Pencarian

Si Pedang Tumpul 4

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


sumoimu." "Baik, suhu. Akan tetapi kalau ada kekeliruan harap suhu
suka membetulkan dan memberi penjelasan. Sebelumnya,
teecu harap suhu suka memberitahu, bagaimana kedua orang
suhu ini sampai, tewas, agar dapat teecu pergunakan sebagai
contoh tentang ikatan belenggu karma."
Dewa Arak menarik napas panjang. "Ketika kalian turun
dari lembah tadi, dan kami bertiga duduk di luar pondok
menikmati sinar matahari pagi, muncul ah Bi-coa Sian-li Cu Sui
In bersama seorang gadis yang disebutnya sumoi."
"Siapakah Bi-coa Sian-li Cu Sui In itu?" Kui Siang bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, ia seorang tokoh kang-ouw wanita yang sepuluh
tahun lalu pernah mencoba untuk merampas pusaka-pusaka
istana dari tangan guru-guru kita." Kata Sin Wan yang masih
ingat kepada wanita galak itu, juga ingat kepada anak
perempuan yang ketika itu mengaku sebagai murid Dewi Ular
Cantik. "Nah, wanita itu sepuluh tahun yang lalu gagal merampas
pusaka dari kami, dan kekalahan sepuluh tahun yang lalu itu
membuat ia menaruh dendam. Ia datang mencari kami dan
menantang kami untuk bertanding satu lawan satu untuk
menebus kekalahannya sepuluh tahun yang lalu. Tentu saja
kami tidak menanggapi, akan tetapi ia memaksa dan akan
membunuh kami kalau kami tidak mau menyambut
tantangannya. Tentu saja kami tidak mau dibunuh begitu saja
dan mati konyol. Maka Dewa Pedang lalu menyambut
tantangannya." "Tapi, Louw-suhu (guru Louw) sudah mengatakan tidak
akan bertanding lagi, dan beliau menyerahkan Jit-kong-kiam
kepada teecu dan Pedang Tumpul kepada suheng!" seru Kui
Siang, lalu ia menoleh dan memandang ke arah wajah jenazah
Kiam-sian Louw Sun. Dewa Arak tersenyum. "Bagi seorang ahli pedang seperti
Kiam-sian, setiap benda berbentuk pedang dapat saja menjadi
senjata pengganti pedang. Dia melawan Dewi Ular itu dengan
sebatang ranting pohon."
"Ahhh ......! Dan Louw-suhu melawannya dengan ranting,
sedangkan lawan menggunakan pedang pusaka?" teriak Kui
Siang. "Bukan hanya karena itu. Akan tetapi memang harus kami
akui bahwa ilmu kepandaian Dewi Ular Cantik tidak dapat
disamakan dengan tingkatnya sepuluh tahun yang lalu. Ia lihai
bukan main dan akhirnya, setelah melalui pertandingan yang
seru dan hebat, guru kalian Kiam-sian Louw Sun tewas di
tangan Dewi Ular Cantik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Kui Siang menjadi merah, akan tetapi ia masih
menahan kemarahannya. "Apakah Thio-suhu (guru Thio) juga
tewas oleh iblis betina itu, suhu?"
Dewa Arak mengangguk. "Setelah Dewa Pedang roboh.
Dewa Rambut Putih maju melawan Dewi Ular Cantik.
Pertandingan antara mereka lebih seru dan sebetulnya Dewi
Ular sudah kehabisan tenaga. Akan tetapi ia memang lihai dan
mempunyai banyak siasat. Akhirnya, dengan menggunakan
rambutnya sebagai senjata. Dewi Ular berhasil merobohkan
dan menewaskan Dewa Rambut Putih walaupun ia sendiri
terkena tendangan Pek-mau-sian dan menderita luka dalam
yang cukup parah. Dalam keadaan terluka ia dan sumoinya
pergi." "Iblis betina keparat!" Kui Siang bangkit lagi kemarahannya
yang sejak tadi ditahannya.
"Hemm, mau apa engkau, Kui Siang?" bentak Dewa Arak,
sekali ini tidak tertawa lagi.
Kui Siang sadar, lalu membalik dan menjatuhkan diri
berlutut di depan gurunya sambil menangis. "Suhu, ampunkan
teecu ...." katanya di antara isaknya.
"Suhu, Maafkan sumoi," kata Sin Wan. "Teecu sendiri juga
merasa panas di hati. Suhu, teecu berdua hanyalah manusia-
manusia biasa yang tidak mungkin dapat begitu saja
membebaskan diri dari pada nafsu perasaan. Teecu berdua
amat menyayang Louw-suhu dan Thio-suhu, tentu hati ini
sakit sekali mendengar ada orang membunuh mereka. Teecu
sendiri mengerti bahwa perasaan ini hanya peranainan nafsu
dan tidak benar menurutkannya, akan tetapi mungkin sumoi
belum mengerti benar."
"Heh .. heh, karena itu, kaujelaskan padanya tentang
karma tadi, Sin Wan."
"Begini sumoi. Kalau kita mau menelusuri, maka kematian
dua orang guru kita yang tercinta hanya merupakan akibat
dari pada sebab-sebab yang lalu. Kalau kita telusuri, maka
sebab-sebab itu kait-mengait seperti mata rantai. Mereka
tewas sebagai akibat pembalasan dendam Dewi Ular Cantik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang pernah mereka kalahkan, dalam perkelahian pertama.
Perkelahian pertama itu menjadi sebab perkelahian ke dua ini.
Dan perkelahian pertama itupun akibat dari pada sebab lain,
yaitu karena guru-guru kita bertugas merampas kembali
pusaka dari istana. Tugas itupun mempunyai sebab, yaitu
karena guru-guru kita adalah tokoh-tokoh dunia persilatan
yang dimintai tolong oleh kaisar dan ketua perkumpulan
persilatan. Nah, kalau ditelusuri terus, sebab-sebab yang
menjadi mata rantai itu tiada habisnya, sumoi."
"Ha..ha..ha, mungkin yang menjadi sebab pertama adalah
karena ...... kami bertiga dahulu dilahirkan di dunia ini! Kalau
kami tidak dilahirkan, mana akan terjadi semua itu"
Ha..ha..ha!" "Demikianlah, sumoi. Sebab akibat yang disebut karma ini
merupakan mata rantai yang tiada putusnya, dan masih akan
berkepanjangan kalau kita tidak menghentikannya agar mata
rantai itu putus. Contohnya begini. Kematian kedua orang
guru kita menjadi akibat yang dapat menjadi sebab lain, yaitu
apabila kita menaruh dendam sakit hati. Mungkin kita lalu
mencari Dew Ular Cantik dan kita berusaha membunuhnya
untuk membalas dendam atas kematian,kedua orang guru
kita. Katakanlah kita berhasil dan ia mati di tangan kita, mata
rantai itu tidak akan habis. Mungkin ada saudaranya, gurunya,
atau muridnya, yang menjadi sakit hati dan mendendam, lalu
mencari kita untuk menuntut balas, demikian seterusnya."
"Heh..heh..heh, kemudian muridnya, atau anaknya, saling
mendendam dan saling membalas. Saling bermusuhan, maka
timbul ah perang! Nafsu itu seperti api, kalau dibiarkan
merajalela, dari sepercik bunga api dapat menjadi lautan api
yang membakar dunia ha..ha..ha!"
"Begitulah, sumoi. Biarpun hati kita panas, namun
pengertian ini harus kita laksanakan, dalam kehidupan. Kita
hentikan rangkaian karma ini sampai di sini saja. Kita
patahkan mata rantai agar kita tidak terikat belenggu karma.
Kita tidak seharusnya menaruh dendam kebencian kepada
Dewi Ular Cantik." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mengerti. Suheng." Kata Kui Siang dan kini suaranya
terdengar tenang. "Akan tetapi apakah kita harus mendiamkan
saja orang-orang jahat dan kejam seperti Dewi Ular Cantik itu
berkeliaran begitu saja menyebar maut di antara orang-orang
yang tidak berdosa" Kita berpeluk tangan begitu saja ?"
"Ha..ha..ha, anak manis. Tentu saja tidak! Kalau kalian
diam saja, lalu untuk apa kalian menghabiskan waktu
bertahun-tahun untuk mempelajari Ilmu dari Sam Sian" Kalian
harus turun tangan, menegakkan kebenaran dan keadilan,
membela yang benar dan yang lemah tertindas, menentang
yang jahat dan yang lalim, akan tetapi, ingat. Yang kalian
tentang bukanlah pribadinya, melainkan perbuatannya. Kalian
menentang orang jahat berdasarkan jiwa pendekar, bukan
karena sakit hati, bukan karena dendam, dan sama sekali
bukan karena membenci seseorang karena perbuatan yang
dasarnya kebencian adalah perbuatan yang.terdorong oleh
nafsu, dan semua perbuatan yang terdorong nafsu tentu akan
menjadi mata rantai hukum karma."
"Terima kasih, suhu, teecu mulai mengerti. Teecu juga
masih ingat akan semua ajaran budi pekerti yang pernah
teecu terima dari mendiang Louw-suhu dan Thio-suhu. Teecu
harus menjadi seorang pendekar yang selalu mengambil jalan
benar, taat kepada perintah Tuhan yang diperuntukkan
manusia lewat agama dan ajaran-ajaran para budiman, teecu
harus berprikemanusiaan, harus menjunjung keadilan,
menolong sesamanya, berpribudi baik dan hidup rukun dan
saling bantu, harus ........"
"Kui Siang, dan kau juga Sin Wan. Segala ajaran memang
baik, akan tetapi kalian ingatlah baik-baik. Pokok dari pada
semua ajaran itu adalah bahwa kita harus. berTUHAN! Ber
Tuhan bukan hanya di mulut, melainkan ber Tuhan dengan
seluruh jiwa raga, tercermin di dalam hati akal pikiran, dalam
kata-kata dan dalam perbuatan. Ber Tuhan bukan berarti
munafik, melainkan kita menyembah dan berbakti kepada
Tuhan setiap saat, setiap detik ingat kepada Tuhan sehingga
segala apa yang kita pikir, kita katakan, kita lakukan selalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibimbing oleh kekuasaan Tuhan Yang Maha Kasih. Orang
yang ber.Tuhan, benar-benar ber Tuhan, sudah pasti dia itu
berprikemanusiaan, sudah pasti dia itu adil, berpribudi baik,
tolong-menolong dan hidup rukun dengan sesama, sudah
pasti dia itu tidak kejam. Pendeknya, orang yang ber Tuhan
sudah pasti hatinya bersih dan baik!
Sebaliknya, orang yang berbuat baik, yang mengaku
berprikemanusiaan, mengaku adil, belum tentu ber Tuhan,
Kalau demikian keadaannya, maka semua kebaikannya itu
berdasarkan nafsu, semua kebaikannya itu munafik dan palsu,
karena tentu didasari pamrih demi keuntungan dan
kepentingan diri pribadi! Namun, seorang yang ber Tuhan,
melakukan segala sesuatu demi baktinya kepada Tuhan,
sebagai dharma sehingga semua perbuatannya itu tanpa
dikotori pamrih demi keuntungan diri pribadi. Mengertikah
kalian?" "Teecu mengerti, suhu," kata Sin Wan dan Kui Siang hanya
mengangguk, karena pengertiannya belum mendalam, bahkan
ia masih agak bingung. Sejak kecil ia telah banyak menderita,
yaitu sejek ia berusia sepuluh tahun. Ayahnya dibunuh
penjahat yang mencuri pusaka isiana, ibunya tak lama
kemudian meninggal pula karena duka dan jatuh sakit. Para
paman dan bibinya hanyalah orang-orang yang berambisi
untuk mengambil bagian dari haria warisan orang tuanya.
Sejak kecil ia menderita dan kecewa.
Dan kini, setelah selama sepuluh tahun ia hidup bersama
tiga orang gurunya, menyayangi mereka seperti orang tua
sendiri, dua di antara tiga orang gurunya kembali dibunuh
orang! Dan kalau ia menderita sakit hati dan mendendam, hal
itu tidaklah benar! Terjadi perang dalam batinnya yang
membuat ia ragu dan bingung.
Tiba-tiba Dewa Arak tertawa. "Ha..ha..ha..ha, sudah cukup
kita bicara seperti pendeta-pendeta tua perenung! Kalian
harus membuat persiapan. Kita kubur jenazah Kiam-sian dan
Pek-mau-sian di lembah ini, kemudian kalian ikut dengan aku
pergi meninggalkan Pek-in-kok."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Meninggalkan Pek-in-kok" Kita akan pergi ke mana suhu?"
tanya Sin Wan yang merasa heran.
"Kita pergi ke tempat lain yang tidak diketahui orang, agar
Dewi Ular Cantik tidak akan dapat menemukan kita."
"Tapi, suhu!" Kui Siang berkata dengan penasaran sekali.
"Kenapa kita harus melarikan diri dari iblis betina itu" Memang
kita tidak perlu mendendam kepadanya, akan tetapi hal itu
bukan berarti bahwa kita takut kepadanya sehingga kita harus
lari dan menyembunyikan diri!"
Sekali ini, Sin Wan juga berpihak sumoinya. Walaupun dia
tidak berkata sesuatu, namun pandang matanya terhadap
Dewa Arak juga menuntut penjelasan.
"Heh..heh, kaukira aku takut menghadapi Dewi Ular Cantik"
Sama sekali tidak takut, juga aku tidak suka melihat kalian
takut kepadanya atau kepada siapapun juga. Rasa takut kita
harus kita tujukan hanya kepada Tuhan saja, takut kalau
sampai kita terseret nafsu melakukan hal yang tidak benar dan
tidak berkenan kepada Tuhan! Tidak, aku mengajak kalian
pergi dari sini agar kalian dapat melatih ilmu kami secara
tekun dan tenang tanpa ada gangguan selama satu tahun.
Setelah kalian menguasai Sam-sian Sin ciang (Tangan Sakti
Tiga Dewa), baru hatiku tenteram dan kalian boleh turun
gunung." "Sam-sian Sin-ciang ?" tanya Kui Siang. "Belurn pernah
teecu mendengarnya dari suhu bertiga."
"Itulah hasil ketekunanku selama beberapa tahun ini.
Sayang Kiam sian dan Pek-mau-sian terlalu malas untuk
mempelajari dan melatih ilmu itu. Andaikata mereka
mengusainya, bagaimana mungkin Dewi Ular Cantik mampu
mengalahkan mereka!"
Dewa Arak dan dua orang muridnya lalu mengubur dua
jenazah itu di Lembah Awan Putih, kemudian
menyembahyangi dua makam itu dengan hormat walaupun
sederhana. Setelah tiga hari mereka mengubur jenazah itu. Pada hari
ke empat mereka meninggalkan Pek-in-kok, menuju ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah tempat yang hanya diketahui oleh Dewa Arak sendiri.
