Pencarian

Irama Seruling Menggemparkan 8

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 8


sangat perlahan. Siang-koan Kie dan yang lain2nya yang berdiri disampingnya juga tidak mendengar apa yang
diucapkan. Pada saat itu, pemuda berpakaian berkabung itu juga
sudah turut masuk, diam2 berdiri dibelakang orang
banyak.Tiat Bok-taysu berpaling mengawasi pemuda
perpakain berkabung, kemudian berkata, "Bolehkah lolap masuk kebelakang tirai ini untuk melihat jenasah Pan Losicu?"
"Taysu silahkan"berkata pemuda itu. Tiat Bok-taysu lalu melangkah maju, setelah membuka tirai putih itu dengan tindakan perlahan ia perjalan masuk. Selagi Ki Bok-taysu hendak mengikuti,
pemuda berkabung itu tiba2 berkata, " Depan peti jenasah di belakang tirai ini, tempatnya sempit, sebaiknya taysu menunggu setelah siansu nanti keluar baru masuk lagi."
Siang-koan Kie yang mendengar itu merasa heran, diam2
berpikir untuk melihat jenasah Pan Loya saja apakah harus melihat satu persatu. Ki Bok taysu merangkapkan kedua tangannya benar saja ia lalu berdiri di depan tirai untuk menunggu gilirian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat Bok-taysu yang masuk kebelakang tirai lama tidak keluar,
agaknya dibelakang tirai putih itu banyak hal dan kejadian yang telah dilihatnya.
Rombongan orang2 itu semua mulai tidak sa bar, sehingga Ki Bok-taysu sendiri yang mempunyai kesabaran luar biasa juga mulai tidak tenang, matanya yang dipejamkan tiba2
terbuka lebar dengan sinar mata yang tajam ia mengawasi pemuda berpakaian berkabung, lalu bertanya dengan nada suara dingin, "Benarkah jenazah Pan lositju berada dibela kang tirai ini?"
"Bagaimana boanpwe berani membohongi cianpwe
sekalian?" menjawab pemuda itu sambil menganggukkan
kepala. Kata katanya itu nampaknya diucapkan dengan hati
sejurjurnya, mau tidak mau orang harus percaya,
Ki Bok-taysu terpaksa berlaku sabar, ia menarik napas panjang, kembali menunggu diluar.
Beberapa lama ia menunggu, tetapi masih tetap tidak
tampak Tiat Bok-taysu muncul, Ki Bok taysu agaknya sudah tidak sabar lagi, maka setelah memuji nama Budha ia lalu berkata, "Sicu, maafkan lolap terpaksa akan masuk
kebelakang tirai ini."
Dengan tanpa menunggu jawaban pemuda berpakaian
berkabung itu, ia sudah merobos masuk kebelakang tirai itu.
Pemuda berpakaian berkabung itu, sebetulnya hendak
mencegah, tetapi kemudian tiba2 membatalkan maksud ini.
Pada saat itu dua jago pedang dari Tjeng-shia pay segera memberi hormat kepada pemuda berkabung itu seraya
berkata:. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau sicu sudah boleh memberi kelonggaran Pin-to juga ingin minta kelonggaran dari sicu."
Ucapan kedua imam itu meskipun sangat rendah, tetapi
sikapnya menunjukkan hendak masuk dengan kekerasan,
dengan tanpa menunggu jawaban dari pemuda itu, mereka sudah masuk kebelakang tirai putih itu.
Si burung elang berkepala sembilan ketika menyaksikan dua imam itu sudah masuk lalu berkata kepada pemuda itu,
"Sutit sudah membiarkan orang lain masuk, rasanya toh tidak pantas membiarkan pamanmu ini menunggu diluar bukan?"
Setelah berkala demikian, ia lalu masuk dengan tindakan kaki lebar.
Pemuda berpakaian berkabung itu berkata dengan suara
perlahan, "Harap paman Lui tunggu sebentar nanti setelah mereka keluar "."
Lui Beng Wan mendelikan matanya dan berkata, "Aku dan ayahmu sudah beberapa puluh tahun bersahabat erat, apakah tidak lebih berharga daripada orang lain?"
Pemuda berpakaian berkabung itu terpaksa mundur satu
tindak untuk memberi jalan Lui Beng dan suami istri.
Pada saat itu, yang berdiri didepan tirai tinggal Im-yang Siang ciok, Touw Thian Gouw, Siang-koan Kie dan Wan-hauw berlima. Touw Thian Goaw melawasi Im yang Siang sejenak, kemudian berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara
perlahan: Kalau semua boleh masuk, mengapa kita harus berdiri
disini?" Sambil mendongakkan kepala orang she Touw Itu berjalan disamping Im-yang Siang-tjiok terus masuk kebelakang tirai.
Siang-koan Kie dan Wan-hauW mengikuti
dibelakangnya.Pemuda berpakaian berkabung itu coba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencegahnya sambil berkata, "Bolehkah tuan2 tunggu
sebentar?" "Kita sudah tidak sabar menunggu, ayahmu adalah seorang jago kenamaan, kita hanya karena kagum dan mendjungjung tinggi kepribadiannya barulah datang kemari, maksud kita hanya ingin menyaksikan Wajahnya untuk penghabisan kali, karena kita masih ada urusan penting yang, harus
diselesaikan, harap kongcu dapat memaafkan perbuatan kita ini!"
Pemuda berpakaian berkabung itu tiba2 menunjukkan sikap gusar, tetapi akhirnya ia mengendalikan hawa amarahnya, ia mundur kesamping untuk memberi jalan pada Touw Thian
Gouw bertiga. Dibelakang tirai kain berwarna putih itu, ternyata bukanlah tempat untuk menaruh peti mati, hanya merupakan sebuah jalanan sempit yang hanya dapat dilalui oleh dua orang dengan jalan berendeng, jalanan itu terus menuju kebelakang.
Siang-koan Kie diam2 berpikir: pantas dua taysu dari kuil Siao-liem sie itu sudah masuk sekian lama belum nampak keluar, kiranya dibelakang tirai ini, adalah sebuah jalanan yang entah menuju kemana.
Sementara itu pemuda berpakaian berkabung itu juga
sudah berjalan per-lahan2 dibelakang Wan Hauw.
Jalan masuk kira2 lima enam tombak, jalanan itu membelok kesamping.
Touw Thian Gouw berpaling mengawasi Siang koan Kie
sejenak, lalu berkata dengan suara pelahan, "jalan yang kita lalui ini, mungkin menuju
kebawah tanah "."
"Hem, jikalau mereka bermaksud jahat menutup jalan
masuk tadi, bukankah kita akan terkurung disini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan cuma terkurung saja, bahkan apabila dimasuki air atau dibakar, sekalipun orang berkepandaian tinggi, juga tidak bisa hidup".ada
sUatu hal yang tidak dapat dimengerti, untuk sementara ini, sesungguhnya Sangat membingungkan."
"Hal apa?" "jalanan ini yang dimulai dari ruangan tengah,
pembuatannya demikian sempurna, sehingga susah diduga orang, pekerjaan yang begini hebat, sudah tentu tidak dapat dilakukan dalam waktu sangat singkat, ini suatu bukti bahwa jalanan ini pasti sudah selesai dibuat sebelum Pan Loya meninggal dunia."
"Benar." "Setelah ia meninggal jenazahnya masih perlu disimpan ditempat yang sangat rahasia seperti ini, entah apa
maksudnya?" Siang koan Kie yang mendengar pernyataan kawannya itu nampak berpikir, kemudian berkata, "ya! Apakah jenazah Pan Loya takut dicuri orang?"
Sementara itu mereka bartiga sudah harus menikung
kesuatu belokan lagi dari situ samar2 terdengar suara orang bercakap cakap.
Setelah melalui tikungan itu, keadaan tiba2 berobah
didalam satu ruangan yang hias, disitu berdiri Tiat Bok taysu, Ki Bok taysu, Lui Beng Wan suami istri dan seorang gadis berpakaian berkabung.
Touw Thian Gouw bertiga mempercepat tindakan kakinya, masuk keruangan tersebut.
Disuatu sudut dalam ruangan kamar itu, duduk seorang tua berjenggot panjang sedang bicara dengan Tiat Bok taysu, Lui Beng Wan dan lain-lainnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata orang tua itu perlahan2 berkisar kearah Touw Thian Gouw, Siang koan Kie dan Wan Hauw, kemudian
menganggukan kepala memberi hormat, Touw Thian Gouw
berpikir sejenak lalu berkata sambil memberi hormat, "Loeng-hiong adalab Pan-tayhiap?"."
Orang tua itu menjawab sambil membongkokkan badan,
"Siaote dan Tjiong Tong, dan saundara"."
"Siaote Touw Thian Gouw."
"Oh. nama besar itu sudah lama Siaote dengar, sungguh tidak diduga sipecut sakti dari daerah luar perbatasan, ternyata juga datang kedaerah
Tiong Goan"." Kemudian ia mengawasi Siang-koan Kie
dan berkata kepadanya, "Saudara kecil ini"."
Siang-koan Kie dengan cepat memberi hormat seraya
berkata, "Boanpwe Siang-koan Kie, dan dibelakang boanpwee ini adalah adik angkat boanpwee, Wan HaUW."
"Kalian datang dari tempat jauh, aku siorang tua mengucap banyak2 terima kasih."
Siang-koan Kie mengawasi Touw Thian Gouw tetapi
mulutnya berkata kepada orang tua itu, "Mana, boanpwee baru menginjak dunia Kang ouw, dapat melibat wajah agung locianpwe sesungguhnya merupakan suatu kehormatan yang paling besar."
Pan Tjiong Tong menghela napas panjang kemudian
berkata, "Aku si tua bangka sudah mendapat luka parah, hanya tinggal menunggu waktunya saja untuk menghadap
Tuhan yang Maha Esh. Sebagian besar hidupku didalam dunia Kung-ouw, rasanya sudah bosan penghidupan diujung senjata itu, terhadap segala permusuhan dalam dunia pandanganku juga sudah tawar, kali ini aku pura-pura meninggal sebetulnya mengharap agar sahabat sahabat lama dikalangan Kang-ouw, perlahan2 melupakan diriku, setelah upacara penguburan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selesai, aku akan mencari tempat gunung yang sepi untuk mengasingkan diri, dimana aku
hendak menantikan ajalku"."
Ia berdiam sejenak, lalu berkata pula, "Sungguh tidak disangka saudara2 dan sahabat sahabat lama masih demikian besar cintanya terhadap diriku si orang tua, sehingga memerlukan hendak melibat jenasahku, anak2 ku tadi telah datang untuk melaporkan dan minta pikiranku, kali ini sesungguhnya menyulitan aku, tetapi karena aku tidak ingin mengecewakan saudara2 maka aku perintahkan anakku ajak saudara2 sekalian datang kekamar ini untuk mengadakan pertemuan, satu2nya pengharapanku,
ialah kuharap dengan sangat agar supaya soal pertemuan ini jangan sampai tersiar keluar, disini terlebih dahulu aku ucapkan banyak-banyak terima kasih.?"
Perkataan orang tua itu pada umumnya sangat
mengherankan dan menimbulkan perasaan curiga bagi semua orang yang berada disitu.
Terutama Lui Bang Wan dengan sinar matanya yang tajam menatap wajah Pan Tjiong Tong tampak berkedip, lalu
bertanya, "Loako sudah berapa tahun kita tidak bertemu?"
Pan Tjiong Tong memperdengarkan suara batuk batuk
yang amat perlahan, lalu menjawabnya, "Kita berdua mungkin sudah delapan atau sembilan tahun tidak bertemu muka, aih!
Manusia kalau sudah berusia begitu lanjut, paling banyak menghadapi perobahan segala kejadian, siaotee bukanlah nampak lebih gemuk sedikit" Hanya usia yang sudah lebih tua sehingga ambisi dimasa muda, kini sudah tidak ada
bekasnya"." Lui Beng Wan tertawa sambil mengurut jenggotnya, ia
agaknya ingin bicara apa2 tetapi kemudian dibatalkan, satelah bediam sejenak ia baru berkata lagi, "Waktu berlalu sangat pesat, sehingga manusia juga lekas tua, kita berdua tua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangka ini persahabatannya juga dirasakan semakin
renggang." Tiat Bok taysu tiba2 berkata sambil merangkapkan kedua tangannya, "Atas perintah ketua kuil, lolap datang kemari hendak turut mengantar jenazah Pan lositju itu, dalam waktu tiga hari lagi ketua kuil Siao-lim-sie segera tiba siapa tahu lositju hanya pura pura saja,
hal ini sesungguhnya sangat menyulitkan lolap"
Pemuda berpakaian berkabung tiba2 menyela, "jiwie
Losiansu apabila tidak memandang rendah kediaman kita ini, harap beristirahat dulu disini tiga hari, nanti setelah ketua lotjiansu datang kemari dan sesudah berjumpa dengan ayah baru pulang, entah bagaimana pikiran losiansu?""
Tiat bok-taysu dan Ki Bok-taysu saling berpandangan
sebentar, selagi hendak menjawab tiba2 terdengar suara gadis berkabung itu:,. Aku pikir tidak usah, jiwie-taysu adalah orang2 yang beribadat tinggi, bagaimana berdiam dirumah kita?"
Pan Tjiong Tong lantas berkata, "Hong Kow".,: Tiba2 ia merperdengarkan suara batuk2, kemudian berkata pula,
..Ucapan Hong-jie memang benar, harap jiwie mengabarkan kepada ketua jiwie, katakan saja bahwa aku si orang she Pan menyatakan banyak terima kasih atas budi kebaikannya "
Ucapan itu meski sangat rendah tetapi mengandung
maksud mengusir tetamunya.
Siang-koan Kie yang Sejak tadi mendengarkan pembicaraan itu dengan penuh perhatian, diam2 merasa heran, selagi hendak membuka mulut, di belakang dirinya tiba2 terdengar suara tindakkan kaki orang.
Dengan cepat ia berpaling, segera dilihatnya Kim Siao Ho yang tadi menjemput dirinya telah masuk tergesa2, orang she Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim itu ketika melihat dalam kamar terdapat demikian banyak orang nampaknya terkejut dan terheran heran.
Tetapi dengan cepat ia pulih kembali seperti biasa, sambil memberi hormat ia berkata, "Semua sudah siap, upacara sembahyang apakah sudah boleh dimulai!"
Matanya terus menatap kepada gadis dan pemuda
berpakaian berkabung itu dengan bergiliran, agaknya tidak tahu ia harus bertanya kepada siapa.
Pemuda berpakaian berkabung itu mengawasi gadis
berpakaian berkabung itu sejenak, baru berkata, "Harap adiK
berikan putusannya"."
Gadis itu berpaling kepada ayahnya, kemudian berkata,, Biar ayah saja yang memutuskan." Pan Tjiong Tong lalu berkata, "Kau semua sudah siap, bolehlah segera dimulai!"
