Terbang Harum Pedang Hujan 12
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 12
rumah batu pasti ada yang tinggal di sana dan berpikir aku dan istri bisa menginap semalam di
sana." "Batu gunung besar-besar dengan ukuran 100 meter lebih. Berdiri di atasnya bisa melihat
rumah terbuat dari batu itu tapi begitu masuk ke dalam, terlihat batu aneh di sana dan sini. Yang
aneh tidak terlihat lagi rumah batu itu ada di mana."
"Akhirnya istriku mengatakan, ternyata gunung itu telah disusun membentuk sebuah barisan
oleh pemilik rumah batu itu. Pantas berjalan kesana-kemari tetap kembali ke tempat semula...."
Dari kecil Ruan-wei sering membaca buku yang isinya aneh, dia juga sering membaca buku
tentang susunan barisan. Diam-diam dia berpikir apakah ini adalah barisan batu lima susun yang
ada dalam barisan Ba-gua.
310 Xiao San-ye berkata lagi: "Begitu tahu kami tidak bisa keluar, aku duduk dan berteriak,
berharap empunya rumah keluar dan menunjukkan jalan kepada kami. Tiba-tiba terdengar suara
musik. Suara musik itu terkadang datang dari kiri dan terkadang dari kanan. Kami mengikuti
suara musik itu dan sampai di rumah batu itu. Kamar yang ada di rumah batu itu ada tiga, tapi
kami belum bertemu dengan empunya rumah. Di pintu ada tulisan: harap menginap di kamar
tengah." "Aku pikir mungkin pemilik rumah ini adalah orang yang sedang tersembunyi dan dia tidak ingin
bertemu dengan siapa pun. Maka aku menuruti peraturan dunia persilatan. Tidak melihat dua
kamar lainnya, aku dan istriku menginap di kamar tengah."
"Hari kedua pagi, kami tetap belum bertemu dengan tuan rumah. Aku merasa tuan rumah ini
benar-benar aneh maka aku tidak ingin berlama-lama tinggal di sana. Aku meninggalkan sejumlah
uang dan sepucuk surat sebagai ucapan terima kasih dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu."
"Tapi tuan rumah telah muncul. Ketika kami akan pergi, dia menunggu di depan pintu
kamar. Aku melihat tuan rumah memakai baju panjang berwarna coklat. Dia seperti seorang
pendeta yang sedang bersembunyi di tempat terpencil. Karena itu aku mendekatinya dan
mengucapkan terima kasih tapi pendeta tua ini seperti tidak melihatku. Kedua matanya terus
melihat istriku yang berdiri di belakangku. Aku tidak bisa menahan penghinaan ini. Aku memegang
tangan istriku dan cepat-cepat pergi dari sana. Aku juga tidak menoleh lagi pada pendeta tua itu."
"Tapi baru saja kami berjalan beberapa langkah, pendeta tua itu berkata, 'Lembah ini bernama
bisa datang dan tidak bisa pergi. Jika Tuan ingin keluar dari lembah ini, aku pikir akan lebih sulit
dibandingkan memanjat langit.
"Aku ingat di sekeliling rumah batu itu telah disusun sebuah barisan, memang tidak mudah
keluar dari sana. Maka aku pun berkata, 'Aku tidak tahu lembah ini punya peraturan seperti itu.
Ada pepatah mengatakan: Jika tidak tahu berarti bukan sengaja, maka harap Tetua Lembah bisa
memberikan petunjuk untuk keluar dari sini.'
"Aku tahu orang aneh selalu mempunyai sifat aneh, maka aku bicara dengan sangat sopan tapi
pendeta tua itu dengan angkuh ber-kata, Apakah arti nama 'bisa masuk tidak bisa keluar' hanya
main-main" Kalian sudah masuk, apalagi disini sudah menginap 1 malam, jangan harap bisa keluar
lagi dari sini.' "Ketika itu aku sudah marah, 'Apakah sama sekali tidak ada kelonggaran"'
"Dengan serius pendeta tua itu men-jawab, "Ada, tapi apakah tuan setuju atau tidak?"
"Aku tidak curiga dan bertanya, 'Apa syaratnya, boleh tuan katakan"'
"Tanpa rasa malu pendeta itu berkata " Aku lihat istrimu begitu cantik, aku ingin agar isterimu
tinggal di lembah ini menemaniku seumur hidup. Dan kau tanpa syarat bisa keluar dari lembah ini"
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau pendeta tua itu akan berkata seperti itu, maka aku
marah sampai tidak bisa bicara."
"Pendeta tua itu berkata lagi, 'Tuan sangat lincah dan menyimpan Wu-mang-zhu, aku kira kau
sangat menguasai senjata rahasia dan ilmu meringankan tubuh. Jika tuan bisa. mengalahkan aku,
Tuan tadi masuk dari mana maka bisa keluar dari sana.'
"Aku marah kepadanya, 'Apakah pantas seorang pendeta berkata seperti itu" Benar-benar tidak
tahu malu! Walaupun aku mati, aku tetap akan menyobek mulutmu!'
"Pendeta itu tiga kali menghindari seranganku sambil tertawa dengan sombong, 'Hanya dengan
ilmu seperti ini, bagiku ini sangat enteng, tidak perlu menggunakan kedua tangan pun, aku bisa
mengalahkanmu.' Pendeta itu benar-benar menaruh tangannya di ikat pinggang bagian belakang."
"Ilmu meringankan tubuh dan ilmu senjata rahasiaku waktu itu bisa dikatakan sangat jarang
tandingannya di dunia persilatan. Begitu mendengar kata-kata gila pendeta tua itu, aku marah dan
berteriak, 'Jika aku kalah dan tidak ada harapan lagi untuk membalas dendam, seumur hidup aku
tidak akan muncul lagi di dunia persilatan.'
"Pendeta tua itu tertawa terbahak-bahak, dia mulai menyerangku. Aku ingat dalam tiga jurus
saja, dia telah menendang roboh dan menotokku dengan kakinya. Dia berhenti tertawa dan
berkata, 'Tidak bisa tawar menawar lagi, istrimu harus tinggal denganku!'
"Kemudian dia menendangku sambil membuka totokan nadiku. Dengan senang berkata, 'Ayo
jalan! Aku akan mengantarmu keluar dari barisan ini!'
311 "Begitu jalan darahku dibuka, aku menyerang lagi tapi tetap dalam tiga jurus dia kembali
berhasil menjatuhkanku dan jalan darahku ditotok kembali oleh tendangannya."
"Sampai tujuh kali aku menyerangnya tapi selalu gagal. Bajuku sudah sobek-sobek, darah terus
mengalir, istriku tidak bisa ilmu silat. Dia sangat cemas tapi tidak bisa membantuku."
Apa yang kau inginkan aku bisa memberikannya kepadamu, hanya ada satu-satunya syarat,
jangan harap aku akan melepaskan istriku. Walaupun aku harus mati seratus kali, aku tidak akan
setuju.' "Dia membuka jalan darahku lagi. Tubuhku sudah lemas tidak bertenaga, tapi aku tetap dengan
sekuat tenaga menyerangnya."
"Waktu itu aku mendengar istriku berteriak, 'Suamiku, aku akan pergi mendahuluimu!'
"Dia berlari cepat kemudian menabrakan diri ke batu besar dan mati seketika...."
Xiao San-ye yang sudah tua sekarang menangis seperti seorang bayi.
Ruan-wei tenggelam dalam cerita Kakek Xiao. Teriakan, "Suamiku, aku pergi mendahuluimu!"
terus terngiang di telinganya.
Dia lupa menghibur Kakek Xiao. Lama... Xiao San-ye baru berhenti menangis.
"Istriku melihat aku tidak bisa mengalahkan pendeta tua itu, dia juga takut akan dinodai hingga
membuatku malu maka dia pun bunuh diri. Waktu itu aku jatuh pingsan. Hari kedua pagi, aku
baru sadar dan aku sudah tertidur di luar barisan batu. Tanpa pikir panjang, begitu bangun aku
langsung masuk barisan batu itu dan siap melawan pendeta tua itu."
"Tapi baru saja berjalan sepuluh langkah lebih, aku sudah tersesat. Aku duduk dan berpikir
sebuah pepatah mengatakan: Jika ingin membalas dendam, sepuluh tahun pun belum terlambat
untuk apa mengandalkan keberanian sementara. Setelah hatiku agak tenang dan masuk barisan
tidak begitu dalam, aku segera keluar dari barisan itu dan kembali ke Liu-zhou lalu segera
meninggalkan Liu zhou. Tapi sampai sekarang aku masih menyesal mengapa tidak membawa
pulang mayat istriku."
Dia sekaligus menghabiskan teh pahit yang ada di dalam cangkir dan berkata:
"Setelah kehilangan istri tercinta, aku malu muncul di dunia persilatan juga tidak bersemangat
hidup dan malu bertemu dengan putriku. Karena jika bertemu dengan putriku, aku akan teringat
pada istri tercintaku. Di sini aku bertemu dengan seorang pelajar yang pernah kutolong. Karena
dulu dia tidak lulus ujian, dia ingin bunuh diri. Tidak disangka dia sekarang sudah menjadi seorang
pedagang dan membuka sebuah penginapan, dan lumayan ramai. Dia memintaku membantunya.
Dalam hati aku berpikir aku tidak mempunyai tempat untuk singgah, lebih baik aku bekerja di
penginapan ini sampai tua dan mati. Di sini adalah tempat tinggal yang diberikan pelajar itu. Aku
tidak mau diam begitu saja maka aku sering membantunya menjadi kasir, lama kelamaan
aku menjadi kasir penginapan."
"Dalam kurun waktu 18 tahun ini setiap saat aku selalu teringat pada dendam ini. Mayat istriku
masih tertinggal di sana. Demi membalas-kan dendam ini, selama 18 tahun aku selalu berlatih silat
untuk memecahkan barisan batu itu.
Memang ilmu silatku ada kemajuan. Tapi jurus 'Bai-bian-gui-ying' belum selesai kupelajari. Tapi
jika sudah berhasil kupelajari pun belum tentu bisa mengalahkan pendeta tua itu. Aku mempunyai
banyak cara melempar senjata rahasia tapi aku belum memberitahukannya kepadamu."
Sambil melihat Ruan-wei, Xiao San-ye bertanya:
"Apa kau tahu hubunganku denganmu?" Dengan suara gemetar Ruan-wei bertanya: "Kakek
Xiao, apakah anda Xiao San-ye?" Xiao San-ye mengangguk. Ruan-wei langsung berlutut dan
memanggil: "Kakek... Kakek...."
Sejak kecil Ruan-wei sering mendengar Ruan Da-cheng bercerita tentang Xiao San-ye. Dia
merasa bangga mempunyai mertua begitu terkenal.
Air mata membasahi wajah Ruan-wei. Xiao San-ye memapah Ruan-wei bangun dan berkata:
"Cucu yang baik, bangunlah! Bangun!"
Ruan-wei duduk kembali. Xiao San-ye menghapus air mata:
"Karena di dunia persilatan tersebar kabar kalau aku sudah mati, aku tidak mau orang lain
tahu. Jika bukan karena dalam bungkusanmu ada barang peninggalan putriku, aku tidak akan
menolongmu." 312 Ruan-wei memberitahukan penyebab kematian ibunya. Dia berkata kalau Ruan Da-cheng
adalah ayahnya dan tidak memberitahu kalau ayah kandungnya bermarga Lu.
Setelah mendengar kematian putrinya, Xiao San-ye benar-benar sedih.
"Mengapa baru sekarang kakek memberitahu semua ini?" tanya Ruan-wei
"Pertama, karena kau baru sembuh. Aku takut hatimu terlalu bergejolak malah membuat
kesehatanmu terganggu. Kedua, aku ingin nn-m bantumu lebih cepat menguasai ilmu silat. Jika
aku bercerita dahulu, kau akan terbagi pemusatan pikirannya. Karena ingin cepat menguasai ilmu
silat, aku berlatih ilmu dalam dengan terburu-buru hingga organ dalam tubuhku terluka.
Kelihatannya balas dendam nenekmu tidak akan bisa terlaksana."
Ruan-wei berlutut lagi: "Kakek sudah menceritakan semua dengan jelas, Wei-er akan membalaskan dendam nenek.
Kakek tenang saja!" Sesudah dipapah bangun, Xiao San-ye berkata lagi:
"Aku sendiri pun berpikiran seperti itu tapi ilmu silat penjahat tua itu benar-benar lihai dan
jarang ada. Kau jangan menganggap remeh dia!"
"Di dunia ini tidak ada hal yang sulit, biar Wei-er berlatih dulu, aku akan membalaskan dendam
ini!" "Ngomong-ngomong ada perlu apa sampai kau harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini?"
Ruan-wei bercerita tentang Tuan Jian yang akan bertarung dengan biksu harimau bisu tuli dari
India di Jun-shan. Dan dia dalam waktu tiga tahun belajar ilmu yoga di Jun-shan.
Xiao San-ye mengangguk: "Kau sudah menguasai ilmu yoga dan ilmu pedang nomor satu di
dunia ini. Dasar ilmu silatmu sudah kuat, balas dendam ini pasti ada harapan. Dendam Kakek
harus kau yang laksanakan."
Ruan-wei mengangguk. Xiao San-ye berkata lagi:
"Masalah mencari Zhong-jing di Jin-ling, aku akan menyuruh orang membantu asalkan dia
masih tinggal di Jin-ling pasti bisa segera ditemukan."
"Kapan baru bisa menemukannya?"
"Jin-ling bukan kota kecil, harus menghabiskan waktu beberapa bulan untuk menemukannya.
Karena aku hanya tahu namanya saja itu pun masih untung, tangannya hanya sebelah itu adalah
ciri-cirinya, mungkin ini akan lebih mudah."
Setelah semalam mengobrol, hari mulai terang. Xiao San-ye menunjuk tempat tidur dan
berkata: "Kau tidur dulu, besok jangan terganggu pemusatan pikiranmu dengan hal-hal lain, berlatihlah
dengan penuh semangat!"
Sore hari Ruan-wei baru bangun. Setelah makan, Xiao San-ye membawakan pakaian dan
celana yang terbuat dari karet. Dia berpesan agar Ruan-wei memakainya.
Baju yang menyambung dengan celana ini, tebalnya beberapa inchi. Sesudah dipakai Ruan-wei
menjadi tampak gemuk dan berat. Ruan-wei tidak terbiasa memakainya, jalan pun terasa sulit.
Baju itu berisi gambar-gambar nadi manusia. Xiao San-ye tertawa:
"Jangan meremehkan baju karet ini. Menjahit baju ini harus menghabiskan waktu beberapa
bulan." Ruan-wei baru tahu kalau baju ini dipesan oleh kakek untuknya, tapi apa ada gunanya" Ruanwei
tidak tahu. "Senjata rahasia di dunia ini ada bermacam macam. Di dunia ini tidak ada seorang pun yang
mengatakan kalau dia adalah nomor satu, karena senjata rahasia di dunia ini selalu berubahubah."
"Bukankah Kakek mengatakan kalau chuan Tang Men adalah orang paling lihai menggunakan
senjata rahasia di dunia ini?"
Xiao San-ye mengangguk: "Betul! Di Zhong-yuan Si-chuan Tang men yang paling lihai dalam
bidang senjata rahasia hanya bidang racun saja, mengenai perubahan pada senjata, dia masih
jauh." "Mengapa senjata rahasia bisa berubah"
313 Sambil terbatuk Xiao San-ye menjawab: "Ada senjata rahasia dalam radius 30 meter bisa
melukai tapi ada senjata rahasia harus dalam jarak dekat baru bisa melukai. Ada senjata rahasia
yang berbentuk, ada senjata rahasia yang tidak berbentuk."
"Senjata rahasia dalam jarak 30 meter bisaa melukai orang, senjata ini lebih lihai dibandingkan
dengan senjata rahasia yang digunakan dalam jarak dekat, tapi sebenarnya tidak seperti itu.
Contohnya kau telah terluka oleh cincin yang tersimpan jarum beracun oleh 'Hua-du-jun'. Cincin
adalah salah satu jenis senjata rahasia jarak dekat, apakah dalam tidak bisa disebut lihai?"
Teringat dia terkena jarum racun Hua-du-jun, sehingga membuatnya beberapa bulan tidak bisa
bergerak, maka Ruan-wei langsung mengakui kalau senjata rahasia jarak dekat sangat lihai. Xiao
San-ye berkata lagi: "Senjata rahasia dalam jarak dekat terus mengalami perubahan. Jika aku mengatakannya satu
persatu kepadamu, sehari semalam pun tidak akan habis kuceritakan. Sebenarnya, senjata rahasia
dalam jarak dekat sangat berbahaya. Beberapa macam senjata rahasia itu sangat lihai, melukai
orang secara tiba-tiba, membuat siapa pun tidak waspada. Kadang-kadang jarang ada yang bisa
bertahan hidup jika sudah terkena racun ini...."
"Apakah semua orang harus belajar senjata rahasia jarak dekat?"
"Belum tentu!" jawab Xiao San-ye. Dari saku dia mengeluarkan sebuah kantong. Dari kantong
itu dia mengeluarkan segenggam Wu-mang-zhu dan berkata, "Wu-mang-zhu adalah senjata
rahasia yang sering kupakai. Senjata ini bisa melukai orang dalam jarak 30 meter. Senjata rahasia
biao dan panah termasuk senjata rahasia yang dilancarkan secara terang-terangan."
"Semua senjata rahasia dalam jarak dekat jika kebetulan diarahkan pada orang yang
mempunyai Qi-gong (ilmu pernapasan) yang kuat maka senjata ini tidak akan berfungsi."
"Memang senjata rahasia banyak jenisnya tapi jika kau menguasai satu macam senjata rahasia
ini pasti banyak manfaatnya. Jika kau tidak benar-benar menguasainya hingga lancar,
mempelajarinya pun akan percuma."
"Senjata rahasia tidak berbentuk itu seperti apa?" tanya Ruan-wei.
"Senjata rahasia tidak berbentuk lebih berbahaya dibandingkan senjata rahasia jarak dekat."
"Apakah benar di dunia ini ada senjata rahasia tidak berbentuk?"
"Semua senjata rahasia adalah benda nyata. Yang disebut tidak berbentuk seperti obat bubuk
yang tersimpan di kuku atau di lengan baju panjang. Setelah obat ditebarkan akan menyebar
kemana-mana, membuatmu tidak bisa melihat dan berjaga-jaga!"
"Terkadang bagi orang yang mempunyai tenaga dalam kuat, mereka bisa menggunakan daun
untuk melukai orang. Menggunakan beras menotok nadi orang. Semua ini adalah kekuatan tenaga
dalam." "Apakah Kakek akan mengajarkan Wei-er cara melemparkan Wu-mang-zhu?"
"Sekantong Wu-mang-zhu ini telah membuatku terkenal di dunia persilatan selama 20 tahun
lebih, semuanya ada 13 jenis. Dengan bakat seperti yang kau miliki tidak sulit untuk
menguasainya." "Terima kasih kakek mau mengajarkanku!"
"Sebelum mengajarimu cara melemparkan Wu-mang-zhu, Kakek akan mengajarimu bagaimana
cara menghindari senjata rahasia. Jika tidak walaupun kau bisa melemparkan Wu-mang-zhu, tapi
kau tetap akan terluka karena tidak bisa menghindari senjata rahasia orang lain."
"Tapi jika kau punya kepandaian menghindari senjata rahasia, dengan satu macam perubahan
kau bisa menjadikan beribu-ribu macam cara, tidak akan ada yang bisa melukaimu dengan senjata
rahasia!" Ruan-wei memakai baju karet pemberian kakeknya. Walaupun tenaga dalamnya sangat tinggi
tapi bila dipakai di musim semi seperti ini membuatnya merasa kepanasan juga tidak nyaman
seringkali dia menarik-narik baju karet bagian leher agar angin bisa masuk ke dalam baju.
Melihat Ruan-wei bertingkah seperti itu, Xiao San-ye tertawa. "Baju ini baru boleh kau buka jika
kau sudah bisa menghindari Wu-mang-zhu yang kutebarkan dan bila teknik menghindarmu sudah
bagus, berarti kau sudah lulus."
Mereka berlatih di pekarangan tapi karena baju Ruan-wei terbuat dari karet dan terlalu berat
maka dia selalu terkena tembakan dari Xiao San-ye. Wajah Ruan-wei memerah, dia merasa malu.
314 Xiao San-ye tertawa dan menghibur: "Di dunia ini tidak ada masalah yang sulit. Pelan-pelan
saja berlatih, suatu hari kau walaupun kau memakai baju tebal ini, kau bisa menghindari lemparan
senjata rahasia Kakek."
Xiao San-ye juga mengajarkan Ruan-wei cara-cara menghindari senjata rahasia. Semua
menggunakan ilmu meringankan tubuh tapi lebih sulit berlatih dibandingkan ilmu meringankan
tubuh. Hari ketujuh, ketika Xiao San-ye sedang melatih Ruan-wei, Ruan-wei sudah bisa menghindar
salah satu senjata rahasia yang dilempar Xiao San-ye walaupun memakai baju karet berat itu.
Setengah bulan telah berlalu, walaupun Xiao San-ye menembak dengan cara apa pun tetap
tidak bisa mengenai Ruan-wei.
Siang harinya Xiao San-ye berpesan kepada Ruan-wei agar membuka baju karet itu dan
mencobanya lagi. Kedua tangan Xiao San-ye mengeluarkan jurus-jurus tinggi, sampai jurus terlihai 'Man Tian Hua
Yu' pun dikeluarkan. Ruan-wei menghindar dengan lincah. Sekarang berpuluh-puluh Wu-mang-zhu dilempar ke
arahnya tapi tidak ada satu pun yang mengenainya. ...
"Kakek, setelah Wei-er membuka baju karet ini, Wei-er seperti mempunyai sayap!"
Xiao San-ye mengangguk: "Jika kau masih memakai baju karet, kau tidak akan bisa menghindari jurus 'Man Tian Hua Yu'.
Sesudah membuka baju karet itu, berarti ilmu silatmu sudah bertambah satu kali lipat, senjatasenjata
rahasia apapun tidak akan bisa mengenalmu."
Ruan-wei benar-benar senang, selama setengah bulan ini dia merasa tersiksa karena memakai
baju berat, sekarang dia melihat ada hasilnya.
Xiao San-ye masih mengajarkan cara-cara menghindari senjata rahasia. Menghabiskan waktu 2
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari, Ruan-wei sudah mempelajari semua cara menghindari senjata rahasia.
"Wei-er, semua cara sudah kau pelajari, sekarang hanya dengan mengandalkan praktek kau
baru bisa maju!" "Apakah Wei-er boleh mempelajari bagaimana cara melemparkan senjata rahasia Wu-mang-zhu
yang kakek miliki?" "Mulai hari ini Kakek akan mengajarimu bagaimana cara melepaskan Wu-mang-zhu.
Melepaskan senjata rahasia ini harus digabung dengan ilmu meringankan tubuh, baru ada hasil
yang sempurna." Xiao San-ye mengajarkan cara melepaskan senjata rahasia dan perubahan ilmu meringankan
tubuh. 0-0-0 Bersambung ke Jilid 4 315 JILID KE EMPAT BAB 95 Curiga Musim semi telah berlalu, musim panas pun tiba. Ruan-wei tidak peduli pada teriknya sinar
matahari. Setiap hari dia terus belajar ilmu silat. Yang satu mengajar dengan teliti, yang satu
belajar dengan sungguh-sungguh. Sesudah satu bulan berlalu, Ruan-wei telah menguasai
kepandaian yang telah didalami selama 18 tahun oleh Xiao San-ye, termassuk ilmu senjata rahasia
juga ilmu meringankan tubuh.
Suatu pagi, Xiao San-ye berkata kepda Ruan-wei:
"Semua hal tentang senjata rahasia dan ilmu meringankan tubuh sudah kuajarkan kepadamu,
sekarang kita belajar keterampilan mengubah wajah dan ilmu memecahkan barisan."
Sejak kecil Ruan-wei sering membaca buku tentang cara memecahkan barisan, apalagi Xiao
San-ye memberitahukan padanya hasil jerih payahnya memecahkan barisan selama 18 tahun,
hanya beberapa hari Ruan-wei sudah bisa menguasainya.
Mengenai keterampilan mengubah wajah harus mempunyai bakat. Misalnya berubah menjadi
seorang kakek tua, wajah mudah diubah, tapi cara berjalan, gerak gerik, dan cara bicara harus
ikut berubah. Jika tidak mempunyai bakat, tidak akan bisa berhasil. Wajah bisa diubah tapi orang
yang berpengalaman sekali melihat langsung tahu orang merubah wajahnya.
Tangan Terampil Xiao San-ye memang luar biasa, dia mempunyai bakat hebat. Tapi Ruan-wei
tidak kalah dengannya. Banyak ilmu aneh yang diajarkan oleh Xiao San-ye kepadanya. Karena sejak kecil Ruan-wei
banyak membaca buku maka sekali belajar dia mudah menguasainya. Tidak sampaj setengah
bulan dia telah-mempelajari semua ilmu Xiao San-ye.
Suatu hari, dengan senang Xiao San-ye berteriak kepada Ruan-wei dari belakang rumah:
"Sudah kutemukan! Sudah kutemukan!"
"Kakek, apa yang sudah kau temukan?"
"Setiap hari aku menyuruh orang mencari di kota Jin-ling, sekarang aku berhasil menemukan
Zhong-jing." "Apa benar?" "Tidak salah lagi, karena orang yang bernama Zhong-jing ini hanya mempunyai satu tangan."
"Di manakah dia?"
"Di sisi Yu Hua Tai... Anehnya menurut tetangga, sudah 3 tahun Zhong-jing tidak pulang."
316 "Apa" Kalau begitu...."
"Menurut ceritamu, dia sangat menyayangi istrinya. Bagaimanapun setelah menolong Tuan Jian
dalam kurun waktu 3 tahun ini dia pasti pulang, tidak ada alasan dia tidak pulang, kecuali...." kata
Xiao San-ye. "Kecuali apa?" "Kecuali dia mengalami kecelakaan dan tidak bisa pulang, kalau tidak, tidak ada alasan dia tidak
pulang." Dari penuturan Ruan-wei, Xiao San-ye tahu bagaimana seorang Zhong-jing. Dia mengira-ngira
dalam hati dan bisa berkata seperti itu. Karena cinta antara suami istri tidak ada yang bisa
menghalangi. "Kakek, Wei-er akan mencari tahu sendiri. Jika Paman Zhong-jing tidak mati, perjanjianku
dengan biksu harimau bisu dan tuli harus ditepati, Wei-er harus memberitahukan semua
padanya." Xiao San-ye mengangguk dan memuji:
"Seorang laki-laki harus bertanggung jawab atas pesan orang lain. Waktu perjanjian mereka
bertarung masih ada 1 tahun lebih, kau pasti bisa melaksanakan tugasmu dengan baik!"
"Kalau begitu... begitu...."
"Kakek tidak mengkhawatirkanmu kalau kau ingin segera berkelana di dunia persilatan. Kakek
sudah 18 tahun tinggal di sini, walaupun tubuh sudah tidak begitu sehat tapi kau tidak perlu
mengkhawatirkan keadaanku."
"Kalau begitu, besok Wei-er...."
"Tidak perlu menunggu besok. Kau sudah menguasai ilmu silatku, sekarang juga kau bisa pergi.
Mengenai sakit hati Kakek, setelah kau berkelana di dunia persilatan dan sudah punya banyak
pengalaman menghadapi musuh, kau baru bileh ke sana, tidak perlu tergesa-gesa. Kakek sudah
menahan sakit hati ini selama 18 tahun, kalau harus menunggu selama beberapa tahun lagi juga
tidak masalah." Ruan-wei mengikuti pesan Xiao San-ye, dia segera kembali ke kamar untuk menyiapkan barang
bawaannya kemudian membawa Fei-long-jian keluar.
Xiao San-ye menunjuk Fei-long-lian dan berkata:
"Pedang ini adalah senjata kesayangan Pendekar Gongsun, dia telah mengalahkan banyak
musuh dengan pedang ini, mengapa bisa ada di tanganmu?"
Dengan hormat Ruan-wei menceritakan tentang Tian-du-jiao yang muncul di tempat Fan
Zhong-pin dan pedang ini dititipkan oleh Gongsun Lan di tempat Fan Zhong-pin.
