Pencarian

Eng Djiauw Ong 22

Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Bagian 22


mendapat ketika akan bertemu dengan mereka" Menurut
pendapat pinnie, kita harus menaruh perhatian penuh
terhadap pertemuan besok di Ceng Giap San chung."
"Harap Am coe tidak terlalu bercuriga," kata Twie in
chioe, yang tidak setujui pandangan niekouw ini. "Aku telah berkelana seumur hidupku, mustahil aku tidak
memikir berat dan enteng" Am coe memang berpemandangan luas, aku percaya Am coe dapat melihat sesuatu, melainkan aku, adat tabeatku sukar diubah, aku bandel dan kukuh. Aku merasa, perangaiku telah berubah, tapi ada saatnya, tak bisa aku tenangkan diri. Am coe bilang, disini ada lain orang pandai, kalau benar, tidak kecewa perjalananku kemari, memang ingin aku menemui
orang2 demikian." Kembali Coe In cuma bersenyum, sekali ini ia bungkam.
Tiba2 ada berkelebat cahaya api dijendela, Ban Lioe
Tong lantas berbangkit akan pentang pintu thia, maka itu nyata terlihat diarah selatan gedung tetamu ini, ada api berkobar tinggi, sedang suara suitan saling sambut disana sini. Nampaknya keadaan ada kacau sekali. Rupanya kaum pengkhianat masih belum mundur dari Cap jie Lian hoan ouw.
"Soeheng, rupanya pihak Lo benar2 sukar dibasmi," kata Siok beng Sin Ie kepada Eng Jiauw Ong. "Sampai sekarang mereka masih bertarung. Entah apa yang dibakar itu,
rupanya hebat juga."
Eng Jiauw Ong beramai turut melongok dipintu,
antaranya ada yang menghela napas.
Itu waktu sudah lewat jam empat.
"Sekarang mari kita beristirahat," sang ketua kemudian mengajak. "Tempo mengaso kita tinggal satu jam lagi.
Belum pasti Boe Wie Yang bisa tetapkan janji besok tapi perlu kita menjaga diri."
"Ya, mari kita beristirahat," Khoe Beng pun mengajak.
"Aku percaya, pihak kita tidak bakal mengalami gangguan lagi."
"Memang, kalau orang ada niat apa2, itu tentu akan
dilakukan lain hari," Lioe Tong pun bilang.
Coe In pandang Eng Jiauw Ong "Silahkan soeheng
beramai beristirahat," kata dia. "Pinnie hendak tengok murid2ku, segera pinnie akan kembali."
Sehabis berkata, Coe In bertindak keluar thia.
Api kebakaran masih belum padam, suitan masih
terdengar terus. Beberapa penjaga tetap meronda diluar pekarangan
gedung, mereka tidak berani masuk walaupun setindak saja.
Eng Jiauw Ong juga pergi lihat semua orang dari
rombongannya, kemudian ia ketemui Coe In Am coe, yang baharu saja kontrol murid2nya. Pendeta ini dekati ketua itu.
"Ada satu hal yang pinnie hendak minta perhatian
soeheng." Eng Jiauw Ong heran. Belum pernah niekouw ini
bersikap demikian. "Apakah itu, Am coe?" tanya ia sambil ia berhentikan
tindakannya. "Pinnie lihat Na Toa Hiap ada terlalu bernapsu," sahut pendeta ini. "Sebenarnya tidak seharusnya dia datang ke Cap jie Lian hoan ouw. Pada wajahnya ada sinar suram, pinnie kuatir dia bakal alami kesukaran. Cap jie Lian hoan ouw ini penuh rahasia tapi Na Toa Hiap pandang keliwat enteng. Yan tiauw Siang Hiap ada orang2 Hoay Yang Pay yang kenamaan, dalam kalangan kang ouw namanya sangat termasyhur, kalau disini mereka nampak kegagalan, tidak saja nama mereka bakal rusak, kedua kaum kitapun turut mendapat malu. Tadi pinnie coba geser perhatiannya, dia nampaknya tetap sama pandangannya sendiri. Maka, Ong
Soeheng, besok di Ceng Giap San chung, tolong kau awasi padanya dan mesti dicegah tindakannya yang sembrono."
Eng Jiauw Ong manggut. Ia percaya niekouw ini yang ia memang pandang tinggi.
"Memang demikian tabeatnya Yan tiauw Siang Hiap,"
ia bilang. "Aku berterima kasih kepada Am coe. Hal ini
sebenarnya sulit sekali. Na Soeheng sukar dicegah, atau dia nanti jadi gusar, kalau sampai terjadi demikian, aku
kuatirkan akibatnya yang tidak menyenangkan kita...."
"Pinnie pun belum tahu dia dapat dicegah atau tidak,
inilah takdir," berkata pula Coe In Am coe. "Tapi manusia boleh berdaya, siapa tahu kita akan berhasil" Mari kita berdaya untuk tolong dia, kemudian terserah kepada
nasib...." Sampai disitu, keduanya masuk kethia, akan lihat semua orang sudah mulai beristirahat, dua saudara Na pun sedang bersamedhi. Cuma Ban Lioe Tong dan Khoe Beng masih
bicara seperti berbisik. Coe In turunkan pedangnya dan rapikan jubanya,
sesudah mana, ia duduk menenteramkan diri, didepannya Eng Jiauw Ong sudah duduk bersila.
Kedua ketua ini tidak dapat tenangkan diri, mereka
pikirkan hari esok. Coe In pikirkan keselamatannya Kan In Tong dan anak buahnya dari Soe Soei, yang oleh To Cie Taysoe, seperti di serahkan kepadanya. Beberapa kali ia lirik semua orang, ia pun awasi pedangnya. Ia insyaf, benar2 ia mesti mengandal pada pedangnya, pada
mutiaranya senjata rahasia Soe boen Cit poo coe.
Selama itu, sang tempo merayap lewat, hingga tahu2
sinar fajar mulai tertampak di Timur. Api yang berkobar
sudah mulai sirap, suara suitanpun mulai berkurang.
Rupanya, kekacauan masih belum sirap anteronya.
Segera juga orang bergantian berbangkit, semua memikir untuk sebentar pergi ke Ceng Giap San chung. Karena
tetamu2 semua sudah bangun, pelayan2pun muncul akan
melayani mereka. Pemimpin pelayan tetap Tan Yong, sikapnya sama
seperti kemarinnya, hanya mukanya tertampak agak pucat, suatu tanda tadi malam ia telah bekerja banyak. Ia melayani dengan manis budi dan cepat.
Habis minum teh, ada datang pemberian tahu perihal
kedatangan ketiga hiocoe dari Lwee Sam Tong, yang
hendak menyambut pihak tetamu ke Ceng Giap San Chun.
Sebagai ketua, Eng Jiauw Ong dan Coe In lantas keluar.
Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong, Bin Tie dari
Ceng Loan Tong dan Ouw Giok Seng dari Kim Tiauw
Tong, dandan dengan rapi, wajah mereka tersungging
senyuman. Mereka mengunjuk hormat sambil menjura,
"Ong Loosoe, Am coe, atas nama Boe Pang coe kami
undang jiewie beramai untuk mengunjungi Ceng Giap San Cung," kata Auwyang Siang . "Segala perlakuan kami yang kurang hormat, harap jiewie maafkan."
Kembali ketiganya menjura.
"Jangan sungkan, hiocoe," balas hormat Eng Jiauw Ong
dan Coe In Am coe. "Kedatangan kami ini justeru sangat mengganggu, kami merasa tak enak sendiri. Silahkan
masuk!" Ketiga hiocoe itu mengucap terima kasih, mereka masuk ke dalam untuk menemui tetamu2 lain nya. Yan tiauw
Siang Hiap menemui tiga hiocoe itu tapi mereka tidak
mengucap apa2. "Jumlah kami ada terlalu banyak," kata Eng Jiauw Ong
kemudian. " Aku memikir untuk mengajak beberapa
saudara sayda guna melihat keindahan Ceng Giap San
chung, yang lainnya boleh tak usah turut."
"Harap loosoe tidak mengucap demikian," berkata Bin
Tie. "Semua anggauta rombongan loosoe ada orang2 yang pihak kami sangat hargai, di Ceng Giap San chung telah berkumpul semua orang pihak kami, dari itu harap jangan ada dari pihak loosoe yang tidak hadir. Ong Loosoe, mari kita berangkat bersama."
"Boe Pangcoe dan samwie hiocoe begini baik budi,
jangan kita menampik lebih jauh," Coe In turut bicara.
"Karena Boe Pangcoe sudah menantikan, mari kita
berangkat." Waktu itu muncul satu cit tong soe serta empat
pembantu nya, mereka membawa datang semua senjatanya
pihak tetamu. Atas itu Auwyang Siang Gee kata pada kedua ketua
tetamu "Boe Pangcoe pun pesan, semua tetamu boleh bawa masing2 senjatanya, karena dalam hal kita, kedua pihak tidak usah sungkan lagi. Pertemuan di Ceng Giap San
chung ini mungkin ada pertemuan pertempuran persahabatan, dari itu, diantara kita janganlah sampai terbit salah faham."
Coe In dan Eng Jiauw Ong baharu hendak menyahuti,
atau Na Toa Hiap sambil tertawa dingin, sudah mendahului
"Memang Boe Pangcoe baik sekali terhadap kita, yang dia kuatir nanti kena dirugikan, hingga dia telah antarkan senjata kita, supaya kita dapat bergerak dengan leluasa.
Untuk itu kami sangat bersyukur!"
Perkataan Toa Hiap membuat likat tiga hiocoe itu.
"Saudara Na, kami ini paling gemar berguyon," Eng
Jiauw Ong kata dengan cepat, sambil tertawa. "Harap
samwie hiocoe tidak salah paham."
Auwyang Siang Gee ,dengan sungguh , lantas berkata
"Didalam Cap jie Lian hoan ouw ini, kita semua sangat dibatasi oleh berbagai aturan, karenanya, tak dapat aku mengatakan suatu apa. Sekarang mari kita berangkat."
Waktu itu orang telah mulai membagi bagi senjata
masing2. Mereka itu umumnya menganggap, sikapnya Boe
Wie Yang adalah suatu tantangan, bahwa pertemuan di
Ceng Giap San chung bakal di putuskan dengan jalan
angkat senjata. Setelah itu, mereka mulai berbaris menurut runtunan.
"Mari kita berangkat," mengajak Coe In dan Eng Jiauw
Ong, apabila mereka lihat semua telah siap.
"Mari, coe wie!" berkata Auwyang Siang Gee bertiga.
Diluar gedung tetamu sudah ada rombongan penyambut
yang mengiringi ketiga hiocoe, diantara nya ada heng tong, cit tong dari Lwee Sam Tong, mereka itu berbaris rapi dikiri dan kanan jalanan, dimana juga ada berjaga jaga rapi
sejumlah pengawal, diwaktu pihak tetamu lewat, mereka ini mengunjuk hormat.
Orang jalan terus melewati Houw see tin dan jalanan
yang terapit pohon cemara, disini pun ada pengawal2, tapi tak ada yang bekal senjata.
Tidak lama, sampailah rombongan ini di Thian Hong
Tong, lalu membiluk ke barat dimana lantas tertampak
banyak rumah gubuk dengan pohon2 bunga dan rumput,
dimana pun ada kedapatan banyak pohon pek dan siong
yang tua, besar dan tinggi.
Orang telah jalan kira2 setengah lie jauhnya, masih
orang lihat bidang luas yang penuh dengan pepohonan
siong dan pek itu. Melihat keadaan, mengetahui Hong
Bwee Pang ini dibangunkan baharu belasan tahun, bisa
dimengerti, tempat ini ada tempat sewajarnya yang bagus, yang dapat diketemukan oleh Boe Wie Yang, dimana
didirikan Ceng Giap San chung, kampung "Usaha Bersih,"
satu nama istimewa untuk sarang kaum kangouw ini.
Setelah hampir sampai, baharu orang lihat jalanan yang lebar, terapit pepohonan, sedang disebelah depan ada
tergelar sawah2 dan kebun sayur. Habis ini baharulah san chung, kampung yang dikunjungi itu. Disini tidak terlihat rumah besar seperti Gwa Sam Tong, yang ada yalan
rumah2 kaum tani, rumah2 atap dengan jendela bambu.
Perbedaan yang nyata dari rumah2 petani umum adalah
rumah disini besar dan tinggi dan terawat bersih.
Pekarangan yang luas dikurung pagar bambu halus dan
hijau. Sungguh menyenangkan akan menyaksikan kampung
ini. Segera juga terdengar suara dari papan in poan, yang
ditabu nyaring beberapa kali, lalu muncul tuan rumah.
Itulah Boe Wie Yang serta rombongan hiocoe dari Hok
Sioe Tong. Eng Jiauw Ong beramai cepatkan tindakan nya, hingga begitu datang dekat, kedua pihak saling memberi hormat.
"Loosoe beramai sudi memberi pengajaran, bagaimana
beruntung adanya aku si orang she Boe," kata Boe Wie
Yang. "Tentang penyambutan dan perlayanan kita yang
kurang hormat, harap dima"afkan saja."
"Jangan sungkan, Boe Pangcoe," berkata Eng Jiauw Ong
"Adalah kami, yang datang mengganggu, yang merasa tak enak hati, tapi kami merasa sangat bersukur sebab kami telah diberikan kehormatan dengan diundang kemari."
Diantara pengiringnya rombongan Boe Pang coe ada
dari pihak Lwee Sam Tong juga, yang semua berdiri
berbaris di pinggiran. Setelah penyambutan dimuka ini. Boe Wie Yang
minggir, untuk persilahkan semua tetamu masuk, supaya kami bisa saksikan keadaan dalam dari san chung yang
kesohor indah. "Persilahkan, Am coe," Boe Wie Yang mengundang
pula. "Sebenarnya tempatku ini ada satu tempat kecil."
Sekarang orang memasuki san chung, yang permai
seperti tempat dewa dimana ada kedapatan banyak pohon yangliu dan bunga, dimana burung2 pada bernyanyi
cecowetan. Tempat itu demikian nyaman, coba mereka
bukan datang untuk "bikin perhitungan," mereka akan
menduga bahwa Boe Wie Yang adalah sasterawan yang
mengundurkan diri dar penghidupan umum.
Sembari memandang gunung, sawah2 dan rumah orang
tani, rombongan ini lewati sebuah kali kecil dengan
jembatan bambu, satu satu barisan pagar bambu hijau,
kemudian, setelah memasuki pintu pekarangan, mereka
lihat sebuah gunung2an yang tinggi diatas mana ada berdiri paseban tutup atap. Itulah gunung bikinan tapi luas belasan bauw. Ini ada gunung yang alingi sanchung, dan untuk
lewati gunung, disitu ada kedapatan dua buah terowongan.
Boe Pang coe ajak tetamunya jalan diterowongan kiri.
Tembus dilain bagian, dibelakang gunung2an itu, terlihat tegalan yang hijau dengan sebaris2 pohon yanglioe yang merupakan rimba. Jalanan diampar batu kecil. Kira kira setengah panahan dari situ ada sebuah rumah terbagi tujuh ruang, semua pintu dan jendelanya terbuat dari kayu,
semua tanpa dicat, semua sangat sederhana. Cuma semua jendela ada terututup rapat.
Boe Wie Yang ajak semua tetamu jalan mutar
kebelakang, dimana ada satu pekarangan yang lebar
panjang, yalan panjang dua puluh tumbak lebih dan lebar kira2 lima belas tumbak, tanahnya terampar pasir halus.
Tidak ada rumah disitu, hanya bangunan mirip payon
panjang dua belas tumbak, berdinding tembok dekat mana ada terdapat meja kecil dan kursi bambu, sedang dikiri dan kanan diatur berbaris para2 senjata panjang dan pendek, antaranya banyak gegaman yang luar biasa, yang tidak
termasuk dalam delapan belas rupa senjata umum.
