Pencarian

Tangan Berbisa 6

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 6


"Sekarang kau pergilah. Aku pikir hendak beristirahat
dulu sebentar, besok sore kita berjumpa lagi"
"Apakah maksudmu memanggil aku datang kesini hanya
minta untuk aku cepat pergi lagi," tanya Cin Hong
kebingungan-Injie tertawa geli, kemudian berkata
"Aku hanya kepingin melihat kau, dan sekarang kita
sudah saling bertemu. Aku kuatir bila kau berdiam terlalu
lama disini, orang-orang akan menertawakan kita"
Cin Hong pikir ucapan itu memang ada benarnya, maka
saat itu menengok lagi kekanan kirinya sebentar, ketika
melihat dilubang-lubang jendela para tawanan tidak ada
orang yang mengintip. maka cepat di ciumnya bibir si gadis,
kelakuannya itu persis seperti kelakuan seorang anak nakal
yang sengaja menggoda perempuan- Karena ia takut ditegur
oleh In-jie, maka setelah mencium buru-buru dia memutar
tubuh dan lari naik tak berani menoleh lagi.
In-jie yang melihat begitu mencium Cin Hong lantas lari,
jadi bingung sendiri, ia tempel wajahnya pada ruji-ruji
jendela, matanya ditujukan kepada pemuda yang sedang
lari keatas itu sampai hilang di balik tikungan, lalu memutar
tubuh dengan menyeret borgolan dikakinya yang berat,
selangkah demi selangkah ia menuju kesuatu sudut dalam
kamarnya, kemudian berjongkok dan menggunakan rantai
borgolan ditangannya mengetok-ngetok batu dibawah
kakinya tiga kali, setelah itu memanggil-manggil dengan
suara perlahan: "Locianpwe, locianpwe Kau dengarkah pembicaraanku
dengan suhengku tadi" Sudikah locianpwe menurunkan
kepandaian ilmu silat padanya?"
Setelah berdiam sejenak, dari bawah tanah saat itu lalu
timbul suara seorang tua yang sangat halus:
"Ai Suhengmu benar-benar seorang kongcu yang Sangat
romantis. ..." "Locianpwe, romantis itu adakah jahatnya" Bagaimana
locianpwe malah menghela napas?" berkata In-jie girang.
Suara orang tua yang di ucapkan dengan sangat halus
perlahan terdengar lagi: "Terlalu romantis kadang-kadang
juga bisa membawa akibat penyesalan- Itu tak baik. Apakah
kau tak pernah mendengar tentang ini?"
In jie tertaWa geli, kemudian berkata lagi^ "cianpwe
mengucapkan perkataan ini, dimasa muda tentunya pernah
mengalami kesulitan dari orang perempuan. Betul tidak?"
Suara orang tua itu terdengar pula dengan dibarengi
dengan suara elahan napas panjang:
"Kau sibudak kecil ini, kalau sudah mengerti dengan
ucapan demikian, dikemudian hari tidak boleh menyulitkan
suhengmu." "Tidak, dia tak akan kurugikan, begitu pula dia juga
tidak boleh merugikan aku, dengan demikian saja aku
sudah merasa puas" Suara orang dari bawah tanah itu dibarengi dengan suara
tertawa getir, berkata: "Hm, Hm Seorang kaum wanita di
dalam dunia ini, semua seperti kau ...."
"Aku tidak suka bicara tentang ini denganmu.
Looiaapwe, sebetulnya suka atau tidak kau mengajar ilmu
Silat kepada Suhengku?"
"Boleh, tetapi itu tergantung dari jodoh. Apa yang
kumaksud dengan jodoh itu ada mengandung maksud lain,
apakah kau paham?" "Aku tahu, aku memang bersimpatik sekali terhadapmu.
..." orang tua itu kembali memperdengarkan suara elahan
napasnya yang panjang, katanya lambat-lambat:
"Kalau begitu, sebelum jodoh itu lenyap. aku hendak
menurunkan lebih dulu kepadamu pelajaran ilmu silat yang
dinamakan Mo In cap-sek. Pelajaran semacam ilmu
pukulan tangan ini apabila kau dapat memahami
seluruhnya, untuk keluar dari penjara ini sudah tidak
menjadi soal agi. Hanya ada satu hal, kau harus pikirkan
suatu cara lebih dulu untuk melawan suara senar yang
ditimbulkan oleh Laucu rumah penjara itu"
In-jie berpikir dulu sejenak. lantas menggeleng-gelengkan
kepala dan berkata: "Rasanya tak mungkin Kalau aku mendengar suara senar
itu, entah mengapa aku lantas mau menangis saja"
"Ng.. Kau Sibudak kecil ini, apakah dalam hatimu juga
ada urusan yang membuat hatimu sedih?"
"Mengapa tidak" Ayah bundaku Semua telah mati
terbunuh oleh orang jahat" berkata In-jie sambil menghela
napas. "Kalau begitu, ada suatu cara yang rasanya boleh kau
coba, nanti kalau menantang bertanding lagi. dalam otakmu
sedapat mungkin harus penuhi dengan hal-hal yang
menyenangkan, dengan demikian mungkin akan lebih baik
Sedikit. ..." "oh cara ini kurasa baik juga . Waktu cianpwe bertanding
dengan dia tempo hari, apakah tidak ingat soal ini?"
"Tidak. Tetaoi sekalipun ingat juga tidak akan ada
gunanya, sebab aku siorang tua selama hidupku tak pernah
ada sesuatu hal pun yang menyenangkan hatiku"
"Aku juga tidak ada. . . ."
"Kau sih bisa saja.... Kau dengan Suhengmu baik sekali
hubungannya. Kalau kau bertanding dengan Laucu itu.
sedapat munggin kau harus pikirkan hal-hal yang
mengasyikan dengan suhengmu, atau dengan terangterangan
saja kau panggil namanya"
"Memanggil namanya?" tanya In-jie heran-
Suara orang tua itu tiba-tiba jadi berubah tak karuan
juntrungannya, agaknya sudah butek pikirannya, namun
masih memaksakan berkata:
"Benar Kalau kau diserang satu kali.. .panggil sekali^ .
.dua kali panggil sekali Bwee Kun. . .Bwee Kun...."
In-jie terkejut, katanya cemas: "Locianpwee Siapa Bwee
Kun itu" Penyakit Locianpwe rupanya mendadak angot
lagi, Locianpwe, locianpwe Ingatlah Sadar"
Suara orang tua itu tidak berhentinya menyebut-nyebut
nama Bwee Kun, pada akhirnya dengan tiba-tiba ia
menangis tersedu-sedan, dan berteriak-teriak sendiri:
"Bwee Kun kau menipu aku Kau bilang hendak
menungguku tiga tahun, nyatanya kau membohongiku Kau
kata hendak menunggu aku tiga tahun. ..."
In-jie jadi bingUng sendiri, ia menghela napas perlahan,
lalu menggunakan rantai borgolan ditangannya untuk
mengetuk-ngetuk batu di bawah kakinya, Sedang mulutnya
berseru-seru memanggil: "Locianpwe, locianpwe janganlah kau pikirkan Bwee
Kun itu lagi. Beristirahatlah sebentar, nanti malam
locianpwe boleh ajarkan aku lagi ilmu Ho-in-cap-sek"
Lima hari kemudian. Cin Hong sudah berhasil melukis sebuah gambar muka
orang. Tinggal melukis lagi bagian mata. maka akan
SeleSailah Sepuluh gambar, Cin Hong sebetulnya masih
ingin mengulur waktu satu minggu atau sepuluh hari lagi.
Tapi kemudian, Setelah berunding dengan suhunya, dan
menganggap bahwa In-jie biar bagaimana pun juga toh tak
akan mungkin bisa pindah dari kamar tahanan ular
kekamar tahanan naga didalam waktu singkat, sedangkan ia
sendiri tidak seharusnya hanya karena urusan perempuan
jadi mengulur waktu sehingga berlarut-larut, maka
begitulah lalu ditetapkan besok sore akan meninggalkan
rumah penjara rimba persilatan-
Sebab, ke satu: orang-orang dari golongan kalong sudah
muncul di rimba persilatan- Dengan mengutus pada dua
belas putrinya pergi memancing anak murid angkatan muda
dari dua belas partai, maksud mereka masih belum jelas,
namun demikian tak dapat di sangsikan lagi bahwa
tindakan itu pasti ada mengandung suatu rencana busuk
sedangkan dua belas partai itu sebaglan besar barangkali
masih tidak mengketahui rencana orang golongan kalong
itu. Berdasarkan atas fakta inilah maka dia sendiri harus
selekasnya pergi memberi bisikan kepada semua partai agar
jangan Sampai mereka terjebak oleh akal muslihat orangorang
golongan Kalong. Kedua, ia pernah berjanji hendak membawakan kabar
dari ketua oey San-pay yang dahulu, Siauw can Jin untuk
disampaikan kepada Kwa Lam Kie. Urusan ini sebenarnya
telah tertunda terlalu lama, dan Sebetulnya tak pantaslah
dilakukan oleh seorang Kang ouw seperti dia. Apa lagi
antara dia dengan oey San-ay masih terdapat hubungan-
Walaupun dalam rupa teka-teki, seharusnyalah urusan ini
cepat2 di selesaikan olehnya.
Tentang kepergian It-hu Sianseng dihulu ke gunung oeysan
yang mencari ketarangan tentang diri ayah bundanya,
pada suatu lohor hari ke empat sebenarnya Cin Hong sudah
mengetahui hasilnya. Tetapi semua itu telah dianggapnya
tidak pernah terjadi. sebab, Waktu itu orang yang
menyambut It-yang-cie SiauW canJin yang belum lama
menjabat kedudukan ketua. Menurut keterangannya oey-
San-pay tak pernah kehilangan seorang murid pun, baik
dari pria maupun Wanitanya. Mengenai hilangnya anak
kunci berukiran huruf Liong, lebih- lebih masih merupakan
suatu teka-teki besar. Sudah tentu sebelum persoalan
menjadi jelas. It-hu SianSeng tidak mau memperCakapkan
soal anak kunci tersebut, yang masih berada dileher Cin
Hong. Dengan demikian, pertemuan dibuat habis Sampai
disitu saja oleh kedua pihak.
Tetapi bagaimanapun juga cui Hong yang memiliki anak
kunci berukiran huruf Liong milik oey-san-pay, tidaklah
mangkin kalau tidak ada hubungan sama sekali dengan
partay tersebut. Dalam hal ini masih perlu diadakan
penyelidikan terus, bila perlu Cin Hong harus berkunjung
sendiri kegunung oey-san-
Pada waktu fajar dihari kelima, Cin Hong telah begitu
bersemangat hendak menyelesaikan lukisannya, maksud
sore harinya hendak meninggalkan rumah penjara rimba
persilatan- Pada waktu itu, dari pintu ruang tamu yang
menjurus keundakan batu yang turun kebawah, mendadak
terdengar suara pegawai rumah penjara yang berteriak
keras- keras: "Thian San Swat- lie- ang dari kamar tahanan
ular minta bertanding lagi"
"Thian San Swat- lie- ang dari kamar tahanan ular Yo in
in minta bertanding lagi kepada Laucu "
Bukan kepalang terkejutnya mendengar suara itu. Selagi
masih terheran-heran begitu, sudah tertampak Laucu rumah
penjara berjalan keluar lambat-lambat daripintu kiri
kedalam ruangan tamu. Penguasa rumah penjara itu memperdengarkan suara
tertawa dingin, kemudian berkata sambil menatap Cin
Hong. "Cin Hong, sumoaymu benar-benar seorang gadis cilik
yang suka sekali cari nama. la cuma mempunyai satu
kesempatan lagi untuk menantang bertanding, toh ternyata
sudah berani mempertaruhkan hidupnya kembali
menantang lagi, Kau lihat, apakah itu bukan merupakan
suatu kejadian yang sangat aneh?"
Hati Cin Hong berkebat kebit, buru-buru menjura
dihadapan Laucu rumah penjara seraya berkata:
"Memang.., cuma kuharap janganlah kau hiraukan dia.
Mana mungkin pada waktu sekarang ini ia sudah
menantang lagi kepadamu" Benar-benar menjengkelkan"
Penguasa rumah penjara itu berjalan menuju kelubang
muka jendela, mengawasi senar-senar kawat yang
berkeredap-keredep kena pantulan Cahaya matahari,
katanya dengan sikap dingin:
"Kau jangan coba-coba memintakan ampun lagi
untuknya, aku sama sekali tak bisa memaksa orang tidak
menantang orang bertanding denganku, malah kewajibanku
ialah menerima setiap tantangan "
Cin Hong tahu bahwa meminta tolong kepadanya juga
tidak akan ada gunanya lagi. sekarang satu-satunya jalan
hanya lekas pergi keatas lembah untuk mencegah In-jie
menantang bertanding, mungkin masih keburu menahan
kenekatan gadis itu. Begitulah. saat itu juga ia lantas meletakkan kuasnya dan
seCepat kilat ia lari keluar dari ruangan tamu, ia lompat
kedalam ruangan kamar besi yang digunakan untuk naik
turun keatas dan bawah lembah, lalu menekan tombol
pesawatnya dan turun kebawah.
Tiba ditengah lembah ia lompat keluar dari kamar lifts
dan lari mennju kekamar nomor Sepuluh. Ia melongok
melalui lobang jendela, namun kamar dimana in-jie itu
tinggal ternyata Sudah kosong, disana sudah tidak tampak
lagi bayangan In-jie. Bukan kepalang terkejutnya dia, buruburu
memanggil dengan suara cemas: "In-jie In-jie "
Akan tetapi baru saja akan menutup mulut, tiba-tiba
terdengar suara seorang tua yang kedengarannya sangat
halus, masuk kedalam telinganya:
"Perlu apa kau berteriak-teriak memanggil-manggil"
nona In sudah pergi keatas lembah sedang menantang
bertanding " Cin Hong mendengar suara itu disampaikan dengan ilmu
menyampaikan suara kedalam telinga, maka ia lalu
Celingukan melihat keSana kesini, tetapi tidak tampak
orang yang berbicara dengannya, diam-diam bergidik
sendiri. "Kau siapa?" tegurnya.
"seorang" jawabnya satu suara orang tua yang agak serak
dan rendah. Cin Hong menganggap bahwa orang itu tentunya adalah
salah satu dari tawanan dalam penjara tersebut. tetapi kalau
didengar dari nada suaranya, orang itu agaknya sengaja
berbuat demikian supaya ia menduga-duga sendiri. Sudah
tentu ia tidak mempunyai pikiran untuk menyelidiki, ia
memutar tubuh dan lari kembali. Sambil berlari itu ia
mendongakkan kepala melongok keatas, ketika tiba dimulut
goa dimana ada kamar untuk naik turun, telinganya
mendengar suara bunyi tambur dipukul lima kali diatas
lembah, kemudian lagi ia menampak ditengah udara ada
setitik bayangan orang yang lompat keatas tujuh senar
kaWat senar itu, dengan gerakan Thian-san-kit-ciong-lui.


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak salah lagi, dia pasti adalah sumoaynya Cin Hong
yang berandalan itu. Ternyata, waktu itu sigadis nakal itu
sudah berada diatas lembah, sedang bertolak pinggang
menantang penguasa rumah penjara bertanding.
Selanjutnya, dari lubang jendela dikamar ruang tamU
penguasa rumah penjara, tampaK melesat sesosok
bayangan hitam, bagaikan seekor kumbang mulai bergerak
menari-nari diatas senar kemudian disusul oleh timbulnya
suara mengalun yang memilukan....
"Engkoh Hong Engkoh Hong" diataS senar itu, tubuh injie
yang keCil langsing tampak berlepotan kesana kemari,
mulutnya mengeluarkan suara panggilan- "Engko Hong,
engko Hong" yang sangat merdu, terCampur dengan suara
senar yang mengalun itu. Pada tiap lobang dari kamar tawanan, tampak menongol
keluar kepala orang-orang tawanan yang mesum dengan
rambut kusut awut2an, setiap mata ditujukan keatas, sedang
mulutnya mengeluarkan suara teriakan seolah-olah
memberi emposan semangat kepada in-jie.