Kim Siao Ho lalu memberi hormat kepada Tiat Bok-taysu, Ki Bok-taysu dan lain lainnya seraya berkata, "Apakah tuan tuan hendak turut menghadiri upacara sembahyang" "
Gadis berpakaian berkabung itu segera menyambungnya,
"Sudah tentu harus ikut hadir, apabila mereka tidak
menghadiri upacara sembahyang, bukankah akan
menimbulkan kecurigaan banyak orang?""
Gadis itu nampak berpikir sejenak, kemudian berkata,
kepada orang tua yang duduk itu, "Hari ini ayah sudah bicara terlalu banyak, sudah seharusnya beristirahat dulu"."
Kemudian berpaling dan berkata kepada pemuda
berpakaian berkabung "Koko, mari kita jalan dulu!"
Pemuda itu segera memutar badannya dan berlalu dari situ.
Gadis itu kembali memberi hormat kepada orang2 dalam
kamar seraya berkata, "Para locianpwee dan paman2 sekalian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam upacara sembahyang itu, apabila locianpwee dan
paman2 sekalian tidak turut hadir, pasti akan menimbulkan banyak kecurigaan, terpaksa minta locianpwee dan paman2
sekalian turut menghadiri upacara sembahyang itu."
Tiat Bok-taysu dan Ki Bok-taysu tidak menyatakan apa2, segera berjalan keluar.
Dua jago pedang partay Tjeng shia-pay saling
berpandangan sebentar lalu berkata, "Setelah upacara
sembahyang selesai, masih ada sedikit urusan kita ingin omong2 dengan ayahmu, apakah kau tidak keberatan?"
Dua jago pedang itu agaknya sudah dapat bahwa gadis
itulah sesungguhnya yang memegang peranan penting
mengurus semua urusan dalam gedung ini, maka ia langsung menanyakan kepadanya.
Gadis itu sambil mengerutkan alisnya menjawab, "Urusan ini harus bertanya kepada ayab sendiri."
Pada saat itu Pan Tjiong Tong sebetulnya sudah
memejamkan matanya, ketika mendengar ucapan anaknya,
lalu mengawasinya sebentar, lalu berkata, "Tuan2 datang dari tempat dauh, sudah seharusnya aku menerima baik
permintaan tuan2." Kedua jago pedang itu tidak bicara lagi, mereka angkat tangan memberi hormat, lalu mengundurkan diri dan berjalan keluar mengikuti dua paderi dari Siao liam sie tadi.
Lui Beng Wan mengawasi istrinya sejenak lalu berkata,
"Kita juga pergi."
Sang istri itu menurut, ia membalikkan badan dan berjalan lebih dahulu"
Lui Beng Wan melambaikan tangan dan berkata kepada
Pan Tjiong Tong, "Loako, nanti malam kita berjumpa lagi."
Setelah itu lalu berjalan dibelakang istrinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw menarik tangan Siang-koan Kie seraya
berkata dengan suara perlahan, "Mari kita juga pergi."
Im-yang Siang-tjiok juga berjalan dibelakang Wan-Hauw keluar dari ruangan itu.
Ketika beberapa orang itu tiba didalam ruangan yang luas itu, upacara sembahyang sudah dimulai.
Touw Thian Gouw mengerutkan alisnya, agaknya hendak
mengucapkan sesuatu kepada Siang koan Kie tetapi kemudian dibatalkan.
Orang2 itu baru tiba diruangan yang luas itu, segera
melihat sebuah peti besar yang diatasnya sudah penuh
karangan bunga, terletak ditengah tengah ruangan itu, pemuda berpakaian berkabung itu berdiri disampingnya
dengan kepala tunduk dan kedua tangannya melurus
kebawah, apa yang mengherankan ialah gadis yang
berpakaian berkabung itu, ternyata sudah tidak lebih dulu dengan kepala memakai kerudung kain putih, berdiri disebelah kanan peti.
Kim Siao Ho memberi hormat kepada orang2 itu seraya
berkata, "Tuan-tuan, harap melakukan upacara
sembahyang"." Ucapannya itu nampaknya sangat sedih dan hikmat,
seolah2 dalam peti itu benar2 ada jenazahnya Pan Tjiong Tong. Siang-koan Kie diam diam berpikir, "Orang tua dalam kamar rahasia itu, pasti adalah Pan Loya sendiri, sedang dalam peti mati ini, kalau bukan diisi barang2 lain, tentunya adalah orang; yang menggantikan dirinya pura pura mati, orang2 ini bisa berlaku sedemikian sungguh sungguh,
kedukaan setiap orang nampaknya seperti tidak dibuat2nya, sesungguhnya tidaklah mudah"."
Selagi masih berpikir tiba2 terdengar orang berkata dengan suara nyaring, "Upacara sembahyang dimulai"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu besar yang tertutup rapat itu, tiba2 terbuka lebar.
Semua tetamu yang hendak turut sembahyang segera
menyerbu masuk. Tiat Bok taysu dan Ki Bok-taysu berjalan lebih dulu
kedepan peti mati, mereka membongkokan badan sambil
merangkapkan kedua tangannya dan memuji nama Budha.
Kedua padri itu, mungkin sudah tahu karena didalam peti itu bukanlah Pan Tjiong Tong yang sesungguhnya, maka ia tidak mau berlutut, hanya memberi hormat dengan
membengkokkan badan kemudian minggir ke samping.
Sebaliknya dengan pemuda dan gadis berpakaian berkabung itu, mereka berlutut dikedua samping peti,
setiap kali ada orang melakukan upacara sembahyang, ia harus mcmbalas dengan kehormatan besar.
Dua jago pedang dari Tjeng-shia-pay juga hanya menjura saja hanya Lui BengWan yang melakukan upacara
sembahyang itu dengan berlutut, Im-yang Siang-tjiok karena melihat Lui Beng Wan berlutut, mereka terpaksa juga berlutut.
Touw Thian Gouw menarik tangan Siang-koan Kie seraya
berkata, "Mari kita juga turut sembahyang!"
Siang-koan Kie mengikuti belakang|Touw Thian Gouw,
sedangkan Wan Hauw selalu meniru gerak gerik Siang-koan Kie, setelah mereka selesai melakukan sembahyang, barulah rombongan orang-orang lainnya menyerbu kedepan peti untuk sembahyang.
Upacara itu memakan waktu dua jam lebih baru selesai.
Pada saat itu didalam pekarangan itu masih terdapat
seratus orang lebih, agaknya orang2 itu mempunyai sedikit Kedudukan didalam rimba persilatan.
Kim Siao Ho buru2 menghampiri Tiat bok, taysu dan Ki
Bok-taysu serta lain2nya lalu berkata dengan suara
perlahan2, "Peti jenasah Pan Loya, sekarang hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diberangkatkan untuk dikubur, taysu sekalian sudah satu hari belum bersantap, aku pikir tidak usah ikut mengantar, diruangan sebelah barat sudah disediakan hidangan ala kadarnya, silahkan taysu sekalian untuk kesana!"
Tiat Bok-taysu dan Ki Bok-taysu saling berpandangan
sejenak, sebelum mereka menjawab Lui Beng Wan sudah
mendahului berkata, "Aku dengan saudara Pan merupakan sahabat lama sejak masih muda, bagaimana tidak turut
mengantar jenazahnya, buat orang lain aku tidak perduli, tetapi aku sendiri harus mengantar." "ucapan saudara Lui juga benar".,"
berkata Kim Siao Ho sambil mengawasi Lui Beng Wan,
kemudian berpaling dan berkata kepada Tiat Bok taysu, Ki Bok-taysu dan dua jago pedang dari Tjeng-shian-pay, Taysu, To-tiang tidak usah pergi saja!"
"Pi-tjeng datang atas perintah ketua, bagaimana boleh melakukan kewajiban hanya setengah jalan saja?" berkata Tiat Bok-taysu.
Sementara itu Touw Thian Gouw menarik tangan Siang
koan Kie berpaling memandang kearah lain, ia sengaja tidak mau mengawani Kim Siao Ho.
Sebentar kemudian, peti mati sudah dibawa keluar,
digotong oleh enambelas orang berpakaian kain hitan secara bergiliran.
Didepan pintu gedung pekarangan, barisan musik sudah
menunggu, ketika melihat peti mati digotong keluar, segera membuka jalan sambil meniup irama berkabung.
Pada saat itu, hari sudah senja, sinar matahari yang sudah mulai terbenam ke barat, menimbulkan warna kuning diatas langit.
Tempat dimana dilalui oleh rombongan peti mati itu,
sepanjang jalan banyak orang yang menyaksikan bagaikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lautan manusia, diantaranya malah tidak sedikitnya jumlahnya yang berlutut ditepi jalan, hampir semua orang diliputi kedukaan. Suatu tanda bahwa Pan Loya almarhum itu,
dimasa hidupnya mendapat penghargaan dari rakyat
penduduk tempat itu. Lautan manusia itu sejauh sepanjang kira2 sepuluh pal, rombongan peti mati berjalan kira kira tiga jam, ketika sudah tiba diluar kota orang orang yang memberi hormat
penghabisan di sepanjang jalan baru nampak mulai sedikit.
jauh dari perbatasan kota, hari sudah gelap, hanya
bintang,2 dilangit yang nampak sinarnya kelap kelip.
Gadis berpakaian berkabung itu melambaikan tangannya, rombongan orang2 yang menggotong peti mati itu ]alu
berhenti. Gadis itu lalu berkata kepada pemuda berpakaian berkabung dengan suara perlahan, "Koko, kita sudah hampir tiba ditempat kuburan, orang2 tidak perlu mengantar lagi."
Pemuda itu agaknya menghargai gadis tersebut, seketika itu ia segera menjawab sambil menganggukkan kepala, "Itu benar."
Kemudian ia berpaling menghadapi para tetamunya yang
mengikuti mengantar jenazah, lalu berkata sambil memberi hormat, "jenazah ayah sudah hampir tiba ditempat
penguburan, boanpwee pikir locianpwee sekalian sampai disini saja, tidak usah mengantar lagi.
Pengumuman secara mendadak itu, sesungguhnya diluar
dugaan semua orang, sehingga terkejut.
Tiat Bok-taysu sambil merangkapkan kedua tangannya dan memuji nama Budha, lalu berkata, "Kalau siaositju sudah berkata demikian pintjeng sekalian terpaksa menurut, biarlah sampai disini saja."


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu lalu berlalu dengan diikuti oleh Ki Bok-taysu dan yang lain2nya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebentar kemudian, yang masih tinggal hanya Lui Beng
Wan suami istri, Touw thian Gouw, Siang-koan Kie, Wan Hauw, dan Im-yang Siang tjiok.
Pemuda berpakaian berkabung itu, ketika menyaksikan
para tetamunya berlalu satu persatu, perasaannya mendadak kurang enak, sambil mengangkat tangannya ia berkata
dengan suara nyaring, "Locianpwee sekalian, harap pulang kekediaman boanpwee dulu sebentar, nanti setelah upacara penguburan ayah selesai, boanpwee segera kembali."
Gadis berpakaian berkabung itu berkata kepada pemuda
tersebut dengan suara perlahan, "Koko minta supaya paman Lui dan lainanya juga pulang dulu!"
Pemuda itu berpikir sejenak, lalu berkata ke pada Lui Beng Wan dan Touw Thian Gouw sekalian, "Hawa malam sangat
dingin, boanpwee tidak berani minta locianpwee sekalian mengantar lagi harap supaya juga pulang lebih dulu."
Lui Beng Wan melototkan matanya dan dia berkata dengan nada suara tidak tenang, "Aku dengan ayahmu bukanlah
sahabat biasa, jikalau aku tidak dapat menyaksikan atau mengantar sampai keliang kubur, hatiku tidak akan tenang"."
Pemuda itu mengawasi adiknya sejenak lalu berkata sambil mengerutkan keningnya, "Ini, ini"." Ia tidak tahu dengan alasan apa harus menolak permintaan orang tua itu, maka kata2nya tidak dapat dilanjutkan lagi.
Lui Beng Wan tertawa ter-bahak2, kemudian berkata
sambil mengurut jenggotnya yang panjang, "jikalau hiantit tidak suka pamanmu ini mengantar sampai keliang kuburan, aku juga tidak akan memaksa, asal hiantit memenuhi
permintaanku, aku akan segera kembali"."
"Entah urusan apa yang paman kehendaki?"
"Aku ingin menyaksikan wajah sahabat lamaku didalam peti mati ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu mundur dua langkah, ia berkata sambil
meggelengkan kepala, "Peti mati sudah dipantek, bagaimana bisa di buka lagi" Kebaikan paman Lui, dan perhatian terhadap ayah almarhum, disini boanpwee mengucapKan banyak
banyak terima kasih."
Gadis berkabung itu memberi isyarat kepada rombongan
pengangkut peti mati, orang2 yang menggotong peti mati itu segera melanjutkan perjalanan.
Lui Beng Wan memperdengarkan suara dihidung, kemudian hendak mengejar, gadis berkabung itu mencegahnya sambil berkata, "Paman Lui tadi toh sudah menjaksikan ayah
dibelakang gedung, rasanya tidak melihat lagi."
Lui Beng Wan menjawab sambil tertawa dingin, "Aku si tua bangka ini kau kira orang macam apa" Bagaimana dengan mudah ditipu begitu saja?"
Gadis itu tiba2 alisnya berdiri dengan cepat memotong perkataan Lui Beng Wan, "Paman dengan ayah bersahabat erat, boanpwee tidak ingin berlaku kurang sopan terhadap paman, urusan dalam keluarga Pan,
sebaiknya paman jagan turut campur tangan." Lui Beng
Wan tercengang, katanya, "Apabila aku hendak membuka peti ini untuk
menyaksikan keadaan sebenarnya, kau mau apa?" Gidis itu nampaknya merasa tidak senang, katanya, "jenazah ayah yang dimasuk kedalam peti mati bagaimana boleh dibuka sembarangan, paman ini agaknya juga tidak perlu membuka peti secara paksa, sekalipun paman Lui ingin berbuat demikian boanpwee juga tidak ingin terjadinya hal demikian."
Siang koan Kie yang mendengar percakapan itu keherannya makin memuncak, dalam hati diam2 berpikir: Pan Loya sudah terang masih duduk dalam kamar dibawah tanah itu,
bagaimana gadis itu masih mengatakan bahwa dalam peti jenasah ayahnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia Yang merasa curiga, tetapi pada saat itu ia tak tahu apa sebabtya, dengan tanpa sadar ia saling mengawasi Touw Thian Gouw. Touw Thian Gouw bersenyum hambar, ia
mengelengkan kepalanya, memberi isarat kepada Siang koan Kie supaya jangan campur tangan, dengan urusan ini.
sementara itu Lui Beng Wan sudah berkata sambil tertawa, Itu memang benar, urusan keluarga Pan seharusnya aku turut campur tangan, akan tetapi ayahmu dimasa hidupnya pernah mengangap saudara denganku, menurut adat istiadat dalam rimba persilatan, tidak boleh tidak aku harus campur tangan."
