Pencarian

Kisah Si Naga Langit 2

Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


semua perwira, yaitu Perwira Ciang yang menjadi pem-bantu
utama Pangllma Chao Kuang Yln, mengeluarkan sebuah jubah
dan mengembangkan jubah itu hendak menyelimutl kedua
pundak Panglima Chao Kuang Yin. Ketika melihat bahwa jubah
itu adalah pakaian kebesaran Kaisar, panglima itu cepat bangkit
berdiri dan menolak. "Apa artinya ini" Apa maksud kalian?"
"Panglima Chao Kuang Yin, atas kesepakatan kami semua,
malam ini juga kami mengangkat paduka menjadi kaisar kami
yang baru!" kata Perwira Clang Sui.
Panglima Chao Kuang Yin membela-lakkan matanya dan alisnya
berkerut, wajahnya berubah merah. "Apa kalian serriua sudah
menjadi gila" Aku adalah seorang panglima Kerajaan Chao yang
setia kepada Kaisar! Aku ttidak ingin menjadi pengkhianat!"
"Panglima Chao, tenanglah dan pikirkan baik-baik. justru karena
paduka ada-lah seorang patriot sejati, seorang yang setia
kepada kerajaan, maka paduka ha?rus menolong dan
melindungi kerajaan kita. Kaisar yang baru diangkat adalah
seorang kanak-kanak, mana mungkin dia dapat memerintah
dengan baik dan semestinya" Kalau dibiarkan saja keadaan ini,
69 kerajaan kita pasti akan ambruk dan siapa lagi yang dapat
menyelamatkan kerajaan ini kecuali paduka?"
"Tidak, aku tetap tidak mau!" bantah Panglima Chao Kuang Yin.
Seorang perwira tinggi lain berseru, "Kalau Panglima Chao
Kuang Yin tidak^ 'mau, berarti dia. ingin melihat kerajaari ini,
hancur dan ini berarti dia seorang pengkhlanat yang harus
dlhukum mati!" Dia mencabut pedangnya dan belasan orang
perwira itu semua mencabut pedang, termasuk para pejabat
tinggi. Mereka menodongkan pedang mereka kepada Panglima
Chao Kuang Yin yang terbelalak keheranan.
Seorang pejabat tinggi bagian Sastra dan Budaya yang bernama
Can Siong Tek berkata dengan suara yang lembut, Hanglima
Chao Kuang Yin, harap padu-ka suka memperhatikannya baikbark. Keadaan keraj-aan dalam bahaya. Kaisar yang diangkat
masih kanak-kanak dan tentu dia akan dipengaruhi dan terjatuh
ke dalam tangan para menteri korup dan para thai-kam (laki-laki
kebiri) penjilat sehingga pemerintahan jatuh ke tangan mereka.
Dapat dipastikan kerajaan ini akan ambruk. Sekarang paduka
tinggal pillh. Mau menjadi kaisar untuk menye-lamatkan negara
dan rakyat, atau kalau paduka menolak terpaksa kami bunuh
karena paduka berarti menentang keputusan kami."
Chao Kuang Yin berdiam sampai la-ma, mempertimbangkan dan
berpikir-pikir. Dia tahu benar bahwa kalau dia menolak dan
melawan, dia pasti akan tewas di tangan mereka inl. Bukan dia
takut mati, akan tetapi apa artinya ke-tnatiannya" Hal itu tidak
akan menolong keadaan kerajaan. Sebaliknya kalau dia hidup
dan mau menerima kedudukan kai-sar, dia dapat berusaha
70 untuk mempersa-tukan seluruh negeri dan menyudahi'pe-rang
saudara yang tiada henti-hentinya menghantui dan menyengsarakan rakyat Jelata.
Akhirnya dia berkata, "Baiklah. Akan tetapi kalian harus berjanji
untuk mem-bantu aku memperkuat kerajaan dan mempersatukan semua kekuatan yang tadinya saling
bertentangan." "Hidup Kaisar!" Serentak mereka berseru dan mengenakan
jubah kaisar pada tubuh Panglima Chao Kuang Yin.
Demikianlah, Panglima Chao Kuang Yin menjadi kaisar dan dia
mendirikan Dinasti Sung. Dia menggunakan nama Kaisar Sung
Thai Cu (960-976) dan menjadi pendiri Dinasti Sung sebagai
kaisar pertama. Mulai saat itulah Dinasti Sung berdiri sampai tlga
abad lebih (960-1279). Ternyata kemudian bahwa pilihan para perwira tinggi dan
pejabat tinggi itu tidak keliru. Panglima Chao Kuang Yin yang
kini menjadi Kaisar Sung Thai Cu ternyata adalah seorang
Kaisar yang a-mat cerdik pandai dalam persoalan poli-tik,
seorang yang bijaksana, tidak kejam dan tidak sewenangwenang. Pula, dia ada lah seorang bangsa Han. Hal ini ditambah
sikap dan sepak terjangnya yang bijaksana membuat para
kerajaan dan pemerintahan lain tunduk kepadanya. Apalagi
"rak-yat sudah bosan dengan peperangan yang tiada hentinya
selama puluhan tahun, bo~. san dengan pengaruh kekuasaan
suku-suku bangsa liar yang berebutan kekuasaan. Para
penguasa daerah yang tadinya, di masa kekuasaan Lima Dinasti
herdin sendiri sebagai kerajaan-kerajaan kecil, ini satu demi satu
71 menyatakan taluk dan berdiri di bawah panji kerajaan Sung yang
dipimpin oleh Kaisar Sung Thai Cu. Kaisar Sung tetap memberi
kedudukan kepada para penguasa itu sebagai pejabat tinggi darl
KerajaanSung, Sebagai semacam gubernur. Ada bebera-pa
daerah yang tidak mau tunduk. Mere-ka ini dengan mudah
diserang dan dltak-lukkan. Akan tetapi, bahkan kepada me-reka
yang menentang inipun Kaisar Sung Thai Cu bermurah'hati.
Para pemimpinnya tldak dihukum, bahkan setelah daerah itu
ditaklukkan, mereka tetap diang-kat menjadi pejabat.
Demikianlah, da-lam waktu beberapa tahun saja, seluruh Cina
telah dapat dipersatukan, dan seba-gian besar darl mereka
ditundukkan dengan cara halus. Hanya beberapa daerah saja
yang terpaksa diteklukkan dengan kekuatan pasukan tentara.
Semenjak Dinasti Sung berdiri dengart kokohnya, gangguan dari
bangsa yang oleh rakyat Cina dlsebut "bangsa liar" banyak
berkurang. Gangguan yang masih' ada hanya datang darl
bahgsa Tatar yang mendirikan Liao (sekarang Mancuria), dan 5
juga dari bangsa Hsia Hsia di Barat Laut.
Kebesaran Dinasti Sung yang dapat mempersatukan seluruh
Cina itu hanya bertahan satu setengah abad lamanya.
Kemakmuran dan gangguan keamanan, yang hanya sedikit itu
membuat Kalsar Hui Tsung lengah. Jerih payah yang dilakukan
Kaisar Sung Thai Cu itu akhirnya kandas dalam tahun 1121.
Kaisar Hui Tsung lengah, tidak begitu memperha-tikan ketika
tetangganya yang berada di utara, yaltu kerajaan Liao, telah diserbu dan dikuasai oleh bangsa Kin yang kuat. Setelah Bangsa
Kin menguasai keraJaan Liao (Mancuria), mereka menghim-pun
kekuatan besar sekali dan menyerbu kerajaan Sung. Bala
72 tentara Sung mengadakan perlawanan hebat, namun akhirnya
mereka dikalahkan dan seluruh wila-, yah Sung bagian utara
telah dikuasai bangsa Kin. Kaisar Hui Tsung bahkan ditawan
oleh pasukan Kin. Pemerintah Sung lalu melarikan dtipt ke selatan dan kota raja
pindah ke Lin-an (sekarang Hang-chow). Karena kepindahan ini,
maka Dinasti ini juga disebut Sung Selatan.
Wilayah Dinasti Sung Selatan ini ber-.ada di sebelah selatan
Sungai Yang-ce dan karena tanah di daerah selatan ini jauh
lebih subur dibandingkan tanah di utara, maka kerajaan Sung
Selatan Ini tidaklah dapat dikatakan mundur dalam hal
kesejahteraan. Kisah ini terjadi pada jaman Dinasti Sung Selatan dan yang
menjadi kaisarpun pada waktu itu adalah Kaisar Kao Tsung,
seorang keponakan dari Kaisar Hui Tsung yang ditawan oleh
suku bang-sa Khitan dari Kerajaan Kin. Kaisar Kao Tsung
bertekad untuk membalas dendam ! dan melakukan perang
terhadap Bangsa Tartar Khltan yang telah menguasai da-erah
utara Sungai Yang-ce. Kaisar Kao I Tsung menghimpun
kekuatan, mengumum?kan dan mengundang paramuda untuk
masuk menjadi tentara dan ikut berjuang mengusir bangsa liar
yang menguasai tanah air bagiau, utara itu.
Demikianlah sekilas tentang keadaan Dinasti Sung Selatan.
Jatuhnya daerah utara dan kota raja yang tadinya menja-di
pusat kerajaan Sung, yaitu kota raja Tiang-an atau Kaifeng,
terjadi dalam ta-hun 1121.
73 *** Di lembah Sungai Yang-ce sebelah selatan, terdapat sebuah
kota kecil Cin-koan. Kota kecil ini cukup ramai karena
merupakan persinggahan para pedagang yang mengangkut
barang dagangan mere-ka melalui Sungai Yang-ce. Daerah itu
terkenal dengan rempa-rempanya. Banyak pedagang datang ke
kota Cin-koan untuk membeli rempa-rempa dan ada pula yang
datang membawa dagangan ke kota itu berupa bahan pakaian
dan segala inacam keperluan lagi. Tidak mengherankan ka-lau
kota Cin-koan berkembang rnenjadi kota yang ramai dan
mulailah rumah pengihapan dan' rumah makan bermunculan
untuk menampung para pendatang dan pedagang yang setiap
hari memenuhi kota Cin-koan. Dan tidak aneh' pula kalau bermunculan pula tempat?tempat hiburan se-perti rurnah perjudian
dan rumah pelacuran. Para pedagang yang berada jauh darl
rumah dan yang memperoleh banyak ke-untungan itu haus akan
pelesiran dan mereka biasa membuang uang secara royal;
Rumah pelesir Bunga Seruni merupa-kan tempat pelesir yang
terkenal di kota Cin-koan. Rumah pelesir ini dikelola oleh
seorang mucikari yang biasa dipang-gil Lu-ma, seorang wanita
gemuk berusia lima puluhan tahuri. Pagi hari itu Lu ma sudah
bangun dan setelah melakukan pemeriksaan terhadap belasan
orang' anak buahnya, yaitu gadis-gadis penghibur' yang muda
dan cantik, menyuruh mereka agar tidak bermalas-malasan,
cepat maridi dan mengenakan pakaian bersih dan indah, ia lalu
memasuki sebuah kamar yang 'terpisah dan berada di bagian
belakang. Hari itu merupakan hari istimewa ikare-na, ada
serombongan pedagang dari kotdlSS raja datang, Jumlah
mereka ada tiga pu-luh orang lebih dan ini merupakan reje-ki
74 besar karena tentu di antara mereka ada yang akan berpelesir di
rumah Bunga Seruni yang terkenal mempunyai banyak gadis
penghibur yang cantik itu. Lu-ma memasuki kamar di belakang
itu dan se-orang gadis berusia kurang lebih delapan belas tahun
menyambutnya. Gadis itu cu-kup cantik dan pakaiannya
sederhana, berbeda dengan para gadis penghibur. Gadis itu
adalah seorang gadis yatlm pi?atu, maslh terhitung keponakan
Luma dan sudah setahun -lamanya ia tlngga! dl rumah Lu-ma.
Lu-ma amat menyayang gadls yang datang darl dusun inl karena
ia rajin dan pandai merrtbawa di-ri. Saking sayangnya, Lu-ma
tidak me-meras tenaga gadis itu dan hanya kepa-da pria-pria
pilihan saja ia menyuruh gadis itu melayani mereka. Pria yang
lem-but dan royal, bukan sebangsa prla ka-sar. Karena itu,
biarpun ia menJ'adI seo-, rang gadis penghibur atau pelacur,
gadis itu tidak merasa terlalu terslksa. la jarang diharuskan
menerima taiAU, ha-nya berapa hari sekali kalau kebetulan' ada
pria yang menurut Lu-ma pantas un-tuk dilayani keponakannya
saja. Karena tidak ingin rnemamerkan diri, maka gadis itu
berdandan secara sederhana saJa walaupun hal itu tidak
menyembunyikan ! kecantikannya. Gadis itu bernama Liang
Hong Yi, baru setahun tinggal di situ dan baru beberapa bulan ia
melayani laki-laki pilihan bibinya.
"Bibi,. sepagi ini sudah bangun?" Liang Hong Yi menyambut
bibinya sambilter-senyum. Gadis ini juga sayang dan menghormati bibinya. Walaupun bibinya menJadikan ia seorang
pelacur, hal yang tidak mungktn terelakkan lagi mengingat akan
pekerjaan bibinya sebagai mucika-ri, namun ia tahu bahwa
bibinya sayang kepadanya. la tidak diperas dan tidak harus
75 melayani sembarang pria, tidak harus melayani sebanyak
mungkin pria seperti para gadis penghibur itu.
"Duduklah, Hong Yi. Ada hal penting yang ingin kubicarakan
kepadamu," kata Lu-ma. Hong Yi yang baru berusia dela-pan.
belas tahun itu berwajah bulat te-lur, dagunya runcing dan
sepasang mata yang indah jeli seperti mata burung da-ra itu
dilindungi sepasang alis yang hi-tam kecil panjang melengkung.
Hidungnya kecil mancung dan mulutnya manis sekali dengan
blbir yang selalu merah basah segar menantang. Setitik tahi lalat kecil hitam dl. dagunya menambah manis wajahnya yang
berkulit putih ke-merahan dan mulus. Rambutnya juga hi-tam
lebat, dengan anak rambut halus berjuntai di sekitar dahi dan
pelipisnya. Tubuhnya ramping, akan tetapi tidak ter-lalu kurus,
bahkan padat dan sintal. "Ada apakah, bibi?" tanya Hong Yi sambil duduk di atas kursl
berhadapan dengan bibinya, terhalang sebuah meja kecil.
"Hong Yi, semalam aku bermimpi melihat engkau terbang dan
menari-nari di antara bintangbintang!"
Hong Yi tertawa dan menutupi mulutnya dengan lengan
baJunya. "Hi-hik, bibi ini aneh-aneh saja, Mungkin bibi se-malam
keenakan tidur karena hawa udara memang dlngin malam tadi."
"Tidak, Hong Yi. Pagi tadi setelah terbangun, aku segera
mengadakan per-hitungan meramal dengan mencocokan hari
tanggal lahirmu dan aku mendapat kenyataan bahwa engkau
kelak akan hidup sebagai orang besar!"
76 "Aih, bibi. Orang macam aku bagal-mana dapat menjadi orang
besar?" Tan-pa disengaja, ucapan yang keluar dari bibir mungil
itu bernada sedih. Begitu mendengar ucapan keponakan-nya itu, Lu-ma lalu meraih
tangan Hong Yl yang terletak di atas meja. "Maafkan bibimu,
Hong Yi. Mulai sekarang aku berjanji tldak akan menyuruhmu
melayanl pria lagl."
