Pencarian

Seruling Sakti 18

Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto Bagian 18


"Apa itu?" "Beberapa keturunan Datuk Mata Merah dititipkan di berbagai perguruan terkemuka, mereka masuk dengan cara sebagai anak angkat dari orang-orang yang ditimpa bencana alam. Sehingga para perguruan besar itu tidak curiga dengan asal muasal calon muridnya."
Orang berkedok manggut-manggut. "Jadi Wingit Laksa dicurigai sebagai keturunan Datuk Mata Merah?"
"Bukan dicurigai, tapi dia memang anaknya!"
Jaka menyimak tanya jawab itu dengan kening berkerut, dia memang pernah mendengar Danu Tirta sempat menyebut masalah Datuk Mata Merah yang dibasmi Kelompok Kilat dari perguruannya, cuma dia tidak menduga ada detail semacam itu. Betapa hebatnya orang-orang dihadapannya menghimpun informasi!
"Lalu, apa hubungan Bergola dengan Wingit Laksa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bergola pernah diasuh oleh Datuk Mata Merah dalam waktu yang singkat, hubungan mereka cukup dekat, seperti adik dan kakak."
Orang berkedok itu menghela nafas panjang. "Ternyata demikian..." gumamnya. "Apa yang dilakukan Bergola bagi Wingit Laksa?"
"Bergola berguru pada wakil tetua perkumpulan pengemis cabang selatan, itu atas ide Wingit Laksa?"
"Kenapa?" "Wakil tetua perkumpulan pengemis cabang selatan, memiliki tabiat yang berangasan dan tidak ingin kalah, dia sangat mudah dihasut, Bergola berhasil merebut hati orang tua itu. Dengan sendirinya tiap langkahnya selalu di ikuti gurunya, orang itu menjadi pelindung Bergola yang sewaktu-waktu bisa menyumbangkan tenaga dari perkumpulannya yang memiliki jumlah ratusan orang."
"Oh, ternyata begitu?" gumam orang berkedok sembari menatap Jaka, dilihatnya pemuda itu sedang menyimak tanya-jawab mereka dengan khidmat. "Tapi kenapa wakil tetua perkumpulan pengemis cabang selatan tidak lagi terdengar kabarnya" Bukankah dia sempat mampir kesebuah penginapan" Bahkan sebelumnya orang itu juga memancing onar dengan anak murid Merak Inggil dan kawan-kawannya?"
"Untuk jawaban itu, seharusnya dia yang menjawab ?"
ujar lelaki bertampang biasa sambil memalingkan kepala kearah Jaka.
Jaka tersenyum, dalam hati pemuda ini sangat terperanjat menyadari betapa luasnya jaringan informasi orang berkedok Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. "Mungkin orang itu sudah merasa dirinya tua, jadi sudah seharusnya dia mengundurkan diri." Ujarnya singkat.
"Pantas..." gumam lelaki bertampang biasa ini menatap Jaka sesaat, entah kalimat "pantas" itu mengiyakan ucapan Jaka, atau karena pemuda itu sangat "pantas" bisa
"menggebah" wakil tetua perkumpulan pengemis cabang selatan dengan cara yang unik.
--dw^kz-- 83 " Mencapai Kesepakatan
"Apa yang direncanakan Wingit Laksa?" orang berkedok ini kembali mencecar dengan pertanyaan.
"Dengan sendirinya dia mengincar Perguruan Naga Batu sebagai basis kekuatan utamanya.."
"Tapi?" potong orang berkedok itu merasa ada nada lanjutan dari kawannya.
"Tapi, dia tidak sadar bahwa tiap langkahnya terpantau sangat baik oleh golongan kedua yang sedang merancang konflik dalam Naga Batu."
"Siapa yang kedua itu?"
"Kita belum tahu, tapi orang ini menggerakan para petinggi Naga Batu dengan racun masa lampau."
"Racun apakah itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bubuk Pelenyap Sukma, tapi sekarang dikenal sebagai Bubuk Pelumpuh Otak."
"Hm... aku merasa Wingit Laksa tidak bergerak sendiri, siapa yang ada dibelakangnya?"
"Aku mencurigai Kwancasakya yang menopang seluruh dana pergerakannya."
"Kau yakin jika Kwancasakya dibelakang Wingit Laksa?"
"Tidak, tak terpikir olehku kelompok yang lain."
"Bagaimana dengan Perkumpulan Dewa Darah?" tiba-tiba saja Jaka menyela.
Orang berkedok dan kedua kawannya menatap pemuda itu dengan tajam, seolah ada sebuah keterkejutan besar di tatapan mata itu. "Apa dasarmu mengatakan hal itu?" cecar orang berkedok.
Dalam sesaat Jaka tidak menjawab, pemuda ini menghela nafasnya dalam-dalam. "Pada saat pertemuan pertama, kau ingat aku pernah berkata begini : "Kala malam hujan badai, sesuatu muncul tanpa terasa, rupa tak teraba, kadang orang merasa tentram, tapi lebih banyak rasa terancam mencekamnya. Sayang" semua itu cuma masa lalu, tapi kini dia kembali!"..."
"Aku masih ingat." Gumam orang berkedok ini sambil menebak apa yang akan di katakan Jaka.
"Dahulu ada yang bahu membahu menghancurkan
Perkumpulan Dewa Darah, aku tak usah menyebutkan siapa dan perkumpulan apa yang ikut menghancurkan mereka... hm, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin akan lebih tepat aku mengatakan perkumpulan rahasia apa yang turut serta menghancurkan Dewa Darah..."
Penjelasan Jaka yang itu membuat wajah ketiganya berubah, tentu saja perubahan orang berkedok itu tak terlihat.
"Memangnya perkumpulan apa"!" hanya pertanyaan itulah yang membuat Jaka bisa meraba keterkejutannya.
"Kau yakin aku harus menyebutnya?" Jaka balik bertanya.
"Aku rasa tidak perlu!" mendadak Si Mata Suram memotong.
Jaka tersenyum. "Baiklah, aku tak perlu mengatakannya."
Sambil menyesap minumannya, Jaka melanjutkan. "Biar kuurai sedikit sumbang saranku. Wingit Laksa bukanlah masalah penting, Perkumpulan Dewa Darah-pun"jika itu benar, juga bukan hal penting..."
"Kenapa kau anggap itu tidak penting?" potong lelaki bertampang biasa dengan wajah berubah.
"Apapun namanya, Dewa Darah hanyalah perkumpulan yang sedang mencoba bangkit lagi. Dia membutuhkan sumber daya besar, dia membutuhkan jaringan yang luas. Hal pertama yang dilakukan Wingit Laksa"jika benar demikian adanya, adalah memperluas jaringan ini dengan membuka hubungan yang sama sekali baru. Mereka tidak akan mengulangi kebodohan yang sama. Jadi, membayangkan mereka bergerak saat ini adalah tidak mungkin."
"Kenapa kau bantah dugaanmu sendiri?" tanya orang berkedok terheran-heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka tertawa. "Aku hanya menyatakan dengan bahasa lain bahwa Wingit Laksa tidak mungkin menjadi pesuruh Kwancasakya. Aku tak perlu membeberkan apa alasanku mengatakan demikian, kuyakin dari pihak kalian sendiri mengetahui alasan ini. Yang ingin kutekankan adalah, mustahil Kwancasakya merekrut orang yang tidak dalam posisi strategis."
"Tapi Wingit Laksa memiliki posisi strategis..." potong orang berkedok meralat.
Jaka manggut-manggut. "Sebagai orang yang bertanggung jawab dengan hubungan-hubungan luar memang cukup strategis, tapi tidak memiliki daya jual. Berbeda ceritanya, jika Kwancasakya merekrut murid utama pertama..." ucapan Jaka ini cukup membuat mereka bertiga tahu, bahwa tamu mereka juga bukan bicara asal bicara, tapi dia memiliki data akurat.
"Maksudmu, orang yang disebut Ketua Bayangan?"
Jaka menyeringai. "Tapi, itu tidak mungkin terjadi.. benar?"
katanya tak menjawab pertanyaan orang berkedok.
Kali ini semua orang sama-sama tahu bahwa mereka memiliki jaringan informasinya sendiri-sendiri. Menjadi tidak masuk akal, jika mereka melihat Jaka yang masih semuda itu bisa menguasai informasi yang tak sembarangan orang lain tahu. Entah jalur seperti apa yang dimiliki pemuda itu!
"Sekarang aku ingin tahu apa rencana kita selanjutnya?"
Jaka langsung memasuki inti perjumpaan mereka.
"Kau berjanji padaku, akan mengumpulkan api dan angin.."
desis orang berkedok mengingatkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah kulakukan itu." Tegas Jaka.
"Sudah?" tanya heran. "Kapan dan bagaimana?" dia bertanya pada lelaki bertampang biasa dengan nada menuntut.
Lelaki itu tampak termenung, "Aku tidak bisa menyimpulkan. Tapi, mungkin adanya perubahan pergerakan yang terjadi di dalam Naga Batu itu sendiri yang dia maksud?"
"Bagaimana?" tanya si kedok pada Jaka dengan tatapan menyelidik.
Pemuda ini mengangkat bahunya. "Anggap saja seperti itu, bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Sebentar! Bukankah aku dulu pernah menyatakan padamu, api akan mengecil karena tertiup angin besar, dan kau tadi membenarkan jika kau juga mengumpulkan angin, bukankah itu sia-sia"!"
"Jika dikumpulkan pada saat yang bersamaan memang akan sia-sia, yang kita butuhkan hanyalah mengendalikan besar kecilnya angin, itu saja..."
Sikedok baru paham dengan maksud Jaka. "Mengenai peralatan masak yang kau inginkan, aku memilikinya! Kapan pun kau ingin menggunakannya, aku selalu siap. Masalahnya satu, kau bisa menggunakannya atau tidak." Kali ini ucapan orang berkedok membingungkan kedua kawannya. Tapi tidak bagi Jaka, sebab dari awal dirinya memang sudah berjanji dengan orang berkedok itu akan melakukan kerjasama. Dia menyediakan, "api-angin-bumbu masakan", orang berkedok menyediakan peralatannya. Tentu saja yang dimaksud Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peralatan masak adalah; sumber daya manusia"tenaga, dana, dan tempat yang representatif, dibawah komando Jaka.
Jaka berkelpok. "Kau sangat baik!" seru pemuda ini.
"Cuma satu hal aku ingin tahu, bumbu yang kau taburkan pada masakan... apakah sudah terkumpul lengkap?"
Jaka mengacungkan jempol. "Sedang dan terus dilakukan!
Aku tanggung, cukup lezat. Sebenarnya aku sangat tidak ingin memasak tumis ikan arang, aku berharap tidak sampai memasak dengan resep itu." Ujar pemuda ini dengan suara lambat.
Terdengar orang berkedok menghela nafas seolah ikut prihatin. Tapi kedua kawannya bingung dengan pembicaraan keduanya. Memang mereka mendapat laporan dari empat pengiring orang berkedok tentang percakapan itu, sampai sekarangpun mereka hanya bisa meraba apa yang sebenarnya sedang dipikirkan kedua orang itu. Tumis ikan arang, mungkin semacam rencana pembumihangusan"
"Menurutmu, ada penyerangan yang terjadi di Perguruan Naga Batu... siapakah yang mengacau perguruan itu?"
kembali orang berkedok bertanya pada lelaki bertampang biasa. Nampaknya mereka kembali melakukan tanya jawab.
"Dari laporan, dua orang dari satwa." Jawabnya. Diam-diam Jaka tersenyum dalam hati, nampaknya Serigala dan Beruang sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
"Apakah ada kaitannya dengan bekas pertempuran di tebing itu?" kembali orang berkedok bertanya dengan nada mengambang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak bisa disimpulkan seperti itu. Aku tidak mengetahui seperti apa kemampuan tujuh satwa, tapi ada satu jalur serangan yang menyatakan sebagai, satu bagianda. Aku sangat paham dengan orang itu... aku menyangsikannya!"
Orang berkedok ini manggut-manggut, sambil memandang kearah Jaka. Pemuda ini seolah-olah sedang ditodong dengan tatapan itu, tentu saja Jaka tak bereaksi dengan tatapan itu.
"Apa yang kau pahami dari Satu Baginda?"
"Orang itu sangat sombong, dan harga dirinya terlalu tinggi.
Dia tidak akan pernah melakukan serangan bersama orang lain!" tutur lelaki itu memberikan keterangan.
"Apakah hal itu mutlak?" kembali orang berkedok bertanya
"Mutlak!" jawab lelaki bertampang biasa ini tegas.
"Menurutmu, tokoh yang diserang tujuh satwa satu baginda orang macam apa?"
"Orang seperti itu hampir tidak ada!" kali ini yang menyahut Si Mata Suram.
"Kenapa kau berkata begitu?" tanya orang berkedok heran, dia memang sudah melihat "benteng ilusi" Jaka, menurutnya orang seperti itu bisa jadi memang ada.
"Dia terlalu sempurna, hakikatnya delapan serangan bersamaan itu tidak bisa di hindari manusia." Tandasnya.
"Adakah serangan yang tidak bisa dihindari?" tiba-tiba Jaka bertanya. Pertanyaan itu di tujukan kepada Si Mata Suram, namun orang itu terdiam tak bisa menjawab. Jaka menghela nafas prihatin, kali ini dia bisa menilai secara utuh orang-orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di sekeliling si kedok ini ternyata tokoh yang sangat mumpuni lahir-batin, dia bisa menilai kesanggupan diri sendiri. Jika saja orang itu menjawab"apapun jawabannya, Jaka bisa menilai orang itu hanya suka memamerkan kemampuan.
"Bagaimana dengan yang ketiga?" kembali orang berkedok memecahkan keheningan diantara mereka. Tentu saja maksud pertanyaan itu adalah golongan ketiga yang bermain di dalam Perguruan Naga Batu.
Lelaki bertampang biasa itu menatap Jaka sekilas. "Jika saja dugaanku itu adalah pembenaran, maka aku bisa menyatakan orang itu adalah dia." Katanya sambil menatap Jaka.
Pemuda ini tertegun. "Kenapa aku?" tanyanya heran.
"Apakah aku memiliki kepentingan dalam konflik ini?"
Pertanyaan itu membuat mereka juga terdiam. "Aku tidak bisa mengutarakan alasannya, mungkin ini... menjadi semacam tuduhan, aku cuma merasa bahwa kau bisa jadi pihak ketiga itu!" Kata lelaki bertampang biasa dengan tegas.
Jaka manggut-manggut. "Ya, akupun berpendapat serupa dirimu..."
