Kisah Si Naga Langit 7
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Bagian 7
bergerak lincah untuk mengelak. Setelah mendapat kesempatan
melepaskan diri dari kurungan serangan beruntun lawannya, ia
membalas dengan serangan tangan kirinya yang menusuk ke
arah lambung dengan jari-jari, tangan terbuka.
"Syuuuttt .. plakk!" Tubuh Hui In Sian-kouw terdorong ke
belakang ketikal serangannya itu ditangkis oleh lawan. Tahulah
ia bahwa lawannya memiliki tenaga sinkang yang amat kuat.
Terdengar pendeta Lama itu tertawa mengejek danj kini dia
menerjang dengari dahsyat dan ganas sekali. Pukulan dan
tendangan bertubi-tubi mendesak Hul In Sian-kouw sehingga ia
tidak mampu membalas. Akan cetapi, wanita ini mengerahkan
ginkangnya (ilmu meringankan tubuhnya) dan tubuhnya
416 berkelebatan menjadi bayang-bayang yang dengan cepat dapat
menghindarkan dlri dari semua serangan Gwat Kong Lama.
Dengan sendirinya Hui In Siankouw terdesak terus oleh
lawannyal yang sering tertawa mengejek. Akan tetapi karena Hui
In Sian-kouw memilikl ginkang yang istimewa, piaka betapa
gencar dia mendesaknya, belum juga ada pukulan atau
tendangan yang dapat mengenai sasaran. Gwat Kong Lama
merasa seolah-olah dia menyerang sebuah bayang-bayang saja!
Dia menjadi marah dan penasaran. Dia mulai memperhati-kan
gerakan Hui In Sian-kouw yang demikian ringan dan tahulah dia
ilmu silat apa yang mendasari gerakan pendeta wanita itu. Maka
tiba-tiba Gwat Kong La-ma mengubah gerakannya dan dia mein^ bentak nyaring.
"Sambutlah ini!"
Hui In Sian-kouw terkejut sekali ketika menghadapi serangan
yang seperti menyambung gerakannya sendiri, dan pada
dasarnya menutup semua gerakannya. Serangan dahsyat
menyambar dan ketika dia menghindar dengan elakan cepat
tahu-tahu tangan pendeta Lama itu telah mengancam pelipis
kirinya.' Kui Beng Thaisii, ketua Kun-lun-pai yang sudah berusia lebih
dari tujuh puluh tahun terkejut. Sejak tadi dia menonton
pertandingan itu hatinya merasa lega karena dia merasa yakin
bahwa gin-kang (ilmu meringankan tubuh) sumoinya cukup
tangguh untuk dapat menghindarkan diri dari ancaman serangan
pendeta Lama itu. Akan tetapi dla terkejut ketika melihat
perubahan 417 gerakan Gwat Kong Lama. Biarpun hanya tinggal lima atau
enam bagian saja dari ilmu silat pusaka Kun-lun-pai itu yang
masih diingatnya, namun dia tahu bahwa pendeta Lama itu kini
menyerang sumoinya dengan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan
Kun-hoat! Pa-dahal kitab itu sudah lama hilang dari Kun-lun-pai
dan setahun yang lalu, murid Tiong Lee Cin-jin yang bernama
Souw Thian Liong itu datang dan mengatakan bahwa sebetulnya
dia diutus suhunya untuk mengembalikan kitab yang hi-lang itu
dan yang ditemukan Tiong Lee Cin-jin dalam perjalanannya ke
barat, akan tetapi bahwa kitab itu hilang, ada yang mencurinya.
Kini tibatiba muncul seorang pendeta Lama yang menyerang
sumoinya dengan menggunakan jurus ilmu silat Ngo-heng
Lian?hoan Kun-hoat! Tentu saja Hui In Sian-kouw terdesak
karena ilmu itu merupakan dasar dari ilmu-ilmu perguruan Kunlun-pai sehingga seolah dasar gerakan pendeta wanita itu
tertutup atau mendapatkan imbangan dari gerakan pendeta
Lama bermuka brewok itu. "Pergilah!" tiba-tiba Goat Kong Lama membentak, tangan
kanannya mendorong dan biarpun Hui In Sian-kouw sudah cepat
mengelak, namun tetap saja pundak kirlnya terkena dorongan itu
dan tubuh pendeta wanita ini terhuyung ke belakang dan untung
saja mempunyai gin?kang (ilmu meringankan tubuh) yang hebat
sehingga sebelum roboh terjengkang ia sudah dapat berjungkir
balik tiga kali ke belakang sehingga tidak sampai jatuh.
Wajahnya menjadi pucat dan dengan jujur ia merangkap kedua
tangan depan dada dan berkata lirih.
"Siancai ! Aku mengaku kalah." Kui Beng Thaisu
menghampiri pendeta Lama itu.
418 "Goat Kong Lama, engkau suqgguh keterlaluan. Tidak malu
melawan kami dengan llmu kami sendlri yang kitabnya hilang."'
"Tidak perlu banyak blcara lagi, Kul Beng Thaisu. Aku hanya
akan menggeledah dan mencari kalau-kalau kalian menyembunyikan orang yang kucari itu dl dalam kuilmu.
"Hemm, jangan harap engkau akan dapat menghina pergunlan
Kun-lun-pai selama pinto (aku) masih berada di sini!" Kui Beng
Thaisu yang biasanya penyabar itu kini berkata dengan muka
merah karena pendeta Lama ini agaknya sama sekali tidak
percaya kepadanya dan h^n-dak memasuki kuil tanpa ijin yang
ber-arti suatu pelanggaran dan penghinaan.
"Kalau begitu, terpaksa akupun harus merobohkanmu, Kui Beng
Thaisu!" kata pendeta Lama itu dan kedua orang pendeta itu
sudah siap untuk saling serang. Akan tetapi pada saat itu
terdengar su-ara lembut namun nyaring berwibawa.
"Tahan! locianpwe Kui Beng Thaisu, silakan locianpwe (orang
tua gagah) mundur. Akulah lawan pendeta asing ini!" Sesosok
bayangan berkelebat dan tahu-tahu seorang gadis cantik
berpakaian merah muda telah berdiri di depan Goat Kong Lama.
Melihat bahwa yang datang hanyalah seorang gadis yang masih
muda, paling banyak delapan belas tahun usianya, tentu saja
Kui Beng Thaisu tidak percaya bahwa gadis semuda ini akan
mampu menandlngi Goat Kong Lama yang selain memillkl
tingkat kepandaian tinggi, juga mcmiliki banyak pengalaman.
Bahkan sumoinya saja tidak mampu menandinginya, apa lagi
gadis semuda ini. Selain itu, dia tidak mengenal gadis asing ttu,
419 bagaimana dia dapat membiarkan gadis itu mencampuri urusan
Kun?lun pai dengan pendeta Lama itu.
"Nona, terima kasih atas pembelaanmu. Akan tetapi, harap
engkau murdur dan jangan mencampuri urusan Kun-lun-pai
yang membela diri terhadap desakan Gwat Kong Lama Inl. Kaml
sungguh akan merasa amat menyesal kalau sampal engkau
sebagai orang luar terluka atau cldera karena membela Kun-lunpai." kata pendeta ketua Kun-lun-pai itu deingan suara lembut.
"Loclanpwe, maafkan aku. Sesungguhnya masih terhltung cucu
murid locianpwe sendirl. Aku sengaja datang untuk menghadap
loclanpwe dan memperkenalkan dirl. Akan tetapi aku tadl melihat
pendeta Lama inl menyerang Kun-lun-pai, karena itu aku harus
menandinglnya. Locianpwe saksikan saja, aku pasti akan
mempergunakan ilmu silat Kun-lun-pai dan tidak berani
mempergunakan ilmu silat lain." Gadis itu berkata lantang. Gadis
ini bukan lain adalah Han Bi Lan. (Seperti kita ketahui, Bi Lan
berpisah dari gurunya dan oleh gurunya ia diharuskan
merigembalikan kitab puSaka Kun-lun-pai, yaitu Ngo-heng Lianhoan Kun-hoat yang dulu, setahun yang lalu dicurinya dari
buntalan pakaian Thian Liong. Kini la telah mempelajari dan
menguasal ilmu itu sepenuhnya. Ketika tadi ia datang ke Kunlun-pai ia sempat menyaksikan kunjungan Goat Kong Lama.
Melihat Gwat Kong Lama mengalahkan Hui In Sian-kouw
dengan menggunakan jurus-jurus dari Ngo-heng Lian?hoan
Kun-hoat, ia merasa penasaran sekali. la merasa bersalah.
Karena ia mencuri kitab itu, maka pendeta wanita itu tidak
dapats menguasai ilmu itu dan dikalahkan pendeta Lama itu
justru menggunakan Ngo-heng Lian?hoan Kun-hoat. la ingin
420 menebus kesalahannya, maka cepat ia menawarkan diri untuk
menandingi pendeta Lama itu.
Mendengar gadis itu mengaku sebagai murid Kun-lun-pai, Kui
Beng Thai-!u menoleh kepada Hui In Sian-kouw yang juga
memandangi kepada Bi Lan dengan heran. "Sumoi, apakah
engkau mengenal nona ini sebagai murid Kun-Lin pai. Hui In
Sian-kouw menggeleng kepalanya tanpa menjawab karena ia
merasa heran dan juga kagum sekali akan keberariian gadis
muda itu. Gadis itu tadi tentu melihat ia dikalahkan pendeta
Lama itu, mengapa ia masih nekat hendak menandingi Goat
Kong Lama dan berjanji akan melawan pendeta itu dengan ilmu
silat Kun-lun-pai" Ilmu silat Kun-lun-pai yang mana mampu
menandingi Goat Kong Lama, kecuali Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat selengkapnya atau ilmu simpanan yang masih dirahasiakan
suhengnya sebagai ketua Kun?lun-pai"
Sementara itu, Goat Kong Lama sudah tidak sabar lagi. Melihat
sikap ngotot para pimpinan Kun-lun-pai yang?melarang dia
melakukan penggeledahan ke dalam bangunan-bangunan Kunlun-pal, semakin besar kecurigaannya bahwa yang dicarinya, Jit
Kong Lama, pasti bersembunyi di dalam kuil itu.
"Hei, bocah!" tegurnya kepada Bi Lan. "Engkau anak?anak
jangan turut campur. Aku hanya akan menggeledah kuil ini untuk
mencari seseorang yang kuduga tentu bersembunyi di sini, akan
tetapi para pimpinan Kun-liln-pai ini menghalangi aku. Minggirlah
dan jangan mencari penyakit!"
Tiba-tiba Bi Lan mengerutkan alisnya. Pendeta ini adalah
seorahg pendeta Lama, seperti suhunya. Juga namanya Goat
421 Kong Lama, mirip nama suhunya Jit Kong Lama! Janganjangan
yang dicari pendeta Lama ini adalah suhunya" Apakah ada
hubunganantara gurunya dan pendeta Lama ini" Akan tetapi
usia mereka jauh berbeda. Pendeta Lanta ini berusia sekitar
empat puluh dua tahun, sedangkan suhunya sudah berusia tujuh
puluh satu tahun! "Heh, Goat Kong Lamal Engkau sendlrl belum begitu tua, jangan
berlagak seperti seorang kakek-kakek! Apakah yang kaucari itu
bernama Jit Kong Lama"
Goat Kong Lama memandang Bi Lan dengan mata terbelalak.
"Omitohud! Bagaimana engkau bisa tahu?"
"Tak penting bagaimana aku bisa tahu, akan tetapi kiranya
hanya akulah satu-satunya orang yang tahu di mana adanya
orang yang kaucari itu. Beliau tidak berada di dalam kuil ini!"
"Hah" Engkau tahu" Katakan, nona, di mana dia?" tanya Goat
Kong Lama dengan penuh semangat dan harapan. "Aku
melakukan perjalanan ribuan Li jauhnya hanya untuk mencari
dia'." "Katakan dulu, apamukah Jit Kong Lama itu?"
"Dia adalah supekku (uwa guruku). Bi Lan teringat akan
pengakuan suhunya bahwa dulu suhunya adalah seorang yang
sesat dan berdosa. Pantas memilikl murid keponakan sekasar
ini! "Hemm, kiranya dia itu uwa gurumu" Lalu mau apa engkau
mencarinya Bi Lan mendeaak, ingin tahu apakah orang ini
422 kawan ataukah lawan gurunya karena gurunya pernah
mencerltakan bahwa gurunya merupakan seorang pelarian dari
Tibet dari dimusuhi para pendeta Lama di sana.
"Ih, engkau ini bocah perempuan cerewet amaT sih" Hayo
katakan di mana adanya Jit Kong Lama!" bentak Goat Kong
Lama kehabisan kesabaran.
"Tidak akan kukatakan kalau engkau belum
pertanyaanku. ini. Mau apa engkau mencarinya?"
menjawab Goat Kong Lama menjadi merah mukanya. Dia marah sekali,
akan t6tapi merasa tidak mampu menang berbantahan dengan
gadis yang lincah dan pandai blcara itu, maka diapun menjawab
dengan nada kasar dan keras. "Aku akan menangkap
pengkhianat itu, menyeretnya kembali ke Tibet hidup atau mati!"
Tentu saja Bi Lan marah sekali mendengar orang ini hendak
menyeret suhunya. Akan tetapi ia menahan perasaannya dan
tersenyum mengejek. "Hemm, begitukah" Kurasa engkau tidak akan becus melakukan
itu!" "Bocah! Jangan mempermalnkan aku! Hayo katakan dl mana
adanya Jtt Kong Lama!" bentak Goat Kong Lama sambll
melangkah maju mendekat. "Sekarang begini saja, Goat Kong Lama. Engkau lancang berani
menyerbu Kun-lun-pai, maka aku sebagai murid Kun-lun-pai
menantangmu bertanding, mewakili para pemimpin Kun-lun-pai.
Kalau engkau dapat mengalahkan aku, barulah aku akan
423 memberi tahu kepadamu di mana adanya Jit Kong Lama. Akan
tetapi kalau engkau yang kalah engkau Harus mohon maaf
kepada locianpwe Kui Beng Thaisu. Beranikah engkau
menerima tantanganku ini?"
Kui Beng Ttiaisu, Hui In Sian-kouw dan para murid Kun-lun-pai
yang sekarang telah berkumpul di pekarangan itu, terkejut dan
heran melihat keberanian gadis muda itu yang seolah
mempermainkan pendeta Lama yang amat lihai itu. Mendengar
bahwa gadis itu mengetahui di mana adanya orang yang dicari
Goat Long Lama, maka ini berarti bahwa gadis itu mempunyai
urusan langsung dengan pendeta Lama itu, bukan sekedar
mencampuri urusan Kun-lun-pai. Karena itu Kui Beng Thaisu
tidak mempunyai alasan untuk melarang gadis itu menandingi
Goat Kong Lama. Pendeta Lama itu sendiri mendengar
tantangan Bi Lan, tersenyum mengejek.
"Heh-heh, baik, kuterima tantaniganmu. Katakan dulu siapa
namamu, agar aku mengetahul dengan siapa aku bertandlng."
"Namaku Han Bi Lan. Nah, bersiaplah engkau untuk mohon
maaf kepada pimpinan Kun-lunpai!"
"Nanti dulu! Taruhannya harus ditambah. Kalau engkau yang
kalah, selain engkau mengatakan di mana adanya Jit Kong
Lama, juga engkau harus menjadi penunjukan jalan dan
mengantar aku sampai aku dapat menemukan orang itu!" Sambil
berkata demikian, pendeta Lama itu tersenyum, senyum yang
mengandung ejekan yang kurang ajar. Semua orang dapat
merasakan bahwa ucapan pendeta Lama itu mengandung arti
bahwa kalau ia kalah Bi Lan harus menemaninya, tentu saja
424 dengan maksud yang tidak senonoh terbukti dari senym dan
panjdangan mata itu. Wajah Bi Lan menjiadi merah. Akari tetapi dasar ia seorang
gadis yang lincah, nakal, cerdlk dan pandai .bermaln kata-kata,
maka la berkata, Akupun menambah taruhan Ini. Kalau engkau
yang kaiah, engkau harus mohon maaf kepada locianpwe Kui
Beng Thaisu dengan berlututl"
Goat Kong Lama yang memandang rendah kepada Bi Lan dan
merasa yakin bahwa dia pastl akan mampu mengalahkan gadls
muda Itu, mengangguk. "Balk, janji taruhan ini disaksikan orang
banyak dan harus dipenuhi!"
Bi Lan juga tersenyum, lalu ia menanggalkan pakaiannya dan
meletakkan dl atas lantai, dekat tempat Kul Beng Thalsu dan Hui
In Slan-kouw berdiri. Kemudlan ia menghadapl pendeta Lama itu
dan berkata, "Nah, aku sudah slap, Goat Kong Lama. Mulailah
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena engkau yang mendatangkan keributan ini!"
Goat Kong Lama ingin cepat menye-lesaikan pertandingan itu,
maka dia sudah cepat menyerang dan dia langsung
menggunakan jurus Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat mengingat
tadi dia mengaiahkan Hui In Sian-kouw dengan ilmu silat ini. Dia
yakin bahwa dengan ilmu pusa-ka Kun-lun-pai sendiri ini yang
telah lama hilang dari perguruan Kun-lun-pai, akan mudah sekali
baginya untuk mengalahkan Bi Lan sebagai murid muda Kunlun?pai.
"Hiiyyeeehhh!" bentaknya dan lengannya yang kekar panjang itu
sudah menyambar ke arah dada gadis itu dengan cengkeraman.
Sebuah serangan berbahaya dan juga tidak sopan! Kui Beng
425 Thaisu yang mengenal jurus ilmu silat pusaka itu memandang
dengan penuh perhatian dan sepasang alisnya berkerut.
Bagaimana mungkin gadis muda itu akan mampu bertahan
menghadapi serangan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
itu" Dia sendiripun hanya sempat mem-pelajari ilmu itu
sebanyak lima atau enam bagian saja dan melihat gerakan
pendeta Lama itu, biarpun agaknya dia juga belum menguasai
ilmu itu sepenuhnya, namun setidaknya sudah menguasai lima
bagian dan hal ini saja sudah cukup membuat dia lihai sekali.
Bahkan Hui In Sian-kouwjuga tadi tidak mampu menandinginya.
"Heiiittt ! !" Bi Lan berteriak melengking dan
tubuhnya sudah mengelak dengap cepat dan mudah. Tentu saja
mudah baginya karena ia sudah menguasai Ngo-heng Lian-hoan
Kun-hoat sepenuhnya, maka jurus serangan yang amat
dikenalnya itu tentu saja dengan mudah dapat dihindarkannya.
la tahu ke mana lawan akan nienyerang dan bagaimana
perkembangan serangan selanjutnya. Serangan dari ilmu silat ini
memang beratai dan di sinilah terletak kehebatannya. Begitu
cengkeraman tangan kiri Goat Kong Lama tadi luput, tangan
kanannya sudah menyambung dengan tamparan ke arah leher
dan ini diikuti pula dengan tendangan kedua kaki secara
bergantian! Hebat serangan beruntun ini, akan tetapi karena
sudah hafal maka Bi Lan mudah saja menghindarkan diri. la juga
bergerak dengan ilmu silat yang sama dan gerakantiya juga
berantal. Begitu menghindarkan diri dari tendangan bertubl Itu, ia
menyambung elakannya dengan serangan balik. Tiba-tiba saja
tangan kirinya membuat gerakan memotong dengan tangan
miring seperti orang menggunakan golok menebang pohon ke
arah kaki yang meluncur lewat samping tubuhnya!
426 Goat Kong Lama terkejut sekali. Cepat dia menarik kembali
kakinya, akan tetapi Bi Lan sudah menyambung serangannya
dengan totokan ke arah dada dan serangan inipun dlsambung
dengan tendangan kaklnya yang menyambar ke arah pusar.
Goat Kong Lama menjadi heran dan bingung dan terpaksa dia
menibuang tubuh ke belakang dan bergulingan dl atas tanah
karena hanya itu satu-satunya cara untuk mematahkan
rangkaian serangan gadls Itu. Dla melompat bangun dan berdlrl
dengan mata terbelalak memandang lawannya Itu. Dalam
segebrakan saja dia hampir kalah oleh gadis yang Juga
mempergunakan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat!
Sementara itu, Kui Peng Thaisu dan Hui In Sian-kouw saling
pandang dengan terheran-heran. Gadis itu memainkan Ngoheng Lian-hoan Kun-hoat dengan gerakan yang sempurnal Akan
tetapi mereka tahu benar bahwa tidak ada murid Kun-lun-pai,
apa lagi yang begitu muda, yang menguasai ilmu pusaka yang
telah lama hilang itu. Bahkan Kui Beng Thalsu sendlrl hanya
menguasai paling banyak enam bagian dan Hui In Sian-kouw
paling banyak tiga baglan saja. Biauw In Su-thal bahkan tidak
pernah mempelajarinya. Akan tetapi Goat Kong Lama
menguasai ilmu itu dengan baik dan kini gadis muda itu bahkan
menguasainya lebih baik lagi!
Setelah tahu bahwa gadis muda yang dipandang rendah itu
ternyata dapat bersllat dengan ilmu Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat secara sempurna, Goat Kong Lama maklum bahwa dia
tidak akan menang kalau menggunakan ilmu itu. Kalau ingin
menang, dia harus mempergunakan ilmunya sendiri dan dia
ingin mempermalukan gadis itu dengan menggunakan ilmu
sihirnya. Maka, mulutnya berkemak-kemlk dan sepasang
427 matanya sepertl mencorong menatap wajah Bi Lan. Gadis Itu
mendengar mantram yang dlucapkan lirih oleh Goat Kong Lama.
la tersenyum. Tentu saja ia mengenal baik penggunaan sihir
melalui pandang mata dan suara itu. lapun diam-diam mengerah
kan tenaga batin seperti diajarkan gurunya, dengan berani
membalas tatapan mata Goat Kong Lama. Diam-diam pendeta
Lama itu terkejut melihat betapa sinar mata gadis itu juga
mencorong dan berani menyambut sinar matanya yang penuh
kekuatan sihir, Bahkan sambil tersenyum!
JILID 12 Goat Kong Lama lalu mengembangkan kedua lengannya, dan
perlahan-lahan kedua tangannya bergerak ke atas kepala dalam
bentuk sembah, kemudian didorongkan ke depan dan mulutnya
mengeluarkan dengungan aneh. Tiba-tiba ada angin menyambar
ke depan. Angin itu berpusing dan menerjang Bi Lan. Akan
tetapi Bi Lan merangkap kedua tangan depan dada seperti
sembah, kedua matanya terpejam. la membiarkan angin itu
berpusing di sekitar tubuhnya. Angln berpusing kuat dan
membawa tanah dan debu ke atas, akan tetapi tidak kuat
mengangkat tubuh Bi Lan. Kini perlahan-lahan Bi Lan
mengembangkan kedua tangannya dan mendorong ke depan.
Angin berpusing itu kini meninggalkannya dan membalik
menyerang Goat Kong Lama! Pendeta Lama itu terkejut.
Tubuhnya hamplr terpelanting oleh putaran angln dan cepat dla
menghentlkan sihirnya. Angin berhentl dan wajah pendeta Lama
Itu menjadl pucat. 428 Goat Kong Lama mengerahkan tenaganya dan membentak
dengan auara menggetar penuh wibawa. "Han Bi Lan,
berlututlah engkau" Bi Lan juga mengerahkan tenaga ba-tin dalam suaranya ketika
ia berkata, "Siapa yang berlutut" Aku ataukah engkau" Yang
pasti engkau, Goat Kong Lama. Hayo, berilah contoh!"
Goat Kong Lama terkejut karena tiba-tiba tanpa dapat ditolaknya
lagi, kedua lututnya menjadi lemas dan dia ja-tuh berlutut. Akan
tetapi dia segera me-nyadari keadaan yang tidak wajar ini dan
cepat meloncat berdiri lagi. Terdengar suara tawa dari para
murid Kun-lun-pai yang merasa senang melihat pendeta La-ma
itu dipermainkan. Sementara itu, Kui Beng Thaisu dan Hui In
Sian-kouw menjadi semakin heran. Mereka tahu bahwa dua
orang itu tadi mengadu kekuatan sihir. Siapakah gadis muda
yang selain menguasal Ngo-heng Llan-hoan Kun-hoat juga
memilikl llmu slhlr yang demlkian kuai inl"
Goat Kong Lama maklum bahwa dengan slhlrpun dia tldak akan
mampu mengalahkan gadls aneh ini. Maka sambil
mengeluarkan gerengan dahsyat, dia segera menerjang ke
depan dan menyerang gadis itu dengan cepat. Semua serangan
dilakukan dengan kedua tangan terbuka dan miring, seringkali
gerakannya seperti orang menyembah dan gerakan silatnya
lemah lembnt, namun setiap sambaran tangan yang menerjang
meng-andung tenaga yang kuat. Bi Lan segera mengenal ilmu
silat Kwan Im Sin-caang (Tangan Sakti Dewi Kwan Im) itu. Untuk
menyenangkan hati para pimpinan Kun-lun-pai, ia tetap
memainkan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun?hoat. Terjadilah
pertandingan hebat dan seru. Tentu saja pihak Bl Lan lebih
429 untung. la mengenal dan hafal sekali ilmu silat Kwan Im Sinciang yang diajarkan Jlt Kong Lama kepadanya. Maka
menghadapl serangan dengan ilmu silat ini tentu saja ia sudah
mengenal lika-liku dan perkembangannya sehingga mudah
menghindarkan diri. Sebaliknya, Goat Kong Lama yang tidak
menguasai Ngo?heng Lian-hoan Kun-hoat sepenuhnya, hanya
mengu-asai setengahnya saja, menjadi repot menghadapi
desakan Bi Lan. Beberapa kali kaki atau tangan gadis itu mengenai sasaran,
akan tetapi Goat Kong Lama melindungi dirinya dengan ilmu
kebal yang kuat sehingga dia tidak sampai roboh. Selain itu, juga
Bi Lan tidak menggunakan tenaga sepenuhnya karena
bagaimanapun juga, gadis ini tahu bahwa lawannya adalah
murid keponakan suhunya sehingga masih terhitung saudara
seperguruan sendiri. Akan tetapi mellhat Goat Kong. Lattia belum juga mau mengaku
kalah walau-pun sudah beberapa kali terkena tendangan atau
tamparannya, Bi Lan menjadi marah juga. Orang ini tak tahu diri,
pikirnya dan perlu diberi hajaran yang leblh keras.
"Haiiittt.... Ia menyerang dengan serangkaian serangan dari Ngoheng Lian-hoan Kun-hoat yang sambung menyambung. Goat
Kong Lama berusaha untuk mempertahankan diri dengan
tangkisan dan elakan, akan tetapi karena Jurus yang
dipergunakan Bi Lan int meru-; pakan jurus-jurus llmu sllat yang
belum pernah dipelajarinya, maka dia menjadi bingung tidak
mengenal perkembangannya dan tidak dapat menghindarkan
diri lagt ketika kaki kiri gadis itu mencuat dengan cepat dan kuat
430 ke arah dada kanannya. Sekali ini Bi Lan mengerahkan tenaga
sln-kangnya. "Desss,...!" Biarpun Goat Kong ama telah mellndungi dirlnya
dengan ilmu kebalan, namun tendangan itu terlalu kuat
menembus kekebalannya dan diapun terjengkiing dan terbantlng
jatuh. Dia merasa dada kanannya nyeri dan ketika dirabanya,
tahulah dia bahwa sebuah tulang iganya patah.
Goat Kang Lama terkejut dan merasa penasaran sekall. Menang
kalah merupakan hal blasa dalam pertandingan silat, akan tetapi
dia merasa dipermalukan dl depan semua anggauta Kunlun-pai
yang berkumpul di situ dan yang kini semua tersenyum gembira
melihat kemenangan Bi Lan. Dia meraba punggung-nya dan
sratt...! Tangan kanannya telah mencabut pedang.
Pada saat itu, Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw
melompat ke depan. "Siancai
! Goat Kong Lama, pertandingan ini bukan permusuhan, mengapa menggunakan
senjata" Kalau engkau menggunakan senjata, terpaksa kami
akan rnengusirmu dengan kekerasan! Engkau jelas telah
dikalahkan seorang murid Kun-lun-pai, mengapa masih nekat"
Han Bi Lan, sebagai murid Kun-lun-pai, engkau kami minta
untuk menceritakan di mana adanya pendeta Lama yang dicari
Goat Kong Lama Itu agar tidak ada urusan lagi antara Kun-lunpal dan dla."
Bl Lan menghadapi Goat Kong Lama yang terpaksa
menyarungkan kemball pe-dangnya karena kalau sampai para
pimpinan Kun-lun-pai marah dan turun tangan, tak mungkin dia
431 akan dapat lolos. Baru melawan gadis itu saja sudah berat
sekali. "Goat Kong Lama. Kalau engkau merasa sebagai orang gagah
kenapa tldak memenuhi, Janjlmu tadl" Engkau telah kalah dan
engkau harus mohon ampun kepada pimplnan Kun-lunpal.
Setelah itu baru akan dapat kuberitahu dimana adanya Jit Kong
Lama. Goat Kong Lama tidak dapat menyangkal lagl akan
kekalahannya tadi, maka dengan muka merah dia lala
menjatuhkan dirl berlutut menghadap Kui Beng Thaisu dan
berkata, "Kui Beng Thaisu, pinceng (aku) bersalah dan minta
maaf." "Sudahlah, Goat Kong Lama. Kami tidak dapat menerima
penghormatah seperti ini. Semua itu hanya kesalahpahaman
belaka. Yang sudah biarlah berlalu. Bangkitlahl" Ketua Kunlunpai itu menggerakkan tangan kanannya ke depan dan Goat
Kong Lama merasa ada angln amat kuat menyambar dan seolah
mengangkatnya sehlngga dia terpaksa bangklt berdiri. Dia
terkejut sekali dan menyesal bahwa tadl dia terlalu memandang
rendah orang. Ternyata ketua Kun-lun pai yang sudah tua inl
memillkl tenaga sakti yang luar biasa!
"Han Bl Lan, sekarang katakan dl mana adanya Jit Kong Lama."
katanya kepada Bi Lan, kini lenyaplah sikapnya yang angkuh
tadi. "Dia sudah pergi ke barat, hendak kembali ke Tibet dan
menyerahkan diri kepada para pimpinan Lama di sana." kata Bl
432 Lan dan dalam suaranya terkandung kesedihan mengenang
gurunya yang disayangnya itu.
Pendeta Lama itu memandang kepadanya dengan alis berkerut
dan sinar matanya membayangkan ketidak-percayaannya.
"Bagaimana aku dapat mempercayai keterangan itu?"
"Engkau harus percaya karena aku adalah muridnya!" kata Bi
Lan. "Engkau.... engkau.... muridnya?" kata Goat Kong Lama dengan
mata ter-belalak. "Tapi.... engkau tadl
melawanku dengan Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
!" "Benar. Aku juga murid Kun-lun-pal. Akan tetapi Jit Kong Lama
juga guruku. Kau lihat ini!" kata gadl" itu dan ia segera membuat
gerakan silat dengan kedua tangan miring seperti orang
memuja. "Kwan Im Sin-ciang (Tangari Sakti Dewi Kwan Im)
Goat Kong Lama. !" seru "Dan lihat ini!" Bi Lan memungut sebatang ranting kayu lalu
bersilat beberapa jurus dengan ranting kayu itu.
