Seruling Sakti 22
Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto Bagian 22
Jaka melirik sepintas kearah Adiwasa Diawasanta, bibirnya tersungging senyum tipis. "Hiaah!!" Dengan bentakan nyaring, pemuda ini menghamburkan pukulan, sebuah inisiatif serangan yang sangat jarang di lakukan.
Bhre-pun melakukan hal yang sama, tenaga yang tercurah membuat tanah disekelilingnya terbongkar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adiwasa Diawasanta bergerak cepat, dua buah tenaga yang tercurah itu direnggutnya dengan kekuatan Menerobos Jazad Emas, kedua kekuatan yang amat dahsyat itu dibelokkan oleh orang tua itu kedepan.
Blar!! Dentuman memekakkan telinga membuat semua orang terdiam dengan berbagai perasaan teraduk.
Bhre menatap Adiwasa Diawasanta dengan pandangan berterima kasih, Jaka juga tersenyum pada orang tua itu.
"Kalian berdua merupakan sendi-sendi masa depan dunia persilatan" saling bertarung ditengah himpitan banyak masalah yang merugikan, itu perbuatan tolol!" seru Adiwasa Diawasanta menasehati.
Semua orang bisa merasakan hawa sakti Bhre sudah mereda, demikian pula dengan Jaka, pemuda itu terlihat seperti orang yang tidak pernah bertarung.
"Kau dapatkan keinginanmu!" mendadak Bhre memutuskan menyetujui permintaan Jaka. Dia merasa memaksakan egonya hanya akan membawa kepada kehancuran dan kerugian yang sangat besar.
Pemuda itu mengangguk-angguk. "Terima kasih banyak?"
Tanpa mengucapkan kata-kata lagi, Bhre melesat meninggalkan tempat itu diikuti empat orang pengikutnya.
"Jaka?" panggil Adiwasa Diawasanta. "Boleh aku memanggil namamu?" seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu memang namaku Ki," kali ini Jaka merubah panggilan dari "kau" menjadi "Ki", artinya apa yang sudah terjadi tadi sepenuhnya adalah cara untuk mengontrol situasi. Dengan sendirinya Jaka selalu menghormati orang yang lebih tua.
"Kenapa kau sengaja tidak menggunakan tenaga yang bisa menyegel Menerobos Jazad Emas?"
Jaka tersenyum, tidak menjawab.
"Kau sengaja, melakukan itu untuk memancingku bergerak"!" tanya Adiwasa Diawasanta memastikan. Melihat pemuda itu tidak menjawab kecuali hanya tertawa, membuat orang tua ini geregetan.
"Ilmu Ki Adiwasa Diawasanta benar-benar hebat, aku tak sepenuhnya bisa menyegel daya sedot tenagamu.."
Ki Adiwasa Diawasanta tahu Jaka hanya membual untuk menyenangka dirinya. Tapi diapun tidak bermaksud mendebat ucapan sembarangan Jaka. Orang tua itu hanya menghela nafas panjang.
"Aku harus permisi Ki, ada pekerjaan yang harus kulakukan?" kata Jaka sambil menghormat. "Sayang sekali paman, bajumu harus rusak lagi?" kata pemuda ini pada murid Ki Adiwasa Diawasanta.
"Jika kau tak keberatan, kau bisa gunakan bajuku?" kata lelaki paruh baya ini.
"Terima kasih atas kebaikanmu, dengan senang hati."
Sahut Jaka menerima baju yang di gunakan murid Ki Adiwasa Diawasanta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan menganggukan kepalanya, pemuda itu
meninggalkan guru dan murid yang masih disekap berbagai pertanyaan.
"Dia mengaku kalah dariku" sialan! Benar-benar sialan!"
gerutu Ki Adiwasa Diawasanta dengan hati rusuh, bersama muridnya dia memutuskan meninggalkan Kuil Tua secepat mungkin, ledakan terakhir itu pasti akan memancing orang-orang dari Perguruan Naga Batu untuk mendekat.
Kesunyian kembali melingkupi Kuil Tua, aura sakral kembali berpendar, seolah kedatangan sekelompok orang-orang tadi menekan wibawa kuil yang sudah berusia ratusan tahun itu.
Dan burung-pun kembali bersenandung"
--0o-dw*kz-o0- 104 " Domino Effect : Dua Bakat
Kota Skandhawara"Pusat Pemerintahan Kerajaan Kadungga
Tiga bulan sebelumnya"
Sebuah kulit kambing yang di gulung dengan pita kuning emas tertulis dengan tinta hitam, menggoreskan nama sebuah jabatan. Dia merasa tidak puas dengan apa yang baru saja diperoleh, wajahnya menyiratkan dengan jelas. Lelaki tua berwajah bijaksana itu duduk dihadapannya, memperhatikan kegelisahan orang itu.
"Kenapa, aku hanya mendapatkan jabatan setingkat ini saja?" pikirnya dengan kemarahan membuncah didada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang raja tolol itu berikan padamu?" Tanya lelaki tua ini sambil meraih gulungan kulit kambing itu.
"Jabatan tidak berarti!" geramnya. "Aku sudah mengabdi selama lima belas tahun dalam berbagai situasi, aku pernah menyelamatkan kerajaan ini" tapi balasannya sungguh tidak setimpal!"
"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Tanya lelaki tua ini dengan kening berkerut, agaknya diapun merasa jabatan yang diperoleh orang itu kurang memuaskan. Ini menjadi sebuah kendala bagi rencananya pula.
"Kau tidak perlu tahu! Aku bukannya tidak paham, kehadiranmu disini hanya berperan sebagai bara yang membakar pertimbanganku. Beberapa hari kemarin kau masih bisa berguna, tapi saat ini tidak lagi! Saat ini kau cukup menyaksikan, pertimbangmu tidak kubutuhkan!" ujar lelaki ini tandas tanpa basa-basi.
"Bagus" bagus! Kau merasa sudah bisa mengembangkan sayap sendiri, aku hargai pemikiranmu!" tukas lelaki tua ini datar, meski tersembunyi rona kecewa dan marah didalamnya, sembari berjalan menuju pintu, dia menoleh lagi.
"Sangat jelas bagiku, kau tidak lagi membutuhkan diriku, semoga tidak menyesal!"
Lelaki itu mendengus, "Pergilah! Aku tidak menyesal! Ada atau tidak adanya dirimu, tidak berpengaruh bagiku."
Tanpa mengatakan sesuatupun lagi, lelaki tua itu lenyap dikegelapan malam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku harus bergegas, rencana berikut harus kujalankan!"
pikirnya. Malam itu juga, dia keluar dari ruangan kerjanya, menuju istal. Ada prajurit yang selalu berjaga di tempat itu.
Dua orang prajurit tengah memainkan dadu, mengisi waktu, membuang kantuk. Melihat lelaki yang menjabat sebagai Pratyadhiraksana (pengawal ulung"biasanya jabat seperti itu menjadi kepercayaan dewan pertimbangan kerajaan) datang menghampir, mereka segera berdiri dengan sikap sempurna dan membang dadunya entah kemana.
"Selamat malam tuan?"
Lelaki itu mengangkat tangannya, melambai tegas.
"Siapkan kuda-kudaku!" perintahnya.
"Baik!" keduanya segera menuju istal menyiapkan kuda yang di minta. Tidak mengherankan lagi bagi mereka jika seorang Pratyadhiraksana harus keluar larut malam, nampaknya kali ini ada tugas penting. Keduanya membawa empat ekor kuda kehadapan lelaki itu. sepert Sambil mengangguk, lelaki itu segera meraih kekang-kekang kudanya dan menghela meninggalkan tempat itu. Dia memacu kudanya dengan perlahan sampai keluar dari pusat kota, ditengah jalan, nampak empat orang lelaki datang menghampiri. Mereka berjalan bersama sampai di tengah padang rumput.
"Kalian sudah siap?" tanyanya menatap wajah keempat anak buahnya.
Mereka mengangguk yakin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kali ini tidak seperti biasanya" saat ini adalah tugas hidup-mati bagi kalian, lebih baik mati dari pada gagal!"
"Siap!" Lelaki itu menyerahkan keempat kudanya"termasuk yang ditunggangi, memandang kepergian empat anak buahnya yang memacu kuda kearah berlainan, diapun
mengembangkan peringan tubuh melesat cepat,
meninggalkan padang rumput itu.
===odw0kzo=== Pagi itu di Perguruan Lengan Tunggal terjadi kegemparan, satu butir kepala kambing tergantung di pintu masuk. Tentu saja kegaduhan itu tidak akan membuat suasana menjadi kacau, jika saja bekas penggalan pada kepalanya tidak rata.
Tapi ini sebaliknya, sebutir kepala kambing yang tergantung tepat di pegangan pintu gerbang, di potong sangat rata, dan tanpa mencecerkan darah. Seolah-olah urat diantara leher dan kepala, terikat sempurna.
Seorang murid melaporkan penemuan itu pada
penanggung jawab peronda, dan berikutnya dia melaporkan pada tingkatan atas. Tapi informasi itu berhenti sampai disana, tidak merambat lagi lebih jauh. Semua murid yang mengetahui perihal kepala kambing itu, mendadak mendapat tugas untuk keluar perguruan dan tidak pernah kembali. Sayangnya, ada tiga orang anggota baru Perguruan Lengan Tunggal yang mengetahui tentang kepala kambing itu, namun mereka tidak menyatakan diri, bahwa mereka mengetahui. Ketiganya mendapatkan tugas membersihkan lingkungan sekitar perguruan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tahu kemana kepala kambing itu pergi?" bisik Kaliagni pada Ludra saat dia menyambit rumput di dekat kaki saudaranya itu.
Si Macan Terbang menggelengkan kepala. "Semalaman aku menunggui, tapi hanya karena terkantuk sekejap, kepala itu lenyap! Sialan" kurasa ada setan lewat!" sungutnya sambil memotong ranting-ranting yang mulai pajang menjela.
Terdengar tawa tertahan Kaliagni.
"Nampaknya isu yang beredar di perguruan ini memang benar adanya, Tujuh Ruas, Empat Srigala, Sembilan Belantara dan Dua Bakat. Merupakan hal yang paling misterius di perguruan ini." Gumam Mintaraga membantu mematahkan ranting. Mereka berlaku seperti halnya orang awam pada umumnya.
"Apa yang kau sebutkan tadi, apakah mereka sekelompok orang, kakang?" tanya Kaliagni.
"Pastinya begitu, perguruan ini menyimpan banyak hal yang menakutkan. Kita harus waspada..." nasehat Mintaraga pada kedua adik angkatnya. Mereka berpencar dengan mengerjakan tugas masing-masing.
===odw0kzo=== Sementara di sebuah ruangan tersembunyi di dalam perguruan, Tujuh Ruas sedang memperhatikan kepala kambing itu dengan seksama.
"Tidak disangka tanda ini muncul lagi..." gumamnya, dia lelaki dengan wajah pucat seperti penyakitan. Matanya sayu seperti orang yang selalu mengantuk. Tujuh Ruas merupakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kode panggilannya. Kemahirannya tidak banyak, hanya menginterogasi orang, dan menyisakan tujuh ruas yang masih normal.
"Tepat hari ini... sudah dua puluh tahun." Gumam lelaki dengan uban menghias seluruh kepala. Usianya baru lima puluh tahun, tapi banyaknya uban membuat diantara mereka, dia disebut Sembilan Belantara, wajahnya tidak terlalu mengesankan, ada bopeng bekas cacar di sekitar pipinya.
Pada masa lalu tugasnya menyelinap di banyak perguruan, mengumpulkan informasi yang beredar di sana, jika sempat dia akan mencuri beberapa ilmu silat andalan. Tak heran perkembangan pustaka ilmunya paling luas diantara temannya.
"Haruskah kita melakukan gerakan lagi?" gumam lelaki berwajah lonjong, berkumis tipis bermata agak sipit. Empat Serigala adalah kode panggilanya, sifatnya peragu; bukan ragu memutuskan suatu masalah, tapi lebih kepada; jika kau adalah pihak yang sedang dihadapinya, dan dia ragu untuk memutuskan apa yang akan diperbuat padamu, maka cara yang paling sering dilakukan adalah melukai dengan mencabik leher korban"mirip serigala. Membuatmu dalam keadaan ragu"apakah kau akan mati atau hidup. Perguruan Lengan Tunggal sudah menampung dirinya lebih dari dua puluh tahun, dan membuatnya berbakti dengan menyeleksi bibit-bibit calon pesilat terbaik di seluruh negeri.
"Kurasa harus kita sampaikan padanya?" ujar Tujuh Ruas dengan tidak yakin. "Kau yakin, ini adalah cara Pratisamanta Nilakara?" tanyanya pada Sembilan Belantara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki beruban itu mengangguk. "Mutlak, meski kebiasaannya lain, tapi caranya sangat benar dan tidak mungkin salah." Katanya mengkonfirmasi.
Ketiganya mendesah gundah, Pratisamanta Nilakara secara harfiah berarti raja taklukan berwarna biru, bukan sebuah jenis ilmu yang maha sakti, tapi lebih kepada cara menotok yang amat rumit. Korban yang terkena totokan ini ibarat raja yang takluk"dan totokan ini hanya dikhususkan di daerah kepala(raja dari tubuh), menutup aliran udara di sebagian syaraf otak, membuat korban menjadi pucat"
kebiruan. Jika korban masih hidup, menjadi idiot adalah efek paling ringan yang mungkin terjadi, sayangnya kebanyakan orang tidak akan hidup setelah kena totokan itu. Bagi sebagian kalangan maha guru silat, cara totok itu juga disebut Raja Diraja, karena hingga saat ini tidak diketemukan bagaiman cara memunahkan jenis totokan itu. Setelah pembuluh menutup sempurna, pada saat leher di penggal, tidak ada setetespun darah keluar. Pada bagian tubuh yang terpenggal, selama beberapa saat aliran darah masih akan bersirkulasi dan jatung masih berdenyut"sampai akhirnya udara dalam darah habis.
"Kita masih terikat sumpah, aku bukannya takut?"
"Omong kosong!" Sembilan Belantara memotong ucapan Empat Serigala. "Kita semua harus jujur jika ingin lebih maju!
Kekuatan kita jika dibandingkan orang itu seperti langit dan bumi!"
Empat Serigala menunduk, dilihatnya segaris tipis luka di nadi tangannya. "Aku bersumpah akan membalas mereka!"
desisnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sembilan Belantara tertawa pendek"lebih kepada mentertawakan dirinya sendiri, "Sepertinya itu tidak mungkin?" ujarnya tenggelam dalam keputusasaan.
Tujuh Ruas sangat paham apa yang sedang dirasakan rekannya, "Nasibmu seperti nasib kita semua" Pedang Tetesan Embun terlalu hebat untuk ditandingi?" ucapnya.
"Bukan pedangnya, tapi orang yang memegangnya!" ralat Sembilan Belantara.
"Terserahlah" tapi aku menilai, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembalasan!" tegas Tujuh Ruas diamini oleh Empat Serigala.
Sembil Belantara nampak berpikir sejenak. "Baik, jika menurut kalian" tanda ini menjadi kesempatan bagi kita untuk membalas, aku akan melaporkan pada Dua Bakat."
"Secepatnya!" ketus Empat Serigala menekankan.
Lelaki beruban itu mengangguk, kepala kambing itu dia bungkus dengan hati-hati. Benar kata Empat Serigala, dia harus secepatnya melaporkan ini kepada Dua Bakat, pimpinan mereka. Sebab "sinyal" dari pimpinan masa lalu mereka sudah kembali bergaung. Entah ini menjadi pertanda baik atau pertanda buruk, dia akan memberikan pertimbangan terbaiknya pada Dua Bakat.
===odw0kzo=== Dua Bakat, dia sebut seperti itu karena memiliki dua kemampun sangat menonjol. Bersalin rupa, meniru wajah seseorang yang pernah dilihatnya"cukup sekali, dan mencuri barang-barang yang sangat sulit didapat. Asal kau tahu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimana tempatnya, tidak perduli serapat dan setangguh apapun penjagaannya, Dua Bakat memastikan bisa mendapatkan barang itu. Bayarannya tidak mahal, hanya seluruh harta bendamu"berikut baju yang melekat di tubuhmu. Tidak mahal kan" Sebab dia tidak meminta nyawamu.
Kepala kambing itu seperti sebuah beban di hatinya, sambil memandang Sembilan Belantara, orang yang tidak pernah menampilkan wajah aslinya pada siapapun ini bertanya. "Apa rekomendasimu?"
Lelaki beruban ini menghela nafas panjang. "Jika mengacuhkannya, kita jelas bersalah. Kemarahannya tak terbayangkan. Tapi jika kita lakukan ini, aku kawatir pemilik Pedang Tetesan Embun akan datang pada kita, satu-satunya cara, kita harus melakukannya dengan diam-diam"seperti biasanya.."
"Apakah cara itu bisa mengelabui pemilik Pedang Tetesan Embun?" potong Dua Bakat denga nada tajam.
Sembilan Berantara terdiam. "Kita akan bertindak lebih tersembunyi, lebih tenang" tanpa meninggalkan tempat ini."
Dua Bakat menghela nafas panjang. "Orang itu memang siluman, sudah beragam cara aku mencoba keluar dari sini, tapi tidak lebih dari satu pal aku melihat tandanya ada dimana-mana. Itu memaksaku untuk kembali?" katanya dengan pahit.
"Tidak disangka perguruan ini justru jadi penjara bagi kita!"
Sembilan Belantara menunduk, "Mu-mungkinkah dia bisa menandai ciri khas penyamaranmu itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah?" ujar Dua Bakat dengan putus asa. Biarpun dia ingin menjawab panggilan pimpinannya tapi diapun tak punya keberanian untuk keluar dari Pergurua Lengan Tunggal.
"Bagaimana jika kita mengutus murid-murid Perguruan Lengan Tunggal?" usul Sembilan Belantara. "Tua bangka itu sudah memeras cukup banyak tenaga kita untuk kepentingannya, saat ini" giliran kita peras dia!"
Dua Bakat terdiam sesaat, lalu menggeleng. "Memeras dan mengancamnya tidak akan menyelesaikan masalah kita.
Selama ini aku mengikuti perkataannya bukan karena aku takut dengan ancaman, tapi aku sedang menunggu saat-saat seperti ini. Setiap kali usulku dipakai olehnya aku mencoba melemparkan umpan keluar" aku berharap tanda yang dibawa anak-anak murid perguruan ini akan dilihat beliau"
jika saat ini beliau menjawab dengan mendemonstrasikan Pratisamanta Nilakara, sangat tidak sopan jika aku tidak menjawab panggilan itu!"
"Aku akan mengutus anak murid yang paling tidak berguna, untuk melakukan tugas ini." Gumam Sembilan Belantara.
"Apa alasanmu?"
"Jika tiap gerakanmu di pantau oleh pemilik Pedang Tetesan Embun, artinya; setiap orang yang memiliki kemampuan yang mendapat tugas dari perguruan ini akan mendapat perhatian. Berbeda jika kita mengutus orang biasa, kupastikan dia tidak akan mengurus hal sesepele itu."
Dua Bakat tercenung, "Begitupun baik?" lalu dia menuliskan sepucuk surat yang tidak mungkin dibaca orang lain, sebab tulisan itu hanya bisa diartikan oleh pimpinannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berikan ini pada orang yang kau tunjuk. Kita akan menunggu hasilnya!"
Sembilan Belantara membawa surat itu kedalam ruangannya, dia mencoba mengartikan tulisan yang digoreskan Dua Bakat, tapi tak sepatah katapun dia bisa membacanya, entah huruf apa yang digunakan.
===odw0kzo=== Macan Terbang terkaget-kaget saat dirinya dipanggil oleh penanggungjawab lingkungan perguruan, dengan hati berdebar takut, dia melangkah memasuki ruangan yang biasa digunakan untuk mendistribusikan kebutuhan rutin perguruan.
Dalm hatinya dia khawatir penyamarannya sudah diketahui pihak Perguruan Lengan Tunggal.
Mereka bertiga diselundupkan ke perguruan itu dengan perhitungan sangat matang, Sora Barung dan Sena Wulung yang diketahui sebagai Ketua Sembilan dan Ketua Sepuluh telah menyiapkan dengan sangat seksama. Meskipun mereka menekan ketiganya dengan menyandera seluruh keluarga mereka, untuk melakukan penyelundupan ini seluruh riwayat hidup ketiga orang itu mereka gubah sedemikian rupa.
Tidak aneh, saat pihak Perguruan Lengan Tunggal melakukan verifikasi secara langsung kelokasi yang diinformasi ketiganya, mereka tidak menemukan ada kebohongan. Setiap warga yang mereka tanya, kenal baik denga Ludra bertiga, bahkan mereka bisa menceritakan masa kecil ketiganya. Bagaimana mungkin Perguruan Lengan Tunggal bisa menemukan kejanggalan, jika seluruh penduduk desa adalah kaki tangan jaringan Ketua Sembilan dan Sepuluh"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itu alasan "sederhana" kenapa Tujuh Ruas, Empat Srigala, Sembilan Belantara dan Dua Bakat tidak memeriksa kembali latar belakang orang-orang yang akan mereka gunakan, sebab mereka percaya penuh dengan cara penilaian pihak Perguruan Lengan Tunggal, terhadap anak murid atau orang-orang yang dipekerjakan di perguruan itu. Itu juga yang menjadi alasan mengapa tingkat kebocoran informasi pada Perguruan Lengan Tunggal sangat minim. Sayangnya, penyelundupan Ludra bertiga adalah kekecualian.
Ternyata Ludra mendapatkan tugas untuk memesan kain di toko kelontong yang berjarak cukup jauh, dia juga ditugaskan untuk membeli seluruh kebutuhan perguruan, mulai dari hal penting sampai tetek bengek lainnya. Tentu saja Ludra menyatakan keberatannya untuk melakukan tugas itu sendiri, dia meminta kedua saudaranya untuk ikut.
Sejak saat itu, selain memata-matai Perguruan Lengan Tunggal, mereka bertiga secara bergilir mendapatkan tugas untuk membeli macam-macam hal, dan tanpa sadar di manfaatkan menjadi kurir Dua Bakat.
===odw0kzo=== Seperti biasa, setelah beberapa saat menjadi kurir Ludra melapor bahwa dirinya sudah kembali, dan menyerahkan daftar belajaan serta hal-hal tidak penting lainnya. Ada beberapa barang yang dicurigai oleh Ludra bertiga, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk menebak atau memecahkan apa arti barang itu. Barang apa itu" Kambing!
Bukan hanya mereka, siapapun yag melihat kambing cuma bisa menafsirkan dua hal, di potong atau di pelihara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cuma kali ini kambing itu hidup, dan Ludra harus bersusah payah menariknya sepajang jalan. Kalau hanya satu ekor, itu urusan kecil. Tapi dua belas" Walau keringat mengucur deras dan membutnya memeras tenaga, caci maki Ludra tidak berhenti berhamburan sepanjang jalan" membawa dua belas ekor kambing yang terus membagal (mogok jalan) tiap lima langkah membuatnya hampir hilang sabar.
Setelah serah terima, beberapa saat kemudian barulah pengurus perguruan mengumumkan hal yang membuat hampir semua penghuni Perguruan Lengan Tunggal bersorak, mereka akan mengadakan pesta. Hari itu sang ketua tepat berusia enam puluh tahun, nampaknya hidangan kambing menjadi tema utama.
Jika semua penghuni perguruan bersuka cita, keempat tokoh yang bersembunyi dalam Perguruan Lengan Tunggal itu menanti dengan debar jantung berkejaran. Kambing adalah jawaban yang tunggu, nampaknya pimpinan mereka berhasil menemukan cara menyusupkan kabar yang paling efektif"
dengan lolos dari pengamatan pemilik Pedang Tetesan Embun. Dalam kesehariannya, mereka memang bertugas sebagai penanggung jawab bahan mentah dan menu di dapur, tentu saja urusan menjagal kambing adalah tanggung jawab mereka.
Kambing sudah dikelupas dengan sempurna, isi perut juga sudah di keluarkan. Pada masa lalu, mereka berempat adalah tokoh yang memiliki wibawa cukup disegani, tidak disangka kali ini mereka harus berkubang dengan kotoran kambing demi mencari "jawaban" dari sang pimpinan.
"Aku dapat!" desis Empat Serigala mengakhiri pencarian mereka. Setelah membereskan semuanya, mereka kembali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keperistirahatan masing-masing, sebelum akhirnya bertemu di ruangan tersembunyi.
Dengan berdebar, Dua Bakat membuka gulungan kulit yang dibungkus dengan kulit kayu, mereka menemukannya pada empat ekor perut kambing. Dua Bakat membaca dengan sangat seksama, wajahnya nampak memerah, dengan mengepalkan tangannya seluruh lembaran kulit itu hancur lebur. Tentu saja ketiga rekannya kaget.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sembilan Belantara dengan nada meninggi.
Dua Bakat tidak menjawab. "Kita pergi hari ini!" tegasnya tidak menjawab pertanyaan tadi.
Melihat wajahnya yang mengeras penuh emosi, Sembilan Belantara tidak berani mendesak lebih jauh, mereka bersiap pergi dengan jantung berdebar.
Pagi harinya, para penghuni Perguruan Lengan Tunggal digegerkan dengan kosongnya mangkuk-mangkuk sarapan pagi mereka. Pesta yang direncanakan juga dipastikan batal.
Orang yang biasanya di tugaskan untuk mengurus masakan sudah menghilang. Tentu saja itu bukan kehebohan yang cukup berarti bagi penghuni Perguruan Lengan Tunggal.
Hanya ketua Perguruan Lengan Tunggal saja yang menggeram penuh amarah dan rasa kawatir.
"Apakah mereka sudah menemukan tokoh sandarannya kembali?" pikirnya dengan gelisah, pembalasan keempat tokoh yang dia pahami kekejamannya, membuat Ketua Perguruan Lengan Tunggal harus bersiap sedini mungkin.
===odw0kzo=== Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Masih segar dalam ingatan mereka, sebatang pedang yang sangat tipis dan berhawa dingin sudah menghancurkan nyali mereka hingga berkeping-keping, setiap langkah selalu dihantu bayangan pedang itu, tak heran tiap langkahnya mereka begitu berhati-hati, kegelisahan dan kewaspadaan meningkat tiap detiknya. Keheranan melanda mereka saat tak melihat adanya tanda-tanda kehadiran pemilik Pedang Tetesan Embun, seperti yang selalu dikeluhkan Dua Bakat.
Akhirnya dengan mengembangkan peringan tubuh tertinggi keempat tokoh itu lenyap di telan kerimbunan hutan, sebuah asa pembalasan dendam mulai bersemi di hati mereka.
Dengan pasti mereka menuju sebuah tempat yang hanya di ketahui Dua Bakat.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di sebuah bangunan yang cukup mewah. Bangunan itu lebih cocok disebut rumah peristirahatan kaum bangsawan yang biasa berburu. Tanpa ragu Dua Bakat mendorong pintu rumah itu dan masuk, terlihat oleh mereka lelaki yang dibalut dengan pakaian kelabu. Sesosok itu berusia empat puluhan, bertubuh kekar dengan bahu lebar, roman wajah tak terlalu tampan, namun terlihat begitu perkasa, orang yang memperhatikan wajahnya akan selalu timbul rasa hormat.
Dua Bakat nampak tercengang, dia tidak mengenali pimpinannya lagi. Rasanya itu bukan orang yang dia kenal.
"Siapa kau?" tanyanya dengan kewaspadaan meninggi.
"Aku adalah orang yang membongkar kebodohanmu!"
ketus orang itu. "Duduk!" perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat bukan orang yang bisa diperintah sembarangan, tapi keadaan orang itu membuat dirinya harus menahan sabar.
"Dua puluh tahun terperangkap di Perguruan Lengan Tunggal, hanya karena takut dengan bayang-bayang.. konyol sekali!" gumam orang itu membuat Dua Bakat menunduk.
"Orang yang kau kawatirkan, tidak pernah mengunjungi wilayah Perguruan Lengan Tunggal selama dua puluh tahun terakhir, dia hanya menyewa orang-orang untuk menyebarkan dan melepas tanda-tanda khas miliknya, dalam waktu yang acak. Dan sangat menggelikan, itu membuatmu ketakutan..."
Barulah Sembilan Belantara dan kedua rekannya mengetahui, mengapa Dua Bakat begitu marah setelah selesai membacanya.
"Tapi, itu bukan urusanku! Aku memiliki tugas besar untukmu." katanya dengan nada sangat mengintimidasi.
"Kau memiliki kemahiran yang cukup kukagumi. Aku ingin kau menculik Prawita Sari!"
"Siapa dia?" tanya Dua Bakat heran, dua puluh tahun tanpa keluar dari Perguruan Lengan Tunggal sudah membuatnya seperti katak dalam tempurung.