Bangunan lainnya cuma sebuah para2 pohon bunga yang
pun terbuat dari bambu semua, panjangnya sepuluh tumbak lebih, atasnya tertutup pepohonan rambat seperti rotan dan rumput, lebarnya tiga tumbak lebih, satu tempat meneduh yang nyaman sekali. Dikedua ujung ini ada tihang
digantungi tiauw tauw, semacam gembreng, tihangnya
kira2 enam tumbak tingginya, hanya tidak ada ranggon
untuk itu dan tidak ada tangga untuk manjat.
Disepanjang kedua samping para2 bunga ini, yang
menyolok mata adalah berbaris2 pelatok bambu, besarnya seperti biji buah toh, nancapnya kira2 tiga kaki, ujungnya diraut lancip dan tajam. Menampak itu, semua tetamu
gegetun, malah Yan tiauw Siang Hiap bersenyum sebal,
dalam hatinya mereka katakan, sengaja Boe Wie Yang atur itu pelatok2 Bwee hoa chung bambu.
"Kau terlalu pandang enteng kepada kami, lihat
persaudaraan Na nanti kasi rasa pada kamu!" demikian dua saudara itu dalam hatinya.
Lewat pelatok2 itu empat lima tumbak ada sebidang
tanah kosong dengan sulaman bata hijau, melihat mana, Coe In Am coe dan Eng Jiauw Ong bersenyum. Semua bata hijau merupakan enam puluh delapan tindakan, berdiri
munjul dimuka latar pasir, berdiri lempang.
Lewat lagi empat lima tumbak dari pelatok2 batu bata itu ada bidang tanah pasir yang berlobang2 sebesar mulut
cangkir teh. Dimuka gubuk bunga itu ada delapan buah meja bambu,
diatas setiap meja diletaki satu nenampah kayu tercat merah diatas mana ada sebungkus hio wangi, yang bungkusannya sudah pecah. Melihat itu, dua2 Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe terperanjat dalam hatinya. Sebab itu berarti disini ada orang yang paham ilmu silat istimewa dari Siauw Lim Pay, karena hio itu adalah Lo Han Cie hio chung, atau
"pelatok2" hio. Asal murid aseli dari Siauw Lim Pay dan mengerti Lo han chioe, tentu ia mengerti ilmu silat ini, dan jarang ada orang yang berani lawan. Hanya anehnya, Boe Wie Yang bukan keluarga Siauw Lim Pay, dia pun ketua
Hong Bwee Pang, sedang Hong Bwee Pang dan Siauw Lim
Pay adalah bertujuan bertentangan satu dengan lain.
Juga dua saudara Na heran kapan mereka lihat Lo han
Cie hio chung itu. Dikanan para2 bunga itu tidak ada persiapan lain
kecuali, merosot turun dari atas para2, ada delapan lembar tambang, sedang menghadapi para2, ada empat lembar
dadung. Ini semua ada asing untuk pihak tetamu tak
terkecuali Eng Jiauw Ong dan pantarannya.
Dekat jalanan dibarat para2 bunga ada sebuah meja kaki pendek, diatasnya ada lima buah lampu minyak, yang
minyaknya penuh tetapi sumbunya belum dinyalakan.
Maka dari semua penglihatan itu bisa diduga persiapan luar biasa dari pihak Hong Bwee Pang. Karena itu, semua tetamu berpikir, untuk berhati2 dan waspada.
Boe Wie Yang tidak ajak tetamu2 ambil jalanan model
rembulan hanya belok kepojok barat daya dimana sudah
menunggu sejumlah orang, yang berbaris rapi, untuk
membikin penyambutan. Kebanyakan mereka ada dari
golongan tocoe. Adalah setelah ini, mereka sampai disatu bangunan
model ruang tetamu, bilik dari tembok batu semua, tetapi wuwungannya adalah atap rumput. Seluruhnya, bangunan
itu mirip dengan kuil. Dipayon, kiri dan kanan, berdiri empat pengawal dengan pakaiannya rapi, sikapnya
menghormat. Boe Wie Yang minggir, akan kasi semua tetamunya
masuk, sembari balik tubuh, ia kata "Aku telah membikin soehoe beramai jalan jauh, hatiku tak enak, maka silahkan soehoe beramai masuk dalam ruang Ceng giap tong ini
untuk duduk2!" Sementara itu, diam2 Eng Jiauw Ong semua sudah
perdatakan bangunan ini, yang terdiri lari tujuh ruangan, yang luar nya, kiri dan kanan, ditanami banyak pohon, teraling dengan apa, secara samar2, kelihatan dua petak rumah batu, cuma jarak nya dari Ceng giap tong ada jauh sekali.
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe mengucap terima
kasih, mereka bertindak naik ditangga undakan.
Dari kedua samping lantas terdengar suara in poan,
setelah mana dari dalam Ceng giap tong muncul empat bu su, yang usianya berlainan, sambil menjura, mereka berdiri dikiri dan kanan, untuk menyambut.
Boe Wie Yang bersama Auwyang Siang Gee, Bin Tie
dan ouw Giok Seng, pun yang lain2. Lantas berdiri
disamping pintu, kemana Eng Jiauw Ong beramai bertindak masuk, sesudah mereka ini merendahkan diri.
Sesudah semua tetamu masuk baharu Boe Wie Yang
berserta ketiga hiocoe, begitupun delapan hiocoe dari Hok
Sioe Tong, yang senantiasa merupakan rombongan,
bertindak masuk juga. Ruangan disini ada terlebih luas daripada ruangan Thian Hong Tong, cuma kalah tinggi, dalamnya lima tumbak,
disekitar nya tidak ada jendelanya dari kertas hanya jendela batu, nampaknya jadi agak menyeramkan.
Meja pesta teratur dalam dua baris, semuanya terdiri dari dua belas meja. Meja yang terbelakang dekat jendela barat.


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Habis itu ada belasan tempat duduk lain, setiap
rombongannya terdiri dari satu meja kecil dan dua buah kursi.
Boe Wie Yang lantas undang tetamunya duduk, tapi
pihak murid tetap berdiri dibelakang guru mereka.
Setelah suguhan teh, sembari tertawa, tuan rumah kata
"Ong Loosoe, Am coe, sebenarnya Boe Wie Yang malu
sekali atas kejadian tadi malam, disebabkan perlindungan kami kurang sempurna, hingga karenanya, loosoe semua
tentu jadi kurang istirahat."
Sebenarnya tidak leluasa untuk berikan jawaban atas
pengutaraan itu, karena pengacauan bukan oleh Cin tiong Sam Niauw saja hanya pengkhianatan juga, tapi Eng Jiauw Ong tidak bersangsi.
"Perkara kecil, Pang coe, harap kau tidak buat pikiran,"
demikian sahutnya. Boe Wie Yang bersenyum, lantas ia kata pula "Loosoe,
Am coe, berhubung dengan kunjungan loosoe beramai, aku percaya urusan kita gampang dibereskan, karena itu, aku tidak pikir buat bikin kaget sahabat2 kaum kang ouw
lainnya. Tapi apamau tadi malam, juga pagi ini, ada
beberapa sahabatku yang datang ke mari, hingga mau atau tidak, aku pun kedatangan tetamu lainnya. Loosoe, karena
gangguan tadi malam, aku telah memikir untuk minta
loosoe beramai beristirahat pula lagi satu malam, tetapi sebab datangnya sahabat2ku, terpaksa aku ubah putusan.
Kedatangan mereka ini jadi cocok dengan duga"an Na Toa Hiap bahwa Boe Wie Yang ada kandung maksud lain. Juga mereka ingin sekali memandang wajah loosoe semua. Maka sekarang Boe Wie Yang hendak mohon tanya, sukakah
loosoe beramai menemui sahabatku itu?"
Ong Too Liong tertawa berkakakan kapan ia dengar tuan rumahnya itu.
"Boe Pangcoe, dengan kata2 mu ini, kau seperti pandang Ong Too Liong sebagai seorang tak kenal pergaulan!" kata ia. "Baiklah Pangcoe ketahui, datang kita kemari ada
dengan dua maksud, yaitu pertama untuk bereskan urusan kita, kedua supaya kita bisa berkenalan sama orang2 pandai disini, sebab Cap jie Lian hoan ouw adalah tempat naga mengeram dan harimau mendekam. Bukankah ini ada
ketikanya yang baik" Kalau kata2 Pangcoe ini didengar orang luar, entah apa orang akan kata tentang Ong Too Liong Pangcoe ketahui sendiri, rombongan kami bukan
terdiri melulu dari kedua kaum Hoay Yang Pay dan See
Gak Pay hanya juga ada dari kalangan Rimba Persilatan lainnya. Nah, Pangcoe, harap kau tidak sungkan2 pula."
Boe Wie Yang tertawa dingin.
"Syukur loosoe beramai tidak curigai aku," kata dia.
"Sekarang, silahkan!"
Na Pek tidak puas dengan kata tuan rumah ini, ia lantas berbangkit, tapi baharu ia hendak buka mulut, tiba2
terdengarlah suara suitan burung terbang diudara, setelah mana dari luar datang satu cit tong soe, untuk segera memberi laporan kepada ketuanya "Laporan! Dimulut
pelabuhan ada satu sahabat dari Hoay Yang Pay datang
untuk ambil bagian dalam pertemuan! Karena belum ada
bendera dari Sam Tong dan titah dari Pang coe, putusan lagi dinantikan!"
Mendengar itu, Boe Wie Yang menoleh pada Eng Jiauw
Ong seraya bersenyum tak sewajarnya, kemudian ia kata
"Bagus! Karena ada sahabat dari Hoay Yang Pay, lekas beri balasan kabar warta burung, supaya tetamu itu segera
diundang masuk!" Cittongsoe itu menyahuti, lantas ia undurkan diri.
Boe Wie Yang sendiri minta Bin Tie, hiocoe dari Ceng
Loan Tong, pergi sambut tetamu itu.
Eng Jiauw Ong heran. Ia menduga2, siapa kedua sahabat nya itu, yang begitu perlukan datang ke Cap jie Lian hoan ouw. Ia cuma bisa duga, kedua sahabat itu pasti bukan sahabat2 sembarangan.
Juga Ban Lioe Tong heran seperti soehengnya itu.
Tapi Eng Jiauw Ong tidak mau hunjuk keheranannya.
"Boe Pangcoe," kata ia, untuk egoskan perhatian, "mana dia Pangcoe empunya sahabat2" Tolong Pangcoe undang
mereka keluar, ingin sekali aku dapat melihat wajahnya orang2 pandai itu "
"Jangan kesusu, Ong Loosoe," bersenyum Boe Wie
Yang. "Karena ada datang sahabat baru, ingin aku
menantikan dahulu dia itu, yang toh sudah sampai dimulut pelabuhan dan aku telah kirim berita burung. Aku kira tidaklah kita akan sia2kan banyak tempo!"
Eng Jiauw Ong tidak memaksa, kata kata tuan rumah ini ada beralasan.
Boe Wie Yang berkata benar ketika ia bilang, mereka
tidak akan ambil tempo lama, sebab lekas juga terdengar
suara in poan tiga kali. Ketua Hong Bwee Pang itu segera berbangkit "Nah, apa aku bilang! Benar2 sahabat baik itu telah sampai! Loosoe beramai, harap duduk saja, Boe Wie Yang hendak menyambut padanya."
Ia memberi hormat setelah minta Auwyang Siang Gee
beramai temani tetamu2nya, ia bertindak dengan cepat dari ruang Ceng giap tong itu.
Eng Jiauw Ong tenangkan diri. Ia lihat dengan nyata,
Boe Wie Yang sangat perhatikan sahabat yang baharu
datang itu, sebagaimana ia sendiri sangat ingin segera ketahui, sebenarnya siapa adanya dia itu. Dengan sikap sewajarnya, ia ajak Auwyang Siang Gee pasang omong.
Tidak lama dari luar kelihatan masuk dua orang. Yang di kiri ada Bin Tie, yang di kanan tapinya membuat Eng Jiauw Ong heran, hingga ketua Hoay Yang Pay ini tercengang.
Dia ini bukannya Kay Hiap Coei Peng si Pengemis Aneh, seperti tadinya hendak diduga Ong Too Liong.
Tetamu ini berusia lebih muda daripada Coei Peng, ia
berimbang umur dengan Kwie eng coe Lie Hian Tong dari Seecoan Siang Sat, hanya tubuhnya ada terlebih kate. Dia berumur kurang lebih empat puluh tahun, kulit mukanya putih kebiruan, sepasang alisnya panjang, ujungnya turun ke bawah, dua matanya sipit, hingga kalau kulit matanya tidak diangkat, ia mirip sedang tidur! Batang hidungnya pun rendah. Iapunya kedua kuping maju ke muka. Rupanya
sudah banyak hari ia tidak pernah cukur, rambut pendeknya bangun berdiri dan kusut. Diapunya baju panjang, lapis dua. Yang diatas, baju musim panas, sudah berwarna dekil seperti warna hio abu abu, dan yang dibawah, sudah
banyak lobang pecahannya. Diapunya kaos kaki, yang
panjang, sudah kotor dengan lumpur. Diapunya sepatu ada berdasar tebal.
Rupanya, baju dan sepatu itu sudah berumur belasan
tahun Pada tangannya, tetamu itu ada memegang sebatang
hoencwee, pipa rokok yang panjang, yang dibanduli
kantong peranti muat bahan api coa lian berikut tekesan.
Maka dilihat seumumnya, dia mirip satu sastsrawan rudin yang berkelana sambil minta minta.
Eng Jiauw Ong tak bisa ingat, siapa ini orang yang
mengaku ada kawan Hoay Yang Pay. Ia melirik pada
kawan2nya, dengan maksud tanya mereka, ada yang kenal atau tidak pengemis itu.
Ban Lioe Tong, Khoe Beng, dan beberapa yang lain,
mengasi tanda bahwa mereka pun tidak kenal.
Di akhirnya, Eng Jiauw Ong merasa tidak enak
sendirinya. Orang datang untuk pihaknya, tapi tak dapat dia perkenalkan orang itu kepada pihak Hong Bwee Pang. Apa ia tidak bakal dapat malu"
Juga Yan tiauw Siang Hiap bungkam terhadap ketuanya
itu. Selama itu, tetamu itu sudah dipapaki Boe Wie Yang,
yang sambut dia dimuka pintu. Dia bertindak wajar,
rupanya dia kenal tuan rumah, karena segera ia mendahului dengan kata2nya "Boe Pangcoe, kau manis sekali. Kami
semua ada bangsa tak punya pendirian bangunan, kita ada orang kang ouw, piauwsoe atau penjaga rumah atau penjual silat, nama kita tak besar, tetapi kau telah keluar untuk menyambut kami, kau berlaku terbuka, mengijinkan kita memasuki Cap jie Lian hoan ouw, untuk meluaskan
pemandangan. Maka, sungguh kita merasa malu. Cap jie
Lian hoan ouw ada teratur begini rapi, tak usah kau
perlihatkan lain2 bagian lagi, sudah cukup! Sudah itu, kau pun bakal korbankan ratusan tail, untuk jamu kita!
Tidakkah sikapmu ini telah cukup untuk bikin yang besar jadi kecil, yang kecil jadi hapus" Seperti awan dan kabut yang lenyap buyar! Aku Siang koan In Tong bukannya tak terbuka mataku, hanya pada waktu belum masuk ke dalam Cap jie Lian hoan ouw ini, aku menyangka, entah
bagaimana tangguhnya Hong Bwee Pang, bagaimana
pengaruhnya Boe Pangcoe sendiri, tapi sekarang, aku insyaf benar2 nama Pangcoe kesohor bukan nama saja! Semua
saudara disini telah sangat menghormati aku, sampai pun satu tindak saja, rasanya sukar aku berjalan".
