Pencarian

Seruling Sakti 4

Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto Bagian 4


"Baik, aku tunggu." Sahut pemuda ini masih tetap ramah.
Lalu dengan duduk di ujung perahu, pemuda ini kembali mengawasi dinding tebing batu untuk menikmati keindahannya. Pemuda ini menghela nafas, dia sudah tidak begitu selera lagi menikmatinya, sekejap dia melirik, ada dua perahu yang jaraknya hanya berkisar lima-enam tombak dari perahunya.
Jaka melihat setiap perahu memiliki penumpang empat orang. Pemuda ini menggeleng gemas, Sekaliapun kalian bekerja secara rahasia, jika cara membuntuti orang, hanya berkemampuan begini, andaikan aku atasan kalian, siang-siang aku sudah memecatnya. Sepintas saja Jaka sudah tahu kalau mereka membuntutinya. Bagi orang awam, kedua perahu itu tiada sesuatu yang patut dicurigai. Tapi bagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan Jaka, justru banyak hal yang dapat ia simpulkan"
sekali pandang saja. Jika mereka adalah pelancong, bagaimana bisa ke delapan orang dalam dua perahu itu memiliki ciri yang sama" Rata-rata bertubuh kekar. Sekalipun mereka bersikap santai, tapi gerak-geriknya tidak leluasa"itu satu alasan kenapa Jaka mencela cara kerja mereka.
Adalah jamak jika Jaka berpikiran, bahwa penguntitnya hanya pion-pion"seorang keroco. Dan pandangan Jaka melayang tepi Telaga Batu, dia melihat sesosok tubuh tinggi besar, agak tersembunyi dari keramaian nelayan. Jaka tersenyum sembari menghela nafas, dia sudah dapat menarik kesimpulan bahwa delapan orang yang ada didua perahu itu adalah kawan, atau anak buah Bergola. Sebenarnya timbul dalam pikiran Jaka untuk melambaikan tangan kearah Bergola, tapi sesaat dia menyadari kalau itu bisa mengganggu ketenteraman keluarga Ki Lukita.
Untuk sesaat dia mengawasi perahu pesiar yang mewah, perahu itu berwarna abu-abu, di ujung badan perahu terlihat pahatan kepala naga. Dan pada bagian badan perahunya juga terlihat lukisan naga.
"Tapi, mungkinkah mereka juga anggota Perguruan Naga Batu?"
Sambil mengawasi perahu mewah itu, Jaka juga melirik sekilas ke arah dua perahu yang menguntit perahunya, bibirnya tersenyum tipis.
Mereka seharusnya bertindak sebelum aku jadi perhatian, ha-ha" kalian harus bersabar kalau tidak ingin bentrok Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan orang-orang Perguruan Naga Batu. Hh,
menyenangkan" kelihatannya persoalan ini bisa kuraba arahnya, tak jadi masalah bagaimana akhirnya nanti. Aku punya banyak alternatif untuk menyelesaikannya. Yah, tentunya dengan catatan, jika orang dalam perahu mewah itu adalah anggota Perguruan Naga Batu. Jika bukan, kemungkinan besar mereka satu perkumpulan dengan Bergola, mungkin tingkatan mereka lebih tinggi. Jika dugaanku benar, penguntitku ini pasti tidak ingin bertindak ceroboh, saat atasannya turun tangan sendiri. Rasanya cukup beralasan, mereka menguntitku setelah Bergola meninggalkan rumah Ki Lukita. Mungkin ada salah satu dari mereka, melihat diriku menjumpai Ki Lukita. Tapi aku yakin mereka tidak mengetahui untuk apa aku berjumpa dengan beliau! Kalian salah perhitungan, salah sasaran, salah pula mencari pelampiasan!
Hh" senang rasanya aku bisa menggerakkan badan lagi.
Keterlibatanku pada kejadian ini mungkin kebetulan, kusangka sederhana, tak nyana cukup gawat. Apakah ini keberuntungan atau kemalangan" Aku tak tahu" sambil memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, dengan sabar pemuda ini menunggu munculnya orang dari perahu mewah.
Berkelana beberapa lama dalam dunia persilatan, sudah cukup banyak pengalaman yang diperoleh anak muda ini.
Hanya saja dia sering kali bertindak ceroboh, masa bodoh, kadang acuh tak acuh. Meskipun dia tahu apa yang dilaluinya merupakan jebakan. Terkadang Jaka mengikuti permainan lawan lebih dahulu, baru setelah dia berada didalam, segala daya upaya dia curahkan untuk memecahkan kesulitan yang di alami. Menurutnya kesempatan itu sangat langka, dan dengan hal tersebut seluruh potensinya bisa ditarik keluar.
Sungguh pikiran yang aneh. Tentu saja dengan pikiran seperti itu, taruhannya sangat besar, nyawa! Tapi Jaka tak pernah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghiraukannya, bukan karena Jaka tidak takut mati, tetapi dia memiliki alasan tertentu, yang memang seharusnya dia lakukan. Sebagai ujian dan sebagai bekal.
Perlu diketahui, selama berkelana, pemuda ini boleh dibilang jarang"bukannya tidak pernah"sekali mempergunakan ilmu silatnya, ia selalu bertindak wajar, sebagai layaknya orang awam yang tidak tahu kepandaian silat, kalaupun keadaan terpaksa ia hanya mengerahkan olah-langkah dan peringan tubuhnya saja. Alasan utama dia bertindak demikian, karena dia mencegah dirinya agar tidak mencelakai siapapun. Tentu saja masih banyak alasan lain"
Tapi itu tidaklah absolut, artinya bisa saja Jaka bertindak, melihat situasi dan kondisi. Jika memang memungkinkan baginya tidak mengeluarkan ilmu silat, dia lebih suka berdiplomasi dari pada harus bertempur.
Kali ini Jaka berpikir apakah dirinya harus memperlihatkan bahwa dirinya mahir ilmu silat" Sambil menghela nafas panjang, pemuda ini makin tenggelam dalam lamunan. Dia tidak sadar kalau nona baju merah sudah keluar dari dalam bilik perahu.
Tapi anehnya, melihat pemuda itu sedang melamun, dia sama sekali tidak mengganggu. Mungkin setelah melapor, nona itu malah kena tegur sang guru, agar tidak bertindak kasar dengan calon tamunya.
Jaka masih merenung, Jika aku membuyarkan identitas"
bahwa aku memiliki ilmu silat, saat aku berkunjung kerumah Ki Lukita, mungkin tak leluasa lagi. Bisa saja, beliau malah dicurigai. Nanti malam Aki akan menghadari sebuah pertemuan, yang aku sendiri tidak tahu untuk apa. Jika kali ini mereka tahu bahwa aku menguasai ilmu silat, bukankah saat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kukuntit pertemuan nanti malam, Bergola mungkin sudah menduga bahwa aku yang datang" Lalu bagaimana dengan Ki Lukita" Sekalipun aku tahu beliau memiliki semacam kelompok rahasia, aku tidak boleh membuat beliau hidup tak tenang. Hh, masih banyak pemecahan dari persoalan ini.
Kalau saja saat ini kutunjukan bahwa aku mahir ilmu silat maka gerak-gerik Bergola tidak akan seberani saat ini, lagi pula Ki Lukita tidak akan di curigai bahwa beliau punya ilmu silat. Wah, apapun tindakan yang kuambil harus hati-hati, apa lagi aku juga dilarang menggunakan ilmu mustika. Hh, sebenarnya aku tak perlu merisaukan masalah seperti ini. Lagi pula, siapa bisa menduga apa yang akan kulakukan" Berpikir demikian, Jaka kelihatan lebih tenang.
Perlahan ia berdiri, lalu mendongkakkan kepala kearah perahu mewah itu. Entah berapa lama ia berpikir merangkai satu kesimpulan. Dilihatnya geladak perahu mewah besar itu sudah ada lima orang nona yang terlihat menanti dirinya.
Menyadari ia tak bisa menghindari undangan itu, iapun segera menaruh perhatian.
"Bagaimana, ada maksud apa tuan kalian ingin mengundangku?" tanya Jaka tak berbasa basi.
"Guru kami mengatakan bahwa ia selalu menjamu setiap orang berbakat bagus, ia mengatakan kalau tuan adalah orang yang berbakat bagus dalam bidang yang tuan tekuni, jadi beliau tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menjamu tuan." Kata nona berbaju merah. Jaka agak heran mendengar nona itu tidak berani berbicara keras dan kurang ajar seperti tadi, sesungguhnya pemuda ini paling suka kalau ada seorang gadis yang tidak pernah menutup-nutupi sifat aslinya dengan sikap ramah seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kalau menilik dari nada bicara nona baju merah itu pemuda ini dapat menyimpulkan bahwa orang dalam perahu mengetahui kalau ia menguasai sebuah kepandaian, mungkin orang itu mengukur tingkat kehandalan dan bakat dirinya dari seruling yang ia tiup tadi. Suara, ya" mereka mengukur keandalan orang dari suara! Berpikir seperti itu, mau tak mau Jaka harus waspada, sebab orang yang dapat mengetahui bakat orang hanya dari frekuensi suara, tergolong tokoh tingkatan tinggi.
"Jika aku menolak?" tanya Jaka sambil tersenyum.
Gadis-gadis itu saling tatap. "Berarti kau?" si nona baju merah tak meneruskan ucapannya.
"Ya?" "Kau?" "Aku kenapa?" "Kau orang tolol!"
Jaka melegak sesaat, lalu ia tertawa. "Memang benar aku orang tolol, malah tidak membuat repot guru kalian untuk mengundangku segala?"
Sungguh gemas mereka mendengar ucapan Jaka,
memang benar ucapan Jaka, logikanya kalau dia adalah orang tolol, maka undangan untuk menjamu orang berbakat kan tidak berlaku"
"Kau?" geram si gadis baju merah dongkol.
"Aku bagaimana nona?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan dia tuan." Tiba-tiba saja gadis baju hijau menyoja kearah Jaka.
"Ucapannya hanya menuruti kata hatinya."
Jaka tertawa. "Tidak mengapa, aku malah senang menghadapi orang-orang polos seperti dia."
Sungguh, baru disadari olehnya"si gadis baju merah"
bahwa; ia sangat beruntung memakai baju merah, sebab pipinya yang merona tidak diketahui teman-temannya. Ucapan Jaka yang sepintas lalu tadi, baginya lebih berpengaruh, dari pada rayuan.
Sejak awal Jaka memang tertarik untuk mengenal siapa orang dalam perahu. Jaka berkata menolak cuma iseng saja.
"Baiklah, demi menghormati kalian yang mau bersusah payah bertanya, aku akan segera datang."
"Terima kasih." Sahut gadis berbaju hijau.
"Sebelum aku lupa, kuingin bertanya" apakah kalian keberatan?"
"Silahkan, jangan sungkan-sungkan?" suara nona baju biru ini terdengar lebih empuk dan merdu ketimbang nona baju hijau dan nona baju merah.
"Apakah kalian" guru kalian, adalah anggota Perguruan Naga Batu?"
"Benar!" sahut nona baju biru memperhatikan Jaka lekat-lekat, meski jaraknya agak jauh, tetapi dia bisa melihat raut wajah si pemuda dengan jelas, dan sesaat kemudian ia tak berani memandangnya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar jawaban itu, Jaka menghela nafas antara lega dan gelisah, namun begitu, seluruh perhitungannya tadi jadi tidak sia-sia.
"Kalau begitu apakah aku harus segera datang?" tanya pemuda ini lagi.
"Tentu saja, guru kami sudah menanti?" setelah berkata begitu, nona baju biru menoleh kearah nona baju merah. "Adik sediakan tangga tali!"
"Tidak perlu nona!" sahut Jaka. "Biar aku yang datang kesitu?" setelah berkata begitu, Jaka mengeluarkan batu pemberat yang terikat pada tali di ujung perahu, di cemplungkan batu itu agar perahunya tak berpindah karena terhempas gelombang telaga. Setelah selesai, seperti tak sengaja, pemuda ini melirik sekejap kearah dua perahu yang ada dibelakangnya.
"Hm," mengumam perlahan penuh perhitangan, mendadak tubuhnya melecat keatas dan melayang bagai burung. Perahu yang dibuat tumpuan untuk meloncat, tak begerak"kecuali karena hempasan gelombang telaga.
Semula jarak antara perahunya dengan perahu mewah itu ada tujuh tombak, tapi kini sudah terpisah sepuluh tombak, karena perahunya terhempas oleh gelombang telaga. Dan anehnya Jaka tidak melompat menuju perahu mewah itu, pemuda ini malah melompat tinggi di atas perahunya.
Tiba-tiba saja di udara tubuh pemuda menggeliat lembut bagaikan sehelai kapas tertiup angin, dengan perlahan tubuhnya bergeser atau lebih tepat lagi, melayang! Dan akhirnya mencapai ujung perahu mewah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah pemuda itu terlihat biasa, nafasnya juga tidak terengah. Dari sini saja sudah terlihat betapa menakjubkan kelihayan peringan tubuh pemuda itu. Lima nona yang ada di perahu mewah itu terbelalak takjub melihat demonstrasi peringan tubuh yang amat sempurna. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau pemuda berusia paling tidak dua puluh tahun itu, memiliki peringan tubuh lihay.
Andai saja Jaka meloncat dari perahunya ke perahu mereka dengan jarak yang sama, kelima nona itu akan tetap mengaguminya. Bagaimanapun juga, meloncat tanpa ancang-ancang sejauh sepuluh tombak (20 meter) hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki dasar olah ilmu murni, dan latihan keras belasan tahun. Tapi apa yang dilakukan Jaka berkali lipat lebih hebat dari sekedar meloncat, hakikatnya ilmu meringankan tubuh macam itu belum pernah terlihat oleh mereka. Padahal selama banyak tahun mengikuti sang guru, mereka sudah merasa cukup berpengalaman, mereka yakin cukup tahu berbagai gerakan jurus-jurus perguruan lain. Tapi pengalaman kali ini benar-benar membungkam mereka dan makin melebarkan mata mereka, bahwa peringan tubuh pemuda ini tidak sama dengan pengetahuan yang mereka ketahui. Mereka sadar, sang tamu itu bukan sekedar pemuda biasa, mungkin saja salah satu murid sesepuh persilatan yang sudah mengundurkan diri. Tanpa terasa timbul rasa hormat padanya"
Ternyata, bukan hanya lima nona itu saja yang terkejut, mereka yang tadi menguntit Jaka, juga kaget bukan kepalang, dalam hati, mereka sangat bersyu?kur tidak bertindak ceroboh. Mereka sadar bisa jadi merekalah yang menjadi bulan-bulanan pemuda yang dikuntit tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu pula dengan Bergola dan temannya"dia yang melihat sembunyi-sembunyi dari tepi telaga"turut tercekat kaget. Wajahnya pias, rasa kawatirnya makin besar, begitu melihat pertunjukan peringan tubuh lihay tadi. Dia berpikir untuk menyusun rencana baru, kalau rencana lamanya gagal.
