Pencarian

Setan Harpa 12

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 12


muka Thia Eng segera berubah hebat, katanya kemudian.
"Kalau begitu pedang Sin kiam tersebut sesungguhnya
telah menjadi milik Ong Bun kim?"
"Betul!". "Jadi Ketua dari perguruan San tian bun ini secara licik
telah turun tangan keji untuk menyergap Ong Bun kim?"
"Betul!" "Kurangajar manusia semacam ini pantas dibunuh !"
Ucapan tersebut diutarakan dengan nada penuh hawa
napsu membunuh, membuat siapapun yang mendengar ikut
bergidik rasanya. Dalam pada itu Kwan Siok kim telah membaringkan
Ong Bun kim diatas tanah, sepasang tangannya menguruti
seluruh urat nadi dan jalan darah penting ditubuh pemuda
itu dengan maksud untuk menyadarkan kembali dirinya
dari keadaan tak sadar. Mendadak... Suatu bentakan keras yang menggelegar berkumandang
memecahkan keheningan, ditengah bentakan tersebut
secepat sambaran kilat Yu leng lojin melepaskan dua buah
pukulan dahsyat kedepan. Waktu itu pertarungan sudah berlangsung hampir
mencapai puluhan gebrakan banyaknya, akan tetapi
menang kalah masih sukar ditentukan, tampaknya Yu leng
lojin sudah berhasrat untuk cepat menyelesaikan
pertarungan ini dengan mengandalkan kepandaian
melepaskan racunnya.. Setelah melancarkan dua buah pukulan itu, dia lantas
mundur beberapa langkah kemudian maju kembali, pada
saat tubuhnya mundur itulah racun jahat yang dibawanya
telah siap-siap dilepaskan.
Pada saat menjelang Yu leng lobjin melepaskan dracun
keji tersaebut suatu bentbakan nyaring kembali menggelegar
di udara. "Tahan !" Bentakan itu sangat keras bagaikan guntur yang
membelah bumi disiang hari bolong membuat semua orang
merasakan telinganya mendengus keras sekali menyusul
kemudian sesosok bayangan manusia berwarna abu-abu
meluncur masuk kedalam arena dan berdiri tepat di
hadapan Ciu Li li ketua dari perguruan San tian bun itu.
Orang yang menampilkan dirinya itu tak lain adalah si
anak muda berbaju abu-abu itu, Thia-Eng adanya.
Dengan sorot mata yang memancarkan sinar tajam, dia
mengawasi wajah Ciu Li li yang bercadar itu tanpa
berkedip, kemudian bentaknya dengan suara dingin:
"Kaukah yang bernama Ciu Li li ketua dari perguruan
San tian bua itu ?" Ciu Li li memandang pemuda itu sekejap kemudian
menganggukkan kepalanya. "Benar !" "Serahkan pedang itu kepadaku."
"Menyerahkan pedang itu kepadamu?" Ciu-Li li segera
tertawa dingin tiada hentinya "apa yang kau andalkan
untuk berbuat demikian?"
Air muka pemuda baju abu-abu Thia Eng berubah
sedikit kemudian dengan menyerigai bengis bentaknya lagi:
"Sebetulnya kau bersedia menyerahkannya kepadaku
atau tidak?" "Tidak !" "Jadi kau sudah pingin mampus?"
Dengan gusarnya Thia Eng membentak keras, kemudian
secepat sambaran kilat dia menerjang kemuka dan langsung
menubruk Ciu Li li sambil melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. Serangan yang dilakukan oleh Thla Eng ini boleh
dibilang cepat seperti sambaran kilat dan dahsyat, seperti
muntahnya sebuah bukit karang, sungguh mengerikan
sekali. Ciu Li-li tak berani bertindak gegabah, buru-buru dia
mengebaskan tangan kanannya ke muka untuk
membendung datangnya ancaman itu.
Tangkisan yang dilakukan oleh Ciu Li li ini tak bisa
dikatakan tidak cepat, akan tetapi justru gerakan dari Thia
Eng jauh lebih cepat dari gerakannya itu, diantara
berkelebatnya bayangan manusia, tahu-tahu serangan kedua
telah dilancarkan kembali.
Sekarang Ciu Li li baru terperanjat, dia tidak menyangka
kalau musuhnya begitu lihay, buru-buru tubuhnya melejirt
ke samping unttuk menghindarkqan diri, maksudrnya dia
hendak meloloskan diri dari serangan maut yang diincar
pemuda itu.. Sayang sekali, secepat-cepatnya dia bergerak untuk
menghindar, toh tetap masih terlambat satu tindak.
Angin pukulan Thia Eng yang dahsyat bagaikan
gulungan ombak dahsyat ditengah samudra itu sudah
meluncur datang secepat sambaran kilat, terpaksa dia harus
menggigit bibirnya untuk menyambut datangnya serangan
itu dengan keras-lawan keras.
"Blaaaam !" Ditengah ledakan keras yang memekikkan telinga, kudakuda
Ciu Li li tergempur, tubuhnya tak dapat berdiri tegak
lagi dan secara beruntun mundur sejauh tujuh delapan
langkah dengan sempoyongan, sebaliknya Thia Eng sama
sekali tidak bergeming dari tempatnya semula.
"Sambutlah sekali lagi seranganku ini!" bentak Thia Eng
keras-keras. Ditengah bentakan itu, sekali lagi tubuhnya meluncur
kedepan dan melancarkan dua buah serangan berantai.
Ilmu silat yang dimiliki Thia Eng benar-benar
menggidikkan hati, hanya dalam waktu singkat dia telah
melepaskan lagi dua buah serangan yang maha dahsyat.
Mendadak... Pada saat Thia Eng melancarkan serangan tiba-tiba ke
arah Ciu Li-li. Yu leng lojin juga menerjang masuk ke
dalam arena, kemudian mereka berdua bersama-sama
menerjang ke muka sambil melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. Serangan itu dilancarkan sekaligus tertuju ke tubuh Ciu
Li li maupun Thia Eng, kecepatannya luar biasa sekali,
tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ia
sudah mundur kembali ke belakang.
Ketika Ciu Li li dan Thia Eng baru selesai saling beradu
pukulan, terdengar Yu leng lojin berseru.
"Harap kalian berdua menghentikan pertarungan!"
Mendengar bentakan itu tanpa terasa ke dua orang itu
sama sama menarik kembali serangannya dan berpaling.
Tampak Yu leng lojin sedang memandang ke arah
mereka dengan sekulum senyuman yang licik menghiasi
ujung bibirnya. "Mau apa kau?" tegur Ciu Li li sambil tertawa dingin.
Dengan bangganya Yu leng lojin tertawa terbahakbahak.
"Haaahh.. haaahaaahhh... haaahhh.. kalian berdua
tak usah melanjutkan pertarungan lagi, kamu semua telah
terkena racun jahatku!"
"Apa...?" jerit Ciu Ii li dengan perasaan terperanjat, paras
mukanya sampai berubah hebat.
Yu leng lojin kembali tertawa seram, ujarnya kembali:
"Kalian berdua sudah terkena racun keji Liat-im si tok
(racun peretas hati) cuma dengan mengandalkan tenaga
dalam yang kalian berdua miliki, asal tidak melakukan
pertarungan lagi, untuk mendesak keluar sari racun tersebut
dari dalam tubuh bukanlah- suatu pekerjaan yang terlalu
menyulitkan, kalau tidak kalian pasti akan mampus karena
bekerjanya racun itu"
Ucapan tersebut cukup menggidikkan hati semua orang
yang mendengarnya, sekarang semakin terbukti akan
kekejaman Yu leng lojin, hakekatnya apa yang diucapkan
dan apa yang dilakukan cukup menggidikkan hati setiap
orang. "Bila Ciu buncu kurang percaya, mengapa tidak
mencoba untuk mengatur pernapasanmu?"
Buru-buru Ciu Lili mengatur pernapasannya, benar juga
ia segera merasakan isi perutnya amat sakit bagaikan
ditusuk-tusuk dengan pisau belati, dalam keadaan demikian
buru-buru dia membuyarkan seluruh hawa murninya dan
menggigit bibir menahan hawa amarahnya yang
memuncak. Yu leng lojin tertawa bangga kembali ejeknya.
"Ciu buncu, tentunya kau sudah percaya bukan
sekarang?" "So buncu, kaii memang tidak malu kalau disebut
sebagai seorang manusia berhati hitam yang keji!"
Mendengar itu, Yu leng lojin tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh haa hah haaahhh....nada ucapan Ciu buncu
sama sekali telah berubah, yaa, kita semua sama-sama
demikian, seta li tiga uang bukan?"
"Racun jahat tanpa wujudmu betul-betul sangat lihay.."
"Aah...cuma suatu permainan kucing kaki tiga belaka,
Ciu buncu aku-pikir ada baiknya jika kedua macam benda
mestika itu kau serahkan kepadaku."
Ciu Li li adalah seorang jagoan yang berpe sgaiaman,
sekalipun dia sangat berharap bisa mendapatkan benda
mestika tersebut, tapi bagaimanapun juga nyawa adalah
jauh lebih penting dari segala-galanya, apalagi sebagai
seorang yang pintar dia enggan untuk menerima kerugian
yang berada didepan mata.
Meskipun hari ini ia telah dipecundangi orang, toh
bukan berarti sudah tiada kesempatan lagi baginya untuk
melakukan pembalbasan dendam"
Maka setelah termenung dan berpikir sejenak, dia
berkata: "Baiklah, akan kuserahkan kedua macam benda mestika
ini kepadamu, nah terimalah ini"
Sambil berkata dia lantas melemparkan pedang Sinkiam
dan kotak besi berisi kitab pusaka ilmu pedang itu ke arah
Yu-leng lojin...." Mendadak Bayangan manusia berkelebat lewat, pada
saat Ciu Li li sedang melemparkan kedua macam mestika
itu ke arah Yu leng lojin inilah tahu-tahu Thia Eng sudah
meluncur ke depan dan menyambar kedua buah benda
mestika tersebut. -oo0dw0oo-- Jilid 23 TINDAKAN dari Thia Eng ini benar-benar jauh diluar
dugaan siapapun juga, bukanlah ia sudah terkena racun keji
dan tak mungkin bisa menggunakan tenaga dalam lagi"
Agaknya Yu leng lojin juga dibikin tertegun oleh kejadian
tersebut, sehingga untuk sesaat lamanya ia cuma bisa berdiri
melongo. Dalam waktu singkat Thia Eng telah berhasil merampas
kedua buah benda mestika itu dari tangan lawan.
Yu Leng lojin segera membentak keras, tubuh berikut
kursinya bersama sama meluncur ke depan dan menerjang
ketujuh Thia Eng. 000OdwO000 BAB 72 SUNGGUH hebat dan mengerikan serangan yang
dilancarkan Yu leng lojin dalam keadaan gusar ini, tak bisa
dihindari lagi Thia Eng kena dipaksa sehingga harus
mundur sejauh tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Cepat-cepat ia membalikkan badannya untuk
menghindarkan diri. kemudian telapak tangan kanannya
diayunkan kemuka balas melancarkan sebuah pukulan kilat.
Yu leng lojin segera melayang mundur sejauh satu kaki
lebih dari posisi semula, bentaknya:
"Saudara, mengapa kau tidak segera kau serahkan kedua
buah benda mustika itu kepadaku?"
Thia Eng mengejek sinis sambil tertawa dingin:
"Atas dasar apa kau memerintahkan diriku untuk berbuat
demikian?" "Saudara, memangnya kau sudah tak mau lagi nyawamu
itu" Ketahuilah kau sudah terkena racun jahatku!"
"Jangan kuatir." kata Thia Eng sambil tertawa dingin,
"kalau cuma racun semacam itu mah masih selum cukup
mampu untuk melukai diriku racunmu itu tidak mempan
terhadap diriku" Paras muka Yu leng lojin berubah sedikit, agaknya ia
terkejut mendengar perkataan tersebut.
"Apakah sama sekali tidak merasakan gejala-gejala
keracunan di dalam tubuhnya?"
"Sama sekali tidak merasakan abpa-apa, aku merdasakan
tubuhku asegar bugar sepberti sedia kala"
Walaupun musuhnya telah berkata begitu, akan tetapi
Yu leng lojin masih tetap beranggapan bahwa hal ini adalah
tak mungkin bisa terjadi, sebab racun tak berwujud
miliknya itu adalah sejenis racun jahat yang hebat sekali
daya kerjanya, sepanjang pengetahuannya, belum pernah
ada orang yang dapat meloloskan diri dari serangan tersebut
dalam keadaan selamat. Buncu atau ketua dari perguruan San tian bun yang
dikatakan sangat lihaypun tak mampu meluputkan diri dan
serangan racunnya, mana mungkin Thia Eng bisa terkecuali
dari kenyataan tersebut"
Namun, bila ditinjau dari keadaan Thia Eng yang segar
bugar, tampaknya anak muda itupun tidak memperlihatkan
gejala keracunan, lalu apa yang sesungguhnya telah terjadi"
Paras mukanya kembali berubah hebat, teriaknya
kemudian: "Silahkan kau merasakan kelihayanku sekali lagi!"
Begitu sehabis berkata, sekali lagi Yu-leng lojin meluncur
kedepan sambil menyerang Thia Eng, secara beruntun dia
melepaskan dua buah serangan, sedangkan Thia Eng pun
tidak tanggung-tanggung segera melancarkan juga dua buah
serangan balasan. Sementara itu, Kwan Siok kim yang bersusah payah
menguruti seluruh jalan darah dan nadi penting ditubuh
Ong Bun-kim sama sekali tidak mendatangkan hasil apaapa,
si anak muda itu masih tetap berada dalam keadaan


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak sadarkan diri. Karena kehabisan tenaga dan kecapaian setengah mati
sehingga sekujur bidannya bermandikan keringat, terpaksa
Kwan Siok-kim menghentikan usahanya untuk memberi
pertolongan dengan duduk bersila mengatur pernapasan.
Giok bin hiap yang menyaksikan kejadian itu buru-buru
mendorong tubuh Yu Cing dan menghampiri Ong Bun kim,
tapi setelah melancarkan beberapa totokan ke tubuh Ong
Bun kim, ia sendiripun tampak agak tertegun.
Yu Cing menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan
keadaan itu, segera tegurnya:
"Ayah, bagaimana keadaannya?"
Dengan perasaan berat Giok bin hiap menggelengkan
kepalanya berulang kali sahutnya.
"Aku lihat sudah tak tertolong lagi!"
"Apa ?" hampir semua orang hadir di sekitar tempat itu
menjerit kaget. "Jalan darah nadi penting Sam im ciat meh nya sudah
ditotok mati orang, kecuali terdapat obat mujarab didunia
ini, rasanya sulit untuk menembusi nadi pentingnya yang
tersumbat itu!" "Obat mujarab apakah itu?"
"Aku sendiripunr tidak dapat metnyebutkannya daqlam
waktu singkrat" "Lantas dia ..dia masih bisa hidup berapa lama lagi?"
"Tiga hari" Bukankah sekalipun dapat di ketahui obat
mujarab apa yang bisa menyembuhkan dirinya, dalam tiga
hari yang begitu singkat tak mungkin bisa didapatkannya,
bukankah itu berarti bahwa jiwanya susah ditolong lagi?"
"Benar!" Paras muka semua orang menjadi berubah tegang sekali
sesudah mendengar perkataan itu, peluh dingin tanpa terasa
bercucuran membasahi sekujur tubuh mereka.