Sambil berkata orang tua itu berpaling mengawasi istrinya.
Apabila sang istri itu mencegah, Lui Beng Wan sudah tentu tidak berani menentang kehendak istrinya, diluar dugaannya, kali ini sang istri diam diam saja tidak menyatakan pikiran apa2.
Gadis berkabung itu mengawasi Lui Beng Wan sejenak, lalu berkata dengan nada suara dingin
"Apabila aku tidak mengijinkan paman Lui membuka peti mati paman Lui mau apa?"
"Tentang ini"." Mungkin orang tua tidak menemukan
kata2 yang tepat untuk menjawab sehingga hanya
mengucapkan ucapan itu saja sudah tidak dapat melanjutkan lagi.
Gadis itu tiba2 mengangkat tangannya dan berkata, "Harap koko melindungi peti mati untuk berjalan lebih dulu."
Pemuda berpakaian berkabung itu, masih tetap
mengindahkan adiknya, atas permintaan adiknya tadi ia terpaksa menurut, maka lalu perintahkan orang2 yang
menggotong peti mati supaya berjalan terus.
Lui Beng Wan sangat cemas, tiba2 melangkah tiga tindak kearah kiri, ia hendak mengejar rombongan peti mati sambil memutari gadis berpakaian berkabung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak disangka baru saja badannya bergerak gadis itu sudah menebak maksudnya dengan itui gerakan dan gaya yang gesit sekali, ia memotong dari kanan, sehingga masih tetap
menghadang dihadapannya. Lui Beng Wan agaknya merasa mendongkol menghadapi
sikap gadis itu,sambil memperdengarkan suara di hidung ia melompat kekanan jauh satu tombak.
Serentak pada saat itu, gadis itu juga lompat melesat kearah kiri, karena waktunya sangat tepat,maka waktu
melayang turun, tepat berada dihadapan Lui Beng Wan.
-odwo- Bab 22 SIANG KOAN KIE menyaksikan keadaan demikian, berkata
kepada Touw Thian Gouw dengan suara perlahan sambil
mengerutkan keningnya, "Orang tua she Lui itu sesunguhnya juga terlalu kurang sopan orang tidak mengijinkan membuka peti mati, perlu apa ia harus memaksa?"
Touw Thian Gouw berpaling menggawasi gadis berkabung
dari atas sampai kebawah, tiba-tiba mengerutkan alisnya, kemudian berkata sambil menghela napas panjang, "Urusan dalam rimba persilatan kadang2 banyak yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran biasa, siapapun tidak dapat menduga bagaimana keadaan sebenarnya?"
Siang koan Kie menganggukkan kepala sambil
mengeluarkan jawaban singkat:" Oh! "
Namun dalam hati merasa kecewa, sebab jawaban Touw
Thian Gouw itu sama2 tidak menjawab.
Walaupun ia baru muncul didunia Kang-ouw dan sedikit
Sekali yang diketahui urusan dalam rimba persilatan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi padi saat itu sedikit banyaknya ia sudah dapat menduga bahwa dalam urusan ini sesungguhnya bukanlah
perkara biasa, sesaat itu pikiran yang diliputi oleh berbagai pertanyaan sehingga matanya terus ditujukan kepada diri gadis berkabung itu.
Gadis itu dengan alis berdiri dan paras dingin berkata dengan nada suara dingin pula, "Hawa malam sungat dingin aku lihat paman Lui apabila ada seorang cerdik, sebaliknya pulang saja."
Lui Beng Wan membentak dan berkata dengan suara
gusar, "jikalau kau berlaku demikian kurang ajar lagi, kau jangan sesalkan kalau aku tidak memandang diri orang dari tingkatan muda, sehingga perlu turun tangan terhadapnya."
Gadis itu menjawab dengan nada suara dingin, "Apabila paman Lui tetap hendak mencampuri urusan keluarga Pan, nama baikmu yang telah kau pupuk selama beberapa tahun itu mungkin akan rusak dalam waktu sekejap saja!"
Wan Hauw yang sejak tadi berdiri disamping diam Saja, saat itu tiba2 berkata, "Anak perempuan ini bagaimana berlaku tidak sopan terhadap orang tua, apakah dia"."
Belum lagi habis ucapan Wan Hauw, Lui Beng Wan tiba2
memukul gadis berkabung itu. Sambil tertawa dingin gadis berkabung itu menggeser kakinya setengah langkah
menghindarkan serangan Lui Beng Wan, tangannya dengan cepat melakukan suatu gerakan memotong kepada tangan
orang tua itu, tak disangka serangan Lui Beng Wan segera ditarik kembali.
Wan Hauw yang belum habis ucapannya, ketika melihat Lui Beng Wan membatalkan serangannya dan balik mundur, ia tidak mengerti apa sebabnya, sejenak ia merasa heran, kemudian berkata, "Orang tua itu juga aneh, ia sendiri turun tangan lebih dulu, mengapa mundur lagi" apakah "."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampai disitu, tiba2 ia berdiam, tidak sepatah
perkataanpun keluar lagi dari mulutnya.
"Maksudmu, apakah orang2 dalam dunia ini, semua,
demikian aneh?" Demikian Siang-koan Kie berkata sambil bersenyum.
Muka Wan Hauw merah seketika, katanya sambil
menundukkan kepala, "Sebetulnya ada juga yang tidak aneh."
Touw Thian Gouw baru berkata sambil tertawa, "Seorang suami mendengar kata istrinya, sesungguhnya merupakan seuatu hal biasa, apa yang mengherankan" Sekalipun adat Lui Beng Wan berangasan, tetapi asal istrinya melarang atau menarik tangannya, semua beres."
Siang-koan Kie pada saat itu meskipun pikirannya diliputi oleh beberapa kecurigaan, tetapi ketika menyaksikan Lui Beng Wan ditarik bajunya oleh sang isteri, segera dengan cepat menrik kembali serangannya, dan kemudian terdengar pula kata2 Touw Thian Gouw, dalam hati juga merasa geli.
Gadis berkabung itu ketika menyaksikan Lui Beng Wan
membatalkan serangannya dan minggir, kesamping kemudian ditarik oleh istrinya lalu entah apa yang dikatakan oleh sang istri itu amarahnya mendadak mereda.
Lalu berkata sambil mengerutkan keningnya, "Locianpwee sekali lagi silahkan kembali!"
Setelah berkata demikian ia lalu memutar ba dannya,
menyusul rombongan orang2 yang menggo tong pati mati
saat itu sudah berlalu jauh.
Lui Beng Wan yang mendengar ucapan istrinya sambil
menganggukkan kepala, sebentar kemudian lalu berlalu dan menghilang ditempat gelap.
Siang-koan Kie lalu bertanya kepada Touw Thian Gouw
dengan suara perlahan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Touw, apakah kita juga perlu menyelidiki
persolan ini?" Touw Thian Gouw agaknya juga sudah tertarik oleh
kejadian yang agaknya ganjil itu, ia lalu menjawab sambil menganggukkan kepala, "Baiklah! Mari kita kejar "
Setelah berkata demikian lebih dulu mengejar gadis itu.
Ia seorang Kang-ouw ulung yang sudah banyak
pengalaman, ia mergejar gadis dan rombongan orang
menggotong peti mati itu dengan mengambil jalan memutar.
Im-yang Siang-tjiok yang menyaksikan Lui Beng Wan suami istri, Touw Thian Gouw, dan Siang-koan Kie serta Wan Hauw sudah pada berlalu, lalu berunding sebentar, kemudian lari meninggalkan tempat tersebut.
Orang orang itu semua mempunyai satu tujuan, ialah
hendak mengejar gadis berkabung itu, tetapi masing2 memilih jalan sendiri", dengan rombongan orang2 yang menggotong peti mati itu terpisah satu jarak agak jauh, dalam suasana gelap itu satu sama lain tidak dapat melihatnya.
Diluar dugaan semua orang, angin malam tiba2 meniup
kencang, sebentar kemudian, bintang2 di langit tertutup oleh awan tebal, sehingga cuaca meyadi gelap.
Sebentar lagi nampak berkelebatnya sinar kilat dan
gemuruhnya bunyi geledek, lalu disusul oleh turunnya hujan yang se-olah2 dituang dari langit Touw Thian Gouw
memperlahan gerak kakinya, ia ingin menunggu Siang koan Kie dan Wan Hauw kemudian baru mengejar lagi. Diwaktu malam gelap gulita dan hujan angin demikian keras,
betapapun tajam daya pandangan dan pendengaran
seseorang, semua sudah tidak ada gunanya sama sekali
Tak disangka baru saja ia berpaling ia sudah dapatkan Siang-koan Kie dan Wan Hauw berdiri dibelakang dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada hal Touw Thian Gouw tadi sudah mengerahkan
seluruh kepandaiannya, karena ia sudah mengetahui bahwa kepandaian kedua pemudi itu sangat tinggi sekali maka ia ingin menggunakan kesempatan itu, hendak mencoba ilmu lari pesat kedua pemuda itu.
Menurut tafsirannya kedua pemuda itu pasti akan
ketinggalan se-tidak2nya tiga tombak atau lebih sebab ia selama lari tidak kedengaran suara gerakan kaki kedua pemuda itu berada dibelakangnya. Maka ketika melihat kedua pemuda itu mengikuti dengan tanpa menimbulkan suara juga tetap berada dibelakangnya, diam2 merasa heran, Siang-koan Kie tersenyum, sambil kibas kibaskan bajunya yang sudah basah dengan air hujan ia berkata, "Lui Bang Wan suami istri dan Im yang Si-ang-ciok barangkali akan tiba."
"Benar hujan lebat malam ini, sesungguhnya memberi
bantuan tidak sedikit bagi nona Pan itu." Berkata Touw Thian Gouw sambil menganggukan kepala.
"Maaf siaotee tidak mengerti maksud yang terkandung
dalam ucapan saudara Touw tadi, bolehkah kiranya.."
Touw Thian Gouw, lalu memotongnya sambil menghela
napas, "Ketika untuk pertama kali aku melihat Pan Loya dikamar bawah tanah itu, meskipun terkejut dan ter-heran2
tetapi aku masih berpikir mungkin karena orang tua sudah bosan dengan hidupnya didunia Kang-oaw yang banyak
palsu dan kejahatan sehingga lekas2 mengundurkan diri, atau karena namanya yang terlalu terkenal dan pergaulannya yang terlalu luas membuat dirinya tidak dapat menuntut penghidupan dengan tenang, sehingga berpura2 mati, tetapi sekarang setelah aku pikir lagi, aku merasa bahwa semuA agaknya tidak masuk diakal?"
"Pan Loya yang berada didalam kamar dibawah tanah itu, apakah orang lain yang menyaru?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemungkinan besar begitu, sekarang ini Kuncinya terletak pada diri gadis berkabung itu gadis itu agaknya mempunyai pengaruh besar sekali dalam keluarga Pan itu."
"Siaotee juga dapat melihat hal2 yang tidak beres, hanya tidak dapat menganalisa segala sesuatunya demikian teliti seperti saudara Touw."
"Didalam dunia Kang-ouw memang banyak hal2 yang sulit diduga sekalipun oleh orang yang sudah berpengalaman
banyak." Wan Hauw yang berdiri disamping memperhatikan
pembicaraan mereka, tiba2 menyelak, "Toako, gadis
beikabung itu sudah akan mengejar kita."
Touw Thian Gouw dan Siang koan Kie berpaling, tetapi
karena cuaca malam itu sangat gelap, ditambah hujan begini lebat, sehingga sulit untuk melihat benda berjarak lima tombak lebih.
Siang-Koan Kie setelah berpikir sejenak lalu bertanya,
"Saudara Wan, benarkah kau sudah melihat gadis berpakaian berkabung itu?"
"Aku sudah menampak sangat tegas, sedikitpun tidak
salah, menjawab Wan Hauw dengan pasti,
Touw Thian Gouw setelah berpikir lalu berkata, "Kalau kita hitung waktunya, memang mereka sekarang sudah dapat
mengejar kita, mari kita pergi menenggoknya."
"Saudara Wan, kau lihat rombonpan mereka sudah sampai belum?" bertanya Siang-koan Kie.
"Mereka seperti berjalan menuju keteapi sungai." jawab Wan Hauw.
TouW Thian Gouw terkejut, katanya dengan perasaan
heran, "Untuk apa mereka menuju ketepi sungai, apakah hendak mengubur jenazah Pan loya di didalam air?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menundukkan kepala untuk berpikir, tiba2 meloncat dan berkata, "Jalan, mari kita lekas mengejar kesana."
Setelah itu, ia sudah lompat melesat lari menuju ketepi sungai.
Sedang Siang koan Kie dan Wan Hauw buru2 mengejar,
sehingga tiga batangan orang itu berlarian didalam cuaca gelap dan, dibawah hujan lebat.
Sebentar kemudian, mereka sudah tiba ditepi sungai.
Touw Thian Gouw berhenti dan berpaling mengawasi Wan
Hauw agaknya hendak berkata sesuatu tetapi kemudian
dibatalkan. Siang koan Kie agaknya sudah dapat menduga perasaan
orang she Touw itu, tetapi karena takut Wan Hauw salah paham, sehingga membatalkan maksudnya, maka ia segera berkata, "Saudara Wan kau tadi melihat gadis berkabung sudah tiba ditepi sungai, apakah ditempat sekitar ini?"
Wan Hauw berpikir sejenak baru berkata, "Aku hendak
mencari tempat lagi untuk melihat mereka."
Se konyong ia lompat melesat setinggi dua tombak lebh kemudian melayang kesuatu tempat ditepi sungai itu.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan gerakan Wan Hauw
yang demikian gesit, dalam hati diam-diam memberi pujian: Kesempurnaan ilmu meringankan tubuh pemuda ini dalam
rimba persilatan dewasa ini, mungkin susah dicari
tandingannya. Setelah Wan Hauw berlalu, dua orang itu terpaksa
menunggu sambil berdiri dibawah hujan lebat lalu berkata kepada Touw Thian Gouw, "Saudara Touw, kita dengan
menempuh hujan angin demikian lebat untuk menyelidiki peristiwa ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apabila kita mengetahui keadaannya yang sebenarnya,
apakah perlu campur tangan atau tidak?"
