudah masuk keperutnya, wajahnya sedikit pun tidak berubah.
Pintu kamarnya tidak ditutup rapat, satu satunya jendela kecil juga tidak ditutup rapat.
Minum seteguk arak, masukan sepotong daging kedalam mulut pelan-pelan dia mengunyahnya, setelah menelan, sumpitnya dipukulkan ke mangkuk arak, mengeluarkan satu suara jernih!
"Menumpahkan arak untuk tuan-tuan rasakan sendiri, perasaan orang bergolak seperti gelombang." Dia menggunakan suara yang aneh dengan keras bernyanyi, "berkenalan sampai rambut menjadi putih, bangsawan dan orang pintar mentertawakan pangkat... kejadian di dunia seperti awan mengambang tidak perlu ditanya, lebih baik tidur sesudah makan..."
Pintu kamar yang tidak tertutup rapat, diam-diam terbuka di belakangnya.
Berada dalam daerah bahaya, dia malah berani di malam hari membelakangi pintu kamar yang tidak tertutup rapat.
Jika bukan tidak hati-hati, pasti tidak tahu akan bahaya.
Satu suara nyanyian terdengar mengalun, api lampu bergoyang-goyang.
"Iii...! Dimana orangnya?"
Di pintu terdengar suara wanita yang merdu, nadanya mengandung rasa keterkejutan!
Seorang wanita cantik, berdiri di pintu dengan terkejut melihat kedalam, sepasang matanya yang indah, menyapu kesetiap sudut yang dapat dipakai untuk menyembunyikan diri di dalam kamar.
"Tuan Fu, aku tahu kau bersembunyi di dalam," kata wanita cantik itu tertawa, "maaf mengganggu kenikmatan tuan minum arak, bolehkah aku masuk?"
Dia menggunakan tangan mengetuk beberapa kali pintu kamar, sorot matanya tetap mencari.
Penginapan biasa semacam ini, bangunannya tua dan sederhana, tidak banyak variasi.
Dindingnya sudah ada yang terkelupas, malah ada berapa tempat ditulis syair oleh orang. Di atas tidak berdebu, jika menengadah keatas dapat dilihat banyak sarang laba-laba dan tiang palang genteng.
Tidak ada orang yang menjawab wanita cantik itu, sedang masakan dan arak diatas meja masih ada, tapi entah kemana orangnya.
"Apakah sembunyi diatas tiang palang?" tanya wanita cantik itu tersenyum, sorot matanya mencari di antara tiang palang, tapi tidak terlihat bayangan orang.
Melihat sarang laba-laba yang baru dan lama bergelantungan dengan kotor, maka bisa diambil kesimpulan jika orang bersembunyi diatas, sungguh adalah satu hal yang tidak menyenangkan. Benda apa pun yang berada keatas, tidak mungkin tidak menyentuh debu dan jatuh kebawah.
Ranjang besarnya dapat ditiduri oleh beberapa orang, kelambunya tergantung, selimut tipis terlipat rapih, di atas dan di bawah ranjang terlihat jelas, tidak mungkin ada orang bisa bersembunyi tanpa terlihat.
"Aku datang untuk berdamai, harap jangan kucing-kucingan lagi, boleh tidak?" kata wanita cantik itu penasaran dengan keras, matanya masih tetap mencari di setiap sudut yang mencurigakan.
Sedikit pun tidak ada suara, tentu saja tidak terlihat ada orang.
Manusia tidak mungkin begitu saja menghilang, keluar masuk pasti harus meliwati satu-satunya pintu kamar.
Jendela berada disisi pintu, lebih-lebih tidak mungkin keluar dari jendela, tanpa dilihat orang.
Kamar seperti ini tidak ada kamar kecilnya, mandi atau buang air besar, kecil dan lain-lain, semuanya harus dilakukan di depan di sisi pekarangan, di kamar kecil umum, makanya sama sekali tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, sebenarnya dimana orangnya sembunyi"
Wajah tawa wanita cantik telah menghilang, sorot matanya penuh rasa terkejut.
Beberapa kali dia ingin melangkah masuk, tapi ragu tidak berani memutuskan.
