Pencarian

Pengelana Rimba Persilatan 3

Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 3


berbagai macam usaha di Xiang-yang, kereta, perahu, toko, kaki, gigi, tidak ada yang tidak di kuasai. Barang kelontongan yang datang dari hilir, dan hasil bumi ang dikirim ke hilir, semua telah di dirikan oleh tuan Li dengan kantor bermerk besar, pemasukan perhari satu dou emas
sumbernya sangat luas. Di hati orang persilatan, nama tuan Li berada dalam urutan
Sembilan Jago Pedang terbesar, julukannya Pedang Pemutus Arwah
(Toan-hun-jian), pedang pusaka dia yang bersinar emas mencolok
mata sungguh menakutkan orang.
Julukannya Jin-ba-dou adalah Delapan Arah Tanah, bisa di nilai
dia orang bagaimana. Pokoknya, mereka berdua bukan saja naga setempat daerah
Xiang-yang, di dunia persilatan juga punya nama. Di dalam hati
orang setempat, mereka adalah hartawan kaya raya dan tuan
tanah besar. Rumah tuan Li, berada sepuluh li di selatan Xiang-yang sebelah barat gunung Xian, tempatnya dinamakan Kebun Li. Diantara Kebun Li dengan gunung Xian, ada sebuah jalan raya yang menuju Jing-zhou. Dari Kebun Li ke utara, sampai ke pantai selatan danau Xiang-yang, sawah didaerah ini hampir semuanya milik keluarga Li, bisa bayangkan besarnya
kekayaan keluarga Li. Xiang-yang adalah pelabuhan darat dan air terbesar di Hanjiang, tidak saja hasil buminya subur, lebih-lebih jalannya ramai oleh pedagang dan pelancong, di penginapan jika ada seorang tamu menginap, tentu tidak menimbulkan perhatian orang lain, apa lagi tamu ini sama sekali bukan orang ternama.
Nama yang di daftarkan Fu Ke-wei di penginapan adalah
Fu-xian, seorang pelajar pengelana.
Pakaiannya cocok dengan kedudukannya, berbaju hijau,
orangnya tampan dan tinggi, ada bawaan sedikit lembut, sedikit
pun tidak ada ciri ciri orang persilatan.
Kebun Li tidak terlalu luas, di sana ada sepuluh lebih gedung
yang di kelilingi pohon dan bunga. Satu li disebelah barat, baru ada perkampungan petani yang terdiri dari dua puluh lebih rumah dan
kandang hewan, ini adalah tempat tinggalnya para pekerja dan
petani. Gunung Xian adalah tempat melancong yang ternama, dengan
pemandangan indah. Anak anaknya keluarga Li, sering dengan anak
orang kaya di kota, melancong ke atas gunung.
Pagi hari ini, sekelompok pemuda berbaju mewah, beramai-ramai
melewati kampung menuju Xian Shan di lereng barat, mereka jalan di jalan besar mendaki gunung. Satu li lebih di atas, terdapat kuil
Yang-hou yang ramai di kunjungi orang.
Di sepanjang jalan, pohon menghijau, kicau burung, wanginya
bunga, membuat hati orang jadi lega dan damai.
Orang yang paling depan mendaki adalah putra sulung tuan Li, Li
Hoa-xin, dan putra keduanya Li Hoa-sheng. Li Hoa-xin sudah kawin dan punya anak, usianya baru dua puluh limaenam tahun sudah mempunyai
sepasang anak, julukannya di dunia persilatan Telapak Besi Pedang Dewa (Tie zhang-shenjian).
Li Hoa-sheng masih belum berusia sepuluh tahun, tapi
tubuhnya tegap seperti anak sapi, malah memakai baju ringkas
sutra berwarna biru, tampak sangat gagah.
Ada seorang pemuda yang berjalan bersama mereka, sama gagah
dan juga tampan. Mantelnya berwarna hijau langit, di sabuknya yang lebar ada dua buah variasi yang modern: Kantong bahu dan dompet.
Di belakangnya, ada tiga orang wanita. Mereka adalah
tamunya keluarga Li Salah satu tamunya adalah nyonya muda berusia dua puluh tahun
lebih, bajunya berwarna hijau air danau, memakai konde rambut
hijau, mutiaranya tampak bergoyang-goyang. Di sabuknya ada
sebuah belati mewah sebagai pelindung.
Tuan rumahnya adalah putri sulung tuan besar Li, Li Jianjian,
dan putri yang paling bontot Li Xiu-xiu.
Usia Jian-jian delapan belas tahun, dia pernah ikut kakaknya Telapak Besi Pedang Dewa pergi ke banyak tempat, punya banyak pengalaman,
tapi sampai sekarang masih belum punya jodoh, putra orang kaya di
sekitarnya, sama sekali tidak berani melamar pada keluarga Li, begitu menyebut putri sulung keluarga Li, tidak ada orang yang berminat.
Ini bukan karena Li Jian-jian, wanita buruk rupa yang ditakuti
orang, sebaliknya dia adalah wanita cantik yang jarang ada
tandingannya di Xiang-yang. Justru karena dia sangat cantik,
wanita yang sangat cantik dan pintar, akan berbeda dengan
wanita umumnya, membuat para pemuda yang didikan
keluarganya keras, hatinya merasa takut.
Hari ini dandanan dia, tidak terlihat seperti anak keluarga kaya, dia memakai baju musim semi dengan lengan ketat warna biru kehijauan,
baju model ini sangat di benci oleh para pendekar, walau para pendekar diam-diam juga sangat menikmati baju model begini, baju ini bisa
membuat orang yang melihat menjadi melotot, bajunya membuat lekuk
tubuhnya bisa dilihat dengan jelas, langsing semampai, sangat seksi.
Dia juga membawa belati, dan lebih dari satu kantong kulit kecil,
tentu saja di dalamnya terisi senjata rahasia.
Adiknya Li Xiu-xiu, gadis kecil berusia dua belas tahun, juga sama seperti kakaknya, dia memakai baju ringkas hitam kehijauan, meski
masih kecil, sudah tampak kecantikannya.
Enam orang itu dibagi jadi dua kelompok, sambil
berbincang mereka berjalan naik keatas.
"Saudara Luo." Li Hoa-xin pada tamu yang tampan itu berkata,
"kau datang dari Jiang-xi, kudengar, Xie-jian-xiu-luo yang paling misterius, paling berani di dunia persilatan, tiga bulan yang lalu telah membuat onar di Jiu-jiang, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Kejadian sebenarnya aku juga tidak begitu jelas." Luo Wen-jing tersenyum pahit, "menurut kabar, salah satu dari tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran di dunia yaitu perkumpulan Qing-lian,
mendapat pesanan membuat jebakan di Wu-hu diam-diam ingin
membunuh Xie-jian-xiu-luo, tapi rencana ini tidak saja gagal, malah sebaliknya Xie-jian-xiu-luo mendatangi pusat perkumpulan, dan
membubarkan perkumpulan Qing-lian, menghapus namanya dari
perkumpulan pembunuh bayaran."
"Ooo! Saudara Luo." Kata Li Jian-jian di belakang menyela, "tahun lalu aku di Wu-chang, sudah mendengar nama Xiejian-xiu-luo, setiap orang membuat cerita berbeda, Saudara Luo sudah lama berkelana di
dunia persilatan, julukan saudara Shuang-jie-shu-sheng, termasuk
dalam Tiga Pelajar Persilatan, pengalamannya banyak, apakah
saudara pernah melihat orang ini?"
"Tidak pernah." Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing
wajahnya tidak senang, "orang ini jarang tampil dengan wajah
aslinya, berhubungan dengan orang juga jarang sekali menyebutkan
julukannya, hampir tidak ada orang yang pernah melihat wajah
aslinya, dia adalah golongan keji yang tidak pantas bertemu dengan orang, iblis jahat yang suka mengurusi urusan orang dengan cara keji, orang-orang aliran putih dan hitam memandang dia sebagai wabah,
semua membenci pada dia."
"Siapa marga dan namanya "
"Tidak pernah ada orang mendengar dia menyebutkan
namanya." Kata Luo Wen-jing lagi, "makanya sahabat persilatan menyebut dia orang yang paling misterius."
"Jika ada kesempatan, aku ingin mencoba orang ini." Li Hoa-xin seperti berkata pada diri sendiri, "aku tidak percaya dia mampu menghancurkan perkumpulan Qing-lian."
"Adik Li, paling bagus kau jangan sampai bertemu dengan
pengelana persilatan yang suka berbuat seenaknya." Kata nyonya muda yang cantik itu, "menurut yang aku tahu, orang yang
bertarung dengan dia, tidak satu pun yang bisa
mengalahkannya, sampai Raja Langit Utara Ling Jun-yi
pendekar besar Ling yang paling hebat dari aliran putih, juga di
permainkan oleh dia sampai mendapat malu, jadi sulit di bicarakan, setiap orang ini berada di suatu tempat, maka di tempat itu akan timbul mala petaka, paling baik kau menghindari dia sejauh mungkin."
"Sebenarnya, dia tidak pantas dikatakan dia iblis jahat yang dibenci dewa ditolak setan." Kata Luo Wen-jing sedikit malu, "umumnya, sahabat persilatan kelas satu atau dua, memuji dirinya. Dalam aliran putih, juga tidak sedikit orang yang menyukai dia. Bagusnya orang
semacam ini selalu tidak memupuk kekuasaan untuk dirinya sendiri,
hingga dunia persilatan masih bisa menerima dia"
"Pedang saudara Luo menggemparkan dunia persilatan,
kedudukannya termasuk satu diantara Tiga Sastrawan Persilatan." Li Hoa-xin dengan bodohnya menanyakan hal yang tidak seharusnya
ditanyakan, "jika saudara Luo berselisih dengan Xie-jian-xiu-luo, apakah saudara mampu mengungguli dia?"
"Sulit dikatakan," Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak tersinggung, dia tertawa tawar, "penyakit buruk orang persilatan adalah suka bertarung dan ingin menang, setiap orang percaya akan dirinya sendiri, aku pun tidak terkecuali, aku percaya bisa menang. Sayang aku belum pernah bertemu dengan dia, juga tidak ada perselisihan sulit mendapat kesempatan
bertarung dengan dia, jika benar-benar bertemu, aku percaya sanggup membuat dia sedikit mengurangi kesombongannya. Ooo! Saudara Hoa-xin, adik anda Hoa-rong beberapa hari ini pasti bisa pulang?"
"Mungkin." Kata Li Hoa-xin, "kemarin adikku mengutus orang kemari melapor, mengatakan beberapa hari lalu di kabupaten
Gang-yi, bertemu dengan orang hebat Nan-yang, hampir saja kalah,
makanya saat kembali mungkin akan mengambil jalan lain, akan
melalui gunung Tong-bo, sehingga akan telat beberapa hari
kedatangan-nya." "Ooo! Nan-yang-ba-jie (Delapan Hebat Nan-yang)?"
"Benar. Ayahku sudah lama bermusuhan dengan mereka,
mereka tidak pernah mendapat kemenangan, adikku hanya
membawa empat orang, mereka juga tidak mendapat
keuntungan." "Mmm! Saudara Hoa-xin, kali ini mungkin kalian akan ada
kerepotan." Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan serius.
"Maksud saudara Luo adalah "
"Di kota He-nan, aku sudah mendengar manusia aneh nomor satu
dari Zhong-zhou Huo-bao-ing (Pembalas Segera), Du Zhang-he,
sedang menuju gunung Xiong Er bertamu ke Bu-fei-khe (Tamu Tak
Kembali), Hong-wu, mereka bersamasama akan menuju Nan-yang,
berkumpul dengan Tombak Dewa Lu Hoa-ji. Tombak Dewa adalah
kakak tertuanya Nanyang-ba-jie, jika Lu Hoa-ji minta bantuan pada
Huo-bao-ing, Du Zhang-he dan Bu-fei-khe, Hong-wu keadaan kalian
sangat tidak menguntungkan! Menghitung waktu perjalanan, dua
tua aneh yang sulit dihadapi ini, beberapa hari ini juga akan sampai."
"Dua tua aneh ini tidak ada yang perlu ditakuti." Hoa Sheng kecil meniru orang dewasa, dengan menepuk dada dengan berani dia berkata,
"tentara datang di tahan jenderal, air datang ditimbun tanah, kita keluarga Li takut pada siapa" Apa itu Huo-bao-ing, apa itu Bu-fei-khe, menakuti orang lain boleh, datang ke Xiang-yang untuk menakuti orang keluarga Li, jangan harap."
"Pepatah mengatakan, tombak terang mudah dihadapi, panah
gelap sulit menahannya."
Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa, "dua orang tua aneh tidak
mudah dihadapi, dalam kegelapan seperti setan mengganggu kalian,
bagaimana pun hal ini bisa membuat orang sakit kepala, bagaimana
pun berhati-hati adalah yang terbaik, jika menilai kemampuan
sebenarnya, tentu saja Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian) ayah
kalian bisa mengalahkan mereka, tapi mereka berada di tempat gelap kita di tempat terang, juga siang malam harus waspada, itu hal yang tidak menyenangkan."
"Xiang-yang adalah daerah kekuasaan keluargamu, orangnya
banyak, pengawasan di mana-mana." Nyonya muda cantik
melanjut-kan, "jika mereka datang membalas dendam, pasti tidak akan terang-terangan, cara paling bagus bertahan, adalah
menyerang lebih dulu, tidak memberi kesempatan lawan
menyerang." "Betul, menyerang lebih dahulu." Li Hoa-xin mengangguk kepala tanda setuju, "jika bukan saudara Luo kebetulan datang bertamu ke rumah, kami masih tidak tahu dua orang tua aneh itu adalah
temannya Nan-yang-ba-jie, hingga mungkin memberi mereka
kesempatan! Saudara Luo, terima kasih."
Di depan tampak ada satu bangunan kecil untuk istirahat,
tadinya dari kejauhan tidak terlihat di dalamnya ada orang, tidak
diduga setelah mendekati sampai sepuluh langkah, mereka melihat
di sisi tiang berdiri seorang sastrawan muda berbaju hijau.
Sastrawan muda ini usianya dua puluh tahun lebih, wajahnya
tampan, perawakan tinggi semampai, seluruh tubuhnya tampak
lembut, tidak ada ciri-ciri orang persilatan, juga tidak seperti
seorang pelajar yang lemah.
Mata semua orang menjadi bersinar, tidak tahan mereka
menatap sekali pada sastrawan itu, tapi tidak ada waktu berpikir
bagaimana dia bisa datang, sambil berbincang, mereka berjalan
nendekati bangunan untuk istirahat.
"Kalian baru datang!" Sastrawan baju hijau :ertawatawar,
"sungguh bagus, bagus..."
Li Hoa-xin tertegun, lalu menghentikan angkah.
"Kata-kata anda mengandung sesuatu." kata Shuang-jie-
shu-sheng Luo Wen-jing dengan nada dalam, "tolong tanya,
bisakah beritahu siapa marga dan nama anda?"
"Aku orang biasa, tidak punya keluarga yang bisa dibanggakan, tidak menyebut marga dan nama juga tidak apa, kau panggil saja aku sastrawan, aku memang seorang sastrawan."
"Baik, anggap saja kau sastrawan." Li Hoa-rin sudah sampai dimulut bangunan, jarak kedua belah pihak kira-kira empat lima
chi, "kau kenal kami?"
"Di kota Xiang-yang siapa yang tidak kenal dengan tuan muda
Li yang besar?" "Tapi aku tidak kenal dirimu, Ooo! Kau pasti ada keperluan
penting, tolong tanya ada keperluan apa?"
"Ada orang menitipkan surat padaku untuk disampaikan." Sastrawan baju hijau mengulur tangan kedalam dada, "orang yang mengirim surat itu berkata, asalkan orangnya keluarga Li, suratnya boleh diberikan. Aku tahu tuan-tuan dari keluarga Li, sering datang bermain ke gunung Xian, maka aku datang kesini menunggu. Di rumah anda, di kebun Li ada
anjing galak, aku tidak berani datang kesana mengantar surat. Ini! Ini suratnya."