Perlu diketahui, yang disebut sebagai nadi Sam-im-ciat
meh adalah suatu nadi penting yang mempengaruhi mati
hidup seorang, apabila nadi tersebut sampai terkena
pukulan maka tiada harapan buat orang tersebut untuk
hidup lebih jauh, tentu saja kecuali kalau ada obat mujarab
yang bisa menggerakkan kembali peredaran darah dalam
sekitar nadi tersebut. Tapi, obat mujarab adalah suatu benda yang bisa
dijumpai tak bisa dicari, kemana dia harus mencari obat
tersebut dalam dunia yang begini luasnya ini.
Mendadak terdengar suara bentakan keras menggelegar
di udara, tampak Thia Eng dan Yu leng lojin sama-sama
memisahkan diri kebelakang kemudian...
"Uaaak!" Yu leng lojin telah muntahkan darah kental
dari mulutnya. Sedangkan paras muka Thia Eng juga berubah agak
memucat. Dalam keadaan demikian Yu leng Iojin segera
memperlunak sikapnya, dengan lembut ia berkata.
"Ilmu silat yang saudara miliki betul-betul mengagumkan
sekali, biarlah aku orang she So mohon diri lebih dahulu"
Seusai berkata dia lantas melayang pergi meninggalkan
ruangan itu diikuti wakil ketuanya dan si Dewi mawar
merah. Tak selang beberapa saat kemudian, Ciu Li li dan kedua
orang pelindung hukumnya juga ikut berlalu dari situ.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh ruangan
tiba-tiba terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang saling susul menyusul.
Dalam waktu singkat ada tujuh delapan orang jago
persilatan yang sudah terkapar di atas tanah dalam keadaan
tak bernyawa lagi, darah kental meleleh keluar dari ketujuh
lubang inderanya. "Ruangan ini ada racunnya" mendadak kedengaran ada
orang berteriak keras. Suasana dalam ruangan itu seketika berubah menjadi
sangat gaduh paras muka semua orang berubah hebat,
menyusul kemudian bayangan manusia berkelebat lewat,
segenap orang yang berada didalam ruangan Tat mo wan
telah kabur keluar dari tempat itu dengan terbirit-birit
seakan-akan-disana telah terjadi sesuatu yang mengerikan
hati. Dalam waktu singkat, ruangan Tat mo wan telah
berubah menjadi suatu tempat yang sepi dan mengerikan,
kecuali ketujuh delapan sosok mayat itu, tidak nampak lagi
bayangan manusia lain yang berada disana.
Setelah semua orang mengundurkan diri dari ruang Tat
mo wan. rasa ngeri masih belum lenyap dari hati masingmasing,
malah ada diantara mereka yang berdiri dengan
tubuh menggigil. Tak lama kemudian, kembali terdengar lima kali jeritan
ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan
keheningan, lagi-lagi ada lima orang yang roboh terkapar
diatas tanah dalam keadaan yang mengerikan hati.
Beberapa orang itu tampaknya memiliki tenaga dalam
yang tidak terlampau tinggi apalagi tidak segera berusaha
untuk mengatur pernapasan dan mendesak keluar hawa
racun dari dalam tubuhnya, tak ampun lagi hawa racun itu
menyerang ke dalam isi perutnya yang mengakibatkan
kematian bagi mereka semua.
Adegan ini sungguh merupakan suatu pemandangan
yang sangat menggetarkan hati.
Dalam waktu singkat, mayat-mayat itu telah berubah
menjadi hitam seperti arang, ini menunjukkan betapa
jahatnya racun tersebut. Sedang sisa jago lainnya sama-sama kuatir kalau tubuh
merekapun keracunan, serentak orang-orang itu duduk
bersila untuk mengatur napas masing-masing.
Untuk sesaat lamanya suasana dalam arena menjadi
hening dan diliputi suasana yang serba menyeramkan.
Akhirnya ada juga yang telah bangkit berdiri, tapi ada juga
yang masih duduk bersila dengan wajah memucat.
Tiang seng lojin memandang sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian tegurnya. "Masih ada siapa lagi yang keracunan?"
"Aku !" Ada empat orang menyahut mereka adalah si Jago
pembawa lampu, Yu Cing, Bunga iblis dari neraka dan
seorang kakek berbaju hitam.
Tiang seng lojin segera menyerahkan masing-masing
seorang pil penawar racun, katanya "Cepat kalian telan obat
ini!" Setelah menelan pil tersebut, kembali mereka duduk
bersila untuk mendesak keluar racun yang mengeram dalam
tubuhnya. Dalam pada itu Thia Eng telah berjalan menghampiri
Ong Bun kim, katanya kemudian:
"Bagaimana keadaannya?" Giok bin-hiap menggelengkan
kepalanya berulang kali sambil menjawab dengan sedih:
"Aku lihat ia sudah tak tertolong lagi"
"Kenapa?" "la sudah termakan pukulan keji Ciu Li-li yang
menyumbat nadi penting San-im ciat meh nya. kecuali
terdapat obat mujarab didunia ini, rasanya tiada harapan
lagi baginya untuk hidup lebih jauh!"
Kenyataan yang membuktikan bahwa Thia Eng sama
sekali tidak keracunan ini segera mengejutkan hati semua
orang, dia benar-benar seorang pemuda yang aneh sekali,
mengapa ia tidak takut terhadap racun tak berwujud dari
Yu leng lojin. Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa
yang tidak masuk akal, mungkinkah ia kebal terhadap
racun" Tapi hal ini tak mungkin terjadi, sebab diapun terdiri
dari darah dan daging. "Engkoh cilik she Thia, benarkah kau sama sekali tidak
keracunan?" tegur Tiang sang lojin kemudian.
"Benar!" "Hal ini mana mungkin bisa terjadi?"
"Kenapa tak bisa terjadi?"
"Kau bukan seorang manusia yang luar biasa, kau sama
sama terdiri dari darah dan daging."
"Oooh, kiranya soal itu! Yaa, oleh karena semenjak kecil
aku sadari terbiasa makan sejenis rumput yang mujarab,
maka akibatnya tubuhku timbul semacam kekuatan yang
bisa menolak pengaruh setiap racun, itulah sebabnya aku
kebal terhadap segala macam racun"
"Oooh....kiranya begitu!"
"Untung Thia sauhiap muncul tepat pada saatnya hari
ini, coba kalau tidak, entah bagaimana akibatnya?" kata
Giok bin hiap, "atas nama guruku, lohu mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari Thian sauhiap ini!"
"Hanya persoalan kecil, buat apa musti di pikirkan" "
Sementara itu, Bunga iblis dari neraka telah mohon diri
dari Lian ih lihiap dan Yu Cing.
Mendengar itu. Yu Cing segera berkata.
"Mengapa kau harus terburu buru pergi meninggalkan
tempat ini" Apakah kau tidak akan menunggu Ong Bun kim
lagi?" "Menunggu dia....?" sekilas senyuman pedih menghiasi
wajah Bunga iblis dari neraka, "aku pikir tak perlu lagi..."
"Kenapa?" "Sebab hal itu hanya akan menambah kesedihan dalam
hatiku saja." "Apakah kau tidik msagaatirkan keselamatannya?"
"Tentu saja aku amat menguatirkan keselamatannya,
bahkan jauh lebih merasa kuatir daripada si-apapun juga.
karena itu dengan sedih ia menghentikan kembali langkah
kakinya yang sudah hampir melangkah pergi itu.
"Locianpwe." terdengar Thia Eng pun berkata
"Sungguhkah Ong Bun kin tak bisa ditolong lagi?"
"Yaa !" Menyakaikan paras muka Ong Bun kim yang pucat pias
seperti mayat dan gigi yang terkatup kencang, beberapa
orang gadis yang mencintainya itu tak dapat mengendalikan
perasaannya lagi diam-diam mereka mengucurkan air mata
kesedihan. "Apakah tak bisa disadarkan dari pingsannya" Kwan
Siok kim bertanya dengan air mata bercucuran.
"Untuk menyadarkan sih gampang" jawab Giok bin
hiap, setelah berhenti sebentar katanya kemudian, "Baiklah
akan kusadarkan dirinya siapa tahu kalau dia ingin
mengucapkan sesuatu kepada kalian"
Berbicara sampai disitu hawa murninya lantas disalurkan
kedalam telapak tangannya kemudian secara beruntun
menotok beberapa buah jalan darah penting ditubuh Ong
Bun kim, hawa murni yang kuat pelan-pelan disalurkan
keluar untuk menambah kekuatan dalam tubuh pemuda itu.
Kurang lebih setengah jam kemudian pelan-pelan Ong
Bun kim sadar kembali dari pingsannya, dia memandang
sekejap sekeliling tempat itu tapi apa yang terlihat hanyalah
bayangan manusia yang sangat kabur.
Kesadarannya masib tetap kabur dan tidak jernih, ia tak
bisa teringat kembali kejadian dimasa lalu, tidak teringat
sekarang dia hanya berada daIam keadaan kosong,
termangu dan tak tahu apa yang dilihatnya.
Kemudian ia mendengar dari kejauhan seperti ada orang
yang sedang berteriak memanggil namanya.
"Engkoh Ong..."
Maka satu ingatan segera melintas dalam benaknya:
"Rupanya aku belum mati."
Lebih kurang setengah perminum teh kemudian akhirnya
ia dapat melihat jelas pemandangan yang terbentang
didepan matanya... ia membuka bibirnya ingin berbicara
tapi sampai lama sekali dia baru bisa berkata dengan lirih.
"Aku... aku belum matikah?"
"Ya, engkoh Ong kau... kau belum mati." jawab Kwan
Siok kim sambil berusaha keras menahan rasa sedihnya.
Pelan-pelan Ong Bun kim pun dapat teringat kembali
semua peristiwa yang telah terjadi, wajahnya segera
berubah, tanyanya: "Dimana Ciu Li li?"
"Sudah pergi!" "Bagaimana dengan pedang Sin kiam dan kotak besi
berisi kitab ilmu pedang itu?"
"Ada disini!" buru-buru Thia Eng menjawab. Sambil
berkata dia lantas menyodorkan pedang Sin kiam dan kotak
besi itu kehadapan Ong Bun kim.
Si anak muda itu tertegun, ia tidak kenal dengan Thia
Eng, diapun tak tahu siapakah orang itu, setelah
memandangnya sekian lama dengan wajah termangu
tegurnya: "Siapakah kau?"
"Aku bernama Thia Eng!"
Giok bin hiap segera menghela napas katanya.
"Sungguh beruntung hari ini ada Thia sauhiap, kalau
tidak, aaai Entah bagaimana akibatnya."
Secara ringkas dia lantas menceritakan seluruh kejadian
itu kepada Ong Bun kim. Selesai mendengar penuturan tersebut, dengan penuh
rasa terima kasih Ong Bun kim segera berkata.
"Budi kebaikan saudara Thia yang telah merampaskan
kembali benda mustika itu, entah bagaimana caranya
bagiku untuk membalas, kau bilang Tay khek Cinkun dan
Phang Pak bun berada di-tempatmu?"
"Betul soal kesehatan mereka berdua, harap saudara Ong
jangan kuatirkan!" Kembali Ong Bun kim menghela napas. "Siaute tak tahu
bagaimana musti membayar semua budi kebaikan ini
kepadamu." "Aaaah, saudara Ong ! Mengapa kau musti
mengucapkan kata-kata semacan itu" Harap kau menerima
kembali kedua buah benda mustika ini."
Sekali lagi Ong Bun kim menghela napas panjang.
"Siaute tak lebih hanya seorang yang sudah hampir mati,
biar benda mestika itu berada ditangan saudara saja, benda
itu berhasil kau rampas kembali dari tangan orang, sudah
sepantasnya kalau benda itu menjadi milikmu, harap kau


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerimanya" "Hal ini mana boleh, hal ini mana boleh..." seru Thia
Eng cepat-cepat dengan gugup.
"Keputusanku sudah bulat, silahkan saudara Thia
menerimanya!" "Kejadian semacam ini tak boleh sekali kali sampai
terjadi, benda mestika telah memilih tuannya sendiri,
setelah Sin kiam itu memilih saudara sebagai pemiliknya,
mana boleh kau serahkan kepadaku" Jangan ditampik lagi,
hayo terimalah kembali benda milikmu itu.."
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Ong Bun kim
menerima kembali pedang sin kiam dan kotak besi itu
kemudian sesudah menghela napas panjang katanya lagi.
"Aku adalah seorang yang sudah hampir mati, apa toh
gunanya benda mestika tersebut untukku...."
"Engkoh Ong, kau tak bakal mati." seru Kwan Siok kim
dengan air mata bercucuran.
"Aku tahu kalau nadi Sam im-ciat-meh ku sudah tertotok
dalam tiga hari aku pasti akan mati, cuma mati hidup sama
sekali tidak menjadi persoalan bagiku, hanya ada beberapa
macam persoalan yang mau tak mau harus kukatakan."
"Katakanlah !" Ong Bun-kim memandang sekejap sekeliling arena,
kemudian katanya: "Meskipun pedang suci sin kiam menunjuk aku dan nona
Kwan sebagai sepasang suami istri, tapi aku masih
mempunyai beberapa orang gadis yang kucintai, akupun
sudah berhutang budi banyak kepada beberapa orang gadis
itu, terutama kepada Tan Hong hong!"
Berbicara sampat disitu, ia merasa tenggorokannya
bagaikan tersumbat, air matanya jatuh bercucuran dengan
deras dan kata-katanya terputus sampai ditengah jalan.
Bunga iblis dari neraka juga mengucurkan air matanya,
sampai detik ini Ong Bun kim masih teringat kepadanya, ini
menandakan kalau ia benar-benar mencintainya secara
tulus, bagaimana mungkin hatinya tidak terharu dibuatnya"
Sekalipun ia telah berkorban baginya, tapi apalah artinya
pengorbanan tersebut"
Orang lain yang rela mati demi kekasihpun tak sedikit
jumlahnya apa lagi dengan pengorbanannya itu, dia telah
mendapat seluruh cinta kasih Ong-Bun kim terhadap
dirinya, kejadian ini sungguh-sungguh merupakan suatu
peristiwa yang sangat mengharukan hatinya.
Dengan air mata bercucuran dia lantas berbisik.
"Adik Ong, aku... pengorbananku tidaklah terhitung
seberapa." "Tidak, aku sudah terlalu banyak berhutang budi
kepadamu, selama aku masih hidup budi kebaikan tersebut
tak akan kulupakan untuk selamanya."
Kecuali air mata yang jatuh berlinang, apalagi yang bisa
dia katakan" "Enci Tan, semoga saja dalam penitisan yang akan
datang aku... aku bisa membalas hutang-hutangku ini
kepadamu." kata Ong Bun kim lagi.
Sementara pedihnya hati "Enci Tan, tahukah kau aku
paling mencintai dirimu?"
"Aku aku tahu" gadis itu menangis terisak, dengan amat
sedihnya. ooooOdwOoooo BAB 73 TIBA-TIBA Ong Bun kim menguasai rasa sedihnya
didalan hati. lalu berkata: "Asal kau dapat memahami
perasaanku, hal ini sudah lebih dari cukup, enci Tan, kau
boleh pergi sekarang!"
"Mengapa?" "Apakah kau ingin menyaksikan ajalku tiba?"
"Tidak, kau tak akan mati..."
Ong Bun kim segera tertawa pedih, pelan-pelan sinar
matanya dialihkan ke wajah Lan Siok ling, sapanya:
"Nona Lan..." "Ong siangkong...." belum lagi berbicara, air matanya
sudah jatuh bercucuran. Ong Bun kim teringat kembali akan kebaikan Lan Siokling
terhadap dirinya, gadis itu betul-betul mencintainya
dengan setulus hati, bahkan rela menyerahkan tubuh dan
kesuciannya disaat ia hampir mati dulu, diantara sekbian
banyak gadids yang dikenal,a gadis ini memabng pantas
untuk menerima cintanya pula.