"Jika begitu putri Gongsun Qiu-jian sangat baik kepadamu. Jangan menyalahgunakan perasaan
orang lain!" Xiao San-ye tertawa.
Sebetulnya Ruan-wei ingin menceritakan kalau ini hanya kepura-puraan Gongsun Lan saja.
Tujuannya hanya ingin mendapatkan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Tapi Xiao San-ye sudah menyambung:
"Kekuatan Tian-du-jiao semakin besar, kau harus berhati-hati. Usiamu masih begitu muda,
membawa pedang berharga akan membuat orang dunia persilatan mengincarmu. Memang kau
tidak akan takut tapi akan mendatangkan banyak kesulitan bagimu, lebih baik wajahmu diubah
sedikit tua agar orang dunia persilatan yang bermaksud tidak baik akan segan kepadamu."
Karena Ruan-wei sudah mahir dengan keterampilan mengubah wajah, hanya sebentar dia
sudah mengubah wajahnya menjadi seorang pesilat berusia 25 tahun.
Dengan senang Xiao San-ye tertawa: "Sekarang kau seperti orang yang telah berpengalaman di
dunia persilatan. Orang tidak akan sembarangan mencari masalah denganmu dan orang-orang
Tian-du-jiao juga tidak akan mengenalimu."
Ruan-wei segera pamit pada Xiao San-ye. Xiao San-ye terus berpesan:
"Jangan terburu-buru ingin membalas dendam nenekmu. Penjahat tua itu benar-benar orang
misterius. Sampai sekarang Kakek belum tahu siapa dia sebenarnya, sampai-sampai namanya pun
aku tidak tahu. jika kau ingin ke sana, ilmu silatmu harus lebih maju, sehingga kau bisa sekaligus
membunuh penjahat tua itu dan membawa pulang tulang-tulang nenekmu."
Sesudah pamit pada Xiao San-ye, Ruan-wei melangkah menuju Qu-bao-men. Karena Jin-ling
adalah kota besar, maka sungai untuk melindungi kota pun sangat panjang, lebarnya mencapai
317 50-60 meter. Sungai ini hanya mempunyai sebuah jembatan kecil yang terbuat dari bambu.
Karena jembatan terlalu kecil maka kebanyakan orang menggunakan perahu untuk menyeberang.
Melihat perahu penyeberangan begitu sibuk maka beberapa rumah makan yang letaknya dekat
dengan pintu kota sangat ramai dikunjungi para pengelana. Ruan-wei memasuki salah satu rumah
makan di sana. Dia memilih tempat agak sepi. Sambil minum teh dengan santai dia menikmati
pemandangan sungai. Tiba-tiba terdengar ada yang berkata: "Kakak Tao, apakah hari ini ketua akan datang?"
Ada suara nyaring yang berkata:
"Belum tentu. Ketua berpesan supaya kita berhati-hati agar musuh jangan sampai mengikuti
kita." Kelihatannya yang bernama Kakak Tao adalah pemimpin kelompok itu.
Kemudian ada yang berkata:
"Menurutku, kaki tangan Tian-zheng-jiao sudah lama menguntit kita. Setiap kali jika kita pergi,
mereka pasti menguntit kita, kali ini pun tidak terkecuali."
"Jika begitu, gerakan kita harus lebih hati-hati. Sebaliknya kita pun harus memperhatikan
gerak-gerik musuh. Jika kita ceroboh akan membuat teman ketua terluka atau terbunuh. Itu akan
membuat ketua repot."
'Musuh mereka adalah Tian-zheng-jiao. Sepertinya yang akan datang adalah ketua Zheng-yibang.
Ada apa sebenarnya"' pikir Ruan-wei.
Tiba-tiba Tao Da-ge berkata:
"Perahu sudah kosong, ayo kita pergi!"
Meja dan kursi digeser, dari belakang Ruan-wei muncul beberapa orang.
Untuk melihat lebih jelas siapa yang keluar, Ruan-wei pura-pura terkejut mendengar suara
meja dan kursi berbunyi. Ruan-wei pura-pura menoleh ke belakang.
Yang pertama keluar adalah seorang laki-laki berwajah kotak, berpakaian putih, di baju bagian
dada tersulam 3 kuntum bunga merah kecil. Tinggal selama tiga bulan bersama Xiao San-ye,
Ruan-wei mengetahui banyak tentang dunia persilatan. Apalagi keadaan dunia persilatan
sekarang, Xiao San-ye memberitahunya dengan teliti.
Di belakang laki-laki berwajah kotak ada 4 orang pesilat berpakaian putih. Baju mereka
tersulam 2 kuntum bunga merah kecil. Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Mereka adalah pesilat 3
bunga dan 2 bunga dari Zheng-yi-bang. Yang tersulam 3 bunga itu pasti Kakak Tao.'
Begitu melihat di depan pintu duduk seorang pesilat pedang muda yang tidak mereka kenal.
Wajah mereka berubah dan berhenti beraksi. Ruan-wei tidak bergerak, dia terus melihat ke depan.
Rumah makan ini sangat besar, semua orang yang datang ke sini kebanyakan sedang
menunggu perahu untuk menyeberang. Di luar banyak kursi tapi Ruan-wei tidak duduk di sana.
Dia memilih masuk ke dalam mendekati mereka, tingkahnya memang pantas dicurigai.
Seorang pesilat dengan 2 kuntum bunga, yang bersifat berangasan, dia berkata;
"Sahabat duduk di sini, mendengarkan pembicaraan kami, apa maksudnya?"
Ruan-wei tahu jika dia duduk di sana memang akan membuat orang menaruh curiga
kepadanya, maka dia hanya tersenyum tanpa menjawab. Tao Da-ge mengangkat tangan
menyuruh pendekar berbunga 2 jangan marah. Sambil tertawa dan berkata:
"Saudaraku, sebaiknya kita pergi saja. Ada orang menyukai tempat sepi, mana boleh kita
marah?" Dia tersenyum kepada Ruan-wei untuk meminta maaf kemudian pergi dari sana.
Ruan-wei kagum kepada orang-orang Zheng-yi-bang. Mereka tahu aturan dan tidak main
kekerasan untuk menekan orang.
Mereka pergi karena ada tempat untuk menyeberang, Ruan-wei meninggalkan tempat itu. Yu
Hua Tai di Jin-ling adalah sebuah tempat wisata. Di sana penuh dengan batu-batu bercorak,
benar-benar lucu dan indah.
Di daerah sana terdapat beberapa desa. Orang di sana kebanyakan bermata-pencaharian
sebagai petani. Pagi berangkat saat matahari terbenam baru kembali, mereka hidup makmur tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. Ruan-wei sudah menemukan rumah Zhong-jing. Sebuah rumah
kecil, di kiri dan kanan rumah itu tidak ada tetangga. Tetangga paling dekat sekitar 50 meter dari
sana. 318 Ruan-wei melihat ada beberapa orang berpakaian biru mondar mandir di sana. Sekali melihat
dia tahu kalau mereka mempunyai niat jahat terhadap Zhong-jing. Pintu rumah tertutup rapat.
Ketika Ruan-wei sedang berpikir harus berbuat apa, tiba-tiba pintu terbuka, muncul seseorang
dengan pakaian bercorak bunga. Laki-laki berpakaian biru tidak menyangka ada orang keluar
dengan cara seperti itu, mereka segera menghindar.
Tapi bayangan berbaju bunga itu sudah membentak:
"Tunggu!" Di antara orang berpakaian biru berjumlah 4 orang itu, hanya ada satu orang tidak berusaha
menghindar, dengan sikap angkuh dia berdiri. Orang berpakaian bunga itu ternyata seorang gadis
kecil berusia 13 tahun. Dia memegang sebilah pedang. Dia tampak marah:
"Aku lihat kalian bukan orang baik-baik, seharian mondar mandir di sekitar sini, seperti ingin
mencuri saja." Salah satu dari mereka yang agak tua berkata:
"Gadis kecil, jangan sembarangan memarahi orang!"
"Orang baik tidak akan kumarahi, beda dengan orang jahat!"
Salah satu dari mereka mengeluarkan senjata berbentuk pisau arit. Dia membentak: "Kau cari
mati!" Seorang laki-laki gagah dengan tidak tahu malu mengayunkan senjatanya ke kepala gadis itu.
Tapi gadis kecil itu tidak takut. Begitu senjata arit hampir sampai di depannya, dia baru
menghindar, hingga tidak mengenai sasaran, tiba-tiba ada cahaya berkilau yang datang
menyerangnya, dalam rasa terkejutnya, dia menggulingkan diri untuk menghindar.
Senjata berbentuk arit pantang digunakan dengan cara menepis. Mungkin orang berpakaian
biru mengira lawan adalah seorang anak kecil jadi mereka menganggap enteng. Setelah bergulingguling
di bawah, dia segera berdiri dan mulai memperlihatkan ilmu kaitnya yang lihai, dia ingin
mengembalikan mukanya yang telah hilang.
Gadis kecil itu malah tertawa, dia seperti senang bertarung, dia tidak menggunakan pedang
lagi. Dengan lincah dan ringan dia meloncat-loncat menghindari ilmu kait orang berpakaian biru
itu. Sesudah berpuluh-puluh jurus berlalu, orang berpakaian biru itu sama sekali tidak bisa melukai
gadis itu malah sering terkejut terkena tendangan dan serangan tangan yang tidak diduganya.
Tiga orang berpakaian biru melihat keadaan ini merasa terkejut. Mereka sama sekali tidak
menyangka gadis kecil itu begitu lihai. Orang berpakaian biru yang terlihat tua bersiul dan bersiapsiap
ikut bertarung. Tiba-tiba terdengar suara simbal berbunyi dua kali. Orang berpakaian biru itu
ketika mendengar suara simbal, mereka terkejut dan berhenti bertarung. Orang yang bersenjata
arit karena berhenti bertarung, dia ditendang oleh gadis kecil itu hingga jatuh terguling tapi dia
segera berdiri lagi. Di hutan bambu ada sosok bayangan ungu yang berkelebat. Empat orang berpakaian biru
mengikuti bayangan itu pergi dan menghilang.
Tadinya Ruan-wei melihat pertarungan mereka dari jarak agak jauh dan dia bersembunyi
kemudian melihat gadis kecil itu berkelahi dengan orang berpakaian biru. Dia takut gadis kecil itu
akan terluka maka dia mendekat. Sekarang jarak-nya dengan gadis kecil ini tinggal 10 meter.
Dia mulai mendekati gadis kecil itu.
Karena orang berpakaian biru tadi telah menghilang maka gadis kecil itu berpikir, 'Mengapa
begitu mendengar suara simbal, mereka segera mundur dan pergi?"
Sambil berpikir dia membalikkan tubuh ketika itu dia melihat Ruan-wei yang datang dengan
pedang terselip di punggunggnya. Dia mengacungkan pedangnya dan membentak;
"Apa masih tidak mau menerima kalah?"
Ruan-wei terus menggoyangkan tangan:
"Nona sudah salah paham."
"Aku tidak akan salah paham, kalian datang setiap hari dengan tujuan menguntit kami dan
bersembunyi sambil terus menyelidiki kami, kalian pasti bukan orang baik-baik."
"Aku Ruan-wei, apakah Nona, putri Paman Zhong?" Ruan-wei bertanya dengan serius.
Gadis itu menyimpan pedangnya, tertawa:
"Ternyata kau teman ayah, maaf, maaf!"
Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Setelah tertawa, dia lebih mirip Paman Zhong!'
319 "Kalau kau mau mencari ayahku, mungkin malah akan membuatmu kecewa."
"Betul, aku datang untuk mencari ayahmu!"
Gadis itu terburu-buru berkata:
"Tapi sudah 3 tahun ini ayah tidak pulang, bagaimana kau bisa mencarinya?"
"Kalau begitu tolong katakan pada ibumu, 3 tahun yang lalu aku pernah bertemu dengan
ayahmu, kali ini aku datang ingin mengetahui ke mana perginya ayahmu."
Gadis kecil itu dengan senang menjawab:
"Itu juga baik, aku akan memberitahukan pada ibu...."
"Namaku Zhong-jie. Kakak Ruan harap menunggu sebentar...."
Kata-katanya baru selesai, dia sudah berlari masuk.
Wajah Ruan-wei penuh senyum, dalam hati berpikir, 'Paman Zhong mempunyai keluarga begitu
bahagia, mengapa dia tidak pulang"'
Dia berdiri di pekarangan, dengan teliti melihat sekeliling tempat itu. Di kirinya ada beberapa
pohon, di balik pohon ada bayangan putih berkelebat. Penglihatan Ruan-wei sangat tajam, dia
tahu orang itu adalah Tao Da-ge dan anak buahnya.
Dalam hati dia berpikir, 'Ternyata yang mereka maksud teman ketua adalah Paman Zhong.
Pantas orang Tian-zheng-jiao terus menyelidiki rumah ini. Tapi mengapa ketua Zheng-yi-bang bisa
datang kemari?" Zhong-jie berlari keluar dan berteriak: "Silakan masuk, Kakak Ruan. Nenek sudah menunggumu
di ruang tamu." Ruan-wei merapikan pakaiannya dan berjalan di belakang Zhong-jie melewati taman bunga dan
masuk ke sebuah ruangan. Ruangannya sangat sepi dan bersih, hiasan rumah pun sangat indah, di tengah-tengah ruangan
ada meja dan kursi. Seorang perempuan setengah baya dan seorang perempuan berusia 20 tahun
lebih duduk di sana. Perempuan berusia 20 tahun lebih itu berpakaian putih dan panjang, rambutnya di gelung, dia
anggun dan cantik, dia memegang cangkir teh yang terbuat dari giok putih dan sedang menikmati
teh panas. Mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, dia segera menoleh.
Tapi dia terkejut, tangannya gemetar, membuat cangkir yang dipegangnya terjatuh dan pecah.
Perempuan setengah baya memakai baju panjang berwarna coklat, dengan sorot mata aneh
melihat perempuan yang berusia 20 tahun lebih itu bereaksi.
Tapi ketika dia menoleh melihat Ruan-wei, dia pun terkejut dan berteriak. Lama... baru bisa
menenangkan diri. Melihat Ruan-wei, perempuan setengah baya itu berteriak:
"Sangat mirip... mirip sekali...."
Zhong-jie yang ada di pinggir merasa aneh, dia terpaku kemudian berkata:
"Nenek! Ibu! Ini adalah Kakak Ruan-wei yang ingin bertemu ayah!"
Perempuan berusia 20 tahun lebih itu pelan-pelan menasehati:
"Jie-er, jangan berbuat tidak sopan, umur Tuan ini cukup untuk menjadi pamanmu, mengapa
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau memanggilnya kakak?"
Ternyata Ruan-wei sudah menyamar menjadi seperti seorang pemuda yang berusia 20 tahun
lebih. Dia terlihat sedikit lebih muda dibandingkan perempuan berpakaian putih.
Ruan-wei tahu dia hanya berbeda 4 tahun lebih tua dari Zhong-jie, mana boleh memanggil-nya
paman, maka dia segera berkata:
"Tidak! Tidak! Dengan umurku, aku hanya bisa menjadi kakak dari Adik Zhong."
Setelah berkata-kata seperti itu, dia jadi membocorkan identitasnya, bahwa sebenarnya dia
sedang menyamar dengan keterampilan mengubah wajah. Melihat wajah Ruan-wei yang malu,
Zhong-jie tertawa terbahak-bahak.
Perempuan setengah baya itu tertawa sambil marah:
"Xiao Jie, jangan tidak sopan!"
Segera Zhong-jie dengan serius berkata:
"Paman yang terhormat, ini adalah nenekku, dan ini adalah ibuku!"
Dengan wajah gugup Ruan-wei berkata: "Aku tidak berani disejajarkan dengan Paman Zhong,
maaf!" 320 "Nenek, dia tidak ingin menjadi paman Zhong-jie, aku harus bagaimana?"
"Jika begitu kau harus memanggilnya kakak!"
Perempuan setengah baya itu adalah janda Pendekar Ling Bei-xiu, Sun-ming. Sedangkan
perempuan berusia 20 tahun lebih adalah putrinya Ling-lin.
Pelayan datang membawakan teh. "Ada apa Tuan mencari Zhong-jing?" tanya Sun-ming.
"Tiga tahun yang lalu, aku pernah bertemu dengan Paman Zhong sampai 3 kali, dan terakhir di
Jun-shan." "Jun-shan" Jing-er pergi ke sana untuk apa?" tanya Sun-ming. Sepertinya kata-kata ini untuk
Ling-lin, tapi Ling-lin seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia tidak mendengar apa yang
ditanyakan perempuan setengah baya itu. Pelan-pelan dia memanggil, "Ling-er!"
Zhong-jie yang di berada pinggir sedikit mendorong ibunya:
"Ibu, nenek memanggilmu!"
Ling-lin terkejut, Sun-ming melihat Ruan-wei:
"Tuan, apakah tahu mengapa dia bisa berada di Jun-shan?"
"Karena Paman Zhong ingin mencari Tuan Jian dan Tuan Jian sedang bertarung dengan
seseorang di Jun-shan."
Dengan senang Sun-ming berkata:
"Tidak disangka ternyata Jing-er benar-benar bertemu dengan Tuan Jian!" Dia berkata sendiri.
"Siapa yang berani bertarung dengan Tuan Jian, dia benar-benar tidak tahu diri," kata Ling-lin.
Dari kata-katanya terdengar dia sangat mempercayai kehebatan Tuan Jian.
"Tapi pertarungan itu membuat Tuan Jian terluka parah!" jelas Ruan-wei.
Karena dalam hatinya dia membela biksu harimau bisu tuli itu, sebenarnya dia juga tidak tahu
bagaimana luka Tuan Jian" Tapi dia pikir luka biksu harimau tidak begitu berat, berarti biksu
harimau menang dari Tuan Jian.
Sun-ming terkejut berteriak:
"Apa! Tuan Jian... dia... dia... terluka parah...."
Ling-lin tidak percaya: "Mana mungkin Guru Jian bisa kalah dari orang lain" Ini tidak mungkin!"
"Dia benar-benar terluka parah, setelah itu Paman Zhong menggendongnya turun gunung."
"Ini lebih tidak mungkin. Walaupun Guru Jian terluka berat, dia tidak perlu harus digendong
oleh Zhong-jing untuk turun gunung," seru Lihg-lin.
Dalam hati Ruan-wei merasa marah, 'Kau benar-benar keterlaluan, kau tidak mengkhawatirkan
keadaan suamimu, malah membela guru yang tidak ada artinya, benar-benar keterlaluan...."
"Jing-er menggendong Tuan Jian ke mana?" tanya Sun-ming dengan suara gemetar.
"Semenjak itu aku tidak pernah bertemu dengan Paman Zhong lagi."
Suara Sun-ming terdengar lebih gemetar lagi: "Jing-er sudah tiga tahun tidak pulang, apakah...
apakah... Tuan Jian dan dia sama-sama telah terbunuh...."
"Ibu! Jangan berpikir yang tidak-tidak! Guru Jian adalah orang sakti, dia memiliki ilmu silat
tinggi, siapa yang bisa melukainya?"
Melihat Ling-lin tidak mengkhawatirkan keselamatan suaminya, malah membela hal yang tidak
dia ketahui. Ruan-wei jadi tidak senang kepadanya. Tiba-tiba Zhong-jie berteriak:
"Ibu! Di luar ada seseorang yang sedang berdiri!"
Di rumah itu ada tiga orang pesilat yang bukan pesilat sembarangan tapi mereka tidak
mendengar ada orang yang sudah berdiri di depan pintu. Mereka benar-benar terkejut.
"Tuan Jian," Sun-ming berteriak senang:
"Tuan Jian...."
"Guru Jian," Ling-lin juga berteriak. 'Tuan Jian sudah sehat, dia pasti tahu keberadaan Paman
Zhong....' pikir Ruan-wei.
0-0-0 BAB 96 Jago Tian-long Tuan Jian tiba-tiba muncul.
321 Pakaian panjangnya yang berwarna putih tampak berkibar, wajahnya tampak sangat serius,
dibandingkan 3 tahun lalu ketika bertemu di Jun-shan, dia tidak berubah banyak.
Ling-lin sudah menuntun Zhong-jie untuk mendekat dan berkata:
"Jie-er! Mari bertemu Kakek Guru Jian!"
Melihat Zhong-jie, wajah Tuan Jian berseri-seri. Mereka telah berpisah selama 10 tahun lebih,
tidak disangka Ling-er yang polos sudah mempunyai seorang putri yang sudah tumbuh besar.
Biasanya saat Zhong-jie berlatih silat selalu mendengar ibunya menceritakan tentang Tuan Jian.
Dalam hati dia ingin sekali bertemu dengan orang aneh dan misterius itu, maka dia segera berlutut
dan dengan hormat bersujud tiga kali di hadapannya.
Tuan Jian segera memapah Zhong-jie. Sambil tertawa dia berkata:
"Kakek guru tidak mau gratis menerima sujudmu, mulai besok kakek guru akan mengajarmu
beberapa jurus silat."
"Apakah guru tidak akan pergi lagi?" Ling-lin bertanya dengan senang.
Tuan Jian mengangguk. Dia mendekati Sun-ming dan memberi hormat:
"Semenjak berpisah 10 tahun lalu, tidak disangka kita masih bisa bertemu...." dia menghela
nafas. Tarikan nafas itu, apakah karena waktu begitu cepat berlalu" Atau karena dia menahan
perasaannya di dalam hati.
Akhirnya sorot mata itu melihat wajah Sun-ming dan bertanya:
"Apakah keponakan Zhong ada di rumah?"
Wajah Sun-ming berubah: "Bukankah 3 tahun yang lalu Jing-er sudah bersamamu?"
"Siapa yang berkata seperti itu?"
"Aku yang mengatakannya," jawab Ruan-wei.
Karena dia sudah tidak berhubungan dengan biksu harimau, maka dia tidak begitu sungkan
kepada Tuan Jian. Sorot mata Tuan Jian yang tajam melihat Ruan-wei.
"Sepertinya aku kenal dengan Tuan ini," kata Tuan Jian.
"Guru, dia mengatakan ketika Guru berada di Jun-shan Guru dipukul sampai terluka, sungguh
dia bicara sembarangan!" kata Ling-lin.
"Benar, seumur hidupku, ini pertama kalinya aku terluka."
Ling-lin menundukkan kepala.
"Apakah Jing-er yang menggendong Guru turun dari gunung?" tanya Sun-ming.
"Betul, jika bukan karena keponakan Zhong-jing, mungkin hari ini aku tidak bisa datang kemari
malah terkubur di Jun-shan!"
"Kalau begitu... begitu...." kata Sun-ming.
Tiba-tiba Tuan Jian seperti teringat sesuatu dan bertanya pada Ruan-wei:
"Apa margamu?" Dengan tegas Ruan-wei berkata, "Margaku Ruan." Dia ingin mengatakan kalau marganya Lu,
tiba-tiba dia enggan memberitahukannya.
Tuan Jian tertawa dingin:
"Sebetulnya kau masih sangat muda, mengapa kau berdandan menjadi orang dewasa?"
Diam-diam Ruan-wei mengagumi penglihatan Tuan Jian yang tajam, tapi dia tetap dengan
angkuh menjawab: "Ini adalah urusanku, Tuan tidak perlu tahu apa alasannya."
"Tiga tahun yang lalu aku bertarung dengan murid musuh ayahku di Jun-shan, akhirnya duaduanya
terluka. Keponakan Zhong-jing menggendongku turun gunung untuk berobat. Begitu
lukaku sembuh, karena aku ada perlu, aku harus pergi ke Yun-nan dan keponakan Zhong-jing
mengkhawatirkan keadaan rumah maka dia tergesa-gesa pulang...."
Ling-lin berteriak, Sun-ming menarik nafas, karena tidak tahu apa sebabnya, Tuan Jian dengan
kebingungan melihat mereka. Dia berkata lagi:
"Ketika kami bertarung di Jun-shan, hari: ketiga datang seorang remaja berusia sekitar 14
tahun, dia seperti kenal dengan keponakan Zhong. Di dunia ini hanya mereka berdua yang tahu
aku bertarung dengan biksu India hingga terluka. Sekarang...."
Sorot mata Tuan Jian seperti api melihat Ruan-wei:
322 "Dia tahu aku terluka dan wajahnya sangat mirip dengan wajah remaja itu, tapi mengapa kau
harus mengubah wajahmu dengan keterampilan mengubah wajah?"
Sun-ming menangis, Zhong-jie terus menggoyang-goyang tangan neneknya:
"Nek! Nenek!..."
Tuan Jian berjalan ke depan Sun-ming, dengan pelan dia bertanya:
"Kau... kau... mengapa menangis?"
"Sudah tiga tahun... Jing-er... tidak pernah pulang...." Sun-ming terus menangis.
Wajah Tuan Jian berubah. Dengan terkejut dia berkata:
"Apa" Mengapa keponakan Zhong-jing tidak pulang?" dia melihat Ling-lin dengan sorot
bertanya. Ling-lin menundukkan kepala. Tuan Jian sudah bisa menebak diam-diam berpikir, 'Mengapa dia
tidak peduli kepada keponakan Zhong-jing, tidak peduli, dia hidup atau mati" Jika dia perhatian
kepada suaminya mengapa dia tidak terlihat sedih?"
Sun-ming memegang tangan Zhong-jie dengan sedih berkata:
"Jing-er seumur hidupnya selalu susah, sekarang entah apakah dia masih hidup atau sudah
mati, harus bagaimana kita sekarang?"
"Apakah tiga tahun ini tidak terdengar kabar beritanya?" tanya Tuan Jian.
"Tiga tahun yang lalu, Jing-er melihat kau muncul di Wan Nan, dia merasa sangat berterima
kasih kepadanya karena 13 tahun yang lalu kau telah mengobatinya dan juga mengembalikan ilmu
silatnya, maka dia ingin pergi ke Wan-nan untuk mencarimu. Dia mengatakan jika bukan jasa
Tuan Jian, sampai sekarang dia pasti masih seperti orang cacat. Maka walau bagaimanapun dia
ingin bertemu denganmu untukmembalas budimu...."
Tuan Jian menarik nafas: "Karena keinginan keponakan Zhong-jing membalas budi, membuat
Tuhan mengaturnya pergi ke Wan-nan. Dan karena dia pergi ke Wan-nan, dia menolong
nyawaku!" Sun-ming menyambung lagi: "Setelah itu hampir dua tahun Jie-er tidak pulang. Aku dan Ling-er
setiap hari mengkhawatirkannya. Kami dua orang perempuan kemana bisa mencarinya" Kami
sudah tidak tahan dan memberitahukan kepada ketua Zheng-yi-bang...."
Ruan-wei baru mengerti, berpikir, 'Ternyata ketua Zheng-yi-bang muncul di sini dan membuat
orang-orangTian-zheng-jiao mencari tahu. Ternyata orang-orang Zheng-yi-bang datang untuk
mencari Paman Zhong. Tapi mengapa setelah minta bantuan perkumpulan yang begitu terkenal
mencari Paman Zhong, tetap tidak berhasil menemukan Paman Zhong" Apakah benar Paman
Zhong sudah mati"..."
Alis Tuan Jian terangkat:
"Katanya 10 tahun lebih ini Zheng-yi-bang yang dipimpin Lu Nan-ren sudah berbuat banyak
kebaikan untuk dunia persilatan dan sudah banyak mendapatkan pahala maka wibawa
perkumpulan ini semakin kuat."
Sun-ming menarik nafas, khawatir:
"Sudah hampir dua tahun lebih Lu Nan-ren mencari hingga ke semua penjuru tapi tetap tidak
berhasil menemukan jej ak Jing-er...."
Dengan terkejut Tuan Jian berkata:
"Apakah keponakan Zhong-jing terkena musibah...."
"Sepertinya begitu, kalau tidak mengapa Zheng-yi-bang tidak bisa menemukan jejak Jing-er?"
Sun-ming menjawab dengan pelan. Dengan sedih Tuan Jian berkata: "Di Yun-nan di buku-buku
peninggalan ayahku, aku menemukan semacam golok yang hanya bisa dipakai menggunakan
tangan kiri. Aku datang kemari bermaksud mengajarkannya ilmu golok tangan kiri kepada
keponakan Zhong-jing agar dia bisa berkelana di dunia persilatan, tapi... hhhh...."
