Pencarian

Setan Harpa 11

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 11


"Aku bersedia."
"Baiklah!" Perjalanan pun dilanjutkan kembali dengan
membungkam, sampai lama, lama sekali mereka belnm
juga saling berbicara, seakan-akan ada sesuatu yang sedang
mereka pikirkan, seperti juga ada sesuatu yang sedang
mereka kenang... Tanpa terasa mereka sudah melakukan perjalanan satu li
lebih. Tiba2 Ong Bun kim menghentikan langkahnya seraya
berpaling. "Nona Kwan!" ucapnya kemudian "lebih baik kita
berpisah sampai disini saja"
Dengan wajah termangu gadis itu menatapnya lekat
lekat, pancaran sinar pedih dan murung menyelimuti
wajahnya tebal-tebal, lama kemudian ia bertanya.
"Apakah... apakah kau akan datang lagi kemari?"
pertanyaan tersebut sangat menggetarkan perasaan Ong
Bun kim. tapi diluar wajahnya ia masih tetap tersenyum..
"Tak usah kuatir, aku pasti akan kemari lagi" janjinya.
"Aku... aku tahu, kau... kau tak akan datang kemari
lagi..." Tiba-tiba Ong Bun kim menjumpai titik-titik air mata
jatuh berlinang membasahi pipi gadis itu, dibalik butiran air
mata itu tersimpanlah suatu luapan perasaan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
"Darimana kau bisa tahu kalau aku tak akan datang
kemari lagi?" tanya sianak muda itu kemudian.
"Sebab kau tidak menyukai aku!"
Ong Bun kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras, ia sudah tahu kearah manakah perkataan itu
diucapkan, hal mana membuatnya menjadi terkesiap dan
harus memandang wajah Kwan-Siok kim dengan sinar
mata termangu. "Jangan-jangan ia telah jatuh cinta kepadaku...." Ong
bun kim mulai bertanya kepada diri sendiri.
Ya, gadis itu menang telah jatuh cinta kepadanya, kalau
tidak mana mungkin dia dibuat sedih dan menderita seperti
itu, beginilah kalau seorang gadis mulai jatuh cinta pada
pandangannya yang pertama.
"Kau sudah mempunyai kekasih?" serunya lagi dengan
murung. Ong Bun kim tak ingin membohonginya sebab ia terlalu
baik dan terlalu mulia, maka jawabnya berterus terang:
"Aku, bukan cuma punya kekasih, pula mempunyai
istri!" "Ah, sungguhkah itu...?"
"Benar!" Tiba-tiba gadis itu menutupi wajah sendiri dan menangis
tersedu-sedu, nangis seperti seorang gadis yang menangis
lantaran patah hati atau dikecewakan oleh kekasihnya.
Tindakan si nona yang tak terduga-duga ini kontan saja
membuat Ong Bun kim menjadi berdiri termangu seperti
orang bodoh. "Nona Kwan, kee... kenapa kau?" tegurnya kemudian
dengan suata agak tergagap.
"Aku aku...." karena sesenggukan ia tak mampu
melanjutkan kembali kata-katanya.
Mendadak ia melompat kedepan dan menubruk ke
dalam rangkulan Ong Bun kim sambil menangis tersedusedu.
0000OdwO0000 BAB 65 ONG BUN-KIM menjadi bodoh, ia tak mengira kalau
gadis tersebut bakal bersikap demikian, untuk sesaat ia
menjadi tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Lama, lama sekali, dia baru bertanya.
"Kee... kenapa kau?"
"Aku...." Akhirnya ia mendorong tubuh Ong Bun kim dan
mundur kebelakang, tapi air matanya bagaikan dua buah
anak sungai mengucur keluar dengan derasnya, membuat
siapa-pun merasa tak tega untuk melihatnya lebih lanjut.
Ong Bun kim menghela napas panjang.
"Ong sauhiap !" tiba-tiba gadis itu berkata lagi, "setelah
kau pergi dari sini, aku berharap kau bisa datang lagi untuk
menjenguk diriku, aku akan selalu teringat akan dirimu,
setiap waktu setiap saat selalu memikirkan kau!"
Selesai berkata, dia lantas memutar badannya dan
berlalu dari situ. Memandang bayangan punggung Kwan Siok kim yang
semakin menjauh, Ong Bun-kim menghela napas panjang.
"Aaai mungkin aku dapat teringat akan dirimu, tapi aku
tak akan kemari lagi" dia berbisik.
Kemudian sambil memutar badan, berangkatlah pemuda
itu menuju ke bukit Lui im san.
Belum jauh ia pergi, tiba-tiba pemuda itu berhenti
kembali, rupanya ia teringat kembali akan diri Tay kbek
Cinkun serta Phang Pak bun, entah kemana perginya kedua
orang itu" "Mungkinkah mereka tewas ditangan Ciu Li li?"
Tapi sekarang dia tak sempat lagi untuk memikirkan
persoalan itu, ia harus segera berangkat menuju ke gua Bu
cing tong. Berpikir sampai disitu, sekari lagi dia melompat ke udara
dan berangkat meninggalkan tempat itu.
Ong Bun Kim tak pernah menyangka kalau Tay-khek
Cinkun serta Phang Pak bun sudah ketimpa musibah dan
tidak diketahui bagaimana nasibnya pada saat ini.
Sebelum malam hari menjelang tiba, Ong Bun kim telah
tiba di bukit Lui im san, tampak olehnya kabut putih yang
amat tebal menyelimuti seluruh tanah perbukitan tersebut,
sekalipun hujan tidak turun, tapi secara lamat-lamat
terdengar suara gerumuhnya guntur yang memekikkan
telinga... -oo0dw0oo-- Jilid 21 AKHIRNYA setelah bersusah payah mencari kesana
kemari, Ong Bun-kim berhasil juga menemukan gua Bu
cing tong terletak diatas bukit Lui-im san.
Kiranya Bu cing tong terletak diatas bukit Bun cing-gay,
tinggi tebing tersebut mencapai puluhan kaki lebih, diatas
dinding batu karang terteralah tiga huruf besar yang
berwarna hitam. "BU CING-GAY"
Dengan suatu lompatan yang gesit Ong Bun kim
melompat naik keatas tebing tersebut di antara samarsamarnya
pemandangan akibat kabut putih yang tebal, ia
menjumpai sebuah gua besar, ditepi gua tersebut terpancang
tiga huruf yang berbunyi:
"BU-CING-TONG" Kejut dan girang Ong Bun kim menjumpai gua tersebut,
Disinikah tempat tinggal dari Hek mo im yang merupakan
tokoh sakti dalam dunia persilatan dimasa lampau"
Didalam inikah pedang sakti, "Sin-kiam" disimpan"
Setelah merenung dan sangsi sebentar akhirnya Ong
Bun-kim memberanikan diri memasuki gua itu.
Suasana didalam gua tersebut gelap gulita sulit untuk
melihat kelima jari sendiri tapi suasara gelap itu tidak
menyulitkan Ong Bun kim, setelah berjalan lebih kurang
tiga kaki kemudian, muncul sebuah simpang tiga didepan
situ. Untuk sesaat Ong Bun-kim berdiri tertegun di sana, dia
tak tahu jalan manakah diantara ketiga buah lorong tersebut
yang harus dipilih" Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, ia
teringat kembali dengan tulisan yang tertera diatas telapak
kakinya "MASUK GUA BELOK KE KANAN"
Tanpa berpikir panjang lagi, diapun berbeIok ke kanan
dan melanjutkan perjalanannya ke dalam.
Lorong gua tersebut makin lama semakin sempit, makin
kedalam suasanapun makin gelap lagi lembab, berada
dalam keadaan demikian, diam-diam bergidik juga Ong
Bun kim dibuatnya. Sementara itu, ia sudah membelok ke dalam sebuah
tikungan, tiba-tiba pemandangan yang terbentang didepan
matanya berubah, ia telah berada didalam sebuah ruangan
istana yang amat besar dan megah.
Diatas maupun dibawah ruangan terlapis kabut putih
yang tebal, Ong Bun kim merasakan dirinya seakan-akan
sedang berada di dalam istana neraka yang menyeramkan.
Rasa seram dan ngeri mulai menyelimuti perasaannya,
bulu kuduk serasa pada berdiri semua.
Suasana disana begitu sepi, hening dan tak kedengaran
sedikit suarapun, seolah-olah sebuah istana kematian yang
diliputi hawa kematian yang menggidikkan hati.
Ong Bun kim melangkah masuk kedalam istana itu,
kemudian menelusuri ruangan dan berjalan masuk lebih
kedalam. "Sreet! Sreet! Sreet...!" bunyi langkah kaki yang
menggema dalam ruangan menimbulkan irama yang
semakin mengerikan hati...
Entah berapa jauh ia sudah berjalan, akhirnya sampailah
pemuda itu di depan sebuah altar, diatas altar batu tadi
terletaklah sebuah kotak besi kira-kira setengah depa
panjangnya serta sebilah pedang.
Ong Bun-kim merasakan jantungnya berdebar keras, ia
tahu isi kotak besi itu tentukah kitab pusaka ilmu pedang,
sedang pedang tersebut tak bisa disangkal lagi pastilah
pedang sakti Sin-kiam. Belum lagi ia menjamah kitab dan pedang itu, mendadak
suara tertawa dingin yang menusuk telinga berkumandang
datang dari empat arah delapan penjuru, suara itu
melengking tajam tak sedap didengar, membuat orang
menjadi bergidik rasanya.
"Siapa?" Ong Bun kim segera membentak.
"Siapa..." pantulan suara yang menggema dalam ruangan
menciptakan pula serangkaian gema suara yang
menyeramkan. Suara tertawa dingin yang menusuk pendengaran itu
bagaikan muncul dari mulut seorang iblis dari neraka,
ditambahi situasi suasana dalam ruangan yang diliputi
hawa kematian, sedikit banyak Ong Bun kim keder juga
dibuatnya. "Siapa disitu?" bentaknya kembali.
Suara tertawa dingin yang menusuk pendengaran itu
lenyap tak berbekas, suasana dalam ruangan telah pulih
kembali dalam keheningan yang mencekam untuk kesekian
kalinya Ong Bun kim terasa bulu kuduknya pada bangun
berdiri. Wes... tiba2 sesosok bayangan hitam muncul dari
belakang istana bagaikan sukma gentayangan.
Ong Bun kim menjerit kaget, tanpa disadari dia mundur
dua tiga langkah ke belakang.
Dengan suatu gerakan yang sangat cepat, bayangan
hitam itu berdiri didepan altar batu itu dan berdiri tak
berkutik. "Siapa kau?" Ong Bun kim segera membentak.
"Aku adalah malaikat pelindung pedang!" jawab orang
itu dengan suara yang dingin bagaikan es.
"Apa" Kau adalah malaikat pelindung pedang."
"Benar, bukankah kau datang kemari untuk mengambil
pedang sakti Sin kiam ?"
"Betul!" Ong Bun kim menjawab dengan nada yang
berat. "Huaah......dengan mengandalkabn kepandaianmu ditu,
kau sudah aingin mengambilb pedang Sin-kiam tersebut?"
"Kenapa tidak boleh?"
"Kau masih belum memiliki kemampuan tersebut untuk
berbuat demikian..."
"Kemampuan?" "Sulit sih tidak bila kau ingin mendapatkan pedang Sin
kiam tersebut, cuma kau harus menyambut tiga buah
pukulanku lebih dahulu, jika kau sanggup menyambut
ketiga buah seranganku itu, mungkin saja keinginanmu itu
masih ada harapan." "Seandalnya aku tak mampu untuk menerima ketiga
buah seranganmu itu ?"
"Kau bakal mati disini."
Mendengar perkataan itu, Ong Bun-kim segera tertawa
dingin. "Heeehiih ..heeehhhh heeehhh. ...caramu itu memang
sungguh merupakan suatu cara mendapatkan pedang yang
menarik hati." katanya.
Orang itu balas tertawa dingin.
"Terlepas apakah cara ini menarik ataukah tidak, yang
penting aku barus mencoba dulu kepandaian silatmu Nah
bersiap siaplah, aku segera akan melancarkan serangan."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, bayangan
hitam sudah berkelebat lewat, segulung angin pukulan yang
maha dahsyat dan berhawa dingin dengan cepatnya telah
menyergap ke tubuh Ong Bun kim.
Sama sekali tak disangka oleh si anak muda itu bahwa
musuhnya segera melancarkan serangan setelah berkata
hendak menyerang, dalam keadaan demikian telapak
tangan kanannya diputar untuk mengunci datangnya
ancaman tersebut, kemudian dengan jurus Hek ya-mo-im
(banyangan iblis dimalam gelap) dia melancarkan serangan
balasan. Serangan yang dilancarkan Ong Bun kim ini amat cepat,
tapi bayangan hitam itu jauh lebih cepat, tahu-tahu
serangannya yang kedua telah dilancarkan ke tubuh anak
muda tersebut. Pada saat itu pula Ong Bun kim melancarkan pula
serangannya yang kedua dengan jurus Mo im kui jiau
(bayangan iblis cakar setan).
Tapi belum sampai setengah jalan, mendadak dadanya
seperti dihantam orang keras-keras hingga tubuhnya
mundur tujuh delapan langkah ke belakang dengam
sempoyongan.

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan perasaan kaget cepat cepat pemuda itu mengatur
pernapasannya, setelah yakin kalau tak terluka, ia baru
sadar kalau musuh telah mengampuni jiwanya.
Coba kalau didalam serangannya tersebut, orang itu
melakukan dengan tenaga pukulan yang berat, niscaya
selembar jiwanyba sudah kabur kdembali kealam baaka.
Bayangan hbitam itu sudah berdiri kembali didepan
altar, dari gerakan tubuhnya yang begitu cepat, dapat
diketahui kalau tenaga dalam yang dimilikinya betul-betul
sudah mencapai tingkatan luar biasa.
Ong Bun kim menghela napas dalam, pelan-pelan ia
putar badan dan berlalu meninggalkan tempat itu.
Bukan saja ia tak sanggup menghadapi tiga jurus
serangan lawan, bahkan dua jurus-pun tak mampu, dengan
kemampuan semacam ini, apalah artinya untuk
mendapatkan pedang Sin-kiam tersebut"
Baru tiga langkah Ong Bun kim berjalan, tiba-tiba
terdengar suara yang dingin kaku itu berkumandang
kembali. "Berhenti!" Ong Bun kim tertegun dan menghentikan langkahnya,
sambil berpaling ia bertanya: "Ada apa?"
"Kemari!" Untuk kedua kalinya Ong Bun kim merasa tertegun,
tanpa disadari diapun beranjak untuk berjalan kembali ke
dalam ruang istana. Tapi baru mencapai satu kaki dari hadapan bayangan
hitam itu, kembali ia dibentak untuk berhenti.
"Aku toh tak mampu untuk menerima ketiga buah
seranganmu, mau apa kau memanggilku kembali?" tegur
Ong Bun kim dengan suara sedingin salju.
"Kau hendak ke mana?"
Tentu saja pergi meninggalkan tempat ini."
"Bocah muda, siapa namamu?"
"Aku pikir soal nama dengan soal pedang Sin kiam tiada
sangkut pautnya antara yang satu dengan yang lain."
"Kenapa?" "Bukankah aku tak mampu untuk menerima ketiga buah
pukulanmu?" "Jujur juga kau bocah, betul, kau memang tak mampu
menyambut ketiga buah pukulan ku, tapi bukankah kau
telah belajar ilmu pukulan Hek mo sin ciang?"
Terperanjat Ong Bun kim setelah mendengar perkataan
itu, jantungnya terasa berdebar keras.
Dari mana kau bisa tahu?" serunya tertahan.
"Ketika bertarung melawanku tadi, bukankah ilmu
pukulan yang kau gunakan adalah ilmu pukulan Hek-mosin-
ciang?" orang itu balik bertanya.
"Benar!" "Siapa namamu" Ong Bun-kim!"