Di situ dia menggembleng dua orang muridnya, mengajarkan
ilmu baru yang selama bertahun-tahun disusunnya dari inti
sari ilmu Tiga Dewa. Dalam Sam-sian Sin-ciang ini termasuk unsur-unsur dari
l munya sendiri seperti Ciu-sian Pek-ciang (Tangan Putih Dewa
Arak), Thian-te Sin-kang (Tenaga Sakti Langit Bumi) dan Hui-
nio Poan-soan (Langkah Berputaran Burung Terbang) dan dari
ilmu silat Kiam-sian dia mengambil inti sari dari Jit-kong Kiam-
sut (Ilmu Pedang Cahaya Matahari) dan ilmu menotok jalan
darah Kiam-ci (Jari Pedang). Dari Pek-mau-sian dia mengambil
inti sari Pek-in Hoat-sut (Sihir Awan Putih) dan Sin-siauw Kun-
hoat (Silat Suling Sakti).
Dari semua ilmu ini, yang diambil inti sarinya, dia
menciptakan Sam-sian Sin-ciang dan ilmu inilah yang dia
ajarkan kepada Sin Wan dan Kui Siang. Kalau yang
mempelajari ilmu Sam-sian Sin-ciang ini orang lain, betapapun


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pandainya dia, tentu akan makan waktu bertahun-tahun
saking sulitnya. Akan tetapi karena dua orang muda itu sudah
mengenal semua ilmu yang digabungkan menjadi ilmu silat
sakti itu, tentu saja lebih mudah bagi mereka dan dalam
waktu setahun, setelah berlatih dengan tekun, mereka dapat
menguasai ilmu itu sebaiknya. 0oo0
Harus diakui oleh sejarah bahwa semenjak kekuasaan
penjajah Mongol dienyahkan oleh pasukan rakyat yang
dipimpin oleh pemuda petani Cu Goan Ciang yang kemudian
mendirikan Dinasti Beng dan menjadi Kaisar Thai-cu, Cina
dapat dipersatukan kembali. Di bawah pimpinan Jenderal Shu
Ta, tangan kanan Kaisar Thai-cu, sisa-sisa pasukan Mongol
yang masih berada di wilayah Cina, dapat dipukul mundur
sampai mereka kembali ke tempat asal mereka, di utara, yaitu
daerah Mongol. Setelah tiba di daerah mereka sendiri, barulah orang"orang
Mongol dapat mempertahankan diri. Daerah yang keras dan
sukar itu menyulitkan pasukan yang dipimpin Jenderat Shu Ta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga dia hanya mampu membersihkan daerah
kekuasaannya dari orang-orang Mongol, namun tidak mampu
menumpas Bangsa Mongol di daerah mereka sendiri.
Kaisar Thai-cu, walaupun berasal dari keluarga petani,
namun setelah menjadi kaisar, ternyata memiliki kemampuan
memimpin yang mengagumkan. Hal ini karena dia amat
pandai mempergunakan tenaga orang-orang yang ahli dalam
bidang masing-masing, menghargai para cerdik pandai
sehingga dengan bantuan orang-orang yang ahli, dia mampu
mengendalikan pemerinlahan dengan baik.
Yang membuat kedudukan kaisar ini kuat adalah karena dia
merupakan orang yang telah mampu dan berhasil
menghancurkan kekuasaan penjajah Mongol sehingga
mengembalikan harga diri dan kedaulatan bangsa. Jasa ini
saja sudah membuat dia dikagumi dan dihormati seluruh
rakyat, tidak perduli dari golongan maupun suku bangsa apa
saja, karena bukankah dia yang telah membebaskan rakyat
semua suku dan golongan itu dari penindasan penjajah
Mongol" Juga Kaisar Thai-cu yang dahulunya bernama Cu Goan
Ciang ini memanfaatkan akar dari pohon pemerintahannya,
yaitu balatentara dan rakyat jelata. Dia merangkul keduanya.
Dia menghargai jasa balatentaranya, menjamin kehidupan
keluarga mereka, menambah daya kekuatan mereka dengan
menggembleng semua perajurit dengan ilmu-ilmu perang,
tidak pelit membagi-bagi hadiah, pandai menghargai jasa
setiap orang perajurit. Juga kaisar ini merangkul rakyat,
memperhatikan kehidupan rakyat jelata, menyuburkan
perdagangan dengan membuka pintu selebarnya.
Dia membangkitkan semangat membangun dalam segala
bidang karena semangat rakyat harus disalurkan dan
penyaluran yang paling sehat dan menguntungkan bangsa
hanyalah semangat membangun! Di samping itu, Kaisar Thai-
cu juga menggunakan tangan besi untuk menertibkan
keamanan, menjaga ketenteraman kehidupan rakyat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menumpas semua golongan yang sifatnya hanya menjadi
perusak dan penghalang pembangunan.
Pada masa itu, gangguan yang terbesar bagi kerajaan baru
Beng-tiauw adalah rongrongan orang-orang Mongol yang
tentu saja masih merasa penasaran dan ingin menegakkan
kembali kekuasaan mereka yang hancur. Mereka melakukan
gangguan di sepanjang perbatasan barat dan utara.
Di samping gangguan dari orang-orang Mongol ini, yang
tidak segan-segan mempergunakan segala daya untuk
bersekutu dan membujuk pejabat-pejabat daerah untuk
memberontak, juga pemerintah menghadapi rongrongan dari
para bajak laut yang merajalela di lautan timur. Mereka ini
kebanyakan adalah orang-orang Jepang yang terkenal sebagai
bajak laut yang tangguh. Karena sukar untuk membasmi bajak laut ini yang
mempunyai daerah pelarian yang luas di lautan apabila
dikejar, Kaisar Thai-cu bersama para penasihatnya
memperlihatkan perhatian yang serius terhadap keadaan
rakyat di pantai-pantai yang menjadi sasaran para bajak laut.
Para penduduk pantai itu ditampung dan dlpindahkan ke
daerah pedalaman sehingga menyulitkan para bajak laut
untuk mengganggu mereka. Demikianlah, di bawah pimpinan Kaisar Thai-cu yang
bijaksana, tentu saja sebagian besar rakyat mendukungnya
dan Kerajaan Beng (Terang) menjadi benar-benar gemilang.
Tensu saja, tidak ada yang sempurna di dunia yang dwimuka
ini. Demikian pula dengan keberhasilan yang dicapai Kaisar
Thal-cu. Ada saja Golongan yang merasa tidak puas. Mereka ini sebagian
besar adalah mereka yang di waktu pemerintahan penjajah
berhasil menduduki pangkat yang tinggi dan kehidupan yang
mewah dan mulia. Setelah Kerajaan Goan-tiauw, yaitu
kerajaan penjajah Mongol runtuh, runtuh pula kedudukan
mereka, bahkan banyak di antara mereka yang menjadi
korban perang, sebagal pihak yang membela kerajaan
penjajah yang kalah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ada pula golongan yang tidak puas kerena merasa tidak
mendapatkan bagian dari hasil kemenangan pemerintah Beng-
tiauw. Ada pula golongan hitam dan kaum sesat yang merasa
tersudut karena pemerintah menggunakan tangan besi
menentang kejahatan dan memberi hukuman berat kepada
para pengacau. Adapula pejabat daerah yang merasa bahwa
jasanya lebih besar dari pada kedudukan yang mereka peroleh
sehingga mereka ini condong untuk merasa tidak puas dan
mudah dihasut golongan yang tidak suka kepada pemerintah
baru. Golongan-golongan itulah, orang-orang yang lebih
mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan negara dan
bangsa, yang mudah dibujuk oleh orang-orang Mongol untuk
meagadakan persekutuan! Akan tetapi, golongan rakyat yang
menentang pemerintahan ini diimbangi dengan golongan para
pendekar yang mendukung pemerintah!
Maka bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan yang
saling bertentangan, yaitu perkumpulan golongan sesat atau
para penjahat yang dipergunakan oleh para pembesar yang
berniat memberontak, dan golongan para pendekar yang
membantu pemerintah untuk menjaga ketertiban dan
keamanan. Tentu saja golongan para pendekar ini
mendapatkan dukungan rakyat jelata yang tidak ingin melihat
kehidupan mereka dirusak kembali oleh para pengacau. Juga
mereka baru saja terbebas dari perang yang amat mengerikan
dan menjatuhkan banyak korban, dan mereka tidak ingin
timbul perang baru yang hanya akan menyengsarakan rakyat
jelata belaka. Pada suatu pagi, dua orang wanita cantik mendayung
perahu mereka yang kecil mungil ke darat sungai Kuning di
sebelah utara kota besar Lok-yang. Mereka, menarik. perahu
ke darat. memanggil seorang diantara para nelayan yang
berada di pantai. "Paman, maukah engkau menyimpan perahu ini untuk
kami" Boleh paman pakai untuk keperluan paman, akan tetapi
sewaktu-waktu kami datang membutuhkannya, paman harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengembalikan kepada kami," kata wanita yang muda.
Nelayan itu memandang heran, akan tetapi karena perahu itu
biarpun kecil cukup kokoh dan indah, dia mengangguk.
"Baiklah, nona. Biar anakku yang merawatnya dan dia pula
yang menggunakan untuk sekadar mencari ikan, Namaku A
Liok, nona. Kelak kalau nona hendak mengambilnya kembali,
tanyakan saja kepada orang di sini."
Gadis itu mengangguk, kemudian dua orang wanita yang
cantik itu pergi meninggalkan pantai sungai, menuju ke barat,
melalui jalan raya yang menuju ke kota Lok-yang.
Dua orang wanita itu adalah Bi-coa Sian-li Cu Sui In dan
Tang Bwe Li! Setahun lebih yang lalu, mereka datang ke Pek-
in-kok dan Si Dewi Ular itu telah berhasil membunuh Dewa
Pedang dan Dewa Rambut Putih, walaupun ia sendlri juga
terluka parah. Namun, sekarang ia telah sembuh sama sekali
dan biarpun usianya kini sudah empatpuluh tahun lebih, Cu
Sui In masih nampak cantik jelita seperti belum ada tigapuluh
tahun usianya. Rambutnya masih digelung tinggi, dan rambut itu masih
hitam panjang, gelungnya model sanggul para puteri
bangsawan dengan dihias emas perrnata berbentuk burung
Hong dan bunga teratai. Pakaiannya juga indah, terbuat dari
sutera mahal berkembang dan wajahnya yang cantik jelita itu
bertambah cantik dengan olesan bedak tipis dan pemerah
bibir dan pipi. Alisnya kecil melengkung dan hitam karena
ditata dengan cukuran dan penghitam alis, sepasang matanya,
tajam dan mengandung sesuatu yang dingin dan
menyeramkan. Hidungnya mancung, akan tetapi yang paling
menggairahkan hati pria adalah mulutnya. Mulut itu memang
indah bentuknya, bahkan tanpa pemerah bibirpun sebetulnya
sepasang bibir itu sudah merah membasah karena sehat,
sepasang bibir yang hidup dan dapat bergerak-gerak pada
ujungnya, penuh dan tipis lembut.
Akan tetapi semua kecantikan itu menjadi keren dengan
adanya sebatang pedang yang bergagang dan bersarung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
indah tergantung di punggungnya, tertutup buntalan pakaian
dan sutera kuning. Tang Bwe Li yang kini berusia duapuluh tahun, tidaklah
secantik dan seanggun gurunya yang kini menjadi sucinya itu.
Namun, dara ini jauh lebih manis! Lesung di pipinya, kerling
tajam pada matanya, senyum sinis pada mulutnya, hidung
yang dapat kembang kempis itu, ditambah gayanya yang
lincah jenaka dan galak, membuat hati setiap orang pria yang
melihatnya menjadi gemas-gemas sayang.
Beberapa bulan yang lalu, Tang Bwe Li atau yang biasa
dipanggil Lili, pulang ke Bukit Ular di Pegunungan Himalaya di
mana suhunya, See-thian Coa-ong Cu Kiat dan sucinya, Bi-coa
Sian-li Cu Sui In, tinggal. Dara ini telah melakukan perjalanan
seorang diri untuk mencari Dewa Arak dan muridnya, anak
laki-laki yang pernah menampari pinggulnya sampai panas
dan merah, yang tidak diketahui namanya akan tetapi amat
dibencinya itu. Ia hendak mewakili sucinya yang sedang mengobati luka
dalam karena tendangan Pek-mau-sian. Akan tetapi, Lili tidak
berhasil menemukan Dewa Arak di Pek-in-kok. Ia hanya
melihat dua buah makam, yaitu makam Kiam-san dan Pek-
mau-sian. Ia mencari ke sekitar lembah itu, namun sia-sia dan
dengan marah-marah terpaksa ia kembali ke rumah suhunya
dan melapor kepada sucinya.
Dewi Ular juga menjadi kecewa sekali, maka setelah ia
sembuh sama sekali, ia mengajak sumoinya turun gunung.
Mereka berdua selain hendak mencari Dewa Arak dan
muridnya, juga ingin memenuhi pesan See-thian Coa-ong Cu
Kiat. Datuk ini sudah mendengar Akan perubahan besar yang
terjadi sejak penjajah Mongol diusir dari Cina. Dia merasa
sudah tua dan tidak semestinya mengasingkan diri di
Pegunungan Himalaya. "Sekarang tiba waktunya bagi kita untuk mencari
kedudukan, karena kaisarnya adalah bangsa sendiri." katanya.
"Apakah ayah bercita-cita untuk menjadi seorang
pembesar?" tanya Dewi Ular heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha..ha..ha, siapa ingin menjadi pejabat" Kalau menjadi
pejabat, aku harus menjadi kaisar! Ah, tidak, Sui In. Kita
adalah orang-orang dunla persilatan. Aku mendengar bahwa
sekarang para orang gagah di dunia kang-ouw, mendapat
angin baik dari pemerintah yang baru. Aku ingin menjadi
beng-cu (pemimpin) dari rimba persilatan!"
"Suhu, dalam perjalananku mencari Dewa Arak, akupun
mendengar bahwa tahun ini, pada akhir tahun, akan ada
pertemuan besar antara para pimpinan partai persilatan, dan
mungkin dalam pertemuan itu akan dilakukan pemilihan ketua
atau pemimpin baru," kata Lili.
"Bagus! Akhir tahun masih lama, masih sembilan bulan lagi.
Kalian berangkatlah lebih dulu, menyusun kekuatan dan
sedapat mungkin membentuk sebuah perkumpulan yang kuat
untuk menjadi anak buah kita. Kelak, pada saatnya, aku akan
muncul di tempat pertemuan puncak itu. Bwe Li, di mana
pertemuan itu diadakan" Biasanya, pertemuan semacam itu
diadakan di Thai-san"
"Menurut yang kudengar memang akan diadakan di puncak
Thai-san, suhu," kata gadis itu.
"Nah, kalau begitu, kalian berangkatlah. Menurut sejarah,
dahulu perkumpulan pengemis merupakan perkumpulan yang
amat kuat dan memiliki anak buah paling banyak di antara
semua perkumpulan. Bahkan partai pengemis di utara pernah
menjadi penghalang bagi penjajah Mongol ketika hendak
menyerbu ke selatan. Akan tetapi, karena adanya
pengkhianatan di antara para pimpinan, partai pengemis
dapat dikuasai orang-orang Mongol dan akhirnya diadu domba
dan pecah belah. Bahkan ketika jaman penjajahan Mongol,
partai itu dilarang sehingga anak buahnya cerai berai.
