Eng Djiauw Ong 20
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Bagian 20
"Memang ada satu hal yang menggirangkan bahwa Ong
Loo soe telah bertemu dengan Pauw Hiocoe," berkata ia.
"Disini bukannya tempat bicara, mari kita masuk kedalam.
Pauw Hiocoe, Pangcoe kita asyik menantikan didalam,
mari kita menemuinya bersama. Dengan melihat kepada
Pang coe, kita harus bikin tetamu kita masuk kedalam Cap
jie Lian hoan ouw sebagai juga mereka sedang pulang,
secara demikian baharulah kita ada sahabat2 sejati."
Pauw Coe Wie mengerti maksud kawannya ini, dari itu,
ia menoleh kepada Siang ciang Hoan thian sambil
menyengir. "Kedatangan para tetamu kita membuat bahagia bagi
Hong Hwee Pang," kata ia, "untuk melayani saja aku
masih sangsikan kesempurnaannya, apapula untuk berlaku tidak hormat! Ciongwie loosoe, mari masuk!"
Bersama2 Coei Hong, demikian juga yang lain2, Pauw
Coe Wie lantas memimpin masuk. Eng Jiauw Ong semua
bertindak kedalam setelah ia menghaturkan terima kasih.
Para tuan rumah kemudian mengiringi dari belakang.
Begitu masuk dalam Thian Hong Tong, Eng Jiauw Ong
dan Coe In Am coe perhatikan seluruh ruangan secara
diam, hingga mereka tampak perubahan perlengkapan
daripada diwaktu malam tadi.
Empat kacung, dengan seragam hijau, menyambut
dimuka tempat pemujaan. Ban tiang telah dipentang
ditengah, lebarnya lima kaki. Dari hiolouw diatas meja ada mengepul asap dupa. Di tengah meja ada digantung sebuah Hoelieteng yang apinya tak terang sempurna. Dibelakang ban tiang, yang kuning warnanya, ada selembar ban tiang lain, hingga disitu tak terlihat suatu apa, kecuali dengan samar2, cahaya api yang dinamai sin teng, pelita suci, apinya berkelak kelik, asapnya pun bergulung.
Entah dewa atau malaikat apa yang dipuja disitu.
Didepan meja sembahyang ada sebuah kursi tercat air
emas, yang ditataki lapisan sulam. Dikiri dan kanan ada para2 kayu, yang di perlengkapi dengan dua burung hong menghadapi matahari yang tertabur batu pualam dan
mutiara dan dibelakangnya burung hong itu tergendol
sebuah para2 kecil warna merah, yang disebelah kiri
memuat dua belas batang tek hoe, yang disebelah kanan di tancapkan dua belas batang bendera sulam tiga persegi.
Kursi itu masih kosong. Sedikit didepan itu ada dua baris tempat duduk lain,
ditengahnya ada sebuah meja dengan kedua sampingnya
disediakan masing2 sebuah kursi thay soe ie.
Thian Hong Tong berkedudukan di barat, tempat
pemujaannya di barat utama. Disebelah utara, sambil
berdiri, ada seorang dengan wajah terang, kumisnya
pendek. Dia adalah Thian lam It Souw Boe Wie Yang,
ketua dari Hong Bwee Pang. Dia berdiri didepan sebuah kursi. Lainnya kursi kosong semua. Berbagai tocoe berdiri sedikit dibelakang, disebelah selatan dan utara, jumlah dua puluh lebih, pakaian mereka rapi, romannya bersungguh2.
Semuanya berdiam. Dibelakang mereka ada serombongan
anggauta dengan usia dari dua puluh sampai tiga puluh tahun, seragam mereka ringkas, potongannya luar biasa, karena dari samping kiri dan kanan, terus kebelakang, mirip ekor burung walet, sesuatu nya menyoren golok.
Begitu lekas Coei Hong sampai bersama sekalian
tetamunya, Boe Wie Yang bertindak maju untuk
menyambut, untuk segera memberi hormat pada Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, seraya ia mengucap "Hoay siang Tayhiap, See Gak Pay Ciangboen taysoe. Kunjungan ini
adalah suatu kehormatan besar bagi kami. Inilah perjalanan ribuan lie, yang membuat cape dan lelah. Harap Tayhiap dan Taysoe maafkan aku, karena kemarin, tatkala jiewie baharu sampai, aku tak dapat ketika untuk menyambut
sendiri." "Tetapi, Pang coe, aku hanya ada seorang kasar dari
dunia kang ouw," Eng Jiauw Ong menjawab sambil
membalas hormat. "Kami justeru berterima kasih terhadap Pangcoe, semua hiocoe dan tocoe, yang telah begitu baik hati sudah undang kami beramai. Kami telah memenuhi
undangan, pertama untuk dapat melihat Cap jie Lian hoan ouw yang kesohor, ke dua untuk mohon dapat tambahan
pengetahuan dari Pangcoe, yang boegeenya luar biasa. Ini adalah pangenanku sejak banyak tahun. Aku adalah
seorang kasar yang tak tahu aturan2 kaum kang ouw, dari itu aku minta sukalah Pangcoe memberi maaf!"
Niekouw dari See Gak juga rangkap kedua tangannya
didepan ketua Hong Bwee Pang itu seraya ia berkata
"Sudah lama pinnie dengar nama besar dari Hong Bwee
Pang yang telah Pangcoe dirikan hingga menggetarkan
daerah sungai Besar Selatan dan Utara, hingga pinnie ingin melongok satu pemimpin demikian besar dan mentereng,
maka sungguh kebetulan, pinnie telah dapat dua kali
undangan anak panah Pek ie cian dari tocoe di Tong kwan, maka pinnie segera siap untuk memenuhi undangan itu.
Sekarang, disini pinnie dapatkan penyambutan manis dan sempurna dari Pang coe, benar pinnie ada sangat bersyukur dan berterima kasih. Disebelah undangan itu, Pang coe datangnya pinnie juga ada untuk sekalian memohon maaf dari Pang coe serta berbareng buat minta pengunjukan dari tocoe bagian Barat, apa dosanya kaum See Gak Pay hingga kami tak dapat diberikan tempat. Pinnie menyiarkan agama menuruti ajaran guruku, pinnie telah berkelana, umpama kata pinnie ada lakukan sesuatu kesalahan, pasti itu
bukannya dengan disengaja. sama sekali pinnie tidak niat mempersulit Hong Bwee Pang, akan tetapi kuilku, Pek Tiok Am telah dibakar, inilah membuat pinnie, sebagai ciang boen jin, tak dapat bertanggung jawab terhadap anggauta kaumku semuanya. Demikian, Pangcoe, dengan besarkan
nyali, pinnie datang kemari secara lancang. Adalah
maksudku supaya Pang coe serta sekalian tocoe suka
berikan pengajaran kepadaku dengan depan berdepan?"
Boe Wie Yang tertawa gelak2.
"Jangan kesusu, Am coe!" berkata ia. "Dengan tak
menghiraukan cape lelah, Am coe telah sudi datang
berkunjung ketempatku ini, itu saja sudah menunjuk
penghargaan besar terhadap aku, Boe Wie Yang, maka itu, kami pasti akan berikan kepuasan kepada Am coe.
Sebenarnya hal ini tak dapat dibicarakan selesai dengan tempo satu hari saja, karena itu, silahkan duduk, mari kita bicara dengan saksama". Ia lalu menoleh pada Eng Jiauw Ong, akan meneruskan "Ong Loosoe, semua tetamu,
menurut daftar namanya ada orang2 kenamaan, karena itu, sebab aku belum kenal pribadi semua, tolong kau
perkenalkan aku kepada mereka satu demi satu".
Eng Jiauw Ong meluluskan akan memperkenalkan
semua orang dari rombongannya kepada ketua Hong Bwee
Pang. Boe Wie Yang memberi pujian kepada semua
tetamunya, sesudah mana, ia undang mereka duduk. Ia
menyalakan tak ketahui jelas derajat mereka, maka ia minta supaya mereka duduk menurut runtunan sendiri. Khoe
Beng ada terlebih tua daripada Eng Jiauw Ong tetapi Eng Jiauw Ong sebagai ciangboenjin, ketua, mesti duduk
sebagai kepala, berimbang dengan Coe In Am coe, ketua See Gak Pay. Maka itu, orang lantas ambil tempat duduk menuruti derajat masing2. Murid2nya Coe In, tidak duduk, mereka berdiri mendampingi guru mereka, begitupun
rombongan Hoa In Hong dan Soe touw Kiam.
Ketua Hong Bwee Pang tunggu sampai semua
tetamunya sudah duduk rapi, lalu dengan menjura ia
undang sekalian tetua dari Hok Sioe Tong untuk ambil
tempat duduk mereka. Siang ciang Hoan thian Coei Hong, hiocoe dari Hok Sioe Tong, ajak rombongannya duduk disebelah selatan,
menyusul duduk Auwyang Siang Gee, Ouw Giok Seng dan
Bin Tie. Mereka ini adalah hiocoe dari Lwee Sam Tong
tetapi dalam hal runtunan, mereka ada dibawahan Hok
Sioe Tong. Lalu belasan tocoe lainnya, yang tidak dapat kursi, pada berdiri dibelakang kursi.
Kemudian Thiam lam It Souw Boe Wie Yang memberi
hormat pada Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, untuk ia ambil tempat dudukuya sendiri.
Segera setelah itu, muncul empat pelayan dari pintu kiri dan kanan, mereka membawa air teh untuk disuguhkan
kepada pihak tetamu dan tuan rumah. Mereka ada pelayan tetapi dimata akhli, terang mereka adalah orang2 yang mengarti baik ilmu silat kerena gerak2nya yang gesit.
Sementara itu, Ay Kim Kong Na Hoo melirik Eng Jiauw
Ong, maksudnya menganjurkan ketua itu segera mulai
tanya Boe Wie Yang tentang sebabnya pelbagai tocoe
memusuhi mereka. Melihat tanda itu, Eng Jiauw Ong
anggukkan kepala. "Boe Pang coe," berkata ketua Hoay Yang Pay
kemudian, "aku Ong Too Liong ingin mohon sedikit
keterangan, apakah Pang coe sudi memberikannya?"
"Oh, Ong Loosoe!" menyahut Boe Wie Yang dengan
cepat, sikapnya ramah tamah. "Kita ada sahabat2 kang
ouw, Loosoe semuapun telah perlukan datang dari tempat ribuan lie jauhnya, maka jikalau Loosoe sampaikan
pertanyaan, pasti sekali aku suka berikan keterangan."
Eng Jiauw Ong tertawa dengan tawar, lalu ia berkata
pula "Ilmu silatnya Ong Too Liong ada rendah, jikalau ia toh bisa berkelana, semua itu karena ia mengandalkan
tunjangannya sesama kaum kang ouw belaka. Selama itu, umpama ia kena lakukan satu atau lebih kesalahan terhadap kaum sendiri itulah disebabkan terutama untuk pri
kebenaran, bukan untuk hal2 yang tak keruan. Akupun
insaf, ilmu silat Hoay Yang Pay ada rendah sekali, dari itu, selama memberi pelajaran pada murid2 di Lek Tiok Tong, aku perkeras aturan, teristimewa aku larang mereka
tonjolkan kebisaan mereka. Semua murid lulusan, selama tiga tahun tak pernah lolos dari pengawasan perguruan.
untuk menjaga agar mereka jangan terbitkan onar diluaran.
Walaupun demikian, baru2 ini telah terjadi juga bentrokan di antara segolongan murid2ku dengan pihak Pang coe.
Dalam hal itu, kedua pihak ada benarnya dan ada salahnya juga. Apabila urusan itu diurus oleh masing2 ketuanya, dapat dipastikan akan selesai maka adalah diluar dugaan, Pauw Hiocoe dari Hong Bwee Pang, tanpa penyelidikan
lagi sudah percaya kepada kata2 pihak bawahannya, di
Siang Kang, ia telah berlaku telengas terhadap aku si orang she Ong. Pada waktu itu aku sendiri masih belum ketahui ada orangku yang berbuat salah terhadap Hong Bwee Pang, aku menyangka saja pada soal kedengkian, sama sekali aku tidak bersiap siap, karenanya, hampir saja aku terbinasa korban senjata rahasia yang beracun dari Pauw Hiocoe.
Adalah setelah itu, baharu aku ketahui duduknya hal. Maka segera aku pulang ke Lek Tiok Tong akan menyekap diri memikirkan kesalahanku, sambil aku tilik keras semua
muridku, agar mereka tak lagi bentrok dengan Hong Bwee Pang, untuk lenyapkan permusuhan. Melainkan aku sendiri yang memikir untuk dibelakang hari mohon pengajaran dari Pauw Hiocoe untuk mohon pertimbangan sesama kaum
kang ouw, pantas atau tidak, untuk urusan kecil orang
berlaku telengas menggunakan senjata rahasia yang di
pakaikan racun. Apakah itu pantas digunai oleh satu orang kenamaan" Inilah, Boe Pang coe, ada hal2 yang sekian
lama aku ingin mohon keterangan dari mu".
Selama berkata kata begitu, Eng Jiauw Ong tak menoleh ataupun melirik sedikitpun kepada Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie si Tabib Menghendaki Jiwa, ia berhenti
sebentar, lalu ia melanjutkan pula "Sejak Pang coe
bangunkan pula Hong Bwee Pang serta perbaiki segala
aturannya, nama Hong Bwee Pang dalam kalangan Sungai
Telaga telah naik tinggi, sekali", demikian ketua Hoay Yang Pay itu. "Begitulah pengaruh Hong Bwee lang telah meluas sampai di selatan dan utara sungai Besar sampai dipropinsi2 Soe coan dan Siamsay, jumlah anggautanya
bertambah banyak, sedang aturan aturannya tetap keras.
Didalam kaum kang ouw, siapa yang berani tak menghargai Hong Bwee Pang" Apa lacur, muridku yang bernama Hoa
In Hong, yang sedang membawa surat, selagi ia lewat di Tong kwan, ia sudah mengalami kesulitan. Disana, Teetok houw Tay Giap, yang dijuluki louw Ko pie, si Tukang
Keset Kulit, apamau dia sudah gunai pangkat dan
kekuasaannya secara sewenang2, hingga saudara angkatku Yo Boen Hoan, turut mendapat susah, mesti mendekam
didalam tangsi tentara. Disebelah itu ada lagi Toan bie Cio Loo Yauw, satu anggauta Hong Bwee Pang yang berulang2
langgar aturan perkumpulannya, yang gunai pangkatnya
secara sesat, untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia telah gunai beratus akal untuk merintangi aku menolongi
muridku yang bercelaka itu. Adalah niatku akan bikin habis permusuhan, tetapi pelbagai tocoe dibahagian Barat, tidak hentinya mendesak aku, tidak sekali mereka sudi mengalah!
Disebelah itu, ada lagi undangan Bin Hiocoe dengan
panahnya Pek ie cian berkepala ular2an, undangan sampai tiga kali beruntun. Demikian, saking terdesak, aku Ong Too
Liong telah mengajak rombonganku datang ke Cap Jie Lian hoan ouw ini, untuk mohon penghunjukan dari Boe Pang
coe sendiri, untuk mohon pengajaran."
CXVIII Belum sempat Boe Wie Yang jawab tetamunya, Pauw
Coe Wie sudah dului ia. "Ong Loosoe." berkata hiocoe dari Hok Sioe Tong ini,
"kejadian di Siang Kang itu ada urusanku pribadi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Liong Tauw Pang
coe, maka jikalau kau berniat membikin perhitungan, ada orangnya yang akan bertanggung jawab, dalam hal ini
Loosoe tak nanti dibikin kecewa! Pasti sekali tak akan sia2
perjalanan Loosoe kemari! Perhitungan apapun yang loosoe pikir, silakan utarakan itu, aku nanti sambut dengan senang hati. Hanya sekali lagi aku hendak menjelaskannya,
mengenani Pangcoe tidak ada sangkut pautnya!"
Sehabis mengucap demikian Pauw Coe Wie tertawa
tawar. Kelihatan nyata sikapnya yang memandang enteng dan licin.
Eng Jiauw Ong mendongkol karena sikap yang katak itu, tetapi disebelah iapun ada lain orang yang naik darahnya yalah Jie Hiap Na Hoo, tidak perduli dia sebenarnya ada seorang dengan banyak pengalaman.
Ay Kim Kong berbangkit, menghadapi Eng Jiauw Ong
ia berkata "Ciangboenjin, maafkan kelancanganku, aku
ingin ucapkan sepatah dua patah kata terhadap Pauw
Hiocoe ini!" Terus ia berpaling pada Pauw Coe Wie,
sembari memberi hormat ia berkata "Pauw Hiocoe, aku Na Hoo mohon pengunjukanmu. Bukankah kita kaum kang
ouw ada menjunjung pri kebenaran dan berbuat selamanya
terus terang" Tetapi ketika dahulu Hiocoe cari ciangboenjin kami, untuk menegur, tatkala kau berdua bertemu di Siang Kang, adakah Hiocoe tanya jelas ketua kami tentang
duduknya bentrokan diantara murid2 Hoay Yang Pay
dengan murid2 Hong Bwee Pang" Menurut keterangan,
Hiocoe sudah tidak berbuat demikian, hanya secara
menantang Hiocoe telah katakan, siapa berani menghina Hong Bwee Pang, dia tak akan dikasi menaruh kaki
didalam dunia kang ouw! Itu waktu Hiocoe juga tidak
berikan ketika untuk ciangboenjin kami bicara, hanya
dengan tiba2 Hiocoe turun tangan! Apabila waktu itu orang bertempur secara laki2, dengan andalkan kepandaian sejati dan
ciangboenjin kami kena dikalahkan dibawah tanganmu, dia cuma harus sesalkan bangpaknya ilmu silat kaum Hoay Yang Pay. Akan tetapi, Hiocoe nyata sudah
tidak berbuat demikian, dengan senjata rahasia, kau telah melukai lawan. Sebenarnya, dengan gunai senjata rahasia saja, orang telah kehilangan derajat kehormatannya, tetapi diluar dugaan Hiocoe bahkan gunai senjata rahasia yang dipakaikan racun. Bukankah permusuhan kedua pihak tidak terlalu besar, yang mudah diakurkan" Bukankah segala asap pules, obat tidur, senjata rahasia beracun, ada pantangan kaum kita yang sejati" Melainkan orang rendah, hina dina, yang gunai semacam senjata rahasia! Dengan Pauw Hiocoe empunya nama besar, dengan sepasang senjata rahasiamu itu, dengan gampang kau mengangkat namamu akan
menjagoi dikalangan kang ouw, maka itu, apakah pantas kau telah gunai senjata rahasia beracun terhadap ketua kami" Semua hadirin disini ada orang kenamaan, aku si orang she Na ada cupat pendengarannya, dari itu mohon aku diberikan pengajaran!"
Diwaktu ucapkan kata2nya yang terakhir ini, Na Hoo
pandang Pauw Coe Wrie dengan tajam, kemudian sembari
tertawa dingin, ia berduduk.
Semua orang terkejut, sama sekali mereka tidak sangka Na Jie hiap berani bicara secara demikian terus terang.
Tak perduli dia sangat licin, mukanya Pauw Coe Wie
toh menjadi merah padam, bahna malu dan gusar.
Begitulah ia berbangkit seraya berlompat, dengan niatan memberikan jawaban. Tetapi, belum sempat dia buka
mulutnya, Thian Iam It Souw Boe Wie Yang telah dului ia.
"Pauw Hiocoe, tunggu dulu!" kata ketua ini, tampang
siapa ada keren, matanya memandang kawan itu. "Aku
minta kau indahkan peraturan kita dan berdiam dahulu.
Semua orang yang datang memenuhi undangan, tidak
perduli bagaimana keras tegurannya, tetap ada tetamu2 kita yang terhormat. Kau harus ketahui, biar bagaimana, aku akan punyakan daya pemberesan."
Pauw Coe Wie mundur, untuk duduk pula dikursinya.
Boe Wie Yang memandang kepada Na Hoo, ia memberi
hormat. "Na Jie Hiap, teguranmu kepada Pauw Hiocoe ada
sempurna," berkata ia, "akan tetapi aku Wie Yang ada
mempunyai anngapan lain. Bukankah kita Kaum kang ouw
ada dari pelbagai golongan" Bukankah ada banyak sekali jumlahnya senjata2 rahasia istimewa yang digunakan"
Dilihat dari caranya Pauw Hiocoe gunai siangsoknya, dia memang kurang kebijaksanaan, tapi harus diingat, siapa gunai senjata rahasiai maksudnya tentu tak lain tak bukan, untuk membinasakan sang lawan. Senjata tajam pun adalah perkakas untuk membunuh orang. Bukan budi pelajaran
silat ada untuk pembelaan diri" Melainkan haruslah
dibicarakan dari lain jurusan tentang mereka yang yakin silat untuk sewenang wenang. Mengenai Pauw Hiocoe, itu memang sangat terkenal dengan senjata sepasang siang sok, yang semuanya terdiri dari enam buah, yang telah
direndamkan racun. Dalam kalangan Rimba Persilatan,
tidak ada yang tidak ketahui tentang senjata rahasianya ini.
Sampai sebegitu jauh, belum pernah Pauw Hio coe gunai senjatanya itu untuk maksud jahat, umpama ia gunai itu terhadap angkatan muda, ia berlaku keterlaluan, tetapi ini kali, ia gunai itu terhadap Ong Loosoe, ciangboenjin dari Hoay Yang Pay yang kesohor ilmu kekuatannya Eng jiauw lat dan ilmu silat Kim na hoat. Siapa didunya kang ouw tidak kagumi Ong Loosoe" Maka itu, aku anggap tidaklah keterlaluan, jikalau Pauw Hiocoe minta pengajaran dari Ong Loosoe dengan dia gunai senjata rahasianya itu!
Jikalau Pauw Hiocoe tidak minta pengajaran dari orang liehay habis dari siapa lagi" Maka setelah sekarang Ong Loosoe timbulkan, soal lama itu, inilah benar kebetulan seperti katanya Pauw Hio coe. Pauw Hiocoe ada seorang yang telah mengundurkan diri, lantaran kita sedang
mengadakan upacara, dia jadi bisa bertemu dengan Ong
Loosoe beramai inilah kebenaran sekali! Sebentar, tidak ada halangannya kalau ke dua pihak mengadakan pertemuan,
akan bicara tangan dengan tangan, dengan begitu, urusan jadi akan dapat diselesaikan. Oleh karenanya, Na Jie Hiap, harap kau tidak menegur terlebih jauh, dan kau, Pauw
Hiocoe, tak usah kau membantah pula. Aku harap kedua
pihak tidak berlaku tergesa gesa...." Kemudian ia menoleh kepada Eng Jiauw Ong, untuk menambahkan, katanya
"Kejadian di Tong kwan ada hal kebetulan saja, Cio Loo Yauw itu benar ada anggauta kami, tetapi sebab dia bekerja didalam tangsi tentera dan muridmu kena fitnah, jadi
bukanlah dia sengaja hendak persulit Hoay Yang Pay.
Seharusnya, sebagai ketua Hoay Yang Pay, Ong Loosoe
panggil ia ke luar dari tangsi, akan gunai aturan kaum kang ouw kita, untuk tegur padanya, apabila dia berkepala batu, maka haruslah Ong Loosoe laporkan itu kepada kami
didalam Cap jie Lian hoan ouw ini. Aturan kami ada keras,
pasti dapat kami hukum padanya. Tetapi Ong Loosoe
sudah tidak berbuat demikian, sebaliknya loosoe sudah kerahkan seantero tenaga untuk menghadapi padanya,
maka itu, salah faham jadi melar semakin besar. Disebelah itu, akupun dengar warta yang tersiar bahwa Hoay Yang Pay bercita cita membasmi lain lain kaum, untuk gebah pelbagai kaum di selatan dan utara sungai Besar, supaya Hoay Yang Pay hidup sendiri, ini juga menyebabkan
bimbangnya lain lain kaum. Karena adanya sebab sebab itu, Cio Loo Yauw telah mengundang pelbagai tocoe, untuk
bikin perlawanan, guna bantu dia. Diakhirnya, dia tetap bukan tandingannya Hoay Yang Pay. Hong Bwee Pang
adalah aku sendiri yang pimpin, dengan susah payah aku berhasil menyebar pengaruh sampai di Hoolam dan
Siamsay, tetapi setelah Loosoe dan Am coe dari See Gak menindasnya, hampir tak dapat kami berdiri pula. Kamipun malu akan bangun pula dikedua propinsi itu. Sementara itu terlalu sering aku terima laporan tentang perselisihan ini, bahwa tanpa penyelesaian yang lekas, urusan bisa jadi hebat sekali, maka diakhirnya, aku telah kirim undanganku. Bin Hiocoe ada punya urusan di Hoolam Selatan, dia sengaja aku utus akan mengundang sekalian. Mengenai penculikan murid murid Loosoe. itulah sekali kali bukan maksudku, itulah sebab pekerjaan tidak sampurna dari orang orangku, tentang itu, aku sangat menyesal. Tetapi karena di
sepanjang jalan orang telah merasai liehaynia Loosoe
beramai, hingga mereka pun telah mendatangkan malu
untuk Hong Bwee Pang, aku harap itu cukuplah akan
melampiaskan kemendongkolan Loosoe semua. Bahwa aku
mengundang Loosoe datang kemari, tidak lain maksudku
adalah untuk mohon pengajaran dari Loosoe sendiri, untuk kita mengadakan perdamaian, supaya selanjutnya ada
daerah pemisahan kita bekerja, agar kita tak lagi kita saling langgar. Asal Hoay Yang Pay tidak melewati perbatasan, di
pihak Hong Bwee Pang, pasti aku bisa kendalikan orang orangku untuk mereka taati aturan. Bagaimana pikiran
jiewie Loosoe mengenai pandanganku ini?"
Eng Jiauw Ong tertawa dingin, karena ia merasakan
orang punya sikap yang keras, walaupun kata kata
dikeluarkan dengan sabar. Sebenarnya ia hendak berikan jawabannya akan tetapi Coe In Am coe mendului ia.
"Soeheng, aku ingin bicara sedikit kepada Boe Pang
coe", demikian niekouw dari Pek Tiok Am itu. "Kalau
soeheng hendak omong, harap tunggu sebentar". Lantas ia hadapi tuan rumahnya. "Apa yang Pang coe sebutkan
adalah jelas sekali", kata ia. "Itu hari Ong Loosoe kena terluka senjata rahasianya Pauw Hiocoe, dalam hal itu, baiklah disesalkan saja kepandaian sendiri yang tidak sempurna. Tetapi, mengenai pinnie, halnya ada lain. Pinnie tenangkan diri di Pek Tiok Am, tidak ada sangkutanku
dengan Hong Bwee Pang, melainkan puterinya Tiekoan Yo Boen Hoan dari Hoa im adalah muridku, dia ini turut
tertawan oleh Gouw Ko pie ketika ayahnya ditangkap dan ditahan beserta seluruh anggauta keluarganya. Selama
dalam tahanan itu, muridku itu telah dapat perlakuan tidak sopan dari Toan bie Cio Loo Yauw, satu anggauta Hong
Bwee Pang, maka pinnie sebagai guru, mana bisa diam saja!
Aku niat tolongi muridku itu, tetapi justeru karena itu, aku jadi bentrok dengan pihakmu. Pek Tiok Am ada satu
tempat suci, selama aku tidak berada didalamnya,
walaupun satu enghiong tidak berani datang memasuki nya, akan tetapi Cio Loo Yauw, dengan cara iblisnya, sudah datang dengan diam diam kesana dan melepasnya api
membakar kuilku itu, apabila tiada pembelaan sempurna dari pinnie empunya soe moay, pasti sekali kuil yang telah berumur beberapa ratus tahun itu akan habis termusnah dalam sekejab. Ketika pinnie pulang kekuil, yang berada di
puncak Chong Liong Gam, Cio Loo Yauw bersama
beberapa tocoe dari Barat sudah bawa kabur muridku itu bersama murid dari Hoay Yang Pay. Itulah ada kejadian yang membikin lenyap penghargaan pinnie terhadap Hong Bwee Pang, sebab menurut aturan kaum kang ouw, itu
adalah perbuatan yang tidak harus terjadi! Lebih lebih harus diingat, muridku ada satu murid perempuan, satu nona
remaja! Pang coe biasa pandang diri sebagai satu orang kang ouw sejati, pasti sekali pang coe akan merasakan sebagaimana pinnie merasa. Tadi pang coe mengatakan,
segala kejadian itu ada perbuatannya beberapa tocoe itu sendiri, itu tak keluar dari niat pang coe, mengenani, pinnie tak dapat ketahui. Tetapi satu hal sudah pasti, kejadian itu ada sangat memalukanku, hingga sukar pinnie dapatkan
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat untuk menaruh kaki. Maka itu, kedatanganku
sekarang ini, ke satu untuk mendengar pang coe empunya pengajaran, ke dua untuk minta supaya to coe2 pembakar kuilku itu diminta keluar menemui pinnie, supaya
kepadanya satu per satu pinnie bisa mohon pengajaran juga!
Tidak perduli mereka ada orang2 yang pandai menggetarkan langit dan menggoncangkan bumi, pinnie
mesti hendak minta pengajaran sendiri dari mereka! Tak kuatir pinnie nanti dipersalahkan pang coe tetapi ingin aku menjelaskannya, kedatangan pinnie kemari adalah sesudah pinnie angkat sumpah didepan Couwsoe kami! Sumpah
pinnie itu adalah, apabila pinnie tidak sanggup bikin si pembakar perbaiki pula Pek Tiok Am serta membikin
pengakuan bersalah di depan Couwsoe kamtu, tidak nanti pinnie mau sudah!"
"Harap sabar, Am coe," menyahut Boe Wie Yang
dengan tertawanya tawar. "Apa juga yang Am coe
inginkan, aku Boe Wie Yang akan mencoba untuk
memenuhinya hingga kau peroleh kepuasan. Tetapi ingin aku menjelaskan, sejak aku membangun di Ciatkang
Selatan ini, belum pernah ada orang2ku yang mendurhaka yang mengalutkan undang2, dan diantara kaum kang ouw, juga tidak ada yang berani datang kedalam Cap jie Lian hoan ouw ini untuk menegur dan menghukum, sebab
semua orangku, yang tersebar dimana2, apabila ada yang membuat
pelanggaran, dia bakal dihukum oleh perkumpulan kami, lain orang tak dapat menghukumnya
sendiri. Boe Wie Yang ada pemimpin satu2 nya, aku telah ditugaskan Couwsoe untuk memajukan kaum, maka itu,
dengan seantero tenagaku, aku nanti lindungi anggauta2ku, aku tidak nanti antap mereka dihina oleh lain kaum, tetapi di sebelah itu, aku memegang aturan, tidak aku kasi mereka lakukan pelanggaran. Memang orang2 ku ada bangsa campuran, tetapi aku sanggup kendalikan
mereka. Aku anggap, pemisahan daerah kita adalah daya yang baik untuk hindarkan bentrokan pula, dalam hal ini, aku harap jiewie suka meluluskannya. Sekarang satu hal lagi. Diluar dari kebiasaan, aku hendak periksa orangeku dimuka umum, dihadapan jiewie beramai".
Mendengar demikian, dua2 Eng Jiauw Ong dan Coe In
Am coe berbangkit dengan berbareng, keduanya memberi
hormat, lalu yang pertama kata "Kami berbahagia sekali akan kebaikan pang coe ini yang sudah meng ijinkan kami menyaksikan upacara yang agung".
"Pinnie pun merasa sangat beruntung," Coe In turut
berkata. Kemudian ia berikan pujih selamatnya.
