Pencarian

Si Pedang Tumpul 7

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


"Terima kasih atas kebaikan hati locianpwe. Marilah nanti saja hal itu kita bicarakan karena selain urusan di sini belum beres, juga saya sendiri masih ragu-ragu untuk membangun rumah tangga. Keadaan saya masih begini, locianpwe, kehidupan diri sendiri saja masih belum menentu, tiada pekerjaan dan tiada rumah tinggal, bagaimana dapat memikirkan pernikahan?"
"Heh..heh, justeru pernikahan yang akan memaksamu untuk mendapatkan tempat tinggal dan mata pencaharian yang tetap. Tanpa adanya kebutuhan itu, tentu akan selalu hidup bebas seperti seekor burung di udara." Kakek itu terkekeh, lalu melanjutkan. "Kalau kalian sudah saling mencinta, hal itu menunjukkan bahwa kalian sudah siap untuk membangun keluarga bersama, hidup bersama sebagai suami isteri. Cinta asmara merupakan tali pengikat yang paling kuat dalam hubungan itu dan kalian sudah saling mencinta. Mau tunggu apa lagi" Cinta berarti hidup bersama dalam keadaan apapun juga, dalam suka dan duka, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, suka sama dinikmati, duka sama ditanggung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi ...... tapi saya sendiri masih belum mengerti benar tentang cinta, locianpwe. Mohon petunjuk, apakah cinta harus disertai dengan cemburu" Apakah cinta dapat berubah menjadi benci?"
Kakek itu tertawa. "Cinta adalah suatu keadaan yang mulia dan suci, Sin Wan. Cinta adalah sifat dari Tuhan Yang Maha Kasih. Akan tetapi, kita manusia merupakan mahluk yang lemah terhadap nafsu-nafsu kita sendiri. Cinta kita selalu diboncengi nafsu, dan nafsu inilah yang mendatangkan perasaan cemburu, benci dan sebagainya. Nafsu sifatnya selalu mementingkan diri sendiri, menyenangkan diri sendiri.
Oleh karena cinta kita diboncengi nafsu, maka biar orang yang kita cinta, kalau melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan atau merugikan kita, maka dapat saja berubah menjadi benci dan dapat menimbulkan cemburu. Nafsu membuat kita ingin memiliki dan menguasai orang yang kita cinta seluruhnya, sehingga sekali saja terdapat kecenderungan kekasih kita kepada orang lain, timbul ah cemburu. Nafsu membuat kita ingin memperalat orang yang kita cinta itu sebagai sumber kesenangan diri kita sendiri."
"Kalau begitu, locianpwe, nafsu menjadi biang keladi sehingga cinta menjadi kotor dan buruk, dapat mendatangkan kejahatan dan malapetaka. Kalau begitu, antara suami isteri seharusnya ada cinta tanpa nafsu ........"
"Ha..ha..ha..ha, tidak mungkin, Sin Wan. Nafsu memang berbahaya kalau ia menguasai kita, kalau ia menjadi majikan yang kejam kalau ia memperalat kita. Akan tetapi sebaliknya, tanpa nafsu kita tidak mungkin dapat hidup. Nafsu yang membonceng dalam cinta antara pria dan wanita merupakan suatu keharusan, karena nafsu yang menimbulkan daya tarik antar kelamin, nafsu pula yang memungkinkan manusia berkembang biak. Kalau pernikahan dilakukan tanpa adanya nafsu berahi, suami isteri akan hidup bersama seperti kakak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beradik dan tidak akan ada anak, terlahir dan perkembangan
biakan manusia akan terhenti."
Sin Wan menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.
Dia sudah banyak membaca kitab tentang kehidupan, akan
tetapi baru sekarang dia mendengar tentang hubungan antara
pria dan wanita, tentang bekerjanya nafsu berahi dalam cinta
kasih! "Lalu bagaimana baiknya, locianpwe" Nafsu amat
berbahaya bagi kehidupan batin kita, akan tetapi juga teramat
penting bagi kehidupan bahkan tidak mungkin dapat kita
lenyapkan." "Segala macam nafsu yang berada pada kita merupakan
anugerah pula dari Tuhan kepada kita, Sin Wan. Nafsu-nafsu
itulah peserta jiwa dalam badan, untuk kepentingan kehidupan
di dunia ini. Nafsu merupakan alat, merupakan pelengkap,
merupakan pembantu yang teramat penting. Dalam hal
perjodohan, nafsu bekerja sebagai berahi yang menimbulkan
perasaan saling suka dan saling tertarik. mungkin melalui
keindahan bentuk wajah dan tubuh yang menyenangkan dan
cocok, mungkin melalui sikap dan prilaku yang sesuai dengan
selera. Pendeknya nafsu berahi selalu ada di dalam cinta
antara pria dan wanita yang ingin hidup bersama. Akan tetapi,
karena nafsu mendatangkan pula cemburu yang mungkin
menimbulkan kebencian, maka kita harus ingat bahwa sekali
nafsu berahi yang menjadi majikan, yang menguasai kita,
keutuhan perjodohan terancam retak. Nafsu berahi juga
mendatangkan bosan."
"Lalu bagaimana kita dapat menguasai nafsu kita sendiri,
locianpwe" Dapatkah dikuasai dengan samadhi, dengan
latihan pernapasan, dengan bertapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu tersenyum dan menggeleng kepala. "Semua usaha itu juga masih berada dalam lingkungan atau ruang pekerjaan akal budi, pada hal akal budi kita sudah dicengkeram nafsu. Usaha itu juga terbimbing oleh nafsu.
Karena kita melihat kerugian yang diakibatkan oleh pengaruh nafsu, maka kita ingin menguasai nafsu. Siapa yang rugi" Kita si akal budi, dan siapa yang ingin menguasai nafsu. Juga kita sendiri, si akal budi yang sudah bergelimang nafsu. Jadi, nafsu menguasai nafsu, menguasai hasilnya tentu masih nafsu pula, hanya berbeda nama, akan tetapi pada hakekatnya sama, yaitu nafsu yang ingin menyenangkan diri sendiri, ingin menjauhkan diri dari kesusahan, ingin ini dan ingin itu yang pamrihnya pementingan diri. Usaha itu hanya akan mendatangkan hal yang nampaknya berhasil, namun pada luarnya saja. Kalau sekali waktu kebutuhan mendesak, nafsu yang nampaknya dapat "ditidurkan" melalui semua usaha itu, akan bangun kembali bahkan lebih kuat dari pada yang sudah!
Satu-satunya kekuasaan yang akan mampu mengatur nafsu dan mendudukkan kembali nafsu di tempat yang sebenarnya sebagai abdi-abdi jiwa dalam kehidupan manusia, hanyalah kekuasaan Sang Pencipta, yang menciptakan nafsu itu. Karena itu, kita hanya dapat menyerahkan diri kepada Tuhan Maha Kasih, penyerahan total yang penuh kesabaran, ketawakalan dan keikhlasan. Kekuasaan Tuhan yang akan bekerja dalam diri kita. Nafsu-nafsu, termasuk nafsu berahi, akan tetap bekerja, namun sebagai pembantu yang setia, bukan sebagai majikan yang kejam."
Sin Wan mengangguk-angguk. "Kalau sudah begitu, maka perjodohan akan menjadi indah dan penuh kebahagiaan, locianpwe?"
"Ho..ho..heh..heh, nanti dulu, orang muda! Perjodohan adalah suatu segi kehidupan yang paling rumit! Bercampurnya dua orang manusia yang berbeda watak dan selera, berbeda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keturunan, untuk hidup bersama selamanya, dalam sebuah
pernikahan, dimaksudkan untuk bersama-sama membangun
keluarga, terutama sekali bersama-sama merawat dan
mendidik anak-anak yang lahir dari pernikahan itu. Dan
mempertahankan kebersamaan selama puluhan tahun antara
kedua orang manusia ini membutuhkan kepribadian yang
luhur dan kesadaran serta kebijaksanaan yang tinggi. Apakah
cukup dengan cinta kasih saja" Memang itulah dasarnya, akan
tetapi tidak cukup dengan itu, Sin Wan. Di samping kasih
sayang, harus pula terdapat kebijaksanaan, kesetiaan,
bertanggung jawab dan memenuhi kewajiban masing-masing.
Kewajiban sebagai seorang suami atau isteri kemudian
kewajiban sebagai seorang ayah atau ibu. Dan semua itu baru
akan berjalan mulus kalau didasari penyerahan kepada Tuhan
sehingga kekuasaan Tuhan yang akan menjadi penuntun dan
pembimbing." Percakapan terhenti karena munculnya Kui Siang. Gadis itu
nampak segar walaupun kedua matanya masih kemerahan.
Wajahnya tidak pucat lagi dan bibirnya tersenyum manis,
wajahnya cerah. Gadis itu membelalakkan mata terkejut
gembira melihat meja penuh hidangan yang masih panas.
"Aih, benar-benar locianpwe mengadakan pesta!" serunya
sambil duduk di sebelah Sin Wan seperti biasanya menghadapi
meja makan. "Tentu saja! Peristiwa menggembirakan harus disambut
dan dirayakan!" "Peristiwa menggembirakan yang manakah locianpwe?"
"Heh..heh, Kui Siang, masih pura-purakah engkau" Tentu
saja peristiwa menggembirakan antara kalian, pertunangan
kalian!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah gadis itu berubah merah sekali dan ia menundukkan muka sambil mengerling ke arah Sin Wan.
"Sumoi, locianpwe telah mengetahui apa yang terjadi antara kita. Beliau seperti guru kita sendiri, tidak perlu lagi kita bersungkan kepadanya."
"Heh-heh, benar sekali itu, Kui Siang. Bahkan aku kelak ingin mewakili Sin Wan mengajukan pinangan atas dirimu kepada keluargamu di kota raja."
Kui Siang bangkit dan memberi hormat kepada kakek itu.
"Terima kasih atas kebaikan budimu, locianpwe. Akan tetapi, sebaiknya hal itu tidak usah kita bicarakan sekarang."
Gadis yang bijaksana, pikir Sin Wan bangga. "Ha, engkau benar. Mari kita makan minum dan bergembira."
Mereka makan minum dan saling memberi selamat melalui cawan arak.
Setelah selesai makan, mereka bercakap-cakap dan Sin Wan berkata, "Locianpwe, saya kira pertemuan yang akan diadakan untuk memilih pimpinan kai-pang ini akan menjadi ramai. Apakah locianpwe sudah mendapatkan keterangan tentang tempat dan waktunya?" tanya Sin Wan.
"Sudah, akan diadakan nanti lewat tengah hari, dan tempatnya di gedung milik pemerintah, yaitu di gedung pertemuan bagian dari bangunan gedung kepala daerah Lok-yang."
Sin Wan memandang heran. "Di gedung pemerintah?"
"Tentu saja, dan aku girang sekali dengan itu, Sin Wan.
Agaknya pemerintah mencampuri dan pemerintah benar-benar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin melihat para kai-pang menggalang persatuan. Hal ini
membangkitkan semangatku, karena dengan bantuan dan
kerja sama dengan pemerintah, maka persatuan itu akan lebih
mudah dipulihkan seperti jaman perjuangan melawan
penjajah Mongol." "Akan tetapi, saya kira tidak akan semudah itu, locianpwe,"
kata Sin Wan. "Saya kira Bi-coa Sian-li akan hadir, dan saya
melihat pula seorang muda, mungkin berkebangsaan Jepang,
yang memiliki kepandaian lihai sekali. Anak buahnya pandai
menggunakan jala sebagai senjata."