Tentu saja yang dimaksud 'rencana' disini adalah urusannya dengan Aki Lukita, ia mendapat laporan dari anak buahnya bahwa setelah kepergiannya datang seorang pemuda menjumpai Aki Lukita, karena takut Aki Lukita meminta bantuan atau membocorkan rahasianya pada pemuda itu, maka Bergola memata-matai Jaka dari jauh, dan berniat menghabisinya jika ada kesempatan. Tapi siapa duga peringan tubuh Jaka selihay itu" Sekalipun pemuda itu hanya memiliki peringan tubuh, bagi dirinya itu sudah cukup mengawatirkan. Kelak jika saling berhadapan, bisakah aku membunuhnya" Berpikir begitu, ciut nyali Bergola. Dia sadar, hal apapun tentang lawan, dia tak tahu sama sekali, jangankan untuk menghabisi, membayangkan jika dirinya bertemu dengan Jaka, tubuh Bergola berkeringat dingin.
Bergola segera mengundurkan diri, dia tak ingin ada orang tahu dirinya bersikap aneh"maklum saja, sehari-hari dia dikenal cukup supel"
"Dimana aku bisa menemui tuan rumah, nona?" tanya Jaka.
Mendengar pertanyaan itu, kelimanya terkejut, hampir bersamaan mereka tampak tersipu-sipu, begitu juga dengan nona baju merah. Sebab tadi dia bersikap sinis, akibat hatinya tersentil ucapan Jaka. Tapi begitu menyaksikan kelihayan peringan tubuh tadi, nona baju merah itu merasa malu pada dirinya. Saat Jaka sibuk menyangkal ucapannya, timbul keinginan dalam hati untuk menantang bertarung. Nyatanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah melihat pertunjukan lihay tadi, hatinya langsung dingin, perasaannya jadi tak tentram, untung saja sikap sinisnya tadi semata-mata lantaran dongkol, karena alasan yang diucapakan pemuda itu tak bisa dia bantah.
"Silahkan mengikutiku?" nona baju biru yang pertama kali tersadar.
Di iringi lima nona itu, akhirnya Jaka masuk ke dalam perahu mewah. Sesampainya didalam, pemuda ini melihat dua orang laki-laki paruh baya, dan seorang lagi sedikit lebih tua dari keduanya, mereka terlihat gagah berwibawa.
Wibawa mereka itu pasti bukannya didapatkan dengan cara yang mudah. Gurat tekad, kemauan tercermin dari sikapnya.
Diam-diam Jaka menghela nafas prihatin, dia sadar urusan ini bukan sekedar perjamuan saja, pasti akan berkembang lebih rumit. Meskipun merasa kurang nyaman, Jaka tidak bertindak kurang hormat.
Begitu berhadapan dengan mereka, Jaka sedikit membungkuk memberi hormat, "Saya Jaka, merasa terhormat dapat berjumpa dengan tokoh dari Perguruan Naga Batu."
14 - Beruluk Salam Menukar Muslihat
"Ah, saudara Jaka tidak perlu begitu sungkan," sahut lelaki berusia lima puluhan tahun itu. Dua lelaki berusia empat puluh tahun itu juga membalas memberi hormat pemuda itu.
"Mari, mari" silahkan duduk."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu duduk, nampak nona baju hijau membawa nampan yang berisi air teh dan makanan. Setelah nona baju hijau menghilang di balik bilik, tanpa basa basi lagi Jaka bertanya,
"Maaf jika pertanyaan saya agak keterlaluan, saya ingin tahu apa tujuan anda mengundang saya?"
"Jika tidak dijelaskan bisa jadi salah paham. Begini saudara Jaka, jabatan kami adalah pelindung Perguruan Naga Batu.
Aku bernama Sadewa dan dua rekanku ini bernama Kunta Reksi dan Kundalini, kami bertiga memiliki kesenangan yang sama yakni suka menjamu orang yang memiliki bakat hebat seperti anda ini. Tidak sangka saudara Jaka memiliki kemampuan diluar dugaan kami."
"Ah, terlalu memuji." pemuda ini tersenyum tersipu. Orang bisa tertipu dengan lagak Jaka, diluarnya saja ia nampak seperti orang yang polos tidak tahu masalah. Diamnya Jaka disebabkan memikirkan langkah yang harus ditempuh untuk menghadapi lawan.
"Menjamu orang berbakat" Aih, dari ucapanmu saja sudah menimbulkan prasangka yang buruk, kesenangan orang memang berbeda-beda, tapi ini aneh." Pikirnya.
"Untuk pertemuan yang pertama kali ini mari kita bersulang agar segala sesuatu selalu berjalan baik," kata Kundalini sambil mengangkat gelasnya. Lalu keempat orang itu sama-sama menenggak air teh itu.
Waspada adalah senjata utama berkelana, sudah tentu Jaka tidak mau bertindak bodoh. Meskipun dia tahu Perguruan Naga Batu bukan aliran sesat, mewaspadainya bukanlah hal buruk. Diluarnya saja ia terlihat minum air teh, padahal begitu air teh memasuki kerongkongan, ia segera mengerahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hawa murni dan dengan cepat menggumpalkan air teh itu.
Hawa murni yang dimiliki Jaka sangat kuat, teh yang masuk itu dapat ia gumpalkan menjadi es dan ia mutahkan kembali.
Tentu saja gumpalan es air teh itu, begitu sampai di tangannya dengan cepat diuapkan dengan hawa panas. Tentu saja "proses" itu berjalan sebagai mana layaknya orang minum. Begitu ketiga orang itu meletakan gelas, Jaka juga meletakkannya dalam keadaan kosong.
Andai saja salah satu dari ketiganya tahu apa yang dilakukan Jaka, mungkin mereka mengira Jaka adalah anak murid tokoh sakti yang mendapat limpahan tenaga dari sang guru.
"Kejadian ini merupakan kehormatan bagi kami. Kami sering menjamu orang-orang berbakat bagus dan memiliki kepandaian silat tinggi, tapi yang berkemampuan seperti saudara Jaka benar-benar baru kali ini kami temui?" kata Kunta Reksi sambil tertawa lebar.
Pemuda ini berlagak kikuk, "Ah, terlalu memuji.
Sesungguhnya selain meringankan tubuh, saya hanya menguasai sedikit sastra dan keterampilan memainkan seruling. Tiada yang lain?"
"Benarkah demikian?" tanya Sadewa dengan menatap pemuda itu lekat-lekat.
"Ya, sejak kecil ayah saya selalu ingin mengajarkan ilmu silat, tetapi ibu tidak setuju. Karena beda pendapat, maka kakek menganjurkan agar saya menguasai ilmu peringan tubuh saja, sehingga tidak perlu berkelahi," tutur pemuda ini asal bicara. Tentu saja bertemu dengan orang semacam mereka, Jaka tidak ingin bertindak ceroboh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang itu manggut-manggut, dari raut muka mereka terlihat percaya dengan perkataan Jaka. Sekalipun tak ingin percaya juga susah, karena tidak ada alasannya, apalagi cara bertutur kata pemuda itu, begitu polos, dan sepertinya tidak kawatir kalau orang hendak mencelakainya. Tentu saja Jaka tahu benar dengan kelebihan dirinya"dalam hal bicara dia yakin, caranya membawakan cerita sangat meyakinkan. Tapi, meski mereka terlihat percaya, tentu hanya tampak diluarnya saja, mereka mewaspadai kalau-kalau keterangan Jaka dibuat untuk menipu. Alasan mereka tidak percaya adalah, menilik dari ilmu peringan tubuh Jaka. Untuk menguasai peringan tubuh, syarat utama justru penguasaan tenaga murni yang luwes.
Dengan kemampuan yang diperlihatkan Jaka tadi, mutlak ilmu yang dikuasai pasti aliran murni. Diantara para pendekar yang berkelana, mereka yang tergolong aliran murni"yakni aliran yang diciptakan untuk kalangan sendiri, bukan mencangkok dari luar"bisa dihitung dengan jari. Jika kekesimpulannya demikian, maka mereka bisa memastikan, keluarga si pemuda pasti pendiri aliran murni tertentu. Mereka berpendapat angkatan tua si pemuda pasti bukan manusia sembarangan. Kata pepatah; bapak macan tak akan melahirkan anak anjing. Dengan demikian, meski mereka merasa Jaka adalah anak yang polos, kekuatan yang menopang dibelakangnnya harus dipehitungkan.
"Oh begitu. Omong-omong, saudara Jaka datang dari mana" Melihat keadaanmu, kusimpulkan engkau termasuk orang berada, yang sengaja melihat dunia luar?"
"Tepat sekali," seru pemuda ini sambil tertawa. Agak heran juga mereka melihat Jaka tidak terkejut, mungkinkah Jaka memang selugu itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam bercakap-cakap, pemuda ini memang tidak menggunakan istilah paman atau sebutan untuk orang yang lebih tua, sebab dia merasa tidak seharusnya begitu.
Bagaimanapun juga dia adalah tamu yang diundang. Seorang tamu undangan kan tidak perlu merendahkan diri"
"Orang tua saya tinggal di kota Kunta. Jika saudara menduga bahwa saya orang berada"tak bisa saya pungkiri bahwa orang tua saya termasuk keluarga terkaya. Kekayaan mereka berlimpah ruah"begitu yang dikatakan orang. Tapi saya tidak suka dengan keadaan itu."
"Kenapa?" "Orang kaya memang bagus, jika dermawan lebih bagus lagi. Jika kekayaan itu adalah hasil usahanya sendiri, apapun yang akan dilakukan olehnya pasti tak akan disesali. Berbeda dengan kekayaan turunan" yang terpikir hanya bagimana menghabiskan harta, atau bagiaman menjaga agar harta tetap banyak."
"Kau maksud, maaf" orang tuamu seperti itu?"
"Seperti itu?" "Memiliki harta turunan?"
Jaka merasa girang dengan pertanyaan ini, karena dia ingin tahu secerdik apa mereka. Sebab dipandang dari sudut kecepatan pikir untuk bereaksi terhadap sesuatu, mereka memiliki rasio bagus. Tapi ada hal lain yang membuat pemuda ini makin girang bahwa; dia tidak perlu susah-susah mengarang cerita, karena apa yang akan diucapakan bisa berarti ganda, biarlah mereka yang menebak sendiri, dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya hanya akan meneruskan pemikiran mereka"menurut Jaka itu rencana yang lumayan.
"Oh, tidak. Justru mereka mendapat kekayaan karena usaha sendiri, cukup dermawan dan cukup terpandang di kota."
"O" jadi apa keluhanmu?"
"Hidup susah sudah pasti tidak enak. Tapi lebih tak menyenangkan lagi, jika semuanya terlalu mudah. Coba saudara bayangkan, ingin ini-itu tinggal tunjuk, semuanya terkabul. Apa enaknya hidup seperti itu" Otak jadi malas berpikir, tak ada tantangan untuk merangsang semangat hidup. Hh" bisa-bisa mati lantaran bosan."
Penjelasan Jaka membuat ketiganya terkesip, hanya orang berprinsip saja yang sanggup meninggalkan harta benda demi mencari kebebasan. Karena kebanyakan orang, selalu sayang harta.
"Yah, berpikir demikianlah yang membuat saya memutuskan untuk pergi mencari pengalaman. Kabar terakhir yang saya dengar, orang tua sayapun pindah begitu saya pergi, mungkin mereka mencari saya."
"Tapi" rasanya agak kurang wajar pemuda seusiamu, berani mengambil keputusan begitu besarnya." Kata Kundalini menyahut sambil melirik sekejap kearah gelas minuman Jaka.
Ia melihat gelas pemuda itu kosong, tinggal ampas teh. Jaka tertawa dalam hati melihat lirikan sang tuan rumah, dia sudah tahu apa maksudnya.
"Hanya karena merasa lebih enak berada di alam bebas, seperti ditelaga ini. Pekerjaan saya selama berkelana, tak jauh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari mengunjungi tempat-tempat pesiar yang terkenal keindahannya."
"Maaf kalau boleh kami tahu,"
"Silahkan," "Jika sehari-hari saudara Jaka hanya kesana kemari tanpa tujuan seperti itu, dari mana anda dapatkan uang, untuk menutup biaya keseharian" Apakah sebelumnya anda membawa bekal banyak dari rumah?"
Jaka tertawa. "Jika sebelumnya saya membawa bekal, bukankah sama artinya saya orang munafik?"
Mereka tertegun dengan gaya tutur Jaka yang
membahasakan diri; bahwa, jika dia masih membawa harta kekayaan orang tuanya, sama saja munafik. Sungguh tak mereka sangka ada orang sepolos itu. Meski yang diucapakan Jaka lebih banyak ngelanturnya, untuk hal ini memang sesuai kenyataan.
"Jadi apa yang kau bawa?"
"Tentu saja hanya yang melekat dibadan saja."
"Jadi untuk makan, keseharian bagaimana?"
Jaka tersenyum, "Kenapa harus repot begitu" Saya tidak pernah memikirkan bahwa besok harus makan begini-begitu, harus menginap tempat tertentu. Alam begin luas, manusia tak akan kekurangan jika hanya untuk mengisi perut saja. Ya, memang kadang kala saya melakukan pekerjaan ini-itu, untuk sekedar bisa membeli baju atau bekal di perjalanan. Saya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa bebas, orang tak punya apa-apa, tidak menjadi perhatian kaum begal."
Mereka tersenyum mendengar komentar Jaka, mereka pikir Jaka ini pemuda unik. Mana ada orang yang hidup berkecukupan, mau hidup menggelandang demi sepatah kata bebas" Mau percaya rasanya agak mustahil, tak percaya juga susah"mengingat bahwa pemuda secakap Jaka yang memiliki peringan tubuh handal, hidup menggelandang" agak susah dinalar.
Pembicaraan berlanjut dengan menanyakan masing-masing kesukaan dan berbagai macam hal tetek bengek lainnya. Tentu saja Jaka menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar dan seolah tidak menyembunyikan sesuatu.
Namun mata pemuda ini awas sekali, ia sempat melihat Kundalini melirik kearah gelasnya lagi. Tiba-tiba saja Jaka merasa akan ada"mungkin sudah"sesuatu.
