Pencarian

Sepasang Pendekar Perbatasan 3

Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung Bagian 3


Hong perihal orang yang berpakaian hitam tersebut.
"Kongcu, menurut pandanganku orang itu mencurigakan sekali. Kemungkinan besar dia bermaksud untuk mengetahui jejak Kongcu. Jikalau pada hari biasa Kongcu berada disini, aku tidak merasa kuatir. Tapi sekali Kongcu harus tidur yang memakan waktu satu bulan
lamanya, dan musuh datang tepat pada waktu itu,
bukankah itu berbahaya?"
Mereka berunding untuk bagaimana sebaiknya menjaga
keamanan. Hay An Feng teringat bahwa didalam hutan An-Liu Wi
terdapat sebuah kota tua yang sudah lama, tidak dikunjungi orang. Tempat itu baik seka!i untuk, dipergunakan sebagai persembunyian.
Mendengar keterangan itu, Wanyen Hong tertarik
hatinya lalu menyuruh membuat persiapan dan mengatur segala sesuatu yang perlu. Alkisah maka bersemayamlah puteri negeri Kim di Kota Hitam.
Begitulah tanpa terasa, setahun lewat Wanyen Hong
tinggal didalam Kota Hitam Hek Sia sambil meyakinkan ilmu silatnya secara tekun. Pada suatu hari tatkala ia sedang membersihkan ruangan, terlihat olehnya dari salah sebuah kamar yang gelap terpancar cahaya putih. Dengan heran dihampirinya kamar itu dan setelah dibukanya, ternyata adalah tempat menyimpan barang-pusaka.
Pada dinding tergantung sebuar cermin yang terbuat dari tembaga dan di-tengah2nya tersisip sebutir mutiara sebesar biji lengkeng. Cahaya putih datangnya dari butir permata itu! Tentunya benda itu adalah semacam mustika yang tiada taranya dikolong langit. Kemudian diberitahukannya hal penemuan itu kepada Hay An Peng.
Pada cermin itu terdapat ukiran huruf2 sebagai berikut : Tanghay Ya Kong Cu
Teng Hong San Bu Pek Kiam Tin Sun Yang artinya adalah "Mutiara dari Lautan Timur yang
dapat memancarkan sinar diwaktu malam, dapat menentramkan taufan dan membuyarkan kabut, minghindarkan pedang dan menaklukan yang sesat."
"Ini adalah suatu rejeki yang besar bagi Kongcu!" ujar Hay An Peng dengan girangnya. "Mudah2an dalam waktu
singkat Kongcu sudah dapat membunuh musuh!"
Mendengar ucapan Hay An Peng itu, Wanyen Hong
menqucurkan airmata ia pula. "Hingga kini aku masih
belum dapat mengetahui siapakah gerangan musuhku itu.
Sedangkan anakku kini sudah berusia lima belas tahun.
Apabila rahasia ini sampai bocor, Iblis itu pasti datang mencari aku."
Hay An Peng dapat menangkap maksud perkataan sang
putri, bahwa Wanyen Hong sebenarnya merasa kuatir ia dan isterinya akan membocorkan rahasianya. Tapi Hay An Peng menentramkan hati sang puteri dan malam itu juga isterinya diberitahukan agar menutup rahasia dengan baik2.
Mengengar sang suami memberi penjelasan padanya,
maka sang isteri yang berbudi luhur itu menjawab :
"Alkisah dijaman dahulu, tatkala Thay Cun Tan
menugaskan kepada Keng Kho untuk membunuh Cin Ung
(Raja negara Cin), ia merasa kuatir rahasianya akan
dibocorkan oleh Chan Kong. Sebaliknya demi untuk
menunjukkan kesetiaannya, Chan Kong sampai membunuh
diri! Kini aku sudah berusia limapuluh tahun, apa
sayangnya untuk mati?"
Selesai berkata, mendadak dicabutnya pisau pendek yang terselip dipinggangnya
lalu ditublaskannya kedalam perutnya! Tepat dihadapan sang suami! Gerakan Hay An Peng untuk merebut pisau terlambat sedetik.
Menyaksikan tindakan isterinya yang agung itu, Hay An Peng terharu bukan kepalang. Maka iapun minum obat
beracun hingga menjadi gagu. Kemudian ia menulis surat
tanda kesetiaannya atas nama isteri dan ia sendiri, terhadap puteri raja Kim itu.
Dalam surat itu diterangkan bahwa adapun ia sendiri
belum membunuh diri adaIah semata-mata karena anak
dari Wanyen Hong masih harus dibesarkan. Sebagai
gantinya ia telah mencacadkan dirinya, hingga menjadi gagu. Selanjutnya puterinya sendiri Tai-tai akan dijadikan sebagai pelayan untuk anak sang puteri. Tapi anak sang puteri itu dianggap sebagai anak Hay An Peng, dengan diberi nama Hay Yan. Maka dengan cara demikian rahasia dapat disimpan untuk selama-lamanya.
Demi diketahuinya bahwa suami-isteri Hay telah
mengorbankan diri untuk keselamatannya, Wanyen Hong
kesima sekali hingga gemetar sekujur tubuhnya. Tak dapat kiranya menyampaikan rasa terima kasihnya dengan
ucapan2 kata saja. Begitulah pada hari2 berikutnya, Wanyen Hong
mendidik dan melatih Tai-tai bersama puterinya sendiri, Hay yan.
Siang bertemu malam, malam bertemu siang. Kedua
anak itu digembleng ilmu silat dengan sungguh2. Adapun yang diajarkannya adalah ilmu dari kaum Tiang Pek Bu-pay yang aseli dan hebat.
Desa Hay-Kee-Chun letaknya hanya kurang lebih
duapuluh li dari rimba Ang-Liu-Wi. Tiap kali Wanyen
Hong harus tidur, maka dititahkannya Hay Yan untuk
menjaga istana kuno yang terpendam itu sampai ia
mendusin lagi sebulan kemudian.
Tanpa terasakan lagi, tahun berganti tahun sedangkan kedua gadis itu sudah mulai dewasa. Tai-tai semenjak kecilnya memang sudah kelihatan ketololannya, tapi ia polos dan jujur. Diketahuinya bahwa ayahnya telah dengan
sengaja menjadikannya seorang pelayan demi untuk
keselamat sang puteri negara Kim. Ditambah itu pula, Tai-tai membuat dirinya lebih tolol, agar tidak sampai ketahuan rahasia yang tersembunyi.
Tujuhbelas tahun telah lewat tanpa terjadinya sesuatu yang mengerikan. Wanyen Hong yang sebegitu lama belum juga berhasil menemukan musuhnya, lambat-laun sifatnya berubah menjadi kejam. Kebenciannya berpindah terhadap kaum laki2! Dianggapnya semua laki2 berhati binatang, jahat. Perusak wanita. Lebih-lebih terhadap orang2 kang-ouw. Maka terpengaruh oleh pikiran gila itu, akhir2 ia menjadi seperti seorang yang tidak beres.
Hatinya kejam! Ia tak segan2 untuk menurunkan tangan jahat. Banyak pendekar yang telah binasa diujung
pedangnya. Demikian pula dengan anaknya Hay Yan!
Tidak bedanya mewarisi sifat ibunya yang telengas.
tidaklah heran apabila orang2 disekitar perbatasan Giok-bun-koan memberi Wanyen Hong julukan dengan nama
Hek Sia Mo-lie atau Wanita lblis dari Kota Hitam!
Wanyen Hong sering termenung. Walaupun ia mempunyai negara, tapi ia tak dapat kembali. Sebaliknya ia bersembunyi di istana tua dengan dikawani binatang rase dan sebagainya. Didalam rimba ia tak dapat bergaul
sebagaimana seorang bergaul dalam masyarakat.
Bila diingat lebih mendalam adapun sebab mulanya tak lain adalah bahwa ia telah diutus ke Monggolia untuk perdamaian. Dan hawa amarahnya berbalik kepada bangsa Monggol. Sebab itulah tiap kali ia bertemu dengan seorang Boe-su Monggol, maka takkan luputlah orang itu dari
kematian. Ia telah membuat sebuah kedok yang dipakainya tiap
kali ia keluar mencari mangsa. la menyamar dengan
pakaian hitam menyeramkan.
Waktu ia harus tidur, disuruhnya Tai-tai untuk
menjagainya, sedangkan Hay Yan menggantikan dirinya
pergi berkelana untuk membunuh. Dengan mengenakan
kain tutup muka dari sutera dan dipinggangnya tersisip pedang, Hay Yan agak berlainan rupanya dengan Hek Sia Mo-lie. Ia lebih muda.
Orang yang melihatnya mengira bahwa ia itu tidak lain daripada puteri Hek Sia Mo-lie, maka ia dijuluki dengan nama Wie Mo Yauw-li .....
Begitulah akhir kata Im Hian Hong Kie-su menguraikan secara panjang lebar tentang peristiwa puteri Wanyen Hong. Yalut Sang dan Pato mendengarkannya dengan
terheran-heran. "Kiranya gadis yang kujumpai itu adalah Hay Yan, anak perempuan dari Wanyen Hong! Celaka! Kalau begitu,
saudaraku Gokhiol jiwanya terancam!"
"Pangeran Pato" sahut Im Hian Hong Kie-su "rasa cinta persaudaraanmu sungguh patut dipuji! Menurut dugaanku sibaju hitam telah memperalat Gokhiol untuk melawan
Wanyen Hong!" "Kalau begitu" jawab Pato dengan suara terkejut,
"biarlah aku sekarang pergi ke Ang-Liu-Wi untuk
menolong Gokhiol!" Yalut Sang buru2 menyela.
"Pato! Goan-swee hanya menitahkan kepadaku untuk
membawamu bertemu dengan Kie-su. Bila kau ingin pergi ke Ang-Liu-Wi, bukankah sama halnya mengantarkan
seekor anak domba kesarang macan" Jika terjadi sesuatu
atas dirimu, bagaimana aku dapat berhadapan muka lagi dengan ayahmu?"
"Tidak!" jawab Pato dengan suara yang nyaring,
sebagaimana suhu ketahui, sebelum meninggalkan Holim aku telah berjanji kepada ayah bahwa aku akan membekuk musuh Gokhiol itu. Dan apabila aku belum berhasil aku telah mengatakan kepada ayah, bahwa ia tak usah
menganggap aku sebagai puteranya lagi! Selain itu pedang Ang-liong-kiam yang telah dirampas dari tangan Gokhiol, akan kurebut kembali dari tangan musuh!"
Sejenak Pato berhenti sambil menarik napas dan
meneruskan dengan suara yang bersemangat : "Suhu,
ayahku adalah ibarat sebagai seekor singa, jantan dari Mongolia! Maka perbuatanku untuk menolong Gokhiol
bagaimana ia dapat menyalahkan kepadamu?"
Mendengar ucapan sipangeran, mau tidak mau Im Hian
Hong Kie-su yang, didalam hati kecilnya membenci bangsa Mongol berbalik merasa simpati terhadap Pato.
"Lauwte, perkenankanlah muridmu untuk pergi mencari
pengalaman sedikit didunia kang-ouw!" ujarnya.
Yalut Sang menggelengkan kepalanya.
"Kie-su, kau lupa bahwa Pato adalah cucu dari Jenghiz Khan. Kelak iapun mungkin mendapat warisan untuk
menaiki takhta Kerajaan Monggolia, mana boleh...."
Belum selesai Yalut Sang berkata, Im Hiaan Hong Kie-su telah memotongnya dengan tersenyum kecil ia berkata :
"Lauwte, kau tak dapat menjejaki perasaan muridmu.
Inilah ketika yang baik untuknya dan kelak apabila ia naik takhta, maka ia sudah menjadi seorang ksatria yang
bepengalaman luas" Aku situa, meskipun tak pandai, sudi
mengikutinya dari belakang untuk melindunginya setiap waktu dia mengalami bahaya. Perkenankanlah ia pergi!"
Pato merasa gembira sekali mendengar kesediaan Si
penunggu Puncak Gunung Maut untuk membantu secara
diam2. Buru2 ia berlutut dihadapan Im Hiann Hong Kie-su untuk menunjukkan rasa hotmatnya. Terpaksa Yalut Sang mengucapkan terima kasih.
"Jikalau kie-su bersedia mengikuti murtdku serta
membantunya, maka Aku tidak berkeberatan." Datuk dunia rimba-hijau itu tersenyum.
"Kau tak usah mengucap terima kasih. Memang sudah
nasibnya bahwa aku situa bangka turun gunung! untuk
memenuhi permintaan Tiang Pek Lo-ni. Sekarang aku ada permohonan terhadapmu sebelum menemukan Wanyen
Hong" Kedua orang itu serentak mendiawab : "Katakanlah"
Kami pasti akan menyetujuinya."
"Baiklah," jawab pendekar besar itu, "Lohu masih ada suatu rahasia yang belum diceritakan. Baiklah kututurkan dahulu disini secara singkat."
Segelas air diteguk oleh Im Hian Hong Kie-su, lalu
bercerita : "Adapun laki2 berkedok hitam yang telah
mencemarkan. Wanyen Hong Kong-cu, bukan hanya sang
korban yang belum berhasil mencari tahu siapakah orang itu. Bahkan Sin-Ciang Taysu serta muridnya Liu Bie selama tujuhbelas tahun ini belum juga dapat membongkar rahasia manusia rendah itu!"
"Siapa dia dan apa partainya, kita dalam keadaan gelap!
Sungguh perbuatan kegilaan yang tidak mengenal rasa
malu, sehingga hebat sekali bencana yang akan menimpa perguruannya. Setelah orang itu mendapatkan obat
pengubah rupa, maka sukar sekali untuk kita ketahui bentuk muka aslinya. Tiap kali ia merubah mukanya, bahkan
akhir2 ini ia telah mengubah mukanya sedemikian rupa sehingga mirip sekali dengan wajahku! Bedebah!"
Pato tertawa. "Namun demikian masih ada jalan. Petunjuk pertama
ialah bahwa orang itu kehilangan sebuah telunjuk tangan kanannya. Dan kedua, orang ini pasti terus menerus akan memperalat Gokhiol. Ketika di Ban-Coa-Kok, ia telah
menolong Pato dan Gokhiol serta pada waktu itu ia
mengetahui pedang Ang-liong-kiam serta hal ikhwalnya.
Maka timbullah akal bulusnya dan menurut dugaanku kini ia berpura-pura menyimpan pedang pusaka tersebut."
Pato, yang sifatnya sangat berangasan, tanpa menunggu orang habis bercerita lantas memotong : "Pedang Ang-liong-kiam hanya pedang peninggalkan mendiang ayah
Gokhiol, Tio Hoan. Maka apa gunanya, bukankah pedang yang lebih bagus masih banyak terdapat dikolong langit ini"
Dan apa yang membuat dia tertarik merampasnya?"
"Kau dibesarkan di Monggolia," jawab Im Hian Hong Kie-su tersenyum, "suhumupun bukan orang asli dari
Tiong-goan, hingga dengan sendirinya iapun belum
mengetahui tentang hal ikhwal Ang-liong-kiam. Baiklah, kuceritakan agar menjadi jelas bagi kalian!"
"Menurut catatan dari kitab2 pedang, dahulu kala
dijaman Sam Kok, Co Coh memperoleh dua bilah pedang
mustika. Adapun yang satu disebut dengan nama Ie-thian-kiam dan satunya lagi Ang-liong-kiam. Co Coh sebenarnya lebih suka pada pedang le-thian-kiam, sebab dahulu
pemiliknya Wan Sut yang memperolehnya sebagai pusaka turun temurun dari leluhurnya. Keluarga Wan sudah tujuh turunan menjabat sebagai pegawai tinggi dikerajaan Han.
Maka dengan sendirinya pedang simpanannya itu tiada
bandingannya dikolong langit. Sebab itulah Co Coh
menganggap pedang Ie-Thian-kiam sebagai benda kesayangannya, setiap pergi tak lupa dibawanya.
Pada waktu itu Co Coh mengadakan perjamuan malam
di Cek Pek dengan membuat sajak. Pedang Ie-thian-kiam tak lupa tergantung pada pinggangnya. Apa lacur Yang Ciu Cek-su Lauw Hok telah berani menyebtkan kata2 yang
menghina Co Coh dalam sajaknya. Saking gusarnya Co
Coh menghunus pedang Ie-thian-kiam dan membunuh
Lauw Hok." Setelah hilang rasa arak yang membuat ia lupa daratan, Co Coh pura2 merasa menyesal. Pedang Ie-thian-kiam
disimpannya dan sebagai gantinya disarungkan-nya pedang
"Ang-liong-kiam."