Cin Hong jadi tidak berani menggunakan alat untuk naik
turun kelembah itu. ia benar-benar khawatir, bagaimana
kalaU belum tiba diatas lembah In-jie sudah dipukul jatuh"
Begitulah dengan melalui jalanan keCil berliku-liku di
lamping tebing-tebing, dengan sekuat tenaga ia lari naik
keataS, sambil berlari-larian mulutnya tak hentinya teriak
memanggil-manggil: "In-jie In-jie Kau tidak boleh menantang bertanding lagi "
Berlari-lari kira-kira limapuluh tombak. tampak diatas
senar itu penguasa rumah penjara sudah menghentikan
gerakannya tidak lagi menyentil senar kawat besar itu, ia
berdiri terpisah sejarak dua tombak dihadapan In-jie, lalu
mengangkat tangan dan melancarkan serangannya
perlahan-lahan- Cin Hong yang sudah ketakutan lantas menghentikan
langkah kakinya. Baru saja menduga In-jie pasti akan
terjungkal dengan sekali pukul oleh penguasa rumah
penjara itu, tiba-tiba terdengar suara panggilan In-jie
"Engko Hong" seCara samar-samar.
Kini tampak tubuh in-jie yang melompat kesenar ketiga
disebelah kiri, bukan saja tidak terpukul jatuh, bahkan
dengan tiba-tiba sudah merangsak kesamping kanan dari
penguasa rumah perjara, yang ternyata juga melancarkan
Satu serangan gerak tipunya itu, tampaknya sangat aneh
dan hebat sekali. Pada Saat itu penguasa rumah penjara mengeluarkan
suara Siulan panjang. tubuhnya agak memutar, bagaikan
kilat cepatnya menyambut serangan In-jie tadi, kemudian
dengan tenang sekali mengulurkan tangannya menyambar
bahu kanan in-jie, seolah-olah hendak menyomot Sebuah
benda dari atas meja sedikitpUn tidak menggunakan
tenaga. Cin Hong tampak tangan itu sudah hendak menjepit
tiba-tiba terdengar In-jie kembali memanggil namanya,
"Engkoh Hong" Dan segera tampak tubuhnya yang keCil
langsung menggeser kesamping, Seolah-olah rumput yang
tertiup angin, tetapi begitu miring seperti jatuh, ia sudah
bangun kembali, dengan gerakan yang sangat manis sekali
sudah berhasil menggelakkan serangan penguasa rumah
penjara tadi. Bersamaan dengan itu, kembali ia sudah
menggerakkan tangannya untuk melancarkan serangan
terhadap lawannya. Para tawanan yang letaknya agak dekat dengan tempat
itu benar-benar merasa kagum, segera terdengar suara riuh
dari mulut mereka yang memuji In-jie, suara pujian itu
menggema demikian lama tidak berhentinya.
Cin Hong merasa lega hatinya, buru-buru naik keatas
lagi, Sambil angkat kepala ia memanggil-manggil dengan
suara nyaring: "In-jie Bertempurlah baik-baik dan hati- hati"
la berjalan melalui jalanan yang memutar itu, kembali
terdengar suara memanggil 'Engkoh Hong' yang keluar dari
mulut In-jie, dan tampak pula ia sudah berhasil mengelakan
serangan ketiga dari penguasa rumah penjara. Benar-benar
hebat Ketika ia berjalan satu putaran lagi, terdengar pula
suara In-jie yang menyebut 'Engkoh Hong', dan bersamaan
dengan itu ia sudah berhasil pula mengelakkan serangan
penguasa rumah penjara yang keempat kalinya. Ajaib.
Tinggal satu kali lagi kalau dapat mengelakan serangan
penguasa rumah penjara. In-jie sudah boleh pindah
tempatnya kekamar tahanan Naga.
Pada saat itu, Suara riuh rendah dan sorak-sorak para
tawanan mendadak sikap, seluruh lembah sesaat menjadi
sunyi senyap. semua pada pasang mata ditujukan keatas,
ambil menahan napas mereka menantikan keluarnya
serangan kelima penguasa rumah penjara disitu.
Inilah suatu serangan yang sangat penting. serangan
yang menentukan Apakah In-jie dapat dipindahkan dari
kamar tahanan yang memakai borgolan itu ketempat yang
lebih baik" Itu tergantung kepada sanggup atau tidaknya ia
mengelakkan Serangan kelima ini
Cin Hong dengan tiba-tiba menghentikan gerakkan
kakinya. Dengan menahan perasaan tegang ia menundukan
kepala, tidak berani melihat pertandingan diatas itu lagi ....
Sesaat kemudian, Suara panggilan 'Engkoh Hong' terdengar
pula disebut oleh In-jie Sekali ini, begitu suara In-jie itu berhenti meledaklah
sorak dan tawa, gegap gempita membisikan telinga, para
tawanan berloncat-loncat sambil sorak-sorak diudara
lembah itu terdengar jelas sekali
"Bagus Nona kecil ini ternyata sanggup menyambut
serangan penguasa rumah penjara sampai lima kali"
"Sungguh hebat Nona kecil ini demikian pesat
kemajuannya" "Lekas lihat Sekarang sudah akan mulai serangan
keenam,... Ayoh Dia terjungkal dari atas kawat"
Suara-suara mereka terdengar bercampur atau Saling
susul, dan ketika Cin Hong mendongakkan kepala, benar
saja tampak olehnya tubuh in-jie yang kecil langsing sudah
terpelanting dari atas Senar, Seolah-olah burung kepinis
baru kena panah, meluncur turun dengan pesat kedasar
lembah Sesaat kemudian, tubuh itu sudah melayang ditengah
udara dekat Cin Hong berdiri. Cin Hong menyaksikan
jatuhnya tubuh In-jie itu sambil mendekap muka sendiri,
tetapi tampaknya gadis itu tidak terluka, namun dalam hati
diam-diam juga merasa girang. ia lalu lompat meleset
ketengah udara, bersama-sama ia terjun kedalam jaring
besar itu. Pesat sekali mereka meluncur turun, sebentar Sudah
jatuh bersama-sama dengan In-jie keatas jaring Setelah
berlompatan tiga kali, barulah keduanya berhenti, Cin
Hong lalu lompat bangun dan dudUik, matanya dibuka
lebar untuk melihat, waktu itu justru In-jie sudah lompat
bangun, matanya penuh air mata, dan berseru memanggil
"Engko Hong" dengan perasaan girang,
"Engko Hong, sudah berapa kali tadi aku. . . ."
Dengan muka berseri-seri Cin Hong lompat dan bertepuk
tangan, kemudian berkata: "Lima kali, genap lima kali, kau
pasti akan dipindahkan ke kamar tahanan Naga"
In-jie sangat girang, ia tampaknya sangat bangga sekali,
katanya: "Kau lihat hebat tidak?"
Cin Hong menganggukkan kepala berulang-ulang,
katanya: "Hebat, benar-benar hebat. Dengan Cara bagaimana
mendadak kau jadi demikian hebat?"
"Ini adalah ilmu silat yang diturunkan oleh orang tua itu
kepadaku. Tapi, sebab yang paling besar ialah kau yang
telah membantu banyak sekali kepadaku"
Cin Hong kebingungan sendiri, ia tidak tahu maksud
ucapan itu, maka lalu tanyanya : "Kapan aku membantu
kau?" In-jie berjalan kehadapannya, dan dengan Sikap kasih
sayang ia berkata sambil tersenyum:
"PerCaya atau tidak itu terserah kepadamu Pokoknya,
tiap kali aku menyebut 'Engko Hong' aku lalu merasa
berkekuatan besar, dan sanggup menyambut serangan satu
kali yang dilancarkan oleh penguasa rumah penjara. Sayang
waktu serangan untuk yang keenam kalinya tadi, aku tak
keburu memanggil kau. Jikalau tidak, aku yakin masih
sanggup menyambut beberapa kali serangannya lagi"
"Ini apa Sebabnya?" bertanya Cin Hong heran.
"Kalau aku mengingat kau, lantaS jadi gembira sekali,
maka setiap kali penguasa rumah penjara itu menggerakkan
senarnya, bagaimana pun pilunya suara yang timbul dari
senar itu, hatiku Sama sekali tidak tergerak. . .ini juga orang
tua itu yang mengajarkan aku" berkata sambil tertawa.
dalam hati Cin Hong terheran-heran, lalu tanyanya:
"Siapa orang tua yang kau maksudkan itu?"
Diwajah In-jie terlintas suatu senyuman yang
mengandung misteri, selagi hendak membuka mulut untuk
menjawab pertanyaannya, tiba tiba jaring di kakinya
bergerak. ia lalu berpaling dan melihat, di sampingnya
sudah berdiri seorang tua bermuka merah yang masih
sangat asing baginya. orang tua bermuka mereh itu bersikap seperti orang yang
ditugaskan untuk membawa orang-orang yang datang
menengok kedalam rumah penjara dan seperti juga Lo Po
yang mengurus tawanan orang dalam kamar tahanan ular,
juga mengenakan jubah gerombongan dan memakai sabuk
lebar serta sepatU tinggi, orang itu mukanya kasar,
kumisnya lebat hitam, sikapnya kasar dan rupanya sangat
galak. In-jie oleh karena merasa takut dengar brewoknya yang
hitam dan lebat itu, lantas mengulurkan tangannya
memegangi pundak Cin Hong, ia berkata dengan perasaan
takut, "Kau siapa?"
orang tua bermuka merah itu membuka mulutnya hingga
tampak giginya yang putih, ia tertawa terbahak-bahak
dengan Suaranya yanh nyaring ia berkata^
"Aku Si orang tua adalah Jie-giam ong Hoan Thian
cauw, ditugaskan untuk mengurus tawanan dalam kamar
Naga, sekarang kau sudah dipindahkan menjadi tawanan di
dalam kamar Naga, marilah ikut aku naik ke atas"
"Apakah aku boleh ditawan bersama kedalam satu
kamar dengan Suhuku?" bertanya In-jie girang.
"Kau akan mendiami kamar nomor sembilan dengan
Suhumu justru merupakan tetangga dekat. Setiap hari kau
boleh beromong-omong Untuk menghabiskan Waktu"
menjawab Jie giam ong sambil tertawa.
In-jie merasa girang, ia lalu berpaling dan berkata kepada
Cin Hong: "EngKo Hong, mari kau kawani aku keatas."
Cin Hong mengangguk-anggukkan kepala dan berkata
sambil tersenyum: "Baik, aku pikir hari ini hendak meninggalkan rumah
penjara ini.justru hendak bertemu dengan Suhu dan Subo."
In-jie ketika mendengar jawaban itu menjadi bingung.
katanya: "Aku baru saja dipindahkan ke kamar yang lebih. baik,
kau sudah akan pergi. Mengapa kau tidak mau berdiam lagi
beberapa hari?" "Karena masih ada uruSan penting yang harus aku urus,
tidak boleh terlambat lagi."
"Aku juga ada urusan penting hendak memberitahukan
kepadamu, bolehkah kau berdiam lagi satu hari?"
Jie-giam-ong sementara itu sudah mendesak nona itu
supaya lekas ikut dengannya: "Mari lekas jalan, kalau
kalian masih hendak bicara, bicarakanlah sambil berjalan"
Mereka berjalan keluar dari jaring kawat, lantas lompat
kejalan kecil yang berliku-liku itu, Jie-giam-ong berjalan
dimuka sebagai petunjuk jalan, Cin Hong dan In-jie
mengikuti dibelakangnya dengan jalan berdampingan
sambil berjalan. "In-jie, kau masih belum menjawab pertanyaanku. Siapa
orang tua yang memberi pelajaran ilmu silat kepadamu itu?"
"Ssst, ssst. . . Suaramu itu terlalu keras. Dia adalah itu
orang yang beberapa hari yang lalu hendak kau tengok itu"
"ouw Apakah dia sudah tidak gila?"
"Ada kala gilanya angot, tetapi ada kalanya sadar "
"Siapa dia" Apa namanya?"
"Tidak tahu, dia tidak mau memberitahukan denganku."
"Apakah dia menggunakan ilmu menyampaikan suara
kedalam telinga dengan melalui dinding tembok
mengajarkan ilmu silat kepadamu?"
"Hem, dia telah ditawan didalam kamar istimewa yang
letaknya justru dibawah kamar tahanan, ia kata kamar yang
ia diami itu tidak ada lubang jendelanya, diempat penjuru
semuanya merupakan dinding dinding baja yang tebalnya
tiga dim, borgolan tangan dan kakinya juga terbuat dari
baja murni, dengan yang kupakai masih lebih berat tiga kali
lipat. Ai, selama hidupnya itu barang kali sudah tak ada
harapan lagi untuk ia keluar dari rumah penjara"
"Sungguh sayang...Jikalau ia tidak gila, pasti dapat
mengimbangi kepandaian dan kekuatan penguasa rumah
penjara ini, dan sekarang untuk menantang lagi juga sudah
tidak ada kesempatan lagi."
"Kalau ia sedang angot gilanya lantas berteriak-teriak
memanggil-manggil nama seseorang yang disebutnya Bwee
Kun, Bwee Kun adalah nama seseorang wanita, kupikir
orang wanita itu pasti adalah bekas kekasihnya yang
kemudian meninggalkan dirinya, Sehingga ia bersusah hati
dan menjadi gila." "Hem, aku merasa kasihan. terdapat beberapa hari
berselang mengapa kau tidak mengijinkan aku menengok
dia?" "Aku pikir agar kau menjadi terkejut dan girang sebentar,
hanya sekarang kau sudah boleh pergi menengok dia, dia
bersedia hendak mengajarkan ilmu silat kepadamu"
"oh mengapa?" "Aku telah beritahukan padanya bahwa kau adalah
Seorang yang baik" "Mana boleh" Aku toh bukan orang yang baik?"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan merendahkan diri. Dia malah masih berkata
kepadaku supaya aku tidak menyulitkan dan meruglkan
dirimu. Bagaimana aku bisa menyusahkan kau. Betul
tidak?" "Hem, dengan cara bagaimana ia hendak mengajarkan
aku ilmu silat" Sedang aku sudah akan pergi"
"Kau toh bisa berdiam beberapa hari lamanya disini"
"Tidak bisa. Aku harus dan mesti lekas pergi guna
memberitahukan kepada dua belas partai besar supaya
mereka waspada terhadap gerakan rahasia dan rencana
jahat orang orang golongan Kalong. Urusan ini tidak boleh
terlambat dan tak boleh ditunda"
"Kalau begitu kapan kau hendak menengok aku lagi?"
"Sebentar aku akan bertanya pada penguasa rumah
penjara . Jika ia mengijinkan, aku bisa sering sering datang
kesini" "Bagaimana jikalau ia tidak suka memberi ijin padamu?"
"Kalau begitu, terpaksa harus menunggu sampai lain
tahun. . . ." "Ya. Allah Kalau begitu, terpaksa harus menantang
bertanding lagi" "Ingatlah, kau hanya mempunyai hak tiga kali untuk
menantang bertanding .jikalau kau tidak yakin benar akan
dapat menyambut serangannya sepuluh kali, janganlah kau
coba main- main-" Mereka beromong-omong Sambil berjalan tanpa dirasa
sudah tiba disebuah mulut goa yang bentuknya bundar. Jiegiam-
ong Hoan Thian couw memutar tubuh menunggu
mereka berjalan semakin agak dekat, lalu berkata pada Cin
Hong, "Aku si orang tua akan membawa ia masuk ke kamar
tahanan naga melalui goa ini, jlka kau hendak menengok
Subumu, tidak boleh berjalan bersama-sama"
Cin Hong tahu bahwa tempat itu tidak ada jalan atau
pintu yang dapat digunakan untuk keluar masuk dengan
bebas, maka ia lalu minta diri kepada in-jie, seorang diri
lalu naik keatas melalui jalan disamping tebing yang
berliku. la telah melalui jalan yang berliku-liku itu sampai
sembilan putaran, baru tiba di dalam kamar tahanan naga,
jauh-jauh sudah tampak subo dan suhunya bersama can Sa
sian yang menongolkan kepalanya melalui sebuah lubang
jendela, Thian San Swat Po-po paling dulu melihat
kedatangan Cin Hong, dengan sangat tegang ia berseru
dengan suara nyaring: "Anak, bagaimana dengan
muridku?" Cin Hong belum sampai menjawab, dari kamar nomor
sembilan tiba-tiba tampak In-jie yang menongolkan
kepalanya dari lubang jendela ia berseru girang kepada
suhunya seraya berkata: "Suhu, muridmu sudah datang
kemari" swat Popo girang sekali melihat muridnya itu, tetapi juga
agak marah, katanya sambii tertawa:
"In-jie, kau mau dengar perkataan Suhumu atau tidak?"
