Pencarian

Irama Seruling Menggemparkan 17

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 17


bersembunyi di sekitar tempat ini untuk merintangi bala bantuanmu"
"Barisan Kiu-kiong tin yang tak ada artinya ini, apa mereka bisa berbuat terhadapku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian, dalam hati orang berjubah hijau itu
diam2 sangat khawatir. Ia mengerti bahwa pasukan berani mati pasti hasil ciptaan dan didikan Teng Soan. Bahkan barisan itu se-mata2 ditujukan kepada dirinya. Selain daripada itu, mungkin masih ada lain cara yang akan digunakan untuk mempersulit kedudukannya sendiri...
Auw-yang Thong ketika mendengar orang itu dapat
menyebut nama barisannya, diam2 juga terkejut dan
mengagumi kepandaian orang jubah hijau itu.
Untuk sesaat lamanya, kedua pihak saling bungkam.
Nie Suat Kiao menggunakan kesempatan dari dalam
sakunya mengeluarkan sepotong tangan, digenggam dalam tangannya.
Setelah hening beberapa lama, Auw-yang Thong berkata
sambil menggapaikan tangannya kepada orang berjubah hijau itu: "Kun-liong Ong..."
"Tidak usah kau menunjukkan sikap ramah. Kau boleh
perintahkan anak buahmu menggerakkan barisan ini.'' jawab Kun-iiong Ong dingin.
"Kau bisa menyebutkan nama barisan ini, sudah tentu tahu kemujijatannya. Barisan ini apabila sudah bergerak, segera melancarkan terus menerus tanpa putus. Kalau bukan kau yang terluka, tentunya empat puluh delapan orang yang akan binasa seluruhnya. Oleh karena itu, maka sebelum barisan itu digerakkan, aku ingin menerangkan beberapa kata lebih dahulu." Berkata Auw-yang Thong sambil tertawa.
Orang berjubah hijau itu agaknya digerakkan hatinya oleh Auw-yang Thong, setelah berpikir sejenak lalu berkata: "Kau hendak berkata apa?".
Dengan sinar mata yang tajam, Auw-yang Thong
mengawasi wajah orang berjubah hijau, katanya: "Meskipun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau tidak mengakui dirimu Kun-liong Ong, tetapi kenyataan telah membuktikan bahwa dugaanku itu tidak akan salah"
"Kalau ya mau apa"'' berkata orang berbaju ijau itu tertawa dingin.
"Dalam rimba persilatan setiap generasi muncul orang2
yang berkepandaian luar biasa. Tetapi selama beberapa ratus tahun ini ada berapa orang yang dapat menguasai rimba persilatan" Kau dengan mengandalkan pengaruh obat, telah mengumpulkan banyak orang kuat rimba persilatan untuk mengabdikan diri kepadamu, sehingga membuat nama Kun-liong Ong, menjadi suatu mitos yang misterius didalam rimba persilatan"
Orang berjubah hijau itu berkata dengan suara gusar:
"Bolak balik kau selalu mengeluarkan perkataan yang tidak karuan juntrungannya..."
Berkata sampai disitu, ia mendadak mengeluarkan suara keras, serentak dengan itu tangannya juga bergerak
menyerang Auw-yang Thong.
Auw-yang Thong dengan gagah menyambut serangan
orang berjubah hijau itu.
Oleh karena kedua pihak sama-2 mengerahkan seluruh
kekuatan, orang berjubah hijau itu terpental mundur satu langkah, tetapi ia menggunakan kesempatan itu kakinya menggeser ke suatu tempat yang merupakan segitiga dengan kedudukan Nie Suat Kiao dan Siang-koan Kie.
Auw-yang Thong yang menyambut serangan orang
berjubah hijau itu, lalu melompat mundur satu tombak lebih karena ia khawatir akar merintangi gerak perobahan
barisannya. Suara orang berjubah hijau yang biasanya dingin, tiba2
berobah lemah lembut, berkata kepada Nie Suat Kiao, "Kiao Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jie, kau coba masih dapat menguasai hati dan pikiran pemuda itu atau tidak?"
"Anak sudah siap. Apabila sudah tidak bisa menguasai
dirinya, terpaksa menggunakan obat puyer yang dapat
merengggut jiwa orang dalam waktu lima hari untuk
menghadapi dia" berkata Nie Suat Kiao
Orang berjubah hijau itu agaknya merasa puas terhadap jawaban Nie Suat Kiao. Wajahnya yang dingin tersungging satu senyuman, demikian berkata, "Itu bagus. Beberapa adikmu, semua menggangap aku terlalu sayang terhadap
dirimu. Hari ini aku telah membuktikan bahwa pandangan dahulu terhadapmu tidak salah".
"Anak telah menerima budi ayah, bagaimana berani tidak membalas budi itu!" berkata Nie Suat Kiao.
Orang berjubah hijau itu mengeluarkan suara batuk2
ringan, memperingatkan Nie Suat Kiao supaya berlaku hati2
kemudian berkata: "Sekarang ini kita sudah terkurung dalam barisan Kiu kiong tin, perubahan2 gerakan barisan ini tidak mengherankan, tetapi barisan yang dicampur dengan ilmu gaib, jauh berlainan keadaannya dengan barisan Kiu-kiong-tin biasa..."
"Ayah berpengetahuan sangat luas, apakah terhadap
barisan ini...." berkata Nie Suat Kiao. Ia sebetulnya hendak mengatakan apakah ayahnya sudah tidak sanggup
memecahkan barisan itu, tetapi belum sampai dikeluarkan, tiba2 merasa tidak patut, maka lalu diurungkannya.
"Kau coba dulu pemuda itu masih bisa dikendalikan atau tidak. Kalau masih dapat digunakan, gunakanlah. Apabila sudah tidak dapat dikendalikan lagi, singkirkan saja supaya tidak menjadikan beban kita."
Nie Suat Kiao diam-diam menghela napas. Ia
mengacungkan tangannya menggapai Siang-koan Kie sambil berseru: "kemari"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata Siang-koai Kie yang tidak bercahaya mengawasi
tangan Nie Suat Kiao, kemudian berjalan menghampiri.
Nie Suat Kiao seolah2 terbebas dari tanggung jawab berat, setelah menarik napas lega ia berkata: "Sukurlah, ia masih dapat anak kendalikan."
"Kalau kau masih dapat kendalikannya, lekas suruhlah ia balik ketempatnya. Kita melawan musuh dari tiga bagian"
berkata orang berjubah hijau itu.
Nie Suat Kiao lalu menggerakan tangannya menyuruh
Siang-koan Kie balik ketempat semula.
Siang-koan Kie pada saat itu benar saja selalu menurut perintah Nie Suat Kiao, ia melompat balik ketempatnya semula.
Orang berjubah hijau itu berkata: "Pada babak permulaan, barisan Kiu-kiong tin ini akan membuka serangannya bagaikan menyerbunya ombak air laut. Serangan itu meskipun
mengejutkan, tetapi apabila kita bisa menghadapinya dengan tenang, tidak sukar untuk melalui saat yang hebat ini. Kita masing2 berpijak kepada tempat sendiri, kita harus saling mengerti untuk menyambut serangan musuh..."
Belum selesai ucapannya, barisan itu sudah bergerak
menerjang. Semula tiga batang tombak menikam tiga orang itu.
Orang berjubah hijau mengelakkan serangan itu dengan
tangan kiri, tangan kanan balas menyerang penyerangannya.
Tetapi penyerang itu sudah melompat minggir kekiri,
mengelakkan serangan orang berjubah hijau
Nie Suat Kiao tiba2 melompat kesamping mengelakkan
tikaman yang datang dari lawannya. Belum lagi ia membalas, penyerangnya sudah melompat kesamping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya dengan Siang-koan Kie, ia telah menggunakan ilmu merebut senjata musuh dengan tangan kosong. Dengan tangan kirinya ia menyambar tombak yang menikam dirinya.
Penyerang itu agaknya dengan tujuan tidak mesti
mengenakan sasarannya, sebab setelah melancarkan
serangannya, segera melompat kesamping. Tetapi setelah penyerang pertama menyingkir datang menyusul lagi
penyerang lain dengan menggunakan dua batang tombak.
Orang berjubah hijau tiba-tiba berseru: "Kiao-jie lekas minggir kesamping kiri."
Nie Suat Kiao menyabat sambil berkelit mengelakkan
serangan dua tombak, lalu melompat ke samping kiri orang berjubah hijau.
Kedudukan segitiga yang semula, dengan adanya
perubahan itu, kini telah berubah menjadi, Siang-koan Kie seorang diri yang harus menghadapi serangan dari tiga jurusan dengan seorang diri dibawah serangan musuh.
Nie Suat Kiao mengawasi orang berjubah hijau sejenak, ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dibatalkan.
Orang berjubah hijau itu berkata sambil tertawa dingin:
"Kau nampaknya sangat memperhatikan dirinya!''
Setelah itu dengan kekuatan tenaga tangan kosong ia
menangkis dua tombak yang menyerang.
"Pada saat ini kita sedang membutuhkan tenaga orang.
Pihak kita hanya tiga orang saja, perbedaan dengan jumlah musuh jauh sekali. Klta lebih satu orang berarti tambah satu tenaga. Meskipun mati hidup anak tidak perlu dihiraukan, tetapi ayah bagaimana boleh menghadapi musuh seorang
diri?"' berkata Nie Suat Kiao.
"Tidak apa. Kepandaian bocah itu terdiri dari gabungan intinya kepandaian ilmu silat berbagai golongan. Apabila kita mengeluarkan serangan pada waktu yang tepat untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu dia, tidak nanti ia terjatuh ketangan musuh.
Barisan ini, sekarang hanya merupakan serangan permulaan.
Sebentar kemudian, pasti akan ada serangan yang lebih hebat. Meskipun ia lebih dulu yang harus menghadapi
serangan hebat, tetapi hanya akan mengalami terkejut, tidak ada bahaya. Dalam hidupku, jarang sekali membantu orang benar, tetapi hari ini aku harus membantu ia dengan sepenuh tenaga!"
Sementara itu serangan dari barisan yang aneh itu sudah dimulai dengan gerakan dari berbagai jurusan. Senjata tombak dan golok bergerak maju mengurung lawannya.
Siang-koan Kie berdiri kokoh ditempatnya. Dengan tangan, jari tangan, tinju dan kadang juga kakinya, cepat bagaikan kilat mengelakkan atau menyambut setiap serangan
musuhnya. Orang berjubah hijau itu benar juga membantu Siang-koan Kie dengan sepenuh tenaga. Tangan kanannya dengan bertubi2 melancarkan serangannya yang mengandung kekuatan tenaga dalam sangat hebat untuk menahan serangan musuh, sedang tangan kiri melancarkan serangan pembalasan untuk melindungi sayap Siang-koan Kie.
Nie Suat Kiao dengan seorang diri bertahan dibagian
belakang, meskipun tugasnya agak berat tetapi tidak
mengalami pertempuran dahsyat.
Barisan Kiu-kiong-tiu itu sebetulnya mengutamakan
kedudukan defensif. Betapa kuat serangan musuh, selalu dapat dipertahankan tetapi kini telah digunakan untuk melakukan serangan hebat, itu adalah berkat kepandaian Teng Soan yang mengaturnya. Ia bagi barisan itu menjadi dua kelompok, dengan duapuluh empat tenaga menjaga barisan, sedangkan dua puluh empat yang lain bertugas menggempur, apabila serangannya tidak berhasil, harus balik kedalam barisan dengan segera. Dengan cara bergiliran menyerang musuhnya ini, membuat seluruh barisan itu terus berputar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berhentinya. Dengan demikian sehingga musuhnya tidak mendapat kesempatan untuk mengaso, juga membuat musuh tidak mengetahui gerakan perubahan itu.
Tetapl yang merupakan cacad yang paling besar itu ialah gerakan yang sangat dahsyat itu hanya bisa dipusatkan kesatu tempat saja. Tidak bisa digunakan untuk menghadapi
keseluruhannya. Dengan demikian maka ini berarti menguntungkan siasat orang berjubah hijau itu. Ia menyuruh Siang koan Kie
menghadapi serangan serangan musuh seorang diri, sedang ia sendiri bersembunyi dibelakangnya, sehingga sedikitpun tidak mengalami bahaya.
Auw-yang Thong yang menyaksikan jalannya pertempuran, tiba2 angkat dua tangannya dan menepuk dua kali.
Tujuan serangan barisan itu, tiba2 berubah dan diarahkan kepada orang berjubah hijau.
Siang koan Kie yang habis menghadapi serangan hebat itu, sudah merasakan sangat letih, karena serangan musuh
dilancarkan terus menerus tanpa berhenti, hingga ia juga tidak bisa berhenti. Beberapa kali orang berjubah hijau itu mencoba berusaha untuk menyuruh mundur, tapi tidak berdaya sama sekali.
Dengan adanya perubahan mendadak itu, kini orang
berjubah hijau itu mau tidak mau harus menggantikan
kedudukkan Siang-koan Kie menghadapi musuh yang
menyerangnya. Nie Suat Kiao yang menyaksikan itu segera membantu ayah angkatnya dengan sepenuh tenaga.
Pada saat itu sebuah tombak bergerak dengan cepat
menikam dada Nie Suat Kiao.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berjubah hijau yang berada dalam keadaan gawat
itu, agaknya timbul perasaan malu. Dengan suara keras ia memperingatkan anaknya "Kiao-ji awas!"
Kemudian mengulur tangan kanannya menyambar tombak
yang hendak menikam Nie Suat Kia tadi.
Orang yang melakukan serangan dengan tombak tadi,
sebetulnya sehabis melancarkan serangan, ia harus melompat minggir ke samping, Tetapi karena tombaknya tersambar oleh orang berjubah hijau dengan sendirinya badannya mendoyong kedepan.
Karena itu, maka seluruh barisan terhalang serangannya, hingga serangannya itu berubah menjadi perlahan.
Nie Suat Kiao melancarkan dari samping, menyerang orang yang memegang tombak itu. Tanpa ampun lagi orang itu rubuh.
Sebentar nampak berkelebatnya sinar terang. Sebuah golok disodorkan untuk menahan dirinya yang rubuh itu.
Orang berjubah hijau itu berhasil merebut tombak dari tangan orang itu.
Tetapi bersamaan dengan itu, empat batang tombak
menyerang dengan serentak, sehingga Nie Suat Kiao dan orang berjubah hijau itu terpaksa melepaskan kesempatan untuk membinasakan musuhnya.
Barisan itu kembali keadaanya, melancarkan kembali
serangannya dengan ber-tubi2 bahkan gerakannya nampak semakin lancar. Kadang2 golok dan tombak menyerang
serentak, kadang2 empat golok menyerang serentak pada satu bagian disusul dengan serangan senjata tombak.