"Eh?" ketiganya berseru hampir bersamaan. Betapa anehnya tamu mereka ini!
"Maksudku, aku sangat berharap menjadi pihak ketiga itu..."
"Oh..." gumam orang berkedok baru paham.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian jangan pernah lupakan Ketua Bayangan, dia sewaktu-waktu meledak menjadi mata angin badai." Timpal Jaka memperingatkan.
"Ya, itu sangat kami sadari. Sekarang akan kuperuncing hasil pembicaraan ini. Kau, akan menarik keluar seluruh golongan yang mencoba mengoyak ketenangan kota ini dari Perguruan Naga Batu, betul?"
"Aku usahakan." Janji Jaka Bayu dengan mantap. "Bukan hanya pihak-pihak yang melingkupi perguruan Naga Batu, perkumpulan yang ada dikota ini pada umumnya!" suara pemuda ini begitu yakin, membuat lelaki bermata serupa ikan mati itu menatap tajam padanya.
"Kau sudah yakin dengan keputusanmu" Tidak kawatir mengusik singa tidur?" tanya lelaki berparas biasa memastikan.
Jaka menggeleng. "Ada kalanya singa juga harus bangun untuk mengaum, supaya seluruh hewan lain tahu bahwa sudah saatnya mereka berkumpul saling bahu membahu untuk menghadapi sang raja... kalau sudah begitu, bukankah sangat mudah menghadapi semua itu?"
Ucapan Jaka terlalu bersayap, lelaki bermata macam ikan mati itu adalah bagian dari kelompok rahasia yang pernah bertemu dengan Kaliagni, dengan sendiri kalimat pemuda itu seolah akan mengusik dirinya, demi memancing seluruh bibit kerusuhan yang mulai menyelimuti kota Paragruyung.
"Kuharap kau tidak bertindak keterlaluan..." desis lelaki bermata bak ikan mati itu mengagetkan kedua kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka belum pernah menyaksikan lelaki itu melontarkan kata yang "lunak" seperti itu.
"Kau bisa memegang ucapanku! Aku pasti akan
melakukannya tanpa membuat kau.. kalian, kecewa!" Tukas Jaka sungguh-sungguh pada lelaki bermata suram. "Bukankah itu salah satu dari alat masak yang kubutuhkan?" tanyanya pada orang berkedok.
"Ya! Kau benar... satu hal lagi aku ingin mengingatkanmu sebelum kau terlampau banyak mengumbar janji..." kata orang berkedok ini dengan tegas. "Kau pernah mengatakan padaku, bahwa; kau selalu punya cadangan minyak untuk membuat api lebih besar, juga kau bisa membangun tembok untuk menghalang datangnya angin... apakah cara kerja ini akan kau penuhi?"
"Jika Tuhan mengijinkan aku berbuat demikian, aku pasti lakukan!" tegas dan tandas suara Jaka meyakinkan mereka.
Orang berkedok ini menyandarkan punggung kekursi, berbicara dengan Jaka membuatnya serasa diayun ketegangan oleh tanya-jawab yang tiada habisnya. Dia melirik kepada dua kawannya meminta pertimbangan, mereka tampak mengangguk memberi persetujuan.
"Baiklah, alat masak yang akan kau butuhkan segera kami datangkan!" katanya tegas.
Jaka mengangguk. "Kau sudah tahu dimana mencariku.."
kata pemuda ini berdiri dan memohon pamit. Akhirnya
"proposal" kerjasama itu sudah mereka sepakati. Sebuah kerjasama aneh yang belum ketahuan apa dan bagaimana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cara mereka berjalan beriringan, sebab kedua belah pihak masih saling curiga.
Dengan diantar oleh penjaga, mereka memandang punggung Jaka yang hilang dari ruangan itu. Orang berkedok ini bertanya pada lelaki bermata suram. "Paman, kenapa kau bersikap sangat lunak padanya?"
Lelaki itu menghela nafas. "Tahukah kalian kenapa aku memutuskan tidak mengujinya lebih lanjut?"
Keduanya menggeleng. "Pada saat cengkeramanku mengenai bahunya, jantungku berdetak lima kali cebih cepat. Kupikir aku bisa membuatnya lumpuh dengan jurus Kemilau Pagi Pecah Tiga Kali..."
"Ah..." lelaki bertampang biasa terkejut mendengar pengakuan kawan karibnya itu. "Kau tidak salah bertindak?"
tanya memastikan. "Tidak, kalian sendiri tahu... jurusku itu bisa membuat orang yang terkena angin gerakanku"apalagi terpegang, akan kaku! Bahkan bagi yang berkemampuan lebih rendah, bisa mati. Tapi... orang itu... aku tidak bisa mendesaknya, dari dalam tubuhnya seolah memancar sebuah aliran tenaga yang sangat halus... begitu halusnya, sampai-sampai aku tak sadar jantungku sudah berdegup lebih kencang. Makanya aku melepas cengkeramanku padanya..."
Orang berkedok terperangah mendengar uraian itu.
"Bukankah kau bisa meneruskan dengan seranganmu yang kedua?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki itu menggeleng. "Itu alasannya kenapa aku mundur...
kalian melihat seolah aku dengan sangat mudah bisa melibat leher pemuda itu... padahal sebenarnya seluruh sendi tangan dan bahuku tiba-tiba kaku, seolah aku sedang menyaksikan kemampuanku dipakai olehnya! Begitu aku mundur rasa kaku itu hilang..."
"Jadi... itu alasanmu bersikap lunak padanya?" tanya orang berkedok ini dengan bimbang.
"Itu salah satu pertimbanganku saja. Dari pembicaraan tadi, aku bisa membaca, bahwa dia juga seperti kita"memiliki kekuatan yang cukup mencengangkan. Jika dia sudah berniat mengaduk seluruh perkumpulan rahasia yang bertebaran di kota ini, aku percaya dengan kemampuannya, dia bisa melakukan hal yang paling buruk..."
Orang berkedok membenarkan pikiran itu.
"Makanya kau memohon padanya untuk berlaku murah?"
sambung lelaki bertampang biasa.
"Ya... " jawabnya singkat.
"Jika kau lebih siap dan telah mengetahuinya lebih dalam, apakah kau siap melawannya lagi?" tanya orang berkedok.
"Entahlah, yang jelas dalam waktu dekat ini aku tidak mau berhadapan dengannya lagi..." desah lelaki ini dengan mata mengandung riak emosi. Kawannya menatap lelaki dihadapannya dengan kening berkerut, pemandangan seperti itu pernah terjadi dua puluh tahun yang lalu. Tak disangka hari ini, kawan seperjuangannya kembali menampilkan emosi berlebihan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-odwkzo- 84 " Hastin Hastacapala
Hastin masih bengong tak jauh dari Gua Batu, dia sudah berhubungan dengan Cambuk, sungguh sialan dirinya harus mengaku sebagai ajudan Adipati Hanggana, salah satu wilayah yang dia tahu terlalu banyak pejabat kotor. Tapi dengan mengaku sebagai itu, ternyata memuluskan dirinya masuk kedalam ruangan birokrasi. Mengikuti Cambuk mengurus birokrasi, membuatnya langsung memberi penilaian, birokrasi sangat menjemukan, dengan mengobral bahasa bersayap dan janji "suap", Cambuk begitu mudah masuk ke salah satu tempat yang mengelola aset kota. Untuk mencari data yang dibutuhkan Hastin, demi mengefektifkan waktu, Cambuk terpaksa mengambil cara demikian, jika mereka harus satu persatu memeriksa Gua Batu... alangkah menguras energi dan memakan waktu terlalu banyak!
Seharusnya tidak setiap orang bisa meminta peta Gua Batu, detail tempat itu paling tidak hanya bisa di saksikan oleh orang-orang dalam pemerintahan sendiri dan sang pimpinan itu sendiri. Tapi Cambuk bisa mendapatkannya, Hastin sempat melihat orang itu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya sebelum petugas yang menjaga peta Gua Batu memberikan satu salinan peta dengan wajah gelisah.
Begitu keluar ruangan itu, Hastin buru-buru bertanya. "Kau gunakan apa untuk membuat dia menurut?"
Cambuk tertawa, dia keluarkan sebuah benda berwarna kuning. "Bahasa emas itu sangat luas..." katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sialan!" ketus Hastin sambil tertawa masam. "Kupikir kau menggunakan jimat apa..." guraunya.
"Paling tidak aku mendapatkan informasi tidak terduga.
Petugas jaga tadi ternyata memperjual belikan peta Gua Batu!"
Hastin tercenung, dia enggan berpikir terlalu rumit seperti Jaka atau teman-temannya, sekilas dia mengamati tiap orang yang dekat dengan Jaka ikut ketularan pemuda itu, menjadi rumit dan banyak berpikir! Tapi mendengar keterangan Cambuk membuat dia mau tak mau juga harus menggunakan otaknya.
"Dia menjual pada siapa saja?" tanyanya pada Cambuk.
"Tidak disebut, hanya saja dia sudah menjual tiga buah peta termasuk pada kita."
Hastin langsung memeriksa peta di tangan Cambuk.
Sebuah gambar yang rajin dengan denah cukup detail disertai keterangan mengenai beragam ruangan. Hastin menilai, Gua Batu seperti labirin yang menyesatkan jika kau tidak memiliki panduan, memasukinya akan membutuhkan banyak waktu untuk mencari jalan keluar.
"Kau yakin salinan ini sama dengan aslinya?" tanya Hastin.
"Tidak, tapi aku tahu orang itu pernah menjadi salah satu asisten juru ukur aset pemerintahan. Jadi tidak ada salahnya kita percaya..." terang Cambuk membuat Hastin berdebar.
"Wah, sialan! Masa aku harus menggantungkan
keberuntungan pada orang yang mudah disuap?" gerutunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cambuk tersenyum simpul. "Sebenarnya dia tidak sedemikian mudah disuap, karena takut dengan gertakanku yang mengatakan bahwa; "aku tahu dia sudah pernah menyerahkan salinan serupa", maka dia memberikan padaku salinan yang lain."
"Seharusnya, kau tak usah memberikan uangmu lagi."
Ketus Hastin tak setuju. Cambuk menggeleng. "Orang itu memang brengsek... dia tadi memberikan aku dua pilihan, satu denah tanpa keterangan, kau tak usah membayar, sedangkan yang kedua seperti yang kita pegang sekarang... dan dia minta ongkos.
Haha... dari pada aku ribut dengan orang tak jelas, lebih baik kubayar saja."
"Tapi apa kau yakin dengan keaslian keterangan ini?" tukas Hastin kawatir.
Cambuk mengangguk. "Jika aku belum tahu secara umum tentang Gua Batu, tentu saja aku tak berani bertindak demikian." lelaki itu menjelaskan.
Hastin menghela nafas lega. Gua Batu termasuk salah satu cagar atau tempat yang di lindungi oleh pemerintah Pagaruyung, karena tempat itu berhubungan sangat erat dengan sejarah berdirinya Kota Pagaruyung, dan masih memiliki kaitan dengan keturunan pimpinan pertama kota itu.
Sejarah yang melatar belakangi Kota Pagaruyung memang cukup mendebarkan, sebab terampau banyak darah tertumpah di tanah itu. Maka tidak heran jika tempat-tempat yang menjadi sendi-sendi ingatan sebuah kota, di rawat sebagaimana mestinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah bagaimana caranya sebelum mereka meninggalkan bangunan sarang suap itu, Cambuk masih sempat menemui pimpinan Kota Pagaruyung, bahkan mereka sempat bertukar pikiran. Nama orang itu Ki Artanawasa, seorang lelaki paruh baya seumuran dirinya dengan wajahnya cerah dan sikapnya sangat lugas. Hastin memperhatikan, Cambuk berbicara dengan orang itu seolah mereka kenalan lama. Setelah keduanya benar-benar keluar, Hastin bertanya,
"Kau kenal dia?"
Cambuk mengangguk. "Tapi tidak secara pribadi, pemerintahan kami saling menjalin kerjasama dengan baik.
Jabatanku cukup membuat dia memandang hormat pada kita."
Hastin menggumam tak jelas, dia memang sudah tahu jabatan Cambuk. Lelaki itu pesilat yang cukup handal, namanya juga dikenal didunia persilatan, tapi lebih dikenal sebagai murid Mpu Dwiprana, seorang ahli pembuat senjata; lebih istimewanya, Cambuk adalah ajudan Adipati Kalagan dari wilayah Hulubekti"salah satu daerah makmur yang jadi tujuan kaum kelana untuk mencari rezki. Secara fisik Cambuk memang cuma seorang ajudan, tapi buah pikirnya sangat banyak di gunakan oleh Adipati Kalagan untuk mengambil keputusan. Bisa dibilang Cambuk adalah orang kepercayaan pimpinan Kalagan. Maka, banyak orang segan padanya karena dia sangat dekat dengan kekuasan, yang dengan sendirinya memiliki hubungan-hubungan luas dengan pemerintahan lain daerah.
"Apa kita akan masuk sekarang?" tanya Cambuk, setelah mereka mengamati Gua Batu beberapa saat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum, nanti sebentar lagi..." sahut Hastin dengan tatapan nyalang menelisik lalu lalang orang disekitar Gua Batu, termasuk para penjaga.
"Kau menunggu seseorang?"
"Tidak, aku hanya menunggu isyarat yang meyakinkan."
Menunggu Hastin merasa cukup dengan pengamatannya, Cambuk membenahi sesuatu dari kantung bajunya, beberapa bungkusan yang memiliki sumbu dia siapkan pada tempat yang mudah terjangkau jarinya. Dimasa mudanya Cambuk terbiasa membuat senjata dan beragam kerajinan tangan, tak disangka kali ini dia bisa memanfaatkan keahliannya untuk menemukan bentuk terbaik dari bahan-bahan olahan yang diberikan Jaka Bayu.
"Jaka berpesan padaku untuk melempar benda yang kau bawa, menurutnya tidak sesederhana itu, bagaimana menurutmu?" tiba-tiba Hastin bertanya.
Cambuk berpikir sejenak. Lalu dia membuka peta Gua Batu. "Mungkin Jaka ingin memastikan apakah di dalam Gua Batu, ada lorong rahasia atau tidak...." gumamnya.
"Sebutkan alasanmu.." ujar Hastin tak paham.