Sebenarnya permainan apa yang mereka siapkan" Ah, kenapa tadi tidak kucicipi dulu ini" Percuma aku punya pengetahuan racun kalau masih kawatir, seharusnya aku tidak perlu ragu.
Memutuskan demikan, dengan lagak ketagihan air teh, pemuda ini meminta lagi. "Air teh ini sungguh harum, boleh saya menambah?"
"Ah, saudara terlalu sungkan, bukankah kita sudah bersahabat" Silahkan, silahkan?" sahut Sadewa dengan simpatik. Sekilas matanya lelaki umur perten?gahan abad itu berkilat gembira, dan tentu saja hal ini tidak lepas dari perhatian Jaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih," ucap pemuda ini, segera menuang air teh kedalam gelasnya. Dengan santai Jaka menyesapnya perlahan, namun sejak semua ia sudah mengambil tindakan antisipasi.
Hawa murni panas-dingin dikerahkan untuk melindungi bagian lambung. Dua pengerahan hawa itu merupakan ajaran murni yang dia dapatkan dari teori-teori dalam kitab pengobatan"salah satu kegunaannya untuk mengetahui apakah makanan, minuman atau sesuatu yang masuk kedalam tubuhnya itu beracun atau tidak. Tentu saja selain kemampuan itu, indera penciumanlah yang berperan penting.
Meski Jaka sudah merasa ada yang kurang beres, tetapi indra penciumnya tak mendeteksi adanya racun. Jaka sangsi, jangan-jangan teh itu memang tak beracun, karena ragu pemuda ini memutuskan untuk mendeteksi dengan hawa murninya. Tapi begitu air teh menyentuh lidah, dalam sekejap lidah terasa kelu dan samar-samar ada aroma manis pahit getir tercampur. Keadaan seperti itu hanya terasa dalam sepersekian detik, tentu saja kalau orang biasa atau orang tidak tahu cara mengenali segala macam racun, tidak bakal menemukan tanda-tanda seperti itu! Apalagi air teh memang kebanyakan sedikit pahit. Sungguh cara meracun yang unik, lihay. Menyembunyikan rasa pahit dalam pahit, siapa pula yang dapat menduga"
Jika orang lain tak akan mengetahui hal itu, tentu saja Jaka berbeda. Lebih-lebih ketika menyadari racun apa yang dia minum, tapi diluarnya Jaka terlihat seperti biasa.
Gila, air ini berisi Bubuk Pelumpuh Otak. Sialan orang-orang ini, untung aku sudah curiga lebih dulu" Jaka terkejut karena perbuatan tuan rumah. Pemuda ini tidak perduli Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seberapa besar kadar dan pengaruh racun yang menyerang dirinya, karena ia mempunyai kepercayaan diri yang besar atas dirinya"bahwa ia sanggup mengatasi racun itu.
Setelah meminum air teh, wajah pemuda ini terlihat merah merona, sehingga seluruh wajahnya yang putih tersaput warna merah jingga. Tentu saja perubahan muka ini adalah hasil karya pemuda ini, dia sadar betul, reaksi pertama orang yang terkena Bubuk Pelumpuh Otak untuk takaran tertentu, adalah; untuk sesaat kepalanya terasa pusing dan wajah memerah untuk jangka waktu yang cukup lama"tanpa si korban tahu. Setelah tanda-tanda itu hilang berangsur-angsur si korban akan kehilangan kesadaran dan jati dirinya, dia mudah diperbudak, menerima perintah tanpa membantah pada orang yang pertama dilihatnya (setelah meminum racun), yang ada hanya jawaban 'ya'! Sebab seluruh rasio dan pertimbangan akalnya tak seimbang lagi.
Tapi Jaka tahu kalau kadar yang diberikan dalam minumannya masih tergolong ringan, pemuda ini memperhitungkan kalau sebelumnya ia kelihatan sudah meminum satu gelas dan kini ditambah satu gelas lagi, maka kadar bubuk pelumpuh itu dalam tubuhnya sudah ada seperenam bagian. Dengan takaran seperti itu, maka orang yang terke?na bubuk itu akan merasa sedikit bingung dan sungkan kepada orang yang ditemui pertama kali, dan jika pem-format-an (penghapusan) memori otak sudah dilakukan menyeluruh, dia tidak mungkin bisa membantah perintah orang yang ditemui pertama kali, untuk selamanya! Selama dia masih dalam kekuasaan Bubuk Pelumpuh Otak.
Tentu saja kejadian itu hanya berlaku untuk orang lain.
Untuk meracun pemuda ini, rasanya butuh metode lebih hebat dan racun yang lebih keras lagi, sebab urusan racun adalah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal biasa bagi Jaka. Hakikatnya permainan mereka serupa main kapak didepan tukang kayu. Pemuda ini hanya bermaksud hendak mengetahui sebenarnya apa yang hendak mereka lakukan pada dirinya.
Sedikit banyak bisa kuduga maksud terselubung mereka.
Pasti sebelumnya sudah banyak orang yang pernah mereka jamu seperti ini. Aih, berarti mereka sudah hilang kesadaran.
Sungguh berbahaya, apa tujuan mereka" Perlahan dia meletakkan gelas, wajahnya agak berkerut sedikit, kelihatannya diseperti sedang menahan pusing. Setelah beberapa waktu barulah kondisi Jaka berangsur-angsur pulih.
"Agaknya saudara Jaka benar-benar suka dengan teh ini?"
ujar Sadewa kembali berbicara.
"Memang benar," sahut pemuda ini sambil manggut-manggut. "Teh harum ini sungguh enak, sayang agak sedikit pahit."
Ketiganya tersenyum maklum. "Ehm, sebenarnya saya ingin bertanya, sebelumnya saudara Jaka tinggal dimana?"
tanya Kunta Reksi dengan ramah. Seharusnya setelah meminum bubuk pelumpuh otak, segala ingatannya sudah punah sama sekali, tapi dengan dosis tertentu, kondisi korban bisa beragam, mereka memiliki ingatan, tetapi mereka tunduk pada si pemberi perintah"seperti peran yang kini dimainkan Jaka.
Jaka tahu, orang ini sedang mencoba apakah kasiat dari bubuk mereka sudah bekerja atau belum. "Bukankah tadi ?"
hanya sampai disini saja Jaka bicara sebab ia kembali mengerutkan kening, seakan menahan pusing. Tiga orang itu saling pandang sekejap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, saya sampai lupa menjawab pertanyaan tadi, saya dulu tinggal di kota Kunta, orang tua saya merupakan hartawan yang memiliki kekayaan berlimpah ruah. Saya terpaksa kabur berkelana karena dipaksa menikah dengan anak seorang hartawan yang juga memiliki kekayaan sebanding dengan kekayaan orang tua saya,"
Cara Jaka bertutur kali ini"seandaianya jaman itu sudah ada Piala Oskar, sebagai penghargaan Academy Award"ia pasti pantas dianugerahi sebagai aktor terbaik.
"Lalu kenapa kau kabur" Apakah gadis itu berwajah jelek?"
tanya Kundalini tak sungkan lagi.
"Jelek" Ha-ha-ha, justru gadis itu adalah gadis tercantik di kotaku"kata mereka yang pernah melihat. Namun aku tidak mau, karena mereka menjodohkan kami semata-mata karena ingin melipat gandakan harta kekayaan mereka?"
Penjelasan pemuda ini tidak beda dengan yang tadi, diam-diam Sadewa membatin. "Anak ini benar-benar polos, banyak sudah pendekar muda yang terjatuh ditangan kami, satu pun tidak pernah menceritakan asal usul mereka, kalaupun ada, sudah tentu bohong. Tapi anak ini benar-benar menarik."
"Lalu selama berkelana, apa saja yang kau lakukan?"
kembali Kundalini bertanya.
"Tidak banyak yang kulakukan, hanya sekedar mengunjungi tempat indah, agar bisa melepaskan kepenatan hati. Suasana asri dan indah, memudahkan ber biasanya saya menetap sampai satu dua bulan, dengan membuat syair dan mencurahkan keindahan lewat suling, puaslah hati ini?" tentu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja penjelasan pemuda ini tidak beda dengan yang tadi, ketiga orang ini saling pandang dan perasan heran.
Anak ini benar-benar polos! Gerutu Kundalini dalam hati.
Tak ada informasi berarti yang bisa mereka dapatkan sebagai perbendaharaan.
"Wah, agaknya kita kali ini salah menjaring ikan. Pemuda yang seperti ini tidak cocok buat kita," pikir Kunta Reksi.
Lain yang dipikir dua orang itu lain pula yang dipikir Sadewa. "Orang yang terkena bubuk kami, setangguh apapun dia, pasti jadi jinak, tak terkecuali bocah ini, sayang dia memiliki bakat begitu bagus, apa yang dikatakannya tadipun semua serupa, tiada kebohongan. Anak ini benar-benar menarik" sungguh bocah yang polos."
Kalau saja Sadewa tahu apa yang dilakukan Jaka, dia bisa mati karena keki.
"Lalu apakah kau punya pengalaman yang menarik?" tanya Sadewa lebih lanjut.
"Ehm, rasanya ada, pernah juga dulu saya mengalahkan gerombolan bandit kelas teri. Tapi sebenarnya bukan mengalahkan tapi membuat mereka menyerah sendiri."
"Bagaimana caranya?" Kunta Reksi bertanya penasaran.
"Mudah" cukup menghindar terus menerus. Karena sejak kecil yang kupelajari hanya ilmu meringankan tubuh, dan ilmu sastra saja, maka saya tidak tahu bagaimana caranya menyerang, paling juga hanya hajar-tendang sana-pukul sini.
Tapi kalau masalah mengelak, bukannya menyombong sih"
kurasa jarang yang sebaik aku. Dan tentu saja mereka yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerangku, menyerah! Mungkin kecapaian. Lucunya, mereka mengira kalau sengaja kupermainkan, padahal aku sendiri bingung memikirkan bagaimana cara menyerang mereka.
"Hi-hihi, sungguh lucu, dua puluh satu orang itu tiba-tiba berlutut didepanku. Tentu saja waktu itu aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan, namun kuberi nasehat pada mereka agar lebih baik lagi menjalani hidup ini bukan dengan cara sekarang, menjadi bandit. Kukatakan lebih baik hidup sederhana tapi dilandasi hati yang jujur dan bersih, orang akan lebih menghargainya. Setelah mendengar pesan itu mereka semua mengiyakan dan pergi?" untuk cerita yang ini Jaka memang tidak bohong.
Kali cerita Jaka benar-benar membuat hati tiga orang itu tergerak. "Apa lagi pengalaman menarikmu?"
"Mm?" pemuda ini berpikir sekejap. "Oh, ada lagi yang lebih menarik. Kalau tidak salah sudah selang satu tahun yang lalu, waktu itu aku berada di air terjun Lawang Pitu, saking terpana dengan keindahan alam, tanpa sadar aku melompat diantara batu dan kayu untuk lebih dekat ke air terjun, eh"
tidak tahunya ada seseorang yang memperhatikan ulahku.
"Beliau seorang kakek berusia delapan puluh tahun atau mungkin lebih. Hanya aneh, wajahnya itu merona merah segar seperti anak muda, benar-benar mengherankan! Beliau menegurku, begini katanya
'Eh, bocah cilik! Bakatmu jarang terdapat di dunia persilatan, kenapa kau hanya bisa melompat-lompat seperti kodok saja"', mendengar ucapannya itu, aku tidak mengira hanya dengan sekali lihat saja, Aki itu tahu bahwa aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang hanya memiliki peringan tubuh. Lalu dengan sabar kukatakan padanya,
'Orang tua saya memang hanya mengajarkan ini,mereka tidak ingin saya terlibat dalam perselisihan atau perkelahian yang tidak berarti"', mendengar ucapanku Aki itu tertawa geli.
'Bocah bodoh! Dengan bakat seperti ini kau hendak jadi orang biasa" Jadi petani yang hanya mengenal lumpur"',
"Aku tidak paham maksud perkataannya, terpaksa aku hanya diam. Mendadak Aki aneh itu bertanya lagi, 'Bocah cilik, apakah kau tidak ingin namamu termasyur mengalahkan nama tenar enam belas partai besar" Mengalahkan semua nama pendekar besar lainnya"', mendengar ucapan Aki itu aku paham dengan ucapannya yang tadi, lalu kujawab,
"'Menjadi tenar hanya membuat susah, kalau orang lain tahu bahwa saya ini orang tenar maka kemanapun pergi tidak akan ada tempat yang tenang buat kita. Sebagai orang tenar tentu saja banyak orang yang ingin mengambil hati kita dengan menjilat" saya malah ngeri, ketenaran bisa membawa manfaat besar tapi bisa pula membawa bencana yang lebih besar,' itulah yang kukatakan padanya.
Untuk beberapa lamanya Aki itu diam termenung. Tiba-tiba saja dia tertawa terbahak-bahak suaranya bahkan mengalahkan deruan air terjun. Dapatlah kuduga tenaga dalamnya sungguh sempurna. Setelah puas tertawa ia berteriak dengan nada girang,
"'Setua ini bisa bertemu dengan anak semacam kau, puas hatiku! Kau jauh dari noda, jauh dari rakus dan jauh dari gemerlap dunia yang menyesatkan"' Beliau mengulang kata Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu lagi, kemudian ia menyambung lagi ucapannya, 'Nak, maukah kau menjadi muridku"' tiba-tiba saja Aki ini bertanya begitu. Tentu saja aku kelabakan, lalu kukatakan padanya,
'Menjadi murid Aki merupakan kehormatan besar bagi saya, namun saya ingin berkelana lebih dulu, saya ingin menuntaskan keinginan hati, agar lebih terang melihat dunia."
"Mendengar perkataan saya itu Aki aneh itu tertawa,
'Bagus-bagus, aku mendapat calon murid sepertimu, tidaklah rugi kalau aku mengalah,' Aki itu berkata begitu sambil pergi, lalu sayup-sayup dari kejauhan, terdengar Aki itu berkata, "Apa itu sembilan mustika silat" Huh! Hanya membuat malu saja, tunggulah dunia. Aku akan munculkan seorang maha jago yang dapat melipat sembilan mustika!' mendengar perkataan Aki itu, aku memahami bahwa; beliau merasa tidak puas pada pemilik sembilan mustika. Percakapan kami membuatku lupa bahwa aku mendengar deruan air terjun. Kesan kakek itu sangat dalam terpatri diingatan, aku merasa simpati padanya."
Dan Jaka mengakhiri ceritanya.
