Pencarian

Tangan Berbisa 9

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 9


jika dengan ini dapat menolong keluar Ciangbunjin kami
yang lama sudah tentu kami nanti masih perlu harus
mengucapkan terima kasih banyak-banyak padamu"
Sehabis berkata demikian, ia mengamati dengan seksama
kotak tembaga itu, di bagian bawah kotak itu tampak tanda
gambar, tetapi diatasnya tak terdapat kunci, maka ia segera
tahu bahwa kotak itu bukanlah di kunci dengan anak kunci
melainkan ada putarannya, asalkan diputar dengan tenaga
kuat pasti dapat dibuka, maka saat itu dengan duduk di
tanah, dengan menggunakan dua kakinya untuk menjepit
kotak tersebut, kedua tangannya memutar kotak itu.
Tidak lama kemudian kotak itu telah terbuka, di
dalamnya terdapat sejilid kitab yang dibungkus oleh Kain
sutera warna kuning, mungkin karena lamanya disimpan
dalam tanah, Warna itu sudah tampak basah, luntur sama
sekali, dan bahkan ada mengandung hawa basah.
Ketua partai itu dengan cepat membuka kitab yang
dibungkus oleh kain sutera warna Kuning itu, selembar
demi selembar diperiksanya, pada akhirnya telah terdapat
sejilid kitab yang di tulis di kulit binatang warna kuning. ...
Menampak kitab kulit binatang itu diikat dengan seutas
tali sutera warna hitam, hati Leng Bie Sian tergerak, ia
buru-baru berseru: "Kwa Cangbunjin, hati- hati"
Ketua partay oey San pay itu baru saja hendak membuka
ikatan benang sutera warna hitam itu, tiba-tiba mendengar
peringatan Leng Bie Sian, dengan perasaan terkejut ia
berpaling hendak bertanya, tetapi pada saat itu, jari
tangannya yang menyentuh kitab itu, segera merasa
kesemutan, maka ia lantas mengetahui bahwa tali berwarna
hitam itu ada racunnya, dalam terkejutnya, buru-buru
melemparkan kitab yang dipegangnya.
Akan tetapi tindakannya itu sudah terlambat, dalam
waktu sangat singkat sekali rasa kesemutan itu sudah
menjalar keatas kedua lengan tangannya.
Leng Bie Sian yang mengetahui kejadian itu, dugaannya
tadi ternyata tidak salah, benar saja apa yang dinamakan
kitab rahasia itu, sebetulnya adalah permainan jahat dari Ityang-
cie Siauw can Jin, maka ia buru-buru
menghampirinya dan bertanya dengan perasaan tegang:
"Kwa Ciangbunjin, apakah kitab itu ada racunnya?"
Ketua partay oey San itu tidak menjawab, ia segera
duduk ditanah, untuk bersila sambil memejamkan matanya,
supaya ia dapat berusaha untuk menahan agar racun itu
jangan terus mengalir masuk kedalam tubuhnya, apa mau
racun itu bekerjanya cepat sekali, usahanya sedikitpUn
tidak berhasil, hanya dalam dua kali pernapasan saja, dalam
dadanya sudah merasa kesemutan, hingga ia tahu racun
yang disentuhnya tadi ganas sekali, jiwanya sendiri kini
terancam bahaya maut, maka Sesaat itu perasaan malah
dari duka telah timbul didalam hatinya tanpa disadari
sudah menghela napas panjang, dan berkata kepada Cin
Hong sambil tertawa kecil.
"Cin Siaohiap. aku si orang tua ini selama hidupku tak
pernah ada mengandung permusuhan dengan orang lain,
aku percaya orang yang hendak mencelakakan diriku itu
pasti bukanlah kau bahkan kau sendiri juga tak tabu akan
terjadinya demikian rupa, tetapi kuharap kau beritahukan
dengan terus terang kepadaku dalam urusan ini benarkah ia
yang minta kepadamu untuk menyampaikan kepadaku?"
Cin Hong benar- benar mimpipun tidak menyangka
bahwa It-yang-cie Siauw can Jin itu menyampaikan pesan
kepadanya ternyata ada mengandung maksud jahat, ia telah
menggunakan akal keji demikian rupa hendak
membinasakan ketua partaynya sendiri. Sebagai seorang
yang baru muncul didunia Kang ouw, hatinya yang masih
putih bersih, waktu itu dengan tiba-tiba menjumpai kejadian
aneh yang tidak habis dipikir itu, benar- benar ia menjadi
bingung sendiri, ketika ia melihat lagi kepada ketua partay
oey san yang terkena racun. keadaannya sangat gawat,
sehingga semakin ketakutan dan tak bisa berbuat apa-apa,
dalam keadaan demikian, bagaimana ia dapat
mengeluarkan perkataan- Tabuh ketua partay oey-san kini sudah gemetaran, ia
membuka matanya lebar-lebar mengawasi Cin Hong,
kemudian berkata dengan suara gemetaran pula. "Cin
Siaohiap lekas beritahukan kepadaku."
Leng Bie Sian yang menampak Cin Hong berdiam
seperti patung dalam keadaan bingung buru-buru
menjawab: "Kwa ciangbunjin, hal ini memang benar- benar adalah
ketua partaymu yang dahulu yang minta ia menyampaikan
kepadamu, hanya ia sendiri sedikitpun tidak tahu bahwa
Siauw can Jin itu ada maksud hendak mencelakakan
dirimu" Tabuh ketua partay oey-san gemetaran semakin kuat,
daging dimukanya juga perlahan-lahan sudah mulai kaku,
membuka mulut sangat susah sekali, dengan suara terputusputus
ia berkata: "Baik, baik dahulu. .. dahulu aku masih... tidak berani
memastikan . bahwa kematian Suma ciangbunjin adalah....
dan sekarang segalanya aku mengerti...."
Cin Hong yang dengan susah payah baru berbasil
menenangkan pikirannya, buru-buru menunjang tubuh
ketua itu dan bertanya dengan perasaan Cemas, "Kwa
ciangbunjin, apa sebab ia hendak mencelakakan dirimu"
Ya, apa sebab"..,.,"
Dengan napas memburu, ketua partay oey San itu
mengeluarkan tarikan napas panjang, kemudian dengan
suara terputus-putus menjawab:
"Sebab ...,dia mencurigai aku. . .mengetahui satu
rahasianya. . . ." Sehabis berkata demikian, lantas rubuh
dan putuslah nyawanya. Hal itu telah berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat sekali, danpada saat ketua Partay oey San itu
melayang jiWanya, dari sebelah timur tiba-tiba terdengar
suara bentakan nyaring, didalam rimba cemara tampak
empat Sosok bayangan orang secepat kilat lari kearah Cin
Hong. Setelah dekat, ia baru tahu bahwa empat orang bayangan
itu adalah empat sesepuh dari partai oey san ialah chie Kay
Yan cu Giok Tian, ciang Thay Peng dan Ciok Tie Hong.
Cie Kay Yan yang paling dulu tiba ditempat itu, segera
menyambar tubuh Cin Hong dan dilemparkan sejauh dua
tombak lebih, setelah itu ia mendukung ketuanya dan
berseru dengan perasaan Cemas: "ciangbunjin ciangbunjin
Kau kenapa?" Ciang Thay Peng dengan sepasang mata membara,
berjalan menghampiri Cin Hong, tanyanya dengan
perasaan cemas: "Bocah Siapa yang memerintah kau melakukan
perbuatan ini ?" Cin Hong perlalan-lahan bangkit perasaan gemas dan
benci terhadap Siauw can Jin yang menjerumuskan dirinya
telah membuat dia berada Seperti orang linglung, ia tidak
tahu bagaimana harus memberi penjelasan dalam hal itu,
hanya karena dalam waktu yang singkat sekali, seorang
ketua partay besar yang masih segar bugar telah mati
mendadak karena raCun berbisa, kejadian hebat ini
sesungguhnya berat baginya, maka ia ingin sekali segera
bisa terbang kembali kerumah penjara untuk menghajar
habis-habisan kepada orang tua yang berhati binatang itu
kemudian menanyakan padanya apa sebab ia menggunakan
dirinya untuk mencelakakan diri kawannya sendiri,...
Sedang ia dalam keadaan bingung demikian rupa, kini
dilain fihak sesepuh partay oey-san itu sudah menaruh
jenazah ketua dengan air mata berlinang-linang, orang yang
mendapat gelar alat tulis perak itu berjalan menghampiri
Leng Bie Sian, sedang orang tua seruling besi dengan
menggunakan sebatang ranting kayu untuk menyontek
kitab binatang dan diperiksanya sebentar, tiba-tiba berseru^
"Racun tanpa wujud yang sangat berbisa, diatas benang
sutera hitam ini ada racunnya yang tidak nampak"
ciang Thay Peng mendengar ucapan itu sepasang
matanya memancarkan sinar bengisan berkata kepada Cin
Hong sambil menuding padanya^
"Bagus Kalau bocah ini kiranya adalah orangnya iblis
perempuan Tio Bu Yan, Kami partay oey San dengan Tio
Bu Yan sedikitpun tidak ada ganjalan sakit hati apa-apa,
apa sebab kalian hendak menggunakan Cara keji ini
mencelakakan kami?" CIN HONG semakin bingung, ia hanya dengar kata
bahwa perempuan iblis Tio Bu Yan itu adalah Seorang
perempuan jahat didalam barisan orang-orang yang
dinamakan ahli racun, tak tahu yang disebut sebagai racun
tak berwujud itu adalah racun macam apa, tetapi hal ini tak
usah perdulikan, kotak tembaga yang baru digali dari dalam
tanah itu jelas adalah kotak yang ditanam oleh siauw can
Jin sebelum ia masuk kerumah penjara rimba persilatan,
mengapa malah sesepuh itu menuduh dirinya sebagai
orangnya Tio Bu Yan"
Apakah racun tanpa wujud itu adalah racun tunggal
yang diciptakan oleh Tio Bu Yan, dan Siau can Jin
dapatkan racun itu dari tangannya"
chiang Thay Peng yang menyaksikan Cin Hong berdiri
bagaikan patung kembali menggenggam serta menegurnya
dengan sUara keras: "Bocah Kalau kau tak mau menjelaskan lagi duduk
perkaranya, aku nanti kirim kau ke akherat "
Leng Bie sian lalu berkata: "cin Suheng, kau
Ceritakanlah duduk perkaranya"
Cin Hong masih berdiri diam tidak berkata apa- apa,
karena dalam hatinya sedang memaki-maki Siauw can Jinciang
Thay Peng adalah orang yang beradat keras,
diantara empat sesepuh itu, jikalau ia tak memikirkan
bahwa apa sebab Cin Hong mendadak mencelakakan diri
ciangbunjinnya, mungkin sejak tadi ia sudah
membinasakan, dan kali ini ketika menampak pemuda itu
terus berdiri tegak tak berkata apa-apa, hatinya semakin
marah, dengan tiba-tiba maju selangkah dan menyerang
dada Cin Hong. Ia sebetulnya terkenal namanya dengan senjatanya yang
berupa keCeran itu, tetapi serangan tangan itu adalah
merupakan pelajaran pokok bagi orang yang belajar ilmu
silat, apalagi kekuatan tenaga dalamnya sudah sangat
sempurna, dalam keadaan marah itu serangannya pasti di
lakukan hebat sekali. Baru hingga tangan ciang Thay Peng sudah hampir
mengenakan dadanya tinggal dua dim saja ia baru sadar.
Saat itu hendak mengelakpun sudah tidak keburu dalam
keadaan demikian seCepat kilat ia sudah memikirkan apa
bila ia hendak menghindarkan bahaya maut itu, suatu Cara
yang paling baik menggunakan kakinya untuk balas
menendang lawannya, ini suatu cara untuk mati bersamasama,
dengan demikian mungkin ia dapat memaksa orang
tua itu menarik sendiri serangannya tetapi bersamaan
dengan itu ia juga memikirkan satu soal. Ia sendiri tanpa
diketahui olehnya sudah mencelakakan ketua mereka, maka
sekarang bolehkah ia turun tangan lagi terhadap yang
lainnya" Pada saat timbul perasaan ragu-ragu itu, dadanya sudah
terkena serangan chiang Thay Peng, hingga sesaat itu
dirasakan dadanya bergolak. mulutnya menyemburkan
darah segar, kemudian matanya menjadi gelap dan jatuh
pingsan seketika Ketika ia siuman kembali dan membuka mata, tampak
disekitarnya gelap gulita, waktu itu ternyata sudah larut
malam, sedang dirinya rebah telentang disebuah kelenteng
yang keadaannya sudah rusak, sinar rembulan mencorong
masuk melalui lubang-lubang genteng yang pecah segalagalanya
tampak sunyi senyap. Ia mulai memikirkan apa yang terjadi atas dirinya, baru
ingat bahwa dirinya telah dipukul oleh chiang Thay Peng,
ia buru-buru bangkit, saat itu ia baru merasakan bau obat
yang keluar dari mulutnya, sedang rasa sakit didadanya
juga sudah sembuh seperti biasa, dalam hatinya tahu bahwa
Leng Bie Sian sudah menolong dirinya keluar dari gunung
oey San dan diberikan obat luka.
Ia memasang mata buat mencari tahu keadaan
disekitarnya, tetapi tidak tampak gadis itu berada didalam
kelenteng tersebut, selagi berada dalam keadaan terheran
tampak dipintu kelenteng ada sesosok bayangan orang.
Bayangan orang itu adalah Leng Bie Sian, dengan kedua
tangannya ia membawa peCahan mangkok yang berisi air
jernih, ia berjalan terus masuk kedalam kelenteng, tampak
Cin Hong Sudah siuman, segera berkata padanya dengan
perasaan girang : "cin Kongcu, kau sudah siuman "
Cin Hong tertawa dan berkata sambil menjambret-jamret
rambutnya: "Terima kasih atas pertolonganmu, ini tempat
apa ?" Leng Bie Sian meletakkan mangkok pecah itu
dihadapannya, lalu berkata: "Ini adalah kaki gunung Kiuhoa
San, terpisah dengan gunung oey San kira-kira seratus
pal jauhnya" "Dengan cara bagaimana kau bisa membawa aku sampai
kemari?" Wajah Leng Bie Sian tampak kemerahan, katanya malumalu,
"Aku tak keburu kembali ke gunung oey-san untuk
mengambil kuda kita terpaksa menggendong kau lari
sampai disini, hanya waktu itu cuaca gelap. barangkali tidak
ada yang menyaksikan..."
Wajah Cin Hong juga menjadi merah, dan katanya
mesra, "Apakah mereka tidak mengejar?"
"Sudah tentu mengejarnya, tetapi bagaimana mereka
dapat mengejar aku" Jika kesalahan itu berada dipihak
mereka, aku benar-benar ingin menghajar mereka, terutama
orang tua yang terkenal dengan senjata keCerannya itu, ia
sangat ganas, memukulmu sehingga tumpah darah."
"Ia memukul aku memang patut disesalkan tetapi itu
adalah karena salahku sendiri, sebab seorang ketua yang


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segar bugar telah terbinasa dengan tiba-tiba"
"Aku sejak semula sudah peringatkan kepadamu bahwa
It-yang-cie Siauw can Jin itu bukanlah orang baik-baik,
tetapi kau Selalu tak dengar...."
"Aku mana tahu kalau ia ada maksud membunuh ketua
partainya sendiri" Hem, ia benar-benar seorang berhati
binatang" "Kalau kukatakan kau barangkali juga tak mau perCaya,
pejabat ketua generasi ke-enam belas partai oey San, Thiantu
Lo-jin Suma cin juga dialah yang membinasakan"
Cin Hong terkejut, tanyanya: "Bagaimana kau tahu?"