"Kim Bhok Sin-tung-hoat (Ilmu Tongkat Sakti Kayu
Emas)'." kembali Goat Kong Lama berseru. "Kau
kau benar muridnya!"
"Nah, percayakah engkau sekarang"'"
433 Suhu Jit Kong Lama sudah pularig ke Tibet untuk menyerahkan
diri, bertaubat dan menebus semua dosanya. Pergilah!"
Goat Kong Lama mengangguk-angguk, mengangkat kedua
tangan depan dada, menghadapi pimpinan Kun-lun-pai,
membungkuk lalu berkata "Omitohud! Pinceng mohon maaf dan
mohon diri!" Setelah berkata demikian, pendeta Lama itu
memutar tubuhnya lalu berlari cepat seperti terbang
meninggalkan tempat itu. Kini Bi Lan menghadapi Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw.
Dua orang pimpinan Kunlun-pai itu menatap wajah Bi Lan
dengan penuh keheranan. Mereka merasa penasaran sekali.
Murid pendeta Lama Tibet dan sekaligus juga murid Kun-lun-pai
yang dibuktikannya dengan kemahiran ilmu silat pusaka Kunlun-pai! Banyak pertanyaan yang memenuhi hati Kui Beng
Thaisu. Betapapun Juga, gadis ini telah membela nama Kun-lun?pai
dengan mengalahkan Goat Kong Lama tadi. Dan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi hatinya,
dia merasa tidak leluasa karena di sltu berkumpul semua murid
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kun-lun-pai. "Nona Han Bi Lan, engkau tadi me-ngatakan bahwa
engkau datang ini untuk menghadap kami?" tanya ketua Kunlun-pai itu.
"Benar, locianpwe." jawab Bi Lan sambil menghampiri buntalan
pakaiannya. "Kalau begitu, mari kita masuk dan bicara di dalam." ajak ketua
Kun-lun-pai itu. Bi Lan mengangguk dan ia mengikuti Kui Beng
Thaisu dan Hu in Sian-kouw memasuki kuil.
434 Setelah mereka duduk dalam ruangan tengah yang tertutup, Bi
Lan meletakkan buntalan pakatannya di atas meja. "Nah,
sekarang janganlah membuat kami terlalu lama keheranan dan
menduga-duga, nona Han Bi Lan. CeritaKanlah mengapa
engkau datang ke Kun-lun-pai dan hendak bertemu dengan
kami?" tanya Kui Beng Thaisu.
"Dan bagaimana pula engkau mengaku sebagai murid Kun-lunpai dan menguasai, Ngo-heng Lian-hoan Kun?hoat?" tanya pula.
Hui In Sian-kouw. Bi Lan tersenyum, akan tetapi menghela napas panjang.
"Panjang ceritanya dau sebelumnya saya harap locianpwe
pimpinan Kun-lun-pai suka memaafkan saya. Saya sudah
sebelas tahun lamanya ikut suhu Jit Kong Lama yang
mengasingkan diri di sebuah puncak Kun-lun?san, mempelajari
ilmu-ilmu dari suhu. Beberapa hari yang lalu, saya berpisah dari
sUhu yang ingin kembali ke Tibet,
Tugas saya yang pertama adalah berkunjung ke Kun-lun?pai,
menghadap para pimplnan Kun-lun-pai. Akan tetapi baru saja
tiba di pekarangan kuil saya melihat Goat Kong Lama,
mendengar pembicaraannya dan melihat betapa dia menantang
bertanding kepada para pimpinan Kun?lun-pai. Karena itulah
maka saya memberanikan diri menghadapinya untuk membela
Kun-lun-pai karena saya merasa sebagai kewajiban saya
membe-la Kun-lun-pai."
"Tapi..,. engkau menguasai ilmu si-lat pusaka kami...." kata Hui
In Sian-kouw. 435 Bi Lan tersenyum. "Terjadinya kurang lebih setahun yang lalu.
Pada suatu hari saya bertemu dengan seorang pemuda
sombong. Ketika melihat bahwa dia membawa kitab-kitab kuno
dalam buntalan pakaiannya, saya lalu meminjam sebuah kitab
tanpa dia ketahui." "Siancai! Itu namanya mencuri!" se-ru Hui In Sian-kouw.
Bi Lan tersenyum manis memandang wajah pendeta wanita itu
dan matanya. bersinar-sinar nakal. "Saya hanya ingin memberi
pelajaran padanya agar dla ti-dak sombong. Biar tahu rasa dia!
Ketika saya melihat bahwa kitab itu berisi pelajaran ilmu silat,
saya tertarik sekall dan saya mendengar darl suhu bahwa kltab
Itu adalah kltab pusaka mlllk Kun-lun-pal. Saya mengambll
keputusan untuk memlnjam kitab itu dan di bawah bimbingan
dan petunjuk suhu, saya mempelajari dan melatihnye selama
setahun. Karena saya memang merasa pinjam, maka setelah
selesai saya pelajari dan saya kuasai, begitu berpisah dari suhu,
saya langsung tnenghadap pimpinan Kun-lun-pai untuk
mehgembalikan Kitab Ngo-heng Lian?hoan Kunhoat ini." la
membuka buntalan pakaiannya mengambil kitab itu dan
menyerahkannya kepada Kui Beng Thaisu.
Kui Beng Thaisu menerima kitab itu memeriksanya
sebentar dan dia mengangguk-angguk, "Sian-cai
! Memang inilah kitab kaml yang hilang puluhan tahun yang lalu
itu. Nona Han Bi Lan, pemuda yang kaumaksudkan itu adalah
murid dari Tiong Lee Cin-jin yang bermaksud mengembalikan
kitab itu kepada kami. Dia melaporkan bahwa kitab itu hilang
dalam perjalanan. Kiranya engkau yang mengambllnya."
436 "Saya memlnjamnya, locianpwe, dan harl Inl saya kembalikan.
Harap Locian-pwe suka memaafkan saya."
"Kaml memaafkanmu, nona. Bagaimanapun juga, engkau sudah
berani membela Kun-lun-pai dengan taruhan nyawa dan
mengaku sebagai murid Kun-lun-pai. Kalau engkau murid
Kunlun-pai, maka mempelajari Ngo?heng Lian-hoan Kun-hoat
tentu tidak bersalah karena tingkat kepandaianmu juga sudah
memadai. Karena itu, engkau baru sah kami terima sebagai
murid Kun-lun-pai kalau engkau mengakui pinto (aku) sebagai
guru dan. ini adalah Hui In Siankouw, sumoiku yang menjadi
ketua kun-lun-pai bagian wanita, jadi ia juga gurumu."
Bi Lan mengerti apa yang dirnaksudkan kakek itu, maka iapun
segera berlutut memberi hormat kepada kedua orang tua itu,
memberi hormat kepada Kui Beng Thaisu dan menyebut "suhu"
lalu kepada Hui In Sian-kouw dengan menyebut "subo (ibu
guru)". Hui In Sian-kouw menyentuh kedua pundak Bi Lan dan
pienyuruhnya bangkit dan duduk kembali.
Setelah kedua orang ketua Kun-lun-pai ini menerima Bi Lan
sebagai murid Kun-lun-pai, gadis itu lalu diperkenalKan kepada
semua murid Kun-lun-pai. Semua murid merasa girang dan
kagum mempunyai saudara seperguruan yang demikian lihai.
Hui In Sian-kouw tidak lupa untuk rnemperkenalkan Bi Lan
kepada Biauw In Suthai yang masih menjalani hukuman dalam
Pondok Pengasingan. Pendeta wanita ini ketika diberitahu
tentang Han Bi Lan yang telah membela Kun-lun-pai dan kini
diakui sebagai murid yang sah dari Kun-lun-pai, mau menerima
Bl Lan berkunjung kepadanya di Pondok Pengasingan.
437 Bi Lan memasuki pondok yang sepi itu dan segera berlutut
menghadap pendeta wanlta yang juga duduk dl atas lantai
sambil bersila itu. Bi Lah sudah mendengar tentang Biauw In Suthal yang menjalani hukuman dan ia merasa kasihan kepada
pendeta wanlta yang masih tampak berwajah manls itu. Baru
mengaslngkan dlrl selama setahun saja wajah Biauw In Suthai
sudah berubah, tidak ada garis-garls yang menunjukkan
kekerasan hatlnya lagl pada wajahnya.
"Bibi guru 1" Bi Lan menegur ragu.
Blauw In Suthal membuka mata, memandang kepada Bi Lan
dan ia tersenyum kagum. "Ah, engkau cantik jelita dan lincah
sekali! Engkau yang bernama Han Bi Lan dan yang telah
membela Kun-lun-pai dan mengalahkan pendeta Lama yang
amat lihai" Setelah berkunjung ke sini dan mengembalikan kitab
engkau lalu hendak pergl ke mana, Bi Lan?"
"Saya akan melanjutkan perjalanan saya, bibi guru. Saya akan
kembali ke rumah orang tua saya di Liang-an (Hang-chouw)."
"Ah, ke kota raja kerajaan Lam Sung (Sung Selatan)" Jauh
sekali. Bi Lan, engkau adalah murid Kun-lun-pai yang telah
menguasai Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat, berarti tlngkat
kepandaianmu sudah tinggi sekali. Aku ingin minta bantuanmu,
maukah engkau menolongku, Bi Lan?"
Bi Lan merasa heran sekali. Bantuan apa yang dibutuhkan
pendeta wanita ini" la hanya mendapat keterangan dari para
murid Kun-lun-pai dan juga dari Hui In Sian-kouw bahwa Biauw
In Suthai ini sedang merijalani hukuman dan diharuskan tinggal
di Pondok Pengasingan untuk bersamadhi dan bertaubat. Kini
438 wanita yang sudah menjalani hukuman selama setahun itu ingin
minta pertolongannya!' "Bibi guru, tentu saja saya suka me-nolongmu, asal saja tidak
melanggar peraturan Kun-lunpai dan tidak berlawanan dengan
hati nurani saya sendiri." jawabnya hati-hati. Biauw In Suthai
mengangguk-angguk. "Bagus sekali. Memang demikianlah seharusnya seorang
pendekar dan murid Kun-lun-pai yang baik. Tidak seperti aku
dahulu yang hanya menurutkan gejolak perasaan hati sendiri.
Kekerasan hatiku membuat dua orang murid yang kusayangi
sekarang Ini, pergi mencarl seseorang untuk membunuhnya dan
aku mlnta bantuanmu, yaitu apabila dalam perjalananmu engkau
menjumpai mereka, sampaikanlah pesanku bahwa peraturan
pernikahan itu sekarang sudah kubatalkan dan katakan agar
mereka berdua tidak lagi berusaha membunuh laki-laki itu"
Bl Lan mendengarkan dengan heran. "Bibi guru, apakah bibi
guru tldak mau memberi penjelasan kepada saya agar saya
mengerti duduknya perkara" Siapakah kedua orang murid bibi
guru itu dan siapa pula laki-laki yang hendak mereka bunuh itu"
Mengapa pula hendak mereka bunuh?"
Biauw In Suthai menghela napas panjang. "Baiklah, akan
kujelaskan, Bi Lan. Setahun yang lalu, muridku Kim Lan dalam
pertandingan silat dikalahkan seorang pemuda. Sudah 'menjadi
peraturanku ketika itu bahwa muridku yapg kalah oleh seorang
pria harus menjadi isterinya. Kalau pria itu menolaknya, maka
muridku harus membunuh prla itu. Kiiri Lan kalah dan pria itu
menolak menjadi .suaminya, maka Kim Lan lalu pergi untuk
439 mencari pemuda itu dan membunuhnya. Ai Yin, muridku yang
kedua, ikut pergi bersama sucinya (kakak seperguruannya).
Pemuda itu bernama Souw Thian Liong, murid Tiong Lee Cinjin."
"Murid Tiong Lee Cin-jin" Bibi maksudkan, peniuda itu yang
tadinya membawa kitab untuk diserahkan kepada pimpinan Kunlun-pai?" Bi Lan teringat akan Souw Thian Liong yang tadinya
belum ia ketahui namanya.
"Benar, Bi Lan. Dialah orangnya yang telah mengalahkan Kim
Lan akan tetapi tidak mau menjadi suaminya."
"Tapi tapi, bibi! Bagaimarta ada aturan seperti
itu" Kalau kalah harus menjadi isteri orang yang mengatahkan
dan kalau pria itu menolak atau dibunuh" Aneh sekali peraturan
itu bibi. Maafkan saya, akan tetapi bagaimana mungkin
perjodohan dapat dipaksakan sepertl Itu?" kata Bi Lan sambil
menahan tawa karena hatinya merasa geli. Peraturan itu
dianggapnya konyol. Biauw In Suthai menghela napas panjang. "Sekarang akupun
dapat melihat betapa bodohnya peraturan yang kubuat
menurutkan perasaan hari itu. Karena itu, suheng menegurku
dan menyuruhku bertaubat di sini selama tiga tahun. Aku
menyesal, maka tolonglah aku, Bi Lan. Kalau engkau bertemu
dengan Kim Lan dan Ai Yin, cegah mereka membunuh Souw
Thian Liong dan katakan bahwa peraturanku itu sudah kucabut."
Bi Lan mengangguk. "Baiklah, bibi. Mudah-mudahan saya akan
dapat bertemu dengan mereka."
440 Setelah meninggalkan Pondok Penga-singan itu, Bi Lan tak
dapat menahan rasa geli hatinya dan ia tertawa sendiri.
Peraturan yang aneh! Dalam pertanding-an sudah dikalahkan
pemuda itu, bagai-^inana dapat membunuhnya" Hemm, jadi
pemuda itu bernama Souw Thian Liong, .murid Tiong Lee Cinjin" Ilmu silatnya memang hebat dan ia sudah menyaksi-kannya
sendiri ketika pemuda itu meno-. long para saudagar yang
diganggu 'pe-rampok-perampok llhai.
Setelah tinggal dl Kun-lun-pai selama dua harl, Bi Lan lalu
berpamlt untuk melanjutkan perjalanannya. la Ingin menjenguk
ayah Ibunya dl kota raja dan hatinya berbahagia sekali
membayangkan ia akan bertemu dan berkumpul kenbali dengan
orang tuanya. Tentu selama
ini orang tuanya amat mengkhawatirkan keselamatannya. la membayangkan betapa akan gembiranya
hati ayah ibunya kalau bertemu dengannya. Dan iapun akad
mencari Ouw Kan yang telah membunuh Lu Ma, pelayan tua
yang setia dan yang menurut ibunya masih bibi ibunya sendirl
dan yang amat mencintanya. la rnasih ingat bahwa ayah ibunya
adalah orangorang gagah yang memimpin pasukan dan ketlka
menlnggalkannya, mereka berangkat untuk perang membantu
pasukan besar Jenderal Gak Hui. lapun ter-ingat bahwa ia pesan
kepada ayahnya untuk membawa oleh-oleh sebatang pedang
bengkok yang biasa dipakai perwira Kerajaan Kin. Bi Lan
tersenyum kalau ingat akan hal ini. Apakah kini ayahnya sudah
membawakan oleh-oleh itu dan maslh menyimpannya"
*** 441 "Tidak, ayah tidak aku tidak percaya!"
Gadis itu menangis sesenggukan. la adalah Kwee Bi Hwa,
berusia kurang lebih sernbilan belas tahun. Gadis ini hlemiliki
wajah yang manis sekali, kecantikan yang khas, tidak seperti
perempuan bangsa Han lainnya. KeJelitaannya terasa asing.
Memang sesungguhnya, ada kecantikan suku Mancu dalam
dirinya. "Ayahnya, Kwee Buh To, adalah seorang peranakan
Mancu yang menjadi guru silat dari perguruan silat Pek-eng
Bukoan (Perguruan Silat Garuda Putih) dan tlnggal d! daerah
utara. Isteri Kwee Bun To Juga seorang wanita Mancu, maka
tldak mengherankan kalau kecantikan yang dimiliki Kwee B Hwa
adalah kecantlkan peranakan Han dan Mancu. Ketlka bangsa
Yu-cen nenguasai daerah utara dan mendirikan dinasti Kin,
Kwee Bun To melarikan diri, membawa istri dan seorang
anaknya. Akan tetapi isterinya mati dalam perjalanan dan
akhirnya dia tlnggal dl pegunungan dekat Siauw-Lim-pai.
Seperti telah dlceritakan di bagian depan, pada suatu malam
seseorang me" tnasuki kamar Bi Hwa, menotoknya dan
memperkosanya. Kwee Bun To marah sekall dan menyerbu
Siauwlim-sl karena merasa yakin bahwa pelakunya adalah murid
Siauw-lim-pai. Akan tetapi kemudian ternyata bahwa pelakunya
yang berhasil ditangkap Cia Song, murid Siauw-lini-pai yang llhai
itu, adalah seorang kepala perampok dan pemerkosa itu
kemudian dibunuh Cia Song. Dengan hati sedih Kwee Bun To
pulang dan menceritakan hal itu kepada puterinya. Bi Hwa
menyambut cerita ayahnya itu dengan tangis.
Kwee Bun To memandang puterinya dan menghela napas
panjang. Dia merasa iba sekali kepada puterinya yang
442 tersayang. Puterlnya adalah satu-satunya orang yang dia miliki
di dunla ini, satu-satunya orang yang paling dekat dengan
hatinya. Dla mau berkorban apa saja, kalau perlu nyawanya,
untuk puterinya. "Bi Hwa, percayalah, akupun menyesal bukan main. Tadinya aku
bermaksud minta pertanggungan lawab Giam Ti dan ia harus
menikahimu untuk mencucl aib. Akan tetapi murid Siauw-lim-pai
Itu terlanjur turun tangan membunuhnya.
Bl Hwa sudah menguatkan hatlnya dan menghentlkan tanglsnya,
la meng-angkat mukanya yang agak pucat dan sepaaang
matanya yang merah karena" tangls. "Ayah, aku sukar dapat
percaya bahwa pelakunya adalah seorang kepala perampok.
Bagaimana dia beranl mengganggu keluarga ayah?"
"Anakku, bagaimana aku tldak akan mempercayanya" Ketika dia ditangkap Cia Song murid Siauwlim-pai itu dan dihadapkan padaku, penjahat itu telah mengaku
sendlri. Dan Ingat, dia bukan kepala perampok biasa. Dia
menJadl kepala gerombolan yang bersarang di Buklt Angsa tak
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jauh dari sini. Julukannyai Hui-houw-ong (Raja Harimau
Terbang) sedikitnya menunjukkan bahwa dia memiliki
kepandaian yang tinggi juga."
"Aku masih merasa penasaran, ayah. Orang itu sangat lihai.
Ketika memasuki kamarku, sama sekali aku tidak mendengar
apa-apa. Hal inl menunjukkan dia tentu memiliki gin-kang (ilmu
me-ringankan tubuh) yang sempurna. Paria hal, aku biasanya
peka sekali, sedikit saja suara mencurigakan sudah cukup untuk
443 membangunkan aku. Dan totokannya itu! Benar-benar
melumpuhkan seluruh tubuhku. Bukan main lihainya'."
"Sudahlah, Bi Hwa. Tidak perlu penasaran lagi. Bagaimanapun
juga, pelakunya sudah mengaku dan sudah terhukum mati. Aku
merasa lelah sekali lahir batin, periu mengaso." kata Kwee Bun
To sambil memasuki kamarnya.
Bi Hwa. masih duduk termenung. Ia merasa menyesal sekali,
dan kecewa mendengar bahwa yang memperkosanya dahulu
adalah seorang kepala perampok, seorang penjahat. Kalau saja
pelakunya itu seotang murid Siauw-lim-pai, seorang pendekar
seperti yang disangkanya semula, tentu ia tidak akan merasa
sehina itu. Akan tetapi seorang kepala perampok" Andaikata
penjahat Itu tertangkap hldup-hldup pun ia tidak akan sudi
menjadl isteri seorang kepala perampoki Akan tetapi hatinya
masih belum puas. la masih penasaran sekali. la masih ingat benar. Pria yang
memperkosanya malam itu, walaupun dalam keadaan gelap dan
ia sama sekali tidak dapat melihat wajahnya, namun tidak
mungkin laki-laki Itu seorang penjahat yang kasar dan kejam.
Biarpun tidak mengucapkan sepatahpun kata, biarpun la tldak
dapat melihat orangnya, namun lakl-lakl itu demlkian lemah
lembut! Tidak mungkin dia seorang kepala perampok, seorang
penjahat yang kasar dan kejam!
la harus menyelidikinya sendiri! Ayahnya kadang terlalu keras,
lebih banyak penggunakan tenaga daripada akal. Timbullah
semangat Bi Hwa dan pada keesokan harinya, Kwee Bun To
mendapatkan kamar anakpya kosong dan hanya menemukan
444 sepucuk surat kepadanya. tulisan tangan anaknya yang ditujukan Ayah, Saya pergi merantau untuk menghibur hati yang gundah. Harap
ayah Jangan mencari saya karena saya tidak akan pulang
sebelum kedukaan ini lenyap.
Kalau sudah tiba saatnya saya pasti pulang; Anak:
Kwee Bi Hwa. Pada saat Itu muncul keinginan Kwee Bun To untuk mengejar
anaknya, dan mencegahnya pergi. Dia sudah melompat keluar
kamar dan hendak lari mengejar keluar rumah, Akan tetapi
setibanya di luar rumah, dia berhenti dan sekali lagi dibacanya
surat anaknya. Dia menggeleng kepalanya dan menghela napas
panjang, lalu menyimpan surat itu dan masuk kembali ke dalam
rumah. Tidak dia tidak akan melakukan pengejaran. Dia
mengenal baik puterinya itu. Di balik kelembutannya, anak itu
mempunyai hati yang keras, tekad yang bulat seperti yang
dimiliki kaum wanita suku Mancui pada umumnya. Anaknya
sudah mengambil keputusan untuk pergi merantau dan ia tidak
akan mau dicegah, tidak akan dapat dilarang ataupun dibujuk.
Apa lagi anaknya itu bukan seorang wanita lemah. Sejak kecil
sudah belajar dan berlatih silat dengan baik dan termasuk
seorang yang berbakat. Anaknya tidak akan mudah diganggu
orang jahat. la pandai menjaga dan membela diri. Hal itu tidak
perlu dia khawatirkan. Dia ha-nya merasa sedih harus berpisah
dari puterinya. Akan tetapi dia maklum bahwa kalau dia
menghalangi niat puterinya, hal itu akan membuat Bi Hwa marah
445 dan berduka. Maka, dengan hati berat ayah ini mengambil
keput.usan untuk rnenanti saja di situ sampai puterinya pulang.
Pada keesokan harinya, Kwee Bi Hwa berjalan seorang diri
mendaki lereng dekat puncak Bukit Angsa. Tidak sukar ba-ginya
untuk menemukan bukit ini yang tidak berada terlalu jauh dari
tempat tinggalnya yang berada di bukit lain dari pegunungan itu.
Bukit Angsa itu dard jauh sudah tampak. Blarpun tlngginya ti-dak
banyak bedanya dengan buklt-buklt lain yang memenuhl daerah
pegunungan iltu, namun Bukit Angsa mempunyai cirl yang khas,
yaitu bentuk puncaknya. Puncak bukit dengan pohon-pohon
besar itu, tampak dari jauh membentuk seekor angsa!
Setelah Bl Hwa tiba dl dekat puncak tlba-tlba berkelebatan
bayangan belasan orang dan dia sudah dik-epung oleh orangorang yang tampak bengis menyeramkan. Mereka aemua
membawa sebaiang golok dengan tangan kanan. Dl baju
mereka baglan dada terdapat luklsan seekor harimau terbang!
Tahulah Bi Hwa ia berhadapan dengan gerombolan yang
dipimpin oleh Hui-houw-ong Giam Ti, pemlmpin Gerombolan
Harimau Terbang. Seorang di antara mereka, yang agaknya
menjadl pemimpin, ketika melihat sebatang ipedang tergantung
dl punggung gadis manis itu. bersikap hati?hati dan dia
melangkah maju menghadapi Bi Hwa dan bertanya.
"Nona, siapakah engkau dan apa kehendakmu datang dan
melanggar daerah kekuasaan kami?"
"Tidak perlu kalian tahu siapa aku. Aku sengaja datang ke sini
hendak mencari keterangan tentang seorang yang bernama Huihouw-ong Giam Tl." kata Bi Hwa.
446 Mendengar jawaban ini, orang-orang itu tampak terkejut dan
marah. Mereka mengepung ketat dan siap dengan golok
mereka. "la mata-mata musuhi"
"Bunuh ia untuk menyembahyangi arwah Giam Toa-ko!"
Lima belas orang itu serentak menyerbu. Bi Hwa dari segala
jurusan. Bi Hwa menggerakkan tangan kanannya dan tampak
sinar berkilat ketika ia mencabut pedang. Kemudian sinar
pedangnya bergulung-gulung ketlka ia menyambut serangan,mereka. Sinar pedang itu menyambar-nyambar . dilkuti
tamparan tangan kirl dan tendangan kaklnya. Terdengar terlakan
para pengeroyok dan merekapun roboh berpelantingan, terkena
tamparan atau tendangan, sedangkan golok mereka patah dan
terpental ketika bertemu sinar pedang. Lima belas orang itu
terkejut bukan main dah mereka menjadi ketakutan lalu
melarikan diri pontang panttng ke arah puncak.
Bi Hwa melakukan pengejaran ke puncak Bukit Angsa. Di
puncak la menemukan sarang gerombolan yang merupakan
sebuah perkampungan dengan rumah-rumah kayu sederhana.'
Ketika ia memasuki perkampungan itu, di situ tampak sepi.
Semua-pondok tertutup pintu dan jendelanya. Akan tetapi ia
maklum bahwa para anggauta gerombolan itu masih berada di
situ, bersembuyi dalam rumah-rumah yang tertutup.
Bi Hwa mellhat sebuah rumah yang paling besar di antara
rumah-rumah lain. la menghampiri rumah besar itu, berdirl di
depannya lalu berseru sambll mengerahkan sin-kangnya
447 sehlngga suaranya terdengar melengklng
menggetar dl seluruh perkampungan itu.
nyarlng dan "Hel, semua anggauta gerombolan Macan Terbang, keluarlah
Aku tidak Ingin mencelakai kalian. Kedatanganku hanya ingin
minta keterangan dari kalian! Hayo keluar, kalau tidak aku akan
marah dan akan kubakar seluruh perkampungan ini!"
Gertakannya berhasil. Rumah-rumah mulai membuka pintunya
dan bermunculanlah para anggauta gerombolan yang tadi
mengeroyoknya dan bersama mereka keluar pula wanitawanita
dan kanak-kanak, yaitu keluarga mereka. Setelah pemimpin
mereka menjatuhkan diri berlutut, semuanya lalu berlutut
bersama keluarga mereka. Jumlah para anggauta gerombolan
itu sebanyak dua puluh orang lebih dan keluarga mereka lebih
banyak lagi. "Li-hiap (pendekar wantta), ampunkan kami...." kata pemimpin
gerombolarr itu. Bi Hwa memperhatikan seorang wanita cantik
berusia kurang lebih dua puluh llma tahun yang menuntun
seorang anak perempuan berusia sekitar empat tahun keluar
dari rumah besar, diikuti beberapa orang wanita berpakaian.
pelayan. Wanita inipun mengajak anaknya menjatuhkan diri
berlutut. "Aku tidak akan mencelakai kalian asalkan kalian mau
memberitahu padaku dengan sejujurnya tentang Hui-houw-ong
Giam Ti. Siapa di antara kalian yang dapat memberi keterangan
yang lengkap tentang dia"
448 "Saya dapat, lihiap. Saya Giam Kui, adik kandung kakak Giam
Ti." kata laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun yang tadi
bersikap sebagai pimpinan gerombolan itu.
"Saya juga bisa, lihiap. Saya adalah isteri Hui-houw-ong Giam
Ti." kata wanita cantik tadi dengan suara lembut.
"Baik, kalian berdua boleh menjawab semua pertanyaanku
dengan sejujurnya. Dan yang lain bubarlah, lakukan pekerjaan
kalian masing-masing."
Semua anggauta gerombolan tampak lega dan mereka lalu
bubaran. Isteri Giam Ti bangkit dan berkata, "Li-hiap, mari
silakan masuk rumah agar kita lebih leluasa bicara."
Bl Hwa mengangguk dan ia laiu diiringkan Nyonya Giam Ti yang
memondong anaknya, dan Giam Kui. Para pelayan terus masuk
ke belakang untuk mempersiapkan minuman, sedangkan Bi Hwa
dipersilakan duduk di ruangan depan.
"Sekarang katakan, di mana adanya Hui-houw-ong Giam Ti?"
tanya Bi Hwa sebagai pancingan.
Isteri dan adik mendiang Giam Ti itu tampak terkejut dan saling
pandang dengan heran. "Akan tetapi lihiap.... dia sudah mati...." kata
Nyonya Giam Ti dengan suara terisak. "Apa yang telah terjadi
dengan dia" Coba ceritakan dengan sejelasnya Jangan
berbohong!" 449 Nyonya Giarii Ti menoleh kepada adik iparnya dan berkata,
"Adik Giam Kui, engkau yang lebih tahu duduk persoalannya.
Engkau ceritakanlah kepada lihiap." Giam Kui mengangguk lalu
berkata. "Kejadian itu baru beberapa hari yang , lalu, lihiap. Seorang
pemuda yang amat lihai datang ke perkampungan kami ini dan
dia mengamuk, merobohkan kami semua, termasuk kakak saya
Giam Ti. Kemudian dia memaksa kakak saya untuk ikUt
dengannya dan melaksanakan semua perintahnya dengan
ancaman bahwa kalau kakak saya tidak mau menurut, dia bukan
saja akan membunuh kakak Giam Ti, akan tetapi dia juga akan
menyiksa dan membunuh kakak ipar ini dan anaknya. Karena
tidak mampu melawan dan takut akan ancaman itu, kakak Giam
Ti pergi dengan dia." Giam Kui menghentikan ceritanya dan
memandang wajah Bi Hwa seolah dia sebetulnya tidak perlu
bercerita karena gadis perkasa di depannya itu tentu telah
mengetahui semua peritiwa itu.
"Hemm, begitukah" Tahukah engkau siapa nama pemuda itu?"
tanya Bi Hwa. Dua orang itu saling pandang lagi dan
menggeleng kepala. "Kami semua tidak ada yang tahu siapa dia, li-hiap. Dia seorang
pemuda yang tampan dan gagah sikap dan gerak geriknya
halus, akan tetapi dia lihai bukan main. Usianya sekitar dua
putuh. lima tahun." kata Giam Kui.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Bi Hwa.
"Kakak saya tidak pulang malam itu dan pada keesokan harinya,
ada utusan dari Siauw-lim-si yang mengabarkan bahwa kakak
450 saya telah tewas dan kami disuruh mengambil jenazahnya yang
telar berada di luar kuil." kata Giam Kui dan kakak iparnya
menangis terisak. "Sekarang katakan, bagaimanakah tingkat ilmu silat Giam Ti itu"
Apakah dia lihai sekali" Apakah tingkatnya jauh lebih tinggi
dibandingkan tingkatmu?" tanya Bi Hwa kepada Giarn Kui.