Orang she Siang koan ini bicara sama tuan rumah, akan tetapi selagi bicara, sikapnya acuh tak acuh, matanya jelilatan ke empat penjuru. Kemudian ia menoleh pada Eng Jiauw Ong seraya terus menambahkan "Ong Loo soe,
benar tidak kata ku" Eh, Am coe dari Pek Tiok Am pun ada di sini! Apa Am coe pun bersahabat sama Boe Pang coe"
Benar2 nama besar Pang coe ada kesohor! ...."
Coe In Am coe ada seorang alim, sekalipun Yan tiauw
Siang Hiap tidak berani bergurau dengannya, tidak ada orang yang berani ngaco belo di depannya, sekarang ini tetamu bicara demikian rupa padanya, itu membuat gusar lima muridnya, yang senantiasa dampingi gurunya, semua mereka ini lantas memandang dengan mata bersorot
kegusaran. . Mereka tentu sudah tegur tetamu itu kapan tidak mereka lihat roman dan sikap guru mereka, tidak saja guru ini tetap tenang malah dia bersenyum. Maka terpaksa mereka berdiam.
Bin Tie dan Boe Wie Yang sedang mengapit tetamunya,
begitu mereka dengar nama sang tetamu, mereka saling
memandang, sedang Auwyang Siang Gee, yang asik temani semua tetamu, turut mengawasi, cuma sebentar kemudian, sikap mereka pulih pula seperti biasa.
Di dalam ruang itu, siapa tahu hal ikhwalnya Siang koan In Tong, semua heran.
Eng Jiauw Ong puas atas datangnya tetamu ini, yang
terang berada di pihaknya. Ia pun tahu, dari sikapnya, tetamu itu seperti kisiki bahwa mereka berdua tak
bersahabat satu dengan lain. Ketua Hoay Yang Pay ini
tidak pernah pikir, munculnya Wah Po Eng Tiat Tiok Kay Hiap mungkin menimbulkan onar lebih besar daripada
dugaan atau kekuatiran atas sepak terjangnya Yan tiauw Siang Hiap.
Siang koan In Tong ini, yang datangnya secara tiba2
demikian ada koay kiat, orang aneh dari kalangan Rimba Persilatan. Di Timur utara di mana ia biasa mengembara, ia menjagoi dengan diapunya sepasang gegaman yang berupa gelang, yang ada senjata istimewa untuk pecahkan tubuh yang kedot, yang tidak mempan senjata, seperti Kim ciong tiauw dan Tiat pou san. Sepasang matanya sangat hihay sekalipun diwaktu malam. Iapunya tubuh ada sangat enteng dan gesit. Ia sangat benci kejahatan, maka terhadap kaum kang ouw, ia bengis dan telengas, sudah ada orang2
kangouw yang tewas dalam tangannya, karena mana, orang juluki dia Wah Po Eng, si Pembalasan Hidup. Orang pun jerih terhadap nya, sebab apabila ia dengar hal satu jago, tentu ia pergi mengunjunginya, buat mencoba coba,
sebelum mereka bercoba, tak pernah ia puas dan mau
berhenti menantang. Adalah aneh sekarang dia muncul di Ciatkang Selatan dan malah hendak bantu pihak Hoay
Yang Pay. Oleh karena orang telah tegur dia, Eng Jiauw Ong tidak ingin terbit salah mengerti, maka ia jawab teguran itu. Ia kata "Siangkoan Loosoe, bagaimana kebetulan! Aku
siorang she Ong, atas nama pihak kami, menghaturkan
banyak2 terima kasih untuk bantuan Loosoe. Kau telah
datang dari tempat jauh, kau bikin aku merasa tidak
tenteram." Siang koan In Tong, yang sekarang telah sampai
didalam, tertawa terhadap kata2nya ketua Hoay Yang Pay itu.
"Jangan merendah, Ong Loosoe," kata ia. "Kitaorang
janganlah berlaku sungkan. Aku adalah bangsa berandalan, dan kita janganlah melupakan asal diri kita kaum kangouw
"." Lalu ia berpaling pada Boe Wie Yang dan tanya
"Boe Pangcoe, coba bilang, benar atau tidak kataku ini?"
Ketua Hong Bwee Pang sudah mulai mendelu, maka
dengan dingin, dia jawab "Siang koan Loosoe, kau telah nerobos di Hoen coei kwan, begitu juga di pelbagai pusat penjagaan Cap jie Lian hoan ouw, aku telah menduga, itu mesti ada perbuatan kau. Mengenai perbuatanmu ini, aku ingin kau mengerti bahwa Boe Wie Yang senang sekali
menyambut sesuatu tetamu, tetapi bila orang berlaku
lancang, tak nanti dia gampang2 mengijinkannya. Boe Wie Yang ada asal kang ouw, sekarang dia jadi ketua dari Hong Bwee Pang, maka terlebih2 dia tak akan melupai sesama kaumnya. Siang koan Loosoe, silahkan duduk! Dengan
hadirnya loosoe disini, urusan pasti akan jadi semakin gampang di bicarakannya."
Siang koan In Tong manggut kepada Auwyang Siang
Gee beramai. "Hiocoe semua, silahkan duduk! Maafkan aku, aku tidak berlaku sungkan lagi!" katanya, yang segera bercokol atas sebuah kursi tetamu, kata2nya ketua Hong Bwee Pang itu ia seperti tak dengar. Kemudian ia berpaling kepada Coe In Am coe, lantas ia kata kepada Yan tiauw Siang Hiap "Na Loosoe, sejak perpisahan kita di Liauwtong, aku sudah lantas buru2 berangkat ke Ciatkang Selatan ini, aku kalah
cepat dengan keledaimu, sekarang buktinya aku ketinggalan. Tapi kedua kakiku ini tidak sampai membuat kegagalan, sebab kita toh bertemu disini sebelum kasip!
Sunggu hal, ini sangat menggirangkan!"
Sepasang mata Na Pew memain, ia tertawa haha hihi.
"Siang koan Loosoe," berkata ia, "aku lihat, sekarang ini baiklah kitaorang jangan bicarakan segala urusan yang tidak ada kepentingannya, sebab urusan kami dengan Boe
Pangcoe masih belum didamaikan dan Boe Pangcoe masih
punyakan beberapa sahabat yang justeru hendak diminta keluar untuk bikin pertemuan dengan kita."
Siang koan In Tong ketruki hoencweenya yang besar
kekaki sepatunya, lalu ia berpaling pada tuan rumah.
"Boe Pangcoe, kalau kau ada punya sahabat2 baik yang
telah datang kemari, ingin sekali aku belajar kenal dengan mereka, kata dia. "Hayo, Boe Pangcoe, lekas2 kau undang sahabat2 itu!"
"Aku siorang she Boe bersedia akan mengiringi
kehendak Siang koan Loosoe," jawab Boe Wie Yang, yang terus menoleh pada Cit tong soe Pheng Sioe San dan kata
"Tolong pergi kebelakang akan undang keempat Loosoehoe itu!"
Pheng Sioe San lantas berlalu, tidak lama, ia sudah
kembali bersama empat orang, ketika satu diantaranya
muncul di Ceng giap tong, dia lantas membangkitkan
keheranan Eng Jiauw Ong semua.
Orang ini ada satu pendeta umur kurang lebih enam
puluh tahun, romannya tenang, jubanya abu2 gerombongan, lehernya ketutupan, ikat pinggangnya
kuning, diatas sepatunya ada kaos kaki putih, dibawah kepalanya yang licin ada mukanya yang bersemu merah,
alisnya gomplok, matanya bercahaya, dilehernya tergantung kalung tasbih. Begitu dia memasuki Ceng giap tong, dia rangkap kedua tangannya, akan kasi hormat pada semua hadirin. Karena ia rangkap kedua tangannya, yang tadinya terselubung tangan baju yang panjang, kelihatanlah jeriji tangannya, yang semua berkuku panjang dua tiga dim.
Itu ada hal yg. langkah untuk kaum Rimba Persilatan,
karena kuku panjang ada perintang untuk mengepal atau memegang alat senjata.
Atas pemberian hormat dari si hweeshio, pendeta, semua hadirin membalasnya.
Dibelakang hweeshio ini bertindak tiga orang lainnya.
Yang satu ada seorang bertubuh tinggi dan besar, mukanya hitam
seperti pantat kwali dan berewokan, dari dandanannya saja sudah bisa dilihat dia adalah seorang kang ouw sejati.
Dari dua orang yang bertindak belakangan, yang satunya berusia kira empat puluh tahun, tubuhnya kurus kering seperti pohon kering nangkring, mukanya kuning, alisnya kecil, matanya mata tikus, matanya itu jelilatan tak
hentinya. Yang lainnya, orang yang keempat, berumur
kurang lebih tiga puluh tahun, romannya cakap dan keren, bajunya biru ada thung sha, baju panjang, kaos kakinya putih, dia mirip dengan satu anak hartawan.
Atas datangnya empat tetamu itu, Boe Wie Yang
bersama ke tiga hiocoe dari Lwee Sam Tong dan delapan hiocoe dari Hok Sioe Tong berbangkit buat menyambut
dengan hormat sekali, hingga kelihatan tegas, mereka itu pasti bukannya orang2 sembarangan. Kepada sipendeta,
Boe Wie Yang pun kata "Aku telah membikin Loosiansoe
menantikan lama, aku menyesal sekali. Persilahkan,
loosiansoe!" Kemudian kepada tiga yang lainnya, ia pun bilang "Sam wie loosoehoe, silahkan duduk! Hari ini telah
hadir bukan cuma orang2 pandai dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay juga satu loosoehoe yang namanya telah
menggemparkan dunia kang ouw, yang coewie tentu
pernah dengar, yalan Wah Po Eng Siang koan In Tong,
yang dengan sepasang gelangnya telah menjelajah seluruh Sungai Telaga, yang pengaruhnya telah mengarungi tiga propinsi Liauwtong. Aku percaya, asal kaum kang ouw,
tidak nanti tak ada yang tak ketahui halnya loo enghiong ini!"
Selagi orang bicara, Siang koan In Tong sendiri asik
bicara dengan Eng Jiaw Ong bicarakan urusan kang ouw, sampai tiba2 si tetamu pendeta terdengar suaranya "Oh mie Toohoed! Siangkoan Siecoe, benar2 manusia hidup,
dimana saja mereka akan bertemu satu dengan lain! Ketika pada sepuluh tahun yang lampau kita berpisah di
Liauwtong, aku kira kita sukar untuk bertemu pula, siapa nyana ini hari kita bertemu di Ciatkang Selatan ini, inilah membikin, pinceng sangat berbahagia!"
CXXIII Baharu setelah. ditegor, Siang koan In Tong berbangkit dengan segera, sembari pegang terus hoencweenya yang
besar, sambil tertawa dingin, ia kata "Aku sangka siapa, kiranya satu pendeta suci dari Siauw Lim Pay yang juga sudi datang me lihat2 Cap jie Lian hoan ouw. Loo siansoe ber cita2 menggunai kemurahan Sang Buddha akan
menolong orang ramai, akan mengumpul kebaikan dalam
kalangan kang ouw, untuk kegemilangan pihak Siauw Lim Pay, maka itu, sekarang Siangkoan In Tong bisa
memandang pula wajah Loosiansoe, sungguh inilah
keberuntunganku seumur hidup!"
Mulanya Boe Wie Yang terperanjat mengetahui dua
orang ini kenal satu pada lain, tapi segera ia merasa legah apabila ia telah dengar orang punya lagu bicara. Ia lantas maju seraya berkata "Kiranya loosiansoe kenal Siang koan Loosoe, inilah bagus! Siang koan Loosoe, apakah kau kenal ketiga tuan2 ini?"
"Aku belum pernah ketemu dengan mereka," sahut
Siangkoan In Tong dengan tawar. "Aku bersama
ciangboenjin dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay cuma
kenal karena persahabatan kaum kang ouw, kendati
demikian, kita perlu mengutamakan tata hormat, tak boleh kita melancanginya, maka itu, silahkan Pangcoe ajar kenal mereka lebih dahulu dengan kedua ciangboenjin itu!"
Itu adalah jawaban tak menyenangkan untuk Boe Wie
Yang, tidak heran kalau salah satu tetamunya, yang berdiri, dibelakang si hweeshio dari Siauw Lim Pay yang romannya keren, mengawasi dengan mata melotot kepada Wah Po
Eng, setelah mana, dia lantas berkata kepada Boe Wie Yang
"Boe Pang coe, kami bersaudara datang kemari untuk
bertemu dengan pemimpin dari kedua kaum Hoay Yang
Pay dan See Gak Pay, maka silahkan Pangcoe perkenalkan kami dengan mereka!"
Boe Wie Yang jengah, karena ia insyaf, ia telah berbuat keliru hingga tegurannya Siangkoan In Tong tidak
membikin ia gusar. Memang, seharusnya, ia segera
perkenalkan tetamu2 sahabatnya itu kepada pemimpin2
dari rombongan Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, tapi ia telah terpengaruh oleh sikapnya Wah Po Eng. sampai
melupai aturan umum. Dengan menahan rasa tidak
puasnya terhadap Siangkoan In Tong, ia hadapi Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe. Ia kata "Ong Loosoe, Am coe,
rupanya loosoe berdua belum kenal ini beberapa tuan2!
Marilah aku memperkenalkannya. Loosiansoe ini ada Kim
kong cie Coe Hoei Siansoe, pendeta berilmu dari Siauw Lim Sie. Ini," ia tunjuk si berewokan "ada Hek sat chioe Poei Ciong Poei Loosoe dari Ouwlam. Ini," ia tunjuk si alis kecil dan mata sipit "ada Ban seng too Cioe Loosoehoe dari Toh Hoa Tong di Heng San. Dan ini," ia tunjuk si pemuda yang mirip anak hartawan, "ada Siauw gin liong Han Sioe Giok Han loosoe, murid tersayang dari Tinkang Siang Kiat.
Mereka ini telah lama kagumi ilmu silat yang liehay dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, dengan gunai ketika baik ini, mereka juga ingin turut bikin pertemuan bersama.
Adalah pengharapanku si orang she Boe, supaya setelah pertemuan ini, tuan semua bisa menjadi sahabat2 kekal!"
Eng Jiauw Ong memberi hormat nya, juga Coe In Am
coe. "Kiranya coe wie ada pendeta berilmu dari Siauw Lim
Sie dan orang2 kang ouw kenamaan," kata ia. "Ini
perkenalan adalah satu kehormatan untuk Ong Too Liong.
Aku merasa sangat berbahagia, dengan masuk ke Cap jie Lian hoan ouw, aku jadi bertemu dengan orang2 pandai
dan termasyhur, terutama dengan coe wie berempat!"
"Loosiansoe ada jadi Siauw Lim Sie punya pendeta yang telah peroleh kesempurnaan, memang sudah lama pinnie
menghargainya," berkata Coe In pada si hweeshio dari
Siauw Lim Pay. "Loosiansoe telah menyiarkan ajaran
ajaranmu yang berharga, untuk tolong orang banyak dari laut sengsara, pasti sekali, Loosiansoe telah menolong banyak, hingga dengan cara demikian, Loosiansoe telah mengumpulkan jasa yang tak ada batasnya."
Pendeta dari Siauw Lim Pay itu awasi Coe In Am coe,
dia terrsenyum. "Harap Am coe tidak puji2 padaku," berkata dia, "itulah pujian yang pinceng tak dapat terima. Sebenarnya pinceng
adalah orang berdosa dari Siauw Lim Pay, karena pinceng tak dapat mentaati pelbagai pantangan, tak dapat mengatasi diri sendiri, hingga dengan menjauhkan diri dari tempat sunyi senyap, pinceng justeru memasuki kalangan kang
ouw yang penuh dengan keruwetan, karena mana, pinceng telah menempatkan diri didalam lautan kesengsaraan,
sampai tak mampu pinceng angkat diri sendiri. Dalam
keadaan begitu, mana mungkin pinceng menolong orang
lain" Maka haraplah Am coe tidak terlalu memuji padaku."
