Irama Seruling Menggemparkan 9
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 9
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak disangka dugaannya itu ternyata meleset, sudah lama padri yang satu itu berlalu, yang lain masih tetap duduk tidak bergerak, se-olah2 tidak mengetahui bahwa kawannya sudah berlalu secara diam diam.
Suara mengorok secara teratur itu tetap berlangsung, diluar kamar keadaan tetap sunyi.
Malam per-lahan2 mulai terang suatu tanda bahwa saat itu sudah mendekati pagi hari.
Siang koan Kie diam2 menarik napas, ia berpikir sambil memejamkan matanya: Gedung besar yang kelihatannya
tenang ini,sebetulnya sudah berkumpul orang2 kuat dari golongan benar dan sesat, untuk apa sebetulnya" Apakah se-mata2 hanya disebabkan kematian Pan-lo Ing Hiong San"
"Apa kematiannya itu, sedemikian penting pengaruhnya
bagi orang2 rimba persilatan?"
Semua pertanyaan itu bagaikan kabut yang meliputi dalam otaknya.
Suatu pikiran baru tiba-tiba terlintas dalam otaknya, dalam peti mati itu entah terisi barang apa"
Apabila benar2 jenazah seseorang, mengapa gadis
berkabung itu perlu mengangkut pergi jenasah itu" Tidak perduli jenaZah itu benar jenazah Pan Loya atau bukan, rasanya tidak perlu sedemikian susah payah untuk
menyingkirkan dan membawa pergi peti itu kelain tempat". "
Tatkala ia membuka matanya kembali, padri tua tadi telah berlalu, dalam sekejap sudah balik kekamarnya dan duduk bersila diatas tempat tidur.
Siang-koan Kie sudah tidak mempunyai kesempatan untuk memikirkan urusan pederi tua itu,
karena pikirannya sedang dipusatkan kearah barang apa sebetulnya yang berada didalam peti mati itu" Semakin dipikir Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin kuat anggapannya bahwa apa yang diduga itu tidak salah lagi, maka dengan tanpa disadari ia sudah berseru,
"Tidak salah lagi, didalam peti mati itu pasti bukan jenazah orang"."
Karena seruan itu tadi, telah menyebabkan dua paderi itu mendadak membuka matanya mengawasi dirinya.
Siang-koan Kie baru sadar apa yang telah diperbuatnya tadi, perlahan2 ia merebahkan diri untuK tidur.
Karena pikirannya terus memikirkan persoalan yang
dihadapinya, biar bagaimana ia tidak dapat tidur, ia
mengerudungi dirinya dengan selimut, mulai menganalisa semua persoalan yang dihadannya.
Ia memang seorang cerdik, setelah memikir dengan
tenang, persoalan itu dibagi menyadi dua bagian serta dibuatnya tafsiran akan terjadinya beberapa perobahan.
Apabila isi dalam peti mati itu bukan jenazah manusia, lalu apa"
Benarkah gadis berkabung itu adalah anak perempuan Pan Loya" Mengapa ia agaknya mempunyai pengaruh demikian
besar" Pan Kongcu yang seharusnya masih pernah kakaknya, mengapa demikian takut terhadap adiknya"
Apabila dalam peti mati itu benar2 adalah jenazah Pan Loya, apakah keistimewaannya jenazah itu sehingga
memerlukan mengerahkan demikian banyak orang untuk
mengangkutnya dengan perahu"
Semua pertanyaan itu, setelah dianalisa olehnya, ia segera menitikberatkan urusan ini kepada gadis berkabung itu, tetapi kepandaian gadis itu sangat tinggi sekali bukanlah seorang yang mudah dihadapanya, untuk mencari keterangan dari padanya, barangkali lebih sulit, cara yang paling baik, ialah lebih dulu, harus dapat membuktikan bahwa Pan Loya dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar rahasia dibawah kamar itu, benar Pan Loya yang tulen ataukah yang tiruan"
Sekarang soalnya ialah dengan cara bagaimana dapat
menemukan pintu masuk kekamar rahasia itu" Hari itu meski ia sudah pergi satu hari, tetapi tidak memperhatikan
perjalanannya tahu2 sudah berada dikamar bawah tanah itu"
Sambil berkerudung selimut itu, ia telah memikirkan banyak persoalan, dianggapnya ia telah mendapat banyak hasil, maka ia menarik napas lega dan melihat keadaan sekitarnya.
Dua paderi dan orang yang tidur mengorok itu, dalam
sekejap sudah berlalu semuanya, sinar matahari sudah masuk kedalam kamar, ia buru2 melompat turun, sebelah memakai sepatunya perlahan2 keluar dari kamarnya.
Ketika ia berjalan melalui taman, matanya memperhatikan keadaan sekitarnya, ternyata semua pintu kamar, yang
terdapat disekitar taman itu telah terbuka lebar, tetapi tidak kelihatan bayangan seorangpun juga.
Kesunyian yang luar biasa itu, menimbulkan rasa sunyi dalam hati Siang koan Kie, ia menghela napas sambil
menggelengkan kepala, tidak tahu harus menuju kemana.
Tiba2 ia mendengar suara tindakan kaki sangat perlahan dibelakang dirinya, ia lalu bersiap berjaga2, tetapi orang itu pura2 tidak tahu dan berjalan mendekati dirinya.
Suara tindakan kaki itu tiba2 berhenti, kemudian disusul oleh suara batuk2.
Dengan tanpa menoleh Siang-koan Kie melontarkan
pertanyaan, "Siapa" "
Orang dibelakang dirinya kembali memperdengarkan suara batuk2, kemudian baru menjawab, "Apakah tuan orang
golongan pengemis?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan kie tercengang, dalam hatinya berpikir: apabila aku tidak mengaku orang dari golongan pengemis pasti akan menimbulkan kecurigaan mereka, apabila aku mengaku,
namun sama sekali tidak tahu keadaan dalam golongan
pengemis itu sampaipun siapa namanya Pang-cu golongan itupun tidak tahu, apabila ditanya, mungkin akan
menimbulkan kecurigaan lebih besar.
Untuk sesaat lamanya, ia tidak dapat memikirkan suatu jawaban yang tepat, maka ia lalu memperdengarkan suara tertawa dingin barulah menjawab yang sebetulnya bukan merupakan suatu jawaban, "Kalau ia bagaimana" Dan kalau bukan bagaimana pula?"
Orang itu terus berdiri dibelakangnya, sehingga ia tidak dapat melihat bagaimana sikapnya pada saat itu, ia hanya dengar kata2nya yang sangat menghormat, "Aku yang rendah sudah lama mendengar nama besar golongan pengemis,
didalam golongan itu locianpwee tentunya menduduki
kedudukan sangat tinggi"."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: sekarang aku terpaksa
harus Mengelabuhinya"."
Dalam waktu sangat singkat itu pikirannYa bekerja keras, tetapi ia dapat mengambil keputusan dengan segera.
"Kau mencari aku ada urusan apa?", demikian ia bertanya dengan nada suara dingin.
"Apabila tuan adalah orang dari golongan pengemis, aku ingin minta tolong untuk menengok beberapa kenalan lama."
Siang koan Kie tiba2 memutar badan, kini ia segera
menyaksikan seorang berpakaian ringkas yang ternyata adalah orangnya Pan Loya.
Orang itu menatap wajah Siang-koan Kie, kemudian
bertanya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dan golongan tuan hanya tuan seorang saja yang datang?"
Kembali Siang-koan Kie harus menghadapi kesulitan,
pertanyaan itu susah untuk dijawab, berapa orang yang datang golongan pengemis ia sendiri juga tidak tahu. Apalagi mengurus ia nengok beberapa kenalan lamanya, orang itu pasti mempunyai kedudukan dalam golongan pengemis,
apabila ia tidak bisa menjawah, pasti akan menimbulkan kecurigaan orang.
Oleh karenanya, maka lama Siang-koan Kie berpikir masih tidak dapat menemukan jawaban yang tepat.
Orang itu nampaknya mulai cemas, sambil menghela napas perlahan orang itu berkata , "Tuan muda kita ada mempunyai hubungan baik dengan beberapa sahabat dari golongan tuan"
Ada urusan apa tuan mudamu hendak mencari sahabatnya
dari golonganku?" jawaban Siang-koan Kie ini diucapkan sangat perlahan
dengan hati2 sekali, tetapi dengan sendirinya berarti pengakuan bahwa ia adalah orang dari golongan pengemis.
Orang itu tiba2 menunjukkan sifat girang katanya, "Kalau tuan adalah orang dari golongan pergemis, pasti juga
mengenal tuan muda kita?"
"Tidak kenal," jawab Siang koan Kie sambil menggelengkan kepala.
Orang itu menunukkan sikap Terkejut.
"Silahkan tuan kekamar kongcu untuk omong omong
sebentar, bagaimana?""
Dalam keadaan demikian, Siang-koan Kie sudah tidak
berdaya terpaksa menganggukkan kepala menerima baik
permintaannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu menghormat dan berkata, "Maaf hamba akan
berjalan dimuka sebagai penunjuk jalan."
Setelah itu ia berjalan lebin dahulu, baru berjalan beberapa langkah, sekonyong-konyong berpaling dan berkata, "Tuan sebaiknya berjalan terpisah satu jarak dengan hamba, supaya tidak diketahui oleh orang orang dari rona kita."
Setelah itu ia melanjutkan tindakkannya. Siang koan Kie terkejut, dalam hatinya berpikir, Orang ini mengajak aku menjumpai Pan-kong cu, tetapi takut diketahui oleh
orang2nya nona mereka, kalau begitu diantara keluarga Pan ini,
telah terjadi perselisian sendiri.
Sambil memikirkan bagaimana barus menghadapi Pan
Kongcu itu, berjalan dibelakang orang itu.
Keluar dari taman itu, keadaannya jauh berlainan, disitu terdapat banyak orang yang berdandan dengan pakaian
ringkas atau berpakaian panjang, mundar mandir tiada
putusnya. Dengan adanya banyak orang itu, Siang koan Kie
sebaliknya merasa tenang, ia mengikuti orang itu berjalan terpisah satu jarak.
Setelah melalui beberapa pekarangan, tibalah di suatu pekarangan yang sunyi, ditempat itu orangnya tidak banyak.
Orang yang berjalan sebagai penunjuk jalan itu, berdiri didepan pintu bundar dengan wajah cemas, ia menengok
kesana kemari, seperti lakunya seorang pencuri yang takut kepergok, sebentar sebentar menggapaikan tangannya kearah Siang koan Kie.
Siang koan Kie mempercepat tindakkan kakinya menuju
kepekarangan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itu ada merupakan suatu pekarangan kecil yang terdapat banyak karangan bunga, Pan-kongcu yang masih memakai
pakaian berkabung, sedang berdiri ditangga batu diluar ruangan, nampaknya sedang menantikan kedatangannya,
begitu melihat Siang-koan Kie segara menghormat dan lari menyongsong, kemudian mengajak Siang-koan Kie masuk
kedalam ruangan. Siang-koan Kie mengawasi keadaan disekitarnya, ia
mencoba berusaha untuk menenangkan pikirannya yang
tegang. Pan kongcu menuangkan teh sendiri sebagai tanda
menghormat kepada tetamunya itu, setelah mempersilahkan tamunya minum teh lalu bertanya, "Apakah dari golongan tuan hanya tuan seorang saja yang datang?"
Pada saat itu perasaan Siang-koan Kie sudah banyak
tenang, karena ia takut jikalau terlalu banyak bicara nanti akan membuka rahasianya, maka ia sengaja bersikap dingin, atas pertanyaan Pan-kongcu itu ia hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Pan-kongcu nampaknya sangat kecewa, dengan tindakan
lambat2 ia berjalan keluar, dengan suara perlahan ia memberi pesan kepada orang yang mengantar Sian -koan Kie tadi, kemudian balik lagi kekamar ruangan dan berkata Siang-koan Kie, "Aku yang rendah bersama Pan ceng Liang dengan Kim locinpwee dari golongan tuan pernah beberapa kali bertemu muKa."
Siang-koan Kie tidak tahu sama sekali bagaimana orangnya yang disebut Kim locianpwee itu, maka ia hanya
menganggukkan kepala saja.
Pan ceng Liang berkata pula, "Siapa nama tuan yang
mulia?"" "Siaotee she Kian," jawab Siang-koan Kie sekenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedatangan saudara Koan itu adalah atas perintah ketua ataukah"."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: apa bila aku mengatakan atas perintah ketua, ia pasti akan bertanya lebih banyak, apabila jawabanku tidak benar, bukankah segera terbuka kedokku"
Setelah berpikir sejenak ia baru menjawab, "Siaotee hanya kebetulan lewat disini, ketika
mendengar kabar meniggalnya Pan lo Ing Hiong. barulah aku datang kemari untuk turut berduka cita, Pang-cu kami dan Kim locianpwee, mungkin belum mengetahui atau mendengar kabar ini."
"Tahukah saudara Koan dimana Kim-Locianpwee berada
sekarang?" bertanya Pan ceng-Liang dengan hati cemas.
"Tentang ini","."
Siang koan Kie agak bingung, ia tidak dapat memikirkan suatu jaWaban yang tepat.
Pan ceng Liang sangat kecewa, ia berkata sambil menghela napas, "Kim locianpwee memang tidak menetap jejaknya, kadang2 bisa berjumpa tetapi sulit untuk dicari"."
Melihat wajah Pan ceng Liang yang diliputi kedukaan itu, menimbulkan perasaan ingin membantu untuk meringankan penderitaan pemuda itu, maka Siang-koan Kie lalu berkata,
"Apabila Pan-kongcu ada kesusahan, beritahu kanlah
kepadaku juga boleh, mungkin dalam singkat siaotee dapat mencari dimana Kim locianpwee berada."
Pan ceng Liang mengerutkan keningnya lalu berkata,
"Mungkin waktunya sudah tidak keburu"."
Ia menghitung2 dengan jari tangannya, kemudian berkata pula, "Batas waktu sepuluh hari, ini hanya tinggal tiga hari saja"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekalipun sudah tidak keburu untuk mencari Kim
locianpwee, tetapi saudara Pan yang pernah mempunyai
hubungan baik dengan orang2 golongan kita, sudah seharusnya siaote
turut mengeluarkan tenaga untuk memberi bantuan."
Pan ceng Liang mendadak dongakan kepala, menatap
Siang-koan Kie, lalu berkata, "Sekalipun Kim locianpwee datang sendiri, mungkin juga tidak dapat berbuat apa-apa.."
Ia menghela napas dalam2, dua tetes air mata mengalir turun katanya pula, "Tetapi ia berkedudukan tinggi sekali dalam golongan saudara, hanya rendah setingkat daripada pangcu, mungkin sebelum batas waktu tiba dapat
mengumpulkan orang2 kuat dalam golongan saudara"."
Berkata sampai disitu, tiba2 terdengar suara seperti orang melemparkan sebuah batu kecil kedalam ruangan itu.
Suara itu meskipun kecil, tetapi sangat mengejutkan Pan ceng Liang, wajahnya berubah seketika, ia buru2 mengusap kering air matanya dan pura2 girang dengan suara nyaring ia berkata, "Apakah saudara Koan tidak duduk lagi sebentar?"
Siang-koan Kie diam2 terkejut karena ia sebetulnya belum ingin pergi, tetapi karena tuan rumah sudah berkata demikian, mau tidak mau dia harus pergi.
ia lalu bangkit dan berjalan keluar dengan tindakan lebar sambil menyahut: "Tidak usah"."
Dibelakang dirinya tiba2 terdengar suara tindakan kaki yang amat ringan, tatkala ia berpaling, seorang gadis berpakaian putih sedang berjalan menghampirinya.
Siang-koan Kie terkejut, ia berdiri membisu diluar ruangan.
Gadis berpakaian putih itu mengawasi Siang koan Kie
sambil tersenyum, kemudian berpaling dan berkata kepada Pan ceng Liang, "Koko, tuan ini datang dari mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Koan dari golongan pengemis." jawab pemuda
itu. Siang-koan Kie memberi hormat kepada Pan-ceng Liang
seraya berkata, "Aku tidak berani merepotKan saudara Pan, setelah siaotee nanti bersembahyang dimeja abu Pan-lo-ing Hiong, nanti akan pergi lagi."
Gadis berpakaian berkabung itu berdiri dibawah tangga ruangan merintangi berlalunya Siang koan Kie kemudian berkata sambil tertawa, "Beberapa sesepuh dari golongan pengemis, semua merupakan sahabat baik ayah di masa
hidupnya, sesungguhnya semua bukan orang luar, harap
saudara Koan berdiam sebentar disini baru pergi lagi, aku ingin menanya beberapa patah kata denganmu."
Siang-kom Kie diam2 merasa cemas, pikirnya
"celaka! Apabila ia menanya urusan dalam golongan
pengemis, dan jawaban tidak tepat bukanlah akan terbuka rahasiaku?"
"Meskipun dalam hati sangat gelisah, tetapi ia masih
menjawab, "Entah nona Pan ingin menanya urusan apa?"
"Silahkan saudara Koan duduk dalam kamar!"
Sikap gadis itu membuat Siang-koan Kie merasa agak kikuk menghadapinya, untung wajahnya sudah memakai obat,
jikalau tidak pasti sudah merah seluruhnya.
Gadis itu melihat Siang-koan Kie berdiri saja tanpa bergerak lalu tersenyum dan berkata pula, Apakah saudara Koan masih ada urusan penting?"
Siang-koan Kie berpikir sejenak, kemudian balik masuk keruangan.
Gadis berkabung itu mengikuti dibelakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berada didalam ruangan Siang-koan Kie diam saja, pikirannya bekerja keras mencari akal bagaimana harus menghadapi gadis itu.
Gadis itu agaknya merasa heran menghadapi Siang-koan
Kie yang bersikap dingin itu, sejenak nampak bersangsi, kemudian berkata sambil tersenyum, "Apakah saudara Koan sudah lama kenal kakakku?"
Siang-koan Kie pada saat itu sangat hati-bati sekali
terhadap segala perkataannya setelah berpikir dahulu baru menjawab, "Aku dengan saudaramu sebetulnya tidak kenal, tetapi dari pembicaraan para sesepuh golongan kami sering mendengar disebutnya Pan-lo Ing Hiong dan Pan-kongcu, sayang kedatangan siaote agak terlambat, jenazah Pao-lo-ing Hiong ternyata sudah dikubur, maka aku coba memberanikan diri untuk berkunjung kepada Pan-kongcu, untuk menanyakan keadaan tentang meninggalnya Pan-lo ing Hiong, agar
dikemudian hari apabila siaote ditanya oleh Pan-cu atau para sesepuh dapat menjawabnya."
jawaban itu telah mengelakan tanggung jaWab Pan-
kongcu, ia merasa jawaban itu cukup tepat.
Gadis berkabung itu tersenyum dan bertanya pula, "Apakah saudaraku pernah memberitahukan kepada saudara tentang kematian ayah?"
"Tidak, saudara nona hanya mengatakan bahwa kematian ayah nona itu secaara tidak terduga-duga, yang pada waktu ini belum dapat dikatakan kepada siapapun juga, dikemudian hari akan kuberitahukan sendiri kepada Pang cu.
Gadis itu agaknya memuji jawaban saudaranya itu, biji matanya berputaran mengawasi diri saudaranya sebentar lalu berkata, "Apa yang dikatakan oleh saudaraku sedikitpun tidak salah, apa yang kita hadapi dewasa ini, kita berdua saudara memang masih banyak kesulitan yang kita tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lupakan, aih! urusan ini sebetulnya tidak boleh diketahui oleh orang luar.
"Karena saudaramu tidak mau memberi keterangan, sudah tentu siaote tidak perlu menanya lebih jauh,"."
Wajah gadis itu tiba2 berobah, dengan nada suara dingin ia berkata, "Kedatangan saudara Koan kali ini, apakah atas perintah para sesepuh dari golongan saudara ataukah atas keinginanmu sendiri?"
Siang-koan Kie herpikir, "nampaknya gadis ini mendesak terus ingin mendapat keterangan apabila jawabanku salah, pasti akan terbuka rahasiaku, sebaiknya aku mengambil sikap tidak perduli.
"Demikian belit nona bertanya, maaf siaote tidak suka menjawab"."jawabnya dengan sikap dan nada suara
dingin. Kemudian ia berpaling dan menghormat kepada Pan ceng
Liang seraya berkata, "Kunjunganku ini telah mengganggu ke tenangan saudara, kini siaote ingin mohon diri."
Dengan tindakan lebar ia berjalan keluar.
Gadis berkabung itu tiba2 bergerak dan merintangi
dihadapan Siang koan Kie kemudian berkata dengan nada suara dingin.
"Saudara Koan harap jangan pergi dulu .."
Siang-koan Kie karena terhalang perjalanannya, apabila ia tidak menurut, itu berarti harus menerjang dengan kekerasan, setelah bersangsi sejenak, akhirnya ia berhenti dan bertanya.
"Nona Pan masih ada keperluan apa lagi"
"Ayah dengan beberapa sesepuh golongan tuan ada
mempunyai hubungan baik, tidak tahu saudara Koan dibawah siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu nyata sudah mengandung kecurigaan.
"Pertanyaan nona ini, siaote sebetulnya ingin menolak memberi jawaban, mengingat persahabatan ayah nona
dengan beberapa sesepuh golongan kami, terpaksa aku akan menjaab juga aku sebetulnya sering mengikut disamping Pangcu."
Wajah gadis yang dingin itu mendadak berubah, dengan
wajah ramah senyuman ia berkata;
"Dugaanku ternyata tidak salah, mengapa saudara Koan
berani berlaku dan bersikap demikian, kiranya adalah orang terdekat dari Pangcu
Kembali ia menunjukkan senyumnya kemudian berkata
pula, "Sudah lama aku dengar bahwa didamping Pangcu ada mempunyai dua murid muda ditangan kirinya yang disebut To-thjin jie-Tong,
kedua orang itu maasing2 mempunyai kepandaian sangat
tinggi, dari sikap saudara Koan, apabila dugaanku tidak keliru, tentunya adalah salah satu dari kedua pemuda itu?"
Siang-koan Kie diam2 berpikir: tentang keadaan dalam
golongan pengemis, aku sedikitpun tidak tahu, jika telah memberikan petunjuk kepadaku, boleh juga aku berlagak gila saja.
Atas pertanyaan nona itu tapi, ia tertawa dingin tetapi tidak menjawab.
Sikapnya itu benar2 telah membuat gadis berkabung itu percaya, maka seketika itu ia nampak terkejut.
Ia sebetulnya bermaksud mengejek Siang-koan Kie,
sungguh tidak diduga Siang-koan Kie telah berlagak gila tidak menjawab pertanyaannya.
Telah lama berpikir, gadis itu lalu berpaling dari bertanya kepada saudaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koko benarkah saudara ini adalah salah satu dari Tho-thiU-joe-tong golongan pengemis?"
"Tentang ini, aku sendiri tidak jelas," jawab Pan ceng Liang.
"Tho chiu-jie-tong selalu tidak terpisah dari samping pangcu, bagaimana bisa berjalan seorang diri" Sudah terang saudara ini sengaja menyaru"."
Siang-koan Kie karena sudah terlanjur kini sudah tidak bisa mundur lagi terpaksa ia bersikap keras kepala, ia
mendengarkan suara ketawa dingin bibirnya bergerak hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dibatalkan.
Semula ia ingin berkata bahwa Pang-cunya berada didekat tempat itu, tetapi kemudian tiba tiba ia merasa bahwa jawaban itu kurang tepat
sebab dari pembicaraan mereka berdus ia sudah tahu
bahwa kedudukan ketua golongan pengemis itu tinggi sekali, kalau ia melakukan perjalanan, bagaimana tiada seorangpun yang tahu atau mendengar kabar.
Karena berpikir demikian maka ia menjawab dengan nada suara dingin, Entah dengan maksud apa nona menanya
demikian teliti" Pang-cu dan para sesepuh golongan kami, selalu merahasiakan jejaknya, sekalipun aku tahu, juga tidak akan memberitahukan kepada siapapun juga."
"Kalau begitu silahkan saudara Koan berdiam disini untuk sementara waktu, biarlah sesepuh saudara nanti yang datang menolongmu!"
"Apakah nona bermaksud hendak menahan aku di sini,
perbuatan nona ini sesungguhnya terlalu gegabah"."
"jikalau kau tidak percaya boleh coba saja!"
Siang koan Kie menatap wajah gadis itu, untuk sesaat ia tidak dapat mengambil keputusan ia tidak tahu apakah harus menerjang keluar secara paksa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu meskipun sikapnya dingin, tetapi Siang-koan Kie yang memandang tanpa berkedip juga merasa malu, katanya dengan suara gusar, "Mengapa kau mengawasi aku
sedemikian rupa" Hem! Tidak tahu adat."
"Siang koan Kie sedang memikirkan baik menerjang secara paksa atau tidak, ketika mendengar teguran itu baru tersadar bahwa sikapnya itu memang kurang pantas, maka buru2
berpaling kearah lain seraya berkata, "Apabila nona, bertindak secara tidak aturan aku terpaksa akan menerjang keluar secara paksa."
Gadis itu tiba2 bergerak maju jari tangan kanannya
menotok jalan darah kie-bun-hiat Siang koan Kie.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Serangan yang dilakukan secara mendadak itu sendirinya sudah sulit untuk dielakkan, apalagi kedua belah pihak terpisah dekat sekali, sedangkan gadis itu bergerak demikian cepat dan gesit, sehingga Pan ceng Liang yang menyaksikan itu lalu berseru, "Aah"."
Bersamaan dengan itu, Siang koan Kie tubuhnya mendadak miring kesamnping dan melompat tiga kaKi lebih, ternyata sudah berhasil mengelakkan Serangan gadis itu.
Gadis itu agaknya terkejutkan dan ter-heran2 karena Siangkoan kie dapat mengelakkan serangannya yang dilakukan secara tiba2 tadi, sesaat itu merasa tertegun, kemudian lalu berkata, "Nama besar To-thjiu jie-tong dari golongan
pengemis benar2 bukan siaran kosong belaka, dapat
mengelakkan serangan yang kulakukan secara tiba2 ini, sudah boleh terhitung sebagai orang kuat kelas satu dalam rimba persilatan."
"Serangan nona secara demikian itu, sesungguh nya tidak pantas dilakukan oleh seorang yang mempunyai nama baik dari keluarga Pan, karena mengingat nona adalah kaum
wanita, tidak perlu aku berpikiran seperti kau, sekarang aku hendak pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu kembali merintangi Siang koan Kie sambil berkata,
"Kau ingin pergi" Tidak demikian mudah!?"
"Kau mau apa?" "Jikalau kau mampu menyambut seranganku sampai
tigapuluh jurus Tanpa mengalami kekalahan, kau boleh pergi."
Siang-koan Kie diam2 berpikir, jikalau aku hendak
menyelidiki urusan ini, cepat atau lambat pasti tidak terhindar dari suatu pertempuran, aku boleh mencoba dulu tigapuluh jurus, supaya mengetahui sampai dimana dan dari golongan mana kepandaiannya yang dipunyai.
"Karena nona selalu mendesak, terpaksa aku mengiringi kehendakmu, tetapi perlu kuterangkan lebih dulu, kita hanya bertanding tigapuluh jurus saja, tidak lebih."
"Baiklah! Karena ruangan ini sempit mari kita bertarung di Pekarangan!"
Gadis itu lalu berjalan lebih dulu menuju kepekarangan.
Siang koan Kie sudah pernah menyaksikan kepandaian
gadis itu ia tahu gadis itu terlalu ganas dan telengas diluarnya memang cantik tetapi dalam hatinya lebih jahat dari ular berbisa. Diam2 ia sudah siap siaga mengikuti dibelakang gadis itu.
Nona itu berkata sambil tertawa, "Sekeluar dari pintu kamar, sudah terhitung medan pertempuran, maka kau harus waspada."
Suara nona itu kedengarannya manis dan enak kali,
sedikitpun tidak tampak kejahatannya. "Nona boleh bertindak dan mengeluarkan seluruh kepandaianmu!" jawab Siang-koan Kie.
Gadis itu mendadak berhenti dan bertanya kepada Siangkoan Kie sambil tertawa, "Saudara Koan adalah To tong atau ciu-tong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang ini maaf aku tidak dapat memberitahukan,"
Gadis itu tiba2 bergerak, jari tangan kanannya dengan cepat menotok jalan darah dada Siang-koan Kie, namun
mulutnya masih berkata sambil tertawa, "Kau ini bagaimana mengapa selalu tidak suka menjawab pertanyaanku?"
Sementara itu tangan kanannya sudah bergerak
melancarkan suatu serangan.
Siang-koan Kie mengerahkan kekuatannya ke kaki kiri,
badannya tiba2 melesat, kebelakang sejauh tiga kaki untuk mengelakkan serangan dari totokan nona itu, sementara mulutnya juga berkata, "Aku hanya tidak suka menjawab pertanyaan nona itu."
"Kutanya dengan baik kau tidak suka menjawab, sebentar kau mau tidak mau pasti akan menjawab."
Gadis itu melakukan serangan dengan kedua tangannya, ia menggunakan serangan telapak tangan dan totokan dengan jari tangan, dalam waktu yang sangat singkat ia sudah melancarkan serangan sampai lima jurus, yang semuanya dilakukan secara cepat dan ganas serta selalu diarahkan ke bahagian badan terpenting Siang koan Kie.