"Tidak perlu tahu! Dua hari sejak sekarang, kau cukup menunggu disini untuk menculiknya..."
"Hanya itu?" tanya Dua Bakat dengan keheranan mengembang, kalau hanya untuk urusan culik menculik wanita, orang itu sampai rela menghabiskan waktu untuk
"berkoresponden" secara teratur dengannya, aneh sekali!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki itu mengangguk. "Tugas berikut, akan kuberitahukan pada saatnya." katanya sambil meninggalkan empat orang yang masih terheran-heran dengan semua kejadian ini. Orang itu melangkah melewati Tujuh Ruas dan Empat Serigala yang berdiri menghadang pintu.
Hawa sakti yang berpendar di seluruh tubuh orang itu benar-benar membuat kedua tokoh yang dipaksa mengasingkan diri itu, buru-buru menyingkir. Tangan lelaki ini nampak melambai tanpa tenaga. Mendadak...
Kraaak! Suara berderak lirih membuat empat pasang mata melihat kearah pohon yang "dilambai" oleh lelaki itu. Terlihat satu lubang kecil yang membuat retakan dengan pola melingkar keatas batang hingga akhirnya mematahkan dahan yang berada di ketinggian lebih dari enam meter.
Wajah Dua Bakat berubah, "Pratisamanta Nilakara?"
desisnya. "Kau sudah paham artinya," ujar lelaki itu sambil melirik tajam, sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka.
Sembilan Belantara memeriksa lubang yang dihasilkan akibat lambaian tangan orang itu, wajahnya sangat terkejut.
"Bagaimana mungkin Pratisamanta Nilakara dilakukan pada benda selain manusia" Selain kepala?" katanya sambil menatap Dua Bakat dengan bingung.
Dua Bakat menggeleng penuh rasa sesal. "Orang itu bukan seperti yang kupikirkan, tapi mengapa dia tahu keberadaan kita?" gumamnya. "Dia juga menguasai Pratisamanta Nilakara yang dikuasai junjungan kita?"
"Mungkin dia adalah muridnya?" sambung Tujuh Ruas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu." Jawab Dua Bakat pendek, otaknya terasa ruwet.
Desau angin gunung membuat keempat orang itu merasa bahwa, urusan yang sedang mereka hadapi lebih memusingkan dari pada yang terlihat.
"Dia memang sangat berbakat?" tiba-tiba terdengar satu suara yang mengejutkan mereka, buru-buru mereka menoleh dan melihat lelaki tua yang berpenampilan bersahaja, dan berwajah bersih"menatapnya menimbulkan satu perasan aneh, antara lega dan takut.
"Aaah, tuan"!" seru mereka hampir bersamaan. Mereka berebut memburunya, dan bersimpuh dihadapan lelaki tua itu.
Rasa haru nampak menguasai hati mereka. Lelaki tua itu pun bukan tanpa perasaan, dia menyentuh kepala mereka satu persatu. Lalu berdiri membelakangi mereka.
"Sudah lama sekali?" gumamnya dengan mata
menerawang, wajah yang terlihat penuh kasih itu, menampilkan sebuah seringai yang membuat bulu kuduk meremang.
--0o-dw*kz-o0- 105 " Domino Effect : Prawita Sari
"Saya bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi?"
Tanya Dua Bakat pada orang tua itu.
Wajah lelaki tua ini menampilkan rona kemerahan, seringaiannya sudah menghilang dari bibir, berganti wajah tua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menampilkan kesan arif bijaksana. "Aku mencari orang berbakat yang kupikir bisa membantu usahaku. Aku mendapatkannya, dia sangat berbakat" terlampau berbakat malah. Tapi ambisinya berbeda dariku, aku tidak bisa mengarahkannya lagi."
"Lalu, apakah saya harus menaati perintahnya?"
Nampaknya hanya Dua Bakat saja yang berhak bicara dengan orang tua itu, ketiga rekannya masih duduk dilantai mendengarkan percakapan itu.
Sesaat orang tua ini tidak menjawab, kemudian katanya,
"Selain sangat hati-hati dan penuh perhitungan, dia sangat jenius, orang ini bisa memecahkan masalah pelik." Ujarnya, tidak menjawab pertanyaan Dua Bakat, lelaki tua ini malah memberi peringatan dini pada Dua Bakat sekalian.
"Kalian lakukan saja rencananya. Sebenarnya" aku sudah menahan dia untuk tidak melakukan hal ini, tapi nampaknya tidak bisa."
"Menculik orang, bukannya pekerjaan yang sangat mudah?" gumam Dua Bakat seperti bertanya pada dirinya sendiri"untuk membangkitkan semangat, maklum saja sudah dua puluh tahun dia tidak bergerak melakukan seluruh kebiasaannya, dia khawatir keahliannya sudah memudar.
"Sangat mudah" siapapun bisa melakukan! Tapi ada alasannya kenapa dia harus menunjukmu?"
Wajah Dua Bakat sekalian menampilkan rasa bingung.
"Harus saya" Mengapa harus begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk kalangan tertentu, kau memiliki nama yang berharga, kau orang yang sangat dicari?" tukas orang tua itu berkata lambat.
Dua Bakat memucat seketika. "Apakah dia" ma-
maksudku" yang mencariku adalah" adalah" pemilik Pedang Tetesan Embun?"
Orang tua ini menghela nafas. "Aku tidak tahu," jawabnya singkat.
Dan itu membuat Dua Bakat lemas, bukan tanpa alasan dia dan teman-temannya ketakutan menghadapi pemilik Pedang Tetesan Embun, tujuh orang teman seangkatan mereka dibuat hidup segan matipun tak mau, orang itu tidak pernah membunuh, tapi begitu kau berhadapan dengan dirinya, kau justru akan mengharapkan semoga dia membunuhmu. Pemilik Pedang Tetesan Embun merambatkan rasa takut tak terkira di hati mereka.
"Kau tak perlu kawatir! Menurutku, itu bukanlah dia.
Baginya, namamu bukan sesuatu hal yang berharga?" tukas orang tua ini lagi membuat Dua Bakat tersenyum pahit, ada rasa senang bahwa dia tak cukup berharga dimata pemilik Pedang Tetesan Embun. "Itulah alasannya, mengapa dia hanya melakukan trik kecil untuk menakut-nakuti kalian?"
Dua Bakat menundukkan kepalanya, mengingat akan hal itu hatinya sungguh sakit, tapi diapun tak menyangkal, dua puluh tahun lebih "mendinginkan" kepala di Perguruan Lengan Tunggal sudah banyak mengurangi ambisi dan kelakuannya.
"Kalau orang itu mengerti bahwa ini hanya trik kecil yang dilakukan pemilik Pedang Tetetsan Embun, kenapa harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
repot-repot berhubungan dengan saya, bahkan harus menarik perhatian dengan melepaskan Pratisamanta Nilakara?"
Orang tua itu mengerti, siapa yang di maksud dalam pertanyaan itu. Tentu saja dia tak akan memberitahu alasan sebenarnya, "trik kecil" itu bukan saja sudah mengecoh Dua Bakat, bahkan dirinya! Kalau bukan karena ketelatenan lelaki tadi, trik tersebut tidak akan dipecahkan oleh mereka.
"Tujuan utamanya melakukan Pratisamanta Nilakara adalah, untuk menjajagi situasi. Dia bukan cuma mencari cara untuk melakukan kontak dengan kalian, tapi juga menyelidiki keadaan" benarkah orang itu, masih memantau kalian?"
Dua Bakat paham, kenapa pimpinannya tak mau menyebut kata Pedang Tetesan Embun, orang itu sudah merusak semua rencana yang sudah disusun tuannya. Secara psikologis menyebut nama musuhnya hanya akan menurunkan semangat juang sendiri.
"Setelah sekian lama ditelusuri, ternyata orang itu tidak pernah memantau kalian, tapi caranya berkomunikasi dengan kalian terus dilakukan. Dia menyadari ternyata ada beberapa pergerakan aneh di perguruan Lengan Tunggal, dia tak mau ambil resiko?"
Dua Bakat mengangguk, dirinya juga menyadari ada kejanggalan-kejanggalan ditempatnya bernaung itu, tapi sepanjang tidak ada hubungannya dengan mereka, dia malas mencari tahu dan tak akan ambil pusing.
Dengan menghela nafas panjang, cahaya matanya meredup. "Aku menyadari, usaha-usaha yang dulu kulakukan tidak pernah berhasil, karena satu hal?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka mendengarnya dengan seksama.
"Aku telah menodai keadilan dan kebenaran?" ujarnya membuat Dua Bakat saling pandang dengan rekan-rekannya dengan rona terkejut.
Di masa lalu; sang pimpinan adalah orang yang sangat tegas dalam memisahkan batas antara kekejaman dan keharusan bertindak"demi tercapainya rencana, dia tidak perduli apakah orang yang menjadi sumber beritanya mati, yang penting info yang dicari dia dapatkan. Orang itu pula yang mengajari Tujuh Ruas, menjadi "Tujuh Ruas" yang sebenarnya, kemampuan melolosi tulang, didapati dari orang tua itu. Dan sekarang pimpinan mereka mengatakan hal yang sangat bertolak belakang, rasanya seperti matahari terbit dari barat! Tidak mungkin!
"Ma-maksudnya?" tanya Dua Bakat tak mengerti.
"Melihat ambisi muridku, dan itu menjadi kaca bagiku"
bahwa yang telah kulakukan dimasa lalu begitu buruk"
sangat buruk!" desisnya hampir tak terdengar. Akhirnya mereka bisa mendapatkan kepastian jika lelaki perkasa tadi merupakan murid sang majikan.
"Apakah bukan karena pemilik?" Dua Bakat tidak bisa meneruskan ucapannya manakala melihat rahang orang tua itu mengeras sesaat. Pemilik Pedang Tetesan Embun bukan hanya menggoreskan rasa takut di hati Dua Bakat sekalian, nampaknya sang pimpinan itupun merasakan hal yang sama.
"Orang itu memang membuatku terpaksa bersembunyi, selama dua puluh tahun ini dia tidak henti-hentinya mencariku.
Semua rencanaku dapat diantisipasi dengan baik, sampai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya aku lelah" aku menyadari aku harus berhenti."
Ujarnya dengan tatapan menerawang, agaknya dia sedang menumpahkan isi hati. "Aku harus menghentikan kegilaan muridku?" tegasnya. Lalu dengan menatap satu demi satu wajah anak buahnya, ia berkata dengan nada rendah.
"Apakah kalian masih bersamaku?"
Tanpa ditanya dua kali, Dua Bakat mengangguk pasti.
"Apapun keputusan tuan, kami akan ikuti!" sahutnya mantap.
"Baik, jika demikian ada satu tugas penting bagimu?"
Dua Bakat mendengarkan dengan seksama.
"Pertama, pergilah ke Perguruan Merak Inggil, cari Anusapatik?"
"Bu-bukankah orang itu sudah menghilang sejak dulu" Jika sampai saat ini dia tak terdengar kabarnya, berarti sudah hampir empat puluh tahun lalu?" Tanpa sadar Dua Bakat memotong.
Lelaki tua ini tertawa perlahan, nampaknya rekasi Dua Bakat membuatnya senang. "Bagi orang-orang yang mencarinya, dia memang sudah menghilang" tapi bagiku, dia tak pernah kemana-mana. kau tinggal memberikan ini padanya?"
Sebuah batu sebesar sekepalan tangan anak kecil berwarna abu-abu, diserahkan pada Dua Bakat.
"Kuberikan kepada dia" Tapi bagaimana?"
"Masukkan kedalam kolam, dia akan mencari dirimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu penculikan yang murid tuan perintahkan, bagaimana?"
"Kau bisa melakukannya tugasku lebih dulu, menjumpai Anusapatik tidak akan memakan waktu lama."
Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua Bakat mengangguk, kebingungan masih melanda otaknya bertubi-tubi" tugas-tugas ini semuanya sangat mudah baginya, dia merasa ada yang tidak benar, tapi entah di bagian mana, dia juga tidak tahu. Kepalanya tertunduk menekuri lantai kayu dengan pikiran bercabang.
"Tugas kedua, akan kuberitahu setelah kau berhasil menculik Prawita Sari?"
Itulah ucapan terakhir sang pimpinan, Dua Bakat baru menyadari setelah sekian lama suara orang tua itu tidak terdengar, mendongakkan kepala dia menoleh kesana kemari mencari bayangan sang pimpinan, nampaknya orang tua itu sudah pergi. Dua Bakat bangkit dari duduknya.
"Bagaimana menurut kalian?"
Pertanyaan Dua Bakat sontak membuat ketiga rekannya menampilkan wajah bingung. "Aku tidak bisa menilai apapun, sudah terlalu lama kita jauh dari dunia yang pernah kita geluti.
Saat ini aku merasa seperti anak kecil yang harus dituntun"
kepekaanku tumpul, aku tak bisa memberi pertimbangan ?"
gumam Sembilan Belantara.
"Apa yang mendasarimu berkata begitu?"
"Banyak hal" argh! Aku bahkan tak bisa merincinya, otakku terlalu dibingungkan dengan kehadiran tuan?" sungut Sembilan Belantara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa aku bisa menjelaskan beberapa keheranannya."
Kata Empat Serigala sambil menepuk bahu Sembilan Belantara. "Pertama, perubahan sifat tuan" ini sangat janggal, aneh?" lelaki ini menoleh kanan kiri sebelum meneruskan bicaranya, dengan merendahkan suaranya dia melanjutkan. "Sangat tidak masuk akal, kekejamannya sirna begitu saja, bahkan terlihat begitu" begitu" agung, membuatku merasa takut.." uraian itu diamini anggukan oleh ketiga rekannya. "Kedua, orang yang di tunjuk sebagai muridnya" aku merasa mereka seperti satu jalan, tapi entah kenapa" entah kenapa" aku melihatnya seperti ada sandirwara disini, ini.. ini.. hanya pikiranku saja, entah dengan kalian." Empat Serigala memperhatikan reaksi mereka, nampaknya untuk dugaan keduanya tak menemukan kesepakatan. "Ketiga; Anusapatik" orang ini adalah bajingan busuk, kita sudah mendengar kabarnya bahkan saat kita baru berkecimpung di dunia persilatan. Lalu untuk apa" Untuk apa tuan harus menjalin hubungan dengan Anusapatik" Jika dia memang menyesali perbuatan masa lalunya" Aku tidak paham?"
Dua Bakat tidak mengomentari pikiran rekannya. Setelah beberapa saat, sambil mendengus dia berkata. "Aku tidak memikirkan itu, aku hanya mengikuti perintah beliau!"
Empat Serigala terdiam, kalimat tadi sudah cukup menjadi peringatan baginya. "Kurasa kau harus berangkat sekarang."
Katanya mengingatkan Dua Bakat, sekaligus mengalihkan perhatian Dua Bakat dari pendapatnya tadi.
"Ide bagus?" gumam Dua Bakat dengan pikiran tak tentu.
"Kalian waspadai situasi disini?" perintahnya.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perguruan Merak Inggil Beberapa dasawarsa lalu, perguruan ini pernah dihebohkan dengan penyerbuan mendadak yang melibatkan banyak tokoh berkasta tinggi, titik pangkal masalah berada pada seorang Anusapatik, dia mengumpulkan para tokoh yang memiliki satu visi, menguasai kesadaran banyak orang dengan racun.
Dua Bakat melakukan perjalanan dengan melesatkan peringan tubuh tanpa henti. Mendapat tugas pertama dari tuannya"setelah sekian lama, ia ingin membuktikan dirinya belum habis. Dari rumah dalam hutan sampai ke perguruan itu hanya membutuhkan perjalanan delapan jam saja.
Sore sudah dijelang, Dua Bakat benar-benar
mempraktekkan bakatnya, hanya sekali melihat seorang penjaga, dia bisa menirunya dengan sempurna. Baginya memasuki Perguruan Merak Inggil semudah membalikan telapak tangan.
Banguna utama perguruan itu tidak memiliki banyak perubahan dari masa lalu, namun demikian dirinya tak tertarik untuk memperhatikan apa saja yang terdapat didalamnya.
Fokusnya haya satu, mencari kolam.
Selama menyusup, Dua Bakat sudah bersalin rupa sebanyak enam belas kali. Pada akhirnya ketekunannya mencari membuahkan hasil, sebuah kolam ikan seluas dua kali tiga meter terletak dibalik rerimbunan pohon trembesi, semak disekitar kolam begitu tinggi. Kalau saja Dua Bakat, tidak memiliki inisiatif untuk menyibaknya, mungkin dia tak pernah menemukan kolam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan terheran-heran, orang ini menyaksikan betapa kolam kecil itu ternyata menimbulkan rasa seram dalam hatinya, akar pohon trembesi yang sudah berusia puluhan tahun, nampak menonjol diantara dinding-dinding kolam, tapi bukan itu yang membuatnya jadi menakutkan, airnya yang jernih menjadikan dirinya bisa melihat sampai dasar kolam.
Dua Bakat mengerutkan keningnya, warna dasar kolam itu terlalu muda untuk ukuran lumpur, dan itu tidak bisa mengelabui pandangan matanya, lumpur itu terbentuk akibat serpihan daging yang membusuk; kolam itu merupakan tempat pembuangan mayat, dimasa lalu! Pertanyaannya, masihkah saat ini digunakan" Dua Bakat bahkan tidak mencium adanya bau yang aneh pada kolam itu.
Mencermati situasi lebih dulu, akhirnya Dua Bakat melemparkan batu yang diperoleh dari sang junjungan. Air kolam yang semua jernih lamat-lamat menjadi keruh, dan meski tipis tercium bau seperti belerang. Dua Bakat menjauh dari pinggir kolam, dia masih memperhatikan keadaan sekitar dengan waspada. Sementara desir suara yang aneh membuatnya harus memalingkan wajah kearah kolam.
Dua Bakat terkesip, saat menyaksikan semak-semak disekitar rumput itu layu, bukan layu karena hangus tapi layu karena kehilangan kekerasannya sebagai daya dukung, warna yang makin hijau pada semak itu membuat Dua Bakat terheran-heran. Belasan jenis serangga keluar dari dalam kolam itu, nampaknya batu yang di lemparkan kedalam, mengganggu ketenangan mereka. Dua Bakat memperhatikan pucuk pohon trembesi, satu demi satu burung-burung yang hinggap disana juga mengepakkan sayap pindah kelain pohon, agaknya merekapun merasa terganggu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hatinya tidak yakin, apakah dengan perubahan setipis itu akan memberi tanda bagi Anusapatik untuk muncul" Dua Bakat menunggu dengan hati berdebar-debat, dia sudah mengambil tempat persembunyian yang menurutnya paling setrategis.
Satu jam berlalu sudah"
"Akhirnya datang juga?" seru sebuah suara mengejutkan Dua Bakat. Dengan terburu-buru dirinya berbalik dan menyaksikan seorang lelaki tua sudah ada dibelakangnya.
Tanpa bisa ditahan keringat dingin menitik didahi, jika saja orang tua itu tak bersuara, sampai saat ini, dia tidak pernah tahu ada orang berdiri dibelakangnya. Wajahnya tersembunyi dalam bayangan rimbunan pohon, seolah orang itu merupakan bayangan itu sendiri.
"Berikan ini padanya!"
Dua Bakat tidak bisa mengaskan pandangannya untuk mencermati wajah orang itu, setelah melemparkan sesuatu, bayangannya pun menghilang. Betul kata tuannya, mencari orang itu sangat mudah. Pikir Dua Bakat dengan tersenyum getir, harga dirinya yang masih bersisa, kini bagai dihembus angin, dia merasa tidak berguna, hanya sekedar mendeteksi keberadaan orang-pun dirinya tak sanggup. Apa orang itu sehebat tuan" Pikirnya sambil mengambil barang yang dilemparkan padanya, sebuah kain yang membalut sebuah benda, entah benda apa. Dia tak berani membuka sebelum tuannya.
Dia sudah mendengar reputasi Anusapatik, tapi tentang apa dan siapa orang itu, bagaimana kelihayannya, dia tak pernah tahu. Tapi kini Dua Bakat bisa sedikit meraba seperti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa orang itu, orang yang tak bisa dirasakan himpunan hawa saktinya, kalau bukan orang mati, tentu orang itu sudah melampaui tingkatan Nibhawi??la (menyerupai kilauan), seingat dirinya, ada empat tingkatan dalam menjelaskan tingkat kehebatan himpunan hawa sakti seseorang, namun Dua Bakat hanya mengingat satu nama saja.
Tak mau membuang waktu, orang ini segera bergegas keluar dari Perguruan Merak Inggil. Dua Bakat tidak pernah menyangka, benda yang dilemparkannya itu membuat delapan orang yang lewat disekitarnya mati dengan wajah seperti tercekik, namun tak satupun yang perduli dengan tempat itu. Seolah-olah, kolam yang di kelilingi rerimbunan pohon trembesi adalah wilayah terlarang.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Sebuah rombongan berkuda berjalan santai diantara rerimbunan hutan yang masih termasuk dalam wilayah Kerajaan Kadungga. Diantara rombongan itu, ada dua orang wanita yang nampak sangat senang dengan perjalanan itu.
Salah satu dari mereka memakai atribut sebagaimana pelayan kerajaan pada umumnya, sedangkan gadis satunya memakai baju kuning gading. Rambutnya yang panjang menjela pinggang berkilauan di timpa sinar mentari. Nampak cudaratna (pemata perhiasan yang diletakkan didahi) berwarna biru berkilauan, membuat wajahnya yang memang sudah cantik, menjadi lebih anggun. Di pinggang kanan kirinya ada pedang tergantung rapi.
"Winarsih, temani aku!" seru gadis ini sambil menghela kudanya lebih dulu, masuk hutan lebih dalam lagi. Wanita yang di sebut sebagai Winarsih, tersenyum dia menyusul gadis yang menjadi junjungannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba, putri?" sahutnya sambil membedal kuda mengejar gadis itu.
Dengan sendiri, para pengawal turut membedal kudanya.
Hanya ada dua orang paruh baya yang memperhatikan rombongannya berlalu, mereka tidak turut serta.
Tak berapa lama kemudian, gadis itu beserta rombongan sudah kembali. "Guru, lihat apa yang kudapatkan!" serunya pada lelaki paruh baya dengan bibir mengembang senyum manis.
Orang yang di panggil guru oleh sang putri
menganggukkan kepala, dia memperhatikan kelinci yang diserahkan muridnya, terlihat seulas senyum tipis, tangannya mengusap sesaat, tubuh kelinci yang meregang kaku itu, tiba-tiba bergerak, kemudian dilepasnya kembali. "Nampaknya kau sudah siap untuk tingkat yang lebih tinggi?"
"Benarkah?" serunya dengan nada riang, suaranya bagai kicau burung yang menyejukkan telinga.
"Tentu" ayahmu, pasti bangga dengan kemajuanmu."
Katanya lagi. Wajah gadis ini nampak berbinar-binar senang, dia tidak suka berlatih silat, tapi cara yang diajarkan gurunya itu sangat elegan dan tidak kasar, baru berlatih enam bulan saja dia sudah bisa berlari sekencang kuda tanpa lelah. Lebih dari itu, tarian pedang yang dilatih dalam sepekan terakhir secara khusus, telah menampakkan hasil. Dia tidak suka melakukan latihan yang bertujuan menyakiti atau bahkan membunuh, ayahnya pusing setengah mati saat membujuk anaknya supaya mau melakukan latihan. Untung saja kerabat jauh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang ayah"yang kini menjadi gurunya, memiliki metode latihan yang bisa menggugah minat sang putri. Ilmu totok dan peringan tubuh menjadi hal yang paling disuka gadis ini.
Lambat laun, Prawita Sari menyukai seni bela diri yang lain"cuma kodratnya sebagai perempuan yang terbisa dilayani, menjadikannya palah-pilih dalam latihan, dia enggan berlatih jika itu membuatnya repot. Padahal melatih hawa sakti tidak merepotkan, hanya membutuhkan kesabaran tinggi. Dan itu sangat dihindari Prawita Sari, padahal sang guru menilai anak didiknya sangat berbakat dalam pengolahan hawa murni.
Pagi itu Prawita Sari sedang melakukan serangkaian uji pada ilmu yang dipelajarinya. Sang Guru menyatakan, jika dia berhasil menotok perut hewan yang sedang berlari"dengan pedangnya, maka latihan tingkat berikut akan segera dimulai, tapi jika dirinya gagal, sang putri harus mengulangi selama dua pekan kedepan, sebelum ijin percobaan totokan diberikan.
"Ada beberapa catatan yang harus kau perhatikan; Totokanmu memang halus, himpunan hawa murnimu juga sudah mulai merata, sangat disayangkan kau tak mau menghimpun hawa sakti" kelemahannya cukup fatal, hanya dengan menambah sedikit tenaga pada si korban, dia akan segera terbebas."
Prawita Sari cemberut, wajahnya yang cantik nampak semburat merah, perkataan sang guru yang terakhir"
menyindir kemalasannya, membuat dia malu. "Menyebalkan jika aku harus berdiam diri duduk berjam-jam; hanya untuk berpikir bahwa diperutku seolah-olah ada udara panas yang bergerak mengililingi tubuh" geli, tahu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mau tidak mau sang guru tertawa. "Dasar kau ini?"
katanya sambil menggelengkan kepala berkali-kali, "Kita kembali sekarang?"
"Ayolah guru". Baru sampai sudah mau kembali" Yang benar saja!" sungut Prawita Sari kesal. "Aku ingin, menuju ke pondok peristirahatan." Katanya tanpa menunggu jawaban sang guru, dia segera membedal kudanya dengan kencang.
Tentu saja Winarsih segera memburu majikannya, dia takut terjadi sesuatu dengan putri, hutan bukanlah tempat yang ramah buat seorang putri yang takut pada serangga dan katak. Dan semua rombongan pun akhirnya mengikuti arah pergi Prawita Sari.
"Anak itu terbiasa dimanjakan!" gerutu sang guru, segera menyusul memasuki hutan. Dia melesat dengan gerak bagai sambaran kilat.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Sembilan Belantara mengikuti kepergian rombongan itu dengan perasaan campur aduk, semua orang bisa dia atas sendiri, kecuali sang guru dan seorang lelaki lainnya, yang tak bisa dia raba kedalaman hawa saktinya. Itu cukup membuatnya kawatir. Dia segera memencet kepala kumbang kayu yang dipegangnya. Jerit kumbang kayu segera mendenging keras, itu cukup menjadi tanda bagi Dua Bakat dan rekan lainnya untuk bersiap-siap.
--0o~Didit-dw*kz~o0- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
106 " Domino Effect: Memastikan
Kegagalan Rencana Dua Bakat dan dua orang rekannya sudah melihat rombongan yang kini memasuki tempat persinggahan.
Nampak olehnya lelaki paruh baya"yang beberapa saat kemudian diketahui sebagai guru Prawita Sari tengah mengendalikan situasi.
"Tahan, jangan buru-buru masuk!" serunya membuat langkah tiap orang terhenti, meski Prawita Sari terkadang suka membawa adatnya sendiri, terhadap gurunya dia cukup penurut.
Lelaki paruh baya itu memeriksa situasi rumah persinggahan, sejauh ini dia tak menemukan adanya kehadiran orang lain. Tapi itu belum membuatnya lega.
"Ada apa guru?" Tanya Prawita Sari dengan heran.
"Tempat ini pernah didatangi orang." Katanya singkat, lalu dia menoleh kepada orang sepantaran dirinya. "Kapan tempat ini terakhir digunakan?" tanyanya.
"Satu bulan lalu." Sahutnya pendek.
Guru Prawita Sari mengedarkan pandangan matanya, dia memeriksa pintu masuk bangunan dan menemukan setidaknya ada empat jejak baru. Dua Bakat hampir saja berteriak memaki ketololannya sendiri. Jejak mereka meski samar, namum bagi orang yang bertindak cermat seperti guru sang putri, pasti akan terlacak.
"Apa yang kau temukan?" teman seperjalanan guru sang putri membuka suara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waspadalah! Jejak ini sangat baru. Mereka memiliki peringan tubuh sangat baik, kemampuannya saling mengatasi satu sama lain." Lelaki itu menoleh, melihat kesekeliling, akhirnya dia menemukan satu titik lubang pada pohon yang memiliki retakan keatas. Dari pintu masuk sampai ke lubang yang ditemukan terpisah belasan langkah, kalau bukan orang ini, mungkin jejak yang dilepaskan murid junjungan Dua Bakat tak bisa ditemukan.
"Mustahil!" gumamnya.
"Apanya guru?" Tanya Prawita Sari mengikuti setiap langkah sang guru.
"Kau lihat titik ini?" ujarnya menunjuk setitik lubang sebesar jari kelingking. "Menurutmu, apa yang membuatnya ada disini?"
Prawita Sari mengamati dengan seksama, lalu katanya.