"Ooo! Coba lihat." Luo Wen-jing melewati Li
Hoa-xin, mengulurkan tangan kanan menerima surat, "surat
ini... ii!" Luo Wen-jing berniat baik, dari pembicaraannya, dia sudah tahu
orang ini, lawan bukanlah kawan, makanya dia ingin menggunakan
kesempatan menerima surat, sekalian menangkap sastrawan untuk
di tanya. Tapi jurus Sutra Emas Membelit Pergelangan gagal dilancarkan,
tangan si sastrawan sangat lincah, tidak saja telah ditarik di saat berbahaya, juga melontarkan surat itu dengan dua jarinya, dengan
kecepatan sangat tinggi berputar menuju ke wajah Luo Wen-jing.
Suratnya lewat dari sisi telinga kanan Luo Wen-jing, malah terdengar ada desiran angin, bisa diketahui tenaga jari sastrawan sangat
mengejutkan. Jika Luo Wen-jing tidak meningkatkan kewaspadaan
sebelumnya, pasti tidak akan bisa menghindar luncuran surat itu.
Reaksi Luo Wen-jing cukup luar biasa, begitu tangkapannya gagal,
dia sudah tahu ada bahaya, tepat waktu itu tubuhnya
bergerak menghindar, juga menarik tangannya, cepat
menangkap surat itu, sayang dia masih terlambat sedetik, dia tidak dapat menangkap surat yang sangat cepat itu.
Li Hoa-xin juga sudah bersiap, dia segera merendahkan tubuh,
begitu berteriak, tangan kirinya diangkat, sebuah mata uang
membelah angin terbang keluar.
Sastrawan itu tidak tertipu, dia tertawa dua kali, bertiarap ke
tanah, meloncat miring keluar, menerobos bawah pembatas sisi
bangunan, sejauh tiga zhang lebih.
Uang logam itu tiba-tiba menjadi tiga, membelok dari tiga arah
terbang berputar, lalu setelah satu zhang lebih berkumpul kembali, baru nenjadi satu garis lurus berurutan terbang, di empat-lima zhang baru jatuh kedalam hutan.
Tapi sastrawan itu malah muncul dari arah berlawanan, dari
sebelah kiri dia bangkit berdiri.
Li Jian-jian sudah sampai, dia juga berteriak, dengan angin yang
membawa bau harum dia menyerang, lima jari tangan kanannya
setengah lurus setengah di tekuk, dengan cepat menjulur ke dada
sastrawan itu, arahnya sederetan jalan darah besar Ren-me, ke atas menguasai tenggorokan, ke bawah jalan darah Jiu-wei, titik mana pun sekali terkena, jika tidak lumpuh juga pasti mendapat luka dalam, melihat tenaganya saja, sudah tahu jari-jari mulus itu sangat menakutkan, pasti bukan serangan ringan.
"Kau juga terlalu sombong." Sastrawan dari dalam lengan bajunya mengeluarkan kipas, tanpa sungkan menyabetkan keatas.
Li Jian-jian terpaksa merubah gerakannya lari menotok jadi
mencengkram, lima jarinya ditekan, dan berhasil menangkap bagian
atas kipas tertutup itu, dengan posisi kuda-kuda merampas kipas.
Tapi, tiba-tiba dia merasakan diatas kipas ada arus tenaga yang
tidak dapat ditahan, tidak saja dia harus melepaskan
cengkeramannya, tenaga lawannya pun sudah menyerang.
Terdengar teriakan terkejut! Li Jian-jian seperti ditiup angin topan, terbang ke pinggir sejauh dua zhang lebih, hampir saja terjatuh,
wajahnya berubah. "Hahahaha " Tawa sastrawan itu menggelagar, tubuhnya zerbang masuk
kedalam hutan, pergi menjauh.
"Saudara Li, jangan dikejar." Nyonya muda cantik cepat
berteriak, "bertemu hutan jangan masuk, musuh sudah tidak dapat dikejar."
Li Hoa-xin menghentikan langkahnya dan mundur kebelakang,
warna wajahnya sudah tidak seperti biasanya.
Dia tadi melihat, sastrawan itu telah mendahului,
menghindar dari jurus Tiga Bintang Mengejar Rembulan,
membuat di dalam hatinya merasa terkejut, dan merasa sangat
tidak tenang. Hoa-sheng yang kecil memungut suratnya, lalu membacakan:
"Kepada Pedang Pemutus Arwah Tuan besar Li. Penjelasannya ada didalam."
Suratnya telah disegel, menurut aturan harus dibuka sendiri oleh
tuan besar Li. Tapi karena cara pengirimannya mengandung
permusuhan, diatas surat juga tidak ada pengirimnya, jadi sangat
mencurigakan. Li Hoa-xin adalah seorang yang berani bertanggung jawab,
setelah berpikir sebentar, dengan berani membuka surat itu, dan
dibacanya. Setelah selesai membaca, diajadi tertegun.
"Surat dari siapa?" tanya Luo Wen-jing yang menghindar ke pinggir dengan perhatian.
"Tidak ditulis nama pengirim." Li Hoa-xin menggelengkan
kepala. "Apa yang ditulis?"
"Katanya setengah bulan lalu, kereta adik ku di pantai utara sungai Ru di kabupaten Ye terjadi kecelakaan, adikku dengan sengaja
membuat celaka sebuah kereta, hingga empat belas orang mati."
"Aduh!" "Orang yang mengirim surat meminta ayah ku bertanggung jawab, pergi ke kabupaten Ye menyelesaikannya, menyerahkan pelakunya
pada pemerintah, mengganti kerugian pada keluarga yang
ditinggalkan." "Hal tidak bagus." Luo Wen-jing tertawa pahit.
"Adikku di kabupaten Ye bertarung dengan Nan-yang-bajie, orang yang diutus belum kembali hingga laporannya tidak jelas, harus tunggu adikku pulang dulu, baru bisa tahu kejadiannya dengan jelas. Jika yang mati adalah orangnya Nan-yang-ba-ie, Hm! memang mereka seharusnya
mati." Kata Li Hoa-xin dingin, "meminta kami menyerahkan orang ke pemerintah, mana ada aturannya?"
"Sastrawan tadi, sangat mungkin bukan orangnya Nan-
yang-ba-jie." Li Jian-jian sangat teliti, berpikir tentang hal yang tadi dibicarakan, jika benar, dia seharusnya bertindak menurut aturan
dunia persilatan, kenapa minta menyerahkan diri pada pemerintah"'
"Memang seharusnya dia bukan." Nada bicara Luo Wenjing tidak begitu yakin, di sudut matanya timbul hawa pembunuhan, "jika benar, aku Luo Wen-jing akan terus bermusuhan dengan dia. Hemm! Aku pasti bisa menyelidiki asal-usul orang ini, lain kali jangan harap dia bisa meloloskan diri. Saudara Hoa-xin, kita pulang saja, ayahmu harus
membuat rencana menghadapinya."
Enam orang berangkat dengan gembira tapi pulang dengan lesu.


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Turun gunung sekitar setengah li, tiba-tiba Luo Wen-jing
berkata dengan perlahan: "Saudara Hoa-xin, kalian jalanlah duluan, jangan melihat
kebelakang." Li Hoa-xin mengerti, dia menganggukan kepala,
mempercepat langkahnya. Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing menyelinap ke belakang
sebuah pohon besar di sisi jalan, menyembunyikan diri, seperti
seekor kucing mengincar tikus, dengan sabarnya
diam menunggu tikus bodoh keluar dari lubangnya.
Lama didepan dibelakang tidak ada gerakan.
Tempat ini adalah sebuah belokan jalan, keatas kebawah bisa
melihat pemandangan sejauh setengah li.
Di kedua sisi jalan adalah hutan sangat rimbun, rumput liar tumbuh subur, pandangan jadi terbatas dan juga sulit berjalan disana, walau kemiringan gunung tidak seberapa, berjalan pun tidak mudah.
Sehingga, orang yang naik atau turun gunung pasti lewat jalan
gunung ini, tidak mungkin melewati tempat liar, mencari kesulitan
sendiri. Dia bersiap tidak menunggu lagi, baru saja mau bangkit
berdiri. "Apa sudah tidak sabar menunggu?" di belakang tubuhnya
terdengar suara lantang yang penuh mengandung sindiran, "kau
harus belajar seperti aku, tidur diatas pohon, kau lihat, bukankah aku ini santai sekali?"
Dia membalikan kepala melihat, hatinya diam-diam menjadi dingin!
Sastrawan baju hijau itu berada diatas akar pohon besar,
tiga-empat zhang jauhnya, sedang menyilangkan kaki, setengah
berbaring, tampak santai sekali.
Dengan ketajaman telinganya, di hari yang terang, ada daun
kering yang jatuh pun, tidak ada orang yang bisa mendekati dari
belakang, sampai sepuluh zhang tanpa diketahuinya, lalu
darimana sastrawan ini datangnya"
"Anda sepertinya sudah datang beberapa saat."
Dengan suara dalam sastrawan itu melangkah pelan
menginjak rumput menuju kebawah pohon, katanya
"Tidak salah." Kata sastrawan itu seperti tidak terjadi apaapa.
"Anda sungguh hebat."
Sastrawan itu tertawa dingin, dengan santai nengeluarkan kipas
lipat yang bergambarkan bunga anggrek.
"Terima kasih atas pujiannya."
"Apa kau mengerti keadaanmu?"
"Pasti berbahaya, benar tidak?"
"Benar, sangat bahaya."
"Belum tentu." "Anda tidak perlu memaksakan diri bersikap tenang, anda sudah tidak dapat turun lagi."
"Jika tidak bisa turun lagi, buat apa aku nenyapamu?" Sastrawan itu sedikit pun tidak serniat untuk bergerak, "bukankah kau sendiri yang kurang tenang, kau berpikir ingin menunggu kelinci dibawah
pohon, lalu kenapa pergi begitu saja" Jarak dari tanah dua zhang,
kau tidak dapat berbuat apa-apa padaku. Jika kau meloncat ke atas, aku akan turun kebawah, kau ikut turun, aku kembali meloncat
keatas. Ha ha ha! Kau bisa berbuat apa?"
"Apa kau tahu julukanku Shuang-jie-shu-sheng, maka sengaja
mempermainkan aku?" Luo Wen-jing kesal sampai hatinya terasa
panas, "kau ngin mengadu ilmu meringankan tubuh denganku?"
"Memangku maksudku." Kata Sastrawan itu dengan wajah
berseri-seri, "kau, marga Luo menganggap dirinya pahlawan hebat, menganggap dirinya dengan sebilah pedang dengan ilmu meringankan
tubuh yang lumayan bagus, ingin meraja lela, menjagoi dunia persilatan, makanya mengambil sebutan Shuang-jie (sepasang hebat). Sekarang di tanganmu tidak ada pedang, kecuali beradu ilmu meringankan tubuh
denganku, kau sedikit pun tidak ada kemampuan lainnya."
"Jika anda sudah tahu asal-usulku, tentu juga tahu tentang "
"Aku tahu maksudmu." Kata Sastrawan memotong, "kau punya seorang pelayan merangkap teman yang setia, dipanggil Bandit Tai.
Orang ini sejak lahir sudah mempunyai tenaga super, dengan satu
tangan dapat mengangkat tempat abu kaki tiga yang besar dan
beratnya seribu jin, suatu kali perampok yang ternama dari gunung
Tai ini, dikepung oleh tentara pemerintah, dan hampir dipenggal
kepalanya. Saat itu kau tanpa sengaja sedang lewat disana, sesaat
timbul perasaan satu nasib, malam-malam kau masuk ke dalam
penjagaan yang ketat menolong dia membuat dia terhindar dari
hukuman mati, membuat dia merasa hutang budi dan ingin membalas
budinya, dia mengikutimu dari pinggir secara diam-diam melindungi
keselamatanmu, dia telah menjadi bayanganmu. Tapi kau adalah
pendekar kelana dari aliran putih, dia adalah perampok besar dari
rimba hijau, jika berjalan bersama, mana pantas" Maka dia selalu
bersembunyi, selamanya dengan setulus hati membalas budimu
secara diam diam. Tapi, kau telah mengabaikan satu hal penting."
"Hal penting apa?"
"Kau terlalu yakin pada pemikiranmu, kau memastikan, dengan
teman-temanmu bermain keatas gunung, pasti tidak akan terjadi
sesuatu. Makanya, aku berani bertaruh denganmu, pengawalmu
pasti ada di kampung Xian sedang tertidur lelap, kau tidak mungkin dapat menggunakan kemahiran dia menggunakan Garpu Terbang
Kecilnya yang dahsyat itu bersama-sama menyerang aku, kau
berani bertaruh tidak?"
"Suara siulanku dapat mencapai sepuluh li lebih, aku pasti bisa memanggil dia kesini, asal aku bisa bertahan, itu sudah cukup. Garpu Terbang Kecil dia, dalam jarak lima zhang tidak pernah meleset, kau pasti mati."
"Menunggu dia datang, mungkin aku sudah ada di kota
bersenang-senang." "Siapa tuan sebenarnya?" Luo Wen-jing mengganti topik
pembicaraan, dia jelas tahu kata-kata sastrawan ini masuk akal.
"Kau tebak saja sendiri! tuan, pulang dan beritahu Tuan Li, orang yang mati sia-sia di kabupaten Ye itu, setiap orangnya harus
mendapat ganti kerugian seribu liang perak. Dengan kekayaan dia,
mungkin hanya satu rambut dari sembilan sapi. Jika dia tidak mau,
dia akan menyesali seumur nidup."
"Nan-yang-ba-jie juga bukan orang baik, tidak perlu mengganti kerugian, perselisihan dunia persilatan bisa dibereskan
masing-masing, kalau mati ya terima nasib, anda tidak berhak
melibatkan diri dalam hal ini. Sekarang, anda sengaja menantang
aku marga Luo, ini adalah perselisihan pribadi antara aku dengan
kau, harus diselesaikan oleh kita berdua, bertarung mati atau hidup mengandalkan kepandaian masing-masing, aku pasti tidak akan
melepaskanmu." "Kau tidak pantas bagus! Ha ha ha "
Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing tidak tahan lagi, mendadak
dia meloncat terbang, tanpa bersiap tanpa mengangkat kaki,
dengan jurus Bangau Menerjang Awan dia naik keatas, senjatanya
sudah siap menyerang. Dalam tawa yang keras, sastrawan telah bergeser ke pinggir dua
zhang, cepat dan ringan melayang turun, dibawah terdengar suara
gemeresik daun, dia menerobos ranting masuk kedalam hutan, seperti terbang pergi ke selatan, dua tiga kali kelebatan sudah menghilang didalam hutan.
Luo Wen-jing mengejar sejauh setengah li, beberapa kelinci hutan
pada lari ketakutan karena kejarannya, tapi dia terpaksa membawa
perasaan terkejut menyerah mengejar, dengan lesu kembali mencari
jalan turun gunung. Setengah li di sana, Li Hoa-xin berlima bersembunyi di dalam
kebun buah di sisi jalan, diam mendengarkan gerakan yang ada
diatas, lama sekali, hingga membuat setiap orang gelisah.
Yang pertama tidak tahan adalah Hoa Sheng, anak kecil
memang kesabarannya terbatas, dia ribut ingin naik ke atas
membantu, akhirnya di paksa oleh kakaknya untuk diam.
Akhirnya, mereka mendengar tawa keras itu!
Mereka melihat ada orang yang turun gunung, Luo Wenjing
turun dengan rupa wajah yang tidak biasa.
