Pencarian

Sepasang Pendekar Perbatasan 5

Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung Bagian 5


Ketika Gorisan menoleh, maka dilihatnya dibelakangnya Liu Bie sedang mengejarnya. Sekelebat saja ia mendapat akal yang licik. Se-konyong2 ia menjerit dan ber-pura2
jatuh. Liu Bie tidak sadar bahwa orang ber-pura2, hingga begitu sampai dekat, tiba2 sekelompok benda hitam menyambar kearahnya, bagaikan kupu2 beterbangan. Celaka! senjata rahasia itu sudah dekat kepadanya dan.... sukar untuk dielakkannya!
Se-konyong2 segumpalan angin meng-gulung2 menyambar dari atas tebing. Dalam sekejap mata saja Kiu-cui Lui-Seng yang berjumlah belasan itu kena tertolong oleh gumpalan angin tadi dan berjatuhan bagaikan daun2 yang rontok tertiup angin!
Diatas tebing berdiri dua orang yang bukan lain dari Im Hian Hong Kie-su bersama Wanyen Hong! Gorisan
terperanjat, wajahnya pucat pasi. Selagi ia ingin melarikan diri,
sipenunggu Puncak Gunung Hantu sudah membentaknya: "Gorisan! Kau ingin lari kemana?"
Berbareng tangannya memukul. Segera terasa angin
menyambar, dengan dibarengi suara men-deru2 dan ...
Gorisan jatuh terguling. Im Hian Hong Kie-su cepat2 melemparkan pedang
kepada Gokhiol, "Tio Peng, ambillah pedangmu ini!
Binasakanlah pembunuh ayahmu!"
Gokhiol menyambut pedang tersebut, yang bukan lain
dari Ang-liong Kiam! Sinar merah gemerlapan diudara, pedang pusaka warisan, dari ayahnya telah kembali
ditangannya! Sipemuda berlari menerjang. Sungguh gerakannya sangat hebat dan luar biasa. la menikam!
Pada saat genting itu, Gorisan masih dapat mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya. Dengan tipu
Siauw-pit Wan-teng atau Kera-melompat-ditebing, ia
berlari-Iari menuruni tebing yang curam itu.
Maka dengan sendirinya serangan Gokhiol tidak
menemukan sasarannya. Selain itu Gokhiol tak berdaya untuk mengudak musuhnya.
Wanyen Hong yang menyaksikannya dari atas, merasa
penasaran. Ia berteriak : "Gorisan! Jangan kira kau akan luput dari ujung pedangku!"
Sambil menggerakkan pedangnya, ia berlari dengan
ringannya menyusul. Itulah gerakan Ya-cee Tam-hay atau Setan air mengintai laut. Dengan pedangnya ia menusuk batok kepala Gorisan.
Im Hian Hong Kie-su merasa kuatir terhadap
keselamatan sang puteri. Sebab kepandaian Gorisan sudah lebih sempurna dari pada Wanyen Hong.
"Kongcu hati2-lah" teriaknya memperingatkan.
Baru saja Im Hian Hong Kie-su memberitahukannya
atau Gorisan sudah berbalik dan menyerang! Dengan tipu mencuri buah Toh, diatas pohon menjambret kaki sang
puteri! Sekali bergebrak tubuh Wanyen Hong sudah
terangkat tinggi diudara.
"Mundur!" serunya mengguntur, "kamu sekalian harus
mundur kembali kedalam Kuil! Kalau kamu membangkang
aku tak akan sungkan lagi melemparkan Wanyen Hong
kedalam jurang! Boleh kamu saksikan sendiri bagaimana tubuh nanti akan hacur luluh!"
Mendengar ancaman hebat itu, mau tak mau Liu Bie,
Hay Yan dan Gokhiol menjadi keder. Nampaknya ditangan sang puteri masih tercekal pedang Mo-Hwee-Kiam.
Badannya ber-goyang2 hendak jatuh. Dengan bermandikan peluh
Gokhiol menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu. Gorisan tertawa dingin. "Gak Hong, denagarlah," ujarnya, "Aku akan menghitung sampai tiga. Dan apabila setelah itu kau masih belum menggelinding dari sini, janganlah sesalkan aku, Gorisan telah berlaku kejam!"
"Satu... "Kita mundur" teriak Hay Yan yang kuatir ibunya akan mendapat celaka."
"Dua... Gokhiol maju kedepan. Hay Yan menjerit dan menarik
pemuda kita dengan penuh kecemasan.
"Tiga!" Tapi diluar dugaan.... "Rasakanlah pedang nonamu!"
Adapun suara tadi datangnya dari bawah tebing!
Gorisan tiba2 merasakan tumitnya ditusuk pedang
sampai tembus ketulangnya! Saking sakitnya ia menjerit sekeras-kerasnya. Menyusul tubuhnya terjungkal masuk kedalam jurang! Dikakinya pedang tersebut masih tertancap tak terlepas.
Berbarengan dengan kejadian tersebut, Wanyen Hong
tak ayal lagi melepaskan dirinya. Syukur sekali tangannya masih keburu menjambret sebuah batu besar yang menonjol dipinggiran tebing. Kini tubuhnya bergantungan diudara.
Tiba2 ia merasakan kakinya ada yang pegang. Wanyen
Hong memandang kebawah dan melihat Tai-tai. Tahulah ia kini bahwa Gorisan telah kena ditusuk oleh pedang sitolol!
"Tai-tai, bagaimana kau sampai berada disini?" tanya Wanyen Hong dengan heran bercampur girang.
"Kongcu," jawab Tai-tai tertawa, "Aku sudah menanti disini setengah harian lamanya."
Pada waktu itu Im Hian Hong Kie-su dan lain2-nya
sudah sampai diatas tebing. Lalu dengan mengulurkan
tangannya Wanyen Hong berhasil ditarik keatas. Sedangkan Liu Bie dengan pecutnya telah membantu Tai-tai naik keatas.
Sampai diatas Wanyen Hong memeluk Tai-tai seraya
berkata dengan terharu : "Tai-tai, kau telah menolong jiwa aku, maka sejak hari ini juga aku mengangkatmu sebagai puteriku sendiri!"
Rupanya sebelum semua peristiwa terjadi, Liu Bie telah mengajak Tai-tai ke Mo-Thian Nia. Maksudnya ialah tak lain sebagai penunjuk jalan saja. Setelah tiba ditempat tujuan, Tai-tai disuruh untuk menanti dibawah gunung.
Sebaliknya Tai-tai setelah menempuh jarak demikian
jauhnya ditambah pula mendaki gunung yang terjal, merasa letih. lapun berjalan dengan seenaknya sambil mengasoh disana sini. Tatkala itu ia berada dipertengahan kaki gunung, tatkala melihat kebetulan sekali tubuh majikannya sedang diangkat tinggi oleh Gorisan.
Sitolol menjadi bingung dan tanpa pikir panjang lagi buru2 ia mendekati siiblis itu dan dengan pedangnya ia menusuk kaki orang!
"Hai!, ujar Wanyen Hong seraya memuji, "kalian
berempat tak ada seorangpun yang berhasil menjatuhkannya. Sebaliknya dengan tak di-sangka2 Tai-tai inilah yang berhasil menusuk kaki orang!"
"Tapi!" Ujar Wanyen Hong seterusnya, "Kalau kita membunuh seekor ular sampai tidak mati, akhirnya kita sendiri yang akan digigit. Baiklah kita turun kebawah untuk memeriksa, dan jangan sampai ia dapat meloloskan diri lagi."
Gokhiol melongok kebawah jurang yang nampaknya
dalam sekali, sedangkan kabut2 yang terapung diantaranya tak memungkinkan untuk orang melihat kedasar lembah.
"Baiklah aku dahulu yang turun untuk melihatnya,"
Demikian Gokhiol mengajukan usul.
Dengan menggunakan ilmu ringan tubuh Leng-Wan Pay
yang telah dipelajarinya dari Wan Hwi Sian alias Gorisan,
pemuda kita melayang-layang turun kekaki gunung, Im
Hian Hong Kie su dan yang lain2 menyusulnya dari
belakang. Walaupun bagaimana pandainya ilmu meringankan
tubuh Gokhiol, namun untuk turun dari puncak gunung itu yang jaraknya masih ribuan tumbak, dan jalannya ber-liku2, maka tak dapat dikatakan pekerjaan yang ringan.
---oo0dw0oo--- SETELAH beberapa waktu berlari, Gokhiol melihat
dihadapannya sebuah sungai yang airnya telah membeku jadi es, sesampainya disitu, maka dilihatnya diatas
permukaan es itu terdapat bekas2 telapak kaki orang.
Sedangkan disana-sini masih tertinggal tetesan darah segar yang sangat menyolok sekali! Buru2 ia memberi isyarat kepada pengikut2nya untuk datang ketempat sungai itu.
"Celaka," seru Im Hian Hong Kie-su, setelah melihat bekas2 dipermukaan es itu, "Kalau begitu jahanam itu belum mati. Darah itu menunjukkan bahwa ia hanya
terluka." Tiba2 Wanyen Hong, berseru tertahan, perasaan kaget
membayang dimukanya. "Hei! Disini ada dua macam telapak kaki!" teriaknya.
Belum Im Hian Hong kie-su menjawab, atau Liu Bie
berseru : "Lekas tengok kemari!"
Dengan berbareng mereka menoleh ketempat yang
ditunjukkan oleh Liu Bie. Tampak seperti rambut dari senjata Hoed Tim yang tersebar diatas salju.
"Iih, inilah rambut senjata Thian-cin Hoed!" ujar Wanyen Hong dengan suara lirih.
"Baiklah kita kejar" kata sipenunggu Puncak Gunung Maut. Rupanya barusan Gorisan telah bertempur dengan orang ditempat ini. Kukira ia belum begitu jauh perginya!"
Gokhiol memimpin jalan menyusuri sungai es itu.
Mo-thian Nia dikelilingi gunung2 yang jalan2nya ber-
liku2 sukar dilewati. Tatkala mereka sampai dimulut
lembah, terdengarlah seperti ada ombak air yang memukul pantai. Disana ada orang yang sedang bertempur!
Berenam mereka memanjat ketempat yang agak tinggi,
dan nampaklah tidak seberapa jauh ...... seorang pendeta tua berjubah putih sedang mengejar Gorisan sambil ber-tubi2 mengirim pukulan. Pukulan itu hebat sekali!
Meskipun Gorisan pincang sebelah kakinya, tapi
kegesitannya tak beda seperti biasa saat ia dalam keadaan sehat. Pendeta itu memukul dengan kedua telapak
tangannya dibarengi suara menggelegar keras yang
membisingkan kuping. Badan Gorisan ber-goyang2 kena
angin pukulan2 tersebut. Untuk menghindarkan diri,
terpaksa ia berjumpalitan melarikan diri.
Hay Yan sangat awas, segera dikenalinya siapa Pendeta tua itu.
"Tak salah" ujarnya. "Pendeta itu Hian Cin Cu dari
gunung Ciong Lam San. Dialah orangnya yang suhu suruh aku menyampaikan surat kepadanya."
"Kau benar" ujar Wanyen Hong. "marilah kita bantu
Totiang!" Berbareng mereka turun ketempat orang sedang
bertempur. Tiba2 Gorisan berhenti berlari dengan ditangannya
terhunus sebilah pedang. "Jahanam!" teriak puteri Negeri Kim, "jangan kau lari!"
Wanyen Hong memotong jalanan Orang dan dengan
pedang Mo-Hwee Kiam ia menyerang, sinar berkilauan
menyambar. Gorisan tak menganggap remeh akan kelihayan pedang
sang Puter. Segera ia berjongkok dan mengibaskan tangannya.
Maka segumpalan angin menyapu batu2 kearah Wanyen
Hong! Wanyen Hong berkelit, tiba2 dari belakang Im Hian
Hong Kie-su memburu datang, dengan bajunya dikibaskan, sehingga batu2 beterbangan dan berjatuhan kembali
ketanah. Saat itu Hian Cin-cu melompat keudara seraya
membentak "Hei, murid murtad! Bila kau masih mencoba kabur,
akan kuambil jiwamu dengan Hwee-liong Piau.!"
Tadi Hian Cin-cn baru datang dibawah gunung.
Didengarnya suara orang berteriak jatuh terguling dari atas.
Ketika diawasinya orang itu, ternyata dandanannya sebagai imam. Diam2 Hian Cin-cu merasa heran. Buru2 ia
bersembunyi dibalik batu, dilihatnya pada kaki orang masih tertancap sebilah pedang, sedangkan darah segar mengalir terus dari lukanya.
Begitulah setibanya dibawah, imam itu menyembunyikan diri dibalik gundukan batu2. Setelah
Hian Cin-cu mengawasi orang itu lebih tegas, hatinya menjadi terkejut! Orang itu menyingkapkan kedoknya,
hingga tampak wajah aslinya yang sangat menyeramkan.
Kiranya orang itu bukan lain adalah ... Gorisan adik seperguruannya.
Mengingat surat Wanyen Hong yang telah minta
pertolongan kepadanya untuk menyelidiki asal-usul Wan Hwi Sian, kini tak dinyana bahwa manusia yang
mencemarkan nama baik murid turunan ketiga dari Hwee Liong Pay adalah ... simurid murtad itu!
Begitulah Hian Cin-cu melangkah kedepan seraya
menegur: "Gorisan Su-tee, apa kau masih mengenali aku"
Benar saja siiblis masih mengenali saudara seperguruannya, maka iapun berkata dengan semangat :
"Su-heng, lekas tolonglah aku. Gak Hong telah melukai aku dan ia hendak menurunkan tangan jahat!
"Gak Hong sudah lama mengasingkan dirinya di Jie-
Liong San. Selama duapuluh tahun ia tak pernah turun gunung. Sekarang ia muncul kembali. Tentunya kau yang telah menyerang dia dahulu. Kalau tidak, bagaimana ia bisa melontarkan kau kedalam jurang?"
Gorisan mengambil kesempatan orang tengah Iengah
tiba2 bagaikan kilat ia lompat maju. Dengan tipu Cin-Hong Tiam-Hiat atau ilrmu totok jalan darah pengejar angin dari It Yang Cie atau yang disebut juga Telunjuk positip, ia menyerang Hian Cin-cu!
Hian Cin-cu tiba2 merasakan jidatnya seperti ditusuk.
Matanya menjadi kabur dan semangatnya lenyap. Tapi
iapun bukan sembarang orang, buru2 dipusatkan hawa
murninya ke Tantian dan mengusir hawa jahat keluar dari tubuhnya. Dengan sendirinya pintu pembuluh darahnya
terbuka pula dan darahnya rmengalir seperti biasa pula.
Begitu juga semangatnya kembali pula.
Setelah mengetahui bahwa dirinya diserang secara licik oleh Gorisan, iapun menjadi gusar sekali : "Aku takkan mengampuni kau, jahanam!"
Tapi selagi orang baru pulih semangatnya, siiblis
menggunakan kesempatan untuk kabur!
Hian Cin-cu adalah Ciang bun-jin dari partai Hwee
Liong Pay. Kepandaiannya maupun kekuatan bathinnya
telah terlatih dengan sempurna. Dengan ilmu "Cu-Hong Pak-Heng" atau ilmu-ringan-mengejar-angin-menangkap-bayangan, ia lari mengejar.
"Hai, murid murtad! Kau mau lari kemana?"
Hian Cin cu mengeluarkan kebutannya dan menyapu
tubuh Gorisan. Begitu kena pukulan itu siiblis sempoyongan dan untuk menghindarkan mara bahaya, ia
berjumpalitan untuk terus kabur!
Hian Tiin-cn terus mengejarnya. Kini bulu2 kebutannya menjadi keras bagaikan duri kawat. la mencelat keatas udara dan menyerang dengan hebatnya.
Dalam keadaan krisis ini, Gorisan sempat menggunakan tipu
Tiat-Chin Tau atau Sarung-tangan-besi yang menyengkeram laksana kilat menyambar. Ilmu tersebut
dapat digunakan untuk merampas senjata tajam dari lawan tanpa ada bahayanya untuk terluka.
Benar saja kebutan Hian Cin-cu dapat terjambret hingga bulu2-nya...... tercabut! Sesaat kemudian hanya tangkainya saja yang tertinggal ditangan Ciang-bun-jin Hwee Liong Pay.