"Lubang ini jelas tidak mungkin dibuat dengan besi dan dipalu, sebab aku tidak melihat adanya jejak disekitar ini. Bagi orang yang memaku, pasti membutuhkan pijakan kaki saat mengayunkan pemukulnya"ini akan menimbulkan bekas.
Semisal ditemukan pijakan kakipun, hal ini tidak mungkin dilakukan dengan besi dan pemukul, efek yang ditimbulkan tidak bisa membuat retakan begini teratur dengan bentuk melingkar. Aku tidak tahu cara yang digunakannya, apakah mungkin ada orang yang melontarkan pukulan jarak jauh" ah bukan, maksudku totokan jarak jauh?" pungkas Prawita Sari membuat gurunya tersenyum.
Tidak mengurangi kewaspadaannya, lelaki paruh baya ini memuji kesimpulan muridnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Alasanmu masuk akal. Dugaanmu yang terakhir lebih mudah diterima. Perhatikan baik-baik?" katanya masih mengedarkan pandangan matanya kesana kemari untuk sesaat. "Kau tahu kenapa aku berkata mustahil?"
Gadis itu menggeleng. "Seharusnya caramu berpikir dimulai dari kalimatku..." Kata sang guru, kondisi seperti saat ini akan lebih mudah menularkan pengalaman pada muridnya. "Aku sudah memeriksa sekitar tempat ini, selain empat jejak yang ada dalam rumah, tidak kutemukan jejak lain. Artinya orang yang melepas setitik lubang ini, jelas bukan empat jejak dalam rumah."
"Kenapa bisa begitu guru?" Prawita Sari berkerut kening memikirkan ucapan gurunya. "Ah, aku tahu?" serunya menjawab sendiri. "mungkin karena untuk melepaskan totokan seperti itu"dengan jarak sekian ini, membutuhkan pemusatan tenaga yang sangat baik, eh" tapi seharusnya ada jejak langkah orang itu disini, maksudku" jejak waktu dia memusatkan tenaganya?" gadis ini bingung sendiri dengan kesimplannya.
"Kau pintar, hanya karena kau belum mengetahui cara menghimpun hawa sakti sajalah maka jawabanmu jadi salah" ada dua cara dalam menghimpun hawa sakti, pertama; himpunanya membuat tubuh menjadi berat dan kokoh"sehingga bisa meninggalkan jejak. Kedua; membuat tubuh menjadi ringan, tapi tidak kehilangan kekokohannya.
Pada kasus ini, orang yang melepaskan serangan pada pohon itu, menguasai ilmu yang memupuk hawa sakti dengan cara menghabiskan nafas. Kau harus bersemadi dalam kondisi nafas yang terkuras, sampai akhirnya kau menemukan cara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menghabiskan udara di paru-paru tanpa membebani tubuhmu?"
"Sulit sekali." Timpal gadis ini sambil bergidik, dia tak sampai hati membayangkan dirinya harus belajar sampai seperti itu. "Maaf saja, kalau aku disuruh latihan begitu!"
Pikirnya. "Singkat kata, keempat jejak yang tertinggal disini, mutlak tidak mungkin melontarkan kemampuan seperti itu. Jadi, kau bisa menyimpulkan; adanya orang lain! Bisa kupastikan dia tokoh hebat. Di seputar kerajaan kita, hanya tiga orang yang memiliki dasar seperti itu."
"Apa guru termasuk diantara ketiga orang itu?" Tanya Prawita Sari dengan mata berbinar. Sang guru tak menjawab.
Gadis ini tak menyerah untuk membuat gurunya mengatakan tentang kemahiran dirinya.
"Orang menyebutmu sebagai Pemisah Hujan, selain kemampuan guru memang luar biasa untuk menganalisa semua masalah, aku tahu kelebihan utama guru bukan cuma itu?" puji gadis ini dengan tertawa-tawa.
Kini, Dua Bakat sekalian tahu, siapa guru sang sasaran, tapi mereka tidak mengenal nama Pemisah Hujan, kemungkinan besar orang itu muncul setelah mereka dipaksa sembunyi dalam Perguruan Lengan Tunggal. Meski mereka tidak mengenal nama Pemisah Hujan, dari caranya menganalisa dan gerakannya yang cekatan, mereka sama-sama mengeluh. Menculik Prawita Sari nampaknya akan menjadi tugas sangat berat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan bicara hal yang tidak perlu!" tegur sang guru, tapi gadis itu tak menghiraukannya. Dia malah mengatakan, tidak perlu mempersoalkan siapa yang melepaskan pukulan itu segala, toh saat ini tidak ada apa-apa" kalau saja gurunya tidak melotot padanya, Prawita Sari masih saja berkicau.
Ternyata guru Prawita Sari adalah salah satu sesepuh dari Perguruan Naga Batu, seperti yang dikisahkan sebelumnya.
Sang Raja memiliki kekerabatan dengan guru putrinya, jalur kekerabatan ini bermula dari adipati Cakra Sapta sang pendiri Perguruan Naga Batu, adalah kakak dari Raja Kadungga pada masa itu. Seharusnya Cakra Sapta menjadi pewaris tahta Kadungga, tapi dia lebih memilih mengurus satu wilayah kecil saja. Dan sejak saat itu Kota Pagaruyung menjadi kota dengan otonomi khusus, dan Adipati Pagaruyung memiliki hak untuk memberi pertimbangan langsung kepada raja. Lazimnya guru-murid yang memiliki selisih usia jauh dengan murid, pada Pemisah Hujan tidak demikian, dia memiliki murid yang beda usianya hanya berselisih enam tahun, mereka adalah Arseta dan Baraseta. Kadang ketiganya seperti kakak beradik, tapi karena status Pemisah Hujan sendiri sebagai keturunan langsung pendiri Perguruan Naga Batu, kekuasaannya sangat besar dalam menentukan maju tidaknya perguruan itu, tapi sampai sejauh ini dia lebih suka menjadi pengawas.
"Kemudian, bagaimana guru"!" desak muridnya menunggu ulasan sang guru.
Pemisah Hujan mencermati lantai kayu di depan pintu masuk, debu disekitar situ lebih banyak dari sisi lain. "Tenaga yang dipancaran menyedot udara disekitarnya dengan sangat halus, debu yang terkumpul disini sangat alami"tidak tercecer," katanya seraya terdiam sesaat. "Aku menarik pernyataanku tadi; belum tentu di wilayah kerajaan kita ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang memiliki kemahiran sampai tingkat seperti ini." Katanya dengan suara dalam. "Dia mengarahkan serangannya dari jarak ini?" Pemisah Hujan berjalan menuju pohon, dan menghitungnya. "Tepat enam belas langkah." Katanya seraya kembali kedepan pintu. Lalu tangannya mengibas.
Crap!! Satu lobang tercipta tepat di sebelah lubang yang ada.
Lubang itu tidak menciptakan retak yang melingkar keatas, hanya lurus tanpa berkelok.
Brak!! Satu ranting jatuh berderak terkena efek kibasan Pemisah Hujan. Lelaki ini nampak termangu-mangu.
"Guru?" tegur Prawita Sari menyentak kesadaran sang guru.
"Tenaga orang itu bisa diatur sesuka hati" dia sangat hebat dalam permainan jari, tiap ruasnya mengedutkan besaran hawa sakti berbeda hingga membuat pukulan bisa berkelok membuat pola yang dia kehendaki." Pemisah Hujan meneruskan analisanya. "Aku tidak tahu, kedatangan dia kemari untuk menemui empat orang yang pernah hadir disini, atau untuk mengancam?" gumamnya dengan mata nyalang memperhatikan situasi.
Dua Bakat merasa tenggorokannya kering, tiap kalimat yang diucapkan orang itu membuat detak jantungnya mengencang"sebab hampir seluruhnya benar. Sebisa mungkin dia dan rekannya mengendalikan perasaan"takut si Pemisah Hujan mengetahui persembunyiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita kembali!" perintahnya dengan tegas.
"Tapi, guru"!" protes Prawita Sari.
"Jangan membantah!" tegasnya. "Aku tidak mau mengambil resiko. Jika orang-orang itu tak berniat baik, maka kaulah sasaran yang paling diincar!"
Mulut mungil Prawita Sari terkunci, dia hanya bisa cemberut dan menoleh kearah Winarsih. "Sekali-kalinya keluar, hanya berkuda sebentar saja" tidak menginap sama sekali." Gerutunya.
"Sabarlah putri, mengingat kondisi dan letaknya.. tempat ini jelas tidak cocok untuk anda.." kata wanita yang sudah matang ini menghibur.
"Darimana kau tahu itu?"
Dengan tersenyum antara geli dan kasihan, Winarsih menjawab. "Disepanjang jalan yang tuan putri lewati, banyak katak bertebaran?"
"Ih!" jerit si gadis bergidik, membuat orang-orang tersenyum. "Ayo kita pulang!" katanya buru-buru.
Keputusan yang dilakukan Pemisah Hujan membuat Dua Bakat kehilangan akal untuk sesaat. Benar-benar tidak disangka, sedikit jejak bisa berbicara banyak. Menghentikan mereka secara paksa, jelas tidak mungkin dilakukan. Dia segara berpikir keras. Dua Bakat melihat di bagian belakang rombongan seorang prajurit menghela kudanya lebih lambat.
Tidak berpikir panjang, dia segera bersiap menyergap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat memberi isyarat pada rekannya untuk bersiap untuk mengganggu, memecah perhatian mereka. Lelaki ini memperhitungkan, setelah konsentrasi Pemisah Hujan dan kawannya diganggu dengan serangan mendadak, dia bisa bertindak leluasa. Sementara Sembilan Belantara akan mengganggu kuda tunggangan mereka untuk lari kearah yang telah mereka persiapkan. Bukan tanpa alasan julukan Sembilan Belantara disematkan pada lelaki beruban ini, kondisi hutan dan seluk beluknya, dia memahaminya secara mendalam. Kuda yang memiliki kekang, memang bisa berlari atas kehendak yang penunggangnya, tapi jika kuda lepas kendali"
Lima-empat-tiga-dua, lalu langkah terakhir" kuda-kuda itu telah melewati bubuk yang sudah ditebarkan oleh Sembilan Belantara. Bukan bubuk beracun, hanya lada dengan cabai kering" nafas kuda yang dipacu kencang, akan membuatnya memiliki daya sedot amat kuat saat menghirup udara, apa lagi pada saat itu kepala kuda menunduk lebih rendah, debu-debu bubuk cabai dan lada tersedot masuk kehidung, dan membuatnya tersendak. Meringkik dengan kaki depan terangkat. Kuda serupa manusia, kondisinya juga bisa dibilang sama dengan yang dialami manusia saat tersendak cabai"
batuk-batuk tak karuan. Bedanya, kuda-kuda itu melampiaskan dengan cara membuang beban di
punggungnya. Pemisah Hujan menyadari situasi ini tidak wajar, dengan cekatan lelaki ini melompat dari punggung kuda, dan menepuk leher kuda yang ditunggangi muridnya. Dia tidak memikirkan orang lain, prioritas pertama adalah sang murid.
Kekacauan akibat kuda yang gila sesaat itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Dua Bakat, pengawal pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urutan paling belakang segera disergap. Tidak membutuhkan banyak waktu untuk melepas baju pengawal itu, Dua Bakat sudah melolosinya dengan singkat.
Didunia persilatan, banyak orang yang ahli menyamar, Kepalan Arhat Tujuh selain ahli di bidang ilmu pukulan juga merupakan maestro dalam penyamaran, tapi satu-satunya ahli yang sanggup menyamar secara sempurna dalam tempo singkat, hanya Dua Bakat orangnya. Kali ini kuda yang semula ditunggangi pengawal itu telah berganti orang, sangat mirip dengan aslinya.
Kekacauan akibat gilanya kuda-kuda dapat diatasi, situasi sudah bisa dikendalikan. Pemisah Hujan memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan perlahan, sepertinya pada jalan-jalan yang akan dilalui ada banyak "penyakit" serupa.
Dan memang, kuda-kuda mereka berubah jadi liar dalam tempo hampir berurutan. Mengherankan, padahal sebelumnya mereka melewati jalur itu, tapi saat kepulangannya ada kendala yang tak terduga.
"Lebih baik kita melewati jalan yang lain." Kata lelaki paruh baya disebelah Pemisah Hujan.
"Tidak!" jawabnya pendek, "idemu, adalah hal yang mereka inginkan?"
Baru saja, ucapan itu dikatakan, kuda mereka mengamuk lebih hebat, kekacauan itu membuat Pemisah Hujan dan rekannya bekerja cepat melumpuhkan kuda-kuda mereka.
Disaat yang bersamaan, Dua Bakat juga tengah bekerja"
"Bibi?"!" Prawita Sari memanggil berulang kali. "Ada yang lihat kemana bibi Winarsih?" teriaknya lagi, dan itu cukup Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentak kesadaran Pemisah Hujan, ada yang tidak beres.
Tidak disangka bukan sang putri yang diincar, tapi malah Wianarsih"
"Guru" kita harus cari bibi!" rengeknya tanpa menyadari situasi sudah berubah.
Pemisah Hujan baru menyadari ada satu orang
pengawalnya yang berkurang, dan kali ini pembantu sang murid. Wajahnya menjadi beku, dia mengerti apa yang sedang terjadi, tapi tidak berupaya untuk menghentikannya. Karena dia lebih suka menangkap si pengganggu. Dalam benaknya sudah terpeta dengan jelas, pola kerja seperti ini, dilakukan oleh siapa.
"Tenanglah, dia akan kembali?"
Tidak berapa lama kemudian, nampak Winarsih keluar dari balik rimbunan pohon, sesaat dia sedang membenahi bajunya.
Prawita Sari menyadari pelayannya baru membuang air.
Tanpa suara, Winarsih nampak mengatakan "maaf" sambil tertunduk. Dengan ekor matanya, Pemisah Hujan juga menyadari pengawal yang tadi hilang sudah kembali sambil menarik kuda dengan bersusah payah, nampaknya tadi dia mengejar hewan itu.
Pemisah Hujan tidak menampilkan reaksi apapun diwajahnya. "Lanjutkan perjalanan." Katanya singkat. Dia berjalan paling belakang, sementara rekan sebayanya mengawal di depan. Sambil menuntun kudanya, Pemisah Hujan berjalan mendekati Winarsih. Hanya melewati saja, namun tiba-tiba jemarinya mencengkeram kearah payudara wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prawita Sari menjerit melihat tindakan sang guru, lebih-lebih Winarsih yang tidak menyangka tindakan itu, dia hanya memejamkan mata" ternyata cengkeraman itu tidak pernah sampai di tubuhnya.
"Hati-hatilah?" gumam Pemisah Hujan, ditangannya ada seekor ular hijau. Kepalanya hancur dijepit oleh jemari lelaki paruh baya itu. Entah darimana datangnya ular itu, tahu-tahu saja sudah menyelinap ke balik baju Winarsih.
Dengan wajah pucat wanita itu mengiyakan dan berterima kasih, tindakan Pemisah Hujan tak lepas dari para pengawal lainnya yang menatap dengan tegang. Mereka tidak menyadari rekan Pemisah Hujan tahu-tahu sudah menghilang bersama kudanya. Keheranan itu baru terpecahkan, saat perjalanan hampir mencapai ujung hutan, ternyata orang itu sudah menunggu disana.
Melihatnya, membuat Pemisah Hujan tersenyum, jemarinya kembali mencengkram Winarsih, kali ini mengarah wajah dengan deru angin menggidikkan. Bagi orang yang memiliki ilmu setinggi Pemisah Hujan, serangan yang dilakukan boleh dibilang berlebihan, untuk menjangkau lawan yang hanya dua langkah disampingnya, dia tidak perlu mengerahkan tenaga sampai menggebu suara.
Tapi kali ini Pemisah Hujan tidak menarik serangannya lagi, Winarsih-pun menyadari serangan itu bisa mencabut nyawanya. Pemisah Hujan tidak memperhatikan apakah wanita itu akan menghindar, lelaki ini lebih memperhatikan para pengawal lain, dan memang benar" serangannya itu, membuat dua pengawal lainnya menyerang dia, sementara Winarsih berhasil menghindar, dan melompat mendekati Prawita Sari, jemarinya meraih lengan tangan gadis itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi alangkah kagetnya, saat tangan sang gadis menghindar balas mengibas kearah wajah Winarsih. Kibasan itu tidak mencerminkan kesan bahwa hawa sakti si gadis yang masih cetek, serangan itu menghimpunan tenaga yang sangat kuat. Winarsih berseru kaget, apalagi saat melihat dua orang rekannya juga terdesak hebat dibawah gempuran Pemisah Hujan. Dia bersuit dan segera mengundurkan diri, dua orang penyerang lainnya pun mengikuti tindakan itu. Beberapa gumpal benda dibanting, menyebabkan asap kelabu beraroma pedas. Prawita Sari nampak mengibaskan tangan berulang kali, dalam sekejap asap kelabu terhempas sirna, dan orang-orang yang menyamar itupun turut sirna. Situasi agak gaduh saat menyadari akibat yang ditimbulkan asap itu membuat mata pedih.
"Basuh kelopak kalian dengan ludah!" buru-buru Pemisah Hujan mengingatkan. Dia tidak berminat mengejar mereka, justru menyongsong rekannya yang sedang menunggu diujung hutan.
"Guru, permainanmu sangat menarik!" seru "sang rekan"
yang membuat beberapa pengawal tersisa terkejut.
Ternyata entah sejak kapan sang rekan, sudah berganti menjadi Prawita Sari, dan orang yang menjadi "Prawita Sari"
tentu saja adalah rekan Pemisah Hujan.
"Sejak kapan guru menyadari ada orang yang mengincar diriku?" Tanya gadis itu.
"Setelah aku menemukan keanehan di rumah singgah,"
jawab gurunya. Dia memandang berkeliling, beberapa orang terlihat muncul dari balik pohon, mereka tidak mendekat hanya memperhatikan Pemisah Hujan. "Apa yang kalian temukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada jejak, kecuali kami menemukan wanita dan tiga orang pengawal yang dilumpuhkan." Sahut orang itu, dan mereka kembali lenyap di balik rimbunan pohon. Sudah menjadi kewajaran jika kemanapun sang putri melangkah, ayahnya akan mengirimkan orang-orang paling baik untuk melindungi, baik secara terang-terangan atau tersembunyi.
"Ada satu orang yang tidak muncul?" gumam Pemisah Hujan.
"Dia tentu berpikir ulang saat melihatmu bisa menguraikan keadaan di rumah singgah itu." Sahut rekannya yang sudah mengganti riasannya.
"Apakah dari awal guru tahu, ada orang yang memalsu pengawal?" Tanya Prawita Sari penasaran.
"Tidak. Aku hanya mengenal ada aroma tubuh yang berbeda. Jadi, sudah jelas itu bukan orang kita " sederhana sekali." Cetusnya membuat sang murid manggut-manggut.
Pantas saja sang guru sempat mengendus tiap orang sebelum mereka berangkat. Rupanya itu caranya "mengenal" orang.
Pada saat Dua Bakat masuk dalam rombongan, Pemisah Hujan menyadari ada orang asing bersama mereka. Manakala kuda-kuda mereka meronta, dan keadaan menjadi ricuh dia memberi isyarat kepada rekannya untuk bertukar posisi dengan Prawita Sari"keadaan itu dilakukan bertepatan dengan masuknya Empat Serigala dan Tujuh Ruas menggantikan posisi para pengawal lain yang sudah mereka lumpuhkan, dan dilempar kedalam semak. Sang murid merasa permainan ini menarik, diapun segera melakukan perintah gurunya, sementara rekan Pemisah Hujan cukup berkuda didepan Winarsih dengan atribut yang dikenakan Prawita Sari, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak perlu menyamar, cukup menutup wajahnya dengan selendang"seperti kebiasaan wanita bangsawan pada umumnya. Sebelumnya, Pemisah Hujan sangat keberatan dengan pengawalan tambahan yang dilakukan oleh sembilan prajurit dibawah perintah ibu muridnya, tapi dengan kejadian ini, dia malah bersyukur, muslihatnya bisa berjalan dengan baik. Masing-masing pihak saling mengatur cara untuk menjebak satu sama lain, tapi kesudahannya tak satupun dari mereka yang mendapatkan hasil.
Sembilan Belantara menyaksikan dari kejauhan berlalunya rombongan itu, dia sudah bersusah payah menyiapkan jebakan pada jalanan yang lain. Tapi apa boleh buat, jebakannya tak sempat digunakan. Pemisah Hujan terlalu cerdas untuk terpancing kedalam siasatnya.
Dia kembali ke pondok persinggahan, masuk begitu saja.
ketiga temannya pun sudah ada disana, duduk terpekur. Bagi orang lain, kegagalan rencana yang didapat tadi cukup untuk merontokkan semangat, tapi tidak bagi mereka. Keempat orang itu selain memiliki perhitungan jitu, juga menguasai psikologi lapangan. Jika orang lain akan beranjak jauh-jauh dari pondok itu, mereka justru kembali kesana. Logikanya mudah, seorang pencuri tidak akan bersembunyi di rumah yang dia curi. Tinggal membalik kebiasaan itu, sudah cukup bagi mereka untuk mengelabui banyak orang. Yang mereka kawatirkan hanya satu, kegagalan ini apakah bisa ditoleransi"
Dua Bakat meraba pinggangnya, disana ada benda titipan dari Anusapatik yang akan diberikan pada tuannya. Pikirannya melayang, dia masih terngiang kalimat tuannya, bahwa; alasan muridnya menggunakan jasa mereka adalah karena namanya sangat berharga" Tapi berharga untuk siapa" Dua puluh tahun cukup untuk mengubur kenangan buruk tentang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, adakah yang masih mengingatnya hingga sekarang"
Siapa dia" Pusing kepala Dua Bakat memikirkan itu.
"Kalian gagal?" sebuah suara mengejutkan mereka. Lelaki gagah perkasa itu sudah duduk di belakang mereka tanpa disadari kehadirannya. "Aku ingin mendengar setiap detail laporanmu?"
Menata debar jantungnya yang tak teratur, Dua Bakat menghirup nafas dalam-dalam. Akhirnya ia menuturkan semua yang dilihat dan didengarnya.
"Bagus! Bagus! Bagus!" berturut-turut lelaki itu memujinya.
Tadinya mereka pikir akan ada kemarahan atau nada sinis, ternyata tidak. Suara orang itu seperti sedang Tentu saja mereka tak mengerti apa maksudnya. "Aku memang sudah menyangkanya, jika orang itu ikut, kau tak akan berhasil!
Lebih dari itu, aku hanya memastikan saja" aku hanya memastikan saja" bagus sekali!" katanya berulang-ulang
"Jadi, bagaimana?" Tanya Dua Bakat merasa marah, tapi ditahannya perasaan itu. Dia cukup sadar, kemampuannya belum bisa memadai murid tuannya.
"Tidak ada apa-apa lagi?"
"Maksudnya?" Dua Bakat benar benar tidak mengerti perilaku orang itu.
"Untuk saat ini, tak ada yang harus kau lakukan. Tapi terhitung satu bulan dari sekarang menculik Prawita Sari adalah keharusan!" kata lelaki perkasa ini dengan nada dalam, senyumannya sudah menghilang dari bibirnya.
Dua Bakat ternganga, "Tapi.. Tapi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saat ini dan esok hari tentu berbeda. Aku cukup mengenal reputasimu, dan untuk yang berikutnya aku tidak ingin mendengar berita kegagalan!" dari tempat duduknya lelaki ini menggerakkan tangan seperti melambai, akibatnya luar biasa" keempat orang yang memiliki kemahiran hebat itu tersedot seperti daun kering, mereka tidak sempat mempertahankan diri, karena semua itu begitu mendadak.
Tap-tap! Sebuah totokan bersarang di ulu hati masing-masing.
"Uhhuk?" empat orang itu terbatuk-batuk sampai rasanya ingin mutah, tapi tak bisa juga, yang keluar hanya dahak.
Perut rasanya kembung, dan rasa pahit menjalar ke tenggorokan.
"Apa yang kau lakukan"!" seru Dua Bakat masih terbatuk-batuk.
Lelaki itu tersenyum, "Bukan apa-apa, hanya kuberikan cara supaya kalian menghamba padaku dengan ikhlas."
Mereka saling pandang, tiap orang memiliki perasan yang sama: "penjara" lama mereka tenyata lebih menyenangkan.
"Kalian akan tergantung padaku, tiap dua minggu sekali"
kalian harus menjumpaiku untuk sedikit melonggarkan ikatan pada jantung."
Nasi sudah menjadi bubur, perkataan lelaki itu membuat mereka serasa mengalami d?jav?, ya" pada masa lalu pemilik Pedang Tetesan Embun juga mengancam mereka dengan hal semacam itu, bedanya; dia menginginkan supaya mereka terpojok dan tidak banyak melakukan banyak hal"jika tak ingin mengatakannya sebagai bertobat. Kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibandingkan dengan lelaki ini, prilaku pemilik Pedang Tetesan Embun jauh lebih baik.
"Di..dimana kami bisa menemukanmu?" Tanya Sembilan Belantara.
Lelaki itu tertawa pendek. "Kalian bisa mencari jejakku dengan upaya yang keras." Dengusnya datar.
Rupanya kedatangannya kali ini hanya untuk "mengikat"
empat orang itu, tanpa memberi kesempatan Dua Bakat sekalian untuk bertanya, bayangannya sudah lenyap ditelan temaran sore.
"Semoga tuan bisa menolong kita?" gumam Tujuh Ruas merasakan perutnya mulai penuh dengan angin, dan hampir bersamaan mereka berempat melepas kentut, makin banyak kentut, makin membuat perasaaan lega. Nampaknya bunyi
"dut-pret" yang saling bersahutan, akan bertahan cukup lama.
===0~Didit~DewiKZ~0=== 107 " Domino Effect : Tugas Aneh
Pagi hari sudah dijelang, Dua Bakat sekalian sudah bangun dengan perasaan yang tidak nyaman, selain perut masih berasa kembung, tenggorokan juga terasa lebih pahit.
"Kalian sudah bangun?" sebuah suara menyapa, membuat mereka bergegas bangun.
"Tuan?" serempak mereka menyapa orang tua berwajah teduh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan tugasmu?"
Dua Bakat merapikan bajunya sesaat, lalu dia mengisahkan semua kejadian dari awal sampai akhir. ?"
begitulah, ternyata murid tuan hanya bermaksud melihat situasi, saya pikir semula dia ingin melihat kesigapan para pengawal gadis sasarannya, tapi saya kira bukan seperti itu tujuannya."
Orang tua itu terlihat diam sambil termenung, semua langkah 'murid' yang sudah diajari banyak hal tentang pengetahuan milik keluarganya, membuat dia bangga berbareng kecewa. Dia bangga melihat lelaki itu bisa mengembangkan ilmu totokan yang amat rumit menjadi sebuah kemahiran yang sangat khas, dan itu hanya di miliki dia sendiri"itu bisa dilihat dari jenis totokan yang menimpa Dua Bakat sekalian. Tapi disisi lain, dia kecewa karena orang itu tak lagi bisa di kendalikan.
"Kalian lakukan saja apa maunya, itu akan menguntungkan bagiku untuk mencari strategi untuk menghentikannya."
Dua Bakat mengiyakan. ?" apakah tuan dapat
menyembuhkan totokan ini?" tanyanya berhati-hati.
Lelaki itu itu sudah menyangka anak buahnya akan bertanya begitu. "Sayang sekali, aku tidak dapat" totokan yang menimpa kalian adalah kemahiran khas keluarganya.
Aku tidak menguasainya." Tentu saja jawaban itu hanya untuk menyelamatkan mukanya sendiri, pada hakikatnya dia kurang percaya diri untuk membuka totokan yang bersumber dari ajarannya"tanpa membuat Dua Bakat sekalian menderita atau mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki tua itu memberi isyarat supaya selain Dua Bakat untuk keluar, tanpa membantah ketiga orang itu keluar. "Apa yang kau dapatkan dari Anusapatik?" tanyanya setelah dalam ruangan hanya tinggal mereka berdua.
"Ini tuan?" Dua Bakat menjawab sembari mengangsurkan benda yang dia dapatkan dari Anusapatik.
Lelaki tua ini melihat barang itu dengan termangu sesaat, sebuah helaan nafas yang sarat makna mengiringi jemarinya saat membuka bungkusan. Dua Bakat bisa melihat, ternyata dalam bungkusan itu hanya potongan-potongan besi, segumpal rambut, dan gagang pisau serta lipatan kulit yang diduga berisi surat. Dua Bakat memperhatikan tindak tanduk tuannya yang dirasa cukup aneh, sebab dia juga mengeluarkan bungkusan serupa dari balik bajunya. Caranya membungkus dan warna bungkusan itu sama persis. Dua Bakat tidak tahu, entah maksud apa yang tersembunyi di balik itu semua. Sang tuan membuka bungkusannya sendiri, isinya: kepingan kayu dengan lekukan bermotif segi lima terpahat didalamnya, ikat rambut, sarung pisau, dan lipatan kulit.