"Harap loosiansoe tidak terlalu merendah," berkata pula ketua dari See Gak Pay. "Laut kesengsaraan tidak ada
batasnya tetapi siapa menoleh, dia tampak tepian, maka jikalau khalayak ramai masih bisa menyingkir dari laut sengsara, apapula loosiansoe sendiri, yang pernah, terima kebaikannya Sang Buddha?"
Coe Hoei Siansoe mengeleng geleng kepala.
"Harap Am coe tidak timbulkan soal2 lama," berkata


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia, "itu melulu membuat pinceng jadi masgul. Baik
pinceng jelaskan, kedatanganku ke Ciatkang Selatan ini terutama karena pinceng dengar warta Boe Pangcoe dengan kedua pihak Hoay Yang Pay dan See Gak Pay telah
mengadakan pertemuan besar. Sudah lama Sekali pinceng dengar perihal nama besar dari Am coe dan ketua dari Ceng Hong Po, dari itu pinceng lekas2 datang kemari. Sebentar pun pinceng mohon pengajaran dari Am coe beramai."
Habis berkata2 Kim kong cie Coe Hoei Siansoe, si Kuku Baja, bertindak kesamping.
Setelah itu, Eng Jiauw Ong bicara sama Hek sat chioe
Poei Ciong si Tangan Hitam, dengan Ban seng too Cioe
Beng, akhli Golok Ban seng too, dan Siauw gin liong Han Sioe Giok si Naga Perak. Kemudian baharu mereka semua ambil tempat duduk.
Selama dilakukan perkenalan itu, semua orang pihak
Hong Bwee Pang berdiri dengan tegak, selaku tanda
kehormatan, demikian juga pihak Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, tidak terkecuali Yan tiauw Siang Hiap.
Sesudah semua orang duduk, Boe Wie Yang hendak
bicara, tetapi Ay Kim Kong Na Hoo telah dului ia. Dia ini bicara sambil terus duduk, katanya "Loosiansoe ini ada punya nama besar dalam dunia kang ouw, aku Na Loo jie sudah lama mendengar nya, malah aku ingat, selama masih dalam Siauw Lim Sie, Loo siansoe telah diangkat jadi Kam ih merangkap pengurus dari ruang Lo Han Tong. Siauw
Lini Sie ada satu kuil besar, Loosiansoe memegang jabatan penting, maka kenapa Loosiansoe bisa punyakan ketika
begini senggang untuk pesiar dalam dunia kang ouw?"
Ay Kim Kong duduk tanpa bergeming, sikapnya tetap
agung agungan. Untuk sedetik, air mukanya si pendeta dari Siauw Lim
Sie telah berubah, lantas ia menoleh untuk pandang orang yang bicara kepadanya.
"Oh mie Tohoed!" memuji dia "sie coe ini apakah ada
Jie hiap dari Yan tiauw Siang Hiap" Bagus! Nyata sie coe ada sangat perhatikan hal ikhwalku. Melainkan sie coe masih belum tahu, didalam Siauw Lim Sie, pinceng sudah langgar aturan suci, hingga pinceng telah dipecat sebagai Kam ih dan ruang Lo Han Tong itu sudah diserahkan
kepada lain orang untuk diurusnya. Hal ini sudah terjadi oleh karena pinceng tidak ukur kebijaksanaanku, tidak ukur tenaga sendiri, pinceng telah mencoba mengubah Couwsoe empunya warisan Sip pat Lo han chiu, supaya dengan
begitu pinceng bisa ciptakan suatu pendapatan ilmu silat sendiri, hingga kesudahannya piceng seperti nyalakan api untuk membakar diri sendiri, mencari kesulitan sendiri.
Ketua kita anggap pinceng hendak berontak, tanpa
pertimbangkan pula kesulitan menciptakan ilmu silat
baharu itu, dia usir pinceng dari Siauw Lim Sie. Dihari itu pinceng keluar dari kuil, didepan Couwsu telah pinceng lepas kata2, apabila minatku itu belum kesampaian, pasti pinceng tidak akan kembali ke Siauw Lim Sie. Untuk tiga puluh tahun pinceng sudah berkelana, akan cari akhli akhli silat di Selatan dan Utara. orang2 yang gagah, sampai sebegitu jauh, pinceng punya Sip pat Lo han chiu istimewa itu masih bisa dapatkan satu tempat untuk menaruh kaki.
Hanya sampai sebegitu jauh, yang pinceng belum pernah ketemukan adalah Sha cap lak Kim na hoat dari Lek Tiok Tong, Hoay siang, serta Eng jiauw lat dari ciangboenjin Hoay Yang Pay, begitupun mutiara See boen Cit po cu dan pedang Tin hay Hok poo kiam dari Pek Tiok Am. Semua
itu adalah ilmu2 silat luar biasa yang menggetarkan dunia kang ouw, yang dibuat kagum oleh kalangan Rimba
Persilatan. Sekarang ini kebetulan pinceng lewat di
Ciatkang Selatan, disini pinceng memang mempunyai
perkenalan dengan Boe Pangcoe, dari itu dengan
kesampingkan aturan2 agama, aku ingin bisa berkumpul
untuk sementara dengan Pangcoe, dan tidak disangka
sangka. pinceng justeru bertemu sama rombongan dari
Hoay Yang Pay dan See Gak Pay yang sedang memasuki
Cap jie. Lian hoan ouw. Ini ada hal yang membikin pinceng girang luar biasa. Demikianlah, pinceng minta Boe Pangcoe kasi ketika pinceng bertemu kepada Siecoe beramai. Na Siecoe jikalau kau sudi memberi pengajaran padaku,
pinceng suka menerima itu dari siecoe berdua saudara!"
Na Hoo tertawa haha hini secara tawar.
"Jangan sungkan, loosiansoe," berkata dia. "Loosiansoe ada akhliwaris sejati dari Siauw Lim. Sie, loosiansoe pun sanggup ciptakan suatu ilmu silat sendiri, itu adalah suatu kehormatan untuk Siauw Lim Sie sendiri. Kami dari Hoay
Yang Pay sudah lama mwndengar nama loosiansoe,
memang sudah lama kami niat meminta pengajaran, sayang sampai sebegitu jauh, tak berjodoh kita untuk bertemu, tapi ini hari kita orang biasa berjumpa didalam Cap jie Lian hoan ouw ini, sungguh hal ini sangat kebetulan yang sukar dicari. Maka sebentar kami hendak mohon loosiansoe suka pertunjuki dua tiga jurus dari ilmu silatmu itu untuk buka mata kami."
Mendengar orang punya pembicaraan itu, Siangkoan In
Tong tertawa geli. "Na Loosoe, jikalau kau hendak belajar kenal dengan
kepandaian istimewa dari pendeta berilmu dari Siauw Lim Sie ini, omonglah dengan terus terang, tidak usah kau mengucap banyak2 hingga tak sedap untuk didengarnya,"
katanya. "Sekarang kau hormati dia, kau merendah,
demikian juga dia terhadapmu, tetapi kapan pertandingan dimulai, setelah kedua pihak saling tukar siasat, aku kuatir, kedua nya tak nanti mau berlaku sungkan2 lagi! Aku adalah seorang yg. bertabeat terburu napsu, baik berlaku ringkas saja, yalah sekarang juga segera mulai main2! Bukankah tuan rumah disini, Boe Pangcoe, terhadap kamu kedua
pihak, telah memikirnya bagaikan orang rindu ketulang, sampai dia telah sediakan segala macam perlengkapan
untuk kita" Maka itu, baik kamu jangan sia2kan capai
hatinya tuan rumah. Aku bilang, Loosiansoe. Na Loosoe, benar atau tidak kataku ini?"
Hampir semua orang dari pihak Hoay Yang Pay tertawa
mendengar perkataannya siorang she Siangkoan ini,
sebaliknya, pendeta dari Siauw Lim Sie itu jadi sangat mendongkol.
"Siangkoan Siecoe, jangan kau omong sembarangan!" Ia
menegur. "Ketika pada sepuluh tahun yang lampau aku
bertemu denganmu di Liauwtong, kau sedang samarkan
diri, karena mana, dengan secara sembarangan pinceng kasi kau lewat, tempo belakangan pinceng ketahui, siapa
sebenarnya kau itu, bukan main menyesalnya pinceng,
hingga lantas aku memikir, menginginkan agar kita dapat bertemu pula, supaya aku bisa saksikan ilmu silatmu
sepasang gelang yang berjurus enam puluh empat, yalah Lie hoen Coe bo koan yang sudah lama lenyap dari dunia
Rimba Persilatan. Dan sekarang keinginanku itu telah
tercapai, karena disini kita telah bersua pula. Memang sejak siang2 pinceng sudah ingin menerima pengajaran darimu.
Siang koan Siecoe, apakah sekarang juga kita pergi
kelapangan?" Siangkoan In Tong bersenyum.
"Loosiansoe, ini adalah kecintaanmu yang besar,"
berkata ia dengan sabar. "Aku memang mengharap
kedatangannya pendeta berilmu dari Siauw Lim Sie, maka itu, bagaimana aku boleh tak inginkan satu hal yang
menjadi kenang2anku" Mari loosiansoe!"
Lantas saja Wah Po Eng berbangkit.
Melihat orang demikian gampang bentrok, Boe Wie
Yang berbangkit dan tertawa.
"Loosiansoe, Siangkoan Loosoe, janganlah terlalu
kesusu", kata ia. "Pertemuan ini hari di Ceng Giap San chung adalah pertemuan persahabatan, disini, siapa punya kepandaian istimewa, kepandaian simpanan, semuanya
boleh dikeluarkan tanpa ragu2 lagi, cuma sebelum urusanku sendiri di bereskan selesai, aku mau mohon loosoe semua menantikan dulu sebentar. Aku pun hendak siapkan sedikit perjamuan untuk loosoe semua, aku harap loosoe be rarai suka melihat, padaku, mari kita minum bersama, secara persahabatan kaum persilatan. Mengenai urusanku dengan
Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, aku pun hendak mohon
pertimbangan yang adil dari loosoe semua!"
Sehabis berkata, Boe Wie Yang berbangkit, ia memberi
hormat. Eng Jiauw Ong tidak puas dengan cara bicaranya
Siangkoan In Tong, tapi kapan ia dengar perkataannya Coe Hoei Siansoe tentang senjata jago Liauw tong ini sepasang gelang Lie hoen Coe bo koan, Gelang Hilang Semangat, ia terkejut. Ia pernah dengar tentang liehaynya sepasang gelang itu, ilmu silat mana sebegitu jauh diketahui sudah lenyap dari dunia persilatan. Menurut gurunya, akhli gelang itu adalah Lioe In Tay, yang pernah menindih jago2
lainnya. Senjata itu ada lawan untuk segala macam senjata panjang dan pendek, senjata apa saja, apabila kena
terselubung, tentu akan terbetot terlepas dari cekalan.
Senjata itu sendiri, yang terbuat dari baja pilihan, tidak mempan golok atau pedang mustika. Maka selama tiga
puluh tahun, Lioe In Tay tidak ada tandingannya, sampaa undurkan diri, ada yang bilang dia telah menjadi dewa, hingga selama seratus tahun kemudian, tiada orang dengar pula tentang dirinya. Maka ada luar biasa, sekarang
terdengar pula senjata itu, dari mulutnya Coe Hoei Siansoe.
Karena pendeta ini ketahui perihal senjata itu, dengan sendirinya bisa diduga, berapa tinggi kepandaiannya
sendiri. Sebenarnya, Lie hoen Coe bo koan terdiri dari empat
pasang, hanya sebab cara dipakainya adalah dua dirangkap menjadi satu, maka itu umumnya disebut satu pasang.
Gelang itu. berat tiga puluh enam tail, apabila sedang digunai, keduanya saling bentrok dan perdengarkan suara nyaring diumpamakan "naga mendengung, harimau
menggeram." Eng Jiauw Ong tidak tahu, apa Siangkoan In Tong ada
akhli waris dari Tay hiap Lioe In Tay itu. Ia jadi sangat ketarik, ingin ia saksikan cara permainannya senjata itu.
Tapi ia ada jadi prmimpin dari rombongan Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, seteluh mendengar suara2nya Siang
Koan In Tong, Coe Siansoe dan Boe Wie Yang, iapun
berbangkit. "Siangkoan Loosoe, harap sudi tunggu sebentar,"
demikian kata nya. "Aku si orang she Ong masih punyakan urusan dengan Boe Pangcoe. Memang, setelah hari ini kita berkumpul, kita masing2 harus memohon pengajaran satu dengan lain." Ia menoleh pada tuan rumah, akan
tambahkan "Boe Pangcoe, karena kau telah siapkan meja perjamuan, walaupun kami sebenarnya sudah sangat
mengganggu, biarlah, kami tak mau sungkan2 lagi, mari kita segera mulai berjamu!"
Wan Po Eng diam terhadap Eng Jiauw Ong, tapi pada
Boe Wie Yang, dia kata "Boe Pangcu baik sekali.
Sebenarnya, perjamuan yang indah ada untuk tetamu2
agung, tapi ku ada seorang perantauan yang melarat, aku malu akan duduk bersama. Disebelah itu, aku ada punya semacam penyakit, yalah setiap bersantap, tanpa arak, tak bisa aku menelan barang hidangan, tetapi meskipun
demikian, aku bukannya juara minum, baharu keringkan
tiga cangkir, lantas tembagaku kelihatan."
Siangkoan InTong bicara dengan sikap sewajarnya,
kemudian baharu ia menoleh pada ketua Hoay Yang Pay.
Sama sekali ia tak tunggu jawabannya Boe Wie Yang.
"Ong Loosoe," katanya, "Siang koan In Tong gunai
ketika baik ini hadir disini, maka sayang, romanku yang rudin tidak keruan telah tidak mengasikan muka terang untuk Hoay Yang Pay. Beda dengan aku, lihatlah lain2
orang, mereka semua berpakaian indah, roman mereka
agung." Ia lantas menoleh pada Siauw gin liong Han Sioe Giok, muridnya Tinkang Siang Kiat, ia tertawa haha hihi, kemudian ia menoleh pula pada Eng Jiauw Ong, akan ber kata2 lebih jauh. Katanya "Sebenarnya ikut bersama aku masih ada satu tukang minta2 tapi karena kuatir dia nanti mendatangkan malu bagi pihak Lek Tiok Tong, baharu
ditengah jalan, aku sudah suruh dia pergi. Dia itu bisa main sembunyi2, dia ada punya kepandaiannya sendiri, maka
aku tidak kuatir jikalau tulang melaratnya berada didalam Cap jie Lian hoan ouw ini. Biarlah dia mengacau sendiri, apabila dia sampai menerbitkan onar dia mesti tanggung jawab sendiri juga dia tidak ada sangkutannya denganku.
Aku sendiri datang kemari dengan tak memperdulikan bisa mendapat malu. Ong Loosoe, umpama karena aku kau
turut mendapat malu, harap kau suka terima nasib saja!"
Kembali dia tertawa haha hihi, lantas dia sedot
hoencweenya tak henti2nya.
Orang2 Hoay Yang Pay pada tertawa didalam hatinya.
Biar bagaimana, tetamu baru ini ada lucu, malah dengan sepak terjangnya itu, ia telah menindih Yan tiauw Siang Hiap. Orang lantas mengira2, dia ada punya kepandaian liehay bagaimana maka dia berani nerobos masuk sendirian saja kesarang Hong Bwee Pang ini sambil hunjuk
tingkahnya yang istimewa itu. Maka umumnya dipercaya, sebentar pasti bakal terjadi suatu pertunjukan yang menarik hati.
Ban Lioe Tong dan Coe In Am coe berlaku tenang
walaupun ada sikap aneh dari orang she Siangkoan ini. Eng Jiauw Ong hendak cegah sikap yang berandalan itu tetapi, didepan orang2 Hong Bwee Pang, tak leluasa untuk ia
mencegahnya. Maka ia kata saja.
"Siangkoan Loosoe, kau gemar sekali berbicara. Boe
Pangcoe ada satu enghiong ulung, dia mengerti segala apa,
kita baik jangan ngobrol terlebih jauh. Siang koan Loosoe, Boe Pang coe, mari... kita mulai!"