Siang-koan Kie yang diserang secara ber-tubi2, diam2 juga terperanjat dalam hatinya berpikir, "Apabila pada tiga tahun berselang, serangan itu sudah cukup membuat diriku terluka parah."
-ooodwooo- Jilid 7 Bab 25 SERANGAN demikian cepat yang dilakukan perempuan
berbaju putih itu, dapat dielakkan dengan mudah oleh Siangkoan Kie, agaknya juga merasa di luar dugaan, dengan se-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
konyong2 mundur tiga langkah, matanya mengawasi Siangkoan Kie dengan tidak berkedip.
Parasnya yang cantik, per-lahan2 berubah pucat.
Siang-koan Kie merasakan firasat tidak baik tiba2 ia
merasakan bahwa gadis itu sedang berusaha hendak
melaksanakan ilmunya, mungkin semacam ilmu yang sangat berbisa.
Perasaan itu menimbulkan khawa yang sangat serius. Gadis itu agaknya sudah berpikir hendak melakukan suatu rencana jahat terhadap dirinya.
Sambil mempersiapkan kekuatannya untuk menghadapi
segala kemungkinan ia berkata, "Aku dengan nona tidak ada permusuhan apa-apa, perbuatan tadi hanya untuk menguji kepandaian masing2, apabila nona ingin melakukan
pembunuhan dan menggunakan ilmu hitam untuk mendapat
kemenangan, jangan sesalkan kalau aku bertindak kejam.
Gadis itu hanya tersenyum, tidak menjawab.
Tetapi senyumnya yang ditunjukkan pada saat itu, jauh berlainan dengan senyum yang sewajarnya, kalau tadi
senyumnya itu nampak sangat menggiurkan, tetapi pada itu karena parasnya pucat pasi, hingga senyumnya itu nampak menyeramkan.
Pan Ceng Liang yang berdiri di samping agaknya sudah
merasakan gelagat tidak beres, ia tahu apabila adiknya itu menyerang Siang-koan Kie sehingga terluka, pasti akan menimbulkan permusuhan dengan golongan pengemis. Maka ia segera bertindak dan berdiri di hadapan Siang-koan Kie seraya berkata, "Adik jangan bertindak dulu, dengar dulu kataku."
Gadis berbaju putih itu memandang Pan Ceng Liang
dengan mata sayu, agaknya seperti orang yang belum kenal, terhadap perkataannya seperti tidak masuk telinga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berkata kepada Pan Ceng Liang dengan
suara rendah, "Saudara Pan lekas mundur, adikmu sudah siap bagaikan anak panah yang sudah akan terlepas dari busurnya, mau tidak mau harus dilepaskan, serangan itu pasti luar biasa hebatnya, mungkin semacam ilmu yang sangat berbisa"."
Di wajah gadis yang pucat pasi itu, tiba2 terlintas satu senyuman, bibirnya bergerak-gerak, sikapnya yang dingin, tiba2 berubah lemah lembut.
Siang-koan Kie berseru dengan cemas, "Adikmu akan
segera turun tangan, saudara Pan lekas menyingkir"."
Pan Ceng Liang masih ragu2, suatu kekuatan tiba2
mendorong dirinya ke samping.
Baru saja ia menyingkir, gadis berbaju putih itu sudah melakukan serangannya.
Serangan itu nampaknya sederhana, gerakannya sangat
perlahan, juga tidak mengandung kekuatan tenaga hebat.
Siang-koan Kie meskipun sudah tahu serangan gadis itu apabila tidak mengandung kekuatan tenaga yang sangat
hebat, tentunya ada semacam ilmu kepandaian sangat
berbisa, tetapi ia masih kurang pengalaman dalam
menghadapi musuh, maka meskipun ia sudah mengerti, tetapi tidak berusaha menyingkir, di samping itu mungkin karena mengandalkan kepandaiannya sendiri, hingga ia tidak mau menyingkir".
Sementara itu desiran angin menyambar kepada badannya, sebentar kemudian badannya mendadak merasa panas,
sampai ia bangkis. Gadis itu setelah melancarkan serangannya, segera mundur beberapa langkah, kemudian berdiri sambil memejamkan
mata, mengatur pernapasannya. Se-olah2 serangannya yang nampaknya sederhana tadi, sudah menggunakan seluruh
kekuatan tenaganya, sehingga merasa letih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sinar matahari pagi menyinari kembang2 dalam taman,
dalam pekarangan itu keadaannya masih tetap tenang, seolah2 tidak pernah terjadi apa-apa".
Pan Ceng Liang menghampiri Siang-koan Kie bertanya
dengan suara rendah, "Saudara Koan, bagaimana dengan
kau" Bagaimana kau merasakan tidak enak?"
Siang-koan Kie berdiri tenang, seperti juga gadis itu, ia pejamkan mata untuk mengatur pernapasannya, ketika
mendengar pertanyaan Pang Ceng Liang, tiba2 membuka
matanya dan menjawab sambil tersenyum, "Aku baik2 saja"."
"Kalau saudara Koan tidak terluka, harap lekas berlalu dari sini"."
Siang-koan Kie mengiakan, tetapi ia masih berdiri tanpa bergerak.
Pan Ceng Liang agaknya mendapat firasat tidak beres, ia lalu mendorongnya sambil berkata, "Saudara Koan harap lekas"."
Tangannya tiba2 merasa seperti terbakar, sehingga ia
berdiri tertegun. Ketika ia memandang wajah Siang-koan Kie, wajah itu
masih tetap kuning, hanya sekujur badannya nampak merah membara, ia lalu berkata pula dengan suara cemas, "Saudara Koan, saudara Koan, apakah kau sudah terluka"."
Dari belakangnya tiba2 terdengar suara hening, "Dia sudah terluka dalamnya tetapi tidak apa, setelah makan sebutir obatku segera sembuh lagi."
Orang yang bicara itu ternyata adalah gadis berbaju putih, saat itu dari sakunya ia mengeluarkan sebutir pel, dan berkata pula sambil tertawa, "Saudara Koan, maafkan perbuatanku, dugaanmu tadi tidak salah, setelah aku menggerakkan ilmuku, tidak boleh tidak harus melancarkan serangan"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikap gadis itu sebentar ramah sebentar dingin, sehingga membuat Siang-koan Kie bingung tidak berdaya, dengan
tanpa disadari, ia mengulurkan tangannya menyambut pel dari tangan gadis itu.
Pel itu berwarna merah tua, bentuknya sebesar biji
lengkeng, berada di dalam tangannya sudah mengeluarkan baunya yang harum.
Gadis itu menyaksikan Siang-koan Kie membolak-balikkan pel dalam tangannya tetapi tidak mau makan, lalu berkata sambil bersenyum, "Pel itu besar sekali faedahnya, setelah kau makan, lukamu segera sembuh"."
Ia berkata sejenak, kemudian berkata pula, "Nama besar dua pengawal golongan pengemis benar2 bukan nama kosong belaka, apabila orang lain yang terkena serangan itu tadi, barangkali sudah mendapat luka parah dan roboh di tanah."
Pada saat itu meskipun pikiran Siang-koan Kie masih belum terang, tetapi karena mendengar perkataan gadis itu, hingga tidak dapat mengatur pernapasannya dengan hati tenang, hingga lukanya mulai bekerja dan pikirannya tidak dapat dikontrol seperti biasa.
Dengan tindakan perlahan gadis itu menghampiri Siang-
koan Kie, lalu memegang tangan kanan Siang-koan Kie seraya berkata dengan muka ber-seri2, "Lekas makan! Oleh karena tidak dapat mengendalikan perasaanku, sehingga aku melukai dirimu, oleh karenanya hatiku merasa tidak enak, apabila perbuatanku menimbulkan permusuhan dengan golongan
pengemis, ini sesungguhnya bukanlah kehendakku."
Dibujuk dengan sikap lemah lembut demikian rupa, dengan tanpa sadar Siang-koan Kie masukan pel itu ke dalam
mulutnya. Gadis itu berkata pula sambil tertawa, "Kakaku di sini, terlalu banyak orang keluar masuk, lebih baik kau beristirahat di tempatku, kira-kira dua jam lukamu pasti akan sembuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu dengan perlahan ia menggapai, Siang-koan Kie tanpa sadar mengikuti di belakangnya.
Pan Ceng Liang menyaksikan keadaan tidak beres itu, buru-buru menyusul dan berkata, "Adik, pengaruh golongan
pengemis sangat besar sekali"."
Gadis itu tiba2 berpaling seraya berkata, "Aku sudah tahu, tidak perlu kau peringatkan."
Pan Ceng Liang agaknya takut benar terhadap adik
perempuannya itu, sehingga tidak berani membuka mulut lagi, ia berdiri sambil menundukkan kepala.
Siang-koan Kie berpaling mengawasi Pan Ceng Liang
sejenak, kemudian berjalan lagi mengikuti gadis itu.
Setelah melalui beberapa ruangan, tiba lagi di suatu taman bunga, gadis baju putih itu ajak Siang-koan Kie masuk ke kamar.
Kamar itu diperlengkapi perabot yang sangat mewah, di dekat tembok di salah satu sudut terdapat sebuah toilet berhias, dekat toilet itu terdapat sebuah pembaringan komplit dengan kelambunya.
Pada waktu itu, gadis berbaju putih itu agaknya sedikitpun tidak merasa khawatir terhadap Siang-koan Kie, sambil menunjuk pembaringan ia berkata, "Silahkan saudara Koan mengatur pernapasan di atas pembaringan ini, nanti setelah obat itu bekerja, lukamu segera sembuh."
Siang-koan Kie mengawasi gadis itu sebentar, benar saja ia menuruti perkataannya, ia duduk bersila di atas pembaringan sambil memejamkan kedua matanya.
Gadis itu menarik napas panjang, ia membuka laci meja, mengeluarkan sebilah belati tajam dan sebotol obat bubuk, di atas paras yang cantik tiba-tiba nampak suatu perobahan yang menakutkan".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu di luar pintu terdengar suara tindakkan kaki, kemudian disusul oleh suara orang yang berkata, "Adik ada urusan penting aku hendak beritahukan kepadamu"."
"Engko silahkan masuk," berkata gadis itu.
Sebentar kemudian Pan Ceng Liang yang masih memakai
pakaian berkabung masuk ke dalam kamar.
Ia mengawasi belati dan botol obat di tangan adiknya, kemudian mengawasi Siang-koan Kie yang duduk bersemadi di atas pembaringan, lalu menarik napas panjang dan berkata,
"Celaka! Kau tidak membinasakannya, aku kira tidak
keburu"." "Apakah kau sudah menghitung waktunya?" bertanya gadis itu dengan nada suara dingin.
"Sudah"." "Batas waktu sepuluh hari, masih tinggal berapa hari lagi?"
"Sudah lewat tujuh hari, masih tinggal tiga hari lagi."
"Itulah, waktu tiga hari dengan cepat akan berlalu"."
"Batas waktu meskipun sudah mendesak, tetapi biar
bagaimana toh masih ada tiga hari, apabila kau
membinasakan saudara ini, barangkali sebentar juga akan terjadi kejadian yang tidak enak."
"Mengapa?" "Baru saja kau membawa pergi saudara ini orang2
golongan pengemis sudah datang mencari"."
"Siapa yang datang" Apakah kau kenal?"
"Mereka datang bertiga, di antara mereka hanya satu yang aku kenal."
Gadis itu berpikir sejenak lalu berkata, "Apakah ia pernah menanyakan tentang orang she Koan ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Meskipun tidak menanya, tetapi sikap mereka sedikit
kurang baik, ber-ulang2 menanyakan kuburan ayah, katanya hendak berjiara ke sana."
"Siapa orangnya yang begitu biadab?"
"Koan Sam Seng, yang dalam golongan pengemis menjabat jabatan kepala bagian ilmu silat."
"Kabarnya Koan Sam Seng ini adalah orang yang terkuat dalam golongan pengemis, apakah itu betul?"
Dalam golongan pengemis ia menjabat kepala bagian silat, kepandaian ilmu silatnya pasti hebat, bukan hanya
kepandaiannya saja, kedudukannya hanya di bawah Pangcu seorang saja"."
"Mereka sekarang berada di mana?"
"Aku sudah mengantar mereka ke ruangan tamu, minta
paman Kim supaya melayani mereka, mereka sedang
mengobrol dengan dua padri dari Siao-lim-sie itu."
Gadis berbaju putih itu mengawasi Siang-koan Kie sejenak, ia menyimpan lagi belati dan botot obat itu, kemudian berkata kepada kakaknya, "Mari, aku ingin melihat Koan Sam Seng itu, sebetulnya orang bagaimana?"
Pan Ceng Liang mengawasi Siang-koan Kie, ternyata masih duduk memejamkan matanya, kulit di badannya masih merah, hanya wajahnya yang masih tetap kuning tidak menunjukkan perobahan apa2, diam2 ia menghela napas dan memanggilnya dengan suara perlahan, "Saudara Koan, saudara Koan."
Beberapa kali ia memanggil, tetapi Siang-koan Kie se-olah2
tidak mendengarnya, matanya juga tidak terbuka.
"Dia sekarang sedang mengerahkan tenaganya untuk
menyembuhkan lukanya, mana mendengar panggilanmu!"
berkata gadis berbaju putih sambil bersenyum.
"Adik, kau sebetulnya berikan obat apa kepadanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Susah dikata"."
"Koan Sam Seng dari golongan pengemis itu, adalah
seorang terkuat dalam rimba persilatan dewasa ini, apabila ia mengetahui kedua pengawal pangcunya telah kau beri obat melupakan diri bagaimana ia mau mengerti, tentunya akan menimbulkan akibat"."
Bagaimana kau tahu aku berikan kepadanya obat
melupakan diri?" "Apabila tidak menggunakan obat yang melupakan dirinya, bagaimana sampai sekarang masih belum sadar?"
Gadis berbaju putih itu agaknya merasa heran bahwa Pan Ceng Liang berani membantah, setelah sejenak ia tercengang, barulah berkata sambil tertawa, "Bagus sekali, koko, nyalimu semakin lama semakin besar!"
Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula, "Obat yang
kuberikan kepadanya, meskipun ada kemungkinan untuk
melupakan sifatnya yang sebenarnya, tetapi juga dapat menolong jiwanya, dalam urusan ini kau tidak perlu campur tangan lekas ajak aku menjumpai Koan Sam Seng!"
Pan Ceng Liang setelah mengucapkan perkataannya tadi, baru menyadari kesalahannya, hingga hatinya merasa
ketakutan, ketika mendengar teguran adiknya. tetapi tidak mengusut lebih jauh, hatinya baru berada lega, ia berkata,
"Adik, bukan aku terlalu banyak mulut, aku sebetulnya berpikir untuk dirimu, jikalau kau tidak dapat kendalikan hatimu dalam urusan kecil, nanti akan menggagalkan rencanamu yang
besar, perlu apa kau menuruti hawa napsu sehingga membuat permusuhan dengan golongan pengemis?"
Gadis itu berpikir sejenak, baru berkata, "Biar bagaimana hanya tinggal tiga hari saja, dalam tiga hari itu, apabila masih belum berhasil"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara tarikan napas Siangkoan Kie yang kemudian melompat turun dari pembaringan.
Gadis itu ketika menyaksikan Siang-koan Kie sadar
demikian cepat, hal itu merupakan suatu kejadian di luar dugaannya, hingga untuk sesaat lamanya ia berada dalam keheran-heranan.
Sementara itu Siang-koan Kie sudah berjalan dengan
tindakan lebar menghampirinya, kemudian berdiri di
sampingnya, ia mengawasi Pan Ceng Liang sejenak, agaknya seperti orang yang tidak kenal.
Pan Ceng Liang berkata, "Saudara ini kini sudah sadar, apakah kita perlu bawa ia menjumpai orang-orang golongan pengemis?"
Gadis itu berkata sambil tertawa, "Jalan! biarlah mereka terkejut, sebab orang yang terdekat Pangcu mereka, ternyata juga bisa meninggalkan mereka."
"Koan Sam Seng sudah banyak pengalaman dalam dunia
Kang-ouw, apabila diketahui olehnya bahwa saudara Koan telah berobah sifatnya karena pengaruh obat, mungkin bisa timbul bentrokan."
"Betapapun tingginya kepandaian Koan Sam Seng, juga
tidak berani melukai orang terdekat Pangcu mereka, koko jangan khawatir! Katahkan koko bawa kita"."
"Benar adik hendak membawa dia pergi menjumpai orang-
orang golongan pengemis?"
"Sejak kapan aku pernah bohong?"
Pan Ceng Liang berpikir sejenak, akhirnya berkata,
"Baiklah!" Gadis berbaju putih itu dengan satu gerakan perlahan
menepuk pundak Siang-koan Kie seraya berkata sambil
tersenyum, "Mari ikut aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie hanya tersenyum tidak berkata apa2,
dengan sikap diam ia berjalan mengikuti gadis itu.
Setelah melalui beberapa ruangan, tibalah di ruangan
tetamu, ruangan yang sangat luas itu sudah penuh sesak dengan banyak tamu. Di situ juga terdapat Tiat Bok Taysu dan Ki Bok Taysu dari Siao-lim-sie, sepasang jago pedang dari Ceng-sia-pay dan beberapa orang lagi yang membawa
senjata. Di samping Tiat Bok Taysu, duduk seorang laki-laki tegap setengah umur yang mukanya tumbuh banyak brewok.
Pakaian baju panjang yang berwarna biru meskipun
warnanya sudah luntur, tetapi sangat bersih, keistimewaannya ialah pakaian itu ternyata banyak tambalan di sana sini.
Di belakang laki2 tegap brewokan itu berdiri dua laki2 yang rambutnya tak teratur.
Orang2 ini masing2 duduk di tempat sendiri2 dan dilayani dengan sikap ramah tamah oleh Kim Siaoho.
Semua orang itu agaknya sedang menunggu tuan rumah,
tiada satu yang membuka mulut maka walaupun dalam
ruangan luas itu terdapat banyak orang, tetapi suasana sangat sunyi.
Di salah satu sudut ruangan itu, seorang laki2 bermuka merah, saban2 mengawasi Siang-koan Kie, agaknya ingin minta perhatian pemuda itu, tetapi Siang-koan Kie se-olah,2
tidak mengerti sehingga menengok sayapun tidak.
Pan Ceng Liang setelah memasuki ruangan itu, lalu
memberi hormat kepada para tetamu seraya berkata, "Atas kematian ayah telah membuat repot bapak2 dan paman2 yang datang kemari untuk turut berduka cita, boanpwee sangat berterima kasih, sekarang jenazah ayah sudah dikubur, sehingga tidak berani mengganggu bapak2 dan paman2
membuang banyak waktu lagi"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki brewokan itu berkata sambil tertawa, "Maafkan aku si orang tua berlaku lancang, bagaimana kalau aku panggil kau hian-tit?"
Pan Ceng Liang tahu bahwa orang yang berbicara itu tadi adalah Koan Sam Seng dari golongan pengemis, ia buru2 beri hormat dan berkata, "Koan locianpwee, ada urusan apa?"
"Aku datang kemari atas perintah Pangcu, pertama hendak mengembalikan sedikit barang untuk ayahmu dan kedua aku ingin memberi hormat penghabisan kepada jenazah
ayahmu"." "Janazah ayah sudah dikubur, budi kebaikan locianpwee ini, boanpwee mengucapkan banyak-banyak terima kasih."
Sehabis berkata demikian, ia menunduk dalam2, tetapi
diam2 memperhatikan sikap dan gerak gerik beberapa orang itu untuk melihat reaksi apa dari mereka setelah melihat Siang-koan Kie.
Apa yang dikhawatirkan anehnya ialah dalam soal ini, siapa menduga bahwa kenyataannya tidak apa2.
Siang-koan Kie se-olah2 tidak kenal dengan beberapa
orang itu, mengawasi saja pun tidak.
Pan Ceng Liang merasa sangat heran, pikirnya, "Dengan kedudukan seperti Koan Sam Seng tidak mungkin tidak kenal dua orang terdekat Pangcunya, apakah orang ini sengaja menyaru?"
Gadis itu berkata sambil mengawasi Pan Ceng Liang, "Koko jenazah ayah sudah dikubur, tidak usah membuat repot lagi, harap koko mengantar bapak bapak dan paman paman ini"."
Kata-kata gadis itu, tidak ubahnya bagaikan suatu tanda pengusiran kepada tetamunya sehingga mengherankan semua tetamu yang ada di situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koan Sam Seng perdengarkan suara batuk-batuk
memotong perkataan gadis itu yang belum habis, "Sudah lama aku mendengar bahwa saudara Pan mempunyai seorang
puteri yang sangat pandai, apakah itu adalah nona sendiri?"
"Itu benar, apakah locianpwee adalah Koan Sam Seng dari golongan pengemis?"
Sebutan nama itu mengejutkan semua tamu yang ada di
situ. Koan Sam Seng bukan saja sangat kesohor namanya,
adatnya juga terkenal sangat berangasan, dengan
kedudukannya di rimba persilatan, disebut begitu saja namanya oleh seorang gadis yang usianya baru belasan
tahun, dianggapnya pasti akan marah besar.
Ternyata sikap orang she Koan itu di luar dugaan semua orang. Koan Sam Seng sedikitpun tidak marah bahkan masih bisa berkata sambil tertawa.
"Selama beberapa puluh tahun tidak pernah dengar orang menyebut namaku sekalipun Pangcu sendiri sudah menyebut aku saudara Koan."
Setelah itu, ia tertawa terbahak-bahak.
"Kau ketawa apa, apakah oleh karena kau kenal dengan
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ayah, lalu menganggap dirimu sebagai locianpwee" Hem! aku juga belum pernah bertemu muka denganmu, dengan alasan apa menyebut kau Koan locianpwee?" Berkata gadis berbaju putih itu.
Koan Sam Seng tercengang, katanya, "Tidak perduli,
bagaimana kau memanggil aku juga tidak akan kuhiraukan."
"Andai kau tidak senang, lalu mau apa?"
Dibantah demikian rupa, kembali Koan Sam Seng
terperanjat, katanya, "Budak perempuan yang sangat lihai sekali"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adikku masih terlalu muda, sehingga tidak tahu aturan, harap locianpwee jangan berpikiran seperti dia." berkata Pan Ceng Liang.
"Kalau aku berpikir seperti dia, sejak tadi aku sudah menghajarnya." berkata Koan Sam Seng. "Di mana dikuburnya jenazah ayahmu" Aku hendak bersembahyang di hadapan
kuburannya, supaya kalau aku pulang dapat melaporkan
kepada Pangcu." "Kuburan ayah ada banyak emas dan mutiara serta
lukisan2 kuno, apa maksudnya kau bertanya demikian melit"
Apakah kau hendak membongkarnya?" berkata gadis berbaju putih itu sambil tertawa dingin.
Koan Sam Seng yang ber-kali2 ditegur dengan perkataan pedas, sudah tidak sanggup mengendalikan hawa amarahnya, tangannya menggeprak meja, hingga cawan2 beterbangan.
Dalam ruangan itu ada banyak tamu, cawan dan poci yang beterbangan berikut isinya, membuat gaduh suasana.
Gadis berbaju putih itu tetap berdiam, dengan sikapnya yang tenang mengawasi kegaduhan itu, setelah semua tamu duduk di tempat masing2 lagi, ia baru berkata sambil tertawa dingin, "Jika tidak memandang persahabatan Pangcumu
dengan ayah almarhum, dengan perbuatanmu yang tidak
sopan ini, sudah seharusnya aku usir kau keluar dari sini."
Koan Sam Seng setelah menimbulkan kegaduhan itu, juga merasa tidak enak hati, hawa amarahnya per-lahan2 mulai padam, mendengar ucapan gadis itu, meski hatinya panas, tetapi ia tidak mau mengumbar hawa napsunya lagi, dengan perasaan mendongkol ia berkata, "Kau sesungguhnya seorang anak yang tidak tahu adat, demikian kau berlaku terhadap orang tingkatan tua, biarlah aku ditegur oleh Pangcu, terpaksa aku akan beri sedikit ajaran kepadamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dual laki2 berambut gondrong dan berewokan yang berdiri di belakang Koan Sam Seng, segera melompat keluar
menyerang gadis berbaju putih itu."
Dua orang itu bergerak cepat sekali, dari gerak
serangannya itu dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka itu berkepandaian sangat tinggi.
"Koan locianpwee"." berseru Pan Ceng Liang, tetapi
sebelum melanjutkan kata2nya, gadis berbaju putih sudah berkata, "Koko jangan campur tangan."
Dengan sangat lincah ia lompat mundur tiga langkah, untuk mengelakkan seangan dua laki2 berambut gondrong itu,
kemudian berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara lemah lembut, "Hajar dua orang itu."
Kata2nya itu se-olah2 terhadap orang yang telah yakin benar dapat mengalahkan dua lawannya itu, sehingga
menggelikan para tetamu, tetapi dua laki2 dari golongan pengemis itu, sebaliknya sangat terkejut ketika mendengar ucapan itu, mat mereka ditujukan kepada Siang-koan Kie.
Mereka melihat pakaian Siang-koan Kie yang banyak
berlobang seperti orang2 golongan pengemis namun mereka belum pernah kenal.
Dengan sikap seperti orang linglung Siang-koan Kie
menghampiri dua laki laki itu.
Dua laki2 dari golongan pengemis itu saling berpandangan sejenak, alis mereka dikerutkan, agaknya merasa kehilangan derajat untuk menghadapi orang semacam itu.
Laki2 yang berada di sebelah kiri segera maju setindak dan menegurnya, "Kau siapa" Dengan wajahmu yang
berpenyakitan ini, mungkin tidak sanggup menerima kepalan kita"."
Sementara itu, Siang-koan Kie sudah dekat di hadapannya, dengan tinjunya ia menyerang dada orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangannya itu bukan saja sangat keras, gerak tipu yang digunakan juga luar biasa anehnya, orang kuat dari golongan pengemis itu semula tidak memandang mata kepada Siangkoan Kie, tetapi setelah menangkis serangan tersebut, ia baru merasa hebatnya serangan itu, sehingga buru2 mundur tiga langkah.
Kepindaian Siang-koan Kie sudah termasuk orang kuat
kelas satu dalam rimba persilatan, orang kuat dari golongan pengemis tadi karena memandang rendah kepandaian Siangkoan Kie, sehingga hampir mendapat malu, meskipun ia lalu sadar, tetapi sudah terlambat.
Siang-koan Kie menyerbu terus sambil menendang dengan kakinya, sedangkan tangan kanannya menekan dada orang itu.
Serangannya itu dilakukan dengan kecepatan luar biasa dan mengandung perobahan2 gerak tipu yang susah diduga, sehingga kawannya orang itu yang berada sangat dekat, juga tidak keburu memberikan pertolongan, serangan itu
mengenakan dengan tepat, dan orang lalu jatuh di tanah, mulutnya mengeluarkan darah.
Tindakan Siang-koan Kie itu telah menimbulkan perhatian orang banyak, sekalipun paderi dari Siao-lim-sie Tiat Bok Taysu dan Ki Bok Taysu serta dua jago pedang dari partai Ceng Sia Pay yang menyaksikan juga kesima.
Kawan orang yang terluka itu, ketika melihat kawannya jatuh dalam keadaan terluka, segera melancarkan serangan dari samping, kemudian menyerbunya.
Siang-koan Kie dengan tanpa menoleh menggeser
badannya, tangan kanannya secepat kilat menyambar tangan orang itu, lalu disendalnya dan diserang dengan tangan kirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan itu sangat berat, orang itu memperdengarkan
seruan tertahan, badannya yang menyerbu telah terpental balik dan jatuh di tanah.
Kejadian itu bukan saja mengejutkan Koan Sam Sang, yang merupakan ahli silat kenamaan dalam golongan pengemis, tetapi juga mengherankan gadis baju putih itu, mereka sungguh tidak menduga kepandaian Siang-koan Kie ternyata sedemikian tinggi.
Siang-koan Kie yang sifatnya baik jujur dan berhati-hati, sebelum makan obat dari gadis baju putih, ia tidak suka sembarangan melukai orang, sifat2 itu kadang2 mengelaikan dirinya, sehingga kalau berhadapan dengan lawan tidak mengforsir kepandaiannya, tetapi kini karena ia dalam keadaan lupa dirinya sendiri, ia turun tangan tanpa dipikir, sehingga seluruh kepandaiannya dikeluarkan semuanya, maka itu, dilihatnya kepandaian Siang-koan Kie seperti mendapat kemajuan dengan mendadak.
Koan Sam Seng memperdengarkan suara batuk2, ia
berbangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dengan lambat2, lebih dulu dua orang yang terluka itu masing2
ditepuk badannya, kemudian mengangkat muka mengawasi
Siang-koan Kie sejenak, lalu berkata dengan nada suara dingin, "Tuan pernah apa dengan nona Pan?"
Siang-koan Kie tercengang, ia mengawasi Koan Sam Seng dengan mata sayup, tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Gadis berbaju putih itu buru2 menjawabnya, "Ia adalah guru silat yang melindungi rumah keluarga Pan, apabila kau masih kurang puas, boleh menguji sendiri kepandaiannya."