Setelah berpikir sejenak, Ong Bun kim berkata.
"Nona Lan, kau adalah istriku yang pertama, kau telah
menyerahkan segala sesuatunya kepadaku, dulu aku adalah
seorang yang hampir mati. sekarang akupun seseorang yang
sudah hampir mati." "Kau tidak akan mati!" jerit gadis itu dengan amat
sedihnya. "Aku tahu, aku adalah seseorang yang sudah mendekati
ajalnya, tapi kau telah banyak berkorban bagiku dan banyak
pula yang telah kau berikan kepadaku, bukankah dalam
rahimmu sudah terdapat darah dagingku?"
"Benar!" "Kau harus baik baik mendidiknya nanti!"
"Aku dapat mendidiknya secara baik-baik, kau tak usah
kuatir" Pelan-pelan Ong Bun kim segera mengangguk dalam hati
kecilnya, sedang saat kematian ini segera muncul suatu
perasaan lega. yaa, bagaimanapun juga kejadian ini
memang merupakan suatu kejadian yang pantas untuk
digirangkan. Agaknya sebelum ajalnya tiba, Ong Bun kim ingin
menyelesaikan dulu semua persoalannya secara jelas dan
terang, kalau tidak, dia tak akan bisa beristirahat dengan
hati yang tenang. Ditatapnya sskejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia
berseru. "Kim losat, bolehkah aku berbicara beberapa patah kata
denganmu?" Tay-pangcu dan perkumpulan Hui mo pung itu tampak
agak tertegun ketika mendengar namanya dipanggil Ong
Bun kim, sekilas perasaan yang sangat aneh segera terlintas
diatas wajahnya, pelan-pelan dia berjalan ke hadapan anak
muda itu. . "Urusan apakah yang hendak kau bicarakan dengan aku
?" Kulit wajah Ong Bun kim mengejang keras beberapa
kali, kemudian tanyanya. "Siapa namamu?"
Pertanyaan yang diajukan oleh Ong Bun kim ini sekali
lagi membuat Kim lo sat ter tegun, tapi segera sahutnya:
"Aku bernama Ku Pek hoa!"
"Nona Ku, ayahmu dan ayahku adalah sahabat sehidup
semati, semenjak kita masih berada didalam perut, mereka
telah mengikat tali perkawinan kita berdua, aku Ong Bunkim
bukannya hendak menyangkal kebenaran ini tapi kau
harus mengerti, aku Ong Bun kim bukannya ingin
mengawini dirimu didalam cara seperti apa yang kau
inginkan." "Aku mengerti!"
"Akupun mengerti bahwa kau mempunyai cara kerja dan
tujuanmu sendiri, tapi cara kerjamu itu justru membuat aku
orang she Ong Bun kim merasa benci dan sakit hati."
"Mengipa kau merasa sakit hatib?"
"Dengan mengdgunakan pelbagaai cara yang kejbi dan
mengerikan, Kau telah menciptakan badai pembunuhan
dalam dunia persilatan, membuat partai Hoa san, Soat-san
dan Tiam cong terpaksa harus takluk di bawah
kekuasaanmu." "Aku berbuat demikian toh demi kepentinganmu."
"Sudah kukatakan tadi, aku enggan kawin denganmu
dalam cara yang kau inginkan itu, aku mempunyai harga
diri, sebelum mati aku berharap kau dapat mawas diri"
"Mawas diri?" "Benar. Kejadian yang kau lakukan selama ini sudah
cukup banyak, kau harus mulai memperbaiki cara kerjamu
itu dengan memikirkan keselamatan umat persilatan, kalau
tidak maka akhirnya pasti ada orang yang akan
melenyapkan dirimu."
"Masih ada sesuatu yang ingin kau bicarakan lagi
denganku?" seru Kim lo sat kemudi an dengan suara dingin.
"Tidak ada, kau boleh pergi!" Kim lo sat melemparkan
pandangnya yang terakhir ke wajah Ong Bun kim,
kemudian memandang ke arah Gin losat, akhirnya tanpa
mengucapkan sepatah katapun berlalu dari situ, dalam
waktu singkat bayangan tubuh mereka berdua sudah lenyap
dari pandangan mata. Menyaksikan kekerasan hati gadis itu, Ong Bun kim
menjadi terteguh, sinar matanya segera dialihkan ke wajah
Kwan Siok kim, ditatapnya gadis itu sampai lama sekali
tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia tak tahu apa yang
harus dikatakan. Sampai lama, lama sekali, Ong Bun kim baru berkata:
"Nona Kwan kau juga boleh pergi diri sini!"
"Tidak, aku tidak akan pergi!"
Ong Bun kim segera menghela napas panjang, lkatanya:
"Aku sudah merupakan seseorang yang hampir mati,
lebih baik kalian semua pergi dari sini... Pergi
meninggalkan aku..."
Suaranya itu mendekati setengah merengek, ya dia
memang sangat berharap kalau gadis gadis itu bisa
meninggalkan dirinya, ia tidak berharap mereka
menyaksikan kematiannya, sebab hal mana hanya akan
menambah penderitaan dan kesedihan dihati mereka
semua. Tapi tak seorang manusiapun diantara mereka yang
berniat untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba Ong Bun kim berkata kepada Giok bin hiap.
"Supek lebih baik kedua buah benda ini kau bawa
kembali ketempat semula."
Tampaknya hanya perbuatan itu saja yang bisa
dilakukan maka Giok bin hiap lantas manggut-manggut
diterimanya pedang Sin kiam dan kotak besi itu kemudian
dimasukkan kedalam saku. "Aaah tidak betul.." tiba-tiba Tiang seng lojin berseru
dengan- suara keras. Ucapan tersebut segera menggetarkah perasaan semua
orang, tanpa terasa sinar mata mereka pun dialihkan kre
wajah kakek ptanjang usia iniq.
"Cianpwe, aparnya yang tidak benar?" tanya Giok bin
hiap dengan suara dalam. "Suhumu adalah seorang manusia suci yang lihay sekali,
mana mungkin ia tak bisa menghitung bakal terjadinya
peristiwa hari ini kalau tidak, tak mungkin juga akan terjadi
peristiwa penyembahan terhadap pedang suci ini."
"Maksud cianpwe ?"
"Tak ada salahnya kalau kau periksa dulu isi kotak besi
tersebut, seandainya isi kotak cuma kitab ilmu pedang,
rasanya dia tak usah harus meletakkannya dalam kotak
besi, siapa tahu kalau isi kotak besi itu bukan buku
melainkan obat penawar?"
Ucapan tersebut segera menyadarkan kembali semua
orang dari lamunan, benar juga, kemungkinan besar hal itu
memang terjadi, andaikata isinya cuma sejilid ilmu pedang,
mengapa harus disimpan dalam kotak besi" Besar memang
kemungkinannya kalau isi kotak besi itu adalah obat
penawar. Buru-buru Giok bin hiap mengeluarkan kembali kotak
besi itu dan membuka penutupnya.
Apa yang kemudian terlihat didalam kotak tersebut,
sungguh membuat Giok bin hiap menjadi tertegun.
Tampaklah dalam kotak itu terletak sejilid kitab kecil
berwarna kuning serta sepucuk surat.
Yang hebat adalah surat itu, sebab pada sampulnya
dengan jelas bertuliskan beberapa huruf yang berbunyi
demikian: "Surat ini ditujukan untuk: Ong Bun-kim.
tertanda: Hek mo im"
"Aaaah..Disini benar benat terdapat sepucuk surat?" jerit
Giok bin hiap segera. "Ada surat?" semua orang ikut berseru tertahan.
Kejadian ini amat menggetarkan hati semua orang,
seakan-akan dada mereka dihantam oleh suatu benda yang
sangat berat, berdebar keras jantung mereka semua.
Buru-buru Giok bin hiap mengambil keluar surat itu dan
diserahkan kepada Ong Bun kim.
Setelah membaca tulisan diatas sampul itu, tanpa terasa
Ong Bon kim menjerit keras:
"Hek mo im benar-benar seorang manusia yang luar
biasa, ternyata ia bisa mengetahui kehadiranku didunia ini"
Suatu harapan untuk hidup lebih lanjut segera muncul
dalam hatinya, siapa tahu dalam surat itu dicantumkan pula
di mana obat pemunah tersebut bisa didapatkan.
Tangan yang memegang surat itu terasa sedikit agak
gemetar, cepat-cepat dirobeknya sampul tersebut dan dibaca
isi suratnya: "Tertuju untuk Ong Bun kim:
"Pada saat kau membaca surat ini, dirimu pasti sudah
terkena serangan keji dan jiwamu terancam bahaya, aku
sudah menghitung bahwa kau bakal menjumpai musibah
tersebut. Didalam surat ini terdapat sebungkus obat mujarab,
setelah kau minum kemudian ditembusi dengan tenaga
dalam, penyakitmu itu akan sembuh kembali seperti sedia
kala. Meskipun ayahmu dan Yu Tiong adalah murid-muridku,
namun mereka tidak berjodoh mendapatkan Sin kiam ini.
Kau berbakat bagus dan punya rejeki besar, kau lah
orang yang paling cocok untuk mendapatkan pedang suci
ini. Moga-moga saja sehabis mempelajari jurus pedang ini
kau bisa berbakti untuk kesejahteraan umat persilatan,
mendirikan perguruan Sin kiam-bun dan berjuang demi


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tegaknya keadilan dan kebenaran.
tertanda: Hek mo im"
Sehabis membaca isi sarat itu dengan perasaan terkejut
bercampur girang Ong Bun kim segera berteriak.
"Aku bisa tertolong !"
"Sungguh !" hampir semua orang menjerit saat yang
bersamaan. Ong Bun kim manggut-manggut, ia membalikkan
sampul surat itu dan betul juga, sebuah kertas bungkusan
berwarna merah segera terjatuh ke atas tanah.
Setelah mengambil bungkusan merah itu dari tanah, Ong
Bun kim menyerahkan surat itu kepada Giok bin hiap untuk
dibaca, seusai membaca surat tersebut Giok bin hiap ikut
merasa gembira. Dengan cepat dia berseru.
"Cepat telan obat penawar itu, akan ku bantu dirimu
untuk menyembuhkan luka tersebut!"
Ong Bun kim manggut-manggut mengiakan, dia segera
menelan obat tersebut kedalam perut.
Terasa obat itu harum dan segar rasanya meski
membawa sedikit rasa getir.
Ketika Ong Bun kim selesai menelan obat tersebut. Giok
bin hiap segera menyalurkan tenaga dalamnya lewat
sepasang telapak tangan keatas jalan darah penting ditubuh
Ong Bun kim, lalu diurutnya semua nadi-nadi penting
dibadannya. Dengan kombinasi tenaga dalam Giok bin hiap yang
sempurna, serta kemanjuran obat yang mujarab itu, pelanpelan
nadi Sam im ciat meh didalam tubuh Ong Bun kim
yang tersumbat itu berhasil ditembusi.
Dalam usaha penyembuhan ini, seluruhnya telah
menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya.
Ketika nadi Sam im ciat mehnya sudah tembus, Ong
Bun kim mengerahkan kembali tenaga dalamnya untuk
mengelilingi badan ia merasa nadi yang semula tersumbat
itu sekarang telah berhasil ditembusi kembali, maka pelan
pelan dia bangkit berdiri.
Ketika sorot matanya menyapu sbekejap sekelilidng
tempat itu, amendadak ia berbseru:
"Kemana perginya Bunga iblis dari neraka Tan Hong
hong?" "Entahlah, ia sudah pergi meninggalkan tempat ini!"
"Pergi meninggalkan tempati ini?"
"Benar!" sahut Yu cing, "ketika kau sedang
menyembuhkan lukamu itu, ia telah pergi dari sini!"
Dalam hati kecil Ong Bun kim segera timbul suatu
perasaan yang amat berat, dia amat rindu kepadanya rindu
kepada perempuan yang telah berkorban demi
kepentingannya itu. Akhirnya dia tertawa getir, katanya:
"Tidak kukira Ong Bun kim bisa lolos dari bahaya
kematian." "Orang yang lolos dari kematian, biasanya akan
mendapat rejeki yang besar," ujar Tiang seng lojin sambil
tertawa, "bukankah Hek-mo im memerintahkah dirimu
untuk mendirikan perguruan Sin kiam bun" Lohu adalah
orang pertama yang bersedia masuk menjadi anggota
perguruanmu itu!" "Sungguhkah perkataan dari locianpwe ini?" seru Ong
Ban kim dengan perasaan girang.
"Yaa, bukan cuma aku seorang, semua yang hadir
disinipun bersedia untuk menggabungkan diri ke dalam
perguruanmu!" Kejut dan girang Ong Bun kim menghadapi kenyataan
ini, dia terkejut karena tak tahu bagaimana caranya untuk
memangku tugas berat sebagai seorang ketua dan suatu
perguruan besar, dia girang karena semua jago-jago lihay
dari dunia persilatan ini bersedia masuk menjadi anggota
perguruannya. Maka Ong Bun Kim berkata.
"Sekarang aku akan pergi ke gua Bu cing tong untuk
berlatih pedang, setelah berhasil dengan latihan itu. kita
baru akan mendirikan perguruan Sin kiam bun secara
resmi, entah apakah kalian punya usul-usul yang lain?"
Tiang seng lojin termenung dan berpikir sejenak,
kemudian sahutnya. "Baiklah, kalau begitu, kami akan mohon diri lebih
dahulu" Demikianlah, Tiang seng lojin dan Hian ih lihiap segera
berpamitan kepada semua orang untuk berangkat lebih dulu
meninggalkan tempat itu. Menyusul kemudian Yu Tiong dan Yu Cing juga mohon
diri untuk pergi menengok Leng po siancu.
Ti teng kek (jago pembawa lampu) serta kelelawar
malam menyusul pergi juga dari sana...
Kini dalam arena tinggal Lan Siok ling, Thia Eng dan
Kwan Siok kim. Dengan termangu-mangu Ong Bun kim mengawasi
wajah Lan Siok ling tanpa berkedip, lama sekali ia tak
berkata-kata. Lama, lama sekati akhirnya Lan Siok ling menghela
napas panjang katanya. "Ong siangkong bagaimana dengan kita sekarang?"
Bagaimana" Ong Bun kim mana tabhu" Paling tidadk
sampai detik aini ia masih beblum dapat menikah secara
resmi dengan gadis itu. Maka sambil tertawa getir katanya.
"Aku pasti akan mengawini dirimu!"
"Tapi bukan sekarang bukan?" bisik Lan Stok ling sambil
menghela napas sedih: "Yaa dalam hal ini aku mohon pengertian darimu."
"Aku bisa memahami kesulitan mu tapi aku berharap
agar kau jangan melupakan diriku."
"Sepanjang masa aku tak akan melupakan diri mu"
"Kalau begitu aku akan pergi dulu! Nona Kwan harap
kau bisa baik-baik menjaga Ong siangkong"
"Aku dapat menjaganya baik-baik" jawab Kwan Siok
kim sedih, "harap kau tak usah kuatir."
"Kalau begitu aku akan pergi dulu?"
Dengan membawa perasaan sedih dan hati yang hancur,
pelan-pelan gadis itu pergi meninggalkan tempat itu.
Agaknya nasibnya memang ditakdirkan untuk sengsara,
ia mencintai sekali pemuda itu tapi ia tak pernah merasakan
kegembiraan barang sedikit pun, namun ia tak pernah
mengeluh atau merasa menyesal, sebab ia memang benarbenar
amat mencintainya. Memandang hingga bayangan tabuh gadis itu lenyap dari
pandangan mata, Kwan siok kim baru menghela rapas
sedih bisiknya. "Engkoh Ong, dia benar-benar seorang gadis yang patut
di kasihani.. ..ia baik sekali."