Masing-masing lipatan kulit itu di bentang dan di satukan satu sama lain, Dua Bakat bisa melihat jika itu adalah gambar peta. Terlihat seulas senyum di bibir tuanya.
"Kau siap dengan tugas kedua?"
Dua Bakat tergagu dengan pertanyaan sang tuan. "Apakah itu memakan waktu?" sahutnya dengan terbata.
"Tergantung caramu kerja?" ujarnya menjawab dengan sedikit tidak senang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon ma-maaf tuan, bukan bermaksud menolak?"
katanya buru-buru menyadari nada ketidaksukaan sang tuan.
"Masalahnya, tiap dua minggu saya harus menjumpai murid tuan untuk melonggarkan akibat totokannya?"
Lelaki tua ini menyumpah dalam hati, dia tidak menyangka orang yang pernah diharap menjadi kaki tangan paling diandalkan, ternyata menjadi salah satu batu sandungannya.
"Kau bisa gunakan teman-temanmu untuk melajak jejak muridku. Toh tugasmu untuk menculik Prawita Sari masih satu bulan lagi." Katanya seolah tidak perduli.
"Ba-baiklah?" katanya dengan nada apa boleh buat. "Apa yang ingin tuan tugaskan?"
Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lelaki tua berwajah teduh itu memasukan potongan-potongan besi yang di dapat dari Anusapatik kedalam kayu yang terlihat seperti cetakan itu. Ternyata potongan besi itu dengan sempurna mengisi legokan berbentuk segi lima dalam kayu itu. "Serahkan benda ini pada kasir bendahara kerajaan."
Sambil menerima kayu yang sudah diisi potongan besi Dua Bakat mengeluh dalam hati, untuk menyerahkan benda itu, tidak semudah kelihatannya. Paling tidak dia harus menyamar belasan kali sebelum sampai kehadapan kasir. Pekerjaan itu bukan hal yang menyulitkan buatnya, tapi mengamati situasi untuk mendapatkan samaran yang tepat saat menjumpai si kasir, jelas masalah yang lebih pelik.
"Berikan ini, pada petugas pengurus bendungan." Lelaki tua itu memberikan gumpalan rambut yang sudah diikat rapi oleh ikat rambut tuannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat mengiyakan, dia cukup tahu bendungan yang dimaksud tuannya.
"Terakhir, kau cari sebuah besi yang pas dengan sarung dan gagangnya di Pasar Larih, lalu kau minta tukarkan itu dengan sebatang pisau dapur."
Dua Bakat manggut-manggut. "Tuan, boleh saya bicara?"
ujarnya ragu, di masa lalu perintah tuannya tidak boleh di bantah, dan ditanyakan.
Wajah lelaki tua ini nampak membayangkan kemarahan, namun hanya sedetik saja. Dua Bakat tidak menyadari itu.
"Kau mau bertanya?"
"Betul tuan, ma-maaf jika saya harus bertanya. Apakah saya harus melakukan ini sesuai urutan" Atau saya lakukan lebih dulu mana-mana yang lebih mudah?"
"Mana yang menurutmu mudah, lakukan saja." jawab sang tuan singkat.
"Ma-maaf tuan" selama dua puluh tahun otak ini tidak dipakai dengan semestinya, saya kawatir banyak pertimbangan yang menjadi tumpul. Apakah tidak ada tindakan lain yang harus saya lakukan daripada yang sudah disebutkan tadi saya berharap, semua tindakan tidak lagi ditafsirkan ulang" khawatir otak saya tidak sanggup lagi.
Malah membuat rencana tuan gagal?"
Lelaki tua itu tertawa pendek. "Tidak, lakukan saja seperti yang kukatakan. Setelah kau melakukannya, kau tinggal menanti di tempat ini. Aku akan datang dengan tugas terakhir, selanjutnya, kau bebas!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat terkesima, tapi diapun menyadari bebas dari sang tuan, bukan berarti bebas dari muridnya" benar-benar ucapan tidak berguna. Tentu saja dia tidak akan menyampaikan keluhan itu pada tuannya. Hanya sebuah keluhan yang tersimpan dalam hati.
"Terima kasih." Hanya itu yang bisa di ucapkannya, sepasang matanya menatap tubuh tua sang majikan yang lenyap dari balik pintu. Hatinya terasa sangat gundah. Pagi itu dia mengatur segala sesuatunya untuk melacak jejak murid sang majikan. Semuanya di serahkan pada ketiga rekannya, sementara dia sendiri harus melakukan semua tugas yang gampang-gampang susah dari sang tuan.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Semua tugas yang di perintahkan sang majikan, seluruhnya ada di dalam Kota Skandhawara"Pusat Pemerintahan Kerajaan Kadungga, menurut Dua Bakat ini sebuah keberuntungan. Sebelum memasuki pusat kota, menuju kearah timur ada Bendungan ?ubham, memang tidak keliru dinamakan seperti itu, karena berarti; kebahagiaan.
Bendungan ?ubham mendatangkan kebahagian bagi semua penduduk, baik dia berprofesi sebagai: nelayan, tukang pancing, pencari pasir, sampai petani, semua merasakan manfaat dari Bendungan ?ubham.
Konon, arsitek yang membangun Bendungan ?ubham didatangkan dari Negeri Majusi, bangsa yang kebanyakan penduduknya menyembah matahari. Pembangunan
bendungan itu sendiri memakan waktu hampir sepuluh tahun, mengingat sungai yang dibendung begitu deras. Dua Bakat melihat dari tepi sungai kemegahan bendungan itu, sebuah bangunan yang melintang sepanjang 75 tombak (150 meter) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ketinggian hingga 15 tombak, lebar bendungan itupun membuatnya berdecak, 5 tombak. Entah berapa banyak tenaga dan biaya yang di butuhkan untuk membangun sebuah karya yang sangat bermanfaat itu.
Mata Dua Bakat jelas lelah memperhatikan orang-orang yang sekiranya akan dia berikan barang titipan tuannya.
Empat kali dirinya menyamar untuk bertanya siapa gerangan petugas pengurus bendungan, ada dua jawaban berbeda, tapi ada tiga orang menjawab lebih banyak pada satu nama, dan dia memutuskan untuk menunggu orang yang bernama Tusarasmi. Hampir saja Dua Bakat tertawa saat menyadari itu adalah nama seorang lelaki. Tusarasmi berarti bulan, lebih cocok digunakan untuk wanita. Persetan amat! Yang penting tugasku selesai. Pikir Dua Bakat sambil berjalan memasuki penjagaan yang ada di seputar bendungan.
Kalau saja bukan Dua Bakat yang masuk, mungkin prosedur yang dilakukan para penjaga akan membuat siapapun kewalahan. Tapi wajah yang di gunakan Dua Bakat memang sangat familier bagi para penjaga, tentu saja tak satupun yang mempersulit lelaki yang kali ini sedang menyamar sebagai petugas ransum.
Begitu masuk, tanpa menjumpai kesulitan berarti; Dua Bakat berhasil menjumpai Tusarasmi, barulah dia paham kenapa orang itu dinamai "bulan", sebab wajahnya kelewat bundar, pipinyapun montok, saat tersenyum matanya terpejam ditelan lekukan pipi yang mengembang. Sekilas orang itu terlihat sangat ramah, tapi Dua Bakat tak bisa dibohongi dengan penampilan semacam itu, hawa orang yang sering membunuh dengan yang tidak pernah, bisa dia bedakan dengan sangat jelas. Dan orang itu benar-benar membuat bulu kuduk Dua Bakat meremang. Satu pertanyaan besar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali timbul di benaknya, kenapa tuan harus menghubungi orang-orang semacam itu" Tapi Dua Bakat tak sanggup menduga apa yang akan di lakukan tuannya, dari pada pusing memikirkan, dia lebih suka mengerjakan tanpa berpikir!
"Oh, kau" ada apa?" Tanya Tusarasmi dengan suara yang membuat Dua Bakat ingin segera berlalu dari tempat itu, suara lelaki gemuk berwajah bulat itu, persis suara wanita, sayangnya lebih melengking dan persis tikus terjepit pintu!
Dua Bakat tak menjawab sepatah katapun, dia
menyerahkan sebuah bungkusan dari kain, didalamnya terdapat rambut yang sudah diikat rapi. Tusarasmi menerimanya dengan alis menjengit, diperhatikan wajah "anak buahnya" sekilas, lalu dia membuka perlahan.
Bukan ekspresi terkejut yang di lihat Dua Bakat, melainkan tawa yang amat lebar, membuat Dua Bakat mengira orang itu bisa memakan buah kelapa sekali telan.
"Bagus! Bagus!" katanya entah berapa belas kali, lalu dari laci mejanya dia mengeluarkan kain hijau, dan membungkus rambut itu. Begitu selesai, dia membuang bungkusan berisi rambut itu keluar jendela. Lontarannya ringan, tapi Dua Bakat bisa menyaksikan lontaran itu disertai dengan desakan hawa sakti yang cukup besar, membuat kain yang berbobot ringan itu terlontar jauh, sebelum akhirnya jatuh dan hanyut dibawa arus sungai.
Tidak menyaksikan lebih lanjut, Dua Bakat segera memutuskan untuk pergi.
"Tunggu!" lengking suara itu membuat langkah Dua Bakat terhenti. Lagi-lagi si wajah bulat itu mengeluarkan sesuatu dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lacinya. "Gunakan ini saat kau mengambil barang paling sulit!"
sebuah benda dilemparkan dengan lambat kehadapan Dua Bakat, tidak ada pilihan lain selain harus menyambutinya.
Sebuah bola berwarna hitam dengan permukaan yang sangat kasar, benda itu tidak besar, hanya seukuran jempol kaki. Dan itu sangat mirip dengan bola kabut asap yang pernah dia lemparkan pada Pemisah Hujan. Hanya saja, benda dari si wajah bulat itu, bobotnya lebih berat.
Dua Bakat mengangguk tanpa berkata apa-apa. Beberapa saat kemudian dia sudah berada jauh dari bendungan megah itu. Langkah kakinya sudah membawanya kesebuah pasar.
Dua Bakat sudah pernah ketempat itu sebelumnya, itu terjadi sudah begitu lama. Dan Pasar Larih nampaknya belum banyak berubah, kecuali beberapa penambahan bangunan kecil di sayap barat.
Dia tahu"kalau belum pindah, penjual besi, tosan aji, benda-benda kebutuhan sehari-hari ada tepat di pojok kiri pasar, tempat paling jarang di injak orang. Maklum saja, tidak setiap hari orang membeli pisau dapur.
Satu los bagian belakang pasar di pojok kiri, hanya terdapat empat pande besi, satu kios yang menjual tosan aji tampak sudah tutup. Siang itu, suasana cukup ramai, sedikitnya ada belasan orang sedang memilih-milih barang. Dua Bakat memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai kecil di luar pintu keluar pasar, dia memesan teh.
Matanya berkeliling menyapu mencari bangku kosong, sayangnya hanya tinggal satu, apa boleh buat Dua Bakat mengambil tempat itu, kebetulan di seberang meja seorang pemuda sedang asik menyantap hidangan ayam bakar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan?" pemuda itu menawari Dua Bakat, membuat lelaki yang sudah terbiasa sendiri dan dalam dua puluh tahun terakhir ini bahkan tak pernah bermasyarakat, tergagu sejenak. Kebaikan yang sangat alami dari kaum awam cukup menyentuh hatinya, dengan mengangguk seraya tersenyum, dia tidak berkata apa-apa.
"Kedai ini memiliki masakan panggang terbaik." Ujar pemuda itu masih sambil mengunyah. "Tuan, saya sarankan anda memesan nasi campur dengan ayam panggang"
sambalnya enak sekali.." berkata begitu, pemuda ini melambaikan tangannya. "Pelayan, dua porsi lagi!" katanya.
"Aku mentraktirmu?"
"Jangan!" seru Dua Bakat terkejut melihat betapa luwesnya pemuda itu, keramahan yang tak pernah di rasa itu membuatnya lupa menaruh waspada.
Pemuda itu nampak tertegun, penolakan lelaki itu terlihat begitu tegas dan agak sedikit tegang. "Jangan kawatir tuan, aku memiliki cukup uang untuk mentraktir dua puluh orang dengan hidangan terbaik" bukan berarti aku orang kaya, tidak! Aku baru saja mendapatkan bayaran tambahan dari majikanku."
Dua Bakat memperhatikan pemuda itu, dari posturnya"
meski sedang duduk, dia bisa menebak tinggi pemuda itu sekitar 6 kaki (183 cm), dibandingkan dirinya jelas, pemuda itu lebih tinggi satu kepala"mungkin lebih. Penampilannya bersahaja, seperti pekerja pada umumnya. Tenang, orang seperti itu tidak perlu diwaspadai, pikir Dua Bakat merasa geli dengan perasaan yang tiba-tiba membisikan kewaspadaan.
Merasa kekawatirannya berlebihan, dia memperhatikan lebih lanjut, pemuda ini seperti kebanyakan orang, Dua Bakat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa pemuda itu terlihat ramah, bibirnya terulas gurat senyum tak senyum, di dagunya terdapat gurat luka dengan belahan tipis. Hal yang paling menarik adalah, mata jernihnya yang cemerlang.
"Kalau kau bersikeras, baiklah!" kata Dua Bakat merasa tak enak untuk menolak.
Pemuda itu tersenyum, dua porsi hidangan ayam bakar menggoda hidung Dua Bakat untuk mencicipinya. Masa lalu yang membuatnya selalu harus waspada, membuat tiap tindak-tanduknya selalu berhati-hati, lidahnya mencicipi sedikit. Beragam racun dia sudah mengenal rasa dan aromanya, kali ini dia tidak menjumpai hal itu.
"Hahaha?" si pemuda tertawa lepas. "Begini caranya makan ayam panggang!" Katanya sembari menyikat paha ayam dalam gigitan besar. Tidak banyak bicara, seluruh hidangan sudah berpindah ke dalam perutnya, dengan duduk bersandar pada dinding kedai pemuda itu nampak mengeluarkan uang.
"Tuan, jika kau ingin menambah, kembalianku masih cukup untuk satu porsi lagi." Katanya sembari berdiri setelah menghabiskan minumannya. Tanpa banyak cakap, pemuda itu pergi begitu saja.
Dua Bakat merasa berkesan dengan pertemuannya dengan pemuda itu, namun itu hanya sebuah jeda "hiburan"
disela-sela tugas-tugasnya yang aneh. Tidak menyia-nyiakan kebaikan hati pemuda itu, dia menambah lagi.
Satu jam sudah dilalui dengan menyenangkan, perut berisi membuat pandangan mata dan pertimbangannya lebih fokus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat memutuskan untuk mencoba satu demi satu para pande besi yang menjual beragam senjata dan alat kebutuhan sehari-hari itu. Jika mereka sama seperti Tusarasmi, apa yang menjadi nilai tukarnya tentu senada dengan yang di berikan lelaki berwajah bagai bulan itu.
"Aku mencari besi yang tepat dan seukuran." Kata Dua Bakat pada salah seorang pande besi. Orang itu mencari-cari pisau yang panjangnya sama dengan sarung (dan gagang) yang diberikan Dua Bakat.
Pande besi itu tidak memiliki benda yang seukuran, dia berteriak pada kawan penjual lainnya, merekapun tidak memiliki.
"Sayang sekali, tidak ada barang seperti yang kau kehendaki?" kata pande besi itu sambil meneruskan mengasah pisau dapur.
Dua Bakat mengangkat bahunya, ternyata tugasnya cukup menguras kesabaran juga. Dia berdiri setelah membenahi sarung pisau dan gagangnya, bersiap pergi.
"Tunggu tuan," tiba-tiba seorang pande besi memanggilnya, orang itu nampaknya sudah tua betul, jenggotnya menjela sampai kedada. Begitu mendekatinya Dua Bakat tahu, jenggot itu bukan bulu yang tumbuh di dagunya secara alami. Diam-diam dia tersenyum senang, nampaknya dia adalah orang yang dimaksud tuannya.
"Ya?" Dua Bakat mendekatinya.
"Mungkin aku punya, mari pinjam sarungnya" biar kuukur lebih dulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tegang Dua Bakat memperhatikan.
"Bagus! Bagus!" orang itu berkata berkali-kali, kejadiannya sama persis saat dia berhadapan dengan Tusarasmi. "Benar-benar pas!"
"Ya, sangat pas!" timpal Dua Bakat, dia memperhatikan sekelilingnya, tak ada yang memperhatikan mereka. "Aku minta pisau dapur?" katanya seraya memasukkan besi baru itu kedalam sarungnya, sebuah pisau bersarung lengkap sudah. Dengan cekatan pande besi itu menukar pisau bersarung itu dengan pisau dapur yang diberi sarung pula dengan dibungkus kain. Dua Bakat sempat melihat dalam bungkusan itu, terdapat sebuah benda yang sama persis dengan pemberian Tusarasmi, bedanya; benda itu berwarna merah.
"Gunakan sebelum hijau." Bisik pande besi itu sembari menghitung uang yang diberikan Dua Bakat, ada beberapa koin perak sisa kembali dari pemuda yang tadi mentraktir, ikut diberikan pada pande besi itu.
Dua Bakat bergegas pergi, dia akhirnya tahu urutan benda-benda yang akan dia dapat dari penukaran-penukaran itu. Dan urutan penggunaan benda bulat sebesar jempol itu adalah; Merah-Hijau-Hitam. Dia sudah mendapatkannya, tinggal satu benda berwarna hijau yang menurutnya akan membawa pada petualangan menegangkan.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
"Sudah saatnya?" gumam seorang pemacing, setelah berhasil mengail kain hijau yang terapung dipermainkan derasnya arus sungai. Kain itu jelas datang dari bendungan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nun jauh di hulu sana. Tubuhnya segera melesat diantara rerimbunan pohon beringin di tepi sungai.
Dua puluh tahun terakhir, dia sudah menjadi pemancing.
Awalnya dia adalah salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan, tapi gara-gara pemilik Pedang Tetesan Embun, terpaksa dia harus menyaru menjadi tukang pancing sialan. Itu tugas yang diberikan oleh pimpinan tertingginya, tugas yang seharusnya bisa dilakukan oleh orang lain, tapi apa boleh buat" sang pimpinan memutuskan untuk membunuh seluruh anak buah yang tidak berguna, dan menggunakan tenaga yang lebih segar. Meski dirinya termasuk orang yang sudah memutuskan untuk mengabdi setulus hati pada sang pimpinan, sebutir racun berkala tetap harus dia telan, sebuah racun yang membuat dirinya harus tiap bulan menghadap pada pimpinan untuk memberikan laporan. Benar-benar racun bangsat, pikirnya geram.
Untungnya sekarang sudah saatnya kami bergerak!
"Kabar bagus!" kata pemancing ini pada sosok penjual aren. Hari itu begitu banyak orang mampir kekedainya, dia tidak bisa bersikap menghormat pada lelaki tua yang bermulut menggoreskan senyum itu.
"Kau mendapatkan hasil pancingan?" Tanya pemilik kedai sambil menuangkan minum.
"Ya, ikan yang sangat besar!" katanya dengan antusias.
Pemilik kedai manggut-manggut sambil menuangkan bumbung bambunya kembali. "Ah, arennya habis" maaf tuan-tuan, sebentar lagi saya akan tutup. Harus menderes aren untuk persediaan esok hari!" katanya dengan nada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat sungkan dan memohon-mohon maaf pada para pelanggannya.
Beberapa tamu yang baru masuk nampak kecewa, dalam kedai tinggal beberapa orang, dan selekasnya menghabiskan minuman, mereka pergi. Kini, tinggallah pemilik kedai dengan pemancing itu berdua.
"Mana?" ujarnya dengan nada yang berkesan sangat menekan, jauh berbeda pada saat melayani pelanggan.
Pemancing itu menyerahkan kain hijau yang dia dapatkan, ikat kain itu terbuat dari kain berwarna kuning emas. Begitu dibuka, pemilik kedai aren itu tertawa dingin, wajahnya menyembulkan kekejaman.
"Mulai malam ini, kita menghubungi seluruh kawan-kawan seperjuangan!"
Pemancing itu tak begitu atusiasi, dia hanya menggumam saja.
"Aku tahu" aku tahu!" seru pemilik kedai aren dengan senyum masih mengembang. "Ini penawar untukmu, jika satu tahun kedepan kau masih hidup, aku akan membebaskanmu secara utuh!"
Mata Pemancing itu bercahaya, dua belas butir obat penawar racun cukup membuat semangatnya bangkit. "Aku bersumpah! Cita-cita kita yang dulu tertunda kali ini tak akan terhalang lagi!"
Sedetik sepeninggalan mereka, kedai aren itu terbakar tanpa sisa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Pandai besi itu mencabut jenggot palsunya, dalam ruang kerjanya dia membakar ujung sarung pisau dan gagangnya, yang didapat dari orang asing tadi. Sebuah api berwarna kehijauan membuatnya yakin, dengan berhati-hati disayatnya sarung pisau itu, sebuah lembaran rontal tergores tinta merah, membuatnya tersenyum.
"Tuan benar-benar sudah kembali?" pikirnya, segera mengganti bajunya. Dia sudah tahu tugas apa yang harus dilakukannya.
Perkumpulan Pratyatara adalah tujuan berikutnya, dia harus menyebarkan berita yang membuat pemilik perkumpulan milik Jung Simpar heboh karenanya. Jung Simpar, Jung Simpar.. kau bersumpah tidak pernah keluar meskipun ada berita paling menarik, tapi aku akan membuatmu keluar dari sarang anjingmu! Pikir pande besi ini dengan seringai bagai serigala.
Langkahnya tegap saat meninggalkan rumah yang disewa sebagai bengkel menempa besi. Tidak heran lelatu api yang masih banyak menyala tiba-tiba menghanguskan seluruh bangunan. Janda pemilik rumah itu hanya bisa menghela nafas penuh kesedihan. Kerugiannya memang tidak seberapa, tapi dengan terbakarnya rumah itu, artinya; lenyap sudah selimut malam yang membuat gairahnya berkobar tiap saat.
Ya, pande besi berjenggot panjang itu sangat pande...
membuatnya terbang kelangit tujuh" kali ini, dia mungkin akan mencari pande besi yang lain.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat menggunakan kemahirannya untuk menyerap informasi dalam beragam bentuk penyamaran, dan dia sudah mengerti jika kasir bendahara kerajaan hanya hadir satu minggu sekali, untuk melakukan beragam transaksi. Menurut informasi dari penjaga, hari kemarin adalah kehadiran kasir bendahara kerajaan. Dua Bakat mengeluh, sebelumnya dia sudah menghabiskan waktu tiga hari, jika harus menunggu enam hari lagi, bukankah waktunya akan sangat terbatas"
Sebab dia hanya punya lima hari sisa waktu untuk melonggarkan totokan dalam ulu hatinya. Selain jejak murid tuannya dirina juga belum tahu, apa lima hari cukup untuk menemui si kasir" Syukur jika cukup, kalau tidak" Dia harus membuang tujuh hari berikutnya dengan harap-harap cemas.
"Sialan?" makinya gemas.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Malam hari di Perguruan Merak Inggil nampak sunyi senyap, sesosok bayangan berindap-indap keluar dari perguruan itu. Gerakannya sangat cepat, tapi lesatannya nampak tak leluasa, sebab dia harus berhenti dan mencermati situasi. Memasuki Gunung Kumbhira, bayangan itu nampak sangat lega, sebab dia yakin tidak ada yang mengikutinya.
Tapi langkah kakinya surut selangkah, dia ingat betul"
hawa dingin itu, hawa dingin itu" wajahnya memucat, jemarinya mengepal dengan kencang.
Aku orang paling luar biasa, kenapa aku harus dipaksa sembunyi terus menerus" Geramnya dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kali ini aku tidak akan mundur, keluarlah!" bentaknya dengan nafas mengombak dada, pandangannya nyalang menyusuri kegelapan.
"Apa kau yakin?" tiba-tiba satu suara yang amat lembut membuat keringat dingin menitik di dahi orang tua itu.
"Jahanam!" gerungnya penuh amarah, tubuhnya
memancarkan sinar kekuningan, hawa panas berkobar meranggas membakar seputar lima puluh kaki darinya.
Batang-batang pohon yang terkena sengatan hawa panasnya, nampak tercabik dengan sayatan tipis dan amat halus.
"Tak ada gunanya kau kerahkan ilmu mustika Jari Sakti Tanpa Tanding, latihanmu memang sudah meningkat jauh dari waktu itu" tapi tetap tidak berguna!" saat kalimat "berguna"
lenyap, orang tua itu merasakan satu titik hawa dingin mengincar dahinya, cuma satu titik.
Dia ingat betul, ilmu itulah yang membuatnya tak bisa bergerak leluasa dalam sarangannya. Setitik serangan yang membidik dahinya membuat dia tak bisa berkonsentrasi, hawa saktinya berputar liar karena hawa satu titik itu menggoncangkan nalarnya. Putaran hawa saktinya yang tak terkendali jelas membuatnya gugup.
"Bangsat!" makinya dengan perasaan kacau, akhirnya dia memilih mundur, pada saat datang orang tua itu begitu cepat, saat kaburpun lebih cepat lagi.
Terdengar helaan nafas halus.
"Kenapa kau paksakan diri guru?" Tanya seorang lelaki pada wanita tua yang sedang duduk dengan mata terpejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak?" sekumur darah tumpah dari mulutnya.
"Guru?" seru suara wanita penuh rasa kawatir.
"Aku tidak apa-apa" hanya saja penyakit lamaku kambuh disaat bersamaan. Tidak disangka tua bangka itu berhasil menguasai puncak tertinggi dari tataran akhir Jari Sakti Tanpa Tanding. Jika dia bisa mendobrak rahasia-rahasia dibaliknya, aku kawatir jarang orang bisa menghadapinya. Kalian harus hati-hati?"
"Guru tidak perlu kawatir." Kata si lelaki dengan tegas.
"Dimataku ilmu mustika tak lebih dari sampah!"
"Ai" sejak kapan kau menjadi sombong seperti itu?"
Gumam sang guru membuat lelaki itu meminta maaf berkali-kali.
"Apakah dia siap menghadapi ini?" Tanya wanita tua itu dengan suara lemah.
Lelaki dan wanita itu saling pandang. "Saya yakin dia sudah sangat siap, semenjak terakhir kali kami bertemu, hingga saat ini kami tak sanggup mengendus jejaknya lagi. Dan agaknya lukayapun bukan halangan bagi dia." Kata sang wanita.
"Bagus" bagus" bagus" " gumamnya dengan tertawa perlahan, sambil tertatih perempuan tua itu di bimbing kedua muridnya, mereka menuju puncak Gunung Kumbhira dengan perlahan. Sebatang pedang yang menancap pada batu bergetar hebat, pancaran hawa amat dingin dari pedang itu tidak menggangu genggaman si lelaki saat menyedotnya dari jarak jauh, dia membelitkan begitu saja di pinggangnya.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
108 " Domino Effect : Tugas Terakhir (")
Dua Bakat tidak pernah tidur, sepanjang hari dia terus mencari informasi bagaimana cara mendekati bendaharawan kerajaan, tiap detik yang mendebarkan membuat sakit kepala menyerang kian hebat. Bendaharawan Kerajaan adalah orang nomor lima dalam hirarki kerajaan, sudah jelas untuk menemuinya seperti memanjat langit. Jika kau tidak punya koneksi orang dalam, sekedar mimpi bertemu sang bendaharawan jelas terlalu berlebihan. Dua Bakat sangat paham aturan itu, karenanya dia tidak pernah membuang waktu percuma untuk mencari orang-orang di sekitar sang bendaharawan. Saat memanjat pohon, ada baiknya kau membutuhkan tangga untujkyang memudahkan mencapai puncaknya.
Rengu, adalah satu nama yang dia dapatkan,
alamatnyapun sudah dikantongi. Sesuai namanya, tampang orang itu nampak keras dan terkesan bengis. Menurut informasi yang bisa di percaya, selain Rengu bisa jadi salah satu alat untuk bertemu sang bendaharawan, dia juga paling suka berjudi. Cara berjudi sangat unik; sabung ayam, dadu, gasing dan konon menebak ukuran dalaman wanita adalah kesukaannya.
Dua Bakat mutlak bukan orang suci, bisa dibilang bajingan kelas berat, menghilangkan nyawa orang-pun menjadi pertimbangan nomor dua puluh, dan pencuri ulung pula. Tapi, sepanjang ingatannya dia cukup menghormati wanita, itu karena dia sangat sadar, sebejat-bejatnya manusia, ibunya jelas seorang wanita. Dia menghormati wanita sama halnya menghormati sang bunda, jika Rengu ingin berjudi menebak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jodoh Rajawali 29 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Pendekar Latah 7
Jaka melirik sepintas kearah Adiwasa Diawasanta, bibirnya tersungging senyum tipis. "Hiaah!!" Dengan bentakan nyaring, pemuda ini menghamburkan pukulan, sebuah inisiatif serangan yang sangat jarang di lakukan.