Gadis itu sudah menyaksikan sendiri betapa tinggi
kepandaian Siang-koan Kie, sehingga ia merasa akan
merupakan suatu bahaya besar apabila berada di sampingnya, maka sebaiknya meminjam tangan Koan Sam Seng, untuk
menyingkirkan Siang-koan Kie lebih dulu, itulah sebabnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka ia mengeluarkan perkataan yang membuat panas hati Koan Sam Seng.
Koan Sam Seng tertawa ter-bahak2, baru berkata, "Kalau memang benar ada seorang yang tidak berarti, aku akan turun tangan tanpa ragu-ragu lagi."
Diam2 la mengerahkan kekuatan tenaganya, tangan
kanannya diangkat per-lahan2.
Tiba2 terdengar suara orang memuji nama budha, Tiat Bok Taysu sudah berdiri dan berkata, "Koan Sicu sudilah kiranya memandang muka Pin Ceng, untuk sementara Pin Ceng minta supaya Sicu berlaku sabar sedikit."
"Taysu ada maksud apa?" demikian Koan Sam Seng balas
bertanya. "Dahulu Pan Lo Enghiong tanpa menghiraukan keselamatan diri sendiri, telah menolong jago2 dari golongan orang baik, orang2 rimba persilatan banyak yang menerima budinya, kejadian itu menjadi buah bibir orang2 rimba persilatan selama beberapa puluh tahun, kiranya Koan Sicu juga sudah mengetahuinya."
"Jikalau bukan karena Pangcu kita dahulu pernah ditolong oleh Pan Lo Enghiong, niscaya sejak tadi aku tidak dapat mengendalikan hawa amarahku."
Tiat Bok Taysu setelah menyapu ke arah para tetamu yang berada di dalam ruangan itu, lalu berkata dengan suara nyaring, "Tuan-tuan yang ada di sini apakah semuanya datang untuk turut menyatakan duka cita kepada Pan Lo Enghiong"."
Sebagian besar dari pada tamu itu bangkit dan menjawab,
"Benar, entah ada maksud apa Taysu bertanya demikian?"
Mata Tiat Bok Taysu perlahan-lahan beralih ke arah gadis berbaju putih, kemudian berkata dengan nada suara dingin,
"Nona Pan, lolap adalah orang dari golongan buddha,
terhadap segala permusuhan dalam dunia sejak lama sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa tawar, tentang peristiwa yang terjadi dalam rumah tangga kamu, sebagai orang luar lolap tidak seharusnya turut campur tangan, tetapi oleh karena Pan Lo Enghiong dahulu pernah menolong sahabat-sahabat kita dalam rimba persilatan dari bahaya tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, hal itu bukan saja sudah lama menjadi buah tutur orang2 Kang-ouw, tetapi budinya yang besar itu juga terasa sangat oleh orang-orang dari golongan kebenaran"."
"Dalam golongan buddha orang mengutamakan cinta kasih dan tidak boleh membenci orang, kau sudah tahu bahwa
urusan itu adalah urusan yang menyangkut rumah tangga Pan, sebaiknya jangan turut campur tangan"." berkata gadis berbaju putih itu dengan nada suara dingin.
"Apabila kedatangan lolap ini adalah atas permintaan
ayahmu, apakah lolap harus berpeluk tangan tidak boleh turut tanya?" berkata Tiat Bok Taysu sambil tersenyum.
Pertanyaan itu sesungguhnya di luar dugaan gadis itu, sejenak nampak tercengang kemudian berkata, "Dengan
hanya mulut kosong tanpa bukti, bagaimana aku bisa
percaya?" "Apabila lolap mengeluarkan surat yang ditulis oleh ayahmu sendiri, apakah nona hendak memberikan kelonggaran kepada lolap?"
Gadis itu berpikir sejenak lalu berkata, "Kau keluarkan dulu surat itu nanti bicara lagi."
Tiat Bok Taysu dengan tenang mengeluarkan sebuah
sampul berwarna putih, lalu dibuka di hadapan orang banyak.
Gadis itu mendadak maju dua langkah sambil mengulur
tangannya dan berkata, "Berikan kepadaku agar aku yang membaca."
Tiat Bok Taysu berkelit ke samping dan berkata dengan sikap keren, "Nona Pan jangan ter-gesa2, lolap sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan surat ini, sudah tentu hendak lolap berikan kepada nona untuk membaca, tetapi lolap hendak perlihatkan dahulu kepada beberapa sahabat rimba persilatan, supaya menjadi saksi setelah itu nanti lolap berikan kepada nona."
Gadis itu menunjukkan sikap tidak senang, ia berkata
dengan nada suara dingin, "Sebelum aku membaca surat itu, bagaimana aku dapat mengetahui bahwa itu adalah surat yang ditulis ayahku sendiri, apakah kalian tidak bisa memalsunya".?"
"Nanti setelah lolap perlihatkan kepada sahabat yang ada di sini, nona boleh kenali sendiri."
"Apabila tulisan itu ditulis oleh ayah sendiri dengan caramu memperlihatkan kepada orang lain itu bukankah berarti sudah melanggar maksud ayah?"
"Dalam surat ini, tidak tertulis hal2 yang perlu dirahasiakan, nona tidak usah khawatir."
Tiat Bok Taysu lalu memberikan surat itu kepada dua jago pedang dari partai Ceng Sia Pay seraya berkata, "Silahkan jiwie haca lebih dulu."
Dua jago dari Ceng Sia Pay menyambut surat tersebut dan dibacanya, surat itu tertulis dengan huruf yang agaknya ditulis secara ter-gesa2, bunyinya sebagai berikut, "Kepada yang terhormat Sin Bok losin, dahulu karena kesalahan bertindak oleh perbuatanku, penyesalan selama tigapuluh tahun masih belum cukup untuk menebus kesalahan itu, waktu aku menulis surat ini, sudah dekat pada ajalku, apabila lociansu masih mengingat persahabatan kita yang lama"."
Entah apa sebabnya, kata2 itu tidak diteruskan, tetapi dari tulisannya yang ter-buru2 itu dapat diduga bahwa pada saat sedang menulis itu pasti berada dalam ketakutan, sehingga tidak keburu menulis lagi, tetapi dari suratnya yang baru ditulis setengah itu, samar2 dapat diduganya bahwa saat ia menulis itu dirinya berada dalam ancaman bahaya kematian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ber-ulang2 dua jago dari Ceng Sia Pay itu membaca surat tersebut, lalu dikembalikan kepada Tiat Bok Taysu.
Tiat Bok Taysu menyambut surat tersebut, kemudian
berpaling dan berkata kepada Koan Sam Seng, "Koan sicu, harap juga membaca surat ini."
Koan Sam Seng menyambut surat tersebut, setelah dibaca, ia mengerutkan alisnya, lalu mengembalikan surat itu kepada Tiat Bok Taysu.
-odwo- Bab 26 GADIS BERBAJU PUTIH itu dengan sinar mata dingin
mengawasi gerakan beberapa orang itu, beberapa kali
parasnya menunjukkan sifat gusar, tetapi ternyata masih dikendalikannya, berhadapan dengan tokoh terkemuka itu, ia masih, mencoba mengendalikan hatinya, maka selama itu ia diam saja, setelah Koan Sam Seng habis membaca dan
dikembalikan kepada Tiat Bok Taysu, ia baru berkata dengan nada suara dingin, Sekarang surat ayah itu sudah seharusnya kau berikan kepadaku."
Tiat Bok Taysu memberikan surat itu kepadanya seraya
berkata, "Teka teki kematian ayahmu menarik perhatian semua sahabat dunia rimba persilatan, nona Pan jangan terlalu mengumbar adat"."
Gadis itu se-olah2 tidak menghiraukan perkataan Tiat Bok Taysu, ia mengulur tangannya menyambut surat itu, matanya mengawasi semua orang sejenak, kemudian surat itu dilipat dan dimasukkan ke dalam sakunya tanpa dibacanya, lalu berkata kepada Tiat Bok Taysu, "Terima kasih atas kebaikan lociansu yang sudah mengembalikan surat ayah."
Tiat Bok Taysu setelah memuji nama Budha, lalu berkata,
"Lolap sudah menduga nona akan bertindak demikaan, maka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lolap memperlihatkan dulu surat ayahmu kepada beberapa sahabat yang ada di sini, kini sudah ada dua kawan dari Ceng Sia Pay dan seorang dari golongan pengemis yang membaca surat itu, dengan adanya tiga tokoh kuat rimba persilatan sebagai saksi, sekalipun nona menerima kembali surat itu, juga sudah tidak ada gunanya."
Gads berbaju putih itu tiba2 bersenyum dan berkata,
"Apabila locianpwee ingin mengetahui apa yang telah terjadi, tiga hari kemudian harap datang lagi kemari, saat itu boanpwee akan terus terang membuka suatu rahasia dalam rimba persilatan."
"Dalam waktu tiga hari, apabila melepaskan kapal dalam air mengalir keras, nanti kalau lolap datang kemari lagi nona barangkali sudah berada ribuan pal jauhnya."
"Kalau begitu bagaimana menurut pendapatmu?"
"Sebaiknya sekarang nona menceritakan apa yang telah
terjadi di hadapan sahabat-sahabat rimba persilatan, apabila nona mempunyai kesulitan juga mudah dibereskan!"
"Apakah kau takut aku lari?"
"Nona adalah sebagai tuan rumah gedung ini, kalau hendak berpindah ke lain tempat, itu terserah kepadamu sendiri, lolap hanya ingin menyelidiki rahasia urusan yang ditulis dalam surat ayahmu itu dan teka teki mengenai kematiannya, supaya lolap dapat melaporkan kepada ketua kuil, itu saja sudah cukup!"
"Taysu perlu apa berlaku demikian ceremis, tiga hari
kemudian kita nanti bicarakan lagi"
Dengan matanya gadis itu memberi isyarat kepada Pan
Ceng Liang, disuruh mengundurkan diri.
Pan Ceng Liang segera memberi hormat kepada para
tamunya untuk minta diri, lalu berlalu bersama gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat Bok dan Kie Bok Taysu serta dua jago pedang dari Ceng Sia Pay dan Koan Sam Seng semua pada melengos.
Para tamu lainnya yang ada dalam ruangan itu setelah
duduk lagi sebentar, masing-masing juga pada berlalu dengan perasaan terheran-heran.
Waktu itu Touw Thian Gouw meskipun sudah memakai
obat di mukanya dan masuk lagi ke gedung keluarga Pan, tetapi masih belum berhasil mendapat keterangan rahasia apa2, sebaliknya, Siang Koan Kie mendadak berubah sifatnya, hal itu mau tidak mau membuat jago Kang-ouw kawakan yang sudah banyak berpengalaman itu berada dalam kebingungan, tiba-tiba ia ingat bahwa batas janji untuk bertemu lagi dengan Siang-koan Kie dan Wan Hauw sudah sampai, terpaksa ia meninggalkan gedung keluarga Pan dan kembali lagi ke
tempat di mana hendak mengadakan pertemuan dengan
kedua kawannya itu. Touw Thian Gouw sebetulnya masih mengandung sedikit
pengharapan bahwa Siang-koan Kie sudah tiba ke tempat itu lebih dahulu, tetapi ternyata ketika ia tiba di tempat tersebut, hanya menampak Wan Hauw berdiri bingung seorang diri.
Sementara itu Wan Hauw yang sudah menunggu lama
kedatangan dua kawannya, tatkala melihat Touw Thian Gouw datang seorang diri, buru-buru menghampiri dan bertanya, "Di mana toako" Mengapa ia belum datang?"
Pertanyaan Wan Hauw itu membuat Toow Thian Gouw
seperti diguyur dengan air dingin, sejenak ia merasa bingung, kemudian baru berkata, "Apa" Apakah ia belum datang?"
"Apa yang dikatakan oleh toako, selamanya belum pernah meleset, kau bawa toako ke mana"." sekarang kembalikan kepadaku"."
Dalam cemasnya ucapara Wan Hauw semakin tidak dapat
mengutarakan maksudnya dengan jelas sehingga pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya, apa yang dikatakan olehnya selanjutnya, tidak dimengerti oleh Touw Thian Gouw.
Wan Hauw semakin gelisah, suaranya semakin keras,
matanya terbuka lebar, tangan dan kakinya bergerak-gerak seperti orang kalap.
Touw Thian Gouw tahu bahwa pemuda itu masih berhati
putih bersih dan jujur, apabila tidak segera mendapat pemecahan se-baik2nya, mungkin bisa bertindak menyerang dirinya, ia terpaksa diam saja tidak menyahut, setelah hawa amarah Wan Hauw mulai reda baru berkata dengan sikap
ramah tamah, "Saudara Wan, kau jangan marah dulu"."
Tetapi Wan Hauw menggeram dan berkata dengan suara
keras, "Siapa saudaramu" Apabila kau tidak carikan kembali toakoku, kita adu jiwa dulu."
Touvv Thian Gouw tercengang, ia berkata dengan sikap
sungguh-sungguh, "Saudara Wan, harap kau tenang dulu, biarlah aku menjelaskan dahulu, kalau kau ingin berkelahi atau bagaimana, semua boleh dibicarakan dulu".."
"Beritahukan lebih dulu kepadaku, toakoku sebetulnya
masih hidup atu tidak" Kita nanti bicara lagi."
"Dia bukan saja masih hidup, bahkan masih berada dalam gedung keluarga Pan dengan keadaan baik-baik."
"Apakah ucapanmu ini benar?"
Aku selamanya belum pernah membohong."
"Toakoku selamanya belum pernah mengingkari janji, ia berkata kepadaku hendak bertemu di tempat ini, mengapa hingga sekarang masih belum datang?"
"Di telah makan obat yang membikin lupa kepada dirinya sendiri"."
"Apa" Mari kita lekas pergi menolong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw menghela napas perlahan dan berkata,
"Urusan tidak sedemikian mudah seperti apa yang saudara bayangkan, di sini bukan tempatnya untuk bicara, mari kita pergi dulu ke tempat yang sepi, setelah aku nanti menjelaskan duduk perkaranya, barulah memikirkan rencananya untuk pergi menolong."
Wn Hauw berpikir sejenak, lalu berkata, "Mari kita naik ke atas pohon besar ini untuk berunding."
Touw Thian Gouw mendongakkan kepala, ia melihat pohon besar itu setinggi kira2 tiga tombak, daunya lebat, apabila orang duduk di atasnya, bukan saja dapat melihat keadaan di sekitarnya, juga tidak usah takut ada orang lain yang mendengar, maka ia lalu melompat ke atas pohon.
Wan Hauw buru2 mengejar, ia dapat memanjat pohon itu
demikian cepat, hingga dalam waktu sekejap sudah berada di atas Touw Thian Gouw.
Setelah berada di atas pohon, lalu mencari tempat yang agak lebat daun pohonnya untuk duduk berbicara, Touw Thian Gouw lebih dulu menarik napas perlahan, kemudian berkata,
"Saudara Wan, kau dengar dulu keteranganku baru boleh bertanya, jangan baru dengar setengahnya lalu marah-marah."
Wan Hauw menarik napas panjang lalu berkata, "Baiklah, tetapi kau juga harus menerima baik permintaanku."
"Permintaan apa?"
"Sebelum dapat menemukan toakoku kau harus berjalan
bersama-sama denganku."
Touw Thian Gouw tahu bahwa pemuda itu takut akan
ditinggal lari, apabila tidak menerima baik permintaannya, pasti akan menimbulkan pertengkaran, maka ia terpaksa menganggukkan kepala dan menjawab, "Baiklah, masih ada apalagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila toakoku binasa, kita berdua juga tidak perlu hidup lagi."
Touw Thian Gouw diam2 berpikir, "Orang ini meskipun
bodoh, tetapi sangat jujur dan setia kepada kawan."
Ia lalu bersenyum dan berkata, "Baiklah! Satu hari aku tidak bisa menemukan toakomu, aku tidak akan meninggalkan kau, apabila ada kejadian apa2 yang tidak beruntung, aku akan mengganti jiwanya, tetapi aku juga ada satu
permintaan." "Asal kau dapat menolong kembali toakoku, tidak perduli permintaan apa saja, aku akan terima baik."
"Peristiwa yang menimpa keluarga Pan itu, dewasa ini
sudah menimbulkan geger dunia rimba persilatan daerah Tiong Goan, banyak orang kuat dalam rimba persilatan daerah Tiong Goan yang tersangkut dalam peristiwa ini, maka kita juga tidak boleh berkata tergesa-gesa atau bertindak sendiri."
Wan Hauw berpikir sejenak lalu berkata, "Entah berapa lama kita harus menunggu?"
"Barang kali tiga hari."
Sebagai orang yang sudah berpengalaman, ia dapat
menduga bahwa tiga hari kemudian gadis berbaju putih itu justru memerlukan bantuan tenaga, maka selama tiga hari itu pasti tidak akan membinasakan pembantu seorang kuat
seperti Siang-koan Kie. "Mari kita pergi melihat dulu ke gedung keluarga Pan!"
berkata Wan Hauw. "Untuk pergi melihat dulu boleh, tetapi harus bertindak menurut perintahku."
"Baiklah! Tetapi aku cuma akan dengar perintahmu dalam tiga hari itu saja, apabila tiga hari kemudian aku tidak melihat toako, kau tidak boleh mengendalikan aku lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah!" Mereka lalu melompat turun dan lasi menuju ke gedung
keluarga Pan. Di sekitar gedung keluarga Pan itu meski terjaga oleh banyak tokoh kuat rimba persilatan, tetapi karena Tiat Bok Taysu sudah berjanji dengan gadis berbaju putih itu, maka selama tiga hari itu gadis berbaju putih itu hanya mengijinkan orang masuk, tetapi tidak boleh ada yang keluar, maka kedatangan kedua orang itu tidak ada yang merintangi.
Kalau menurut pikiran Wan Hauw, ia segera akan
menerjang masuk untuk mencari Siang-koan Kie, tetapi
keinginan itu dicegah oleh Touw Thian Gouw.
Wan Hauw meskipun sifatnya seperti seorang tolol, tetapi hatinya jujur meskipun keinginannya sendiri berlawanan dengan Touw Thian Gouw, tetapi karena sudah berjanji, ia harus tepati.
Touw Thian Gouw mengajak Wan Hauw ke suatu tempat
yang sunyi, keduanya duduk berhadap-hadapan sambil
mengatur pernapasan, setelah hari terang, baru mengajaknya ke suatu rumah makan, setelah makan kenyang, baru
beristirahat dua hari. Selama dua hari itu, Wan Hauw merasa cemas sekali,
berulang-ulang mendesak Touw Thian Gouw untuk segera
mencari Siang-koan Kie, tetapi ditolak oleh Touw Thian Gouw, yang katanya pada malam hari ketiga baru boleh pergi.
Hari yang di-tunggu2 itu akhirnya telah tiba, jam dua malam, Touw Thian Gouw karena mengingat bahwa dalam
kunjungannya itu, mungkin terjadi pertempuran besar maka ia memakai pakatan ringkas dan tidak lupa membawa
senjatanya, mukanya memakai kerudung kain hitam dengan mengajak Wan Hauw lari menuju ke gedung keluarga Pan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu rumah keluarga Pan itu tidak ada penjagaan, barak2 yang dibangun itu masih tetap ada, tetapi sudah tidak ada orang yang menjaga, kedua pintu besar gedung itu
terbuka lebar tetapi keadaamnya sunyi senyap.
Touw Thian Gouw berkata kepada Wan Hauw dengan
suara perlahan, "Malam ini kita hanya boleh melihat toakomu, mungkin masih belum berhasil menolong padanya, kau harus mendengar perkataanku tidak boleh sembarangan turun
tangan atau ribut2."
"Apabila tidak berhasil melihat toakoku, malam ini kau tidak boleh mengendalikan aku lagi."
Touw Thian Gouw berpikir sejenak, lalu berkata, "Sudah tentu."
Dengan tindakan lebar ia berjalan masuk.
Wan Hauw mengikuti di belakangnya, setelah melalui
pekarangan dalam gedung yang luas itu, terus menuju ke ruangan belakang.
Semua pintu dalam gedung itu terbuka lebar tetapi tidak kelihatan lampu menyala, juga tidak kelihatan ada orang yang merintangi, keadaan itu jauh berbeda dengan keadaan tiga hari berselang.
Touw Thian Gouw yang sudah kenal baik dalam keadaan
gedung itu, terus menuju ke ruangan itu, Touw Thian Gouw mendadak berhenti sebab ruangan besar yang dijadikan oleh gadis baju putih untuk mengadakan pertemuan Tiat Bok Taysu dan lainnya, ternyata keadaan gelap gulita.
Ia memasang telinga, samar2 menangkap suara orang
bernapas, jelas bahwa dalam ruangan itu sudah penuh orang, tidak tahu apa sebabnya, dalam ruangan itu tidak ada lampu terang.
Touw Thian Gouw lalu berpaling dan berkata kepada Wan Hauw dengan suara perlahan, "Saudara Wan, hati-hati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tindakan perlahan ia berjalan masuk ke dalam
ruangan. Wan Hauw yang mempunyai daya pandangan mata luar
biasa, meskipun berada di luar ruangan, ia masih dapat melihat keadaan dalam ruangan.
Dalam ruangan besar itu sudah terdapat banyak kursi, di atas kursi itu terdapat banyak orang yang duduk di tempat masing-masing, tetapi tidak terdengar suara orang berbicara.
Meskipun dalam hati merasa heran, tetapi ia tidak mau bertanya, ia ikut masuk di belakang Touw Thian Gouw,
kemudian duduk diam-diam di samping Touw Thian Gouw,
sementara itu matanya terus berputaran mengawasi orang-orang yang berada di situ.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia dapat lihat bahwa dua paderi dari Siao-lim-sie dan dua jago pedang dari Ceng Sia Pay yang hari itu sudah pernah dijumpainya, semua sudah ada di situ, di samping mereka masih terdapat banyak orang yang jumlahnya kira-kira enam puluh orang. Sikap orang-orang itu sangat berlainan, banyak yang beristirahat sambil pejamkan mata, tetapi banyak juga yang melongo-longo dengan sikap tegang.
Hampir satu persatu orang orang yang berada dalam
ruangan itu diamat-amati oleh Wan Hauw, terapi ia tidak melihat Siang-koan Kie, hingga hatinya semakin gelisah.
Tiba-tiba terdengar suara bunyi kentungan tiga kali, suatu tanda sudah tiba jam tiga malam.
Dalam suasana sunyi itu, terdengar suara beberapa orang yang bergerak, di salah satu sudut dalam ruangan itu
terdengar suara orang berkata, "Tiat Bok toheng, aku melihat budak perempuan itu tidak akan balik."
Tiba-tiba terdengar suara jawaban halus tetapi dingin, "Aku tidak mati, mengapa tidak kembali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diambang pintu ruangan besar itu nampak sinar api, baju putih gadis itu nampak penuh darah merah, rambutnya yang panjang terurai di kedua pundaknya, dengan wajah pucat pasi dan tangan membawa api perlahan-lahan berjalan ke dalam ruangan.
Semua tamu yang berada dalam ruangan itu telah
dikejutkan oleh perobahan yang tidak terduga-duga itu.
Dengan tindakan perlahan gadis itu menuju ke tempat
duduknya, kemudian memasang dua buah lilin merah yang ada di hadapannya, sehingga keadaan dalam ruangan itu menjadi terang benderang.
Paras gadis baju putih yang semula sangat cantik, saat itu berubah sangat menakutkan darah yang mengucur di pipinya, telah menutup kecantikannya, sekujur pakaiannya yang putih bersih juga sudah penuh darah.
Meskipun semua orang yang ada di situ merupakan orang2
yang berkepandaian tinggi, tetapi ketika menyaksikan keadaan demikian juga merasa jeri.
Tiat Bok Taysu setelah menyebut nama Budha lalu berkata,
"Nona Pan benar2 seorang yang boleh dipercaya, entah
saudaramu turut datang atau tidak?"
Gadis itu menarik napas panjang, kemudian berkata,
"Saudaraku juga belum mati, mengapa tidak datang?"
Ia lalu menggapaikan tangannya, sebentar kemudian Pan Ceng Liang bersama Siang-koan Kie dan Kim Siao-ho berjalan masuk ke dalam ruangan.
Sekujur badan Pan Ceng Liang juga penuh darah, lengan tangan kiri dan pundak tangan kanan ddikatnya dengan kain putih, tetapi masih ditembusi oleh darah merah.
Siang-koan Kie dan Kim Siao-ho tetap dalam keadaan
biasa, dua orang itu tidak terdapat tanda luka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat Bok Taysu mengerutkan alisnya dan bertanya, "Nona Pan, apakah artinya ini?"
Gadis itu tertawa hambar, kemudian berkata,
"Kuberitahukan kepadamu juga tidak ada gunanya."
Sejenak Tiat Bok Taysu nampak tercengang, kemudian
berkata sambil tertawa, "Harap nona beristirahat dulu sebentar, lolap bersedia mendengar keteranganmu."
Gadis itu tidak perdulikan Tiat Bok Taysu, ia memejamkan kedua matanya, lalu mengatur pernapasannya.
Sementara itu Wan Hauw telah memasang matanya, untuk
memperhatikan wajah Siang-koan Kie.
Sudah beberapa tahun lamanya ia berada ber-sama2
dengan Siang-koan Kie, meskipun saat itu Siang-koan Kie sudah berubah mukanya, tetapi masih dikenali olehnya.
Beberapa kali ia hendak memanggil, tetapi selalu dicegah oleh Touw Thian Gouw.
Mata Siang-koan Kie yang sayu, sedang ditujukan kepada setiap orang yang berada di situ, juga matanya menatap wajah Wan Hauw se-olah2 tidak pernah mengenal.
Kali ini Wan Hauw tidak dapat dikendalikan lagi, ia lalu bangkit dan berjalan dengan tindakan lebar. Touw Thian Gouw menarik tangannya tetapi Wan Hauw sudah lari menuju ke samping Siang-koan Kie dan memanggilnya, "Toako."
Siang-koan Kie mengawasi Wan Hauw sejenak, tetapi tidak berkata apa-apa.
Wan Hauw berkata pula dengan suara keras, "Toako,
apakah kau sudah tidak mengenal saudaramu?"
Mata Siang-koan Kie berputaran menatap Wan Hauw
sejenak, lalu per-lahan2 berpaling mengawasi ke arah lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis berbaju putih itu juga tidak berkata apa2, hanya dengan sinar mata yang dingin mengawasi reasi Siang-koan Kie.
Touw Thian Gouw takut Wan Hauw dalam cemasnya akan
menimbulkan huru hara maka segera menghampiri sambil
memegang tangan kiri Wan Hauw, ia berkata dengan suara perlahan, "Saudara Wan, kita duduk dulu, pada saat ini pikirannya masih belum jernih, sebentar kita panggil dia lagi."
Wan Hauw berpaling mengawasi Touw Thian Gouw lalu
berkata, "Apa" Kita tunggu sebentar apakah ia bisa sadar?"
"Pada waktu itu apabila, ia masih belum sadar, kita mencari akal lagi."
"Baiklah!" Sinar lilin merah itu menerangi seluruh kamar yang luas, semua mata orang banyak ditujukan kepada gadis berbaju putih, saat itu darah masih nampak mengucur, sehingga dapat diduga bahwa lukanya masih belum sembuh.
Yang mengherankan ialah, bagian yang terluka itu semua merupakan bagian yang tidak mudah terluka dalam
pertempuran, dan apabila bagian itu sampai terluka, luka itu seharusnya parah, tetapi gadis itu ternyata masih sanggup bertahan.
Oleh karena tertutup oleh pakaian dan darah merah,
siapapun tidak tahu bagaimana keadaan lukanya, tetapi menurut dugaan, gadis itu agaknya berdiri tanpa bergerak, membiarkan dirinya dilukai.
Keadaan menjadi sunyi lagi, akhirnya perkataan Tiat Bok Taysu memecahkan kesunyiaan itu.
"Bagaimana keadaan luka nona?"
"Tidak sampai mati." menjawab gadis itu dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pinceng membawa obat luka dari gereja kita, bagaimana kalau nona gunakan menyembuhkan luka nona?"
"Tidak perlu! Aku masih ingin hidup beberapa hari lagi."
Wajah Tiat Bok Taysu berubah, setelah memuji nama
Budha ia berkata, "Apakah nona mencurigai Pin Ceng hendak mencelakakan diri nona?"
"Bukan itu maksudku, obat2an yang berada dibadanku,
barang kali tidak lebih rendah kemanjurannya dibandingkan dengan obat2 Siao-lim-sie."
Tiat Bok Taysu meskipun merupakan salah satu paderi
berilmu tinggi yang banyak pengetahuan juga merasa bingung mendapat jawaban yang mengesankan itu, setelah berpikir sejenak, baru berkata, "Kalau memang benar nona ada
membekal obat2an, mengapa tidak mau pakai" Pinceng ingin mendengar keterangan nona"."
"Aku suka menggunakan obat atau tidak, ada hubungan
apa dengan kau" Kalian hendak menanyakan apa, silahkan!"
"O Mie To Hud, apakah ayahmu masih hidup?"
"Sudah meninggal. Apa yang kalian lihat itu adalah
penyaruan." Jawaban terus terang itu mengejutkan semua orang.
Dua jago pedang dari Ceng Sia Pay lalu berkata, "Jenazah dalam peti mati itu, benarkah jenazah ayahmu?"
"Sedikitpun tidak salah."