Sekarang, setelah penjajah lenyap, kurasa mereka tentu
membangun kembali partai pengemis. Kalau kalian dapat
menguasai mereka, kalau kalian dapat menjadi pimpinan kai-
pang (partai pengemis), tentu kedudukan kita akan menjadi
kuat dan disegani." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, dua orang wanita itu melakukan perjalanan
dan pada pagi hari itu, mereka turun dari perahu dan menuju
ke Lok-yang. Mereka mendengar dalam perjalanan mereka
bahwa memang kini kai-pang mulai nampak kuat kembali, di
mana-mana diadakan persatuan pengemis dan pusatnya
berada di tiga tempat. Pengemis utara berpusat di Pe-king, pengemis barat
berpusat di Lok-yang dan pengemis timur dan selatan
berpusat di Nan-king, kota raja. Itulah sebabnya, dua orang
wanita itu kini menuju ke Lok-yang. Kalau saja mereka dapat
menguasai cabang barat di Lok-yang ini, akan memudahkan


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka menuju kepada kedudukan puncak yang berpusat di
Nan-king. Ketika mereka memasuki Lok-yang, Lili yang jarang melihat
kota besar, menjadi kagum. Kota Lok-yang merupakan bekas
kota raja, maka selain besar dan ramai, juga indah, banyak
bangunan indah bekas istana di sana, juga gedung-gedung
besar yang dahulu menjadi tempat tinggal para pembesar
tinggi. Toko-toko besar penuh barang dagangan, juga
terdapat banyak rumah penginapan dan rumah makan yang
besar. Akan tetapi, setelah berjalan-jalan di kota itu, Sui In yang
tidak heran melihat keramaian kota karena ia sudah sering
berkunjung ke kota-kota besar, berkata, "Sungguh luar biasa!"
"Apanya yang luar biasa, suci" Memang kota ini ramai dan
indah......" "Bukan itu maksudku. Coba kaulihat sumoi, tidak ada
seorangpun pengemis nampak di kota ini. Pada hal, menurut
keterangan, Lok-yang merupakan pusat dari para pengemis
daerah barat." "Ah, benar juga, suci. Tentu telah terjadi sesuatu, atau
mungkin mereka itu sudah pindah ke kota lain?"
"Andaikata benar mereka pindahpun, kenapa di kota besar
seperti ini tidak nampak seorangpun pengemis" Ini sungguh
aneh!" kata Dewi Ular. Mereka lalu mencari kamar di rumah
penginapan. Karena baru saja mereka melakukan perjalanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang cukup melelahkan, mereka beristirahat siang itu dan
setelah mandi sore, Dewi Ular mengajak sumoinya untuk
keluar mencari makanan dan juga untuk berjalan-jalan melihat
keadaan dan menyelidiki tentang para pengemis.
Kota Lok-yang di malam hari memang makin semarak.
Toko-toko dibuka dengan lampu-lampu gantung yang terang,
juga jalan raya diterangi lampu-lampu. Banyak orang lalu
lalang, berjalan-jalan atau berbelanja di toko, di warung-
warung, bahkan di taman kota yang indah, yang di waktu
jaman penjajahan hanya untuk kaum bangsawan atau
pembesar saja, kini dibuka untuk umum dan ramai sekali.
Dua orang wanita itu ikut merasa gembira dengan
ramainya suasana. Langit cerah dan bulan mulai muncul
membuat suasana semakin gembira. Sui In dan Bwe Li kini
duduk di sebuah kedai nasi, duduk di meja paling luar sambil
menonton keramaian di jalan raya, memesan makanan dan air
teh.Selagi mereka makan, tiba-tiba Bwe Li menyentuh lengan
sucinya dan dengan pandang mata ia memberi isyarat ke
sebelah kanan. Sui In menengok dan ia melihat seorang
pengemis datang rnenghampiri kedai itu.
Seorang pengemis yang usianya sekitar tigapuluh tahun,
tubuhnya tegap dan sehat, pakaiannya serba hitam, bahkan
rambutnya yang panjang juga diikat dengan pita hitam.
Melihat perawakannya, sungguh tidak pantas seorang pria
muda yang masih kuat dan tidak cacat itu menjadi pengemis!
Juga gerak-geriknya tidak seperti orang pemalas, melainkan
sigap dan langkahnya lebar. Akan tetapi, wajahnya
membayangkan kekerasan dan matanya liar.
Dua orang wanita itu kini menunda makan dan mengikuti
gerak gerik pengemis itu dengan pandang mata mereka.
Pengemis muda itu kini menghampiri sebuah meja paling
depan dekat pintu kedai, di mana duduk tiga orang laki-laki
yang sedang makan bakmi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan-tuan, bagilah sedikit rejeki untukku dan, beri
sedekah untukku." kata pengemis itu, sikap dan suaranya
angkuh seperti orang menagih hutang saja.
Tiga orang yang sedang makan itu nampak terganggu,
akan tetapi yang paling tua di antara mereka agaknya tidak
ingin ribut-ribut, mengambil sepotong uang kecil dari saku
bajunya dan menyerahkannya kepada si pengemis. Pengemis
baju hitam itu menerima uang kecil, mengamatinya dan
diapun mengerutkan alisnya, memandang kepada tiga orang
itu dengan marah. "Kalian hanya memberi sekeping tembaga ini" Untuk
membeli semangkok bakmi juga tidak cukup! Kalian berani
menghinaku, ya?" Pengemis itu membanting uang kecil itu ke
atas meja. Uang itu menancap di meja depan tiga orang itu
yang menjadi terkejut sekali.
Pria yang tertua itu berkata, "Engkau tidak mau diberi
sebegitu" Lalu, berapa yang kauminta?"
Pengemis itu menggapai ke arah pelayan yang kebetulan
berada di dekat situ, lalu dia bertanya, "Coba hitung, berapa
harga semua hidangan tiga orang ini."
Pelayan itu memandang heran. Benarkah pengemis ini
hendak membayar makanan tiga orang itu maka menanyakan
harganya" Dia menghitung-hitungkan lalu berkata, "Semua
sekeping uang perak," jawabnya.
Pengemis itu lalu menjulurkan tangannya ke arah tiga
orang tamu itu. "Nah, berikan sekeping perak kepadaku!"
Tiga orang itu saling pandang dengan mata terbelalak.
Mana ada pengemis minta sedekah sebanyak harga makanan
mereka bertiga" Dengan paksaan pula! Dan pelayan itupun
kini mengerti bahwa pengemis baju hitam ini mencari gara-
gara. Pada waktu itu. keadaan kota Lok-yang aman dan
hampir tidak pernah ada gangguan kejahatan. Hal ini
membuat pelayan itupun berani menentang, merasa bahwa
ada pasukan keamanan di Lok-yang.
"Bung, harap jangan memaksa dan membuat ribut di kedai
ini, jangan mengganggu tamu kami." bujuknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis baju hitam itu menoleh. memandang kepada
pelayan itu, lain tangannya meraih ujung meja,
mencengkeramnya dan ujung meja dari kayu keras itu remuk
dalam cengkeraman si pengemis! "Apakah kepalamu lebih
keras dari pada kayu meja ini?" katanya lirih namun penuh
seram. Pelayan itu mundur dengan muka pucat, dan tiga orang
tamu juga menjadi pucat. Tamu tertua segera mengambil
sekeping perak dan menyerahkannya kepada pengemis itu.
Tanpa bicara lagi, pengemis itu menerima uang sekeping
perak, lalu meninggalkan meja itu. Ketika dia memandang
kepada Sui In dan Bwe Li, matanya terbelalak dan mulut yang
tadinya kaku dan kejam itu menyeringai, matanya bersinar
secara kurang ajar. Dia kini menghampiri meja Sui In dan Bwe
Li. Agaknya sikap pengemis muda itu semakin berani ketika
dia melihat wanita cantik yang lebih tua memandang
kepadanya dengan tenang dan tidak malu-malu, sedangkan
gadis yang manis itu bahkan memandang kepadanya sambil
tersenyum-senyum! "Aih, nona-nona yang cantik manis seperti bidadari
kahyangan, berilah sedekah kepadaku, kudoakan semoga
kalian semakin cantik dan semakin menggairahkan!" kata
pengemis itu. Sikap dan suaranya sama sekali bukan lagi
seperti seorang pengemis yang minta-minta, melainkan seperti
seorang laki-laki mata keranjang menggoda wanita.
Sui In tidak sudi melayani orang itu dan melanjutkan
makan dan seolah-olah pengemis itu hanya seekor lalat saja.
Akan tetapi Bwe Li yang diam-diam menjadi marah karena
pengemis itu berani mengeluarkan ucapan kurang ajar
terhadap ia dan sucinya, bertanya. "Hemm apa yang kau
minta, pengemis?" Kalau tadi pengemis itu memperlihatkan kekerasan dan
paksaan ketika minta kepada tiga orang tamu, Sui In dan Bwe
Li hanya memandang saja dan sama sekali tidak perduli.
Mereka tidak ingin mencampuri urusan orang lain yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada sangkut pautnya dengan mereka. Akan tetapi sekarang,
pengemis itu langsung mengganggu mereka!
Pengemis itu tersenyum semakin lebar dan matanya
bermain dengan kedipan penuh arti. "Perhiasan di rambut enci
itu indah sekali, berikan kepadaku sebagai sedekah." Katanya
sambil memandang kepada perhiasan burung hong dan teratai
terbuat dari emas permata di rambut Sui In.
Bwe Li mendongkol bukan main. Perhiasan sucinya itu
adalah sebuah benda yang amat mahal harganya, apa lagi itu
pemberian suhunya dan menurut sucinya, benda itu dahulu
pernah menjadi perhiasan rambut seorang puteri kaisar
Jenghis Khan dari Kerajaan Mongol. Maka, selain mahal, juga
benda itu merupakan benda pusaka yang tak ternilai
harganya, dan kini seorang jembel minta benda ini begitu saja
sebagai sedekah! Ingin Bwe Li tertawa karena menganggap hal ini amat lucu.
Ia melirik kepada sucinya yang masih tenang dan enak-enak
makan saja, maka ia tahu bahwa sucinya tidak sudi melayani
pengemis itu. "Kalau tidak kami berikan, lalu kau mau apa?" tanya Bwe
Li, mengira bahwa pengemis itu tentu akan menjual lagak lagi
dengan mempertontonkan kekuatan tangannya
mencengkeram hancur ujung meja. Akan tetapi, sekali ini
pengemis itu agaknya tidak ingin menunjukkan kehebatannya.
Dia mendekatkan mukanya kepada Bwe Li dan berkata lirih,
"Kalau tidak kalian berikan, boleh sebagai gantinya engkau
ikut dengan aku dan melayaniku semalam ini, nona manis."
Bwe Li terbelalak. Mukanya berubah merah dan terasa
panas bukan main. Akan tetapi hanya sebentar. Ia sudah
menerima gemblengan seorang datuk besar seperti See-thian
Coa-ong, maka tentu saja la sudah dapat menguasai
perasaannya. "Hai , kalian lihat ada monyet menari-nari!" teriaknya dan
tiba-tiba saja tangannya sudah menggerakkan sisa kuah yang
berada di mangkoknya. Kuah itu mengandung saos tomat dan
bubuk merica yang pedas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian cepatnya gerakan tangan Bwe Li sehingga sama
sekali tidak disangka oleh si pengemis dan dia tidak sempat
mengelak. Kuah dengan sambalnya itu tepat mengenai
mukanya, memasuki hidung dan matanya.
Dan seketika pengemis baju hitam itu berjingkrak-jingkrak
seperti monyet menari-nari, persis seperti yang diteriakkan
Bwe Li atau Lili tadi! Semua orang menengok dan terdengar
ada yang tertawa, terutama sekali tiga orang yang tadi kena
diperas sekeping perak oleh si pengemis.
Hanya orang yang pernah terkena merica pada mata dan
hidungnya yang dapat menceritakan bagaimana rasanya.
Pengemis itu berjingkrak-jingkrak, menggosok mata dan
hidungnya, megap-megap seperti ikan dilempar ke darat, lalu
berbangkis-bangkis dengan air mata bercucuran. Makin
digosok, makin pedas rasa matanya dan makin hebat
"tangisnya". Saking nyeri, pedih dan panasnya, dia membuat gerakan
seperti monyet menari-nari, berlenggang-lenggok dengan kaki
naik-turun, tubuh berputar-putar dan kedua lengan membuat
gerakan yang lucu dan aneh-aneh. Akhirnya, dibawah suara
tawa para penonton, pengemis itu dapat membuka matanya
yang menjadi merah, juga semua merica agaknya sudah
keluar melalui bangkis-bangkis tadi, akan tetapi alr matanya
masih bercucuran dari kedua mata yang masih terasa panas
dan pedas! Dia memandang kepada Lili dengan mata
mendelik, walaupun harus sering berkedip menahan pedas!.
Lili dan Sui In masih melanjutkan makan, bahkan Sui In
sudah selesai dan Lili juga sudah hampir selesai. Pengemis itu
mengeluarkan suara menggereng seperti seekor harimau
marah dan para penonton sudah tidak berani tertawa lagi, dan
kini memandang dengan hati tegang. Apa lagi mereka yang
tadi melihat betapa kuat tangan pengemis itu menghancurkan
ujung meja. Mereka mengkhawatirkan nasib dua orang wanita
cantik itu. Mendengar suara gerengan itu, Lili menoleh memandang,
"Ih, anjlng geladak ini sungpuh tak tahu aturanl" kata Lili
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil tersenyum mengejek. "Sudah diberi kuah, masih tidak
puas dan menggereng-gereng minta lagi. Cepat pergilah dari
sini, memualkan perut dan mengurangi selera makan saja.
Kau bau!" Dapat dibayangkan betapa marahnya pengemis baju hitam
itu. Dia menggereng lagi dan dengan kedua lengan
dikembangkan, kedua tangan terbuka, dia menubruk ke arah
Lili, hendak menangkap wanita itu. Lili tidak bangkit dari
duduknya, hanya kakinya mencuat dengan kecepatan kilat
ketika tubuh orang itu sudah dekat dan kedua tangan itu
sudah hampir menyentuh pundaknya.
"Ngekkkl" Ujung sepatu itu tepat memasuki perut di bawah
ulu hati dan tubuh si pengemis baju hitam terjengkang, dan
pantatnya terbanting keras ke atas tanah. Sejenak dia hanya
mampu bangkit duduk, tangan kiri menekan perut yang
seketika terasa mulas, dan tangan kanan meraba-raba pantat
yang nyeri karena ketika terbanting tadi, pantatnya menjatuhi
sebuah batu sebesar kepalan tangan.
Dia menyeringai, akan tetapi seringainya tidak seperti tadi
ketika dia menggoda dua orang wanita itu. Dia menyeringai
kesakitan, akan tetapi juga bercampur kemarahan. Orang
yang biasa mengagulkan diri sendirl memang tidak tahu diri,
selalu meremehkan orang lain sehingga pelajaran yang
diterimanya tadi tidak cukup membuat dia sadar, bahkan
membuat dia semakin marah dan penasaran.
"Keparat, kubunuh kau ......!" bentaknya dan kini
tangannya sudah memegang sebatang golok kecil yang tadi
disembunyikan di bawah bajunya. Akan tetapi pada saat itu,
nampak sinar menyambar dari samping, ke arah muka
pengemis itu. "Crottt ...... aughhhh .....!" Pengemis itu terpelanting,
goloknya terlepas dan kedua tangannya meraba mukanya
dengan mata terbelalak. Sebatang sumpit bambu telah
menembus muka dari pipi kanan ke pipi kiri! Sumpit itu
memasuki kulit pipi, menembus geraham kanan sampai keluar
dari kulit pipi yang lain sehingga muka itu seperti disate!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suci .....!" kata Lili memandang sucinya.