Hian Cin-cu sudah dua puluh tahun lamanya tidak
bertemu dengan Gorisan, sehingga ia tidak tahu sampai ditingkat mana orang itu mencapai kepandaian ilmu
silatnya. Maka ia berlaku sebat, tidak berani lengah. Buru2
ia keluaran pukulan geledeknya yang disebut Lui-cun-cong, yang telah diyakinkan selama selama dua puluh tahun
lamanya. Kedua telapak tangannya dirangkapkan menjadi satu
dan dengan cepat bagaikan kilat ia hantamkan pada
lawannya ...dan sampai mengeluarkan suara mengguntur memecahkan kesunyian dilembah gunung. Bulu2 yang
sudah berada didepan matanya segera beterbangan dan
jatuh ketanah. Melihat kepandaian orang yang demikian hebatnya,


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diam2 Gorisan menjadi keder yuga. Maka satu2nya jalan yang aman adalah ........ kabur.
Tapi Hian Cin-cu tidak tinggal diam, iapun segera
mengejar dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh
yang istemewa yaitu "Berjalan-diatas-salju
tanpa- meninggalkan-bekas" Pada saat itulah rombongan Im Hian Hong Kie-su tiba, dan berenam mereka berjajar menutupi mulut lembah.
Gorisan benar2 dibuat kewalahan, didepannya ada orang menghadang, sedang dibelakangnya ada Ciang-bun-jin
Hwee Liong Pay tengah mengejarnya!
Begitulah setelah Gorisan berhasil menyampok pedang
Wanyen Hong, ia sudah dapat memperhitungkan bahwa
diantara musuhnya yang keenam orang itu, Tai-tailah yang kepandaiannya masih paling rendah. Selain itu iapun
menaruh dendam kepada sitolol itu yang telah munusuk kakinya tadi.
Para pendekar bertempur mati2-an melawan Gorisan, "iblis yang menjadi biang kerok" dari segala kekacauan.
Dilihatnya Hian cin-cu sudah mendekatinya, maka iapun segera merogoh kantongnya. Tampaklah ditangannya
segenggam Kiu-cu Lui-Seng yang sangat beracun. lapun berpura2 melemparkannya kearah Wanyen Hong sambil
membentak : "Perempuan iblis, sambutlah senjataku!"
Diluar dugaan mereka mendadak siiblis berbalik
menimpukan senjata2 rahasianya kearah Tai-tai!
Liu Bie terperanjat, sedangkan sitolol dalam keadaan maut itu masih bertanya : "Gorisan, kau hendak bermain apa" "Aku hendak mencabut nyawamu"
Pada detik itu juga Tai-tai membuka baju luarnya.
Tampaklah cahaya putih memancar dari dadanya dan
dalam sekejap mata saja Kiu-cu Lui-seng jatuh di tanah!
Sebaliknya Gorisan yang berpikir bahwa sitolol akan
roboh, segera lompat menubruk. Pasti aku dapat
meloloskan diri pikirnya dengan girang.
Tapi tiba2 matanya silau dan tak dapat melihat apa2
Sedangkan Tai-tai sendiri melihat ancaman dihapannya tanpa ayal menjatuhkan diri dengan gerakan "merebah diatas es" sambil menangkap ikan". Dengan sendirinya Gorisan menubruk tempat kosong. Kini Tai-tai tidak tolol lagi. Begitu melihat kesempatan baik, ia menyapu dengan kakinya sekuat tenaga sehigga musuhnya terpental diudara.
kiranya Wanyen Hong sudah menduga bahwa Gorisan
akan menurunkan tangan jahatnya terhadap Tai-tai. Maka dengan diam2 ia telah berikan mutiara ajaib Ya Kong Cu kepadanya. Tak heranlah Gorisan jatuh ditangan sitolol!
Hian Cin-cu berlari datang, tubuh Gorisan diinjaknya.
Kaki Ciang-bun Jin itu seolah2 seperti gunung beratnya!
Pendekar2 lain2nya sudah ikut maju dan berdiri
mengurung. Mati kutulah siiblis!
Gokhiol dan Wanyen Hong tanpa ayal lagi mengangkat
pedangnya, untuk -memberi tikaman terakhir. Gokhiol
hendak membalas sakit hati ayahnya, sedangkan Wanyen Hong
hendak membaIas sakit hatinya berhubung kesuciannya telah dicemarkan. Tapi belum lagi pedang2
mereka menemui sasaran atau Hian Cin cu sudah menahan pedang mereka berdua dengan gagang hudtimnya, seraya berseru dengan suara yang halus :
"Harap jie-wie sabar. Perkenankanlah aku untuk berkata sepatah kata dua kata dahulu".
Kemudian dengan gagang hudtimnya sipendeta menotok
pundak Gorisan yang lantas saja berteriak kesakitan. Siiblis pun jatuh pingsan!
Wanyen Hong yang masih penasaran hatinya menjadi
mendongkol, "Hian Cin Su-siok, dengan kematiannya
bagaiman inipun belum cukup untuk menebus dosanya.
Kenapa masih harus dikasihani?"
"Apa yang Kongcu katakan memang benar." Jawab
Hian Cin-cu, "Pinto teringat akan kematiannya Tio Hoan su-tit yang meninggal secara aneh. Biarkan untuk sementara Gorisan kubawa hidup-hidup ke Ciong lam San untuk
diselidiki dan mengorek keterangan dari padanya. Setelah itu barulah kita akan mengambil jiwanya."
Selesai menjelaskan, pendeta itu menoleh pada Gokhiol seraya katanya pula : "Peng-jie, aku masih ingat pada tujuh belas tahun yang lampau ibumu telah menyuruh orang
mengirim surat untukku. Dalam surat itu diterangkan
tentang rencana untuk memindahkan jenazah ayahmu.
Tapi setelah lewat dua hari, sedang upacara pemindahan belum dilangsungkan, jenazah ayahmu telah Ienyap! Dan hal ini sampai saat ini masih menjadi tanda tanda tanya dalam ingatanku. Itulah sebabnya aku ingin bawa Gorisan kembali untuk mengorek keterangan darinya. Kaupun tak perlu terburu-buru membunuh dia dengan maksud untuk
membalas dendam." IM Hian Hong Kie-su sudah dapat mengerti dengan jelas akan maksud Hian Cin-cu. Bahwa Gorisan dahulunya
adalah murid dari Bu Tong Pay, kemudian ia kabur ke See-hek dan menceburkan diri sebagai murid baru Hwee Liong Pay. Sebab itulah sebelum perihal ini menjadi jelas, Hian Cin-cu tak menginginkan Gorisan mati dalam tangannya sendiri dan akibatnya akan timbul salah pengertian dan rasa
permusuhan antara partai Bu Tong Pay dan Hwee Liong
Pay. "Apa yang To-tiang katakan adalah tepat," ujar Si Penunggu Puncak Gunung Maut. "Dan aku yakin bahwa
Wanyen Hong dan Tio Peng tit-jie maklum adanya. Tentu mereka akan menyetujui segala maksud To-tiang hanya ... "
"Kie-su masih ada pendapat yang lain?" Tanya Hian Cin-cu dengan mengernyitkan keningnya.
"Aku yang rendah tak berani memberi pendapat lain."
jawab Im Hian Hong Kie-su. "Tapi ingin kuberitahu bahwa Gorisan ini banyak akal-bulusnya. Bila To-tiang hendak membawa pulang ke Ciong lam San. baiknya terlebih
dahulu seluruh kepandaian orang ini dimusaahkan sehingga ia tak dapat melarikan diri lagi."
Im Hian Hong Kie-su, bermaksud baik, tetapi oleh Hian Cin-cu telah salah diterima, sehingga yang terakhir ini merasa tersinggung. Lagi pula pada dua puluh tahun yang lampau, Im Hian Hong Kie-su telah mengalahkan tokoh-tokoh dari tujuh partai persilatan yang ternama dalam suatu pie-bu. diantaranya adalah...." Hian Cin cu sendiri. Jadi menurut sangkaannya, Im Hian Hong Kie-su bermaksud
sengacja mengejek orang bahwa dirinya tak mampu
menguasai Gorisan. Segera Hian Cin-cu menjawab dengan nada kurang
senang : "Pinto mempunyai rencana tersendiri, maka bila ia dapat kabur, akan kutebus dengan nyawaku sendiri. "
Im Hian Hong Kie-su yang tahu bahwa orang telah salah tangkap maksudnya, maka iapun diam tidak berkata apa-apa lagi. Tapi Sebaliknya Tai-tai yang lancang mulutnya segera nyeletuk : "To-tiang, apa kau berani jamin yang si iblis ini tidak bakalan kabur" Bukankah barusan bulu-bulu hudtim To-tiang telah kena dicabut sampai gundul!"
Wajahnya Hian Cin-cu berubah merah mendengar
sindiran halusnya Tai-tai, "Aku kurung dia dibawah
tmenara yang berlapiskan baja sembilan lembar, sedangkan kaki-tangannya akan kuborgol dengan rantai. Selain itu pintu masuk kurapatkan dengan cairan besi panas!
Bukankah dengan demikian kau akan merasa puas?"
Mengingat gurunya masih mempunyai hubungan baik
dengan Hian Cin-cu, maka Wanyen Hong menarik lengan
baju Tai-tai. "Susiok, tempo hari siawtit pernah minta pertolongan untuk menyelidiki hal ikhwal Wan Hwi San. Tak dinyana bahwa orang itu adalah saudara misanku sendiri Gorisan.
Dengan ini siauwtit ingin bertanya, dia itu mempunyai sangkut paut apa dengan Hwee Liong Pay?"
Hian cin-cu mulai reda marahnya.
"Sebenarnya asal usulnya Kongcu lebih mengetahi jelas, sebab dia adalah saudara misanmu. Dan sedari kecil dia telah berguru pada Bu-Tong Pay. Juga boleh dikatakan dengan Tio Hoan pun dia masih terhitung saudara
seperguruan. Aku masih ingat tatkala Gorisan kembali kenegeri Kim, ia telah mencuri sejilid kitab See-Hok Bu-Cong, yaitu kitab sumber keilmuan dari dari daerah Barat yang disimpan didalam menara".
"Kitab itu dari Hoat Lian dijaman dinasty Tong, yang telah menyalinnya dari negeri Hindustan. Huruf Cong
berarti aliran atau partai. Sedangkan dalam kitab itu terisi sumber2 ilmu silat dari segala aliran partai. Adapun kitab itu dianggapnya kurang penting, maka waktu itu dia tidak mengadakan penyelidikan. Sebaliknya dia mengandung
akal busuk, yaitu hendak mencuri kitab aneh Ku Bok Kie-su dari gurumu Tiang Pek Lo-nie, tapi untunglah tidak
berhasil. Maka ia pura2 mengambil alasan untuk
menyerang kota Tong kwan. Disana iapun telah berpura2
gugur dalam pertempuran. Tapi diam2 ia melarikan diri kedaerah Barat untuk berguru kepada orang2 aneh yang berkepandaian tinggi. Sebab itulah sepak terjangnya
dikemudian hari tak seorangpun yang mengetahuinya"
Wanyen Hong mengerutkan keningnya :
Pada waktu itu seluruh warga istana negara Kim
menyangka bahwa Gorisan telah gugur dalam peperangan.
Siauwtitpun takkan berpikir dikemudian hari bahwa Wan Hwi Sian itu adalah dia! Tujubelas tahun lamanya aku gila mencari-cari orang yang telah mencelakakan diriku. Untung Im Hian Hong Kie-su telah berhasil menyingkap kedok
rahasia iblis itu!" Lewat beberapa saat Hian Cin-cu tak berkata lagi"
Akhirnya ia mohon diri kepada para pendekar. Gorisan diborgolnya, lalu didukungnya pergi. Sekejap mata saja ia telah menyelinap hilang diantara bukit2.
Setelah itu Kim Gan Bie Liu Bie memberi hormat pada
kakak seperguruannya Wanyen Hong. Lantas dikeluarkannya dari dalam sakunya sepucuk surat dari gurunya untuk disampaikan, kepada sang putri.
Dalam surat itu diberitahukan bahwa setelah delapan
belas tahun gurunya telah berhasil menyakinkan ilmu Kimkong Put-hway Kang dari ajaran Buddha.
Selain itu dipesankan agar sang putri segera kembali kenegeri Kim. Disana ia harus memulihkan hubungan
dengan negeri Song di Tiong-goan, Dan bersama
melawan.... bangsa Monggol!
Segera setelah Wanyen Hong membaca itu, disimpannya
kedalam sakunya. la kuatir kalau2 rahasianya akan
diketahui oleh Gokhiol yang berdiri dekatnya.
Liu Bie yang sedari tadi memperhatikan sikap Wanyen
Hong, merasa kagum dalam hatinya. Sang puteri ini sudah lewat empat puluh tahun usianya, namun parasnya tetap elok dan ayu. Bahkan kelakuannya seperti masih gadis remaja.
"Su-cie," ujar Liu Bie sambil tertawa. "Sungguh mujarab obat pengawet muda yang kau telan itu. Katanya kalu sucie sekali tidur, lamanya kurang lebih tigapuluh hari. Tapi bagi sucie rasanya seperti satu malam saja. Pantaslah selama tujuhbelas tahun ini sedikitpun tak ada perobahan. Su-cie tetap muda belia "
Sang puteri tersenyum kecil, tapi mendadak timbul rasa ngantuknya.
"Wah celaka!" jeritnya dengan kaget, "aku harus tidur, bagaimana baiknya sekarang?"
Suhu!" tiba2 Hay Yan berseru, "hampir2 muridmu lupa, untung obat pemunah ngantuk ini tidak hilang!
Hay Yan mengeluarkan sehelai saputangan terbungkus.
Ketika dibuka, didalamnya terdapat sebutir obat pulung yang harum baunya.
Obat ini adalah pemberian dari Hian Cin-cu, tatkala
sigadis menghantarkan surat ke gunung Ciong-Lam San.
Wanyen Hong segera menelan pil itu. la berkata sambil berguyon : "Aku belum tahu apakah obat ini dapat
membuat aku hidup sampaikan dunia kiamat."
Gokhiol yang kini merasa simpatik pada puteri negeri Kim, mengulum senyumnya : "Hari sudah hampir gelap,
baiklah kita kembali ke Leng Wan Koan untuk bermalam disana. Besok pagi baru kita lanjutkan perjalanan." Ujarnya seraya memandang keatas.
"Tio koko kini berlagak menjadi tuan rumah." Hay Yan memotong sambil tertawa, "Benar-benar ini apa yang dikatakan pepatah : Si harimau pergi, si rase jadi raja! Wan Hwi Sian
berlalu, kini koko yang menggantikan singasananya. Ha!...Ha...! Ha...!"
Wanyen Hong yang mendengar Hay Yan berguyon
dengan Gokhiol, lalu meletakkan sepasang matanya yang indah dan berkata : "Bila pada suatu hari Peng-jie berhasil duduk diatas kursi kerajaannya, apakah kau mau dijadikan selirnya?" tanyanya dengan tersenyum manis
Memang Wanyen Hong tidak menaruh dendam
terhadap Gokhiol tapi karena pemuda kita mengakui
Jenderal Tuli. Panglima Angkatan Perang Monggolia
sebagai ayah angkatnya, ia menjadi kuatir. Sebab pikirnya dikemudian hari Gokhiol tentu akan menyumbangkan jiwa-raganya kepada fihak Monggol, fihak musuhnya!
Kini tak disangkanya bahwa puterinya sendiri, Hay Yan telah berhubungan akrab dengan Gokhiol. Itulah sebabnya mengapa ia sampai mengluarkan kata-kata yang mengejek.
Disamping itu kebanyakan sifat wanita tak terkecuali Wanyen Hong berpemandangan cupat. Wanyen. Hong
menganggap bahwa Lok Gok dahulu telah merampas
kekasihnya Tio Hoan Yang mengawininya. Karena itu yuga dalam hatinya timbul rasa cemburu, untuk kemudian
menjadi dendam! Mendengar ajakkan Wanyen Hong ini, Hay Yan jadi
kemalu2-an. la menundukkan kepalanya dan tidak berani mengatakan apa-apa lagi. Sebaliknya Gokhiol merasa
kurang senang dan dengan suara dingin ia berkata, "Aku bukannya turunan bangsawan dan juga bukan seorang
pangeran. Namun sekalipun aku menjadi raja, Hay Yan
akan menjadi permaisuriku, bukannya selir!"
"Kau bukannya turunan bangsawan?" tanya Wanyen
Hong dengan cukup dingin pula, "Kau adalah anak Jenderal Tuli yang agung dari Monggolia. Disamping
itupun kau adalah turunan pangeran dari kerajaan Song, tapi siapa saugka kau telah mengangkat musuh ...."
Im Hian Hong Kie-su tahu bahwa sang puteri hendak
mengatakan "mengangkat musuh sebagai ayahmu". Diam-diam ia melirik kearah pemuda kita yang air mukanya telah berubah menjadi merah padam. Maka lekas2 ia berkata :
"Saudara-saudara, hari sudah malam. Bila kalian ingin bersenda gurau, sebaiknya diadakan didalam kuil saja."
