Pencarian

Tangan Geledek 19

Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo Bagian 19


masing! Keadaan menjadi tegang sekali. Dua orang itu diam
tak bergerak seperti patung, akan tetapi urat-urat tangan
mereka menggeliat-geliat, dan tenaga dalam mereka sedang
saling dorong. Tak seorangpun di antara mereka berani
sembarangan melepaskan pegangan pada lengan lawan
karena siapa yang melepaskan pegangan lebih dulu berarti
mendapatkan pukulan lebih dulu pula.
Seperempat jam mereka berkutetan dan saling dorong
dengan tenaga dalam untuk merobohkan lawan. Baik
pergelangan tangan Sin Hong yang menjadi menghitam,
maupun pergelangan tangan Kong Ji yang menjadi biru,
terasa sakit sekali, namun tak seorangpun di antara mereka
yang mau mengalah. Kalau saja Sin Hong belum terluka di
25 dalam dadanya, tak mungkin Kong Ji dapat menang, karena
kalau Sin Hong selalu menyimpan dan memurnikan hawa
dalam tubuhnya, adalah Kong Ji yang menghamburkan
tidak karuan dengan jalan hidup menurutkan hawa nafsu
belaka. Akan tetapi Sin Hong sudah terluka berat dan dalam
usaha terakhir ini kembali ia muntahkan darah dari
mulutnya. Kong Ji mengerahkan seluruh te naga, maklum
bahwa kemenangan sudah mendekat.
Siok Li Hwa yang melihat suaminya kembali muntahkan
darah, melompat dekat dan memukul Kong Ji dari be lakang.
Akan tetapi, pukulan yang mengenai punggung Kong Ji ini
seperti mengerai daging lunak dan akibatnya kuda-kuda Sin
Hong menjadi tergempur dan hampir saja ia melepaskan
pegangannya. Ternyata bahwa pukulan Li Hwa itu dapat
direrima dan disalurkan oleh Kong Ji, dipakai untuk
menambah tenaganya mendorong Sin Hong!
Melihat ini, Tiang Bu melompat dan menarik tangan Li
Hwa mundur. Kemudian ia sendiri maju di tengah- tengah
dan sekali kedua tangannya memukul, satu ke arah pundak
Sin Hong dan yang kedua ke arah pundak Liok Kong Ji. dua
orang jago tua ini tersentak ke belakang dan pegungan
mereka terlepas ! Sin Hong cepat menjatuhkan diri, duduk bersila untuk
mengatur pernapasannya, memul ihkan kembali hawa di
dalam tubuhnya yang sudah tidak karuan, membuat luka di
dadanya makin parah. Ia perlu beristirahat dan mengatur
pernapasannya untuk mengobati lukanya. Adapun Liok
Kong Ji yang tidak terluka, menjadi marah sekali melihat
Tiang Bu turun tangan, "Kau curang.........." bentaknya sambil menyerang.
Akan tetapi Tiang Bu yang sudah menjadi gemas s ekali,
tidak mau banyak cakap lagi. Serangan pukulan dahsyat itu
ia tangkis dengan pengerahan tenaga secukupnya dan
akibatnya t ubuh Kong Ji terpental ke s amping. Sebelum
Kong Ji sempat menyerang lagi, Tiang Bu sudah me loncat
26 dekat dan sekali tangannya menyambar ke arah pundak,
terdengar suara "kraak !" dan tulang pundak Kong Ji patah-patah!
Kong Ji mengeluarkan jeritan menyayat hati. "Aduuhh ....
kau.......... kau.......... anakku semdiri.........!"
Jeritan ini entah bagaimana membuat Tiang Bu terpukau
dan diam saja tak bergerak untuk sesaat. Saat Ini
dipergunakan oleh Kong Ji untuk menyebar jarum-jarum
Hek-tok-ciam dengan tangan kanan karena lengan kirinya
sudah lumpuh akibat remuknya tulang pundak kirinya.
Kemudian, selagi semua orang sibuk meluputkan diri dari
penyeraagan Hek-tok ciam, ia melarikan diri !
"Kejar,.. ..... !" Li Hwa be rseru.
Tanpa menunggu komando lagi Tiang Bu sudah dapat
menguasai dirinya dan cepat lari mengejar. Di tengah jalan
Kong Ji yang tak sanggup melepaskan diri dari kejaran Tiang
Bu yang jauh lebih gesit itu, membalikkan tubuh dan
kembali jarum-jarum hitam ia lepaskan ke arah Tiang Bu.