"Pada saat hendak menutup mata, Kwa ciangbunjin
bukankah sudah mengatakan" ia kata:
"Aku dahulu masih belum berani percaya bahWa
kematian Suma ciangbunjin. . . .tetapi sekarang segalanya
aku mengerti^ Inilah sebabnya mengapa Siauw can Jin
hendak binasakan Kwa ciangbunjin, sebab ia mencurigai
Kwa ciangbunjin itu mati di tangannya"
"Tetapi sewaktu dirumah penjara rimba persilatan ia
pernah memberitahukan kepadaku Thiantu Lojin Suma cin
waktu mati di badannya tidak terdapat luka sedikitpun,
tidak ada tanda-tandanya terkena racun. kalau ucapannya
itu membobong, bagaimana ia dapat mengelabui mata para
sesepuh dan tokoh-tokoh kuat lainnya dalam partai
mereka?" "Inilah hebatnya racun yang dinamakan racun tanpa
wujud itu Racun seperti ini dapat membinasakan orang
tanpa ada buktinya, asal kulitnya terkena sedikit saja,
racunnya dengan cepat menyusup kedalam tubuh, sehingga
jantung orang menjadi beku dan matilah orangnya dan
setelah orangnya mati, racunnya juga akan lenyap dengan
sendirinya. Tadi sore ketika Kwa ciangbunjin hendak
menarik napas penghabisan- sikap diwajahnya sangat tak
sedap dipandangnya, tetapi setelah binasa, telah berubah
menjadi tenang, seolah-olah kematiannya adalah suatu
kematian yang wajar"
"orang tua bersenjata keCeran itu berkata bahwa racun
yang tidak berwujud itu adalah racun tunggal dari iblis
perempuan Tio Bu Yan, entah dengan cara apa Siauw can
Jin bisa mendapatkan racun itu?"
"Siapa yang tahu" Hal ini hanya bisa kita tanyakan
langsung pada iblis perempuan itu"
"Kalau begitu apa maksud tujuannya siauw can Jin
membinasakan Thian-tu Lojin Suma cin?"
Leng Bie Sian diam, agaknya sedang memikirkan satu
soal, pada akhirnya dengan tiba-tiba ia tertawa geli dan
berucap^ "Kalau kuberitahukan terus terang kepadamu, kau tidak
boleh menanyaku bagaimana aku mengetahui demikian
jelas, apa kau suka berjanji begiku?"
Dalam hati Cin Hong merasa sangat heran terpaksa
menganggukkan kepala dan berkata Sambil tertawa, "Baik,
lekas kau beritahu aku"
"Sebetulnya ini juga tidak ada apa- apa nyayang susah
dijelaskan, ia membinasakan suma ciangbunjin, maksudnya
tidak lebih dari dua maCam, satu ialah ingin merebut anak
kunci berukiran huruf liong yang dipegang oleh Suma
ciangbunjin, dan keduanya ialah ingin merebut
kedudukannya sebagai ciangbunjin"
Mendengar ucapan itu, hati Cin Hong tergerak. pikirnya:
"Kalau kau mengetahui bahwa anak kunci huruf liong itu
berada dibadanku. kau barangkali akan terkejut setengah
mati." Tapi ia masih tenang-tenang saja tidak menunjukkan
perobahan sikap apa- apa, tanya pula.
"Tapi kenapa sampai tidak berhasil mendapatkan anak
kunci emas berukiran huruf liong itu?"
Wajah Leng Bie Sian berubah serius, katanya sambil
menggelengkan kepala: "Mengapa, apa sebabnya ia tak mendapatkan apa-apa
aku tidak tahu, benar-benar sedikitpun aku tidak tahu"
"Aku toh tidak bertanya lebih jauh padamu, kenapa kau
anggap begitu serius?"
"Aku benar benar sedikitpun tidak tahu"
Cin Hong menghela napas, katanya:
"Aku benar benar tidak habis pikir. Siauw can Jin itu
adalah orang pertama yang memegang tampuk pimpinan
untuk menggantikan ketuanya yang dahulu, sesungguhnya
tak perlu harus membinasakan Suma cin-Jikalau Suma cin
menutup mata, ia toh dengan sendirinya akan menduduki
kursi ketua dan dengan sendirinya pula anak kunci emas
berukiran huruf liong itu akan terjaruh ketangannya. yang
tidak habis kupikir ialah, perlu apa ia begitu tergesa-gesa
membinasakannya?" "Pada waktu itu, dua tahun lagi adalah dua belas ketua
partay akan kumpul untuk mempersatukan dua belas anak
kunci emas itu pergi ketelaga Thay-pek-tie, untuk
mengangat kotak wasiat dari dasar danau, dan mengambil
pel obat awet muda dibagi-bagikan kepada mereka, dan
selain itu, juga masih ada kitab pelajaran ilmu silat yang
tidak ada taranya. Didalam Waktu dua tahun itu, sudah
tentu Suma ciangbunjin tidak akan meninggalkan dunia.
oleh karenanya, maka ia perlu turun tangan untuk
membinasakannya." "Aku pikir Suma ciangbunjin mungkin sudah tahu
bahwa ada perasaan lemah pada diri siauw can Jin, maka
lebih dahulu Sudah menjerahkan anak kunci emas huruf
liong itu pada seorang yang paling dekat dengannya kau
pikir betul tidak?" "Barangkali ya "
"Tahukah kau siapa yang ada hubungan paling erat
dengan Suma ciangbunjin" Andaikata ia menyerahkan
sendiri kepada muridnya atau putra-putrinya?"
"Aku tidak tahu,.. ."
Cin Hong mempunyai seperti perasaan, ia merasa bahwa
gadis itu agaknya harus tahu.
lalu mengulurkan tangannya dan memegang tangan
gadis yang halus itu, dan dengan suara lemah lembut serta
perlahan sekali ia memanggilnya: "Leng Bie Sian?"
Leng Bie Sian tidak menduga bahwa Cin Hong dengan
tiba-tiba memanggil dengan begitu mesra, dengan muka
kemerah-merahan dan menundukkan kepala ia berkata^
"Ng... Ada apa?"
Wajah Cin Hong sendiri juga merasa panas, katanya
sambil tertawa: "Kau pernah kata bahwa kau suruh aku
anggap kau sebagai Soat-lie-ang Yo In In betul tidak ?"
Leng Bie Sian terkejut, ia menjawab sambil
menganggukkan kepala: "Ng Lalu bagaimana ?"
Cin Hong yang bergaul erat dengannya Selama beberapa
hari ini, telah dapat merasakan bahwa gadis dihadapannya
ini lebih Cantik dan lebih lemah lembut dari pada In-jie,
maka benih-benih Cinta juga telah tumbuh dalam dirinya
tanpa disadarinya. saat itu ia mendapat kesempatan untuk
melampiaskan perasaannya itu, tak perduli bagaimana rasa
panas mukanya, ia memaksakan untuk berkata sambil
tertawa: "Jikalau begitu aku hendak mencium kau.
Bolehkah...,?" Leng Bie sian lompat lantaran terkejut, meronta untuk
melepaskan tangannya yang dipegang Cin Hong, lalu
berkata: "Ini tidak boleh."
Cin Hong tidak mau melepaskan, katanya sembil tertawa
ringan: "oleh karena kau tidak mau memberi keterangan lebih
dahulu, maka seharusnya boleh saja toh?"
Leng Bie Sian berhenti meronta, menundukkan kepala
dan berpikir, dengan tiba-tiba angkat mukanya sambil
menutup matanya dalam sikap pasrah, katanya:
"Baik, akan tetapi kalau nona Yo nanti sudah keluar dari
rumah penjara, kau tidak boleh menyentuh aku, jikalau
tidak" Cin Hong memeluk dan mencium gadis itu dengan
bernafsu, Sedang mulutnya berkata: "Bie Sian, sukakah kau
padaku?" Leng Bie Sian waktu itu sangat jinak sekali, sedikitpun
tidak mengadakan sikap perlawanan. membiarkan dirinya
dipeluk dan diciumi, sedang dari sela-sela matanya
mengUCUrkan air mata bening, katanya, "Tidak Tidak
Aku tak suka padamu, aku tidak Suka padamu. . . ."
Cin Hong masih menciumnya dan berkata: "Kau jangan
coba membantah, aku tahu bahwa kau Suka padaku"
Leng Bie Sian dengan tiba-tiba mendorong padanya dan
lompat kesamping, sambil menekap muka dan membanting
kaki, katanya sambil menangis: "Tidak Tidak Aku benarbenar
tidak suka padamu" Cin Hong sebetulnya ingin menggunakan sikapnya yang
mesra itu untuk mengorek keterangan dari mulutnya, dan
minta ia menceritakan apa yang diketahuinya, tetapi setelah
diciumnya dengan tiba-tiba ia merasakan bahwa gadis
inilah yang merupakan gadis yang paling ideal dalam
hatinya, dengan tiba-tiba ia merasa bahwa dirinya sendiri
waktu itu sudah jatuh Cinta kepada gadis ini demkian
dalam, waktu itu ketika melihat Leng Bie Sian berulangulang
menyangkal hingga dalam hati merasa perih dan
mendongkol tanpa disadari olehnya sendiri ia lantas berkata
dengan suara nyaring: "Kau bohong Aku tahu bahwa kau suka padaku, aku
juga suka padamu, antara kita berdua siapapun tak bisa
membohongi lagi" Leng Bie Sian menyender kedinding menangis tak
hentinya, katanya dengan suara duka:
"Kau orang nakal, kau sudah mencium sumoaymu,
seharusnya kau cuma bisa mencintai dia......"
Cin Hong yang mendengar ucapan itu seperti diguyur
dengan air dingin ia menarik napas dalam-dalam, dan lama
ia berdiam untuk berpikir keras pada akhirnya ia telah
berkata dengan tegas: "Tidak apa, lain kali kalau aku masuk kerumah penjara
lagi, boleh suruh ia memukul padaku beb erapa kali untuk
mengganti kerugian" Leng Bie sian lompat dan lari keluar dari kelenteng
sambil menundukkan kepala, katanya sambil masih terus
menangis: "Aku tak suka ikut kau bersama-sama, aku mau
pulang" la lari kepintu kelenteng, dengan tiba-tiba Seperti
mendapat perasaan apa- apa ketika ia angkat muka, benar
saja nampak seorang tua berbaju kelabu sedang berjalan
masuk kedalam kelenteng. orang tua itu bukan lain dari pada salah satu dari empat
sesepuh partay 0ey-san yang pertama, ialah siorang tua
pedang emas chie Kay Yan la berjalan kedepan pintu kelenteng lantas berhenti,
dengan Wajah dingin mengawasi Leng Bie Sian sejenak.
kemudian berkata dengan nada suara dingin:
"Nona hari ini telah menunjukkan kemahiranmu dalam
ilmu meringankan tubuh, hanya menurut pembicaraan
kalian tadi agaknya kau bukanlah murid perempuan dari
Thian San Swat po-po bolehkah aku ingin tanya siapakah
suhumu yang sebenarnya?"
Leng Bie sian tahu bahwa perbuatannya dengan Cin
Hong tadi sudah diketahui oleh chie Kay Yan, maka saat
itu ia merasa malu, hingga wajahnya menjadi merah,
sedang sejenak melirik pada chie Kay Yan, kemudian
berkata sambil menggigit bibir: "suhuku adalah perguasa
rumah penjara rimba persilatan- Kenapa?"
orang tua pedang emas mendengar keterangan itu
wajahnya berubah seketika dan tanpa disadarinya sudah
mundur selangkah tanyanya serius: "Benarkah apa kata
nona tadi?" Leng Bie Sian dengan acuh tak acuh menjawab: "Sudah
tentu benar Kau mau memberikan aku jalan atau tidak?"
orang tua pedang emas itu tadi sore telah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, bagaimana Leng Bie Sian
memondong Cin Hong, lalu dengan tenang keluar dari
kepungan empat sesepuh partay oey San, ilmunya
meringankan tubuh dan lari pesat sekalipun Thian San Swat
Po-Po juga mungkin tak dapat menandingi dalam hati
waktu itu sebetulnya sudah timbul perasaan Curiga, tadi ia
sembunyi diluar kelenteng dan sengaja mencuri dengar
pembicaraan mereka baru bahwa Kwa ciangbunjin dengan
akalnya yang keji, maka dalam hati diam-diam terkejut.
Kemudian terdengar pula bagaimana Cin Hong
mengatakan gadis itu dianggapnya sebagai swat-lie-ang Yo
in in, serta kata- kata Leng Bie Sian yang mengatakan
bahwa tunggu setelah nona Yo keluar dari rumah penjara,
pembicaraan itu telah menambah Kepastian baginya dan ia
mengetahui dengan pasti bahwa gadis itu bukanlah murid
Swat Po-po, dan orang yang mampu mendidik Seorang
murid yang masih muda belia demikian tinggi ilmu silatnya.
dalam rumah ini kecuali penguasa rumah penjara rimba
persilatan, memang benar-benar sudah tak ada orang
keduanya lagi. Hanya oleh karena terjadinya perobahan hebat dipuncak
gunung Bong-sian- hong hari ini, maka ia sama sekali tak
berani percaya keterangannya, waktu itu perlahan-lahan ia
menghunus pedang emasnya yang tergantung
dipinggangnya, dengan tangan memainkan pedang ia
berkata^ "Aku si orang tua masih perlu untuk mencoba, benar
atau tidak nona adalah murid penguasa rumah penjara
rimba persilatan- Kalau benar segala persoalan maupun
urusan ini, mudah saja diuruS?"
Leng Bie sian tidak mengerti maksud kata- katanya, ia
berkata sambil mengerutkan alisnya: "Apa katamu?"
orang tua pedang emas itu berkata sambil tertawa dingini
"Aku pernah dengar bahwa orang-orang dalam rumah
penjara rimba persilatan itu tidak pernah menerbitkan huruhara
didunia Kang-ouw, kalau nona benar adalah murid
penguasa rumah penjara itu, aku boleh percaya ucapan
nona tadi.....tentang perbuatan akal busuk dari Siauwciangbunjin
partay kami"

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah dengan mengadu kepandaian ilmu silat kau
dapat menerka asal usul diriku?" tanya Leng Bie Sian
sambil tersenyum. orang tua pedang emas itu menyentil pedangnya, hingga
mengeluarkan suara mengaung, katanya:
"Kalan nona adalah murid dari penguasa rumah penjara
rimba persilatan, tak mungkin tidak dapat menyambut tiga
puluh enam jurus iimu pedang aneh dari partai oey San
kami" "Baik, kau boleh turun tangan saja" kata Leng Bie sian
sambii menganggukkan kepala dan tertawa.
orang tua pedang emas itu tidak bicara lagi, pedang
emasnya digerakkan, dari situ mengeluarkan sinar emas
berkilauan, dengan tiba-tiba ujung pedang sudah
mengancam muka Leng Bie Sian, benar saja tidak kecewa,
orang tua itu mendapat nama ilmu pedang gaib, gerakan
ilmu pedangnya memang sangat luar biasa anehnya,
berbeda dengan ilmu pedang biasa.
Dengan tenang Leng Bie Sian mengelakkan serangan
aneh itu, berbareng dengan itu tangannya sudah bergerak.
balik menyambar pergelangan tangan orang tua itu yang
memegang pedang. Gerakannya itu tampak biasa saja dan tak ada yang
aneh, tidak disangka-sangkanya orang tUa pedang emas itu
se-olah2 ketemu batu, sama sekali tidak dapat mematahkan
gerakan gadis itu, hingga pada saat itu juga ia dipaksa
mundur selangkah lebih, maka wajahnya berubah seketika.