In-jie buru-buru menjawab Sambil menganggukkan
kepala: "Suhu, sudah tentu muridmu akan mendengar ucapan
Suhu, Suhu ada perintah apa?"
"Baik, Suhumu sekarang perintah kan kau supaya
menampar pipimu sendiri. Kau tampar harus sampai
suhumu perintah kan berhentikan" berkata Swat Po-po
sambil tertawa dingin. Saat itu In-jie lantas mengucurkan air matanya, katanya
sambil menangis "Suhu, harap Suhu jangan marah.
Janganlah Suhu terlalu salahkan muridmu."
Tetapi swat Po-po telah tekuk muka, katanya:
"Setan kecil, jangan kau kira bahwa kau bisa
dipindahkan kekamar tahanan naga ini lantas anggap aku
sudah menjadi girang. Ketahuilah olehmu, di kamar
tahanan ini kau juga sama saja merupakan tabanan, jlka
tidak sanggup menyambut sepaluh kali serangan penguasa
rumah penjara, sama juga harus menjadi tawanan seumur
hidup, Lekas tampar sendiri pipimu."
In-jie tak berani membantah, terpaksa menampar kedua
pipinya sendiri, sehingga kedua pipinya menjadi merah dan
menangis tersedu-sedu. Cin Hong merasa tidak tega, buru-buru menjura kepada
Swat Po-po seraya barkata: "subo, ampunilah dia subo"
swat Po-po juga mengalirkan air mata, katanya dengan
suara gusar: "Tidak bisa. setan cilik ini terlalu gegabah, ia berbuat
menurut sesuka hatinya, benar-benar sangat menjengkelkan
hatiku" It-hu Sianseng dari kamar nomor tujuh tertawa terbahakbahak.
kemudian berkata: "Siang in, kau ini berarti tawanan tua menghina tawanan
baru. kau coba pikir dirimu sendiri, dimasa lalu bagaimana
sifatmu" Kau juga suka membawa Caramu sendiri. Dan
bagaimana kalau dibandingkan dengan dia sekarang?"
Wajah Swat Po-po menjadi merah, katanya marah: "Pui
Aku mengajar muridku sendiri, siapa Suruh kau Campur
mulut?" Cin Hong melihat In-jie masih menampari pipinya
sendiri tak hentinya, keadaan Cemas, tanpa disadarinya ia
berteriak-teriak sambil mengulapKan tangannya: "Berhenti :
Berhenti" In-jie tidak berani menghentikan gerakannya, kedua
tangannya masih bergerak terus, masih menampari pipinya
sendiri, tampaknya ia juga mendongkol, hingga
tamparannya sedikit keras, begitu pula tangisannya semakin
menyedihkan Cin Hong merasa tamparan itu Seperti ditujukan kepada
mukanya sendiri, dalam hati merasa pilu, ia buru-buru
lompat dan berkata: "In-jie Perlahan sedikit perlahan
sedikit" Sementara swat Po-po yang melihat sepasang pipi In-jie
sudah menjadi merah dan bengkak. perasaan marahnya
sudah mulai reda, bentaknya: "Baik Sudah, stop stop"
In-jie yang sudah mendongkol tidak menghiraukan
ucapan Suhunya, ia masih menampa terus pipinya tiada
henti- hentinya. Swat Po-po menjadi bingung sendiri, katanya sambil
menangiS: "Setan cilik, apakah kau benar-benar hendak membuat
marah sampai mati?" Cin Hong buru-buru mengulurkan tangannya untuk
memegang kedua tangan in-jie, membujuknya seraya
berkata: " In-jie, dengarlah perkataan suhumu Berhentilah "
In-jie yang tidak dapat melepaskan tangan dari Cekalan
Cin Hong, lantas berpaling mengawasi Suhunya sambil
menangis, katanya dengan perasaan masih mendongkol:
"Suhu, suhu masih ada perintah apa lagi?"
Saat itu Swat Po-po sebaliknya malah meraSa serba
salah, ia hanya mengeluarkan suara hehe dari mulutnya,
lantas masukkan kepalanya ke dalam.
It-hu Sianseng terkata kepada Cin Hong sambil
tersenyum^ "Anak. kemarilah kau sebentar"
Cin Hong melepaskan tangan in-jie, berjalan kebawah
jendela suhunya, berkata dengan sikap menghormat:
"Suhu, teecu sebentar akan meninggalkan rumah
penjara, apakah suhu masih ada perintah apa lagi?"
"Tadi ketika In-jie melakukan pertandingan, Suhumu
telah menyaksikan bahwa kepandaian ilmu silat yang
dipergunakannya bukanlah ajaran Subomu, bagaimana hal
ini bisa terjadi?" Cin Hong lalu menceritakan tentang si orang tua gila
yang mengg una kan ilmu menyampaikan suara kedalam
telinga, dengan melalui dinding tembok telah mengajarkan
In-Jie kepandaian ilmu silat.
It-hu Sianseng terheran-heran tidak habisnya, tanyanya
pula: "Apakah orang tua gila itu tidak memberitahukan kepada
In-jie siapa namanya?"
"Tidak. ia bahkan masih berkata kepada In-jie, katanya
hendak menurunkan kepandaian ilmunya kepada teecu"
"Apa kau terima?" bertanya It-hu Sianseng sambil
menatap muridnya. "Teecu masih belum tahu dia itu orang baik ataukah
jahat, apalagi tugas untuk memberitahukan kepada dua
belas partay itu supaya waspada terhadap gerakan dan
rencana keji orang-orang golongan kalong Sudah tidak
dapat ditunda lagi, maka teecu pikir tidak akan berdiam lagi
lama-lama disini. Bagaimana suhu anggap?"
"Sebenarnya, kalau manusia memang ada perbedaannya
antara yang baik dan jahat. Tetapi, ilmu Silat tidak ada
perbedaannya dari golongan baik atau gologan jahat.
Kubenarkan pendapatmu memang lebih baik kau beri kabar
dulu kepada dua belas partay itu, dikemudian- bari apa bila
ada kesempatan kau boleh terima maksud baik orang tua
gila itu" Cin Hong menerima pesan suhunya, tiba-tiba dari kamar
nomor Enam terdengar suara tertawa dingin. can sa-sian Sie
Koan, yang kemudian berkata kepada suhunya: "Ta Lok
Thiap. sahabat lama datang lagi"
It-hu Sianseng dan Cin Hong berpaling kearah can-Sa
sian. Tampak diluar kamar nomor satu, Tay-giam-ong
sedang berdampingan dengan seseorang yang mengenakan
pakaian warna kuning emas.
orang berpakaian warna kuning emas itu usianya kirakira
tiga puluh lima tahun, wajahnya putih bersih, tetapi sikapnya sangat dingin,
mirip seperti bangkai hidup, Dipandang sepintas lalu,
menimbulkan perasaan jeri kepada siapa yang
menyaksikannya, hingga tidak berani memandang lama,
Dia berSama Tay-giam ong berjalan kedepan jendela
nomor dua lantas berhenti, kepalanya menengok kedalam
sejenak. tiba-tiba membuka mulut, katanya dengan nada
suara dingin, "Ha lotee, kau sudah pikir-pikir atau belum ?"
Dari dalam kamar tahanan nomor dua itu lantas
terdengar suara geraman hebat, kemudian, disusul oleh
kata- katanya yang menyatakan kegeraman hatinya.
"Enyah kau, bajingan Kau menghina aku sinaga mata
satu, apakah kau kira aku tidak bisa keluar dari penjara ini
dengan mengandalkan kekuatan dan kepandaian sendiri?"
Cin Hong menyaksikan dan mendengar Semua kejadian
itu sudah dapat menduga bahwa orang berpakaian warna
emas itu siapa adanya dan apa maksudnya, dalam hati
timbul kesan yang tidak baik, lalu berpaling dan berkata
kepada suhunya dengan suara perlahan: "Suhu, dia adalah
PangCu dari golongan Kalong?"
Dengan sikap menghina It-hu Sianseng menjawab:
"Benar, juga adalah itu orang yang dulu mena makanan
dirinya Ho ong, bulan yang lalu ia pernah datang Untuk
menantang bertanding, dan dapat menyambut serangan
penguasa rumah penjara hingga sebelas jurus, tetapi ia
hanya dapat mengeluarkan seorang Lam kek Sin kun Im
Liat Hong saja, yang lainnya semua tidak ada yang suka
ikut pergi dengannya. Sekarang ia datang kembali, rupanya
hendak membujuk lagi"
Cin Hong masih belum tahu siapa adanya Ho ong itu,
tetapi dari namanya, ia dapat menduga bahwa orang itu
pasti adalah orang yang sangat jahat, oleh karena Ho ong
memanggil orang iblis seperti Naga bermata satu Hu Ta
Hui itu lotee atau adik kecil, sedangkan iblis naga mata satu
itu pada beberapa puluh tahun berselang, namanya Sudah
sangat terkenal, maka dapatlah diduga bahwa usia Ho- ong
pasti sudah tidak muda lagi, Akan tetapi dari wajahnya
tampak masih muda, seperti seorang yang baru beruSia tiga
puluh tahunan, kepandaian merawat mukanya juga sangat
menakjubkan, dari situ juga dapat di duga bahWa
kepandajan ilmu silatnya atau kekuatan tenaga dalamnya
pasti juga Sudah mencapai kesuatu taraf tidak ada taranya.
"Anak. pada dua puluh tahun berselang. can sian Sien
pangCu bersama-sama suhumu dan beberapa orang lagi,
dengan bergandengan tangan pernah mengusir ia keluar
dari rimba persilatan Tionggwan. Sebentar lagi mungkin ia
akan datang kemari, dengan menggunakan kata-kata kotor
hendak menghina suhumu. Suhumu sudah mengambil
keputusan tidak akan meladeni dia, tetapi kau yang
menyaksikan barang kali bisa menjadi marah, maka
Sebaiknya sekarang kau boleh pergi saja"
Cin Hong menyahut sekenanya, namun ia masih tetap
tidak bergerak dari tempatnya. Setelah menyaksikan Pangcu
golongan Kalong itu tidak berhasil membujuk Si naga
bermata Satu, dan sudah mulai meninggalkan kamar nomor
dua, bersama-sama Tay-giam ong berjalan menuju kebawah
jendela kamar nomor tiga, seperti juga yang tadi, wajahnya
yang putih tak menunjukkan sikap apa- apa, ia memandang
Sejenak kearah kamar tahanan itu, Kemudian
menggerakkan bibirnya berkata dingin.
"Bi Lotee, dan kau bagaimana?"
Dalam kamar tahanan nomor tiga itu sunyi senyap
keadaannya, tidak terdengar suara orang seolah-olah disitu
tidak ada penghuninya. It-hu SianSeng yang menyaksikan
semua itu, berkata dengan suara perlahan^
"Si Kuya leher panjang Bi Kap Sin benar-benar sungguh
Seperti Seekor kuya yang tidak bisa membuka mulut.
Suhumu berada disini sudah delapan hari, belum sekali juga
pernah mendengar suaranya"
Dalam hati Cin Hong merasa sangat kagum terhadap
dua orang itu, ia juga berkata dengan Suara peralahan:
"TeCu mendengar kata bahwa sepasang saudara
berlainan she dari gunung See-kim-san, biasanya
merupakan orang jahat yang suka membunuh orang,
bahkan gemar sekali menggunakan tengkorak kepala orang
di buat atap rumah. Sungguh tak diduga mereka masih
mempunyai jiwa jantan seperti itu, tidak mau mudah
diperalat oleh Ho ong, benar-benar sangat mengagumkan"
Sementara itu PangCu dari golongan Kalong yang


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali tidak berhasil membujuk Si Kuya leher panjang Bie
Kap Sin, Wajahnya yang dingin berkernyit sebentar,
agaknya marah dan lalu mengejek dengan mengeluarkan
Suara dari hidung, juga tidak membuka mulut, lantas
menggeser kakinya berjalan menuju kebawah jendela kamar
nomor empat, kemudian bertanya pula kepada penghuni
kamar itu: "Saudara Kha, kalian suami istri masih sangat muda, jika
mati didalam kamar tahanan penjara ini sesunggunnya
sangat tak berharga. Bagaimana?"
Kiu-lin merah Kha Gi San juga diam saja tak menjawab.
Tetapi setelah hening cukup lama, dari jendela kamar
tawanan nomor lima menongol kepala seorang tawanan
Wanita, ia berkata kepada penghuni kamar nomor empat:
"Lelaki jahanam, jangan berpura-pura sebagai jagoan,
kita terima baik saja permintaannya"
Tawanan Wanita itu adalah isteri Kha Gi San yang
bernama Pa cap Nio yang mempUnyai namajulukan
burung Hong ekor hitam, uSianya sekira tiga puluh lima
tanun, rambutnya yang panjang waktu itu terurai kedepan
mukanya kulit wanita itu hitam, namun wajahnya Cantik
boleh di kata seorang wanita yang hitam manis. meskipun
tubuhnya agak kurus, namun masih tidak hilang
keCantikannya. It-hu Sianseng berkata sambil menghela
napas pelahan: "Ai orang perempuan bagaimana pun juga kurang kuat
imannya, siburung Hong berekor hitam itu tidak tahan
penderitaan ditempat ini"
"Apa" Dia. ..." bertanya Cin Hong terkejut.
"Benar dia setiap hari ribut dengan suaminya hendak
kekamar penjara ular, ia kata bahwa dikamar penjara ular
setiap hari masih mendapat kesempatan untuk melakukan
pekerjaan berat, mengertikah kau maksudnya?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, ia menganggukanggukkan
kepala dan berkata: "Apakah hubungan suami
isteri mereka ada baik?"
"Baik, mereka masuk rumah penjara ini sudah empat
tahun lamanya, mereka pernah minta mengajukan
permintaan kepada penguasa rumah penjara ini, agar
diperkenankan berdiam satu kamar dengan suaminya,
syaratnya ialah bersedia melepaskan haknya tiga kali untuk
menantang bertanding lagi, tetapi permintaan itu tidak
diterima oleh penguasa rumah penjara, benar-benar seorang
yang sangat kejam." Sementara itu. Pa cap Nio dengan tiba-tiba menangis
dan ribut-ribut lagi: "Laki-laki jahanam, kau dengar tidak" Kau pernah
berkata bahwa kita tidak akan berpisah selama-lamanya,
betul tidak" Kau tidak Suruh aku melahirkan turunan
bagimu, betul tidak?"
Dari lubang jendela kamar nomor empat menongol
kepala seorang laki-laki setengah umur berwajah merah,
sepasang matanya memancarkan sinar yang penuh rasa
simpatik dan kasihan, ia mengawasi wajah isterinya
sejenak. kemudian membuka mulut dan menghibur
isterinya itu: "cap Nio, sabarlah sedikit, Satu tahun lagi aku sudah
akan sanggup menyambut sepuluh kali serangan penguasa
rumah penjara ini, kita Sekarang tidak boleh menurunkan
prestasi dan nama baik sepasang suami isteri golongan Lohu"
"Aku tidak perlu dengan segala nama baik aku hanya
membutuhkan berdiam bersama-sama denganmu.,.,."
berkata si burung Hong ekor hitam sambil menangis keras.