De ngan mudah Tiang Bu menyampok semua jarum dan
membentak, "Iblis jahat. kau hendak lari ke mana ?"
"Tiang Bu, kau anakku...... betul-betulkah kau hendak
membunuhku"...... ?" Kong Ji me rayu sambll mendekat,
"Tutop mulnt.......... "
Mempergunakan kerempatan selagi Tiang Bu menjawab.
Kong Ji sudah memukul lagi dengan tangan kanannya,
memukul dengan Hek tok-ciang sekuat-kuatnya ! Ini
membuktikan sekali lagi betapa curang dan liciknya hati
Liok Kong Ji. Tiang Bu terpaksa menangkis karena untuk menge lak
tidak ada waktu lagi. Saking marahnya ia mengerahkan
te naga dalam tangkisannya dan ...... untuk kedua kalinya
tubuh Kong Ji terlempar. Kali ini ia terlalu keras terlempar, 27
sampai tubuhnya bergulingan dan kepalanya terbent ur batu
hatu karang. Baiknya ia s udah bertubuh kebal sehingga
hanya mukanya saja babak belur dan berdarah, kalau tidak
tentu kepalanya akan pecah. Akan te tapi ia dapat bangun
lagi dengan cepat dan melarikan diri.
"Iblis, jangan lari!" Tiang Bu mengejar lagi.
Akan tetapi K ong Ji yang sudah tak dapat melihat jalan
ke luar, mulai merasa takut kepada puteranya sendiri. Rasa
takut membuat ia dapat lari cepat bukan main. Terpaksa
Tiang Bu mengerahkan ginkangnya untuk mengejar lebih
cepat lagi sampai Kong Ji tiba di tepi pantai yang amat
curam, penuh batu-batu karang.
Tiang Bu takut kalau Kong Ji dapat melarikan diri ke
laut, maka ia cepat memungut batu karang kecil dan
menyambit. Mendengar suara angin sambaran batu, Kong Ji
mengelak, akan tetapi ia tidak mengira bahwa batu ke dua
yang amat kecil sehingga tak menerbitkan suara datang
menghantam belakang lututnya, me mbuat ia terjungkal
roboh, tak kuasa mengelak lagi. Sebelum ia dapat bangkit
berdiri, Tiang Bu sudah berada di dekatnya dan pemuda itu
menginjak punggung Kong Ji dengan kakinya.
"Kau hendak pergi ke mana sekarang ?"
"Tiang Bu ......" Kong Ji tere ngah-engah, "Tiang Bu .....
kau anak kandungku ..... kau lepaskanlah ayahmu ini dan
aku bersumpah ..... ..mulai se karang takkan berlaku jahat
lagi?". aku bersumpah akan menjadi pertapa me nsucikan
diri .......... " "Iblis, siapa pe rcaya mulutmu " Bersiaplah untuk
mampus !" "Tiang Bu ...... ingatlah, kalau tidak ada aku, kaupun
tidak berada di dunia ini .......... aku betul-betul sudah
bertobat. ...... ." 28 Bujuk rayu dan permintaan ampun ini sama se kali tidak
mempengaruhi hati Tiang Bu yang sudah te rlampau sakit
oleh perbuatan-perbuatan "ayahnya" yang seperti iblis ini. ia membentak keras.
"Kau masih bisa bilang tentang tobat " Mengapa kau
tidak ingat ketika kau mencemarkan ibuku" Ketika kau
membunuh-bunuhi orang-orang tidak bordosa, ketika kau
membuntungi lengan Bi Li" Kau harus membikin
perhitungan dengan mereka itu di alam baka! Liok Kong Ji,
bersiaplah kau untuk meninggalkan dunia ini!" Tiang Bu
mengerahkan tenaga dan injakannya makin kuat.
"Aahh.......... aaaup.......... ampun.......... Tiang Bu.........."
Tiang Bu tidak memperdulikan jeritan ini, akan tetapi
tiba-tiba terdengar be ntakan keren berpengaruh dari sebe lah be lakangnya.
"Tiang Bu, lepaskan dia !!"
Tiang Bu menengok dengan kaget dan alangkah
herannya melihat Wan Sin Hong dengan muka pasti berdirl
di belakangnya. sikapnya berpengaruh dan tegang. Di
be lakangnya datang anggauta-anggauta rombongan lainnya.