"Ini..." kata Cambuk seraya memperlihatkan benda bersumbu dan bola-bola kecil ditangannya. "adalah benda yang akan memastikan itu. Begitu benda ini dilempar, asap akan segera memenuhi seluruh lorong yang ada... sekalipun didalam ada ruangan rahasia, tidak mungkin disana kedap udara, pasti ada beberapa lubang yang dijadikan sebagai jalan udara. Dengan sendirinya, kita akan melihat hasil dari benda ini..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hastin menimang bulatan kecil itu. "Seperti mengaduk sarang semut." ujarnya.
"Tepat! Jika memang ada, mereka akan segera keluar, entah berkerumun dengan para pengunjung, atau terpencar sendiri-sendiri."
Hastin mengerutkan kening, "Apakah akan kita lakukan bersamaan dengan banyaknya pengunjung" Bukankah itu akan semakin rumit?"
Cambuk mengangguk, "Tunggu sebentar..." dia berlari kearah sebuah kedai nasi kecil tak jauh dari mereka bersembunyi mengintai Gua Batu. Disana ada beberapa orang sedang makan dengan kaki diangkat, Cambuk membeli dua bungkus nasi pecel. Sesampainya di hadapan Hastin, dibukanya bungkusan daun pisang itu. Didalamnya terdapat daun lontar dengan beberapa tulisan. Cambuk segera membaca perlahan.
"Gua pertama, dua belas orang. Tiga orang datang dari selatan sisanya datang dari arah timur. Gua kedua, empat orang; seluruhnya datang dari arah timur. Gua ketiga berisi enam orang pengunjung, satu orang datang dari arah selatan, lima dari timur. Gua keempat ada tujuh belas orang, tujuh orang dari timur, lima orang dari selatan dan lima orang lainnya datang dari gua kelima. Gua ke enam sampai ke tujuh kosong."
Hastin menyimak dengan sungguh-sungguh, dalam hati dia sangat terkesima melihat cara kerja Cambuk, sungguh dia tidak paham entah sampai sejauh mana jaringan yang dimiliki Jaka Bayu menyisir kawasan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saat ini, tidak ada lagi pengunjung tambahan, sepertinya ini adalah saat yang tepat. Sebentar lagi ada pergantian petugas yang menjaga masing-masing mulut gua." tutur Cambuk menerangkan.
"Apakah ada jalan lain selain jalan masuk ini?" tanya Hastin sambil meneliti peta di tangannya. "Hm... didalam peta ini tidak ada, tapi siapa yang tahu?"
"Jangan kawatir, jika ada yang lolos dari mata kita, tidak akan lolos dari mata yang lain." tukas Cambuk dengan yakin.
"Tugas kita memang mengaduk sarang saja, semoga tidak mendapatkan kesulitan berarti..."
Cambuk memakan nasi pecel itu dengan tergesa, membuat Hastin heran. "Makanlah, didalam nasi ini ada penawar untuk asap ini." katanya disela-sela kunyahan.
Dengan hati masih penuh tanda tanya, Hastin memakan nasi itu. Rasanya cukup enak, ada sedikit rasa getir di beberapa sayuran tertentu, mungkin itu salah satu penawar yang dibicarakan Cambuk. Tapi tetap saja dia tidak paham, apakah seorang telik sandi juga dibekali pemunah racun"
Darimana mereka tahu Cambuk akan menggunakan "racun"
jenis apa pada asapnya" Jikalau memang sedemikian teratur dan terpola, Hastin tak bisa menyangkal lagi, bahwa Jaka Bayu adalah sosok yang menakutkan.
"Pasti kau ingin menanyakan bagaimana si penjual nasi tahu aku akan menggunakan racun jenis apa, begitu kan?"
Hastin mengangguk sembari menatap Cambuk meminta penjelasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti yang kau ketahui, penjual nasi diwarung itu tentu saja orang-orang kita. Dan mereka tidak memiliki penangkal racun apapun, tugas mereka hanya mengamati dan mencatat semua kegiatan disekitar Gua Batu..."
"Kenapa kau katakan ada penawar dalam nasi ini?" tanya Hastin terheran-heran.
"Disini, aku juga tidak tahu.. aku hanya percaya saja pada Tuan Jaka." kata Cambuk sambil menghabiskan suapan terakhir.
"Memang Jaka mengatakan apa padamu?" tanya Hastin tertarik.
"Beliau mengatakan, "sebelum menggunakan benda ini, makanlah nasi pecel secukupnya". Tentu saja aku paham, didalam nasi pecel ini ada tercampur tujuh jenis macam sayuran. Dan agaknya sayuran jenis tertentu, bisa menawarkan racun yang terdapat pada benda ini..." kata Cambuk sambil memperhatikan bola-bola kecil dan benda bersumbu miliknya.
Hastin menggeleng-gelengkan kepalanya. Betapa rumit pikiran Jaka, dia sedikit bisa menyelami, tapi pengetahuan semacam itupun dia kuasai, agaknya jika pemuda itu menginginkan untuk menjadi lebih besar lagi, hanya menunggu waktu saja. Dan pertanyaannya, apakah pemuda itu mau atau tidak, cuma itu!
Cambuk menunjuk kemuka, terlihat ada pergantian pengawal Gua Batu, dia bergegas mengajak Hastin untuk menyelinap masuk kedalam gua, tepat saat para pengawal berganti. Bagi orang-orang macam mereka biarpun bertindak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di terang hari seperti ini, tidak terlalu menyulitkan jika hanya untuk menghindari pandangan orang. Dengan mudah keduanya sudah menyelinap masuk kedalam gua nomor enam. Dalam gua itu menurut pengamatan petugas mata-mata, tidak terdapat pengunjung, kosong!
Dengan meminjam cahaya dari mulut Gua, keduanya melihat peta, kalau tidak mau tiap saat harus membuka peta, Hastin mau tak mau harus menghapal tiap gores peta itu.
"Setelah ini ada satu jalan yang menembus ketujuh gua ini..."
gumam Hastin melihat sebuah garis lurus tanpa putus-putus yang menghubungkan ketujuh gua. Sebuah garis yang tersamar, dan dengan penasaran Hastin meneliti tiap lekuk dinding gua, akhirnya dia sampai pada ujung gua yang tersembunyi, pada tempat yang dimaksud peta, dia melihat ada sebuah tonjolan batu, dengan ragu-ragu di tekannya tonjolan itu. Sebuah suara desir halus membuat Hastin dan Cambuk waspada, tapi ternyata tidak ada kejadian apa-apa, hanya sebuah pintu yang terbuka. Keduanya meneliti keadan disekeliling pintu yang baru bergeser.
"Ah, nampaknya pintu ini sering digunakan orang..." gumam Hastin.
Cambuk mengiyakan, dia juga melihat tonjolan batu yang tadi ditekan Hastin jauh lebih bersih dibanding batu yang lain.
Lalu dengan sangat cekatan kedua orang ini segera menuju gua ke tujuh, di sana Cambuk meletakan bungkusan bersumbu, demikian pula pada saat mereka kembali ke gua nomor enam. "Apakah kita akan langsung masuk ke gua nomor lima?" tanya Cambuk meminta pertimbangan.
Hastin berpikir sesaat, dia mengakui tugas ini tidak cocok baginya, sebab pembawaan orang ini selalu datang dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan, hantam dulu tanya belakangan. Kalau harus berpikir begini, membuat pening saja. "Kurasa, kita langsung ke gua nomor satu dan berturut-turut, selanjutnya kita akan keluar dari gua nomor lima." kata Hastin yang sudah menghapal jalan berliku yang menghubungkan antar gua.
Cambuk setuju dengan ide itu. Mereka segera mengambil jalan seperti yang tertera dalam peta. "Tak sangka manusia sialan itu jujur juga..." gumam Hastin memuji tukang jiplak peta saat harus mengingat-ingat mengambil jalan kekanan atau kekiri.
Tapi tak disangka saat mereka hendak menggabungkan diri dengan para pengunjung Gua Batu, terdengar langkah banyak orang. Mereka ingat di gua nomor satu, ada dua belas orang, dan kedua belas pengunjung itu tersebar dalam satu ruangan, sedang menikmati gambar dan pahatan dalam dinding gua, lalu dari mana datangnya derap langkah orang"
Hastin dan Cambuk bergegas menuju cekungan batu untuk menyembunyikan diri, mereka menanti siapa yang mendatangi gua nomor satu itu. Tapi tak disangka, ada sebuah pintu bergeser bergerak di samping mereka, karuan saja keduanya terkejut bukan buatan, dengan cekatan Hastin melompat mencengkeram stalaktit gua, demikian juga Cambuk. Mereka berdua menempel bagai cicak, mengikuti lengkungan langit-langit gua. Dari atas mereka melihat beberapa orang keluar dari sebuah pintu rahasia!
"Aku tidak dapat menemukan jejaknya lagi..." serbuah suara lirih terdengar dari dalam jalan yang mendadak muncul itu, dan sesaat kemudian terlihat dua orang keluar, lalu berturut-tutut tiga orang lain juga mengikuti dari belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, seolah-olah dia lenyap dari kota ini..." timpal yang lainnya.
"Apakah kita akan mencari orang yang pernah menguntit sampai kemari?" tanya salah satu dari mereka.
"Itu pekerjaan sia-sia, pada waktu itu dia mengetahui jejak kita, tapi tak mengikuti sampai kesini. Aku yakin dia bukan seorang pendatang, sebab dia tahu lambang yang digunakan oleh kalangan kita..."
"Jangan-jangan, dia orang kita juga?" seseorang menyahut lagi.
"Mutlak tidak mungkin! Tiap anggota mengenal satu sama lain, dan sejauh ini tidak ada anggota atau tamu undangan yang tidak diperkenalkan pada kita!" sahut orang terakhir.
"Lalu kita akan lakukan apa" Peringatan dari Gusti tentang keteledoran kita membuatku tidak nyaman..." gumam orang pertama mengeluh.
Dalam keheningan, kelimanya tidak lagi berkata-kata mereka bergerak hati-hati dan terlihat berbaur dengan para pengunjung gua. Menanti kelima orang itu hilang, Hastin dan Cambuk saling pandang. Agaknya pikiran mereka sama.
Seringan burung srikatan, keduanya melayang turun dan langsung menyelinap kedalam pintu yang mulai bergeser perlahan, menutup!
Cambuk menghela nafas perlahan, menyadari hampir saja punggungnya terjepit oleh pintu batu itu, mereka terheran-heran saat melihat betapa tebal pintu batu itu, tapi kenapa tidak mengeluarkan bunyi sama sekali" Namun keterkesimaan mereka tak bisa bertahan lama, menyadari ada langkah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangi keduanya. Seperti sudah berjanji, Hastin melompat ke pojok kanan dan Cambuk ke pojok kiri, tapi begitu mereka menyadari persembunyiaan itu kurang bagus, keduanya melompat keatas kembali mencengkeram langit-langit.. sayang keduanya kurang memperhatikan jarak antar keduanya dan sempitnya langit-langit gua. Kepala mereka saling beradu satu sama lain!
Duuk! Suara kepala saling berbentur itu tidak keras, tapi keluhan kejut keduanya yang cukup keras, ternyata sangat fatal!
--dw.kz-- 85 " Mengguncang Gua Batu
"Siapa disana"!" terdengar suara membentak dari dalam.
Dan suara langkah mereka terdengar kian cepat.
Baru kali ini Hastin merasa sangat cemas karena ketakutan, tentu saja dia bukan ketakutan karena kawatir menghadapi musuh, tidak sama sekali! Dia kawatir tugas yang dibebankan Jaka padanya untuk yang pertama kali justru gagal! Kebiasaannya yang makin hantam lebih dulu benar-benar membuatnya serba kikuk jika harus main sembunyi seperti ini.
Untunglah Cambuk cepat tanggap, dengan sigap dia turun dan berjalan memapaki orang-orang yang akan mendatangi tempat itu. Dengan gerakan sangat cepat, Cambuk menutupkan sehelai kain dan mengikatnya dengan simpul bak blangkon, tapi di pancangkan di samping kiri kepalnya, rumbai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ujung kain dibiarkan terjuntai panjang, entah apa maksudnya melakukan itu...
Tampak dua orang sudah berada di hadapan Cambuk, sementara Hastin tetap diam mendekam mencengkeram langit-langit dengan perasaan tegang, tangannya sangat gatal untuk memukul orang! Kedua orang itu melihat Cambuk, mereka tampak membawa sebuah benda yang berkilauan, sebangsa mutiara air laut yang sudah bercampur fosfor, cahayanya yang redup malah sangat menguntungkan Cambuk.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa kau"!" bentak keduanya dengan siaga, tapi nampaknya keduanya juga ragu-ragu melihat bayangan didepannya.
Keraguan sikap itu tertangkap jelas oleh Cambuk, dengan suara yang dingin dan terkesan sadis, Cambuk membentak.
"Terkutuk kalian, tidak mengenali aku!"
Keduanya tampak menggeregap, "Ap-apakah tu.. tuan.."
"Keparat! Berani kau sebut namaku"!" bentak Cambuk dengan suara mendesis. "Kalian pingin kupenggal?"
"Oh.. ternyata.. tu-tuan..." kata salah satunya dengan tergagap-gagap. "Apakah tuan hendak memeriksa?"
Cambuk mendengus. "Tadinya aku ingin.. tapi aku tadi sudah berjumpa dengan mereka!"
"Oh.. y-ya, mereka memang membawa tugas dari Gusti..."
Kata salah seorang dengan tanggap, karena yang keluar dari pintu itu memang baru kelima orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mengumam tidak jelas"seolah sedang marah-marah Cambuk, segera menepi masih dengan lagak yang angkuh dan tangan bersedekap. Nampaknya tanda itu cukup memberi tahu keduanya untuk mengantar "si tuan" yang mereka kenal sebagai orang yang bengis dan mudah marah.
Keduanya dengan badan terbungkuk-bungkuk lewat di samping Cambuk, nampak keduanya saling mengaitkan seutas rantai di kanan dan kiri dinding gua. Lalu dengan bersamaan pula keduanya menarik tuas kebelakang. Lalu terdengar suara bergemersik lembut, nampak pintu geser tadi mulai terbuka.
"Enyah kalian!" usir Cambuk dengan suara bengis.
"Ba-baik tuan..." keduanya seperti memperoleh pengampunan segera bergegas pergi, begitu punggung mereka berbalik, Hastin dengan cekatan turun dan menyelinap secepat kilat, gerakannya yang menimbulkan kesiuran angin membuat kedua pengawal itu menoleh. Tapi mereka melihat Cambuk nampak sedang mengibas tangan, seolah angin itu keluar dari tangannya
"Tuan.. itu sungguh garang... tidak ada masalah besar saja harus menghamburkan tenaga seperti itu..." desis salah seorang pada kawannya. Tentu saja Cambuk mendengar kalimat itu. Dengan mendengus keras, suaranya cukup membuat kedua orang yang hendak menyatroni mereka segera berjalan cepat menghilang di balik cabang gua lain.