"Aku mendahului, agar engkau tidak membunuhnya. Kita
butuh keterangan darinya ........."
Tiba-tiba dua orang wanita itu terkejut mendengar
pengemis itu mengeluarkan suara aneh. Ketika mereka
memandang, tubuh pengemis itu berkelojotan dalam sekarat.


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja Sui In kaget. Ia tadi menyerang dengan sambitan
sumpit tidak dengan niat membunuh dan ia yakin bahwa
orang itu hanya terluka dan tidak akan mati. Kenapa kini tahu-
tahu orang itu berkelojotan sekarat" Tentu ada penyerang
lain, pikirnya. Akan tetapi pada saat itu, muncul dua orang pengemis
berpakaian hitam. Mereka adalah orang-orang yang berusia
kurang lebih limapuluh tahun, sikap mereka berwibawa dan
gerakan mereka ringan karena tahu-tahu mereka telah
berkelebat dan muncul di situ. Mereka memandang ke arah
tubuh pengemis yang berkelonjotan, lalu mereka menghadapi
Cu Sui In dan Tang Bwe Li, mengamati dua orang wanita itu
sejenak, kemudian mereka menghampiri meja dua orang
wanita itu. "Siapakah di antara ji-wi (anda berdua) yang merobohkan
dia?" tanya seorang di antara mereka yang tubuhnya tinggi
kurus sambil menuding ke arah tubuh pengemis yang masih
berkelonjotan. "Aku yang melukainya dengan sumpit," kata Sui In tenang
dan suaranya acuh saja seolah-olah tidak ada sesuatu yang
perlu diributkan. Lili yang galak segera berkata pula. "Anjing geladak ini
perlu dihajar. Apakah kalian pemeliharanya" Kenapa tidak
kalian ajar adat kepadanya?"
Dua orang pengemis tua itu saling pandang, kemudian
mereka melangkah maju mendekat. Si tinggi kurus
mengangkat kedua tangan depan dada, sedangkan orang ke
dua yang bertubuh gemuk pendek juga mengangkat kedua
tangan depan dada. Mereka lalu memberi hormat kepada Sui
In dan Lili. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami dari Hek I Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Baju Hitam) mohon maaf kepada nona," kata si tinggi kurus.
"Kami berterima kasih atas pelajaran yang diberikan kepada anggauta kami," kata si gemuk pendek. Dua orang pengemis tua itu memberi hormat. Sui In dan Bwe Li tersenyum mengejek. Tanpa berdiri, sambil duduk, mereka. pun mengangkat kedua tangan ke depan dada, membalas penghormatan itu.
Dua orang pengemis itu tadi bukan sembarang menghormat saja, melainkan mengerahkan tenaga sakti yang disalurkan melalui lengan mereka dan ketika mereka menggerakkan tangan memberi hormat. Sebetulnya mereka telah melakukan penyerangan jarak jauh untuk menguji kepandaian dua orang wanita yang telah merobohkan anak buah mereka itu. Akan tetapi, betapa kaget hati mereka ketika dari gerakan tangan kedua orang wanita itupun menyambar tenaga dahsyat yang menyambut tenaga mereka dan membuat tenaga mereka membalik dan merekapun terhuyung!
Pada saat itu, terdengar suara orang. "Ciangkun lihat saja, di mana-mana anggauta pengemis Baju Hitam membikin kekacauan!"
Nampak serombongan orang datang ke tempat itu.
Pasukan yang terdiri dari belasan orang dikepalai seorang perwira datang bersama seorang laki-laki setengah tua yang juga mengenakan pakaian tambal-tambalan. Akan tetapi pakaiannya bukan berwarna hitam seperti pengemis yang lain, melainkan berkembang-kembang! Dialah yang tadi bicara dengan lantang kepada komandan pasukan kecil itu.
Melihat yang datang rombongan penjaga keamanan, dua orang pengemis baju hitam yang sudah dapat menguasai diri mereka karena terkejut mendapat sambutan dua orang wanita itu, lalu memberi hormat kepada komandan pasukan dan pengemis baju kembang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sobat dari Hwa I Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Baju
Kembang), kenapa menuduh yang bukan"bukan kepada kami
segolongan?" kata pengemis baju hitam yang tinggi kurus.
Pengemis baju kembang yang tinggi besar dan bermuka
hitam itu tersenyum mengejek. "Sobat-sobat dari Hek I Kai-
pang, aku bukan menuduh yang tidak-tidak kepada orang
segolongan. Akan tetapi, semua orang di kedai ini tahu belaka
betapa anggauta kalian ini tadi memaksa ketika minta
sedekah, kemudian bahkan menggoda dua orang nona ini.
Bukankah itu berarti bahwa para pengemis Hek I Kai-pang
adalah orang-orang yang suka membuat kekacauan?"
Dua orang pengemis baju hitam memandang ke sekeliling
dan melihat betapa semua orang mengangguk dan
membenarkan ucapan pengemis baju kembang, mereka
menghela napas dan pengemis tinggi kurus berkata,
"Anggauta perkumpulan kami telah membuat kesalahan.
Akan tetapi dia sudah menebus dengan nyawanya, sudah
terhukum. Biarlah ini menjadi peringatan bagi kami agar kami
lebih ketat mengawasi anak buah kami. Ciangkun, maafkan,
kami akan membawa pergi mayat anggauta kami."
Setelah berkata demikian, si gemuk pendek memondong
tubuh pengemis yang telah mati itu, dan setelah keduanya
memandang sejenak kepada Sui In dan Bwe Li, mereka lalu
pergi dari situ dengan cepat.
"Ciangkun, seharusnya mereka berdua tadi ditangkap saja
untuk dihadapkan ke pengadilan." kata pengemis baju
kembang kepada perwira yang memimpin pasukan penjaga
keamanan. Perwira itu menggeleng kepala. "Yang bersalah sudah mati.
Dua orang pengemis baju hitam itu tidak melakukan
kesalahan apapun, bagaimana kami dapat menangkapnya"
Sudahlah, selama ini tidak ada pengemis baju hitam yang
membuat kekacauan." Sui In segera membayar harga makanan, dan memberi
isyarat kepada sumoinya untuk cepat meninggalkan tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Ketika sucinya mengajak ia berlari menyelinap dalam
kegelapan, Bwe Li bertanya lirih, "Ada apakah, suci?"
"Ssttt, kita membayangi para pengemis baju hitam itu,"
kata Sui In. Mereka berdua mempergunakan ilmu kepandaian
mereka dan sebentar saja mereka telah dapat menyusul dua
orang pengemis baju hitam yang memondong tubuh anak
buah mereka yang telah menjadi mayat itu.
Dua orang baju hitam itu keluar dari kota melalui pintu
gerbang sebelah barat dan kurang lebih tiga li kemudian dari
kota, mereka memasuki sebuah perkampungan di mana
terdapat rumah-rumah yang cukup besar. Kiranya Hek I Kai-
pang mempunyai perkampungan para pengemis baju hitam di
situ, dan di tengah perkampungan berdiri sebuah gedung
yang cukup besar dan cukup megah, dikelilingi rumah-rumah
yang lebih kecil. Ketika dua orang pengemis itu masuk memondong mayat
seorang pengemis baju hitam, gegerlah perkampungan itu.
Mereka semua mengikuti dua orang pengemis itu menuju ke
gedung besar dan memasuki ruangan yang luas di mana telah
menunggu ketua mereka yang sudah lebih dulu dlberitahu.
Karena mereka semua mencurahkan perhatian kepada dua
orang pengemis yang memondong mayat seorang rekan
mereka, maka para pengemis baju hitam itu menjadi lengah.
Hal ini tentu saja memudahkan Sui In dan Lili yang
mempergunakan ilmu kepandaian mereka menyelinap
memasuki perkampungan itu dan mereka sudah mengintai ke
dalam ruangan dari atas atap.
Lebih dari duapuluh orang berada di ruangan itu. tentu
mereka ini adalah tokoh-tokoh Hek I Kai-pang, pikir Sui In,
karena ia melihat betapa lebih banyak lagi pengemis yang
berada di luar ruangan itu. Di sebuah kursi yang agak tinggi
duduk seorang kakek pengemis yang usianya kurang lebih
enampuluh tahun, bertubuh tinggi besar dan wajahnya
membayangkan kegagahan, mukanya berbentuk persegi dan
matanya lebar, kumis dan jenggotnya teratur rapi walaupun
pakaiannya sederhana sekali, yaitu dari kain berwarna hitam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau ada perbedaan dengan para anak buahnya, perbedaan
itu hanya karena di ikat pinggangnya terselip sebatang
tongkat hitam yang panjangnya tiga kaki dan besarnya seibu
jari kaki. "Ceritakan apa yang terjadi," kata ketua itu kepada dua
orang pengemis yang tadi membawa mayat pengemis muda
berbaju hitam ke dalam ruangan itu. Mayat itu kini rebah
telentang di depan mereka.
Si pengemis tinggi kurus bercerita singkat. "Ketika kami
berdua lewat di depan kedai nasi itu, kami melihat anak buah
kita ini dirobohkan seorang di antara dua wanita yang sedang
makan di kedai. Kami mendekat dan ternyata dia ini sudah
berkelonjotan sekarat, kedua pipi ditembusi sebatang sumpit.
Dengan hati"hati kami menguji kepandaian mereka dan
ternyata mereka itu amat lihai. Dalam menguji dengan sin-
kang (tenaga sakti), kami bukan tandingan dua orang wanita
itu. Dan pada saat itu, sebelum kami bergerak lebih jauh,
muncul Lui-pangcu (ketua Lui), seorang di antara tokoh Hwa I
Kai-pang. Dia datang bersama sepasukan penjaga keamanan
dan dia menuduh kita sebagai kai-pang yang suka membikin
kacau. Bahkan kemudian dia mengatakan bahwa anak buah
kita ini telah melakukan pemerasan di kedai itu, dan
mengganggu kedua orang tamu wanita itu. Semua orang yang
berada di sana membenarkan keterangan itu, maka kami
segera minta maaf dan membawa jenazah ini ke sini untuk
menerima petunjuk dari pangcu (ketua)."
Pengemis tinggi besar itu adalah ketua umum dari Hek I
Kai-pang. Namanya Souw Kiat dan dialah ketua umum yang
menguasai seluruh anggauta Hek I Kai-pang di daerah barat
dan merupakan seorang di antara empat pemimpin kai-pang
terbesar di empat penjuru. Sikapnya tenang dan berwibawa,
dan mendengar laporan itu tidak timbul emosinya. Dia tetap
tenang, lalu memandang ke arah mayat yang rebah di atas
lantai. "Hemm, sumpit yang menembus kedua pipi itu tidak
mungkin membunuhnya. Ji-pangcu (ketua Ji ), coba periksa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang menyebabkan dia mati," perintah ketua umum itu
kepada seorang di antara ketua cabang yang dia tahu ahli
dalam hal pengobatan. Seorang pengemis tua bertubuh kurus kering segera
berjongkok dan memeriksa jenazah itu. Diperiksanya muka
yang ditembusi sumpit dari pipi yang satu ke pipi yang lain itu
dan dia membenarkan pendapat ketua umum bahwa sumpit
itu bukan yang menyebabkan kematian. Dia lalu merobek baju
di bagian dada untuk memeriksa. Dan, tepat di bawah,
tenggorokan, di dada bagian atas, nampak tanda seperti tiga
bintik kecil yang warnanya biru menghitam.
"Pangcu, yang menyebabkan kematiannya adalah tiga
batang jarum yang menembus bajunya dan memasuki
dadanya," Ji-pangcu melapor kepada atasannya.
"Hemm, melihat sumpit itu, jelas bahwa penyambitnya
seorang yang berilmu tinggi, akan tetapi kenapa ia
menggunakan jarum beracun pula untuk membunuhnya"
Kalau sambitan itu dinaikkan sedikit saja, tentu orang inipun
akan tewas seketika!" kata Souw-pangcu dengan alis berkerut.
Tiba-tiba nampak dua bayangan orang berkelebat dan
tahu-tahu dl tengah ruangan itu sudah berdiri dua orang
wanita cantik. Melihat Sui In dan Bwe Li, dua orang pengemis
yang tadi membawa jenazah itu pulang, terkejut bukan main.
"Kami tidak menggunakan jarum beracun!" kata Sui In
dengan suara lantang namun lembut.
"Pangcu..... mereka ..... mereka inilah dua orang tamu di
kedai itu .......," kata pengemis tinggi kurus.
Souw Kiat sejenak memandang kepada dua orang wanita
itu penuh perhatian dan diam-diam dia kagum dan terkejut.
Dua orang wanita ini memasuki ruangan seperti siluman saja.
Dia sendiri yang biasanya amat peka dan hati-hati, sama
sekali tidak tahu akan kedatangan mereka. Dan mereka ini
masih muda, wanita pula, akan tetapi telah memiliki
kepandaian yang demikian luar biasa. Dia lalu membentak
para pembantunya yang nampak siap siaga dengan sikap
menantang ketika mendengar bahwa dua orang wanita ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuh anak buah mereka, "Kalian semua mundur dan
sediakan tempat duduk untuk kedua lihiap (pendekar wanita)
ini!"Setelah berkata demikian, Souw Kiat lalu memberi hormat
kepada Sui In dan Bwe Li, memberi hormat dengan sungguh,
bukan seperti dua orang pembantunya tadi yang memberi
hormat untuk menguji kekuatan.
"Selamat datang di tempat tinggal kami, ji-wi li-hiap
(pendekar wanita berdua). Saya Souw Kiat ketua Hek I Kai-
pang, merasa girang sekali bahwa ji-wi sudi datang
berkunjung. Tentu ji-wi akan memberi penjelasan tentang
peristiwa yang terjadi di kedai nasi itu, bukan?"
Melihat sikap gagah dan sopan dari ketua itu, baik Sui In
maupun Bwe Li merasa senang dan tidak jadi marah yang tadi
tlmbul melihat sikap para pimpinan pengemis di situ yang
memandang marah dan siap mepgeroyok itu. Sui In
mengangguk. "Bukan hanya memberi penjelasan, juga kami minta
penjelasan tentang kai-pang pada umumnya." suara Sui In
tenang, lembut namun penuh wlbawa.
"Silakan duduk, ji-wi li-hiap," kata Souw Kiat yang
disambungnya setelah mereka duduk. "Bolehkah kami
mengetahui siapa nama ji wi dan dari partai mana?"
"Cukup kau ketahui bahwa aku she Cu dan ini sumoi ku she
Tang. Souw-pangcu, seperti diceritakan dua orang
pembantumu tadi, pengemis ini tadi mengganggu kami di
kedai nasi ketika kami sedang makan. Karena dia kurang ajar
sekali, maka aku telah melukainya dengan sumpit. Akan
tetapi, bukan aku yang membunuhnya dengan jarum beracun
walaupun aku memiliki pula jarum beracun, dan untuk
membuktikan, dapat dibandingkan jarumku dengan jarum
yang membunuh itu." Tiba-tiba nampak tangan kiri Sui In bergerak, tidak terlihat
ia melemparkan jarum, akan tetapi ketika semua orang
memandang, di dada mayat yang bajunya masih terbuka itu
nampak pula tiga titik baru di dekat tiga titik yang lama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi kalau tiga titik yang lama itu dikelilingi warna
kehitaman pada tltik-tltik yang baru itu nampak jelas betapa
kulit dan daging yang tertembus jarum itu mencair seperti
terbakar! Tentu saja semua orang terkejut bukan main.