Saking herannya mengapa Sin Hong melarang dia
membunuh penjahat itu. Tiang Bu menurunkan kakinya
dari pung gung Kong Ji membuat penjahat itu dapat
bernapas lagi. Tere ngah-engah dan mengerang-erang seperti
babi dise mbelih. "Wan pek-pek, mengapa kau melarangku membunuh
lblis ini?" "Kurena kau anaknya ! Kau boleh melawan
ke jahatannya, akan tetapi kau tidak boleh membunuh dia
begitu saja! Tak boleh kau mewarisi kekej ian hatinya. Ingat, kau putera Gak Soan Li, seorang pendekar winita berpribudi
tinggi. Kalau kau membunuh dia dalam ke adaan begitu,
aku.......... aku akan membencimu selama hidupku!" Kata-
kata Wan Sin Hong ini terdengar penuh perasaan dan
29 be rpengaruh sekali, membuat Tiang Bu mundur dan
terkejut. "Biarkan aku sendiri yang menamatkan hidupnya,
karena sesungguhnya hal itu adalah kewajibanku seme njak
aku masih muda dulu."
Akan tetapi pada waktu Wan Sin Hong berbicara dengan
Tiang Bu dan semua orang memperhatikan dua orang tokoh
ini, Liok Kong Ji sudah dapat me lompat bangun lagi. Me lihat ia tak dapat mengharapkan keampunan lagi Kong Ji
melarikan diri ke pinggir batu karang yang curam.
"Kong Ji, kau hendak lari ke mana?" Sin Hong mengejar
sambil mencabut pedangnya. "Pak-kek-s in-kiam yang akan
menamatkan hidupmu !"
Akan tetapi Kong Ji tidak rela mati di tangan Sin Hong.
Dengan nekat ia lalu malompat ke depan dan?".. terdengar
air muncrat ke atas disusul oleh jerit mengerikan dari Liok
Kong Ji, Wan Sin Hong dan kawan-kawannya lari ke pinggir
batu karang, menjenguk ke bawah dan.......... pemandangan
di bawah amat mengerikan hati.
Jauh di bawah, kurang lebih dua ratus meter, kelihatan
Liok Kong Ji berkutetan dan bergumul mati -matian melawan
puluhan ekor ikan hi u yang mengeroyoknya. Baju dan
kulitnya sudah habis dikoyak-koyak ikan-ikan buas itu dan
salahnya dia melakukan perlawanan sehingga nyawanya
agak lama me layang. Saking bingung, takut dan sakitnya,
tiba-tiba Liok Kong Ji tertawa bergelak-gelak. Suara
ketawanya mengandung t enaga khikang yang luar biasa,
bergema di seluruh pe rmukaan air laut seperti suara ketawa
seorang iblis. Akan tetapi suara ini adalah suaranya yang
terakhir karena ia lalu lenyap disere t oleh ikan-ikan itu ke dasar laut untuk dijadikan rebutan sampai habis seluruh
tubuh berikut tulang-tulangnya !
Sin Hong menarik napas panjang dan ketika ia
menengok, ia meiihat Tiang Bu menutupi mukanya, berdiri
30 bagaikan patung dengan muka pucat sekali. Ia tahu bahwa
pemuda ini pada saat terakhir masih insyaf bahwa manusia
yang dikejar-kejar dan kemudian mendapatkan kematian
secara begitu mengenaskan, betapapun jahatnya, adalah
ayahnya sendiri. Hal ini menyenangkan hati Sin Hong
karena pemuda ini masih mempunyai watak membakti
kepada orang tua. Di samping rasa senang ini juga amat
te rharu sampai ia berdiri dan memeluk pundak Tiang Bu.
"Tiang Bu, pandanglah aku se bagai ayahmu. Terus
terang saja, dahulu pernah aku suka kepada ibumu, rasa
suka yang jauh berlainan dengan rasa s uka dalam hati Kong
Ji yang kotor." Mendengar ini, Tiang Bu memeluk Wan Sin Hong dan
menangis. Sekali ini Tiang Bu menangis sedih, mencurahkan
seluruh kesedihan hatinya karena ditinggal mati Bi Li dan
karena mempunyai ayah yang demikian jahat.
"Tiang Bu, kepandaianmu tinggi dan kau masih muda.