Kesempatan itu cukup buat Cambuk untuk membuang salah satu bulatan bersumbu miliknya di tempat tersembunyi itu!
Dilain kejap, Cambuk sudah keluar dari ruang rahasia, dia menghela nafas panjang-panjang, sungguh tegang rasa hatinya jika mengingat sandiwara tadi. Mengacau dengan cara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat keributan tidak akan menyelesaikan masalah, justru orang yang dipancing oleh Jaka akan membat kesimpulan salah dan mungkin saja bisa membuat perubahan rencana yang makin rumit, dia tidak menginginkan itu!
Cambuk menatap Hastin sejenak, terlihat lelaki itu sedang memperhatikan dirinya dengan tatapan mata antara geli, heran dan takjub. "Kau memang punya otak sialan..." ujarnya memuji, Cambuk ternyata menyimpan banyak kemahiran mengejutkan!
Dengan tertawa serba salah, Cambuk mengangkat bahunya. "Harus kuakui, pengetahuanku tentang sistem dalam sandi di hampir setiap kerajaan sangat membantu..."
jawabnya. "Tadi kau berperan sebagai siapa?" tanya Hastin sambil mengedarkan pandangan mata mencermati kondisi disekitar.
Cambuk belum menjawab, dia mengajak Hastin kembali berjalan kembali kegua nomor dua, tentu saja sebelumnya Cambuk sudah meletakkan bungkusan bersumbu miliknya.
"Aku sebenarnya cuma asal tebak saja, satu hal yang kuketahui sebuah kekhasan sandi di kota ini adalah ikat kepala cingkrang.. misal saja mereka bukan orang-orang pemerintahan, ikat kepala yang kubuat pun akan sia-sia, dan kita sudah pasti harus meninggalkan jejak gaduh di dalam ruangan tersembunyi tadi. Untung saja Tuan Jaka sempat bercerita bahwa mereka terkejut dengan lambang sandi cakram, jadi aku bisa menautkan bahwa entah siapapun mereka, masih ada hubungannya dengan pemerintahan tempat ini, maksudku... pemerintahan yang lampau."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hastin menggelengkan kepala berulang kali. "Kalian hidup dengan cara yang sangat rumit. Aku tidak memahami sama sekali masalah seperti itu..."
Cambuk tertawa, "Justru aku kagum pada anda... selalu bertindak tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi, terkadang malah mempersingkat masalah."
"Tapi kadang membuatku pusing pula..." sahut Hastin disela langkah mereka yang sangat hati-hati, keduanya sudah mencapai gua ke tiga. Dengan hati-hati pula cambuk meletakkan bungkusan bersumbunya.
"Apakah kau bisa menebak, siapa yang ditakuti mereka?"
tanya Hastin. Cambuk menggeleng, "Sikap seperti yang kubawakan tadi, biasanya hanya semacam tabir saat mereka berhubungan dengan kelompok tertentu. Pada saat dia bergabung dengan kehidupan normal, boleh jadi sikap dan wataknya berbeda jauh. Sampai saat ini aku masih bersyukur bahwa ternyata ada orang bersikap tolol seperti yang kubawakan tadi..."
Hastin tertawa tanpa suara. "Jika dibandingkan dengan kemampuan jaringan yang kalian miliki, tentu saja orang-orang yang bersembunyi dalam gua hanya orang-orang tolol!"
"Bukan maksudku meremehkan mereka..." sahut Cambuk buru-buru. "yang kumaksud, betapa mereka menggunakan tata sandi sangat baku, terpola, sesuai ajaran dan belum berubah, seharusnya setiap periode tertentu mereka mengadakan perubahan. Entah itu dari karakter, dari sikap, dari cara bicara dan cara sapa..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, kau melupakan satu hal..." gumam Hastin dengan memperhatikan Cambuk yang meletakan bungkusan terakhirnya di gua ke empat dan kelima.
"Apa itu?" tanya Cambuk tanpa berpaling.
"Kau hidup di dalam sebuah ombak besar bernama perkumpulan rahasia, kau bergaul dengan beragam pikiran yang sudah terkondisi dengan pengalaman puluhan tahun dalam jaringan yang tak banyak diketahui orang, kau juga bercakap-cakap secara wajar dengan tokoh-tokoh yang sangat jarang bisa ditemui secara langsung... maka kau bisa memiliki pandangan seperti itu."
Cambuk termenung sejenak. "Mungkin anda benar..."
sahutnya. Lelaki ini membagikan bola-bola sebesar ujung kelingking pada Hastin.
"Untuk apa ini?" tanya Hastin dengan heran.
"Menurut Tuan Jaka, anda memiliki himpunan hawa sakti yang langka," kata Cambuk membingungkan Hastin.
"Heh"!" seragahnya bingung.
"Hawa sakti anda dapat membuat benda sepadat apapun meleleh bisa pula memercikan bunga api..." tukas Cambuk menerangkan.
Hastin tak mengira, dari jabat tangan beberapa hari lalu dan serangannya pagi tadi Jaka bisa menganalisis sedalam itu, padahal dia belum lagi mengerahkan tenaga andalannya, tapi pemuda itu ternyata bisa melihat sampai dimana jalur ilmunya akan bermuara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cambuk memberi petunjuk bahwa saat dirinya meletupkan bungkusan terakhirnya, maka Hastin harus melemparkan seluruh bola-bola dalam tangannya menurut jalur ilmunya.
Kesetiap sudut ruangan rahasia yang saling menghubungkan tujuh gua itu. Masih dengan perasaan terheran-heran, Hastin mengangguk saja. Cambuk telah bersiap-siap, di dalam gua kelima, mereka menempatkan diri tidak terlihat dari para pengunjung, Cambuk melemparkan sebuah batu kecil tepat di sumbu bungkusannya, dan bersamaan itu pula Hastin melemparkan bola-bola kecil kesegala arah, termasuk ke jalur rahasia yang menghubungkan ketujuh gua.
Hastin tidak melempar, dia menjentikkan jarinya saja! Tapi begitu bola-bola kecil itu terlepas dari jemarinya, seleret warna merah langsung menebar warna merak membakar, bak meteor melintas langit, melesat dengan berkelak kelok. Warna kemerahan itu mula-mula menimbukan asap tipis, kemudian menimbulkan percik api yang berputar kesegala arah dan akhirnya menyambar sumbu bungkusan yang diletakan sedemikian rupa oleh Cambuk.
Wusss! Tidak terdengar ledakan, tidak terdengar letupan hanya tiba-tiba saja asap mengepul memenuhi seluruh ruangan begitu cepatnya. Seolah-olah asap itu dihasilkan oleh sebuah kobaran api dalam sebuah kebakaran hebat yang memencar merambati udara diseluruh ruang gua.
Hiruk pikuk tak terkendali terdengar lamat-lamat, Hastin dan Cambuk tidak bergerak ditempat mereka. Keduanya fokus dengan gerakan-gerakan yang mungkin saja timbul dari dinding-dinding gua seperti yang pernah mereka alami tadi.
Dan benar saja.... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Srk-srk-sreek! Terdengar desiran-desiran halus terkuak dari banyak dinding gua, karena mereka ada di gua nomor lima, tentu saja keduanya tidak tahu letak pasti dimana saja kemunculan pintu-pintu itu. Setelah memperhatikan dimana adanya pintu masuk rahasia muncul di gua itu, keduanya berpindah seluruh gua yang lain untuk memperhatikan dimana tempat pintu-pintu rahasia. Asap tebal dan cukup menyesakkan pernafasan itu tidak mereka rasakan sebagai hal yang mengganggu, tapi Hastin terlihat heran melihat orang-orang yang menghirup asap itu seperti orang mabok, dan ada banyak dari mereka yang sudah jatuh pingsan, kalaupun ada yang tidak pingsan, mereka terlihat sibuk mengucek matanya berulang kali.
Cambuk memberi isyarat pada Hastin untuk kembali memasuki salah satu pintu rahasia, ternyata dorongan asap-asap dari bungkusan bersumbu Cambuk begitu hebatnya, sampai-sampai lubang angin sebesar jari kelingking saja bisa diterobod dengan kepekatan asap kian menebal. Tentu saja kondisi itu membuat orang-orang yang bersembunyi didalam ruang tersembunyi dalam Gua Batu, kelabakan. Dengan leluasa, Cambuk dan Hastin masuk kedalam tiap-tiap ruangan tanpa diketahui orang.
Mereka tidak melakukan apapun kecuali melihat, mencatat dalam ingatan apa-apa saja yang ada didalam. Bahkan Cambuk sempat melihat sebuah ruangan yang dia yakini sebagai tempat dokumentasi seluruh kegiatan. Meminjam sinar mutiara yang sudah bercampur fosfor, Cambuk meneliti satu demi satu. Hastin pun melakukan perbuatan serupa.
Meski lelaki itu paling malas menggunakan otaknya untuk berpikir, bukan berarti dia bodoh. Apa yang dilakukan Cambuk dia paham sepenuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku dapat..." desis Hastin. Mesti pada awalnya dia tidak tahu apa yang mereka cari, tapi melihat bentuk rupa ruangan itu, Hastin bisa menduga bahwa Cambuk kemungkinan besar mencari sebuah daftar, sebuah indeks kegiatan!
Cambuk mengangguk, tapi dia tidak menghentikan tindakannya, dengan sangat cekatan lelaki ini memeriksa satu demi satu dan mengembalikan ke tempatnya lagi dengan rapi dan teratur. Ditangannya sudah ada sebuah selongsong bambu yang dikeluarkan dari balik bajunya, dengan hati-hati Cambuk mencuil satu demi satu lembaran daun lontar yang ada disana.
Hastin menyerahkan apa yang didapat pada Cambuk dan lelaki ini memasukannya kedalam selongsong bambu, lalu keduanya bergegas keluar dari ruangan itu. Dengan sangat hati-hati, mereka kembali ke gua nomor tujuh, dimana mereka tadi mencari jalan masuk.
"Apakah kita akan keluar sekarang?" tanya Cambuk pada Hastin.
Lelaki itu menggeleng. "Meski kabut asap ini tebal, pasti banyak orang yang menyaksikan dari kejauhan. Bila kita keluar sekarang, maka gerakan kita akan sangat mudah terlihat oleh tiap orang."
"Apakah kita harus menunggu?" gumam Cambuk merasa ragu.
"Berapa lama asap ini bertahan?" tanya Hastin.
"Sepenginangan lagi..." sahut Cambuk membuat Hastin berkerut kening, sepenginangan boleh dibilang sama dengan setengah kentungan, atau setengah jam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi mereka ragu hendak keluar, terdengar desir langkah yang sangat ringan menuju kearah mereka. Kepekatan kabut itu sangat menguntungkan keduanya dalam bersembunyi.
Adalah sebuah keanehan bagi Hastin, kabut asap sepekat ini tapi kenapa pengelihatan mereka boleh dibilang tidak terganggu sama sekali" Pertanyaan itu baru dia pahami jawabannya saat Cambuk menerangkan dibelakang hari bahwa; selagi mereka tidak terpengaruh racun bius dalam kabut asap, dengan sendirinya pengelihatan mereka normal-normal saja. Betapa anehnya!
Desir seringan kapas itu bagi pendengan Hastin yang sangat terlatih membuatnya menegang. Seingatnya, Arwah Pedang sahabatnya juga memiliki langkah seringan itu, apakah ada tokoh hebat yang mengetahui perbuatan mereka"
"Jangan menunggu terlampau lama... mari keluar.." sebuah suara membuat keduanya terkejut.
Cambuk sangat hapal dengan suara itu, sambil menggamit Hastin mereka mengikuti sosok yang membuka jalan dan akhirnya menuntun mereka keluar dari dari Komplek Gua Batu dan terus menuju sebuah bukit.
"Ah..." barulah Hastin sadar bahwa yang menuntun mereka ternyata Jaka!
Ternyata sepulang dari bertemu dengan orang berkedok, Jaka langsung memutuskan untuk datang ke Gua Batu, dia bukan menyangsikan kemampuan kedua orang yang datang kesana, melainkan pemuda ini akan meninjau kembali rencananya. Jika dia biarkan keduanya tetap didalam, bukan tidak mungkin orang yang disangka sebagai salah satu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
elemen penggerak atau sebut saja benalu dalam kekacauan yang sudah timbul, tak jadi menampilkan diri.
"Kenapa kau kemari Jaka" Apa kau mengkahawatirkan kami?" tanya Hastin dengan kening berkerut.
Jaka tertawa. "Mana mungkin aku mencemaskan engkau Paman Hastin." katanya dengan menepuk bahu lelaki itu. "Aku hanya berpikir, terlalu lama di Gua Batu itu tak akan membawah hasil lebih..."
Cambuk memandang sekeliling, dilihatnya lamat-lamat Gua Batu dikejauhan masih dikepung asap.
"Lalu kenapa kau mengajak kami kemari?" tanya Hastin tak mengerti.
Jaka tidak menjawab, dia mengedarkan pandangan matanya seperti Cambuk. "Justru disini kita akan melihat perubahan lain."
Benar saja, tak lama kemudian, asap yang mengepung Gua Batu seolah-olah tersedot kedalam gua, dalam hitungan belasan saja lenyap sama sekali. Jaka berpaling pada Hastin.
"Sekarang kita tinggal menunggu kemana asap itu dibuang..."
ujarnya. Dari ketinggian bukit dimana mereka berdiri, memang sangat cocok memantau keadaan sekeliling. Dari kejauhan terdengar beberapa anjing menyalak. Cambuk terlihat menyeringai lebar.
"Ternyata Tuan juga membawa anjing Penikam?" tanyanya memastikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka mengangguk. "Aku sempat mampir sebentar, kupikir salah satu anjingnya akan sangat berguna..." kata pemuda ini sambil menyipitkan mata, dia seolah sedang memastikan arah suara anjing dengan sesuatu yang tampak dalam pengelihatannya.
Menyimak pembicaraan itu, barulah Hastin paham.
Ternyata asap yang mereka lepaskan memang hanya sebuah pancingan untuk mengetahui jalur rahasia lain. Hal paling logis dibalik lenyapnya kabut asap adalah udara dengan tekanan lebih tinggi menyebar di seluruh ruangan gua, artinya ada sebuah katup yang sengaja dibuka dari sisi lain dan karena sifat kabut asap memang mengejar udara, dengan sendirinya begitu ada ruang dengan himpunan udara lebih banyak, gumpalan asap itu akan tersedot kesana. Barulah Hastin mengetahui fungsi anjing yang di bawa Jaka. Tentunya anjing itu sudah mengenal bau kabut asap, dan salak anjing tadi menandakan kemungkinan besar disanalah letak lubang buangan!