"Ahhh" Bi-coa Sian-li muncul, mungkin ia mewakili
ayahnya, yaitu See-thian Coa-ong, dan kalau muncul pemuda
Jepang lihai dan orang-orang yang pandai menggunakan jala,
tentu mereka itu mewakli golongan bajak yang dikepalai oleh
datuk timur Tung-hai-liong! Wah, akan ramai kalau datuk
barat dan datuk timur itu muncul. Kita harus bersiap-siap dan
mari engkau matangkan latihan ilmu-ilmu yang sudah
kuajarkan kepadamu, Sin Wan."
Memang selama ini, hampir setiap kesempatan
dipergunakan oleh kakek Bu Lee Ki untuk mengajarkan ilmu-
ilmu simpanannya kepada pemuda yang sudah lihai itu.
0oo0 Ruangan yang luas itu telah penuh orang yang pakaiannya
aneh-aneh. Demikian banyaknya orang yang hadir, tidak
kurang dari limapuluh orang, dan mereka semua memakai
pakaian yang pasti ada tambalannya! Ada pakaian kembang-
kembang, ada pakaian warna-warni yang kainnya masih baru,
akan tetapi tetap saja ada tambalan pada pakaian itu. Inilah
tandanya bahwa mereka itu adalah orang-orang kai-pang
(perkumpulan pengemis). Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja yang hadir hanyalah para pimpinan, maka mereka yang berada di ruangan itu adalah orang-orang yang lihai. Di antara semua kai-pang yang diwakili pimpinan masing-masing, yang menonjol penampilannya hanya empat rombongan, yaitu rombongan Ang-kin Kai-pang yang menjadi pimpinan seluruh kai-pang di daerah utara dan dipimpin oleh Thio Sam Ki dan Ciok An, Lam-kiang Kai-pang perkumpulan terbesar dari selatan yang dipimpin oleh ketuanya yang bernama Kwee Cin, lalu perkumpulan terbesar di timur Hwa I Kai-pang yang dipimpin oleh ketuanya yang bernama Siok Cu yang diikuti beberapa orang, di antaranya seorang pemuda Jepang yang pakaiannya menyolok karena berbeda dengan pakaian para pimpinan kai-pang, kemudian dari barat Hek I Kai-pang yang dipimpin ketuanya, Souw Kiat yang ditemani pula oleh dua orang wanita yang tentu saja amat menarik perhatian semua orang karena dua orang wanita itu selain cantik jelita, juga pakaian mereka sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka adalah golongan pengemis!
Selain para pimpinan empat kai-pang itu, semua adalah pimpinan para kai-pang yang lebih kecil dan yang dalam banyak hal mengekor saja kepada empat kai-pang besar itu.
Karena rapat besar itu diadakan di Lok-yang, di mana yang berkuasa adalah Hwa I Kai-pang, maka perkumpulan inilah yang bertindak sebagai tuan rumah, bahkan kepala daerah Lok-yang meminjamkan gedung pertemuan itupun kepada Hwa I Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Baju Kembang).
Siok-Pangcu (Ketua Siok) yang bertubuh pendek gemuk, yaitu Siok Cu ketua Hwa I Kai-pang, duduk di bagian tuan rumah, ditemani lima orang pembantu ketua dan pemuda Jepang yang menjadi tamu kehormatan. Pemuda itu bukan lain adalah Maniyoko, murid Tung-hai-liong yang mewakili gurunya untuk merebut pimpinan para kai-pang agar kelak dalam pemilihan Beng-cu (pemimpin rakyat) Tung-hai-liong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ouwyang Cin memperoleh dukungan dari para kai-pang.
Menghadapi datuk timur itu, Siok Cu dan para pimpinan Hwa I
Kai-pang tidak mampu melawan dan terpaksa diapun
menyerah, walau dalam hati para pimpinan kai-pang tentu
saja tidak suka melihat para kai-pang dipimpin oleh seorang
yang bukan golongan pengemis, apa lagi seorang Jepang!
Mereka setuju setelah mendengar bahwa Tung-hai-liong dan
muridnya sama sekali tidak menginginkan pimpinan kai-pang,
melainkan hanya membutuhkan dukungan kai-pang agar kelak
dapat menjadi calon beng-cu yang memimpin seluruh dunia
persilatan seperti dikehendaki pemerintah. Kalau kedudukan
beng-cu sudah diperoleh, tentu saja Tung-hai-liong dan
muridnya tidak suka menjadi pemimpin para pengemis!
Siok Cu sebagai tuan rumah bangkit berdiri dan dia
memperkenalkan dua orang yang berpakaian perwira tinggi
dan yang duduk di tempat kehormatan dekat rombongannya.
"Kedua orang ciang-kun ini adalah wakil dari pemerintah,
dikirim oleh kepala daerah untuk menyaksikan pemilihan
pimpinan para kai-pang agar berjalan dengan tertib. Sekarang
kami harap saudara sekalian suka mengajukan calon masing-
masing, setelah semua calon diajukan, baru kita akan
mengadakan pemilihan dan pemungutan suara."
Souw Kiat, ketua Hek I Kai-pang yang mewakili para kai-
pang dari daerah barat bangkit berdiri. "Kami mengajukan
usul agar pemilihan seorang pemimpin besar kai-pang bukan
hanya berdasarkan banyaknya suara pemilih karena hal itu
dapat saja diatur lebih dahulu. Yang penting, seorang
pemimpin baru dapat kita hormati dan taati kalau dia
berwibawa dan memiliki ilmu kepandaian tinggi, maka dia
harus lebih lihai dari para calon lainnya. Jadi, harus diadakan
adu kepandaian untuk menentukan pemenangnya!"
Siok Cu yang sudah mendapat perintah dari Maniyoko,
bangkit dan menyatakan persetujuan. "Kami dari Hwa I Kai-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pang dan para kai-pang di daerah timur setuju dengan usul
dari Hek I Kai-pang. Bagaimana dengan para saudara dari
selatan dan utara?" Kwee Cin, ketua Lam-kiang Kai-pang dari selatan, bangkit.
"Sebelum dilakukan pemilihan, kami ingin bertanya, mengapa
diadakan pemilihan lagi kalau kita dahulu sudah mempunyai
seorang pimpinan" Bukankah semua kai-pang sudah
mempunyai pimpinan, yaitu locianpwe Pek-sim Lo-kai Bu Lee
Ki" Bukankah beliau yang dahulu memimpin kita semua
membantu perjuangan mengenyahkan penjajah Mongol"
Biarpun sudah bertahun-tahun beliau tidak aktip, akan tetapi
beliau belum berhenti atau diperhentikan sebagai pimpinan,
kenapa sekarang kita melakukan pemilihan pimpinan baru?"
Mendengar ini, Thio Sam Ki bangkit berdiri pula dan
mengacungkan tangan. "Kami dari utara juga setuju dengan pendapat ketua Lam-
kiang Kai-pang tadi. Kami mempertahankan locianpwe Pek-sim
Lo-kai sebagal pimpinan para kai-pang!"
Ucapan kedua orang ketua itu disambut meriah dan
ternyata sebagian besar para pangcu yang hadir menyetujui
pendapat itu. Souw Kiat yang sudah ditekan oleh Bi-coa Sian-
li, membantah. "Sudah bertahun-tahun sejak penjajah kalah, Pek-sim Lo-
kai menghilang. Kita tidak tahu apakah beliau masih hidup
ataukah sudah mati. Bagaimana kita dapat bersatu tanpa
pimpinan" Kita harus mengadakan pemilihan pimpinan baru."
"Kami setuju! Andaikata Pek-sim Lo-kai masih hiduppun,
jelas dia telah meninggalkan kewajibannya, telah
mengacuhkan kita semua. Tidak pantas dia dipertahankan,"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata Siok Cu dari Hwa I Kai-pang yang sudah terpengaruh
oleh Maniyoko. Diam-diam Thio Sam Ki dan wakilnya, Ciok An, memandang
ke sekeliling dengan gelisah. Kenapa orang yang mereka
tunggu-tunggu tidak muncul" Bagaimana mungkin mereka
dapat mempertahankan dan menjagoi Pek-sim Lo-kai kalau
orangnya tidak hadir" Akan tetapi, ketika semua pangcu
dipersilakan mengajukan nama calon masing-masing, Ang-kin
Kai-pang tetap mengajukan nama Pek-sim Lo-kai sebagai
calon. Juga Kwee Cin ketua Lam-kiang Kai-pang berkeras
menjagoi dan mempertahankan Pek-sim Lo-kai.
Siok Cu sebagai tuan rumah dan penyelenggara rapat, lalu
mengumumkan dengan suara lantang bahwa yang diajukan
oleh para peserta rapat ada enam calon. Pertama adalah Pek-
sim Lo-kai yang tidak hadir akan tetapi ketika nama ini
diumumkan, lebih dari separuh jumlah yang hadir menyambut
dengan tepuk tangan. Calon kedua adalah Maniyoko murid
dari Tung-hai-liong Ouwyang Cin, datuk timur yang namanya
sudah dikenal semua orang."
"Kami tidak setuju!" seru Thio Sam Ki. "Bukan kami
memandang remeh kepada locianpwe Tung-hai-liong
Ouwyang Cin, akan tetapi beliau dan muridnya bukan
golongan pengemis, bagaimana mungkin menjadi pemimpin
kita?" "Thio-pangcu, pengemis atau bukan hanya ditandai oleh
pakaiannya, apa sukarnya bagi calon kami untuk mengenakan
pakaian pengemis" Yang penting bukan pakaiannya, akan
tetapi kepandaiannya dan kemampuannya! Kami melanjutkan
dengan calon-calon yang lain," kata Siok Cu dengan lantang,
"Calon ke tiga adalah Bi-coa Sian-li Cu Sui In puteri dari
locianpwe See-thian Coa-ong Cu Kiat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, kami keberatan! kini Kwee Cin ketua Lam-kiang Kaipang, "Bagaimana mungkin kita akan dipimpin seorang wanita" Kami semua sudah mengenal nama Bi-coa Sian-li, apalagi See-thian Coa-ong, akan tetapi mereka adalah golongan lain, tidak ada sangkut-pautnya dengan para kaipang!"
Souw Kiat bangkit dan membela calonnya, tentu saja karena dia ditekan oleh Sui In. "Seperti juga calon kedua tadi, calon ketiga pun pantas menjadi pemimpin karena kemampuannya. Untuk apa dipimpin seorang berpakaian pengemis kalau dia tidak mampu" Siok Pangcu, lanjutkan dengan nama para calon lainnya!"
Ada tiga orang calon lainnya yang diajukan oleh para kaipang. Mereka adalah tiga orang pengemis berusia enampuluhan tahun yang merupakan tokoh-tokoh dalam dunia pengemis, dihormati karena mereka adalah orang-orang yang gagah walaupun mereka tidak pernah mau menjabat kedudukan ketua.
Mereka adalah orang-orang yang hanya dikenal julukan mereka saja di dunia para pengemis, yaitu Koai-tung Lo-kai (Pengemis Tua Tongkat Aneh), Hek-bin Lo-kai (Pengemis Tua Muka Hitam) dan Ta-kau Sin-kai (Pengemis Sakti Pemukul Anjing). Mereka adalah pengemis-pengemis petualang yang tidak tergabung dalam salah satu kai-pang, nama mereka dikenal dan dihormati semua pengemis. Para calon dipersilakan naik ke panggung yang sudah dipersiapkan diruangan itu dan begitu mereka berdiri berjajar, nampaklah perbedaan yang menyolok.
Tiga orang calon yang berpakaian butut adalak kakek-kakek tua yang nampak buruk sekali diapit dua orang muda yang elok. Maniyoko yang berdiri di ujung kiri nampak tampan walaupun agak pendek, dan gagah dengan cambang tebal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai dagu dan pedang samurai tergantung di belakang
punggung. Sedangkan di ujung kanan berdiri seorang gadis
yang amat cantik, yang bukan lain adalah Lili! Begitu maju, ia
tadi berkata dengan suara lantang kepada semua yang hadir.