"Apa" Kau bernama Ong Bun kim?"
Seruan tertahan itu jelas diucapkan dengan perasaan
yang amat terkejut seakan-akan sama sekali tidak
menyangka. "Adakah sesuatu yang tidak beres?" tanya Ong Bun-kim
dengan perasaan tercekat.
"Kau adalah putranya Ong See liat?"
Sekali lagi Ong Bun kim merasa amat terperanjat,
dengan cepat dia balik bertanya.
"Dari mana kau bisa tahu?"
Ternyata orang itu tidak menjawab pertanyaan Ong Bun
kim, kedua belah pihak menjadi terbungkam tutuk beberapa
saat lamanya. "Dimanakah ayahmu sekarang..?" tanya orang itu selang
beberapa saat kemudian. "Telah mati!" "Mati secara mengenaskan?"
"Betul!" "Kapan peristiwa itu terjadi?"
"Lima belas tahun berselang..." secara ringkas ia
mengisahkan peristiwa terbunuhnya Ong See liat di tangan
orang. Selesai mendengarkan kisah tersebut, tiba-tiba orang itu
bergumam seorang diri. "Tak kusangka kata-kata dari mendiang suhu begitu
cocok dan tepat dua puluh tahun kemudian, sobat karibku
telah tewas secara mengenaskan."
"Siapakah kau?" tanya Ong Bun kim dengan perasaan
terkesiap. "Pernah kau dengar tentang seorang anggota persilatan
yang bernama Giok bin hiap (pendekar berwajah kumala)
Yu Tiong?" Ucapan tersebut ibaratnya halilintar yang membelah
bumi ditengah hari bolong, membuat Ong-Bun kim saking
terperanjatnya sampai melongo dengan mata terbelalak.
"Jadi kau... kau adalah Giok bin hiap (pendekar
berwajah kumala...?" pekiknya.
"Betul, aku dan ayahmu datang kemari bersama-sama
dimasa itu?" "Dan kau.... kau masih hidup?"
"Apakah kau menganggap aku telah mati?" orang itu
balik menanya. "Boanpwe tidak bermaksud demikian, cuma saja banyak
orang yang telah menganggap kau sudah tiada termasuk
juga putrimu sendiri."
"Kau... Kau maksudkan putriku yang dilahirkan oleh
Leng po siancu...?" "Betul!" "Apakah ayahmu tak pernah berjumpa dengannya?"
"Tidak!" "Oooh. Thian! Bukankah peristiwa ini telah menciptakan
suatu kesalahan paham yang amat besar" Ketika ayahmu
pergi meninggalkan gua Bu-cing tong, aku telah berpesan
kepadanya agar pergi menjumpainya!"
"Locianpwe, kenapa kau tidak meninggalkan tempat
ini?" tanya Ong Bun kim dengan perataan tidak habis
mengerti. "Aku mendapat perintah dari mendiang guruku untuk
melindungi pedang tersebut, melindungi hingga pedang itu
didapatkan seseorang...?"
"Betul! sejak dulu Hek mo im telah mengetahui bahwa
kami bekal sampai di sini, maka masing-masing telah
meninggalkan sepucuk surat kepada kami, bagaimanakah
isi surat-untuk ayahmu tidak keketahui, tapi dalam surat
yang ditujukan kepadaku telah dijelaskan bahwa kami
bukan orang yang berhak untuk mendapatkan pedang Sin
Kiam tersebut, karena itu dianjurkan kepada kami untuk
menjadi anggota perguruannya serta belajar ilmu.
"Selama hayatnya Hek mo im telah meninggalkan tiga
jilid buku, sejilid kitab ilmu pedang, sejilid kitab ilmu yang
ditujukan kepada kami dan kitab ketiga baru merupakan
Hak mo keng. "Enam tahun setelah selesai belajar ilmu, aku-dan
ayahmu berniat untuk pergi meninggalkan tempat ini, tapi
pada saat itulah kami telah menemukan sepucuk surat yang
lain. Surat itu diletakkan diatas meja batu dari mendiang guru
kami, sewaktu kami hendak pergi dari sini, tiba-tiba
berhembus segulung angin yang membawa surat tadi
kehadapan kami. "Dalam surat itu kecuali menjelaskan tentang
keberhasilan kami berdua dalam berlatih ilmu, ada empat
hal yang diterangkan pula, yakni pertama setelah
kemunculan ayahmu dalam dunia persilatan, lima tahun
kemudian jika kurang hati-hati didalam menghadapi
persoalan, dia akan mati secara mengenaskan, kedua aku
harus tetap tinggal di sini utuk melindungi pedang mustika,
ketiga pemilik pedang Sin kiam haruslah sepasang suami
istri" "Suami istri?" sela Ong Bun-kibm.
"Benar, dan dkeempat, dua pualuh tahun kemudbian
seorang yang pandai ilmu pukulan Hek mo sin ciang akan
datang kemari, dialah yang akan memindahkan pedang
untuk menerima persembahan!"
"Memindah pedang untuk menerima persembahan?"
kata Ong bun-kim terperanjat.
"Yaa, setiap benda yang berada dalam dunia ini selalu
mempunyai semacam persenyawaan untuk memilih
pemiliknya, pedang Sim kiam terhitung benda kuno yang
bertuah, oleh karena itu diapun bisa memilih pemiliknya
sendiri, jika orang tak berjodoh yang memperoleh pedang
ini, maka akibatnya tentu akan ketimpa musibah..."
"Perkataan itu ada benarnya juga, tapi apa yang
dimaksud dengan memindahkan pedang untuk menerima
persembahan?" "Pedang sakti Sin-kiam merupakan senjata andalan
guruku yang dihormati dan disanjung oleh setiap orang,
menjumpai pedang itu bagaikan berjumpa dengan guru
sendiri, seandainya ada orang menggunakan pedang ini
untuk menjagoi dunia persilatan, betul umat persilatan pada
takut dan keder, namun bukan berarti mereka merasa
takluk!" "Benar juga perkataan ini!" Ong Bun kim manggutmanggut
tanda membenarkan. "Nah sebab itulah suhu telah menerangkan secara jeIas,
dalam suratnya bahwa pedang ini pasti disembah secara
terbuka, barang siapa dapat menyembah pedang itu
sehingga keluar sepanjang tiga inci dari sarungnya, orang
itulah yang akan menjadi pemilik pedang mustika Sin
kiam!" "Bukankah hal ini berarti harus diselenggarakan juga
pertemuan besar Pay kiam ci bwee?"
"Betul! Kalau tidak demikian, siapakah umat persilatan
didunia ini yang akan merasa takluk?"
Sekali lagi Ong Bun kim manggut-manggut.
"Tadi kau bilang, orang yang akan mendapatkan pedang
ini seharusnya adalah sepasang suami istri?" kembali ia
bertanya. "Betul, pedang Sin kiam dinamakan juga pedang cinta,
menurut apa yang kuketahui, kecuali seorang lelaki dan
seorang perempuan menyembah bersama, sulit untuk
menggerakkan pedang itu keluar dari sarungnya, dan kedua
orang itupun harus mempunyai jodoh dengan pedang ini!"
"Itu kan berarti orang-orang dari kalangan Buddha
maupun agama To tiada harapan untuk memperoleh
pedang tersebut?" "Betul!" "Apakah orang persilatan mengetahui akan hal ini?"
"Sekalipun orang yang tidak tahu amat banyak bukan
berarti tiada orang yang mengetahui akan hal ini."
"Kalau memang demikian, kenapab akulah yang hadrus
menjadi oraang yang memindabhkan pedang untuk
menerima persembahan?"
oooo0dw0oooo BAB 66 SEBAB suhu telah menunjuk kau sebagai orang yang
memindahkan pedang ini dari sini menuju ke suatu tempat
yang lain guna menerima persembahan dan setiap orang."
jawab Giok-bin-hiap kemudian.
"Harus dipindah kemana?"
"Kuil Siau lim si, sebab partai Siau lim merupakan
perguruan nomor wahid didunia, lagipula merupakan
tempat suci dari kaum Buddha, maka barang siapa berniat
untuk mendapatkan pedang ini, setiap orang harus ikut
menghadiri ucapan penyembahan terhadap pedang."
"Kapan pertemuan Pay kiam ci hwee tersebut akan
diselerggarakan" tanya Ong Bun kim kemudian.
"Setiap saat bisa diselenggarakan!"
"Dan kau?" "Aku adalah malaikat pelindung pedang..."
"Aku rasa kata "malaikat" lebih cocok kalau dirubah
menjadi manusia." "Baik, akulah manusia pelindung pedang, akan
kulindungi pedang itu sampai senjata wasiat ini didapat
orang." "Apakah kau akan mengikuti diriku menuju kekuil Siau
lim si?" "Tentu saja!" "Kalau demikian, bagaimana kalau sekarang juga kita
berangkat meninggal tempat ini?"
"Bagus, mari kau pindahkan pedang ini!"
"Dengan langkah lebar Ong bun-kim maju kedepan dan
mendekati altar ditengah ruangan, saat itulah dia baru
melihat jelas paras muka Giok bin-hiap yang sesungguhnya.
Dia bara berusia empat puluh tahunan, berwajah putih
bersih bagaikan kemala, meski usianya sudah mencapai
usia pertengahan namun ketampanannya masih terlihat
jelas, julukan Giok-bin-hiap memang cocok sekali baginya.
Ketika tiba didepan meja altar Ong Bun-kim menyembah
dulu kepada pedang mestika tersebut, kemudian ia baru
mengambil pedang Sin kiam yang cuma tiga depa itu dari
meja. Dalam pandangan Ong Bun kim, pedang ini tak jauh
berbeda dengan pedang-pedang biasa, pemuda itu menjadi
tak habis mengerti, kenapa pedang yang tampaknya amat
sederhana dan bersahaja itu memiliki pengaruh yang begitu
besar" Dengan tangan kranan memegang ptedang, tangan kqiri
membawa kotrak besi yang berisikan kitab ilmu pedang,
pelan-pelan ia menuruni ruang istana.
Kepada Giok bia-hiap katanya kemudian sambil
menatapnya lekat-lekat. "Cianpwe, apakah kita boleh berangkat sekarang juga?"
"Baik, kita berangkat sekarang juga" Ong Bun kim
memasukkan kotak berisi kitab pusaka itu ke dalam
sakunya dan menggenggam pedang sin-kiam ditangan,
kemudian dengan langkah lebar keluar dari gua diikuti
Giok bin hiap dari belakang.
Setelah keluar dari gua Bu- cing tong, Ong Bun kim baru
tak tahan untuk bertanya.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cianpwe, bolehkah aku mengajakan suatu pertanyaan
kepadamu?" "Persoalan apa?"
"Bukankan dalam gua itu terdapat simpang tiga" Kecuali
lorong sebelah kanan dua yang lainnya akan tembus sampai
dimana?" "Jalan buntu!.... kedua duanya menuju ke sebuah barisan
penyesat sukma yang bisa membunuh siapapun."
"Ooooh..." Giok-bin-hiap Yu Liong berkata lebih jauh:
"Aku dan ayahmu telah menjadi anggota perguruan
Hekmo im, usianya jauh lebih muda dari pada usiaku, ia
adalah suteku, maka selanjutnya kau harus memanggil,
supek kepadaku!" "Baik supek !" "Sutit, boleh aku bertanya pula tentang satu hal?"
"Apa yang ingin kau tanyakan, supek?"
"Kau telah berjumpa dengan putriku?"
"Benar, dia bernama Yu Cing!"
"Cantikkah dia?"
"Cantik sekali, sayang dia terlalu murung dan selalu
bermuram durja..." "Kau tahu dia tinggal dimana?"
"Tidak!" Giok-bin biap menggerutkan dahinya rapat rapat,
kembali ujarnya: "Selama hampir dua puluh tahun aku hidup dalam gua,
boleh dibilang tiap hari selalu kurindukan mereka ibu dan
anak, sekarang bila sampai terjadi salah paham seperti ini,
lantas bagaimana baiknya?"
"Tidak mungkin, kau bisa memberi keterangan
kepadanya tentang duduk persoalan yang sebenarnya"
Maka berangkatlah kedua orang itu melanjutkan
perjalanan menuju ke arah kuil Siau lim si.
Di tengah jalan, Ong Bun kim seperti teringat akan
sesuatu hal, tanpa terasa ia bertanya lagi:
"Supek, aku ingin bertanya lagi kepadamu tentang suatu
persoalan yang sangat aneh!"
"Persoalan apa?"
"Bukankah kau mengatakan bahwa pedang itu baru bisa
keluar sendiri dari sarungnya setelah disembah oleh suami
istri?" "Betul, dan lagi kedua orang itu harus orang-orang yang
mempunyai rejeki besar!"
"Seandainya dia tak beristri?"
"Sehabis diselenggarakannya pertemuan pedang ini,
mereka harus melangsungkan pernikahannya."
"Apa maksudmu?"
"Dikala menyembah pedang, setiap orang boleh
menyembah dengan perempuan siapa pun, sebab siapa tahu
kalau perempuan itu adalah calon istrinya, seandainya
kemudian terbukti bahwa pedang itu keluar dari sarungnya,
maka merekapan secara resmi merupakan suami istri."
"Bebas mengajak perempuan manapun untuk
menyembah pedang?" Ong Bun kim tertegun.
"Betul." "Seandainya ketika aku sedang menyembah pedang
dengan seorang perempuan berusia empat puluh tahunan,
tiba-tiba pedang itu keluar dari sarungnya, lantas
bagaimana?" "Hal ini tak mungkin terjadi!"
"Tak mungkin?" "Benar, kejadian semacam ini adalah suatu kejadian
yang tidak mungkin, kau jangan menaruh curiga terhadap
kehebatan pedang ini. apalagi istri yang terikat oleh pedang
ini pasti akan hidup dengan penuh kebahagiaan."
Meskipun Ong Bun kim merasa agak keheranan, tapi
setelah kejadian berlangsung demikian. diapun tidak banyak
berbicara lagi. "Yaa. biar saja kejadian yang sesungguhnya kita ikuti
setelah tiba pada saatnya nanti" katanya sambil manggutmanggut.
Perjalbanan yang merekda lakukan sunggauh teramat
cepabt, suatu hari sampailah mereka di kuil Siau lim si yang
terletak dibukit Siong san.
Kepada Giok bin hiap, Ong Bun kim berkata.
"Supek bagaimana cara kita memasuki kuil ini?"
"Beri kabar kepada ciangbunjinnya agar keluar pintu
untuk menyambut kedatangan pedang Sim Kiam!"
"Aaah, masakah pedang itu mempunyai kewibawaan
sebesar ini?" "Kalau tidak percaya, kenapa tidak di coba sendiri?"
Ong Bun kim mengangguk, kemudian pelan pelan
berjalan menuju kedepan pintu kuil.
Sebuah papan nama besar dengan tiga huruf emas yang
memancarkan cahaya berkilauan terpancang diatas pintu
gerbang kuil Siau lim-si.
Baru saja si anak muda itu akan melangkah masuk
kedalam halaman kuil, mendadak terdengar saseorang
membentak dengan suara berat, dalam dan nyaring.
"Siapa di situ?"
Ong Bun kim berhenti seraya palingkan kepalanya ke
arah sana berasalnya suara teguran itu.
Seorang pendeta tua yang berwajah angker tahu-tahu
sudah berdiri tegap didepan pintu.
Pendeta tua itu memandang sekejap kearah Ong Bunkim
serta Giok bin-hiap, lalu tegurnya.
"Ada urusan apa sicu berdua datang mengunjungi kuil
kami?" Sambil mengangkat pedang Sin kiam tinggi-tinggi, Ong
Bun-kim berseru dengan lantang.
"Sin-kim berada disini, harap ciangbunjin partai Siau lim
tampil untuk menyambut kedatangannya"
"Sin Kiam !" Pendeta tua itu tampak amat terperanjat sehingga paras
mukanya ikut pula berubah.