"Kita kesana?" tanya Hastin bersiap-siap.
"Tidak paman," sahut Jaka. "Jika kita kesana, mereka akan waspada dan curiga. Bagaimanapun kehadiran beberapa anjing akan membuat mereka berpikir, meskipun itu tidak akan menimbulkan kecurigaan. Menanti anjing-anjing itu pergi mereka baru akan bergerak. Kita tidak perlu berjumpa dengan mereka, biar lain waktu saja kita temui mereka."
Biarpun Hastin kurang sependapat dengan keputusan Jaka, namun dia mengerti dengan bantuan anjing-anjing tadi mereka bisa melacak kembali dimana tempat buangan asap itu. Dari sana mereka bisa melacak lebih jauh, apa-apa saja yang perlu diketahui. Dalam hati Hastin berulang kali memuji.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meski dia tidak penah terlibat dalam satu perkumpulan apapun, bukan berarti dia tidak mengetahui seluk beluknya.
Dia pernah tahu ada sebuah perkumpulan yang memiliki usia cukup tua, bernama Sanatasona. Mereka memiliki keterampilan menggunakan unsur alam sebagai senjata dan alat mereka melacak jejak, terkadang mereka melacak jejak hewan buruan dari kicau burung, tapi adakalanya mereka juga melacak buruannya dengan menggunakan kaidah umum, seperti memperhatikan ranting patah dan jejak yang tertinggal.
Beberapa hari terakhir, dia melihat dalam himpunan orang-orang yang berada dalam lingkup pemuda bernama Jaka Bayu, memperlihatkan beragam metode lacak dan cara memancing jawaban yang membuat dia takjub. Entah apakah cara itu memang dibakukan menjadi sebuah metoda, atau berlahir begitu saja, yang jelas sosok pemuda disampingnya itu memang lelaki yang menyimpan beragam hal baru! Meski dia tidak pernah tertarik untuk bergabung dengan siapapun, atau organisasi macam apapun, tapi melihat begitu banyak tokoh kasta tinggi bergabung dengan Jaka membuat dirinya berpikir, tentu mereka menemukan hal baru pada diri pemuda itu"yang menjadikan nilai tambah untuk diri sendiri, seperti halnya dia.
--dw-kz-- 86 " "Peralatan Masak" Gelombang
Pertama Sebuah penginapan yang sepi pengunjung nampak asri, dari tujuh belas kamar yang tersedia, hanya dua yang terisi, lokasi yang jauh dari keramaian seakan disengaja oleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemiliknya. Salah satu tamunya nampak duduk dipojok pekarangan belakang, dengan mencangkung kaki di kursi goyangnya, lelaki dengan uban menghias kepala menyedot tembakau dalam-dalam. Dihadapan lelaki menjelang separuh abad itu ada seseorang yang tengah tertunduk.
"Jadi, kau terpaksa menyerahkan pasukanmu padanya?"
ujar lelaki itu dengan menghembuskan asap kuat-kuat.
"Benar paman" sebenarnya bisa saja saya menolaknya, tapi dia memiliki lencana perintah. Jika kutolak, engkau tahu sendiri akibat yang kuterima."
Lelaki itu mengangguk-angguk. "Tapi, aku tidak pernah menyangka kau bertindak terlalu bodoh?" desisnya dengan tatapan mata berkilat, seolah ada secercah hawa dingin menyambar lelaki itu, membuatnya tertunduk kian dalam.
"Mo..mohon petunjuknya paman?" ujarnya dengan suara menggeletar, manakala nada lelaki di hadapannya berubah, mengartikan suasana hati yang berubah pula, jika sudah demikian, orang itu bisa menjelma menjadi orang paling kejam.
Ya, lelaki yang menunduk itu adalah Bergola.
Ketidakpuasannya terhadap Momok Wajah Ramah membuat dirinya harus menyambangi seorang kerabat jauh dari ayahnya. Dia tidak tahu mereka berkerabat macam apa, tapi ayahnya mengenalkan bahwa orang itu masih pamannya.
Sejauh ini Bergola tidak tahu dari mana datangnya sang paman. Pernah sekali dia menganggap remeh lelaki dihadapannya itu dengan mengirimkan seorang anak buah untuk memata-matai, tapi tak sampai setengah hari, muncul Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurir menyerahkan barang hantaran yang membuatnya mual hampir satu minggu.
Bagamana tidak, barang hantaran itu ternyata belanjaan ayahnya, yang ditempatkan dalam dua belas bagian peti, tapi pada masing-masing peti terdapat dua belas bagian anggota tubuh manusia terbungkus rapi tanpa darah, yang dapat dia kenali sebagai anak buahnya! Sejak saat itu Bergola tidak mau menyinggung sang paman, bahkan dia tak ingin berhubungan. Tapi kondisi yang membuatnya buntu, mau tak mau menghantar langkahnya menemui lelaki itu.
"Kau mengira, disini hanya dirimu sendiri yang bermain?"
tanya lelaki itu dengan nada tajam.
Bergola tentu saja tidak terlalu bodoh untuk menjawab itu, namun dia belum sanggup memastikannya, adalah pertanyaan itu yang cukup berat baginya. "Saya rasa... tidak demikian, ta-tapi jika paman beratnya kenapa bisa kujawab begitu, sayapun tidak tahu.."
Lelaki itu menatap kedepan, dengan menghela nafas dalam-dalam dia berujar. "Dibandingkan Wingit Laksa, kau masih terlalu bodoh..."
Bergola makin tertunduk mendengar ucapan itu, dalam hati dia sangat terkejut mengetahui sang paman mengetahui hubungan dirinya dengan Wingit Laksa, bahkan ayahnya sendiri juga tidak tahu!
"Wingit Laksa dapat melakukan segala sesuatunya dengan sabar dan sedikit demi sedikit. Anak itu sadar, bahwa cita-cita besar memerlukan tenaga, waktu dan kesabaran. Usahanya sejauh ini sangat bisa kumengerti. Tapi kau..." lelaki itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggeleng. "Kau memainkan peranan yang tidak terlalu baik, kurang cerdas! Kau berupaya mengaduk kota ini dengan mengusik sesepuh kota. Pernahkah terpikir olehmu, selemah-lemahnya sesepuh kota, dia memiliki hubungan seperti apa dengan banyak kalangan" Dengan pemerintahan" Itu yang pertama! Syukurlah kau cukup pintar membaca situasi dengan tidak jadi mendatangi Kuil Ireng pada beberapa malam lalu..."
Bergola makin tertunduk. "Jika saja kau mendatangi Kuil Ireng, maka permainanmu tidak akan pernah berlanjut!" tegas lelaki itu.
"Apa yang terjadi disana" Ketua memang mengatakan pada saya, ada banyak perubahan..." tanya Bergola.
"Aku tidak tahu." sahut lelaki ini singkat. Dia tak mungkin memberitahu pada Bergola, betapa pada waktu itu, dirinya tidak memiliki keberanian memasuki wilayah itu. Sebagai seorang yang terlatih dalam urusan membunuh, perasaannya sangat tajam dalam mencium keadaan sekitarnya. Waktu itu dia merasakan hawa yang sangat berat menekan hatinya, seolah-olah menggayuti kehendaknya untuk menjauh dari tempat itu, kala itu kebimbangan sempat mengambang lama di benaknya, namun setelah menimbang berdasarkan kepentingan yang lain, akhirnya dia menghilang dari sana.
Pagi hari setelahnya, dia bersama kawannya kembali datang ke Kuil Ireng, tidak ada orang disana, tapi dari kawan yang bisa melacak jejak, memberitahu padanya, bahwa; orang-orang yang berdiam di Kuil Ireng sehari berselang adalah para tokoh yang tak pernah terpikirkan akan ada di sebuah tempat dalam waktu bersamaan! Itupula yang membuat dirinya makin hati-hati di kota itu. Saat ini Kota Pagaruyung seolah menjadi sarang naga dan harimau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Momok Wajah Ramah lelaki yang cukup berbahaya, sejauh ini dia bisa bekerja sama denganmu karena dia mengharapkan manfaat darimu, pada saatnya kau dipandang tidak lebih baik dari sampah, usiamu pun tinggal menghitung hari."
"Aku tidak takut dengan orang itu!" seru Bergola dengan jantung berdetak lebih kencang, kemarahan seolah sudah membakar hatinya jika mengingat Momok Wajah Ramah.
"Kau pernah mengukur kelihayan rekanmu?" tanya lelaki beruban itu.
Bergola menggeleng. "Tapi aku tidak takut!" katanya lagi.
Lelaki itu mendesis, "Kau memang tolol! Tidak takut, dengan bertindak cerdik itu sangat berbeda. Aku pernah melihat Momok Wajah Ramah membunuh orang saat dia sedang tertawa, bahkan pada saat dia berbincang...
kelihayannya yang utama kau sudah tahu, kelicikannya!
Kewaspadaanmu sangat buruk, dia sewaktu-waktu bisa membunuhmu, maka itulah... pergunakan sikapnya sendiri saat kau bertemu dengannya!"
"Aku harus membunuh orang itu?" kata Bergola dengan nada ragu.
"Benar!" "Ta-tapi, bagaimana dengan ketua nanti?"
Lelaki itu tersenyum sesaat. "Pimpinanmu saat ini dipusingkan dengan banyak hal, kehilangan Momok Wajah Ramah tidak akan membuatnya berat hati! Kau pikirkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana caranya kau membuat situasi yang mendukung alasan bagimu untuk membunuhnya!"
Bergola mengangguk-angguk. "Bi-bisakah paman membantuku?" pintanya dengan ragu.
Lelaki itu menatap Bergola sesaat. "Bukankah kau memiliki pasukan sendiri" Kenapa itu tidak kau gunakan untuk menyerang?"
Bergola tertunduk. "Saya tidak yakin untuk
menggunakannya paman, bukan karena saya menyangsikan keberhasilannya, mengingat tugas terakhir Momok Wajah Ramah justru untuk mengganggu tokoh-tokoh yang sedang berkunjung kesini. Saya kawatir, rentetan dari pristiwa itu akan merambat pada Wingit Laksa, cepat atau lambat itu pasti akan bermuara kesana."
Lelaki itu menatap Bergola sejenak. "Baiklah, aku akan membantumu! Kecintaanmu pada Wingit Laksa membuatku tergerak..."
"Terima kasih paman." kata Bergola dengan perasaan yang jauh lebih ringan. Dia meminta diri pada sang paman, dengan tergesa Bergola menaiki kudanya dan menghelanya cepat-cepat.
Lelaki ini kembali menghisap tembakaunya dalam-dalam, tiba-tiba dari sudut matanya dia melihat orang bergerak didalam ruangan, jarinya sudah menegang, sebuah jarum sudah ada diantara jari telunjuk dan jari tengah, dia perhatikan sesaat orang itu dengan seksama, akhirnya niat untuk membungkam orang yang disangka mencuri pembicaraan, di urungkan. Ternyata bayangan dalam ruangan tadi adalah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelayan penginapan, dia lelaki sepantaran dirinya dengan kaki timpang. Dengan membawa nampan air dan beberapa rebusan ubi, pelayan timpang itu menghampiri dirinya.
"Silahkan tuan...." katanya sambil meletakkan makanan di meja sebelahnya.
"Hm..." gumam lelaki beruban itu mengiyakan, tiba-tiba matanya membeliak saat melihat tatakan gelasnya ada secarik kertas.
"Tunggu!" serunya.
Pelayan itu berhenti dan membalikan badannya, "Ada yang kurang tuan?"
"Darimana barang ini?" ujarnya sambil menunjuk secarik kertas yang dilipat rapi menjadi tatakan gelasnya. Pelayan itu nampak heran, dengan langkah pincang dia menghampiri kembali.
"Ah..." desahnya. "saya tidak tahu tuan, saya sendiri yang menyiapkan air ini. Bagaimana mungkin ada benda lain?"
ujarnya dengan wajah bingung.
Lelaki itu ragu-ragu mengambil gelasnya. "Kau buka kertas itu." perintahnya pada pelayan timpang itu.
Dengan ragu-ragu, pelayan itu mengangkat gelas dan memindahkan kesamping, lalu dia mengambil kertas itu.
"Dibuka?" Lelaki beruban itu mengangguk, punggungnya tak lagi menempel pada kursi goyangnya. Dengan penuh perhatian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia mengawasi pelayan timpang itu membuka lipatan kertas yang dibuka perlahan.
"Kosong..." gumam pelayan itu sambil menyerahkan kertas itu pada lelaki beruban. Namun dirinya tak lekas menerima kertas kosong itu.
"Buang saja!" perintahnya. Mungkin aku terlalu curiga, pikirnya. Sebagai orang yang berkecimpung dengan kalangan hitam, kewaspadaan selalu menjadi bagian dari dirinya, tak pernah sekalipun dia mengendorkan perhatian, seolah-olah dirinya adalah anak panah yang siap lepas dari busur, kapan saja. Dengan perlahan lelaki beruban itu menghempaskan punggungnya ke kursi goyang itu.
Mendadak wajahnya berubah sangat buruk, wajahnya yang beroman datar seolah tanpa perasaan, tiba-tiba menggambarkan perasaan terkejut, marah dan takut. Pelayan berkaki timpang itu memperhatikan paras orang dihadapannya dengan heran.
"Kau lihat sesuatu dibelakangku?" tanya lelaki beruban dengan suara tegang.
"Tidak... tidak ada siapapun tuan.." sahut pelayan berkaki timpang itu terheran-heran.
Tiba-tiba saja lelaki beruban itu bergerak, sungguh pesat gerakannya, tangannya bagai ular yang mendadak membelit pergelangan tangan pelayan berkaki timpang. Seperti menghadapi impian buruk saja, pelayan itu menyeringai kesakitan karena pergelangan tangannya seolah retak dalam cengkraman tamu itu.
"Tu..tuan?" rintihnya dengan pandangan tak mengerti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki beruban itu menatap si pelayan dengan seksama, perlahan-lahan dia mengendorkan cengkeramannya, tapi belum sama sekali dilepas. Biasanya dia tidak pernah ragu dalam membunuh, lebih baik salah membunuh seratus orang dari pada melepaskan orang yang akan menjadi beban pikirannya.