Pertempuran itu berlangsung kira2 satu jam. Perubahan gerakan barisan itu semakin lama semakin aneh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nie Suat Kiao meskipun dapat perlindungan ayah
angkatnya, tetapi keadaan fisiknya, tidak mengijinkan melakukan pertempuran terus menerus tanpa istirahat itu.
Badannya sudah mandii keringat, nafasnya ter-engah2.
Gerakan Siang-koan Kie juga tidak seperti semula
ganasnya. Serangannya mulai perlahan.
Diantara tiga orang itu agaknya hanya orang berjubah hijau itu yang masih mempunyai kesanggupan bertempur lagi.
Siang-koan Kie sudah tampak letih sekali, sedangkan Nie Suat Kiao hampir tidak sanggup pertahankan diri.
Tetapi serangan dari barisan itu tetap hebat seperti semula.
Keadaan kini sudah jelas, apabila pertempuran itu
berlangsung terus, Siang-koan Kie dan Nie Suat Kiao pasti akan kehabisan tenaga, se-tidak2nya luka dibawah senjata lawannya.
Yang mengherankan adalah sikap empatpuluh delapan
orang dalem pasukan itu, agaknya tiada maksud untuk
melukai Siang-koan Kie dan Nie Suat Kiao. Mereka agaknya ingin melelahkan mereka. Beberapa kali ujung tombak atau golok sudah mendekati badannya, tetapi selalu ditarik kembali.
Pertempuran itu berlangsung lagi kira2 seperempat jam.
Nie Suat Kiao yang lebih dulu kepayahan, sehingga ia harus duduk lesu ditanah.
Orang berjubah hijau itu sebetulnya berdiri dibelakang Nie Suat Kiao sambil melancarkan serangannya. Setelah Nie Suat Kiao duduk, dengan sendirinya senjata itu ditujukan
kepadanya, tetapi orang berjubah hijau yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sudah sempurna menghadapi semua serangan dengan berani, bahkan melakukan serangan
pembalasan dengan hebat. Karena hebat serangan itu, maka serangan musuhnya terdesak sejauh tujuh kakt, tidak berhasil mendekati dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring, "Tahan!"
-odwo- Bab 52 SERANGAN barisan Kiu-kiong-tin itu serentak berhenti.
Teng Soan yang memakai pakaian berwarna biru dan
tangan membawa kipas, berjalan lambat-lambat kedalam
barisan. Ia berhenti didepan orang berjubah hijau sejauh tujuh tombak, dari situ ia angkat tangan memberi hormat seraja berkata: "Ong-ya...."
Orang berjubah hijau itu mengawasi Teng Soan sejenak
kemudian berkata dengan suara dingin: "Apakah kau kira barisan Kiu-kiong-tin yang tidak berarti ini, benar2 dapat mengurung aku?"
"Barisan ini meskipun belum tentu dapat mengurung kau..."
berkata Teng Soan sambil tersenyum, matanya mengawasi Siang-koan Kie dan Nie Suat Kiao sejenak, lalu berkata pula:
"Tetapi dua orang pengikutmu ini, rasanya sudah tidak mudah lagi untuk keluar dari barisan ini."
"Sekalipun mereka sudah tiada tenaga bertempur lagi,
tetapi dibawah perlindunganku, kalian juga jangan harap dapat melukai mereka. Jikalau kau tidak percaya, coba kau keluarkan perintah!'' berkata orang berjubah hijau itu.
Ia adalah seorang keras kepala, meskipun berada dalam kedudukan betapapun buruknya, tetap tak mau menunjukkan kelemahannya.
"Ada satu hal yang siaotee minta maaf terlebih dulu kepada Ong ya." berkata Teng Soan sambil tertawa hambar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia selalu menggunakan perkataan 'Ong-ya" membahasakan orang berjubah hijau itu, kecuali mengandung arti
mencemooh dan menghina, terang juga sudah memutuskan
hubungan persaudaraannya.
"Apakah kau merasa bahwa dengan keadaan seperti ini,
kau kira sudah pasti menang?" bertanya orang berjubah hijau itu.
"Siaote tidak berani berpikir demikian. Kita berdua
bertarung mengadu kecerdikan pikiran. Jikalau salah satu belum ada yang binasa, barangkali sulit untuk menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang"
"Tidak sampai seperempat jam lagi, bala bantuanku sudah akan tiba... ini seharusnya merupakan satu pertempuran total, kalau bukan orang2 golongan pengemis yang akan kehilangan semua orang kuatnya, adalah orang2ku yang akan musnah"
"Sekalipun empatpuluh delapan orang pasukan berani mati golongan pengemis habis seluiubnya, tetapi asal pengorbanan itu dapat menghasilkan ketenteraman rimba persilatan, dengan korban beberapa puluh jiwa tetapi dapat menolong ribuan jiwa manusia, kematian itu masih ada harganya...."
"Sukakah kau dengan ilmu serangan dengan tangan kosong yang dapat mengambil jiwa dalam sepuluh langkah?"
"Meskipun siaote tidak paham ilmu silat, tetapi suhu juga pernah menyebut ilmu kepandaian semacam itu...."
"Bagus kalau kau sudah pernah dengar, dan kau sekarang hanya terpisah sejarak tujuh langkah dihadapanku."
"Kiri kanan dan belakang diriku, semua adalah orang2 yang melindungi aku, sekalipun kau melancarkan serangan, belum tentu dapat melukai diriku"
Orang berjubah hijau itu perlahan-lahan mengangkat
tangan kanannya, tetapi sebelum melancarkan serangannya, tiba-tiba tampak berkelebatnya bayangan dan laki-laki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersenjata golok, tiba2 sudah menghadang di muka Teng Soan.
Orang berjubah hijau itu dengan kecepatan luar biasa
menyambar badan Nie Suat Kiao, kemudian diangkatnya,
sedang tangan kirinya dengan cepat menepuk jalan darah beng-bun-hiat dibelakang punggungnya.
Tepukan itu seolah2 memberikan injeksi tenaga dalam
badannya. Badan Nie Suat Kiao yang juga letih, tiba2
bergerak dan berdiri tegak.
Teng Soan berkata sambil menarik napas panjang:
"Sekalipun kau tidak sayang menggunakan kekuatan
tenagamu uutuk menolong jiwanya, barangkali juga belum bisa manerjang keluar barisan ini."
Orang berjubah hijau itu tertawa dingin kemudian
tangannya menepuk punggung Siang-koan Kie.
Tiba2 ia merasakan serangan hebat yang dilancarkan dari samping menggagalkan perbuatan orang berjubah hijau itu.
Orang berjubah hijau itu menoleh, tampak olehnya Auw-
yang Thong lambat2 sedang menarik kembali tangan
kanannya. Jelaslah sudah bahwa serangan dari samping itu dilakukan olehnya.
Sementara itu terdengar suara Teng Soan yang berkata:
"Ong-ya kau harus berlaku hati2. Barisan Kiu-kiong-tin ini apabila bergerak lagi sebelum mendapat kepastian siapa yang kalah dan siapa yang menang, tidak akan berhenti...."
Pada saat itu terdengar suara siulan panjang yang
memutuskan ucapan Teng Soan yang belum selesai.
Orang berjubah hijau itu mendadak tertawa ter-bahak2 dan berkata: "Bala bantuanku sudah tiba, sebentar lagi akan terjadi perubahan besar"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dilain pihak, mendadak Nie Suat Kiao bertindak menyerbu kedalam barisan, tangannya menyambar sebatang tombak.
Tindakan Nie Suat Kiao itu adalah atas petunjuk orang berjubah hijau itu yang diberikan dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga. Ketika melihat gadis itu berhasil ia segera ikut menyerbu.
Barisan Kiu-kiong-tin yang mengandung banyak
perubahan2 yang sukar diduga oleh musuhnya. Karena
seorang diantaranya bergeraknya terganggu, sehingga
gerakan seluruh barisan juga terhalang.
Gerakan orang berjubah hijau itu gesit sekali. Dengan cepat ia menendang golok ditangan salah satu musuhnya yang
menghalang di hadapan Teng Soan, sedang tangan kirinya bergerak menyerang orang yang berada disebelah kanannya.
Dalam waktu sekejap saja orang berjubah hijau itu sudah berada disamping Teng Soan. Dengan cepat tangannya sudah menyambar pergelangan tangan kiri Teng Soan.
Karena cepatnya tindakan itu, orang2 golongan pengemis yang berada disekitarnya sudah tidak keburu menolong.
"Betapapun banyak akal muslihatmu, kali ini kau sudah tidak bisa lagi terlepas dari tanganku" berkata orang berjubah hijau sambil tertawa bergelak-gelak.
Teng Soan meskipun sudah berada ditangan orang
berjubah hijau, tetapi sedikitpun tidak menunjukkan rasa terkejut atau takut, ia masih berkata sambil tertawa hambar:
"Apabila siaote tidak mempunyai tekad berkorban, tidak nanti berani menempuh bahaya mendekati musuh."
"Betapapun pintarnya lidah kau, juga tidak dapat
menggerakkan hatiku," jawab orang berjubah hijau itu dingin.
"Asal tanganmu bergerak, kau dapat membunuhku segera
tetapi mengapa kau tidak segera turun tangan?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kau kira aku tidak berani?"
Teng Soan tiba2 tertawa hambar, katanya: "Belalang
hendak menangkap tonggeret, di belakangnya ada bururg gereja menunggu, kau harus melihat bahaya yang
mengancam dirimu sendiri."
Orang berjubah hijau itu menengok ke belakang, benar
saja ia melihat Auw-yang Thong dergan sebatang tombak ditangannya, sedang mengancam jalan darah Beng bun-hiat dibelakang punggungnya.
Apabila ia turun tangan membinasakan Teng Soan, mata
senjata tombak ditangan Auw-yang Thong itu segera menotok jalan darah Beng-bun-hiatnya.
Karena jalan darah itu merupakan salah satu jalan
kematian bagi manusia, betapapun tinggi kepandaian orang itu, juga tidak berhasil menghindarkan kematiannya. Apalagi Auw-yang Thong yang dikenalnya sebagai seorang yang
mempunyai kekuatan tenaga dalam sudah sempurna. Dengan satu gerakan saja sudah cukup akan mengirim dia ke lain dunia.
Orang berjubah hijau itu dalam terkejut nya terpaksa
membatalkan maksudnya yang jahat, dengan suara perlahan ia berkata kepada Teng Soan: "Lekas perintahkan orang2mu menarik senjatanya. Jikalau tidak, aku akan membunuhmu dengan segera."
"Tidak perduli kemana saja, siaote akan mengiringi
kehendakmu, sekalipun ke jalan kematian, juga tidak akan menolak"


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang berjubah hiljau itu tidak menjawab perkataan Teng Soan, Biji matanya berputaran untuk mencari akal dengan cara bagaimana supaya bisa melepaskan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu Auw-yang Thong lalu berkata dengan nada suara dingin: "Tombak ditanganku ini, asal aku dorong ke depan, pasti dapat menembusi jalan darah Beng-bun-hiat mu".
"Asal aku bertenaga sedikit saja, segera dapat meremukkan tulang tangannya." jawab orang berjubah hijau.
Dua orang itu meskipun sama2 mengucapkan perkataan
keji, tetapi siapapun tidak ada yang berani bertindak lebih dulu.
Keadaan demikian kira2 berlangsung beberapa menit,
tetapi barisan Kiu-kiong-tin itu, menggunakan kesempatan itu, mulai bergerak lagi membuat kepungan yang ketat.
Auw-yang Thong menyaksikan Teng Soan menahan
penderitaan dengan menggertak gigi, dalam hati merasa tidak enak. Diam2 ia menarik napas kemudian berkata dengan
suara nyaring: "Kun-liong Ong....."
Orang berjubah hijau itu memikirkan caranya untuk
meloloskan diri dengan memperhatikan perubaban2 barisan itu, tetapi barisan Kiu-kiong-tin yang sudah dirubah oleh Teng Soan, jauh berbeda dengan barisan Kiu kiong-tin biasa. Orang berdjubah hijau itu memikirkan sekian lama, masih belum dapat jalan untuk memecahkan. Selagi berada dalam
kesulitan, ia mendengar suara panggilan Auw-yang Thong, seketika itu lalu berpaling. Matanya menatap Auw-yang Thong, tetapi tidak menjawab.
"Situasi hari ini, sudah jelas bahwa kau sudah berada dalam kepungan orang2 kita. Jangan kata tombak ditanganku ini segera dapat memindahkan jiwamu. Andaikata senjataku ini tidak dapat mengambil jiwamu, kau juga tidak bisa keluar dari daiam barisan yang gaib ini..."' berkata pula Auw-yang Thong.
Orang berjubah hijau itu tertawa dingin memotong
perkataan Auw-yang Thong, ia berkata: "Aku tidak suka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar khotbah dari mulutmu, ada urusan apa lekas kau terangkan."
"Kalian dengan jumlah orang sedikit menghadapi orang
banyak, dengan sendirinya tidak sanggup. Kami selamanya tidak suka membinasakan orang yang baru pertama kali
bermusuhan dengan kita. Asal kau lebih dulu membebaskan Teng Soan kita juga akau membebaskan kalian bertiga dari kepungan ini."
Selagi Teng Soan hendak mencegahnya tetapi sudah
didahului oleh jawaban orang berjubah hijau itu: "Baiklah! Aku akan membebaskan lebih dulu penasehatmu."
Setelah itu, benar saja ia melepaskan Teng Soan lebih dulu.
Auw-yang Thong sungguh tidak menduga orang berjubah hijau itu bertindak begitu cepat, terpaksa ia perintahkan barisannya membuka jalan bagi mereka.
Orang berjubah hijau itu mundur dua langkah sambil
menarik tangan Nie Suat Kiao ia berjalan dengan tindakan lebar.
Nie Suat Kiao berkata sambil menoleh kepada Siang-koan Kie: "Perlukah membawa dia sekalian?"
"Sekarang musuh kuat sedang menantikan kesempatan
menyerang kita, tidak perlu membawa dia lagi."
"Kalau dia tinggal disini bukankah akan menambah
kekuatan musuh?" Orang berjubah hijau itu berpikir sejenak, lalu ia berkata:
"Baiklah, bawalah dia."
Nie Suat Kiao lalu menggapaikan tangarnya pada Siang-
koan Kie dan berkata: "Kemari".
Siang-koan Kie benar saja menurut, la!u rnenghampiri
kepadanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan setelah terlepas tangannya lalu berkata sambil tersenyum: "Perpisahan hari ini, entah kapan kita bisa bertemu lagi. Disini siaote tidak bisa mengantarnya".
"Kalau berjumpa lagi aku pasti akan hajar mampus kau,"
jawab orang berjubah hijau dingin.
"Soal ini barangkali tidak semudah seperti apa yang kau inginkan..." berkata Teng Soan sambil tertawa hambar.