"Betul, pedang Sin Kiam yang menjadi milik Hek mo im
dimasa lampau, sekarang telah berada disini" jawab Ong
Bun kim dengan suara dalam.
Mendengar nama "Hek mo im" disinggung paras muka
pendeta tua itu berubah hebat, buru-buru serunya:
"Harap Sin-Kiam tunggu sebentar, looceng segera akan
memberi kabar kepada ciangbun jin untuk menyambut
pedang mestika" "Cepat pergi!" "Baik!" Setelah mengiakan, dengan langkah cepat pendeta tua itu
lari masuk kedalam kuil. Ong Bun kim yang menyaksikan kbejadian ini diadmdiam
merasa taerperanjat, ia btak mengira kalau nama besar
"Sin kiam" betul-betul bukan hanya nama kosong belaka.
Tak lama kemudian muncul beberapa sosok bayangan
manusia dari balik ruangan kuil Siau-lim-si orang yang
berjalan dipaling muka adalah seorang pendeta tua beralis
putih. Ia memandang sekejap pedang Sin kiam yang berada
ditangan Ong Bun kim. kemudian sambil memberi hormat
katanya: "Pinceng Hoat Hay tak tahu kalau Sin kiam bakal
berkunjung kemari, jika kami semua terlambat menyambut,
harap suka dimaafkan!"
Ong Bun kim merasa tertegun, untuk sesaat lamanya dia
tak tahu bagaimana musti menjawab.
"Apakah kau adalah ciangbunjln dari partai Siau lim?"
Giok bin hiap segera menegur.
"Yaa, benar ! Entah ada pesan apa yang akan
disampaikan oleh pedang mestika?"
"Dalam pesan terakhirnya, suhuku Hek mo-im
menerangkan bahwa penyembahan terhadap pedang akan
dilangsungkan dalam kuil ini..."
Secara ringkas diapun memberi keterangan kepada ketua
dari partai Siau lim Ini tentang semua rencana yang telah
disusun. Mendengar keterangan itu, buru buru Hoat-hay taysu
berkata. "Kejadian ini merupakan suatu kejadian yang
membanggakan partai kami, sudah barang tentu pinceng
tak akan menampik, silahkan pelindung pedang langsung
memasuki ke halaman Tat mo wan!"
Dibawah pimpinan Hoat hay taysu. sampailah mereka
didalam ruang Tat mo wan!
Setelah meletakkan pedang Sin kiam dan kotak besi
berisi Kitab pusaka ke atas meja altar ditengah ruangan.
Ong Bun kim segera mengundurkan diri dari situ.
Tiba-tiba Hoat hay taysu bertanya kepada Giok bin hiap:
"Maaf atas kelancangan pinceng, tolong tanya apakah
sicu adalah Giok bin-biap yang termashur tempo dulu?"
"Betul!" "Konon sicu dan Ong See-liat bersama-sama telah lenyap
dari keramaian dunia persilatan?"
"Benar...." Setelah Giok bin hiap memberi penjelasan seperlunya,
Hoat hay taysu baru mengerti akan duduknya persoalan.
Pada saat itulah, seorang pendeta membisikkan sesuatu
ke sisi tilinga Hoat hay tay su, mendengar bisikan tersebut
sorot mata Hoat hay taysu segara dialihkan ke wajah Ong
Bun kim. "Sicu, tolong tranya apakah kaut bernama Ong Buqn
kim?" tegurnyra kemudian dengan perasaan terkesiap.
"Benar!" "Murid Kui ji suseng?"
"Benar!" Ong Bun kim kembali mengiakan, "apakah
ciangbunjin ingin menanyakan soal enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar?"
"Benar, enam jilid kitab pusaka dari enam partai besar
telah dicuri oleh gurumu, hingga kini belum juga kitab itu
dikembalikan sedangkan Sicu pun sudah membunuh
puluhan orang anggota partai besar..."
"Siapa suruh pihak enam partai besar mendesak diriku
terus menerus...." "Sekalipun peristiwa itu terjadi karena disebabkan alasan
tertentu, namun kami enam partai besar sulit untuk
memaafkan perbuatan dari sicu itu...."
"Lantas menurut pendapat ciangbunjin, apa yang kau
kehendaki" "Sicu harus menyerahkan kembali keenam jilid kitab
pusaka itu kepada kami"
"Tapi kitab itu tidak berada ditanganku..."
Sekalipun begitu, paling tidak sicu kan tahu berita
tentang keenam jilid kt;ab pusaka kami?"
"Betul, aku memang sudah mengetahui jejaknya, bahkan
aku telah bersumpah pada suatu ketika keenam jilid kitab
pusaka itu pasti dapat kurampas kembali dan
menyerahkannya kepada enam partai besar!"
"Bolehkah aku tahu, keenam jilid kitab pusaka itu kini
berada ditangan siapa?"
Ditangan ketua perguruan San tian bun!"
"Apa?" Hoat-hay taysu sangat terkejut dengan hati yang
tercekat dan bergidik ia mengulangi ucapan itu sekali lagi.
"Ditangan ketua perguruan San tian bun?"
"Benar." "Oooh lantas bagaimana baiknya?"
"Tak usah kuatir ciangbunjin, aku pasti dapat
merampasnya kembali."
Dengan perasaan serius Hoat hay taysu manggutmanggut,
keningnya berkerut dan lama sekali tak berbicara.
"Ciangbunjin !" kata Giok bin hiap tiba-tiba, "ada satu
hal aku ingia memohon bantuanmu."
"Persoalan apa" Katakan saja terus terang!"
"Tolong kabarkan kepada semua sahabat dari dunia
persilatan, katakan bahwa bulan ini tanggal dua puluh siang
hari adalah saatnya untuk menyembah pedang!"
"Lolap pasti akan menitahkan anak murid perguruanku
untuk menyebar luaskan berita ini, harap sicu berlega hati!"
"Selain daripada itu, masih ada beberapa persoalan
tolong kabarkan pula kepada segenap sobat-sobat persilatan
katakan bahkan setiap orang yang hendak datang kemari
untuk menyembah pedang, dilarang membawa perasaan
dendam atau napsu ingin membunuh, jika berani bersikap
kurang ajar terhadap Sin kiam, pasti akan mati secara
mengerikan" "Baik!" Berbicara sampai disitu, Giok bin hiap lantas berpaling
kepada Ong Bun kim seraya katanya:
"Ong sutit kau juga boleh pergi, bukankah kau sudah
mempunyai kekasih...?"
Ong Bun kim manggut-manggut, peristiwa ini teIah
merupakan suatu masalah yang cukup pelik baginya.
Dia bukan cuma punya kekasih, diapun mempunyai istri,
tapi diantara sekian banyak orang, yang manakah yang
merupakan istrinya yang sebenarnya ?"
Ia merasa amat murung dan kesal, sebab dia sadar bila
persoalan ini tidak diselesaikan secara baik, akibatnya
urusan akan menjadi runyam.
Teringat sampai disitu, tanpa terasa Ong Bun-kim
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Melihat itu, dengan keheranan Giok bin hiap Iantas
bertanya: "Hey, kenapa dengan kau?"
"Aku... aku bukan cuma punya kekasih, akupun sudah
beristri..." Secara ringkas dia lantas membeberkan persoalan yang
dihadapinya itu kepada Giok bin hiap.
Mendengar persoalan itu, Giok bin biap langsung saja
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Waah persoalan ini memang cukup sulit Iagi pelik,
cuma aku pikir persoalan ini tentu akan beres dengan
sendirinya bila waktunya telah tiba nanti." katanya
kemudian. "Seandainya mereka datang serentak" Apa yang harus ku
perbuat?"

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maksudmu seandainya Lan Siok-ling, Hui mo pangku,
Bunga iblis dari neraka datang bersama ketempat ini, apa
yang musti kau perbuat?"
"Benar!" "Soal ini tak perlu kau kuatirkan, meskipun Sin kiam
harus didapatkan oleh sepasang suami istri, tapi apakah kau
adalah orang ybang berhak menddapatkan pedang atersebut
masih bmerupakan suatu tanda tanya besar, sampai
waktunya nanti, kau boleh maju bersama mereka satu
persatu" 00000OdwO00000 BAB 67 MENDENGAR perkataan itu. Ong Bun kim manggutmanggut.
karena memang Inilah cara yang paling baik
untuk mengatasi persoalan itu.
la berhasrat untuk mendapatkan pedang mestika
tersebut, sudah barang tentu segala sesuatunya baru bisa
dibicarakan setelah persoalannya berkembang nanti. Ong
Bun kim berpikir sejenak, lalu ujarnya.
"Kalau begitu, keponakan ingin mohon diri lebih
dahulu." "Silahkan!" Ong Bun kim segera mohon diri kepada ciangbunjin dari
siau lim pay, dan berangkat menuruni bukit Siong-san.
Tapi setibanya dikaki gunung, ia baru kebingungan,
kemana ia- musti pergi sekarang"
Tiba-tiba pemuda itu teringat kembali akan diri Tay khek
Cin kun serta Mo kui-seng kiam Phang Pak bun yang
tertinggal di perguruan San tian bun, bagaimana nasib
mereka berdua" Berpikir tentang masalah ini, hatinya menjadi gelisah
sekali, ia bertekad untuk menyelidiki persoalan ini sampat
jelas lebih dulu, tapi dalam masalah inipun ia merasa
menjumpai kesulitan, dapatkah ia berkunjung kembali ke
perguruan San tian bun"
Sudah jelas berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki,
dia masih bukan tandingan dari ketua perguruan San tian
bun, Ciu Li li, itu berarti menyelidiki secara menyerempet
bahaya tak bisa dilakukan, terpaksa ia akan melakukan
penyelidikan secara diam-diam.
Setelah mengambil keputusan, berangkatlah arak muda
itu dengan kecepatan luar biasa.
Untuk sementara waktu, baiklah kita tinggalkan Ong bun
kim yang sedang menyelidiki jejak dari Tay khek Cin kun
serta Phang Pak-bun. Sementara itu berita tentang akan diselenggarakannya
pertemuan Pay kiam ci-bwe dengan cepat sudah tersiar
dalam dunia persilatan. Munculnya pedang Sin kiam milik Hek mo im dalam
dunia persilatan, betul betul sudah menimbulkan
gelombaug keributan yang sangat dahsyat dalam dunia
persilatan, setiap orang sama-sama bertekad hendak
mendapatkan pedang mustika tersebut.
Bulan empat tanggal dua puluh.
Berbondong-bondong kawanan jago dari dunia persilatan
pada berdatangan kekuil Siau lim si untuk mengikuti
pertemuan Pay bkiam ci bwee.
Ddi depan pintu gaerbang kuil terbsebut, berdirilah
empat orang pendeta yang bertugas menerima tamu.
Setelah ditanya maksud kedatangan mereka, maka
kawanan jago persilatan itupun dipersilahkan masuk
kedalam ruang kuil. Sih kiam adalah sebuah benda mustika yang merupakan
incaran dari setiap umat persilatan, apakah benda itu akan
mengakibatkan timbulnya suatu badai perebutan yang
sengit. Sampai sekarang hal mana masih merupakan suatu
tanda tanya besar. Ketua partai Siau-lim, Hoat hay taysu dengan
didampingi empat orang pendeta tua masing-masing berdiri
didepan pintu ruang Tat-mo wan sambil mengawasi
kedatangan para jago yang hilir mudik memasuki ruangan.
Dalam ruangan, Giok bin hiap berdiri di-samping altar
melindungi keselamatan pedang Sin kiam, ia berjaga-jaga
disitu dengan angker dan tidak membiarkan kejadian tak
sopan berlangsung disana.
Pada saat itulah tiba-tiba dari luar ruangan
berkumandang suara seruan yang amat nyaring.
"Ketua perguruan San tian bun dengan membawa
anggota perguruannya tiba!"
Begitu mendengar disebutnya nama "perguruan San tian
bun", ketua partai Siau lim yang berdiri didepan pintu serta
kawanan jago Iihay yang berada dalam ruangan sama-sama
menunjukkan perasaan kaget.
Seketika mereka mendongakkan kepalanya dan berpaling
keluar ruangan. "Tampaklah seorang manusia berkerudung memakai
baju putih, didampingi dua orang manusia berkerudung
lainnya melangkah masuk ke dalam halaman ruangan Tat
mo wan. Hoat hay taysu seaera maju menyambut, setelah
memberi hormat katanya: "San tian buncu, terimalah hormat lolap!"
"Ciangbunjin tak perlu banyak adat!" tukas ketua
perguruan San tian bun itu sambil tertawa dingin.
"Apakah kedatangan Buncu kemari adalah untuk
menyembah pedang mestika ?"
"Benar, tolong tanya ciangbunjin, kenapa pedang Sin
kiam bisa berada dalam perguruan anda?"
Dengan suara dalam dan berat Hoat hay ciang bunjin
menjawab: "Menurut pesan terakhir dari Hek mo im, Sin kinm
tersebut harus dibawa kedalam partai kami oleh malaikat
pelindung pedang untuk menerima penghormatan disini!"
"Siapa yang menjadi Malaikat pelindung pedang?"
"Seorang jago yarg dulu dikenal sebagai Giok-bin hiap!"
"Apa" Dia adalarh Giok bin hiapt?"
"Benar !" Buqncu dari pergurruan San tian bun itu tidak berbicara
lagi, dia lantas melangkah maju siap memasuki ruang Tat
mowan. Tapi sebelum ia sempat masuk, dengan suatu kecepatan
luar biasa Hoat hay ciangbunjin telah maju kemuka serta
menghadang jalan perginya.
"Tunggu sebentar Buncu!" serunya.
"Ada apa?" "Malaikat pelindung pedang telah berkata setiap orang
yang datang kemari untuk menghormati pedang, harus
mempunyai hati yang jujur dan terbuka, diapun harus
menghormati pedang itu dengan wajah aslinya, kalau tidak
maka hal itu berarti suatu tindakan yang kurang sopan
kepada pedang Sin kiam!"
Buncu dari perburuan San tian bun, Ciu Li li segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Kalau kurang hormat lantas bagaimana?" ejeknya.
"Dia pasti akan mati dalam keadan mengerikan!"
Sekali lagi buncu dari perguruan Sin tian bun itu tertawa
dingin. "Heeehhb heeehhh. heeehh aku ingin sekali melihat
dengan cara yang bagaimanakah kematianku itu bisa
dianggap sebagai suatu kematian yang mengenaskan,
ciangbun jin! Harap minggir!"
Hoat hay ciangbunjin tertawa hambar, dia lantas
menyingkir kesamping memberi jalan lewat.
Dengan angkuhnya ketua perguruan San tian-bun Ciu Li
li melangkah masuk kedalam ruangan.
Tampaknya Giok bin biap menaruh perhatian khusus
terhadap Buncu dari perguruan San tian-bun ini sebab dia
sudah tahu kalau Su hay-bong-kek Ong See liat telah tewas
ditangan orang ini. Setelah masuk kedalam ruangan. Ciu Li li segera tertawa
dingin, sindirnya dengan sinis:
"Sungguh pertemuan ini merupakan suatu pertunjukan
yang sangat ramai!" Kesinisan dan keangkuhannya itu dengan cepat
mengobarkan kembali hawa amarah dihati Giok-bin hiap.
Setelah berada didalan ruangan, ketua perguruan San
tian bun Ciu Li li tidak menghentikan sama sekali
langkahnya, malahan dia berjalan menuju kedepan altar di
mana pedang Sin-kiam tersebut diletakkan.
Menyaksikan tindak tanduknya yang pongah itu, paras
muka semua jago lihay yang berada dalam ruangan segera
berubah hebat. Pada saat itulah buncu dari perguruan San tian bun itu
sudah berada lebih kurang satu kaki didepan altar, tapi ia
tidak bermaksud berhenti malah selangkah demi selangkah
berjalan lebih mendekat. "Berhenti!" mendadak Giok bin hiap membentak
nyaring. Mendengar bentakan tersebut, serta merta buncu dari
perguruan San tian bun itu menghentikan langkahnya,
kemudian dengan suara yang amat dingin:
"Ada apa?" "Mau apa kau?" "Menonton pedang Sin kiam!"