Dia adalah calon ketua sesudah Kwa Lam Kie,
kepandaian ilmu silatnya sudah tentu diatas kawankawannya
yang sejajar, waktu itu dalam satu gebrakan saja
sudah dipaksa mundur oleh seorang gadis cilik, bagaimana
ia tidaK terkejut dan merasa malu" Maka saat itu lalu
timbullah amarahnya, setelah mengeluarkan siulan panjang,
pedang emas ditangannya bergerak bagaikan naga, tiga
puluh enamjurus lmu pedang gaib dari oey-San dikeluarkan
semuanya, sejurus demi sejurus bergerak kian cepat, dalam
waktu singkat, hanya tampak berkelebatnya sinar emas
yang berkilauan, mengurung Leng Bie Sian,..,
Pertempuran berlangSung beberapa puluh jurus, hati
orang tua itu semakin terkejut dan terheran- heran sebab
kini ia telah merasakan bahWa Leng Bie Sian agaknya
kenal baik dengan ilmu pedangnya tiga puluh enam jurus
itu, setiap kali bergerak. seolah-olah sudah diperhitungkan
baik-baik, dengan itu setiap kali bergerak. seolah-olah sudah
di perhitungkan baik-baik, dengan cara bagaimana harus
mematahkan serangannya, bahkan ia sendiri kadangkadang
baru saja menggerakkan satu gerak tipu ilmu
pedangnya tetapi sudah didahului oleh Leng Bie Sian yang
terus dapat mematahkan serangannya, ini benar-benar suatu
hal yang aneh. Jikalau ia tak kenal baik ilmu pedang itu dengan
sendirinya tak bisa berbuat demikian- 0leh karenanya maka
kini ia merasa tidak leluasa melakukan gerakannya, hingga
pada akhirnya gerakkan ilmu pedangnya menjadi kalut
sendiri, jikalau bukan karena pengalamannya yang banyak,
sudah sejak tadi ia harus tekuk lutut di hadapan Leng Bie
Sianla kini tahu apabila pertempuran itu berlangsung terus
pada akhirnya ia tentu dapat dikalahkan oleh gadis itu,
karena ia kini sudah membuktikan sendiri bahwa gadis itu
memang benar adalah murid penguasa rumah penjara
rimba persilatan, dengan sendirinya tidak perlu menempuh
bahaya besardan bertempur terus.
Karena berpikiran demikian, ia segera menarik kembali
pedangnya Sambil lompat mundur setelah mana lalu
katanya sambil menjura: "Kepandaian ilmu silat nona benar-benar sangat
mengejutkan, aku si orang tua Sungguh kagum sekali"
Leng Bie Sian tampak membereskan rambutnya yang
kusut, jawabnya sambil tertawa:
"Aku tidak berani menerima pujianmu, kini apakah kau
sudah percaya bahwa aku benar-benar adalah murid
penguasa rumah penjara rimba persilatan?"
orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan berkata
sambil mengbela napas: "Aku minta agar nona suka bicara terus terang, ketua
kami dari generasi ke enam belas Suma ciangbunjin, apakah
benar kematiannya itu atas perbuatan pejabat ketua Siauw
ciangbunjin?" "Kalau tidak percaya, sekarang aku ajak kau bersamasama
pergi kau tanya sendiri padanya" kata Leng Bie Sian-
"Bagaimana aku dapat memasuki Rumah penjara rimba
persilatan?" "Sudah tentu harus pergi menantang bertanding. Nanti
setelah kau dipukul jatuh oleh Suhu dan dimasukan
kedalam rumah penjara ular, aku akan berusaha lagi supaya
kau bisa ditempatkan satu tempat dengan dia, waktu itulah
kau bolah tanyakan sendiri padanya"
"orang tua pedang emas nampak tercengang, dengan
tiba-tiba ia mendongakan kepala dan tertawa tergelak. lalu
berkata: "Baik, baik Demi kepentingan partay kami untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam peristiwa yang
dua kali menimpa partay kami aku siorang tua bersedia
menjadi tawanan seumur hid up dalam rumah penjara
rimba persilatan- Mari sekarang kita jalan"
Leng Bie sian berpaling mengawasi Cin Hong sejenak.
dengan perasaan berat berjalan menuju keluar.
Cin Hong mengawasi bayangan belakang gadis itu yang
sangat indah, hatinya merasa seperti ditembus oleh ratuSan
anak panah, dengan tiba-tiba timbul perasaan benci
terhadapnya, sebab gadis yang nakal ini, Sejak ia masuk
kerumah penjara rimba persilatan hingga sekarang, terus
menunjukkan sikapnya penuh Cinta kasih terhadap dirinya,
akan tetapi setelah sikap mesra itu menggugah hatinya dan
hendak didekati, gadis itu lantas berlalu begitu saja dari
dampingnya, maka dalam hati Cin Hong lalu mencaCi
maki padanya, dianggapnya gadis itu hendak
mempermainkan dirinya, ia telah berjanji pada suatu bari ia
pasti akan membalaS dendam....
orang tua pedang emas yang hendak berlalu, tampak Cin
Hong tidak ada maksud untuk pergi bersama-sama, maka
lalu merandek dan bertanya : "Apakah cin Siaohiap tidak
mau pergi bersama-sama dengan kami?"
Cin Hong menganggukkan kepala sambil menggigit
bibir, orang tua itu mengerti bahwa diantara dua orang
muda itu telah timbul keriCuhan, tetapi ia tiada mempunyai
niat untuk mengurusi segala urusan orang lain, maka lantas
berpaling dan memutar tubuh berlalu meninggalkan Cin
Hong. Cin Hong tiba-tiba buka mulut dan berkata:
"LoCianpwe, tunggulah sebentar "
orang tua pedang emas itu kembali merandek dan
berkata sambil berpaling: "Ada apa ?"
"Aku pernah mendapat ijin dari penguasa rumah penjara
rimba persilatan, boleh masuk kerumah penjara tanpa
melalui pertandingan. ciangbunjin partaymu, aku tidak
dapat lepas tangan begitu saja maka kini bersedia bantu
Locianpwe untuk masuk kerumah penjara, supaya
locianpee boleh tanyakan sendiri kepada Siauw
ciangbunjin. Apakah locianpwe bersedia?" berkata Cin
Hong sambil memberi hormat.
orang tua itu berdiam dan berpikir sejenak. kemudian
berkata sambil menghela napas perlahan.
"Kebaikan cin Siaohiap Cuma bisa kuterima didalam
hati saja. oleh karena ini sesungguhnya terlalu hebat,jikalau
aku tidak menanyakan padanya dengan jelas, sesungguhnya
masih akan mengganggu pikiranku...."
Sejenak ia berdiam, lalu melanjutkan ucapannya sambil
menatap Cin Hong "Hanya ada satu hal, seperti apa yang pepatah
mengatakan bahwa urusan buruk dalam rumah tangga tidak
boleh disiarkan keluar. maka dalam hal ini mohon supaya
cin siaohiap jangan sampaikan hal ini pada orang lain,
dengan demikian aku sudah merasa sangat berterima kasih
padamu" Cin Hong yang menampak maksud tegas dari orang tua
itu terpaksa menganggukkan kepala dan berjanji untuk
memenuhi permintaannya, ia sebetulnya menanyakan
keadaan sebenarnya tentang kehilangan anak kunci
berukiran huruf liong ditangan Suma cin dahulu, dan siapa
siapa orang yang ada hubungan paling dekat dengannya,
tapi kemudian berpikir pula karena saat itu orang tua tadi
sedang dalam keadaan sedih dan mendongkol, kalau
ditanya demikian, kuatir akan menimbulkan persoalan lain
lagi, maka terpaksa dibatalkannya.
Leng Bie sian berjalan keluar dari dalam kelenteng tibatiba
berpaling dan kembali kehadapan Cin Hong, katanya
dengan suara sedih sambil menundukkan kepala:
"cin kongcu, urusan tadi sedikitpun tidak menyesal,
harap kau jangan berkecil hati......."
"Aku tidak dapat memahami dirimu, pergilah" kata Cin
Hong dingin, Leng Bie Sian tampak begitu sedih ketika memutar
tubuhnya. sambil menyeka air mata ia sudah berjalan lagi.
Cin Hong dengan berdiri terrmangu-mangu mengawaSi
berlalunya sigadis dan orang tua pedang emas menghilang
kedalam kegelapan lama ia baru berbicara menggerutu
sendiri, lalu balik lagi kebawah dinding untuk tidur.
Lama ia tak bisa tidur pulas, dalam otaknya selalu
terpeta bayangan rupa-rupa orang. Bayangan ketua partay
oey San Kwa Lam Kie membuat penyesalan pada dirinya,
bayangan It- yang cie Siaaw can Jin membuat ia gemas dan
marah, bayangan Leng Bie Sian membuat ia masgul,
bayangan In-jie menjadikan hatinya bingung.
Bayangan orang-orang itu telah mengganggu pikirannya
sehingga hampir pagi baru ia biSa tidur, sebelum tidur ia
sudah mengambil keputusan, esok paginya ia akan
melakukan perjalanan kegunung Siong-san, untuk
beritahukan kepada partay Siao-lim-pay...
Malam itu sunyi senyap. tak ada angin, tak terdengar
suara binatang malam hanya kelap kelipnya kunang2 yang
berterbangan disekitar kelenteng yang memancarkan sinar
sangat terang. Selagi Cin Hong hendak memejamkan matanya tidak
jauh diluar kelenteneg tiba-tiba terdengar suara langkah kaki
orang yang mendatangi dari arah jauh, kedengarannya
semakin mendekat. Matanya layap-layap sudah terbuka dan semangatnya
terbangun, dalam hatinya berpikir apakah Leng Bie Sian
yang balik kembali" Ia segera lompat bangun dan bersembunyi dibelakang
tembok, ia mulai pasang mata, dan suara langkah kaki
orang itu sudah masuk kedalam kelenteng ternyata bukan
cuma satu orang juga bukanlah Leng Bie Sian. Telinganya
waktu itu dapat menangkap suara seorang wanita yang
berbicara: "Baiklah, kuturuti kehendakmu buat menginap satu
malam ditempat ini. Benar-benar kurang menggembirakan
mengikuti orang seperti ini, tidur juga tak bisa dirumah
penginapan" Kemudian terdengar suara seorang laki-laki:
"Maaf aku adik Heng, tunggu setelah rambutku nanti
menjadi panjang, aku akan mengajak kau menginap
dirumah penginapan yang paling mewah"
Wanita yang disebut adik Heng tadi terdengar pula
suaranya sambil dibarengi dengan suara tertawa nyayang
merdu: "Ai, engko Beng ku yang baik sebetulnya kalau kau
memakai topi dan mengenakan pakaian seperti orang biasa,
siapa yang masih bisa mengenali bahwa kau adalah seorang
padri?" Pemuda yang dipanggil engko Beng tadi terdengar pula
suaranya: "Tidak bisa Bila ketahuan orang, sudah pasti
akan timbul geger " "Kau ini memang aneh, kau menghendaki diriku, tapi
takut orang lain tahu" kata wanita yang dipanggil adik
Heng tadi. Cin Hong yang mendengar ucapan itu kaget ia segera
mengetahui bahwa pemuda yang disebut sebagai engko
Beng tadi adalah seorang murtad yang sedang mengadakan
perhubungan dengan perempuan Cabul ini benar-benar
merupakan satu nodabagi orang yang menganut agama
Buddha, tapi ia tak tahu padri muda itu dari kelenteng
mana maka ia pikir hendak mencuri lihat bagaimana rupa
orangnya. Baru ia mengintip dan menongolkan kepalanya sedikit,
apa yang dilihatnya membuat hatinya berdebaran, hampir
saja ia mengeluarkan seruan kaget.
Kiranya wanita yang dipanggil adik Heng tadi adalah
salah satu dari sekian putri golongan kalong yangpernah
dilihatnya dibawah kaki gunung Tong-san, sedangkan
pemuda itu wajahnya putih bersih tampan sekali
mengenakan topi sebagai pelajar, pakaian yang
dikenakannya adalah jubah berwarna biru, dandanan itu
mirip dengan seorang pelajar, jikalau tadi tidak disebut dia
sebagai padri, siapapun tidak mengenalinya bahwa pemuda
itu adalah seorang yang menganut agama buddha, malah
sudah menjadi paderi pula.
Dua muda mudi itu duduk berdampingan sambil
menyender kemeja sembahyang, pemuda yang dipanggil
engko Beng tadi mengulurkan lengan kirinya, dan
dikalungkan dipinggang wanita yang dipanggil adik Heng,
sedang tangan kanannya mulai menggerayangi bukit dada
wanita itu. Wanita yang disebut adik Heng tadi menapis tangan
nakal yang memegang, berkata sambil pendelikan matanya:
"Lihat Kau ini beberapa hari yang lalu masih memakimaki
orang sebagai wanita siluman, tapi sudah diberi rasa
manis, lantas jadi begini binal tidak tahu malu, setiap hari ia
mengganggu aku, sehingga selama lima hari kelakangan ini


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku jadi tidak bisa tidur pulas"
Pemuda yang dipanggil engko Beng tadi dengan wajah
cemas dan tertawa cengar cengir, menarik tubuh wanita itu
kedalam pelukannya. kemudian diciuminya pipinya dan
berkata sambil tertawa: "Dahulu suhuku sering bilang bahwa wanita itu galak
bagaikan harimau, mana aku tahu kalau harimau itu
ternyata jinak seperti merpati. Adikku yang manis,
terimalah permintaanku sekali ini. Biar kau suruh aku mati
aku juga mau" Dengan sikap manis wanita itu mendorong kepala sang
pemuda, mulutnya menggumam. "Tidak mau, ah Tapi
kalau kau bisa ambilkan anak kunci emas...."
Pemuda itu meremas-remas buah dada siwanita, napas
memburu ketika ia berkata: "Jangan khawatir, aku pasti bisa
dapatkan barang ituAyolah, satu kali saja"
Sang wanita menggeleng kepala dan berkata:
"Tunggu sampai anak kunci itu sudah ada padamu bisa
kuberikan apa saja yang kau mau" Si pemuda rupanya
sudah mulai marah, katanya:
"Jauh sekali jaraknya dari sini ke Siong San untuk bisa
sampai kesana masih memerlukan berjalan beberapa hari
lamanya. Kau toh tak bisa membiarkan aku sampai tak
sabar bukan?" Sang wanita menampak pemuda itu sudah marah, tak
berani berlaku terlalu dingin lagi, sambil mengerlingkan
matanya ia berkata: "Kalau begitu kau ceritakanlah dahulu dengan cara
bagaimana akan kau ambil anak kunci emas berukiran
gambar harimau dari tangan ciang bunjinmu ?"
Sang pemuda nampak mengerutkan alisnya, setelah
dipikirnya sejenak. baru berkata:
"Dia setiap sore sebelum melakuKan Semedhi, pasti
minum dulu seCawan teh, aku bisa masukkan obat Bongban-
yok kedalam tehnya" "Kong-ti Taysu memiliki kekuatan tenaga dalam hebat
sekali, baru obat tidur bangsa Bong-ban-yok saja mana
dapat menjatuhkan dirinya"jangan kau berbuat setolol itu "
"Kalau begitu, setelah pulang nanti aku akan bertindak
dengan melihat gelagat, biar bagaimana aku pasti akan
mengambil anak kunci itu buat kau "
Si wanita mengelus-elus wajah pemuda itu katanya
dengan suara lemah- lembut:
"Aku mempunyai suatu rencana cukup baik, tapi aku
takut kau tidak mempunyai keberanian begitu besar untuk
melakukannya...." "coba kau Ceritakan dahulu padaku. Kalau kurasa bisa,
sudah tentu aku akan menuruti kehendakmu "
Wanita itu menempelkan bibirnya ketelinga sipemuda,
dengan bisik-bisik mengatakan sesuatu lalu wajah pemuda
itu tampak berubah pucat, dengan perasaan ragu-ragu ia
berkata: "Mana boleh berbuat begitu" Rasanya terlalu
kejam" si wanita memperlihatkan wajah tidak senang, hendak
mendorong lagi sipemuda. sambil berkata dengan suara
dingin: "Aku memang sudah dugakau pasti tidak akan berani
melakukannya. Sudahlah kau pergi saja"
Sipemuda rupanya kebingungan, katanya sambil menarik
tangan wanita muda itu: "Baiklah Aku menurut saja
kehendakmu Ayo dong "
Dilihat dari sikapnya yang begitu cemas jelas ia sudah
mengambil keputusan untuk menuruti rencana wanita tadi,
bahkan tampaknya, kalau diminta hatinya sekalipun mau ia
mengeluarkan hatinya, buat kekasihnya ini.