"Ahhh ..... jarum-jarummu mengandung racun yang lebih
dahsyat lagi, Cu-lihiap!" seru ketua itu.
Sui In tersenyum dingin, "Ini hanya untuk membuktikan
bahwa aku bukan pembunuh anak buahmu, pangcu. Dan
sekarang, sebelum bicara lebih lanjut, aku ingin sekali
mengetahui bagaimana pertanggungan jawabanmu kalau ada
anak buahmu yang begini menjemukan, melakukan kekerasan
ketika mengemis, dan mengganggu wanita, mengandalkan
kepandaiannya yang masih amat dangkal itu!"
Wajah Souw Kiat berubah kemerahan. Ucapan itu
walaupun lembut, namun sungguh tajam seperti pedang
menusuk ulu hatinya. Sinar matanya menjadi keras dan marah
ketika dia memandang ke sekeliling, ke arah para
pembantunya. "Kalian semua lihat baik-baik, anak buah siapa
jahanam yang membikin malu nama Hek I Kai-pang ini!"
Duapuluh empat orang ketua cabang itu segera
menghampiri mayat dan melakukan pemeriksaan dengan teliti.
Akan tetapi, satu demi satu mereka mundur lagi dan
menggelengkan kepala. Akhirnya, duapuluh empat orangi itu
semua menyangkal dan tidak ada yang mengakui mayat itu
sebagai bekas anggauta mereka. Melihat ulah itu, Lili yang
nakal dan galak lalu berkata kepada sucinya, cukup keras
sehingga terdengar oleh semua orang.
"Suci, pernahkah engkau mendengar ada orang berani


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengakui cacat cela dan kesalahannya" Aku sendiri belum
pernah!" Sui In menjawab dengan suara dingin, "Yang berani
melakukan pengakuan seperti itu hanyalah orang-orang gagah
saja, sumoi." Mendengar ini, wajah Souw Kiat menjadi semakin merah.
Matanya melotot dan dia memandang kepada dua orang
wanita itu. "Ji-wi li-hiap, bukan watak kami untuk menyangkal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan yang kami lakukan. Kalau para pembantuku ini
mengatakan tidak, berarti memang tidak! Kami bukan
pengecut! Akan tetapi kalau ji-wi tidak percaya, kamipun tidak
dapat memaksa." Cu Sul In adalah seorang tokoh persilatan yang sudah
banyak pengalaman dan-ia terkenal amat cerdik. Dengan
tajam matanya tadi menatap semua wajah pimpinan para
pengemis ketika mereka satu demi satu memeriksa mayat itu,
dan iapun mengamati wajah Hek I Kai-pangcu dengan
seksama. Ia percaya bahwa mereka memang tidak berpura-pura, dan
ia teringat akan peristiwa yang terjadi di kedai itu. Sikap
pengemis baju hitam yang tewas itu terlalu menyolok, terlalu
berani dan tidak sesuai dengan kepandaiannya yang tidak
berapa hebat, seolah-olah dia sengaja hendak menarik
perhatian dengan perbuatan dan sikapnya yang jahat dan
membuat kekacauan. Kemudian muncul pengemis baju kembang dan sepasukan
penjaga keamanan yang agaknya sengaja memburukkan
pengemis baju hitam. Dan pembunuhan rahasia terhadap
pengemis yang mengacau itu! Semua itu merupakan
serangkaian peristiwa yang kait mengait dan pasti ada apa-
apanya. "Pangcu, apakah Hek I Kai-pang di Lok-yang mempunyai
musuh-musuh?" tiba-tiba Sui In bertanya. Souw Kiat dan para
pembantunya memandang wanita cantik itu dengan heran.
Karya : Kho Ping Hoo (1984)
Ebook by Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 SOUW KIAT lalu menggeleng kepala. "Sepanjang yang kami
ketahui, Hek I Kai-pang tidak mempunyai musuh. Musuh kami
hanyalah orang-orang Mongol, akan tetapi setelah mereka
diusir, kami tidak mempunyai musuh. Kenapa li-hiap bertanya
tentang itu ?" "Jawab sajalah," kata Sui In berwibawa, "Bagaimana
dengan Hwa I Kai-pang" Apakah mereka bukan musuh Hek I
Kai-pang?" Souw Kiat saling pandang dengan para pimpinan cabang.
"Hwa I Kai-pang" Aih, lihiap, Hwa I Kai-pang adalah
segolongan dengan kami. Mereka adalah rekan-rekan kami
dan Hwa I Kai-pang adalah perkumpulan yang menguasai
daerah timur, sedangkan kami menguasai daerah barat.
Batasnya justeru di Lok-yang ini, maka di kota ini terdapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggauta-anggauta kedua perkumpulan. Akan tetapi di antara
kami tidak pernah ada permusuhan."
"Hemm, kulihat tadi sikap pengemis baju kembang itu tidak
bersahabat terhadap pengemis baju hitam. Bahkan dia
memburukkan Hek I Kai-pang di depan umum dan di depan
perwira yang memimpin pasukan penjaga keamanan." Sui In
mendesak. Souw Kiat mengerutkan alisnya. "Hemmm, terus terang
saja, lihiap, memang ada persaingan di antara kami, maklum
karena Lok-yang merupakan perbatasan. Kami sama-sama
ingin agar hubungan kami lebih dekat dengan para penguasa,
dan mendapat nama baik di kota sehingga banyak hartawan
suka menderma kepada kami. Hanya persaingan, akan tetapi
bukan permusuhan, tidak pernah terjadi bentrokan ...." dia
berhenti dan mengamati wajah cantik itu. "Akan tetapi
kenapakah, lihiap?" "Orang ini bukan anggauta Hek I Kai-pang akan tetapi dia
memakai pakaian Hek I Kai-pang dan mengaku anggauta. Dia
bersikap jahat dan membuat kekacauan di tempat umum yang
ramai. Kemudian, dia dibunuh secara rahasia dan kebetulan
sekali di sana muncul pasukan penjaga keamanan yang
menyaksikan kejahatan yang dilakukan anggauta Hek I Kai-
pang, diperkuat oleh pengakuan semua orang yang berada di
sana. Nah, kalau orang ini benar bukan anggauta Hek I Kai-
pang, kemungkinannya hanya satu, yaitu bahwa orang ini
palsu sengaja dibayar oleh pihak yang ingin memburukkan
nama Hek I Kai-pang, lalu membunuhnya agar dia tidak
membocorkan rahasia itu."
"Ahhh ....." Souw Kiat dan para pembantunya berseru
kaget dan penasaran. "Tapi ...... tapi ......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Souw pangcu, ceritakan, apakah di antara Hek I Kai-pang dan Hwa I Kai-pang terjadi perebutan sesuatu" Sekarang atau dalam waktu dekat ini?"
Souw Kiat mengerutkan alisnya, "Tidak ada perebutan sesuatu atau ..... ah, mungkinkah" Dalam waktu dekat ini, sebulan lagi, seluruh kai-pang di empat penjuru memang sedang direncanakan mengadakan pertemuan besar dan kami semua sudah sepakat untuk mengangkat atau menunjuK
seseorang untuk menjadi pemimpin besar kai-pang yang menjadi atasan atau penasihat dari semua ketua empat kaipang terbesar di empat penjuru. Tapi ....... ... "
"Souw-pangcu, ceritakan kepadaku tentang semua itu, tentang keadaan semua kai-pang dan apa yang akan dibicarakan dalam pertemuan itu, dan siapa pula sekarang yang menjadi pemimpin besar kai-pang."
Kini ketua Hek I Kai-pang mengubah sikapnya dan menatap tajam wajah Sui In. Kemudian, terdengar suaranya yang tegas. "Maaf, Cu-lihiap. Semua itu adalah urusan pribadi kaipang, tidak ada sangkut-pautnya dengan lihiap. Kami tidak boleh bicara tentang urusan dalam kai-pang kepada orang luar. Dan pula, untuk apa lihiap hendak mengetahui semua itu" Tidak ada manfaatnya bagi lihiap."
"Souw-pangcu. Ketahuilah bahwa aku telah mengambil keputusan untuk mendapat dukungan Hek I Kai-pang, bahkan mewakili Hek I Kai-pang dalam pemilihan pemimpin besar kaipang nanti."
Tentu saja ketua itu terkejut, dan para pembantunya juga memandang heran dan kaget. "Ah, apa maksud lihiap"
Bagaimana mungkin lihiap sebagai orang luar dapat mewakili perkumpulan kami" Dan dukungan apa yang dapat kami berikan kepada lihiap?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja mungkin kalau memang engkau sebagai ketua
Hek I Kai-pang menyetujui, pangcu. Aku dan sumoiku dapat
saja menjadi anggauta rombongan Hek I Kai-pang dalam
pertemuan rapat besar itu. Adapun dukungan yang kuminta
itu agar Hek I Kai-pang mendukung dipilihnya calon yang akan
kuajukan dalam rapat itu, yaitu calon pemimpin besar kai-
pang!" Souw Kiat bangkit dari tempat duduknya, alisnya berkerut
dan mukanya berubah merah. Juga para pembantunya banyak
yang bangkit dan memandang kepada dua orang wanita itu
dengan marah. "Cu-lihiap, permintaanmu itu sungguh tidak mungkin!
Pemimpin besar kai-pang kelak akan mewakili kai-pang untuk
mengadakan pemilihan beng-cu di dunia persilatan!
Bagaimana seorang yang bukan pangemis dapat menjadi
calon pemimpin besar kai-pang" Dan juga lihiap tidak berhak
untuk mencampuri urusan kai-pang!"
Sui In tersenyum dingin dan memandang kepada ketua itu
dengan sinar mata tajam. "Souw Kiat, mengapa orang seperti
engkau dapat diangkat menjadi ketua Hek I Kai-pang" Tentu
karena di antara semua tokoh Hek I Kai-pang, engkau yang
paling lihai bukan?"
Souw-pangcu memandang tak senang. "Kalau benar
begitu, apa hubungannya denganmu?"
Sui In bangkit dengan tenang. "Kalau begitu, aku akan
merebut kedudukan ketua Hek I Kai-pang dari tanganmu
dengan mengalahkanmu! Kalau aku yang menjadi ketua, tentu
aku akan dapat mencalonkan pilihanku itu untuk menjadi
pemimpin besar kai-pang." Semua orang menjadi gaduh dan
bicara sendiri-sendiri mendengar ucapan wanita cantik yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka anggap keterlaluan itu. Souw-pangcu marah bukan
main, akan tetapi sebagai orang yang sudah banyak
pengalaman, dia dapat menahan diri dan berkata dengan
suara yang tegas. "Cu-lihiap, apakah sesungguhnya yang kaukehendaki! Tidak
mungkin Hek I Kai-pang mempunyai ketua seorang wanita.
Dan engkau juga bukan orang pengemis! Bagaimana mungkin
Hek I Kai-pang mempunyai ketua seorang wanita yang bukan
pengemis" Andaikata ada yang setujupun, seluruh anggauta
yang jumlahnya ratusan orang tentu akan merasa
berkeberatan!" "Hemm, kalau begitu, jangan memaksaku untuk merampas
kedudukan ketua! Akupun tidak suka menjadi ketua kaum
jembel. Aku hanya menghendaki dukungan Hek I Kai-pang
untuk memilih calonku menjadi pemimpin besar kai-pang."
"Hemm, lalu siapakah calon yang kaupilih untuk menjadi
pemimpin besar kai-pang?" Souw-pangcu bertanya, semakin
penasaran. Dengan wajah dingin namun bibirnya yang amat manis
menggairahkan itu tersenyum mengejek, Sui In berkata,
suaranya lantang terdengar semua anggauta kai-pang yang
berada di situ. "Calonnya adalah aku sendiri! Aku ingin
menjadi pemimpin besar kai-pang agar kelak aku dapat
mewakili seluruh kai-pang dalam pemilihan Beng-cu."
Semua orang terbelalak, lalu suasana menjadi gaduh. Ada
yang tertawa geli, ada yang mengomel panjang pendek, ada
pula yang berseru kagum akan keberanian wanita cantik jelita
itu. Kalau Sui In tenang-tenang saja menghadapi sikap para
pengemis itu, sebaliknya Lili menjadi marah melihat gurunya
ditertawakan orang. Biarpun sekarang Sui In telah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakak seperguruannya, namun dalam beberapa hal ia masih
menganggapnya sebagai gurunya.
"Hei i, kalian ini jembel-jembel busuk dan bau! Suci ingin
menjadi pemimpin besar kai-pang, kalian tidak cepat
menyambutnya dengan baik malah mentertawakan! Hayo
siapa yang berani menyatakan tidak setuju, boleh maju
melawan aku!" Sebetulnya karena melihat kedua orang wanita ini datang
tidak untuk memusuhi mereka, ketua Souw Kiat tidak ingin
memusuhi mereka dan menyambut mereka dengan sikap
hormat. Akan tetapi, mendengar permintaan mereka?ntuk
menjadi ketua Hek I Kai-pang dan kemudian bahkan ingin
menjadi pemimpin besar seluruh kai-pang, dia terkejut dan
merasa penasaran. Oleh karena itu, ketika wakilnya yang
bernama Lu Pi maju menghadapi gadis muda yang galak itu,
diapun mendiamkannya saja. Bagaimanapun juga, kedua
orang wanita ini harus dihadapi dengan kegagahan kalau dia
tidak ingin perkumpulannya menjadi buah tertawaan dunia
kang-ouw. Dipimpin oleh wanita muda yang cantik!
Bagaimana mungkin" Lu Pi adalah seorang laki-laki berusia tigapuluh lima tahun
yang bertubuh tinggi kurus, kelihatannya saja lemah dan
berpenyakitan, akan tetapi sesungguhnya dia seorang ahi silat
yang pandai. Dia memiliki tenaga sin-kang yang kuat, juga
memiliki gerakan yang cepat yang licin bagaikan belut.
Oleh karena kepandaiannya itu, maka dia dapat diangkat
menjadi wakil ketua Hek I Kai-pang dan merupakan tangan
kanan Souw Kiat. Orangnya pendiam akan tetapi hatinya keras
dan mendengar ucapan Lili tadi, mukanya berubah merah dan
diapun sudah meloncat ke depan dara itu. Dengan telunjuk
tangan kiri ditudingkan ke arah muka Lili, diapun membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah sombong, berani engkau menghina Hek I Kai-pang"
Aku Lu Pi, wakil ketua Hek I Kai-pang yang akan menghajarmu!" Dia melintangkan tongkat hitamnya, sama dengan tongkat hitam ketua Souw Kiat, di depan dada lalu menantang. "Hayo cepat keluarkan senjatamu!"
"Untuk apa senjata" Melawan orang macam engkau ini, dengan tangan kosongpun sudah terlalu kuat!" kata Lili dan kembali ucapannya itu membuat banyak orang terkejut. Ada yang kagum akan keberaniannya akan tetapi lebih banyak yang marah karena, gadis ini dianggap terlalu sombong.