Tiga orang itu saling pandang, agaknya cerita pemuda ini yang terakhir memang sangat mengesankan, apalagi saat Jaka menekankan kata pada melipat sembilan mustika hingga tak berdaya, tiga orang itu tahu apa artinya. Lagi pula tokoh yang digambarkan Jaka tadi mengingatkan mereka pada seseorang, dan wajah tiga orang itu berubah hebat. Padahal mereka mana tahu kalau semua itu hanya cerita karangan Jaka" Memang ada kejadian seperti itu, tetapi mengenai diangkat menjadi murid segala, hanya karangan Jaka saja.
Hakikatnya saat itu tiada percakapan basa-basi segala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau begitu masih ada ilmu yang lebih lihay dari sembilan mustika ilmu silat" Kalau benar, kejadian nanti benar-benar menghebohkan" pikir Sadewa.
"Lalu apakah kau mendengar janji, kapan Aki itu akan datang lagi?" tanya Kunta Reksi.
"Tidak, tapi menurut beliau, dia bisa menemukan aku dimana saja. Bagiku, tak menjadi masalah, apakah nanti menjadi muridnya atau tidak. Masih banyak hal-hal penting yang bisa kulakukan selain menjadi muridnya."
Suasana hening dalam sesaat, "Apakah saudara Jaka memang baru pertama kali datang ketempat ini?" tanya Kundalini.
Mendengar pertanyaan itu, dalam hatinya Jaka sudah dapat menuju kemana arah pembicaraan orang itu. Ha-ha, rupanya kau mulai menyelidiki diriku dengan seksama.
Silahkan saja kalian telan semua bualanku, jika kalian tahu cerita tadi tak lebih cuma khayalan, kalian bisa mati lantaran dongkol, pikir pemuda ini geli.
"Saya memang baru datang hari ini." Jawab pemuda ini singkat. Jaka tidak bohong bahwa dia baru datang hari ini, beda jika dia mengatakan "pernah". Dan mereka tak menyadari hal ini.
"Apakah saudara Jaka ada mampir,"
"Tentu saja," potong pemuda ini cepat. "Aku sempat mampir di rumah makan, dan penginapan Bulan Kenanga."
"Bukan itu maksud kami, apakah kau mampir ketempat seseorang?" tanya Kunta Reksi dengan nada meyakinkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O?" pemuda ini mangut-manggut, namun pikirannya berkerja cepat. "Apa mungkin mereka sekomplotan dengan Bergola" Jika benar, mungkin saja mereka salah satu pimpinannya."
Pemuda ini mengerutkan keningnya, agaknya ia kembali berlagak menahan pusing. Ketiga orang itu menunggu dengan sabar, sebab mereka memang tahu apa yang sedang terjadi.
Selang beberapa saat, pemuda ini sudah normal kembali.
"Ya, selain itu aku mampir dirumah Ki Sasro Lukita, dia salah satu sesepuh kota ini ?"
"Apa tujuanmu kesitu?" potong Kundalini tak sabar.
"Tak ada tujuan khusus, aku hanya ingin menanyakan tempat yang cocok untuk pesiar, tapi pada saat itu ada seorang tamu lelaki, dia bicara kasar dengan Aki itu. Aku enggan mencampuri urusan mereka, setelah lelaki itu pergi sebenarnya aku juga ingin pergi karena takut membuat perasaan Aki itu makin kalut. Tapi siapa sangka Aki Lukita mengetahui kedatanganku, dan diundang masuk. Apa boleh buat, akhirnya kuutarakan maksud keda?tanganku. Eh, benar-benar kebetulan, ternyata Aki Lukita merupakan salah satu sesepuh kota, beliau banyak bercerita mengenai sejarah kota dan berbagai tempat yang bisa dikunjungi untuk melancong.
Dari beliau aku mengenal adanya Perguruan Naga Batu, karenanya begitu melihat perahu ini, aku bisa menduga kalau penghuninya pasti anggota perguruan itu."
Tiga orang itu manggut-manggut, tentu saja mereka percaya karena hakekatnya mereka mengira Jaka sudah terkena bubuk racun mereka. Hanya saja mereka benar-benar menggerutu tak habis-habisnya, sebab pemuda macam Jaka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini jenis yang langka dan aneh, mereka berpendapat Jaka tidak bisa dimanfaatkan.
"Lalu apa saja yang diceritakan Aki Lukita?" tanya Kundalini.
"Selain mengenai cerita seputar kota. Aki Lukita juga menceritakan pengalamannya saat muda,"
"Bagaimana dengan lelaki besar itu" Apakah ini juga menceritakannya?" tanya Sadewa.
"Tidak, namun Aki Lukita mengatakan bahwa dia bernama Bergola. Seorang lelaki bersemangat, namun sayangnya salah memilih jalur, aku tidak tahu apanya yang salah dari lelaki itu, makanya tidak kutanggapi lebih lanjut. Mungkin saja jika aku me?nanggapi ucapannya, beliau akan menceritakan masalah berkenaan dengan Bergola. Sebab kulihat Aki itu begitu senang bercerita."
Mereka saling berpandangan, seperti sedang mencurahkan pemikiran mereka. Bibir mereka terlihat agak bergerak, kelihatannya orang itu sedang bercakap-cakap dengan ilmu menyampaikan suara.
Perlu diketahui, ilmu menyampaikan suara dengan mengirim getaran gelombang suara kepada orang yang dituju merupakan kepandaian khusus yang tak sembarang orang bisa memilikinya. Minimal, sebagai standar kemampuan tersebut, dia adalah salah satu guru besar perguruan terkemuka.
Diam-diam Jaka mengamati ketiganya dengan hati kagum juga mangkel, sebab pemuda ini berfikir tindakan ketiganya sangat tidak layak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana adi Reksi, apakah anak ini akan kita pakai?"
tanya Sadewa meminta pendapat.
"Menurutku tidak perlu, dia hanya bisa menggunakan ilmu peringan tubuh. Rasanya tidak banyak berguna?" sahut Kunta Reksi.
"Kau jangan salah, peringan tubuh yang ditujukan bocah ini, hanya beberapa orang yang bisa melakukannya. Mungkin diantara keluarganya malah ada yang lebih hebat lagi.
Kesimpulanku, untuk menguasai peringan tubuh seperti itu dibutuhkan bakat yang sangat bagus dan menurutku anak ini bisa jadi anggota kita yang sangat hebat. Bakat anak ini bisa dibilang luar biasa, dalam beberapa tahun mendatang, kita bisa menciptakan seorang pengawal amat tangguh." Kata Kundalini memberikan pendapatnya.
"Benar juga kata adi Kundalini,"
"Tapi kakang, dengan dibawah pengaruh bubuk kita, perkembangan otaknya tidak mungkin seperti biasa?"
timbrung Kunta Reksi, dari nadanya orang ini sepertinya setuju dengan usul Kundalini.
"Kalau begitu kita tawarkan sebagian saja, dan kita sisakan sedelapan bagian, dengan begitu kecerdasan dan segala sesuatunya tidak akan terhambat" sayang sekali kita menyia-nyiakan orang berbakat hebat seperti dia."
"Bagus, usul kakang memang baik sekali?" sahut Kunta Reksi. Dan tentunya suara mereka tidak terdengar keluar, sebab mereka bicara dengan ilmu menyampaikan suara tingkat tinggi sehingga bisa didengar oleh tiga orang sekaligus. Karena biasanya ilmu menyampaikan suara hanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa ditujukan pada satu orang saja, kalau ada orang yang bisa menujukan suaranya pada dua orang atau lebih berarti tenaga dalam mereka memang luar biasa.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Plok-plok! Sadewa menepuk tangannya, lalu dari dalam bilik keluar nona baju biru, dengan cekatan nona baju biru segera mengangkat poci, empat gelas serta makanan ringan tadi, dalam sekejap matanya menatap Jaka, pandangannya kelihatan sayu. Sepertinya nona ini sedang bersedih hati.
"Bawa kemari teh wangi dan sekalian daharan untuk makan siang," perintah Sadewa.
"Baik guru," sahut nona baju biru itu dengan segera, untuk sesaat Jaka melihat wajah nona itu berkilat gembira, pandangan sayunya tidak terlihat lagi.
Diam-diam pemuda ini heran, entah persoalan apa yang membebani si nona. Tapi karena sedang memperhitungkan sesuatu dia tidak memikirkan lebih lajut, kali ini Jaka merasa akan ada permainan lain. Mungkin lebih berbahaya.
Tak berapa lama kemudian, nona baju biru dibantu nona baju merah kelihatan keluar. Dua nona itu memegang nampan kayu. Dua poci cukup besar dan makan dengan berbagai macam lauknya segera tersedia didepan meja. Setelah menghidangkan makanan dan minuman yang diperlukan dua nona itu segera masuk kembali kedalam bilik.
"Mari kita bersantap," tanpa basa-basi Sadewa segera mempersilahkan.
Jaka-pun tidak mau banyak tanya lagi, karena hakekatnya dia harus terus bersandiwara masih dalam pengaruh bubuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembuyar syaraf otak. Setelah makan Sadewa menyuguhkan air teh wangi kepada pemuda ini.
"Mari?" dan mereka berempat minum.
Jaka segera tahu apa yang terkandung dalam air teh itu, ternyata dalam air teh ada penawar dari bubuk tadi, hanya saja kadarnya begitu ringan. Tapi pemuda ini tidak mau ceroboh dengan begitu saja menelannya, pemuda ini menggumpalkan apa yang ia makan dan minum sehingga terkumpul jadi satu di lambung.
"Ah, kenapa begitu mengantuk?" gumamnya sambil menguap tertahan, lalu diapun tidur.
Tentu saja tindakan Jaka demi memperlancar
sandiwaranya belaka. Dia tahu, apabila racun bubuk bertemu penawar, korban akan merasakan kantuk biarpun penawar bubuk itu hanya sedikit. Tiga orang itu membiarkan Jaka tertidur dikursinya, tangan pemuda ini bersedekap di dada.
Kelihatannya posisi tangan pemuda ini tidak memiliki maksud apa-apa, padahal Jaka sengaja begitu karena ia kawatir tiga orang itu menggeledah pakaiannya dan mendapatkan catatan Aki Lukita. Jika saja mereka mengusiknya, pemuda ini akan segera bertindak" Ternyata tiga orang itu sama sekali tidak mengusiknya.
Beberapa saat kemudian, Jaka menggeregap terbangun.
"Heran, kenapa bisa sampai ketiduran?" gerutu pemuda ini sambil menggaruk kepalanya. "Maaf, entah kenapa saya ketiduran?" pemuda ini berkata dengan lagak serba salah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tidak apa-apa, mungkin kau terlalu capai. Perjamuan kita sudah berakhir, kami sangat berkesan sekali dengan pertemuan ini... tentunya saudara Jaka juga begitu bukan?"
"Tentu saja, hanya saya tidak menyangka bakal bertindak kurang sopan."
"Ah, itu bukan masalah, kalau sudah bersahabat, kenapa mesti sungkan lagi?" ujar Kunta Reksi ramah.
"Ehm, saya rasa" saya sudah terlalu lama disini. Saya mohon pamit," pinta pemuda ini sambil berdiri.
"Oh, silahkan." Sadewa juga ikut berdiri, lalu ketiga orang ini mengantar Jaka keluar dari bilik kapal mewah itu.
Dibelakang mereka, kelima nona juga ikut mengiringi keluar.
"Berapa lama saudara Jaka berada di kota ini?" tanya Kundalini.
"Saya belum bisa memastikan, tapi melihat suasana tenteram dan sejuk seperti ini, mungkin saya akan tinggal satu atau dua bulan." Jawab pemuda ini.
"Apakah saudara Jaka akan tetap tinggal di penginapan Bunga Kenanga?" kali ini Kunta Reksi yang bertanya.
"Mungkin ya, mungkin juga tidak. Saya lebih suka menginap dialam bebas, tapi rencana saya dalam lima hari ini saya masih ada di penginapan, untuk selanjutnya saya akan melewatkan malam hari di alam bebas, dengan menikmati sinar bintang dan bulan." Sahutnya tanpa canggung"sok penyair.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar-benar pemuda kutu buku yang tidak perduli apa-apa!
Gerutu tiga orang itu dalam hati.
"Kalau begitu, kami harap lima hari mendatang, tepatnya tengah hari saudara Jaka datang ke Pesanggrahan Naga Batu, kurang lebih empat pal dari komplek Perguruan Naga Batu." Kata Sadewa dengan nada datar.
"Baik, saya akan datang." Jawab pemuda ini dengan mantap.
"Simpan ini?" Sadewa memberikan lencana berukir naga yang terbuat dari perunggu, ukurannya hanya separuh telapak tangan.
Jaka tak banyak bertanya, dia segera menyimpan lencana itu, tapi alisnya terus berkerut dan itu sudah cukup bagi Sadewa untuk mengetahui maksudnya.
"Lencana ini merupakan tanda masuk ke Perguruan Naga Batu, dengan lencana ini kau tidak akan menemui kesulitan untuk menjumpai kami." Jelas lelaki ini dengan nada datar dan mengandung wibawa.
Jaka manggut-manggut paham, "Kalau begitu terima kasih banyak!" katanya sedikit membungkuk hormat dan membalikan badan untuk segera pergi, ia harus bertindak begitu karena ia tahu bahwa hakikatnya mereka menganggap bahwa bubuk pelumpuh otak yang ada ditubuhnya tinggal sepedelapan bagian. Maka itu dia harus mengiyakan segala yang diminta mereka.
"Ada yang ingin saya tanyakan," tiba-tiba pemuda ini membalikan badannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan," ujar Kundalini.
"Tadi saya mendengar yang mengundang saya adalah anda sekalian dan nona, tapi saya tidak menjumpai nona yang dimaksudkan?" pemuda ini tampak penasaran.
Sadewa mengangguk-angguk, Anak ini cermat, segala apa yang dibicarakan orang ia ingat baik-baik bahkan hal yang sepele. Kelihatannya memang sebuah keberuntungan mendapatkannya, pikirnya dalam hati.
"Kau jawab pertanyaannya?" seru Sadewa pada nona baju merah.
"Baik guru," sahut nona ini sambil membungkuk. Lalu ia memutar tubuh dan menghadapi Jaka dengan wajah tertunduk. "Tadinya memang nona kami ingin bersua dengan tuan, tapi tiba-tiba saja nona tidak enak badan."
"Oh.. kiranya begitu," seru Jaka manggut-manggut.
"Mudah-mudahan saja ia segera sembuh." Sambungnya.
"Terima kasih atas perhatian tuan," sahut nona baju biru.
"Akan saya sampaikan pada nona."