Dengan nada marah Tuan Jian berkata lagi:
"Seseorang tanpa alasan sudah mengubah dirinya, hal ini membuat orang curiga dan orang ini
yang terakhir bertemu dengan keponakan Zhong-jing, entah apa yang sedang direncanakan di
dalam hatinya?" Dengan angkuh Ruan-wei berkata:
"Jika bicara mengenai kehilangan Paman Zhong berhubungan dengan orang terakhir yang
bertemu dengannya, sayang orang yang terakhir bertemu dengan Paman Zhong bukan aku. Orang
323 yang terakhir bertemu dengan Paman Zhong seharusnya bisa menjelaskan tentang hilangnya
Paman Zhong." sudah pasti kata-kata Ruan-wei ditujukan kepada Tuan Jian.
Tuan Jian adalah seorang pesilat terkenal yang pasti sifat menahan dirinya sangat kuat. Tapi
setelah mendengar kata-kata ini, wajahnya berubah.
"Sebenarnya apa margamu?" tanya Ling-lin tiba-tiba
Ruan-wei menganggap Ling-lin adalah perempuan tidak baik. Mana ada seorang istri tidak
mempedulikan keselamatan suaminya sendiri, karena itu dia tidak menyukai Ling-lin dan tidak sudi
menjawab pertanyaannya. Dengan lembut Sun-ming bertanya:
"Hari ini kau datang ke rumah kami apa yang ingin kau sampaikan?"
Ruan-wei merasa Sun-ming memang harus dihormati, maka dengan sopan dia menjawab:
"Secara kebetulan aku mengenal Paman Zhong. Setelah berpisah di Jun-shan karena aku harus
mengurus seorang tetua yang terluka parah karena bertarung maka kami pun berpisah. Setelah
tetua ini sembuh dia menitipkan pesan kepada Paman Zhong. Inilah sebabnya mengapa aku
datang. Aku bukan datang karena tidak ada hal penting." Kalimat terakhirnya seperti menjawab
pertanyaan Tuan Jian. Pelan-pelan Ruan-wei berkata kepada Sun-ming:
"Tetua itu menitipkan pesan kepadaku bahwa tiga tahun kemudian di Jun-shan, dia akan
bertarung lagi dengan Tuan Jian untuk menentukan kemenangan. Untung masih ada tenggang
waktu setengah tahun lagi akhirnya aku bisa menyampaikan pesan ini dan tidak terlambat."
"Biksu harimau bisu dan tuli itu masih tidak puas. Saat itu kita akan bertemu di Jun-shan!" Tuan
Jian membalikkan kepala dengan penuh arti melihat Ruan-wei dan berkata, "apakah kau sudah
menerima kebaikan dari biksu harimau?"
Ruan-wei mengangguk: "Benar, biksu itu telah memberiku banyak kebaikan." Dia berhenti sebentar lalu melanjutkan
lagi, "menurutku jika dua harimau bertarung pasti ada salah satu yang kalah. Lebih baik Tuan Jian
jangan pergi ke Jun-shan. Dengan begitu dua tetua bisa menghindari pertarungan yang membuat
salah satu terluka atau bahkan mati."
"Kau benar-benar pintar, ingin membuatku mengakui kekalahan dan menyuruhku tidak
menepati janji. Sepertinya biksu harimau bisu dan tuli itu benar-benar telah memberimu banyak
kebaikan." "Bagaimana hasil pertarungan di Jun-shan" Ada pepatah mengatakan jika bisa memaafkan
orang, maafkanlah orang itu. Dengan menahan diri bukankah menguntungkan dua belah pihak?"
kata Ruan-wei. "Jika kau tidak memberitahu janji pertarunganku dengan biksu harimau, bukankah akan
menjadi seperti yang kau inginkan?" tanya Tuan Jian.
Dengan serius Ruan-wei menjawab:
"Pesan orang lain harus disampaikan dengan baik, mana boleh menjadi orang yang tidak
bertanggung j awab?"
"Jika hari ini kau tidak bertemu denganku, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Tuan Jian
sambil tertawa. Ruan-wei benar-benar tidak suka, dengan lantang dia menjawab:
"Jika tidak bertemu dengan Tetua, aku akan mencari Paman Zhong. Di mana pun dia berada,
aku akan memberitahu janji pertarungan di Jun-shan. Jika tidak berhasil menemukan Paman
Zhong, aku akan pergi ke Jun-shan untuk meminta maaf kepada tetua harimau."
Tuan Jian mengangguk: "Kebaikan yang diberikan biksu harimau tidak sia-sia. Kalau begitu, kau nasehati biksu harimau
untuk membatalkan janji pertarungan di Jun-shan, aku akan menurunkan semua ilmu silatku
kepadamu." Segera Ling-lin ikut menasehati:
"Terimalah syarat dari guruku. Kau harus tahu ilmu silat ketua Zheng-yi-bang yang terkenal itu
berasal dari guruku."
Ruan-wei marah: 324 "Kalian menganggap Ruan-wei itu siapa" Walaupun kau ingin melatihku menjadi orang nomor
satu di dunia persilatan, aku tidak akan mau menjadi orang kerdil."
Setelah itu dia melangkah keluar.
Dengan marah Tuan Jian membentak:
"Tunggu! Kau sudah berani berbuat tidak sopan kepadaku!"
Ruan-wei sudah hampir keluar dari ruangan, mendengar teriakan itu, dengan marah dan
angkuh dia berkata: "Kata-kataku sudah selesai, aku tidak perlu tinggal di sini lagi, lebih baik aku pergi."
Dengan dingin Tuan Jian berkata:
"Dengan nama besarku di dunia persilatan, aku menyuruhmu tidak boleh pergi. Kau harus
menurut!" Sun-ming mengerutkan alis, 'Mengapa hari ini Tuan Jian berubah" Mengapa dia berkata seperti
itu?" Zhong-jie dengan manja berkata:
"Kakek Guru, biarkan Kakak Ruan pergi dari sini!"
"Jie-er, jangan ikut campur!'' bentak Ling-lin Dengan nada membangkang Ruan-wei berkata:
"Jika aku mau pergi tidak ada seorang pun yang bisa melarangku."
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba dari pekarangan terdengar suara yang kuat berkata, "Harap semua yang ada di dalam
rumah keluar!" Kata-katanya begitu sombong membuat orang-orang yang ada di dalam rumah terkejut.
Sebagai tuan rumah, Sun-ming langsung keluar. Tiba-tiba tubuhnya seperti tersengat listrik, dia
mundur beberapa langkah. Dengan wajah pucat dia berkata:
"Pembunuh! Pembunuh...."
Ling-lin dengan cepat mendekati ibunya. Begitu melihat siapa orang yang dilihat ibunya, dia
segera mengangkat alis, wajah penuh aura membunuh segera terlihat. Tuan Jian segera berkata:
"Siapa yang datang, Ling-er?"
"Pembunuh ayahku!" Sun-ming menangis tersedu-sedu: "Almarhum suamiku mati di tangan
mereka...." "Nenek, jangan menangis, Xiao Jie akan membalaskan dendam kakek!" hibur Zhong-jie
"Kau masih kecil, mana bisa melawan musuh yang begitu kuat," Ling-lin berteriak.
Zhong-jie berhenti melangkah, dia cemberut, pedangnya terus diacung-acungkan karena
marah. Suara dari pekarangan terdengar lagi:
"Apakah tidak ada yang berani keluar untuk melawanku?"
Terdengar suara tajam berkata: "Da-ge, biar mereka mau keluar atau tidak, kita bakar saja
rumah ini!" Sun-ming berusaha untuk tenang. Dari dalam rumah dia mengeluarkan dua buah pedang. Yang
satu dilemparkannya kepada Ling-lin. Wajahnya dingin seperti es, dia berpesan:
"Xiao Jie, kau tetap di dalam rumah, jangan keluar! Ling-er, kita lawan orang itu!"
Mereka berdua berjalan sampai di depan pintu, Tuan Jian tetap diam di tempatnya, sepertinya
pertarungan ini tidak ada hubungan dengannya. Ling-lin merasa aneh:
"Ada apa dengan guru" Dia tampak tidak peduli dengan dendam muridnya sedikit pun?"
Hal ini membuat Ruan-wei yang berdiri di pinggir merasa marah. Dalam hati berpikir, 'Masa
membiarkan dua orang perempuan bertarung dengan pesilat tangguh...ketua baju emas Tianzheng-
jiao!" Maka dia segera mencegah Sun-ming dan Ling-lin. Dengan hormat dia berkata:
".....Biar aku yang bertarung dengan mereka. Jika aku kalah melawan mereka, baru kalian
keluar. Biar aku menyumbang sedikit tenaga."
Sun-ming terharu dan menangis melihat remaja yang membela keadilan. Dengan penuh
berterima kasih dia berkata:
"Tidak... tidak...."
Ling-lin tertawa dingin: "Anak muda, jangan tidak tahu diri, apakah kau kira sanggup melawan Qi-ling-fei-hong dan
Wan-du-tong-zi?" 325 Ternyata orang yang ada di pekarangan adalah orang Tian-zheng-jiao yang paling mempunyai
nama, Wan-du-tong-zi, Tang-geng (Anak beracun Tang-geng). Qi-ling-fei-hong Yin Bao-lin (Tujuh
pelangi terbang). Ruan-wei dengan suara keras berkata:
"Asal aku tahu lawanku bukan orang baik-baik, walaupun dia mempunyai ilmu silat setinggi
apapun, aku tetap akan bertarung dengannya."
Ling-lin berkata dengan dingin:
"Kau benar-benar tidak tahu diri, kasihan ayah ibumu yang telah membesarkanmu, cepat
minggir!" Dengan penuh air mata Sun-ming berkata: "Kebaikanmu akan kami ingat seumur hidup.
Almarhum suamiku mati di tangan dua penjahat itu, kali ini aku harus membunuh mereka dengan
senjataku sendiri." "Aku memang tidak tahu diri, tapi aku dan Paman Zhong adalah sahabat baik, biar aku yang
pergi ke sana melawan mereka sehingga harga diri mereka lenyap!"
Terdengar di pekarangan ada yang sedang menyalakan api. Begitu terdengar Ruan-wei, dengan
cepat dari sebuah kantong kecil dia mengeluarkan Wu-mang-zhu dan melemparkan dengan sangat
cepat, membuat siapa pun tidak sempat melihatnya.
Di pekarangan terdengar suara teriakan berturut-tirut sebanyak lima kali. Lima orang Tianzheng-
jiao yang berniat membakar rumah sudah terkena lemparan Wu-mang-zhu.
Setelah Wu-mang-zhu dilemparkan, Ruan-wei berlari keluar. Sun-ming ingin melarangnya tapi
Tuan Jian berkata dengan suara kecil:
"Biarkan dia pergi!"
Tidak tampak Tuan Jian bergerak, tahu-tahu dia sudah berada di sisi Sun-ming:
"Dia adalah anak muda yang senang menolong orang, apakah dia adalah putra Lu Nan-ren?"
Dia bicara seperti itu karena wajah dan sifat Ruan-wei sangat mirip dengan Lu Nan-ren.
"Apakah lemparan senjata rahasia tadi, ilmu dari Xiao San-ye?"
Tuan Jian mengangguk: "Wu-mang-zhu hanya dibuat oleh Xiao Lao-san dengan cara handal."
"Kalau begitu dia pasti putra kandung Kakak Nan!"
Setelah Ruan-wei tiba di pekarangan, di bawah tergeletak lima orang laki-laki hitam, mata
mereka melotot tapi tidak bisa bergerak. Di depan masih berdiri dua orang dengan penampilan
sangat aneh. Yang satu kurus dan tinggi. Tingginya mengejutkan orang, juga hitam. Yang satu adalah pak
tua pendek berwajah merah.
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Pak tua berwajah merah ini pasti orang yang telah membuat
orang dunia persilatan takut kepadanya dan selalu menggunakan racun lihai, Wan-du-tong-zi,
sedangkan yang satu lagi adalah Qi-ling-fei-hong."
Dengan suara rendah Wan-du-tong-zi tertawa:
"Cara Tuan melepaskan senjata rahasia benar-benar menunjukkan bakat orang terkenal."
Dengan suara melengking Qi-ling-fei-hong berkata:
"Apakah hanya memiliki sedikit ilmu ini kau sudah berani datang bertarung dengan kami" Lebih
baik cepat pergi dari sini mumpung masih ada waktu."
Ruan-wei tidak takut: "Hutang uang dibayar uang, membunuh orang dibayar dengan nyawa. Kalian berdua telah
membunuh orang juga menganggu ketentraman dunia persilatan, apakah kalian tahu hukuman
Tuhan tidak akan bisa kalian hindari?"
Wajah merah Wan-du-tong-zi seperti bayi yang selalu tertawa:
"Kata-kata Tuan membuatku merasa aneh."
"Kalian datang mau apa?" selidik Ruan-wei.
"Membunuh orang! Orang Tian-zheng-jiao membunuh orang tidak pernah berpikir apakah dia
akan dihukum Tuhan atau tidak!" jawab Qi-ling-fei-hong dengan suara seram.
"Kalian ingin membunuh siapa?" tanya Ruan-wei.
"Semua orang yang ada di rumah ini akan kami bunuh, termasuk anjing dan ayam." Walaupun
Wan-du-tong-zi mengeluarkan kata-kata begitu sadis tapi dia tetap tertawa.
326 "Apakah kau tahu di rumah itu siapa yang tinggal?" tanya Ruan-wei.
Qi-ling-fei-hong tertawa:
"Tidak peduli siapa pun dia, asalkan dia kenal dengan ketua Zheng-yi-bang harus kami bunuh!"
"Bagaimana denganku?" tanya Ruan-wei.
"Apakah kau kira kau bisa hidup lebih lama?" Qi-ling-fei-hong mulai marah.
Ruan-wei tertawa menghina:
"Mengapakalian begitu sombong dan percaya diri?"
"Bocah tengik, kau cari mati!" Qi-ling-fei-hong mengeluarkan tali hitam yang panjangnya enam
meter. Setiap satu meter terikat sebuah lonceng yang berkilau dan tujuh macam senjata aneh.
Dengan cepat Ruan-wei mundur dan membalikkan tangan mencabut Fei-long-jian yang bersinar
dingin. Tali Qi-ling-fei-hong bergulung, segera lonceng berbunyi, dia siap menyerang.
Waktu itu, di atas dinding terdengar suara bentakan:
"Tunggu dulu!" Segera ada pesilat empat bunga meloncat turun.
Pesilat empat bunga dari Zheng-yi-bang, berarti ilmu silatnya setingkat dengan ketua baju
emas di Tian-zheng-jiao. Pesilat tiga bunga Kakak Tao berkata:
"Ketua Tang dan Ketua Yin, apakah kau tahu tuan rumah ini kenal dengan Zheng-yi-bang?"
Dengan penuh tawa Wan-du-tong-zi Tang-geng menjawab:
"Pihakmu dengan pihak kami sudah 10 tahun lebih tidak pernah berjanji, jika ada yang kenal
dengan salah satu pihak, tidak dibunuh!"
"Betul, belum ada perjanjian seperti ini tapi mulai hari ini orang yang ada di rumah itu masuk
dalam pelindungan kami. Jika kalian menyerang tuan rumah ini, berarti kalian tidak memandang
Zheng-yi-bang." "Hal sekecil itu tidak perlu dibicarakan,"
Wan-du-tong-zi tertawa. Di depan pesilat empat bunga, Qi-ling-fei-hong tidak berani bersikap sombong. Dia terus
melihat Tang-geng, seperti mengandalkan dia.
Wan-du-tong-zi menarik tawanya, dengan serius dia berkata:
"Hari ini kami memandang Kakak Tao, sementara kami akan mundur dulu tapi kelak hutang ini
akan kami tagih lagi."
Wan-du-tong-zi Tang-geng adalah orang licik, melihat Tao-chu muncul, dia tahu akan kesulitan
menghadapi Tao-chu maka dia memang-gil Qi Ting-fei-hong dan siap-siap mundur dari sana.
"Ketua Tang, lima orang yang tergeletak di bawah, apakah mereka adalah murid perkumpulan
kalian?" "Orang yang sudah membuat malu perkumpulan kami, tidak akan diakui lagi," Wan-du-tong-zi
menjawab sambil terus berjalan.
Tapi Ruan-wei sudah membentak:
"Kalian berhenti!"
"Apakah kau bicara kepada kami?" tanya Wan-du-tong-zi.
"Betul!" jawab Ruan-wei.
"Ternyata ada yang ingin mencari keuntungan," Qi-ling-fei-hong berkata dengan tertawa sinis.
"Membunuh harus mengganti dengan nyawa, ini adalah hal biasa."
"Apakah nyawa boleh sembarangan di tinggal?" Qi-ling-fei-hong mulai marah.
"Membunuh orang harus diganti dengan nyawa, hari ini kalian berdua datang tepat pada
waktunya." "Apakah Tuan sudah gila?" Tao-chu ikut membentak.
Tangan kiri Ruan-wei memegang pedang. Pedang dijuntai ke bawah, kaki membentuk angka
delapan (Huruf Tionghoa). Caranya sangat aneh tapi luwes.
"Sedikit pun aku tidak gila!"jawab Ruan-wei
"Kalau Tuan tidak gila, silakan tinggalkan tempat ini agar tuan rumah di sini tidak terbawa
masalah anda!" Ruan-wei tertawa dingin: "Walaupun aku meninggalkan tempat ini, tuan rumah pasti tidak akan membiarkan kedua orang
itu pergi hidup-hidup. Aku hanya menggantikan tuan rumah melaksanakan tugas ini."
327 "Maksudmu tuan rumah dengan Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi mempunyai dendam yang
dalam?" tanya Tao-chu.
"Betul!" jawab Ruan-wei.
"Membunuh orang harus diganti dengan nyawa, siapa yang sudah kubunuh" Coba beritahu
kepadaku!" kata Wan-du-tong-zi sambil tertawa.
"Ling Bei-xiu!" jawab Ruan-wei.
Qi-ling-fei-hong tertawa menghina:
"Ternyata dia adalah janda Ling Bei-xiu. Ha ha ha! 10 tahun lebih jika bukan karena ketua kami
yang melindungi mereka, apakah mereka masih bisa hidup di dunia ini?"
Wan-du-tong-zi menurunkan Hu-lu besi (hiolo) dari balik punggungnya. Dengan serius dia
berkata: "Apakah Tuan tetap mau membantu janda Ling Bei-xiu membalas dendam?"
Melihat dia mengeluarkan senjata, Ruan-wei tahu kalau pertarungan akan segera dimulai. Maka
dengan penuh konsentrasi dia menatap lawan.
'Siapakan pemuda ini, membuat Wan-du-tong-zi seperti melawan seorang musuh besar"' Taochu
diam-diam berpikir. Sambil mengeluarkan Duo-hun-suo (Tali besar pencabut nyawa), Qi-ling-fei-hong membentak:
"Aku tidak ingin membunuh orang yang tidak ternama, bocah, siapa namamu?"
Mata Ruan-wei sama sekali tidak berkedip:
"Aku Ruan-wei."
Segera Wan-du-tong-zi berkata:
"Ruan-wei! Ruan-wei! kau tidak akan menang dari kami-kami yang sudah terkenal pada
pertarungan kali ini, maka kau harus berhati-hati menghadapinya!"
Wan-du-tong-zi memang lebih licik dan teliti. Lemparan senjata rahasia tadi telah membuatnya
terkejut. Walau bagaimana pun dia harus memberitahukan hal ini kepada Qi-ling-fei-hong agar dia
bergabung dengannya membunuh Ruan-wei
Pedang Ruan-wei terjulur ke bawah, dia tidak bergerak. Qi-ling-fei-hong tidak sabar. Duo-hunsuo
berlonceng tujuh mulai menyerang.
Tiba-tiba sebuah cahaya putih menahan Duo-hun-suo. Tao-chu memegang tombak peraknya
dan membentak: "Nanti dulu!"
"Apakah Zheng-yi-bang akan ikut lagi dalam hal ini?"
"Perkumpulan kami tidak membantu melainkan membantu tuan rumah membalas dendam."
Qi-ling-fei-hong marah: "Jangan berpura-pura, jika ingin membantu, majulah semuanya, kami akan membereskan
kalian juga. Tidak peduli kalian ada berapa orang!"
Dua pesilat empat bunga mencabut senjata mereka. Mereka seperti malas untuk bicara. Ilmu
silat mereka berada di atas Tao-chu tapi mereka sangat patuh kepada perintah Tao-chu.
Diam-diam Wan-du-tong-zi terkejut. Dua saudara bermarga Wang ini ilmu silatnya setingkat
dengannya, jika mereka berdua bergabung, mereka benar-benar akan kalah total.
Ternyata dua orang pesilat dengan empat bunga ini adalah kakak beradik. Si kakak bernama
Wan g Shu-yuan, sedangkan adiknya bernama Wan Shu-tian. Perawakan mereka tinggi juga
besar, gabungan ilmu pedang mereka sangat terkenal di dunia persilatan.
Ruan-wei menyerang dan membentak: "Jika aku kalah, dua kakak baru boleh menyambung
bertarung dengan mereka."
Wan-du-tong-zi, QiTing-fei-hong, dan Ruan-wei mulai bertarung.
Tao-chu dan dua bersaudara Wang berada di pinggir melihat. Ruan-wei berada di antara Duohun-
suo dan Tie-hu-lu, dia meloncat kesana kemari, terkadang menyerang satu kali dengan
pedang. Walaupun lihai tapi gerakannya tidak teratur.
Ruan-wei hanya bisa melakukan Tian-long-shi-san-jian, sekarang dia tidak menggunakan jurus
Tian-long-shi-san-jian, hanya menggunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan Xiao San-ye.
Serangan dari dua pesilat tangguh, bisa dihindari Ruan-wei dengan tenang.
Setelah sepuluh jurus berlalu, Ruan-wei tidak tampak akan kalah, hal ini membuat Tao-chu dan
dua pesilat Wang bersaudara merasa heran dan melihat gerakan Ruan-wei dengan mata melotot.
328 Sun-ming dan Ling-lin yang berada di pekarangan melihat Ruan-wei bertarung. Jika saja Ruanwei
terdesak, mereka akan segera datang membantu. Mereka tidak akan membiarkan satusatunya
putra Lu Nan-ren terluka karena serangan musuh mereka.
Setelah seratus jurus berlalu, gerakan Duo-hun-suo Qi-ling-fei-hong berubah. Tali diayunkan
mengeluarkan bunyi lonceng. Walaupun mengganggu penglihatan atau konsentrasi lawan tapi
tidak membuat orang terganggu.
Sekarang jurus tali telah berubah. Suara lonceng terus berbunyi, mengeluarkan suara seperti
sebuah lagu. Denting lagunya seperti membuat orang akan roboh. Setiap jurus mengeluarkan
sebuah irama, terdengar lonceng mengantarkan jurusnya.
Diam-diam dua bersaudara Wang ber-pikir, 'Kami pernah mendengar jurus 'Qi-ling-fei-suo' (7
lonceng tali terbang) yang telah melukai banyak orang dan belum pernah terkalahkan. Sepertinya
dia akan menggunakan jurus ini."
Hu-lu besi yang dipegang Wan-du-tong-zi berubah arah. Mulut Hu-lu berhadapan dengan Ruanwei.
Tiba-tiba dua bersaudara Wang bersama-sama berteriak:
"Hati-hati, senjata beracun!"
Begitu mendengar teriakan itu, Ruan-wei mulai memperhatikan mulut Hu-lu. Dalam hati
berpikir, 'Jika pada pertarungan ini dia mengeluarkan senjata beracun, aku akan sulit
menghindar." Setelah beberapa jurus berlalu, Ruan-wei beralih rada berada di bawah angin, hal ini terjadi
karena dia terus mengawasi senjata rahasia Wan-du-tong-zi yang beracun juga harus konsentrasi
menahan suara lonceng yang dikeluarkan dari Qi-ling-fei-suo.
Karena mereka berdua mengeluarkan jurus andalan masing-masing hingga Ruan-wei tidak bisa
menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian. Dia ingin bertarung dengan pedang yang dimilikinya
untuk menepis senjata mereka agar dia bisa menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Melihat Ruan-wei hampir kalah, Sun-ming dan Ling-lin bersiap-siap membantu, mulut Hu-lu besi
Tang-geng sudah terbuka. Dari mulut Hu-lu keluar lima panah kecil beracun. Dalam jarak dekat
bisa tampak panah yang keluar adalah panah beracun. Hal ini membuat orang yang berada di
arena pertarungan terkejut dan mereka mengira Ruan-wei tidak akan bisa menghindari serangan
ini. Tapi bayangan Ruan-wei seperti hantu gentayangan. Dia keluar dari kepungan Wan-du-tong-zi
dan Qi-ling-fei-hong, lima anak panah beracun itu berhasil dihindari oleh Ruan-wei.
Semua orang yang berada di arena pertarungan tidak melihat Ruan-wei menggunakan cara apa
untuk menghindarinya. Hanya Tuan Jian yang ada di dalam rumah, dari balik jendela melihat semua pertarungan dan
tahu jurus yang digunakan adalah ilmu meringankan tubuh yang telah lama menghilang, yang
bernama Bai-bian-gui-ying (bayangan setan berubah-ubah).
Setelah berhasil keluar dari kepungan musuh, dia memegang pedang dengan tangan kirinya
dan pedang diarahkan tegak lurus ke bawah. Dia mulai mengatur nafas melakukan jurus-jurus
yoga dan bersiap-siap menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Tang-geng sama sekali tidak menyangka kalau Ruan-wei berhasil menghindari 'Du-chang-jian'
(panah usus beracun). Qi-ling-fei-hong tidak percaya ada orang yang bisa lolos dari jurus Qi-ling
fei-suo miliknya. Tapi buktinya Ruan-wei berhasil meloncat keluar, hal ini membuat mulut mereka
ternganga karena merasa aneh.
Qi-ling-fei-hong tidak percaya ada ilmu menghilang. Dia mengayunkan tali dan siap
mengeluarkan jurus talinya yang paling lihai. Tangan Tang-geng memegang Hu-lu besi. Begitu ada
kesempatan, dia akan melepaskan panah beracun ke arah Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei berdiri tegar seperti gunung, sikapnya sangat tenang, sampai mereka berjalan
ke harapannya, dia segera tertawa. Pedang diangkat dan menunjuk ke arah langit. Ini adalah
pembukaan dari jurus Tian-long-shi-san-jian, yang bernama 'Xiao-fu-zhi-tian' (Budha tertawa
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunjuk langit). Qi-ling-fei-hong merasa senang, diam-diam dia berpikir, 'Apakah bocah ini tidak bisa
menggunakan pedang" Mana ada jurus pedang menusuk langit, benar-benar tidak waras!'
Tang-geng mempunyai pikiran sama dengan Qi-ling-fei-hong. Mereka segera menyerang Ruanwei.
329 Tapi justru dasar dari Tian-long-shi-san-jian yaitu 'Xiao-fu-zhi-tian' digunakan untuk memancing
lawan. Begtu jurus dikeluarkan, ilmu yoganya segera dikeluarkan. Ruan-wei seperti seekor naga
terbang ke atas. Tang-geng dan Qi-ling-fei-hongyang terus memusatkan serangannya. Tidak
menyangka musuh bisa menghilang. Mereka malah merasa ada angin dari pedang terus
menyerang ke arah kepala mereka.
Mereka terkejut, segera mereka mengeluarkan jurus menyelamatkan diri, menghindar dari jurus
kedua Tian-long-shi-san-jian yang bernama 'Feng-long-zai-tian' (naga terbang kelangit).
Ketika mereka menjaga kepala mereka, Ruan-wei seperti seekor naga turun ke bumi. Cahaya
pedang seperti kilat menyerang pinggang mereka.
Tang-geng dan Yin Bao-lin tidak menyangka di dunia ada jurus pedang begitu aneh, maka
mereka mengeluarkan ilmu andalan mereka untuk menghindari jurus ketiga dari Tian-long-shi-sanjian.
Tiba-tiba Ruan-wei bersiul seperti naga berteriak kemudian cahaya pedang tampak berputar.