Boe Wie Yang, yang tahu Han Sioe Giok yang perlente
mendongkol dan mengawasi Siangkoan In Tong dengan
sorot kebencian, lantas angkat kedua tangannya.
"Ciongwie loosoe" mari kita minum dulu, baharu kita
bicara pula," berkata dia. "Memang hari ini, urusan biar bagaimana besar juga, harus dibereskan. Sebagai tuan
rumah, Boe Wie Yang bertanggung jawab untuk
penyelesaiannya." Segera setelah perkataan ketua ini, delapan hiocoe dari Hok Sioe Tong berbangkit, untuk duduk dimeja perjamuan.
Pihak Hoay Yang Pay ambil delapan meja dan pihak See
Gak Pay satu meja tersendiri. Delapan meja lagi ada untuk pendeta dari Siauw Lim Sie dan kawannya serta lainnya dari pihak tuan rumah.
"Ciongwie loosoe, silahkan duduk seenaknya sendiri2", kata pula Boe Wie Yang. "Aku tidak berani mengatur
tempat duduk loosoe semua. Untuk pihak Hoay Yang Pay, silahkan Ong Loosoe yang mengaturnya sendiri."
"Jangan sungkan, Boe Pangcoe, biarlah kami mengatur
diri sendiri", jawab Eng Jiauw Ong "Kedua pihak baik
duduk menurut runtunannya masing2."
Boe Wie Yang lihat semua orang sudah duduk, baharu
dia ambil kursinya. Ia terus saja undang semua tetamu angkat cawan arak pertama, untuk dikeringkan.
Siangkoan In Tong tidak sungkan2, benar2 ia lantas
menenggak, sedang yang lain2, yang ketahui sebentar bakal ada pertempuran hebat, sudah kendalikan diri.
Setelah edaran pertama, menyusul yang kedua dan
ketiga. Setelah ini, Boe Wie Yang. berbangkit dengan
cawan ditangan. "Boe Wie Yang ingin bicara kepada ciangboenjin dari
Hoay Yang Pay" katanya. "Pertemuan kita hari ini ada
perjamuan persahabatan persilatan, sebenarnya ini ada hal yang menggirangkan sekali, maka itu, apabila ketika ini dipakai untuk membereskan perhitungan kita, ini pun ada hal menggirangkan. Mengenai ini, aku ada punya satu usul, entah bagaimana pendapat umum, maka aku mau minta
ketua dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay sukalah
nyatakan pikirannya. Aku hendak mohon kedua pihak
nanti memberikan keadilan supaya, urusan kedua pihak
dari senjata menjadi damai. Coewie, untuk memberi muka kepadaku, silahkan keringkan cawan ini!"
Siangkoan In Tong duduk bersama Eng Jiauw Ong dan
Khoe Beng, mereka awasi tuan rumah mereka. Yan tiauw
Siang Hiap sebaliknya bersenyum tawar. Ketua itu kuatir dua saudara ini omong sembarangan, lekas2 ia angkat
cawannya dan kata "Boe Pangcoe, sikapmu untuk
menyelesaikan urusan kita ini harus dihargakan. Kesungguhan hatimu ini adalah maksud dari kedatangannya Ong Too Liong. Memang ada menjadi
harapkanku supaya urusan kita didamaikan menurut cara persahabatan kaum kang ouw."
Lantas Eng Jiauw Ong minta rombongannya keringkan
satu cawan, untuk kehormatan tuan rumah yang katanya
hendak bereskan urusan secara damai.
Pihak Hoay Yang Pay tahu, omongannya Boe Wie Yang
tidak berarti sebenarnya tapi untuk mentaati ketua mereka, mereka berbangkit, untuk menyambut ajakan itu. Cuma
Siangkoan In Tong orang yang cuma geser sedikit
nibuhnya. Boe Wie Yang lihat itu, ia diam saja.
Habis minum, semua orang duduk pula.
"Peristiwa di Tongkoan itu, tak sukar untuk diselesaikan," berkata Boe Wie Yang, yang mulai bicara.
"Toan bie Cio Loo yauw ada anggota kami yang telah
langgar undang2 perkumpulan, ia masih belum kembalikan tanda keanggotaan piauw pou, Boe Wie Yang mesti
mengakui bahwa dia tetap anggota kami. Mengenai
keonaran yang diterbitkan Cio Loo yauw, aku tahu itu
adalah perbuatannya menculik murid2 dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay. Dalam hal itu, dia memang berlaku tidak selayaknya akan tetapi harus diketahui, lantaran itu, ada banyak anggauta kami yang terluka dan terbinasa di
tangannya kedua kaum Hoay Yang Pay dan See Gak Pay,
dilain pihak, dua murid yang diculik itu sekarang sudah diambil pulang oleh Ong Loosoe dan Am coe dengan
mereka tak kurang suatu apa, maka aku anggap, kedua hal itu cukup untuk di dipakai dasar pemberesan. Aku pikir, urusan kita kedua pihak disebabkan kejadian kejadian dulu, yang berlarut larut, lalu menjadi hebat karena penculikan itu. Maka menurut pendapatku, baiklah mulai hari ini, kedua pihak saling janji akan kendalikan orang2 sendiri, supaya mereka tidak bentrokan pula. Tentu saja ini adalah daya pertama, entah bagaimana lama kelamaan" Dari itu, aku pikir lebih jauh, baik kita mengadakan garis perbatasan.
Dalam hal ini, kami suka tarik pulang pusat cabang kami dipropinsi2 Anhoei, Hoolam, Siamsay dan Titlee dan
sekitarnya, biar kami bertempat saja mulai dari Pusat Umum Ciatkang Selatan ini ke Tiang kang hulu dan ilir, sedang pihak Hoay Yang Pay dan See Gak Pay batasnya
mulai dari Ceng Hong Po di Hoay siang terus sampai di hulu dan ilir Sungai Besar, Shoa tang dan Shoasay, Hoolam dan Siamsay. Kedua pihak tak boleh melewati masing2
perbatasannya, dengan begitu, kedua pihak jadi tidak saling mengganggu, mereka bekerja dalam masing2 kalangannya
sendiri. Aku percaya, dengan diatur begitu, tidak nanti terbit peristiwa pula. Bagaimana pendapat loosoe dan Am coe?"
"Boe Pangcoe, rencanamu ini telah dipikir dengan
sempurna," kata Eng Jiauw Ong tanpa berlambat lagi,
"akan tetapi, itu baharulah dapat dijalankan jikalau
diadakannya diantara rakyat jelata. Berlainan dengan kita orang2 kang ouw. Bukankah kita telah mengabdi untuk
dunia kang ouw, kepada siapa kita mesti serahkan semua kebisaan kita" Bukankah bagi kita, saban tempat adalah rumah kita" Maka mana bisa dibataskan suatu propinsi atau suatu kota menjadi daerah perkelanaan kita" Ini ada daya tak cocok untuk kita, menyesal sekali, Ong Too Liong tidak dapat menerimanya." Ketua ini terus menoleh pada Coe In Am coe, untuk menegaskan "Bagaimana pikiran Amcoe
mengenai pertimbanganku ini?"
Pendeta wanita ini agaknya tidak senang, dan ia
menjawab "Usulnya Boe Pangcoe cuma cocok diajukan
terhadap ketua Hoay Yang Pay, tidak terhadap See Gak
Pay. Dalam hal bentrokan, See Gak Pay tak dapat dibawa bersama! Bentrokan diantara Hoay Yang Pay dan Kong
Bwee Pang bukan terjadi baharu satu kali, itu adalah
dendaman lama. Memang bentrokan itu harus dicegah.
Bagi kami dari See Gak Pay adalah lain. Bukankah See Gak Pay tak ada sangkut pautnya dengan Hong Bwee Pang"
Bukankah kita tak pernah saling dendam" Pinnie akui, dgn.
pedang Tin hay Hok po kiam ditangan, pinnie ada punya juga musuh2 kaum kang ouw, tetapi mereka adalah
golongan jahat, tetapi dengan Hong Bwee Pang belum
pernah. Bukankah kita masing2 jalan sendiri" Muridku
yang bernama Yo Hong Bwee ada puteri Sie coe Yo Boen
Hoan di Hoa im. Yo Sie coe ini adalah sasterawan dan
budiman turun temurun, ketika dia pangku pangkatnya di
Kanglam, dia ada putih bersih, dia sangat menyintai rakyat, kami kaum kang ouw, kami pasti telah mendengarnya
tentang dia. Kami dari See Gak Pay tidak biasanya
menerima murid bukan orang suci, kalau toh kami terima gadis Yo, itu di sebabkan dia berjodoh dengan kami. Gouw Ko Pie dari Tong kwan mengilar untuk kekayaan nya Yo
Sie coe, yang dia ingin punyakan, maka dia telah gunai tipu daya keji untuk memfitnah, hingga satu sasterawan, satu budiman, mesti terjatuh kedalam mulut srigala dan
harimau. Itu ada perbuatan yang menerbitkan kemurkaan Thian dan manusia, apapula kami kaum Rimba Persilatan, asal kami masih punyakan ambekan, pasti kami akan
menolong padanya, untuk menegakkan keadilan. Tapi Cio Tocoe dari Kong Bwee Pang sudah tidak berbuat demikian, malah dia ikhlas berbuat jahat, dia menambah kehebatan, dia sudah mengganggu kuilku, dia culik muridku itu, yang dia selundupkan ke Kanglam ini. Bagaimana bisa dia rusaki nama baik tiga turunan dari See Gak Pay" Dapatkah pinnie bersabar lagi" Maka juga sekembalinya pinnie ke Pek Tiok Am,
pinnie sudah bersumpah, sekalipun dengan mengkorbankan jiwa semut pinnie, untuk cuci malu itu.
Celakanya, sekarang ini ketahuan, Cio Loo Yauw justeru ada anggota durhaka dari Hong Bwee Pang. Disebelah itu, disepanjang jalan kami telah dirintangi, dimusuhi, dan pelbagai jalan jahat telah dipergunakan terhadap kami malah sampai didalam Cap jie Lian hoan ouw, gangguan
yg. berupa penyerangan gelap masih dilanjutkan. Maka itu sekarang pinnie mohon keadilan dari Boe Pangcoe, supaya Cio Loo Yauw itu dihukum menurut kejahatannya!
Mengenai urusan dengan Hoay Yang Pay, Boe Pangcoe
boleh selesaikan, itu sendiri, pinnie tidak campur tangan tapi mengenai kuilku, pinnie masih hendak, minta lainnya Pek Tiok Am adalah putih bersih sejak dibangunnya,
sekarang dia telah dibakar, dibikin kecipratan bau amis
darah, dengan keadilan Boe Pangcoe, aku minta diutus
hiocoe dari Lwee Sam Tong ke kuilku itu, untuk
menghaturkan maaf supaya ke sucian kami dipulihkan. Ini juga ada permintaan yang mengalah dari pinnie. Apabila Boe Pangcoe tak dapat beri muka terang kepada pinnie, terang pinnie tak dapat memberikan tanggung jawab kepada Hoedcouw yang kami muliakan, kepada tetua kami yang
sudah mengundurkan diri. Umpama Boe Pang coe tak
dapat memenuhi permintaan pinnie ini, itu tandanya Boe Pangcoe tak memandang mata kepada kami, untuk itu, kita pasti punyakan urusan lain lagi".
Semua hadirin tergerak hatinya mendengar kata2
beralasan dari niekouw dari See Gak Pay ini. Dia berada dipihak benar, dia omong dengan sabar tapi suaranya tetap dan tegas..
Boe Wie Yang mendongkol karena kata2 tetamunya itu,
ia gusar, tapa atasi diri sendiri, ia paksakan untuk
bersenyum.

Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Am coe telah menegur dengan beralasan, seharusnya
Boe Wie Yang terima itu dengan baik," berkata ia. "Dalam urusan kita ini, harap Am coe sudi dengar keteranganku.
Bukankah kita ada sama2 kaum kang ouw" Sejak Hong
Bwee Pang dibangunkan pula, aku telah bekerja keras akan larang orang2ku berbuat tidak selayaknya. Tindakan ini ada untuk memperbaiki kesalahan yang lampau. Tindakanku
itu telah membuat aku berhasil juga sedikit sebagaimana adanya sekarang Buktinya, dihadapan para tetamu aku
telah melakukan pemeriksaan di Thian Hong Tong dan
menghukumnya siapa yang bersalah. Pemeriksaan dan
hukuman itu tidak saja untuk memulihkan kebersihan Hoay Yang Pay dan See Gak Pay tapi juga untuk Hong Bwee
Pang sendiri. Kesudahannya, seperti Am coe saksikan
sendiri, telah mengakibatkan satu melapetaka didalam
kalangan kami sendiri. Sekarang Am coe begini mendesak, inilah sulit bagiku. Umpama kejadian aku utus Lwee Sam Tong ke Pek Tiok Am untuk menghaturkan maaf, pasti
seratus lebih tocoe dan anggauta2nya akan beranggapan aku berada dibawah ancaman Tin hay Hok po kiam dan
See boen Cit poo coe. Kalau itu sampai terjadi, apa bukan terlebih baik Boe Wie Yang sendiri yang bersembahyang didepan Couwsoe untuk akui kesalahan sendiri, buat
bubarkan saja Hong Bwee Pang" Dengan demikian,
lenyaplah rintangan untuk See Gak Pay bertindak merdeka dalam dunia kang ouw. Maka itu, Am coe harap kau
maafkan aku, tak dapat aku terima syaratmu ini".
Jawaban menyangkal dari Boe Wie Yang ini segera
menciptakan ketegangan, melihat itu Hek sat chioe Poei Ciong, si Tangan Hitam, boe soe dari Ouwlam, lantas buka suara.
"Aku Poei Ciong telah turut hadirin pertemuan ini, tak dapat aku peluk tangan saja", berkata ia dengan suara keras. "Boe Pang coe, Ong Loosoe dan Am coe, semua
mempunyai alasan nya sendiri, nampaknya masing2 sukar mengalah, maka pikirku, kita orang2 kang ouw baik bicara secara orang kang ouw juga! Sebenarnya, urusan apapun mesti ada akhirnya, tapi urusan ini baiklah ditunda dahulu.
Pertemuan ini, kecuali karena adanya aku satu boe beng siauw coet, serdadu tak ternama, boleh dinamakan
pertemuan orang2 gagah, aku percaya, sulit akan cari
pertemuan semacam ini yang ke duanya. maka itu, baik
diadakan saja satu pertandingan, kedua pihak cari
pemutusan dengan adu kepandaian. Secara demikian
urusan akan selesai dengan segera! Bukankah ini ada cara paling memuaskan" ...."
Belum lagi suara mendengung dari kata2 Poei Ciong ini berhenti atau segera terdengar suara tertawa gelak2 dari
Siangkoan In Tong, yang tangannya masih saja pegangi
hoencweenya, setelah mana dia berkata "Kata2 Poei
Loosoe ini adalah seumpama tusukan jarum, begitu nancap begitu darah keluar! Ini benar ada satu cara yang
memuaskan! Kita memang tak boleh meninggalkan, asal
kita, apa yang dijual, apa yang diteriaki! Memang, mari kita ambil putusan dengan jalan adu kepandaian! Boe Pangcoe, kau ambillah segera jalan ini, aku bersedia akan menemani, untuk menerima pengajaran! Ini juga ada cara untuk
membikin semua hadirin tidak duduk menantikan, dengan kecewa datang dengan gembira, tapi pulang dengan kecele!
Boe Pangcoe, harap kau tidak bersangsi pula!"
Wajahnya Boe Wie Yang lantas jadi terlebih sabar,
lantas ia berbangkit. -ooo0dw0ooo- Jilid 12 "Loosoehoe, tidak berani aku akan tidak dengar
ajaranmu ini," katanya. "Akupun tak hendak bantah lagi kata2 Ong Loosoe, biarlah pri kebenaran diserahkan pada hati masing2, nanti pun ada pertimbangan khalayak ramai.