"Orang2 rimba persilatan kebanyakan memang berniat
demikian, banyak urusan yang sedikitpun tidak ada hubungan dengan dirinya sendiri, tetapi selalu ingin campur tangan untuk mencari tahu, dan setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, kadang2 ditinggalkan begitu saja, ada kalanya juga terlibat dalam urusan itu, menurut pandanganku dalam urusan ini bukan saja mengandung segi2 yang sangat ruwet, tetapi juga mempunyai latar belakang yang sangat luas, orang2 dengan kedudukan seperti Tiat Bok dan Ki Bok taysu dari Siao liem-sie, serta dua jago pedang ceng-shia-pay yang jarang sekali mencampuri urusan dunia Kang-ouw juga pada datang sendiri untuk turut berduka cita, jelas sekali bahwa kematian Pan Loya ini barangkali bukanlah merupakan suatu kematian biasa, apabila dugaanku tidak keliru, mungkin Tiat bokk dan Ki boktaysu serta dua imam dari ceng-shia pay itu diam2 juga sudah mengintai rombongan peti mati itu"."
Ia berhenti sejenak kemudian berkata pula
"Mungkin juga malam ini kita akan menyaksikan kejadian yang sangat mengejutkan.?"
Siang koan Kie pernah dua kali menyaksikan kejadian
mengerikan, hingga saat itu belum terhapus dari ingatannya, bahkan didalam dua peristiwa yang hebat ia sendiri terlibat didalamnya itu adalah kejadian dimana pertamakali ia
mengikuti suhunya, dalam pertemuan lima orang tua yang kemudian berubah menjadi peristiwa berdarah, dan yang kedua kalinya adalah dalam pertandingan
antara in Kin Liong dengan paderi tibet, yang kemudian dengan munculnya orang ber baju hijau secara tiba2 dan melakukan pembunuhan secara kejam, semua itu masih
memberikan kesan yang sangat dalam baginya, maka
terhadap ucapan Touw Thian Couw sedikitpun merasa tak heran; dalam hatinya berpikir apabila sudah mengetahui Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia kejadian itu, sikap apa yang harus diambil olehnya"
Berpeluk tangan atau apakah turut campur tangan membela pihak yang be nar?"
Selagi otaknya masih berpikir telinganya tiba-tiba
mendengar suara Wan Hauw, "Toako, mereka semua berada ditepi sungai."
"Baik! Mari kita pergi melihatnya ", berkata Touw Thian Gouw, Wan hauw lalu memutar tubuhnya lari menuju kesuatu tempat diepi sungai.
Dengan menempuh hujan angin lebat, sebentar saja
mereka sudah tiba ditempat yang di tuju.
Touw Thian Gouw berkata kepada Wan Hauw dengan
suara perlahan, "Saudara Wan, hati2 sedikit jangan sampai diketahui oleh mereka."
Wan Hauw berhenti, sambil menunjuk kearah depan bagian kiri ia berkata, Gadis berpakaian berkabung itu sudah tidak tampak lagi, sekarang hanya tinggal orang2 yang mengusung peti mati."
Touw Thian Gouw sudah memasang mata kearah yang
ditunjuk oleh Wan Hauw, tetapi tidak melihat bayangan seorangpun juga, hingga diam diam mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apakah peti mati itu masih ada?"
"Masih ada!", menyawab Wan Hauw.
Touw Thian Gouw memandang kearah itu lagi sambil
berjalan lambat lambat. Berjalan kira2 sejauh lima tombak, baru kelihatan bayangan orang.
Orang2 yang ditngaskan menggotong peti mati itu pada
berdiri tegak tanpa bergerak, peti mati masih ada, tetapi gadis berpakaian berkabung entah kemana perginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw berjongkok, memperhatikan keadaan
sekitarnya, kini ia dapat melihat bahwa tempat dimana orang2
mengotong peti mati itu berdiri, adalah sebuah tempat ditepi sungai yang agak dangkal, tempat tersebut penuh tumbuhan alang2 setinggi tubuh manusia, alang2 itu tertiup oleh angin dan ketimpa oleh air hujan, menimbulkan suara berisik.
Terpisah kira2 dua tombak dimana orang itu berdiri, ada sebuah tanah tanggul yang menonyol tinggi, apabila berada dibelakang tanggul itu, bukan saja bisa menggunakan tanah yang agak tinggi itu sebagai tempat untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga bisa menyaksikan segala gerak gerik orang2 yang menggotong peti mati itu.
Touw Thian Gouw berpaling dan menarik lengan baju Siang koan Kie, diajak sembunyi dibelakang tanggul itu.
Dua orarg itu setelah menyembunyikan diri ditempat
tersebut muLai memasang mata untuk memperhatikan gerak gerik orang orang itu.
Enambelas laki2 yang tadi menggotong peti mati itu berdiri berbaris pakaian mereka nampak ber-gerak2 tertiup angin, tetapi orangnya se olah2 tiang yang menancap ditanah, sedikitpun tidak bergerak.
Pemuda berkabung yang tadi ikut mengantar peti mati itu, juga entah kamana perginya, saat itu sudah tidak tampak.
Siang-koan Kie memanggil2 Wan Hauw dengan suara
perlahan, "Saudara Wan, saudara Wan"."
Beberapa kali ia memanggil, tiada jawaban dari Wan Hauw.
Ketika ia berpaling ternyata Wan Hauw sudah tidak kelihatan jejaknya.
Ia terkejut seketika itu sudah lupa keadaan nya sendiri, selagi hendak memangil lagi, pundaknya tiba2 merasa ditekan oleh satu tangan, kemudian terdengar suara, "jangan
bergerak, lekas lihat dalam gerombolan alang2 itu"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang koan Kie memasang matanya, ia telah dapat lihat bahwa gadis berkabung itu dengan tindakan lambat2 keluar dari dalam alang2 itu, dibelakangnya diikuti oleh pemuda berkabung itu beserta empat laki2 bertubuh tinggi besar.
Touw Thian Gouw berkata dengan suara perlahan kepada
Siang-koan Kie, "Benar saja ditepi sungai ini ada orang yang menyambut mereka.?"
Dengan mata terbuka lebar, Siang-koan Kie mengawasi
gadis berkabung itu tanpa berkedip, gadis tersebut kala itu sedang menunjuk peti itu, mulutnya ber-gerak2, karena hujan angin lebat, tidak terdengar apa yang dikatakan.
Siang-koan Kie memasang telinganya betul2, samar2
terdengar beberapa patah kata yang terakhir:"..dalam peti ini"."
Hatinya lalu tergerak, pikirnya: apakah dalam peti mati itu bukan jenazah Pan loya"
Empat laki2 bertubuh tinggi besar itu segera
lari menuju kepetimati, kemudian diangkanya dan lari balik lagi kedalam gerombolan alang2 itu
Gadis berkabung itu setelah menyaksikan empat laki2 itu menggotong peti mati tersebut, tiba2 mengayun tangannya menepuk belakang pungung enambelas orang yang tadi
menggotong peti mati dari rumahnya.
Ber-ulang2 ia menggerakkan tangannya, setiap kali ia
bergerak, orang2 itu lalu jatuh rubuh ditanah.
Bukan kepalang tetkejut Siang-koan Kie yang menyaksikan kejadian itu, kekejaman yang di lakukan oleh gadis itu hampir menyerupai apa yang terjadi didalam kuil tua yang dahulu pernah disasikannya".
Sekalipun seorang Kang-ouw kawakan seperi Touw Thian
Gouw, juga menganggapnya kejadian itu terlalu kejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Siang-koan Kie menengok kebelakang ternyata
sudah tidak tampak bayangan Wan Hauw, dalam keadaan
herannya ia lalu bertanya kepada Touw Thian Gouw, Saudara Touw, saudara Wan pergi kemana?"
"Entahlah." jawabnya ter-heran2.
"Kemana sebetulnya saudara Wan telah pergi"
"Kepandaian saudara Wan sangat, tinggi, kita tidak usah kaWatir ia mendapat halangan."
Siang koan Kie meskipun dalam hati gelisah tetapi ia tidak bisa berbuat apa2, ketika ia me ngalihkan pandanganya ketepi sungai lagi, gadis berkabung itu sudah lari menuju


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kegerombolan alang2 dengan ter-gesa2.
Siang-koan Kie dan Touw Thian Gouw diam menarik napas menyaksikan kejadian yang tidak terduga-duga itu.
Pan-kon tju menunggu sampai adiknya berlalu, tiba2
berjongkok ditas badan laki2 itu me-raba2 sejenak kemudian bangkit dan tmengeleng2kan kepalanya. Kala itu meskipun cuaca gelap dan Hujan angin lebat, tetapi karena Siang koan Kie terpisah dekat sekali dengan pemuda she Pan itu maka ia dapat menyaksikan dengan jelas semua perbuatannya.
Sebentar kemudian gadis berkabung itu balik kembali dan berdiri dibelakang pemuda berkabung itu. terdengar suaranya yang keluar dan digin:
"Koko, apakah kau merasa bahwa perbuatanku terlalu
kejam?" Adik kau jangan terlalu banyak pikiran, bagaiana kokomu berani berpikir demikian."
"Apa bila koko mempunyai pikiran demikian," Tentang ini kokomu tidak berani"
Pembicaraan kedua saudara itu, meskipun suaranya tidak keras, tetapi sudah didengar jelas oleh Touw Thian Gouw dan Siang Koan Kie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 terdengar suara tertawa dingin dari gadis itu.
kemudian memutar tubunya dan mengeluarkan bentakan
keras, " Siapa berani main gila mengintip orang?" Siang Koan Kie mengira bahwa teguran gadis itu ditujukan kepadanya, sehingga diam2 terperanjat pikirnya karena dirinya sudah ketahuan sebaiknya menampakan diri secara terang2an.
Selagi hendak keluar dari tempat persembunyiannya, tiba2
terdengar suara orang batuk2 dibela kang gundukan tanah yang menonjol sejauh tiga tombak, tampak diri seseorang yang bukan lain dari pada Lui Beng Wan.
Gadis berkabung itu memperdengarkan suara tertawa
dingin, kemudian berkata, "Aku kira siapa, teryata adalah Paman Lui."
Lui Beng Wan menghampiri dengan tindakan lebar seraya berkata;
"Benar, itu adalah aku sendiri."
Gadis beekabung itu berpaling mengawasi ka kaknya
sebentar, kemudian berkata kepada Lui Beng Wan, "Apakah paman Lui terus mengikuti jejak kami?"
"Aku datang belum lama."
Mata gadis itu berputaran, kemudian berkata sambil
tertawa, "Paman Lui terus mengikuti kami, apakah sebetulnya maksud Paman?"
"Apakab aku masih perlu menurut kehendak kalian"."
Gadis berkabung itu tersenyum, karena Paman Lui terus mengikuti kami, tentunya sudah mengetahui banyak?"
"Kalau sudah mengetahui mau apa?"
"Sudah mengetahui, paman Lui jangan pikir untuk balik lagi."
"Apakah kau dapat menahanku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jikalau paman tidak percaya boanpwee dapat
menahanmu, cobalah saja!"
Gadis itu lalu mengacungkan tangannya keatas dari dalam gerombolan alang2 lompat keluar empat laki2 berbaju hitam, dengan cepat sudah mengurung Lui Beng Wan.
Lui Beng Wan memperdengarkan suara tertawa dingin,
matanya mengawasi keadaan sekitarnya sejenak, lalu berkata dengan suara keras, "Jenasah siapa sebetulnya yang berada dalam peti mati itu?"
Gadis berkabung itu melambaikan tangannya, kemudian
berkata, "Jikalau paman Lui ingin melihat, ikutilah ber-sama2
dengan peti mati itu!"
Empat laki2 berpakaian hitam itu bergerak dengan serentak menyerang Lui Beng Wan.
Dengan menggerakkan kedua tangan dan kakinya Lui BENg Wan MENANGKIS serangan empat laki-laki itu. Serangan Lui Beng Wan itu meskipun nampaknya dilakukan sekaligus, tetapi sebetulnya mengandung empat rupa gerakan, sehingga dapat digunakan untuk menangkis dan balas menyerang kepada
empat orang yang menyerang dirinya.
Gadis berkabung itu berkata sambil tertawa, "Serangan ini bukan saja dapat digunakan untuk menangkis, tetapi juga bisa balas menyerang, ditilik dari kepandiaian ini, memang cukup sempurna, pantas dalam rimba persilatan namamu cukup
terkenal, akan tetapi"."
Matanya berputaran sambil memperdengarkan suara
tertawa dingin, sikapnya dengan tegas sudah memdang
rendah kepada orang tua itu.
Lui Beng Wan yang sedang menghadapi empat lawannya,
meskipun tidak dapat melihat sikap gadis itu, tetapi dari nada suara bicaranya sudah dapat mengerti maksudnya, sudah tentu seketika itu lalu naik pitam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil mengeluarkan suara bentakan keras ia menghajar empat lawanya dengan serangan lebih hebat.
tetapi empat laki2 berbaju hitam itu juga bukan mangsa lemah,terutama serangan mereka yang terdiri dari empat orang ternyata bisa bekerjasama bagus sekali, mungkin mereka sudah sering berhadapan dengan musuh tangguh
maka untuk sementara Lui Beng wan juga belum dapat
mematahkan serangan mereka.
Gadis berkabung itu menyaksikan pertempuran itu sambil tersenyum. Dilihat dari sikapnya,siapapun tidak akan menduga bahwa gadis yang demikian gemulai ternyata bisa berbuat kejam.
Sebentar kemudian, dari dalam gerombolan alang2 itu,
keluar lagi empat orang berpakaian hitam.
gadis berkabung itu lalu berkata kepada mereka, " Lui Beng Wan ini adalah seorang jagoan dalam kalangan kang-ouw, kalian boleh menghadapinya sunguh2." Empat orang
berpakain hitam yang baru tiba itu, setelah mendengar perintah itu lalu maju menyerang dari empat penjuru.
Rombongan orang perpakaian hitam itu, ternyata sudah
mendapat latihan keras, empat orang itu, telah bantu
menyerang kawannya. Sudah tentu menambah tekanan berat bagi Lui Beng Wan. Lui Beng Wan mengeluarkan seluruh
kepandaiannya untuk menghadapi delapan lawannya yang
hingga delapan orang itu juga tidak berdaya.
Gadis berkabung itu mengawasi keadaan sekitarnya
kemudian berkata, "Apakah paman Lui hanya seorang diri saja, entah kemana bibi sekarang?"
Lui Beng Wan yang bertempur dengan delapan orang
berpakaian hitam itu, dalam hati mengerti Keadaan malam itu tidak dapat diselesaikan dengan baik, apabila ia tidak melukai orang barang kali tidak bisa terlepas dari kurungan delapan orang itu, atas pertanyaan gadis itu, ia menjawab dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara keras, "Aku seorang diri saja sudah cukup untuk menghadapi kalian, perlu apa harus dibantu oleh bibimu?"
Setelah itu, ia merobah gerak tipu serangannya, dengan suatu gerak tipu yang amat dahsyat menyerang empat orang satu persatu.