Bhre-pun melakukan hal yang sama, tenaga yang tercurah membuat tanah disekelilingnya terbongkar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adiwasa Diawasanta bergerak cepat, dua buah tenaga yang tercurah itu direnggutnya dengan kekuatan Menerobos Jazad Emas, kedua kekuatan yang amat dahsyat itu dibelokkan oleh orang tua itu kedepan.
Blar!! Dentuman memekakkan telinga membuat semua orang terdiam dengan berbagai perasaan teraduk.
Bhre menatap Adiwasa Diawasanta dengan pandangan berterima kasih, Jaka juga tersenyum pada orang tua itu.
"Kalian berdua merupakan sendi-sendi masa depan dunia persilatan" saling bertarung ditengah himpitan banyak masalah yang merugikan, itu perbuatan tolol!" seru Adiwasa Diawasanta menasehati.
Semua orang bisa merasakan hawa sakti Bhre sudah mereda, demikian pula dengan Jaka, pemuda itu terlihat seperti orang yang tidak pernah bertarung.
"Kau dapatkan keinginanmu!" mendadak Bhre memutuskan menyetujui permintaan Jaka. Dia merasa memaksakan egonya hanya akan membawa kepada kehancuran dan kerugian yang sangat besar.
Pemuda itu mengangguk-angguk. "Terima kasih banyak?"
Tanpa mengucapkan kata-kata lagi, Bhre melesat meninggalkan tempat itu diikuti empat orang pengikutnya.
"Jaka?" panggil Adiwasa Diawasanta. "Boleh aku memanggil namamu?" seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu memang namaku Ki," kali ini Jaka merubah panggilan dari "kau" menjadi "Ki", artinya apa yang sudah terjadi tadi sepenuhnya adalah cara untuk mengontrol situasi. Dengan sendirinya Jaka selalu menghormati orang yang lebih tua.
"Kenapa kau sengaja tidak menggunakan tenaga yang bisa menyegel Menerobos Jazad Emas?"
Jaka tersenyum, tidak menjawab.
"Kau sengaja, melakukan itu untuk memancingku bergerak"!" tanya Adiwasa Diawasanta memastikan. Melihat pemuda itu tidak menjawab kecuali hanya tertawa, membuat orang tua ini geregetan.
"Ilmu Ki Adiwasa Diawasanta benar-benar hebat, aku tak sepenuhnya bisa menyegel daya sedot tenagamu.."
Ki Adiwasa Diawasanta tahu Jaka hanya membual untuk menyenangka dirinya. Tapi diapun tidak bermaksud mendebat ucapan sembarangan Jaka. Orang tua itu hanya menghela nafas panjang.
"Aku harus permisi Ki, ada pekerjaan yang harus kulakukan?" kata Jaka sambil menghormat. "Sayang sekali paman, bajumu harus rusak lagi?" kata pemuda ini pada murid Ki Adiwasa Diawasanta.
"Jika kau tak keberatan, kau bisa gunakan bajuku?" kata lelaki paruh baya ini.
"Terima kasih atas kebaikanmu, dengan senang hati."
Sahut Jaka menerima baju yang di gunakan murid Ki Adiwasa Diawasanta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan menganggukan kepalanya, pemuda itu
meninggalkan guru dan murid yang masih disekap berbagai pertanyaan.
"Dia mengaku kalah dariku" sialan! Benar-benar sialan!"
gerutu Ki Adiwasa Diawasanta dengan hati rusuh, bersama muridnya dia memutuskan meninggalkan Kuil Tua secepat mungkin, ledakan terakhir itu pasti akan memancing orang-orang dari Perguruan Naga Batu untuk mendekat.
Kesunyian kembali melingkupi Kuil Tua, aura sakral kembali berpendar, seolah kedatangan sekelompok orang-orang tadi menekan wibawa kuil yang sudah berusia ratusan tahun itu.
Dan burung-pun kembali bersenandung"
--0o-dw*kz-o0- 104 " Domino Effect : Dua Bakat
Kota Skandhawara"Pusat Pemerintahan Kerajaan Kadungga
Tiga bulan sebelumnya"
Sebuah kulit kambing yang di gulung dengan pita kuning emas tertulis dengan tinta hitam, menggoreskan nama sebuah jabatan. Dia merasa tidak puas dengan apa yang baru saja diperoleh, wajahnya menyiratkan dengan jelas. Lelaki tua berwajah bijaksana itu duduk dihadapannya, memperhatikan kegelisahan orang itu.
"Kenapa, aku hanya mendapatkan jabatan setingkat ini saja?" pikirnya dengan kemarahan membuncah didada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang raja tolol itu berikan padamu?" Tanya lelaki tua ini sambil meraih gulungan kulit kambing itu.
"Jabatan tidak berarti!" geramnya. "Aku sudah mengabdi selama lima belas tahun dalam berbagai situasi, aku pernah menyelamatkan kerajaan ini" tapi balasannya sungguh tidak setimpal!"
"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Tanya lelaki tua ini dengan kening berkerut, agaknya diapun merasa jabatan yang diperoleh orang itu kurang memuaskan. Ini menjadi sebuah kendala bagi rencananya pula.
"Kau tidak perlu tahu! Aku bukannya tidak paham, kehadiranmu disini hanya berperan sebagai bara yang membakar pertimbanganku. Beberapa hari kemarin kau masih bisa berguna, tapi saat ini tidak lagi! Saat ini kau cukup menyaksikan, pertimbangmu tidak kubutuhkan!" ujar lelaki ini tandas tanpa basa-basi.
"Bagus" bagus! Kau merasa sudah bisa mengembangkan sayap sendiri, aku hargai pemikiranmu!" tukas lelaki tua ini datar, meski tersembunyi rona kecewa dan marah didalamnya, sembari berjalan menuju pintu, dia menoleh lagi.
"Sangat jelas bagiku, kau tidak lagi membutuhkan diriku, semoga tidak menyesal!"
Lelaki itu mendengus, "Pergilah! Aku tidak menyesal! Ada atau tidak adanya dirimu, tidak berpengaruh bagiku."
Tanpa mengatakan sesuatupun lagi, lelaki tua itu lenyap dikegelapan malam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku harus bergegas, rencana berikut harus kujalankan!"
pikirnya. Malam itu juga, dia keluar dari ruangan kerjanya, menuju istal. Ada prajurit yang selalu berjaga di tempat itu.
Dua orang prajurit tengah memainkan dadu, mengisi waktu, membuang kantuk. Melihat lelaki yang menjabat sebagai Pratyadhiraksana (pengawal ulung"biasanya jabat seperti itu menjadi kepercayaan dewan pertimbangan kerajaan) datang menghampir, mereka segera berdiri dengan sikap sempurna dan membang dadunya entah kemana.
"Selamat malam tuan?"
Lelaki itu mengangkat tangannya, melambai tegas.
"Siapkan kuda-kudaku!" perintahnya.
"Baik!" keduanya segera menuju istal menyiapkan kuda yang di minta. Tidak mengherankan lagi bagi mereka jika seorang Pratyadhiraksana harus keluar larut malam, nampaknya kali ini ada tugas penting. Keduanya membawa empat ekor kuda kehadapan lelaki itu. sepert Sambil mengangguk, lelaki itu segera meraih kekang-kekang kudanya dan menghela meninggalkan tempat itu. Dia memacu kudanya dengan perlahan sampai keluar dari pusat kota, ditengah jalan, nampak empat orang lelaki datang menghampiri. Mereka berjalan bersama sampai di tengah padang rumput.
"Kalian sudah siap?" tanyanya menatap wajah keempat anak buahnya.
Mereka mengangguk yakin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kali ini tidak seperti biasanya" saat ini adalah tugas hidup-mati bagi kalian, lebih baik mati dari pada gagal!"
"Siap!" Lelaki itu menyerahkan keempat kudanya"termasuk yang ditunggangi, memandang kepergian empat anak buahnya yang memacu kuda kearah berlainan, diapun
mengembangkan peringan tubuh melesat cepat,
meninggalkan padang rumput itu.
===odw0kzo=== Pagi itu di Perguruan Lengan Tunggal terjadi kegemparan, satu butir kepala kambing tergantung di pintu masuk. Tentu saja kegaduhan itu tidak akan membuat suasana menjadi kacau, jika saja bekas penggalan pada kepalanya tidak rata.
Tapi ini sebaliknya, sebutir kepala kambing yang tergantung tepat di pegangan pintu gerbang, di potong sangat rata, dan tanpa mencecerkan darah. Seolah-olah urat diantara leher dan kepala, terikat sempurna.
Seorang murid melaporkan penemuan itu pada
penanggung jawab peronda, dan berikutnya dia melaporkan pada tingkatan atas. Tapi informasi itu berhenti sampai disana, tidak merambat lagi lebih jauh. Semua murid yang mengetahui perihal kepala kambing itu, mendadak mendapat tugas untuk keluar perguruan dan tidak pernah kembali. Sayangnya, ada tiga orang anggota baru Perguruan Lengan Tunggal yang mengetahui tentang kepala kambing itu, namun mereka tidak menyatakan diri, bahwa mereka mengetahui. Ketiganya mendapatkan tugas membersihkan lingkungan sekitar perguruan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tahu kemana kepala kambing itu pergi?" bisik Kaliagni pada Ludra saat dia menyambit rumput di dekat kaki saudaranya itu.
Si Macan Terbang menggelengkan kepala. "Semalaman aku menunggui, tapi hanya karena terkantuk sekejap, kepala itu lenyap! Sialan" kurasa ada setan lewat!" sungutnya sambil memotong ranting-ranting yang mulai pajang menjela.
Terdengar tawa tertahan Kaliagni.
"Nampaknya isu yang beredar di perguruan ini memang benar adanya, Tujuh Ruas, Empat Srigala, Sembilan Belantara dan Dua Bakat. Merupakan hal yang paling misterius di perguruan ini." Gumam Mintaraga membantu mematahkan ranting. Mereka berlaku seperti halnya orang awam pada umumnya.
"Apa yang kau sebutkan tadi, apakah mereka sekelompok orang, kakang?" tanya Kaliagni.
"Pastinya begitu, perguruan ini menyimpan banyak hal yang menakutkan. Kita harus waspada..." nasehat Mintaraga pada kedua adik angkatnya. Mereka berpencar dengan mengerjakan tugas masing-masing.
===odw0kzo=== Sementara di sebuah ruangan tersembunyi di dalam perguruan, Tujuh Ruas sedang memperhatikan kepala kambing itu dengan seksama.
"Tidak disangka tanda ini muncul lagi..." gumamnya, dia lelaki dengan wajah pucat seperti penyakitan. Matanya sayu seperti orang yang selalu mengantuk. Tujuh Ruas merupakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kode panggilannya. Kemahirannya tidak banyak, hanya menginterogasi orang, dan menyisakan tujuh ruas yang masih normal.
"Tepat hari ini... sudah dua puluh tahun." Gumam lelaki dengan uban menghias seluruh kepala. Usianya baru lima puluh tahun, tapi banyaknya uban membuat diantara mereka, dia disebut Sembilan Belantara, wajahnya tidak terlalu mengesankan, ada bopeng bekas cacar di sekitar pipinya.
Pada masa lalu tugasnya menyelinap di banyak perguruan, mengumpulkan informasi yang beredar di sana, jika sempat dia akan mencuri beberapa ilmu silat andalan. Tak heran perkembangan pustaka ilmunya paling luas diantara temannya.
"Haruskah kita melakukan gerakan lagi?" gumam lelaki berwajah lonjong, berkumis tipis bermata agak sipit. Empat Serigala adalah kode panggilanya, sifatnya peragu; bukan ragu memutuskan suatu masalah, tapi lebih kepada; jika kau adalah pihak yang sedang dihadapinya, dan dia ragu untuk memutuskan apa yang akan diperbuat padamu, maka cara yang paling sering dilakukan adalah melukai dengan mencabik leher korban"mirip serigala. Membuatmu dalam keadaan ragu"apakah kau akan mati atau hidup. Perguruan Lengan Tunggal sudah menampung dirinya lebih dari dua puluh tahun, dan membuatnya berbakti dengan menyeleksi bibit-bibit calon pesilat terbaik di seluruh negeri.
"Kurasa harus kita sampaikan padanya?" ujar Tujuh Ruas dengan tidak yakin. "Kau yakin, ini adalah cara Pratisamanta Nilakara?" tanyanya pada Sembilan Belantara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki beruban itu mengangguk. "Mutlak, meski kebiasaannya lain, tapi caranya sangat benar dan tidak mungkin salah." Katanya mengkonfirmasi.
Ketiganya mendesah gundah, Pratisamanta Nilakara secara harfiah berarti raja taklukan berwarna biru, bukan sebuah jenis ilmu yang maha sakti, tapi lebih kepada cara menotok yang amat rumit. Korban yang terkena totokan ini ibarat raja yang takluk"dan totokan ini hanya dikhususkan di daerah kepala(raja dari tubuh), menutup aliran udara di sebagian syaraf otak, membuat korban menjadi pucat"
kebiruan. Jika korban masih hidup, menjadi idiot adalah efek paling ringan yang mungkin terjadi, sayangnya kebanyakan orang tidak akan hidup setelah kena totokan itu. Bagi sebagian kalangan maha guru silat, cara totok itu juga disebut Raja Diraja, karena hingga saat ini tidak diketemukan bagaiman cara memunahkan jenis totokan itu. Setelah pembuluh menutup sempurna, pada saat leher di penggal, tidak ada setetespun darah keluar. Pada bagian tubuh yang terpenggal, selama beberapa saat aliran darah masih akan bersirkulasi dan jatung masih berdenyut"sampai akhirnya udara dalam darah habis.
"Kita masih terikat sumpah, aku bukannya takut?"
"Omong kosong!" Sembilan Belantara memotong ucapan Empat Serigala. "Kita semua harus jujur jika ingin lebih maju!
Kekuatan kita jika dibandingkan orang itu seperti langit dan bumi!"
Empat Serigala menunduk, dilihatnya segaris tipis luka di nadi tangannya. "Aku bersumpah akan membalas mereka!"
desisnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sembilan Belantara tertawa pendek"lebih kepada mentertawakan dirinya sendiri, "Sepertinya itu tidak mungkin?" ujarnya tenggelam dalam keputusasaan.
Tujuh Ruas sangat paham apa yang sedang dirasakan rekannya, "Nasibmu seperti nasib kita semua" Pedang Tetesan Embun terlalu hebat untuk ditandingi?" ucapnya.
"Bukan pedangnya, tapi orang yang memegangnya!" ralat Sembilan Belantara.
"Terserahlah" tapi aku menilai, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembalasan!" tegas Tujuh Ruas diamini oleh Empat Serigala.
Sembil Belantara nampak berpikir sejenak. "Baik, jika menurut kalian" tanda ini menjadi kesempatan bagi kita untuk membalas, aku akan melaporkan pada Dua Bakat."
"Secepatnya!" ketus Empat Serigala menekankan.
Lelaki beruban itu mengangguk, kepala kambing itu dia bungkus dengan hati-hati. Benar kata Empat Serigala, dia harus secepatnya melaporkan ini kepada Dua Bakat, pimpinan mereka. Sebab "sinyal" dari pimpinan masa lalu mereka sudah kembali bergaung. Entah ini menjadi pertanda baik atau pertanda buruk, dia akan memberikan pertimbangan terbaiknya pada Dua Bakat.
===odw0kzo=== Dua Bakat, dia sebut seperti itu karena memiliki dua kemampun sangat menonjol. Bersalin rupa, meniru wajah seseorang yang pernah dilihatnya"cukup sekali, dan mencuri barang-barang yang sangat sulit didapat. Asal kau tahu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimana tempatnya, tidak perduli serapat dan setangguh apapun penjagaannya, Dua Bakat memastikan bisa mendapatkan barang itu. Bayarannya tidak mahal, hanya seluruh harta bendamu"berikut baju yang melekat di tubuhmu. Tidak mahal kan" Sebab dia tidak meminta nyawamu.
Kepala kambing itu seperti sebuah beban di hatinya, sambil memandang Sembilan Belantara, orang yang tidak pernah menampilkan wajah aslinya pada siapapun ini bertanya. "Apa rekomendasimu?"
Lelaki beruban ini menghela nafas panjang. "Jika mengacuhkannya, kita jelas bersalah. Kemarahannya tak terbayangkan. Tapi jika kita lakukan ini, aku kawatir pemilik Pedang Tetesan Embun akan datang pada kita, satu-satunya cara, kita harus melakukannya dengan diam-diam"seperti biasanya.."
"Apakah cara itu bisa mengelabui pemilik Pedang Tetesan Embun?" potong Dua Bakat denga nada tajam.
Sembilan Berantara terdiam. "Kita akan bertindak lebih tersembunyi, lebih tenang" tanpa meninggalkan tempat ini."
Dua Bakat menghela nafas panjang. "Orang itu memang siluman, sudah beragam cara aku mencoba keluar dari sini, tapi tidak lebih dari satu pal aku melihat tandanya ada dimana-mana. Itu memaksaku untuk kembali?" katanya dengan pahit.
"Tidak disangka perguruan ini justru jadi penjara bagi kita!"
Sembilan Belantara menunduk, "Mu-mungkinkah dia bisa menandai ciri khas penyamaranmu itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah?" ujar Dua Bakat dengan putus asa. Biarpun dia ingin menjawab panggilan pimpinannya tapi diapun tak punya keberanian untuk keluar dari Pergurua Lengan Tunggal.
"Bagaimana jika kita mengutus murid-murid Perguruan Lengan Tunggal?" usul Sembilan Belantara. "Tua bangka itu sudah memeras cukup banyak tenaga kita untuk kepentingannya, saat ini" giliran kita peras dia!"
Dua Bakat terdiam sesaat, lalu menggeleng. "Memeras dan mengancamnya tidak akan menyelesaikan masalah kita.
Selama ini aku mengikuti perkataannya bukan karena aku takut dengan ancaman, tapi aku sedang menunggu saat-saat seperti ini. Setiap kali usulku dipakai olehnya aku mencoba melemparkan umpan keluar" aku berharap tanda yang dibawa anak-anak murid perguruan ini akan dilihat beliau"
jika saat ini beliau menjawab dengan mendemonstrasikan Pratisamanta Nilakara, sangat tidak sopan jika aku tidak menjawab panggilan itu!"
"Aku akan mengutus anak murid yang paling tidak berguna, untuk melakukan tugas ini." Gumam Sembilan Belantara.
"Apa alasanmu?"
"Jika tiap gerakanmu di pantau oleh pemilik Pedang Tetesan Embun, artinya; setiap orang yang memiliki kemampuan yang mendapat tugas dari perguruan ini akan mendapat perhatian. Berbeda jika kita mengutus orang biasa, kupastikan dia tidak akan mengurus hal sesepele itu."
Dua Bakat tercenung, "Begitupun baik?" lalu dia menuliskan sepucuk surat yang tidak mungkin dibaca orang lain, sebab tulisan itu hanya bisa diartikan oleh pimpinannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berikan ini pada orang yang kau tunjuk. Kita akan menunggu hasilnya!"
Sembilan Belantara membawa surat itu kedalam ruangannya, dia mencoba mengartikan tulisan yang digoreskan Dua Bakat, tapi tak sepatah katapun dia bisa membacanya, entah huruf apa yang digunakan.
===odw0kzo=== Macan Terbang terkaget-kaget saat dirinya dipanggil oleh penanggungjawab lingkungan perguruan, dengan hati berdebar takut, dia melangkah memasuki ruangan yang biasa digunakan untuk mendistribusikan kebutuhan rutin perguruan.
Dalm hatinya dia khawatir penyamarannya sudah diketahui pihak Perguruan Lengan Tunggal.
Mereka bertiga diselundupkan ke perguruan itu dengan perhitungan sangat matang, Sora Barung dan Sena Wulung yang diketahui sebagai Ketua Sembilan dan Ketua Sepuluh telah menyiapkan dengan sangat seksama. Meskipun mereka menekan ketiganya dengan menyandera seluruh keluarga mereka, untuk melakukan penyelundupan ini seluruh riwayat hidup ketiga orang itu mereka gubah sedemikian rupa.
Tidak aneh, saat pihak Perguruan Lengan Tunggal melakukan verifikasi secara langsung kelokasi yang diinformasi ketiganya, mereka tidak menemukan ada kebohongan. Setiap warga yang mereka tanya, kenal baik denga Ludra bertiga, bahkan mereka bisa menceritakan masa kecil ketiganya. Bagaimana mungkin Perguruan Lengan Tunggal bisa menemukan kejanggalan, jika seluruh penduduk desa adalah kaki tangan jaringan Ketua Sembilan dan Sepuluh"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itu alasan "sederhana" kenapa Tujuh Ruas, Empat Srigala, Sembilan Belantara dan Dua Bakat tidak memeriksa kembali latar belakang orang-orang yang akan mereka gunakan, sebab mereka percaya penuh dengan cara penilaian pihak Perguruan Lengan Tunggal, terhadap anak murid atau orang-orang yang dipekerjakan di perguruan itu. Itu juga yang menjadi alasan mengapa tingkat kebocoran informasi pada Perguruan Lengan Tunggal sangat minim. Sayangnya, penyelundupan Ludra bertiga adalah kekecualian.
Ternyata Ludra mendapatkan tugas untuk memesan kain di toko kelontong yang berjarak cukup jauh, dia juga ditugaskan untuk membeli seluruh kebutuhan perguruan, mulai dari hal penting sampai tetek bengek lainnya. Tentu saja Ludra menyatakan keberatannya untuk melakukan tugas itu sendiri, dia meminta kedua saudaranya untuk ikut.
Sejak saat itu, selain memata-matai Perguruan Lengan Tunggal, mereka bertiga secara bergilir mendapatkan tugas untuk membeli macam-macam hal, dan tanpa sadar di manfaatkan menjadi kurir Dua Bakat.
===odw0kzo=== Seperti biasa, setelah beberapa saat menjadi kurir Ludra melapor bahwa dirinya sudah kembali, dan menyerahkan daftar belajaan serta hal-hal tidak penting lainnya. Ada beberapa barang yang dicurigai oleh Ludra bertiga, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk menebak atau memecahkan apa arti barang itu. Barang apa itu" Kambing!
Bukan hanya mereka, siapapun yag melihat kambing cuma bisa menafsirkan dua hal, di potong atau di pelihara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cuma kali ini kambing itu hidup, dan Ludra harus bersusah payah menariknya sepajang jalan. Kalau hanya satu ekor, itu urusan kecil. Tapi dua belas" Walau keringat mengucur deras dan membutnya memeras tenaga, caci maki Ludra tidak berhenti berhamburan sepanjang jalan" membawa dua belas ekor kambing yang terus membagal (mogok jalan) tiap lima langkah membuatnya hampir hilang sabar.
Setelah serah terima, beberapa saat kemudian barulah pengurus perguruan mengumumkan hal yang membuat hampir semua penghuni Perguruan Lengan Tunggal bersorak, mereka akan mengadakan pesta. Hari itu sang ketua tepat berusia enam puluh tahun, nampaknya hidangan kambing menjadi tema utama.
Jika semua penghuni perguruan bersuka cita, keempat tokoh yang bersembunyi dalam Perguruan Lengan Tunggal itu menanti dengan debar jantung berkejaran. Kambing adalah jawaban yang tunggu, nampaknya pimpinan mereka berhasil menemukan cara menyusupkan kabar yang paling efektif"
dengan lolos dari pengamatan pemilik Pedang Tetesan Embun. Dalam kesehariannya, mereka memang bertugas sebagai penanggung jawab bahan mentah dan menu di dapur, tentu saja urusan menjagal kambing adalah tanggung jawab mereka.
Kambing sudah dikelupas dengan sempurna, isi perut juga sudah di keluarkan. Pada masa lalu, mereka berempat adalah tokoh yang memiliki wibawa cukup disegani, tidak disangka kali ini mereka harus berkubang dengan kotoran kambing demi mencari "jawaban" dari sang pimpinan.
"Aku dapat!" desis Empat Serigala mengakhiri pencarian mereka. Setelah membereskan semuanya, mereka kembali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keperistirahatan masing-masing, sebelum akhirnya bertemu di ruangan tersembunyi.
Dengan berdebar, Dua Bakat membuka gulungan kulit yang dibungkus dengan kulit kayu, mereka menemukannya pada empat ekor perut kambing. Dua Bakat membaca dengan sangat seksama, wajahnya nampak memerah, dengan mengepalkan tangannya seluruh lembaran kulit itu hancur lebur. Tentu saja ketiga rekannya kaget.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sembilan Belantara dengan nada meninggi.
Dua Bakat tidak menjawab. "Kita pergi hari ini!" tegasnya tidak menjawab pertanyaan tadi.
Melihat wajahnya yang mengeras penuh emosi, Sembilan Belantara tidak berani mendesak lebih jauh, mereka bersiap pergi dengan jantung berdebar.
Pagi harinya, para penghuni Perguruan Lengan Tunggal digegerkan dengan kosongnya mangkuk-mangkuk sarapan pagi mereka. Pesta yang direncanakan juga dipastikan batal.
Orang yang biasanya di tugaskan untuk mengurus masakan sudah menghilang. Tentu saja itu bukan kehebohan yang cukup berarti bagi penghuni Perguruan Lengan Tunggal.
Hanya ketua Perguruan Lengan Tunggal saja yang menggeram penuh amarah dan rasa kawatir.
"Apakah mereka sudah menemukan tokoh sandarannya kembali?" pikirnya dengan gelisah, pembalasan keempat tokoh yang dia pahami kekejamannya, membuat Ketua Perguruan Lengan Tunggal harus bersiap sedini mungkin.
===odw0kzo=== Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Masih segar dalam ingatan mereka, sebatang pedang yang sangat tipis dan berhawa dingin sudah menghancurkan nyali mereka hingga berkeping-keping, setiap langkah selalu dihantu bayangan pedang itu, tak heran tiap langkahnya mereka begitu berhati-hati, kegelisahan dan kewaspadaan meningkat tiap detiknya. Keheranan melanda mereka saat tak melihat adanya tanda-tanda kehadiran pemilik Pedang Tetesan Embun, seperti yang selalu dikeluhkan Dua Bakat.
Akhirnya dengan mengembangkan peringan tubuh tertinggi keempat tokoh itu lenyap di telan kerimbunan hutan, sebuah asa pembalasan dendam mulai bersemi di hati mereka.
Dengan pasti mereka menuju sebuah tempat yang hanya di ketahui Dua Bakat.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di sebuah bangunan yang cukup mewah. Bangunan itu lebih cocok disebut rumah peristirahatan kaum bangsawan yang biasa berburu. Tanpa ragu Dua Bakat mendorong pintu rumah itu dan masuk, terlihat oleh mereka lelaki yang dibalut dengan pakaian kelabu. Sesosok itu berusia empat puluhan, bertubuh kekar dengan bahu lebar, roman wajah tak terlalu tampan, namun terlihat begitu perkasa, orang yang memperhatikan wajahnya akan selalu timbul rasa hormat.
Dua Bakat nampak tercengang, dia tidak mengenali pimpinannya lagi. Rasanya itu bukan orang yang dia kenal.
"Siapa kau?" tanyanya dengan kewaspadaan meninggi.
"Aku adalah orang yang membongkar kebodohanmu!"
ketus orang itu. "Duduk!" perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat bukan orang yang bisa diperintah sembarangan, tapi keadaan orang itu membuat dirinya harus menahan sabar.
"Dua puluh tahun terperangkap di Perguruan Lengan Tunggal, hanya karena takut dengan bayang-bayang.. konyol sekali!" gumam orang itu membuat Dua Bakat menunduk.
"Orang yang kau kawatirkan, tidak pernah mengunjungi wilayah Perguruan Lengan Tunggal selama dua puluh tahun terakhir, dia hanya menyewa orang-orang untuk menyebarkan dan melepas tanda-tanda khas miliknya, dalam waktu yang acak. Dan sangat menggelikan, itu membuatmu ketakutan..."
Barulah Sembilan Belantara dan kedua rekannya mengetahui, mengapa Dua Bakat begitu marah setelah selesai membacanya.
"Tapi, itu bukan urusanku! Aku memiliki tugas besar untukmu." katanya dengan nada sangat mengintimidasi.
"Kau memiliki kemahiran yang cukup kukagumi. Aku ingin kau menculik Prawita Sari!"
"Siapa dia?" tanya Dua Bakat heran, dua puluh tahun tanpa keluar dari Perguruan Lengan Tunggal sudah membuatnya seperti katak dalam tempurung.
"Tidak perlu tahu! Dua hari sejak sekarang, kau cukup menunggu disini untuk menculiknya..."