Justeru kedua tetamunya berbangkit, Boe Wie Yang kasi titah untuk semua berbangkit, atas mana Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong, Ouw Giok Seng dari Kim
Tiauw Tong, dan Bin Tie dari Ceng Loan Tong, lantas saja bangun, akan
minta semua orang dari pihaknya
meninggalkan kursi mereka masing2, setelah semua orang mundur lima tumbak jauhnya, semua kursi lantas
disingkirkan demikianpun semua meja, hingga disitu
terbukalah satu ruangan luas.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe ditemani Auwyang
Siang Gee, yang minta mereka mundur ke kiri dimana kursi mereka segera disiapkan, maka itu, mereka bisa lantas diundang berduduk pula.
Eng Jiauw Ong tampak rombongan tuan rumah, yang
mundur ke selatan, diantaranya sekalian hiocoe dari Hok Sioe Tong, tidak ada yang berduduk, maka itu, terus ia kata pada hiocoe dari Thian Hong Tong. "Auwyang Hiocoe, tak usah kau sibuki kami. Kami justeru sangat berbahagia bisa menyaksikan upacara yang maha suci ini!"
"Loosoe baik sekali," sahut Auwyang Siang Gee sambil
menjura, maafkan aku, sebentar sehabisnya upacara aku nanti menemani pula...."
"Persilahkan, hiocoe," Coe In pun bilang.
Dengan sikapnya yang hormat, Auwyang Siang Gee
lantas undurkan diri. Segera juga terdengar suara genta tiga kali, suaranya tedas dan panjang, disusul dengan munculnya enam belas kacung dengan seragam hijau, usia mereka yang paling tua tak lebih daripada lima atau enam belas tahun. Mereka berbaris dimuka tempat pemujaan, dua antara nya lantas menyingkap ban tiang hingga disitu kelihatanlah sebuah meja pemujaan Ngo Sie, mejanya besar dan tinggi dua
batang lilinnya besar sekali, dan disebelah atasannya tergantung sebuah lentera Ban lian teng. Asap wangi
mengepul2. Tiga rupa buah . Ldalah barang suguhan yang diatur didepan sin cie, yang teraling dengan kelambu
kuning hingga tak dapat terlihat, orang macam apa adanya pujaan dari Hong Bwee Pang. Karena meja ada tinggi,
untuk bisa mengulur tangan keatas meja, disamping meja
ada dipasangkan tangga kayu, mirip dengan tangga lorak batu. Dekat sin cie, dikiri dan kanan, ada para2 tercat air emas, yang dikiri ditaruhkan satu bungkusan kuning, entah bungkusan apa, panjangnya tak lebih dua kaki, yang
dikanan ada sepotong tongkat panjang empat kaki,
warnanya merahtua, menandakan tuanya tongkat itu.
Disitupun ada satu bungkusan kuning yang lain. Meja
pemujaan itu bebas dari debu.
Dua barang lain yang berada di meja suci itu adalah
sebatang lengkie, bendera tiga persegi warna kuning, dan sepotong tek kan, lembaran bambu tipis yang dipakai
sebagai kertas, yang ada tulisannya. Kertas bambu ini yang warnanya merah tua juga, rupanya sama tuanya dengan
bendera kuning itu. Satu boca naik ditangga meja, untuk gunting puntung
lilin. Satu boca lain menyediakan seikat hio wangi, yang panjangnya dua kaki lebih. Dua boca lain urus tambur dan genta.
Didalam ruangan Thian Hong Tong ini ada berkumpul
lebih dari seratus orang akan tetapi semua bungkam,
suasana ada sangat mempengaruhi hati orang. Tambur dan genta berbunyi terus, kalau genta dikiri berbunyi sembilan kali, tambur dikanan tiga kali, lalu kacung tadi menyalakan hio, terus ia haturkan kepada ketuanya.
Boe Wie Yang menyambuti, ia goyang itu beberapa kali
hingga apinya marong, asapnya mengepul, satelah ia
memasang hio, hio itu ia tancap didalam hiolouw. Iapun injak tangga. Kembali genta dan tambur berbunyi., Kembali kemuka meja, ketua Hong Bwee Pang mulai paykoei.
Setelah ketua ini, datang gilirannya ketiga hiocoe dari Thian Hong Tong, Ceng Loan Tong dan Kini Tiauw Tong,
yaiah Auwyang Siang Gee, Bin Tie dan Ouw Giok Seng,
buat pasang hio juga, akan jalankan upacara menghormat.
Mereka lakukan itu dengan berbareng, Auwyang Siang Gee ditengah, Bin Tie dan Ouw Giok Seng dikiri dan kanan.
Kembali tambur dan genta dibunyikan.
Lalu datang gilirannya Siang ciang Koan thian Coei
Hong ajak rombongannya dari Hok Sioe Tong akan hunjuk hormat mereka.
Selagi orang jalankan upacara, Eng Jiauw Ong berbisik pada Coe In Am coe.
"Dalam kaum kang ouw, inilah upacara yang mereka
paling hormati. Cara mereka ada berbeda jauh daripada kita. Ditempat semacam ini, apabila kita tidak berlaku hormat, gampang kita menyinggung mereka. Tidakkah
demikian, Am coe?" Coe In Am coe pun mengarti.
"Benar", ia menyahut seraya manggut.
Sebaliknya daripada ketuanya dan niekouw dari Pek
Tiok Am itu, Yan tiauw Siang Hiap tidak puas terhadap caranya Boe Wie Yang ini. Ia menduga orang sengaja
mengadakan upacara di hadapan mereka untuk beraksi saja.
Caranya kedua pihak toh berlainan dan tidak bersangkutan satu dengan lain! Karena ini, ia bersenyum ewah.
Eng Jiauw Ong melirik saudara nya itu, ia kuatir saudara ini nanti tak dapat kendalikan diri, maka itu, sehabisnya penghormatan dari hiocoe2 dari Hok Sioe Tong, ia lantas ajak Coe In Am coe bertindak maju kearah meja suci.
Melihat orang mendatangi, Boe Wie Yang memapaki.
"Ang Loosoe, Am coe, apakah ada pengajaran apa2
untuk kami?" tanya ia.
"Kami ingin haturkan terima kasih yang Pang coe telah berikan kami ketika untuk saksikan upacara suci ini", sahut Eng Jiauw Ong. "Cara2 kita ada berlainan tetapi sudah seharus nya saja kami pun hunjuk hormat kami".
Mendengar demikian, Boe Wie Yang rangkap kedua
tangannya. "Jangan pakai adat peradatan, loosoe", berkata ia.
"Inilah aku tidak sanggup terima. Akupun sudah bersyukur dengan loosoe beramai empunya kunjungan ini".
Coe In Am coe juga hendak hunjuk hormatnya tetapi
tuan rumah mencegah. Maka diakhir nya kedua tetamu itu cuma manggut satu kali dari kejauhan.
Kemudian Coe In Am coe menyatakan, supaya upacara
tidak terhambat karena hadirnya mereka, ia mohon
undurkan diri dulu. Boe Wie Yang mengucap terima kasih, ia persilahkan
tetamu nya kembali kekursi mereka. Iapun mohon maaf
yang ia belum dapat menemani tetamu2 ini.
Segera setelah kedua tetamu mundur, Thian lam It Souw berdiri didepan meja, sikapnya keren. Ia melirik kepada Lwee Sam Tong, lalu ia perdengarkan suaranya kepada
Auwyang Siang Gee "Auwyang Hiocoe, silahkan gunai
bendera untuk menghimpun Heng tong tocoe, Cittong tocoe dan Lee tong tocoe, supaya mereka sekalian bawa kitab undang2 mereka!"
Auwyang Siang Gee heran, sampai ia utarakan itu pada
tampangnya walaupun demikian, ia tidak berayal akan
ambil sebuah bendera tiga persegi dari para para sambil ia menggape pada satu pengawal dimuka pintu, siapa sudah lantas hampirkan ia. Ia mengucapkan beberapa kata2
dengan pelahan, ia serahkan bendera itu, lantas si pengawal berlalu bersama bendera itu.
Boe Wie Yang masih berdiri dimuka meja, tetapi
sekarang ia bicara dengan hiocoe dari Lwee Sam Tong dan Hok Sioe Tong, katanya "Aku memimpin Hong Bwee
Pang, aku kuatir, tenagaku dan kepandaianku tidak
seimbang dengan tugasku yang berat, akan tetapi selama itu, aku mengandal kepada bantuannya saudara Auwyang, hingga selama beberapa tahun kita telah peroleh kemajuan, Hong Bwee Pang jadi makin makmur. Tentu saja, tak dapat aku lupai perlindungan dari Couwsoe dan bantuannya
semua saudara. Tugasku jadi semakin berat karena selaku kepala, aku mesti bikin diriku sebagai contoh teladan untuk semua saudara, untuk kaum kang ouw seumumnya. Karena
itu aku mesti bisa kendalikan diri, aku mesti mentaati undang2 kita, aku mesti awasi tindak tunduknya sesuatu orang. Umpama halnya Pauw Hiocoe dari Hok Sioe Tong,
perbuatannya dulu dalam perselisihan dengan Hoay Yang Pay ada kurang tepat. Seharusnya Pauw Hiocoe tegur Hoay Yang Pay secara langsung, atau kita undang umum kaum
kang ouw untuk mohon keadilan. Pauw Hiocoe telah tidak berbuat demikian, ia sudah lantas tempur ketua Hoay Yang Pay, ia malah menyerang dengan senjata rahasianya yang dipakaikan racun. Ini bukanlah perbuatannya satu
pemimpin dari Hong Bwee Pang. Maka sekarang,
dihadapan Couwsoe, sebagai ketua dari Hong Bwee Pang, ingin aku peroleh penjelasan. Aku harap Pauw Hiocoe
beritahukan, ketika dahulu hiocoe bentrok dengan ketua Hoay Yang Pay, sama sekali hiocoe ada punya berapa
batang senjata rahasia".
Youw Beng Long tiong Pauw Coe Wie berdiri
disampingnya Siang ciang Hoan thian Coei Hong, ia
mendongkol mendengar kata2 ketua ini. Ia menganggap ia
telah dibikin malu dimuka umum, apapula sekarang mereka berada didepan musuh. Ia pun mendongkol karena
ditimbulkannya urusan lama itu. Disebelah itu, hati nyapun bercekat. Ia ingat, di waktu ia diminta beristirahat didalam Hok Sioe Tong, Gedung Bahagia, ada orang yang kasi
kisikan bahwa itulah bukan maksud baik dan hormat yang sesungguhnya dari Boe Wie Yang untuk menghargai ia,
hanya dengan ditempatkannya digedung itu, ia hendak
diperiksa kemerdekaannya, supaya ia jatuh dibawah
kekuasaannya ketua itu, agar ia tak campur lagi urusan Hong Bwee pang. Sekarang terbuktilah benarnya kisikan itu. Malah sekarang ia dengar kata2 tidak sedap didepan lawan, dimuka ramai. Ia jadi tak dapat menahan sabar lagi.
"Boe Pang coe," berkata ia, "kau telah utarakan
pikiranmu, itulah cukup. Mengenai urusanku dengan Hoay Yang Pay, sebab ketuanya tak dapat melupai itu, akupun tidak hendak tidak membayarnya. Bukankah membunuh
orang harus mengganti jiwa, pinjam uang membayar uang"
Dalam hal ini aku Pauw Coe Wie tidak hendak rembet2
lain orang, walaupun perbuatanku dulu itu, tidak
seluruhnya untuk kepentinganku sendiri. Sekarang orang telah datang menagih, aku bersedia untuk melayaninya, aku percaya tidaklah sampai aku merugikan Hong Bwee Pang!
Maka adalah ber lebih2an apabila kau ungkat2 urusan lama itu!"
Sikapnya Pauw Hiocoe ini membuat semua orang Hong
Bwee Pang terkejut, semua mengawasi Hiocoe itu dan
ketuanya silih ganti. Boe Wie Yang tunggu sampai orang berhenti bicara,
dengan air muka padam ia kata "Pauw Hiocoe, kau adalah cianpwee kami yang sudah undurkan diri kedalam Hok
Sioe Tong, kau telah dihormati oleh dua tingkat angkatan muda kita, dari itu, dimuka Couwsoe, aku harap kau nanti
menghormati undang2 kita! Dengan kemurahan hatinya
Couw soe, aku telah ditugaskan mengepalai Hong Bwee
Pang, dari itu, berhaklah aku akan jalankan segala aturan.
Kenapa kau tidak jawab pertanyaanku" Apakah mungkin,
kita yang adakan aturan, kita sendiri juga yang langgar dan merusakkannya?"
Pauw Coe Wie kertek gigi. Itulah teguran hebat baginya.
Orang telah gunai pengaruhnya Couwsoe dan undang2
untuk tindih padanya. Ia tidak jerih, maka ia tertawa dingin.
"Aku tidak mengerti, Pangcoe!" kata ia, "kita berdua
sudah bekerja sama2 untuk banyak tahun, dan aku Pauw
Coe Wie, aku berkelana selama setengah umurku dengan
mengandalkan siang sok dan kelenengan houw Chang kau
tahu itu, kenapa sekarang kau sengaja menanyakannya?"
Thian lam It Souw Boe Wie Yang perdengarkan suara
dihidung. "Kau harus ingat, Pauw Hiocoe," kata ia dengan tak
kurang kerennya, "Hong Bwee Pang kita, sejak Couwsoe
membangunkan nya, telah punyakan aturan yang keras
dengan apa kita dilarang merampas atau merampok, kita dilarang menghina orang karena andalkan pengaruh kita, kita dilarang mengganggu yang lemah, pantang membunuh tanpa alasan! Kita menyiarkan cita2 kita, kita menerima banyak murid, untuk itu besar ongkosnya, walaupun
demikian, untuk mengongkosinya, sumber penghasilan kita satu2nya adalah usaha pegaraman. Pekerjaan kita ini benar mengganggu hasilnya kas negara, akan tetapi kita tidak mempersukar rakyat jelata, ini adalah satu hal yang dapat kita buat bangga. Kita sebagai pemimpin harus berlaku jujur, untuk menjadi contoh bagi angkatan muda. Mengenai bentrokan dengan Hoay Yang Pay, sebenarnya itu ada
urusan kecil sekali, sebab diantara kita tidak ada
permusuhan besar, melainkan suatu penghinaan oleh pihak Hoay Yang Pay terhadap Hong Bwee Pang, urusan itu
gampang didamaikan, tetapi hiocoe telah ambil tindakan.
Bukankah hiocoe ada punya senjata rahasia yang tak ada racunnya" Disini tidak ada soal menang atau kalah, maka kenapa hiocoe berlaku demikian cupat" Bagaimana
perbuatan itu dapat dibuat teladan" Itu bukanlah satu pelanggaran besar tetapi itu menandakan pikiran yang tidak benar! Hiocoe adalah orang yang telah undurkan diri
kedalam Hok Sioe Tong, tidaklah ku"niat menjalankan
aturan perkumpulan terhadap hiocoe, melainkan aku insaf, sebagai pemimpin haruslah kita perbataskan diri, mesti kita sayang diri, harus kita hargai undang2 kita, supaya semua anggauta lainnya turut menghargai juga. Maka itu, sudah selayaknya kalau hiocoe tegur diri sendiri, untuk akui kekeliruan supaya di kemudian hari tidaklah dibuat sebutan oleh kaum kita. Tidaklah Pauw Hiocoe bersepandapat
sebagai aku ini?" Bukan kepalang malunya Pauw Coe Wie karena ia
ditegur dimuka umum, didepan kawan dan lawan,
dihadapan Couwsoe juga karena itu ia menjadi gusar sekali.
"Boe Pangcoe!" kata ia dengan nyaring. "Sejak aku
menghamba kepada Hong Bwee Pang, kepada siapa aku
telah berikan tenagaku, hingga dari Couwsoe aku menerima budi kebaikan, belum pernah aku terima hukuman, maka
tidaklah aku sangka sekarang, setelah aku memasuki Hok Sioe Tong, aku mesti terima penghinaan semacam ini,
hingga aku dapat ditertawai khalayak ramai! Boe Pangcoe, lama sebelumnya aku masuk Hong Bwee Pang, jiwaku
yang tidak berharga ini, yang mirip jiwa semut, sudah aku paserahkan kepada dunia kang ouw, kemudian setelah
menjadi anggota Hong Bwee Pang, aku haturkan kepada
Couwsoe, inilah kau tentu telah ketahui. Sekarang aku
sudah berusia tujuh puluh lebih, sedang umur manusia tak nanti melebihi seratus tahun, atau umpama aku dapat
mencapai batas itu, tak lebih tak kurang, tinggal lagi dua atau tiga puluh tahun. Lagipun ada berapa orangkah yang bisa mencapai umur seratus tahun" Dengan kemurahan nya Couwsoe, aku dimasukkan kedalam Hok Sioe Tong, ini
membuat aku bersyukur sekali. Kedudukan ini adalah
kedudukan yang aku tidak sangka2. Aku berada dalam
tangan pangcoe, umpama pangcoe kehendaki jiwaku, itu
bukanlah soal lagi, akan tetapi, mengingat jasaku yang tidak sedikit, mengingat aku telah memasuki Hok Sioe Tong, aku rasa tidaklah tepat jikalau pangcoe perlakukan aku sebagai anggota yang kebanyakan. Bukankah sejak lama aku tak
campur tahu lagi urusan kita" Umpama pangcoe niat
singkirkan aku, dapat pangcoe lakukan itu dengan
gampang, tak usahlah pangcoe campur baurkan dengan lain urusan yang tidak ada sangkutannya, janganlah pangcoe ambil alasan sembatan! Sebagai Liong Tauw Pangcoe,
wajib pangcoe junjung undang undang kita, terhadap kami anggota2 dari Hok Sioe Tong tidak dapat pangcoe bertindak sesukanya saja."
CXIX Berubah wajahnya Boe Wie Yang apabila ia dengar
teguran itu. "Pauw Hiocoe", kata ia dengan nyaring, "kau ada
termasuk pemimpin, kaupun pernah terima kemurahan
hatinya Couwsoe, kau baru ketahui, undang2 negara tak kenai sanak kandang, undang2 untuk semua, sedang aku si orang she Boe, sejak aku pegang pimpinan, senantiasa aku berlaku adil, belum pernah aku membeda2kan. Pauw
Hiocoe, kau keliru apabila kau anggap, setelah memasuki Hok Sioe Tong dimana kau peroleh kedudukanmu yang
paling mulia, lantas terhadap tindak tandukmu, tak ada orang yang dapat meniliknya lagi! Sebaliknya kau harus insaf, siapa sudah masuk dalam Hok Sioe Tong,
perbuatannya mesti agung mulia, kedudukannya sangat
terhormat, karena dia telah berbuat banyak untuk kaum kita, dia pantas menerima penghargaan dari angkatan muda hingga diapun layak memberi anjuran pada angkatan muda itu. Jikalau tindakan kita tidak benar, cara bagaimana kita bisa bikin angkatan muda dapat menghormati kita" Jikalau Pauw Hiocoe berbuat keliru, bagaimana kau dapat takluki orang" Terhadap saudara2 dari Hok Sioe Tong. aku
menghormati dan menyayanginya, sama sekali aku tak
mempunyai dendaman, walaupun demikian, nama baik
kita siapapun tak dapat merusakkannya! Sekarang Pauw
Hiocoe memandang enteng kepadaku, tetapi apa kau juga berani tak memandang mata kepada undang2 Couwsoe"
Pauw Hiocoe, apabila demikian sewenang adanya
perbuatanmu, tak dapat tidak, aku mesti berlaku adil, aku mesti bicara terhadapmu dengan gunakan aturan kita. Pauw Hiocoe, kembali aku mengulangi permintaanku, kau mesti menyatakan
tobat terhadap Couwsoe, kau mesti mengutarakan penyesalanmu. Pauw Hiocoe, bisakah kau
memenuhi keinginanku ini?"
Pauw Coe Wie masih gusar, maka jawabannya tetap
keras. "Buat empat puluh tahun lebih aku berkelana dalam
dunia kang ouw, sikapku adalah kepalaku boleh diputas kutung tetapi tubuhku tak dapat diperhina!" demikian
katanya. "Maka itu, Boe Pangcoe, jikalau kau anggap
tingkah lakuku tidak berharga untuk aku tinggal didalam Hok Sioe Tong, sekarang juga aku akan undurkan diri, dan apabila kau masih tetap tidak puas, aku akan lantas
serahkan piauw pou namaku boleh dicoret dari daftar
anggauta! Barangkali secara begini baharulah kau akan merasa puas!"
Kedua matanya Boe Wie Yang seperti terbalik waktu ia
awasi hiocoe dari Hok Sioe Tong itu, lalu ia berseru "Aku minta Auwyang Hiocoe dari Thian Hong Tong bacakan
sepuluh aturan dari undang2 kita dan enam pantangan!"
Ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong saling memandang,
saking bingung. Mereka insyaf akan hebatnya urusan.
Seandainya disitu tidak ada pihak tetamu, mereka tentu sudah maju siang2 untuk datang sama tengah. Sekarang
mereka sangsi untuk campur bicara. Mereka kenal baik
tabeat nya ketua itu, yang biasanya tidak kenal mundur.
Bukanlah dia telah unjuk Pauw Hiocoe telah bersalah"
Kalau Pauw Coe Wie suka mengakui kekeliruannya,
urusan pasti akan jadi lain. Juga, yang hebat, ketua itupun tengah berada bersama2 pihak tetamu, hingga karenanya, ia mesti pegang derajat.
"Poen tong akan turut titah Pang coe," akhirnya
Auwyang Siang Gee kata sambil maju. Poen tong adalah
sebutan untuk dirinya sebagai hiocoe dari Thian Hong
Tong. Tetapi, walaupun ia mengucap demikian, ia tidak lantas bacakan bunyinya aturan Hong Bwee Pang. Sepuluh aturan itu, jangankan satu hiocoe atau satu anggauta lama, sekalipun satu anggauta baharu, ketahui dengan baik.
Sebaliknya, ia dekati Pauw Coe Wie kepada siapa ia kata dengan pelahan sekali. "Pauw Hiocoe, kita yang telah
menjadi hiocoe, yang telah terima kemurahan hatinya
Couwsoe, yang telah dihormati oleh angkatan muda, apa bisa kita karena urusan kecil, mesti ditertawai orang" Boe Pang coe pegang semua kekuasaan, ia adalah Liong Tauw Pangcoe, maka biar bagaimana juga, aku minta sukalah kau mengalah sedikit. Setelah upacara ini, kami pasti ada punya daya upaya untuk membikin hiocoe peroleh kepuasan."
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Auwyang Hiocoe, kau baik sekali, walaupun sampai
mati, tidak nanti aku lupakan budimu ini," kata Pauw Coe Wie. "Aku harap kau tak usah perdulikan pula urusanku ini, aku telah insyaf sesempurna2nya. Rupanya tak dapat tidak, aku siorang she Pauw mesti rubuh ditangannya Boe Wie Yang! Akan tetapi aku ingin lihat, apa dia bisa bikin terhadap aku! Auwyang Hiocoe, silahkan kau jalankan
tugasmu, kau bacakan undang2 Hong Bwee Pang, aku tidak jerih. Apa dia hendak perbuat atas diriku?"
Auwyang Siang Gee tidak lantas undurkan diri.
"Pauw Hiocoe," kata ia pula, "kita ada punya
perkenalan dari belasan tahun, walaupun kita tidak bergaul terlalu rapat, tetapi kita ada sesama kaum, maka itu aku minta sukalah hiocoe memandang mukaku, harap kau suka mengalah, supaya urusan ini dapat dikasi lewat. Langit ada terlebih panjang daripada daun, maka apa juga adanya
urusan, itu dapat diselesaikan lain hari. Pauw Hiocoe, aku harap kau dengar aku...."
Pauw Coe Wie menggeleng kepala belum sampai ia buka
mulutnya, atau Boe Wie Yang telah utarakan pula
kemurkaannya. "Aturan kita tak dapat dibuat permainan, maka itu
Auwyang Hiocoe, aku minta kau hormati kedudukanmu!"
berseru ketua itu. Auwyang Siang Gee jadi bingung sekali, sebab ia mesti jalankan kewajibannya.
Yauw Beng Long tiong bersenyum tawar, ia kata pada
Auw yang Siang Gee "Auwyang Hio coe, aku bersyukur
tak habisnya untuk kebaikanmu, kau telah lakukan
kewajibanmu selaku sahabat, aku insyaf itu. Auwyang
Hiocoe, silahkan jalankan tugasmu, jangan kau cari susah
sendiri karena urusanku ini, kau nanti bikin aku jadi tidak enak hati...."
Auwyang Siang Gee jadi putus asa, ia menghela napas.
Lantas ia putar tubuhnya madap ke meja, untuk menjura, kemudian ia bertindak kemuka meja suci itu, didekat meja mana ia membalik tubuhnya pula. Kali ini lantas saja ia perdengarkan suara nya yang nyaring dan tegas, kata nya
"Sejak Couwsoe kita membangun Hong Bwee Pang, oleh
karena terlalu banyaknya anggauta, ia sudah adakan
sepuluh macam aturan beserta enam pantangan, semua
anggauta dimestikan tunduk kepada undang2 itu, diatas mulai dari Liong Tauw Pang coe sendiri, dibawah sampai anggauta baru, siapa lakukan pelanggaran, dia mesti
dihukum tanpa ampun lagi. Undang kita berbeda daripada undang2nya lain kaum, sekarang poen tong dititahkan Pang coe membacakan sepuluh aturan dan enam pantangan itu, maksudnya tak lain ialah supaya semua saudara ingat dan menginsyafi undang2 itu, agar siapa merasa bersalah, dia segera insyaf dan mengubah sendiri sambil memohon belas kasihannya Couwsoe, supaya dengan kemurahan hatinya,
Liong Tauw Pangcoe pun mengampuni atau meringankan
hukumannya. Sebaliknya, siapa bersalah dan tidak insyaf dan menunggui sampai lain orang menegurnya, itulah
berarti menyesal sesudah kasep...."
Sampai disitu, hiocoe ini lantas bacakan sepuluh aturan dan enam pantangan itu, antaranya larangan menghina
Couwsoe dan berkhianat, tak boleh tak berbakti, pantang berlaku cabul dan main perempuan, tak boleh sembarang membunuh atau mengeruk uang secara tak halal atau main gila dengan piauw pou. Sehabis membaca, ia lalu menjura dan undurkan diri.
Setelah itu, Boe Pangcoe maju kedepan meja, akan
bicara dengan nyaring. "Pauw Hiocoe ada jadi loosoe dari Hong Bwee Pang, dia telah langgar aturan kita, dia masih tidak menyesal, dia tidak memohon kemurahan hatinya Couwsoe, secara
demikian, cara bagaimana dia bisa memberi teladan kepada angkatan muda kita" Pauw Hiocoe, kau masih tidak hendak akui kedosaanmu didepan Couwsoe, kau hendak tunggu
apa lagi?" demikian ketua itu.
Wajahnya Pauw Coe Wie menjadi merah padam.
"Umpama ada perbuatanku yang tidak dibenarkan kaum
kita, itu adalah kejadian2 sebelum aku memasuki Hok Sioe Tong," kata Pauw Coe Wie dengan tidak kurang kerasnya.
"Boe Pang coe, jikalau begini sikapmu, aku kuatir tak dapat kau cari satu pun anggauta kita yang bertubuh putih bersih, sebab orang kita semua adalah orang2 kang ouw!
Bagaimana apabila kau periksa urusan2 mereka dari
beberapa puluh tahun yang lalu" Kau ada menjadi Pang coe namun putusanmu tidak adil, buat urusan pribadi kau
bertamengkan urusan umum, secara tersembunyi kau
hendak melampiaskan dendam, maka
perbuatanmu semacam ini, aku Pauw Coe Wie tak dapat menerimanya!"
Itulah jawaban yang membuat keadaan sangat tegang,
hingga Coei Hiocoe, tetua dari Hok Sioe Tong, jadi sangat berkuatir. Ia insyaf itulah berarti saling bunuh. Maka itu, ia lantas majukan diri.
"Liong Tauw Pang coe," kata ia dengan sungguh2
dengan sikap memohon, "kau ada jadi ketua Hong Bwee
Pang, kau dihormati semua orang, tetapi Pauw Hiocoe,
yang hari ini telah tenggak banyak arak, telah keluarkan kata2
tidak selayaknya, atas namanya, untuk kepentingannya kaum kita, mohon kau ijinkan poen co
bawa ia kembali ke Hok Sioe Tong, supaya poen co bisa berikan nasihat padanya, agar kemudian ia suka
menghaturkan maaf didepan Couwsoe dan Pangcoe
sendiri." Mendengar katanya ketua Hok Sioe Tong ini, Boe Wie
Yang ketatkan dahi. "Coei Hiocoe," berkata ia "sejak aku Boe Wie Yang
bangunkan pula Hong Bwee Pang dan mendirikan kembali
Lwee Sam Tong dengan kemurahan hatinya Couwsoe,
dengan dukungannya semua saudara, aku berhasil
membikin kaum kita seperti adanya sekarang ini. Jikalau kita, yang menjadi pemimpin, tidak berikan teladan, cara bagaimana kita dapat membikin tunduk orang banyak"
Jikalau titah tak dapat dijalankan, apa bila pengaruh telah tersapu bersih, bagaimana aku Boe Wie Yang masih ada
muka untuk menjadi Liong Pauw Pangcoe" Coei Hiocoe,
aku insyaf akan kebaikanmu ini, tetapi kejadian hari ini mesti
dijalankan menurut undang2 kita! Urusan persahabatan pribadi itu baiklah dibicarakan nanti setelah selesainya upacara". Harap Hiocoe maafkan aku tak dapat aku meluluskannya permintaanmu ini. Atas nama Liong
Tauw Pangcoe, aku persilahkan Coei Hiocoe kembali
ketempatmu, supaya kau jangan omong lebih banyak
lagi!..." Ketua ini lalu berpaling kepada Pauw Coe Wie, ia kata dengan keras, "Pauw Hiocoe, apakah kau berani tentangi titahnya Pangcoe?"
Tanpa bersangsi pula Pauw Coe Wie berikan penyahutannya yang ringkas "Aku tak puas jikalau orang membalas dendam dengan akal dan putusan tak adil!"
demikian katanya. Sepasang alisnya Boe Wie Yang bergerak naik, kedua biji matanya bersinar.
"Pauw Coe Wie!" katanya, "aku niat lindungkan muka
terangmu, maka aku titahkan kau menyalakan tobat
dihadapan Couwsoe. Apabila kau lakukan ini, tidak
melainkan membuat kehormatanmu tidak terganggu,
kaupun akan dapat perindahan dari angkatan muda, tetapi sayang, kau sebaliknya anggap aku gunai urusan umum
untuk menutupi maksud pribadiku, kau menyangka aku
sengaja hendak menghina kepadamu, hingga dimuka
Couwsoe kau berani membangkang titahnya Liong Tauw
Pangcoe. Pauw Coe Wie, dengan sikapmu ini, kau cari
malu sendiri! Mari, mulai dengan upacara!"
Lalu, menoleh kepada petugas2 yang urus hio, lilin,
tambur dan genta ia berseru "Siaplah!"
Empat petugas itu berikan jawabannya "Ya", sesudah
mana, segera mereka mulai dengan kewajiban mereka
untuk menyalakan lilin, pasang setabung hio, bunyikan tambur dan genta.
Boe Wie Yang maju sampai dimuka meja sekali, ia
sambuti hio untuk segera angkat itu tinggi tinggi kehadapan meja suci, lalu ia perdengarkan kata2nya
"Teecoe Boe Wie Yang, sambil memasang hio
memohon kemurahan hati dan perlindungan Couwsoe,
walaupun otak polo teecoe pecah berhamburan, ingin
teecoe melindungi Hong Bwee Pang, tetapi jikalau teecoe kandung pikiran yang tidak2, yang mementingkan diri
sendiri, biarlah teecoe nanti terbinasa dengan tubuh ter potong2 ter bagi2!"