Tatkala Co Coh memimpin pasukannya untuk memukul
daerah See-Liang, ia terkalahkan oleh Ma Jiauw. Diantara keributan, buru2 Co Coh mencukur habis jenggotnya serta pakaian luarnya dilemparkannya kedalam kali. Lalu ia menyusup diantara
rombongan orang banyak dan meloloskan diri! Berbarengan itu pula pedang Ang-liong-kiam hilang pula didaerah barat laut. Setelah peristiwa tersebut. Pedang-Naga-Merah ber-ulang kali pindah tangan dan akhirn}a jatuh ditangan Tio Hoan. Karena riwayatnya yang hebat inilah, membuat orang yang menyamar sebagai diriku
tertarik pada senjata itu!"
Yalut Sang dan Pato mendengarkan dengan rasa kagum
cerita Im Hian Hong Kie-su, yang meskipun mengasingkan diri dari kalangan kang ouw, tapi pengetahuannya sangat luas.
"Jika bukan kie-su yang menceritakan perilhal Ang-
liong-kiam," kata Pato, "aku kira Gokhiol sendiripun belum mengetahui tentang pedang peninggalan mendiang ayahnya itu. Tadi cianpwee mengatakan bahwa ada suatu
permintaan yang ingin cianpwee kemukakan. Silahkan
cianpwee menebutkannya."
"Siapa suruh kau memotong pembicaraanku,". jawab Im Hian Hong Kie-su sambil tertawa. "Beginilah! Nanti, apabila kau berjumpa dengan Gokhiol, kau sekali-kali jangan menceritakan tentang masih hidupnya Wanyen
Hong kongcu. Kau harus pegang teguh rahasia ini! Juga kau tak boleh memberitahukan bahwa sibaju hitam itu
bukannya Im Hian Hong Kie-su. Sebab apabila rahasia ini sampai di ketahuinya, maka saudaramu Gokhiol takkan
nanti menemukan musuh besar mendiang ayahnya!"
Yalut Sang belum dapat menangkap maksud orang,
iapun hanya mendengarkan dengan mulut ternganga.
Demikian pula Pato yang serentak mengajukan pertaniaan :
"Maafkan aku, Kie-su cianpwee. Aku belum dapat
menangkap arti maksud perkataanmu."
Im Hiam Hoing Kie-su tersenyum.
"Tadi telah kujelaskan kepada kalian, bahwa sibaju
hitam yang menyamar sebagai aku bermaksud mempergunakan Gokhiol" Nah, kita harus membiarkan
orang itu melakukan akal bulusnya! Biarkanlah dia
mempergunakan Gokhiol sebagai umpannya dan kelak
dirinya sendiri akan masuk perangkap! apabila Gokhiol dikasi tahu terlebih dahulu, bukankah hal itu sama juga seperti kita menggeprak rumput untuk mengusir sang ular ?"
Kedua orang itu kini mengerti maksud Sipenunggu
Puncak Gunung Maut. "Kami berdua akan memperhatikan permohonan kie-su
serta mentaatinya dengan sungguh2! Kini Pato kuserahkan ketangan kie-su dan kuharap kau melindunginya dengan baik2"
Yalut Sang memohon diri sambil memberikan hormatnya kepada Im Hian Hong Kie-su. Setelah itu iapun meninggalkan pegunungan Siauw Pa San dengan terlebih dahulu memberikan beberapa pesanan kepada muridnya. la pulang kembali ke Holim untuk melaporkan hal ikhwal
Pato kepada Jendral Tuli.
---oo0dw0oo--- Berikutnya kisah ini akan terbagi menjadi dua bagian.
Adapun cerita yang pertama mengisahkan Gokhiol yang
sedang terkurung dibawah tanah didalam sebuah lubang gelap. Hanya dengan melihat dari antara celah2 tutupan diatas ia dapat membedakan hari siang dan malam. Apabila sinar2 lenyap, tahulah ia, bahwa hari telah malam dan iapun beristirahat dengan merebahkan did. Apabila dahaga, ditadahnyalah air yang mengalir turun dari atas batu gunung untuk kemudian dihirupnya dengan lahap sekali.
Demikianlah tanpa dirasakan lagi hari berganti hari telah dilewatkannya didalam goa itu. Empat hari telah lalu.
Sementara itu perut pemuda kita mulai terasa keroncongan.
la berpikir dalam hati, andaikata tidak mati karena
terkurung dibawah tanah, ia mungkin akan mati juga
karena kelaparan. Tatkala itu badannya sudah letih sekali, dan remang2
matanya mengawasi kearah tutupan diatasnya.
Tiba2 terdengar suara gedebrukan! Menyusul mana
cahaya menyorot kedalam goa!
Gokhiol menjadi silau matanya melihat sinar matahari yang terang-benderang itu. Ia menengadah keatas dan
melihat tubuh seseorang, manusia! Cilaka! Kini Hek Sia Mo-lie datang menghabiskan nyawanya!
Mendadak dari atas meluncur seutas tali yang
diturunkan cepat kepadanya, sedangkan diujung tali terkait sebuah rantang. Baru saja rantang itu menyentuh tanah, maka disentaklah dari atas sehingga rantang terlepas dari kaitan. Dan tali meluncur pula keatas.


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak beberapa lama kemudian terdengar suara orang
berkata : "Kongcu, sekarang ini kau merasa dahaga dan lapar, bukan" Silahkan! kau ambil makanan dan minuman yang terdapat dalam rantang. Siociaku telah menitahkan aku untuk mengantantarkan kepadamu. Dan nanti ia akan datang sendiri kemari untuk menjumpai kau. Hi-hi-hi !"
Dialah Tai-tai! Belum selesai Gokhiol tertepas dari keheranannya atau tiba2 sudah terdengar pula suara menggelegar, tanda batu penutup lobang telah didorong kembali ketempatnya
semula. Gokhiol membuka rantang itu. didalamnya terdapat
sepiring daging masak, kue mantouw, sebotol susu kuda dan air didalam sebuah kantong kulit. Tanpa memikirkan sesuatu pula pemuda kita menyerbu hidangan itu dengan lahapnya. Ia tak sempat lagi memikirkan apakah makanan itu beracun atau tidak. Semua makanan habis disikatnya, sedangkan susu sebotolpun habis pula diminumnya! Kini semangat pemuda kita mulai bangkit kembali!
Setelah selesai makan, Gokhiol mulai berpikir bagaimana Tai-tai sampai dapat mengunjungi Kota Hitam ini" Sedangkan yang dimaksud dengan Siocianya tentunya tidak lain daripada Hay Yan. Tapi bukankah yang
mengurungnya di dalam tanah ini adalah Hay Yan sendiri"
Ah, tak salah lagi! Kini baru ia mengingatnya, Hay Yan adalah... Wie Mo Yauw-lie!
Hay Yan adalah bagaikan seorang iblis, bagaimana
mungkin ia berperikamanusiaan untuk membawakannya
makanan" Tentu ada maksud yang kurang baik yang
terkandung dalam hati si ular cantik itu.
Berpikir sampai disitu, Gokhiol memejamkan matanya
sambil menantikan bahaya datang!
Demikianlah pikirannya melayang-layang membayangkan wajah sigadis yang cantik rupawan. Tapi sebaliknya setelah peristiwa terakhir dimana sang gadis berpura-pura tidak mengenalnya, tatkala ia untuk kedua kalinya datang ke Hay-Kee-Cun, hatinya menjadi benci sekali!
"Apa perlunya aku memikirkan gadis yang tak
berperikemanusiaan itu!" demikian ia menggerutu seorang diri. Tanpa terasa lagi ia mulai melengat-lenggut.
Gokhiol tidur dengan nyenyaknya. Baru pada tengah
malam ia mendusin, tatkala badannya ada yang goyang-
goyangkan. dengan perlahan.
"Tio Kongcu, bangunlah! Aku kemari untuk menengoki
kau. Tentunya kau merasa benci sekali terhadapku, bukan?"
terdengar suara yang merdu...
Gokhiol mengendus wewangian yang menembusi lubang
hidungnya. Dibukanya kedua matanya dengan pelahan-
lahan dan pertama-tama yang nampak olehnya adalah
sebuah lampu terletak diatas tanah. Dan dihadapannya seorang gadis cantik-jelita tengah mengawasinya dengan pandangan mata yang redup2 alang.
Gadis itu tak lain adalah Hay Yan! Kali ini sicantik mengenakan pakaian seperti pertama, kali ia berjumpa dengannya di Hay-Kee-Cun. Sambil tersenyum simpul
gadis itu mengawasi pemuda kita dengan kemalu-maluan.
Dan sikap kemalu-maluan itulah yang membuat sigadis
makin manis dipandang. Pemuda kita masih tak percaya akan apa yang tengah
dihadapinya. Dikucak-kucaknya matanya sambil berpikir apakah ia bukannya sedang bermimpi" Dan setelah itu
matanya terbelalak. Tidak salah, apa yang berpeta
dihadapannya adalah benar2!
Dengan perasaan terkejut bercampur girang, pemuda kita memandang gadis yang berdiri dihadapannya itu. Tapi tak lama kemudian hatinya menjadi mendongkol dan timbul
rasa bencinya. Lekas2 ia bangkit dengan gusarnya sambil berteriak "kiranya kaulah Wie Mo Yauw-lie! Aku telah membuka kedokmu yang palsu itu! Sekarang aku sudah
ditanganmu, apalagi yang kau tunggu" Mari kita bertempur sampai mati. Kau tak usah ber-pura2 lagi!"
Melihat kegusaran sipemuda, hati Hay Yan terasa pedih sekali. la menahan airmatanya yang sudah bergelantungan dibawah matanya.
"Tio Kongcu, aku tak menyalahi kau membenci diriku
ini. Karena itulah setelah merasa menyesal, pada malam ini aku menemui kau. Sudikah kau menaruh sedikit
kepercayaan terhadapku dan juga aku memohon maaf se-
besar2nya atas perbuatanku yang kurang sopan ini."
Mendengar kata2 sigads yang tak juntrungan itu,
Gokhiol tersenyum getir. "Huh! Kau kira aku ini seorang anak kecil"! Kau telah menotok jalan-darahku dan kau telah menjebloskan aku ketempat gelap. Apakah itu perbuatan yang sopan?"
Wajah Hay Yan berubah pucat dan dengan suara
gemetar ia menjawab : "Perbuatanku itu bukanlah atas kehendak hatiku. Aku sungguh tak dapat berbuat lain.
Namun demikian, kuharap kau dapat memahami rasa
pedih hatiku..." Baru saja Hay Yan berkata sampai disitu atau terdengar suara cemas yang datang dari atas goa.
"Siocia! Lekaslah meninggalkan tempat ini!"
Itulah suara Tai-tai ! Hay Yan mengawasi pemuda kita dengan terharu,
matanya agak basah. "Aku harus meninggalkan kau sekarang. Lewat dua hari apabila tidak ada aral melintang, aku akan kembali
menjenguk kau." Dengan hati berat Hay Yan meninggalkan sipemuda,
untuk kemudian melompat tinggi menjambret tambang
yang telah diturunkan dari atas. Menyusul itu ia
menghilang dan lubang tertutup kembali ...
---oo0dw0oo--- GOKHIOL menengadah keatas sambil terbengong-
bengong. Diudara masih mengambang wewangian sigadis. Lentera
yang terletak diatas tanah masih menyala-nyala dan
disampingnya menggeletak sebuah bungkusan kecil.
Pemuda kita rnengambilnya, dan berdebarlah hatinya.
Bungkusan itu adalah saputangan sigadis yang didalamrya tersimpan dua buah Toh yang merah dan
harum. Pemuda kita meneliti saputangan tersebut yang tersulam dengan tangan, sedangkan diatasnya terlukis sepasang burung Hong yang sedang terbang.
Gokhiol berdiri bengong. "Kalau bukannya ada barang ini, niscaya kejadian tadi akan kusangka sebagai impian belaka!" pikirnya seorang diri.
Hari2 berikutnya dilewatkan dengan tidak terjadi suatu apa2, tapi kini tiap harinya ia dikirimkan makanan oleh Tai-tai. Beberapa kali Gokhiol berteriak kepada Tai-tai mengajukan pertanyaan. Tapi sipelayan tolol itu buru2
menutup kembali lobang goa.
Makanan yang diturunkan kedalam goa adalah dengan
pertolongan seutas tali yang tipis, sehingga sukar bagi pemuda kita untuk menggunakannya. Iapun menyabarkan
diri untuk menantikan kedatangan Hay Yan pula. Dengan cepat dua bulan telah lewat.
Pada suatu malam Gokhiol mendengar suara batu diatas kepalanya digeser perlahan-lahan. Pasir halus berjatuhan dari atas mengenai pakaiannya.
Tiba2 tutupan lubang diatasnya terbuka lebar!
Pemuda kita buru2 bangkit berdiri. Terasa diatas
kepalanya desiran angin menyusul mana sebuah bayangan orang meloncat kebawah!
Pemuda kita kira orang itu tidak lain adalah Hay Yan, tapi setelah dekat, segera dikenalinya bahwa itulah saudara-angkatnya Pato! Ia berdiri menjublak bahna tercengangnya.
"Gokhiol, aku datang untuk menolong kau," bisik Pato, Pemuda kita merasa heran bercampur girang. Mereka saling berpelukan saking terharunya.
"Gokhiol, marilah kita lekas kabur. Disini berbahaya sekali!"
"Adikku, bagaimana kau bisa menemukan aku?"
"Nanti kuceritakan padamu, Gokhiol. Malam ini Hek
Sia Mo-lie sedang pergi keluar. maka barulah aku dapat melepaskan dirimu. Sekarang marilah kita tinggalkan
tempat ini!" Gokhiol menengok keatas. Lubang, mulut diatas kira2
tujuh delapan tombak tingginya. Baru ia ingin bertanya bagaimana caranya mereka, harus naik keatas, atau Pato merogoh keluar sesuatu dari dalam kantongnya. Itulah sepasang sepatu dengan solnya setengah kaki tebalnya.
Tiba2 tutupan lubang diatasnya terbuka lebar!
Pemuda kita buru2 bangkit berdiri. Terasa diatas kepalanya desiran angin menyusul mana sebuah bayangan orang meloncat kebawah!
"Lekaslah kau pakai!" Pato memberikan sepasang sepatu aneh itu kepadanya.
Gokhiol menjejakkan kedua kakinya. Pada detik
menyusul bayangan orang membumbung keatas.
Setiba dimulut goa buru2 kedua pangeran itu menjambret pinggiran lubang seraya berjumpalitan keluar.
Gokhiol mendapatkan dirinya tengah berada disuatu
bukit dibelakang Kota Hitam. Ketika itu bulan sedang bersinar amat cemerlangnya. Langit tampak bersih,
sedangkan bintang2 hanya sedikit tersebar disana sini.
Benteng tua keiihatan seperti bayangan yang suram
menyeramkan. Tiba2 dari kejauhan tampak berkelebat. sebuah bayangan putih, yang bergerak bagaikan anak panah melesat dari busurnya. Makin lama bayangan itu makin mendekati
kedua pemuda kita! "Celaka Hek Sia Mo-lie datang!"
Cepat2 Pato menarik Gokhiol menyusup dibalik pohon
didalam rimba yang lebat.
"Dibawah sinar rembulan, mereka melihat searang gadis dengan mukanya ditutupi dengan kain sutera halus, berlari mendatang kearah lubang goa. Segera Gokhiol mengenali gadis itu, yang bukan lain dari Hay Yan! Hatinya mulai berdenyutan. Pemuda kita merasa heran, apakah yang telah terjadi atas dirinya. Apakah ia cinta kepada gadis ini ataukah ia .... benci "
Hay Yan tak mengetahui bahwa Gokhiol dan Pato
sedang bersembunyi didalam rimba. Sepasang matanya
bersinar mengawasi goa yang sudah kosong. Kelihatannya ia kaget sekali.
Terdengar sayup2 suara sigadis berkata seorang diri
dengan cemas. "Kemana gerangan perginya Tio Kongcu" Ah, rupanya
sudah ada orang yang menolongnya keluar'
Mendadak Hay Yan mencabut pedannnya dan berlari
masuk kedalam rimba yang lebat! Baru saja ia masuk, atau tiba2 dilihatnya sebuah bayanqan manusia melompat turun dari atas pohon. Pakaiannya hitam!
"Setan, kecil! Mau apa lagi kau kemari"! Gokhiol sudah jauh
melarikan diri. Apakah kau kali ini ingin mangantarkan jiwamu?"
Hay Yan mundur beberapa tindak, kemudian diperhatikannya orang itu dengan waspada. Tak lama
kemudian dikenalinya orang itu, tak lain dari ... sibaju hitam.