"Sumoi, jangan bunuh orang!" kata Sui In. Ia tidak menghendaki Hek I Kai-pang mendendam kepadanya karena ia membutuhkan bantuan dan dukungan perkumpulan pengemis ini.
"Jangan khawatlr, suci. Aku hanya ingin memberi hajaran kepada anjing kurus ini."
Mendengar ucapan kedua orang wanita itu Lu Pi menjadi semakin marah. Mereka sungguh amat memandang rendah kepadanya. Dia sudah memutar tongkat hitamnya sehingga benda itu berubah menjadi gulungan sinar hitam dan dia berseru lantang.
"Bocah sombong, lihat seranganku!" Tanpa sungkan lagi dia menyerang gadis muda, yang tidak memegang senjata itu.
Wakil ketua ini adalah seorang tokoh kang-ouw yang berpengalaman. Biarpun dia marah bukan main namun dia bersikap waspada dan hati-hati karena dia maklum bahwa sikap sombong gadis itu tentu ditunjang kepandaian yang tinggi.
Setelah membentak sebagai peringatan pembukaan serangan, gulungan sinar hitam itu semakin meluas dan tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba ujung tongkatnya mencuat dari gulungan sinar itu,
menyambar dengan totokan ke arah pundak kiri Lili.
Bagaimanapun juga, Lu Pi agaknya masih teringat bahwa yang
diserangnya adalah seorang gadis belasan tahun yang tidak
bersenjata, maka serangannya pun masih lunak dan hanya
ditujukan ke pundak orang untuk menotoknya.
Namun, yang diserang enak-enak saja berdiri santai, sama
sekali tidak membuat gerakan untuk menghindarkan diri dari
totokan itu. Baru setelah ujung tongkat mendekati pundak,
tangan kanannya bergerak ke atas dan jari tengahnya
menjentik ke arah ujung tongkat yang orang menyambar
pundaknya. "Takkk!" Lu Pi terkejut bukan main ketika merasa betapa tangannya
tergetar dan hampir saja tongkat itu terlepas dari
genggamannya. Ujung jari tengah gadis itu membuat
tongkatnya terpental keras! Kini tahulah dia bahwa lawannya
bukan sekedar membual belaka. Gadis yang masih amat muda
itu ternyata memiliki ilmu kepandaian hebat dan tenaga sin-
kangnya lewat jentikan jari tadi saja sudah terbukti
kekuatannya, Diapun tidak sungkan lagi dan serangan
berikutnya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bertubi-tubi
ujung tongkatnya mengirim serangkaian totokan maut!
Akan tetapi yang diserangnya tetap tenang dan bahkan
enak-enak saja. Lili telah dapat mengukur tingkat kepandaian
lawan dan iapun bergerak dengan santai saja, bahkan kedua
kakinya jarang digeser, hanya kedua lengannya saja yang
bergerak seperti dua ekor ular. Begitu lentur dan begitu aneh
gerakan lengannya, sungguh mirip dua ekor ular menari-nari
dengan kepala terangkat. Dan ke manapun ujung tongkat
menotok, selalu bertemu dengan "kepala" dua ekor ular itu
yang setiap kali menangkis membuat tongkat terpental.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika tongkat kembali meluncur, kini menusuk ke arah
tenggorokan gadis itu, Lili menangkis dengan tangan
kanannya, sekaligus menangkap ujung tongkat dengan
tangannya, gerakannya seperti ular yang membuka
moncongnya dan menggigit. Ujung tongkat tertangkap dan
sebelum Lu Pi dapat menarik kembali tongkatnya, pergelangan
tangannya kena diketuk oleh jari tangan kiri Lili. Seketika
lengan kanan itu menjadi lumpuh dan dengan amat
mudahnya, tongkat hitam itu sudah berpindah ke tangan Lili.
Gadis itu menggunakan tongkat rampasannya untuk
menyerang. Gerakannya aneh dan cepat dan tubuh Lu Pi
menjadi bulan-bulan tongkatnya sendiri. Biarpun dia berusaha
untuk mengelak dan menangkis, tetap saja gerakannya kalah
cepat dan terdengas suara bak-bik-buk ketika tongkat itu
menggebuki kepala, punggung, dan pinggulnya. Pukulan itu
datang bertubi-tubi dan akhirnya tubuh Lu Pi terpelanting
roboh. Setelah lawannya roboh tanpa menderita luka parah,


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barulah Lili menghentikan pukulan tongkat. Dia lalu meremas
tongkat itu dengan kedua tangannya. Bagian yang diremas itu
menjadi hancur berkeping dan ia lalu melemparkan sisa
tongkat dan remukannya ke arah tubuh Lu Pi yang mulai
merangkak bangun, lalu ia menepuk-nepuk kedua tangannya
membersihkan telapak tangan dari remukan kayu tongkat!
Sikapnya angkuh dan memandang rendah sekali.
Semua anggauta kai-pang memandang dengan mata
terbelalak. Hampir mereka tidak dapat percaya bahwa wakil
ketua mereka yang amat lihai dengan tongkatnya itu, dalam
beberapa gebrakan saja roboh, bahkan setelah dipermainkan
oleh dara remaja ltu, seperti seorang dewasa mempermainkan
seorang kanak-kanak saja! Lu Pi juga tahu diri. Dia maklum
sepenuhnya bahwa dia bukanlah lawan gadis itu, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan muka pucat dan kepala ditundukkan, diapun mundur
ke sudut. Kini Lili menghadapi Souw Kiat dan berkata dengan nada
meremehkan. "Nah, pangcu. Apakah engkau juga masih
berkeras tidak mau menyerahkan kedudukan kepada suciku
ini?" Wajah Souw Kiat nampak suram. Diapun sudah melihat
sendiri kekalahan wakilnya dan diapun tahu bahwa melawan
gadis remaja itu saja, dia tidak akan menang, Dia tidak
sanggup mengalahkan Lu Pi seperti yang dilakukan gadis itu,
sedemikian mudahnya! Apa lagi kalau harus melawan kakak
seperguruan gadis itu, seorang wanita yang tidak muda lagi
walaupun masih nampak segar dan cantik, yang tentu lebih
lihai lagi dibandingkan adik seperguruannya.
"Aku Souw Kiat menjadi Hek I Kai-pangcu mengandalkan
kepandaian silatku. Kalau ada yang hendak merampas
kedudukan ini, harus juga melalui adu kepandaian," katanya
akan tetapi dengan lemah seolah-olah tidak bersemangat.
"Kalau begitu bangkitlah dan mari kita mengadu
kepandaian!" tantang Lili.
"Sumoi, apakah engkau ingin menjadi ketua Perkumpulan
pengemis ini?" tanya Sui In.
Lili terbelalak dan menggeleng kepala kuat-kuat. "Aih, siapa
ingin mengetuai para jembel ini, suci" Tidak, aku hanya
mewakilimu merampas kedudukan ketua di sini!"
"Kalau tidak, mundurlah, sumoi. Aku yang ingin menjadi
ketua, maka harus aku pula yang merampas kedudukan itu
dari tangan Souw-pangcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tenang Sui In bangkit dan melangkah ke tengah ruangan itu, lalu memandang kepada Souw Kiat dan berkata,
"Souw-pangcu, aku Cu Sui In menantangmu untuk mengadu kepandaian untuk menentukan siapa yang lebih pantas menjadi ketua Hek I Kai-pang!"
Souw Kiat bangkit dan dengan lemas dia melangkah ke tengah ruangan menghadapi wanita cantik itu. Dia maklum bahwa kedudukannya terancam.
Souw Kiat memberi hormat dan berkata. "Cu-lihiap, sungguh sikap lihiap ini amat membingungkan hati kami.
Bagaimana seorang wanita cantik seperti lihiap begitu ingin menjadi pemimpin besar kai-pang" Apakah alasannya" Dan sebelum kita bertanding, kalau boleh kami mengetahui, dari partai manakah lihiap datang" Kami Hek I Kai-pang selalu menghargai kegagahan dan ingin bersahabat dengan semua golongan."
"Sudah kukatakan tadi, aku ingin menjadi ketua Hek I Kaipang agar aku mendapat dukungan kalau ada pemilihan pemimpin besar Kai-pang. Tujuanku bukan menjadi pemimpin besar kai-pang, melainkan agar aku dapat mewakili seluruh kai-pang untuk mengadakan pemilihan beng-cu."
Souw Kiat terbelalak. "Apakah ..... apakah" lihiap yang semuda ini berkeinginan menjadi beng-cu?"
Sui In menggeleng kepala. "Bukan aku calon beng-cu, melainkan ayahku."
"Siapakah ayah lihiap" Bolehkah kami mengetahui nama besarnya?"
"Ayahku adalah See-thian Coa-ong Cu Kiat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, terdengar seruan-seruan kaget dan Souw Kiat sendiri segera memberi hormat lagi kepada Sui In. "Ah, kiranya lihiap puteri locianpwe See-thian Coa-ong!"
"Lu-siauwte, engkau tidak perlu merasa penasaran! Engkau telah dikalahkan seorang murid dari locianpwe See-thian Coa-ong!" seru ketua Hek I Kai-pang itu kepada wakilnya dan wajah Lu Pi yang tadinya muram kini berseri. Kalau dikalahkan seorang murid dari datuk besar itu tentu saja lain halnya.
Namanya tidak akan rusak, berarti dia tidak dikalahkan oleh gadis sembarangan!
"Cu-lihiap, kalau begitu kiranya tidak perlu lihiap menjadi ketua Hek I Kai-pang. Kelak kalau ada pemilihan pimpinan seluruh kai-pang, lihiap akan kami dukung sebagai calon."
"Souw-toako, bagaimana mungkin itu" Kalau Cu-lihiap bukan ketua kai-pang, bahkan bukan anggauta, bagaimana mungkin diajukan sebagai calon pemimpin seluruh kai-pang?"
Lu-pangcu mengingatkan ketuanya.
Souw Kiat mengangguk dan mengerutkan alisnya. "Benar juga ucapan Lu-siauwte. Bagaimana mungkin kami kelak mendukung kalau lihiap bukan seorang ketua ?" Dia menghela napas panjang. "Agaknya tidak dapat dihindarkan lagi, terpaksa aku mohon petunjukmu, lihiap. Kalau aku kalah, maka barulah lihiap berhak menjadi ketua Hek I Kai-pang."
"Hemm, silakan maju, pangcu," kata Sui In dan dengan sikap tenang ia menanti ketua itu untuk bergerak menyerang.
Akan tetapi Souw Kiat nampak tidak bersemangat. Begitu mendengar bahwa, wanita cantik ini puteri See-thian Coa-ong, dia sudah menjadi jerih. Apa lagi tadi ia melihat wakilnya dengan amat mudah dikalahkan sumoi dari wanita ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cu-lihiap, dalam hal ilmu silat aku tidak akan menang melawanmu. Akan tetapi kalau lihiap mampu mengalahkan aku dalam hal tenaga sin-kang, aku akan mengaku kalah, dan akan merasa bangga mempunyai ketua baru seperti lihiap."
Sui In tersenyum. "Baik, kau mulailah!"
Ketua Hek I Kai-pang yang bertubuh tinggi besar itu lalu berdiri tegak, kedua lengannya diangkat ke atas kedua tangan dikembangkan dan diapun mengerahkan tenaga, membuat gerakan seperti memetik buah-buah dari atas, kemudian kedua tangan diturunkan ke bawah dan terdengar bunyi tulang-tulang lengannya berkerotokan. Kedua tangannya berkembang ke bawah dan kembali membuat gerakan seperti mencabuti rumput-rumput dari bawah, kemudian kedua tangan naik lagi. dengan jari-jari terbuka menempel di kanan kiri pinggang. Mukanya berubah merah, seluruh tubuhnya tergetar, terisi tenaga sin-kang yang dihimpunnya tadi.
Sui In maklum bahwa lawan telah mengumpulkan tenaga sakti dan siap menyerangnya, maka iapun mengangkat kedua tangan ke atas, lurus, lain kedua tangan itu turun membuat gerakan melengkung seperti membentuk lingkaran, berhenti di depan dada seperti memondong anak, perlahan-lahan kedua tangan itu diturunkan ke kanan kiri tubuh, tergantung lepas dan lurus seperti tidak bertenaga lagi. Ia tersenyum dan berkata, "Aku telah siap, pang-cu. Mulailah!"
Souw Kiat tidak menjawab, melangkah maju sampai dekat di depan wanita itu. Hidungnya mencium keharuman yang keluar dari pakaian Sui In dan dengan cepat dia mematikan penciuman itu agar tidak mengganggu konsentrasinya.
Kemudian, sambil mengerahkan tenaga dari bawah pusar, disalurkannya ke seluruh kedua lengannya, diapun membuat gerakan mendorong dengan kedua tangan terbuka, ke arah dada Sui In. Terdengar angin yang dahsyat menyambar keluar dari kedua tangan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui In segera menyambutnya dengan kedua tangan pula
yang diluruskan ke depan, dengan jari terbuka pula.
"Plakkkk" Dua pasang telapak tangan itu saling bertemu,
melekat dan mulailah keduanya mengerahkan tenaga sakti
mereka untuk saling mendorong dan mengalahkan lawan.
Nampaknya kedua orang itu seperti main-main saja, namun
semua orang maklum bahwa adu tenaga yang dilakukan
secara diam tanpa bergerak ini bahkan lebih berbahaya dari
pada adu silat yang penuh pukulan, tendangan, elakan dan
tangkisan. Souw Kiat memang cerdik. Melihat ilmu silat Lili tadi saja,
dia tahu bahwa dalam ilmu silat dia bukan tandingan wanita
cantik ini. Akan tetapi dia memiliki sin-kang yang terkenal
kuat, maka dia hendak mencari kemenangan melalui adu
tenaga sakti. Ketika mula-mula kedua telapak tangannya
bertemu dengan tangan wanita itu, dia merasa betapa telapak
tangan itu lembut, lunak dan hangat. Dia lalu mengerahkan
tenaga untuk mendorong, akan tetapi bertemu dengan tenaga
lunak itu, tenaganya seperti batu ditekankan ke air,
tenggelam! Kemudian, telapak tangan yang halus itu menjadi
panas sekali. Souw Kiat cepat mengerahkan tenaganya untuk
melawan hawa panas yang seperti membakar telapak
tangannya. Namun, kedua telapak tangan halus itu makin
lama semakin panas dan ada tenaga dorongan yang amat
kuat keluar dari tangan itu. Souw Kiat mengerahkan seluruh
tenaga untuk bertahan dan tak lama kemudian, dahi dan
lehernya sudah penuh keringat, dan dari kepalanya mengepul
uap. Merasa betapa kedua kakinya mulai goyah dan kuda-
kudanya terbongkar, dia makin mempertahankan sekuat
tenaga. Semua orang yang menyaksikan pertandingan ini,
walaupun tidak dapat merasakan, namun dapat melihat
perbedaan antara kedua orang yang sedang bertanding sin-
kang itu. Kalau Souw Kiat berpeluh, kepalanya beruap dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya sebentar merah sebentar pucat, wanita cantik itu
masih tenang saja, nampak santai dan tersenyum mengejek.