"Hanya itu?" tanya Dua Bakat dengan keheranan mengembang, kalau hanya untuk urusan culik menculik wanita, orang itu sampai rela menghabiskan waktu untuk
"berkoresponden" secara teratur dengannya, aneh sekali!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki itu mengangguk. "Tugas berikut, akan kuberitahukan pada saatnya." katanya sambil meninggalkan empat orang yang masih terheran-heran dengan semua kejadian ini. Orang itu melangkah melewati Tujuh Ruas dan Empat Serigala yang berdiri menghadang pintu.
Hawa sakti yang berpendar di seluruh tubuh orang itu benar-benar membuat kedua tokoh yang dipaksa mengasingkan diri itu, buru-buru menyingkir. Tangan lelaki ini nampak melambai tanpa tenaga. Mendadak...
Kraaak! Suara berderak lirih membuat empat pasang mata melihat kearah pohon yang "dilambai" oleh lelaki itu. Terlihat satu lubang kecil yang membuat retakan dengan pola melingkar keatas batang hingga akhirnya mematahkan dahan yang berada di ketinggian lebih dari enam meter.
Wajah Dua Bakat berubah, "Pratisamanta Nilakara?"
desisnya. "Kau sudah paham artinya," ujar lelaki itu sambil melirik tajam, sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka.
Sembilan Belantara memeriksa lubang yang dihasilkan akibat lambaian tangan orang itu, wajahnya sangat terkejut.
"Bagaimana mungkin Pratisamanta Nilakara dilakukan pada benda selain manusia" Selain kepala?" katanya sambil menatap Dua Bakat dengan bingung.
Dua Bakat menggeleng penuh rasa sesal. "Orang itu bukan seperti yang kupikirkan, tapi mengapa dia tahu keberadaan kita?" gumamnya. "Dia juga menguasai Pratisamanta Nilakara yang dikuasai junjungan kita?"
"Mungkin dia adalah muridnya?" sambung Tujuh Ruas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu." Jawab Dua Bakat pendek, otaknya terasa ruwet.
Desau angin gunung membuat keempat orang itu merasa bahwa, urusan yang sedang mereka hadapi lebih memusingkan dari pada yang terlihat.
"Dia memang sangat berbakat?" tiba-tiba terdengar satu suara yang mengejutkan mereka, buru-buru mereka menoleh dan melihat lelaki tua yang berpenampilan bersahaja, dan berwajah bersih"menatapnya menimbulkan satu perasan aneh, antara lega dan takut.
"Aaah, tuan"!" seru mereka hampir bersamaan. Mereka berebut memburunya, dan bersimpuh dihadapan lelaki tua itu.
Rasa haru nampak menguasai hati mereka. Lelaki tua itu pun bukan tanpa perasaan, dia menyentuh kepala mereka satu persatu. Lalu berdiri membelakangi mereka.
"Sudah lama sekali?" gumamnya dengan mata
menerawang, wajah yang terlihat penuh kasih itu, menampilkan sebuah seringai yang membuat bulu kuduk meremang.
--0o-dw*kz-o0- 105 " Domino Effect : Prawita Sari
"Saya bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi?"
Tanya Dua Bakat pada orang tua itu.
Wajah lelaki tua ini menampilkan rona kemerahan, seringaiannya sudah menghilang dari bibir, berganti wajah tua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menampilkan kesan arif bijaksana. "Aku mencari orang berbakat yang kupikir bisa membantu usahaku. Aku mendapatkannya, dia sangat berbakat" terlampau berbakat malah. Tapi ambisinya berbeda dariku, aku tidak bisa mengarahkannya lagi."
"Lalu, apakah saya harus menaati perintahnya?"
Nampaknya hanya Dua Bakat saja yang berhak bicara dengan orang tua itu, ketiga rekannya masih duduk dilantai mendengarkan percakapan itu.
Sesaat orang tua ini tidak menjawab, kemudian katanya,
"Selain sangat hati-hati dan penuh perhitungan, dia sangat jenius, orang ini bisa memecahkan masalah pelik." Ujarnya, tidak menjawab pertanyaan Dua Bakat, lelaki tua ini malah memberi peringatan dini pada Dua Bakat sekalian.
"Kalian lakukan saja rencananya. Sebenarnya" aku sudah menahan dia untuk tidak melakukan hal ini, tapi nampaknya tidak bisa."
"Menculik orang, bukannya pekerjaan yang sangat mudah?" gumam Dua Bakat seperti bertanya pada dirinya sendiri"untuk membangkitkan semangat, maklum saja sudah dua puluh tahun dia tidak bergerak melakukan seluruh kebiasaannya, dia khawatir keahliannya sudah memudar.
"Sangat mudah" siapapun bisa melakukan! Tapi ada alasannya kenapa dia harus menunjukmu?"
Wajah Dua Bakat sekalian menampilkan rasa bingung.
"Harus saya" Mengapa harus begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk kalangan tertentu, kau memiliki nama yang berharga, kau orang yang sangat dicari?" tukas orang tua itu berkata lambat.
Dua Bakat memucat seketika. "Apakah dia" ma-
maksudku" yang mencariku adalah" adalah" pemilik Pedang Tetesan Embun?"
Orang tua ini menghela nafas. "Aku tidak tahu," jawabnya singkat.
Dan itu membuat Dua Bakat lemas, bukan tanpa alasan dia dan teman-temannya ketakutan menghadapi pemilik Pedang Tetesan Embun, tujuh orang teman seangkatan mereka dibuat hidup segan matipun tak mau, orang itu tidak pernah membunuh, tapi begitu kau berhadapan dengan dirinya, kau justru akan mengharapkan semoga dia membunuhmu. Pemilik Pedang Tetesan Embun merambatkan rasa takut tak terkira di hati mereka.
"Kau tak perlu kawatir! Menurutku, itu bukanlah dia.
Baginya, namamu bukan sesuatu hal yang berharga?" tukas orang tua ini lagi membuat Dua Bakat tersenyum pahit, ada rasa senang bahwa dia tak cukup berharga dimata pemilik Pedang Tetesan Embun. "Itulah alasannya, mengapa dia hanya melakukan trik kecil untuk menakut-nakuti kalian?"
Dua Bakat menundukkan kepalanya, mengingat akan hal itu hatinya sungguh sakit, tapi diapun tak menyangkal, dua puluh tahun lebih "mendinginkan" kepala di Perguruan Lengan Tunggal sudah banyak mengurangi ambisi dan kelakuannya.
"Kalau orang itu mengerti bahwa ini hanya trik kecil yang dilakukan pemilik Pedang Tetetsan Embun, kenapa harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
repot-repot berhubungan dengan saya, bahkan harus menarik perhatian dengan melepaskan Pratisamanta Nilakara?"
Orang tua itu mengerti, siapa yang di maksud dalam pertanyaan itu. Tentu saja dia tak akan memberitahu alasan sebenarnya, "trik kecil" itu bukan saja sudah mengecoh Dua Bakat, bahkan dirinya! Kalau bukan karena ketelatenan lelaki tadi, trik tersebut tidak akan dipecahkan oleh mereka.
"Tujuan utamanya melakukan Pratisamanta Nilakara adalah, untuk menjajagi situasi. Dia bukan cuma mencari cara untuk melakukan kontak dengan kalian, tapi juga menyelidiki keadaan" benarkah orang itu, masih memantau kalian?"
Dua Bakat paham, kenapa pimpinannya tak mau menyebut kata Pedang Tetesan Embun, orang itu sudah merusak semua rencana yang sudah disusun tuannya. Secara psikologis menyebut nama musuhnya hanya akan menurunkan semangat juang sendiri.
"Setelah sekian lama ditelusuri, ternyata orang itu tidak pernah memantau kalian, tapi caranya berkomunikasi dengan kalian terus dilakukan. Dia menyadari ternyata ada beberapa pergerakan aneh di perguruan Lengan Tunggal, dia tak mau ambil resiko?"
Dua Bakat mengangguk, dirinya juga menyadari ada kejanggalan-kejanggalan ditempatnya bernaung itu, tapi sepanjang tidak ada hubungannya dengan mereka, dia malas mencari tahu dan tak akan ambil pusing.
Dengan menghela nafas panjang, cahaya matanya meredup. "Aku menyadari, usaha-usaha yang dulu kulakukan tidak pernah berhasil, karena satu hal?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka mendengarnya dengan seksama.
"Aku telah menodai keadilan dan kebenaran?" ujarnya membuat Dua Bakat saling pandang dengan rekan-rekannya dengan rona terkejut.
Di masa lalu; sang pimpinan adalah orang yang sangat tegas dalam memisahkan batas antara kekejaman dan keharusan bertindak"demi tercapainya rencana, dia tidak perduli apakah orang yang menjadi sumber beritanya mati, yang penting info yang dicari dia dapatkan. Orang itu pula yang mengajari Tujuh Ruas, menjadi "Tujuh Ruas" yang sebenarnya, kemampuan melolosi tulang, didapati dari orang tua itu. Dan sekarang pimpinan mereka mengatakan hal yang sangat bertolak belakang, rasanya seperti matahari terbit dari barat! Tidak mungkin!
"Ma-maksudnya?" tanya Dua Bakat tak mengerti.
"Melihat ambisi muridku, dan itu menjadi kaca bagiku"
bahwa yang telah kulakukan dimasa lalu begitu buruk"
sangat buruk!" desisnya hampir tak terdengar. Akhirnya mereka bisa mendapatkan kepastian jika lelaki perkasa tadi merupakan murid sang majikan.
"Apakah bukan karena pemilik?" Dua Bakat tidak bisa meneruskan ucapannya manakala melihat rahang orang tua itu mengeras sesaat. Pemilik Pedang Tetesan Embun bukan hanya menggoreskan rasa takut di hati Dua Bakat sekalian, nampaknya sang pimpinan itupun merasakan hal yang sama.
"Orang itu memang membuatku terpaksa bersembunyi, selama dua puluh tahun ini dia tidak henti-hentinya mencariku.
Semua rencanaku dapat diantisipasi dengan baik, sampai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya aku lelah" aku menyadari aku harus berhenti."
Ujarnya dengan tatapan menerawang, agaknya dia sedang menumpahkan isi hati. "Aku harus menghentikan kegilaan muridku?" tegasnya. Lalu dengan menatap satu demi satu wajah anak buahnya, ia berkata dengan nada rendah.
"Apakah kalian masih bersamaku?"
Tanpa ditanya dua kali, Dua Bakat mengangguk pasti.
"Apapun keputusan tuan, kami akan ikuti!" sahutnya mantap.
"Baik, jika demikian ada satu tugas penting bagimu?"
Dua Bakat mendengarkan dengan seksama.
"Pertama, pergilah ke Perguruan Merak Inggil, cari Anusapatik?"
"Bu-bukankah orang itu sudah menghilang sejak dulu" Jika sampai saat ini dia tak terdengar kabarnya, berarti sudah hampir empat puluh tahun lalu?" Tanpa sadar Dua Bakat memotong.
Lelaki tua ini tertawa perlahan, nampaknya rekasi Dua Bakat membuatnya senang. "Bagi orang-orang yang mencarinya, dia memang sudah menghilang" tapi bagiku, dia tak pernah kemana-mana. kau tinggal memberikan ini padanya?"
Sebuah batu sebesar sekepalan tangan anak kecil berwarna abu-abu, diserahkan pada Dua Bakat.
"Kuberikan kepada dia" Tapi bagaimana?"
"Masukkan kedalam kolam, dia akan mencari dirimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu penculikan yang murid tuan perintahkan, bagaimana?"
"Kau bisa melakukannya tugasku lebih dulu, menjumpai Anusapatik tidak akan memakan waktu lama."
Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua Bakat mengangguk, kebingungan masih melanda otaknya bertubi-tubi" tugas-tugas ini semuanya sangat mudah baginya, dia merasa ada yang tidak benar, tapi entah di bagian mana, dia juga tidak tahu. Kepalanya tertunduk menekuri lantai kayu dengan pikiran bercabang.
"Tugas kedua, akan kuberitahu setelah kau berhasil menculik Prawita Sari?"
Itulah ucapan terakhir sang pimpinan, Dua Bakat baru menyadari setelah sekian lama suara orang tua itu tidak terdengar, mendongakkan kepala dia menoleh kesana kemari mencari bayangan sang pimpinan, nampaknya orang tua itu sudah pergi. Dua Bakat bangkit dari duduknya.
"Bagaimana menurut kalian?"
Pertanyaan Dua Bakat sontak membuat ketiga rekannya menampilkan wajah bingung. "Aku tidak bisa menilai apapun, sudah terlalu lama kita jauh dari dunia yang pernah kita geluti.
Saat ini aku merasa seperti anak kecil yang harus dituntun"
kepekaanku tumpul, aku tak bisa memberi pertimbangan ?"
gumam Sembilan Belantara.
"Apa yang mendasarimu berkata begitu?"
"Banyak hal" argh! Aku bahkan tak bisa merincinya, otakku terlalu dibingungkan dengan kehadiran tuan?" sungut Sembilan Belantara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa aku bisa menjelaskan beberapa keheranannya."
Kata Empat Serigala sambil menepuk bahu Sembilan Belantara. "Pertama, perubahan sifat tuan" ini sangat janggal, aneh?" lelaki ini menoleh kanan kiri sebelum meneruskan bicaranya, dengan merendahkan suaranya dia melanjutkan. "Sangat tidak masuk akal, kekejamannya sirna begitu saja, bahkan terlihat begitu" begitu" agung, membuatku merasa takut.." uraian itu diamini anggukan oleh ketiga rekannya. "Kedua, orang yang di tunjuk sebagai muridnya" aku merasa mereka seperti satu jalan, tapi entah kenapa" entah kenapa" aku melihatnya seperti ada sandirwara disini, ini.. ini.. hanya pikiranku saja, entah dengan kalian." Empat Serigala memperhatikan reaksi mereka, nampaknya untuk dugaan keduanya tak menemukan kesepakatan. "Ketiga; Anusapatik" orang ini adalah bajingan busuk, kita sudah mendengar kabarnya bahkan saat kita baru berkecimpung di dunia persilatan. Lalu untuk apa" Untuk apa tuan harus menjalin hubungan dengan Anusapatik" Jika dia memang menyesali perbuatan masa lalunya" Aku tidak paham?"
Dua Bakat tidak mengomentari pikiran rekannya. Setelah beberapa saat, sambil mendengus dia berkata. "Aku tidak memikirkan itu, aku hanya mengikuti perintah beliau!"
Empat Serigala terdiam, kalimat tadi sudah cukup menjadi peringatan baginya. "Kurasa kau harus berangkat sekarang."
Katanya mengingatkan Dua Bakat, sekaligus mengalihkan perhatian Dua Bakat dari pendapatnya tadi.
"Ide bagus?" gumam Dua Bakat dengan pikiran tak tentu.
"Kalian waspadai situasi disini?" perintahnya.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perguruan Merak Inggil Beberapa dasawarsa lalu, perguruan ini pernah dihebohkan dengan penyerbuan mendadak yang melibatkan banyak tokoh berkasta tinggi, titik pangkal masalah berada pada seorang Anusapatik, dia mengumpulkan para tokoh yang memiliki satu visi, menguasai kesadaran banyak orang dengan racun.
Dua Bakat melakukan perjalanan dengan melesatkan peringan tubuh tanpa henti. Mendapat tugas pertama dari tuannya"setelah sekian lama, ia ingin membuktikan dirinya belum habis. Dari rumah dalam hutan sampai ke perguruan itu hanya membutuhkan perjalanan delapan jam saja.
Sore sudah dijelang, Dua Bakat benar-benar
mempraktekkan bakatnya, hanya sekali melihat seorang penjaga, dia bisa menirunya dengan sempurna. Baginya memasuki Perguruan Merak Inggil semudah membalikan telapak tangan.
Banguna utama perguruan itu tidak memiliki banyak perubahan dari masa lalu, namun demikian dirinya tak tertarik untuk memperhatikan apa saja yang terdapat didalamnya.
Fokusnya haya satu, mencari kolam.
Selama menyusup, Dua Bakat sudah bersalin rupa sebanyak enam belas kali. Pada akhirnya ketekunannya mencari membuahkan hasil, sebuah kolam ikan seluas dua kali tiga meter terletak dibalik rerimbunan pohon trembesi, semak disekitar kolam begitu tinggi. Kalau saja Dua Bakat, tidak memiliki inisiatif untuk menyibaknya, mungkin dia tak pernah menemukan kolam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan terheran-heran, orang ini menyaksikan betapa kolam kecil itu ternyata menimbulkan rasa seram dalam hatinya, akar pohon trembesi yang sudah berusia puluhan tahun, nampak menonjol diantara dinding-dinding kolam, tapi bukan itu yang membuatnya jadi menakutkan, airnya yang jernih menjadikan dirinya bisa melihat sampai dasar kolam.
Dua Bakat mengerutkan keningnya, warna dasar kolam itu terlalu muda untuk ukuran lumpur, dan itu tidak bisa mengelabui pandangan matanya, lumpur itu terbentuk akibat serpihan daging yang membusuk; kolam itu merupakan tempat pembuangan mayat, dimasa lalu! Pertanyaannya, masihkah saat ini digunakan" Dua Bakat bahkan tidak mencium adanya bau yang aneh pada kolam itu.
Mencermati situasi lebih dulu, akhirnya Dua Bakat melemparkan batu yang diperoleh dari sang junjungan. Air kolam yang semua jernih lamat-lamat menjadi keruh, dan meski tipis tercium bau seperti belerang. Dua Bakat menjauh dari pinggir kolam, dia masih memperhatikan keadaan sekitar dengan waspada. Sementara desir suara yang aneh membuatnya harus memalingkan wajah kearah kolam.
Dua Bakat terkesip, saat menyaksikan semak-semak disekitar rumput itu layu, bukan layu karena hangus tapi layu karena kehilangan kekerasannya sebagai daya dukung, warna yang makin hijau pada semak itu membuat Dua Bakat terheran-heran. Belasan jenis serangga keluar dari dalam kolam itu, nampaknya batu yang di lemparkan kedalam, mengganggu ketenangan mereka. Dua Bakat memperhatikan pucuk pohon trembesi, satu demi satu burung-burung yang hinggap disana juga mengepakkan sayap pindah kelain pohon, agaknya merekapun merasa terganggu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hatinya tidak yakin, apakah dengan perubahan setipis itu akan memberi tanda bagi Anusapatik untuk muncul" Dua Bakat menunggu dengan hati berdebar-debat, dia sudah mengambil tempat persembunyian yang menurutnya paling setrategis.
Satu jam berlalu sudah"
"Akhirnya datang juga?" seru sebuah suara mengejutkan Dua Bakat. Dengan terburu-buru dirinya berbalik dan menyaksikan seorang lelaki tua sudah ada dibelakangnya.
Tanpa bisa ditahan keringat dingin menitik didahi, jika saja orang tua itu tak bersuara, sampai saat ini, dia tidak pernah tahu ada orang berdiri dibelakangnya. Wajahnya tersembunyi dalam bayangan rimbunan pohon, seolah orang itu merupakan bayangan itu sendiri.
"Berikan ini padanya!"
Dua Bakat tidak bisa mengaskan pandangannya untuk mencermati wajah orang itu, setelah melemparkan sesuatu, bayangannya pun menghilang. Betul kata tuannya, mencari orang itu sangat mudah. Pikir Dua Bakat dengan tersenyum getir, harga dirinya yang masih bersisa, kini bagai dihembus angin, dia merasa tidak berguna, hanya sekedar mendeteksi keberadaan orang-pun dirinya tak sanggup. Apa orang itu sehebat tuan" Pikirnya sambil mengambil barang yang dilemparkan padanya, sebuah kain yang membalut sebuah benda, entah benda apa. Dia tak berani membuka sebelum tuannya.
Dia sudah mendengar reputasi Anusapatik, tapi tentang apa dan siapa orang itu, bagaimana kelihayannya, dia tak pernah tahu. Tapi kini Dua Bakat bisa sedikit meraba seperti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa orang itu, orang yang tak bisa dirasakan himpunan hawa saktinya, kalau bukan orang mati, tentu orang itu sudah melampaui tingkatan Nibhawi??la (menyerupai kilauan), seingat dirinya, ada empat tingkatan dalam menjelaskan tingkat kehebatan himpunan hawa sakti seseorang, namun Dua Bakat hanya mengingat satu nama saja.
Tak mau membuang waktu, orang ini segera bergegas keluar dari Perguruan Merak Inggil. Dua Bakat tidak pernah menyangka, benda yang dilemparkannya itu membuat delapan orang yang lewat disekitarnya mati dengan wajah seperti tercekik, namun tak satupun yang perduli dengan tempat itu. Seolah-olah, kolam yang di kelilingi rerimbunan pohon trembesi adalah wilayah terlarang.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Sebuah rombongan berkuda berjalan santai diantara rerimbunan hutan yang masih termasuk dalam wilayah Kerajaan Kadungga. Diantara rombongan itu, ada dua orang wanita yang nampak sangat senang dengan perjalanan itu.
Salah satu dari mereka memakai atribut sebagaimana pelayan kerajaan pada umumnya, sedangkan gadis satunya memakai baju kuning gading. Rambutnya yang panjang menjela pinggang berkilauan di timpa sinar mentari. Nampak cudaratna (pemata perhiasan yang diletakkan didahi) berwarna biru berkilauan, membuat wajahnya yang memang sudah cantik, menjadi lebih anggun. Di pinggang kanan kirinya ada pedang tergantung rapi.
"Winarsih, temani aku!" seru gadis ini sambil menghela kudanya lebih dulu, masuk hutan lebih dalam lagi. Wanita yang di sebut sebagai Winarsih, tersenyum dia menyusul gadis yang menjadi junjungannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba, putri?" sahutnya sambil membedal kuda mengejar gadis itu.
Dengan sendiri, para pengawal turut membedal kudanya.
Hanya ada dua orang paruh baya yang memperhatikan rombongannya berlalu, mereka tidak turut serta.
Tak berapa lama kemudian, gadis itu beserta rombongan sudah kembali. "Guru, lihat apa yang kudapatkan!" serunya pada lelaki paruh baya dengan bibir mengembang senyum manis.
Orang yang di panggil guru oleh sang putri
menganggukkan kepala, dia memperhatikan kelinci yang diserahkan muridnya, terlihat seulas senyum tipis, tangannya mengusap sesaat, tubuh kelinci yang meregang kaku itu, tiba-tiba bergerak, kemudian dilepasnya kembali. "Nampaknya kau sudah siap untuk tingkat yang lebih tinggi?"
"Benarkah?" serunya dengan nada riang, suaranya bagai kicau burung yang menyejukkan telinga.
"Tentu" ayahmu, pasti bangga dengan kemajuanmu."
Katanya lagi. Wajah gadis ini nampak berbinar-binar senang, dia tidak suka berlatih silat, tapi cara yang diajarkan gurunya itu sangat elegan dan tidak kasar, baru berlatih enam bulan saja dia sudah bisa berlari sekencang kuda tanpa lelah. Lebih dari itu, tarian pedang yang dilatih dalam sepekan terakhir secara khusus, telah menampakkan hasil. Dia tidak suka melakukan latihan yang bertujuan menyakiti atau bahkan membunuh, ayahnya pusing setengah mati saat membujuk anaknya supaya mau melakukan latihan. Untung saja kerabat jauh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang ayah"yang kini menjadi gurunya, memiliki metode latihan yang bisa menggugah minat sang putri. Ilmu totok dan peringan tubuh menjadi hal yang paling disuka gadis ini.
Lambat laun, Prawita Sari menyukai seni bela diri yang lain"cuma kodratnya sebagai perempuan yang terbisa dilayani, menjadikannya palah-pilih dalam latihan, dia enggan berlatih jika itu membuatnya repot. Padahal melatih hawa sakti tidak merepotkan, hanya membutuhkan kesabaran tinggi. Dan itu sangat dihindari Prawita Sari, padahal sang guru menilai anak didiknya sangat berbakat dalam pengolahan hawa murni.
Pagi itu Prawita Sari sedang melakukan serangkaian uji pada ilmu yang dipelajarinya. Sang Guru menyatakan, jika dia berhasil menotok perut hewan yang sedang berlari"dengan pedangnya, maka latihan tingkat berikut akan segera dimulai, tapi jika dirinya gagal, sang putri harus mengulangi selama dua pekan kedepan, sebelum ijin percobaan totokan diberikan.
"Ada beberapa catatan yang harus kau perhatikan; Totokanmu memang halus, himpunan hawa murnimu juga sudah mulai merata, sangat disayangkan kau tak mau menghimpun hawa sakti" kelemahannya cukup fatal, hanya dengan menambah sedikit tenaga pada si korban, dia akan segera terbebas."
Prawita Sari cemberut, wajahnya yang cantik nampak semburat merah, perkataan sang guru yang terakhir"
menyindir kemalasannya, membuat dia malu. "Menyebalkan jika aku harus berdiam diri duduk berjam-jam; hanya untuk berpikir bahwa diperutku seolah-olah ada udara panas yang bergerak mengililingi tubuh" geli, tahu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mau tidak mau sang guru tertawa. "Dasar kau ini?"
katanya sambil menggelengkan kepala berkali-kali, "Kita kembali sekarang?"
"Ayolah guru". Baru sampai sudah mau kembali" Yang benar saja!" sungut Prawita Sari kesal. "Aku ingin, menuju ke pondok peristirahatan." Katanya tanpa menunggu jawaban sang guru, dia segera membedal kudanya dengan kencang.
Tentu saja Winarsih segera memburu majikannya, dia takut terjadi sesuatu dengan putri, hutan bukanlah tempat yang ramah buat seorang putri yang takut pada serangga dan katak. Dan semua rombongan pun akhirnya mengikuti arah pergi Prawita Sari.
"Anak itu terbiasa dimanjakan!" gerutu sang guru, segera menyusul memasuki hutan. Dia melesat dengan gerak bagai sambaran kilat.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Sembilan Belantara mengikuti kepergian rombongan itu dengan perasaan campur aduk, semua orang bisa dia atas sendiri, kecuali sang guru dan seorang lelaki lainnya, yang tak bisa dia raba kedalaman hawa saktinya. Itu cukup membuatnya kawatir. Dia segera memencet kepala kumbang kayu yang dipegangnya. Jerit kumbang kayu segera mendenging keras, itu cukup menjadi tanda bagi Dua Bakat dan rekan lainnya untuk bersiap-siap.
--0o~Didit-dw*kz~o0- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
106 " Domino Effect: Memastikan
Kegagalan Rencana Dua Bakat dan dua orang rekannya sudah melihat rombongan yang kini memasuki tempat persinggahan.
Nampak olehnya lelaki paruh baya"yang beberapa saat kemudian diketahui sebagai guru Prawita Sari tengah mengendalikan situasi.
"Tahan, jangan buru-buru masuk!" serunya membuat langkah tiap orang terhenti, meski Prawita Sari terkadang suka membawa adatnya sendiri, terhadap gurunya dia cukup penurut.
Lelaki paruh baya itu memeriksa situasi rumah persinggahan, sejauh ini dia tak menemukan adanya kehadiran orang lain. Tapi itu belum membuatnya lega.
"Ada apa guru?" Tanya Prawita Sari dengan heran.
"Tempat ini pernah didatangi orang." Katanya singkat, lalu dia menoleh kepada orang sepantaran dirinya. "Kapan tempat ini terakhir digunakan?" tanyanya.
"Satu bulan lalu." Sahutnya pendek.
Guru Prawita Sari mengedarkan pandangan matanya, dia memeriksa pintu masuk bangunan dan menemukan setidaknya ada empat jejak baru. Dua Bakat hampir saja berteriak memaki ketololannya sendiri. Jejak mereka meski samar, namum bagi orang yang bertindak cermat seperti guru sang putri, pasti akan terlacak.
"Apa yang kau temukan?" teman seperjalanan guru sang putri membuka suara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waspadalah! Jejak ini sangat baru. Mereka memiliki peringan tubuh sangat baik, kemampuannya saling mengatasi satu sama lain." Lelaki itu menoleh, melihat kesekeliling, akhirnya dia menemukan satu titik lubang pada pohon yang memiliki retakan keatas. Dari pintu masuk sampai ke lubang yang ditemukan terpisah belasan langkah, kalau bukan orang ini, mungkin jejak yang dilepaskan murid junjungan Dua Bakat tak bisa ditemukan.
"Mustahil!" gumamnya.
"Apanya guru?" Tanya Prawita Sari mengikuti setiap langkah sang guru.
"Kau lihat titik ini?" ujarnya menunjuk setitik lubang sebesar jari kelingking. "Menurutmu, apa yang membuatnya ada disini?"
Prawita Sari mengamati dengan seksama, lalu katanya.
"Lubang ini jelas tidak mungkin dibuat dengan besi dan dipalu, sebab aku tidak melihat adanya jejak disekitar ini. Bagi orang yang memaku, pasti membutuhkan pijakan kaki saat mengayunkan pemukulnya"ini akan menimbulkan bekas.