"Kalau benar ayahmu meninggal dunia, mengapa tidak
diumumkan kepada sahabat2 rimba persilatan" Sebaliknya kau berbuat sedemikian misteri, apalaah maksudnya?" berkata Tiat Bok Taysu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetang kematian ayah ini, sudah tersiar luas di dalam kalangan rimba persilatan daerah Tiong-goan, perlu apa lagi harus diumumkan?"
"Nona di satu pihak menyiarkan kabar duka cita atas
kematian Pan Lo Enghiong, di lain pihak mencari orang menyaru sebagai Pan Lo Enghiong, disembunyikan dalam
ruangan di bawah tanah, kemudian sengaja membawa
pinceng sekalian untuk menjumpai ayahamu tiruan itu,
perbuatan ini se-olah2 sengaja membuat suasana menjadi misteri, dan malam ini semua orang pada berkumpul di sini, juga boleh dikata atas perbuatan nona seorang."
Gadis berbaju putih itu mendadak berdiri, berkata dengan nada suara dingin, "Kalau kalian masih ada pertanyaan penting, lekas tanya! Aku sudah kehilangan darah terlalu banyak, susah untuk bertahan lebih lama lagi, pertanyaan yang tidak berarti seperti ini, sebaiknya jangan dimajukan."
Touw Thian Gouw mendadak bangkit dan berkata, "Aku
ingin mengajukan satu pertanyaan kepada nona, pada malam hujan angin tiga hari berselang, ketika nona mengangkut peti jenazah ke tepi sungai, telah membunuh habis orang yang menggotong peti mati itu, kemudian mengangkut peti jenazah ayahmu itu ke dalam kapal besar, dan diberangkatkan malam itu juga, entah apa sebabnya?"
Mata gadis itu menatap Touw Thian Gouw, kemuudian
berkata, "Apakah malam itu kau menyaksikan semua kejadian itu?"
"Yang menyaksikan bukan hanya aku seorang saja."
"Entah masih ada siapa lagi?"
"Kecuali aku, masih ada Im Yang Siang-ciok dan suami istri Lui Beng Wan"."
Semua orang ketika mendengarnya disebut nama2 itu,
semua pada celingukan untuk men-cari2, ternyata di dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu tidak terdapat empat orang yang namanya disebut itu, sehingga menimbulkan sedikit gaduh.
Gadis berbaju putih itu tiba2 membereskan rambutnya
yang awut2an dan berkata, "Kau Siapa?"
"Aku Touw Thian Gouw." menjawab Touw Thian Gouw
setelah ragu2 sejenak. Para tetamu yang ada di situ, sebagian besar sudah pernah mendengar nama yang sudah lama kesohor itu, sehingga
semau mata ditujukan kepadanya.
"Bagus! Namamu sudah tecatat dalam daftar kematian,
kematianmu sudah tidak lama lagi." Berkata gadis berbaju putih itu.
Touw Thian Gouw tercengang.
"Apa!" "Aku katakan tidak lama lagi kau akan mati."
Touw Thian Gouw mengeluarkan sehelai sapu tangan,
dipesutkan kemukanya, sehingga pulih kembali dengan wajah aslinya.
"Nona Pan, lihatlah lihat tegas wajah asliku, jangan sampai kesalahan."
"Jangan khawatir! Ke mana saja kau hendak lari, juga tidak akan lolos dalam batas waktu dua hari!"
Tiat Bok Taysu berkata, "Suami istri Lui Beng Wan dan Im Yang Siang-ciok, apakah semua nona sudah binasakan?"
Gadis itu tiba2 mendongakkan kepala mengawasi atap
rumah, lalu berkata dengan suara nyaring, "Catat namanya Tait Bok dan Ki Bok Taysu."
"Mencatat nama lolap berdua, apa gunanya?" bertarya Ki Bok Taysu sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau nama kalian sudah dicatat, itu berarti bahwa kalian hanya masih bisa hidup sepuluh hari saja.
"Benarkah ada kejadian serupa itu?" bertanya dua jago pedang dari Ceng Sia Pay sambil tertawa besar.
Jikalau kalian berdua tidak percaya boleh coba saja!"
Ia berhenti sejenak, "Catat namanya dua jago pedang dari Ceng Sia Pay."
Semua tamu yang berada di situ, lebih dulu sudah
dikejutkan oleh sikap dan gerak gerik yang aneh gadis itu, tetapi sebentar kemudian mereka merasa bahwa apa yang diucapkan oleh gadis itu sesungguhnya sangat menggelikan, sehingga pada tertawa.
Hanya Tiat Bok dan Ki Bok Taysu serta Touw Thian Gouw yang memandang urusan itu sangat serius, mereka agaknya mengerti bahwa ucapan gadis itu bukanlah perkataan
sembarangan, Tiat Bok Taysu lalu berkata sambil
merangkapkan kedua tangannya, "O Mi To Hud, sekalipun nona sudah menetapkan waktu sepuluh hari bagi lolap, tetapi lolap sekalian sebelum meninggalkan dunia yang fana ini, masih ingin mendapat sedikit tambahan pengertian, untuk mendengarkannya penuturan nona tentang kejadian sangat misteri dalam rimba persilatan ini."
"Barang siapa yang merdengarkan peristiwa ini, barangkali tidak akan bisa hidup lagi, apabila takut mati, sekarang masih keburu untuk menyingkir ,siapa yang tidak takut mati semua boleh tinggal di sini."
Terjadi sedikit kegoncangan di antara para tamu itu, tidak lama kemudian sudah ada tujuh atau delapan orang yang meninggalkan ruangan tersebut.
"Apakah masih ada lagi yang ingin meninggalkan tempat ini" Jikalau sekarang tidak pergi nanti sudah tidak keburu lagi." Bertanya gadis berbaju putih itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali ini tidak ada reaksi apa2 dari para tamu juga tidak ada orang yang meninggalkan tempat duduknya.
Tiat Bok Taysu lalu berkata sambil menghela napas,
"Dengan nyawa untuk mempertaruhkan ingin mendengar
suatu rahasia rimba persilatan, sesungguhnya sangat tidak berharga, tuan2 apabila tidak ada sangkut pautnya dengan urusan ini, sebetulnya tidak perlu menempuh bahaya."
Sebagai seorang yang sudah terkenal namanya serta
dijunjung tinggi oleh orang2 rimba persilatan, tidaklah heran ucapan itu mendapat perhatian orang banyak, benar saja kembali ada sepuluh orang lagi yang berdiri dari tempat duduknya dab berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Tiat Bok Taysu mengawasi para tetamu yang masih ada di situ, dengan sungguh2 berkata pula, "Sahabat2 yang masih ada di sini mungkin tidak percaya segala urusan gaib yang tidak masuk diakal, mungkin juga menganggap bahwa
perkataan nona Pan ini tidak masuk diakal, tetapi menurut pandangan lolap, ucapan nona itu bukanlah sebagai gertakkan sambal belaka, sekarang ini waktunya tidak banyak lagi, apabila tuan2 suka undurkan diri sebaiknya keluar saja."
Setelah mendengar perkataan itu, kembali ada sepuluh
orang lebih yang meninggalkan tempat duduk masing masing.
Waktu itu dalam ruangan yang luas itu, hanya tinggal dua atau tigapuluh orang yang tidak mau berlalu, Tiat Bok Taysu yang menyaksikan keadaan demikian, lalu berkata kepada gadis berbaju putih itu, "Harap nona menasehati lagi mereka, berlakulah sedikit penuh kasih sayang terhadap sesama manusia."
Gadis itu agaknya terpengaruh pikirannya oleh perkataan Tiat Bok Taysu, benar saja ia segera berkata kepada semua para tetamu, "Tentang kematian ayah bukan berarti suatu kejadian besar, sebabnya kematian ayah menggemparkan
dunia Kang-ouw, tidak lain karena dahulu ayah pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolong jiwa beberapa tokoh kuat dalam rimba persilatan daerah Tiong Goan, di samping itu juga ada hubungan baik dengan partai besar golongan kebenaran seperti Siao-lim-pay, Ceng Sia Pay dan lain2nya, maka kematian ayah ini telah menarik banyak perhatian orang kuat, sehingga pada
memerlukan datang kemari."
Tiba-tiba ia berhenti matanya menyapu ke arah para
tetamunya sejenak, lalu melanjutkan ucapannya, "Dan
sekarang, aku minta tuan2 sekalian, siapa yang ingin pergi supaya lekas pergi, siapa yang tinggal di sini dan mendengar penuturanku nanti, jangan harap bisa terlolos dari batas waktu sepuluh hari, maka inilah saatnya yang terakhir bagi tuan tuan sekalian."
"Kami takut apa" Seorang hanya mempunyai satu nyawa,
sekalipun kau telah mencatat sepuluh hari, juga cuma mati satu kali."
Di antara para tetamu itu, ada empat orang yang berdiri, tetapi setelah mengawasi tetamu lainya sebentar, mereka duduk lagi di tempat masing-masing.
Gadis berbaju putih itu berkata kepada Tiat Bok Taysu,
"Orang-orang ini semua masih tidak mau sadar akan bahaya atas dirinya, aku juga tidak berdaya."
Tiat Bok Taysu mengerutkan alisnya, kemudian berkata
dengan suara nyaring, "Di antara tuan-tuan, apabila tidak ingin terlibat dalam urusan ini sebaiknya meninggalkan tempat ini, sebab pada saat dan tempat seperti ini bukanlah waktunya untuk berlaku gagah atau menuruti emosi, apa perlunya harus mencari perkara."
Para tamu itu agaknya sangat perhatikan ucapan orang
beribadat tinggi itu, tetapi tiada seorangpun yang
meninggalkan tempat itu. Gadis itu setelah mendapat kesempatan mengaso,
semangatnya nampak bangun lagi, wajahnya juga sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak merah, ia tertawa terkekeh kekeh sejenak lalu
berkata, "Kalau begitu aku tidak dapat disesalkan, dengan penuh kasih sayang Toa-hoo-siang ingin menasehatkan
mereka, tetapi ternyata mereka adalah orang-orang kepala batu yang tidak dapat diinsafkan.
Sejenak ia berhenti, lalu berpaling dan berkata kepada Pan Ceng Liang, "Koko, catat nama mereka."
Pan Ceng Liang per-lahan2 bangkit, setelah mengawasi
semua tetamunya sejenak lalu berkata, "Tuan-tuan tetap tidak mau pergi, kita juga tidak berdaya"." Ia menghela napas perlahan, tangannya lalu menggeprak meja sambil berkata,
"Ambilkan buku daftar kematian!"
Dari luar ruangan terdengar suara wanita yang menyahut, tidak berapa lama dua gadis berbaju hijau berjalan memasuki ruangan tersebut, memberi buku dan alat tulis kepada Pan Ceng Liang.
Gadis berbaju putih itu lalu berkata kepada para
tetamunya, "Tuan-tuan berani diam di sini, tentunya
merupakan orang-orang gagah yang tidak takut mati maka apabila tuan tidak ingin mengulur waktu, dipersilahkan menulis nama tuan-tuan didalam buku ini."
Para tetamu itu mengawasi keadaan sekelilingnya, mereka saling berpandangan, tetapi tiada orang yang mau mencatat namanya di atas buku itu.
Gadis berbaju putih itu berkata kepada Tiat Bok Taysu,
"Bukankah Taysu ingin lekas-lekas mengetahui sebab-sebab kematian ayah?"
"Benar," menjawab Tiat Bok Taysu.
"Orang-orang yang berada dalam ruangan ini jika masih ada satu saja yang tidak mau mencatat namanya, aku tidak suka kata, sebaiknya taysu yang memimpin mereka, supaya urusan jangan sampai terlarut-larut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tadi bukankah nona sudah mencatat nama lolap?"
"Apakah taysu takut mati?"
-odwo- Bab 27 TIAT BOK TAYSU berkata, "Kalau lolap takut mati, tidak nanti datang kemari."
Dengan tindakan lebar ia berjalan menuju ke meja tempat pendaftaran.
Ki Bok Taysu per-lahan2 bangkit dari tempat duduknya, ia mengikuti di belakang Tiat Bok Taysu berjalan menuju ke meja pendaftaran.
Tiat Bok Taysu setelah menuliskan namanya di atas buku pendafaran lalu berkata dan berpaling kepada Ki Bok Taysu,
"Sutee, kau juga harus menulis namamu."
Ki Bok Taysu bersenyum lalu menuliskan namanya di dalam buku itu.
Gadis itu mengawasi dua paderi itu, kemudian berkata,
"Bagus, kalian berdua benar2 tidak takut mati."
"Lolap ada seorang yang sudah beruasia lanjut kalau
sekarang harus mati juga tidak penasaran." Berkata Tiat Bok Taysu yang kemudian balik lagi ke tempat duduknya.
Perbuatan dua paderi Siao-lim-sie itu, agaknya, menambah keberanian semua tetamu yang masih ada di situ, mereka pada berdiri dan berjalan ke meja pendaftaran untuk
menuliskan namanya. Gadis berbaju putih itu tiba2 berdiri dan berkata, "Tuan2
jikalau hendak menulis namanya harus menulis terus terang dengan nama aslinya, apa bila merobah nama atau ingin membikin celaka orang lain, perbuatan itu bukan saja tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan dapat menolong diri sendiri sebaliknya malah akan membikin celaka keluarga kalian sampai tiga turunan.
Pada saat itu seorang berbaju panjang warna hitam sedang mengangkat alat tulis hendak menuliskan namanya ketika mendengar ucapan gadis itu segera berkata sambil tertawa dingin, "Sejak dahulu sehingga sekarang, di dalam kalangan Kang-ouw juga pernah timbul orang kejam yang sepak
terjangnya sangat ganas dan telengas, tetapi juga tidak ada orang yang menunjukkan sikap aneh seperti noma Pan"."
Ia tertawa ter-bahak2, sebentar kemudian berkata pula,
"Untung aku hanya seorang diri saja, sudah tiada mempunyai ayah bunda, juga tidak mempunyai isteri dan anak, sekalipun benar2 akan mencelakakan sampai tiga turunan, bagiku juga tidak berarti apa2."
"Aku hanya memperingatkan kepada kalian saja, percaya atau tidak terserah kepadamu."
Orang berbaju hitam itu tidak menjawab lagi, setelah
mencatat namanya lalu mengundurkan diri.
Semua orang sudah mendaftarkan namanya secara
bergiliran, hanya Wan Hauw setelah pergi ke meja
pendaftaran hanya me-lihat2 sebentar, lalu balik lagi ke tempat duduknya.
Kiranya selama itu ia belum pernah menulis dengan
menggunakan alat tulis sehingga ia tidak tahu bagaimana ia harus menulis namanya.
Gadis itu menatap wajah Wan Hauw lalu bertanya,
"Mengapa kau tidak menulis namamu?"
"Aku tidak bisa menulis." Jawab Wan Hauw sambil
menggelengkan kepala. gadis itu mengerutkan alisnya dan berkata, "Semua orang yang ada di sini, sudah menulis namanya sendiri, kau tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bias menulis, bagaimana kau boleh turut mendengarkan"
Baiklah kau keluar saja!"
Wan Hauw yang hatinya masih putih bersih, ketika
mendengar perkataan itu diam2 juga membenarkan ucapan gadis itu, maka lalu berkata sambil menghela napas,
"Perkataan nona memang benar, baiklah aku berdiri di luar ruangan ini saja, untuk menunggu setelah kau habis
menuturkan aku nanti masuk lagi."
Ia mengira bahwa tindakannya itu dapat dibenarkan, maka setelah berkata demikian lantas berlalu.
Touw Thian Gouw sebetulnya ingin menegah, tetapi
kemudian berpikir, "Sekalipun orang2 yang namanya sudah dicatat dalam buku kematian, toh belum tentu mati, tetapi sedikit banyak menimbulkan perasaan tidak enak di dalam hati, maka biarlah Wan Hauw menyingkir keluar."
Tiat Bok Taysu setelah Wan Hauw berlalu, lalu berkata,
"Sekarang orang2 yang berada dalam ruangan ini, namanya sudah terdaftar semua ini berarti mereka sudah rela
mempertaruhkan nyawanya, hanya ingin mendengar
penuturan nona, supaya dapat penjelasan sebab musabab kematian Pan Lo Enghiong, meskipun lolap sekarang sudah berusia delapan puluh tahun lebih, tetapi dalam urusan seperti ini, merupakan suatu kejadian yang baru pertama kali ini lolap mendengarnya, bahkan lolap diberi kehormatan untuk
memimpin orang2 yang ada di sini yang bersedia menghadap kepada raja akhirat, nona agaknya tidak ada suatu alasan hendak mengulur waktu.
Gadis itu per-lahan2 duduk di tempatnya kembali,
kemudian berkata kepada kakaknya, "Koko, tutup semua pintu ruangan ini."
Pan Ceng Liang menurut, menutup semua pintu.
Gadis itu berdiri lagi seraya berkata, "Aku hendak
padamkan api lilin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu dua batang lilin yang menyala itu apinya padam, sehingga keadaan dalam ruangam itu menjadi gelap.
Tiat Bok Taysu lalu berkata, "Apabila nona ingin
menggunakan pesawat rahasia dalam ruangan ini hendak
kabur secara diam2 janganlah sesalkan kepada lolap sekalian yang terpaksa akan bertindak kasar."
"Toa Hosiang, kau jangan khawatir, apabila aku ingin lari, tidak nanti aku berani datang kemari." Menjawab gadis berbaju putih itu.
Sementara itu tiba-tiba terdengar suara Koan Sam Seng yang berkata, "Kau boleh tidak usah lari, tetapi kita tidak boleh tidak berjaga-jaga."
Pada saat itu terdengar suara tindakkan kaki orang dan gerakan digesernya kursi, agaknya para tamu itu semua menganggap betul ucapan Koan Sam Seng tadi benar
sehingga masing2 pada bergerak meninggalkan tempat
dudukuya untuk mengurung gadis itu di tengah2 mereka.
Keadaan dalam ruangan itu meskipun gelap gulita, tetapi orang-orang yang berada di situ, semua merupakan tokoh kenamaan di dalam rimba persilatan, walaupun belum tentu setiap orang berkepandaian sangat tinggi, tetapi semuanya merupakan orang-orang Kang-ouw kawakan, sehingga semua dapat mengerti apa yang dimaksudkan dalam ucapan Koan Sam Seng tadi.
Gadis berbaju putih itu lalu berkata sambil tertawa
terbahak-bahak, "Kalian lekas berdiri di tempat masing2!"
Gadis itu setelah berpikir agak lama, barulah berkata,
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentang kematian ayah, hanya merupakan suatu akal untuk memancing musuh-musuhnya, supaya tuan-tuan datang untuk mengantar nyawa"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penuturan yang sangat singkat itu, segera menimbulkan kegoncangan di antara para tamu itu, suara ejekan dan makian, terdengar sangat riuh.
Gadis itu berkata pula dengan suara nyaring, "Barang siapa yang sudah mendaftarkan namanya di dalam buku kematian, mulai saat ini paling lama masih bisa hidup sepuluh hari lagi, tidak perduli betapa tinggi kepandaiannya, betapa kuat penjagaannya, semua tidak akan dapat menghindarkan diri dari batas waktu yang sudah ditetapkan itu, tetapi tuan semua sudah rela atas kematian ini, sehingga tidak dapat
menyesalkan aku." Tiat Bok Taysu berkata dengan nada suara dingin,
"Tentang ini kita sudah dengar terlalu banyak, nona tidak perlu bicarakan lagi, sebaiknya kau lekas dengan
penuturanmu yang se-benar2nya."
Di dalam keadaan gelap itu semua orang tidak dapat
melihat bagaimana perobahan wajah gadis itu, mereka hanya mendengar suara tertawanya yang sangat dingin menggema ditelinga.
"Toa-hong-sian, demikian melit kau menanyakan sebab
musabab kematian ayah, apakah kau bermaksud hendak
mencari pembunuhnya?"
Pertanyaan itu dengan sendirinya sebagai pengakuan
bahwa kematian ayah gadis itu bukanlah karena penyakit, tetapi mati terbunuh, meskipun semua tetamu itu lebih dahulu sudah merasa curiga, tetapi jawaban itu toh masih
menimbulkan sedikit kericuhan, sehingga di mana2 terdengar suara helahan napas.
Tiat Bok Taysu berkata pula, "Tentang kematian Pan Lo Enghiong, di bawah rencana akal busuk musuh2nya, dalam surat yang diberikan kepada kepala kuil kita, samar2 sudah diketahui, apa yang lolap tak mengerti ialah siapa orangnya yang mencelakakan diri orang tua yang baik itu" Bahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya dia seorang diri saja yangdiambil jiwanya, orang itu boleh dikatakan adalah seorang yang cukup berjiwa besar, karena cuma mencari pembalasan terhadap diri Pan Lo
Enghiong seorang saja, tidak akan me-rembet2 orang yang tidak berdosa."
"Hem! Maksud ucapan locianpwee ini, apakah
mencurigakan boanpwee yang berbuat?"
"Bagaimana lolap berani mempunyai pikiran demikian,
tetapi kematian ayahmu itu sangat aneh, apalagi semua kejadian tidak mungkin secara begitu kebetulan, sehingga mau tidak mau menimbulkan kecurigaan lolap."
"Kau bercuriga apa, dan bagaimana kau hendak berbuat?"
Tiat Bok Taysu seorang beribadat tinggi, setelah berpikir sejenak, pikirannya segera tenang kembali.
"Lolap sekalian sudi mendaftar nama dalam buku kematian, maksudnya ialah ingin mendengar nona punya keterangan tentang kematian ayah nona, sebelum urusan menjadi jelas, lolap tidak suka menduga sembarangan, karena tadi nona sudah menerima baik permintaan lolap. Dengan sendirinya lolap sekalian kini ingin mendengarkan keterangan nona."
Gadis itu agaknya sengaja hendak membuat marah Tiat
Bok Taysu, katanya dengan nada suara dingin, "Aku tidak bersedia mengatakan, apakah yang kau rmasih bisa berbuat"
Tiat Bok Taysu diam tidak menjawab.
Hening beberapa lama, tiba2 dari jauh terdengar suara tambur dan genderang membising di telinga semua orang.
Karena suara itu bukan seperti suara tambur dan
genderang yang biasa, tetapi dapat menimbulkan perasaan ngeri kepada orang2 yang mendengarkan.
Koan Sam Seng segera berkata, "Eh, suara apakah itu"
Dahulu aku rasanya seperti pernah dengar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tiba2 berkata, "Itu adalah suara tambur dan genderang sebagai tanda hendak mencabut nyawa."
"Tidak perduli mencabut nyawa atau bukan, harap nona
lekas terangkan sebab musabab kematian ayahmu, jangan coba mengulur waktu lagi. Berkata Koan Sam Seng gusar.
"Jikalau aku tidak mau bicara kau mau apa?"
"Apakah kau kira aku tidak dapat turun tangan satu kali untuk member pelajaran kepadamu?"
"Coba saja!" Koan Sam Seng, memperdengarkan suara bentakan keras,
lalu melancarkan serangannya.
Karena ia mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sudah
sempurna, maka serangan itu sangat hebat.
Gadis itu menggerakkan tangannya, dalam keadaan gelap gulita itu, tiba-tiba berkelebat sinar terang.
Setelah itu, lalu terdengar suara tertawa dingin, kemudian disusul dengan hembusan angin yang menyambut serangan Koan Sam Seng tadi.
Koan Sam Seng telah merasakan bahwa serangan gadis itu ternyata mengandung kekuatan yang sangat hebat, dalam terkejutnya ia mundur satu langkah.
Tiat Bok Taysu lalu berseru, "Koan sicu, nona Pan, harap segera hentikan tindakan kalian."
Gadis berbaju putih itu tidak menggerakkan pedang pendek di tangannya lagi, setindak mengadu kekuatan tenaga tangan sebentar, lalu menghentikan serangannya.
Para tamu yang sudah sekian lamanya berada dalam
kegelapan, matanya sudah biasa lagi dalam gelap, sehingga dapat mengawasi keadaan dalam ruangan itu, orang yang bergerak menyambut serangan Koan Sam Seng tadi, ternyata Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah pemuda yang mengikuti gadis itu dan yang selama itu tidak pernah mengeluarkan perkataan.
Semua tamu tidak kenal orang itu, hanya Touw Thian
Gouw yang tahu bahwa itu adalah Siang-koan Kie, ketika menyaksikan kekuatan hebat pemuda itu yang ternyata dapat mengimbangi kekuatan tenaga dalam Koan Sam Seng, diam2
merasa terkejut dan girang.
Dalam hatinya berpikir, "Sepasang mataku ternyata masih belum lamur, pemuda itu mempunyai kepandaian dan
kekuatan yang disembunyikan, tetapi dengan perbuatannya yang membantu gadis itu, nampaknya bukan sengaja atau pura2 membantu kepadanya"."
Pada saat itu terdengar suaranya Tiat Bok Taysu, "Nona Pan tadi sudah berjanji setelah kita orang menulis nama masing2 di dalam buku kematian, nona lalu hendak
menerangkan kematian ayahmu, kita sudah menurut apakah sekarang nona hendak melanggar janjimu sendiri?"
Dengan mendadak paderi itu menggerakkan badannya,
secepat kilat sudah berada di depan meja, tangannya
menyambar buku kematian."
Perbuatan Tiat Bok Taysu itu, sesungguhnya di luar dugaan gadis berbaju putih itu, apalagi tindakannya itu cepat luar biasa.
Gadis itu agaknya khawatir Tiat Bok Taysu akan merobek buku kematian, maka buru-buru berkata, "Lo siansu harap jangan merusakkan buku itu."
Tergerak hati Tiat Bok Taysu, sambil memegang buku itu ia berkata, "Jikalau nona Pan tidak mau memenuhi janjimu sendiri, lolap akan rusak buku ini lebih dulu, supaya kita semua tidak akan mati konyol."
Gadis itu lambat2 menghampirinya seraya berkata, "Kau kembalikan dulu buku itu, aku nanti akan menerangkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koan Sam Seng segera berkata, "Taysu jangan kembalikan kepadanya, perempuan itu tidak boleh dipercaya
perkataannya." Tiat Bok Taysu berkata sambil tertawa, "Kita sudah
menurut menuliskan nama di dalam buku kematian, tetapi nona masih sengaja hendak mengulur waktu, dan tidak mau bicara terus terang, sekarang bagaimana kau suruh lolap percaya ucapanmu lagi?"
"Kalau begitu kau mau apa?" bertanya gadis berbaju putih itu.
"Setelah nanti kau terangkan, lolap nanti akan kembalikan buku ini."
"Kau tidak percaya kepadaku, bagaimana aku boleh
percaya kepadamu?" "Lolap adalah seorang beribadat, bagaimana kau boleh
bandingkan seperti orang2 yang bermentalitet seperti kau?"
Tiba2 terdengar tiga suara tambur dan genderang yang
aneh itu tadi, suara itu kini kedengarannya semakin nyaring agaknya tidak jauh dari luar rangan itu.
Du jago pedang dari Ceng Sia Pay tiba2 berjalan dan
membuka pintu yang tertutup rapat itu kemudian melongok ke luar.
Koan Sam Seng sudah tidak dapat mengendalikan hawa
amarahnya lagi, ia menghampiri Tiat Bok Taysu dan berkata dengan suara perlahan, "Budak perempuan ini banyak akal bangsatnya, ia sengaja mengulur waktu barang kali ada mengandung lain maksud, kita jangan sampai dibodohi."
"Bagaimana maksud Koan sicu?" bertanya Ki Bok Taysu.
"Menurut pikiranku, kita sebaiknya ringkus dulu budak perempuan ini lalu membawanya ke kuil Siao-lim-sie, atau dibawa ke golongan pengemis kita, kemudian kita Tanya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan demikian tidak usah takut ia tidak akan berkata terus terang."
"Perempuan ini nampaknya sangat kuat"." Berkata Tiat
Bok Taysu, tiba2 suaranya dirubah demikian perlahan, maka semua orang yang ada di situ kecuali Koan Sam Seng tiada seorang lagi yang mendengar apa yang dikatakan olehnya.
Kiranya Tiat Bok Taysu mendadak dapat merasakan
suasana pada saat itu, bukanlah pada tempatnya untuk
menyatakan terus terang apa yang terpikir dalam hatinya, maka perkataan selanjutnya diucapkannya dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara ke dalam telinga
kepada orang yang diajak bicara, demikianlah kata2nya itu,
"Apabila kita ingin mencari keterangan sedalam-dalamnya, harus menggunakan kesabaran, karena kematian Pan Lo
Enghiong ini, agaknya mempunyai sangkut paut yang sangat luas, gadis itu agaknya juga bukan orang terpenting dalam peristiwa ini, menurut apa yang lolap tahu dalam urusan ini barangkali menyangkut seluruh rimba persilatan, golonganmu dari kaum pengemis selalu melakukan perbuatan2 baik dalam kalangan Kang-ouw, sehingga nama golongan pengemis
ditakuti oleh segala manusia rendah, lolap meskipun tidak ada jodoh bertemu muka dengan Pangcumu, tetapi sudah lama mendengar namanya, harap Koan sicu mengingat kepentingan seluruh rimba persilatan bersabarlah, lolap akan bersedia sekuat tenaga untuk membantu Koan sicu"."