"Sayang usahamu kali ini sia-sia belaka,'' berkata orang berjubah hijau itu sambi tertawa terbahak -bahak.
"Sepuluh tahun lamanya kita telah berguru bersama2, tidak bisa tidak kita harus ingat tali persaudaraan kita. Hari ini apabila siaote tidak datang sendiri, mungkin kau tidak dapat meloloskan diri dari kepungan barisan ini."
"Aku semula berpikir situasi dunia Kang-uow akan berubah tiga tahun kemudian. Saat itu orang-orang penting berbagai partay besar sebahagian besar sudah binasa, dalam waktu peralihan, sudah tentu mudah bagiku untuk menguasainya"
"Tetapi dengan munculnya akiu, kau terpaksa harus
merubah rencananya..."
"Benar, kau sudah berusaha sepuluh tahun lebih, sudah tentu kau sudah membuat banyak cara untuk menggagalkan usahaku."
"Dugaan Ong ya sungguh jitu, sedikitpun tidak salah.
Barisan Kiu kiong-tin ini hanya merupakan salah satu diantara rencanaku untuk menghadapi kau"
"Betapapun pandainya kau mengatur siasat, tapi sudah
tidak dapat menghindarkan malapetaka ini. Asal aku
mengeluarkan perintah, dalam waktu satu malam saja, sudah cukup membuat orang2 kuat dan kepala berbagai partai
besar, semua mati terkena racun..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belalang yang hendak menangkap tonggoret, sering
melalaikan dibelakangnya ada burung gereja yang menantikan mangsanya. Empat raja muda Ong-ya dan dua pengawalmu, apakah kau kira mereka semua sudi berkorban untukmu?"
Orang berjubah hijau itu agaknya digerakkan hatinya oleh perkataan Teng Soan itu. Sepasang matanya tajam menatap Teng Soan, katanya dengan nada suara dingin: "Apabila kau tega turun tangan, aku percaya kau mempunyai kekuatan semacam itu, untuk memasang mata-mata sekitarku"
"Untuk kepentingan sesama nasib kawan2 rimba persilatan, tidak boleh tidak siaote akan menghalangi perbuatanmu menggunakan siasat kejam."
"Aku seharusnya membunuhmu pada sepuluh tahun
berselang sewaktu kau di dalam gubukku di gunung Oey-san.
Tak disangka karena pikiranku tidak tega hati pada waktu itu, telah menanam bibit bencana untuk hari ini"
"Kesempatanmu untuk membunuh aku sudah berlalu.
Ikatan persaudaraan kita dalam satu perguruan hari ini sudah putus. Karena mengingat kau tadi masih menaruh kasihan tidak membunuhku, maka siaote hari ini juga akan membuka jalan hidup bagimu. Tetapi untuk selanjutnya, kita seperti air dengan api, yang tidak bisa bersatu lagi. Hidup mati dan menang atau kalah, masing2 mengandalkan kepandaian
menggunakan siasat. Harap kau jaga baik2 hari depanmu, maafkan aku tidak bisa mengantar lagi"
Sekali lagi orang berjubah hijau itu menatap wajah Auwyang Thong dan Teng Soan, kemudian berlalu dengan diikuti oleh Nie Suat Kiao dan Siang-koan Kie.
Tiat-bok Taysu tiba2 berkata sambil menarik napas
panjang: Murid jahanam yang murtad!"
Auw-yang Thong berkata kepada Teng Soan dengan suara
tertahan: "Benarkah kita melepaskan dia begitu saja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Barisan Kiu-kiong-tin sudah tidak sanggup mengepung
dia. Kalau pertempuran diianjutkan lagi, sudah tentu ia dapat mencari jalan keluar, sebaiknya kita lepaskan dia, supaya dalam hatinya terus merasa tidak tenteram" jawab Teng Soan sambil tertawa kecil.
"Kepandaian orang itu sesungguhnya sangat hebat,
agaknya terdiri dari kepandaian berbagai golongan, boleh dikata merupakan orang kuat pertama yang kutemukan dalam rimba persilatan"
Tiat-bok Taysu se-olah2 dengan mendadak teringat suatu urusan penting, ia menyatakan hendak puang ke Siao-lim-sie, tapi dicegah oleh Teng Soan.
"Losiansu, jangan pergi dulu, siaote ingin meminta sedikit keterangan" demikian Teng Soan berkata
"Dalam rimba persilatan sudah ramai membicarakan
tentang kepandaian sianseng. Hanya dengan seorang
sastrawan yang tidak paham ilmu siiat berada di tengah kalangan Kang-ouw, hari ini lolap menyaksikan dengan mata kepala sendiri, baru tahu bahwa kabar itu ternyata masih belum cukup mengunjukkan kepandaian sianseng" berkata Tiat-bok taysu.
"Losiansu terlalu memuji, siaote hanya seorang pelajar yang lemah, sepertinya lebih tepat berkawan dengan buku2
untuk melewati hari2ku, dimana berani timbul pikiran untuk mengatur didalam rimba persilatan..." berkata Teng Soan memandang ke arah depan dengan menarik napas.
Ia menoleh kepada Auw-yang Thong dan berkata pula,
"Kesatu, karena kebaikan Auw-yang pangcu yang membuat siaote berat untuk menolaknya dan kedua karena dosa
suhengku ini yang terlalu banyak, serta tidak dapat
menantang perintah suhu, sehingga siaote tidak bisa berpeluk tangan dan terpaksa hanya dengan tangan yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai kekuatan apa2, siaote melibatkan diri ke dalam pertikaian dunia Kang-ouw"
Auw-yang Thong berkata sambil menarik napas dalam2:
"Perjanjian sepuluh tahun sudah akan habis. Karena ucapan itu keluar dari Auw-yau Thong sendiri, sudah tentu tidak bisa ditarik kembali. Maksud sianseng untuk mengasingkan diri sudah dekat, namun demikian, toh masih belum bisa mengaso dengan tenang, bahkan masih menerjunkan diri kedalam
dunia Kang ouw untuk menghadapi banyak kesulitan.
Mengingat ini Auw-yang Thong merasa malu kepada diri
sendiri" Teng Soan memandang ke arah depan dengan mulut
membungkam. Tiat Bok taysu sebetulnya ingin menanyakan Teng Soan
ada urusan apa, tetapi setelah menyaksikan keadaan
demikian, ia merasa berat untuk menanyakan, maka ia hanya berkata: "Lolap ingin mengatakan beberapa patah kata yang tidak pantas, harap sianseng jangan kecil hati."
"Losiansu katakan aaja." berkata Teng Soan.
"Pada waktu rimba persilatan sedang banyak urusan, Kun-liong Ong yang mempunyai kepandaian ilmu silat berbagai golongan, apalagi banyak akal busuknya, sehingga membuat orang semakin sulit menjaganya. Jikalau bukan orang
berkepandaian sianseng, tidak sanggup merintangi maksud jahatnya, apabila sianseng mengundurkan diri, agaknya...."
Ia sebetulnya kurang pandai berbicara, maka berkata
sampai disitu, ia tidak tahu bagaimana harus mengutarakan pikirannya.
Auw yang Thong menyambungnya dengan suara perlahan:
"Sianseng....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi juga hanya itu saja yang keluar dari muiutnya.
Tenggorokannya agaknya tersumbat oleh perasaan
terharunya. "Pangcu ada urusan apa?" bertanya Teng Soan.
"Dalam pertempuran dengan Kun-liong Ong hari ini",
berkata Auw-yang Thong. "telah membuktikan bahwa nasib golongan pengemis tidak bisa dipisahkan lagi dengan
Sianseng. Keadaan pada dewasa ini, sudah nampak nyata tanda2nya kekacauan. Apabila sianseng kukuh dengan niatmu untuk mengundurkan diri, bukan saja golongan pengemis akan mengalami kehancuran. Seluruh rimba persilatan juga tidak akan terhindar dari malapetaka... Ouw-yang Thong sungguh beruntung telah menemukan sianseng, tetapi sangat menyesai dalam saat dunia sedang terancam napsu bunuh membunuh, sianseng sudah akan mengundurkan diri"
"Lolap tidak pandai membujuk atau menasehati orang.
Golongan pengemis muncul di dunia Kang ouw, meskipun
belum lama waktunya, tetapi jasa2nya sesungguhnya besar sekali. Auw-yang Thong Pangcu sudah lama dipandang
sebagai dewa oleh orang banyak. Sayang dalam saat yang amat genting ini sianseng hendak mengundurkan diri.
Saat itu tiba2 terdengar beberapa kali suitan panjang, memutuskan perkataan Tiat Bok taysu.
Auw yang Thong berpaling kearah suara dan berkata: "Bala bantuan Kun-liong Ong sudah datang"
Teng Soan berkata sambil menggelengkan kepala dan
tertawa: "Gertak sambal saja. Kalau benar dia mempunyai bala bantuan yang akan datang, tidak mungkin ia berlalu begitu saja.''
Auw-yang Thong selalu mengagumi penasehatnya itu.
Ketika mendengar jawaban itu, lalu mengalihkan
pembicaraannya kelain soal. "Sianseng dengan Kun-liong Ong itu apa sudah kenal lama?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan hanya kenal saja, kita bahkan kita dalam pernah lama sama2 berguru dalam satu perguruan...." menjawab Teng Soan sambil menghela nafas.
Lama ia berpikir sambil mendongakan kepala, kemudian
berkata pula: "urusan ini sudah lama berada dalam hatiku.
Hari ini aku akan mengatakan kepada pangcu berdua"
Auw-yang Thong berpaling dan berkata kepada Tiat-bok
Taysu: "Jikalau losiansu sekiranya dapat menunda urusan siansu, kita boleh sama-sama mendengarkan penuturan
tentang asal-usul diri Kun-liong Ong"
"Tadi sewaktu lolap melihat Kun-liong Ong, tiba-tiba
teringat peristiwa menyedihkan yang terjadi dikuil Siao-lim sie pada beberapa puluh tahun berselang, maka buru buru ingin pulang untuk menyelidiki rahasia diri Kua-liong Ong. Apabila Teng sianiseng dapat menceritakan sedikit tentang dirinya yang mungkin dapat membuktikan seperti apa yang lolap pikirkan, rasanya tidak susah untuk mengetahui asal-usul yang sebenarnya"
"Dalam dunia ini, kecuali aku, barangkali sedikit sekali jumlahnya orang yang mengetahui asal usul dirinya..." Teng Soan berkata sampai disitu lalu diam agaknya sedang
memikirkan bagaimana harus memulai penuturannya. Lama ia baru berkata lagi: "Berbicara soal persahabatan kita dalam perguruan, juga sangat aneh. Aku yang lebih dulu berguru beberapa tahun darinya, tetapi ia yang datang belakangan sebaliknya menjadi suheng"
"Menurut peraturan rimba persilatan, kebanyakan orang menentukan urutan sebutan menurut siapa yang masuk
menjadi murid lebih dulu dan siapa yang belakangan. Jarang sekali ditentukan menurut usianya" berkata Tiat Bok taysu
"Disatu pihak sudah tentu disebabkan karena usianya yang jauh lebih tua dari usiaku. Tetapi yang paling penting ialah didalam segala-2nya ia lebih menang daripadaku. Ia seorang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mempunyai bakat dan kecerdasan otak yang luar biasa, baik dalam hal ilmu siasat maupun ilmu silat semuanya menunjukkan kecerdikannya yang luar biasa. Suhu almarhum meskipun sudah tahu bahwa ia ada seorang mengandung
berbahaya, pasti akan menjadi seorang jahat. Tetapi karena disebabkan kondisi badanku tidak cocok untuk belajar ilmu silat, sekalipun aku belajar sungguh2, juga tidak akan mencapai tingkat sempurna. Suhu tidak ingin seluruh
kepandaiannya akan lenyap begitu saja, maka dia menerima dia menjadi murid dan menurunkan semua kepandaian ilmu silatnya."
"Suhumu sudah berhasil mendidik orang seperti dia,
apakah tidak memikirkan bagaimana akibatnya setelah
menurunkan pelajaran kepadanya?" berkata Tiat Bok taysu.
"Satu pertanyaan yang tepat, dalam permulaan dua tahun, karena suhu merasa susah mencari orang berbakat yang
dapat mewariskan kepandaiannya, maka menerima ia menjadi murid. Tetapi setelah mengetahui bahwa sudah sulit untuk merubah hatinya yang kejam, ternyata sudah terlambat.
Karena keadaan memaksa, suhu terpaksa melanjutkan
pelajarannya kepadanya. Hanya dalam soal siasat dan akal tipu, tidak diturunkan kepadanya sama sekali".
Wajah Tiat Bok taysu tiba tiba berobah, katanya: "Apakah ia menggunakan akal keji memaksa suhumu manurunkan
kepandaiannya?" "Dugaan taysu tepat, tetapi entah dengaia menggunakan akal apa ia paksa suhu menurutkan pelajarannya, sehingga saat ini, aku masih belum berhasil menemukan. Tetapi dari tanda2 telah membuktikan bahwa suhu memang terpaksa
karena keadaan, sehiagga mau tidak mau menurunkan
kepandaiannya. Keadaan pada waktu itu, kaiau kupikirkan lagi sesungguhnya sangat berbahaya. Sebabnya ia tidak mau
mencelakakan diriku, bukan lain karena aku tidak paham ilmu silat. Dalam pikirannya seorang pelajar yang tidak bertenaga, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
toh tidak mungkin akan berani berebut kekuasaan dalam rimba persilatan. Kedua karena pelajaran ilmu gaib dan siasat peperangan yang suhu berikan kepadanya banyak yang
dirahasiakan, sehingga membuat ia merasa setengah paham setangah tidak. Ini memungkinkan kesempatan bagiku untuk tinggal hidup, karena ia ingin mempelajari itu ini denganku, maka ia harus membiarkan aku tinggal hidup..."
"Memaksa suhu dan menghina sute untuk mendapat ilmu
kepandaian, hatinya orang ini benar-benar terlalu kejam,"
berkata Auw-yang Thong. Teng Soan berkata sambil mengipaskan kipasnya: "Pada
suatu hari mendadak ia pergi tanpa pamitan, entah kemana pergi. Suhu menggunakan kesempatan itu memanggil aku
menghadap. Suhu memberitahukan kepadaku bahwa
kematiannya sudah dekat, pesan tertuiis yang sudah
dibuatnya lebih dulu, diberikannya kepadaku, suruh aku segera meningggalkan tempat itu, dan pergi ke gubuk Siao yao di gunung Oey-san. Serta menyuruh aku supaya pesan tertulisnya itu disimpan di tempat tersembunyi, tidek boleh dibuka sembarangan sampai aku meninggalkan gubuk itu dan merasa sudah berada ditempat aman baru boleh dibuka."
Tiat-bok taysu bertanya: "Setelah kau berpisah dengan suhumu waktu itu, apakah tidak bertemu lagi?"