"Aku Tang Bwe Li mewakili suci (kakak seperguruan) Cu Sui
In untuk mengalahkan semua calon!" Sambil berkata
demikian, ia memandang kepada Maniyoko dengan sinar mata
mencorong penuh kebencian, dan sinar mata itu jelas
menyatakan betapa Lili ingin membalas dendam karena ia
pernah dicurangi, dikeroyok dan ditangkap oleh pemuda
Jepang itu! Pemuda itu tersenyum saja, senyum tenang
mengejek karena dia sama sekali tidak gentar menghadapi
gadis cantik itu. Melihat ini, Thio Sam Ki segera bangkit dan berteriak, "Ini
sudah menyalahi peraturan! Calonnya sendiri yang harus
maju, tidak boleh diwakili orang lain!"
Lili memandang kepada ketua Ang-kin Kai-pang itu dan
tersenyum manis, lalu berkata lantang. "Pangcu, engkau
sendiri mengajukan Pek-sim Lo-kai sebagai calon, mana
orangnya" Suci terlalu tangguh untuk dihadapi calon-calon ini.
Akupun sudah cukup. Nanti kalau Pek-sim Lo-kai sendiri


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muncul, barulah ada harganya untuk menandingi suciku!"
Siok-Pangcu menengahi dan mengijinkan Lili mewakil
sucinya, dengan catatan bahwa kalau Lili kalah, berarti sucinya
dinyatakan gagal. Kemudian dia membuat undian dan
memang sudah diaturnya, yang keluar sebagai orang-orang
yang harus bertanding pertama kali adalah Maniyoko melawan
Koai-tung Lo-kai. Sebelum pertandingan pertama dimulai, dia
mengumumkan. "Karena seorang calon tidak hadir, maka
namanya dicoret dari daftar calon terpilih!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, kami tidak setuju!" teriak Thio Sam Ki. "Kami
yang menanggung bahwa Pek-sim Lo-kal pasti akan hadir.
Kalau pertandingan ini selesai dan beliau belum hadir, boleh
saja beliau dinyatakan gagal!"
Para pendukung Pek-sim Lo-kai memberikan suara setuju
mereka dan terpaksa Siok Cu mengalah dan menerima usul
itu. Pertandingan antara Maniyoko dan Koai-tung Lo-kai segera
dimulai dan para calon lain kembali ke tempat duduk masing-
masing. Maniyoko bertangan kosong saja menghadapi Koai-
tung Lo-kai yang mempergunakan tongkatnya. Sebetulnya,
Koai-tung Lo-kai, seperti dua orang kakek pengemis lainnya,
tidak berambisi untuk menjadi pimpinan kai-pang. Akan tetapi
orang yang mereka pandang dan harapkan, yaitu Pek-sim Lo-
kai, tidak hadir. Terpaksa mereka maju, bukan saja untuk
memenuhi pilihan para kai-pang, juga untuk mencegah agar
dua orang muda itu tidak sampai merebut kedudukan
pemimpin kai-pang! Akan tetapi ternyata tingkat kepandaian Koai-tung Lo-kai
yang hanya lebih sedikit dibandingkan tingkat para ketua kai-
pang, bukan lawan Maniyoko yang lihai itu. Dalam waktu
kurang dari duapuluh jurus saja, tongkat di tangan Koai-tung
Lo-kai telah dapat dirampas Maniyoko dan sebuah tendangan
kilat membuat kakek itu terlempar turun panggung! Maniyoko
tertawa dan melemparkan tongkat itu ke bawah panggung, di
mana Koai-tung Lo-kai dibantu bangkit oleh para pengemis
yang mencalonkannya. "Ha..ha..ha, hanya sebegitu saja kepandaian seorang calon
yang hendak memimpin para kai-pang di seluruh negeri"
Sungguh lucu! Orang begitu lemah bagaimana akan mampu
memimpin seluruh kai-pang" Hayo, silakan calon lain maju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena pertandingan yang tadi sama sekali tidak membuat aku
berkeringat!" kata Maniyoko dengan nada dan lagak sombong.
Hek-bin Lo-kai yang menjadi sahabat baik Koai-tung Lo-kai
dan yang memiliki watak keras, mendengar ucapan Maniyoko
menjadi marah dan diapun meloncat ke atas panggung.
"Engkau ini orang Jepang berani mencampuri urusan kai-pang
dan berlagak sombong! Aku yang akan menghadapimu,
keparat!" Kalau saja tidak ingat bahwa di situ hadir dua orang
panglima dari pemerintah dan disitu berkumpul pula seluruh
pimpinan kai-pang, tentu Maniyoko sudah menjadi marah dan
membunuh kakek bermuka hitam di depannya. Akan tetapi dia
sudah mendapat pesan gurunya agar tidak menimbulkan
kekacauan, maka dia tersenyum menghadapi kakek bermuka
hitam itu. "Hek-bin Lo-kai, orang lain boleh merasa gentar melihat
mukamu yang hitam menakutkan, akan tetapi aku tidak.
Majulah dan perlihatkan kepandaianmu!" Maniyoko
menantang. Hek-bin Lo-kai mengeluarkan bentakan nyaring dan diapun
sudah menyerang dengan tangan kosong. Dia terkenal
sebagai seorang kakek yang memiliki tenaga besar.
Namun, Maniyoko menyambut dengan gerakannya yang
amat ringan dan gesit sehingga semua terkaman, hantaman
dan tendangan kakek bermuka hitam itu tak pernah
menyentuh tubuhnya. Kembali belasan jurus lewat dan ketika Hek-bin Lo-kai
kembali memukul ke arah kepala lawan, Maniyoko
merendahkan tubuhnya dan begitu tangan kakek itu meluncur
lewat di atas kepalanya, dia menangkap pergelangan tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan kakek itu dan sekali dia membuat gerakan merendah,
membalik dan membanting, tubuh kakek itu terlempar keluar
panggung dan jatuh terbanting ke atas lantai di bawah
panggung! Terdengar sorak sorai dari para pimpinan Hwa I Kai-pang
dan para kai-pang pengikutnya di daerah timur yang menjagoi
Maniyoko. Maniyoko tertawa, "Masih ada lagikah?" teriaknya dengan
lagak semakin sombong. "Orang Jepang, akulah lawanmu!" terdengar bentakan dari
Ta-kau Sin-kai, kakek pengemis ketiga, meloncat naik ke atas
panggung sambil memutar tongkatnya. Akan tetapi dari lain
jurusan, nampak berkelebat bayangan lain dan tahu-tahu di
situ telah berdiri Lili! "Nona, biarkan aku menghajar orang Jepang sombong ini!"
teriak Ta-kau Sin-kai. Lili tersenyum. "Kakek pengemis, engkau berjuluk Ta-kau
Sin-kai (Pengemis Sakti Pemukul Anjing). Memang dia ini
seperti anjing yang layak dipukul, akan tetapi engkau tidak
akan menang dan engkau bahkan akan digigit olehnya. Dia ini
anjing gila, kalau menggigit berbahaya. Biarlah aku yang akan
menghajarnya!" "Tidak, nona!" kata Ta-kau Sin-kai yang merasa penasaran
melihat dua orang rekannya tadi dikalahkan, dan dia sudah
memutar tongkatnya menyerang Maniyoko. Akan tetapi, Lili
menghadangnya sehingga kini di atas panggung terdapat tiga
orang dan suasana menjadi agak kacau. Kakek itu ingin
menyerang Maniyoko, akan tetapi gadis itu selalu
menghalanginya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar seruan lantang dari seorang panglima yang hadir di situ. "Tidak boleh seperti itu! Calon dari daerah timur harap turun karena sudah dua kali bertanding dan biarkan calon dari barat, nona itu bertanding melawan Ta-kau Sin-kai!"
Mendengar ini Maniyoko tertawa dan diapun kembali ke tempat duduknya sehingga Lili berhadapan dengan Ta-kau Sin-kai. Gadis itu cemberut memandang kepada kakek pengemis itu. "Kek, engkau hanya menghalangi aku untuk menghajar manusia sombong tadi. Kenapa engkau tidak cepat kembali saja ke tempatmu semula dan mengaku kalah!"
Kalau tadi Ta-kau Sin-kai marah kepada Maniyoko, kini menghadapi Lili dia tersenyum. "Nona, aku biarpun tua telah dipilih oleh beberapa pimpinan kai-pang, bagaimanapun juga, aku harus menghargai mereka dan berusaha untuk memenangkan pemilihan ini. Nah, marilah kita menguji kepandaian masing-masing nona."
"Hemm, engkau mencari penyakit. Lihat seranganku!" kata Lili dan tubuhnya sudah bergerak cepat, bagaikan seekor ular saja tangan kirinya sudah meluncur ke depan, tangannya membentuk kepala ular dan tangan itu menyambar ke arah muka Ta-kau Sin-kai. Kakek itu mengelak dengan kaget, akan tetapi tangan kanan gadis itu menyusul dan serangannya bertubi-tubi, seperti dua ekor ular yang menyerang bergantian, semua serangan ditujukan ke arah jalan darah, merupakan totokan yang amat cepat. Saking cepatnya gerakan kdua tangan Lili, kakek itu sama sekali tidak mampu membalas, hanya mengelak dan akhirnya terpaksa dia menangkis dengan tongkatnya. Tidak mungkin dia menggunakan ilmunya memukul anjing karena yang dihadapinya adalah lawan yang gerakannya seperti ular! Dan ketika dia menangkis, itulah kesalahannya karena memang Lili menghendaki lawan menangkis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakkk!" tongkat bertemu tangan yang membentuk kepala
ular dan seperti seekor ular, pergelangan tangan gadis itu
memutar dan tahu-tahu tongkat itu telah terbelit pergelangan
dan tangan, lalu tangan kirinya menotok ke depan.
Ta-kau Sin-kai terkejut karena tahu-tahu tubuhnya menjadi
kaku tak mampu bergerak, sedangkan tongkatnya berpindah
tangan! Dia menjadi pucat, maklum bahwa dia akan menderita
malu, akan tetapi gadis itu berseru, "Terimalah kembali
tongkatmu!" dan tongkat itu bergerak cepat memulihkan
totokannya dan telah berada di tangannya kembali!
Tentu saja dia menjadi kagum dan maklum bahwa tingkat
kepandaian gadis ini luar biasa tingginya, dan sama sekali
bukan lawannya. Dengan muka merah dia lalu memberi
hormat. "Aku mengaku kalah!" Diapun melompat turun dari
panggung dengan hati bersyukur karena gadis itu telah
menghindarkan ia dari malu. Kalau bukan orang yang berniat
baik, tentu dia telah dibunuh atau setidaknya dilukai, demikian
pikir Ta-kau Sin-kai. Pada saat Lili hendak menantang Maniyoko sebagai lawan
tunggal, tiba-tiba suasana menjadi kacau dan semua orang
berdiri memandang ke arah tiga orang yang baru masuk.
"Pek-sim Lo-kai telah tiba!"
"Hidup Thai-pangcu ( Ketua Besar)!"
"Pimpinan kita telah kembali!"
Teriakan-teriakan penuh kegembiraan menyambut
munculnya Bu Lee Ki yang diiringkan Sin Wan dan Kui Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Lili melihat munculnya Sin Wan, wajahnya berubah
merah. Tadi ia sudah menyatakan bahwa ia mewakili sucinya
yang hanya pantas keluar turun tangan sendiri kalau Pek-sim
Lo-kai muncul, maka kini ia menjadi bingung dan ia segera
meloncat mendekati sucinya yang juga memandang tajam ke
arah kakek yang memasuki ruangan itu sambil tersenyum-
senyum penuh keharuan. Memang hati Bu Lee Ki terharu
melihat penyambutan itu, tanda bahwa dia masih dihargai dan
diharapkan kepimpinannya.