Tapi aku hendak jelaskan, dengan undang kedua
ciangboenjin datang ke Cap jie Lian hoan ouw ini, Boe Wie Yang tidak kandung maksud akan menyapu habis. Aku
insyaf rendahnya kebisaanku, yang tak dapat dibandingkan dengan kebanyakan tetua Rimba Persilatan, walaupun
demikian, ingin aku belajar kenal dengan Sha caplak lou Kim na hoat dan Eng jiauw lat dari Ong Loosoe yang tidak sembarang diwariskan serta dengan pedang Tin hay Hok po kiam dan mutiara See boen Cit poo coe kepunyaan Am coe.
Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak kandung sikap
bermusuh, bukan aku hendak berlalu tidak hormat. Pasti
aku tidak ingin umum cela2 aku. Ong Loosoe, Am coe, tak bisa aku luluskan permintaanmu, marilah kita terima
usulnya Poei Loosoe, untuk adu kepandaian secara
persahabatan. Sekarang terserah kepada loosoe beramai!"
Ong Too Liong mendeluh bukan main karena
kelicikannya orang ini. "Boe Pang coe," katanya, "seperti Ong Too Liong sudah tegaskan, pertemuan di Ceng Giap San chung ini adalah pertemuan yang terakhir, maka tak usah kita ngobrol saja, bicara secara kosong! Boe Pangcoe, jikalau tetap kau tidak hendak berikan jawaban yang memuaskan, terpaksa kami
hendak pamitan darimu, kami hendak segera undurkan diri dari Cap jie Lian hoan ouw!"
Melihat demikian, Kim kong cie Coe Hoei Siansoe, si
pendeta Siauw Lim Sie, turut bicara "Boe Pangcoe,"
katanya, "aku lihat pertemuan persilatan persahabatan adalah hal yang lumrah. Sekarang kebetulan ada berkumpul pelbagai orang luar biasa, pertemuan semacam ini jarang terjadi, jikalau kau kasi lewat ketika sebaik ini, apakah itu bukannya ketololan" Boe Pangcoe, kenapa kau berlaku
kukuh" Pin ceng justeru hendak minta sekalian rekan yang berkepandaian tinggtu untuk uji apa yang pinceng
pelajarkan. Pertemuan kali ini di Ceng Giap Sanchung
bakal jadi tambahan buah kata indah dalam kalangan
Rimba Persilatan di selatan dan utara Sungai Besar."
Mendengar demikian, Boe Wie Yang menjawab dengan
segera. "Apabila loosiansoe ada punya kegembiraan sebagai ini, baiklah, Boe Wie Yang tidak akan berkukuh lagi," kata ia.
"Aku melainkan kuatir nanti ada orang sangka, dengan
mengandalkan Cap jie Lian hoan ouw, aku jadi berlaku
kurang ajar. Baiklah, kita jangan kesusu, mari minum dulu,
akupun hendak memberi selamat dengan satu cawan. Aku
harap sebentar, diwaktu turun tangan, supaya semua
loosoehoe ingat persahabatan kaum kang ouw, supaya
dibataskan dengan saling towel saja, supaya persahabatan bisa dipertahankan. Inilah pengharapanku, yang akan
membikin aku merasa bersyukur".
Karena suasana telah jadi sedemikian rupa, hilanglah
kegembiraan kedua pihak akan minum terus. Tanpa tanda lagi, masing2 lalu berbangkit dari kursi mereka. Malah Eng Jiauw Ong turut berbangkit sambil membungkam, karena ia sebal untuk sikapnya Boe Wie Yang yang ia anggap rendah.
"Tunggu sebentar!" tiba2 Na Pek berseru. "Ada satu hal yang membuat aku kurang aman, untuk mana aku mohon
penjelasan pangcoe. Sebenarnya, segala urusan mesti
dibicarakan oleh ketua kami, tetapi Na Loo Toa ada punya semacam penyakit, ialah penyakit kuatir akan hati manusia, yang tertiraikan kulit perut, nanti berpikir tiga atau dua.
Kita akan bikin pertempuran persahabatan, kita omong
manis, tapi entah bagaimana kesudahannya. Aku ingin kita, kalah mengaku kalah, yang menang boleh menjagoi!
Jangan pangcoe berlaku sungkan2, mari kita bikin
perjanjian yang tegas. Umpama Hong Bwee Pang tak
sanggup menangkan kami, aku minta kau segera bubarkan Cap ji Lian hoan ouw ini, supaya kau mundur dari
Ciatkang, di selatan dan utara Sungai Besar. Hong Bwee Pang tak boleh dirikan pusat lagi. Umpama pihak kami tak bisa peroleh kemenangan, kami tidak menyesal, tidak saja kami tak akan datang ke selatan dan utara Sungai Besar, juga kami akan bubarkan Lek Tiok Tong, kami semua akan pergi umpatkan diri. Perihal Hoay Yang Pay dibangun pula atau tidak, itu ada urusan dikemudian hari. Tidakkah
perjanjian ini adil?"
Boe Wie Yang berdiam karena kata2 setajam itu.
"Karena Na Toa Hiap sangat mendesak, apabila Boe
Wie Yang tidak mengiringinya, pasti orang akan katakan aku sangat cupat pikiran, maka baiklah, beginilah perjanjian kita!" kata ia akhirnya, dengan gusar.
"Kapan satu laki2 keluarkan perkataannya, perkataan itu tak terkejar empat ekor kuda", kata pula Na Pek. "Kita sudah bicara tegas, maka siapapun tak boleh menyesal!"
Boe Wie Yang masih saja gusar.
"Na Toa Hiap", katanya, "Boe Wie Yang pimpin seratus
lebih pusat, belum pernah ada orang hinakan aku, apa
mungkin Toa Hiap anggap aku tukang putar balik
perkataan?" Melihat saudaranya terlalu mendesak, Ong Too Liong
menyelak. "Boe Pangcoe, karena kita ada sama2 orang kang ouw,
tidak usah kita bicara banyak2. Nah, begini saja perjanjian kita!"
Lantas ia putar tubuh, akan kasi hormat pada Siangkoan In Tong, Ciong Gam dan lain2 rombongan sahabatnya, ia kata "Ciong wie loosoe, harap tidak sungkan lagi, sudah sampai waktunya akan menemui pelbagai orang pandai dari Rimba Persilatan. Mari kita i kedepan!" Lalu ia tambahkan pada Coe In Am coe "Amcoe, marilah!"
Semua orang lantas bertinduk keluar dari Ceng giap
tong, malah Siangkoan In Tong bertindak tanpa perdulikan lagi pada Boe Wie Yang, ia bawa terus hoencweenya.
"Maafkan kami, kamipun tak sungkan2 lagi", kata Boe
Wie Yang beramai sambil mereka memberi hormat.
Justeru itu Auwyang Siang Gee datang dengan cepat,
melapurkan bahwa Cio Leng Pek, setelah dia diserahkan pada Heng tong, sudah dibawa kepelabuhan.
"Baik", kata ketua itu, yang lalu meneruskan "Aku
sudah persilahkan semua tetamu pergi kedepan untuk
mereka berikan pengajaran kepada kita".
Auwyang Siang Gee manggut, lantas ia ambil
tempatnya, untuk memberi hormat pada pihak tetamu.
Pihak Hong Bwee Pang berlaku hormat, rombongan
mereka berdiri dengan beraturan, mulai dari Liong Tauw Pangcoe dan hiocoe2 dari Lwee Sam Tong, lalu hiocoe2
dari Hok Sioe Tong, lalu semua tocoe, sekalian loosoe dari cit tong, heng tong dan lee tong. Adalah leetong soe yang lantas atur tempat duduk kedua pihak, yang terpecah di selatan dan utara. Cit tong soe lantas menyuguhkan teh, semua orangnya berpakaian seragam, usia mereka baharu dua puluh kurang lebih. Nanampan semua diberi warna air emas, setiap nenampan muat empat cangkir porselen.
Mereka keluarnya dari belakang para bunga selatan dan utara, semua tindakannya gesit. Sehabis menyuguhkan teh, mereka undurkan diri pula.
Suasana ada sunyi tapi tegang, semua orang berdiam
kecuali Siangkoan In Tong, yang repot sendiri dengan
hoencweenya, untuk isikan itu, untuk nyalakan api, untuk menyulutnya. Iapun berpaling kepada semua anak muda,
yang berdiri dibelakang semua tetua, akan akhirnya ia gapekan Siauw Liong Ong Kang Kiat, yang berdiri
dibelakang sekali. "Mari!" katanya "Kau masih boca, jangan belajar malas!
Hayo kau tekes batu apiku!" Dan ia sodorkan tekesannya setelah boca itu datang dekat.
Kang Kiat tidak kenal orang ini tapi melihat Eng Jiauw Ong soecouwnya memperlakukan nya dengan hormat, dia
bisa duga orang ini tentu tak kalah liehay nya daripada Yan tiauw Siang Hiap. Ia menghampirkan dengan lantas,
dengan air muka terang, ia kata "Jikalau soecouw tidak panggil aku, aku tidak berani datang mendekati, aku kuatir soecouw sebal terhadapku."
Sembari berkata begitu, ia nyalakan api, ia sulut
hoencwee. Siangkoan In Tong segera menyedot dua kali, lalu ia
kepulkan asapnya yang tebal, matanya melirik si boca. Ia rupanya lihat, kedua pihak ketua sedang bicara, ia tidak berani omong keras2. Ia kata dengan pelahan sekali pada boca itu "Kau adalah Siauw liong ong, satu naga cilik, diatas pasir pesisir kau tidak punya guna! Kenapa kau tidak pelajari kepandaian" Disini ada tempat kita perlihatkan diri, siapa ada punya kepandaian tetapi dia tidak hunjukkan itu, sungguh penasaran! Kenapa gurumu tidak pikirkan
kepentinganmu" Kenapa kau, setelah diterima jadi murid, tidak segera diajarkan kepandaian" Kenapa dia suruh kau ikut2an kemari" Tidakkah guru sebagai dia, diangkat jadi guru atau tidak, akan sama saja" Benar tidak kataku, boca cilik?"
Sehabis mengucap demikian, tanpa tunggu jawaban,
Wah Po Eng menoleh kebelakang kepada murid yang lain, hingga ia tampak si tolol Coh Heng, muridnya Ban Lioe Tong. "Si tolol itu siapa?" ia tanya.
"Oh, dia," jawab Kang Kiat dengan pelahan sekali.
Terus ia tunjuk Ban Lioe Tong. "Dia adalah Coh Heng,
muridnya Ban Soe couw ...."
Siangkoan In Tong segera melirik Siok beng Sin Ie, ia bersenyum.
"Aku dengar dia adalah murid pandai dari Kwie In Po,
dia mengartimu kedot Tiat pou san, benar tidak?" ia tanya pula Kang Kiat.
"Teecoe seorang murid paling baharu tak tahu jelas
tentang sesama murid seperguruan," sahut Kang Kiat.
"Mengenai saudara Coh Heng itu, dia katanya ada satu
anak sebatang kara, Ban Soecouw rawat dia semenjak kecil, dia sangat disayang, tidak pernah dia dikasi keluar dari Kwie In Po...."
Baharu Siauw Liong Ong berkata sampai disitu,
Siangkoan In Tong telah menoleh pada Boe Wie Yang,
lantas ia goyangkan kepala akan melarang si boca bicara terus, kemudian ia sedot pula hoencweenya.
Kang Kiat berdiam. Coh Heng berdiri berendeng dengan
Kee Pin, ia ketarik melihat Siauw Liong Ong bicara dengan Siangkoan In Tong, ia awasi orang yang asing baginya.
Siangkoan In Tong tidak perhatikan si tolol itu, dia lebih repot dengan hoencweenya, yang ia pegangi dengan tangan kanan, sedang tangan kirinya merabah cangkir teh, yang berada diatas meja kecil, hanya kemudian, cangkir dan hoencwee, dipertukarkan tangan. Kalau lain orang habis minum, cangkirnya dipulangkan ketempat asalnya, ditutup pula dengan tutupannya, dia hanya letaki tutup cangkir di pinggiran. Dengan air teh yang panas itu ia basahkan
tenggorokannya. Seharusnya, pembicaraan akan dilakukan diantara kedua ketua, hal ini tertunda karena dua kali, Boe Wie Yang terima lapuran mendadak, yang datang adalah kedua to
coe, urusan agaknya sangat penting.
Selagi tuan rumah repot, Siang koan In Tong repot
dengan air tehnya, beberapa kali ia minta tambah.
Dipihak pelayan, yang jadi kepala adalah masing2 tiga cit tong soe, tiga heng tongsoe dan tiga leetong soe, maka perlayanan terjaga baik.
Kang Kiat terus berdiri dibelakang orang asing ini, yang ia panggil couwsoe juga, hingga ia lihat tegas tingkah lakunya, bagaimana dia irup teh panas, bagaimana dia
ngoce sendiri, "Panas, panas!" Tapi mulut cangkir ditutupi telapakan tangannya sendiri. Pun ia tampak bagaimana tiga jarinya couwsoe ini, tiga jari dengan kuku paling panjang, dimasukkan kedalam cangkir, direndam dalam teh panas.
Sebab tangan bajunya gerombongan, lain orang tidak lihat itu. Karena pengetahuan ilmu silatnya belum ada, Kang Kiat tak tahu apa maksudnya couwsoe ini dengan rendam kukunya itu.
Satu kali Siangkoan In Tong angkat tangannya, ia
sentilkan satu jarinya, hingga air yang nempel dijari atau kuku itu, terlempar. Kang Kiat berdiri terlalu dekat, ia terkena cipratan air itu, ia kaget sekali, sebab ia merasakan mukanya sangat sakit. Di lain pihak, Coh Heng pun kaget, karena pipinya sakit seperti diserang peluru, hampir ia menjerit.
In Tong lihat si tolol berpaling kearah ia, ia manggut dengan pelahan. Itu adalah panggilan. Lantas Coh Heng menghampirkan dengan tindakan pelahan, sembari jalan ia usap2 pipinya, yang basah sedikit. Begitu sampai
dibelakang In Tong, ia hendak tanya Kang Kiat ada urusan apa, tapi In Tong dengan muka keren goyang2 tangannya, atas mana jago cilik ini minggir sedikit.
Sekarang, secara kebetulan, Kang Kiat lihat tangan yang diangkat dari cangkir itu, ia menjadi heran. Ia tak lihat sepuluh kuku panjang dikedua tangan couwsoe baru ini, sebagai ganti nya, ditiga jari dari kedua tangan, masing2
ada sarung kulit. Dalam herannya, ia mulai mengarti
permainan celup tangan dari si couwsoe aneh itu.
Coh Heng berdiri dibelakang orang baru ini, ia tidak
berani buka suara, dan ia diam saja waktu Ban Lioe Tong, gurunya, menoleh kepadanya. Itu waktu, Siangkoan In
Tong telah bicara kepadanya, dia melengak, tapi kemudian dia manggut2. Kemudian, diluar perhatiannya Lioe Tong, dia kembali ketempatnya.
"Ada apa Siangkoan Loosoe panggil kau?" tanya
kawannya. Coh Heng tidak jadi tolol terusan, ia menjawab
"Siangkoan Loosoe mewakilkan ketua kita memberikan
titah2, dia suruh kita diam, sebentar kita akan lihat sendiri.
Dia larang aku uwarkan titahnya itu."
Kee Pin segera menoleh, ia tidak perhatikan akan
katanya kawan ini. Ketika itu sudah lewat tengah hari, tanpa bersangsi pula Eng Jiauw Ong bicara kepada Boe Wie Yang. Ia kata "Boe Pangcoe, sekarang ini kita jangan berlaku sungkan pula.