"Aku selamaoja menghargai suhu, meskipun merasa bahwa ucapannya itu mengandung maksud dalam, tetapi tidak berani bertanya. Waktu itu lalu menyimpan pesan tertulis itu dan minta diri kepada suhu, pergi ketempat yang ditunjuk. Tempat itu dahulu merupakan tempat belajar suhu, didalamnya
terdapat terdapat banyak buku. Disana aku membaca buku itu setahun lebih lamanya, tetapi dalam pikirannya terus tidak dapat melupakan keselamatan suhu...."
"Apakah suhengmu tidak mencari kau" tanya Tiat Bok
taysu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mula2 memang tidak, tetapi setahun kemudian,
keinginanku untuk mengetahui nasib suhu tak dapat dicegah lagi. Selagi hendak berangkat pergi menengok suhu, suhengku itu tiba2 datang kegubukku. Ia hanya memberitahukan
tentang kabar kematian suhu dan sebelum menutup mata suhu memberitahukan kepadanya bahwa aku berada gubuk
itu mengurus buku2 peninggalan suhu maka ia datang
menengokku. Meskipun aku sudah tahu bahwa suhu sudah
dekat ajalnya tetapi setelah mendengar kabar itu, aku tidak dapat kendalikan perasaanku, hingga aku menangis dengan sedih.''
Teng Soan agaknya masih teringat kesedihannya pada
waktu itu, hingga air matanya mengalir keluar. Setelah menghapus air mata, ia berkata pula: "Meskipun aku merasa sedih atas kematian suhu, tetapi pikiranku belum kalut seluruhnya. Aku diam2 memperhatikan sikap suheng, ternyata sedikitpun tidak nampak berduka"
"Waktu itu apabila ia bermaksud membunuh kau, maka
dunia rimba persilatan sekarang ini entah bagaimana
nasibnya" berkata Auw-yang Thong.
"Aku lihat ia sedikltpun tidak mempunyai rasa sedih,
bahkan seakan2 mengandung maksud jahat, maka dalam
hatiku timbul kecurigaan. Seketika itu aku berhenti menangis.
Ketika ia melihat aku berhenti menangis, sikapnya perlahan-lahan mulai lunak. Setelah itu ia menanyakan kepadaku tentang beberapa rahasia ilmu gaib dan siasat peperangan.
Pada waktu itu aku tahu ia tidak bermaksud baik. Jawaban yang tidak tepat, ada kemungkinan dapat membawa kematian diriku, tetapi apabila aku pura2 tidak tahu, mungkin akan menimbulkan kecurigaannya, juga membahayakan diriku.
Tetapi apabila aku menjawab terus terang, mungkin juga akan menimbulkan iri hatinya. Setelah kupikir masak2, dengan menggunakan waktu satu jam aku menjawab pertanyaannya, sehingga ia membatalkan maksudnya untuk membunuh aku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ia merasa aku dapat membantu dirinya, juga merasa kepandaianku biasa saja, maka ia mulai menetapkan
pelarangan kepadaku membatasi pergerakanku, tidak boleh kaluar lebih dari seratus tindak dari dalam gubukku..."
"Setelah membunuh suhunya lalu mengurung sutenya,
orang itu benar2 sangat kejam."
"Meskipun aku mengerti bahwa disekitar gubukku itu
dipasang pesawat rahasia, tetapi terhadap larangan itu aku coba menentangnya. Semula ia hanya tersenyum tidak
menjawab, tetapi kemudian menimbulkan kemarahannya. Ia tatap dengan maksudnya dan mengancam aku, apabila berani melanggar larangannya, segera menemukan kematianku.
Setelah itu ia lalu berlalu.
"Dan selanjutnya apakah kau dikurung dalam gubuk?"
bertanya Tiat Bok taysu. "Benar, setiap satu atau dua bulan, ia datang sekali.
Setiapkali datang selalu menganjukan beberapa pertanyaan, dirundingkan denganku. Meskipun aku tidak paham ilmu silat, tetapi aku ingat banyak pelajaran yang tertulis dalam kitab ilmu silat soal yang dirundingkan itu banyak sekali. Setiap soal aku memberikan jawabannya tiga rupa. Dalam mata hatiku aku selalu melihat bagaimana reaksinya. Jikalau tidak begitu penting ia hanya bersenyum saja, tetapi kalau jawabanku itu bagus ia melulu memberi pujian atau mengawasi aku dengan hati dengki....
"Ada beberapa lama sianseng berada dalam bahaya itu?"
"Setahun lebih. Selama waktu itu, beberapa kali ia timbul pikiran hendak membunuh aku, tetapi karena ketenanganku sehingga ia membatalkan sendiri maksudnya. Tetapi aku mengerti keadaan tidak mungkin lebih dari tiga tahun maka aku juga mulai menyiapkan urusan sesudah aku mati. Gubuk itu terletak dibagian dalam gunung Oey-san, jarang didatangi oleh manusia, dengan sendirinya susah minta pertolongan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga tidak tahu minta pertolongan kepada siapa. Aku lalu mulai membuat barisan aneh. Disamping itu, setiap kali mengadakan perundingan denganku, aku simpan baik2 dan kuberikan ia pemecahannya supaya di lain hari, jika ada orang berjodoh, dapat digunakan untuk menghadapinya..."
Pada suat itu tiba2 terdengar suara terompet yang
memutuskan pembicaraan Teng Soan.
Tiat Bok taysu berpaling dan bertanya kepada Auw-yang Thong. "Auw-yang pangcu, apakah suara terompet itu dari orang golonganmu?"
"Bukan." jawab Auw-yang Thong sambil menggelengkan kepala.
"Kalau begitu adalah bala bantuan Kun-liong Ong yang
datang?" bertanya Tiat Bok taysu.
"Taysu jangan khawatir. Aku tahu benar keadaannya.
Apabila ia benar2 datang bala bantuan, tidak mungkin
membunyikan tanda terompet lebih dahulu" berkata Teng Soan.
Tiat Bok taysu tibt2 menghela napas dan berkata: "Wajah asli suhengmu apakah sianseng pernah melihatnya?"
"Ya." menjawab Teng Soan sambil menganggukkan kepala.
"Diatas dahi kanannya apakah ada tanda codet bekas golok yang sangat dalam?"
"Benar, bagaimana taysu tahu"''
"Murid durhaka, benar saja dia... Beberapa puluh tahun berselang, dalam kuil Siauw-lim-sie kita terjadi peristiwa pembunuhan yang dilakukan seorang murid kepada suhu-nya.
Murid durhaka yang melarikan dlri itu, karena hendak
mempelajari semacam kepandaian ilmu simpanan Siauw-lim-sie telah memaksa suheng lolap Ceng Bok taysu sehingga binasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia memang seorang berhati kejam, jikalau bukan Auw-
yang Pangcu yang datang kegubukku itu, barangkali aku sudah binasa ditangannya. Keadaan waktu itu, hampir
membuatku putus haapan. Kecuali membaca buku
melewatkan hari, aku sudah tidak dapat memikirkan apa-2, tetapi dari sikap dan pembicaraannya aku tahu ia masih belum mempunyai ketatapan untuk membunuh aku, mungkin ia
masih sayang karena masih ada gunanya baginya... Sejak dahulu, pertikaian antara saudara dalam seperguruan,
kebanyakan terjadi karena salah paham atau menuruti hati yang panas, tetapi antara aku dan suheng tidak terdapat sebab2 demikian. Maksudnya hendak mengurung aku, hanja ingin supaya didalam dunia ini tidak ada orang lagi yang berkepandaian lebih tinggi darinya..."
"Kalau ia hendak menanyakan banyak persoalan darimu,
mengapa setiap kali datang hanya merundingkannya sebentar saja?".
Dalam waktu yang sangat pendek itu, ia tidak sampai
dibikin pusing oleh persoalan yang ruwet itu, ia selalu hendak tetap berada dalam keadaan jernih. Dalam waktu setengah tahun itu, dengan caranya demikian itu ia telah berhasil mengorek kepandaian diriku kira2 tujuh delapan bagian..."
"Apabila aku lekas datang kegubuk wiauscn? itu barangkali sianseng tidak sampai mengalami nasib seburuk itu!", bertata Airw-yan Thong
Teng Soan tertawa hambar, sambungnya: "Keadaan
semakin lama semakin buruk, asal lewat beberapa lagi, dengan kecerdikannya, ia pasti dapat mengorek semua
kepandaianku, yang memang mengerti baik ilmu silat. Apabila dapat mempelajari semua kepandaianku, maka didalam dunia Kang ouw sudah tidak ada orang yang dapat
menundukkannya. Aku ingat, aku disuruh berdiam di gubuk itu, pasti ada maksudnya juga pernah mempertimbangkan nasibku. Dengan seorang yang tidak bertenaga sama sekali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti aku ini, kecuali lari, sudah tentu tidak bisa melawannya. Tetapi ia menduga demikian sempurna,
sekalipun hendak lari juga tidak mudah. Aku percaya
perhitungan suhu suruh aku berdiam digubuk itu, pasti sudah mengatur jalan untukku keluar dari bahaya. Tetapi keadaan pada saat itu telah memaksaku pikir hendak mati
bersama2nya..." "Kau seorang yang tidak mengerti ilmu silat sama sekali, bagaimana bisa mati bersama-sama dengan seorang kuat
seperti itu?" "Itu memang benar, ini sebetulnya merupakan suatu soal yang sangat sukar didalam gubuk itu. Kecuali kitab sudah tidak ada apa2 lagi, aku juga tidak bisa keluar dari gubuk itu, maka sekalipun aku mempunyai pikiran demikian, juga tidak mudah kulakukan. Aku pernah memikirkan satu hari satu malam, akhirnya kutemukan suatu akal"
"Apabila lolap yang menghadapi nasib seperti itu, satu tahunpun tidak dapat memikirkan cara yang baik."
"Karena dalam gubuk itu hanya ada buku2 saja, maka
kecuali bakar dengan api, sudah bak ada akal yang lebih baik lagi."
"Dengan kepandaian seperti dia, sekalipun terkurung dalam api, juga tidak susah meloloskan diri, kecuali menumpuk bahan kering sepanjang sepuluh pal dan membakar seluruh gunung..."
"Aku juga sudah memikirkan itu apabila tidak mengurung dia dalam gubuk itu, lalu membakarnya, juga susah berhasil....
Dalam gubuk, meski banyak buku dapat digunakan, tetapi ia sangat cerdik. Apabila ia melihat tanda mencurigakan, dia tidak mau masuk sembarangan..."


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah sianseng hendak menggunakan buku-buku itu
membentuk suatu barisan ajaib, lalu mengurungnya lebih dulu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedalam barisan, kemudian membakarnya?" bertanya Auwyang Thong.
"Benar, tetapi suhengku banyak bercuriga apalagi sangat hati2. Jikalau aku membuat barisan lebih dulu, ia pasti tidak akan terjebak maka aku menggunakan kesempatan selagi
berunding dengannya, aku diam2 menggeser buku buku itu, kemudian mengurungnya, aku segera membakarnya hingga
sama2 mati dalam gubuk itu. Tetapi perhitungan manusia tidak seperti kehendak Tuhan. Selagi aku hendak mengambil keputusan hendak membakar gubuk itu, suhengku itu ternyata tidak datang lagi, selama tiga bulan tidak ada kabar
beritanya.'' "O Mi To Hud, lelap bersukur kepada Tuhan" berkata Tiat Bok taysu
Teng Soan tersenyum dan berkata pula: "Pada bulan
keempat permulaan bulan itu pangcu tiba digubukku dan membawa aku keluar dari gunung Oey-san. Sewaktu hendak berangkat, didalam gubuk iiu aku bentuk satu barisan aneh, yang kupasang dengan bahan bakar. Ada orang masuk,
kedalam barisan itu dan menyentuh pesawatnya, pasti akan terbakar hidup2."
Tiat Bok taysu berkata sambil mengawasi Auw-yang Thong:
"Ada suatu hal lolap tidak mengerti...."
Auw-yang Thong tersenyum dan berkata: "Apakah taysu
heran mengapa siaotee mendadak bisa datang kegubuk itu"
Betul tidak?". "Benar. tentang Teng sianseng terkurung dalam gubuk itu, jarang sekali orang mengetahui, bagaimana Pangcu bisa mengetahui?"
"Untuk membicarakan ini aku akan mulai cerita. Pada
sepuluh tahun lebih berselang, waktu itu siaotee meskipun sudah sepuluh tahun menjabat pimpinan golongan pengemis, tetapi kaadaannya masih belum beres. Meskipun siao tee coba Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menindasnya, tetapi karena kebiasaan yang sudah melekat dan dengan seorang diri siaetoe tidak mencapai tempat demikian luas sedangkan anggota golongan pengemis
tersebar di mana-mana golongan pengemis pada waktu itu."
Entah bagaimana golongan pengemis melanjutkan
perjuangannya menghadapi Kun-liong Ong"
-oo0dw0oo- Jilid 14 53 TIAT BOK TAYSU berkata sambil tertawa: "Baik dan buruk setengah2."
"Taysu terlalu memuji...." berkata Auw-yang Thong, "siaote berusaha beberapa tahun, masih belum berhasil
membersihkan anggota2 yang tidak baik dalam golongan
pengemis, sehingga siaote mulai curiga kepada kepandaian sendiri, sebab seorang menteri yang bijaksana dapat
membawa bahagia bagi rakyat seluruh negeri, satu
perkumpulan orang miskin yang kecil saja, aku tidak berhasil mengurusnya dengan baik...."
"Dengan adanya jiwa besar seperti Pangcu ini, barulah dapat menerima seorang yang mempunyai kepandaian seperti Teng Soan, barulah golongan pengemis mendapat nama baik dalam rimba persilatan disamping sembilan partai besar, nama itu bahkan kian hari kian meningkat, seolah2 hendak
melampaui sembilan partai besar."
"Oleh karena perlu menyelidiki perbuatan anggota
golongan pengemis, aku jarang sekali berada di markas, sering seorang diri melakukan perjalanan dibeberapa propinsi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daerah Tiong-goan. Ketika aku tiba dipropinsi An-hui utara, sering mendengar anak2 pada menyanyikan nyanyian anak2.
Semula aku tidak ambil perhatian, apalagi lagu anak2 itu juga kurang jelas, tetapi iramanya sangat menarik bagi yang mendengarnya...."'
"Suhu almarhum bukan saja berpengetahuan luas dalam
segala ilmu, tetapi juga pandai irama musik" berkata Teng Soan.