Karena hebatnya serangan itu, empat dari delapan orang laki2 berpakaian hitam yang mengurungnya, terpaksa harus mundur.
Gadis berkabung itu mengerutkan alisnya dan berkata,
"Paman Lui mencari penyakit sendiri, jangan salahkan
boanpwee berlaku tidak sopan."
Karena gadis itu sudah mendapat kenyataan bahwa
delapan orang berpakaian hitam itu tidak sanggup
menjatuhkan Lui Beng Wan, maka ia sedia hendak
menghadapi sendiri, tetapi ia juga tidak au lalu turun tangan, maka sengaja mengejek Lui Beng Wan Supaya orang tua itu panas hatinya.
Akal gadis itu benar saja berhasil, Lui Beng wan sangat marah, sambil melancarkan serangannya kepada delapan
musuhnya, ia menjawab dengan nada suara dingin, "Kau
mempunyai kepandaian apa, boleh keluarkan semuanya, aku ingin belajar kenal sampai dimana tingginya kepandaianmu?"
Gadis berkabung itu sikapnya telah mengunjukkan betapa besar napsunya hendak menjatuhkan orang tua itu, tetapi mulutnya masih mengeluarkan kata2 dengan suaranya yang merdu sekali, "Kalau paman Lui memang ingin mencoba
kepandaian boanpwee, terpaksa boanpwee mengiringi
keinginan paman Lui"." Ia berhenti sejenak, tiba2
membentak dengan suara keras, "Minggir."
Delapan laki2 berpakaian hitam itu segera munddur
ketempat masing-masing. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis berkabung itu dengan tindakan lambat2 menghampiri Lui Beng Wam seraya berkata sambil tertawa, "Karena paman Lui mendesak terus menerus terpaksa boanpwee tidak
memandang persahabatan paman dengan ayah lagi!"
"Kepandaian ayahmu dahulu berimbang denganku, apakah
kepandaianmu sekarang melampaui kepandaian ayahmu"
Kalau benar2 hendak bertempur, belum tentu kau sanggup melewati, tetapi aku tidak ingin disaat jenazah sahabat lamaku masih belum dingin, telah melukai anak perempuannya?"
Paman Lui meskipun dikalangan Kangouw sudah mendapat
nama cukup baik, tetapi menurut apa yang boanpwee tahu, orang2 rimba persilatan umumnya tidak menakuti kepandaian paman, mereka sebaliknya merasa jeri terhadap senjata rahasia bibi yang sangat ganas, lebih jelasnya, karena bibi dari keluarga Teng dari sucoan,
maka orang2 pada takut kepadanya, ini juga berarti orang2
itu takut kepada keluarga Teng"."
Kalau demikian halnya apakah kau benar2 hendak melawan Pamanmu?"
Paras gadis itu tiba2 berobah katanya dengan nadaa suara dingin, "Bagi bonpwee sendiri bukan saja tidak merasa takut kepada paman Lui, sekalipun bibi, boanpwee juga tidak pandang dimata, keluarga teng di Sucoan, meskipun terkenal Sebagai ahli senjata rahasia berbisa. juga belum tentu boanpwee akan terluka dibawah senjatanya." Kata kata gadis itu terlalu pedas dan kejam, hingga Lui Beng Wan sudah tidak dapat mengendalikan amarahnya lagi, lalu membentaknya dengan suara keras, "Dunia telah terbalik, aku hanya
memandang muka sahabat lamaku, maka aku tidak mau turun tangan terhadapmu, apakah kau kira aku benar benar takut kepadamuu?"
Gadis berkabung itu tertawa dingin dan berkata, "Dengan menempuh hujan angin demikian lebat Paman Lui datang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemari, tentunya bibi juga berada tidak jauh dari sini, mengapa tidak minta ia keluar sekalian, supaya boanpwee bisa belajar kenal dengan ilmu senjata rahasia keluarga Teng yang namanya tersohor di dunia" Gadis itu sungguh cerdik dan kejam, ia tidak mau segera bertindak, sebaliknya mengejek Lui beng Wan supaya memanggil istrinya, agaknya ia sudah mengandung maksud hendak dibasmi sekarang.
Biar bagaimana Lui Beng Wan sudah banyak pengalaman
dalam dunia Kang ouw, setelah hawa amarahnya mulai reda, pikirannya per-lahan2 mulai tenang, ia memikirkan maksud yang terkandung dalam ucapan gadis itu agaknya supaya istrinya juga menunjukkan diri hingga dalam hatinya timbul perasaan curiga, pikirnya: apakah ia benar2 sudah
mempersiapkan suatu rencana yang sempurna untuk
menghadapi kita suami istri".
Tiba-tiba ia merasa bahwa urusan ini sangat gawat, ia mengamat-amati gadis itu wajah dan sikapnya yang dingin, sedikitpun tidak mirip dengan keadaan gadis biasa yang dalam usia seperti dia, hingga diam diam merasa bergidik.
Apabila Lui Beng Wan tidak kenal dengan gadis itu,
mungkin sudah tidak sabar diperlakukan demikian tetapi karena gadis itu dahulu merupakan gadis yang lemah lembut dan ramah tamah ceria menyenangkan, apalagi terhadap ia sendiri serta istrinya dahulu demikian erat hubungannya, tetapi kini dengan mendadak telah berobah seperti orang lain dibalik wajahnya yang dingin, agaknya mengandung
kekejaman, hal itu jauh berbeda seperti apa yang dikenalnya pada beberapa tahun dahulu.
Perbedaannya yang sangat menjolok itu, menimbulkan
kecurigaan dan rupa2 dugaan dalam hati Lui Beng Wan.
Oleh karena itu maka ia juga sedapat mungkin
mengendalikan adatnya sendiri yang biasanya sangat
berangasan, dengan suara agak lunak ia telah berkata, "Aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya ingin melihat jenazah dalam peti mati itu betul atau tidak jenazah sahabat lamaku"."
"Kalau paman pasti hendak melihatnya tidak halangan
minta bibi datang melihat sekalian!"
jawab gadis itu sambil tertawa hambar.
Kata2 gadis Itu meskipun biasa saja, tetapi dalam
pendengaran Lui Beng wnn, menimbulkan semacam perasaan seram, sehingga untuk sesaat ia tidak tahu bagaimana untuk menjawab.
Pada saat itu hujan dan angin sudah mulai berhenti.
Awan dilangit perlahan2 mulai buyar, bintang2 muncul lagi.
Gadis berkabung itu tiba2 berpaling dan berkata;
"Kalian berdua silahkan keluar sekalian, main sembunyi apakah tidak memalukan?"
Siang Koan Kie berputaran mencari Wan Houw tetapi masih belum tampak bayangan saudaranya itu. sedang dibelakang tanggul tanah itu, hanya ia bersama Touw thian Gouw dua orang saja, gadis itu mengatakan dua orang sudah tentu dianggapnya dirinya sendiri yang ditunjuk, selagi hendak melompat keluar, lengan bajunya tiba2 ditarik oleh Touw thian Gouw.
Selagi ia belum mengerti apa maksud kawannya itu, dari belakang tanggul diSebelah barat tiba2 nampak diri Im Yang siang ciok yang berjalan keluar dengan tindakan lebar.Gadis berkabung itu lalu berkata sambil tertawa dingin: .Apakah kalian berdua juga ingin meramaikan suasana disini?"
Tho-Tong batuk2 sebentar lalu menjawabnya, "Nona kalau bicara sebaiknya tahu sedikit atau kita hanya memandang Pan Loya, tidak suka berurusan dengan orang tingkatan muda seperti kau ini?"
Ayahku sudah meninggal, kalian tidak perlu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang mukanya lagi." jawab si gadis sambil tertawa, tiba2 bergerak dengan cepat jari tangannya menotok jalan darah badan Tho tong..
Serangan yang dilakukan secara tiba2 dan sangat gesit itu, hampir Tho tong tidak sempat menyinkir, untung Gan Kang dengan cepat mengeluarkan serangan dari
samping,menyambut serangan gadis itu sehingga Tho tong terhindar dari serangan tersebut.
Gadis itu memutar tangan kanannya yangng digunakan
untuk menyerang mulutnya berseru, "Kalian berdua majulah Serentak!"
Dengan gerak tipu tidak berobah, totokannya itu ditujukan ke bagian jalan darah Kie bun Hiat dibadan Gan Kang.
Meskipun ilmu totokan itu merupakan ilmu biasa saja tetapi digunakan oleh gadis itu nampaknya sangat berbahaya.
Sebelum Gan Kang menarik, kembali serangannya dari
tangan gadis itu sudah menyerang kepadanya.
Tetapi Im yang Siang ciok yang sudah lama biasa bekerja sama, Tho Tong yang sudah menyingkir dengan cepat sudah melancarkan serangan dengan tinjunya.
Tho Tong terkenal dengan tinjunya yang keras, setiap
serangannya mengandung kekuatan hebat.
Gadis itu tidak menduga adanya kerja sama begitu rapi dari dua orang ini, serangan Tho Tong yang bebat itu,
membuatnya terdesak mundur, ke samping.
Gan Kang yang terlepas dari ancaman bahaya semangatnya terbangun, sambil mengeluarkan bentakan keras
ia juga mulai melancarkan serangannya.
Kerja sama dua orang itu sangat rapi sekali, setiap orang mengerahkan kepandaian masing2, untuk menghadapi gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lui Beng Wan yang menyaksikan pertempuran itu diam2
juga terperanjat, ia telah dapat melihat bahwa dua kali serangan yang dilacarkan oleh gadis berkabung itu,
sesungguhnya dapat membinasakan salah satu diantara dua kawan itu, tetapi dua orang ini yang menggunakan dua
macam serangan dari golongan keras dan lunak dengan
kerjasama yang sangat rapi, barulah dapat menghindarkan serangan yang aneh dan mematikan dari gadis itu.
Ilmu kepandaian yang digunakan malam itu sesungguhnya sangat aneh, kepandaiannya itusangat berlainan dengan kepandaian ilmu silat ayahnya.
-odwo- Bab 23 Tho Tong dan Gan Kang setelah berhasil mendesak mundur diri gadis berkabung itu, juga meloncat mundur dan berdiri berdampingan.
Gadis itu nampaknya sangat murka agaknya merasa heran bahwa kedua kali serangannya tadi tidak berhasil melukai dua lawannya itu. Ia berdiri tanpa bersuara, hanya kedua matanya rerus menatap wajah Tho Tong dan Gan Kang.
Pada saat itu angin dan hujan sudah berhenti sama sekali, dilangit juga tampak rembulan yang memancarkan sinarnya, sehingga keadaan sejauh beberapa tombak, dapat dilihat dengan nyata,
Lui Heng Wan Setelah mengawasi keadaan disekitarnya
tiba2 berkata dengan suara keras, "Betapapun tinggi
kepandaianmu, juga bukan tandinganku dan Im yang Siang ciok.. ". "
Gadis berkabung itu tiba2 berpaling dengan nada suara dingin ia memotong ucapan orang tua itu, "Barang siapa yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam ini berada disini, satupun jangan harap bisa menyingkir dalam keadaan hidup.."
Tiba2 ia melambaikan tangannya, delapan laki2 berpakaian hitam itu segera bergerak melompat kedalam gerombolan alang2, sebentar saja sudah menghilang, kemudian terdengar pula-suara gadis itu, "Hanya, karena memandang
perhubungan Paman Lui dengan ayah dahulu, aku
memberikan kelonggaran tidak akan mengambil jiwamu."
Lui Beng Wan mengerti bahwa ucapan gadis itu tidaklah berlebih2an, maka ia segera berkata sambil tertawa ?"
"Entah dengan cara bagaimana yang kau maksudkan
dengan kelonggaran itu?"
"Urusan ini mudah dikatakan, tetapi paman Lui barangkali tidak dapat menerimanya, sekalipun paman Lui dapat
menerima, barangkali juga tidak akan setujui oleh bibi, aku pikir sebaiknya tidak perlu dijelaskan lagi."
"Aku justru ingin mendengarnya, kau katakan saja."
"Aku tadi minta paman Lui jangan datang, tetapi kau
ternyata datang juga, ini adalah kesalahanmu sendiri, jangan sesalkan aku, sekarang ini cuma ada dua jalan, satu jalan ialah kematian, jalan yang lain ialah minta paman Lui mengutungi kedua tangan sendiri, supaya tanganmu tidak dapat menulis apa yang kau saksikan malam ini, lalu
memotong lidahmu supaya mulutmu tidak dapat menyatakan keadaan disini disamping itu masih harus bersumpah bahwa seumur hidupmu, tidak boleh membocorkan rahasia ini"."
"Apakah kau sudah gila" Aku ini orang macam apa,
bagaimana harus menerima kau perlakukan sesukamu."
"Jikalau paman Lui tidak suka terima, tunggulah saja
kematianmu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja menutup mulutnya, dari dalam gerombolan alang alang itu muncul pula empat orang berpakaian warna merah yang masing masing membawa pedang panjang.
Empat orang itu bukan saja seluruh pakaiannya berwarna merah mukanya juga tertutup oleh kerudung kain merah
hanya dibagian matanya terdapat dua lubang, munculnya empat orang itu dalam suasana demikian menambah seram suasana.
Gadis berkabung itu mengacung tangan kanannya keatas, mulutnya berkemat kemit entah sedaang berkata sendiri ataukah mendoa.
Tiba tiba berkata dengan suara bengis, "Kalian bunuh tiga orang ini!"
Empat orang berpakaian merah itu menurut, mereka
segera bergerak, dua menyerbu im-yang Siang ciok, dua lagi menyerbu Lui Beng Wan.
Gerakan empat orang itu gesit sekali, kepandaian juga sangat tinggi, serangannya hebat.
im-yang Siang-ciok melancarkan serangannya dengan
serentak, serangan mereka yang terdiri dari golongan keras dan lunak sebelum dua orang berbaju merah itu berhasil menyerangnya sudah didahului oleh serangan Im-yang Siang ciok.
Kedua orang itu tiba2 melesat setinggi enam tujuh kaki, dengan cepat melayang sejauh lima enam kaki,
menghindarkan serangan im-yang Siang-ciok, kemudian
masing2 menggerakkan pedangnya balas menyerang Im-yang Siang ciok.
Tho Tong terkejut, diam2 berpikir, "ilmu pedang doa orang ini sangat aneh, entah mereka dari golongan mana, mengapa dikalangan Kang-onw belum pernah ada yang
menceritakannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil berpikir orang itu sudah melompat kesamping.
Gan Kang yang berpikiran serupa dengan Tho Tong, juga dikejutkan oleh serangan aneh orang berbaju merah itu, ia juga melakukan gerakan serupa dengan kawannya.
Dua orang itu meskipun menyingkir kelain jurusan yang tidak sama, tetapi kelihatannya seperti mengumpul disuatu tempat.