Si Dungu 1 Lentera Maut ( Ang Teng Hek Mo) Karya Khu Lung Bentrok Para Pendekar 2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak disangka dugaannya itu ternyata meleset, sudah lama padri yang satu itu berlalu, yang lain masih tetap duduk tidak bergerak, se-olah2 tidak mengetahui bahwa kawannya sudah berlalu secara diam diam.
Suara mengorok secara teratur itu tetap berlangsung, diluar kamar keadaan tetap sunyi.
Malam per-lahan2 mulai terang suatu tanda bahwa saat itu sudah mendekati pagi hari.
Siang koan Kie diam2 menarik napas, ia berpikir sambil memejamkan matanya: Gedung besar yang kelihatannya
tenang ini,sebetulnya sudah berkumpul orang2 kuat dari golongan benar dan sesat, untuk apa sebetulnya" Apakah se-mata2 hanya disebabkan kematian Pan-lo Ing Hiong San"
"Apa kematiannya itu, sedemikian penting pengaruhnya
bagi orang2 rimba persilatan?"
Semua pertanyaan itu bagaikan kabut yang meliputi dalam otaknya.
Suatu pikiran baru tiba-tiba terlintas dalam otaknya, dalam peti mati itu entah terisi barang apa"
Apabila benar2 jenazah seseorang, mengapa gadis
berkabung itu perlu mengangkut pergi jenasah itu" Tidak perduli jenaZah itu benar jenazah Pan Loya atau bukan, rasanya tidak perlu sedemikian susah payah untuk
menyingkirkan dan membawa pergi peti itu kelain tempat". "
Tatkala ia membuka matanya kembali, padri tua tadi telah berlalu, dalam sekejap sudah balik kekamarnya dan duduk bersila diatas tempat tidur.
Siang-koan Kie sudah tidak mempunyai kesempatan untuk memikirkan urusan pederi tua itu,
karena pikirannya sedang dipusatkan kearah barang apa sebetulnya yang berada didalam peti mati itu" Semakin dipikir Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin kuat anggapannya bahwa apa yang diduga itu tidak salah lagi, maka dengan tanpa disadari ia sudah berseru,
"Tidak salah lagi, didalam peti mati itu pasti bukan jenazah orang"."
Karena seruan itu tadi, telah menyebabkan dua paderi itu mendadak membuka matanya mengawasi dirinya.
Siang-koan Kie baru sadar apa yang telah diperbuatnya tadi, perlahan2 ia merebahkan diri untuK tidur.
Karena pikirannya terus memikirkan persoalan yang
dihadapinya, biar bagaimana ia tidak dapat tidur, ia
mengerudungi dirinya dengan selimut, mulai menganalisa semua persoalan yang dihadannya.
Ia memang seorang cerdik, setelah memikir dengan
tenang, persoalan itu dibagi menyadi dua bagian serta dibuatnya tafsiran akan terjadinya beberapa perobahan.
Apabila isi dalam peti mati itu bukan jenazah manusia, lalu apa"
Benarkah gadis berkabung itu adalah anak perempuan Pan Loya" Mengapa ia agaknya mempunyai pengaruh demikian
besar" Pan Kongcu yang seharusnya masih pernah kakaknya, mengapa demikian takut terhadap adiknya"
Apabila dalam peti mati itu benar2 adalah jenazah Pan Loya, apakah keistimewaannya jenazah itu sehingga
memerlukan mengerahkan demikian banyak orang untuk
mengangkutnya dengan perahu"
Semua pertanyaan itu, setelah dianalisa olehnya, ia segera menitikberatkan urusan ini kepada gadis berkabung itu, tetapi kepandaian gadis itu sangat tinggi sekali bukanlah seorang yang mudah dihadapanya, untuk mencari keterangan dari padanya, barangkali lebih sulit, cara yang paling baik, ialah lebih dulu, harus dapat membuktikan bahwa Pan Loya dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar rahasia dibawah kamar itu, benar Pan Loya yang tulen ataukah yang tiruan"
Sekarang soalnya ialah dengan cara bagaimana dapat
menemukan pintu masuk kekamar rahasia itu" Hari itu meski ia sudah pergi satu hari, tetapi tidak memperhatikan
perjalanannya tahu2 sudah berada dikamar bawah tanah itu"
Sambil berkerudung selimut itu, ia telah memikirkan banyak persoalan, dianggapnya ia telah mendapat banyak hasil, maka ia menarik napas lega dan melihat keadaan sekitarnya.
Dua paderi dan orang yang tidur mengorok itu, dalam
sekejap sudah berlalu semuanya, sinar matahari sudah masuk kedalam kamar, ia buru2 melompat turun, sebelah memakai sepatunya perlahan2 keluar dari kamarnya.
Ketika ia berjalan melalui taman, matanya memperhatikan keadaan sekitarnya, ternyata semua pintu kamar, yang
terdapat disekitar taman itu telah terbuka lebar, tetapi tidak kelihatan bayangan seorangpun juga.
Kesunyian yang luar biasa itu, menimbulkan rasa sunyi dalam hati Siang koan Kie, ia menghela napas sambil
menggelengkan kepala, tidak tahu harus menuju kemana.
Tiba2 ia mendengar suara tindakan kaki sangat perlahan dibelakang dirinya, ia lalu bersiap berjaga2, tetapi orang itu pura2 tidak tahu dan berjalan mendekati dirinya.
Suara tindakan kaki itu tiba2 berhenti, kemudian disusul oleh suara batuk2.
Dengan tanpa menoleh Siang-koan Kie melontarkan
pertanyaan, "Siapa" "
Orang dibelakang dirinya kembali memperdengarkan suara batuk2, kemudian baru menjawab, "Apakah tuan orang
golongan pengemis?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan kie tercengang, dalam hatinya berpikir: apabila aku tidak mengaku orang dari golongan pengemis pasti akan menimbulkan kecurigaan mereka, apabila aku mengaku,
namun sama sekali tidak tahu keadaan dalam golongan
pengemis itu sampaipun siapa namanya Pang-cu golongan itupun tidak tahu, apabila ditanya, mungkin akan
menimbulkan kecurigaan lebih besar.
Untuk sesaat lamanya, ia tidak dapat memikirkan suatu jawaban yang tepat, maka ia lalu memperdengarkan suara tertawa dingin barulah menjawab yang sebetulnya bukan merupakan suatu jawaban, "Kalau ia bagaimana" Dan kalau bukan bagaimana pula?"
Orang itu terus berdiri dibelakangnya, sehingga ia tidak dapat melihat bagaimana sikapnya pada saat itu, ia hanya dengar kata2nya yang sangat menghormat, "Aku yang rendah sudah lama mendengar nama besar golongan pengemis,
didalam golongan itu locianpwee tentunya menduduki
kedudukan sangat tinggi"."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: sekarang aku terpaksa
harus Mengelabuhinya"."
Dalam waktu sangat singkat itu pikirannYa bekerja keras, tetapi ia dapat mengambil keputusan dengan segera.
"Kau mencari aku ada urusan apa?", demikian ia bertanya dengan nada suara dingin.
"Apabila tuan adalah orang dari golongan pengemis, aku ingin minta tolong untuk menengok beberapa kenalan lama."
Siang koan Kie tiba2 memutar badan, kini ia segera
menyaksikan seorang berpakaian ringkas yang ternyata adalah orangnya Pan Loya.
Orang itu menatap wajah Siang-koan Kie, kemudian
bertanya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dan golongan tuan hanya tuan seorang saja yang datang?"
Kembali Siang-koan Kie harus menghadapi kesulitan,
pertanyaan itu susah untuk dijawab, berapa orang yang datang golongan pengemis ia sendiri juga tidak tahu. Apalagi mengurus ia nengok beberapa kenalan lamanya, orang itu pasti mempunyai kedudukan dalam golongan pengemis,
apabila ia tidak bisa menjawah, pasti akan menimbulkan kecurigaan orang.
Oleh karenanya, maka lama Siang-koan Kie berpikir masih tidak dapat menemukan jawaban yang tepat.
Orang itu nampaknya mulai cemas, sambil menghela napas perlahan orang itu berkata , "Tuan muda kita ada mempunyai hubungan baik dengan beberapa sahabat dari golongan tuan"
Ada urusan apa tuan mudamu hendak mencari sahabatnya
dari golonganku?" jawaban Siang-koan Kie ini diucapkan sangat perlahan
dengan hati2 sekali, tetapi dengan sendirinya berarti pengakuan bahwa ia adalah orang dari golongan pengemis.
Orang itu tiba2 menunjukkan sifat girang katanya, "Kalau tuan adalah orang dari golongan pergemis, pasti juga
mengenal tuan muda kita?"
"Tidak kenal," jawab Siang koan Kie sambil menggelengkan kepala.
Orang itu menunukkan sikap Terkejut.
"Silahkan tuan kekamar kongcu untuk omong omong
sebentar, bagaimana?""
Dalam keadaan demikian, Siang-koan Kie sudah tidak
berdaya terpaksa menganggukkan kepala menerima baik
permintaannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu menghormat dan berkata, "Maaf hamba akan
berjalan dimuka sebagai penunjuk jalan."
Setelah itu ia berjalan lebin dahulu, baru berjalan beberapa langkah, sekonyong-konyong berpaling dan berkata, "Tuan sebaiknya berjalan terpisah satu jarak dengan hamba, supaya tidak diketahui oleh orang orang dari rona kita."
Setelah itu ia melanjutkan tindakkannya. Siang koan Kie terkejut, dalam hatinya berpikir, Orang ini mengajak aku menjumpai Pan-kong cu, tetapi takut diketahui oleh
orang2nya nona mereka, kalau begitu diantara keluarga Pan ini,
telah terjadi perselisian sendiri.
Sambil memikirkan bagaimana barus menghadapi Pan
Kongcu itu, berjalan dibelakang orang itu.
Keluar dari taman itu, keadaannya jauh berlainan, disitu terdapat banyak orang yang berdandan dengan pakaian
ringkas atau berpakaian panjang, mundar mandir tiada
putusnya. Dengan adanya banyak orang itu, Siang koan Kie
sebaliknya merasa tenang, ia mengikuti orang itu berjalan terpisah satu jarak.
Setelah melalui beberapa pekarangan, tibalah di suatu pekarangan yang sunyi, ditempat itu orangnya tidak banyak.
Orang yang berjalan sebagai penunjuk jalan itu, berdiri didepan pintu bundar dengan wajah cemas, ia menengok
kesana kemari, seperti lakunya seorang pencuri yang takut kepergok, sebentar sebentar menggapaikan tangannya kearah Siang koan Kie.
Siang koan Kie mempercepat tindakkan kakinya menuju
kepekarangan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itu ada merupakan suatu pekarangan kecil yang terdapat banyak karangan bunga, Pan-kongcu yang masih memakai
pakaian berkabung, sedang berdiri ditangga batu diluar ruangan, nampaknya sedang menantikan kedatangannya,
begitu melihat Siang-koan Kie segara menghormat dan lari menyongsong, kemudian mengajak Siang-koan Kie masuk
kedalam ruangan. Siang-koan Kie mengawasi keadaan disekitarnya, ia
mencoba berusaha untuk menenangkan pikirannya yang
tegang. Pan kongcu menuangkan teh sendiri sebagai tanda
menghormat kepada tetamunya itu, setelah mempersilahkan tamunya minum teh lalu bertanya, "Apakah dari golongan tuan hanya tuan seorang saja yang datang?"
Pada saat itu perasaan Siang-koan Kie sudah banyak
tenang, karena ia takut jikalau terlalu banyak bicara nanti akan membuka rahasianya, maka ia sengaja bersikap dingin, atas pertanyaan Pan-kongcu itu ia hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Pan-kongcu nampaknya sangat kecewa, dengan tindakan
lambat2 ia berjalan keluar, dengan suara perlahan ia memberi pesan kepada orang yang mengantar Sian -koan Kie tadi, kemudian balik lagi kekamar ruangan dan berkata Siang-koan Kie, "Aku yang rendah bersama Pan ceng Liang dengan Kim locinpwee dari golongan tuan pernah beberapa kali bertemu muKa."
Siang-koan Kie tidak tahu sama sekali bagaimana orangnya yang disebut Kim locianpwee itu, maka ia hanya
menganggukkan kepala saja.
Pan ceng Liang berkata pula, "Siapa nama tuan yang
mulia?"" "Siaotee she Kian," jawab Siang-koan Kie sekenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedatangan saudara Koan itu adalah atas perintah ketua ataukah"."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: apa bila aku mengatakan atas perintah ketua, ia pasti akan bertanya lebih banyak, apabila jawabanku tidak benar, bukankah segera terbuka kedokku"
Setelah berpikir sejenak ia baru menjawab, "Siaotee hanya kebetulan lewat disini, ketika
mendengar kabar meniggalnya Pan lo Ing Hiong. barulah aku datang kemari untuk turut berduka cita, Pang-cu kami dan Kim locianpwee, mungkin belum mengetahui atau mendengar kabar ini."
"Tahukah saudara Koan dimana Kim-Locianpwee berada
sekarang?" bertanya Pan ceng-Liang dengan hati cemas.
"Tentang ini","."
Siang koan Kie agak bingung, ia tidak dapat memikirkan suatu jaWaban yang tepat.
Pan ceng Liang sangat kecewa, ia berkata sambil menghela napas, "Kim locianpwee memang tidak menetap jejaknya, kadang2 bisa berjumpa tetapi sulit untuk dicari"."
Melihat wajah Pan ceng Liang yang diliputi kedukaan itu, menimbulkan perasaan ingin membantu untuk meringankan penderitaan pemuda itu, maka Siang-koan Kie lalu berkata,
"Apabila Pan-kongcu ada kesusahan, beritahu kanlah
kepadaku juga boleh, mungkin dalam singkat siaotee dapat mencari dimana Kim locianpwee berada."
Pan ceng Liang mengerutkan keningnya lalu berkata,
"Mungkin waktunya sudah tidak keburu"."
Ia menghitung2 dengan jari tangannya, kemudian berkata pula, "Batas waktu sepuluh hari, ini hanya tinggal tiga hari saja"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekalipun sudah tidak keburu untuk mencari Kim
locianpwee, tetapi saudara Pan yang pernah mempunyai
hubungan baik dengan orang2 golongan kita, sudah seharusnya siaote
turut mengeluarkan tenaga untuk memberi bantuan."
Pan ceng Liang mendadak dongakan kepala, menatap
Siang-koan Kie, lalu berkata, "Sekalipun Kim locianpwee datang sendiri, mungkin juga tidak dapat berbuat apa-apa.."
Ia menghela napas dalam2, dua tetes air mata mengalir turun katanya pula, "Tetapi ia berkedudukan tinggi sekali dalam golongan saudara, hanya rendah setingkat daripada pangcu, mungkin sebelum batas waktu tiba dapat
mengumpulkan orang2 kuat dalam golongan saudara"."
Berkata sampai disitu, tiba2 terdengar suara seperti orang melemparkan sebuah batu kecil kedalam ruangan itu.
Suara itu meskipun kecil, tetapi sangat mengejutkan Pan ceng Liang, wajahnya berubah seketika, ia buru2 mengusap kering air matanya dan pura2 girang dengan suara nyaring ia berkata, "Apakah saudara Koan tidak duduk lagi sebentar?"
Siang-koan Kie diam2 terkejut karena ia sebetulnya belum ingin pergi, tetapi karena tuan rumah sudah berkata demikian, mau tidak mau dia harus pergi.
ia lalu bangkit dan berjalan keluar dengan tindakan lebar sambil menyahut: "Tidak usah"."
Dibelakang dirinya tiba2 terdengar suara tindakan kaki yang amat ringan, tatkala ia berpaling, seorang gadis berpakaian putih sedang berjalan menghampirinya.
Siang-koan Kie terkejut, ia berdiri membisu diluar ruangan.
Gadis berpakaian putih itu mengawasi Siang koan Kie
sambil tersenyum, kemudian berpaling dan berkata kepada Pan ceng Liang, "Koko, tuan ini datang dari mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Koan dari golongan pengemis." jawab pemuda
itu. Siang-koan Kie memberi hormat kepada Pan-ceng Liang
seraya berkata, "Aku tidak berani merepotKan saudara Pan, setelah siaotee nanti bersembahyang dimeja abu Pan-lo-ing Hiong, nanti akan pergi lagi."
Gadis berpakaian berkabung itu berdiri dibawah tangga ruangan merintangi berlalunya Siang koan Kie kemudian berkata sambil tertawa, "Beberapa sesepuh dari golongan pengemis, semua merupakan sahabat baik ayah di masa
hidupnya, sesungguhnya semua bukan orang luar, harap
saudara Koan berdiam sebentar disini baru pergi lagi, aku ingin menanya beberapa patah kata denganmu."
Siang-kom Kie diam2 merasa cemas, pikirnya
"celaka! Apabila ia menanya urusan dalam golongan
pengemis, dan jawaban tidak tepat bukanlah akan terbuka rahasiaku?"
"Meskipun dalam hati sangat gelisah, tetapi ia masih
menjawab, "Entah nona Pan ingin menanya urusan apa?"
"Silahkan saudara Koan duduk dalam kamar!"
Sikap gadis itu membuat Siang-koan Kie merasa agak kikuk menghadapinya, untung wajahnya sudah memakai obat,
jikalau tidak pasti sudah merah seluruhnya.
Gadis itu melihat Siang-koan Kie berdiri saja tanpa bergerak lalu tersenyum dan berkata pula, Apakah saudara Koan masih ada urusan penting?"
Siang-koan Kie berpikir sejenak, kemudian balik masuk keruangan.
Gadis berkabung itu mengikuti dibelakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berada didalam ruangan Siang-koan Kie diam saja, pikirannya bekerja keras mencari akal bagaimana harus menghadapi gadis itu.
Gadis itu agaknya merasa heran menghadapi Siang-koan
Kie yang bersikap dingin itu, sejenak nampak bersangsi, kemudian berkata sambil tersenyum, "Apakah saudara Koan sudah lama kenal kakakku?"
Siang-koan Kie pada saat itu sangat hati-bati sekali
terhadap segala perkataannya setelah berpikir dahulu baru menjawab, "Aku dengan saudaramu sebetulnya tidak kenal, tetapi dari pembicaraan para sesepuh golongan kami sering mendengar disebutnya Pan-lo Ing Hiong dan Pan-kongcu, sayang kedatangan siaote agak terlambat, jenazah Pao-lo-ing Hiong ternyata sudah dikubur, maka aku coba memberanikan diri untuk berkunjung kepada Pan-kongcu, untuk menanyakan keadaan tentang meninggalnya Pan-lo ing Hiong, agar
dikemudian hari apabila siaote ditanya oleh Pan-cu atau para sesepuh dapat menjawabnya."
jawaban itu telah mengelakan tanggung jaWab Pan-
kongcu, ia merasa jawaban itu cukup tepat.
Gadis berkabung itu tersenyum dan bertanya pula, "Apakah saudaraku pernah memberitahukan kepada saudara tentang kematian ayah?"
"Tidak, saudara nona hanya mengatakan bahwa kematian ayah nona itu secaara tidak terduga-duga, yang pada waktu ini belum dapat dikatakan kepada siapapun juga, dikemudian hari akan kuberitahukan sendiri kepada Pang cu.
Gadis itu agaknya memuji jawaban saudaranya itu, biji matanya berputaran mengawasi diri saudaranya sebentar lalu berkata, "Apa yang dikatakan oleh saudaraku sedikitpun tidak salah, apa yang kita hadapi dewasa ini, kita berdua saudara memang masih banyak kesulitan yang kita tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lupakan, aih! urusan ini sebetulnya tidak boleh diketahui oleh orang luar.
"Karena saudaramu tidak mau memberi keterangan, sudah tentu siaote tidak perlu menanya lebih jauh,"."
Wajah gadis itu tiba2 berobah, dengan nada suara dingin ia berkata, "Kedatangan saudara Koan kali ini, apakah atas perintah para sesepuh dari golongan saudara ataukah atas keinginanmu sendiri?"
Siang-koan Kie herpikir, "nampaknya gadis ini mendesak terus ingin mendapat keterangan apabila jawabanku salah, pasti akan terbuka rahasiaku, sebaiknya aku mengambil sikap tidak perduli.
"Demikian belit nona bertanya, maaf siaote tidak suka menjawab"."jawabnya dengan sikap dan nada suara
dingin. Kemudian ia berpaling dan menghormat kepada Pan ceng
Liang seraya berkata, "Kunjunganku ini telah mengganggu ke tenangan saudara, kini siaote ingin mohon diri."
Dengan tindakan lebar ia berjalan keluar.
Gadis berkabung itu tiba2 bergerak dan merintangi
dihadapan Siang koan Kie kemudian berkata dengan nada suara dingin.
"Saudara Koan harap jangan pergi dulu .."
Siang-koan Kie karena terhalang perjalanannya, apabila ia tidak menurut, itu berarti harus menerjang dengan kekerasan, setelah bersangsi sejenak, akhirnya ia berhenti dan bertanya.
"Nona Pan masih ada keperluan apa lagi"
"Ayah dengan beberapa sesepuh golongan tuan ada
mempunyai hubungan baik, tidak tahu saudara Koan dibawah siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu nyata sudah mengandung kecurigaan.
"Pertanyaan nona ini, siaote sebetulnya ingin menolak memberi jawaban, mengingat persahabatan ayah nona
dengan beberapa sesepuh golongan kami, terpaksa aku akan menjaab juga aku sebetulnya sering mengikut disamping Pangcu."
Wajah gadis yang dingin itu mendadak berubah, dengan
wajah ramah senyuman ia berkata;
"Dugaanku ternyata tidak salah, mengapa saudara Koan
berani berlaku dan bersikap demikian, kiranya adalah orang terdekat dari Pangcu
Kembali ia menunjukkan senyumnya kemudian berkata
pula, "Sudah lama aku dengar bahwa didamping Pangcu ada mempunyai dua murid muda ditangan kirinya yang disebut To-thjin jie-Tong,
kedua orang itu maasing2 mempunyai kepandaian sangat
tinggi, dari sikap saudara Koan, apabila dugaanku tidak keliru, tentunya adalah salah satu dari kedua pemuda itu?"
Siang-koan Kie diam2 berpikir: tentang keadaan dalam
golongan pengemis, aku sedikitpun tidak tahu, jika telah memberikan petunjuk kepadaku, boleh juga aku berlagak gila saja.
Atas pertanyaan nona itu tapi, ia tertawa dingin tetapi tidak menjawab.
Sikapnya itu benar2 telah membuat gadis berkabung itu percaya, maka seketika itu ia nampak terkejut.
Ia sebetulnya bermaksud mengejek Siang-koan Kie,
sungguh tidak diduga Siang-koan Kie telah berlagak gila tidak menjawab pertanyaannya.
Telah lama berpikir, gadis itu lalu berpaling dari bertanya kepada saudaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koko benarkah saudara ini adalah salah satu dari Tho-thiU-joe-tong golongan pengemis?"
"Tentang ini, aku sendiri tidak jelas," jawab Pan ceng Liang.
"Tho chiu-jie-tong selalu tidak terpisah dari samping pangcu, bagaimana bisa berjalan seorang diri" Sudah terang saudara ini sengaja menyaru"."
Siang-koan Kie karena sudah terlanjur kini sudah tidak bisa mundur lagi terpaksa ia bersikap keras kepala, ia
mendengarkan suara ketawa dingin bibirnya bergerak hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dibatalkan.
Semula ia ingin berkata bahwa Pang-cunya berada didekat tempat itu, tetapi kemudian tiba tiba ia merasa bahwa jawaban itu kurang tepat
sebab dari pembicaraan mereka berdus ia sudah tahu
bahwa kedudukan ketua golongan pengemis itu tinggi sekali, kalau ia melakukan perjalanan, bagaimana tiada seorangpun yang tahu atau mendengar kabar.
Karena berpikir demikian maka ia menjawab dengan nada suara dingin, Entah dengan maksud apa nona menanya
demikian teliti" Pang-cu dan para sesepuh golongan kami, selalu merahasiakan jejaknya, sekalipun aku tahu, juga tidak akan memberitahukan kepada siapapun juga."
"Kalau begitu silahkan saudara Koan berdiam disini untuk sementara waktu, biarlah sesepuh saudara nanti yang datang menolongmu!"
"Apakah nona bermaksud hendak menahan aku di sini,
perbuatan nona ini sesungguhnya terlalu gegabah"."
"jikalau kau tidak percaya boleh coba saja!"
Siang koan Kie menatap wajah gadis itu, untuk sesaat ia tidak dapat mengambil keputusan ia tidak tahu apakah harus menerjang keluar secara paksa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu meskipun sikapnya dingin, tetapi Siang-koan Kie yang memandang tanpa berkedip juga merasa malu, katanya dengan suara gusar, "Mengapa kau mengawasi aku
sedemikian rupa" Hem! Tidak tahu adat."
"Siang koan Kie sedang memikirkan baik menerjang secara paksa atau tidak, ketika mendengar teguran itu baru tersadar bahwa sikapnya itu memang kurang pantas, maka buru2
berpaling kearah lain seraya berkata, "Apabila nona, bertindak secara tidak aturan aku terpaksa akan menerjang keluar secara paksa."
Gadis itu tiba2 bergerak maju jari tangan kanannya
menotok jalan darah kie-bun-hiat Siang koan Kie.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Serangan yang dilakukan secara mendadak itu sendirinya sudah sulit untuk dielakkan, apalagi kedua belah pihak terpisah dekat sekali, sedangkan gadis itu bergerak demikian cepat dan gesit, sehingga Pan ceng Liang yang menyaksikan itu lalu berseru, "Aah"."
Bersamaan dengan itu, Siang koan Kie tubuhnya mendadak miring kesamnping dan melompat tiga kaKi lebih, ternyata sudah berhasil mengelakkan Serangan gadis itu.
Gadis itu agaknya terkejutkan dan ter-heran2 karena Siangkoan kie dapat mengelakkan serangannya yang dilakukan secara tiba2 tadi, sesaat itu merasa tertegun, kemudian lalu berkata, "Nama besar To-thjiu jie-tong dari golongan
pengemis benar2 bukan siaran kosong belaka, dapat
mengelakkan serangan yang kulakukan secara tiba2 ini, sudah boleh terhitung sebagai orang kuat kelas satu dalam rimba persilatan."
"Serangan nona secara demikian itu, sesungguh nya tidak pantas dilakukan oleh seorang yang mempunyai nama baik dari keluarga Pan, karena mengingat nona adalah kaum
wanita, tidak perlu aku berpikiran seperti kau, sekarang aku hendak pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu kembali merintangi Siang koan Kie sambil berkata,
"Kau ingin pergi" Tidak demikian mudah!?"
"Kau mau apa?" "Jikalau kau mampu menyambut seranganku sampai
tigapuluh jurus Tanpa mengalami kekalahan, kau boleh pergi."
Siang-koan Kie diam2 berpikir, jikalau aku hendak
menyelidiki urusan ini, cepat atau lambat pasti tidak terhindar dari suatu pertempuran, aku boleh mencoba dulu tigapuluh jurus, supaya mengetahui sampai dimana dan dari golongan mana kepandaiannya yang dipunyai.
"Karena nona selalu mendesak, terpaksa aku mengiringi kehendakmu, tetapi perlu kuterangkan lebih dulu, kita hanya bertanding tigapuluh jurus saja, tidak lebih."
"Baiklah! Karena ruangan ini sempit mari kita bertarung di Pekarangan!"
Gadis itu lalu berjalan lebih dulu menuju kepekarangan.
Siang koan Kie sudah pernah menyaksikan kepandaian
gadis itu ia tahu gadis itu terlalu ganas dan telengas diluarnya memang cantik tetapi dalam hatinya lebih jahat dari ular berbisa. Diam2 ia sudah siap siaga mengikuti dibelakang gadis itu.
Nona itu berkata sambil tertawa, "Sekeluar dari pintu kamar, sudah terhitung medan pertempuran, maka kau harus waspada."
Suara nona itu kedengarannya manis dan enak kali,
sedikitpun tidak tampak kejahatannya. "Nona boleh bertindak dan mengeluarkan seluruh kepandaianmu!" jawab Siang-koan Kie.
Gadis itu mendadak berhenti dan bertanya kepada Siangkoan Kie sambil tertawa, "Saudara Koan adalah To tong atau ciu-tong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang ini maaf aku tidak dapat memberitahukan,"
Gadis itu tiba2 bergerak, jari tangan kanannya dengan cepat menotok jalan darah dada Siang-koan Kie, namun
mulutnya masih berkata sambil tertawa, "Kau ini bagaimana mengapa selalu tidak suka menjawab pertanyaanku?"
Sementara itu tangan kanannya sudah bergerak
melancarkan suatu serangan.
Siang-koan Kie mengerahkan kekuatannya ke kaki kiri,
badannya tiba2 melesat, kebelakang sejauh tiga kaki untuk mengelakkan serangan dari totokan nona itu, sementara mulutnya juga berkata, "Aku hanya tidak suka menjawab pertanyaan nona itu."
"Kutanya dengan baik kau tidak suka menjawab, sebentar kau mau tidak mau pasti akan menjawab."
Gadis itu melakukan serangan dengan kedua tangannya, ia menggunakan serangan telapak tangan dan totokan dengan jari tangan, dalam waktu yang sangat singkat ia sudah melancarkan serangan sampai lima jurus, yang semuanya dilakukan secara cepat dan ganas serta selalu diarahkan ke bahagian badan terpenting Siang koan Kie.