"Aih! karena kelalaianku, hampir saja melewatkan
kesempatan untuk berjumpa dengan sianseng, kalau bukan kepandaian suhu sianseng yang membuat nyanyian anak2
menjadi beberapa irama yang berlainan, mungkin akan
membuat menyesal seumur hidupku..." berkata Auw-yang
Thong, kemudian berpaling mengawasi Tiat Bok taysu dan berkata pula: "Ketika aku meninggalkan propinsi An-hui, sepanjang jalan sering berpapasan dengan anak2 gembala kerbau yang menyanyikan lagu itu, lagu itu sudah tidak asing lagi bagiku, karena iramanya berlainan, sehingga membuat orang yang mendengarkannya merasakan agak lain...."
"Bagaimana perbedaannya?" bertanya Tiat Bok, taysu.
"Irama itu membuat orang yang mendengarkannya, timbul perasaan se-olah2 ada seorang pandai yang terbenam
kepandaiannya....." "Apakah Pangcu masih ingat maksud lagu itu?"
Auw-yang Thong berpikir agak lama, baru menjawab:
"Kejadian itu terjadi pada sepuluh tahun berselang. Meskipun masih ingat garis besarnya, tetapi semua lagu sudah tidak ingat lagi. Baris pertama lagu itu berbunyi: "benua Sin-ciu nan indah, nampak timbul tanda kekacauan"
"Selama beberapa puluh tahun ini, boleh dikatakan
merupakan masa yang paling tenang. Sepuluh tahun
berselang, justru merupakan masa yang tentram aman. Orang itu bisa meramalkan keadaan dunia Kang-ouw hari ini pasti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepuluh tahun berselang. Sesungguhnya merupakan seorang berkepandaian hebat, apakah ilmu perhitungan manusia, benar2 dapat meramalkan apa yang belum terjadi?"
Teng Soan berkata sambil menghela napas "Siaote
meskipun sudah menggunakan seluruh kepandaian, tetapi karena terbatas oleh bakatku dalam seumur hidupku ini, juga tidak sanggup mencapai kepandaian seperti suhu. Dari apa yang siaote ketahui pada waktu sekarang ini, ilmu perhitungan dan ilmu falak, cuma tepat untuk digunakan dalam siasat peperangan. Dalam siasat peperangan hanya memerlukan
perhitungan yang cermat tentang kekuatan sendiri dan
kekuatan musuh, sebaliknya dengan ilmu melihat muka dan tulang orang, dapat mengetahui watak baik jahat atau buas diri seseorang"
Tiat Bok taysu berkata sambil menganggukkan kepala:
"Sekarang lolap paham....."
Kemudian berpaling dan bertanya kepada Auw-yang
Thong: "Lanjutan nyanyian itu, apakah Pangcu masih ingat?"
"Ada beberapa patah kata, aku sudah tidak ingat. Hanya bagian terakhir aku masih ingat, begini:
"Sebuah gubuk bernama Siao yam, berada dipedalaman
gunung Oey-san, siapa orang kiranya yang menjadi Lauw Hian Tik, mengundang sianseng yang berdiam digubuk itu" berkata Auw-yang Thong.
Ia berhenti sejenak dan disambungnya: "Nyanyian anak2
itu, tersebar di daerah beberapa ratusan pal, tetapi iramanya berlainan. Waktu itu aku tertarik, lalu mengambil keputusan pergi kegunung Oey san untuk mengadu untung."
"Kalau bukan orang cerdas dan bijaksana seperti Pangcu, kepandaian Teng sianseng mungkin akan terbenam di dalam gubuk Siao yam itu untuk selama-lamanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Daerah pedalaman gunung Oey-san itu, terdapat banyak puncak gunung, sedang gubuk yang dimaksudkan itu entah berada dimana. Didalam gunung itu aku menjelajah sepuluh hari lebih lamanya, masih belum menemukan tanda-tandanya, terpaksa aku mundur teratur. Setelah kembali ke gunung Kun-san, aku semakin memikir, semakin tidak enak, maka setelah istirahat beberapa hari, aku balik lagi kegunuug Oey-san, tetapi kali ini aku dengan membawa dua orang pengikut dan sedia bekal makanan dan minuman yang cukup, aku telah bertekad bulat untuk menemukan gubuk itu..... Tuhan
ternyata tidak mengecewakan orang yang berhati sungguh2
hingga akhirnya aku menemukan Teng sianseng...."
Pada saat itu seorang dari golongan pengemis gerak
kakinya yang sangat pesat lari mendatangi.
Teng Soan lalu berkata sambil mengerutkan alisnya:
"Orang yang baru datang itu bukankah Pek Kong Po?"
"Benar, ia sudah kembali dari selatan, entah kabar apa yang dibawanya?" menjawab Auw-yang Thong.
Sementara itu, orang yang baru datang itu sudah berada didepan meraka, memang benar adalah sikaki sakti Pek Kong Po.
Sekujur badannya penuh debu, sepatunya sudah hancur.
Ia memberi hormat kepada Auw-yang Thong dan Teng
Soan. Auw-yang Thong lalu bertanya: "Apakah kau sudah
bertemu dengan In Chung-cu?"
"In Kiu Liong tidak bertemu, tetapi berjumpa dengan
istrinya" menjawab Pek Kong Po.
Auw-yang Thong mengkerutkan alisnya dan berkata:
"Nyonya In selamanya belum pernah menjumpai orang luar.
Dengan orang seperti aku yang bersahabat akrab dengan In Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Liong, juga belum pernah bertemu dengannya. Bagaimana bisa melihatnya?"
"Hamba juga merasa heran...."
Pek Kong Po agaknya merasa bahwa ucapannya itu tidak
keruan, maka ia menerangkan pula, "Hamba setelah
menerima perintah Pangcu, lalu menuju kegedung In Chungcu. Setelah hamba menyampaikan kartu nama Pangcu, lalu minta bertemu dengan In Chuncu."
"Apakah kau tak bertemu dengan In Chung-cu, lalu
isterinya yang menyambutmu?"
"Orang yang menjaga pintu telah membawaku kedalam
suatu ruangan untuk beristirahat. Ia hanya memberitahukan kepadaku bahwa kartu nama sudah disampaikan, tetapi kapan dapat memnemui, tidak bisa ditentukan, maka minta aku supaya menunggu.''
Auw yang Thong menganggukan kepala tidak berkata apa
apa. Pek Kong Po menyaksikan Pangcunya memperhatikan
ceritanya, segera melanjutkan ceritanya lagi: "Aku sebetulnya berpikir In Chungcu itu betapapun sombongnya, tetapi aku dengan membawa kartu nama pangcu minta bertemu, tidak mungkin ia berani berlaku sombong lagi. Soal menunggu, aku pikir paling lama satu jam. Tak disangka sampai tiga jam lamanya sedikitpun tidak ada kabar apa apa. Waktu tengah hari dua orang pelayan perempuan masuk menghantarkan
hidangan kepadaku, nampaknya masih perlu menunggu lagi.
Karena melihat tingkahnya yang berani memandang rendah kepada Pangcu, seketika itu aku naik darah dan membalikkan meja makan yang penuh hidangan itu....."
Ia mengawasi pangcunya, ternyata tidak tampak tanda
gusar, maka ia berani melanjutkan penuturannya: "Karena perbuatanku itu, telah mengejutkan pengurus rumah tangga ia datang memberi keterangan. Katanya karena In Chung-cu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebenarnya sedang repot, tidak sempat menemui aku, bila aku tidak mau sabar menunggu, boleh pulang saja...."
Tiat Bok-taysu berkata: "O Mi To Hud, In Chung-cu itu, benar benar terlalu sombong."
Auw-yang Thong tahu bahwa antara In Kiu Liong dan Siao lim sie pernah timbul perselisihan paham, maka ia hanya tersenyum dan berkata: "In Kiu Liong berkepandaian luar biasa. Dalam rimba persilatan dewasa ini, boleh dikata ia juga terhitung paling menonjol kepandaiannya."
Teng Soan segera menyela: "Dan selanjutnya?"
Pek Kong Po menampak Teng Soan juga memperhatikan
dirinya, semangatnya terbangun, katanya pula: "Aku
mendengar keterangan itu semakin panas hati, seketika itu aku membikin onar, sehingga barang-barang dan pot-pot bunga di dalam ruangan itu kuhancurkan. Pengurus rumah tangga itu sebetulnya ingin mencegah, tetapi entah apa sebabnya, ia nampak sangat sabar, meminta aku menunggu setengah jam lagi. Karena maksudkui bikin ribut sudah tercapai, maka aku menghentikan perbuatanku. Orang itu ternyata pegang janjinya, setengah jam kemudian benar saja ia membawa aku masuk ke dalam..."
"Ditengah jalan ia berpesan apa kepadamu?" bertanya
Teng Soan. Pek Kong Po agaknya sedang meng-ingat2 kembali
perkataan orang itu. Setelah berpikir sejenak lalu berkata: "Ia berkata bahwa nyonya Ia sebenarnya belum pernah
menyambut tetamu, kalau aku nanti berjumpa dengannya, bicaranya pelan-pelan. Jangan mengejutkannya."
"Apakah kau segera bertemu dengan nyonya?" bertanya
Teng Soan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia membawa aku melalui beberapa ruangan, sampai
didalam, ia menyuruh masuk kedalam ruangan tetamu yang dihias indah, orang itu dengan cepat mengundurkan diri."
"Setelah menunggu sebentar, lalu ada seorang pelayan
perempuan menyuguhkan teh untukmu, betul tidak?" berkata Teng Soan sambil tersenyum.
Pek Kong Po melongo, ia bertanya: "Bagaimana sianseng tahu?"
"Teh itu kau tidak minum"''
"Betul...." "Apabila kau minum teh itu, mungkin sudah tidak bisa
pulang lagi.'' "Apakah teh itu ada racunnya?"
"Aku hanya men-duga2 saja...."
Auw-yang Thong mendadak berkata menghela napas
ringan: "Dan selanjutnya bagaimana?"
"Benar seperti spa yang dikatakan oleh Teng sianseng, tidak lama setelah pengurus rumah tangga itu mengungurkan diri, benar saja ada seorang pelayan perempuan masuk sambil membawa teh. Setelah meletakkan diatas meja, pelayan itu keluar lagi tanpa berkata apa2"
Ia mengawasi Teng Soan sejenak, lalu berkata pula:
"Kala itu walaupun hatiku merasa cemas, tetapi karena berhadapan dengan seorang pelayan perempuan, tidak enak aku mengeluarkan perkataan kasar. Dengan mata melotot, aku mengawasi ia keluar dari ruangan dan terpaksa
menunggu lagi dengan sabar. Tidak disangka aku harus
menunggu hampir sampai satu jam, masih belum ada tanda apa2. Aku mulai naik darah sehingga ber-kaok2. Perbuatanku ternyata membawa hasil, belum lagi aku berhenti berkaok, tirai pintu ruangan telah terbuka. Dari ruangan lain muncul Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang nyonya yang memakai pakaian berkabung dengan
diiringi oleh dua pelayan perempuan...."
"Nyonya itu bagaimana rupanya?" bertanya Auw-yang
Thong. Pek Kong Po terkejut, katanya "Ini, ini...." lama tidak dapat melanjutkan, tetapi akhirnya ia berkata lagi: "Mukanya seperti tertutup oleh selapis kain sutra putih, sehingga tidak tampak jelas"
Teng Soan terkejut, katanya: "Kau pikir lagi, apa betul mukanya tertutup kain sutra putih?"
"Sedikitpun tidak salah," jawabnya.
Teng Soan tiba-tiba memejamkan matanya sedang
memikirkan persoalan yang sangat rumit.
"Dan selanjutnya"'' bertanya Auw yang Thong.
"Dari dalam saku ia mengeluarkan sepucuk surat, diberikan kepada pelayan perempuan kecil yang berada didumpingnya.
Pelayan itu lalu mengantarkan surat itu kepadaku," jawab Pek Kong Po, "ia memberitahukan kepadaku bahwa surat Pangcu sudah dibacanya semua. Hal yang hendak dlberitahukannya kepada pangcu, sudah tertulis dalam surat yang diberikan kepadaku itu. Ia menyuruhku supaya surat itu disampaikan kepada Pangcu, bahkan ia berpesan ber-wanti2 supaya hati2
dengan surat itu jangan sampai hilang"
Auw-yang Thong menyambut surat yang diberikan
kepadanya oleh Pak Kong Po. Setelah itu, ia suruh orangnya itu beristirahat.
Pek Kong Po agaknya masih hendak berkata, tetapi
akhirnya niatnya. Setelah memberi hormat kepada pangcunya, ia segera mengundurkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat Bok Taysu sengaja mendongakkan kepala mengawasi
keatas, seakan akan tidak mau melihat surat yang berada ditangan Auw yang Thong itu.
Teng Soan tiba-2 mengibaskan kipasnya, sembil berkata:
"Pangcu!" Auw- yang Thong yang selagi hendak membuka surat itu, ketika mendengar panggilan Teng Soan, ia membataikan
maksudnya dan bertanya: "Ada apa?"
"Hambamu ingin mengajukan sedikit permintaan, sudikah kiranya Pangcu mengijinkannya" bertanya Teng Soan.
"Sianseng ada urusan apa, katakan saja"
"Surat ditangan Pangcu itu, bolehkah kiranya diberikan kepada hambamu yang membaca dahulu?"
Permintaan itu benar-benar diluar dugaan Auw-yang Thong hingga sesaat ia nampak terkejut.
"tentang ini..." demikian pangcu itu berkata yang
nampaknya merasa serba salah hingga lama kemudian baru berkata pula, "Jikalau sianseng pasti ingin melihat, sudah tentu aku tidak berkeberatan. Terhadap sianseng tidak ada rahasia yang aku perlu dirahasiakan"
Surat itu lalu diberikan kepada Teng Soan.
Teng Soan setelah menyambut surat itu, diterawangkan
dengan sinar matahari, sejenak kemudian ia berkata: "Apakah Pangcu mengenali tulisan tangan nyonya ini?"
Auw-yang Thong menganggukkan kepala dengan mulut
membungkam. Teng Soan tiba2 perlahankan suaranya, katanya: "Apabila Pangcu suka mendengar nssehatku, surat ini sebaiknya jangan dibuka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa....?" bertanya Auw-yang Thong, tetapi kemudian seperti baru sadar, katanya: "Aaah! Apakah sianseng khawatir surat ini ada racunnya?"
"Untuk sementara hambamu masih belum dapat memberi
kepastian, tetapi surat ini terhadap pangcu hanya ada bahayanya, tidak ada gunanya, hal ini hambamu bisa
memastikan...." Tiba2 ia memenggil Pek Kong Po dengan suara nyaring.
Tidak kecewa Pek Kong Po mendapat julukan Naga Sakti.
Meskipun habis melakukan perjalanan sangat jauh, tetapi semangatnya masih baik, ia belum pergi mengaso, hanya berdiri disamping disuatu sudut sambil memejamkan mata, mengatur pernapasan. Ketika mendengar namanya dipanggil dipanggil oleh Teng Soan segera menghampiri seraya berkata:
"Sianseng ada perintah apa?"