Ketika dia berkumpul bersama melewati belakang kampung Xian
beberapa saat, seorang pria besar dengan dandanan orang kampung,
perawakannya tegap, dengan langkah besar keluar dari kampung,
berjalan menuju ke jalan kecil.
Di sebelah kanan jalan di belakang satu pohon, melangkah keluar
seorang sastrawan baju hijau, kipas lipatnya direntangkan,
menghadang jalannya. 0oo0 Bab 6 "Bangsat gunung Tai, ha ha ha! Kau berdandan seperti orang
kampung, meninggalkan gunung Tai seribu li lebih, mengira tidak ada orang yang bisa mengenalimu?" kata Sastrawan itu dengan keras,
"kau ikut di belakang Shuang-jieshu-sheng, Luo Wen-jing jadi
pengawalnya, semua orang persilatan sudah tahu, asal bisa
mendapatkan marga Luo, pasti bisa menangkapmu dan menyerahkan
pada polisi, memenggal kepalamu untuk digantungkan di gerbang
kota untuk di pertontonkan"
Bandit Tai Qiao-zhuang bertolak pinggang, berhenti dua zhang
lebih, sepasang mata yang seperti bel tembaga melotot pada
sastrawan itu, dia tidak bicara, tidak bergerak, wajahnya bengis.
Sastrawan itu tidak banyak bicara lagi, juga dengan tanpa takut
menatap lawannya. Mata besar melotot pada mata kecil, terjadi, perang pelototan,
melihat siapa yang lebih kuat, melihat siapa yang takut akan hancur lebih dulu.
Matahari diatas terasa terik, walau dari hutan di kedua sisi jalan angin bertiup sepoi-sepoi, perasaan panasnya tetap membuat orang
tidak tahan, situasi yang tegang juga menambah kekuatan
panasnya. Udara gerah membuat sifat manusia bisa jadi buruk, mudah
membuat orang kehilangan kesabarannya, dengan begini saling
berhadapan, kau memelototi aku, aku memelototimu, lebih lebih
mudah membuat orang naik darah.
"Kau ingin menangkap aku"'' Bandit Tai akhirnya tidak tahan
bicara. "Ada sedikit maksud itu, tapi bukan karena hadiahnya." Kata Sastrawan dengan santai. "Apa kau pantas?"
"Pantas atau tidak, tidak lama lagi akan tahu."
"Katakan julukanmu, nanti aku antar kau ke akherat."
"Sudahlah, yang ke akherat belum tentu diriku, pesilat tinggi bertarung, kesempatan hidup atau mati adalah setengah-setengah.
Kalau kau mati, tahu julukanku juga apa gunanya" Bagaimana pun kau di depan raja akherat tidak bisa mendakwa aku, kau sama sekali tidak
percaya di dunia ini ada dewa atau setan, hanya percaya yang kuat hidup yang lemah mati, orang mati seperti lampu mati, jika aku mati, kau juga tidak perlu tahu aku ini siapa, semuanya selesai, betul tidak?"
"Betul." "Makanya kau tidak ada gunanya bertanya."
"Kau sudah berada dalam lingkup kekuatan garpu terbang
pencabut nyawaku, kau sudah dipastikan mati disini."
"Ha ha ha! Jika aku takut pada garpu terbang mu, aku tidak
akan menampakkan diri berbicara denganmu, dari belakang kau
saja diam-diam melakukan serangan mematikan, bukankah
akan jauh lebih aman?"
"Sayang kau sudah tidak ada kesempatan untuk melakukan
serangan diam-diam." Kata Bandit Tai dengan galak.
"Aku tidak percaya tahayul, coba buktikan padaku!"
Begitu Sastrawan habis berkata, tubuhnya tiba-tiba
berkelebat kekiri. Satu sinar membelah udara, berubah jadi pelangi,
berkelebat dengan kecepatan yang sulit di lihat mata
telanjang. Tapi, kelebatan ke kiri tubuh sastrawan mendadak berhenti, dia
tetap berada di tempatnya, sepertinya sedang menggunakan ilmu
merubah tubuh, bayangan berkelebat, hanya begitu saja.
Garpu terbang yang kecil tajam sepanjang delapan cun, dari sisi
bayangan sastrawan meluncur lewat, hingga mencapai sepuluh
zhang lebih baru dengan satu suara keras jatuh ketanah.
Dalam jarak sepuluh zhang, jejak terbang garpu terbang ini adalah
lurus, titik paling tingginya hanya naik sekitar lima cun, tenaga
lemparan garpu terbang nya Bandit Tai, sungguh membuat orang
mengeluarkan lidah, sulit di percaya.
"Lihay!" kata Sastrawan tertawa meng-ejek, "saudara, kau telah menghamburkan sebuah garpu terbang yang tidak mudah
membuatnya, walau kau ada kesempatan memungutnya kembali,
garpunya juga sudah berubah bentuknya tidak seperti semula lagi,
ingin melemparnya dengan jitu sudah tidak mungkin."
"Kali ini aku akan memberimu tiga bilah." Kata Bandit Tai menggigit gigi, mulutnya bicara, tapi sepasang tangannya ke bawah tidak
bergerak, telapak tangannya menghadap ke paha luar, entah garpu
terbang kecil itu disembunyikan dimana.
"Aku ini orangnya tidak sabaran, tidak ada kesabaran yang besar."
Sastrawan tidak tertawa lagi, nadanya berubah jadi bertenaga, tegas, tidak mengizinkan orang salah paham, "aku bisa memaafkan kau dalam keadaan gelisah ingin menyerang mengambil nyawaku, tapi tidak akan sungkan kalau kau terusterusan menyerang ingin mengambil nyawaku.
Mulai sekarang, jika kau menggunakan senjata rahasia lagi,
menggunakan garpu terbang itu untuk mengambil nyawa orang, kau
akan menyesal selama-lamanya."
Hati Bandit Tai seperti meloncat, sorot matanya sedikit
berubah. Melihat tingkah sastrawan yang berdiri tegak seperti gunung, tidak takut dan tidak ngeri, dan juga tampil dengan wajah yang percaya diri dan tegas, kepercayaan akan ketepatan lemparannya akhirnya mulai
goyah, hatinya tergerak, telapaknya mulai berkeringat, ini adalah hal yang paling tidak bisa di benarkan oleh para pakar senjata gelap.
Arti lain dari telapak tangan berkeringat, adalah hati tegang,
kepercayaan diri berkurang, pasti akan mempengaruhi ketepatan
senjatanya. "Aku ingin kau menyampaikan pesanku." Kata sastrawan itu menambah tekanan, "suruh Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jingjangan sampai tertutup matanya oleh persahabatan,
mempercayai kata-kata sepihak pasti akan menghancurkan dia
sendiri. Jika dia mau lepas tangan dan pergi, itu yang paling bagus, jika tidak mau menuruti, dan memutuskan melibatkan diri, maka
pergilah kekantor polisi di kabupaten Ye, tanyakan dengan jelas
kejadiannya, untuk menentukan apakah dia pantas melibatkan diri
atau tidak. Mengingat dia tidak mudah bisa jadi ternama, bagaimana pun Tiga
Sastrawan Dunia Persilatan adalah orang dari aliran kebenaran yang dihormati orang, aku beri dia satu kesempatan untuk menguji apakah hati manusia itu jahat atau baik, apakah dia membuat cacat nama sastrawan, biarkan dia sendiri yang memutuskan kebaikan atau keburukan dia
sendiri, kau, sekarang boleh pergi, ingat sampaikan pesanku."
Kata-kata ini maknanya benar, kalimatnya tegas, nadanya pun
sangat angkuh. Yang lebih penting adalah, setiap kata-katanya tegas
bertenaga, menampakan tekad dan keberanian.
Bandit Tai Qiao-zhuang merasakan telapak, tangannya sudah
basah oleh keringat. "Siapa sebenarnya dirimu?"
"Seorang yang melihat ada yang tidak adil maka akan
bersuara." "Jika aku tidak memakai garpu gerbangku, apakah anda berani
bertarung dengan aku?"
"Setiap saat kau boleh menyerang." Kata sastrawan itu
menyimpan kipas lipatnya.
Bandit Tai membuka sepasang tangannya, menepukan tangan,
menyatakan tangannya tidak menyembunyikan senjata gelap apa pun,
sepasang matanya yang besar menyorot sinar dingin, hawa
membunuh seperti gelombang ganas, semangatnya menekan orang.
Sastrawan itu membuat kuda-kuda, sepasang telapak di angkat
menunggu serangan. Seluruh tubuh dia tampak kendur, setiap ototnya lemas,
sepasang telapak yang diangkat satu diatas satu dibawah, jarak
depan belakang hanya kurang lebih setengah chi, telapaknya juga
terlihat tidak bertenaga, dengan tampang Bandit Tai yang kejam
seperti ingin makan orang sama sekali berbeda.
Bandit Tai mulai bergerak merubah posisi, tidak berani
menyerang dari depan. Sastrawan itu berputar di tempatnya, seluruh tubuhnya tampak
lemas, kuda-kudanya pun tidak mantap, hanya sepasang matanya
bersorot sinar aneh, menghisap dengan kuat sorot mata
lawannya. "Kau telah berlatih mencapai tingkat dari fokus kembali ke
hampa," Bandit Tai tiba-tiba mengendurkan tenaganya, "aku bukan lawanmu, aku menyanggupi permintaanmu, aku pasti akan
menyampaikan pesanmu."
Bandit Tai pandai melihat keadaan, memukul genderang
mundur bukan tidak ada alasannya.
Seorang ahli sekali mengulurkan tangan, sudah tahu lawan ada
tidak isinya. Kepandaian sastrawan yang tenaga dalamnya terpusat di dalam,
telah mencapai tingkat tertinggi dalam bertarung, sudah
melampaui kemampuan seorang manusia, mencapai tingkat tiada
orang tiada aku. Saat tidak menyerang, penampilan luarnya lemas, sedikit pun
tidak ada gejala yang membahayakan, sekali tenaga dalamnya
keluar, pasti akan seperti geledek mendadak muncul, seperti
gunung meletus bumi pecah, sangat mengerikan.


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bandit Tai adalah seorang ahli tenaga dalam, dia terpaksa
mengakui dirinya tidak setinggi kepandaian lawannya.
Setelah berjalan sejauh seratus langkah lebih, Bandit Tai
baru"merasakan otot di tubuhnya mengendur, sepasang telapak
tangan sudah tidak berkeringat lagi, dia membalikan kepala melihat kebelakang, ternyata lawan sudah menghilang.
"Orang ini sangat menakutkan." Dia berkata sendiri, "ilmu silat dan pengalaman bertarungnya, paling sedikit telah mengalami ujian keras selama lima puluh tahun. Kenapa sejak dulu tidak pernah mendengar
ada orang yang ilmu silatnya setinggi ini, apa lagi usianya begitu muda, sungguh hal yang tidak masuk akal."
Di kebun Li telah terjadi keributan yang tidak kecil, pengantar surat dengan kecepatan penuh menuju perumahan Han-bei di kota Fan,
tikus, ular diseluruh kota semua dikerahkan.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak pergi ke kabupaten Ye, di
kebun Li, mereka menunggu anak kedua tuan besar Li pulang dan
menceritakan kejadiannya. Menunggu anak-anak keluarga Li,
menyelesaikan perselisihan lamanya dengan Nan-yang-ba-jie yang
namanya di dunia persilatan tidak begitu bagus, masalah di kabupaten Ye apa yang masih perlu di selidiki" Masalah ini tidak perlu ditangani oleh pemerintah, kecuali mayatnya korban ada di tangan polisi.
Alasan lain yang menurut tuan besar Li benar, adalah Nanyang-ba-jie dalam keadaan marah, telah menutup jalan raya yang menuju ke utara, orang-orang tuan besar Li jika berani melampaui perbatasan, akan
mendapat pembalasan yang sangat kejam.
Dua keluarga hartawan besar yang bertetangga ini telah
bermusuhan selama beberapa tahun, akhirnya masing-masing
mencari bantuan pada teman-temannya, permusuhan menjadi
terbuka, masing-masing tidak mau mengalah, menimbulkan gejolak di
dunia persilatan. Api telah dinyalakan, tinggal menunggu kesempatan
membara. Setelah tiga hari, di jembatan Bao-tai sebelah utara kota Fan
kira-kira lima-enam li, lima orang penanggung yang datang dari
Nan-yang, dengan beberapa tukang pukulnya Tanah Delapan Arah
Jin-ba-dou telah melakukan pertarungan yang seimbang, kedua
belah pihak masing-masing ada yang terluka dan mati. Akhirnya
orangnya Jin-ba-dou yang lebih banyak bisa memenangkan
pertarungan kecil yang pertama kali ini.
Situasi kota Fan menjadi tegang, mereka bersiap-siap
menghadapi keributan yang segera akan datang.
Hari ini penginapan Fu-tai menerima dua tamu, semuanya pria
berusia sekitar empat puluhan, tepat menginap di sebalah kanan
kamar Fu Ke-wei. Karena sama-sama tamu, kedua belah pihak tidak terhindar
bertemu dan menganggukan kepala saling menyapa,
berbincang-bincang untuk menghilangkan kesepian di perjalanan.
Dimalam hari, kereta tuan muda kedua Li, memutar Zaoyang
kembali ke Xiang-yang, pulang dari kota Fan kereta empat kuda
melewati jalan raya, dengan cepat masuk ke perumahan Han-bei.
Tuan muda kedua Li Hoa-rong membawa seorang gadis cantik,
lalu menunggang kuda sampai di sisi sungai, dengan perahu cepat
yang di peruntukan keluarga Li diantar kepelabuhan kota, dengan
gembira dia pulang ke kebun Li.
Dia berjalan melalui jalan raya barat kota, tidak melalui kota,
karena gerbang kota telah di tutup.
Fu Ke-wei berdiri di depan penginapan, melihat kereta empat
kuda lewat. Dia mengenal kereta empat kuda yang mewah ini, tapi, dia melihat
empat penunggang kuda yang mengawal orangnya telah diganti,
bukan empat orang yang semula.
Biksunya bisa lari, kuilnya tidak akan lari, asalkan dia tahu siapa pemilik kereta empat kuda, dia tidak akan takut tidak bisa
menemukan pelaku kejahatannya.
Tengah hari di hari kedua, situasi penginapan Fu Tai tibatibajadi
tegang. Sepuluh lebih pria besar mengawal Jin-ba-dou yang memakai
mantel panjang, berdandan hartawan, dengan angkuh masuk
keruangan, mereka mendapat sambutan dari pemilik dan pelayan
penginapan. Jin-ba-dou, julukannya adalah Ba-fang-du-ti (Tanah delapan
arah), orangnya gampang bergaul, di Jiang-hu dia cukup punya
nama. Dia sudah berusia setengah abad, bahunya lebar berpinggang
besar, beralis pedang, mata macan, tidak saja belum tampak tua,
juga masih bersemangat sekali, gerakannya lincah, sorot mata
sedikit berhawa pembunuhan, keberaniannya menonjol keluar.
Di bawah tuntunan pemilik penginapan, Jin-ba-dou dengan enam
orang tukang pukulnya sampai di luar pintu kamar dua orang tamu.
Di depan dua mulut jalan pekarangan, sudah ada dua orang
laki-laki besar berjaga. Fu Ke-wei kebetulan mau keluar dan membuka pintu kamar,
hingga mereka bertemu berhadapan.
Jin-ba-dou baru saja lewat dari pinggir sampai di depan pintu
sebelah, ketika Fu Ke-wei membuka pintu melangkah keluar kamar,
seorang tukang pukul yang berada dibelakang Jin-ba-dou, dengan
tanpa sungkan mengulurkan tangan menghadang dia, tangannya
menekan di dadanya. "Masuk, disini tidak ada urusanmu."
Tukang pukulnya berkata pada dia, lagaknya memaksa,
sepasang mata yang aneh melotot, sikapnya seperti ingin makan
orang saja. "Iii...! Kenapa kau ini?"