Sementara itu, melihat munculnya orang yang tidak
disangka-sangkanya itu. Maniyoko sudah meloncat ke tengah
panggung. "Tadi Pek-sim Lo-kai dicalonkan menjadi pemimpin
baru, sekarang aku menantangnya untuk tampil ke depan
mengadu kepandaian!"
Teriakan ini disambut oleh para pendukungnya. Para
pendukung adalah mereka yang merasa telah melakukan
penyelewengan sehingga mereka khawatir bahwa kalau Pek-
sim Lo-kai yang terkenal keras berdisiplin menduduki
jabatannya kembali, tentu mereka akan dihukum atau
setidaknya, tidak akan bebas melakukan apa yang mereka
suka. Melihat pemuda Jepang yang pernah dihadapinya untuk
menolong Lili yang tertawan, Sin Wan berbisik kepada Bu Lee
Ki. Kakek itu mengangkat muka memandang dan dia
mengangguk. Dengan tenang Sin Wan lalu menghampiri
panggung dan melompat ke atasnya, berhadapan dengan
Maniyoko. Sin Wan menghadap ke arah rombongan tuan rumah, lalu
memberi hormat ke sekeliling. Dia bersama sumoinya dan
kakek Bu Lee Ki sejak tadi mengintai dan sudah mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan melihat apa yang terjadi, dan baru muncul setelah kakek
itu memberi isarat. "Cu-wi (anda sekalian) hendaknya mengenal saya sebagai
wakil locianpwe Pek-sim Lo-kai menghadapi pemuda Jepang
ini! Beliau terlalu tinggi kedudukannya untuk melayani segala
macam pengacau seperti ini."
Mendengar ini, Maniyoko menjadi marah sekali. "Singgg
......!!" nampak sinar menyilaukan mata ketika pedang samurai
di punggung itu dicabutnya. "Keparat sombong, keluarkan
Senjatamu!" bentak Maniyoko sambil mengelebatkan
pedangnya yang amat tajam menyeramkan itu.
Sin Wan yang sudah tahu akan kedahsyatan ilmu pedang
lawan, mencabut pedangnya dan semua orang tertegun.
Sebatang pedang yang buruk dan tumpul.
Melihat ini, para pendukung Maniyoko tertawa dan ada
yang berteriak mengejek. "Pedang Tumpul! Pedang Tumpul
yang buruk!" Kakek Bu Lee Ki yang sudah disambut dengan hormat oleh
Thio Sam Ki dan Kwee Cin ketua Lam-kiang Kai-pang,
dipersilakan duduk, kini berseru dari tempat duduknya,
"Ha..ha, memang dia itu Pendekar Pedang Tumpul, dan
jangan pandang rendah pedangnya itu heh..heh!"
Akan tetapi Maniyoko sudah mempergunakan kesempatan
yang menguntungkan itu, selagi para pendukungnya
mengejek dan mentertawakan lawan, dengan cepat berteriak,
"Sambut pedangku!" dan diapun menyerang dengan
dahsyatnya. Sin Wan cukup waspada dan diapun mengelak dengan
geseran kakinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maniyoko sudah pernah menyerang Sin Wan dan tahu akan kecepatan gerakan pemuda ini, maka dia tidak mau memberi kesempatan kepada lawan. Samurainya menyambar-nyambar, sambung menyambung dan setiap kali samurainya luput menyambar lawan, pedang itu sudah membalik dengan serangan yang lebih hebat. Dia mempergunakan kedua tangannya dan mengerahkan seluruh tenaga sehingga terdengar bunyi berdesing-desing ketika samurai itu berubah menjadi gulungan sinar yang menyambar-nyambar.
Karena dia belum mengenal ilmu pedang lawan yang aneh Sin Wan lalu mempergunakan ilmu langkah ajaib yang baru-baru ini dipelajarinya dari kakek Bu Lee Ki, yaitu Langkah Angin Puyuh, membuat tubuhnya berputar-putar dengan cepat akan tetapi selalu dapat menghindar dari sambaran pedang samurai itu.
Setelah lewat belasan jurus, Sin Wan dapat melihat jalannya ilmu pedang lawan, bahkan mengetahui bagian-bagiannya yang lemah. Setelah yakin bahwa dia dapat mengetahui ilmu pedang lawan, barulah pedang tumpul di tangannya menyambar dari samping.
"Tangggg .......!!!" Nampak bunga api berpijar dan nampak pula betapa tubuh Maniyoko hampir terpelanting. Dia terhuyung, akan tetapi dengan cekatan dia dapat berjungkir balik tiga kali sehingga tidak sampai terbanting roboh.
Cepat dia memeriksa samurainya dan matanya terbelalak melihat betapa ujung samurainya patah beberapa sentimeter!
Samurainya dapat patah! Hanya oleh pedang tumpul dan buruk saja! Kalau tidak mengalaminya sendiri, pasti dia tidak akan percaya. Akan tetapi di samping kekagetan dan keheranan ini, Maniyoko menjadi marah bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 Tamat "HYAAAATTT ?".! !" Dia mengeluarkan pekik melengking panjang dan tubuhnya sudah menerjang dengan cepat, menyerang dengan samurainya yang menyambar ke arah leher Sin Wan.
"Singgg ?" singgg ?" singgg ?"..! !" Pedang samurai itu menyambar-nyambar dan biarpun ujungnya sudah patah, namun senjata itu masih berbahaya sekali. Jangankan tubuh seorang manusia, biar sebatang pohon yang kokohpun, sekali terkena sambaran samurai ini tentu akan tumbang!
Namun, Sin Wan yang sudah waspada, menggunakan kecepatan gerakannya mengelak dan ketika dia berhasil berkelebat ke samping kiri Maniyoko, pedang tumpulnya menusuk dan karena pedang itu tumpul, maka dapat dia pergunakan untuk menotok punggung lawan.
"Dukkk!" Maniyoko merasa betapa tubuhnya kejang-kejang.
Dia berusaha untuk membuyarkan pengaruh totokan itu dengan bergulingan. Tubuhnya bergulingan dan akhirnya dia jatuh ke bawah panggung dan samurainya terlepas ketika dia terjatuh, dan tubuhnya masih lemas sehingga dia perlu dibantu oleh para anak buahnya, dipapah kembali ke tempat duduknya. Matanya melotot dan mukanya berubah merah, apalagi ketika terdengar suara sorak dan tepuk tangan meledak, menyambut kemenangan pemuda yang mewakili Pek-sim Lo-kai itu.
"Hidup Pendekar Pedang Tumpul ?".! !" teriak mereka.
Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat dan Lili telah berdiri di depan Sin Wan. Semua orang memandang dengan hati berdebar penuh ketegangan. Mereka tadi sudah melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelihaian gadis cantik itu yang dengan amat mudahnya
mengalahkan kakek pengemis Ta-kau Sin-kai yang terkenal.
Sementara itu, Sin-Wan menghadapi Lili dengan alis
berkerut pula. Sama sekai tidak disangkanya bahwa gadis ini
terlibat pula dalam urusan pemilihan pimpinan kai-pang, dan
diapun melihat Bi-coa Sian-li hadir di sana.
"Hemm, kiranya engkau Pendekar Pedang Tumpul yang
ingin menjadi pemimpin kaum jembel, ya?" Lili berkata
mengejek. "Lili, mungkin kehadiranku sama dengan kehadiranmu,
hanya menjadi wakil. Kuharap engkau tidak menentangku,
karena kiranya kurang pantas kalau seorang gadis seperti
engkau ikut terlibat dalam pemilihan pemimpin kai-pang
seperti ini." "Sin Wan, tidak perlu banyak cakap lagi!" kata Lili dengan
muka merah. "Ada tiga perkara yang mengharuskan aku
menentangmu dan di sinilah kita akan menentukan siapa lebih
unggul. Pertama, engkau tadi lancang maju melawan si
Jepang itu sehingga aku kehilangan kesempatan
menghajarnya. Ke dua, engkau dan aku sama-sama mewakili
calon pemimpin kai-pang, dan ke tiga, karena aku ...... aku
benci padamu! Nah, cabutlah pedangmu!" Gadis itu sudah
mencabut sebatang pedang dan nampak sinar putih
berkelebat menyilaukan mata.
Sin Wan tadi telah menyarungkan kembali pedangnya
setelah mengalahkan Maniyoko, sekarang dia ragu-ragu untuh
mencabut pedang melawan Lili, gadis yang mendatangkan
kesan mendalam di hatinya itu.
Melihat keraguan Sin Wan sedangkan gadis itu sudah
mencabut pedang dan siap siaga, Kui Siang yang sejak tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang penuh perhatian karena ia mengenal gadis itu
sebagai gadis yang pernah dilihatnya tertidur di pangkuan Sin
Wan, segera berseru dari tempat duduknya. "Suheng, kalau
engkau lelah, biar aku yang mewakilimu menghadapinya!"
Sin Wan terkejut. Dia teringat betapa sumoinya pernah


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat Lili, bahkan sampai cemburu, maka kalau sumoinya
yang maju, tentu akan terjadi pertandingan mati-matian.
Tidak, dia tidak boleh membiarkan dua orang gadis itu
berhadapan sebagai lawan, maka cepat dia mencabut
pedangnya dan menoleh ke arah Kui Siang.
"Sumoi, tidak perlu engkau turun tangan. Aku yang
mewakili Bu-locianpwe," katanya sambil menghadapi Lili
dengan sikap tenang. "Kalau engkau mendesak, apa boleh buat. Majulah, aku
sudah siap." "Sin Wan, sekali ini engkau akan mati ditanganku!" gadis
itu berseru penuh kemarahan. Akan tetapi aneh, suaranya lirih
dan mengandung suara serak seperti isak tertahan! Akan
tetapi pada saat itu, sinar putih menyambar-nyambar dan
sinar itu bergulung-gulung dengan dahsyat sekali.
Sin Wan bersikap waspada dan diapun berloncatan ke
belakang sambil mengatur langkah untuk menghindarkan diri.
Diapun kagum dan terkejut. Pedang putih yang dimainkan
gadis itu memang hebat bukan main, seperti gerakan seekor
ular yang amat ganas!"
Itulah Pek-coa-Kiam-sut (Ilmu Pedang Ular Putih) yang
biarpun pada dasarnya sama dengan Ilmu pedang Hek-coa
Kiam-sut (Iimu Pedang Ular Hitam) yang dikuasai Cu Sui In,
akan tetapi ilmu pedang ciptaan See-thian Coa-ong ini dapat
berkembang sesuai dengan watak orang yang menguasainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dasarnya adalah gerakan ular cobra dan setelah dikuasai Lili,
maka gerakan itu mengandung keganasan yang terbuka,
sebaliknya Sui In mempunyai gerakan yang penuh tipu
muslihat. Bagaimanapun juga, karena diciptakan seorang ahli
yang amat lihai, maka ilmu pedang itu dahsyat sekali dan
mengejutkan hati Sin Wan.
Namun, pemuda ini telah menerima gemblengan yang
masak dari Sam-sian, apalagi setelah mengusai Sam-sian Sin-
kun, maka Sin Wan seolah-olah kini teiah menguasai
kepandaian ketiga orang gurunya digabung menjadi satu! Ini
semua masih disempurnakan oleh gemblengan kakek Bu Lee
Ki yang walaupun hanya mengajarnya selama beberapa hari
saja, namun jurus-jurus simpanan yang ampuh telah diajarkan
kepada Sin Wan. Dengan bekal kepandaian yang hebat itu,
ditambah sebatang pedang mustika seperti Pedang Tumpul,
maka tentu saja tingkat kepandaian Sin Wan sudah mencapai
ketinggian yang tidak dapat ditandingi oleh Lili.