Ong Bun kim manggut-manggut lirih.
"Yaa aku tahu kalau dia adalah gadis yang baik, gadis
yang pantas dikasihi, dikemudian hari aku akan membayar
semua kekurangan ini kepadanya, aku pasti akan
menyayangi nya sepanjang masa."
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat lamanya,
tiada kedengaran sedikit suarapun, mereka seakan-akan
sudah terbawa ke alam pikirannya masing-masing.
"Saudara Ong !" tiba-tiba Thia Eng menyapa dengan
suara yang lirih. "Ada apa saudara Thia?"
"Apakah kau hendak pergi menengok keadaan dari Thay
khek cinkun dan Mo ini seng kiam?"
Ong Bun kim berpikir sejenak, kemudian sahutnya.
"Aku harus pergi melatih ilmu pedang, rasanya tak
mungkin bisa pergi kesana, apakah Saudara Thia dapat
menerangkan keadaanku ini kepada mereka berdua, kalian
mohonkan maaaf dari ku"
"Baiklah kalau begitu siaute akan mohon diri lebih
dahulu" "Silahkan saudara Thia." Thia Eng segera bangkit berdiri
dan berjalan keluar dari tempat itu, sekejap kemudian
bayangan tubuhnya juga sudah lenyap dari pandangan
mata. Maka Ong Bun kim dan Kwan Siok kim segera
mengucapkan terima kasihnya kepada Hoat hay siangjin
ketua partai Siau lim yang telan meminjamkan ruangan Tat
mo wannya untuk menyelenggarakan pertemuan
penyembahan pedang tersebut, setelah itu mereka baru
berangkat meninrggalkan kuil Sitau lim si.
Di tqengah jalan Ongr Bun kim bertanya kepada Kwan
Siok kim. "Noaa Kwan kau hendak kemana?"
"Aku cuma keluar menengok dirimu, sekarang aku
hendak pulang kerumah dan kau?"
"Aku akan ke gua Bu cing tong untuk berlatih pedang"
Maka berangkatlah kedua orang itu menuju ke gua Bu
cing tong, ketika sampai dibawah bukit Thian mo san Kwan
Siok ling baru mohon diri kepada pemuda itu.
Perpisahan memang selalu terasa berat, dengan perasaan
yang berat mereka saling berjanji untuk bertemu kembali di
lain waktu sebelum akhirnya berpisah menuju ketempat
masing-masing. Demikianlah setelah berpisah dengan Kwan Siok ling,
berangkatlah Ong Bun kim menuju ke gua Bu cing tong, tak
urung ia merasa kesepian juga untuk mendiami ruangan
yang begitu besar seorang diri.
Tapi rasa kesepian itu segera terbunuh setelah ia menetap
disana dan mengeluarkan kitab pedangnya untuk melatih
diri dengan ilmu pedang Sin-kiam-kiam hoat yang maha
dahsyat itu... Waktu berlalu dengan cepatnya...
Untuk menyaksikan ketujuh jurus ilmu pedang itu, Ong
Bun kim telah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menguasahinya setiap jurus serangan yang dipergunakan
tentu memiliki daya kekuatan yang benar-benar luar biasa
sekali. Ketika mereka merasa yakin bahwa apa yang
dipelajarinya sudah cukup sempurna, Ong-Bun kim
memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Apa yang dipikirkan segerapun dilaksanakan, ketika
melangkah keluar dari gua Bu cing tong. dalam hati
kecilnya dia berpikir: "Sekarang aku harus pergi kemana lebih dulu. Aaah,
benar! Aku musti mencari Ciu Li li, pembunuh ayah ibuku
itu untuk membalas dendam...."
Ia bertekad akan menggunakan tenaganya itu untuk
membalas dendam sakit hatinya.
Begitu keputusan diambil, dia lantas menggerakkan
badannya meluncur kearah lembah Thian mo sia, dia tak
menghubungi Kwan Siok kim lebih dulu, seorang diri
didalam lembah Thian mo sia yang tersohor karena
keangkerannya itu. Setelah menembusi hutan batu karang yang menjulang
tinggi ke angkasa, sampailah pemuda itu di hadapan selat
Thian mo sia. Ong Bun kim tidak berhenti sampai disitu saja, dia lantas
melanjutkan perjalanannya meluncur masuk ke dalam
lembah tersebut. Tiba-tiba suatu bentakan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
"Berhenti!" Bayangan manusia menyambar lewat, tahu-tahu
beberapa orang manusia kilat atau San tianjin telah muncul
didepan mata dan menghadang jalan perginya.
Ong Bun kim sama sekali tidak menghentikan langkah
tubuhnya, sambil membentak keras tubuhnya menerjang
kemuka, diantara ayunan telapak tangannya jeritan ngeri
yang menyayatkan hati berkumandang silih berganti.
Ditengah lengkingan jeritan ngeri yang mendirikan bulu
roma itu, tahu-tahu Ong Bun kim sudah meneroboi masuk
ke dalam lembah Thian mo sia.
Tiba-tiba bayangan putih kembali berkelebat lewat
didepan mata, puluhan orang manusia kilat kembali
munculkan diri didepan mata dan menghadang jalan
perginya. "Minggir kalian dari sini!" bentak Ong Bun kim keras.
Di tengah bentakan yang amat keras itu, tenaga
serangannya yang maha dahsyat segera dilontarkan ke
depan. Serangan kilat yang dilancarkan Ong Bun kim ini
dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, sementara pada
saat yang hampir bersamaan, puluhan orang manusia kilat
pun berdatangan melepaskan sebuah pukulan yang tak
kalah hebatnya. Dimana hembusan angin puyuh menyambar lewat, Ong
Bun kim segera merasakan datangnya suara tekanan maha
dahsyat yang menggencet tubuhnya, dalam keadaan begitu
terpaksa Ong Bun kim harus mengundurkan diri ke
belakang. Sorot matanya yang tajam segera memandang sekejap
sekeliling tempat itu, hawa napsu membunuh menyelimuti
seluruh wajahnya, dengan suara keras dia membentak:
"Kalian enggan memberi jalan kepada ku?"
"Benar!" oooOdwOooo BAB 74 "CRIIING....." suara dentingan nyaring bergema
memecahkan keheningan, tahu-tahu pedang "Sin-kiam"
milik Ong Bun kim telah diloloskan dari sarungnya. Cahaya
tajam yang berkilauan segera memancar keempat penjuru,
hawa dingin serasa menyelimuti angkasa.
Tiba-tiba terdengar seorang menjerit tertahan.
"Aaaah...! Pedang Sin-kiam..."
"Benar!" sahut Ong Bun-kim dengan hawa napsu
membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, "inilah pedang
Sin-kiam, bila kaIian tak mau menyingkir lagi, hati-hati
kalau aku akan membinasakan kalian semua."
Seorang segera tertawa dingin.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saudara, kau tak usah menggerbtak sambal di hdadapan
kami, taak nanti kami sebmua akan jeri kepada pedangmu
itu, justru ingin kami ketahui sampai dimanakah kehebatan
dari pedangmu itu" "Bangsat! Jadi kalau begitu kalian sudah pada bosan
hidup" Bagus lihat serangan!"
Ditengah bentakan nyaring, pedang Sin kiam di ayunkan
ketengah udara, cahaya tajam berkilauan memenuhi
angkasa diiringi desingan suara yang amat nyaring, sebuah
serangan dahsyat telah dilancarkan keluar.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memenuhi seluruh angkasa.
Belum lagi suara pedang menyambar lewat, cahaya
tajam yang memancar keluar sudah cukup untuk merenggut
nyawa manusia, empat orang manusia kilat yang berada
tepat dihadapannya segera tersambar oleh senjata mestika
itu dan tewas seketika. Diantara jeritan jeritan ngeri yang menyayatkan hati
tersebut, Ong Bun kim kembali melanjutkan perjalanannya
langsung menerjang ke arah bangunan megah berbentuk
benteng yang merupakan markas besar dari perguruan San
tian bun itu. Gerakan tubuh yang dilakukan Ong-Bun-kim ini sudah
teramat cepat, bayangan manusia hanya berkelebat lewat,
tahu-tahu ia sudah tiba di pintu gerbang perguruan San tian
bun tersebut. Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat, kembali
ada puluhan sosok bayangan manusia menghadang jalan
perginya. Melihat kesemuanya itu Ong Bun kim naik pitam,
dengan wajah berubah menjadi dingin menyeramkan
bentaknya: "Bangsat, kalian mau menyingkir tidak?"
Dari rombongan jagoan tersebut, segera muncul seorang
manusia kilat, agaknya ia merupakan pemimpin dari
rombongan tersebut, dengan suara sedingin es segera
tegurnya. "Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Untuk mencari buncu kalian !"
Belum lagi Ong Bun kim menyelesaikan kata-2 nya,
mendadak dari balik ruangan yang megah itu terdengar
seseorang berkata dengan suara yang merdu.
"Hanya satu bulan tak bersua, tampahnya kau Ong Bun
kim telah berhasil mempelajari ilmu sakti dari pedang sin
kiam" Bagus ... bagus sekali. Justru ingin kuketahui, sampai
dimanakah kehebatan ilmu pedang Sin kiam kiam hoat
yang telah kau pelajari itu."
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dari balik
pintu gerbang segera muncul sesosok bayangan manusia
dengan langkah yang amat pelan, orang itu tidak lain
adalah Ciu Li li, Buncu dari perguruan San tian bun. .
Selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera
menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim begitu dilihatnya
musuh besar pembunuh orang tuanya itu telah
menampakkan diri didepan mata.
Sambil tertawa seram serunya.
"Ciu Lili tempo hari aku telah menerima sergapan
licikmu yang nyaris mengakbibatkan kematianku, nah!
Sengaja aku datang kemari hari ini untuk membayar
hutang-hutang itu!" Ciu Li li tertawa dingin.
"Heeehh... heeehh... heeehh Ong Bun kim, sekalipun kau
memiliki pedang Sin kiam, bukan berarti aku bakal jeri
untuk menghadapimu!"
Ong Bun kim tertawa seram.
"Haaah... haaahh... haaahh... aku toh tidak mengatakan
kalau Buncu takut kepadaku!"
"Ong Bun kim dengan cara apakah kau hendak
membalas dendam sokit hatimu itu" Mengapa tidak kau
utarakan sendiri secara berterus terang..."
"Heeeh... heeeh.... heeeh.... tidak kusangka kalau Ciu
Buncu juga seorang yang suka berteras terang"* jengek Ong
Bun kim sambil tertawa dingin, "bagus sebagai seorang
tamu, aku Ong Bun kim akan menuruti kemauanmu saja!"
"Bagus sekali, kenapa kita tidak mendatangi bukit terjal
itu lagi untuk berduel disana?"
"Tempat bagus sekali, silahkan berangkat Ciu Buncu."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Ciu Lili segera
berangkat lebih dahulu menuju ke tebing curam dibelakang
gunung sana. Ong Bun kim tidak berdiam diri belaka, dengan cepat
diapun menggerakkan tubuhnya menyusul dari belakang.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah berdiri
diatas tebing curam itu dan saling berhadapan.
Sambil menggigit bibir menahan rasa dendam yang
berkobar, Ong Bun kim berkata.
"Ciu Li li, aku akan membacok tobuhmu menjadi tiga
bagian, kemudian membuang nyawamu kedalam jurang."
"Jangan tekebur dulu Ong Bun kim!" jengek Ciu Li li
sambil tertawa dingin "kita toh belum melakukan
pertarungan siapa menang siapa kalah juga belum
diketahui, apakah kau tidak merasa bahwa perkataanmu itu
terlalu awal diucapkan?"
Ciu Li li tidak merasa yakin kalau dirinya bakal tewas,
ditangan lawan itulah sebabnya merasa takutpun tak ada
gunanya, dia masih yakin kalau ilmu silat yang dimilikinya
cukup tangguh untuk membela diri, itulah sebabnya
terhadap keinginan Ong Bun kim untuk membalas dendam
itu sedikitpun ia tidak memikirkannya kedalam hati.
"Ciu Li li" kembali Ong Bun kin membentak dengan
suara sedingin es "aku akan segera melancarkan serangan!"
"Silahkan!" Kegusaran dan api dendam yang berkobar didalam dada
Ong Bun kim saat itu sudah tak terbendung lagi, sambil
membentak keras tubuhnya segera meluncur kedepan dan
langsung menerjang tubuh Ciu Li li yang berada
dihadapannya itu. Didalam tubrukarn yang dilancartkan oleh Ong Buqn
kim ini, dia rtelah sertakan juga seluruh tenaga dalam yang
dimilikinya, sungguh mengerikan sekali keadaannya.
Diantara kilatan cahaya pedang yang menyilaukan mata,
pedang sin kiam yang berada ditangannya telah diluncurkan
kedepan melancarkan sebuah serangan yang mematikan.
Daya kekuatan yang terpancar dari balik pedang Sin
kiam tersebut betul-betul luar biasa sekali, diantara
gulungan cahaya hijau yang memenuhi seluruh angkasa
mengancam dada Ciu Li li dengan sebuah ancaman maut
yang mengerikan sekali. Sementara cahaya kilat yang tajam dengan kekuatan
yang maha dahsyat langsung menerjang kemuka.
Ciu Li li membentak keras, sambil memutar badannya
cepat-cepat dia menghindar ke samping.
Sementara tubuhnya sedang berkelit dari ancaman, Ong
Bun kim telah melancarkan kembali serangannya yang
kedua dengan kecepatan yang jauh lebih mengerikan lagi.
Pedang mestika itu benar-benar sebuah benda yang luar
biasa sekali, cahaya pedang bersinar bagaikan halilintar dan
sanggup mencabut nyawa siapa pun yang terkena
sambarannya, hampir saja Ciu Li li terkurung dibalik sinar
pedang yang amat tebal itu sehingga tak mampu
meloloskan diri. Pada mulanya Ciu Li li sama sekali tidak memandang
sebelah matapun terhadap kehebatan ilmu pedang Sin kiam,
tapi setelah terbukti dengan keampuhannya, dia baru
terkesiap, sambil membentak keras secara beruntun dia
lancarkan dua buah serangan kilat.
Tapi begitu kedua buah serangan tersebut dilancarkan,
percikan darah segar segera berhamburan kemana-mana,
sebuah goresan panjang yang tiga inci dalamnya telah
merobek lengan kirinya itu sehingga tak ampun lagi darah
segar bercucuran membasahi seluruh lantai.
Melihat musuhnya sudah terluka, Ong Bun kim
mendesak maju lebih kedepan, sambil tertawa seram
katanya: "Ciu Li li, hari ini juga aku akan menuntut hutang darah
dengan darah segar tubuhmu!"
Ciu Li-li tertawa dingin, "Hmm.....! Belum tentu!"
jawabnya. "Ciu Li li, robek kain cadar yang menutupi wajahmu itu,
ingin kulihat bagaimanakah tampang dengan perempuan
jalang semacam kau itu"
Ciu Li li kembali tertawa dingin.
"Kau merasa dirimu memiliki kepandaian yang tangguh,
mengapa tidak kau robek sendiri cadar mukaku ini?"
jengeknya. Mengikuti desakan Ong Bun kim yang selangkah demi
sejangkah maju kedepan itu, Ciu Li Ii pun selangkah demi
selangkah mundur terus ke sudut kanan tebing curam
tersebut, dari delapan jengkal menjadi lima jengkal... tiga
jengkal... dan akhirnya berhenti.
Ong Bun kim tertawa seram.