"Li-hiap, dia adalah kakak saya dan juga kakak seperguruan
saya. Memang tingkat kepandaiannya lebih tinggi dari pada
tingkat saya, akan tetapi tidak jauh selisihnya."
Mendengar ini Bi Bwa mengerutkan alisnya. Tingkat ilmu silat
Giam Kui ini tidak berapa tinggi, dalam dua tiga gebrakan saja
roboh olehnya. Kalau tingkat kepandaian Giam Ti hanya sedikit
lebih tinggi dari adiknya ini, tidak mungkin di malam itu mampu
memasuki kamarnya tanpa terdengar dan dapat menotoknya.
"Jawablah sejujurnya, apakah lebih sebulan yang lalu dia pernah
menyerbu rumah Kwee Bun To yang berada di puncak bukit
sana itu" Pada malam hari dia melakukan penyerbuan itu?"
Giam Kui mengerutkan alisnya dan menggeleng kepalanya. "Ah,
tidak sama sekali, lihiap. Terus terang saja, walaupun kami suka
melakukan pekerjaan merampok, namun kami tidak pernah
menggapggu penduduk sekitar pegunungan ini. Kami takut
kepada Siauw-lim-pai dan kami hanya minta sumbangan dari
orang-orang luar yang kebetulan lewat di daerah ini."
"Hemm,! pertanyaan terakhir dan kuharap kallan menjawab
dengan terus terang karena Jawaban ini penting bagi
451 penyelidikanku. Apakah Glam Tl seorang laki-laki yang mata
keranjang dan suka mengganggu wanlta?"
"Ah, sama sekall tidak" Nyonya Glam Ti tiba-tiba berterlak.
"Mendiang suamlku adalah seorang suaml yang baik. Dia amat
mencinta saya dan mencinta anak kami!"
Bi Hwa merasa sudah cukup mendapatkan keterangan yang
memuaskan hatinya. la bangkit berdiri dan berkata kepada Giam
Kui. "Nah, cukuplah keterangan kalian. Terima kasih dan aku
berpesan kepada semua ahggauta gerombol-an ini untuk
mengubah cara hidup dan cara kerja kalian. Hentikanlah
pekerjaan kalian merampok itu. Giam Kui, engkau pimpinlah
anak buahmu untuk bekerja sebagai petani dengan rajin. Kulihat
bukit ini memiliki tanah yang amat subur. Kalau kalian rajin dan
tekun, bertani di sini tentu akan mendatangkan hasil yang cukup
baik. Juga terdapat banyak binatang buruan dalam hutan-hutan
di pegunungan ini. Kalian dapat juga menjadi pemburu binatang.
Kulit dan daglngnya dapat kalian jual. Jangan melakukan
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejahatan lagi karena kalau kalian masih tidak mau mengubah
jalan hidup kalian, pada suatu hari tentu akan muncul pendekar
yang membasmi kalian. Bahkan aku sendlrl kalau kelak
mendapatkan kalian masih menjadi gerombolan perampok, tentu
takkan tlnggal diam dan takkan memberi ampun."
"Baik, lihlap, kami akan mentaati pesan lihiap." kata Giam Kui
yang memang sudah merasa jerih melihat kematian kakaknya.
Bi Hwa meninggalkan Buklt Angsa dengan hatl puas. Yakinlah
kini hatinya bahwa yang memperkosanya dahulu Itu jelas bukan
Hul-houw Giam Tl. 452 Sambil berjalan menuruni bukit itu Bi Hwa termenung. Akan
tetapi mengapa Giam Ti mengaku di depan ayahnya bahwa dia
yang melakukan pemerkosaan itu" pan mengapa murid Siauwlim-pai itu menangkapnya" Kemudian malah membunuhnya"
Tidak salah lagi, pikirnya. Pasti ada rahasia di balik peristiwa ini
dan satu?satunya orang yang patut dicurigainya adalah murid
Siauw-lim-pai itu. la sudah melihat pemuda itu. Pemuda yang
tampan dan halus budinya. Dan menurut ayahnya, pemuda itu
yang bernarna Cia Song, memiliki tingkat ilmu silat amat tinggi!
Bi Hwa mengepal kedua tangannya. Tak salah lagi! Tentu Cia
Song itulah pelakunya! Ketika ayahnya menuntut ke Siauw-limpai, Cia Song berjanji kepada ayahnya untuk dalam waktu
sebulan menangkap pelaku pemerkosaan itu. Cia Song juga
datang ke rumahnya untuk mendengar sendiri keterangan dari
mulutnya. Semua itu hanya untuk mengelabuhi ayahnya saja.
Tentu pemuda itu menangkap Giam Ti dan memaksa kepala
gerombolan itu untuk mengaku bahwa dialah pelakunya.
Agaknya Giam Ti terpaksa membuat pengakuan palsu karena
takut kalau-kalau isteri dan anaknya dibunuh seperti yang
diancamkan Cia Song ketika datang dan menangkapnya.
Setelah Giam Ti terpaksa mengakui perbuatannya yang
sebenarnya tidak dilakukan-nya untuk melindungi isteri dan
anaknya, Cia Song lalu membunuhnya agar rahasianya tidak
ada yang rnengetahui dan membocorkannya.
"Pasti begitulah yang telah terjadi'" desis mulut Bi Hwa dan ia.
mengepal lagi tangan kanannya. "Cia Sohg, engkau harus
mempertanggung-jawabkan perbuatanmu. Aku akan mencarimu
dan sampai mati aku tidak akan berhenti mencarimu sampai aku
dapat bertemu dengan-mu!" Setelahimengambilkeputusan ini
453 dalam hatinya, Bi Hwa lalu melanjutkannya berlari cepat, dan
kedua matanya menjadi basah.
*** Bi Lan memasuki kota raja Lin-an yang merupakan ibu kota
Kerajaan Sung Selatan dengan berjalan perlahan-lahan. la tidak
mengacuhkan pandang mata pa?ra pria di jalanan yang
ditujukan kepadanya karena hal itu sudah biasa baginya.
Semenjak berpisah dari Jit Kong Lama dan turun gunung, di
setiap kota dan dusun yang dilewatinya, ia selalu melihat mata
para pria yang memandang kepadanya dengan kagum.- Ia tidak
memperdulikan lagi pandang mata mereka itu karena ia sendiri
sedang asik terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan
besa" di kota raja Lin-an. Ketika ia menlnggalkan kota raja,
dilarikan oleh kakek Ouw Kan yang menculiknya, ia baru berusia
tujuh tahun. Selama lebih dari sebelas tahun la meninggalkan
kota ini, dan sekarang ia memasuki kota ini dengan rasa kagum
brkan main. Segalanya sudah berubah. Bangunan-bangunan
besar dan indah. Taman-taman yang luas. Toko-toko penuh
bermacam-macam barang. rumah-rumah penginapan dan
rumah-rumah makan. la menjadi bingung dan tidak mengenal
jalan. la sudah lupa di mana letak rumah orang tuanya! "
Kemudian ia teringat. Rumah orang tuanya berada di sebelah
barat istana raja. Tidak begitu jauh dari istana, sekitar satu
kilometer saja jauhnya. Teringat akan ini, ia lalu mencari istana
kaisar. Dengan bertanya-tanya, mudah saja.! ia menemukan
bangunan-bangunan megah istana itu. Dari sini diambilnya jalan
yang menuju ke barat. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, ia
menjadi bingung lagi karena rumah-rumah di situ sudah banyak
454 berubah ia tak dapat mengenal lagi yang mana rumah orang
tuanya. Hatinya yang tadinya semakin tegang setelah ia
mengambil jalan inl, berubah menjadi bingung. Yang mana
rumah orang tuanya" la berhenti di depan sebuah rumah besar yang tampaknya baru.
Pekarangan rumah itu mirip dengan pekarangan rumah orang
tuanya dahulu. Dan bentuk rumahnya juga sama, hanya yang ini
tampak baru. Ah, tak salah lagi. Inilah ru-mah orang tuanya.
Pohon tua di sebelah kiri itu, di mana ia sering bermain, masih
ada. Dengan hati gembira penuh harapan Bi Lan memasuki
pekarangan itu. Karena hatinya tegang dan pandang matanya
ditujukan penuh perhatian ke arah bangunan, ia tidak tahu
bahwa sejak tadi beberapa pasang mata menatap dan mengikuti
gerak-geriknya dari sebuah gardu penjagaan yang terdapati di
peka-rangan itu. Bi Lan melangkah masuk. "Hei, nona! Berhenti!" terdengar
bentakan dan tiba-tiba dari sebelah kanannya muncul litna orang
berpakaian perajurit yarig membawa tombak, langsung mereka
itu berdiri .menghadang di depannya, memandang dengan sikap
keren akan tetapi mulut mereka menyeringai secara kurang ajar.
Bi Lan memandang mereka dengan heran. Dahulu, rumah orang
tuanya tidak dijaga oleh perajurit, maka ia menjadi ragu lagi
apakah ia memasuki pekarangan rumah, yang kellru.
Seorang perajurit jangkung dan agak-pya menjadi kepala
penjaga, mengamati wajah dan tubuh Bi Lan dengan pandang
mata "lapar", kemudian bertanya dengan suara keren. "Nona
455 manis, engkau tidak boleh memasuki pekarangan ini begitu saja
tanpa ijln dari kami! Engkau siapakah dan apa kehendakmu
memasuki pekarangan ini?"
Melihat sikap yang ceriwis itu, Bi Lan tldak
memperkenalkan namanya. Langsung saja ia bertanya.
mau "Bukankah ini rumah Perwira Han Si Tiong?"
Si jangkung itu memandang kepada Bl Lan dengan mata terbuka
lebar karena heran, lalu menoleh kepada teman-temannya dan
tertawa, diikuti suara tawa teman-temannya. Mereka adalah
perajurit-perajurit yang berusia antara dua puluh dua dan dua
puluh lima tahun, Tentu saja mereka tidak mengenal nama itu karena pada waktu
Perwira Han Si Tiong tinggal di situ, belasan tahun yang lalu,
mereka masih kecil dan belum menjadi perajurit.
"Ha-ha-ha, nona manis, apakah engkau bermimpi?" kata si
jangkung sambil menengok ke arah rumah yang ditunjuk oleh Bi
Lan. "Gedung ini adalah milik dan tempat tinggal Ciang Kongcu
(Tuan Muda Ciang) dan kami tidak mengenal Siapa itu Perwira
Han Si Tiong!" Bi Lan mengerutkan alisnya. Setelah klni melihat keadaan
pekarangan dan ru-mah gedung itu, walaupun terdapat banyak
perubahan, namun ia merasa yakin bahwa inilah rumah orang
tuanya. la memandang lima orang perajurit dan maklum bahwa
mungkin mereka inl tidak tahu apa yang terjadi sebelas tahiin
lebih yang lalu karena pada waktu itu mereka ini tentu belum
menjadl perajurlt. Akan tetapl, penghunl baru rumah inl tentu
456 tahu di mana adanya orang tuanya. Mungkin saja orang tuanya
sudah plndah tempat atau dltugaskan di kota lain.
"Kalau begitu aku akan bertemu dengan Ciang Kongcu." kata Bl
Lan. Mendengar Ini, lima orang perajurit itu menyerinyai semakin
lebar. "Wah, ini namanya domba muda gemuk menghampiri
harimau yang sedang lapar! Engkau akan ditelannya bulatbulat!"
kata seorang perajurit. Si jangkung tertawa, "Ha-ha, itu benar, nona. Engkau begini
cantik, begini lembut. Daripada daglngmu yang lembut dicabikcabik harimau kelaparan, lebih baik engkau kujadikan isteriku.
AKU ftasih perjaka ting-ting dan sebentar lagi naik pangkat. Marl
kita bicara di dalam gardu, biar lebih bebas, leluasa aan asik."
Si jangkung itu menjulurkan tangan-nya menangkap
pergelangan tangan kanan gadis itu dan hendak menarlknya
untuk diajak memasuki gardu penjagaan, ditertawakan oleh
empat orang temannya. Bi Lan menjadi marah Sekali. Sekali
menggerakkan tangan kanannya, ia sudah menusuk lambung
orang itu dengan jari-jari tangannya.
"Hukk !" Tubiih si jangkung ditekuk ke depan
karena perutnya terasa nyeri bukan main dan ketika dia
membungkuk itu, Bi Lan menangkap dan menjambak rambutnya
sehingga topi seragamnya terlepas dan rambutnya terurai. Bi
Lan menjarnbak rambut dan menekan kepala itu sehingga si
jangkung mengaduh-aduh dan kepalanya tertekan ke bawah, tak
dapat meronta karena dia masih menderita nyeri hebat pada
457 perutnya yang disodok tadi! Empat orang temannya terkejut dan
cepat mereka itu menerjang maju, hendak memukul dengan
tombak mereka. Akan tetapi, Bi Lan menggerakkan tangan kiri
dan kaki kanait enipat kali. Empat orang perajurit itupun roboh
terbariting dengan keras, tombak mereka. terpental dan terlepas.
Sekali sambar, Bi Lan telah merampas tombak dari tangan si
jangkung, kemudian melepaskan jambakan dan menggunakan
kaki kiri menginjak kepala itu dari belakang sehingga muka si
jangkung tertekan dan mencium tanah!
Bi Lan menodongkan ujung toitibak runcing itu pada punggung si
jangkung, menghardik. "Berani engkau kurang ajar kepadaku?"
Si jangkung ketakutan dan tanpa terasa celananya menjadi
basah. "Ampun, nona, ampunkan saya.... saya tidak beranl
lagi...." Empat perajurit lain merangkak bangun dan merekapun tidak
berani menye-rang melihat betapa nona itu ternyata lihai bukan
main dan kini mengancam komandan mereka dengan tombak.
"Hayo cepat antar aku menewui penghuni rumah ini. Jangan
banyak tingkah kalau engkau tldak ingin tombakmu . Ini
menembus dadamu!" Bi Lan menghardik sambil melepaskan
tekanan kakinya pada kepala orang Itu.
"Baik.... baik.;..nona....'" Si jangkung merangkak dan bangkit
berdiri sambil meringis dan memegangi perutnya yang masih
nyerl, Mukanya, terutama bibir dan hidungnya, berlepotan tanah.
"Hayo maju!" Bi Lan menodongkan tombaknya di punggung si
jangkung Itu yang berjalan menuju ke gedung dengan agak
458 terpincang dan muka ditundukkan. Dia merasa takut sekali
karena ujung tombak yang runcing itu terasa benar menekan
punggungnya. Setelah mereka tiba di pendapa, tiba-tiba pintu depan rumah
gedung itu terbuka dari dalam dan muncullah empat orang lakilaki dari dalam. Bi Lan memandang penuh perhatian. Seorang
dari mereka adalah pria berusia enam puluh tahun lebih,
berpakaian gagah dan indah, pakaian seorang panglima perang,
bertu-buh tinggi besar dan pandang matanya angkuh seperti
pandang mata seorang yang sadar dan bangga akan kedudukan
dan kekuasaannya. Orang ke dua juga berpakaian seperti
seorang panglima, ha-nya tidak sementereng pakaian panglima
tlnggi besar itu. Usia orang ke dua itu sekitar lima puluh tahun,
tubuhnya tinggi kurus, mukanya begitu kurus mirtp muka tikus,
akan tetapi matanya tajam dan bergerak-gerak membayangkan
kecerdikan. Orang ke tiga berpakaian seperti seorang tosu
(pendeta Agama To) tubuhnya pendek gendut, tampak lucu.
Usianya sekitar enam puluh lima cahun, mukanya berwarna
kekuningan, muiutnya tersenyum mengejek dan pandang matanya agak memandang rendah segala sesuatu. Adapun orang ke
empat masih muda, sekitar tiga puluh tahun. Tubuhnya tinggi
besar, wajahnya tampan dan gagah dengan alisnya yang hitam
tebal. Dia berpakaian seperti seorang pemuda bangsawan,
pakaiannya indah dan dia pesolek, rambutnya licin berminyak,
bahkan kulit mukanya ada tanda-tanda bekas bedak. Di
pinggangnya tergantung sebatang pedang yang sarungnya
cerukir indah. 459 "Apakah aku berhadapan dengan pemilik dan penghuni rumah
ini?" tanya Bi Lan sambil memandang empat orang itu.
Orang muda bangsawan itu melangkah maju. "Nona, akulah
pemilik rumah ini. Nona slapakah dan ada keperluan apakah
mencarl aku?" Mendengar ini, Bi Lan mengayunkan kaki menendang dan
perajurit jangkung itu terlempar dan jatuh terbantihg bergulingan.
Bi Lan melemparkan-tombak itu ke dekat orang itu sambil
membentak, "Pergilah!" Tombak itu menancap di atas tanah,
dekat si jangkung yang terlempar keluar ke pekarangan.
Setelah itu Bi Lan menghadapi empat orang itu. Sikapnya
tenang saja biar" pun ia berhadapan dengan orang-orang yang
melihat pakaiannya tentu merupakan orang-orang berkedudukan
tinggi. "Jadi engkaukah yang sekarang menempati rumah ini?" tanya Bi
Lan sambil memandang kepada pemuda tinggi besar itu. la
sudah dapat menduga agaknya orang inl yang tadi oleh para
perajurit penjaga disebut sebagai Ciang Kongcu.
"Benar aekali, nona. Aku, Ciang Ban, yang menjadi penghuni
rumah ini. Apakah yang dapat aku bantu untukmu?" Ciang Ban,
atau lebih dikenal sebagai Ciang Kongcu, berkata sambil
tersenyum ramah setelah dia melihat jelas betapa cantik
jelitanya gadis itu. Diapun melihat betapa gadis itu lihai dan kuat
sekali, tidak hanya dapat memaksa kepala jaga mengantarnya,
akan tetapi juga dari tendang-annya tadi tahulah dia bahwa
gadis itu memiliki ilmu silat yang tangguh.
460 "Aku ingin mengetahui tentang penghuni lama rumah ini, yaitu
Perwira Han Si Tiong dan isterinya. Kalau mereka tidak tinggal di
sini lagi, di mantakah mereka sekarang berada?"'
Mendengar pertanyaan ini, Ciang Kongcu menoleh kepada tiga
orang lain yang keluar bersamanya, kemudian panglima yang
tinggi besar dan berpakaian indah mewah itu berkata, "Perwira
Han Si Tiong" Ah,, tentu saja kami mengenalnya dengan baik,
nona. Dia adalah rekan dan sahabat kami. Akan tetapi, siapakah
engkau, nona?" Mendengar bahwa panglima tua tinggi besar itu mengaku
sebagai sahabat ayahnya dan hal ini sewajarnya karena mereka
sama-sama perwira kerajaan, Bi Lan segera menjawab, "Saya
adalah Han Bi Lan, dan saya ingin mengetahui di mana adanya
ayah dan ibu saya." "Ahh! Kiranya engkau puteri Han ciangkun yang diculik penjahat
ketlka masilh kecil" Senang sekall kami mellhat engkau dalam
keadaan selamat, nona Han. Akan tetapl marllah klta masuk dan
bicara di dalam tldak pantas kita bicara sambil berdiri di luar."
"Terima kasih, kata Bi Lan dan ia mengikuti mereka masuk ke
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ruangan dalam yang luas. Begitu memasuki rumah itu, Bi Lan
merasa terharu karena rumah di mapa ia dilahtrkan dan
dibesarkan sampai berusia tujuh tahun. Setelah memasuki
rumah itu, ia yakin benar bahwa ini rumah orang tuanya dahulu
walaupun prabot rumahnya telah diganti dengan barang-barang
yang indah dan mahal. Setelah mereka Han Bi Lan dan empat orang itu duduk, Ciang
Ban atau Ciang Kongcu memperkenalkan tiga, orang lainpya
461 kepada gadis itu. "Han Siocla (Nona Han), perkenalkan. Ini
adalah ayahku bernama Ciang Sun Bo atau disebut Ciang
Goan-swe (Jenderal Ciang), sekarang menduduki jabatan
panglima besar." Bi Lan memandang kepada panglima yang
tinggi besar itu. Ciang Goan-swe mengangguk dan tersenyum
kepadanya. "Ha-ha, Han Siocia. Aku adalah sahabat baik ayahmu. Agaknya
engkau telah lupa kepadaku, akan tetapi aku masih ingat
kepadamu yang ketika itu masih kecil. Engkau baru berusia tujuh
tahun ketika engkau dilarikan penculik. Kami telah mengerahkan
pasukan penyelidik untuk mencarimu, namun tidak berhasil."
"Dan ini adalah Lui Ciangkun (Perwira. Lui), pembantu ayahku."
Ciang Kongcu memperkenalkan perwira tinggi kurus bermuka
tikus itu. "Nama lengkapnya Lui Wan
"Han Soicia, akupun mengenal baik ayahmu, Perwira Han Si
Tiong yang gagah itu." kata Lui Ciangkun dengan pandang
matanya yang cerdik. Bi Lan hanya mengangguk karena semua
itu tidak ingin ia ketahui. Yang ingin ia ketahui adalah di mana ia
dapat bertemu dengan orang tuanya.
"Dan totiang (bapak pendeta) ini adalah Hwa Hwa Cin?jin. Dia
adalah guruku, Han Siocia." Clang Kongcu memperkenalkan
pendeta itu. "Siancai! Han siocia adalah seorang gadis yang cantik dan
gagah perkass sekali. Pinto (aku) senang dapat bertemu
denganmu." 462 "Terima kasih atas perkenalan ini, Ciang Kongcu. Akan tetapi
saya ingin sekali mengetahui di mana saya dapat bertemu
dengan ayah ibu saya."
Ciang Kongcu tidak menjawah melainkan menoleh kepada
ayahnya. Ciang Goanswe kini yang menjawab pertanyaan Bi
Lan, sedangkan Ciang Kongcu memberi isarat kepada tiga
orang itu. Lul Ciangkun segera bangkit dan berkata, "Saya akan
menyampalkan perintah Ciang Kongcu." Perwira tinggi kurus ini
lalu pergi ke belakang. "Han Siocla," kata Ciang' Goanswe. "Kiranya akulah yang lebih
tahu akan keadaan orang tuamu daripada sernua orang yang
berada di sini karena ayahmu masih terhitung pembantuku.
Kurang lebih sebelas tahun yang lalu, Han-ciang-kun dan
isterinya berangkat ke perbatasan utara untuk memimpin
Pasukan Halilintar berperang melawan musuh di utara."
Bi Lan mengangguk tak sabar. "Saya maslh ingat akan semua
itu, Clang Goanswe, Ketika ayah ibu pergi berperang, datang si
jahanam Ouw Kan yang berjuluk Toat-beng Coa-ong Itu ke
rumah ini, membunuh Luma dan tukang kebun yang tidak
berdosa, lalu mencullk saya.
Clang Goan-swe mengangguk-angguk. "Benar, agaknya orang
tuamu mempunyai musuh yang hendak membalas dendam,
akan tetapi karena orang tuamu tidak berada di rurrtah, maka
musuh itu lalu menculikmu. Kami telah mengerahkan pasukan
untuk mencari, namun sia sia sehingga kami putus asa. Maka,
bukan main girang rasa hati kami ketika hari ini tiba-tiba engkau
463 muncul dalam keadaan sehat dan selamat, Han Siocia. kami
sudah menganggap keluargamu seperti keluarga sendiri!"
"Tapi di manakah sekarang orang tua-ku, Ciang Goan-swe?"
tanya Bi Lan tak sabar. Jenderal Ciang menghela napas panjang. "Sesungguhnya, hal
itu kami tidak mengetahulnya. Ketika mereka pulang setelah
menang dalam perang, mereka kami beritahu tentang peristiwa
di rumah ini, bahwa engkau dlculik penjahat tanpa kami ketahui
siapa penculik itu. Ayah ibumu lalu pergl darl slnl, katanya
hendak mencarlmu dan ayahmu bahkan mengembalikan
pangkatnya kepada Sribaginda Kaisar karena dla akan pergi
mencarimu. Dan sampal sekarang orang tua-mu itu tidak pernah
kembali ke sini. Kami prihatin sekali, Han Siocia, akan tetapi
setelah kini engkau kembali dalam ke?adaan selamat kami
merasa girang bukan maln. Tentang orang tuamu, jangan
khawatir, kami tentu akan menyebar pe-nyelidik ke seluruh
penjuru untuk mencari mereka sampai dapat ditemukanl"
Bi Lan merasa girang dengan janjl ini. Memang akan sukarlah
baginya mencari orang tuanya kalau ia tidak tahu ke mana
mereka pergi. Kalau Jenderal Ciang menyebar banyak
penyelidik, tentu hasilnya akan jauh lebih baik.#
la bangkit berdiri dan merangkap ke-dua tangan depan dada.
"Terima kaslh, Goan-swe."
Jenderal Ciang melambaikan tangan menyuruh gadis itu duduk
kembali. "Aih, nona, atau lebih baik kusebut Bi Lan saja. Orang
tuamu sudah seperti saudara denganku, maka engkau
464 kuanggap sebagai keponakanku sendiri. Jangan sebut aku
Goanswe, cukup dengan Paman Ciang saja!"
Kalau begitu, aku adalah toa-ko (kakak) bagimu dan pngkau
siauw-moi (adik perempuan) bagiku!" kata Ciang Kongcu sambil
tersenyum, Pada saat itu, Kui Ciangkun memasuki ruangan itu diikuti
beberapa orang pelayan wanita yang membawa hidangan yang
maslh mengepul, Melihat ini, Bi Lan berkata, "Aih, Paman Ciang, tidak perlu repotrepot....",
"Sama sekali tidak repot, Bi Lan. Saking gembiranya hati kami,
melihat engkau muncul dalam keadaan selamat dan sehat
seolah-olah kami melihat seorang keponakan yang telah mati
hidup kembali, maka kami ingin menyambutmu dengan pesta
dan piakan bersama! Mari, jangan sungkan-sungkan!" kata
Jenderal Ciang dengan gembira sambil menuangkan anggur ke
dalam cawan di depan Bk Lan.
Bi Lan bangkit berdiri. "Maafkan saya, paman. Saya.... saya
ingin ke kamar mandi sebentar."
Jenderal Ciang tersenyum dan mengangguk maklum. Tentu
gadis itu ada keperluan ke kamar mandi, mungkin hendak
membuang air kecil. Maka dia menoleh kepada seorang pelayan
wanita. "Antarkan Nona Han ke kamar mandi".
465 Pelayan itu lalu menghampiri Bi Lan yang bangkit berdiri dan
mengikuti pelayan itu masuk ke bagian dalam. Kamar mandi
rumah gedung itu masih di tempat yahg dulu. Ada dua buah.
Yang besar untuk keluarga dan yang kecil untuk para pelayan.
Bi Lan memasuki kamar mandi yang besar dan menutup daun
pintunya. Setelah Bi Lan kembali ke ruangan tamu, hidangan sudah
lengkap di atas meja. Uap yang sedap memenuhi ruangan itu.
Bau sedap masakan bercampur dengan bau harum minuman
anggur dan arak. "Mari kita minum untuk menyambut keponakanku Han Bi Lan
dan imengucapkan selamat datang!" kata Jenderal Ciang sambil
mengangkat cawan araknya. Semua prang mengangkat cawan
masing-masing dan minum untuk kehormatan Bi Lan. Gadis ini
merasa gembira juga men-dapatkan ppnyambutap geramah ku,
Maka, iapun tidak sungkan-sungkaqi lagi ketika mereka mulai
makan minum dengan gembira.
JILID 13 Makan minum bersama lima orang itu berlangsung gembira.
Diam-diam Bi Lan merasa heran betapa Hwa Hwa Cin-jin makan
daging dan minum arak dengan lahapnya! Akan tetapi ia teringat
akan gurunya sendiri. Gurunya juga seorang pendeta Lhama
yang lajimnya berpantang makan makanan berjiwa dan minumminuman keras, akan tetapi gurunya melanggar pantangan itu.
Banyak pendeta yang melanggar pantangan, baik secara
terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Agaknya Hwa Hwa Cin-jin
ini seperti gurunya, melanggar pantangan secara terbuka dan
466 seenaknya saja. Sambil makan minum, Jenderal Ciang bertanya
kepada Bi Lan. "Kami ingin sekali mengetahui pengalamanmu, Bi Lan. Kami
tadinya sudah putus asa mendengar engkau dilarikan penculik
dan kami tidak berhasil mencarimu. Tahu-tahu setelah sebelas
tahun engkau hilang, hari ini engkau muncul dalam keadaan
selamat dan sehat. Apakah yang terjadi denganmu?"
Melihat keramahan dan kebaikan sikap tuan rumah, Bi Lan tidak
keberatan untuk menceritakan pengalamannya. "Saya dilarikan
penculik itu dengan cepat keluar kota raja."
"Apa engkau tahu siapa penculik itu dan mengapa pula dia
menculikmu?" tanya Jenderal Ciang.
Bi Lan mengangguk. "Dia mengaku terus terang bahwa dia
adalah Toat-beng Coa-ong Ouw Kan dan dia diutus oleh Raja
Kin untuk membunuh ayah dan ibu sebagai balas dendam
karena ayah telah menewaskan Pangeran Cu Si, putera Raja
Kin, dalam perang. Karena ayah dan ibu tidak ada, maka Ouw
Kan lalu menculikku dengan niat untuk menyerahkan saya
kepada Raja Kin." "Hemm, jahat , jahat !" kata Jenderal Ciang.
"Kemudian bagaimana Bi Lan?"
"Dalam perjalanan itu, saya ditolong oleh Suhu Jit Kong Lhama
yang mengalahkan Ouw Kan dan selanjutnya saya ikut suhu
untuk mempelajari ilmu silat sampai sebelas tahun lamanya.
467 Setelah selesai belajar, saya lalu berpisah dari suhu dan datang
ke ibu kota Lin-an ini untuk mencari ayah ibu."
"Hemm, jadi engkau selama ini menjadi murid Jit Kong Lhama"
Ke mana saja engkau dibawanya?"
"Suhu mengajak saya mengasingkan diri di sebuah bukit di
pegunungan Kun-lun-san."
"Ah, begitu jauh" Pantas saja usaha kami mencarimu tidak
berhasil. Dan di mana sekarang adanya Jit Kong Lhama?"
"Suhu sudah kembali ke Tibet."
"Siancai ! Kiranya nona menjadi murid Jit Kong
Lhama!" kata Hwa Hwa Cin-jin. "Pantas nona amat lihai pinto
(saya) sudah mendengar akan nama besar gurumu itu, nona!"
Akhirnya perjamuan makan itu selesai. Bi Lan makan sampai
kenyang dan ia sudah minum cukup banyak anggur, minuman
yang tidak biasa memasuki perutnya. Tiba-tiba gadis itu
mengangkat tangan kiri menutupi mulutnya yang menguap. Tak
dapat ia menahan untuk tidak menguap. Rasa kantuk yang kuat
sekali menguasainya. Ia bangkit akan tetapi terkulai dan jatuh
terduduk kembali. Kantuknya tak tertahankan dan akhirnya gadis
itu merebahkan kepalanya di atas meja, berbantal lengannya
sendiri dan dari pernapasannya yang lembut mudah diketahui
bahwa ia telah tertidur! Jenderal Ciang bertepuk tangan, lalu dia menjulurkan tangannya
dan mengguncang pundak gadis itu. Namun Bi Lan tetap tidur
pulas, agaknya tidurnya nyenyak sekali.