Masih luas dunia ini terbentang di bawah kakimu dan kau
masih akan dapat melanjutkan riwayat hidupmu yang
gemilang. Masih banyak kebabagiaan dapat kaucapai. Mari
kau ikut kami ke Kim-bun-to........."
"Tidak, pek-pek. Terima kasih banyak atas kebaikan hati
pe k-pek dan yang lain lain. Akan tetapi aku hendak kembali
ke Omei-san ......" "Sesukamulah. Akupun dengan bibi dan adikmu akan
kembali ke Luliang-san, dan kuharap saja kelak kau suka
memberi bimbingan kepada Leng-ji."
"Tentu, pek-pek. Kalau sudah tiba masanya, biarlah
siauwtit menurunkan apa yang telah siauwtit pelajari kepada
adik Le ng Leng." Dengan terharu mereka lalu berpisah Tiang Bu lebih dulu
meninggalkan pulau itu untuk kembali ke Omei-san, di
mana ia akan bertapa menjadi orang alim, sesuai dengan
janjinya kepada Bi Li. Adapun Wan Sin Hong lebih dulu
31 menghadiri pernikahan antara Ang Lian dan Ciu Lee Tai
yang dilakukan dengan amat meriah. Melihat Pe k Lian yang
sudah memotong pende k rambutnya, diam-diam Wan Sin
Hong dan isterinya memuji kekerasan hati gadis ini. Mereka
adalah orang-orang be rpengalaman, maka mereka dapat
menduga apa yang telah terjadi antara Pek Lian den Tiang
Bu, karena Ang Lian adalah seorang gadis yang tidak dapat
menyimpan rahasia dan sudah menceritakan tentang cicinya
itu. "Cinta se lalu memhawa korban," kata Sin Hong menarik
napas panjang. "Biarpun ia diam saja, aku tahu bahwa Tiang Bu patah hati karena kehilangan Bi Li sehingga ia ingin
kembali ke Omei-san untuk bertapa. Juga Pek Lian yang
mencinta Tiang Bu, tentu telah patah hati karena penolakan
pe muda itu sehingga be rsumpah takkan menikah selama
hidupnya dan hidup sebagai seorang laki laki. Mereka itu
patut dikasihani, anak anak yang baik sekali mengalami
nasib seburuk itu ...... "
Li Hwa tersenyum. "Pek Lian memang patut dikasihani.
Akan tetapi nasib orang siapa yang tahu" Kau juga dulunya
sama sekali tidak pernah mengimpi akan berjodoh dengan
aku, bukan " Nah, siapa tahu kalau-kalau Pek Lian kelak
menemui jodohnya. Adapun tentang Tiang Bu........... belum
tentu dia menjadi pendeta.........."
"Hee" Apa maksudmu kau bilang begitu " Mengapa kau
begitu yakin nampaknya?" tanya Sin Hong sambil
memandang wajah isterinya yang cantik.
"Kau mendekatlah agar aku dapat berbisik. Orang lain
tak boleh tahu........."
Tersenyum karena sifat berahasia is terinya ini, Sin Hong
mendekat. Li Hwa menempe lkan bibirnya di de kat telinga
Sin Hong berbisik-bisik. 32 Wajah Sin Hong berobah. Nampak gembira bukan main
sampai ia meme luk isterinya, dipondongnya dan dibawa


Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

putar putar di dalam kamar.
"Bagus.......... ! Bagus.......... Ah, aku girang se kali.........!"
"Hush ...... turunkan aku.......... ribut-ribut kalau
membikin kaget sepasang pengantin bagaimana?" tegur Li
Hwa. -oo(mch)oo- Apa yang dibisikkan oleh Li Hwa kepada suaminya"
Marilah kita mengikuti perjalanan Tiang Bu yang tanpa
menunda-nunda lagi berangkat me nuju ke Omei-san, tempat
pertapaan mendiang guru-gurunya. Ia sudah putus harapan,
sudah hampa hatinya karena ditinggal pergi Bi Li untuk
selamanya. Apa artinya hidup lagi baginya" Dia bukan
seorang pengecut untuk menghabiskan hidupnya begitu saja akan te tapi iapun tidak ada nafsu lagi
untuk hidup di dunia ramai. Ia akan bertapa, memperdalam ilmunya, menanti ajal mencabut nyawanya dan membawanya bersatu kembali dengan Bi Li kekasihnya. Sesampainya di puncak Omei-san, ia membersihkan gua tempat suhunya bertapa lalu mengatur sembahyangan secara sederhana. Pertama-tama ia 33 menyembahyangi arwah kedua orang gurunya, lalu arwah
ibunya. Tak lupa ia menyembahyangi arwah ayahnya, Liok
Kong Ji, dan mendoakan supaya ayahnya itu mendapat
pengampunan di alam baka. Akhirnya ia bersembahyang
untuk arwah Bi Li dan ia tak dapat menahan kesedihannya
lagi, menangis di depan meja sembahyang seperti anak kecil .