Liu Bie adalah seorang gadis yang cerdik, melihat gelagat kurang baik ini, segera menarik tangannya Wanyen Hong seraya membisik dengan perlahan, "Su-ci, mari kita kembali ke Leng Wan Koan. Aku masih ada omongan yang hendak
dikatakan padamu." katanya.
"Peng-ji" ujar Im Hian Hong Kie su, "Kau adalah tuan rumah, baiklah kau pimpin kami."
Berenam mereka lalu kembali ke Leng Wan Koan.
Sampai disana, Gokhiol bersama Hay Yan pergi kedapur.
Tampak diatas anglo mengepul asap yang menyebarkan bau harum. Begitu Hay Yan mengangkat tutup panci, maka
dilihatnya daging menjangan yang hampir matang.
Disamping anglo terdapat sepanci bak-pauw, seguci arak.
Mereka jadi girang sekali.
"Inilah hidangan yang telah disediakan oleg Ang-bian Kim-Kong untuk menjamu Gorisan. Kini mari kita makan saja hidangan yang lezat ini, "berkata Gokhiol dengan tersenyum.
Setelah melihat disekitar tempat itu tiada orang lain Hay Yan lalu memandang pemuda kita dengan penuh arti serta sungguh2.
"Koko, tadi ibuku telah mengucapkan kata2 yang kurang enak didengarnya. Aku harap kau jangan menjadi kecil hati. Janganlah kau ladeni dia berdebat yang tak ada gunanya," kata Hay Yan dengan nada yang memohon dimaafkan.
"Sebagai ibumu, tak semestinya ia menyakiti hatimu.
Gokhiol menjawab dengan adem.
"Aku tahu, ibuku selamanya membenci orang Monggol.
Dia kurang senang melihat kau sebagai anak angkatnya Jendral Tuli. Maka bagaimana kalau mulai sekarang kau gunakan nama pemberian ayahmu?" kata Hay Yan.
Gokhiol tidak menyahut dan tiba2 dari luar terdengar suara orang berkata, "Sio-cia, dia busuk hatinya. Dia pakai nama Gokhiol sedangkan nama sebenarnya adalah Tio
Peng. Tapi, eh!... ah!..., dia..... dia cinta padmu, Sio-cia."
Kedua muda-mudi itu terkejut, dengan cepat mereka
menoleh asal suara itu dan tampak Tai-tai sedang
menyemat bak-pauw dari luar jendela yang lantas saja disesapkan kedalam mulutnya.
"Tai-tai!" bentak Hay Yan dengan muka yang merah,
"Kembali kau mencuri! Lekas bantukan aku menyediakan barang santapan."
"Ah, aku mengganggu kalian saja, jawabnya sambil
memainkan matanya. ---oo0dw0oo--- MALAM itu ke-enam pendekar makan-minum dipendopo, sedangkan pembicaraan mereka berkisar
tentang Tai-tai yang telah menyumbangkan jasanya yang patut dihargai.
"Dikemudian hari Tai-tai akan menjadi pendekar wanita besar" kata Im Hian Hong Kie-su, "Tetapi sayang......"
la, batalkan niatnya yang ingin mengatakan bahwa Tai-tai itu seorang agak tolol sedikit. Sedangkan Tai-tai yang mendengar orang ramai memuji dirinya, ia mencibirkan bibirnya saja.
Melihat kelakuan Tai-tai yang lucu itu, para pendekar jadi tertawa dengan ramainya, tetapi sekonyong-konyong Wanyen Hong mengucurkan air mata. "Itulah semua karena salahku. Sedangkan sekarang sudah terlambat."
katanya dengan terisak-isak.
Im Hian Hong Kie-su samar-samar dapat menerka
bahwa kata2 sang puteri mengandung sesuatu yang
tersembunyi, maka ia bertanya, "Kong-cu, apakah gerangan maksud perkataanmu itu ?"
"Dulu ketika Tai-tai dilahirkan, bakatnya kecerdasannya melebihi dari anak kecil lainnya." menerangkan Wanyen Hong, "Maka karena aku merasa takut kalau2 kelak ia
sudah besar, rahasiaku akan menjadi bocor oleh-nya tanpa sengaja. Oleh sebab takut dengan hal itu, aku telah
berunding dengan Hay An Peng, ayahnya Tai-tai. Hasil perundingan itu ialah : Kami menutup urat syarafnya Tai-tai dibagian jalan darah Leng-su-hiat, yaitu jalan darah kecerdasannya. itulah sebabnya mengapa Tai-tai tampaknya jadi ketolol tololan, aku sungguh berdosa, aku sungguh berdosa..... "
"Su-ci." memotong Liu-Bie dengan cepat, "Mengapa kau tidak pulihkan kembali jalan darahnya?"
"Itu memang telah aku lakukan beberapa kali," sahut Wanyen Hong, "Namun selalu tidak berhasil. "
"Bila Kong-cu tidak merasa keberatan." berkata Im Hian Hong Kie-su, "Baiklah kini aku akan mencoba untuk
membuka jalan darahnya yang telah tertutup itu, tapi entah bagaimana dengan hasilnya, ini terserah pada Thian yang maha kuasa saja....."
Mendengar ini Wanyen Hong menjadi girang, tergesa-
gesa ia menghaturkan terima kasihnya pada Pendekar Si Penunggu Puncak Gunung Maut itu.
Kiranya usaha yang mulia dari Im Hian Hong Kie-su
berhasil dengan sempurna. Bila dikemudian hari kita
berjumpa pula dengan Tai-tai, maka sikapnya telah berobah seperti gadis remaja biasa saja.
Pada malam harinya Gokhiol tidur didalam kamarnya,
Ketika ia hendak pulas, tiba-tiba terdengar ada suara orang memanggil namanya. la membuka matanya dan
melihat kearah jendela. Pemuda kita masih ingat ketika tahun yang lalu Tai-tai pernah muncul dijendela itu dan melontarkan Pil Hwee Wan kedalam mulutnya. Dan berkat obat mustajab itu
kepandaiannya sampai tidak menjadi musnah oleh
perbuatan Gorisan. Begitulah Gokhiol menyangka bahw a Tai-tailah yang
datang menjenguknya pula. la bangkit berdiri dan
mememasang lilin diatas meja.
"Gie koko, akulah yang datang menjengukmu."
Terdengar suara dari arah jendela.
Bagaikan kilat Gokhiol mencelat kearah jendela, sebab ia mengenali bahwa itulah suara adik angkatnya Pato, ia
menjadi heran, maka dengan suara hampir berbisik ia
berkata : "Adikku bagaimana kau bisa sampai kesini?"
Pato tonjolkan kepalanya dari luar jendela, "Ada sesuatu urusan yang sangat penting, ibumu telah menyuruhku
datang mencari kau." ia berkata sambil melompati jendela untuk masuk kedalam kamarnya Gokhiol. Kedua saudara
ini yang telah lama tidak bertemu lalu saling rangkul dengan mesranya.
"Gie koko," bisik Pato, "Im Hian Hong Kie-su sangat lihay sekali kepandaiannya, maka kau jangan keras2
bicara." "Bagaimana kau tahu bahwa mereka berada disini ?"
tanya Gokhiol dengan keheranan.
"Baiklah kuterangkan padamu." jawab pangeran Monggol ini, "Pada tahun yang lalu, aku pernah turut Yalut Sang untuk menyambangi Im Hian Hong Kie-su. Dia telah membantu Wanyen Hong dan kau untuk menyingkapkan
tabir rahasia Gorisan. Hal ini telah kuketahui semuanya."
"Rupanya kau telak mengetahui seluruhnya. Hanya
sayang aku belum sempat membalas sakit hatiku!" jawab Gokhiol.
"Siapa suruh kalian ditipu oleh Hian Cin-cu" Gie koko, kau sekarang juga mesti turut aku pulang ke Holim. "
"Ada urusan apa?" tanya Gokhiol dengan kaget.
"Kha-khan yang agung telah jatuh sakit, para tabib tak berdaya untuk berbuat apa-apa lagi. Kini keluarga didalam istana telah bersepakat untuk mengangkat ayah kita sebagai gantinya. Tapi Tiohodai dan Bee-cin Onghouw Cin-sie tak menyetujuinya dan secara diam2 bersepakat pula untuk mengangkat puteranya yang bernama Kubisu. Sebaliknya
mereka merasa jeri terhadap putera2 ayah yang berjumlah tujuh itu ....."
"Eh! Gie-hoe hanya berputera enam orang, kenapa kau
katakan ada tujuh?" menanya Gokhiol dengan heran.
"Apa kau bukannya putera ayahku?" berkata Pato
dengan bangga, "Rupanya kau masih belum tahu bahwa


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejak kau meninggalkan Holim, ayahku telah mengumumkan dihadapan para tetua istana bahwa kau
bukannya anak-angkatnya lagi. Melainkan anak kandungnya sendiri. Sudahlah, sekarang jangan kau
tanyakan lagi yang melit-meIit padaku. Baiklah kau
dengarkan penuturanku yang penting ini."
Berbagai perasaan berkecamuk didalam benaknya
Gokhiol, ketika ia mendengar yang saudara angkatnya
bakal menuturkan suatu hal yang penting sekali baginya.
"Ong-hauw merasa takut kepada kita bersaudara,
Sepuluh hari yang lalu ia telah memanggil kami urtuk datang menghadap, tapi ini kiranya adalah suatu jebakan saja dan.... kami kena dikurung. Lima saudara kita kena ditawan, yang berhasil melarikan, diri hanyalah aku
seorang saja. Disepanjang jalan banyak aku menemui
rintangan serta bahaya, namun semuanya itu dapat aku atasi dan akhirnya- aku dapat bertemu dengan kau,
saudaraku yang sejati."
Mendengar berita ini Gokhioi menjadi pucat bahna
terkejutnya, sebab ia tidalk mengira yang diistana Mongol sedang bergolak dengan ramainya untuk merebut takhta kerajaan!
Kemudian Pato menyambung pula ceritanya "Ayah kini
sedang membawa pasukannya untuk menggempur kota Ci-
yung-koan, hingga aku tak dapat menghubungi beliau.
Menghadapi kejadian ini Ama dan Yalut Sang menjadi
bingung dan karena itulah aku disuruh lekas2 pergi ke Mo-thian-nia untuk mencari kau."
Pada waktu itu yang menjadi kaisar dari kerajaan
Monggol ialah Ogotai. Putera kedua dari Jenghis Khan, Putera sulungnya yang bernama Khetu telah meninggal, sedangkan puteranya yang ketiga Cohodai dan adiknya
Tuli, masing2 mempunyai pasukan perangnya.
Bee-cin Ong-how adalah selirnya Ogotai yang keenam
serta merupakan selir yang sangat disayangnya. Dari selir ini Ogotai memperoleh seorang putera yang diberi nama Kubisu yang pada waktu itu baru berusia empat tahun.
Karena merasa takut yang Jenderal Tuli akan menaiki
takhta kerajaan Monggol, maka Bee-cin Ong-houw telah memancing
putera-puteranya Jenderal Tuli serta menahannya. Mendengar penuturan adik ini, Gokhiol menjadi sengit
"Bee-cin Ong-how berani berbuat demikian" Apakah ia
sudah tidak pandang lagi gei-hoeku yang mempunyai
kedudukan sebagai Panglima tertinggi dari pasukan perang Monggolia" teriak Gokhiol dengan gusarnya."
"Gie koko...." ujar Pato, tapi segera ia memperbaiki ucapannya, "Ah, seharusnya aku membahasakan koko saya padamu. Kokopun sudah mengetahui yuga sifat ayah
adalah sangat setia sekali kepada jungjungannya. Segala.
perintah Ogotai Khan ia selalu turuti. Kini tanpa perintah dari Khan yang mulia, ayah tak berani, pulang ke Holim."
Gokhiol mendengarkan penuturannya Pato dengan hati
gusar, kemudian ia berkata : "Sekarang lm Hian Hong kie-su dan Wanyen Hong Kong-cu berada disini. Sebaiknya
besok baru aku akan menemui kau lagi."
"Tak bisa" jawab Pato dengan cepat, "Biar bagaimanapun koko mesti ikut aku berangkat sekarang juga
ke Holim. Sedikit terlambat saja, saudara2 kita akan celaka atau muugkin juga sudah mati !"
Gokhiol segera teringat akan ibunya, lalu terbayang
wajahnya, Mangu Moko, Kubilai, Hulahu dan Kadu....saudara angkatnya. Mereka bertujuh dibesarkan dan pergaulan mereka sangat akrab sekali melebihi saudara kandung. Maka. bagaimana, Gakhiol dapat berpeluk tangan melihat saudara2nya dalam marabahaya" Apakah ia ada
seorang manusia yang tidak mengenal budi baik orang"
Mengingat ini semuanya, tanpa memikir Iain Gokhiol
segera menganggukan kepalanya sambil berkata, "Baik, sekarang juga kita berangkat!"
Pato menjadi girang sekaIi, serta-merta dipeluknya
saudaranya. "Aku sudah menduga yang koko pasti akan
kembali kekampung halaman kita lagi. Kini selamatkanlah saudara2 kita." kata Pato dengan gembira.
Dengan cepat Gokhiol meringkaskan pakaiannya dan tak lupa pula pedang Ang liong-kiam ia selipkan pula
dipinggangnya. Tetapi baru Gokhiol ingin melangkah keluar, didalam
pikirannya segera terbayang wajahnya Hay Yan yang cantik jelita, sehingga timbullah niatnya untuk menemui dulu sicantik. Namun begitu ia teringat akan ejekannya Wanyen Hong tadi, lantas ia urungkan niatnya. Sebagai gantinya ia meninggalkan sepucuk surat untuk Hay Yan yang diletakan disamping bantalnnya.
"Lekas!" berkata Pato yang sudah tidak sabar lagi. "Hari sudah hampir terang, diluar aku sudah sediakan seekor kuda bagimu."
Segera juga kedua jago muda itu melompat keluar
melalui jendela dan sambil. berlarian mereka turun dari atas
gunug bagaikan meteor melesat diangkasa malam yang luas berbintang.
---oo0dw0oo--- Pada keesokan harinya, Im Hian Hong Kie-su berserta
kawan-kawannya tidak menemukan Gokhiol dikamarnya.
Sedangkan yang diketemukan hanyalah sepucuk surat
untuk Hay Yan yang bunyinya sebagai berikut:
"Berhubung saudara-saudaraku di Holim
sedang menghadapi bencana dan aku mesti berangkat kesana
dalam waktu yang singkat, maka tak sempat lagi aku
berpamitan dengan kalian para pendekar yang budiman.
Untuk ini harap dimaafkan dan sampai berjumpa.
Gokhiol." "Apa yang kukatakan?" ujar Wanyen Hong dengan nada mengejek, "Sudah kuduga biar bagaimanapun, dia tetap adalah budaknya orang Monggol! la secara mendadak
pergi, tentunya ada kawannya yang datang kemari"
"Bagaimana ia sampai tega meninggalkan kita?" berkata Hay Yan, hampir2 air matanya keluar, "Kemarin aku
malah sudah menyuruhnya untuk mengganti namanya
dengan Tio Peng." "Huh! Apa kau kira karena ia jatuh cinta, lantas ia sudi menggantikan hubungannya dengan orang2 Mongol?"
berkata Wanyen Hong kepada puterinya. "Sedangkan
didalam suratnya saja, ia masih tetap menggunakan
Gokhiol sebagai namanya. Sayang kemarin aku tidak
sempat menawannya. Memang aku sudah mempunyai
firasat bahwa dikemudian hari dia merupakan penyakit yang membahayakan kita."
Melihat kedua orang itu saling bertengkar, Im Hian
Hong Kie-su menarik napas : "Kongcu, dengarlah kata
kataku sebentar. Tio Peng meskipun dibesarkan dinegri Monggo!, tapi jiwanya tetap adalah jiwanya bangsa Han.
Maka itu tetap ia masih dapat membedakan antara budi dan dendam. Dikemudian hari, pastilah ia akan mengakui yang dirinya adalah turunan asli dari pahlawan negeri Song yang jaya! Biarlah kini ia meninggalkan kita, esok-lusapun pasti kita akan bertemu dengan dia. Sekarang yang penting, Kongcu harus kembali pulang kenegeri Kim, agar orang2
Monggol tidak sempat mengetahui bahwa Kongcu berada
disini. Demi untuk mencegah timbulnya kesulitan, aku bersedia pula untuk mengantar Kongcu pulang kenegeri Kim." kata Im Hian Hong Kie-su.
Wanyen Hong terdiam mendengar nasehatnya, jago ini.