Lalu dengan bernapsu, dua tangannya menggerayangi
sekujar tubuhnya wanita itu dan wanita agaknya juga sudah
mulai tergerak hatinya, dengan wajah kemerah-merahan
dan tubuh bergerak-gerak serta mulut memperdengarkan
suara rintihan, balas merangkul sipemuda. . .
Cin Hong yang menyaksikan adengan itu merasa marah
dan terkejut, ia sudah akan lompat keluar untuk memberi
hajaran kepada mereka tetapi akhirnya ditahan-tahannya.
Sebab ia teringat bahwa ia sendiri justru hendak melakukan
perjalanan kegunung Siong-san untuk memberitahukan
kepada ketua Siao-lim Sie, supaya waspada terhadap akal
muslihat golongan kalong yang hendak merampas anak
KUnci emasnya. olen karena kebanyakan orang Siao-limpay
terdiri dari orang-orang yang menyucikan diri, ucapan
apa saja bisa diperCaya, tetapi kalau mau menceritakan
bahwa paderi dalam golongan Siao-lim sudah kepincuk
oleh Siluman wanita dari golongan Kalong, benar-benar
sudah membuat ketua Siao-lim-pay percaya. Malah
barangkali bisa2 dia yang disangka hendak menghina nama
baik Siao-lim-pay. Karena mengingat paderi itu juga hendak
pulang kegereja Siao-lim-sie untuk mencuri anak kunci
emas berukiran gambar harimau yang berada ditangan
Keng-tie Taysu, maka ia pikir untuk sementara biarlah
mereka berdua berbuat sesuka hatinya, setelah tiba didalam
gereja Siao-lim Sie, barulah ditangkap dan dibuka
rahasianya. Akan tetapi, sekarang ini mereka hendak melakukan
perbuatan mesum ditempat suci, apakah perlu ia harus
turun tangan memperingatkan mereka"
Tetapi kalau diingat bahwa paderi itu tampaknya sudah
beberapa hari terjatuh didalam jaring wanita siluman itu,
maka perlu apa harus bertindak mengurusi orang yang tak
ada sangkut-pautnya dengan urusan sendiri"
Maka itu, dengan berjalan berindap-indap ia keluar dari
kelenteng rusak itu, kemudian lari menuju keutara...,.
Hari kedua, ia mengambil jalan melalui kota Lam-leng,
mencari Su Jiok. salah Satu dari empat caycu daerah Kanglam
yang namanya berendeng dengannya sendiri untuk
pinjam uang sebanyak dua ratus tail perak, barulah ia
melanjutkan lagi perjalanannya kegunung Siong SanHari
ketujuh, ia tiba dikota See-peng yang merupakan
kota perbatasan dikota propinsi Ho-lam, ia menghitung
perjalanannya, dari situ Siong-san hanya memerlukan
perjalanan satu hari saja sudah dapat dicapai.
Waktu itu sudah senja hari, ia berjalan memasuki kota
See-peng, selagi hendak mencari sebuah rumah makan dan
penginapan, tiba-tiba di belakang dirinya lewat dua orang
bertubuh tegap berpakaian ringkas masing-masing
membekal senjata golok, mereka dengan bahu membahu
jalan menuju kejalan raya, gerak gerik mereka itu sangat
gesit dan langkah tindakannya mantap. jelas masing-masing
memiliki kepandaian ilmu silat yang cukup tinggi
maka Cin Hong mulai memasang telinga dan mata,
waktu itu terdengar dua orang itu sedang berbicara sambil
berjalan-Yang satu berkata:
"Lotoa, kerumah makan mana kita harus pergi ?"
"Sudah tentu kerumah makan Eng-hong-kok Pemilik
rumah makan itu melakukan usahanya yang khusus untuk
melayani orang-orang rimba persilatan, hidangan yang
dibuatnya enak sekali "
"Boleh juga , kita justru harus mencari tempat seperti itu
" "Dan disitu, Cukup kita membuka suara sekali saja,
tanggung suara kita dengan Cepat dapat tersiar kedaerah
Selatan dan utara sungai Tiang-kang"
"Haha, kita sebetulnya hendak menyiarkan hal-hal ang
sebenarnya, bukanlah siaran bohong "
"Benar, hahaha . . ."
Cin Hong tidak tahu mereka hendak menyiarkan issueissue,
hanya tahu bahwa mereka hendak pergi kerumah
makan yang bernama Eng-hng-kok itu. Dan karena waktu
itu ia juga sama ingin tangsel perut, kalau memang benar
ada rumah makan seperti yang disebut oleh dua orang.
sungguh kebetulan- Maka ia lalu mengambil keputusan
untuk mengikud jejak mereka.
Ia diam-diam mengikuti dua laki-laki tegap tadi
ketengah-tengah kota, lalu memasuki rumah makan yang
dimaksudkan itu. Rumah makan itu memang sangat megah, benar saja
disitu terdapat banyak orang-orang rimba persilatan-
Hampir disetiap baris meja terdapat penuh hidangan, dan
orang-orang itu pada makan minum sambil mengobrol
kebarat ketimur. Cin Hong sengaja Cari tempat duduk yang letaknya agak
dekat dengan dua laki-laki tadi, ia memesan beberapa rupa
hidangan, dan makan minum seorang diri.
Dua laki-laki tadi setelah minum beberapa Cawan
agaknya timbul kegembiraannya, satu diantaranya tiba-tiba
mengeprak meja, dan berkata dengan suara nyaring: "Lo-ji,
kau percaya berita itu atau tidak?"
Ia menggeprak meja demikian keras, hingga
menimbulkan perasaan terkejut kepada orang-orang yang
sedang duduk makan dan minum dalam rurnah makan itu,
maka semua perhatian lalu ditujukan kepada mereka
berdua, kesan pertama yang timbul dihati orang-orang itu
masing-masing ialah: "Dua manusia ini hendak berbuat
apa?" Lelaki yang dipanggil Lo-ji tadi, juga berkata dengan
suara keras seolah-olah bukan berada ditempat umum:
"Mengapa tak percaya" Itu adalah berita yang kudengar
dari mulut sepasang suami isteri golongan Lo-hu yang
sudah keluar dari rumah penjara rimba persilatan, sepasang
suami itu kau kira orang bagaimana" Dengan cara
bagaimana mereka menimbulkan desas-desus yang tidak
ada buktinya?" Lelaki yang disebut Lo-toa tadi lantas berkata:
"Entah siapa orangnya yang bisa mengeluarkan sepasang
suami isteri itu dari rumah penjara Rimba pesilatan"
Kepandaian ilmu silatnya pasti hebat Sekali"
si Lo-ji menenggak arak dalam cawannya, katanya
dengan suara lantang: "Sudah tentu saja rumah penjara rimba persilatan itu
didirikan sudah sepuluh tahun lebih, dia adalah satusatunya
penantang yang bisa mengeluarkan tawanan dari
dalam rumah penjara itu"
Si Lo-toa juga menenggak araknya, dan berkata dengan
sungguh-sungguh: "Kukira kepandaian ilmu Silat orang itu pasti jauh lebih
tinggi dari pada Tetamu tidak dikenal dari luar daerah"
Si Lo-ji berkata sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Itu sudah tentu, Tetamu tidak diundang dari luar daerah
adalah seorang tokoh yang mendapat nama kosong saja,
karena untuk pergi melongok kerumah penjara rimba
persilatan saja juga tidak berani"
Tetamu yang berada didalam rumah makan itu,
Sebagian besar adalah tokoh-tokoh rimba persilatan yang
berkelana di dunia Kang-ouw, mereka mendengarkan
pembicaraan laki-laki tadi, yang dibicarakan ternyata
adalah orang kuat dalam rimba persilatan, sudah tentu
semakin menarik perhatian banyak orang. Terdengar pula
orang yang dipanggil Lo-toa:
"Kita tak perlu bicarakan itu lagi aku selalu merasa raguragu
terhadap ucapan sepasang suami isteri dari Lo-hu-pay
itu, coba pikir saja anak dewa lima silat sikakek
gelandangan Kiat Hian, pada beberapa lama berselang
pernah kata bahwa kepandaian silat orang itu sudah
mencapai ketingkat yang tiada taranya, mengapa pergi
menantang kerumah penjara rimba persilatan dan hasilnya
malah tidak seperti orang misterie yang berhasil menolong
mengeluarkan sepasang suami isteri Lo-hu-pay itu?"
Begita mendengar ucapan mereka itu, semua tamu yang
ada disitu menunjukkan sikap terkejut dan terheran-heran,
hingga pada kasak kusuk untuk turut membicarakannya. Ini
disebabkan karena kakek gelandangan Kiat Hian dewasa itu
merupakan orang yang sedang dicari oleh ketua partay
rimba persilatan- Siapapun tahu jiwa dialah yang tak
memerlukan dua belas anak kunci emas untuk membuka
kotak wasiat batu glok. sedangkan ia menghilang dari rimba
persilatan sudah ada beberapa puluh tahun lamanya, tak
disangka-sangka kini dengan tiba-tiba ada beritanya, bahkan
sudah pergi menantang kerumah penjara rimba persilatan-
Cin Hong yang dapat mendengar pembicaraan itu juga
terkejut, dalam hatinya diam-diam berpikir:
"Aku sendiri ketika hari pertama meninggalkan rumah
penjara rimba persilatan itu, telah menemukan gubuk kakek
gelandangan Kiat hian digunung Bie-ciong San, apakah
kakek gelandangan itu pada itu hari juga meninggalkan
gunung Bie ciong San untuk pergi menantang bertanding
kerumah penjara rimba persilatan" Tapi sepasang suami
istri Lo-hu-pay itu berbareng denganku, dalam satu hari itu
juga meninggalkan gunung Tay-pa-san, dan keluar dari
rumah penjara rimba persilatan- Aku tidak tahu urusan ini
kalau begitu dari mana suami istri itu dapat tahu soal itu ?"
Si Lo-ji itu agaknya tidak memperdulikan ada banyak
orang yang memperhatikannya, ia masih melanjutkan katakatanya,
"Kakek gelandangan Kiat Hian dapat menyambut lima
puluh jurus, sedang orang misterie itu hanya dapat
menyambut sepuluh jurus, bagaimana kau kata kan
kepandaian ilmu siiatnya tidak setinggi orang misterie ?"
"Tapi kenapa ia sebaliknya malah ditawan oleh Penguasa
Rumah Penjara rimba persilatan?"
"Itu disebabkan karena ia ada menderita ingatan sakit
gila, tidak mengenal cara-caranya menantang orang, maka
itu meskipun dia sanggup menyambut lima puluh jurus,
masih tidak boleh dihitung sebagai orang yang datang
menantang dengan sebenarnya . . ."
Cin Hong terkejut, dalam hati berpikir. "0h kiranya
orang tua gila itu adalah kakek gelandangan Kiat Hian"
Pantas kepandaian ilmu silatnya demikian tinggi. Hari itu
dengan mata kepala sendiri aku melihat dia menyerbu
kelembah dan menaiki tujuh senar besi itu, setelah kena
pukulan Leng Bie Sian, pikirannya menjadi jernih, waktu
itu ia pernah menyatakan bahwa ia sebenarnya tidak
bermaksud untuk bertanding dengan penguasa rumah


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penjara. Lalu dari tanda-tanda didalam gubuk dan barisan
Ku-kauw-pat-pinpouw,jelas bahwa ia sudah lama
mengasingkan diri digunung Bie ciong-san.
Tapi apa sebabnya pada waktu paling akhir ini, ia
dengan mendadak menjadi gila dan menyerbu rumah
penjara" Mungkin, kalau tidak bisa disebut pasti, setelah
ditemukan oleb Pangcu golongan Kalong, Pangcu golongan
Kalong hendak menguji kepandaian ilmu silatnya, tapi
tidak berani berhadapan sendiri dengan orangnya,jadi
sengaja memancing dia keluar suruh menantang bertanding
kerumah penjara rimba persilatan. Ketua golongan Kalong
itu dengan sepasang suami istri Lo-hu-pay waktu itu telah
mengaduk-aduk dirumah gubuk kakek gelandangan, jadi
jelaslah maksud mereka sebenarnya ialah ingin
mendapatkan kitab kepandaian ilmu Silatnya."
Berpikir sampai disitu, tanpa disadarinya sudah merabaraba
kitab pelajaran ilmu kipas Tay Seng-hong-sin San yang
berada dalam sakunya, itu adalah warisan kepandaian dewa
pesilatan Tay-pek Sian-ong Kat Phiat Bin, ia sendiri waktu
itu sudah hampir menahami seluruhnya, hari itu ia bersama
Leng Bie Sian melakukan perjalanan kegunung oey-San,
bahkan sudah membeli sebuah kipas gading. maka ia
sendiri sesaat boleh dikata sudah memiliki salah satu
kepandaian ilmu silat yang dimiliki oleh dewa persilatan
itu, hanya ia masih belum pernah melakukan pertandingan
dengan orang lain, maka ia sendiri juga tidak tahu sampai
dimana hebatnya ilmu kipas itu"
Selagi memikirkan soal itu, tiba-tiba tampak salah
seorang dari sekian banyak tamu dalam rumah makan itu
bangkit dari tempat duduknya, dengan langkah lebar
berjalan menghampiri dua lelaki yang sedang menyiarkan
berita tadi. orang itu ada seorang muda gagah yang membawa
sebilah pedang tergantung dipinggangnya, didepan dua lakilaki
itu lantas memberi hormat seraya berkata:
"Tuan-tuan, aku yang rendah ini adalah murid golongan
cong-lam-pay cu Kay Hian. Bolehkah aku numpang
bertanya. Apakah benar kata-kata tuan tadi" "
Dua laki- laki tersebut lalu bangkit dari tempat duduk
masing-masing dan membalas hormat pemuda yang
menghampiri mereka, si Lo-jilah yang membuka mulut
lebih dulu buat menjawab pertanyaannya:
"Sudah tentu benar. Berita ini kami dengar sendiri dari
sepasang suami istri golongan Lo-hu itu kemarin disalah
satu rumah makan, di kota Nie-lam, waktu itu aku
kebetulan duduk didekat meja mereka maka mendengar
setiap patah perkataannya dengan jelas sekali."
Dalam hati Cin Hong merasa beran. meskipun Cerita
mereka itu sebagian benar, tetapi sepasang suami istri
itupada beberapa hari berselang kedua-duanya telah
terpukul sehingga patah tulang iga mereka oleh ketua
golongan Kalong, hanya beberapa hari saja sudah tentu
tidak mungkin dapat menyembuhkan luka-lukanya, juga
tidak mungkin mereka dapat berjalan demikian jauh dalam
keadaan terluka, lebih tak mungkin lagi mereka bisa jalan
demikian pesat. Apa dua lelaki itu sedang menyiarkan issuissu
tertentu" Apakah benar demikian, apakah maksud dan
tujuan mereka" Tampak pemuda tadi bertanya pula:
"Aku masih ada sedikit pertanyaan- Kepandaian ilmu
silat penguasa rumah penjara itu sudah tak ada
tandingannya, tetapi orang-orang rimba perSilatan,
bagaimanapun juga tentu berpendapat penguasa rumah
penjara tak dapat dibandingkan dengan dewa persilatan
Thay-pek sian-ong, sedangkan kakek gelandangan Kiat
Hian itu adalah keturunan Thay-pek sian-ong, dengan
sendirinya memiliki seluruh kepandaian orang tuanya, siapa
yang mau percaya dia hanya dapat menyambut lima puluh
jurus serangan penguasa rumah penjara rimba persilatan
saja?" "oya, kemarin Tok Siucay Leng Kho juga pernah
menanyakan hal ini pada sepasang suami isteri dari Lo-hupay"
"Apa kata suami isteri itu?" tanya pemuda itu dengan
penuh perhatian- "Ringkasnya, kakek gelandangan itu dulu barang kali
mendapat pukulan bathin terlalu hebat. orangnya sudah
lama gila, maka betapapun lebih tinggi dan lebih hebat lagi
juga kepandaian ilmu silatnya, tidak ada artinya sama
sekali." jawab si Lo-jie.