"Saat untuk memberi hormat kepada pedang suci belum
tiba!" "Aku cuma ingin memeriksa dulu. pedang Sin kiam
tersebut adalah sebilah pedang yang asli atau palsu!"
Paras muka Giok-bin hiap kembali berubah hebat,
bentaknya penuh kegusaran:
"San tian buncu, kau berani memandang hina pedang
Sin kiam?" "Aku tidak bermaksud menghina, aku bicara
sesungguhnya." Belum selesai San tian buncu berbicara, dari luar pintu
telah berkumandang kembali suara teriakan lantang:
"Hui mo pangcu tiba!"
Menyusul bentakan yang amat nyaring itu, terdengar
seseorang menghardik lalu melintas sesosok bayangan
putih, tahu-tahu Ciu Li li sudah menerjarg ke hadapan altsr
berisi pedang Sin-kiam tersebut.
Gerakan dari Ciu Li li ini sangat cepat bagaikan
sambaran kilat, dalam sekejap mata ia sudah tiba disasaran.
"Kau berani!" bentak Giok bin hiap marah.
Bayangan hitam saling bergumul menjadi satu lalu saling
berpisah satu dengan lainnya.
Bagaikan sambaran kilat yang berkelebat lewat, dengan
sempoyongan Buncu dari perguruan San tian bun itu
mundur sejauh tujuh delapan langkah sebelum berhasil
berdiri tegak. Dengan suara dingin Giok bin hiap membentak:
"San tian Buncu, kalau kau berani turun tangan lagi,
hati-hati kalau aku akan menghukum kau lebih dulu!"
Dalam pada itu, Tay pangcu dari perkumpulan Hui mopang
yakni Kim lo sat dengan membawa wakil ketuanya
Gin lo sat telah melangkah masuk ke dalam ruangan.
Buncu dari perguruan San tian bun Ciu Li li segera
tertawa dingin, ejeknya. "Ilmu silat yang kau miliki betul-betul hebat sekali,
baiklah, aku akan menunggu sampai-saat persembahan
pedang." Seusai berkata, dia lantas menyelinap mundur dari
tempat itu. Sementara disini ribut-ribut, Kim Lo sat serta Gin Lo sat
telah berada dalam ruang tengah dan berdiri pula
disamping. Tak lama kemudian, dari luar ruangan secara beruntun
kedengaran suara teriakan nyaring yang berkumandang
berulang kali- "Kelelawar malam tiba !"
"Jago pembawa lampu tiba..."
"Lan Siok-ling tiba..."
"Bunga iblis diri neraka tiba..."
Tiang seng lojin dan Hian ih lihiap tiba...."
"Yu Cing tiba..."
Ketika mendengar nama "Yu Cing" disebut. Giok bin
hiap Yu Tiang kontan merasakan sekujur badannya
bergetar keras, karena orang yang disebut namanya itu
bukan lain adalah putrinya dari hasil hubungannya dengan
Leng po Siancu. Akan tetapi Yu Cing sendiri tidak tahu kalau orang yang
melindungi pedang sekarang justru ayah kandungnya yang
dicari-cari selama ini, setelah berbincang-bincang sebentar
dengan Tiang seng lojin, Hian ih Li hiap dan bunga iblis
dari neraka, diapun berdiri menanti disisi ruangan.
Waktu itu dalam ruangan Tat mo wan yang begitu luas
telah terhimpun beratus-ratus orang jago lihay yang datang
dari segenap penjuru dunia persilatan, tapi ada satu
perguruan yang diperhatikan orang justru belum hadir
sampai detik itu... itulah perguruan Yo leng bun.
Tengah hari sudah tiba, saat untuk melakukan upacara
Pay kiam sudah hampir dilangsungkan.
Suara berbisik-bisik dalam ruangan semakin ramai,
sehingga suasananya berubah menjadi gaduh.
Yu Cing memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian tanpa terasa ia bertanya kepada Tiang seng lojin.
"Kenapa Ong Bun kim belum juga hadir disini?"
"Entahlah!" jawab Tiang seng lojin menggeleng "tapi aku
rasa dia pasti akan datang kemari"
Setelah berhenti sejenak, ia berkata kembali:
"Nona Yu, tahukah kau siapa orang yang berdiri disisi
altar dalam ruangan itu?"
"Siapa?" Yu Cing balik bertanya dengan wajah tertegun.
"Ayahmu!" "Apa" Ayahku?"
Mendengar khabar tersebut, Yu Cing tak tahan untuk
menjerit keras, jeritan itu dengan cepat mengejutkan pula
banyak orang jago- yang berada di sekitar sana, sehingga
sorot mata mereka bersama-sama dialihkan kewajah gadis


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Selang sesaat kemudian, setelah gejolak-dalam hatinya
berhasil diatasi, ia berkata kembali:
"Kau maksudkan dia.... dia adalah Giok bin hiap?"
"Betul !" Tak terlukiskan pergolakan emosi yang dialami Yu Cing
pada saat ini. ia sudah banyak tahun mencari jejak ayahnya
Giok bin hiap, tapi tidak pernah berhasil, tak disangka hari
ini orang yang dicari justru telah berdiri dihadapannya
dalam keadaan segar bugar.
Paras mukanya agak berubah, tiba-tiba dia melangkah
maju dan menghampiri Giok bin hiap.
Tiang seng lojin yang menyaksikan kejadian itu, segera
membentak dengan cepat. "Nona Yu, apa yang hendak kau lakukan?"
"Aku hendak bertanya kepadanya, kenapa ia tak pernah
pulang untuk menengok kami ibu dan anak..."
"Jelas dibalik kejadian ini tentu ada sebab sebabnya,
kenapa tidak kau tanyakan persoalan ini setelah upacara
Pay kiam terselenggarakan "
Yu Cing menengok sekejap kearah Giok-bin hiap,
akhirnya dia manggut-manggut dan mundur kembali
ketempat semula. Ditengah keheningan, tiba-tiba dari luar pintu
berkumandang kembali suara seruan yang amat nyaring.
"Ong Bun kim tiba..."
Ditengah seruan yang amat nyaring itu. semua orang
merasakan hatinya bargetar keras dan paras mukanya
berubah, kontan sorot mata semua orang dialihkan keluar
pintu di mana Ong Bun-kim dengan langkah yang tegap
sedang berjalan masuk ke dalam ruangan.
Ong Bun-kim melirik sekejap sekeliling ruangan itu
kemudian setelah memberi hormat kepada jago pembawa
lampu dan Kelelawar malam, dia berjalan menuju ke sisi
Tiang seng lojin. "Boanpwe menghunjuk hormat untuk kesehatan
locianpwe!" katanya sambil memberi hormat kepada Tiangseng
lojin. "Ong sauhiap tak perlu banyak adat!"
Maka Ong Bun kim memberi hormat pula kepada Hian
ih liniap setelah itu dia baru berpaling, dimana ada
sepasang mata yang diliputi kesedihan sedang menatapnya
tanpa berkedip. Kedua orang itu bukan lain adalah Bunga iblis dari
neraka serta Leng Siok ling.
Ong Bun kim terkesiap, baru saja dia hendak
mengucapkan sesuatu, Yu Cing telah buka suara lebih dulu,
katanya. "Ong sauhiap, siapakah orang yang melindungi pedang
itu?" "Ayahmu!" "Sungguhkah ini?"
"Benar!" "Mengapa selama hampir dua puluh tahun lamanya dia
tak pernah pulang untuk menengok kami ibu dan anak
berdua?". "Tentu saja hal ini ada alasannya..."
Secara ringkas Ong Bun kim menceritakan bagaimana
kisah Giok bin hiap memasuki gua Bu cing tong kemudian
bagaimana dia disuruh belajar ilmu disana.....dan
sebagainya. dan sebagainya.
Selesai mendengar cerita itu, Yu Cing baru menghela
napas panjang, katanya: "Aaai..." Kiranya begitulah keadaan yang sebenarnya"
Setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi.
"Bukankah kau hendak mencari Tan Hong hong?"
"Benar!" Berbicara sampai disitu, Ong Bin kim segera berjalan
menuju kearah Bunga iblis dari neraka berdiri.
Ketika tiba kurang lebih tiga depa didapati gadis itu,
terasa pemuda itu menghentikan langkahnya.
Setelah menatapnya tajam tajam, serunya penuh luapan
emosi: "Nona Tan !" Paras muka bunga iblis dari neraka agak berubah,
katanya dengan cepat: "Apakah kau Ong Bun-kim masih mengenali diriku?"
Ong Bun-kim merasa sangat sedih, katanya terbata-bata.
"Nona Tan aku, aku aku telah menuduhmu yang bukanbukan...
aku tahu aku telah salah . .kau... pengorbananmu
buauu terlalu besar, kenapa...kenapa Kau bersedia
mengorbankan diri sebesar itu demi... demi aku?"
Berbicara sampai disitu, Ong Bun kim merasa
kerongkongannya seperti tersumbat, kata-kata selanjutnya
tak sanggup diucapkan lagi.
Bunga iblis dari neraka merasa amat sedih, terlepas
apakah Ong Bun kim akan menyukai perbuatannya atau
tidak, ia toh tetap mencintainya, mencintainya dengan
sepenuh hati. Dengan pandangan mata yang sayu ia menatap
wajahnya lekat-lekat, kemudian dengan sedih dan suara
terisak bisiknya: "Jadi... jadi kau sudah mengetahui segala-galanya?"
"Benar... tapi kenapa kau sampai berbuat demikian?"
"Karena cinta!"
Sekujur badan Ong Bun kim kembali gemetar keras.
"Lantaran kau mencintai aku?" seru pemuda itu dengan
perasaan terkejut sekali.
"Yaa.." air matanya tak terbendung lagi, seperti air bah
segera meleleh keIuar membasahi pipinya, walaupun ia
berusaha untuk menahan air matanya, namun pipinya toh
menjadi basah juga. Dengan sedih Ong Bun kim berkata.
"Begitu besar kau telah berkorban bagiku tapi dengan
cara apa aku Ong Bun kim dapat membalas budi
kebaikanmu itu?" "Kalau aku mengharapkan balas budi darimu, tak nanti
akan kulakukan perbuatan itu bagimu..."
Kalau bisa Ong Bun kim ingin sekali menerjang maju ke
muka, memeluknya erat-erat dan menciumnya seratus
kali.... sebribu kali....
dTapi sekarang maereka berada dib hadapan khalayak
ramai, dia berusaha keras untuk mengendalikan
perasaannya. Pelan-pelan dia menundukkan kepalanya, kemudian
berkata. "Terlalu banyak yang kau berikan untukku."
"Asal kau bisa memahami perasaanku, itu sudah lebih
dari cukup, marilah, kita tak usah membicarakan persoalan
itu lagi." Ya, mereka memang tak perlu membicarakan persoalan
itu lagi sebab kecuali suatu kenyataan yang tragis, sesuatu
kenyataan yang mencabik-cabik hati mereka berdua, tiada
sesuatu yang perlu diingat dan dibicarakan lagi.
Dengan sedih Ong Bun-kim manggut-manggut.
"Aku hendak memberi tahu kepadamu, Hiat hay long-cu
telah tewas ditanganku!" katanya.
"Sudah tewas?" Bagaikan kena aliran listrik bertegangan tinggi, sekujur
tubuhnya bergetar keras, bagaimanapun juga Hiat hay
longcu adalah laki-laki pertama yang telah menggaulinya,
selaput daranya lenyap ditangan lelaki itu juga.
"Yaa, dia sudah mati, kau tidak menyalahkan aku
bukan?" sahut Ong Bun-kim sedih.
la menggelengkan kepalanya, dengan suatu kesedihan
yang tak terlukiskan dengan kata-kata ia memberikan
jawabannya, yaa, bagai mana mungkin dia akan
menyalahkan dirinya. Tidak...!"
oooOdwOooo BAB 68 TAPI, terhadap kematian dari seseorang yang telah
merenggut kehomatannya, baik dia mencintai atau
membencinya, peristiwa itu mendatangkan pula perasaan
sedih yang luar biasa. Ong Bun kim dapat memahami perasaannya, pelanpelan
dia berjalan, menghampiri Lan Siok-ling, dia tak ingin
membicarakan soal apa-apa lagi dengannya, sebab banyak
berbicara hanya akan menambah kesengsaraan serta
penderitaan kedua belah pihak.
Tapi ia mengerti, bahwa dia harus mencintainya, dia
harus mengawininya dan mempersembahkan rasa cinta
murninya kepada gadis itu, agar dia melupakan kejadian
lampau yang telah mencabik-cabik perasaan itu.
Ketika tiba dihadapan Lan Siok ling, diapun
mengangguk. "Nona Lan?"
Lan Siok-ling menghela napas sedih, serunya: "Ada
apa?" "Aku merasa bahwa aku sudah banyak melakukan hal
hal yang tidak baik kepadamu."
"Tidak apa-apa... itulah atas kehendak ku sendiri, cuma
aku ada satu persoalan hendak memberitahu kepadamu,
walaupun kita belum ada sebutan sebagai suami istri, tapi
aku sudah mempunyai anak."
"Apa?" sekujur badan Ong Bun kim bergetar keras,
saking kagetnya dia sampai menjerit tertahan.
Dengan sedih kembali Lan Siok ling berkata:
"Sungguh, aku sudah punya anak. Anak kita berdua !"
Dalam keadaan demikian. Ong Bun kim tak dapat
mengatakan apakah berita itu merupakan suatu
kegembiraan ataukah suatu kepedihan.
Ia pernah berharap bisa mempunyai keturunan, agar
setelah ia mati ada orang yang bisa meneruskan cita-citanya
untuk membalas dendam. Tapi kenyataannya kemudian, ia tidak jadi mati.
Berbicara sejujurnya, ia dan Lan Siok ling bisa bersatu
bukan lantaran dasar cinta yang sejati, sekarang dia tidak
berharap bisa mempunyai seorang anak tapi kesalahan yang
telah dilakukannya dahulu, kini sudah mulai berubah.
Berpikir sampai disini, diam-diam Ong Bun-kim merasa
terperanjat, kembali dia berseru:
"Kau benar-benar sudah mempunyai anak?"
"Ya, kau tak akan menyangkal bukan?"
"Oooh tidak, aku tak akan menyangkal."
"Kau bisa menyukainya?"
Ong Bun kim tertawa getir, "Yaa. aku dapat
menyukainya!" dia mengangguk.
"Dan kau mengakui aku sebagai istrimu?"
"Mengakui, tapi ada sementara persoalan lain yang harus
kukatakan dulu kepadamu."
"Katakan, aku akan mendengarkan dengan seksama!"
"Selain kau, aku masih mempunyai banyak sekali teman
perempuan yang lain."
"Aku tahu, aku tak akan menyalahkan dirimu!"
"Kalau kau dapat mengerti, aku merasa berterima
kasih..." Belum lagi perkataan dari Ong Bun kim itu diselesaikan,
tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang amat tak sedap
didengar buncu dari perguruan San tiau-bun mengejek
dengan sinis. "Ong Bun kim! Tidak kusangka kalau nasibmu masih
begitu baik sehingga bisa hidup sampai kini!"
Dengan cepat Ong Bun kim menengadah, tapi begitu
tahu siapa yang mengajaknya berbicara, paras mukanya
kontan berubah menjadi mengerikan sekali.
"Oooh rupanya kau?" serunya.
"Betul, kenapa"r"
"San tiam Buntcu, aku memang qsedang mencarimru!"
"Mau apa mencari aku?"
"Bagaimana dengan Tay khek Cinkun serta Mo kiu seng
kim Phang Pak bun ..?"
Sekali lagi buncu dari perguruan San-tian bun itu teriawa
dingin. "Kemungkinan besar mereka sudah kembali ke akhirat
untuk memberikan pertanggung jawabnya!"