Si Kie lin merah Kha Gi San agak putus asa menghadapi
isteri yang selalu ribut sambil menangis dengan sedihnya,
katanya sambil menghela napas.
"cap Nio,jikalau kita menerima baik permintaannya, ikut
dia keluar dari rumah penjara ini, maka selanjutnya kita
akan diperbudak olehnya, dan harus menurut segala
perintaannya. Apakah kau Sanggup diperlakukan semaCam
itu?" "Aku bersedia menerima, asal kita akan dan bersamasama
denganmu disatu tempat sekalipun aku harus menjadi
budaknya juga tak akan keberatan" berkata Pa cap Nio
Sambil berulang-ulang menganggukkan kepala.
Laki-laki berpakaian Warna emas itu, yakni PangCu
golongan Kalong, dengan tiba-tiba membuka mulutnya dan
mengeluarkan suara tertawa yang kedengarannya sangat
aneh, katanya: "Bukan sebagai budak Kalian suami isteri yang satu akan
kuangkat sebagai Tongcu bagian Hek hok-tong, pangkat
dan kedudukan kalian hanya dibawah permaisuri dan tiga
selir serta dua anggota pelindung hukum"
Pa cap Nio Sangat girang mendengar ucapan itu,
katanya: "Laki-laki jahanam, kau dengar tidak" Apakah itu bukan
suatu kedudukan yang sangat baik" Kita terima saja
permintaannya" Kha Gi San merasa masgul, katanya: "cap Nio dengan
demikian, kita sudah tidak mempunyai Waktu lagi untuk
mencari koleksi sebagai macam barang pusaka yang anehaneh.
Apakah kau mempunyai kekuatan hati untuk
menahan keinginanmu dan kesukaanmu menyimpan
barang-barang pusaka aneh itu?"
Sang isteri kembali mengangguk kepala berulang-ulang
seraya berkata^ "Aku bisa Aku sekarang sudah memikirkan baik- baik
dalam dunia ini tak ada semacam barang lagi yang lebih
berharga daripada dirimu."
Kha Gi San tampaknya tergerak hatinya oleh ucapan
isterinya, saat itu lalu mendongakkan kepala dan berkata
dengan suara sedih: "Sudahlah Sudahlah Hati perempuan durhaka ini telah
membunuh habis ambisiku"
Pa cap Nio yang melihat sang suami. akhirnya suka juga
menerima baik permintaan Pangcu golongan Kalong,
dalam girangnya lantas menangis, kemudian berpaling dan
berkata kepada Pangcu golongan Kalong itu:
"Hei Kami suami isteri sekarang apakah sudah boleh ikut
kau keluar dari rumah penjara ini?"
Wajah orang berpakaian emas itu Sedikit pun tidak
menunjukkan sikap girang, ia hanya menganggukkan
kepala dan berkata: "Tunggu sebentar aku masih perlu mencari dua orang
lagi:" Cin Hong yang menyaksikan sepasang suami istri
golongan Lo-hu yang namanya pernah menggemparkan
rimba persilatan itu akhirnya toh menerima juga
pertolongan Pangcu golongan Kalong untuk keluar dari
rumah penjara, dalam hati merasa sangat kecewa dan
gegetun. la berpaling dan berkata pada Suhunya sambil
menggigit bibirnya: "Suhu, Kie-lin merah itu benar-benar
seorang lelaki yang tidak berjiwa kesatria"
"Itu disebabkan karena cinta kasih mereka dianggap lebih
berharga dari pada segalanya.Jadi masih boleh jugalah
dimaafkan " Karena perbedaan pendapat dan berlainan sifat, Swat Popo
akhirnya mesti berpisahan dengan It-hu Slangseng
suaminya. Melihat cinta kasih sepaSang suami istri
golongan Lo-hu yang demikian murni ini. dalam hati
sedikit banyak ia juga merasa iri. Mendengar lagi kata- kata
suaminya, bahwa cinta kasih lebih berharga dari segalanya.
lantas timbul amarahnya, katanya sambil tertawa dingin:
"Tua bangka, apa kiramu kau sudah mengerti soal cinta
kasih?" It-hu sia ngseng tercengang, tetapi kemudian ia dapat
memahami maksud pertanyaan istrinya, maka lalu berkata
sambil tertawa kecil, "Ya benar, aku memang tidak
mengerti.. ." . Cin Hong takut mereka akan bertengkar lagi, maka buruburu
menyela: "Suhu, maukah suhu beritahukan dulu kepada teecu
nama pangcu dari golongan Kalong ini?"
Selagi It-hu SianSeng hendak menjawab, dari kamar
nomor delapan tiba-tiba terdengar suara geraman dan
bentakan can sa-sian: "Pui Kau anjing laki perempuan ini mengawasi aku saja
mau apa?" Cin Hong dengan Cepat berpaling. Tampak olehnya
orang berpakaian warna emas itu sudah berada diluar
jendela kamar nomor eram, matanya ditujukan ke lobang
jendela dan berdiri tak bergerak, sepasang matanya
memancarkan sinar tajam, sedang wajahnya tetap
menunjukkan Sikapnya yang dingin.
can si-sian sudah menarik kembali kepalanya dari lobang
jendela, saat itu sedang ber-jingkrak2 sambil me-maki2,
"Anjing laki2 dan perempuan" tidak berhentinya.
Cin Hong yang mendengar suara Cacian pengemis tua
itu dalam hati merasa geli. Pengemis tua ini benar-benar
tidak keruan ucapannya. Demikianp ikirnya, Masa orang
dikatakan 'anjing laki- laki perempuan' Anjing laki-laki
tentu yang jantan, anjing betina ya yang betina. Mengapa
menggunakan istilah 'anjing laki laki perempuan'"
It-hu Sianseng agaknya sudah mengetahui bahwa
muridnya itu sedang keheranan, ia lalu berkata Sambil
terseryum: "Ucapan Sle Pangcu itu sedikitpun tidak salah, dia
memang tidak ubahnya sebagai anjing laki- laki
perempuan'" Cin Hong makin heran, tanyanya: "Suhu, anjing laki laki
perempuan itu apa artinya?"
It-hu Sianseng berdiam sejenak, kemudian berkata:
"Maksudnya ialah, Diwaktu siang hari dia adalah
seorang laki- laki, diwaktu malam dia menjadi orang
perempuan-" Cin Hong dengan mulut menganga berseru kaget,
katanya: "Ha Jadi dia itu seorang wadam?"
"Ya Dia juga mempunyai dua nama. yang satu Jie Hong
Hu, yang lain Jiau Biauw Kouw. Tapi bagaimana keadaan
seharinya, tanyakan saja kepada empek ie-oe"
Cin Hong terheran-heran, ia berdiri termangu-mangu
mengawasi wajah orang berpakaian Warna emas yang
dingin kaku, sementara It-hu Sianseng sudah berkata lagi
sambil tertawa dingin: "Wajahnya itu memakai kedok kulit manusia, wajah
aslinya suhumu sendiri juga . . .Hm Dia sekarang sudah
berjalan kemari, lekaslah kau pergi, suhumu hendak pergi
tidur" Sehabis berkata demikian, ia menarik kembali kepalanya
dari lubang jendela dan masuk kedalam kamarnya, ia
lompat kesatu sudut dan merebahkan diri, menghadap
kedalam sebentar sudah terdengar suara menggerosnya.
orang berpakaian warna emas waktu berjalan dihadapan
Cin Hong lantaS berhenti, seolah-olah sudah lama
mengenalnya, sepasang matanya yang bersinar tajam terus
menatap wajah Cin Hong, sedang bibirnya tersesungging
senyuman yang sangat misteri, kemudian bertanya:
"Cin Hong, apakah kau menghendaki aku menolong
Suhumu?" Ketika pandangan mata Cin Hong bertumbukan dengan
sinar mata orang itu, sesaat seluruh tubuhnya merasa
menggigilnya, ia mundur sesungguhnya.
"Hei Dari mana kau tahu namaku?"
"Ditepi telaga sen-ouw, aku pernah melihat kau dengan
budak perempuan she Yo itu. Waktu itu aku sebetulnya ada
maksud hendak mengambil kalian berdua sebagai Kim-tong
dan Giok- lie, juga akan kuberi didikan ilmu silat yang luar
biasa pada kalian- Tak kusangka kalian ternyata adalah
orang-orang yang tidak tahu diri...."
Cin Hong pada sebelumnya masih belum tahu keadaan
orang itu, maka atas usul yang dikatakan sebagai Kim-tong
dan Giok lie itu hanya diganda dengan ketawa, sekarang ia
sudah tahu dia adalah seorang wadam mendengar lagi
ucapannya tentang kedudukan Kim-tong Giok-lie itu. sesaat
timbul kesannya seolah-olah terhina olehnya, maka saat itu
ia lantas naik pitam tidak menantikan orang itu bicara
habis, Sudah membentak dengan suara keras:
"Tutup mulutmu Siapa kesudian menjadi Kim-tong Giok
lie mu?" senyuman yang tadi tersungging dibibir orang berpakaian
warna emas itu telah lenyup, dengan wajah dingin
memandang Cin Hong sejenak, kemudian perlahan-lahan
berpaling kekamar tawanan It-hu Sianseng katanya dengan
nada suara dingin: "To Lok Thian, apa kau maSih ingat
hutang lama pada dua puluh tujuh tahun berselang?"
It-hu Sianseng sedikitpun tak begerak suara
menggerosnya semakin keraS.
orang berpakaian emas itu tiba-tiba mendongaKkan
kepala dan tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata:
"Heh, heh, tak kusangka kau To Lok Thian ternyata
mempunyai kesabaran luar biasa benar-benar diluar
dugaanku" Suara tertawa nyaitu demikian nyaring dan tajam, ketika
masuk kedalam telinganya masih mengaung tak hentinya,
Suara itu seolah-olah jarum tajam yang menusuk telinga,
beberapa ekor burung yang hinggap di tebing itu juga
terjatuh oleh Suara tertawa tadi, dan lekas- lekas terbang
lagi keluar lembah. Tay-giam-ong yang berdiri dibelakangnya tampak
mengerutkan alisnya, ia mengulurkan tangannya dan
menepuk-nepuk bahunya seraya berkata:
"Laohia, barang siapa yang masuk kedalam rumah
penjara ini, tidak boleh menimbulkan ribut-ribut, kalau kau
masih tertawa lagi, aku terpaksa akan mengusir kau keluar"
In-jie dari kamar nomor sembilan berseru sambil tepuktepuk
tangan: "Betul Lekas usir dia keluar"
Tay-giam ong menggerendeng sendiri, berpaling seraya
membentak: "Kau juga tidak boleh berteriak-teriak begitu.
Kalau kau berani lagi....."
"Kalau berani berteriak lagi apa kau juga akan mengusir


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku keluar?" Tay-giam-ong tercengang, kemudian membentak dengan
nada suara marah: "Kalau berani berteriak-teriak lagi, akan kuhukum atau
tidak memberikan makan kepadamu tiga hari"
Cin Hong terkejut mendengar ucapan itu, buru-buru
berkata kepada In-jie: "In-jie janganlah kau berteriak-teriak lagi."
orang berpakaian warna emas sikapnya tetap dingin
sombong seperti tadi, seolah-olah tak mendengar
peringatannya tay-giam ong. Saat itu kembali berpaling
kekamar It-hu Sianseng Seraya berkata^
"To Lok Thian- benarkah kau tak berani membuka suara
sama sekali?" Cin Hong yang mendengar ucapan orang berpakaian
warna emas itu menghina gurunya, ia telah lupa peraturan
tidak boleh ribut-ribut didalam rumah penjara, dengan tibatiba
tangannya bergerak menyerang orang berpakaian
warna emas, terdengar suara bentakannya yang keras:
"Kau berani menghina suhuku" Sekarang akan kuberi
hajaran kepadamu" Gerakannya tadi adalah salah satu gerakan dari ilmu silat
pelajaran suhunya, gerakan tangan itu memang indah
sekali, apalagi terpisah dengan jarak sangat dekat, ia
mengira dengan Serangannya yang mendadak itu, pasti
dapat memukul jatuh orang itu. Diluar dugaannya, selagi
jari tangannya hendak menyentuh bagian jalan darah orang
itu, mendadak dibaWah ketiaknya dirasakan kesemutan,
dan tangannya sesaat itu lantas dirasakan telah menjadi
keplek. tidak bertenaga lagi.
Dalam terkejutnya, buru2 mengangkat tangan kirinya
untuk melindungi dadanya sendiri, bersamaan dengan itu ia
lantaS lompat mundur Sstu langkah.
orang berpakaian warna emas itu tidak mengejar, hanya
matanya saja yang memancarkan sinar aneh, sambil
tersenyum ia menatap Cin Hong, katanya lambat-lambat:
"Kau pemuda ini sesungguhnya terlalu gampang marah,
cobakau lihat mataku, mirip tidak dengan seorang
musuhmu?" Perkataan itu diucapkan dengan nada suara sangat
merdu, seolah-olah mengandung kekuatan gaib yang tidak
dapat ditolak. membuat Cin Hong tanpa sadar sudah
menurut perintah untuk mengawasi sepasang matanya.
Memang benar, sepasang mata itu demikian jernih,
Sedikitpun tidak mengandung maksud jahat, bahkan seperti
mata seorang ibu yang penuh kasih sayang. orang
berpakaian watna emas itu kemudian berkata pula:
"Aku tahu selama beberapa hari ini kau tidak biSa tidur
enak. itu disebabkan karena kau memikirkan Suhu dan
SumoaymU, Sehingga pikiranmu jadi terganggu. Sekarang
kau harus tidur nyenyak Sebentar. Kau lihatlah
pemandangan disini, betapakah indahnya, angin disini
betapa sejuknya, ditempat seperti ini kalau kau bisa tidur
nyenyak. malah baru boieh dibilang merupakan Suatu
kenikmatan bagi manusia hidup, Baik, sekarang
pejamkanlah matamu periahan-lahan- Tiduriah,
tidurlah....." Ucapan yang terakhir kedengarannya begitu lunak dan
merdu, benar saja Cin Hong lantaS merasa mengantuk.
dalam hatinya berpikir selama beberapa hari ini memang
benar-benar ia tidak bisa tidur enak, memang harus tidur
sebentar. oleh karena pikirannya demikian maka rasa
kantuknya semakin menjadi-jadi, tak disadarinya ia
menguap beberapa kali, dengan letih menyenderkan
tubuhnya kesamping dinding lembah. kemudian duduk
ditanah dan tidur dengan nyenyaknya . . .,
Entah berapa lama sang waktu berlalu, dalam keadaan
samar-samar, tiba-tiba kepalanya diketuk orang perlahan,
hingga ia terkejut dan mendusin- Mana kala ia membuka
mata, didapatkannya darinya rebah diatas tanah dalam
ruangan tamu penguasa rumah penjara rimba persilatan,
Sedang disamping berdiri penguasa rumah penjara rimba
persilatan bersama murid perempuan penguasa rumah
penjara itu, Leng Bie Sian
Bukan kepalang terkejutnya Cin Hong kali ini, ia buru
buru lompat bangun, kepalanya nengok kekanan kekiri,
dengan terheran-heran ia berkata: "Eh Bagaimana sampai
aku bisa tidur ditempat ini ?"
Leng Bie San tertawa geli, ia berkata sambil mendekap
mulutnya dengan lengan bajunya:
"Kau tadi telah terperdaya oleh orang berpakaian warna
emaS itu. Jikalau Suhu tidak keburu menolongmu, barang
kali kau akan tidur tiga hari lamanya "
Cin Hong sekarang baru sadar. Dalam hati ia begitu
marah, segera lompat kedekat jendela untuk melongok
keluar sambil bertanya: "Dan kemana sekarang orangnya?"
"Sudah diusir keluar oleh suhu" menjawab Leng Bie sian
sambil tertawa. Cin Hong memutar tubuh mengawasi penguasa rumah
penjara rimba persilatan seraya bertanya:
"Mengapa kau tidak menangkap dia dan masukkan
kedalam penjara?" "Dengan hak apa aku harus menangkap ia dan
dmasukan dia kedaiam penjara" Yang bertindak memukul
dahulu adalah kau. Kalau diuSUt benar-benar persoalan ini,
yang harus masuk penjara sebaliknya adalah kau sendiri"
jawab penguasa rumah penjara.