"Bi Li, kalau kau ada kekuasaan, lekaslah ajak nyawaku
bersamamu. Aku tidak kuat lagi hidup seorang drri di dunia
yang penuh dengan kepalsuan ini," tangisnya sambil
mengeluh panjang pendek. Saking lelah dan duka, Tiang Bu
jatuh pulas di depan meja, mendekam di atas tanah yang
hangat dalam gua itu. Dan Tiang Bu bermimpi. Ia melihat Bi Li dengan pakaian
serba putih sederhana numun bahkan membayangkan
keindahan wajah dan bentuk tubuhnya, berjalan
menghampirinya, de ngan senyum manis dan mata berkaca-
kaca Bi Li dengan lengan sebel ah masih buntung dengan
wajah yang agak kurus dan pucat, namun sepasang mata
yang jernih dan indah masih menyinarkan cinta kasih yang
amat mendalam. "Tiang Bu, jangan berduka, aku sudah datang di
sampingmu," demikian Bi Li berkata dengan suara merdu.
Di dalam mimpinya. Tiang Bu merangkul gadis
kekasihnya itu erat-erat.
"Bi Li, jangan kautinggalkan aku lagi"
"Tidak. Tiang Bu. aku takkan meninggalkanmu lagi,"
jawab Bi Li mesra. Akan tetapi di dalam mimpinya, Tiang Bu melihat tubuh
Bi Li terlepas dari pelukannya dan terbawa angin taufan lalu
terjatuh ke dalam air laut yang bergelombang. Datang ikan-
ikan hiu mengeroyok Bi Li, persis seperti ketika tubuh Kong
Ji digerogoti ikan-ikan hiu buas itu. Ia mendengar Bi Li
menjerit -jerit seperti Liok Kong Ji pula, akan tetapi enehnya jerit Bi Li ini bukan minta tolong seperti Liok Kong Ji
34 melolong kemudian tertawa mengerikan, melainkan Bi Li
memanggil-manggil namanya.
"Tiang Bu.......... ! Tiang Bu....! Sadarlah ?".."
Dan Tiang Bu sadar dari mimpinya. Ataukah ia masih
bermimpi" merasa tubuhnya dipeluk, kepalanya di atas
pangkuan dan pundaknya digoyang-goyang. Terdengar suara
Bi Li seperti dalam impian tadi.
"Tiang Bu .......... sadarlah.......... ahh. Tiang Bu, sudah lama aku menanti di sini, jangan kau tinggalkan aku ......
Tiang Bu?"." Tiang Bu membuka matanya dan di bawah sinar lampu
yang entah dari mana datangnya ia tak tahu, ia
melihat .......... Bi Li duduk di atas tanah, me mangku
kepalanya dan gadis it u meneteskan air mata di atas
mukanya. Tiang Bu menggigit bibirnya sendiri. Ia tidak berani
bergerak atau mengeluarkan kata-kata karena khawatir
kalau-kalau mimpi indah ini akan lenyap dan ia akan sadar
mendapatkan dirinya seorang diri dalam gua. Ia ingin
menikmati mimpi bertemu dengan Bi Li ini selama mungkin.
Melihat Tiang Bu sudah membuka mat a akan tetapi diam
saja, Bi Li berkata, "Tiang Bu, kenapa kau di am saja" Ini aku, Bi Li. Tidak
senangkah kau melihat aku di sini ?"
Tiang Bu kaget sekali ketika merasa betapa air mata yang
menitik turun dari mata Bi Li itu membasahi pipinya, benar-
benar, karena ketika ia meraba, pipinya sudah basah.
Serentak ia bangkit duduk dan memegang lengan Bi Li.
"Bi Li.......... tidak mimpikah aku.......... ?"