Sosok Ruan-wei mengikuti pedang terbang, di sekeliling hanya terlihat kilauan pedang tapi tidak
terlihat bayangan Ruan-wei. Jurus keempat Tian-long-shi-san-jian adalah 'Jin-tong-bai-fu' (anak
emas menyembah Budha). Begitu dikeluarkan, Tang-geng dan Yin Bao-lin segera berteriak karena
tangan kanan mereka telah tersabet hingga putus dari pergelangan, dan senjata mereka terjatuh.
Sisa tenaga jurus keempat 'Jin-tong-bai-fu' masih seperti gelombang terus menyerang mereka.
Orang-orang yang melihat pertarungan ini benar-benar terkejut. Untung ada senjata yang
menahan tenaga kuat ini. Hanya saja pedang dua bersaudara Wang terlempar oleh tenaga ini,
mereka selamat tidak terjadi sesuatu. Tapi pedang Sun-ming dan Ling-lin terbabat putus.
Ilmu silat Tao-chu paling rendah, tombak peraknya pun terputus, pergelangan tangannya
terluka. Ini karena Ruan-wei telah berusaha mengurangi tenaganya. Jika tidak, orang yang ada di
arena pertarungan itu pasti tidak akan sanggup menahan hempasan tenaga ini. Jurus keempat
'Jin-tong-bai-fu' telah digunakan Ruan-wei, tenaganya tidak terkendali. Jurus kelima 'Long-zhanyu-
ye' hanya di keluarkan setengah jurus, (naga bertarung dengan harimau liar).
Tang-geng dan Yin Bao-lin sudah terluka dan tidak bisa bertarung lagi tapi jurus 'Long-zhan-yuye'
masih terus membabat kaki mereka.
Begitu jurus Tian-long-shi-san-jian di keluarkan satu jurus lebih lihai dari jurus sebelumnya.
Walaupun 'Long-zhan-yu-ye' hanya dikeluarkan setengah jurus tapi angin dari pedang seperti kilat
membabat kaki mereka berdua.
Waktu itu, dari luar dinding ada bayangan hijau berkelebat. Sebelah tangan mengangkat leher
baju Tang-geng, sedangkan tangan lainnya memegang tali pinggang Yin Bao-lin. Tapi cahaya
pedang menutup jalan mundur mereka.
Bayangan hijau ini sangat lihai, dia bersalto keluar dari kurungan cahaya pedang. Dia masih
sempat menendang kepala Ruan-wei.
Setengah jurus Ruan-wei yang digunakan, memaksakan tubuhnya bergerak ke belakang dan
menghentikan jurus-jurus pedangnya. Tendangan bayangan hijau itu tidak berhasil mengenainya.
Bayangan itu mengangkat Tang-geng dan Yin Bao-lin kemudian meletakkan mereka dengan
posisi berdiri. Ternyata yang datang adalah seorang pemuda berusia sekitar 30 tahun, wajahnya
dingin dan sadis. Kedua matanya terus melihat ke atas, benar-benar sangat angkuh.
Dengan dingin dia berkata: "Jurus-jurus Tuan benar-benar lihai, nanti Qian-yi akan mencari
waktu untuk mencobanya."
Dia melihat Tang-geng dan Yin Bao-lin. Dengan dingin dia berkata: "Ayo kita pergi!"
Dengan menahan sakit, Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi mengikuti Qian-yi pergi dari sana.
Sun-ming dan Ling-lin tahu kalau Qian-yi adalah murid pak tua tanpa nama yang tinggal di
Qing-hai, sekarang dia adalah wakil ketua Tian-zheng-jiao. karena nama besarnya, maka Sun-ming
dan Ling-lin tidak berniat mengejarnya.
Sesudah Ruan-wei mengeluarkan jurus-jurus Tian-long-shi-san-jian, dia merasa sangat senang,
melihat sosok Qian-yi, dia berteriak:
"Jika ilmu pedangku kalah di tangan Tuan, aku akan memberikan kepalaku untukmu."
Tiba-tiba terdengar bentakan:
"Bocah sombong!"
Begitu menoleh, Ruan-wei melihat Tuan Jian berada di belakangnya. Dia marah:
330 "Kenapa begitu membuka mulut Tetua menyakiti hati orang?"
Dengan dingin Tuan Jian menjawab:
"Kau kira setelah biksu harimau mengajarmu Tian-long-jian-fa, maka kau akan menjadi orang
yang tidak terkalahkan" Menurutku, itu hanya kepandaian anak-anak."
Tuan Jian tidak tahu kalau Ruan-wei mempelajari ilmu pedang itu sendiri, tidak diajarkan oleh
biksu harimau. Mendengar Tuan Jian menghina biksu harimau yang begitu dihormatinya, maka
Ruan-wei dengan marah berkata:
"Ilmu yang diajarkan biksu harimau tidak akan kalah darimu!"
"Dengan kemampuan ilmu silatmu tadi, dalam tiga jurus, aku akan mematahkan pedangmu!"
seru Tuan Jian. "Apakah Tetua tidak malu mengatakan ini?" tanya Ruan-wei.
"Kalau tidak percaya, boleh coba?" Tuan Jian tertawa.
"Baik, aku tidak takut kepada siapa pun!" Ruan-wei berkata dengan marah.
Ruan-wei memusatkan tenaganya, pedang dipegang di tangan kiri dan terjulur ke bawah. Dia
seperti menghadapi musuh kuat tapi waktu berlalu lama Tuan Jian masih belum bergerak. Ruanwei
tidak sabar dan berkata: "Mengapa Tetua tidak mencabut pedang?"
Tuan Jian pura-pura terkejut:
"Apakah aku harus memakai pedang" Oh, tidak, tidak! Jika aku menggunakan pedang, dalam
satu jurus saja kau akan kalah, aku tidak mau melakukannya!" Dia mematahkan tangkai pohon
dan membersihkan daunnya, jadilah sebuah pedang dengan panjang 2.5 meter dan lebar 7.5
centimeter. Dia melambaikan pedang kayu itu, dengan lagak angkuh berkata, "kau menyuruhku
menggunakan pedang, jadi aku menggunakan pedang kayu ini agar tidak membuatmu terluka dan
orang lain tidak akan mengatakan orang tua menghina anak kecil!"
Ruan-wei benar-benar marah karena merasa terhina. Tapi dia masih menahan diri dengan
sopan berkata: "Silakan...." Tuan Jian malah menatap langit dan tidak melihat Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei tetap dengan hormat menunggu gerakan Tuan Jian dia memberi hormat lagi tapi
Tuan Jian tidak menerima hormatnya. Karena marah, jurus dasar Tian-long-shi-san-jian yaitu
'Xiao-fu-zhi-tian' pun dikeluarkannya. Pedang Ruan-wei tinggal 2 cm lagi akan mengenai
tenggorokan Tuan Jian. Pedang kayu menempel pada Fei-long-jian, dan menepis besi seperti
menepis tanah. Tinggal 1 cm lagi Ruan-wei menusuk, tapi pedangnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Dia
ingin menarik kembali pedangnya ternyata tidak bisa ditarik.
Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Ini bukan pertarungan pedang, melainkan seperti menggunakan
ilmu gaib,' Tapi Ruan-wei adalah seorang anak pintar, melihat ilmu lawan sudah terlatih
sedemikian rupa, hingga jurus pertamanya tidak berhasil. Dia tidak peduli apakah pedangnya bisa
ditarik atau tidak, jurus kedua 'Fei-long-zai-tian' pun dikeluarkan.
Segera tampak kehebatan 'Fei-long-zai-tian'. Tempelan pedang Tuan Jian hampir gagal dan
pedang hampir bisa ditarik kembali tapi tiba-tiba badan Tuan Jian mengikuti tubuh Ruan-wei.
Ruan-wei turun, dia ikut turun, tapi pedang kayu masih tetap menempel di atas pedang Ruan-wei.
Jurus ketiga Xian-long-zai-tian' kemudian dikeluarkan. Tuan Jian mengikuti pedangnya berputar
tapi pedang kayu tetap menempel di atas pedang Ruan-wei. Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Akan
kukeluarkan jurus keempat, saat itu kepalamu akan pusing karena berputar-putar, aku akan
menarik pedangku untuk memotong pedang kayumu!'
Tapi baru saja jurus keempat akan dikeluarkan, dia merasa ada tenaga masuk ke dalam
tubuhnya, dikatakan kecil juga tidak, dia hanya merasa kalau dia harus melepaskan Fei-long-jian
maka dia pun melepaskan Fei-long-jian dengan tidak berdaya.
Tuan Jian menyambut pedang Fei-long-jian, sambil tertawa dia berkata, "Tian-long-jian-fa
digunakan olehmu lebih ganas dibandingkan digunakan anak kecil. Belajarlah beberapa tahun lagi,
setelah itu baru bisa bertarung denganku'
Sambil tertawa dia melempar Fei-long-jian kepada Ruan-wei. Wajah Ruan-wei menjadi merah
dan menerima Fei-long-jian nya kembali.
331 Dia sedih dan berpikir, 'Kepandaianku ternyata masih rendah. Ilmu pedang yang katanya nomor
satu, di tanganku tetap tidak bisa melewati 3 jurus orang lain, benar-benar memalukan!"
Dia menyimpan pedangnya dan memberi hormat kepada Tuan Jian:
"Terima kasih, Tetua telah mengembalikan pedang ini kepadaku." Dia teringat kalau pedang ini
milik Gongsun Lan dan harus dikembalikan padanya.
Sambil tertawa dingin Tuan Jian berkata: "Pergilah! Setelah berlatih dengan baik, baru temui
aku lagi!" Ruan-wei malu kalau terus berada di sana, dia meloncat ke atas dinding. Sun-ming berteriak:
"Kau mau ke mana" Bukankah kau ingin mencari ayahmu?"
Dengan sedih Ruan-wei menggelengkan kepala:
"Aku tidak tahu siapa ayahku, kemana aku harus mencarinya" Sampai jumpa lagi!" Dia tidak
berpikir mengapa orang lain bisa menanyakan hal ini, dia hanya merasa sedih dan ingin menangis.
Dia takut kalau sampai terlihat orang lain maka hanya dalam waktu sebentar dia melayang seperti
seekor burung terbang entah ke mana. Sun-ming berteriak:
"Kembalilah, ayahmu adalah Lu Nan-ren..."
Tapi Ruan-wei sudah jauh dari sana dan tidak mendengarnya. Sun-ming membalikkan tubuh
dan bertanya kepada Tuan Jian:
"Mengapa hari ini kau tidak seperti biasanya, selalu melakukan tindakan tanpa menggunakan
perasaan" Bukankah kau tahu, dia adalah putra Lu Nan-ren?"
Tuan Jian mengangguk: "Aku memang curiga dia adalah putra Lu Nan-ren maka dengan segala cara aku harus
mengujinya. Dia benar-benar seorang anak yang mempunyai hati membela keadilan!"
"Tapi, mengapa... mengapa... kau membuatnya marah dan pergi dari sini" Mengapa tidak
memberinya kesempatan untuk bertemu dengan ayahnya?" Tanya Sun-ming dengan bingung.
"Anak ini telah menguasai ilmu senjata rahasia serta ilmu meringankan tubuh yang hebat dari
Xiao San-ye, sampai-sampai ilmu pedang Tian-long-shi-san-jian dan ilmu sakti Yoga dari India pun
dikuasainya, tapi ilmunya belum terkuasai dengan baik. ilmu pedang Tian-long-shi-san-jian baru
dikuasainya sebanyak 30%, aku sengaja membuatnya marah dan pergi dari sini, dia pasti akan
pergi mencari biksu harimau dan memberitahu kalau aku setuju bertarung dengan-nya di Junshan.
Dia pasti akan belajar lebih baik lagi kepada biksu harimau dan bisa menguasai Tian-longshi-
san-jian dengan baik dan tepat. Jika anak ini telah menguasai Tian-long-shi-san-jian dengan
baik, maka dia akan menjadi pesilat nomor 1 di dunia persilatan. Apalagi Tian-long-shi-san-jian
selalu menjadi incaran pesilat-pesilat dunia persilatan. Jika dia tidak benar-benar menguasai ilmu
itu dan tidak menjaga dirinya, nyawanya akan cepat melayang."
"Aku telah salah paham kepadamu, tidak disangka kau lebih memperhatikan dia," Sun-ming
tersenyum. Dengan senang Tuan Jian berkata:
"Lebih baik dia tidak tahu bahwa dia adalah putra ketua Zheng-yi-bang, agar hatinya lebih
tenang berlatih silat. Apakah tiga pesilat Zheng-yi-bang bisa menjaga rahasia ini?"
Dua bersaudara Wang dan Tao-chu menyaksikan sendiri bagaimana hebatnya ilmu silat Tuan
Jian tadi, mereka benar-benar kagum kepadanya. Mereka segera menjawab:
"Kami janji akan merahasiakan!" Zhong-jie yang sejak tadi diam di dalam rumah sekarang
berlari keluar. Dia mendekati Sun-ming. Sun-ming mengelus-elus rambutnya, dan berkata:
"Entah kapan ayah Xiao Jie baru bisa bertemu denganmu" Jika dia seperti almarhum suamiku,
bagaimana dengan Xiao Jie dan Ling-er?"
Ling-lin mengomel: "Ibu, jangan terus membicarakan hal ini!" Dia seperti tidak suka mendengar nama Zhong-jing
disebut. Tuan Jian menuntun tangan Xiao Jie, dengan serius dia berkata:
"Seumur hidupku, aku belum pernah menerima murid. Ling-er hanya belajar beberapa jurus
dariku, dia bukan muridku. Aku sudah tua, hampir masuk liang kubur, aku tidak mau ilmu silatku
terkubur bersamaku, Xiao Jie ikutlah kakek guru beberapa tahun. Aku akan menurunkan ilmuku
padamu. Dendam kakek dan pencarian ayahmu, kau yang harus melakukan."
Sun-ming dengan senang berkata:
332 "Xiao Jie, cepat berterima kasih kepada kakek guru!"
Xiao Jie segera berlutut dan berkata:
"Terima kasih, kakek guru!"
"Jie-er, kau telah mengabulkan harapan ibu." kata Ling-lin juga senang.
"Jika kau ingin belajar, aku tetap akan mengajarimu, untuk apa berebut dengan putri sendiri?"
Tuan Jian tersenyum. "Aku sudah tua untuk apa belajar ilmu silat lagi" Asal Jie-er bisa menguasai sepersepuluh ilmu
guru, aku sudah merasa senang dan puas."
"Lihat anak ini, di depan Tuan Jian mengatakan kalau dia sudah tua, benar-benar memalukan."
Sun-ming tertawa "Umur tidak bisa dibohongi, generasi muda akan terus muncul, aku benar-benar merasa sudah
tua," ucap Tuan Jian.
Sun-ming mengganti topik pembicaraan:
"Anak Ruan-wei benar-benar mempunyai masa depan cerah, baik sekali jika dijodohkan dengan
Xiao Jie!" "Betul! Ini ide yang bagus. Jika Xiao Jie telah mempelajari ilmu silatku, ilmu silatnya tidak akan
jauh dari Ruan-wei. Kelak kalau kalian berdua berkelana di dunia persilatan akan membuat dunia
persilatan menjadi cerah."
Xiao Jie berusia 13 tahun, dia sudah mengerti hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Dengan malu-malu dia berlari masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba Ling-lin berkata:
"Aku tidak mau Xiao Jie menikah dengan Ruan-wei...." Suaranya sangat kecil tapi Sun-ming
bisa mendengarnya dan bertanya, "apa yang kau katakan tadi?"
"Menurutku, tinggal terus di sini kalian sudah tidak aman lagi, lebih baik kalian pindah ke
wilayah kekuasaan Zheng-yi-bang." kata Tao-chu
"Betul! Aku akan membawa Jie-er pergi dari sini, tidak ada yang menjaga kalian berdua, apalagi
Tian-zheng-jiao sangat jahat. Kalian tidak bisa menjaga diri, lebih baik kalian ikut Pendekar Tao
pergi," usul Tuan Jian.
Sun-ming bertanya dengan sedih:
"Apakah kau akan pergi lagi?"
Tuan Jian tidak berani menatap Sun-ming, dia hanya menjawab:
"Xiao Jie akan ikut ke gunung untuk belajar silat, aku jamin dia akan bisa menguasai ilmu silat
tinggi." Ling-lin dengan senang berkata:
"Bu, jika Xiao Jie pergi, kita sama-sama pergi ke markas Zheng-yi-bang. Di sana ada Kakak Lu
yang bisa melindungi kita sehingga kita tidak akan merasa kesepian."
"Apakah kau tidak senang kesepian?" tanya Sun-ming.
BAB 97 Remaja yang penuh teka teki
Dengan sedih Ruan-wei meninggalkan Jin-ling, sepanjang jalan dia terus berpikir mengapa
jurus yang katanya nomor satu di dunia persilatan, dalam 3 jurus berhasil dikalahkan oleh Tuan
Jian. Akhirnya dia menemukan suatu alasan, selama 3 tahun belajar sendiri, dia belum memahami
inti sari dari kedasyatan Tian-long-shi-san-jian. Dia teringat biksu harimau pernah berkata, "empat
tahun kemudian kau harus pergi ke perbatasan Tibet mencariku." kata-katanya pasti bukan tanpa
alasan. Setelah dihitung-hitung, janjinya dengan tetua biksu harimau masih ada waktu setengah
tahun lagi. Jika dia berangkat sekarang masih cukup waktunya.
Apalagi persetujuan pertarungan antara biksu harimau dengan Tuan Jian harus diberitahukan
kepada biksu harimau, karena itu dia mengambil keputusan untuk pergi ke Tibet.
Selama beberapa hari perjalanan, Ruan-wei mendengar kabar mengenai dirinya: "Seorang
pemuda berusia sekitar 25-26 tahun, di Jin-ling telah berhasil menebas putus pergelangan dua
ketua berbaju emas Tian-zheng-jiao dan melukai pesilat tiga bunga Tao-chu dari Zheng-yi-bang."
333 Begitu kabar ini menyebar, dunia persilatan menjadi geger. Siapakah orang yang berani
bermusuhan dengan Tian-zheng-jiao juga Zheng-yi-bang"
Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang adalah dua perkumpulan terbesar di dunia persilatan.
Orang-orang yang berilmu rendah selalu mencari kesempatan untuk bergabung dengan Tianzhengjiao
atau Zheng-yi-bang, mereka menganggap adalah suatu kebanggaan jika bisa masuk
menjadi anggota dua perkumpulan itu. Tapi pesilat muda ini dalam waktu bersamaan berhasil
melukai orang-orang terpenting dari dua perkumpulan itu. Karena kabar ini, semua pesilat
menebak kalau pemuda itu pasti seorang yang mempunyai dukungan kuat. Tapi begitu mereka
mencari tahu pemuda yang tidak terkenal ini dan identitasnya, yang tidak jelas dari pemuda ini
ternyata bermarga Ruan. Karena kabar ini terus menyebar, pemuda bermarga Ruan ini menjadi sosok sangat misterius.
Kabar ini tidak membuat Ruan-wei merasa senang, dia malah merasa malu karena penghinaan
yang diterinanya dari Tuan Jian, dalam tiga jurus telah dikalahkan oleh Tuan Jian. Dia takut kalau
orang-orang akan mengenalinya.
Karena itu dia kembali merubah ke wajah aslinya, pakaiannya pun diganti menjadi pakaian
seorang pelajar, 'Fei-long-jian' dibungkus dengan kain hitam dan dijepit di ketiaknya. Dia juga
membeli buku-buku dan dibungkus menjadi buntelan dan digendongnya di pundak. Sekarang dia
seperti seorang pelajar berusia 17-18 tahun.
Musim panas telah berlalu, musim gugur telah tiba. Ruan-wei sudah sampai di selatan Huang
He. Sekarang Ruan-wei memasuki kota 'Kai-feng'. Di kota ini jalan-jalan sangat ramai. Kota Kai-feng
terlihat sangat makmur. Karena lapar Ruan-wei masuk ke sebuah rumah makan besar.
Di rumah makan itu tamunya tidak terlalu banyak, masih banyak tempat yang kosong. Dia
memilih tempat yang agak pojok dan duduk di sana.
Dia memesan beberapa macam sayur terkenal, setelah melakukan perjalanan jauh dia merasa
lelah. Arak yang dipesan juga arak terkenal di sana yang bernama Zhu Ye-qing. Sambil minum
arak dengan santai, Ruan-wei melihat tamu-tamu yang turun naik di rumah makan itu. Meski
hanya minum sedikit arak dia sudah membuat wajahnya menjadi merah karena dia tidak terbiasa
minum arak.
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba terdengar suara denting lonceng yang sangat nyaring, ternyata ada lima perempuan
cantik dan anggun datang. Mereka berdandan sangat menor dan terus tertawa-tawa. Suara
gemerincing lonceng terdengar dari tangan dan kaki mereka, penampilan lima perempuan ini
bukan pelayan juga bukan istri muda dari tuan kaya, tapi siapakah orang yang mempunyai nasib
begitu bagus, bisa memiliki perempuan-perempuan yang begitu cantik"
Begitu mereka menaiki loteng, mereka memilih tempat tepat di depan Ruan-wei. Mereka terus
mengobrol dan tertawa tapi tidak ada yang duduk.
Ruan-wei merasa kelima perempuan itu sangat cantik tapi sepertinya mereka bukan perempuan
baik-baik maka muncul perasaan tidak suka. Dengan perasaan tidak suka dia melihat mereka.
Tidak lama kemudian datang seorang tuan muda dengan perawakan gemuk, dia berpakaian
biru dan hijau, kulitnya sangat putih, sekali melihat sudah tahu kalau dia adalah anak orang kaya
yang sejak kecil hidupnya dimanja. Di belakangnya ada lima orang perempuan ber- pakaian
mewah yang mengikutinya. Kelima perempuan itu juga seperti bukan perempuan baik-baik.
Melihat tuan muda gemuk itu datang, kelima perempuan di loteng itu segera mengham-pirinya.
Mereka seperti mengangkat seekor burung phoenix, mengangkatnya ke sisi meja untuk duduk.
Melihat begitu banyak tamu, pelayan segera mengantarkan sayur-sayur hingga memenuhi
meja. Perempuan-perempuan itu mengeliling tuan muda yang gemuk itu. Mereka mengobrol dan
tertawa tapi tidak ada yang berani duduk.
Sesudah semua sayur lengkap disajikan, tuan muda yang gemuk itu baru tertawa
mempersilakan mereka duduk. Begitu mendapat perintah duduk, mereka segera menuangkan teh
atau ada yang mengambilkan sayur untuk tuan muda yang gemuk itu, mereka mengurusnya
seperti mengurus anak yang baru berusia tiga tahun. Ruan-wei selalu merasa mata tuan muda
gemuk itu terus berkedip-kedip. Sepertinya dia adalah seorang pesilat tangguh, jika dia bukan
seorang pesilat mengapa begitu tidak tahu diri"
Dia segera berpaling ke tempat lain, tidak sudi melihat orang seperti itu.
334 Tiba-tiba ada seorang perempuan yang tertawa dan berkata:
"Tuan Muda, malam ini aku tidak bisa menemuimu. Tadi Kakak Chun mengatakan kalau Anda
sudah lama tidak mencarinya, malam ini carilah dia!"
Tuan muda itu tertawa: "Hari ini aku memilihmu untuk menemaniku."
Perempuan yang lain terus menggoda perempuan yang bernama 'Ju-mei'. Ada yang berkata:
"Tuan Muda sudah jatuh cinta kepadamu." Ju-mei dengan suara kecil berkata:
"Aku tidak bisa menemaini Tuan, karena hari ini aku...." Tawa penuh birahi membahana ke
seluruh rumah makan, membuat kepala Ruan-wei menmbesar. Dia sama sekali tidak menyangka
di hari yang masih begitu terang mereka berani mengeluarkan kata-kata begitu mesum. Dia
memandang tuan muda gemuk yang tubuhnya seperti tumpukan sampah itu.
Banyak tamu melihat situasi tidak enak ini, mereka dengan cepat pergi sambil menggelenggelengkan
kepala. Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Walaupun perempuan itu adalah istri mudanya,
tapi tidak layak begitu terang-terangan berkata seperti itu didepan umum, apalagi mereka adalah
dayang-dayangnya." Maka Ruan-wei cepat-cepat makan dan ingin segera meninggalkan tempat
ini. Pada waktu itu datang seorang pemuda berpakaian biru. Gurauan di meja makan segera
berhenti, mereka terus melihat ke arah pemuda yang masih berdiri di depan pintu.
Karena merasa aneh, Ruan-wei ikut melihat. Pemuda itu beralis melengkung, hidung mancung,
mata bening seperti air, kulitnya licin berminyak, tubuhnya bergerak ringan, sepertinya dia
mempunyai daya tarik yang sangat kuat.
Dia lebih tampan beratus-ratus lipat dibandingkan pemuda-pemuda umumnya. Begitu dilihat
dengan teliti, dia seperti seorang perempuan cantik.
Dia berdiri di depan pintu sambil mencari tempat duduk kosong. Akhirnya dia duduk di sisi
Ruan-wei. Ketika pelayan datang, dia berkata:
"Bawakan sayur dan arak!" Tadinya para tamu mengira dia adalah perempuan yang berpakaian
laki-laki tapi setelah melihat gerak gerik dan suaranya, mereka baru sadar kalau perkiraan mereka
salah. Dalam hati semua orang mengeluh, 'Bagaimana di dunia ini bisa ada laki-laki begitu
tampan"' Sayur dibawakan oleh pelayan. Seorang perempuan yang tadinya melayani tuan muda gemuk
itu datang dan berkata: "Sayur dan arak pesanan tuan ini tolong pindahkan ke meja tuan mudaku."
Pelayan hanya orang kecil, melihat tuan muda gemuk itu seperti orang kaya, dia tidak bertanya
lebih dulu kepada pemuda berpakaian biru itu. Sayur dan arak segera ingin dipindahkan ke meja
tuan muda gemuk itu. Pemuda berpakaian biru itu menjadi marah dan melarangnya. Dia berkata
kepada perempuan berpakaian mewah:
"Aku tidak kenal dengan tuan mudamu, mengapa tanpa bertanya sudah mengambil keputusan
sendiri?" Perempuan itu tertawa: "Tuan muda kami sangat suka berteman dengan Tuan, melihat Tuan begitu tampan, dia ingin
berkenalan dengan Tuan."
"Apakah benar tuan mudamu ingin berteman denganku?"
"Tentu saja! Tuan mudaku berkata kalau kami harus berteman sebanyak-banyaknya."
"Letakkan sayur itu!" bentak pemuda berpakaian biru itu.
Melihat tamunya marah, pelayan segera tertawa. Dengan aneh perempuan berpakaian
mewah itu berkata: "Mengapa Tuan Mu da tidak...."
Pemuda berpakaian biru itu tertawa:
"Kalau tuan mudamu yang ingin bertemu denganku, maka dia yang harus pindah kemari."
Wajah perempuan itu mulai terlihat resah, dan berkata: "Ini...."
Tuan muda gemuk itu berteriak:
"Chun-nu (budak Chun), kemarilah! Kalau saudara kecil itu tidak ingin datang ke sini, biar
Kakak saja yang kesana saja!" Dia menunggu pemuda berpakaian biru itu setuju, dia sudah
memanggil pemuda itu saudara kecil.
335 Pemuda berpakaian biru itu kelihatan tidak senang, dia melihat keluar jendela.
Wajah bulat tuan muda gemuk bertambah senang, tangannya menepuk-nepuk, dia berjalan
menghampiri meja pemuda berpakaian biru itu. Perempuan-perempuan itu segera memindahkan
semua sayur dan arak. Tuan muda gemuk itu berdiri di depan pemuda berpakaian biru dan memperkenalkan dirinya:
"Kakak bermarga Jian dan bernama Shao-wu, siapakah marga Adik?"
Dengan sopan pemuda berpakaian biru itu menjawab:
"Margaku Wen dan namaku Yi."
"Ternyata Adik Yi...." Dia memberi tanda dengan tangannya, sayur dan arak sudah berada di
atas meja. Jian Shao-wu tanpa sungkan menarik kursi dan duduk di sana, dia tertawa:
"Aku sudah berteman dengan banyak orang. Melihat Saudara begitu tampan, terpaksa dengan
muka tebal aku jadi ingin berteman."