Cin Hong diam-diam terkejut, ia tidak berani banyak
bicara lagi, buru-buru berjalan menuju kemeja persegi
mengambil kuasnya untuk meneruskan lukisannya yang
hampir selesai. Penguasa rumah penjara rimba persilatan berjalan
kebelakang dirinya untuk menyaksikan ia melukis. berkata
dengan mengandung maksud tidak baik,
"Seandaian Sumoaymu tidak dipindahkan kekamar
penjara Naga, lukisan ini barangkali tidak akan selesai
untak selama-lamanya"
Wajahnya Cin Hong menjadi merah, ia berkata sambil
mengangkat pundak: "Kau jangan banyak bicara Setelah
aku menyelesaikan lukisan ini aku hendak minta diri"
Penguasa rumah penjara itu berdiam sejenak kemudian
berkata seolah-olah terhadap dirinya sendiri^
"Sungguh aneh, Sumoaymu waktu pertama kali
menantang bertanding, satu juruspun tidak Sanggup
menahan seranganku, tetapi dalam pertandingan yang
kedua kalinya ia anggup menyambut sampai lima kali, ini
apa sebabnya?" Cin Hong diam-diam merasa geli, tetapi ia tak berani
mengatakan bahwa itu adalah pelajaran ilmu Silat yang
didapat dari orang tua gila itu, saat itu ia hanya berkata
sambil angkat pundak lagi:
"Apakah kau tidak dengar sewaktu ia bertanding
denganmu, tidak berhentinya memanggil aku satu kali, ia
dapat menyambut seranganmu satu kali"
"Hem..Jadi, lebih hebat daripada kepandaian ilmu
silatku?" Cin Hong tidak menghiraukan, ia meneruskan
lukisannya dengan tenang, setelah selesai, ia meletakkan
kuasnya dan berpaling seraya bertanya: "Mirip atau tidak?"
"Bagus" menjawab penguasa rumah penjara rimba
persilatan singkat. Cin Hong menjura seraya berkata "Kalau begitu,
sekarang aku hendak mohon diri saja"
"Apakah kau tega berpisahan dengan sumoaymu?"
Cin Hong tidak mau menunjukan sikap lemah, katanya
dengan tegas: "Mana bisa tidak tega" Kami toh bukan apaapa
... ," KATA-KATA selanjutnya ia merasa tidak enak
mengucapkannya, terpaksa bungkam. Panguasa rumah
penjara rimba persilatan tertawa-tawa dan bertanya lagi,
Cin Hong berpikir sebentar, katanya sambil tersenyum:
"Apakah aku masih boleh main- main beberapa hari lagi
disini?" "Terserah kau saja Kau ingin main- main lagi berapa hari
boleh tinggal disini sebegitu hari juga"
"Mengapa kau memperlakukan aku demikian baik?"
Penguasa rumah panjara rimba persilatan mengawasi
lukisan Cin Hong yang ditempel didinding, kemudian
berpaling seraya katanya:
"Sebab lukisan yang kau lukiskan untukku. Sudah
membuat aku merasa puas."
"Aku memang benar ingin main- main lagi beberapa
hari, hanya sebaiknya kau tetapkan saja batas waktunya,
sepuluh hari atau delapan hari."
Leng Bie Sian segera menyelak:
"Terserah kepadamu. Kalau sepuluh hari bagaimana?"
Cin Hong menampak sepasang mata gadis itu penuh
kasih sayang, hingga hatinya tergoncang, buru-buru
bertanya kepada penguasa rumah penjara: "Kalau sepuluh
hari, bagaimana?" "Tadi sudah kukata, terserah kepadamu saja ingin berapa
hari juga boleh" "Tapi kau tidak boleh menyesal"
"Mengapa aku harus menyesal"
"Itu tidak baik Maksudku ialah hendak mempertahankan
hakku sepuluh hari ini "
"Maksudmu apakah hari ini kau harus pergi, dan lain
kali kau akan balik lagi dan berdiam disini sepuluh hari
lagi?" "Ya Karena kau sudah menerima baik, maka tidak boleh
menyesal lagi" berkata Cin Hong sambil menganggukkan
kepala dan tertawa. Leng Bie Sian agaknya merasa keCewa, ia hanya dapat
mengeluarkan ucapan "ouw" saja, lantas tidak mengatakan
apa-apa lagi. Penguasa rumah penjara mendongakkan kepala dan
tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata:
"Baik, baik Kau sibocah ini diluarnya kelihatan jujur,
tidak tahu didalam otakmu banyak sekali tipu daya. . . ."
Selewatnya tengah hari, Cin Hong datang lagi kekamar
penjara Naga untuk mohon diri kepada suhu dan subonya.
Setelah itu ia juga lantas pamitan kepada fn-jie, sekalian
untuk minta kembali anak kunci berukuran huruf Llong
yang beberapa hari berselang diberikan kepada gadis itu
untuk disimpankan, kemudian oleh seorang petunjuk jalan
dari rumah penjara itu ia diajak keluar dari rumah penjara
dalam lembah itu. Ketika tiba dipos penghabisan, kembali Cin Hong
bertemu dengan Thiat-oe Siangsu. Kalau dahulu sewaktu
masuk gunung ia harus berurusan dulu dengan Thiat-oe
Siangsu, kini diwaktu turun gunung petugas itu malah
berlaku baik sekali kepadaya, buru-buru menarik kuda yang
In-jie titipkan kepadanya, dan mengeluarkan sepucuk surat
diberikan kepadanya sambil berkata:
"cin siohiap. ini adalah surat yang ditinggalkan untukmu
oleh pengemis keCil itu, dia baru saja pada satujam
berselang berlalu dari sini "
Cin Hong menerima Surat dan dua ekor kuda sambil
mengucapkan terima kasih, ia lantas naik keatas kuda. dan
berkata sambil tersenyum. "Sudlkah kiranya Thiat siangsu
tolong aku melakukan sesuatu?"
Thiat-oe Siangsu adalah seorang yang Sangat Cerdik.
Sejak enam hari berselang ia menahan masuknya orang tua
gila itu keatas lembah, ia telah melihat Cin Hong bersama
Leng Bie Sian berdua berdiri dijendela ruang tamu
Penguasa rumah penjara, dalam hati segera menduga
beberapa bagian, bahwa murid perempuan Penguasa rumah
penjara itu mungkin sudah jatuh hati kepada pemuda itu,
maka buru-buru mengembalikan rantai emas yang dahulu
diberikan padanya, selama beberapa hari ini ia merasa takut
apabila Cin Hong mengadukan perbuatan korupsinya
kepada penguasa rumah penjara maka hari ini ketika
melihat ia turun gunung,baru tahu benar bahwa ia tidak
mengadukan perbuatannya, hingga dalam hati merasa
sangat berterima kasih. Pada saat itu ketika mendengar
ucapan Cin Hong minta tolong kepadanya sudah tentu ia
tidak berani menolak. cepat-cepat menjura dan berkata
sambil tertawa "Cin Hong siaobiap ada urusan apa-apa silahkan
perintahkan saja, aku bersedia melakukan perintahmu. ..."
Cin Hong juga tahu apa sebab sikap Thiat oe Siangsu itu
berubah seratus delapan puluh derajat, dalam hati diamdiam
memandang rendah kepada orang itu, Saat itu ia
berkata sambil menunjuk kekudanya sendiri.
"Tidak ada urusan yang penting, hanya minta supaya
Thiat Sangsu tolong menjagakan kudaku ini, nanti setelah
Sumoayku berhasil menyambut serangan Laucu sampai
sepuluh kali dan keluar dari penjara, kuda ini tolong kau
Serahkan kepadanya" Thiat-oe Siansu berulang ulang menganggukkan kepala,
dengan mata terbuka lebar ia bertanya^
"Hendak keluar dari Rumah penjara melalui prosudure
melakukan pertandingan" Dari mana ia memiliki
kepandaian serupa itu?"
"Ada kemungkinan, apakah kau tidak melihat kemarin ia
dipenjarakan dlkamar penjara Ular, tetapi kali ini sudah
dipindahkan kekamar tawanan Naga?"
Thiat-oe Siansu ternyata masih belum tahu kejadian itu,
ketika mendengar ucapan itu, sangat terkejut, hingga saat
itu matanya terbuka lebar dan mulutnva ternganga.
Cin Hong hanya ganda dengan senyuman lalu menjura
kepadanya, dan setelah itu ia bedal kudanya keluar
daripintu gerbang Rumah penjara, dengan mengikuti
jalanan pegunungan ia melarikan kudanya, ketika ia
berpaling sudah tidak melihat pintu gerbang, barulah
menghentikan kudanya dan mengeluarkan surat Can Sa-jie
yang ditinggalkan untuknya, ia membuka dan membaCa
isinya, didalam surat itu tertulis:
Pro: Saudara cin- Pengemis keCil ini tidak berhasil mencegah SUmoaymu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk kerumah penjara untuk menantang bertanding,
disini ku-ucapkan rasa menyesal yang sangat terhadapmu.
Kita tiga anak-anak keCil luar biaSa dari rimba persilatan
baru pertama kali turun kemedan pertempuran, ternyata
sudah mengalami kegagalan, kalau begitu harapan kita
sudah agak buyar. Aku tahu kaupasti merasa sangat Cemas.
Sebetulnya, aku ingin menunggu kau keluar untuk
merundingkan Caranya menolong sumoaymu. Apa mau
aku telah melihat Hoong (dari mulut Thiat-oe Siansu aku
dapat mengetahui dia adalah Ho ong) ada membawa keluar
sepasang suami istri dari Lo-hu San dan turun gunung. Aku
pikir hal itu pasti akan membawa akibat hebat. Ho-ong
telah membentuk golongan Kalong, lantas menolong keluar
satu persatu kawan iblis rimba Persilatan dari rumah
penjara ini, yang akan dijadlkan pembantu atau kaki
tangannya dengan demikian maka seluruh rimba persilatan
barang kali akan mengalami bencana besar. oleh karenanya,
maka aku telah mengambil keputuSan untuk mengikutinya
secara diam-diam, apabila aku dapat mengetahui markas
golongan Kalong itu, sedikit banyak akan merupakan suatu
keuntungan bagiku.Jikalau kau sudah meninggalkan rumah
penjara rimba persilatan dan tidak suka kembali Ke kota Ha
ng-chiu untuk menjadi sastrawan lagi, tidak halangan kau
coba melakukan petualangan, disepanjang jalan aku
meninggalkan tanda gambar burung sebagai kode rasanya
kau boleh ikuti saja gambar kepala burung itu kalau hendak
mengetahui jejakku. Bila kau melihat lukisan burung yang
kutinggalkan itu merupakan gambar burung terbang, ini
suatu tanda bahwa jejakku telah diketahui oleh musuh, juga
berarti musuh sebaliknya Sedang mengejar jejakku. Jadi aku
butuh pertolonganmu. Kau tahu bila aku tertangkap oleh
kawanan siluman perempuan itu mereka Sudah tentu tak
akan timbul perasaan suka terhadapku, diriku pasti akan
dibuat permainan, atau dicincang oleh mereka Ho-ong dan
sepasang suami istri Lo-hu-san itu sudah berjalan sangat
jauh, aku perlu lekas pergi mengejar hingga tidak dapat
menulis lebih banyak lagi. Sampai bertemu kembali dari
Sahabatmu. can-sa-jie."
Sehabis membaCa surat itu, yang dipikir Cin Hong
semula ialah hendak pergi dulu ke gucung oey-san untuk
menyampaikan pesan It-yang-cie Siauw canJin. Tapi kini,
karena Can Sa-jie meninggalkan Surat perintah ia
mengikuti jejak dan kegiatannya PangCu golongan Kalong.
apa bila sekarang ia tidak mengejar, dan seandai pengemis
keCil itu mendapat bahaya, ia sendiri bukankah akan
menjadi seorang durhaka dan tidak setia kaWan terhadap
Sahabatnya" oleh karenanya, maka ia lalu membatalkan maksud yang
semula, dan merobah tujuan. ia mulai pergi mengejar can-
Sa-Jie.... Ia melarikan kudanya perlahan-lahan Sambil pasang
mata. Benar Saja, disepanjang jalan ia menemukan tandatanda
kode yang ditinggalkan oleh Can Sa-jie, kode-kode itu
ada juga yang dilukis diatas pohon, atau disebuah batu
besar ditepi jalan- Hampir Setiap lalu dua pal tertampak
lukisan gambar seekor burung.
Ia larikan kudanya menurutarah yang ditunjuk oleh
kepala burung itu.Jalan-jalan yang dilalui semuanya
merupakan jalan belukar dan sepi sekali. DiWaktu lohor, ia
memasuki daerah pegunungan. Semakin masuk semakin
dalam, pada akhirnya kepala burung menunjuk kearah
sebuah puncak gunung yang menjulang tinggi, ia terpaksa
turun dari atas kudanya dan mendaki puncak gunung yang
tinggi. Mendaki Sampai ditengah tengahnya, pandangan
matanya tertuju kepada sebuah batu besar, tiba-tiba hatinya
dirasakan berdebaran sesaat merasa tegang.
Kiranya, diatas batu besar itu kembali terdapat gambar
kode seekor burung yang ditinggalkan oleh can-sa-jie kepala
burung menujur kesebuah rimba lebat diatas gunung itu,
tetapi burung itu mementangkan sayapnya, ini suatu tanda
bahwa tindakan Can Sa-jie yang mengikuti jejak musuh
sudah kepergok dan Kini sebaliknya malah ia sendiri yang
sedang dikejar oleh musuh-musuhnya.
Siapakah yang mengejarnya" Sudah tentu Pangcu
golongan Kalong itu PangCu itu seorang yang sangat hebat,
diwaktu didalam rumah penjara Cin Hong pernah
diperdayakan olehnya sehingga ia tertidur pulas, kemudian
dari Suhunya ia mendapat keterangan, bahwa ilmu itu
merupakan suatu ilmu sihir yang sangat lihay.Jikalau orang
tidak memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat
sempurna terkena ilmu itu pasti akan tergelincir dibawa
ilmunya. flmu tenaga dalam Can Sa-jie tidak lebih tinggi
daripadanya sendiri, sudah tentu tidak mUngkin dapat
melawan ilmu sihir PangCu dari golongan Kalong itu.
Seandai tertangkap oleh PangCu itu, sudah tentu sangat
berbahaya. Semakin dipikirnya semakin takut, meskipun ia sendiri
andaikata dapat mengejar Can Sa-jie juga cuma-cuma.
Tetapi berdasarkan atas perhubungan kesetia kawanan,
sudah tentu ia tak boleh mundur.
Saat itu juga ia segera lari menuju ketempat yang
ditunjuk oleh gambar kepala burung tadi. Rimba itu benarbenar
sangat lebat, disitu terdapat tumbuhan rumput
berduri, berjalan kira-kira setengah pal, tak jauh dari tempat
rombongan rumput, tampak pakaian rombengan can-sa-jie,
seolah-olah orang terluka dan sedang mendekam ditanah.
Cin Hong terkejut, dengan Cepat lari menghampiri. Ia
berseru kaget. Kiranya, itu bukanlah Can Sa-jie, melainKan
pakaiannya yang rombeng Baju hitamnya yang Sudah banyak tambalan, ditaruh
demikian rupa digerombolan rumput. kalau dilihat dari jauh
mirip benar seperti orang yang tengkurap ditanah.
Bagaimana pakaiannya bisa dilepas dan diletakkan disitu"
orangnya kemana pergi"
Hal apakah karena ia dikejar-kejar sudah hampir tidak
dapat meloloskan diri, dan tidak keburu meninggalkan
kode, terpaksa membuka pakaiannya, untuk dijadikan
tanda, supaya aku dapat melanjutkan pengejaranku"
Cin Hong mengambil pakaian hitam itu untuk
diperiksanya, tetapi ia tidak dapat menemukan tanda-tanda
apapun, terpaksa terus berjalan, tetapi sepanjang jalan itu ia
tidak menemukan lagi kode yang ditmggalkan can-si-Jie.