Bi Li menatap wajah kekasihnya dengan air mata
berlinang, lalu menggeleng kepala. "Tidak, Tiang Bu. Kita dalam keadaan sadar. Aku berada di sampingmu, di puncak
Omei-s an." 35 "Bi Li.... " dada Tiang Bu berombak keras, wajahnya pucat seperti kertas saking tegangnya peras aan hatinya.
"Bukankah.......... bukankah kau mat i dimakan ikan di laut Pe k houw-to ..... ?"
Bi Li mengambil tangan Tiang Bu dan diciumnya tangan
itu. "Tidak, Tiang Bu. Aku tidak mati, aku masih hidup dan langsung ke sini untuk menantimu datang ?"."
"Bi Li.......... ya Tuhan.......... kau betul -betul masih hidup.......... ?" Tiang Bu tiba-tiba menjadi lemas dan.......
jatuh pingsan di atas pangkuan Bi Li.
Kegirangan yang tiba-tiba, yang amat keras berlawanan
dengan keputusasaan dan kedukaannya, merupakan
pukulan hebat bagi Tiang Bu, membuatnya roboh pingsan
untuk kedua kalinya. Tadipun ketika ia tertidur, ia
sebetulnya roboh pingsan sampai Bi Li datang dan
menyadarkannya. Tentu saja Bi Li menjadi bingung, hanya dapat
memanggil-manggil nama Tiang Bu, me mijit-mijit kepalanya
dan menyiram mukanya dengan air mata. Akhirnya Tiang Bu
siuman kembali. Begitu ia siuman, ia hanya dapat mame luk
Bi Li dan mendekap kepala gadis itu di dadanya sambil
meramkan mata dan memuji syukur kepada Thian Maha
Pengasi h. Sampai lama keduanya berdiam seperti patung
dalam keadaan bagitu, hanya terdengar Bi Li te risak
pe rlahan de ngan hati bahagia.
Setelah detak jantungnya normal kembali dan tenaganya
putih pula, baru Tiang Bu me lepaskan dekapannya,
memandangi wajah kekasihnya, membelai rambutnya penuh
kasih sayang, lalu bertanya.
"Aduh, Bi Li, kau benar-benar bisa membikin aku mati
ke girangan. Bagaimana kau bisa berada di sini" Aku melihat
kau jatuh ke dalam laut dan lenyap. Apakah ada jalan dari
dasar laut menembus ke sini?"
36 "Panjang ceritanya, Tiang Bu. Dan yang tahu akan hal ini
kiranya Pek Lian dan bibi Siok Li Hwa. Kemudian, sambil
menyandarkan kepalanya di dada Tiang Bu. Bi Li
mence ritakan pengalamannya seperti yang dice ritakan dalam
bisik-bisik oleh Siok Li Hwa kepada suaminya, Wan Sin
Hong. Ternyata bahwa ketika Bi Li terseret oleh Liok Cui Kong
jatuh ke dalam laut, kebetulan sekali lewat perahu yang
ditumpangi ole h Pek Lian dan Siok Li Hwa. Dua orang
wanita ini sedang melepaskan kekesalan hati menunggu di
pantai sambil sekalian meronda, kalau-kalau Liok K ong Ji
akan melarikan diri dari pulau itu.
Melihat Bi Li terseret jatuh oleh Liok Cui Kong. dua orang
Wanita itu segera menolongnya dan membiarkan Liok Cui
Kong habis dimakan ikan hiu. Bahkan mereka ce pat-ce pat
mendayung perahu itu ke daerah lain agar jangan meli hat
kengerian itu. Melihat bahwa yang menolongnya Pek Lian, Bi Li lalu
teringat akan sikap Pek Lian kepada Tiang Bu. Ia berpikir
bahwa Pek Lian memang jauh lebih cocok untuk menjadi
jadoh Tiang Bu. Gadis ini tidak hanya cantik jelila dan juga
gagah perkasa, malah kedua tengannva masih lengkap, tidak
buntung seperti dia. Di depan Siok Li Hwa, se cara terus
terang ia berkata, "Aku mohon kepada adik Pek Lian dan bibi Li Hwa, agar
supaya hal diriku ini dirahasiakan dari siapapun juga. Aku
ingin dianggap sudah lenyap dan mati."
"Eh. mengapa begitu, enci Bi Li?" tanya Pek Lian
terheran. Bi Li memandang ke arah lengannya yang buntung.