Pemuda itu hanya mengeluarkan ucapan "ouw" lalu
memberi hormat kepada mereka dan kemudian turun dari
tangga loteng dengan tergesa-gesa,
Dua laki-laki tadi saling berpandangan sejenak. lalu
duduk kembali minum araknya, si Lo-toa berkata:
"Lo Jie, si kakek gelandangan sudah terjatuh dalam
rumah penjara rimba persilatan-aku rasa tak lama lagi dunia
rimba persilatan mungkin akan terjadi keributan-keributan
hebat" "Benar pasti begitu Kunci berukiran naga huruf Llong
dari oey San-pay, sudah hilang selama dua pulub tahun
lamanya, hingga kini belum ada sedikitpun kabar beritanya,
mereka orang-orang dari dua belas partay sudah tentu akan
berusaha sekuat tenaga untuk menolong ia keluar dari
rumah penjara" berkata Lo Jie sambil tertawa.
Para tamu dalam loteng rumah makan itu, ketika
mendengar ucapan itu. nampak lagi seorang tua dan
seorang setengah umur bangkit dari tempat duduknya dan
turun dari loteng dengan tergesa-gesa.
Dua orang lelaki tadi diwajahnya terlintas perasaan
bangga, kemudian memutar pembicaraan kelain soal,
Sambil makan, mereka mulai membicarakan soal wanita
dikota itu. Tak lama kemudian, dua orang itu rupanya juga sudah
makan kenyang, lantas meninggalkan rumah makan itu.
Cin Hong diam-diam mengikuti jejak mereka, ia juga
sudah dapat menduga beberapa bagian tentang diri mereka,
maka ia sudah mengambil keputusan, setelah tiba ditempat
agak sepi itulah akan ditanyakan, apabila dugaannya itu
tidak keliru, juga akan mencari satori dengan mereka agar
dapat mencoba ilmU kipasnya yang baru dapat
dipelajarinya. Dua lelaki tegap tadi berjalan keluar dari kota, nampak
diluar kota itu jumlahnya orang yang berjalan tidak banyak,
maka si Lo Jie lantas tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Ha ha, Lo Toa tindakan kita selanjutnya bagaimana ?"
"Kita harus berusaha SekeraS mungkin supaya partay
Siao-lim juga dapat mendengar berita ini" jawab Lo Toa
sambil tersenyum. "Kita mencarikan langganan rumah penjara rimba
persilatan, kalau ia tahu entah bagaimana kesannya?"
"Memberikan kepada kita Sedikit uang sudah pasti "
Selagi Cin Hong hendak memperCepat jalannya untuk
mengejar mereka, tiba-tiba didepan jalan nampak keluar
seorang pemuda yang sebaya dengannya, tengah
menghadang dua orang lelaki, sikapnya sangat menantang.
Pemuda itu sangat tampan lagi gagah pula, ia
mengenakan pakaian warna putih, dipinggangnya
bergantung sebuah pedang pusaka yang kuno, ia berdiri
dihadapan dua lelaki bertubuh besar tadi tampak lebih
nyata keadaannya yang tampan dan gagah itu.
Dua orang lelaki tadi dengan serentak berhenti, si LoToa
mengawasi pemuda itu sejenak bertanya sambil tertawa.
"Saudara keCil, kau tentunya bukanlah seorang begal.
Bukanlah begitu?" Pemuda itu menunjukan sikapnya yang sombong dan
tenang, jawabnya ketus. "Tentu saja bukan"
"Hah, ini sangat aneh" berkata si Lo Toa sambil tertawa
dingin. Pemuda itu memancarkan sinar mata yang tajam,
menyapu kepada meraka bergiliran, lalu berkata pula
lambat-lambat. "Bukankah kalian mengharap uang
persenan ?" Dua orang lelaki tadi segera berubah wajahnya, si Lo Jie
lalu bertanya. "Sahabat dari golongan mana?"
Pemuda itu mendongakkan kepala dan menjawab
dengan sikap lebih sombong^ "Sedikitnya bukan orang dari
golongan Kalong" Wajah dua orang lelaki tadi kembali nampak berubah,
kini si Lo Toa yang membuka suara dan agaknya kurang
senang: "Apakah aku perlu memberi penjelasan?" balas bertanya
pemuda itu sambil tertawa dingin-
"Tentu" berkata Lo Toa juga sambil ketawa dingin.
Pemuda itu bicara dengan suara nyaring sambil
memejamkan mata: "cabang golongan Kalong daerah Holam
sudah diresmikan pembentukannya oleh Touw Kui Hui
tiga hari yang lalu. Pocunya Thian San Lui It hui, sedang
wakilnya ialah Tee-sat ong Yang. Nama besar kedua orang
ini tentunya kalian juga kenal, bukan ?"
Dua orang lelaki itu kembali berubah wajahnya, dengan
mendadak memencarkan diri kekanan dan kekiri, lalu
menghunus senjata goloknya, si Lo Toa dengan sikap keren
berbicara: "Sababat sudah waktunya kau menyebutkan namamu "
Pemuda itu, masih mendongakkan kepada sepertitadi,
sedikit pun tidak bergerak, katanya:
"Bok Siu". Kedua orang lelaki tadi menunjukkan sikap terkejut,
diwajahnya terlintas sedikit perasaan jeri, sedang Lo Jie
pura-pura bersikap tenang, berkata sambil tertawa dingin
"Kiranya adalah orang yang anggap dirinya sebagai
seorang kuat nomor satu dari angkatan muda Piauw Peng
Kiam-khek " Cin Hong waktu itu berdiri sebagai penonton, ketika
mendengar Lo Jie menyebutkan nama julukan pemuda itu,
ia belum pernah dengar, tapi ia sudah dikagumkan oleh
sikap dan tampang pemuda itu, setelah mendengar lagi
bahwa pemuda itu adalah orang kuat nomor satu dari
angkatan muda, dalam hati semakin kagum, dalam hatinya
berpikir: "Pemuda ini usianya sebaya denganku tapi sudah
menjadi jago pedang yang namanya terkenal didalam rimba
persilatan, sebaliknya aku yang mempunyai guru berupa
seorang yang terkenal dalam rimba persilatan, hingga saat
itu masih belum dikenal orang. Tidak tahu sampai dimana
tingginya Kepandaian ilmu silat pemuda ini?"
Pemuda yang bernama Bok Siu itu mengawasi dua lakilaki
tadi sejenak. kemudian berkata dengan sikap menghina:
"Apakah kalian ingin main-main denganku ?"
Dua orang laki-laki tadi tahu bahwa persoalan itu tidak
dapat diselesaikan dengan baik maka juga tidak banyak
bicara lagi, kedua-duanya seCepat kilat sudah melakukan
serangan kepada pemuda itu, jelas mereka berdua semua
memiliki kekuatan tenaga yang sangat besar.
Ternyata dua laki-laki tadi adalah Thian-sat Lui It Hui
dan Tee-sat ong Yang, mereka berdua adalah saudarasaudara
angkat, merupakan tokoh-tokoh terkuat dalam
kalangan hitam, diwaktu belakangan ini baru masuk
menjadi anggota golongan Kalong dan diangkat sebagai
ketua dan wakil ketua Cabang propinsi Ho-lam.
Adapun maksud pergerakan mereka sekarang ini adalah
untuk menjalankan perintah, menyiarkan desas-desus
tentang diri kakek gelandangan yang terjatuh dalam rumah
penjara rimba persilatan-
Siapa sangka, baru mereka memulai tugas mereka
ditempat ini, sudah berjumpa dengan pendekar muda yang
belakangan ini namanya sangat tersohor dalam rimba
persilatan- Dua orang ini terkenal ganas dan kejam namun
cukup maklum bahwa mereka bukanlah tandingan
pendekar muda itu. Tetapi dalam keadaan terpaksa, mereka
lantas mengambil tindakan nekad, tiba-tiba menyerang
supaya lawannya jangan berkesempatan bergerak.
Cin Hong yang berdiam disamping sebagai penonton,
telah menyaksikan dengan jelas, pemuda jago Pedang yang
bernama Bok Siu itu tempat berdirinya hanya terpisah tiga
kaki saja dengan sepasang saudara angkatnya tadi. . . .
Waktu ini dua orang jahat tersebut sudah lantas turun
tangan dengan mendadak dan berbareng yang satu
mengarah bagian atas, dan yang lain menyodok kebagian
bawah serangan mereka sesungguhnya Ssngat ganas dan
hebat, hingga diam-diam juga merasa khawatir, tanpa terasa
sudah mengeluarkan suara jeritan.
Diluar dugaan, Selagi dua orang itu melancarkan
serangan hebat, tiba-tiba terdengar suara beradunya senjata
tajam dua kali, sepasang golok ditangan dua saudara angkat
tadi sudah terlepas, dengan berbareng dan terpental setinggi
tiga tombak. kemudian melayang jatuh ditanah.
Sedangkan dipihak Piauw peng Kiam-khek Bok Siu, Saat
itu ditangannya sudah memegang sebilah pedang, dengan
sikap yang tenang luar biasa masih berdiri tegak
ditempatnya, seolah-olah belum pernah menggeser kakinya
setapakpun juga. Cin Hong, berdirinya membelakangi dua saudara angkat
itu.Jadi ia tak tahu bagaimana sikap dua saudara itu. Ia
hanya melihat tiba-tiba tubuh dua saudara itu perlahanlahan
melengkung kebawah terus rubuh, yang satu jatuh
terlentang ditanah tanpa bisa berkutik lagi, kini barulah ia
mengetahui bahwa didepan dada dua orang itu sudah
berlepotan darah, ternyata kedua orang tersebut sudah
terkena tikaman pedang, sasaran ujung pedang itu rupanya
tepat dibagian ulu hati, sehingga kematian mereka juga
Cepat sekali. Cin Hong menarik napas. Terhadap jago muda itu
disamping kagum, juga merasa gentar. Ia juga heran,
mengapa pemuda yang nampaknya tampan dan sopan itu,
bisa demikian telengas perbuatannya. Boleh dia mencari
setori dengan dua saudara angkat tadi, tetapi rasanya tak
dibenarkan kalau sekali bergerak sudah lantas mau
mencabut nyawa mereka. Ia menghampiri bangkai dua orang itu dan melihatnya
sebentar kemudian berkata dengan pujiannya.
"Suatu ilmu pedang yang hebat// Dua orang ini untuk


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjerit saja tidak keburu."
Phiauw peng Kiam-khek Bok siu menyimpan
kembalipedangnya kedalam sarungnya, matanya
mengawasi Cin Hong dengan tidak berkedip. tanyanya
dingin: "Kau siapa?"
Cin Hong menganggukkan kepela kepadanya, dan
menjawab sambil tersenyum: "Aku Cin Hong"
Bok siu mengerutkan alisnya, berkata dengan nada suara
menghina^ "Aku tahu kau memiliki kepandaian ilmu silat yang
cukup berarti, tetapi aku belum pernah dengar didalam
rimba persilatan ada seorang dengan nama itu....."
"Karena aku belum pernah mengambil nyawa orang"
berkata Cin Hong sambil tertawa hambar.
"APA kau kira aku membunuh orang serampangan
Cuma buat mendapatkan nama saja?"
"Aku tidak ada itu maksud. Sebetulnya, aku juga sedang
pikir hendak memberi pelajaran kepada dua manusia ini,
tapi terang aku takkan membunuh orang dengan Caramu
seperti ini, paling-paling aku hanya akan memusnahkan
kepandaiannya, dengan itu juga sudah Cukup" Kata Cin
Hong sambil menggelengkan kepala dan tertawa.
"Apa kau mengiri kepadaku?" bertanya Bok Siu ketus.
Cin Hong terCengang. "Mengiri?" tanyanya
"Ng Sebab biasanya, dari kalangan kita anak-anak muda,
banyak yang mengiri atau tidak puas karena aku mendapat
nama gelar orang kuat nomor satu, mereka mencari aku
buat mengajak bertanding, tetapi akhirnya satu persatu
kujatuhkan mereka semua. Apa kau juga ada maksud
begitu?" "Ah Aku baru tadi saja mendengar nama julukanmu dari
dua orang ini," kata Cin Hong sambil menunjuk bangkai
dua orang tadi, "berdasarkan atas apa aku bisa merasa iri
hati atau dengki terhadapmu" Lagipula, aku tidak gemar
nama, juga tidak ingin disebut orang kuat nomor satu. Perlu
apa harus bertanding denganmu?"
Wajah Bok siu jadi merah. "Apa kau baru pertama kali
ini terjun diduma Kang ouw?" tanyanya.
Cin Hong menganggukkan kepala, dan jawabnya:
"Benar, malah dalam tempo yang belum cukup dua bulan."
Bok siu menatap Cin Hong sejenak, tiba-tiba berjalan
menghampiri seekor kuda bulu hitam yang tertambat
dibawah pohon. Ia adalah seorang pemuda yang menganggap dirinya
sendiri seorang luar biasa gagahnya, sejak terjun didunia
Kang-ouw, belum pernah berjumpa dengan orang
sebayanya, yang memiliki kepandaian yang lebih tinggi atau
setinggi dia, akan tetapi kali ini setelah berhadapan dengan
Cin Hong. ia telah merasakan bahwa baik wajah maupun
sikapnya, ada berapa bagian yanhg tidak setaraf jika
dibanding-bandingkan dengan Cin Hong. Terutama
ketenangan sikap pemuda ini (Cin Hong). Benar- benar
telah membuat ia merasa sangat tidak enak, ia mengharap
Cin Hong menantangnya, Supaya ia bisa mengangkat nama
lagi, tapi diluar duagaannya Cin Hong bukan saja tidak
bermaksud bertanding dengannya, sebaliknya malah tidak
gemar dengan kedudukan sebagai orang kuat nomor satu.
hal ini membuat ia sangat tidak enak. maka ia sudah
hendak buru-buru berlalu.
Cin Hong sebetulnya ada maksud hendak mencobanya
ilmu kipasnya Tay-seng-hong-sin-San, tetapi ketika
menyaksikan ilmu pedang yang digunakan oleh pemuda
itu, ia merasa tidak seharusnya bertanding dengan pemuda
tersebut, maka timbul keinginannya untuk mengikat tali
persahabatan dengan pemuda ini, maka ketika melibat si
pemuda hendak berlalu, hatinya jadi Cemas, buru-buru
berkata: "Mungkin baru pertama kali ini aku mendengar
namamu, tetapi ilmu pedangmu huruf ENG delapan jurus
itu, sudah lama aku pernah melihatnya"
Bok siu dengan mendadak memutar tubuhnya dan
membelalakkan matanya seolah-olah tak perCaya.
"Mari," ajaknya, "kalau kau sudah gatal tangan, boleh
saja segera dimulai. Perlu apa banyak rewel?"
Cin Hong buru-buru menjura dan berkata sambil
tertawa-tertawa: "Saudara Bok jangan salah paham, aku
sebenarnya sangat menjunjung tinggi kepada Tamu tidak
diundang dari luar daerah "
Bok siu agaknya merasa keCewa, ia melepaskan
tangannya yang menggenggam gagang pedang, katanya
hambar: "Darimana kau tahu Tamu tidak diundang dari luar
daerah itu adalah suhuku?"
"Apa"Jadi, kau bukan muridnya?"
Bok siu tiba-tiba menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa: "Aku memang benar murid Tamu tak diundang dari luar
daerah, Kau sendiri murid Siapa?"
"Suhuku It-hu Sianseng "
"Kiranya kau adalah muridnya It-hu Sianseng" Kalau
begitu, jelas kepandaian ilmu silatmu tidak mungkin bisa
lebih tinggi dari padaku" kata Bok Siu girang.
Mendongkol sekali Cin Hong. ia menjunjung tinggi dan
menghormati suhu pemuda itu. sebaliknya pemuda itu jelas
tidak pandang bulu lama sekali suhunya.