Setelah mengucapkan kata2 itu, Boe Wie Yang tancap
hio, lalu ia undurkan diri sampai di tangga dimana ia paykoei, setelah mana, ia berbangkit dan berdiri pula, kali ini ia angkat kedua tangannya rata dengan pundaknya,
menghadapi sincie dari Couwsoe ia berkata pula "Disini
ada Pauw Coe Wie, anggauta turunan kedua dari Hong
Bwee Pang kita, dia sudah lakukan pelanggaran undang2, dia masih tidak puas, diapun lakukan perbuatan menghina Couwsoe, maka itu teecoe mohon Couwsoe memberikan
surat titahnya untuk teecoe bisa lindungi keangkaran kita!"
Dengan "surat titah" itu, Boe Wie Yang artikan "sin
hoe" (tek hoe) atau surat ajimat.
Dari muka sincie, ketua ini pergi kesamping meja suci, setelah menjura, ia ulur sebelah tangannya untuk ambil sepotong tek hoe warna merah yang berada dipara2 diatas meja suctu, lantas ia kembali kedepan meja, sambil tetap berdiri ia angkat tinggi2 tek hoe itu.
Menampak demikian, semua anggauta Hong Bwee Pang
yang berada dalam ruang Thian Hong Tong itu, dari Lwee Sam Tong sampai pada pelbagai pelayan, kaget bukan
main. Tidak tempo lagi mereka rangkap kedua tangan
mereka untuk diangkat ke batas dada mereka masing2,
kepala mereka ditundukkan, tidak ada yang berani angkat muka untuk mengawasi.
Segera terdengar pula suaranya Thian lam It Souw Boe
Wie Yang, Liong Tauw Pangcoe dari Hong Bwee Pang
suara yang nyaring dan berpengaruh "Pauw Coe Wie, aku tahu undang2 kita saja tak cukup untuk membuat orang
tunduk, maka sekarang aku mohon sinhoe dari Couwsoe.
Maukah kau terima ini?"
Pauw Coe Wie sangat gusar, tetapi sekarang Boe Wie
Yang gunai pengaruhnya Couwsoe, dengan terpaksa,
sambil kertek gigi, ia bertindak kedepan meja suci.
"Boe Pangcoe," kata ia "dengan sengaja kau hendak
hukum aku, karena kekuasaan berada ditanganmu, kau
pasti bisa perbuat sesukamu, maka jikalau aku tak bikin kau puas, aku kuatir kau tidak dapat jalan untuk undurkan diri
secara baik. Sekarang, diatas dari embun2an, dibawah
sampai ditelapakan kaki, aku menyerah untuk kau perbuat apa kau suka!"
Auwyang Siang Gee beramai tak berani angkat kepala
tetapi, dengan diam2 mereka mencuri lihat, maka itu
mereka dapat kenyataan, walaupun Pauw Coe Wie dekati
Boe Wie Yang, dia tetap berdiri saja, dia tak sudi tekuk lutut. Hal ini membikin ia jadi bertambah kuatir, lebih2
kapan ia dengar perkataannya hiocoe she Pauw itu.
"Tak dapat kita tidak menolong, mari, lekas!" kata
Auwyang Siang Gee kepada Bin Tie dan Ouw Giok Seng
seraya ia mendahului bertindak, memburu kedepan.
Bin Tie dan Ouw Giok Seng turut perbuatannya ketua
itu, merekapun maju, hingga dilain saat, bertiga hiocoe ini sudah berlutut di depannya Boe Pang coe.
Menampak demikian, Boe Wie yang lantas geser tubuh
kesamping, tetapi tek hoe ditangannya tetap diangkat
ketinggi. "Pang coe," berkata ketua dari Thian Hong Tong,
"Pauw Hiocoe ada salah satu tertua kita yang dipandang agung tetapi kali ini, ia menghadap Couwsoe dengan ia tetap berdiri, inilah menyatakan bahwa ia telah minum arak hingga mabuk, maka itu, mengingat persaudaraan kita,
untuk sementara ini aku harap Pang coe kasi maaf padanya, agar ia dapat ketika untuk menyesal dan perbaiki diri, kemudian, sesudah ia insyaf, ia nanti datang kepada Pang coe untuk mengaku salah, buat minta kemurahan hati Pang coe..."
Dengan "Hm, hm," Boe Wie Yang perdengarkan
tertawanya yang dingin. "Hiocoe semua," berkata ia, "jikalau begini caranya kita permainkan undang2 kita, lebih baik kita bubarkan saja Hong Bwee Pang, akan bakar meja suci ini! Tidakkah
secara demikian semua habis dan bersih" Dalam urusan
hari ini aku Boe Wie Yang justeru ingin lihat,
kehormatannya kaum kita masih dapat dilindungi atau
tidak! Jikalau hiocoe beramai anggap aku Boe Wie Yang keterlaluan, buat aku masih ada jalan untuk pecat diri sendiri sebagai Liong Tauw Pang coe, supaya bisa di cegah yang Hong Bwee Pang ini termusnah ditanganku!" Lalu,
tanpa menoleh lagi kepada ketiga hiocoe dari Thian Hong Tong itu, ia kata kepada Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie "Pauw Coe Wie, kau ada jadi Hiocoe, kau telah
langgar aturan, semestinya kau dihukum berat, tetapi
mengingat jasamu terhadap kaum kita, sekarang aku suka berikan keentengan kepadamu, aku akan titahkan Heng
tong hukum kau empat puluh rotan, untuk kehormatannya Hong Bwee Pang!"
Semua orang terkejut mendengar keputusan itu, tampang mereka menjadi pucat.
Auwyang Siang Gee ada cerdik dan berani, ia toh
berputus asa menyaksikan kejadian didepannya itu. Akan tetapi untuk kebaikannya Hong Bwee Pang, ia lantas ambil putusan getas. Ia insyaf, Pauw Coe Wie telah masuk dalam Hok Sioe Tong, kawannya ada banyak, inilah berbahaya.
Maka itu, ia hadapi Boe Wie Yang dan berkata "Boe
Pangcoe, kita yang hidup bersama didalam Hong Bwee
Pang, dan kerja sama2 untuk Couwsoe kita, untuk mana
kita harus bersama juga menerima kehormatan dan
kehinaan, sama2 berhasil atau gagal, tak dapat kami tidak memohon pula kepada Pang coe supaya Pauw Hiocoe ini,
mengingat jasanya dulu2, dibebaskan juga dari hukuman rangket. Walaupun bagaimana kami mohon dengan sangat
agar Pang coe mengingat persaudaraan kita, sebab jikalau karena kekhilafan suatu waktu, dibelakang hari timbul bencana yang tak ada batasnya, itu artinya bukannya
menyintai dan melindungi Hong Bwee Pang. Pang coe ada pintar dan berpemandangan jauh, aku harap sudilah
Pangcoe pikir pula dengan saksama. Kamipun telah
memohon dengan lancang, kendati demikian, kami minta
Pangcoe suka menerimanya."
Thian lam It Souw Boe Wie Yang, si Orang tua dari
Selatan, tertawa dingin. "Dalam urusan ini," katanya, "walaupun aku mesti
mendapat nama jelek, kendati api akan membakar tubuhku, aku rela menerimanya! Aku telah dilimpahkan kemurahan hatinya Toyuwsoe aku telah diangkat menjadi Liong Tauw Pangcoe, tetapi tenagaku tak cukup untuk membikin orang percaya aku, undang2 kita tak cukup buat mengikat orang banyak, itu menyatakan bahwa Boe Wie Yang adalah tidak cakap, maka itu jikalau hiocoe beramai demikian menyinta kawan, hingga undang2 dan pantangan tak diperdulikan
lagi, bagiku tak ada lain jalan dari pada mengalah terhadap lain orang yang bijaksana...."
Ketika itu dari Gwa Sam Tong, ketiga hiocoe nya yalah Sie Yong Pheng Sioe San dan Hay niauw Gouw Ceng, juga telah pada bertekuk lutut disebelah belakang ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong, mereka turut manggut2 seraya
membantu memohonkan keampunan bagi Pauw Coe Wie.
Disebelahnya orang sedang lakukan kebaikan terhadap
dirinya. yang tersangkut sendiri, yalah Pauw Coe Wie, sudah tidak bertindak dengan menuruti suasana. Mengaku salah langsung terhadap Boe Wie Yang, tak leluasa ia
melakukannya, tetapi diwaktu demikian, ia bisa akui
kesalahan nya didepannya enam hiocoe dari Lwee Sam
Tong dan Gwa Sam Tong bahwa benar ia, karena
kekeliruan disatu saat, sudah lakukan pelanggaran hingga kesudahannya sekarang ia membuat sulit kepada banyak
hiocoe itu. Dengan cara ini, ia bisa ringankan dirinya.
Tetapi ini ia telah tidak lakukan, makin lama ia jadi makin tak hargai lagi jiwa nya. Begitulah dengan kedua tangan dikebelakangkan, dengan muka tersungging senyuman
tawar, dengan kedua matanya ia terus lirik Boe Wie Yang.
Rombongannya Eng Jiauw Ong sebagai tetamu, pun
boleh turut memohonkan keampunan, akan tetapi ketika itu Thian lam It Souw sudah minta sin hoe dari Couwsoenya, mereka tidak berani bertindak lancang. Memang Hong
Bwee Pang, sebagai mana kaum lainnya, ada punya aturan sendiri, yang berbeda dari pada lain golongan, maka mereka mesti jaga untuk tidak menyinggung aturan yang berbedaan itu. Maka itu, mereka diam saja.
Sementara itu, dari pihak Hong Bwee Pang, semakin
banyak orang yang maju untuk mintakan keampunan bagi
hiocoe dari Hok Sioe Tong itu, hingga akhirnya, dengan sangat sengit, Boe Wie Yang kata "Hiocoe2 semua,
nyatalah kau tak menahui Boe Wie Yang! Tetapi tetap aku hendak titahankan undang2 Hong Bwee Pang, untuk
melindungi kaum kita! Untuk itu, walaupun aku nanti
rubuh hingga tulang2ku musnah tanpa rupa, aku rela
menerimanya!" Sehabis mengucap demikian, ketua ini putar tubuhnya
dan lari kedepan meja, tangan kirinya, yang memegang sin hoe, diangkat tinggi, dimuka meja ia angkat kakinya keatas tangga.
Ketika itu hio wangi telah menyala baharu menghabisi
beberapa dim, asapnya sedang bergulung2. Boe Wie Yang ulur tangan kanannya akan samber hio itu, hingga "bunga"
hio rontok meluruk. Ia putar pula tubuhnya akan turun dari tangga. Berbareng dengan itu, air mukanya berubah
menjadi putih pucat bagaikan kertas, sedang sepasang
alisnya mengkerut rapat, hingga romannya jadi menyeramkan. Lantas ia angkat naik hio itu, agaknya ia hendak banting itu kelantai.
Diantara beberapa hiocoe itu, Hiocoe Sie Yong dari Gwa Sam Tong, yang bertugas mengurus bahagian upacara, cit ciang lee tong, sedang berlutut sebagai rekan rekannya, ia terkejut menampak aksinya ketua itu. Asalkan hio
terbanting didepan meja suci, itu artinya tak ada daya pertolongan lagi. Itu artinya golok suci Sin too akan diminta mengutungi kepalanya Pauw Coe Wie, tidak ampun lagi!
Inilah hukuman paling hebat dalam Hong Bwee Pang, tak ada orang yang dapat mencegahnya".
Karena ia adalah pejabat cit ciang lee tong itu, Sie Yong insyaf pada bencana itu, maka tak ayal lagi, sembari
berlutut, ia menekan lantai, terus ia empos semangatnya, lantas ia berlompat dengan ilmu enteng tubuh bagaikan kodok mencelat, ia dekati Boe Wie Yang, dengan Bebat
tangan kanannya menyamber lengan kanan dari ketuanya
untuk ditekuk, sambil ia serukan "Pang coe, kemurahan hatimu yang terakhir!" Kemudian, dengan berani ia rampas setabung hio yang menyala itu dari tangannya ketua itu, hingga karenanya, tangannya, tangan baju dan bajunya jadi kena terbakar api hio itu.
Boe Wie Yang terperanjat. Ia tidak sangka ada orang
yang berani cegah ia secara demikian. Tetapi, disaatnya ia sedar, Sian thian chioe Sie Yong, si Tangan Kilat, sudah dapat rampas setabung hio itu, dengan naik ditangga,
hiocoe ini segera tancap pula hio itu kedalam hiolouw asalnya.
Semua orang dalam ruang Thian Hong Tong itu tinggi
dan rendah kedudukannya, berubah air muka nya karena
kagetnya, sebab mereka insyaf, hampir saja bencana besar
tak dpat di cegah lagi. Maka sekarang, mereka semua
menjura pada Boe Wie Yang, mereka berkata "Kami
mohon Pang coe ingat sulitnya kita berdirikan Hong Bwee Pang, biarlah Pang coe berlaku lebih banyak murah hati. ...
Silahkan Pang coe kasi titah untuk jalankan hukuman."
Setelah mana, mereka lalu berbangkit, untuk terus
berkata kepada Heng tong Tocoe Hay niauw Gouw Ceng si Burung Laut "Gouw Hiocoe, apakah kau masih tidak
hendak terima titah untuk jalankan tugasmu?"
Dengan tenang dan menghormat, Gouw Ceng menyahuti. "Ya." Kemudian, tanpa bersangsi pula ia
hadapi Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie seraya
berkata "Aku mohon Pauw Hiocoe pergi keruang Heng
tong untuk terima hukuman."
Ucapan ini disusul dengan bergeraknya beberapa algojo hingga Pauw Coe Wie lantas dapatkan ia sedang dikurung di empat penjuru. Hengtong soe sendiri, Hay niauw Gouw Ceng, dengan air muka sungguh2, sudah lantas menggape2
terhadap nya. Ia insyaf, apabila ia tetap membangkang, ia bakal terima, penghinaan2 terlebih jauh, dari itu, setelah menggedruk lantai dan mengawasi Boe Pang co dengan
kebencian yang berlimpah2, ia lantas bertindak akan
mengikuti Gouw Ceng memasuki pintu samping.
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada saat itu, walaupun adanya seratus lebih orang
dalam ruangan, seluruh Thian Hong Tong jadi sangat sunyi senyap, kecuali suara tertawa menghina pelahan dari Thian lam It Souw sendiri, yang mengawasi belakangnya Yauw
Beng Long tiong. Kemudian ketua ini menoleh kepada
Auwyang Siang Gee, hiocoe dari Thian Hong Tong "Auw
yang Hiocoe, dimana adanya sekarang itu orang2 yang
tanpa titah dari Congto dan pelbagai thoento sudah
mencegat dan mengganggu tetamu2 kita yang terhormat,
yang baharu hentikan aksinya setelah adanya perintah dari
Lwee Sam Tong" Mereka itu ada sangat lancang, mereka
sudah permainkan undang2 kita, mereka sangat menghina terhadap kedua Sam Tong Luar dan Dalam! Apabila tetap diantap terus orang main gila, cara bagai mana tata tertib dapat dipulihkan dibelakang hari?"
Auwyang Siang Gee menjura.
"Mereka telah dikumpulkan di muka pelabuhan untuk
menantikan titah dari Pangcoe," jawab ketua dari Thian Hong Tong.
-ooo0dw0ooo- Jilid 11 "Perintahkanlah cit tong, dengan membawa bendera
Thian Hong Tong, bawa mereka untuk mendengar
nasihat," ketua Hong Bwee Pang berikan titahnya.
Kembali Auwyang Siang Gee menjura untuk terima titah
itu, yang ia mesti segera jalankan.
Sementara itu, dengan lapat2 Eng Jiauw Ong beramai
telah dengar suara menghembatnya rotan dibagian belakang dari ruang Thian Hong Tong itu, itu bisa diduga bahwa Heng tong, ruang untuk menjalankan hukuman, berada
dekat Thian Hong Tong. Auwyang Siang Gee telah jemput selembar kertas dari atas meja, ia persembahkan itu kepada Boe Wie Yang seraya berkata "Inilah daftar dari anggauta kita yang lancang itu, harap Pang coe suka periksa."
Boe Wie Yang sambuti daftar itu, tetapi selaga hendak baca, Hay niauw Gouw Ceng muncul pula, sembari
menjura ketua Heng tong ini kata "Poen heng long sudah jalankan titah menghukum rangket kepada Pauw Hiocoe,
sekarang silahkan Pang coe menyaksikannya sendiri."
Ketua itu goyangkan tangan.
"Tak usah," kata ia. "Kau sampaikan kepada Pauw Coe
Wie bahwa aku ijinkan dia kembali ke Hok Sioe Tong
untuk dia obati lukanya hingga sembuh, tetapi kemudian dia mesti lekas datang untuk mendengari nasihat, jangan dia buat salah!"
Couw Ceng menyahuti "Ya," lantas ia undurkan diri
pula. Eng Jiauw Ong beramai berada di Utara ruangan, maka
itu mereka semua bisa lihat bagaimana dari sebelah Selatan, Gouw Ceng muncul pula bersama dua pelayannya yang
pepayang Pauw Coe Wie, siapa, sembari lewat, menoleh
kearah Thian lam It Souw. Dia bermuka pucat, Gouw Ceng ucapkan beberapa patah kata2 terhadapnya, atas mana dia tertawa meringis, tetapi matanya mengawasi ketua Hong Bwee
Pang dengan sinar menyala, menyatakan kebenciannya yang hebat. Setelah hiocoe dari Hok Sioe Tong itu lewat, Gouw Ceng kembali ketempatnya, untuk
berikan laporan bahwa tugasnya telah selesai.
Segera setelah itu menyusul munculnya wakil cit tong
dari Auwyang Siang Gee buat melaporkan tugasnya,
katanya "Semua orang yang bersalah telah dikumpulkan
kecuali kedua tocoe Khoe dan Lie, kepala dari pegaraman, yang sudah kabur dari Hoen coei kwan dengan dua belas to disepanjang sungai tak dapat mencegah mereka, walaupun warta burung dara telah dikirim untuk memberitahukan
tentang meratnya mereka itu."
Mendengar laporan itu, Boe Wie Yang jadi gusar tak
kepalang. "Ketika See coan Siang Sat datang kepada Hong Bwee
Pang kita, aku memang tahu mereka ada mempunyai
perkara yang banyaknya laksana bukit tingginya," kata
ketua ini. "Aku pun bisa duga, didalam dunia kang ouw sudah tidak ada tempat untuk mereka tancap kaki, maka mereka hendak pinjam Cap jie Lian hoan ouw sebagai
tempat sembunyi. Aku terima mereka dengan terpaksa,
karena tadinya aku pernah kenal mereka pribadi, dan aku harap, dengan perlakuan manis dari kita terhadapnya,
mereka bisa insyaf dan bertobat. Ada baiknya bagi kita apabila mereka menghamba dengan sungguh2, karena
keduanya mereka ada punyai boegee liehay dan mengerti baik ilmu berenang dan selulup. Aku tidak sangka bahwa kesesalan mereka sudah berakar, hingga tak dapat mereka diperbaiki pula. Memang tiada gunanya akan antap mereka hidup terus, adalah terlebih baik bila siang2 mereka
disingkirkan dari dunia dimana cuma mereka menjadi
malapetaka. Maka, Auwyang Hiocoe, apabila mereka
diantap lolos dari tangannya Hong Bwee Pang, kemudian bisa jadi ada orang yang akan telad perbuatannya untuk permainkan
kita, dengan cara demikian, habislah kehormatan kita!" "Pang coe benar," sahut Auwyang Siang Gee. "Kita dari Hong Bwee Pang memang paling benci segala pengkhianat dan perusak, perbuatan semacam mereka tak dapat dikasi ampun. Silahkan Pang coe berikan titahmu."
Boe Wie Yang lantas pandang Bin Tie dan Ouw Giok
Seng "Bin Hiocoe, Ouw Hiocoe," berkata ia, "silahkan kau kirim titahku dengan perantaraan burung dara kepada Ang Hiocoe dari Soen kang Cap jie to supaya dia lantas
kerahkan orang2nya untuk bergerak, untuk terlebih jauh menyampaikan titahku kepada bahagian Barat, pada jalan untuk dua propinsi Hokkian dan Kangsay, untuk
mencegahnya. Aku percaya Seecoan Siang Sat akan kabur terus kembali kesarangnya di See coan, maka itu, mungkin
kita dapat mencegah mereka. Kita mesti jaga terutama di Ceng thian kwan, Sian hee kwan dan Hoay Giok San."
Bin Tie dan Ouw Giok Seng menyahuti bahwa mereka
terima perintah, lalu Bin Hiocoe hampirkan meja suci untuk ambil dari depan sincie Couwsoe satu nenampan kayu
merah diatas mana, ada diletaki sesusun cita katun serta pit merah dan bakhie merah juga, sedang Ouw Hiocoe titahkan orang atur sebuah meja dikiri meja suci diatas mana Bin Tie taruh dengan hati2 nenampan merah itu, kemudian
keduanya duduk berhadapan, untuk segera mulai menulis atas masing2 tiga lembar cita.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, yang terpisah
beberapa tumbak dari meja, tidak dapat lihat apa yang kedua hiocoe itu tulis, kecuali tampak setiap potong cita berukuran panjang 7-8 dim dan lebar 5-6 dim, diatasnya ada capnya, cap merah.
Kedua hiocoe menulis selesai enam lembar cita dengan
cepat sekali, lalu Bin Tie angsurkan itu kehadapan Boe Wie Yang untuk diperiksa, kemudian Auwyang Siang Gee yang sambuti untuk diletaki diatas meja, setelah itu dengan injak tangga, ia bakar kepada lilin ujung kanan dari surat2 cita itu, akan akhirnya ia gulung, buat diserahkan kembali kepada Bin Hiocoe.
Waktu itu dengan sangat pelahan Ouw Hiocoe telah
bicara kepada Cit tong soe Pheng Sioe San, atas mana, Phneg Sioe San perintah dua pelayan berlalu dari belakang meja suci, tetapi lekas juga dua pelayan itu kembali bersama satu kurungan burung, panjangnya enam dim, dalamnya
terbagi atas enam kotak, didalam setiap kotaknya ada
seekor burung dara pos, yang warna bulu nya berlainan.
Disaban kotak di tempelkan sepotong tek pay kecil.
Ouw Hiocoe dengan sebat telah masukkan setiap surat
kedalam satu bungbung bambu yang mungil, lalu ia
keluarkan burung dara putih dari dalam kotak pertama, kakinya dibanduli bumbung surat itu, diikatnya dengan benang sutera, sesudah mana, ia dekati pintu akan segera lepas burung itu, hingga dalam sedetik saja. dengan geraki kedua sayapnya. burung itu sudah terbang pergi dengan cepat sekali.
Secara demikian, enam ekor urung dilepaskan satu demi satu, kemudian ada pelayan yang singkirkan kurungan yang kosong.
Itulah caranya Hong Bwee Pang mengirim berbagai
kabar dan titah. Menampak kejadian didepan nya itu, rombongannya
Eng Jiauw Ong kagumi Boe Wie Yang, pantas dia menjadi ketua Hong Bwee Pang, ternyata sepak terjangnya tepat.
Hanya sayang, anggauta2 Hong Bwee Pang terdiri dari
sangat banyak campuran, jadi sangat sulit untuk kendalikan semuanya.
Habis mengirimkan titah2 itu, ketiga hiocoe kembali
ketempat mereka Sesudah itu, Boe Wie Yang kasi titahnya kepada Cit tong Pheng Sioe San "Sekarang bawa
menghadap Tong Siang Ceng dan Hauw Thiam Hoei
berenam begitupun sahabatnya si orang she Hauw itu untuk mendengar nasihat!"
Pheng Sioe San lantas bertindak kepintu depan, dimuka pintu ia melongok keluar seraya berseru "Atas titah Liong Tauw Pang coe aku minta supaya To coe Tong Siang Ceng dari Hoen coei kwan, Heng tong Tocoe Ouw Can, Ie boen Tocoe Tie Cin Hay dan Shong Ceng, Hoa San Tocoe Hauw
Ban Hong dari See louw serta Tocoe Cio Loo Yauw yang
telah undurkan diri dari jabatannya di Sam hoen ho dan
sahabat kang ouw Hauw Tan hoei datang menghadap
untuk mendengar nasihat!"
Setelah mengatakan demikian, Pheng Tocoe memutar
tubuh untuk kembali kedalam, atas mana, dengan beruntun, mengikutilah Tong Siang Ceng semua. Eng Jiauw Ong lihat orang2 yang bokong pasukan Garuda Terbang, diantara
siapa kecuali See coan Siang Sat, yang sudah kabur, pun tidak ada Ban San coe Thong In.
Sesampainya dimuka meja suci, Kwie eng coe Tong
Siang Ceng, Ouw Can, Tie Cin Hay, Shong Ceng Cio Loo
Yauw dan Hauw Ban Hong segera menjalankan
kehormatan besar terhadap Couwsoe. Hauw Thian Hoei,
yang mengikuti Cio Loo Yauw, turut berlutut dibelakangnya sahabat ini. Meski demikian, Boe Wie
Yang" justeru awasi dia seorang.
"Tee coe beramai sudah lakukan kekeliruan," berkata
Tong Siang Ceng, yang segera mohon belas kasihan dan
kemurahan hatinya Liong Tauw Pang coe."
"Kau berbangkitlah dahulu", kata Boe Wie Yang dengan
perlihatkan roman sungguh2. "Aku hendak bicara kepada itu sahabat asal Siamsay."
Tong Siang Ceng beramai, dengan muka merah saking
malu, lantas berbangkit, untuk berdiri dipinggiran. Karena itu ketua dari Cin tiong Sam Niauw, Hauw Thian Hoei, jadi berdiri berhadapan dengan ketua dari Hong Bwee Pang.
"Boe Pang coe," berkata ia, yang mendahului tuan
rumah "aku Hauw Thian Hoei telah lama mengagumi
nama besar Pangcoe, sebagai pemimpin Hong Bwee Pang
yang luas pengaruhnya ditempat beberapa ribu lie, hingga kau tidak hanya mengetuai Hong Bwee Pang tetapi pun
memimpin kaum kangouw seumumnya. Maka itu, dengan
setulusnya hati aku datang untuk menghamba, aku harap Pang coe suka terima aku."
Boe Wie Yang dengan tiba2 tertawa gelak.
"Sahabat, janganlah kau angkat2 aku secara begini!"
berkata ia. "Aku tak lebih tak kurang seorang yang tak berarti! Sebaliknya sudah sejak lama aku dengar tentang Cin tiong Sam Niauw sebagai orang2 kenamaan dari dunia Sungai Telaga dan Rimba Hijau. Sahabat, kau demikian
menghargai Hong Bwee Pang, aku girang dan bersyukur
sekali. Tentang Cap jie Lian hoan ouw ini baiklah kau ketahui, dimana orang luar, ini adalah satu daerah kecil dan cupat sekali, akan tetapi bagi orang kami sendiri, tidak ada seorang pun yang berani memandang sebelah mata! Kecuali sebawahan dari Pusat Umum, hiocoe dari bahagian luar, apabila dia tak dapat perintah dari Lwee Sam Tong, dia tak berani lancang masuk sekalipun satu tindak saja kedalam Hoen coei kwan. Maka kau, sahabat, siapa yang telah ajak kau datang kemari dan dimana kau telah peroleh
Kemurahan hatinya Couwsoe kami" Kenapa aku, sebagai
Liong Tauw Pangcoe, tidak pernah terima laporan apa
juga" Sejak di bangunnya Hong Bwee Pang, inilah ada hal yang belum pernah terjadi! Maka itu, aku jadi sangat tidak mengerti!"
Muka Cin tiong Sam Niauw menjadi merah, ia merasa
sangat jengah. "Boe Pang coe," berkata dia, dengan terpaksa, "aku
Hauw Thian Hoei datang untuk pertama kali kepada Kwie lian coe Lie Hian Tong dari See coan Siang Sat. Aku tahu dia adalah pengurus pegaraman Hong Bwee Pang.
Kemudian aku mohon dia yang menjadi pengunjuk, orang
perantara, supaya aku bisa masuk dalam Hong Bwee Pang.
Dia dan saudaranya setuju aku menjadi anggauta, supaya tak lebih lama pula aku berkelana dalam dunia kang ouw,
dimana tak dapat untuk selamanya aku menjaga diriku.
Ketika aku datang kemari, kebetulan pihak Hoay Yang Pay sedang memasuki Cap jie Lian hoan ouw. Menurut Lie
Hian Tong, rombongan Ong Too Liong pernah serang
gudang garam diwaktu malam, dari itu dia dan saudaranya menganggap pihak tetamu itu harus diajar adat, untuk
lampiaskan dendam mereka. Begitulah telah terjadi
pembokongan terhadap pasukan perahu tetamu dari Soe
Soei. Aku hadapi kejadian itu, cara bagaimana aku bisa peluk tangan menonton saja" Karena itu, aku telah turun tangan membantu. Dalam hal ini aku telah berlaku
sembrono, oleh karena itu, aku mohon Pang coe sukalah memberi maaf."
Ketua Hong Bwee Pang itu tertawa dingin.
"Dengan ucapanmu ini, sahabat, kau pandang Boe Wie
Yang sebagai boca cilik saja!" kata ia. "Aku si orang she Boe telah bertanggung jawab seluruhnya, aku menjadi
pejabat Liong lauw, maka jikalau aku cuma berkuasa atas beberapa puluh lie disekitar Cap jie Lian hoan ouw ini, aku melainkan menjadi sebagai tuan tanah saja. Cabang2 Hong Bwee Pang tersebar jauh ke Selatan, maka dimana saja ada suatu gerakan, tidak ada satu yang lolos dari genggamanku!
Hauw Thian Hoei, kau bukan setulusnya hati masuk Hong Bwee Pang! Sebenarnya kau telah ajak orang2 datang ke Kanglam ini untuk cegat serombongan piauwsoe, untuk
peroleh hasil besar, apa celaka kau hadapi lawan2 yang tangguh, Cin tong Sam Niauw telah nampak kegagalan,
kau rubuh demikian hebat hingga kau tak punya muka
untuk hidup lebih lama dalam Rimba Hijau! Dilain pihak, kau berkeinginan keras untuk mencari balas. Begitulah ketika kau dengar rombongan piauwsoe itu bergabung
kepada pihak Hoay Yang Pay dan mereka sedang
memasuki Cap jie Lian hoan ouw, diam2 kau kuntit
mereka, lantas kau baiki See coan Siang Sat. Kau niat mencari balas dengan pinjam golok lain orang! Sahabat, kecewa kau hidup untuk banyak tahun sebagai orang
Rimba Hijau, matamu lamur, kau tidak kenali Boe Wie
Yang. Golok dari Cap jie Lian houw ouw ada sangat tajam, cepat digunainya hingga tak terlihat darah menyemprot, tetapi walaupun demikian, golok kami tak dipinjamkan
kepada lain orang! Nah, apa lagi kau hendak bilang?"
Twie hong Tiat cie tiauw Huaw Thian Hoei ada seorang
kenamaan dari dunia kang ouw, sekarang dimuka orang
banyak ia diperhina, tentu saja mukanya jadi merah dan pucat bergantian, karena malu dan gusar. "Boe Pang coe,"
jangan kau terlalu menghina orang!" ia berseru. "Aku, Hauw Thian Hoei, besar atau kecil, dalam dunia kang ouw ada namaku juga! Memang aku menaruh dendam terhadap
Ngo Cong Gie dan Soe ma Sioe Ciang, itu rombongan
piauwsoe dari Kanglam, melainkan karena Yan tiauw Siang Hiap usilan, tak dapat aku lampiaskan keinginanku
terhadap mereka. Piauwsoe2 itu sendiri tidak ada dimataku, tapi Yan tiauw Siang Hiap membuat aku mendongkol,
hingga tak mau aku hidup bersama dia didalam dunia ini!