Wajah yang manis itu memandang pada Lu-ma dengan mata
terbelalak dan suaranya terdengar, gembira. "Benarkah itu,
bibi?" "Percayalah.. Aku bersumpah, akan tetapi kalau engkau sudah
menjadi orang besar, jangan kau lupakan aku, Hpng Yi."
"Aku tidak pernah menyalahkan engkau karena aku menjadi
seorang pelacur di sini, bibi. Engkau amat baik kepadaku dan
aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu itu."
"Nah sekarang engkau berdandanlah."
"Sepagi ini harus melayani seorang jpria, bibi?" Mata yang indah
itu menja-Sdi agak muram.
"Anak bodoh! Bukankah aku tadi sudah bersumpah tidak akan
menyuruhmu melayanl prla lagi" Tldak, bukan melayani pria.
Akan tetapi aku menghendaki engkau pergi ke kuil Kwanim-bio
di tepi kota untuk bersembahyang dan mohon ramalan
peruntunganmu." Hong Yi tidak pernah menibantah perintah bibinya, maka lapun
mengangguk. 77

Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah, bibi. Aku segera akan berdan-dan dan berangkat."
Pada saat itu, seorang pelayan wanita berdiri di ambang pintu
kamar itu dan berkata kepada Lll? ma bahwa ada tamu yang
hendak bertemu. "Engkau cepat berdandan dan berang kat, Hong Yi," kata Lu-ma
yang lalu meninggalkan gadis itu.
Hong Yi segera berganti pakajan yang lebih baik walaupun
masih tetap bersahaja, tidak memakai terlalu banyak perhiasan.
Baru saja ia selesai berdandan, ia mendengar suara ributribut
dari depan, suara laki-laki yang terdengar marah-marah. Ia cepat
melangkah keluar, berpapasan dengan pelayan yang ketakutan.
"Ada apa?" tanyanya kepada pelayan itu.
"Wah, celaka, nona Liang," kata pelayan itu. "Ada dua orang
tamu marah-marah!" JILID 3 Terdengar hiruk pikuk seperti barang-barang dibanting. Hong Yi
cepat menuju ke ruangan depan. Dilihatnya Lu-ma berdiri di
sudut ruangan dengan muka pucat ketakutan. Dua orang lakilaki berusia antara tiga puluh sampai empat puluh tahun sedang
mengamuk membantingi kursi dan bangku sehingga kaki kursi
dan bangku itu patah-patah.
"Hentikan itu!" bentak Hong Yl lantang. "Apa yung kalian lakukan
Itu?" 78 "Hong Yi, jangan masuk. Pergilah darl slni!" Lu-ma berseru
sambll memberl tanda dengan tangannya agar Hong Yl pergi.
Akan tetapl Hong Yi malah memasukl ruangan itu."
Dua orang laki-laki itu berhenti mengamuk dan kini keduanya
memandang kepada Hong Yl dengan penuh perhatian dan
keduanya menyeringai. Seorang di antara mereka yang
kepalanya botak darf hidungnya besar melangkah maju dan
berkata, "Aha, kiranya ini yang bernama Hong Yi" Pantas, cantik
dan manis. A-khirnya engkau mau ketuar juga, sayang, untuk
melayani kami berdua!"
Orang kedua yang tubuhnya tinggi be-sar, matanya lebar dan di
dahinya terda-pat codet bekas luka memanjang terta-wa. "Haha, nenek ini hendak menjual mahal. Kami berdua adalah kepala
peng-awal dari kota raja, dan sudah lama mendengar bahwa
kembang dari rumah pelesir Bunga Seruni, bahkan juga kembang dari kota Cin-koan, bernama Hong Yi. Nah, kami ingln
dilayanl olehmu dan berapapun bayarannya akan kami penuhi!"
"Aku adalah Hong Yi, dan kalau bibi Lu-ma mengatakan tldak
kepada ta-mu, blar dlbayar berapapun aku tldak akan mau
melayaninya. Blbl Lu-ma su-dah tidak membolehkan kellan
mengejak aku, maka kelian tldak boleh memaksa. Mengapa
kalian mengamuk seperti orangorang glla dan merusak prabotan
di sl-ni" Hayo cepat ganti kerusakan ini! Coba kuhitung.... kalian
ganti lima puluh tail perak. Cepat bayar dan pergilah dari sini dan
jangan sekali-kali berani datang lagi!" Ucapan Hong Yi itu
bernada memerintah dan mengancam! Lu-ma membelalakkan
matanya, heran dan terkejut, juga khawatir melihat sikap dan
79 mendengar ucapan Hong Yi itu. Anak ini mencari penyakit,
pikirnya. "Ha-ha-ha, cantik manis dan galak! A-ku senang semangat itu.
Engkau seperti seekor kuda betina liar dan aku suka
menundukkan kuda betina liar. Kami akan membayar gantl rugi
setelah engkau me-layanl dan menghlbur kami berdua sela-ma
tiga hari tiga malam. Marilah, manis, mari kita bersenangsenang!" kata si ke-pala botak hidung besar yang tubuhnya
pendek gendut. Berkata demikian dia su-dah melangkah lebar
menghampirl Hong Yi dan kedua lengannya dlkembangkan slap
untuk merangkul tubuh yang denok itu.
Akan tetapl dengan gerakan yang genit sekall' Hong Yl
miringkan tubuh ke samping sehingga rangkulan itu luput dan
dari sainping tangannya menyambar dengan tamparan keras ke
arah kepala si botak. "Plak'" Keras sekali tamparan itu dan tubuh si botak itu
terpelanting roboh. Lu-ma terbelalak dan kedua tangan menutupi mulutnya yang ternganga agar ia tidak mengeluarkan
suara. la merasa se-perti sedang mimpi! Bagaimana mungkin
keponakannya yang biasanya lemah lembut dan tampak lemah
itu dapat membuat si gemuk pendek itu terpelanting ro-boh"
Si codet yang tinggi besaritu marah sekali melihat kawannya
ditampar sehing-ga roboh. "Berani engkau memukul te-manku!"
bentaknya dan tangan kanannya meluncur cepat. Lengan yang
panjang itu penuh dengan tenaga raksasa dan tangan dengan
Jari-Jarl panjang Itu mencengkeram ke arah pundak kirl Hong Yl.
Akan tetapi Hong Yl memutar tubuh menge-lak sehlngga
80 cengkeraman Itu luput, ke-mudian tangan kirinya menangkap
pergelangan tangan lawan Itu dan sekali memutar tubuh sambil
mengerahkan tenaga menyentak, tubuh sl-Codet yang tinggi
besar Itu melayang dengan kaki di atas melalui atas pundak
Hong Yi kemudian terbanting ke atas lantai sampai terde-ngar
bunyi berdebuk! Dua orang kepala pengawal yang biasanya menjadi jagoan itu
tentu saja merasa penasaran bukan main. Mereka yang
blasanya ditakuti orang itu kinl roboh dalam segebrakan saja
oleh seorang pelacur muda! Karena penasaran dan malu,
mereka menjadl marah. Setelah bangkit berdiri, keduanya lalu
mencabut pedang yang tadlnya tergantung dl punggung mereka. Dengan pedang terhunus yang ber-kilauan mereka berdua
menghadapi Hong Yi. "Hong Yi, larilah !" Lu-ma menjerit dengan tubuh
menggigil. la merasa ngeri sekali dan tidak ingin melihat
keponakannya yang disayangnya itu. terbunuh secara
mengerikan. Hong Yi menoleh ke arah Lu-ma sam-bil tersenyum tenang. la
girang melihat betapa bibinya itu mengkhawatirkannya. "jangan
takut, bibi. Dua ekor anjing busuk tni itnemang sudah sepatutnya
dihajar". Mendengar mereka dimaki sebagai anjing busuk, dua orang itu
menjadi mata gelap saking marahnya.
"Mampus kau!" bentak si codet dan dia sudah menyerang
dengan pedangnya yang menyambar dan membacok ke arah
81 leher yang berkulit putih mulus itu. Se-mentara si botak gendut
juga sudah menggerakkan pedangnya menusuk ke arah da-da.
Agaknya dua orang ini sudah menja-dl mata gelap dan bernafsu
sekali untuk membunuh gadls yang molek Itu.
Namun Hong Yi, di luar persangkaan Lu-ma dan para gadls
penghibur yang mengintal dan menonton keributan itu, dengan
tenang namun cepat sekali seper-ti gerakan seekor burung
walet, melang-kah ke sana-sini. Langkah?langkahnya a-neh
namun nyatanya dua pedang itu ti-dak mampu menyentuhnya!
Dua orang pe-nyerangnya menjadi semakin penasaran dan
mereka mengamuk, menyerang seca-ra membabi buta. Dua
batang pedang perkelebatan menjadi gulungan sinar yang
menyilaukan mata. Namun tetap saja dua batang pedang itu
tidak mampu menyen-tuh tubuh Hong Yi yang seolah telah
berubah menjadi bayangan yang tidak mungkin dapat dibacok
atau ditusuk pe- 'fiS dang! Semua mata yang menonton
pertandingan itu, yang mula-mula meman-dang ngeri
membayangkan tubuh yang padat ramping itu akan roboh mandi
darah, sekarang memandang dengan takjub dan kagum.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring suara Hong Yi. "Lepaskan
pedang!" Kedua tangannya menyambar dengan tangan terbuka
miring, seperti golok membacok hampir berbareng ke arah dua
pergelang-an tangan. "Dukk!! Dukk?" Dua batang pedang terlepaa dari pegangan dan
dua orang pe-ngeroyok itu menarik tangan kanan me-reka
karena merasa seolah tulang perge?langan tangan itu
patahpatah. 82 Hong Yi tidak berhenti sampai di situ. Kedua kakinya yang kecil
panjang itu mencuat bergantian, yang kiri menyambar ke arah
kepala si pendek gendut disusul kakl kanari menyambar ke arah
dada si tinggi besar. "Dess ! Dess !" Dua orang itu terjengkang dan
terbanting keras ke atas lantai. Sejenak mereka merintih, lalu
bangkit duduk. Si pendek botak meme-jamkan mata karena
kepalanya puyeng dan segala tampak berputaran. Si tinggi
besar memegangi dadanya dan menekafl dengan kedua tangan
karena dadanya te-rasa sesak bernapas!
Dengan kaki kirinya Hong Yi mencu-kil sebatang pedang yang
terlepas tadi. Pedang melayang ke atas disambar de-ngan
tangan kanannya. Kemudian ia men-cukil pedang kedua yang
disambar tangan kirinya. Dengan sepasang pedang di ta-ngan ia
menghampiri dua orang yang ma-sih duduk berdekaian itu dan
ujung pedang itu menodong leher mereka, Ujung pedang yang
runcing menekan kultt le-her mereka.
"Bersiaplah kalian untuk mampus!" bentak Hong Yi yang kini dari
seorang gadis yang lemah lembut berubah menja-di seorang
gadis yang tampak gagah perkasa.
Dua orang jagoan itu menggigil keta-kutan. "Ampun....
ampunkan kami...." me-reka bermohon dengan suara meratap,
si botak masih puyeng dan si codet ma-sih terengah-engah.
"Kalau begitu hayo cepat keluarkan lima puluh tail perak untuk
mengganti .prabotan yang rusak kemudian cepat minggat dari
sini'." bentak Hong Yi.
83 Biarpun napasnya masih terasa sesak, si tinggi besar dengan
jari-jari tangan gemetar mengambil kantung uangnya dan
mengeluarkan lima puluh tail perak. Uang ku diletakkannya di
atas lantai di depannya. "Sekarang pergilah dan jangan berani muncul lagi di sini. Kalau
lain kali muncul lagi, kedua tangan kalian akan kubun-tungi!"
hardik Hong Yi sambil menen-dang dua kali. Tubuh dua orang
jagoan ri itu terpental dan terguling keluar dari pintu ruangan
depan. Mereka segera bangkit, si codet tinggi besar masih
menekan dadanya dan si botak pendek gendut masih
memegangi kepalanya. Kemudian mereka lari pontang-panting
mening-galkan rumah pelesir itu.
"Hong Yi !" Lu-ma menghampiri gadis itu dan
merangkulnya. Hong Yi melempar sepasang pedang ke atas
lantai dan menghibur Lu-ma yang menangis.
"Sudahlah, bibi. Bahaya sudah lewat dan aku yakin dua orang
jahat itu tidak akan berani datang mengacau lagi."
"Hong Yi, mari.... aku mau bicara...." kata Lu-ma. la rnemberi
Isarat kepada seorang gadis anak buahnya untuk menyimpan
uang lima puluh tail perak itu dan ia lalu menggandeng tangan
Hong Yi memasuki kamarnya. Setelah menutupkan daun pintu ia
mengajak Hong Yi du?duk berhadapan.
"Hong Yi, engkau sungguh mengheran-kan dan mengejutkan
hatiku. Bagaimana engkau mampu mengalahkan dua orang
jahat tadi" Bagaimana engkau yang biasanya lemah ini
mendadak dapat berubah ttienjadi seorang pendekar wanita?"
84 Hong Yi tersenyum. "Aku bukan seo-rang pendekar wanita, bibi.
Aku hanya pfernah belajar ilmu silat dari seorang nikouw
(bikkhuni) perantau yang dahulu tinggal di dusun kami selama
tujuh ta-hun." "Akan tetapi engkau tidak pernah me-ngatakan hal itu kepadaku
dan engkau juga belum pernah memperlihatkan kepandaian
silatmu sama sekali."
"Ilmu silat bukan untuk pamer, bibi, melainkan untuk membela
diri kalauu terancam bahaya."
"Akan tetapi engkau.... ahh, betapa menyesal aku
kenapa engkau menurut saja ketika aku
menyuruhmu melayani para pria itu" Kenapa tidak kau
tolak" Ahh aku sungguh menyesal sekali " "Sudahlah, bibi. Engkau telah menolongku. Engkau telah
mengur'us pemakam-an orang tuaku dan engkau mau
menampung diriku yang yatim piatu dan seba-tang kara. Kalau
tidak ada engkau tentu aku akan menjadi seorang gadis yang
terlantar dan entah bagaimana nasibku. Eng-kau amat baik
kepadaku, maka tentu sa-ia aku menurut akan segala
perintahmu. Aku tahu engkau menyayangku.. dan tidak ingin
menjadikan aku seperti para gadis penghibur yang lain. Engkau
memilih pria-pria terbaik untukku. Dan me-mang mereka itu
bersikap lembut, meng-hormati dan menghargaiku. Aku tidak
menyesal, bibi." 85 "Engkau seorang gadis yang luar biasa, Hong Yi. Aku agak
terhibur mengingat bahwa aku telah bersumpah untuk tidak
menyuruh engkau melayani pria lagi. Sekarang, pergilah ke kuil
itu, Hong Yi dan bersembahyanglah. Mintalah berkah dari Kwan
Im Posat dan mintalah petunjuk dan ramalan. Apakah engkau
perlu ditemani?" "Tidak usah, bibi. Aku akan pergi sen-diri, aku dapat menjaga
diri." Dengan membawa perlengkapan sem-bahyang seperti hioswa
(dupa biting), li-lin dan sebagainya, Hong Yi lalu berang-kat ke
Kwan-im-bio yang berada di ujung kota Cin-koan sebelah
selatan. Seorang nikouw tua lalu menyambutnya dan Hong Yi
lalu bersembahyang. Kemudian ia minta ramalan dan setelah
mengocok tabung tempat nomor ramalan dan sebuah nomor
keluar, nlkouw pelayan mengambllkan ramalan tertulis itu dan
memperlihatkannya. Biarpun Hong Yi seorang gadis ke-lahiran
dusun, namun mendiang ayahnya adalah seorang terpelajar
miskin dan ayahnya dahulu mengajarinya ilmu membaca dan
menulis. Bahkan ketika menjadi murid Bian Hui Nikouw selama
tujuh tahun, ia selain dilatih ilmu silat, juga me-nerima pelajaran
membaca kitab-kitab agama oleh gurunya itu. Maka gadis inipun pandai membaca dan menulis. la membaca ramalan tertulis
itu. "Harimau Putih bukan untuk ditakuti seyogyanya menjadi teman
sejati temuilah seorang bermarga Han bersamanya berjaya di
Lin-an." 86 Biarpun dapat membaca sajak ramaian itu Hong Yi tidak
mengerti apa maksudnya. la tidak tahu apa yang dimaksud-kan
dengan Harimau Putih dan siapa pu-la orang bermarga Han
yang harus ds-ajaknya pergi ke kota raja itu. Akan tetapi karena
kepergiannya ke kuil minta ramalan itu bukanlah kehendak yang
timbul dari hatinya sendiri melainkan untuk memenuhi
permintaan Lu-ma, maka ia-pun tidak mengambil pusing lagi lalu
berpamit dari nikouw pelayan dan menu-ju pulang. Kuil Kwanim-bio itu terletak di ujung kota yang sepi dan sebelum ti-ba
di perumahan kota ia harus melewati sebuah ladang yang cukup
luas dan bagian pinggir kota di situ sepi tak banyak dilewati
orang.

Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selagi ia berj'alan di bawah sinar ma-tahari yang mulai tinggi,
tiba-tlba ia terkejut bukan main karena di atas jalan raya itu
tampak seekor binatang mengha-dang perjalanannya. Ketika ia
memandang penuh perhatian, ia makin heran dan terkejut
karena binatang Itu adalah seekor harlmau yang bulunya
berwarna putlhl Sebagal seorang yang memiliki llmu silat yang
cukup tangguh dan penuh kepercayaan kepada diri sendiri
dalam meng-hadapi bahaya, Hong Yi cepat membungkuk dan
mengambil dua buah batu sebesar kepalan tangannya. la tidak
memegang senjata dan inaklum bahwa harimau adalah
sebangsa binatang buas yang amat kuat dan berbahaya. Dua
buah batu itu cukup lumayan untuk dipakal membela diri.
Otomatis ia teringat akan isi ramalan dari kuil Kwan-im-bio tadi.
Ramalan itu menyebutkan tentang harimau putih! Apa katanya
tadi" "Harimau putih bukan untuk ditakuti!"
87 Tidak, ia tidak takut. la teringat bahwa anjing yang galakpun
biasanya takut kalau disabit batu, terutama kalau sambitan itu
mengenai tubuhnya. Mungkin harimau inipun akan ketakutan
kalau ia sambit dengan batu, pikirnya. Setelah berpikir demlklan,
Hong Yl mengambll ancang-ancang, membidik ke arah sasaran
lalu dilontarkan sepotong batu ke arah tubuh harimau itu.
"Wuuuttt.... dukkk!" Sambitan itu tepat nlengenai perut harimau
putih. Blna-tang- langka Itu terkejut lalu melompat dan melarikan
dlri ke kiri. Hong Yi yang masih mempunyai sepotong batu lagi',
mengejar dan menyambitkan batu kedua. Harimau itu melompat
ke balik semaksemak dan menghilang. Hong Yi menghampiri
semak-semak setelah memungut sepotong batu lagi dari jalan.
Berindap-indap ia menghampiri semak-semak dan... ia tertegun.
la tidak melihat harimau atau binatang apapun juga, akan tetapi
di balik semak-semak itu, di atas rumput hiJau yang tebal, ia
melihat seorang pria muda bangkit dari tidurnya, duduk dan
menggeliat seperti seekor harimau. Pemuda itu berusia kurang
lebih dua puluh lima tahun, bertubuh jangkung dan tegap, ketika
menggeliat itu tampak kedua lengannya yang berotot. Wajahnya
juga membayangkan kegagahan dan kejan-tanan. Di dekatnya
terdapat sebuah buntalan kain kuning. Rambutnya yang hi-tam
panjang itu ditekuk ke atas dan diikat dengan sehelai kain biru.
Tentu saja Hong Yi merasa kikuk dan tidak enak. la khawatir
akan disangka mengintai orang tidur. Maka lapun melangkah
mundur dan karena pemuda itu tidak langsung menghadaplnya,
maka ia dapat mundur tanpa terlihat.
Ketika ia telah tiba di jalan raya la-gi, ia mendengar suara orang
dari depan. la memandang dan melihat tujuh orang datang
88 dengan cepat ke arahnya. la ti-dak menyangka buruk dan
mengira mereka itu adalah orang-orang. yang hendak pergi ke
kuil. la tidak menaruh perhatian, apalagi karena ia masih merasa
he ran akan peristiwa tadi. Ke manakah perginya harimau putih
yang aneh tadi" Dan orang itu! Mengapa harimau putih itu tidak
mengganggu orang itu" Pada hal ia melihat betul betapa
harimau itu lenyap di balik semak-semak dan orang laki?laki
itupun tidurnya di belakang semak-semak. Ketika harimau putih
tadi melompat ke balik semak-semak, sepantasnya menimpa
tubuh laki-laki yang se-dang tidur itu. Apakah laki-laki itu
terbangun karena terinjak harimau"
Rombongan orang itu sudah tiba di depannya dan ia mendengar
suara orang, "Inilah gadis siluman itu! Inilah pelacur laknat itu!"
Hong Yi terkejut dan rnemperhatikan. la segera mengenal si
muka codet yang s bertubuh tinggi besar tadi dan si botak yang
bertubuh pendek gendut. Dua orapg yang pagi tadt mengamuk
di rumah pelesir Bunga Seruni dan yang telah dirobohkan dan
diusirnya. Dan dua orang itu ki-pi datang bersama tujuh orang
lain, en-tah hendak melakukan apa. Akan tetapi melihat sikap
mereka ia dapat menduga bahwa mereka tentu tidak berniat baik
terhadap dirinya. la pura-pura tidak mengenal mereka dan
menggerakkan kaki untuk pergi dari situ.
"Hei, berhenti dulu! Jangan pura-pura tidak mengenal kami.
Bukankah engkau pelacur Hong Yi yang pagi tadi melawan kami
di rumah pelesir Bunga Seruni?" ta-nya si botak gendut dengan
sikap beringas. 89 Hong Yi masih bersikap tenang walau-pun ia maklum bahwa
dua; orang itu jelas mencarinya untuk niembalas dendam
dengan mengerahkan teman-temannya. "Benar, aku Liang Hong
Yi. Aku telah menghajar kalian berdua yang telah membikin ribut
dan mengacau di rumah hiburan Bunga Seruni!. Sekarang kalian
berdua mau apa?" Si muka codet tinggi besar itu berka-ta kepada seorang di
ancara mereka, "Twako kakak terbesart, inilah gadis siluman itu!
Harap twako cnemberi hajaran kepadanya agar la tidaik menjadi
sombong!" Orang te mengangguk-angguk,
menghadapi Hong Yi. lalu melangkah maju "Nona engkau masih muda dan cantik dan kabarnya engkau
seorang pelacur yang biasa melayani dan menghibur kar . um
pria. Akan tetapi kenapa engkau mengandallcan sedikit ilmu
silatmu memu-kul dua orang rekanku ini?" tanya orang itu.
Hong Yi memandang orang itu penuh perhatiah. Dia seprang
laki-laki berusia kurang lebih lima puluh tahun. Tubuhnya
jangkung kurus dan pakaiannya mewah, sikapnya halus akan
tetapi sepasang matanya bersinar tajam, muka berwarna agak
kuning. Biarpun Hong Yi belum ba-nyak pengalamannya di dunia
persilatan, akan tetapi ia pernah digembleng seorang, guru yang
baik yang banyak mencerita-kan keadaannya tentang ciri-ciri
orang kang-ouw maka melihat orang tinggi kurus itu, iapun dapat
menduga bahwa orang ini tentu seorang ahli Lweekang(tenaga
dalam) yang tangguh. Maka ia bersikap waspada.
90 "Orang-orang seperti mereka berdua itu tidak pernah akan
mengakui kesalah-annya sendiri, melainkan menjatuhkan kesalahan kepada orang lain dan membenar-kan diri mereka
sendiri. Engkau mau ta-hu kenapa aku memukul dua orang itu"
Mereka telah membuat kekacauan di Ru-mah Pelesir Bunga
Seruni dan hendak' memaksa aku melayani mereka. Ketika
ditolak mereka mengamuk dan merusak prabot rumah itu. Aku
hanya minta agar mereka membayar ganti rugi, akan teta-pi
mereka malah mengeroyokku. Tidak-kah itu sudah pantas kalau
aku memberi sedikit pelajaran kepada mereka?"
"Hemm, akan tetapi bukankah engkau seorang pelacur yang
harus melayani setiap orang laki-Iaki yang menginginimu dan
mampu membayarmu?" Hong Yi; mengerutkan alisnya dan kulit kedua pipinya menjadi
merah.. "Pelacur juga seorang manusia! Ia memang penjual jasa, akan
tetapi secara suka rela dan tanpa ada paksaan. la berhak
memilih dan menolak orang yang disukainya atau untuk
dilayaninya!" Si jangkung kurus itu mengerutkan alisnya. "Hemm, engkau
memang seorang perempuan yang sombong. Akan tetapi
mengingat bahwa engkau hanya seorang perempuan, aku akan
mengampunimu ka-lau engkau suka berlutut dan ipinta am-pun
kepada dua orang rekanku ini. Kalau tidak, terpaksa aku Tiatjiauw-eng (Garuda Cakar Besi) Ban Hok akan memberi hajaran
keras kepadamu!" 91 Hong Yi tahu dari julukan orang itu bahwa dia tentulah seorang
ahli silatS bertenaga dalam yang mengandalkan keampuhan jarijari tangannya yang membentuk cakar. Otomatis pandang
matanya tertuju kepada tangan orang itu dan ia melihat bahwa
ujung jari-jari tangan itu tampak menghltaml Akan tetapl ia
teringat akan pesan gurunya, Bian Hui Ni-kouw, dahulu. "Jangan
blarkan rasa takut dan sombong menguasai hatimu kalau
engkau berhadapan dengan seorang lawan. Rasa takut
melemahkan dan kesombongan membuatmu memandang
rendah lawan dan engkau akan menjadi le- ngah. Hadapi
kekerasan dengan kelembutan. Hindarkan perkelahian, keCuali
kalau engkau terpaksa karena diserang."
"Paman Ban Hok, kalau aku memang bersalah, kepada seorang
anak kecil seka-lipun akU bersedia untuk minta maaf. Akan
tetapi terhadap kedua orang ini, aku sama sekali tidak bersalah.
Merekatah yang menyerangku. Tidak mungkin aku minta maaf.
Kepadamupun aku tidak ingin bermusuhan, tidak ingin berkelahl
, dan harap engkau sebagai seorang tokoh kangouw suka
mengerti dan memaafkan aku".
Mendengar ucapan ini, Tiat-jiaw-eng Ban Hok tampak meragu.
la adalah seorang piauw-su (pengawal barang kirlman) yang
terkenal dl kota raja dan dia diangkat sebagal sesepuh oleh para
piauwsu i yang mengawal barang ke kota Cin-koan ini. Tldak
enak rasanya kalau sebagai se-orang tokoh kang-ouw dia harus
mende-sak seorang wanita yang masih begitu muda lagi. Dia
menoleh kepada dua orang kawannya itu dan berkata,
"Sudahlah, kurasa tidak ada gunanya urusan ini diperpanjang. la
hanya seorang wanita muda dan seorang gadis penghibur pula.
Alasannya memang masuk akai. Kalian tidak berhak memaksa
92 seorang gadis penghibur melayani kalian kalau ia tidak suka.
Jual beli memang dasarnya suka rela. Ka-lau si penjual tidak
mau menjual barang dagangannya, si pembeli tidak boleh me~
maksa. Sebaliknya kalau si pembeli tidak mau membeli, si
penjualpun tidak boleh memaksanya. Sudahlah, habiskan saja
urusan ini; "Akan tetapi, Ban-twako! Kami telah dihina oleh perempuan hina
ini! Apakah twako sebagai sesepuh kami tidak hendak membela
kami?" teriak si codet tinggi besar.'
'"Ya, apa artinya kami mempunyai seorang sesepuh kalau tidak
mau bertindak melihat kami diperhina orang" Ataukah Bantwako merasa takut melawan gadis hina ini?" teriak pula Si
gendut pendek. Mendengar ucapan dua orang itu, Ban Hok merasa panas
hatinya juga. "Baiklah, aku akan membalaskan keka-lahan kalian. Akan tetapi
aku tidak mau mencederai seorang perempuan. Nona, mari kita
main-main sebentar. Hendak kulihat sampai di mana
kelihaianmu!" Se-telah berkata demikian, Ban Hok melang-kah
maju menghampiri Hong Yi dan memasang kuda-kuda dengan
kedua kaki terpentang lebar, kedua tangan membentuk cakar
dan bergerak-gerak menyilang. Jari-jari tangannya yang
membentuk cakar itu mengeluarkan bunyi krek-krek!
Hong Yi waspada. la maklum bahwa sekali ini ia menghadapi
seorang lawan tangguh. lapun memasang kuda-kuda miring,
tangan kanannya di pinggang, tangan kiri seperti menyembah di
93 depan dada. Inilah pembukaan jurus yang disebut Menyembah
Kwan Im Dengan Satu tangan'.
"Aku tidak ingin berkelahi, akan teta-pi kalau diserang, terpaksa
aku membe-la diri," katanya tenang.
Tiat-jiauw-eng Ban Hok maklum bahwa gadis itu tidak mau mulai
menyerang lebih dahulu, maka diapun berseru, "Li-hat
seranganku!" dan diapun menerjang maju, cakar kirinya
mencengkeram ke arah pundak kanan gadis itu. Namun dengan
cekatan sekali Hong Yi mengelak, miringkan tubuh dan
cengkeraman itupun luput. Akan tetapi dengan amat cepatnya,
cakar kanan Ban Hok menyusul, mencengkeram ke arah kepala!
Kembali Hong Yi mengelak dan iapun t membalas dengan
tendangan dari samping ke arah larribung lawan.
"Wuuuttt !" Ban Hok menangkis dengan lengan
kirinya dan Hong Yi merasa betapa kakinya terpental dan
tergetar. Benar dugaannya. Orang tinggi kurus itu adalah
seorang ahli tenaga dalam yang amat kuat. la tahu bahwa kalau
mengadu tenaga, ia akan kalah, maka iapun mempergunakan
kelebihannya yang dapat diandalkan, yaitu ginkang (ilmu meringankan tubuh). Dari gurunya, ia memang mendapatkan ilmu ginkang yang cukup hebat sehingga ia mampu bergerak dengan'
amat cepatnya sepertl seekor burung walet.
Terjadilah pertandlngan yang seru. Ban Hok yang tadinya agak
memandang rendah kepada gadis pelacur itu, merasa kecelik
dan menjadi penasaran sekali. Tadinya dia mengira bahwa
dalam bebera-pa jurus saja dia akan mampu mengalahkan Hong
94 Yi. Dia hanya ingin meroboh-kan gadis itu tanpa melukainya,
hanya ingin mengalahkan untuk menebus kekalahan kedua
orang rekannya. Tidak tahunya, telah lewat dua puluh jurus dan
sama sekali serangannya belum ada yang mampu menyentuh
tubuh gadis itu, bahkan diapun harus berhati?hati sekali karena
serarrgan balasan gadis itu cukup berbahaya.