Teng Soan mengangsurkan surat ditangannya seraya
berkata: "Kau simpan surat ini, jikalau tidak ada perintahku, siapapun dilarang membuka.''
Pek Kong Po terkejut, ia menyambut surat itu, kemudian bertanya: "Bagaimana kalau pangcu hendak melihat?"
Teng Soan tiba2 bangkit dan ia memberi hormat kepada
pangcu nya sambil berkata "Dalam hal ini harap pangcu menjawab sendiri"
"Aku juga termasuk" berkata Auw-yang Thong sambil
menghela napas. Pek Kong Po menerima baik tugas, ia simpan lagi surat itu kedalam sakunya.
Tiat Bak taysu yang menyaksikan itu merasa bingung,
dalam hatinya diam2 berpikir: "orang pintar banyak yang beradat aneh, entah apa sebabnya ia tidak membolehkan Auw-yang Thong membuka surat itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Auw-yang Thong nampak sikapnya sangat murung. Setelah berpikir agak lama, tiba2 mendongakkan kepala dan menarik napas panjang.
Ia berbuat demikian se-olah2 hendak melampiaskan semua kerisauan yang ada dalam hatinya. Sikapnya yang tadi
nampak bersedih lenyap seketika. Ia lalu berpaling dan berkata: "Sianseng, tentang diri Kun-liong Ong, sebagian besar aku sudah dengar dari keterangan sianseng tadi. Orang ini apabila dibiarkan, pasti akan membawa bencana bagi rimba persilatan. Tetapi ia demikian licik dan jahat. Hari ini apabila kehilangan kesempatan untuk membasminya, untuk
selanjutnya barangkali susah mendapat kesempatan seperti ini lagi"
"Dalam pertempuran tadi, hambamu sudah memperhatikan
dengan seksama. Jikalau pertempuran itu dilanjutkan, ia perlaha-lahan pasti akan dapat memahami segala perubahan2
gerakan barisan itu. Apabila ia mendapat kesempatan
bertempur lebih lama, tidak susah untuk mengenali
kegaibannya barisan itu.... Aku melupakan sesuatu hal, ia pernah tinggal ber sama2 denganku setahun lebih dalam gabuk Siao-yao. Selama waktu itu ia sudah berhasil
mempelajari tujuh atau delapan bagian semua kepandaianku.
Apabila ia mendapat kesempatan lebih lama lagi, niscaya dapat memahami kepandaianku seluruhnya, sehingga tidak mungkin lagi untuk menundukannya"
"Membasmi kejahatan, tidak perlu kita memandang
peraturan. Apabila aku turun tangan sendiri ber-sama2 Tiat Bok taysu, apakah sekiranya dapat mengalahkan dia?"
"Menurut apa yang aku tahu, badannya ada membekal
beberapa jenis senjata rahasia yang sangat beebisa. Dengan siasat serangan terus menerus tanpa berhenti dari barisan Kiu-kiong-tin, membuat ia tidak berdaya menggunakan senjata rahasianya. Tetapi apabila ia berhasil mengetahui rahasia barisan itu, atau ia berada dalam keadaan terdesak, maka ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti hendak menggunakan senjatanya yang sangat berbisa itu. Kesudahan dalam pertempuran tadi, mungkin kedua pihak jatuh korban."
"Tetapi kita melepaskannya begitu saja, sesungguhnya
terlalu sayang, apalagi sianseng sudah akan mengundurkan diri, dikemudian hari untuk menghadapinya lagi, golongan pengemis akan kalah dalam pertarungan mengadu kepintaran"
"Harap pangcu jangan khawatir, satu hari Kun-liong Ong belum dapat disingkirkan, hambamu tidak akan meninggalkan golongan pengemis"
Auw-yang Thong yang mendengar pernyataan bukan
kepalang girangnya, maka ia sudah melupakan
kedudukkannya sendiri, seketika itu segera menghormat kepada Teng Soan seraya berkata, "aku Auw-yang Thong atas nama seluruh keluarga golongan pengemis, disini
mengucapkan terima kasih banyak kepada sianseng"
Teng Soan menjatuhkan diri, membalas hormat, seraya
berkata: "Demikian besar kecintaan pangcu, bagaimana
hambamu sanggup menerimanya?".
Auw-yang Thong membimbing bangun Teng Soan, dengan
air mata berlinang ia berkata: "Golongan pengemis mendapat kedudukan seperti hari ini, semua adalah jasa siauseng.
Sepuluh tahun kita bekerja sama, Auw yang Thong sudah anggap sianseng sebagai mata dan tangan sendiri. Apabila sianseng pergi, maka itu berarti Auw-yang Thong akan kehilangan mata dan tangannya....''
"Sangat berat ucapan pangcu ini bagiku"
Pada saat itu, empat puluh delapan pasukan berani mati didikan Teng Soan semua berlutut dihadapannya dan berkata dengan serentak: "Sianseng tidak akan meninggalkan
golongan pengemis, sebetulnya merupakan suatu bahaya bagi kita semua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil mencekal tangan Teng Soan, Auw-yang Thong
berkata: "Nanti setelah kita berhasil menyingkirkan Kun-liong Ong, Auw-yang Thong pasti akan mengundurkan diri
bersama-sama sianseng untuk melewatkan sisa hidup kita dengan segala ketentraman ketenangan"
Sementara itu Teng Soan sudah memerintahkan empat
puluh delapan pasukan berani mati itu bangun.
Tiat Bok taysu tiba2 berkata sambil merangkapkan kedua tangannya: "Lolap atas nama seluruh kawan rimba persilatan, mengucapkan banyak terima kasih kepada sianseng atas janji sianseng yang tidak akan meninggalkan golongan pengemis''
Teng Soan buru2 membalas hormat seraya berkata: "Siaote hanya seorang kutu buku yang tidak ada gunanya, bagaimana berani menerima pujian losiansu."
Setelah itu ia mendongakku kepala dan berkata pula:
"Mulai hari ini, Kun-liong Ong sudah menganggap kita
golongan pengemis sebagai duri dalam matanya. Dalam rimba persilatan daerah Tionggoan, segara akan timbul pertumpahan darah. Dalam waktu sepuluh hari, Kun-liong Ong pasti akan mengerahkan semua bawahannya yang terpilih kuat,
bertempur mati2an dengan kita orang pengemis...".
Ucapannya itu demikian tegas, entah ia sengaja atau tidak ucapannya itu ditujukan kepada Tiat Bok taysu.
Auw yang Thong tiba2 berkata sambil mengerutkan alisnya:
"Apakah Kun-liong Ong seorang berjiwa kecil?"'
"Dia memang seorang berjiwa kecil berhati kejam. Dalam keadaan seperti sekarang ia tidak sudi menerima kekalahan.
Kekalahan yang bagaimana kecilnya ia pasti akan membalas dengan seluruh kekuatannya. Tetapi apabila ia mengetahui bahwa dirinya tidak sanggup menghadapi kekuatan lawannya, ia akan berdiam tidak bergerak untuk menantikan
kesempatan. Sekarang dia sedang berada dalam kedudukan kemujurannya. Nama Kun-liong Ong sudah menimbulkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegemparan didalam dunia Kang-ouw. Kekalahan yang dialami hari ini masih merupakan perkara kecil, tetapi kalau terbuka kedoknya itu akan menjadi perkara besar. Disamping itu ia juga akan dapat mengetahui bahwa musuh betul2 baginya bukanlah orang2 dari sembilan partay besar, melainkan kita orang gelongan pengemis...." berkata Teng Soan sambil mengganggukkan kepala.
"Kun-liong Ong hendak membasmi kita semua orang kuat
dalam rimba persilatan. Untuk melawan musuh tangguh ini bukan hanya merupakan kewajiban golongan pengemis saja.
Lolap sengaja hendak pulang ke Siauw-lim-sie untuk


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyamipaikan keterangan kepada ketua, tetapi sekarang lolap batalkan niat itu. Lolap telah mengambil keputusan hendak berdiam disini, suka menerima perintah sianseng, untuk sama2 menerima perintah sianseng dan sama2
menghadapi musuh tangguh kita" berkata Tiat Bok taysu.
"Kepandaian ilmu silat Kun-liong Ong terlalu tinggi. Ia mempunyai kepandaian dari berbagai cabang dan golongan.
Kecuali orang2 berkepandaian seperti losiansu dan pangcu kita, yang dapat melawan untuk sementara, barangkali susah didapat orang yang mampu mengatasi kepandaiannya.
Losiansu suka berdiam disini, saiote mengucapkan sangat terima kasih. Tetapi jikalau karena ini sehingga menelantarkan urusan didalam kuil, siaotee harap jangan sampai begitu..."
berkata Teng Soan sambil tertawa.
"Siaote mempunyai satu cara yang baik bagi kedua belah pihak. Reputasi taysu dalam rimba persilatan, sesungguhnya sangat tinggi. Disini kecuali melawan musuh tangguh, juga boleh menghindarkan pertentangan sendiri antara kita orang2
dari 9 partay besar. Menurut laporan yang siaote terima dari berbagai tempat, beberapa partay besar kabarnya sudah mengutus orang2 yang terkuat ke daerah Tiong-goan. Hal ini siaote sesungguhnya belum mengerti dengan pasti apa
maksudnya". Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kedatangan mereka itu hendak mencari jejak Kun-liong Ong?" berkata Tiat Bok taysu.
Kuo-liong Ong merupakan seorang yang sangat miterius. Ia dapat mangganti rupa sewaktu2. Jejaknya bukanlah
sembarang orang dapat mencarinya" berkata Teng Soan
sambil tertawa. Tiba-tiba ia menghela napas perlahan, kemudian berkata pula: Orang-orang ini tanpa berjanji telah datang semua kedaerah Tiong-goan, sadah cukup menimbulkan perasaan bingung kepada kita. Dan yang lebih mengherankan ialah orang-orang itu akhirnya masing-masing hendak
merahasiakan gerak geriknya sendiri, sedapat mungkin jangan sampai diketahui orang, tindak tanduk setiap orang, semua demikian rupa sehingga membuat kita tidak dapat menangkap maksud mereka yang sebenarnya"
"Betulkah ada kejadian serupa itu?"
"Kecuali orang-orang dari partay besar, masih ada orang-orang yang biasanya jarang menampilkan muka di kalangan Kang-ouw, juga pada datang kedaerah Tiong-goan. Maka
pada dewasa ini, keadaan daerah Tiong-goan sebetulnya sudah diliputi oleh suasana gawat...."
Tiat Bok taysu terbenam dalam lamunannya, dia berpikir beberapa lama, agaknya masih belum menemukan jawaban, terpaksa ia bertanya lagi: "Bagaimana menurut pandangan dan pikiran sianseng?"
"Kedatangan orang2 itu terlalu mendadak, untuk
sementara, siapapun tidak dapat meraba apa maksud
tujuannya, tetapi setidak-tidaknya kita masih dapat
mengetahui sedikit. Menurut dugaan siaote, ini tentunya akal muslihat Kun-liong Ong".
"Akal muslihat Kun-liong Ong?" bertanya Tiat Bok taysu heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, Kun-liong Ong sudah cukup dengan menyiarkan
desas-desus, akan menyuruh orang-orangnya yang dikirim menjadi mata2 didalam beberapa partay besar, sengaja
memberikan keterangan yang bersifat pancingan, tidak susah untuk mengeruhkan keadaan, tetapi kesalahan satu2nya
adalah ia belum menduga apabila aku berada di dalam
golongan pengemis, yang sudah mengadakan persiapan
hampir sepuluh tahun."
"Lolap masih belum dapat memikirkan, dengan apa yang
sianseng katakan sebagai pancingan yang dapat menarik perhatian para pemimpin partay besar sehingga mengutus orang2nya datang kemari?"
"Lolap ingin mendengar keterangan sianseng yang yang
lebih jelas" "Baiklah siaote menunjukkan perumpamaan. Taysu nanti
tidak susah untuk mengerti sendiri"
"Diandaikan salah seorang murid kuil Siao-lim pay
memberitahukan kepadamu bahwa ia mengetahui dimana
adanya tiga benda pusaka yang sudah lama dikabarkan
didalam dunia Kang-ouw, bagaimana Taysu harus menghadapi soal itu?"
"Dengan kedudukkan lolap didalam kuil, selain minta ijin kepada ketua untuk mengirim orang, juga akan turun tangan sendiri melakukan penyelidikan."
"Akal muslihat Kun-liong Ong, rasanya tidak rasanya tidak demikian sederhana, dia pasti mengatur rencana supaya orang2 dari partay besar saling gontok-gontokan sendiri".
"Pikiran dan uraian sianseng sesungguhnya sangat
mengagumkan." Oleh karena itu, maka siaote minta losiansu berdiam disini.
Dengan nama dan kedudukan losiansu didalam rimba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan, cukup untuk menghindarkan pertentangan antara orang2 partay besar itu"
"Pengaruh dan nama baik Auw-yang pangcu, bukankah
jauh diatas lolap"...." berkata Tiat Bok taysu sambil melirik Auw-yang Thong.
"Siaote pikir rencana Kun-liong Ong yang akan membuat kekacauan ini, maksud dan tujuannya paling utama tentunya untuk menghadapi kita orang2 golongan pengemis"
"Kalau begini baiklah lolap menerima baik permintaan
sianseng" "Kita juga sudah tiba saatnya harus berangkat" berkata Teng Soan sambil melihat cuaca
"Kemana kita harus pergi?" bertanya Auw-yang Thong.
"Aku sudah menunjuk tempat dimana kita harus
berkumpul. Pasukan tiga jurusan yang harus menghadapi musuh. Entah dari jurusan mana yang berhasi!" berkata Teng Soan sambil tersenyum.
"Kita ini terhitung menang atau kalah" Orang berjumlah limapuluh lebih masih belum mampu menangkap musuh yang jumlahnya hanya tiga orang saja?" bertanya Tiat Bok taysu.
"Dalam mengadu kekuatan tenaga berkesudahan seri,
tetapi dalam mengadu kecerdikan dan pikiran, kita menang setingkat. Tetapi dalam pertempuran itu kita masih belum berhasil menangkap diri Kun-liong Ong, itu ada kesalahan siaote seorang.''
"Sianseng masih coba menyalahkan diri sendirii. Hal ini membuat lolap merasa lebih malu" berkata Tiat Bok taysu.
"Maaf siaote akan berkata terus terang. Dalam mengadu ilmu silat mungkin losiansu dan pangcu kita, masih susah menandingi kepandaian Kun-liong Ong, maka siaote tidak mengharapkan Tay su dan pangcu kita merebut kemenangan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas dirinya dengan mengandalkan kekuatan tenaga.
Kesempatan untuk menundukkan musuh, siaote masih
mengharapkan kepada barisan gaib Kiu-kiong tin. Adalah diluar dugaan siaote mengenai kepandaian ilmu silat pemuda bermuka kuning itu..."