Begitulah aku susul mereka sampai disini. Memang benar, aku telah membikin ribut didalam Cap jie Lian hoan ouw, akan tetapi aku tidak membuat pelanggaran. Aku pernah saksikan gelombang besar, pernah aku menemui orang
pandai liehay. maka itu, Boe Pang coe, kau terlalu
memandang kecil kepadaku!"
Masih Boe Wie Yang perlihatkan roman suram.
"Sahabat," ia berkata, "jikalau kau mempunpai
perhitungan dengan Yan tiauw Siang Hiap, itu adalah
urusannya si penghutang dan orang yang memberi pinjam, dalam hal itu, kau bisa pergi ke Ceng hong po di Koay siang, atau langsung ke Na chung, untuk cari padanya, atau
apabila kau punya kepandaian, kau cegah dan halangi
padanya memasuki Cap jie Lian hoan ouw, tetapi sahabat, dia sudah masuk dalam Hoen coei kwan, maka dengan
sendirinya dia adalah tetamuku dari Cap jie Lian hoan ouw ini. Sahabat, kau telah mengacau didalam tempat
kediamanku ini, apabila aku tidak ingat kepada persahabatan kaum kang ouw, mesti telah ada orang yang menghadapimu! Disini aku tak membutuhkan bantuanmu,
karena itu, kau persilahkanlah!"
Segera setelah keluarkan perkataannya itu, Boe Wie
Yang menoleh pada pihaknya seraya berkata dengan
nyaring "Antar dia keluar!"
Meluap amarahnya Hauw Thian Hoei karena tuan
rumah berlaku sangat kasar terhadapnya. Iapun telah diusir dimuka umum! Maka, melupai segala apa, ia perdengarkan suara nyaring "Boe Wie Yang, kau terlalu menghina! Hauw Thian Hoei bukannya orang yang dapat dibuat permainan!
Jangan kau anggap, karena aku berada didalam Cap jie
Lian hoan ouw, lantas kau boleh berbuat sesukamu! Hauw Thian Hoe ingin belajar kenal dengan kau sebagai Liong Tauw Pang coe, untuk ketahui kau ada punya kepandaian apa! Jangan kau anggap kau ada punya banyak orang disini, tapi mereka itu tak ada dimatanya Hauw Thian Hoei!"
"Hm!" Boe Wie Yang perdengarkan suara dihidungnya.
"Hauw Thian Hoei, kau baiklah berlaku secara baik2, sebab jikalau aku bereskan kau didalam Cap jie Lian hoan ouw, nanti orang sangka aku gunai pengaruhnya banyak kawan.
Jikalau aku kehendaki kau, jangan harap kau bisa angkat kaki dari Ciatkang Selatan ini, atau kecewalah aku sebagai Liong Tiauw Pang coe!"
Hauw Thian Hoei tertawa ter bahak2.
"Boe Wie Yang," berkata ia, "Hauw Thian Hoei pernah
berkelana belasan tahun, dia berani berbuat, dia berani bertanggung jawab! Jikalau kau hendak bereskan aku, itulah hal yang aku mintapun tak berani aku lakukan! Marilah kita lihat! Jikalau kau ada punya kepandaian untuk menahan si orang she Hauw di Ciatkang Selatan ini, diapun pasti
mempunyai kepandaian untuk mencari pula kepadamu!
Boe Wie Yang, aku Hauw Thian Hoei siap untuk sambut
kau!..." Baharu kata2 itu habis diucapkan atau Thian Hoei
merasakan samberan angin dari belakangnya, atas mana ia geraki tubuh akan lompat berbalik, kedua tangannya
diangkat selaku persiapan.
Ternyata orang yang lompat maju adalah Pat pou Leng
po Ouw Giok Seng, siapa sudah lantas perdengarkan suara nyaring "Sahabat, hati2lah dengan mulutmu! Jikalau kau berani main gila dimuka tempat suci kami ini, itu artinya kau cari susah sendiri!"
"Kau janganlah menghina dengan omongan besarmu!"
Hauw Thian Hoei membentak. "Jangan kau jadi rase yang menggunakan pengaruh harimau! Jikalau kau hendak
coba2 me rabah2 Hauw Thian Hoei, silahkan geraki tangan mu! Jangankan baharu di tempat suci perkumpulan
semacammu, walaupun singgasana sri baginda raja, aku
berani untuk menyatroninya!"
Ouw Giok Seng menjadi gusar.
"Hauw Thian Hoei!" ia berseru "Tak sukar jikalau Ouw
thocoemu hendak turun tangan terhadapmu!...."
Dan kata2 itu disusul dengan gerakan tangan "Kim pa
tam jiauw" atau "Macan tutul emas ulur kukunya," menuju kepada jalan darah hoa kay hiat da ketua Cin tiong Sam Niauw.
Hauw Thian Hoei berkelit kekiri, tapi sebelah tangannya, dengan gerakan "Lie cian wan" atau "Menggunting
lengan," menghajar lengan orang dibagian nadi.
Berbareng dengan itu terdengar juga seruannya Boe Wie Yang "Giok Seng, jangan turun tangan! Biarkan dia pergi!"
Ouw Hiocoe niat menyerang pula begitu lekas ia
luputkan nadinya dari serangan, tetapi karena titah
ketuanya, ia terus saja lompat mundur, hanya sembari
berbuat demikian, ia kata "Kau senang, pit hoe!"
Menyusul itu Hiocoe Bin Tie dari Ceng Loan Tong,
dengan tangan menyekal bendera gedung nya, dengan
diiringi dua pengikutnya, hampirkan Hauw Thian Hoei
kepada siapa terus ia kata "Sahabat, karena kau ada orang kang ouw ulung, seharusnya kau sedikit tahu diri. Kenapa mesti cari susah sendiri" Bukankah Pang coe kami telah mengatakan, selama dalam Cap jie Lian hoan ouw ini, tak nanti kami ganggu padamu" Nanti, sekeluarnya dari Hoen coei kwan. baik kau ber hati2 sedikit, jikalau kau mampu keluar dengan selamat dari Ciatkang Selatan ini, baharu benar kau ada punya kepandaian berarti. Aku nanti kirim orang serta leng kie ini untuk antar kau keluar dari Hoen coei kwan, tanpa pengantar, aku kuatir dimana saja akan ada orang yang ganggu padamu. Nah, sahabat, mari ikut aku!"
Bin Tie putar tubuhnya untuk bertindak keluar.
Hauw Thian Hoei rupanya Insyaf, apabila ia tidak
berlalu, ia seperti hendak bakar diri sendiri, akan tetapi ia masih hadapi Boe Wie Yang dan dengan mendongkol ia
kata dengan keras "Boe Pang coe, lain hari saja aku Hauw Thian Hoei terima pengajaran pula darimu!...." Setelah itu, ia balik badan akan buka langkah lebar bertindak keluar.
Bin Tie serta dua pengikutnya antar tetamu yang tidak diundang ini, sesampainya diluar Thian Hong Tong, hiocoe itu kata pada Hauw Thian Hoei "Sahabat, aku si orang she Bin tidak antar kau lebih jauh!" Kemudian kepada kedua orang nya ia bilang "Kau bawa bendera, ini dan antar dia keluar dari Cap jie Lian hoan ouw, disepanjang jalan, jangan ijinkan orang ganggu padanya, sesampainya di Hoen coei kwan kau mesti lekas kembali."
Dua pengikut itu menjawab bahwa mereka telah
mengerti, lantas yang tuaan sambuti leng kie bendera titah dari tangannya ketua itu, kemudian ia hadapi Hauw Thian Hoei, katanya "Sahabat, kami sedang menjalankan titah, maka silahkan kau ikut kami, kami sediakan perahu untuk antar kau sampai diluar. Selama disepanjang jalan, harap kau tidak kandung maksud apa2, karena kalau nanti kau terkena panah atau peluru jebakan, tak dapat kami
menanggung jawab." Belum habis pengikut itu bicara, atau Bin Tie telah kata pada mereka "Kau berdua curna jalankan titah, apabila dia lakukan apa, biarkan saja, lekas kau kembali, biar dia keluar sendiri dari Cap jie Lian hoan ouw!"
Dengan suara dingin, Hauw Thian Hoei pun berkata
"Sekarang aku si orang she Hauw baharu kenal kau semua!
Tapi kau juga baiklah ketahui yang ketua dari Cin tiong Sam Niauw bukanlah seorang yang gampang2 sudi terima
penghinaan! Bin Tie, jikalau si orang she Hauw tidak balas sakit hati hari ini, dia pasti tidak akan sembarang
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan Ciatkang Selatan! Nah, sampai kita bertemu pula!"
Setelah tutup mulutnya, Thian Hoei lantas bertindak
dengan gagah. Dibelakang bayangan orang, sembari tertawa dingin Bin Tie kata "Aku kuatir kau nanti tak dapat capai apa yang kau katakan...."
Lalu hiocoe ini juga putar tubuhnya akan kembali, buat memberi laporan kepada ketuanya.
Sementara itu Boe Pang coe sudah perintahkan Hiocoe
Ouw Giok Seng dari Kim Tiauw Tong menyampaikan
titah2 rahasia kepada semua posnya di Tong peng pa, Gan Tong San, untuk disana semua orang pasang mata kepada ketua dari Cin tiong Sam Niauw itu, untuk intai dan kuntit padanya, sedang titah lain diberikan kepada lain orang se bawahannya, akan susul jago dari Siamsay itu, untuk
bereskan dia begitu lekas dia telah keluar dari Hoen coei kwan.
Setelah itu, ketua Hong Bwee Pang lantas awasi Toan
bie Cio Loo Yauw, si tongtay, komandan tentera negeri, siapa segera ia tergur "Cio Leng Pek, kau telah langgar aturan, kau memberontak terhadap kaum kita, kau
ketakutan dan kabur, tapi sekarang kau berani datang
kembali Cap jie Lian hoan ouw menghadap Couwsoe!
Perbuatanmu ini mirip dengan perbuatannya satu orang
yang tak takut mati, maka sayang sekali, kau datang
terlambat, mungkin aku sebagai ketua bisa mengampuni
nya, tetapi undang2 perkumpulan tak kenal jalan lain! Kau tidak lantas siap untuk terima hukuman, kau hendak tunggu apa lagi?"
Mukanya Cio Loo Yauw lantur saja menjadi pucat. Ia
teluk anggap bahwa ia sudah berbuat tidak sedikit, untuk Hong i lwee Pang, bahwa ia sudah berbasa, maka itu ia berani kembali, ia ingin dengan diam2 menemui Bin
Hiocoe akan minta hiocoe ini suka tolong padanya, supaya jasanya bisa dipakai menebus dosa, apamau semasuknya
kedalam Cap jie Lian hoan ouw, ia lantas bertemu dengan
rombongan Lie Hian Tong yang sedang satrukan
romhongan Eng Jiauw Ong, hingga kesudahannya, dengan
titah Lwee Sam Tong, mereka semua kena ditahan. Sejak itu ia sudah merasa bahwa ia terancam bahaya, sekarang terbukti, ketuanya sudah lantas beber perbuatannya dan menyatakan kedosaannya. Dengan tubuh gemetar ia
berlutut didepan Boe Pang coe.
"Teecoe tahu bersalah, teecoe mohon belas kasihan
Pang coe mengingat bagaimana pada mulanya teecoe telah peroleh kemurahan hati Couwsoe," ia mohon. "Ketika
teecoe menjadi tocoe di Sam hoen kong, adalah niatku
untuk bekerja untuk kaum kita, sayang teecoe keliru bergaul dan kemudian tersesat, hingga teecoe malu menemui
kawan2 lagi, terpaksa teecoe buron ke Kwan tong.
Kemudian teecoe bekerja dalam tangsi Gouw Teetok.
Teecoe mohon Pang coe kasi keampunan, selanjutnya
walau tubuh hancur lebur, teecoe akan berbuat untuk kaum kita, tak nanti teecoe lupai budi kebaikan Pangcoe."
"Sebenarnya aku telah percaya kabar dusta bahwa kau
telah binasa di Liauwtong," kata Boe Wie Yang dengan
dingin, "karena itu, aku telah antap kau hidup sampai sekarang ini. Mungkin dulu kau niat bekerja untuk Hong Bwee Pang, tapi ternyata kau berbuat sebaliknya hingga kau buron, tetapi juga didalam dunia kang ouw, kau sudah
lakukan banyak kejahatan, setelah mana, kau menghamba kepada Gouw Ko pie dimana kau seperti membantui Kaisar Tioe Ong mengganas, hingga rakyat jelata jadi kurban dari kekejamanmu! Didalam Hong Bwee Pang tidak ada tempat
untuk kau bernaung, kau malah bisa mewariskan
malapetaka untuk kami, maka itu, apakah kau masih belum hendak kembalikan piauw poumu?"
Mendengar dia diminta pulangkan piauw pou, mukanya
Cio Loo Yauw jadi pucat bagaikan kertas. Itu pun, menurut
aturan Hong Bwee Pang, berarti hukuman mati! Maka,
melupai segala apa, ia paykoei terhadap ketuanya, ia
manggut berulang. "Pangcoe," katanya, memohon, "aku berani sumpah
didepan Couwsoe bahwa ketika dulu aku buron ke Utara, sebenarnya orang telah pincuk aku, dan disana aku telah lakukan pula pelbagai kejahatan, tetapi kemudian aku
menyesal, sayang sudah kasip. Umpama benar teecoe
berkhianat, sekarang tak nanti teecoe berani pulang, maka itu, teecoe mohon sukalah Pangcoe kasi ampun ke
padaku...." Boe Wie Yang berdiam sejenak, akan akhirnya ia kata
"Leng Pek, mengingat yang kau berani kembali kemari, aku suka berikan keampunan hukuman mati atas dirimu."
Lega hatinya Cio Loo Yauw mendengar kata2nya ketua
itu. yang sementara itu telah berhenti sedetik. Tapi segera juga Boe Pang coe melanjutkan kepada hiocoe dari Thian Hong Tong "Auwyang Hiocoe, ketika dulu dia buron, dia termasuk dalam gedung mana?"
Belum lagi Auwyang Siang Gee menjawab atau Bin Tie
telah mendahului. "Cio Leng Pek termasuk dalam Ceng Loan Tong," kata
hiocoe ini. "Kalau begitu, silahkan Bin Hiocoe hukum padanya,"
memutuskan sang ketua. Bingung juga Leng Pek, karena ia ketahui dengan baik
bahwa ketua dari Ceng Loan Tong ini ada keras sikapnya, sama kerasnya seperti ketua Kim Tiauw Tong, sedang yang paling sabar adalah Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong. Ia kuatir sekali yang ia tak bakal lolos dari bahaya.
Segera juga Bin Hiocoe kata kepada sebawahannya yang
tadinya telah buron itu "Cio Leng Pek, kau ada menjadi tocoe tapi kau berani langgar aturan, kau berkonco dengan orang Rimba Hijau dan berbuat yang bukan2, apabila
perbuatanmu dapat diketahui pembesar negeri, pasti sekali Cap jie Lian hoan ouw bakal jatuh runtuh di tanganmu!
Sudah begitu, kemudian kaupun pergi buron! Menurut
aturan kita kau mesti dapat bagian hukuman mati, tetapi Pang coe kita berhati mulia terhadapmu, dari itu poen hiocoe pun suka memberi keringanan kepadamu, maka
sekarang poen hiocoe akan minta sin pang hukum rangket padamu dengan dua ratus pukulan, setelah itu, berselang sepuluh hari, kau mesti bekerja dalam Gedung Ceng Loan Tong, akan seratus hari kemudian, kau akan dikirim untuk bekerja lebih jauh untuk kaum kita. Cio Leng Pek, kau masih tidak lekas haturkan terima kasih atas kemurahan hatinya Couwsoe?"
Tidak kepalang kagetnya Cio Tongtay. Ia insyaf, hukum rangket dua ratus rotan sin pang, toya suci dari Hong Bwee Pang, tak beda dengan hukum potong kepala, malah
terlebih hebat pula. Hukum potong, sakitnya cuma sedetik, tapi hukum rangket bakal bikin kedua kakinya bercacat, andaikata ia ditolong, diberikan obat, sedikitnya dalam tempo seratus hari kakinya itu masih tak dapat digunakan dengan leluasa. Karena ini, dengan tak , perdulikan Bin Tie bisa menjadi usar, ia angkat kepalanya akan pandang ketua itu.
"Bin Hiocoe," katanya, "mustahil kau tidak punyakan
perasaan kasihan sama seperti Pang coe" Apakah benar kau tega untuk bikin bercacat kepadaku, Cio Leng Pek" Aku telah peroleh kasihannya Pang coe, yang anta p tinggal hidup jiwa semutku". Baik kau ketahui, karena
disepanjang jalan aku rintangi orang2 Hoay Yang Pay, pun
aku telah terluka, maka jikalau aku mesti dihukum rangket dengan sin pang sampai dua ratus kali, mungkinkah jiwaku tetap hidup" Bin Hiocoe, dengan memandang kepada
Couwsoe kita, mohon kau kasi ampun kepada yiwaku
ini...." Cio Loo Yauw mengharap keampunan sampaa tak segan
meratap, ia tidak tahu bahwa pengkuannya itu bukan saja tidak menarik perasaan kasihan orang, bahkan ia membuat orang memandang enteng kepadanya. Nyata ia ada sangat rendah batin, karena takut mati, ia bersikap demikian tak tahu malu.
Eng Jiauw Ong dan rombongannnya pun tertawa diam2.
Tak disangka, tongtay ini, satu komandan tentara, ada demikian pengecut, sedang tadinya dia ada satu jago Rimba Hijau, selama memangku jabatannya dia sangat galak,
diapun cerdik. Sepasang alisnya Bin Tie berdiri, sepasang matanya
mengawasi dengan tajam kepada sebawahan itu.
"Cio Leng Pek!" berkata ia dengan keras. "Jikalau kau hendak lindungi muka terang dari Hong Bwee Pang, kau
mesti..." Bin Hiocoe belum habis ucapkan kata2nya, atau dari
samping terdengarlah suara nyaring dari Kwie eng coe
Tong Siang Ceng si Bayangan Iblis "Loo Yauw, kau
merendahkan sangat kaum kang ouw seumumnya!
Bukankah dalam Hong Bwee Pang orang lebih suka binasa daripada terhina" Bukankah satu laki2 harus berani
bertanggung jawab" Secara kelakuanmu ini, lebih baik kau keram diri dirumah, seperti orang perempuan yang jagai anak saja! Buat apa kau lari kedalam kalangan kang ouw untuk berpura2 menjadi satu laki2" Loo Yauw, lagi sekali kau berani meratap2 memohon jiwa mu, aku Tong Siang
Ceng akan dului bikin kau mampus, supaya kau tak
dituding2 orang!" Semua orang dalam Thian Hong Tong puas mendengar
suaranya Tong Siang Ceng, suara dari satu laki2 sejati.
Leng Pek menjadi malu tak terkira, terus saja ia
berlompat bangun akan pandang kawannya itu yang telah tegur ia secara hebat.
"Orang she Tong, tak usah kau berpura2 menjadi
sahabatku sejati!" kata ia dalam mendongkolnya. "Selama aku Cio Loo Yauw belum binasa, tak nanti aku lupakan
budimu ini! Kita lihat saja nanti!" Kemudian ia menoleh pada Bin Tie akan kata "Bin Hiocoe, silahkan kau jalankan tugasmu!"
Bin Tie tertawa dingin. "Kau telah injak2 nama besar dari Hong Bwee Pang!"
kata hiocoe ini, yang masih gusar. Ia sebenarnya masih hendak mengucap lebih jauh tetapi Heng tong soe Hay
Niauw Gouw Ceng telah hampirkan padanya, sembari
manggut pejabat penghukum itu berkata "Hiocoe, aku siap untuk jalankan titahmu!" Maka ia batal bicara lebih jauh, ia menoleh peda Gouw Ceng, lalu ia memandang Boe Wie
Yang seraya berkata. "Poen tong sudah siap untuk
menjalankan tugas." Setelah ini, ia bertindak dan menjura didepan meja suci, kemudian dari para2 kayu tercat emas dikanan meja, ia turunkan sebatang tongkat bambu warna merah, lebih dulu ia singkap dan buka tutupnya cita warna kuning.
Nampaknya tongkat itu, tek thung, ada berat, tapi dengan gampang Bin Tie bawa kemuka meja, setelah angkat itu
dengan kedua tangan, Hay Niauw Gouw Ceng lantas
menyambutinya, untuk dia serahkan lebih jauh kepada dua
pelayannya untuk digotong. Gouw Ceng sendiri segera
bentak Toan bie Cio Loo Yauw "Hayo jalan!"
Dengan roman sangat lesu, Leng Pek ikuti Heng tong soe itu masuk kepintu samping, tapi sementara itu Bin Tie kata pada pejabatnya itu "Sehabisnya hukuman dijalankan,
Poen tong hendak memeriksanya."
Gouw Ceng baharu jalan sepuluh tindak, ia putar
tubuhnya, ia hadapi Bin Hiocoe, katanya "Poen tong hanya menjalankan kewajiban, lain tidak. Tentu saja setelah hukuman dijalankan, Poen tong akan minta dilakukan
pemeriksaan." Setelah menjawab demikian. Heng tong soe ini lantas
susul orang2nya. Begitu lekas Cio Leng Pek sudah lenyap dibelakang
pintu, Boe Wie Yang hadapi Tong Siang Ceng, Hauw Ban
Hong, Tie Cin Hay, Shong Ceng dan Ouw Can.
"Apakah kau insyaf kesalahanmu masing2?" ia tanya.
"Teecoe beramai insyaf kesalahan kami, karena kami
sudah tinggalkan tugas dan berbuat sesukanya, hingga kami jadi langgar aturan," jawab Kwie eng coe Tong Siang Ceng.
"Karena kami sudah bersalah, kami bersedia untuk terima hukuman, melainkan mengingat pelanggaran dilakukan
untuk kepentingan umum, teecoe beramai mengharap akan kemurahan hatinya Pang coe."
Mendengar itu, Boe Wie Yang anggukkan kepala.
"Yang aku sukai adalah orang gagah, yang aku
utamakan adalah pribudi dan persaudaraan," berkata ketua ini. "Sejak aku bangunkan pula Hong Bwee Pang terhadap semua saudara aku bersikap sama, ialah untuk umum, tidak untuk perseorangan, maka itu, tak perduli orang bersahabat bagaimana rapat dengan Boe Wie Yang pribadi, siapa
bersalah dia tak ampun lagi mesti dihukum! Tong Siang Ceng, kau sudah berdosa, tadinya kau lancang sekali,
seharusnya kau dihukum berat, akan tetapi mengingat
kekhilafanmu disatu waktu, dapatlah itu dimaafkan, hanya karena kau berbuat kurang ajar di ruang suci ini, kau mesti dihukum
juga. Dalam daftar Thian Hong
Tong, kesalahanmu ini akan dicatat, hukuman untukmu adalah
tiga bulan tidak dapat gaji, untuk peringatan bagimu, kemudian kau mesti lekas kembali ketempat jabatanmu
untuk bekerja lebih lanjut. Apakah kau bersedia menerima hukuman ini?"
Lekas2 Tong Siang Ceng memberi hormat.
"Pangcoe ada sangat murah hati, teecoe sangat
bersyukur" berkata ia. "Untuk selanjutnya pasti teecoe akan taat pada undang2, teecoe akan keluarkan seantero tenaga untuk kaum kita...."
"Nah, lekas kau kembali ke Hoen coei kwan!" menitah
Boe Wio Yang seraya geraki tangannya, ia tak beri ketika orang bicara banyak. "Tidak perduli siapa pun yang tak bawa surat merah, tek hoe atau leng kie, dia dilarang masuk!" Ketua ini menoleh pada Auwyang Siang Gee
seraya tambahkan "Tolong berikan dia sepotong tek hoe supaya dia lekas kembali kepada jabatannya".
Auwyang Siang Gee turut titah ketuanya, ia terus jemput sepotong tek hoe, atau tek pay, dari para para, yang mana ia serahkan pada Tong Siang Ceng siapa sambuti itu dengan cara hormat sekali, kemudian ia menjura kemuka meja suci, ia memberi hormat pada ketuanya, lantas ia bertindak
keluar dari Thian Hong Tong, Gedung Burung Hong.
Sementara itu orang2 Hoay Yang Pay dan See Gak Pay
mulai dengar jeritan atau rintihan dari kesakitan dikamar samping, mereka tahu itulah suaranya Cio Loo Yauw yang
sedang menjalani hukuman. Mereka mengarti hebatnya
hukuman itu, bisa dimengarti kenapa tadi Cio Leng Pek dengan tak tahu malu meratap memohon ampun.
Seberlalunya Tong Siang Ceng. Boe Wie Yang pandang
Hauw Ban Hong, Tie Cin Hay dan Shong Ceng bertiga.
"Kau bertiga telah bekerja untuk banyak tahun dan
sudah terima kemurahan hatinya Couwsoe, sudah
semestinya kau ketahui baik undang2 kita", berkata ia.
"Siapa sudah masuk kedalam Hoen coei kwan, dia mesti
tunggu warta dan penyambut dari Lwee Sam Tong, untuk
diantar ke Cap jie Lian hoan ouw, buat mendengar nasihat dihadapan meja suci, tetapi sekarang buktinya kau beramai main gila, terang sudah kau tak hormati undang2, maka itu kau bertiga mesti dihukum, hanya mengingat jasamu, aku akan berikan keringanan, kau akan dapat masing2 dua
puluh rotan, kemudian mesti bekerja satu bulan digudang garam, untuk nanti menunggu titah terlebih jauh. Nah, mana orang, bawalah mereka pergi!"
Mereka ini ada tocoe bahagian luar, maka itu mereka
tidak dikasi kesempatan buat memberi keterangan atau
membantah, dari itu Heng tong soe segera membawa
mereka bertiga pergi untuk menjalani hukuman.
Sekarang tinggal Ouw Can seorang. Dia adalah tocoe
bahagian dalam, sebawahannya Kim Tiauw Tong, melihat
dirinya ditinggal sendirian, dia mau percaya Boe Pang coe hargai dia yang sudah berjasa menawan Siang tauw niauw si Burung Kepala Dua. bahwa dia akan diberi keampunan.
Akan tetapi, justeru ia baharu memikir demikian, sang ketua sudah awasi ia dengan roman bengis.
"Ouw Can", kata ketua itu, "kau menjabat sebagai Heng tong soe dari Gwa Sam Tong, sekarang kau berani langgar undang2, perbuatanmu ini sama dengan perbuatan sengaja,
maka kau harus diberikan hukuman berat, akan tetapi
mengingat jasamu yang sudah2, aku bebaskan kau dari
hukuman berat itu, aku hukum saja rangket delapan puluh rotan, berselang tiga nari kau mesti pergi kegudang garam untuk bekerja disana seratus hari, setelah itu baharulah kau kembali kepada jabatanmu yang lama".
Ouw Can kaget tidak terkira, baharu ia hendak buka
mulut buat minta keringanan, atau Pat pou Leng po Ouw Giok Seng, hiocoe dari Kim Tiauw Tong, sudah bentak
padanya "Ouw Can, kau menjadi Heng tong soe, kau tahu aturan tapi sengaja kau langgar itu, itulah kesalahanmu yang pertama. Kesalahanmu yang kedua adalah ketika kau ditugaskan menawan Siang tauw niauw Kiang Kian Houw
untuk dikutungkan kepalanya. Sebenarnya aku kuatir kau tak sanggup lawan padanya, sengaja aku berikan kau obat bubuk Kay koet Sioe kin san buatannya marhum hiocoe
dari Ceng Loan Tong dari Eng Yoe San dahulu, tetapi
buktinya kau berbuat lain. Terang Kiang Kian Houw sudah tidak lakukan perlawanan, apa mau kau biarkan orang2
yang turut padamu berbuat sesukanya, sewenang2. Kau
yang dapat tugas dari Pang coe, tapi kau tidak mampu
kendalikan orang2mu, seharusnya kau merasa malu!
Kenapa kau biarkan mereka itu menghukum picis pada
Siang tauw niauw" Syukur Pang coe anggap dosanya Siang tauw niauw ada sangat besar, untuk kesalahanmu itu Pang coe tidak menarik panjang maka kenapa tidak kau paykoei dan menghaturkan terima kasih atas kemurahan hati Pang coe, sekarang kau masih hendak banyak bicara" Apakah
kau hendak cari matimu sendiri" Jikalau kau ngaco belo, akulah yang nanti ambil jiwamu!"
Ditegur secara demikian, Ouw Can bergidik. Ia insyaf
sikap keras hiocoe dari Kim Tiauw Tong ini. Iapun lantas insyaf akan kesalahannya. Maka lekas2 ia Pay koei.
"Tee coe terima hukuman," kata ia. "Terima kasih, Pang coe...."
Sedangnya ia manggut2, ada orang Heng tong yang
hampirkan padanya. "Hayo jalan!" menitah anggauta Heng tong itu.
Terpaksa, sambil tunduk tocoe ini bertindak pergi.
Menyusul berlalunya Ouw Can ini, dari pintu samping
selatan muncul dua anggauta Heng tong yang menggotong toya sin pang diikuti empat orang lain yang menggotong bale2 bambu diatas mana ada rebah satu orang, rebah
tengkurap dengan kepala miring, separuh tubuhnya
dikeredongi, maka kelihatan tubuhnya bagian atas diikat keras kepada bale2 itu. Pada cita yang diedar terlihat tanda tanda darah. Toan bie Cio Loo Yauw diam tak berkutik
seperti mayat saja, mukanya pucat. Ketika ia digotong lewat dekat Eng Jiauw Ong beramai, ia perdengarkan suara
pelahan, tubuhnya pun bergerak, tapi ikatan yang keras bikin ia tidak bisa berontak, kecuali bale2 yang
mengeluarkan suara, semua orang didalam gedung itu
dapat mendengarnya, tetapi semua orang berdiam sambil mengkerutkan alis.
Mengiringi gotongan itu ada dua anggauta lain dari
Heng tong berikut Hay niauw Gouw Ceng, yang segera
mendahului maju kedepan, sampai dimuka meja suci. Dan kapan gotongan sudah mendekati meja, dua orang pun
maju, akan berdiri dikiri dan kanan bale2. Heng tang
Loosoe itu segera memberi hormat pada Boe Wie Yang
seraya berkata "Tee coe sudah selesai mendayalankah tugas meberi hukuman, sekarang tee coe hendak kembalikan sin pang."
"Apakah sudah dibikin bersih" tanya Bin Tie, yang maju mendekati.
"Sudah, hiocoe," sahut heng tang soe itu.
"Bagus!" mengucap ketua dari Ceng Loan Tong, yang
dengan kedua tangannya segera sambuti sin pang, untuk dengan cara hormat kembalikan itu ditempat nya, dikiri meja suci, terus ditutup pula.
Begitu lekas Bin Tie telah kembali ditempatnya, Hay
niauw Gouw Ceng berkata pula, dengan sungguh "Silahkan Pangcoe dan Hiocoe melakukan pemeriksaan!"
Menyusul kata ini, orang yang menggotong bale2 lantas maju mendekati meja bersama gotongannya itu, dua
pengiringnya mengikuti dengan tetap berdiri dikedua
samping bale2 itu. "Silahkan Pangcoe dan Hiocoe periksa!" mereka ini
minta begitu lekas bale2 telah diletaki, kemudian mereka singkap kain penutup tubuhnya Toan bie Cio Loo Yauw.