Kini saking penasaran dia menjadi marah dan tidak ragu-ragu
lagi untuk menyerang dengan pengerahan seluruh tenaganya.
Kalau perlu dia harus merobohkan dan melukai gadis im untuk
memper-oleh kemenangan' Tiba-tiba si codet dan si botak, di-ikuti pula oleh enam orang
teman mereka, semua berjumlah delapan orangi telah mcnyerbu
dan mengeroyok Hong Yl, bahkan mereka mempergunakan
golok dan pedang untuk menyerang gadis itu!
'"Jangan keroyok! Mundur!" teriak Tiat-jiauw-eng Ban Hok. Akan
tetapi delapan orang kawannya itu tidak mau mundur bahkan
menyerang membabi buta kepada Hong Yi yang terpaksa harus
mengerah-kan gin-kangnya untuk berkelebat dan menghindarkan diri dari hujan serangan pedang dan golok! Kini
Hong Yi oerada dalam bahaya maut!
Pada saat itu, terdengar suara lantang dan terdengar seperti
gerengan harimau. "Pengecutpengecut hina! Dengan mengandalkan banyak orang mengeroyok seorang gadis! Tak
tahu malu dan patut dihajar!" Sesosok bayangan berkelebat dan
orang itu menggerakkan tangan kakinya. Terdengar teriakanteriakan kesakitan dan em-pat orang pengeroyok terpelanting
roboh terkena tendangan dan tamparan orang yang datang
95 membantu Hong Yi itu! Hong Yi merasa girang dan iapun bergerak cepat. merobohkan dua orang pengeroyok dengan
tendangannya. Pada saat itu, orang ke tujuh dan delapan juga
ro-boh terpelanting oleh tamparan tangan penolongnya. Kini
tinggal Tiat-jiauw-eng . Bah Hok sendiri yang masih belum roboh
dan tokoh ini menjadi marah sekali melihat delapan orang
rekannya sudah terpelanting dan agakhya menderita luka
pukulan yang cukup parah sehingga mereka tidak dapat segera


Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangkit. "Mundurlah, nona. Biar kuhadapi orang ini." Laki-laki yang
menolong Hong Yi itu berkata tanpa menoleh kepada gadis itu.
Hong Yi melompat ke belakang, berjaga-jaga agar delapan
orang yang sudah roboh itu tidak melakukan pengeroyokan.
Ketika.ia memandang dengan penuh perhatian, ia tertegun
heran. la mengenal wajah itu! Dia pemuda yang tadi terbangun
dari tidurnya di balik semak-semak, pemuda yang disangkanya
terbangun dari tidur karena terijak harimau putih yang
dikejarnya! "Orang muda yang lancang, siapakahgg engkau yang berani
mencampuri urusan kami?" bentak Ban Hok yang merasa
penasaran dan marah sekali.
Pemuda itu menggeram. Suaranya dalam dan menggetarkan
jantung. "Kalau urusan kalian itu patut, aku Han Si Tiong tidak
akan sudi mencampuri. Akan tetapi kalian ini pengecutpengecut
hina me-ngeroyok seorang gadis. Tentu saja aku
mencampurinya!" 96 "Manusia sombong! Engkau belum me-ngenal kelihaian Tiatj'iauw-eng Ban Hok! Sambut seranganku!" Ban Hok sudah meliyerang dengan ganas sekali karena sekali ini dia marah dan
ingin merobohkan pemuda yang telah membuat temantemannya berpelantingan. Pemuda yang bernama Han Si Tiong
itu mengelak dan membalas dengan tidak kalah cepat dan
kuatnya. Terjadi pertandingan yang lebih hebat lagi.
Mendengar pemuda itu menyebut namanya Han Si Tiong, Hong
Yi kembali tertegun. la teringat akan ramalan di kuil Kwan-im-bio
tadi. Dalam sajak ramalan itupun disebut-sebut tentang seorang
bermarga Han! la mengingat bunyi sajak itu.
"Harimau putih bukan untuk ditakuti seyogianya menjadi teman
sejati temuilah seorang bermarga Han bersamanya berjaya di
Lin-an." Hong Yi menonton pertandingan itu dengan bengong. Mengapa
begitu kebetulan" Pada hari itu juga ia melihat seekor harimau
putih dan bertemu dengan seorang bermarga Han, cocok sekali
dengan bunyi ramalan tadi! la memperhatikan pemuda yang
menolongnya itu. Dia seorang pemuda bertubuh tinggi tegap,
berkulit agak gelap karena banyak tersorot sinar matahari.
Wajahnya tidak terlalu tampan namun membayangkan
kejantanan dan tampak gagah sekali. Usianya sekitar dua puluh
lima tahun. Pakaiannya dari kain kasar dan sederhana sekali,
sudah agak lapuk pula menandakan bahwa pemuda itu adalah
seorang miskin. Punggungnya menggendong sebuah buntalan
dari kain kuning. Ini menunjukkan bahwa pemuda itu seorang
yang sedang melakukari perjalanan jauh, seorang perantau.
97 Hong Yi memperhatikan gerakan silat pemuda itu. Walaupun dia
bertangan kosong menghadapi lawannya yang memiliki
sepasang tangan membentuk cakar yang menggiriskan, namun
dia sama sekali tidak terdesak. Hong Yi mengenal gerakan yang
kokoh dari pemuda itu sebagai ilmu silat Siauw-lim-si. Ilmu silatl
yang ia pelajari dari Bian Hui Nikouw juga bersumber dari ilmu
silat Siauw-lim-pai walaupun sudah bercampur dengan ilmu silat
lainnya. Perkelahian itu berlangsung semakin seru. Hong Yi melihat
betapa pemuda itu berani menangkis cengkeraman cakar
tangan Ban Hok yang mengandung tenaga dalam amat kuat itu,
dan setlap kali lengan mereka beradu, ia melihat betapa lengan
Ban Hok terpental. Ini menunjukkan bahwa pemuda itupun
memiliki tenaga dalam yang amat kuat, bahkan mungkin lebih
kuat daripada tenaga dalam yang dimiliki lawannya. Sudah tigaj
puluh Jurus mereka bertandlng dan Tiat-jiauw-eng Ban Hok
mulai terdesak oleh tendangan-tendangan dahsyat pemuda itu
yang menjadi ciri khas dari ilmu silat Siauw-lim-pai Utara.
"Haiiiitt !'." Tiba-tiba Ban Hok menyerang lagi
dengan kedua tangannya yang membentuk cakar elang,
pemuda yang bernama Han Si Tiong itu memutar tubuh
mengelak, kemudian dengan putar-an tubuhnya yang dilakukan
dengan cepat, kakinya mencuat dan terayun cepat sekali
menyambar ke arah kepala lawan. Cepat bukan main kaki kanan
itu menyambar dengan posisi membalik. Inilah jurus Sin-liongpai-bwe (Naga Sakti Melecutkan Ekornya). Ban Hok terkejut dari
98 mencoba untuk mengelak dengan menarik kepalanya ke
belakang. "Bukk!" tendangan kilat itu tidak mengenai kepalanya akan tetapi
masih me-l ngenai pundaknya sehingga dia terpelanting roboh.
Dia bangkit lagi dengan meringis kesakitan, kemudian melihat
betapa teman-temannya sudah menjauhkan diri, diapun maklum
bahwa dia tidak a-kan mampu mengalahkan pemuda itu.
Sebagai seorang piauwsu terkenal Ban Hok juga memiliki
pengetahuao tentang sopan santun dunla persilatan. Dia mengangkat kedua. tangan depan dada memberi hormat kepada Han
,Si Tiong dan berkata, "Engkau lihai sekali, sobat. Aku mengaku kalah dan maafkan
kelancangan teman-tenianku yang tadi mengeroyok nona ini, hal
itu terjadi bukan atas kehendakku." Setelah berkata demikian,
dia la-lu membalikkan tubuhnya dan pergi. Setelah bertemu
dengan rekannya, Tiatjiauw-eng Ban Hok memaki mereka habishabisan. Bagi seorang kang-ouw, ka-lah menang dalam sebuah
pertandingan adalah hal biasa, akan tetapi para rekan-nya itu
telah membuat dia malu karena mereka tadi melakukan
pengeroyokan, apa lagi yang dikeroyok adalah seorang gadis
muda! Sudah kalah, mendapat malu dan nama buruk pula!
Sementara itu, melihat betapa pemuda itu telah dapat mengusir
pergi. orang-orang yang tadi menggan'ggunya, Liang Hong Yi
segera maju menghampiri dan memberi hormat.
99 "Tai-hiap (pendekar besar), saya Liang Hong Yl mengucapkan
banyak terlma ka-sth atas pertolongan tai-hiap. Tanpa ban-tuan
tai-hiap, entah bagaimana nasibku tadi."
Han Sl Tiong memandang Hong Yi dan dia merasa kagum
sekali. tak disankanya bahwa gadis yang dikeroyok banyak lakilaki tadi, yang melakukan perlawanan dengan gigih dan cukup
tangkas, cer-nyata seorang gadis yang begini cantik jelita!
"Nona Liang Hong Yi, harap jangan sebut aku tai-hiap. Aku
seorang pemuda dusun biasa yang sedang merantau, namaku
Han Si Tiong. Sebut saja namaku tanpa taihiap, nona niembuat
aku menjadi malu dengan sebutan itu."
Hong Yi tersenyum manis, hatinya tertarlk sekall. Pemuda ini
gagah perkasa, biarpun tutur sapanya sederhana dan bahkan
agak-kasar, namun seluruh sikap dan pribadinya membayangkan keterbukaan, kejujuran dan kesederhanaan.
Alangkah jauh bedanya dengan para pemuda yang dikenalnya
atau yang diperkenalkan Lu-ma kepadanya, bahkan yang telah
dilayaninya. Mereka itu pada umumnya pe-muda yang tampan,
kaya raya, pesolek, berlagak dan pura-pura. lapun dapat
menerima sikap jujur itu dengan gembira dan berkata sambil
tersenyum manis. "Baiklah, aku akan menyebutmu koko (kakak) Han Si Tiong.
Akan tetapi, Tiong-ko (kakak Tiong), engkaupun harap jangan
menyebutku nona. Akupun hanya seorang.... gadis biasa saja
yang tidak pantas menerima penghormatan dari seorang gagah
sepertimu." 100 "Aku akan menyebutmu adik. Yi-moi (adik Yi), bagaimana
engkau seorang ga-dis berada di sini seorang diri dan dikeroyok
oleh segerombolan orang jahat tadi?"
"Aku.... aku.... diganggu mereka dan karena tidak mau melayani,
mereka lalu mengeroyokku. Tiong-ko, banyak terima kasih atas
pertolonganmu tadi." Tentu 'eaja saja Hong Yi merasa rikuh
sekali un-tuk mengaku terus terang apa yang men-jadi sebab
perkelahiannya dengan orang?orang tadi. Kalau menceritakan
dengan terus terang, ia akan terpaksa harusmenceritakan
bahwa la adalah seoran^ pelacur!
"Ah. Yi-mof, tidak perlu dibicarakan lagi hal itu. Kalau seorang
laki-laki melihat wanita dikeroyok banyak laki?iaki tanpa turun
tangan menolong, dia adaiah seorang pengecut dan aku tidak
mau disebut seorang pengecut. Sekarang, mari kuantar engkau
pulang. Di manakah rumahmu?"
Hong Yi menuding ke depan di mana sudah tampak tembok kota
Cin-koan. "Rumahku di kota Cin-koan itu, akan tetapi terima
kasih, Tiong-ko, engkau tidak perlu menyusahkari diri mengantar
aku pulang." "Sama sekali tidak menyusahkan diri, Yi-moi, Aku mengantarmu
sampai ke ru" niah dengan selamat. Aku khawatir ka-lau orangorang
jahat tadi akan kembati inenghadang dan mengganggumu. Aku harus mengantar dan mengawalmu, Yimoi," kata Han Si Tiong dengan suara tegas.
Hong Yi menghela napas panjang. la merasa kasihan kepada
pemuda gagah itu kalau sampai ketahuan orang bahwai pemuda
101 itu mengantar ia, seorang pelacur pulang. Untuk membuat
pemuda itu mundur, terpaksa ia harus mengaku siapa dirinya.
"Tiong-ko, ketahuilah bahwa akii.... aku.... tidak sepantasnya
engkau antarkan pulang. Aku tidak berharga untuk kaukawal,
Tiong-ko. Hal itu hanya akan
merendahkan namamu dan mencemarkan kehormatanmu." Han Si Tiong terbelalak, lalu mengerutkan alisnya yang hitam
tebal. "Eh, apa maksudmu kata-katamu itu, Yi?moi" Apa artinya
itu?" "Tiong-ko, ketahuilah, aku sama sekali bukan seorang gadis
terhormat seperti yang kausangka. Aku....
aku.... hanya seorang gadis pelacur
! Dua orang di antara mereka tadi hendak memaksaku me-layani mereka dan
aku menolak, maka mereka menjadi marah dan hendak mengeroyokku... nah, engkau tahu sekarang siapa diriku, karena itu
tidak sepantasnya engkau mengantar aku.... selamat tinggal
Hong Yi lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat
meninggalkan Si Tiong menuju ke kota Cin-koan.
Akan tetapi ia mendengar langkah kaki di belakangnya. Hong Yi
menengok dan ternyata pemuda itu berjalan mengikutinya tanpa
bicara. "Eh, Tiong-ko,j mengapa engkau mengikuti aku?"
102 "Aku harus mengawalmu pulang," jawab pemuda itu singkat.
"Akan tetapi aku.... aku...."
"Engkau juga seorang manusia, bukan" Selama engkau seorang
manusia, engkau tidak ada bedanya dengan aku."
Hong Yi menghela napas dan melanjutkan langkahnya, tetap
diikuti oleh Si Tiong. "Akan tetapi, pekerjaanku...."
"Aku tidak menilai manusia dari pekerjaannya, kedudukannya,
atau keadaan harta dan kepintarannya, melainkan dari sikap dan
perbuatannya. Dan aku melihat sikap dan tindakanmu terhadap
orang-orang jahaf tadi cukup baik dan mengagumkan, Yi-moi."
"Tiong-ko...." Hong Yi berkata lirih lalu diam dan melanjutkan
langkahnya, diikuti oleh Si Tiong. Mereka tidak bercakap-cakap
lagi tenggelam dalam lamunan masing-masing. Han Si Tiong
yang sudah berusia dua puluh lima tahun itu belum pernah
bergaul dan berdekatan dengan wanita, bahkan belum pernah
merasa ter-tarik kepada wanita. Akan tetapi sekali ini dia merasa
tertarik dan kagum sekali kepada Hong Yi. Bukan saja tertarik
dan kagum akan kecantikan gadis itu dan ke-gagahannya berani
melawan pengeroyok-an banyak laki-laki, akan tetapi juga kagum mendengar pengakuan gadis itu bah-wa ia seorang
pelaCur. Pengakuan ini saja membuktikan bahwa gadis ini
berwatak jujur dan tidak menyembunyikan kea-daan dirinya agar
dianggap terhormat. Dan dia melihat dan merasakan bahwa
biarpun gadis ini mengaku dirinya seba-gai pelacur, namun
sikapnya sama sekali tidak membayangkan sebagai seorang
wa-nita yang tidak mengenal kesusilaan. Ke-nyataan ini
membuat hati Si Tiong menjadi penasaran dan dia ingin sekali
103 mengetahui mengapa seorang gadis seperti' Liang Hong Yi ini
sampai menjadi seo-rang wanita penghibur pria.