468 "Ha-ha-ha, bagus sekali, Cin-jin. Pekerjaanmu berhasil baik
sekali!" dia memuji sambil memandang kepada Hwa Hwa Cin-jin
karena dia tahu bahwa tosu itulah yang menaburkan bubuk putih
ke dalam cawan anggur gadis itu ketika tadi Bi Lan pergi ke
kamar mandi. "Ha-ha, racun pembius pinto tidak akan ada yang mampu
menahannya, Ciang-goanswe. Biar seekor gajah sekali pun
akan tertidur pulas kalau menelan racun pembius buatan pinto,"
kata Hwa Hwa Cin-jin dengan bangga.
"Goanswe, saya kira gadis ini sebaiknya cepat dibunuh saja. Ia
puteri Han Si Tiong dan ini berbahaya sekali. Kalau sampai ia
mengetahui bahwa Toat-beng Coa-ong Ouw Kan itu ada
hubungannya dengan kita dan bahwa kita memusuhi Han Si
Tiong, tentu ia hanya akan menimbulkan kesulitan bagi kita,"
kata Lui To. Jenderal Ciang mengangguk-angguk. "Ya, engkau benar, Luiciangkun. Sejak dulu Han Si Tiong menentangku, bahkan dia
menjadi pembantu setia dari mendiang Jenderal Gak Hui.
Tadinya aku mengira dia sudah mati atau menjadi tawanan Raja
Kin, karena Toat-beng Coa ong Ouw Kan tidak pernah memberi
kabar. Kiranya gadis ini ditolong dan menjadi murid Jit Kong
Lhama! Ia lihai sekali berbahaya, memang sebaiknya kalau
dibunuh saja." "Tapi, ayah, di manakah sebetulnya ayah ibu gadis ini?" tanya
Ciang Ban, matanya memandang gadis yang tertidur itu dengan
mata lahap. 469 "Siapa tahu mereka di mana" Mereka mengembalikan pangkat
kepada Sribaginda Kaisar, mengundurkan diri dan sampai
sekarang tidak ada yang tahu mereka berada di mana. Kalau
saja kita tahu, tentu aku telah mencari jalan untuk membasmi
mereka. Perdana Menteri Chin Kui sendiri pernah membicarakan
mereka dan beliau juga menghendaki agar para pengikut
mendiang Jenderal Gak yang setia itu dibasmi semua karena
hanya akan mendatangkan kesulitan saja."
"Goanswe, tak perlu repot-repot membunuh gadis ini. Sekali
menggerakkan tangan saja ia akan mati. Biarlah pinto
membunuhnya sekarang juga selagi ia masih tidur pulas," kata
Hwa Hwa Cin-jin sambil bangkit berdiri dan dia sudah
mengangkat tangan kanan ke atas, siap untuk menotok jalan
darah maut di tubuh Bi Lan.
"Nanti dulu, suhu!" tiba-tiba Ciang-kongcu bangkit dan
menjulurkan tangan mencegah niat gurunya. "Ayah, aku merasa
sayang sekali kalau gadis sejelita ini, dibunuh begitu saja.
Berikan ia kepadaku, ayah. Setelah aku merasa puas
dengannya, tentu akan kubunuh!"
Jenderal Ciang memandang puteranya dan mengelus
jenggotnya sambil tersenyum. Dia ingat kepada putera
tunggalnya ini dan dia tahu bahwa puteranya itu memiliki
kesukaan yang tiada bedanya dengan kesukaannya sendiri di
waktu muda. "Akan tetapi hati-hatilah, Ciang Ban. Gadis ini
adalah murid Jit Kong Lhama dan ia lihai dan berbahaya sekali!"
Ciang-kongcu menyeringai lebar. "Ha-ha, ayah. Aku mempunyai
banyak cara untuk dia membuat ia tak berdaya dan tunduk
470 kepadaku. Dengan totokan, dengan mengikat tangannya, atau
dengan memberinya obat
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perangsang " "Hemm, sesukamulah. Hanya jangan engkau lengah. Nah,
bawalah ia pergi ke kamarmu!" kata Jenderal yang mewariskan
watak jahatnya kepada anak tunggalnya itu.
Ciang Ban yang sudah terlalu banyak minum arak sehingga
mukanya merah itu tersenyum senang. Dia bangkit dan
menghampiri Bi Lan yang masih tidur.
"Marilah, manisku. Mari kita bersenang-senang!" kata Ciang Ban
dan tanpa malu-malu kepada ayahnya, Lui-ciangkun dan
gurunya, pemuda ini hendak merangkul gadis itu,
memondongnya dan membawanya ke kamar tidurnya yang
berada tidak jauh dari ruangan itu. Dia mendorong daun pintu
terbuka lalu masuk dan mendorong daun pintu kamar itu tertutup
kembali dari dalam tanpa menguncinya.
Tubuh Bi Lan terasa lunak, kenyal, hangat dan menyebarkan
keharuman dari pakaian dan rambutnya yang membuat Ciang
Ban merasa semakin terbakar dan berkobar oleh nafsu
berahinya. Melihat ulah puteranya itu, Jenderal Ciang malah
tertawa geli. Lui-ciangkun atau Lui To yang memang berwatak penjilat itu ikut
tertawa bergelak dan Hwa Hwa Cin-jin yang memang berwatak
cabul dan mata keranjang diam-diam merasa iri kepada Ciangkongcu atau Ciang Ban.
471 Tentu kalau bisa, ingin sekali dia menggantikan pemuda itu,
mempermainkan gadis muda belia itu sepuasnya-puasnya dulu
sebelum dibunuh! Dengan muka kemerahan dan napas terengah-engah terbakar
nafsu, Ciang Ban melempar tubuh Bi Lan ke atas pembaringan,
kemudian bagaikan seekor singa kelaparan menerkam seekor
domba, dia melompat dan menubruk ke arah gadis yang
terlentang di atas pembaringan itu.
"Wuuuuttt desss !!" Ciang Ban mengaduh
ketika perutnya disambut tendangan sebatang kaki yang mungil
namun yang kekuatannya seperti sepotong baja. Tubuhnya
terlempar ke belakang dan jatuh berdebuk ke atas lantai kamar!
Kiranya Bi Lan sama sekali tidak pingsan atau mabok seperti
yang mereka semua kira. Han Bi Lan adalah murid Jit Kong Lhama yang amat disayang
datuk ini. Maka, selain ilmu-ilmu silat tinggi ia juga telah
mempelajari segala macam ilmu sihir dan ilmu sesat dari datuk
itu, termasuk ilmu tentang penolakan segala macam racun yang
biasa dipergunakan oleh golongan sesat untuk menjatuhkan
lawan secara licik. Ilmu sihirpun dikuasai oleh gadis ini. Dan
iapun seorang gadis yang amat cerdik. Maka, ketika ia diterima
dengan amat ramah oleh Ciang Ban dan Jenderal Ciang, juga
melihat wajah Lui To dan terutama Hwa Hwa Cin-jin yang sinar
matanya penuh kelicikan dan kepalsuan, ia sudah merasa
curiga. Diam-diam ia merasakan dan menyelidiki dengan lidahnya
sebelum ia makan minum dan ia mendapat kenyataan bahwa
472 makanan dan minuman itu tidak mengandung racun.
Bagaimanapun juga, ia tetap berhati-hati, maka ketika ia permisi
ke kamar mandi, di sana ia menelan sebutir pel merah, yaitu
obat penolak racun untuk berjaga-jaga. Maka ketika ia minum
lagi dan lidahnya merasakan sesuatu yang tidak wajar pada
minumannya itu, ia menelannya saja seolah-olah tidak tahu apaapa.
Setelah yakin bahwa minumannya mengandung obat pembius,
Bi Lan pura-pura tertidur atau pingsan. Ia ingin tahu apa yang
akan mereka lakukan dan apa yang akan mereka bicara?kan.
Setelah ia pura-pura pingsan, barulah ia mendengar
pembicaraan mereka dan dengan kemarahan yang ditahantahan ia mengetahui bahwa mereka semua adalah orang-orang
yang memusuhi ayahnya, bahkan mereka mempunyai hubungan
dengan Ouw Kan, datuk suku Uigur yang dulu membunuh
neneknya dan menculiknya.
Baru setelah tahu apa yang hendak dilakukan Ciang Ban
terhadap dirinya, ketika pemuda bangsawan itu menerkam
dirinya, Bi Lan menyambut dengan tendangan kakinya yang
tepat mengenai perut pemuda itu. Ciang Ban mengaduh dan
terjengkang lalu terbanting ke atas lantai. Akan tetapi pemuda ini
bukan seorang lemah. Dia adalah murid dari Hwa Hwa Cin-jin,
maka biarpun dia merasa perutnya mulas, dia memaksa diri
melompat bangun sambil mencabut pedangnya yang belum
keburu dia tanggalkan saking nafsunya sudah memuncak tadi.
Bi Lan sudah melompat turun dari atas pembaringan. Ciang Ban
berteriak memberi isyarat kepada mereka yang berada di luar
kamar, lalu dia membentak dan menyerang gadis itu dengan
473 pedangnya. Dia menusukkan pedangnya lurus ke depan
mengarah dada gadis itu dengan jurus serangan Tit-ci-thian-lam
(Tudingkan Telunjuk ke Arah Selatan). Pedangnya meluncur
cepat sekali dan seolah sudah pasti akan menembus dada Bi
Lan. Namun Bi Lan merendahkan diri sehingga pedang itu
meluncur ke atas kepalanya dan dari bawah, kedua tangannya
bergerak cepat seperti dua ekor ular menyambar ke atas.
Tangan kanannya memukul ulu hati lawan dan tangan kirinya
merampas pedang. "Ngekk uhhh !" Betapapun lihainya Ciang Ban,
namun sekali ini dia bertemu lawan yang jauh lebih tinggi tingkat
ilmu silatnya. Dia merasa ulu hatinya seperti ditotok toya baja,
membuat dia tak dapat bernapas dan tiba-tiba saja pedang di
tangan kanannya sudah direnggut lepas dari tangannya.
Totokan pada ulu hatinya itu mendatangkan rasa nyeri yang
hebat sehingga tubuhnya terhuyung ke arah pintu.
Bi Lan melompat ke depan, pedang rampasannya menyambar,
disusul tendangan kakinya.
"Crakk desss !"
Jenderal Ciang, Lui-ciangkun, dan Hwa Hwa Cin-jin, ketiganya
adalah orang-orang yang tangguh, terutama sekali Hwa Hwa
Cin-jin, terkejut mendengar teriakan Ciang Ban tadi. Mereka
bertiga lari menuju ke pintu kamar itu. Akan tetapi tiba-tiba pintu
kamar tertabrak sesuatu dan terbuka.... Dan tubuh Ciang Ban
melayang dan roboh di depan kaki tiga orang itu, disusul
474 melayangnya kepala pemuda itu yang sudah terlepas dari
lehernya. Darah membanjiri lantai dan tiga orang itu terbelalak.
Dapat dibayangkan betapa marah hati Jenderal Ciang melihat
puteranya sudah menggeletak menjadi mayat dengan kepala
terpisah. Demikian pula dengan Hwa Hwa Cin-jin dan Lui To.
Otomatis mereka bertiga mencabut pedang masing-masing dan
hendak menyerbu ke dalam kamar.
Akan tetapi pada saat itu, Bi Lan yang tidak ingin dikeroyok
dalam sebuah kamar sempit, sudah melayang keluar dari dalam
kamar. Tanpa banyak cakap saking marahnya, Jenderal Ciang
sudah menerjangnya dengan pedangnya yang panjang dan
tebal. Bi Lan dengan mudahnya mengelak, akan tetapi pada saat itu
Hwa Hwa Cin-jin sudah menyerang pula dan serangan tosu
sesat ini jauh lebih berbahaya dibandingkan serangan Jenderal
Ciang Sun Bo bahkan lebih berbahaya daripada gerakan Lui To
yang juga mulai menyerang Bi Lan. Namun, setelah mempelajari
Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat dari Kun-lun-pai, kitab yang
dicurinya dari tangan Thian Liong itu, Bi Lan memiliki gerakan
kaki yang aneh dan gesit luar biasa. Dengan beberapa lingkaran
gerakan kaki saja ia sudah dapat menghindarkan diri dari
serangan pedang tiga orang pengeroyoknya.
Kini, gadis yang tidak pernah memegang senjata, akan tetapi
yang pandai mempergunakan senjata apa saja itu, telah
merampas pedang milik Ciang Ban yang dibunuhnya. Kini ia
memainkan pedang rampasan itu dengan Kwan Im Sin-kiam
(Ilmu Pedang Dewi Kwan Im). Ilmu ini walaupun disebut ilmu
475 pedang, namun Bi Lan dapat mempergunakan senjata apa saja,
misalnya sebatang ranting kayu, untuk mainkan ilmu silat itu.
Juga ia mahir ilmu Kim-bhok Sin-tung-hoat atau Ilmu Tongkat
Sakti, akan tetapi ia pun dapat mempergunakan segala macam
benda untuk memainkan ilmu silat ini.
Setelah pedangnya bergulung-gulung dalam permainan Kwan
Im Sin-kiam, tiga orang pengeroyoknya terkejut. Bayangan gadis
itu lenyap dan yang tampak hanya gulungan sinar pedang yang
seperti gelombang samudera menggulung ke arah mereka.
Hwa Hwa Cin-jin masih dapat melindungi dirinya dengan putaran
pedangnya sambil terus mundur, akan tetapi tidak demikian
dengan Ciang Sun Bo atau jenderal Ciang. Dia menjerit ketika
pedang puteranya yang dipegang Bi Lan itu menusuk ke dalam
dadanya yang mengakibatkan dia roboh dan tewas seketika.
Robohnya jenderal ini disusul robohnya Lui To atau Lui-ciangkun
yang tersabet lehernya dan roboh mandi darah, tewas pula.
Melihat ini, Hwa Hwa Cin-jin berteriak-teriak sambil melompat
jauh melarikan diri. Bi Lan melihat banyak perajurit pengawal berlarian datang, maka
iapun lalu melompat ke ruangan samping yang terbuka, lalu
tubuhnya melayang ke atas genteng. Para perajurit melakukan
pengejaran, namun sebentar saja Bi Lan sudah lenyap dari
tempat itu. Namun di dalam gedung Jenderal Ciang terjadi kegemparan dan
karena yang terbunuh adalah Jenderal Ciang, Perwira Lui, dan
Ciang-kongcu, tentu saja hal ini menimbulkan kegemparan dan
tak lama kemudian, kota raja penuh dengan perajurit yang
476 melakukan pencarian dan pengejaran. Setiap Iorong jalan
dijaga, sehingga Bi Lan menjadi bingung, tak ada jalan sama
sekali untuk keluar dari kota raja.
Karena rumah gedung bekas tempat tinggal ayahnya yang kini
ditempati Jenderal Ciang itu tidak jauh dari istana, maka ketika ia
dihadang di sana-sini, terpaksa ia menyelinap ke sebuah lorong
yang menembus ke arah istana. Di lorong ini tidak ada perajurit
mencari atau berjaga karena siapa mengira bahwa si pengacau
yang melakukan pembunuhan besar-besaran di rumah Jenderal
Ciang akan berani melarikan diri ke daerah istana"
Sejak tadi udara diliputi mendung dan pada saat Bi Lan
memasuki lorong itu, masih bingung bagaimana ia akan dapat
melarikan diri keluar kota raja, tiba-tiba hujan turun dengan
derasnya. Hal ini agak menolongnya karena para perajurit
penjaga keamanan kota yang dikerahkan untuk mengejar dan
menangkap pembunuh, banyak yang berteduh di emper-emper
rumah dan menghentikan pencarian mereka. Akan tetapi Bi Lan
harus bergerak hati-hati, sambil sembunyi-sembunyi karena ia
tahu bahwa biarpun mereka tidak mencari dan berlalu lalang di
jalan, mata para perajurit itu tentu dengan penuh perhatian
melihat ke arah orang-orang yang berani menempuh hujan di
jalan. Tiba-tiba saja, di sebuah tikungan, ia melihat seorang laki-laki
berusia hampir enampuluh tahun yang berpakaian sebagai
seorang panglima. Inilah jalan satu-satunya untuk dapat lolos
dari kota raja, pikir Bi Lan. Ia masih memegang pedang
rampasan dari tangan Ciang-kongcu tadi. Bagaikan seekor
burung ia melompat keluar dan tahu-tahu ia sudah berada di
477 depan panglima itu dan ujung pedangnya sudah menempel di
tenggorokan orang itu. Sang panglima terkejut bukan main,
terbelalak memandang, akan tetapi setelah melihat wajah gadis
itu, wajahnya berseri-seri penuh harapan.
"Bi Lan , engkau tentu Han Bi Lan puteri Han Si
Tiong, bukan" Engkau yang telah mengamuk di rumah Jenderal
Ciang?" Tentu saja Bi Lan terkejut dan heran bukan main.
"Eh , bagaimana engkau bisa tahu
?" "Bi Lan, lupakah engkau kepadaku" Aku Kwee Gi, Panglima
Kwee Gi, sahabat baik Han Si Tiong. Mari, mari cepat ikut aku,
engkau harus bersembunyi, nanti saja kita bicara. Cepat pakai
ini!" Panglima itu melepaskan mantelnya yang lebar lalu
menyerahkannya kepada Bi Lan.
Gadis itu menutupi kepala dan badannya dengan mantel yang
lebar ini, kemudian tanpa banyak cakap lagi ia membiarkan
dirinya digandeng panglima itu melewati lorong-lorong yang sepi,
kemudian memasuki rumah gedung dari pintu belakang.
Kini ia teringat akan Panglima Kwee Gi yang dulu seringkali
datang bertamu ke rumah orang tuanya, bahkan sudah
beberapa kali ia diajak ibunya berkunjung ke rumah sahabat
ayahnya itu. Setelah teringat, tentu saja ia percaya sepenuhnya
kepada panglima yang ia tahu merupakan sahabat baik
ayahnya. 478 Setibanya di ruangan dalam, seorang pemuda tinggi besar
muncul dan dia memandang heran melihat ayahnya bersama
seorang gadis memasuki ruangan dalam itu.
"Ayah, siapa nona ini, dan mengapa
!" "Cun Ki, ini adalah Bi Lan, puterinya pamanmu Han Si Tiong
pemimpin Pasukan Halilintar yang terkenal itu. Ingat" Bi Lan, ini
adalah Kwe Cun Gi, anak kami. Kalian sudah bersahabat dulu
ketika masih kecil."
"Oh ! Kau Bi Lan yang dulu nakal dan manja
itu?" seru pemuda tinggi besar berwajah tampan yang usianya
sekitar duapuluh tahun itu.
"Dan engkau kakak Cun Ki yang dulu suka
menggodaku. Engkau yang nakal sekali!" kata pula Bi Lan.
"Akan tetapi kabarnya engkau hilang diculik dan
" "Cun Ki, tahan dulu bicaranya. Keadaan genting sekali. Bi Lan
sedang dikejar-kejar seluruh perajurit penjaga keamanan di kota
raja. Cepat kau keluar dan jaga agar jangan ada orang
memasuki rumah kita. Atur para pengawal untuk berjaga ketat
dan kalau ada yang mencariku, katakan aku sibuk memimpin
pasukan di luar untuk mencari pembunuh."
Cun Ki membelalakkan matanya. "Ah, aku
mendengar tentang itu jadi engkaukah yang telah 479 mengamuk dan melakukan pembunuhan terhadap Jenderal
Ciang, Ciang Ban, dan Perwira Lui To itu?"
"Cun Ki, jangan banyak cakap! Cepat laksanakan perintahku!
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nanti saja kalau mau bicara!"
"Baik, ayah." Pemuda itu lalu dengan gerakan yang gesit keluar
dari ruangan dalam. Panglima Kwee Gi membawa Bi Lan memasuki sebuah kamar,
lalu berkata. "Engkau tinggallah di sini sebentar, aku akan
memanggil bibimu." Bi Lan mengangguk. Ia tahu bahwa keadaannya berbahaya
sekali. Kalau tidak ada Panglima Kwee yang melindunginya,
kiranya akan sukar lolos dari kota raja yang kini semua pintu
gapuranya pasti sudah terjaga ketat.
Tak lama kemudian, nyonya Kwee bersama suaminya muncul.
Bi Lan segera mengenal wanita setengah tua yang masih
tampak cantik itu. Nyonya Kwee juga mengenalnya dan mereka
berangkulan. "Aih, Bi Lan. Engkau lenyap begitu saja sebelas tahun yang lalu
dan kini muncul secara mengejutkan pula." Nyonya itu lalu
mengajak Bi Lan duduk di atas kursi dan daun pintu kamar itu
ditutup rapat-rapat. "B Lan, mulai hari ini engkau bersembunyi dulu di sini. Kepada
para pelayan, kami akan memberitahukan bahwa engkau adalah
seorang keponakan kami bernama Kwee Ciok Li. Ayahmu
adalah adikku yang tinggal jauh di dusun sebelah selatan.
480 Engkau tidak usah keluar dari rumah agar tidak berjumpa orang
lain. Nanti kalau keadaan sudah aman, kita mencari jalan agar
engkau dapat keluar dari kota raja."
"Ah, Paman Kwee, sungguh beruntung sekali aku bertemu
dengan paman dan bibi. Paman telah menolong dan
menyelamatkan nyawaku."
"Hemm, jangan berkata begitu. Tadi, begitu mendengar berita
bahwa jenderal Ciang dan puteranya, juga Perwira Lui mati
terbunuh seorang gadis cantik, aku segera dapat menduga
bahwa agaknya engkaulah orangnya. Karena itu, ketika
mendapat perintah untuk mengerahkan pasukan melakukan
pencarian, aku sendiri lalu memisahkan diri dan mencarimu.
Beruntung aku menemukan engkau sebelum yang lain
menemukanmu. Sekarang, ceritakanlah siapa yang dulu
membunuh nenekmu dan melukai tukang kebun dan apa yang
terjadi selanjutnya denganmu?"
"Maaf, paman. Sebelum aku menceritakan pengalamanku, aku
ingin lebih dulu mendengar tentang ayah ibuku. Untuk itulah aku
datang ke kota raja, untuk mencari orang tuaku."
Pada saat itu Kwee Cun Ki melangkah masuk dan dengan
singkat melaporkan bahwa penjagaan telah diatur sebaik
mungkin. Setelah itu dia mengambil tempat duduk untuk ikut
mendengarkan. Panglima Kwee Gi menghela napas ketika, mendengar
pertanyaan gadis itu tentang orang tuanya. Dia menggeleng
kepala dan berkata. 481 "Bi Lan, ketika ayah dan ibumu pulang dari perang mereka
mendapatkan engkau telah hilang diculik orang. Mereka lalu
berusaha mencarimu. Bahkan akhirnya ayahmu, Han Si Tiong
mengembalikan pangkatnya kepada pemerintah dan bersama
isterinya lalu meninggalkan kota raja. Kepadaku mereka hanya
mengatakan bahwa mereka hendak mencarimu sampai dapat.
Sungguh menyesal sekali, Bi Lan, aku sendiri tidak dapat
mengatakan di mana mereka berada karena sudah bertahuntahun mereka tidak memberi kabar kepadaku."
Bi Lan mengerutkan alisnya. Hatinya kecewa akan tetapi ia tidak
dapat menyalahkan panglima yang menjadi sahabat ayahnya itu.
"Biarlah aku akan membantumu mencari mereka, Lan-moi," kata
Cun Ki. "Terima kasih, Ki-ko (kakak Ki)," kata Bi Lan.
"Nah, sekarang ceritakan apa yang telah terjadi dengan dirimu,
Bi Lan. Kami semua ingin sekali mengetahuinya."
"Ketika itu, aku diculik dan dilarikan oleh datuk sesat Ouw Kan.
Dia menculikku untuk membalas dendam atas perintah Raja Kin
karena ayah telah membunuh puteranya, Pangeran Cu Si,
dalam perang. Ouw Kan hendak menyerahkan aku kepada Raja
Kin. Di tengah jalan kami bertemu dengan Jit Kong Lhama dan
pendeta Lhama itu berhasil mengalahkan Ouw Kan dan sejak itu
aku menjadi murid Jit Kong Lhama."
"Pantas engkau menjadi lihai sekali, Lan-moi!" Cun Ki memuji,
padahal dia belum melihat sampai di mana kelihaian gadis itu.
482 "Aku juga menjadi murid Kun-lun-pai," kata Bi Lan cepat agar
diketahui bahwa ia bukan hanya menjadi murid datuk sesat itu,
namun juga murid partai Ku-lun-pai yang terkenal! "Setelah
tamat belajar, aku lalu cepat pergi ke kota raja untuk pulang ke
rumah orang tuaku. Akan tetapi ternyata yang tinggal di sana
adalah keluarga Jenderal Ciang Sun Bo. Bersama puteranya
yang bernama Ciang Ban, dan seorang perwira bernama Lui To
dan seorang pendeta tosu guru Ciang Ban bernama Hwa Hwa
Cin-jin. Jenderal Ciang menyambutku dengan ramah. Dia
mengatakan bahwa dia adalah sahabat baik ayah, maka dia
menerimaku dengan baik, bahkan lalu mengadakan perjamuan
makan untuk menyambut kedatanganku. Kami makan minum
dan minumanku dicampuri obat bius."
"Jahat sekali!" Kwee Cun Ki berseru marah.
"Aku sudah menaruh kecurigaan maka diam-diam aku telah
menjaga diri dan minum obat penawar racun. Aku lalu pura-pura
pingsan terbius. Dalam keadaan itulah aku mendengar mereka
bicara dan aku tahu bahwa mereka itu sebetulnya bersekutu
dengan datuk jahat Ouw Kan yang dulu menculikku, berarti
bersekutu dengan Raja Kin dan mereka adalah orang-orang
yang memusuhi ayahku. Mereka hendak membunuhku, akan
tetapi Ciang Ban yang terkutuk itu lalu memondongku ke dalam
kamar dengan maksud kotor dan hina. Aku tidak dapat menahan
kemarahanku lagi dan kubunuh pemuda itu. Jenderal Ciang,
Perwira Lui To dan Pendeta Hwa Hwa Cin-jin menyerangku. Aku
berhasil membunuh jenderal Ciang dan Perwira Lui, akan tetapi
Hwa Hwa Cin-jin dapat melarikan diri. Karena banyak perajurit
pengawal bermunculan, aku lalu melarikan diri."
483 Kwee Gi mengangguk-angguk. "Hemm, akhirnya mereka
menerima hukuman juga dan tewas di tanganmu, Bi Lan.
Jenderal Ciang itu memang merupakan antek Perdana Menteri
Chin Kui." "Siapa itu Perdana Menteri Chin Kui, paman?"
"Dialah yang menjadi biang keladi semua ketidak-amanan dan
kekacauan. Dia berhasil mempengaruhi kaisar dan perdana
menteri itu bersekongkol dengan bangsa Kin di utara. Bahkan
dia pula yang telah melakukan fitnah kepada jenderal Gak Hui
pahlawan besar yang amat dihormati dan dibantu ayahmu. Han
Si Tiong dan isterinya mengundurkan diri dari jabatannya, bukan
hanya karena kehilangan engkau, akan tetapi terutama sekali
karena kecewa melihat jenderal Gak Hui difitnah dan Kaisar
berpihak kepada pengkhianat macam Chin Kui."
"Pantas Ouw Kan diutus raja Kin untuk mencelakakan ayahku,
kiranya juga dikarenakan ayah menjadi pembantu setia Jenderal
Gak Hui," kata Bi Lan gemas.
"Begitulah. Kita semua mengetahui bahwa Chin Kui seorang
pengkhianat yang bersekongkol dengan penjajah Kin yang
menguasai daerah utara Sungai Yang?ce. Bangsa Kin
menguasai daerah itu dan Chin Kui telah membujuk kaisar agar
tidak melawan, bahkan berbaik dengan penjajah mengirim upeti
setiap tahun. Semua itu tentu ada imbalannya dan semua orang
tahu betapa kaya rayanya Perdana Menteri Chin Kui itu."
"Hemm, kenapa ada pengkhianat macam itu di kerajaan tidak
ada yang menentang" Kenapa kaisar begitu bodoh" Apa tidak
484 ada pejabat tinggi yang setia kepada negara dan berusaha
menentang perdana menteri jahat itu?" tanya Bi Lan penasaran.
Kwee-ciangkun menghela napas panjang. "Apa yang dapat kami
lakukan" Dia memiliki kekuasaan yang besar, bahkan kaisar
sendiri selalu menuruti kata-katanya. Menentang dia, bisa berarti
menentang pemerintah, menentang kaisar sendiri, dan akan
berhadapan dengan pasukan pemerintah."
"Kalau begitu, sebaiknya orang seperti itu dibinasakan saja! Aku
sanggup melakukannya, paman!" kata Bi Lan penuh semangat.
Panglima Kwee tersenyum dan mengangguk-angguk. "Engkau
memang pantas menjadi puteri Han Si Tiong dan Liang Hong Yi,
Bi Lan! Semangatmu besar dan keberanianmu menakjubkan.
Akan tetapi aku harus melarangmu. Entah sudah berapa banyak
orang-orang gagah melakukan usaha itu, namun semua gagal
dan bahkan mereka yang tewas. Perdana Menteri Chin Kui
menjaga dirinya dengan ketat. Pasukan pengawal khusus yang
terdiri dari jagoan-jagoan, di antaranya didatangkan dari utara,
selalu melindunginya siang malam. Betapapun tinggi kepandaian
silatmu, tidak mungkin menembus pertahanan yang amat kuat
itu." "Hemm, kalau begitu, apakah orang macam itu dibiarkan saja
mengkhianati tanah air dan bangsa?" Bi Lan penasaran.
"Tidak, Bi Lan. Kami, orang-orang setia kepada Kerajaan Sung,
tidak tinggal diam. Kami sudah menyusun kekuatan dan kami
sedang berusaha untuk mendapatkan bukti-bukti penyelewengannya, baik penyelewengannya dalam korupsi
uang negara, pemerasan terhadap para bangsawan dan
485 hartawan, pajak-pajak gelap yang dilakukannya, yang hasilnya
masuk kantungnya sendiri, juga kami sedang mengumpulkan
bukti penyelewengannya tentang persekongkolannya dengan
Bangsa Kin. Bukti bahwa dia menerima banyak hadiah dari
Bangsa Kin. Semua itu, kalau sudah dapat dikumpulkan, akan
kami haturkan kepada Sribaginda Kaisar. Dengan demikian
maka kaisar yang akan bertindak. Kecuali dengan jalan itu, amat
sukar untuk mengalahkan Chin Kui yang memiliki kekuasaan
dan pengaruh besar sekali. Satu-satunya orang yang akan
mampu menundukkan hanyalah kaisar sendiri."
Bi Lan mengangguk-angguk. "Ah, begitukah, paman" Kalau
begitu, dalam hal ini aku tidak dapat membantu. Aku ingin
segera keluar dari kota raja, paman, untuk mencari ayah dan
ibuku." "Tentu saja, akan tetapi bersabarlah. Sekarang sedang hangathangatnya pasukan mencarimu. Perdana Menteri Chin Kui
Kisah Bangsa Petualang 10 Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Pendekar Kembar 14
bergerak lincah untuk mengelak. Setelah mendapat kesempatan
melepaskan diri dari kurungan serangan beruntun lawannya, ia
membalas dengan serangan tangan kirinya yang menusuk ke
arah lambung dengan jari-jari, tangan terbuka.