"Haaah"! Apa kau bilang?"
" Heeehhh heeehhh heeehah ...kenapa musti terkejut"
Mereka telah mengalami nasib yang sama dengan kau,
telah kuhajar kedua-duanya sehingga tercebur ke dalam
jurang yang puluhan ribu kaki dalamaya itu!"
Sekali lagi paras muka Ong Bun kim berubah hebat,
bentaknya keras-keras: "Sungguhkah perkataanmu itu!"
"Sungguh!" "Bangsat, kubunuh kau!"
Sambil membentak keras Ong Bun kim bergerak maju ke
depan, dalam gusarnya gerakan ini benar-benar dilakukan
dengan garang sambil melejit kehadapan buncu dari
perguruan San tian bun itu, sebuah pukulan dahsyat segera
dilancarkan. Baru saja Ong Bun kim akan melanjutkan ancamannya
itu, mendadak terdengar seseorang membentak kerat.
"Tahan!" Mendengar bentakan itu, tanpa terasa Ong-Bun kim
menghentikan gerakan tubuhnya, ketika ia mendongakkan
kepalanya, tampaklah orang yang barusan berbicara itu
adalah Giok bin siap Yu-Tiong.
"Oog Bun kim!" bentak sipendekar berwajah pualam Yu
Tiong dengan suara dingin. "kau tahu tempat apakah ini"
Berani benar kau bertingkah disini?"
Mendengar bentakan itu, Ong Ban kim agak tertegun,
tapi dengan cepat ia dapat memahami perkatakan dari Giok
bin hiap tersebut. Sekarang adalah saatnya upacara Pay kiam akan
diselenggarakan, siapa saja dilarang bertindak sesuatu yang
menunjukkan sikap memandang rendah kesucian pedang
Sin kiam itu. "Ong Bun kim!" kembali Giok, bin hiap berkata dengan
dingin, "kalau kau berani sembarangan melancarkan
serangan lagi, kubunuh dirimu lebih dahulu!"
Dengan gemas dan penuh kebencian Ong Bun-kim


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang sekejap kearah Buncu dari perguruan San tian
bun itu, kemudian katanya dengan suara dingin:
"Ciu Lili, aku tak akan membiarkan kau hidup lebih
jauh!" "Kau... darimana kau bisa tahu jika aku... aku bernama
Ciu Li li?" seru Buncu dari perguruan San tian bun itu
dengan perasaan tercekat.
"Hmm! Apanya yang aneh dengan dirimu itu!"
Seusai berkata dia lantas berjalan kembali ke tempat
semula. "Ong Bun kim !" tiba-tiba Kim Lo sat dari perkumpulan
Hui mo pang menegur, "kau masih ingat dengan aku."
Ong Bun kim melirik sekejap ke arahnya, kemudian
tertawa getir, cepat-cepat dia kembali ke tempat semula.
Walaupun antara dia dengan Kim lo sat mempunyai
ikatan sebagai suami istri, tapi ia sama sekali tidak
mencintainya. Setelah balik kembali ke tempat semula, pemuda itu
berdiri tertegun dengan kening berkerut, banyak sekali
persoalan yang harus dipertimbangkan olehnya, terutama
perempuan yang manakah yang akan dipilihnya untuk
bersama-sama menyembah pedang.
Dalam pada itu, masa diselenggarakannya penyembahan
terhadap pedang sudah semakin dekat, suasana dalam
ruangan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Tiba-tiba dari luar pintu ruang tengah berkumandang
kembali seruan nyaring: "Kwan Siok kim tiba!"
Mengikuti seruan tersebut, seorang nona berbaju putih
berjalan masuk kedalam ruangan, tapi kecuali Ong Bun kim
seorang, tak seorangpun diantara mereka yang tahu siapa
gerangan Kwan Siok kim tersebut.
Ong Bun kim berpaling dan memandang sekejap ke arah
gadis itu, ketika empat buah mata saling bertemu, hatinya
terasa bergetar sangat keras.
Pelan-pelan Kwan Siok kim berjalan mendekati ke
arahnya. Setelah tiba di depan anak muda itu, sapanya.
"Ong sauhiap, baik-baikkah kau selama kita berpisah?"
"Terima kasih atas perhatianmu, bagaimana dengan kau
sendiri?" "Aku baik-baik saja."
Setelah berhenti sejenak, katabnya lagi sambild tertawa
sedih.a "Kau tidak menbgira bukan kalau aku bakal datang
kemari untuk mencarimu?"
"Ya! Kedatanganmu sungguh jauh diluar dugaanku,
entah ada urusan apa kau kemari?"
"Ooh.. tidak ada apa-apa, aku hanya datang
menjengukmu, kau tidak senang?"
"Mana, mana, bagaimana dengan orang tuamu" baik
semua?" "Mereka sangat baik, terima kasih atas perhatianmu!"
"Aaaah, mana, mana!"
"Ong Sauhiap, konon ditempat ini sedang
diselenggarakan suatu pertemuan menyembah pedang?"
"Yaa, darimana kau bisa tahu?"
"Karena aku kangen kepadamu, maka setelah
kepergianmu akupun ikut keluar untuk mencarimu, tapi
kemanapun aku mencari selalu tak berhasil menemukan
kau, ada orang yang memberitahu katanya besar
kemungkinan kau berada disini."
"Oooh...! Jadi kau datang hanya karena ingin
menjengukku saja...?" kata Ong Bun kim menegas.
"Benar, sekarang aku akan pergi!"
"Pergi" Kenapa begitu terburu-buru..."
"Aku telah berjumpa denganmu, maka aku boleh pergi
dengan perasaan yang lega dan tenteram."
Dibalik perkataan itu terpancarlah semua perasaan cinta
dan kangennya yang telah tersimpan selama ini dalam
hatinya, tentu saja halmana membuat Ong Bun kian amat
terkejut. Setelah tertawa getir, katanya: "Mengapa kau tidak pergi
setelah upacara penyembahan pedang nanti selesai?"
"Kau menahan aku?"
"Benar !" "Baiklah !" Tiang-seng lojin segera berpaling ke arah Ong-Bun kim
seraya bertanya: "Ong sauhiap, siapakah nona itu?"
-oo0dw0oo-- Jilid 22 "DIA..." mendadak Ong Bun kim seperti teringat akan
sesuatu, dengan cepat kata selanjutnya ditelan kembali.
"lebih baik kita tunggu sampai upacara Pay kiam disini
selesai lebih dulu baru kuberitahu kepadamu."
Tiang seng lojin manggut-manggut dan tidak berbicara
lagi. Pada saat itulah terdengar Giok bin hiap berseru dengan
suara yang dalam: "Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul berapa?"
"Tengah hari lawat tiga perempbat!" seseorang
dmenyahut dari baalik ruangan.
"bKalau begitu upacara Pay kiam segera dimulai !"
Setelah berhenti sebentar, kembali ia berkata:
"Sebelum upacara Pay kiam di mulai, ada sepatah dua
patah kata hendak kuberitahukan kepada saudara sekalian."
Suasana dalam ruangan itu segera berubah menjadi
hening dan sepi sekali. Dengan suara lantang Giok bin hiap berkata:
"Aku Yu Tiong bersama Ong See liat berhasil memasuki
gua Bu cing tong pada masa yang lalu, kami beruntung
berhasil diangkat menjadi murid dari Hek mo im..."
"Apakah Hek mo im tayhiap masih hidup?" seseorang
bertanya dari antara kerumunan orang banyak.
"Tidak, sebelum kami masuk ke dalam perguruannya,
beliau sudah lama meninggal dunia, di-dalam surat
wasiatnya dicantumkan bahwa kami diterima sebagai
muridnya." "Bila dihitung dengan jari, kami sudah puluhan tahun
lamanya menjadi murid dalam perguruannya, suhu kami
sangat memperhatikan nasib dunia persilatan, karena itu
pedang Sin kiam yang ditinggalkan tak boleh dibiarkan
terpendam terus di alam baka.
"Didalam surat wasiatnya telah dijelaskan bahwa pedang
Sin kiam akan dibawa ke-kuil Siau lim si untuk memperoleh
persembahan, barang siapa dapat menyembah pedang itu
sehingga pedangnya meninggalkan sarung sejauh tiga inci,
dialah pemilik dari pedang Sin kiam ini."
"Selain daripada itu, didalam pesannya suhuku juga
berkata bahwa pedang Sin kiam disebut pula sebagai
pedang Cing-jin kiam (pedang kekasih), sebab itu setiap
orang yang hendak menyembah pedang ini harus mencari
pasangannya sendiri-sendiri, bila akhirnya terbukti kalau
pedang itu meninggalkan sarung sejauh tiga inci, maka
pasangan tersebut harus segema menikah menjadi suami
istri..." "Apakah mereka yang belum kawin juga boleh?" tanya
seseorang. "Pokoknya asal dia itu seorang lelaki dan seorang
perempuan, entah siapapun itu orangnya, asal pedang itu
bisa meninggalkan sarung sewaktu dilangsungkan
persembahan, mereka harus mengikat diri menjadi suami
istri di hadapan Sin kiam itu juga...."
"Maksudmu setiap orang yang datang menghadiri
pertemuan ini. boleh mencari pasangan manapun untuk
diajak menyembah pedang?" kembali ada orang bertanya.
"Benar!" Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa
dingin. "Haaahhh haaahhb haaahh. pertemuan ini benar-benar
merupakan suatu pertemuan unik yang belum pernah
kurjumpai sebelumntya."
"Pesan gurquku hanya sampari disini saja" kembali Giok
bin hiap berkata. "mau percaya atau tidak terserah pada
kalian sendiri. Nah. sekarang upacara penyembahan
dimulai!" Maka penyembahan terhadap pedang suci pun segera
diselenggarakan. Mereka yang datang berpasangan, berbondong-bondong
maju melakukan persembahan namun dari puluhan pasang
suami istri itu tak seorangpun yang berhasil menggeserkan
pedang itu dari sarungnya.
Mereka yang kecewa pun beruntun meninggalkan ruang
upacara dan kembali ke-rumah masing-masing.
Lebih kurang satu jam kemudian, didalam ruangan yang
luas hanya sisa puluhan orang jago persilatan, tentu saja di
antara mereka yang pergi terdapat pula mereka yang tidak
berhasil menemukan pasangannya.
Ada pula diantara mereka yang melakukan
penyembahan seorang diri, karena gagal, merekapun
mohon diri dari situ. Tiba-tiba Buncu dari perguruan San tian bun melompat
maju ke depan, ketika melangkah ke depan ia menarik salah
seorang anggota perguruannya, tapi penyembahan
merekapun tidak berhasil menggerakkan pedang itu dari
sarungnya. Dalam keadaan demikian, sambil tertawa dingin ia
mengundurkan diri kembali ke tempat semula.
Setelan Buncu dari perguruan San tian bun Ciu Li li
mengundurkan diri dari sana, tiada seorang lagi yang maju
kedepan untuk melakukan penyembahan.
Tiang seng lojin segera melirik sekejap ke arah Ong Bun
kim, lalu serunya: "Ong sauhiap, sekarang kau boleh maju kedepan untuk
mencoba-coba." "Aku?" bisik Ong Bun kim agak tertegun.
"Bukankah kau datang kemari untuk menyembah
pedang?" "Benar!" "Lantas, mengapa kau tidak tampil kedepan untuk
melakukan penyembahan?" Ong Bun kim mengerutkan
dahinya sambil termenung sebentar, kemudian katanya:
"Tapi.... tapi.... aku harus melakukan penyembahan
pedang dengan siapa?"
"Siapa yang paling kau cintai, ajaklah dia untuk
melakukan penyembahan lebih dulu"
Ong bun kim sangsi sejenak, akhirnya sambil menggigit
bibir dia memandang sekejap kearah Bunga iblis dari neraka
Tan Hong hong, setelah itu katanya:
"Nona Tan, bersediakah kau untuk melakukan
penyembahan pedang bersamaku?"
"Aku?" "Benar !" "Walaupun kejadian ini sama sekali diluar dugaan Bunga
iblis dari neraka, sebab disana berderet begitu banyak
perempuan lain tapi diapun merasa amat girang, karena
dengan kejadian ini terbuktilah bahwa dia adalah gadis
yang paling dicintai oleh si anak muda itu.
Untuk sesaat lamanya dia termangu-mangu disana, dia
hanya tak tahu peristiwa ini harus disambut dengan luapan
rasa gembira ataukah kesedihan cintakah dia" atau benci"
Sampai lama, lama sekali, ia baru manggut-manggutkan
kepalanya, pelan-pelan ia berjalan ke muka mendekati Ong
Bun kim, kemudian mereka berdua bersama-sama menuju
ke depan altar dan bersujud dengan hormatnya..
Baik Ong Bun kim maupun bunga iblis dari neraka samasama
tegang, mungkinkah pedang itu akan keluar dari
sarungnya setelah mereka bersujud di hadapannya"
Tapi ketika mereka bangkit berdiri dan menyaksikan
keadaan dimeja altar, paras muka ke dua orang itu segera
berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat.
Ternyata pedang Sin kiam itu sama sekali tidak keluar
dari sarungnya ! Bunga iblis dari neraka berusaha mengendalikan
perasaannya, lalu dengan wajah yang lebih lembut dia
berkata: "Ong Bun kim, kalau kita mempunyai jodoh sebagai
suami istri, tak nanti peristiwa yang tragis itu bakal
menimpa diri kita berdua!"
Ong Bun kim hanya tertunduk sedih, dia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang, pelanpelan
ia mengundurkan diri dari sana, sementara Ong Bun
kim masih berdiri kaku di tempat.
"Ong siangkong!" tiba-tiba Lan Siok ling maju kedepan.
"mari kita menyembah pedang bersama, entah pedang itu
akan meninggalkan sarungnya atau tidak, yang pasti kita
adalah sepasang suami istri!"
Ong Bun kim mengangguk, bersama Lan Siok-ling dia
melakukan penyembahan pedang sekali lagi, tapi pedang itu
masih tetap tidak meninggalkan sarungnya.
Dengan demikian Ong Bun kim mublai merasa agakd
putus asa dan akecewa. Masakahb pedang itu bisa meninggalkan sarungnya"
Mungkinkah berita itu cuma isapan jempol belaka"
Lan Siok ling segera tertawa getir, katanya kemudian.
"Aaaai! Rupanya aku masih belum mempunyai rejeki
untuk mendapatkan pedang tersebut"
Selesai berkata, dia mengundurkan diri dari sana.
Mendadak Kim Lo sat tertawa dingin, sambil menerjang
maju kedepan serunya: "Ong Bun kim, kau tidak menyangkal bukan kalau kita
berdua mempunyai ikatan sebagai suami istri?"
Paras muka Ong Bun kim agak berubah.
"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk membatalkan
ikatan perkawinan itu" serunya.
"Lantas, kenapa kau berulang kali menampik untuk
kawin dengan aku" Toh kau juga tahu bahwa ayahmu dan
ayahku telah merestui perkawinan ini" Kenapa kau tidak
menyanggupi terus?"

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku pasti akan menikahimu, tapi bukan sekarang"
00OdwO00 BAB 69 KIM LO-SAT kembali tertawa dingin, katanya:
"Seandainya penyembahan kita menghasilkan pedang itu
meninggalkan sarung sejauh tiga inci" Apakah kau segera
akan menikah dengan aku?"
"Jadi kau kau hendak mengajakku untuk melakukan
penyembahan bersama?"
"Benar, kenapa" Tidak boleh?"
"Tentu saja boleh!"
Walaupun Ong Bun kim berkata demikian. namun
hatinya sangat keberatan, tapi Kim lo sat memang berhak
untuk mengajak Ong Bun kim untuk melakukan
penyembahan bersama. Diam-diam Ong Bun kim merasa terkejut, seandainya
penyembahan tersebut benar-benar mengakibatkan pedang
itu meninggalkan sarung sejauh tiga inci, apa yang harus
dia katakan" Tapi keadaan sudah amat mendesak, mau tak mau
terpaksa dia harus keraskan kepala untuk melakukan
penyembahan pedang bersama Kim lo sat.