Malam hari di kamar tamu penginapan, jika seorang wanita cantik sembarangan masuk, sulit menghindarkan timbul masalah yang tidak diinginkan, paling sedikit juga akan menimbulkan gosip orang.
Lama sekali... kemudian dia membalikan tubuh, berjalan menuju kamar sebelah kanan, berdiri di luar pintu kamar yang tertutup rapat, perlahan bertanya:
"Apa yang telah terjadi" Orangnya tidak ada di dalam kamar."
"Tidak mungkin nona Duan-mu, orangnya pasti tidak meninggalkan kamarnya." Jawab orang di dalam kamar dengan nada tegas.
"Tapi sungguh tidak ada orang." Kata Nona Duan-mu juga dengan tegas.
"Saat nona tiba, di dalam bukankah ada suara nyanyian dan suara mangkuk dipukul?"
"Benar! Tapi......"
"Nona seharusnya mendengar jelas apa yang dia nyanyikan."
"Betul, kalimat terakhir sepertinya lebih baik......"
Mendadak, di dalam kamar Fu Ke-wei terdengar suara nyanyian:
"Kejadian didunia seperti awan mengambang tidak perlu ditanya, lebih baik tidur sesudah makan......"
Tubuh nona Duan-mu seperti kilat, kembali kedepan pintu kamar Fu Ke-wei.
Pintu kamar yang tadi dibukanya, dia tidak menutup kembali, sehingga begitu sampai di depan pintu, dia bisa melihat dengan jelas keadaan di dalam kamar.
Fu Ke-wei tetap seperti semula duduk membelakangi pintu kamar, sepertinya belum pernah bergerak, tapi tingkah makannya berbeda dengan yang tadi, tadi makannya dengan anggun, jika minum arak tidak menggerakan sumpit, tapi sekarang liar sekali, tangan kiri memegang mangkuk arak, setelah minum seteguk masih tidak dilepaskan, sumpit di tangan kanan segera menyumpit masakan memasukan kedalam mulut, seperti setan kelaparan.
"Hebat!" kata nona Duan-mu dengan sepenuh hati, "Dewa keluar, setan menghilang, tidak bisa dibayangkan, di dunia orang yang berhasil melatih sampai tingkat tuan, selama dua ratus tahun ini hanya tuan satu orang. Apakah aku boleh masuk?"
"Ooo! Tahukah nona, orang yang dalam dua ratus tahun lalu itu." Kata Fu Ke-wei membalikan kepala tertawa, "nenek moyangnya Wu-dang Dewa Pedang Zhang, Zhang Shan-feng. Heh! Nona yang cantik sekali, jika kau ada keberanian, masuklah! Tapi akibatnya tanggung sendiri."
"Melakukan siasat busuk pada wanita cantik, kau tidak akan dapat meloloskan diri."
Wajah nona Duan-mu sedikit pun tidak merah, dia melangkah masuk ke dalam kamar.
"Benar, tidak perlu masuk kamar, diluar pintu kamar begitu kau berteriak tolong, aku pasti akan berperkara. Begitu berteriak ada perkosaan, aku mungkin dipukuli dulu sampai setengah mati oleh pelayan penginapan baru diantar kekantor polisi." Dia gunakan kaki mengait kursi sebelah kanan, "duduklah! Aku telah memeriksa di luar, tidak ada jebakan, dan bukan siasat wanita cantik. Tapi, walau sungguh siasat wanita cantik aku juga tidak takut."
"Tuan Fu, kau bisa keluar masuk, aku malah sedikit pun tidak merasakannya, sungguh latihan mata dan telingaku ini sia-sia saja. Tidak ada orang yang dapat pulang pergi di sisiku tanpa diketahui olehku, jadi tidak mungkin, kau pasti bersembunyi di suatu tempat di dalam kamar." Kata nona Duan-mu duduk dengan tegas, "tadi aku mencari dan tidak perhatikan di atas kelambu."
"Di atas kelambu" Coba kau bersembunyi di sana biar aku lihat?" dia tertawa mengulurkan tangan, "katamu aku tidak mungkin pulang pergi di sisimu, coba lihat ini apa" Kukembalikan dengan utuh, aku bukan laki-laki aneh yang suka mengumpulkan hiasan wanita."
Di telapaknya, ada satu kantung munggil bersulamkan emas.