"Syuuuttt .. plakk!" Tubuh Hui In Sian-kouw terdorong ke
belakang ketikal serangannya itu ditangkis oleh lawan. Tahulah
ia bahwa lawannya memiliki tenaga sinkang yang amat kuat.
Terdengar pendeta Lama itu tertawa mengejek danj kini dia
menerjang dengari dahsyat dan ganas sekali. Pukulan dan
tendangan bertubi-tubi mendesak Hul In Sian-kouw sehingga ia
tidak mampu membalas. Akan cetapi, wanita ini mengerahkan
ginkangnya (ilmu meringankan tubuhnya) dan tubuhnya
416 berkelebatan menjadi bayang-bayang yang dengan cepat dapat
menghindarkan dlri dari semua serangan Gwat Kong Lama.
Dengan sendirinya Hui In Siankouw terdesak terus oleh
lawannyal yang sering tertawa mengejek. Akan tetapi karena Hui
In Sian-kouw memilikl ginkang yang istimewa, piaka betapa
gencar dia mendesaknya, belum juga ada pukulan atau
tendangan yang dapat mengenai sasaran. Gwat Kong Lama
merasa seolah-olah dia menyerang sebuah bayang-bayang saja!
Dia menjadi marah dan penasaran. Dia mulai memperhati-kan
gerakan Hui In Sian-kouw yang demikian ringan dan tahulah dia
ilmu silat apa yang mendasari gerakan pendeta wanita itu. Maka
tiba-tiba Gwat Kong La-ma mengubah gerakannya dan dia mein^ bentak nyaring.
"Sambutlah ini!"
Hui In Sian-kouw terkejut sekali ketika menghadapi serangan
yang seperti menyambung gerakannya sendiri, dan pada
dasarnya menutup semua gerakannya. Serangan dahsyat
menyambar dan ketika dia menghindar dengan elakan cepat
tahu-tahu tangan pendeta Lama itu telah mengancam pelipis
kirinya.' Kui Beng Thaisii, ketua Kun-lun-pai yang sudah berusia lebih
dari tujuh puluh tahun terkejut. Sejak tadi dia menonton
pertandingan itu hatinya merasa lega karena dia merasa yakin
bahwa gin-kang (ilmu meringankan tubuh) sumoinya cukup
tangguh untuk dapat menghindarkan diri dari ancaman serangan
pendeta Lama itu. Akan tetapi dla terkejut ketika melihat
perubahan 417 gerakan Gwat Kong Lama. Biarpun hanya tinggal lima atau
enam bagian saja dari ilmu silat pusaka Kun-lun-pai itu yang
masih diingatnya, namun dia tahu bahwa pendeta Lama itu kini
menyerang sumoinya dengan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan
Kun-hoat! Pa-dahal kitab itu sudah lama hilang dari Kun-lun-pai
dan setahun yang lalu, murid Tiong Lee Cin-jin yang bernama
Souw Thian Liong itu datang dan mengatakan bahwa sebetulnya
dia diutus suhunya untuk mengembalikan kitab yang hi-lang itu
dan yang ditemukan Tiong Lee Cin-jin dalam perjalanannya ke
barat, akan tetapi bahwa kitab itu hilang, ada yang mencurinya.
Kini tibatiba muncul seorang pendeta Lama yang menyerang
sumoinya dengan menggunakan jurus ilmu silat Ngo-heng
Lian?hoan Kun-hoat! Tentu saja Hui In Sian-kouw terdesak
karena ilmu itu merupakan dasar dari ilmu-ilmu perguruan Kunlun-pai sehingga seolah dasar gerakan pendeta wanita itu
tertutup atau mendapatkan imbangan dari gerakan pendeta
Lama bermuka brewok itu. "Pergilah!" tiba-tiba Goat Kong Lama membentak, tangan
kanannya mendorong dan biarpun Hui In Sian-kouw sudah cepat
mengelak, namun tetap saja pundak kirlnya terkena dorongan itu
dan tubuh pendeta wanita ini terhuyung ke belakang dan untung
saja mempunyai gin?kang (ilmu meringankan tubuh) yang hebat
sehingga sebelum roboh terjengkang ia sudah dapat berjungkir
balik tiga kali ke belakang sehingga tidak sampai jatuh.
Wajahnya menjadi pucat dan dengan jujur ia merangkap kedua
tangan depan dada dan berkata lirih.
"Siancai ! Aku mengaku kalah." Kui Beng Thaisu
menghampiri pendeta Lama itu.
418 "Goat Kong Lama, engkau suqgguh keterlaluan. Tidak malu
melawan kami dengan llmu kami sendlri yang kitabnya hilang."'
"Tidak perlu banyak blcara lagi, Kul Beng Thaisu. Aku hanya
akan menggeledah dan mencari kalau-kalau kalian menyembunyikan orang yang kucari itu dl dalam kuilmu.
"Hemm, jangan harap engkau akan dapat menghina pergunlan
Kun-lun-pai selama pinto (aku) masih berada di sini!" Kui Beng
Thaisu yang biasanya penyabar itu kini berkata dengan muka
merah karena pendeta Lama ini agaknya sama sekali tidak
percaya kepadanya dan h^n-dak memasuki kuil tanpa ijin yang
ber-arti suatu pelanggaran dan penghinaan.
"Kalau begitu, terpaksa akupun harus merobohkanmu, Kui Beng
Thaisu!" kata pendeta Lama itu dan kedua orang pendeta itu
sudah siap untuk saling serang. Akan tetapi pada saat itu
terdengar su-ara lembut namun nyaring berwibawa.
"Tahan! locianpwe Kui Beng Thaisu, silakan locianpwe (orang
tua gagah) mundur. Akulah lawan pendeta asing ini!" Sesosok
bayangan berkelebat dan tahu-tahu seorang gadis cantik
berpakaian merah muda telah berdiri di depan Goat Kong Lama.
Melihat bahwa yang datang hanyalah seorang gadis yang masih
muda, paling banyak delapan belas tahun usianya, tentu saja
Kui Beng Thaisu tidak percaya bahwa gadis semuda ini akan
mampu menandlngi Goat Kong Lama yang selain memillkl
tingkat kepandaian tinggi, juga mcmiliki banyak pengalaman.
Bahkan sumoinya saja tidak mampu menandinginya, apa lagi
gadis semuda ini. Selain itu, dia tidak mengenal gadis asing ttu,
419 bagaimana dia dapat membiarkan gadis itu mencampuri urusan
Kun?lun pai dengan pendeta Lama itu.
"Nona, terima kasih atas pembelaanmu. Akan tetapi, harap
engkau murdur dan jangan mencampuri urusan Kun-lun-pai
yang membela diri terhadap desakan Gwat Kong Lama Inl. Kaml
sungguh akan merasa amat menyesal kalau sampal engkau
sebagai orang luar terluka atau cldera karena membela Kun-lunpai." kata pendeta ketua Kun-lun-pai itu deingan suara lembut.
"Loclanpwe, maafkan aku. Sesungguhnya masih terhltung cucu
murid locianpwe sendirl. Aku sengaja datang untuk menghadap
loclanpwe dan memperkenalkan dirl. Akan tetapi aku tadl melihat
pendeta Lama inl menyerang Kun-lun-pai, karena itu aku harus
menandinglnya. Locianpwe saksikan saja, aku pasti akan
mempergunakan ilmu silat Kun-lun-pai dan tidak berani
mempergunakan ilmu silat lain." Gadis itu berkata lantang. Gadis
ini bukan lain adalah Han Bi Lan. (Seperti kita ketahui, Bi Lan
berpisah dari gurunya dan oleh gurunya ia diharuskan
merigembalikan kitab puSaka Kun-lun-pai, yaitu Ngo-heng Lianhoan Kun-hoat yang dulu, setahun yang lalu dicurinya dari
buntalan pakaian Thian Liong. Kini la telah mempelajari dan
menguasal ilmu itu sepenuhnya. Ketika tadi ia datang ke Kunlun-pai ia sempat menyaksikan kunjungan Goat Kong Lama.
Melihat Gwat Kong Lama mengalahkan Hui In Sian-kouw
dengan menggunakan jurus-jurus dari Ngo-heng Lian?hoan
Kun-hoat, ia merasa penasaran sekali. la merasa bersalah.
Karena ia mencuri kitab itu, maka pendeta wanita itu tidak
dapats menguasai ilmu itu dan dikalahkan pendeta Lama itu
justru menggunakan Ngo-heng Lian?hoan Kun-hoat. la ingin
420 menebus kesalahannya, maka cepat ia menawarkan diri untuk
menandingi pendeta Lama itu.
Mendengar gadis itu mengaku sebagai murid Kun-lun-pai, Kui
Beng Thai-!u menoleh kepada Hui In Sian-kouw yang juga
memandangi kepada Bi Lan dengan heran. "Sumoi, apakah
engkau mengenal nona ini sebagai murid Kun-Lin pai. Hui In
Sian-kouw menggeleng kepalanya tanpa menjawab karena ia
merasa heran dan juga kagum sekali akan keberariian gadis
muda itu. Gadis itu tadi tentu melihat ia dikalahkan pendeta
Lama itu, mengapa ia masih nekat hendak menandingi Goat
Kong Lama dan berjanji akan melawan pendeta itu dengan ilmu
silat Kun-lun-pai" Ilmu silat Kun-lun-pai yang mana mampu
menandingi Goat Kong Lama, kecuali Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat selengkapnya atau ilmu simpanan yang masih dirahasiakan
suhengnya sebagai ketua Kun?lun-pai"
Sementara itu, Goat Kong Lama sudah tidak sabar lagi. Melihat
sikap ngotot para pimpinan Kun-lun-pai yang?melarang dia
melakukan penggeledahan ke dalam bangunan-bangunan Kunlun-pal, semakin besar kecurigaannya bahwa yang dicarinya, Jit
Kong Lama, pasti bersembunyi di dalam kuil itu.
"Hei, bocah!" tegurnya kepada Bi Lan. "Engkau anak?anak
jangan turut campur. Aku hanya akan menggeledah kuil ini untuk
mencari seseorang yang kuduga tentu bersembunyi di sini, akan
tetapi para pimpinan Kun-liln-pai ini menghalangi aku. Minggirlah
dan jangan mencari penyakit!"
Tiba-tiba Bi Lan mengerutkan alisnya. Pendeta ini adalah
seorahg pendeta Lama, seperti suhunya. Juga namanya Goat
421 Kong Lama, mirip nama suhunya Jit Kong Lama! Janganjangan
yang dicari pendeta Lama ini adalah suhunya" Apakah ada
hubunganantara gurunya dan pendeta Lama ini" Akan tetapi
usia mereka jauh berbeda. Pendeta Lanta ini berusia sekitar
empat puluh dua tahun, sedangkan suhunya sudah berusia tujuh
puluh satu tahun! "Heh, Goat Kong Lamal Engkau sendlrl belum begitu tua, jangan
berlagak seperti seorang kakek-kakek! Apakah yang kaucari itu
bernama Jit Kong Lama"
Goat Kong Lama memandang Bi Lan dengan mata terbelalak.
"Omitohud! Bagaimana engkau bisa tahu?"
"Tak penting bagaimana aku bisa tahu, akan tetapi kiranya
hanya akulah satu-satunya orang yang tahu di mana adanya
orang yang kaucari itu. Beliau tidak berada di dalam kuil ini!"
"Hah" Engkau tahu" Katakan, nona, di mana dia?" tanya Goat
Kong Lama dengan penuh semangat dan harapan. "Aku
melakukan perjalanan ribuan Li jauhnya hanya untuk mencari
dia'." "Katakan dulu, apamukah Jit Kong Lama itu?"
"Dia adalah supekku (uwa guruku). Bi Lan teringat akan
pengakuan suhunya bahwa dulu suhunya adalah seorang yang
sesat dan berdosa. Pantas memilikl murid keponakan sekasar
ini! "Hemm, kiranya dia itu uwa gurumu" Lalu mau apa engkau
mencarinya Bi Lan mendeaak, ingin tahu apakah orang ini
422 kawan ataukah lawan gurunya karena gurunya pernah
mencerltakan bahwa gurunya merupakan seorang pelarian dari
Tibet dari dimusuhi para pendeta Lama di sana.
"Ih, engkau ini bocah perempuan cerewet amaT sih" Hayo
katakan di mana adanya Jit Kong Lama!" bentak Goat Kong
Lama kehabisan kesabaran.
"Tidak akan kukatakan kalau engkau belum
pertanyaanku. ini. Mau apa engkau mencarinya?"
menjawab Goat Kong Lama menjadi merah mukanya. Dia marah sekali,
akan t6tapi merasa tidak mampu menang berbantahan dengan
gadis yang lincah dan pandai blcara itu, maka diapun menjawab
dengan nada kasar dan keras. "Aku akan menangkap
pengkhianat itu, menyeretnya kembali ke Tibet hidup atau mati!"
Tentu saja Bi Lan marah sekali mendengar orang ini hendak
menyeret suhunya. Akan tetapi ia menahan perasaannya dan
tersenyum mengejek. "Hemm, begitukah" Kurasa engkau tidak akan becus melakukan
itu!" "Bocah! Jangan mempermalnkan aku! Hayo katakan dl mana
adanya Jtt Kong Lama!" bentak Goat Kong Lama sambll
melangkah maju mendekat. "Sekarang begini saja, Goat Kong Lama. Engkau lancang berani
menyerbu Kun-lun-pai, maka aku sebagai murid Kun-lun-pai
menantangmu bertanding, mewakili para pemimpin Kun-lun-pai.
Kalau engkau dapat mengalahkan aku, barulah aku akan
423 memberi tahu kepadamu di mana adanya Jit Kong Lama. Akan
tetapi kalau engkau yang kalah engkau Harus mohon maaf
kepada locianpwe Kui Beng Thaisu. Beranikah engkau
menerima tantanganku ini?"
Kui Beng Ttiaisu, Hui In Sian-kouw dan para murid Kun-lun-pai
yang sekarang telah berkumpul di pekarangan itu, terkejut dan
heran melihat keberanian gadis muda itu yang seolah
mempermainkan pendeta Lama yang amat lihai itu. Mendengar
bahwa gadis itu mengetahui di mana adanya orang yang dicari
Goat Long Lama, maka ini berarti bahwa gadis itu mempunyai
urusan langsung dengan pendeta Lama itu, bukan sekedar
mencampuri urusan Kun-lun-pai. Karena itu Kui Beng Thaisu
tidak mempunyai alasan untuk melarang gadis itu menandingi
Goat Kong Lama. Pendeta Lama itu sendiri mendengar
tantangan Bi Lan, tersenyum mengejek.
"Heh-heh, baik, kuterima tantaniganmu. Katakan dulu siapa
namamu, agar aku mengetahul dengan siapa aku bertandlng."
"Namaku Han Bi Lan. Nah, bersiaplah engkau untuk mohon
maaf kepada pimpinan Kun-lunpai!"
"Nanti dulu! Taruhannya harus ditambah. Kalau engkau yang
kalah, selain engkau mengatakan di mana adanya Jit Kong
Lama, juga engkau harus menjadi penunjukan jalan dan
mengantar aku sampai aku dapat menemukan orang itu!" Sambil
berkata demikian, pendeta Lama itu tersenyum, senyum yang
mengandung ejekan yang kurang ajar. Semua orang dapat
merasakan bahwa ucapan pendeta Lama itu mengandung arti
bahwa kalau ia kalah Bi Lan harus menemaninya, tentu saja
424 dengan maksud yang tidak senonoh terbukti dari senym dan
panjdangan mata itu. Wajah Bi Lan menjiadi merah. Akari tetapi dasar ia seorang
gadis yang lincah, nakal, cerdlk dan pandai .bermaln kata-kata,
maka la berkata, Akupun menambah taruhan Ini. Kalau engkau
yang kaiah, engkau harus mohon maaf kepada locianpwe Kui
Beng Thaisu dengan berlututl"
Goat Kong Lama yang memandang rendah kepada Bi Lan dan
merasa yakin bahwa dia pastl akan mampu mengalahkan gadls
muda Itu, mengangguk. "Balk, janji taruhan ini disaksikan orang
banyak dan harus dipenuhi!"
Bi Lan juga tersenyum, lalu ia menanggalkan pakaiannya dan
meletakkan dl atas lantai, dekat tempat Kul Beng Thalsu dan Hui
In Slan-kouw berdiri. Kemudlan ia menghadapl pendeta Lama itu
dan berkata, "Nah, aku sudah slap, Goat Kong Lama. Mulailah
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena engkau yang mendatangkan keributan ini!"
Goat Kong Lama ingin cepat menye-lesaikan pertandingan itu,
maka dia sudah cepat menyerang dan dia langsung
menggunakan jurus Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat mengingat
tadi dia mengaiahkan Hui In Sian-kouw dengan ilmu silat ini. Dia
yakin bahwa dengan ilmu pusa-ka Kun-lun-pai sendiri ini yang
telah lama hilang dari perguruan Kun-lun-pai, akan mudah sekali
baginya untuk mengalahkan Bi Lan sebagai murid muda Kunlun?pai.
"Hiiyyeeehhh!" bentaknya dan lengannya yang kekar panjang itu
sudah menyambar ke arah dada gadis itu dengan cengkeraman.
Sebuah serangan berbahaya dan juga tidak sopan! Kui Beng
425 Thaisu yang mengenal jurus ilmu silat pusaka itu memandang
dengan penuh perhatian dan sepasang alisnya berkerut.
Bagaimana mungkin gadis muda itu akan mampu bertahan
menghadapi serangan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
itu" Dia sendiripun hanya sempat mem-pelajari ilmu itu
sebanyak lima atau enam bagian saja dan melihat gerakan
pendeta Lama itu, biarpun agaknya dia juga belum menguasai
ilmu itu sepenuhnya, namun setidaknya sudah menguasai lima
bagian dan hal ini saja sudah cukup membuat dia lihai sekali.
Bahkan Hui In Sian-kouwjuga tadi tidak mampu menandinginya.
"Heiiittt ! !" Bi Lan berteriak melengking dan
tubuhnya sudah mengelak dengap cepat dan mudah. Tentu saja
mudah baginya karena ia sudah menguasai Ngo-heng Lian-hoan
Kun-hoat sepenuhnya, maka jurus serangan yang amat
dikenalnya itu tentu saja dengan mudah dapat dihindarkannya.
la tahu ke mana lawan akan nienyerang dan bagaimana
perkembangan serangan selanjutnya. Serangan dari ilmu silat ini
memang beratai dan di sinilah terletak kehebatannya. Begitu
cengkeraman tangan kiri Goat Kong Lama tadi luput, tangan
kanannya sudah menyambung dengan tamparan ke arah leher
dan ini diikuti pula dengan tendangan kedua kaki secara
bergantian! Hebat serangan beruntun ini, akan tetapi karena
sudah hafal maka Bi Lan mudah saja menghindarkan diri. la juga
bergerak dengan ilmu silat yang sama dan gerakantiya juga
berantal. Begitu menghindarkan diri dari tendangan bertubl Itu, ia
menyambung elakannya dengan serangan balik. Tiba-tiba saja
tangan kirinya membuat gerakan memotong dengan tangan
miring seperti orang menggunakan golok menebang pohon ke
arah kaki yang meluncur lewat samping tubuhnya!
426 Goat Kong Lama terkejut sekali. Cepat dia menarik kembali
kakinya, akan tetapi Bi Lan sudah menyambung serangannya
dengan totokan ke arah dada dan serangan inipun dlsambung
dengan tendangan kaklnya yang menyambar ke arah pusar.
Goat Kong Lama menjadi heran dan bingung dan terpaksa dia
menibuang tubuh ke belakang dan bergulingan dl atas tanah
karena hanya itu satu-satunya cara untuk mematahkan
rangkaian serangan gadls Itu. Dla melompat bangun dan berdlrl
dengan mata terbelalak memandang lawannya Itu. Dalam
segebrakan saja dia hampir kalah oleh gadis yang Juga
mempergunakan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat!
Sementara itu, Kui Peng Thaisu dan Hui In Sian-kouw saling
pandang dengan terheran-heran. Gadis itu memainkan Ngoheng Lian-hoan Kun-hoat dengan gerakan yang sempurnal Akan
tetapi mereka tahu benar bahwa tidak ada murid Kun-lun-pai,
apa lagi yang begitu muda, yang menguasai ilmu pusaka yang
telah lama hilang itu. Bahkan Kui Beng Thalsu sendlrl hanya
menguasai paling banyak enam bagian dan Hui In Sian-kouw
paling banyak tiga baglan saja. Biauw In Su-thal bahkan tidak
pernah mempelajarinya. Akan tetapi Goat Kong Lama
menguasai ilmu itu dengan baik dan kini gadis muda itu bahkan
menguasainya lebih baik lagi!
Setelah tahu bahwa gadis muda yang dipandang rendah itu
ternyata dapat bersllat dengan ilmu Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat secara sempurna, Goat Kong Lama maklum bahwa dia
tidak akan menang kalau menggunakan ilmu itu. Kalau ingin
menang, dia harus mempergunakan ilmunya sendiri dan dia
ingin mempermalukan gadis itu dengan menggunakan ilmu
sihirnya. Maka, mulutnya berkemak-kemlk dan sepasang
427 matanya sepertl mencorong menatap wajah Bi Lan. Gadis Itu
mendengar mantram yang dlucapkan lirih oleh Goat Kong Lama.
la tersenyum. Tentu saja ia mengenal baik penggunaan sihir
melalui pandang mata dan suara itu. lapun diam-diam mengerah
kan tenaga batin seperti diajarkan gurunya, dengan berani
membalas tatapan mata Goat Kong Lama. Diam-diam pendeta
Lama itu terkejut melihat betapa sinar mata gadis itu juga
mencorong dan berani menyambut sinar matanya yang penuh
kekuatan sihir, Bahkan sambil tersenyum!
JILID 12 Goat Kong Lama lalu mengembangkan kedua lengannya, dan
perlahan-lahan kedua tangannya bergerak ke atas kepala dalam
bentuk sembah, kemudian didorongkan ke depan dan mulutnya
mengeluarkan dengungan aneh. Tiba-tiba ada angin menyambar
ke depan. Angin itu berpusing dan menerjang Bi Lan. Akan
tetapi Bi Lan merangkap kedua tangan depan dada seperti
sembah, kedua matanya terpejam. la membiarkan angin itu
berpusing di sekitar tubuhnya. Angln berpusing kuat dan
membawa tanah dan debu ke atas, akan tetapi tidak kuat
mengangkat tubuh Bi Lan. Kini perlahan-lahan Bi Lan
mengembangkan kedua tangannya dan mendorong ke depan.
Angin berpusing itu kini meninggalkannya dan membalik
menyerang Goat Kong Lama! Pendeta Lama itu terkejut.
Tubuhnya hamplr terpelanting oleh putaran angln dan cepat dla
menghentlkan sihirnya. Angin berhentl dan wajah pendeta Lama
Itu menjadl pucat. 428 Goat Kong Lama mengerahkan tenaganya dan membentak
dengan auara menggetar penuh wibawa. "Han Bi Lan,
berlututlah engkau" Bi Lan juga mengerahkan tenaga ba-tin dalam suaranya ketika
ia berkata, "Siapa yang berlutut" Aku ataukah engkau" Yang
pasti engkau, Goat Kong Lama. Hayo, berilah contoh!"
Goat Kong Lama terkejut karena tiba-tiba tanpa dapat ditolaknya
lagi, kedua lututnya menjadi lemas dan dia ja-tuh berlutut. Akan
tetapi dia segera me-nyadari keadaan yang tidak wajar ini dan
cepat meloncat berdiri lagi. Terdengar suara tawa dari para
murid Kun-lun-pai yang merasa senang melihat pendeta La-ma
itu dipermainkan. Sementara itu, Kui Beng Thaisu dan Hui In
Sian-kouw menjadi semakin heran. Mereka tahu bahwa dua
orang itu tadi mengadu kekuatan sihir. Siapakah gadis muda
yang selain menguasal Ngo-heng Llan-hoan Kun-hoat juga
memilikl llmu slhlr yang demlkian kuai inl"
Goat Kong Lama maklum bahwa dengan slhlrpun dia tldak akan
mampu mengalahkan gadls aneh ini. Maka sambil
mengeluarkan gerengan dahsyat, dia segera menerjang ke
depan dan menyerang gadis itu dengan cepat. Semua serangan
dilakukan dengan kedua tangan terbuka dan miring, seringkali
gerakannya seperti orang menyembah dan gerakan silatnya
lemah lembnt, namun setiap sambaran tangan yang menerjang
meng-andung tenaga yang kuat. Bi Lan segera mengenal ilmu
silat Kwan Im Sin-caang (Tangan Sakti Dewi Kwan Im) itu. Untuk
menyenangkan hati para pimpinan Kun-lun-pai, ia tetap
memainkan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun?hoat. Terjadilah
pertandingan hebat dan seru. Tentu saja pihak Bl Lan lebih
429 untung. la mengenal dan hafal sekali ilmu silat Kwan Im Sinciang yang diajarkan Jlt Kong Lama kepadanya. Maka
menghadapl serangan dengan ilmu silat ini tentu saja ia sudah
mengenal lika-liku dan perkembangannya sehingga mudah
menghindarkan diri. Sebaliknya, Goat Kong Lama yang tidak
menguasai Ngo?heng Lian-hoan Kun-hoat sepenuhnya, hanya
mengu-asai setengahnya saja, menjadi repot menghadapi
desakan Bi Lan. Beberapa kali kaki atau tangan gadis itu mengenai sasaran,
akan tetapi Goat Kong Lama melindungi dirinya dengan ilmu
kebal yang kuat sehingga dia tidak sampai roboh. Selain itu, juga
Bi Lan tidak menggunakan tenaga sepenuhnya karena
bagaimanapun juga, gadis ini tahu bahwa lawannya adalah
murid keponakan suhunya sehingga masih terhitung saudara
seperguruan sendiri. Akan tetapi mellhat Goat Kong. Lattia belum juga mau mengaku
kalah walau-pun sudah beberapa kali terkena tendangan atau
tamparannya, Bi Lan menjadi marah juga. Orang ini tak tahu diri,
pikirnya dan perlu diberi hajaran yang leblh keras.
"Haiiittt.... Ia menyerang dengan serangkaian serangan dari Ngoheng Lian-hoan Kun-hoat yang sambung menyambung. Goat
Kong Lama berusaha untuk mempertahankan diri dengan
tangkisan dan elakan, akan tetapi karena Jurus yang
dipergunakan Bi Lan int meru-; pakan jurus-jurus llmu sllat yang
belum pernah dipelajarinya, maka dia menjadi bingung tidak
mengenal perkembangannya dan tidak dapat menghindarkan
diri lagt ketika kaki kiri gadis itu mencuat dengan cepat dan kuat
430 ke arah dada kanannya. Sekali ini Bi Lan mengerahkan tenaga
sln-kangnya. "Desss,...!" Biarpun Goat Kong ama telah mellndungi dirlnya
dengan ilmu kebalan, namun tendangan itu terlalu kuat
menembus kekebalannya dan diapun terjengkiing dan terbantlng
jatuh. Dia merasa dada kanannya nyeri dan ketika dirabanya,
tahulah dia bahwa sebuah tulang iganya patah.
Goat Kang Lama terkejut dan merasa penasaran sekall. Menang
kalah merupakan hal blasa dalam pertandingan silat, akan tetapi
dia merasa dipermalukan dl depan semua anggauta Kunlun-pai
yang berkumpul di situ dan yang kini semua tersenyum gembira
melihat kemenangan Bi Lan. Dia meraba punggung-nya dan
sratt...! Tangan kanannya telah mencabut pedang.
Pada saat itu, Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw
melompat ke depan. "Siancai
! Goat Kong Lama, pertandingan ini bukan permusuhan, mengapa menggunakan
senjata" Kalau engkau menggunakan senjata, terpaksa kami
akan rnengusirmu dengan kekerasan! Engkau jelas telah
dikalahkan seorang murid Kun-lun-pai, mengapa masih nekat"
Han Bi Lan, sebagai murid Kun-lun-pai, engkau kami minta
untuk menceritakan di mana adanya pendeta Lama yang dicari
Goat Kong Lama Itu agar tidak ada urusan lagi antara Kun-lunpal dan dla."
Bl Lan menghadapi Goat Kong Lama yang terpaksa
menyarungkan kemball pe-dangnya karena kalau sampai para
pimpinan Kun-lun-pai marah dan turun tangan, tak mungkin dia
431 akan dapat lolos. Baru melawan gadis itu saja sudah berat
sekali. "Goat Kong Lama. Kalau engkau merasa sebagai orang gagah
kenapa tldak memenuhi, Janjlmu tadl" Engkau telah kalah dan
engkau harus mohon ampun kepada pimplnan Kun-lunpal.
Setelah itu baru akan dapat kuberitahu dimana adanya Jit Kong
Lama. Goat Kong Lama tidak dapat menyangkal lagl akan
kekalahannya tadi, maka dengan muka merah dia lala
menjatuhkan dirl berlutut menghadap Kui Beng Thaisu dan
berkata, "Kui Beng Thaisu, pinceng (aku) bersalah dan minta
maaf." "Sudahlah, Goat Kong Lama. Kami tidak dapat menerima
penghormatah seperti ini. Semua itu hanya kesalahpahaman
belaka. Yang sudah biarlah berlalu. Bangkitlahl" Ketua Kunlunpai itu menggerakkan tangan kanannya ke depan dan Goat
Kong Lama merasa ada angln amat kuat menyambar dan seolah
mengangkatnya sehlngga dia terpaksa bangklt berdiri. Dia
terkejut sekali dan menyesal bahwa tadl dia terlalu memandang
rendah orang. Ternyata ketua Kun-lun pai yang sudah tua inl
memillkl tenaga sakti yang luar biasa!
"Han Bl Lan, sekarang katakan dl mana adanya Jit Kong Lama."
katanya kepada Bi Lan, kini lenyaplah sikapnya yang angkuh
tadi. "Dia sudah pergi ke barat, hendak kembali ke Tibet dan
menyerahkan diri kepada para pimpinan Lama di sana." kata Bl
432 Lan dan dalam suaranya terkandung kesedihan mengenang
gurunya yang disayangnya itu.
Pendeta Lama itu memandang kepadanya dengan alis berkerut
dan sinar matanya membayangkan ketidak-percayaannya.
"Bagaimana aku dapat mempercayai keterangan itu?"
"Engkau harus percaya karena aku adalah muridnya!" kata Bi
Lan. "Engkau.... engkau.... muridnya?" kata Goat Kong Lama dengan
mata ter-belalak. "Tapi.... engkau tadl
melawanku dengan Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
!" "Benar. Aku juga murid Kun-lun-pal. Akan tetapi Jit Kong Lama
juga guruku. Kau lihat ini!" kata gadl" itu dan ia segera membuat
gerakan silat dengan kedua tangan miring seperti orang
memuja. "Kwan Im Sin-ciang (Tangari Sakti Dewi Kwan Im)
Goat Kong Lama. !" seru "Dan lihat ini!" Bi Lan memungut sebatang ranting kayu lalu
bersilat beberapa jurus dengan ranting kayu itu.