"Kata Gak Lo-cianpwee memang Sangat beralasan," Liu Bie turut berbicara, "Kini asal-usul Su-ci telah diketahui orang. Maka apabila Su-ci berdiam terus dikota Hitam orang2 Monggol pasti akan mengadakan penyerangan. Lagi pula suhu ada perintah agar kau kembali kenegeri Kim.
Sebaiknya Sucie turuti nasehat itu. "
Wanyen Hong termenung. Teringat olehnya istana
dinegerinya yang menjadi tempat kediamannya selama
tujuh belas tahun, menghindarikan diri dari dunia
keramaian. Dan belum sempat pula ia menuntut sakit-
hatinya, ia tak dapat kembali pulang dan menemui
kakaknya Wanyen Ping, raja dari negeri Kim.
Sebaliknya ia merasa kuatir juga terhadap bangsa
Monggol, apabila mereka mengetahui bahwa ia masih
hidup. Tentunya mereka akan mengadakan penyergapan.
Kini Jengis Khan telah wafat. Sedangkan orang yang telah mencemarkan dirinya telah ia ketahui adalah saudara
misannya sendiri Gorisan. Untuk apa ia berdiam terus ditempat sepi!
Maka iapun mengambil keputusan untuk kembali pulang
ketanah airnya dan mengakhiri semua peristiwa2 ini.
Dengan pancaran wajah yang tenang ia menghaturkan
terima kasih kepada Im Hian Hong Kie-su yang telah
bersedia uatuk menghantarnya pulang.
"Sekarang kota Tong-koan dan Hong-leng yang
merupakan pintu negeri yang terpenting, telah dikuasai oleh bangsa Monggol. Sebaiknya kita ambil jalan memutar ke Sia See dan menyusuri pegunungan Hu-gu San. Cuma
sebelumnya Kong-cu menulis surat agar Liu Bie Kouwnio membawanya lebih dahulu ke Pian Liang dan meminta
supaya diadakan suatu penyambutan," ujar Si Penunggu Puncak Gunung Maut.
"Betul," Kim Gan Bie membenarkan," baiklah Suci tulis surat itu, nanti akan kuhantarkan."
Puteri negeri Kim menganggukkan kepalanya.
---oo0dw0oo--- WAKTU lewat dengan begitu cepatnya, berselang
sebulan, Wanyen Hong, Hay Yan dan puteri angkatnya
Tai-tai dengan berkendaraan sebuah kereta kuda berjalan menuju negeri Kim. Sedangkan untuk mengelakkan dari
kecurigaannya orang2 Monggol, Im Hian Hong Kie-su
menyamar sebagai kusir kereta kuda.
Selagi mereka melewati sebuah gunung, tampak tidak
jauh dipinggir jalan berdiri seorang pengemis tua.
Pakainnya yang compang camping tak keruan rupa dan
ditangannya ia mencekal sebuah tongkat bambu. Si
pengemis menghadang jalanan kereta!
Im Hian Hong Kie-su mengetahui bahwa termpat sepi ini sering digunakan oleh orang2 aneh untuk menyembunyikan diri. Melihat si pengemis tua muncul dengan tiba2, ia segera berseru agar sipengemis suka memberi jalan. Dengan
perlahan ia menarik 1es kudanya untuk mengelakan tubuh sipengemis tua itu.
Tapi baru saja kereta lewat disamping pengemis itu, tiba2
terdengar suara keras dan roda kereta menjadi hancur.
Kereta kehilangan keseimbangannya dan membentur
sebuah batu besar pada tepi jalan sehingga terbalik. Kuda2-nya untung tidak lari kabur.
Ketiga penumpang terhempas jatuh, tapi cepat2 bangkit berdiri dengan hati mendelu.
Im Hian Hong Kie-su terkejut! Pada saat selanjutnya
angin berkesiur disampingnya. la menoleh dan melihat sipengemis tua telah berdiri beberapa tombak dihadapannya Wanyen Hong.
"Apa Kongcu tidak luka?" tanya, sipengemis dengan cengar-cengir, "barusan aku telah berbuat lalai. Aku tak sempat masukkan mainanku kedalam saku, sehingga telah mengagetkan kedua kuda itu. "
Karena dirinya dipanggil dengan Kongcu, Wanyen Hong
terkejut dalam hatinya. Diawasinya pengemis itu dengan seksama. Tampak pada pinggang orang terlilit sebuah
benda panjang berwarna merah. Itulah seekor ular yang berbisa!
"Ular2 ini sering menyusahkan hati tapi sebaliknya dia mempunyai
suatu kefaedahannya. Sekali saja itu memandang kau, maka untuk seterusnya takkan dilupakannya. Dinegeri Burma orang memanggilnya ular pengenal orang. Ha... ha...ha...!"
Sambil berkata sipengemis me-main2kan ularnya.
Panjang ular itu ada kira2 tujuh atau delapan kaki. Begitu dimainkan, leher binatang itu berkembang dan melembung seperti sebuah bola bundar. Mulutnya terbuka dan lidahnya melelet keluar. Kemudian kembungannya kempes kembali.
Mereka yang menyaksikan mencium bau yang sangat
amis sekali, seperti ikan busuk. Wanyen Hong menekap hidungnya, hampir2 ia muntah. Sipengemis tertawa pula.
"Kongcu tidak biasa mencium bau amis ini. Tapi ular ini dapat membantu kau untuk mencari musuhmu. Maka
dikemudian hari akan berguna bagimu!"
Im Hian Hong Kie-su mendengar kata2 sipengemis,
menjadi sadar bahwa orang mempunyai suatu maksud.
lapun membuka suara : "Hai sobat. Kita sebenarnya belum saling mengenal. Hari ini kami kebetulan melewati
daerahmu dan kau telah membuat terbalik kereta kami.
Apakah maksudmu?" Sipengemis membungkuk sambil memberi hormat. "Ah, tak ada maksud apa2. Lohu hanya ingin menyampaikan
suatu kabar kepada Kongcu."
Wanyen Hong bertanya dengan suara lantang: "Akulah
puteri dari negeri Kim. Kau siapa dan berita apa yang ingin kau sampaikan kepadaku?" Sepasang mata sipengemis mengawasi Wanyen Hong tanpa berkesip. Sedangan
airmukanya sukar membedakan apakah menunjukkan
perasaan baik atau jahat.
Lama sekali ia mengawasi puteri kita yang cantik jelita, barulah ia membuka suara : "Aku adalah rakyat-jelata yang juga disebut bangsa Kay-pang. Kongcu tak usah
mengetahui siapa namaku, hanya aku ingin menyampaikan berita padamu bahwa raja Kim, Wanyen Ping telah
mangkat beberapa hari yang lalu. Sedang sekarang sebagai
penggantinya yang duduk diatas takhta adalah Wanyen So-cu. Lohu datang,kesini sengaja untuk memberitahukannya kepada Kongcu."
Mendengar berita tersebut, Wanyen Hong menjadi
pucat. "Apakah kau tidak berjusta" Kau telah merusakkan
keretaku, bagaimana aku dapat kembali ke Pian-liang untuk berkabung?"
Sipengemis melibatkan ularnya pada pinggangnya, lalu jawabnya : "Lohu mempunyai dua ekor kuda yang bagus.
Kau boleh meminjamnya. Tunggulah sebentar, nanti akan kuambilkan kuda2 itu."
Sehabis berkata ia memukulkan tongkatnya ketanah, dan tubuhnya melesat bagaikan seekor burung, terbang,
keudara. Dalam sekejap mata saja ia telah menghilang diantara semak2.
Im Hian Hong Kie-su melihat orang berlalu berkata
dengan lirih : "Orang itu sangat aneh. Melihat ilmu ringan tubuhnya, ia tidak berada dibawah kita. Mungkin juga ia adalah seorang utusan dari Pian-lang."
"Bila kulihat tadi waktu mengutarakan perasaannya, ia menunjukkan rasa sedih yang sungguh2" ujar Wanyen
Hong. Baru saja sang puteri habis bicara, tiba2 terdengar suara derapan kaki kuda yang mendatang kearah mereka. Tak
lama menyusul dua ekor kuda ber-lari2 menghampiri,
sesampainya dihadapan mereka kedua kuda itupun berhenti berlari. Tapi yang mengherankan ialah sipengemis tak kelihatan lagi mata hidungnya!
Hay Yan melihat disalah satu pelana kuda itu tergores huruf yang berbunyi : "Kuda ini kuhadiahkan kepada
kalian. Sampai berjumpa pula."
Tulisan itu menunjukkan jiwa yang bersemangat. Tulisan itu rupanya dibuat dari goresan kuku tangan.
"Ia pasti takkan kembali kesini," ujar Im Hian Hong Kiesu dengan kaget, "siapakah gerangan sipengemis luar biasa itu?"
Dengan air mata berlinang Wanyen Hong berkata :
"Kalau dilihat begini, maka benarlah saudaraku telah mangkat. Walaupun aku kembali ketanah airku, tak
mungkin aku dapat bertemu pula dengannya."
"Kongcu tak usah bersedih hati," menghibur Sipenunggu Puncak Gunung Maut Im Hian Hong Kie-su, "ini juga kita dapat sampai di Nie Ho Cun, suatu dusun yang sudah
termasuk wilayah Kim. Disana kita dapat ketahui benar tidaknya berita itu."
Segera kedua kuda dari kereta tadi dilepaskan dan
bersama dua ekor kuda pemberian sipengemis, maka
berangkatlah ke-empat tokoh rimba persilatan itu dengan masing2 menunggang seekor kuda. Menjelang petang hari, tibalah mereka didusun Nie-Ho Cun Dusun tersebut
termasuk wilayah negeri Kim. Tampak jauh dari dua
barisan obor sedang bergerak mendatang kejurusan mereka.
Wanyen Hong terkejut, sedangkan Tai-tai berseru :
"Hati2 Didepan banyak serdadu membawa tengloleng
undang datang kemari"
lm Hian Hong Kie-su melihat bahwa mata Tai-tai sangat tajam sekali, cepat2 bertanya.
"Tai-tai, apakah pada tengloleng itu tertulis huruf2
berwarna merah?" "Tidak," sahut Tai-tai, ".... semuanya ditulis dengan huruf hitam!"
"Celaka!" seru Sipenunggu Puncak Gunung Maut
"Kongcu benar2 telah mangkat. "
Tak tahan lagi, Wanyen Hong menekap mukanya seraya
menangis menggerung-gerung.
Kini rombongan sudah tiba. Mereka berbaris menjadi
dua buah jalur. Dari antara rombongan keluarlah seorang nenek tua, dialah Tang Seng ibu inang sang puteri. Disusul oleh pengawal istana Tahasan dan beberapa dayang2 serta penjabat2 istana.
Dibawah sinar terangnya obor, mereka menyaksikan
wajah sang puteri yang tetap elok tak ubahnya seperti waktu ia masih remaja. Segera mereka berlutut untuk memberi hormat. Salah seorang wakil istana mengucapkan kata2
selamat datang kepada Wanyen Hong yang berdiri tegak bagaikan patung.
"Kami sekalian budak datang untuk menjemput Kong-
cu." Sedangkan ibu inang sang puteri memeluk kaki Wanyen
Hong. Yang terakhir ini merangkul inangnya, dengan hati terharunya.
"Aku telah meninggalkan negeriku tujuhbelas tahun
lamanya," ujar Wanyen Hong," tapi hari ini aku datang tak dapat bertemu pula dengan saudaraku Sri baginda.
Sedangkan ibukota kinipun telah berpindah kebagian
selatan. Bagaimana hatiku tidak menjadi sedih?"
Para penyambut setelah mendengar ucapan sang puteri, terdiam dan menundukkan kepalanya.
Malam itu mereka menginap didusun Nie-Ho Cun.


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keesokan harinya Im Hian Hong Kie-su mohon berpamitan diri. Mengetahui bahwa orang segan untuk mengikut
keistana. Wanyen Hong tak menolaknya. Setelah menghaturkan terima kasihnya, sang puteri masih bertanya
: "Kalau Kie-su hendak kembali, dapatkah kiranya mampir ke Ciong Lam San. Tolonglah sampaikan salamku kepada Hian Cin-cu dan sekalian lihat Gorisan yang ditawan
disana." "Memang akupun hendak pergi kesana, " jawab Datuk Rimba-hijau itu, "sebab akupun merasa kuatir. Gorisan mempunyai banyak tipu muslihat. Aku takut kalau2 Hian Cin-cu kena ditipunya."
Baru saja ia ingin pergi. Wanyen Hong menahannya.
"Harap Kie-su tunggu sebentar......"
Im Hian Hong Kie-su mengetahui bahwa sang puteri.
bermaksud mengutarakan sesuatu yang tak mudah di
ucapkannya. "Ah, aku tahu. Kongcu menginginkan agar aku mau
selidiki apakah Gorisan yang telah mencelakakan Tio Hoan dahulu bukan?"
Wanyen Hong manggut. "Dugaan Kie-su tepat. Dahulu Tio Hoan binasa, tapi
mayatnya hilang secara rahasia."
"Tapi" jawab Sipenunggu Puncak Gunung Maut,
"bukankah waktu itu isteri Tio Hoan, Lu Giok berserta Tiang Jun telah menemukan mayatnya?"
"Kudengar bahwa mayat itu telah koyak2 dimakan oleh
binatang2 liar, sehingga sukar dikenali. Sebab itu Lu Giok pun tak berani memastikan bahwa mayat itu adalah Tio Hoan. Ketika mereka kembali, didapatkannya mayat itu
telah hilang. Hal itulah yang membuat aku sampai kini merasa gundah-gulanah."
"Dengan kata lain, kalau begitu Kongcu beranggapan
bahwa Tio Hoan sampai saat ini ... masih hidup ?" Sang puteri mengangguk.
"Tapi apabila ia belum mati selama tujuhbelas tahun ini kemana ia pergi ?" gumamnya perlahan. "Aku hanya......."
Belum selesai ia berkata, atau airmata Wanyen Hong
sudah ber-linang2 turun membasahi pipinya. Ternyata
cinta-murni sang puteri tidak lumer sepanjang masa.
Im Hian Hong Kiesu melihat orang bersedih hati, iapun tak mengucap sepatah kata lagi. Diam2 ia mengundurkan diri
---oo0dw0oo--- IM HIAN HONG KIE-SU sepanjang jalan menikmati
keindahan alam semesta. Karena itulah berselang sebulan lamanya, barulah ia sampai dipegunungan Ciong-Lam San.
Hari itu ia merasa letih sekali. Didepan tampak olehnya sebuah dusun yang bernama Lan-kiauw Cun. la memasuki sebuah warung untuk melepaskan Ielahnya, sambil
menceguk beberapa cangkir arak.
Tak beberapa lama ia duduk disana atau sekonyong-
konyong terdengar derapan kaki kuda mendatang dan
berhenti dimuka warung. Tak lama kemudian tampaklah
penunggang kuda itu yang berjumlah dua orang.
Diam2 ia memperhatikan mereka. Satu diantaranya
adalah seorang nie-kouw yang usianya kira2 empat puluh tahun. Kawan satunya lagi adalah seorang Lhama dari
daerah barat. la memakai tudung pertapaan yang berbentuk
kukusan. Jubahnya berwarna merah. Yang sangat aneh
adalah alis orang itu yang panjang menurun kebawah.
Yang lebih menarik perhatian ialah bahwa seorang niekouw bersama seorang Lhama berjalan ber-sama2 sungguh menertawakan. Begitu mereka hampir dekat, Datuk Rimba-hijau kita buru2 mengalihkan pandangannya ketempat lain untuk menghindari bentrokan mata mereka.
Kedua orang itu hanya berhenti dimuka warung dan
tidak turun dari kudanya. Sejenak kemudian dari dalam warung muncul keluar seorang laki2 kate berlari
menghampiri si nie-kouw dan membisikkan sesuatu
kepadanya. Im Hian Hong Kie-su waktu itu ber-pura2 seperti orang sedang mabok. la merebahkan dirinya dengan mukanya
dibaringkan diatas meja. Diam2 ia memasang kupingnya uniuk mendengarkan pembicaraan orang.
Terdengarlah dengan jelas sikate tadi berbisik : "Barang itu sudah kita peroleh. Suheng tak berani pulang ke Butong. la sedang menunggu dimulut lembah "ya-Ba Kok."
"Aku kuatir ia takkan berhasil." jawab si nie-kouw.
"kambing tua itu malam ini juga akan menemui ajalnya."
"Huh, pukulan Sam Im Ciangku, meskipun pihak HweeLiong Pay mengundang orang2 pandai dikolong langit ini takkan berhasil untuk menolongi jiwanya itu." ujarnya dengan nada yang sombong.
Habis berkata tanpa memberi pamitan pula, kedua orang tadi berlalu meninggalkan warung.