Gambar yang di sulam adalah sepasang burung Feng-fang, wangi semerbak.
Nona Duan-mu dengan reflek mengulurkan tangan dan menundukan kepala, menekan pinggangnya, kantong yang bergantung diikat pinggangnya ternyata telah hilang.
"Kau......kau kau......" kali ini wajahnya benar-benar menjadi merah, "sudahlah, kau ini seperti setan! Hanya setan yang dapat datang tanpa ada bayangan pergi tanpa ada jejak."
"Sayang aku bukan benar-benar setan." Dia menaruh kantong di tangan nona itu, "sinar lampu gelap, mendorong pintu akan membawa angin membuat api bergoyang, kau terlalu fokus dan percaya diri, tidak terhindar berpikiran salah, melihat yang besar tapi tidak melihat yang kecil. Mata manusia kadang tidak bisa diandalkan, makanya ada orang di siang hari bisa bertemu setan. Kau kata datang untuk berdamai, tidak tahu mau damai dengan cara bagaimana?"
"Margaku Duan-mu......"
"Aku tahu, kau adalah Angin Awan Duan-mu Xiu-yin salah satu dari Tujuh Wanita Hebat Dunia Persilatan, satu Ying dua Yan empat Feng-fang. Delapan Keluarga Besar Dunia Persilatan, putri dari keluarga Duan-mu di Tian-tai, murid langsung dari salah satu empat cabang Wu-dang, yang menguasai pertarungan di udara yang tiada duanya di dunia. Kali ini dengan Shuang-jie-shu-sheng bertamu di keluarga Li, tadinya berniat ke Long-zhong bertemu dengan Zhu-ge Chao-lu, karena terlibat dalam perselisihan ini, demi kebenaran dunia persilatan jadi tidak bisa melepaskan diri."
"Ooo...! tampak kau sudah tahu semuanya."
"Tapi, malah tidak tahu niat Tuan besar Li."
"Dia bermusuhan dengan Delapan Terhebat Nan-yang (Nan-yang-ba-jie), bukan hal yang terjadi satu dua hari......"
"Masalahku tidak ada hubungannya dengan mereka, Nan-yang-ba-jie juga tahu, mereka mengutus orang jauh-jauh datang ke daerah kekuasaan keluarga Li untuk menuntut, pasti tidak akan berhasil, makanya mengundang beberapa teman kesini diam-diam mengacau, tapi tidak ada gunanya, mereka sama sekali tidak ada niat menyerang besar-besaran. Huo-bao-ing dengan Bu-fei-khe, karena penasaran jadi ingin terus mengacau, Tuan Li tidak perlu membesar-besarkan masalah kecil ini. Aku tahu dia melakukan ini bermaksud menutupi hatinya yang tidak tenang, untuk membelokan perhatian pihak luar dan berencana meninggalkan sebuah jalan untuk dirinya melepas dosa dan tanggung jawabnya."
"Iii..! Maksudmu......"
"Jangan tanya maksudku, kau boleh tanya maksudnya Tuan besar Li." Segera dia berkata lagi, "lebih-lebih harus bertanya maksudnya Li Hoa-rong."
"Aku tidak mengerti......"
"Nona, kau bukan tidak mengerti, tapi tidak mau, juga tidak ingin mengerti, tidak perlu aku jelaskan lagi." Tawanya terasa dingin, "tuan besar Li mengundangmu datang, tentu saja ingin membicarakan masalah Jin-ba-dou, tidak ingin membicarakan yang lain, supaya tidak timbul masalah lain, malah tidak ingin membicarakan masalah Nan-yang-ba-jie, apa tebakan aku benar?"
"Ini......benar......Jin-ba-dou......"
"Masalah Jin-ba-dou tidak perlu dibicarakan, dia menghinaku, aku membalasnya, membalas dengan cara terang-terangan dan adil, tidak ada perlunya dibicarakan" Berandalan memukul berandalan, satu pukulan dibalas satu pukulan, katakan saja berandalan memukul sembilan-sembilan, tidak memukul lebih satu, aku tidak menginginkan nyawanya, itu sudah pantas sekali, tidak terhitung ditambah satu?"
Legenda Kematian 1 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Pahlawan Padang Rumput 1
^