"Kim Bhok Sin-tung-hoat (Ilmu Tongkat Sakti Kayu
Emas)'." kembali Goat Kong Lama berseru. "Kau
kau benar muridnya!"
"Nah, percayakah engkau sekarang"'"
433 Suhu Jit Kong Lama sudah pularig ke Tibet untuk menyerahkan
diri, bertaubat dan menebus semua dosanya. Pergilah!"
Goat Kong Lama mengangguk-angguk, mengangkat kedua
tangan depan dada, menghadapi pimpinan Kun-lun-pai,
membungkuk lalu berkata "Omitohud! Pinceng mohon maaf dan
mohon diri!" Setelah berkata demikian, pendeta Lama itu
memutar tubuhnya lalu berlari cepat seperti terbang
meninggalkan tempat itu. Kini Bi Lan menghadapi Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw.
Dua orang pimpinan Kunlun-pai itu menatap wajah Bi Lan
dengan penuh keheranan. Mereka merasa penasaran sekali.
Murid pendeta Lama Tibet dan sekaligus juga murid Kun-lun-pai
yang dibuktikannya dengan kemahiran ilmu silat pusaka Kunlun-pai! Banyak pertanyaan yang memenuhi hati Kui Beng
Thaisu. Betapapun Juga, gadis ini telah membela nama Kun-lun?pai
dengan mengalahkan Goat Kong Lama tadi. Dan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi hatinya,
dia merasa tidak leluasa karena di sltu berkumpul semua murid
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kun-lun-pai. "Nona Han Bi Lan, engkau tadi me-ngatakan bahwa
engkau datang ini untuk menghadap kami?" tanya ketua Kunlun-pai itu.
"Benar, locianpwe." jawab Bi Lan sambil menghampiri buntalan
pakaiannya. "Kalau begitu, mari kita masuk dan bicara di dalam." ajak ketua
Kun-lun-pai itu. Bi Lan mengangguk dan ia mengikuti Kui Beng
Thaisu dan Hu in Sian-kouw memasuki kuil.
434 Setelah mereka duduk dalam ruangan tengah yang tertutup, Bi
Lan meletakkan buntalan pakatannya di atas meja. "Nah,
sekarang janganlah membuat kami terlalu lama keheranan dan
menduga-duga, nona Han Bi Lan. CeritaKanlah mengapa
engkau datang ke Kun-lun-pai dan hendak bertemu dengan
kami?" tanya Kui Beng Thaisu.
"Dan bagaimana pula engkau mengaku sebagai murid Kun-lunpai dan menguasai, Ngo-heng Lian-hoan Kun?hoat?" tanya pula.
Hui In Sian-kouw. Bi Lan tersenyum, akan tetapi menghela napas panjang.
"Panjang ceritanya dau sebelumnya saya harap locianpwe
pimpinan Kun-lun-pai suka memaafkan saya. Saya sudah
sebelas tahun lamanya ikut suhu Jit Kong Lama yang
mengasingkan diri di sebuah puncak Kun-lun?san, mempelajari
ilmu-ilmu dari suhu. Beberapa hari yang lalu, saya berpisah dari
sUhu yang ingin kembali ke Tibet,
Tugas saya yang pertama adalah berkunjung ke Kun-lun?pai,
menghadap para pimplnan Kun-lun-pai. Akan tetapi baru saja
tiba di pekarangan kuil saya melihat Goat Kong Lama,
mendengar pembicaraannya dan melihat betapa dia menantang
bertanding kepada para pimpinan Kun?lun-pai. Karena itulah
maka saya memberanikan diri menghadapinya untuk membela
Kun-lun-pai karena saya merasa sebagai kewajiban saya
membe-la Kun-lun-pai."
"Tapi..,. engkau menguasai ilmu si-lat pusaka kami...." kata Hui
In Sian-kouw. 435 Bi Lan tersenyum. "Terjadinya kurang lebih setahun yang lalu.
Pada suatu hari saya bertemu dengan seorang pemuda
sombong. Ketika melihat bahwa dia membawa kitab-kitab kuno
dalam buntalan pakaiannya, saya lalu meminjam sebuah kitab
tanpa dia ketahui." "Siancai! Itu namanya mencuri!" se-ru Hui In Sian-kouw.
Bi Lan tersenyum manis memandang wajah pendeta wanita itu
dan matanya. bersinar-sinar nakal. "Saya hanya ingin memberi
pelajaran padanya agar dla ti-dak sombong. Biar tahu rasa dia!
Ketika saya melihat bahwa kitab itu berisi pelajaran ilmu silat,
saya tertarik sekall dan saya mendengar darl suhu bahwa kltab
Itu adalah kltab pusaka mlllk Kun-lun-pal. Saya mengambll
keputusan untuk memlnjam kitab itu dan di bawah bimbingan
dan petunjuk suhu, saya mempelajari dan melatihnye selama
setahun. Karena saya memang merasa pinjam, maka setelah
selesai saya pelajari dan saya kuasai, begitu berpisah dari suhu,
saya langsung tnenghadap pimpinan Kun-lun-pai untuk
mehgembalikan Kitab Ngo-heng Lian?hoan Kunhoat ini." la
membuka buntalan pakaiannya mengambil kitab itu dan
menyerahkannya kepada Kui Beng Thaisu.
Kui Beng Thaisu menerima kitab itu memeriksanya
sebentar dan dia mengangguk-angguk, "Sian-cai
! Memang inilah kitab kaml yang hilang puluhan tahun yang lalu
itu. Nona Han Bi Lan, pemuda yang kaumaksudkan itu adalah
murid dari Tiong Lee Cin-jin yang bermaksud mengembalikan
kitab itu kepada kami. Dia melaporkan bahwa kitab itu hilang
dalam perjalanan. Kiranya engkau yang mengambllnya."
436 "Saya memlnjamnya, locianpwe, dan harl Inl saya kembalikan.
Harap Locian-pwe suka memaafkan saya."
"Kaml memaafkanmu, nona. Bagaimanapun juga, engkau sudah
berani membela Kun-lun-pai dengan taruhan nyawa dan
mengaku sebagai murid Kun-lun-pai. Kalau engkau murid
Kunlun-pai, maka mempelajari Ngo?heng Lian-hoan Kun-hoat
tentu tidak bersalah karena tingkat kepandaianmu juga sudah
memadai. Karena itu, engkau baru sah kami terima sebagai
murid Kun-lun-pai kalau engkau mengakui pinto (aku) sebagai
guru dan. ini adalah Hui In Siankouw, sumoiku yang menjadi
ketua kun-lun-pai bagian wanita, jadi ia juga gurumu."
Bi Lan mengerti apa yang dirnaksudkan kakek itu, maka iapun
segera berlutut memberi hormat kepada kedua orang tua itu,
memberi hormat kepada Kui Beng Thaisu dan menyebut "suhu"
lalu kepada Hui In Sian-kouw dengan menyebut "subo (ibu
guru)". Hui In Sian-kouw menyentuh kedua pundak Bi Lan dan
pienyuruhnya bangkit dan duduk kembali.
Setelah kedua orang ketua Kun-lun-pai ini menerima Bi Lan
sebagai murid Kun-lun-pai, gadis itu lalu diperkenalKan kepada
semua murid Kun-lun-pai. Semua murid merasa girang dan
kagum mempunyai saudara seperguruan yang demikian lihai.
Hui In Sian-kouw tidak lupa untuk rnemperkenalkan Bi Lan
kepada Biauw In Suthai yang masih menjalani hukuman dalam
Pondok Pengasingan. Pendeta wanita ini ketika diberitahu
tentang Han Bi Lan yang telah membela Kun-lun-pai dan kini
diakui sebagai murid yang sah dari Kun-lun-pai, mau menerima
Bl Lan berkunjung kepadanya di Pondok Pengasingan.
437 Bi Lan memasuki pondok yang sepi itu dan segera berlutut
menghadap pendeta wanlta yang juga duduk dl atas lantai
sambil bersila itu. Bi Lah sudah mendengar tentang Biauw In Suthal yang menjalani hukuman dan ia merasa kasihan kepada
pendeta wanlta yang masih tampak berwajah manls itu. Baru
mengaslngkan dlrl selama setahun saja wajah Biauw In Suthai
sudah berubah, tidak ada garis-garls yang menunjukkan
kekerasan hatlnya lagl pada wajahnya.
"Bibi guru 1" Bi Lan menegur ragu.
Blauw In Suthal membuka mata, memandang kepada Bi Lan
dan ia tersenyum kagum. "Ah, engkau cantik jelita dan lincah
sekali! Engkau yang bernama Han Bi Lan dan yang telah
membela Kun-lun-pai dan mengalahkan pendeta Lama yang
amat lihai" Setelah berkunjung ke sini dan mengembalikan kitab
engkau lalu hendak pergl ke mana, Bi Lan?"
"Saya akan melanjutkan perjalanan saya, bibi guru. Saya akan
kembali ke rumah orang tua saya di Liang-an (Hang-chouw)."
"Ah, ke kota raja kerajaan Lam Sung (Sung Selatan)" Jauh
sekali. Bi Lan, engkau adalah murid Kun-lun-pai yang telah
menguasai Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat, berarti tlngkat
kepandaianmu sudah tinggi sekali. Aku ingin minta bantuanmu,
maukah engkau menolongku, Bi Lan?"
Bi Lan merasa heran sekali. Bantuan apa yang dibutuhkan
pendeta wanita ini" la hanya mendapat keterangan dari para
murid Kun-lun-pai dan juga dari Hui In Sian-kouw bahwa Biauw
In Suthai ini sedang merijalani hukuman dan diharuskan tinggal
di Pondok Pengasingan untuk bersamadhi dan bertaubat. Kini
438 wanita yang sudah menjalani hukuman selama setahun itu ingin
minta pertolongannya!' "Bibi guru, tentu saja saya suka me-nolongmu, asal saja tidak
melanggar peraturan Kun-lunpai dan tidak berlawanan dengan
hati nurani saya sendiri." jawabnya hati-hati. Biauw In Suthai
mengangguk-angguk. "Bagus sekali. Memang demikianlah seharusnya seorang
pendekar dan murid Kun-lun-pai yang baik. Tidak seperti aku
dahulu yang hanya menurutkan gejolak perasaan hati sendiri.
Kekerasan hatiku membuat dua orang murid yang kusayangi
sekarang Ini, pergi mencarl seseorang untuk membunuhnya dan
aku mlnta bantuanmu, yaitu apabila dalam perjalananmu engkau
menjumpai mereka, sampaikanlah pesanku bahwa peraturan
pernikahan itu sekarang sudah kubatalkan dan katakan agar
mereka berdua tidak lagi berusaha membunuh laki-laki itu"
Bl Lan mendengarkan dengan heran. "Bibi guru, apakah bibi
guru tldak mau memberi penjelasan kepada saya agar saya
mengerti duduknya perkara" Siapakah kedua orang murid bibi
guru itu dan siapa pula laki-laki yang hendak mereka bunuh itu"
Mengapa pula hendak mereka bunuh?"
Biauw In Suthai menghela napas panjang. "Baiklah, akan
kujelaskan, Bi Lan. Setahun yang lalu, muridku Kim Lan dalam
pertandingan silat dikalahkan seorang pemuda. Sudah 'menjadi
peraturanku ketika itu bahwa muridku yapg kalah oleh seorang
pria harus menjadi isterinya. Kalau pria itu menolaknya, maka
muridku harus membunuh prla itu. Kiiri Lan kalah dan pria itu
menolak menjadi .suaminya, maka Kim Lan lalu pergi untuk
439 mencari pemuda itu dan membunuhnya. Ai Yin, muridku yang
kedua, ikut pergi bersama sucinya (kakak seperguruannya).
Pemuda itu bernama Souw Thian Liong, murid Tiong Lee Cinjin."
"Murid Tiong Lee Cin-jin" Bibi maksudkan, peniuda itu yang
tadinya membawa kitab untuk diserahkan kepada pimpinan Kunlun-pai?" Bi Lan teringat akan Souw Thian Liong yang tadinya
belum ia ketahui namanya.
"Benar, Bi Lan. Dialah orangnya yang telah mengalahkan Kim
Lan akan tetapi tidak mau menjadi suaminya."
"Tapi tapi, bibi! Bagaimarta ada aturan seperti
itu" Kalau kalah harus menjadi isteri orang yang mengatahkan
dan kalau pria itu menolak atau dibunuh" Aneh sekali peraturan
itu bibi. Maafkan saya, akan tetapi bagaimana mungkin
perjodohan dapat dipaksakan sepertl Itu?" kata Bi Lan sambil
menahan tawa karena hatinya merasa geli. Peraturan itu
dianggapnya konyol. Biauw In Suthai menghela napas panjang. "Sekarang akupun
dapat melihat betapa bodohnya peraturan yang kubuat
menurutkan perasaan hari itu. Karena itu, suheng menegurku
dan menyuruhku bertaubat di sini selama tiga tahun. Aku
menyesal, maka tolonglah aku, Bi Lan. Kalau engkau bertemu
dengan Kim Lan dan Ai Yin, cegah mereka membunuh Souw
Thian Liong dan katakan bahwa peraturanku itu sudah kucabut."
Bi Lan mengangguk. "Baiklah, bibi. Mudah-mudahan saya akan
dapat bertemu dengan mereka."
440 Setelah meninggalkan Pondok Penga-singan itu, Bi Lan tak
dapat menahan rasa geli hatinya dan ia tertawa sendiri.
Peraturan yang aneh! Dalam pertanding-an sudah dikalahkan
pemuda itu, bagai-^inana dapat membunuhnya" Hemm, jadi
pemuda itu bernama Souw Thian Liong, .murid Tiong Lee Cinjin" Ilmu silatnya memang hebat dan ia sudah menyaksi-kannya
sendiri ketika pemuda itu meno-. long para saudagar yang
diganggu 'pe-rampok-perampok llhai.
Setelah tinggal dl Kun-lun-pai selama dua harl, Bi Lan lalu
berpamlt untuk melanjutkan perjalanannya. la Ingin menjenguk
ayah Ibunya dl kota raja dan hatinya berbahagia sekali
membayangkan ia akan bertemu dan berkumpul kenbali dengan
orang tuanya. Tentu selama
ini orang tuanya amat mengkhawatirkan keselamatannya. la membayangkan betapa akan gembiranya
hati ayah ibunya kalau bertemu dengannya. Dan iapun akad
mencari Ouw Kan yang telah membunuh Lu Ma, pelayan tua
yang setia dan yang menurut ibunya masih bibi ibunya sendirl
dan yang amat mencintanya. la rnasih ingat bahwa ayah ibunya
adalah orangorang gagah yang memimpin pasukan dan ketlka
menlnggalkannya, mereka berangkat untuk perang membantu
pasukan besar Jenderal Gak Hui. lapun ter-ingat bahwa ia pesan
kepada ayahnya untuk membawa oleh-oleh sebatang pedang
bengkok yang biasa dipakai perwira Kerajaan Kin. Bi Lan
tersenyum kalau ingat akan hal ini. Apakah kini ayahnya sudah
membawakan oleh-oleh itu dan maslh menyimpannya"
*** 441 "Tidak, ayah tidak aku tidak percaya!"
Gadis itu menangis sesenggukan. la adalah Kwee Bi Hwa,
berusia kurang lebih sernbilan belas tahun. Gadis ini hlemiliki
wajah yang manis sekali, kecantikan yang khas, tidak seperti
perempuan bangsa Han lainnya. KeJelitaannya terasa asing.
Memang sesungguhnya, ada kecantikan suku Mancu dalam
dirinya. "Ayahnya, Kwee Buh To, adalah seorang peranakan
Mancu yang menjadi guru silat dari perguruan silat Pek-eng
Bukoan (Perguruan Silat Garuda Putih) dan tlnggal d! daerah
utara. Isteri Kwee Bun To Juga seorang wanita Mancu, maka
tldak mengherankan kalau kecantikan yang dimiliki Kwee B Hwa
adalah kecantlkan peranakan Han dan Mancu. Ketlka bangsa
Yu-cen nenguasai daerah utara dan mendirikan dinasti Kin,
Kwee Bun To melarikan diri, membawa istri dan seorang
anaknya. Akan tetapi isterinya mati dalam perjalanan dan
akhirnya dia tlnggal dl pegunungan dekat Siauw-Lim-pai.
Seperti telah dlceritakan di bagian depan, pada suatu malam
seseorang me" tnasuki kamar Bi Hwa, menotoknya dan
memperkosanya. Kwee Bun To marah sekall dan menyerbu
Siauwlim-sl karena merasa yakin bahwa pelakunya adalah murid
Siauw-lim-pai. Akan tetapi kemudian ternyata bahwa pelakunya
yang berhasil ditangkap Cia Song, murid Siauw-lini-pai yang llhai
itu, adalah seorang kepala perampok dan pemerkosa itu
kemudian dibunuh Cia Song. Dengan hati sedih Kwee Bun To
pulang dan menceritakan hal itu kepada puterinya. Bi Hwa
menyambut cerita ayahnya itu dengan tangis.
Kwee Bun To memandang puterinya dan menghela napas
panjang. Dia merasa iba sekali kepada puterinya yang
442 tersayang. Puterlnya adalah satu-satunya orang yang dia miliki
di dunla ini, satu-satunya orang yang paling dekat dengan
hatinya. Dla mau berkorban apa saja, kalau perlu nyawanya,
untuk puterinya. "Bi Hwa, percayalah, akupun menyesal bukan main. Tadinya aku
bermaksud minta pertanggungan lawab Giam Ti dan ia harus
menikahimu untuk mencucl aib. Akan tetapi murid Siauw-lim-pai
Itu terlanjur turun tangan membunuhnya.
Bl Hwa sudah menguatkan hatlnya dan menghentlkan tanglsnya,
la meng-angkat mukanya yang agak pucat dan sepaaang
matanya yang merah karena" tangls. "Ayah, aku sukar dapat
percaya bahwa pelakunya adalah seorang kepala perampok.
Bagaimana dia beranl mengganggu keluarga ayah?"
"Anakku, bagaimana aku tldak akan mempercayanya" Ketika dia ditangkap Cia Song murid Siauwlim-pai itu dan dihadapkan padaku, penjahat itu telah mengaku
sendlri. Dan Ingat, dia bukan kepala perampok biasa. Dia
menJadl kepala gerombolan yang bersarang di Buklt Angsa tak
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jauh dari sini. Julukannyai Hui-houw-ong (Raja Harimau
Terbang) sedikitnya menunjukkan bahwa dia memiliki
kepandaian yang tinggi juga."
"Aku masih merasa penasaran, ayah. Orang itu sangat lihai.
Ketika memasuki kamarku, sama sekali aku tidak mendengar
apa-apa. Hal inl menunjukkan dia tentu memiliki gin-kang (ilmu
me-ringankan tubuh) yang sempurna. Paria hal, aku biasanya
peka sekali, sedikit saja suara mencurigakan sudah cukup untuk
443 membangunkan aku. Dan totokannya itu! Benar-benar
melumpuhkan seluruh tubuhku. Bukan main lihainya'."
"Sudahlah, Bi Hwa. Tidak perlu penasaran lagi. Bagaimanapun
juga, pelakunya sudah mengaku dan sudah terhukum mati. Aku
merasa lelah sekali lahir batin, periu mengaso." kata Kwee Bun
To sambil memasuki kamarnya.
Bi Hwa. masih duduk termenung. Ia merasa menyesal sekali,
dan kecewa mendengar bahwa yang memperkosanya dahulu
adalah seorang kepala perampok, seorang penjahat. Kalau saja
pelakunya itu seotang murid Siauw-lim-pai, seorang pendekar
seperti yang disangkanya semula, tentu ia tidak akan merasa
sehina itu. Akan tetapi seorang kepala perampok" Andaikata
penjahat Itu tertangkap hldup-hldup pun ia tidak akan sudi
menjadl isteri seorang kepala perampoki Akan tetapi hatinya
masih belum puas. la masih penasaran sekali. la masih ingat benar. Pria yang
memperkosanya malam itu, walaupun dalam keadaan gelap dan
ia sama sekali tidak dapat melihat wajahnya, namun tidak
mungkin laki-laki Itu seorang penjahat yang kasar dan kejam.
Biarpun tidak mengucapkan sepatahpun kata, biarpun la tldak
dapat melihat orangnya, namun lakl-lakl itu demlkian lemah
lembut! Tidak mungkin dia seorang kepala perampok, seorang
penjahat yang kasar dan kejam!
la harus menyelidikinya sendiri! Ayahnya kadang terlalu keras,
lebih banyak penggunakan tenaga daripada akal. Timbullah
semangat Bi Hwa dan pada keesokan harinya, Kwee Bun To
mendapatkan kamar anakpya kosong dan hanya menemukan
444 sepucuk surat kepadanya. tulisan tangan anaknya yang ditujukan Ayah, Saya pergi merantau untuk menghibur hati yang gundah. Harap
ayah Jangan mencari saya karena saya tidak akan pulang
sebelum kedukaan ini lenyap.
Kalau sudah tiba saatnya saya pasti pulang; Anak:
Kwee Bi Hwa. Pada saat Itu muncul keinginan Kwee Bun To untuk mengejar
anaknya, dan mencegahnya pergi. Dia sudah melompat keluar
kamar dan hendak lari mengejar keluar rumah, Akan tetapi
setibanya di luar rumah, dia berhenti dan sekali lagi dibacanya
surat anaknya. Dia menggeleng kepalanya dan menghela napas
panjang, lalu menyimpan surat itu dan masuk kembali ke dalam
rumah. Tidak dia tidak akan melakukan pengejaran. Dia
mengenal baik puterinya itu. Di balik kelembutannya, anak itu
mempunyai hati yang keras, tekad yang bulat seperti yang
dimiliki kaum wanita suku Mancui pada umumnya. Anaknya
sudah mengambil keputusan untuk pergi merantau dan ia tidak
akan mau dicegah, tidak akan dapat dilarang ataupun dibujuk.
Apa lagi anaknya itu bukan seorang wanita lemah. Sejak kecil
sudah belajar dan berlatih silat dengan baik dan termasuk
seorang yang berbakat. Anaknya tidak akan mudah diganggu
orang jahat. la pandai menjaga dan membela diri. Hal itu tidak
perlu dia khawatirkan. Dia ha-nya merasa sedih harus berpisah
dari puterinya. Akan tetapi dia maklum bahwa kalau dia
menghalangi niat puterinya, hal itu akan membuat Bi Hwa marah
445 dan berduka. Maka, dengan hati berat ayah ini mengambil
keput.usan untuk rnenanti saja di situ sampai puterinya pulang.
Pada keesokan harinya, Kwee Bi Hwa berjalan seorang diri
mendaki lereng dekat puncak Bukit Angsa. Tidak sukar ba-ginya
untuk menemukan bukit ini yang tidak berada terlalu jauh dari
tempat tinggalnya yang berada di bukit lain dari pegunungan itu.
Bukit Angsa itu dard jauh sudah tampak. Blarpun tlngginya ti-dak
banyak bedanya dengan buklt-buklt lain yang memenuhl daerah
pegunungan iltu, namun Bukit Angsa mempunyai cirl yang khas,
yaitu bentuk puncaknya. Puncak bukit dengan pohon-pohon
besar itu, tampak dari jauh membentuk seekor angsa!
Setelah Bl Hwa tiba dl dekat puncak tlba-tlba berkelebatan
bayangan belasan orang dan dia sudah dik-epung oleh orangorang yang tampak bengis menyeramkan. Mereka aemua
membawa sebaiang golok dengan tangan kanan. Dl baju
mereka baglan dada terdapat luklsan seekor harimau terbang!
Tahulah Bi Hwa ia berhadapan dengan gerombolan yang
dipimpin oleh Hui-houw-ong Giam Ti, pemlmpin Gerombolan
Harimau Terbang. Seorang di antara mereka, yang agaknya
menjadl pemimpin, ketika melihat sebatang ipedang tergantung
dl punggung gadis manis itu. bersikap hati?hati dan dia
melangkah maju menghadapi Bi Hwa dan bertanya.
"Nona, siapakah engkau dan apa kehendakmu datang dan
melanggar daerah kekuasaan kami?"
"Tidak perlu kalian tahu siapa aku. Aku sengaja datang ke sini
hendak mencari keterangan tentang seorang yang bernama Huihouw-ong Giam Tl." kata Bi Hwa.
446 Mendengar jawaban ini, orang-orang itu tampak terkejut dan
marah. Mereka mengepung ketat dan siap dengan golok
mereka. "la mata-mata musuhi"
"Bunuh ia untuk menyembahyangi arwah Giam Toa-ko!"
Lima belas orang itu serentak menyerbu. Bi Hwa dari segala
jurusan. Bi Hwa menggerakkan tangan kanannya dan tampak
sinar berkilat ketika ia mencabut pedang. Kemudian sinar
pedangnya bergulung-gulung ketlka ia menyambut serangan,mereka. Sinar pedang itu menyambar-nyambar . dilkuti
tamparan tangan kirl dan tendangan kaklnya. Terdengar terlakan
para pengeroyok dan merekapun roboh berpelantingan, terkena
tamparan atau tendangan, sedangkan golok mereka patah dan
terpental ketika bertemu sinar pedang. Lima belas orang itu
terkejut bukan main dah mereka menjadi ketakutan lalu
melarikan diri pontang panttng ke arah puncak.
Bi Hwa melakukan pengejaran ke puncak Bukit Angsa. Di
puncak la menemukan sarang gerombolan yang merupakan
sebuah perkampungan dengan rumah-rumah kayu sederhana.'
Ketika ia memasuki perkampungan itu, di situ tampak sepi.
Semua-pondok tertutup pintu dan jendelanya. Akan tetapi ia
maklum bahwa para anggauta gerombolan itu masih berada di
situ, bersembuyi dalam rumah-rumah yang tertutup.
Bi Hwa mellhat sebuah rumah yang paling besar di antara
rumah-rumah lain. la menghampiri rumah besar itu, berdirl di
depannya lalu berseru sambll mengerahkan sin-kangnya
447 sehlngga suaranya terdengar melengklng
menggetar dl seluruh perkampungan itu.
nyarlng dan "Hel, semua anggauta gerombolan Macan Terbang, keluarlah
Aku tidak Ingin mencelakai kalian. Kedatanganku hanya ingin
minta keterangan dari kalian! Hayo keluar, kalau tidak aku akan
marah dan akan kubakar seluruh perkampungan ini!"
Gertakannya berhasil. Rumah-rumah mulai membuka pintunya
dan bermunculanlah para anggauta gerombolan yang tadi
mengeroyoknya dan bersama mereka keluar pula wanitawanita
dan kanak-kanak, yaitu keluarga mereka. Setelah pemimpin
mereka menjatuhkan diri berlutut, semuanya lalu berlutut
bersama keluarga mereka. Jumlah para anggauta gerombolan
itu sebanyak dua puluh orang lebih dan keluarga mereka lebih
banyak lagi. "Li-hiap (pendekar wantta), ampunkan kami...." kata pemimpin
gerombolarr itu. Bi Hwa memperhatikan seorang wanita cantik
berusia kurang lebih dua puluh llma tahun yang menuntun
seorang anak perempuan berusia sekitar empat tahun keluar
dari rumah besar, diikuti beberapa orang wanita berpakaian.
pelayan. Wanita inipun mengajak anaknya menjatuhkan diri
berlutut. "Aku tidak akan mencelakai kalian asalkan kalian mau
memberitahu padaku dengan sejujurnya tentang Hui-houw-ong
Giam Ti. Siapa di antara kalian yang dapat memberi keterangan
yang lengkap tentang dia"
448 "Saya dapat, lihiap. Saya Giam Kui, adik kandung kakak Giam
Ti." kata laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun yang tadi
bersikap sebagai pimpinan gerombolan itu.
"Saya juga bisa, lihiap. Saya adalah isteri Hui-houw-ong Giam
Ti." kata wanita cantik tadi dengan suara lembut.
"Baik, kalian berdua boleh menjawab semua pertanyaanku
dengan sejujurnya. Dan yang lain bubarlah, lakukan pekerjaan
kalian masing-masing."
Semua anggauta gerombolan tampak lega dan mereka lalu
bubaran. Isteri Giam Ti bangkit dan berkata, "Li-hiap, mari
silakan masuk rumah agar kita lebih leluasa bicara."
Bl Hwa mengangguk dan ia laiu diiringkan Nyonya Giam Ti yang
memondong anaknya, dan Giam Kui. Para pelayan terus masuk
ke belakang untuk mempersiapkan minuman, sedangkan Bi Hwa
dipersilakan duduk di ruangan depan.
"Sekarang katakan, di mana adanya Hui-houw-ong Giam Ti?"
tanya Bi Hwa sebagai pancingan.
Isteri dan adik mendiang Giam Ti itu tampak terkejut dan saling
pandang dengan heran. "Akan tetapi lihiap.... dia sudah mati...." kata
Nyonya Giam Ti dengan suara terisak. "Apa yang telah terjadi
dengan dia" Coba ceritakan dengan sejelasnya Jangan
berbohong!" 449 Nyonya Giarii Ti menoleh kepada adik iparnya dan berkata,
"Adik Giam Kui, engkau yang lebih tahu duduk persoalannya.
Engkau ceritakanlah kepada lihiap." Giam Kui mengangguk lalu
berkata. "Kejadian itu baru beberapa hari yang , lalu, lihiap. Seorang
pemuda yang amat lihai datang ke perkampungan kami ini dan
dia mengamuk, merobohkan kami semua, termasuk kakak saya
Giam Ti. Kemudian dia memaksa kakak saya untuk ikUt
dengannya dan melaksanakan semua perintahnya dengan
ancaman bahwa kalau kakak saya tidak mau menurut, dia bukan
saja akan membunuh kakak Giam Ti, akan tetapi dia juga akan
menyiksa dan membunuh kakak ipar ini dan anaknya. Karena
tidak mampu melawan dan takut akan ancaman itu, kakak Giam
Ti pergi dengan dia." Giam Kui menghentikan ceritanya dan
memandang wajah Bi Hwa seolah dia sebetulnya tidak perlu
bercerita karena gadis perkasa di depannya itu tentu telah
mengetahui semua peritiwa itu.
"Hemm, begitukah" Tahukah engkau siapa nama pemuda itu?"
tanya Bi Hwa. Dua orang itu saling pandang lagi dan
menggeleng kepala. "Kami semua tidak ada yang tahu siapa dia, li-hiap. Dia seorang
pemuda yang tampan dan gagah sikap dan gerak geriknya
halus, akan tetapi dia lihai bukan main. Usianya sekitar dua
putuh. lima tahun." kata Giam Kui.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Bi Hwa.
"Kakak saya tidak pulang malam itu dan pada keesokan harinya,
ada utusan dari Siauw-lim-si yang mengabarkan bahwa kakak
450 saya telah tewas dan kami disuruh mengambil jenazahnya yang
telar berada di luar kuil." kata Giam Kui dan kakak iparnya
menangis terisak. "Sekarang katakan, bagaimanakah tingkat ilmu silat Giam Ti itu"
Apakah dia lihai sekali" Apakah tingkatnya jauh lebih tinggi
dibandingkan tingkatmu?" tanya Bi Hwa kepada Giarn Kui.