Hong Yl juga; melamun dan jantungnya merasa berdebar-debar.
la sendiri belum pernah jatuh cinta kepada seorang pria. Biarpun
ia terpaksa menyerahkan diri untuk melayani pria, namun hal itu
hanya dilakukan tubuhnya saja. Perasaan hatinya tidak pernah
tersentuh oleh cinta nafsu. Sekarang, setelah ia mengetahui isi
ramalan dari Kwan-im-bio ten-tang pertemuannya dengan
harimau putih dan seorang laki-laki bermarga Han yang
kemudian menjadi kenyataan, hatinya terguncang. la merasa
seolah-olah kemunculan pemuda ini mempunyai arti yang
penting sekali dalam kehidupannya, seolah-olah pemuda ini
akan mendatangkan perubahan besar dalam hidupnya. la sendiri
tidak tahu apakah ia jatuh cinta, akan tetapi yang jelas, ia
merasa kagum dan berhutang budl kepada si Han Tiong yang
kinl mengawalnya dengan Jangkah tegap di belakangnya.
Baru saja Hong Yi tiba di depan pih-tu rumah pelesir Bunga
Seruni, Lu-ma sudah menyambut dengan wajah berseri dan
iriata mengandung penuh pertanyaan dan harapan. Saking
tegangnya, la hanya memperhatikan Hong Yi dan seolah ti-dak
melihat bahwa gadis itu datang ber-sama. Han Si Tong.
"Bagaimana, Hong '?1, ramalan apa yang kaudapatkan?"
tanyanya penuh fce-inginan tahu.
Hong Yi tersenyum dan menoleh ke-pada Si Tiong lalu
memperkenalkan pemuda itu. "Bibi, taihiap (pendekar besar) ini
adalah Han Si Tiong yang telah menyelamatkan aku ketika para
104 piauwsu tadi mengeroyokku di jalan bersama teman-temannya.
Tiong-ko, ini adalah bibi-ku Lu?ina."
Barulah Lu-ma memperhatikan pemuda itu dan mendengar
bahwa pemuda itu telah menyelamatkan Hong Yi dari pengeroyokan banyak orang, ia bersikap ra?mah dan hormat
walaupun alisnya berke-rut melihat pemuda itu berpakaian kain
kasar sederhana karena biasanya para pria yang berkunjung ke
situ semua berpakai-an mewah dan indah.
"Ah, Han-taihiap, silakan masuk dan silakan duduk." la
mempersilakan pemuda itu masuk ke ruangan tamu. Mereka
bertiga memasuki ruangan tamu dan ketika Si Tiong melihat
beberapa orang gadis muda dan cantik berpakaian indah duduk
di ruangan itu, dia menjadi ragu dan memandang kepada Hong
Yi.

Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yi-moi, maafkan aku. Karena engkau sudah sampai di rumah
dengan sela mat, maka aku mohon pamit, hendak melanjutkan
perjalananku." Dia dapat men-duga bahwa empat orang gadis
cantik yang tersenyum?senyum manis itu tentulah para gadis
penghibur. Walaupun dia sendiri belum pernah berkunjung ke
rumah hiburan, namun dia pernah mendengar tentang rumah
pelacur semacam itu. Hong Yl terkejut mendengar inl. "Nanti dulu, Tiong?ko. Harap
engkau su-ka duduk dulu...." Hong Yi melihat betapa pemuda itu
melirik ke arah para ga-dis penghibur dengan alis berkerut dan
tahulah ia mengapa pemuda itu tergesa-gesa hendak pergi. la
membei isarat kepada empat orang gadis itu untuk meninggalkan ruangan tamu. Empat orang gadis itu mengerti dan
105 sambil tersenyum sinis mereka lalu meninggalkan ruangan ."
tamu dan memasuki ruangan dalam.
"Silakan, Tiong-ko. Silakan duduk dulu, Aku akan bicara dengan
Bibi Lu-ma sebentar." Hong Yi bertepuk tangan dan muncullah
seo.rang pelayan wanita sete-ngah tua. "Bibi, hidangkan
minuman dan makanan kering untuk tamu!" Setelah
mengangguk lagi kepada Si Tiong, Hong Yi lalu menarik tangan
Lu-ma, diajak masuk ke dalam kamarnya.
"Bibi, telah terjadi hal yang aneh dan luar biasa sekali padaku!"
kata Hong Yi sambil duduk di atas kursi dalam kamarnya dan
Lu-ma duduk di sebelahnya.
"Apa yang telah terjadi" Engkau tampak begini tegang dan
gembira," tanya Lu-ma yang memang sudah ingin sekall
mendengar apa yang- dialami Hong Yi ke-tika pergl ke kuil
Kwan-im-bio. . "Aku telah sembahyang di kutl:dan minta ramalan dan inilah
hasil ramalan itu." la mengeluarkan sehelai kertas lalu
membacanya dengan lirih agar jangan sampai terdengar dari
luar kamar. "Harimau Putih bukan untuk ditakutt seyogianya menjadi tenwn
sejati temmlah seorang bermarga Han bersamanya berjaya di
Lin-an. "Wah. menarik sekali. Tapi, apanya vang luar biasa dan aneh?"
"Begini, bibi. Ketika aku pulang dan berada di jalan sunyi, tibatiba aku melihat seekor harimau putih yang besar.
106 "Ehh" Lalu bagaimana?" Lu-ma semakin tertarik.
"Karena takut kalau-kalau hanimau putih itu menyerangku, aku
lalu menyambitnya dengan batu. Dia lan ke belakang semaksemak dan ketika aku menge]ar-nya, dia lenyap dan di belakang
semak semak itu aku melihat seorang pemuda terbangun dari
tidurnya. Kukira dia tenn jak harimau itu, akan tetapi hanmaunya
lenyap". "Hemmm, mungkin harimau putih itu semangatnya yang keluar
ketika dia ter tidur kata Luma. "Kemudian bagaimana?".
"Aku lalu melanjutkan perjalanan dan tiba-tiba muncul delapan
orang, di antaranya dua orang piauw-su (pengawal barang) yang
kuhajar di sini, dan mereka mengeroyokku. Aku tentu celaka
kalau saja tidak ditolong orang. Dan engkau tahu, bibi,' siapa
penolong itu" Dia bukan lain adalah pemuda yang kulihat terbangun dari tidur di belakang semak-semak di mana harimau putih
itu lenyap! Dan yang lebih aneh lagi, namanya Han Si Tiong, dia
bermarga Han seperti yang dikatakan ramalan Kwan?im-bio itu!
Dan dia itulah orangnya!" Hong Yi menuding?kan telunjuknya ke
arah luar di mana si Han Si Tiong duduk di ruangan tamu.
Lu-ma terbelalak. "Wah.... cocok be-nar, coba, bagaimana bunyi
ramalan itu tadi" Harimau putih bukan untuk ditakuti seyogianya
menjadi teman sejati, temui-lah seorang bermarga Han,
bersamanya berjaya di Lin-an. Hemm, sungguh cocok pula
dengan mimpiku. Hong Yi, tidak salah lagi, dialah jodohmu dan
engkau a-kan menjadi orang besar kelak bersamanya kalau
kalian berdua pergi ke Lin-an!.
107 "Tapi, bibl...." terkejut juga hati Hong Yl mendengar ucapan itu
karena sebelumnya lak pernah sedikitpun terpikir, olehnya
tentang kemungkinan perjodohan dengan seorang lakilaki.yang
baru saja dijumpainya. "Tapi apa lagl, Hong Yi" Biarpun aku baru melihat sekejap, dia
masih muda bertubuh tegap dan wajahnya tidak buruk apalagi
dla adalah seorang pendekar yang telah menolongmu. Apakah
engkau tidak mau menjadi isterinya?"
Hong Yl menghela 'napas panjang. "Entahlah, bibi, akan tetapi
yang perlu dlpertanyakan, apakah dia mau menjadl suamiku?"
"Kalau begitu, berarti engkau mau menjadl isterinya, bukan"
Biarkan aku bertanya kepadanya sekarang juga. Hong Yl,
firasatku mengatakan bahwa kelak engkau akan dapat hidup
mulia bersamanya. Semua cocok dengan mimpiku dan cocok
pula dengan ramalan Kwan-im-bio" Tanpa menanti jawaban
Hong Yi wanita itu lalu melangkah keluar dari kamar Hong Yi
menuju ke ruangan tamu. Hong Yi tidak mencegah. la hanya pasrah. Bukankah jauh lebih baik menjadi isteri seorang pendekar
budiman yang ga-gah perkasa daripada menjadi seorang
pelacur hina" Pelacur hina" Hong Yi ter-cenung dan melamun.
Pertanyaan ini selalu menggores kalbunya. Pelacur dianggap
oleh umum sebagai wanita yang kotor, rendah, dan hina, bahkan
nyaris tidak dipandang sebagai manusia lagi, melainkan sebagai
sampah masyarakat yang selalu dikutuk dan dimaki. Orang tidak
perduli dan tidak mau tahu lagi tentang. alasan mengapa para
wanita itu menjadi pelacur. la sendiri yang langsung terjun, ke
dalam dunia pelacuran, walaupun belum lama dan hanya jarang
saja ia diharuskan melayani pria, ia mengenal kehidupan mereka
108 dan tahu mengapa mereka itu terpaksa menjadi pelacur.
Sebagian besar dari mereka adalah korban kemelaratan, korban
kelemahan mereka dan korban laki-laki! Septerti Siu Lin itu, la
anak keluarga miskin di dusun yang sudah tenggelam dalam
hutang sampai ke leher mereka. Ayahnya terpaksa mentegakan
hati menjual anak perempuannya itu ke rumah hiburan yang
dikelola Lu-ma. Hasil penjualan gadisnya itu untuk melunasi
hutang-hutangnya, menepus sepetak sawah yang digadaikan
sehingga keluarga itu dapat lagi bercocok tanam dan
menghidupi semua anggauta keluarga. Penghasilan inipun
masih tidak mencukupi kebutuhan perut suami isteri dengan sisa
lima orang anak itu sehingga Siu Lin harus membantu keluarga
orang tuanya, menyisihkan sebagian hasil pekerjaannya menjual
diri untuk memungkinkan adik-adiknya makan setiap hari.
Gadis penghibur yang bernama Si Hu itu tidak lebih baik
nasibnya daripadaj Siu Lin. Kalau Siu Lin menjadi korban
kemelaratan orang tuanya, Si Hu menjadi korban kejahatan dan
kekejaman laki-laki. lapun dari keluarga melarat dan ketika ia
berusia tujuh belas tahun, pada suatu hari yang naas baginya ia
diperkosa oleh seorang penjahat. Penjahat itu kemudian
melarikan diri meninggalkan Si Hu yang bukan hanya kehilangan
kehormatannya melainkan juga kehilangaft nama baik.
Peristiwa itu membuat ia dicemoohkan dan dipandang rendah
orang karena ia sudah bukan perawan lagi. Kaum wanita
mencibirkan bibir kepadanya, dan kaum pria bersikap kurang
ajar dan berusaha untuk menggoda dan menggang-gunya,
menganggap ia seorang wanita murahan! Dalam keadaan
seperti itu, pa-ra pemuda yang tadinya menaruh perha-tian untuk
mempersuntingnya sebagai isteri, satu demi satu mengundurkan
109 diri dan mereka itu tidak lagi berhasrat un-tuk memperisteri Si
Hu, melainkan Untuk menjinai dan mempermainkannya. Lebih
menghancurkan hatinya lagi, orang. tuanya merasa malu dan
akhirnya iapun, meninggalkan dusunnya dan ditampung oleh Luma untuk menjadi gadis penghibur atau pelacur.
Kui Nio lain lagi. la sudah bertunang-an. Akan tetapi ketika
tunangannya me-rayunya, ia jatuh dan menyerahkan dirinya
digauli tunangannya sebelum mereka menikah. Kemudian,
bagaikan seekor kumbang yang telah menghisap sari madu
setangkai bunga, tunangannya itu meninggalkannya begitu saja!
Karena keadaannya yang sudah tidak perawan lagi itu tidak
memungkinkan ia untuk dapat mem-peroleh suami lagi, ia
melarikan diri dari dusunnya untuk menghindarkan aib dan malu
dan akhirnya karena ia butuh san-dang pangan dan tidak dapat
bekerja lain, tidak bermodal uang, terpaksa ia . menjadi pelacur
bermodalkan tubuhnya yang masih muda dan segar dan
wajahnya yang cukup manis. Kui Nio inipun menjadi pelacur
akibat kejahatan laki-laki.
Siok Li dan Ceng Nio keduanya ada-lah janda muda beranak
satu yang diceraikansuami mereka. Sebagai janda de-ngan anak
satu mereka harus mencukupi kebutuhan anak dan diri mereka
sendiri. Merekapun tidak dapat bekerja lain kecu-, ali
memperdagangkan dirinya. Kembali kedua orang inipun menjadi
korban pria yang tidak bertanggung jawab.
Memang ada beberapa orang gadis penghibur, tidak banyak
jumlahnya, yang terjun ke dunia pelacuran karena ingin hidup
kecukupan, ingin mencari uang dengan mudah. Ada pula, dan
yang ini ha-nya sedikit sekali jumlahnya, yang menjadi pelacur
110 selain mencari uang mudah, juga untuk mencari kesenangan
dan kepuasan diri. Akan tetapi, apapun alasannya orang tidak mau mengerti dan
tetap saja pelacur selalu dipandang rendah dan hina.
Sedangkan, anehnya, para laki-laki yang datang melacur, sama
sekali tidak dipan-dang rendah atau hina! Padahal, dalam
pandangan Hong Yi, para pria yang da-tang untuk melacur itu
jauh lebih ren-dah dan hina ketimbang pelacurnya! Se-jahatjahat dan sejelek-jeleknya pekerj a-an seorang pelacur, ia masih
mempunyai mengandung banyak jasa. la menghibur hati pria
yang sedang kesepian, ia menjadi tempat penampungan dan
pelarian ba-gi pria yang sedang berduka atau patah hati, iapun
menjadi tempat penyaluran nafsu yang kalau tidak tersalur dapat
sa-ja menimbulkan adanya perkosaan atau perjinaan.
Betapapun rendahnya dipandang orang, apa yang ia lakukan
adalah sebuah pekerjaan, sumber nafkah, dan dalam melakukan
pekerjaan itu ia tidak mengkhianati siapa-siapa, iapun tidak
memaksa orang untuk membeli tubuhnya. Semua terjadi dengan
suka rela dan senang hati. Sebaliknya, para pria yang datang
melacur tetap dihormati orang. Padahal apa yang mereka
lakukan" Pria melacur karena iseng dan semata-mata untuk
rrien-cari kesenangan dan melampiaskan nai-sunya. Dan yang
lebih jahat lagi, dia mengkhianati tunangannya atau isterinya
yang setia menunggunya di rumah!
Hong Yi menghela napas panjahg. la menyadari sepenuhnya
bahwa meladur a-dalah pekerjaan yang rendah dan hina. Akan
tetapi apa daya seorang wanita"' la sendiri seorang yatim piatu
yang su-dah tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini. la
111 tidak tahu bagaimana harus mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada waktu itu, lapangan kerja
untuk wanita amatlah sempit dan sulit. Paling bisa seorang gadis
akan diterima sebagai pembantu ru-mah tangga, pelayan. Dan
bukan rahasia lagi bahwa pembantu wanita yang muda, apalagi
cantik, pasti akan menjadi per-mainan majikan prianya!