Pemuda berpakaian biru itu tertawa dengan terpaksa:
"Aku tidak berpengalaman dan tidak senang mengobrol, nanti akan membuat Tuan Muda
kecewa." Jian Shao-wu tertawa terbahak-bahak: "Aku tidak akan kecewa, tidak akan kecewa! Adik begitu
tampan, jika didandan akan menjadi seorang perempuan yang sangat cantik, dan membuat
banyak lelaki jatuh cinta." Dia membalikkan kepala dan bertanya, "Apakah kata-kataku ini benar?"
"Jika Tuan Muda. Wen didandan menjadi seorang perempuan, dia pasti akan lebih cantik 30%
dariku!" jawab Chun-nu.
Jian Shao-wu berkata lagi: "Sana, sana! Mana bisa kalian bersaing dengannya, jangan
menghina adikku." Sikapnya sangat cabul, dia menjadikan pemuda berpakaian biru itu seperti pacarnya.
Wen-yi benar-benar marah, Ruan-wei juga merasa tidak enak mendengar kata-kata penghinaan
tadi. Jian Shao-wu berkata lagi:
"Chun-nu, tuangkan arak!"
Perempuan berpakaian mewah itu menuangkan dua cangkir besar arak. Dengan tangannya
yang gemuk, Jian Shao-wu memberi-kan secangkir arak pada Wen-yi:
"Adik kecil, mari kita bersulang!"
Wei Yi mulai marah kepada tuan muda gemuk ini, mana mungkin dia sudi meminumnya.
Dia menolak: "Aku tidak bisa minum, silakan Tuan minum sendiri!" Dia membawa dompet dan siap-siap akan
membayar. Dengan muka tebal Jian Shao-wu berkata lagi:
"Adik kecil, mengapa sudah memesan sayur dan arak malah tidak dimakan" Berarti kau
berbohong, bagaimana pun arak ini harus kau minum."
Wen-yi mengerutkan alis: "Aku benar-benar tidak bisa minum. Aku harap kau jangan memaksaku."
Sifat asli Tuan muda Jian mulai terlihat. Dia sama sekali tidak mau tahu, tangan kirinya
menutup, tangan kanan mencekok arak dengan memaksa.
Wen-yi tidak menyangka orang ini akan memaksa minum dengan cara seperti itu. Gelas hampir
mencapai bibirnya, dia menarik lehernya untuk menghindar dan berkata dengan terkejut:
"Tidak! Tidak...."
Ruan-wei sudah sedikit mabuk, dia tidak tahan lagi dengan kelakuan mereka dan membentak:
"Hentikan!" Jian Shao-wu berhenti dan tertawa dingin:
"Siapa yang berani berkata tidak sopan?"
Ruan-wei mendekati tuan muda gemuk itu, dengan gagah dia berkata:
"Kakak Wen tidak bisa minum, jangan dipaksa. Sekarang hari masih siang, kau sudah begitu
kurang ajar!" Wajah gemuk Jian Shao-wu terus bergetar, begitu tangannya melambai, gelas arak itu sudah
melayang ke arah dinding:
336 "Bocah! Wakili dia minum arak ini!"
Arak yang ada di dalam cangkir satu tetes pun tidak tumpah. Dengan tenang gelas itu
melayang, Ruan-wei berpikir, 'Jika cangkir ini disambut begitu saja, aku tentu terluka!'
Begitu cangkir tinggal tiga puluh centimeter lagi, tiba-tiba Ruan-wei meloncat dan memburu
cangkir itu, kemudian menyedot dengan mulutnya, dia menghabiskan arak yang ada di dalam
gelas kemudian dia bergerak kembali ke tempat semula. Gelas terus melayang dan menabrak
dinding hingga pecah. Dengan tenang Ruan-wei berkata:
"Aku sudah mewakili Kakak Wen minum, apakah kau sudah puas?"
Dengan sudut matanya, Jian Shao-wu melihat Ruan-wei. Di bawah berserakan pecahan gelas
tapi setetes arak pun tidak tampak. Segera dia berteriak:
"Coba terima segelas lagi!"
Satu cangkir arak melayang kembali dari tangannya. Orang yang tahu kemampuan tuan muda
gemuk itu melihat melayangnya gelas ini lebih sulit disambut dibandingkan gelas tadi.
Ruan-wei mengambil sebuah sumpit dari atas meja, dia mengangkat sumpit dan menjadikan
pedang lalu menusuk ke depan. Cara ini adalah jurus dasar Tian-long-shi-san-jian yang ber-nama
'Xiao-fu-zhi-tian' (Budha tertawa menunjuk langit).
Terdengar TAK, sumpit itu melewati cangkir dan berhenti di tengah udara.
Cangkir arak diberhentikan dan arak ditumpahkan:
"Aku hanya mewakili Kakak Wen minum satu cangkir arak, yang lainnya tidak!"
Jian Shao-wu tertawa terbahak-bahak: "Hari ini dengan cara apa pun aku harus memaksa
saudara tampan ini untuk minum, kau mau apa?"
Dia menuangkan secangkir arak lagi dan memaksa Wen-yi minum. Cangkir belum sampai di
bibir, Wen-yi sudah berteriak, dia sepertinya sangat lemah. Ruan-wei mulai marah, dia memukul
wajah Jian Shao-wu dan berteriak:
"Letakkkan kembali, binatang!"
Tangan Jian Shao-wu berputar, dia menyerang Ruan-wei dengan kepalan tangannya. Gelas
arak belum sampai di depan, Ruan-wei sudah merasa angin gelas sangat kencang. Dia segera
menarik tangannya, tapi Jian Shao-wu tidak berhenti. Dia memegang cangkir dan masih mengejar,
tangannya dengan cepat mencengkram dada depan Ruan-wei.
Ruan-wei hanya menguasai ilmu pedang, ilmu kepalan dan ilmu telapak dia sama sekali tidak
dimengerti dan dia tidak bisa membalasnya. Terpaksa dengan ilmu meringankan tubuh yang
diajarkan Xiao San-ye, dia berusaha menghindar.
Ilmu meringankan tubuh milik Xiao San-ye memang habat. Semua serangan Jian Shao-wu bisa
dihindari oleh Ruan-wei. Tapi ilmu telapak Jian Shao-wu sangat aneh. Tangan kanan yang memegang cangkir mencoba
memukul ketiak kiri Ruan-wei. Ruan-wei menghindar, tapi Jian Shao-wu sudah memperhitungkan
kalau dia akan menghindar ke kanan maka tangan kiri dengan lima jari terbuka sudah menunggu
menyerang Ruan-wei. Melihat keadaan seperti ini, Ruan-wei terkejut. Dia mundur menghindar serangan tapi telapak
Jian Shao-wu seperti garuk tiba-tiba membuka dan mencengkram lengan baju Ruan-wei. Ruan-wei
sudah seperti sebuah bola dilempar ke bawah loteng.
Sambil tertawa terbahak-bahak dia meletak kan cangkir arak. Setetes arak pun tidak tumpah,
dengan sombong Jian Shao-wu melihat Wen-yi dan berkata:
"Kepandaian telapak kakakmu bagus bukan" Bocah itu hanya seperti kunang-kunang di depan
mataku." Wen-yi sudah memalingkan wajahnya, dia tidak suka dengan perkataan Jian Shao-wu.
Tiba-tiba ada bayangan berkelebat, ternyata Ruan-wei sudah loncat dari bawah ke atas loteng
lagi. Dengan kepalan dia menyerang Jian Shao-wu lagi.
Tapi ilmu mereka berbeda jauh, hanya beberapa jurus, baju bagian dadanya sudah dicengkram
dan dia terbanting lagi ke bawah.
Tamu-tamu yang duduk di loteng sudah berlari keluar rumah makan karena ketakutan. Hanya
tinggal Jian Shao-wu, Ruan-wei dan sepuluh orang perempuan berpakaian mewah.
337 Tidak lama kemudian, Ruan-wei naik lagi. Sifat Ruan-wei memang seperti itu, pantang mundur.
Walaupun tidak bisa mengalahkan tuan muda gemuk itu, paling sedikit dia tidak boleh menghina
Wen-yi lagi. Tidak lewat dari lima jurus, Ruan-wei terlempar lagi. Wen-yi tahu kalau Ruan-wei tidak bisa
melawan tuan muda gemuk, dia tidak tega melihat Ruan-wei tersiksa karena dirinya, maka dia pun
berteriak: "Kakak Jian, 'Perjanjian Bei-bao 20 tahun' masih ada dua tahun lagi, apakah Bei-bao (wisma
utara) tidak bisa menepati janji?"
Tuan muda gemuk itu terkejut:
"Apa" Kau adalah 'Nan-gu-wen'...." (Wen dari lembah selatan).
"Tidak perlu banyak bicara lagi, jika Kakak Jian bisa menepati janji, 2 tahun lagi kita baru
bertemu." Tuan muda gemuk itu tertawa terbahak-bahak:
"Baiklah, baiklah! Kita akan bertemu dua tahun lagi." Kemudian dia membawa perempuanperempuan
itu pergi, Begitu Ruan-wei naik lagi ke loteng, di loteng hanya tinggal Wen-yi, dia sedang berdiri sambil
tersenyum. Ruan-wei mendekatinya dan bertanya:
"Kemana tuan jahat itu?"
"Kakak dengan gagah sudah melawannya, dia tidak bisa melawanmu maka dia pun pergi." kata
Wen-yi tersenyum. Ruan-wei menggelengkan kepala, "Tidak! Aku bukan lawannya, mengapa dia tiba-tiba pergi
begitu saja?" Diam-diam Wen-yi memuji, dia lucu dan jujur. Dengan serius dia berkata:
"Aku Wen-yi, Kakak sudah membantuku, apakah aku boleh tahu marga dan nama Kakak?"
"Aku bermarga Ruan, namaku Wei. Tadi hanya sedikit bantuan tidak perlu diingat, asalkan tuan
muda jahat itu tidak menghina Kakak Wen lagi, aku sudah merasa tenang." Kemudian dia
memberi hormat dan pamit.
Melihat dia berpakaian seperti pelajar tapi memiliki sifat pendekar Wen-yi mengaguminya.
Ruan-wei turun dan membayar makanannya di kasir. Dengan terhuyung-huyung dia meninggalkan
tempat itu karena sedikit mabuk.
Matahari sudah terbenam, hari sudah sore. Ruan-wei sudah menempuh perjalanan lumayan
jauh dia selalu merasa ada orang yang mengikutinya. Apakah orang itu adalah orangTian-zhengjiao"
Tiba-tiba dia berbelok ke suatu tempat untuk bersembunyi, benar saja di belakang ada
seorang datang dengan terburu-buru.
"Apakah kau mencariku?" bentaknya "Kakak Ruan, aku adalah Wen-yi!" teriak orang itu
"Mengapa kau mengikutiku?" Wen-yi meneteskan air mata, dengan sedih dia menjawab:
"Aku hanya seorang diri, aku tidak tahu harus pergi ke mana maka aku memutuskan mengikuti
Kakak." "Apakah Kakak Wen tidak mempunyai orang tua?"
"Ayahku sangat ketat. Ibu dan ayah tidak akur juga tidak menyayangiku. Walaupun mempunyai
ayah ibu tapi sama seperti tidak punya."
"Di dunia ini tidak ada orang tua yang mengabaikan putra-putrinya. Aku beri nasehat, lebih baik
kakak Wen kembali saja ke rumah."
"Aku harap kau jangan menasehatiku, karena aku bertengkar dengan ayah lalu pergi
meninggalkan rumah. Jika kau terus menasehatiku, aku akan marah."
"Dunia persilatan sangat berbahaya, kau hanya seorang diri berkelana, sangat mudah tersesat."
"Jika Kakak Ruan selalu memberi petunjuk, aku tidak akan menempuh jalan sesat."
"Aku mempunyai dendam yang sangat dalam juga mempunyai banyak masalah yang harus
kuselesaikan, maka aku tidak ada waktu mengurusimu."
"Tidak apa-apa. Kemana pun Kakak pergi, aku akan mengikuti Kakak."
"Mana boleh seperti itu!"
"Apa Kakak akan membiarkan aku seorang diri berkelana di dunia persilatan?" Wen-yi menangis
sambil meninggalkan tempat itu.
"Kakak Wen, ayo kembali!"
338 "Apakah Kakak Ruan setuju?"
"Baiklah, baiklah!" jawab Ruan-wei terpaksa
"Berapa usia Kakak Ruan?"
"17 tahun." "Aku baru 16 tahun, aku akan menganggapmu sebagai kakak. Lebih baik kita bersumpah
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengangkat saudara angkat di bawah bulan."
"Baiklah!" Ruan-wei tertawa.
Di bawah sinar bulan mereka berlutut dan bersumpah. Kemudian Ruan-wei berdiri dan
memanggil: "Adik!" Dengan penuh tawa Wen-yi berteriak, "Da-ge." (Toako).
Tadi mereka hanya dua orang yang berjalan bersama, sekarang mereka sudah menjadi saudara
angkat, mereka merasa senang dan terus tertawa.
Sesampainya di kota Kai-feng hari sudah malam. Mereka berputar-putar di kota, baru mencari
penginapan. Pelayan datang menghampiri mereka dan bertanya:
"Apakah Tuan ingin kamar spesial?"
"Satu kamar besar sudah cukup!" jawab Ruan-wei.
"Kamar besar banyak, silakan masuk!"
"Jangan, jangan! Cukup kamar yang kecil saja," Wen-yi cepat-cepat menyela.
"Tarif kamar kecil tidak berbeda jauh dengan kamar besar," sahut pelayan.
"Aku ingin kamar yang kecil, jangan cerewet!" bentak Wen-yi.
"Adik, kakak masih banyak uang, kita sewa yang besar saja!"
"Apa," Wen-yi terkejut, tapi dia segera berkata, "Bukan, aku tidak rriau kamar yang besar, aku
tidak bisa tidur dengan orang lain dalam satu kamar."
"Kalau yang kecil, kita tetap akan satu kamar?"
"Oh, tidak! Kita memesan dua kamar kecil saja, kita tidur di kamar terpisah."
"Mudah saja. Tuan-tuan, di sini kamar kecil sangat banyak, silakan masuk!"
"Adik, lebih baik kau tidur sekamar dengan kakak. Kita bisa mengobrol sepanjang malam,
bukankah itu lebih baik?"
"Aku mempunyai sifat tidak baik, jika tidur bersama orang lain dalam satu kamar, aku tidak bisa
tidur nyenyak," jelas Wen-yi.
"Benar-benar penyakit aneh."
"Apakah Kakak marah?"
"Aku tidak akan marah, ini hanya hal kecil tapi aku berharap kebiasaanmu ini harus diubah. Jika
tidak bagaimana nanti?"
"Nanti, nanti... baru dibicarakan...." wajah Wen-yi menjadi merah.
"Tuan-tuan, silakan masuk!"
"Kakak, kalau kita terus mengobrol akan menganggu waktu tidur orang lain."
Ruan-wei masuk ke kamarnya. Ketika sedang tidur tiba-tiba dari kamar sebelah terdengar suara
BUG. Dan Wen-yi tidur di kamar sebelah, Ruan-wei sangat terkejut. Dengan cepat dia keluar dari
kamarnya. Sambil mengetuk pintu, dia terus berteriak:
"Adik, apa yang terjadi!"
Wen-yi memegang kerah bajunya, dia seperti sedang bersiap-siap akan tidur. Dengan santai
dia menjawab: "Tidak ada apa-apa, hanya ada yang orang mengintip maka aku memukulnya."
Tapi Ruan-wei masih merasa tidak tenang. Memang ada sebuah cangkir yang pecah berantakan
di bawah jendela. Kertas jendela pun robek, air teh membasahi jendela.
Ruan-wei membuka jendela. Di luar jendela bulan bersinar sangat terang tapi tidak terlihat ada
bayangan seorang pun. Dia berlari keluar dan naik ke atas dinding, tetap tidak terlihat sosok
seorang pun. Karena malam semakin larut maka semua kejadian tadi tidak sampai membuat
tamu-tan penginapan terbangun.
Dengan bingung dia kembali ke kamar Wen-yi. Wen-yi membawa sebuah karung dan diletakkan
di atas meja, dia sedang termenung melihat nya Pelan-pelan Ruan-wei bertanya:
339 "Dari mana datangnya benda ini?"
"Aku ambil dari jendela...."
Anak Berandalan 1 Peristiwa Merah Salju Karya Gu Long Angrek Tengah Malam 4
rumah batu pasti ada yang tinggal di sana dan berpikir aku dan istri bisa menginap semalam di
sana." "Batu gunung besar-besar dengan ukuran 100 meter lebih. Berdiri di atasnya bisa melihat
rumah terbuat dari batu itu tapi begitu masuk ke dalam, terlihat batu aneh di sana dan sini. Yang
aneh tidak terlihat lagi rumah batu itu ada di mana."
"Akhirnya istriku mengatakan, ternyata gunung itu telah disusun membentuk sebuah barisan
oleh pemilik rumah batu itu. Pantas berjalan kesana-kemari tetap kembali ke tempat semula...."
Dari kecil Ruan-wei sering membaca buku yang isinya aneh, dia juga sering membaca buku
tentang susunan barisan. Diam-diam dia berpikir apakah ini adalah barisan batu lima susun yang
ada dalam barisan Ba-gua.
310 Xiao San-ye berkata lagi: "Begitu tahu kami tidak bisa keluar, aku duduk dan berteriak,
berharap empunya rumah keluar dan menunjukkan jalan kepada kami. Tiba-tiba terdengar suara
musik. Suara musik itu terkadang datang dari kiri dan terkadang dari kanan. Kami mengikuti
suara musik itu dan sampai di rumah batu itu. Kamar yang ada di rumah batu itu ada tiga, tapi
kami belum bertemu dengan empunya rumah. Di pintu ada tulisan: harap menginap di kamar
tengah." "Aku pikir mungkin pemilik rumah ini adalah orang yang sedang tersembunyi dan dia tidak ingin
bertemu dengan siapa pun. Maka aku menuruti peraturan dunia persilatan. Tidak melihat dua
kamar lainnya, aku dan istriku menginap di kamar tengah."
"Hari kedua pagi, kami tetap belum bertemu dengan tuan rumah. Aku merasa tuan rumah ini
benar-benar aneh maka aku tidak ingin berlama-lama tinggal di sana. Aku meninggalkan sejumlah
uang dan sepucuk surat sebagai ucapan terima kasih dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu."
"Tapi tuan rumah telah muncul. Ketika kami akan pergi, dia menunggu di depan pintu
kamar. Aku melihat tuan rumah memakai baju panjang berwarna coklat. Dia seperti seorang
pendeta yang sedang bersembunyi di tempat terpencil. Karena itu aku mendekatinya dan
mengucapkan terima kasih tapi pendeta tua ini seperti tidak melihatku. Kedua matanya terus
melihat istriku yang berdiri di belakangku. Aku tidak bisa menahan penghinaan ini. Aku memegang
tangan istriku dan cepat-cepat pergi dari sana. Aku juga tidak menoleh lagi pada pendeta tua itu."
"Tapi baru saja kami berjalan beberapa langkah, pendeta tua itu berkata, 'Lembah ini bernama
bisa datang dan tidak bisa pergi. Jika Tuan ingin keluar dari lembah ini, aku pikir akan lebih sulit
dibandingkan memanjat langit.
"Aku ingat di sekeliling rumah batu itu telah disusun sebuah barisan, memang tidak mudah
keluar dari sana. Maka aku pun berkata, 'Aku tidak tahu lembah ini punya peraturan seperti itu.
Ada pepatah mengatakan: Jika tidak tahu berarti bukan sengaja, maka harap Tetua Lembah bisa
memberikan petunjuk untuk keluar dari sini.'
"Aku tahu orang aneh selalu mempunyai sifat aneh, maka aku bicara dengan sangat sopan tapi
pendeta tua itu dengan angkuh ber-kata, Apakah arti nama 'bisa masuk tidak bisa keluar' hanya
main-main" Kalian sudah masuk, apalagi disini sudah menginap 1 malam, jangan harap bisa keluar
lagi dari sini.' "Ketika itu aku sudah marah, 'Apakah sama sekali tidak ada kelonggaran"'
"Dengan serius pendeta tua itu men-jawab, "Ada, tapi apakah tuan setuju atau tidak?"
"Aku tidak curiga dan bertanya, 'Apa syaratnya, boleh tuan katakan"'
"Tanpa rasa malu pendeta itu berkata " Aku lihat istrimu begitu cantik, aku ingin agar isterimu
tinggal di lembah ini menemaniku seumur hidup. Dan kau tanpa syarat bisa keluar dari lembah ini"
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau pendeta tua itu akan berkata seperti itu, maka aku
marah sampai tidak bisa bicara."
"Pendeta tua itu berkata lagi, 'Tuan sangat lincah dan menyimpan Wu-mang-zhu, aku kira kau
sangat menguasai senjata rahasia dan ilmu meringankan tubuh. Jika tuan bisa. mengalahkan aku,
Tuan tadi masuk dari mana maka bisa keluar dari sana.'
"Aku marah kepadanya, 'Apakah pantas seorang pendeta berkata seperti itu" Benar-benar tidak
tahu malu! Walaupun aku mati, aku tetap akan menyobek mulutmu!'
"Pendeta itu tiga kali menghindari seranganku sambil tertawa dengan sombong, 'Hanya dengan
ilmu seperti ini, bagiku ini sangat enteng, tidak perlu menggunakan kedua tangan pun, aku bisa
mengalahkanmu.' Pendeta itu benar-benar menaruh tangannya di ikat pinggang bagian belakang."
"Ilmu meringankan tubuh dan ilmu senjata rahasiaku waktu itu bisa dikatakan sangat jarang
tandingannya di dunia persilatan. Begitu mendengar kata-kata gila pendeta tua itu, aku marah dan
berteriak, 'Jika aku kalah dan tidak ada harapan lagi untuk membalas dendam, seumur hidup aku
tidak akan muncul lagi di dunia persilatan.'
"Pendeta tua itu tertawa terbahak-bahak, dia mulai menyerangku. Aku ingat dalam tiga jurus
saja, dia telah menendang roboh dan menotokku dengan kakinya. Dia berhenti tertawa dan
berkata, 'Tidak bisa tawar menawar lagi, istrimu harus tinggal denganku!'
"Kemudian dia menendangku sambil membuka totokan nadiku. Dengan senang berkata, 'Ayo
jalan! Aku akan mengantarmu keluar dari barisan ini!'
311 "Begitu jalan darahku dibuka, aku menyerang lagi tapi tetap dalam tiga jurus dia kembali
berhasil menjatuhkanku dan jalan darahku ditotok kembali oleh tendangannya."
"Sampai tujuh kali aku menyerangnya tapi selalu gagal. Bajuku sudah sobek-sobek, darah terus
mengalir, istriku tidak bisa ilmu silat. Dia sangat cemas tapi tidak bisa membantuku."
Apa yang kau inginkan aku bisa memberikannya kepadamu, hanya ada satu-satunya syarat,
jangan harap aku akan melepaskan istriku. Walaupun aku harus mati seratus kali, aku tidak akan
setuju.' "Dia membuka jalan darahku lagi. Tubuhku sudah lemas tidak bertenaga, tapi aku tetap dengan
sekuat tenaga menyerangnya."
"Waktu itu aku mendengar istriku berteriak, 'Suamiku, aku akan pergi mendahuluimu!'
"Dia berlari cepat kemudian menabrakan diri ke batu besar dan mati seketika...."
Xiao San-ye yang sudah tua sekarang menangis seperti seorang bayi.
Ruan-wei tenggelam dalam cerita Kakek Xiao. Teriakan, "Suamiku, aku pergi mendahuluimu!"
terus terngiang di telinganya.
Dia lupa menghibur Kakek Xiao. Lama... Xiao San-ye baru berhenti menangis.
"Istriku melihat aku tidak bisa mengalahkan pendeta tua itu, dia juga takut akan dinodai hingga
membuatku malu maka dia pun bunuh diri. Waktu itu aku jatuh pingsan. Hari kedua pagi, aku
baru sadar dan aku sudah tertidur di luar barisan batu. Tanpa pikir panjang, begitu bangun aku
langsung masuk barisan batu itu dan siap melawan pendeta tua itu."
"Tapi baru saja berjalan sepuluh langkah lebih, aku sudah tersesat. Aku duduk dan berpikir
sebuah pepatah mengatakan: Jika ingin membalas dendam, sepuluh tahun pun belum terlambat
untuk apa mengandalkan keberanian sementara. Setelah hatiku agak tenang dan masuk barisan
tidak begitu dalam, aku segera keluar dari barisan itu dan kembali ke Liu-zhou lalu segera
meninggalkan Liu zhou. Tapi sampai sekarang aku masih menyesal mengapa tidak membawa
pulang mayat istriku."
Dia sekaligus menghabiskan teh pahit yang ada di dalam cangkir dan berkata:
"Setelah kehilangan istri tercinta, aku malu muncul di dunia persilatan juga tidak bersemangat
hidup dan malu bertemu dengan putriku. Karena jika bertemu dengan putriku, aku akan teringat
pada istri tercintaku. Di sini aku bertemu dengan seorang pelajar yang pernah kutolong. Karena
dulu dia tidak lulus ujian, dia ingin bunuh diri. Tidak disangka dia sekarang sudah menjadi seorang
pedagang dan membuka sebuah penginapan, dan lumayan ramai. Dia memintaku membantunya.
Dalam hati aku berpikir aku tidak mempunyai tempat untuk singgah, lebih baik aku bekerja di
penginapan ini sampai tua dan mati. Di sini adalah tempat tinggal yang diberikan pelajar itu. Aku
tidak mau diam begitu saja maka aku sering membantunya menjadi kasir, lama kelamaan
aku menjadi kasir penginapan."
"Dalam kurun waktu 18 tahun ini setiap saat aku selalu teringat pada dendam ini. Mayat istriku
masih tertinggal di sana. Demi membalas-kan dendam ini, selama 18 tahun aku selalu berlatih silat
untuk memecahkan barisan batu itu.
Memang ilmu silatku ada kemajuan. Tapi jurus 'Bai-bian-gui-ying' belum selesai kupelajari. Tapi
jika sudah berhasil kupelajari pun belum tentu bisa mengalahkan pendeta tua itu. Aku mempunyai
banyak cara melempar senjata rahasia tapi aku belum memberitahukannya kepadamu."
Sambil melihat Ruan-wei, Xiao San-ye bertanya:
"Apa kau tahu hubunganku denganmu?" Dengan suara gemetar Ruan-wei bertanya: "Kakek
Xiao, apakah anda Xiao San-ye?" Xiao San-ye mengangguk. Ruan-wei langsung berlutut dan
memanggil: "Kakek... Kakek...."
Sejak kecil Ruan-wei sering mendengar Ruan Da-cheng bercerita tentang Xiao San-ye. Dia
merasa bangga mempunyai mertua begitu terkenal.
Air mata membasahi wajah Ruan-wei. Xiao San-ye memapah Ruan-wei bangun dan berkata:
"Cucu yang baik, bangunlah! Bangun!"
Ruan-wei duduk kembali. Xiao San-ye menghapus air mata:
"Karena di dunia persilatan tersebar kabar kalau aku sudah mati, aku tidak mau orang lain
tahu. Jika bukan karena dalam bungkusanmu ada barang peninggalan putriku, aku tidak akan
menolongmu." 312 Ruan-wei memberitahukan penyebab kematian ibunya. Dia berkata kalau Ruan Da-cheng
adalah ayahnya dan tidak memberitahu kalau ayah kandungnya bermarga Lu.
Setelah mendengar kematian putrinya, Xiao San-ye benar-benar sedih.
"Mengapa baru sekarang kakek memberitahu semua ini?" tanya Ruan-wei
"Pertama, karena kau baru sembuh. Aku takut hatimu terlalu bergejolak malah membuat
kesehatanmu terganggu. Kedua, aku ingin nn-m bantumu lebih cepat menguasai ilmu silat. Jika
aku bercerita dahulu, kau akan terbagi pemusatan pikirannya. Karena ingin cepat menguasai ilmu
silat, aku berlatih ilmu dalam dengan terburu-buru hingga organ dalam tubuhku terluka.
Kelihatannya balas dendam nenekmu tidak akan bisa terlaksana."
Ruan-wei berlutut lagi: "Kakek sudah menceritakan semua dengan jelas, Wei-er akan membalaskan dendam nenek.