"Pergilah..." ucapanya memang sederhana, dengan melepas pergelangan tangan pelayan timpang itu, dirinya mengibas perlahan. Sebuah jarum melesat sangat cepat, menghunjam dada pelayan itu.
"Uh..." pelayan itu hanya merasakan sebuah sengatan kecil, lalu dengan menyeringai kesakitan dia mundur-mundur, baru beberapa langkah tiba-tiba tubuhnya terjengkang jatuh dengan wajah berkerut kesakitan. Matanya membeliak dengan tubuh menggeliat-geliat beberapa saat, lalu diam.
Lelaki beruban itu memperhatikan pelayan timpang itu dengan tatapan mata dingin. Dia tidak perlu memeriksa pelayan itu, karena racun dalam jarumnya bahkan bisa membunuh kerbau dalam sepuluh hitungan saja. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa, dia kembali duduk, tapi teringat tadi waktu punggungnya menyentuh kursi goyang ada hawa dingin menerobos syaraf di pungunggnya, seolah ada sebatang pedang ditodongkan padanya, dengan seksama diperiksa sandaran kursi itu. Tidak ada apa-apa, tapi ekor matanya menangkap ada perubahan didalam kertas yang tergeletak di lantai, bukankah tadi kertas itu kosong, tapi ternyata sekarang ada beberapa baris tulisan!
"Diamlah, jangan berulah jika masih sayang nyawamu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah lelaki beruban itu berubah sangat jelek, apalagi saat dia menyadari mayat pelayan pincang itu sudah tidak ada lagi.
"Kemana mayatnya?" desisnya dengan kewaspadaan meninggi. Dia sempat membelakangi mayat pelayan itu untuk memeriksa sandaran kursi, tidak lama.. paling banyak dua puluh hitungan, tapi dalam jangka waktu sesingkat itu, mengapa ada tulisan yang muncul di kertas kosong dan mayat si pelayan timpang pun menghilang"
Dengan terburu-buru, lelaki beruban itu memburu kedalam penginapan. Tiba-tiba matanya membeliak. Dia melihat pelayan pincang itu sedang menyapu lantai.
"Apakah ada yang kurang dengan air minumnya tuan?"
Mulut lelaki beruban itu seolah terkunci rapat, betapapun dirinya seorang yang sangat berpengalaman, tapi menghadapi kejadian yang baru saja dia alami, dirinya benar-benar mati akal.
"Mampuslah!" desisnya dengan kaki menjejak lebih dalam, dan tubuhnya dengan sangat pesat menabrak pelayan timpang itu! Bukan sembarang tubrukan, sebab pada bagian depan pakaian lelaki ini sudah terpasang jarum bulu kerbau!
Jarum beracun! Brak! Tubuh pelayan pincang itu ditubruk dengan sangat mudah, dia tak sempat mengeluarkan pekik kesakitan atau apapun, menerima serangan mendadak seperti itu. Tubuhnya terlempar ke pintu keluar disisi lain!
Tak mau kecolongan seperti tadi, lelaki beruban itu memburu keluar, dan lagi-lagi matanya membeliak. Dia tidak melihat tubuh pelayan timpang itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah air teh tadi kurang gula?" mendadak dari dalam ruangan bergema suara yang membikin keringat dingin menitik di kening lelaki beruban itu, dia percaya itu suara pelayan berkaki timpang tadi.
"Siapa kau sebenarnya"!" bentak lelaki beruban ini dengan perasaan tak karuan, dia masih saja melihat pelayan itu menyapu dengan lambat-lambat, seolah-olah serangannya tadi tidak pernah ada.
Pelayan itu menatap lelaki beruban dengan tatapan bingung. "Saya pelayan disini tuan, bukankah sejak awal tuan masuk kemari sudah mengetahuinya?"
"Tingkah pura-puramu, membuatku muak!" geram lelaki beruban itu dengan tangan menggeletar. Belum pernah seumur hidupnya dia dipermainkan seperti ini.
"Saya berpura-pura?" pelayan itu melegak dengan wajah makin heran. "Kau aneh tuan, sejak dua puluh tahun lalu saya memang menjadi pelayan, kenapa harus berpura-pura?"
Gigi lelaki beruban itu berderak, dia tak lagi memaki, dirinya sadar sedang berhadapan dengan orang berkemampuan sangat tinggi, adalah sebuah kesia-siaan dia harus memaksakan diri untuk mengetahui kepura-puraan yang sudah terang benderang itu. Meskipun dia tahu, pelayan itu hanya berlagak, tapi jika si pelayan selalu menyangkal, dan dirinya juga tak bisa memaksa, bukankah artinya dia harus menerima alasan pelayan itu"
Kepalan tangannya makin mengencang, berikutnya sebuah pukulan yang menerbitkan angin berhawa sangat panas menerpa dada pelayan itu. Kejadian itu hanya dalam kejapan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata saja, lelaki beruban itupun mendengar suara berderak seolah patah terhempas pukulan jarak jauh lelaki beruban ini.
Tidak menanti tubuh pelayan itu jatuh menyentuh lantai, lelaki beruban ini melepaskan kembali pukulan jarak jauhnya berkali-kali. Terdengar suara bak-buk berkali kali menerpa tubuh si pelayan timpang itu sebelum dia jatuh terpental keluar dan terhempas ketanah. Lelaki beruban ini sudah gelap mata, meskipun pelayan itu sudah bergulingan dan terdiam, dengan kejam lelaki beruban ini mengeluarkan golok dari sarungnya.
Singg! Suara berdenging saat golok terlepas dari sarungnya masih menggantung diudara, tapi bacokan dengan tenaga sangat kuat sudah datang membelah tubuh pelayan timpang itu.
Crak! Bacokan itu benar-benar mengenai pinggang pelayan timpang itu! Tapi lelaki beruban inipun harus membelalakan mata lagi, ternyata dia hanya membacok tanah! Dalam pandangan matanya tadi, dia berhasil menebas pinggang si pelayan timpang, bahkan memenggalnya! Tapi kenapa dikejap berikutnya apa yang disaksikan itu hanya tanah" Dengan mengerjapkan mata berulang kali, lelaki ini mengedarkan pandangannya, tiba-tiba keringat dingin keluar tanpa bisa dia cegah lagi. Dari ujung kakinya dia bisa merasakan hawa dingin yang pelan-pelan merambat ke jemarinya. Tangannya mengeletar hebat. Dirinya merasa ingin kencing, tapi ditahannya. Dia tahu benar, apa yang di saksikan itu telah menerbitkan rasa takutnya... seumur hidup, baru kali ini dia merasakan ketakutan luar biasa!
Seorang pelayan timpang dengan wajah yang sama, baju yang sama sedang menyapu lantai ruangan. Pelayan itu menyampanya dengan suara yang khas, "Ada lagi yang tuan inginkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki beruban itu seolah berada dalam impian yang menakutkan, jika ini adalah mimpi buruk, dia ingin selekasnya bangun. Tapi berkali-kali dia mencubit lengannya untuk memastikan bahwa dirinya tak sedang tertidur, membuatnya makin ketakutan. Langkah timpang si pelayan yang mendekati dirinya membuatnya mundur dan terus mundur... sampai dia sadar kakinya sudah menyentuh kursi goyang yang tadi dipakainya.
Tanpa sadar, pantatnya terhempas kedalam kursi dan punggungnya menyender dengar perasaan sangat tegang.
Pelayan itu berdiri dihadapannya.
"Tuan, harus memakan ubi ini..." kata pelayan itu dengan suara tetap menghormat, sikap selayaknya seorang pelayan.
Lelaki beruban ini merasa mulutnya kelu, "I-iya..." jawabnya dengan serak, padahal sikap atau mata pelayan itu tak memancarkan ancaman, tapi kejadian yang aneh dan bertubi-tubi sudah meruntuhkan nalarnya.
"Silahkan..." kata pelayan timpang itu mengingatkan dirinya untuk menyantap ubi rebusnya.
Seolah tangannya digayuti timah, lelaki beruban itu menjamah sepotong ubi rebus, ternyata masih hangat. Rasa hangat itu kembali menyentakkan kesadaran dirinya bahwa apa yang dia alami benar-benar nyata. Ternyata kejadian tadi begitu cepat, dirinya dipermainkan oleh seseorang yang tidak dapat diukur keliahayannya. Jika saja pelayan timpang itu mau bersungguh-sungguh menyerang, mungkin masih ada kebanggaan dalam dirinya"meskipun nanti kalah, tapi sekarang ada bedanya... bedanya harga dirinya runtuh total.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak ada lagi kebanggaan dihati saat menyebut dirinya sebagai Pembunuh Bayangan.
Sebuah deheman dari dalam ruangan membuat pelayan itu menyisihkan diri, dia berdiri disebelah lelaki beruban yang sedang mengunyah ubi dengan perasaan sangat berat.
Seorang lelaki dengan perawakan sedang datang mendekat, wajah lelaki itu biasa saja, tidak mencerminkan apapun, wajah yang sangat umum, kau bisa menemukan wajah dua-tiga orang dengan wajah seperti itu, dipasar. Lelaki beruban ini sudah tidak memiliki tenaga lagi, dia merasa kakinya lemas karena dicekam ketakutan luar biasa. Kali ini dia melihat dengan perasaan lebih jernih bahwa, orang yang mendatangi merekapun bukan sembarangan.
"Sudah saatnya, kau melaksanakan tugas." kata pendatang itu kepada pelayan berkaki timpang. Diapun menyerahkan beberapa lembar daun lontar.
"Baik tuan," sahut pelayan kaki timpang menganggukan kepala sambil menerima kertas dari lontar itu. Dalam sekejap pelayan itu membaca dan menggumam berkali-kali. "Menarik sekali...." katanya sambil menggenggam daun lontar itu, genggamannya seolah mengeluarkan hawa menyengat, namun hanya sesaat saja, daun lontar itupun terurai dalam bentuk yang sangat halus.
"Benar, memang sangat menarik!" sahut pendatang itu dengan tersenyum. "Kali ini kujamin kau tak akan kecewa."
"Seumur hidup melayani, itu memang tugasku. Tapi, akupun akan melihat lebih dulu apakah orang itu layak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulayani." jawab pelayan berkaki timpang itu berjalan tertatih masuk keruangan penginapan.
Si pendatang itu menatap punggung pelayan timpang dengan tatapan mata kagum. "Kau memang orang yang tak mudah di selami." lalu dengan tatapan mata sebagaimana pelayan timpang, si pendatang itu berkata pada lelaki beruban. "aku yakin kau tidak akan kemana-mana, benar?"
Lelaki beruban itu menatap sesaat lalu mengangguk, dengan terbata-bata dia berkata. "Ya..ya, agaknya aku sudah terlalu tua untuk keluar..."
"Bagus, jika kau mengerti. Tetaplah disini!" katanya tegas, dengan langkah sebagaimana dia datang tadi, lelaki itupun sudah lenyap dari hadapan Pembunuh Bayangan.
Rentetan kejadian tadi bagai sebuah impian buruk, disadari tenggorokannya terasa sangat kering, meneguk air teh yang di sediakan pelayan timpang itu, barulah rasa kering di kerongkongannya sirna. "Siapa orang-orang itu?" pikirnya dengan gundah, dia sudah tidak memikirkan janjinya pada Bergola lagi. Sebab saat ini dia sadar, dirinya sudah menjadi
"tahanan" orang-orang aneh itu. Sebagai orang yang sarat dengan beragam pengalaman, melarikan diri dari orang-orang semacam itu hanya akan menyiksa batinnya dengan ketakutan yang lebih besar lagi.
Satu-satunya jalan menghindar hal itu hanya mengikuti apa kata mereka. "Aku memang sudah tua... benar-benar tua."
gumamnya. Masih dengan perasaan berat, lelaki beruban itu menggoyangkan kursinya dengan perlahan.
--dwkz-- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
87 " Wingit Laksa Momok Wajah Ramah memperhatikan jalanan dengan seksama, dia merasa bimbang apakah ini adalah waktu yang tepat untuk mengganggu orang. Mengingat banyaknya orang-orang lihay datang ke kota Pagaruyung. Perintah ketuanya dan perintah anak muda yang dia temui adalah sejalan, artinya dia tidak memiliki kesulitan apapun untuk membuat alasan kepada mereka mana kala ada kesulitan. Tapi justru karena perintahnya sama, apapun yang terjadi dia harus melakukannya. Ada satu hal yang Momok Wajah Ramah tidak tahu, dia hanya paham mengenai informasi bahwa kota Pagaruyung akan kedatangan tokoh-tokoh dari Perguruan Sampar Angin, sama sekali tidak diketahui olehnya jika Sakta Glagah, rajanya para pengguna kepalan turut hadir bersama ketiganya.
Jalanan menuju Kota Paruyung dikala terik memang sepi, kegelisahan Momok Wajah Ramah membuat dia memutuskan untuk bertindak lebih cepat. Peritis yang dimiliki Bergola sudah di identifikasi. Seluruhnya ada empat belas orang, beruntung mereka hanya mengenal tanda perintah tanpa melihat orang.
Keempat belas orang itu memiliki anak buah, tapi Momok Wajah Ramah tidak memerlukan anak buah mereka untuk turut serta dalam pengepungan kali ini. Mereka memiliki tugas masing-masing yang tak kalah penting. Meski dirinya bukan orang kaya, tapi harta simpanannya cukup untuk membiayai pergerakannya kali ini, tentu saja Momok Wajah Ramah tak mungkin bertindak bodoh dengan menggunakan harta bendanya lebih dulu, mutiara yang di mintanya dari Bergola benar-benar membawa manfaat banyak!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan koneksi yang luas Momok Wajah Ramah berhasil mengumpulkan orang-orang bayaran untuk melakukan berbagai tindak kerusuhan di Kota Pagaruyung. Tentu saja dia sadar, hal yang dilakukannya itu tidak boleh diketahui pemuda yang memberi tugas serupa dengan atasannya. Harus diakui, tunduk dibawah orang sangat tidak menyenangkan, tapi dirinya kali ini benar-benar harus lepas dari semua kepentingan-kepentingan orang lain. Entah itu pimpinannya, atau pemuda aneh yang menakutkan itu. Kerusuhan di dalam kota akan membuat perhatian orang agak berpaling sedikit, dia bisa melakukan hal yang harus di lakukan sejak lama, sebelum menghilang.