Maka ia lalu mengambil keputusan hendak berlaku
nekad untuk menguji kepandaian pemuda itu, bahkan
sudah bertekad untuk mengalahkannya. Maka ia berkata
sambil memberi hormat: "Saudara Bok, jikalau kita coba-coba main-main barang
kali tidak akan mengganggu persahabatan kita, bukan ?"
Bok siu rupanya gembira sekali berulang-ulang ia
menganggukkan kepala, pada akhirnja berkata:
"Tentu saja tidak. kita malah boleh menjadi sahabat
karib." "Kalau begitu, marilah Kita boleh coba-coba main-main
beberapa jurus." mengajak Cin Hong sambil tersenyum.
Bok siu lalu maju selangkah, tangan kanan dengan Cepat
sudah menghunus pedangnya, danseCepat kilat lantas
menyerang Cin Hong dari berbagai jurusan, gerakannya itu
bukan saja cepat sekali, juga tampak sangat teratur.
Ia menganggap dirinya sebagai seorang kuat nomor satu
diangkatan muda seharusnya memberikan kesempatan
lebih dulu pada Cin Hong untuk membuka serangan pada
jurus pembukaan- tapi karena ia belum pernah melihat
seorang muda yang sebaya dengannya memiliki wajah
begitu tampan dan sikap demikian tenang seperti Cin Hong
dalam hatinya sudah memikir keras bagaimana supaya ia
dapat menundukkan cin Houg dalam waktu sesingkatnya,
maka ia sudah kehilangan ketenangannya sendiri, begitu
mendengar Cin Hong bersedia bertanding sudah lantas
menghunus pedangnya dan menyerang lebih dulu, ia sudah
tidak kuat lagi untuk menjaga gengsinya sebagai orang kuat
nomor satu. Cin Hong meskipun sudah siap. tapi ia tak menduga
bahwa begitu bertanding sudah diserang lebih dahulu,
karena ilmu pedang huruf ENG itu sangat hebat sekali
maka ia berulang-ulang mengeuarkan kepandaian dan
kelincahannya untuk mengelak serangan yang dilancarkan
dengan bertubi-tubi itu, namUn demikian, ia juga sudah
mengeluarkan keringat dingin-
Tetapi sehabis mengelakkan serangan terakhir dari Bok
Siu, ia juga mengeluarkan serangan ilmu tangannya dari
perguruannya sendiri, balas menyerang Bok siu.
Serangan tangan kosong yang dinamakan serangan
orang mabuk itu, terkenal dalam rimba persilatan karena
gerakannya yang aneh dan luar biasa lincahnya, dahulu Ithu
Sianseng pernah menjagoi rimba persilatan dengan ilmu
silat tersebut. Waktu itu, dalam rimba persilatan ada
seorang dari golongan pengemis yang bernama Lu Bong
Kong, ia adalah jago tangan kosong yang namanya kesohor
dalam rimba persilatan sebelum It-hu sianseng muncul, juga
pernah membuka setori dari seorang yang dapat
mematahkan ilmu Lo-han-ciang dari kuil Siao-lim Sie yang
terkenal angker itu, tapi begitu It-hu SianSeng muncul di
dunia Kang-ouw orang itu telah dikalahkan dalam jurus ke
sembilan dari situ merupakan suatu bukti betapa hebatnya
ilmu tangan orang mabuk itu.
Phiauw-peng Khiam-khek Bok siu bagai menemukan
seorang lawan terkuat dalam hidupnya semangatnya lantas
terbangun. ia mengelUarkan siulan panjang, lalu menggeser
kakinya untuk mengelakkan serangan Cin Hong yang aneh
itu, bersamaan dengan itu pedang di tangannya di-putar
untuk menyontek lengan Cin Hong.
Sambil memuji ilmu pedang Bok siu, Cin Hong dengan
gerakan yang terhuyung-huyung telapakan tangan kirinya
dari atas menurun ke-bawah menepok pergelangan tangan
Bok siu, sedang tangan kanan juga dari atas kebawah
menyerang pundak kiri lawannya, serangannya itu
tampaknya seperti tidak teratur, itu adalah dua gerak tipu
yang sangat ampuh dari ilmu tangan kosongnya orang
mabuk..... Di satu pihak pedangnya berputaran sehingga sinarnya
saja yang tampak berkelebatan dan dilain pihak kedua
tangannya bergerak dengan tak teratur seperti lakunya
orang mabuk yang sedang berkelahi, namun keduanya
melancarkan serangan serangan yang sangat cepat dan
gesit, masing-masing berusaha untuk merebut posisi lebih
dulu, sehingga pertempuran itu berlangsung sengit sekali.
Kira-kira seratus juruS kemudian, Cin Hong perlahanlahan
mulai keteter, sebetulnya ilmu pedang huruf ENG
dari Tamu tidak diundang dari luar daerah, memang pernah
mendapat gelar ilmu pedang nomor satu di rimba
persilatan, apa lagi Cin Hong yang harus menghadapi
lawannya dengan tangan kosong. sudah pasti banyak
dirugikan, Ditambah lagi Bok Siu adalah seorang yang telah
banyak pengalaman dalam pertempuran dengan sendirinya
pengalamannya juga jauh lebih banyak daripada Cin Hong
sendiri. Begitu Bok siu sampai berada diatas angin, Semangatnya
semakin menyala-nyala, pedang ditangannya bergerak
demikian gencar bagaikan titiran, sementara itu mulutnya
sudah berkata sambil tertawa besar: "Hei Cin Hong, Kita
rasanya sudah boleh berhenti"
Tapi Cin Hong segera berseru "Tidak!!" lalu
mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk mengeluarkan
seluruh kepandaiannya untuk memberi perlawanan ia
sebetulnya tahu sudah kalah ditangan pemuda itu yang
mahir ilmu pedang huruf Eng, sebetulnya bukanlah suatu
hal yang memalukan. Tetapi karena Bok siu itu orangnya
terlalu sombong, dari kata- katanya juga selalu mengandung
sindiran, maka ia bertekad hendak memberi perlawanan
sekuat tenaga, dengan demikian beberapa puluh jurus telah
berlalu lagi, ketika ujung pedang Bok Siu berhasil membuat
sebuah lobang dilengan baju kiri Cin Hong, lalu lompat
mundur Sejauh tiga kaki, dengan gembira ia tertawa
terbahak-bahak dan berkata: "Aku menang Aku menang"
Cin Hong menundukkan kepala melihat lubang di
lenganjubahnya, kemudian berkata dengan sikap
mendongkol: "Kali ini tidak dihitung"
Bok siu tampak tidak senang, katanya "Mengapa tidak
dihitung" Apa maksudmu?"^
"Aku belum lagi mengeluarkan senjata kau sudah turun
tangan lebih dulu. cara ini sesungguhnya kurang adil."
"oh Tapi aku toh tidak salah, bukan" Karena aku belum
pernah dengar It-hu sianseng pernah menggunakan senjata
melawan musuh" berkata Bok Siu dengan sikap keheranheranan,
Cin Hong mengeluarkan senjata kipasnya yang
terbUat dari gading, lalu berkata:
"Tetapi aku juga bisa menggunakan senjata, jikalau kau
bisa menangkan aku dengan senjata kipasku ini, aku benarbenar
akan takluk dan menyerah padamu"
Bok siu menatap kipas di tangan Cin Hong, katanya
dengan sikap memandang rendah: "Aku tidak perCaya Ithu
sianseng ada memiliki kepandaian yang lebih hebat
daripada ilmu serangan tangan kosongnya, orang mabuk"
"Sebentar lagi aku dapat membuatmu perCaya Kau
bersiap-siaplah" berkata Cin Hong.
"Baik Kali ini biarlah aku memberikan kesempatan
kepadamu untuk turun tangan lebih dahulu, supaya kalau
kau kalah lagi jangan sampai kau bicara yang bukan-bukan
lagi" berkata Bok Siu.
Cin Hong memejamkan matanya mengatur
pernapasannya dan menekan perasaan dongkolnya
sebisa-bisa, kemudian lambat-lambat berjalan
menghampiri Bok siu yang melihat sikap aneh Cin Hong,
didalam hati merasa sedikit kurang tenang, ia lintangkan
pedangnya dan mundur setengah langkah, katanya:
"Kau sebaiknya berlaku hati-hati, kali ini aku tidak akan
mengindahkan lagi segala peraturan"
Cin Hong diam saja, tiba sejarak tiga kaki dihadapannya,
baru menggerakkan kipasnya, ia melakukan gerakan sepersi
mengipas. dengan perlahan ditujukan kebagian dada, Bok
siu tampaknya kipas itu tidak mengandung kekuatan
tenaga, tampak sebagaimana biasa orang-orang mengipas.
Gerakan yang tampaknya biasa saja itu, justeru
merupakan gerakan pembUkaan ilmu kipas Tay-seng hongsian-
san, Sementara itu, Bok Siu yang menyaksikan gerakan biasa
itu, lantas tertawa mengejek, ia tidak mundur sebaliknya
malah maju memapaki dengan pedangnya membabat kipas
Cin Hong, sementara mulutnya berkata Sambil tertawa:
"Apa Cuma sebegini saja?"
"sudah tentu bukan cuma ini saja"
Baru saja Cin Hong menutup mulut. tiba-tiba Bok Siu
merasakan bahwa gerakan kipas Cin Hong tadi telah terjadi
perobahan, gerakan yang semula sangat lambat, tiba-tiba
berubah cepat aneh dan susah diraba, dalam waktu sekejap
mata seolah-olah ada ratusan bahkan ribuan kipas
mengancam dirinya, hingga baru tahu gelagat tidak baik.


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selagi hendak menyingkir untut mengelak, telinganya
mendadak mendengar suara "plak" yang amat nyaring,
dadanya dengan telak terhantam kipas Cin Hong, meskipun
tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi hatinya merasa seperti
ditusuk-tusuk belati tajam.
Setelah berhasil dengan serangannya, Cin Hong segera
lompat mundur dan dengan sikap merendah ia berkata
sambil menjura: "Bok Siu, terima kasih"
Bok Siu wajahnya pucat pasi, ia menggertak gigi
menahan jangan sampai air matanya mengucur keluar,
lama ia berdiri tidak berdaya lalu berkata:
"Baik, gelarku orang kuat nomor satu untuk sementara
biarlah kuserahkan padamu, Sampai ketemu dilain waktu"
Sehabis berkata demikian, lalu menyimpan pedangnya
kembali, setelah itu ia memutar tubuh kebawah pohon,
membuka tambatan kudanya sambil menundukkan kepala.
Cin Hong yang menyaksikan pemuda itu demikian
sedihnya hingga hampir-hampir menangis, dalam hati lalu
berpikir, berpikir bahwa pemuda ini sifatnya mirip dengan
Leng Bie Sian yang sangat dimanja dan mungkin belum
pernah mengalami kesusahan hidup, sekalipun sikapnya
sombong dan ingin menang saja tetapi hatinya jujur, maka
hasratnya untuk bersahabat dengannya jadi makin kuat,
katanya sambil menghampiri:
"Saudara Bok, kuharap kejadian hari ini jangan Sampai
menjadi rintangan bagi persahabatan kita dikemudian hari"
Bok Siu menggeleng-gelengkan kepala dan berkata: "Ya,
aku juga tak membencimu"
"Tetapi kau tadi kata, kita toh boleh menjadi sahabat
bukan?" Bok siu lantas lompat naik keatas kudanya dan berkata:
"Ng Tapi buat sekarang ini aku tidak punya waktu banyak"
"Sebetulnya kau juga tak perlu terlalu sedih. Dalam
rimba persilatan dewasa ini kalau kau mau tahu masih ada
seorang yang usianya lebih muda dari kita tapi
sesungguhnya kepandaian ilmu silatnya jauh lebih tinggi
dari kita" Bok siu tercengang lalu bertanya sambil menatap wajah
Cin Hong: "Siapa ?"
"Murid Penguasa rumah penjara rimba persilatan" Bok
Siu ternganga, katanya terheran-heran-
"Apakah penguasa rumah penjara rimba persilatan juga
mempunvai murid" Apa kau pernah melihatnya?"
Cin Hong menganggukkan kepala dan berkata:
"Aku kenal dia, dia adalah seorang nona. namanya Leng
Bie Sian. Jikalau berbicara soal kepandaian ilmu silat, biar
tenaga kita berdua digabung menjadi satu juga rasanya
masih bukan tandingannya"
Bok siu kembali mengeluarkan suara terkejut, dan berdiri
terpaku, tiba-tiba ia bertanya dengan penuh perhatian:
"Bagaimana rupa orangnya "
Cin Hong jadi terkejut, ia balas bertanya: "Perlu apa kau
menanyakan soal ini ?"
Wajah Bok siu menjadi merah, katanya sambil angkat
pundak: "Tidak apa-apa, cuma mau tanya saja."
"Ia sangat cantik, merupakan seorang wanita yang paling
cantik dari begitu banyak nona-nona yang pernah kulihat"
berkata Cin Hong PerlahanBola-
bola mata Bok Siu memancarkan sinar terang,
bertanya pula dengan penuh perhatian-
"Apakah kau kenal betul dengan dia?"
Kembali Cin Hong mengangguk. namun dalam hatinya
tiba-tiba merasa menyesal, tak baik dalam hal ini kalau ia
berkata dengan sejujurnya. Bok Siu bertanya pula sambil
mengedip-ngedipkan matanya. "Apa hubungan kalian
cukup intim ?" cin Kong kali ini menggelengkan kepala tapi kemudian
menyesal tidak seharusnya ia menggelengkan kepala, maka
pada akhirnya cuma menghela napas.
Bok siu menunjukan sikap girang dan bertanya lagi:
"Hei, hei, apa kau tidak punya sahabat wanita?"
cin Kong menganggukkan kepala, dalam otaknya lantaS
terpeta bayangan In-jie, hatinya merasa sedih, ia pikir
sungguh tidak aneh terhadap gadis itu, masa untuk
Selanjutnya ia akan memperlakukan sumoaynya itu baikbaik,
walau bagaimana tidak akan memikirkan diri wanita
lain lagi. Keputusan itu setelah terlintas dalam otaknya, dengan
mendadak ia menatap wajah Bok Siu yang tampan, selagi
hendak menanyakan apakah pemuda itu ingin belajar kenal
dengan Leng Bie Sian atau tidak. tiba-tiba tampak dijalan
raya dari jauh ada mendatangi sepasang muda-mudi.
Muda mudi itu adalah wanita siluman golongan Kalong
yang pada tujuh hari berselang. menginap dikelenteng Kowtee-
blo bersama paderi muda gereja siau-lim-sie yang
disebut engko Beng, paderi muda ini ternyata masih
mengenakan pakaian sebagai orang biasa, sedang
tangannya menggandeng wanita siluman yang dipanggil
adik Eng itu, mereka berjalan dengan mesranya.
Cin Hong dahulu pernah bertempur dengan wanita yang
dipanggil adik Eng itu dibawah kaki gunung Tong San, kali
ini karena ia hendak pergi kegereja Siao-lim-sie untuk
memberi kabar, takut dikenal olehnya sehingga jadi kabur
paderi itu maka buru-buru menyingkir kebelakang sebuah
pohon besar dan tongolkan kepalanya, berkata dengan
suara perlahan kepada Bok Siu:
"Saudara Bok, kenalkah lelaki dan wanita dijalan raya
itu?" Bok siu waktu itu sedang heran apa sebab Cin Hong
mendadak sembunyi dibelakang pohon, mendengar
pertanyaan itu dan kemudian menoleh ke atas jalan raya,
kemudian berkata sambil mengelengkan kepala: "Tidak!!