Sepasang kakinya tetap di tempat, dia melawan dorongan tangan
besar lawan, membantah dengan tidak senang.
Begitu ada penolakan, segera hal itu menarik perhatian semua
orang, sampai Jin-badou yang di depan juga membalikan kepala,
melihatnya. Para penjahat setempat ini sudah terbiasa memaksa orang, mana
bisa menerima orang yang melawan"
Tukang pukul yang pertama tertegun, lalu timbul
amarahnya. "Apa kau ingin mati" Jika tidak, pasti punya tulang hina, ingin dipukul." Kata tukang pukul dengan keras, matanya melotot,
"cepat kau berguling kesana, supaya tidak kupecahkan tulang
hinamu." Fu Ke-wei melirik sekali pada Jin-ba-dou, yang juga menatap dia,
sedikit pun tidak ada niat menghentikan tindakan tukang pukulnya,
dan di wajahnya tampak ada rasa tidak senang dan tidak sabar atas
penolakan dia yang berani ini.
"Aku keluar untuk makan siang, aku tidak mengganggu siapa
pun." Sorot matanya melihat pada tukang pukul dengan berani,
"siapa yang memberitahuku, orang-orang bengis ini begitu galaknya, sebenarnya apa maksudnya?"
"Tuan, kau kurangilah bicara." Pemilik penginapan dengan wajah pahit menasihati.
"Paak..!" terdengar satu suara.
Tukang pukul yang marah itu menampar.
"Pergi sana!" Tukang pukul itu berteriak marah, ingin
menginjakkan kakinya diatas perut pemilik penginapan.
Fu Kei Wei mundur ke dalam kamar, lalu muncul kembali di pintu.
"Aku akan mengingat wajah kalian." Dia berkata dingin,
"tempat ini sudah tidak ada hukum, harus mencari seorang yang punya kharisma, yang punya kemampuan, tampil
membereskannya." "Hajar dia!" teriak Jin-ba-dou tiba-tiba dengan nada dalam.
"Buum!" pintu kamarnya di tutup.
Tukang pukul baru saja ingin mendobrak pintu, pemilik
penginapan keburu berteriak:
"Tuan ke delapan, penginapan kecilku tidak bisa
bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa."
Jin-ba-dou tidak bodoh, akhirnya mengangkat tangan menyuruh
menghentikan tukang pukulnya mendobrak pintu.
"Lihat saja nanti." Kata Jin-ba-dou pada tukang pukul, "urus hal penting dulu, utus orang awasi orang ini."
Seorang tukang pukul maju mengetuk pintu kamar sebelah,
pintunya tidak lama sudah dibuka, tujuh orang masuk kedalam.
Pemilik penginapan dengan seorang pelayan menunggu di
pekarangan, dua orang itu mengerutkan alis, wajahnya pahit, seperti ada kesulitan tidak bisa dibicarakan.
Pintu kamar Fu Ke-wei di buka, dia melangkah keluar kamar.
"Tuan, melawan orang-orang ini tidak ada gunanya." Kata pemilik penginapan sambil menggosok-gosok tangan tidak tenang, "orang jauh dari rumah yang utama harus bisa menahan diri, mereka orangnya
banyak, jika kau tidak mengalah, demi mukanya, kau lebih beralasan juga mereka tidak akan membiarkan kau menyalahkannya, buat apa
kau...?" "Aku tadi dengar orang itu memaki aku orang bodoh." Dia berkata pada diri sendiri, 'aku ingin dia menyesal selamanya.'
"Tuan......" "Bagus, bagus sekali." Dia mulai tertawa keji, melirik sekali pada dua pria di ujung jalan pekarangan.
Di dalam kamar, dua orang tamu melihat dengan dua pasang
mata aneh yang tidak bersahabat.
"Pagi ini kalian berdua pergi ke kantor polisi melapor." Tawa dingin di wajah Jin-ba-dou membuat orang ketakutan, "apa sudah selesai melapornya."
"Jin-ba-dou, aku mengerti maksudmu." Kata tamu pertama
tenang, "walau anda bisa mengusir aku pergi, di kemudian hari masih ada orang yang akan datang. Orang yang datang lain kali, sangat
mungkin adalah tuan Tui Guan, akibatnya bagaimana, harap kau
dapat menghadapinya. Aku menjamin pada anda, sebelum tuan
Tui-guan datang ke tempat anda, tuan Li dan anda sekalian, pasti
akan makan nasi damai dulu di dalam penjara, percaya atau tidak
terserah kau. Jika tidak bisa menghukum kalian yang tidak tahu
aturan ini, buat apa pemerintah punya pejabat besar dan kecil?"
"Kau mengancam aku?"
"Aku tidak perlu mengancam siapa pun." kata si tamu dengan dingin, "aku hanyalah pengantar surat dari kantor polisi
Nan-yang, dengan kantor Xiang-yang tidak ada hubungan sedikit
pun, aku hanya melaksanakan tugas, itu saja. Jangan
menganggap tuan besar Li banyak hartanya,dan besar
kekuasaannya, lantas pemerintah takut pada dia, tapi jika bapak
Bupati di tempat anda mengetahui masa depannya terancam,
maka sudah tidak ada yang dia takuti lagi, maka nasib tuan besar
Li sudah di tetapkan, anda pasti tahu cerita Ling Yi yang seluruh
keluarganya di penggal."
"Mmm...! Begitu seriuskah" Apakah Nan-yang-ba-jie yang
menuntutnya?" "Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Nan-yang-bajie."
"Apa..." Bukan mereka......"
"Nan-yang-ba-jie bukan orang yang tidak bisa menerima, mereka sama dengan kalian, ingin menyelesaikan dengan cara sendiri."
"La......laporan dari kantor anda adalah..."
"Ada surat laporan resmi dari kabupaten Ye, yang menuntut adalah dua orang korban yang selamat, mereka adalah tamu ekspedisi, keluarga
korban yang meninggal juga dengan tegas menuntut menangkap
pelakunya. Di dalam kereta ada seorang yang jadi saksi, orang ini sudah sampai di tempat anda. Kantorku mengirim surat pada Xiang-yang, harap mengundang tamu ini ke kantor tempat kejadian menjadi saksi, itulah tugasku datang ketempat anda, besok aku segera meninggalkan tempat ini, tidak perlu merepotkan anda membawa orang mengusir keluar."
"Iii...! Bukankah orang yang mati itu orangnya Nan-yangba-jie?"
"Mereka yang mati tujuh orang, belum dilaporkan ke kantor
pemerintah. Dalam angkutan kereta dari Xu-zhou, kusirnya berikut
enam orang penumpang semua meninggal." Pengantar surat itu
tertawa dingin, "tujuh nyawa orang hilang, apakah pemerintah bisa tinggal diam" meski kalian lebih kejam juga tidak akan bisa
membereskan dengan menekan aku, tidak ada gunanya, bagaimana
anda harus bertindak pikirlah sendiri, benarkah anda akan memaksa
kami berdua pergi?" Jin-ba-dou jadi bengong, tampang bengisnya sekarang sudah
menghilang. "Jangan menyangka pak Bupati di tempat anda merasa takut pada tuan besar Li, menurut yang aku tahu, terhadap tuan besar Li dia sudah tidak senang." Pengirim surat menambah tekanannya, "tidak ada orang yang senang di matanya ada duri, di hatinya ada pisau, tuan besar Li itulah duri di matanya pisau di hatinya. Kau tahu, beberapa tahun ini penangkapan terhadap orang-orang perkumpulan Er-le sangat gencar, entah sudah terjadi berapa banyak salah tangkap yang mengerikan, asalkan pak Bupati
bertekad, mudah saja mengambil tindakan pada Tuan Jin, yang telah
memenggal kepala tiga atau lima ratus orang. Tentu, kalian tidak ada hubungannya dengan perkumpulan Er-le, tapi asalkan ada dua tiga orang yang tampil menjadi saksi, akibatnya sulit dikatakan, bukankah begitu"
Mencari beberapa orang saksi mudah sekali."
Jin-ba-dou mendengar kata-kata ini bulu kuduknya jadi berdiri
semua, warna wajahnya berubah besar.
"Aku kira ini masalahnya Nan-yang-ba-jie, makanya......"
Akhirnya Jin-ba-dou tidak bisa galak lagi, "makanya berbuat tidak sopan, saudara, aku di sini minta maaf, minta maaf."
"Tidak berani." Kata pengantar surat terhadap tingkah Jinba-dou yang mula-mula kasar belakangan menjadi hormat, dia seperti tidak
merasakan terganggu, "sebenarnya dalam perkara ini kalian telah salah jalan, kalian ingin menghilangkan masalah, tapi malah mencari masalah yang bukan-bukan, kalian dengan sekuat tenaga menghadapi
Nan-yang-ba-jie, sebaliknya mereka tenang-tenang menonton lelucon
ini." "Tolong tanya, siapa nama dan marga tamu itu?" tanya Jinba-dou.
"Surat dinas itu menggunakan surat segel, yang dikirim dari kantor polisi ke kantor polisi di tempat anda, juga memakai surat rahasia, aku tidak cukup alasan bisa mengetahui isi surat."
"Kalau begitu harus menyelidik ke kantor polisi."
"Betul, tuan besar Li tentu punya orang di kantor polisi."
"Terima kasih atas perhatiannya." Jin-ba-dou jelas ingin buru-buru pergi dari sana, "hal yang tidak mengenakkan ini, di lain hari aku akan meminta maaf, pamit."
Setelah mengantar pergi tamu yang tidak di undang, dua
pengantar surat itu saling tertawa penuh arti, mereka kembali
kekamar menutup pintu. Di ruang dalam melangkah keluar seorang bertubuh pendek
yang gesit berusia setengah baya, dengan enteng berkata,
"terima kasih atas bantuan kalian berdua, banyak terima kasih."
"Baik, baik." Kata Pengirim surat yang tadi bicara dengan Jin-ba-dou, "dengan demikian, mereka tidak sempat lagi
memperdulikan masalah kalian, pergilah dengan bebas! Semoga
kalian berhasil." "Aku segera menyampaikan suratnya." Kata orang
setengah baya, "surat palsu itu, apa tidak tampak ada
kelemahan?" "Bukan aku bermulut besar." Pengantar surat menepuk dadanya,
"aku Pit Seribu Bayangan dalam meniru tulisan dan prosedur surat resmi dan aturannya aku sangat hapal, pasti tidak akan ada
kesalahan, tenang saja!"
"Bagus kalau begitu. Kalian berdua paling baik segera tinggalkan tempat ini, supaya jangan terjadi 'malam panjang banyak mimpinya', aku pergi dulu." Orang setengah baya selesai bicara, mundur ke ruang dalam, dari jendela belakang pergi meninggalkan rumah penginapan.
Dua orang pengantar surat segera beres-beres, bersiap pergi,
ketika sedang membereskan bungkusan, seorang pengantar surat
mengulur tangan mengambil kantong surat dinas yang di taruh
diatas meja. "Kantong itu tinggalkan saja, boleh tidak?" Di dalam gorden jendela ada orang yang bicara, "aku ingin melihat tanda tangan
penerima-nya." Dua orang pengantar surat itu terkejut, mereka jadi
terbengong. Fu Ke-wei melangkah maju ke sisi meja, wajahnya tenang.
"Pembicaraan kalian, aku telah mendengar semua." Dia
menunjuk keruang dalam, "saudara yang telah pergi itu, apakah orangnya Nan-yang-ba-jie?"
"Kau......" Yang menyebut dirinya sendiri Pit Seribu Bayangan
pengantar surat palsu maju ke depan mendesak.
"Jangan risau." Fu Ke-wei menggoyangkan tangan menghadangnya,
"aku tidak menanyakan urusan kalian, kalian memberitahukan jejaknya saksi pada Jin-ba-dou, supaya semua orang-orangnya mencari saksi ini.
Aku tanya, kalian tahu seberapa banyak terhadap saksi itu?"
"Jujur saja padamu, terbatas sekali." Kata Pit Seribu Bayangan, "orang itu tidak mau memberitahu namanya, kami hanya dapat katakan pada
laporan di kampung Ru-wen, kirakira tahu bentuk tubuh dan wajahnya saja, kalau mau jelas harus menyelidik ke Xu-zhou, di perusahaan
angkutan Zhongzhou di Xu-zhou dia telah meninggalkan nama dan
usianya." "Bukankah kalian berniat mencelakai dia" Jika dia jatuh ke tangan orang-orangnya tuan besar Li, tinggal tunggu mati saja."
"Tidak mungkin." Kata Pit Seribu Bayangan dengan pasti, "dia itu tidak mau menuntut, pasti ingin cepat-cepat pergi menghindarkan
kerepotan, malah mungkin sudah meninggalkan Xiang-yang, lagi pula, di laporan dinas hanya ditulis nama palsu dia......"
"Nama palsu dia adalah......"
"Nama palsu dia adalah Wu-ming, ciri tubuhnya di kirakira."
"semua pelancong yang bermarga Wu yang lewat di Xiangyang,
akan terkena imbasnya karena ulah kalian. Tapi itu bukan urusanku, pamit." Habis bicara dia tertawa tawar, lalu mundur ke ruang
belakang. Pit Seribu Bayangan berdua mencoba mengikutinya, tapi sudah
kehilangan jejak dia. Hati dua orang seperti ada setan, buru-buru mengambil
bungkusannya, keluar kamar dan pergi.
Jin-ba-dou sudah melupakan masalah Fu Ke-wei, juga tidak
mengutus orang mengawasinya. Masalahnya terlalu sibuk, sibuk
mengejar pelancong yang bermarga Wu namanya Ming, sibuk
mengutus orang pergi ke kabupaten Ye mencari kabar.
Hampir tengah malam, perumahan Han-bei masih sibuk.
Jin-ba-dou di ruangan mewah yang luas, mengumpulkan
sepuluh pembantu yang di percaya, sedang merundingkan kemana
pergi nya saksi Wu-ming. Kota Xiang-yang sebesar itu, ingin cari seorang yang bermarga Wu
dan namanya Ming. Sungguh tidak tahu harus bagaimana, marga dan
nama ini sangat umum sekali, Wuming di kota ini yang sudah di data ada sebanyak sepuluh sampai dua puluhan.
Jika bisa mendapatkan saksi ini, masih ada harapan merubah
keadaan, makanya Tuan besar Li sangat mementingkan hal ini,


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jin-ba-dou terpaksa bekerja sekuat tenaga.
Dua bayangan hitam mendekat dari arah utara, dengan mudah
menyusup masuk dua lingkaran penjagaan luar.
"Sungguh bodoh Tuan muda kedua melakukan hal ini." Kata
Jin-ba-dou pada sepuluh lebih anak buahnya, "dia bersikeras tidak tahu apa yang terjadi, setelah lepas dari kejaran orang-orangnya
Nan-yang-ba-jie, langsung menuju Xu-zhou, menjemput nona Bai,
melalui Xi-ping kembali ke selatan, seharusnya setelah dia sampai di kota Xiang-yang, diam-diam mengutus orang kembali mengawasi ada
gerakan apa dari Nan-yang-ba-jie, hingga akan tahu apa sebenarnya
yang terjadi......Iii!"
Satu bayangan orang melayang masuk dari luar pintu ruangan
yang terbuka, dibawah sinar lampu tidak bisa melihat dengan jelas.
Seorang laki-laki besar tertegun, dengan reflek yang cepat sekali
bangkit berdiri mengulur tombak menghadang.
"Berhenti! Kau......" teriak laki-laki besar dengan suara dalam, sambil memukul dengan sebelah telapaknya.
"Buung!" terdengar suara getaran besar! Orang yang terbang masuk itu bertabrakan dengan dua laki-laki besar, dua orang itu jatuh ke bawah bergulung.