Tak lama kemudian, hari sudah malam. dalam rimba
keadaannya semakin seram, meskipun ia memiliki
kepandaian ilmu silat, tetapi karena anak-anak berdiam
dikota Hang-ciu yang ramai, belum pernah keluar pintu
jauh-jauh seorang diri, dan sekarang ia harus berada
didalam rimba gelap gulita seorang diri, bagaimanapun juga
pikirannya merasa tidak tenang. Pikirannya malam itu
walaupun perut lapar masih tidak menjadi soaL. Tetapi
jikalau harus bermalam di rimba belukar, bagaimana kalau
menjumpai binatang liar. Selagi ia kebingungan sendiri, dari dalam rimba sebelah
kiri tiba-tiba tampak sedikit sinar lampu. Ia girang sekali
karena disitu terdapat Sinar lampu sudah pasti ada rumah
orang. Kalau itu benar, maka ia pikir malam itu akan minta
bermalam satu malam saja, dan besok melanjutkan
perjalanannya lagi. Ia lalu memperCepat langkahnya berjalan menuju kearah
yang terdapat sinar lampu tadi. Berjalan beberapa puluh
tombak. rimba itu nampak semakin lebat, jalanan juga tidak
lurus lagi, jadi merupakan jalanan berliku-liku. Dengan
jalan demikian ia berjalan beberapa tempat, dengan tiba-tiba
kehilangan arah, sinar lampu tadi Sudah tidak tampak lagi
Ia lalu lompat keatas pohon untuk mencari-cari, ternyata
sinar lampu tadi sudah berada dibelakang dirinya.
Beberapa kali ia berusaha mendekati sinar lampu itu,
tetapi selalu tidak berhasil, sehingga matanya menjadi
berkunang-kunang sendiri. Ia tahu bahwa itu disebabkan
karena adanya banyak pohon-pohon didalam rimba. Ia
berusaha lagi mencari dari atas pohon, tetapi didalam gelap
itu ia tidak menemukan tempat untuk berpinjak. Karena ia
takut sampai terjebak oleh akal orang jahat, ia berlaku
sangat hati-hati sekali. Ia sejak anak-anak sudah digembleng oleh It-hu
Sianseng, tidak perduli menghadapi urusan bagaimana pun
gawatnya, ia selalu dapat berlaku tenang dan tabah. Kali ini
beberapa kali ia gagal dalam usahanya mendekati sinar
lampu itu. dan toh masih belum merasa putus asa, ia
berdiri. Sambil mengatur pernapasannya, dalam hati sudah
mengambil keputusan untuk beristirahat sebentar kemudian
mencari lagi, sebelum mendapatkan tempat yang dicari itu
ia tidak akan berhenti, Pada saat itu, dari tempat sejauh tiga tombak lebih,
terdengar suara ringan seolah-olah sebuah batu kecil yang
disambitkan keatas pohon.
Dalam terkejutnya, ia coba mencari- cari dangan
pandangan matanya kearah datangnya suara tadi, tetapi
tidak dapat menemukan apa-apa hingga hatinya merasa
kesal sendiri. Kembali terdengar suara "Serrr" beberapa kali, Suara itu
bahkan terdengar dihadapannya sejauh dua tombak. Ia tahu
ada apa-apa terjadi disitu. Sekali lagi ia lompat kearah
datangnya suara tadi Baru Saja kakinya menginjak tanah, dari arah kirinya
sejauh satu tombak lebih, terdengar pula suara tadi.
Dalam hatinya terkejut dan timbulah perasaan
curiganya, dalam anggapannya itu pasti ada orang yang
sedang memancing dirinya. Tetapi anehnya, ia tidak tahu
siapa orangnya" Dan apa sebabnya orang tersebut berbuat
demikian" Dengan maksud baik ataukah maksud jahat"
Tetapi karena saat itu tidak menemukan jalan keluar,
terpaksa hendak menuruti arah yang ditunjuk oleh suara
tadi, untuk mencoba cari jalan keluar.
Saat itu ia segera berjalan kekiri dari mana datangnja
arah suara tadi. Benar saja, baru berjalan ketempat tadi.
terdengar pula suara Serrr yang datang dari lain arah, ia
berjalan berliku-liku demikian jauh, dengan tiba-tiba
terbukalah pandangan matanya ditempat sejauh empat
tombak dihadapannya, tertampak sebuah rumah atap.
Gubuk itu, sekitarnya diputari oleh pagar bambu pendek,
diatas pagar itu terdapat tanaman merambat, dengan
buahnya yang besar seperti buah labu yang besar-besar,
didalam pekarangan yang dikitari oleh pagar bambu,
terdapat beberapa jenis tanaman bunga. Kalau ditilik dari
keadaannya, penghuni rumah itu tentunya adalah orang
yang sengaia telah mengasingkan diri ditempat yang tenang
ini. Akan tetapi keadaan gubuk itu kini ternyata tidak berada
ditempat aman, ketika pandangan mata Cin Hong melalui
pagar bambu tadi melongok kedalam, tampak didalam
pekarangan ada seorang pria dan seorang wanita yang
sedang bertanding melawan seekor monyet berbulu putih.
Dua orang itu ternyata adalah sepasang suami istri dari
golongan Lo-hu-pay yang tadi pagi ditolong dan
dikeluarkan dari Rumah Penjara Rimba persilatan oleh
orang berbaju emas, mereka dua orang melawan seekor
monyet putih, sudah tentu lebih ungguL
Monyet putih itu sangat lincah sekali gerakannya,
bahkan seperti mengerti ilmu silat dengan sendirian
melawan dua tokoh kuat dari golongan Lo-hu,
menggunakan sepasang tangannya dengan gerak tipunya
yang luar biasa. Sedang keadaan dalam gubuk itu, tampak
sebuah pelita sebentar-sebentar digeser, dari lobang jendela
kadang tampak sesosok bayangan orang, suara gaduh
didengar didalam seperti ada orang sedang mengaduk-aduk
mengadakan pemeriksaan. . . .
Cin Hong menyaksikan dengan diliputi oleh berbagai
keheranan dan pertanyaan, tiba-tiba terdengar suara Pa cap
Nio yang sedang bertempur, berkata pada suaminya
"Jangan kau lukai dia. Aku hendak memelihara binatang
Cerdik ini" Terdengar suafa jawaban suaminya sambil
tertawa terhahak-bahak: "Kau melihat apa saja Selalu mau. Ketahuilah kau
olehmu, bahwa kerdudukan kita selanjutnya adalah
dibawah perintah orang, tak lagi seperti dulu lagi yang
boleh berbuat semaunya. . . ."
Pa cap Nio dengan kakinya menyerang bagian bawah
monyet putih itu, berkata dengan tertawa terbahak-bahak^
"Monyet, mengapa kau harus mempersulit kami"
Lekaslah menyerah seCara baik- baik, aku nanti akan
melihara dirimu" Monyet putih itu seolah-olah mengerti bahasa orang,
sepasang biji matanya yang merah memancarkan sinarnya
yang berapi-api, dari mulutnya mengeluarkan suara
cecowetan berulang-ulang, sedang tangan dan kakinya tetap
bergerak-gerak. ia terus melawan dengan gagah, Sedikitpun
tidak mau dengar ucapan orang-orang itu.
Pertempuran kedua pihak berlangsung dengan sangat
serunya, sementara itu Pa cap Nio sudah berkata lagi
kepada suaminya: "Monyet putih ini sungguh hebat. Apa kau sudah
mengenali ilmu silat yang digunakan itu dari golongan
mana ?" "Siapa yang tahu malam ini kalau kita tak bisa
membunuh binatang ini, maka untuk selanjutnya sepasang
suami istri dari golongan Lo-hu akan menjadi buah
tertawaan orang luar?" jawab Sang suami Sambil terus
mencecar simonyet dengan serangan-serangan gencar,
"Tadi aku sudah kata, jangan bunuh dia. Aku
menghendaki binatang ini dalam keadaan hidup" kata sang
istri marah. "Tidak bisa. binatang ini adalah binatang jantan, aku
paling benci pada monyet jantan" berkata Sang suami
dengan suara yang aneh. "Kau gila. Masakan terhadap monyet saji demikian besar
cemburumu?" kata Sang istri pula Sambil tertawa nyaring.
Sisuami tidak mengatakan apa-apa, beruntung beberapa


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali ia mengeluarkan serangannya yang sangat ampuh,
tampaknya sudah begitu kuat tekadnya hendak
membinasakan monyet putih itu.
Monyet putih itu mengeluarkan suaranya cecuitan terus
menerus, sedang tangan dan kakinya terus bergerak tanpa
berhenti, agaknya sudah bertekad hendak melawan sampai
mati. Namun oleh karena menghadapi dua musuh tangguh,
gerakannya itu perlahan-lahan sudah mulai kendor.
Pa cap Nio agaknya kuatir kalau sang suami benar-benar
akan membinasakan monyet itu, beberapa kali ia bahkan
turun tangan untuk menolong monyet itu dari kematian,
katanya dengan suara marah:
"Kalau kau berani melukai dia seujung rambutnya saja,
untuk selanjutnya jangan kau minta diriku lagi"
Sang suami yang mendengar ancaman itu buru-buru
mengendorkan serangannya^ katanya marah- marah:
"Perempuan busuk. Binatang ini hanya terdapat
digunung Swat San, sifatnya buas susah dikendalikan, kau
menghendaki dia sebetulnya untuk apa?"
"Tidak untuk apa-apa. aku hanya Suka saja "
pada saat itu, dari dalam gubuk itu tiba-tiba mengepul
asap tebal, dalam waktu sekejab mata dari sudut atap sudah
mulai menjilat api yang berkobar besar
Bersamaan dengan itu, dari dalam gubuk tampak
meleSat keluar seseorang, orang itu ternyata adalah Pangcu
dari golongan Kalong yang mengenakan pakaian warna
emas dan memakai kedoK muka diwajahnya.
Begitu keluar dari dalam gubuk. sudah ditanya olen
suami Pa cap Nio: "Pangcu, Sudah ketemu atau belum?"
orang berjubah emas itu menggeleng-gelengkan kepala,
jaWabnya dingin: "Mungkin benar tak ada barang itu"
Sambil berkata, ia menyaksikan dua suami- istri itu
agaknya tidak Sanggup membereskan seekor monyet, lalu
mengeluarkan suara dari hidung dan kemudian berkata
dengan sikap mengejek: "Bagaimana" Kalian sepasang tokoh dari Lo-hu-pay,
masih tak sanggup menangkan seekor monyet?"
Kie-lin merah jadi malu ditegur sehingga mukanya
benar- benar menjadi merah. katanya dengan suara keras:
"Siapa kata" Jikalau isteriku tidak mengingini monyet ini
untuk dipeliharanya, sudah sejak tadi kuhajar mampus dia"
"Kalau begitu, biarlah aku bertindak sendiri." Kata orang
berjubah emas dingin kemudian badannya bergerak
kehadapan monyet putih, dengan mengangkat tangannya,
dari jari tangannya meluncur serangan kekuatan tenaga
dalam yang menotok ketenggorokan monyet tadi.
Monyet putih itu mengeluarkan suara jeritan ngeri
badannya lompat setinggi dua tombak lebih, kemudian
jatuh lagi, mulutnya teruS merintih-rintih, sedang sekujur
badannya gemetaran tampaknya sudah tidak bisa hidup
lagi. Pa cap Nio Segera lompat menghampiri untuk
memeriksa sejenak, tiba-tiba berkata kepada orang berjubah
emas dengan nada suara marah: "Hei Mengapa kau
binasakan monyet Cerdik ini?"
orang berjubah emas itu berdiri sambil berpeluk tangan,
sedang sepasang matanya memancarkan Sinar buas,
memandang kepada wanita itu sejenak. katanya sambil
tertawa dingin: "Pa Tongcu, kau panggil aKu apa?"
Pa cap Nio seolah-olah baru sadar, ia mengeluarkan
suara "Aaa" wajahnya yang hitam manis tampak berubah,
ia bangkit lagi dan memberi hormat kepadanya, sedang dari
mulutnya memanggil perlahan-"Pangcu "
Sikapnya itu demikian meng hormat danpatut
dikasihani, seolah-olah seorang anak kecil yang habis
menerima dampratan dari ayah bundanya.
Kie-lin merah yang melihat isterinya mendapat
perlakuan demikian, diwajahnya terlintas perasaan marah,
ia berkata sambil memberi hormat kepada orang berjubah
emas: "Pangcu, kami suami istri sudah kau tolong keluar dari
rumah penjara rimba persilatan sisa hidup kami ini sudah
kami sediakan Untuk mendengar perintahmu. Tetapi aku
masih mengharap. berlakulah sedikit baik terhadap kami."
orang berjubah emas tertawa mengejek. tiba-tiba melesat
dan keluar dari pekarangan. kemudian menghilang kedalam
rimba, sedang mulutnya masih berkata: "Jangan banyak
bicara lagi, ayo ikut aku"
Sepasang suami istri itu saling berpandangan sejenak,
kemudian lompat melesat keluar dari pekarangan, Sebentar
saja sudah menghilang ditelan kesepian.
Sementara itu api yang berkobar digubuk tadi semakin
besar, hingga keadaan disekitarnya terang benderang.
Cin Hong sambil menahan napas menyaksikan
kebakaran itu, dari tempat persembunyiannya, ia menunggu
sampai orang berjubah emas dan sepasang suami istri
golongan Lo-hu itu pergi jauh, baru berani keluar dan
lompat masuk kedalam pekarangan, hendak menghampiri
monyet putih yang terluka itu,
Monyet itu sepasang matanya masih bisa berkedip-kedip.
sedang mulutnya mengeluarkan darah, ternyata masih
belum mati. Ia melihat kedatangan Cin Hong, mulutnya dibuka
hingga tampak nyata dua baris giginya yang putih bersih,
mulutnya mengeluarkan suara CeCuitan, agaknya sedang
marah, tetapi juga seperti sedang meminta pertolongan.
Cin Hong mengeluarkan tangannya mengusap-usap
kepalanya, kemudian dipondongnya dan dibawa agak jauh
dari tempat kebakaran itu.
Disana ada sebuah sungai keCil yang mengalirkan air
yang jernih, ia rebahkan monyet itu ditanah, selagi hendakk
mengambil air jernih Untuk memberi minum monyet itu,
dari belakangnya badannya terdengar suara orang yang
menegur: "Apa masih belum mati?"
ciin Hong terkejut, buru-buru melakukan sera ngan
tangannya kebelakang, disamping itu ia Sudah lompat
meleset kedepan sejauh Setombak lebih, seCepat kilat ia
berpaling dan untuk melihat siapa orangnya yang menegur.
Saat itu ia lalu berkata dengan suara girang: "Saudara cansa,
kiranya kau" Memang tidak salah, orang yang berdiri didepannya itu
adalah can-Sa-jie. Sambil tertawa-tawa gembira can-Sa-jie berjalan
menghampiri monyet putih, kemudian berkata:
"Monyet putih ini benar- benar hebat, ternyata sanggup
melawan dua tokoh golongan hitam yang Sudah lama
tersohor Kita harus tolong dia sedapat mungkin"
Cin Hong buru-buru menghampiri dan berjongkok
didepan monyet tadi, ia bertanya sambil angkat muka:
"Gubuk itu sebetulnya dihuni oleh siapa" Mengapa
seperti tidak ada orang yang melihat?"
"Entah, mungkin orangnya sedang tidak dirumah."
menjawab Can Sa-jie sambil menggelengkan kepala.
"Pangcu golongan kalong itu seperti Sedang mencari
sesuatu, betul tidak?"
"Barang kali ya. Aku juga belum lama tiba disini, apa
yang kulihat mungkin lebih sedikit dari apa yang telah kau
saksikan-"^ "Jadi kau baru saja Sampai?"