Ketika selesai melakukan penyembahan, hampir
melompat keluar jantung Ong Bun kim karena berdebar
keras, pelan-pelan dia bangkit berdiri lalu mengalihkan
sorot matanya ke altar, ternyata pedang itu masih belum
juga bergeser. Ong Bun kim merasa lega sekali, bagaikan baru saja
melepaskan sebuah beban yang sangat berat dan atas
bahunya, kontan saja dia menyindir dengan nada dingin:
"Hmm... Mungkin kita memang tabk punya jodoh
mdenjadi suami isatri."
Merah padbam selembar wajah Kim Lo sat karena
jengah, pelan pelan dia mundur kembali ke belakang.
Sedangkan Ong Bun kim sekalipun dimulut berkata
demikian, namun tubuhnya masih tetap berdiri ditempat
dengan wajah termangu-mangu.
Ia telah melakukan penyembahan pedang bersama
seluruh kekasih yang dimilikinya, tapi pedang itu masih
tetap tidak bergeser dari sarungnya, dengan demikian
harapan Ong Bun kim untuk memperoleh pedang itupun
mulai goyah. Mungkin ia memang tak berjodoh dengan pedang ini"
Kejadian ini memaksa Tiang seng lojin berubah juga
wajahnya, dia lantas menuding sekejap ke arah Yu Cing,
kemudian tegurnya: "Nona Yu, kenapa kau tidak maju ke depan untuk
mencoba?" "Aku ?" "Benar !" "Tapi..." "Tapi kenapa?" "Aku dengan dia sama sekali...."
"Siapa tahu kalau kau dan Ong Bun kim mempunyai
jodoh sebagai suami istri?"
Ucapan ini segera membuat Yu Cing merasakan
jantungnya berdebar keras, ia tidak menyangkal kalau
secara diam-diam mencintai Ong Bun-kim hanya saja
perasaan tersebut tak pernah diutarakan keluar.
Dia tahu kalau dirinya tak pantas untuk mendampingi si
anak muda itu, usianya dengan Ong Bun kim selisih cukup
besar.... kalau ditotal semua maka dia lebih tua delapan
tahun daripada pemuda itu.,., dia adalah seorang
perempuan yang telah berusia duapuluh enam tahun.
Beberapa waktu berselang, dia pernah mencoba untuk
mengutarakan perasaan cintanya, tapi ia selalu tak punya
keberanian untuk mengutarakannya keluar, karena
bagaimanapun juga antara dia dengan Ong Bun kim
memang berselisih usia yang amat besar.
Seandainya didalam penyembahan pedang nanti pedang
Sim kiam benar benar bisa keluar dari sarungnya, maka dia
dan pemuda itu akan segera kawin menjadi sepasang suami
istri. Ketika Tiang seng lojin menyaksikan gadis itu hanya
membungkam dalam seribu bahasa dia segera berseru
kembali. "Hayo maju kedepan!"
Akhirnya Yu Cing manggut-manggut, dia beranjak dan
pelan-pelan maju kedepan.
Ong Bun kim merrasakan jantungntya berdebar kerqas.
Karena dianrtara perempuan-perempuan kenalannya,
kini tinggal Yu Cing seorang yang belum melakukan
penyembahan bersamanya, mungkinkah antara dia dengan
perempuan yang tampak selalu bermuram durja ini
mempunyai jodoh sebagai suami istri"
Dalam hati kecilnya dia berharap tidak, karena hutang
cintanya dengan perempuan itu cukup banyak.
Sementara itu, Yu Cing telah berada disamping Ong Bun
kim, mereka saling bertatapan sekejap tanpa mengucapkan
sesuatu, sementara di hati kecil mereka sama-sama
mempunyai jalan pikiran demikian.
Seandainya hasil dari penyembahan mereka
menghasilkan bergeraknya pedang suci itu dari sarungnya,
kejadian ini harus dianggap sebagai suatu peristiwa yang
patut digembirakan atau suatu tragedi yang memedihkan
hati" Lama sekali mereka berdua berdiri kaku sambil
membungkam, tapi akhirnya mereka menyembah pula
dengan hormat, sekalipun ketegangan yang mencekam
perasaan mereka hampir saja membuat jantung kedua orang
muda-mudi itu melompat keluar dari rongga dadanya.
Tapi ketika mereka bangkit kembali, paras muka kedua
orang itu segera berubah hebat.
Pedang suci "Sin kiam" masih tergeletak diatas meja
tanpa mengalami perubahan apapun, kejadian ini membuat
paras muka semua orang agak berubah, sebab secara
beruntun Ong Bun kim sudah menyembah kepada pedang
itu dengan empat orang gadis, akan tetapi pedang "Sin
kiam" masih tidak bergeming barang sedikitpun juga.
Apakah ia tak berjodoh untuk memperoleh pedang itu"
Atau diantara ke empat orang gadis itu tak seorangpun
diantara mereka yang benar-benar merupakan istrinya"
Berpikir sampai disitu Ong Bun kim menghela napas
panjang, ia bersama dengan Yu Cing segera beranjak dan
mundur dari depan altar. Melihat itu, Ciu Li li Buncu dari perguruan San tian bun
segera tertawa dingin sindirnya:
"Ong Bun kim! Rupanya kau sendiripun tak punya rejeki
untuk mendapatkan pedang tersebut?"
Ong Bun kim merasa agak kecewa dan pipinya bersemu
merah, apalagi setelah mendengar sindiran tersebut, sambil
tertawa hambar dia mengundurkan diri ke sisi Tiang seng
lojin. "Benar-benar suatu kejadian yang aneh" gumam Tang
seng lojin dengan perasaan tidak habis mengerti.
Ong Bun kim tertawa getir, ujarnya: "Apakah lantaran
pedang itu tidak meninggalkan sarungnya?"
"Benar!" "Mungkin aku Ong Bun kim memang tak berjodoh untuk
mendapatkan pedang tersebut."
"Tidak, bukan kau yang tidak berjodoh, adalah kau yang
separuh masih belum ditemukan.
"Tapi. semua perempuan yang kukenal hanya mereka
mereka ini!" "Tidak, masih ada seorang lagi!"
"Siapa?" tanya Ong Bun kim tertahan.
"Dia !" Sambil berkata Tiang seng lojin segera menuding ke
Kwan Siok kim yang ada dihadapannya.
Ong Bun-kim merasa terkesiap, betul Kwan Siok-kim
amat mencintainya, tapi ia sama sekali tidak mencintai
gadis itu. Dia adalah seorang yang mulia dan baik hati, dia tak
tega membuat gadis itu sedih karena cinta, tapi saat ini
memang cuma dia seorang yang belum melakukan
persembahan bersamanya. Mungkinkah dia adalah calon istrinya"
Tentu saja kejadian ini agaknya merupakan suatu
kejadian yang mustahil dan tak mungkin terjadi."
Sementara Ong Bun kim masih termenung, Kwan Siok
kim telah menghampirinya seraya menegur.
"Ong sauhiap, aku ingin bertanya kepadamu"
"Soal apa?" "Benarkah setiap perempuan yang bisa menyembah
pedang denganmu dan menghasilkan pedang itu keluar
sepanjang tiga inci dari sarungnya adalah snami istri?"
"Benar !" "Bolehkah aku untuk mencobanya bersamamu?"
"Kau ?" "Benar aku! Sebenarnya aku bukan datang untuk
menyembah pedang, tapi sekarang aku ingin mencoba,
siapa tahu kalau aku adalah istrimu yang benar."
Ong Bun kim tertawa getir, ia tak dapat melukiskan
bagaimanakah perasaannya saat ini, namun ia tak bisa
menampik ajakannya itu terpaksa sambil menggigit bibir dia
maju kedepan. Kwan Siok kim mengikuti dibelabkang Ong Bun kidm
tampil ke depaan, ketika tibab lima depa didepan altar,
kedua orang itu segera menghentikan langkahnya.
Kali ini adalah harapan paling akhir dari Ong Bun kim,
jika kali ini diapun gagal untuk membuat pedang Sin kiam
keluar dari sarungnya, berarti dia memang tak berjodoh
dengan pedang tersebut. Lama sekali mereka berdiri dengan mulut membungkam,
tapi akhirnya dua orang itu menyembah juga dengan penuh
rasa hormat. Mendadak... Pada saat kedua orang itu sedang melakukan
persembahan, para jago lihay yang berada dalam ruang itu
sama-sama menjerit kaget.
"Lihat ! Pedang itu sudah mulai bergeser dari
sarungnya." "Yaa, benar, sudah bergeser tiga inci...."
Suasana gaduh membuat ruangan itu menjadi kacau
balau tak karuan. Ketika mendengar suara tersebut, Ong Bun kim
merasakan dadanya seperti dipukul dengan martil berat,
matanya menjadi berkunang-kunang dan kepalanya pusing
tujuh keliling, untuk beberapa saat lamanya ternyata ia tak
sanggup untuk berdiri. Peristiwa ini benar-benar menggetarkan perasaannya,
membuat ia terkejut dan seperti tak percaya, ternyata pada
penyembahannya bersama Kwan Siok kim pedang Sin kiam
benar-benar bergeser sejauh tiga inci dari sarungnya.
Kwan Siok kim akan menjadi istrinya yang sah...
kejadian ini sungguh merupakan suatu kejadian yang diluar
dugaan. Berada dalam keadaan begini, Ong Bun kim tak tahu
harus merasa terkejutkah atau gembira, dengan termangumangu
dia berdiri ditempat, lama sekali ia baru
menegakkan badannya dan memandang ke arah altar.
Benar juga pedang Sin kiam telah bergeser sejauh tiga
inci dari sarungnya, cahaya tajam yang berkilauan
memancar ke empat penjuru dan menerangi seluruh
ruangan: Ong Bun kim terkesiap. Ditengah jeritan kaget dari puluhan orang jago lihay
yang hadir dalam ruangan itu, dia merasa terkejut pula
karena tidak menyangka akan benar-benar menjadi pemilik
pedang Sin kiam. Kwan Siok kim merasakan kegembiraan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata, serunya dengan rasa kejut
bercampur girang: "Ong sauhiap, kita benar benar berhasil menggeserkan
pedang itu dari sarungnya..."
Agaknya Ong Bun kim tak dapat bmenampilkan
sendyuman yang menuanjukkan rasa gibrang dan kaget, dia
cuma memandang sekejap kearahnya, ketika menjumpai
paras mukanya yang berseri karena gembira, dia cuma
dapat membalasnya dengan sekulum senyuman getir.
"Ditengah kegaduhan, Giok bin hiap Yu Tiong berseru
dengan suara yang dalam dan berat: "Harap kalian semua
tetap tenang!" Lambat laun kegaduhan bisa teratasi dan suasana
menjadi tenang kembali, berpuluh-puluh pasang mata
serentak dialihkan kewajah Ong Bun kim serta Giok Bin
hiap. "Aku merasa sangat gembira menyaksikan pedang Sin
kiam milik guruku telah menemukan pemilik barunya"
demikian Giok bin hiap berkata dengan suara dalam.
"semoga benda itu bisa menjunjung tinggi keadilan dan
melenyapkan segala kesesatan dari muka bumi, agar umat
persilatan bisa hidup aman dan tenteram serta harapan
guruku terkabulkan."
Setelah terhenti sejenak, dia berkata kembali.
"Dibawah cahaya suci dari Sin kiam, kalian secara resmi
sudah menjadi sepasang suami istri."
Ong Bun kim tak dapat mengutarakan bagaimana
perasaannya pada saat ini, harus girangkah atau sedih"
Giok bin hiap telah mengangkat pedang Sin kiam itu dari
atas meja, kemudian bertanya:
"Ong Bun kim. siapa nama nona itu?"
"Kwan Siok kim."
"Mulai detik ini kuserahkan pedang Sin kiam milik
guruku ini kepada kalian, semoga kau dapat menciptakan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia
didunia ini, silahkan ke mari untuk menerima pedang!"
Ong Bun kim melangkah kedepan, baru saja Giok bin
hiap hendak menyerahkan pedang itu ke tangan Ong Bun
kim, tiba-tiba terdengar Buncu dari perguruan San tian bun


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membentak keras: "Tunggu sebentar !"
Bentakan dari Ciu li-li, ketua dari perguruan San tian bu
ini jauh diluar dugaan siapapun, untuk sesaat semua orang
menjadi tertegun, sinar mata merekapun bersama-sama
dialihkan kewajahnya. "Buncu, ada petunjuk apa yang hendak kau sampaikan?"
tegur Giok bin hiap ketus.
Dengan suara yang tak kalah dinginnya Ciu Li li
bertanya: "Kau maksudkan mereka adalah sepasang suami istri
yang ideal maka mereka berhak memperoleh pedang
mestika itu?" "Benar !" "Kalau aku mohorn untuk melakuktan penyembahan
qpedang sekali lragi dengan Ong Bun kim, apakah hal ini
tak boleh?" Tanpa sadar semua orang menjerit bersama, sebab
perkataan itu sama sekali diluar dugaan siapapun.
Tapi Ciu Lili tetap berkata dengan suara dingin.
"Aku minta untuk melangsungkan penyembahan
terhadap pedang suci itu sekali lagi bersama Ong Bun kim!"
"Ciu buncu, sesungguhnya apa maksudmu?" bentak
Giok bin hiap agak naik darah.
"Siapa tahu kalau aku dan Ong Bun kim sesungguhnya
adalah sepasang suami istri!"
Selapis hawa napsu membunuh yang sukar dilukiskan
dengan kata-kata segera menghiasi wajah Ong Bun kim,
dampratnya: "Betul-betul perempuan yang tak tahu malu, kau masih
belum pantas !" "Pantas atau tidak, pedang Sin kiam bisa
memutuskannya, jika tidak berbuat demikian siapa yang
bakal merasa puas?" Ciu Lili ketua-dari perguruan San tian bun ini benarbenar
seorang perempuan yang tak tahu malu, lebih tak
disangka kalau dia adalah seorang perempuan jalang, meski
usianya sudah mencapai empat puluh, namun ia masih
mampu untuk mengucapkan kata-kata seperti itu..
Yang lebih celaka lagi, justru dengan perbuatannya ini
bukan saja telah memalukan Ong Bun kim, otomatis diapun
mencemooh kesucian pedang Sin kiam tersebut, hal mana
membuat, para jago yang hadir dalam ruangan pun
menunjukkan sikan gusar. Lebih-lebih Iagi Ong Bun kim, saking marah dan
penasarannya dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. "Bagaimana?" ejek Buncu dari perguruan San-tian bun
itu sambil tertawa dingin, "Apakah kau Ong Bun kim
merasa takut?" "Apa yang masti kutakuti?"
"Takut kalau pedang Sin kiam akan mengikat kita berdua
sebagai suami istri?"
"Ciu Li li!" hardik Ong Bun kim penuh kegusaran. "kau
berani mencemooh kesucian pedang Sin kiam?"
"Aku berbicara kenyataan, tidak bermaksud mencemooh
siapapun!" "Ciu Li li bila aku berhasil mendapatkan pedang Sin
kiam, orang pertama yang akan kubunuh lebih dulu adalah
kaul" "Kalau kita akan mengikat diri menjadi suami istri?"
"Kentut busuk, kejadian ini tak mungkin bisa
berlangsung," "Tak mungkin" Kalau kau beranggapan hal ini tak
mungkin, kenapa kau tak berani untuk melangsungkan
penyembahan sekali lagi bersama ku?"
Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya,
sambil menggigit bibir serunya, kemudian:
"Baik, aku akan melakukan penyembahan sekali lagi
bersamamu!" Kesanggupan dari Ong Bun kim ini pun sama sekali
diluar dugaan siapapun, dengan wajah penuh kegusaran
Giok-bin hiap menyarungkan kembali pedang suoi itu dan
diletakkan kembali keatas altar.