"Ah, tidak perlu. Mungkin apa yang saya katakan hanya sekedar basa-basi." Kata pemuda ini sambil tertawa lebar.
Hanya saja ucapan pemuda ini, membuat lima nona pengiring itu saling pandang heran, didunia ini mana ada orang mengatakan kalau dirinya berbuat hanya untuk basa basi"
Begitu juga tiga orang pelindung Perguruan Naga Batu, mereka menggeleng dengan prihatin, mereka menganggap bahwa pemuda ini kelewat jujur dalam tindakannya. Apa yang ingin ia katakan dan ia lakukan selalu terang-terangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka agak rikuh juga melihat semua orang tidak menanggapi ucapannya. "Tadi itu" tentu saja saya mengatakannya dengan bersungguh hati." Sambungnya.
"Karena tidak ada kepentingan lain, saya mohon diri," pemuda ini berkata seraya membungkukkan badannya lagi, setelah tiga orang itu mengangguk, ia membalikan badan dan berjalan keujung perahu.
Dilihatnya jarak antara perahu mewah dengan perahunya itu sekarang sudah dua puluh tombak lebih. Untung saja sebelumnya Jaka sudah memasang pemberat pada perahu, kalau tidak tentu perahunya sudah terhempas ombak telaga entah kemana.
"Hiaah?" lengkingan kecil itu begitu nyaring bagai pekikan naga. Seiring dengan pekikan tadi, tubuhnya segera melayang tinggi dan bagai bulu tertiup angin pemuda ini turun perlahan dan sudah berada diperahunya kembali. Gerakannya tak berubah"seperti tadi, kelihatannya perbedaan jarak sepuluh tombak bukan hal berarti bagi pemuda ini. Apa yang dipertunjukan pemuda ini benar-benar peringan tubuh yang amat lihay, hakikatnya tiga orang itu belum pernah melihat ilmu sehebat itu.
Bagi mereka yang berpengalaman, dapatlah mengambil kesimpulan, jika peringan tubuh pemuda ini belum lagi dikembangkan penuh. Sebab caranya melompat begitu enteng, tanpa ancang-ancang, tak pengaruh jarak, nafaspun tak terlihat terengah.
Diam-diam ketiga orang ini menghela nafas gegetun, Baru anaknya saja sudah sehebat itu, entah bagaimana kehebatan orang tua, dan kakeknya" Sungguh berbahaya jika kita bermain api terlalu lama. Pikir Sadewa gelisah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lain yang dipikir Sadewa, lain pula yang dipikir kedua rekannya"Kundalini dan Kunta Reksi. Dengan bakat dan kemampuan sehebat itu, andai dia menguasai salah satu ilmu mustika, agaknya kecuali ditumbangkan oleh sesepuh persilatan, sulit mencari lawan sepadan.
Andai saja mereka tahu, bahwa Jaka menguasai tiga dari sembilan mustika ilmu silat, tentu saja mereka tidak akan bertindak dan berpikir demikian ceroboh. Orang yang menguasai ilmu mustika kan tidak berrasio"IQ"rendah, dan tidak akan semudah itu terjebak dalam permainan tadi.
Sesampainya diperahu, Jaka segera menarik pemberat dan mendayungnya perlahan-lahan, meninggalkan keramaian"
menjauhi perahu mewah tadi, hingga akhirnya ia sampai di pinggir tebing batu. Saat itu matahari sudah sedikit condong kebarat, sekitar dua-tiga jam kemudian bakal menjelang magrib.
Perahu yang ditumpang pemuda ini kembali dikayuh sehingga terhenti saat ujung perahunya menumbuk lembut sebuah batu yang mencuat dari permukaan air telaga. Jarak batu yang menjadi tambatan perahu, dengan dinding tebing kira-kira masih sepuluh tombak lagi. Melihat keadaan itu, Jaka berkesimpulan, sekitar dua puluh meter mendekati dinding tebing, banyak dipenuhi batu-batu menyembul. Mungkin, karena longsoran dari atas, atau berasal dari bongkahan batu dinding tebing yang retak.
Jaka menghela nafas, sungguh tak habis rasa kagumnya menatap bangunan alam dengan Tuhan sebagai "arsitek".
Saat dia berada ditepi telaga, rasanya tinggi tebing ini tak lebih sepuluh tombak, tapi saat mendekat, rasanya tebing itu bagaikan dinding raksasa yang menjulang tinggi, mungkin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingginya sampai empat atau lima puluh tombak lebih, lagipula dibagian puncak dinding tebing itu ada juga yang diselimuti awan. Pemandangan itu benar-benar membuat Jaka takjub.
Aih, sampai lupa" harus segera mengeluarkan apa yang tadi kutelan. Terpikir demikian, di ujung perahunya pemuda ini segera mengerahkan hawa murni, dia tekankan dibagian perut"lambung. Perlahan-lahan dibawa keatas, setelah gumpalan makanan sampai di kerongkongan, Jaka kembali menghimpun hawa murninya untuk mengangkat lagi sisa-sisa makanan dan minuman tadi.
"Huaaak..." seluruh makanan dan minuman yang ia telan tadi tumpah tanpa sisa.
Jaka menghela nafas lega. Untung keburu, kalau terlupa mungkin racun ini bisa membuatku sakit perut seharian" pikir pemuda ini seraya menghapus keringatnya. Sungguh tidak disangka, dalam perguruan yang diagungkan orang terdapat manusia seperti mereka. Benar-benar diluar dugaan, gerutunya gemas. Entah apa motivasi mereka berbuat begitu.
Aku harus bertindak cepat, jangan sampai perguruan itu tertimpa musibah" tapi bagaimana jika tindakan mereka bukan seperti dugaanku" Bisa saja mereka punya kepentingan yang baik" Ah tak mungkin, orang baik-baik tak akan menempuh jalan seperti mereka, menggunakan racun!
Hh, biar sajalah, toh pada saatnya bisa diselesaikan.
Jaka memperhatikan sekelilingnya gejolak hatinya langsung padam. Satu hal yang dia sendiri sadari, betapapun berat masalah yang sedang dihadapi, jika berada di alam seindah ini, emosi dan pikiran liar akan mengendap dengan sendirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka kembali memperhatikan keindahan Telaga Batu, sesaat ia melihat kesekelilingnya, banyak perahu pesiar yang sedang berlayar hilir mudik. Orang-orang yang mengikuti dirinya sudah tidak ada lagi. Dia juga tidak melihat perahu persiar mewah milik orang Perguruan Naga Batu.
"Setidaknya saat ini gerak-gerikku bebas. Siapa pun mereka, pasti menyangka aku terpengaruh racun mereka, huh! Misalkan mereka tahu, bahwa aku hanya terkena seperdelapan bubuk itu, merekapun tidak akan berani kurang ajar padaku. Lagi pula andai kata nanti malam aku menguntit gerak-gerik Ki Lukita, mereka jadi tidak curiga padaku. Hh, segala macam racun bulukan jangan harap bisa mencelakaiku," desah Jaka jengkel.
Pemuda ini kembali mendesah, terbayang betapa pedih dan menderitanya saat "dipaksa" harus menemukan penawar racun. Begitu banyak momen berbahaya"seperti saat dirinya diracuni, dengan sendirinya sedapat mungkin Jaka berupaya menawarkannya, sebesar apapun resikonya! Sebab itulah jalan yang harus dia perjuangkan untuk hidup! Dan itu pula yang harus terpaksa dia pelajari sekalipun bertentangan dengan hatinya" dan tak disangka-sangka semua itu membuatnya menjadi manusia, seperti saat ini" kembali ia menghela nafas. Sungguh rasa syukurnya pada Tuhan tak pernah putus, bahwa dia masih hidup hingga kini.
Latar belakang Jaka akan dikisahkan dalam bab tersendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
15 - Kisah Lampau Dalam Catatan Ki
Lukita Mengambil resiko"tanpa disadari"mungkin sudah menjadi kebiasaan Jaka. Saat racun pemilik perahu naga dilolohkan padanya, Jaka mengira bisa mengambil pelajaran, dengan menawarkannya. Tapi, nyatanya racun itu sudah pernah dia ketahui sebelumnya. Tentu saja menurut Jaka, kejadian itu tidak bermanfaat, selain kadarnya telalu rendah, racun semacam itu juga pernah dia tawarkan sebelumnya.
Jika bagi dirinya bubuk pelumpuh tadi termasuk "obat usang", mungkin berbeda bagi orang lain, bubuk itu termasuk racun yang jarang ditemui. Sudah tentu menurut pandangan kebanyakan orang, racun itu bukanlah "obat usang", tapi masuk dalam jajaran racun mematikan.
Setidaknya rasa kesalku terobati, bisa mengelabui mereka juga hasil cukup memuaskan. Apa tak pernah terpikir dibenak mereka, sebuah kegagalan" Memangnya setiap perbuatan yang berlaku untuk seseorang, bisa berlaku untuk yang lain"
Pikir Jaka merasa beruntung, bahwa mereka "ceroboh".
Pemuda ini tak memikirkan kemampuan dirinya, seolah tiap orang bisa berbuat seperti dia. Dengan sendirinya mereka"
orang Perguruan Naga Batu"yakin 100% atas keberhasilan racunnya. Tentu saja tak terpikir, bahwa; ada orang yang paham"dan bisa memunahkan"racun yang mereka
gunakan. Jaka mengayuh perahunya dengan tenang, perasaan dongkolnya sudah lenyap. Pemuda ini kembali menuju tengah telaga, karena dia harus mengembalikan perahu yang dipakainya, sebelum matahari tenggelam. Tapi sesaat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum dia berpikir untuk menyudahi pesiarnya, teringat olehnya catatan pemberian Ki Lukita.
Tidak ada salahnya aku membaca catatan Ki Lukita, tak ada orang yang menggangguku. Paling tidak, setengah jam aku sudah selesai dengan catatan ini.
Jaka berpikir, meskipun dia lebih lama lagi membaca catatan itu, rasanya tak masalah jika hanya sekedar mengembalikan perahu. Apalagi Jaka memutusakan, setelah
"acara pesiar yang mendebarkan" hari ini, malam nanti dia harus segera kerumah Aki, untuk membicarkan banyak hal.
Mumpung masih ada waktu luang sedikit, Jaka segera mengeluarkan catatan Ki Lukita. Saat menerimanya, Jaka tidak memperhatikan rupa dan tulisannya. Dia baru sadar, pada sampul catatan itu, tertulis goresan huruf yang indah.
CATATAN KEDUA, begitulah tertulis disampul depannya. Di bawahnya, terdapat tulisan lain; Di usia tiga puluh tahun meraih ketenaran dan julukan kosong, semuanya tertuang didalam.
Jaka sangat tertarik dengan gaya bahasa yang ditulis Ki Lukita, dari tulisan dan caranya ia menyampaikan, ia dapat menilai, Ki Lukita adalah orang yang sadar dengan kelebihan dan kekurangan dirinya. Dia sudah dapat melepaskan rasa keaku-an atau egois.
Halaman pertama Berkecimpung di dunia persilatan terlalu banyak pahit-getir dari pada kesenangannya. Kudapati, saat itu terlalu banyak ragam manusia yang bertindak sesuka hati. Terlalu banyak yang menempuh jalan sesat, mengerjakan segala perbuatan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kotor, entah apa enaknya. Tapi ada pula yang menuruti ajaran kebenaran.
Biasanya para penjahat yang tergolong "amatiran" selalu bertindak terang-terangan, kupikir itu lebih mudah dihadapi, dari pada mereka yang melakukannya sembunyi-sembunyi.
Diam-diam atau terang-terangan, tak masalah buatku, itu adalah tantangan, dan aku sangat menyukai seni berpikir"
cara bagaimana menangkap para durjana. Tapi tak terpikir olehku, ada juga durjana yang mengendalikan semua operasi busuknya di sebuah perguruan terhormat, Menak Inggil!
Siapapun tidak akan mengira dalam perguruan yang cukup masyur, bercokol seorang durjana, ya" apapun julukan baik padanya, orang itu memang iblis, seorang munafik yang membuatku merinding jika melihat wajahnya. Dia bernama Anusapatik" pada waktu kejadian itu, aku sudah dijuluki orang Naga Kepalan Baja. Mungkin orang menjulukiku karena aku adalah salah satu pewaris sembilan mustika ilmu silat.
Aku mengetahui perihal Anusapatik dari seseorang, ya"
bagiku si pembawa kabar sangat aneh dan misterius. Tak terbayangkan olehku ada orang memiliki peringan tubuh selihay dia. Saat itu aku baru sadar diatas langit masih ada langit. Karena tak tahu siapa orang itu, kujuluki saja dia Si Bayangan Angin.
Orang itu mengabarkan bahwa sedang ada sesuatu yang mengerikan tumbuh di dalam Perguruan Menak Inggil. Jika tak diberantas akan mengancam ketenangan orang banyak, aku diharuskan olehnya segera bertindak"tentu saja secara diam-diam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semula aku tak ingin mengetahui apakah kabar itu benar atau tidak, jadi aku tidak mengambil tindakan apa-apa.
Menurutku tak mungkin Perguruan Merak Inggil bertindak sejauh itu, apalagi aku kenal baik dengan ketuanya. Tapi pendapatku itu terpaksa kurubah, karena sahabat karibku sendiri Si Manusia Karet juga memberi kabar, bahwa dalam Perguruan Menak Inggil bercokol "bisul busuk?"itu istilahnya mengartikan keadaan bahaya, haha... orang itu memang kocak.
Tak perlu kupertimbangkan lagi, aku memang harus bertindak secepatrnya! Rasa penasaranku lebih banyak merangsang hatiku, dari pada harus menangani urusan yang semula kupandang penting" aku dan sobatku segera pergi kesana.
Namun apa yang kami temui waktu itu" Ternyata orang yang dikabarkan merupakan gembong iblis dan seorang munafik berbahaya, tak lebih hanya lelaki berumur sebaya denganku (30-an). Lelaki itu sangat ramah, kami hampir tak pecaya dengan apa yang di lihat, jika tak mengingat kenyataan yang sudah diketahui, kami pasti terjebak dalam perangkap orang itu. Tak kuduga sudah banyak jago yang dilumpuhkannya dengan pengaruh bubuk laknat Pelumpuh Otak. Sungguh, tindakannya itu tidak lagi tanggung-tanggung, dia benar-benar berambisi besar!