"Heeh... heeh... heehh... Ciu Li-li kau tak akan lolos dari
cengkeramanku" Belum habis perkataan itu tubuh Ong Bon kim telah
meluncur kemuka dengan kecepatan luar biasa, cahaya
tajam menyambar lewat, pedang Sin kiam tersebut telah
diayunkan kedepan menyerang tubuh Ciu Li-li.
Pada saat Ong Bun kim sedang melancarkan serangan
itulah tiba tiba... Ciu Li li melepaskan sebuah serangan untuk
membendung datangnya serangan tersebut kearahnya,
tubuhnya melejit ketengah udara dan langsung terjun
kedalam jurang yang dalamnya tiada taranya itu.
Tindakan yang sama sekali diluar dugaan ini sungguh
membuat Ong Bun kim menjadi tertegun dan melongo, dia
tak pernah mengira sampai kesitu.
Mimpipun dia tak akan mengira kataa Ciu Li li lebih rela
bunuh diri dengan terjun ke-dalam jurang daripada
menerima kematiannya diujung pedang Ong Bun kim.
Untuk setaat lamanya Ong Bun-kim menjadi tertegun
dan tak habis mengerti. Ia betul-betul merasakan hatinya berdebar keras oleh
tindakan Ciu Li Ii yang bunuh diri dengan terjun kedalam
jurang itu, ia tidak menyangka kalau didetik terakhir
keberhasilannya untuk membalas dendam sakit hatinya,
Ciu Li li mengambil keputusan untuk berbuat demikian.
Bagaimana pun juga kejadian ini membuatnya merasa
amat menyesal sekali. Entah lewat berapa lamanya, tiba-tiba Ong bun kim
mencium semacam bau mesio yang aneh sekali, sekujur
tubuhnya kontan saja bergetar keras, tanpa sadar ia
menjerit. "ini tertanam-obat peledak!"
Baru saja ucapan terakhir itu diucapkan, tiba-tiba
terdengar suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan, ledakan yang
dahsyat itu juga menggoncangkan seluruh permukaan tanah
di mana ia berada. Paras muka Ong Bun kim seketika itu juga berubah
sangat hebat.. Menyusul kemudian terjadilah suate ledakan dahsyat
yang benar-benar memekikkan telinga, jilatan api yang
membara segera memancar ke tengah udara, batu cadas
berguguran ke jurang, bumi serasa bergoncang keras,
keadaannya sungguh mengerikan sekali.
Ledakan mesiu itu berkumandang dari jauh dan makin
lama semakin dekat, semua jalan tembusnya hampir
tersumbat seluruhnya. "Blaaammm.." Suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga kembali
berkumandang memecahkan kesunyian, batu karang
berguguran dan berterbangan memenuhi seluruh angkasa,
bahkan banyak diantaranya yang meluncur ke arahnya ini
membuat Ong Bun kim semakin terkesiap, buru-buru
telapak tangannya diayunkan ke depan memukul rontok
batuan yang mengancam ketubuhnya itu.
Tetapi baru saja ia berhasil mbenghancurkan sedrangan
batu gelaombang yang perbtama, hujan batu yang
dilontarkan akibat dari ledakan yang kedua kembali
meluncur ke tubuhnya. Dalam keadaan begini, ia benar-benar merasa tak
mampu untuk melakukan perlawanan lagi.
Mau mundur jelas tak mungkin, sebab di-belakang sana
terbentang sebuah jurang yang dalamnya tak terkirakan.
Dalam keadaan demikian, maka satu-satunya jalan
baginya adalah memilih jalan satu diantara kedua buah
jalan yang ada, tetap berada disini atau terjun kedalam
jurang" Dalam pada itu sudah banyak sekali batuan cadas yang
menghajar diatas badannya, darah kental telah bercucuran
membasahi sekujur tubuhnya, ia hampir saja berubah
menjadi manusia darah. Tapi sianak muda itu tetap menggigit bibir menahan diri,
sampai pada akhirnya, ketika ia sudah merasa tak tahan
untuk tetap berada disana, sambil menghimpun
kekuatannya yang terakhir dia melompat kedalam jurang.
"Aaaah !" tanpa disadari ia menjerit kaget, tubuhnya
meluncur lurus ke bawah, akhirnya diapun jatuh tak
sadarkan diri.. "Pluunng......!" ternyata ia terjatuh kedalam sungai bssar
yang terbentang didalam jurang tersebut.
Tubuhnya segera terbawa oleh arus sungai yang deras itu
mengalir ke depan. Entah sudah berapa jauh tubuhnya terbawa oleh arus,
akhirnya Ong Bun kim tersadar kembali dari pingsannya,
ketika ia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekitar
sana, ternyata entah sedari kapan tangannya sudah
memegang sebuah balok kayu dan sedang mengalir menuju
ke hilir dengan gerakan pelan.
Mendadak....

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari antara lekukan dasar sungai tersebut tampak ada
puluhan sosok mayat yang sedang mengalir pula ke arah
hilir, menyaksikan kesemuanya itu, Ong Bun kim merasa
amat terkejut. Darimana datangnya puluhan sosok mayat itu"
Sementara berpikir demikian, tubuh Ong Bun kim telah
mengalir menuju ke hilir, mengikuti arus sungai yang deras,
ketika membawa sampai ke sebuah jeram pemisah air, ia
terbawa oleh arus yang kuat mengalir ke sebelah kiri.
Ditengah sungai tampak batu-batu cadas bermunculan
disana sini, setelah melewati goncangan demi goncangan
akibat benturan yang keras, hampir saja ia jatuh pingsan
karena getaran-getaran tersebut mengakibatkan isi perutnya
mengalami luka yang cukup parah.
Arus sungai semakin mengalir kedepan semakin deras
alirannya. Sungai tersebut makin kedepan semakin sempit pula
permukaannya... Waktu itu sekujur badan Ong Bun kim sudah penuh
dengan luka, hampir boleh dibilang sudah tidak memiliki
kekuatan lagi untuk melakukan gerakan lagi, dalam
keadaan demikian terpaksa ia pasrahkan mati hidupnya
kapada nasib. Tiba-tiba... Ong Bun kim menjebrit tertahan, tdernyata air sunagai
itu mengalibr menuju ke dalam sebuah gua karang.
"Mati aku kali ini !" pekik Ong Bun kim didalam hati.
Mendadak... Segulung arus kuat menggulung tiba dan membawa kayu
yang dipegang Ong Bun kim itu meluncur kedepan dengan
lebih kencang, dimana akhirnya dengan menimbulkan
suara benturan yang sangat keras memasuki dinding gua
karang itu. Akibat dari benturan tersebut Ong Bun kim merasakan
isi perutnya sekali lagi mengalami suatu kegoncangan yang
maha dahsyat, tak ampun dia segera muntah darah segar,
tubuhnya terseret masuk dengan cepatnya kedalam gua
karang tersebut. Maka semua kesadarannya pun ikut hilang pada saat itu
pula. Entah berapa lama telah lewat, pelan-pelan pemuda itu
sadar kembali dari pingsannya ia merasakan sekujur
badannya kesakitan semua, ia mencoba untuk meraba
sekeliling tempat itu, ternyata tempat dimana ia berbaring
masih terdapat air. Suasana dlsekelilingnya gelap gulita, sukar untuk melihat
keadaan disekitar tempat itu.
"Apakah aku belum mati...?" ingatan tersebut melintas
lewat didalam benaknya. Tapi begitu ingatan tersebut melintas lewat, tanpa terasa
sekujur tubuhnya ikut menggigil keras, bulu kuduknya pada
berdiri semua. Akan tetapi ketika sinar matanya menangkap kilatan
cahaya tajam yang terpancar keluar dari pedang Sin kiam
tersebut, itu segera membuktikan diri bahwa dirinya masih
hidup. Teringat kembali dengan peristiwa yang baru
dialaminya, sekali lagi sianak muda itu mengkirik karena
ngeri. "Tempat manakah ini?" ingatan lain melintas dalam
benaknya. Dia tak tahu dimanakah dia berada sekarang, maka
cepat-cepat pemuda itu duduk bersila mengatur pernapasan
dan berusaha untuk menyembuhkan dulu luka dalam yang
dideritanya. Untunglah tak lama kemudian semua luka yang
dideritanya itu berhasil disembuhkan.
Sekarang, secara lamat-lamat ia dapat menangkap bahwa
tempat dimana ia berada sekarang adalah sebuah gua.
Pelan-pelan ia bangkit berdiri kemudian berjalan
kedepan. Entah beberapa langkah dia sudah lewat, tiba-tiba ujung
kakinya seperti membentur sesuatu benda yang amat keras,
sewaktu diperiksa pemuda itu segera menjerit kaget.
Ternyata tulang belulang manusia berserakan disekeliling
tempat itu. Tak kuasa lagi Ong Bun kim bersin beberapa kali, tanpa
terasa bulu roma pada bangun berdiri dia mundur dua tiga
langkah kebelakang. Ia merasakan suatu cekaman perasaan ngeri yang amat
menakutkan sebab melihat dari begitu banyaknya tulang
belulang manusia yang berserakan disekitar tempat itu,
dapat diketahui bahwa tidak sedrikit manusia yatng tiba
disitu qdan tewas ditemrpat itu juga.
"Tempat ini benar-benar adalah suatu tempat setan...."
pekik Ong Bun kim didalam hati.
Dengan sangat berhati-hati dia berjalan memasuki gua
tersebut. Gua air itu panjang sekali, sudah tiga kali lebih Ong Bun
kim menelusurinya, tapi belum juga nampak ujungnya,
sementara suatu perasaan dingin yang mendatangkan
perasaan ngeri tiba-tiba muncul dalam hati kecil anak muda
itu. Dia merasa seakan-akan sedang berhadapan dengan
maut yang setiap saat mengancam jiwanya.
Perasaan semacam ini belum pernah dirasakan
sebelumnya, tapi sekarang dia telah merasakan.
Setelah berjalan lebih kurang dua kaki lagi, akhirnya
sampailah Ong Bun kim di depan sebuah pintu yang amat
besar. Ia mencoba untuk mendorong pintu besar itu, "krek"
dengan cepat pintu batu itu terpentang lebar.
Dengan membawa perasaan tercekat dan kuatir, Ong
Bun kim masuk ke dalam, ternyata tempat itu adalah
sebuah ruangan batu yang amat besar sekali.
oooOdwOooo BAB 75 SUASANA didalam ruangan batu itu sangat gelap
gulita, dekat suatu lekukan batu yang cekung kedalam, Ong
Bun kim menyaksikan ada sesosok bayangan hitam, seperti
manusia seperti pula makhluk aneh bercokol ditempat itu,
bergidik Ong Bun kim menyaksikan kesemuanya itu.
"Siapa?" dengan suara keras ia membentak. Bayangan
hitam itu tetap tak berkutik di tempat semula.
Suatu perasaan yang amat mengerikan timbul didasar
hati Ong Bun kim, pedang Sin kiam dipegangnya erat-erat
kemudian selangkah demi selangkah dia maju kemuka
mendekati bayangan hitam tersebut...
Sreet! Sreet! Sreeet! Langkah kaki yang menimbulkan
suara gemerisik berkumandang dalam ruangan itu semakin
menambah seramnya suasana disekitar sana.
Dalam pada itu, Ong Bun kim telah tiba lebih satu kaki
dari hadapan bayangan hitam, itu sekarang dia dapat
melihat jelas bahwa bayangan tersebut adalah sesosok
tubuh manusia, rambutnya panjang dan awut-awutan tidak
karuan, keadaannya sangat mengerikan.
Ong Bun kim menarik napas dingin tanpa sadar dia
mundur satu langkah kebelakang.
Setelah gejolak perasaan dalam hatinya berhasil diatasi
pemuda itu segera membentak lagi: "Siapakah kau?"
Orang itu masih tetap tidak menjawab atau melakukan
sesuatu gerakan, berkutikpun tidak.
"Jangan jangan orang itu sudah mati " demikian Ong
Bun kim berpikir. -oo0dw0oo-- Jilid 24 TERBAYANG sampai kesitu, tanpa terasa dia maju lagi
beberapa langkah, tapi setelah semakin dekat dan semakin
jelas mengamati keadaan orang itu, dia baru tahu kalau
orang tersebut belum mati, melainkan sedang bersemedi.
Usia orang itu diantara lima puluh tahunan, walaupun
rambutnya awut-awutan tak karuan tapi secara lamat lamat
masih dapat dilihat bahwa paras mukanya cukup gagah,
saat itu dia sedang bersemedi, rupanya sedang melatih
semacam kepandaian yang maha sakti.
Setengah harian lamanya Ong Bun kim mengamati
orang itu, lama kelamaan ia berhasil menemukan bahwa
orang itu rupanya sedang mengalami kesulitan didalam
usahanya untuk menembusi salah satu nadi pentingnya.
Menyaksikan hal tersebut, timbul perasaan iba dalam
hatinya, maka ia lantas maju ke depan dan menghampiri
orang itu, baru saja telapak tangan kanannya siap
ditempelkan diatas jalan darah Mia bun hiat ditubuh orang
itu, tiba-tiba ia menarik kembali tangannya cepat-cepat.
Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya dia
berpikir: "Jangan-jangan semua tulang belulang yang berserakan
disekitar gua ini merupakan hasil karya pembunuhan yang
dilakukan olehnya" Kalau benar demikian, bukankah aku
akan segera menciptakan seorang pembunuh keji dalam
dunia persilatan?" Ketika ingatan itu melintas lewat, ia menjadi sangsi dan
tak tahu apa yang musti di lakukan.
Akhirnya satu ingatan melintas kembali dalam
benaknya, cepat-cepat telapak tangan kanannya
ditempelkan diatas jalan darah Mia bun hiat orang dan
menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh orang
tersebut. Tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim benar-benar
amat sempurna, ibaratnya menambah minyak didalam
kobaran api, begitu hawa mumi tersebut tersalur ke dalam
tubuh manusia aneh itu. sekujur badannya segera bergetar
keras, dua gulung tenaga yang bergabung menjadi satu
segera menciptakan suatu kekuatan dahsyat yang langsung
menerjang ke atas sebuah nadi penting dalam tubuhnya.
Tidak mengalami banyak rintangan, nadi sian kwan yang
berada didalam tubuh orang itu berhasil dibantunya sampai
tembus, maka dia pun menarik kembali tenaganya seraya
menempelkan ujung pedang sin kiam diatas tengkuk orang.
Pemuda itu memutuskan untuk mengorek keterangan
lebih dulu dari mulut orang ini, kemudian baru
memutuskan apakah hendak membunuhnya ataukah tidak.
Lebih kurang setengah jam kemudian, orang itu mulai
menggerakkan badannya dan pelan-pelan membuka
matanya agaknya ia sudah dapat merasakan bahwa nadi
penting dalam tubuhnya yang selama ini tersumbat, kini
berhasil tertembus. Dengan suara menggeledek Ong Bun kim segera
menegur: "Siapa kau" Hayo jawab!"
Bentakan Ong Bun kim yang diutarakan secara tiba-tiba
ini sangat mengejutkan orang itu, dengan perasaan
terkesiap ia balik bertanya:
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"
"Aku bertanya kepadamu, siapa kau?"
"Siapa pula kau sendiri?"
"Aku Ong Bun tim, tolong tanya apakah tulang belulang
manusia yang berserakan diatas tanah adalah korbankorban
yang telah tewas ditanganmu."
"Kalau benar kenapa?"
"Asal kutekan tanganku lebih keras, niscaya batok
kepalamu akan berpisah dengan tubuhmu!"
"Kalau bukan?" "Tentu saja ada pertimbangan yang lain."
"Kau tidak kuatir aku membohongi mu?"