"Ya Mereka telah mengetahui sedang ku intai, aku buruburu
menggunakan siasat meninggalkan pakaianku
ditengah jalan untuk menghindarkan perhatian mereka,
baru saja aku memutar kembali, diluar dugaanku didalam
rimba ini terjadi keanehan. Aku berputar-putaran setengah
hari lamanya juga tidak dapat mencapai tujuanku, jikalau
tidak ada orang yang diam-diam melemparkan batu
menunjuk jalan- . . ."
Cin Hong terkejut hingga lompat bangun, katanya:
"Hi" Aku tadi bahkan mengira bahwa kaulah yang
melemparkan batu untuk menunjuk jalan bagiKu"
"Kalau begitu, kau juga datang kemari atas petunjuk
orang?" Cin Hong baru mau menjawab, dibelakang dirinya tibatiba
terdengar suara "Serrr" yang Sangat panjang sekali,
agaknya ada orang yang melancarkan serangan dengan
menggunakan senjata rahasia, maka buru-buru mengelak.
Bersamaan dengan itu tangannya ditarik untuk menyambar,
dan ternyata berhaSil menyambar buntut Senjata rahasia
yang meluncur tadi, ia lalu membuka tangannya untuk
melihat Senjata rahasia maCam apa itu, taktahunya Cuma
sebutir pil berwarna hijau yang sangat harum baunya
Can Sa-jie berseru dengan suaranya yang aneh, sepasang
kakinya menjejak. bagaikan kilat cepatnya melesat ke dalam
rimba, lari mengejar ke arah dari mana senjata rahasia pel
tadi meluncur. Cin Hong berdiri tercengang, tiba-tiba tergerak hatinya,
ia segera berjongKok lagi, memasukkan obat pel tadi
kedalam mulut monyet putih, kemudian ia mengambil
sedikit air jernih untuk mendorong obat itu masuk kemulut
monyet itu. Tak lama kemudian, luka dalam monyet putih itu
agaknya sudah sembuh sebagian besar binatang itu Sudah
biSa bangun dan duduk. dengan meniru sikap orang duduk
bersila, sambil memejamkan mata berbuat Seolah-olah
sedang mengatur pernapasannya.
Saat itu api yang membakar gubuk tadi sudah mulai
padam, Cin Hong bang kit dan berjalan kedepan gubuk tadi
untuk mengadakan pemeriksaan, namun ia tak
mendapatkan tanda apa-apa yang dicurigai, terpaksa balik
kembali kedepan Monyet putih tadi. Waktu itulah tiba-tiba
terdengar suara Can Sa-jie dari dalam rimba:
"Hei Kau orang dari mana" Lekas keluar, Kau harus
tahu bahWa aku Can Sa-jie paling tak suka orang berlaku
misteri dihadapanku"
Cin Hong lalu berteriak kepadanya: "saudara can Sa ,
apakah kau tidak melihat orangnya?"
Can Sa-jie agaknya tak mendengar ucapan Cin Hong itu,
ia masih terteriak-teriak sendiri.
"Saudara can Sa, apakah kau tidak melihat orangnya?"
Can Sa-jie agaknya tetap tidak mendengar ucapan Cin
Hong itu, ia masih berteriak-teriak: "Saudara, kalau kau
tidak mau keluar lagi aku Can Sa-jie terpaksa akan
menggunakan api untuk membaKar rimba ini."
Cin Hong menganggap bahwa orang yang melepas
senjata rahasia pel tadi belum tentu orang jahat, jikalau Can
Sa-jie tidak sabar dan bermain terus-terusan bukankah sama
seperti berbuat dosa terhadap orang yang tak bersalah"
Maka buru-buru memanggilnya: "Saudara can, kau tidak
boleh berbuat keterlaluanpada seseorang, pulanglah dulu"
Can Sa-jie seolah-olah tidak dengar ucapannya, Ia masih
berkaok-kaok sendiri dengan nada suaranya yang aneh^
"Bagus Kau saudara memang sengaja hendak main-main
denganku Can Sa-jie" Jangan sesalkan kalau nanti aku
Sudah memaki kau habis-habisan ?"
Dalam hati Cin Hong diam-diam merasa cemas, ia
bermaksud hendak masuk kedalam rimba untuk
mencarikan orang itu, tetapi ia juga takut kalau didalam
rimba itu nanti terjadi hal-hal yang diluar dugaannya, selagi
dalam keadaan bingung, kera putih dihadapannya tiba-tiba,
lompat keluar dari dalam pekarangan- dan menghilang
kedalam rimba, maka ia lalu berseru kegirangan. dalam
hatinya berpikir monyet putih itu sangat Cerdik, dan dia
adalah peliharaan penghuni gubuk ini, sudah tentu
mengenal baik seluk liku dan jalan-jalan didalam rimba itu,
mungkin ia masuk kedalam rimba untuk mencari Can Sa-jie
untuk diajaknya kembali. Tak disangkanya setelah menunggu sekian lama, tidak
juga tambak kembali monyet putih itu bersama Can Sa-jie
hanya terdengar suara Can Sa-jie yang maSih berteriak
sendirian: "Tidak berani keluar bukanlah seorang jago" dan
sebentar lagi tedengar pula suaranya: "Kalau kau ada nyali
keluarlah untuk bertempur denganku "
Semakin berteriak suaranya itu kedengarannya semakin
jauh. Cin Hong takut kawan itu mendapat bahaya, Selagi
hendak memanggil lagi, tiba-tiba tampak bayangan putih
berkelebat dihadapannya, ternyata adalah monyet putih
yang sudah kembali dihadapannya.
Kedua tangan monyet putih itu membawa sebuah kotak
besi penuh lumpur tanah, diatas tutupnya ada terdapat
beberapa buah lie diberikan kepada Cin Hong dengan
mulutnya cecowetan tidak berhentinya, maksudnya
mungkin ia lah minta supaya Cin Hong suka makan buah
itu. Cin Hong merasa amat senang, ia menyambut kotak besi
bersama buah lie, kemudian mengeluarkan tangannya lagi
untuk menepak-nepak bahu monyet itu seraya berkata
sambil tertawa: "Saudara, apakah kau mengerti juga bahasa manusia ?"
MOnyet itu menganggukkan kepala berulang-ulang,
dengan tiba-tiba jatuhkan diri ditanah, dan tangannya
menulis sebaris huruf yang terdiri dan empat suku kata
tulisannya seperti Cekar ayam "Pek Ie Siao Su", yang
berarti sastrawan berbaju putih.
Cin Hong melihat monyet itu bisa menulis disamping
terkejut juga merasa girang katanya^ "Apa"Jadi namamu
adalah Pek Ie Siao-Su?"
Monyet itu kembali mengangguk-angguk kepala sambil
lompat- lompatan, tampaknya girang sekali.
Cin Hong tertawa terbahak-bahak. ia betanya pula
sambil menunjuk kearah gubuk yang sudah terbakar:
"Dimana majikanmu" siapa namanya."
Simonyet kembali menyoret-nyoret, terbacalah katakata:
"KIAT HIAN" diatas tanah.
Dalam hati Cin Hong bukan kepalang terkejutnya, nama
itu segera mengingatkannya kepada apa yang pernah
dikatakan Suhunya, Bahwa pada tiga puluh tahun berselang
Thay Pek Sianong Kat Phian Bin, yang mati didalam telaga


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

thay pek tie, ada mempunyai seorang anak laki-laki yang
bernama Kiat Hian, dengan julukannya kakek pengembara.
Apakah Kiat Hian yang ditulis monyet itu adalah orang
tersebut" Pada dewasa ini, orang-orang dari dua belas partay
sedang mencari orang tersebut kemana-mana guna mencari
kotak batu Gick yang sangat misterius itu. Tak disangkanya
orang yang dicari itu telah mengasingkan diri ditempat ini.
Sayang sekali tidak diketahui olehnya kemana perginya
orang itu sekarang" "Pek Ie Siao Su, kemana perginya majikanmu itu?"
demikian ia bertanya kepada simonyet putih.
Tetapi monyet putih itu hanya menggaruk-garuk kepala
saja dan daun telinganya, sambil mencebulkan mulutnya, ia
tidak dapat menulis kan huruf lagi, barang kali ia hanya
dapat menulis nama majikannya dan nama sendiri, yang
lainnya ia cuma dapat mengeluarkan dengan kata- kata
yang tidak bisa dimengerti oleh Cin Hong.
Cin Hong yang melihat sikap Cemas monyet putih itu,
kembali menepuk-nepuk bahunya dan berkata sambil
tertawa: "Kalau kau tidak dapat menulis, Sudahlah Saja.
Sekarang, bantulah aku lebih dulu tunjukkan jalan kedalam
rimba untuk mencari kawanku itu, dia barang kali sedang
berputar-putaran didalam rimba, tidak dapat menemukan
jalan kembali" Monyet putih itu untuk kedua kalinya lompat keluar dari
dalam pekarangan bambu tadi, dan masuk kedalam rimba.
Cin Hong lalu mencari suatu tempat yang agak bersih
dan duduk. lalu meletakkan buah lie diatas tanah, ia
mengambil kotak besinya dan diperiksanya dengan
seksama, tampak kotak besi itu ada sebuah anak kunci dari
kuningan seluruh kotak besi sudah penuh dengan tanah
merah, jelas bahwa kotak besi itu digali dari dalam tanah
berlumpur. Timbullah pertanyaan dalam hati sendiri: "Monyet putih
itu menggali kotak besi ini dan memberikan kepadaku,
entah apa isinya" Biarlah kubuka sebentar dan perikSa
dahulu kalau ada barang berharga, akan kukembalikan lagi
kepadanya^. Kotak besi itu meskipun dikunci dengan kunci kuningan,
tetapi mungkin karena berada lama didalam tanah maka
besinya sendiri sudah berkarat. Cin Hong dengan
menggunakan sedikit kekuatan tenaga dalam, ia sudah
berhasil membuka kotak besi itu dengan anak kuncinya
didalam kotak besi itu ternyata terdapat sejilid kitab dilapis
dengan kulit binatang yang tipis, diatasnya terdapat tulisan
merah yang berbunyi "TAY SENG HONG SIN SAN."
Ia membuka lembaran kitab itu, diatas kertas terdapat
huruf-huruf yang sangat dalam artinya bersama beberapa
lukisan yang aneh setelah diperhatikan dengan seksama,
ternyata merupaKan sejilid kitab peajaran ilmu kipas sejak
masih keCil ia sudah dididik dalam pelajaran ilmu Silat
oleh It-hu SianSeng, maka terhadap berbagai jenis ilmu
silat, sudah tidak asing lagi baginya, Kini setelah ia
membaca selembar demi selembar kitab yang dinamakan
Tay Seng Hong Sin San itu, meskipun didalamnya banyak
bagian yang sulit dan dalam sekali artinya, tetapi samarsamar
masih dapat dipelajarinya, ia dapat merasakan
bahwa ilmu kipas itu sangat dalam dan luar biasa sekali,
hingga ia membacanya mulai tertarik dan kesemsem dalam
pelajarannya yang baru itu, dengan demikian, Selembar
demi selembar sudah dibaca. . . .
Waktu ia membaca dibagian dekat-dekat terakhir, tanpa
disadarinya sudah bangkit dan melakukan gerakan dengan
meniru tulisan dan lukisan dalam kitab itu, ia sendiri juga
tidak tahu Sudah berapa kali dan berapa lama berbuat dan
menirukan gerakan dalam pelajaran kipas itu, ketika
mendadakan sekali terdengar Suara monyet cecuitan
dengan kerasnya ia segera berpaling dan monyet putih itu
bersama can-sa-jie sudah berdiri disampingnya sejarak satu
tombak. Ia menjadi malu sendiri, hingga wajahnya menjadi
merah, dengan mengasi kepada can-sa-jie berkata sambil
tertawa: "Saudara can sa" Kau sudah menemukan orang yang kau
kejar itu atau belum?"
DiWajah Can Sa-jie menunjukan sikap terkejut dan
heran, Sambil mengedip-ngedipkan matanya ia berkata:
"Belum Eh, kau sedang berbuat apa disini?"
Cin Hong merasa bahwa ia telah mencuri baCa kitab
orang dengan tidak mendapat ijin orang yang punya, itu
adalah suatu perbuatan yang tak dapat dibenarkan, maka
buru-bura meletakkan kembali kepada monyet putih seraya
berkata: "Ini kukembalikan kepadamu"
Tetapi monyet putih itu menggeleng-gelengkan
kepalanya, Sambil mengacungkan telunjuk tangannya ia
menunjuk Cin Hong, sedang dari mulutnya terus
mengeluarkan suara CeCewetan tidak berhentinya, agaknya
hendak mengatakan bahwa kotak besi itu telah diberikan
kepada Cin Hong. Cin Hong merasa terkejut dan juga girang. kini ia balas
bertanya: "Maksudmu, apakah barang ini telah kau
hadiahkan kepadaku?"
Monyet putih kembali berulang-ulang mengangguk, tibatiba
bersiul nyaring, kemudian menggerakan tangan dan
kakinya. Kiranya, monyet itu juga pandai memainkan ilmu silat
yang pernah dimainkan Cin Hong tadi, pelajaran dari
dalam kitab yang tutupnya berlumpur itu
Cin Hong yang memperhatikan gerakan monyet putih itu
agak mirip dengan pelajaran ilmu kipas dari kitab Tay Seng
Hong Sin San tadi, dalam, hati diam-diam merasa heran.
Sementara itu Can Sa-jie sudah menanyakan kepadanya
tentang in-jle yang masuk kerumah Penjara Rimba
Persilatan guna menantang bertandinganCin
Hong menceritakan kepadanya dari awal sehingga
akhir, pada bagianpenutup ia berkata Sambil tertawa:
"Saudara can-sa, mari kuperkenalkan kepada seorang
tokoh kuat" Can Sa-jie celingukan matanya, ia bertanya: "Dimana" ia
sudah datang apa belum?"
"Bukan, yang kumaksudkan ialah seorang tokoh lain"
"Siapa?" bertanya Can Sa-jie heran-
"Dia Tahukah Kau dia itu bernama apa?"
can-sa-jie mengawasi monyet putih, Sejenak. katanya
sambil tertawa: "Dia bernama apa, bagaimana dapat
dikatakan dia seorang tokoh kuat?"
"Tadi dia pernah menuliskan namanya dan diperlihatkan
kepadaku, dia itu bernama Pek Ie Siu SU"
can Sa jie kali ini benar- benar terperanjat dan terheranheran,
katanya: "Pek Ie Siu Su" Seekor monyet dari mana dapat
menggunakan sebutan Siu Su" Benar- benar sangat aneh?"
Monyet putih itu barang kali mendengar ucapan Can Sajie
yang agak tidak pandang mata padanya, lantas berkaokkaok
seperti marah, ia lalu lompat kehadapannya dan
mengulurkan lengan tangannya yang panjang kebahu can
Sa Jie. can Sa jie buru-buru lompat minggir kesamping untuk
mengelakan serangan tersebut. Siapa tahu sebelum ia
mengelak. pundaknya sudah terkena serangan monyet itu
dengan telak sehingga ia sampai mundur dua langkah baru
berhasil menegakkan dirinya lagi.
Dia adalah murid kesayangan ketua golongan pengemis
can San-sian, kepandaian ilmu silatnya, di dalam kalangan
Kang ouw sudah boleh digolongkan dalam tingkatan kelas
satu, tetapi kali ini hanya dengan satu gerakan saja, oleh
monyet putih itu sudah diserang dengan telak. kemana
harus ia taruh mukanya" Maka saat itu segera
mengeluarkan suara aneh dan sudah mulai bertempur
dengan monyet putih itu. . . .
Dengan tenang monyet putih itu melayani Can Sa-jie, ia
menyambut Setiap serangan Can Sa-jie dengan gerakannya
yang aneh dan lincah, belum sampai sepuluh jurus,
lengannya yang panjang sudah memukul dua kali bahu cansa-
jie. Masih untung, monyet putih itu agaknya tidak
pandang sebagai musuh. maka tidak menggunakan tenaga
berat, setiap kali pukulannya mengenakan tubuh Can Sa-jie,
mulutnya mengeluarkan suara cecowetan tidak
berhentinya, Seolah-olah hendak mengatakan kepadanya:
"Kau sudah mau menyerah atau tidak?"