Geger Dunia Persilatan 7 Pusaka Golok Iblis Dari Tanah Seberang Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Pedang Ular Mas 14
"Memang ada satu hal yang menggirangkan bahwa Ong
Loo soe telah bertemu dengan Pauw Hiocoe," berkata ia.
"Disini bukannya tempat bicara, mari kita masuk kedalam.
Pauw Hiocoe, Pangcoe kita asyik menantikan didalam,
mari kita menemuinya bersama. Dengan melihat kepada
Pang coe, kita harus bikin tetamu kita masuk kedalam Cap
jie Lian hoan ouw sebagai juga mereka sedang pulang,
secara demikian baharulah kita ada sahabat2 sejati."
Pauw Coe Wie mengerti maksud kawannya ini, dari itu,
ia menoleh kepada Siang ciang Hoan thian sambil
menyengir. "Kedatangan para tetamu kita membuat bahagia bagi
Hong Hwee Pang," kata ia, "untuk melayani saja aku
masih sangsikan kesempurnaannya, apapula untuk berlaku tidak hormat! Ciongwie loosoe, mari masuk!"
Bersama2 Coei Hong, demikian juga yang lain2, Pauw
Coe Wie lantas memimpin masuk. Eng Jiauw Ong semua
bertindak kedalam setelah ia menghaturkan terima kasih.
Para tuan rumah kemudian mengiringi dari belakang.
Begitu masuk dalam Thian Hong Tong, Eng Jiauw Ong
dan Coe In Am coe perhatikan seluruh ruangan secara
diam, hingga mereka tampak perubahan perlengkapan
daripada diwaktu malam tadi.
Empat kacung, dengan seragam hijau, menyambut
dimuka tempat pemujaan. Ban tiang telah dipentang
ditengah, lebarnya lima kaki. Dari hiolouw diatas meja ada mengepul asap dupa. Di tengah meja ada digantung sebuah Hoelieteng yang apinya tak terang sempurna. Dibelakang ban tiang, yang kuning warnanya, ada selembar ban tiang lain, hingga disitu tak terlihat suatu apa, kecuali dengan samar2, cahaya api yang dinamai sin teng, pelita suci, apinya berkelak kelik, asapnya pun bergulung.
Entah dewa atau malaikat apa yang dipuja disitu.
Didepan meja sembahyang ada sebuah kursi tercat air
emas, yang ditataki lapisan sulam. Dikiri dan kanan ada para2 kayu, yang di perlengkapi dengan dua burung hong menghadapi matahari yang tertabur batu pualam dan
mutiara dan dibelakangnya burung hong itu tergendol
sebuah para2 kecil warna merah, yang disebelah kiri
memuat dua belas batang tek hoe, yang disebelah kanan di tancapkan dua belas batang bendera sulam tiga persegi.
Kursi itu masih kosong. Sedikit didepan itu ada dua baris tempat duduk lain,
ditengahnya ada sebuah meja dengan kedua sampingnya
disediakan masing2 sebuah kursi thay soe ie.
Thian Hong Tong berkedudukan di barat, tempat
pemujaannya di barat utama. Disebelah utara, sambil
berdiri, ada seorang dengan wajah terang, kumisnya
pendek. Dia adalah Thian lam It Souw Boe Wie Yang,
ketua dari Hong Bwee Pang. Dia berdiri didepan sebuah kursi. Lainnya kursi kosong semua. Berbagai tocoe berdiri sedikit dibelakang, disebelah selatan dan utara, jumlah dua puluh lebih, pakaian mereka rapi, romannya bersungguh2.
Semuanya berdiam. Dibelakang mereka ada serombongan
anggauta dengan usia dari dua puluh sampai tiga puluh tahun, seragam mereka ringkas, potongannya luar biasa, karena dari samping kiri dan kanan, terus kebelakang, mirip ekor burung walet, sesuatu nya menyoren golok.
Begitu lekas Coei Hong sampai bersama sekalian
tetamunya, Boe Wie Yang bertindak maju untuk
menyambut, untuk segera memberi hormat pada Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, seraya ia mengucap "Hoay siang Tayhiap, See Gak Pay Ciangboen taysoe. Kunjungan ini
adalah suatu kehormatan besar bagi kami. Inilah perjalanan ribuan lie, yang membuat cape dan lelah. Harap Tayhiap dan Taysoe maafkan aku, karena kemarin, tatkala jiewie baharu sampai, aku tak dapat ketika untuk menyambut
sendiri." "Tetapi, Pang coe, aku hanya ada seorang kasar dari
dunia kang ouw," Eng Jiauw Ong menjawab sambil
membalas hormat. "Kami justeru berterima kasih terhadap Pangcoe, semua hiocoe dan tocoe, yang telah begitu baik hati sudah undang kami beramai. Kami telah memenuhi
undangan, pertama untuk dapat melihat Cap jie Lian hoan ouw yang kesohor, ke dua untuk mohon dapat tambahan
pengetahuan dari Pangcoe, yang boegeenya luar biasa. Ini adalah pangenanku sejak banyak tahun. Aku adalah
seorang kasar yang tak tahu aturan2 kaum kang ouw, dari itu aku minta sukalah Pangcoe memberi maaf!"
Niekouw dari See Gak juga rangkap kedua tangannya
didepan ketua Hong Bwee Pang itu seraya ia berkata
"Sudah lama pinnie dengar nama besar dari Hong Bwee
Pang yang telah Pangcoe dirikan hingga menggetarkan
daerah sungai Besar Selatan dan Utara, hingga pinnie ingin melongok satu pemimpin demikian besar dan mentereng,
maka sungguh kebetulan, pinnie telah dapat dua kali
undangan anak panah Pek ie cian dari tocoe di Tong kwan, maka pinnie segera siap untuk memenuhi undangan itu.
Sekarang, disini pinnie dapatkan penyambutan manis dan sempurna dari Pang coe, benar pinnie ada sangat bersyukur dan berterima kasih. Disebelah undangan itu, Pang coe datangnya pinnie juga ada untuk sekalian memohon maaf dari Pang coe serta berbareng buat minta pengunjukan dari tocoe bagian Barat, apa dosanya kaum See Gak Pay hingga kami tak dapat diberikan tempat. Pinnie menyiarkan agama menuruti ajaran guruku, pinnie telah berkelana, umpama kata pinnie ada lakukan sesuatu kesalahan, pasti itu
bukannya dengan disengaja. sama sekali pinnie tidak niat mempersulit Hong Bwee Pang, akan tetapi kuilku, Pek Tiok Am telah dibakar, inilah membuat pinnie, sebagai ciang boen jin, tak dapat bertanggung jawab terhadap anggauta kaumku semuanya. Demikian, Pangcoe, dengan besarkan
nyali, pinnie datang kemari secara lancang. Adalah
maksudku supaya Pang coe serta sekalian tocoe suka
berikan pengajaran kepadaku dengan depan berdepan?"
Boe Wie Yang tertawa gelak2.
"Jangan kesusu, Am coe!" berkata ia. "Dengan tak
menghiraukan cape lelah, Am coe telah sudi datang
berkunjung ketempatku ini, itu saja sudah menunjuk
penghargaan besar terhadap aku, Boe Wie Yang, maka itu, kami pasti akan berikan kepuasan kepada Am coe.
Sebenarnya hal ini tak dapat dibicarakan selesai dengan tempo satu hari saja, karena itu, silahkan duduk, mari kita bicara dengan saksama". Ia lalu menoleh pada Eng Jiauw Ong, akan meneruskan "Ong Loosoe, semua tetamu,
menurut daftar namanya ada orang2 kenamaan, karena itu, sebab aku belum kenal pribadi semua, tolong kau
perkenalkan aku kepada mereka satu demi satu".
Eng Jiauw Ong meluluskan akan memperkenalkan
semua orang dari rombongannya kepada ketua Hong Bwee
Pang. Boe Wie Yang memberi pujian kepada semua
tetamunya, sesudah mana, ia undang mereka duduk. Ia
menyalakan tak ketahui jelas derajat mereka, maka ia minta supaya mereka duduk menurut runtunan sendiri. Khoe
Beng ada terlebih tua daripada Eng Jiauw Ong tetapi Eng Jiauw Ong sebagai ciangboenjin, ketua, mesti duduk
sebagai kepala, berimbang dengan Coe In Am coe, ketua See Gak Pay. Maka itu, orang lantas ambil tempat duduk menuruti derajat masing2. Murid2nya Coe In, tidak duduk, mereka berdiri mendampingi guru mereka, begitupun
rombongan Hoa In Hong dan Soe touw Kiam.
Ketua Hong Bwee Pang tunggu sampai semua
tetamunya sudah duduk rapi, lalu dengan menjura ia
undang sekalian tetua dari Hok Sioe Tong untuk ambil
tempat duduk mereka. Siang ciang Hoan thian Coei Hong, hiocoe dari Hok Sioe Tong, ajak rombongannya duduk disebelah selatan,
menyusul duduk Auwyang Siang Gee, Ouw Giok Seng dan
Bin Tie. Mereka ini adalah hiocoe dari Lwee Sam Tong
tetapi dalam hal runtunan, mereka ada dibawahan Hok
Sioe Tong. Lalu belasan tocoe lainnya, yang tidak dapat kursi, pada berdiri dibelakang kursi.
Kemudian Thiam lam It Souw Boe Wie Yang memberi
hormat pada Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, untuk ia ambil tempat dudukuya sendiri.
Segera setelah itu, muncul empat pelayan dari pintu kiri dan kanan, mereka membawa air teh untuk disuguhkan
kepada pihak tetamu dan tuan rumah. Mereka ada pelayan tetapi dimata akhli, terang mereka adalah orang2 yang mengarti baik ilmu silat kerena gerak2nya yang gesit.
Sementara itu, Ay Kim Kong Na Hoo melirik Eng Jiauw
Ong, maksudnya menganjurkan ketua itu segera mulai
tanya Boe Wie Yang tentang sebabnya pelbagai tocoe
memusuhi mereka. Melihat tanda itu, Eng Jiauw Ong
anggukkan kepala. "Boe Pang coe," berkata ketua Hoay Yang Pay
kemudian, "aku Ong Too Liong ingin mohon sedikit
keterangan, apakah Pang coe sudi memberikannya?"
"Oh, Ong Loosoe!" menyahut Boe Wie Yang dengan
cepat, sikapnya ramah tamah. "Kita ada sahabat2 kang
ouw, Loosoe semuapun telah perlukan datang dari tempat ribuan lie jauhnya, maka jikalau Loosoe sampaikan
pertanyaan, pasti sekali aku suka berikan keterangan."
Eng Jiauw Ong tertawa dengan tawar, lalu ia berkata
pula "Ilmu silatnya Ong Too Liong ada rendah, jikalau ia toh bisa berkelana, semua itu karena ia mengandalkan
tunjangannya sesama kaum kang ouw belaka. Selama itu, umpama ia kena lakukan satu atau lebih kesalahan terhadap kaum sendiri itulah disebabkan terutama untuk pri
kebenaran, bukan untuk hal2 yang tak keruan. Akupun
insaf, ilmu silat Hoay Yang Pay ada rendah sekali, dari itu, selama memberi pelajaran pada murid2 di Lek Tiok Tong, aku perkeras aturan, teristimewa aku larang mereka
tonjolkan kebisaan mereka. Semua murid lulusan, selama tiga tahun tak pernah lolos dari pengawasan perguruan.
untuk menjaga agar mereka jangan terbitkan onar diluaran.
Walaupun demikian, baru2 ini telah terjadi juga bentrokan di antara segolongan murid2ku dengan pihak Pang coe.
Dalam hal itu, kedua pihak ada benarnya dan ada salahnya juga. Apabila urusan itu diurus oleh masing2 ketuanya, dapat dipastikan akan selesai maka adalah diluar dugaan, Pauw Hiocoe dari Hong Bwee Pang, tanpa penyelidikan
lagi sudah percaya kepada kata2 pihak bawahannya, di
Siang Kang, ia telah berlaku telengas terhadap aku si orang she Ong. Pada waktu itu aku sendiri masih belum ketahui ada orangku yang berbuat salah terhadap Hong Bwee Pang, aku menyangka saja pada soal kedengkian, sama sekali aku tidak bersiap siap, karenanya, hampir saja aku terbinasa korban senjata rahasia yang beracun dari Pauw Hiocoe.
Adalah setelah itu, baharu aku ketahui duduknya hal. Maka segera aku pulang ke Lek Tiok Tong akan menyekap diri memikirkan kesalahanku, sambil aku tilik keras semua
muridku, agar mereka tak lagi bentrok dengan Hong Bwee Pang, untuk lenyapkan permusuhan. Melainkan aku sendiri yang memikir untuk dibelakang hari mohon pengajaran dari Pauw Hiocoe untuk mohon pertimbangan sesama kaum
kang ouw, pantas atau tidak, untuk urusan kecil orang
berlaku telengas menggunakan senjata rahasia yang di
pakaikan racun. Apakah itu pantas digunai oleh satu orang kenamaan" Inilah, Boe Pang coe, ada hal2 yang sekian
lama aku ingin mohon keterangan dari mu".
Selama berkata kata begitu, Eng Jiauw Ong tak menoleh ataupun melirik sedikitpun kepada Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie si Tabib Menghendaki Jiwa, ia berhenti
sebentar, lalu ia melanjutkan pula "Sejak Pang coe
bangunkan pula Hong Bwee Pang serta perbaiki segala
aturannya, nama Hong Bwee Pang dalam kalangan Sungai
Telaga telah naik tinggi, sekali", demikian ketua Hoay Yang Pay itu. "Begitulah pengaruh Hong Bwee lang telah meluas sampai di selatan dan utara sungai Besar sampai dipropinsi2 Soe coan dan Siamsay, jumlah anggautanya
bertambah banyak, sedang aturan aturannya tetap keras.
Didalam kaum kang ouw, siapa yang berani tak menghargai Hong Bwee Pang" Apa lacur, muridku yang bernama Hoa
In Hong, yang sedang membawa surat, selagi ia lewat di Tong kwan, ia sudah mengalami kesulitan. Disana, Teetok houw Tay Giap, yang dijuluki louw Ko pie, si Tukang
Keset Kulit, apamau dia sudah gunai pangkat dan
kekuasaannya secara sewenang2, hingga saudara angkatku Yo Boen Hoan, turut mendapat susah, mesti mendekam
didalam tangsi tentara. Disebelah itu ada lagi Toan bie Cio Loo Yauw, satu anggauta Hong Bwee Pang yang berulang2
langgar aturan perkumpulannya, yang gunai pangkatnya
secara sesat, untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia telah gunai beratus akal untuk merintangi aku menolongi
muridku yang bercelaka itu. Adalah niatku akan bikin habis permusuhan, tetapi pelbagai tocoe dibahagian Barat, tidak hentinya mendesak aku, tidak sekali mereka sudi mengalah!
Disebelah itu, ada lagi undangan Bin Hiocoe dengan
panahnya Pek ie cian berkepala ular2an, undangan sampai tiga kali beruntun. Demikian, saking terdesak, aku Ong Too
Liong telah mengajak rombonganku datang ke Cap Jie Lian hoan ouw ini, untuk mohon penghunjukan dari Boe Pang
coe sendiri, untuk mohon pengajaran."
CXVIII Belum sempat Boe Wie Yang jawab tetamunya, Pauw
Coe Wie sudah dului ia. "Ong Loosoe." berkata hiocoe dari Hok Sioe Tong ini,
"kejadian di Siang Kang itu ada urusanku pribadi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Liong Tauw Pang
coe, maka jikalau kau berniat membikin perhitungan, ada orangnya yang akan bertanggung jawab, dalam hal ini
Loosoe tak nanti dibikin kecewa! Pasti sekali tak akan sia2
perjalanan Loosoe kemari! Perhitungan apapun yang loosoe pikir, silakan utarakan itu, aku nanti sambut dengan senang hati. Hanya sekali lagi aku hendak menjelaskannya,
mengenani Pangcoe tidak ada sangkut pautnya!"
Sehabis mengucap demikian Pauw Coe Wie tertawa
tawar. Kelihatan nyata sikapnya yang memandang enteng dan licin.
Eng Jiauw Ong mendongkol karena sikap yang katak itu, tetapi disebelah iapun ada lain orang yang naik darahnya yalah Jie Hiap Na Hoo, tidak perduli dia sebenarnya ada seorang dengan banyak pengalaman.
Ay Kim Kong berbangkit, menghadapi Eng Jiauw Ong
ia berkata "Ciangboenjin, maafkan kelancanganku, aku
ingin ucapkan sepatah dua patah kata terhadap Pauw
Hiocoe ini!" Terus ia berpaling pada Pauw Coe Wie,
sembari memberi hormat ia berkata "Pauw Hiocoe, aku Na Hoo mohon pengunjukanmu. Bukankah kita kaum kang
ouw ada menjunjung pri kebenaran dan berbuat selamanya
terus terang" Tetapi ketika dahulu Hiocoe cari ciangboenjin kami, untuk menegur, tatkala kau berdua bertemu di Siang Kang, adakah Hiocoe tanya jelas ketua kami tentang
duduknya bentrokan diantara murid2 Hoay Yang Pay
dengan murid2 Hong Bwee Pang" Menurut keterangan,
Hiocoe sudah tidak berbuat demikian, hanya secara
menantang Hiocoe telah katakan, siapa berani menghina Hong Bwee Pang, dia tak akan dikasi menaruh kaki
didalam dunia kang ouw! Itu waktu Hiocoe juga tidak
berikan ketika untuk ciangboenjin kami bicara, hanya
dengan tiba2 Hiocoe turun tangan! Apabila waktu itu orang bertempur secara laki2, dengan andalkan kepandaian sejati dan
ciangboenjin kami kena dikalahkan dibawah tanganmu, dia cuma harus sesalkan bangpaknya ilmu silat kaum Hoay Yang Pay. Akan tetapi, Hiocoe nyata sudah
tidak berbuat demikian, dengan senjata rahasia, kau telah melukai lawan. Sebenarnya, dengan gunai senjata rahasia saja, orang telah kehilangan derajat kehormatannya, tetapi diluar dugaan Hiocoe bahkan gunai senjata rahasia yang dipakaikan racun. Bukankah permusuhan kedua pihak tidak terlalu besar, yang mudah diakurkan" Bukankah segala asap pules, obat tidur, senjata rahasia beracun, ada pantangan kaum kita yang sejati" Melainkan orang rendah, hina dina, yang gunai semacam senjata rahasia! Dengan Pauw Hiocoe empunya nama besar, dengan sepasang senjata rahasiamu itu, dengan gampang kau mengangkat namamu akan
menjagoi dikalangan kang ouw, maka itu, apakah pantas kau telah gunai senjata rahasia beracun terhadap ketua kami" Semua hadirin disini ada orang kenamaan, aku si orang she Na ada cupat pendengarannya, dari itu mohon aku diberikan pengajaran!"
Diwaktu ucapkan kata2nya yang terakhir ini, Na Hoo
pandang Pauw Coe Wrie dengan tajam, kemudian sembari
tertawa dingin, ia berduduk.
Semua orang terkejut, sama sekali mereka tidak sangka Na Jie hiap berani bicara secara demikian terus terang.
Tak perduli dia sangat licin, mukanya Pauw Coe Wie
toh menjadi merah padam, bahna malu dan gusar.
Begitulah ia berbangkit seraya berlompat, dengan niatan memberikan jawaban. Tetapi, belum sempat dia buka
mulutnya, Thian Iam It Souw Boe Wie Yang telah dului ia.
"Pauw Hiocoe, tunggu dulu!" kata ketua ini, tampang
siapa ada keren, matanya memandang kawan itu. "Aku
minta kau indahkan peraturan kita dan berdiam dahulu.
Semua orang yang datang memenuhi undangan, tidak
perduli bagaimana keras tegurannya, tetap ada tetamu2 kita yang terhormat. Kau harus ketahui, biar bagaimana, aku akan punyakan daya pemberesan."
Pauw Coe Wie mundur, untuk duduk pula dikursinya.
Boe Wie Yang memandang kepada Na Hoo, ia memberi
hormat. "Na Jie Hiap, teguranmu kepada Pauw Hiocoe ada
sempurna," berkata ia, "akan tetapi aku Wie Yang ada
mempunyai anngapan lain. Bukankah kita Kaum kang ouw
ada dari pelbagai golongan" Bukankah ada banyak sekali jumlahnya senjata2 rahasia istimewa yang digunakan"
Dilihat dari caranya Pauw Hiocoe gunai siangsoknya, dia memang kurang kebijaksanaan, tapi harus diingat, siapa gunai senjata rahasiai maksudnya tentu tak lain tak bukan, untuk membinasakan sang lawan. Senjata tajam pun adalah perkakas untuk membunuh orang. Bukan budi pelajaran
silat ada untuk pembelaan diri" Melainkan haruslah
dibicarakan dari lain jurusan tentang mereka yang yakin silat untuk sewenang wenang. Mengenai Pauw Hiocoe, itu memang sangat terkenal dengan senjata sepasang siang sok, yang semuanya terdiri dari enam buah, yang telah
direndamkan racun. Dalam kalangan Rimba Persilatan,
tidak ada yang tidak ketahui tentang senjata rahasianya ini.
Sampai sebegitu jauh, belum pernah Pauw Hio coe gunai senjatanya itu untuk maksud jahat, umpama ia gunai itu terhadap angkatan muda, ia berlaku keterlaluan, tetapi ini kali, ia gunai itu terhadap Ong Loosoe, ciangboenjin dari Hoay Yang Pay yang kesohor ilmu kekuatannya Eng jiauw lat dan ilmu silat Kim na hoat. Siapa didunya kang ouw tidak kagumi Ong Loosoe" Maka itu, aku anggap tidaklah keterlaluan, jikalau Pauw Hiocoe minta pengajaran dari Ong Loosoe dengan dia gunai senjata rahasianya itu!
Jikalau Pauw Hiocoe tidak minta pengajaran dari orang liehay habis dari siapa lagi" Maka setelah sekarang Ong Loosoe timbulkan, soal lama itu, inilah benar kebetulan seperti katanya Pauw Hio coe. Pauw Hiocoe ada seorang yang telah mengundurkan diri, lantaran kita sedang
mengadakan upacara, dia jadi bisa bertemu dengan Ong
Loosoe beramai inilah kebenaran sekali! Sebentar, tidak ada halangannya kalau ke dua pihak mengadakan pertemuan,
akan bicara tangan dengan tangan, dengan begitu, urusan jadi akan dapat diselesaikan. Oleh karenanya, Na Jie Hiap, harap kau tidak menegur terlebih jauh, dan kau, Pauw
Hiocoe, tak usah kau membantah pula. Aku harap kedua
pihak tidak berlaku tergesa gesa...." Kemudian ia menoleh kepada Eng Jiauw Ong, untuk menambahkan, katanya
"Kejadian di Tong kwan ada hal kebetulan saja, Cio Loo Yauw itu benar ada anggauta kami, tetapi sebab dia bekerja didalam tangsi tentera dan muridmu kena fitnah, jadi
bukanlah dia sengaja hendak persulit Hoay Yang Pay.
Seharusnya, sebagai ketua Hoay Yang Pay, Ong Loosoe
panggil ia ke luar dari tangsi, akan gunai aturan kaum kang ouw kita, untuk tegur padanya, apabila dia berkepala batu, maka haruslah Ong Loosoe laporkan itu kepada kami
didalam Cap jie Lian hoan ouw ini. Aturan kami ada keras,
pasti dapat kami hukum padanya. Tetapi Ong Loosoe
sudah tidak berbuat demikian, sebaliknya loosoe sudah kerahkan seantero tenaga untuk menghadapi padanya,
maka itu, salah faham jadi melar semakin besar. Disebelah itu, akupun dengar warta yang tersiar bahwa Hoay Yang Pay bercita cita membasmi lain lain kaum, untuk gebah pelbagai kaum di selatan dan utara sungai Besar, supaya Hoay Yang Pay hidup sendiri, ini juga menyebabkan
bimbangnya lain lain kaum. Karena adanya sebab sebab itu, Cio Loo Yauw telah mengundang pelbagai tocoe, untuk
bikin perlawanan, guna bantu dia. Diakhirnya, dia tetap bukan tandingannya Hoay Yang Pay. Hong Bwee Pang
adalah aku sendiri yang pimpin, dengan susah payah aku berhasil menyebar pengaruh sampai di Hoolam dan
Siamsay, tetapi setelah Loosoe dan Am coe dari See Gak menindasnya, hampir tak dapat kami berdiri pula. Kamipun malu akan bangun pula dikedua propinsi itu. Sementara itu terlalu sering aku terima laporan tentang perselisihan ini, bahwa tanpa penyelesaian yang lekas, urusan bisa jadi hebat sekali, maka diakhirnya, aku telah kirim undanganku. Bin Hiocoe ada punya urusan di Hoolam Selatan, dia sengaja aku utus akan mengundang sekalian. Mengenai penculikan murid murid Loosoe. itulah sekali kali bukan maksudku, itulah sebab pekerjaan tidak sampurna dari orang orangku, tentang itu, aku sangat menyesal. Tetapi karena di
sepanjang jalan orang telah merasai liehaynia Loosoe
beramai, hingga mereka pun telah mendatangkan malu
untuk Hong Bwee Pang, aku harap itu cukuplah akan
melampiaskan kemendongkolan Loosoe semua. Bahwa aku
mengundang Loosoe datang kemari, tidak lain maksudku
adalah untuk mohon pengajaran dari Loosoe sendiri, untuk kita mengadakan perdamaian, supaya selanjutnya ada
daerah pemisahan kita bekerja, agar kita tak lagi kita saling langgar. Asal Hoay Yang Pay tidak melewati perbatasan, di
pihak Hong Bwee Pang, pasti aku bisa kendalikan orang orangku untuk mereka taati aturan. Bagaimana pikiran
jiewie Loosoe mengenai pandanganku ini?"
Eng Jiauw Ong tertawa dingin, karena ia merasakan
orang punya sikap yang keras, walaupun kata kata
dikeluarkan dengan sabar. Sebenarnya ia hendak berikan jawabannya akan tetapi Coe In Am coe mendului ia.
"Soeheng, aku ingin bicara sedikit kepada Boe Pang
coe", demikian niekouw dari Pek Tiok Am itu. "Kalau
soeheng hendak omong, harap tunggu sebentar". Lantas ia hadapi tuan rumahnya. "Apa yang Pang coe sebutkan
adalah jelas sekali", kata ia. "Itu hari Ong Loosoe kena terluka senjata rahasianya Pauw Hiocoe, dalam hal itu, baiklah disesalkan saja kepandaian sendiri yang tidak sempurna. Tetapi, mengenai pinnie, halnya ada lain. Pinnie tenangkan diri di Pek Tiok Am, tidak ada sangkutanku
dengan Hong Bwee Pang, melainkan puterinya Tiekoan Yo Boen Hoan dari Hoa im adalah muridku, dia ini turut
tertawan oleh Gouw Ko pie ketika ayahnya ditangkap dan ditahan beserta seluruh anggauta keluarganya. Selama
dalam tahanan itu, muridku itu telah dapat perlakuan tidak sopan dari Toan bie Cio Loo Yauw, satu anggauta Hong
Bwee Pang, maka pinnie sebagai guru, mana bisa diam saja!
Aku niat tolongi muridku itu, tetapi justeru karena itu, aku jadi bentrok dengan pihakmu. Pek Tiok Am ada satu
tempat suci, selama aku tidak berada didalamnya,
walaupun satu enghiong tidak berani datang memasuki nya, akan tetapi Cio Loo Yauw, dengan cara iblisnya, sudah datang dengan diam diam kesana dan melepasnya api
membakar kuilku itu, apabila tiada pembelaan sempurna dari pinnie empunya soe moay, pasti sekali kuil yang telah berumur beberapa ratus tahun itu akan habis termusnah dalam sekejab. Ketika pinnie pulang kekuil, yang berada di
puncak Chong Liong Gam, Cio Loo Yauw bersama
beberapa tocoe dari Barat sudah bawa kabur muridku itu bersama murid dari Hoay Yang Pay. Itulah ada kejadian yang membikin lenyap penghargaan pinnie terhadap Hong Bwee Pang, sebab menurut aturan kaum kang ouw, itu
adalah perbuatan yang tidak harus terjadi! Lebih lebih harus diingat, muridku ada satu murid perempuan, satu nona
remaja! Pang coe biasa pandang diri sebagai satu orang kang ouw sejati, pasti sekali pang coe akan merasakan sebagaimana pinnie merasa. Tadi pang coe mengatakan,
segala kejadian itu ada perbuatannya beberapa tocoe itu sendiri, itu tak keluar dari niat pang coe, mengenani, pinnie tak dapat ketahui. Tetapi satu hal sudah pasti, kejadian itu ada sangat memalukanku, hingga sukar pinnie dapatkan
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat untuk menaruh kaki. Maka itu, kedatanganku
sekarang ini, ke satu untuk mendengar pang coe empunya pengajaran, ke dua untuk minta supaya to coe2 pembakar kuilku itu diminta keluar menemui pinnie, supaya
kepadanya satu per satu pinnie bisa mohon pengajaran juga!
Tidak perduli mereka ada orang2 yang pandai menggetarkan langit dan menggoncangkan bumi, pinnie
mesti hendak minta pengajaran sendiri dari mereka! Tak kuatir pinnie nanti dipersalahkan pang coe tetapi ingin aku menjelaskannya, kedatangan pinnie kemari adalah sesudah pinnie angkat sumpah didepan Couwsoe kami! Sumpah
pinnie itu adalah, apabila pinnie tidak sanggup bikin si pembakar perbaiki pula Pek Tiok Am serta membikin
pengakuan bersalah di depan Couwsoe kamtu, tidak nanti pinnie mau sudah!"
"Harap sabar, Am coe," menyahut Boe Wie Yang
dengan tertawanya tawar. "Apa juga yang Am coe
inginkan, aku Boe Wie Yang akan mencoba untuk
memenuhinya hingga kau peroleh kepuasan. Tetapi ingin aku menjelaskan, sejak aku membangun di Ciatkang
Selatan ini, belum pernah ada orang2ku yang mendurhaka yang mengalutkan undang2, dan diantara kaum kang ouw, juga tidak ada yang berani datang kedalam Cap jie Lian hoan ouw ini untuk menegur dan menghukum, sebab
semua orangku, yang tersebar dimana2, apabila ada yang membuat
pelanggaran, dia bakal dihukum oleh perkumpulan kami, lain orang tak dapat menghukumnya
sendiri. Boe Wie Yang ada pemimpin satu2 nya, aku telah ditugaskan Couwsoe untuk memajukan kaum, maka itu,
dengan seantero tenagaku, aku nanti lindungi anggauta2ku, aku tidak nanti antap mereka dihina oleh lain kaum, tetapi di sebelah itu, aku memegang aturan, tidak aku kasi mereka lakukan pelanggaran. Memang orang2 ku ada bangsa campuran, tetapi aku sanggup kendalikan
mereka. Aku anggap, pemisahan daerah kita adalah daya yang baik untuk hindarkan bentrokan pula, dalam hal ini, aku harap jiewie suka meluluskannya. Sekarang satu hal lagi. Diluar dari kebiasaan, aku hendak periksa orangeku dimuka umum, dihadapan jiewie beramai".
Mendengar demikian, dua2 Eng Jiauw Ong dan Coe In
Am coe berbangkit dengan berbareng, keduanya memberi
hormat, lalu yang pertama kata "Kami berbahagia sekali akan kebaikan pang coe ini yang sudah meng ijinkan kami menyaksikan upacara yang agung".
"Pinnie pun merasa sangat beruntung," Coe In turut
berkata. Kemudian ia berikan pujih selamatnya.