"Ha ha ha ha......" Suara tertawa keras terdengar, "disini Huo-bao-ing, Bu-fei-khe, orang yang menuntut keadilan sudah
datang." Satu hitam satu putih, dua bayangan orang, dengan suara keras,
cepat masuk kedalam, mulutnya mengatakan keadilan, tapi
gerakannya sebaliknya, sebilah pedang sebuah tongkat kepala naga
seperti angin ribut hujan deras, dengan dahsyat melabrak.
Untungnya semua orang disana membawa senjata, tapi sudah
tidak ada kesempatan membicarakan keadilan, di dalam teriakan
marah, golok dan pedang keluar dari sarungnya melakukan serangan
geledek. Senjata bersentuhan membuat orang ketakutan, kelebatan
bayangan orang seperti kilat.
Diikuti teriakan terkejut, bayangan orang mendadak
berpisah, tenaga angin berpencar ke segala arah.
Semuanya ada empat orang yang jatuh ke tanah, di tanah
meronta, merintih. Di tengah ruangan berdiri dua orang, berwajah merah dengan
janggut putih, Huo-bao-ing Du Zhang-he, dengan pedang
bersinar di tangan, ujungnya ada bekas darah.
Bu-fei-khe Hong-wu yang memakai mantel putih berwajah pucat,
beralis panjang dengan mata kecil, tongkat kepala naga di tangannya tampak panjang dan berat, bersinar ungu menyilaukan mata.
Karena Jin-ba-dou duduk di sebelah atas, tidak keburu
bentrok dengan tamu tidak diundang, pedangnya sudah
digenggam, saat ini tepat berhadapan dengan dua orang hebat
dari punia persilatan. "Aku bicara aturan dengan kalian." Huo-bao-ing dengan nada dalam berkata, "tiga hari kemudian tepat tengah hari, di Guan-qiu sebelah utara jembatan Bao-tai, suruh Tuan besar Li membawa
anaknya kesana dan menyelesaikan masalah, jika dia melakukan
siasat busuk, akibatnya dia yang bertanggung jawab."
"Du Zhang-he, apa dengan cara ini kau menyampaikan pesan?" kata Jin-ba-dou dengan marah sekali, dia mengangkat pedangnya maju ke
depan, "kau terlalu menghina orang, perumahan Han-bei tidak bisa mengizinkan kau melakukan kejahatan disini, aku ingin mencoba ilmu pedangmu."
"Kau punya ilmu silat tinggi, aku tidak menganggap rendah dirimu, seharusnya aku menemanimu bermain-main sebentar." Huo-bao-ing Du Zhang-he memberi aba-aba tangan pada Bu-fei-khe, "pesan sudah di sampaikan, tidak ada waktu berlama-lama, pamit!"
"Berkata datang langsung datang, berkata pergi langsung pergi, kau terlalu menghinaku, aku akan menahanmu."
Habis berkata begitu Jin-ba-dou menyerang, pedang dan
orangnya tiba bersamaan, terlihat sinar dingin sekelebat, cepat
laksana kilat, pedang-nya mendadak berbunyi seperti siulan naga,
hawa pedang seperti gelombang menerjang.
Menghadapi dua orang aneh dan hebat yang ternama di dunia
persilatan, Jin-ba-dou malah berani terang-terangan menyerang,
bisa diketahui Jin-ba-dou penguasa setempat ini, memang
mempunyai ilmu yang hebat.
"Traang..traang!"
Huo-bao-ing berturut-turut menangkis dua kali, lalu mundur dua
langkah. Jin-ba-dou juga tidak bisa mengambil kesempatan baik dari
serangan berturut-turutnya, posisinya berubah ke sisi pedang yang
ditangkis keluar. Dua serangan percobaan ini, mungkin kedua belah pihak
menyimpan dua atau tiga puluh persen tenaganya, masingmasing
ada rasa khawatir, menyerang dan menangkis dengan mantap.
"Kau sudah dapat mengeluarkan hawa pedang untuk melukai
orang." Kata Huo-bao-ing dingin, "tidak aneh tuan besar Li bisa tenang-tenang hidup banyak tahun dalam kedamaian. Baik, kau
juga terima dua jurus pedangku."
Pelangi pedang meluncur, dahsyat laksana mendorong
gunung menumpahkan laut. "Traang!" Dua Pedang bentrok, angin kuat menyebar.
Bayangan orang mendadak berpisah, hawa pedang
mendadak hilang. Huo-bao-ing mengeluarkan teriakan tertahan yang terkejut, dia
mundur ke belakang satu zhang lebih, wajah yang merah api tiba-tiba kehilangan warna darah, tangan kanan yang memegang pedang
tampak gemetar. Jin-ba-dou hanya mundur dua langkah, tubuhnya tidak
mantap, dia memaksakan berdiri dengan kuda-kuda, dia
kehilangan tenaga untuk membalas serangan.
Bu-fei-khe tertegun, tongkat kepala naga di ulurkan, mundur
dengan waspada, mengawal Huo-bao-ing mundur ke pintu ruangan.
"Orang ini telah berhasil melatih hawa pedang." Huo-baoing sambil mundur sambil perlahan berkata, "cepat mundur!"
Terdengar siulan marah, pedang Jin-ba-dou dan tubuhnya
menjadi satu terbang kembali maju menyerang.
Jika Bu-fei-khe sebelumnya tidak mendapat peringatan dari
Huo-bao-ing, pasti menggunakan tongkat kepala naga menangkisnya,
dan sangat mungkin tongkatnya akan hancur oleh hawa pedang,
malah mungkin juga terluka.
Dua orang ini tidak melayani serangannya, seperti angin ribut mereka keluar dari ruangan, menghilang dalam kegelapan malam. Di kebun
sebelah kiri ruangan, di tanam tidak sedikit bunga dan pohon. Fu Ke-wei yang bersembunyi di satu pohon besar, dapat melihat dengan jelas
gerak-gerik yang terjadi di dalam ruangan melalui jendela yang terbuka lebar.
Dia sudah lama datangnya, lebih pagi satu jam dari pada
Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe.
Dia tidak sembunyi diatas cabang pohon, tapi dengan jurus aneh
menempel di batang pohon, seperti seekor cecak. Orang di bawah
pohon jika ingin mencari orang diatas cabang, pasti tidak akan
berhasil. Setelah dua orang tua hebat itu pergi, diam-diam dia juga
meninggalkan perumahan Han-bei.
Di sebelah selatan rumah sembahyang Fan Hou bagian timur
kota, ada satu warung yang menjual makanan kecil, arak yang di
jualnya mendapat pujian dari para peminum, warung itu
dinamakan Xu Lao-ren. Masakan teman minum arak yang dijual di warung Xu Laoren,
tidak ada yang memakai daging, semuanya dari buah kering dan
kacang-kacangan. Ruangan warung tidak besar, tidak ada pelayan, hanya pemilik
warung Xu Lao-ren (orang tua Xu) yang melayani, tamunya hampir
semuanya adalah langganan disekitar, tidak menjadi perhatian
orang. Sore hari, Fu Ke-wei tampil diwarungXu Lao-ren.
Ruang warung yang kecil, hanya ada enam meja makan.
Cuacanya panas, didalam ruangan warung sangat panas dan
gerah. Dia duduk disatu meja, satu teko arak, empat piring bermacam
kacang-kacangan untuk teman minum arak, dia minum dengan
santai, menikmati makanan.
Di meja sebelah kanan, ada dua orang tua setengah baya, dua
orang tua yang lemah, tua dan buruk rupa, orang tua kampung.
Begitu orang jadi tua, segala penyakit bermunculan!
Sungguh hal yang menyedihkan, makanya kedua orang itu sepertinya
seluruh tubuhnya berpenyakit, minum seteguk arak pun harus batuk dua kali, tidak hentinya menepuk pinggang dan punggung, supaya
membuyarkan sakit pada punggung dan pinggang.
Laki-laki besar pertama muncul diluar pintu warung, lalu kedua,
ketiga. Dua orang tua buruk rupa tidak ada reaksi, sambil minum arah
sambil meneruskan perbincangan, suaranya pelan, ada hawa tidak
ada tenaga. Paling akhir, Jin-ba-dou muncul dengan tubuhnya yang tinggi
besar, di belakangnya diikuti oleh dua orang, dengan wajah yang
serius perlahan melangkah masuk kewarung.
Dua orang ini yang satu adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo
Wen-jing yang tampan, yang satunya lagi adalah tuan muda kedua
dari keluarga Li, berwajah tampan dengan tampangnya yang
sombong, usianya baru dua puluh dua tahun, dijuluki Yumien-el-lang (Tuan Kedua berwajah kemala),Li Hoa-rong.
Dua orang tua buruk rupanya merasakan keadaan
berbahaya, mereka bersamaan menaruh gelas arak dan
sumpit. Tiga orang yang sampai di sisi meja, dingin menghentikan
langkah. Jin-ba-dou melirik sekali pada Fu Ke-wei, dia mengenal orang
yang berada di penginapan Fu Tai, yang tidak tahu diri melawan
hingga mendapat hajaran. Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing walau telah melihat Fu
Ke-wei, tapi sesaat belum mengenalnya, sebagai sastrawan yang
hari itu bertemu di gunung Xian.
Karena saat ini dandanan Fu Ke-wei, walau tetap berbaju hijau,
tapi baju bawahnya ditarik keatas diselipkan dipinggang,
penampilannya persis seperti seorang persilatan, sedikit pun tidak ada bau pelajar.
Fu Ke-wei acuh saja, dia menundukkan kepala minum arak dan
makan kacang. "Kalian berdua, tidak perlu pura-pura lagi." Kata Jin-ba-dou dingin,
"sebenarnya, dua hari lalu aku sudah menyelidik kalian berdua bersembunyi di rumah sembahyang Fan Hou, siang hari tidur, setelah bergerak di malam hari lalu kembali lagi, tidur di tumpukan rumput di belakang rumah sembahyang. Dengan kedudukan kalian berdua yang
namanya menggemparkan dunia persilatan, dan terhormat, demi
membantu teman sehingga hidup jadi susah, memang perlu
dimaklumi, juga sangat menyedihkan."
Orang tua yang sepasang alisnya panjang, matanya kecil,
membalikan wajah menengadah, dari sepasang matanya yang
tampak lesu dan letih, dia tertawa tawar, pelan bangkit berdiri.
"Kalau tidak salah anda orang yang bergelar Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah)," kata orang tua berwajah buruk, "aku Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terlalu menganggap rendah dirimu, tidak aneh bisa
ditemukan jejaknya olehmu. Ooo...! Anda membawa orang tidak
sedikit." "Tidak sedikit." Kata Jin-ba-dou tertawa dingin, "tapi anda boleh tenang, aku tidak pernah mengandalkan orang banyak untuk
mencari kemenangan."
"Tentu, tentu, seorang pesilat tinggi di antara pesilat tinggi, pedangnya bisa mengeluarkan hawa pedang, mana mau
mengandalkan banyak orang untuk menang?"
"Ini adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing saudara kecil Luo."
Jin-ba-dou memperkenalkan temannya, "salah satu dari Tiga
Sastrawan Dunia Persilatan masa kini, adalah orang hebat di dunia
persilatan, kalian berdua mungkin tidak merasa asing."
"Sudah lama kami mendengar ketenarannya!" kata Huobao-ing juga bangkit berdiri, "gelombang belakang Zhangjiang mendorong gelombang depannya, di dunia orang baru menggantikan orang lama, dunia
persilatan adalah miliknya anak muda, dari Tiga Sastrawan Dunia
Persilatan usianya paling banyak tidak melewati tiga puluh tahun,
sungguh dunia persilatan sudah ada penerusnya."
"Ini tuan muda kedua Li, Li Hoa-rong, putra kedua tuan besar Li."
Jin-ba-dou mengulur tangan memperkenalkan Li Hoa-rong, "tuan
muda kedua, apa ada yang mau dibicarakan pada mereka?"
"Tidak ada yang harus dibicarakan." Kata Li Hoa-rong dengan sombong, "kemarin malam mereka merasa sebagai orang tua
melakukan kejahatan mengirim pesan, melukai empat orang, kita
harus mengundang mereka keperumahan, supaya nanti kalau
Nan-yang-ba-jie pulang, menggunakan tandu melapor."
"Kalian berdua, bicaralah di luar warung." Jin-ba-dou mengulur tangan mempersilahkan, "ini adalah pertarungan yang adil, kalian berdua boleh kembali ke belakang rumah sembahyang mengambil
senjata." "Baik, aku menurut saja." Bu-fei-khe sambil tertawa
melangkah keluar. Huo-bao-ing menghembus nafas panjang, lalu melangkah
mengikutinya. "Hey! Dua orang tua." Fu Ke-wei tiba-tiba teriak, "kalian belum membayar bon masakan dan minuman lho! Jika kalian dipatahkan
tulang tuanya dan digotong pergi, bukankah Xu Lao-ren akan rugi?"
Semua orang, jadi tertegun.
"Kau lagi." Jin-ba-dou marah, "kau ini......"
"Diam!" Fu Ke-wei dengan nada dalam berseru, dia menepuk meja bangkit berdiri, matanya melotot, "kemarin kau menghina dan
memaki aku orang bodoh, aku mengalah saja, apa hari ini kau ingin
memaki lagi?" "Kau..." Jin-ba-dou merasa terkejut sekali.
"Lebih baik kau tutup mulut yang bau itu."
Jin-ba-dou sudah tidak tahan lagi! Mendadak melayangkan
tangan menampar. Shuang-jie-shu-sheng (Sepasang sastrawan hebat) Luo
Wen-jing saat ini baru mengenali Fu Ke-wei, sastrawan yang hari
itu bertemu di gunung Xian.
"Hati hati Tuan kedelapan......" teriak Luo Wen-jing buruburu.
Tapi teriakannya sudah terlambat.
Paak... terdengar satu suara, pergelangan tangan Jin-badou
telah di cengkram dengan kuat oleh Fu Ke-wei.
"Kau telah mati satu kali." Fu Ke-wei memelintir tangan lawan dan ditekankan keatas meja, dengan galak berkata lagi, "untung aku tidak berniat mengambil nyawamu."
Sungguh sulit membuat orang percaya, Jin-ba-dou yang sudah berhasil melatih tenaga dalam sampai tingkat kesempurnaan, tidak bisa terluka oleh senjata tajam, bisa memakai pedang mengeluarkan hawa pedang,
sekarang malah tidak bisa meronta, bukan saja tidak bisa bergerak, juga seluruh tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, tangannya dipelintir, ditekan di atas meja, membuat bentuk tubuhnya yang membuat orang tertawa,
mulutnya terbuka menghirup nafas, tapi hawa murninya tidak bisa
terkumpul di Dan-tian, perubahannya terjadi begitu mendadak, dia tidak dapat mengerahkan kepandaiannya melawan, seluruh kemampuannya
sudah dikendalikan orang.
Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terkejut, mulut sampai menganga
tidak bisa bicara, sepertinya tidak percaya dengan kenyataan
didepan matanya. Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing juga terkejut sampai
wajahnya ikut berubah, bengong! walau pun dia tahu Fu Kewei
mempunyai ilmu silat tinggi, tapi tidak terpikir bisa setinggi ini, menakutkan.
Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong juga terkejut, dia maju dua
langkah ingin membela. "Kau berani?" Fu Ke-wei berteriak keras, "dibandingkan dengan Jin-ba-dou, apa kepandaianmu lebih tinggi" Heeh!"
Tangan Yu-mien-el-lang yang terulur jadi terhenti, tidak berani
bergerak maju lagi. "Kau berani sekali." Li Hoa-rong dengan wajah merah, "apa kau orangnya Nan-yang-ba-jie" Apa kau telah melihat dengan jelas
keadaanmu" Di daerah ini kau berani menampakan diri, sungguh .
tidak memandang keluarga Li?"