Siang-koan Kie yang diserang secara ber-tubi2, diam2 juga terperanjat dalam hatinya berpikir, "Apabila pada tiga tahun berselang, serangan itu sudah cukup membuat diriku terluka parah."
-ooodwooo- Jilid 7 Bab 25 SERANGAN demikian cepat yang dilakukan perempuan
berbaju putih itu, dapat dielakkan dengan mudah oleh Siangkoan Kie, agaknya juga merasa di luar dugaan, dengan se-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
konyong2 mundur tiga langkah, matanya mengawasi Siangkoan Kie dengan tidak berkedip.
Parasnya yang cantik, per-lahan2 berubah pucat.
Siang-koan Kie merasakan firasat tidak baik tiba2 ia
merasakan bahwa gadis itu sedang berusaha hendak
melaksanakan ilmunya, mungkin semacam ilmu yang sangat berbisa.
Perasaan itu menimbulkan khawa yang sangat serius. Gadis itu agaknya sudah berpikir hendak melakukan suatu rencana jahat terhadap dirinya.
Sambil mempersiapkan kekuatannya untuk menghadapi
segala kemungkinan ia berkata, "Aku dengan nona tidak ada permusuhan apa-apa, perbuatan tadi hanya untuk menguji kepandaian masing2, apabila nona ingin melakukan
pembunuhan dan menggunakan ilmu hitam untuk mendapat
kemenangan, jangan sesalkan kalau aku bertindak kejam.
Gadis itu hanya tersenyum, tidak menjawab.
Tetapi senyumnya yang ditunjukkan pada saat itu, jauh berlainan dengan senyum yang sewajarnya, kalau tadi
senyumnya itu nampak sangat menggiurkan, tetapi pada itu karena parasnya pucat pasi, hingga senyumnya itu nampak menyeramkan.
Pan Ceng Liang yang berdiri di samping agaknya sudah
merasakan gelagat tidak beres, ia tahu apabila adiknya itu menyerang Siang-koan Kie sehingga terluka, pasti akan menimbulkan permusuhan dengan golongan pengemis. Maka ia segera bertindak dan berdiri di hadapan Siang-koan Kie seraya berkata, "Adik jangan bertindak dulu, dengar dulu kataku."
Gadis berbaju putih itu memandang Pan Ceng Liang
dengan mata sayu, agaknya seperti orang yang belum kenal, terhadap perkataannya seperti tidak masuk telinga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berkata kepada Pan Ceng Liang dengan
suara rendah, "Saudara Pan lekas mundur, adikmu sudah siap bagaikan anak panah yang sudah akan terlepas dari busurnya, mau tidak mau harus dilepaskan, serangan itu pasti luar biasa hebatnya, mungkin semacam ilmu yang sangat berbisa"."
Di wajah gadis yang pucat pasi itu, tiba2 terlintas satu senyuman, bibirnya bergerak-gerak, sikapnya yang dingin, tiba2 berubah lemah lembut.
Siang-koan Kie berseru dengan cemas, "Adikmu akan
segera turun tangan, saudara Pan lekas menyingkir"."
Pan Ceng Liang masih ragu2, suatu kekuatan tiba2
mendorong dirinya ke samping.
Baru saja ia menyingkir, gadis berbaju putih itu sudah melakukan serangannya.
Serangan itu nampaknya sederhana, gerakannya sangat
perlahan, juga tidak mengandung kekuatan tenaga hebat.
Siang-koan Kie meskipun sudah tahu serangan gadis itu apabila tidak mengandung kekuatan tenaga yang sangat
hebat, tentunya ada semacam ilmu kepandaian sangat
berbisa, tetapi ia masih kurang pengalaman dalam
menghadapi musuh, maka meskipun ia sudah mengerti, tetapi tidak berusaha menyingkir, di samping itu mungkin karena mengandalkan kepandaiannya sendiri, hingga ia tidak mau menyingkir".
Sementara itu desiran angin menyambar kepada badannya, sebentar kemudian badannya mendadak merasa panas,
sampai ia bangkis. Gadis itu setelah melancarkan serangannya, segera mundur beberapa langkah, kemudian berdiri sambil memejamkan
mata, mengatur pernapasannya. Se-olah2 serangannya yang nampaknya sederhana tadi, sudah menggunakan seluruh
kekuatan tenaganya, sehingga merasa letih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sinar matahari pagi menyinari kembang2 dalam taman,
dalam pekarangan itu keadaannya masih tetap tenang, seolah2 tidak pernah terjadi apa-apa".
Pan Ceng Liang menghampiri Siang-koan Kie bertanya
dengan suara rendah, "Saudara Koan, bagaimana dengan
kau" Bagaimana kau merasakan tidak enak?"
Siang-koan Kie berdiri tenang, seperti juga gadis itu, ia pejamkan mata untuk mengatur pernapasannya, ketika
mendengar pertanyaan Pang Ceng Liang, tiba2 membuka
matanya dan menjawab sambil tersenyum, "Aku baik2 saja"."
"Kalau saudara Koan tidak terluka, harap lekas berlalu dari sini"."
Siang-koan Kie mengiakan, tetapi ia masih berdiri tanpa bergerak.
Pan Ceng Liang agaknya mendapat firasat tidak beres, ia lalu mendorongnya sambil berkata, "Saudara Koan harap lekas"."
Tangannya tiba2 merasa seperti terbakar, sehingga ia
berdiri tertegun. Ketika ia memandang wajah Siang-koan Kie, wajah itu
masih tetap kuning, hanya sekujur badannya nampak merah membara, ia lalu berkata pula dengan suara cemas, "Saudara Koan, saudara Koan, apakah kau sudah terluka"."
Dari belakangnya tiba2 terdengar suara hening, "Dia sudah terluka dalamnya tetapi tidak apa, setelah makan sebutir obatku segera sembuh lagi."
Orang yang bicara itu ternyata adalah gadis berbaju putih, saat itu dari sakunya ia mengeluarkan sebutir pel, dan berkata pula sambil tertawa, "Saudara Koan, maafkan perbuatanku, dugaanmu tadi tidak salah, setelah aku menggerakkan ilmuku, tidak boleh tidak harus melancarkan serangan"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikap gadis itu sebentar ramah sebentar dingin, sehingga membuat Siang-koan Kie bingung tidak berdaya, dengan
tanpa disadari, ia mengulurkan tangannya menyambut pel dari tangan gadis itu.
Pel itu berwarna merah tua, bentuknya sebesar biji
lengkeng, berada di dalam tangannya sudah mengeluarkan baunya yang harum.
Gadis itu menyaksikan Siang-koan Kie membolak-balikkan pel dalam tangannya tetapi tidak mau makan, lalu berkata sambil bersenyum, "Pel itu besar sekali faedahnya, setelah kau makan, lukamu segera sembuh"."
Ia berkata sejenak, kemudian berkata pula, "Nama besar dua pengawal golongan pengemis benar2 bukan nama kosong belaka, apabila orang lain yang terkena serangan itu tadi, barangkali sudah mendapat luka parah dan roboh di tanah."
Pada saat itu meskipun pikiran Siang-koan Kie masih belum terang, tetapi karena mendengar perkataan gadis itu, hingga tidak dapat mengatur pernapasannya dengan hati tenang, hingga lukanya mulai bekerja dan pikirannya tidak dapat dikontrol seperti biasa.
Dengan tindakan perlahan gadis itu menghampiri Siang-
koan Kie, lalu memegang tangan kanan Siang-koan Kie seraya berkata dengan muka ber-seri2, "Lekas makan! Oleh karena tidak dapat mengendalikan perasaanku, sehingga aku melukai dirimu, oleh karenanya hatiku merasa tidak enak, apabila perbuatanku menimbulkan permusuhan dengan golongan
pengemis, ini sesungguhnya bukanlah kehendakku."
Dibujuk dengan sikap lemah lembut demikian rupa, dengan tanpa sadar Siang-koan Kie masukan pel itu ke dalam
mulutnya. Gadis itu berkata pula sambil tertawa, "Kakaku di sini, terlalu banyak orang keluar masuk, lebih baik kau beristirahat di tempatku, kira-kira dua jam lukamu pasti akan sembuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu dengan perlahan ia menggapai, Siang-koan Kie tanpa sadar mengikuti di belakangnya.
Pan Ceng Liang menyaksikan keadaan tidak beres itu, buru-buru menyusul dan berkata, "Adik, pengaruh golongan
pengemis sangat besar sekali"."
Gadis itu tiba2 berpaling seraya berkata, "Aku sudah tahu, tidak perlu kau peringatkan."
Pan Ceng Liang agaknya takut benar terhadap adik
perempuannya itu, sehingga tidak berani membuka mulut lagi, ia berdiri sambil menundukkan kepala.
Siang-koan Kie berpaling mengawasi Pan Ceng Liang
sejenak, kemudian berjalan lagi mengikuti gadis itu.
Setelah melalui beberapa ruangan, tiba lagi di suatu taman bunga, gadis baju putih itu ajak Siang-koan Kie masuk ke kamar.
Kamar itu diperlengkapi perabot yang sangat mewah, di dekat tembok di salah satu sudut terdapat sebuah toilet berhias, dekat toilet itu terdapat sebuah pembaringan komplit dengan kelambunya.
Pada waktu itu, gadis berbaju putih itu agaknya sedikitpun tidak merasa khawatir terhadap Siang-koan Kie, sambil menunjuk pembaringan ia berkata, "Silahkan saudara Koan mengatur pernapasan di atas pembaringan ini, nanti setelah obat itu bekerja, lukamu segera sembuh."
Siang-koan Kie mengawasi gadis itu sebentar, benar saja ia menuruti perkataannya, ia duduk bersila di atas pembaringan sambil memejamkan kedua matanya.
Gadis itu menarik napas panjang, ia membuka laci meja, mengeluarkan sebilah belati tajam dan sebotol obat bubuk, di atas paras yang cantik tiba-tiba nampak suatu perobahan yang menakutkan".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu di luar pintu terdengar suara tindakkan kaki, kemudian disusul oleh suara orang yang berkata, "Adik ada urusan penting aku hendak beritahukan kepadamu"."
"Engko silahkan masuk," berkata gadis itu.
Sebentar kemudian Pan Ceng Liang yang masih memakai
pakaian berkabung masuk ke dalam kamar.
Ia mengawasi belati dan botol obat di tangan adiknya, kemudian mengawasi Siang-koan Kie yang duduk bersemadi di atas pembaringan, lalu menarik napas panjang dan berkata,
"Celaka! Kau tidak membinasakannya, aku kira tidak
keburu"." "Apakah kau sudah menghitung waktunya?" bertanya gadis itu dengan nada suara dingin.
"Sudah"." "Batas waktu sepuluh hari, masih tinggal berapa hari lagi?"
"Sudah lewat tujuh hari, masih tinggal tiga hari lagi."
"Itulah, waktu tiga hari dengan cepat akan berlalu"."
"Batas waktu meskipun sudah mendesak, tetapi biar
bagaimana toh masih ada tiga hari, apabila kau
membinasakan saudara ini, barangkali sebentar juga akan terjadi kejadian yang tidak enak."
"Mengapa?" "Baru saja kau membawa pergi saudara ini orang2
golongan pengemis sudah datang mencari"."
"Siapa yang datang" Apakah kau kenal?"
"Mereka datang bertiga, di antara mereka hanya satu yang aku kenal."
Gadis itu berpikir sejenak lalu berkata, "Apakah ia pernah menanyakan tentang orang she Koan ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Meskipun tidak menanya, tetapi sikap mereka sedikit
kurang baik, ber-ulang2 menanyakan kuburan ayah, katanya hendak berjiara ke sana."
"Siapa orangnya yang begitu biadab?"
"Koan Sam Seng, yang dalam golongan pengemis menjabat jabatan kepala bagian ilmu silat."
"Kabarnya Koan Sam Seng ini adalah orang yang terkuat dalam golongan pengemis, apakah itu betul?"
Dalam golongan pengemis ia menjabat kepala bagian silat, kepandaian ilmu silatnya pasti hebat, bukan hanya
kepandaiannya saja, kedudukannya hanya di bawah Pangcu seorang saja"."
"Mereka sekarang berada di mana?"
"Aku sudah mengantar mereka ke ruangan tamu, minta
paman Kim supaya melayani mereka, mereka sedang
mengobrol dengan dua padri dari Siao-lim-sie itu."
Gadis berbaju putih itu mengawasi Siang-koan Kie sejenak, ia menyimpan lagi belati dan botot obat itu, kemudian berkata kepada kakaknya, "Mari, aku ingin melihat Koan Sam Seng itu, sebetulnya orang bagaimana?"
Pan Ceng Liang mengawasi Siang-koan Kie, ternyata masih duduk memejamkan matanya, kulit di badannya masih merah, hanya wajahnya yang masih tetap kuning tidak menunjukkan perobahan apa2, diam2 ia menghela napas dan memanggilnya dengan suara perlahan, "Saudara Koan, saudara Koan."
Beberapa kali ia memanggil, tetapi Siang-koan Kie se-olah2
tidak mendengarnya, matanya juga tidak terbuka.
"Dia sekarang sedang mengerahkan tenaganya untuk
menyembuhkan lukanya, mana mendengar panggilanmu!"
berkata gadis berbaju putih sambil bersenyum.
"Adik, kau sebetulnya berikan obat apa kepadanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Susah dikata"."
"Koan Sam Seng dari golongan pengemis itu, adalah
seorang terkuat dalam rimba persilatan dewasa ini, apabila ia mengetahui kedua pengawal pangcunya telah kau beri obat melupakan diri bagaimana ia mau mengerti, tentunya akan menimbulkan akibat"."
Bagaimana kau tahu aku berikan kepadanya obat
melupakan diri?" "Apabila tidak menggunakan obat yang melupakan dirinya, bagaimana sampai sekarang masih belum sadar?"
Gadis berbaju putih itu agaknya merasa heran bahwa Pan Ceng Liang berani membantah, setelah sejenak ia tercengang, barulah berkata sambil tertawa, "Bagus sekali, koko, nyalimu semakin lama semakin besar!"
Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula, "Obat yang
kuberikan kepadanya, meskipun ada kemungkinan untuk
melupakan sifatnya yang sebenarnya, tetapi juga dapat menolong jiwanya, dalam urusan ini kau tidak perlu campur tangan lekas ajak aku menjumpai Koan Sam Seng!"
Pan Ceng Liang setelah mengucapkan perkataannya tadi, baru menyadari kesalahannya, hingga hatinya merasa
ketakutan, ketika mendengar teguran adiknya. tetapi tidak mengusut lebih jauh, hatinya baru berada lega, ia berkata,
"Adik, bukan aku terlalu banyak mulut, aku sebetulnya berpikir untuk dirimu, jikalau kau tidak dapat kendalikan hatimu dalam urusan kecil, nanti akan menggagalkan rencanamu yang
besar, perlu apa kau menuruti hawa napsu sehingga membuat permusuhan dengan golongan pengemis?"
Gadis itu berpikir sejenak, baru berkata, "Biar bagaimana hanya tinggal tiga hari saja, dalam tiga hari itu, apabila masih belum berhasil"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara tarikan napas Siangkoan Kie yang kemudian melompat turun dari pembaringan.
Gadis itu ketika menyaksikan Siang-koan Kie sadar
demikian cepat, hal itu merupakan suatu kejadian di luar dugaannya, hingga untuk sesaat lamanya ia berada dalam keheran-heranan.
Sementara itu Siang-koan Kie sudah berjalan dengan
tindakan lebar menghampirinya, kemudian berdiri di
sampingnya, ia mengawasi Pan Ceng Liang sejenak, agaknya seperti orang yang tidak kenal.
Pan Ceng Liang berkata, "Saudara ini kini sudah sadar, apakah kita perlu bawa ia menjumpai orang-orang golongan pengemis?"
Gadis itu berkata sambil tertawa, "Jalan! biarlah mereka terkejut, sebab orang yang terdekat Pangcu mereka, ternyata juga bisa meninggalkan mereka."
"Koan Sam Seng sudah banyak pengalaman dalam dunia
Kang-ouw, apabila diketahui olehnya bahwa saudara Koan telah berobah sifatnya karena pengaruh obat, mungkin bisa timbul bentrokan."
"Betapapun tingginya kepandaian Koan Sam Seng, juga
tidak berani melukai orang terdekat Pangcu mereka, koko jangan khawatir! Katahkan koko bawa kita"."
"Benar adik hendak membawa dia pergi menjumpai orang-
orang golongan pengemis?"
"Sejak kapan aku pernah bohong?"
Pan Ceng Liang berpikir sejenak, akhirnya berkata,
"Baiklah!" Gadis berbaju putih itu dengan satu gerakan perlahan
menepuk pundak Siang-koan Kie seraya berkata sambil
tersenyum, "Mari ikut aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie hanya tersenyum tidak berkata apa2,
dengan sikap diam ia berjalan mengikuti gadis itu.
Setelah melalui beberapa ruangan, tibalah di ruangan
tetamu, ruangan yang sangat luas itu sudah penuh sesak dengan banyak tamu. Di situ juga terdapat Tiat Bok Taysu dan Ki Bok Taysu dari Siao-lim-sie, sepasang jago pedang dari Ceng-sia-pay dan beberapa orang lagi yang membawa
senjata. Di samping Tiat Bok Taysu, duduk seorang laki-laki tegap setengah umur yang mukanya tumbuh banyak brewok.
Pakaian baju panjang yang berwarna biru meskipun
warnanya sudah luntur, tetapi sangat bersih, keistimewaannya ialah pakaian itu ternyata banyak tambalan di sana sini.
Di belakang laki2 tegap brewokan itu berdiri dua laki2 yang rambutnya tak teratur.
Orang2 ini masing2 duduk di tempat sendiri2 dan dilayani dengan sikap ramah tamah oleh Kim Siaoho.
Semua orang itu agaknya sedang menunggu tuan rumah,
tiada satu yang membuka mulut maka walaupun dalam
ruangan luas itu terdapat banyak orang, tetapi suasana sangat sunyi.
Di salah satu sudut ruangan itu, seorang laki2 bermuka merah, saban2 mengawasi Siang-koan Kie, agaknya ingin minta perhatian pemuda itu, tetapi Siang-koan Kie se-olah,2
tidak mengerti sehingga menengok sayapun tidak.
Pan Ceng Liang setelah memasuki ruangan itu, lalu
memberi hormat kepada para tetamu seraya berkata, "Atas kematian ayah telah membuat repot bapak2 dan paman2 yang datang kemari untuk turut berduka cita, boanpwee sangat berterima kasih, sekarang jenazah ayah sudah dikubur, sehingga tidak berani mengganggu bapak2 dan paman2
membuang banyak waktu lagi"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki brewokan itu berkata sambil tertawa, "Maafkan aku si orang tua berlaku lancang, bagaimana kalau aku panggil kau hian-tit?"
Pan Ceng Liang tahu bahwa orang yang berbicara itu tadi adalah Koan Sam Seng dari golongan pengemis, ia buru2 beri hormat dan berkata, "Koan locianpwee, ada urusan apa?"
"Aku datang kemari atas perintah Pangcu, pertama hendak mengembalikan sedikit barang untuk ayahmu dan kedua aku ingin memberi hormat penghabisan kepada jenazah
ayahmu"." "Janazah ayah sudah dikubur, budi kebaikan locianpwee ini, boanpwee mengucapkan banyak-banyak terima kasih."
Sehabis berkata demikian, ia menunduk dalam2, tetapi
diam2 memperhatikan sikap dan gerak gerik beberapa orang itu untuk melihat reaksi apa dari mereka setelah melihat Siang-koan Kie.
Apa yang dikhawatirkan anehnya ialah dalam soal ini, siapa menduga bahwa kenyataannya tidak apa2.
Siang-koan Kie se-olah2 tidak kenal dengan beberapa
orang itu, mengawasi saja pun tidak.
Pan Ceng Liang merasa sangat heran, pikirnya, "Dengan kedudukan seperti Koan Sam Seng tidak mungkin tidak kenal dua orang terdekat Pangcunya, apakah orang ini sengaja menyaru?"
Gadis itu berkata sambil mengawasi Pan Ceng Liang, "Koko jenazah ayah sudah dikubur, tidak usah membuat repot lagi, harap koko mengantar bapak bapak dan paman paman ini"."
Kata-kata gadis itu, tidak ubahnya bagaikan suatu tanda pengusiran kepada tetamunya sehingga mengherankan semua tetamu yang ada di situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koan Sam Seng perdengarkan suara batuk-batuk
memotong perkataan gadis itu yang belum habis, "Sudah lama aku mendengar bahwa saudara Pan mempunyai seorang
puteri yang sangat pandai, apakah itu adalah nona sendiri?"
"Itu benar, apakah locianpwee adalah Koan Sam Seng dari golongan pengemis?"
Sebutan nama itu mengejutkan semua tamu yang ada di
situ. Koan Sam Seng bukan saja sangat kesohor namanya,
adatnya juga terkenal sangat berangasan, dengan
kedudukannya di rimba persilatan, disebut begitu saja namanya oleh seorang gadis yang usianya baru belasan
tahun, dianggapnya pasti akan marah besar.
Ternyata sikap orang she Koan itu di luar dugaan semua orang. Koan Sam Seng sedikitpun tidak marah bahkan masih bisa berkata sambil tertawa.
"Selama beberapa puluh tahun tidak pernah dengar orang menyebut namaku sekalipun Pangcu sendiri sudah menyebut aku saudara Koan."
Setelah itu, ia tertawa terbahak-bahak.
"Kau ketawa apa, apakah oleh karena kau kenal dengan
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ayah, lalu menganggap dirimu sebagai locianpwee" Hem! aku juga belum pernah bertemu muka denganmu, dengan alasan apa menyebut kau Koan locianpwee?" Berkata gadis berbaju putih itu.
Koan Sam Seng tercengang, katanya, "Tidak perduli,
bagaimana kau memanggil aku juga tidak akan kuhiraukan."
"Andai kau tidak senang, lalu mau apa?"
Dibantah demikian rupa, kembali Koan Sam Seng
terperanjat, katanya, "Budak perempuan yang sangat lihai sekali"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adikku masih terlalu muda, sehingga tidak tahu aturan, harap locianpwee jangan berpikiran seperti dia." berkata Pan Ceng Liang.
"Kalau aku berpikir seperti dia, sejak tadi aku sudah menghajarnya." berkata Koan Sam Seng. "Di mana dikuburnya jenazah ayahmu" Aku hendak bersembahyang di hadapan
kuburannya, supaya kalau aku pulang dapat melaporkan
kepada Pangcu." "Kuburan ayah ada banyak emas dan mutiara serta
lukisan2 kuno, apa maksudnya kau bertanya demikian melit"
Apakah kau hendak membongkarnya?" berkata gadis berbaju putih itu sambil tertawa dingin.
Koan Sam Seng yang ber-kali2 ditegur dengan perkataan pedas, sudah tidak sanggup mengendalikan hawa amarahnya, tangannya menggeprak meja, hingga cawan2 beterbangan.
Dalam ruangan itu ada banyak tamu, cawan dan poci yang beterbangan berikut isinya, membuat gaduh suasana.
Gadis berbaju putih itu tetap berdiam, dengan sikapnya yang tenang mengawasi kegaduhan itu, setelah semua tamu duduk di tempat masing2 lagi, ia baru berkata sambil tertawa dingin, "Jika tidak memandang persahabatan Pangcumu
dengan ayah almarhum, dengan perbuatanmu yang tidak
sopan ini, sudah seharusnya aku usir kau keluar dari sini."
Koan Sam Seng setelah menimbulkan kegaduhan itu, juga merasa tidak enak hati, hawa amarahnya per-lahan2 mulai padam, mendengar ucapan gadis itu, meski hatinya panas, tetapi ia tidak mau mengumbar hawa napsunya lagi, dengan perasaan mendongkol ia berkata, "Kau sesungguhnya seorang anak yang tidak tahu adat, demikian kau berlaku terhadap orang tingkatan tua, biarlah aku ditegur oleh Pangcu, terpaksa aku akan beri sedikit ajaran kepadamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dual laki2 berambut gondrong dan berewokan yang berdiri di belakang Koan Sam Seng, segera melompat keluar
menyerang gadis berbaju putih itu."
Dua orang itu bergerak cepat sekali, dari gerak
serangannya itu dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka itu berkepandaian sangat tinggi.
"Koan locianpwee"." berseru Pan Ceng Liang, tetapi
sebelum melanjutkan kata2nya, gadis berbaju putih sudah berkata, "Koko jangan campur tangan."
Dengan sangat lincah ia lompat mundur tiga langkah, untuk mengelakkan seangan dua laki2 berambut gondrong itu,
kemudian berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara lemah lembut, "Hajar dua orang itu."
Kata2nya itu se-olah2 terhadap orang yang telah yakin benar dapat mengalahkan dua lawannya itu, sehingga
menggelikan para tetamu, tetapi dua laki2 dari golongan pengemis itu, sebaliknya sangat terkejut ketika mendengar ucapan itu, mat mereka ditujukan kepada Siang-koan Kie.
Mereka melihat pakaian Siang-koan Kie yang banyak
berlobang seperti orang2 golongan pengemis namun mereka belum pernah kenal.
Dengan sikap seperti orang linglung Siang-koan Kie
menghampiri dua laki laki itu.
Dua laki2 dari golongan pengemis itu saling berpandangan sejenak, alis mereka dikerutkan, agaknya merasa kehilangan derajat untuk menghadapi orang semacam itu.
Laki2 yang berada di sebelah kiri segera maju setindak dan menegurnya, "Kau siapa" Dengan wajahmu yang
berpenyakitan ini, mungkin tidak sanggup menerima kepalan kita"."
Sementara itu, Siang-koan Kie sudah dekat di hadapannya, dengan tinjunya ia menyerang dada orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangannya itu bukan saja sangat keras, gerak tipu yang digunakan juga luar biasa anehnya, orang kuat dari golongan pengemis itu semula tidak memandang mata kepada Siangkoan Kie, tetapi setelah menangkis serangan tersebut, ia baru merasa hebatnya serangan itu, sehingga buru2 mundur tiga langkah.
Kepindaian Siang-koan Kie sudah termasuk orang kuat
kelas satu dalam rimba persilatan, orang kuat dari golongan pengemis tadi karena memandang rendah kepandaian Siangkoan Kie, sehingga hampir mendapat malu, meskipun ia lalu sadar, tetapi sudah terlambat.
Siang-koan Kie menyerbu terus sambil menendang dengan kakinya, sedangkan tangan kanannya menekan dada orang itu.
Serangannya itu dilakukan dengan kecepatan luar biasa dan mengandung perobahan2 gerak tipu yang susah diduga, sehingga kawannya orang itu yang berada sangat dekat, juga tidak keburu memberikan pertolongan, serangan itu
mengenakan dengan tepat, dan orang lalu jatuh di tanah, mulutnya mengeluarkan darah.
Tindakan Siang-koan Kie itu telah menimbulkan perhatian orang banyak, sekalipun paderi dari Siao-lim-sie Tiat Bok Taysu dan Ki Bok Taysu serta dua jago pedang dari partai Ceng Sia Pay yang menyaksikan juga kesima.
Kawan orang yang terluka itu, ketika melihat kawannya jatuh dalam keadaan terluka, segera melancarkan serangan dari samping, kemudian menyerbunya.
Siang-koan Kie dengan tanpa menoleh menggeser
badannya, tangan kanannya secepat kilat menyambar tangan orang itu, lalu disendalnya dan diserang dengan tangan kirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan itu sangat berat, orang itu memperdengarkan
seruan tertahan, badannya yang menyerbu telah terpental balik dan jatuh di tanah.
Kejadian itu bukan saja mengejutkan Koan Sam Sang, yang merupakan ahli silat kenamaan dalam golongan pengemis, tetapi juga mengherankan gadis baju putih itu, mereka sungguh tidak menduga kepandaian Siang-koan Kie ternyata sedemikian tinggi.
Siang-koan Kie yang sifatnya baik jujur dan berhati-hati, sebelum makan obat dari gadis baju putih, ia tidak suka sembarangan melukai orang, sifat2 itu kadang2 mengelaikan dirinya, sehingga kalau berhadapan dengan lawan tidak mengforsir kepandaiannya, tetapi kini karena ia dalam keadaan lupa dirinya sendiri, ia turun tangan tanpa dipikir, sehingga seluruh kepandaiannya dikeluarkan semuanya, maka itu, dilihatnya kepandaian Siang-koan Kie seperti mendapat kemajuan dengan mendadak.
Koan Sam Seng memperdengarkan suara batuk2, ia
berbangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dengan lambat2, lebih dulu dua orang yang terluka itu masing2
ditepuk badannya, kemudian mengangkat muka mengawasi
Siang-koan Kie sejenak, lalu berkata dengan nada suara dingin, "Tuan pernah apa dengan nona Pan?"
Siang-koan Kie tercengang, ia mengawasi Koan Sam Seng dengan mata sayup, tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Gadis berbaju putih itu buru2 menjawabnya, "Ia adalah guru silat yang melindungi rumah keluarga Pan, apabila kau masih kurang puas, boleh menguji sendiri kepandaiannya."