Tiba-tiba Sui In mengeluarkan bentakan melengking dan
tubuh Souw Kiat terangkat ke atas Kedua kakinya naik sampai
satu meter dari tanah! Biarpun Souw Kiat berusaha untuk
membuat tubuhnya menjadi berat, tetap saja dia tidak mampu
menandingi tenaga yang mengangkat tubuhnya itu. Mukanya
berubah pucat karena dia berada dalam bahaya maut!
Kalau dilanjutkan adu tenaga sin-kang ini, dia akan terpukul
oleh tenaganya sendiri yang membalik dan akan terluka parah,
mungkin tewas. Dia berusaha melepaskan kedua tangan dari
tangan lawan, namun dua pasang tangan yang bertemu itu
seperti telah melekat dan tidak dapat dipisahkan lagi!
Mendadak, Sui In mengeluarkan bentakan nyaring, kedua
tangannya mendorong dan tubuh Souw Kiat terlempar sampai
empat lima meter jauhnya dan tubuhnya terbanting keras di
atas lantai. Dia menderita nyeri pada pinggul yang terbanting,
akan tetapi tidak menderlta luka dalam. Tahulah dia bahwa
wanita itu selain sakti, juga tidak mempunyai niat buruk
terhadap dirinya yang tadi sudah berada di ambang maut,
Diapun bangkit, memberi hormat dengan hati kagum dan
berkata, "Saya mengaku kalah dan terima kasih atas
pengampunan lihiap."
"Hemm, sekarang engkau membolehkan aku menjadi ketua
Hek I Kai-pang" Atau masih ada anggauta kai-pang lainnya
yang merasa tidak suka?" tanya Sui In.
Tidak ada seorangpun yang berani menjawab. Bahkan
mereka harus mengakui bahwa wanita cantik ini jauh lebih
lihai dari pada pangcu mereka, dan sudah sepatutnya menjadi
ketua baru. Akan tetapi, merekapun tidak suka mendukungnya
karena Hek I Kai-pang tentu akan menjadi bahan tertawaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para kai-pang yang lain kalau mereka mendengar bahwa Hek I
Kai-pang diketuai oleh seorang wanita muda yang cantik.
"Cu-lihiap, saya dan seluruh anggauta Hek I Kai-pang,
tentu akan suka sekali kalau lihiap memimpin kami. Akan
tetapi saya khawatir justeru Cu-lihiap sendiri yang tidak mau
menjadi ketua kami."
Lili bangkit dari tempat duduknya dan menudingkan
telunjuk kanannya ke arah Souw Kiat. "Hei , Souw-pangcu.
Jangan kau plintat-plintut! Hek I Kai-pang selama ini dipimpin
oleh orang-orang yang tidak becus, maka mudah saja menjadi
permainan perkumpulan lain seperti Hwa I Kai-pang.
Sekarang, suci dengan mudah mengalahkanmu, maka ia
berhak menjadi pangcu. Kenapa engkau malah mengatakan
bahwa suci tidak mau menjadi ketua" Omongan macam apa
itu ?" "Harap ji-wi lihiap (berdua pendekar wanita) tidak salah
paham dan suka mendengarkan keterangan kami," kata Souw
Kiat. "Hek I Kai-pang sejak puluhan tahun telah mempunyai
suatu peraturan tertentu yang sama sekali tidak boleh
dilanggar mengenai pengangkatan seorang ketua baru. Selain
seorang ketua baru harus menjadi orang yang paling tinggi
ilmu kepandaiannya di antara seluruh anggauta, juga sebagai
ketua baru dia harus lebih dahulu melakukan sendiri pekerjaan
mengemis selama satu bulan, dan dia tidak boleh
mengenakan pakaian lain kecuali pakaian hitam. Nah, apakah
Cu-lihiap suka memenuhi syarat dalam peraturan itu?"
Dua orang wanita itu saling pandang. Lili tertawa akan
tetapi sucinya cemberut dan mengerutkan al snya "Mengemis"
Sebulan dan selalu berpakaian hitam" Wah, aku tidak suka
melakukan itu, Souw-pangcul" katanya kemudian. "Akan tetapi aku tetap ingin didukung oleh Hek I Kai-pang dalam pemilihan
pemimpin besar kai-pang nanti!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini ketua dan wakil ketua Hek I Kai-pang yang
mengerutkan alis dengan bingung.
Tiba-tiba Lu Pi memandang kepada ketuanya dengan wajah
berseri. "Ah, hal itu bisa diatur, Souw-toako! Dalam peraturan
kita, tidak ada disebut tentang ketua kehormatan! Maka, kita
dapat mengangkat Cu-lihiap dan Tang-lihiap sebagai ketua
dan wakil ketua kehormatan. Karena tidak ada dalam
peraturan, maka mereka tidak terikat oleh peraturan dan
persyaratan itu. Dan kelak, dalam pemilihan, tentu kita dapat
mendukung Cu-lihiap sebagai calon pemimpin besar kai-pang
karena mereka telah kita terima sebagai ketua-ketua
kehormatan!" "Bagus sekali! Engkau benar, siauw-te. Nah, ji-wi lihiap
mendengar sendiri usul Lu-siauwte yang amat baik. Apakah ji-
wi juga setuju dengan usul itu?"
Sui In mengangguk, "Teserah kepada kalian. Bagiku yang
terpenting, kalian harus mendukung aku dalam pemilihan
pemimpin kai-pang." Untuk menghormati ketua dan wakil ketua kehormatan itu,
Souw-Pangcu dan Lu-Pangcu lalu mengadakan penyambutan
dengan pesta. Dan dalam kesempatan ini, Souw Kiat
menceritakan tentang keadaan kai-pang (perkumpulan
pengemis) di empat penjuru dan tentang pemilihan pemimpin
besar kai-pang yang akan diadakan sebulan lagi di kota Lok-
yang. Ada empat kai-pang terbesar yang menguasai empat
daerah. Di barat adalah Hek I Kai-pang dengan pakaian hitam,
di timur Hwa I Kai-pang dengan pakaian kembang-kembang,
di utara terdapat Ang-kin Kai-pang dengan tanda sabuk merah
di pinggang para anggautanya dan yang berkuasa di selatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Lam-kiang Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Sungai
Selatan) yang ditandai dengan topi butut hitam yang dipakai
para anggautanya. "Masih banyak perkumpulan pengemis lainnya, akan tetapi
mereka semua hanyalah perkumpulan-perkumpulan kecil yang
bernaung di bawah panji kekuasaan empat perkumpulan
pengemis yang besar itu," Souw Pangcu melanjutkan
keterangannya. "Empat perkumpulan besar itulah yang pada
bulan depan nanti akan mengadakan pertemuan untuk
memilih seorang pemimpin besar kai-pang yang menjadi
penasihat dan sesepuh, yang berwenang memutuskan kalau
terdapat pertikaian dan persaingan di antara keempat kai-
pang." "Aku pernah mendengar bahwa seluruh kai-pang sudah
mempunyai seorang pemimpin besar yang amat sakti dan
bijaksana. Ayahku mengenal baik tokoh ini, apakah sekarang
dia tidak lagi memimpin para kai-pang!" tanya Sui In.
Souw Pangcu mengangguk-angguk. "Memang benar sekali,
Cu-lihiap. Dahulu para kai-pang telah mempunyai seorang
sesepuh yang sakti dan bijaksana, yaitu Pek-sim Lo-kai
(Pengemis Tua Hati Putih). Selama ada beliau, para kai-pang
tidak ada yang berani melakukan penyelewengan dan mereka
hidup rukun dan saling bantu dengan kai-pang lainnya. Akan
tetapi, semenjak beberapa tahun yang lalu, beliau menghilang
dan tak seorangpun mengetahui di mana adanya, masih hidup
ataukah sudah mati. Beliau dahulu memimpin kami untuk
menentang penjajah Mongol dengan gerakan bawah tanah,
bahkan membantu pergerakan Kerajaan Beng. Akan tetapi
setelah penjajah Mongol berhasil digulingkan, beliau
menghilang. Mungkin karena kini rakyat tidak terjajah lagi,
negara berada di bawah pemerintahan Kerajaan Beng, bangsa
sendiri, beliau menganggap tidak perlu lagi memimpin para
kai-pang." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui In juga menceritakan rencananya. "Kai-sar Thai-cu sendiri yang memerintahkan agar dunia persilatan memilih seorang beng-cu (pemimpin rakyat) agar pemerintah mudah mengadakan hubungan dengan para tokoh dunia persilatan.
Nah, dalam rangka inilah aku ingin menjadi pemimpin para kai-pang. Aku ingin mewakili kai-pang dalam pemilihan beng-cu itu dan para kai-pang harus mendukung ayahku sebagai calon beng-cu." Mendengar ini, para pimpinan pengemis itu merasa lega.
Kiranya, wanita ini sama sekali bukan menginginkan kedudukan ketua Hek I Kai-pang ataupun pemimpin besar kaipang, melainkan menginginkan kedudukan beng-cu untuk ayahnya. Tentu saja hal itu tidak ada sangkut-pautnya secara langsung dengan Hek I Kai-pang, maka dengan hati lega Souw-pangcu menyatakan kesanggupannya untuk membantu dan memberi dukungan.
Karena pemilihan permimpin besar kai-pang masih sebulan lagi, maka Sui In dan Lili meninggalkan perkumpulan itu, memasuki kota Lok-yang dan menghabiskan waktu untuk berpesiar ke seluruh daerah Lok-yang di mana terdapat banyak daerah wisata yang indah.
___ Dataran tandus di kaki pegunungan, di sebelah dalam Tembok Besar itu merupakan daerah yang amat sunyi.
Letaknya di sebelah utara kota Peking. Daerah yang berbukit-bukit dan kadang diseling gurun pasir dan tandus itu merupakan daerah yang mati. Akan tetapi, ketika pasukan rakyat mengejar tentara Mongol pada akhir perang yang meruntuhkan kekuasaan Mongol, daerah ini merupakan daerah pertempuran besar-besaran. Banyak perajurit kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pihak tewas di daerah ini. Juga banyak pula para pengungsi
dan penduduk dusun yang ikut pula dibantai di tempat ini.
Biarpun perang itu sudah berlalu selama belasan tahun,
namun masih banyak ditemukan rangka-rangka manusia
berserakan di situ, tengkotak-tengkorak dan bahkan
senjata.senjata tajam yang sudah berkarat.
Pada siang hari itu, seorang kakek melintasi daerah tandus


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang terakhir dan kini dia melepas lelah di hutan pertama, di
bawah pohon besar yang rindang, berteduh dari terik
matahari. Di dalam perjalanan tadi dia memungut sebuah
tengkorak yang bersih, dan kini dia duduk di bawah pohon
sambil memegangi tengkorak itu, menghadapkan muka
tengkorak kepadanya dan dia mengajak tengkorak itu
bercakap-cakap! Dia seorang pria tua, mungkin mendekati tujuhpuluh tahun
usianya. Pakaiannya jelek sekali, sudah robek di sana sini dan
penuh tambalan. Akan tetapi anehnya, pakaian yang butut itu
nampak bersih, seperti habis dicuci. Kedua kakinya telanjang
tanpa alas kaki, dan celana yang robek dan buntung sebatas
lutut itu memperlihatkan betis yang kecil kurus hampir tak
berdaging. Kakek ini tubuhnya sedang akan tetapi kurus,
kepalanya besar dan mukanya seperti muka singa karena
rambut, cambang, kumis dan jenggotnya tebal dan awut-
awutan melingkari muka itu.
Rambutnya sudah banyak yang putih, demikian pula kumis
dan jenggotnya, dibiarkan tumbuh liar tak terpelihara rapi.
Akan tetapi rambut dan kumis jenggotnya halus seperti kapas,
juga bersih, tanda bahwa biarpun dia tidak pernah menyisir
rambutnya akan tetapi rambut dan kumis jenggot itu sering
dicuci bersih. Sepasang matanya seperti mata kanak-kanak,
nampak berseri gembira, mulutnya yang sudah tidak bergigi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi itupun selalu tersenyum, bibirnya merah tanda bahwa dia
sehat. Kalau dikatakan dia seorang kakek jembel, kurang pantas
karena pakaian dan seluruh tubuhnya nampak sehat dan
bersih. Akan tetapi kalau bukan jembel, kenapa pakaiannya
penuh tambalan dan robek-robek. Sebuah caping lebar
tergantung di punggungnya, baru saja dilepas dari atas
kepalanya ketika dia menjatuhkan diri duduk di bawah pohon
itu. Kini dia bicara kepada tengkorak yang dipegangnya,
seperti orang bicara kepada seorang sahabatnya saja.
"Hayo jawablah!" Dia mengulang. "Selagi hidup engkau
tentu cerewet bukan main, kenapa sekarang diam dalam
seribu bahasa?" Dia terkekeh. Suara kakek itu lirih dan ringan,
seperti suara anak-anak. "Hayo katakan, apakah engkau dahulu seorang wanita yang
cantik jelita ataukah wanita yang buruk rupa" Seorang laki-laki
yang jantan perkasa ataukah seorang laki-laki yang lemah
berpenyakitan" Apakah engkau dahulu seorang panglima"
Ataukah perajurit biasa " Hartawan ataukah pengemis?"
Kalau ada orang lain melihat dan mendengatnya di saat itu,
tentu kakek ini akan dianggap seorang yang tidak waras,
seorang gila atau setidaknya sinting.
"Coba jawab. Engkau dahulu seorang pembesar yang jujur
bijaksana, ataukah seorang pembesar yang korup dan
penindas rakyat" Seorang hartawan yang dermawan ataukah
yang pelit" Ataukah engkau seorang pendeta yang penuh
kasih sayang dan arif bijaksana, ataukah seorang pendeta
munafik yang pura-pura alim" Ha..ha..ha, apapun adanya
engkau dahulu, sekarang tiada lebih hanya sebuah tengkorak!
Mana itu kecantikan atau ketampananmu, mana hartamu,
mana kedudukanmu" Ha..ha..ha, engkau kini hanya pantas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menakut-nakuti anak-anak saja!" Kakek itu tertawa-
tawa. "Hei , tengkorak! Selagi hidup haruslah ada manfaatnya!
Jadilah seperti para pemimpin yang membimbing rakyat
dengan bijaksana dan adil menuju ke arah kehidupan yang
makmur, seperti para cerdik pandai yang memberi pelajaran
yang bermanfaat bagi orang lain, seperti para pendekar yang
selalu menegakkan dan membela kebenaran dan keadilan,
seperti para pendeta yang benar-benar mengabdi kepada
Tuhan, memberi penyuluhan dan bimbingan kepada orang lain
ke arah jalan benar. Mereka meninggalkan hasil karya dan
nama baik mereka, sehingga matipun tidak menyesal karena
sudah berjasa semasa hidupnya. Dan engkau, apa jasamu
terhadap orang lain, terhadap negara dan bangsa, dan
terutama terhadap Tuhan?"
Kini kakek itu tidak tertawa lagi, melainkan menghela napas
panjang. Kemudian terdengar lagi dia berkata, "Kuharap saja
engkau dahulu bukan seperti para muda yang tidak jujur,
yang suka mengintai orang dan tidak berani muncul secara
berterang, tengkorak. Kalau begitu halnya, engkau tidak
pantas kuajak bicara!" Dia meletakkan tengkorak itu di atas
tanah dan pada saat itu, dari balik sebatang pohon besar
berloncatan keluar seorang pemuda dan seorang gadis.