Si-laki2 kate kembali masuk kedalam warung. Setelah
melirik kesana kemari menyapu tamu2 lainnya dalam
warung itu, iapun segera membayar kepada pemilik warung dan meninggalkan tempat itu.
Im Hian Hong Kie-su menunggu sampai orang itu
berlalu. barulah ia mengangkat kepalanya pula. Ia berpikir dalam hatinya, walaupun barusan ia tidak lihat jelas muka nie-kouw itu tapi mengingat ia berjalan bersama seoranga lhma tentu mereka adalah Im Yang Jie-yauw.
Apabila benar mereka orangnya, dapatlah dipastikan
bahwa. mereka baru saja melakukaan perbuatan. yang tidak baik. Im Hian Hong Kie-su masih ingat kata2 nie-kouw tadi yang menyebut nama Hwee-Liong Pay.
"Celaka." ia berpikir seorang diri. "Hian Cin-cu tentu dalam kesukaran. Aku harus segera pergi menolong."
Sang pelayan yang melihat pada muka Im Hian Hong
Kie-su membayang kegemasan segera menegur.
"Apakah Lo-ya kehilangan sesuatu?"
Pendekar tua kita sadar bahwa karena ia terlalu dalam ketegangan, hingga lupa akan keadaan sekitarnya. Tapi begitu melihat tamu2 lain semuanya terdiri dari kaum saudagar. ia merasa lega pula. lapun menjawab :
"Oh, tidak hanya badanku rasanya kurang enak."
Ta membayar uanar.ya. Disepanjang jalan ia teringat
akan perbuatan2. Gorisan dimasa lampau. Ia mempercepat perjalanannya.
Pada dua puluh tahun yang lalu. Gorisan mencuri kitab
"See-hek Bu-cong" dari Bu Tong-pay. Kitab itu berisikan sumber2 llinu sakti dari segala aliran Ilmu persilatan.
Gorisan kemudian melarikan diri ke Ceng-cong.
Disana akhirnya ia memasuki partai Lhama pay.
Bila ditilik lebih jauh. Gorisan kemungkinan besar
adalah seperguruan dengan lm Yang Jie-yauw. Tentulah jiwa Hian Cin-cu sedang terancam bahaya basar.
Begitulah tak putusnya Im Hian Hong Kie-su berpikir
disepanjang jalan. Akhirnya tibalah ia digunung Ciong Lam San.
Ia mengambil sebuah jalanan kecil. Ketika mendaki
sampai dipertengahan kaki gunung tampak olehnya
beberapa pendeta sedang berlari datang. Sikap mereka seolah2 dalam keadaan bingung.
Tanpa ayal pendekar tua kita menyongsong mereka
seraya memberi hormat : "Apakah Hian Cin To-tiang berada dikuil?" ia bertanya. Pendeta2 tersebut saling melirik, salah seorang menjawab : "Harap Sie-cu suka maafkan, Coun-su hari ini tak dapat menerima tetamu.
Harap lain kali saja datang."
Mereka lalu ingin meneruskan perjalanannya, tapi Im
Hian Hong Kie-su setelah melihat disekitarnya tiada lain orang, berkata dengan perlahan : "Aku mendapat pesan dari puteri Negeri Kim Wanyen Hong Kongcu. Adapun maksud
kedatanganktt adalah untuk mendengar kabar berita. Telah kudengar Couw-sumu dilukai orang, Betulkah"!"
Pendeta yang satunya lagi malihat bahwa Im Hian Hong Kie-su bukanlah seorang penjahat dari golongan hitam, segera mengajukan pertanyaan : "Sie-cu siapa" Bagaimana sampai dapat mengetahui bahwa Couw-su kami telah
dilukai orang?" Pendekar tua kita memperkenalkan dirinya.
"Pada dua hari ini apakah ada sepasang Lhama dan niekouw yang datang kegunung ini?"
Pendeta yang barusan bertanya adalah orang yang
dahulu menghaatar Hay Yan untuk bertemu dengan Hian
Cin-cu. lapun segera mengetahui bahwa Gak Hong adalah nama lainnya dari Im Hian Hong Kiesu yang terkenal
kosennya. Tanpa ayal ia memberi hormat serta berkata :
"Sukur sekali. Atas kedatangan Kie-su. Couw-su kami akan tertolong. Memang benar pada tiga hari yang lalu kami telah kedatangan seorang nie-kouw. Couw-su tidak mau menemuinya. Tapi dengan lancang nie-kouw itu telah
menerobos masuk kedalam kamar Couw-su dan berbicara
dengannya. Kemudian pagi2 sekali Couw-su sudah keluar.
Tak diduga waktu pulang, ia tidak dapat berbicara lagi.
Lalu ia menulis dengan telunjuknya sebagai berikut : "Aku terluka oleh pukulan Sam-Im Ciang. Lekas kau cari orang pandai yang dapat menolongiku"
Im Hian Hong Kiesu kaget sekali mendengar kabar itu.
"Setelah itu iapun tak sadarkan diri lagi. Kami menjadi bingung. Kami tak tak tahu siapa yang harus kami cari.
Syukurlah, seperti juga dihantar oleh Thian, Kie-su
berkunjung kemari." Serta merta Hu ln mengantar Im Hian Hong Kie-su
berjalan. Ketika sampai dekat pintu luar, pendekar tua kita menjadi terkejut! Sambil menunjuk pada sebuah menara besi yang sudah condong, ia bertanya : "Apakah Gorisan telah kabur" Menara itu bagaimana sampai bisa begitu doyong kebawah?"
"Panjang sekali bila hendak diteritakan" menyahut Hu In, menara itu telah dirusak orang dengan mempergunakan obat peledak. Sedangkan tawanan, yang berada didalam menara itu telah berhasil meloloskan diri."
Benar saja apa yang diduga oleh Datuk Rimba-hijau kita.
Hatinya terkejut. Begitu sampai didepan kamar Hian Cin-cu ia melihat beberapa pendeta yang menjaga didepannya
semuanya pucat. Melihat Hu In membawa seorang yang
tidak dikenal, mereka lantas bertanya : "Su-heng, apakah tamu ini datang untuk menolong Couwsu?"
"Saudara2ku," jawab Hu In dengan hormatnya, "harap kalian jangan merasa kuatir. Gak Hong Cianpwee datang untuk menolong."
Dengan hati berdebar-debar Datuk Rimba:hijau kita
berjalan masuk. Im Hian Hong Kie su dihantar masuk kedalam markas besar Ciong lam San...
Hian Cin-cu sedang berbaring disebuah ranjang :
Napasnya terdengar sangat perlahan. Mukanya pucat-pias.
Keadaan kamar sangat gelap. Im Hian Hong Kie-su lekas2
menghampiri. Pada sat itu juga terasa hawa sangat dingin menyambar keluar dari badan Ciang-bun Jin Hwee-Liong Pay itu. Ini hebat sekali.
"Sungguh lihay ilmu pukulan Sam-lm Ciang," gumam Sipenunggu Puncak Gunung Maut.
Untuk memunahkan racun dingin tersebut, ia segera
menyedot hawa murni dari Tantian. la menoleh
kebelakang. Tampak Hu In dan beberapa pendeta lainnya berdiri menggigil.
Lekas buka semua jendela dan pintu supaya sinar
matahari dapat menembus masuk!" Ia berseru.
Perlahan-lahan ia mengurut nadinya Hian Cin-cu dan
dirasakannya tangan pendeta itu dingin bagaikan es. Aliran darahnyapun ter-putus2. la meraba2 dada orang, d;., situ juga terasa dingin,sekali. Hanya kadang2 masib ada hawa panas yang menaik keatas, namun sebentar saja dan lenyap pula.
Hian Cin-cu dapat mempertahankan nyawanya berkat
latihan tenaga dalam yang ber-puluh2 tahun lamanya, yang sudah hampir sampai taraf kesempurnaan. Kalau orang, lain niscaya sudah binasa. Mengingat pukulan maut niekouw itu, hati, pendekar tua kita bergidik.
"Kie-su Cian-pwee, apakah keadaan Couw-su sangat berbahaya?" tanya Hu In berselang beberapa waktu.
Im Hian Hong Kiesu, mengetahui bahwa jiwa Hian Cin-
cu ada dalam, : keadaan, kritis, sukar untuk hidup.
Tapi ia masih tidak mau mengutarakannya kepada
pendekar2 itu. "Gurumu telah dilukai Tai Im Lie-nie dengan Sam-Im Ciang. Ilmu itu berasal dari partai Lhama Pay. Aku tak tahu cara mengobatinya. Tapi jiwa gurumu dapat
kuperpanjang sampai waktu duabelas jam lagi lamanya.
Dalam tempo itu kalian harus berusaha untuk dapat
menemui seorang tabib pandai. Mungkin jiwa gurumu
dapat ditolong!" Mendengar keterangan itu, para pendeta terdiam dengan muka pucat.
Pendekar tua kita menyuruh: Hian Cin-cu dibawa ke=
Iuar untuk dijemur dibawah panas matahari. Kemudiah ia pasang cermin pada bagian muka, kaki dan badan pendeta itu. Setelah matahari terbenam, maka dipasangnya api unggun.
Para pendeta kini mengerti maksud Im Hian Hong Kie-
su, lalu menghaturkan terima kasihnya.
Selagi orang sibuk menjalankan perintahnya, Datuk
Rimba-hijau, kita berjalan keluar. la hendak memeriksa keadaan. menara besi tadi. la melewati taman, maka
dilihatnya ada sebuah jalan kecil yang menuju menara tersebut.
Ia terus berjalan. Sesampainya dimenara, ia melihat
bahwa menara itu terbuat dari besi. Dasarnya dari batu hijau yang sangat keras. Bentuk dasar menara itu bersegi enam. Luasnya kira2 enam kaki. Tinggi tiap susun tidak lebih dari lima kaki. Semakin tinggi keatas, semakin sempit dan pendek bentuknya.
Pada tingkat yang terendah terdapat sebuah pintu
yangmtertutup o1eh besi cor. Dengan demikian menara itu tidak begitu lagi. Juga tidak ada jendelanya.
Menara besi itu miring kebawah. Karena dasarnya
sangat kokoh. Menara tak menjadi roboh.
la berjalan mengitari menara sampai dua kali. Barulah diketemukan pada-tempat dimana menara itu condong
terdapat bekas2 obat peledak. Sedangkan dibagian lainnya dasar batu hijau itu ternyata berlubang.
Dibawah menara itu masih terdapat tingkatan dalam
tanah! Pada atas bagian batu terdapat lobang yang yang menghubungi sebuah terowongan kedalam tanah.
"Sudah pasti Gorisan mengambil jalan ini untuk
meloloskan diri," pikir Im Hian Hong Kie-su seorang diri,
"tapi cara bagaimana ia bisa menghancurkan batu itu?"
Selagi ia ber-pikir2, tiba2 muncul dari dalam lubang suatu makhluk yang berbadan penuh sisik. Begitu melihat ada orang, mahluk itu cepat2 menyelusup pula kedalam lubang. Ternyata mahluk aneh itu adalah seekor tenggiling.
"Ah, tentunya binatang inilah yang telah membuat terowongan,
sedangkan orang dari luar telah mempergunakannya untuk memasang obat peledak. Maka
apa susahnya untuk Gorisan untuk menghancurkan batu
itu?" Pikiran Datuk Rimba-hijau kita berjalan terus, teringat, pula olehnya - pembicaraan laki2 itu kepada nie-kouw.
"Benda, itu telah kami dapati." Tentunya Gorisan telah berhasil mencuri sesuatu benda yang berharga. Dan sudah pasti barang itu adalah mustika turunan dari partai Hwee-Liong Pay.
Ketika Im Hian Hong Kie-su kembali kedalam kuil, ia
menarik Hu In kesamping dan bertanya dengan suara
pelahan. "To-heng, aku lihat bahwa bagian bawah dari menara seperti bekas dipasangkan obat pe!edak. Sedangkan orang yang gurumu tetah kurung, kinipun turut lenyap. Aku ingin tanya kepadamu, apakah dalam menara itu terdapat sesuatu benda penting yang telah hilng?"
Hu In menjadi terkejut atas pertanyaan orang.
"Benar! Sekarang baru kuingat! Hwee-Liong Pay
mempunyai sebuah kitab pusaka yang sudah turun
temurun. Kitab itu adalah mengenai teori2 barisan formasi yang aneh2 dari Pak-Kian. Semua ini bersal dari jaman Sam Kok. Sungguh kami tak tahu bagaimana kitab tersebut
sampai ditangan partal kami. Hwee Liong Cinjin
menggubahnya menjadi Hwee-Liong Tin-hoat atau barisan formasi Naga berapi.
Berhasilnya Gak-Goan-swee (Panglima Gak) mengalahkan orang2 Kim dan berhasil menawan pangeran Kim yang ke-empat bernama Kim Hu, itu semuanya berkat pertolongan Cinjin yang telah membantu Gak Goan-swee memasang tin. Sejak itu pula kitab tersebut dianggap pusaka yang tiada ternilai bagaikan mustika untuk partai katmi....."
Im Hian Hong Kie-su tidak menunggu sampai orang
habis berbicara, segera ia bertanya : "Kitab itu disimpan dimana" Apakah To-tiang mengetahuinya"
"Siauwte tak tahu" jawab Hu In sambil menggelengkan kepalanya.
"Kitab itu tentu sudah hilang. Coba To-tiang antarkan aku keruang pendopo unuk memeriksanya!"
Im Hian Hong Kie-su menarik tangan Hu In. Kedua
orang itu bergegas masuk kependopo. Didalam tidak
terdapat sesuatu yang mencurigakan, tapi pendekar tua kita tak berputus asa. la terus mengadakan penyelidikan.
Mereka memasuki ruangan lain. Ruangan ini sangat
tinggi dan Iuas. Bangunannya sangat kekar dan pada
sebuah papan beranda tampak sebuah tulisan: "Lu Sian-Kok" yang terbuat dari huruf emas. Itulah tempat pemujaan Lu Sian yang!
Keadaan sangat sunyi: Im Hian Hong Kie-su melanjutkan penyelidikannya. Tantpak olehnya patung
pemujaan yang terdapat ditengah ruangan letaknya agak miring mengarah kesamping. la berteriak terkejut!
"Ah!, kenapa patung dewa Lu Sian-yang ini berkisar"!"
Hu In pun turut kaget. Ketika ia hampir lebih dekat.
maka tampak alas patung yang terbuai dari batu Giok telah sebesar mulut mangkok.
Dengan hati berdebar Im Hian Hong Kie-su merogoh
kedalam dengan tangannya.
Lobang itu kira2 setengah kaki dalamnya. la tak
mendapatkan apa2 didalamnya. Segera ia menggeser pula patung itu pada letak yang sebanarnya. Sungguh ajaib!
Lubang tersebut tertutup pula! Kiranya lubang itu adalah sebuah tempat rahasia!
"Kitab mustika dari Hwee-Liong Pay tentu telah dicuri oleh Gorisan." ujar Im Hian Hong Kiesu," mungkin sekarang ia masih berada di lembah Cu-Bu Kok.
"Cianpwee," tanya Hu In, "bagaimana kau ketahui bahwa orang itu telah melarikan diri kesana" Kalau benar ia ada disana, siauwtee beserta saudara2 lainnya akan pergi kesana untuk menangkapnya kembali!"
"Sebaliknya kalian jangan terlalu ter-gesa2, jika hanya Gorisan seorang, akupun dapat membantu kalian," ujar sipenunggu Puncak Gunung Maut" tapi yang kukawatirkan adalah mahluk2 berbisa dari gunung Tangkula itu. Kedua iblis itu adalah tokoh dari Bit-Cong Pay yang sangat tinggi kepandaiannya. Aku tak berani pergi mengusik mereka.
Jika To-tiang hendak kesana, sama juga seperti mengantar kambing kemulut Harimau!"
Hu In kelihatanya berputus asa, ia terdiam.
"To-tiang, baiklah sekarang aku pergi ke Cu-Bu Kok untuk meng-amat2ti gerak-geriknya Gorisan. Bila ada
kabar, aku akan segera. kembali!"
Sehabis berkata Im Hian Hong Kiesu berangkat
meninggalkan mereka. ---oo0dw0oo--- Dua iblis dari gunug Tangkula San biasanya jarang
berpergian: Apalagi ke Tiong-goan. Mereka adalah murid2
dari Bit-Cong Pay. Dua puluh tahun yang lalu siiblis lelaki Tay Yang Lhama atau si lhama Matahari tinggal di kuil Tay Yang Bit, di pegunungan Tangkula sebelah utara,
Sedangkan siiblis perempuan Tay Im Lo-nie atau pendekar perempuan
Rembulan tinggal di Goat-Sim Yam dipegunungan Tangkula sebelah Selatan.