Gadis itu sudah menyaksikan sendiri betapa tinggi
kepandaian Siang-koan Kie, sehingga ia merasa akan
merupakan suatu bahaya besar apabila berada di sampingnya, maka sebaiknya meminjam tangan Koan Sam Seng, untuk
menyingkirkan Siang-koan Kie lebih dulu, itulah sebabnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka ia mengeluarkan perkataan yang membuat panas hati Koan Sam Seng.
Koan Sam Seng tertawa ter-bahak2, baru berkata, "Kalau memang benar ada seorang yang tidak berarti, aku akan turun tangan tanpa ragu-ragu lagi."
Diam2 la mengerahkan kekuatan tenaganya, tangan
kanannya diangkat per-lahan2.
Tiba2 terdengar suara orang memuji nama budha, Tiat Bok Taysu sudah berdiri dan berkata, "Koan Sicu sudilah kiranya memandang muka Pin Ceng, untuk sementara Pin Ceng minta supaya Sicu berlaku sabar sedikit."
"Taysu ada maksud apa?" demikian Koan Sam Seng balas
bertanya. "Dahulu Pan Lo Enghiong tanpa menghiraukan keselamatan diri sendiri, telah menolong jago2 dari golongan orang baik, orang2 rimba persilatan banyak yang menerima budinya, kejadian itu menjadi buah bibir orang2 rimba persilatan selama beberapa puluh tahun, kiranya Koan Sicu juga sudah mengetahuinya."
"Jikalau bukan karena Pangcu kita dahulu pernah ditolong oleh Pan Lo Enghiong, niscaya sejak tadi aku tidak dapat mengendalikan hawa amarahku."
Tiat Bok Taysu setelah menyapu ke arah para tetamu yang berada di dalam ruangan itu, lalu berkata dengan suara nyaring, "Tuan-tuan yang ada di sini apakah semuanya datang untuk turut menyatakan duka cita kepada Pan Lo Enghiong"."
Sebagian besar dari pada tamu itu bangkit dan menjawab,
"Benar, entah ada maksud apa Taysu bertanya demikian?"
Mata Tiat Bok Taysu perlahan-lahan beralih ke arah gadis berbaju putih, kemudian berkata dengan nada suara dingin,
"Nona Pan, lolap adalah orang dari golongan buddha,
terhadap segala permusuhan dalam dunia sejak lama sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa tawar, tentang peristiwa yang terjadi dalam rumah tangga kamu, sebagai orang luar lolap tidak seharusnya turut campur tangan, tetapi oleh karena Pan Lo Enghiong dahulu pernah menolong sahabat-sahabat kita dalam rimba persilatan dari bahaya tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, hal itu bukan saja sudah lama menjadi buah tutur orang2 Kang-ouw, tetapi budinya yang besar itu juga terasa sangat oleh orang-orang dari golongan kebenaran"."
"Dalam golongan buddha orang mengutamakan cinta kasih dan tidak boleh membenci orang, kau sudah tahu bahwa
urusan itu adalah urusan yang menyangkut rumah tangga Pan, sebaiknya jangan turut campur tangan"." berkata gadis berbaju putih itu dengan nada suara dingin.
"Apabila kedatangan lolap ini adalah atas permintaan
ayahmu, apakah lolap harus berpeluk tangan tidak boleh turut tanya?" berkata Tiat Bok Taysu sambil tersenyum.
Pertanyaan itu sesungguhnya di luar dugaan gadis itu, sejenak nampak tercengang kemudian berkata, "Dengan
hanya mulut kosong tanpa bukti, bagaimana aku bisa
percaya?" "Apabila lolap mengeluarkan surat yang ditulis oleh ayahmu sendiri, apakah nona hendak memberikan kelonggaran kepada lolap?"
Gadis itu berpikir sejenak lalu berkata, "Kau keluarkan dulu surat itu nanti bicara lagi."
Tiat Bok Taysu dengan tenang mengeluarkan sebuah
sampul berwarna putih, lalu dibuka di hadapan orang banyak.
Gadis itu mendadak maju dua langkah sambil mengulur
tangannya dan berkata, "Berikan kepadaku agar aku yang membaca."
Tiat Bok Taysu berkelit ke samping dan berkata dengan sikap keren, "Nona Pan jangan ter-gesa2, lolap sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan surat ini, sudah tentu hendak lolap berikan kepada nona untuk membaca, tetapi lolap hendak perlihatkan dahulu kepada beberapa sahabat rimba persilatan, supaya menjadi saksi setelah itu nanti lolap berikan kepada nona."
Gadis itu menunjukkan sikap tidak senang, ia berkata
dengan nada suara dingin, "Sebelum aku membaca surat itu, bagaimana aku dapat mengetahui bahwa itu adalah surat yang ditulis ayahku sendiri, apakah kalian tidak bisa memalsunya".?"
"Nanti setelah lolap perlihatkan kepada sahabat yang ada di sini, nona boleh kenali sendiri."
"Apabila tulisan itu ditulis oleh ayah sendiri dengan caramu memperlihatkan kepada orang lain itu bukankah berarti sudah melanggar maksud ayah?"
"Dalam surat ini, tidak tertulis hal2 yang perlu dirahasiakan, nona tidak usah khawatir."
Tiat Bok Taysu lalu memberikan surat itu kepada dua jago pedang dari partai Ceng Sia Pay seraya berkata, "Silahkan jiwie haca lebih dulu."
Dua jago dari Ceng Sia Pay menyambut surat tersebut dan dibacanya, surat itu tertulis dengan huruf yang agaknya ditulis secara ter-gesa2, bunyinya sebagai berikut, "Kepada yang terhormat Sin Bok losin, dahulu karena kesalahan bertindak oleh perbuatanku, penyesalan selama tigapuluh tahun masih belum cukup untuk menebus kesalahan itu, waktu aku menulis surat ini, sudah dekat pada ajalku, apabila lociansu masih mengingat persahabatan kita yang lama"."
Entah apa sebabnya, kata2 itu tidak diteruskan, tetapi dari tulisannya yang ter-buru2 itu dapat diduga bahwa pada saat sedang menulis itu pasti berada dalam ketakutan, sehingga tidak keburu menulis lagi, tetapi dari suratnya yang baru ditulis setengah itu, samar2 dapat diduganya bahwa saat ia menulis itu dirinya berada dalam ancaman bahaya kematian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ber-ulang2 dua jago dari Ceng Sia Pay itu membaca surat tersebut, lalu dikembalikan kepada Tiat Bok Taysu.
Tiat Bok Taysu menyambut surat tersebut, kemudian
berpaling dan berkata kepada Koan Sam Seng, "Koan sicu, harap juga membaca surat ini."
Koan Sam Seng menyambut surat tersebut, setelah dibaca, ia mengerutkan alisnya, lalu mengembalikan surat itu kepada Tiat Bok Taysu.
-odwo- Bab 26 GADIS BERBAJU PUTIH itu dengan sinar mata dingin
mengawasi gerakan beberapa orang itu, beberapa kali
parasnya menunjukkan sifat gusar, tetapi ternyata masih dikendalikannya, berhadapan dengan tokoh terkemuka itu, ia masih, mencoba mengendalikan hatinya, maka selama itu ia diam saja, setelah Koan Sam Seng habis membaca dan
dikembalikan kepada Tiat Bok Taysu, ia baru berkata dengan nada suara dingin, Sekarang surat ayah itu sudah seharusnya kau berikan kepadaku."
Tiat Bok Taysu memberikan surat itu kepadanya seraya
berkata, "Teka teki kematian ayahmu menarik perhatian semua sahabat dunia rimba persilatan, nona Pan jangan terlalu mengumbar adat"."
Gadis itu se-olah2 tidak menghiraukan perkataan Tiat Bok Taysu, ia mengulur tangannya menyambut surat itu, matanya mengawasi semua orang sejenak, kemudian surat itu dilipat dan dimasukkan ke dalam sakunya tanpa dibacanya, lalu berkata kepada Tiat Bok Taysu, "Terima kasih atas kebaikan lociansu yang sudah mengembalikan surat ayah."
Tiat Bok Taysu setelah memuji nama Budha, lalu berkata,
"Lolap sudah menduga nona akan bertindak demikaan, maka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lolap memperlihatkan dulu surat ayahmu kepada beberapa sahabat yang ada di sini, kini sudah ada dua kawan dari Ceng Sia Pay dan seorang dari golongan pengemis yang membaca surat itu, dengan adanya tiga tokoh kuat rimba persilatan sebagai saksi, sekalipun nona menerima kembali surat itu, juga sudah tidak ada gunanya."
Gads berbaju putih itu tiba2 bersenyum dan berkata,
"Apabila locianpwee ingin mengetahui apa yang telah terjadi, tiga hari kemudian harap datang lagi kemari, saat itu boanpwee akan terus terang membuka suatu rahasia dalam rimba persilatan."
"Dalam waktu tiga hari, apabila melepaskan kapal dalam air mengalir keras, nanti kalau lolap datang kemari lagi nona barangkali sudah berada ribuan pal jauhnya."
"Kalau begitu bagaimana menurut pendapatmu?"
"Sebaiknya sekarang nona menceritakan apa yang telah
terjadi di hadapan sahabat-sahabat rimba persilatan, apabila nona mempunyai kesulitan juga mudah dibereskan!"
"Apakah kau takut aku lari?"
"Nona adalah sebagai tuan rumah gedung ini, kalau hendak berpindah ke lain tempat, itu terserah kepadamu sendiri, lolap hanya ingin menyelidiki rahasia urusan yang ditulis dalam surat ayahmu itu dan teka teki mengenai kematiannya, supaya lolap dapat melaporkan kepada ketua kuil, itu saja sudah cukup!"
"Taysu perlu apa berlaku demikian ceremis, tiga hari
kemudian kita nanti bicarakan lagi"
Dengan matanya gadis itu memberi isyarat kepada Pan
Ceng Liang, disuruh mengundurkan diri.
Pan Ceng Liang segera memberi hormat kepada para
tamunya untuk minta diri, lalu berlalu bersama gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat Bok dan Kie Bok Taysu serta dua jago pedang dari Ceng Sia Pay dan Koan Sam Seng semua pada melengos.
Para tamu lainnya yang ada dalam ruangan itu setelah
duduk lagi sebentar, masing-masing juga pada berlalu dengan perasaan terheran-heran.
Waktu itu Touw Thian Gouw meskipun sudah memakai
obat di mukanya dan masuk lagi ke gedung keluarga Pan, tetapi masih belum berhasil mendapat keterangan rahasia apa2, sebaliknya, Siang Koan Kie mendadak berubah sifatnya, hal itu mau tidak mau membuat jago Kang-ouw kawakan yang sudah banyak berpengalaman itu berada dalam kebingungan, tiba-tiba ia ingat bahwa batas janji untuk bertemu lagi dengan Siang-koan Kie dan Wan Hauw sudah sampai, terpaksa ia meninggalkan gedung keluarga Pan dan kembali lagi ke
tempat di mana hendak mengadakan pertemuan dengan
kedua kawannya itu. Touw Thian Gouw sebetulnya masih mengandung sedikit
pengharapan bahwa Siang-koan Kie sudah tiba ke tempat itu lebih dahulu, tetapi ternyata ketika ia tiba di tempat tersebut, hanya menampak Wan Hauw berdiri bingung seorang diri.
Sementara itu Wan Hauw yang sudah menunggu lama
kedatangan dua kawannya, tatkala melihat Touw Thian Gouw datang seorang diri, buru-buru menghampiri dan bertanya, "Di mana toako" Mengapa ia belum datang?"
Pertanyaan Wan Hauw itu membuat Toow Thian Gouw
seperti diguyur dengan air dingin, sejenak ia merasa bingung, kemudian baru berkata, "Apa" Apakah ia belum datang?"
"Apa yang dikatakan oleh toako, selamanya belum pernah meleset, kau bawa toako ke mana"." sekarang kembalikan kepadaku"."
Dalam cemasnya ucapara Wan Hauw semakin tidak dapat
mengutarakan maksudnya dengan jelas sehingga pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya, apa yang dikatakan olehnya selanjutnya, tidak dimengerti oleh Touw Thian Gouw.
Wan Hauw semakin gelisah, suaranya semakin keras,
matanya terbuka lebar, tangan dan kakinya bergerak-gerak seperti orang kalap.
Touw Thian Gouw tahu bahwa pemuda itu masih berhati
putih bersih dan jujur, apabila tidak segera mendapat pemecahan se-baik2nya, mungkin bisa bertindak menyerang dirinya, ia terpaksa diam saja tidak menyahut, setelah hawa amarah Wan Hauw mulai reda baru berkata dengan sikap
ramah tamah, "Saudara Wan, kau jangan marah dulu"."
Tetapi Wan Hauw menggeram dan berkata dengan suara
keras, "Siapa saudaramu" Apabila kau tidak carikan kembali toakoku, kita adu jiwa dulu."
Touvv Thian Gouw tercengang, ia berkata dengan sikap
sungguh-sungguh, "Saudara Wan, harap kau tenang dulu, biarlah aku menjelaskan dahulu, kalau kau ingin berkelahi atau bagaimana, semua boleh dibicarakan dulu".."
"Beritahukan lebih dulu kepadaku, toakoku sebetulnya
masih hidup atu tidak" Kita nanti bicara lagi."
"Dia bukan saja masih hidup, bahkan masih berada dalam gedung keluarga Pan dengan keadaan baik-baik."
"Apakah ucapanmu ini benar?"
Aku selamanya belum pernah membohong."
"Toakoku selamanya belum pernah mengingkari janji, ia berkata kepadaku hendak bertemu di tempat ini, mengapa hingga sekarang masih belum datang?"
"Di telah makan obat yang membikin lupa kepada dirinya sendiri"."
"Apa" Mari kita lekas pergi menolong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw menghela napas perlahan dan berkata,
"Urusan tidak sedemikian mudah seperti apa yang saudara bayangkan, di sini bukan tempatnya untuk bicara, mari kita pergi dulu ke tempat yang sepi, setelah aku nanti menjelaskan duduk perkaranya, barulah memikirkan rencananya untuk pergi menolong."
Wn Hauw berpikir sejenak, lalu berkata, "Mari kita naik ke atas pohon besar ini untuk berunding."
Touw Thian Gouw mendongakkan kepala, ia melihat pohon besar itu setinggi kira2 tiga tombak, daunya lebat, apabila orang duduk di atasnya, bukan saja dapat melihat keadaan di sekitarnya, juga tidak usah takut ada orang lain yang mendengar, maka ia lalu melompat ke atas pohon.
Wan Hauw buru2 mengejar, ia dapat memanjat pohon itu
demikian cepat, hingga dalam waktu sekejap sudah berada di atas Touw Thian Gouw.
Setelah berada di atas pohon, lalu mencari tempat yang agak lebat daun pohonnya untuk duduk berbicara, Touw Thian Gouw lebih dulu menarik napas perlahan, kemudian berkata,
"Saudara Wan, kau dengar dulu keteranganku baru boleh bertanya, jangan baru dengar setengahnya lalu marah-marah."
Wan Hauw menarik napas panjang lalu berkata, "Baiklah, tetapi kau juga harus menerima baik permintaanku."
"Permintaan apa?"
"Sebelum dapat menemukan toakoku kau harus berjalan
bersama-sama denganku."
Touw Thian Gouw tahu bahwa pemuda itu takut akan
ditinggal lari, apabila tidak menerima baik permintaannya, pasti akan menimbulkan pertengkaran, maka ia terpaksa menganggukkan kepala dan menjawab, "Baiklah, masih ada apalagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila toakoku binasa, kita berdua juga tidak perlu hidup lagi."
Touw Thian Gouw diam2 berpikir, "Orang ini meskipun
bodoh, tetapi sangat jujur dan setia kepada kawan."
Ia lalu bersenyum dan berkata, "Baiklah! Satu hari aku tidak bisa menemukan toakomu, aku tidak akan meninggalkan kau, apabila ada kejadian apa2 yang tidak beruntung, aku akan mengganti jiwanya, tetapi aku juga ada satu
permintaan." "Asal kau dapat menolong kembali toakoku, tidak perduli permintaan apa saja, aku akan terima baik."
"Peristiwa yang menimpa keluarga Pan itu, dewasa ini
sudah menimbulkan geger dunia rimba persilatan daerah Tiong Goan, banyak orang kuat dalam rimba persilatan daerah Tiong Goan yang tersangkut dalam peristiwa ini, maka kita juga tidak boleh berkata tergesa-gesa atau bertindak sendiri."
Wan Hauw berpikir sejenak lalu berkata, "Entah berapa lama kita harus menunggu?"
"Barang kali tiga hari."
Sebagai orang yang sudah berpengalaman, ia dapat
menduga bahwa tiga hari kemudian gadis berbaju putih itu justru memerlukan bantuan tenaga, maka selama tiga hari itu pasti tidak akan membinasakan pembantu seorang kuat
seperti Siang-koan Kie. "Mari kita pergi melihat dulu ke gedung keluarga Pan!"
berkata Wan Hauw. "Untuk pergi melihat dulu boleh, tetapi harus bertindak menurut perintahku."
"Baiklah! Tetapi aku cuma akan dengar perintahmu dalam tiga hari itu saja, apabila tiga hari kemudian aku tidak melihat toako, kau tidak boleh mengendalikan aku lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah!" Mereka lalu melompat turun dan lasi menuju ke gedung
keluarga Pan. Di sekitar gedung keluarga Pan itu meski terjaga oleh banyak tokoh kuat rimba persilatan, tetapi karena Tiat Bok Taysu sudah berjanji dengan gadis berbaju putih itu, maka selama tiga hari itu gadis berbaju putih itu hanya mengijinkan orang masuk, tetapi tidak boleh ada yang keluar, maka kedatangan kedua orang itu tidak ada yang merintangi.
Kalau menurut pikiran Wan Hauw, ia segera akan
menerjang masuk untuk mencari Siang-koan Kie, tetapi
keinginan itu dicegah oleh Touw Thian Gouw.
Wan Hauw meskipun sifatnya seperti seorang tolol, tetapi hatinya jujur meskipun keinginannya sendiri berlawanan dengan Touw Thian Gouw, tetapi karena sudah berjanji, ia harus tepati.
Touw Thian Gouw mengajak Wan Hauw ke suatu tempat
yang sunyi, keduanya duduk berhadap-hadapan sambil
mengatur pernapasan, setelah hari terang, baru mengajaknya ke suatu rumah makan, setelah makan kenyang, baru
beristirahat dua hari. Selama dua hari itu, Wan Hauw merasa cemas sekali,
berulang-ulang mendesak Touw Thian Gouw untuk segera
mencari Siang-koan Kie, tetapi ditolak oleh Touw Thian Gouw, yang katanya pada malam hari ketiga baru boleh pergi.
Hari yang di-tunggu2 itu akhirnya telah tiba, jam dua malam, Touw Thian Gouw karena mengingat bahwa dalam
kunjungannya itu, mungkin terjadi pertempuran besar maka ia memakai pakatan ringkas dan tidak lupa membawa
senjatanya, mukanya memakai kerudung kain hitam dengan mengajak Wan Hauw lari menuju ke gedung keluarga Pan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu rumah keluarga Pan itu tidak ada penjagaan, barak2 yang dibangun itu masih tetap ada, tetapi sudah tidak ada orang yang menjaga, kedua pintu besar gedung itu
terbuka lebar tetapi keadaamnya sunyi senyap.
Touw Thian Gouw berkata kepada Wan Hauw dengan
suara perlahan, "Malam ini kita hanya boleh melihat toakomu, mungkin masih belum berhasil menolong padanya, kau harus mendengar perkataanku tidak boleh sembarangan turun
tangan atau ribut2."
"Apabila tidak berhasil melihat toakoku, malam ini kau tidak boleh mengendalikan aku lagi."
Touw Thian Gouw berpikir sejenak, lalu berkata, "Sudah tentu."
Dengan tindakan lebar ia berjalan masuk.
Wan Hauw mengikuti di belakangnya, setelah melalui
pekarangan dalam gedung yang luas itu, terus menuju ke ruangan belakang.
Semua pintu dalam gedung itu terbuka lebar tetapi tidak kelihatan lampu menyala, juga tidak kelihatan ada orang yang merintangi, keadaan itu jauh berbeda dengan keadaan tiga hari berselang.
Touw Thian Gouw yang sudah kenal baik dalam keadaan
gedung itu, terus menuju ke ruangan itu, Touw Thian Gouw mendadak berhenti sebab ruangan besar yang dijadikan oleh gadis baju putih untuk mengadakan pertemuan Tiat Bok Taysu dan lainnya, ternyata keadaan gelap gulita.
Ia memasang telinga, samar2 menangkap suara orang
bernapas, jelas bahwa dalam ruangan itu sudah penuh orang, tidak tahu apa sebabnya, dalam ruangan itu tidak ada lampu terang.
Touw Thian Gouw lalu berpaling dan berkata kepada Wan Hauw dengan suara perlahan, "Saudara Wan, hati-hati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tindakan perlahan ia berjalan masuk ke dalam
ruangan. Wan Hauw yang mempunyai daya pandangan mata luar
biasa, meskipun berada di luar ruangan, ia masih dapat melihat keadaan dalam ruangan.
Dalam ruangan besar itu sudah terdapat banyak kursi, di atas kursi itu terdapat banyak orang yang duduk di tempat masing-masing, tetapi tidak terdengar suara orang berbicara.
Meskipun dalam hati merasa heran, tetapi ia tidak mau bertanya, ia ikut masuk di belakang Touw Thian Gouw,
kemudian duduk diam-diam di samping Touw Thian Gouw,
sementara itu matanya terus berputaran mengawasi orang-orang yang berada di situ.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia dapat lihat bahwa dua paderi dari Siao-lim-sie dan dua jago pedang dari Ceng Sia Pay yang hari itu sudah pernah dijumpainya, semua sudah ada di situ, di samping mereka masih terdapat banyak orang yang jumlahnya kira-kira enam puluh orang. Sikap orang-orang itu sangat berlainan, banyak yang beristirahat sambil pejamkan mata, tetapi banyak juga yang melongo-longo dengan sikap tegang.
Hampir satu persatu orang orang yang berada dalam
ruangan itu diamat-amati oleh Wan Hauw, terapi ia tidak melihat Siang-koan Kie, hingga hatinya semakin gelisah.
Tiba-tiba terdengar suara bunyi kentungan tiga kali, suatu tanda sudah tiba jam tiga malam.
Dalam suasana sunyi itu, terdengar suara beberapa orang yang bergerak, di salah satu sudut dalam ruangan itu
terdengar suara orang berkata, "Tiat Bok toheng, aku melihat budak perempuan itu tidak akan balik."
Tiba-tiba terdengar suara jawaban halus tetapi dingin, "Aku tidak mati, mengapa tidak kembali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diambang pintu ruangan besar itu nampak sinar api, baju putih gadis itu nampak penuh darah merah, rambutnya yang panjang terurai di kedua pundaknya, dengan wajah pucat pasi dan tangan membawa api perlahan-lahan berjalan ke dalam ruangan.
Semua tamu yang berada dalam ruangan itu telah
dikejutkan oleh perobahan yang tidak terduga-duga itu.
Dengan tindakan perlahan gadis itu menuju ke tempat
duduknya, kemudian memasang dua buah lilin merah yang ada di hadapannya, sehingga keadaan dalam ruangan itu menjadi terang benderang.
Paras gadis baju putih yang semula sangat cantik, saat itu berubah sangat menakutkan darah yang mengucur di pipinya, telah menutup kecantikannya, sekujur pakaiannya yang putih bersih juga sudah penuh darah.
Meskipun semua orang yang ada di situ merupakan orang2
yang berkepandaian tinggi, tetapi ketika menyaksikan keadaan demikian juga merasa jeri.
Tiat Bok Taysu setelah menyebut nama Budha lalu berkata,
"Nona Pan benar2 seorang yang boleh dipercaya, entah
saudaramu turut datang atau tidak?"
Gadis itu menarik napas panjang, kemudian berkata,
"Saudaraku juga belum mati, mengapa tidak datang?"
Ia lalu menggapaikan tangannya, sebentar kemudian Pan Ceng Liang bersama Siang-koan Kie dan Kim Siao-ho berjalan masuk ke dalam ruangan.
Sekujur badan Pan Ceng Liang juga penuh darah, lengan tangan kiri dan pundak tangan kanan ddikatnya dengan kain putih, tetapi masih ditembusi oleh darah merah.
Siang-koan Kie dan Kim Siao-ho tetap dalam keadaan
biasa, dua orang itu tidak terdapat tanda luka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat Bok Taysu mengerutkan alisnya dan bertanya, "Nona Pan, apakah artinya ini?"
Gadis itu tertawa hambar, kemudian berkata,
"Kuberitahukan kepadamu juga tidak ada gunanya."
Sejenak Tiat Bok Taysu nampak tercengang, kemudian
berkata sambil tertawa, "Harap nona beristirahat dulu sebentar, lolap bersedia mendengar keteranganmu."
Gadis itu tidak perdulikan Tiat Bok Taysu, ia memejamkan kedua matanya, lalu mengatur pernapasannya.
Sementara itu Wan Hauw telah memasang matanya, untuk
memperhatikan wajah Siang-koan Kie.
Sudah beberapa tahun lamanya ia berada ber-sama2
dengan Siang-koan Kie, meskipun saat itu Siang-koan Kie sudah berubah mukanya, tetapi masih dikenali olehnya.
Beberapa kali ia hendak memanggil, tetapi selalu dicegah oleh Touw Thian Gouw.
Mata Siang-koan Kie yang sayu, sedang ditujukan kepada setiap orang yang berada di situ, juga matanya menatap wajah Wan Hauw se-olah2 tidak pernah mengenal.
Kali ini Wan Hauw tidak dapat dikendalikan lagi, ia lalu bangkit dan berjalan dengan tindakan lebar. Touw Thian Gouw menarik tangannya tetapi Wan Hauw sudah lari menuju ke samping Siang-koan Kie dan memanggilnya, "Toako."
Siang-koan Kie mengawasi Wan Hauw sejenak, tetapi tidak berkata apa-apa.
Wan Hauw berkata pula dengan suara keras, "Toako,
apakah kau sudah tidak mengenal saudaramu?"
Mata Siang-koan Kie berputaran menatap Wan Hauw
sejenak, lalu per-lahan2 berpaling mengawasi ke arah lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis berbaju putih itu juga tidak berkata apa2, hanya dengan sinar mata yang dingin mengawasi reasi Siang-koan Kie.
Touw Thian Gouw takut Wan Hauw dalam cemasnya akan
menimbulkan huru hara maka segera menghampiri sambil
memegang tangan kiri Wan Hauw, ia berkata dengan suara perlahan, "Saudara Wan, kita duduk dulu, pada saat ini pikirannya masih belum jernih, sebentar kita panggil dia lagi."
Wan Hauw berpaling mengawasi Touw Thian Gouw lalu
berkata, "Apa" Kita tunggu sebentar apakah ia bisa sadar?"
"Pada waktu itu apabila, ia masih belum sadar, kita mencari akal lagi."
"Baiklah!" Sinar lilin merah itu menerangi seluruh kamar yang luas, semua mata orang banyak ditujukan kepada gadis berbaju putih, saat itu darah masih nampak mengucur, sehingga dapat diduga bahwa lukanya masih belum sembuh.
Yang mengherankan ialah, bagian yang terluka itu semua merupakan bagian yang tidak mudah terluka dalam
pertempuran, dan apabila bagian itu sampai terluka, luka itu seharusnya parah, tetapi gadis itu ternyata masih sanggup bertahan.
Oleh karena tertutup oleh pakaian dan darah merah,
siapapun tidak tahu bagaimana keadaan lukanya, tetapi menurut dugaan, gadis itu agaknya berdiri tanpa bergerak, membiarkan dirinya dilukai.
Keadaan menjadi sunyi lagi, akhirnya perkataan Tiat Bok Taysu memecahkan kesunyiaan itu.
"Bagaimana keadaan luka nona?"
"Tidak sampai mati." menjawab gadis itu dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pinceng membawa obat luka dari gereja kita, bagaimana kalau nona gunakan menyembuhkan luka nona?"
"Tidak perlu! Aku masih ingin hidup beberapa hari lagi."
Wajah Tiat Bok Taysu berubah, setelah memuji nama
Budha ia berkata, "Apakah nona mencurigai Pin Ceng hendak mencelakakan diri nona?"
"Bukan itu maksudku, obat2an yang berada dibadanku,
barang kali tidak lebih rendah kemanjurannya dibandingkan dengan obat2 Siao-lim-sie."
Tiat Bok Taysu meskipun merupakan salah satu paderi
berilmu tinggi yang banyak pengetahuan juga merasa bingung mendapat jawaban yang mengesankan itu, setelah berpikir sejenak, baru berkata, "Kalau memang benar nona ada
membekal obat2an, mengapa tidak mau pakai" Pinceng ingin mendengar keterangan nona"."
"Aku suka menggunakan obat atau tidak, ada hubungan
apa dengan kau" Kalian hendak menanyakan apa, silahkan!"
"O Mie To Hud, apakah ayahmu masih hidup?"
"Sudah meninggal. Apa yang kalian lihat itu adalah
penyaruan." Jawaban terus terang itu mengejutkan semua orang.
Dua jago pedang dari Ceng Sia Pay lalu berkata, "Jenazah dalam peti mati itu, benarkah jenazah ayahmu?"
"Sedikitpun tidak salah."