Kiranya dua orang itu sudah lama biasa bekerja ber sama2, mereka satu sama lain sungguh saling mengerti, sehingga setiap gerakannya juga bersama-sama.
Ketika serangan dua orang berbaju merah itu tidak
mengenai sasarannya, kedua2nya segera melayang turun
ketanah, tetapi kemudian melesat naik lagi dan menyerang kepada dua orang lawannya.
Sesaat kemudian dua orang itu sudah berhasil mendesak, Im-yang Siang-ciok, sehingga bekerja sama mereka, dibikin kocar kacir oleh serangan pedang kedua orang berbaju merah itu, serangan itu semakin lama semakin ganas.
Im-yang Siang-ciok terus terdesak mundur, sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk balas menyerang.
Kalau dua orang itu sedang repot didesak oleh kedua
lawannya dipihak Lui Beng Wan keadaannya juga mulai repot tidak dapat menyambut serangan hebat dua orang berbaju merah itu.
Gadis berkabung itu yang menyaksikan disamping
nampaknya sangat gelisah.
Dalam pertempuran hebat itu, tiba2 terdengar suara
keluhan tertahan, lengan tangan kiri Tho Tong lebih dulu tertikam oleh ujung pedang orang berbaju merah.
Gan Kang ketika melihat kawannya terluka, mengeluarkan serangan dengan seluruh kekuatan tenaganya, ia berhasil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendesak mundur orang yang menyerang Tho Tong sehingga jiwa Tho Tong terhindar dari kematian.
tetapi ia sendiri yang sedans berusaha hendak menolong kawannya, telah melalaikan penjagaan terhadap dirinya sendiri, sebentar punggungnya merrasa dingin, hulu hatinya dirasakan sakit sekali, dengan tanpa sadar badannya hendak jatuh tengkurap, pada saat itu belakang pungungnya telah dihajar oleh kepalan tangan, sehingga matanya ber-kunang2
dan kemudian jatuh roboh ditanah.
Tho Tong yang menyaksikan Gan Kang telah roboh, hatinya merasa jeri karena luka dilengannya sendiri tidak ringan, ditambah lagi hatinya merasa pilu, sehingga serangannya mulai kalut, pada saat itu jalan darahnya dibawah ketiak tertotok oleh lawannya belakang pinggangnya kembali telah tertendang, sehingga tanpa ampun lagi ia jatuh roboh ditanah.
Setelah Im-yang Siang-ciok tertangkap, Lui Beng Wan semakin repot keadaannya, pedang dua orang berbaju merah menyerang semakin hebat.
Siang-koan Kie menghela napas, dengan suara perlahan ia berkata kepada Touw Thian Gouw
"Saudara Touw, aku lihat Lui Beng Wan agak sulit untuk bertahan sampai sepuluh jurus lagi, nona Pan itu kejam dan ganas, apabila tiga orang itu terjatuh kedalam tangannya, jiwa mereka barangkali tidak tertolong lagi"."
Touw Thian Gouw tahu bahwa pemuda itu su dah siap
hendak turun tangan memberi bantuan, maka seketika itu ia menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan suara
perlahan, "Ini bukanlah persoalan dendam biasa seperti yang terjadi didunia Kang-ouw, aku lihat urusan ini nampaknya sangat ruwet, sekarang ini $usah diketahui siapa yang benar dan siapa yang
salah"." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai disitu ia berdiam, setelah mengatur
pernapasannya sebentar baru berkata lagi, "Didalam rumput gerombolan alang2 itu, kita masih belum mengetahui dengan pasti berapa banyak komplotnya gadis itu, sebelum kita mengetahui jelas keadaannya yang sebenarnya, sebaiknya jangan bertindak dulu." Touw Thian Gouw sebagai seorang Kang-ouw kawakan yang sudah banyak makan asam garam
didunia Kang-ouw, maka ia bisa berlaku hati2, Imu pedang empat orang berbaju merah itu sagat mengejutkannya,
sekalipun ia sendiri turun tangan, juga tidak yakin bisa merebut kemenangan, apa lagi keadaan pada dewasa itu begitu ruwet, dan aneh susah diduga bagaimana sebenarnya, gadis berkabung itu bukan saja besar sekali pengaruhnya dalam keluarga Pan, bahkan agak nya ia merupakan seorang pemimpin dari suatu
golongan"." Keadaan yang demikian ruwet itu, mau tidak mau Touw
Thian Gouw harus berlaku sangat hati2.
Sementara itu Lui Beng Wan badannya sudah terkena
serangan pedang lawannya, tetapi ia masih melawan dengan nekad,
dengan sepasang tagan kosong ia melawan mati2an kedua lawannya itu.
Gadis berkabung itu berkata sambil mengerutkan
keningnya, "Paman Lui sudah sangat berbahaya keadaanmu mengapa tidak lekas menyerah, kalau Kau melawan terus kau jangan sesalkan boanpwee tidak memandang muka Kepada sahabat lama."
Lui Beng Wan yang sudah nekad, agaknya tidak
mendengar apa yang dikatakan oleb gadis itu, bagaikan banteng ketaton, ia mengamuk demikian hebat.
Karena latihan kekuatan tenaga dalam sudah cukup
sempurna, meskipun serangannya mulai agak kalut tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap serangannya masih mengandung kekuatan amat
dasyat. Gadis berkabung itu tiba2 berkata sambil mengacungkan tangan kanannya.
"Kalau sudah tidak dapat menangkap hidup, bunuh
sajalah!" Dua orang berbaju merah itu segera merobah gerakan
serangannya, setiap serangan mengandung serangku
mematikan, tiga empat jurus kemudian, Lui Beng Wan kembali sudah terkena satu tikaman lagi.
Tikaman itu nampaknya hebat, sehingga Lui Beng Wan


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggeram dan mundur sampai empat lima langkah,
badannya sempoyongan hampir saja roboh ditanah.
Agaknya dua Orang berbaju merah itu menyerang lagi, Lui Beng Wan pasti akan binasa diujung pedang mereka.
Mungkin karena orang berbaju merah itu dengann
dandannya yang menyeramkan,
telah menimbulkan perasaan benci Siang-koan Kie,
mereka menyaksikan Lui Beng Wan dalam keadaan bahaya, timbulah pikiran yang hendak memberi pertolongan, selagi hendak bergerak tiba2 terdengar suara bentakan menyerang kemudian disusul oleh berkelebatnya sesoSok bayangan, oranq itu bukan lain dari pada istrinya Lui Beng Wan.
Dua orang berbaju merah itu ketika mendengar suara
bentakan itu sejenak merasa terkejut sehingga gerakan pedangnya juga agak lambat.
Sementara itu Nyonya Lui sudah tiba dihadapan mereka.
Hanya tampak tangan kirinya bergerak, empat buah benda berkeredapan melesat keluar kearah dua orang berbaju merah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senjata rahasia berbisa keluarga Teng dari sucuan, sudah lama menjagoi dirimba persilatan tetapi dua orang berbaju merah itu dalam berKelana didunia Kang-onw, mereka tidak tahu asal usul Nyonya Lui itu, tetapi gadis berkabung itu mengetahui dengan baik lihainya wanita itu, maka segera membentak dengan suara keras, "Awas senjata rahasianya mengandung racun sangat berbisa"."
Dua orang berbaju merah itu memutar pedangnya untuk
melindungi dirinya, sebentar terdengar suara beradunya barang logam, empat benda berkeredapan itu semua
terkumpul Satu. Pada saat itu Nyonya Lui sudah berada disamping
suaminya, sambil membimbing suaminya yang hampir roboh, mulutnya kembali membentak, "coba lagi senjata rahasia jarumku yang sangat berbisa ini."
Tangan kanannya segera bergerak dari situ tersebar
segumpal jarum yang halus.
Kali ini karena kedua pihak jarak sangat dekat, dua orang berbaju merah itu agaknya, tidak menduga bahwa dalam dua tangan wanita itu membawa senjata rahasia, meskipun
mereka buru2 berusaha menangkis serangan itu dengan
pedangnya, tetapi sudah terlambat.
Sebentar terdengar satu diantaranya mengeluarkan jeritan tertahan, kemudian jatuh terlentang ditanah.
Satunya lagi karena gerakkannya lebih gesit telah berhasil memukul jatuh jarum berbisa itu.
Gadis berkabung itu setelah memperdengarkan suara
bentakkan keras lalu menyerbu sambil melancarkan tiga kali serangan.
Serangan itu begitu hebat, sehingga Nyonya Lui tidak
mendapat kesempatan melancarkan senjata rahasianya lagi, ia terpaksa menyambut dengan tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan gadis berkabung itu teryata luar biasa anehnya, setiap perobahan dalam gerakkannya susah untuk diduga, belum sampai sepuluh jurus sudah berhasil mendesak Nyonya Lui sedemikian rupa.
Tidak lama kemudian, terdengar suara jeritan tertahan, nyonya Lui sempoyongan dan kemudian roboh ditanah.
Lui Beng Wan yang saat itu sekujur badannya sudah penuh darah dan pikirannya kalut ketika melihat Nyonyanya terluka, segera menyerang sambil membentak keras dan melancarkan satu serangan hebat.
Gadis berkabung itu melompat minggir kesamping,
mengelakkan serangan hebat itu,
kemudian kakinya menendang lutut laki Lui Beng Wan, dan tangan kanannya menyambar pergelangan tangan orang tua itu.
Setelah berhasil menyambar pergelangan tangan orang tua itu, gadis berkabung itu mendorongnya jatuh ditanah
kemudian menyuruh kakaknya mengikatnya.
Pemuda berkabung itu yang sejak tadi berdiri disamping menyaksikan sambil berpeluk tangan, saat itu tiba2 memburu dan menotok jalan darah Lui Beng Wan.
Pertempuran sengit telah berakhir dengan tertangkapnya Lui Beng Wan
Gadis berkabung itu setelah memeriksa keadaan
disekitarnya sebentar lalu memerintah kan kepada orangnya supaya membawa tawanannya keataS perahu.
Enam orang berpakaian hitam segera membawa Im-yang
Siang-ciok bersama Lui Beng Wan suami istri dan orang berbaju merah yang terluka kena jarum racun nyonya Lui, lalu menuju kegerombolan rumput alang2.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang berbaju merah yang tidak terluka masing2
berdiri sambil melintangkan pedangnya, agaknya masih
menunggu perintah gadis berkabung itu.
Gadis itu mendongakkan kepala mengawasi rembutan dan
menghela napas perlahani, kemudian memerintahkan tiga orang itu juga naik keperahu.
Setelah tiga orang itu berlalu, gadis itu lalu berpaling dan berkata kepada pemuda berkabung yang berdiri tegak seperti tugu, "Koko, mari kita pulang"
Suaranya lemah lembut, jauh berlainan dengan sikapnya yang dingin tadi akhirnya dalam waktu secepat itu sudah pulih keasalnya ialah seorang gadis yang lemah lembut.
Pemuda berkabung itu agaknya dikejutkan oleh perkataan adiknya, ia menjawab dengan suara gugup, "Benar, kita harus pulang."
Pemuda itu agaknya sudah dikejutkan oleh semua kejadian yang tidak ter-duga2 pada malam itu, sehingga pikirannya dan semangatnya seperti sudah terbang.
Gadis berkabung itu dengan tindakan lambat2
menghampirinya, sambil menggandeng satu tangannya ia
berkata dengan suara lemah lembut, "Koko apakah kau
merasa takut?" "Tidak takut, tidak takut, apa artinya kejadian serupa ini?"
jawab pemuda itu gugup sambil melembungkan dada.
Gadis itu tersenyum, kemudian menarik tangan pemuda itu berlalu dari tempat tersebut.
Setelah dua orang itu berlalu, Siang-koan Kie berdiri, ia menarik napas panjang, kemudian berkata kepada Touw
Thian Gauw, "Saudara Touw, mari kita menengok ketepi
sungai." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum Touw Taian Gouw menjawab, tiba2 terdengar
suaranya Wan Hauw, "Toako, tidak usah pergi, dua buah perahu itu sudah berlayar."
Siang-koan Kie segera berpaling, dibawah sinar rembulan, ia dapat melihat Wan Hauw berdiri terpisah kira2 tujuh kaki dibelakangnya.
"Kau tadi pergi kemana".", bertanya Siang-koan Kie.
"Aku tadi naik keatas pohon besar itu, menyaksikan
keadaan disore ini".", jawab Wan Hauw.
"Kau tadi dapat melihat apa?"
"Semula karena hujan deras dan cuaca gelap, tidak dapat melihat dengan nyata, sejak hujan habis berhenti, aku dapat melihatnya dengan nyata."
"Apakah kau dapat melihat peti mati?"
"ya aku melihat, mereka telah menggotong peti mati itu kedalam sebuah kamar disebuah perahu besar."
"Orang2 berbaju hitam dan orang2 berbaju merah itu tadi, apakah keluar dari perahu besar itu?"
"Benar." Touw Thian Gouw lalu berkata sambil mengerutkan
keningnya, "Saudara Siang-koan, kau menanya demikian
melit, apakah tidak merasa membosankan?""
Sebelum Siang koan Kie menjawab Wan Hauw sudah
berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak, tidak."
Touw Thian Gouw hanya mengira bahwa pemuda itu
berlaku merendah, maka lalu berkata sambil tersenyum,
"Saudara Wan terlalu merendah, dengan pertanyaan yang dilakukan oleh saudara Siang Koan, rasanya agak
menyulilitkan bagi saudara untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjawabnya." "O, sama Sekali tidak."
Touw Thian Gouw yang menyaksikan sikap sungguh2
pemuda itu agaknya merasa heran, tetapi ia juga tidak tahu apa sebabnya.
Siang-koan Kie lalu berkata sambil tertawa, "Saudara Touw tidak usah banyak pikiran, saudara ini sejak kecil dibesarkan didalam gunung dan hutan belukar, terhadap segala utusan dalam masyarakat, sedikit sekali pengetahuannya, sedangkan perkataannya saja, juga tidak dapat dimergerti seluruhnya apabila menyuruhnya menceritakan semua apa yang
dilihatnya, barang kali banyak yang ketinggalan"."
"Oh, kiranya begitu, aku seorang Kang ouw kawakan ini ternyata sudah dibingungkan oleh kalian."
Siang-koan Kie berpaling mengawasi Wan Hauw sejenak,
lalu melanjutkan pertanyaan lagi, "Apakah perahu itu besar sekali?"
"Disamping perahu besar itu masih ada empat perahu kecil, menjawab Wan Hauw Sambil meuganggukkan kepala.
"Didalam perahu besar itu, terdapat orang semacam apa?"
Wan Hauw berpikir sejenak baru berkata, "Kalau ada yang keluar aku baru dapat melihatnya, kalau tidak keluar aku tidak dapat melihatnya
Touw Thian Gouw tercengang, ia berpikir sambil
menundukkan kepala. Kiranya ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan jawaban Wan Hauw itu.