"Sebetulnya aku malu masih harus hidup di dunia ini. Aku hidup hanya karena ingin membalas dendam. Sekarang Cui
Kong si keparat sudah mampus, dan Kong Ji tinggal menanti
saatnya saja. Aku minta bibi dan adik suka berjanji,
37 rahasiakan bahwa aku masih hidup. Sanggupkah menolong
aku orang malang ini ?"
Pek Lian benar-benar tidak mengerti. Akan tetapi Li Hwa
yang sudah banyak pengalamannya, dapat me nduga bahwa
Bi Li tentu me ngalami hal yang amat menyedihkan dan ingin
dianggap mat i oleh seorang tertentu.
Mungkin Tiang Bu orang it u. Me ngapa" Ia belum tahu
ke tika itu. Maka ia lalu memberi isyarat kepada Pek Lian
dan menyanggupi permintaan Bi Li.
"Selanjutnya kau hendak ke manakah" Atau hal ini juga
dirahasiakan dari kami ?"
Bi Li menjadi merah mukanya. "Memang aku orang
sengsara ji-wi sudah menolong nyawaku masih saja aku
memberi beban kepada ji-wi. Biarlah ji-wi ketahui bahwa
aku hendak pergi ke Omei-san dan bertapa di sana sampai
aku mati." Setelah berkata de mikian, Bi Li lalu
menggunakan sebuah perahu pergi dari situ.
Ia benar-benar langsung menuju ke Omei-san dan
menanti Tiang Bu di sana. Ia hanya mempunyai dua pilihan.
Tiang Bu datang dan betul-betul pemuda itu tidak mau
menerima Pek Lain dan memili h menjadi pertapa itu berarti
pemuda itu betul-betul mencintanya sepenuh hati. Kalau
Tiang Bu tidak dat ang dan hidup bahagia dengan wanita
lain, ia rela menjadi pertapa di bukit itu.
Dan ternyata Tiang Bu datang, bahkan menyembahyangi
arwahnya ! Dapat dibayangkan betapa bahagia hatinya.
Demikianlah penuturan Bi Li kepada Tiang Bu, juga
penuturan Li Hwa kepada Sin Hong tentu saja dengan cara
lain dan pandangan lain. "Bi Li," kata Tiang Bu. "Mengapa kaulakukan semua itu "
Mengapa kau ingin pergi meninggalkan aku dan
membiarkan aku me rana dan berduka, mengira kau sudah
tewas ?" 38 Sambil menyembunyikan mukanya di dada kekasihnya,
Bi Li berkata, "Aku memberi kesempatan kepadamu memilih Pek Lian,
biar aku menjadi pertapa yang selalu mendoakan untuk
kebabagiaanmu di s ini ...... "
Tiang Bu mencium kepala kekasihnya. "Bi Li, jadi kau
...... kau waktu itu cemburu.......... ?"
Tanpa mengangkat muka, Bi Li berkata li rih, "Cemburu
sih ada sedikit, akan tetapi terutama untuk menguji sampai
di mana besarnya cinta kasihmu, apakah sebesar cinta
kasihku kepadamu?".."
Tiang Bu hanya dapat mendekap kepala kekasihnya
dalam kebahagiaan yang hanya dia sendirilah yang tahu.
Sementara itu, bulan muncul dari balik awan, berseri
menyaksikan pertemuan kembali antara dua orang kekasih
yang penuh kasih mesra itu. Angin gunungpun bersilir,
menerjang memasuki gua untuk membe lai dua orang muda
remaja yang sedang dibuai asmara itu.
Sampai di sini tamatlah cerita Pek lui-eng ini dan
berakhirlah pula kejahatan-kejahatan dan kekejian dari Liok
Kong Ji dan kaki tangannya. Thian Maha Adil, betapa pun
pandai orang seperti Liok Kong Ji itu bermuslihat, akhirnya
orang jahat akan menemui hukumnya. baik di dunia
maupun di akhirat. Inilah kodrat Tuhan, inilah keadil an Thian, pasti dan tak
dapat dibantah pula, seperti pas tinya siang dan malam. Oleh
karena itu, setiap orang manusia harus selalu mengemudi
nafsunya, harus selalu menguasai dirinya, menjauhkan
kejahatan sedapat mungkin, dan memupuk kebajikan
sebanyak mungkin, kalau dia hendak mendapat
kebahagiaan dinia akhirat !
TAMAT 39 Gelang Kemala 6 Panji Sakti Karya Khu Lung Pendekar Pengejar Nyawa 21
^