Mereka tadi bersembunyi sambil mengintai dan
mendengarkan ulah kakek jambel itu dengan terheran-heran,
dan ucapan terakhir kakek itu yang menyindir mereka yang
sedang mengintai, mengejutkan mereka dan keduanya segera
berloncatan keluar. Mereka menghampiri kakek itu dan
memberi hormat. "Kakek yang baik, harap maafkan kami yang tadi
bersembunyi di sana." Kata pemuda itu dengan sikap yang
sopan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu terkekeh dan memandang kepada dua orang muda itu dan hatinya merasa senang. Dia adalah seorang kakek yang sudah banyak makan garam, sudah luas sekali pengalamannya dan dia dapat menilai orang hanya dengan melihat sinar matanya saja.
Pemuda itu berusia duapuluh satu tahun, berkulit gelap, tubuhnya tinggi tegap dan wajahnya tampan dan gagah.
Dahinya lebar, sepasang alis tebal berbentuk golok melindungi sepasang mata yang lebar dan bersinar-sinar. Akan tetapi mata yang bersinar tajam itu amat lembut dan ini saja sudah menyenangkan hati si kakek, apa lagi melihat pemuda itu begitu muncul sudah minta maaf kepadanya!
Dan gadis yang muncul bersama gadis itupun mengagumkan hatinya. Dara itupun sebaya dengan si pemuda, wajahnya lonjong dengan dagu runcing. Setitik tahi lalat menghias dagu kanannya. Matanya juga tajam bersinar, namun lembut. Bibirnya merah segar dan sikapnya halus dan anggun.
"He..he..heh!" kakek jambel itu terkekeh setelah mengamati wajah kedua orang muda itu. Wajahnya berseri dan matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan. "Kenapa kalian minta maaf kepadaku" Tempat ini bukan milikku. Siapa saja boleh datang dan pergi. Akan tetapi kenapa kalian main sembunyi-sembunyi" Kalian bukan sepasang kekasih yang melarikan diri dari orang tua kalian, bukan?"
Wajah dua orang muda itu berubah kemerahan, akan tetapi keduanya tersenyum dan tidak menjadi marah. Ucapan kakek itu wajar dan sebagai kelakar yang sopan, tidak bermaksud menghina.
"Sama sekali bukan, locianpwe (orang tua gagah)."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei ! Kenapa engkau menyebut aku seorang jembel tua
dengan sebutan locianpwe! Aku hanya pandai makan dan
minta-minta!" "Harap locianpwe tidak merendahkan diri. Locianpwe tadi
dapat mengetahui bahwa kami bersembunyi, hal itu saja
sudah menunjukkan bahwa locianpwe memiliki penglihatan
dan pendengaran yang tajam sekali," kata pemuda itu.
Kakek itu memandang dengan kagum. "Hai , engkau cerdik
juga. Nah, katakan mengapa kalian bersembunyi tadi."
"Kami melihat dan mendengar semua kata-katamu,
locianpwe. Karena kami tidak ingin mengganggumu, maka
kami bersembunyi. Ucapan locianpwe kepada tengkorak tadi
sungguh menyentuh perasaan kami. Akan tetapi, locianpwe,
mengapa locianpwe seperti orang yang berputus-asa dan
melihat dunia ini dari seginya yang mengecewakan dan
menyedihkan belaka" Bukankah masih banyak segi lain yang
menggembirakan?" Tiba-tiba sepasang mata yang lembut dan ramah itu
mencorong, mengejutkan hati pemuda itu. Lalu kakek itu
menghela napas panjang, pandang matanya melembut
kembali. "Aihhh, siapa yang tidak akan merasa kecewa dan
bersedih, orang muda" Kalau aku mengenang semua peristiwa
yang terjadi selama beberapa tahun ini, sejak perang yang
meruntuhkan pemerintah penjajah Mongol. Aihh, sungguh
menyedihkan ......" Pemuda itu mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, locianpwe,
bukankah peristiwa itu amat membahagiakan rakyat"
Bukankah perang itu yang berhasil melepaskan rakyat dari
pada cengkeraman penjajah" Kenapa locianpwe malah
menyatakan kecewa dan sedih" Bukankah sudah selayaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau kita bersyukur, bahkan kalau bisa membantu perjuangan
rakyat mengusir penjajah?"
Kakek itu menatap wajah pemuda yang bicara dengan
sikap penasaran itu beberapa lamanya, kemudian dia tertawa
bergelak sambil memandang ke angkasa. "Ha..ha..ha..ha,
lucunya! Engkau memberi kuliah kepadaku tentang
perjuangan" Ha..ha..ha, orang muda, ketahuilah bahwa
selama perang melawan Mongol, aku selalu berada di garis
terdepan!" Pemuda dan gadis itu cepat memberi hormat. "Kiranya
locianpwe seorang pahlawan!" kata gadis itu, baru pertama
kali bicara. "Apa pahlawan" Apa artinya sebutan itu" Kalian tahu,
ketika rakyat bergerak dan berjuang melawan penjajah
Mongol, aku merasa bangga dan gembira bukan main. Hampir
dapat dikatakan bahwa semua golongan, tidak perduli dari
aliran mana, bersatu padu dan bekerja sama, bahu membahu
dalam perjuangan, rela setiap saat berkorban nyawa. Akan
tetapi, kegembiraan itu hanya sebentar! Aih, seperti awan tipis
tertiup angin saja. Segera terganti kedukaan ketika aku
melihat betapa perang itu mengakibatkan jatuhnya korban
yang teramat besar. Banyak rakyat jelata yang tidak berdosa
menjadi korban, Tidak perduli wanita, kanak-kanak, orang-
orang jompo, semua tak terkecuali, banyak yang roboh
dibantai orang! Perang itu mengakibatkan banjir darah!"
"Apa anehnya hal itu, locianpwe" Setiap peperangan tentu
saja menjatuhkan banyak korban. Setiap perjuangan tentu
saja membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan rakyat tidak
sia-sia, locianpwe. Mereka yang tewas dalam perang itu. baik
dia perajurit maupun rakyat, adalah pahlawan dan darah
mereka yang membebaskan tanah air dari cengkeraman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjajah. Kematian mereka yang mendatangkan kebebasan
dan kemakmuran .........."
"Kemakmuran siapa, orang muda" Inilah yang
menyedihkan hatiku. Kami dahulu dengan senang hati
membantu perjuangan yang dipimpin pendekar Cu Goan Ciang
yang gagah perkasa, bahkan sampai sekarangpun, setelah
menjadi Kaisar Thai-cu, kami masih menaruh rasa hormat
kepada dia. Dia memang seorang pejuang sejati, seorang
pemimpin sejati. Sekarang. pun dia menjadi kaisar yang
bijaksana, yang tidak mabok kemenangan, tidak mabok
kemuliaan dan kesenangan. Dia terus membangun yang rusak
oleh perang, dibantu oleh para pejabat yang setia dan
bijaksana .........."
"Nah, bukankah hal itu menggembirakan sekali,
locianpwe?" "Uhhh, engkau hanya tahu satu tidak tahu selebihnya yang
jauh lebih banyak. Aku melihat hal-hal yang menyedihkan
sebagai akibat perang, atau menyusul perjuangan yang luhur
itu. Kalau dahulu, semua golongan bersatu padu menyerang
penjajah, ehh, sekarang malah terjadi perpecahan antara kita
dengan kita sendiri, karena saling berebutan! Saling
memperebutkan pengaruh, kedudukan dan kekuasaan yang
pada hakekatnya saling memperebutkan kesenangan duniawi!
Orang-orang tidak mungkin akan memperebutkan pengaruh,
kedudukan dan kekuasaan kalau di situ tidak terdapat
kesenangan! Jadi, yang diperebutkan adalah kesenangan! Dan
dalam perebutan ini, mereka tidak segan-segan untuk saling
serang dan saling bunuh! Bukan itu saja, akan tetapi lihat
keadaan para pembesar! Mereka tidak pantas disebut
pemimpin, mereka adalah pembesar yang membesarkan perut
sendiri. Mereka melakukan korupsi, mencuri dan menipu uang
negara, menindas yang bawah menjilat yang atas, bahkan
banyak yang lebih tamak dan lebih murka dibandingkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjajah Mongol sendiri! Dan Kaisar yang bijaksana itu
bagaimana mungkin dapat mengetahui semua yang terjadi di
antara laksaan orang pejabatnya?"
"Akan tetapi, locianpwe, aku tidak setuju! Tidak semua
pejabat seperti yang locianpwe katakan tadi! Masih banyak
yang merupakan pejabat sejati, setia kepada pemerintah, jujur
dan tidak mementingkan diri sendiri!" Gadis itu kini berseru
penasaran. "Ha..ha..ha, hanya berapa gelintir orang saja yang seperti
itu" Dan ..... eh, kenapa aku bicara dan berdebat dengan dua
orang muda yang sama sekali tidak kukenal?" Dia menepuk
kepala sendiri dan mengomel, akan tetapi sambil tersenyum,
"Bu Lee Ki, engkau tua bangka pikun. Sekali waktu bisa celaka
oleh celotehmu sendiri!"
Melihat kakek itu kini mengatupkan bibir kuat-kuat dan
duduknya bahkan membelakangi mereka, pemuda itu saling
pandang dengan si gadis dan keduanya tersenyum.
"Locianpwe, maafkan kami berdua yang masih muda dan
lupa untuk memperkenalkan diri kepada locianpwe. Namaku
Sin Wan dan ini adalah sumoiku bernama Lim Kui Siang.
Kakek itu tidak menoleh, masih duduk membelakangi
mereka, seperti acuh saja. Sin Wan dan Kui Siang kembali
saling pandang. ___ Mereka berdua baru saja meninggalkan guru mereka yang
tinggal seorang, yaitu Ciu-sian (Dewa Arak) Tong Kui yang
telah berhasil mengajarkan Sam-sian Sin-ciang kepada dua
orang muridnya itu. Selama hampir setahun dua orang murid
itu dengan tekun melatih diri dengan ilmu silat baru hasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciptaan Tiga Dewa. Setelah Dewa Arak melihat bahwa dua
orang muridnya sudah benar-benar menguasai ilmu silat sakti
itu, diapun menyuruh mereka turun gunung.
"Aku hendak menghabiskan sisa hidupku di sini, menanti
uluran tangan maut yang akan membawa aku menyusul dua
orang gurumu yang sudah lebih dahulu meninggalkan kita.
Kalian pergilah dan pergunakan semua kepandaian yang
pernah kalian pelajarl dari kami demi keadilan dan kebenaran.
Kui Siang, sebaiknya engkau kembali ke kota raja. Tentu
semua harta peninggalan orang tuamu berikut rumahmu
masih dirawat baik-baik oleh Ciang-Ciangkun. Dan engkau, Sin
Wan, terserah kepadamu hendak ke mana, akan tetapi .....
biarlah sekarang kuceritakan kepada kalian suatu keinginan
hati yang sudah kami sepakati bertiga ketika dua orang
gurumu yang lain masih hidup. Kami ingin melihat kalian
menjadi suami isteri ........"
"Suhu ....!" Kui Siang berseru lirih dan mukanya menjadi
merah sekali. Ia hanya menunduk. Juga wajah Sin Wan
menjadi kemerahan, dan diapun tidak berani berkutik, hanya
menunduk. Sejak masih kecil, hatinya sudah penuh kasih sayang
terhadap Kui Siang. Dia menganggap gadis itu seperti adiknya
sendiri, Demikian pula Kui Siang nampak sayang kepadanya.
Mungkin kebersihan hati mereka berdua saja yang belum
sempat membiarkan panah asmara menembus hati mereka.


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena itu, begitu Dewa Arak secara terang-terangan
menyatakan keinginannya, juga keinginan dua orang guru
mereka yang telah tiada, mereka menjadi tertegun dan malu.
"Aihhh, Sin Wan dan Kui Siang. Kalian sudah tahu akan
watakku. Aku menjunjung tinggi kebebasan setiap orang dan
dalam hal perjodohan, tentu saja tidak boleh ada penekanan
dari orang lain. Aku hanya memberitahukan keinginan kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertiga, hanya mengusulkan saja. Sama sekali tidak akan
memaksakan. Terserah kepada kalian berdua. Hanya aku
yakin, kedua orang gurumu yang sudah tiada, juga aku
sendiri, akan merasa gembira dan puas sekali kalau kalian
menjadi suami isteri. Nah, sekarang pergilah kalian, dan
jangan mencari aku di sini karena mungkin aku tidak berada di
sini lagi. Kalau aku ingin bertemu kalian, aku yang akan
mencari kalian." Demikianlah, dua orang murid itu lalu meninggalkan Dewa
Arak dan karena ia tidak mempunyai tujuan lain, Kui Siang
pergi ke kota raja, ditemani Sin Wan. Pemuda inipun tidak
mempunyai tujuan. Dia hanya menemani sumoinya pulang ke
kota raja, baru kemudian dia akan melanjutkan perjalanan,
entah ke mana. Mereka sengaja mengambil jalan memutar
untuk mencari pengalaman dan pada hari itu, tibalah mereka
di hutan dekat daerah tandus itu dan tertarik oleh ulah kakek
tua jembe! yang bicara dengan sebuah tengkorak.
___ Kini, kakek tua jembel itu masih duduk membelakangi
mereka. Karena Sin Wan dan Kui Siang menganggap bahwa
kakek itu menjadi marah dan tidak mau lagi bicara dengan
mereka, maka Sin Wan memberi isyarat dengan matanya
kepada sumoinya. Kalau orang tua ini tidak lagi mau bicara,
merekapun tidak sepantasnya mengganggunya.
"Maafkan, locianpwe. Kami berdua telah lancang
mengganggu locianpwe dan sekarang kami hendak pergi
saja." Akan tetapi baru saja keduanya bangkit berdiri, terdengar
kakek itu bertanya tanpa menoleh, "Nanti dulu, katakan dulu
siapa guru kalian." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan saling pandang dengan Kui Siang. Mereka ragu-ragu. Kakek jembel yang tadinya kelihatan amat ramah itu kini seperti orang yang angkuh. Mereka sudah memperkenalkan diri, akan tetapi kakek itu tidak mengatakan siapa dia, dan kini malah menanyakan nama guru mereka. Pada hal mereka tahu benar bahwa tiga orang guru mereka sama sekali tidak ingin nama mereka disebut-sebut kalau tidak penting sekali.
Agaknya, kakek itu dapat membaca isi hati mereka.
"Hemm, jangan kalian menaruh curiga kepadaku. Aku Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki tidak ingin banyak bicara dengan sembarang orang. Katakan siapa guru kalian agar aku dapat memutuskan untuk melanjutkan percakapan kita ataukah tidak."
Mendengar nama julukan Pek-sim Lo-kai (Pengemis Tua Berhatl Putih) itu, dua orang muda ini tercengang. Mereka pernah mendengar disebut nama julukan itu oleh Dewa Arak, dan guru mereka itu mengatakan bahwa Pek-sim Lo-kai adalah seorang di antara tokoh-tokoh sakti yang tidak palsu dan amat dihormatinya.
Kisah Si Rase Terbang 9 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Kisah Si Rase Terbang 11
^