"Iblis!" berseru Hay Yan dengan gusar, "kemana kau bawa pergi Tio Kongcu?"
Sambil tersenyum mengejek sibaju -hitam menjawab :
"Aku hanya kenal Gokhiol. Siapa yang kau maksudkan
dengan Tio Kongcu?" Mendengar jawaban orang yang bernada ejekan, hati
Hay Yan menjadi meluap. Ia membentak : "Hai, Iblis!
Malam itu kau beruntung sekali dapat meloloskan diri dari tanganku dengan menerobos pintu. Jangan kira kali ini kau dapat terlepas dari tanganku pula. Lekaslah beritahu kemana kau larikan Tio Kongcu! Bila tak kau serahkan, lihatlah pedangku!"
Belum habis berbicara, Hay Yan membacokkan
pedangnya kearah musuhnya. Namun demikian, dengan
suatu gerakan yang manis sekali sibaju hitam lompat
menyingkir, sehingga terpisah dua tombak jauhnya.
"Ha-ha-ha! Malam ini lebih baik kau simpan saja
Pedangmu." Tanpa menggubris ejekan musuh. Hay Yan berseru
nyaring dan ujung pedangnya menyambar turun, kini Iebih hebat! Asap putih mulai mengepul dipinggiran pedang.
Sibaju hitam lompat kesana kemari, mengelakkan
tikaman2 pedang yang amat ganas. Sebaliknya sebentar-
bentar iapun mengebut dengan lengan bajunya kearah
muka sigadis. Daun2 dan ranting2 kecil berjatuhan disekitar tempat kedua jago silat itu sedang bertempur. Yang lebih hebat lagi adalah begitu sibaju hitam mengebutkan lengan bajunya, atau sinar api menyambar kearah muka Hay Yan.
Tapi dengan tenang semua serangan sibaju hitam itu
dapat dipunahkan oleh sigadis Wie Mo Yauw-lie.
Gokhiol, yang tengah asyiknya menonton perkelahian
yang hebat dan seru itu, lapat2 masih dapat mendengar suara ditelinganya.
"Pato, lekas kalian berdua melarikan diri! Aku akan
menyusul belakangan."
Kiranya suara itu disalurkan melalui tenaga-dalam yaag tinggi sekali ketelinga putera2 Jendral Tuli. Pato segera menarik
lengan Gokhiol dan diajaknya berlari meninggalkan tempat itu. Ditengah jalan Gokhiol masih sempat bertanya kepada
saudara angkatnya : "Adikku, apa kau juga mengenal Im Hian Hong kie-su"
"Pst! Jangan berisik! Nanti saja kalau kita sudah jauh, baru akan kuterangkan kepadamu," jawab Pato seraya percepat larinya.
Kiranya sebelum Pato tiba dibenteng Hek Sia untuk
menolong Gokhiol, segala rencana telah diatur terlebih dahulu oleh Im Hian Hong Kie-su.
Adapun Im Hian Hong Kie-su telah menyanggupi
permohonan dari sahabatnya Tiang Pek Loni guna mencari musuh yang telah mencemarkan Wanyen Hong, puteri dari kerajaan Kim. Terlebih dahulu ia datang menolong
Gokhiol. Dan maksudnya ialah tak lain agar pemuda kita dapat digunakan sebagai umpan uncuk memancing keluar sibaju hitam yang tak mau memperlihatkan siapa sebenanya dia itu.
Barusan Im Hian Hong Kie-su telah sengaja memancing
keluar Hay Yan meninggalkan rimba. Setelah mengetahui bahwa Gokhiol dan Pato berada dalam keadaan yang
aman, iapun melarikan diri...
Sayang! Hay Yan tak mengetahui bahwa lawannya itu
Im Hian Hong Kie-Su yang asli, yang sejati. Sebaliknya dikiranya adalah si iblis baju hitam! Angin malam
menampar-nampar muka si gadis yang berdiri sendirian dengan pedang Mophwee-kiam ditangan....
Gokhiol mengikuti Pato keluar dari rimba Ang-Liu-Wi.
Begitu sampai diluar atau nampak olehnya dua ckor kuda.
Serera. kedua pemuda itu menaiki masing2 seekor kuda dan kemudian melarikannya bagaikan terbang dimalam
hari meninggalkan Kota Hitm.
Ketika melewati Hay-Kee-Chun, Gokhiol merasa
hatinya tak keruan, berat sekali untuk meninggalkan tempat itu.
"Hay Yan amat aneh kelakuannya. Aku dikurungnya
dibawah tanah, tapi setiap hari tak lupa dihantarkannya aku makanan. Maka sudah jelas hahwa ia tidak mempunyai
maksud untuk membunuh aku."
Kuda mereka sudah lama melewati Hay-Kee-Chun,
namun pikiran Gokhiol masih tak terlepas dari kenangan yang baru saja dialaminya, peristiwa dengan si jelita Hay Yan. lapun terus melamun.
"Waktu ia mengunjungi aku pada malam hari, ia
menyatakan rasa penyesalannya. Rupanya ada sesuatu yang
sukar untuk di utarakan kepadaku. Apakah Hay Yan
dikuasai oleh Hek Sia Mo-lie, hingga ia tak bebas dalam tindak-tanduknya?"
Sambil melamun memikirkan nasib gadis idamannya,
tangan Gokhiol per-lahan2 masuk kedalam saku celana.
Dikeluarkannya sehelai sapu tangan yang bersulam, yang telah ditinggalkan oleh Hay Yan. Kemudian diciumnya
saputangan yang harum baunya itu dengan penuh kasih
sayang. Ia menarik napas panjang seraya berkata seorang diri : "Jika kelak aku dapat berjumpa pula dengannya, pasti aku akan....."
Tiba2 Pato menoleh kebelakang dan tangannya
mengeprak kuda Gokhiol seraya berseru : "Apa yang
tengah kau pikirkan, Gokhiol" Satu rintasan lagi kita akan keluar dari daerah gurun pasir ini. Hayo, lekaslah larikan kudamu!"
Seketika itu juga semangat pemuda kita bangun pula.
Sambil berteriak dikempitnya pinggang kudanya dan
bagaikan mengendarai angin, ia menyusul Pato.
Diufuk timur tampak cahaya merah. Fajar telah
menyingsing. Mereka tiba pada sebuah pos perjalanan
ditapal batas gurun pasir. Merekapun turun dari kuda untuk beristirahat. Setelah mengambil tempat duduk dibawah atap rumah. Pato mulai berkata : "Gokhiol, adapun orang yang berpakaian hitam tadi adalah lm Hian Hong Kie-su. Tadi malam ia telah mengantar aku ke Hek Sia untuk menolong kau keluar dari kurungan dibawah tanah itu."
Gokhiol sangat terharu mengingat akan jasa adik
angkatnya yang telah dua kali menolong jiwanya.
"Adikku, tak kusangka Im Hian Hong Kie-su datang
bersamamu!. Baiklah akan kuberitahukan juga kepadamu, bahwa akupun sudah kenal tokoh rimba persilatan yang
tinggi ilmunya itu. Entah cara bagaimana kau sampai dapat bertemu dengannya?"
Mendengar pertanyaan Gokhiol ini mau tak mau Pato
harus memutar otak bagaimana sebaiknya harus menjawabnya, agar rahasianya tidak sampai bocor.
"Kalau harus kuceritakan perihal lni, maka peristiwanya amat panjang. Semenjak kita berpisah dilembah Ban-Coa-Kok waktu itu, lama juga aku tidak mendengar kabar berita tentang dirimu. Sedangkan ibumu setiap hari bertambah kuatir akan keselamatanmu. Pada suatu hari diberikannya kepadaku sepucuk surat dan minta agar aku pergi kegunung Jie-Liong-San untuk menemui lm Hian Hong Kie-Su yang merupakan sahabat karib mendiang ayahmu."
"Lalu bagaimana?" tanya pemuda kita.
"Dan kemungkinan besar Im Hian Hong Kie-su dapat
mengetahui dimana kau berada. Setelah susah-payah,
tibalah aku dipuncak gunung Ji-Long-San,"
"Oh, kiranya beliau adalah sahabat karib dari mendiang ayahku! Tidaklah heran apabila ia setiap kali secara diam2
menolong aku. Sebagai mana kau ketahui aku bertemu
dengannya digurun pasir. Disana ia memberi beberapa
patunjuk kepadaku untuk mencari seorang tokoh aneh
dikolong langit ini yang bernama Wan Hwi To-tiang."
Pato mendengarkan penuturan Gokhiol dengan hati2


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun ia tak mau menyingkap rahasia bahwa sebaju hitam yang dimaksud Gokhiol itu bukanlah Im Hian Hong Kie-su yang sejati.
"Gi-koko," ujar Pato, "itulah suatu kesempatan bagus untuk membalas sakit hatimu. Wan Hwi To-tiang
kepandaiannya tersohor sangat hebat sekali, tidak ada keduanya dikolong langit ini. Apabila ia menerima kau
sebagai muridnya, itu menandakan jodohmu bagus. Biarlah nanti apabila aku kembali ke Ho-lim, akan kulaporkan kepada ayah dan ibundamu agar mereka tidak merasa
kuatir lagi. Sebaliknya kau akan menuntut ilmu yang tinggi sekali dengan pikiran yang tenteram."
Pemuda kita merasa lega hatinya dan gembira. Katanya kepada Pato :
"Aku harap kau memelihara dan merawat ibuku baik2.
Kelak apabila aku berhasil menemukan Wan Hwi To -
tiang, pasti aku akan mernberitahukannya kepadamu."
Kedua pemuda itu memesan minuman arak dan
masakan daging. "Gi-koko, berhubung dengan perpisahan kita ini, marilah kita mengangkat carngkir dan keringkan minuman arak ini!
Setelah itu aku ada sebuah permohonan yang kuharap kau sudi melakukannya. Adapun hal itu erat sekali hubunganya dengan keselamatan jiwamu sendiri. Harap kan sudi
memperhatikannya!" Gokhiol menyambuti tawaran arak adiknya yang lalu
diminunnya habis sekaligus dalam satu tegukan saja,
Setelah itu dipersilahkannya Pato menguraikan permohonannya. "Jika nanti kau benar2 telah dapat bertemu dengan Wan Hwi To-tiang, janganlah sekali2 kan beritahukan kepadanya persoalan pelepasan-dirimu olehku dan Im Hian Hong Kiesu. Katakan saja bahwa Wie Mo Yauw-lie yang telah
melepaskan kau, tanpa kau ketahui sebabnya. Apabila kau membocorkan rahasia tersebut, pasti kau akan binasa!"
"Apakah sebabnya?" tanya GokhioI dengan berani.
"Sebaiknya soal ini untuk sementara tak kujelaskan
dahulu. Aku hanya minta agar kau menutup mulut.
Lagipula kelak kau akan mengetahui sendiri jawabannya,"
jawab Pato dengan sungguh2.
Gokhiol mengangkat bahunya, tapi ia berjanji akan
menepatinya. "Nah, sudah saatnya aku harus kembali ke Ho-lim.
Sebagai kata perpisahan, aku mendoakan agar cita2 mu menuntut balas tercapai. Tapi janganlah lupa memberi kabar kepadaku."
Kedua saudara itu saling berpelukan dan masingg2
merasa berat untuk berpisahan. Kemudian Pato mencemplak kudanya dan meninggaIkan tempat itu,
menuju istana Ho-lim. Teringat akan Gokhiol, bahwa sibaju hitam pada waktu itu telah mengatakan kepadanya agar terlebih dahulu ia harus berkunjung kegunung Hwa-San sambil berpesiar.
Dengan harapan disana akan dapat bersua dengan tokoh persilatan aneh bernama Wan Hwi Sian, maka segera pada waktu itu juga pemuda kita mulai berangkat.
---oo0dw0oo--- Dengan cepatnya dua bulan telah lewat, sedangkan
Gokhiol masih menjelajahi tanah pegunungan Hwa-San
dan gunung Bu-Tong San. Disamping menikmati pemandangan yang indah, ia mmperhatikan tiap orang
dijumpai, adakah diantara mereka yang... mengenakan
gelas emas putih pada leherrnya.
Setelah sekian lamanya belum berhasil menemukan
Dewa Kera Terbang, lambat laun ia menjadi ragu2.
Pikirnya dengan cara begini, sampai kapan ia dapat
menuntut ilmu" Pada suatu hari Gokhiol melewati jalanan yang disebut Kian Kok Canto, karena dipinggir jalan itu terdapat jurang yang sangat curam, sedang disebelahnya lagi merupakan tebing gunung yang tinggi tegak menjulang keangkasa.
Jalan Kian Kok Canto itu sangat sempit sekali dan hanya dapat dilewati dua orang saja.
Tiba2 terdengar olehnya suara tok-tok-tok berulang kali, yang datangnya dari kejauhan, maikin lama makin keras, Nadanya bagaikan seorang pedagang bakmi mengetok
tabung bambunya, tok ... tok... tok ...
Gokhiol mengawasi jalan dimukanya yang sangat ber-
liku2 itu, tapi tak terlihat olehnya satu bayangan mahluk pun. Sesaat kemudian terdengar pula suara tadi, kini semakin keras! Suara itu terdengar dari atas tebing!
Gokhiol mendongak keatas, maka tampak olehnia
sebuah bayangan orang! Pemuda kita terperanjat tidak terkira. Tampak orang itu berjalan seperti terbang pada tebing gunung! Dandanannya sebagai seorang imam aliran agama Too-kauw. Topinya
kerucut yang pinggirannya bersayap bagaikan bentuk
pyramid dan warna pakaiannya hijau mengkeredep.
Perawakatnya kurus dan yang lebih ganjil ialah bentuk mukanya, yang berjenggot kambing sedang diatas nya
melintir dua garis kumis panjang yang bergulai kebawah sampai lima enam dim. Dahinya bulat bagaikan ditempel obat koyo.
Kedua kaki imam itu bagaikan melekat pada dinding
tebing dan ketika berjalan tak ubah bagaikag seekor kera saja rupanya. Ditangannya ia memegang sebuah tongkat dari kayu yang panjangnya kira2 satu kaki. Alat itu
sebentar-bentar dipukulkannya menotok dinding tebing gunung, sehinga menerbitkan suara tok-tok-tok. Adapun
bekas dinding yang kena diketok itu meninggalkan lubang sebesar mangkok nasi dalamnya, dan itulah yang membuat si imam bergerak maju.
Pemuda kita membelalak matanya. Dalam sekejap mata
saja imam itu lewat diatas kepalanya, dan lenyap dari pemandangannya!
"Too-su ini benar2 berkepandaian tinggi," pikir pemuda penuh kagum, "sayang karena bergerak demikian cepat
bagaikan terbang, sehingga aku tak dapat menegurnya
untuk menanyakan kepadanya apakah ia bukannya Wan
Hwi To-tiang." Tapi diluar dugaannya, tengah ia masih melamun, suara tok-tak-tok terdengar pula dari sebelah belakang! Buru2 ia menengok kebelakang dan nampak olehnya bahwa imam,
itu telah muncul pula pada dinding tebing guuung yang tegak lurus itu. Baru saja suara itu terdengar.. beberapa kali atau imam itu sudah berada dekat diatas kepalanya! Bukan kepalang. terkejut hati pemuda kita, sudah jelas orang itu tadi berjalan kearah depan, tapi kini bagaimana ia begitu cepatnya sudah bisa kembali, bahkan dari belakangnya?"
"Harap To-tiang berhenti sebentar!" teriak Gokhiol.
"Aku ingin bertanya tentang seseorang."
Tapi baru sadia ia berteriak atau imam itu sudah jauh berlalu dari situ! Batu2 jatuh kejalan Canto dan lobang2
bekas totokan tertinggal bagaikan gumpalan bundar:
Gokhiol sudah tidak melihat bayangan imam to-su lagi, maka ia mengoceh sendirian :
"Apakah imam to-su itu akan kembali pula" Apabila ia sekali lagi lewat disini, aku akan memanggilnya saja dengan nama Wan Hwi Sian! Aku ingin tahu bagaimsna reaksinya nanti!"
Tiba2 terdengar olehnya suara orang berkata dari
belakangnya : "Aku sudah kembali! Apakah kau belum
tahu?" Gokhiol berdiri terpaku saking terkejutnya. Perlahan-lahan ia membalikkan badannya dan tampak olehnya imam itu sudah berdiri dilbelakangnya! Pemuda kita terlongo-Iongo mengawasi orang aneh itu.
Pada saat itulah si imam melihat gelang emas putih
dileher Gokhiol, dan ... berubahlah airmukanya!