"Li-hiap, dia adalah kakak saya dan juga kakak seperguruan
saya. Memang tingkat kepandaiannya lebih tinggi dari pada
tingkat saya, akan tetapi tidak jauh selisihnya."
Mendengar ini Bi Bwa mengerutkan alisnya. Tingkat ilmu silat
Giam Kui ini tidak berapa tinggi, dalam dua tiga gebrakan saja
roboh olehnya. Kalau tingkat kepandaian Giam Ti hanya sedikit
lebih tinggi dari adiknya ini, tidak mungkin di malam itu mampu
memasuki kamarnya tanpa terdengar dan dapat menotoknya.
"Jawablah sejujurnya, apakah lebih sebulan yang lalu dia pernah
menyerbu rumah Kwee Bun To yang berada di puncak bukit
sana itu" Pada malam hari dia melakukan penyerbuan itu?"
Giam Kui mengerutkan alisnya dan menggeleng kepalanya. "Ah,
tidak sama sekali, lihiap. Terus terang saja, walaupun kami suka
melakukan pekerjaan merampok, namun kami tidak pernah
menggapggu penduduk sekitar pegunungan ini. Kami takut
kepada Siauw-lim-pai dan kami hanya minta sumbangan dari
orang-orang luar yang kebetulan lewat di daerah ini."
"Hemm,! pertanyaan terakhir dan kuharap kallan menjawab
dengan terus terang karena Jawaban ini penting bagi
451 penyelidikanku. Apakah Glam Tl seorang laki-laki yang mata
keranjang dan suka mengganggu wanlta?"
"Ah, sama sekall tidak" Nyonya Glam Ti tiba-tiba berterlak.
"Mendiang suamlku adalah seorang suaml yang baik. Dia amat
mencinta saya dan mencinta anak kami!"
Bi Hwa merasa sudah cukup mendapatkan keterangan yang
memuaskan hatinya. la bangkit berdiri dan berkata kepada Giam
Kui. "Nah, cukuplah keterangan kalian. Terima kasih dan aku
berpesan kepada semua ahggauta gerombol-an ini untuk
mengubah cara hidup dan cara kerja kalian. Hentikanlah
pekerjaan kalian merampok itu. Giam Kui, engkau pimpinlah
anak buahmu untuk bekerja sebagai petani dengan rajin. Kulihat
bukit ini memiliki tanah yang amat subur. Kalau kalian rajin dan
tekun, bertani di sini tentu akan mendatangkan hasil yang cukup
baik. Juga terdapat banyak binatang buruan dalam hutan-hutan
di pegunungan ini. Kalian dapat juga menjadi pemburu binatang.
Kulit dan daglngnya dapat kalian jual. Jangan melakukan
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejahatan lagi karena kalau kalian masih tidak mau mengubah
jalan hidup kalian, pada suatu hari tentu akan muncul pendekar
yang membasmi kalian. Bahkan aku sendlrl kalau kelak
mendapatkan kalian masih menjadi gerombolan perampok, tentu
takkan tlnggal diam dan takkan memberi ampun."
"Baik, lihlap, kami akan mentaati pesan lihiap." kata Giam Kui
yang memang sudah merasa jerih melihat kematian kakaknya.
Bi Hwa meninggalkan Buklt Angsa dengan hatl puas. Yakinlah
kini hatinya bahwa yang memperkosanya dahulu Itu jelas bukan
Hul-houw Giam Tl. 452 Sambil berjalan menuruni bukit itu Bi Hwa termenung. Akan
tetapi mengapa Giam Ti mengaku di depan ayahnya bahwa dia
yang melakukan pemerkosaan itu" pan mengapa murid Siauwlim-pai itu menangkapnya" Kemudian malah membunuhnya"
Tidak salah lagi, pikirnya. Pasti ada rahasia di balik peristiwa ini
dan satu?satunya orang yang patut dicurigainya adalah murid
Siauw-lim-pai itu. la sudah melihat pemuda itu. Pemuda yang
tampan dan halus budinya. Dan menurut ayahnya, pemuda itu
yang bernarna Cia Song, memiliki tingkat ilmu silat amat tinggi!
Bi Hwa mengepal kedua tangannya. Tak salah lagi! Tentu Cia
Song itulah pelakunya! Ketika ayahnya menuntut ke Siauw-limpai, Cia Song berjanji kepada ayahnya untuk dalam waktu
sebulan menangkap pelaku pemerkosaan itu. Cia Song juga
datang ke rumahnya untuk mendengar sendiri keterangan dari
mulutnya. Semua itu hanya untuk mengelabuhi ayahnya saja.
Tentu pemuda itu menangkap Giam Ti dan memaksa kepala
gerombolan itu untuk mengaku bahwa dialah pelakunya.
Agaknya Giam Ti terpaksa membuat pengakuan palsu karena
takut kalau-kalau isteri dan anaknya dibunuh seperti yang
diancamkan Cia Song ketika datang dan menangkapnya.
Setelah Giam Ti terpaksa mengakui perbuatannya yang
sebenarnya tidak dilakukan-nya untuk melindungi isteri dan
anaknya, Cia Song lalu membunuhnya agar rahasianya tidak
ada yang rnengetahui dan membocorkannya.
"Pasti begitulah yang telah terjadi'" desis mulut Bi Hwa dan ia.
mengepal lagi tangan kanannya. "Cia Sohg, engkau harus
mempertanggung-jawabkan perbuatanmu. Aku akan mencarimu
dan sampai mati aku tidak akan berhenti mencarimu sampai aku
dapat bertemu dengan-mu!" Setelahimengambilkeputusan ini
453 dalam hatinya, Bi Hwa lalu melanjutkannya berlari cepat, dan
kedua matanya menjadi basah.
*** Bi Lan memasuki kota raja Lin-an yang merupakan ibu kota
Kerajaan Sung Selatan dengan berjalan perlahan-lahan. la tidak
mengacuhkan pandang mata pa?ra pria di jalanan yang
ditujukan kepadanya karena hal itu sudah biasa baginya.
Semenjak berpisah dari Jit Kong Lama dan turun gunung, di
setiap kota dan dusun yang dilewatinya, ia selalu melihat mata
para pria yang memandang kepadanya dengan kagum.- Ia tidak
memperdulikan lagi pandang mata mereka itu karena ia sendiri
sedang asik terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan
besa" di kota raja Lin-an. Ketika ia menlnggalkan kota raja,
dilarikan oleh kakek Ouw Kan yang menculiknya, ia baru berusia
tujuh tahun. Selama lebih dari sebelas tahun la meninggalkan
kota ini, dan sekarang ia memasuki kota ini dengan rasa kagum
brkan main. Segalanya sudah berubah. Bangunan-bangunan
besar dan indah. Taman-taman yang luas. Toko-toko penuh
bermacam-macam barang. rumah-rumah penginapan dan
rumah-rumah makan. la menjadi bingung dan tidak mengenal
jalan. la sudah lupa di mana letak rumah orang tuanya! "
Kemudian ia teringat. Rumah orang tuanya berada di sebelah
barat istana raja. Tidak begitu jauh dari istana, sekitar satu
kilometer saja jauhnya. Teringat akan ini, ia lalu mencari istana
kaisar. Dengan bertanya-tanya, mudah saja.! ia menemukan
bangunan-bangunan megah istana itu. Dari sini diambilnya jalan
yang menuju ke barat. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, ia
menjadi bingung lagi karena rumah-rumah di situ sudah banyak
454 berubah ia tak dapat mengenal lagi yang mana rumah orang
tuanya. Hatinya yang tadinya semakin tegang setelah ia
mengambil jalan inl, berubah menjadi bingung. Yang mana
rumah orang tuanya" la berhenti di depan sebuah rumah besar yang tampaknya baru.
Pekarangan rumah itu mirip dengan pekarangan rumah orang
tuanya dahulu. Dan bentuk rumahnya juga sama, hanya yang ini
tampak baru. Ah, tak salah lagi. Inilah ru-mah orang tuanya.
Pohon tua di sebelah kiri itu, di mana ia sering bermain, masih
ada. Dengan hati gembira penuh harapan Bi Lan memasuki
pekarangan itu. Karena hatinya tegang dan pandang matanya
ditujukan penuh perhatian ke arah bangunan, ia tidak tahu
bahwa sejak tadi beberapa pasang mata menatap dan mengikuti
gerak-geriknya dari sebuah gardu penjagaan yang terdapati di
peka-rangan itu. Bi Lan melangkah masuk. "Hei, nona! Berhenti!" terdengar
bentakan dan tiba-tiba dari sebelah kanannya muncul litna orang
berpakaian perajurit yarig membawa tombak, langsung mereka
itu berdiri .menghadang di depannya, memandang dengan sikap
keren akan tetapi mulut mereka menyeringai secara kurang ajar.
Bi Lan memandang mereka dengan heran. Dahulu, rumah orang
tuanya tidak dijaga oleh perajurit, maka ia menjadi ragu lagi
apakah ia memasuki pekarangan rumah, yang kellru.
Seorang perajurit jangkung dan agak-pya menjadi kepala
penjaga, mengamati wajah dan tubuh Bi Lan dengan pandang
mata "lapar", kemudian bertanya dengan suara keren. "Nona
455 manis, engkau tidak boleh memasuki pekarangan ini begitu saja
tanpa ijln dari kami! Engkau siapakah dan apa kehendakmu
memasuki pekarangan ini?"
Melihat sikap yang ceriwis itu, Bi Lan tldak
memperkenalkan namanya. Langsung saja ia bertanya.
mau "Bukankah ini rumah Perwira Han Si Tiong?"
Si jangkung itu memandang kepada Bl Lan dengan mata terbuka
lebar karena heran, lalu menoleh kepada teman-temannya dan
tertawa, diikuti suara tawa teman-temannya. Mereka adalah
perajurit-perajurit yang berusia antara dua puluh dua dan dua
puluh lima tahun, Tentu saja mereka tidak mengenal nama itu karena pada waktu
Perwira Han Si Tiong tinggal di situ, belasan tahun yang lalu,
mereka masih kecil dan belum menjadi perajurit.
"Ha-ha-ha, nona manis, apakah engkau bermimpi?" kata si
jangkung sambil menengok ke arah rumah yang ditunjuk oleh Bi
Lan. "Gedung ini adalah milik dan tempat tinggal Ciang Kongcu
(Tuan Muda Ciang) dan kami tidak mengenal Siapa itu Perwira
Han Si Tiong!" Bi Lan mengerutkan alisnya. Setelah klni melihat keadaan
pekarangan dan ru-mah gedung itu, walaupun terdapat banyak
perubahan, namun ia merasa yakin bahwa inilah rumah orang
tuanya. la memandang lima orang perajurit dan maklum bahwa
mungkin mereka inl tidak tahu apa yang terjadi sebelas tahiin
lebih yang lalu karena pada waktu itu mereka ini tentu belum
menjadl perajurlt. Akan tetapl, penghunl baru rumah inl tentu
456 tahu di mana adanya orang tuanya. Mungkin saja orang tuanya
sudah plndah tempat atau dltugaskan di kota lain.
"Kalau begitu aku akan bertemu dengan Ciang Kongcu." kata Bl
Lan. Mendengar Ini, lima orang perajurit itu menyerinyai semakin
lebar. "Wah, ini namanya domba muda gemuk menghampiri
harimau yang sedang lapar! Engkau akan ditelannya bulatbulat!"
kata seorang perajurit. Si jangkung tertawa, "Ha-ha, itu benar, nona. Engkau begini
cantik, begini lembut. Daripada daglngmu yang lembut dicabikcabik harimau kelaparan, lebih baik engkau kujadikan isteriku.
AKU ftasih perjaka ting-ting dan sebentar lagi naik pangkat. Marl
kita bicara di dalam gardu, biar lebih bebas, leluasa aan asik."
Si jangkung itu menjulurkan tangan-nya menangkap
pergelangan tangan kanan gadis itu dan hendak menarlknya
untuk diajak memasuki gardu penjagaan, ditertawakan oleh
empat orang temannya. Bi Lan menjadi marah Sekali. Sekali
menggerakkan tangan kanannya, ia sudah menusuk lambung
orang itu dengan jari-jari tangannya.
"Hukk !" Tubiih si jangkung ditekuk ke depan
karena perutnya terasa nyeri bukan main dan ketika dia
membungkuk itu, Bi Lan menangkap dan menjambak rambutnya
sehingga topi seragamnya terlepas dan rambutnya terurai. Bi
Lan menjarnbak rambut dan menekan kepala itu sehingga si
jangkung mengaduh-aduh dan kepalanya tertekan ke bawah, tak
dapat meronta karena dia masih menderita nyeri hebat pada
457 perutnya yang disodok tadi! Empat orang temannya terkejut dan
cepat mereka itu menerjang maju, hendak memukul dengan
tombak mereka. Akan tetapi, Bi Lan menggerakkan tangan kiri
dan kaki kanait enipat kali. Empat orang perajurit itupun roboh
terbariting dengan keras, tombak mereka. terpental dan terlepas.
Sekali sambar, Bi Lan telah merampas tombak dari tangan si
jangkung, kemudian melepaskan jambakan dan menggunakan
kaki kiri menginjak kepala itu dari belakang sehingga muka si
jangkung tertekan dan mencium tanah!
Bi Lan menodongkan ujung toitibak runcing itu pada punggung si
jangkung, menghardik. "Berani engkau kurang ajar kepadaku?"
Si jangkung ketakutan dan tanpa terasa celananya menjadi
basah. "Ampun, nona, ampunkan saya.... saya tidak beranl
lagi...." Empat perajurit lain merangkak bangun dan merekapun tidak
berani menye-rang melihat betapa nona itu ternyata lihai bukan
main dan kini mengancam komandan mereka dengan tombak.
"Hayo cepat antar aku menewui penghuni rumah ini. Jangan
banyak tingkah kalau engkau tldak ingin tombakmu . Ini
menembus dadamu!" Bi Lan menghardik sambil melepaskan
tekanan kakinya pada kepala orang Itu.
"Baik.... baik.;..nona....'" Si jangkung merangkak dan bangkit
berdiri sambil meringis dan memegangi perutnya yang masih
nyerl, Mukanya, terutama bibir dan hidungnya, berlepotan tanah.
"Hayo maju!" Bi Lan menodongkan tombaknya di punggung si
jangkung Itu yang berjalan menuju ke gedung dengan agak
458 terpincang dan muka ditundukkan. Dia merasa takut sekali
karena ujung tombak yang runcing itu terasa benar menekan
punggungnya. Setelah mereka tiba di pendapa, tiba-tiba pintu depan rumah
gedung itu terbuka dari dalam dan muncullah empat orang lakilaki dari dalam. Bi Lan memandang penuh perhatian. Seorang
dari mereka adalah pria berusia enam puluh tahun lebih,
berpakaian gagah dan indah, pakaian seorang panglima perang,
bertu-buh tinggi besar dan pandang matanya angkuh seperti
pandang mata seorang yang sadar dan bangga akan kedudukan
dan kekuasaannya. Orang ke dua juga berpakaian seperti
seorang panglima, ha-nya tidak sementereng pakaian panglima
tlnggi besar itu. Usia orang ke dua itu sekitar lima puluh tahun,
tubuhnya tinggi kurus, mukanya begitu kurus mirtp muka tikus,
akan tetapi matanya tajam dan bergerak-gerak membayangkan
kecerdikan. Orang ke tiga berpakaian seperti seorang tosu
(pendeta Agama To) tubuhnya pendek gendut, tampak lucu.
Usianya sekitar enam puluh lima cahun, mukanya berwarna
kekuningan, muiutnya tersenyum mengejek dan pandang matanya agak memandang rendah segala sesuatu. Adapun orang ke
empat masih muda, sekitar tiga puluh tahun. Tubuhnya tinggi
besar, wajahnya tampan dan gagah dengan alisnya yang hitam
tebal. Dia berpakaian seperti seorang pemuda bangsawan,
pakaiannya indah dan dia pesolek, rambutnya licin berminyak,
bahkan kulit mukanya ada tanda-tanda bekas bedak. Di
pinggangnya tergantung sebatang pedang yang sarungnya
cerukir indah. 459 "Apakah aku berhadapan dengan pemilik dan penghuni rumah
ini?" tanya Bi Lan sambil memandang empat orang itu.
Orang muda bangsawan itu melangkah maju. "Nona, akulah
pemilik rumah ini. Nona slapakah dan ada keperluan apakah
mencarl aku?" Mendengar ini, Bi Lan mengayunkan kaki menendang dan
perajurit jangkung itu terlempar dan jatuh terbantihg bergulingan.
Bi Lan melemparkan-tombak itu ke dekat orang itu sambil
membentak, "Pergilah!" Tombak itu menancap di atas tanah,
dekat si jangkung yang terlempar keluar ke pekarangan.
Setelah itu Bi Lan menghadapi empat orang itu. Sikapnya
tenang saja biar" pun ia berhadapan dengan orang-orang yang
melihat pakaiannya tentu merupakan orang-orang berkedudukan
tinggi. "Jadi engkaukah yang sekarang menempati rumah ini?" tanya Bi
Lan sambil memandang kepada pemuda tinggi besar itu. la
sudah dapat menduga agaknya orang inl yang tadi oleh para
perajurit penjaga disebut sebagai Ciang Kongcu.
"Benar aekali, nona. Aku, Ciang Ban, yang menjadi penghuni
rumah ini. Apakah yang dapat aku bantu untukmu?" Ciang Ban,
atau lebih dikenal sebagai Ciang Kongcu, berkata sambil
tersenyum ramah setelah dia melihat jelas betapa cantik
jelitanya gadis itu. Diapun melihat betapa gadis itu lihai dan kuat
sekali, tidak hanya dapat memaksa kepala jaga mengantarnya,
akan tetapi juga dari tendang-annya tadi tahulah dia bahwa
gadis itu memiliki ilmu silat yang tangguh.
460 "Aku ingin mengetahui tentang penghuni lama rumah ini, yaitu
Perwira Han Si Tiong dan isterinya. Kalau mereka tidak tinggal di
sini lagi, di mantakah mereka sekarang berada?"'
Mendengar pertanyaan ini, Ciang Kongcu menoleh kepada tiga
orang lain yang keluar bersamanya, kemudian panglima yang
tinggi besar dan berpakaian indah mewah itu berkata, "Perwira
Han Si Tiong" Ah,, tentu saja kami mengenalnya dengan baik,
nona. Dia adalah rekan dan sahabat kami. Akan tetapi, siapakah
engkau, nona?" Mendengar bahwa panglima tua tinggi besar itu mengaku
sebagai sahabat ayahnya dan hal ini sewajarnya karena mereka
sama-sama perwira kerajaan, Bi Lan segera menjawab, "Saya
adalah Han Bi Lan, dan saya ingin mengetahui di mana adanya
ayah dan ibu saya." "Ahh! Kiranya engkau puteri Han ciangkun yang diculik penjahat
ketlka masilh kecil" Senang sekall kami mellhat engkau dalam
keadaan selamat, nona Han. Akan tetapl marllah klta masuk dan
bicara di dalam tldak pantas kita bicara sambil berdiri di luar."
"Terima kasih, kata Bi Lan dan ia mengikuti mereka masuk ke
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ruangan dalam yang luas. Begitu memasuki rumah itu, Bi Lan
merasa terharu karena rumah di mapa ia dilahtrkan dan
dibesarkan sampai berusia tujuh tahun. Setelah memasuki
rumah itu, ia yakin benar bahwa ini rumah orang tuanya dahulu
walaupun prabot rumahnya telah diganti dengan barang-barang
yang indah dan mahal. Setelah mereka Han Bi Lan dan empat orang itu duduk, Ciang
Ban atau Ciang Kongcu memperkenalkan tiga, orang lainpya
461 kepada gadis itu. "Han Siocla (Nona Han), perkenalkan. Ini
adalah ayahku bernama Ciang Sun Bo atau disebut Ciang
Goan-swe (Jenderal Ciang), sekarang menduduki jabatan
panglima besar." Bi Lan memandang kepada panglima yang
tinggi besar itu. Ciang Goan-swe mengangguk dan tersenyum
kepadanya. "Ha-ha, Han Siocia. Aku adalah sahabat baik ayahmu. Agaknya
engkau telah lupa kepadaku, akan tetapi aku masih ingat
kepadamu yang ketika itu masih kecil. Engkau baru berusia tujuh
tahun ketika engkau dilarikan penculik. Kami telah mengerahkan
pasukan penyelidik untuk mencarimu, namun tidak berhasil."
"Dan ini adalah Lui Ciangkun (Perwira. Lui), pembantu ayahku."
Ciang Kongcu memperkenalkan perwira tinggi kurus bermuka
tikus itu. "Nama lengkapnya Lui Wan
"Han Soicia, akupun mengenal baik ayahmu, Perwira Han Si
Tiong yang gagah itu." kata Lui Ciangkun dengan pandang
matanya yang cerdik. Bi Lan hanya mengangguk karena semua
itu tidak ingin ia ketahui. Yang ingin ia ketahui adalah di mana ia
dapat bertemu dengan orang tuanya.
"Dan totiang (bapak pendeta) ini adalah Hwa Hwa Cin?jin. Dia
adalah guruku, Han Siocia." Clang Kongcu memperkenalkan
pendeta itu. "Siancai! Han siocia adalah seorang gadis yang cantik dan
gagah perkass sekali. Pinto (aku) senang dapat bertemu
denganmu." 462 "Terima kasih atas perkenalan ini, Ciang Kongcu. Akan tetapi
saya ingin sekali mengetahui di mana saya dapat bertemu
dengan ayah ibu saya."
Ciang Kongcu tidak menjawah melainkan menoleh kepada
ayahnya. Ciang Goanswe kini yang menjawab pertanyaan Bi
Lan, sedangkan Ciang Kongcu memberi isarat kepada tiga
orang itu. Lul Ciangkun segera bangkit dan berkata, "Saya akan
menyampalkan perintah Ciang Kongcu." Perwira tinggi kurus ini
lalu pergi ke belakang. "Han Siocla," kata Ciang' Goanswe. "Kiranya akulah yang lebih
tahu akan keadaan orang tuamu daripada sernua orang yang
berada di sini karena ayahmu masih terhitung pembantuku.
Kurang lebih sebelas tahun yang lalu, Han-ciang-kun dan
isterinya berangkat ke perbatasan utara untuk memimpin
Pasukan Halilintar berperang melawan musuh di utara."
Bi Lan mengangguk tak sabar. "Saya maslh ingat akan semua
itu, Clang Goanswe, Ketika ayah ibu pergi berperang, datang si
jahanam Ouw Kan yang berjuluk Toat-beng Coa-ong Itu ke
rumah ini, membunuh Luma dan tukang kebun yang tidak
berdosa, lalu mencullk saya.
Clang Goan-swe mengangguk-angguk. "Benar, agaknya orang
tuamu mempunyai musuh yang hendak membalas dendam,
akan tetapi karena orang tuamu tidak berada di rurrtah, maka
musuh itu lalu menculikmu. Kami telah mengerahkan pasukan
untuk mencari, namun sia sia sehingga kami putus asa. Maka,
bukan main girang rasa hati kami ketika hari ini tiba-tiba engkau
463 muncul dalam keadaan sehat dan selamat, Han Siocia. kami
sudah menganggap keluargamu seperti keluarga sendiri!"
"Tapi di manakah sekarang orang tua-ku, Ciang Goan-swe?"
tanya Bi Lan tak sabar. Jenderal Ciang menghela napas panjang. "Sesungguhnya, hal
itu kami tidak mengetahulnya. Ketika mereka pulang setelah
menang dalam perang, mereka kami beritahu tentang peristiwa
di rumah ini, bahwa engkau dlculik penjahat tanpa kami ketahui
siapa penculik itu. Ayah ibumu lalu pergl darl slnl, katanya
hendak mencarlmu dan ayahmu bahkan mengembalikan
pangkatnya kepada Sribaginda Kaisar karena dla akan pergi
mencarimu. Dan sampal sekarang orang tua-mu itu tidak pernah
kembali ke sini. Kami prihatin sekali, Han Siocia, akan tetapi
setelah kini engkau kembali dalam ke?adaan selamat kami
merasa girang bukan maln. Tentang orang tuamu, jangan
khawatir, kami tentu akan menyebar pe-nyelidik ke seluruh
penjuru untuk mencari mereka sampai dapat ditemukanl"
Bi Lan merasa girang dengan janjl ini. Memang akan sukarlah
baginya mencari orang tuanya kalau ia tidak tahu ke mana
mereka pergi. Kalau Jenderal Ciang menyebar banyak
penyelidik, tentu hasilnya akan jauh lebih baik.#
la bangkit berdiri dan merangkap ke-dua tangan depan dada.
"Terima kaslh, Goan-swe."
Jenderal Ciang melambaikan tangan menyuruh gadis itu duduk
kembali. "Aih, nona, atau lebih baik kusebut Bi Lan saja. Orang
tuamu sudah seperti saudara denganku, maka engkau
464 kuanggap sebagai keponakanku sendiri. Jangan sebut aku
Goanswe, cukup dengan Paman Ciang saja!"
Kalau begitu, aku adalah toa-ko (kakak) bagimu dan pngkau
siauw-moi (adik perempuan) bagiku!" kata Ciang Kongcu sambil
tersenyum, Pada saat itu, Kui Ciangkun memasuki ruangan itu diikuti
beberapa orang pelayan wanita yang membawa hidangan yang
maslh mengepul, Melihat ini, Bi Lan berkata, "Aih, Paman Ciang, tidak perlu repotrepot....",
"Sama sekali tidak repot, Bi Lan. Saking gembiranya hati kami,
melihat engkau muncul dalam keadaan selamat dan sehat
seolah-olah kami melihat seorang keponakan yang telah mati
hidup kembali, maka kami ingin menyambutmu dengan pesta
dan piakan bersama! Mari, jangan sungkan-sungkan!" kata
Jenderal Ciang dengan gembira sambil menuangkan anggur ke
dalam cawan di depan Bk Lan.
Bi Lan bangkit berdiri. "Maafkan saya, paman. Saya.... saya
ingin ke kamar mandi sebentar."
Jenderal Ciang tersenyum dan mengangguk maklum. Tentu
gadis itu ada keperluan ke kamar mandi, mungkin hendak
membuang air kecil. Maka dia menoleh kepada seorang pelayan
wanita. "Antarkan Nona Han ke kamar mandi".
465 Pelayan itu lalu menghampiri Bi Lan yang bangkit berdiri dan
mengikuti pelayan itu masuk ke bagian dalam. Kamar mandi
rumah gedung itu masih di tempat yahg dulu. Ada dua buah.
Yang besar untuk keluarga dan yang kecil untuk para pelayan.
Bi Lan memasuki kamar mandi yang besar dan menutup daun
pintunya. Setelah Bi Lan kembali ke ruangan tamu, hidangan sudah
lengkap di atas meja. Uap yang sedap memenuhi ruangan itu.
Bau sedap masakan bercampur dengan bau harum minuman
anggur dan arak. "Mari kita minum untuk menyambut keponakanku Han Bi Lan
dan imengucapkan selamat datang!" kata Jenderal Ciang sambil
mengangkat cawan araknya. Semua prang mengangkat cawan
masing-masing dan minum untuk kehormatan Bi Lan. Gadis ini
merasa gembira juga men-dapatkan ppnyambutap geramah ku,
Maka, iapun tidak sungkan-sungkaqi lagi ketika mereka mulai
makan minum dengan gembira.
JILID 13 Makan minum bersama lima orang itu berlangsung gembira.
Diam-diam Bi Lan merasa heran betapa Hwa Hwa Cin-jin makan
daging dan minum arak dengan lahapnya! Akan tetapi ia teringat
akan gurunya sendiri. Gurunya juga seorang pendeta Lhama
yang lajimnya berpantang makan makanan berjiwa dan minumminuman keras, akan tetapi gurunya melanggar pantangan itu.
Banyak pendeta yang melanggar pantangan, baik secara
terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Agaknya Hwa Hwa Cin-jin
ini seperti gurunya, melanggar pantangan secara terbuka dan
466 seenaknya saja. Sambil makan minum, Jenderal Ciang bertanya
kepada Bi Lan. "Kami ingin sekali mengetahui pengalamanmu, Bi Lan. Kami
tadinya sudah putus asa mendengar engkau dilarikan penculik
dan kami tidak berhasil mencarimu. Tahu-tahu setelah sebelas
tahun engkau hilang, hari ini engkau muncul dalam keadaan
selamat dan sehat. Apakah yang terjadi denganmu?"
Melihat keramahan dan kebaikan sikap tuan rumah, Bi Lan tidak
keberatan untuk menceritakan pengalamannya. "Saya dilarikan
penculik itu dengan cepat keluar kota raja."
"Apa engkau tahu siapa penculik itu dan mengapa pula dia
menculikmu?" tanya Jenderal Ciang.
Bi Lan mengangguk. "Dia mengaku terus terang bahwa dia
adalah Toat-beng Coa-ong Ouw Kan dan dia diutus oleh Raja
Kin untuk membunuh ayah dan ibu sebagai balas dendam
karena ayah telah menewaskan Pangeran Cu Si, putera Raja
Kin, dalam perang. Karena ayah dan ibu tidak ada, maka Ouw
Kan lalu menculikku dengan niat untuk menyerahkan saya
kepada Raja Kin." "Hemm, jahat , jahat !" kata Jenderal Ciang.
"Kemudian bagaimana Bi Lan?"
"Dalam perjalanan itu, saya ditolong oleh Suhu Jit Kong Lhama
yang mengalahkan Ouw Kan dan selanjutnya saya ikut suhu
untuk mempelajari ilmu silat sampai sebelas tahun lamanya.
467 Setelah selesai belajar, saya lalu berpisah dari suhu dan datang
ke ibu kota Lin-an ini untuk mencari ayah ibu."
"Hemm, jadi engkau selama ini menjadi murid Jit Kong Lhama"
Ke mana saja engkau dibawanya?"
"Suhu mengajak saya mengasingkan diri di sebuah bukit di
pegunungan Kun-lun-san."
"Ah, begitu jauh" Pantas saja usaha kami mencarimu tidak
berhasil. Dan di mana sekarang adanya Jit Kong Lhama?"
"Suhu sudah kembali ke Tibet."
"Siancai ! Kiranya nona menjadi murid Jit Kong
Lhama!" kata Hwa Hwa Cin-jin. "Pantas nona amat lihai pinto
(saya) sudah mendengar akan nama besar gurumu itu, nona!"
Akhirnya perjamuan makan itu selesai. Bi Lan makan sampai
kenyang dan ia sudah minum cukup banyak anggur, minuman
yang tidak biasa memasuki perutnya. Tiba-tiba gadis itu
mengangkat tangan kiri menutupi mulutnya yang menguap. Tak
dapat ia menahan untuk tidak menguap. Rasa kantuk yang kuat
sekali menguasainya. Ia bangkit akan tetapi terkulai dan jatuh
terduduk kembali. Kantuknya tak tertahankan dan akhirnya gadis
itu merebahkan kepalanya di atas meja, berbantal lengannya
sendiri dan dari pernapasannya yang lembut mudah diketahui
bahwa ia telah tertidur! Jenderal Ciang bertepuk tangan, lalu dia menjulurkan tangannya
dan mengguncang pundak gadis itu. Namun Bi Lan tetap tidur
pulas, agaknya tidurnya nyenyak sekali.