Akibatnya lebih payah lagi Seorang pelacur setidaknya masih
dapat memilih pria mana yang a-kan dilayaninya. Akan tetapi
seorang pe-layan rumah tangga" la tiada ubahnya seorang
budak belian. Kembali Hong Yl menghela napas panjang. Apapun alasannya,
seorang pela-cur tetap saja dipandang rendah oleh umum. la
sendiri seorag pelacur, walau-pun keadaannya jauh lebih baik
dibandingkan para gadis pelacur lainnya karena Lu-ma sayang
kepadanya, namun te-tap saja ia aeorang pelacur. Laki-lakl hanya sayang dan suka kepadanya sebagat malnan yang
menyenangkan,. yang meng-' hlbur, akan tetapi tentu saja tldak
akan ada laki-laki yang menghormatinya dan rrtau menerimanya
sebagai seorang isteri! Dan sekarang Lu-ma, bibinya itu, hendak
menjodohkan ia dengan Han Si Tiong! Mana mungkin pemuda
itu sudi menerimanya sebagai seorang isteri" Biarpun pemuda
itu tampak miskin, namun la seorang pemuda gagah perkasa,
seorang pendekar! Kalau tadi Han Si Tiong tidak memandang
rendah kepadanya dan mau mengantarnya pulang walaupun la
sudah/Hg mengaku bahwa ia seorang pelacur, hal itu tentu
hanya terdorong oleh kepende-karannya yang ingin menolong
seorang wanita yang diganggu orang-orang jaha'. Akan tetapi
menjadi suaminya" Ah, rasa-nya tidak mungkin!
112 Pada saat itu, di ruangan tamu, Han Si Tiong memandang wajah
Lu-ma dengan kedua mata terbelalak dan hampir tidak dapat
percaya akan apa yang didengarnya.
"Bibl Lu, tak salahkah apa yang kudengar darimu tadi" Coba
ulangi lagi apa yang kauusulkan tadi, bibi. Aku khawatir kalau
aku salah mendengar'." kata pemu-da itu sambil menatap wajah
wanita itu penuh selidik.
"Engkau tidak salah dengar, Han-tai-hiap. Ketahuilah, Liang
Hong Yi adalah keponakanku yang kusayangi seperti anak
kandungku sendiri. Sudah lama aku mengiginkan agar ia dapat
berjodoh denganseorang pemuda yang baik, yang akan dapat
melindunginya. Setelah bertemu deganmu, kami yakin bahwa
engkaulah orangnya yang kami tungu-tunggu, eng-kaulah jodoh
yang terbaik untuk Hong Yi, taihiap."
Karena sudah mendengar untuk kedua kalinya, Si Tiong tidak
terkejut lagi, akan tetapi tetap saja masih merasa heran dan
ragu. Usul ini terlalu tiba-tiba datang-nya dan sama sekali tidak
tersangka-sangka. "Akan tetapi...."
Lu-ma mengira bahwa keraguan Sl Tiong itu karena mengingat
akan peker'" Jaan Hong Yi, maka iapun cepat memotong, "Hantaihiap, Hong Yl adalah keponakanku sendiri dan aku amat
sayang ykepadanya. Karena itu, biarpun ia pernah melayani
pria, akan tetapi selalu kupilihkan pria yang terbaik untuknya dan
Itupun Jarang sekali terjadl. la bukan sepertl para gadls
penghlbur lalnnya, taihiap".
113 "Bukan Itu maksudku bibl. Akan tetapi.... ketahuilah bahwa aku
adalah seorang pemuda yang tidak memiliki apa, rumah tiada,
uang tiada, bahkan kerjaanpun sedang kucari. Baru saja aku
ditinggal mati ibuku dan ayahku.... sejak aku berusia sepuluh
tahun telah mening-galkan ibuku dan aku. Aku seorang yang
hidup sebatang kara, miskin dan papa, bibi. Bagaimana aku
dapat berjodoh dengan adik Hong Yi" Bagaimana aku dapat
menikah dengan keadaanku seperti ini?"
Lega rasa hati Lu-ma mendengar ucapan pemuda itu. Tadinya ia
khawatir pemuda itu menolak karena Hong Yi adalah seorang
pelacur, akan tetapi ternyata tidak. Bahkan pemuda itu merasa
dirinya tidak berharga karena yatim piatu dan miskin.
"Oooh, kalau soal itu, taihiap tidak usah khawatir dan tidak perlu
repot repot kami mengharapkan jodoh Hong Yi seo-rang pria
yang baik dan bertangung ja-wab. Kami tidak men'cari pria yang
kaya. jangan khawatir, Han tai-hiap, kaml tidak mengharapkan
emas kawin sekeping-pun darimu, bahkan untuk semua
keperluan perayaan, termasuk pakaian untuk sepasang
mempelai, kami sendiri yang akan membeayainya. Hanya satu


Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ingin kami ketahui, taihiap. Sebetulnya engkau sedang
menuju ke manakah dalam perantauanmu ini?"
"Aku hendak mencari pekerjaan ke kota Lin-an (Hangchow) di selatan bibi." Lu-ma hampir bersorak. Cocok sekalij
dengan ramalan Kwan-im-bio itu.
"Bagus! Aku yakin bahwa bersama Hong Yi, engkau akan dapat
memperoleh kedudukan yang baik dan tepat di Lin-an. Kita
114 rayakan pernikahan kalian di sini, kemudian kalian berdua
berang-kat ke Lin-an!"
Ketika Hong Yi mendengar dari Lu-ma bahwa Han Si Tiong
sudah menyetu-jui perjodohan itu, diam-diam merasa gi-rang
sekali. Akan tetapi ia adalah seo-rang gadis yang bijaksana dan
ia tidak puas dengan keterangan Lu-ma begitu sa-ja. Setelah
mendengar dari Lu-ma bahwa Si Tiong sudah setuju, ia
langsung mene-mui pemuda itu yang masih duduk di ru-angan
tamu. Biarpun merasa rlkuh dan canggung karena mahi, Hong Yi
duduk di depan pemuda itu, terhalang meja dan sejenak mereka
saling pandang. Kemudian Hong Yi, setelah menatap pemuda
itu penuh selidik seolah hendak menjenguk ke dalam dadanya,
berkata lirih. "Tiong-ko, sudah bulatkah keputusanmu bahwa engkau sudi
menerimaku sebagai isterimu" Sudah kaupikirkan masak-masak
dan engkau tidak akan menyesal di kemudian hari" Ingat, Tiongko, aku adalah; seorang...,
"....huussshhh Yi-moi, aku tidak mau dengar itu.
Bagiku, engkau seorang gadis yang baik dan halus budi," potong
Si Tiong. "Akan tetapi, engkau seorang pendekar gagah perkasa,
sedangkan aku... " "Engkaupun seorang gadis yang gagah perkasa, Yi-moi. Begitu
bertemu dengan-liatt, aku merasa kagum dan suka. Maka, ketika
115 bibi Lu mengusulkan tentang perjodohan denganmu, aku
merasa seolah-olah kejatuhan rembulan! Aku hanya masih meragu apakah kelak engkau tidak akan menyesal menjadi isteriku,
Yl-mot. Aku seorang yang hidup sebatangkara, tidakmem-punyai
apa-apa, tidak ada keluarga, tidak ada rumah, bahkan belum
mempunyai pe~ kerjaan! Bagaimana engkau dapat hidup
berbahagia menjadi isteri seorang pengangguran seperti aku?"
"Akan tetapi tidak selamanya engkau menganggur, Tiong-ko.
Kata bibi Lu-ma, engkau akan pergi ke Lin-an untuk mencari
pekerjaan." "Benar, Yi-moi. Setelah melangsungkan pernikahan, aku akan
berangkat ke Lin-an untuk mencari pekerjaan. Aku mendengar
pemerintah kerajaan membu-tuhkan perajurit."
"Bagus aku akan ikut denganmu, Tiong-ko. Aku akan
membantumu sekuat tenaga dan aku akan berusaha menjadi
isterimu yang baik."
"Aku senang Yi-moi. Mudah-mudahan engkaupun tidak akan
kecewa memilih aku sebagai suamimu."
Tidak ada janji muluk-muluk di anta-ra mereka, tidak ada ucapan
pernyataan cinta, namun pandang mata
mereka menyinarkan hasrat untuk. saling
membahagiakan. Hasrat ini sudah cukup kuat se-bagai pengikat
batin bagi .dua orang yang akan hidup bersama selamanya, jauh
lebih kuat dari pada ikatan cinta yang hanya didasari nafsu
116 tertarik oleh keindah-an rupa atau berkilaunya kedudukan atau
harta benda. Upacara dan perayaan pernikahan itu diadakan secara
sederhana namun cukup meriah. Lu-ma mengundang para
langganan yang baik dan sopan saja. Memang aneh bahwa
sebuah rumah hiburan menjadi tempat perayaan pernikahan
sepasang pengantin, apa lagi yang mempunyai kerja adalah
sang mucikari sendirl dan yang dlnikahkan adalah Liang Hong Yi
yang bagl beberapa orang laki-laki tertentu, kebanyakan para
bangsawan yang mengagumi Hong Yi, merupakan seorang
gadis yang arnat menawan hati. Seorang di antara para
bangsawan yang pernah dilayani Hong Yi adalah Ciang Kongcu
(Tuan Muda Ciang). Dia merasa gemblra dan terharu
mendengar Hong Yl menlkah. Dla memerlukan datang
menghadiri perayaan dan ketika mendengar bahwa suami Hong
Yi adalah seorang pendekar yang hendak mencari pekerjaan ke
kota raja Lin-an, dia lalu menulis sesampul surat dan
menyerahkannya kepada Hong Yi dan Tiong yang duduk di
pelaminan. "Aku hanya dapat memberi ini sebagai sumbangan, mudahmudahan ada manfaatnya bagi kalian. Selamat menem-puh
hidup baru di kota raja!" kata pemuda bangsawan itu.
"Terima kasih, Kongcu." kata Hong Yi dan Si Tiong juga
mengucapkan terima-kasih.
JILID 4 Surat itu untuk Ciang Goanswe (Jenderal Ciang), dia
117 pamanku dan mungkin dia akan dapat membantu." kata pula
Ciang Kbngcu lalu dia kembali ke tempat duduknya.'
Setelah menikah, kedua mempelai itu membuat persiapan untuk
melakukan perjalanan ke Lin-an. Mereka tinggal di rumah pelesir
Bunga Seruni dalam kamar Hong Yi selama sepekan. Keduanya
merasa berbahagia sekali karena setelah menikah mereka
berdua merasa cocok satu sama lain, merasa betapa masingmasing dihargai dan dihormati, dilayani dan diperlakukan
dengan penuh kelembut-an dan kemesraan sehingga dari
penghormatan dan kemesraan ini bertunaslah cinta kasih yang
mendalam. Lu-ma ikut sibuk membuat persiapan. Wanita yang
amat menyayang Hong Yi itu mempersiapkan segala macam
perbekalan. Dengan hati tulus ia menguras uangnya untuk
membelikan . pakaian secukupnya untuk sepasang suami isteri
itu.i Bahkan untuk melakukan perJalanan yang cukup Jauh itu ia
menyewa sebuah kereta yang tentu saJa cukup mahal. Pada
hari terakhlr Heberangkatan mereka, tlada hentlnya Lu-ma
menyusut alr matanya. Setelah selesai berkemas dan bararig-barang yang hendak
dibawa sudah dlma-sukkan kereta yang dikusiri seorang laki-laki
setengah tua, Lu-ma merangkul dan menciumi pipi Hong Yl yang
juga basah alr mata. Gadis ini pun terharu sekali menlnggalkan
blblnya yang amat menya-yangnya.
"Hong Yi, dan engkau Juga Si Tiong, kuingatkan lagi pesanku
kepada kalian. Kalau kalian sudah tiba di Lin-an, jangan lupa
memberi kabar kepadaku. Cerita-kan bagaimana keadaanmu
dan apakah sudah memperoleh pekerjaan. Si Tiong, jaga baik118
baik isterimu, dan Hong Yi, kalau kalian sudah mapan di Lin-an,
jem-putlah aku. Engkaulah satu-satunya orang yang kumiliki, engkau satusatunya keponakan, juga anakku. Aku ingin melihat mimpiku
menjadi kenyataan dan hidup bersamamu, mengasuh anakanakmu." Lu-ma menangis dan menciuml Hong Yi. Sembilan
orang gadls penghibur juga keluar untuk mengucapkan selamat
jalari dan hampir semua dari mereka menangis terharu. Mereka
semua merasa nelangsa, merasa kesepian dan merasa betapa
seng sara hidup mereka dan diam-diam mereka merasa iri
terhadap Hong Yi yang memperoleh kebahagiaan dl samping
seorang suami. Setelah puas mengucapkan selamat tinggal dan berpelukan
dengan mereka semua, akhlrnya Hong Yi dan Sl Tiong
memasuki kereta yang segera bergerak meninggalkan Rumah
Hiburan Bunga Seruni, diiringi tangis Lu-ma dan lambaian
tangan para gadis penghibur. Kereta te-rus meluncur keluar dari
kota Cin-koan menuju ke kota raja Lin-an.
*** Seperti telah disinggung sedikit di ba-gian depan kisah ini,
Kerajaan Sung yang didirikan oleh Panglima Chao Kuang Yin
yang kemudian menjadi kaisar pertama dari Kerajaan Sung
berjuluk Kaisar Sung Thai Cu, yang dengan susah payah telah
mempersatukan kembali daratan Cina pada tahun 960, seratus
enam puluh ta-hun kemudian, yaitu pada tahun 1 12'6, terpaksa
harus berantakan dan kehilangan . hampir separuh wilayahnya
sebelah utara. 119 Mula-mula, bangsa yang dianggap bangsa liar, yaitu bangsa
Nunchen atau juga dikenal sebagai bangsa Kin atau Kim (Emas)
yang tinggal di lembah Su-ngai Sungari di Mancuria,
menghimpun kekuatan besar yang dahsyat dan mereka
menyerang Kerajaan Liao, yaitu bangsa Khitan. Setelah melalui
perang sengit, akhirnya Bangsa Kin berhasil menalukkan
kerajaan bangsa Khitan yaitu Kerajaan Liao. Peristiwa ini terjadi
dalam tahun 1124 dan slsa bangsa Khitan yang tidak tewas
melarikan diri ke barat dan meng-ungsi ke Turkefitan Barat. Di
sana bang-sa Khitan tinggal di Lembah Ili dan kemudian mereka
dikenal sebagai orang Kerait, Karakitan, Kitai atau Catai. Mereka
mendirikan kerajaan kecil yang bertahan sampai akhirnya musna
karena kebangkitan bangsa Mongol kelak.
Pada waktu itu yang menjadi kaisar dalam Kerajaan .Sung
adalah Kaisar Hui Chung. Kaisar ini berwatak lemah dan banyak
menggantungkan keputusannya kepada perdana menterinya,
yaitu Cai Ching. Kaisar Hui Chung dan para pena-sehatnya
bersikap tidak acuh terhadap peristiwa penalukan Kerajaan Liao
oleh bangsa Kin itu. Ketika Kerajaan Liao sudah hampir|| dikuasai seluruhnya oleh
bangsa Kin, Gubernur Ping Chou sebagai pertahanan Kerajaan
Liao. terakhir, tidak mau tunduk kepada bangsa Kln, melalnkan
menyerah-kan daerah Itu kepada Kaisar Hui Cung. Tanpa
berplklr panjang Kalsar Hui Cung menglkutl naslhat Perdana
Menterl Cai Chlng, menerlma pengoperan kekuasaan atas
daerah Plng Chou dan mengirlm pasukan untuk menjaga daerah
yang dimasukkan ke wilayah Kerajaan Sung Itu. Hal ini membuat
bangsa Kin marah sekali dan mereka lalu menyerbu ke selatan.