"Anak muda, siapa namamu" Apakah kau telah disuruh
situa bangka Im Hian Hong untuk datang kemari?"
Kini pemuda kita yakin bahwa imam yang luar biasa itu, adalah pasti tidak lain daripada Wan Hwi Sian Totiang.
Buru2 ia menjura amat girangnya.
"Tidaklah salah terkaan, To-tiang. Tee-cu bernama
Gokhiol yang telah disuruh oleh Im Hian Hong Cianpwee untuk mencari jejak perjalanan To-tiang yang ribuan lie jauhnya. Bahwa hari ini teecu beruntung sekali teIah dapat bertemu dengan To-tiang."
Wan Hwi Sian memandang pemuda kita dari atas
sampai bawah. "Im Hian Hong ini ada2 saja. Mengapa ia memaksa
kepadaku untuk menerima kau sebagai murid?"
Buru2 Gokhiol menyahut. "To-tiang, dengarlah penuturan teecu ini. Teecu
mempunyai beban kewajiban untuk menuntut balas sakit hati mendiang ayah. Karena kepandaian teecu masih
rendah sekali, maka teecu bersama ini mohon belas kasihan To-tiang. Jika sampai juga permohonan teecu ditolak, maka teecupun tak ada muka lagi untuk kembali pulang"
"Hm," jawab Wan Hwi Sian dengan suara dihidung,
"selama ini aku tak mempunyai niat untuk menerima
murid. Jika kau tidak ada muka untuk pulang, baiklah kau mati saja disini!"
Gokhiol berpikir, mengapa baru sekali saja bertemu siimam telah menyuruh ia mati saja" Tentu ia ingin tahu apakah aku akan mentaati perkataannya. Maka ia berkata :
"Bila To-tiang lebih suka teecu mati daripada menjadi murid, baiklah sekarang juga teecu akan membunuh diri dihadapan To-tiang!"
Mengadu untung, Gokhiol menerjunkan dirinya kedalam
jurang yang dalam! Angin mendesir ditelinganya ketika tubuhnya jatuh pesat kebawah. Pemuda kita memejamkan kedua matanya menantikan saat ajalnya!
Tak lama tiba2 terasa gelang dilehernya ada yang
membetot. Tubuhnya berhenti jatuh kebawah, sedangkan telinganya tak mendengar desiran angin pula. Beberapa saat kemudian kakinya merasa menginjak tanah pula!
"Anak yang baik. Aku takkan membiarkan kau mati!", demikian suara Wan Hwi Sian sayup2 terdengar
ditelinganya. Dan ketika Gokhiol membuka kedua matanya, Wan
Hwi Sian berdiri disisinya. Ketika ia mengawasi keadaan disekitarnya, ternyata mereka sudah berada dibawah jurang!
Pemuda kita melihat ditangan sitosu ada gelang emas putih yang tadmya terikat diIehernya.
Pemuda kita meraba lehernya. Benar saja! Gelangnya
sudah pindah ketangan orang! Gelang itupun masih utuh kelihatannya, tidak cacad sedikitpun.
Teringatlah Gokhiol akan perkataan Im Hian Hong Kie-
su yang mengatakan, apabila gelang masih tetap utuh
setelah dibuka oleh Wan Hwi Sian dari lehernya, maka tasu itu akan menerimanya sebagai muridnya! Segera pemuda kita menjatuhkan diri berlutut dihadapan siimam seraya menyoja sebanyak tiga kali.
Wan Hwi Sian tersenyum simpul : "Tunggu dulu! Jika
ingin menjadi muridku, terlebih dahulu kau harus
memenuhi ketiga syarat yang aku ajukan ini. Dan syarat2
ini tidak semudah seperti yang akan kau duga dan lagi aku sangat
menyangsikannya apabila kau dapat menyanggupinya." Gokhiol lantas menyahut. "Apapun juga yang suhu ajukan, meskipun sukar
umpama kata harus memindahkan gunung sekalipun, tak
akan teecu menolaknya! Maka silahkan suhu menitahkannya." Kumis Dewa Kera Terbang yang panjang ber-gerak2
keatas, tanda puas akan jawaban itu.
"Benar2kah kau berani terjun kedalam air yang
mendidih apabila aku menitahkan kepadamu" Kau tidak
takut?" "Bagus! Bagus sekali semangatmu. Dengarlah baik2
sekarang. Aku hendak mengajarkan suatu ilmu yang tiada bandingannya dibawah langit ini. Dan kau harus
melatihnya dengan rajin mengikuti cara2nya dengan
sungguh2. Pasti selama dua tahun lamanya kau akan
menjadi pendekar yang menggetarkan dunia Kang-ouw."
Wan Hwi Sian berhenti sejenak sambil mengawasi
sipemuda dengan dalam, lalu dilanjutkannya : "Namun
demikian, sebelum kita mulai kau terlebih dahulu harus menjalankan tiga syarat.
Syarat pertama, kau harus menghilangkan seluruh
kepandaianmu yang kau miliki dan mulai belajar pula dari pertama dengan dasar2nya...."
Belum selesai Wan Hwi Sian berbicara, Gokhiol sudah
mendahuluinya : "Ilmu yang teecu miliki tak akan menjadi soal untuk dilenyapkan sampai ke-akar2nya. Sekarang yang syarat yang ke dua"
Karena keyakinan sipemuda, mau tak mau Wan Hwi
Sian mengerutkan alis matanya.
"Ah kau terburu nafsu! sedangkan perkataanku belum
selesai. Sebab setelah seluruh kepandaianmu lenyap, maka kau akan merasakan penderitaan yang sangat hebat!
Hampir seperti orang yang dalam keadaan mati,
mendapatkan hidup kembali. Apakah kau berani?"
"Teecu tidak tahut," yawab Gokhiol sambil menggertakkan giginya. Wan Hwi Sian mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah, yang kedua ialah kau harus mentaati segala perintahku!
Apa saja yang kuminta, kau harus melaksanakannya tanpa memberi alasan! Bila kau berani melanggar dan membangkang, maka hukumannya keras
sekali. Dan apabila terjadi, kau tak boleh mengeluh ataupun menyalahkan aku. Baiklah hal ini kau renungkan dulu
baik2, setelah masak kau pikirkan, barulah kau berikan keputusanmu kepadaku!"
Tatkala itu hati Gokhiol sudah percaya penuh terhadap Wan Hwi Sian dan memujanya setinggi langit! Iapun
beranggapan sebagai seorang murid terhadap suhunya,
maka sudah menjadi kewajibannya mentaati segala
peraturan apa saja yang diberikan.
Terdengar pula Dewa Kera Terbang berkata : "Umpama
kata saja aku menyuruh kau membunuh seseorang, tak
perduli siapa gerangan orang itu, kau harus memenuhinya!
Mengertikan apa yang kumaksud?"
Gokhiol berfikir dalam hatinya : "Baiklah aku
menyetujuinya terlebih dahulu, kelak baru akan kupikirkan dengan tenang."
Maka iapun menjawab : "Yah!, teecu takkan ber-pikir2
Iagi Walaupun suhu menyuruh teecu matipun, aku takkan menolaknya. Apa lagi yang harus dibicarakan?"
Wan Hwi Sian tersenyum. "Baiklah," sekarang syarat yang ketiga. Dalam masa dua tahun ini, kecuali aku sendiri kau tak boleh bertemu dengan lain orang."
"Itupun memang sudah seharusnya," jawab Gokhiol dengan serentak.
"Baiklah," Wan Hwi Sian berkata, "sekarang kau adalah muridku. Marilah ikut aku pulang."
Wan Hwi Sian mengambil jalan diantara bukit2 yang
tinggi, sedangkan Gokhiol mengikutnya dari belakang.
Mereka berjalan sampai jauh malam.
Dari kejauhan yang kelihatan hanya puncak gunung
yang keputih2an diselubungi salju dan tebing2 gunung yang terjal. Tak lama kemudian sampailah mereka pada puncak gunung dan tampak dibawah puncak itu sebuah sungai es yang mengalir sepanjang ribuan lie, bergemerlapan disinari Rembulan. Lapisan es yang membeku diatas aliran air
rupanya tidak melumer sepanjang tahun. Sungguh suatu pemandangan alam yang menakjubkan!
Wan Hwi Sian memecahkan kesunyian dan katanya :
"Tempat kediamanku terletak diujung sungai es itu. Kita masih harus menempuh jalan selama dua jam, barulah
sampai disana." "Apa halangannya untuk berjalan. Janganlah suhu
menghiraukan untuk berjalan selama dua jam lagi. Sehari lagipun teecu akan menuruti suhu," ujar Gokhiol.
Tapi baru saja ia selesai berkata atau ia menjadi heran.
Sebab dihadapannya jalanan terputus, yang terbentang dibawah adalah sebuah jurang!
"Suhu, kita sudah berada dipuncak gunung, sedangkan
didepan kita tidak ada jalan lagi."
Sambil menuding kebawah Wan Hwi Sian berseru :
"Terjunlah kebawah!"
Berbareng itu ditariklah tangan Gokhiol oleh Dawa Kera Terbang dan ber-sama2 mereka terjun kedalam jurang yang curam! Tampak dua titik bayangan terapung! diangkasa me-layang2 kebawah, dan tatkala kaki mereka hampir
menyentuh tanah, Wan Hwi Sian mengayunkan tubuhnya
bersama tubuh sipemuda mengikuti aliran sungai es!
Bagaikan anak panah terlepas dari busurnya kedua orang itu melesat diatas permukaan sungai yang telah menjadi es.
Terdengar ditelinga pemuda kita deru angin yang keras dan tahu2 dirasakannya tubuhnya tertumbuk pada sebuah
dinding tebing. Tapi buru2 Wan Hwi Sian menariknya
dengan sebat, dan mereka menikung kesamping dengan
pesatnya. Bukan kepalang rasa terkejutnya Gokhiol! Peluh dingin mengucur diseluruh badannya.
Sungai es mengkilap bagaikan cermin, memanjang dan
licin sekali. Sebab itu sekali orang meluncur diatasnya,
maka sukar sekali untuk berhenti. Entah berapa Iama
merela "terbang" diatas es, melewati tikungan2 yang tajam.
Tanpa tertahan lagi Gokhiol merasa pening dan matanya menjadi berkunang-kunang.
Kiranya sungai es itu berakhir pada sebuah jurang
gunung dimana kedua belah sisinya merupakan lamping
yang sangat berbahaya. Lamping itu menegak lurus
bagaikan dinding tembok, terdiri dari es menjulang
keangkasa. Terdengarlah Wan Hwi Sian berseru : "Kita sudah sampai !"
Tubuh Gokhiol terguling-guling dan ia dapatkan dirinya sudah jatuh kebawah lamping gunung. Kiranya muara
sungai berada diantara tebing batu dan merupakan sumber air terjun. Sepanjang tahun es itu tidak mencair, maka muara itu seperti bukit es yang miring letaknya.
"Rupanya aku tadi terguling jatuh dari bukit es itu,"
pilkir Gokhiol seorang diri.
Pemuda kita mengawasi lebih jauh keadaan sekitar
tempat itu dan tampak diihadapannya terbentang sebuah bangunan ibadah kaum Too-kauw. Besar dan mentereng
sekali bentuk kuil itu dan ketika Gokhiol menghampiri lebih dekat, maka kelihatnya pada gerbang pintu tertera tulisan.
"LENG WAN KOAN" atau Rumah lbadah Kera Sakti.
Lebih tepat dikatakan kuil itu didirikan me!ekat pada dinding tehing yang curam, sebab bagian belakang


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangunan itu tembus kedalam goa gunung yang lalu buntu.
Sedangkan jalan tembusan tidak ada, yang terdapat hanya secbuah panggung batu yang tingginya belasan tombak.
Wan Hwi Sian mengajak Gokhiol masuk kedalam
rumah ibadah itu, lalu ia menuding pada sebuah patung yang berjanggut merah, yang berdiri diatas meja sambil
berseru : "Muridku, patung ini ialah Couw-su-kongmu
(datuk guru)! Lekaslah bersujud dihadapannya !"
Gokhiol melihat pada kepala patung itu terdapat sebuah topi Peng-Thian-Koan, sedangkan pakaiannya adalah dari kaum Sui-Hwee To-Bauw. Yang mengherankan adalah
muka patung itu! Tak ubahnya seperti manusia hidup saja!
Itulah patung Hwee Liong Cinjin!
Segera pemuda kita berlutut dihadapannya sambil
mengguk beberapa kali, dengan hikmatnya.
Wan Hwi Sian membawanya kedalam sebuah kamar
dan disuruhnya pemuda kita untuk tidur. Pintupun ditutup dengan suara keras.
Gokhiol melihat keadaan dalam kamar itu. Seluruh
dinding terbuat dari batu dan diatas terdapat sebuah lobang angin. Besar lubang itu hanya sampai kepala orang saja.
Gokhiol memanjat keatas dan melongok keluar. Tampak
dimukanya gunung yang tinggi puncaknya. Sedangkan
dibawahnya terbentang lautan es yang meluas tiada terlihat batasnya. Melihai pemandangan yang dahsyat itu, hati sipemuda merasa kecil. Akhirnya ia turun dan merebahkan diri diatas pembaringan.
Menjelang fajar, Gokhiol samar2 mendengar orang
berbisik memanggilnya. "Tio Kongcu! Tio Kongcu!"
Dalam keadaan setengah mimpi ia melihat Hay Yan
sedang mendekatinya. Pakaian sigadis serba-putih dan ditangannya tergenggam Mo-hwee-kiam.
"Apakah kau ingin menangkap aku lagi?" demikian
Gokhiol berteriak dengan suara gusar.
"Kongcu, bangunlah!"
Pemuda kita terkejut dan bangun sebab dahinya kena
sesuatu. Tatkala dibukanya matanya lebar2, ia mendapatkan dirinya masih tetap rebah dalam pembaringan didalam kamar. Dari lubang angin sinar yang lemah
menerobos masuk kedalam kamar. Rupanya fajar akan
segera menyingsing. DiIihatnya sesosok tubuh manusia tengah bergantungan terbalik dan berbisik dengan pelahan :
"Kongcu, aku menengokmu!"
Gokhiol tercengang. Suara itu suara perempuan!
Nampaklah kepala perempuan itu yang bundar dengan dua kepang terbalik kebawah. Siapa lagi yang mengenakan
rambut secara demikian kalau bukannya ....Tai-tai"
Pemuda kita cepat2 lompat dari pembaringanya, lalu
memanjat kelubang angin. Keadaan diluar masih diliputi halimun, tak kelihatan apa2. Yang nampak hanyalah Tai-tai yang bergaya seperti capung gelantungan (To-Su Ceng-Teng),
kakinya mengngait atap rumah. "Tai-tai"! Bagaimana kau dapat kemari?" tanya Gokhiol dengan keheranan.
"Hi-hi-hi Kongcu juga datang," jawab si tolol sambil mesem, "kalau Kongcu boleh datang, kenapa aku tidak
boleh" Diam2 pemuda kilta mulai sadar bahwa Tai-tai pun
memiliki kepandaian yang tinggi.
"Apa Siociamu juga datang?"
"Huh, kau sigenit hanya mencari nonaku saja. Apa kau tidak mengingat sedikit kepadaku?" Tai-tai mengolok sipemuda sambil menyipiti matanya.
"Rupanya kalian telah membuntuti aku," kata Gokhiol,
"aku baru saja kemarin malam tiba, kini kalian sudah
menemui jejakku sampai disini. Apakah kalian tidak takut kalau nanti dilihat oleh suhuku?"
Tai-tai tak menghiraukan perkataan sipemuda bahkan
sebaliknya sambil cemberut ia mendesis.
"Memang orang selalu salah menangkap apabila ingin
berbuat baik. Nonaku telah menyuruh aku mengirim surat untukmu. tapi sebaliknya kau kini menuduh kami telah menguntit dirimu!"
Dalam hati Sanubarinya pemuda kita memang rindukan
Hay Yan. Kini mendengar Tai-tai mengatakan bahwa ia
membawakan surat, iapun merasa girang.
"Tai-tai yang baik, mana surat itu ?"
Tai-tai merogoh kedalam kantong bajunya. Tiba2 ia
berkata : "Kongcu, terlebih dahulu kau harus memejamkan kedua
matamu, sesudah itu barulah akan kuberikan surat itu kepadamu!"
Gokhiol menuruti permintaan gila itu, dipejamkannya
matanya. Tanpa disengaja mulutnya terbuka. Pada saat itulah mendadak saja Tai-tai memasukkan secara paksa sebutir pil kedalam mulutnya! Berbareng mukanya
digampar dengan kerasnya sehingga pil itu tertelan masuk melalui lehernya.