Membaca sampai disitu Jaka terkejut. Eh, bubuk itu lagi"
Heran, barang busuk itu kenapa banyak berperan" apakah Pelindung Perguruan Naga Batu juga ada hubungannya dengan cerita ini" Jangan-jangan, mereka salah satu anggota Anusapatik yang meneruskan cita-citanya" Apa mungkin semua ini hanya kebetulan" Jaka berpikir untuk beberapa saat. Merasa tak ada gunanya memikirkan hal yang belum Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu berkaitan"meski ada kesamaan, Jaka kembali membaca catatan Ki Lukita.
Halaman Keempat Sekian lama kami menyelidik, kami memperoleh kenyataan yang mengejutkan, yakni Anusapatik ada hubungan dengan Si Nyawa Pedang, konon orang itu pernah berjumpa dengan Raja Jagal, dan belajar beberapa kepandaian. Usut punya usut, Raja Jagal pernah berguru pada salah satu cucu murid Tabib Malaikat. Jadi aku berkesimpulan Anusapatik memperoleh kepandaian mengolah racun, lantaran para penghubungnya (Si Nyawa Pedang dan Raja Jagal) ada sedikit berhubungan dengan tokoh menggemparkan Tabib Malaikat.
Sampai disitu, mendadak wajah Jaka memucat, wajah yang biasa berseri itu terlihat berkerut-kerut sesaat, seolah pemuda ini menahan suatu perasaan yang tak bisa ia kemukakan pada siapapun, kecuali pada dirinya sendiri. Selang beberapa saat, Jaka menghela nafas panjang.
Untuk apa kupikirkan lagi, yang lalu biarlah berlalu. Suatu saat akan datang kesempatan baik bagiku, dengan alasan yang lebih baik pula... memangnya apa yang berlalu bagi pemuda ini" Apakah lantaran ada sepotong kata Tabib Malaikat, atau Si Nyawa Pedang, atau Raja Jagal" Apapun itu, rahasia tersebut masih tersimpan jauh dihati Jaka.
Pemuda ini kembali membaca dengan cermat.
Nama Tabib Malaikat sudah mengguncangkan dunia persilatan satu setengah abad silam. Mulanya kami benar-benar tidak percaya pada penyelidikan kami sendiri. Tapi menilik kepandaian Anusapatik dalam hal obat bius dan racun, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesimpulanku memang benar! Cuma yang membuatku bingung, apakah dia menguasai keahlian racun itu lantaran sebuah nama Tabib Malaikat" Jika bukan, lantas apa"
Apakah penyelidikan kami itu sia-sia belaka" Aku benar-benar bingung, beruntung rekan-rekan selalu mendukungku. Apapun hasil penyelidikan kami, kuputuskan untuk tidak bertindak gegabah.
Kabar miring kembali kuterima, kali ini menyatakan bahwa jago kelas satu dan kelas dua dari enam belas perguruan ternama, sudah dia pengaruhi. Tapi anehnya semua murid perguruan Menak Inggil, bahkan ketuanya sendiri, tidak tahu apa yang dilakukan manusia durjana itu. Aneh" dari mana Si Bayangan Angin mengetahui kabar itu"
Setengah tahun setelah berkunjung ke Menak Inggil, kami mendengar kabar, banyak jago-jago silat yang menghilang.
Segera kami menduga bahwa kejadian itu pasti ulah Anusapatik. Tapi kami tidak bisa bertindak begitu saja, sebab dunia persilatan juga memiliki peraturan keras. Kalau tidak ada bukti kuat, justru kamilah yang dituduh sebagai pengacau yang mencoba merusak hubungan baik Anusapatik dengan tokoh-tokoh sakti.
Perkara bahwa tokoh-tokoh sakti mendukung apa yang dilakukan Anusapatik, tak terpandang sebagai kejadian mencurigakan oleh para sesepuh. Tapi salah satu dari beliau memberi isyarat, "lakukan apa yang ingin kau lakukan, tapi berikan kami bukti". Terang saja kami tak bisa memberi mereka bukti dalam waktu dekat. Kami berpikir betapa ironisnya sebuah harga keadilan.
Kami insaf dengan situasi tersebut, apalagi karena hampir semua tokoh silat, mendukung"mungkin sudah dikuasai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepenuhnya"manusia itu. Kondisi yang maju salah mundur salah itu benar-benar buntu bagi kami, apa yang harus kami lakukan, kami hampir menyerah! Padahal pertarungan belum lagi dimulai! Sungguh, kuakui betapa pandaianya manusia bernama Anusapatik mengelola kekacauan, berkedok
"memberantas kejahatan".
Untung saja"dalam keadaan bimbang"kami kembali dikejutkan oleh kemunculan Bayangan Angin. Orang yang sangat misterius itu menyarankan agar kami masuk kedalam tubuh perkumpulan rahasia yang sedang dibentuk Anusapatik.
Namun saat itu kami menolak, ada banyak alasan kenapa kami tolak,
pertama : Anusapatik mungkin sudah curiga dengan berbagai penyelidikan yang kami lakukan.
Kedua; seandaianya dia tak curiga, bagaimana caranya kami memasukinya" Kami tak punya jalur kesana.
Ketiga; mutlak bagi kami, tidak bisa memasuki kelompok rahasia"walaupun sebagai anggota tingkat rendahan, karena setiap anggotanya dicekoki dengan bubuk racun. Lalu bagaimana kami bertindak"
Si Bayangan Angin hanya tertawa saja mendengar keluhan kami, dia berkata, cara apapun supaya kami lakukan untuk menyusup kedalam, dan untuk masalah racun, dia yang mengatasi. Si Bayangan Angin menyerahkan sebuah karung besar" ternyata isinya obat penawar racun.
Sungguh tak habis pikir aku dibuatnya. Kabar pertama kami terima, antisipasi racun juga kami terima dari dia, kenapa dia tidak menindaknya sendiri" Malah dikabarkan kepada kami"
Memangnya dia ada urusan lebih penting"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebimbang apapun aku memikirkan tindakannya, akhirnya aku percaya saja. Dia menyarankan kepada kami asal memakan sebuah pil berwarna merah, maka dalam jangka empat bulan biarpun kami dicekoki racun paling ganas, tak bakal mencelakakan kami begitulah katanya. Memangnya ada pil sehebat itu"
Sekalipun aku sudah percaya padanya, mendengar uraiannya tadi toh, muncul kembali kecurigaanku. Jangan-jangan Si Bayangan Angin juga salah satu antek Anusapatik yang bekerja diam-diam, seolah menetang orang itu, padahal ia justru membantu"melenyapkannya. Berpikir seperti itu, kami tak ingin bertindak ceroboh dengan mempercayai ucapannya begitu saja. Tapi nyatanya melihat kami berdua terdiam, Si Bayangan Angin tahu apa yang kami pikirkan.
Orang itu mengeluarkan sebuah lencana dari emas, sebuah lencana yang bergambar naga kepala tiga dan kepala harimau ditengahnya.
Melihat lencana itu kami tertegun tak percaya, lencana itu adalah milik pendekar besar yang amat disegani pada masa delapan dasawarsa lalu, orang yang disegani kaum persilatan itu adalah Pisau Empat Maut, pada jamannya, beliau merupakan tokoh yang menumpas Perkumpulan Angin Emas, sebuah perkumpulan yang berniat menguasai seluruh dunia persilatan dengan ilmu sihir dan racun. Kami tahu, waktu itu beliau hanya bertindak sendirian, namun berhasil menghancurkan perkumpulan yang memiliki jaringan luas.
Karena jasanya maka orang memilih dia untuk menjadi Ketua Dunia Persilatan. Dan mulai saat itu Lencana Tiga Naga Harimau muncul sebagai tanda keberadaannya...
Setelah melihat lencana itu, kami sadar bahwa orang itu berniat membantu kami. Saat itu sebelum kami bertindak, Si Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bayangan Angin mengatakan kalau dia adalah keturunan dari pemimpin dunia persilatan. Menurutnya, dia terpaksa bertindak secara rahasia, karena keadaan, juga lantaran tradisi dalam keluarga Pisau Empat Maut, karena hal itulah maka identitasnya aslinya tidak boleh tersiar.
Mendapatkan bantuan keturunan tokoh besar, tentu saja kami sangat bersyukur. Saat kami hendak pergi, orang itu menyarankan pada kami agar tiap tindakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati, sebab hakikatnya apa yang dilakukan Anusapatik sama sekali tiada orang yang tahu, tiada yang curiga. Hanya kami dan Bayangan Angin saja yang tahu tindakannya itu. Bayangan Angin juga mengatakan pada kami, dalam kurun waktu setengah tahun kedepan, Anusapatik segera muncul kepermukaan.
Kaget juga kami mendengarnya, sekalipun kami bertindak hati-hati, ada juga orang yang mengendus kegiatan kami. Dan segala sesuatunya terlambat" saat kami sudah berhasil menyelundup kedalam perkumpulan yang dinamakannya dengan Perkumpulan Dewa Darah, Anusapatik sudah bertindak! Padahal menurut perhitungan kami, masih ada empat bulan lagi baru bertindak. Sungguh gawat"
Tapi kamipun bersyukur bisa menyelundup masuk. Kami berencana akan membebaskan semua rekan dari kungkungan bubuk racun. Tapi sayangnya kami memang terlambat dan tidak bisa membaca situasi, hanya ada tujuh orang saja yang sanggup kami bebaskan dari bubuk laknat itu. Tapi itupun sudah cukup, tenaga mereka sangat kami butuhkan.
Keadaan makin gawat, kami tidak berani bertindak terang-terangan. Kami bertindak seolah masih berada dibawah pengaruh bubuk racun itu. Namun hati kami benar-benar sakit, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang dperintahkan pada kami dan semua rekan yang masih teracuni, adalah melakukan segala kekejian yang tak pernah terpikirkan. Manusia Karet"sobatku berpendapat bahwa, lebih baik kita segera memberontak, dari pada mengerjakan perintah laknat. Aku terpaksa menghalanginya, dan kukatakan kepadanya, bahwa kita tidak akan bertindak sebrutal itu, kita akan menotok orang yang kita lawan dengan totokan hidup-mati.
Dengan demikian korban yang terkena hanya akan pingsan dalam tiga hari dan mereka akan segera pulih kembali. Mula-mula ia tak setuju, namun aku juga mengatakan alasannya bahwa di perjalanan nanti kita bisa menyadarkan tiap anggota dengan membinaskan tiga orang yang menjadi pengamat dan juga merupakan kepercayaan Anusapatik. Setelah rencana tersusun matang, maka kami segera menjalankannya.
Tapi mendadak kami sadar, ada satu kesulitan yang tak terpikirkan lebih dulu, yakni; sebagai orang yang terkena racun, korban sama sekali tidak memiliki keinginan pribadi, konon lagi untuk bercakap-cakap dengan orang. Bagaimana mungkin kami bertindak diluar perintah para pengawas"
Menyadari sulitnya situasi, Manusia Karet menyarankan padaku, saat giliran membagi makan minum kita bisa menaruh obat penidur didalamnya.
Rencana itu memang bagus dan sangat sempurna, tapi pelaksanaannya sangat sulit. Pertama kami tidak memiliki obat bius, yang kedua karena rombongan kami ada puluhan orang, sedangkan giliran kami untuk menyediakan makan minum masih lama, jadi untuk bertindak sangat sulit. Bisa jadi sebelum kami sempat memperoleh giliran, kami sudah sampai ditempat tujuan, dan mulailah semua kebrutalan...
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir demikian, hati kami merasa sangat ngeri, untunglah ditengah jalan tiga orang pengamat itu menghentikan rombongan dan memutuskan untuk mencari jalan memutar agar perjalanan kami tidak diketahui orang.
Tapi sialnya, diperjalanan memutar itulah tiga pengamat itu membawa kawan lagi, mereka ada dua belas orang. Dan tentunya dua belas orang itu adalah antek kepercayaan Anusapatik pula. Akhirnya, tiba saatnya bagi kami menyediakan makan minum" tapi kami tidak tahu harus bertidak apa, obat bius yang dimaksudkan sobatku tidak ada pada kami.
Dari pada tak melakukan apapun, aku memutuskan bertindak, obat penawar yang diberikan oleh Bayangan Angin, kucampurkan pada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman yang kami butuhkan sangat banyak, maka obat penawar terpaksa kami habiskan untuk men?campur kedalamnya. Kami sadar, takaran dan kadar racun pada tiap korban berbeda-beda, menawarkan racun tak semudah"
hanya dengan mencampurkan saja. Tapi kondisi saat itu benar-benar tak memungkinkan kami untuk berpikir lain hal.
Saat memasukkan penawar, aku berharap obat itu benar-benar semujarab yang diceritakan Bayangan Angin, jadi tak ada takaran tertentu"bahwa harus memberinya penawar dengan kadar sekian, sekian, sekian" mudah-mudahan tidak begitu.
Tapi ada satu hal lagi yang kami lupakan, orang yang terkena bubuk racun, setelah meminum penawarnya akan tidur lelap dua-tiga jam. Saat mereka tertidur, tentunya lima belas pengamat curiga pada kami, sebagai orang yang menyiapkan makan minum. Kuduga, mereka akan segera menyerang kami"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk bertarung, kukira itu bukan masalah. Karena kami berdua adalah orang yang mewarisi salah satu sembilan mustika ilmu silat, aku menguasai Tapak Naga Besi sedangkan sobatku menguasai Hawa Bola Sakti.
"Oh, jadi yang dimaksudkan dengan sahabat karib Ki Lukita, bahwa beliau memiliki ilmu lihay apakah Manusia Karet" Mungkin aku harus banyak minta petunjuk padanya."
Jaka melanjutkan membacanya.
Jadi untuk masalah kemampuan ilmu silat kami bisa diandalkan. Tapi lima belas orang pengamat itupun bukan manusia gentong nasi belaka, mereka juga memiliki kelihayan hebat. Kami memperhitungkan, paling tidak kami bisa menahan lima belas orang itu dalam jangka waktu satu-dua jam. Tapi waktu itu Manusia Karet berpendapat lain, dia berpikir sekalipun kami sanggup menahan mereka, tapi setelah siuman tentu rekan kami sekalian akan linglung sebentar, mungkin saja keadaan itu bisa digunakan oleh lima belas orang itu untuk menyandera atau memfitnah bahwa kami adalah orang yang meracuni mereka.
Sebelum terjadinya pertarungan, kami meninggalkan semua resiko yang mungkin ditanggung. Berpikir demikian, kami segera memasukkan seluruh obat penawar kedalam makanan dan minuman. Dan satu hal paling penting dilakukan sahabatku, dia menulis keterangan singkat, yang rencananya akan dimasukan kesaku salah seorang rekan kami yang keracunan. Tulisan itu berisi penjelasan, bagaimana mereka diracuni oleh Anusapatik, pada tulisan terakhir, terpaksa dibubuhi dengan julukan kami agar mereka percaya bahwa, kondisi saat itu memang gawat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu berlalu terasa lambat, akhirnya semua orang segera menyantap makanan yang kami sediakan. Satu jam setelah makan, empat puluh tujuh jago yang keracunan tertidur lelap.