Gelom bang pasukan yang besar dan amat kuat, penuh dengan
120 semangat berkobar menyer-bu kerajaan Sung sampai ke kota
raja! Kembali Kaisar Hui Cung yang lemah itu mengikuti nasihat
Perdana Menteri Cai Ching dan memberi upeti dalam jumlah
besar kepada pimpinan pasukan Kin. Tanda taluk ini
memuaskan bangsa Kin yang menarik kembali pasukannya,
kembali ke utara. Para menteri protes kepada Kaisar Hui Cung tentang tlndakan
atau nasihat , Perdana Menterl Cai Ching yang men-datangkan
keruglan besar kepada keraj a-an. Atas desakan para menterl,
Perdana Menteri Cal Chlng lalu dlhukum buang karena dla
dianggap yang bertanggung Jawab acas malapetaka yang
menlmpa kerajaan Sung. Akan tetapl Kalsar Hul Cung yang tldak
memlllkl pendlrian te-gas Itu kembal! melakukan kesalahan yang
besar sekali. Dia kemball mengikutl nasihat para pejabat tinggi
yang meng-gantikan kedudukan Perdana Menterl Cai Ching.
Para menterl Itu menasihatkan bahwa Kaisar Hul Cung tldak
seharusnya mengalah kepada bangsa Kln yang Itar. Membay&r
upetl kepada mereka berartl menerima penghtnaan maka sudah
sepatutnya kalau mengirim pasukan mengejar dan menyerang
mereka untuk memba las penghinaan dan mempertahankan kehormatan kerajaan Sung. Kaisar Hui Cung tanpa berpikir
panjang menerima nasihat ini dan mengirim pasukan melaku
kan pengejaran terhadap pasukan Kin yang ditarik mundur lalu
menyerangnya. Tentu saja 'bangsai Kin menjadi marah sekali.
Mereka menghimpun kekuatan besar dan kembali lagi ke
selatan. Terjadi perang besar?besaran dan akibatnya kota raja
Kai Feng jatuh ke tangan bangsa Kin dan Kaisar Hui Cung
bersa-ma kurang lebih tiga ribu orang pembesar kerajaan Sung
dibawa sebagai tawan-an perang! Sisa keluarga istana bersama
121 pasukan Sung yang kalah perang melarl-kan diri ke selatan,
terus dikejar oleh pasukan Kin sampai menyeberangi Sungai
Yangce dan tiba di kota Hang-chou dan Ning-po. Mulal seat
itulah Kerajaan Sung kehllangan wllayah yang luas sekali di
begian utara. Perlstlwe ini terjadi mulal tahun 1 126'sampai
1129. Mulal waktu Itulah Kerajaan Sung mendapat ?ebutan
Sung Selatan dan kota rajanya bernarna Lln-an (Hang-chouw).
Kaisar Kao Tsung (1127-1162) beruaa-ha keras untuk melawan
kekuasaan bang-sa Kin. Dia mengumumkan panggilan terhadap para patriot yang gagah perkasa untuk berbakti kepada
negara dan bang-sa, untuk memperkuat barisan kerajaan.
Pada suatu hari, sebuah kereta yang ditarik dua ekor kuda
memasuki pintu gerbang utara kota raja Lln-an. Melihat dua ekor
kuda yang tampak kelelahan dan kereta yang kotor berdebu,
mudah diduga , bahwa kereta itu tentu telah melaku-kan
perjalanan yang jauh. Setelah tiba di tengah kota, kereta itu
berhenti dan kusirnya turun lalu memegangi kendall kuda.
"Sicu, kita sudah masuk kota raja dan berada di tengah kota.
Hanya sampal dl sini saya mengantar sicu berdua." Kata kusir itu
kepada penumpangnya. Penum-pang kereta itu bukan lain
adalah Han Si Tiong dan isterinya, Liang Hong Yi. Si Tiong
membuka tirai kereta dan memandang keluar. Kereta itu
berhenti di depan sederetan pertokoan,
"Paman, bawalah kami ke sebuah rumah penginapan agar tidak
susah lagi kami mengangkut barang-barang bawaan kami." kata
Si Tiong kepada kusir. 122 Kusir itu naik kembali dan mehjalan-kan kereta. Sudah beberapa
kali dia berkunjung ke kota raja Lian-an sehingga dia tahu di
mana adanya rurnah penginapan. Setelah tiba di pekarangan
sebuah rumah penginapan, si Tiong dan Hong Yi menurunkan
barang-barang bawaan mereka dari kereta. Setelah menerima
uang pembayaran sewa kereta, kusir lalu menjalankan
keretanya keluar dari pekarangan rumah penginapan itu. Si
Tiong dan Hong Yi mengangkuti barang-barang mereka, dibantu
seorang pelayan rumah penginapan. Setelah mendapatkan
sebuah kamar, mereka membawa barang-barang itu masuk
kamar mereka. Setetah mandi, bertukar pakaiari ber-sih dan sarapan di dalam
rumah makan yang menjadi bagian dari rumah pengi-napan itu
juga, suami isteri itu keluar dari rumah penginapan itu. Di jalan
raya depan rumah penginapan itu amat ramai orang berlalu
lalang dan banyak di anta-ra mereka adalah pemuda-pemuda
yang bersikap gagah. Mereka adalah orang-orang yang datang
ke kota raja karena tertarik oleh pengunguman pemerintah yang
membutuhkan orangorang gagah untuk menjadi perajurit
pasukan kerajaan. "Yi-moi, keluarkan surat itu. Sebaiknya kita mencari alamat
Ciang-goanswe itu." kata Si Tiong kepada isterinya yang
menyimpan surat pemberian Ciang Kong-cu yang menjadi tamu
dalam perayaan pernikahan mereka tempo hari.
"Apakah tidak lebih baik kita berjalan jalan dan melihat-lihat lebih
dulu. Tiong-ko?" 123 "Tldak, Yl-moi. Kita harus dapat me-nemukan alamat itu dan
menghadap Jenderal Ciang lebih dulu." kata Si Tiong dengan


Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara tegas sambil menatap tajam wajah isterinya. Tatapan
mata yang me-ngandung penuh kasih sayang, namun ju-ga
mengandung keteguhan kemauan ke-ras. Hong Yi tersenyum.
"Kenapa begini tergesa-gesa, Tiong-ko?"
"Tidak tergesa-gesa, Yi-moi. Akan tetapi kita harus lebih
mementingkan pekerJaan daripada kesenangan. Kalau urusan
kita telah selesai dan kita berhasil memperoleh pekerjaan, masih
banyak se-kali waktu bagi kita untuk bersenang-senang dan
berpelesir di kota raja ini. Bukankah engkau pikir juga begitu?"
Mendengar ucapan yang beralasan ku-at dan tidak dapat
dibantah namun di-ucapkan dengan lembut dan dengan senyum membayang di mulut dan mata sua minya, Hong Yi hanya
dapat mengangguk angguk dan tersenyum. la merasa senang
sekali menemukan suatu sisi lain yang mengagumkan hatinya
dari laki-laki yang menjadi suaminya ini, yaitu slkap tegas dan
kemauan yang teguh. "Baiklah, suamlku. Isterlmu tnl selalu siap untuk melaksanakan
semua kehen-dakpu^katanya gembira.
"Nanti dulu, isteriku yang bijak! Aku tidak ingin melihat isteriku
tercinta se-perti seekor domba yang menurut ke mana saja
engkau digiring. Engkau harus mempunyai pandangan dan
pendirian sen-diri dan dapat membantu dan mengingat-kan aku
kalau aku mengambil keputusan yang keliru. Kalau engkau
hanya mengekor, bagaimana kalau keputusanku keliru" Tentu
kita berdua akan keliru pula."
124 Hong Yi memperlebar senyumnya. la merasa semakin bangga
dan kagum. "Jangan khawatir, suamiku. Aku akan membantumu sekuat
kemampuanku. Kita bekerja sama, bahu membahu, berat sa-ma
dipikul, ringan sama dijinjing, senang sama dinikmati, susah
sama ditanggung." "Bagus! Aku merasa bahagia sekali, Yi-moi, karena aku semakin
,yakin bahwa aku tidak salah memilih isteri, Nah sekarang kita
lihat, alamat Jenderal Ciang itu".
Hong Yi mengeluarkan sesampul surat pemberiari, Ciang
Kongcu. Jenderal Ciang Sun Bo, seperti yang tertulls pada
sampul surat Itu, tlnggal dl baglan barat kota raJo. Mereka lalu
aegera menuju ke sana seielah bertanya kepada penduduk di
mana rumah jenderal Itu. Ketlka mereka berdua berjalan ke arah
barat, mereka mellhat banyak lakl-lakl muda juga berjalan
menuju ke arah itu. Setelah ttba dekat gedung besar dikelilingi pagar tembok tinggi
itu mereka berdua mendapat kenyataan bahwa para orang muda
itupun mempunyai tujuan yang sama dengan mereka, yaitu
mendaftarkan dtri masuk menjadi perajurit.
Mereka semua memasuki pintu gerbang yang dijaga oleh seregu
perajurit. Berbondongbondong para pemuda itu masuk dan
berantri dalam ruangan depan di mana terdapat seorang
petugas yang mendaftar nama mereka satu demi satu. Yang
sudah didaftar namanya lalu dipersilakan masuk ke dalam
ruangan lain untuk menjalani pemeriksaan badan, riwa-yat dan
lain-lain. Ketika Si Tiong dan Hong Yi ikut antri di ruangan
125 depan, tentu saja Hong Yi menjadi perhatian semua orang.
Bukan hanya karena ia se-orang wanita yang cantik, melalnkan
terutama sekall karena semua pendaftar adalah kaum prla, tldak
pernah ada seorang wanita yang Ikut mendaftarkan dirl menjadl
seorang calon perajurit. Hong Yi merupakan wanita satusatunya, maka teritu saja ia menimbulkan keheranah akan tetapi
juga kegembiraan bagi para pria muda yang berada di situ.
Kaisar Kao Tsung memang bersenia-; ngat sekaln untuk
menyerang Kerajaan Kin di utara. Hal ini adalah karena dia
merasa sakit hati, bukan hanya mendendam ; karena bangsa
Kin sudah merebut wila-yah utara yang luas sekali sehingga dia
terpaksa harus melarikan diri sampai ke Hang-couw, akan tetapi
terutama se-kali karena ayahnya, Kaisar Hui Cung, ditawan oleh
mereka sehingga meninggal dunia dalam tawanan. Kaisar Kao
Cung (Kao Tsung) ingin merebut kembali wila-yah utara atau
setidaknya ingin menyerang dan membalas dendam atas
kekalahan Kerajaan Sung. Karena itu dia sendiri membuat
pengumuman mengundang para muda untuk menjadi perajurit,
bahkan memerintahkan panglimanya yang paling setia, yaitu
Jenderal Gak Hui, untuk menyusun pasukan istimewa yang
dipimpin oleh para pendekar yang berke-pandalan tinggi.
Beberapa orang pangli-ma mendapat tugas menerima dan
menampung para pemuda yang datang men-daftarkan diri, dan
mereka yang ditugaskan itu, diantaranya adaJlah Jenderal Ciang
Sun Bo. Ketika Si Tiong dan Hong Yi tiba gi-lirannya mendaftar, petugas
memandang mereka dengan alls berkerut. "Kalian maju berdua,
siapa yang hendak mendaf-tarkan diri?" tanyanya sambil
menatap wajah Hong Yi yang cantik dengan kagum.
126 "Yang .mendaftarkan diri adalah kaml berdua." Jawab Si Ttong
dengati tenang. Petugas Itu menatap wajah Si Tiong, lalu
kembali dla memandang Hong Yi. "Siapakah ia ini" Adlkmu"'
"la adalah isteriku."
Petugas itu mengerutkan alisnya "Kami belum pernah menerima
seorang wanita menjadi peraJurit. Juga kaml tidak dapat
menerima seorang perajurit yang membawa serta isterinya!
Engkau ini hendak berperang ataukah hendak ber bulan madu?"
Ucapan itu memancing tawa riuh rendah dari para calon perajurit
yang berada di ruangan itu. Mendapat sambutan tawa, petugas
itu merasa diriiya lucu dan menjadi pusat perhatian, maka dia
menjadi semakin berani dan' berkata' lagi, "Kalau untuk
mendaftar.k:an diri saja eng-kau takut dan minta ditemani dan
dian-tar isteri, apalagi kalau berperang. Le-bih baik engkau
pulang saja dan sembu-nyi dalam kamar bersama isterimu, lebih enak dan asyik!" Kembali ucapannya disambut tawa. Wajah
Si Tiong sudah be-rubah kemerahan, akan tetapi Hong Yi
menyentuh lengannya memberi isyarat agar suaminya bersabar.
la mengeluarkan sampul surat dari Ciang Kongcu dan
menyodorkannya kepada petugas itu.
"Leluconmu itu akan kusampaikan nanti kepada Jenderal Ciang.
Hendak kulihat apa yang akan dia lakukan setelah mendenar
kelakarmu yang tidak lucu kepada kami itu!" kata Hong Yi
dengan suara dibuat bernada mengancam. Petugas menerima
sampul surat itu dan setelah dia mernbaca tulisan di sampul, dia
terbelalak dan wajahnya menjadi pucat. Surat itu ditujukan
kepada atasannya, Jenderal Ciang, datang dari keponakan
127 jenderal itu yang tlnggal di kota Cin-koan. Dia cepat bangkit
berdiri dari tempat duduknya dan merangkapkan kedua tangan
dl depan dada, memberi hormat terbongkok-bongkok kepada
Hong Yi dan Sl Tiong dan suaranya agak gemetar ketika dla
bicara. "Maafkan,.... eh, ampunkan saya.... karena tldak tahu bahwa jiwi
(anda ber-dua) adalah kerabat dari Ciang-goanswe, maka saya
telah berani kurang ajar dan
berkelakar, Ampunkan saya
mulut ini patut ditampar...." Petugas itu lalu menampari kedua pipinya dengan
kedua tangan sehingga terdengar suara plak-plik-plok. Semua
orang tertawa melihat ulah petugas yang ketakutan itu. Hong Yi
ju-ga tersenyum geli dan merasa kasihan kepada petugas itu.
"Sudahlah, kami memaafkanmu."
Petugas itu berhenti menampari muka sendiri, kedua pipinya
menjadi merah ka-rena tamparan itu dan dengan suara
memohon dia berkata, "Akan tetapi saya mohon agar ji-wi tidak
melaporkan perbuatan saya tadi kepada Ciang-goan-swe...."
"Kami berjanji tidak akan melaporkan, akan tetapi cepat
sekarang bawa kami menghadap beliau." kata pula Hong Yi
yang mendahului suaminya karena ia takut kalau-kalau
suaminya tidak sesa-bar ia dan akan marah kepada petugas itu.
"Baik, silakan tunggu sebentar, silakan duduk di sini, saya akan
melaporkan dulu kepada Ciang-ciangkun (Panglima Ciang)."
kata petugas itu sambil membungkuk?bungkuk. Hong Yi duduk
128 di atas kursi petugas tadi dan Si Tiong hanya berdiri saja karena
memang tidak ada tempat duduk lain. Semua pemuda yang
berada di situ kini memandang ke arah mereka, terutama
kepada Hong Yi. Wanita ini duduk dengan tenang sambil
tersenymn-senyum. Para pemuda itu memandang ka-gum, akan
tetapi mereka tidak berani mengeluarkan kata-kata setelah tadi
mendengar bahwa suami .isteri itu masih ke-rabaf sang
jenderal'! Tak lama kemudian petugas tadi su-dah muncul kembali dan
wajahnya tersenyum cerah ketika dia menghampiri Si Tiong dan
Hong Yi. "Jiwi dipersilakan menghadap Cianggoanswe. Mari,
silakan mengikuti saya."