468 "Ha-ha-ha, bagus sekali, Cin-jin. Pekerjaanmu berhasil baik
sekali!" dia memuji sambil memandang kepada Hwa Hwa Cin-jin
karena dia tahu bahwa tosu itulah yang menaburkan bubuk putih
ke dalam cawan anggur gadis itu ketika tadi Bi Lan pergi ke
kamar mandi. "Ha-ha, racun pembius pinto tidak akan ada yang mampu
menahannya, Ciang-goanswe. Biar seekor gajah sekali pun
akan tertidur pulas kalau menelan racun pembius buatan pinto,"
kata Hwa Hwa Cin-jin dengan bangga.
"Goanswe, saya kira gadis ini sebaiknya cepat dibunuh saja. Ia
puteri Han Si Tiong dan ini berbahaya sekali. Kalau sampai ia
mengetahui bahwa Toat-beng Coa-ong Ouw Kan itu ada
hubungannya dengan kita dan bahwa kita memusuhi Han Si
Tiong, tentu ia hanya akan menimbulkan kesulitan bagi kita,"
kata Lui To. Jenderal Ciang mengangguk-angguk. "Ya, engkau benar, Luiciangkun. Sejak dulu Han Si Tiong menentangku, bahkan dia
menjadi pembantu setia dari mendiang Jenderal Gak Hui.
Tadinya aku mengira dia sudah mati atau menjadi tawanan Raja
Kin, karena Toat-beng Coa ong Ouw Kan tidak pernah memberi
kabar. Kiranya gadis ini ditolong dan menjadi murid Jit Kong
Lhama! Ia lihai sekali berbahaya, memang sebaiknya kalau
dibunuh saja." "Tapi, ayah, di manakah sebetulnya ayah ibu gadis ini?" tanya
Ciang Ban, matanya memandang gadis yang tertidur itu dengan
mata lahap. 469 "Siapa tahu mereka di mana" Mereka mengembalikan pangkat
kepada Sribaginda Kaisar, mengundurkan diri dan sampai
sekarang tidak ada yang tahu mereka berada di mana. Kalau
saja kita tahu, tentu aku telah mencari jalan untuk membasmi
mereka. Perdana Menteri Chin Kui sendiri pernah membicarakan
mereka dan beliau juga menghendaki agar para pengikut
mendiang Jenderal Gak yang setia itu dibasmi semua karena
hanya akan mendatangkan kesulitan saja."
"Goanswe, tak perlu repot-repot membunuh gadis ini. Sekali
menggerakkan tangan saja ia akan mati. Biarlah pinto
membunuhnya sekarang juga selagi ia masih tidur pulas," kata
Hwa Hwa Cin-jin sambil bangkit berdiri dan dia sudah
mengangkat tangan kanan ke atas, siap untuk menotok jalan
darah maut di tubuh Bi Lan.
"Nanti dulu, suhu!" tiba-tiba Ciang-kongcu bangkit dan
menjulurkan tangan mencegah niat gurunya. "Ayah, aku merasa
sayang sekali kalau gadis sejelita ini, dibunuh begitu saja.
Berikan ia kepadaku, ayah. Setelah aku merasa puas
dengannya, tentu akan kubunuh!"
Jenderal Ciang memandang puteranya dan mengelus
jenggotnya sambil tersenyum. Dia ingat kepada putera
tunggalnya ini dan dia tahu bahwa puteranya itu memiliki
kesukaan yang tiada bedanya dengan kesukaannya sendiri di
waktu muda. "Akan tetapi hati-hatilah, Ciang Ban. Gadis ini
adalah murid Jit Kong Lhama dan ia lihai dan berbahaya sekali!"
Ciang-kongcu menyeringai lebar. "Ha-ha, ayah. Aku mempunyai
banyak cara untuk dia membuat ia tak berdaya dan tunduk
470 kepadaku. Dengan totokan, dengan mengikat tangannya, atau
dengan memberinya obat
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perangsang " "Hemm, sesukamulah. Hanya jangan engkau lengah. Nah,
bawalah ia pergi ke kamarmu!" kata Jenderal yang mewariskan
watak jahatnya kepada anak tunggalnya itu.
Ciang Ban yang sudah terlalu banyak minum arak sehingga
mukanya merah itu tersenyum senang. Dia bangkit dan
menghampiri Bi Lan yang masih tidur.
"Marilah, manisku. Mari kita bersenang-senang!" kata Ciang Ban
dan tanpa malu-malu kepada ayahnya, Lui-ciangkun dan
gurunya, pemuda ini hendak merangkul gadis itu,
memondongnya dan membawanya ke kamar tidurnya yang
berada tidak jauh dari ruangan itu. Dia mendorong daun pintu
terbuka lalu masuk dan mendorong daun pintu kamar itu tertutup
kembali dari dalam tanpa menguncinya.
Tubuh Bi Lan terasa lunak, kenyal, hangat dan menyebarkan
keharuman dari pakaian dan rambutnya yang membuat Ciang
Ban merasa semakin terbakar dan berkobar oleh nafsu
berahinya. Melihat ulah puteranya itu, Jenderal Ciang malah
tertawa geli. Lui-ciangkun atau Lui To yang memang berwatak penjilat itu ikut
tertawa bergelak dan Hwa Hwa Cin-jin yang memang berwatak
cabul dan mata keranjang diam-diam merasa iri kepada Ciangkongcu atau Ciang Ban.
471 Tentu kalau bisa, ingin sekali dia menggantikan pemuda itu,
mempermainkan gadis muda belia itu sepuasnya-puasnya dulu
sebelum dibunuh! Dengan muka kemerahan dan napas terengah-engah terbakar
nafsu, Ciang Ban melempar tubuh Bi Lan ke atas pembaringan,
kemudian bagaikan seekor singa kelaparan menerkam seekor
domba, dia melompat dan menubruk ke arah gadis yang
terlentang di atas pembaringan itu.
"Wuuuuttt desss !!" Ciang Ban mengaduh
ketika perutnya disambut tendangan sebatang kaki yang mungil
namun yang kekuatannya seperti sepotong baja. Tubuhnya
terlempar ke belakang dan jatuh berdebuk ke atas lantai kamar!
Kiranya Bi Lan sama sekali tidak pingsan atau mabok seperti
yang mereka semua kira. Han Bi Lan adalah murid Jit Kong Lhama yang amat disayang
datuk ini. Maka, selain ilmu-ilmu silat tinggi ia juga telah
mempelajari segala macam ilmu sihir dan ilmu sesat dari datuk
itu, termasuk ilmu tentang penolakan segala macam racun yang
biasa dipergunakan oleh golongan sesat untuk menjatuhkan
lawan secara licik. Ilmu sihirpun dikuasai oleh gadis ini. Dan
iapun seorang gadis yang amat cerdik. Maka, ketika ia diterima
dengan amat ramah oleh Ciang Ban dan Jenderal Ciang, juga
melihat wajah Lui To dan terutama Hwa Hwa Cin-jin yang sinar
matanya penuh kelicikan dan kepalsuan, ia sudah merasa
curiga. Diam-diam ia merasakan dan menyelidiki dengan lidahnya
sebelum ia makan minum dan ia mendapat kenyataan bahwa
472 makanan dan minuman itu tidak mengandung racun.
Bagaimanapun juga, ia tetap berhati-hati, maka ketika ia permisi
ke kamar mandi, di sana ia menelan sebutir pel merah, yaitu
obat penolak racun untuk berjaga-jaga. Maka ketika ia minum
lagi dan lidahnya merasakan sesuatu yang tidak wajar pada
minumannya itu, ia menelannya saja seolah-olah tidak tahu apaapa.
Setelah yakin bahwa minumannya mengandung obat pembius,
Bi Lan pura-pura tertidur atau pingsan. Ia ingin tahu apa yang
akan mereka lakukan dan apa yang akan mereka bicara?kan.
Setelah ia pura-pura pingsan, barulah ia mendengar
pembicaraan mereka dan dengan kemarahan yang ditahantahan ia mengetahui bahwa mereka semua adalah orang-orang
yang memusuhi ayahnya, bahkan mereka mempunyai hubungan
dengan Ouw Kan, datuk suku Uigur yang dulu membunuh
neneknya dan menculiknya.
Baru setelah tahu apa yang hendak dilakukan Ciang Ban
terhadap dirinya, ketika pemuda bangsawan itu menerkam
dirinya, Bi Lan menyambut dengan tendangan kakinya yang
tepat mengenai perut pemuda itu. Ciang Ban mengaduh dan
terjengkang lalu terbanting ke atas lantai. Akan tetapi pemuda ini
bukan seorang lemah. Dia adalah murid dari Hwa Hwa Cin-jin,
maka biarpun dia merasa perutnya mulas, dia memaksa diri
melompat bangun sambil mencabut pedangnya yang belum
keburu dia tanggalkan saking nafsunya sudah memuncak tadi.
Bi Lan sudah melompat turun dari atas pembaringan. Ciang Ban
berteriak memberi isyarat kepada mereka yang berada di luar
kamar, lalu dia membentak dan menyerang gadis itu dengan
473 pedangnya. Dia menusukkan pedangnya lurus ke depan
mengarah dada gadis itu dengan jurus serangan Tit-ci-thian-lam
(Tudingkan Telunjuk ke Arah Selatan). Pedangnya meluncur
cepat sekali dan seolah sudah pasti akan menembus dada Bi
Lan. Namun Bi Lan merendahkan diri sehingga pedang itu
meluncur ke atas kepalanya dan dari bawah, kedua tangannya
bergerak cepat seperti dua ekor ular menyambar ke atas.
Tangan kanannya memukul ulu hati lawan dan tangan kirinya
merampas pedang. "Ngekk uhhh !" Betapapun lihainya Ciang Ban,
namun sekali ini dia bertemu lawan yang jauh lebih tinggi tingkat
ilmu silatnya. Dia merasa ulu hatinya seperti ditotok toya baja,
membuat dia tak dapat bernapas dan tiba-tiba saja pedang di
tangan kanannya sudah direnggut lepas dari tangannya.
Totokan pada ulu hatinya itu mendatangkan rasa nyeri yang
hebat sehingga tubuhnya terhuyung ke arah pintu.
Bi Lan melompat ke depan, pedang rampasannya menyambar,
disusul tendangan kakinya.
"Crakk desss !"
Jenderal Ciang, Lui-ciangkun, dan Hwa Hwa Cin-jin, ketiganya
adalah orang-orang yang tangguh, terutama sekali Hwa Hwa
Cin-jin, terkejut mendengar teriakan Ciang Ban tadi. Mereka
bertiga lari menuju ke pintu kamar itu. Akan tetapi tiba-tiba pintu
kamar tertabrak sesuatu dan terbuka.... Dan tubuh Ciang Ban
melayang dan roboh di depan kaki tiga orang itu, disusul
474 melayangnya kepala pemuda itu yang sudah terlepas dari
lehernya. Darah membanjiri lantai dan tiga orang itu terbelalak.
Dapat dibayangkan betapa marah hati Jenderal Ciang melihat
puteranya sudah menggeletak menjadi mayat dengan kepala
terpisah. Demikian pula dengan Hwa Hwa Cin-jin dan Lui To.
Otomatis mereka bertiga mencabut pedang masing-masing dan
hendak menyerbu ke dalam kamar.
Akan tetapi pada saat itu, Bi Lan yang tidak ingin dikeroyok
dalam sebuah kamar sempit, sudah melayang keluar dari dalam
kamar. Tanpa banyak cakap saking marahnya, Jenderal Ciang
sudah menerjangnya dengan pedangnya yang panjang dan
tebal. Bi Lan dengan mudahnya mengelak, akan tetapi pada saat itu
Hwa Hwa Cin-jin sudah menyerang pula dan serangan tosu
sesat ini jauh lebih berbahaya dibandingkan serangan Jenderal
Ciang Sun Bo bahkan lebih berbahaya daripada gerakan Lui To
yang juga mulai menyerang Bi Lan. Namun, setelah mempelajari
Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat dari Kun-lun-pai, kitab yang
dicurinya dari tangan Thian Liong itu, Bi Lan memiliki gerakan
kaki yang aneh dan gesit luar biasa. Dengan beberapa lingkaran
gerakan kaki saja ia sudah dapat menghindarkan diri dari
serangan pedang tiga orang pengeroyoknya.
Kini, gadis yang tidak pernah memegang senjata, akan tetapi
yang pandai mempergunakan senjata apa saja itu, telah
merampas pedang milik Ciang Ban yang dibunuhnya. Kini ia
memainkan pedang rampasan itu dengan Kwan Im Sin-kiam
(Ilmu Pedang Dewi Kwan Im). Ilmu ini walaupun disebut ilmu
475 pedang, namun Bi Lan dapat mempergunakan senjata apa saja,
misalnya sebatang ranting kayu, untuk mainkan ilmu silat itu.
Juga ia mahir ilmu Kim-bhok Sin-tung-hoat atau Ilmu Tongkat
Sakti, akan tetapi ia pun dapat mempergunakan segala macam
benda untuk memainkan ilmu silat ini.
Setelah pedangnya bergulung-gulung dalam permainan Kwan
Im Sin-kiam, tiga orang pengeroyoknya terkejut. Bayangan gadis
itu lenyap dan yang tampak hanya gulungan sinar pedang yang
seperti gelombang samudera menggulung ke arah mereka.
Hwa Hwa Cin-jin masih dapat melindungi dirinya dengan putaran
pedangnya sambil terus mundur, akan tetapi tidak demikian
dengan Ciang Sun Bo atau jenderal Ciang. Dia menjerit ketika
pedang puteranya yang dipegang Bi Lan itu menusuk ke dalam
dadanya yang mengakibatkan dia roboh dan tewas seketika.
Robohnya jenderal ini disusul robohnya Lui To atau Lui-ciangkun
yang tersabet lehernya dan roboh mandi darah, tewas pula.
Melihat ini, Hwa Hwa Cin-jin berteriak-teriak sambil melompat
jauh melarikan diri. Bi Lan melihat banyak perajurit pengawal berlarian datang, maka
iapun lalu melompat ke ruangan samping yang terbuka, lalu
tubuhnya melayang ke atas genteng. Para perajurit melakukan
pengejaran, namun sebentar saja Bi Lan sudah lenyap dari
tempat itu. Namun di dalam gedung Jenderal Ciang terjadi kegemparan dan
karena yang terbunuh adalah Jenderal Ciang, Perwira Lui, dan
Ciang-kongcu, tentu saja hal ini menimbulkan kegemparan dan
tak lama kemudian, kota raja penuh dengan perajurit yang
476 melakukan pencarian dan pengejaran. Setiap Iorong jalan
dijaga, sehingga Bi Lan menjadi bingung, tak ada jalan sama
sekali untuk keluar dari kota raja.
Karena rumah gedung bekas tempat tinggal ayahnya yang kini
ditempati Jenderal Ciang itu tidak jauh dari istana, maka ketika ia
dihadang di sana-sini, terpaksa ia menyelinap ke sebuah lorong
yang menembus ke arah istana. Di lorong ini tidak ada perajurit
mencari atau berjaga karena siapa mengira bahwa si pengacau
yang melakukan pembunuhan besar-besaran di rumah Jenderal
Ciang akan berani melarikan diri ke daerah istana"
Sejak tadi udara diliputi mendung dan pada saat Bi Lan
memasuki lorong itu, masih bingung bagaimana ia akan dapat
melarikan diri keluar kota raja, tiba-tiba hujan turun dengan
derasnya. Hal ini agak menolongnya karena para perajurit
penjaga keamanan kota yang dikerahkan untuk mengejar dan
menangkap pembunuh, banyak yang berteduh di emper-emper
rumah dan menghentikan pencarian mereka. Akan tetapi Bi Lan
harus bergerak hati-hati, sambil sembunyi-sembunyi karena ia
tahu bahwa biarpun mereka tidak mencari dan berlalu lalang di
jalan, mata para perajurit itu tentu dengan penuh perhatian
melihat ke arah orang-orang yang berani menempuh hujan di
jalan. Tiba-tiba saja, di sebuah tikungan, ia melihat seorang laki-laki
berusia hampir enampuluh tahun yang berpakaian sebagai
seorang panglima. Inilah jalan satu-satunya untuk dapat lolos
dari kota raja, pikir Bi Lan. Ia masih memegang pedang
rampasan dari tangan Ciang-kongcu tadi. Bagaikan seekor
burung ia melompat keluar dan tahu-tahu ia sudah berada di
477 depan panglima itu dan ujung pedangnya sudah menempel di
tenggorokan orang itu. Sang panglima terkejut bukan main,
terbelalak memandang, akan tetapi setelah melihat wajah gadis
itu, wajahnya berseri-seri penuh harapan.
"Bi Lan , engkau tentu Han Bi Lan puteri Han Si
Tiong, bukan" Engkau yang telah mengamuk di rumah Jenderal
Ciang?" Tentu saja Bi Lan terkejut dan heran bukan main.
"Eh , bagaimana engkau bisa tahu
?" "Bi Lan, lupakah engkau kepadaku" Aku Kwee Gi, Panglima
Kwee Gi, sahabat baik Han Si Tiong. Mari, mari cepat ikut aku,
engkau harus bersembunyi, nanti saja kita bicara. Cepat pakai
ini!" Panglima itu melepaskan mantelnya yang lebar lalu
menyerahkannya kepada Bi Lan.
Gadis itu menutupi kepala dan badannya dengan mantel yang
lebar ini, kemudian tanpa banyak cakap lagi ia membiarkan
dirinya digandeng panglima itu melewati lorong-lorong yang sepi,
kemudian memasuki rumah gedung dari pintu belakang.
Kini ia teringat akan Panglima Kwee Gi yang dulu seringkali
datang bertamu ke rumah orang tuanya, bahkan sudah
beberapa kali ia diajak ibunya berkunjung ke rumah sahabat
ayahnya itu. Setelah teringat, tentu saja ia percaya sepenuhnya
kepada panglima yang ia tahu merupakan sahabat baik
ayahnya. 478 Setibanya di ruangan dalam, seorang pemuda tinggi besar
muncul dan dia memandang heran melihat ayahnya bersama
seorang gadis memasuki ruangan dalam itu.
"Ayah, siapa nona ini, dan mengapa
!" "Cun Ki, ini adalah Bi Lan, puterinya pamanmu Han Si Tiong
pemimpin Pasukan Halilintar yang terkenal itu. Ingat" Bi Lan, ini
adalah Kwe Cun Gi, anak kami. Kalian sudah bersahabat dulu
ketika masih kecil."
"Oh ! Kau Bi Lan yang dulu nakal dan manja
itu?" seru pemuda tinggi besar berwajah tampan yang usianya
sekitar duapuluh tahun itu.
"Dan engkau kakak Cun Ki yang dulu suka
menggodaku. Engkau yang nakal sekali!" kata pula Bi Lan.
"Akan tetapi kabarnya engkau hilang diculik dan
" "Cun Ki, tahan dulu bicaranya. Keadaan genting sekali. Bi Lan
sedang dikejar-kejar seluruh perajurit penjaga keamanan di kota
raja. Cepat kau keluar dan jaga agar jangan ada orang
memasuki rumah kita. Atur para pengawal untuk berjaga ketat
dan kalau ada yang mencariku, katakan aku sibuk memimpin
pasukan di luar untuk mencari pembunuh."
Cun Ki membelalakkan matanya. "Ah, aku
mendengar tentang itu jadi engkaukah yang telah 479 mengamuk dan melakukan pembunuhan terhadap Jenderal
Ciang, Ciang Ban, dan Perwira Lui To itu?"
"Cun Ki, jangan banyak cakap! Cepat laksanakan perintahku!
Kisah Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nanti saja kalau mau bicara!"
"Baik, ayah." Pemuda itu lalu dengan gerakan yang gesit keluar
dari ruangan dalam. Panglima Kwee Gi membawa Bi Lan memasuki sebuah kamar,
lalu berkata. "Engkau tinggallah di sini sebentar, aku akan
memanggil bibimu." Bi Lan mengangguk. Ia tahu bahwa keadaannya berbahaya
sekali. Kalau tidak ada Panglima Kwee yang melindunginya,
kiranya akan sukar lolos dari kota raja yang kini semua pintu
gapuranya pasti sudah terjaga ketat.
Tak lama kemudian, nyonya Kwee bersama suaminya muncul.
Bi Lan segera mengenal wanita setengah tua yang masih
tampak cantik itu. Nyonya Kwee juga mengenalnya dan mereka
berangkulan. "Aih, Bi Lan. Engkau lenyap begitu saja sebelas tahun yang lalu
dan kini muncul secara mengejutkan pula." Nyonya itu lalu
mengajak Bi Lan duduk di atas kursi dan daun pintu kamar itu
ditutup rapat-rapat. "B Lan, mulai hari ini engkau bersembunyi dulu di sini. Kepada
para pelayan, kami akan memberitahukan bahwa engkau adalah
seorang keponakan kami bernama Kwee Ciok Li. Ayahmu
adalah adikku yang tinggal jauh di dusun sebelah selatan.
480 Engkau tidak usah keluar dari rumah agar tidak berjumpa orang
lain. Nanti kalau keadaan sudah aman, kita mencari jalan agar
engkau dapat keluar dari kota raja."
"Ah, Paman Kwee, sungguh beruntung sekali aku bertemu
dengan paman dan bibi. Paman telah menolong dan
menyelamatkan nyawaku."
"Hemm, jangan berkata begitu. Tadi, begitu mendengar berita
bahwa jenderal Ciang dan puteranya, juga Perwira Lui mati
terbunuh seorang gadis cantik, aku segera dapat menduga
bahwa agaknya engkaulah orangnya. Karena itu, ketika
mendapat perintah untuk mengerahkan pasukan melakukan
pencarian, aku sendiri lalu memisahkan diri dan mencarimu.
Beruntung aku menemukan engkau sebelum yang lain
menemukanmu. Sekarang, ceritakanlah siapa yang dulu
membunuh nenekmu dan melukai tukang kebun dan apa yang
terjadi selanjutnya denganmu?"
"Maaf, paman. Sebelum aku menceritakan pengalamanku, aku
ingin lebih dulu mendengar tentang ayah ibuku. Untuk itulah aku
datang ke kota raja, untuk mencari orang tuaku."
Pada saat itu Kwee Cun Ki melangkah masuk dan dengan
singkat melaporkan bahwa penjagaan telah diatur sebaik
mungkin. Setelah itu dia mengambil tempat duduk untuk ikut
mendengarkan. Panglima Kwee Gi menghela napas ketika, mendengar
pertanyaan gadis itu tentang orang tuanya. Dia menggeleng
kepala dan berkata. 481 "Bi Lan, ketika ayah dan ibumu pulang dari perang mereka
mendapatkan engkau telah hilang diculik orang. Mereka lalu
berusaha mencarimu. Bahkan akhirnya ayahmu, Han Si Tiong
mengembalikan pangkatnya kepada pemerintah dan bersama
isterinya lalu meninggalkan kota raja. Kepadaku mereka hanya
mengatakan bahwa mereka hendak mencarimu sampai dapat.
Sungguh menyesal sekali, Bi Lan, aku sendiri tidak dapat
mengatakan di mana mereka berada karena sudah bertahuntahun mereka tidak memberi kabar kepadaku."
Bi Lan mengerutkan alisnya. Hatinya kecewa akan tetapi ia tidak
dapat menyalahkan panglima yang menjadi sahabat ayahnya itu.
"Biarlah aku akan membantumu mencari mereka, Lan-moi," kata
Cun Ki. "Terima kasih, Ki-ko (kakak Ki)," kata Bi Lan.
"Nah, sekarang ceritakan apa yang telah terjadi dengan dirimu,
Bi Lan. Kami semua ingin sekali mengetahuinya."
"Ketika itu, aku diculik dan dilarikan oleh datuk sesat Ouw Kan.
Dia menculikku untuk membalas dendam atas perintah Raja Kin
karena ayah telah membunuh puteranya, Pangeran Cu Si,
dalam perang. Ouw Kan hendak menyerahkan aku kepada Raja
Kin. Di tengah jalan kami bertemu dengan Jit Kong Lhama dan
pendeta Lhama itu berhasil mengalahkan Ouw Kan dan sejak itu
aku menjadi murid Jit Kong Lhama."
"Pantas engkau menjadi lihai sekali, Lan-moi!" Cun Ki memuji,
padahal dia belum melihat sampai di mana kelihaian gadis itu.
482 "Aku juga menjadi murid Kun-lun-pai," kata Bi Lan cepat agar
diketahui bahwa ia bukan hanya menjadi murid datuk sesat itu,
namun juga murid partai Ku-lun-pai yang terkenal! "Setelah
tamat belajar, aku lalu cepat pergi ke kota raja untuk pulang ke
rumah orang tuaku. Akan tetapi ternyata yang tinggal di sana
adalah keluarga Jenderal Ciang Sun Bo. Bersama puteranya
yang bernama Ciang Ban, dan seorang perwira bernama Lui To
dan seorang pendeta tosu guru Ciang Ban bernama Hwa Hwa
Cin-jin. Jenderal Ciang menyambutku dengan ramah. Dia
mengatakan bahwa dia adalah sahabat baik ayah, maka dia
menerimaku dengan baik, bahkan lalu mengadakan perjamuan
makan untuk menyambut kedatanganku. Kami makan minum
dan minumanku dicampuri obat bius."
"Jahat sekali!" Kwee Cun Ki berseru marah.
"Aku sudah menaruh kecurigaan maka diam-diam aku telah
menjaga diri dan minum obat penawar racun. Aku lalu pura-pura
pingsan terbius. Dalam keadaan itulah aku mendengar mereka
bicara dan aku tahu bahwa mereka itu sebetulnya bersekutu
dengan datuk jahat Ouw Kan yang dulu menculikku, berarti
bersekutu dengan Raja Kin dan mereka adalah orang-orang
yang memusuhi ayahku. Mereka hendak membunuhku, akan
tetapi Ciang Ban yang terkutuk itu lalu memondongku ke dalam
kamar dengan maksud kotor dan hina. Aku tidak dapat menahan
kemarahanku lagi dan kubunuh pemuda itu. Jenderal Ciang,
Perwira Lui To dan Pendeta Hwa Hwa Cin-jin menyerangku. Aku
berhasil membunuh jenderal Ciang dan Perwira Lui, akan tetapi
Hwa Hwa Cin-jin dapat melarikan diri. Karena banyak perajurit
pengawal bermunculan, aku lalu melarikan diri."
483 Kwee Gi mengangguk-angguk. "Hemm, akhirnya mereka
menerima hukuman juga dan tewas di tanganmu, Bi Lan.
Jenderal Ciang itu memang merupakan antek Perdana Menteri
Chin Kui." "Siapa itu Perdana Menteri Chin Kui, paman?"
"Dialah yang menjadi biang keladi semua ketidak-amanan dan
kekacauan. Dia berhasil mempengaruhi kaisar dan perdana
menteri itu bersekongkol dengan bangsa Kin di utara. Bahkan
dia pula yang telah melakukan fitnah kepada jenderal Gak Hui
pahlawan besar yang amat dihormati dan dibantu ayahmu. Han
Si Tiong dan isterinya mengundurkan diri dari jabatannya, bukan
hanya karena kehilangan engkau, akan tetapi terutama sekali
karena kecewa melihat jenderal Gak Hui difitnah dan Kaisar
berpihak kepada pengkhianat macam Chin Kui."
"Pantas Ouw Kan diutus raja Kin untuk mencelakakan ayahku,
kiranya juga dikarenakan ayah menjadi pembantu setia Jenderal
Gak Hui," kata Bi Lan gemas.
"Begitulah. Kita semua mengetahui bahwa Chin Kui seorang
pengkhianat yang bersekongkol dengan penjajah Kin yang
menguasai daerah utara Sungai Yang?ce. Bangsa Kin
menguasai daerah itu dan Chin Kui telah membujuk kaisar agar
tidak melawan, bahkan berbaik dengan penjajah mengirim upeti
setiap tahun. Semua itu tentu ada imbalannya dan semua orang
tahu betapa kaya rayanya Perdana Menteri Chin Kui itu."
"Hemm, kenapa ada pengkhianat macam itu di kerajaan tidak
ada yang menentang" Kenapa kaisar begitu bodoh" Apa tidak
484 ada pejabat tinggi yang setia kepada negara dan berusaha
menentang perdana menteri jahat itu?" tanya Bi Lan penasaran.
Kwee-ciangkun menghela napas panjang. "Apa yang dapat kami
lakukan" Dia memiliki kekuasaan yang besar, bahkan kaisar
sendiri selalu menuruti kata-katanya. Menentang dia, bisa berarti
menentang pemerintah, menentang kaisar sendiri, dan akan
berhadapan dengan pasukan pemerintah."
"Kalau begitu, sebaiknya orang seperti itu dibinasakan saja! Aku
sanggup melakukannya, paman!" kata Bi Lan penuh semangat.
Panglima Kwee tersenyum dan mengangguk-angguk. "Engkau
memang pantas menjadi puteri Han Si Tiong dan Liang Hong Yi,
Bi Lan! Semangatmu besar dan keberanianmu menakjubkan.
Akan tetapi aku harus melarangmu. Entah sudah berapa banyak
orang-orang gagah melakukan usaha itu, namun semua gagal
dan bahkan mereka yang tewas. Perdana Menteri Chin Kui
menjaga dirinya dengan ketat. Pasukan pengawal khusus yang
terdiri dari jagoan-jagoan, di antaranya didatangkan dari utara,
selalu melindunginya siang malam. Betapapun tinggi kepandaian
silatmu, tidak mungkin menembus pertahanan yang amat kuat
itu." "Hemm, kalau begitu, apakah orang macam itu dibiarkan saja
mengkhianati tanah air dan bangsa?" Bi Lan penasaran.
"Tidak, Bi Lan. Kami, orang-orang setia kepada Kerajaan Sung,
tidak tinggal diam. Kami sudah menyusun kekuatan dan kami
sedang berusaha untuk mendapatkan bukti-bukti penyelewengannya, baik penyelewengannya dalam korupsi
uang negara, pemerasan terhadap para bangsawan dan
485 hartawan, pajak-pajak gelap yang dilakukannya, yang hasilnya
masuk kantungnya sendiri, juga kami sedang mengumpulkan
bukti penyelewengannya tentang persekongkolannya dengan
Bangsa Kin. Bukti bahwa dia menerima banyak hadiah dari
Bangsa Kin. Semua itu, kalau sudah dapat dikumpulkan, akan
kami haturkan kepada Sribaginda Kaisar. Dengan demikian
maka kaisar yang akan bertindak. Kecuali dengan jalan itu, amat
sukar untuk mengalahkan Chin Kui yang memiliki kekuasaan
dan pengaruh besar sekali. Satu-satunya orang yang akan
mampu menundukkan hanyalah kaisar sendiri."
Bi Lan mengangguk-angguk. "Ah, begitukah, paman" Kalau
begitu, dalam hal ini aku tidak dapat membantu. Aku ingin
segera keluar dari kota raja, paman, untuk mencari ayah dan
ibuku." "Tentu saja, akan tetapi bersabarlah. Sekarang sedang hangathangatnya pasukan mencarimu. Perdana Menteri Chin Kui
Kisah Bangsa Petualang 10 Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Pendekar Kembar 14