Sementara itu. Ciu Li li sudah berjalan ke samping Ong
Bun kim, sedangkan Ong Bun kim sendiri sedemikian benci
dan marah-nya kepada perempuan jalang itu, sehingga
kalau bisa dia hendak menghajar perempuan itu sampai
mampus, sehingga semua rasa benci dan dendamnya dapat
terlampiaskan. Tapi dia tidak melakukan perbuatan itu, sebab berada
dihadapan pedang Sin kiam, dia tak dapat melakukan
perbuatan semacam ini "Ong Bun-kim, hayo kita melakukan penyembahan!"
seru Ciu Li li sambil tertawa dingin.
Sambil menggigit bibir, terpaksa Ong Bun kim
melakukan penyembahan sekali lagi bersama Ciu Li li.
Tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin dari
kerumunan para jago yang berdiri disisi kalangan.
Ketika dia mendongakkan kepalanya, ternyata pedang
sin-kiam itu sama sekali tidak bergeser dari sarungnya.
Ong Bun kim segera tertawa dingin, ejeknya:
"Benarkah kita adalah suami istri?"
"Ciu Li li, kau sudah puas " bentak Giok bin hiap pula.
Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba
berkumandang suara bentakan keras yang amat
memekikkan telinga dalam ruangan itu.
Tiba-tiba Ciu Li-li melompat maju ke depan, sepasang
jari tangan kanannya secepat kilat disodok ke depan
menghajar jalan darah ditubuh Ong Bun kim.
Serangan dari Ciu Li li ini betul-betul kelewat keji dan
licik sama sekali diluar dugaan siapapun.
Dalam keadaan tidak bersiaga, mana mungkin si anak
muda itu menghindarkan diri"
oooooOdwOoooo BAB 70 DENGUSAN tertahan berkumandang memecahkan
keheningan. robohlah pemuda itu keatas tanah.
Dengan suatu gerakan yang cepat, Ciu Li-li menyambar
tubuh Ong Bun kim dan memeluknya ke dalam rangkulan.
Jelas semua tindakan tersebut dilakukan Ciu-Li li dengan
suatu perencanaan yang matang sebab sesuatunya
berlangsung amat cepat dan sangat teratur. .
Kwan Siok kim yang menyaksikan kejadian itu segera
membentak keras penuh kegusaran.
"Lepaskan dia!"
Telapak tangan kanannya diayunkan kedepan sebuah
pukulan dahsyat telah dilontarkan kemuka.
Serangan yang dilancarkan Kwan Siok kim ini dilakukan
dengan kecepatan yang luar biasa, Ciu Li-li tak mengira
Kwan Siok kim bisa melepaskan pukulan secepat itu, buruburu
dia berkelit ke samping, Baru saja Ciu Li-li menghindar kesaniping serangan
kedua dari Kwan Siok kim tahu-tahu sudah meluncur lagi
dengan kecepatan tinggi, kehebatannya sukar dilukiskan
dengan kata kais. Oleh karena terdesak dan tak mungkin bagi Ciu Li-li
untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut tanpa
terasa ia membentak keras:
"Berhenti! Apakah kau sudah tidak menghendaki lagi
selembar jiwa Ong Bun kim?"
Dengan telapak tangan kanannya dia tangkis serangan
itu dengan keras lawan keras.
"Blaam!" akibatnya Ciu Lili terhuyung-huyung sejauh
tujuh-delapan langkah sebelum bisa berdiri tegak lagi.
Sedangkan Kwan Siok kim sendiripun ikut terdorong
mundur sejauh lima enam langkah.
Dengan geramnya Ciu Lili membentak.
"Jika kau berani turun tangan lagi, segera kubunuh
dirinya." "Kau berani?" teriak Kwan Siok kim.
"Berani atau tidak, silahkan turun tangan lagi untuk
mencoba sendiri" Saking gusarnya sekujur badan Kwan Siok kin gemetar
keras, tapi diapun tak berani sembarangan turun tangan,
kalau tidak, bukan suatu pekerjaan yang terlalu sulit bagi
Ciu Li-li jika dia ingin melenyapkan selembar nyawa Ong
Bun kim. "Ciu Buncu!" tiba-tiba Giok bin hiap membentak keras,
"kau berani bertingkah disini."
"Bertingkah?" Ciu Li li segera mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak, kenapa aku tak berani
bertingkah?" "Dihadapan pedang suci Sin-kiam, kau juga berani
bermain kasar?" "Kenapa tidak berani?"
"Lepaskan dia" "Kalau aku menolak, mau apa kau?" ejek Ciu Lili sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
"Akan kubunuh dirimu!"
Sekali lagi Ciu Li li tertawa dingin.
"Kalau kau berani turun tangan, maka orang pertama
yang akan mampus lebih dulu adalah si pemilik pedang
itu!" Ucapan tersebut diutarakan dengan mengandung hawa
napsu membunuh yang amat tebal sehingga kedengarannya
sangat menggidikkan hati siapapun, terhadap ancaman itu.
untuk sesaat Giok bin-hiap sendiripun tak berani turun
tangan secara gegabah. Ciu Lili mengejek sinis, diiringi suara tertawa dingin
yang tak sedap didengar, ujarnya pada dua orang anggota
perguruannya. "Hayo kita pergi."
Selesai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu
meninggalkan ruangan Tat mo wan tersebut.
Menyaksikan Ciu Li li akan melangkah pergi dari situ,
tanpa disadari Yu Cing, Lan Siok ling, Bunga iblis dari
neraka dan Kwan Siok kim bersama-sama maju pula ke
depan untuk menghadang jalan perginya.
"Mau apa kalian?" bentak Ciu Li li gusar.
"Ciu Lili, lebih baik lepaskan orang itu dari
dukunganmu!" bentak Yu Cing dengan suara dingin.
"Kalau enggan, mau apa kau?"
"Jangan harap kau bisa keluar dari sini!"
Ciu Li li segera tertawa dingin.
"Oooh kalau soal itu mah aku tak kuatir toh Ong Bun
kim masih berada ditanganku"
"Kau benar-benar tak mau melepaskannya?" bentak
Kwan Siok kim lagi dengan suara keras.
"Benar." Baru saja kata-kata itu melompat keluar dari bibirnya,
Kwan Siok kim telah membentak keras, bayangan putih
terasa berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah menerjang
kehadapan Ciu Li li sambil melancarkan sebuah pukulan
dahsyat. Serangan ini dilancarkan Kwan Siok kim dengan
mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
bukan saja ganas dan cepat, lagi pula membawa kekuatan
penghancur yang luar biasa.
Ciu Li li membentak keras sebuah pukulan segera
dilepaskan pula untuk membendung datangnya ancaman
tersebut. Pada saat Ciu Li li melepaskan pukulan untuk
menangkis datangnya cecaran dari Yu Cing, Lan Siok ling
serta Bunga iblis dari neraka bersama-sama maju ke muka
sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Ditengah berkelebatnya bayangan bayangan manusia,
Ciu Li li menjerit kesakitan, ia sudah termakan oleh
pukulan dari Kwan Siok kim itu secara telak, tubuhnya
segera mundur sejauh satu kaki lebih dengan sempoyongan.
Tiba-tiba berkumandang suara dengusan tertahan,
menyusul suara tumpahan yang keras, darah kental
bermuncatan keluar dari mulut Ong Bun kim sehingga
mengotori seluruh wajah dan pakaiannya.
Dengan suara keras menyeramkan, Ciu Li-li ketua dari
perguruan San tian bun itu mengancam:
"Kalau kalian berani turun tangan lagi, jangan salahkan
kalau aku benar-benar akan membunuhnya lebih dahulu!"
Setelah diancam demikian, tak seorangpun berani turun
tangan lagi secara gegabah, mereka saksikan Ong Bun kim
memejamkan matanya rapat-rapat dengan wajah pucat pias
setelah muntah-muntah darah tadi.
"Hayo menyingkir!" bentak Ciu Lili.
Banyak orang orang kena digertak, sehingga tanpa sadar
mereka bersama-sama mengundurkan dirinya dari situ.
Ciu Li li tertawa dingin, sambil mengempit tubuh Ong
Bun kim, dia melangkah keluar dari ruang Tat mo wan dan
melanjutkan perjalanannya menuju keluar kuil.
Tapi sesosok bayangan hitam berkelebat lewat tahu-tahu
Giok bin hiap telah menghadang di hadapannya.
"Ada apa kau" Kau masih ingin melancarkan serangan?"
bentak Ciu Li li dengan suara keras.
"Ciu buncu kau benar benar tak mau melepaskan
dirinya?" bentak Giok bin hiap sambil memegang gagang
pedang Sin kiam. "Tidak sulit kalau menginginkan aku untuk lepas tangan,
tapi ada dua syarat yang harus dipenuhi!" kata Ciu Li li
sinis. "Apa syaratmu" Cepat katakan!"
"Pertama, berikan Sin kiam itu beserta kitab pelajaran
ilmu pedangnya kepadaku!"
"Kedua?" tanya Giok bin hiap.
"Sebelum kami keluar dari tempat ini, dilarang turun
tangan terhadap kami."
Giok bin biap segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram. "Haaahh.... haaahh....haaahh kalau aku tak bisa
memenuhi keinginanmu?" itu serunya.
"Yaa apalagi" Jika kau berani turun tangan, maka akan
kusalurkan tenaga pukulanku ke tubuh Ong Bun kim


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akibatnya dia akan mampus seketika ini juga."
Dibawah ancaman demikian ini sudah barang tentu
Giok bin hiap tak berani sembarangan turun tangan.
"Kukabulkan permintaanmu itu!" tiba-tiba Kwan Siok
kim berkata: "Apa?" jawaban dari gadis itu amat mencengangkan
semua orang, sehingga tanpa teresa mereka menjerit
bersama. "Kukabulkan syaratmu inu" ulang Kwan Siok kim
dengan suara yang dalam dan berat.
Hampir saja Ciu Li Ii tidak percaya dengan
pendengarannya sendiri untuk sesaat lamanya dia malah
berdiri tertegun ditempat.
"Pedang suci Sin kiam mana boleh dibiarkan terjatuh ke
tangannya ?" protes Giok bin hiap segera.
"Demi keselamatan Ong Bun kim terpaksa kita harus
berbuat demikian..." ucap Kwan Siok kim dingin.
"Tapi kalau aku tidak serahkan pedang Sin-kiam ini
kepadamu, bagaimana caranya kau dapat serahkan benda
ini kepada perempuan itu?"
Paras muka Kwan Siok kim segera berubah.
"Locianpwe!" karanya, "kau tak usah turut campur,
pedang Sin kiam itu bukan milikmu, tapi telah kudapatkan
bersama Ong Bun kim"
Perkataan dari Kwan Siok kim ini segera disambut
dengan perubahan wajah dari Giok bin hiap, untuk sesaat
lamanya dia malah tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Benar seperti apa yang dikatakan, pedang Sin-kiam itu
telah didapatkan oleh Kwan Siok kim, dia berhak untuk
menentukan nasib pedang mestika tersebut.
"Locianpwe serahkan pedang Sin kiam itu kepadaku!"
setu Kwan Siok-kim dingin.
Giok bin hiap menghela napas pbanjang.
"Aaai..d.! Kenapa dalama surat wasiat gburumu tidak
ditulis kejadian yang bakal berlangsung hari ini" Sudah,
sudahlah akan kuserahkan pedang Sin-kiam dan kitab
pelajarannya kepadamu!"
Seraya berkata, dia menyerahkan pedang mestika dan
kitab pelajaran ilmu pedang itu ke tangan Kwan Siok kim.
Setelah menerima kedua benda mestika tersebut, Kwan
Siok kim segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Ciu-
Li-li yang memakai kain cadar itu, kemudian serunya ketus.
"Ciu buncu, bila kuserahkan kedua benda ini kepadamu,
apakah kau akan lepaskan Ong Bun kim?"
"Tentu saja!" jawab Ciu Li li sambil tertawa bangga.
"Kalau memang demikian, serahkan dulu Ong Bun kim
kepadaku!" "Serahkan barang lebih dulu, kemudian baru kuserahkan
orangnya." "Kalau kau ingkar janji?" tanya Kwan Siok kim
"Kujamin dengan nama baikku!"
"Huuh! Kalau kau Ciu Buncu masih punya nama baik,
tak nanti kau lakukan perbuatan terkutuk seperti ini, lebih
baik serahkan dulu Ong Bun kim kepadaku, percayalah aku
tak akan mengingkar janji."
Belum selesai perkataan dari Kwan Siok kim itu,
mendadak dari luar pintu sudah berkumandang suara
seruan yang berat dan dalam.
"Tolong tanya, siapakah diantara kalian yang bernama
Ong Bun kim?" Suara tersebut muncul secara tiba-tiba, segera hal itu
mengejutkan semua jago yang ada disana sorot mata
mereka bersama-sama dialihkan-keluar pintu.
Tampaklah seorang pemuda tampan yang bertubuh
kekar, berusia dua puluh enam-tujuh tahun dan
mengenakan jubah berwarna abu-abu melangkah masuk
kedalam arena. Kehadiran yang tak terduga dari pemuda itu, sekali lagi
membuat semua jago menjadi tertegun.
"Tolong tanya siapa yang bernama Ong Bun kim?" sekali
lagi pemuda tampan berbaju abu-abu itu bertanya.
"Kau sedang mencarinya?" tegur Giok-bin hiap
kemudian. "Benar, apakah dia berada disini?"
"Yaa. dia adalah saudara yang ditawan oleh Ciu Buncu
itu!" Sorot mata pemuda berbaju abu-abu itu segera dialihkan
ke atas ke wajah Ciu Li-li yang tertutup oleh kain cadar itu,
kemudian sorot matanya dialihkan ke wajah Ong Bun kim
yang berada ditangannya. "Diakah yang bernbama Ong Bun kimd?" kembali
pemuada itu bertanyab. "Betul!" jawab Ciu Li li sinis, "ada urusan apa kau datang
mencarinya ?" Pemuda berbaju abu-abu itu mengernyitkan alis
matanya, seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu.
Apa yang sedang ia pikirkan" Tentu saja semua jago tak
ada yang tahu, bahkan merekapun tahu siapa gerangan
pemuda berbaju abu-abu ini"
Dan apa maksudnya mencari Ong Bun kim"
"Nona!" terdengar Ciu Li li menegur kembali
"sebenarnya kau bersedia untuk bertukar syarat atau tidak?"
"Tentu saja setuju, cuma kau harus menyerahkan dulu
Ong Bun kim kepada kami"
"Kalau begitu, transaksi kita ini tak bisa dilangsungkan
lagi, bila kau mau serahkan dulu barang itu, aku pasti akan
mengembalikan Ong Bun kim kepadamu!"
Saking jengkelnya, Kwan Siok kim harus menggertak
giginya kencang kencang, setelah sangsi sejenak, akhirnya
dia berkata juga: "Baiklah, akan kuserahkan dulu kedua benda ini, nah
sambutlah!" Seraya berkata dia lantas melemparkan pedang Sin kiam,
dan kotak besi berisikan kitab pusaka itu ke tangan Ciu Li
li. Sesudah barang mestika itu diterima lawan, kembali
Kwan Siok kim membentak: "Hayo serahkan orang itu kepadaku!"
Ciu Li li lertawa dingin.
"Tentu saja aku akan serahkan orang ini kepadamu, tapi
kalian jangan lupa dengan syaratku yang kedua!"
Seraya berkata dia melemparkan tubuh Ong Bun kim ke
arah Kwan Siok kim. Berbareng dengan melemparkan tubuh Ong Bum kim
itu, secepat kilat Ciu Li li melompat keluar dari ruangan itu.