"Orang yang bermarga Li, kau jangan salah kaprah." Kata Fu Ke-wei dingin, "aku ini hanya pelancong yang lewat di tempatmu, sekalian menyampaikan pesan, kesatu, tidak kenal siapa itu
Nan-yang-ba-jie, kedua, tidak kenal dengan kau ini apanya keluarga Li, hanya tahu saudara ini membawa sekelompok tukang pukul, di
penginapan bukan saja dengan kata-kata kasar menghina aku, juga
menyuruh tukang pukul menghajar aku. Hari ini apa lagi, dia sendiri ingin turun tangan menangkap orang, orang semacam ini sudah tidak
ada hukum, terlalu menghina orang, jika tidak mendapat hukuman,
mana ada keadilan" mana ada hukum?"
Mulutnya sedang bicara, tangannya juga mungkin menambah
tenaga tekanan, karena Jin-ba-dou sedang menggerakan tenaga
melawan, ingin melepaskan tangannya.
Kesakitan tampak di wajah Jin-ba-dou, dia sudah menampakan
kelelahan, setengah tubuhnya bergulung diatas meja setengah
berbaring, wajahnya jadi hijau, seluruh tubuhnya sedang kram
menakutkan. "Lepaskan dia!" Yu-mien-el-lang berteriak marah, tangan
kanannya seperti kait pelan-pelan diulurkan kedepan, "jika tidak, aku inginkan kau mati, hidup, keduanya susah."
"Ha ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras, "aku melanglang buana ke seluruh dunia, peristiwa besar apa yang belum aku temui" Kau,
masih belum bisa menakuti aku marga Fu."
Sudah ada enam orang tukang pukul, mengurung ruangan
warung, matanya melotot mengawasi, ingin segera bergerak.
"Saudara Hoa-rong, jangan ceroboh." Shuang-jie-shusheng Luo Wen-jing sadar, dia cepat-cepat bicara menghalangi, "saudara ini punya semacam ilmu aneh yang menakutkan, jika kau menyerang,
Tuan kedelapan mungkin akan celaka."
"Aku tidak terima ancaman dia, jika dia berani mencelakai Tuan kedelapan, aku akan menghancurkan dia." Yu-mien-ellang dengan benci berkata, tapi tangan yang sudah diulurkan telah dihentikan, meski tidak ditarik kembali, "walau dia bisa terbang ke langit masuk ke tanah juga tidak bisa lolos dari kematian."
"Apa benar?" tanya Fu Ke-wei seperti tertawa tapi bukan
tertawa. "Anda lebih baik percaya, lepaskan!"


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang tangan Fu Ke-wei bersama-sama bergerak,
pukulannya laksana badai menerpa di atas tubuh Jin-ba-dou yang
tidak dapat bergerak. Sederetan suara yang aneh terdengar,
telapak dan jari tanpa ampun mengenai daging.
Pukulannya terlalu cepat, menunggu Yu-mien-el-lang yang marahnya
menyerang, pukulannya yang cepat telah berhenti, tubuhnya Jin-ba-dou yang setengah sadar dengan kecepatan yang menakutkan menubruk
kearah Yu-mien-el-lang. Yumien-el-lang hampir saja tertubruk. Akhirnya dengan reflek yang cepat, dia mundur menghindar kesisi, menangkap
Jin-badou yang menyedihkan itu.
"Kita selesaikan di luar." Fu Ke-wei memakai pedang yang dirampas dari tangan Jin-ba-dou menunjuk keluar, "aku akan
membuka larangan membunuh, biar kalian penjahat penguasa
setempat yang tidak tahu hukum merasainya."
Dengan langkah lebar dia melangkah keluar, pedang
menggantung kebawah dengan santainya, kepalanya menengadah
langkahnya lebar seperti tidak ada orang, dengan dandanannya
sama sekali berbeda, semangatnya sungguh menakutkan orang.
Seorang laki-laki besar mencoba menghalangi jalannya, tidak
tahu bahaya goloknya diulurkan kedepan.
"Traang!" Terdengar suara keras menggetarkan telinga, kembang api
memancar! Goloknya si tukang pukul terbang naik, traang... menabrak
tembok jatuh kebawah. "Aduuh......" Tukang pukul itu menjerit sambil memegang
tangannya, roboh ketanah secara terlentang, buku lima jari tangan
kanannya semua terlepas, telapaknya pecah, darah mengalir.
Sekarang tidak ada lagi ada orang yang berani menghalangi,
semua bengong melihat Fu Ke-wei melangkahi tubuh tukang pukul
yang roboh ke tanah, keluar dari pintu.
Dua orang tukang pukul yang menjaga di luar pintu,
terkejut dan menghindar memberi jalan.
Yang pertama keluar adalah Shuang-jie-shu-sheng, yang paling
akhir adalah Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe, yang harus keluar
semuanya sudah keluar, Jin-ba-dou malah tidak keluar.
Jalannya lebar sekali, saat ini di luar pintu telah
berkerumun banyak orang yang menonton keramaian.
"Bertarung dulu baru bicara, atau bicara dulu baru bertarung, tamu terserah tuan rumah." Kata Fu Ke-wei sambil mengibaskan pedang dengan keras, wajahnya penuh dengan hawa membunuh, "harimau
buas tidak takut kambing yang banyak, kalian boleh mengeroyok. Hidup mati tergantung nasib, keberuntungan ada dilangit, orang yang takut mati berdirilah yang jauh."
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing berdiri dua zhang lebih,
wajahnya sedikit tegang, dia menatap pada Fu Ke-wei, tangannya
memegang pegangan pedang, diam-diam memusatkan tenaga
dalamnya, ber-siap-siap. "Siapa nama tuan, bisakah beritahu?" tanya Shuang-jie-
shu-sheng dengan nada dalam.
"Aku marga Fu, Fu-xian. Bisa diselidik dari buku daftar tamu di penginapan, seorang persilatan kecil yang tidak punya nama."
"Beberapa hari lalu digunung Xian, anda mengaku sebagai orang pengantar surat, kenapa malah melibatkan diri dalam permusuhan
antara Nan-yang-ba-jie dengan tuan besar Li" Jelas anda adalah
orang yang membantu Nan-yang-ba-jie." Kata
Shuang-jie-shu-sheng dengan nada menyalahkan.
"Kau sepertinya mudah lupa, aku sudah beberapa kali mengatakan tidak kenal dengan Nan-yang-ba-jie, juga selamanya tidak akan
membela penguasa setempat di seluruh dunia." Fu Ke-wei tertawa tawar, "kau Shuang-jie-shu-sheng cukup ternama di dunia persilatan, namanya juga tidak buruk, makanya, aku pernah menitipkan pesan
pada Bandit Tai untukmu, jika Bandit Tai tidak menyampaikan
pesannya, pasti kau tidak memandang persahabatan, merasa diri
benar, tidak memandang niat baikku, tidak mau pergi ke kabupaten
Ye menyelidiki kejadian sebenarnya, tuan, aku sangat menyayangi
mu!" "Aku selalu punya pendirian, tidak perlu dinasihati orang," Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa dingin, "apa yang telah kau lakukan pada Tuan kedelapan Jin?"
"Masalah kecil, mengunci jalan darah dia, aku ingin dia menyesal selamanya, jika kalian tidak mampu dan tidak bisa membuka
kuncian-nya, gotonglah dia ke gunung Wu-dang, mungkin para tetua
Wu-dang dapat menolong dia. Wu-dang adalah nenek moyangnya
tenaga dalam di dunia persilatan, mungkin tahu cara membuka
penguncianku." Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong mencabut pedangnya, wajah penuh
dengan hawa membunuh. "Tenang saudara Hoa Rong." Luo Wen-jing mengulurkan tangan menghalangi, "tanya dulu apa keinginannya, kemunculan dia pasti bukan tidak disengaja, aku telah pastikan dia adalah orangnya
Nan-yang-ba-jie." "Tidak perduli apa niatku, hari ini kalian tidak akan bisa lolos." Ujung alis dan sudut mata Fu Ke-wei tampak penuh hawa pembunuhan, "kalian ibarat ular setempat, menghadapi aku naga kuat, kecuali menyelesaikan dengan ilmu silat, tidak ada jalan lain lagi. Shuang-jie-shu-sheng yang bermarga Luo, perbuatanmu hari ini, sungguh membuat aku putus
harapan, semua akibatnya, kau harus bertanggung jawab."
"Kenapa kau putus harapan?"
"Kau hanyalah pengelana Jiang-hu yang penjilat,
membantu penjahat yang kuat, tidak pantas disebut
Sastrawan." "Apa" Kau......"
Luo Wen-jing saking marahnya hampir saja sampai
meloncat. "Jangan bicara dulu, Selain memfitnah, menuduh aku adalah
orangnya Nan-yang-ba-jie."
Di sudut mulut Fu Ke-wei tampak tawa dingin yang sulit ditebak,
"Jin-ba-dou menghina aku, anda melihat dengan mata kepala sendiri, siapa benar siapa salah, kau seharusnya sangat jelas, tapi aku tidak melihat kau tampil keluar mengatakan kata-kata adil, aku malah
melihat kau sedang membantu seorang penguasa jahat setempat
melakukan kejahatan. Orang-orang aliran putih dunia persilatan jika semuanya sepertimu, bukankah benar dan salah tidak bisa
dipisahkan, hitam putih tidak dibedakan, menjadi dunia binatang.
Kau mengandalkan apa pantas disebut Sastrawan" Mengandalkan
apa pantas menyebut diri dari aliran putih?"
Kata-kata ini sangat berat, wajah Luo Wen-jing merah
sampai ke telinga, dia tidak dapat berkata-kata.
"Aku adalah teman keluarga Li, anda menuduh aku membantu kejahatan itu tidak adil." Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing memaksakan diri membela diri, "dua jagoan dari Xiang-yang dengan Nan-yang, salju membeku tiga chi bukan karena dingin sehari, mereka telah bermusuhan bertahuntahun, menyelidiki siapa benar siapa salah, saat ini sudah tidak ada artinya. Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, aku adalah temannya keluarga Li, demi teman dua iga ditancap pisau tidak masalah bagiku, hari ini, Jin-ba-dou walau punya salah, tapi anda pun harus mengerti, anda menggunakan cara ini menjebak Jin-ba-dou, itu adalah hal kenyataan yang tidak dapat dibantah, malah juga menarik aku tambah terjerumus, sungguh keji."
"Itu adalah pikiranmu sendiri."
"Kau......" "Kau telah naik ke punggung harimau, satu satunya cara menutupi, yaitu tetap menuduh aku adalah orangnya Nanyang-ba-jie, hingga punya alasan membantu penjahat setempat melakukan kejahatan, tidak perlu perdulikan siapa benar siapa salah, yang mana hitam yang mana putih."
Fu Kewei sedikit pun tidak memberi ampun langsung menyerang
kelemahan lawan, "dengan cara apa pun aku membuktikan bukan
orangnya Nan-yang-ba-jie, kau juga tetap tidak percaya."
"Asalkan kau dapat mengeluarkan satu bukti kuat......"
"Apa yang dimaksud dengan bukti kuat?"
"Aku ingin menahan dua orang ini." Luo Wen-jing menunjuk pada dua orang yang aneh, "aku ingin dari mulut mereka,
membuktikan asal usulmu."
"Ha ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras menengadah.
"Mengapa tertawa?" tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan tidak senang.
"Kau kira kau ini siapa" Apakah tuan langit?" Fu Ke-wei mengolok,
"maka, jika bukan gila, kau pasti idiot. Puuh! Wajah dan mulutmu yang tidak mau kalah ini, sungguh membuat orang tidak bisa
menerimanya." "Kau......" "Hidup matinya dirimu masih belum bisa diramalkan, malah berkhayal dari mulut kedua orang tua menentukan hidup matinya aku. Aku lihat kau sudah terlalu banyak makan jadi sakit perut, hatimu tertutup minyak, sampai dirimu punya permainan apa juga tidak bisa membedakannya,
aku kasihan padamu, tuan."
Luo Wen-jing yang didesak oleh kata-kata ini jadi sewot, dengan
teriakan kemarahan dia mengulur tangan mencabut pedang.
Baru saja pedang keluar sarung, belum sempat diayunkan,
perubahan besar telah terjadi.
Pedang Fu Ke-wei, tiba-tiba dengan kecepatan yang tidak bisa di
lihat mata, seperti kilat menusuk, ujung pedang tibatiba telah
menempel di tenggorokan Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing.
0-0-0 Bab 7 Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe yang berada tiga zhang lebih
jauhnya, malah tidak melihat bagaimana cara Fu Ke-wei
menghampiri Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing, mereka hanya
melihat bayangan orang berkelebat, langsung sudah melampaui
jarak satu zhang lebih, kecepatan gerakannya sampai tidak bisa
diikuti dengan jelas. Dua orang persilatan yang banyak pengalaman itu mulutnya
sampai menganga tidak bisa bicara, mereka saling melihat, bulu
kuduknya jadi berdiri. Luo Wen-jing juga merasa ketakutan, saking ketakutan nafasnya
seperti berhenti, tadinya dia berani menepuk dada, merasa dia
tercepat dalam kecepatan mencabut pedang, jarak antara keduanya
ada kira-kira satu zhang tujuh delapan chi, kecepatan orang mendekat tidak mungkin bisa lebih cepat dari dia mencabut pedang, tapi
sekarang, ternyata sampai bayangan orangnya saja tidak terlihat
jelas, tahu-tahu ujung pedang yang tajam, dingin sudah menempel di tenggorokannya!
"Jangan gelisah." Fu Ke-wei tertawa dingin, "aku tidak akan semudah ini membunuh mu, aku pasti akan memberi satu
kesempatan bertarung adil denganmu, aku akan menggunakan cara
yang benar, supaya nama Shuang-jie-shusheng dengan baik-baik
terhapus di dunia persilatan."
Habis bicara, pelan-pelan dia mundur kembali, selangkah demi
selangkah dengan mantap, wajahnya serius, sepasang mata macan
bersinar dingin menakutkan orang, setiap saat siap menghadapi
serangan Shuang-jie-shu-sheng.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak berani menyerang,
di bawah sorot mata lawannya yang dingin berwibawa hatinya
menjadi dingin, keberaniannya sudah hilang tertiup angin.
Didalam kerumunan penonton di sebelah kanan, kira-kira tiga
zhang lebih, tiba-tiba terdengar satu teriakan yang dingin sekali, setiap kata-katanya menggetarkan gendang telinga:
"Balikan tubuhmu, akan kupakai senjataku membunuhmu."
Fu Ke-wei tidak membalikan tubuhnya, dengan nada yang sama
berkata: "Bandit Tai, jangan teriak-teriak seperti kucing, anjing, setiap saat kau boleh menyerang dengan garpu terbangmu, senjatamu
hanya bisa menakuti orang persilatan kelas tiga.
Aku katakan sebelimnya, saat kau menyerang dengan garpu
terbang, itulah saatnya mengumumkan Bandit Tai Qiaozhuang mati.
Prinsipku dalam bertarung, aku tidak mengizinkan siapa pun
menyerang untuk kedua kalinya."
"Apakah kita pernah bertemu?" kata Bandit Tai merasa aneh.
"Jalan raya di luar kampung di gunung Xian, apa kau sudah lupa?"
"Ahh! Ternyata kau......"
Satu teriakan dalam terdengar, Shuang-jie-shu-sheng tibatiba
dengan kekuatan sangat dahsyat, menyerang dengan ganasnya,
tubuh dan pedang seperti menjadi satu, pedangnya mengeluarkan
suara mengguntur, pedang itu membelah angin menerjang laksana
kilat. "Traang, traang!"
Suaranya menggetarkan telinga, angin kuat menerjang ke segala
arah. Shuang-jie-shu-sheng berikut pedangnya terpental melayang sejauh
dua zhang lebih, saat menyentuh tanah lutut kanannya tertekuk, tangan kanannya menggunakan pedang untuk bertahan, tubuhnya tidak
hentinya gemetar, matanya menyorotkan rasa ketakutan sekali,
wajahnya mendadak berubah menjadi pucat.