Can Sa-jie berulang-ulang menggeluarkan tenaga masih
tidak berhasil untuk memperbaiki kedudukannya sendiri.
Pada akhirnya, ia hanya sanggup melawan saja, tidak
dapat melakukan serangan pembalasan lagi.
Cin Hong khawatir Can Sa-jie nanti menjadi murka
benar- benar, buru-buru berkata kepadanya sambil tertawa:
"Saudara can-sa, kita seorang laki-laki kalau berbuat apaapa
haruS seCara kesatria, kalah ya kalah, tidak boleh coba
membandel terus-terusan"
can-sa-jie juga tahu bahwa monyet putih itu pasti
mendapat didikan seorang berilmu tinggi, kalau
pertempuran itu berlangSung terus, sudah tentu tidak
menguntungkan dirinya sendiri, apa lagi bertempur dengan
seekor binatang, sesungguhnya juga tidak ada harganya,
maka saat itu ia terpaksa lompat keluar dari kalangan dan
berkata dengan suara nyaring:
"Pek Ie Siu Su, aku mengaku kalah"
Monyet putih ketika mendengar ucapan itu segera
menghentikan gerakannya, mulutnya terbuka lebar-lebar
sambil tertawa kemudian mengulurkan tangan kanannya
yang sebagai tanda hendak mengadakan perdamaian
dengan cansa-jie. Can Sa-jie waktu itu sangat tak enak keadaaannya,
Walaupun demikian, ia juga menyambut uluran tangan
mooyet putih itu, setelah itu, ia berkata: "Pek Ie Siu Su, kau
berapa tahun usiamu tahun ini"
Monyet putih itu membolak balikkan sepasang
tangannya hingga tiga kali, kemudian mengulurkan dua jari
tangannya, dan membulak-balikan lagi empat kali.
can-sa-jie terkejut dan berkata kepadanya: "Tiga puluh
delapan tahun" Pantas kekuatan tenaga dalamnya demikian
hebat Kau sudah kawin atau belum?"
Monyet putih itu nampak melongo mendengar
pertanyaan itu, sepasang biji matanya terus berputaran, tak
dapat menjawab pertanyaan Can Sa-jie, agaknya ia masih
belum mengerti apa maksud istilah kawin itu.
Cin Hong yang menyaksikan kepandaian ilmu silat
monyet putih tadi, semakin perCaya bahwa majikan
monyet itu pasti seorang yang berilmu tinggi, dan kitab
pelajaran ilmu kipas yang berada dalam kotak besi itu, pasti
juga merupakan semaCam pelajaran yang hebat sekali.
Diam-diam merasa girang, dibuka lagi kotak besinya dan
dikelUarkan kitab dari dalamnya. Ia berjalan menghampiri
Can Sa-jie Seraya berkata:
"Saudara can-sa, Pek Ie Siu su ini menghadiahkan
padaku kitab ini, mari kita pelajari bersama-sama^"
Can Sa-jie baru hendak menyambuti kitab tersebut,
monyet putih tadi tiba-tiba memperdengarkan suara
cecowetan tidak berhenti-hentinya, seolah-lah hendak
mengatakan tidak boleh Can Sa-jie membaCa isi kitab itu.
Cin Hong agaknya mengerti kehendak Monyet itu, maka
lalu Katanya sambil mengerutkan alis:
"Pek Ie Siu su, sahabatku ini adalah seorang baik,
mengapa kau tidak mengijinkan ia baCa kitab ini?"
Monyet putih itu menunjukkannya sendiri, kemudian
menunjuk Can Sa-jie, setelah itu ia lompat mundur
beberapa langkah, kedua tangannya digerakkan sedemikian
rupa hingga mirip orang sedang bertempur.
Can Sa-jie terCengang menyaksikan sikap monyet itu,
kemudian berkata sambil tertawa: "Maksudmu, apakah kau
hendak memberikan padaku pelaaran ilmu Silat yang lain?"
Monyet putih itu mengangguk-anggukan kepala,
mengulurkan tangannya lagi dari jari tangannya menunjuk
gubuk yang sudah terbakar habis itu kemudian ia jatuhkan
diri dan berlutut sambil menganggukkan kepala.
can-sa-jie kembali dikejutkan oleh sikap monyet itu,
katanya^ "Kau minta aku supaya angkat majikanmu
menjadi guru ?" Monyet itu kembali menganggukkan kapala. mulutnya
dibuka lebar-lebar untuk tertawa. "Apakah majikanmu
sudah mati?" bertanya can-sa-jie heran-Monyet putih itu
menggelengkan kepala, sikapnya tiba-tiba berubah manjadi
sedih. "Apakah majikanmu sudah keluar pintu?" bertanya
pula Can Sa-jie. Monyet putih itu kembali mengangguk-anggukan
kepalanya, dan mendadak melompat bangun, tangan dan
kakinya digerak-gerakkan, kemudian menangis, seperti
kelakuan orang gila layaknya.
Cin Hong dan Can Sa-jie saling berpandangan sejenak.
semua tidak dapat menduga maksudnya.
Monyet putih itu setelah berlompat-lompatan dan
menangis sebentar lantas berdiam kembali mengawasi Can
Sa-jie dan menunjuk rumah itu.
Can Sa-jie memiringkan kepalanya untuk berpikir
Sejenak. pada akhirnya ia menggeleng-gelengkan kepala
dan berkata sambil tertawa:
"UruSan yang belum kumengerti tidak mau
kuperbuat.Jikalau kau tidak mengijinkan aku belajar ilmu
silat dari kitab dalam kotak besi itu, aku juga tidak butuh
belajar lagi" Cin Hong merasa bahwa monyet putih itu tidak
mengijinkan Can Sa-jie belaiar ilmu silat dari kitab dalam
kotak besi itu, dalam hati merasa tidak enak sekali. ia lalu
menyimpan lagi kotaknya kedalam sakunya sendiri, dan
memilih berapa biji buah lie, setelah dicuci bersih, diberikan
kepada Can Sa-jie dan monyet putih itu untuK dimakan,
mereka bertiga makan buah itu sambil duduk-duduk.
Dua orang itu sambil makan, mempelajari kedudukan


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan asal-usul penghuni rumah gubuk itu, Can Sa-jie tibatiba
berkata sambil menepuk kakinya sendiri:
"Heh Apakah tidak mungkin orang yang menggunakan
batu memimpin kita kemari ini adalah penghuni rumah
gubuk ini?" "Tidak bisa kepandaian ilmu silatnya demikian tinggi.
jika benar ia adalah penghuni rumah gubuk ini, tadi ketika
Pangcu galongan Kalong membakar gubuk itu. Dengan
cara bagaimana ia tidak keluar untuk mencegah?" berkata
Cin Hong sambil menggelengkan kepala. can Sa Jie tampak
berpikir keras, kemudian ucapnya:
"Bila bukan dia, siapa kiranya orang yang menggunakan
batu untuk penunjuk jalan pada kita tadi?"
Cin Hong juga tidak dapat menduga siapa orangnya, ia
berpaling dan bertanya pada monyet putih, tetapi monyet
purih itu menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa ia
sendiri juga tak tahu. can-sa-jie kembali berpikir, mungkin ia Sudah mendapat
suatu akal, maka lalu berbisik-bisik di telinga Cin Hong
katanya: "Kau pikir, orang itu kira-kira masih berada di dekat sini
atau tidak"," Cin Hong juga menjawabnya dengan Cara serupa:
"Mungkin Kenapa?"
"Aku mendapat akal untuk memancing ia keluar"
"Akal apa?" Can Sa-jie kembali membisikkan padanya beberapa
patah kata. Semula Cin Hong tampak berpikir sambil
mengerutkan alisnya, tetapi kemudian menunjukkan sikap
setuju dan berkata sambil tertawa: "Baik, kaulah yang lebih
dulu" Monyet putih itu yang menyaksikan dua sahabat karib
itu pada berbisik-bisik, agaknya merasa heran, lalu menarik
tangan can-sa-jie, dia dekatkan telinganya kemulut Can Sajie
minta agar dibiSikkan juga.
Namun Can Sa-jie tidak menghiraukan, ia masih makan
seenaknya sendiri, sambil bersenda gurau dengan Cin
Hong.Sejenak kemudian, tiba-tiba berubah wajahnya, ia
menyambar tangan Monyet putih dan tangan yang lain
menekan perutnya sendiri, katanya dengan suara bengis:
"Monyet yang baik buah lie ini kau ambil dari mana ?"
Monyet putih itu terperanjat, ia melepaskan diri dari
genggaman Can Sa-jie dan lompat turun sambil menunjuk
kedalam rimba, maksudnya hendak mengatakan buah itu ia
dapat dari dalam rimba. Jidat can-sa-jie sudah mulai mengeluarkan keringat,
sikapnya tampak sangat menderita sekali, kedua tangannya
turus menekan perutnya yang kesakitan, sambil menekan
perutnya ia berkata : "celaka Buah ini ada raCunnya, kita telah terpedaya oleh
musuh-musuh kita" pada saat itu, Cin Hong juga menunjukan sikap terkejut.
selagi hendak memeriksa keadaan can-sa-jie, tiba-tiba ia
sendiri juga berseru: "Aaa Perutku juga sakit. ..." Sesaat kemudian, keringat
dingin mulai membasahi jidatnya.
Can Sa-jie tampaknya agak berat, dia bergulingan
ditanah sambil merintih. Cin Hong juga demikian pula, ia
mengikuti perbuatan Can Sa-jie yang bergulingan tidak
berhentinya. Monyet putih itu yang menyaksikan keadaan demikian,
mulutnya terus cecowetan tidak hentinya, ia lompat kesana
lompat kesini untuk menolong Cin Hong dan can-Sa-jie
bergiliran tapi apa daya ia tak mengerti Cara menolong
orang, maka hanya berjingkrakkan sendiri Sambil
menggaruk-garuk kepalanya.
Dua orang itu bergulingan ditanah sekian lama, danpada
akhirnya sudah tidak bisa bergerak lagi, dari mulutnya
mengeluarkan suara rintihan, lalu badan mereka menjadi
kaku. Monyet putih itu meraba-raba hidung Cin Hong, juga
meraba-raba can-Sa-jie, tiba-tiba teringat Caranya untuk
memberi pertolongan sesaat kemudian ia bergerak dan
lompat keluar dari dalam pekarangan, lalu lari menuju
kedalam rimba. Pada waktu itu dari rimba sebelah kiri tiba-tiba berjalan
keluar seorang nenek tua, gerakan perempUan tua itu
bagaikan hantu, tanpa mengeluarkan sedikit suara pun juga,
sudah tiba dekat Cin Hong dan can-sa-jie rebah, sambil
menundukan kepalanya nenek itu mengamati keadaan dua
pemuda itu. Dia merupakan Seorang wanita yang sudah lanjut
usianya Sudah mencapai delapan puluh tahun keatas, kulit
di wajahnya sudah banyak keriputnya. rambut dikepalanya
juga sudah putih semua, namun sepasang matanya masih
memancarkan sinarnya yang berkilauan.
Ia mengenakan jubah berwarna kelabu, wajah dan
dandanannya berbeda dengan orang biasa begitu melihat
orang segera akan tahu bahwa nenek itu memiliki
kepandaian ilmu sangat hebat Sekali.
pada Saat ia sedang berdiri tegak mengawasi dua
pemuda tadi, can-sa-jie yang rebah ditanah tiba-tiba angkat
kepala, dan bertanya dengan suara perlahan kepada Cin
Hong yang berada disampingnya:
"Cin Hong, mengapa tidak ada kabar sedikitpun juga?"
Cin Hong juga mengangkat sedikit kepalanya, katanya
Sambil tertawa: "Mungkin sudah pergi, jikalau tidak dengan Cara
bagaimana melihat orang mati tidak datang memberi
pertolongan" " Can Sa-jie coba merayap bangun, ketika kepalanya
berpaling, tampak dibelakang dirinya ada berdiri Seorang
perempuan tua berambut putih, dengan sinar mata
berkilauan mengawasi dirinya, dengan Cepat segera
pentang dua tangannya untuk memeluk sepasang kaki
nenek itu, sedang mulutnya berseru: "Haaaa, ada disini Kau
akhirnya telah kutipu keluar"
Cin Hong juga sudah lompat bangun. Ketika
menyaksikan. sepasang mata nenek itu memancarkan sinar
buas, segera mendapat firasat tidak baik, cepat- cepat
berseru memberi peringatan kepada Can Sa-jie.
Baru Saja keluar ucapannya dari mulutnya. Can Sa-jie
mendadak merasakan, sepasang kaki yang dipeluknya itu
seperti timbul suatu kekuatan tenaga aneh, sesaat kemudian
Ia merasa suatu tekanan berat, tanpa dapat menguasai
dirinya lagi, terpentallah ia sejauh delapan kaki, bahkan
tidak bisa bangkit lagi. Cin Hong cepat-cepat lompat dan memeriksanya.
Tampak Sahabatnya pingsan namun tidak menjadikan
halangan, maka ia lalu berkata pada nenek tua itu dengan
nada suara marah: "Hei Mengapa melukai orang tanpa ada
alasannya ?" Sepasang mata nenek itu memancarkan sinarnya yang
tajam, kemudian mengulurkan tangannya dan menunjuk
rumah gubuk yang sudah terbakar menjadi abu, katanya
sambil mengeluarkan suara dari hidung:
"Kalian dua setan ini datang dari mana" Kaliankah yang
membakar gubuk ini?"
Cin Hong terCengang, katanya marah:
"Kau toh sudah tahu bahwa gubuk ini bukanlah kami
yang membakar, apa maksudmu bertanya demikian?"
"Hei, bagaimana aku tahu kalau bukan kalian yang
membakar" Kau masih coba menyangkal?"
Cin Hong semakin gusar, katanya:
"Kau berlagak Tadi dari tempat gelap kau memancing
kami sampai ketempat ini, gubuk itu sudah terbakar,
apakah kau tidak lihat?"
Sikap heran nenek itu semakin nyata, katanya: "Kapan
aku pancing kalian datang kesini?"
Cin Hong yang menyaksikan sikap nenek itu, tidak mirip
orang membohong, dalam hati meraSa heran, maka buruburu
bertanya^ "Kalau begitu kau ini siapa ?"
Namun nenek itu tidak menjawab pertanyaannya,
kembali balaS bertanya sambil menunjuk gubuk yang sudah
menjadi rata dengan tanah, "Jawab Siapa yang membakar
rumah gubuk ini?" Cin Hong tiba-tiba menjadi sadar, ia tidak segera
menjawab, buru-buru mengangkat tangan memberi hormat
seraya berkata: "Aaaa, kalau begitu jadi kau ini adaiah penghuni rumah
gubuk ini?" "Aku hanya tanya padamu siapa yang membakar gubuk
ini" kata pula nenek itu dengan nada suara dingin.
"Yang membakar gubuk ini adalah Pangcu dari golongan
Kalong. Ia seperti hendak mencari barang apa-apa, tetapi
tidak menemukan, sewaktu hendak pergi dari sini, lebih
dulu ia membakar gubuk itu"
"Siapa kah Pangcu dari golongan Kalong itu?" bertanya
nenek tua itu heran. Cin Hong pikir, oleh karena golongan Kalong itu berdiri
belum lama, pantas kalau nenek itu tidak tahu, maka buruburu
memberi penjelasan: "Pangcu golongan Kalong adalah orang yang dahulu
disebut Ho-ong. Tentang dia itu, seharusnya kau sudah tahu
bukan?" Nenek itu miring kan kepala seperti berpikir, kemudian
bertanya yang Seolah-olah belum mengerti. "Ho-ong?"
Cin Hong yang menampak sikap nenek itu seolah-olah
Rajawali Hitam 5 Rumah Judi Pancing Perak Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Patung Emas Kaki Tunggal 5
^