Saat itu aku bimbang, tapi Manusia Karet segera bertindak cepat. Ia juga pura-pura tertidur. Akupun melakukan hal yang sama. Sayang sekali para pengawas itu bukan manusia bodoh, mereka bertindak cekatan, tanpa pikir panjang lagi mereka langsung menyerangku dan menyerang Manusia Karet.
Dengan kemampuan kami berdua, ramalanku tepat sekali, dalam waktu satu-dua jam kami bisa menahan lima belas orang itu. Waktu itu kami sama sekali tidak menjatuhkan tangan maut pada mereka, sebab kami ingin menyadarkan orang-orang itu"siapa tahu mereka juga kena bius.
Sungguh keputusan tepat, mulia, pikir Jaka kagum dengan tindakan Ki Lukita dan sahabatnya. Kembali dia membaca.
Disaat-saat seperti itu, kami sama sekali tidak menyangka bahwa lima belas orang itu masih memiliki teman, untungnya teman mereka datang pada saat kami bertarung hampir dua jam, kalau tidak, usaha kami untuk mengulur waktu akan gagal. Lawan kami bertambah dua belas orang lagi. Saat itu kami bertekad mengadu jiwa, agar orang-orang itu tidak ada kesempatan mencekoki kembali, rekan kami yang sedang terlelap. Namun usaha kami agaknya akan mengalami kegagalan, sebab tenaga kami habis terkuras. Lawan terlalu tangguh, untung saja Tuhan masih melindungi kami, disaat genting Bayangan Angin dengan dua orang rekannya, muncul membantu kami. Akhirnya kami berhasil menyadarkan kembali rekan kami yang terkena racun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan mereka yang mengeroyok kami, segera menyadari situasi tidak memungkinkan, apalagi mereka juga melihat empat puluh tujuh jago sudah siuman, mereka segera kabur.
Kami membiarkan mereka pergi. Dan kami berlima memberi penjelasan pada rekan kami bahwa mereka baru saja terbebas dari racun. Empat puluh tujuh jago itu akhirnya mengingat kembali kejadian sebetulnya hingga mereka di cekoki racun oleh Anusapatik.
Lalu dengan kekuatan kami yang bertambah banyak, dan bekal obat penawar racun, kamipun segera membebaskan rekan yang ada di kelompok lain. Pada saat kami hendak mencari Anusapatik dan gerombolannya, ternyata mereka sudah raib entah kemana. Selama dua tahun kami bersama puluhan bahkan ratusan jago, mencari jejak orang itu untuk diadili. Tapi orang itu bagaikan ditelan bumi. Hingga akhirnya Perkumpulan Dewa Darah-pun lenyap dengan sendirinya.
Syukurlah tidak ada perusakan berarti selama intrik Anusapatik. Kami merasa sangat lega. Tapi aku berpendapat, bisa saja setiap saat perkumpulan itu bangkit kembali. Karena itu kami harus waspada dan senantiasa mengingatkan keturunan atau murid kami agar bertindak hati-hati. Menurut Bayangan Angin perkumpulan yang dipimpin Anusapatik, bertindak telegas dan memiliki ciri yang hampir sama dengan tindakan yang pernah dilakukan Perkumpulan Angin Emas.
Hari-hari berikutnya kami lalu dengan tenang. Tapi pada saat itu Bayangan Angin datang kembali, dia mengatakan Perkumpulan Dewa Darah hanya satu diantara banyak perkumpulan lainnya yang dipegang oleh seseorang yang bertindak lebih rahasia. Aku sebenarnya sangat heran, dari mana Bayangan Angin mendapat berita itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal aku dan puluhan jago lainnya sudah mencari kemana-mana, namun tak ketemu juga. Berita adanya perkumpulan lain juga tak kami dapati.
Karena kecurigaanku beralasan, maka tanpa sungkan kutanyakan pada Bayangan Angin. Lalu dia menjelaskan padaku, bahwa sesungguhnya keturunan dan anak murid Pisau Empat Maut adalah para mata-mata yang disebarkan diseluruh penjuru. Maksud mereka tersebar seperti itu untuk mengantisipasi agar kejadian seperti yang dilakukan Tabib Malaikat, Tabib Dewa dan Maha Racun, tidak terulang kembali. Akupun memahami tindakan mereka, namun Bayangan Angin mengatakan padaku agar setiap keterangan yang dikatakan padaku, harus dirahasiakan, tidak boleh seorangpun tahu akan hal ini"bahkan sobatku sendiri juga tak terkecuali.
Tentunya aku harus merahasiakan hal itu. Karena itulah kutulis buku ini untuk mencurahkan semua isi hatiku dan semua pengalamanku. Dan bagi yang mewarisinya juga harus menjaga rahasia ini.
Jaka menghela nafas panjang, ternyata catatan Ki Lukita itu belum pernah diberikan pada siapapun, bahkan pada cucunya sendiri, hal ini membuat dia merasa terharu. Jaka menyadari pada bab pertama yang dia baca, perkumpulan yang digambarkan Ki Lukita masih sepintas kilas saja.
Mungkin penjelasan berikutnya ada di bab kedua atau bab selanjutnya" pikir Jaka sembil membalik lembar berikutnya.
Halaman kedua belas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetulis disana, Latar Belakang Sembilan Mustika Ilmu Silat, tentu saja Jaka girang membaca tulisan itu. Hal inilah yang ingin dia ketahui, sebenarnya keisitimewaan apa yang membuatnya menjadi sembilan mustika ilmu silat" Tapi sebelum dia kembali membaca, Jaka merasa ragu untuk meneruskan. Jaka melongok keluar bilik perahu.
"Rupanya sudah mulai senja. Aku harus segera pulang, membacanya bisa kuteruskan kapan saja, tapi masalah yang baru kualami tadi tidak boleh dibiarkan saja, kupikir Ki Lukita harus tahu kejadian tadi." Pikir Jaka mengambil keputusan.
Jaka segera mengayuh dayungnya, tak berapa lama kemudian dia sampai di pinggir Telaga. Senja sudah menjelang, tapi suasana Telaga Batu masih ramai, telaga ini dipenuhi nelayan yang ingin menangkap ikan malam hari, tapi banyak diantara pelancong sudah pulang.
Jaka melihat lelaki setengah abad itu sedang duduk terkantuk-kantuk menunggui perahu yang disewanya.
"Pak," seru Jaka memanggil.
"Ya-ya?" lelaki itu menggeregap bangun. "Oh, tuan sudah kembali?"
"Ya, terima kasih kau mau menyewakan perahumu, apa aku terlalu lama?"
"Ah, tidak apa-apa, saya malah merasa kalau tuan terlalu sebentar, saya pikir kalau yang namanya lama tentu sampai tujuh-delapan jam. Tapi tuan hanya memakai perahu empat jam saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka tersenyum tidak menanggapi ucapan nelayan itu.
"Kalau begitu saya pamit," kata pemuda ini sambil mengangguk ramah.
"Oh, silahkan," seru nelayan ini sambil munduk-munduk.
Setelah Jaka tak kelihatan lagi, lelaki ini mengela nafas panjang. Dia mengapai seseorang di kejauhan sana, dan diserahkan perahu tadi padanya. Orang yang digapainya segera datang dengan wajah riang, dia tambah riang saat lelaki ini memberinya uang. Oh, ternyata lelaki itu bukan pemilik perahu sebenarnya. Tapi ada juga nelayan yang menyewa perahu, apa dia sengaja menyewanya untuk kepentingan lain"
"Sungguh, dia adalah satu-satunya pelancong yang bersikap ramah dan pemurah pada nelayan, jarang kiranya ada orang seperti itu. Apa yang dikatakan Kakang Lukita tidak salah, pemuda ini berbakat bagus, berwatak baik pula."
Lelaki paruh baya itu mengayunkan langkah, segera pergi dari situ. Ia terlihat mendekati seorang lelaki lainnya, oh"
ternyata seorang kakek, mungkin sepantar Ki Lukita. Kakek itu sedang duduk ongkang-ongkang kaki sambil menghisap rokok lintingan.
"Bagaimana Benggala, apakah benar calon yang cocok?"
tanya Aki itu, begitu lelaki berusia separuh abad sampai disitu.
"Lebih dari cocok, kurasa dia yang terbaik, calon sempurna Kakang Glagah. Peruntungannya, dan bakatnya jarang ditemui." Sahut orang itu yang ternyata bernama Benggala.
"Bagaimana dengan persiapan kita?"
"Sempurna kakang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika ada pion yang bisa menggertak lari lawan, menurutmu bagaimana?"
"Sangat baik, tapi bisa membuat perhitungan lawan berubah, begitupula dengan kita, mau tak mau siasat juga harus diperbaharui."
Ki Glagah menghembuskan asap rokok jauh-jauh,
"Kesimpulannya, kita tidak perlu kawatir dengan pemunculan mereka."
"Benar kakang?"
"Kabar yang kuterima, mereka segera beraksi dua bulan lagi." Gumamnya sambil menghisap rokok lintingannya dalam-dalam. "Bisa apa saja anak itu?" kembali Aki ini bertanya pada Benggala.
Ki Benggala memandang telaga sesaat. "Kakang bertanya padaku, bagaimana kepandaian seseorang yang sudah kakang saksikan."
"Ya, peringan tubuh seperti itu diantara kita tak ada yang memilikinya."
Ki Benggala tersenyum, "Bukannya membela dia, tapi peringan tubuh sehebat itu jarang terdapat didunia persilatan."
"Kau benar." "Darinya, Kakang Lukita mengetahui bahwa dia mahir olah langkah. Di tambah peringan tubuh yang lihay, siapa yang sanggup mengejarnya?"
Ki Glagah menggumam tak jelas, tadi dia sempat melihat Jaka menggembangkan peringan tubuhnya, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkesimpulan hanya orang berbakat, tekun, dan cerdas yang bisa menguasainya. Tapi menurutnya jika hanya kecerdasan yang ditonjolkan, bukan hal menyenangkan untuk membawanya menjadi bagian dari mereka. Orang cerdas sulit diatur, sulit diarahkan, bisa saja dia selalu yakin bahwa pendapatnya yang paling bagus"merasa lebih superior. Yang terpenting justru budi pekerti, dan kesetiaan.
"Masa Adi Lukita percaya begitu saja" Sekalipun cukup lihay peringan tubuhnya, belum tentu hal lain"seperti olah langkah, bisa dia kuasai."
Ki Benggala paham, maksud kakangnya. "Tentu saja Kakang Lukita tidak sembarang menarik kesimpulan. Dia bisa menyimpulkan demikian, lantaran pemuda itu mengerti barisan rumpun bunga dirumahnya, adalah formasi Lima Dewa Menjaring Langit. Mungkin bagi pakar fomasi barisan, tatanan bunga itu hanya terlihat sebagai formasi Teratai Mengurung si Cantik. Tapi bagaimana mungkin anak itu bisa tahu, bahwa ada formasi di balik formasi" Jika dia bukan orang yang paham seluk beluk segala macam formasi, aku yakin dia tak bisa lolos dari dalam barisan. Adalah suatu kemustahilan dia bisa lolos karena kebetulan."
"Ada kejadian semacam itu?"
Ki Benggala mengangguk. "Aku sendiri tak percaya, tapi menurut ceritanya, dia juga paham seluk beluk enam formasi barisan gaib lain. Coba kakang pikir, mana ada kejadian kebetulan seperti ini?"
"Oh?" kakek ini terkesip. "Benar-benar tidak dinyana, bekal mapan digenggamannya!" kakek itu menghembuskan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
asap rokok jauh-jauh. "Hh, ombak dibelakang selalu lebih besar dari ombak didepan. Ada hal lain?"
"Hanya dugaan belaka, tak patut dijadian acuan. Kiranya kakang bisa menilainya sendiri. Sayang, kakang tidak sempat menemuinya. Tapi menurut Kakang Lukita, anak itu keras kepala, masih terlalu polos. Tetapi jika ditilik kecerdikannya, dia musuh yang menakutkan bagi siapa yang ingin menjadi seteru. Kalau melihat gerak geriknya, Kakang Lukita menilai anak itu terlau sering bertindak ceroboh, acuh tak acuh. Ia memisalkan, seandainyapun dia tahu bahwa ada rencana keji yang mengincarnya, dia tak bakal mundur menghadapinya, malah sengaja membuat rencana tersebut lancar. Dan dari dalam baru ia hancurkan. Hh, mana ada orang semacam itu"
Mulanya Kakang Lukita agak ragu untuk meminta dia menjadi muridnya, sebab dia kawatir usia anak itu tidak panjang dengan sifat seperti itu. Toh, ia memintanya juga."
"Lalu kau berkesimpulan apa?" Ki Glagah tahu, saudaranya itu ahli perbintangan dan bisa meramal nasib"tentu saja tidak mutlak benar.
"Kesimpulanku, pilihan Kakang Lukita tidak berlebihan.
Seperti yang kukatakan tadi, bisa dikatakan dia calon yang sempurna, anak itu banyak memiliki rejeki tak terduga."
Ki Glagah manggut-manggut mendengar penilaian Benggala. "Kalau begitu kapan peresmian dan pengujiannya?"
"Tak bisa ditentukan, anak itu kabarnya ingin berpesiar dulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar jawaban Benggala, kakek ini tertawa geli,
"Benar-benar sangat mencocoki seleraku. Bagus, aku jadi ingin cepat-cepat mengujinya." Katanya sambil tergelak.
Dia tidak kawatir pembicaraan mereka disadap orang, meski ada orang yang menyadapnyapun mereka belum tentu tahu artinya. Lagi pula mereka tidak kawatir sama sekali, karena mereka duduk di tempat terbuka, selang jarak puluhan langkah tiada satu orangpun yang ada disekitar mereka, lagi pula saat itu angin berhembus ketelaga. Sekalipun suara mereka cukup keras, tak akan ada yang mendengar.
"Kalau begitu mari kita pergi!" ajak Ki Gelagah. Keduanya berjalan beriringan meninggalkan Telaga Batu. Suasana telaga terlihat lebih hening, meski banyak nelayan mencari ikan. Sedikit demi sedikit matahari mulai condong kebarat dan akhirnya tenggelam...
16 - Kejutan Untuk Penyatron
Jaka berjalan lambat seolah ingin menikmati setiap jengkal pemandangan, sudah tentu Jaka memiliki maksud tersendiri.