"Kalau benar ayahmu meninggal dunia, mengapa tidak
diumumkan kepada sahabat2 rimba persilatan" Sebaliknya kau berbuat sedemikian misteri, apalaah maksudnya?" berkata Tiat Bok Taysu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetang kematian ayah ini, sudah tersiar luas di dalam kalangan rimba persilatan daerah Tiong-goan, perlu apa lagi harus diumumkan?"
"Nona di satu pihak menyiarkan kabar duka cita atas
kematian Pan Lo Enghiong, di lain pihak mencari orang menyaru sebagai Pan Lo Enghiong, disembunyikan dalam
ruangan di bawah tanah, kemudian sengaja membawa
pinceng sekalian untuk menjumpai ayahamu tiruan itu,
perbuatan ini se-olah2 sengaja membuat suasana menjadi misteri, dan malam ini semua orang pada berkumpul di sini, juga boleh dikata atas perbuatan nona seorang."
Gadis berbaju putih itu mendadak berdiri, berkata dengan nada suara dingin, "Kalau kalian masih ada pertanyaan penting, lekas tanya! Aku sudah kehilangan darah terlalu banyak, susah untuk bertahan lebih lama lagi, pertanyaan yang tidak berarti seperti ini, sebaiknya jangan dimajukan."
Touw Thian Gouw mendadak bangkit dan berkata, "Aku
ingin mengajukan satu pertanyaan kepada nona, pada malam hujan angin tiga hari berselang, ketika nona mengangkut peti jenazah ke tepi sungai, telah membunuh habis orang yang menggotong peti mati itu, kemudian mengangkut peti jenazah ayahmu itu ke dalam kapal besar, dan diberangkatkan malam itu juga, entah apa sebabnya?"
Mata gadis itu menatap Touw Thian Gouw, kemuudian
berkata, "Apakah malam itu kau menyaksikan semua kejadian itu?"
"Yang menyaksikan bukan hanya aku seorang saja."
"Entah masih ada siapa lagi?"
"Kecuali aku, masih ada Im Yang Siang-ciok dan suami istri Lui Beng Wan"."
Semua orang ketika mendengarnya disebut nama2 itu,
semua pada celingukan untuk men-cari2, ternyata di dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu tidak terdapat empat orang yang namanya disebut itu, sehingga menimbulkan sedikit gaduh.
Gadis berbaju putih itu tiba2 membereskan rambutnya
yang awut2an dan berkata, "Kau Siapa?"
"Aku Touw Thian Gouw." menjawab Touw Thian Gouw
setelah ragu2 sejenak. Para tetamu yang ada di situ, sebagian besar sudah pernah mendengar nama yang sudah lama kesohor itu, sehingga
semau mata ditujukan kepadanya.
"Bagus! Namamu sudah tecatat dalam daftar kematian,
kematianmu sudah tidak lama lagi." Berkata gadis berbaju putih itu.
Touw Thian Gouw tercengang.
"Apa!" "Aku katakan tidak lama lagi kau akan mati."
Touw Thian Gouw mengeluarkan sehelai sapu tangan,
dipesutkan kemukanya, sehingga pulih kembali dengan wajah aslinya.
"Nona Pan, lihatlah lihat tegas wajah asliku, jangan sampai kesalahan."
"Jangan khawatir! Ke mana saja kau hendak lari, juga tidak akan lolos dalam batas waktu dua hari!"
Tiat Bok Taysu berkata, "Suami istri Lui Beng Wan dan Im Yang Siang-ciok, apakah semua nona sudah binasakan?"
Gadis itu tiba2 mendongakkan kepala mengawasi atap
rumah, lalu berkata dengan suara nyaring, "Catat namanya Tait Bok dan Ki Bok Taysu."
"Mencatat nama lolap berdua, apa gunanya?" bertarya Ki Bok Taysu sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau nama kalian sudah dicatat, itu berarti bahwa kalian hanya masih bisa hidup sepuluh hari saja.
"Benarkah ada kejadian serupa itu?" bertanya dua jago pedang dari Ceng Sia Pay sambil tertawa besar.
Jikalau kalian berdua tidak percaya boleh coba saja!"
Ia berhenti sejenak, "Catat namanya dua jago pedang dari Ceng Sia Pay."
Semua tamu yang berada di situ, lebih dulu sudah
dikejutkan oleh sikap dan gerak gerik yang aneh gadis itu, tetapi sebentar kemudian mereka merasa bahwa apa yang diucapkan oleh gadis itu sesungguhnya sangat menggelikan, sehingga pada tertawa.
Hanya Tiat Bok dan Ki Bok Taysu serta Touw Thian Gouw yang memandang urusan itu sangat serius, mereka agaknya mengerti bahwa ucapan gadis itu bukanlah perkataan
sembarangan, Tiat Bok Taysu lalu berkata sambil
merangkapkan kedua tangannya, "O Mi To Hud, sekalipun nona sudah menetapkan waktu sepuluh hari bagi lolap, tetapi lolap sekalian sebelum meninggalkan dunia yang fana ini, masih ingin mendapat sedikit tambahan pengertian, untuk mendengarkannya penuturan nona tentang kejadian sangat misteri dalam rimba persilatan ini."
"Barang siapa yang merdengarkan peristiwa ini, barangkali tidak akan bisa hidup lagi, apabila takut mati, sekarang masih keburu untuk menyingkir ,siapa yang tidak takut mati semua boleh tinggal di sini."
Terjadi sedikit kegoncangan di antara para tamu itu, tidak lama kemudian sudah ada tujuh atau delapan orang yang meninggalkan ruangan tersebut.
"Apakah masih ada lagi yang ingin meninggalkan tempat ini" Jikalau sekarang tidak pergi nanti sudah tidak keburu lagi." Bertanya gadis berbaju putih itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali ini tidak ada reaksi apa2 dari para tamu juga tidak ada orang yang meninggalkan tempat duduknya.
Tiat Bok Taysu lalu berkata sambil menghela napas,
"Dengan nyawa untuk mempertaruhkan ingin mendengar
suatu rahasia rimba persilatan, sesungguhnya sangat tidak berharga, tuan2 apabila tidak ada sangkut pautnya dengan urusan ini, sebetulnya tidak perlu menempuh bahaya."
Sebagai seorang yang sudah terkenal namanya serta
dijunjung tinggi oleh orang2 rimba persilatan, tidaklah heran ucapan itu mendapat perhatian orang banyak, benar saja kembali ada sepuluh orang lagi yang berdiri dari tempat duduknya dab berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Tiat Bok Taysu mengawasi para tetamu yang masih ada di situ, dengan sungguh2 berkata pula, "Sahabat2 yang masih ada di sini mungkin tidak percaya segala urusan gaib yang tidak masuk diakal, mungkin juga menganggap bahwa
perkataan nona Pan ini tidak masuk diakal, tetapi menurut pandangan lolap, ucapan nona itu bukanlah sebagai gertakkan sambal belaka, sekarang ini waktunya tidak banyak lagi, apabila tuan2 suka undurkan diri sebaiknya keluar saja."
Setelah mendengar perkataan itu, kembali ada sepuluh
orang lebih yang meninggalkan tempat duduk masing masing.
Waktu itu dalam ruangan yang luas itu, hanya tinggal dua atau tigapuluh orang yang tidak mau berlalu, Tiat Bok Taysu yang menyaksikan keadaan demikian, lalu berkata kepada gadis berbaju putih itu, "Harap nona menasehati lagi mereka, berlakulah sedikit penuh kasih sayang terhadap sesama manusia."
Gadis itu agaknya terpengaruh pikirannya oleh perkataan Tiat Bok Taysu, benar saja ia segera berkata kepada semua para tetamu, "Tentang kematian ayah bukan berarti suatu kejadian besar, sebabnya kematian ayah menggemparkan
dunia Kang-ouw, tidak lain karena dahulu ayah pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolong jiwa beberapa tokoh kuat dalam rimba persilatan daerah Tiong Goan, di samping itu juga ada hubungan baik dengan partai besar golongan kebenaran seperti Siao-lim-pay, Ceng Sia Pay dan lain2nya, maka kematian ayah ini telah menarik banyak perhatian orang kuat, sehingga pada
memerlukan datang kemari."
Tiba-tiba ia berhenti matanya menyapu ke arah para
tetamunya sejenak, lalu melanjutkan ucapannya, "Dan
sekarang, aku minta tuan2 sekalian, siapa yang ingin pergi supaya lekas pergi, siapa yang tinggal di sini dan mendengar penuturanku nanti, jangan harap bisa terlolos dari batas waktu sepuluh hari, maka inilah saatnya yang terakhir bagi tuan tuan sekalian."
"Kami takut apa" Seorang hanya mempunyai satu nyawa,
sekalipun kau telah mencatat sepuluh hari, juga cuma mati satu kali."
Di antara para tetamu itu, ada empat orang yang berdiri, tetapi setelah mengawasi tetamu lainya sebentar, mereka duduk lagi di tempat masing-masing.
Gadis berbaju putih itu berkata kepada Tiat Bok Taysu,
"Orang-orang ini semua masih tidak mau sadar akan bahaya atas dirinya, aku juga tidak berdaya."
Tiat Bok Taysu mengerutkan alisnya, kemudian berkata
dengan suara nyaring, "Di antara tuan-tuan, apabila tidak ingin terlibat dalam urusan ini sebaiknya meninggalkan tempat ini, sebab pada saat dan tempat seperti ini bukanlah waktunya untuk berlaku gagah atau menuruti emosi, apa perlunya harus mencari perkara."
Para tamu itu agaknya sangat perhatikan ucapan orang
beribadat tinggi itu, tetapi tiada seorangpun yang
meninggalkan tempat itu. Gadis itu setelah mendapat kesempatan mengaso,
semangatnya nampak bangun lagi, wajahnya juga sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak merah, ia tertawa terkekeh kekeh sejenak lalu
berkata, "Kalau begitu aku tidak dapat disesalkan, dengan penuh kasih sayang Toa-hoo-siang ingin menasehatkan
mereka, tetapi ternyata mereka adalah orang-orang kepala batu yang tidak dapat diinsafkan.
Sejenak ia berhenti, lalu berpaling dan berkata kepada Pan Ceng Liang, "Koko, catat nama mereka."
Pan Ceng Liang per-lahan2 bangkit, setelah mengawasi
semua tetamunya sejenak lalu berkata, "Tuan-tuan tetap tidak mau pergi, kita juga tidak berdaya"." Ia menghela napas perlahan, tangannya lalu menggeprak meja sambil berkata,
"Ambilkan buku daftar kematian!"
Dari luar ruangan terdengar suara wanita yang menyahut, tidak berapa lama dua gadis berbaju hijau berjalan memasuki ruangan tersebut, memberi buku dan alat tulis kepada Pan Ceng Liang.
Gadis berbaju putih itu lalu berkata kepada para
tetamunya, "Tuan-tuan berani diam di sini, tentunya
merupakan orang-orang gagah yang tidak takut mati maka apabila tuan tidak ingin mengulur waktu, dipersilahkan menulis nama tuan-tuan didalam buku ini."
Para tetamu itu mengawasi keadaan sekelilingnya, mereka saling berpandangan, tetapi tiada orang yang mau mencatat namanya di atas buku itu.
Gadis berbaju putih itu berkata kepada Tiat Bok Taysu,
"Bukankah Taysu ingin lekas-lekas mengetahui sebab-sebab kematian ayah?"
"Benar," menjawab Tiat Bok Taysu.
"Orang-orang yang berada dalam ruangan ini jika masih ada satu saja yang tidak mau mencatat namanya, aku tidak suka kata, sebaiknya taysu yang memimpin mereka, supaya urusan jangan sampai terlarut-larut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tadi bukankah nona sudah mencatat nama lolap?"
"Apakah taysu takut mati?"
-odwo- Bab 27 TIAT BOK TAYSU berkata, "Kalau lolap takut mati, tidak nanti datang kemari."
Dengan tindakan lebar ia berjalan menuju ke meja tempat pendaftaran.
Ki Bok Taysu per-lahan2 bangkit dari tempat duduknya, ia mengikuti di belakang Tiat Bok Taysu berjalan menuju ke meja pendaftaran.
Tiat Bok Taysu setelah menuliskan namanya di atas buku pendafaran lalu berkata dan berpaling kepada Ki Bok Taysu,
"Sutee, kau juga harus menulis namamu."
Ki Bok Taysu bersenyum lalu menuliskan namanya di dalam buku itu.
Gadis itu mengawasi dua paderi itu, kemudian berkata,
"Bagus, kalian berdua benar2 tidak takut mati."
"Lolap ada seorang yang sudah beruasia lanjut kalau
sekarang harus mati juga tidak penasaran." Berkata Tiat Bok Taysu yang kemudian balik lagi ke tempat duduknya.
Perbuatan dua paderi Siao-lim-sie itu, agaknya, menambah keberanian semua tetamu yang masih ada di situ, mereka pada berdiri dan berjalan ke meja pendaftaran untuk
menuliskan namanya. Gadis berbaju putih itu tiba2 berdiri dan berkata, "Tuan2
jikalau hendak menulis namanya harus menulis terus terang dengan nama aslinya, apa bila merobah nama atau ingin membikin celaka orang lain, perbuatan itu bukan saja tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan dapat menolong diri sendiri sebaliknya malah akan membikin celaka keluarga kalian sampai tiga turunan.
Pada saat itu seorang berbaju panjang warna hitam sedang mengangkat alat tulis hendak menuliskan namanya ketika mendengar ucapan gadis itu segera berkata sambil tertawa dingin, "Sejak dahulu sehingga sekarang, di dalam kalangan Kang-ouw juga pernah timbul orang kejam yang sepak
terjangnya sangat ganas dan telengas, tetapi juga tidak ada orang yang menunjukkan sikap aneh seperti noma Pan"."
Ia tertawa ter-bahak2, sebentar kemudian berkata pula,
"Untung aku hanya seorang diri saja, sudah tiada mempunyai ayah bunda, juga tidak mempunyai isteri dan anak, sekalipun benar2 akan mencelakakan sampai tiga turunan, bagiku juga tidak berarti apa2."
"Aku hanya memperingatkan kepada kalian saja, percaya atau tidak terserah kepadamu."
Orang berbaju hitam itu tidak menjawab lagi, setelah
mencatat namanya lalu mengundurkan diri.
Semua orang sudah mendaftarkan namanya secara
bergiliran, hanya Wan Hauw setelah pergi ke meja
pendaftaran hanya me-lihat2 sebentar, lalu balik lagi ke tempat duduknya.
Kiranya selama itu ia belum pernah menulis dengan
menggunakan alat tulis sehingga ia tidak tahu bagaimana ia harus menulis namanya.
Gadis itu menatap wajah Wan Hauw lalu bertanya,
"Mengapa kau tidak menulis namamu?"
"Aku tidak bisa menulis." Jawab Wan Hauw sambil
menggelengkan kepala. gadis itu mengerutkan alisnya dan berkata, "Semua orang yang ada di sini, sudah menulis namanya sendiri, kau tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bias menulis, bagaimana kau boleh turut mendengarkan"
Baiklah kau keluar saja!"
Wan Hauw yang hatinya masih putih bersih, ketika
mendengar perkataan itu diam2 juga membenarkan ucapan gadis itu, maka lalu berkata sambil menghela napas,
"Perkataan nona memang benar, baiklah aku berdiri di luar ruangan ini saja, untuk menunggu setelah kau habis
menuturkan aku nanti masuk lagi."
Ia mengira bahwa tindakannya itu dapat dibenarkan, maka setelah berkata demikian lantas berlalu.
Touw Thian Gouw sebetulnya ingin menegah, tetapi
kemudian berpikir, "Sekalipun orang2 yang namanya sudah dicatat dalam buku kematian, toh belum tentu mati, tetapi sedikit banyak menimbulkan perasaan tidak enak di dalam hati, maka biarlah Wan Hauw menyingkir keluar."
Tiat Bok Taysu setelah Wan Hauw berlalu, lalu berkata,
"Sekarang orang2 yang berada dalam ruangan ini, namanya sudah terdaftar semua ini berarti mereka sudah rela
mempertaruhkan nyawanya, hanya ingin mendengar
penuturan nona, supaya dapat penjelasan sebab musabab kematian Pan Lo Enghiong, meskipun lolap sekarang sudah berusia delapan puluh tahun lebih, tetapi dalam urusan seperti ini, merupakan suatu kejadian yang baru pertama kali ini lolap mendengarnya, bahkan lolap diberi kehormatan untuk
memimpin orang2 yang ada di sini yang bersedia menghadap kepada raja akhirat, nona agaknya tidak ada suatu alasan hendak mengulur waktu.
Gadis itu per-lahan2 duduk di tempatnya kembali,
kemudian berkata kepada kakaknya, "Koko, tutup semua pintu ruangan ini."
Pan Ceng Liang menurut, menutup semua pintu.
Gadis itu berdiri lagi seraya berkata, "Aku hendak
padamkan api lilin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu dua batang lilin yang menyala itu apinya padam, sehingga keadaan dalam ruangam itu menjadi gelap.
Tiat Bok Taysu lalu berkata, "Apabila nona ingin
menggunakan pesawat rahasia dalam ruangan ini hendak
kabur secara diam2 janganlah sesalkan kepada lolap sekalian yang terpaksa akan bertindak kasar."
"Toa Hosiang, kau jangan khawatir, apabila aku ingin lari, tidak nanti aku berani datang kemari." Menjawab gadis berbaju putih itu.
Sementara itu tiba-tiba terdengar suara Koan Sam Seng yang berkata, "Kau boleh tidak usah lari, tetapi kita tidak boleh tidak berjaga-jaga."
Pada saat itu terdengar suara tindakkan kaki orang dan gerakan digesernya kursi, agaknya para tamu itu semua menganggap betul ucapan Koan Sam Seng tadi benar
sehingga masing2 pada bergerak meninggalkan tempat
dudukuya untuk mengurung gadis itu di tengah2 mereka.
Keadaan dalam ruangan itu meskipun gelap gulita, tetapi orang-orang yang berada di situ, semua merupakan tokoh kenamaan di dalam rimba persilatan, walaupun belum tentu setiap orang berkepandaian sangat tinggi, tetapi semuanya merupakan orang-orang Kang-ouw kawakan, sehingga semua dapat mengerti apa yang dimaksudkan dalam ucapan Koan Sam Seng tadi.
Gadis berbaju putih itu lalu berkata sambil tertawa
terbahak-bahak, "Kalian lekas berdiri di tempat masing2!"
Gadis itu setelah berpikir agak lama, barulah berkata,
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentang kematian ayah, hanya merupakan suatu akal untuk memancing musuh-musuhnya, supaya tuan-tuan datang untuk mengantar nyawa"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penuturan yang sangat singkat itu, segera menimbulkan kegoncangan di antara para tamu itu, suara ejekan dan makian, terdengar sangat riuh.
Gadis itu berkata pula dengan suara nyaring, "Barang siapa yang sudah mendaftarkan namanya di dalam buku kematian, mulai saat ini paling lama masih bisa hidup sepuluh hari lagi, tidak perduli betapa tinggi kepandaiannya, betapa kuat penjagaannya, semua tidak akan dapat menghindarkan diri dari batas waktu yang sudah ditetapkan itu, tetapi tuan semua sudah rela atas kematian ini, sehingga tidak dapat
menyesalkan aku." Tiat Bok Taysu berkata dengan nada suara dingin,
"Tentang ini kita sudah dengar terlalu banyak, nona tidak perlu bicarakan lagi, sebaiknya kau lekas dengan
penuturanmu yang se-benar2nya."
Di dalam keadaan gelap itu semua orang tidak dapat
melihat bagaimana perobahan wajah gadis itu, mereka hanya mendengar suara tertawanya yang sangat dingin menggema ditelinga.
"Toa-hong-sian, demikian melit kau menanyakan sebab
musabab kematian ayah, apakah kau bermaksud hendak
mencari pembunuhnya?"
Pertanyaan itu dengan sendirinya sebagai pengakuan
bahwa kematian ayah gadis itu bukanlah karena penyakit, tetapi mati terbunuh, meskipun semua tetamu itu lebih dahulu sudah merasa curiga, tetapi jawaban itu toh masih
menimbulkan sedikit kericuhan, sehingga di mana2 terdengar suara helahan napas.
Tiat Bok Taysu berkata pula, "Tentang kematian Pan Lo Enghiong, di bawah rencana akal busuk musuh2nya, dalam surat yang diberikan kepada kepala kuil kita, samar2 sudah diketahui, apa yang lolap tak mengerti ialah siapa orangnya yang mencelakakan diri orang tua yang baik itu" Bahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya dia seorang diri saja yangdiambil jiwanya, orang itu boleh dikatakan adalah seorang yang cukup berjiwa besar, karena cuma mencari pembalasan terhadap diri Pan Lo
Enghiong seorang saja, tidak akan me-rembet2 orang yang tidak berdosa."
"Hem! Maksud ucapan locianpwee ini, apakah
mencurigakan boanpwee yang berbuat?"
"Bagaimana lolap berani mempunyai pikiran demikian,
tetapi kematian ayahmu itu sangat aneh, apalagi semua kejadian tidak mungkin secara begitu kebetulan, sehingga mau tidak mau menimbulkan kecurigaan lolap."
"Kau bercuriga apa, dan bagaimana kau hendak berbuat?"
Tiat Bok Taysu seorang beribadat tinggi, setelah berpikir sejenak, pikirannya segera tenang kembali.
"Lolap sekalian sudi mendaftar nama dalam buku kematian, maksudnya ialah ingin mendengar nona punya keterangan tentang kematian ayah nona, sebelum urusan menjadi jelas, lolap tidak suka menduga sembarangan, karena tadi nona sudah menerima baik permintaan lolap. Dengan sendirinya lolap sekalian kini ingin mendengarkan keterangan nona."
Gadis itu agaknya sengaja hendak membuat marah Tiat
Bok Taysu, katanya dengan nada suara dingin, "Aku tidak bersedia mengatakan, apakah yang kau rmasih bisa berbuat"
Tiat Bok Taysu diam tidak menjawab.
Hening beberapa lama, tiba2 dari jauh terdengar suara tambur dan genderang membising di telinga semua orang.
Karena suara itu bukan seperti suara tambur dan
genderang yang biasa, tetapi dapat menimbulkan perasaan ngeri kepada orang2 yang mendengarkan.
Koan Sam Seng segera berkata, "Eh, suara apakah itu"
Dahulu aku rasanya seperti pernah dengar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tiba2 berkata, "Itu adalah suara tambur dan genderang sebagai tanda hendak mencabut nyawa."
"Tidak perduli mencabut nyawa atau bukan, harap nona
lekas terangkan sebab musabab kematian ayahmu, jangan coba mengulur waktu lagi. Berkata Koan Sam Seng gusar.
"Jikalau aku tidak mau bicara kau mau apa?"
"Apakah kau kira aku tidak dapat turun tangan satu kali untuk member pelajaran kepadamu?"
"Coba saja!" Koan Sam Seng, memperdengarkan suara bentakan keras,
lalu melancarkan serangannya.
Karena ia mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sudah
sempurna, maka serangan itu sangat hebat.
Gadis itu menggerakkan tangannya, dalam keadaan gelap gulita itu, tiba-tiba berkelebat sinar terang.
Setelah itu, lalu terdengar suara tertawa dingin, kemudian disusul dengan hembusan angin yang menyambut serangan Koan Sam Seng tadi.
Koan Sam Seng telah merasakan bahwa serangan gadis itu ternyata mengandung kekuatan yang sangat hebat, dalam terkejutnya ia mundur satu langkah.
Tiat Bok Taysu lalu berseru, "Koan sicu, nona Pan, harap segera hentikan tindakan kalian."
Gadis berbaju putih itu tidak menggerakkan pedang pendek di tangannya lagi, setindak mengadu kekuatan tenaga tangan sebentar, lalu menghentikan serangannya.
Para tamu yang sudah sekian lamanya berada dalam
kegelapan, matanya sudah biasa lagi dalam gelap, sehingga dapat mengawasi keadaan dalam ruangan itu, orang yang bergerak menyambut serangan Koan Sam Seng tadi, ternyata Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah pemuda yang mengikuti gadis itu dan yang selama itu tidak pernah mengeluarkan perkataan.
Semua tamu tidak kenal orang itu, hanya Touw Thian
Gouw yang tahu bahwa itu adalah Siang-koan Kie, ketika menyaksikan kekuatan hebat pemuda itu yang ternyata dapat mengimbangi kekuatan tenaga dalam Koan Sam Seng, diam2
merasa terkejut dan girang.
Dalam hatinya berpikir, "Sepasang mataku ternyata masih belum lamur, pemuda itu mempunyai kepandaian dan
kekuatan yang disembunyikan, tetapi dengan perbuatannya yang membantu gadis itu, nampaknya bukan sengaja atau pura2 membantu kepadanya"."
Pada saat itu terdengar suaranya Tiat Bok Taysu, "Nona Pan tadi sudah berjanji setelah kita orang menulis nama masing2 di dalam buku kematian, nona lalu hendak
menerangkan kematian ayahmu, kita sudah menurut apakah sekarang nona hendak melanggar janjimu sendiri?"
Dengan mendadak paderi itu menggerakkan badannya,
secepat kilat sudah berada di depan meja, tangannya
menyambar buku kematian."
Perbuatan Tiat Bok Taysu itu, sesungguhnya di luar dugaan gadis berbaju putih itu, apalagi tindakannya itu cepat luar biasa.
Gadis itu agaknya khawatir Tiat Bok Taysu akan merobek buku kematian, maka buru-buru berkata, "Lo siansu harap jangan merusakkan buku itu."
Tergerak hati Tiat Bok Taysu, sambil memegang buku itu ia berkata, "Jikalau nona Pan tidak mau memenuhi janjimu sendiri, lolap akan rusak buku ini lebih dulu, supaya kita semua tidak akan mati konyol."
Gadis itu lambat2 menghampirinya seraya berkata, "Kau kembalikan dulu buku itu, aku nanti akan menerangkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koan Sam Seng segera berkata, "Taysu jangan kembalikan kepadanya, perempuan itu tidak boleh dipercaya
perkataannya." Tiat Bok Taysu berkata sambil tertawa, "Kita sudah
menurut menuliskan nama di dalam buku kematian, tetapi nona masih sengaja hendak mengulur waktu, dan tidak mau bicara terus terang, sekarang bagaimana kau suruh lolap percaya ucapanmu lagi?"
"Kalau begitu kau mau apa?" bertanya gadis berbaju putih itu.
"Setelah nanti kau terangkan, lolap nanti akan kembalikan buku ini."
"Kau tidak percaya kepadaku, bagaimana aku boleh
percaya kepadamu?" "Lolap adalah seorang beribadat, bagaimana kau boleh
bandingkan seperti orang2 yang bermentalitet seperti kau?"
Tiba2 terdengar tiga suara tambur dan genderang yang
aneh itu tadi, suara itu kini kedengarannya semakin nyaring agaknya tidak jauh dari luar rangan itu.
Du jago pedang dari Ceng Sia Pay tiba2 berjalan dan
membuka pintu yang tertutup rapat itu kemudian melongok ke luar.
Koan Sam Seng sudah tidak dapat mengendalikan hawa
amarahnya lagi, ia menghampiri Tiat Bok Taysu dan berkata dengan suara perlahan, "Budak perempuan ini banyak akal bangsatnya, ia sengaja mengulur waktu barang kali ada mengandung lain maksud, kita jangan sampai dibodohi."
"Bagaimana maksud Koan sicu?" bertanya Ki Bok Taysu.
"Menurut pikiranku, kita sebaiknya ringkus dulu budak perempuan ini lalu membawanya ke kuil Siao-lim-sie, atau dibawa ke golongan pengemis kita, kemudian kita Tanya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan demikian tidak usah takut ia tidak akan berkata terus terang."
"Perempuan ini nampaknya sangat kuat"." Berkata Tiat
Bok Taysu, tiba2 suaranya dirubah demikian perlahan, maka semua orang yang ada di situ kecuali Koan Sam Seng tiada seorang lagi yang mendengar apa yang dikatakan olehnya.
Kiranya Tiat Bok Taysu mendadak dapat merasakan
suasana pada saat itu, bukanlah pada tempatnya untuk
menyatakan terus terang apa yang terpikir dalam hatinya, maka perkataan selanjutnya diucapkannya dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara ke dalam telinga
kepada orang yang diajak bicara, demikianlah kata2nya itu,
"Apabila kita ingin mencari keterangan sedalam-dalamnya, harus menggunakan kesabaran, karena kematian Pan Lo
Enghiong ini, agaknya mempunyai sangkut paut yang sangat luas, gadis itu agaknya juga bukan orang terpenting dalam peristiwa ini, menurut apa yang lolap tahu dalam urusan ini barangkali menyangkut seluruh rimba persilatan, golonganmu dari kaum pengemis selalu melakukan perbuatan2 baik dalam kalangan Kang-ouw, sehingga nama golongan pengemis
ditakuti oleh segala manusia rendah, lolap meskipun tidak ada jodoh bertemu muka dengan Pangcumu, tetapi sudah lama mendengar namanya, harap Koan sicu mengingat kepentingan seluruh rimba persilatan bersabarlah, lolap akan bersedia sekuat tenaga untuk membantu Koan sicu"."
Si Dungu 1 Lentera Maut ( Ang Teng Hek Mo) Karya Khu Lung Bentrok Para Pendekar 2