Pada saat itu dalam hitungan jam saja, beberapa kerusuhan yang tidak pernah terjadi di Kota Pagaruyung pun pecah. Beberapa bangunan dalam kota dijarah oleh orang-orang berkemampuan tinggi, kejadian itu malah seperti api dalam sekam. Begitu ada kerusuhan, seolah-olah gerakan yang semula ada dibawah tanah, hampir seluruhnya menyeruak, meluluh lantakkan para perusuh. Kebanyakan dari mereka justru menumpas para perusuh, termasuk anak murid dari Perguruan Naga Batu yang menjadi sendi-sendi keamanan Kota Pagaruyung. Hasilnya pun cukup memuaskan, massa perusuh yang digerakan oleh Momok Wajah Ramah ditumpas sebelum mereka menggembangkan gerakan makin besar. Hampir seluruh pendekar yang sedang ada di kota itu pun, turut menangkap para perusuh yang di datangkan Momok Wajah Ramah dari beragam perkumpulan.
Momok Wajah Ramah jelas mengikuti perkembangan itu, dia sadar hasil dari pemeriksaan para perusuh akan menyeret pihak tertentu, yang jelas dia akan dengan senang hati menikmati hasilnya. Kali ini, tiap orang sedang bersiaga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan serangan susulan yang boleh jadi akan segera datang. Dan tentu saja Momok Wajah Ramah akan mendatangkan serangan bergelombang. Mutiara yang didapat dari Bergola mampu mendatangkan lebih dari lima ratus orang perusuh dengan beragam tingkat kemahiran.
Momok Wajah Ramah nyaris lepas kendali atas aksinya kali ini, ketakutan yang melingkupi hatinya membuat dia membabi buta dalam bertindak. Tapi, orang ini memang bisa menggunakan akal dengan sebaik-baiknya, dia tetap melakukan tugas yang dibebankan oleh sang atasan"juga Jaka, sebagai jalan keluar. Apa yang dilakukannya kali ini adalah sebagai hak jawabnya, seandainya ada dari mereka mencium apa yang tengah dilakukannya dia bisa berkelit bahwa dirinya tak terlibat karena berkonsentrasi mengganggu tiga orang dari Perguruan Sampar Angin.
"Kau yakin dengan rencanamu ini?" tanya seorang pemuda berusia akhir duapuluhan pada Momok Wajah Ramah.
"Aku yakin ini berhasil, siapapun yang terlibat akan memusingkan kondisi terakhir sebelum mereka mulai mencari siapa yang mendalangi semua ini." Tutur Momok Wajah Ramah menjelaskan.
Pemuda itu mengangguk-angguk. "Tapi kau bertindak terlalu jauh, apa kau belum mendengar jika di perguruanku datang serangan bergelombang?"
"Apakah itu penting?" tanya orang ini dengan kening berkerut.
"Ya, sangat penting. Sebab orang-orang yang datang keperguruanku bukanlah tokoh-tokoh kemarin sore! Kau harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waspada dengan mereka yang mungkin saja akan mendatangimu." desis anak muda itu mengingatkan.
Momok Wajah Ramah tersenyum, "Aku cukup paham dimana aku harus menempatkan diri, jadi aku tidak pernah mengkawatirkan apa yang terjadi di perguruanmu berimbas padaku."
"Tapi, kau harus camkan benar-benar, bahwa kejadian itu tak boleh kau abaikan..."
"Aku tidak perlu dengan perguruanmu!" jawab Momok Wajah Ramah dengan datar, membuat kening pemuda itu berkerut, nampak selapis hawa amarah di tahan olehnya.
"Saat ini kita bekerja sama demi kepentingan masing-masing!
Jadi aku akan melakukan apapun yang kupandang perlu!"
"Aku hanya datang memperingatkan dirimu, jika kau bertindak terlalu jauh, hingga mengganggu urusan yang sudah di tetapkan dari jauh-jauh hari, percayalah, akan datang padamu saat yang tepat..."
"Kau mengancamku Wingit Laksa?" potong Momok Wajah Ramah dengan wajah mengeras.
"Terserah padamu, kau artikan ucapanku sebagai apa. Kau tahu aku bisa lakukan apa saja, seperti yang kau bilang, kita bekerja sama atas kepentingan masing-masing. Tapi jika tindakanmu terlalu jauh, meskipun itu tak membawa kemanfaatan apapun bagiku. Aku bersumpah, akulah yang pertama kali akan memburumu!"
"Kau bisa mengatakan apapun..." begitu kalimat "apapun"
mengambang, tangan Momok Wajah Ramah sudah melesat menyambitkan senjata rahasia mengarah kepala pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Wingit Laksa berubah, dia benar-benar lupa dengan siapa dia sedang berbicara. Momok Wajah Ramah adalah lelaki yang dalam kondisi apapun bisa melakukan serangan mendadak dan mematikan. Dengan gerakan cepat dia mengelak menundukkan kepala, di detik yang sama pemuda ini mencabut senjata dan menyambitkan kedepan.
Gerakannya sangat cepat, tidak kalah cepat dengan gerakan Momok Wajah Ramah.
"Akh!" beberapa jeritan terdengar dibelakang Wingit Laksa, pemuda ini tidak berani menoleh sebelum dia melihat kondisi Momok Wajah Ramah, dia tidak berharap lawannya terluka dengan serangan yang terburu-buru tadi, dirinya sangat paham dengan kelihayan Momok Wajah Ramah yang jarang di ketahui orang. Dan benar saja! Senjata yang dilemparkannya nampak di genggang dengan enteng oleh lawannya.
"Kau masih berguna bagiku, maka tidak ada untungnya aku harus turun tangan terhadapmu. Tapi kau terlalu ceroboh dengan membawa pengikut, mereka tidak ada kepentingan denganku!" desis Momok Wajah Ramah dengan dingin, dilemparkannya kembali pedang pemuda itu. Ternyata serangan tadi bukan dimaksudkan untuk menyerang pemuda itu, tapi orang-orang yang mengikutinya.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cekatan Wingit Laksa menerima kembali senjatanya, selanjutnya dengan hati-hati pemuda ini menoleh.
Dia bisa melihat beberapa rumpun semak nampak merunduk lebih rendah, seolah-olah tertimpa sesuatu, samar-samar dia bisa melihat beberapa tubuh rebah.
"Kau terlalu menggampangkan nyawa orang!" desis Wingit Laksa dengan kemarahan mengguncang dada,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimanapun orang yang dibawanya memang dimaksudkan untuk mengikuti segala macam aktivitas Momok Wajah Ramah, sungguh tak disangka, lelaki itu mengetahui apa yang dilakukannya.
"Sama-sama!" tukas Momok Wajah Ramah. "Kau kira yang kau lakukan tidak menggampangkan nyawa orang" Pergilah!
Aku sedang sibuk dengan pekerjaanku. Kau lakukan saja tugasmu!"
Dengan menggertakkan gigi Wingit Laksa mundur perlahan, begitu sudah mencapai jarak aman, pemuda ini berbalik dan melesat pergi. Memandang kepergian pemuda itu Momok Wajah Ramah menghela nafas lega. Dihadapan pemuda itu, dirinya harus bersandiwara bahwa dia sangat menganggap remeh Wingit Laksa, padahal dia tahu pemuda itu memiliki kemahiran yang jarang bisa ditandingi anak muda seusianya.
"Tapi, apakah Wingit Laksa bisa menghadapi pemuda itu?"
pikirnya saat mengingat Jaka, dia belum tahu sampai dimana kemahiran Jaka, tapi dari caranya mengelak dan membandingkan dengan kemahiran Wingit Laksa, menurutnya mereka sebanding.
Momok Wajah Ramah bersiul menirukan suara burung, dari kejauhan terdengar siulan serupa. Persiapannya sudah selesai, sehebat apapun tiga orang yang akan dihadangnya, menghadapi pembunuh gelap yang menjadi perintis Bergola, dirinya sangat yakin, bukan saja mampu menganggu, bahkan membunuh ketiganya.
"Jika aku bisa memberangus siapa-siapa yang kuinginkan, untuk apa pula aku harus menyesuaikan diri dengan perintah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang lain?" pikirnya dengan keberanian mulai timbul. Untuk mengadapi Wingit Laksa, dia sanggup, tapi jika harus beradu kelicikan dengan pimpinannya dan pemuda yang mempecundanginya, dia belum sanggup. Selain
pengetahuannya tentang mereka sangat sedikit, dia juga tak berani ambil resiko. Hanya saja kehadiran pasukan perintis itu membuat dia makin percaya diri.
Bergola mengira dirinya cukup cerdik, dia mengandalkan uang untuk mengikat kesetiaan pasukan perintis. Tak tahunya begitu mereka berada di bawah pimpinannya, beberapa pimpinan perintis menyatakan kesetiaan padanya, tentu saja itu bukan tanpa sebab. Jika kau mampu menggengam kelemahan setiap orang dan mempergunakannya, hanya menunggu waktu saja kau akan mendapatkan pengabdiannya.
Momok Wajah Ramah memang mampu menyelami keinginan para pimpinan perintis, dengan janji dan ancaman yang halus, dia mampu meyakinkan mereka, bahkan dirinya
memperlakukan mereka dengan lebih layak"satu hal yang jarang di lakukan olehnya, sebab Momok Wajah Ramah tahu, sedingin apapun perasaan orang, apalagi dia berprofesi sebagai pembunuh bayaran, jika orang itu diberi perhatian terus menerus, kebekuan hatinya akan cair.
Itu pula yang dilakukan Momok Wajah Ramah, dia memastikan orang-orang itu untuk mengikuti dirinya, karena banyak keuntungan yang di dapat, selain tentu saja dengan ancaman terselubung. Tapi dirinya tak akan mungkin disebut sebagai Momok Wajah Ramah, jika dia tidak membuat orang-orang itu keracunan tanpa mereka sadari, sebuah racun bekerja lambat yang dia dapatkan dari gurunya, sudah digunakan sebagai jalan terakhir ancamannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesosok bayangan mendekati tempat persembunyiannya, Momok Wajah Ramah memperhatikan dan memberi isyarat.
Orang itu mendekat. "Ada kereta berkuda yang dikawal oleh tiga orang."
lapornya. "Seperti apa cirinya?" tanya Momok Wajah Ramah ingin kepastian.
"Seorang berbadan tegap, kemudian yang lain berkepala polos, dan terakhir memiliki wajah sangat tirus. Kupikir itu orang yang kau tunggu."
Momok Wajah Ramah mengangguk-angguk. "Benar itulah mereka! Apakah mereka menunggang kuda?"
"Tidak, mereka berjalan mengiringi kereta yang berjalan perlahan."
"Hm, kurasa mereka membawa sesuatu."
"Mengiring sesuatu, kupikir mereka mengawal barang atau orang." ralat orang yang memberi laporan pada Momok Wajah Ramah.
"Apakah kau melihat langkah kuda agak tersendat?" tanya Momok Wajah Ramah meminta kepastian.
Orang itu mengingat sejenak. "Kuda-kuda itu nampak ringan menarik beban."
"Berarti yang dibawanya bukan barang, tapi orang." Ujar Momok Wajah Ramah berkesimpulan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itupun mengangguk-angguk. "Apa yang akan kita lakukan pada mereka?"
"Jika kalian sanggup, bunuh saja! Aku akan urus apa yang mereka bawa..." desis Momok Wajah Ramah dengan wajah penuh senyuman.
"Baik!" seru orang itu.
"Kalian bersiaplah! Aku tidak tahu sampai dimana kemahiran mereka bertiga, tapi mengingat betapa masyur namanya, kalian harus hati-hati!"
Orang itu mengiyakan, dengan mengundurkan diri perlahan seperti fatamorgana yang kabur ditiup angin dingin, bayangan orang itu lenyap dari hadapan Momok Wajah Ramah.
Dari kejauhan derap suara kereta sudah terdengar, Momok Wajah Ramah sudah bersiap-siap di persembunyiannya, seluruh senjata rahasia dipersiapkan di tempat yang mudah dijangkau. Dengan mata menyipit lelaki ini mengerutkan kening, dia sudah melihat kereta kuda itu berjalan perlahan, tapi tiga orang yang dilaporkan pasukan perintisnya, tidak terlihat sama sekali.
"Apa dia salah lihat?" pikirnya gundah, sebagai orang yang selalu waspada dan mudah curiga, situasi seperti itu"
tiadanya para pengiring kereta membuat Momok Wajah Ramah sangat berperasangka bahwa mereka sudah berjalan lebih dahulu. "Tapi itu tidak mungkin," dia membantah pikirannya sendiri. "Ini adalah jalan satu-satunya, jika mereka mendahului, tak mungkin kami tidak melihat gerakan mereka!"
-oodwkzoo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
88 " Pertarungan Sunyi
Momok Wajah Ramah memperhatikan jalanan lagi, tapi dia tidak melihat ada orang lain selain kereta kuda yang berjalan sangat perlahan. Dalam keadaan begini entah dia akan menunggu atau tidak, keretapun akan tetap berjalan lambat, dengan penuh kebimbangan, Momok Wajah Ramah
memutuskan menunggu, dia tidak ingin memunculkan diri.
Tapi beberapa bunyi yang sangat tidak alami membuatnya curiga, dengan mengundurkan diri secara perlahan, Momok Wajah Ramah menuju salah satu pos persembunyian pimpinan pasukan perintis.
Alangkah kaget hatinya menyaksikan orang yang dipercaya untuk menyergap, kini dalam keadaan terbaring! Langkah kaki lelaki ini tak bisa lagi berlanjut saat dia merasa di belakangnya dirasa ada kehadiran seseorang. Tak menunggu orang menyerang dirinya, Momok Wajah Ramah mengibaskan dua tangan kebelakang dua kali berturut-turut dan tubuhnya menggelinding kedepan, berlindung pada batu di belakang sosok salah satu pimpinan perintis yang tergeletak.
Gerakan yang di lakukan Momok Wajah Ramah sangat cepat, dia bahkan merasa belum pernah melakukan gerakan semacam itu seumur hidupnya. Dengan seksama dia memperhatikan tempat tadi, tapi sayang tidak ditemukan apa-apa. Dengan wajah kecewa, lelaki ini keluar dari persembunyian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa aku salah?" pikirnya dengan perasaan tidak tenang, baru saja dia berpikir begitu, dirasakan olehnya ada tiupan pada leher!
Wajah Momok Wajah Ramah menegang, kali ini dia menjejakkan kaki kebelakang tanpa menoleh, begitu kaki menyepak, tubuhnya merunduk pula, menggelinding lagi kedepan untuk mencari keamanan buat diri sendiri, sebelum sempat dia melihat keadaan, tangannya menyambitkan senjata rahasia andalan kedepan dan belakangnya. Masih dalam keadaan menunduk, Momok Wajah Ramah tak mendengar suara apapun menanggapi senjata rahasia yang tadi dilepaskan empat kali berturut-turut. Lagi-lagi dia harus kecewa. Tidak ada siapapun disana! Tapi nalurinya tak bakal salah, seharusnya ada orang di belakang dia.