Siang-koan Kie yang sudah pernah bergaul lama dengan
Wan Hauw, ia tahu bahwa Wan Hauw menghadapi soal yang tidak dapat diceritakannya
dengan jelas sehingga menggunakan kata-kata yang
samar2, yang dimaksudkan dalam kamar diatas perahu itu, tidak terdapat pernerangan lampu, sehingga siapa2 yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada dalam kamar itu tidak dapat dilihatnya, kecuali delapan orang berpakaian hitam dan empat orang berpakaian merah, ia tidak melihat siapa siapa lagi.
Setelah Siang-koan Kie memberi penjelasan, Touw Thian Gouw baru mengerti, ia laju bertanya, "Saudara Wan diatas perahu itu apakah ada tanda tanda istimewa?"
Wan Hauw menundukkan kepala dan berpikir sejenak,
kemudian mengaruk2 kepalanya sambil menghela napas.
Touw Thian Gouw terkejut, ia bertanya kepada Siang-koan Kie dengan suara perlahan, "Kenapa dengan saudara Wan ini?"
"Tidak apa2, setiap kali ia menemukan kejadian kejadian yang ia tidak dapat menceritakan, memang sering berlaku demikian, tetapi ia
sangat pintar, selelah berpikir, nanti batu dapat
menceritakanya. "Oh. kiranya begitu."
Pada saat itu Wan Hauw duduk jongkok sambil bertopang dagu, setelah berpikir sekian lama baru berkata, "0h ya, semuanya ada dua buah perahu besar dan empat buah
perahu kecil, diatas dua perahu besar itu ada bendera putih."
"Apakah pada bendera putih itu terdapat lukisan gambar?"
bertanya Touw Thian Gouw.
"Ada, ada".", jawabnya sambil mengangukkan kepala,
kemudian menundukkan kepala lagi nampaknya sedang
berpikir. Touw Thian Gouw tahu bahwa ia tidak dapat melukiskan
dengan kata2 apa yang dilihatnya diatas bendera putih, tetapi ia tahu bahwa diatas perahu itu terdapat bendera putih, dengan diketahui tanda2nya itu, lebih mudah untuk mencari tahu, maka ia lalu berkata sambil tertawa, "Saudara Wan, kau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak usah pikir lagi, beberapa perahu itu berlayar menuju kemana?"
"Berlayar mengikuti aliran air sungai."
Touw Thian Gouw menganngukkan kepala lalu berkata
kepada Siang-koan Kie, "Saudara Siang-koan, meskipun aku belum tahu bagaimana keadaan sebenarnya, tetapi mungkin kudapat memikirkannya, tidak luput daripada dua perobahan.
,.Dua perobahan apakah itu?"
Touw Thian Gouw mendongakkan kepala mengawasi
cuaca, kemudian berkata, "Mari kita jalan, sudah hampir setengah malam kira disiram air hujan, mari kita mencari tempat untuk bermalam lebih dulu. nanti kita bicarakan lagi per-lahan2, kejadian ruwet semacam ini tidak cukup
dibicarakan sepatah duapatah kata saja."
Siang-koan Kie menurut, bersama2 Wan Hauw mengikuti
Touw Thian Gouw, berjalan kira2 puluh pal, barulah tiba didalam kota.
Pada saat itu sudah jam empat pagi, semua rumah
penginapan kebanyakan sudah tutup pintu, hanya sebuah gedung yang dekat ditepi sungai masih nyala lampunya, Touw Thian Gouw sudah lama berkelana di dunia Kangouw, begitu melihat sinar lampu itu
ia segera mengenali letaknya bahwa gedung itu adalah
gedung keluarga Pan. Dalam keadaan demikian dan waktu sudah mendekati pagi masih menyalakan lampu, tentunya tamu2 keluarga itu belum pargi seluruhnya, maka ia lalu berkata kepada Siang-koan Kie,
"Saudara Siang-koan, urusan keluarga Pan ini nampaknya tidak ada sangkut pautnya dengan kita, tetapi mungkin menyangkut nasib seluruh rimba persilatan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"ya! Siaotee juga merasa bahwa dalam urusan ini bukan saja sangat mengherankan, tetapi juga terdapat banyak tanda2 yang mencurigakan, nampaknya bukan soal
permusuhan biasa. "Kalau begitu, apakah kau sudah ada maksud handak
menyelidiki peristiwa ini?"
Dalam hal ini, siaotee khawatir tidak dapat melakukan dengan seorang diri saja."
"Apabila saudara bermaksud hendak menyelidiki peristiwa ini, aku mendapat satu pikiran."
"Siaote ingin dengar bagaimana pikiran saudara Touw,"
"cara ini mudah sekali, tapi bagaimana dengan saudara Wan?"
"Saudara jelaskan dulu, siaote pikirkan lagi"
"Kalau kita ingin menyeliki rahasia ini, mau
tidak mau kita harus berusaha menyelinap kerumah
keluarga pan.",.Benar!"
"Apabila kita masih tetap dalam keadaan seperti sekarang ini, sudah tentu tidak lolos dari mata Pan-kongcu dan adiknya, kalau kita ingin menyelinap kedalam rumahnya harus
berusaha menganti rupa dan pakaian kita.
"Untuk mengganti pakaian tidak susah, tetapi bagaimana merobah muka kita?"
"Tentang ini, saudara tidak usah khawatir, aku membawa obat yang digunakan untuk merobah muka kita, tetapi obat ini hanya dapat digunakan untuk merohah warna kulit, tidak dapat merobah bentuk mata hidung atau mulut, wajah
saudara Wan agak berlainan, sekalipun menggunakan obat ini, juga tidak dapat menutupi bentuk wajah aslinya, sehingga mudah dipergoki." Siang-koan Kie berpikir, kemudian berkata:, Maksud saudara apakah ingin siaotee dengan saudara, dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan pengaruh obat ini untuk menyembunyikan
wajah asli kita, kemudian menyelinap kegedung keluarga Pan?"
Touw Thian Gouw menganggukkan kepala sambil
tersenyum, kemudian berkata sambil mengawasi Wan Hauw.
"Kesulitan kita pada sekarang ini, terletak pada diri saudara Wan yang belum mempunyai pengalaman sedikitpun juga
dikalangan Kang-ouw, apabila membiarkan ia seorang diri bertin dak, barangkali kurang tepat, apalagi didunia Kang ouw, pada umumnya banyak akal tipu jahat yang sangat
membahayakan, sudah tentu tidak mudah dihadapinya oleh saudara Wan."
Wan Hauw tiba2 menyelak, "Tidak apa aku bisa
menyembunyikan diri di tempat yang tiada terdapat manusia tanpa keluar lagi."
"Disini penduduknya sangat rapat, dimana ada tempat yanh tiada terdapat manusia, untuk sembunyikan diri jangan sampai terlihat orang bukanlah soal mudah."
"Aku bersembunyi diatas pohon besar tanpa turun,
bagaimana orang lain dapat melihatnya?"
Touw Thian Gouw tercengang, dalam hati berpikir: akal demikian bagus sekali, mungkin hanya dia yang dapat
memikirkannya. "Berdiam diatas pohon, tidak bisa terlalu lama, apalagi harus mencari soal makannya"."
"SejaK kecil aku sudah biasa tidur diatas pohon, sekalipun ada hujan angin besar, aku juga bisa tidur nyenyak, tentang makanan sudah cukup sayuran dan buah2annya, tidak makan nasi juga tidak halangan.
Siang-koan Kie tahu bahwa Wan Hauw sudah biasa hidup
dalam rimba, tahan lapar dan dahaga, yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa, ia berkata sambil menghela Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
napas perlahan, "Baiklah! Besok jam tiga malam kita akan berjumpa lapi ditempat ini, kau harus memberitahukan tempat persembunyianmu, supaya kalau ada kita bisa mencarimu."
Wan hauw tertawa kemudian lompat melesat dan sebentar kemudian sudah merghilang.
Touw Thian Gouw dari dalam sakunya mengeluarkan dua
botol kecil, ia berkata sambil tertawa, "Obatku untuk merubah warna kulit ini, adalah pemberian dari seorang luar biasa dari daerah luar perbatasan, orang luar biasa itu tidak seorang tahu nama aslinya, orang hanya kenal nama julukannya Hoa-sin Sie-seng, saudara nanti kalau sudah memakai obat ini akan segera berobah muka saudara."
"Hoa-sin Sie-seng nama julukan itu sungguh aneh."
"Orang itu adalah seorang cerdik pandai, bukan saja dalam pengertian ilmu silatnya, kepandaian ilmu silatnya juga sangat tinggi, hanya adatnya yang luar biasa, kadang2 suka berbuat banyak kebaikan, tetapi kadang2 bisa berlaku kejam orang2
rimba persilatan daerah luar perbatasan, meskipun semua tahu siapa adanya Hoa-sin Sie-seng itu, tetapi siapapun tidak dapat mengatakan bagaimana macamnya orang itu. Karena dia bukan saja sering merobah mukanya, tetapi juga logat bicaranya, kadang2 bisa berobah seperti orang dari lain tempat.."
Siang koan Kie yang mendengarkan penuturan itu merasa ter-heran2, katanya, "Didalam dunia benarkah ada seorang semacam itu?"
"Didaerah luar perbatasan banyak terdapat orang gagah, tetapi Hoa-sin Sie-seng terhadap aku baik sekali sikapnya, kita sering bertemu muka, ada kalanya ia menjadi seorang
sastrawan yang seperti tidak mengerti ilmu silat, ada kala nya ia seperti orang desa yang berpakaian kasar dan bersikap loyo"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Dengan keadaannya yang sering2 dirobah itu jikalau kau ingin mencarinya, bukankah susah sekali?"
"Kalau ia tidak suka menjumpaimu sekalipun kau mencari ke-mana2, juga tidak dapat mene mukannya ada kalanya kau bertemu muka, tetapi kau juga tidak mengenalnya."
"Aih! Didalam dunia Kang-ouw memang banyak hal2 yang
sangat aneh"." Apa yang telah terjadi dimasa yang lampau, kini terbayang kembali didalam otaknya, pembu nuhan yang sangat kejam didalam kuil tua itu serta apa yang disaksikan tadi
ditepi sungai meninggalkan kesan yang sangat dalam dan tidak akan dapat dilupakan dari dalam hatinya.
Dan kini ia harus menghadapi pula suatu kejadian aneh yang tidak dapat dimengerti dalam soal kematian Pan loya".
Touw Thian Gouw agaknya tidak ingin mem bicarakan lebih banyak tentang diri Hoa-sin-sie, seng ia lalu mengeluarkan obat bubuk dari dalam botol kecil itu, kemudian mengambil sedikit air lalu diulaskan diatas mukanya.
Sebentar kemudian, warna kulit Touw Thian-Gouw
perlahan2 berubah sawo matang.
Dengan perubahan itu orang sudah tidak mengenali dirinya lagi.
Siang-koan Kie lalu berkata, "Obat ini sungguh
menakjubkan, benar saja warna kulit berobah seketika, sekalipun orang yang sudah mengenal baik, rasanya juga sudah tidak mengenali lagi.
Touw Thian Gouw membuka botol yang lain, bubuk yang
berwarna kuning diberikan kepada Siang-koan Kie seraya berkata, "Pakailah ini, kulit wajahmu yang putih bersih itu, akan berobah menjadi pucat kuning bagaikan orang
berpenyakitan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie mengambil sedikit air untuk mengaduk obat bubuk itu kemudian diulaskan di atas mukanya.
Benar saja wajahnya yang putih tampan, segera berubah menjadi pucat kuning.
Touw Thian Gouw berkata sambil tersenyum, "Sekarang
kita pergi lagi kerumah keluarga Pan, sudah tidak ada orang yang mengenalinya,
yang penting sekarang kita harus pikirkan bagaimana kita harus mengganti pakaian kita, supaya tidak menimbulkan perhatian orang"."
"Sebaliknya kita bergerak di dalam rumah kelu arga Pan tanpa menimbulkan perhatian orang."
Touw Thian Gouw berpikir sebentar, kemu dian berkata,
"Aku mendapat satu akal, tetapi sedikit menyu sahkan
saudara." "coba saudara ceritakan."
"Kalau kita tidak ingin menimbulkan perhatian orang,
sebaiknya bertindak secara berpencaran, aku sendiri tetap berlaku sebagai orang rim ba persilatan dan pura2 pergi ke keluarga Pan un tuk mentatakan duka cita, lalu menyelinap dalam rombongan orang2 rimba persilatan, sebaliknya sa udara pakaian compang camping, pura2 berlaku sebagai
orang dari golongan pengemis, lalu mondar mandir di depan gedung keluarga Pan, dengan demikian bisa bergerak lebih leluasa, karena dika langan Kang-ouw, memang ada orang2
gagah dari golongan pengemis, yang berkepandaian sangat ting gi, karena adanya golongan pengemis itu sekalipun saudara nanti mengunjukkan kepandaian ilmu silat, juga tidak menarik perhatian orang."
"Tetapi apabila aku berjumpa dengan orang2 golongan
pengemis yang benar2 bukankah akan terbuka rahasiaku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam segala sesuatu kita harus menggantung kan diri
kepada kecerdasan pikiran sendiri untuk menghadapi segala kejadian, saudara adalih seorang cerdik, meskipun
pengalaman dunia Kang ouw agak kurang, tetapi apabila saudara berlaku hati2, tidak akan sampai terbuka rahasianya apalagi kecuali golongan pengemis,
didalam kalangan Kang-ouw masih terdapat orang gagah
yang sifatnya aneh yang sering suka menyaru sebagai
pengemis. "Aku ingin mencobanya" Berkata Siang koan Kie sambil
tertawa, kemudian membikin lobang bajunya sendiri,
rambutnya juga dibikin aut2an, setelah itu lalu bertanya,
"Saudara Touw lihat dengan dandanan seperti ini, mirip atau tidak?"
"Meskipun masih banyak terdapat kekurangannya tetapi
diwaktu malam, apabila tidak diperhatikan betul tidak mudah dikenali."
Ia memberikan obat bubuk warna kuning itu seraya
berkata, "Sebaiknya tangan dan kulitmu yang tampak, diluar juga diolesi obat ini supaya tidak meni bulkan kecurigaan, saudara boleh berangkat belakangan, aku akan pergi dahulu."
Dengan tanpa menunggu jawaban Siang-koan kie, ia sudah bergerak menuju kegedung keluarga Pan.
Siang-koan Kie tiba2 teringat ia belum menanyakan obat itu apakah akan luntur apabila tersiram air, selagi hendak memanggil, Touw Thian Gauw sudah tidak tampak
bayangannya. Setelah menunggu Touw Thian Gouw sudah kira kira tiba dirumah keluarga Pan Siang-koan Kie baru berjalan.