"Membohongi aku?"
"Benar, membohongi dirimu kalau orang-orang tersebut
bukan mati ditanganku"
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Selama hidup aku paling percaya dengan perkataan
orang, asal kau menjawab yaa atau tidak, itu sudah lebih
dari cukup!" Orang itu segera tertawa ewa katanya:
"Apakah kau yang telah membantuku untuk menembusi
nadi Thian siat siok wan tersebut"
"Benar!" "Kalau toh kan telah membantu diriku, mengapa pula
hendak membinasakan aku?"
"Asal kau adalah orang baik, sudah barang tentu aku tak
akan membunuh dirimu!"
"Agaknya kau adalah seorang pemuda yang amat
istimewa, cuma aku dapat memberitahu kepadamu, orangorang
itu bukan mati di tanganku, tapi mati ketika terbawa
oleh arus memasuki gua ini"
"Sungguh?" "Bukankah kau paling percaya dengan perkataan orang?"
tiba-tiba orang itu balik ber tanya.
Ong Bun kim dibuat tertegun, maka dia lantas tertawa
dan menarik kembali katanya: "Aku dapat mempercayai
dirimu!" "Mengapa kau bisa sampai disini?" orang itu lantas
bertanya. "Aku dibawa oleh arus sungai masuk kedalam gua ini"
"Tidak sampai mampus?"
"Omong kosong, seandainya akn sudah mampus, mana
mungkin saat ini bisa bercakap-cakap denganmu?"
Orang itu segera tertawa nyaring.
"Haaahh....haaahh... haaahh... betul, betul, memang
ucapanku itu sama sekali tak ada artinya" dia berkata.
"cuma sedari dulu sampai sekarang, belum pernah ada
orang yang sanggup tiba di dalam gua ini dalam keadaan
hidup kecuali kau seorang!"
"Bagaimana dengan kau sendiri?"
"Aku bukan datang lewat sana... haah?"
Belum habis dia berkata, tiba-tiba orang itu menjerit
tertahan, sinar matanya segera dialihkan ke atas pedang Sin
kiam yang berada ditangan Ong Bun kim itu.
Mencorong sinar tajam dari balik matanya Itu, serunya
tertahan: "Benarkah pedang dalam genggaman mu itu adalah
pedang Sin kiam..?"

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar!" Baru selesai dia berkata, orang itu sudah menerjang ke
depan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat,
tangannya langsung menyambar ke arah pedang Sin kiam
yang berada ditangan Ong Bun kim itu.
Tindakan lawan yang dilakukan secara tiba-tiba ini sama
sekali berada diluar dugaan Ong Bun kim, mimmipun dia
tak menyangka kalau musuhnya secara tiba-tiba akan
merampas pedangnya. Didalam keadaan tidak siap, telapak tangga kirinya
segera diayunkan kedepan untuk membendung terjangan
orang, sementara tubuhnya cepat-cepat mundur ke
belakang. Tindakan yang dilakukan oleh Ong Bun kim ini tak bisa
dibilang terlambat akan tetapi kenyataanya orang itu bisa
bergerak jauh lebih cepat hingga di saat tubuh Ong Bun kim
belum sempat mundur secara keseluruhannya, seraagan
kedua-dari orang itu kembali sudah meluncur tiba.
Serangannya yang kedua ini ternyata jauh lebih cepat
daripada serangan yang pertama tadi, tak terIukiskan rasa
kaget Ong Bun kim menghadapi keadaan tersebut.
Segera bentaknya dengan penuh kegusaran. "Kau ingin
mampus rupanya?" Sekali lagi telapak tangan kirinya diayunkan ke depan
untuk membendung datangnya serangan tersebut.
Tapi orang itu semakin nekad sekali lagi ia menerjang
kemuka sambil berpekik lantang:
"Serahkan pedang Sin-kiam itu kepadaku"
Bagaikan setan yang sedang kelaparan, secara kalap
orang itu menerjang, menerkam dan menubruk dengan
garangnya, ini membuat Ong Bun kim sangat terkejut, ia
merasa bahwa musuhnya itu terlampau menakutkan.
Mendadak... Tangan kanannya menjadi kesemutan, lalu pedang sinkiam
tersebut terlepas dari genggamannya dan mencelat
keudara, sementara orang itu mundur hampir satu kaki
lebih dari posisi semula.
Tak terlukiskan rasa kaget Ong Bun kim menghadapi
kenyataan tersebut, mimpipun ia tak menyangka kalau
orang tersebut bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat
lihay, kenekadannya juga luar biasa.
Sementara itu terdengar orang aneh tadi sedang berpekik
dengan raga gembira: "Aaah...! Benar-benar adalah pedang sin-kiam."
Tiba-tiba Ong Bun kim tersentak kaget dari lamunannya,
ia segera membentak nyaring:
"Cepat kembalikan pedang itu kepadaku!" Tubuhnya
melejit ketengah udara dan meluncur kedepan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat, sementara telapak
tangannya diayunkan kedepan, sebuah serangan yang amat
dahsyat telah dilepaskan.
Tindak pembalasan yang dilakukan oleh Ong Bun kim
ini boleh di bilang cepat sekali.
Tapi kenyataannya, hanya dengan suatu gerakan yang
ringan, pihak lawan telah menghindar kembali sejauh dua
kaki lebih dan posisi semula.
"Dari mana kau dapatkan benda ini?" ia bertanya.
Ong Bun kim tidak menjawab pertanyaan orang,
sebaliknya menjengek dengan dingin:
"Sungguh hebat kepandaianmu didalam merampas
pedang tersebut!" "Hayo jawab, darimana kau dapatkan pedang itu?"
"Dari Hek mo im !"
"Apa?" "Aku bilang Hek mo im yang menyerahkan pedang sinkiam
tersebut kepadaku!" "Omong kosong!"
"Mengapa aku musti omong kosong?"
"Kau bilang Hek mo-im masih hidup di dunia ini?"
"Soal itu kau tak usah tahu, pokoknya serahkan kembali
pedang tersebut kepadaku!"
"Coba kau terangkan dulu mengapa pedang Sin-kiam ini
bisa terjatuh ketanganmu?"
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat, ia tidak
menjawab pertanyaan orang, bentaknya:
"Sesungguhnya kau mau serahkan pedang itu kepadaku
atau tidak?" Orang itu memandang sekejap keatas wajah Ong Bun
kim yang penuh diliputi oleh hawa napsu membunuh itu,
kemudian dengan sangat hormat mempersembahkan
kembali pedang Sin kiam tersebut kehadapan Ong Bun kim,
tindakan tersebut betul-betul diluar dugaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya ternyata Ong Bun kim tidak
menyambut kembali pedang Sin kiam tersebut, dia hanya
mengawasi orang yang mencengangkan tersebut dengan
pandangan termangu. "Silahkan saudara untuk menerima kembali pedangmu!"
dengan sangat hormat orang itu berkata.
Dengan sikap yang kaku sekali Ong Bun kim menerima
pedang Sin kiam itu, sebelum dia mengucapkan sesuatu
orang itu kembali bertanya lagi.
"Tolong tanya bagaimana ceritanya sehingga pedang ini
bisa terjatuh ketanganmu?"
Ketika dilihatnya orang itu tidak bermaksud untuk
merampas pedangnya, maka secara ringkas Ong Bun kim
menceritakan kisah "Pay kiam" tersebut padanya.
Setelah mendengar penuturan tersebut, orang itu lantas
berkata. "Oooh... rupanya pedang Sin kiam telah menemukan
pemiliknya.." Dari mana kau bisa tahu kalau pedang ini adalah pedang
Sin kiam?" "Aku pernah berkunjung kegua Bbu cing tong."
"dApa" Kau pernaha berkunjung kegbua Bu cing-tong?"
"Betul, kejadian ini sudah berlangsung pada tiga puluh
tahun berselang, waktu itu aku baru berusia dua puluh
tahun, ketika tiba digua Bu cing tong, kutemukan sepucuk
surat dari Hek mo im yang khusus ditinggalkan untukku,
katanya aku bukan pemilik dari pedang Sin kiam tersebut.
Sesudah berhenti sejenak dia bertanya.
"Pernahkah kau mendengar nama Pak keng lt-liong
(naga dari kutub utara )Tan Liok?"
Ong Bun kim segera menggelengkan kepalanya. "Maaf
akan kebodohan boanpwe belum pernah (kudengar nama
tersebut, apakah dia adalah diri cianpwe ?"
Ia mengangguk dan tertawa getir, kembali tanyanya:
"Apakah dalam dunia persilatan kau juga pernah
mendengar nama Pak kek sin mo (iblis sakti dari kutub
utara)?" Mendengar nama itu, Ong Bun kim. merasa-amat
terperanjat, bukankah Pak kek sin mo tak lain adalah Yu
leng lojin?" Setelah tertegun beberapa saat lamanya, Ong Bun kim
lantas menyahut: "Aku sudah pernah mendengar nama orang ini, akupun
telah berjumpa muka dengannya"
"Dia adalah sahabatku...."
"Apa" Pak-kek sin mo adalah sahabatmu?"
"Benar, cuma peristiwa ini sudah berlangsung pada dua
puluh tahun berselang!"
Setelah tertawa getir dia mendongakkan kepalanya dan
termenung, agaknya sedang merenungkan kembali
kenangannya dimasa lalu. Lama. lama sekali.....akhirnya dia mengalihkan kembali
sinar matanya ke wajah Ong Bun kim tanyanya:
"Apakah kau ingin mengetahui tentang peristiwa yang
telah menimpa diriku?"
"Silahkan, akan kudengarkan dengan seksama!"
Tan Liok tertawa getir, ujarnya:
"Dua puluh tahun berselang, ketika aku masuk kedalam
gua Bu cing tong, aku menikah dengan seorang perempuan
yang bernama Soat hay it su (rase sakti dari samudra salju),
beberapa tahun kemudian kamipun memperoleh seorang
putri." "Sebetulnya keluarga kami ini termasuk suatu keluarga
yang sangat berbahagia, tapi suatu ketika ternyata istriku
telah bermain serong dengan Pak kek sin mo, dalam
gusarnya aku bunuh istriku terbsebut."
"Bagaimdana dengan putraimu?" sela Ong bBun kim.
"Waktu itu aku sedang sedih bercampur marah, aku
sama sekali tidak memperhatikan mati hidupnya putriku,
setelah lewat beberapa hari kemudian aku baru menyadari
apa yang telah kulakukan selama ini, sebenarnya aku
hendak pergi mencari Pak kek sin mo untuk membales
dendam, tapi sayang tenaga dalamku masih bukan
tandingannya. "Dalam putus asanya aku jadi teringat dengan pesan Hek
mo im yang meminta aku datang kemari sebab disini
tersimpan sejilid kitab Thian sian sin su (kitab sakti thian
sian), akupun berlatih tekun siang dan malam agar suatu
ketika bisa atau dapat kesempatan untuk membalas dendam
selain bisa pula memenuhi pesan Hek mo im yang suruh
aku membantu pemilik Sin kiam guna mewujudkan
keadilan serta kebenaran di dalam dunia persilatan".
Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, dengan
kening berkerut Ong Bun kim lantas berkata:
"Jadi, semenjak itu kau pun berdiam disini hampir dua
puluh tahun lebih tanpa keluar barang selangkahpun?"
"Benar !" "Masih ingatkah kau siapa nama putri-mu itu?"
"Waktu itu dia sudah berusia tiga tahun, aku masih ingat
dia bernama Tan Hong hong."
"Apa ?" Dengan perasaan terkejut Ong Bun kim berteriak keras,
bukankah Tan Hong hong adalah Bunga iblis dari neraka"
Kalau begitu, Bunga iblis dari neraka adalah putri orang
ini?" Tampaknya kenyataan ini memang banyak benarnya,
sewaktu berada diluar markas Yu leng bun tempo hari, Tan
Hong-hong juga pernah memberitahu kepada Hian ih-liap
bahwa ia bisa mendapatkan obat pemunah racun dari
tangan Yu leng lojin, karena ibunya dan Pak kek sin mo
pernah melakukan hubungan gelap, setelah ayahnya
membinasakan ibunya, sejak itu pula kabar beritanya
lenyap tak berbekas. Sungguh tak nyana Ong Bun kim bisa terbawa arus
sungai sampai didalam gua itu dan akhirnya berjumpa
dengan ayah Tan Hong-hong di situ.
Agaknya Tan Liork dibuat terpertanjat oleh teriqakan
dari Ong Brun kim itu, serunya kemudian: "Adakah sesuatu
yang tidak beres?" Ong Bun kim memperlunak sikapnya, lalu berkata. "Kau
bilang putrimu itu bernama Tan Hong hong."
"Benar!" "Aku pernah bersua dengannya!"
"Benarkan itu?" teriak Tan Liok dengan perasaan
bergolak keras. "Kau pernah bertemu dengannya" Jadi...
Jadi dia masih hidup didunia ini?"
"Benar aku kenal dengan seorang nona yang bernama
Tan Hong hong, tapi apakah benar dia atau bukan, aku
tidak berani memastikannya..!"
Kulit wajah Tan Liok mengejang keras sekali, serunya.
"Asal aku dapat berjumpa dengan Tan Hong hong
seperti apa yang kau maksudkan itu, aku segera akan
mengenalinya apakah dia adalah putriku atau bukan, sebab
wajahnya mirip dengan Ibunya!"
"Sekarang, apakah latihan sin kang mu telah berhasil
mencapai pada puncaknya?"
"Yaa, sudah berhasil, mari kita pergi meninggalkan
tempat ini!" Seusai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu
meninggalkan tempat itu. Ong Bun kim segera mengikutinya dari belakang,
tampak mereka berjalan menuju kesuatu sudut ruang yang
sangat gelap, dibawah tebing karang itu terdapat sebuah
pintu kecil mereka berdua segera menerobos keluar dari
sana. Setelah menembusi sebuah pintu kecil, terpentang
sebuah lorong sempit yang memanjang jauh kedepan sana,
sedemikian sempitnya lorong itu sehingga seorang saja yang
bisa lewat. Tak lama kemudian, mereka sudah keluar dari gua itu.
Mulut gua penuh ditumbuhi pepohonan rotan serta
semak belukar yang berduri, seandainya tidak-diperhatikan
secara khusus, sulit untuk mengetahui kalau ditempat itu
terdapat gua, lebih tak akan mengira kalau dibalik gua
tersebut terdapat sebuah dunia lain.
Mereka berdua berdiri termangu-mangu diatas tebing
kecil dengan sebuah sungai besar terbentang didepan mata,
sejauh sinar matanya memandang yang tampak hanya
mayat-mayat yang terapung diatas permukaan air.
Sedemikian banyaknya mayat yang terapung diatas
permukaan sungai itu sehingga keadaannya benar-benar
amat mengerikan, tanpa terasa membuat hati si anak muda
itu bergidik. Darimana datangnya mayat sebanyak itu diatas
permukaan sungai besar itu"
Ong Bun kim mencoba untuk memperhatikan
sekekeliling tempat itu dengan seksama, dipunggung bukit
disebelah depan sana, akhirnya ia menjumpai bayangan
bangunan yang berdiri megah.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Ong Bun-kim,
katanya: "Cianpwe, apakah kau telah melihat mayat-mayat yang
mengapung diatas permukaan sungai itu?"
"Yaa, sudah kulihat!"
"Tahukah kau perguruan apakah yang menempati
bangunan rumah dipunggung bukit itu?"
"Apakah kau menduga ada orang sedang membantai
anggota perguruan itu serta membuang mayat-mayatnya


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedalam sungai?" "Kemungkinan besar demikian, bagaimana kalau kita
kesana untuk memeriksanya?"