Sambil berdiri perlahan, akhirnya lelaki ini memutuskan bahwa nalurinya salah, meskipun dia menyangsikan hal itu.
Dengan tergesa-gesa diperiksa sosok salah satu pimpinan perintis itu. Tubuhnya dingin, tapi masih hidup, dia masih bisa merasakan denyut nadinya. Nampaknya cuma tertotok, tapi sejauh ini dia tidak bisa membuka totokan itu, sudah tentu Momok Wajah Ramah sangat bisa menduga orang yang melumpuhkan anak buahnya ini adalah tokoh berkasta tinggi.
"Siapa orang itu?" pikirnya sambil menghubungkan dengan menghilangnya tiga orang yang sengaja dia hadang.
Momok Wajah Ramah buru-buru menghampiri pos
berikutnya, tapi lagi-lagi dia merasa ada tiupan di leher belakangnya.
"Keparat!" runtuknya dengan sengit, tapi kali ini dia membiarkan saja tiupan itu. Karena kelengahannya, langkah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Momok Wajah Ramah terhenti dengan wajah berubah sangat jelek. Rupanya ada hawa dingin menempel di lehernya, hawa dingin itu hanya setitik saja.
Keringat dingin bercucuran, dalam benaknya ada sebatang pedang menempel di lehernya. Dia tak berani bergerak lagi, tak berani bersuara, dalam keadaan begini biasanya orang yang sedang menodongnya akan bersuara, pada saat seperti itu Momok Wajah Ramah menyakinkan dirinya dia bisa mengambil kesempatan untuk balik menyerang, karena dia tahu dimana letak lawannya.
Tapi sejauh ini dia tidak mendengar suara apapun, hanya desir angin saja yang membuat susut keringatnya.
"Apa tidak ada orang?" pikirnya dengan sangat was-was, dengan memberanikan diri Momok Wajah Ramah
menggerakkan tubuhnya, dia mencoba meraba belakang lehernya. Tidak ditemukan apa-apa! Hanya saja dia mendapati sebatang jarum menyisip di leher baju.
"Ah..." wajahnya kembali memucat saat menyadari jarum yang menyisip di leher baju tadi adalah jarum beracun miliknya! Tapi lehernya tadi hanya tersentuh bagian belakang jarum, bagian yang tidak beracun. Makin berkejaran detak jantung Momok Wajah Ramah, dia menyadari jika orang itu mau membunuhnya, nampaknya itu semudah membalik telapak tangan.
Menyadari keadaan itu, barulah Momok Wajah Ramah menyadari, entah siapapun orang itu, sedang memberi pesan padanya. Sebuah pesan yang beresonansi lemah tapi sangat jelas terpeta dalam hatinya. Pesan itu sebuah ancaman lunak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dia orang yang menyertai Wingit Laksa?" pikirnya menduga-duga. "Ah, tidak mungkin! Jika dia adalah orang Wingit Laksa, pasti kepalaku sudah berpindah tempat. Wingit Laksa sangat pendendam!" tapi kesimpulan itupun dirasa tidak tepat, sebab dia tahu sekalipun Wingit Laksa sangat mendendamnya, selagi musuhnya masih memberi
kemanfaatan buat dirinya, dia akan pelihara itu. Sifat Wingit Laksa boleh dibilang sama persis dengan dirinya. Kadang-kadang dia malah berpikir bahwa mereka boleh jadi bersaudara, lagipula usia mereka berpaut cuma delapan tahun saja.
"Persetan!" desisnya dengan hati masih menggeletar ketakutan. Langkahnya makin dipercepat menuju pos berikut.
Meski jauh didasar hatinya dia memiliki dugaan bahwa anak buahnya kemungkinan juga sudah dilumpuhkan, tapi lelaki itu masih memilikin harapan bahwa dugaannya salah.
Tapi apa lacur, anak buahnyapun sudah meringkuk dalam kondisi seperti orang tidur, Momok Wajah Ramah langsung merasa cemas, dengan kaki lemas dia berjongkok memeriksa salah satu anak buahnya. Kondisinya pun sama dengan yang pertama tadi, tertotok seperti orang pingsan dengan tubuh dingin.
"Apakah dua belas orang yang lain mengalami keadaan serupa?" pikirnya dengan kawatir, tentu saja dia bukan mengkawatirkan keselamatan anak buahnya, meskipun mereka mampus semua dia juga masih sanggup tertawa, yang dikawatirkan adalah keselamatannya sendiri! Empat belas orang pimpinan pasukan perintis menurutnya cukup kuat sekalipun harus menghadapi tokoh paling kuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Momok Wajah Ramah berdiri dengan perasaan gundah, lagi-lagi wajahnya memucat, dia merasa ada setitik sentuhan di lehernya, dengan terburu-buru segera dirabanya, dia menemukan jarum yang di lepaskannya! Biasanya setelah beraksi Momok Wajah Ramah selalu mengambil kembali senjata rahasianya, dulu dia sanggup mencari jarum beracunnya karena tak perlu repot, sebab semua tertanam dalam tubuh musuhnya. Tapi pada saat melakukan serangan tadi, dia tak berharap senjata yang telah dibuat dengan susah payah dan memiliki racun mematikan itu, akan didapat kembali. Sungguh tak terkira, kini senjatanya bisa dia dapat tanpa kerepotan, sayangnya kondisi itu malah makin menghancurkan nyalinya.
Lelaki itu ingin berteriak melapiaskan kepepatan hatinya, tapi diapun sadar jika itu dilakukan, bukankah dirinya menjadi orang paling bodoh" Mana ada menyergap lawan dengan memberi tahu tempat persembunyiannya lebih dulu"
"Apakah aku akan melanjutkan pekerjaan ini?" kali ini dia memikirkan jalan mundur yang aman. "Ketua, tidak mungkin tahu jika aku lenyap." pikirnya dengan wajah agak cerah, nampaknya ide itu bukan hal buruk. "Mereka tidak akan mengejarku... selagi keadaan Perguruan Naga Batu dalam kondisi tegang seperti ini."
Manakala Momok Wajah Ramah memutuskan hal itu, teringat pula olehnya akan pemuda misterius yang menaklukannya. "Ah... jangan-jangan ini adalah perbuatannya?" pikir lelaki ini dengan hati bergetar. "Tapi tidak mungkin, bukankah dia menyuruhku untuk mengganggu orang-orang dari Perguruan Sampar Angin" Kenapa pula dia harus menghalangi maksud tujuannya sendiri"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali ini Momok Wajah Ramah merasa dirinya tidak memiliki pegangan apapun, bersembunyi salah, melakukan penyergapan lebih salah lagi, sebab dia sudah tidak memiliki keyakinan, mengingat dirinya berkesimpulan seluruh anak buahnya sudah dilumpuhkan orang... apa yang bisa dilakukan kali ini adalah mengikuti keadaan yang ada dihadapannya.
"Apa aku harus menyerah?" selintas pikiran itu langusng ditentang habis oleh batinnya, meski dirinya orang yang licik dan menghalalkan segala cara untuk membunuh lawan, kabur dari masalah merupakan satu pantangan bagi dirinya!
Lelaki itu termangu-mangu, pada saat itulah dia menyadari anak buah yang tadi menggeletak sudah tidak ada di tempatnya lagi! Kondisi anak buahnya tidak mungkin bisa bergerak sendiri pasti ada orang lain yang membawa tanpa sepengetahuan dirinya! Kejadian itu sudah merupakan tanda positif bahwa dirinya sedang berhadapan dengan tokoh entah macam apa. Dengan berdebar, dia memandang berkeliling, meski seudah sekian kali dirinya kecolongan, tapi kewaspadaannya kembali ditingkatkan sampai sedemikian rupa. Setelah memandang berkeliling dan tidak menemukan apa-apa, Momok Wajah Ramah memutuskan memeriksa tempat yang lain, dalam benaknya sudah melupakan tiga orang yang hendak disergapnya.
Takut dengan kejadian sebelumnya, begitu melihat ada tubuh tergeletak, dia tak memeriksanya lagi, dengan cepat dia berpindah ke tempat lain, berturut-turut sampai empat belas tempat dia periksa, kondisi anak buahnya tak jauh beda! Di sela-sela langkahnyapun seluruh jarum yang dia hamburkan untuk menyerang lawan misterius tadi sudah kembali ke tangannya dengan cara yang sama persis seperti awal!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nampaknya usahaku tidak bisa dilanjutkan..." pikirnya dengan putus asa, tapi dia juga cukup cerdas untuk berpikir, bahwa baik atasan atau pemuda misterius itu tidak bisa mentoleransi kegagalannya, karena tidak ada bekas-bekas usahanya!
Tidak mungkin dia melabrak ketiga orang dari Perguruan Sampar Angin hanya untuk mencari mati. Satu dari mereka saja sudah cukup untuk membuat dirinya pontang panting.
"Aku mencium bau darah disini..." tiba-tiba terdengar sebuah suara yang membuat Momok Wajah Ramah membeku dtempatnya, dia tak berani banyak bergerak. Dengan sangat perlahan di lihatnya siapa pendatang itu. Ternyata seorang berbadan tegap dengan bahu lebar, dari ciri-cirinya dia mengenal orang itu sebagai Kepalan Maut, konon kesempurnaan pukulannya mampu menghancurkan apapun yang di hantamnya. Nampak lelak itu sedang berbicara dengan orang berwajah tirus, Momok Wajah Ramah mengenal orang itu sebagai Pecut Sakti Ekor Tujuh.
Pecut Sakti Ekor Tujuh tidak menyahuti ucapan Kepalan Maut, dia sedang berjongkok memeriksa tubuh yang terlentang membeku itu. "Orang ini masih hidup, kondisinya sama dengan yang lain..." desisnya. "Bau darah bukan disini."
"Tapi petunjuk yang kita terima justru mengarah kemari."
tukas Kepalan Maut. "Rasa-rasanya aku juga bisa menicum setitik bau darah, tapi belum kutemukan dimana tempatnya."
"Hidungmu memang terlampau tajam..." ujar Pecut Sakti Ekor Tujuh sambil berdiri memandang berkeliling.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, untung saja dia mencium bau darah, jika tidak, boleh jadi kita kerepotan dengan apa yang terjadi disini." satu suara terdengar dari balik pohon, muncul lelaki berkepala polos, dia Elang Emas! Momok Wajah Ramah makin cemas
menyaksikan kemunculan orang terakhir itu, justru karena Elang Emas dikenal sebagai orang yang memiliki ketajaman mata dan pengamatan jauh lebih baik dari orang kebanyakan, dirinya makin tak berani berkutik, bahkan untuk bernafas pun dilakukan dengan sangat hati-hati, takut jejaknya terungkap!
"Bagaimana hasil pencarianmu?" tanya Kepalan Maut.
"Ada tiga orang tewas keracunan, akupun menemukan sebab-sebabnya." kata Elang Emas mengeluarkan tiga jarum yang di bungkus dengan daun.
Kedua rekannya melihat benda itu dengan kening berkerut.
"Untung saja kau menyadari ada bau anyir darah." gumam Pecut Sakti Ekor Tujuh pada Kepalan Maut. "aku tidak mau direpotkan dengan kejadian-kejadian aneh lagi, tapi tak disangka orang-orang yang nampaknya sudah menunggu kita ini sudah dibereskan lebih dahulu."
Dari pembicaraan mereka barulah Momok Wajah Ramah bisa menarik kesimpulan, ternyata serangannya pada pengikut Wingit Laksa-lah yang membuat ketiga orang itu menjadi waspada, padahal apa yang dihasilkan dari serangan jarum beracunnya hanya titik darah yang mengembun, sungguh tak disangka, setitik darah saja sudah disadari oleh Kepalan Maut.
Dia tak tahu kemahiran lelaki berjuluk Kepalan Maut ini adalah mengendus jejak, indra penciumannya sangat tajam, dari jarak satu pal saja, dia bisa membaca kondisi lingkungan dari angin yang membawa aroma ke hidungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku kenal dengan barang ini... ini Jarum Embun," gumam Kepalan Maut.
"Ya," sahut Elang Emas. "Beberapa tahun lalu aku pernah bertarung orang yang menggunakan benda ini."
"Apakah dia berbahaya?" tanya Pecut Sakti Ekor Tujuh.
"Tidak, meski cukup merepotkan Tupai dari Kalapandan sudah kukirim kebalik tanah." terang Elang Emas membuat paras Momok Wajah Ramah berubah, tak disangka kakak seperguruan yang dicari-cari sejak lama sudah dibunuh oleh Elang Emas! "Orang itu cukup licin, racunnya juga beragam...
kutahu gurunya adalah lelaki yang tak pernah mau disebut namanya."
"Oo.. maksudmu si Ulat Bulu itu?" timpal Kepalan Maut.
"Bukannya orang itu juga sudah mati?"
"Aku tak tahu, tapi sejauh ini dia sudah melakukan kesalahan pada salah seorang kerabat Dewan Penjaga Sembilan Mustika, sejak saat itu dia diburu, berita selanjutnya aku tidak tahu."
Mendengar keterangan itu barulah Momok Wajah Ramah paham kenapa gurunya tidak pernah mau keluar dari tempat tetirahnya, menghadapi orang-orang dari Dewan Penjaga Sembilan Mustika memang lebih gawat dari apapun.
Tiba-tiba dirasakannya ada sebuah sentuhan yang membuah iganya kesemutan, dengan gerakan reflek lelaki ini bergerak mengibas kebelakang, dan sentuhan ujung dahan yang tak tahu muncul dari mana itupun terlepas, sayang gerakan itu membuyarkan persembuyiannya sendiri!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa disitu"!" bentak Kepalan Maut.
Momok Wajah Ramah tak mungkin mengelak lagi, di segara turun dari persembunyian, seluruh tubuhnya menegang. Dia takut ketiga orang itu mengenalnya, tapi detik itu juga kesadaran dalam benaknya berbicara lain, selama ini dia tak pernah berkecimpung dalam perkumpulan yang terbuka, tentu saja kondisi dirinya secara umum tak mungkin dikenali orang-orang itu. Sambil menjura, Momok Wajah Ramah mengambil resiko dengan keputusannya.
"Mohon maaf membuat kalian terkejut, saya terpaksa bersembunyi karena begitu banyak penyergap yang menyulitkan saya..."
Jodoh Rajawali 33 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pisau Terbang Li 9
^