Semisal ditemukan pijakan kakipun, hal ini tidak mungkin dilakukan dengan besi dan pemukul, efek yang ditimbulkan tidak bisa membuat retakan begini teratur dengan bentuk melingkar. Aku tidak tahu cara yang digunakannya, apakah mungkin ada orang yang melontarkan pukulan jarak jauh" ah bukan, maksudku totokan jarak jauh?" pungkas Prawita Sari membuat gurunya tersenyum.
Tidak mengurangi kewaspadaannya, lelaki paruh baya ini memuji kesimpulan muridnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Alasanmu masuk akal. Dugaanmu yang terakhir lebih mudah diterima. Perhatikan baik-baik?" katanya masih mengedarkan pandangan matanya kesana kemari untuk sesaat. "Kau tahu kenapa aku berkata mustahil?"
Gadis itu menggeleng. "Seharusnya caramu berpikir dimulai dari kalimatku..." Kata sang guru, kondisi seperti saat ini akan lebih mudah menularkan pengalaman pada muridnya. "Aku sudah memeriksa sekitar tempat ini, selain empat jejak yang ada dalam rumah, tidak kutemukan jejak lain. Artinya orang yang melepas setitik lubang ini, jelas bukan empat jejak dalam rumah."
"Kenapa bisa begitu guru?" Prawita Sari berkerut kening memikirkan ucapan gurunya. "Ah, aku tahu?" serunya menjawab sendiri. "mungkin karena untuk melepaskan totokan seperti itu"dengan jarak sekian ini, membutuhkan pemusatan tenaga yang sangat baik, eh" tapi seharusnya ada jejak langkah orang itu disini, maksudku" jejak waktu dia memusatkan tenaganya?" gadis ini bingung sendiri dengan kesimplannya.
"Kau pintar, hanya karena kau belum mengetahui cara menghimpun hawa sakti sajalah maka jawabanmu jadi salah" ada dua cara dalam menghimpun hawa sakti, pertama; himpunanya membuat tubuh menjadi berat dan kokoh"sehingga bisa meninggalkan jejak. Kedua; membuat tubuh menjadi ringan, tapi tidak kehilangan kekokohannya.
Pada kasus ini, orang yang melepaskan serangan pada pohon itu, menguasai ilmu yang memupuk hawa sakti dengan cara menghabiskan nafas. Kau harus bersemadi dalam kondisi nafas yang terkuras, sampai akhirnya kau menemukan cara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menghabiskan udara di paru-paru tanpa membebani tubuhmu?"
"Sulit sekali." Timpal gadis ini sambil bergidik, dia tak sampai hati membayangkan dirinya harus belajar sampai seperti itu. "Maaf saja, kalau aku disuruh latihan begitu!"
Pikirnya. "Singkat kata, keempat jejak yang tertinggal disini, mutlak tidak mungkin melontarkan kemampuan seperti itu. Jadi, kau bisa menyimpulkan; adanya orang lain! Bisa kupastikan dia tokoh hebat. Di seputar kerajaan kita, hanya tiga orang yang memiliki dasar seperti itu."
"Apa guru termasuk diantara ketiga orang itu?" Tanya Prawita Sari dengan mata berbinar. Sang guru tak menjawab.
Gadis ini tak menyerah untuk membuat gurunya mengatakan tentang kemahiran dirinya.
"Orang menyebutmu sebagai Pemisah Hujan, selain kemampuan guru memang luar biasa untuk menganalisa semua masalah, aku tahu kelebihan utama guru bukan cuma itu?" puji gadis ini dengan tertawa-tawa.
Kini, Dua Bakat sekalian tahu, siapa guru sang sasaran, tapi mereka tidak mengenal nama Pemisah Hujan, kemungkinan besar orang itu muncul setelah mereka dipaksa sembunyi dalam Perguruan Lengan Tunggal. Meski mereka tidak mengenal nama Pemisah Hujan, dari caranya menganalisa dan gerakannya yang cekatan, mereka sama-sama mengeluh. Menculik Prawita Sari nampaknya akan menjadi tugas sangat berat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan bicara hal yang tidak perlu!" tegur sang guru, tapi gadis itu tak menghiraukannya. Dia malah mengatakan, tidak perlu mempersoalkan siapa yang melepaskan pukulan itu segala, toh saat ini tidak ada apa-apa" kalau saja gurunya tidak melotot padanya, Prawita Sari masih saja berkicau.
Ternyata guru Prawita Sari adalah salah satu sesepuh dari Perguruan Naga Batu, seperti yang dikisahkan sebelumnya.
Sang Raja memiliki kekerabatan dengan guru putrinya, jalur kekerabatan ini bermula dari adipati Cakra Sapta sang pendiri Perguruan Naga Batu, adalah kakak dari Raja Kadungga pada masa itu. Seharusnya Cakra Sapta menjadi pewaris tahta Kadungga, tapi dia lebih memilih mengurus satu wilayah kecil saja. Dan sejak saat itu Kota Pagaruyung menjadi kota dengan otonomi khusus, dan Adipati Pagaruyung memiliki hak untuk memberi pertimbangan langsung kepada raja. Lazimnya guru-murid yang memiliki selisih usia jauh dengan murid, pada Pemisah Hujan tidak demikian, dia memiliki murid yang beda usianya hanya berselisih enam tahun, mereka adalah Arseta dan Baraseta. Kadang ketiganya seperti kakak beradik, tapi karena status Pemisah Hujan sendiri sebagai keturunan langsung pendiri Perguruan Naga Batu, kekuasaannya sangat besar dalam menentukan maju tidaknya perguruan itu, tapi sampai sejauh ini dia lebih suka menjadi pengawas.
"Kemudian, bagaimana guru"!" desak muridnya menunggu ulasan sang guru.
Pemisah Hujan mencermati lantai kayu di depan pintu masuk, debu disekitar situ lebih banyak dari sisi lain. "Tenaga yang dipancaran menyedot udara disekitarnya dengan sangat halus, debu yang terkumpul disini sangat alami"tidak tercecer," katanya seraya terdiam sesaat. "Aku menarik pernyataanku tadi; belum tentu di wilayah kerajaan kita ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang memiliki kemahiran sampai tingkat seperti ini." Katanya dengan suara dalam. "Dia mengarahkan serangannya dari jarak ini?" Pemisah Hujan berjalan menuju pohon, dan menghitungnya. "Tepat enam belas langkah." Katanya seraya kembali kedepan pintu. Lalu tangannya mengibas.
Crap!! Satu lobang tercipta tepat di sebelah lubang yang ada.
Lubang itu tidak menciptakan retak yang melingkar keatas, hanya lurus tanpa berkelok.
Brak!! Satu ranting jatuh berderak terkena efek kibasan Pemisah Hujan. Lelaki ini nampak termangu-mangu.
"Guru?" tegur Prawita Sari menyentak kesadaran sang guru.
"Tenaga orang itu bisa diatur sesuka hati" dia sangat hebat dalam permainan jari, tiap ruasnya mengedutkan besaran hawa sakti berbeda hingga membuat pukulan bisa berkelok membuat pola yang dia kehendaki." Pemisah Hujan meneruskan analisanya. "Aku tidak tahu, kedatangan dia kemari untuk menemui empat orang yang pernah hadir disini, atau untuk mengancam?" gumamnya dengan mata nyalang memperhatikan situasi.
Dua Bakat merasa tenggorokannya kering, tiap kalimat yang diucapkan orang itu membuat detak jantungnya mengencang"sebab hampir seluruhnya benar. Sebisa mungkin dia dan rekannya mengendalikan perasaan"takut si Pemisah Hujan mengetahui persembunyiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita kembali!" perintahnya dengan tegas.
"Tapi, guru"!" protes Prawita Sari.
"Jangan membantah!" tegasnya. "Aku tidak mau mengambil resiko. Jika orang-orang itu tak berniat baik, maka kaulah sasaran yang paling diincar!"
Mulut mungil Prawita Sari terkunci, dia hanya bisa cemberut dan menoleh kearah Winarsih. "Sekali-kalinya keluar, hanya berkuda sebentar saja" tidak menginap sama sekali." Gerutunya.
"Sabarlah putri, mengingat kondisi dan letaknya.. tempat ini jelas tidak cocok untuk anda.." kata wanita yang sudah matang ini menghibur.
"Darimana kau tahu itu?"
Dengan tersenyum antara geli dan kasihan, Winarsih menjawab. "Disepanjang jalan yang tuan putri lewati, banyak katak bertebaran?"
"Ih!" jerit si gadis bergidik, membuat orang-orang tersenyum. "Ayo kita pulang!" katanya buru-buru.
Keputusan yang dilakukan Pemisah Hujan membuat Dua Bakat kehilangan akal untuk sesaat. Benar-benar tidak disangka, sedikit jejak bisa berbicara banyak. Menghentikan mereka secara paksa, jelas tidak mungkin dilakukan. Dia segara berpikir keras. Dua Bakat melihat di bagian belakang rombongan seorang prajurit menghela kudanya lebih lambat.
Tidak berpikir panjang, dia segera bersiap menyergap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat memberi isyarat pada rekannya untuk bersiap untuk mengganggu, memecah perhatian mereka. Lelaki ini memperhitungkan, setelah konsentrasi Pemisah Hujan dan kawannya diganggu dengan serangan mendadak, dia bisa bertindak leluasa. Sementara Sembilan Belantara akan mengganggu kuda tunggangan mereka untuk lari kearah yang telah mereka persiapkan. Bukan tanpa alasan julukan Sembilan Belantara disematkan pada lelaki beruban ini, kondisi hutan dan seluk beluknya, dia memahaminya secara mendalam. Kuda yang memiliki kekang, memang bisa berlari atas kehendak yang penunggangnya, tapi jika kuda lepas kendali"
Lima-empat-tiga-dua, lalu langkah terakhir" kuda-kuda itu telah melewati bubuk yang sudah ditebarkan oleh Sembilan Belantara. Bukan bubuk beracun, hanya lada dengan cabai kering" nafas kuda yang dipacu kencang, akan membuatnya memiliki daya sedot amat kuat saat menghirup udara, apa lagi pada saat itu kepala kuda menunduk lebih rendah, debu-debu bubuk cabai dan lada tersedot masuk kehidung, dan membuatnya tersendak. Meringkik dengan kaki depan terangkat. Kuda serupa manusia, kondisinya juga bisa dibilang sama dengan yang dialami manusia saat tersendak cabai"
batuk-batuk tak karuan. Bedanya, kuda-kuda itu melampiaskan dengan cara membuang beban di
punggungnya. Pemisah Hujan menyadari situasi ini tidak wajar, dengan cekatan lelaki ini melompat dari punggung kuda, dan menepuk leher kuda yang ditunggangi muridnya. Dia tidak memikirkan orang lain, prioritas pertama adalah sang murid.
Kekacauan akibat kuda yang gila sesaat itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Dua Bakat, pengawal pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urutan paling belakang segera disergap. Tidak membutuhkan banyak waktu untuk melepas baju pengawal itu, Dua Bakat sudah melolosinya dengan singkat.
Didunia persilatan, banyak orang yang ahli menyamar, Kepalan Arhat Tujuh selain ahli di bidang ilmu pukulan juga merupakan maestro dalam penyamaran, tapi satu-satunya ahli yang sanggup menyamar secara sempurna dalam tempo singkat, hanya Dua Bakat orangnya. Kali ini kuda yang semula ditunggangi pengawal itu telah berganti orang, sangat mirip dengan aslinya.
Kekacauan akibat gilanya kuda-kuda dapat diatasi, situasi sudah bisa dikendalikan. Pemisah Hujan memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan perlahan, sepertinya pada jalan-jalan yang akan dilalui ada banyak "penyakit" serupa.
Dan memang, kuda-kuda mereka berubah jadi liar dalam tempo hampir berurutan. Mengherankan, padahal sebelumnya mereka melewati jalur itu, tapi saat kepulangannya ada kendala yang tak terduga.
"Lebih baik kita melewati jalan yang lain." Kata lelaki paruh baya disebelah Pemisah Hujan.
"Tidak!" jawabnya pendek, "idemu, adalah hal yang mereka inginkan?"
Baru saja, ucapan itu dikatakan, kuda mereka mengamuk lebih hebat, kekacauan itu membuat Pemisah Hujan dan rekannya bekerja cepat melumpuhkan kuda-kuda mereka.
Disaat yang bersamaan, Dua Bakat juga tengah bekerja"
"Bibi?"!" Prawita Sari memanggil berulang kali. "Ada yang lihat kemana bibi Winarsih?" teriaknya lagi, dan itu cukup Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentak kesadaran Pemisah Hujan, ada yang tidak beres.
Tidak disangka bukan sang putri yang diincar, tapi malah Wianarsih"
"Guru" kita harus cari bibi!" rengeknya tanpa menyadari situasi sudah berubah.
Pemisah Hujan baru menyadari ada satu orang
pengawalnya yang berkurang, dan kali ini pembantu sang murid. Wajahnya menjadi beku, dia mengerti apa yang sedang terjadi, tapi tidak berupaya untuk menghentikannya. Karena dia lebih suka menangkap si pengganggu. Dalam benaknya sudah terpeta dengan jelas, pola kerja seperti ini, dilakukan oleh siapa.
"Tenanglah, dia akan kembali?"
Tidak berapa lama kemudian, nampak Winarsih keluar dari balik rimbunan pohon, sesaat dia sedang membenahi bajunya.
Prawita Sari menyadari pelayannya baru membuang air.
Tanpa suara, Winarsih nampak mengatakan "maaf" sambil tertunduk. Dengan ekor matanya, Pemisah Hujan juga menyadari pengawal yang tadi hilang sudah kembali sambil menarik kuda dengan bersusah payah, nampaknya tadi dia mengejar hewan itu.
Pemisah Hujan tidak menampilkan reaksi apapun diwajahnya. "Lanjutkan perjalanan." Katanya singkat. Dia berjalan paling belakang, sementara rekan sebayanya mengawal di depan. Sambil menuntun kudanya, Pemisah Hujan berjalan mendekati Winarsih. Hanya melewati saja, namun tiba-tiba jemarinya mencengkeram kearah payudara wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prawita Sari menjerit melihat tindakan sang guru, lebih-lebih Winarsih yang tidak menyangka tindakan itu, dia hanya memejamkan mata" ternyata cengkeraman itu tidak pernah sampai di tubuhnya.
"Hati-hatilah?" gumam Pemisah Hujan, ditangannya ada seekor ular hijau. Kepalanya hancur dijepit oleh jemari lelaki paruh baya itu. Entah darimana datangnya ular itu, tahu-tahu saja sudah menyelinap ke balik baju Winarsih.
Dengan wajah pucat wanita itu mengiyakan dan berterima kasih, tindakan Pemisah Hujan tak lepas dari para pengawal lainnya yang menatap dengan tegang. Mereka tidak menyadari rekan Pemisah Hujan tahu-tahu sudah menghilang bersama kudanya. Keheranan itu baru terpecahkan, saat perjalanan hampir mencapai ujung hutan, ternyata orang itu sudah menunggu disana.
Melihatnya, membuat Pemisah Hujan tersenyum, jemarinya kembali mencengkram Winarsih, kali ini mengarah wajah dengan deru angin menggidikkan. Bagi orang yang memiliki ilmu setinggi Pemisah Hujan, serangan yang dilakukan boleh dibilang berlebihan, untuk menjangkau lawan yang hanya dua langkah disampingnya, dia tidak perlu mengerahkan tenaga sampai menggebu suara.
Tapi kali ini Pemisah Hujan tidak menarik serangannya lagi, Winarsih-pun menyadari serangan itu bisa mencabut nyawanya. Pemisah Hujan tidak memperhatikan apakah wanita itu akan menghindar, lelaki ini lebih memperhatikan para pengawal lain, dan memang benar" serangannya itu, membuat dua pengawal lainnya menyerang dia, sementara Winarsih berhasil menghindar, dan melompat mendekati Prawita Sari, jemarinya meraih lengan tangan gadis itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi alangkah kagetnya, saat tangan sang gadis menghindar balas mengibas kearah wajah Winarsih. Kibasan itu tidak mencerminkan kesan bahwa hawa sakti si gadis yang masih cetek, serangan itu menghimpunan tenaga yang sangat kuat. Winarsih berseru kaget, apalagi saat melihat dua orang rekannya juga terdesak hebat dibawah gempuran Pemisah Hujan. Dia bersuit dan segera mengundurkan diri, dua orang penyerang lainnya pun mengikuti tindakan itu. Beberapa gumpal benda dibanting, menyebabkan asap kelabu beraroma pedas. Prawita Sari nampak mengibaskan tangan berulang kali, dalam sekejap asap kelabu terhempas sirna, dan orang-orang yang menyamar itupun turut sirna. Situasi agak gaduh saat menyadari akibat yang ditimbulkan asap itu membuat mata pedih.
"Basuh kelopak kalian dengan ludah!" buru-buru Pemisah Hujan mengingatkan. Dia tidak berminat mengejar mereka, justru menyongsong rekannya yang sedang menunggu diujung hutan.
"Guru, permainanmu sangat menarik!" seru "sang rekan"
yang membuat beberapa pengawal tersisa terkejut.
Ternyata entah sejak kapan sang rekan, sudah berganti menjadi Prawita Sari, dan orang yang menjadi "Prawita Sari"
tentu saja adalah rekan Pemisah Hujan.
"Sejak kapan guru menyadari ada orang yang mengincar diriku?" Tanya gadis itu.
"Setelah aku menemukan keanehan di rumah singgah,"
jawab gurunya. Dia memandang berkeliling, beberapa orang terlihat muncul dari balik pohon, mereka tidak mendekat hanya memperhatikan Pemisah Hujan. "Apa yang kalian temukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada jejak, kecuali kami menemukan wanita dan tiga orang pengawal yang dilumpuhkan." Sahut orang itu, dan mereka kembali lenyap di balik rimbunan pohon. Sudah menjadi kewajaran jika kemanapun sang putri melangkah, ayahnya akan mengirimkan orang-orang paling baik untuk melindungi, baik secara terang-terangan atau tersembunyi.
"Ada satu orang yang tidak muncul?" gumam Pemisah Hujan.
"Dia tentu berpikir ulang saat melihatmu bisa menguraikan keadaan di rumah singgah itu." Sahut rekannya yang sudah mengganti riasannya.
"Apakah dari awal guru tahu, ada orang yang memalsu pengawal?" Tanya Prawita Sari penasaran.
"Tidak. Aku hanya mengenal ada aroma tubuh yang berbeda. Jadi, sudah jelas itu bukan orang kita " sederhana sekali." Cetusnya membuat sang murid manggut-manggut.
Pantas saja sang guru sempat mengendus tiap orang sebelum mereka berangkat. Rupanya itu caranya "mengenal" orang.
Pada saat Dua Bakat masuk dalam rombongan, Pemisah Hujan menyadari ada orang asing bersama mereka. Manakala kuda-kuda mereka meronta, dan keadaan menjadi ricuh dia memberi isyarat kepada rekannya untuk bertukar posisi dengan Prawita Sari"keadaan itu dilakukan bertepatan dengan masuknya Empat Serigala dan Tujuh Ruas menggantikan posisi para pengawal lain yang sudah mereka lumpuhkan, dan dilempar kedalam semak. Sang murid merasa permainan ini menarik, diapun segera melakukan perintah gurunya, sementara rekan Pemisah Hujan cukup berkuda didepan Winarsih dengan atribut yang dikenakan Prawita Sari, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak perlu menyamar, cukup menutup wajahnya dengan selendang"seperti kebiasaan wanita bangsawan pada umumnya. Sebelumnya, Pemisah Hujan sangat keberatan dengan pengawalan tambahan yang dilakukan oleh sembilan prajurit dibawah perintah ibu muridnya, tapi dengan kejadian ini, dia malah bersyukur, muslihatnya bisa berjalan dengan baik. Masing-masing pihak saling mengatur cara untuk menjebak satu sama lain, tapi kesudahannya tak satupun dari mereka yang mendapatkan hasil.
Sembilan Belantara menyaksikan dari kejauhan berlalunya rombongan itu, dia sudah bersusah payah menyiapkan jebakan pada jalanan yang lain. Tapi apa boleh buat, jebakannya tak sempat digunakan. Pemisah Hujan terlalu cerdas untuk terpancing kedalam siasatnya.
Dia kembali ke pondok persinggahan, masuk begitu saja.
ketiga temannya pun sudah ada disana, duduk terpekur. Bagi orang lain, kegagalan rencana yang didapat tadi cukup untuk merontokkan semangat, tapi tidak bagi mereka. Keempat orang itu selain memiliki perhitungan jitu, juga menguasai psikologi lapangan. Jika orang lain akan beranjak jauh-jauh dari pondok itu, mereka justru kembali kesana. Logikanya mudah, seorang pencuri tidak akan bersembunyi di rumah yang dia curi. Tinggal membalik kebiasaan itu, sudah cukup bagi mereka untuk mengelabui banyak orang. Yang mereka kawatirkan hanya satu, kegagalan ini apakah bisa ditoleransi"
Dua Bakat meraba pinggangnya, disana ada benda titipan dari Anusapatik yang akan diberikan pada tuannya. Pikirannya melayang, dia masih terngiang kalimat tuannya, bahwa; alasan muridnya menggunakan jasa mereka adalah karena namanya sangat berharga" Tapi berharga untuk siapa" Dua puluh tahun cukup untuk mengubur kenangan buruk tentang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, adakah yang masih mengingatnya hingga sekarang"
Siapa dia" Pusing kepala Dua Bakat memikirkan itu.
"Kalian gagal?" sebuah suara mengejutkan mereka. Lelaki gagah perkasa itu sudah duduk di belakang mereka tanpa disadari kehadirannya. "Aku ingin mendengar setiap detail laporanmu?"
Menata debar jantungnya yang tak teratur, Dua Bakat menghirup nafas dalam-dalam. Akhirnya ia menuturkan semua yang dilihat dan didengarnya.
"Bagus! Bagus! Bagus!" berturut-turut lelaki itu memujinya.
Tadinya mereka pikir akan ada kemarahan atau nada sinis, ternyata tidak. Suara orang itu seperti sedang Tentu saja mereka tak mengerti apa maksudnya. "Aku memang sudah menyangkanya, jika orang itu ikut, kau tak akan berhasil!
Lebih dari itu, aku hanya memastikan saja" aku hanya memastikan saja" bagus sekali!" katanya berulang-ulang
"Jadi, bagaimana?" Tanya Dua Bakat merasa marah, tapi ditahannya perasaan itu. Dia cukup sadar, kemampuannya belum bisa memadai murid tuannya.
"Tidak ada apa-apa lagi?"
"Maksudnya?" Dua Bakat benar benar tidak mengerti perilaku orang itu.
"Untuk saat ini, tak ada yang harus kau lakukan. Tapi terhitung satu bulan dari sekarang menculik Prawita Sari adalah keharusan!" kata lelaki perkasa ini dengan nada dalam, senyumannya sudah menghilang dari bibirnya.
Dua Bakat ternganga, "Tapi.. Tapi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saat ini dan esok hari tentu berbeda. Aku cukup mengenal reputasimu, dan untuk yang berikutnya aku tidak ingin mendengar berita kegagalan!" dari tempat duduknya lelaki ini menggerakkan tangan seperti melambai, akibatnya luar biasa" keempat orang yang memiliki kemahiran hebat itu tersedot seperti daun kering, mereka tidak sempat mempertahankan diri, karena semua itu begitu mendadak.
Tap-tap! Sebuah totokan bersarang di ulu hati masing-masing.
"Uhhuk?" empat orang itu terbatuk-batuk sampai rasanya ingin mutah, tapi tak bisa juga, yang keluar hanya dahak.
Perut rasanya kembung, dan rasa pahit menjalar ke tenggorokan.
"Apa yang kau lakukan"!" seru Dua Bakat masih terbatuk-batuk.
Lelaki itu tersenyum, "Bukan apa-apa, hanya kuberikan cara supaya kalian menghamba padaku dengan ikhlas."
Mereka saling pandang, tiap orang memiliki perasan yang sama: "penjara" lama mereka tenyata lebih menyenangkan.
"Kalian akan tergantung padaku, tiap dua minggu sekali"
kalian harus menjumpaiku untuk sedikit melonggarkan ikatan pada jantung."
Nasi sudah menjadi bubur, perkataan lelaki itu membuat mereka serasa mengalami d?jav?, ya" pada masa lalu pemilik Pedang Tetesan Embun juga mengancam mereka dengan hal semacam itu, bedanya; dia menginginkan supaya mereka terpojok dan tidak banyak melakukan banyak hal"jika tak ingin mengatakannya sebagai bertobat. Kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibandingkan dengan lelaki ini, prilaku pemilik Pedang Tetesan Embun jauh lebih baik.
"Di..dimana kami bisa menemukanmu?" Tanya Sembilan Belantara.
Lelaki itu tertawa pendek. "Kalian bisa mencari jejakku dengan upaya yang keras." Dengusnya datar.
Rupanya kedatangannya kali ini hanya untuk "mengikat"
empat orang itu, tanpa memberi kesempatan Dua Bakat sekalian untuk bertanya, bayangannya sudah lenyap ditelan temaran sore.
"Semoga tuan bisa menolong kita?" gumam Tujuh Ruas merasakan perutnya mulai penuh dengan angin, dan hampir bersamaan mereka berempat melepas kentut, makin banyak kentut, makin membuat perasaaan lega. Nampaknya bunyi
"dut-pret" yang saling bersahutan, akan bertahan cukup lama.
===0~Didit~DewiKZ~0=== 107 " Domino Effect : Tugas Aneh
Pagi hari sudah dijelang, Dua Bakat sekalian sudah bangun dengan perasaan yang tidak nyaman, selain perut masih berasa kembung, tenggorokan juga terasa lebih pahit.
"Kalian sudah bangun?" sebuah suara menyapa, membuat mereka bergegas bangun.
"Tuan?" serempak mereka menyapa orang tua berwajah teduh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan tugasmu?"
Dua Bakat merapikan bajunya sesaat, lalu dia mengisahkan semua kejadian dari awal sampai akhir. ?"
begitulah, ternyata murid tuan hanya bermaksud melihat situasi, saya pikir semula dia ingin melihat kesigapan para pengawal gadis sasarannya, tapi saya kira bukan seperti itu tujuannya."
Orang tua itu terlihat diam sambil termenung, semua langkah 'murid' yang sudah diajari banyak hal tentang pengetahuan milik keluarganya, membuat dia bangga berbareng kecewa. Dia bangga melihat lelaki itu bisa mengembangkan ilmu totokan yang amat rumit menjadi sebuah kemahiran yang sangat khas, dan itu hanya di miliki dia sendiri"itu bisa dilihat dari jenis totokan yang menimpa Dua Bakat sekalian. Tapi disisi lain, dia kecewa karena orang itu tak lagi bisa di kendalikan.
"Kalian lakukan saja apa maunya, itu akan menguntungkan bagiku untuk mencari strategi untuk menghentikannya."
Dua Bakat mengiyakan. ?" apakah tuan dapat
menyembuhkan totokan ini?" tanyanya berhati-hati.
Lelaki itu itu sudah menyangka anak buahnya akan bertanya begitu. "Sayang sekali, aku tidak dapat" totokan yang menimpa kalian adalah kemahiran khas keluarganya.
Aku tidak menguasainya." Tentu saja jawaban itu hanya untuk menyelamatkan mukanya sendiri, pada hakikatnya dia kurang percaya diri untuk membuka totokan yang bersumber dari ajarannya"tanpa membuat Dua Bakat sekalian menderita atau mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki tua itu memberi isyarat supaya selain Dua Bakat untuk keluar, tanpa membantah ketiga orang itu keluar. "Apa yang kau dapatkan dari Anusapatik?" tanyanya setelah dalam ruangan hanya tinggal mereka berdua.
"Ini tuan?" Dua Bakat menjawab sembari mengangsurkan benda yang dia dapatkan dari Anusapatik.
Lelaki tua ini melihat barang itu dengan termangu sesaat, sebuah helaan nafas yang sarat makna mengiringi jemarinya saat membuka bungkusan. Dua Bakat bisa melihat, ternyata dalam bungkusan itu hanya potongan-potongan besi, segumpal rambut, dan gagang pisau serta lipatan kulit yang diduga berisi surat. Dua Bakat memperhatikan tindak tanduk tuannya yang dirasa cukup aneh, sebab dia juga mengeluarkan bungkusan serupa dari balik bajunya. Caranya membungkus dan warna bungkusan itu sama persis. Dua Bakat tidak tahu, entah maksud apa yang tersembunyi di balik itu semua. Sang tuan membuka bungkusannya sendiri, isinya: kepingan kayu dengan lekukan bermotif segi lima terpahat didalamnya, ikat rambut, sarung pisau, dan lipatan kulit.