"Baik, sekarang juga kita berangkat."
oooooOdwOoooo BAB 76 BERANGKATLAH kedua orang itu menuju kearah
bangunan megah yang berada di punggung bukit tersebut
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, setelah melalui
suatu undak-undakan batu yang tersusun rapi, mereka
langsung menuju ke arah bangunan utama.
Sepanjang jalan mereka menyaksikan banyak sekali
mayat manusia yang bergelimpangan dalam keadaan
mengerikan. Menyaksikan kesemuanya itu,Ong Ban kim merasakan
hatinya bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri, jelas
suatu pembantaian secara besar-besaran telah berlangsung
disana, betul-betul suatu peristiwa berdarah yang
mengerikan. Dalam waktu singkat mereka berdua telah tiba didepan
bangunan utama tersebut, halaman di depan bangunan itu
sangat luas, dinding pekarangannya sangat tinggi dengan
pintu gerbang terpentang lebar, belasan sosok mayat
manusia bergelimpangan disana sini, keadaan mereka betulbetul
menggidikkan hati. Ong Bun kim segera melompat mabju ke depan dand
langsung meneraobos masuk kedablam ruang tengah yang
sangat luas itu, diatas pintu gerbang terpancanglah sebuah
papan nama besar yang bertuliskan.
"HIAT HO KAU" Kembali dijumpai belasan sosok mayat manusia
bergelimpangan diatas tanah, keadaan merekapun rata-rata
mengerikan sekali, menyaksikan kesemuanya itu Ong Bun
kim segera mengerutkan dahinya sembari berpikir.
"Benar-benar suatu perbuatan yang amat keji!" Dengan
langkah lebar dia segera berjalan masuk keruang dalam.
Mendadak terdengar, seseorang membentak dengan
suara yang berat dan dalam.
"Siapa disitu" Mendengar teguran itu, Ong Bun kim merasa amat
terperanjat, cepat dia mengalihkan sinar matanya ke arah
mana berasalnya suara itu, tampak sesosok bayangan hitam
sedang bergerak gerak disana.
Tercekat perasaan Ong Bun kim, untuk sesaat lamanya
dia tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Siapa kau?" kembali orang itu menegur.
"Aku adalah Ong Bun kim, siapa pula kau?"
"Apa" Kau yang bernama Ong Bun kim?"
"Benar, apakah kau kenal dengan diriku?"
"Walaupun aku belum pernah bersua denganmu tapi
sudah lama kudengar akan nama besarmu itu, bukankah
kau yang berhasil mendapatkan pedang sin kiam ketika
diadakan penyembahan terhadap pedang di kuil Siau
limsi..?" "Betul, siapa pula kau?"
"Ketua dari perkumpulan Hiat ho kau!"
"Apa yang telah terjadi dengan perkumpulan anda?"
"Mengapa tidak kau tanyakan secara langsung kepada
istrimu?" "Istriku...?" seru Ong Ben kim dengan perasaan terkejut
bercampur heran setelah mendengar perkataan itu.
Orang itu kembali tertawa dingin.
"Heeeh heeehh....heeeehh.... buat apa kau musti berlagak
pilon lagi" Bukankah Tay pangcu dari perkumpulan Hui mo
pang, Kim losat adalah binimu?"
Hampir menjerit keras Ong Bun kim setelah mendengar
ucapan itu. serunya dengan lantang:
"Jadi Kim losat yang btelah membawa odrang untuk
membaantai perguruanbmu...?"
"Benar." "Kenapa?" "Dia minta perkumpulan kami agar menggabungkan diri
dengan perguruannya, hram! Be tul partai kami tak lebih
cuma sebuah partai kecil didalam dunia persilatan, tapi
kami enggan dipergunakan tenaganya oleh kaum iblis yang
sudah tak waras otaknya, oleh karena itu partai kami
menolak permintaan mereka..."
"Oooh, jadi lantaran kalian menolak, maka dia lantas
memimpin orang-orangnya untuk melakukan pembantaian
disini?" "Benar!" "Dari seluruh jumlah anggota kalian, sudah berapa
banyak yang terbunuh di tangan mereka?"
"Anggota perkumpulan kami hanya terdiri dari beberapa
ratus orang, kini sudah tinggal setengahnya saja, mereka
yang masih hidup sekarang sedang merundingkan suatu
siasat untuk menghadapi serbuan mereka."
"Apakah dia akan datang kemari lagi?"
"Sebelum pergi meninggalkan tempat ini, dia telah
memberi batas waktu selama lima hari buat kami, biia batas
waktunya sudah habis dan kami masih belum bersedia
untuk masuk menjadi anggota perguruannya, maka dia
akan membantai segenap sisa anggota yang masih hidup!"
Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, hawa napsu membunuhnya
segera berkobar. Terdengar orang itu kembali berkata
sambil tertawa dingin: "Kalau kau bisa membunuh orang lain, mengapa tak bisa
membunuh istrimu sendiri" Bila kau sudah tiada urusan lagi
disini, silahkan segera angkat kaki dari hadapan kami!"
Ucapan yang terakhir tadi sungguh membuat kedudukan
Ong Bun kim serba salah, dia tak tahu apa yang musti
diucapkan kepada orang itu.
Akhirnya sambil menggertak gigi menahan marahnya,
dia berkata: "Aku pasti akan membinasakan dirinya."
Sehabis berkata dia membalikkan badannya dan keluar
dari tempat itu. Terdengar ketua dari perguruan Hiat ho-kau Itu
menjengek sambil tertawa dingin:
"Semoga saja kau dapat teringat selalu dengan
perkataanmu itu!" Kendatipun berarda dalam pengartuh hawa napsu
mqembunuh yang berrkobar-kobar, akan tetapi Ong Bun
kim merasakan juga keserba susahnya menghadapi keadaan
tersebut, selama hidup belum pernah ia menerima
cemoohan orang seperti apa yang dialaminya saat ini.
Tiba-tiba saja perasaannya tercekam dalam suasana yang
amat murung dan berat, seakan-akan kematian orang itu
adalah akibat dari perbuatannya.
Lama, lama sekali, akhirnya dia baru bergumam sambil
menggertak giginya menahan diri.
"Ia sungguh amat menakutkan, aku pasti akan
membunuhnya, aku harus menyingkirkan dirinya dari
muka bumi!" terdengar Tan Liok bertanya dengan
keheranan. "Istrimu kah yang telah membasmi semua anggota
perguruan ini?" "Benar!" "Mana mungkin?"
Ong Bun-kim menghela napas panjang, secara ringkas
lantas menceritakan bagaimana ayah Kim lo sat dan
ayahnya menjodohkan mereka ketika masih berada di
kandungan dulu, kemudian dijelaskan pula tindak tanduk
Kim lo sat didalam dunia persilatan selama ini...
Seusai mendengar penuturan tersebut, Tan Liok lantas
berkata: "Perbuatannya memang benar-benar amat kejam dan tak
berperi kemanusiaan, tapi, sanggupkah kau untuk
membinasakannya?" "Mengapa tidak?"
"Aku kuatir kalau kau tidak memiliki cukup keberanian
untuk melakukan hal itu!"
Paras muka Ong Bun kim segera berubah,
kesombongannya muncul kembali, dengan angkuh dia
berkata: "Aku sebagai pemegang Sin kiam sudah sewajarnya
uutuk membasmi kaum sesat dari muka bumi, sekarang
juga aku akan kesana untuk mencarinya!"
"Bila kau hendak kesana, aku juga akan turut serta!"
"Kau juga akan ikut ke mana?"
"Yaa, Hek mo im menitahkan kepadaku untuk
membantu pemegang pedang Sin kiam untuk melaksanakan
tugas sucinya!" Ong Bun kim segera tertawa.
"Kalau begitu mari kita segera berangkat"
Maka berangkatlah kedua orang itu menuruni bukit di
mana Hiat ho kau bermarkas.
Di tengah jalan, tiba tiba Tan Liok bertanya:
"Ong sauhiap, ada satu hal aku telah lupa-untuk bertanya
kepadamu!..." "Persoalan apa?"
"Mengapa kau bisa terbawa arus sungai sampai ke situ
dengan tubuh penuh luka?"
Ong Bun kim menceritakan kepadanya apa yang telah
dialaminya... Setelah menyinggung kembali soal itu, dia baru teringat
pula dengan nasib Ciu Li li, apakah ia masih hidup atau
sudah mati setelah terjun ke dalam jurang tempo hari"
Apakah dia perlu pergi mencarinya ataukah tidak"
Akhirnya dia memutuskan untuk mempersoalkan mati
hidup Ciu Li li di masa mendatang, sekarang dia harus
menjumpai Kim lo sat lebih dulu untuk membunuhnya dan
melenyapkan bibit bencana lagi umat persilatan.
Dia ingin membuktikan kepada umat persilatan bahwa ia
selain bisa membunuh orang jahat, juga bisa membunuh
istrinya sendiri. Tak lama kemudian sampailah mereka berdua di bukit
Thi gou san. Setibanya di sana, Ong Bun kim segera menelusuri jalan
kecil di tepi tebing karang untuk meluncur kearah markas
besar kaum Hui mo-pang. Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya itu,
tak seberapa lama kemudian, sampailah ia didalam kebun
kecil dalam markas besar Hui mo-pang.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan. "Berhenti.... !"
Menyusul bentakan tersebut, dua orang nyonya berbaju
biru telah melayang turun dihadapan Ong Bun kim.
Tapi begitu tahu siapa yang sedang dihadapinya itu,
paras muka mereka segera berubah hebat.
"Haaah.....kau?" teriaknya sembari berbareng. .
"Benar, aku!" "Ada keperluan apa Ong tayhiapb datang kemari.d"
"Mencari Kima lo sat!"
"Maafb !" ucap perempuan baju biru yang berada
disebelah kanan itu, "tay pangcu telah menurunkan perintah
untuk tidak menerima tamu?"
"Apakah termasuk juga aku?"
"Benar ! siapapun tidak boleh masuk!"
"Apa yang sedang ia lakukan sekarang?"
"Rapat !" "Rapat ?" "Benar ia sedang rapat dengan beberapa orang
ciangbunjin dari beberapa partai besar!"
Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Ong-Bun kim
merasa terkejut sebab ditinjau dari sikap Kim lo sat yang
sedang melakukan perundingan dengan beberapa orang
ciang bunjin dari partai besar dapat diketahui bahwa ia
telah menyiapkan suatu rencana besar untuk melakukan
suatu pembantaian secara besar-besaran didalam dunia
persilatan. Andaikata apa yang diduganya- itu tidak salah akibatnya
benar-benar mengerikan sekali:
Berpikir demikian, tanpa terasa Ong Bun kim segera
membentak keras: "Cepat beritahu kepadanya, bahwa aku hendak berjumpa
dengannya" "Baiklah harap kalian tunggu sebentar!"
Selesai berkata nyonya berbaju biru yang berada
disebelah kanan itu telah melompat pergi meninggalkan
tempat itu. Tak lama kemudian perempuan berbaju biru itu telah
balik kembali, tampak dibelakangnya mengikuti Gin lo sat
serta beberapa orang anggotanya, baru saja Ong Bun kim
hendak menegur, Gin lo sat telah berkata lebih dahulu.
"Ong sauhiap, satu bulan tidak bersua tentunya engkau
telah berkunjung sendiri kemari, entah ada urusan apa?"
"Aku hendak bertemu dengan Kim lo sat !"
"Silahkan." Sembari berkata dia lantas menyingkir ke samping untuk
memberi jalan lewat. Ong Bun kim serta Tan Liok dengan angkuhnya segera
melanjutkan perjalanannya menembusi halaman kecil
tersebut dan menuju ke pintu gerbang bangunan tersebut.
Tampak pintu gerbang terpentang lebar-lebar, beberapa
puluh orang jago berdiri disekeliling tempat itu.
"Ong sauhiap!" kata Gin lo sat tiba-tiba, "Tay pangcu
belum selesai rapat, bagaimana kalau kau menunggu
sebentar dibdalam ruangan tdamu?"
"Tidak, saekarang juga akbu akan pergi menjumpainya?"
bentak Ong Bun kim dengan suara tajam.
"Ong sauhiap mengapa kau musti menyusahkan orang?"
"Sudah, kau tak urah banyak bicara, masuk dan beritahu
kepadanya, katakan saja bersediakah dia untuk bertemu
denganku?" Gin losat mengerutkan dahinya, setelah berpikir sejenak
akhirnya dia berkata. "Baiklah!" Selesai berkata dia lantas melangkah masuk kedalam


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ruangan. Ong Bun kim melirik sekejap kearah Tan Liok,
dilihatnya orang itu berdiri dengan wajah tanpa emosi,
sorot matanya menatap ruangan itu tanpa berkedip,
agaknya ia sedang mempertimbangkan sesuatu...
Tak lama kemudian Gin losat telah muncul kembali
katanya. "Ong sauhiap, Tay pangcu mempersilahkan kau masuk,
mari ikutilah aku !"
Dengan mengikuti dibelakang Gin losat, Ong Bun kim
langsung menuju ke ruangan belakang, kamudian berbelok
kesamping dan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil.
Didalam ruangan kecil tersebut, selain terdapat Kim Lo
sat, masih hadir pula lima orang lainnya.
Kelima orang itu ada yang berbaju preman, ada pula
yang berdandan sebagai seorang tosu, usianya antara lima
puluh tahunan, ketika Ong Bun kim melangkah masuk
mengikuti dibelakang Gin lo sat. Kim losat segera bangkit
berdiri sambil tertawa. "Ong Buncu!" tegurnya, "angin apa yang telah
membawamu sampai di tempat ini?"
"Kau panggil aku dengan sebutan apa?"
"Bukankah kau adalah Buncu dari perguruan Sin kiam
bun?" Setelah mendengar perkataan itu Ong Bun kim baru
memahami duduknya persoalan, ternyata ia memanggil
dirinya sebagai Ong buncu, lantaran dia telah menjadi
buncu dan perguruan Sin kiam bun.
Sambil tertawa dingin katanya kemudian. "Ku Pek hoa,
tahukah kau ada urusan apa aku datang kemari mencarimu
?" Kim losat segera tertawa hambar, sahutnya.
"Tidak mungkin untuk datang membicarakan soal
perkawinan denganku bukan?"
Setelah menarik kembali senyumannya, dia berkata lebih
jauh: "Mari, mari kuperkenalkan dulu dirimu dengan kelima
orang saudara ini, yang disebelah kanan adalah kertua dari
partait Hoa san kiam kqek (jago pedangr dari bukit Hoa
san), orang kedua adalah ketua dari partai Tiam-cong.
Ciong hay sin liong (naga sakti dari samudra luas), orang
ketiga adalah ketua Soat san-pay, Soat it ciau (ular sakti dari
samudra salju).. .Ketua dari Ciong lay pay Suci tojin
(tangan sakti pembunuh naga).."
Sekaligus dia memperkenalkan kelima orang yang hadir
dalam ruangan itu, kemudian dia baru melanjutkan:
"Sedangkan saudara yang ini tak lain adalah Ong Bun
kim yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan
itu!" Ong Bun kim segera tertawa dingin katanya:
"Sungguh beruntung aku bisa bertemu dengan para
ciangbunjin sekalian. !"
Sekulum senyuman jengah segera menghiasi wajah
kelima orang ciangbunjin itu, namun mereka tidak
mengucapkan sepatah kata pun.
Kim losat memandang sekejap wajah kelima orang
ciangbunjin itu, kemudian ujarnya lagi:
"Dan dia, sesungguhnya tidak lain adalah suamiku
sendiri!" "Tutup mulut!" bentak Ong Bun kim. .