Pemuda kita jatuh terguling saking kagetnya, tapi piI sudah masuk kedalam perutnya. Barulah sekarang ia sadar bahwa dirinya tengah dipermainkan oleh Tai-tai!
"Hi-hi-hi! Maafkan aku, Kongcu!" tertawa sitolol seraya meninggalkan kamar dengan gerakan Hai-hong Jut-yauw
atau Burung-walet-keluar-dari-sarang dan terus lompat turun.
Gokhiol lompat pula kelubang angin, tapi karena
keadaan cuaca yang masih diliputi oleh halimun, maka tak kelihatan apa2 lagi dari bayangan Tai-tai.
Dengan hati mendcngkol Gokhiol meraba Iehernya dan
memandang keluar. Tampak sinar matahari mulai muncul dari balik bukit, hawa segar masuk kedalam hidungnya, badannya nyaman sekali. Apakah ia bermimpi, pikirannya dengan ragu2.
la tertawa getir dan kembali turun. Tapi baru saja ia tiba dekat pembaringan atau disamping bantalnya ia melihat secarik kertas. Diambilnya kertas itu dan dibukanya dengan hati berdebar-debar. Beginilah tulisannya : "Suhumu
hendak melenyapkan seluruh kepandaian silatmu pada hari ini, sebab itu aku telah berikan padamu sebuah pil melalui Tai-tai, yang dinamakan PIT JIAUW WAN atau Pil
penutup jalan-darah. Pil tersebut untuk sementara dapat menutupi kepandaian silatmu. Ingatlah! Jangan sampai ada orang yang mengetahuinya, kalau sampai ketahuan rahasia ini, niscaya kau akan ... binasa!"
Kejadian yang demikian cepatnya membuat Gokhiol
sungguh merasa heran. Masih teringat olehnya dahinya kena sesuatu. Rupanya. kertas itulah yang telah disentilkan kepadanya oleh Tai-tai. Tapi bagaimana Hay Yan sampai dapat mengetahui bahwa pada hari ini, suhunya hendak melenyapkan seluruh kepandaiannya"
Tiba2 dari luar terdengar suara tindakan kaki. Tergesa gesa Gokhiol melemparkan carikan kertas tersebut keluar melalui lobang angin. Baru saja ia melemparkan kertas itu, atau pintu kamar sudah dibuka oleh ... Wan Hwi Sian. la menatap sebentar dengan curiga kepada Gokhiol, Ialu
berkata : "Muridku, hari ini kau mulai dengan pelajaranmu.
Makanlah dahulu sebentar."
Hari pertama kedua kaki Gokhiol diikat oleh Wan Hwi
Sian, lalu digantung-dengan kepala kebawah. Setelah aliran darahnya turun, sekonyong2 ubun2 kepalanya ditepuk oleh Wan Hwi Sian. Tubuhnya bagaikan disambar kilat! Kedua tangan kakinya lantas menjadi kejang dan ototnya seperti putus! Saking sakitnya, pemuda kita menjerit keras dan meronta dengan sekuat tenaga. Tali yang menggantung
tubuhnya putus, ia jatuh ketanah! Gokhiol pingsan ....
Setelah siuman kembali ia sudah berada diatas
pembaringan. Rasa lelah yang luar biasa melemaskan
sekujur tubuhnya. la menoleh dan tampak Dewa Kera
Terbang berdiri mengawasinya, sambil tersenyum kecil.
"Hari ini aku telah melenyapkan seluruh kepandaian
silatmu." ujar Wan Hwi Sian. "Sejak hari ini kau adalah murid dari partai Leng-Wan Pay."
Gokhiol bangkit dengan gemetar, lalu berIutut.
"Suhu telah sudi menerima teecu sebagai murid, maka
sejak ini dan seterusnya, seluruh jiwa-raga akan kupersembahkan sebagai milik suhu. Dan untuk seumur
hidup, teecu akan mentaati perintah suhu!"
Mendengar ucapan sang murid, wajah Wan Hwi Sian
berseri-seri. Ia meng-usap2 kumisnya dan tertawa terkekeh-kekeh.
Pada hari2 selanjutnya Wan Hwi Sian mengajak
Gokhiol kepuncak yang penuh salju. Disana ia diajarkan bersamadhi dan melatih pernapasan. Dengan kepandaian menyalurkan hawa murni dari telapak-tangannya, Wan
Hwi Sian menambah tenaga-dalam muridnya. Hawa Cin-
khie meresap kedalam tubuh Gokhiol, terus kejantung dan membuka seluruh jalan2-darah.
Dibagian Tan-tian timbul hawa Soen-Yang, yang
mengalir dan ber-putar2 keseluruh bagian dari tubuhnya.
Setelah mengikuti perputaran menurut alam sejumlah tiga ratus enampuluh kali, maka lewat empat puluh sembilan hari Gokhiol telah berhasil menyelami kepandaian berlatih iImu pernapasan Leng-Wan Pay. Tubuhnya menjadi ringan sekali, sedangkan pernapasannya lebih kuat dari sebelum ia datang ketempat itu. Bukan kepalang girangnya hati
pemuda kita! Diluar dugaan Wan Hwi Sian sebetulnya sedang
melaksanakan percobaan ilmu yang baru kepada sipemuda dengan
maksud tertentu. Adapun ilmu GOA-TO- HIANKONG, yaitu sejenis ilmu kebal yang diberi nama
Sui Hee To (Jalan air dan api), hanya dapat dijalankan pada tubuh seorang jaka yang masih suci bersih.
Ilmu ajaib ini jika dilatih secara kaum Buddha,
sedikitnya harus bertapa selama delapan belas tahun
lamanya. Sama halnya dengan Kim-Kong Put-Hway-Kang
atau Tenaga Pengawal Buddha yang tersohor itu.
Kini Wan Hwi Sian mendapatkan suatu cara belajar
yang lebih singkat dan cepat, yang dipelajarinya dari kitab To-Ke Pit-Kip, suatu kitab rahasia dari kaum Too-kauw.
Apabila seorang berhasil dengan ilmu tersebut, maka daya dan khasiatnya tidak ada bedanya seperti menguasai Kim-Kong Put-Hway-Kang.
Wan Hwi Sian memberikan ilmu tersebut kepada
Gokhiol adalah tidak lain karena ia sendiri telah berusia lanjut dan syarat mutlaknya adalah bahwa orang itu harus masih perjaka suci. Demikianlah Gokhiol telah diperalat sebagai percobaan! Apabila kelak berhasil dengan baik, maka dia dapat menitahkannya untuk membasmi lawan2nya!
Pada hari berikutnya Gokhiol ditanggalkan bajunya, lalu digantung dalam sebuah kamar pengolahan obat2an.
Dibawahnya dinyalakan api yang besar sehingga tubuhnya terasa bagaikan dipanggang! Makin lama kulitnya mulai hitam tambus dan keringat tak henti2nya mengucur
bagaikan air hujan. Mulutnya menjadi kering sekali dan matanya menjadi merah berdarah. Sambil meleletkan
lidahnya, ia berseru dengan napas tersengal-sengal : "Su. .. .
Suhu, tee ... teecu ... . tidak tahan lagi!"
"Anak yang baik." terdengar suara Wan Hwi Sian
dengan nada yang dalam, "tahanlah sedikit lagi akan
penderitaanmu ini. Tahanlah untuk beberapa saat pula.
Nanti akan kuberikan kanair obat."
Disudut kamar terdapat sebuah empang kecil berisikan air, sedangkan didasarnya terbenam balokan es. Selain itu terdapat pula tidak jauh dari empang kecil itu, sebuah belanga besi berkaki tiga yang bawahnya dinyalakan api.
Dalam belanga besi tersebut terisi semacam cairan yang mendidih.
Gokhiol samar2 mengawasi empang yang terisi air
dingin itu. la sudah tak tahan lagi, badannya panas sekali.
Hampir2 saja ia pingsan ... pingsan.
Wan Hwi Sian menyendok cairan dari dalam belanga
besi dan menghampiri muridnya : "Lekas buka mulutmu!
Aku berikan obat padamu!" Gokhiol yang sudah tidak dapat membuka matanya lagi, segera membuka mulutnya.
Wan Hwi Sian menuangkan cairan mendidih itu
kedalam mulut pemuda kita.
Bukan kepalang rasa terkejutnya Gokhiol! Bagaikan
segumpalan api menembus kedalam tubuhnya saja, cairan yang dikatakan obat itu. Lebih tepat cairan itu disebut dengan air raksa yang mendidih!
Gokhiol berteriak sekuat tenaga, tapi napasnya sesak sekali. Pada saat itulah Wan Hwi Sian melepaskan tali gantungan lalu melemparkan pemuda kita keempang air.
Tubuh Gokhiol terbenam didalam air bercampur es itu. Air mendesis keras disusul dengan asap putih yang mengepul dari permukaan air.
Gokhiol tengah mendapat gemblengan yang sangat
hebat! Tanpa terasa lagi setengah tahun telah lewat, pemuda kita telah menjadi manusia baru yang berkulit tembaga dan bertulang besi. Air maupun api takkan dapat membahayakannya!
Selanjutnya Wan Hwi Sian mulai mengajarkannya iImu
pedang Leng-Wan Kiam-hoat (Ilmu Pedang Kera Sakti).
(Adapun pemuda kita harus pandai melompat kesana
kemari, tinggi-rendah dengan gerakan yang gesit sekali.
Seperti kera saja. Pada satu hari sang guru dan murid duduk berhadapan
untuk melatih jalan pernapasan. Perlahan-lahan Wan Hwi Sian menyalurkan tenaga-dalamnya yang telah dilatihnya selama puluhan tahun, kedalam tubuh Gokhiol!
Tiba2 bercekadlah hatinya pemuda kita. la merasa
bahwa dari sepuluh jari suhunya yang ditempelkan pada tubuhnya, hanya ... sembilan jari2 saja yang mengeluarkan getaran2!
"Mengapakah telunjuk tangan-kanannya tidak mengeluarkan apa2?" pikirnya heran.
Sebaliknya setelah diperhatikannya, ternyata sepuluh jari2 orang itu lengkap, iapun tidak menaruh curiga lagi.
Setahun telah lewat tanpa terjadi sesuatu peristiwa
penting. Selain mengikuti Wan Hwi Sian pergi meninggalkan Leng Wan Koan, Gokhiol belum pernah
berjalan seorang diri. la selalu bersamadhi menambah tenaga-dalamnya, tekun mempelajari ilmu Ciang-hoat dan Kiamhoat.
Pada suatu hari Dewa Kera Terbang turun, gunung dan
menurut keterangannya ia akan pergi selama setengah
bulan lebih lamanya. Gokhiol dipesan agar menjaga kuil Leng Wan Koan dengan baik2, disamping harus terus
menerus berlatih apa yang telah diturunkan kepadanya.
Selain itu pemuda kita hanya diperkenankan pergi
kepuncak gunung untuk berlatih, sedangkan turun gunung sama sekali tidak diperkenankan.
Kemudian Wan Hwi Sian bergerak melompat dan
sekejap mata saja ia sudah naik kemulut batu gunung, dimana sebelumnya mereka pernah masuk melalui muara
sungai dari es. Berselang dua hari, Gokhiol mulai merasa kesepian,
tinggal seorang diri didalam rumah ibadah. Pikirnya : Sudah setahun sejak aku datang kesini, selain Tai-tai iang pada hari pertama kujumpai, tak ada lain orang lagi yang kulihat. Kini suhu sedang turun gunung, mengapa
kesempatan ini tidak kupergunakan untuk pergi keluar. Dan apabila ,dibawah sana ada seorang penjual arak maka aku senang sekali untuk minum beberapa cangkir.
Demikianlalh setelah mengambil keputusan, diambilnya sebilah pedang dan ditinggalkannya rumah ibadah ini.
Sampai didepan kuil ia menengadah keatas, dan dilihatnya mulut batu gunung kira2 tujuh sampai delapn tombak
tingginya. Sebenarnya ia belum pandai melompat setinggi itu, tapi kini ia ingin menjajalnya. Dengan menyedot hawa Cin-kie dan Tan-tian, tiba2 ia menjejakkan kakinya dan diluar dugaannya ..... tubuhnya lantas membubung tinggi keudara! Tahu2 ia sudah sampai diambang mulut batu
gunung! Pemuda kita sangat terkejut bercampur girang. Gua batu itu rupanya adalah sebuah terowongan dan ia masih ingat bahwa dari tempat itulah ia dulu tergelincir jatuh kebawah.
Maka ia beranikan diri untuk memasuki terowongan dan setelah berjalan beberapa puluh tombak, tiba2 keadaan menjadi terang benderang. Rupanya ia sudah sampai diluar gunung.
Tampak olehnya sungai es darimana ia dahulu datang,
yang Ietaknya terapit oleh dua puncak gunung. Dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuh ia melompat
keatas ... ---oo0dw0oo--- SUNGAI es itu ber-liku2 bagaikan ular, dan Gokhiol
merasakan tubuhnya ringan sekali, bagaikan seekor burung walet menyusuri jurang2 gunung yang berbahaya. Saat
kemudian ia tiba dibawah ... gunung. la melihat keatas dan menjalarkan matanya dengan lebih jelas. Kiranya tempat itu bukanlah jalan yang pernah ditempuhnya waktu dulu!
Diawasinya dengan heran lereng2 gunung yang terjal serta puncak2.
Tiba2 terdengar suara orang berseru dibelakangnya. "Halo! Bukankah yang datang kesini Tio Kongcu?"
Bagaikan kilat Gokhiol menoleh kearah darimana suara itu datang dan ... dilihatnya seorang gadis cantik jelita muncul keluar dari balik batu gunung.
"Halo! Bukankah yang datang kisini Tio Kongcu?" Bagaikan kilat Gokhiol menoleh kearah darimana suara itu datang dan ...
dilihatnya seorang gadis cantik jelita muncul keluar dari balik batu gunung.
Pemuda kita tertegun. Itulah Hay Yan, gadis yang siang-malam dikenangi
olehnya! Perasaan heran dan girang bergolak dalam
hatinya. Untuk beberapa saat lamanya dipandanginya gadis itu tanpa dapai mengucapkan sepatah kata pun juga.
Hay Yan menghampiri dengan tindakan ayu, disapanya
Gokhiol : "Tio Kongcu, apa kau masih membenci aku!"
Dengan susah payah aku tetah mencari kau sehinga sampai
disini. Adapun sampai aku berbuat demikian tidak lain adalah untuk memberi beberapa penjelasan kepadamu."
Keadan menjadi sunyi kembali, anginpun seolah-olah
berhenti. Ampat mata saling memandang.
Berdebar-debarlah jantung Gokhiol. Ingin ia menjerit mengungkapkan rindu-dendamnya, ingin ia mendekap
tubuh yang gemulai itu.....
Serabut sutera yang terhalus adalah bagaikan rumput
saja jika dibandingkan dengan rambut yang terkulai pada pipi sijuita. U1ar2 pasti mengiri jika melihat gerakan tubuhnya yang halus tatkala sicantik berjalan. Sedangkan napasnya memenuhi udara disekelilingnya dengan bau
harum yang sedap, karena boleh dikata Hay Yan adalah gadis tercantik dalam dunia... dimata pemuda kita,
tentunya. Angin dingin yang menampar pipi Gokhiol, telah
menyadarkan pemuda kita bahwa Hay Yan sebenarnya
adalah... Wie Mo Yauw-lie! Seorang pembunuh yang
telengas! ular betina yang cantik, yang menyembunyikan kekejamannya dan kesesatan dibalik ... kecantikan.
"Nona Hay Yan, apakah yang ingin kau sampaikan
kepadaku ?" ujarnya dengan dingin, "bukankah lebih tepat apabila dikatakan bahwa kau mencari aku untuk memberi hukuman atas pelarianku dari Kota Hitam"
Mendengar sindiran sipemuda, Hay Yan tersenyum getir dan tidak menjadi gusar.
"Bukankah setahun yang lalu Tai-tai pernah memberikan pil kepadamu, yaitu pil Pit-Jiauw-Wan" Sebenarnya pada waktu itu akupun berada dengannya..."
"Jika pada waktu itu kau berada disana, mengapa kau
tak mau menemui aku?"
Hay Yan memandang dengan sunguh2, lalu menjawab :
"Aku tahu bahwa pada waktu itu hatimu masih penasaran terhadapku dan lagipula aku tak mau mengacaukan
pikiranmu selagi kau bermaksud menjadi murid tosu itu."
"Apa maksudmu untuk menyuruh Tai-tai membuat aku
menelan pil itu?" tanya pemuda kita dengan mendongkol, karena mengingat tentu sicantik tertawa geli tatkala ia jatuh terguling dari lobang angin.