Kakek tenang saja!" Sesudah dipapah bangun, Xiao San-ye berkata lagi:
"Aku sendiri pun berpikiran seperti itu tapi ilmu silat penjahat tua itu benar-benar lihai dan
jarang ada. Kau jangan menganggap remeh dia!"
"Di dunia ini tidak ada hal yang sulit, biar Wei-er berlatih dulu, aku akan membalaskan dendam
ini!" "Ngomong-ngomong ada perlu apa sampai kau harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini?"
Ruan-wei bercerita tentang Tuan Jian yang akan bertarung dengan biksu harimau bisu tuli dari
India di Jun-shan. Dan dia dalam waktu tiga tahun belajar ilmu yoga di Jun-shan.
Xiao San-ye mengangguk: "Kau sudah menguasai ilmu yoga dan ilmu pedang nomor satu di
dunia ini. Dasar ilmu silatmu sudah kuat, balas dendam ini pasti ada harapan. Dendam Kakek
harus kau yang laksanakan."
Ruan-wei mengangguk. Xiao San-ye berkata lagi:
"Masalah mencari Zhong-jing di Jin-ling, aku akan menyuruh orang membantu asalkan dia
masih tinggal di Jin-ling pasti bisa segera ditemukan."
"Kapan baru bisa menemukannya?"
"Jin-ling bukan kota kecil, harus menghabiskan waktu beberapa bulan untuk menemukannya.
Karena aku hanya tahu namanya saja itu pun masih untung, tangannya hanya sebelah itu adalah
ciri-cirinya, mungkin ini akan lebih mudah."
Setelah semalam mengobrol, hari mulai terang. Xiao San-ye menunjuk tempat tidur dan
berkata: "Kau tidur dulu, besok jangan terganggu pemusatan pikiranmu dengan hal-hal lain, berlatihlah
dengan penuh semangat!"
Sore hari Ruan-wei baru bangun. Setelah makan, Xiao San-ye membawakan pakaian dan
celana yang terbuat dari karet. Dia berpesan agar Ruan-wei memakainya.
Baju yang menyambung dengan celana ini, tebalnya beberapa inchi. Sesudah dipakai Ruan-wei
menjadi tampak gemuk dan berat. Ruan-wei tidak terbiasa memakainya, jalan pun terasa sulit.
Baju itu berisi gambar-gambar nadi manusia. Xiao San-ye tertawa:
"Jangan meremehkan baju karet ini. Menjahit baju ini harus menghabiskan waktu beberapa
bulan." Ruan-wei baru tahu kalau baju ini dipesan oleh kakek untuknya, tapi apa ada gunanya" Ruanwei
tidak tahu. "Senjata rahasia di dunia ini ada bermacam macam. Di dunia ini tidak ada seorang pun yang
mengatakan kalau dia adalah nomor satu, karena senjata rahasia di dunia ini selalu berubahubah."
"Bukankah Kakek mengatakan kalau chuan Tang Men adalah orang paling lihai menggunakan
senjata rahasia di dunia ini?"
Xiao San-ye mengangguk: "Betul! Di Zhong-yuan Si-chuan Tang men yang paling lihai dalam
bidang senjata rahasia hanya bidang racun saja, mengenai perubahan pada senjata, dia masih
jauh." "Mengapa senjata rahasia bisa berubah"
313 Sambil terbatuk Xiao San-ye menjawab: "Ada senjata rahasia dalam radius 30 meter bisa
melukai tapi ada senjata rahasia harus dalam jarak dekat baru bisa melukai. Ada senjata rahasia
yang berbentuk, ada senjata rahasia yang tidak berbentuk."
"Senjata rahasia dalam jarak 30 meter bisaa melukai orang, senjata ini lebih lihai dibandingkan
dengan senjata rahasia yang digunakan dalam jarak dekat, tapi sebenarnya tidak seperti itu.
Contohnya kau telah terluka oleh cincin yang tersimpan jarum beracun oleh 'Hua-du-jun'. Cincin
adalah salah satu jenis senjata rahasia jarak dekat, apakah dalam tidak bisa disebut lihai?"
Teringat dia terkena jarum racun Hua-du-jun, sehingga membuatnya beberapa bulan tidak bisa
bergerak, maka Ruan-wei langsung mengakui kalau senjata rahasia jarak dekat sangat lihai. Xiao
San-ye berkata lagi: "Senjata rahasia dalam jarak dekat terus mengalami perubahan. Jika aku mengatakannya satu
persatu kepadamu, sehari semalam pun tidak akan habis kuceritakan. Sebenarnya, senjata rahasia
dalam jarak dekat sangat berbahaya. Beberapa macam senjata rahasia itu sangat lihai, melukai
orang secara tiba-tiba, membuat siapa pun tidak waspada. Kadang-kadang jarang ada yang bisa
bertahan hidup jika sudah terkena racun ini...."
"Apakah semua orang harus belajar senjata rahasia jarak dekat?"
"Belum tentu!" jawab Xiao San-ye. Dari saku dia mengeluarkan sebuah kantong. Dari kantong
itu dia mengeluarkan segenggam Wu-mang-zhu dan berkata, "Wu-mang-zhu adalah senjata
rahasia yang sering kupakai. Senjata ini bisa melukai orang dalam jarak 30 meter. Senjata rahasia
biao dan panah termasuk senjata rahasia yang dilancarkan secara terang-terangan."
"Semua senjata rahasia dalam jarak dekat jika kebetulan diarahkan pada orang yang
mempunyai Qi-gong (ilmu pernapasan) yang kuat maka senjata ini tidak akan berfungsi."
"Memang senjata rahasia banyak jenisnya tapi jika kau menguasai satu macam senjata rahasia
ini pasti banyak manfaatnya. Jika kau tidak benar-benar menguasainya hingga lancar,
mempelajarinya pun akan percuma."
"Senjata rahasia tidak berbentuk itu seperti apa?" tanya Ruan-wei.
"Senjata rahasia tidak berbentuk lebih berbahaya dibandingkan senjata rahasia jarak dekat."
"Apakah benar di dunia ini ada senjata rahasia tidak berbentuk?"
"Semua senjata rahasia adalah benda nyata. Yang disebut tidak berbentuk seperti obat bubuk
yang tersimpan di kuku atau di lengan baju panjang. Setelah obat ditebarkan akan menyebar
kemana-mana, membuatmu tidak bisa melihat dan berjaga-jaga!"
"Terkadang bagi orang yang mempunyai tenaga dalam kuat, mereka bisa menggunakan daun
untuk melukai orang. Menggunakan beras menotok nadi orang. Semua ini adalah kekuatan tenaga
dalam." "Apakah Kakek akan mengajarkan Wei-er cara melemparkan Wu-mang-zhu?"
"Sekantong Wu-mang-zhu ini telah membuatku terkenal di dunia persilatan selama 20 tahun
lebih, semuanya ada 13 jenis. Dengan bakat seperti yang kau miliki tidak sulit untuk
menguasainya." "Terima kasih kakek mau mengajarkanku!"
"Sebelum mengajarimu cara melemparkan Wu-mang-zhu, Kakek akan mengajarimu bagaimana
cara menghindari senjata rahasia. Jika tidak walaupun kau bisa melemparkan Wu-mang-zhu, tapi
kau tetap akan terluka karena tidak bisa menghindari senjata rahasia orang lain."
"Tapi jika kau punya kepandaian menghindari senjata rahasia, dengan satu macam perubahan
kau bisa menjadikan beribu-ribu macam cara, tidak akan ada yang bisa melukaimu dengan senjata
rahasia!" Ruan-wei memakai baju karet pemberian kakeknya. Walaupun tenaga dalamnya sangat tinggi
tapi bila dipakai di musim semi seperti ini membuatnya merasa kepanasan juga tidak nyaman
seringkali dia menarik-narik baju karet bagian leher agar angin bisa masuk ke dalam baju.
Melihat Ruan-wei bertingkah seperti itu, Xiao San-ye tertawa. "Baju ini baru boleh kau buka jika
kau sudah bisa menghindari Wu-mang-zhu yang kutebarkan dan bila teknik menghindarmu sudah
bagus, berarti kau sudah lulus."
Mereka berlatih di pekarangan tapi karena baju Ruan-wei terbuat dari karet dan terlalu berat
maka dia selalu terkena tembakan dari Xiao San-ye. Wajah Ruan-wei memerah, dia merasa malu.
314 Xiao San-ye tertawa dan menghibur: "Di dunia ini tidak ada masalah yang sulit. Pelan-pelan
saja berlatih, suatu hari kau walaupun kau memakai baju tebal ini, kau bisa menghindari lemparan
senjata rahasia Kakek."
Xiao San-ye juga mengajarkan Ruan-wei cara-cara menghindari senjata rahasia. Semua
menggunakan ilmu meringankan tubuh tapi lebih sulit berlatih dibandingkan ilmu meringankan
tubuh. Hari ketujuh, ketika Xiao San-ye sedang melatih Ruan-wei, Ruan-wei sudah bisa menghindar
salah satu senjata rahasia yang dilempar Xiao San-ye walaupun memakai baju karet berat itu.
Setengah bulan telah berlalu, walaupun Xiao San-ye menembak dengan cara apa pun tetap
tidak bisa mengenai Ruan-wei.
Siang harinya Xiao San-ye berpesan kepada Ruan-wei agar membuka baju karet itu dan
mencobanya lagi. Kedua tangan Xiao San-ye mengeluarkan jurus-jurus tinggi, sampai jurus terlihai 'Man Tian Hua
Yu' pun dikeluarkan. Ruan-wei menghindar dengan lincah. Sekarang berpuluh-puluh Wu-mang-zhu dilempar ke
arahnya tapi tidak ada satu pun yang mengenainya. ...
"Kakek, setelah Wei-er membuka baju karet ini, Wei-er seperti mempunyai sayap!"
Xiao San-ye mengangguk: "Jika kau masih memakai baju karet, kau tidak akan bisa menghindari jurus 'Man Tian Hua Yu'.
Sesudah membuka baju karet itu, berarti ilmu silatmu sudah bertambah satu kali lipat, senjatasenjata
rahasia apapun tidak akan bisa mengenalmu."
Ruan-wei benar-benar senang, selama setengah bulan ini dia merasa tersiksa karena memakai
baju berat, sekarang dia melihat ada hasilnya.
Xiao San-ye masih mengajarkan cara-cara menghindari senjata rahasia. Menghabiskan waktu 2
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari, Ruan-wei sudah mempelajari semua cara menghindari senjata rahasia.
"Wei-er, semua cara sudah kau pelajari, sekarang hanya dengan mengandalkan praktek kau
baru bisa maju!" "Apakah Wei-er boleh mempelajari bagaimana cara melemparkan senjata rahasia Wu-mang-zhu
yang kakek miliki?" "Mulai hari ini Kakek akan mengajarimu bagaimana cara melepaskan Wu-mang-zhu.
Melepaskan senjata rahasia ini harus digabung dengan ilmu meringankan tubuh, baru ada hasil
yang sempurna." Xiao San-ye mengajarkan cara melepaskan senjata rahasia dan perubahan ilmu meringankan
tubuh. 0-0-0 Bersambung ke Jilid 4 315 JILID KE EMPAT BAB 95 Curiga Musim semi telah berlalu, musim panas pun tiba. Ruan-wei tidak peduli pada teriknya sinar
matahari. Setiap hari dia terus belajar ilmu silat. Yang satu mengajar dengan teliti, yang satu
belajar dengan sungguh-sungguh. Sesudah satu bulan berlalu, Ruan-wei telah menguasai
kepandaian yang telah didalami selama 18 tahun oleh Xiao San-ye, termassuk ilmu senjata rahasia
juga ilmu meringankan tubuh.
Suatu pagi, Xiao San-ye berkata kepda Ruan-wei:
"Semua hal tentang senjata rahasia dan ilmu meringankan tubuh sudah kuajarkan kepadamu,
sekarang kita belajar keterampilan mengubah wajah dan ilmu memecahkan barisan."
Sejak kecil Ruan-wei sering membaca buku tentang cara memecahkan barisan, apalagi Xiao
San-ye memberitahukan padanya hasil jerih payahnya memecahkan barisan selama 18 tahun,
hanya beberapa hari Ruan-wei sudah bisa menguasainya.
Mengenai keterampilan mengubah wajah harus mempunyai bakat. Misalnya berubah menjadi
seorang kakek tua, wajah mudah diubah, tapi cara berjalan, gerak gerik, dan cara bicara harus
ikut berubah. Jika tidak mempunyai bakat, tidak akan bisa berhasil. Wajah bisa diubah tapi orang
yang berpengalaman sekali melihat langsung tahu orang merubah wajahnya.
Tangan Terampil Xiao San-ye memang luar biasa, dia mempunyai bakat hebat. Tapi Ruan-wei
tidak kalah dengannya. Banyak ilmu aneh yang diajarkan oleh Xiao San-ye kepadanya. Karena sejak kecil Ruan-wei
banyak membaca buku maka sekali belajar dia mudah menguasainya. Tidak sampaj setengah
bulan dia telah-mempelajari semua ilmu Xiao San-ye.
Suatu hari, dengan senang Xiao San-ye berteriak kepada Ruan-wei dari belakang rumah:
"Sudah kutemukan! Sudah kutemukan!"
"Kakek, apa yang sudah kau temukan?"
"Setiap hari aku menyuruh orang mencari di kota Jin-ling, sekarang aku berhasil menemukan
Zhong-jing." "Apa benar?" "Tidak salah lagi, karena orang yang bernama Zhong-jing ini hanya mempunyai satu tangan."
"Di manakah dia?"
"Di sisi Yu Hua Tai... Anehnya menurut tetangga, sudah 3 tahun Zhong-jing tidak pulang."
316 "Apa" Kalau begitu...."
"Menurut ceritamu, dia sangat menyayangi istrinya. Bagaimanapun setelah menolong Tuan Jian
dalam kurun waktu 3 tahun ini dia pasti pulang, tidak ada alasan dia tidak pulang, kecuali...." kata
Xiao San-ye. "Kecuali apa?" "Kecuali dia mengalami kecelakaan dan tidak bisa pulang, kalau tidak, tidak ada alasan dia tidak
pulang." Dari penuturan Ruan-wei, Xiao San-ye tahu bagaimana seorang Zhong-jing. Dia mengira-ngira
dalam hati dan bisa berkata seperti itu. Karena cinta antara suami istri tidak ada yang bisa
menghalangi. "Kakek, Wei-er akan mencari tahu sendiri. Jika Paman Zhong-jing tidak mati, perjanjianku
dengan biksu harimau bisu dan tuli harus ditepati, Wei-er harus memberitahukan semua
padanya." Xiao San-ye mengangguk dan memuji:
"Seorang laki-laki harus bertanggung jawab atas pesan orang lain. Waktu perjanjian mereka
bertarung masih ada 1 tahun lebih, kau pasti bisa melaksanakan tugasmu dengan baik!"
"Kalau begitu... begitu...."
"Kakek tidak mengkhawatirkanmu kalau kau ingin segera berkelana di dunia persilatan. Kakek
sudah 18 tahun tinggal di sini, walaupun tubuh sudah tidak begitu sehat tapi kau tidak perlu
mengkhawatirkan keadaanku."
"Kalau begitu, besok Wei-er...."
"Tidak perlu menunggu besok. Kau sudah menguasai ilmu silatku, sekarang juga kau bisa pergi.
Mengenai sakit hati Kakek, setelah kau berkelana di dunia persilatan dan sudah punya banyak
pengalaman menghadapi musuh, kau baru bileh ke sana, tidak perlu tergesa-gesa. Kakek sudah
menahan sakit hati ini selama 18 tahun, kalau harus menunggu selama beberapa tahun lagi juga
tidak masalah." Ruan-wei mengikuti pesan Xiao San-ye, dia segera kembali ke kamar untuk menyiapkan barang
bawaannya kemudian membawa Fei-long-jian keluar.
Xiao San-ye menunjuk Fei-long-lian dan berkata:
"Pedang ini adalah senjata kesayangan Pendekar Gongsun, dia telah mengalahkan banyak
musuh dengan pedang ini, mengapa bisa ada di tanganmu?"
Dengan hormat Ruan-wei menceritakan tentang Tian-du-jiao yang muncul di tempat Fan
Zhong-pin dan pedang ini dititipkan oleh Gongsun Lan di tempat Fan Zhong-pin.
"Jika begitu putri Gongsun Qiu-jian sangat baik kepadamu. Jangan menyalahgunakan perasaan
orang lain!" Xiao San-ye tertawa.
Sebetulnya Ruan-wei ingin menceritakan kalau ini hanya kepura-puraan Gongsun Lan saja.
Tujuannya hanya ingin mendapatkan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Tapi Xiao San-ye sudah menyambung:
"Kekuatan Tian-du-jiao semakin besar, kau harus berhati-hati. Usiamu masih begitu muda,
membawa pedang berharga akan membuat orang dunia persilatan mengincarmu. Memang kau
tidak akan takut tapi akan mendatangkan banyak kesulitan bagimu, lebih baik wajahmu diubah
sedikit tua agar orang dunia persilatan yang bermaksud tidak baik akan segan kepadamu."
Karena Ruan-wei sudah mahir dengan keterampilan mengubah wajah, hanya sebentar dia
sudah mengubah wajahnya menjadi seorang pesilat berusia 25 tahun.
Dengan senang Xiao San-ye tertawa: "Sekarang kau seperti orang yang telah berpengalaman di
dunia persilatan. Orang tidak akan sembarangan mencari masalah denganmu dan orang-orang
Tian-du-jiao juga tidak akan mengenalimu."
Ruan-wei segera pamit pada Xiao San-ye. Xiao San-ye terus berpesan:
"Jangan terburu-buru ingin membalas dendam nenekmu. Penjahat tua itu benar-benar orang
misterius. Sampai sekarang Kakek belum tahu siapa dia sebenarnya, sampai-sampai namanya pun
aku tidak tahu. jika kau ingin ke sana, ilmu silatmu harus lebih maju, sehingga kau bisa sekaligus
membunuh penjahat tua itu dan membawa pulang tulang-tulang nenekmu."
Sesudah pamit pada Xiao San-ye, Ruan-wei melangkah menuju Qu-bao-men. Karena Jin-ling
adalah kota besar, maka sungai untuk melindungi kota pun sangat panjang, lebarnya mencapai
317 50-60 meter. Sungai ini hanya mempunyai sebuah jembatan kecil yang terbuat dari bambu.
Karena jembatan terlalu kecil maka kebanyakan orang menggunakan perahu untuk menyeberang.
Melihat perahu penyeberangan begitu sibuk maka beberapa rumah makan yang letaknya dekat
dengan pintu kota sangat ramai dikunjungi para pengelana. Ruan-wei memasuki salah satu rumah
makan di sana. Dia memilih tempat agak sepi. Sambil minum teh dengan santai dia menikmati
pemandangan sungai. Tiba-tiba terdengar ada yang berkata: "Kakak Tao, apakah hari ini ketua akan datang?"
Ada suara nyaring yang berkata:
"Belum tentu. Ketua berpesan supaya kita berhati-hati agar musuh jangan sampai mengikuti
kita." Kelihatannya yang bernama Kakak Tao adalah pemimpin kelompok itu.
Kemudian ada yang berkata:
"Menurutku, kaki tangan Tian-zheng-jiao sudah lama menguntit kita. Setiap kali jika kita pergi,
mereka pasti menguntit kita, kali ini pun tidak terkecuali."
"Jika begitu, gerakan kita harus lebih hati-hati. Sebaliknya kita pun harus memperhatikan
gerak-gerik musuh. Jika kita ceroboh akan membuat teman ketua terluka atau terbunuh. Itu akan
membuat ketua repot."
'Musuh mereka adalah Tian-zheng-jiao. Sepertinya yang akan datang adalah ketua Zheng-yibang.
Ada apa sebenarnya"' pikir Ruan-wei.
Tiba-tiba Tao Da-ge berkata:
"Perahu sudah kosong, ayo kita pergi!"
Meja dan kursi digeser, dari belakang Ruan-wei muncul beberapa orang.
Untuk melihat lebih jelas siapa yang keluar, Ruan-wei pura-pura terkejut mendengar suara
meja dan kursi berbunyi. Ruan-wei pura-pura menoleh ke belakang.
Yang pertama keluar adalah seorang laki-laki berwajah kotak, berpakaian putih, di baju bagian
dada tersulam 3 kuntum bunga merah kecil. Tinggal selama tiga bulan bersama Xiao San-ye,
Ruan-wei mengetahui banyak tentang dunia persilatan. Apalagi keadaan dunia persilatan
sekarang, Xiao San-ye memberitahunya dengan teliti.
Di belakang laki-laki berwajah kotak ada 4 orang pesilat berpakaian putih. Baju mereka
tersulam 2 kuntum bunga merah kecil. Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Mereka adalah pesilat 3
bunga dan 2 bunga dari Zheng-yi-bang. Yang tersulam 3 bunga itu pasti Kakak Tao.'
Begitu melihat di depan pintu duduk seorang pesilat pedang muda yang tidak mereka kenal.
Wajah mereka berubah dan berhenti beraksi. Ruan-wei tidak bergerak, dia terus melihat ke depan.
Rumah makan ini sangat besar, semua orang yang datang ke sini kebanyakan sedang
menunggu perahu untuk menyeberang. Di luar banyak kursi tapi Ruan-wei tidak duduk di sana.
Dia memilih masuk ke dalam mendekati mereka, tingkahnya memang pantas dicurigai.
Seorang pesilat dengan 2 kuntum bunga, yang bersifat berangasan, dia berkata;
"Sahabat duduk di sini, mendengarkan pembicaraan kami, apa maksudnya?"
Ruan-wei tahu jika dia duduk di sana memang akan membuat orang menaruh curiga
kepadanya, maka dia hanya tersenyum tanpa menjawab. Tao Da-ge mengangkat tangan
menyuruh pendekar berbunga 2 jangan marah. Sambil tertawa dan berkata:
"Saudaraku, sebaiknya kita pergi saja. Ada orang menyukai tempat sepi, mana boleh kita
marah?" Dia tersenyum kepada Ruan-wei untuk meminta maaf kemudian pergi dari sana.
Ruan-wei kagum kepada orang-orang Zheng-yi-bang. Mereka tahu aturan dan tidak main
kekerasan untuk menekan orang.
Mereka pergi karena ada tempat untuk menyeberang, Ruan-wei meninggalkan tempat itu. Yu
Hua Tai di Jin-ling adalah sebuah tempat wisata. Di sana penuh dengan batu-batu bercorak,
benar-benar lucu dan indah.
Di daerah sana terdapat beberapa desa. Orang di sana kebanyakan bermata-pencaharian
sebagai petani. Pagi berangkat saat matahari terbenam baru kembali, mereka hidup makmur tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. Ruan-wei sudah menemukan rumah Zhong-jing. Sebuah rumah
kecil, di kiri dan kanan rumah itu tidak ada tetangga. Tetangga paling dekat sekitar 50 meter dari
sana. 318 Ruan-wei melihat ada beberapa orang berpakaian biru mondar mandir di sana. Sekali melihat
dia tahu kalau mereka mempunyai niat jahat terhadap Zhong-jing. Pintu rumah tertutup rapat.
Ketika Ruan-wei sedang berpikir harus berbuat apa, tiba-tiba pintu terbuka, muncul seseorang
dengan pakaian bercorak bunga. Laki-laki berpakaian biru tidak menyangka ada orang keluar
dengan cara seperti itu, mereka segera menghindar.
Tapi bayangan berbaju bunga itu sudah membentak:
"Tunggu!" Di antara orang berpakaian biru berjumlah 4 orang itu, hanya ada satu orang tidak berusaha
menghindar, dengan sikap angkuh dia berdiri. Orang berpakaian bunga itu ternyata seorang gadis
kecil berusia 13 tahun. Dia memegang sebilah pedang. Dia tampak marah:
"Aku lihat kalian bukan orang baik-baik, seharian mondar mandir di sekitar sini, seperti ingin
mencuri saja." Salah satu dari mereka yang agak tua berkata:
"Gadis kecil, jangan sembarangan memarahi orang!"
"Orang baik tidak akan kumarahi, beda dengan orang jahat!"
Salah satu dari mereka mengeluarkan senjata berbentuk pisau arit. Dia membentak: "Kau cari
mati!" Seorang laki-laki gagah dengan tidak tahu malu mengayunkan senjatanya ke kepala gadis itu.
Tapi gadis kecil itu tidak takut. Begitu senjata arit hampir sampai di depannya, dia baru
menghindar, hingga tidak mengenai sasaran, tiba-tiba ada cahaya berkilau yang datang
menyerangnya, dalam rasa terkejutnya, dia menggulingkan diri untuk menghindar.
Senjata berbentuk arit pantang digunakan dengan cara menepis. Mungkin orang berpakaian
biru mengira lawan adalah seorang anak kecil jadi mereka menganggap enteng. Setelah bergulingguling
di bawah, dia segera berdiri dan mulai memperlihatkan ilmu kaitnya yang lihai, dia ingin
mengembalikan mukanya yang telah hilang.
Gadis kecil itu malah tertawa, dia seperti senang bertarung, dia tidak menggunakan pedang
lagi. Dengan lincah dan ringan dia meloncat-loncat menghindari ilmu kait orang berpakaian biru
itu. Sesudah berpuluh-puluh jurus berlalu, orang berpakaian biru itu sama sekali tidak bisa melukai
gadis itu malah sering terkejut terkena tendangan dan serangan tangan yang tidak diduganya.
Tiga orang berpakaian biru melihat keadaan ini merasa terkejut. Mereka sama sekali tidak
menyangka gadis kecil itu begitu lihai. Orang berpakaian biru yang terlihat tua bersiul dan bersiapsiap
ikut bertarung. Tiba-tiba terdengar suara simbal berbunyi dua kali. Orang berpakaian biru itu
ketika mendengar suara simbal, mereka terkejut dan berhenti bertarung. Orang yang bersenjata
arit karena berhenti bertarung, dia ditendang oleh gadis kecil itu hingga jatuh terguling tapi dia
segera berdiri lagi. Di hutan bambu ada sosok bayangan ungu yang berkelebat. Empat orang berpakaian biru
mengikuti bayangan itu pergi dan menghilang.
Tadinya Ruan-wei melihat pertarungan mereka dari jarak agak jauh dan dia bersembunyi
kemudian melihat gadis kecil itu berkelahi dengan orang berpakaian biru. Dia takut gadis kecil itu
akan terluka maka dia mendekat. Sekarang jarak-nya dengan gadis kecil ini tinggal 10 meter.
Dia mulai mendekati gadis kecil itu.
Karena orang berpakaian biru tadi telah menghilang maka gadis kecil itu berpikir, 'Mengapa
begitu mendengar suara simbal, mereka segera mundur dan pergi?"
Sambil berpikir dia membalikkan tubuh ketika itu dia melihat Ruan-wei yang datang dengan
pedang terselip di punggunggnya. Dia mengacungkan pedangnya dan membentak;
"Apa masih tidak mau menerima kalah?"
Ruan-wei terus menggoyangkan tangan:
"Nona sudah salah paham."
"Aku tidak akan salah paham, kalian datang setiap hari dengan tujuan menguntit kami dan
bersembunyi sambil terus menyelidiki kami, kalian pasti bukan orang baik-baik."
"Aku Ruan-wei, apakah Nona, putri Paman Zhong?" Ruan-wei bertanya dengan serius.
Gadis itu menyimpan pedangnya, tertawa:
"Ternyata kau teman ayah, maaf, maaf!"
Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Setelah tertawa, dia lebih mirip Paman Zhong!'
319 "Kalau kau mau mencari ayahku, mungkin malah akan membuatmu kecewa."
"Betul, aku datang untuk mencari ayahmu!"
Gadis itu terburu-buru berkata:
"Tapi sudah 3 tahun ini ayah tidak pulang, bagaimana kau bisa mencarinya?"
"Kalau begitu tolong katakan pada ibumu, 3 tahun yang lalu aku pernah bertemu dengan
ayahmu, kali ini aku datang ingin mengetahui ke mana perginya ayahmu."
Gadis kecil itu dengan senang menjawab:
"Itu juga baik, aku akan memberitahukan pada ibu...."