Silahkan kau minta siapa saja untuk maju, nanti aku minta salah
satu sahabatku untuk terima pengajaran daripadanya." Boe Wie Yang hendak jawab tetamunya itu. ketika
Siangkoan In Tong, yang telah ketruki hoencwee pada kaki sepatunya, mendahului berkata "Ong Loosoe, menurut aku, siapa saja, asal yang punyai kepandaian, boleh lantas maju, tak usah lagi kita pakai aturan si tua atau si muda.
Bukankah kita sedang bikin pertemuan persilatan dan
bukannya menjual silat" Cuma, kalau yang maju ada yang ilmunya tinggi, siasialah majunya si anak muda, sebab dia tentu tak berani buat main kampak didepan akhli! Paling benar suruhlah si muda yang maju paling dulu, sehabis itu
baharu disambung oleh mereka yang sudah kenamaan.
Apakah Boe Pangcoe setuju dengan usulku ini?"
Boe Wie Yang sebal terhadap tetamu baharu ini, ia
anggap orang ini sebagai pengacau. Umum toh tahu, hanya namanya saja pertemuan itu ada pertemuan persilatan
persahabatan, akan tetapi sebenarnya, ini adalah pertemuan mati atau hidup. Eng Jiauw Ong pun malu hati akan cegah orang bicara, karena ia tahu dia ini datang untuk bantu pihaknya. Karena ini, terpaksa ketua Hong Bwee Pang
menyahuti. "Siangkoan Loosoe, Boe Wie Yang setujui usulmu ini",
kata ia. "Cuma satu hal harus diketahui, yalah bedanya diantara Hong Bwee Pang dan Hoay Yang Pay. Kami
adalah menyiarkan pelajaran, bukannya mengajarkan
murid, sedang sebagai Liong Tauw Pangcoe aku tak sempat menerima murid lebih jauh maka diantara kami, tidak ada banyak anak murid, ada juga beberapa pemuda tukang urus hio dan pedupaan, hingga pasti mereka tidak berani main gila dihadapan murid2 liehay dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay. Apabila pihakmu majukan murid2, terpaksa kami disini akan majukan beberapa tocoe untuk menemani!"
Siangkoan In Tong manggut.
"Jangan merendah, Boe Pangcoe. Kita sedang berlatih,
jangan kita perdulikan soal umur!" ia kata.
"Jikalau demikian, silahkan soehoe yang mana saja
maju," kata Boe Wie Yang. Ia meminta, sebenarnya ia
menantang. Siangkoan In Tong lantas menoleh kepada kedua ketua,
ia berkata "Aku lihat, cyiangboendin, baiklah diberi titah untuk orang maju dulu. Ditempat sebagai ini, siapa telah belajar silat, dia mesti pertunjukkan itu. Kalau tidak disini, hendak dimana lagi?"
Eng Jiauw Ong bersenyum terhadap sahabat baru ini,
dalam hatinya ia kata "Benar2 kau bersenda gurau
denganku! Kau telah mengucapkannya, apabila aku tidak turuti usulmu, pasti kau kehilangan muka.... Tapi mungkin kau tidak ingat, dalam Hong Bwee Pang ada banyak orang2
liehay, kalau kita majukan anak muda dan permulaan saja pihak kita kena dirubuhkan, bagaimana" Apa itu tidak akan mendatangkan malu?" Karena ini, ia menoleh kepada Coe In Am coe, akan tanya "Am coe, apa muridmu bisa maju
disembarang waktu?" Niekouw itu menjawab "Harap Ong Soeheng tidak
terlalu merendahkan diri. Pinnie cuma punya beberapa
murid tolol, mana pinnie berani melancangi soeheng" Baik murid soeheng saja yang dimajukan terlebih dahulu!"
Eng Jiauw Ong menoleh kepada rombongan muridnya,
segera ia lihat Hoa In Hong dan Soe touw Kiam, yang
pertama muridnya, yang kedua murid Ban Lioe Tong.
Setelah itu, ia berpaling pula kepada niekouw dari See Gak.
"Baiklah, aku tidak seejie lagi," katanya. Lalu ia awasi kedua murid itu, akan kemudian berkata "Kamu datang
untuk menonton pelbagai cianpwee dari Rimba Persilatan, akan saksikan orang2 pandai dari dunia kang ouw,
sebenarnya tidak ada tempat untuk kami pertunjukkan
kejelekan disini, tetapi karena adanya kecintaan dari Siangkoan Loosoe dan disetujui juga oleh Boe Pangcoe, tiada halangannya untuk kamu terima pengajaran atau
pengunjukan dari sebawahannya Boe Pangcoe."
Hoa In Hong dan Soe touw Kiam mengarti maksud guru
itu, yang menganjurkan salah satu dari mereka untuk maju lebih dulu, tapi ketika Soe touw Kiam memandang
gurunya, guru itu sedang mengawasi kelataran adu silat. Ia insyaf kerasnya aturan gurunya, ia tidak berani lancang,
karena itu, ia beri tanda akan sang soeheng saja majukan diri.
Biasa Hoa In Hong sabar dan suka mengalah, tapi kali
ini ia gembira akan maju dimuka. Ini disebabkan, sejak diculik ia ada sangat mendongkol dan penasaran. Orang telah ringkus ia tanpa pertempuran lagi, maka sekarang ada ketikanya untuk ia perlihatkan kepandaiannya, agar pihak Hong Bwee Pang tidak pandang enteng kepadanya.
Begitulah ia manggut kepada gurunya. Tapi baharu ia
hendak buka mulut, mendadak ia dengar tindakan kaki
yang berat, apabila ia menoleh, ia lihat Coh Heng
mendahulua maju, terus dia ini kata kepada ketuanya
"Soepe, ijinkanlah teecoe maju paling dulu, apabila aku tidak berhasil, baharu tukar lain orang!"
Melihat si tolol ini, Eng Jiauw Ong terperanjat berbareng mendongkol.
"Celaka!" kata ia dalam hatinya.
Lain orang Hoay Yang Pay pun terkejut, apapula mereka yang tidak tahu baik tentang si tolol ini. Bukankah itu ada tempat mati atau hidup" Kenapa untuk pertama kali ada majukan diri orang seperti dia ini" Maka orang anggap, Ban Lioe Tong tentu akan tegur muridnya.
Coh Heng sementara itu sudah kasi hormat pada sang
soepe, lalu ia kata pada gurunya "Soehoe, aku hendak maju untuk layani mereka, apabila aku kalah, baharu soehoe yang gantikan aku...."
"Jangan banyak omong!" sahut Lioe Tong dengan air
muka keren. "Kau ada punya nyali untuk maju, buat apa kau tanya aku" Kau boleh maju! Tapi ingat, aku cuma
ijinkan kau bertempur dengan tangan kosong, tidak dengan alat senjata! Kau mengarti tidak?"
Setelah mengucap demikian, Siok beng Sin Ie melirik
kepada Siangkoan In Tong, siapa sebaliknya dengan air muka ber seri2 tengah mengawasi lapangan untuk pieboe itu.
Melihat sang soetee tidak cegah muridnya, Eng Jiauw
Ong segera ingat, walaupun Coh Heng tak cerdas otaknya, mungkin dia ini ada punya pukulan istimewa, maka ia kata kepada keponakan murid itu. "Coh Heng, kau hendak maju untuk terima pengajaran dari loosoehoe dari Hong Bwee Pang, baik, kau boleh maju! Adalah harapanku yang kau tidak akan bikin malu pada gurumu."
Coh Heng tidak pandai bicara, maka itu, begitu dapat
ijin, ia lantas putar tubuh untuk hampirkan lapangan, yang tanahnya rata terampar pasir halus. Ia tidak tahu mesti ambil tempat dimana, maka setelah berjalan belasan tindak, ia berhenti akan balik badan menghadap keluar, terus saja, ia siap dengan sikap nya. Akhirnya, ia mengawasi ke arah rombongan tuan rumah.
Turut pantas, sesudah siap, Coh Heng mesti buka mulut menantang lawan, tetapi dia bungkam, maka pihak Hong
Bwee Pang ada antaranya yang tertawa diam2, semua
mengawasi saja. Melihat demikian, si tolol Ini jadi tidak sabaran.
"Eh, apa antara kamu tidak ada yang mau layani aku
main2" Aku Coh Heng! Hayo, jangan buang2 tempo!"
Mendengar itu, pihak Hong Bwee Pang riuh tertawa.


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dipihak tuan rumah, Boe Wie Yang juga tidak pernah
perhatikan murid2 pihak lawan, adalah setelah tampak
munculnya Coh Heng, ia terkejut. Bukankah aneh Hoay
Yang Pay, yang demikian kesohor, mesti majukan boca
tolol" Maka ia awasi si tolol ini, hingga ia tampak nyata sorot mata si tolol ini. Anak muda ini pasti telah berlatih
baik. Karena ini, melihat pihaknya tertawa, ia kerutkan dahi, lalu dengan mata bengis, menandakan mendongkol
nya, ia awasi mereka Itu. Kemudian ia berkata "Coh
Soeheng dari Hoay Yang Pay telah begitu baik hati
memajukan dirinya. Coh Soeheng ini ada murid terpandai dari Ban Loosoe dari Kian San, dia terhitung ada dari tingkatan ketiga dalam runtunan Hoay Yang Pay, karena itu tak dapat sembarang tocoe majukan diri untuk melayani padanya. Dari pihak luar, soenkang tocoe yang mana saja boleh maju siapa mau?"
Dengan katanya ini, Boe Wie Yang kisiki semua tocoe
supaya jangan ada tocoe bagian dalam yang maju, dia
kuatir, apabila pihaknya dapat kemenangan, pihaknya nanti dikatai menghina yang muda. Sebaliknya, kalau pihaknya kalah, malunya bukan main.
Dipihak Hong Bwee Pang ada Tocoe Kim Yong, yang
asalnya dari puncak Lok Gan Hong dari Gan Tong San,
baharu saja kemarin dia ditarik kedalam. Dia adalah
muridnya Tiat auw coe Thio Hong si Elang Besi dari
Ouwlam. Guru itu ada salah satu orang Rimba Hijau yang liehay dipropinsi Ouwlam. Kim Yong sangat jumawa,
pernah dua kali dia jatuh merek, hingga dia diusir gurunya, karena mana, dia lari kepada Hong Bwee Pang. Juga disini, antara kawannya dia suka agulkan diri. Ia girang ketika ia ditarik
kedalam. Memang ia niat pertunjukkan kepandaiannya didepan Liong Tauw Pang coe, maka
sekarang tibalah ketika yang di nanti2 itu. Tak ayal laga maju kepada ketuanya, untuk minta perkenan melayani
lawan. "Kau hendak layani Coh Soeheng, baiklah," kata Boe
Wie Yang. "Jangan kau pandang ringan kepada Coh
Soeheng ini, dia ada murid terpandai dari Ban Loosoe dari Kian San, dia mestinya liehay. Kau harus ingat, karena ini
ada pertandingan persahabatan, batasnya ada saling towel saja, jangan sampai kau melukainya. Nah, kau boleh
maju!" Kim Yong manggut, ia putar tubuh akan kasi hormat
kepada pihak Hoay Yang Pay, kemudian ia bertindak
kelapangan pieboe. Ia belum berumur tiga puluh tahun, romannya gagah. Setelah buka baju luarnya, ia segera siap.
Dalam hatinya ia tertawa melihat roman tolol dari sang lawan, yang berdiri terpisah setumbak lebih dari padanya.
Coh Heng sudah tidak sabaran, ia mendahului buka
suara! "Hayo, kita berdua main2! Ketahui olehmu, tangan dan kakiku tidak tetap, umpama kau kebentur, jangan
salahkan aku tidak kenal persahabatan!"
"Jangan sungkan, Coh Soeheng", sahut Kim Yong.
"Kau ada murid kesayangan Loosoehoe Ban Lioe Tong
dari Kian San, yang namanya menggetarkan dunia kang
ouw, mustahil kaki tanganmu tak tetap" Adalah aku Kim Yong, yang cuma mengarti sedikit ilmu silat kampungan, aku justeru hendak mohon pengajaran darimu. Benar
seperti katamu, aku pun minta dimaafkan apabila aku
kesalahan tangan atau kaki...."
Coh Heng tertawa geli. "Aku tak bisa bicara, ketuamu telah suruh kau maju,
nah, mari maju!" berkata ia. "Tapi ingat, karena kereta bobrok tak boleh menghalangi jalanan bagus, apabila
sebentar dagingmu bonyok dan tulangmu remuk, kau mesti ditukar dengan lain orang! Benar tidak, kawan Kim?"
Kim Yong jadi tidak senang.
"Coh Soeheng, disini dimuka banyak loosoehoe
kenamaan, bukan tempat berguyon!" ia menegur. "Kalau
kau ada punya kepandaian, kau segeralah keluarkan!"
Masih murid dari Kwie In Po tertawa.
"Hayo, kau majulah!" ia terima undangan, tapi ia tidak pasang kuda2, ia berdiri dengan kedua tangan dikasi turun.
Melihat orang tidak bersiap menurut caranya orang
hendak adu silat, Kim Yong pikir, "Baik aku hajar binatang ini, supaya dia tak menjemuhkan terlebih jauh....." Terus ia memberi hormat dan kata pada lawan itu "Coh Soeheng,
mulailah!" "Ah, kawan Kim, apakah kau tidak mau maju?" tanya si
tolol. Nyata dia bisa berlaku tenang.
Kim Yong kalah sabar, memangnya ia tidak pandang
mata kepada si tolol itu. Ia juga tidak tahu bahwa lawan itu sebenarnya bersiap dengan "Sian thian Thay kek touw,"
yang memperlihatkan sikap wajar. Sembari berseru
"Baiklah!" ia lompat maju, gerakannya sangat gesit, dua jari tangannya yang kanan segera menuju kemuka lawan.
Masih saja Coh Heng bersikap tenang, cuma dengan
egos kepala sedikit, ia sudah terluput dari tusukan kepada matanya.
Melihat demikian, Kim Yong cepat tarik pulang tangan
kanannya itu, untuk berbareng menyerang dengan tangan kiri, mengarah kepala si tolol itu.
Coh Heng angkat kedua tangannya akan buka serangan
itu dari mulutnya ia keluarkan seruan "Ini belum masuk hitungan!"
Ditangkis secara demikian, hingga empat tangan
bentrok, Kim Yong rasakan kedua tangannya sakit, diam2
ia merasa ia bisa rubuh ditangan si tolol ini.
Tapi Coh Heng, setelah tangkisannya itu, yang bikin
orang berjengit, lantas menggeser tubuh kekiri, ia tidak meneruskan menyerang.
Melihat gerakan lawan itu, hatinya Kim Yong jadi besar pula. Apabila tadi ia terus diserbu, tidak ampun lagi ia pasti rubuh. Ia lantas menggeser ke kanan dua tindak, atas mana, lawan itu maju.
"Boca ini liehay juga, tak boleh aku kasi diriku dijebak,"
pikir Kim Yong. Ia tunggu sampai orang datang dekat,
tiba2 ia menyerang keiga kiri.
"Kawan Kim, kau sebat sekali!" berseru orang yang
diserang, yang mengelakkan diri kekanan hingga serangan mengenai sasaran lowong.
Tapi Kim Yong tidak berhenti, ia teruskan memutar diri, hingga ia jadi berada dibelakang lawan itu, sambil
menyerang dengan kedua tangan, dalam hatinya ia berkata
"Sekarang kau hendak lari kemana?"
Benar2 Coh Heng jadi sasaran serangan itu, bebokongnya perdengarkan suara berkedebuk keras.
Tetapi celaka adalah Kim Yong yang menyerang itu,
sebab kedua kepalannya seperti menumbuk batu, ia
meringis, karena kedua tangannya itu patah sendirinya!
Coh Heng pun tidak berdiam setelah ia dapat hajaran, ia balik tubuh dengan cepat, kedua tangannya mengibas dan mendorong dengan keras, dari mulutnya terdengar usiran
"Pergi kau!" Tocoe dari Lok Gan Hong itu sedang kesakitan, tak
sempat dia mundur, tubuhnya kena tertolak keras, sampai ia terpelanting beberapa tindak dan rubuh terbanting
demikian keras hingga pingsan, mukanya pucat bagaikan kertas.