Siapa sebetulnya mereka?" Cin Hong tidak sempat memberi
penjelasan, katanya: "Kalau begitu, sebentar kalau mereka melewati jalan ini,
dan kalau yang perempuan itu menanyakan kematian dua
saudara angkat ini, sebaiknya kau katakan saja tidak tahu,
jangan sekali-kali kau membunuh mereka"
"Apa mereka itu juga golongan Kalong?" tanya Bok Siu
heran- "Yang perempuan itu, ya. Tapi yang lelaki bukan. Dalam
hal ini maSih ada banyak persoalan rumit, tunggu setelah
mereka berlalu, aku nanti akan beritahukan lagi kepadamu"
kata Cin Hong. "Kalau perempuan siluman dari golongan Kalong, apa
salahnya dibunuh?" "Jangan..Bila kau membunuh dia, itu bisa menggagalkan
seluruh rencanaku" Pada Saat itu, dua muda-mudi tadi Sudah berjalan
semakin dekat, ketika mereka menampak dua bangkai tadi,
semuanya terkejut dan berhenti, si engko Beng ternyata
masih tak melupakan asal didikannya, ia rangkapkan dulu
kedua tangannya kedepan dada sambil memuji Buddha,
selanjutnya mulutnya kemak-kemik seperti berdoa, entah
apa yang diucapkan terhadap dua orang yang sudah mati
itu. Yang perempuan itu si 'adik Eng' menghampiri dua
bangKai tadi dan memeriksa sebentar, semula mungkin ia
tak tahu bahwa dua korban itu adalah orang dari
golongannya sendiri, setelah diketahuinya, ia pura-pura
bersikap takut, dan dengan kedua tangannya menekan ulu
hati sendiri, katanya pura-pura terkejut:
"Ayaaa Siapa dua orang ini" Mengapa dibinaSakan
disini" Sunggub menakutkan"
Si engko Beng tadi masih kemak-kemik sambil
merangkapkan kedua tangannya, ketika melihat kuda Bok
Siu yang ditambat dibawah pohon, Wajahnya segera
berubah menjadi pucat sekali, buru-buru melepaskan
tangannya dan menghampiri sang kekasih seraya berkata:
"Adik Eng, ini tak ada hubungannya dengan kita, lekas
pergi" Yang perempuan juga sudah melihat Bok siu yang
berdiri di bawah pohon, maka lalu bertanya padanya:
"Hai, dua orang ini apakah kau yang membunuh?"
Bok siu mengangguk-anggukkan kepala, ia ceplak
kudanya dan dibedal kejalan raya kemudian berkata sambil
mengawasi yang lelaki. "Aneh, kau ini toh bukan paderi, perlu apa meniru
perbuatan paderi yang merangkapkan tangan dan mendoa?"
Laki-laki yang dipanggil engko Beng itu terkejut, buruburu
menjura dan berkata: "Sau. ..Saudara jangan tertawakan Pin... .aku aku adalah
seorang yang percaya kepada Buddha, oleh karena itu
maka......" Satelah itu, ia lalu buru-buru menarik tangan yang
perempuan, diajak pergi seraya berkata: "Adik Eng lekas
jalan, jangan sampai ibu menunggu kita terlalu lama"
"Benar, ibu pasti menunggu kita di depan pintu" berkata
si adik Eng. Dua orang itu semuanya mengatakan jangan sampai ibu
menunggu terlalu lama, maka lantas berlalu menuju ke
barat dengan terbirit-birit.
Bok siu mendongakkan kepala dan tertawa terbahakbahak,
setelah mereka berlalu jauh, ia bedal kembali
kudanya ke bawah pohon- Cin Hong juga muncul lagi dan bertanya sambil
tersenyum^ "Mereka mirip benar dengan sepasang kekasih,
bukan?" Ia lalu menceriterakan tentang diri padri dari gereja Siaolim-
sie yang tidak diketahui namanya itu, hanya disebut
sebagai engkoh Beng, yang sudah mengambil keputusan
hendak menuruti rencana perempuan siluman dari
golongan Kalong, yang hendak mencuri kunci berukiran
huruf macan dari ketua Siao-lim-sie, dan maksudnya sendiri
yang hendak pergi ke gereja Siao-lim Sie untuk menangkap
pengkhianat itu. Bok siu yang belum hilang pikiran dan sifatnya yang
masih kekanak-kanakan, mendengar ucapan itu tampak
sangat girang sekali, katanya:
"Bagus sekali BangSat kepala gundul itu nanti kalau
tertangkap basah pasti akan mendapat malu sendiri"
"Bila saudara Bok senang, bagaimana kalau kita pergi
bersama-sama?" kata Cin Hong Sambil tertawa.
Bok siu berpikir, kemudian menjawab sambil
menggelengkan kepala: "Sekarang aku tidak mempunyai waktu terluang yang
cukup banyak. tidak ingin.....Hei murid perempuan
penguasa rumah penjara rimba persilatan yang kau kata kan
tadi, dia...... apa dia suka menerima orang menantang
bertanding?" "Tidak! tetapi kau boleh belajar kenal dengannya, dia.....
baik sekali" kata Cin Hong sambil tertawa besar.
"Dimana sekarang ia berada?"
"Mungkin sekarang ini dia sudah kembali kerumah
penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san."
"Kalau begitu, bagaimana akalnya yang baik supaya kirakira
bisa menemui dia?" "Saudara Bok, berapa tahun usiamu tahun ini?"
"Delapan belas dan kau?"
"Kita sama-sama tahunnya. kalau begitu kau boleh
menengok kepenjara, kemudian kau boleh berusaha untuk
belajar kenal dengannya."
"Menengok penjara" Aku harus menengok siapa?"
"Siapa saja, bagaimanapun juga, penghidupan orangorang
dalam rumab penjara itu sangat kesepian. siapapun
akan menerima kedatanganmu untuk diajak mengobrol"
Bok siu miringkan kepalanya seperti berpikir, tiba-tiba
menepok tangannya sendiri dan lantas berkata:
"Ya, benar.. Suhumu It-hu Sianseng, bolehlah kalau
kutengoki?" "Boleh saja, hanya ada syaratnya."
"Apa syaratnya?" tanya Bok Siu heran.
"Kau harus bawa seguci arak."
"on, itu tidak jadi soal" kata Bok siu Sambil
menganggukkan kepala. setelah itu ia bedal kudanya
dilarikan menuju kekota Teng Sia. Cin Hong memburu dan
memanggil: "Saudara Bok tunggu Sebentar, masih ada syarat lain
lagi" Bok Siu menghentikan kudanya, ia berpaling dan
bertanya dengan perasaan tak senang: "Masih ada apa lagi?"
Cin Hong berjalan menghampirinya dan berkata sambil
mengelus-elus buntut kudanya:
"Aku lupa menanyakan padamu satu hal, Kau ini
sebenarnya murid tamu tak diundang dari luar daerah yang
tulen, ataukah yang palsu?"
Bok Siu menepok-nepok gagang pedangnya dan balas
bartanya sambil tersenyum:
"Aku telah membunuh Thiat Sat It Hui dan Tee-sat ong
Yang dua saudara angkat itu barusan saja. coba kakatakan,
aku ini muridnya yang palsu ataukah yang tulen?"
Cin Hong seolah-olah tersadar, katanya sambil mundur
selangkah dan melambalkan tangannya.
"oh, ya Kalau begitu nanti kalau saudara Bok sudah
sampai dirumah penjara rimba persilatan tolonglah saudara
sampalkan hormatku kepada suhu, subo dan sumoay.
Sampai berjumpa lagi"
"Jadi samoaymu juga disekap dalam rumah penjara itu?"
tanya Bok Siu heran. Cin Hong menganggukkan kepala dan
tersenyum getir. Bok siu berkata dengan penuh simpatik: "Kalau begitu
kau pasti sama keadaannya dengan aku.... terlalu kesepian-
Betul tidak?" Cin Hong hanya tersenyum getir tidak menjawab.
Bok Siu lalu melambalkan tangannya dan setelah
mengucapkan perkataan^ "Sampaijumpa lagi," kemudian
bedal kudanya.,.. Cin Hong mengawasi bayangan pemuda itu yang
pelahan-lahan menjadi kecil, kemudian berkata kepada


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya sendiri: "Dia adalah seorang pemuda yang tinggi hati dan terlalu
perCaya diri sendiri, tapi entah Leng Bie Sian suka padanya
atau tidak....?" Hari kedua tengah hari, Cin Hong sudah sampai
digunung Slong-san, digereja Siau-lim Si yang merupakan
pusat ilmu persilatan daerah Tiong-goan.
Waktu itu kebetulan jatuh pada musim panas, tapi
kelenteng yang sekitarnya dikurung oleh pohon-pohon
besar yang rindang, hawanya jadi sejuk. terutama kalau
angin sedang meniup sepoi-sepoi, pasti akan membuat siapa
yang berkunjung kesitu, seolah-olah berada ditanah dewata.
Cin Hong baru Saja tiba dimulut gunung tiba-tiba
tampak diundak-undakan pintu gereja siao-lim, ada berdiri
dua baris padri, Setiap baris terdiri sembilan orang, masingmasing
pada menundukkan kepala dan merangkapkan
tangan jelas mereka sedang menantikan atau menyambut
kedatangan seorang tamu agung.
Cin Hong sedang memikirkan keadaan. Sementara
kakinya sudah menginjak barisan pertama dari bagian
kanan barisan padri itu, selagi hendak membuka mulut
untuk menunjukkan asal usul dirinya, padri itu segera
memutar tubuh dan memberi hormat dalam-dalam seraya
berkata: "SiCu, Silahkan masuk dari pintu samping saja. Atas
kelakuan pinto ini, sebentar pinto haturkan maaf padamu."
Cin Hong terkejut, tanyanya: "Apakah di dalam
kelentengmu sedang ada urusan yang merepotkan sekali?"
Padri berjubah kuning itu kembali sudah memberi
hormat, Sebagai jawaban bahwa benar memang repot,
hingga tiada waktu untuk banyak bicara.
Cin Hong tersenyum, dan menurut permintaan padri tadi
ia berjalan melalui pintu samping.
Baru saja menaiki tangga batu, di belakang dirinya tibatiba
terdengar suara tertawa nyaring kemudian disusul oleh
kata- katanya, "Hahahaha, Tie-kong Hwesio beberapa puluh tahun kita
tak ketemu, tak kusangka kau sudah menjadi ketua"
Suaranya itu demikian nyaring, hingga terdengar
ketempat sejarak dua puluh tombak lebih pada ucapan yang
terakhir, orangnya sudah berada dibawah tangga batu.
Cin Hong terkejut, ia berpaling, tampak ditengah-tengah
dua baris padri berjubah kuning ada berdiri seorang
pengemis tua yang dibawah ketiaknya mengempit segulung
tikar rombeng. Pengemis tua tersebut berperawakan tegap wajahnya
bulat, matanya lebar, hidungnya bangir, rambut dan
kumisnya sudah putih semua, usianya diduga sudah
mencapai sembilan puluh tahun ke atas. Ia mengenakan
pakaian yang penuh tambalan sedang kakinya mengenakan
sepatu rumput, yang juga bertambal-tambal, sikapnya
sangat aneh. Pada saat itu, di tangga batu di hadapannya juga tampak
seorang padri tua berusia lima-enam puluh tahunan, yang
mengenakan jubah warna kuning emas. di tangan kirinya
ada membawa serenceng tasbih, sedang merangkapkan
tangannya memberi hormat pada pengemis tua seraya
katanya: "omitohud Lu siecu pergi selama tiga puluh lima tahun,
hari ini dengan mendadak berkunjung ke gereja lolap. entah
ada keperluan apa?" Pengemis tua itu mendongakkan kepala, mengeluarkan
suara tertawa nyaring, kemudian berkata:
"Kau jangan salah mengerti, aku Si pengemis tua
berdiam di daerah barat selama tiga puluh lima tahun, kali
ini kembali ke daerah Tiong-goan, maksudku hanya hendak
mencari To Lok Thian untuk mengadakan pertandingan.
tak kusangka kudengar kabar bahwa ia sudah disekap di
rumah penjara rimba persilatan, aku pengemis tua tidak
tahu dirumah perjara itu ada makhluk apa, oleh karenanya
maka aku datang untuk mencari Lian-in Taysu, untuk
minta keterangan keadaan rimba persilatan pada dewasa
ini, bukanlah hendak datang menyerbu Lo-han-tong,
permainan semacam itu sudah tidak menarik lagi bagiku"
Cin Hong mendengar ucapan itu kembali terkejut,
kiranya pengemis tua itu adalah si pengemis aneh Lu Bong
Kong dan yang pernah disebut oleh suhunya, pendekar
aneh yang tidak termasuk golongan pengemis. Lima puluh
tahun berselang, dengan ilmu serangan tangan kosongnya
yang dinamakan serangan angin puyuh, telah menjagoi di
rimba persilatan tanpa tandingan, kemudian dalam
pertandingan di gunung Ngo-tay San kalah di tangan
suhunya yang belum lama muncul di dunia Kang ouw.
Dalam keadaan marah ia mendadak lenyap dari rimba
persilatan. Dunia Kang-ouw tersiar kabar bahwa ia sudah tutup
mata, tak disangka kini ternyata masih hidup bahkan dalam
keadaan segar bugar, mendengar ucapannya bahwa ia
berdiam didaerah barat selama tiga puluh lima tahun, sudah
tentu selama mengasingkan diri, telah melatih ilmu yang
baru untuk mengadu kekuatan lagi dengan lawannya ialah
It-hu Sianseng, orang itu telah berlaku sabar demikian rupa,
hingga mengasingkan diri selama tiga puluh lima tahun,
kepandaian ilmu silatnya sudah pasti jauh lebih tinggi dari
pada dahulu. Kalau begitu, kedatangan Cin Hong ke Siaulim-
sie sungguh kebetulan sekali, tapi ia juga tidak tahu apa
kiranya pengemis aneh itu akan mencari setori dengannya
atau tidak. Ketua Siau-lim-sie Tie-kong Taysu lalu memberi hormat
kepada Lu Bong Kong, Seraya berkata:
"Lu Siecu pergi jauh kedaerah barat,pantas tidak
mengetahui urusan ini. Dengan sejujurnya, ciangbunjin
gereja kami yang dahulu, juga sudah pada sepuluh tahun
berselang berada dirumah penjara rimba persilatan itu "
Pengemis aneh itu pendelikan matanya katanya terheranheran-"
Apa, ada kejadian serupa itu?"
"Bukan cuma ketua gereja kami saja, Sebelas partay
besar juga ada ketuanya yang berada didalam rumah
penjara itu, diantaranya ada partay partay Kun Lun, Ngobie,
Swat-san, Thian-shia. Hoa San dan Lam-hay. serta dua
orang ketua lagi " Pengemis tua itu berdiri terpaku sekian lama, baru
terdengar ucapannya yang separti menggumam sendiri :
"Benar- benar suatu kejadian. Kalau begitu. aku akan
berangkat kegunung Tay-pa-San uktuk menjumpai manusia
itu. Akan kulihat apa benar ia memiliki tiga kepala dan
enam tangan?" Tie-kong taysu kemudian mempersilahkan tamunya itu
masuk kedalam. Pengemis tua itu menurut, keduanya berjalan
berdampingan masuk kedalam, diikuti oleh delapan belas
padri berjubah kuning, berjalan menuju keruangan sebelah
kanan..,. Cin Hong juga turut masuk kedalam, dengan
kelakuannya seperti orang biasa yang hendak
bersembahyang, ia berdiri dikelenteng itu sambil melihatlihat,
kemudian ada seorang paderi yang memberi minum
teh kepadanya. Cin Hong duduk sebentar lalu minta diri untuk jalanjalan,
ia pikir karena kini Tie-kong Taisu sedang melakukan
pembicaraan dengan pengemis tua aneh tadi, kalau
sekarang minta ketemu padanya sudah tentu tidak bisa, lain
dari pada itu, ia masih mempunyai alasan untuk pergi
melihat-lihat diberbagai kamar, Sekalian untuk melihat
padri yang disebut engkoh Beng itu apakah sudah kembali
atau belum, dan apa nama julukannya dalam gereja, serta
apa pula jabatannya. Ia yang berdandan sebagai pelajar, tidak seperti orang
rimba persilatan, maka sekalipun paderi dari Siao-lim-sie
juga tidak ada memiliki kepandaian ilmu silat, dianggapnya
seorang pelajar yang pergi pesiar saja, maka membiarkan ia
jalan-jalan didalam gereja seorang diri.