Waktu ia mendekati rumah keluarga Pan, perasaannya
tiba2 mulai tidak tenang, sejenak ia merasa bimbang, pikirnya: kelakuan sekarang ini entah mirip, atau tidak dengan seorang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengemis apabila tiba dirumah keluarga Pan lalu men
imbulkan kecurigaan orang, bukankah akan men Jadi
tertawaan orang?" Selagi masih berpikir dengan perasaan cemas,
dibelakangnya terdengar suara tindakan kaki orang.
Ketika ia berpaling, segera dapat melihat seorang laki2
berpakaian ringkas dengan sikapnya yang garang berjalan dengan tergesa gesa.
Laki2 itu ketika berjalan dekat Siang-koan Kie tiba2
berhenti, setelah mengawasi Siang-koan Kie sejenak lalu bertanya, "Bocah pengemis tahukah kau dimana ke diaman Pan lo Ing Hiong?"
Siang-koan Kie diam2 berpikir: Apabila aku bica ra
menunjukkan jalan orang ini, tentunya akan mengurangi kecurigaan orang2 keluarga Pan.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakan hendak turut mengatakan duka cita kepada Pan
Lo-ing Hiong,?" Demikian Siang-koan Kie bertanya.
"Apa" Apakah benar Pen Loya sudah mening gal?"
Siang-koan Kie kini dapat kenyataan bahwa tindak tanduk orang itu agak kasar, begitu pula perkataannya, sehingga ia mau mendupa bahwa orang itu orang bangsa kasar yang agak bodoh.
"Ya! Ia sudah meninggal beberapa hari, hari ini baru
dikubur, barisan orang yang mengantar panjangannya
beberapa pal"."
Laki2 itu menarik napas panjang, kemudian berkata, "Pan Loya adalah seorang yang sangat baik sekali, bagaimana tidak bisa berumur panjang.."
Karena ia ada seorang bangsa bodoh yang pi kirannya agak sempit, sehingga tidak biasa men gunakan kata2 sopan, tetapi dari sikapnya telah menunjukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana penghargaannya dan rasa hormatnya terhadap
Pan Loya. Hati Siang-koan Kie tergerak, pikirnya: Orang yang bodoh dan jujur, kebanyakan berlaku te rus terang, orang ini demikian besar pengharga an dan penghormatannya terhadap orang yang su dah meninggal, Pan Loya itu tentunya adalah se
orang yang memang patut dihormati"."
Saat itu laki2 kasar itu berkata pula: "Saudara pengemis, tahukah kau dimana letak kuburan Pan lo Ing Hiong"
Bolehkah kau ajak aku untuk menengoknya?"
Siang-koan Kie terperanjat, aku hanya tahu tanah kuburan Pan Lo-ing Hiong sangat jauh. sekali terpisah diri sini, entah apa namanya tempat itu, aku tidak tahu.
Laki2 itu agaknya menjumpai persoalan yang sangat rumit, ia berpikir sambil mendongakkan kepala dan tidak berkata apa-apa. Siang-koan Kie berkata pula:,,Mari aku ajak kau kerumahnya saja! Di-sana masih ada banyak orang yang datang turut berduka cita." Laki2 itu berpikir sejenak lalu bertanya: "Dimana kediamannya?"
"To, disana!" jawah Siang-koan Kie sambil menunjuk
kegedung yang masih menyalah lampunya.
Laki2 itu bepikir lagi sebentar, kemudian berkata, "Baiklah!"
Siang-koan Kie tersenyum, lalu berjalan men uju kegedung itu dengan diikuti oleh laKi-laki tersebut, tidak berapa lama, mereka sudah tiba didepan pekarangan rumah keluarga Pan.
Waktu itu meski sudah jam empat pagi, tapi dalam barak yang dibangun diluar gedung itu, masih terdapat banyak orang, mereka masih duduk2 sambil minum dan mengobrol, hanya suara mereka sangat pelahan, tidak mudah didengar oleh orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang mengherankan adalah pintu besar yang pada siang
hari tadi tertutup rapat, kini telah terbuka lebar, si apapun boleh keluar masuk dengan bebas.
Siang-koan Kie dengan sangat hati2 memperhatikan
keadaan sekitarnya, ia tidak menemukan Touw Thian Gouw.
Orang2 dalam barak itu, nampaknya seperti orang2 yang diminta untuk membantu keluarga Pan, pinggang mereka
semua memakai ikat pinggang kain putih, orang2 rimba
persilatan yang tadi siang hari begitu banyak jumlahnya, entah kemana perginya, satupun sudah tidak ada.
Laki2 itu mengawasi keadaan pintu sebentar, lalu berjalan dengan tindakan ter-gesa2 waktu mendekati pintu, tiba2
terdengar suara orang: "Tuan tunggu sebentar."
Dari dalam pintu berjalan keluar seorang laki2 pertengahan umur berwajah sawo mateng.
Siang koan Kie terperanjat, bukankah itu Touw Thian Gouw sendiri" Mengapa ia bisa sebagai penerima tamu?"
Laki2 itu berkata pula sambil memberi hormat;
"Saudara ini bukankah hendak datang memberi hormat
penghabisan kepada Pan Loya?"
Lelaki kasar itu menjawab sambil memberi hormat, "Benar, aku kecuali hanya kenal dengan Pan lo-ing Hiong, yang lainnya tidak kenal lagi, harap saudara suka memberitahukan dirimu tem pat kuburan Pan-lo-ing Hiong, supaya aku bisa pergi kesana untuk bersembahyang dihadapan kuburannya,"
"Saat ini sudah terlalu malam, harap saudara berdiam
disini satu malam dulu, besok pagi kita berangkat kesana, rasanya masih belum ter lambat."
-odwo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bab 24 LAKI LAKI kasar itu masih merasa sangsi, yang menyambut itu sudah mempersilahkan tumunya masuk kedalam. Dalam keadaan demikian, laki2 kasar itu agaknya sudah tidak dapat menolak Lagi maka segera turut masuk kedalam.
Siang-koan Kie juga menggunakan kesempatan itu turut
masuk dengan berjalan mengikutidibelakang laki2 kasar itu.
Didalam pintu terdapat, dua bangku panjang setiap bangku duduk empat orang mungkin anak buahnya Pan Loya.
Karena tetamu yang batu datang itu membaWa golok besar dibelakang punggungnya, maka Semua mata orang2 yang
duduk dibangku panjang itu ditujukan kepada golok tersebut.
Laki2 bermuka sawomateng itu tiba2 berpaling dan
berkata, "Golok saudara ini harap dititipkan disini du lu, nanti kalau saudara hendak pulang boleh di ambil lagi.
Laki2 kasar itu berpikir sejenak, achirnya me lepaskan goloknya yang tergantung
diatas punggungnya dan diberikan kepada laki2 bermuka sa womateng itu yang kemudian diserahkan pula ke pada orang yang ditugaskan untuk menjaga pintu.
Setelah dua orang itu berjalan Siang-koan Kie juga
mengikuti dibelakangnya. Para petugas yang menjaga pintu itu, ketika melihat Siangkoan Kie masuk sambil melembung kan dada, agaknya
dibingungkan oleh sikapnya itu, sehingga mereka tidak tahu harus mencegahnya atau tidak, selagi belum tahu apa yang diperbuat. Siang-Koan Kie sudah mengikuti dua orang itu masuk ke ruangan dalam.
Orang bermuka sawo mateng itu tiba2 mempercepat
tindakannya, setelah melalui pekarangan depan, lalu masuk pintu kedua dan mengajak laki2 tinggi kasar itu masuk kesebuah kamar, kemudian berkata sambil tertawa, "Silahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudara beristirahat disini dulu, sebentar siaote suruh orang membawa arak dan hidangan."
"Tidak usah, aku sekarang belum merasa la par." jawab laki2 itu sambil menggelengkan ke pala."
"Kalau begitu, harap saudara beristirahat saja dulu,"
berkata orang itu yang kemudian undurkan diri.
Siang koan Kie yang menunggu diluar kamar, ketika
melihat Touw Thian Gouw keluar selagi hendak menegur, orang she Touw itu sudah ber kata lebih dulu, "Apakah kau juga hendak turut berduka cita?"
Siang-koan Kie mendadak merasakan bahwa logat suara
orang itu berlainan dengan Touw Thian Couw, dalam
terkejutnya ia lalu menegur, "Kau siapa?"
Orang itu tersenyum dan berkata, "Kau adalah orang dari golongan pengemis, silahkan beristirahat dikamar sebelah timur, dalam dikamar sebelah timur itu, masih ada tem pat tidur yang kosong."
Tanpa menunggu jawaban Siang koan Kie, ia sudah
berjalan dengan tindakan lebar.
Siang-koan Kie merasa bimbang, ia tidak dapat memastikan orang itu Touw Thian Gouw atau bukan.
Dengan tenang ia memikirkan persoalan itu, kini ia pikir hanya dua jalan yang ada baginya, satu ialah segera keluar dari dalam gedung kelu arga Pan itu, dan yang kedua ialah menurut perintah orang itu tadi beristirahat dulu dikamar disebelah timur.
Achirnya ia telah mengambil keputusan bertin dak menurut petunjuk orang itu tadi dan berjalan kekamar sebelah timur.
Sebuah ruangan yang mempunyai pemandangan alam
yang sangat indah, bau harumnya bunga yang tertiup oleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin malam rasa menusuk hi dung Siang-koan Kie, tempat itu sunyi sekali, tidak tampak sinar lampu.
Siang koan Kie lebih dulu memeriksa keadaan disekitarnya, lalu langsung menuju kekamar pertama.
Pintu kamar terbuka lebar, dalam kamar terdapat empat buah tempat tidur, dua sudah ada isinya dua yang lain masih kosong.
Siang-koan Kie mengawasi orang yang berada ditempat
tidur itu, mereka bukannya tidur tertelentang, melainkan duduk bersemedi, dua orang itu ternyata adalah padri dari gereja Siao-lim sie Tiat Bok taysu dan Ki Bok taysu.
Kedua orang beribadat itu membuka matanya sejenak
mengawasi Siang-koan Kie, kemudian dipejamkannya lagi.
Siang-koan Kie yang selama beberapa bulan ini telah
menjumpai banyak kejadian aneh dengan sendirinya
menambah pengalamannya yang tidak sedikit, ia terus menuju kesebuah tempat tidur dekat pintu lalu merebahkan dirinya tanpa membuka pakaiannya lagi.
Selama beberapa tahun ini, kekuatan tenaga dalamnya
sudah mendapat banyak kemajuan, meskipun hampir satu
malam ia sudah mengeluarkan banyak tenaga, tetapi tidak merasa letih dan ngantuk. Dengan pura2 seperti orang tidur ia memperhatikan dua padri itu.
Padri yang berada ditempat tidur sebelah kiri tiba2
bergerak bibirnya, agaknya sedang berbicara dengan
kawannya, tetapi ia tidak mendengar suara apa2.
Ia segera mengerti bahwa kedua padri itu sedang berbicara dengan menggunakan ilmu yang menyampaikan suara
kedalam telinga kepada orangnya yang diajak bicara tanpa didengar oleh orang ketiga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri itu nampak bersenyum lalu mengawasi Siang-koan
Kie sejenak, ia juga menggunakan ilmu itu menjawab
pertanyaan kawannya tadi .
Siang-koan Kie meskipun tahu bahwa dua padri itu adalah Tiat Bok taysu dan Ki Bok taysu,
tetapi yang mana Tiat Bok dan yang mana Ki Bok, dia
serdiri tidak dapat membedakannya.
Dari sikap kedua orang itu, Siang-koan Kie sudah merasa bahwa kedua padri itu sedang membicarakan dirinya, hingga dalam hatinya tiba2 merasa kurang tenang, pikirnya: sikapku ini mungkin menimbulkan perasaan kurang senang bagi
mereka. Sebentar kemudian tiba2 terdengar suara tindakan kaki orang yang berjalan masuk kedalam kamar, kemudian disusul oleh suara orang yang rebah dipembaringan, sehingga ia mengetahui bahwa tempat tidur yang kosong itu kini sudah ada isinya lagi.
Siang-koan Kie ingin membuka matanya untuk melihat
siapa adanya orang itu, tetapi karena ia merasa bahwa kedua padri itu sedang memperhatikan gerak geriknya, maka ia tidak berani membuka mata.
Sebentar lagi tiba2 terdengar suara orang yang tidur
menderus, orang yang baru datang itu agaknya sudah tidur lelap.
Siang koan Kie yang cerdik, segera berlaku seperti orang dikejutkan oleh suara mengorok itu, lalu bangun berduduk.
Kini ia telah menyaksikan bahwa Tiat Bok taysu dan Ki Bok taysu masih duduk bersila sambil memejamkan matanya, seolah2 tidak menghiraukan keadaan orang itu.
Diluar cuaca gelap, sinar lampu dalam kamar sangat lemah, kecuali suara mengoroknya orang yang tidur itu, tidak terdengar suara apa2 lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berpaling ingin melihat bagaimana
macamnya orang yang baru datang itu" tetapi orang itu tidur miring kesebelah dalam
sambil mengerudungi badannya dengan selimut, kecuali
suara mengoroknya, wajah dan dedaknya orang itu, susah dilihat.
Pemandangan demikian, seharusnya menimbulkan rasa
mengantuk, tetapi Siang-koan Kie yang baru habis
menyaksikan pertempuran hebat ditepi sungai dan perbuatan kejam gadis berkabung itu, memberikan firasat kepadanya suatu gelagat tidak baik, hingga dalam ketenangan itu dirasakan mengandung kegawatan yang tersembunyi.
Tiba tiba merasa bahwa suara mengorok orang itu agaknya mengandung irama tertentu.
Ia memasang telinga memperhatikan suara itu benar saja memang agak aneh, sebab suara itu bukan seperti orang meugorok biasa.
Ia tidak dapat membedakan suara mengorok yang sebentar pendek dan sebentar panjang itu mengandung maksud apa, tetapi ia dapat memastikan bahwa suara mengorok itu bukan dilakukan oleh orang yang benr2 tidur nyenyak.
Selagi masih memikirkan soal itu, padri tua yang duduk ditempat tidur sebelah kiri, tiba-tiba membuka
matanya,dengan sinar mata yang tajam mengawasi Siang-
koan Kie sejenak, lalu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar. cuaca diluar kamar bertambah gelap, ilmu meringnkan tubuh padri itu ternyata sudah mencapai ketingkat yang sangat sempurna, Siang-koan Kie yang menyaksikan padri itu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar, ternyata tidak menimbulkan sedikit suarapun juga.
Dalam dugaannya kedua padri itu pasti akan bertindak bersama2, karena yang satu sudah berjalan dahulu, yang lain pasti akan menyusul.
Eng Djiauw Ong 5 Iblis Dan Bidadari Karya Kho Ping Hoo Pedang Keadilan 8
^