Akan tetapi, hati Sin Wan gelisah juga. Dia harus
menangkan pertandingan ini demi kakek Bu Lee Ki. Dia harus
dapat menangkan Lili, akan tetapi dia tidak ingin menyinggung
perasan gadis itu, apa lagi melukainya! Dia merasa kasihan
kepada gadis ini, dan dia dapat merasakan bahwa pada
dasarnya, Lili bukanlah seorang gadis yang berhati jahat. Dia
gagah dan baik. Akan tetapi sikapnya ganas dan hal ini mudah
dimengerti kalau gadis itu sejak kecil bergaul dengan seorang
datuk sesat seperti Bi-coa Sian-li!
Dia harus memenangkan pertandingan ini tanpa melukai
badan dan perasaan hati Lili, dan inilah yang sukar! Maka, dia
lalu memutar pedangnya untuk membuat pertahanan
sekuatnya sehingga sinar pedang putih bergulung-gulung itu
tidak akan mampu mengenai dirinya sambil diam-diam dia
memutar otak menanti kesempatan dan mencari cara yang
sebaiknya agar dapat menang tanpa melukai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang menonton dengan hati kagum. Yang nampak
hanya dua gulungan sinar, yaitu sinar putih yang gerakannya
amat lincah, menyambar-nyambar, dan gulungan sinar
kehijauan yang membentuk lingkaran. Indah sekali, akan
tetapi juga menegangkan hati.
Akan tetapi yang merasa gemas sehingga hampir menangis
adalah Lili! Ia sudah memainkan Pek-coa-kiam dengan
pengerahan tenaga sekuatnya, akan tetapi ia merasa seperti
menghadapi benteng baja yang amat kuat, dan ke manapun
sinar pedangnya menyambar, selalu bertemu dengan benteng
itu dan pedangnya membalik setelah terdengar suara
berdencing dan ia merasa betapa telapak tangannya panas
dan lengan kanannya tergetar hebat!
Tahulah ia bahwa pemuda itu hanya bertahan diri, tidak
membalas serangannya, namun ia kehabisan akal karena
pedangnya tidak mampu menembus gulungan sinar kehijauan
yang membentuk benteng itu. Ia tidak akan merasa begitu
gemas dan ingin menangis kalau saja Sin Wan mau membalas
serangannya. Memang ia sudah tahu bahwa pemuda ini amat
lihai, dan ia tidak akan merasa penasaran kalau kalah, akan
tetapi sikap Sin Wan yang hanya bertahan dan membuat ia
tidak berdaya itu sungguh dianggapnya terlalu
merendahkannya! Telah hampir limapuluh jurus lewat dan belum juga ujung
pedang Lili mampu menyentuh ujung baju Sin Wan! "Keparat,
balaslah!" Lili menghardik dengan suara berbisik, mendongkol
bukan main. Tubuhnya sudah basah oleh keringat dan
napasnya agak memburu karena ia terus menerus melakukan
penyerangan dengan nafsu menggelora, penuh kemarahan.
Sejak tadi Sin Wan sudah mempelajari Gerakan yang
seperti ular itu, dan dia tahu bahwa hanya dengan gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti seekor burung dari udara sajalah dia akan mampu
mematahkan serangan gadis itu dan membalas dengan
serangan yang akan mengalahkannya tanpa melukainya.
Maka, ketika pedang bersinar putih itu menyambar lagi,
tubuhnya melayang ke atas, lalu menukik ke bawah dan dia
menyerang dengan dahsyat. Pedang Tumpul di tangannya itu
mengeluarkan suara mengaung nyaring.
Lili terkejut sekali dan cepat la memutar pedangnya ke
atas, seperti seekor ular cobra yang mengangkat tubuh atas
untuk melawan musuh dari atas.
"Trakkkk!" Pedang di tangan Lili bertemu dengan Pedang
Tumpul dan ia tidak dapat menggerakkan pedangnya yang
seolah menempel dan tersedot oleh pedang buruk itu, dan
pada saat itu, tangan kiri Sin Wan bergerak cepat ke arah
kepalanya dan rambut gadis itu yang panjang dan hitam,
terlepas dari sanggul dan ikatannya, terurai riap-riapan
menutupi kedua pundak dan punggung!
Lili menjerit dan melompat ke belakang, meraba kepalanya.
Ternyata tusuk sanggul batu kemala berikut tali suteranya
telah lenyap dan berada di tangan kiri Sin Wan yang sudah
meloncat turun dan berdiri tegak di depannya.
Demikian cepat gerakan pemuda itu sehingga jarang ada
yang dapat melihat bahwa pemuda ltu telah mencabut tusuk
sanggul dan pita. Mereka yang menonton pertandingan itu
hanya melihat betapa rambut gadis itu tiba-tiba saja terurai
lepas sehingga pertandingan terhenti.
"Maafkan aku, Lili ......." kata Sin Wan lirih.
Wajah gadis itu tadi berubah pucat karena ia tahu apa yang
terjadi, kini wajah itu menjadi merah sekali dan ia sudah
memutar pedangnya hendak menyerang lagi. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada saat itu berkelebat bayangan orang, seperti seekor
burung saja bayangan itu melayang ke atas panggung.
"Sumoi, mundurlah .........!" Dan tahu-tahu di situ telah
berdiri Bi-coa Sian-li Cu Sui In.
Lili memandang sucinya, tahu bahwa sucinya memaklumi
apa yang telah terjadi, maka dengan alis berkerut ia menatap
wajah Sin Wan, lalu terdengar suaranya lirih namun ketus.
"Kelak akan kutebus semua ini!" dan iapun meloncat turun
dan kembali ke tempat duduknya dengan wajah muram.
"Sin Wan, engkau turunlah!" Kakek Bu Lee Ki berjalan
perlahan menuju ke panggung itu dan Sin Wan mengangguk,
lalu mengundurkan diri. Kini kakek Bu Lee Ki berdiri
berhadapan dengan Sui In.
Akan tetapi pada saat itu, dua orang panglima tadi bangkit
berdiri dan seorang di antara mereka berseru nyaring.
"Hentikan semua pertandingan!"
Tentu saja Sui In merasa penasaran dan ia memandang
kepada mereka itu. Juga kakek Bu Lee Ki memandang kepada
mereka. Panglima yang bertubuh tinggi kurus lalu berkata
dengan suara lantang. "Baru saja kami menerima berita bahwa menurut
keputusan yang merupakan perintah dari Raja Muda Yung Lo
di Peking, kedudukan pemimpin kai-pang diserahkan kembali
kepada Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki. Hal itu mengingat bahwa dia
yang dahulu menjadi pemimpin, bahkan dia pula yang
memimpin seluruh kai-pang menbantu perjuangan mengusir
penjajahan Mongol. Dan melihat hasil pertandingan adu
kepandaian, ternyata wakil dari Bu-Locianpwe yang menang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu, kami sebagai wakil pemerintah memutuskan
dan menganjurkan agar pertandingan dihentikan dan
locianpwe Bu Lee Ki diangkat kembali menjadi pemimpin para
kai-pang!" Terdengar sorak sorai menyambut ucapan ini.
Panglima itu mengangkat kedua tangan ke atas dan semua
orang berdiam diri, "Agar pemilihan ini adil, maka kami minta
pendapat empat buah kai-pang yang terbesar, yang mewakili
seluruh kai-pang di empat penjuru. Ang-kin Kai-pang wakil
utara, bagaimana pendapat kalian?"
Thio Sam Ki bangkit berdiri dan mengangkat tangan
kanannya. "Kami setuju sepenuhnya kalau locianpwe Bu Lee
Ki menjadi pemimpin kai-pang!"
"Lam-kiang Kai-pang wakil selatan, bagaimana pendapat
kalian?" Kwee Cin bangkit dan dengan wajah berseri berkata, "Kami
setuju!" "Bagaimana dengan Hek I Kai-pang wakil barat?"
Souw Kiat bangkit dia dengan suara lantang yang
mengejutkan Sui In dan Lili, ketua Hek I Kai-pang ini berkata,
' Kami juga setujui"
Ketua Hek I Kai-pang ini bangkit semangatnya dan tidak
takut lagi terhadap Sui In setelah melihat munculnya Pek-sim
Lo-kai dan Sin Wan yang lihai itu.
"Dan bagaimana dengan Hwa I Kai-pang wakil timur?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun dengan terpaksa, Siok Cu juga berseru, "Kami setuju!"
Dia tadi telah melihat kekalahan Maniyoko, maka biarpun dia takut terhadap guru pemuda itu, akan tetapi di situ ada Pek-sim Lo-kai yang tentu akan melindungi Hwa I Kai-pang kalau diganggu oleh Tung-hai-liong dan anak buahnya.
"Bagus, kalau begitu, dengan suara bulat locianpwe Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki ditetapkan menjadi pemimpin besar para kai-pang kembali!" kata panglima itu.
Semua orang bersorak. Wajah Sui In menjadi merah karena marahnya. Akan tetapi, ia maklum bahwa kalau sekarang ia menyatakan tidak setuju, maka bukan saja ia akan dimusuhi oleh seluruh kaipang, bahkan pemerintah juga akan menetapnya sebagai pengacau. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki gurunya. Maka iapun berkata kepada Bu Lee Ki dengan suara lirih namun penuh tantangan, "Pek-sim Lo-kai, lain kali aku akan membuat perhitungan denganmu!" Setelah berkata demikian, iapun melompat turun dan memberi isyarat kepada Lili untuk meninggalkan tempat itu.
Para kai-pang menyambut pengangkatan kembali Bu Lee Ki sebagai pemimpin mereka dengan gembira dan Hwa I Kaipang yang kini sepenuhnya mendukungnya, mengadakan pesta untuk merayakan peristiwa ini. Dan baru sekaranglah, semua ketua kai-pang berkumpul dan makan minum bersama dalam suasana yang akrab.
Dua hari kemudian, kakek Bu Lee Ki menemani Sin Wan mengantar Kui Siang ke Nan-king, di mana gadis itu akan menemui keluarganya sebelum kembali ke Peking untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memenuhi permintaan Raja Muda Yung Lo, yaitu menjadi
pengawal keluarga raja muda itu.
0oo0 Mereka semua berkumpul di gedung yang dahulu menjadi
tempat tinggal pembesar Lim Cun. Tiga orang paman dan dua
orang bibi dari ayah dan ibu Kui Siang datang bersama isteri
dan suami mereka, bahkan anak-anak mereka sehingga di situ
berkumpul tidak kurang dari duapuluh lima orang anggauta
keluarga Kui Siang! Ketika gadis ini menghadap Ciang-Ciangkun dan
memperkenalkan diri, Ciang-Ciangkun yang sebelas tahun lalu
diserahi oleh Dewa Arak untuk menjaga dan mengurus rumah
dan harta peninggalan Lim-Taijin (pembesar Lim) untuk Kui
Siang, menyambut gadis itu dengan gembira bukan main.
Dia seorang perwira yang jujur dan amat menghormati
Dewa Arak, maka selama sebelas tahun ini dia menjaga rumah
keluarga Lim dengan baik, bahkan mempertahankan pelayan-
pelayan yang lama di rumah itu, dan menyimpan semua harta
peninggalan keluarga itu untuk Kui Siang.