"Kelak Kongcu akan dapat memahaminya sendiri."
jawab Hay Yan, "lebih baik tidak kujelaskan padamu saat ini.
Adapun kedatanganmu

Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemari sekedar ingin menyampaikan berita kepadamu."
Sigadis terdiam, lalu bertanya dengan perlahan :
"Apakah kau sudah ketahui siapa sebenarnya pembunuh
ayahmu?" Mendengar pertanyaan yang datangnya seperti halilintar disiang hari bolong itu, mata pemuda kita terbuka lebar.
"Apakah kau bersungguh-sungguh dengan pertanyaanmu itu" Apakah kau sendiri telah mengetahui siapa gerangan pembunuh ayahku" serunya dengan
gemetar." Hay Yan merogo sakunya, lalu dikeluarkannya sebuah
benda yang lantas diserahkan kepada Gokhiol.
"Ayahmu binasa karena senjata-rahasia ini!. Sebenarnya ayahmu mengenal baik kepada Im Hian Hong Kie-su.
Bahkan sangat erat sekali pertalian persahabatannya. Tetapi setelah orang itu berhasil mencuri sebotol obat mujarab penyalin rupa didalam goa Cian Hut Tong, maka
kelakuannya sudah berobah bagaikan iblis. Orang itu terus-menerus merobah roman mukanya, hingga ayahmu tak
dapat mengenalinya."
Berhubung disebutnya tentang obat aneh itu, Gokhiol
teringat kembali akan peti yang ditemukannya dalam goa batu itu. Adapun diatasnya terdapat tulisan bahwa dalam peti tersebut tersimpan obat-mujarab penyalin rupa dan yowan untuk awet muda. Boleh jadi cerita sigadis bukannya khayalan belaka. lapun berkata : "Hay Siocia, baiklah aku terangkan sesuatu kepadamu. Dahulu ayahku telah
meninggalkan sepucuk surat wasiat yang antara lain juga diterangkan bahwa orang yang harus dicarinya itu pada tangan kanannya kehilangan sebuah telunjuk jari. Apakah Im Hian Hong Kie-su kehilangan sebuah jarinya?"
"Tepat sekali pertanyaanmu," jawab Hay Yan, "dahulu suhuku telah bertempur dengannya malam2 digunung Ben-See San. Suhuku telah sengaja memancingnya agar dia
melakukan pukulan dengan tangannya. Begitu orang itu menyerang, suhuku mengelak dan menyodorkan patung
ditangannya. Setelah diperiksanya dengan teliti, maka tampaklah..... tanda pukulan empat jari2-tangan! Maka suhuku segera mengenali bahwa orang itu adalah musuh besarnya. Namun kita harus sangat ber-hati2, karena orang itu sangat licin. Ia telah membuat sebuah telunjuk tangan palsu yang disambungkannya, sehingga dapat mengelabui mata orang. Apabila tidak kebetulan, maka sukarlah untuk mengetahui cacadnya."
Tanpa disadari Gokhiai berkata : "Hay Siocia,
bagaimana kau dapat tahu bahwa gurumupun bermusuhan
pada orang yang sama yang teIah membunuh ayahku?"
Hay Yan merasa te!ah terlanjur bercerita, maka iapun menjawab : "Persoalan itu sebaiknya kelak baru kuceritakan kepadamu. Hanya sckarang ingin sekali kuketaltui, apakah kau percaya atau tidak kepadaku?"
Gokhiol mengangkat pundaknya.
"Kau mengatakan orang itu bernama Im Hian Hong Kie-
su, maka aku juga percaya. Tapi apabila kau ingin
mengatakan bahwa dia adalah pembunuh ayahku, hal itu belum berani aku percaya. Kecuali apa bila kau dapat memberikan bukti yang nyata:"
Melihat akan keraguan sipemuda, Hay Yanpun. berkata :
"Dapatkah kau meninggalkan tempat ini untuk beberapa waktu"
Nanti akan kuperlihatkan beberapa bukti kepadamu!" Gokhiol merasa sangsi. Pikirnya ini mungkin suatu tipu muslihat dari sigadis untuk menjebaknya. Walaupun
demikian dalam hatinya ia ingin lebih lama melewatkan waktu dengan sicantik itu.
"Kongcu, sekarang kau sudah berhasil menyelami ilmu
silat dari Leng Wan Pay," ujar Hay Yan sambil tersenyum,
"mengapa kau harus merasa takut seperti dahulu?"
Mendengar teguran yang halus itu Gokhiol merasakan
mukanya panas, dan sambil tertawa ia menyahut : "Tempat apakah yang kini kita sedang berada, mungkin kau
mengetahuinya. Dan nanti dapatkah kau hantarkan aku
kembali kemari?" Mendencar pertanyaan tersebut Hay Yan tertawa geli.
"Jika melihat usiamu, kau lebih tua dari padaku, tapi kalau dilihat dari kecerdikanmu .... hi-hi-hi!... tempat kau belajar silat saja tidak kau ketahui!-Bukankah hal itu sangat memalukan?"
Sicantik menunjuk kedepan...
"Puncak yang tinggi itu disebut Mo-thian Nia yang
letaknya disebelah Utara dari Kiam-bun dan merupakan
juga anak cabang dari gunung Bin Gek San. Sekarang bila kau mau ikut denganku, lekaslah kita berangkat!"
Demikianlah kedua muda-mudi itu meninggalkan
gunung Mo-thian Nia. Disepanjang jalan mereka bercakap-cakap
dengan riangnya, dengan sebentar-sebentar diselingi...... senda gurau. Untuk Gokhiol hal ini adalah untuk pertama kalinya bahwa ia berjalan bersama dengan gadis idaman hatinya. Ia menurut saja bagaikan kambing jinak.
Dikala malam hari mereka bermalam dirumah penginapan dan masing2 mengambil sebuah kamar.
Apabila ada yang bertanya, mereka mengaku sebagai kaka beradik. Tak berapa lama kemudian tibalah mereka diluar perbatasan Giok-bun-koan. Setelah sampai disitu, pemuda kita mengenali kembali jalan2an.
Berselang berapa waktu pemuda kita melihat pula daerah gurun pasir dan iapun merasa heran dan kaget.
"Apa kau ingin menipu aku lagi untuk balik ke Kota
Hitam?" ia bertanya.
Hay Yan melontarkan senyumnya yang menarik sukma.
"Bila kau merasa curiga, silahkan kembali kepuncak Mo-Thian Nia!" jawabnya,
Gokhiol tertawa. Dalam hatinya ia berpikir bahwa
gadisnya ini mempunyai tabiat yang jail pula.
Tatkala itu Sang Surya telah condong ke Barat, kedua muda-mudi itu mendaki puncak Beng-See San. Kemudian
kedua pendekar muda itu mempergunakan ilmu meringankan tubuh dan berlari dengan kencangnya. Seolah-olah bintang berkilas, tak lama kemudian sampailah mereka pada goa Teng Hong, mereka langsung kekaki gunung.
Itulah tempat dimana dulu Hek Sia Mo-lie bertempur
mati2-an dengan Im Hian Hong Kie-su.
Hay Yan mengambil dari semak2 sepotong batu, yang
bukan lain adalah sebuah lengan patung.
"Cobalah kau perhatikan. Bekas Telapak tangan ini ada berapa jumlah jarinya?" uyar Hay Yan.
Itulah lengan patung yang dipergunakan sebagai perisai dulu oleh Hek Sia Mo-lie.
Gokhiol memperhatikan bekas telapak tangan itu, dan
pada detik itu juga napasnya tersesak. Peras2an dingin menggigilkan sekujur tubuhnya.
"Yang ada .... hanya.... empat jari tangan ?" cetusnya.
"Bukankah yang kurang satu itu adalah telunjuknya?"
tanya Hay Yan. Tatkala itu Gokhiol telah meluap-luap kegusarannya,
keinginannya untuk membalas dendam bergelora keluar
bagaikan air sungai Tiang-kang yang mengamuk menghancurkan bendungan. Tiba2 ia mendongak kelangit dan terdengarlah teriaknya yang mengguntur : "Ayah! Hari ini puteramu telah mengetahui siapa musuh-besarmu! Aku akan menghirup darahnya, aku aku hancurkan tubuhnya
sampaikan berkeping-keping!"
Begitu selesai bersumpah lalu lengan patung itu
diremasnya. Sungguh hebat sekali tenaga Gokhiol! Lengan batu
itu hancur dan menjadi debu ditangannya,
berterbangan dihembus angin.
Gokhiol telah mempergunakan tenaga yang sepuluh kali lipat dari pada kekuatannya yang dahulu. la sendiri pun tercengang menyaksikan hasil latihannya yang dahsyat ini,
"Setahun saja kita berpisah, tak dinyana kepandaian
kongcu menjadi demikian tingginya bisik" Hay Yan amat kagumnya.
Gokhiol tak menghiraukan pujian sigadis. la menggumam seorang diri. "Im Hian Hong Kie-su, kau telah menyuruh aku berguru kepada Wan Hwi Totiang. Bukankah hal ini berarti setelah aku berhasil menamatkan pelajaran aku akan mencari kau untuk mengambil jiwamu. Memang roh ayahkulah yang
telah mempergaruhi pikiranmu untuk melakukan perbuatan bahaya ini. Kau telah memasang perangkap untuk dirimu sendiri!"
Tiba2 ia teringat pula akan pedang pusakanya Ang-liongkiam yang dahulu diselipkan dibawah sebuah batu gunung besar. Dan bahwa kelak setelah tiga tahun ia boleh datang kembali untuk mengambilnya. Hal ini diceritakannya
kepada Hay Yan. Sigadis hanya tersenyum. "Kau telah ditipu! Sungguh goblok kau ini, mau
mempercayai orang sampai sedemikian rupa. Marilah kita lekas pergi ketempat itu."
Tanpa ayal Gokhiol berlari, diikuti oleh Hay Yan.
Sepemakan nasi kemudian sampailah mereka ditempat
penyimpanan pedang Ang-liong-kiam.
Karena amarahnya telah meluap amat hebatnya, tanpa
banyak bicara lagi pemuda kita mendorong batu gunung!
itu. Batu gunung yang besar itu, yang beratnya ribuan kati mulai ber-goyang2. Sedangkan kedua kaki Gokhiol melesak kedalam tanah!
Sekonyong2 batu raksasa itu terangkat dari atas tanah dan menggelinding jatuh kebawah jurang, disusul oleh suara menggelegar yang seperti guntur kerasnya.
Tapi lubang dibawahnya.... sudah kosong! Pedang
pusaka Ang-liong-kiam sudah hilang tak berkesan, seolah-olah ditelan bumi.
Pemuda kita menahan amarahnya, ia mengawasi gadis
disebelahnya. "Kali ini apabila bukanya kau yang menunjukkan
kepadaku, niscaya rahasia pembunuhan ayahku akan
tersembunyi terus. Sungguh tak kusangka bahwa lm Hian Hong Kie-su itulah pembunuh ayahku! Tahukah kau kini di mana tempat kediamannya?"
Perlahan-lahan Hay Yan menarik tangan sipemuda
untuk meninggalkan tempat tersebut.
"Sekarang baru kau mengerti. Bukankah perjalanan kita jauh2 ini tidak sia2 belaka" Maka sebab itulah aku telah bersusah payah untuk bertemu denganmu dan kuharap pula agar kau suka maafkan perbuatan2ku waktu yang lalu."
Sicantik berhenti sebentar dan menundukkan kepalanya.
"Tempat ini letaknya tidak jauh dari kediamanku,
sedangkan haripun sudah mulai gelap. Maka lebih baik kita pergi kerumahku untuk bermalam disana. Nanti akan
kuceritakan segala rahasia yang kuketahui kepadamu!"
Tadinya Gokhiol masih mempunyai perasaan curiga
terhadap Hay Yan, tapi kini tersapu bersihlah kecurigaan itu.
Pemuda kita memandang tersenyum dan kebetulan
sekali Hay Yan tengah mengawasinya dengan sepasang
matanya yang bening merayu! Hay Yan menantikan
jawaban sipemuda dengan perasaan malu : "Apabila kau tidak menyuruh Tai-tai memalangkan pintu pula" jawah Gokhiol sambil bergurau, "maka undanganmu ini
bagaikan. karunia dari langit ketujuh."
Kedua pipi Hay Yan menjadi merah, sambil mencubit
sipemuda ia meniahut : "Sebaiknya hal tersebut jangan kita ungkap2 lagi. Nanti aku tinggalkan kau!"
Ber-sama2 kedua muda-mudi itu melomoat turun dari
atas tebing. Bagaikan sepasang burung- walet, mereka melayang turun dibawah sinar remang2. Sebentar saja
mereka sudah tiba dilembah.
---oo0dw0oo--- Keadaan di Hay-kee-cun telah malam. Permukaan air
danau mencerminkan kilauannya bintanq2 ditangit, amat indahnya. Kadang2 tertiup oleh angin sepoi2 permukaan air menunjukkan gelombang berirama yang sedap dipandang.
Hay Yan mengajak Gokhiol mengitari rumahnya tanpa
mengucapkan sepatah katapun juga. Setiba pada sebuah gundukan tanah, ia melompat naik keatas. Kiranya dari atas gundukan itu terlihat pemandangan sekitar taman yang terpelihara dengan indah sekali. Tampak pohon Liu yang berjajar dalam dua baris menghiasi beranda. Mereka
kemudian masuk kedalam ruang-tengah.
Tiba2 terdengar suara orang berseru : "Siocia datang!"
Pada saat itu juga tirai tersingkap dan Tai-tai berjalan keluar. Tatkala Gokhiol menoleh kepadanya, Tai-tai
mencibirkan bibirnya. "Eh, Tio Kongcu. Kau ketimpa rejeki apa" Tempat ini
adalah untuk siociaku tidur, sedangkan kaulah laki pertama yang pernah memasuki ruang ini."
Hay Yan lantas membentak.
"Hei, Tai-tai! Jangan kau berani berlaku kurang ajar terhadap kongcu! Lekas ambilkan teh."
Terbirit-birit Tai-tai berlalu.
Hay Yan menambahkan kayu. pada perapian yang telah
tersedia dalam ruangan itu dan menyediakan tempat.
duduk. Merekapun saling duduk ber-hadap2an.
"Waktu dahulu aku pernah masuk kedalam Kota
Hitam," pemuda kita membuka percakapan, "disana kulihat seorang wanita sedang tidur, apakala ia itu gurumu ?"
Hay Yan mengangguk. "Tak salah. Guruku adalah Hek Sio Mo-lie."
"Tapi," tanya Gokhiol dengan heran. Ketika aku
melihatnya didalam goa Cian Hut Tong, romannya buruk sekali dan menakutkan, tapi sebaliknya waktu kulihat ia sedang tidur, alangkah cantiknya."
Sebuah senyuman tersungging pada mulut Hay Yan, lalu ia mengisahkan tentang hal ikhwalnya Wanyen Hong,
puteri negeri Kim yang telah hilang. selama tujuhbelas tahun lamanya. Juga diceritakan bahwa gurunya telah
menelan obat pengawet muda sehinga oleh karena
kasiatnya obat tersebut, maka Wanyen. Hong harus bersilih ganti tidur satu bulan dan melek satu bulan. Sebab itulah maka wajahnya tetap muda dan tidak menjadi layu,
walaupun lanjut usianya! Dan apabila ia keluar untuk mencari selalu ia berkedok, guna mengelabui mata
sipenjahat itu." "Sekarang dimana adanya Iblis jahanam itu?" tiba2
Gokhiol menegurnya, "apakah kau sudah mendengar
berita?" Baru saja Hay Yan ingin menjawab atau sekonyong-
konyong terdengar suara yang sangat menyeramkan.
"Hai! Kamu berdua anak liar! Kalau sampai dibiarkan
hidup, niscaya kamu hanya menanam bibit penyakit saja.
Lebih baik aku matikan saja!"
Terkesiap Gokhiol mengenali suara.... Im Hian Hong
Kie-su! Sambil menghunus pedangnya, pemuda kita
meloncat keatas dinding tembok. Setibanya diatas genteng ia mengawasi sekelilingnya. Benar saja! Tidak beberapa jauh dari situ berdiri.... sibaju hitam! Seketika itu juga rasa amarahnya meluap timbul.
"Anjing tua! Benar2 kau licin sekali, untung aku tidak terdiebak oleh akal bulusmu! Kiranya kaulah yang telah membunuh ayahku!"
Gokhiol merasakan dadanya sesak saking gusarnya,
dengan mata berkilat-kilat ia mengangkat padangnya.
"Kau telah mengelabui mataku agar aku bertengkar
dengan Wanyen Hong dan muridnya. Untung hari ini juga rahasiamu telah tersingkap!"