Dengan diam2 mereka menyakinkan ilmu lm Yang
Cang-hoat atau ilmu pukulan telapak tangan Positip dan Negatip. Tay Yang Lhama memiliki kepandaian yang
sangat lihay, yaitu It Yang Cie atau tetunjuk positip. Ilmu totokan ini disertai dengan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya, tak usah menyentuh tubuh orang dan daIam
jarak satu tombak dapat menutup jalan darah lawan! Kaum Bu-lim didaerah Tiong-goan menamakan ilmu ini dengan nama Kek Kong Ta-hiat atau Menotok jalan darah orang melalui udara. Sungguh suatu ilmu yang tiada taranya!
Telunjuk tangan Tay Yang Lhama dengan mudah sekali
dapat menembusi dinding batu!
Tay lm Lo-nie menyakinkan ilmu telapak tangan Sam Im Ciang. Ilmu ini harus diyakinkan hanya oleh kaum wanita yang
mensucikan dirinya. Dengan mangandalkan kemurnian hawa negatip untuk menekan hawa positip bila
lawannya adalah kaum Adam. Kemungkinan besar
lawannya itu takkan tertolong lagi jiwanya!
Kabarnya keluarga Tay Im Lo-nie seluruhnya telah
dibunuh oleh orang" Monggol. Sebab itulah ia telah
bertekad untuk membalas dendam. Gurunya Kim Liong
Lhama memberikan ia ilmu aneh dari partai Bit-Cong Pay.


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia berlatih dengan tekun didaerah -pegunungan salju. Dan kabarnya kemudian Tay Im Lie-nie berhasil dengari baik menyakinkan Sam Im Ciang. Setiap hari mulai gelap-gulita, maka ia menjalankan latihan pernapasannya dengan
menghadap kegunung salju. Sedangkari tubuhnya telanjang bulat! Dengan menyedot hawa inti bumi lambat laun
berhasillah ia dengan ajaran dari gurunya itu....
Pukulan disertai tenaga ........ dingin! Ampuh dan
berbahaya sekali. Setelah Gorisan berhasil mencuri kitab See Hek Bu;
Cong, ia bermaksud menghubungi kedua iblis dari
Tangkula itu. Karena cintanya tak dibalas oleh Wanyen Hong, Gorisan menjadi patah hati. Pada suatu medan
pertempuran ia ber-pura2 gugur dan semenjak itu ia
merobah namanya menjadi Wan Hwi Sian.
Ia berhasil menjumpai Kim-Liong Lhama, yang pertama
kali melihat orang itu adalah keturunan darii bangsa Kim mula2 menolak untuk menerimanya sebagai murid. Tapi
melihat hasrat orang itu yang demikian teguhnya, hingga telah datang dari jauh, akhirnya diperkenankan juga
Gorisan untuk pergi mencari susioknya yung bernama Kim Teng To-lo. Wan Hwi Sian diterima juga akhirnya sebagai murid siimam!
Dasar Gorisan sedang bernasib buruk, ketika Ang-bian Kim-kong bertempur dengan Gokhiol dan Kim Gan Bie,
dikiranya gurunya sigadis Tiang Pek Lo-nie juga turut serta.
la menjadi jeri dan menyembunyikan diri dibawah gunung.
Tak lama kemudian ia tertawan dan dibawa ke Ciong Lam Sam oleh Hian Cin-cu untuk dipenjarakan dibawah menara besi.
Setelah melihat Gorisan digiring pergi, barulah Ang-bian Kim-kong berani munculkan dirinya. Karena mempunyai
firasat bahwa dirinya takkan unggul melawan para
pendekar dari Tiong-goan, maka iapun mengambil
keputusan untuk kembali ke Bu-liang Sie.
Tetapi ketika ia tiba di See Hek, sarangnya sudah habis dibakar hangus oleh orang2 Monggol. Dengan hati sedih ia kembali ke Tay Yang Bio dipegunungan Tangkula untuk
menemui suhengnya Tay Yang Lhama.
Setibanya disana, ia tuturkan segala apa yang telah
terjadi. Mendengar cerita orang itu, Tay Yang Lhama
menjadi timbul kegusarannya.
"Cu-pu, walaupun kita bukan dari satu guru, tapi kau dan Wan Hwi Sian adalah murid2 Kim Teng To-lo.
Dengan adanya hubungan ini, maka tak boleh aku berdiam diri saja. Tunggulah, nanti setelah Su-ciemu Tay Im Lo-nie datang kita akan rundingkan kembali!"
Benar saja tak lama kemudian Tay Im Lo-nie datang.
Kembali Ang-bian Kim-kong mengkisahkan mengenai diri Gorisan yang telah tertawan musuh.
"Kau berdua sungguh bukan manusia yang berguna,"
seru si nie-kauw dengan marah, "kalian mencemarkan nama partai kita dihadapan orang2 Tiong-goan! Hm..., Hian Cin-cu situa bangka memang busuk. Antara kita dan Hwee-Liong Pay selamanya belum pernah ada ganjelan.
Tapi kini mengapa ia memenjarakan Gorisan dibawah
menara besi" Su-heng, bagaimana kalau kita me-lihat2
didaerah Tiong-goan?"
"Kita tak boleh sia2kan kesempatan baik ini," jawab Tay Yang Lhama sambil tersenyum "pada lima tahun yang lalu, Ceng Bok Tan-su telah menceritakan suatu rahasia
kepadaku. Katanya ketika Hwee-Liong Pay membangun Lu Sian Kok dalam Hu Cin Kwan, kebetulan salah seorang
tukang batu adalah orang Ceng-hai. Dialah yang telah memberitahukan bahwa dibawah patung Lu Sian Yang
terdapat sebuah lubang rahasia. Sedangkan kuncinya
terletak pada patung itu pula."
Tay Yang Lhama berhenti sebentar.
"Didalam lubang itu terdapat benda mustika dari partai Hwee-Liong Pay. Tapi entah benda apakah itu" Ceng Bok pernah mengajak aku untuk mencurinya, tapi aku tak mau.
Sampai sekarang kukira Ceng Bok Ta-i-su tak berani pergi sendirian untuk mengusik Hian Cin-cu. Sumoay ingin pergi menolongi Gorisan ke Ciong Lam Sam" Mengapa tidak
sekalian menggunakan kesempatan baik ini untuk sekalian menyelidiki benda mustika apakah yang tersimpan dibawah patung itu?"
"Niatan Suheng sungguh bagus! Baiklah, besok kita akan berangkat!"
Demikianlah See Hek Jie-yauw pergi ke Ciong-Lam San.
Ketika itu Gorisan sudah hampir sebulan dipen jara.
Rangsum yang disediakan oleh Hian Cin-cu sudah habis separoh. Pada suatu malam, tiba2 ia mendengar ada suara dari dalam tanah seperti orang sedang menggali tanah.
Pikirnya dibawah tanah ini tentunya ada suatu solokan rahasia untuk saluran air. Apakah mungkin ada orang
datang untuk menolong"
Demikian beberapa hari ber-turut2 terdengar suara
seperti ada orang sedang menggali tanah. Sementara itu Gorisan telah berhasil memutuskan ikatan belenggunya,
la memukul hancur batu lantai dan mendorong patung
batu. Setelah itu dilihatnya seekor makhluk keluar dari terowongan dengan badannya penuh tanah. Kiranya itulah binatang tenggiling!
Selagi Gorisan berdiri ke-heran2an, dilihatnya pada
binatang itu terikat se-helai tali. la menjadi girang. Tahulah ia kini bahwa benar2 telah datang orang untuk menolong dirinya. Tanpa ayal binatang itu ditatangkapnya dan tali yang terikat pada binatang itu ditariknya. Benar saja pada pangkal tali itu terikat sebuah bumbung yang didalamnya terdapat sepucuk surat serta dua bungkusan kecil.
Gorisan dengan hati berdebar-debar membaca surat itu.
Hatinya- menjadi girang. Kiranya surat itu dari Ang-bian Kim-kong yang berbunyi sebagai beiikut :
"Tay Yang Lhama serta Tay Im Lo-nie telah datang.
Karena solokan sangat sempit, sedangkan fondamen tanah kokoh, maka sukar untuk kita masuk. Maka dengan
pertolongan tenggiling ini kami mengirimkan obat peledak.
Besok kami akan datang pula."
Gorisan menanggalkan bumbung yang berisikan obat
peledak itu, lalu dilepaskannya pula binatang tersebut.
Demikianlah ber-turut2 beberapa malam Gorisan dikirimi obat peledak sedikit demi sedikit.
Akhirnya pada suatu malam, sebagaimana rencana Ang-
bian Kim-kong, Gorisan menaikan bumbung itu menjadi
satu dan menyumbatnya pada lubang dibawah tanah.
Begitu dipasang, terdengarlah suara ledakan yang luar biasa hebatnya. Tanah bergetar, sedangkan Gorisan terpental jatuh. Setelah keadaan menjadi redah, tampak oleh Gorisan menara itu sudah menjadi doyong karena alasnya
terbongkar. Sambil mengorek puing2 yang telah hancur, Gorisan cepat2 keluar dari tempat tahanannya.
Dibawah terangnya cahaya bintang, tampak samar2 dari jauh diatas gunung Ciong-Lam San dua sosok tubuh yang tengah berdiri saling berhadapan! Mereka adalah Hian Cincu dan Tay Im Lo-nie!
Gorisan Iompat bersembunyi dibalik batu. Tapi tiba2
sebuah tangan menarik dirinya! Begitu menoleh, kiranya Tay Yang Lhama bersama seorang laki2 setengah umur.
Selagi ia ingin menghaturkan kamsiah, telinganya
mendengar Tay Yang Lhama berkata dengan menggunakan
iimu Coan-im Jip-bie atau Mengirim suara melalui udara.
"Gorisan, Iekaslah kau bertindak. Sebentar situa bangka akan roboh dan kau segera pergilah ka Lu Sian Kok untuk mengambil benda yang tersimpan disana."
Setelah memberikan penjelasan dan petunjuk2, Gorisan menganggukkan kepaIanya tanda setuju.
Setelah keadaan sunyi, maka terdengarlah dari kejauhan percakapan antara kedua orang diatas gunung Ciong Lam San.
"Sian-kauw mengajak pinto kemari untuk membicarakan sesuatu," kata Hian Cin-cu, "bukankah untuk memancing aku?"
"Hian Cin-cu, kau sudah terIambat!" ujar Tay lm Lo-nie dengan
tertawa. "Siauwnie sebenarnya ingin memberitahukan bahwa malam ini ada orang meledakkan
menara besimu. Sayang kau tak mengijinkan aku untuk
melihat benda mustika dari Hwee-Liong Pay! Maka
kejadian ini janganlah kau sesalkan aku!"
"Perguruan Hwee-Liong Pay tak menspunyai benda
mustika apa2," menjawab Hian Cin-cu dengan gusar,
"terang2an kau berkomplotan dengan Gorisan dan malam
ini sengaja memancing aku keluar. Sungguh siasatmu
kotor!" Sehabis berkata Hian Cin-cu membalikan badannya
hendak berlalu, tapi Tay im Lo-nie tertawa keras.
"Hai, kau hendak lari kemana"!" bentaknya.
Hian Cin-cu insyaf bahwa dirinya telah dipermainkan
oleh Tay Im Lo-nie, hatinya menjadi sangat gusar. Dan teringat pula bahwa gurunya Bu Tong Cin-jin dahulu
pernah dirugikan oleh Kim Liong Lhama. Kini Lhama itu masih berada di See Hek, sedangkan si niekauw ini adalah muridnya.
Kemarinnya si niekauw talah datang ke Hu Cin Kwan,
katanya Gorisan adalah murid susioknya Kim Teng To-lo dan meminta agar sudi menyerahkan Gorisan untuk dibawa pulang. Sudah tentu permintaan itu ditolak mentah2 Tay Im Lo-nie menjadi gusar : "Gorisan bukanlah dari partai Hwee-Liong Pay! Apabila kau tak mau serahkan juga, maka kelak apa bila terjadi perselisihan antara kedua partai, kau sendirilah yg harus memikul tanggung jawabnya."
Maka karena itulah pada malam esoknya Hian Cin-cu
diajaknya berunding dipuncak Sian-jien Hong. Tapi baru saja meninggalkan Hu Cin Kwan, atau ia mendengar ada bunyi ledakan yang sangat dahsyat yang datangnya dari arah menara. Terperanjat Hian Cin-cu sadar bahwa
kejadian ini adalah tipu dayanya si-niekauw.
Dengari napas memburu bahna gusarnya ia berpaling
kepada si niekauw. "Sian-kauw, maksud kedatanganmu ini adalah untuk menolongi Gorisan, bukankah" Pergilah! Biarlah pinto takkan mengadakan perhitungan deuganmu. Kini kau
masih menginginkan apa lagi?"
"Hian Cin-cu! Hi-hi-iii.....! hari ini adalah hari kematianmu. Aku hendak bunuh kau?" demikian Tay Im Lo-nie menjerit-jerit dengan suara menyeramkan.
Bukan kepalang panas hatinya Hian Cin-cu, iapun
rnembalas dengan sengitnya :
"Jika bukanpya Pinto memandang muka kepada gurumu Kim Liong Lhama, malam ini tak mungkin kau bisa
melangkah keluar dari Ciong Lam San!"
Sekonyong-konyong Tay Im Lo-nie lompat maju!
Angin berkesiur dan tahu2 saja si niekauw telah berdiri dihadapan Hian Cin-cu.
"Kerbau tua! Coba aku ingin tahu siapa gerangan yang lebih unggul" Aku memang ingin men-coba2 ilmu sakti dari Hwee Liong Pay!"
Perlahan-lahan Tay Im Lo-nie membalikkan keduabelah
telapakan tangannya. Hian Cin-cu tahu bahwa ilmu
pukulan Im Yang Ciang sangat lihay, maka tanpa ayal
dengan mempergunakan ilmu Bong-Yang Too Hoei atau
Belalang berterbangan-terbalik, ia mencelat keatas.
Diam2 ia merasa bersyukur bahwa Tay Yang Lhama tak
turut serta. Maka dengan penuh semangat, iapun
menyerang, hebat sekali! Pukulan Auw-tiap Siang-hoei-ciang atau Pukulan
Sepasang-kupu2-terbang ia balas dengan pukulan Pao-coan Eng-giok atau Melempar-bata-mendapat-kumala. Dengan
tenaga dalam yang penuh, ia menyerang pula dengan
jurusan An-lo Bian-ciu atau Tangan-kapas-meraup-sutera.
Pukulan itu, apabila berhasil menyentuh sedikit saja, sang lawan akan roboh. Dalam sekejap mata terdengar
suara "plak..., plak....!" dua kali yang sangat nyaring. Kedua
telapak tangan Tay Im Lo-nie ditangkis mental, dan tubuh wanita
iblis itu mundur sempoyongan. Akhirnya terpelanting kebelakang! Hian Cin-cu masih belum mengetahui kepandaian
seluruhnya dari Tay Im Lo-nie, maka iapun tidak
mengeluarkan ilmunya yang sejati. Dengan girang ia
menarik napas legah dan berpikir dalam hati : "Aku kira Im Yang Ciang sangat hebat, tak tahunya hanya begini saja!
Pada saat itu si niekauw sudah berdiri kembati. Mukanya merah padam dan kini menunjukkan sikap kekejamannya.
Dengan wajah bengis ia menatap wajah Hian Cin-cu.
"Hian Cin-cu! Coba kau sambut pukulanku lagi! Apabila kau dapat menyambutnya benar2 aku tunduk," habis berkata, Tay Im Lo-nie menyerang pula dengan kedua
belah telapak tangannya. Pukulannya menderu keras karena disertai tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya.
Hian Cin-cu tak berani berlaku ayal. Segera ia menangis pukulan
orang, tapi sekonyong-konyong badannya tergoncang sangat keras! Kedua telapak-tangannya melekat dengan telapak-tangan si-niekauw. Sementara itu wanita iblis telah menggunakan seantero tenaga-dalamnya. la hendak merobohkan Hian Cin-cu dengan selekas mungkin.
Tapi Hian Cin-cu sangat berwaspada leka2 is merobah
kedudukannya. Kakinya berkisar kekiri sedangkan badannya mendoyong kekanan. Berbareng ia menyedot
hawa Cin-yang (hawa positip sejati) dan merobah
keadaannya dari lembek menjadi keras. Kini tenaga
dalamnya berobah menjadi tenaga-luar! Semacam tenaga pantulan yang sangat dahsyat berhasil melawan tenaga dalam siniekauw pula! Tampak sebagai akibatnya, Tay Im Lo-nie jatuh terpental dan hampir2 masuk kedalam jurang!