Fu Ke-wei berdiri di tempat semula, tangan yang mengangkat
pedang mantap tidak bergerak, tapi tubuhnya telah berputar ke
kanan, menghadap pada Bandit Tai yang sudah berdiri di depan
kerumunan orang. "Kau seharusnya mengambil kesempatan tadi menyerang
dengan garpu terbang itu." katanya dingin, "sekarang kau sudah tidak ada kesempatan lagi."
Serangan geledek tadi juga membuat Yu-mien-el-lang Li
Hoa-rong yang berdiri di pinggir seluruh bulu di tubuhnya berdiri, tangan yang memegang pedang ikut gemetar.
Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing yang namanya
menggemparkan dunia persilatan, hanya dalam satu jurus sudah di
pukul mundur dua zhang lebih, sepuluh lebih tukang pukul tampak
ketakutan sekali, sampai keringatnya membasahi baju, kaki dan
tangan jadi lemas. Bandit Tai ikut tertegun, dia tidak tahu harus berbuat
bagaimana" Shuang-jie-shu-sheng dengan susah payah berdiri, pada
Yu-mien-el-lang memberi isyarat tangan untuk mundur, satu patah
kata pun tidak terdengar, dia membalikan kepala langsung pergi.
Hanya dalam sekejap, yang seharusnya pergi sudah pergi
semua. Kerumunan orang yang tadi ramai, mulai bubar.
Bandit Tai Qiao-zhuang menghembuskan nafas panjang,
dengan lesu ikut mengundurkan diri.
Fu Ke-wei melemparkan pedang ke bawah, pada Huo-baoing
berdua berkata: "Dua orang tetua jika tidak pergi sekarang, Tuan besar Li akan datang dengan membawa Enam Jahat, saat itu kalian ingin pergi
juga sudah tidak bisa lagi! Tuan besar Li bukan lawannya kalian
berdua." "Saudara kecil, apa kau sendiri tidak takut?" tanya Huobao-ing.
"Sulit dikatakan, kalau satu lawan satu masih bertahan,
bagaimana pun tuan besar Li sudah tua."
"Aku dengan saudara Hong menurut pada saudara kecil,
terserah bagaimana mengaturnya.."
"Maaf, aku tidak suka berteman dalam bertindak."
"Masalah saudara kecil......"
"Tidak dapat kuberitahukan, kalian berdua cepat pergi." Fu Ke-wei tegas menolak, "Harap beritahukan pada teman kalian Tamu Tombak Dewa Luo Hoa-ji, dengan kekuatan Delapan Hebat, masih belum
cukup kuat untuk melawan keluarga Li, mengutus orang menyusup,
cepat atau lambat akan ketahuan, kalian berdua adalah saksi hidup.
Kalian berdua harus ingat, jika ingin membantu orang lain, yang
pertama-tama harus dapat melindungi diri sendiri dulu. sampai
jumpa!" Dua orang tertegun di tempat! melihat Fu Ke-wei pergi jauh.
"Saudara Hong, apakah kau pernah dengar, ada orang hanya
dengan satu jurus saja bisa membuat Shuang-jie-shusheng
ketakutan?" Huo-bao-ing dengan terkejut berkata:
"Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing ilmu pedangnya telah ternama, bukan saja ilmu pedangnya sudah mahir sekali, hawa pedangnya juga
sudah sampai tingkat ketujuh, begitu pedang tiba tidak ada yang tidak bakal hancur, tapi tadi hanya dalam satu jurus dia sudah kalah, kenapa di dunia persilatan tidak pernah mendengar ada seorang pemuda marga Fu ini?"
"Biar aku pikir-pikir dulu." Bu-fei-khe menunduk kepala
berpikir. "Saudara Du, kali ini kau pergi ke gunung Xiong-er mengajak
aku pergi ke Nan-yang menemui saudara Luo, bukankah baru
saja pulang dari Jiu Jiang?"
"Betul!" Huo-bao-ing berkata, "aku bertamu pada Pedang Setan Zuo-liang, saudara Zuo sungguh hidupnya beruntung, bisa
bersenang-senang di-rumah, hidupnya seperti hartawan yang kaya
raya." "Bukankah saudara kecil Zhuang pernah bercerita tentang
Xie-jian-xiu-luo, yang telah menghancurkan perkumpulan Qing-lian,
salah satu dari tiga perkumpulan pembunuh bayaran besar di
dunia?" "Tidak salah." "Xie-jian-xiu-luo marganya Fu, dipanggil Fu Ke-wei."
"Kau curiga, pemuda yang dipanggil Fu Xian ini, adalah Xie-
jian-xiu-luo?" "Memang ada pikiran itu, kedua-duanya bermarga Fu, dan
usianya juga berdekatan."
Bu-fei-khe menganggukan kepala:
"Peristiwa tabrakan kereta di kabupaten Ye, satu-satunya
penumpang yang menolong penumpang yang terluka, menurut berita
yang didapat dari perusahaan angkutan Zhong-zhou di Xu-zhou, dia
adalah pemuda yang dipanggil Fuxian itu, setelah menolong orang,
diam-diam pergi, tidak mau tinggal jadi saksi perkara."
"Tidak ada orang yang pernah melihat wajah aslinya Xie-
jian-xiu-luo, meski pemuda ini bermarga Fu, tapi tidak bisa
memastikan dia adalah Xie-jian-xiu-luo yang misterius itu......"
"Beberapa hal tepat sama, apa mungkin?" Bu-fei-khe tidak membiarkan Huo-bao-ing habis bicara, supaya tidak memutuskan
jalan pikirannya, "saudara Du, di dunia ini mungkin hanya ada satu orang, bisa dengan satu jurus mematahkan serangan hawa
pedangnya Shuang-jie-shusheng."
"Yang kau maksud, Tian-luo-fei-mo yang menggemparkan dan
meraja lela di seluruh dunia selama empat puluh tahun?"
"Iblis terbang itu sudah puluhan tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan, mungkin saja sudah ada di dalam kuburan."
"Kalau......" "Xie Jia Xiu-luo." Bu-fei-khe dengan pasti berkata, "hanya dia yang dapat melakukan, di bukit Guan-feng empat tahun lalu, peristiwa
Empat Binatang Pintar bertarung dengan Tujuh Bintang, orang-orang
persilatan semua tahu. Xie-jian-xiu-luo bukan saja telah menolong, Pedang Dewa Xu Kang-sheng yang menempati urutan pertama dari


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepuluh jago pedang terbesar, juga dalam sekejap menghancurkan
barisan Pedang Tujuh Bintang, dalam tiga jurus menaklukkan Empat
Binatang Pintar, kepandaiannya yang sangat hebat ini di dunia
persilatan sekarang, sungguh sulit bisa mencari orang yang bisa
menandinginya." "Jangan berpikir terlalu jauh, bukankah Pedang Setan adik Zhuo pernah bertemu dengan Xie-jian-xiu-luo" lain hari kita tanyakan pada adik Zhuo, bukankah itu akan jadi jelas."
"Betul juga." 0-0-0 Tuan kedelapan Jin terbaring di atas ranjangnya di
perumahan Han-bei istri dan anak-anaknya berkumpul
didepan ranjang sambil menangis.
Pesilat tinggi yang diundang oleh Li Hoa-rong, tidak henti-
hentinya keluar masuk, setelah satu persatu memeriksanya,
semuanya menggelengkan kepala tidak berdaya, siapa pun tidak
dapat membuka jalan darah yang dikunci itu.
Seluruh tubuh Jin-ba-dou lumpuh tidak dapat bergerak, dia hanya
dapat menggerakan bola mata saja.
Paling akhir, Tuan besar Li, Li Yong-kang membawa Enam Jahat
Xiang-yang datang dengan menyeberang sungai.
Tuan besar Li termasuk dalam Sembilan Jago Pedang Terbesar,
posisinya ada di urutan kelima, di dunia persilatan hanya ada
beberapa orang saja yang dapat melawan ilmu pedangnya.
Enam Jahat Xiang-yang, bukanlah anak buahnya tuan besar Li, tapi
orang persilatan yang ternama di daerah Xiang-yang, hubungannya
dengan tuan besar Li sangat erat. Istilahnya ada untung dinikmati
bersama, ada bahaya di tanggulangi bersama.
Tujuh orang ini menguasai Xiang-yang, kedudukannya
sangat mantap. Kepandaian Enam Jahat itu, walau lebih rendah satu kelas
dibawah Toan-hun-jian Li Yong-kang, tapi jika enam orang ini
bersatu padu, di dunia persilatan orang yang bisa melawan mereka
tidak banyak. Nan-yang-ba-jie ada delapan orang, tapi tidak berani berhadapan
langsung dengan Tuan besar Li, karena jika terjadi perselisihan di sekitar Xiang-yang, tuan Besar Li pasti akan melibatkan Enam Jahat, membuat mereka sedikit pun tidak punya kesempatan menang.
Setelah melakukan pemeriksaan yang teliti, Tuan besar Li juga
mengatakan tidak berdaya.
Seluruh jalan darah ditubuh Jin-ba-dou tidak ada perubahan yang
besar, titik-titik saluran pentingnya juga tidak ada masalah, tapi begitu masing-masing jalan darah itu diperiksa, penyakitnya
langsung keluar. Katakan saja saluran negatif bagian kaki, setelah diperiksa dengan tenaga dalam, seluruh jalan darahnya lancar. Tapi jika diteruskan ke jalan darah yang lain, mulai dari titik saluran Da Heng di sisi pusar, dengan menggunakan tenaga dalam mengurutnya, titik saluran Fu-jie di bawahnya akan menyedot tenaga getaran yang besar itu, dan di bawah titik saluran Hushe, malah tiba-tiba menutup sendiri, hingga jadi kehilangan fungsinya, perut dengan cepat terisi hawa murni, empedunya mengerut menjadi kram, perubahan perutnya sangat jelas, tampak Jin-ba-dou berkeringat dingin, mulut tidak bisa bersuara, tapi sorot dimatanya menunjukan kesakitan, membuat orang yang melihat jadi ketakutan, dan terpaksa menghentikan percobaan
selanjutnya. Pengetahuan Enam Jahat tidak seluas tuan besar Li, jadi tidak
berani mencoba membuka jalan darah yang terkunci, mereka
takut terjadi hal yang tidak diinginkan, malah menghilangkan
nyawa Tuan kedelapan Jin.
Jin-ba-dou adalah komandonya para penjahat setempat, dengan
adanya kejadian seperti ini, seperti ular tidak bisa tidak ada kepala, seluruh mata-mata yang berada di masingmasing tempat jadi lemah
fungsinya. Dalam hati Tuan besar Li terkejut, tadinya dia berencana segera mencari Fu Ke-wei untuk menyelesaikannya, tapi peristiwa perselisihan kedua belah pihak di Xu Lao-ren telah tersebar luas, saat ini jika dia membawa orang untuk menyelesaikannya, masalahnya malah akan bertambah besar,
pemerintah pasti beraksi menekannya, kalau sudah begitu masalahnya tidak akan dapat dikendalikan lagi! Bertindak terang-terangan sudah tidak bisa, terpaksa dilakukan secara diam-diam, penginapan Fu-tai diawasi dengan ketat, untuk mengawasi gerak-gerik Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei tidur di penginapan, dengan tidak ada perubahan
menghadapi banyak perubahan.
Dia tahu, di kamar sebelahnya semua adalah orangnya
keluarga Li yang mengawasi dia.
Jika malam tiba, itu adalah waktu paling sibuk di dalam
penginapan. Kota Fan tidak ada jam malam, banyak pelancong setelah malam
baru tiba mencari tempat menginap, karena udaranya terlalu panas,
banyak pelancong melakukan perjalanan di waktu malam hari.
Dia keluar penginapan berjalan-jalan, di toko penjual makanan
dia membeli makanan dan arak, lalu dibawa pulang kekamarnya, dan
dia sendirian menikmati makanan dan minuman.
Setelah terjadi peristiwa di Xu Lao-ren, dia tidak makan lagi di
penginapan, dia berjaga-jaga kalau ada orang ingin meracuninya, jadi dia sendiri keluar penginapan membeli makanan.
Kamar penginapan cukup luas, selain ada satu meja hias satu
ranjang, masih ada tempat untuk meja besar.
Lampu minyak sayur bersinar merah, diatas meja terdapat lima
enam macam masakan yang di bungkus dengan daun teratai, satu
gentong kecil arak, menggunakan mangkuknya diisi penuh arak, dia
minum seperti minum air. Dua jin arak sudah masuk keperutnya, wajahnya sedikit pun
tidak berubah. Pintu kamarnya tidak ditutup rapat, satu satunya jendela kecil
juga tidak ditutup rapat.
Minum seteguk arak, masukan sepotong daging kedalam mulut
pelan-pelan dia mengunyahnya, setelah menelan, sumpitnya
dipukulkan ke mangkuk arak, mengeluarkan satu suara jernih!
"Menumpahkan arak untuk tuan-tuan rasakan sendiri, perasaan
orang bergolak seperti gelombang." Dia menggunakan suara yang aneh dengan keras bernyanyi, "berkenalan sampai rambut
menjadi putih, bangsawan dan orang pintar mentertawakan
pangkat... kejadian di dunia seperti awan mengambang tidak perlu
ditanya, lebih baik tidur sesudah makan..."
Pintu kamar yang tidak tertutup rapat, diam-diam terbuka di
belakangnya. Berada dalam daerah bahaya, dia malah berani di malam hari
membelakangi pintu kamar yang tidak tertutup rapat.
Jika bukan tidak hati-hati, pasti tidak tahu akan bahaya.
Satu suara nyanyian terdengar mengalun, api lampu
bergoyang-goyang. "Iii...! Dimana orangnya?"
Di pintu terdengar suara wanita yang merdu, nadanya
mengandung rasa keterkejutan!
Seorang wanita cantik, berdiri di pintu dengan terkejut melihat
kedalam, sepasang matanya yang indah, menyapu kesetiap sudut
yang dapat dipakai untuk menyembunyikan diri di dalam kamar.
"Tuan Fu, aku tahu kau bersembunyi di dalam," kata wanita cantik itu tertawa, "maaf mengganggu kenikmatan tuan minum
arak, bolehkah aku masuk?"
Dia menggunakan tangan mengetuk beberapa kali pintu kamar,
sorot matanya tetap mencari.
Penginapan biasa semacam ini, bangunannya tua dan
sederhana, tidak banyak variasi.
Dindingnya sudah ada yang terkelupas, malah ada berapa tempat
ditulis syair oleh orang. Di atas tidak berdebu, jika menengadah
keatas dapat dilihat banyak sarang laba-laba dan tiang palang
genteng. Tidak ada orang yang menjawab wanita cantik itu, sedang
masakan dan arak diatas meja masih ada, tapi entah kemana
orangnya. "Apakah sembunyi diatas tiang palang?" tanya wanita cantik itu tersenyum, sorot matanya mencari di antara tiang palang, tapi
tidak terlihat bayangan orang.
Melihat sarang laba-laba yang baru dan lama bergelantungan
dengan kotor, maka bisa diambil kesimpulan jika orang bersembunyi
diatas, sungguh adalah satu hal yang tidak menyenangkan. Benda
apa pun yang berada keatas, tidak mungkin tidak menyentuh debu
dan jatuh kebawah. Ranjang besarnya dapat ditiduri oleh beberapa orang, kelambunya
tergantung, selimut tipis terlipat rapih, di atas dan di bawah ranjang terlihat jelas, tidak mungkin ada orang bisa bersembunyi tanpa
terlihat. "Aku datang untuk berdamai, harap jangan kucingkucingan lagi, boleh tidak?" kata wanita cantik itu penasaran dengan keras,
matanya masih tetap mencari di setiap sudut yang mencurigakan.