Ciang-Ciangkun pula yang memberi kabar kepada keluarga
Kui Siang tentang pulangnya gadis itu sehingga pada malam
hari itu, mereka semua datang berkunjung dan berkumpul di
rumah gedung yang kini menjadi milik Kui Siang. Selain para
anggauta keluarga, hadir pula di situ Ciang-Ciangkun yang
menerima undangan Kui Siang sebagai tamu kehormatan yang
telah berjasa besar, dan hadir pula Sin Wan dan kakek Bu Lee
Ki. Kui Siang menyuruh para pelayan yang juga
menyambutnya dengan gembira untuk mengatur sebuah
pesta untuk merayakan perjumpaan kembali ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis yang kini menjadi dewasa dan cantik itu dihujani
pertanyaan oleh para paman dan bibinya yang dalam
pandangan Sin Wan jelas menunjukkan sikap
kebangsawanannya! Mereka itu rata-rata bersikap angkuh,
penuh sopan santun dan semua gerak gerik mereka terkendali
dan teratur, membuat dia merasa sungkan dan rikuh. Tidak
demikian dengan Bu Lee Ki yang bersikap biasa saja, minum
sesenangnya dan tersenyum-senyum mengacuhkan mereka.
Kui Siang yang merasa kewalahan menghadapi hujan
pertanyaan, akhirnya berkata dengan suara lantang kepada
mereka semua. "Para paman dan bibi dan saudara sepupu, saudara misan,
aku sampai lupa untuk memperkenalkan dua orang tamu yang
datang bersamaku, bahkan yang mengantar aku sampai ke
rumah. Perkenalkan, locianpwe ini adalah Pek-sim Lo-kai Bu
Lee Ki. Beliau seperti guruku sendiri dan beliau ini adalah
pemimpin besar seluruh perkumpulan pengemis di empat
penjuru!" Bu Lee Ki yang diperkenalkan, senyum-senyum saja,
mengangkat cawan arak kepada mereka semua lalu minum
tanpa memperdulikan kenyataan bahwa tidak ada seorangpun
yang menyambutnya. "Pengemis ........!?" terdengar seruan-seruan tertahan dan
semua anggauta keluarga itu memandang ke arah Bu Lee Ki
dengan alis berkerut dan mereka kelihatan jijik kepada kakek
yang berpakaian tambal-tambalan itu.
Diam-diam Sin Wan memperhatikan mereka dan dia
merasa perutnya panas. Betapa sombongnya keluarga ini,
pikirnya. Kakek Bu Lee Ki bahkan pernah menjadi tamu yang
dijamu makan minum oleh Raja Muda Yung Lo, pangeran dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putera kaisar! Akan tetapi orang-orang ini, yang mungkin
hanya merupakan bangsawan-bangsawan kecil, bersikap


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian angkuh dan tinggi hati!
Apakah selalu demikian sikap orang yang tanggung-
tanggung" Yang sedikit mempunyai kedudukan menjadi besar
kepala, yang mempunyai sedikit kepandaian menjadi sombong
dan merasa diri paling pintar, dan seterusnya"
Tentu saja Kui Siang juga melihat dan mendengar sikap
dan ucapan para keluarganya itu, akan tetapi ia tidak perduli.
"Dan ini adalah suhengku bernama Sin Wan. Dialah yang telah
banyak membantuku selama ini."
Berbeda dengan Bu Lee Ki yang ketika diperkenalkan tetap
duduk saja hanya mengangkat cawan ke arah mereka semua,
Sin Wan bangkit berdiri, mengangkat ke dua tangan memberi
hormat kepada mereka semua. Hal ini dia lakukan terutama
sekali untuk menghargai Kui Siang yang memperkenalkan dia
kepada keluarga gadis itu.
Akan tetapi, hanya beberapa orang saja yang membalas
penghormatan Sin Wan, itupun hanya dengan anggukan
kepala atau senyum. Bahkan Sin Wan melihat banyak pasang
mata pria-pria muda yang menjadi saudara misan Kui Siang
memandang kepadanya dengan tak senang.
"Adik Kui Siang," kata seorang pemuda yang usianya
sekitar duapuluh lima tahun, tampan dan pesolek, "kulihat
suhengmu ini seperti bukan orang Han, benarkah?"
Kui Siang tersenyum. "Penglihatanmu tajam, toako (kakak).
Memang suheng seorang bersuku Bangsa Uighur."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali banyak di antara mereka saling pandang dan terdengar seruan tertahan seperti tadi, dan terdengar pula kata penuh ragu, "Uighur .....!?"
Tiba-tiba kakek Bu Lee Ki tertawa bergelak sehingga semua orang memandang kepadanya dengan alis berkerut.
"Ha..ha..ha..ha, aku sudah makan dan minum kenyang, Kui Siang. Karena kini semua keluargamu berkumpul, aku ingin bicara dengan mereka tentang urusanmu dengan Sin Wan."
Tiba-tiba wajah Kui Siang berubah kemerahan dan iapun menundukkan mukanya, mengangguk dan suaranya terdengar lirih, "Silakan, locianpwe." Ia melirik ke arah suhengnya dan melihat betapa Sin Wan juga menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan, akan tetapi sepasang alis Sin Wan berkerut karena pemuda ini merasa khawatir sekali.
Bagaimana kakek itu berani membicarakan urusan perjodohan kepada keluarga yang jelas sekali memperlihatkan sikap angkuh dan tidak suka kepada dia dan kakek itu"
Kini Bu Lee Ki bangkit berdiri dan setelah mengamati wajah mereka yang duduk di ruangan itu, lalu tersenyum dan suaranya terdengar lantang. "Heh.. heh.. heh, tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang merasa menjadi wakil orang tua Lim Kui Siang yang sudah tiada, aku dalam hal ini menjadi wali dari Sin Wan muridku, untuk mengajukan pinangan, yaitu kami ingin menjodohkan Kui Siang dengan Sin Wan. Kami mengharap persetujuan anda sekalian sebagai pengganti keluarga Kui Siang."
Suasana menjadi gaduh sekali setelah kakek itu selesai bicara. Mata dibelalakkan, seruan-seruan protes dan bahkan kemarahan terdengar.
"Gila betul! Berani melamar keponakan kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak tahu diri!"
"Kui Siang dijodohkan dengan seorang Uighur" Tidak!"
Kakek itu terkekeh. "Heh..heh..heh, begini kacau balau!
Aku minta jawaban diwakili seorang saja, kalau mungkin paman tertua dari Kui Siang, agar tidak simpang siur seperti dalam pasar!"
Seorang laki-laki berusia limapuluh tahun lebih bangkit dari duduknya dan sejenak dia memandang ke arah Kui Siang dengan alis berkerut, lalu menghadapi kakek Bu Lee Ki. Dia seorang laki-laki tinggi kurus yang pakaiannya mewah dan sikapnya seperti bangsawan tulen, dahinya lebar dan ketinggian hatinya nampak pada lekuk bibir dan gerakan cuping hidungnya. "Kami seluruh keluarga nona Lim Kui Siang menyatakan sepenuhnya menolak pinangan ini!"
Kui Siang mengangkat muka dengan alis berkerut, akan tetapi ia tidak dapat mengeluarkan suara karena tidak ingin memancing keributan di depan Sin Wan dan kakek Bu.
Pek-sim Lo-kai terkekeh lagi. "Heh..heh..heh, tegas dan jelas penolakan itu, akan tetapi setiap penolakan sepatutnya disertai alasannya. Kenapa anda sekalian menolak pinangan kami" Ingat, kedua orang muda itu saling mencinta dan telah bersepakat untuk hidup bersama sebagai suami isteri."
"Tidak!" kata laki-laki itu dengan angkuh. "Kami menolak.
Pertama, keponakan kami Kui Siang telah kami jodohkan dengan seorang keponakan kami yang lain. Ke dua Kui Siang tidak akan menikah dengan seorang yang tidak sederajat dengannya. Ke tiga, muridmu, itu adalah seorang Suku Bangsa Uighur, suku asing yang tentu tidak mengenal peradaban Bangsa Han kami! Dan masih banyak lagi alasan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami menolak, akan tetapi sudah cukuplah dan harap jangan
bicarakan lagi urusan pinangan yang tak masuk akal itu!"
"Cia-Supek (Uwa Ciu), engkau sungguh melewati batas!"
Tiba-tiba Kui Siang berteriak marah. "Aku tidak pernah minta
engkau atau siapapun mewakili orang tuaku!"
"Sumoi ......!" Sin Wan memperingatkan sumoinya agar
tidak bersikap kasar kepada keluarga sendiri.
Teringat akan hal ini, Kui Siang lalu menghadapi Sin Wan
dan kakek Bu Lee Ki. "Harap locianpwe dan suheng suka
meninggalkan kami. Malam ini aku akan berurusan dengan
mereka ini, dan besok pagi aku akan menemui kalian di rumah
penginapan Lok-an." "Baiklah, sumoi, akan tetapi harap engkau bersabar. Mari,
locianpwe, kita pergi mencari kamar di hotel Lok-an!" Sin Wan
mengajak kakek yang tersenyum-senyum itu keluar dari
tempat itu, diikuti pandang mata penuh kebencian oleh para
keluarga Kui Siang. Setelah dua orang itu pergi, Kui Siang menyuruh semua
pelayan keluar dari dalam ruangan itu. Kemudian ia
menutupkan daun pintu ruangan itu dan dengan mata,
mencorong ia memandang kepada semua keluarga yang
berkumpul di situ. "Kalian ini sungguh orang-orang yang tidak sopan! Apakah
hak kalian untuk menentukan jalan hidupku" Aku masih
menghargai kalian dan malam ini mengumpulkan kalian di sini
sebagai keluarga dan tamu yang kuhormati. Akan tetapi
ternyata kalian menyia-nyiakan itikad baikku dengan bersikap
lancang dan tidak sopan terhadap orang yang kuhormati
seperti Bu-locianpwe dan orang yang kucinta seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suhengku! Kalian tidak berhak mewakili aku menolak secara
kasar pinangan mereka terhadap diriku!"
Kui Siang yang biasanya pendiam dan halus itu kini menjadi
galak karena merasa sakit hati dan marah, timbul dari
perasaan iba terhadap Sin Wan yang mengalami penghinaan
dari mereka ini. "Tapi, Kui Siang! Engkau adalah puteri tunggal mendiang
kakanda Lim Cun yang berkedudukan tinggi, seorang
bangsawan yang berdarah bersih! Bagaimana kami tidak
marah mendengar engkau dilamar seorang pemuda dusun
Bangsa Uighur" Itu suatu penghinaan namanya! Suku Uighur
tiada bedanya dengar suku-suku liar dan biadab lainnya
seperti Mongol, Kasak dan lain-lain. Bukankah ayahmu juga
dibunuh oleh si Tangan Api, orang Kasak?"
"Paman Lui!" bentak Kui Siang kepada adik ayahnya itu.
"Baik buruknya seseorang bukan ditentukan oleh bangsanya,
kedudukannya, kepintarannya atau kekayaannya! Bangsa atau
suku apapun berdarah sama, darah manusia, kotor dan
bersihnya ditentukan oleh sepak terjangnya dalam hidup!
Jangan kalian menghina seorang manusia karena keadaan,
lahiriahnya! Banyak sekali bangsawan yang terhormat, pintar
dan kaya raya, busuk hatinya, sebaliknya rakyat kecil yang
dianggap bodoh dan miskin, berhati mulia!"
Para paman dan bibi itu menjadi ribut-ribut dan suasana
menjadi gaduh sekali. Mereka menganggap Kui Siang seorang
gadis yang menyeleweng dan merendahkan keluarga
bangsawan sendiri. Melihat ini, Ciang-ciangkun yang menjadi tamu kehormatan
dan bukan anggauta keluarga, segera bangkit berdiri dan
berkata dengan nyaring, mengatasi semua kegaduhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami mohon diri karena tidak mempunyai sangkut paut dengan urusan keluarga. Banyak terima kasih atas undangan dalam pesta kekeluargaan ini, dan sebagai ucapan selamat tinggal, harus kami nyatakan bahwa kami amat menghormat semua pendapat dalam ucapan nona Kui Siang. Mendiang ayahnya, sahabat baikku Lim Cun, tentu akan merasa bangga kalau mendengar ucapannya tadi, Selamat malam!" Perwira tinggi itu lalu memberi hormat dan meninggalkan ruangan tamu itu.