Justeru kedua tetamunya berbangkit, Boe Wie Yang kasi titah untuk semua berbangkit, atas mana Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong, Ouw Giok Seng dari Kim
Tiauw Tong, dan Bin Tie dari Ceng Loan Tong, lantas saja bangun, akan
minta semua orang dari pihaknya
meninggalkan kursi mereka masing2, setelah semua orang mundur lima tumbak jauhnya, semua kursi lantas
disingkirkan demikianpun semua meja, hingga disitu
terbukalah satu ruangan luas.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe ditemani Auwyang
Siang Gee, yang minta mereka mundur ke kiri dimana kursi mereka segera disiapkan, maka itu, mereka bisa lantas diundang berduduk pula.
Eng Jiauw Ong tampak rombongan tuan rumah, yang
mundur ke selatan, diantaranya sekalian hiocoe dari Hok Sioe Tong, tidak ada yang berduduk, maka itu, terus ia kata pada hiocoe dari Thian Hong Tong. "Auwyang Hiocoe, tak usah kau sibuki kami. Kami justeru sangat berbahagia bisa menyaksikan upacara yang maha suci ini!"
"Loosoe baik sekali," sahut Auwyang Siang Gee sambil
menjura, maafkan aku, sebentar sehabisnya upacara aku nanti menemani pula...."
"Persilahkan, hiocoe," Coe In pun bilang.
Dengan sikapnya yang hormat, Auwyang Siang Gee
lantas undurkan diri. Segera juga terdengar suara genta tiga kali, suaranya tedas dan panjang, disusul dengan munculnya enam belas kacung dengan seragam hijau, usia mereka yang paling tua tak lebih daripada lima atau enam belas tahun. Mereka berbaris dimuka tempat pemujaan, dua antara nya lantas menyingkap ban tiang hingga disitu kelihatanlah sebuah meja pemujaan Ngo Sie, mejanya besar dan tinggi dua
batang lilinnya besar sekali, dan disebelah atasannya tergantung sebuah lentera Ban lian teng. Asap wangi
mengepul2. Tiga rupa buah . Ldalah barang suguhan yang diatur didepan sin cie, yang teraling dengan kelambu
kuning hingga tak dapat terlihat, orang macam apa adanya pujaan dari Hong Bwee Pang. Karena meja ada tinggi,
untuk bisa mengulur tangan keatas meja, disamping meja
ada dipasangkan tangga kayu, mirip dengan tangga lorak batu. Dekat sin cie, dikiri dan kanan, ada para2 tercat air emas, yang dikiri ditaruhkan satu bungkusan kuning, entah bungkusan apa, panjangnya tak lebih dua kaki, yang
dikanan ada sepotong tongkat panjang empat kaki,
warnanya merahtua, menandakan tuanya tongkat itu.
Disitupun ada satu bungkusan kuning yang lain. Meja
pemujaan itu bebas dari debu.
Dua barang lain yang berada di meja suci itu adalah
sebatang lengkie, bendera tiga persegi warna kuning, dan sepotong tek kan, lembaran bambu tipis yang dipakai
sebagai kertas, yang ada tulisannya. Kertas bambu ini yang warnanya merah tua juga, rupanya sama tuanya dengan
bendera kuning itu. Satu boca naik ditangga meja, untuk gunting puntung
lilin. Satu boca lain menyediakan seikat hio wangi, yang panjangnya dua kaki lebih. Dua boca lain urus tambur dan genta.
Didalam ruangan Thian Hong Tong ini ada berkumpul
lebih dari seratus orang akan tetapi semua bungkam,
suasana ada sangat mempengaruhi hati orang. Tambur dan genta berbunyi terus, kalau genta dikiri berbunyi sembilan kali, tambur dikanan tiga kali, lalu kacung tadi menyalakan hio, terus ia haturkan kepada ketuanya.
Boe Wie Yang menyambuti, ia goyang itu beberapa kali
hingga apinya marong, asapnya mengepul, satelah ia
memasang hio, hio itu ia tancap didalam hiolouw. Iapun injak tangga. Kembali genta dan tambur berbunyi., Kembali kemuka meja, ketua Hong Bwee Pang mulai paykoei.
Setelah ketua ini, datang gilirannya ketiga hiocoe dari Thian Hong Tong, Ceng Loan Tong dan Kini Tiauw Tong,
yaiah Auwyang Siang Gee, Bin Tie dan Ouw Giok Seng,
buat pasang hio juga, akan jalankan upacara menghormat.
Mereka lakukan itu dengan berbareng, Auwyang Siang Gee ditengah, Bin Tie dan Ouw Giok Seng dikiri dan kanan.
Kembali tambur dan genta dibunyikan.
Lalu datang gilirannya Siang ciang Koan thian Coei
Hong ajak rombongannya dari Hok Sioe Tong akan hunjuk hormat mereka.
Selagi orang jalankan upacara, Eng Jiauw Ong berbisik pada Coe In Am coe.
"Dalam kaum kang ouw, inilah upacara yang mereka
paling hormati. Cara mereka ada berbeda jauh daripada kita. Ditempat semacam ini, apabila kita tidak berlaku hormat, gampang kita menyinggung mereka. Tidakkah
demikian, Am coe?" Coe In Am coe pun mengarti.
"Benar", ia menyahut seraya manggut.
Sebaliknya daripada ketuanya dan niekouw dari Pek
Tiok Am itu, Yan tiauw Siang Hiap tidak puas terhadap caranya Boe Wie Yang ini. Ia menduga orang sengaja
mengadakan upacara di hadapan mereka untuk beraksi saja.
Caranya kedua pihak toh berlainan dan tidak bersangkutan satu dengan lain! Karena ini, ia bersenyum ewah.
Eng Jiauw Ong melirik saudara nya itu, ia kuatir saudara ini nanti tak dapat kendalikan diri, maka itu, sehabisnya penghormatan dari hiocoe2 dari Hok Sioe Tong, ia lantas ajak Coe In Am coe bertindak maju kearah meja suci.
Melihat orang mendatangi, Boe Wie Yang memapaki.
"Ang Loosoe, Am coe, apakah ada pengajaran apa2
untuk kami?" tanya ia.
"Kami ingin haturkan terima kasih yang Pang coe telah berikan kami ketika untuk saksikan upacara suci ini", sahut Eng Jiauw Ong. "Cara2 kita ada berlainan tetapi sudah seharus nya saja kami pun hunjuk hormat kami".
Mendengar demikian, Boe Wie Yang rangkap kedua
tangannya. "Jangan pakai adat peradatan, loosoe", berkata ia.
"Inilah aku tidak sanggup terima. Akupun sudah bersyukur dengan loosoe beramai empunya kunjungan ini".
Coe In Am coe juga hendak hunjuk hormatnya tetapi
tuan rumah mencegah. Maka diakhir nya kedua tetamu itu cuma manggut satu kali dari kejauhan.
Kemudian Coe In Am coe menyatakan, supaya upacara
tidak terhambat karena hadirnya mereka, ia mohon
undurkan diri dulu. Boe Wie Yang mengucap terima kasih, ia persilahkan
tetamu nya kembali kekursi mereka. Iapun mohon maaf
yang ia belum dapat menemani tetamu2 ini.
Segera setelah kedua tetamu mundur, Thian lam It Souw berdiri didepan meja, sikapnya keren. Ia melirik kepada Lwee Sam Tong, lalu ia perdengarkan suaranya kepada
Auwyang Siang Gee "Auwyang Hiocoe, silahkan gunai
bendera untuk menghimpun Heng tong tocoe, Cittong tocoe dan Lee tong tocoe, supaya mereka sekalian bawa kitab undang2 mereka!"
Auwyang Siang Gee heran, sampai ia utarakan itu pada
tampangnya walaupun demikian, ia tidak berayal akan
ambil sebuah bendera tiga persegi dari para para sambil ia menggape pada satu pengawal dimuka pintu, siapa sudah lantas hampirkan ia. Ia mengucapkan beberapa kata2
dengan pelahan, ia serahkan bendera itu, lantas si pengawal berlalu bersama bendera itu.
Boe Wie Yang masih berdiri dimuka meja, tetapi
sekarang ia bicara dengan hiocoe dari Lwee Sam Tong dan Hok Sioe Tong, katanya "Aku memimpin Hong Bwee
Pang, aku kuatir, tenagaku dan kepandaianku tidak
seimbang dengan tugasku yang berat, akan tetapi selama itu, aku mengandal kepada bantuannya saudara Auwyang, hingga selama beberapa tahun kita telah peroleh kemajuan, Hong Bwee Pang jadi makin makmur. Tentu saja, tak dapat aku lupai perlindungan dari Couwsoe dan bantuannya
semua saudara. Tugasku jadi semakin berat karena selaku kepala, aku mesti bikin diriku sebagai contoh teladan untuk semua saudara, untuk kaum kang ouw seumumnya. Karena
itu aku mesti bisa kendalikan diri, aku mesti mentaati undang2 kita, aku mesti awasi tindak tunduknya sesuatu orang. Umpama halnya Pauw Hiocoe dari Hok Sioe Tong,
perbuatannya dulu dalam perselisihan dengan Hoay Yang Pay ada kurang tepat. Seharusnya Pauw Hiocoe tegur Hoay Yang Pay secara langsung, atau kita undang umum kaum
kang ouw untuk mohon keadilan. Pauw Hiocoe telah tidak berbuat demikian, ia sudah lantas tempur ketua Hoay Yang Pay, ia malah menyerang dengan senjata rahasianya yang dipakaikan racun. Ini bukanlah perbuatannya satu
pemimpin dari Hong Bwee Pang. Maka sekarang,
dihadapan Couwsoe, sebagai ketua dari Hong Bwee Pang, ingin aku peroleh penjelasan. Aku harap Pauw Hiocoe
beritahukan, ketika dahulu hiocoe bentrok dengan ketua Hoay Yang Pay, sama sekali hiocoe ada punya berapa
batang senjata rahasia".
Youw Beng Long tiong Pauw Coe Wie berdiri
disampingnya Siang ciang Hoan thian Coei Hong, ia
mendongkol mendengar kata2 ketua ini. Ia menganggap ia
telah dibikin malu dimuka umum, apapula sekarang mereka berada didepan musuh. Ia pun mendongkol karena
ditimbulkannya urusan lama itu. Disebelah itu, hati nyapun bercekat. Ia ingat, di waktu ia diminta beristirahat didalam Hok Sioe Tong, Gedung Bahagia, ada orang yang kasi
kisikan bahwa itulah bukan maksud baik dan hormat yang sesungguhnya dari Boe Wie Yang untuk menghargai ia,
hanya dengan ditempatkannya digedung itu, ia hendak
diperiksa kemerdekaannya, supaya ia jatuh dibawah
kekuasaannya ketua itu, agar ia tak campur lagi urusan Hong Bwee pang. Sekarang terbuktilah benarnya kisikan itu. Malah sekarang ia dengar kata2 tidak sedap didepan lawan, dimuka ramai. Ia jadi tak dapat menahan sabar lagi.
"Boe Pang coe," berkata ia, "kau telah utarakan
pikiranmu, itulah cukup. Mengenai urusanku dengan Hoay Yang Pay, sebab ketuanya tak dapat melupai itu, akupun tidak hendak tidak membayarnya. Bukankah membunuh
orang harus mengganti jiwa, pinjam uang membayar uang"
Dalam hal ini aku Pauw Coe Wie tidak hendak rembet2
lain orang, walaupun perbuatanku dulu itu, tidak
seluruhnya untuk kepentinganku sendiri. Sekarang orang telah datang menagih, aku bersedia untuk melayaninya, aku percaya tidaklah sampai aku merugikan Hong Bwee Pang!
Maka adalah ber lebih2an apabila kau ungkat2 urusan lama itu!"
Sikapnya Pauw Hiocoe ini membuat semua orang Hong
Bwee Pang terkejut, semua mengawasi Hiocoe itu dan
ketuanya silih ganti. Boe Wie Yang tunggu sampai orang berhenti bicara,
dengan air muka padam ia kata "Pauw Hiocoe, kau adalah cianpwee kami yang sudah undurkan diri kedalam Hok
Sioe Tong, kau telah dihormati oleh dua tingkat angkatan muda kita, dari itu, dimuka Couwsoe, aku harap kau nanti
menghormati undang2 kita! Dengan kemurahan hatinya
Couw soe, aku telah ditugaskan mengepalai Hong Bwee
Pang, dari itu, berhaklah aku akan jalankan segala aturan.
Kenapa kau tidak jawab pertanyaanku" Apakah mungkin,
kita yang adakan aturan, kita sendiri juga yang langgar dan merusakkannya?"
Pauw Coe Wie kertek gigi. Itulah teguran hebat baginya.
Orang telah gunai pengaruhnya Couwsoe dan undang2
untuk tindih padanya. Ia tidak jerih, maka ia tertawa dingin.
"Aku tidak mengerti, Pangcoe!" kata ia, "kita berdua
sudah bekerja sama2 untuk banyak tahun, dan aku Pauw
Coe Wie, aku berkelana selama setengah umurku dengan
mengandalkan siang sok dan kelenengan houw Chang kau
tahu itu, kenapa sekarang kau sengaja menanyakannya?"
Thian lam It Souw Boe Wie Yang perdengarkan suara
dihidung. "Kau harus ingat, Pauw Hiocoe," kata ia dengan tak
kurang kerennya, "Hong Bwee Pang kita, sejak Couwsoe
membangunkan nya, telah punyakan aturan yang keras
dengan apa kita dilarang merampas atau merampok, kita dilarang menghina orang karena andalkan pengaruh kita, kita dilarang mengganggu yang lemah, pantang membunuh tanpa alasan! Kita menyiarkan cita2 kita, kita menerima banyak murid, untuk itu besar ongkosnya, walaupun
demikian, untuk mengongkosinya, sumber penghasilan kita satu2nya adalah usaha pegaraman. Pekerjaan kita ini benar mengganggu hasilnya kas negara, akan tetapi kita tidak mempersukar rakyat jelata, ini adalah satu hal yang dapat kita buat bangga. Kita sebagai pemimpin harus berlaku jujur, untuk menjadi contoh bagi angkatan muda. Mengenai bentrokan dengan Hoay Yang Pay, sebenarnya itu ada
urusan kecil sekali, sebab diantara kita tidak ada
permusuhan besar, melainkan suatu penghinaan oleh pihak Hoay Yang Pay terhadap Hong Bwee Pang, urusan itu
gampang didamaikan, tetapi hiocoe telah ambil tindakan.
Bukankah hiocoe ada punya senjata rahasia yang tak ada racunnya" Disini tidak ada soal menang atau kalah, maka kenapa hiocoe berlaku demikian cupat" Bagaimana
perbuatan itu dapat dibuat teladan" Itu bukanlah satu pelanggaran besar tetapi itu menandakan pikiran yang tidak benar! Hiocoe adalah orang yang telah undurkan diri
kedalam Hok Sioe Tong, tidaklah ku"niat menjalankan
aturan perkumpulan terhadap hiocoe, melainkan aku insaf, sebagai pemimpin haruslah kita perbataskan diri, mesti kita sayang diri, harus kita hargai undang2 kita, supaya semua anggauta lainnya turut menghargai juga. Maka itu, sudah selayaknya kalau hiocoe tegur diri sendiri, untuk akui kekeliruan supaya di kemudian hari tidaklah dibuat sebutan oleh kaum kita. Tidaklah Pauw Hiocoe bersepandapat
sebagai aku ini?" Bukan kepalang malunya Pauw Coe Wie karena ia
ditegur dimuka umum, didepan kawan dan lawan,
dihadapan Couwsoe juga karena itu ia menjadi gusar sekali.
"Boe Pangcoe!" kata ia dengan nyaring. "Sejak aku
menghamba kepada Hong Bwee Pang, kepada siapa aku
telah berikan tenagaku, hingga dari Couwsoe aku menerima budi kebaikan, belum pernah aku terima hukuman, maka
tidaklah aku sangka sekarang, setelah aku memasuki Hok Sioe Tong, aku mesti terima penghinaan semacam ini,
hingga aku dapat ditertawai khalayak ramai! Boe Pangcoe, lama sebelumnya aku masuk Hong Bwee Pang, jiwaku
yang tidak berharga ini, yang mirip jiwa semut, sudah aku paserahkan kepada dunia kang ouw, kemudian setelah
menjadi anggota Hong Bwee Pang, aku haturkan kepada
Couwsoe, inilah kau tentu telah ketahui. Sekarang aku
sudah berusia tujuh puluh lebih, sedang umur manusia tak nanti melebihi seratus tahun, atau umpama aku dapat
mencapai batas itu, tak lebih tak kurang, tinggal lagi dua atau tiga puluh tahun. Lagipun ada berapa orangkah yang bisa mencapai umur seratus tahun" Dengan kemurahan nya Couwsoe, aku dimasukkan kedalam Hok Sioe Tong, ini
membuat aku bersyukur sekali. Kedudukan ini adalah
kedudukan yang aku tidak sangka2. Aku berada dalam
tangan pangcoe, umpama pangcoe kehendaki jiwaku, itu
bukanlah soal lagi, akan tetapi, mengingat jasaku yang tidak sedikit, mengingat aku telah memasuki Hok Sioe Tong, aku rasa tidaklah tepat jikalau pangcoe perlakukan aku sebagai anggota yang kebanyakan. Bukankah sejak lama aku tak
campur tahu lagi urusan kita" Umpama pangcoe niat
singkirkan aku, dapat pangcoe lakukan itu dengan
gampang, tak usahlah pangcoe campur baurkan dengan lain urusan yang tidak ada sangkutannya, janganlah pangcoe ambil alasan sembatan! Sebagai Liong Tauw Pangcoe,
wajib pangcoe junjung undang undang kita, terhadap kami anggota2 dari Hok Sioe Tong tidak dapat pangcoe bertindak sesukanya saja."
CXIX Berubah wajahnya Boe Wie Yang apabila ia dengar
teguran itu. "Pauw Hiocoe", kata ia dengan nyaring, "kau ada
termasuk pemimpin, kaupun pernah terima kemurahan
hatinya Couwsoe, kau baru ketahui, undang2 negara tak kenai sanak kandang, undang2 untuk semua, sedang aku si orang she Boe, sejak aku pegang pimpinan, senantiasa aku berlaku adil, belum pernah aku membeda2kan. Pauw
Hiocoe, kau keliru apabila kau anggap, setelah memasuki Hok Sioe Tong dimana kau peroleh kedudukanmu yang
paling mulia, lantas terhadap tindak tandukmu, tak ada orang yang dapat meniliknya lagi! Sebaliknya kau harus insaf, siapa sudah masuk dalam Hok Sioe Tong,
perbuatannya mesti agung mulia, kedudukannya sangat
terhormat, karena dia telah berbuat banyak untuk kaum kita, dia pantas menerima penghargaan dari angkatan muda hingga diapun layak memberi anjuran pada angkatan muda itu. Jikalau tindakan kita tidak benar, cara bagaimana kita bisa bikin angkatan muda dapat menghormati kita" Jikalau Pauw Hiocoe berbuat keliru, bagaimana kau dapat takluki orang" Terhadap saudara2 dari Hok Sioe Tong. aku
menghormati dan menyayanginya, sama sekali aku tak
mempunyai dendaman, walaupun demikian, nama baik
kita siapapun tak dapat merusakkannya! Sekarang Pauw
Hiocoe memandang enteng kepadaku, tetapi apa kau juga berani tak memandang mata kepada undang2 Couwsoe"
Pauw Hiocoe, apabila demikian sewenang adanya
perbuatanmu, tak dapat tidak, aku mesti berlaku adil, aku mesti bicara terhadapmu dengan gunakan aturan kita. Pauw Hiocoe, kembali aku mengulangi permintaanku, kau mesti menyatakan
tobat terhadap Couwsoe, kau mesti mengutarakan penyesalanmu. Pauw Hiocoe, bisakah kau
memenuhi keinginanku ini?"
Pauw Coe Wie masih gusar, maka jawabannya tetap
keras. "Buat empat puluh tahun lebih aku berkelana dalam
dunia kang ouw, sikapku adalah kepalaku boleh diputas kutung tetapi tubuhku tak dapat diperhina!" demikian
katanya. "Maka itu, Boe Pangcoe, jikalau kau anggap
tingkah lakuku tidak berharga untuk aku tinggal didalam Hok Sioe Tong, sekarang juga aku akan undurkan diri, dan apabila kau masih tetap tidak puas, aku akan lantas
serahkan piauw pou namaku boleh dicoret dari daftar
anggauta! Barangkali secara begini baharulah kau akan merasa puas!"
Kedua matanya Boe Wie Yang seperti terbalik waktu ia
awasi hiocoe dari Hok Sioe Tong itu, lalu ia berseru "Aku minta Auwyang Hiocoe dari Thian Hong Tong bacakan
sepuluh aturan dari undang2 kita dan enam pantangan!"
Ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong saling memandang,
saking bingung. Mereka insyaf akan hebatnya urusan.
Seandainya disitu tidak ada pihak tetamu, mereka tentu sudah maju siang2 untuk datang sama tengah. Sekarang
mereka sangsi untuk campur bicara. Mereka kenal baik
tabeat nya ketua itu, yang biasanya tidak kenal mundur.
Bukanlah dia telah unjuk Pauw Hiocoe telah bersalah"
Kalau Pauw Coe Wie suka mengakui kekeliruannya,
urusan pasti akan jadi lain. Juga, yang hebat, ketua itupun tengah berada bersama2 pihak tetamu, hingga karenanya, ia mesti pegang derajat.
"Poen tong akan turut titah Pang coe," akhirnya
Auwyang Siang Gee kata sambil maju. Poen tong adalah
sebutan untuk dirinya sebagai hiocoe dari Thian Hong
Tong. Tetapi, walaupun ia mengucap demikian, ia tidak lantas bacakan bunyinya aturan Hong Bwee Pang. Sepuluh aturan itu, jangankan satu hiocoe atau satu anggauta lama, sekalipun satu anggauta baharu, ketahui dengan baik.
Sebaliknya, ia dekati Pauw Coe Wie kepada siapa ia kata dengan pelahan sekali. "Pauw Hiocoe, kita yang telah
menjadi hiocoe, yang telah terima kemurahan hatinya
Couwsoe, yang telah dihormati oleh angkatan muda, apa bisa kita karena urusan kecil, mesti ditertawai orang" Boe Pang coe pegang semua kekuasaan, ia adalah Liong Tauw Pangcoe, maka biar bagaimana juga, aku minta sukalah kau mengalah sedikit. Setelah upacara ini, kami pasti ada punya daya upaya untuk membikin hiocoe peroleh kepuasan."
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Auwyang Hiocoe, kau baik sekali, walaupun sampai
mati, tidak nanti aku lupakan budimu ini," kata Pauw Coe Wie. "Aku harap kau tak usah perdulikan pula urusanku ini, aku telah insyaf sesempurna2nya. Rupanya tak dapat tidak, aku siorang she Pauw mesti rubuh ditangannya Boe Wie Yang! Akan tetapi aku ingin lihat, apa dia bisa bikin terhadap aku! Auwyang Hiocoe, silahkan kau jalankan
tugasmu, kau bacakan undang2 Hong Bwee Pang, aku tidak jerih. Apa dia hendak perbuat atas diriku?"
Auwyang Siang Gee tidak lantas undurkan diri.
"Pauw Hiocoe," kata ia pula, "kita ada punya
perkenalan dari belasan tahun, walaupun kita tidak bergaul terlalu rapat, tetapi kita ada sesama kaum, maka itu aku minta sukalah hiocoe memandang mukaku, harap kau suka mengalah, supaya urusan ini dapat dikasi lewat. Langit ada terlebih panjang daripada daun, maka apa juga adanya
urusan, itu dapat diselesaikan lain hari. Pauw Hiocoe, aku harap kau dengar aku...."
Pauw Coe Wie menggeleng kepala belum sampai ia buka
mulutnya, atau Boe Wie Yang telah utarakan pula
kemurkaannya. "Aturan kita tak dapat dibuat permainan, maka itu
Auwyang Hiocoe, aku minta kau hormati kedudukanmu!"
berseru ketua itu. Auwyang Siang Gee jadi bingung sekali, sebab ia mesti jalankan kewajibannya.
Yauw Beng Long tiong bersenyum tawar, ia kata pada
Auw yang Siang Gee "Auwyang Hio coe, aku bersyukur
tak habisnya untuk kebaikanmu, kau telah lakukan
kewajibanmu selaku sahabat, aku insyaf itu. Auwyang
Hiocoe, silahkan jalankan tugasmu, jangan kau cari susah
sendiri karena urusanku ini, kau nanti bikin aku jadi tidak enak hati...."
Auwyang Siang Gee jadi putus asa, ia menghela napas.
Lantas ia putar tubuhnya madap ke meja, untuk menjura, kemudian ia bertindak kemuka meja suci itu, didekat meja mana ia membalik tubuhnya pula. Kali ini lantas saja ia perdengarkan suara nya yang nyaring dan tegas, kata nya
"Sejak Couwsoe kita membangun Hong Bwee Pang, oleh
karena terlalu banyaknya anggauta, ia sudah adakan
sepuluh macam aturan beserta enam pantangan, semua
anggauta dimestikan tunduk kepada undang2 itu, diatas mulai dari Liong Tauw Pang coe sendiri, dibawah sampai anggauta baru, siapa lakukan pelanggaran, dia mesti
dihukum tanpa ampun lagi. Undang kita berbeda daripada undang2nya lain kaum, sekarang poen tong dititahkan Pang coe membacakan sepuluh aturan dan enam pantangan itu, maksudnya tak lain ialah supaya semua saudara ingat dan menginsyafi undang2 itu, agar siapa merasa bersalah, dia segera insyaf dan mengubah sendiri sambil memohon belas kasihannya Couwsoe, supaya dengan kemurahan hatinya,
Liong Tauw Pangcoe pun mengampuni atau meringankan
hukumannya. Sebaliknya, siapa bersalah dan tidak insyaf dan menunggui sampai lain orang menegurnya, itulah
berarti menyesal sesudah kasep...."
Sampai disitu, hiocoe ini lantas bacakan sepuluh aturan dan enam pantangan itu, antaranya larangan menghina
Couwsoe dan berkhianat, tak boleh tak berbakti, pantang berlaku cabul dan main perempuan, tak boleh sembarang membunuh atau mengeruk uang secara tak halal atau main gila dengan piauw pou. Sehabis membaca, ia lalu menjura dan undurkan diri.
Setelah itu, Boe Pangcoe maju kedepan meja, akan
bicara dengan nyaring. "Pauw Hiocoe ada jadi loosoe dari Hong Bwee Pang, dia telah langgar aturan kita, dia masih tidak menyesal, dia tidak memohon kemurahan hatinya Couwsoe, secara
demikian, cara bagaimana dia bisa memberi teladan kepada angkatan muda kita" Pauw Hiocoe, kau masih tidak hendak akui kedosaanmu didepan Couwsoe, kau hendak tunggu
apa lagi?" demikian ketua itu.
Wajahnya Pauw Coe Wie menjadi merah padam.
"Umpama ada perbuatanku yang tidak dibenarkan kaum
kita, itu adalah kejadian2 sebelum aku memasuki Hok Sioe Tong," kata Pauw Coe Wie dengan tidak kurang kerasnya.
"Boe Pang coe, jikalau begini sikapmu, aku kuatir tak dapat kau cari satu pun anggauta kita yang bertubuh putih bersih, sebab orang kita semua adalah orang2 kang ouw!
Bagaimana apabila kau periksa urusan2 mereka dari
beberapa puluh tahun yang lalu" Kau ada menjadi Pang coe namun putusanmu tidak adil, buat urusan pribadi kau
bertamengkan urusan umum, secara tersembunyi kau
hendak melampiaskan dendam, maka
perbuatanmu semacam ini, aku Pauw Coe Wie tak dapat menerimanya!"
Itulah jawaban yang membuat keadaan sangat tegang,
hingga Coei Hiocoe, tetua dari Hok Sioe Tong, jadi sangat berkuatir. Ia insyaf itulah berarti saling bunuh. Maka itu, ia lantas majukan diri.
"Liong Tauw Pang coe," kata ia dengan sungguh2
dengan sikap memohon, "kau ada jadi ketua Hong Bwee
Pang, kau dihormati semua orang, tetapi Pauw Hiocoe,
yang hari ini telah tenggak banyak arak, telah keluarkan kata2
tidak selayaknya, atas namanya, untuk kepentingannya kaum kita, mohon kau ijinkan poen co
bawa ia kembali ke Hok Sioe Tong, supaya poen co bisa berikan nasihat padanya, agar kemudian ia suka
menghaturkan maaf didepan Couwsoe dan Pangcoe
sendiri." Mendengar katanya ketua Hok Sioe Tong ini, Boe Wie
Yang ketatkan dahi. "Coei Hiocoe," berkata ia "sejak aku Boe Wie Yang
bangunkan pula Hong Bwee Pang dan mendirikan kembali
Lwee Sam Tong dengan kemurahan hatinya Couwsoe,
dengan dukungannya semua saudara, aku berhasil
membikin kaum kita seperti adanya sekarang ini. Jikalau kita, yang menjadi pemimpin, tidak berikan teladan, cara bagaimana kita dapat membikin tunduk orang banyak"
Jikalau titah tak dapat dijalankan, apa bila pengaruh telah tersapu bersih, bagaimana aku Boe Wie Yang masih ada
muka untuk menjadi Liong Pauw Pangcoe" Coei Hiocoe,
aku insyaf akan kebaikanmu ini, tetapi kejadian hari ini mesti
dijalankan menurut undang2 kita! Urusan persahabatan pribadi itu baiklah dibicarakan nanti setelah selesainya upacara". Harap Hiocoe maafkan aku tak dapat aku meluluskannya permintaanmu ini. Atas nama Liong
Tauw Pangcoe, aku persilahkan Coei Hiocoe kembali
ketempatmu, supaya kau jangan omong lebih banyak
lagi!..." Ketua ini lalu berpaling kepada Pauw Coe Wie, ia kata dengan keras, "Pauw Hiocoe, apakah kau berani tentangi titahnya Pangcoe?"
Tanpa bersangsi pula Pauw Coe Wie berikan penyahutannya yang ringkas "Aku tak puas jikalau orang membalas dendam dengan akal dan putusan tak adil!"
demikian katanya. Sepasang alisnya Boe Wie Yang bergerak naik, kedua biji matanya bersinar.
"Pauw Coe Wie!" katanya, "aku niat lindungkan muka
terangmu, maka aku titahkan kau menyalakan tobat
dihadapan Couwsoe. Apabila kau lakukan ini, tidak
melainkan membuat kehormatanmu tidak terganggu,
kaupun akan dapat perindahan dari angkatan muda, tetapi sayang, kau sebaliknya anggap aku gunai urusan umum
untuk menutupi maksud pribadiku, kau menyangka aku
sengaja hendak menghina kepadamu, hingga dimuka
Couwsoe kau berani membangkang titahnya Liong Tauw
Pangcoe. Pauw Coe Wie, dengan sikapmu ini, kau cari
malu sendiri! Mari, mulai dengan upacara!"
Lalu, menoleh kepada petugas2 yang urus hio, lilin,
tambur dan genta ia berseru "Siaplah!"
Empat petugas itu berikan jawabannya "Ya", sesudah
mana, segera mereka mulai dengan kewajiban mereka
untuk menyalakan lilin, pasang setabung hio, bunyikan tambur dan genta.
Boe Wie Yang maju sampai dimuka meja sekali, ia
sambuti hio untuk segera angkat itu tinggi tinggi kehadapan meja suci, lalu ia perdengarkan kata2nya
"Teecoe Boe Wie Yang, sambil memasang hio
memohon kemurahan hati dan perlindungan Couwsoe,
walaupun otak polo teecoe pecah berhamburan, ingin
teecoe melindungi Hong Bwee Pang, tetapi jikalau teecoe kandung pikiran yang tidak2, yang mementingkan diri
sendiri, biarlah teecoe nanti terbinasa dengan tubuh ter potong2 ter bagi2!"