Pihak Hong Bwee Pang terkejut, apapula mereka yang
sedari tadi memandang enteng kepada Coh Heng, sedang
hengtong soe yang siap sedia bersama beberapa orangnya, lantas maju dengan gotongan, untuk tolong tocoe yang
bercelaka Itu. "Gouw Loosoe, tunggu dulu!" tiba2 terdengar cegahan.
"Kim Tocoe patah kedua tangannya, apabila dia terus
diangkat dan tangannya itu tergerak, sukar akan
disambungnya pula!" Orang yang bersuara ini, satu cittong soe, lantas lari menghampirkan.
Itu waktu, dari belakangnya Boe Wie Yang, juga keluar satu anak muda.
"Hengtong Gouw Loosoe", berkata pemuda ini, "dengan
titah nya Liong Tauw Pangcoe, terimalah ini tiga butir obat Pat tin Ciat koet tan. Kau obati Kim Tocoe setelah dia dibawa ke ruangan Hengtong, itu mesti terjadi dalam satu jam, kemudian kasi dia mengaso sepuluh hari, akan
akhirnya kirim dia kembali ke Lok Gan Hong".
Sesudah serahkan obatnya, pemuda itu mundur pula.
Kim Yong lantas ditolong dan diangkat naik kegotongan.
Ia sedar dari pingsannya, ia menjerit bahna sakitnya kedua tangannya yang patah itu, lalu ia pingsan pula. Maka lekas orang angkut ia pergi.
Sementara itu Coh Heng masih berdiri diam ditengah
lapangan. Dia ingat baik kisikannya Siangkoan In Tong, ia mesti rubuhkan lawan dari satu sampai tiga atau lima
orang. Iapun berlega hati kapan ia lihat ketua dan gurunya tidak tegur ia sebab ia lukai musuh, sedang sekalian
soehengnya mengawasa sambil bersenyum.
"Hayo, siapa lagi yang berani dan hendak maju main2
dengan aku!" ia menantang, hatinya jadi tambah besar.
"Yang majukan diri mesti orang yang kuat tubuhnya! Hayo maju, jangan sampai didului lain orang!"
Selagi si tolol ini bicara, satu orang hampirkan Boe Wie Yang untuk minta perkenan, setelah mana dia bertindak kelapangan. Di para2 senjata dia sampirkan baju luarnya, sebagal gantinya ia samber selembar saputangan hijau, untuk dipakai membungkus rambutnya. Gesit geraknya
ketika dia hampirkan pihak lawannya.
"Coh Soehoe," kata ia sambil memberi hormat, "aku
Hauw Giok, Soenkang tocoe kesembilan dari Hoen coei
kwan. Tadi Kim Tocoe tak seharusnya melayani Coh
Soehoe, yaug bertubuh dengan ilmu kedot Heng lian Kang hoe, hingga kedua tangannya patah. Syukur soehoe murah hati, tidak sampai dia hilang jiwanya. Sekarang aku ingin main denganmu, aku harap kaupun nanti berlaku murah
hati terhadapku." "Aku harap kau tidak bicara banyak2, aku tidak
mengarti," katanya dengan ringkas. "Baik kau mulai
menyerang saja!" "Ah, Coh Soehoe, jangan kau ber pura2 terhadapku!"
kata Hauw Giok. "Aku tahu, ketika kau geraki tanganmu, kau telah pikir itu. Mari kita cari keputusan, siapa kalah, siapa menang! Tapi aku hendak jelaskan, jikalau kau tidak mulai, aku tidak mau serang padamu. Kim Tocoe kena
terpedaya, aku tidak, mau!"
Kedua matanya Coh Heng terputar, ia tertawa karena
geli hatinya. "Kau terlalu curiga, kawan!" kata ia. "Kau" lihat aku gunaimu apa" Aku percaya, seumur hidupmu kau tidak
akan mengarti! Aku pakai apa yang guruku ajari! Buat aku
turun tangan lebih dahulu, itulah gampang, kau toh yang minta! Sebenarnya tak banyak pelajaranku, tapi biarlah, sekarang kau sambut aku!"
Coh Heng tidak boleh dianggap tolol sungguhan, karena berbareng dengan kata2nya itu, kedua tangannya melayang, menyusul gerakan tubuhnya yang maju. Ia bikin gerakan
"Hek houw sin yauw," atau "Harimau kumbang
mengulet," serangannya menuju dada, majunya pun gesit bagaikan kunyuk tubruk tikus.
"Bagus!" berseru Hauw Giok seraya ia kesampingkan
tubuhnya, dari mana, dengan tubuh sedikit miring, ia
melayangkan kaki kanannya untuk balas menyerang.
Memang sengaja ia minta sang lawan menyerang dulu,
supaya ia bisa lihat gerakan orang. Ia hendak mencari balas bagi Kim Yong, tak mau ia kalau ia kena dirubuhkan lebih dahulu.
Beda daripada lain2 murid Hoay Yang Pay, gerakannya
Coh Heng tidak lantas memperlihatkan gerak gerik ilmu silat kaum nya itu, karena ketololannya. Ban Lioe Tong berikan dia pelajaran lain, yang sudah dipikir, untuk dicocokkan dengan sifat luar biasa dari murid ini. Itu adalah ilmu silat "Sian thian Pat sie," gerakan sewajarnya, yang diajarkan cuma kepadanya sendiri. Lioe Tong berikan
pelajaran nya itu sesudah ia peroleh pengunjukan dari Hoei Sian Siansoe, itu pendeta dari Siauw Lim Sie di Pouw
thian, siapa tidak bisa bawa muridnya ini berhubung dia, dari jabatannya sebagai Kam ih di Pouw thian, sudah
dipindahkan untuk mengurus Lo Han Tong. Menurut Hoei
Sian Siansoe, Coh Heng tidak cerdas, tapi dia tidak bakal alami bahaya maut, meskipun demikian, Lioe Tong tidak ijinkan muridnya melintas keluar dari Kwie In Po. Coh Heng tahu diri, maka ditempat pertempuran penting sebagai ini, ia jaga diri baik2.
Coh Heng tahu bahagian tubuhnya yang lemah, maka
itu, melihat gerakannya Hauw Giok, ia mengarti liciknya lawan ini. Segera ia elakkan tubuh kekiri, sambil berkelit tangan kanannya bergerak menyamber kearah kaki yang
menendang padanya. Hauw Giok insyaf musuh liehay, ia menendang dengan
perdata, maka waktu ia dibalas diserang, cepat ia tarik pulang kakinya, terus ia lompat menyingkir.
Gusar Coh Heng menampak kelicikan lawan ini.
"Sahabat baik, jangan kau pikir untuk kabur!" berseru ia sambil loncat menyusul, tangannya menyerang dengan
"Hek houw toh sim," atau "Macan kumbang mengorek
hati." Ia arah bebokongnya lawan, karena lawan itu sedang balik tubuh.
Kakinya Hauw Giok sudah injak tanah ketika ia ketahui musuh susul padanya, dengan sebat ia pindahkan kaki
kanannya ke kanan, hingga begitu lekas ia putar tubuh, ia jadi berada disebelah kanan lawan. Tidak membuang tempo lagi, dari sini ia kirim tonjokan ke pilingan lawan itu.
Coh Heng telah menyerang tempat kosong, tidak heran
kalau ia gampang diserang, sedang tangan kanannyapuhn tak keburu akan dipakai menangkis. Ia kembali gusar akan ketahui, lagi2 bagian tubuhnya yang berbahaya yang
dijadikan sasaran. "Binatang!" ia berseru sambil ia mendekam, untuk kelit serangan. Begitu bebas, ia bangkit pula seraya membalik tubuh akan hadapi lawan itu, terus ia tabas tangan kanan musuh, yang tadi dipakai menonjok padanya.
Hauw Giok tahu lawan liehay, tapa tidak sangka orang
ada sangat gesit. Tidakkah orang beroman tolol" Lekas2 ia tarik pulang tangannya itu, tidak urung ia masih agak
terlambat, tangannya kena juga tersempar, hingga tubuhnya turut seloyongan tiga empat tindak. Yang hebat adalah rasa sakit pada tangannya yang tersempar itu, sakit seperti dibacok.
Pihak Hoay Yang Pay berlega hati melihat si tolol lolos dari bahaya dan berbalik dapat menghajar lawan, semua jadi girang. Eng Jiauw Ong sendiri tidak menduga bahwa keponakan murid ini ada demikian liehay, karena mana, ia kagumi Ban Lioe Tong yang pandai mengajar murid.
Sementara itu Hauw Giok jadi gusar dan penasaran,
setelah perbaiki diri, ia maju akan menyerang pula. Sekali ini ia gunai, ilmunya enteng tubuh, akan berloncatan
kesegala penjuru, di sekitar lawan. Ini ada keistimewaannya ia untuk bikin lawan lelah, pusing dan mata kabur. Dipihak lain saban ada ketikanya, ia mencuri menyerang.
Coh Heng segera insaf liehay nya satu musuh ini, ia
melayani dengan tenang, malah setiap penyerangan yang tidak membahayakan, ia antap saja, ia justeru membarengi maju untuk sama2 merabuh. Ia tetap bersilat menurut "Sian thian Pat sie".
"Sian thian" berarti "sewajarnya" dan "Pat sie" adalah
"delapan gerakan", yaitu gerakan kucing berloncat, anjing berkelit, kelinci bergelindingan, garuda terbang jumpalitan, bajing loncat, dada tersedot, "Auw coe hoan sin" ( Burung elang membalik tubuh ) dan "Kim tiauw hian jiauw"
(Garuda emas keluarkan kuku). Maka itu, semua gerakan menyerang dan membela diri, ada secara wajar saja.
Demikian dengan ilmu silatnya ini, Coh Heng layani
kegesitan musuh. Selang tujuh jurus, ia balas menyerang dengan tipu "Kie eng pok touw", atau "Garuda lapar
terkam kelinci". Hauw Giok lihat serangan yang berbahaya itu, ia tolong diri dengan lompat tinggi, untuk melewati kepala lawan, karena kegesitannya itu, segera ia berada dibelakang
lawannya, tidak ayal lagi, ia serang batok kepala lawan.
Coh Heng terperanjat, ia coba berbalik akan balas
menyerang, apamau, tangan musuh sudah mengenai
sasarannya, mengenai kepalanya walaupun ia mencoba
menghindarkannya, tapi di lain pihak, kepalannya mampir di iga musuh tanpa musuh bisa berkelit lagi.
Dimana kedua serangan datangnya hampir bareng,
tubuhnya Hauw Giok terplanting beberapa tindak, terus rubuh, dan Coh Heng, yang kepalanya pusing, mundur tiga tindak, lantas ia rubah terduduk ditanah, kepalanya
mengeluarkan keringat, hatinya dirasakan panas. Ia
terpukul hebat walaupun jatuhnya pukulan enteng, karena ia keburu kelit sedikit. Tapi didepan ia, Hauw Giok rubuh dengan mulutnya menyemburkan darah hidup!
Dikedua pihak, orang kaget, dari rombongan Hong Bwee
Pang ada satu orang lompat maju sambil berseru "Orang she Coh, kau kejam! Bagaimana kau lukai dua tocoe kami!
Aku ingin belajar kenal dengan ilmu silatmu dari Hoay Yang Pay yang bisa melukai orang secara berat!"
Orang ini adalah Ang Giok To yang menjadi Soenkang
Cong tocoe, yaitu ketua dari pusat pelbagai tocoe. Ia gusar sebab Hauw Giok itu adalah anak pungutnya yang
tersayang. Saking kaget dan gusar, ia maju tanpa perkenan dari ketuanya lagi. Tentu saja ia berlaku keliru, sebab ia ada seorang kang ouw kawakan.
Coh Heng masih numprah saja, kepalanya dirasakan
tetap pusing, meski begitu, kupingmya tetap sehat, ia dengar bentakan itu, maka ia kuatkan hati untuk buka kedua
matanya, yang meram saja sedari tadi. Ia ingat, ia boleh
terbinasa tapi tidak terhina, maka itu, ia hendak sambut tantangan itu. Apa celaka, kendatipun hatinya tetap besar, ia tidak bisa lantas berbangkit. Kepalanya tetap berat dan pusing, dan tenaga kakinya seperti hilang. Maka tidak ada lain jalan, ia mesti berikan penyahutan dulu kepada lawan itu.
Dalam keadaan berbahaya dari si tolol ini, satu orang lompat melesat kepadanya. Itu ada gerakan "Yan coe Hoen ciong", atau "Burung walet menyamber diudara." Sebentar saja, orang ini sudah sampai didepannya, untuk membentak
"Dogol, jangan bicara!"
Segera Coh Heng kenali suara gurunya, ia batal buka
mulutnya. Gurunya itupun sudah lantas tekan kedua
pundaknya. "Duduk! Apakah kau tak sayangi jiwamu?" demikian
sang guru membentak pula.
Dalam keadaan pusing itu, hatinya Coh Heng toh terang, ia diam saja ditekan pundaknya dan duduk terus.
Ban Lioe Tong segera periksa batok kepala muridnya,
lekas2 ia keluarkan tiga butir obat.
"Jangan bicara! Lekas telan!" menitah guru ini, yang je jalkan mulut muridnya dengan obat itu, setelah mana, ia uruti kedua nadi muridnya.
Dari pihak Hong Bwee Pang, dua cittongsoe maju
bersama dua buah gotongan, untuk tolong orang yang luka.
Satu antaranya hampirkan Ban lioe Tong dan Coh Heng.
"Pang coe menitahkan bawa orang yang luka, yang
masuk kewajiban kami untuk mengobatinya," kata satu
cittong soe kepada Siok beng Sin Ie.
Cittongsoe yang satunya bicara kepada Ang Giok To,
katanya "Pangcoe bilang, kedua pihak terluka dalam
pertempuran adalah hal umum, tapi Ang Tocoe
meninggalkan tempat duduk tanpa perkenan, tocoe maju
kemari menantang Hoay Yang Pay, itu ada perbuatan tidak hormat dan melanggar aturan! Lekas mundur!"
Ketika itu Ban Lioe Tong telah berlega hati, sebab ia dapat kenyataan, Coh Heng sudah ketolongan, maka ia
berpaling kearah Soe touw Kiam beramai, untuk gapekan mereka. In pun manggut kepada cit tong soe tadi dan
berkata "Terima kasih untuk kebaikan Pangcoe. Muridku ini tidak kurang suatu apa. Lukanya Hauw Tocoe ada lebih berat, jangan kasi dia bergerak, jiwanya bisa terancam. Aku mengarti sedikit ilmu ketabiban, aku suka berikan
bantuanku. Tolong loo soehoe suruh orang ambil
semangkok air." Kemudian, ia menoleh pada Ang Giok To, yang sedang memutar tubuh untuk kembali ketempat
duduknya, rupanya dia sangat mendongkol, maka sambil
tertawa dingin, Lioe Tong kata "Ang Tocoe, silahkan balik ke tempatmu, urusan mereka berdua ini, sebentar akulah si orang she Ban yang akan tanggung jawab nya!"
Sehabis mengucap demikian, Lioe Tong tidak perdulikan lagi congtocoe itu, ia terus berkata pada Soe touw Kiam beramai, yang sudah hampirkan padanya "Bawa Coh Heng
kepaseban, suruh dia duduk beristirahat, setengah jam pun sudah cukup, tapi larang dia bergerak!"
Soe touw Kiam menyahuti, bersama saudara2nya ia
pepayang si tolol. Setelah itu, Ban Lioe Tong lari kepada Hauw Giok,
muka siapa pucat, napasnya empas empis, keadaannya
sangat berbahaya, semua kawannya berdiri dengan alis
mengkerut, lenyap harapan mereka. Orang yang diperintah ambil air panaspun telah lekas kembali.
Istana Kumala Putih 10 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 27
^