Keluarga itu masih terus ribut. Tak seorangpun di antara mereka yang dapat menyetujui pendapat Kui Siang dan mereka semua berkeras menolak kalau Kui Siang akan berjodoh dengan pemuda Uighur itu. Satu demi satu para paman dan bibi itu memberi nasihat panjang lebar kepada Kui Siang.
Gadis ini merasa penasaran, sedih dan juga marah. Ia membiarkan mereka itu bicara sampai habis yang memakan waktu berjam-jam. Kemudian, setelah semua orang merasa lelah, Kui Siang berkata kepada mereka dengan suara yang tenang karena ia berusaha menguasai hatinya, namun suaranya tegas dan nyaring.
"Paman dan bibi, terima kasih atas semua nasihat dan anjuran kalian yang tentu dilakukan karena rasa sayang kalian kepadaku. Akan tetapi maaf, aku tidak mungkin dapat menyetujui. Bagiku, perjodohan haruslah didasari cinta dan suheng Sin Wan mencintaku seperti juga aku mencintanya.
Dan cinta tidak mengenal suku, tidak mengenal bangsa, tidak mengenal derajat dan pangkat, kaya atau miskin, pintar atau bodoh. Tentu para paman dan bibi yang sudah lebih tua dan berpengalaman, maklum akan hal itu."
"Budak Uighur itu mengaku cinta" Hemm, Kui Siang, cintanya itu palsu! Dia tentu saja cinta padamu karena engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik dan terutama karena engkau seorang gadis bangsawan
yang kaya raya. Dia mengaku cinta untuk dapat menguasai
hartamu!" Perlahan-lahan Kui Siang bangklt berdiri, wajahnya berubah
pucat dan matanya mencorong. Tak mungkin ia dapat
menahan kesabarannya lagi. Orang-orang ini terlalu menghina
Sin Wan! "Paman, hentikan ucapan kotor itu!" bentaknya dan ia
memandang kepada mereka semua, satu demi satu dengan
sinar mata mencorong. "Kalian mengukur watak orang lain
dengan watak kalian sendiri! Apakah kalian tidak menyadari
bahwa sejak dahulu aku telah tahu benar bahwa
sesungguhnya kalianlah yang mengincar harta kekayaan
warisan orang tuaku" Kalianlah yang menginginkan harta
warisan ayahku, bukan suheng Sin Wan!"
"Kui Siang!" pamannya membentak dam menudingkan
telunjuknya ke arah muka gadis itu. "Pendeknya, apapun yang
terjadi, kami tidak sudi menyetujui perjodohanmu dengan
budak Uighur itu. Kalau kami tidak sudi menjadi walimu,
hendak kami lihat apakah engkau akan melakukan pernikahan
secara liar, tanpa direstui keluarga" Engkau berarti akan
mencemarkan nama baik mendiang orang tuamu!"
"Tidak perduli! Aku tidak membutuhkan restu kalian!" Kui
Siang menjerit dan kini ia tidak dapat menahan berlinangnya
air matanya. "Pergi kalian dari sini! Pergi!" Ia menuding ke arah pintu.
Semua paman dan bibinya tertegun dan seorang paman
menghampiri Kui Siang dengan marah. "Kui Siang! Berani
engkau mengusir kami, paman-paman dan para bibimu sendiri
Beginikah yang kaudapatkan dalam mengejar ilmu selama
ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa tidak berani" Kalian bukan manusia! Pergi kataku!"
Tangan Kui Siang menyambar sumpitnya yang tadi terletak di atas meja dan sekali tangan itu bergerak, sepasang sumpit itu meluncur dan menancap pada dinding, amblas hampir seluruhnya.
Semua orang terbelalak. Kalau sambitan itu mengenai tubuh mereka, tentu akan tembus! Bergegaslah mereka berlari keluar dari ruangan itu, meninggalkan Kui Siang yang duduk seorang diri bertopang dagu.
Akhirnya ia hanya dapat menangis, kemudian ia pergi ke kamar sembahyang di mana terdapat meja abu ayah dan ibunya, dan iapun berlutut di depan meja itu dan menangis, dalam hati ia melaporkan nasibnya kepada orang tuanya.
Akhirnya gadis itu menggeletak tertidur di atas lantai depan meja sembahyang. Seorang pelayan wanita tua yang merasa kasihan kepada nonanya, tidak berani membangunkan, hanya mengambil selimut dan menyelimuti tubuh nonanya.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kui Siang sudah keluar dari rumahnya, pergi ke rumah penginapan Lok-an.
Pagi itu masih gelap, cuaca remang-remang. Ketika ia tiba di jalan raya luar rumah penginapan itu, ia melihat Sin Wan berhadapan dengan belasan orang dan agaknya mereka bercekcok. Hatinya tertarik dan cepat Kui Siang menyelinap dekat dan mengintai.
Dilihatnya Sin Wan berdiri tegak dan bersikap tenang, dihadapi tigabelas orang pria berusia antara empatpuluh sampai limapuluh lima tahun lebih yang kelihatan menyeramkan. Tigabelas orang itu dipimpin oleh seorang kakek tinggi kurus yang usianya tentu sudah mendekati enampuluh tahun. Di punggung pria ini nampak sepasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang dan yang lainpun semua membawa senjata di
punggung atau pinggang. "Hemm, kiranya kalian ini adalah kaki tangan pemuda
Jepang Maniyoko itu, ya" Nah, katakan, apa maksud kalian
pagi-pagi begini mencariku di sini," kata Sin Wan dengan sikap
tenang. "Eh, toa-ko (kakak)! Aku seperti pernah melihat bocah ini!"
Tiba-tiba seorang di antara tigabelas orang itu, yang berkepala
botak dan bertubuh pendek, di kanan kiri mulutnya terdapat
bekas luka seolah mulut itu pernah terobek, maju dan
menuding ke arah Sin Wan. "Tidak salah lagi, ini tentu bocah
itu, anak Iblis Tangan Api Se Jit Kong!"
"Ah, benar dia! Kita mana bisa melupakan iblis kecil ini?"
teriak yang lain. Si tinggi kurus yang memimpin gerombolan itu memandang
Sin Wan dengan penuh perhatian. "Benarkah engkau putera
Iblis Tangan Api Se Jit Kong?" tanyanya.
Klni Sin Wan teringat. Dahulu pernah ada tigabelas orang
menyerbu rumah ayah tirinya itu untuk merampas pusaka
istana yang dicuri ayah tlrinya. Dialah yang pertama kali
menyambut kunjungan mereka ini, bahkan si pendek botak itu
menyerangnya dengan sambitan pisau terbang, kemudian si
botak ini karena menghina ibunya, dihancurkan mulutnya oleh
ayah tirinya. "Ah, kiranya kalian Bu-tek Cap-sha-kwi (Tigabelas Iblis
Tanpa Tanding) itu" Tidak salah penglihatan kalian. Aku Sin
Wan adalah putera mendiang Se Jit Kong. Habis, kalian mau
apa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tempat sembunyinya, wajah Kui Siang mendadak menjadi pucat dan jantungnya berdebar keras. Sin Wan, suhengnya itu, putera Se Jit Kong" Tidak mimpikah ia" Sin Wan itu putera dari musuh besarnya, yang telah membunuh ayahnya dan menyebabkan kematian ibunya pula" Se Jit Kong yang menghancurkan keluarganya, dan selama ini ia bergaul dengan putera musuh besarnya itu" Sin Wan, suhengnya yang dicintanya!
Hampir ia tidak percaya. Suhengnya memang tidak pernah menceritakan riwayat hidupnya atau asal usulnya dengan jelas, hanya menceritakan bahwa ayah ibunya adalah Bangsa Uighur dan keduanya sudah meninggal dunia. Kiranya dia putera Iblis Tangan Api Se Jit Kong! Menggigil rasanya kedua kaki gadis itu, dan tubuhnya gemetar.
"Bagus!" Si tinggi kurus mencabut sepasang pedangnya.
"Kalau begitu, kami bukan hanya akan membalaskan kekalahan Maniyoko darimu, akan tetapi juga karena ayahmu sudah mampus, kami dapat membalas kekalahan kami dahulu kepadamu, puteranya!"
Tigabelas orang itu sudah mencabut senjata mereka masing-masing dan mengepung Sin Wan. Pemuda ini maklum bahwa dia berhadapan dengan tokoh-tokoh sesat yang lihai dan amat kejam, yang mungkin sejak kalah dari Se Jit Kong telah memperdalam ilmu mereka sehingga menjadi lihai sekali, maka diapun segera menghunus senjatanya. Melihat sebatang pedang yang buruk dan tumpul, si botak pendek tertawa.
"Ha..ha..ha..ha, lihat, bocah setan ini mempergunakan sebatang pedang buruk dan tumpul. Ha..ha..ha!"
"Bodoh!" bentak si tinggi kurus yang berjuluk Bu-tek Kiam-mo (Setan Pedang Tanpa Tanding). "Itulah pedang pusaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang disebut Pedang Tumpul, sebuah mustika yang langka,
satu di antara benda-benda pusaka istana!"
"Wahhh ....." Kalau begitu kita harus merampasnya!" kata
si botak dan diapun sudah menyerang dengan ganas,
mempergunakan goloknya. Namun, dengan mudah Sin Wan
mengelak dan kini para pengeroyoknya menyerbu serentak
sehingga Sin Wan dihujani senjata yang rata-rata digerakkan
dengan kuat dan ganas sekali.
Namun Sin Wan tidak menjadi gentar atau gugup, dengan
tenangnya diapun menggerakkan Pedang Tumpul dan nampak
sinar kehijauan bergulung-gulung. Pemuda yang pantang
membunuh ini mengerahkan sin-kangnya dan memainkan ilmu
Sam-Sian Sin-kun. Gulungan sinar hijau itu menyambar-
nyambar dan terdengarlah suara berkerontangan disusul
teriakan-teriakan kaget ketika tigabelas orang itu terpaksa
melepaskan senjata masing-masing.
Tidak kuat mereka menahan getaran tenaga dahsyat yang
membuat tangan mereka, terasa nyeri, dan banyak pula
senjata mereka yang patah begitu bertemu dengan pedang di
tangan Sin Wan! Mereka terkejut sekali karena selama ini
mereka sudah memperdalam ilmu kepandaian mereka. Siapa
kira, pemuda itu bahkan kini tidak kalah lihainya dibandingkan
Iblis Tangan Api Se Jit Kong sendiri!
"Lari!" teriak si tinggi kurus memberi aba-aba dan tigabelas orang yang tidak terluka itu, segera melarikan diri cerai berai
karena takut kalau sampai dirobohkan.
Sin Wan tidak mengejar, bahkan cepat menyimpan kembali
pedangnya. Untung pagi itu masih sunyi sehingga agaknya
tidak ada orang yang melihat perkelahian singkat itu. Akan
tetapi, langkah-langkah yang lembut membuat dia menengok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi .....!" Sin Wan berseru dan lari menghampiri. Akan tetapi ketika dia hendak memegang tangan gadis itu, Kui Siang menarik tangannya dan pandang mata gadis itu membuat Sin Wan undur selangkah. "Sumoi, kau kenapakah?"
"Jadi engkau adalah putera Iblis Tangan Api Se Jit Kong"!?"