Hati Hian Cin-cu menjadi besar. Pikirnya walaupan
kepandaian si wanita iblis cukup tinggi, namun masih kalah setingkat dengannya. Malam ini aku harus berikan sedikit ajaran padanya, pikirnya supaya kaum sesat dapat
merasakan keangkeran Hwee Liong Pay yang jangan
sembarang mengganggu! Tapi sayang Ciang-bun-jin kita tak ketahui-bahwa kedua pukulan yang beg-turut2 tadi dari lawannya adalah dengan tenaga kosong belaka! Tay Im-Lo-nie sedang memancing dirinya....
Sudah selayaknya apabila seorang kosen bertemu dengan lawannya
mudah sekali untuk memperlihatkan kepandaiannya, sebaliknya adalah lebih sukar apabila hendak
menyembunylkan kepandaiannya untuk mengetahui sang lawannya Tay lm Lo-nie sama sekali tidak memperhatikan pukulan Sam Im Ciangnya.
Hal mana benar-benar telah membuat Hian Cyn-cu
terpedaya. Tatkala itu ia sedang bernyala-nyala semangatnya untuk melampiaskan keamarahannya. Menggunakan kesempatan selagi lawannya belum sempat
bangun, ia menerjang dengan kedua tangannya memukul
kedepan. !a hendak mendesak Tay Im Lo-nie jatuh kedalam jurang!
Tapi pada saat yang amat genting, itu, tiba2 berkelebat sesosok bayangan dari balik batu. Menyusul terdengar suara orang berkata : "Hian Cin-cu, mengapa mengikuti hawa nafsumu" Baiklah aku yang memintakan maaf untuk
saudariku." Suara itu diucapkan dengan iimu "Coan-im Jip-bie"
Adapun kelihayan dari ilmu tersebut ialah bahwa suara itu hanya dapat didengar oleh orang yang ditegurnya saja.
Hian Cin-cu menjadi pucat! Tampak dihadapannya
sesosok bayangan orang berdiri tegak diatas batu!
Berbarengan dengan munculnya bayangan itu, maka
punahlah tenaga pukulannya. Sebagai akibatnya, batu2
kecil berpercikan dan tanah pasir berterbangan tertiup oleh tenaga tak kelihatan yang tak biasa. Hian Cin-cu insyaf bahwa orang itu bukanlah sembarang musuh.
Yang lebih mengejutkan hatinya, tatkala pukulannya
dapat dipatahkan, ia merasa ada hawa panas yang
menyerang kedalam badannya! Hian Cin-cu mengetahui
bahwa yang berdiri dihadapannya adalah ... Tay Yang
Lhama, yang mengenakan jubah pertapaan berwarna
merah. Mukanya bersemu merah bagaikan api marong.
Kepalanya memakai topi pertapaan berwarna merah pula.
Ditangannya ia menggenggam sebuah kaca tembaga besar yang mengkilap, Dengan matanya yang bersinar-sinar ia mengawasi mangsanya dari jarak kira2 delapan tombak.
Hian Cin-tcu insyaf bahwa ia sedang berhadapan dengan lawan yang berkepandaian tinggi. Selain Tay Yang Lhama, tak ada lain orang yang memiliki kepandaian semacam itu dikolong langit. Selagi Hian Cin-cu dalam keadaan kaget, Tay Yang Lhama sudah mendahului memberi hormat, dan
dengan ilmu Thian-seng Yuk-pit-nya ia berkata : "Dengan ini Pinceng memberi hormat. Harap maafkan aku yang
telah datang pada malam hari begini!"
Kini Hian Cin-cu melihat bahwa Tay Im Lo-nie sudah
bangkit dan berdiri tegak. Kini ia sudah tahu bahwa kedua iblis itu telah datang ber-sama2. lapun memberi hormat, dengan senyuman getirdiapun berkata: "Pinto memberi hormat. Numpang tanya apakah Hoat su adalah Tay Yang Lhama dari Tay Yang Bio" Dan entah maksud kedatangan kau kemari sebenarnya untuk keperluan apa?"
Tampak badan Tay Yang Lhama bergerak sedikit dan
kakinya maju tiga langkah kemuka. Kini jarak kedua orang itu semakin mendekat. Hian Cin-cu merasa hawsa panas yang menyerang dirinya semakin lama semakin tak
tertahan. la hampir2 menjadi kewalahan. Diam2 ia
membentang lebar seluruh perjalanan darahnya, lalu
mengatur jalan napasnya. Akibatnya lobang2 kulitnya
mendapat hawa sehingga badannya tidak banyak mengeluarkan peluh. Tay Yang Lahwa diam2 memuji kelihayan musuhnya.
"Kalau bukannya ada urusan penting, tentu aku tak berani menggangggu kemari. Seperti To-tiang ketahui, Pinceng mendapat titah dari Su-siok Kim Teng To-lo.
Bersama su-moayku Tay Im Lo-nie aku hendak bertanya
sesuatu kepadamu. Gorisan sebenarnya telah berbuat
kesalahan apa terhadap partai Hwee-Liong Pay hingga kau sekap dia dibawah menara besi?"
Hian Cin-cu tertawa getir.
"Huh, kiranya Hoat-su datang kemari untuk urusan itu!
Baiklah akan kuterangkan. Tadi menara besi itu telah hancur, Hoat-su tentunya mengetahui hal ini, bukan" Baik, aku juga tidak meminta ganti kerugian atas kerusakan tersebut. Itu membuktikan bahwa aku sudah mengalah, dan tidak akan tarik panjang urusan ini. Tapi apakah kau masih mau minta orangnya lagi?"
"Eh, aneh sekali! Ada hubungan apa kami dengan
kerusakan menara" Sedang soal Gorisan adalah To-tiang sendiri yang menawannya. Tapi meskipun kau tak
memberikan tentunya kau tak berkeberatan untuk kami
bertemu, bukan?" Hian Cin-cu sudah mengetahui bahwa orang sedang
mencari gara2. Melihat gelagat kurang baik, iapun mencari akal untuk memancing kedua iblis Tangkula San itu untuk mengadakan perundingan lebih lanjut didalam kuil. Apabila terjadi juga bentrokan sekurang2nya murid2 Hwee-Liong Pay akan dapat membantu.
"Hoat-su ingin bertemu dengan Gorisan," jawabnya dengan tenang, "aku tak berkeberatan. Marilah silahkan kita bersama2 masuk kedalam kuil."
"Pinceng tak pernah memasuki rumah suci orang lain,"
menolak Tay Yang Lhama, "baiklah su-moayku saja yang turut kau."
"Dan tadi ia telah berlaku sembrono terhadap to-tiang, sudilah kiranya kau memaafkannya. Pinceng akan menanti disini saja."
Mengetahui Tay Yang Lhama tak turut serta. Hian
Cincu merasa Iegah dalam hatinya. Pikirnya tadi dalam pertarungannya dengan siwanita iblis ia telah berhasil menjatuhkannya sebanyak dua kali.
"Aku tadipun telah kesalahan, harap sian-kauw tidak menjadi kecil hati," ujarnya.
"To-tiang tak usah mengatakan hal itu!" berseru Tay Yang Lhama pula," tadi pincang telah menyaksikan dari kejauhan dan memang benarlah bahwa su-moayku yang


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah berlaku sembrono. la lebih dahulu menurunkan
tangan jailnya! Untung sekali to-tiang tadi telah berlaku murah hati. Memang diantara partai kita berdua tiada permusuhan satu sama lain. Untuk apa disimpan daIam
hati lagi?" Selesai berkata ia berpaling kepada Tay Im Lo-nie serta berkata: "Su-moay! Lekaslah menghaturkan maaf kepada totiang!
Melihat Tay Yang Lhama berlaku sangat sopan, Hian
Cin-cu mengerutkan keningnya, ia sungguh tidak mengerti.
Mungkinkah hat ini dilakukannya untuk menghindarkan
timbulnya bibit permusuhan" pikir Hian Cin-cu pula.
Ledakkan tadi belum jelas diketahui apakah sebab
musababnya. Mungkin juga Gorisan masih belum
melarikan diri. Mereka telah merobah siasat untuk dengan cara damai dapat mengambil kembali Gorisan.
Hian Cin-cu merasa legah hati.
"Ah, tak usah Sian-kauw menjalankan segala peradatan.
Pinto tak berhak untuk menyambutnya!"
Sedang ia masih berbicara, tiba2 hawa panas menyerang kembali dari Tay Yang Lhama. Hian Cin-cu terkejut dan lekas2 menyedot hawa-murni ditantiannya dan gelombang hawa panas itupun dapat dibuyarkanny !"
Menyusul mana Tay Im Lo-nie maju beberapa langkah
dengan paras yang sangat menyeramkan. Dengan suara
yang beringas ia berkata : "Su-heng telah menitahkan kepadaku! Siauwnie mana berani tidak menurutinya. Harap to-tiang suka memaafkan kesalahanku yang telah berlaku sembrono terhadap to-tiang!"
Sambil merangkapkan kedua belah telapakan tangannya, si niekauw menjura.
Hian Cin-cu bukan tidak waspada. la sedang memperhatikan Tay Yang Lhama. Pikirnya siwanita iblis barusan ia telah uji kepandaiannya, maka ia tidak begitu kuatirkan. Ia hanya menjaga-jaga serangan dari si Lhama.
Namun sekonyong-konyong Tay Im Lo-nie lompat
menerjang! Hian Cin-cu berseru bahna kagetnya tatkala bayangan
telapak tangan menggerayang didepan mukanya! Ini
berbahaya sekali, karena dari anginnya yang membadai dapat dipastikan betapa kerasnya pukulan itu.
Dalam keadaan menghadapi bahaya, Hian Cin-cu yang
berpengalaman luas tidak menjadi kalut pikirannya. Cepat sekali ia
membungkukkan badannya, kedua belah tangannya ia pentang lebar2. Dengan menggunakan tipu Toa-tee Hian-hong atau angin-puyuh-menyapu-bumi dari ilmu pukulan Mo Ban Ciang-hoat, ia mendorong tubuh
lawannya dengan kekuatan yang luar biasa!
Namun pada datik bersamaan dada Hian Cin-cu sesak
dan dingin bagaikan es! Celaka, pikirnya dalam hati, karena seraya mundur, Tay Im Lo-nie mengirimkan satu pukulan kilat yang jitu mengenai dadanya.
Mengetahui jiwanya berada dalam bahaya, terpaksa
Hian Cin-cu melarikan diri sambil mendekap dadanya.
Kedua iblis Tangkula San segera mengejarnya sambil
masing2 mengirimkan pukulan2 nya yang berbisa. Hian
Cin-cu merasakan hawa dari pukulan2 itu panas dan
dingin. Untuk menjaga dirinya, lekas2 Hian Cin-cu
mengalirkan hawa murninya keseluruh badannya dan ia
memukul kekiri dan kekanan.
Segera tampaklah pasir2 berhamburan, pohon2 disekeliling bergoyang. Melihat gelagat kurang baik Im Yang Jie-yauw tidak berani mengejar lebih lanjut.
Kesempatan inilah yang telah digunakan Hian Cin-cu untuk pulang kembali ke Hu Cin Kwan.
"Su-moay, tua-bangka itu telah kena pukulanmu.
Apakah mungkin dia masih dapat hidup setelah lewat
duabelas jam" Biarlah dia pulang untuk mati! Ha-ha-ha.....!"
"Su-heng" ujar Tay Im Lo-nie, "aku kuatir nanti ada orang pandai di Tionggoan yang dapat menyembuhkan
lukanya. Bahkan pribahasa mengatakan bila memukul ular harus sampai mati. Kalau tidak, tentu ia akan mengadakan pembalasan dikemudian hari. "
"Kau tak usah risau, aku tanggung malam ini juga dia akan menemui ajalnya. Nah, Khutakan sedeng menanti kita di Liauw Kiauw Cin. Mari kita kesana !"
Khutakan adalah murid Ang-bian Kim-kong. Dialah
yang menjadi. penunjuk jalan.
"Apa su-heng suruh dia mengawasi Gorisan?" tanya Tay Im Lo-nie.
"Gorisan sangat licik," jawab Tay-Yang Lhama. " Dia pergi mencuri benda mustika Hwee Liong Pay di Lu Sian Kok. Sebab itulah aku telah menyuruh Khutakan untuk
meng-amat2inya. " ~Kedua iblis Tangkala San segera meninggalkan Ciong
Lam San. Demikianlah kisah sampai pada saat Hian Cin-cu yang
telah dilukai musuh. Dan kebetulan pula Im Hian Hong Kie-su. telah mencuri dengar percakapan antara Tay Im Lonie dengan Khutakan di Liauw Kiauw. Cin, hingga ia
keburu datang ke Hu Cin Kwan untuk segera memberikan pertolongan kepada Hian Cin-cu yang dalam keadaan luka berat. Selain itu ia telah mengambil keputusan untuk menguntit Gorisan ....!
---oo0dw0oo--- CU BU KOK terletak dipropinsi Siam Say. Dengan Hu
Cin Kwan jaraknya hanya kurang lebih seratus lie.
Im Hian Hong Kie-su merasa cemas dan berlari dengan
cepatnya. la berpikir dalam hatinya, apabila Im Yang Jie Yauw sama2 datang dan dengan ditambah pula Gorisan
seorang, mungkin ini bukan tandingannya. la tak boleh melawan dangan tenaga melainkan dengan tipu!
Selagi ia berlari bagaikan angin, sekonyong-konyong ia melihat didepannya dari kejauhan diatas gunung dua bintik bayangan manusia, sedang bergerak kearahnya.
Bayangan itu meloncat2 dengan lincahnya melalui
lereng2 gunung dengan amat pesatnya. Tatkala sudah
berada pada jarak yang lebih dekat, terkejutlah Sipenunggu Puncak
Gunung Maut. Karena kedua orang itu menggunakan Ilmu meringankan tubuh Pat-Poh Kan-san!
Untuk menyelarni Pat-Poh Kan-san saja sudah sukar
sekali, apalagi dengan ditambahnya Kwa Piet-keng Pok-kang atau berjalan-dengan-bergenlantungan-ditembok!
Kini mereka sudah melalui sebuah bukit lagi. Jarak
antara Im Hian Hong Kie-su sudah bertambah dekat dan ia dapat membedakan bahwa salah seorang yang berada
disebelah muka adalah seorang Bo siong kecil yang baru berusia lima belas atau enam belas tahun. Sedang
dibelakangnya mengikuti seorang pemuda yang berdandan sebagai kesatrya Monggol. Pada pinggangnya tergantung sebilah pedang yang bersinar terang ditimpah sorotan matahari.
Pendekar tua kita tercengang. Kiranya pemuda yang
berdandan sebagai kesatrya Monggol itu bukan lain dari
....Gokhiol! Yang membuat hatinya lebih heran ialah
mengapa sipemuda itu balik kembali" Bo-siong kecil yang turut serta dengannya memiliki kepandaian yang tinggi pula. Pantangan orang2 Monggol jarang ada tandingannya!
"Tio Peng Hiantit," teriak Im Hian Hong Kie-su "harap kau suka berhenti sebentar untuk membicarakan sesuatu.
Siapakah teman cilikmu itu?"
Suara pendekar tua itu bergema keras. Si Bo-siong kecil berpaling kepada Gokhiol untuk membisik sepatah dua
patah. Tiba2 mereka berdua mencelat menghilang diantara balik bukit!
Sebenarnya Im Hian Hong Kie-su sebelumnya belum
pernah bertemu dengan mata kepala sendiri dengan Tay Yang Lhama. Mau tak mau hatinya kuatir terhadap
petapa2 dari daerah barat yang mempunyai kesaktian yang luar biasa. Apakah mungkin Tay Yang Lhama telah
mengubah dirinya menjadi seorang anak muda"
la menjadi sangat penasaran dan buru2 mengejar kedua pemuda itu. Sebenarnya ilmu-meringankan tubuhnya tiada berada dibawah kedua pemuda tersebut, namun kedua
bayangan manusia itu sudah berada pada jarak yang jauh.
Tiba2 ia merasa seperti ada angin meniup menyusul
mana terdengar suara dengan logat ke-kanak2an:
"Kie-su tak usah mengejar kita. Pinto adalah Pasupat.
Kami mempunyai sedikit urusan yang perlu segera
diselesaikan. Lain kali saja mudah2an kita dapat bertemu untuk menghaturkan maaf kepadamu."
Suara itu entah dari mana datangnya dan dalam sekejap mata saja bayangan Gokhiol bersama Pasupat sudah tidak kelihatan lagi.