Kim losat menjadi amat terkejut setelah ketika
mendengar bentakan Ong Ban kim yang sangat keras itu,
tapi sesaat kemudian sambil tertata manis dia berkata lagi:
"Saudara sekalian aku berjuang untuk merajai seluruh
dunia persilatan, tujuanku tak lain adalah ingin
mempersembahkan kedudukan yang amat tinggi itu
kepadanya." "Tutup mulutmu!" kembali Ong Bun kim membentak
keras amarahnya sudah mulai berkobar.
Kim lo sat sama sekali tidak menggubris kemarahan
orang, sambil tetap tersenyum manis dia berkala lebih jauh.
"Aku berbicara sejujurnya, aku berjuang mati-matian
untuk merebut kedudukan Bengcu itu, tidak lain adalah
ingin kupersembahkan segala sesuatunya ini kepadanya !"
Ong Bun kim tertawa dingin, tukasnya:
"Maksud baikmu itu biar kuterima dalam hati saja, Ku
Pek hoa, kau jangan terlalu menghina kemampuan orang."
"Menghina" Haahh haaah haaahh mana aku berani
menghina dirimu" Setelah kurebut kursi Bengcu dari
seluruh jagad, bukankah kursi kebesaran itu akan kuberikan
kepadamu" Aku toh tidak berbicara bohong, aku berbicara
sesungguhnya." "Sudah cukupkah perkataanmu itu?" jengek Ong Bun
kim sinis. Kim lo sat segera menarik kembali senyumannya,
kemudian menegur: "Kau datang kemari mencari aku, sebenarnya ada urusan
apakah yang hendak dibicarakan denganku"
Air muka Ong Bun kim agak berubah, bentaknya
kemudian. "Apakah kau yang telah menciptakaa pembunuhan
berdarah atas anggota dan perkumpulan Wat ho kao?"
"Benar !" "Sungguh keji amat perbuatannya itu."
"Aku berbuat demikian, tidak lebih hanya bermaksud
untuk memberi sedikit hukuman kepada mereka!"
"Suatu hukuman yang bagus sekali, empat puluh lembar
jiwa manusia dibantai, kau masih menganggapnya sebagai
suatu hukuman, Ku Pek hoa akhirnya aku benar-benar
telah mengenali dirimu."
"Kalau sudah kenal denganku, lantas mau apa?" jengek
Ku Pek hoa sambit tertawa dingin.
"Mau apa" Tentu saja membunuh dirimu."
"Ong Bun kim seandainya aku tidak memandang diatas
hubungan kita sebagai suami istri, sudah sedari dulu
kubunuh dirimu, bila kau tidak mempunyai urasan lain lagi
silahkan segera angkat kaki dari sini"
Dengan kalap Ong Bun kim mendongakkan kepalanya,
dan tertawa seram, "Cring. ." pedang sin kiam diloloskan
dari sarungnya sehingga cahaya tajam yang menyilaukan
mata segera memancar ke empat penjuru.
Sambil menggetarkan pedang sin kiamnya itu, kembali
dia membentak dengan suara keras:
"Ku Pek hoa, di bawah pedang Sin kiam selamanya tak
pernah mengenal kata kasihan, maaf kalau terpaksa aku
Ong Bun kim tak bisa memandang pada hubungan kita
sebagai suami istri untuk membinasakan dirimu sekarang
juga." Selangkah demi selangkah dia berjalan ke muka
menghampiri Kim lo sat yang cantik itu.
Begitu pedang Sin kiam dilolosbkan, baik Ku Pedk hoa
maupun kealima orang cianbgbun jin itu sama-sama
tersentak kaget, rasa ngeri dan takut segera menyelimuti
wajah mereka. "Ong Bun kim, kau berani berbuat demikian?" bentak
Kim lo sat dengan gusar. Ong Bun kim segera mendongakkan, kepalanya dan
tertawa seram. "Haaahhh....haaahhh haaahhh. mengapa tidak berani"
Lihat saja seranganku ini!"
Sambil membentak nyaring tubuhnya melejit ke udara,
kemudian secepat sambaran petir menerjang ke arah Kim lo
sat, cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh angkasa
dan sebuah tusukan kilat telah dilepaskan.
Sementara Ong Bun kim mendesak ke depan dengan
serangan kilatnya, Kim losat telah melejit kesamping untuk
menghindarkan diri, berhadapan dengan senjata kuno yang
tajam luar biasa itu, sedikit banyak Kim losat merasa agak
keder juga dibuatnya. Gagal dengan serangan yang pertama, Ong Bun kim
mendesak lebih kedepan serta melepaskan serangan yang
kedua. Tiba-tiba Kim losat membentak nyaring.
"Ciangbunjin berlima, mengapa kalian berpeluk tangan
saja" Cepat bantu aku untuk menantang nya!"
Ditengah bentakan Kim lo sat yang amat keras itu,
serentak ke lima orang ciangbunjin itu meloloskan
pedangnya yang tersarung dipinggang, kemudian diiringi
lima jalur kilatan cahaya hijau mereka bersama-sama
melancarkan serangan untuk menggulung tubuh Ong Bun
kim. Kelima orang ciangbunjin ini rata-rata adalah ahli di
dalam ilmu pedang, terlihatlah lima pedang mereka
bagaikan naga sakti yang baru keluar dari samudra, dalam
waktu singkat telah menyerang jalan darah penting di tubuh
anak muda tersebut. Dengan suatu lompatan yang enteng Ong Bun kim
mundur sejauh satu kaki kebelakang kemudian dengan sinar
mata yang tajam dia membentak:
"Kalian ingin mampus?"
oooOdwOooo BAB 77 MELINDUNGI keselamatan Bengcu adalah tugas dari
kami berlima !" jawab Hoa san kiam kek dengan suara
dingin. Ong Bun kim sendiri juga tahu kalau kelima orang
ciangbunjin itu hanya dipaksa untuk turun tangan,
seandainya ia sampai membunuh mereka berlima maka
akibatnya bisa memancing kemarahan dari segenbap umat
persiladtan. Dibawah ujaung pedang sucib selamanya tak akan
terbunuh orang yang baik dan tidak bersalah.
Berpikir demikian, tak tahan lagi Ong Bunkim
membentak keras. "Kalau kalian masih ingin hidup kuanjurkan kepada
kamu berlima agar menyingkir dari hadapanku"
Tapi bukannya mundur, lima orang ciang bunjin itu
malah maju sambil membetuk satu gerakan setengah
melingkar yang mengurung Ong Bun-kim ditengah arena.
Tib-tiba Kim-losat menghela napas panjang. tegurnya.
"Ong Bun kim, apa yang hendak kau lakukan atas
diriku?" "Apa lagi" Tentu saja membunuhmu!"
"Aaai Ong Bun kim, lalu kau menginginkan agar aku
berbuat bagaimana?" "Apanya yang bagaimana?"
"Aku memperjuangkan kedudukan Bengcu dari dunia
persilatan untuk kemudian kupersembahkan kepadamu,
apakah kau belum puas?"
"Kentut busuk, siapa yang kesudian dengan kedudukan
bengcu itu?" bentak sang pemuda marah.
"Lantas, apa yang kau kehendaki?"
"Aku tidak menginginkan apa-apa, sekarang aku hanya
menginginkan selembar nyawamu-"
"Tegakah kau untuk turun tangan terhadap diriku?"
"Tentu saja tega. Ciangbunjin sekalian, kalian sebetulnya
mau minggir atau tidak?"
"Tidak" "Bangsat, jadi agaknya kalian juga sudah pingin
mampus... " Diiringi bentakan keras, sekali lagi tubuh nya menerjang
maju kedepan. pedang Sin-kiam menyambar kebawah dan
sebuah serangan dahsyat telah dilancarkan.
Cahaya pedang berkilauan memenuhi seluruh angkasa,
daya serangannya sungguh mengerikan.
Lima bilah pedang meluncur bersama ke udara, secara
terpisah kemudian mengancam sekujur badan anak muda
itu. Gerak serangan Ong Bun kim tiba-tiba berubah, dari
suatu tusukan mendadak ia rubah serangannya menjadi
bacokan, cahaya pedang dengan membawa sekilas cahaya
hijau langsung menggulung kedepan - dengan dahsyatnya.
"Traaang ! Traarang !" diiringit bunyi gemerincqing yang
sangatr keras, tahu-tahu pedang yang berada ditangan Hoa
san kiam kek serta Ciong hay sin liong telah patah menjadi
beberapa bagian. Begitu berhasil mematahkan senjata musuh, Ong Bun
kim dengan diserfai tenaga serangan yang maha dahsyat
langsung menerjang kehadapan Kim losat.
Akan tetapi, baru saja si anak muda itu menggerakkan
badannya untuk menerjang ke muka. Soat hay it ciau (naga
sakti dari lautan salju), Jit ci-tojin (tosu berjari tujuh) serta
To liong jiu (tangan sakti pembunuh naga) telah memutar
senjata masing-masing dan sekali lagi menerjang ke depan.
Serangan itu dilancarkan secepat kilat dengan daya
serangan yang mengerikan.
Ong Bun kim terkesiap, buru-buru dia menarik kembali
badannya dan melompat kebelakang, kemudian dengan
sinar mata yang tajam dan mengerikan karena diliputi hawa
napsu membunuh yang tebal, ia membentak lagi.
"Apakah kalian lebih suka mampus dari pada hidup?"
"Kami akan menghentikan serangan kecuali Ong buncu
juga pergi meninggalkan tempat ini"
?"Bagus....! Kalau toh kalian ingin mencari jalan
kematiannya sendiri, jangan salahkan kalau aku akan
bertindak keji terhadap kalian semua... !"
Selesai membentak, seperti orang kalap dia menerjang ke
muka dengan kedahsyatan yang luar biasa.
Pada saat ini Ong Bun kim berniat untuk mengadu jiwa,
pedangnya diputar sedemikian rupa menciptakan selapis
cahaya tajam yang menyilaukan mata dalam waktu singkat
secara beruntun dia telah melancarkan tiga buah serangan
berantai. Ketiga buah serangan yang dilepaskan Ong Bun-kim ini
selain disertai tenaga serangan yang dahsyat lagipula
mengandung suatu ancaman yang sukar dihindari orang.
Kontan saja ketiga orang ciangbunjin itu terdesak hingga
mundur sejauh belasan kaki ke belakang untung mereka
cepat mundur, coba tidak niscaya tubuh mereka sudah
berlubang tertembus serangan itu.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bentakan-bentakan nyaring kembali menggelegar
memecahkan keheningan, Hoa san kiam kek serta Kiong
hay sin liong telah maju kedepan dan masing-masing
melepaskan sebuah pukulan.
Dalam waktu singkat bayangan manusia saling
menyambar dengan hebatnya, cahaya pedang bergulunggulung
menusuk pandangan. Tan Liok yang sedari pertarungan itu dimulai hanya
berpeluk tangan belaka, waktu itu dia berdiri bersandar
didepan pintu dengan wajah tanpa emosi, dalam keadaan
demikian, tidak perlu baginya untuk turun tangan, ia-pun
merasa enggan untuk turun tangan.
Sedangkan Gin losat juga hanya menonton dari samping,
ia telah bertekad di dalam ha-tinya, andaikata manusia aneh
itu berani melakukan sesuatu tindakan yang mencurigakan,
maka dia akan segera membunuhnya dengan cara yang
paling keji. Suasana ditengah arena amat tegang dan serius.
Sekalipun Ong Bun kim dikepung dan dikerubuti oleh
lima orang ciangbunjin, akan tetapi daya serangan yang
terpancar dari pedang suci itu sungguh amat mengerikan,
cahaya tajam berkilauan diangkasa, hawa pedang menderuderu
menyelimuti badan, pertarungan ini sudah mencapai
pada taraf yang luar biasa sekali.
Tiba-tiba.... Ong Ban kim membentak keras, badannya melejit ke
udara dengan kecepatan tinggi.
Ia tidak berani untuk melukai ke lima orang ciangbunjin
tersebut, oleh sebab itu dia harus menghindari mereka dan
meluncur ke-arah Kim losat berada.
Tindakan Ong Bun kim yang melejit ke udara dengan
kecepatan luar biasa ini sungguh mengejutkan hati orang,
disaat tubuhnya menubruk ke arah Kim lo sat, pedang
sucinya telah diputar melancarkan sebuah serangan.
Tanpa terasa lima orang ciangbunjic itupun
membalikkan badan sambil menerjang lagi bersama-sama,
telapak tangannya serentak disapu ke-muka dengan
kecepatan luar biasa. Sekalipun serangan yang dilancarkan Ong Bun kim
sangat cepat, akan tetapi gerakan tubuh dari kelima orang
ciangbunjin itupun tidak lambat, di saat Ong Bun kim
menyerang Kim losat dengan pedang sucinya, gerak
serangan pedang maupun pukulan yang dilancarkan oleh
kelima orang ciang bunjin itu serentak telah meluncur tiba.
Oleh karena serangan yang dilakukan kedua belah pihak
sama sama cepatnya, hal mana memaksa Oog Ban kim
mau tak mau harus menarik kembali ancamannya terhadap
Kim losat, kemudian sambil membalikkan badan dia
melancarkan serangan kembali ke arah kelima orang Ciang
bunjin tersebut. Pada saat Ong Bun kim sedang membalikkan badannya
itulah, mendadak Kim losat melepaskan sebuah tusukan
kilat dengan pedangnya. Serentetan cahaya pedang yang berkilauan memancar ke
empat penjuru, kemudian langsung menyergap tubuh Ong
Bun kim. Serangan yang dilancarkan Kim lo sat itu sungguh
teramat cepat sekali, tapi sebelum mencapai tujuan, tibatiba
terdengar seseorang membentak nyaring: "Tahan!"
Bentakan itu keras bagaikan guntur yang membelah
bumi disiang hari bolong, sedemi kian kerasnya suara itu
sehingga memekikkan telinga semua orang yang berada
disana dengan perasaan tercekat, orang-orang itu melompat
mundur sejauh beberapa kaki ke belakang.
Ketika mereka mencoba untuk memperhatikan si
pembicaraan itu, ternyata dia tak lain adalah Tan Liok.
Tan Liok tertawa dingin, lalu berkata:
"Ciangbunjin berlima, kalian benar-benar tidak tahu diri,
ketahuilah bukan Ong Bun kim tak mampu membunuh
kalian, adalah dia tak ingin membunuh kamu semua, jika
kalian masih melanjutkan serangan serangannya tindakan
tersebut, sungguh tak tahu keadaan."
"Lantas menurut pendapatmu?"
Tan Liok tertawa hambar, sahutnya:
"Yang dicari Ong Bun kim adalah Ku pang-cu, maka
kuanjurkan kepada kalian lebih baik janganlah mencampuri
urusan ini." "Tapi kami mempunyai kewajiban untuk melindungi
keselamatan jiwanya......! "seru kelima orang ciangbunjin
itu hampir berbareng. "Begini saja!" kata Tan Liok kemudian sambil
melangkah masuk ke dalam arena, kemudian sambil
tertawa lanjutnya, "bila salah seorang diantara kalian yang
sanggup menerima dua buah pukulanku tanpa kalah, aku
dan Ong Bun kim akan segera pergi meninggalkan tempat
ini, kalau tidak maka lebih baik pertarungan yang bakal
dilanjutkan nanti lebih baik diselesaikan oleh Ong Bun kim
dan Ku pangcu pribadi!"
Ciangbunjin dari partai Cing shia pay yaitu si tangan
sakti pembunuh naga segera tertawa dingin, serunya:
"Besar benar bacot anda!"
"Apakah ciangbunjin bersedia untuk menyambut dua
Pedang Keadilan 12 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Kisah Para Pendekar Pulau Es 4
^