Mendengar pertanyaan itu, Sin Wan terkejut dan mengertilah dia bahwa tadi Kui Siang telah mendengar percakapan antara dia dan Cap-sha-kwi. "Sumoi, aku ........"
Tiba-tiba terdengar suara orang di depan rumah penginapan itu. "Orang muda, sebaiknya engkau berterus terang! Apakah engkau putera Se Jit Kong?"
Sin Wan menoleh dan terkejut melihat bahwa yang mengajukan pertanyaan itu bukan lain adalah Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki! Dan suaranya itu! Sungguh berbeda dari biasanya yang lembut, kini suara itu tegas dan ketus.
"Locianpwe, sumoi, agaknya perlu aku memberi penjelasan.
Marilah kita bicara di dalam saja agar tidak terdengar orang lain," kata Sin Wan dan sikapnya masih tetap tenang karena dia tidak merasa bersalah atau menyembunyikan sesuatu.
Kakek itu mengangguk dan tanpa bicara mereka bertiga memasuki rumah penginapan dan rnenuju ke kamar Bu Lee Ki. Setelah mereka masuk kamar, kakek itu menutupkan daun pintu dan merekapun duduk menghadapi meja dan Sin Wan menghadapi kedua orang itu, merasa seperti seorang tertuduh dihadapkan kepada dua orang hakim!
"Maaf bahwa selama ini aku tidak berterus terang karena aku ingin melupakan semua pengalaman hidup yang teramat pahit itu." Sin Wan memulai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Katakan, benarkah engkau putera Se Jit Kong!?" Bu Lee Ki bertanya, sinar matanya tajam penuh selidik menatap wajah Sin Wan.
"Bukan anak kandung, melainkan anak tiri. Harap locianpwe dan sumoi dengarkan baik-baik, aku akan menceritakan segalanya. Se Jit Kong bukan ayah kandungku, bahkan dialah yang membunuh ayah kandungku yang bernama Abdul ah. Kemudian ibuku menjadi isteri Se Jit Kong dan sejak terlahir sampai berusia sepuluh tahun, aku dirawatnya dan aku menganggap dia ayah kandungku sendiri."
"Ayahmu dibunuh dan ibumu malah menjadi isteri Se Jit Kong?" tanya Bu Lee Ki dengan muka membayangkan kejijikan.
Wajah Sin Wan berubah merah. "Harap locianpwe tidak salah sangka dan kasihanilah ibuku. Ibu pasti membunuh diri begitu ayah kandungku dibunuh Se Jit Kong. Akan tetapi, ketika hal itu terjadi, aku berada dalam kandungan ibu. Demi untuk menyelamatkan diriku, anak tunggalnya, maka ibu terpaksa mengorbankan diri. Dengan batin menderita, ibu menjadi isteri Se Jit Kong dengan syarat bahwa Se Jit Kong tidak akan menggangguku, bahkan menganggap aku anaknya sendirl. Dia sayang kepadaku dan ketika itu akupun sayang kepadanya yang kuanggap ayah kandung sendiri."
"Hemm, lalu bagaimana engkau dapat mengetahui bahwa dia bukan ayah kandungmu dan dia bahkan membunuh ayahmu?" Bu Lee Ki mendesak.
"Ketika Se Jit Kong tewas di tangan Sam-sian, ibuku yang merasa bahwa aku tidak terancam lagi dengan kematian Se Jit Kong, lalu menebus dosa dan membunuh diri, sehabis membuka rahasia itu kepadaku. Ketika Cap-sha-kwi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang Se Jit Kong, ketika itu aku masih merasa sebagai
anak Se Jit Kong. Nah, demikianlah riwayatku. Ketika Sam-
sian mengetahui riwayatku, maka Sam-sian lalu mengambilku
sebagai murid. Terserah kepadamu, sumoi, dan kepadamu
locianpwe, bagaimana kalian akan menilai diriku."
"Ya Tuhan, siapa sangka ......?" Bu Lee Ki bangkit, mondar-
mandir di kamar dan berulang kali menggeleng kepala dan
menghela napas panjang. Kemudian dia berhenti dan duduk
kembali di depan Sin Wan, memandang pemuda itu dengan
sinar mata tajam dan suaranya terdengar sungguh-sungguh.
"Aku percaya bahwa Sam-sian tidak akan salah memilih
engkau sebagai murid, Sin Wan. Akan tetapi bagaimanapun
juga, engkau dikenal sebagai putera Se Jit Kong, berarti


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namamu sudah tercemar lumpur kejahatan. Cap-sha-kwi tentu
tidak akan tlnggal diam dan akan menyiarkan bahwa Sin Wan
adalah putera Se Jit Kong! Engkau akan dimusuhi seluruh
pendekar. Hanya ada satu jalan bagimu, yaitu sebagai
Pendekar Pedang Tumpul, engkau harus mencuci kecemaran
namamu itu dengan perbuatan-perbuatan yang nyata. Engkau
harus dapat membuktikan bahwa dirimu tidak jahat seperti Se
Jit Kong walaupun engkau anaknya atau anak angkatnya.
Adapun aku ....... ah, engkau tahu bahwa aku dipercaya
menjadi pimpinan para kai-pang, kalau diketahui bahwa aku
bergaul dengan putera Se Jit Kong, sebelum engkau mencuci
nama, aku akan kehilangan muka. Terpaksa kita akan
berpisah di sini, sekarang juga. Nah, kalian jaga diri kalian
baik-baik, aku akan pergi." Kakek itu lalu menyambar
buntalannya dan meninggalkan kamar itu dengan cepat.
Sin Wan bangkit berdiri seperti juga Kui Siang, mukanya
pucat ketika dia memandang kepada Kui Siang.
"Sumoi, bagaimana dengan engkau?" tanyanya, penuh
harap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Siang mengusap kedua matanya untuk menghapus beberapa butir air mata yang tadi jatuh di atas pipinya.
"Engkau tahu bahwa keluargaku hancur oleh kejahatan Se Jit Kong. Dan ternyata engkau ...... puteranya, walaupun putera tiri. Aku ..... aku ...... bagaimana mungkin berdekatan denganmu" Suheng, maafkan aku ini ..... aku .... aku akan ke Peking dan aku ..... ahhh ....." Gadis itu terisak dan cepat berlari keluar.
Sin Wan berdiri seperti patung. Mukanya pucat sekali.
Jantungnya seperti diremas-remas rasanya. Kedua tangannya menekan meja dan dia memejamkan matanya, "Engkau benar, sumoi, engkau benar. Aku hanyalah seorang suku biadab Uighur, keturunan orang jahat, aku hanya seorang dusun yang pandir dan miskin, berlepotan nama busuk Iblis Tangan Api Se Jit Kong. Memang sebaiknya engkau menjauhkan diri dariku, sumoi, agar jangan ikut tercemar
......" Dia menjatuhkan diri duduk di atas kursi dan merebahkan kepala di meja, sampai lama dia berdiam dalam keadaan seperti itu.
Sesosok bayangan berkelebat masuk kamar itu, ringan sekali gerakannya. Namun tidak cukup ringan bagi Sin Wan untuk tidak mengetahuinya. Dia menoleh dan ternyata seorang gadis cantik telah berdiri di kamar itu. Timbul harapannya ketika dia mengira bahwa gadis itu sumoinya.
Akan tetapi ketika dia memandang lebih jelas, ternyata gadis itu adalah Lili!
"Lili, kau ........?"
Lili tersenyum, lalu duduk di atas kursi yang tadi diduduki Kui Siang. Memang ada persamaan antara kedua orang gadis itu. Sama cantiknya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sin Wan, kenapa engkau harus berduka! Seorang gagah
tidak akan mudah membiarkan diri terbenam dalam duka.
Kalau mereka pergi meninggalkanmu, biarkanlah. Di sini masih
ada aku, Sin Wan. Aku akan siap menerimamu sebagai
sahabatmu. Marilah kita berdua bertualang di dunia yang luas
ini. Dengan kepandaian kita berdua, kita akan dapat berbuat
banyak!" Sin Wan bangkit, kemarahannya timbul. Dia akan diajak
oleh gadis ini ke dalam dunia sesat" Dia akan diajak mengikuti
jejak ayah tirinya" Sebelum mati, ibunya berpesan agar dia
tidak mengikuti jejak Se Jit Kong.
"Tidak!" bentaknya kepada Lili dan dia menuding ke arah
pintu. "Pergilah kau, jangan bujuk aku. Pergi .....!"
Lili bangkit berdiri, tersenyum manis. "Engkau sedang
dalam keadaan kacau dan berduka. Baiklah, aku pergi, akan
tetapi aku selalu menantimu di Puncak Bukit Ular, di
Pegunungan Himalaya. Datanglah ke sana kalau engkau
teringat kepadaku dan suka menerimaku sebagai sahabat.
Selamat tinggal! Jangan terlalu bersedih, Sin Wan. Orang
berduka cepat menjadi tua! Gadis itu terkekeh lalu pergi dari
situ. Sin Wan kembali menjatuhkan diri duduk di atas kursi.
Habislah sudah! Kakek Bu Lee Ki yang dihormatinya sebagai
gurunya, sumoinya yang dicintanya dan dianggap sebagai
calon isteri, kini memisahkan diri, meninggalkannya dan
menjauhinya. Dia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Lili!
Tidak, dia tidak mau terseret ke dalam dunia sesat. Tiba-tiba
dia meloncat berdiri. "Suhu Ciu-sian!" dia berseru. Ah, kenapa dia sampai
melupakan gurunya itu" Di dunia ini masih ada gurunya, Si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewa Arak. Dia akan pergi ke Pek-in-kok, lembah Gunung Ho-
lan-san itu. Diapun teringat akan pesan Raja Muda Yung Lo di Peking.
Akan diterimakah kedudukan panglima yang ditawarkan raja
muda itu! Kenapa tidak" Dengan kedudukannya itu, dia akan
dapat berbuat banyak untuk bangsa dan negara sehingga dia
akan dapat mencuci noda yang dicemarkan oleh nama busuk
Se Jit Kong. Akan tetapi, di sana ada Kui Siang! Sungguh tidak enak
kalau harus bekerja dekat sumoinya, juga kekasihnya yang
telah menjauhkan diri darinya itu. Dia akan menghadap dulu
gurunya, Si Dewa Arak yang periang, dan mohon nasihatnya.
Yang pasti, dia akan menunjukkan kepada dunia, bahwa
hldupnya tidak sia-sia. Tuhan telah menciptakan dia,
menurunkan dia ke dunia bukan hanya untuk menjadi
permainan nasib, bukan untuk membenamkan diri dalam
duka. Dia harus menjadi seorang manusia yang berguna agar
tidak sia-sia Tuhan menciptakannya. Dia harus mengabdi
kepada Tuhan kalau ingin membuktikan penyerahannya yang
tulus ikhlas dan tawakal. Dan mengabdi kepada Tuhan hanya
dapat dibuktikan dengan pengabdian kepada manusia, kepada
dunia, dengan membela kebenaran dan keadilan.
Dia akan membuktikan kepada dunia bahwa dia adalah
putera ibunya yang dia tahu berhati mulia, bahwa dia tidaklah
sama dengan Se Jit Kong yang menjadi hamba nafsu-nafsunya
dan menjadi tokoh sesat, bahkan datuk sesat!
"Suhu Ciu-sian, tunggulah teecu (murid) yang akan
menghadapmu!" Sin Wan berteriak lalu dia meninggalkan
kamar itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam telah berganti pagi. Kegelapan mulai ditembusi cahaya terang. Sinar matahari menjanjikan hari yang cerah bagi mereka yang pagi-pagi telah terbangun dari tidurnya.
TAMAT Panji Sakti 8 Jago Kelana Karya Tjan I D Pendekar Sadis 21
^