Setelah mengucapkan kata2 itu, Boe Wie Yang tancap
hio, lalu ia undurkan diri sampai di tangga dimana ia paykoei, setelah mana, ia berbangkit dan berdiri pula, kali ini ia angkat kedua tangannya rata dengan pundaknya,
menghadapi sincie dari Couwsoe ia berkata pula "Disini
ada Pauw Coe Wie, anggauta turunan kedua dari Hong
Bwee Pang kita, dia sudah lakukan pelanggaran undang2, dia masih tidak puas, diapun lakukan perbuatan menghina Couwsoe, maka itu teecoe mohon Couwsoe memberikan
surat titahnya untuk teecoe bisa lindungi keangkaran kita!"
Dengan "surat titah" itu, Boe Wie Yang artikan "sin
hoe" (tek hoe) atau surat ajimat.
Dari muka sincie, ketua ini pergi kesamping meja suci, setelah menjura, ia ulur sebelah tangannya untuk ambil sepotong tek hoe warna merah yang berada dipara2 diatas meja suctu, lantas ia kembali kedepan meja, sambil tetap berdiri ia angkat tinggi2 tek hoe itu.
Menampak demikian, semua anggauta Hong Bwee Pang
yang berada dalam ruang Thian Hong Tong itu, dari Lwee Sam Tong sampai pada pelbagai pelayan, kaget bukan
main. Tidak tempo lagi mereka rangkap kedua tangan
mereka untuk diangkat ke batas dada mereka masing2,
kepala mereka ditundukkan, tidak ada yang berani angkat muka untuk mengawasi.
Segera terdengar pula suaranya Thian lam It Souw Boe
Wie Yang, Liong Tauw Pangcoe dari Hong Bwee Pang
suara yang nyaring dan berpengaruh "Pauw Coe Wie, aku tahu undang2 kita saja tak cukup untuk membuat orang
tunduk, maka sekarang aku mohon sinhoe dari Couwsoe.
Maukah kau terima ini?"
Pauw Coe Wie sangat gusar, tetapi sekarang Boe Wie
Yang gunai pengaruhnya Couwsoe, dengan terpaksa,
sambil kertek gigi, ia bertindak kedepan meja suci.
"Boe Pangcoe," kata ia "dengan sengaja kau hendak
hukum aku, karena kekuasaan berada ditanganmu, kau
pasti bisa perbuat sesukamu, maka jikalau aku tak bikin kau puas, aku kuatir kau tidak dapat jalan untuk undurkan diri
secara baik. Sekarang, diatas dari embun2an, dibawah
sampai ditelapakan kaki, aku menyerah untuk kau perbuat apa kau suka!"
Auwyang Siang Gee beramai tak berani angkat kepala
tetapi, dengan diam2 mereka mencuri lihat, maka itu
mereka dapat kenyataan, walaupun Pauw Coe Wie dekati
Boe Wie Yang, dia tetap berdiri saja, dia tak sudi tekuk lutut. Hal ini membikin ia jadi bertambah kuatir, lebih2
kapan ia dengar perkataannya hiocoe she Pauw itu.
"Tak dapat kita tidak menolong, mari, lekas!" kata
Auwyang Siang Gee kepada Bin Tie dan Ouw Giok Seng
seraya ia mendahului bertindak, memburu kedepan.
Bin Tie dan Ouw Giok Seng turut perbuatannya ketua
itu, merekapun maju, hingga dilain saat, bertiga hiocoe ini sudah berlutut di depannya Boe Pang coe.
Menampak demikian, Boe Wie yang lantas geser tubuh
kesamping, tetapi tek hoe ditangannya tetap diangkat
ketinggi. "Pang coe," berkata ketua dari Thian Hong Tong,
"Pauw Hiocoe ada salah satu tertua kita yang dipandang agung tetapi kali ini, ia menghadap Couwsoe dengan ia tetap berdiri, inilah menyatakan bahwa ia telah minum arak hingga mabuk, maka itu, mengingat persaudaraan kita,
untuk sementara ini aku harap Pang coe kasi maaf padanya, agar ia dapat ketika untuk menyesal dan perbaiki diri, kemudian, sesudah ia insyaf, ia nanti datang kepada Pang coe untuk mengaku salah, buat minta kemurahan hati Pang coe..."
Dengan "Hm, hm," Boe Wie Yang perdengarkan
tertawanya yang dingin. "Hiocoe semua," berkata ia, "jikalau begini caranya kita permainkan undang2 kita, lebih baik kita bubarkan saja Hong Bwee Pang, akan bakar meja suci ini! Tidakkah
secara demikian semua habis dan bersih" Dalam urusan
hari ini aku Boe Wie Yang justeru ingin lihat,
kehormatannya kaum kita masih dapat dilindungi atau
tidak! Jikalau hiocoe beramai anggap aku Boe Wie Yang keterlaluan, buat aku masih ada jalan untuk pecat diri sendiri sebagai Liong Tauw Pang coe, supaya bisa di cegah yang Hong Bwee Pang ini termusnah ditanganku!" Lalu,
tanpa menoleh lagi kepada ketiga hiocoe dari Thian Hong Tong itu, ia kata kepada Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie "Pauw Coe Wie, kau ada jadi Hiocoe, kau telah
langgar aturan, semestinya kau dihukum berat, tetapi
mengingat jasamu terhadap kaum kita, sekarang aku suka berikan keentengan kepadamu, aku akan titahkan Heng
tong hukum kau empat puluh rotan, untuk kehormatannya Hong Bwee Pang!"
Semua orang terkejut mendengar keputusan itu, tampang mereka menjadi pucat.
Auwyang Siang Gee ada cerdik dan berani, ia toh
berputus asa menyaksikan kejadian didepannya itu. Akan tetapi untuk kebaikannya Hong Bwee Pang, ia lantas ambil putusan getas. Ia insyaf, Pauw Coe Wie telah masuk dalam Hok Sioe Tong, kawannya ada banyak, inilah berbahaya.
Maka itu, ia hadapi Boe Wie Yang dan berkata "Boe
Pangcoe, kita yang hidup bersama didalam Hong Bwee
Pang, dan kerja sama2 untuk Couwsoe kita, untuk mana
kita harus bersama juga menerima kehormatan dan
kehinaan, sama2 berhasil atau gagal, tak dapat kami tidak memohon pula kepada Pang coe supaya Pauw Hiocoe ini,
mengingat jasanya dulu2, dibebaskan juga dari hukuman rangket. Walaupun bagaimana kami mohon dengan sangat
agar Pang coe mengingat persaudaraan kita, sebab jikalau karena kekhilafan suatu waktu, dibelakang hari timbul bencana yang tak ada batasnya, itu artinya bukannya
menyintai dan melindungi Hong Bwee Pang. Pang coe ada pintar dan berpemandangan jauh, aku harap sudilah
Pangcoe pikir pula dengan saksama. Kamipun telah
memohon dengan lancang, kendati demikian, kami minta
Pangcoe suka menerimanya."
Thian lam It Souw Boe Wie Yang, si Orang tua dari
Selatan, tertawa dingin. "Dalam urusan ini," katanya, "walaupun aku mesti
mendapat nama jelek, kendati api akan membakar tubuhku, aku rela menerimanya! Aku telah dilimpahkan kemurahan hatinya Toyuwsoe aku telah diangkat menjadi Liong Tauw Pangcoe, tetapi tenagaku tak cukup untuk membikin orang percaya aku, undang2 kita tak cukup buat mengikat orang banyak, itu menyatakan bahwa Boe Wie Yang adalah tidak cakap, maka itu jikalau hiocoe beramai demikian menyinta kawan, hingga undang2 dan pantangan tak diperdulikan
lagi, bagiku tak ada lain jalan dari pada mengalah terhadap lain orang yang bijaksana...."
Ketika itu dari Gwa Sam Tong, ketiga hiocoe nya yalah Sie Yong Pheng Sioe San dan Hay niauw Gouw Ceng, juga telah pada bertekuk lutut disebelah belakang ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong, mereka turut manggut2 seraya
membantu memohonkan keampunan bagi Pauw Coe Wie.
Disebelahnya orang sedang lakukan kebaikan terhadap
dirinya. yang tersangkut sendiri, yalah Pauw Coe Wie, sudah tidak bertindak dengan menuruti suasana. Mengaku salah langsung terhadap Boe Wie Yang, tak leluasa ia
melakukannya, tetapi diwaktu demikian, ia bisa akui
kesalahan nya didepannya enam hiocoe dari Lwee Sam
Tong dan Gwa Sam Tong bahwa benar ia, karena
kekeliruan disatu saat, sudah lakukan pelanggaran hingga kesudahannya sekarang ia membuat sulit kepada banyak
hiocoe itu. Dengan cara ini, ia bisa ringankan dirinya.
Tetapi ini ia telah tidak lakukan, makin lama ia jadi makin tak hargai lagi jiwa nya. Begitulah dengan kedua tangan dikebelakangkan, dengan muka tersungging senyuman
tawar, dengan kedua matanya ia terus lirik Boe Wie Yang.
Rombongannya Eng Jiauw Ong sebagai tetamu, pun
boleh turut memohonkan keampunan, akan tetapi ketika itu Thian lam It Souw sudah minta sin hoe dari Couwsoenya, mereka tidak berani bertindak lancang. Memang Hong
Bwee Pang, sebagai mana kaum lainnya, ada punya aturan sendiri, yang berbeda dari pada lain golongan, maka mereka mesti jaga untuk tidak menyinggung aturan yang berbedaan itu. Maka itu, mereka diam saja.
Sementara itu, dari pihak Hong Bwee Pang, semakin
banyak orang yang maju untuk mintakan keampunan bagi
hiocoe dari Hok Sioe Tong itu, hingga akhirnya, dengan sangat sengit, Boe Wie Yang kata "Hiocoe2 semua,
nyatalah kau tak menahui Boe Wie Yang! Tetapi tetap aku hendak titahankan undang2 Hong Bwee Pang, untuk
melindungi kaum kita! Untuk itu, walaupun aku nanti
rubuh hingga tulang2ku musnah tanpa rupa, aku rela
menerimanya!" Sehabis mengucap demikian, ketua ini putar tubuhnya
dan lari kedepan meja, tangan kirinya, yang memegang sin hoe, diangkat tinggi, dimuka meja ia angkat kakinya keatas tangga.
Ketika itu hio wangi telah menyala baharu menghabisi
beberapa dim, asapnya sedang bergulung2. Boe Wie Yang ulur tangan kanannya akan samber hio itu, hingga "bunga"
hio rontok meluruk. Ia putar pula tubuhnya akan turun dari tangga. Berbareng dengan itu, air mukanya berubah
menjadi putih pucat bagaikan kertas, sedang sepasang
alisnya mengkerut rapat, hingga romannya jadi menyeramkan. Lantas ia angkat naik hio itu, agaknya ia hendak banting itu kelantai.
Diantara beberapa hiocoe itu, Hiocoe Sie Yong dari Gwa Sam Tong, yang bertugas mengurus bahagian upacara, cit ciang lee tong, sedang berlutut sebagai rekan rekannya, ia terkejut menampak aksinya ketua itu. Asalkan hio
terbanting didepan meja suci, itu artinya tak ada daya pertolongan lagi. Itu artinya golok suci Sin too akan diminta mengutungi kepalanya Pauw Coe Wie, tidak ampun lagi!
Inilah hukuman paling hebat dalam Hong Bwee Pang, tak ada orang yang dapat mencegahnya".
Karena ia adalah pejabat cit ciang lee tong itu, Sie Yong insyaf pada bencana itu, maka tak ayal lagi, sembari
berlutut, ia menekan lantai, terus ia empos semangatnya, lantas ia berlompat dengan ilmu enteng tubuh bagaikan kodok mencelat, ia dekati Boe Wie Yang, dengan Bebat
tangan kanannya menyamber lengan kanan dari ketuanya
untuk ditekuk, sambil ia serukan "Pang coe, kemurahan hatimu yang terakhir!" Kemudian, dengan berani ia rampas setabung hio yang menyala itu dari tangannya ketua itu, hingga karenanya, tangannya, tangan baju dan bajunya jadi kena terbakar api hio itu.
Boe Wie Yang terperanjat. Ia tidak sangka ada orang
yang berani cegah ia secara demikian. Tetapi, disaatnya ia sedar, Sian thian chioe Sie Yong, si Tangan Kilat, sudah dapat rampas setabung hio itu, dengan naik ditangga,
hiocoe ini segera tancap pula hio itu kedalam hiolouw asalnya.
Semua orang dalam ruang Thian Hong Tong itu tinggi
dan rendah kedudukannya, berubah air muka nya karena
kagetnya, sebab mereka insyaf, hampir saja bencana besar
tak dpat di cegah lagi. Maka sekarang, mereka semua
menjura pada Boe Wie Yang, mereka berkata "Kami
mohon Pang coe ingat sulitnya kita berdirikan Hong Bwee Pang, biarlah Pang coe berlaku lebih banyak murah hati. ...
Silahkan Pang coe kasi titah untuk jalankan hukuman."
Setelah mana, mereka lalu berbangkit, untuk terus
berkata kepada Heng tong Tocoe Hay niauw Gouw Ceng si Burung Laut "Gouw Hiocoe, apakah kau masih tidak
hendak terima titah untuk jalankan tugasmu?"
Dengan tenang dan menghormat, Gouw Ceng menyahuti. "Ya." Kemudian, tanpa bersangsi pula ia
hadapi Yauw Beng Long tiong Pauw Coe Wie seraya
berkata "Aku mohon Pauw Hiocoe pergi keruang Heng
tong untuk terima hukuman."
Ucapan ini disusul dengan bergeraknya beberapa algojo hingga Pauw Coe Wie lantas dapatkan ia sedang dikurung di empat penjuru. Hengtong soe sendiri, Hay niauw Gouw Ceng, dengan air muka sungguh2, sudah lantas menggape2
terhadap nya. Ia insyaf, apabila ia tetap membangkang, ia bakal terima, penghinaan2 terlebih jauh, dari itu, setelah menggedruk lantai dan mengawasi Boe Pang co dengan
kebencian yang berlimpah2, ia lantas bertindak akan
mengikuti Gouw Ceng memasuki pintu samping.
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada saat itu, walaupun adanya seratus lebih orang
dalam ruangan, seluruh Thian Hong Tong jadi sangat sunyi senyap, kecuali suara tertawa menghina pelahan dari Thian lam It Souw sendiri, yang mengawasi belakangnya Yauw
Beng Long tiong. Kemudian ketua ini menoleh kepada
Auwyang Siang Gee, hiocoe dari Thian Hong Tong "Auw
yang Hiocoe, dimana adanya sekarang itu orang2 yang
tanpa titah dari Congto dan pelbagai thoento sudah
mencegat dan mengganggu tetamu2 kita yang terhormat,
yang baharu hentikan aksinya setelah adanya perintah dari
Lwee Sam Tong" Mereka itu ada sangat lancang, mereka
sudah permainkan undang2 kita, mereka sangat menghina terhadap kedua Sam Tong Luar dan Dalam! Apabila tetap diantap terus orang main gila, cara bagai mana tata tertib dapat dipulihkan dibelakang hari?"
Auwyang Siang Gee menjura.
"Mereka telah dikumpulkan di muka pelabuhan untuk
menantikan titah dari Pangcoe," jawab ketua dari Thian Hong Tong.
-ooo0dw0ooo- Jilid 11 "Perintahkanlah cit tong, dengan membawa bendera
Thian Hong Tong, bawa mereka untuk mendengar
nasihat," ketua Hong Bwee Pang berikan titahnya.
Kembali Auwyang Siang Gee menjura untuk terima titah
itu, yang ia mesti segera jalankan.
Sementara itu, dengan lapat2 Eng Jiauw Ong beramai
telah dengar suara menghembatnya rotan dibagian belakang dari ruang Thian Hong Tong itu, itu bisa diduga bahwa Heng tong, ruang untuk menjalankan hukuman, berada
dekat Thian Hong Tong. Auwyang Siang Gee telah jemput selembar kertas dari atas meja, ia persembahkan itu kepada Boe Wie Yang seraya berkata "Inilah daftar dari anggauta kita yang lancang itu, harap Pang coe suka periksa."
Boe Wie Yang sambuti daftar itu, tetapi selaga hendak baca, Hay niauw Gouw Ceng muncul pula, sembari
menjura ketua Heng tong ini kata "Poen heng long sudah jalankan titah menghukum rangket kepada Pauw Hiocoe,
sekarang silahkan Pang coe menyaksikannya sendiri."
Ketua itu goyangkan tangan.
"Tak usah," kata ia. "Kau sampaikan kepada Pauw Coe
Wie bahwa aku ijinkan dia kembali ke Hok Sioe Tong
untuk dia obati lukanya hingga sembuh, tetapi kemudian dia mesti lekas datang untuk mendengari nasihat, jangan dia buat salah!"
Couw Ceng menyahuti "Ya," lantas ia undurkan diri
pula. Eng Jiauw Ong beramai berada di Utara ruangan, maka
itu mereka semua bisa lihat bagaimana dari sebelah Selatan, Gouw Ceng muncul pula bersama dua pelayannya yang
pepayang Pauw Coe Wie, siapa, sembari lewat, menoleh
kearah Thian lam It Souw. Dia bermuka pucat, Gouw Ceng ucapkan beberapa patah kata2 terhadapnya, atas mana dia tertawa meringis, tetapi matanya mengawasi ketua Hong Bwee
Pang dengan sinar menyala, menyatakan kebenciannya yang hebat. Setelah hiocoe dari Hok Sioe Tong itu lewat, Gouw Ceng kembali ketempatnya, untuk
berikan laporan bahwa tugasnya telah selesai.
Segera setelah itu menyusul munculnya wakil cit tong
dari Auwyang Siang Gee buat melaporkan tugasnya,
katanya "Semua orang yang bersalah telah dikumpulkan
kecuali kedua tocoe Khoe dan Lie, kepala dari pegaraman, yang sudah kabur dari Hoen coei kwan dengan dua belas to disepanjang sungai tak dapat mencegah mereka, walaupun warta burung dara telah dikirim untuk memberitahukan
tentang meratnya mereka itu."
Mendengar laporan itu, Boe Wie Yang jadi gusar tak
kepalang. "Ketika See coan Siang Sat datang kepada Hong Bwee
Pang kita, aku memang tahu mereka ada mempunyai
perkara yang banyaknya laksana bukit tingginya," kata
ketua ini. "Aku pun bisa duga, didalam dunia kang ouw sudah tidak ada tempat untuk mereka tancap kaki, maka mereka hendak pinjam Cap jie Lian hoan ouw sebagai
tempat sembunyi. Aku terima mereka dengan terpaksa,
karena tadinya aku pernah kenal mereka pribadi, dan aku harap, dengan perlakuan manis dari kita terhadapnya,
mereka bisa insyaf dan bertobat. Ada baiknya bagi kita apabila mereka menghamba dengan sungguh2, karena
keduanya mereka ada punyai boegee liehay dan mengerti baik ilmu berenang dan selulup. Aku tidak sangka bahwa kesesalan mereka sudah berakar, hingga tak dapat mereka diperbaiki pula. Memang tiada gunanya akan antap mereka hidup terus, adalah terlebih baik bila siang2 mereka
disingkirkan dari dunia dimana cuma mereka menjadi
malapetaka. Maka, Auwyang Hiocoe, apabila mereka
diantap lolos dari tangannya Hong Bwee Pang, kemudian bisa jadi ada orang yang akan telad perbuatannya untuk permainkan
kita, dengan cara demikian, habislah kehormatan kita!" "Pang coe benar," sahut Auwyang Siang Gee. "Kita dari Hong Bwee Pang memang paling benci segala pengkhianat dan perusak, perbuatan semacam mereka tak dapat dikasi ampun. Silahkan Pang coe berikan titahmu."
Boe Wie Yang lantas pandang Bin Tie dan Ouw Giok
Seng "Bin Hiocoe, Ouw Hiocoe," berkata ia, "silahkan kau kirim titahku dengan perantaraan burung dara kepada Ang Hiocoe dari Soen kang Cap jie to supaya dia lantas
kerahkan orang2nya untuk bergerak, untuk terlebih jauh menyampaikan titahku kepada bahagian Barat, pada jalan untuk dua propinsi Hokkian dan Kangsay, untuk
mencegahnya. Aku percaya Seecoan Siang Sat akan kabur terus kembali kesarangnya di See coan, maka itu, mungkin
kita dapat mencegah mereka. Kita mesti jaga terutama di Ceng thian kwan, Sian hee kwan dan Hoay Giok San."
Bin Tie dan Ouw Giok Seng menyahuti bahwa mereka
terima perintah, lalu Bin Hiocoe hampirkan meja suci untuk ambil dari depan sincie Couwsoe satu nenampan kayu
merah diatas mana, ada diletaki sesusun cita katun serta pit merah dan bakhie merah juga, sedang Ouw Hiocoe titahkan orang atur sebuah meja dikiri meja suci diatas mana Bin Tie taruh dengan hati2 nenampan merah itu, kemudian
keduanya duduk berhadapan, untuk segera mulai menulis atas masing2 tiga lembar cita.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe, yang terpisah
beberapa tumbak dari meja, tidak dapat lihat apa yang kedua hiocoe itu tulis, kecuali tampak setiap potong cita berukuran panjang 7-8 dim dan lebar 5-6 dim, diatasnya ada capnya, cap merah.
Kedua hiocoe menulis selesai enam lembar cita dengan
cepat sekali, lalu Bin Tie angsurkan itu kehadapan Boe Wie Yang untuk diperiksa, kemudian Auwyang Siang Gee yang sambuti untuk diletaki diatas meja, setelah itu dengan injak tangga, ia bakar kepada lilin ujung kanan dari surat2 cita itu, akan akhirnya ia gulung, buat diserahkan kembali kepada Bin Hiocoe.
Waktu itu dengan sangat pelahan Ouw Hiocoe telah
bicara kepada Cit tong soe Pheng Sioe San, atas mana, Phneg Sioe San perintah dua pelayan berlalu dari belakang meja suci, tetapi lekas juga dua pelayan itu kembali bersama satu kurungan burung, panjangnya enam dim, dalamnya
terbagi atas enam kotak, didalam setiap kotaknya ada
seekor burung dara pos, yang warna bulu nya berlainan.
Disaban kotak di tempelkan sepotong tek pay kecil.
Ouw Hiocoe dengan sebat telah masukkan setiap surat
kedalam satu bungbung bambu yang mungil, lalu ia
keluarkan burung dara putih dari dalam kotak pertama, kakinya dibanduli bumbung surat itu, diikatnya dengan benang sutera, sesudah mana, ia dekati pintu akan segera lepas burung itu, hingga dalam sedetik saja. dengan geraki kedua sayapnya. burung itu sudah terbang pergi dengan cepat sekali.
Secara demikian, enam ekor urung dilepaskan satu demi satu, kemudian ada pelayan yang singkirkan kurungan yang kosong.
Itulah caranya Hong Bwee Pang mengirim berbagai
kabar dan titah. Menampak kejadian didepan nya itu, rombongannya
Eng Jiauw Ong kagumi Boe Wie Yang, pantas dia menjadi ketua Hong Bwee Pang, ternyata sepak terjangnya tepat.
Hanya sayang, anggauta2 Hong Bwee Pang terdiri dari
sangat banyak campuran, jadi sangat sulit untuk kendalikan semuanya.
Habis mengirimkan titah2 itu, ketiga hiocoe kembali
ketempat mereka Sesudah itu, Boe Wie Yang kasi titahnya kepada Cit tong Pheng Sioe San "Sekarang bawa
menghadap Tong Siang Ceng dan Hauw Thiam Hoei
berenam begitupun sahabatnya si orang she Hauw itu untuk mendengar nasihat!"
Pheng Sioe San lantas bertindak kepintu depan, dimuka pintu ia melongok keluar seraya berseru "Atas titah Liong Tauw Pang coe aku minta supaya To coe Tong Siang Ceng dari Hoen coei kwan, Heng tong Tocoe Ouw Can, Ie boen Tocoe Tie Cin Hay dan Shong Ceng, Hoa San Tocoe Hauw
Ban Hong dari See louw serta Tocoe Cio Loo Yauw yang
telah undurkan diri dari jabatannya di Sam hoen ho dan
sahabat kang ouw Hauw Tan hoei datang menghadap
untuk mendengar nasihat!"
Setelah mengatakan demikian, Pheng Tocoe memutar
tubuh untuk kembali kedalam, atas mana, dengan beruntun, mengikutilah Tong Siang Ceng semua. Eng Jiauw Ong lihat orang2 yang bokong pasukan Garuda Terbang, diantara
siapa kecuali See coan Siang Sat, yang sudah kabur, pun tidak ada Ban San coe Thong In.
Sesampainya dimuka meja suci, Kwie eng coe Tong
Siang Ceng, Ouw Can, Tie Cin Hay, Shong Ceng Cio Loo
Yauw dan Hauw Ban Hong segera menjalankan
kehormatan besar terhadap Couwsoe. Hauw Thian Hoei,
yang mengikuti Cio Loo Yauw, turut berlutut dibelakangnya sahabat ini. Meski demikian, Boe Wie
Yang" justeru awasi dia seorang.
"Tee coe beramai sudah lakukan kekeliruan," berkata
Tong Siang Ceng, yang segera mohon belas kasihan dan
kemurahan hatinya Liong Tauw Pang coe."
"Kau berbangkitlah dahulu", kata Boe Wie Yang dengan
perlihatkan roman sungguh2. "Aku hendak bicara kepada itu sahabat asal Siamsay."
Tong Siang Ceng beramai, dengan muka merah saking
malu, lantas berbangkit, untuk berdiri dipinggiran. Karena itu ketua dari Cin tiong Sam Niauw, Hauw Thian Hoei, jadi berdiri berhadapan dengan ketua dari Hong Bwee Pang.
"Boe Pang coe," berkata ia, yang mendahului tuan
rumah "aku Hauw Thian Hoei telah lama mengagumi
nama besar Pangcoe, sebagai pemimpin Hong Bwee Pang
yang luas pengaruhnya ditempat beberapa ribu lie, hingga kau tidak hanya mengetuai Hong Bwee Pang tetapi pun
memimpin kaum kangouw seumumnya. Maka itu, dengan
setulusnya hati aku datang untuk menghamba, aku harap Pang coe suka terima aku."
Boe Wie Yang dengan tiba2 tertawa gelak.
"Sahabat, janganlah kau angkat2 aku secara begini!"
berkata ia. "Aku tak lebih tak kurang seorang yang tak berarti! Sebaliknya sudah sejak lama aku dengar tentang Cin tiong Sam Niauw sebagai orang2 kenamaan dari dunia Sungai Telaga dan Rimba Hijau. Sahabat, kau demikian
menghargai Hong Bwee Pang, aku girang dan bersyukur
sekali. Tentang Cap jie Lian hoan ouw ini baiklah kau ketahui, dimana orang luar, ini adalah satu daerah kecil dan cupat sekali, akan tetapi bagi orang kami sendiri, tidak ada seorang pun yang berani memandang sebelah mata! Kecuali sebawahan dari Pusat Umum, hiocoe dari bahagian luar, apabila dia tak dapat perintah dari Lwee Sam Tong, dia tak berani lancang masuk sekalipun satu tindak saja kedalam Hoen coei kwan. Maka kau, sahabat, siapa yang telah ajak kau datang kemari dan dimana kau telah peroleh
Kemurahan hatinya Couwsoe kami" Kenapa aku, sebagai
Liong Tauw Pangcoe, tidak pernah terima laporan apa
juga" Sejak di bangunnya Hong Bwee Pang, inilah ada hal yang belum pernah terjadi! Maka itu, aku jadi sangat tidak mengerti!"
Muka Cin tiong Sam Niauw menjadi merah, ia merasa
sangat jengah. "Boe Pang coe," berkata dia, dengan terpaksa, "aku
Hauw Thian Hoei datang untuk pertama kali kepada Kwie lian coe Lie Hian Tong dari See coan Siang Sat. Aku tahu dia adalah pengurus pegaraman Hong Bwee Pang.
Kemudian aku mohon dia yang menjadi pengunjuk, orang
perantara, supaya aku bisa masuk dalam Hong Bwee Pang.
Dia dan saudaranya setuju aku menjadi anggauta, supaya tak lebih lama pula aku berkelana dalam dunia kang ouw,
dimana tak dapat untuk selamanya aku menjaga diriku.
Ketika aku datang kemari, kebetulan pihak Hoay Yang Pay sedang memasuki Cap jie Lian hoan ouw. Menurut Lie
Hian Tong, rombongan Ong Too Liong pernah serang
gudang garam diwaktu malam, dari itu dia dan saudaranya menganggap pihak tetamu itu harus diajar adat, untuk
lampiaskan dendam mereka. Begitulah telah terjadi
pembokongan terhadap pasukan perahu tetamu dari Soe
Soei. Aku hadapi kejadian itu, cara bagaimana aku bisa peluk tangan menonton saja" Karena itu, aku telah turun tangan membantu. Dalam hal ini aku telah berlaku
sembrono, oleh karena itu, aku mohon Pang coe sukalah memberi maaf."
Ketua Hong Bwee Pang itu tertawa dingin.
"Dengan ucapanmu ini, sahabat, kau pandang Boe Wie
Yang sebagai boca cilik saja!" kata ia. "Aku si orang she Boe telah bertanggung jawab seluruhnya, aku menjadi
pejabat Liong lauw, maka jikalau aku cuma berkuasa atas beberapa puluh lie disekitar Cap jie Lian hoan ouw ini, aku melainkan menjadi sebagai tuan tanah saja. Cabang2 Hong Bwee Pang tersebar jauh ke Selatan, maka dimana saja ada suatu gerakan, tidak ada satu yang lolos dari genggamanku!
Hauw Thian Hoei, kau bukan setulusnya hati masuk Hong Bwee Pang! Sebenarnya kau telah ajak orang2 datang ke Kanglam ini untuk cegat serombongan piauwsoe, untuk
peroleh hasil besar, apa celaka kau hadapi lawan2 yang tangguh, Cin tong Sam Niauw telah nampak kegagalan,
kau rubuh demikian hebat hingga kau tak punya muka
untuk hidup lebih lama dalam Rimba Hijau! Dilain pihak, kau berkeinginan keras untuk mencari balas. Begitulah ketika kau dengar rombongan piauwsoe itu bergabung
kepada pihak Hoay Yang Pay dan mereka sedang
memasuki Cap jie Lian hoan ouw, diam2 kau kuntit
mereka, lantas kau baiki See coan Siang Sat. Kau niat mencari balas dengan pinjam golok lain orang! Sahabat, kecewa kau hidup untuk banyak tahun sebagai orang
Rimba Hijau, matamu lamur, kau tidak kenali Boe Wie
Yang. Golok dari Cap jie Lian houw ouw ada sangat tajam, cepat digunainya hingga tak terlihat darah menyemprot, tetapi walaupun demikian, golok kami tak dipinjamkan
kepada lain orang! Nah, apa lagi kau hendak bilang?"
Twie hong Tiat cie tiauw Huaw Thian Hoei ada seorang
kenamaan dari dunia kang ouw, sekarang dimuka orang
banyak ia diperhina, tentu saja mukanya jadi merah dan pucat bergantian, karena malu dan gusar. "Boe Pang coe,"
jangan kau terlalu menghina orang!" ia berseru. "Aku, Hauw Thian Hoei, besar atau kecil, dalam dunia kang ouw ada namaku juga! Memang aku menaruh dendam terhadap
Ngo Cong Gie dan Soe ma Sioe Ciang, itu rombongan
piauwsoe dari Kanglam, melainkan karena Yan tiauw Siang Hiap usilan, tak dapat aku lampiaskan keinginanku
terhadap mereka. Piauwsoe2 itu sendiri tidak ada dimataku, tapi Yan tiauw Siang Hiap membuat aku mendongkol,
hingga tak mau aku hidup bersama dia didalam dunia ini!