Tiat Bok taysu menganggukan kepala dan berkata:
"Kepandaiannya pemuda itu rneskipun belum begitu sempurna seperti Kun-liong Ong, tetapi kegesitan dan kelincahannya, sesungguhnya tidak dibawah Kun-liong Ong."
"Kalau bukan karena kepandaian ilmu silat pemuda itu yang keliwat tinggi, tidak mungkin Kun-liong Ong mendapat
kesempatan untuk mempelajari segala perubahan dari
gerakan barisan Kiu-kiong tin. Selagi ia masih belum berhasil memahami kaajaiban barisan itu, ia sudah ditundukkan oleh orang2 kita dengan pangaruhnya kekuatan barisan itu.."
berkata Teng Soan. Sambil menghela napas panjang, kemudian berkata lagi
yang menyesali atas kekeliruaanya sendiri.
"Seharusnya aku lebih siang mengetahui kepandaiaian
pemuda itu yang sangat tinggi sekali, tetapi meskipun aku sudah mendapat kabar mengenai kepandaiannya, dan toch masih meremehkan, sehingga mengalami kekalahan ini....."
"Sianseng tidak perlu menyesali diri sendiri, dalam
pertempuran hari ini, kita sebetulnya belum kalah,
setidak2nyai kita sudah berhasil membuka kedok Kun-liong Ong. ini juga berarti merupakan suatu pukulan baginya"
"Tetapi juga berarti suatu peringatan baginya, yang akan menimbulkan bencana besar bagi rimba persilatan.''
"Ialah kemauan takdir, yang tidak dapat dielakkan oleh tenaga manusia, sianseng sudah berjanji tidak akan
meninggalkan dunia Kang-ouw, ini sudah merupakan suatu keuntungan besar bagi kawan2 rimba persilatan," berkata Tiat Bok taysu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Soan mendongakkan kepala melihat keadaan cuaca,
kemudian berkata: "Kita tidak bisa berdiam lebih lama lagi disini....."
Tiba2 ia berkata kepada Auw-yang Thong dengan suara
perlahan sekali, kecuali Auw-yang Thong dan Tiat Bok taysu, orang lain tidak mendengar apa yang dikatakan olehnya.
-odwo- Mari kita sekarang menengok kepada orang berjubah hijau setelah keluar dari kepungan barisan Kiu-kiong tin, lalu mengajak Nie Suat Kiao dan Siang-koan Kie kabur menuju keselatan.
Nie Suat Kiao menyaksikan tujuan orang berjubah hijau itu, sepanjang jalan sangat sepi, juga bukan merupakan jalan dari mana mereka datang tadi, meskipun dalam hati merasa
curiga, tetapi ia tidak berani berkata.
Sudah sekian tahun ia hanya mengikuti Kun-liong Ong,
hingga mengenal baik perangainya. Dalam hati merasa
kbawatir terhadap keselamatan Siang-koan Kie.
Ia mulai berpikir, keadaan sangat berbahaya yang pernah dialaminya. Apabila Kun-liong Ong tidak ingin kekalahannya itu tidak tersiar keluar, besar kemungkinan ia akan membunuh Siang-koan Kie dan ia sendiri supaya berita itu jangan sampai tersiar keluar....
Selagi berpikir, Kun-liong Oug tiba2 menghentikan
perjalanannya. Nie Suat Kuo kini baru mengetahui bahwa tempat, dimana ia berhenti ternyata merupakan suatu tanah pekuburan yang sangat sepi dan menyeramkan.
Dengan sinar mata tajam dan dingin Kun-liong Ong
menatap wajah Nie Suat Kiao, kemudian bertanya: "Anak, bagaimana perlakuanku terhadap dirimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaikan ayah sendiri yang mencintai kepada anaknya."
jawah Nie Suat Kiao. "Itu bagus, bertindaklah sendiri untuk membuat satu
lobang." Nio Suat Kiao terperanjat, katanya: "Anak tidak membawa alat, bagaimana harus menggali lobang"''
"Jikalau kau mengerahkan kekuatan tenaga dalammu
kepada kedua tanganmu, dengan kedua tangan itu kau
gunakan untuk menggali, bukankah sama saja?"
Nie Suat Kiao tidak berkata apa2, ia terpaksa menurut.
Dengan perlahan2 ia keluarkan sepasang tangannya yang putih halus, dibawah sinar rembulan, kulit tangan yang pulih halus itu campak bersemu merah, sepuluh jari tangannya yang runcing nampak sangat indahnya.
-odwo- 54 DENGAN hati sangat pilu, ia menarik napas sendiri dan perlahan2 memusatkan kekuatan tenaga dalamnya diatas kedua tangannya
Sepuluh jarinya yang putih dan runcing seketika merah dan besar.
"Kepandaianmu nampaknya sudah rnendapatkan banyak
kemajuan,"' berkata orang berjubah hijau itu. "Barangkali selama didalam rumah keluarga Pan, kau tidak melupakan latihanmu."
"Itu memang benar," menjawab Nie Suat Kiao sambil
tertawa masam, "hanya selama beberapa tahun ini, tidak bisa selalu berdampingan dengan ayah, sehingga kurang pelajaran ilmu-ilmu yang ampuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah banyak yang kau pelajari.... lekas kau menggali!"
Nie Suat Kiao menggerakkan kedua tangannya menggali
lobang ditanah. Tanah ditempat itu merupakan tanah campuran antara
tanah liat dan dengan pasir, meskipun tidak terlalu keras tetapi pasir dan batu kerikil yang tajam meskipun Nie Suat Kiao sudah menggunakan kekuatan tenaga dalam, tetapi
masih dibikin terluka oleh tajamnya batu, sehingga darah bercucuran ditangannya.
Namun demikian, ia melakukan terus pekerjaanya dengan pengharapan karena adanya luka2 akan mendapatkan rasa kasihan atau simpati dari ayahnya. Per-lahan2 ia mengangkat kepalanya dan berkata: "Kedua tangan anak sudah terluka"
Orang berjubah hijau itu hanya rnemperdengarkan suara dari hidung, kemudian menjawab dengan perasaan dingin:
"Masih untung, apabila melukai urat2 jalan darahmu,
barangkali kau sekarang sudah pingsan karena mengeluarkan terlalu banyak darah."
"Ucapan ayah benar," demikian Nie Suat Kiao menjawab
dengan hati pilu. Dengan cepat ia menundukkan kepalanya, melanjutkan
pekerjaannya menggali ditanah. Jelaslah bahwa ia mengharap dengan bekerja keras ia dapat melupakan penderitaan
batinnya dan perasaan gusarnya.
Ia mulai menganalisa pengalaman dan keadaan yang
dihadapinya, ternyata penuh bahaya dan anaman maut....
Ia menyesal mengapa tidak dulu memberikan obat
pemunah kepada Siang-koan Kie. Apabila Siang-koan Kie sudah makan obat pemunah, dengan kekuatan tenaga dua
orang, saat itu ia masih dapat memberikan perlawanan
terakhir kepada ayah angkatnya, sekalipun belum tentu bisa meloloskan diri dari cengkeraman tangan kejam ayah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angkatnya, tetapi apabila pertempuran itu bisa menarik perhatian orang2 golongan pengemis, jelas masih ada
harapan dau kesempatan hidup.
Ia tahu benar bahwa ayah angkatnya itu sangat kejam dan banyak curiga, maka selama menggali tanah tidak berani mengangkat kepalanya lagi, atau menghentikan pekerjaannya.
Tidak lama kemudian, ia sudah berhasil menggali sebuah lobang yang dalamnya kira2 tiga kaki, dan panjangnya kira2
empat kaki dan lebarnya dua kaki.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara orang berjubah hijau itu: "Sudah cukup, sekarang kau boleh berhenti dan mengaso"
Nie Suat Kiao menghentikan pekerjaaannya. Perlahan-lahan ia berbangkit dan mundur dua langkah, berdiri disisi Siangkoan Kie.
Orang berjubah hijau itu berkata sambi mendongakkan
kepala: "Anak, kau suruh orang itu rebah dalam lubang, lalu timbuni dengan tanah dan kubur hidup2"
Nie Saat Kiao agaknya sudah menduga bahwa ayah
angkatnya itu hendak berkata demikian, maka sedikitpun tak merasa terkejut atau heran. Ia berpaling memandang Siangkoan Kie sejenak kemudian bertanya dengan suara perlahan:
"Meskipun pikirannya terkendali, tetapi apabila disuruh rebah didalam lubang tanah, apakah ia mau menurut?"
"Kau suruh ia mendekati aku," berkata orang berjubah
hijau itu dingin. Nie Suat Kiao tiba2 menggapaikan tangannya kepada
Siang-koan Kie: "Pergilah kesana!"
Siang-koan Kie mengunjukkan tertawanya. Dengan
tindakan perlahan ia berjalan kearah yang ditunjuk oleh Nie Suat Kiao.
Orang berjubah hijau itu diam2 mengerahkan tenaga
dalamnya, perlahan2 mengangkat tangan kanannya. Asal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie sudah berada di pinggir lubang, akan segera diserangnya. Pada saat yang sangat kritis itu, Nie Suat Kiao tiba2 saja timbul perasaan takut, apabila Siang-koan Kie sudah dibinasakan oleh ayahnya, kematian segera menimpa dirinya.
Satu keinginan untuk hidup, telah membangkitkan
keberaniannya untuk melawan, tiba2 ia berkata dengan suara keras: "Ayah!"
Orang berjulah hijau itu agaknya tidak menduga bahwa Nie Suat Kiao berani bersikap demikian keras terhadap dirinya, hingga seketika itu ia merasa terkejut.
"Apakah kau sudah gila?" demikian ia menegur.
Nie Suat Kiao sudah menduga pasti bahwa saat itu susah untuk mengelakkan dirinya dari bahaya maut. Maka
maksudnya hendak memberi perlawanan semakin kuat. Atas teguran ayahnya, ia menjawab dengan perkataan yang
mengandung sindiran: "Anakmu tidak gila, hanya, mungkin tidak dapat melewati malam ini"
Orang berjubah hijau itu perlahan2 menurunkan tangan
kanannya seraya berkata: "Dengan ucapanmu ini saja, sudah harus dihukum mati"
"Apabila ayah sudah tidak ingat hubungan kita antara ayah dengan anak, anak juga tidak akan mandah mati begitu saja"
"Aku tidak percaya kau berani melawan," berkata sang
ayah sambil tertawa dingin.
"Ayah mendesak terus menerus, anak sudah tidak ada jalan mundur lagi..."
Ia tiba-2 menarik napas panjang, dimukanya terlintas
sikapnya yang ingin minta dikasihani, lalu sambungnya:
"Apabila ayah memberikan jalan hidup bagi anak, anak juga mengasingkan diri ditempat yang sunyi, tidak akan terjun lagi dikalangan Kang-ouw."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus sekali kau berani tawar menawar denganku"
Nie Suat Kiao tiba2 menggapaikan tangannya kepada
Siang-koan Kie dan berkata dengan suara yang nyaring:
"Balik!" Siang-koan Kia melompat mundur balik kearah Nie Suat
Kiao. Nie Suat Kiao sudah siap, dengan cepat dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah pil dan dimasukkan ke dalam mulut Siang-koan Kie.
Seumur hidupnya, orang berjubah hijau belum pernah
mengira bahwa orang bawahannya sendiri, ternyata berani mengkhianati dirinya. Maka untuk sesaat lamanya ia berdiri ter-mangu2. Lama sekali baru berkata sambil tertawa terbahak2: "Perkataan beberapa adikmu ternyata tidak salah.
Seharusnya siang2 aku membunuhmu"
"Orang2 golongan pengemis, tidak jauh dari sini. Apabila aku berteriak, ada kemungkinan mereka akan datang
menolong" berkata Nie Suat Kiao dengan berani. Matanya mengawasi Siang-koan Kie dan sambungnya: "Aku sudah
memberikan obat pemunah kepadanya. Dalam waktu sekejap, ia akan pulih kembali pikirannya"
Orang berjubah hijau itu berkata dengan kata mengandung maksud membunuh: "Sekarang aku memberi waktu lagi
kepadamu untuk berpikir, kau ingin mati dengan menyerahkan diri ataukah melawan aku?"
Nio Suat Kiao merasa setiap patah kata ayahnya itu,
seakan2 sebuah martil yang menohok hatinya. Untuk saat itu ia tidak tahu bagaiman harus menjawab.
Sinar mata yang tajam orang berjubah hijau itu, per-lahan2
langsir dari muka Siang-koan Kie dan kearah Nie Suat Kiao, kemudian berkata: "Kau pikir dulu masak2. ada beberapa orang yang memberontak kepadaku, bagaimana nasib
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka" Kalau tidak mati karena badan tersiksa, pasti mati dengan secara menyedihkan. Terhadap kau, oleh karena aku masih mengingat perhubungan antara ayah kepada anaknya maka aku sudah memberikan kau banyak kelonggaran"
Tiba2 ia mendongakan kepalanya dan berkata: "Bukankah kau cinta kepadanya" Ditilik dari kepandaian ilmu silatnya memang ada harganya untuk dicintai. Seseorang, tidak perduli lelaki atau perempuan, apabila bisa dikubur ber-sama2
dalam satu liang dengan kekasihnya, itu seharusnya
merupakan suatu kejadian yang patut dibuat bangga..."
Nada suaranya orang itu, kedengarannya penuh rasa kasih sayang, sehingga dapat menggerakkan perasaan orang.
Nie Suat Kiao agaknya tergerak oleh perkataan itu. Dengan tanpa disadarinya, matanya mengawasi liang kubur itu.
Sementara itu terdengar pula perkataan ayah angkatnya:
"Sekarang ini asal kau menotok jalan darah Beng bun-hiat dibelakang pungguugnya, segera dapat membuat ia rebah didalam lubang itu dengan tenang, kemudian kau bunuh diri sendiri bersama-sama ia rebah didalam satu lobang dan aku nanti akan mengubur baik2 kalian berdua"
Nie Suat Kiao tiba2 mengangkat kepalanya sambil
menangis ia berkata: "Perkataan ayah tidak salah"
"Biar bagaimana aku sudah pernah merawat kau sebagai
anak, bagaimanapun juga masih ada hubungan kasih sayang.
Aku sebetulnya tidak tega turun tangan membunuh kau....
tetapi keadaan pada waktu ini, sudah menjadi demikian rupa sehingga tidak dapat aku pertahankan lagi"
Wajah Nie Suat Kiao berubah, katanya: "Baiklah!
Bagaimanapun juga aku sudah susah untuk lolos dari
tanganmu. Daripada mati kau bunuh, lebih baik aku bunuh diri sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matanya berputaran memandang wajah Siang-koan Kie,
kemudian ia berkata sambil tertawa getir: "Marilah kita mati bersama-sama."