Selagi ia berjalan-jalan diberbagai ruangan, para padri
yang melihat padanya lantas berhenti untuk memberi
hormat sambil merangkapkan tangan, yang dibalas segera
oleh Cin Hong. Diam-diam mengagumi disiplin keras dari
gereja itu, Meskipun Siao-lim Sie terkenal sebagai pusat dan
tempatnya ilmu persilatan, tapi setiap hari padri
berkelakuan sopan santun dan ramah-tamah, benar- benar
tidak keCewa sebagai murid golongan Buddha, hanya padri
muda yang disebut engkoh Beng itu benar- benar
merupakan manusia laknat, yang berani dan sudah lupa
daratan, meskipun Cin Hong tidak tahu ia hendak
mengambil kunci pusaka itu dengan Cara bagaimana, tapi
karena ia sudah berada disitu dengan sendirinya sudah
bertekad hendak coba menangkap basah perbuatannya.
Tanpa disadari ia telah tiba disebut tanah lapang dalam
gereja, tanah lapang itu agaknya ini merupakan tempat bagi
para padri untuk melatih ilmu Silatnya, tapi waktu itu
keadaan tanah lapang itu sepi dan bersih sekali.
Mendadak ia melihat seorang padri muda sedang
berjongkok ditepi lapangan untuk memotong rumput, padri
muda itu bukan lain daripada padri yang disebut engkoh
Beng yang sudah tergila-gila oleh paras cantik, Cin Hong
berpikir sejenak. lalu berjalan menghampiri, ia menegur
sambil memberi hormat, "Suhu barangkali sudah capai."
Padri muda itu buru-buru bangkit dan membalas hormat
seraya berkata, "Siecu. terima kasih, siaoceng baik- baik saja
dan tidak merasa capai"
"Sekarang matahari sedang terik-teriknya. mengapa Suhu
tidak memotong rumput nanti sore saja?" bertanya Cin
Hong sambil mendongak keatas. Wajah padri muda itu
sedikit merah, ia menundukan kepala seraya, berkata:
"Dengan terus terang, Siaoceng diutus kemari untuk
memotong rumput, ialah karena sedang menjalani
hukuman..,.," "Dengan cara bagaimana suhu mendapat hukuman?"
bertanya Cin Hong heran- "Siaoceng sebetulnya adalah seorang yang ditugaskan
untuk melayani ketua gereja, hanya lantaran pada beberapa
bulan berselang siaoceng minta cuti dua belas hari, turun
gunung untuk menengok seorang paman, oleh karena
terlambat datang, diharuskan memotong rumput satu hari
di tempat ini." Dalam hati Cin Hong merasa geli, tetapi diluarnya ia
masih pura-pura bersikap simpatik katanya
"Turun gunung menengok seorang paman sehingga
terlambat, sebenarnya merupakan suatu hal yang masih
dapat dimaafkan. Ketua gereja suhu kalau begitu terlalu
tidak adli, agak kejam"
Paderi muda itu yang sudah timbul pikiran hendak
berkhianat, mendengar ucapan yang simpatik pada dirinya,
lantas merasa senang, ia menengok kekanan kekiri, lalu
berkata perlahan: "Memang benar, coba pikir siaoceng sudah melayani
para ketua disini selama lima enam tahun, belum pernah
melakukan kesalahan sekali saja, kali ini oleh karena
kesalahan sedikit saja Siaoceng sudah lantas diharuskan
menerima hukuman memotong rumput dibawah teriknya
matahari. Kalau di pikir benar-benar, memang agak
keterlaluan" "Bagaimaaa nama sebutan Suhu" Tunggu sebentar, aku
akan mintakan ampun kepada ketua suhu" berkata cin
Hong sambil tertawa. Paderi muda itu angkat tangannya dan menyeka air
peluhnya yang membasahi kepalanya, dengan sikap
bersyukur ia berkata: "Siaoceng Ngo-beng, terimakasih atas
kecintaan Siecu" cin Hong tak menduga bahwa paderi muda itu benarbenar
ada maksud hendak minta tolong padanya, maka
dalam hati diam-diam sesalkan paderi muda itu, sebab
seorang yang sudah mensucikan diri, menerima sedikit
pekerjaan saja sudah mengeluh, disini dapat dibuktikan
bahwa paderi muda itu tentunya dahulu pernah dimanja
oleh orang tuanya, maka mudah sekali berubah pikirannya.
Saat itu ia lalu berkata sambil tersenyum:
"Urusan kecil saja tak usah Suhu terlalu jadikan pikiran,
harap tenangkan hati suhu, sebentar aku akan menemui
ketua suhu" Setelah mana ia lalu masuk kedalam kelenteng, untuk
mencari padri penjaga, kepada paderi ini ia berkata sambil
memberi hormat: "Taysuhu tolonglah, Taysuhu sampaikan kepada
ciangbunjin TaySuhu bahwa murid It-hu Sianseng cin Hong
minta ketemu dengan beliau"
Wajah paderi itu berubah, sepasang matanya dibuka
lebar-lebar, mengawasi cin Hong dari atas sampai kebawah,
kemudian dengan perasaan bersangsi ia bertanya:
"Benarkah Siecu murid To Tayhiap?"
"Benar Harap sampaikan kepada ciangbunjin Taysuhu,
bahwa aku ada sUatu urusan penting yang perlu
diberitahukan kepada beliau" cin Hong lalu tersenyum.
Paderi itu nampaknya masih ragu-ragu, tetapi kemudian
ia pergi juga , tak lama kemudian sudah balik kembali dan
berkata: "ciangbunjin mempersilahkan sicu masuk. harap
sicu ikut pinceng" cin Hong mengikuti paderi itu masuk ke dalam pendopo,
dari jauh tampak ciangbunjin gereja siau-lim-si Tie-kong
Taysu sedang duduk mengobrol dengan pengemis tua aneh
Lu Bong Kong tadi. Tie Kong Taysu meskipun sebagai pemimpin dan ketua
gereja Siau-lim-si, namun sebagai seorang beribadat tinggi,
begitu melihat cin Hong tiba, dari jauh sudah bangkit
berdiri dari tempat duduknya dan berkata sambil
merangkapkan tangannya: "omitohud Pinceng tadi mengira siao-siecu adalah tamu
yang datang bersembahyang, tidak tahunya Siao-sicu
adalah muridnya To Tayhiap. Mengapa tidak dari tadi
Siao-sicu katakan kepada pinceng bisa menyambut
sebagaimana layaknya?"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sikap ramah dan sopan Tie Kong Taysu itu, adalah sikap
yang biasa terhadap setiap tetamunya, tetapi kali ini dia ada
maksud lain ia tahu bahwa pengemis tua aneh itu dahulu
pernah kalah ditangan It- hu Sianseng To Lok Thian,
hingga menghilang dari rimba persilatan dan kali ini
muncullah kembali pengemis tua aneh itu kedaerah Tionggoan.
justru hendak mencari It- hu Sianseng untuk
mengadakan pertandingan lagi, oleh karena It- hu Sianseng
sudah berada didalam penjara rimba persilatan, sedang
disini secara kebertulan telah ketemU dengan muridnya,
dengan seorang yang sifatnya ingin disanjung dan selalu
ingin menang sendiri saja, mungkin ia akan mempersulit cin
Hong. Kalau hal ini terjadi dilain tempat, ia sama sekali tidak
mau ambil pusing. Tetapi karena kebetulan mereka samasama
menjadi tamunya digereja siau-lim-si.Jadi sedapat
mungkin harus dicegah terjadinya bentrokan, maka itu
terhadap cin Hong sikapnya tampak tamah dan sopan
sekali, lain daripada biasanya, maksudnya tak lain ialah,
ingin dengan perbuatannya itu memperingatkan kepada
pengemis tua itu agar menandang mukanya dan jangan
sampai timbul bentrokan dengan cin Hong.
Pengemis tua aneh itu ketika menyaksikan sikap Tiekong
Taysu demikian ramah dan hormat sekali terhadap cin
Hong, sudah tentu mengerti maksudnya, maka ia juga diam
saja. cin Hong sudah tentu tidak merasakan bahwa sikap
ketua Siao-lim-sie itu ada menyangkut dengan persoalan
dirinya, ia hanya menganggap bahwa Tie-kong Taysu
benar-benar patut dihargai, maka ia semakin kagum dan
buru-buru menjura, ucapnya:
"ciangbun Taysu, oleh karena boanpwe tadi melihat
ciangbun Taysu sedang menyambut tamu agung, maka tak
berani mengganggu, diharap Taysu maklum."
Kemudian ia memberi hormat kepada pengemis aneh
itu, ia merasa bahwa dengan sikap pura-pura tidak kenal
dengan pengemis tua itu, adalah sikap paling baik.
Tetapi pengemis tua itu dengan sikap yang sombong
mengulapkan tangan kirinya, dan berkata hambar:
"Anak muda, tidak perlu terlalu banyak aturan"
Dengan mendadak cin Hong merasa ada kekuatan
tenaga yang aneh menuju ke depan dadanya, hingga ia
menjadi terkejut, Untung terhadap pengemis tua aneh itu ia
sudah waspada maka saat itu ia lantas miringkan tubuhnya
ke-kanan, dengan demikian ia mengira dapat mengelakkan
kekuatan tenaga yang meluncur dari pengemis aneh itu, tak
ia duga kekuatan tenaga dalam yang meluncur keluar dari
pengemis aneh itu demikian aneh, seolah-olah angin
berputar terus mengikuti jejaknya, sehingga mendorong
padanya dan turut berputaran disitu, hampir saja jatuh di
tanah, hal mana membuat ia sangat malu, hingga wajahnya
menjadi merah, tetapi juga tidak berani bertindak apa-apa,
terpaksa mengendalikan hawa amarahnya, dan berkata
kepada pengemiS aneh sambil memberi hormat dalamdalam.
"Sungguh hebat tenaga dalam Locianpwee aku tak dapat
menempil sedikitpun juga dirimu"
Sementara itu sipengemis aneh masih tidak
menunjukkan sikap girang atau marah, berpaling kearah
Tie-kong Taysu seraya katanya: "Benar saja dia adalah
murid To Lok thian."
Tie-kong taysu merasa sangat tak enak ia segera
memerintahkan padri keCil untuk mengambil kursi bagi cin
Hong, kemudian ia menanyakan kepada cin Hong tentang
jalannya pertandingan It- hu Sianseng dengan penguasa
penjara rimba persilatan, akhirnya ia berkata sambil
tertawa. "Kabarnya Siao-sicu kemari dengan membawa sesuatu
urusan penting, entah urusan apa itu sampai mengharuskan
Siao-sicu sendiri datang kemari ?"
"Tahukah ciangbun Taysu bahwa diwaktu belakangan
ini dalam rimba persilatan sudah muncul satu golongan
baru yang menamakan diri golongan Kalong" PangCu
golongan itu adalah yang dahulu bernama Jie Hong Hu,
dengan nama julukannya Ho-ong. Mengenai maksudnya
mendirikan golongan Kalong itu ialah, kesatu buat
menjalankan rencananya merampas dua belas kunci emas
yang dipegang oleh dua belas ketua partay, dan Kedua ia
menggunakan kesempatan selagi peguasa rumah penjara
rimba persilatan, menyekap tokoh-tokoh kuat rimba
persilatan, ia sendiri hendak menjagoi Seluruh rimba
persilatan." cin Hong lalu menceritakan bagaimana PangCu
golongan kalong menolong keluar orang-orang dari
golongan hitam yang dikurung dalam rumah penjara rimba
persilatan untuk dijadikan pembantunya, dan disamping itu
juga mengutus dua belas perempuan muda yang dinamakan
dua belas puteri untuk memancing anak murid tingkatan
muda dari dua belas partay supaya dapat digunakan untuk
bekerja sama mencuri kunci emas.
Tie-kong Taysu yang mendengar penuturan itu
menunjukkan sikap khawatir, lama sekali baru ia berkata
lagi sambil menghela napas panjang: "Ai, tak disangka iblis
jahat itu bisa muncul lagi. Dengan adanya dia, rimba
persilatan di dalam waktu dekat ini tidak mUngkin akan
aman lagi " Sipengemis tua aneh sebaliknya berkata dengan sikap
menghina: "Sampai dimana sih lihaynya manusia yang menamakan
dirinya Ho-ong itu" Aku sipengemis tua lain tua lain hari
hendak mencari dan mengajak orang itu mengadu
kekuatan" "Jikalau lo-cianpwe sanggup menyambuti serangan
penguasa rumah penjara rimba persilatan hingga tiga puluh
jurus, untuk menangkan Ho-ong tidak menjadi soal lagi"
berkata cin Hong sambil tersenyum.
"Suhumu dapat menyambut berapa jurus?" bertanya
pengemis aneh. "Sembilan jurus" jawab cin Hong singkat.
"Ha ha, aku sipengemis tua sampai berani sekarang ini
balik kembali kedaerah Tiong-goan, juStru karena sudah
mempunyai keyakinan akan dapat mengalahkan Suhumu
tidak sampai sembilan jurus "
cin Hong bersenyum tanpa mengatakan apa-apa, hanya
didalam hatinya saja menganggap bahwa pengemis tua ini
sesungguhnya sangat tak tahu diri.
Akan tetapi sikap cin Hong itu sebaliknya justru sudah
menimbulkan amarah dihati pengemis tua tersebut, Cawan
tehnya diletakkan di atas neja, lalu menekannya perlahan,
sesaat itu juga CaWan itu melesak ke atas meja, tapi
Cawannya sendiri tidak peCah
Sementara ia mempertontonkan kepandaiannya itu
matanya terus mengawasi cin Hong, katanya tertawa:
"Anak muda, apa sekarang ini kau sudah perCaya?"
cin Hong yang menyaksiken itu diam-diam juga terkejut,
ia pikir bahwa pengemis tua itu ternyata sudah melatih ilmu
kekuatan tenaga dalam yang demikian tingginya,
tampaknya suhunya sendiri benar-benar mungkin bukan
tandingannya. Tetapi kalau mau dikata tidak sanggup
menyambut serangannya sampai sembilan jurus,
sesungguhnya terlalu dilebihi.
Maka Saat itu, ia sudah mergambil keputusan, apabila
pengemis aneh itu berani mengucapkan perkataan sombong
lagi, akan dihadapinya dengan menggunakan ilmunya kipas
Tay Seng-hong-sin San, setidak-tidaknya ia juga dapat atau
mampu menyambuti serangannya hingga sembilan jurus
lebih. Karena berpikir demikian maka sikapnya tampak acuh
tak acuh, katanya sambil senyum: "Apakah locianpwe
memaksaku suruh percaya begitu saja?"
"Lalu dengan cara bagaimana kau barulah percaya?"
"Aku cuma bisa menurut saja."
Pengemis aneh itu lalu bangkit dari tempat duduknya
dan berkata: "Bagaimana seandainya aku dapat
menjatuhkan kau dalam waktu dua jurus?"
"Sudah tentu aku bukanlah seorang yang berkepala batu,
tetapi juga tak mau tunduk kepada orang dengan begitu
saja." Pengemis aneh itu perdengarkan suara tertawa dingin,
lalu berpaling dan berkata kepada Tie-kong Taysu:
"Tie-kong Hweeshio, aku sipengemis tua hendak coba
main-main beberapa jurus didalam gerejamu ini, kau toh
tak akan keberatan bukan?"
"Lo-sicu selamanya tidak pernah berlaku tak baik pada
gereja kami, apa gunanya pinceng keberatan?" berkata Tiekong
Si Rajawali Sakti 1 Si Penakluk Dewa Iblis Karya Lovely Dear Wanita Gagah Perkasa 2
^