Im Hian Hong Kie-su berhenti. Ia berpikir bahwa
Pasupat adalah murid dari Tai Kauw-cu partai Lhama dari
Turfan. Beberapa puluh tahun yang lampau, negara2
dibagian barat telah mengangkatnya sebagai raja. Sedangkan Pasupat yang menjadi muridnya dikisahkan
sejak lahirnya sudah bisa membaca kitab suci. Dikatakan bahwa Pasupat adalah titisan dari raja "Kong Cok Tai Beng Ong"
Dalam usia lima belas tahun, anak muda itu telah
berbasil memperoleh seluruh kepandaian gurunya. Dan ia teIah berhasil pula merobah para Lhama dari dua puluh delapan kepandaian dari masing2 kelenteng. Kiranya Si Bo-Siong kecil ini adalah murid turunan agama Buddha daerah See Hek.
Dengan tak disadarkan lagi. Im Hian Hong Kie-su
berjalan dan tak lama kemudian sampai di Cu Bu Kok.
Tiba2 dari belakang terdengar suara tertawa orang.
"Ha-ha-ha! Im Hian Hong Kie-su! Tak dinyana dan tak diduga kau datang untuk menghantarkan jiwamu! Aku
Gorisan sebenarnya tiada mempunyai ganjelan apa2
denganmu, tapi sebaliknya mengapa kau telah memusuhkan aku" Dan kau telah merusak rencanaku pula!
Huh, tapi ini tak menjadi apa2, yang telah mengherankanku malahan telah membantu Hian Cin-cu si-imam bangkotan, sehingga aku dipenjarakan! Kalau sakit hatiku tidak juga kubalas, maka aku tak mau jadi orang lagi! Ha...ha...ha....!"
Suara Gorisan yang penuh kemurkaan menggema
diangkasa dengan seramnya!
Pendekar2 tua kita terperanjat juga, ia mengetahui
bahwa suara itu asalnya dipancarkan dari jauh. Cepat2 ia menenangkan pikirannya pura2 seperti tidak mendengar teguran orang. la memandang kesekelilingnya. Ia melihat disebelah bawah ada sebuah sungai yang mengalirkan
airnya sampai ketebing curam dan menembus ke lembah
Cu Bu Kok. Diam2 ia berpikir tentunya kedua. iblis Tangkula San sedang menanti dilembah itu. Dalam keadaan seorang diri mana ia sanggup melawan mereka" Baiklah aku menyingkir dulu dengan melewati sungai ini, pikirnya.
Tapi terlambat, karena sekonyong-konyong dibelakangnya berkelebat sebuah bayangan. Gorisan telah mengejarnya!
"Im Hian Hong Kie-su! Sambutlah senjata-rahasia aku!"
Tanpa ayal pendekar tua kita memasang telinganya
lebar2 dan mengawasi kesekitarnia dengan tajamnya.
Tampaklah sekolompok titik hitam menyerang datang.
Terus saja ia memapakiriya dengan membalas menyerang dengan pukulan yang disertai tenaga-dalam yang luar biasa.
Pada saat itu juga senjata2-rahasia yang terdiri dari puluhan Kiu-cu Liu-seng dibuyarkan oleh Im Hian Hong Kie-su!
"Gorisan!" ujar Im Hian Hong Kie-su dengan dingin,
"senjata rahasia semacam itu hanya sebagai permainan saja terhadap diriku. Tapi hari ini Lohu tak mempunyai waktu untuk ber-main2 denganmu. Harap maafkan!"
Kemudian Im Hian Hong Kie-su mencelat keatas!
Dengan gerakan Ya-Lok Peng-see atau Belibis-hinggap-
diatas-tanah-pasir badannya membubung tinggi keatas
dengan indahnya. Gorisan menjadi girang, karena ia sedang memancing
lawannya untuk turun kelembah. Maka dengan sengaja ia telah melepaskan senjata rahasianya. Kini ia berdiri diatas sebuah puncak sambil tertawa ter-bahak2 mengawasi
bayangan lm Hian Hong Kie-su yang berlari turun.
Pendekar tua kita mengetahui bahaya sedang mengancam dirinya, tapi sudah kepalang tanggung, tak dapat ia berhenti ditengah jalan. la paksakan diri dengan memasang mata yang tajam ia men-jaga2 diri. Akhirnnya tampak olehnya dari mulut lembah muncul dua orang. Mereka bukan lain dari sepasang iblis Tangkula San!
Wajah Tay Yang Lhama berwarna merah dan dengan
jubahnya yang juga kemerah2an menampakkan sekali
keangkarannya. Sedangkan Tay lm Lo-nie berparas putih berbibir merah. Sepasang alisnya melentik bagaikan bulan sabit. Hanya sayang, apabila mau dikatakan cantik, melihat
air mukanya yang mengandung kebuasan membunuh,
orang menjadi bergidik. Dengan berseri-seri mereka melangkah datang.
"Kami menghatur hormat kepada Gak Tayhiap yang
mulia atas kedatanganmu kesini," ujar Tay Yang Lhama.
"Kami sudah lama mendengar nama tayhiap yang tersohor, hanya sayang sekali kita tidak dapat berkenalan terlebih dahulu. Belum, kami hanya dapat melihat tayhiap dari sebelah belakang dan syukur sekali hari ini kita dapat bertemu berhadapan muka dengan muka. Sungguh suatu
kehormatan besar bagi kami!"
Sipenunggu Puncak Gunung Maut diam2 agak terkejut
juga. Pikirnya dalam hati, betul2 kedua iblis ini bermata jeli.
Kupikir ketika itu aku berhasil mengelabui mata mereka.
Aku harus ber-hati2, pikirnya!
Im Hian Hong Kie-su mengambil sikap se-olah2 pilon,
sambil mundur beberapa tindak ia menyahut.
"Maafkan aku yang bermata picik. Bolehkah aku tanya siapa gerangan nama kalian yang mulia" Dan sungguh luar biasa bagaimana kalian dapat mengenali aku Gak Hong!"
"Im Hian Hong Kie-su," sahut Tay Im Lo-nie tertawa,
"janganlah bermain sandiwara! Eh, kau baru datang dari Hu Cin Kwan, bukan" Dan juga kau sedang mengejar
Gorisan!" Sebelum pendekar tua kita sempat menyahut, Tay Yang
Lhama mengedipkan matanya.
"Hm, baiklah Gak Hong! Aku akan berterus terang denganmu! Sebenarnya antara kita tidak ada ganjelan apa2
Mengapa kau kini berbuat yang menyakiti Gorisan dan
mengapa pula kau telah membantu putri negeri Kim itu"
Karena kau telah membantu menangkap Gorisan, kami pun
hendak mengadakan perhitungan. Marilah kami mengundang kau untuk turut ke Tangkula San untuk
menikmati pemandangan indah didaerah Barat. Kami akan berlaku sebagai tuan rumah dengan sebaik2nya!"
Selesai berbicara kadua iblis Tangkula San maju kemuka dan mengapit lm Hian Hong Kie-su, untuk menangkapnya.
Dua macam tenaga-dalam menyerang dengan kerasnya,
hebat bukan buatan. Tay Yang Lhama mengirimkan hawa-
panas bagaikan lautan api yang bergelombang, sedangkan Tay lm Lo-nie mengirimkan hawa dingin yang bagai
desiran angin salju menembusi badan. Im Hian Hong Kie-su! Begitulah untuk beberapa saat jago tua kita sebentar2
badannya terasa panas bagaikan dibakar dan sesaat lagi dingin bagaikan disiram air.
Tapi Im Hian Hong Kie-su bukanlah dari kemarin, dua
puluh tahun lamanya ia menyakinkan pelbagai macam silat dan selain itu iapun telah menyelami ilmu jiwa, hingga ia dapat menerka segala tipu daya musuh! Begitulah, karena musuh menyerangnya dengan beracun iapun melayaninya
pula dengan serangan yang beracun!
Pada saat itu ia bertempur seraya memutar otak. la sadar bahwa pertarungan tak dapat disudahi lagi, tanpa
tanggung2 ia menyalurkan tenaga-dalamnya yang paling hebat keseluruh tubuhnya! Kemudian ia berseru : "Aku yang rendah sungguh tak bermaksud mencari permusuhan dengan kalian. Tapi karena kalian mendesak, akupun tak dapat berdiam diri!"
Segera terdengar teriakan yang keras berkumandang
diudara dan berbareng pula bagaikan anak panah melesat dari busurnya, Datuk Rimba-hijau kita membubung tinggi keatas!
lm Yang Jie-yau, menyangka bahwa orang ingin
melarikan diri, maka buru2 mengejar dalam lompatan
capung menotol air. "Hai! kau hendak lari kemana?" serunya.
Berbareng mana tubuhnya meleset keatas laksana anak
panah terlepas dari busurnya! Tapi baru saja mereka ber-hadap2-an ditengah udara, Im Hian Hong Kie-su yang
berada setombak lebih tinggi, berseru : "terimalah hormatku ini!"
Menyusul badannya membungkuk. Kedua belah tangannya memukul kekiri dan kekanan, sedangkan
tubuhnya berputar cepat bagaikan roda! Segera tampak segumpalan bayangan dan dua belah lengan menyambar!
Bagaikan angin puyuh lengan itu mengeluarkan tenaga-
dalam yang bukan main hebatnya, menderu-deru!
Sungguh tak disangka oleh Im Yang Jie-yauw bahwa
lawannya akan mengadakan perlawanan yang sengit. Pada detik itu juga tubuh mereka terapung mengikuti aliran angin berputar. Sedangkan mereka kini berada diudara pada jarak tujuh atau delapan kaki dari!.
Sebetulnya kepandaian mereka dengan Im Hian Hong
Kie-su, masih setanding. Im Yang Jie-yauw lekas2 memakai ilmu pukulan "Oh-mo Kim-kang" atau Ilmu ringan-bulu-angsa.
Semula jago tua kita bermaksud menghempas kedua
tubuh iblis itu sampai mati, tapi mendadak tubuh2 mereka menjadi ringan bagaikan kapas terapung melayang!
Maka dengan demikian kedua iblis Tangkula San
terluput dari cengkeraman maut dan kini mereka hinggap dengan selamat diatas muka bumi.
Im Hian Hong Kie-su terperanjat sekali. la insaf bahwa iapun tak boleh lama terapung diudara, berbahaya! Ia pun segera turun kebawah dengan ringannya.
Pada jurus pertama ini ternyata Im Yang Jie Yauw kalah angin. Merekapun semakin bertambah panas hati. Tampak paras Tay Im Lo-nie bertambah pucat sedangkan wajah Tay Yang Lhama bertambah merah! Keduanya menunjukkan
sikap. yang sangat menyeramkan!
"Huh, Gak Hong" segera terdengar suara Tay Im Lo-nie,
"Kau telah membokong kami" Kali ini jangan kau sesalkan aku berlaku kejam terhadapmu!"
Maka dengan ganas kedua iblis Tangkula San membuka
serangan yang laksana taupan hebatnya.
Pendekar tua kita menginsafi dirinya.dalam kedudukan bahaya. Dalam sekejap mata saja terasa lagi gelombang panas dan dingin silih ganti menyerang badannya"
Dengan menggunakan tipu "Pa Ong Cu-ting", ia mengangkat keatas kedua belah telapakan tangannya dan cepat bagaikan kilat ia menyampok tangan Tay Yang
Lhama. Yang aneh bentrokan tangan itu tidak menimbulkan suara, tapi sebaliknya tangan mereka saling melekat!


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Segera, Tay Yang Lhama mengirimkan hawa panas
melalui tangannya, begitu pula Tay Im Lo-nie dengin
mengirimkan hawa dinginnya, ber-gelombang2!
Bila Im Hian Hong Kie-su tidak menyelami ilmu sakti
"Thwan Touw Khie-kang" yang sangat istimewa dari gurunya, niscaya sekujur badannya akan terbakar hangus berbareng menjadi beku seperti es! Begitulah hebatnya ilmu beracun dari kedua iblis Tangkula San itu.
Lewat seminuman teh lamanya Im Yang Kie-su telah
mengeluarkan seluruh kepandaian2nya yang sakti2. Sebaliknya melihat wajah pendekar tua kita yang kemerah2an dan sikapnya yang tenang, kedua iblis itu menjadi heran bercampur jeri.
Tiba2 suatu perobahan hawa menyerang tubuh mereka!
Tai Im Lo-nie merasakan bahwa telapak tangan musuhnya seperti ada gelombang panas yang menghancurkan hawa
dingin! Sedangkan Tai Yang Lhama merasa hawa dingin
keluar dari tubuh lawannya dan mengalahkan gelombang panasnya!
Kini teringatlah oleh mereka akan kata2 gurunya Kim
Liong Lhama yang pernah mengatakan kepadanya bahwa
dikalangan Bu Lim di Tionggoan ada seorang imam yang bernama Ceng Gak Cin-jin yang telah menciptakan
semacam ilmu Khie-Kang yang aneh. Mungkinkah Gak
Hong ini adalah muridnya Ceng Gak Cin-jin"
Hati Tai Yang Lhama merasa sangsi, segera ia memberi isyarat pada su-moainya dalam bahasa Sanskrit untuk
merobah penyerangannya. Jago-tua kita tak mengerti bahasa mereka, Hanya apa
yang dilihatnya ialah sekonyong-konyong tubuh kedua
lawannya ber-goyang2 sambil salah seorang berseru : "Gak Hong, kau benar2 hebat!"
Menyusul mana mereka mencelat keatas untuk meninggalkan gelanggang pertempuran!
Mengetahui berbahaya untuk mengejar musuh2nya,
maka Im Hian Hong Kie-su hanya berkata dengan suara
dingin : "Hah, aku telah mendapat pelajaran yang bermanfaat dari Im Yang Pai. Sungguh dengan ini kukira sudah cukup! Aku tak perlu lagi berkunjung ke See-hek untuk melancong membikin repot kalian lagi, bukan?"
Tapi belum habis ia berkata atau mendadak dari atas
tebing melayang dua sosok bayangan, cepat sekali seperti elang menubruk.
"Gak Hong, jahanam!" seru salah seorang,":apakah kau kira masih bisa kembali ke-Je-Liong San dengan hidup2 "!
Ternyata dialah Gorisan yang kini telah hinggap diatas batu besar disusul oleh...... Ang-bian Kim-kong!
Bukan-kepalang bercekadnya hati pendekar tua kita.
Pikirnya dalam hati bahwa kepandaian Gorisan, seperti juga dirinya masing2 mempunyai keistimewaannya. Tempo hari tatkala bertarung di Ji Liong Bio dengan meminjam kaca mustika Wanyen Hong, ia baru berhasi! menundukkan Gorisan!
Sekarang orang itu muncul pula bersama dengan Ang-
bian Kim-kong dan ditambah pula dengan Im Yang Jie
Yauw berdua! Ini sungguh berbahaya!
Sementara itu Gorisan telah menyerang sambil
membentangkan tangannya yang hijau berkilau2-an untuk mencekeram lawan2nya! Lok mo-ciang.
Im Hian Hong Kie-su membalikkan tubuhnya, dengan
suatu gerakan yang lincah ia melesat kesamping. Pada saat orang berkelit, mendadak Tay Yang Lhama menyerang dari belakang!
Im Hian Hong Kie-su merasakan ada kesiuran angin dari belakangnya, cepat2 membalikkan badannya dan berbareng menyapu dengan tangannya. Serangan serta tangkisan itu disertai dengan tenaga-dalam yang hebat sekali! Maka begitu kedua tangan itu beradu, melekatlah satu sama lain!
Tay Yang Lhama mengirimkan hawa gelombang
panasnya, maka terasa oleh Im Hian Hong Kie-su ulu
hatinya seperti dibakar. Pendekar tua kita telah menutup
seluruh jalan darahnya, namun ia masih tetap tak berdaya.
Pada saat yang genting itu ia masih sempat menarik
tangannya untuk segera melesat meninggalkan gelanggang pertempuran!
Tapi belum ia berlari beberapa tindak, atau Tay Im Lonie menyusulnya sambil membentak : "Gak Hong! Matilah kau!"
Berbareng mana wanita iblis itu melontarkan pukulan
yang mematikan! Im Hian Hong Kie-su tak berani berlaku lengah. la
merendek dan mengeluarkan ilmu pukulan Lo-swan Ciang, ilmu pukulan Tangan-baling2 menangkis tangan lawan.
Begitu kedua tangan beradu pendekar tua kita menggigil kedinginan!
Sadarlah ia kini bahwa Im Yang Jie Yauw menyerangnya degan sistim bergiliran sehingga ia tak sempat menggunakan ilmu Thwan-touw Khie-kang. Pada
saat itu juga ia menekan bumi dan tubuhnya terIoncat kebelakang!
Tay Im Lo-nie terus mendesak dan menyerang lawannya
Pedang Golok Yang Menggetarkan 14 Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Golok Yanci Pedang Pelangi 2
^