"Namaku Zhong-jie. Kakak Ruan harap menunggu sebentar...."
Kata-katanya baru selesai, dia sudah berlari masuk.
Wajah Ruan-wei penuh senyum, dalam hati berpikir, 'Paman Zhong mempunyai keluarga begitu
bahagia, mengapa dia tidak pulang"'
Dia berdiri di pekarangan, dengan teliti melihat sekeliling tempat itu. Di kirinya ada beberapa
pohon, di balik pohon ada bayangan putih berkelebat. Penglihatan Ruan-wei sangat tajam, dia
tahu orang itu adalah Tao Da-ge dan anak buahnya.
Dalam hati dia berpikir, 'Ternyata yang mereka maksud teman ketua adalah Paman Zhong.
Pantas orang Tian-zheng-jiao terus menyelidiki rumah ini. Tapi mengapa ketua Zheng-yi-bang bisa
datang kemari?" Zhong-jie berlari keluar dan berteriak: "Silakan masuk, Kakak Ruan. Nenek sudah menunggumu
di ruang tamu." Ruan-wei merapikan pakaiannya dan berjalan di belakang Zhong-jie melewati taman bunga dan
masuk ke sebuah ruangan. Ruangannya sangat sepi dan bersih, hiasan rumah pun sangat indah, di tengah-tengah ruangan
ada meja dan kursi. Seorang perempuan setengah baya dan seorang perempuan berusia 20 tahun
lebih duduk di sana. Perempuan berusia 20 tahun lebih itu berpakaian putih dan panjang, rambutnya di gelung, dia
anggun dan cantik, dia memegang cangkir teh yang terbuat dari giok putih dan sedang menikmati
teh panas. Mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, dia segera menoleh.
Tapi dia terkejut, tangannya gemetar, membuat cangkir yang dipegangnya terjatuh dan pecah.
Perempuan setengah baya memakai baju panjang berwarna coklat, dengan sorot mata aneh
melihat perempuan yang berusia 20 tahun lebih itu bereaksi.
Tapi ketika dia menoleh melihat Ruan-wei, dia pun terkejut dan berteriak. Lama... baru bisa
menenangkan diri. Melihat Ruan-wei, perempuan setengah baya itu berteriak:
"Sangat mirip... mirip sekali...."
Zhong-jie yang ada di pinggir merasa aneh, dia terpaku kemudian berkata:
"Nenek! Ibu! Ini adalah Kakak Ruan-wei yang ingin bertemu ayah!"
Perempuan berusia 20 tahun lebih itu pelan-pelan menasehati:
"Jie-er, jangan berbuat tidak sopan, umur Tuan ini cukup untuk menjadi pamanmu, mengapa
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau memanggilnya kakak?"
Ternyata Ruan-wei sudah menyamar menjadi seperti seorang pemuda yang berusia 20 tahun
lebih. Dia terlihat sedikit lebih muda dibandingkan perempuan berpakaian putih.
Ruan-wei tahu dia hanya berbeda 4 tahun lebih tua dari Zhong-jie, mana boleh memanggil-nya
paman, maka dia segera berkata:
"Tidak! Tidak! Dengan umurku, aku hanya bisa menjadi kakak dari Adik Zhong."
Setelah berkata-kata seperti itu, dia jadi membocorkan identitasnya, bahwa sebenarnya dia
sedang menyamar dengan keterampilan mengubah wajah. Melihat wajah Ruan-wei yang malu,
Zhong-jie tertawa terbahak-bahak.
Perempuan setengah baya itu tertawa sambil marah:
"Xiao Jie, jangan tidak sopan!"
Segera Zhong-jie dengan serius berkata:
"Paman yang terhormat, ini adalah nenekku, dan ini adalah ibuku!"
Dengan wajah gugup Ruan-wei berkata: "Aku tidak berani disejajarkan dengan Paman Zhong,
maaf!" 320 "Nenek, dia tidak ingin menjadi paman Zhong-jie, aku harus bagaimana?"
"Jika begitu kau harus memanggilnya kakak!"
Perempuan setengah baya itu adalah janda Pendekar Ling Bei-xiu, Sun-ming. Sedangkan
perempuan berusia 20 tahun lebih adalah putrinya Ling-lin.
Pelayan datang membawakan teh. "Ada apa Tuan mencari Zhong-jing?" tanya Sun-ming.
"Tiga tahun yang lalu, aku pernah bertemu dengan Paman Zhong sampai 3 kali, dan terakhir di
Jun-shan." "Jun-shan" Jing-er pergi ke sana untuk apa?" tanya Sun-ming. Sepertinya kata-kata ini untuk
Ling-lin, tapi Ling-lin seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia tidak mendengar apa yang
ditanyakan perempuan setengah baya itu. Pelan-pelan dia memanggil, "Ling-er!"
Zhong-jie yang di berada pinggir sedikit mendorong ibunya:
"Ibu, nenek memanggilmu!"
Ling-lin terkejut, Sun-ming melihat Ruan-wei:
"Tuan, apakah tahu mengapa dia bisa berada di Jun-shan?"
"Karena Paman Zhong ingin mencari Tuan Jian dan Tuan Jian sedang bertarung dengan
seseorang di Jun-shan."
Dengan senang Sun-ming berkata:
"Tidak disangka ternyata Jing-er benar-benar bertemu dengan Tuan Jian!" Dia berkata sendiri.
"Siapa yang berani bertarung dengan Tuan Jian, dia benar-benar tidak tahu diri," kata Ling-lin.
Dari kata-katanya terdengar dia sangat mempercayai kehebatan Tuan Jian.
"Tapi pertarungan itu membuat Tuan Jian terluka parah!" jelas Ruan-wei.
Karena dalam hatinya dia membela biksu harimau bisu tuli itu, sebenarnya dia juga tidak tahu
bagaimana luka Tuan Jian" Tapi dia pikir luka biksu harimau tidak begitu berat, berarti biksu
harimau menang dari Tuan Jian.
Sun-ming terkejut berteriak:
"Apa! Tuan Jian... dia... dia... terluka parah...."
Ling-lin tidak percaya: "Mana mungkin Guru Jian bisa kalah dari orang lain" Ini tidak mungkin!"
"Dia benar-benar terluka parah, setelah itu Paman Zhong menggendongnya turun gunung."
"Ini lebih tidak mungkin. Walaupun Guru Jian terluka berat, dia tidak perlu harus digendong
oleh Zhong-jing untuk turun gunung," seru Lihg-lin.
Dalam hati Ruan-wei merasa marah, 'Kau benar-benar keterlaluan, kau tidak mengkhawatirkan
keadaan suamimu, malah membela guru yang tidak ada artinya, benar-benar keterlaluan...."
"Jing-er menggendong Tuan Jian ke mana?" tanya Sun-ming dengan suara gemetar.
"Semenjak itu aku tidak pernah bertemu dengan Paman Zhong lagi."
Suara Sun-ming terdengar lebih gemetar lagi: "Jing-er sudah tiga tahun tidak pulang, apakah...
apakah... Tuan Jian dan dia sama-sama telah terbunuh...."
"Ibu! Jangan berpikir yang tidak-tidak! Guru Jian adalah orang sakti, dia memiliki ilmu silat
tinggi, siapa yang bisa melukainya?"
Melihat Ling-lin tidak mengkhawatirkan keselamatan suaminya, malah membela hal yang tidak
dia ketahui. Ruan-wei jadi tidak senang kepadanya. Tiba-tiba Zhong-jie berteriak:
"Ibu! Di luar ada seseorang yang sedang berdiri!"
Di rumah itu ada tiga orang pesilat yang bukan pesilat sembarangan tapi mereka tidak
mendengar ada orang yang sudah berdiri di depan pintu. Mereka benar-benar terkejut.
"Tuan Jian," Sun-ming berteriak senang:
"Tuan Jian...."
"Guru Jian," Ling-lin juga berteriak. 'Tuan Jian sudah sehat, dia pasti tahu keberadaan Paman
Zhong....' pikir Ruan-wei.
0-0-0 BAB 96 Jago Tian-long Tuan Jian tiba-tiba muncul.
321 Pakaian panjangnya yang berwarna putih tampak berkibar, wajahnya tampak sangat serius,
dibandingkan 3 tahun lalu ketika bertemu di Jun-shan, dia tidak berubah banyak.
Ling-lin sudah menuntun Zhong-jie untuk mendekat dan berkata:
"Jie-er! Mari bertemu Kakek Guru Jian!"
Melihat Zhong-jie, wajah Tuan Jian berseri-seri. Mereka telah berpisah selama 10 tahun lebih,
tidak disangka Ling-er yang polos sudah mempunyai seorang putri yang sudah tumbuh besar.
Biasanya saat Zhong-jie berlatih silat selalu mendengar ibunya menceritakan tentang Tuan Jian.
Dalam hati dia ingin sekali bertemu dengan orang aneh dan misterius itu, maka dia segera berlutut
dan dengan hormat bersujud tiga kali di hadapannya.
Tuan Jian segera memapah Zhong-jie. Sambil tertawa dia berkata:
"Kakek guru tidak mau gratis menerima sujudmu, mulai besok kakek guru akan mengajarmu
beberapa jurus silat."
"Apakah guru tidak akan pergi lagi?" Ling-lin bertanya dengan senang.
Tuan Jian mengangguk. Dia mendekati Sun-ming dan memberi hormat:
"Semenjak berpisah 10 tahun lalu, tidak disangka kita masih bisa bertemu...." dia menghela
nafas. Tarikan nafas itu, apakah karena waktu begitu cepat berlalu" Atau karena dia menahan
perasaannya di dalam hati.
Akhirnya sorot mata itu melihat wajah Sun-ming dan bertanya:
"Apakah keponakan Zhong ada di rumah?"
Wajah Sun-ming berubah: "Bukankah 3 tahun yang lalu Jing-er sudah bersamamu?"
"Siapa yang berkata seperti itu?"
"Aku yang mengatakannya," jawab Ruan-wei.
Karena dia sudah tidak berhubungan dengan biksu harimau, maka dia tidak begitu sungkan
kepada Tuan Jian. Sorot mata Tuan Jian yang tajam melihat Ruan-wei.
"Sepertinya aku kenal dengan Tuan ini," kata Tuan Jian.
"Guru, dia mengatakan ketika Guru berada di Jun-shan Guru dipukul sampai terluka, sungguh
dia bicara sembarangan!" kata Ling-lin.
"Benar, seumur hidupku, ini pertama kalinya aku terluka."
Ling-lin menundukkan kepala.
"Apakah Jing-er yang menggendong Guru turun dari gunung?" tanya Sun-ming.
"Betul, jika bukan karena keponakan Zhong-jing, mungkin hari ini aku tidak bisa datang kemari
malah terkubur di Jun-shan!"
"Kalau begitu... begitu...." kata Sun-ming.
Tiba-tiba Tuan Jian seperti teringat sesuatu dan bertanya pada Ruan-wei:
"Apa margamu?" Dengan tegas Ruan-wei berkata, "Margaku Ruan." Dia ingin mengatakan kalau marganya Lu,
tiba-tiba dia enggan memberitahukannya.
Tuan Jian tertawa dingin:
"Sebetulnya kau masih sangat muda, mengapa kau berdandan menjadi orang dewasa?"
Diam-diam Ruan-wei mengagumi penglihatan Tuan Jian yang tajam, tapi dia tetap dengan
angkuh menjawab: "Ini adalah urusanku, Tuan tidak perlu tahu apa alasannya."
"Tiga tahun yang lalu aku bertarung dengan murid musuh ayahku di Jun-shan, akhirnya duaduanya
terluka. Keponakan Zhong-jing menggendongku turun gunung untuk berobat. Begitu
lukaku sembuh, karena aku ada perlu, aku harus pergi ke Yun-nan dan keponakan Zhong-jing
mengkhawatirkan keadaan rumah maka dia tergesa-gesa pulang...."
Ling-lin berteriak, Sun-ming menarik nafas, karena tidak tahu apa sebabnya, Tuan Jian dengan
kebingungan melihat mereka. Dia berkata lagi:
"Ketika kami bertarung di Jun-shan, hari: ketiga datang seorang remaja berusia sekitar 14
tahun, dia seperti kenal dengan keponakan Zhong. Di dunia ini hanya mereka berdua yang tahu
aku bertarung dengan biksu India hingga terluka. Sekarang...."
Sorot mata Tuan Jian seperti api melihat Ruan-wei:
322 "Dia tahu aku terluka dan wajahnya sangat mirip dengan wajah remaja itu, tapi mengapa kau
harus mengubah wajahmu dengan keterampilan mengubah wajah?"
Sun-ming menangis, Zhong-jie terus menggoyang-goyang tangan neneknya:
"Nek! Nenek!..."
Tuan Jian berjalan ke depan Sun-ming, dengan pelan dia bertanya:
"Kau... kau... mengapa menangis?"
"Sudah tiga tahun... Jing-er... tidak pernah pulang...." Sun-ming terus menangis.
Wajah Tuan Jian berubah. Dengan terkejut dia berkata:
"Apa" Mengapa keponakan Zhong-jing tidak pulang?" dia melihat Ling-lin dengan sorot
bertanya. Ling-lin menundukkan kepala. Tuan Jian sudah bisa menebak diam-diam berpikir, 'Mengapa dia
tidak peduli kepada keponakan Zhong-jing, tidak peduli, dia hidup atau mati" Jika dia perhatian
kepada suaminya mengapa dia tidak terlihat sedih?"
Sun-ming memegang tangan Zhong-jie dengan sedih berkata:
"Jing-er seumur hidupnya selalu susah, sekarang entah apakah dia masih hidup atau sudah
mati, harus bagaimana kita sekarang?"
"Apakah tiga tahun ini tidak terdengar kabar beritanya?" tanya Tuan Jian.
"Tiga tahun yang lalu, Jing-er melihat kau muncul di Wan Nan, dia merasa sangat berterima
kasih kepadanya karena 13 tahun yang lalu kau telah mengobatinya dan juga mengembalikan ilmu
silatnya, maka dia ingin pergi ke Wan-nan untuk mencarimu. Dia mengatakan jika bukan jasa
Tuan Jian, sampai sekarang dia pasti masih seperti orang cacat. Maka walau bagaimanapun dia
ingin bertemu denganmu untukmembalas budimu...."
Tuan Jian menarik nafas: "Karena keinginan keponakan Zhong-jing membalas budi, membuat
Tuhan mengaturnya pergi ke Wan-nan. Dan karena dia pergi ke Wan-nan, dia menolong
nyawaku!" Sun-ming menyambung lagi: "Setelah itu hampir dua tahun Jie-er tidak pulang. Aku dan Ling-er
setiap hari mengkhawatirkannya. Kami dua orang perempuan kemana bisa mencarinya" Kami
sudah tidak tahan dan memberitahukan kepada ketua Zheng-yi-bang...."
Ruan-wei baru mengerti, berpikir, 'Ternyata ketua Zheng-yi-bang muncul di sini dan membuat
orang-orangTian-zheng-jiao mencari tahu. Ternyata orang-orang Zheng-yi-bang datang untuk
mencari Paman Zhong. Tapi mengapa setelah minta bantuan perkumpulan yang begitu terkenal
mencari Paman Zhong, tetap tidak berhasil menemukan Paman Zhong" Apakah benar Paman
Zhong sudah mati"..."
Alis Tuan Jian terangkat:
"Katanya 10 tahun lebih ini Zheng-yi-bang yang dipimpin Lu Nan-ren sudah berbuat banyak
kebaikan untuk dunia persilatan dan sudah banyak mendapatkan pahala maka wibawa
perkumpulan ini semakin kuat."
Sun-ming menarik nafas, khawatir:
"Sudah hampir dua tahun lebih Lu Nan-ren mencari hingga ke semua penjuru tapi tetap tidak
berhasil menemukan jej ak Jing-er...."
Dengan terkejut Tuan Jian berkata:
"Apakah keponakan Zhong-jing terkena musibah...."
"Sepertinya begitu, kalau tidak mengapa Zheng-yi-bang tidak bisa menemukan jejak Jing-er?"
Sun-ming menjawab dengan pelan. Dengan sedih Tuan Jian berkata: "Di Yun-nan di buku-buku
peninggalan ayahku, aku menemukan semacam golok yang hanya bisa dipakai menggunakan
tangan kiri. Aku datang kemari bermaksud mengajarkannya ilmu golok tangan kiri kepada
keponakan Zhong-jing agar dia bisa berkelana di dunia persilatan, tapi... hhhh...."
Dengan nada marah Tuan Jian berkata lagi:
"Seseorang tanpa alasan sudah mengubah dirinya, hal ini membuat orang curiga dan orang ini
yang terakhir bertemu dengan keponakan Zhong-jing, entah apa yang sedang direncanakan di
dalam hatinya?" Dengan angkuh Ruan-wei berkata:
"Jika bicara mengenai kehilangan Paman Zhong berhubungan dengan orang terakhir yang
bertemu dengannya, sayang orang yang terakhir bertemu dengan Paman Zhong bukan aku. Orang
323 yang terakhir bertemu dengan Paman Zhong seharusnya bisa menjelaskan tentang hilangnya
Paman Zhong." sudah pasti kata-kata Ruan-wei ditujukan kepada Tuan Jian.
Tuan Jian adalah seorang pesilat terkenal yang pasti sifat menahan dirinya sangat kuat. Tapi
setelah mendengar kata-kata ini, wajahnya berubah.
"Sebenarnya apa margamu?" tanya Ling-lin tiba-tiba
Ruan-wei menganggap Ling-lin adalah perempuan tidak baik. Mana ada seorang istri tidak
mempedulikan keselamatan suaminya sendiri, karena itu dia tidak menyukai Ling-lin dan tidak sudi
menjawab pertanyaannya. Dengan lembut Sun-ming bertanya:
"Hari ini kau datang ke rumah kami apa yang ingin kau sampaikan?"
Ruan-wei merasa Sun-ming memang harus dihormati, maka dengan sopan dia menjawab:
"Secara kebetulan aku mengenal Paman Zhong. Setelah berpisah di Jun-shan karena aku harus
mengurus seorang tetua yang terluka parah karena bertarung maka kami pun berpisah. Setelah
tetua ini sembuh dia menitipkan pesan kepada Paman Zhong. Inilah sebabnya mengapa aku
datang. Aku bukan datang karena tidak ada hal penting." Kalimat terakhirnya seperti menjawab
pertanyaan Tuan Jian. Pelan-pelan Ruan-wei berkata kepada Sun-ming:
"Tetua itu menitipkan pesan kepadaku bahwa tiga tahun kemudian di Jun-shan, dia akan
bertarung lagi dengan Tuan Jian untuk menentukan kemenangan. Untung masih ada tenggang
waktu setengah tahun lagi akhirnya aku bisa menyampaikan pesan ini dan tidak terlambat."
"Biksu harimau bisu dan tuli itu masih tidak puas. Saat itu kita akan bertemu di Jun-shan!" Tuan
Jian membalikkan kepala dengan penuh arti melihat Ruan-wei dan berkata, "apakah kau sudah
menerima kebaikan dari biksu harimau?"
Ruan-wei mengangguk: "Benar, biksu itu telah memberiku banyak kebaikan." Dia berhenti sebentar lalu melanjutkan
lagi, "menurutku jika dua harimau bertarung pasti ada salah satu yang kalah. Lebih baik Tuan Jian
jangan pergi ke Jun-shan. Dengan begitu dua tetua bisa menghindari pertarungan yang membuat
salah satu terluka atau bahkan mati."
"Kau benar-benar pintar, ingin membuatku mengakui kekalahan dan menyuruhku tidak
menepati janji. Sepertinya biksu harimau bisu dan tuli itu benar-benar telah memberimu banyak
kebaikan." "Bagaimana hasil pertarungan di Jun-shan" Ada pepatah mengatakan jika bisa memaafkan
orang, maafkanlah orang itu. Dengan menahan diri bukankah menguntungkan dua belah pihak?"
kata Ruan-wei. "Jika kau tidak memberitahu janji pertarunganku dengan biksu harimau, bukankah akan
menjadi seperti yang kau inginkan?" tanya Tuan Jian.
Dengan serius Ruan-wei menjawab:
"Pesan orang lain harus disampaikan dengan baik, mana boleh menjadi orang yang tidak
bertanggung j awab?"
"Jika hari ini kau tidak bertemu denganku, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Tuan Jian
sambil tertawa. Ruan-wei benar-benar tidak suka, dengan lantang dia menjawab:
"Jika tidak bertemu dengan Tetua, aku akan mencari Paman Zhong. Di mana pun dia berada,
aku akan memberitahu janji pertarungan di Jun-shan. Jika tidak berhasil menemukan Paman
Zhong, aku akan pergi ke Jun-shan untuk meminta maaf kepada tetua harimau."
Tuan Jian mengangguk: "Kebaikan yang diberikan biksu harimau tidak sia-sia. Kalau begitu, kau nasehati biksu harimau
untuk membatalkan janji pertarungan di Jun-shan, aku akan menurunkan semua ilmu silatku
kepadamu." Segera Ling-lin ikut menasehati:
"Terimalah syarat dari guruku. Kau harus tahu ilmu silat ketua Zheng-yi-bang yang terkenal itu
berasal dari guruku."
Ruan-wei marah: 324 "Kalian menganggap Ruan-wei itu siapa" Walaupun kau ingin melatihku menjadi orang nomor
satu di dunia persilatan, aku tidak akan mau menjadi orang kerdil."
Setelah itu dia melangkah keluar.
Dengan marah Tuan Jian membentak:
"Tunggu! Kau sudah berani berbuat tidak sopan kepadaku!"
Ruan-wei sudah hampir keluar dari ruangan, mendengar teriakan itu, dengan marah dan
angkuh dia berkata: "Kata-kataku sudah selesai, aku tidak perlu tinggal di sini lagi, lebih baik aku pergi."
Dengan dingin Tuan Jian berkata:
"Dengan nama besarku di dunia persilatan, aku menyuruhmu tidak boleh pergi. Kau harus
menurut!" Sun-ming mengerutkan alis, 'Mengapa hari ini Tuan Jian berubah" Mengapa dia berkata seperti
itu?" Zhong-jie dengan manja berkata:
"Kakek Guru, biarkan Kakak Ruan pergi dari sini!"
"Jie-er, jangan ikut campur!'' bentak Ling-lin Dengan nada membangkang Ruan-wei berkata:
"Jika aku mau pergi tidak ada seorang pun yang bisa melarangku."
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba dari pekarangan terdengar suara yang kuat berkata, "Harap semua yang ada di dalam
rumah keluar!" Kata-katanya begitu sombong membuat orang-orang yang ada di dalam rumah terkejut.
Sebagai tuan rumah, Sun-ming langsung keluar. Tiba-tiba tubuhnya seperti tersengat listrik, dia
mundur beberapa langkah. Dengan wajah pucat dia berkata:
"Pembunuh! Pembunuh...."
Ling-lin dengan cepat mendekati ibunya. Begitu melihat siapa orang yang dilihat ibunya, dia
segera mengangkat alis, wajah penuh aura membunuh segera terlihat. Tuan Jian segera berkata:
"Siapa yang datang, Ling-er?"
"Pembunuh ayahku!" Sun-ming menangis tersedu-sedu: "Almarhum suamiku mati di tangan
mereka...." "Nenek, jangan menangis, Xiao Jie akan membalaskan dendam kakek!" hibur Zhong-jie
"Kau masih kecil, mana bisa melawan musuh yang begitu kuat," Ling-lin berteriak.
Zhong-jie berhenti melangkah, dia cemberut, pedangnya terus diacung-acungkan karena
marah. Suara dari pekarangan terdengar lagi:
"Apakah tidak ada yang berani keluar untuk melawanku?"
Terdengar suara tajam berkata: "Da-ge, biar mereka mau keluar atau tidak, kita bakar saja
rumah ini!" Sun-ming berusaha untuk tenang. Dari dalam rumah dia mengeluarkan dua buah pedang. Yang
satu dilemparkannya kepada Ling-lin. Wajahnya dingin seperti es, dia berpesan:
"Xiao Jie, kau tetap di dalam rumah, jangan keluar! Ling-er, kita lawan orang itu!"
Mereka berdua berjalan sampai di depan pintu, Tuan Jian tetap diam di tempatnya, sepertinya
pertarungan ini tidak ada hubungan dengannya. Ling-lin merasa aneh:
"Ada apa dengan guru" Dia tampak tidak peduli dengan dendam muridnya sedikit pun?"
Hal ini membuat Ruan-wei yang berdiri di pinggir merasa marah. Dalam hati berpikir, 'Masa
membiarkan dua orang perempuan bertarung dengan pesilat tangguh...ketua baju emas Tianzheng-
jiao!" Maka dia segera mencegah Sun-ming dan Ling-lin. Dengan hormat dia berkata:
".....Biar aku yang bertarung dengan mereka. Jika aku kalah melawan mereka, baru kalian
keluar. Biar aku menyumbang sedikit tenaga."
Sun-ming terharu dan menangis melihat remaja yang membela keadilan. Dengan penuh
berterima kasih dia berkata:
"Tidak... tidak...."
Ling-lin tertawa dingin: "Anak muda, jangan tidak tahu diri, apakah kau kira sanggup melawan Qi-ling-fei-hong dan
Wan-du-tong-zi?" 325 Ternyata orang yang ada di pekarangan adalah orang Tian-zheng-jiao yang paling mempunyai
nama, Wan-du-tong-zi, Tang-geng (Anak beracun Tang-geng). Qi-ling-fei-hong Yin Bao-lin (Tujuh
pelangi terbang). Ruan-wei dengan suara keras berkata:
"Asal aku tahu lawanku bukan orang baik-baik, walaupun dia mempunyai ilmu silat setinggi
apapun, aku tetap akan bertarung dengannya."
Ling-lin berkata dengan dingin:
"Kau benar-benar tidak tahu diri, kasihan ayah ibumu yang telah membesarkanmu, cepat
minggir!" Dengan penuh air mata Sun-ming berkata: "Kebaikanmu akan kami ingat seumur hidup.
Almarhum suamiku mati di tangan dua penjahat itu, kali ini aku harus membunuh mereka dengan
senjataku sendiri." "Aku memang tidak tahu diri, tapi aku dan Paman Zhong adalah sahabat baik, biar aku yang
pergi ke sana melawan mereka sehingga harga diri mereka lenyap!"
Terdengar di pekarangan ada yang sedang menyalakan api. Begitu terdengar Ruan-wei, dengan
cepat dari sebuah kantong kecil dia mengeluarkan Wu-mang-zhu dan melemparkan dengan sangat
cepat, membuat siapa pun tidak sempat melihatnya.
Di pekarangan terdengar suara teriakan berturut-tirut sebanyak lima kali. Lima orang Tianzheng-
jiao yang berniat membakar rumah sudah terkena lemparan Wu-mang-zhu.
Setelah Wu-mang-zhu dilemparkan, Ruan-wei berlari keluar. Sun-ming ingin melarangnya tapi
Tuan Jian berkata dengan suara kecil:
"Biarkan dia pergi!"
Tidak tampak Tuan Jian bergerak, tahu-tahu dia sudah berada di sisi Sun-ming:
"Dia adalah anak muda yang senang menolong orang, apakah dia adalah putra Lu Nan-ren?"
Dia bicara seperti itu karena wajah dan sifat Ruan-wei sangat mirip dengan Lu Nan-ren.
"Apakah lemparan senjata rahasia tadi, ilmu dari Xiao San-ye?"
Tuan Jian mengangguk: "Wu-mang-zhu hanya dibuat oleh Xiao Lao-san dengan cara handal."
"Kalau begitu dia pasti putra kandung Kakak Nan!"
Setelah Ruan-wei tiba di pekarangan, di bawah tergeletak lima orang laki-laki hitam, mata
mereka melotot tapi tidak bisa bergerak. Di depan masih berdiri dua orang dengan penampilan
sangat aneh. Yang satu kurus dan tinggi. Tingginya mengejutkan orang, juga hitam. Yang satu adalah pak
tua pendek berwajah merah.
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Pak tua berwajah merah ini pasti orang yang telah membuat
orang dunia persilatan takut kepadanya dan selalu menggunakan racun lihai, Wan-du-tong-zi,
sedangkan yang satu lagi adalah Qi-ling-fei-hong."
Dengan suara rendah Wan-du-tong-zi tertawa:
"Cara Tuan melepaskan senjata rahasia benar-benar menunjukkan bakat orang terkenal."