Tapi sebelum tubuh Ciu Li li melangkah keluar dari
pintu, berkumandang suara tertawa dingin yang
memekikkan telinga, kemudian muncullah beberapa sosok
bayangan manusia yang segera membendung sekeliling
pintu gerbang tersebut. Tanpa terasa Ciu Li li menghentikan gerakan tubuhnya,
sementara ke tiga sosok bayangan abu-abu itupun telah tiba
didepan pintu. Tampaklah orang yang berada dipaling depan adalah
seorang kakekk kurus kering berkumis panjang yang duduk
diatas sebuah kursi, orang itu tak lain adalah Yu leng lojin
dari perguruan tanpa sukma.
Dirbelakangnya bertdiri dua orang qjago yakni Dewir
mawar merah serta wakil ketua perguruannya.
Akhirnya Yu leng lojin munculkan diri juga ditempat itu.
Sambil tertawa panjang dengan nada yang dingin
menyeramkan, dia segera berseru.
"Oooh apakah pertemuan Pay kiam telah diselenggarakan"
Jadi pun-buncu telah datang terlambat?"
Tiang seng lojin tertawa terbahak-bahak, selanya.
"Siok buncu, masih kenal dengan Iohu?"
Yu-leng lojin mengalihkan sorot matanya ke wajah
Tiang seng lojin, kemudian kembali ia tertawa seram.
"Haaahhh haaahhh haaahhh sungguh tidak kusangka
kalau kaupun berhasrat untuk ikut memperebutkan pedang
sakti Sin kiam tersebut." katanya.
"Betul, tapi sayang kedatangan Siok buncu agak
terlambat!.. Mendengar itu, paras muka Yu leng lojin segera berubah
hebat. "Maksudmu, pedang Sin kiam tersebut telah didapatkan
orang lain " teriaknya.
"Benar". "Didapatkan siapa?"
"San tian Buncu"
"Apa?". Yu leng lojin dan Kwan Siok kim hampir bersamaan
waktunya menjerit kaget. Kalau yang satu merasa diiuar
dugaan maka yang lain merasa amat terperanjat hingga
detik itu Kwan Siok kim baru tahu kalau Ciu Buncu
tersebut sesungguhnya bukan lain adalah ketua perguruan
San tian-bun yang telah menyelakai ayah ibunya selama ini.
Semenjak dia muncul dalam ruangan itu, belum ada
seorang manusiapun yang mengatakan bahwa Ciu Li li
adalah ketua dan perguruan dari San tian-bun, itulah
sebabnya setelah mendengar perkataan itu, kontan
wajahnya diliputi oleh hawa napsu membunuh yang sangat
tebal. "Jadi kaulah yang bernama ketua perguruan San tian
bun?" hardiknya. "Benar!" "Jadi kau juga orang yang memikat ayahku serta
mencelakai ibuku Kwan Siau ciu?"
Ucapan tersebut ibaratnya suara guntur yang
menggelegar disiang hari bolong, seketika itu juga membuat
Ciu Li-li merasa terkesiap dan tertegun, sampai lama sekali
dia baru bisa berbicara: "Kau kau adalah putrinya Kwan Siau-ciu?"
"Benar." "Sungguh kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
di luar dugaanku, cuma saat ini kau tak bisa turun tangan
kepadaku!" Tiba-tiba Yu leng lojin tertawa dingin katanya:
"Ciu buncu, kau juga mengerti bahwa pedang Sin kiam
adalah sebilah senjata mestika yang sudah lama kukagumi,
sekarang aku telah muncul ditempat ini, sudah sewajarnya
kalau kau tunjukkan dulu benda itu kepadaku, sebab aku
ingin tahu sesungguhnya berbentuk macam apakah pedang
yang dinamakan pedang Sin kiam tersebut."
Semenjak kemunculannya Yu leng lojin yang seram dan
misterius itu tersebut, seluruh hadirin yang berada dalam
ruangan Tat mo wan telah dibikin ngeri dan bergidik
rasanya, apalagi setelah mengetahui kalau kehadirannya
ditempat itu adalah demi pedang Sin kiam, hal mana
semakin membuat bau orang kebat-kebit rasanya.
Dan kini dia telah mengutarakan kata-kata yang jumawa
sekali nadanya, dari ucapan tersebut bisa diketahui bahwa
ia sudah bertekad untuk mendapatkan pedang Sin kiam
tersebut walaupun dengan cara apapun juga.
Ciu Li li balas tertawa dingin lalu menegur:
"Jadi kaulah yang bernama Yu leng Iojin ketua dari
perguruan Yu leng bun."
"Benar, aku pikir buncu pasti bersedia bukan untuk
meminjamkan pedang itu kepadanya?"
"Heeeh heehh heeehh seandainya aku keberatan untuk
meminjamkan kepadamu?" jengek Ciu Li li sambil tertawa
dingin. oooOdwOooo BAB 71 AKU pikir Ciu buncu bukan seseorang yang tidak
berperasaan semacam itu, jadi kau pasti bisa mengambil
suatu kebijaksanaan dengan meminjamkan pedang itu
kepadaku, betul bukan?"
"Sayang sekali aku bukan termasuk orang bijaksana
seperti yang kau lukiskan itu, aku enggan meminjamkan
kepadamu, sekarang mau apa kau?"
"Tidak mau meminjamkan kepadambu?"
"Betul, tiddak akan kupinjaamkan kepadamu."
Yu leng lojin segera tertawa seram, suara tertawanya itu
mengerikan sekali, membuat bulu kuduk orang pada berdiri
semua saking seramnya mendengar suata itu.
Rupanya ketua dari perguruan San tian bun, Ciu Li li
juga menyadari bahwa ia telah menghadapi seorang musuh
yang amat tangguh, dalam waktu singkat hawa murninya
segera dihimpun menjadi satu didalam tubuh dan bersiap
sedia untuk melangsungkan suatu pertarungan mati matian
melawan Yu leng lojin. Situasi di arena menjadi sangat tegang, selapis hawa
napsu membunuh yang tebal segera menyelimuti sekeliling
tempat itu. Yu leng lojin menarik kembali senyuman yang menghiasi
wajahnya itu, kemudian berkata:
"Kalau begitu, Buncu telah bersiap-siap untuk turun
tangan sendiri menghadapi aku?"
"Benar!" "Apa sih gunanya kita harus bertarung" Pertarungan
diantara kita berdua sesungguhnya sangat tidak bermanfaat,
karena bagimu juga bagiku hal tersebut bukanlah sesuatu
kejadian yang menguntungkan.."
"Bila kau tidak ingin mencari gara-gara denganku, lebih
baik cepatlah enyah dari sini."
Yu leng lojin kembali tertawa terkekeh-kekeh dengan
seramnya. "Heeehhh heeehhh heeehhh Ciu Buncu, kalau begitu
jangan kau salahkan lagi jika aku akan bertindak keji
terhadap dirimu!" Belum selesai mengucapkan kata-kata tersebut, nampak
berkelebat lewat, tubuh berikut kursinya tahu-tahu telah
melayang ketengah udara dan langsung menyerang ke
tubuh Ciu Li li. Serangan yang dilancarkan Yu leng lojin ini bukan saja
dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa, dibawah
sergapan kilat dari Yu-leng lojin, secepat kilat Ciu Li li
melepaskan-pula sebuah serangan balasan yang tak kalah


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hebatnya. Kedua belah pihak sama-sama menyerang dengan
kecepatan luar biasa, diantara berkelebatnya bayangan
manusia, tahu-tahu tubuh Ciu Li li telah mundur kembali
kebelakang, sementara Yu-leng Iojin sekali lagi melanjutkan
terjangannya kemuka sambil melepaskan serangan secara
beruntun. Sekalipun Yu leng lojin hanya seorang kakek yang
lumpuh kakinya, namun serangan yang dilancarkan
olehnya itu boleh dibilang memiliki kecepatan yang sama
sekali tidak berada di bawah kecepatan Ciu Li li.
Dalam waktu singkat ia telah melancarkan kembali tiga
buah serangan berantai. Sementara itu, Tiang-seng lojibn telah menarikd kembali
perhataiannya dari perbtarungan yang sedang berlangsung
ditengah arena itu, kemudian mengalihkan perhatiannya ke
atas wajah Ong Bun kim. Dilihatnya napas si anak muda itu sudah amat lemah
sekali, jelas sudan termakan oleh serangan berat Ciu Li li.
Dia menggigit bibirnya menahan pergolakan emosi dalal
hatinya, lalu mengalihkan kembali sorot matanya ke tengah
arena, dia beranggapan bahwa membiarkan Ciu Li-li dan
Yu leng lojin melangsungkan suatu pertarungan matimatian,
merupakan kejadian yang sangat menguntungkan
sekali bagi pihak mereka.
Mendadak....terdengar bentakan nyaring menggelegar di
udara, tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
kemudian dua sosok bayangan manusia itupun saling
berpisah satu dengan lainnya.
Yu leng lojin tertawa dingin, katanya:
Ilmu silat yang dimiliki Ciu Buncu benar-benar luar biasa
sekali, sungguh membuat aku merasa amat kagum"
"Ilmu silat yang dimiliki So buncu juga lihay sekali,
mungkin tiada tandingannya lagi dalam dunia ini."
sambung Ciu Li li dengan nada setengah mengejek.
"Ciu buncu, benarkah kau hendak mengajakku antuk
melangsungkan suatu pertarungan yang akan menentukan
mati hidup kita berdua?"
"Benar, kecuali kalau pada saat ini juga kau bersedia
pergi meninggalkan tempat ini "
Yu leng lojin segera memperdengarkan laara tertawanya
yang geram sekali. "Heeaah heeeh .....buncu..... jelas hal ini tak mungkin
bisa kulakukan..." "Jikalau memang tak bisa kau lakukan, lebih baik kita
teruskan saja dengan suatu pertarungan."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba tubuh Yu
leng lojin telah melejit ke tengah udara dan menerjang
kehadapan Ciu Li li dengan kecepatan luar biasa, segulung
desingan angin dingin yang menggidikkan hati langsung
berhembus lewat dan menerpa ke atas dadanya.
Ciu Li li cukup menyadari akan kelihayan musuhnya,
sekarang dia pun sudah berhasrat untuk melakukan
pertarungan mati-matian untuk mempertahankan pedang
mestikanya itu. Maka begitu Yu leng lojin menerjang datang sambil
melancarkan serangan kilat, cepat-cepat tubuhnya berputar
bagaikan gasingan, lalu secara beruntun melepaskan juga
dua buah serangan berantai.
Serangan demi serangan yang dilakukan ke dua belah
pihak sama-sama cepatnya dan sama-sama hebatnya,
sungguh merupakan suatu tontonan gratis yang menarik
hati. Agaknya didalam hati masing-masing sudah mempunyai
perhitungran sendiri-sendiri, jika pertarungan itu tidak
segera diselesaikan secara cepat, bukan saja Sin kiam
tersebut tak akan berhasil mereka dapatkan, bisa jadi akan
berakibat terlukanya kedua belah pihak.
Sementara Yu leng lojin dan Ciu Li-ii sedang
melangsungkan pertarungan sengit ditengah arena, Yu Cing
yang berada di sisi arena telah mengawasi terus Giok bin
hiap yang berada disisi altar dengan pandangan mata tak
berkedip. Pada saat itulah dia telah maju menahan dirinya,
kemudian berbisik: "Ayaah...!"
Panggilan itu sangat menggetarkan perasaan Giok bin
hiap, dengaa perasan terkejut bercampur girang, dia
berpaling dan mengawasi anak gadisnya itu, suatu perasaan
yang tak terlukiskan dengan kata-kata timbul dalam hati
kecilnya, tanpa disadari titik air mata jatuh bercucuran
membasahi pipinya.. "Baik-baiklah ibumu?" tanyanya lirih.
"Dia... Dia masih berada dalam keadaan baik-baik, cuma
setiap hari selalu merindukan dirimu..."
"Aku telah berbuat salah kepadanya..."
"Oooh ayah, hal ini tak bisa menyalahkan dirimu !"
"Kau....kau sudah dewasa sekarang... tentunya sudah
berumur dua puluh tahun lebih bukan ?"
Dengan perasaan yang sangat terharu ia memeluk
putrinya ke dalam rangkulan serta merangkulnya erat-erat.
Yu Cing tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, ia
menangis tersedu-sedu dalam pelukan ayahnya.
Sementara itu, dipihak lain Tiang seng lojin telah
menghampiri si pemuda berbaju abu-abu itu, setelah
memberi hormat dia pun menyapa:
"Selamat berjumpa engkoh cilik."
"Selamat berjumpa Locianpwe!" buru buru pemuda
berbaju abu-abu itu membalas hormat. .
"Benarkah kau hendak mentari Ong Bun kim ?"
"Benar!" "Boleh aku tahu, ada urusan apa kau mendari dirinya?"
"Oooh....tidak ada urusan apa-apa, aku cuma datang
untuk menyampaikan suatu titipan saja !"
"Suatu titipan apa?"
"Benar!" "Entah engkoh cilik hendak menyerahkan titipan dari
siapa kepadanya ?" "Tay khek Cinkun !"
"Apa" Titipan dari Tay khek Cinkun" Jadi mereka...
mereka belum mati?" "Yaa, mereka belum mati."
"Mengapa" Sekarang mereka berada dimana?"
"Menurut penuturan mereka berdua, katanya mereka
berdua bersama Ong Bun kim telah mendatangi perguruan
San tian bun, tapi kemudian mereka bersama Oag Bua kim
dihantam oleh ketua dari perguruan San tian bun itu
sehingga terjatuh kedalam jurang yang berpuluh-puluh ribu
kaki dalamnya itu." "Lantas mengapa mereka tak sampat mati?"
"Dibawah jurang terdapat sebuah sungai itulah yang
menyebabkan mereka tak sampai tewas, ketika terbawa arus
sampai hilir mereka telah berjumpa denganku dan kutolong
mereka naik ke atas daratan, waktu itu luka yang mereka
derita parah sekali, mustahil buat kedua orang itu untuk
muncul kembali ke dalam dunia persilatan dan mencari
kabar tentang Ong Bun kim masih hidup atau tidak?"
"Tapi keadaan mereka pada saat ini sudah tidak terlalu
menguatirkan bukan?" tanya Tiang seng lojin dengan
cemas. "Oooh, tidak mengapa! Asal beristirahat beberapa waktu
lagi. niscaya kesehatan badan mereka akan pulih kembali
seperti sedia kala" "Bolehkah aku tahu siapa nama engkoh cilik?"
"Boanpwe bernama Thia Eng!"
"Siapa pula gurumu?"
"Guruku sudah meninggal dunia pada sepuluh tahun
berselang, siapa namanya, aku sendiripun kurang begitu
tahu!" "Tapi aku pikir gurumu pastilah seorang tokoh sakti dari
dunia persilatan bukan?"
"Soal ini kurang begitu tahu." sampai di-situ, tiba-tiba si
pemuda berbaju abu-abu itu mengalihkan pokok
pembicaraannya kesoal lain, dia bertanya kembali:
"Sebenarnya apa yang telah terjadi ditempat ini?"
"Kau maksudkan mengapa mereka berdua sampai
terlibat dalam suatu pertarungan?" ujar Tiang seng lojin
sambil menuding kearah Yu leng lojin serta Ciu Li li yang
sedang bertarung ditengan arena itu."
"Benar!" "Yaa, karbena apa lagi" Tdentu saja lantaaran ingin
mempebrebutkan pedang Sin kiam!"
"Kau maksudkan senjata tajam yang di wariskan Hek mo
im seorang tokoh sakti dari dunia persilatan itu?"
"Benar !" Mengenai masalah pedang sin kiam tersebut, akupun
pernah mendengarnya dari guruku, tapi sesungguhnya apa
yang mengakibatkan terjadinya peristiwa semacam ini?"
Terpaksa Tiang seng lojin harus menuturkan kembali
semua peristiwa yang telah terjadi dalam ruangan itu.
Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, paras
Rahasia Peti Wasiat 8 Misteri Kapal Layar Pancawarna Karya Gu Long Senopati Pamungkas I 11
^