Per-lahan2 ia mengangkat tangan kanannya.
Pada saat itu tiba2 terdengar siulan panjang. Sesosok bayangan orang cepat bagaikan kilat melayang turun dari udara, sebentar kemudian sudah berada dihadapan dua
orang. Lalu terdengar suara orang itu berkata: "Jangan ganggu toakoku."
Nie Suat Kiao baru melihat bahwa orang yang berada
dihadapan Siang-koan Kie ternyata seorang pemuda yang raut mukanya agak mirip dengan monyet.
Orang berjubah hijau itu agaknya dikejutkan oleh
kedatangan orang yang sangat cepat itu, lalu menegurnya:
"Kau siapa?" Orang yang baru datang itu tidak lain dari pada Wan Hauw, meskipun ia sudah mengerti banyak perkataan orang, tetapi bicaranya sendiri masih belum lancar. Meskipun dalam hati mengerti, tetapi ia tidak dapat mengatakan dengan jelas. Atas pertanyaan orang berjubah hijau itu, ia hanya dapat
menjawab: "Dia adalah toakoku, aku adalah adiknya"
Ia menganggap bahwa jawabannya itu sudah jelas, tegapi bagi orang lain, masih kurang dimengerti.
"Bagaimana dengan saudaramu?" bertanya orang berjubah hijau itu dingin.
"Saudaraku, siapapun tidak boleh mengganggu" menjawab Wan Hauw, lalu dari belakang punggungnya mengambil
sebatang seruling bambu yang segera ditiupnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berjubah hijau itu begitu dengar suara seruling segera merasa bahwa irama itu seperti tidak asing, agaknya sudah pernah mendengarnya.
Wan Hauw dengan sepasang matanya yang lebar,
memandang muka Siang-koan Kie. Irama seruling yang
ditiupnya makia lama semakin keras.
Orang berjubah hijau tiba2 berkata kepada Nie Suat Kiao dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara dalam
telinga: "Kiao jie! Kau kerahkan kekuatan tenaga dalammu.
Totoklah dalan darah Beng-bun-hiat di punggungnya, aku akan bebuskan kau dari kematian"
Oleh karena dengan Wan Hauw terpisah hanya kira2 tujuh kaki saja, apalagi mereka berdiri berhadap-hadapan, apabila ia bertindak sendiri, pasti akan dilihat oleh Wan Hauw. Justru karena Nie Suat Kiao berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, asal menjulurkan tangannya, ia dapat menotok jalan darah bagian mana saja.
Justru Nie Suat Kiao setelah mendengar irama seruling itu, pikirannya yang agak kalut tiba2 menjadi jernih.
Meskipun usianya masih muda, tetapi ia sudah banyak
mengalami pahit getirnya penghidupan. Iapun cerdik dan banyak akalnya, maka atas anjuran ayahnya tadi, ia sengaja menjawab dengan suara keras: "Apabila ayah ingin
membunuh dia?"

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang-koan Kie yang sedang berdiri sambil memejamkan
mata, tiba2 membuka lebar matanya. Sinar matanya tajam menatap Wan Hauw, kemudian menatap wajah Nie Suat Kiao.
Alisnya bergerak2 agaknya sedang mengingat-2 kembali
semua pengalamannya. Wan Hauw tiba2 menurunkan serulingnya dan berkata
dengan girang: "Toako."
Nie Suat Kiao berkata dengan suara keras "Lekas minggir.?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wan Hauw ketika mendengar perkataan itu, tiba2
memondong Siang-koan Kie dan melompat kesamping sejauh tiga kaki.
Bersamaan dengan itu, hembusan angin yang keluar dari jari tangan orang berjubah hijau lewat disampingnya. Apabila Nie Suat Kiao tidak memperingatkan pada waktu yang tepat, dua orang itu pasti akan terkena serangan itu.
Orang berjubah hijau itu berkata dengan suara keras:
"Bagus! Kau benar2 sudah berani mengkhianati aku."
Nie Suat Kao berkata sambil tertawa getir: "tidak perduli aku berkhianat terhadap ayah atau tidak, kenyataannya aku sudah sulit untuk mendapat pengertian ayah...."
Ia mengawasi Siang-koan Kie sejenak kemudian berkata
pula: "Ayah sering memberi pelajaran kepadaku, juga
menyelidiki keadaan musuh dan keadaan diri sendiri. Keadaan didepan mata sekarang ini sudah jelas. Asal kita bertiga bergandengan tangan, mungkin masih ada harapan hidup"
Siang-koan Kie nampaknya sudah pulih kembali ingatannya, ia berkata dengan suara perlahan: "Lepaskan aku."
Wan Hauw menurut. Dengan sinar mata yang tajam, Siang-koan Kie menatap
wajah orang berjubah hijau itu kemudian menegurnya:
"Apakah kita pernah bertemu muka?"
Orang berjubah hijau itu agaknya diingatkan kenangannya oleh pertanyaan Siang-koan Kie. Ia menganggukkan kepala dan menjawab: "Benar kita seperti sudah bertemu muka...."
Bardiam sejenak, lalu sambungnya: "Barang siapa yang
pernah bertemu muka denganku, kebanyakan akan terbinasa ditanganku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie tiba2 melompat dan berkata: "Sekarang aku ingat, kau adalah orang berjubah hijau yang pernah memukul aku sehingga terjerumus kedalam jurang yang dalam.?"
Orang berjubah hijau itu memperdengarkan suara dari
hidung, dengan cepat menghampirinya.
Tiba2 terdengar suara seruan Wan Hauw: "Jangan sentuh toakoku!"
Ucapannya itu disertai dengan gerakan tangannya yang
digunakan untuk menyerang orang berjubah hijau.
Orang berjubah hijau itu memperdengarkan suara tertawa dingin, tangan kanannya yang digunakan untuk menyerang Siang-koan Kie telap tidak berubah, tangan kirinya digunakan untuk menyambut serangan Wan Hauw.
Gerakannya itu dilakukan dengan kekuatan tenaga
sepenuhnya, dengan pengharapan sekaligus dapat
mematahkan tangan Wan Hauw. Diluar dugaannya bahwa
tangan pemuda itu dirasakan keras bagaikan baja, sedikitpun tidak terganggu oleh serangannya, hingga dalam hati diam2
merasa terkejut. Wan Hauw memperdengarkan suara siulan panjang, kedua
tangannya bergerak dan menyerang bertubi-tubi.
Karena gegabahnya orang berjubah hijau itu telah
memberikan kesempatan bagi Wan Hauw untuk merebut
posisi lebih baik. Serangannya yang bertubi-tubi itu telah berhasil mendesak orang berjubah hijau mundur tiga langkah.
Nie Suat Kiao diam2 sudah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia sudah siap untuk memberi bantuan kepada Wan Hauw, sebab selama hidupnya, ia belum pernah melihat ada orang yang dapat mengimbangi kepandaian dan kekuatan
Kun-liong Ong dengan seorang diri. Orang berjubah hijau itu setelah terdesak mundur tiga empat kaki baru berhasil memperbaiki keadaannya. Ia tidak berani memandang ringan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawannya lagi. Dengan seluruh kekuatan tenaganya ia
melakukan serangan pembalasan.
Serangan pembalasan itu, bukan saja sudah berhasil
menahan serangan Wan Hauw yang hebat, bahkan sudah
memperbaiki kedudukkannya sendiri.
Wan Hauw yang berkelahi dengan semangat menyala2,
tiba2 melesat tinggi keatas. Ditengah udara ia berputaran dengan sikap kepala dibawah dan kaki diatas ia menukik menyerbu orang berjubah hijau.
Orang berjubah hijau itu mengangkat tangan kanannya,
tetapi tangan kanan hendak menyentuh tangan kanan Wan Hauw yang penuh hiu.
Dengan cara itu ia hendak melukai Wan Hauw dengan
kekuatan tenaga dalam yang hebat, maka kekuatan tenaga dalam yang dipusatkan ketelapak tangan kanan, dengan tiba2
mendorongnya. Wan Hauw yang badannya menukik ditengah udara, ketika terdorong oleh kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat itu, tidak ampun lagi tubuhnya mental ketengah udara bagaikan layang2 putus talinya.
Siang-koan Kie terperanjat. Dia segera bergerak
menghalangi orang berjubah hijau, tanpa bicara apa2 ia melakukan serangannya.
Orang berjubah hijau itu setelah mendorong Wan Hauw,
agaknya sangat girang, dengan gaya totokan, ia hendak memaksa Siang-koan Kie menarik lagi serangannya, sedang tangan kirinya tiba2 melancarkan serangan dari jarak jauh kepada Nie Suat Kiao.
Nie Suat Kiao ketika mengetahui Wan Hauw terpental
ketengah udara oleh serangan orang berjubah hijau, sudah berpikir hendak turun tangan membantu Siang-koan Kie
supaya Siang-koan Kie jangan sampai terluka. Karena itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berarti tinggal ia seorang dri, sudah tentu lebih susah kedudukannya. Ketika melihat dirinya diserang oleh orang berjubah hijau, segera menyambut dengan kedua tangannya.
Siang-koan Kie sementara itu serangannya ditujukan
kesamping punggung lawannya, hingga mau tidak mau orang berjubah hijau itu harus menyambut dengan tangan
kanannya. Oleh karena tindakan Siang-koan Kie yang sangat cepat itu hingga orang berjubah hijau itu harus membagi tenaganya.
Dengan demikian kekuatan tenaga yang digunakan untuk
menyerang Nie Suat Kiao dengan sendirinya banyak
berkurang. Kesudahannya pertempuran segi tiga itu, membuat Siangkoan Kie dan Nie Suat Kuo sama-2 mundur satu langkah.
Sedangkan orang berjubah hijau yang sudah mempunyai
kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna, meskipun
menghadapi dua serangan musuh tangguh, masih unggul
keadaannya. Siang-koan Kie dan Nie Suat Kiao yang terdorong mundur oleh kekuatan tenaga dalam orang berjubah hijau itu, separuh badannya merasa kesemutan. Seandainya kekuatan tenaga orang berjubah hijau itu tidak terbagi dua, orang yang menyambut serangan itu pasti akan mampus seketika itu juga.
Meskipun dua orang itu tidak terluka, tetapi sebelum
mengatur pernapasannya, mereka sudah tidak mempunyai
kemampuan bertempur lagi.
Pada saat itu, asal orang berjubah hijau itu melancarkan serangannya lagi, dua orang itu akan terluka dibawah
tangannya semua. Untung Wan Hauw tiba pada saat yang
tepat. Dengan tinjunya, ia meninju orang berjubah hijau itu.
Mata orang berjubah hijau itu berputaran, dengan penuh napsu membunuh ia berkata sambil tertawa dingin: "Orang-orang kuat dalam rimba persilatan pada dewasa ini, yang dapat menyambut seranganku, aku harus membinasakannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru merasa puas. Karena kau sanggup menyambut
seranganku, maka hari ini kau jangan pikir bisa berlalu dari sini dalam keadaan hidup.?"
Selama berkata itu, tangan dan kakinya juga bergerak
menyerang Wan Hauw dengan hebat, semua yang diarah
merupakan jaian darah yang terpenting dalam tubuh manusia.
Wan Hauw dengan mengandalkan kekuatan badannya yang
diwariskan oleh ayahnya dan gerak tipu serangannya yang aneh, indah, ia dapat menghadapi lawannya dengan berbagai cara, ternyata bisa bertahan sampai duapuluh jurus lebih.
Tetapi duapulub jurus kemudian, ia mulai repot melayani serangan lawannya.
Dalam suatu pertempuran sengit, orang berjubah hijau itu tiba2 melompat mundur sejauh lima kaki. Sedangkan Wan Hauw berdiri tertegun ditempatnya.
Siang-koan Kie yang menyaksikan gelagat tidak baik
segera melompat menghampiri dan berkata dengan suara cemas: "Saudara Wan..."
Sepasang mata Wan Hauw yang seperti sudah kabur, per-
lahan2 beralih kewajah Siang-koan Kie kemudian tertawa menyeringai. Setelah itu mulutnya mengeluarkan darah segar dan badannya jatuh ketanah.
Siang-koan Kie terkejut, dengan cepat ia menyambar badan Wan Hauw.
Ketika jari tangannya menyentuh badan Wan Hauw,
hatinya tiba2 tergerak, dengan cepat tangannya itu ditarik kembali.
Ia lalu berpaling mengawasi orang berjubah hijau, yang saat itu sedang berdiri sambil memejamkan sepasang
matanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nie Suat Kiao dengan tindakan tergesa-gesa
menghampirinya, berkata kepada Siang-koan Kie dengan
suara perlahan: "Saudaramu terluka berat."
Siang-koan Kie menganggukkan kepala, dengan suara
nyaring ia bertanya kepada orang ber jubah hijau: "Apakah kau juga terluka?""
Orang berjubah hijau itu tiba2 membuka matanya, ia berkata sambil tertawa dingin: "Kau hendak bunuh diri sendiri, ataukah aku yang harus turun tangan?"
Ucapan itu disertai dengan gerakan tangannya yang
menyerang dada pemuda itu.
Siang-koan Kie tahu bahwa orang itu mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat hebat, maka tidak berani menyambut serangannya, dengan kedua jarinya, ia menotok jalan darah tangan orang berjubah hijau itu. Untuk menghindarkan tangan yang tertotok, orang berjubah hijau itu mau tidak mau menarik kembali serangannya, sebentar kemudian melakukan serangan dengan tangan kanan.
Siang-koan Kie bergerak dengan kedua tangaanya. Ia
berhasil merebut kududukkan menyerang dalam waktu
sekejap mata, ia sudah menghujani serangan dengan tangan dan kaki pada lawannya.
Orang berjubah hijau itu sebaliknya tidak membalas
menyerang, ia hanya manutup atau mengelakkan setiap
serangan Siang-koan Kie. Nie Suat Kiao yang berdiri disamping menyaksikan
pertempuran itu, parasnya ber-kali2 berubah. Agaknya sedang memikirkan persoalan rumit.
Orang berjubah hijau itu sambil menutup dan mengelakkan serangan Siang-koan Kie, diam2 memperhatikan gerak tipu yang digunakan oleh pemuda itu, agaknya ingin mencari kenangan2 yang sudah lama menghilang dari ingatannya.....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nie Suat setelah berpikir cukup lama, tiba-tiba balik menghampiri Wan Hauw dan kemudian dipondongnya.
Dalam tangannya sudah tersedia sebutir pil. Dengan cepat, pil itu dimasukkan kedalam mulut Wan Hauw. Setelah itu, ia meletakkan kembali Wan Hauw kemudian balik lagi ke tempat semula. Seluruh perhatian orang berjubah hijau itu, masih tetap ditujukan kepada setiap gerakan Siang-koan Kie.
Bunga Ceplok Ungu 7 Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Serba Hijau 2
^