Dengan teriakan mengguntur diputarnya pedangnya,
yang lantas lenyap menjadi gumpalan sinar putih, menyusul ujung pedang menikam kearah kepala lawannya.
Buru2 sibaju hitam menyingkirkan diri dari tikaman ang dahsyat itu. Lalu dari dalam lengan bajunya ia keluarkan sebilah pedang yang bercahaya merah.
Pemuda kita segera mengenali pedang pusaka Ang-liongkiam yang menjadi kepunyaannya sendiri!. Maka bukan
main rasa marahnya, sekali lagi ia maju menyerang.
Kali ini sibaju hitam tidak berkelit, sebaliknya tampak sinar pedangnya berkelebat bukan main cepatnya. Tahu2
Gokhiol merasakan tangannya gemetar, sedangkan pedangnya terhisap oleh suatu tenaga yang tersembunyi.
Dengan sekuat tenaga ia menarik kembali pedangnya.
Cahaya merah berkilauan menyerang dengan hebatnya
dan.... Lok-mo-ciang.... menyambar mukanya!
Keringat mengucur disekujur tubuh Gokhiol. la insaf
akan bahaya yang sedang mengancam dirinya. Tetapi pada saat yang genting itu tiba2 terdengar suara berdesiran dua kali dan cepat2 sibaju hitam membungkuk kebawah sambil menangkap sesuatu. Setelah ia berdiri kembali, maka
ditangannya tergenggam dua buat senjata-rahasia berupa anak panah yang terbuat dari emas.
"Ha-ha-ha!.... siluman kecil," berteriak sibaju hitam
"sampaikan ayahmu sendiri berani kau serang secara
gelap." Sambil mempergunakan kesempatan musuhnya sedang
lengah sebentar, pemuda kita tak alal lagi menarik kembali pedangnya dan melompat mundur.
Hay Yan melompat tinggi keudara untuk kemudian
turun menyerang dengan pedangnya sambil berseru :
"Sambulah pedangku, tua bangka yang tak kenal malu!"
Tiba2 saja kedua tangan sibaju hitam terbentang, deagan sebelah tangan ia menikam dengan pedangnya dengan
gerakan Heng-kek Kim-liong atau Menyanggah-belanga
emas secara-melintang untuk menangkis pedang sigadis.
Sedangkan sebelah tangannya lagi menimpukkan dua buah anak-panah emas tadi yang ditangkapnya itu kearah muka
Gokhiol. Begitu senjata2-rahasia tersebut membeset udara dengan kecepatan antara kelihatan dan tidak, tangannya sudah lantas menyerang Hay Yan!
Gadis kita yang sedang menangkis pedang musuhnya
mau tak mau harus mengosongkan pembelaan pada bagian bawah. Dan hal itu tidak dilewatkan lagi oleh sibaju hitam,... telapak tangannya menyambar kearah mukanya.
Gokhiol kaget sekali. Secepat kilat ia maju kedepan
sambil menggerakkan pedangnya.
"Trang! Trang!"
Kedua anak-panah itu jatuh terpental.
Melihat serangannya digagalkan oleh pemuda kita.
sibaju hitam lompat kesamping, gesit luar biasa. Berbareng pedangnya menangkis keatas, hebat sekali!
Terdengarlah suara logam beradu amat kerasnya dan
terpentallah pedang Gokhiol.
Ilmu pedang sibaju hitam bukan saja ganas, tapi
gerakannya dan mengambill kedudukannya sangat tepat


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan terkendalikan. Sedikitpun tak mempelihatkan kelemahan. Kini dia merobah serangannya. dengan tangan!
Tiba2 Gokhiol menjadi terkejut! Adapun Ciang Hoat itu adalah merupakan ilmu silat yang tiada bandingannya
dikolong langit ini, yang bukan lain daripada Kim-kong Put-hway-kang atau Tenaga Pengawal Buddha! IImu
tersebut hanya terdapat dikalangan perguruan kaum
Buddha saja. Serupa dengan ilmu Goa-to Hian-kong yang sudah dipelajarinya, maka Gokhiolpun sangat heran dan terperanjat.
Teringatlah ia akan kata2 gurunya, bahwa setelah
setahun ia berlatih dengan tekun, maka hasilnya tenaga dalamnya dapat menahan serangan golok dan pedang.
Terdengar Hay Yan berteriak dengan gusarnya dan
pedangnya dibolang-balingkan. Pada detik itu menyusul uap putih mengepul keluar dari ujung pedangnya, pedang mustika Mo-hwee-kiam!
Im Hian Hong Kie-su tertawa dengan nada mengejek :
"Siluman kecil, ayahmu pun memiliki sebilah pedang
pusaka. Heh-heh-heh!"
Menyusul dua bilah pedang saling beradu keras diudara, lalu berkubetan.
Melihat gelagat yang baik. Gokhiol mempergunakan
kesempatannya untuk cepat2 memungut pedangnya, lain
seraya berteriak keras ia sampok pedang Ang-liong-kiam.
Tapi tak dinyana pedangnya begitu menyentuh pedang
Ang-liong-kiam, tiba2 terasa olehnya adanya hawa panas menyerang ketangannya! Tahu2 pedangnya keluar asap dan melumer dalam waktu sekejap mata saja.
Sibaju hitam tertawa terbahak-bahak. Dengan gaya tipu In-liong
Chut-siu atau Naga-dalam-awan-keluar-dari-
lobang-gunung, ia membalikkan diri. Berbareng tangannya menyambar laksana ular berbisa memagut dan sinar hijau menyerang dada Gokhiol.
Pemuda kita baru ingin lompat mundur atau kedua
kakinya menjadi lemas, terhuyung-huyunglah tubuhnya.
Sementera itu pedang Hay Yan masih melekat
berkutetan dengan pedang Ang-liong-kiam. Bukan kepalang rasa cemas hati sigadis.
Pada detik2 yang sangat krisis itu, tiba2 terdengar suara gemuruh yang datangnya tidak jauh dari bukit yang
letaknya miring itu! Tampak sebuah benda hitam
bergelinding turun kebwah dengan kecepatan yang luar biasa_. Dalam keadaan yang gelap yang kelihatan dari benda tersebut adalah sepasang mata yang menyala-nyala mencoreng
kearah sibaju hitam. Benda itu terus
menghantam pedang sibaju hitam hingga tersampok
kesamping, namun tak telepas.
Cepat Hay Yan menarik Gokhiol keluar dari gelanggang pertempuran. Benda itu adalah sebuah guci arak yang besar, yang tadinya tersimpan didalam rumah Hay Yan!
Bukan kepalang gusarnya sibaju hitam, baru saja ia ingin menendang guci itu, atau tiba2 dari dalamnya muncuI
sebuah kepala orang yang berambut kepang dua sedang
meleletkan lidahnya. Dialah..... Tai-tai!
"Hai, bangsat tua! Sambutlah mustika jimatmu'."
demikian teriaknya. Berbareng itu pula melesatlah sebuah senjata gelap yang berputar-putar dengan cepatnya.
Sibaju hitam tidak memandang sebelah mata, senjata-
gelap itu ditangkapnya dengan tangannya. Tapi seketika itu juga ia menggeram kesakitan.
Kiranya senjata-rahasia itu tidak lain adalah Kui Ci Liu Seng! Ujung jarinya keserempet juga dan suatu aliran hawa panas menyerang masuk kebadannya. Bukan main gusar
hatinya. Seraya melompat ia mengangkat tangan kanannya dan menyusul mana sinar hijau menyambar diudara.
Gokhiol dan Hay Yan serentak maju menyerang. "Iblis!
kau jangan coba menurunkan tangan jahatmu, lagi!"
Berbareng pegang Mo-hwee-kiam kepunyaan Hay Yan
yang mengandung gelombang hawa panas menusuk
bagaikan halilintar cepatnya! Sedang Gokhiol sendiri menghantam dengan telapak-tangannya, hebat sekali
pukulannya, bagaikan hendak mengaduk lautan dan
merobohkan gunung. Sibaju hitam yang telah kena racun Kui-cu LuiSeng,
merasa tak sanggup untuk terus melayani. Dengan suatu gerakan kilat tahu2 ia mencelat mundur, dan berlari pergi.
Tai-tai menggeliat keluar dari dalam guci. la tertawa ha-ha-hi-hi.
Pemuda kita mendapatkan pada bagian atas guci itu dua buah lobang kecil untuk melihat. Ada pun lobang itu dicat putih, sehingga seolah2 lobang mata itu berkedap-kedip.
Tiba2 Gokhiol berteriak! Didapatkannya pada bagian
dadanya sebuah bekas tanda telapak tangan-hijau. Tatkala ia mengungkapkan bajunya, seketika itu juga kainnya
menjadi hancur. Sedangkan pada kulit tubuhnya membekas tanda telapak-tangan hijau!
"Ah," seru Hay Yan dengan kagetnya, kau telah kena pukulan
maut Lok-Mo-Ciang! Bagaimana baiknya sekarang?" Tampak wajah sigadis berubah pucat bahna cemasnya,
Gokhiol dengan tenang memeriksa lukanya dan dilihatnya bahwa tanda telapak tangan itu.... berjari empat!
Telunjuknya tak ada! "Tanda bekas telapak tangan ini sama seperti yang
kulihat digoa Cian Hut Tong," ujarnya, "hal ini membuktikan bahwa Im Hian Hong Kie-su yang telah
membunuh ayahku!" "Kini kau baru sadar sendiri, Tio Kongcu," jawab Hay Yan. "Namun kau terluka oleh tangan-jahatnya, racun Lok-Mo-Ciang merembes kedalam tubuhmu, niscaya jiwamu
melayang." Mata sigadis menjadi basah.
Gokhiol cepat menghiburnya. "Siocia, janganlah kau
kuatir. Selama satu tahun ini aku telah berlatih ilmu Hwee Sui To. Biarpun Lok-Mo-Ciang sangat berbahaya, aku
masih dapat bertahan untuk tiga sampai lima hari Iamanya.
Setelah kembali ke Leng Wan Koan, akan kuminta guruku untuk mengobatinya.'
Hay Yan berpikir sebentar, lalu menyahut : "Suhumu
tidak ada diatas gunung Mo-Thian Nia, bagaimana kau
dapat berjumpa dengannya. Ah, hampir kulupa. Guruku
Wanyen Hong memiliki sebutir mutiara Tong Hay Ya
Kong Ci. Cahaya putih yang terpancar dari butir mutiara itu dapat menghilangkan racun. Baik kuajak kau untuk menemui guruku"
Gokhiol merasa hatinya tidak tenteram. la masih ingat kejadian tahun yang IaIu, tatkala ia malam2 berkunjung ke Kota Hitam. Bukankah Hay Yan pernah mengurungnya
didalam goa dibawah tanah"
Hay Yan membanting-banting kakinya, seolah-olah
dapat menduga apa yang sedang dipikir oleh Gokhiol.
"Apakah kau masih curiga aku" Waktu itu suhu sedang
tidur. Justru Im Hian Hong Kie-su mempergunakan
kesempatan tersebut untuk mencelakakan dirinya. Aku kira pada waktu itu bahwa kaupun adalah kaki tangannya juga.
Selain itu suhuku telah memesan kepadaku sebelum ia ingin tidur bahwa apabila aku berhasil menangkap kau, aku harus menunggu sampai ia bangun pula untuk.."
"Dalam Ha1 ini kau ada sedikit salah pengertian."
Gokhiol buru2 menjawab dengan muka merah.
Hay Yan tanpa malu2 lagi menarik tangannya.
"Sudahlah, hal2 yang sudah lewat jangan diingatkan
kembali. Kebetulan sekali suhuku baru bangun beberapa hari, dan justru pula ia ingin bertemu denganmu."
Serta-merta Hay Yan menyuruh Tai-tai untuk menjaga
rumah, sedangkan ia sendiri dengan Gokhiol berangkat dengan menunggang kuda dimalam itu juga.
---oo0dw0oo--- Dikisahkan bahwa sejak Hek-Sia Mo-lie atau Wanyen
Hong menemukan Gokhiol didatam goa Cian Hut Tong,
dengan didapatkan pula sebuah telunjuk tangan manusia yang sudah kering dan kumala merah pada ikat pinggang dari pemuda kita, dalam hatinya Wanyen Hong menduga
bahwa ia lagi berhadapan dengan puteranya Tio Hoan.
Tapi, apa mau musuhnya pun telah datang Kembali ia
merasa curiga. Mungkinkah sepemuda ini merupakan suatu jebakan yang sengaja dipasang oleh musuhnya"
Tatkala Gokhiol ditangkap oleh Hay Yan, Wanyen
Hong sedang dalam keadaan tidur dan tatkala ia bangun pula, Gokhiol sudah tertolong oleh sibaju hitam. Maka iapun bercekad hatinya.
Pada suatu hari Hay An Peng menghaturkan sepucuk
surat rahasia kepada Wanyen Hong, yang katanya dari
seorang pendekar wanita. Ketika puteri negeri Kim
menerima surat itu terkejutlah hatinya. Kiranya pada surat itu dilukiskan sebuah tangan Buddha! Adapun lukisan
tangan Buddha itu merupakan tanda isyarat gurunya. Sin Ciang Tay-su! Dengan jantung memukul keras dibukanya surat itu dan didapatkan didalamnya... sebutir pil yang berwarna
emas, ia membaca surat tersebut : "Muridku yang tercinta.
Kutahu bahwa selama tujuh belas tahun lamanya kau
menderita karena malapetaka hebat telah menimpah
dirimu. Aku dapat merasakan penderitaaamu, hingga
akhirnya kau telah menyepi diri di Kota Hitam. Aku sedang berlatih ilmu Sam Bie Tay-hoat, dan belum sempat
membalaskan sakit hatimu, aku masih harus bertapa selama setahun. Setelah itu aku baru dapat bertemu dengan kau.
Bersabarlah dan terimalah nasibmu dengan tawakal.
Setelah selesai membaca suratku maka dalam waktu tiga hari pergilah ke Leng Wan Koan, di gunung es Mo-Thian Nia. Obat pil berwarna emas Pit Jiauw Wan ini kau suruh anak Tio Hoan menelannya. Dialah Gokhiol, anak angkat Jendral Tuli. Setelah itu dengan diam2 kau harus
mengangkat kaki pula. Jangan bercakap sedikitpun dengan dia, karena dapat membahayakan jiwanya. Adapun obat itu sangat penting sekali. Dan janganlah sampai kau gagalkan hasratnya menjadi murid Leng Wan Pay. Perhatikanlah
pesananku ini! Tiang Pek Lo-ni."
Wanyen Hong sangat heran. Bagaimana gurunya Tiang
Pek Lo-ni yang sudah duapuluh tahun lamanya tidak
jumpai dan sejak itu hingga kini tak pernah diberitahukan tentang keadaannya, sekarang tiba2 saja mengirimkan
sepucuk surat kepadanya"! Lagi pula ia diminta untuk memberikan obat kepada orang lain, apakah benar pemuda itu adalah putera dari Tio Hoan" Dan gurunya rupanya mempunyai suatu rencana terhadap pemuda itu.
Setelah merenungkan hal itu beberapa lama, maka ia
mulai melaksanakan permintaan gurunya. Segera Tai-tai diajaknya ikut bersama, sedangkan ia sendiri menyamar sampai wajah aslinya menjadi berubah.
---oo0dw0oo--- Mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh. Siang
dan malam mereka terus berjalan tanpa mengaso. Setelah tiga hari tiga malam, barulah mereka sampai di gunung Mo-thian Nia.
Keadaan disekitar gunung itu sangat-sepi, hanya tertihat tebing es dan puncak2 bersalju disana-sini. Dicarinya gedung Leng-Wan Koan dan pada malam harinyalah
mereka baru dapat menemukannya. Adapun letak kuil itu tersembunyi pada goa diantara lamping2 gunung.
Leng Wan Koan bentuknya kecil dan sangat ajaib
nampaknya. Tengah mereka memperhatikan keadaan
disekitar gedung itu, tiba2 terdengar suara gemuruh dari atas gunung. Tentu ada orang yang sedang. mendatang, pikir Wanyen Hong. Buru2 ia berlari bersembunyi dibalik sebuah bukit, diikuti oleh oleh Tai-tai.
Dengan teralingnya sinar salju yang remang2 maka
tampaklah oleh mereka disebelah kejauhan dua sosok tubuh manusia tengah berjumpalitan turun dari atas bukit. Salah seorang dikenali oleh Wanyen Hong sebagai pemuda
Gokhiol, sedangkan seorangnya lagi sangatlah aneh
romannya. Sedangkan dandanan orang itupun luar biasa.