Sedikit pun tidak ada suara, tentu saja tidak terlihat ada orang.
Manusia tidak mungkin begitu saja menghilang, keluar
masuk pasti harus meliwati satu-satunya pintu kamar.
Jendela berada disisi pintu, lebih-lebih tidak mungkin keluar dari jendela, tanpa dilihat orang.
Kamar seperti ini tidak ada kamar kecilnya, mandi atau buang air
besar, kecil dan lain-lain, semuanya harus dilakukan di depan di sisi pekarangan, di kamar kecil umum, makanya sama sekali tidak ada
tempat lain untuk bersembunyi, sebenarnya dimana orangnya
sembunyi" Wajah tawa wanita cantik telah menghilang, sorot matanya penuh
rasa terkejut. Beberapa kali dia ingin melangkah masuk, tapi ragu tidak berani
memutuskan. Malam hari di kamar tamu penginapan, jika seorang wanita cantik
sembarangan masuk, sulit menghindarkan timbul masalah yang tidak
diinginkan, paling sedikit juga akan menimbulkan gosip orang.
Lama sekali... kemudian dia membalikan tubuh, berjalan menuju
kamar sebelah kanan, berdiri di luar pintu kamar yang tertutup rapat, perlahan bertanya:
"Apa yang telah terjadi" Orangnya tidak ada di dalam
kamar." "Tidak mungkin nona Duan-mu, orangnya pasti tidak
meninggalkan kamarnya." Jawab orang di dalam kamar dengan
nada tegas. "Tapi sungguh tidak ada orang." Kata Nona Duan-mu juga dengan tegas.
"Saat nona tiba, di dalam bukankah ada suara nyanyian dan
suara mangkuk dipukul?"
"Benar! Tapi......"
"Nona seharusnya mendengar jelas apa yang dia
nyanyikan." "Betul, kalimat terakhir sepertinya lebih baik......"
Mendadak, di dalam kamar Fu Ke-wei terdengar suara
nyanyian: "Kejadian didunia seperti awan mengambang tidak perlu
ditanya, lebih baik tidur sesudah makan......"
Tubuh nona Duan-mu seperti kilat, kembali kedepan pintu kamar
Fu Ke-wei. Pintu kamar yang tadi dibukanya, dia tidak menutup kembali,
sehingga begitu sampai di depan pintu, dia bisa melihat dengan
jelas keadaan di dalam kamar.
Fu Ke-wei tetap seperti semula duduk membelakangi pintu kamar,
sepertinya belum pernah bergerak, tapi tingkah makannya berbeda
dengan yang tadi, tadi makannya dengan anggun, jika minum arak
tidak menggerakan sumpit, tapi sekarang liar sekali, tangan kiri
memegang mangkuk arak, setelah minum seteguk masih tidak
dilepaskan, sumpit di tangan kanan segera menyumpit masakan
memasukan kedalam mulut, seperti setan kelaparan.
"Hebat!" kata nona Duan-mu dengan sepenuh hati, "Dewa keluar, setan menghilang, tidak bisa dibayangkan, di dunia orang yang berhasil melatih sampai tingkat tuan, selama dua ratus tahun ini hanya tuan satu orang. Apakah aku boleh masuk?"
"Ooo! Tahukah nona, orang yang dalam dua ratus tahun lalu itu."
Kata Fu Ke-wei membalikan kepala tertawa, "nenek moyangnya
Wu-dang Dewa Pedang Zhang, Zhang Shan-feng.
Heh! Nona yang cantik sekali, jika kau ada keberanian,
masuklah! Tapi akibatnya tanggung sendiri."
"Melakukan siasat busuk pada wanita cantik, kau tidak akan dapat meloloskan diri."
Wajah nona Duan-mu sedikit pun tidak merah, dia
melangkah masuk ke dalam kamar.
"Benar, tidak perlu masuk kamar, diluar pintu kamar begitu kau berteriak tolong, aku pasti akan berperkara. Begitu berteriak ada
perkosaan, aku mungkin dipukuli dulu sampai setengah mati oleh
pelayan penginapan baru diantar kekantor polisi." Dia gunakan kaki mengait kursi sebelah kanan, "duduklah! Aku telah memeriksa di luar, tidak ada jebakan, dan bukan siasat wanita cantik. Tapi, walau
sungguh siasat wanita cantik aku juga tidak takut."
"Tuan Fu, kau bisa keluar masuk, aku malah sedikit pun tidak
merasakannya, sungguh latihan mata dan telingaku ini sia-sia saja. Tidak ada orang yang dapat pulang pergi di sisiku tanpa diketahui olehku, jadi tidak mungkin, kau pasti bersembunyi di suatu tempat di dalam kamar."
Kata nona Duan-mu duduk dengan tegas, "tadi aku mencari dan tidak perhatikan di atas kelambu."
"Di atas kelambu" Coba kau bersembunyi di sana biar aku lihat?" dia tertawa mengulurkan tangan, "katamu aku tidak mungkin pulang pergi di sisimu, coba lihat ini apa" Kukembalikan dengan utuh, aku bukan laki-laki aneh yang suka mengumpulkan hiasan wanita."
Di telapaknya, ada satu kantung munggil bersulamkan emas.
Gambar yang di sulam adalah sepasang burung Feng-fang, wangi
semerbak. Nona Duan-mu dengan reflek mengulurkan tangan dan
menundukan kepala, menekan pinggangnya, kantong yang
bergantung diikat pinggangnya ternyata telah hilang.
"Kau......kau kau......" kali ini wajahnya benar-benar menjadi merah, "sudahlah, kau ini seperti setan! Hanya setan yang dapat datang tanpa ada bayangan pergi tanpa ada jejak."
"Sayang aku bukan benar-benar setan." Dia menaruh kantong di tangan nona itu, "sinar lampu gelap, mendorong pintu akan membawa angin membuat api bergoyang, kau terlalu fokus dan percaya diri, tidak terhindar berpikiran salah, melihat yang besar tapi tidak melihat yang kecil. Mata manusia kadang tidak bisa diandalkan, makanya ada orang di siang hari bisa bertemu setan. Kau kata datang untuk berdamai, tidak tahu mau damai dengan cara bagaimana?"
"Margaku Duan-mu......"
"Aku tahu, kau adalah Angin Awan Duan-mu Xiu-yin salah satu dari Tujuh Wanita Hebat Dunia Persilatan, satu Ying dua Yan empat Feng-fang.
Delapan Keluarga Besar Dunia Persilatan, putri dari keluarga Duan-mu di Tian-tai, murid langsung dari salah satu empat cabang Wu-dang, yang menguasai pertarungan di udara yang tiada duanya di dunia. Kali ini dengan Shuang-jie-shu-sheng bertamu di keluarga Li, tadinya berniat ke
Long-zhong bertemu dengan Zhu-ge Chaolu, karena terlibat dalam
perselisihan ini, demi kebenaran dunia persilatan jadi tidak bisa melepaskan diri."
"Ooo...! tampak kau sudah tahu semuanya."
"Tapi, malah tidak tahu niat Tuan besar Li."
"Dia bermusuhan dengan Delapan Terhebat Nan-yang
(Nan-yang-ba-jie), bukan hal yang terjadi satu dua hari......"
"Masalahku tidak ada hubungannya dengan mereka, Nan-
yang-ba-jie juga tahu, mereka mengutus orang jauh-jauh datang ke
daerah kekuasaan keluarga Li untuk menuntut, pasti tidak akan
berhasil, makanya mengundang beberapa teman kesini diam-diam
mengacau, tapi tidak ada gunanya, mereka sama sekali tidak ada
niat menyerang besar-besaran. Huo-bao-ing dengan Bu-fei-khe,
karena penasaran jadi ingin terus mengacau, Tuan Li tidak perlu
membesar-besarkan masalah kecil ini. Aku tahu dia melakukan ini
bermaksud menutupi hatinya yang tidak tenang, untuk membelokan
perhatian pihak luar dan berencana meninggalkan sebuah
jalan untuk dirinya melepas dosa dan tanggung jawabnya."
"Iii..! Maksudmu......"
"Jangan tanya maksudku, kau boleh tanya maksudnya Tuan
besar Li." Segera dia berkata lagi, "lebih-lebih harus bertanya maksudnya Li Hoa-rong."
"Aku tidak mengerti......"
"Nona, kau bukan tidak mengerti, tapi tidak mau, juga tidak ingin mengerti, tidak perlu aku jelaskan lagi." Tawanya terasa dingin, "tuan besar Li mengundangmu datang, tentu saja ingin membicarakan
masalah Jin-ba-dou, tidak ingin membicarakan yang lain, supaya tidak timbul masalah lain, malah tidak ingin membicarakan masalah
Nan-yang-ba-jie, apa tebakan aku benar?"
"Ini......benar......Jin-ba-dou......"
"Masalah Jin-ba-dou tidak perlu dibicarakan, dia menghinaku, aku membalasnya, membalas dengan cara terang-terangan dan adil, tidak
ada perlunya dibicarakan" Berandalan memukul berandalan, satu
pukulan dibalas satu pukulan, katakan saja berandalan memukul
sembilansembilan, tidak memukul lebih satu, aku tidak menginginkan nyawanya, itu sudah pantas sekali, tidak terhitung ditambah satu?"
"Tuan Fu, pribahasa berkata......"
"Jangan bicara pribahasa denganku." katanya serius, "Jinba-dou sudah pantas mendapat hukuman, aku ada di pihak yang benar,
menurut aturan yang ada, aku tidak takut aturan umum dunia
persilatan. Keluarga Li menguasai Xiang-yang, entah sudah berapa
banyak orang binasa di tangannya, Jinba-dou di beri pelajaran
olehku, bukankah ini hal yang biasa" Bagaimana pun orang tidak bisa seumur hidupnya menang terus, pasti ada satu atau dua kali kalah."
"Harap beri satu kesempatan pada Jin-ba-dou." Duan-mu Xiu Yin menatap dia, "paling sedikit dia bukan seorang yang sangat jahat, seorang yang pernah mati satu kali bisa berubah jadi baik." "Dia tidak akan mati, tunggu setelah keluarga Li menyelesaikan masalahnya,
aku akan mengampuni dia." perkataannya tidak perdulikan tatapan lawan, dengan wajah tenang berkata lagi, "tapi aku curiga Tuan besar Li ingin menyelesaikan secara kekerasan. Dia memang juga bukan
dari aliran pendekar, tidak ada didikan seorang pendekar yang besar hati, tahu mana yang benar mana yang salah, dapat membedakan
mana yang jahat mana yang baik, dia hanyalah seorang penguasa
setempat yang demi mencapai tujuannya, menggunakan segala cara.
Nona Duan-mu, maafkan aku mengatakan kata-kata yang tidak enak
didengar, orang seperti kau dan Shuang-jie-shu-sheng yang cukup
punya nama harum, berhubungan dengan orang semacam Tuan
besar Li, itu sudah salah, dan kesalahannya tidak bisa dimaafkan.
Dengarlah nasihatku, cepatlah tinggal-kan tempat itu! Masih keburu mempertahankan nama baik kalian. Aku telah memberi satu
kesempatan pada Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing, tidak akan ada
kedua kalinya. Kau juga sama, aku ini orangnya hanya memberi
kesempatan pada orang lain satu kali, apakah mengerti maksudku?"
"Maksudmu, ini kesempatan pertamaku?" tanya Duan-mu
Xiu-yin tertawa. "Bukan, malam ini kau datang dengan tujuan baik, kau lebih
hati-hati melakukan sesuatu hal dibandingkan dengan
Shuang-jie-shu-sheng. Paling sedikit kau tahu bagaimana menghindar yang berat, mengambil yang enteng, masalah ini sebenarnya tidak
ada gunanya dibicarakan, dibicarakan juga tidak akan ada hasilnya, karena kau bisa tahu diri, tidak cukup punya kedudukan untuk
membicarakannya." "Ooo! Kau lihay sekali." Kata Duan-mu Xiu-yin sepenuh hati, "kau telah tahu seluruh masalah tuan besar Li, dia hanya minta aku
membicarakan masalah Jin-ba-dou. Aku tahu, dalam masalahnya


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jin-ba-dou, kedudukanku masih bisa menjadi seorang penengah,
untuk melibatkan yang lainnya kedudukan aku tidak cukup pantas.
Bagaimana pun, aku harus berterima kasih padamu yang telah
memberi aku kesempatan kali ini, aku sungguh tidak biasa melakukan hal yang masing
masing punya rencana, sekarang aku akan kembali ke
perumahan Han-bei dan melaporkan hasilnya, harap kau bisa
berhati-hati." "Terima kasih atas perhatianmu, aku akan hati-hati," sambil tertawa dia bangkit berdiri mengantar tamu, "Tuan besar Li sudah mempersiapkan, dia sudah memutuskan untuk melawan sampai
terakhir, saat kau menerima penolakanku, keluar pintu kamar
memberi tahu pada orang disebelah kamar, mengatakan
perdamaiannya gagal, itulah saatnya dia tidak perdulikan lagi segala akibatnya melakukan perlawanan. Nona baik-baik di jalan, aku tidak antar lagi."
"Aku tahu kau ada di pihak yang benar." Duan-mu Xiu Yin membalikan tubuh di pintu, wajahnya tampak ada tawa yang tulus, "kau memberi kesempatan pada Shuang-jie-shu-sheng tidak hanya sekali, tapi dua kali.
Aku tidak akan bodoh sampai digunakan oleh orang lain, maka-nya kau tidak perlu perdulikan aku, sampai jumpa."
"Hati-hati dijalan."
Di dalam kamar, dia merangkapkan tangan mengantar.
Nona Duan-mu membalikan tubuh berjalan menuju kamar
sebelah, baru berjalan dua langkah, timbul keinginan membalikan
kepala melihat ke belakang.
Pintu kamar tidak ditutup, tapi didalam kamar, Fu Ke-wei sudah
tidak ada. "Orang ini latihannya benar-benar sudah mencapai Tong-li
(berdiri menembus)." Dia tertawa pahit sambil bergumam
Di pintu kamar sebelah dia mengetuk dengan kode
perdamaiannya telah gagal, dia mengeluh, lalu pergi
meninggalkan dengan lesu.
Di penginapan suara-suara semakin sunyi, semakin tidak ada
orang yang bergerak lagi.
Bulan bintang tidak. ada sinar, hanya ada sebuah lampu di
pekarangan dengan sinar yang merah gelap.
Sisa panas di siang hari masih belum hilang, angin sedikit pun
tidak berhembus. Kemudian satu angin kecil berhembus, tidak tahu dari mana
datangnya, api lampu mendadak bergoyang, lalu mendadak
mati, angin ini datangnya terlalu misterius.
Sebuah bayangan hitam muncul di pekarangan, seluruh
tubuhnya hitam, hitamnya membuat hati orang menjadi dingin,
berdiri di sana seperti roh yang mendadak muncul.
"Tuan, di sebelah utara kota ada tempat peristirahatan, Hitam Jahat (Hei-sha) Shang-fei menunggu anda." Bayangan hitam itu berkata pada pintu kamar Fu Ke-wei yang tidak tertutup rapat dengan menggunakan suara melengking, "jika anda takut dan menolaknya, anda harus segera meninggalkan tempat ini, pergi ketempat lain, setelah pergi jangan kembali lagi. Jika tidak, seluruh jagoan Xiang-yang akan menggunakan seluruh kekuatan menghadapi anda, baik secara terangterangan maupun secara gelap, anda selangkah pun akan sulit bergerak, setiap langkah pasti ada bahaya menunggu, minum seteguk air saja mungkin terjadi hal yang tidak diduga. Aku pergi dulu, datang atau tidaknya terserah anda."
Pendekar Sakti 1 Lentera Maut ( Ang Teng Hek Mo) Karya Khu Lung Badai Laut Selatan 19
^