Petugas itu sendiri lalu mengantar su-ami isteri itu masuk ke
sebelah dalam gedung besar itu. Dalam perjalanan ke dalam ini
dia sempat berbisik, "Harap ji-wi tidak melupakan janji jiwi dan
tidak melaporkan perbuatan saya tadi kepada Jenderal Ciang."
Si Tiong berkata dengan tegas sambil mengerutkan alisnya.
"Jangan ulangi lagi urusan itu. Kami sudah berjanji dan seorang
gagah akan selalu memegang janjinya!"
Setelah tiba di dalam sebuah ruangan yang luas dan tampak
sunyi, petugas itu masuk seorang diri meninggalkan SUarrii isteri
itu di niar pintu. Si Tiong dan Hong Yi mendengar percakapan
pendek mereka yang berada di dalam ruangan. "Lapor, taiciangkun. Suami isteri yang
membawa suyat sudah tiba di sini." kata petugas itu. "Suruh
mereka masuk!" terdengar suara yang keras dan memerintah.
129 Petugas itu keluar dan mempersilakan suami isteri itu masuk,
lalu dia pergi keluar lagi. Si Tiong dan Hong Yi masuk ke dalam
ruangan itu dan melihat bahwa yang berada di dalam ruangan
itu hanya seorang laki-laki saja. Dia seorang laki-laki tinggi
besar, berkulit agak kehitaman dan gagah, berusia sekitar lima
puluh tahun. Dengan pakaian panglima yang mentereng, pria itu
tampak gagah sekali dan berwibawa. Matanya yang lebar itu
segera menyambut Hong Yi dengan pandang mata yang
membuat Hong Yi merasa tldak enak hati. Biarpun belum lama
ia menjadi gadis penghibur dan tidak sangat banyak melayani
pria, namun ia sudah hafal akan pandang mata pria seperti mata
panglima itu. Pandang mata yang mengandung nafsu berahi
besar. Seorang pria mata keranjang! Melihat betapa mata yang
lebar itu memandang kepadanya penuh Kaguicq tanpa disembunyikan, Hong Yi menundukkan pandang matanya Si Tiong
juga melihat pandang mata panglima itu, akan tetapi kini dia
sudah mulai terbiasa. Di sepanjang perjalanannya dari kota Cinkoan ke kota raja, hampir semua pria memandang isterinya
seperti itu. Dia tahu benar bahwa isterinya memang cantik
menarik, maka dia tidak dapat terlalu me-nyalahkan pandang
mafa para pria itu, bahkan kini ada perasaan bangga timbul
dalam hatinya kalau ada pria memandang isterinya dengan
kagum. Tadinya di ruangan pendaftaran dia diam-dia:m
menikmati rasa bangganya melihat senriia pemuda memandang
Hong Yi dengah kagum. Hatinya berbisik bangga "Wanita inl
isteriku! Milikku sendiri!"
Si Tiong dan Hong Yl kini sudah berdiri di depan Jenderal Ciang
dan mereka mengangkat tangan depan dada memberi hormat.
Panglima itu membalas dengan lambaian tangan sambil lalu
130 seperti biasa sikap kebanyakan pembesar terhadap orang-orang
yang dianggapnya jauh berada di bawahnya.
"Duduklah kalian!" katanya sambil menunjuk ke arah kursi-kursi
yang berjajar di depannya. Si Tiong dan Hong Yi , mengucapkan
terima kasih lalu duduk berjajar di depan panglima itu. Kembali
panglima itu memandang kepada Hong Yi penuh perhatian,
kemudian meman-dang kepada Si Tiong dengan sinar mata
penuh selidik. "Siapakah namamu?" tanyanya, sambil memandang kepada Si
Tiong, "Nama saya Han Si Tiong, ciangkun." Jawab Si Tiong
dengan sikap tenang. "Dan engkau siapa, nona?" panglima ttu bertanya, kini
memandang kepada Hong yi, mata dan mulutnya tersenyum
rarnah, dan suaranya leblh lembut.
Mendengar ia dlsebut nona, Hong Yi lalu menjawab, "Nama
saya Liang Hong Yi, isterinya, ciangkun."
"Hemm, menurut petugas tadl, kalian datang membawa surat
dari Ciang Kongcu di Cin-koan, benarkah itu" Mana suratnya?"
Hong Yi yang membawa surat itu lalu mengeluarkannya dan ia
bangkit ber-dlri dari kursinya, menghampiri panglima itu dan
menyerahkan suratnya. Ketika menerima surat itu, jari-jari
tangan pang-lima itu menyentuh jari tangan Hong Yi dan ia tahu
bahwa sentuhan itu sama sekali bukan kebetulan melainkan
ditakukan dengan sengaja. Panglima itu agaknya mempergunakan kesempatan ttu untuk menyentuhnya dan hal
131 inl saja sudah membuktikan bahwa laki-laki itu adalah seorang
mata keranjang. Panglima Ciang membuka sampul. Itu dan membaca suratnya.
Surat itu menga-takan bahwa Ciang Kongcu mengenal ba-ik
Liang Hong Yi dan dia mengharapkan agar pamannya, Panglima
Ciang Sun Bo suka membantu Hong Yi dan suaminya yang
hendak bekerja menjadi perajurit di kota raja. Juga dalam surat
itu Ciang Kongcu memberitahu pamannya bahwa' suami Hong
Yi adalah seorang pendekar.
Setelah membaca surat itu, Panglima Ciang menganggukangguk. Pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya
membuat Hong Yi terkejut.
"Nona Liang Hong Yi, bagaimana Ciang Kongcu dapat
mengenalmu dengan baik?"
Hong Yi sempat tertegun. Tentu saja ia tidak mungkin dapat
menjawab bahwa ia pernah melayani kongcu itu sebagai
seorang wanita penghibur! Akan tetapi hanya sejenak ia
tertegun, lalu dengan tenang ia menjawab.
"Ciang Kongcu terkenal di kota Cin-koan kami sebagai seorang
kongcu yang budiman dan hampir semua orang mengenalnya,
ciangkun. Ketika kami merayakan hari pernikahan kami, Ciang
Kong-cu hadir pula sebagai tamu undangan dan ketika dia
mendengar bahwa kami berdua akan pergi mencari pekerjaan,
Ciang Kongcu lalu memberi surat ini kepada kami."
132 Ciang Goanswe mengangguk-angguk lagi dan mengerutkan
alisnya. Pertanyaannya yang kedua Juga membuat kedua orang
suami isteri itu tertegun.
"Han Si Tiong, benarkah engkau seorang pendekar yang pandai
ilmu silat"

Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Tiong agak tersipu. "Ciangkun, saya hanyalah seorang biasa
saja akan tetapi saya akan selalu berada di pihak yang
menjunjung tinggi kebenaran dan 1 keadilan, menentang
kejahatan." "Ilmu silat aliran manakah yang kau pelajari?" "Ilmu silat Siauwlim-pai aliran uta-i ra, ciangkun."
"Dan engkau ingin menjadi seorang perajurit" Kalau benar, apa
alasanmu ingin menjadi perajurit?"
"Saya ingin menjadi perajurit untuk membantu kerajaan
menghadapi bangsa Kin yang biadab, un.tuk membela bangsa
dan tanah air." kata Si Tiong dengan gagah dan penuh
semangat. "Bagus, engkau dapat diterima sebagai perajurit. Hal itu dapat
kami atur. Dan engkau, nona, mengapa engkau ikut pula
mencari pekerjaan" Apakah engkau Juga ingin menjadi
perajurit?" Panglima itu tersenyum sinis. "Sayang sekali, kami
belum membentuk sebuah pasukan wanita"
Hemm, sudah tahu ia isteri orang, masih saJa memanggil nona,
pikir Hong YL Akan tetapi ia tidak perduli dan menjawab, "Saya
133 juga ingin berjuang membela negara dan bangsa membantu
suami saya, ciangkun."
"Ehh" Apakah engkau juga pandai ilmu silat?" ,
"Saya pernah belajar dari subo (ibu guru) Bian Hui Nikouw
selama beberapa tahun."
"Bagus kalau begitu! Nah, Han Si ^Tiong, engkau sekarang
pergilah ke ru-angan depan tadi untuk melengkapi pen-daftaran
kalian dengan data-data lengkap., Kalian dapat kami terima.
Akan tetapi Liang Hong Yi biar di sini dulu, aku ma-sih ingin
memeriksanya. Nah, pergilah!" Panglima tinggi besar itu
menuding ke arah pintu. Si Tiong terpaksa bangkit dan keluar
dari ruangan itu. Biarpun dia me-rasa heran mengapa isterinya
ditahan, dia tidak merasa khawatir karena dia percaya bahwa
isterinya cukup mampu untuk membela diri.
Setelah ditinggal suaminya, Hong Yt' duduk sambil
menundukkan mukanya. Si-kapnya tenang saja walaupun
sesungguh-nya hatinya mulai merasa curiga dan khawatir.
"Nona Liang Hong Yi, kenapa engkau menundukkan muka saja"
Apakah engkau merasa malu kepadaku" Seorang calon perajurit
tidak boleh malu-malu!" kata , Ciang-goanswe.
Hong Yi mengangkat muka meman-dang wajah pangljma itu. la
melihat je-las sekali dari sinar mata laki-laki itu bahwa panglima
itu memang mempunyai niat tidak sopan terhadap dirinya.
134 "Saya tidak malu, ciangkun. Akan tetapi mengapa ciangkun
menahan saya dif sini" Apa lagi yang hendak ciangkun
tanyakan?" "Aku harus mengujimu lebih dulu sebelum menerimamu sebagai
perajurit, nona. Aku harus yakin dulu bahwa engkau benar-benar
memiliki kepandaian silat yang memadai untuk ikut bertempur.
Kalau engkau ternyata seorang wanita lemah, tentu saja aku
tidak boleh menerimamu karena hal itu berarti mengantarmu
untuk dibantai musuh. Nah, aku hendak menguji ilmu silatmu.
Bersediakah engkau?"
Hong Yi bangkit berdiri. "Tentu saja saya siap, ciangkun!"
katanya dengan lega karena kalau hanya diuji ilmu silatnya,
tentu saja ia siap dan ia penuh kepercayaan kepada diri sendlri
bahwa kepandaiannya akan cukup memadai karena selania
bertahun-tahun Bian Hui Nikouw menggemblengnya dengan
sungguh-sungguh dan ia juga berlatih dengan tekun.
Ciang-ciangkun bangkit berdiri sambil tersenyum, lalu
melangkah ke tengah ruangan. "Ke sinilah, nona. Kalau engkau
dapat menahan sepuluh Jurus seranganku berarti engkau lulus
dan sudah pantas i untuk menjadi komandan regu."
Hong Yi menghampiri panglima itu, berdiri di depannya dan
memasang kuda-kuda dengan kedua kaki ditekuk sehingga
tubuhnya merendah, kedua lengannya disilangkan di depan
dengan jari-jari tangan terbuka. Itulah pembukaan jurus Garuda
Mengatupkan Sepasang Sayapnya.
"Saya sudah siap, ciangkun." katanya.
135 Ciang Sun Bo adalah seorang laki-laki yang sejak muda sudah
berkecim-pung dalam dunia kemiliteran. Sejak di utara dia sudah
menjadi seorang koman-dan, ikut pula berperang ketika
Kerajaan Sung dlserang oleh bangsa Kin. Dia. ikut pula
mengundurkan dan melarikan diri ke selatan dan karena
ke&etiaannya dia diangkat menjadi seorang jenderal.iSI Akan
tetapi diapun terkenal sebagai seorang lakl-laki mata keranjang.
Maka, begitu melihat Hong Yi yang cantik manis, hatinya tertarik
untuk mempermainkannya. Ciang Sun Bo adalah seorang ahli
silat yang bertenaga besar. Dengan tenaga raksasanya, dalam
pertempuran dia amat menggiriskan musuh-musuhnya. Golok
besarnya yang berat itu berkelebatan tak tertahankan lawan
saking kuatnya senjata itu digerakkan.
Setelah berdiri berhadapan dengan Hong Yi, Ciang-ciangkun
lalu berseru, 'Llhat seranganku!" Tangan kanannya yang besar
dan berlengan panjang itu meluncur ke arah pundak Hong Yi.
Gerakannya mencengkeram pundak itu mendatangkan angin
yang menyambar kuat. ong Yi cepat mengelak ke kanan
sehingga pundak kirinya terhindar dari cengkeranian. Akan tetapi
tangan kiri, panglima itu sudah meluncur ke arah pe-rutnya!
kembali Hong Yi menghindarkan diri dengan elakan ke
belakang. "Bagus! Sambutlah serangan jurus kedua!" kata panglima itu
dengan gembira dan kini kedua lengannya berkembang dan dia
melakukan gerakan menubruk seperti seekor biruang menerkam
mangsanya. Hong Yl kembali mengelak dengan loncatan ke
belakang. 136 Panglima atau Jenderal Ciang menjadi kagum dan dia
melanjutkan serangannya yang menjadi semakin dahsyat. Hong
Yi mempergunakan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) dan
selalu mengetak dengan amat cepatnya, bagaikan gerakan
seekor burung walet sehingga sertua serangan itu tak pernah
menyentuh tubuhnya. Setelah menyerang sebanyak tujuh jurus,
Panglima Ciang berhenti dan berkata.
"Nona, kalau seorang peraJurit dalam pertempuran selalu
mengelak, akhirnya dia akan mati terkena serangan musuh.
Sebagai seorang perajurit yang bertempur, engkau harus
membalas, jangan hanya mengelak saja!"
Mendengar ini, Hong Yi latu bergerak menyerang. Akan tetapi
karena yang di-serangnya itu adalah seorang panglima yang
mengujinya dan pertandingan itu ha-nya merupakan ujian
terhadap kemampuan-nya, maka tentu saja gerakan
serangannya itu tidak didukung tenaga sepenuhnya dan
dilakukan lambat saja. Tangan j kanannya, dengan jari terbuka,
menampar ke arah dada panglima Ciang. Akan tetapi, tiba-tiba
panglima itu bergerak cepat menyambut serangan tangan Hong
Yi dengan sambaran tangan kanan yang menangkap
pergelangan tangan kanan Hong Yi dan dengan sentakan
tenaga raksasa yang amat kuat dia sudah memuntir lengan
kanan wanita itu dan terus menelikung lengan Hong Yi ke
belakang tubuh. Tubuh Hong Yi berputar dan kini panglima itu
mendekap tubuhnya dari belakang dan jari-jari tangan kiri
panglima itu dari belakang menggerayangi dan meremas buah
dadanya! 137 Hong Yi terkejut dan marah sekali. la tadi memang mengalah
karena tentu saja tidak mau menyerang benar-benar agar
jangan sampai serangannya mengenai tubuh Ciang-ciangkun,
apa lagi sampai mengalahkannya. Akan tetapi ternyata sikapnya
yang mengalah itu bahkan disalah gunakan panglima itu yang
berbuat kurang ajar kepadanya. Karena terkejut merasa betapa
Pendekar Muka Buruk 5 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Pedang Bengis Sutra Merah 3
^