Begitulah aku susul mereka sampai disini. Memang benar, aku telah membikin ribut didalam Cap jie Lian hoan ouw, akan tetapi aku tidak membuat pelanggaran. Aku pernah saksikan gelombang besar, pernah aku menemui orang
pandai liehay. maka itu, Boe Pang coe, kau terlalu
memandang kecil kepadaku!"
Masih Boe Wie Yang perlihatkan roman suram.
"Sahabat," ia berkata, "jikalau kau mempunpai
perhitungan dengan Yan tiauw Siang Hiap, itu adalah
urusannya si penghutang dan orang yang memberi pinjam, dalam hal itu, kau bisa pergi ke Ceng hong po di Koay siang, atau langsung ke Na chung, untuk cari padanya, atau
apabila kau punya kepandaian, kau cegah dan halangi
padanya memasuki Cap jie Lian hoan ouw, tetapi sahabat, dia sudah masuk dalam Hoen coei kwan, maka dengan
sendirinya dia adalah tetamuku dari Cap jie Lian hoan ouw ini. Sahabat, kau telah mengacau didalam tempat
kediamanku ini, apabila aku tidak ingat kepada persahabatan kaum kang ouw, mesti telah ada orang yang menghadapimu! Disini aku tak membutuhkan bantuanmu,
karena itu, kau persilahkanlah!"
Segera setelah keluarkan perkataannya itu, Boe Wie
Yang menoleh pada pihaknya seraya berkata dengan
nyaring "Antar dia keluar!"
Meluap amarahnya Hauw Thian Hoei karena tuan
rumah berlaku sangat kasar terhadapnya. Iapun telah diusir dimuka umum! Maka, melupai segala apa, ia perdengarkan suara nyaring "Boe Wie Yang, kau terlalu menghina! Hauw Thian Hoei bukannya orang yang dapat dibuat permainan!
Jangan kau anggap, karena aku berada didalam Cap jie
Lian hoan ouw, lantas kau boleh berbuat sesukamu! Hauw Thian Hoe ingin belajar kenal dengan kau sebagai Liong Tauw Pang coe, untuk ketahui kau ada punya kepandaian apa! Jangan kau anggap kau ada punya banyak orang disini, tapi mereka itu tak ada dimatanya Hauw Thian Hoei!"
"Hm!" Boe Wie Yang perdengarkan suara dihidungnya.
"Hauw Thian Hoei, kau baiklah berlaku secara baik2, sebab jikalau aku bereskan kau didalam Cap jie Lian hoan ouw, nanti orang sangka aku gunai pengaruhnya banyak kawan.
Jikalau aku kehendaki kau, jangan harap kau bisa angkat kaki dari Ciatkang Selatan ini, atau kecewalah aku sebagai Liong Tiauw Pang coe!"
Hauw Thian Hoei tertawa ter bahak2.
"Boe Wie Yang," berkata ia, "Hauw Thian Hoei pernah
berkelana belasan tahun, dia berani berbuat, dia berani bertanggung jawab! Jikalau kau hendak bereskan aku, itulah hal yang aku mintapun tak berani aku lakukan! Marilah kita lihat! Jikalau kau ada punya kepandaian untuk menahan si orang she Hauw di Ciatkang Selatan ini, diapun pasti
mempunyai kepandaian untuk mencari pula kepadamu!
Boe Wie Yang, aku Hauw Thian Hoei siap untuk sambut
kau!..." Baharu kata2 itu habis diucapkan atau Thian Hoei
merasakan samberan angin dari belakangnya, atas mana ia geraki tubuh akan lompat berbalik, kedua tangannya
diangkat selaku persiapan.
Ternyata orang yang lompat maju adalah Pat pou Leng
po Ouw Giok Seng, siapa sudah lantas perdengarkan suara nyaring "Sahabat, hati2lah dengan mulutmu! Jikalau kau berani main gila dimuka tempat suci kami ini, itu artinya kau cari susah sendiri!"
"Kau janganlah menghina dengan omongan besarmu!"
Hauw Thian Hoei membentak. "Jangan kau jadi rase yang menggunakan pengaruh harimau! Jikalau kau hendak
coba2 me rabah2 Hauw Thian Hoei, silahkan geraki tangan mu! Jangankan baharu di tempat suci perkumpulan
semacammu, walaupun singgasana sri baginda raja, aku
berani untuk menyatroninya!"
Ouw Giok Seng menjadi gusar.
"Hauw Thian Hoei!" ia berseru "Tak sukar jikalau Ouw
thocoemu hendak turun tangan terhadapmu!...."
Dan kata2 itu disusul dengan gerakan tangan "Kim pa
tam jiauw" atau "Macan tutul emas ulur kukunya," menuju kepada jalan darah hoa kay hiat da ketua Cin tiong Sam Niauw.
Hauw Thian Hoei berkelit kekiri, tapi sebelah tangannya, dengan gerakan "Lie cian wan" atau "Menggunting
lengan," menghajar lengan orang dibagian nadi.
Berbareng dengan itu terdengar juga seruannya Boe Wie Yang "Giok Seng, jangan turun tangan! Biarkan dia pergi!"
Ouw Hiocoe niat menyerang pula begitu lekas ia
luputkan nadinya dari serangan, tetapi karena titah
ketuanya, ia terus saja lompat mundur, hanya sembari
berbuat demikian, ia kata "Kau senang, pit hoe!"
Menyusul itu Hiocoe Bin Tie dari Ceng Loan Tong,
dengan tangan menyekal bendera gedung nya, dengan
diiringi dua pengikutnya, hampirkan Hauw Thian Hoei
kepada siapa terus ia kata "Sahabat, karena kau ada orang kang ouw ulung, seharusnya kau sedikit tahu diri. Kenapa mesti cari susah sendiri" Bukankah Pang coe kami telah mengatakan, selama dalam Cap jie Lian hoan ouw ini, tak nanti kami ganggu padamu" Nanti, sekeluarnya dari Hoen coei kwan. baik kau ber hati2 sedikit, jikalau kau mampu keluar dengan selamat dari Ciatkang Selatan ini, baharu benar kau ada punya kepandaian berarti. Aku nanti kirim orang serta leng kie ini untuk antar kau keluar dari Hoen coei kwan, tanpa pengantar, aku kuatir dimana saja akan ada orang yang ganggu padamu. Nah, sahabat, mari ikut aku!"
Bin Tie putar tubuhnya untuk bertindak keluar.
Hauw Thian Hoei rupanya Insyaf, apabila ia tidak
berlalu, ia seperti hendak bakar diri sendiri, akan tetapi ia masih hadapi Boe Wie Yang dan dengan mendongkol ia
kata dengan keras "Boe Pang coe, lain hari saja aku Hauw Thian Hoei terima pengajaran pula darimu!...." Setelah itu, ia balik badan akan buka langkah lebar bertindak keluar.
Bin Tie serta dua pengikutnya antar tetamu yang tidak diundang ini, sesampainya diluar Thian Hong Tong, hiocoe itu kata pada Hauw Thian Hoei "Sahabat, aku si orang she Bin tidak antar kau lebih jauh!" Kemudian kepada kedua orang nya ia bilang "Kau bawa bendera, ini dan antar dia keluar dari Cap jie Lian hoan ouw, disepanjang jalan, jangan ijinkan orang ganggu padanya, sesampainya di Hoen coei kwan kau mesti lekas kembali."
Dua pengikut itu menjawab bahwa mereka telah
mengerti, lantas yang tuaan sambuti leng kie bendera titah dari tangannya ketua itu, kemudian ia hadapi Hauw Thian Hoei, katanya "Sahabat, kami sedang menjalankan titah, maka silahkan kau ikut kami, kami sediakan perahu untuk antar kau sampai diluar. Selama disepanjang jalan, harap kau tidak kandung maksud apa2, karena kalau nanti kau terkena panah atau peluru jebakan, tak dapat kami
menanggung jawab." Belum habis pengikut itu bicara, atau Bin Tie telah kata pada mereka "Kau berdua curna jalankan titah, apabila dia lakukan apa, biarkan saja, lekas kau kembali, biar dia keluar sendiri dari Cap jie Lian hoan ouw!"
Dengan suara dingin, Hauw Thian Hoei pun berkata
"Sekarang aku si orang she Hauw baharu kenal kau semua!
Tapi kau juga baiklah ketahui yang ketua dari Cin tiong Sam Niauw bukanlah seorang yang gampang2 sudi terima
penghinaan! Bin Tie, jikalau si orang she Hauw tidak balas sakit hati hari ini, dia pasti tidak akan sembarang
Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan Ciatkang Selatan! Nah, sampai kita bertemu pula!"
Setelah tutup mulutnya, Thian Hoei lantas bertindak
dengan gagah. Dibelakang bayangan orang, sembari tertawa dingin Bin Tie kata "Aku kuatir kau nanti tak dapat capai apa yang kau katakan...."
Lalu hiocoe ini juga putar tubuhnya akan kembali, buat memberi laporan kepada ketuanya.
Sementara itu Boe Pang coe sudah perintahkan Hiocoe
Ouw Giok Seng dari Kim Tiauw Tong menyampaikan
titah2 rahasia kepada semua posnya di Tong peng pa, Gan Tong San, untuk disana semua orang pasang mata kepada ketua dari Cin tiong Sam Niauw itu, untuk intai dan kuntit padanya, sedang titah lain diberikan kepada lain orang se bawahannya, akan susul jago dari Siamsay itu, untuk
bereskan dia begitu lekas dia telah keluar dari Hoen coei kwan.
Setelah itu, ketua Hong Bwee Pang lantas awasi Toan
bie Cio Loo Yauw, si tongtay, komandan tentera negeri, siapa segera ia tergur "Cio Leng Pek, kau telah langgar aturan, kau memberontak terhadap kaum kita, kau
ketakutan dan kabur, tapi sekarang kau berani datang
kembali Cap jie Lian hoan ouw menghadap Couwsoe!
Perbuatanmu ini mirip dengan perbuatannya satu orang
yang tak takut mati, maka sayang sekali, kau datang
terlambat, mungkin aku sebagai ketua bisa mengampuni
nya, tetapi undang2 perkumpulan tak kenal jalan lain! Kau tidak lantas siap untuk terima hukuman, kau hendak tunggu apa lagi?"
Mukanya Cio Loo Yauw lantur saja menjadi pucat. Ia
teluk anggap bahwa ia sudah berbuat tidak sedikit, untuk Hong i lwee Pang, bahwa ia sudah berbasa, maka itu ia berani kembali, ia ingin dengan diam2 menemui Bin
Hiocoe akan minta hiocoe ini suka tolong padanya, supaya jasanya bisa dipakai menebus dosa, apamau semasuknya
kedalam Cap jie Lian hoan ouw, ia lantas bertemu dengan
rombongan Lie Hian Tong yang sedang satrukan
romhongan Eng Jiauw Ong, hingga kesudahannya, dengan
titah Lwee Sam Tong, mereka semua kena ditahan. Sejak itu ia sudah merasa bahwa ia terancam bahaya, sekarang terbukti, ketuanya sudah lantas beber perbuatannya dan menyatakan kedosaannya. Dengan tubuh gemetar ia
berlutut didepan Boe Pang coe.
"Teecoe tahu bersalah, teecoe mohon belas kasihan
Pang coe mengingat bagaimana pada mulanya teecoe telah peroleh kemurahan hati Couwsoe," ia mohon. "Ketika
teecoe menjadi tocoe di Sam hoen kong, adalah niatku
untuk bekerja untuk kaum kita, sayang teecoe keliru bergaul dan kemudian tersesat, hingga teecoe malu menemui
kawan2 lagi, terpaksa teecoe buron ke Kwan tong.
Kemudian teecoe bekerja dalam tangsi Gouw Teetok.
Teecoe mohon Pang coe kasi keampunan, selanjutnya
walau tubuh hancur lebur, teecoe akan berbuat untuk kaum kita, tak nanti teecoe lupai budi kebaikan Pangcoe."
"Sebenarnya aku telah percaya kabar dusta bahwa kau
telah binasa di Liauwtong," kata Boe Wie Yang dengan
dingin, "karena itu, aku telah antap kau hidup sampai sekarang ini. Mungkin dulu kau niat bekerja untuk Hong Bwee Pang, tapi ternyata kau berbuat sebaliknya hingga kau buron, tetapi juga didalam dunia kang ouw, kau sudah
lakukan banyak kejahatan, setelah mana, kau menghamba kepada Gouw Ko pie dimana kau seperti membantui Kaisar Tioe Ong mengganas, hingga rakyat jelata jadi kurban dari kekejamanmu! Didalam Hong Bwee Pang tidak ada tempat
untuk kau bernaung, kau malah bisa mewariskan
malapetaka untuk kami, maka itu, apakah kau masih belum hendak kembalikan piauw poumu?"
Mendengar dia diminta pulangkan piauw pou, mukanya
Cio Loo Yauw jadi pucat bagaikan kertas. Itu pun, menurut
aturan Hong Bwee Pang, berarti hukuman mati! Maka,
melupai segala apa, ia paykoei terhadap ketuanya, ia
manggut berulang. "Pangcoe," katanya, memohon, "aku berani sumpah
didepan Couwsoe bahwa ketika dulu aku buron ke Utara, sebenarnya orang telah pincuk aku, dan disana aku telah lakukan pula pelbagai kejahatan, tetapi kemudian aku
menyesal, sayang sudah kasip. Umpama benar teecoe
berkhianat, sekarang tak nanti teecoe berani pulang, maka itu, teecoe mohon sukalah Pangcoe kasi ampun ke
padaku...." Boe Wie Yang berdiam sejenak, akan akhirnya ia kata
"Leng Pek, mengingat yang kau berani kembali kemari, aku suka berikan keampunan hukuman mati atas dirimu."
Lega hatinya Cio Loo Yauw mendengar kata2nya ketua
itu. yang sementara itu telah berhenti sedetik. Tapi segera juga Boe Pang coe melanjutkan kepada hiocoe dari Thian Hong Tong "Auwyang Hiocoe, ketika dulu dia buron, dia termasuk dalam gedung mana?"
Belum lagi Auwyang Siang Gee menjawab atau Bin Tie
telah mendahului. "Cio Leng Pek termasuk dalam Ceng Loan Tong," kata
hiocoe ini. "Kalau begitu, silahkan Bin Hiocoe hukum padanya,"
memutuskan sang ketua. Bingung juga Leng Pek, karena ia ketahui dengan baik
bahwa ketua dari Ceng Loan Tong ini ada keras sikapnya, sama kerasnya seperti ketua Kim Tiauw Tong, sedang yang paling sabar adalah Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong. Ia kuatir sekali yang ia tak bakal lolos dari bahaya.
Segera juga Bin Hiocoe kata kepada sebawahannya yang
tadinya telah buron itu "Cio Leng Pek, kau ada menjadi tocoe tapi kau berani langgar aturan, kau berkonco dengan orang Rimba Hijau dan berbuat yang bukan2, apabila
perbuatanmu dapat diketahui pembesar negeri, pasti sekali Cap jie Lian hoan ouw bakal jatuh runtuh di tanganmu!
Sudah begitu, kemudian kaupun pergi buron! Menurut
aturan kita kau mesti dapat bagian hukuman mati, tetapi Pang coe kita berhati mulia terhadapmu, dari itu poen hiocoe pun suka memberi keringanan kepadamu, maka
sekarang poen hiocoe akan minta sin pang hukum rangket padamu dengan dua ratus pukulan, setelah itu, berselang sepuluh hari, kau mesti bekerja dalam Gedung Ceng Loan Tong, akan seratus hari kemudian, kau akan dikirim untuk bekerja lebih jauh untuk kaum kita. Cio Leng Pek, kau masih tidak lekas haturkan terima kasih atas kemurahan hatinya Couwsoe?"
Tidak kepalang kagetnya Cio Tongtay. Ia insyaf, hukum rangket dua ratus rotan sin pang, toya suci dari Hong Bwee Pang, tak beda dengan hukum potong kepala, malah
terlebih hebat pula. Hukum potong, sakitnya cuma sedetik, tapi hukum rangket bakal bikin kedua kakinya bercacat, andaikata ia ditolong, diberikan obat, sedikitnya dalam tempo seratus hari kakinya itu masih tak dapat digunakan dengan leluasa. Karena ini, dengan tak , perdulikan Bin Tie bisa menjadi usar, ia angkat kepalanya akan pandang ketua itu.
"Bin Hiocoe," katanya, "mustahil kau tidak punyakan
perasaan kasihan sama seperti Pang coe" Apakah benar kau tega untuk bikin bercacat kepadaku, Cio Leng Pek" Aku telah peroleh kasihannya Pang coe, yang anta p tinggal hidup jiwa semutku". Baik kau ketahui, karena
disepanjang jalan aku rintangi orang2 Hoay Yang Pay, pun
aku telah terluka, maka jikalau aku mesti dihukum rangket dengan sin pang sampai dua ratus kali, mungkinkah jiwaku tetap hidup" Bin Hiocoe, dengan memandang kepada
Couwsoe kita, mohon kau kasi ampun kepada yiwaku
ini...." Cio Loo Yauw mengharap keampunan sampaa tak segan
meratap, ia tidak tahu bahwa pengkuannya itu bukan saja tidak menarik perasaan kasihan orang, bahkan ia membuat orang memandang enteng kepadanya. Nyata ia ada sangat rendah batin, karena takut mati, ia bersikap demikian tak tahu malu.
Eng Jiauw Ong dan rombongannnya pun tertawa diam2.
Tak disangka, tongtay ini, satu komandan tentara, ada demikian pengecut, sedang tadinya dia ada satu jago Rimba Hijau, selama memangku jabatannya dia sangat galak,
diapun cerdik. Sepasang alisnya Bin Tie berdiri, sepasang matanya
mengawasi dengan tajam kepada sebawahan itu.
"Cio Leng Pek!" berkata ia dengan keras. "Jikalau kau hendak lindungi muka terang dari Hong Bwee Pang, kau
mesti..." Bin Hiocoe belum habis ucapkan kata2nya, atau dari
samping terdengarlah suara nyaring dari Kwie eng coe
Tong Siang Ceng si Bayangan Iblis "Loo Yauw, kau
merendahkan sangat kaum kang ouw seumumnya!
Bukankah dalam Hong Bwee Pang orang lebih suka binasa daripada terhina" Bukankah satu laki2 harus berani
bertanggung jawab" Secara kelakuanmu ini, lebih baik kau keram diri dirumah, seperti orang perempuan yang jagai anak saja! Buat apa kau lari kedalam kalangan kang ouw untuk berpura2 menjadi satu laki2" Loo Yauw, lagi sekali kau berani meratap2 memohon jiwa mu, aku Tong Siang
Ceng akan dului bikin kau mampus, supaya kau tak
dituding2 orang!" Semua orang dalam Thian Hong Tong puas mendengar
suaranya Tong Siang Ceng, suara dari satu laki2 sejati.
Leng Pek menjadi malu tak terkira, terus saja ia
berlompat bangun akan pandang kawannya itu yang telah tegur ia secara hebat.
"Orang she Tong, tak usah kau berpura2 menjadi
sahabatku sejati!" kata ia dalam mendongkolnya. "Selama aku Cio Loo Yauw belum binasa, tak nanti aku lupakan
budimu ini! Kita lihat saja nanti!" Kemudian ia menoleh pada Bin Tie akan kata "Bin Hiocoe, silahkan kau jalankan tugasmu!"
Bin Tie tertawa dingin. "Kau telah injak2 nama besar dari Hong Bwee Pang!"
kata hiocoe ini, yang masih gusar. Ia sebenarnya masih hendak mengucap lebih jauh tetapi Heng tong soe Hay
Niauw Gouw Ceng telah hampirkan padanya, sembari
manggut pejabat penghukum itu berkata "Hiocoe, aku siap untuk jalankan titahmu!" Maka ia batal bicara lebih jauh, ia menoleh peda Gouw Ceng, lalu ia memandang Boe Wie
Yang seraya berkata. "Poen tong sudah siap untuk
menjalankan tugas." Setelah ini, ia bertindak dan menjura didepan meja suci, kemudian dari para2 kayu tercat emas dikanan meja, ia turunkan sebatang tongkat bambu warna merah, lebih dulu ia singkap dan buka tutupnya cita warna kuning.
Nampaknya tongkat itu, tek thung, ada berat, tapi dengan gampang Bin Tie bawa kemuka meja, setelah angkat itu
dengan kedua tangan, Hay Niauw Gouw Ceng lantas
menyambutinya, untuk dia serahkan lebih jauh kepada dua
pelayannya untuk digotong. Gouw Ceng sendiri segera
bentak Toan bie Cio Loo Yauw "Hayo jalan!"
Dengan roman sangat lesu, Leng Pek ikuti Heng tong soe itu masuk kepintu samping, tapi sementara itu Bin Tie kata pada pejabatnya itu "Sehabisnya hukuman dijalankan,
Poen tong hendak memeriksanya."
Gouw Ceng baharu jalan sepuluh tindak, ia putar
tubuhnya, ia hadapi Bin Hiocoe, katanya "Poen tong hanya menjalankan kewajiban, lain tidak. Tentu saja setelah hukuman dijalankan, Poen tong akan minta dilakukan
pemeriksaan." Setelah menjawab demikian. Heng tong soe ini lantas
susul orang2nya. Begitu lekas Cio Leng Pek sudah lenyap dibelakang
pintu, Boe Wie Yang hadapi Tong Siang Ceng, Hauw Ban
Hong, Tie Cin Hay, Shong Ceng dan Ouw Can.
"Apakah kau insyaf kesalahanmu masing2?" ia tanya.
"Teecoe beramai insyaf kesalahan kami, karena kami
sudah tinggalkan tugas dan berbuat sesukanya, hingga kami jadi langgar aturan," jawab Kwie eng coe Tong Siang Ceng.
"Karena kami sudah bersalah, kami bersedia untuk terima hukuman, melainkan mengingat pelanggaran dilakukan
untuk kepentingan umum, teecoe beramai mengharap akan kemurahan hatinya Pang coe."
Mendengar itu, Boe Wie Yang anggukkan kepala.
"Yang aku sukai adalah orang gagah, yang aku
utamakan adalah pribudi dan persaudaraan," berkata ketua ini. "Sejak aku bangunkan pula Hong Bwee Pang terhadap semua saudara aku bersikap sama, ialah untuk umum, tidak untuk perseorangan, maka itu, tak perduli orang bersahabat bagaimana rapat dengan Boe Wie Yang pribadi, siapa
bersalah dia tak ampun lagi mesti dihukum! Tong Siang Ceng, kau sudah berdosa, tadinya kau lancang sekali,
seharusnya kau dihukum berat, akan tetapi mengingat
kekhilafanmu disatu waktu, dapatlah itu dimaafkan, hanya karena kau berbuat kurang ajar di ruang suci ini, kau mesti dihukum
juga. Dalam daftar Thian Hong
Tong, kesalahanmu ini akan dicatat, hukuman untukmu adalah
tiga bulan tidak dapat gaji, untuk peringatan bagimu, kemudian kau mesti lekas kembali ketempat jabatanmu
untuk bekerja lebih lanjut. Apakah kau bersedia menerima hukuman ini?"
Lekas2 Tong Siang Ceng memberi hormat.
"Pangcoe ada sangat murah hati, teecoe sangat
bersyukur" berkata ia. "Untuk selanjutnya pasti teecoe akan taat pada undang2, teecoe akan keluarkan seantero tenaga untuk kaum kita...."
"Nah, lekas kau kembali ke Hoen coei kwan!" menitah
Boe Wio Yang seraya geraki tangannya, ia tak beri ketika orang bicara banyak. "Tidak perduli siapa pun yang tak bawa surat merah, tek hoe atau leng kie, dia dilarang masuk!" Ketua ini menoleh pada Auwyang Siang Gee
seraya tambahkan "Tolong berikan dia sepotong tek hoe supaya dia lekas kembali kepada jabatannya".
Auwyang Siang Gee turut titah ketuanya, ia terus jemput sepotong tek hoe, atau tek pay, dari para para, yang mana ia serahkan pada Tong Siang Ceng siapa sambuti itu dengan cara hormat sekali, kemudian ia menjura kemuka meja suci, ia memberi hormat pada ketuanya, lantas ia bertindak
keluar dari Thian Hong Tong, Gedung Burung Hong.
Sementara itu orang2 Hoay Yang Pay dan See Gak Pay
mulai dengar jeritan atau rintihan dari kesakitan dikamar samping, mereka tahu itulah suaranya Cio Loo Yauw yang
sedang menjalani hukuman. Mereka mengarti hebatnya
hukuman itu, bisa dimengarti kenapa tadi Cio Leng Pek dengan tak tahu malu meratap memohon ampun.
Seberlalunya Tong Siang Ceng. Boe Wie Yang pandang
Hauw Ban Hong, Tie Cin Hay dan Shong Ceng bertiga.
"Kau bertiga telah bekerja untuk banyak tahun dan
sudah terima kemurahan hatinya Couwsoe, sudah
semestinya kau ketahui baik undang2 kita", berkata ia.
"Siapa sudah masuk kedalam Hoen coei kwan, dia mesti
tunggu warta dan penyambut dari Lwee Sam Tong, untuk
diantar ke Cap jie Lian hoan ouw, buat mendengar nasihat dihadapan meja suci, tetapi sekarang buktinya kau beramai main gila, terang sudah kau tak hormati undang2, maka itu kau bertiga mesti dihukum, hanya mengingat jasamu, aku akan berikan keringanan, kau akan dapat masing2 dua
puluh rotan, kemudian mesti bekerja satu bulan digudang garam, untuk nanti menunggu titah terlebih jauh. Nah, mana orang, bawalah mereka pergi!"
Mereka ini ada tocoe bahagian luar, maka itu mereka
tidak dikasi kesempatan buat memberi keterangan atau
membantah, dari itu Heng tong soe segera membawa
mereka bertiga pergi untuk menjalani hukuman.
Sekarang tinggal Ouw Can seorang. Dia adalah tocoe
bahagian dalam, sebawahannya Kim Tiauw Tong, melihat
dirinya ditinggal sendirian, dia mau percaya Boe Pang coe hargai dia yang sudah berjasa menawan Siang tauw niauw si Burung Kepala Dua. bahwa dia akan diberi keampunan.
Akan tetapi, justeru ia baharu memikir demikian, sang ketua sudah awasi ia dengan roman bengis.
"Ouw Can", kata ketua itu, "kau menjabat sebagai Heng tong soe dari Gwa Sam Tong, sekarang kau berani langgar undang2, perbuatanmu ini sama dengan perbuatan sengaja,
maka kau harus diberikan hukuman berat, akan tetapi
mengingat jasamu yang sudah2, aku bebaskan kau dari
hukuman berat itu, aku hukum saja rangket delapan puluh rotan, berselang tiga nari kau mesti pergi kegudang garam untuk bekerja disana seratus hari, setelah itu baharulah kau kembali kepada jabatanmu yang lama".
Ouw Can kaget tidak terkira, baharu ia hendak buka
mulut buat minta keringanan, atau Pat pou Leng po Ouw Giok Seng, hiocoe dari Kim Tiauw Tong, sudah bentak
padanya "Ouw Can, kau menjadi Heng tong soe, kau tahu aturan tapi sengaja kau langgar itu, itulah kesalahanmu yang pertama. Kesalahanmu yang kedua adalah ketika kau ditugaskan menawan Siang tauw niauw Kiang Kian Houw
untuk dikutungkan kepalanya. Sebenarnya aku kuatir kau tak sanggup lawan padanya, sengaja aku berikan kau obat bubuk Kay koet Sioe kin san buatannya marhum hiocoe
dari Ceng Loan Tong dari Eng Yoe San dahulu, tetapi
buktinya kau berbuat lain. Terang Kiang Kian Houw sudah tidak lakukan perlawanan, apa mau kau biarkan orang2
yang turut padamu berbuat sesukanya, sewenang2. Kau
yang dapat tugas dari Pang coe, tapi kau tidak mampu
kendalikan orang2mu, seharusnya kau merasa malu!
Kenapa kau biarkan mereka itu menghukum picis pada
Siang tauw niauw" Syukur Pang coe anggap dosanya Siang tauw niauw ada sangat besar, untuk kesalahanmu itu Pang coe tidak menarik panjang maka kenapa tidak kau paykoei dan menghaturkan terima kasih atas kemurahan hati Pang coe, sekarang kau masih hendak banyak bicara" Apakah
kau hendak cari matimu sendiri" Jikalau kau ngaco belo, akulah yang nanti ambil jiwamu!"
Ditegur secara demikian, Ouw Can bergidik. Ia insyaf
sikap keras hiocoe dari Kim Tiauw Tong ini. Iapun lantas insyaf akan kesalahannya. Maka lekas2 ia Pay koei.
"Tee coe terima hukuman," kata ia. "Terima kasih, Pang coe...."
Sedangnya ia manggut2, ada orang Heng tong yang
hampirkan padanya. "Hayo jalan!" menitah anggauta Heng tong itu.
Terpaksa, sambil tunduk tocoe ini bertindak pergi.
Menyusul berlalunya Ouw Can ini, dari pintu samping
selatan muncul dua anggauta Heng tong yang menggotong toya sin pang diikuti empat orang lain yang menggotong bale2 bambu diatas mana ada rebah satu orang, rebah
tengkurap dengan kepala miring, separuh tubuhnya
dikeredongi, maka kelihatan tubuhnya bagian atas diikat keras kepada bale2 itu. Pada cita yang diedar terlihat tanda tanda darah. Toan bie Cio Loo Yauw diam tak berkutik
seperti mayat saja, mukanya pucat. Ketika ia digotong lewat dekat Eng Jiauw Ong beramai, ia perdengarkan suara
pelahan, tubuhnya pun bergerak, tapi ikatan yang keras bikin ia tidak bisa berontak, kecuali bale2 yang
mengeluarkan suara, semua orang didalam gedung itu
dapat mendengarnya, tetapi semua orang berdiam sambil mengkerutkan alis.
Mengiringi gotongan itu ada dua anggauta lain dari
Heng tong berikut Hay niauw Gouw Ceng, yang segera
mendahului maju kedepan, sampai dimuka meja suci. Dan kapan gotongan sudah mendekati meja, dua orang pun
maju, akan berdiri dikiri dan kanan bale2. Heng tang
Loosoe itu segera memberi hormat pada Boe Wie Yang
seraya berkata "Tee coe sudah selesai mendayalankah tugas meberi hukuman, sekarang tee coe hendak kembalikan sin pang."
"Apakah sudah dibikin bersih" tanya Bin Tie, yang maju mendekati.
"Sudah, hiocoe," sahut heng tang soe itu.
"Bagus!" mengucap ketua dari Ceng Loan Tong, yang
dengan kedua tangannya segera sambuti sin pang, untuk dengan cara hormat kembalikan itu ditempat nya, dikiri meja suci, terus ditutup pula.
Begitu lekas Bin Tie telah kembali ditempatnya, Hay
niauw Gouw Ceng berkata pula, dengan sungguh "Silahkan Pangcoe dan Hiocoe melakukan pemeriksaan!"
Menyusul kata ini, orang yang menggotong bale2 lantas maju mendekati meja bersama gotongannya itu, dua
pengiringnya mengikuti dengan tetap berdiri dikedua
samping bale2 itu. "Silahkan Pangcoe dan Hiocoe periksa!" mereka ini
minta begitu lekas bale2 telah diletaki, kemudian mereka singkap kain penutup tubuhnya Toan bie Cio Loo Yauw.
Geger Dunia Persilatan 7 Pusaka Golok Iblis Dari Tanah Seberang Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Pedang Ular Mas 14