Bila dikatakan ia seorang hwee-sio, ya bukan. sebaliknya seorang biasapun bukan pula. Tak lama kamudian kedua orang itu sudah masuk kedalam kuil.
Dengan menggunakan ilmu ringan tubuh istimewa yang
disebut Cok-tee Bu-seng atau Menginjak-tanah-tanpa
bersuara, Wanyen Hong dan Tai-tai berhasil juga
menghampiri tempat Gokhiol berdiam. Ia mengintai
keadaan ruangan tidur pemuda itu. dan iapun mendapat suatu akal. Disuruhnya Tai-tai bergelantungan didepan lubang angin, lalu diberikan petunjuk apa2 yang harus dilakuka olehnya. Sebagaimana hasilnya, obat pil itu tertelan oleh Gokhiol.
---oo0dw0oo--- Kembali kisah dilanjutkan tatkala Wanyen Hong melihat Hay Yan bersama-sama Gokhiol menghampirinya di Kota
Hitam. Diam2 ia merasa gembira sekali. Disambutnya
Gokhiol dengan ramah-tamah dan diajaknya masuk
kedalam istana dibawah tanah. Setelah mereka berada
dalam ruangan duduk maka mulailah Hay Yan menceritakan tentang pengalaman2nya, tatkala ia bersama Gokhiol bertempur melawan Im Hian Hong Kie-su.
Setelah itu diperlihatkannya kepada Wanyen Hong tanda bekas telapak tangan pada dada Gokhiol. Tanpa terasa lagi Wanyen Hong menggertakkan giginya.
Teringatlah kembali olehnya bahwa Im Man Hong Kie-
su itu masih, terhitung kemenakan murid dari gurunya Tiang Pek Loni. Duapuluh tahun yang lalu bersama-sama Tio Hoan, lm Hian Hong Kie-su ber-sama2 bekerja didalam istana raja dari kerajaan Song. Sedangkan hubungan antara kedua orang itu demikian eratnya, se-olah2 bagaikan kakak beradik saja. Tapi apa mau dikata, hati orang tak dapat diterka. Maka yang telah datang ingin merampas mustika yang tersimpan secara rahasia itu bukan lain dari pada Im Hian Hong Kie-su, juga yang mencemarkan dirinya.
Tidaklah heran orang itu telah menutupi mukanya dengan sepotong kain hitam. Rupanya, supaya orang tidak
mengenali rupanya yang asli! Demikianlah kejadian2 yang selama tujuh belas tahun dialaminya, kini ter-bayang2 pula dialam pikiran Wanyen Hong. Tiba2 ia tersadar kembali setelah mendengar suara Hay Yan
"Suhu! Lekaslah kau tolong lenyapkan racun Lok-Mo
Ciang dari tubuh Tio Kongcu. Kalau terlambat aku kuatir ia akan binasa."
Semangat Wan Yen Hongt bangkit kembali, diawasinya
wajah sipemuda yang tak ubahnya mirip seperti wajah
ayahnya Tio Hoan, bekas kekasihnya! Bukan kepalang rasa pilu hatinya, iapun akhirnya berkata dengan suara perlahan.
"Hian-tit. Apakah kau sudah mengetahui tentang
hubungan antara ayahmu dengan aku?"
"Kongcu," jawab Gokhiol dengan tersenyum, siauwtit pernah mendengarnya dari ibuku, bahwa ayahku dahulu
menjadi kepala ksatrya dari istana kerajaan Kim. Bahwa ia ber-sama2
Kongcu pergi untuk menunaikan tugas perdamaian" "Benar," ujar Wan Yen Hong, "jika kehidupanku tidak sampai dirusakkan Im Hian Hong Kie-su, aku... aku sudah menikah dengan ayahmu...."
Tak sampai habis pengakuan yang mengharukan itu atau air mata mengalir dengan deras dikedua belah pipi puteri negeri Kim. Kemudian diambilnya dari dalam sakunya,
sebuah cermin tembaga yang pada bagian tengahnya
tersisip sebutir mutiara bersinar putih cemerlang. Gokhiol disuruh mendekatinya dan cermin itu disorotkan pada luka akibat pukulan Lok-Mo-Ciang pada dada Gokhiol.
Kira2 sepemakan nasi lamanya maka mulai kelihatan
bekas telapak tangan yang berwarna hijau lambat laun mulai lenyap... Sedangkan rasa sesak dalam dadannyapun kini sudah tidak terasa lagi. Gokhiol merasa gembira, iapun segera
berlutut dihadapan Wanyen Hong untuk menyatakan rasa terima kasihnya.
Tiba2 pemuda kita teringat pula akan pesan gurunya.
Tanpa perkenan gurunya, ia telah meninggalkan Leng Wan Koan dan apabila gurunya sampai mengetahuinya, niscaya ia akan mendapat teguran. Maka seketika itu juga ia mohon diri kepada Wanyen Hong.
Wanyen Hong mengerutkan keningnya.
"Siauwtit, kau hendak kemana?" tanyanya.
"Aku ingin kembali ke Leng Wan Pay untuk berlatih
dengan tekun selama setahun lagi. Kelak, apabila telah tinggi kepandaianku, aku akan mencari Im Hian Hong Kiesu untuk mengadakan perhitungan jiwa!" jawab Gokhiol dengan penuh semangat.
Sambil me-manggut2kan kepalanya Wanyen Hong
berkata pula : "Benarlah kata2-mu itu. Hanya, kau harus.
senantiasa ingat bahwa kau adalah keturunan dari
bangsawan kerajaan Song. Kau masih berdarah dan
berdaging bangsa Han yang mempunyai nama keturunan
Tio. Bahwa dahulu karena aku telah melenyapkan diri, ayahmu telah memutuskan diri untuk menetap di
Monggolla. Dan disanalah ia telah menikah dengan ibumu, Lok Giok. Kini kau sudah dewasa, maka sudah
kewajibanmu untuk memulihkan martabat nama keluarga
she Tio itu dan memakai namamu Tio Peng, namamu yang sebenarnya. Tak boleh kau menjadi anak-angkat Tuli,
musuh dari negara dan bangsa kita."
Sungguh tak disangka-sangka oleh pemuda kita bahwa
Wanyen Hong akan mengungkap persoalan tersebut. Maka iapun segera menjawab : "Kongcu, maafkanlah aku
sebelumnya, tapi aku kira Monggolia letaknya sangat jauh dengan negeri Song dan diantaranya masih terpisahkan oleh negeri Kim, negeri Kongcu. Bahwa selama beberapa puluh tahun ini kerajaan Song kerapkali mengerahkan tentara dan mengangkat senjata untuk berperang dengan negara Kim.
Maka jika berbicara tentang musuh negeriku, Iebih tepat jika dikatakan musuh itu adalah negeri Kim. Dan bagi diriku yang diperlakukan oleh Jendral Tuli sebagai anaknya sendiri, sudah
selayaknya berlaku sebagai ksatrya Monggolia" Wanyen Hong menjadi gusar bukan kepalang.
"Diam!" serunya menggeletar. "Kau tidak mengetahui, apa2! Sejak Monggolia berdiri, negeri Kim telah bersepakat dengan kerajaan Song untuk hidup berdampingan secara damai. Sebab itulah ayahmu telah datang kekerajaan Kim untuk melakukan tugas muhibah. Kelak, dikemudian hari Monggolialah yang akan menghancurkan kerajaan Song!
Kau jangan mengira bahwa Tuli berbudi luhur terhadapmu, sesungguhnya ia hendak memperalat dirimu untuk
mengabdi kepada Monggolia untuk menghancurkan negeri Song dan negeri Kim!"
Melihat Wanyen Hong demikian, gusarnya, Gokhiol,
tidaklah heran apa bila ia senantiasa membunuh Busu2 dari Monggolia! lapun lekas2 menyahut dengan tegas.
"Kongcu, aku bukan orang yang tidak mengenal budi.
Hari ini aku telah menerima budi kebaikanmu yang sudah rela menolong jiwaku, maka biarlah kelak seteiah berhasil membalas dendam aku akan, kembali datang bersujud,
dihadapan Kongcu!" Setelah berkata demikian pemuda kita memberi hormat
dan membalikkan tubuhnya.
Sementara itu Hay Yan melihat gurunya bersitegang dan gusar, tergesa-gesa mendampingi Gokhiol keluar dari
istana. "Suhu bermaksud baik, mengapa kau tidak menuruti
perkataannya?" Gokhiolpun menggelengkan kepalanya.
"Suhumu tak mau membantu aku dalam menuntut
balas, sebaliknya malah ia minta aku mangingkari ayah angkatku Jendral Tuli. Manakah dapat aku menyetujui
pendapatnya?" Hay Yan menghantarkan sipemuda keluar dari rimba
Ang-Liu-Wi, lalu berpisah dengan airmata bercucuran, hancur hatinya. Ketika ia kembali kedalam, tampak
gurunya sedang mencekal pedang musika Mo-Hwee-Kiam
dengan wajah beragi-api. Terdengarlah teriakannya penuh kemurkaan.
"Yan-jie, tangkap dia! Bawalah dia kembali kesini!"
Mendengar titah gurunya itu, Hay Yan menjadi terkejut.
"Suhu!, apakah yang kau maksudkan dengan kata2-mu
itu ?" Wanyen Hong membuka mulutnya.
"Dia mengetahui rahasiaku. Sekarang dia kembali
kegunung Mo-thian Nia. Jika kelak ia mewariskan
kepandaian gurunya yaitu Wan Hwi Sian yang menjadi
tokoh kaum To Kauw, niscaya ia akan menyumbangkan


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaganya untuk kepentingan bangsa Monggolia! Dia akan menjadi musuh yang berbahaya! Lebih baik apabila kita siang2 menangkapnya dan mengasingkannya! Janganlah
kita sampai meninggalkan bibit bencana dikemudian hari!"
"Tapi.... suhu; bukankah ia puteranya Tio Hoan"!" Hay Yan menegurnya dengan cemas.
"Diam! Kau tidak tahu apa2. Jika Tio Hoan sendiri
dapat mengetahuinya, ia pasti takkan mengijinkan
puteranya memandang musuh. sebagai ayah angkatnya.
Kini baiklah kau menangkapnya untuk dikurung kembali: Lekas kau pergi dan jangan gagaI!. Kalau sampai kau
secara diam2 membantunya, aku... bunuh kau."
---oo0dw0oo--- Begitulah tatkala Gokhiol tengah melanjutkan perjalanannia atau se-konyong2 dari belakangnya terdengar suara halus berseru : "Tio Kongcu! Berhentilah dulu!"
Pemuda kita berpaling kebelakang maka tampaklah
o!ehnya Hay Yan berlari datang menyusul. la menjadi.
heran dan berdiri menanti. Dilihatnya airmuka sicantik dingin, sedangkan ditangannya mencekal pedang Mo-hweekiam.
"Siocia, apakah kau ingin ikut ke Mo-thian Nia?"
Pemuda kita bertanya dengan tersenyum.
"Guruku menyuruh kau kembali, katanya ia masih ada
sesuatu yang ingin diucapkan kepadamu secara pibadi."
"Ha-ha-ha! Kau tak usah mendustai aku," sahul Gokhiol.
"Sedangkan tadi saja aku telah mempunyai firasat yang kurang baik. Gurumu menginginkan agar aku memisahkan diri dari bangsa Monggol dan kembali mengabdi kepada kerajaan Song. Tentu ini menyuruh kau untuk menangkap aku, bukan?"
Hay Yan diam tak bergerak, akhirnya dengan suara
gemetar ia berkata : "Baiklah, setelah kau mengetahuinya juga, akupun
akupun tak perlu berdusta pula. Memang pada tahun yang lalu suhu telah menyuruh aku mengurungmu dibawah
tanah justru karena ia mengetahui hahwa kau adalah anak angkat dan Jenderal Tuli. Dan kelak dikemudian hari kau pasti akan menjadi musuh negeri Kim dan Song. Selain dari pada itu, suhupun merasa kuatir bahwa kau telah diperkuda oleh Im Hian Hong Kie-su untuk mencari tahu tentang
rahasianya. Sebab itulah sekalipun aku hendak, menolongmu, aku masih lebih dipangaruhi oleh perasaan takut dimarahi oleh guruku..."
"Dan sekarangpun kau takut kalau2 gurumu menjadi
gusar hingga terpaksa kau menangkap aku juga" Gokhiol memotong perkataan sigadis. "Bukankah begitu, Siocia?"
Tampak sepasang mata sigadis bersinar.
"Kau belum habis mendengar penjelasanku! Jika aku
bermaksud menangkapmu, untuk apa aku harus membuka
mulut panjang-lebar" Suhu menyuruh kau untuk tidak
kembali ke Holim dan beliaupun berjanji akan membunuh Im Hian Hong Kie-su!"
"Huh, janganlah membuat aku tertawa. Apakah kau
belum tahu bahwa aku ini seorang jantan" Im Hian Hong Kie-su adalah musuh ayahku, aku harus membunuhnya
dengan tanganku sendiri. Aku tak perlu bantuan suhumu!"
"Tio Kongcu, jika bukan diobati oleb guruku, siapa lagi yang dapat menyelamatkan hidupmu" Paling2 kau masih
dapat bertahan selama tiga hari saja! Hal ini sudah
membuktikan bahwa kau masih bukan tandingan musuhmu. Maka kalau bukan dengan pertolongan guruku, siapa lagi yang dapat membantumu" Dapatkah kau dengan mendongkol menuntut balas seorang diri?"
Pemuda kita tak mau mengalah dan iapun menyahut :
"Kau jangan meng-agung2kan kepandaian gurumu dihadapanku. Diluar langit masih ada langit yang lebih tinggi. Demikian pula halnya dengan kaum rimba
persilatan. Dibalik jago, masih ada lagi yang lebih jago daripadanya. Kau belum tahu bahwa guruku Wan Hwi
Sian adalah seorang tokoh kelas satu didunia persilatan.
Aku menuntut ilmu kepada beliau, dan akupun pasti akan membunuh lm Hian Hong Kie-su! Lihatlah nanti!" Tengah mereka sedang ber-cakap2, tiba2 desiran angin menyambar dari atas bukit. Menyusul mana berkelebatlah satu,
bayangan. Tahu2 orang itu sudah berada dihadapan mereka! Bukan kepalang rasa kaget hati pemuda kita. Orang itu kiranya bukan lain dari Wan Hwi Sian! Buru2 Gokhiol
menjatuhkan diri dihadapan gurunya.
"Kedatangan suhu sungguh tepat pada waktunya. Siocia ini....
Tapi Hay Yan cepat2 menjura.
"Boanpwe Hay Yan anak perempuan Hay An Peng dari
Hay-Kee-Chun." Dewa Kera Terbang menatap dengan suram kepada
gadis itu, lalu berkata. "Yan-jie, lebih baik sekarang kau lekas2 kembali ke Hay-Kee-Chun! Hay An Peng telah binasa dibunuh orang "
Hay Yan menjadi pucat, ia sangsi apakah berita itu benar atau tidak.
"Yan-jie, pulanglah dan beritahukan kepada gurumu.
jika ingin mencari Im Hian Hong Kie-su untuk menuntut balas, pinto dapat membantunya. Tapi kuminta supaya hal ini jangan sampai bocor. Nanti kelak kita dapat bertemu pula."
Begitulah selesai berkata maka Wan Hwi Siang
mengajak Gokhiol pergi meninggalkan tempat itu.
Hay Yan menggigil tubuhnya.
"Orang itu adalah gurunya Gokhiol, kiranya tidaklah ia akan mendustai aku," pikirnya dalam hati.
Dengan satu, lompatan ia menyusul kedua murid dan
guru itu sambil berseru. "Boanpwee mohon bertanya kepada to-tiang, sekarang
ini Im Hian Hong Kie-su berada dimana?"
Wan Hwi Sian berpaling kebelakang, lalu menjawab :
"Dia tidak berketentuan tempat tinggalnya. Maafkanlah Pinto tidak dapat menjelaskannya. Jika gurumu Wanyen Hong Kongcu, memerlukan aku, maka dalam waktu
sepuluh hari ini boleh ia bertemu dengan aku diatas bukit Sai-cu-giam di Kiam Kok."
Hay Yan berpikir, bagaimana orang ini dapat
mengetahui akan gurunya yang memang adalah puteri dari kerajaan Kim" Ia menengadah pula tapi kedua orang itu sudah berada jauh sekali. lapun membalikkan tubuhnya dan berlari menuju... Hay-Kee-Chun.
Memanah Burung Rajawali 6 Sebilah Pedang Mustika Karya Liang Ie Shen Pendekar Pemabuk 10
^