Masing-masing lipatan kulit itu di bentang dan di satukan satu sama lain, Dua Bakat bisa melihat jika itu adalah gambar peta. Terlihat seulas senyum di bibir tuanya.
"Kau siap dengan tugas kedua?"
Dua Bakat tergagu dengan pertanyaan sang tuan. "Apakah itu memakan waktu?" sahutnya dengan terbata.
"Tergantung caramu kerja?" ujarnya menjawab dengan sedikit tidak senang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon ma-maaf tuan, bukan bermaksud menolak?"
katanya buru-buru menyadari nada ketidaksukaan sang tuan.
"Masalahnya, tiap dua minggu saya harus menjumpai murid tuan untuk melonggarkan akibat totokannya?"
Lelaki tua ini menyumpah dalam hati, dia tidak menyangka orang yang pernah diharap menjadi kaki tangan paling diandalkan, ternyata menjadi salah satu batu sandungannya.
"Kau bisa gunakan teman-temanmu untuk melajak jejak muridku. Toh tugasmu untuk menculik Prawita Sari masih satu bulan lagi." Katanya seolah tidak perduli.
"Ba-baiklah?" katanya dengan nada apa boleh buat. "Apa yang ingin tuan tugaskan?"
Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lelaki tua berwajah teduh itu memasukan potongan-potongan besi yang di dapat dari Anusapatik kedalam kayu yang terlihat seperti cetakan itu. Ternyata potongan besi itu dengan sempurna mengisi legokan berbentuk segi lima dalam kayu itu. "Serahkan benda ini pada kasir bendahara kerajaan."
Sambil menerima kayu yang sudah diisi potongan besi Dua Bakat mengeluh dalam hati, untuk menyerahkan benda itu, tidak semudah kelihatannya. Paling tidak dia harus menyamar belasan kali sebelum sampai kehadapan kasir. Pekerjaan itu bukan hal yang menyulitkan buatnya, tapi mengamati situasi untuk mendapatkan samaran yang tepat saat menjumpai si kasir, jelas masalah yang lebih pelik.
"Berikan ini, pada petugas pengurus bendungan." Lelaki tua itu memberikan gumpalan rambut yang sudah diikat rapi oleh ikat rambut tuannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat mengiyakan, dia cukup tahu bendungan yang dimaksud tuannya.
"Terakhir, kau cari sebuah besi yang pas dengan sarung dan gagangnya di Pasar Larih, lalu kau minta tukarkan itu dengan sebatang pisau dapur."
Dua Bakat manggut-manggut. "Tuan, boleh saya bicara?"
ujarnya ragu, di masa lalu perintah tuannya tidak boleh di bantah, dan ditanyakan.
Wajah lelaki tua ini nampak membayangkan kemarahan, namun hanya sedetik saja. Dua Bakat tidak menyadari itu.
"Kau mau bertanya?"
"Betul tuan, ma-maaf jika saya harus bertanya. Apakah saya harus melakukan ini sesuai urutan" Atau saya lakukan lebih dulu mana-mana yang lebih mudah?"
"Mana yang menurutmu mudah, lakukan saja." jawab sang tuan singkat.
"Ma-maaf tuan" selama dua puluh tahun otak ini tidak dipakai dengan semestinya, saya kawatir banyak pertimbangan yang menjadi tumpul. Apakah tidak ada tindakan lain yang harus saya lakukan daripada yang sudah disebutkan tadi saya berharap, semua tindakan tidak lagi ditafsirkan ulang" khawatir otak saya tidak sanggup lagi.
Malah membuat rencana tuan gagal?"
Lelaki tua itu tertawa pendek. "Tidak, lakukan saja seperti yang kukatakan. Setelah kau melakukannya, kau tinggal menanti di tempat ini. Aku akan datang dengan tugas terakhir, selanjutnya, kau bebas!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat terkesima, tapi diapun menyadari bebas dari sang tuan, bukan berarti bebas dari muridnya" benar-benar ucapan tidak berguna. Tentu saja dia tidak akan menyampaikan keluhan itu pada tuannya. Hanya sebuah keluhan yang tersimpan dalam hati.
"Terima kasih." Hanya itu yang bisa di ucapkannya, sepasang matanya menatap tubuh tua sang majikan yang lenyap dari balik pintu. Hatinya terasa sangat gundah. Pagi itu dia mengatur segala sesuatunya untuk melacak jejak murid sang majikan. Semuanya di serahkan pada ketiga rekannya, sementara dia sendiri harus melakukan semua tugas yang gampang-gampang susah dari sang tuan.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Semua tugas yang di perintahkan sang majikan, seluruhnya ada di dalam Kota Skandhawara"Pusat Pemerintahan Kerajaan Kadungga, menurut Dua Bakat ini sebuah keberuntungan. Sebelum memasuki pusat kota, menuju kearah timur ada Bendungan ?ubham, memang tidak keliru dinamakan seperti itu, karena berarti; kebahagiaan.
Bendungan ?ubham mendatangkan kebahagian bagi semua penduduk, baik dia berprofesi sebagai: nelayan, tukang pancing, pencari pasir, sampai petani, semua merasakan manfaat dari Bendungan ?ubham.
Konon, arsitek yang membangun Bendungan ?ubham didatangkan dari Negeri Majusi, bangsa yang kebanyakan penduduknya menyembah matahari. Pembangunan
bendungan itu sendiri memakan waktu hampir sepuluh tahun, mengingat sungai yang dibendung begitu deras. Dua Bakat melihat dari tepi sungai kemegahan bendungan itu, sebuah bangunan yang melintang sepanjang 75 tombak (150 meter) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ketinggian hingga 15 tombak, lebar bendungan itupun membuatnya berdecak, 5 tombak. Entah berapa banyak tenaga dan biaya yang di butuhkan untuk membangun sebuah karya yang sangat bermanfaat itu.
Mata Dua Bakat jelas lelah memperhatikan orang-orang yang sekiranya akan dia berikan barang titipan tuannya.
Empat kali dirinya menyamar untuk bertanya siapa gerangan petugas pengurus bendungan, ada dua jawaban berbeda, tapi ada tiga orang menjawab lebih banyak pada satu nama, dan dia memutuskan untuk menunggu orang yang bernama Tusarasmi. Hampir saja Dua Bakat tertawa saat menyadari itu adalah nama seorang lelaki. Tusarasmi berarti bulan, lebih cocok digunakan untuk wanita. Persetan amat! Yang penting tugasku selesai. Pikir Dua Bakat sambil berjalan memasuki penjagaan yang ada di seputar bendungan.
Kalau saja bukan Dua Bakat yang masuk, mungkin prosedur yang dilakukan para penjaga akan membuat siapapun kewalahan. Tapi wajah yang di gunakan Dua Bakat memang sangat familier bagi para penjaga, tentu saja tak satupun yang mempersulit lelaki yang kali ini sedang menyamar sebagai petugas ransum.
Begitu masuk, tanpa menjumpai kesulitan berarti; Dua Bakat berhasil menjumpai Tusarasmi, barulah dia paham kenapa orang itu dinamai "bulan", sebab wajahnya kelewat bundar, pipinyapun montok, saat tersenyum matanya terpejam ditelan lekukan pipi yang mengembang. Sekilas orang itu terlihat sangat ramah, tapi Dua Bakat tak bisa dibohongi dengan penampilan semacam itu, hawa orang yang sering membunuh dengan yang tidak pernah, bisa dia bedakan dengan sangat jelas. Dan orang itu benar-benar membuat bulu kuduk Dua Bakat meremang. Satu pertanyaan besar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali timbul di benaknya, kenapa tuan harus menghubungi orang-orang semacam itu" Tapi Dua Bakat tak sanggup menduga apa yang akan di lakukan tuannya, dari pada pusing memikirkan, dia lebih suka mengerjakan tanpa berpikir!
"Oh, kau" ada apa?" Tanya Tusarasmi dengan suara yang membuat Dua Bakat ingin segera berlalu dari tempat itu, suara lelaki gemuk berwajah bulat itu, persis suara wanita, sayangnya lebih melengking dan persis tikus terjepit pintu!
Dua Bakat tak menjawab sepatah katapun, dia
menyerahkan sebuah bungkusan dari kain, didalamnya terdapat rambut yang sudah diikat rapi. Tusarasmi menerimanya dengan alis menjengit, diperhatikan wajah "anak buahnya" sekilas, lalu dia membuka perlahan.
Bukan ekspresi terkejut yang di lihat Dua Bakat, melainkan tawa yang amat lebar, membuat Dua Bakat mengira orang itu bisa memakan buah kelapa sekali telan.
"Bagus! Bagus!" katanya entah berapa belas kali, lalu dari laci mejanya dia mengeluarkan kain hijau, dan membungkus rambut itu. Begitu selesai, dia membuang bungkusan berisi rambut itu keluar jendela. Lontarannya ringan, tapi Dua Bakat bisa menyaksikan lontaran itu disertai dengan desakan hawa sakti yang cukup besar, membuat kain yang berbobot ringan itu terlontar jauh, sebelum akhirnya jatuh dan hanyut dibawa arus sungai.
Tidak menyaksikan lebih lanjut, Dua Bakat segera memutuskan untuk pergi.
"Tunggu!" lengking suara itu membuat langkah Dua Bakat terhenti. Lagi-lagi si wajah bulat itu mengeluarkan sesuatu dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lacinya. "Gunakan ini saat kau mengambil barang paling sulit!"
sebuah benda dilemparkan dengan lambat kehadapan Dua Bakat, tidak ada pilihan lain selain harus menyambutinya.
Sebuah bola berwarna hitam dengan permukaan yang sangat kasar, benda itu tidak besar, hanya seukuran jempol kaki. Dan itu sangat mirip dengan bola kabut asap yang pernah dia lemparkan pada Pemisah Hujan. Hanya saja, benda dari si wajah bulat itu, bobotnya lebih berat.
Dua Bakat mengangguk tanpa berkata apa-apa. Beberapa saat kemudian dia sudah berada jauh dari bendungan megah itu. Langkah kakinya sudah membawanya kesebuah pasar.
Dua Bakat sudah pernah ketempat itu sebelumnya, itu terjadi sudah begitu lama. Dan Pasar Larih nampaknya belum banyak berubah, kecuali beberapa penambahan bangunan kecil di sayap barat.
Dia tahu"kalau belum pindah, penjual besi, tosan aji, benda-benda kebutuhan sehari-hari ada tepat di pojok kiri pasar, tempat paling jarang di injak orang. Maklum saja, tidak setiap hari orang membeli pisau dapur.
Satu los bagian belakang pasar di pojok kiri, hanya terdapat empat pande besi, satu kios yang menjual tosan aji tampak sudah tutup. Siang itu, suasana cukup ramai, sedikitnya ada belasan orang sedang memilih-milih barang. Dua Bakat memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai kecil di luar pintu keluar pasar, dia memesan teh.
Matanya berkeliling menyapu mencari bangku kosong, sayangnya hanya tinggal satu, apa boleh buat Dua Bakat mengambil tempat itu, kebetulan di seberang meja seorang pemuda sedang asik menyantap hidangan ayam bakar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan?" pemuda itu menawari Dua Bakat, membuat lelaki yang sudah terbiasa sendiri dan dalam dua puluh tahun terakhir ini bahkan tak pernah bermasyarakat, tergagu sejenak. Kebaikan yang sangat alami dari kaum awam cukup menyentuh hatinya, dengan mengangguk seraya tersenyum, dia tidak berkata apa-apa.
"Kedai ini memiliki masakan panggang terbaik." Ujar pemuda itu masih sambil mengunyah. "Tuan, saya sarankan anda memesan nasi campur dengan ayam panggang"
sambalnya enak sekali.." berkata begitu, pemuda ini melambaikan tangannya. "Pelayan, dua porsi lagi!" katanya.
"Aku mentraktirmu?"
"Jangan!" seru Dua Bakat terkejut melihat betapa luwesnya pemuda itu, keramahan yang tak pernah di rasa itu membuatnya lupa menaruh waspada.
Pemuda itu nampak tertegun, penolakan lelaki itu terlihat begitu tegas dan agak sedikit tegang. "Jangan kawatir tuan, aku memiliki cukup uang untuk mentraktir dua puluh orang dengan hidangan terbaik" bukan berarti aku orang kaya, tidak! Aku baru saja mendapatkan bayaran tambahan dari majikanku."
Dua Bakat memperhatikan pemuda itu, dari posturnya"
meski sedang duduk, dia bisa menebak tinggi pemuda itu sekitar 6 kaki (183 cm), dibandingkan dirinya jelas, pemuda itu lebih tinggi satu kepala"mungkin lebih. Penampilannya bersahaja, seperti pekerja pada umumnya. Tenang, orang seperti itu tidak perlu diwaspadai, pikir Dua Bakat merasa geli dengan perasaan yang tiba-tiba membisikan kewaspadaan.
Merasa kekawatirannya berlebihan, dia memperhatikan lebih lanjut, pemuda ini seperti kebanyakan orang, Dua Bakat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa pemuda itu terlihat ramah, bibirnya terulas gurat senyum tak senyum, di dagunya terdapat gurat luka dengan belahan tipis. Hal yang paling menarik adalah, mata jernihnya yang cemerlang.
"Kalau kau bersikeras, baiklah!" kata Dua Bakat merasa tak enak untuk menolak.
Pemuda itu tersenyum, dua porsi hidangan ayam bakar menggoda hidung Dua Bakat untuk mencicipinya. Masa lalu yang membuatnya selalu harus waspada, membuat tiap tindak-tanduknya selalu berhati-hati, lidahnya mencicipi sedikit. Beragam racun dia sudah mengenal rasa dan aromanya, kali ini dia tidak menjumpai hal itu.
"Hahaha?" si pemuda tertawa lepas. "Begini caranya makan ayam panggang!" Katanya sembari menyikat paha ayam dalam gigitan besar. Tidak banyak bicara, seluruh hidangan sudah berpindah ke dalam perutnya, dengan duduk bersandar pada dinding kedai pemuda itu nampak mengeluarkan uang.
"Tuan, jika kau ingin menambah, kembalianku masih cukup untuk satu porsi lagi." Katanya sembari berdiri setelah menghabiskan minumannya. Tanpa banyak cakap, pemuda itu pergi begitu saja.
Dua Bakat merasa berkesan dengan pertemuannya dengan pemuda itu, namun itu hanya sebuah jeda "hiburan"
disela-sela tugas-tugasnya yang aneh. Tidak menyia-nyiakan kebaikan hati pemuda itu, dia menambah lagi.
Satu jam sudah dilalui dengan menyenangkan, perut berisi membuat pandangan mata dan pertimbangannya lebih fokus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat memutuskan untuk mencoba satu demi satu para pande besi yang menjual beragam senjata dan alat kebutuhan sehari-hari itu. Jika mereka sama seperti Tusarasmi, apa yang menjadi nilai tukarnya tentu senada dengan yang di berikan lelaki berwajah bagai bulan itu.
"Aku mencari besi yang tepat dan seukuran." Kata Dua Bakat pada salah seorang pande besi. Orang itu mencari-cari pisau yang panjangnya sama dengan sarung (dan gagang) yang diberikan Dua Bakat.
Pande besi itu tidak memiliki benda yang seukuran, dia berteriak pada kawan penjual lainnya, merekapun tidak memiliki.
"Sayang sekali, tidak ada barang seperti yang kau kehendaki?" kata pande besi itu sambil meneruskan mengasah pisau dapur.
Dua Bakat mengangkat bahunya, ternyata tugasnya cukup menguras kesabaran juga. Dia berdiri setelah membenahi sarung pisau dan gagangnya, bersiap pergi.
"Tunggu tuan," tiba-tiba seorang pande besi memanggilnya, orang itu nampaknya sudah tua betul, jenggotnya menjela sampai kedada. Begitu mendekatinya Dua Bakat tahu, jenggot itu bukan bulu yang tumbuh di dagunya secara alami. Diam-diam dia tersenyum senang, nampaknya dia adalah orang yang dimaksud tuannya.
"Ya?" Dua Bakat mendekatinya.
"Mungkin aku punya, mari pinjam sarungnya" biar kuukur lebih dulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tegang Dua Bakat memperhatikan.
"Bagus! Bagus!" orang itu berkata berkali-kali, kejadiannya sama persis saat dia berhadapan dengan Tusarasmi. "Benar-benar pas!"
"Ya, sangat pas!" timpal Dua Bakat, dia memperhatikan sekelilingnya, tak ada yang memperhatikan mereka. "Aku minta pisau dapur?" katanya seraya memasukkan besi baru itu kedalam sarungnya, sebuah pisau bersarung lengkap sudah. Dengan cekatan pande besi itu menukar pisau bersarung itu dengan pisau dapur yang diberi sarung pula dengan dibungkus kain. Dua Bakat sempat melihat dalam bungkusan itu, terdapat sebuah benda yang sama persis dengan pemberian Tusarasmi, bedanya; benda itu berwarna merah.
"Gunakan sebelum hijau." Bisik pande besi itu sembari menghitung uang yang diberikan Dua Bakat, ada beberapa koin perak sisa kembali dari pemuda yang tadi mentraktir, ikut diberikan pada pande besi itu.
Dua Bakat bergegas pergi, dia akhirnya tahu urutan benda-benda yang akan dia dapat dari penukaran-penukaran itu. Dan urutan penggunaan benda bulat sebesar jempol itu adalah; Merah-Hijau-Hitam. Dia sudah mendapatkannya, tinggal satu benda berwarna hijau yang menurutnya akan membawa pada petualangan menegangkan.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
"Sudah saatnya?" gumam seorang pemacing, setelah berhasil mengail kain hijau yang terapung dipermainkan derasnya arus sungai. Kain itu jelas datang dari bendungan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nun jauh di hulu sana. Tubuhnya segera melesat diantara rerimbunan pohon beringin di tepi sungai.
Dua puluh tahun terakhir, dia sudah menjadi pemancing.
Awalnya dia adalah salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan, tapi gara-gara pemilik Pedang Tetesan Embun, terpaksa dia harus menyaru menjadi tukang pancing sialan. Itu tugas yang diberikan oleh pimpinan tertingginya, tugas yang seharusnya bisa dilakukan oleh orang lain, tapi apa boleh buat" sang pimpinan memutuskan untuk membunuh seluruh anak buah yang tidak berguna, dan menggunakan tenaga yang lebih segar. Meski dirinya termasuk orang yang sudah memutuskan untuk mengabdi setulus hati pada sang pimpinan, sebutir racun berkala tetap harus dia telan, sebuah racun yang membuat dirinya harus tiap bulan menghadap pada pimpinan untuk memberikan laporan. Benar-benar racun bangsat, pikirnya geram.
Untungnya sekarang sudah saatnya kami bergerak!
"Kabar bagus!" kata pemancing ini pada sosok penjual aren. Hari itu begitu banyak orang mampir kekedainya, dia tidak bisa bersikap menghormat pada lelaki tua yang bermulut menggoreskan senyum itu.
"Kau mendapatkan hasil pancingan?" Tanya pemilik kedai sambil menuangkan minum.
"Ya, ikan yang sangat besar!" katanya dengan antusias.
Pemilik kedai manggut-manggut sambil menuangkan bumbung bambunya kembali. "Ah, arennya habis" maaf tuan-tuan, sebentar lagi saya akan tutup. Harus menderes aren untuk persediaan esok hari!" katanya dengan nada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat sungkan dan memohon-mohon maaf pada para pelanggannya.
Beberapa tamu yang baru masuk nampak kecewa, dalam kedai tinggal beberapa orang, dan selekasnya menghabiskan minuman, mereka pergi. Kini, tinggallah pemilik kedai dengan pemancing itu berdua.
"Mana?" ujarnya dengan nada yang berkesan sangat menekan, jauh berbeda pada saat melayani pelanggan.
Pemancing itu menyerahkan kain hijau yang dia dapatkan, ikat kain itu terbuat dari kain berwarna kuning emas. Begitu dibuka, pemilik kedai aren itu tertawa dingin, wajahnya menyembulkan kekejaman.
"Mulai malam ini, kita menghubungi seluruh kawan-kawan seperjuangan!"
Pemancing itu tak begitu atusiasi, dia hanya menggumam saja.
"Aku tahu" aku tahu!" seru pemilik kedai aren dengan senyum masih mengembang. "Ini penawar untukmu, jika satu tahun kedepan kau masih hidup, aku akan membebaskanmu secara utuh!"
Mata Pemancing itu bercahaya, dua belas butir obat penawar racun cukup membuat semangatnya bangkit. "Aku bersumpah! Cita-cita kita yang dulu tertunda kali ini tak akan terhalang lagi!"
Sedetik sepeninggalan mereka, kedai aren itu terbakar tanpa sisa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Pandai besi itu mencabut jenggot palsunya, dalam ruang kerjanya dia membakar ujung sarung pisau dan gagangnya, yang didapat dari orang asing tadi. Sebuah api berwarna kehijauan membuatnya yakin, dengan berhati-hati disayatnya sarung pisau itu, sebuah lembaran rontal tergores tinta merah, membuatnya tersenyum.
"Tuan benar-benar sudah kembali?" pikirnya, segera mengganti bajunya. Dia sudah tahu tugas apa yang harus dilakukannya.
Perkumpulan Pratyatara adalah tujuan berikutnya, dia harus menyebarkan berita yang membuat pemilik perkumpulan milik Jung Simpar heboh karenanya. Jung Simpar, Jung Simpar.. kau bersumpah tidak pernah keluar meskipun ada berita paling menarik, tapi aku akan membuatmu keluar dari sarang anjingmu! Pikir pande besi ini dengan seringai bagai serigala.
Langkahnya tegap saat meninggalkan rumah yang disewa sebagai bengkel menempa besi. Tidak heran lelatu api yang masih banyak menyala tiba-tiba menghanguskan seluruh bangunan. Janda pemilik rumah itu hanya bisa menghela nafas penuh kesedihan. Kerugiannya memang tidak seberapa, tapi dengan terbakarnya rumah itu, artinya; lenyap sudah selimut malam yang membuat gairahnya berkobar tiap saat.
Ya, pande besi berjenggot panjang itu sangat pande...
membuatnya terbang kelangit tujuh" kali ini, dia mungkin akan mencari pande besi yang lain.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua Bakat menggunakan kemahirannya untuk menyerap informasi dalam beragam bentuk penyamaran, dan dia sudah mengerti jika kasir bendahara kerajaan hanya hadir satu minggu sekali, untuk melakukan beragam transaksi. Menurut informasi dari penjaga, hari kemarin adalah kehadiran kasir bendahara kerajaan. Dua Bakat mengeluh, sebelumnya dia sudah menghabiskan waktu tiga hari, jika harus menunggu enam hari lagi, bukankah waktunya akan sangat terbatas"
Sebab dia hanya punya lima hari sisa waktu untuk melonggarkan totokan dalam ulu hatinya. Selain jejak murid tuannya dirina juga belum tahu, apa lima hari cukup untuk menemui si kasir" Syukur jika cukup, kalau tidak" Dia harus membuang tujuh hari berikutnya dengan harap-harap cemas.
"Sialan?" makinya gemas.
===o~Marshall~DewiKZ~o===
Malam hari di Perguruan Merak Inggil nampak sunyi senyap, sesosok bayangan berindap-indap keluar dari perguruan itu. Gerakannya sangat cepat, tapi lesatannya nampak tak leluasa, sebab dia harus berhenti dan mencermati situasi. Memasuki Gunung Kumbhira, bayangan itu nampak sangat lega, sebab dia yakin tidak ada yang mengikutinya.
Tapi langkah kakinya surut selangkah, dia ingat betul"
hawa dingin itu, hawa dingin itu" wajahnya memucat, jemarinya mengepal dengan kencang.
Aku orang paling luar biasa, kenapa aku harus dipaksa sembunyi terus menerus" Geramnya dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kali ini aku tidak akan mundur, keluarlah!" bentaknya dengan nafas mengombak dada, pandangannya nyalang menyusuri kegelapan.
"Apa kau yakin?" tiba-tiba satu suara yang amat lembut membuat keringat dingin menitik di dahi orang tua itu.
"Jahanam!" gerungnya penuh amarah, tubuhnya
memancarkan sinar kekuningan, hawa panas berkobar meranggas membakar seputar lima puluh kaki darinya.
Batang-batang pohon yang terkena sengatan hawa panasnya, nampak tercabik dengan sayatan tipis dan amat halus.
"Tak ada gunanya kau kerahkan ilmu mustika Jari Sakti Tanpa Tanding, latihanmu memang sudah meningkat jauh dari waktu itu" tapi tetap tidak berguna!" saat kalimat "berguna"
lenyap, orang tua itu merasakan satu titik hawa dingin mengincar dahinya, cuma satu titik.
Dia ingat betul, ilmu itulah yang membuatnya tak bisa bergerak leluasa dalam sarangannya. Setitik serangan yang membidik dahinya membuat dia tak bisa berkonsentrasi, hawa saktinya berputar liar karena hawa satu titik itu menggoncangkan nalarnya. Putaran hawa saktinya yang tak terkendali jelas membuatnya gugup.
"Bangsat!" makinya dengan perasaan kacau, akhirnya dia memilih mundur, pada saat datang orang tua itu begitu cepat, saat kaburpun lebih cepat lagi.
Terdengar helaan nafas halus.
"Kenapa kau paksakan diri guru?" Tanya seorang lelaki pada wanita tua yang sedang duduk dengan mata terpejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak?" sekumur darah tumpah dari mulutnya.
"Guru?" seru suara wanita penuh rasa kawatir.
"Aku tidak apa-apa" hanya saja penyakit lamaku kambuh disaat bersamaan. Tidak disangka tua bangka itu berhasil menguasai puncak tertinggi dari tataran akhir Jari Sakti Tanpa Tanding. Jika dia bisa mendobrak rahasia-rahasia dibaliknya, aku kawatir jarang orang bisa menghadapinya. Kalian harus hati-hati?"
"Guru tidak perlu kawatir." Kata si lelaki dengan tegas.
"Dimataku ilmu mustika tak lebih dari sampah!"
"Ai" sejak kapan kau menjadi sombong seperti itu?"
Gumam sang guru membuat lelaki itu meminta maaf berkali-kali.
"Apakah dia siap menghadapi ini?" Tanya wanita tua itu dengan suara lemah.
Lelaki dan wanita itu saling pandang. "Saya yakin dia sudah sangat siap, semenjak terakhir kali kami bertemu, hingga saat ini kami tak sanggup mengendus jejaknya lagi. Dan agaknya lukayapun bukan halangan bagi dia." Kata sang wanita.
"Bagus" bagus" bagus" " gumamnya dengan tertawa perlahan, sambil tertatih perempuan tua itu di bimbing kedua muridnya, mereka menuju puncak Gunung Kumbhira dengan perlahan. Sebatang pedang yang menancap pada batu bergetar hebat, pancaran hawa amat dingin dari pedang itu tidak menggangu genggaman si lelaki saat menyedotnya dari jarak jauh, dia membelitkan begitu saja di pinggangnya.
===0~Didit~DewiKZ~0=== Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
108 " Domino Effect : Tugas Terakhir (")
Dua Bakat tidak pernah tidur, sepanjang hari dia terus mencari informasi bagaimana cara mendekati bendaharawan kerajaan, tiap detik yang mendebarkan membuat sakit kepala menyerang kian hebat. Bendaharawan Kerajaan adalah orang nomor lima dalam hirarki kerajaan, sudah jelas untuk menemuinya seperti memanjat langit. Jika kau tidak punya koneksi orang dalam, sekedar mimpi bertemu sang bendaharawan jelas terlalu berlebihan. Dua Bakat sangat paham aturan itu, karenanya dia tidak pernah membuang waktu percuma untuk mencari orang-orang di sekitar sang bendaharawan. Saat memanjat pohon, ada baiknya kau membutuhkan tangga untujkyang memudahkan mencapai puncaknya.
Rengu, adalah satu nama yang dia dapatkan,
alamatnyapun sudah dikantongi. Sesuai namanya, tampang orang itu nampak keras dan terkesan bengis. Menurut informasi yang bisa di percaya, selain Rengu bisa jadi salah satu alat untuk bertemu sang bendaharawan, dia juga paling suka berjudi. Cara berjudi sangat unik; sabung ayam, dadu, gasing dan konon menebak ukuran dalaman wanita adalah kesukaannya.
Dua Bakat mutlak bukan orang suci, bisa dibilang bajingan kelas berat, menghilangkan nyawa orang-pun menjadi pertimbangan nomor dua puluh, dan pencuri ulung pula. Tapi, sepanjang ingatannya dia cukup menghormati wanita, itu karena dia sangat sadar, sebejat-bejatnya manusia, ibunya jelas seorang wanita. Dia menghormati wanita sama halnya menghormati sang bunda, jika Rengu ingin berjudi menebak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jodoh Rajawali 29 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Pendekar Latah 7