Bila ada yang membuntuti, tentu dia merasa jenuh, dan meninggalkan Jaka saking kesalnya. Selain berjalan terlalu lambat, sesekali Jaka berhenti dan memandang sesuatu dengan seksama. Padahal hari sudah menjelang petang, apa sih yang bisa terlihat jelas" Dari telaga batu sampai ke penginapan, hanya berjarak 2 pal, tapi waktu yang dibutuhkan Jaka untuk menempuh perjalan pulang hampir 2 jam!
Dan memang, mereka yang mengikutinya, jadi gemas.
Sudah tentu, sebelum mereka ketiduran lantaran terlalu lama Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunggu Jaka bertingkah, diam-diam tiga orang penguntit itu meninggalkan Jaka. Mereka pikir, jika sudah mengetahui dimana sasaran menginap, apa yang harus dikawatirkan"
Tak terpikir oleh mereka, justru Jaka memancing supaya mereka putus asa. Pemuda ini ingin tahu untuk apa mereka mengikuti dia. Bahwa Jaka adalah seorang pendatang, mutlak mereka tak akan tahu identitas dirinya yang sebenarnya.
Dengan demikian, Jaka bisa mengambil kesimpulan, bahwa kemungkinan mereka bersengket dengan Ki Lukita, atau dengan penghuni perahu naga.
Tak bisa menunggu lebih lama lagi, para penguntit itu segera mengundurkan diri (secara diam-diam).


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketidaksabaran kadang kala dapat menimbulkan kecerobohan, dan mereka juga tidak luput"dengan bertindak sedikit ceroboh.
Hal ini diketahui Jaka. Tapi pemuda ini tak langsung mengejar, secara seksama dia memeriksa tempat, begitu yakin tiada yang menguntit lagi, pemuda ini menutupi wajahnya dengan secarik kain, dan melepas bajunya. Sudah tentu tindakan Jaka untuk berjaga-jaga supaya tak dikenali.
Selesai dengan persiapannya, Jaka melesat cepat kearah para penguntit tadi.
Arah selatan yang dituju adalah tempat dimana Gua Batu berada. Jaka melesat diantara rerimbunan pohon, pemuda ini melesat dengan menutul kakinya diantara batang pepohonan, hakikatnya semenjak melewati rimbunan pohon, kaki pemuda ini tak menyentuh tanah. Dia meloncat kesana kemari seperti bajing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Jaka melesat cepat keatas, menyusup masuk kedalam rerimbunan daun. Rupanya Jaka mendapati ada beberapa bayangan yang melesat bergabung dengan tiga penguntitnya.
Dengan bergerak dari rimbunan daun diantara pepohonan, Jaka kembali menguntit. Pemuda ini tidak berani ambil resiko dengan mengikuti terlalu dekat. Siapa tahu ada beberapa orang kembali bergabung dengan orang yang dikuntit, bisa repot.
Komplek Gua Batu sudah didepan mata. Mereka berhenti (termasuk Jaka). Seperti menunggu sesuatu, mereka mengambil tempat istirahat masing-masing.
Dari kejauhan, satu sosok tubuh keluar dari salah satu komplek Gua Batu. Jaka menyipitkan matanya untuk mempertegas pandang. Sayangnya orang itu mengenakan kedok muka, dan baju yang dipakainya pun serupa daster, menyembunyikan lekuk tubuh. Pemuda ini tak bisa memastikan apakah dia lelaki atau wanita.
Terlihat olehnya orang itu memberi isyarat dengan melambai. Dan para penguntit yang sudah bergabung dengan rekan-rekannya, mengangguk. Mereka segera bergerak menuju mulut goa. Tapi mereka bukannya masuk dalam satu gua, melainkan berpencar, tiap orang memasuki gua yang lain!
Jaka melongo melihatnya.Sambil menghela nafas getun, pemuda ini berpikir bahwa orang-orang yang mungkin akan dihadapi, berada di bawah pimpinan hebat. Terbukti, mereka bertindak waspada, dengan tidak menunjukkan petunjuk apapun"sekalipun Jaka bisa mengikuti mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merasa tidak ada gunanya terlalu lama ditempat itu, Jaka memutuskan kembali ke penginapan.
Tak berapa lama, sampailah dia di penginapan. Tempat itu merupakan bangunan merangkap rumah makan. Untuk penginapannya sendiri ada dua tingkat dengan kapastitas 40
kamar. Sedangkan rumah makan, berada di halaman depan"
lantai satu. Saat memasuki halaman depan penginapan, pemuda ini merasa heran. Sekalipun belum terlalu malam, tapi restoran penginapan itu dipadati pengunjung.
Padahal siang tadi, dia mendapati hanya empat orang saja.
Suasana restoran sedikit bising, maklum saja banyak orang mengobrol. Tapi Jaka bisa mengambil kesimpulan, jika pengunjung restoran itu bukan penduduk kota ini. Sebab diantara meja satu dengan lainnya, tidak ada tegur sapa.
Jaka mengebut pakaian, membersihkan debu. Dengan langkah sedikit tergesa, dia masuk ke restoran, tapi perasaannya jadi tak nyaman, sekalipun tidak terang-terangan, dia tahu ada beberapa pengunjung mengamatinya.
Mungkin mereka sedang saling menaksir, apakah dia"Jaka"
lawan atau kawan, apakah dia pihak yang bisa diajak kerja sama atu tidak.
Tentu saja Jaka enggan menduga hal-hal yang menurutnya tidak berguna. Meski sedikit riskan, pemuda ini menganggap perhatian mereka bukan tertuju padanya.
"Hmk?" terdengar orang mendengus dingin melihat sikapnya. Jaka tak menghiraukannya, dia hanya menoleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit, dan mengangguk, tapi ia tidak berhenti untuk berbasa-basi. Langkahnya berlanjut menaiki tangga.
Sebelum masuk kamar, Jaka melihat seorang pelayan.
Kebetulan, pikirnya. Ia tidak jadi masuk kekamar, tapi menunggu pelayan yang baru saja memenuhi pesan si pelanggan.
"Hei," pemuda ini berseru memanggil.
"Ya, tuan?" sahut pelayan itu sambil mendatangi.
"Bisa kau siapkan air panas untuk cuci muka dan makanan paling baik?" pinta pemuda ini.
"Oh, tentu?" sahutnya. "Apakah ada keperluan lain yang harus saya siapkan?" tanya pelayan ini.
Pemuda ini berpikir sejenak."Tidak, cukup itu saja." Saat ia hendak masuk kamar, Jaka membalik badannya dan bertanya lagi. "Sejak kapan restoran penuh?"
"Menjelang senja tadi, tidak seperti biasanya tempat kami seramai ini."
"Apa di kota ini ada perayaan khusus?"
"Setahu saya tidak, tuan."
Jaka mengangkat bahu, gumamnya. "Kurasa para pengunjung itu bukan penduduk asli kota ini."
"Benar, pandangan tuan memang tajam. Bukannya saya ingin membanggakan diri, hampir semua penduduk kota saya mengenal wajahnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka tersenyum mendengarnya. "Aku melihat diantara mereka ada yang bersikap kasar. Kau tidak khawatir melayani orang seperti itu?"
"Bagi saya tidak masalah, kaum pengelana kebanyakan memang begitu, saya sudah terbiasa, tuan."
"Bagus." Ujar pemuda ini tersenyum samar, dia memahami sesuatu. "Kulihat ada yang membawa senjata segala. Apa tindakan pemilik tempat ini?"
"Sejauh ini belum ada. Tapi saya rasa beliau tidak akan ikut campur masalah ini."
"Ya sudah, sediakan saja pesananku."
"Baik tuan." Pelayan itu bergegas turun kebawah. Sebelum Jaka masuk, dia melirik kamar sebelah"kamar yang sebelumnya ditinggalkan si pelayan, ternyata pintu kamar kembali terbuka, sebenarnya tidak tepat jika dibilang terbuka karena hanya menyisakan celah sedikit. Bagi orang lain mungkin itu hal wajar, tapi tidak bagi Jaka. Pemuda ini menggeleng kepala sambil masuk kekamarnya.
Kenapa hal seperti ini selalu kutemui pada saat ingin santai" Pikirnya sembari menyeringai. Bagi yang tahu jalan pikiran pemuda ini pasti heran. Bagaimana mungkin sebuah kejadian yang tiada sangkut paut dengan dirinya, yang mungkin saja membuat nyawanya terancam, dianggap sebuah kejadian menarik"
Tak berapa lama, si pelayan sudah kembali keatas dengan membawa tatakan makanan. Perlahan dia mengetuk pintu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masuk?" seru suara dari dalam.
Tanpa canggung, pelayan itu segera mendorong pintu, ia melihat tamunya duduk membelakangi pintu. Sinar lentera terlihat menyala terang, dia bisa menduga, pemuda itu sedang membaca.
"Ini pesanan tuan," kata pelayan itu dengan suara rendah.
Jaka tak menyahut, dia berdiri menyingkir dari meja, pemuda itu menyilahkan pelayan itu untuk mengatur makanan.
Dengan cekatan si pelayan meletakan makanan dan sajian yang dipesan tadi. Rupanya dia baru sadar kalau di meja sang tamu, tergeletak buku. Seperti tidak sengaja, dia meletakkan lauk dekat buku, dalam sesaat dia bisa membaca sampul buku itu.
Jaka tersenyum melihat tingkah pelayan itu, tadi pemuda ini tak mau buru-buru membongkar permainan yang dia yakini cukup menarik.
"Saya segera kembali untuk membawa air hangat pesanan tuan."
Jaka mengangguk, sambil mengambil bukunya. Pemuda ini berlagak seolah tidak menyadari tindak tanduk canggung si pelayan, saat ia mengambil bukunya.
Pelayan itu segera keluar untuk mengambil air hangat pesanan Jaka, sesaat kemudian dia sudah kembali, dia meletakan tempayan air hangat disamping meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih," ucap Jaka sambil menyilahkan peyan itu keluar. Begitu keluar, Jaka segera membanting pintu cukup kencang. Blam!
"Eh," karuan si pelayan berjingkat kaget. Sungguh dia tak mengerti sikap sang tamu yang tadi cukup ramah. Heran, kenapa itu bisa ada padanya" Aneh sekali, pikir sipelayan sambil masuk kedapur rumah makan.
Di dalam kamarnya Jaka tersenyum. Kena kau! Rasanya umpanku cukup enak! Pikirnya membayangkan si pelayan turun tangga dengan wajah masam.
Jaka bukan pemuda yang suka berbuat iseng, dia selalu melakukan sesuatu kalau ada tujuan dan tentu saja dianggap penting olehnya. Kalau saja Jaka tidak menaruh curiga pada tingkah si pelayan, tentu ia tak akan berbuat aneh.
Dia merasa janggal dengan tingkah si pelayan, karena beberapa hal. Pertama; apa sih yang menarik percakapan dirinya dengan si pelayan, sehingga orang dikamar sebelah menaruh perhatian" Kelihatannya remeh, tapi bagi Jaka itu sebuah pertanda, adanya hubungan antara si pelayan dengan sang tamu.
Kecurigaan yang kedua adalah; saat makanan
dihidangkan. Dimanapun adanya, sudah jamak bagi pelayan apabila menghidangkan makanan, tentu yang diletakkan adalah nasi"bahan pokok"lebih dulu, baru lauk pauk. Tapi dia tidak melakukan hal itu, si pelayan malah menampilkan hal-hal yang riskan, yakni saat menata makanan dimeja"jika pelayan benaran, tentu dia akan memperhatikan makanan dalam tatakan lebih dulu"tapi pelayan itu malah menyelidik buku Jaka yang berada di ujung meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari pertimbangan tadi, Jaka bisa memastikan si pelayan adalah samaran tokoh dari golongan tertentu. Mungkin saja dia mempunyai kepentingan di kota Pagaruyung ini, atau mungkin dia penduduk asli yang dipekerjakan sebagai mata-mata.
Tentu saja dengan kejadian di Telaga Batu, Jaka dapat menduga-duga, mungkin saja si pelayan adalah antek Bergola, atau mata-mata dari Perguruan Naga Batu.
Dia pikir, jika si pelayan ada hubungan dengan Bergola atau Perguruan Naga Batu, tentu tidak akan berani bertindak macam-macam. Tapi bila bukan, pemuda ini yakin, saat dirinya lengah"pada saat tak berada di kamar"akan datang tamu tak diundang. Jaka tersenyum, menyenangkan, pikirnya gembira.
Lepas dari persoalan tadi, Jaka merasa ada sedikit ganjalan. "Aneh," gumamnya sambil mengunyah perlahan.
Mendadak wajah Jaka cerah, Ah, apanya yang aneh" Kurasa memang demikian adanya. Pemuda ini memahami satu hal.
Dia berpikir, hal-hal yang mencurigakan itu tidak berhubungan dengan Bergola. Karena sebelum menjalin kontak dengan Ki Lukita, Jaka berurusan dengan... pelayan rumah makan. Jadi keduanya sama-sama pelayan! Bukankah begitu" Siapa yang merekomondasikan Jaka harus menginap di penginapan ini" Karena menduga seperti itu, Jaka paham beberapa hal lain. Mungkin saja mereka"kedua pelayan itu"
punya hubungan, yang jelas bukan hubungan saudara.
Pemuda ini menghela nafas panjang. Sayang, aku tidak bisa menunggu si pelayan, beraksi. Jauh sebelum kentungan pertama, aku harus segera menemui Ki Lukita. Kurasa kejadian di telaga, harus diketahui beliau. Boleh jadi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
identitasnya sudah diketahui lawan. Andai saja aku sedikit paham seluk beluk konflik disini... mungkin bisa kuberi sedikit celah, sayang Perguruan Enam Pedang cukup kritis untuk dilewatkan, pikirnya.
Jaka mengingat-ingat tingkah Bergola saat menemui Ki Lukita. Kurasa dia menginginkan sesuatu, yang jelas apapun itu berada pada Ki Lukita. Pikir pemuda ini.
Jaka menguap, matanya terasa pedih. Sudah beberapa hari ini dia tak beristirahat secara layak. Badan pegal-pegal, alangkah enaknya jika saat ini dirinya berendam air hangat.
Tapi mengingat ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukannya, dia mengurungkan niat bermalas-malasan.
Sambil menguap lagi, Jaka berpikir sesaat, bibirnya menyunggingkan senyum aneh. Jika ada yang mengerti baik sifat pemuda ini, saat tersenyum seperti itu, pasti akan ada
Naga Naga Kecil 7 Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Kisah Si Rase Terbang 1
^