Dengan suara melengking Qi-ling-fei-hong berkata:
"Apakah hanya memiliki sedikit ilmu ini kau sudah berani datang bertarung dengan kami" Lebih
baik cepat pergi dari sini mumpung masih ada waktu."
Ruan-wei tidak takut: "Hutang uang dibayar uang, membunuh orang dibayar dengan nyawa. Kalian berdua telah
membunuh orang juga menganggu ketentraman dunia persilatan, apakah kalian tahu hukuman
Tuhan tidak akan bisa kalian hindari?"
Wajah merah Wan-du-tong-zi seperti bayi yang selalu tertawa:
"Kata-kata Tuan membuatku merasa aneh."
"Kalian datang mau apa?" selidik Ruan-wei.
"Membunuh orang! Orang Tian-zheng-jiao membunuh orang tidak pernah berpikir apakah dia
akan dihukum Tuhan atau tidak!" jawab Qi-ling-fei-hong dengan suara seram.
"Kalian ingin membunuh siapa?" tanya Ruan-wei.
"Semua orang yang ada di rumah ini akan kami bunuh, termasuk anjing dan ayam." Walaupun
Wan-du-tong-zi mengeluarkan kata-kata begitu sadis tapi dia tetap tertawa.
326 "Apakah kau tahu di rumah itu siapa yang tinggal?" tanya Ruan-wei.
Qi-ling-fei-hong tertawa:
"Tidak peduli siapa pun dia, asalkan dia kenal dengan ketua Zheng-yi-bang harus kami bunuh!"
"Bagaimana denganku?" tanya Ruan-wei.
"Apakah kau kira kau bisa hidup lebih lama?" Qi-ling-fei-hong mulai marah.
Ruan-wei tertawa menghina:
"Mengapakalian begitu sombong dan percaya diri?"
"Bocah tengik, kau cari mati!" Qi-ling-fei-hong mengeluarkan tali hitam yang panjangnya enam
meter. Setiap satu meter terikat sebuah lonceng yang berkilau dan tujuh macam senjata aneh.
Dengan cepat Ruan-wei mundur dan membalikkan tangan mencabut Fei-long-jian yang bersinar
dingin. Tali Qi-ling-fei-hong bergulung, segera lonceng berbunyi, dia siap menyerang.
Waktu itu, di atas dinding terdengar suara bentakan:
"Tunggu dulu!" Segera ada pesilat empat bunga meloncat turun.
Pesilat empat bunga dari Zheng-yi-bang, berarti ilmu silatnya setingkat dengan ketua baju
emas di Tian-zheng-jiao. Pesilat tiga bunga Kakak Tao berkata:
"Ketua Tang dan Ketua Yin, apakah kau tahu tuan rumah ini kenal dengan Zheng-yi-bang?"
Dengan penuh tawa Wan-du-tong-zi Tang-geng menjawab:
"Pihakmu dengan pihak kami sudah 10 tahun lebih tidak pernah berjanji, jika ada yang kenal
dengan salah satu pihak, tidak dibunuh!"
"Betul, belum ada perjanjian seperti ini tapi mulai hari ini orang yang ada di rumah itu masuk
dalam pelindungan kami. Jika kalian menyerang tuan rumah ini, berarti kalian tidak memandang
Zheng-yi-bang." "Hal sekecil itu tidak perlu dibicarakan,"
Wan-du-tong-zi tertawa. Di depan pesilat empat bunga, Qi-ling-fei-hong tidak berani bersikap sombong. Dia terus
melihat Tang-geng, seperti mengandalkan dia.
Wan-du-tong-zi menarik tawanya, dengan serius dia berkata:
"Hari ini kami memandang Kakak Tao, sementara kami akan mundur dulu tapi kelak hutang ini
akan kami tagih lagi."
Wan-du-tong-zi Tang-geng adalah orang licik, melihat Tao-chu muncul, dia tahu akan kesulitan
menghadapi Tao-chu maka dia memang-gil Qi Ting-fei-hong dan siap-siap mundur dari sana.
"Ketua Tang, lima orang yang tergeletak di bawah, apakah mereka adalah murid perkumpulan
kalian?" "Orang yang sudah membuat malu perkumpulan kami, tidak akan diakui lagi," Wan-du-tong-zi
menjawab sambil terus berjalan.
Tapi Ruan-wei sudah membentak:
"Kalian berhenti!"
"Apakah kau bicara kepada kami?" tanya Wan-du-tong-zi.
"Betul!" jawab Ruan-wei.
"Ternyata ada yang ingin mencari keuntungan," Qi-ling-fei-hong berkata dengan tertawa sinis.
"Membunuh harus mengganti dengan nyawa, ini adalah hal biasa."
"Apakah nyawa boleh sembarangan di tinggal?" Qi-ling-fei-hong mulai marah.
"Membunuh orang harus diganti dengan nyawa, hari ini kalian berdua datang tepat pada
waktunya." "Apakah Tuan sudah gila?" Tao-chu ikut membentak.
Tangan kiri Ruan-wei memegang pedang. Pedang dijuntai ke bawah, kaki membentuk angka
delapan (Huruf Tionghoa). Caranya sangat aneh tapi luwes.
"Sedikit pun aku tidak gila!"jawab Ruan-wei
"Kalau Tuan tidak gila, silakan tinggalkan tempat ini agar tuan rumah di sini tidak terbawa
masalah anda!" Ruan-wei tertawa dingin: "Walaupun aku meninggalkan tempat ini, tuan rumah pasti tidak akan membiarkan kedua orang
itu pergi hidup-hidup. Aku hanya menggantikan tuan rumah melaksanakan tugas ini."
327 "Maksudmu tuan rumah dengan Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi mempunyai dendam yang
dalam?" tanya Tao-chu.
"Betul!" jawab Ruan-wei.
"Membunuh orang harus diganti dengan nyawa, siapa yang sudah kubunuh" Coba beritahu
kepadaku!" kata Wan-du-tong-zi sambil tertawa.
"Ling Bei-xiu!" jawab Ruan-wei.
Qi-ling-fei-hong tertawa menghina:
"Ternyata dia adalah janda Ling Bei-xiu. Ha ha ha! 10 tahun lebih jika bukan karena ketua kami
yang melindungi mereka, apakah mereka masih bisa hidup di dunia ini?"
Wan-du-tong-zi menurunkan Hu-lu besi (hiolo) dari balik punggungnya. Dengan serius dia
berkata: "Apakah Tuan tetap mau membantu janda Ling Bei-xiu membalas dendam?"
Melihat dia mengeluarkan senjata, Ruan-wei tahu kalau pertarungan akan segera dimulai. Maka
dengan penuh konsentrasi dia menatap lawan.
'Siapakan pemuda ini, membuat Wan-du-tong-zi seperti melawan seorang musuh besar"' Taochu
diam-diam berpikir. Sambil mengeluarkan Duo-hun-suo (Tali besar pencabut nyawa), Qi-ling-fei-hong membentak:
"Aku tidak ingin membunuh orang yang tidak ternama, bocah, siapa namamu?"
Mata Ruan-wei sama sekali tidak berkedip:
"Aku Ruan-wei."
Segera Wan-du-tong-zi berkata:
"Ruan-wei! Ruan-wei! kau tidak akan menang dari kami-kami yang sudah terkenal pada
pertarungan kali ini, maka kau harus berhati-hati menghadapinya!"
Wan-du-tong-zi memang lebih licik dan teliti. Lemparan senjata rahasia tadi telah membuatnya
terkejut. Walau bagaimana pun dia harus memberitahukan hal ini kepada Qi-ling-fei-hong agar dia
bergabung dengannya membunuh Ruan-wei
Pedang Ruan-wei terjulur ke bawah, dia tidak bergerak. Qi-ling-fei-hong tidak sabar. Duo-hunsuo
berlonceng tujuh mulai menyerang.
Tiba-tiba sebuah cahaya putih menahan Duo-hun-suo. Tao-chu memegang tombak peraknya
dan membentak: "Nanti dulu!"
"Apakah Zheng-yi-bang akan ikut lagi dalam hal ini?"
"Perkumpulan kami tidak membantu melainkan membantu tuan rumah membalas dendam."
Qi-ling-fei-hong marah: "Jangan berpura-pura, jika ingin membantu, majulah semuanya, kami akan membereskan
kalian juga. Tidak peduli kalian ada berapa orang!"
Dua pesilat empat bunga mencabut senjata mereka. Mereka seperti malas untuk bicara. Ilmu
silat mereka berada di atas Tao-chu tapi mereka sangat patuh kepada perintah Tao-chu.
Diam-diam Wan-du-tong-zi terkejut. Dua saudara bermarga Wang ini ilmu silatnya setingkat
dengannya, jika mereka berdua bergabung, mereka benar-benar akan kalah total.
Ternyata dua orang pesilat dengan empat bunga ini adalah kakak beradik. Si kakak bernama
Wan g Shu-yuan, sedangkan adiknya bernama Wan Shu-tian. Perawakan mereka tinggi juga
besar, gabungan ilmu pedang mereka sangat terkenal di dunia persilatan.
Ruan-wei menyerang dan membentak: "Jika aku kalah, dua kakak baru boleh menyambung
bertarung dengan mereka."
Wan-du-tong-zi, QiTing-fei-hong, dan Ruan-wei mulai bertarung.
Tao-chu dan dua bersaudara Wang berada di pinggir melihat. Ruan-wei berada di antara Duohun-
suo dan Tie-hu-lu, dia meloncat kesana kemari, terkadang menyerang satu kali dengan
pedang. Walaupun lihai tapi gerakannya tidak teratur.
Ruan-wei hanya bisa melakukan Tian-long-shi-san-jian, sekarang dia tidak menggunakan jurus
Tian-long-shi-san-jian, hanya menggunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan Xiao San-ye.
Serangan dari dua pesilat tangguh, bisa dihindari Ruan-wei dengan tenang.
Setelah sepuluh jurus berlalu, Ruan-wei tidak tampak akan kalah, hal ini membuat Tao-chu dan
dua pesilat Wang bersaudara merasa heran dan melihat gerakan Ruan-wei dengan mata melotot.
328 Sun-ming dan Ling-lin yang berada di pekarangan melihat Ruan-wei bertarung. Jika saja Ruanwei
terdesak, mereka akan segera datang membantu. Mereka tidak akan membiarkan satusatunya
putra Lu Nan-ren terluka karena serangan musuh mereka.
Setelah seratus jurus berlalu, gerakan Duo-hun-suo Qi-ling-fei-hong berubah. Tali diayunkan
mengeluarkan bunyi lonceng. Walaupun mengganggu penglihatan atau konsentrasi lawan tapi
tidak membuat orang terganggu.
Sekarang jurus tali telah berubah. Suara lonceng terus berbunyi, mengeluarkan suara seperti
sebuah lagu. Denting lagunya seperti membuat orang akan roboh. Setiap jurus mengeluarkan
sebuah irama, terdengar lonceng mengantarkan jurusnya.
Diam-diam dua bersaudara Wang ber-pikir, 'Kami pernah mendengar jurus 'Qi-ling-fei-suo' (7
lonceng tali terbang) yang telah melukai banyak orang dan belum pernah terkalahkan. Sepertinya
dia akan menggunakan jurus ini."
Hu-lu besi yang dipegang Wan-du-tong-zi berubah arah. Mulut Hu-lu berhadapan dengan Ruanwei.
Tiba-tiba dua bersaudara Wang bersama-sama berteriak:
"Hati-hati, senjata beracun!"
Begitu mendengar teriakan itu, Ruan-wei mulai memperhatikan mulut Hu-lu. Dalam hati
berpikir, 'Jika pada pertarungan ini dia mengeluarkan senjata beracun, aku akan sulit
menghindar." Setelah beberapa jurus berlalu, Ruan-wei beralih rada berada di bawah angin, hal ini terjadi
karena dia terus mengawasi senjata rahasia Wan-du-tong-zi yang beracun juga harus konsentrasi
menahan suara lonceng yang dikeluarkan dari Qi-ling-fei-suo.
Karena mereka berdua mengeluarkan jurus andalan masing-masing hingga Ruan-wei tidak bisa
menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian. Dia ingin bertarung dengan pedang yang dimilikinya
untuk menepis senjata mereka agar dia bisa menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Melihat Ruan-wei hampir kalah, Sun-ming dan Ling-lin bersiap-siap membantu, mulut Hu-lu besi
Tang-geng sudah terbuka. Dari mulut Hu-lu keluar lima panah kecil beracun. Dalam jarak dekat
bisa tampak panah yang keluar adalah panah beracun. Hal ini membuat orang yang berada di
arena pertarungan terkejut dan mereka mengira Ruan-wei tidak akan bisa menghindari serangan
ini. Tapi bayangan Ruan-wei seperti hantu gentayangan. Dia keluar dari kepungan Wan-du-tong-zi
dan Qi-ling-fei-hong, lima anak panah beracun itu berhasil dihindari oleh Ruan-wei.
Semua orang yang berada di arena pertarungan tidak melihat Ruan-wei menggunakan cara apa
untuk menghindarinya. Hanya Tuan Jian yang ada di dalam rumah, dari balik jendela melihat semua pertarungan dan
tahu jurus yang digunakan adalah ilmu meringankan tubuh yang telah lama menghilang, yang
bernama Bai-bian-gui-ying (bayangan setan berubah-ubah).
Setelah berhasil keluar dari kepungan musuh, dia memegang pedang dengan tangan kirinya
dan pedang diarahkan tegak lurus ke bawah. Dia mulai mengatur nafas melakukan jurus-jurus
yoga dan bersiap-siap menggunakan jurus Tian-long-shi-san-jian.
Tang-geng sama sekali tidak menyangka kalau Ruan-wei berhasil menghindari 'Du-chang-jian'
(panah usus beracun). Qi-ling-fei-hong tidak percaya ada orang yang bisa lolos dari jurus Qi-ling
fei-suo miliknya. Tapi buktinya Ruan-wei berhasil meloncat keluar, hal ini membuat mulut mereka
ternganga karena merasa aneh.
Qi-ling-fei-hong tidak percaya ada ilmu menghilang. Dia mengayunkan tali dan siap
mengeluarkan jurus talinya yang paling lihai. Tangan Tang-geng memegang Hu-lu besi. Begitu ada
kesempatan, dia akan melepaskan panah beracun ke arah Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei berdiri tegar seperti gunung, sikapnya sangat tenang, sampai mereka berjalan
ke harapannya, dia segera tertawa. Pedang diangkat dan menunjuk ke arah langit. Ini adalah
pembukaan dari jurus Tian-long-shi-san-jian, yang bernama 'Xiao-fu-zhi-tian' (Budha tertawa
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunjuk langit). Qi-ling-fei-hong merasa senang, diam-diam dia berpikir, 'Apakah bocah ini tidak bisa
menggunakan pedang" Mana ada jurus pedang menusuk langit, benar-benar tidak waras!'
Tang-geng mempunyai pikiran sama dengan Qi-ling-fei-hong. Mereka segera menyerang Ruanwei.
329 Tapi justru dasar dari Tian-long-shi-san-jian yaitu 'Xiao-fu-zhi-tian' digunakan untuk memancing
lawan. Begtu jurus dikeluarkan, ilmu yoganya segera dikeluarkan. Ruan-wei seperti seekor naga
terbang ke atas. Tang-geng dan Qi-ling-fei-hongyang terus memusatkan serangannya. Tidak
menyangka musuh bisa menghilang. Mereka malah merasa ada angin dari pedang terus
menyerang ke arah kepala mereka.
Mereka terkejut, segera mereka mengeluarkan jurus menyelamatkan diri, menghindar dari jurus
kedua Tian-long-shi-san-jian yang bernama 'Feng-long-zai-tian' (naga terbang kelangit).
Ketika mereka menjaga kepala mereka, Ruan-wei seperti seekor naga turun ke bumi. Cahaya
pedang seperti kilat menyerang pinggang mereka.
Tang-geng dan Yin Bao-lin tidak menyangka di dunia ada jurus pedang begitu aneh, maka
mereka mengeluarkan ilmu andalan mereka untuk menghindari jurus ketiga dari Tian-long-shi-sanjian.
Tiba-tiba Ruan-wei bersiul seperti naga berteriak kemudian cahaya pedang tampak berputar.
Sosok Ruan-wei mengikuti pedang terbang, di sekeliling hanya terlihat kilauan pedang tapi tidak
terlihat bayangan Ruan-wei. Jurus keempat Tian-long-shi-san-jian adalah 'Jin-tong-bai-fu' (anak
emas menyembah Budha). Begitu dikeluarkan, Tang-geng dan Yin Bao-lin segera berteriak karena
tangan kanan mereka telah tersabet hingga putus dari pergelangan, dan senjata mereka terjatuh.
Sisa tenaga jurus keempat 'Jin-tong-bai-fu' masih seperti gelombang terus menyerang mereka.
Orang-orang yang melihat pertarungan ini benar-benar terkejut. Untung ada senjata yang
menahan tenaga kuat ini. Hanya saja pedang dua bersaudara Wang terlempar oleh tenaga ini,
mereka selamat tidak terjadi sesuatu. Tapi pedang Sun-ming dan Ling-lin terbabat putus.
Ilmu silat Tao-chu paling rendah, tombak peraknya pun terputus, pergelangan tangannya
terluka. Ini karena Ruan-wei telah berusaha mengurangi tenaganya. Jika tidak, orang yang ada di
arena pertarungan itu pasti tidak akan sanggup menahan hempasan tenaga ini. Jurus keempat
'Jin-tong-bai-fu' telah digunakan Ruan-wei, tenaganya tidak terkendali. Jurus kelima 'Long-zhanyu-
ye' hanya di keluarkan setengah jurus, (naga bertarung dengan harimau liar).
Tang-geng dan Yin Bao-lin sudah terluka dan tidak bisa bertarung lagi tapi jurus 'Long-zhan-yuye'
masih terus membabat kaki mereka.
Begitu jurus Tian-long-shi-san-jian di keluarkan satu jurus lebih lihai dari jurus sebelumnya.
Walaupun 'Long-zhan-yu-ye' hanya dikeluarkan setengah jurus tapi angin dari pedang seperti kilat
membabat kaki mereka berdua.
Waktu itu, dari luar dinding ada bayangan hijau berkelebat. Sebelah tangan mengangkat leher
baju Tang-geng, sedangkan tangan lainnya memegang tali pinggang Yin Bao-lin. Tapi cahaya
pedang menutup jalan mundur mereka.
Bayangan hijau ini sangat lihai, dia bersalto keluar dari kurungan cahaya pedang. Dia masih
sempat menendang kepala Ruan-wei.
Setengah jurus Ruan-wei yang digunakan, memaksakan tubuhnya bergerak ke belakang dan
menghentikan jurus-jurus pedangnya. Tendangan bayangan hijau itu tidak berhasil mengenainya.
Bayangan itu mengangkat Tang-geng dan Yin Bao-lin kemudian meletakkan mereka dengan
posisi berdiri. Ternyata yang datang adalah seorang pemuda berusia sekitar 30 tahun, wajahnya
dingin dan sadis. Kedua matanya terus melihat ke atas, benar-benar sangat angkuh.
Dengan dingin dia berkata: "Jurus-jurus Tuan benar-benar lihai, nanti Qian-yi akan mencari
waktu untuk mencobanya."
Dia melihat Tang-geng dan Yin Bao-lin. Dengan dingin dia berkata: "Ayo kita pergi!"
Dengan menahan sakit, Qi-ling-fei-hong dan Wan-du-tong-zi mengikuti Qian-yi pergi dari sana.
Sun-ming dan Ling-lin tahu kalau Qian-yi adalah murid pak tua tanpa nama yang tinggal di
Qing-hai, sekarang dia adalah wakil ketua Tian-zheng-jiao. karena nama besarnya, maka Sun-ming
dan Ling-lin tidak berniat mengejarnya.
Sesudah Ruan-wei mengeluarkan jurus-jurus Tian-long-shi-san-jian, dia merasa sangat senang,
melihat sosok Qian-yi, dia berteriak:
"Jika ilmu pedangku kalah di tangan Tuan, aku akan memberikan kepalaku untukmu."
Tiba-tiba terdengar bentakan:
"Bocah sombong!"
Begitu menoleh, Ruan-wei melihat Tuan Jian berada di belakangnya. Dia marah:
330 "Kenapa begitu membuka mulut Tetua menyakiti hati orang?"
Dengan dingin Tuan Jian menjawab:
"Kau kira setelah biksu harimau mengajarmu Tian-long-jian-fa, maka kau akan menjadi orang
yang tidak terkalahkan" Menurutku, itu hanya kepandaian anak-anak."
Tuan Jian tidak tahu kalau Ruan-wei mempelajari ilmu pedang itu sendiri, tidak diajarkan oleh
biksu harimau. Mendengar Tuan Jian menghina biksu harimau yang begitu dihormatinya, maka
Ruan-wei dengan marah berkata:
"Ilmu yang diajarkan biksu harimau tidak akan kalah darimu!"
"Dengan kemampuan ilmu silatmu tadi, dalam tiga jurus, aku akan mematahkan pedangmu!"
seru Tuan Jian. "Apakah Tetua tidak malu mengatakan ini?" tanya Ruan-wei.
"Kalau tidak percaya, boleh coba?" Tuan Jian tertawa.
"Baik, aku tidak takut kepada siapa pun!" Ruan-wei berkata dengan marah.
Ruan-wei memusatkan tenaganya, pedang dipegang di tangan kiri dan terjulur ke bawah. Dia
seperti menghadapi musuh kuat tapi waktu berlalu lama Tuan Jian masih belum bergerak. Ruanwei
tidak sabar dan berkata: "Mengapa Tetua tidak mencabut pedang?"
Tuan Jian pura-pura terkejut:
"Apakah aku harus memakai pedang" Oh, tidak, tidak! Jika aku menggunakan pedang, dalam
satu jurus saja kau akan kalah, aku tidak mau melakukannya!" Dia mematahkan tangkai pohon
dan membersihkan daunnya, jadilah sebuah pedang dengan panjang 2.5 meter dan lebar 7.5
centimeter. Dia melambaikan pedang kayu itu, dengan lagak angkuh berkata, "kau menyuruhku
menggunakan pedang, jadi aku menggunakan pedang kayu ini agar tidak membuatmu terluka dan
orang lain tidak akan mengatakan orang tua menghina anak kecil!"
Ruan-wei benar-benar marah karena merasa terhina. Tapi dia masih menahan diri dengan
sopan berkata: "Silakan...." Tuan Jian malah menatap langit dan tidak melihat Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei tetap dengan hormat menunggu gerakan Tuan Jian dia memberi hormat lagi tapi
Tuan Jian tidak menerima hormatnya. Karena marah, jurus dasar Tian-long-shi-san-jian yaitu
'Xiao-fu-zhi-tian' pun dikeluarkannya. Pedang Ruan-wei tinggal 2 cm lagi akan mengenai
tenggorokan Tuan Jian. Pedang kayu menempel pada Fei-long-jian, dan menepis besi seperti
menepis tanah. Tinggal 1 cm lagi Ruan-wei menusuk, tapi pedangnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Dia
ingin menarik kembali pedangnya ternyata tidak bisa ditarik.
Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Ini bukan pertarungan pedang, melainkan seperti menggunakan
ilmu gaib,' Tapi Ruan-wei adalah seorang anak pintar, melihat ilmu lawan sudah terlatih
sedemikian rupa, hingga jurus pertamanya tidak berhasil. Dia tidak peduli apakah pedangnya bisa
ditarik atau tidak, jurus kedua 'Fei-long-zai-tian' pun dikeluarkan.
Segera tampak kehebatan 'Fei-long-zai-tian'. Tempelan pedang Tuan Jian hampir gagal dan
pedang hampir bisa ditarik kembali tapi tiba-tiba badan Tuan Jian mengikuti tubuh Ruan-wei.
Ruan-wei turun, dia ikut turun, tapi pedang kayu masih tetap menempel di atas pedang Ruan-wei.
Jurus ketiga Xian-long-zai-tian' kemudian dikeluarkan. Tuan Jian mengikuti pedangnya berputar
tapi pedang kayu tetap menempel di atas pedang Ruan-wei. Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Akan
kukeluarkan jurus keempat, saat itu kepalamu akan pusing karena berputar-putar, aku akan
menarik pedangku untuk memotong pedang kayumu!'
Tapi baru saja jurus keempat akan dikeluarkan, dia merasa ada tenaga masuk ke dalam
tubuhnya, dikatakan kecil juga tidak, dia hanya merasa kalau dia harus melepaskan Fei-long-jian
maka dia pun melepaskan Fei-long-jian dengan tidak berdaya.
Tuan Jian menyambut pedang Fei-long-jian, sambil tertawa dia berkata, "Tian-long-jian-fa
digunakan olehmu lebih ganas dibandingkan digunakan anak kecil. Belajarlah beberapa tahun lagi,
setelah itu baru bisa bertarung denganku'
Sambil tertawa dia melempar Fei-long-jian kepada Ruan-wei. Wajah Ruan-wei menjadi merah
dan menerima Fei-long-jian nya kembali.
331 Dia sedih dan berpikir, 'Kepandaianku ternyata masih rendah. Ilmu pedang yang katanya nomor
satu, di tanganku tetap tidak bisa melewati 3 jurus orang lain, benar-benar memalukan!"
Dia menyimpan pedangnya dan memberi hormat kepada Tuan Jian:
"Terima kasih, Tetua telah mengembalikan pedang ini kepadaku." Dia teringat kalau pedang ini
milik Gongsun Lan dan harus dikembalikan padanya.
Sambil tertawa dingin Tuan Jian berkata: "Pergilah! Setelah berlatih dengan baik, baru temui
aku lagi!" Ruan-wei malu kalau terus berada di sana, dia meloncat ke atas dinding. Sun-ming berteriak:
"Kau mau ke mana" Bukankah kau ingin mencari ayahmu?"
Dengan sedih Ruan-wei menggelengkan kepala:
"Aku tidak tahu siapa ayahku, kemana aku harus mencarinya" Sampai jumpa lagi!" Dia tidak
berpikir mengapa orang lain bisa menanyakan hal ini, dia hanya merasa sedih dan ingin menangis.
Dia takut kalau sampai terlihat orang lain maka hanya dalam waktu sebentar dia melayang seperti
seekor burung terbang entah ke mana. Sun-ming berteriak:
"Kembalilah, ayahmu adalah Lu Nan-ren..."
Tapi Ruan-wei sudah jauh dari sana dan tidak mendengarnya. Sun-ming membalikkan tubuh
dan bertanya kepada Tuan Jian:
"Mengapa hari ini kau tidak seperti biasanya, selalu melakukan tindakan tanpa menggunakan
perasaan" Bukankah kau tahu, dia adalah putra Lu Nan-ren?"
Tuan Jian mengangguk: "Aku memang curiga dia adalah putra Lu Nan-ren maka dengan segala cara aku harus
mengujinya. Dia benar-benar seorang anak yang mempunyai hati membela keadilan!"
"Tapi, mengapa... mengapa... kau membuatnya marah dan pergi dari sini" Mengapa tidak
memberinya kesempatan untuk bertemu dengan ayahnya?" Tanya Sun-ming dengan bingung.
"Anak ini telah menguasai ilmu senjata rahasia serta ilmu meringankan tubuh yang hebat dari
Xiao San-ye, sampai-sampai ilmu pedang Tian-long-shi-san-jian dan ilmu sakti Yoga dari India pun
dikuasainya, tapi ilmunya belum terkuasai dengan baik. ilmu pedang Tian-long-shi-san-jian baru
dikuasainya sebanyak 30%, aku sengaja membuatnya marah dan pergi dari sini, dia pasti akan
pergi mencari biksu harimau dan memberitahu kalau aku setuju bertarung dengan-nya di Junshan.
Dia pasti akan belajar lebih baik lagi kepada biksu harimau dan bisa menguasai Tian-longshi-
san-jian dengan baik dan tepat. Jika anak ini telah menguasai Tian-long-shi-san-jian dengan
baik, maka dia akan menjadi pesilat nomor 1 di dunia persilatan. Apalagi Tian-long-shi-san-jian
selalu menjadi incaran pesilat-pesilat dunia persilatan. Jika dia tidak benar-benar menguasai ilmu
itu dan tidak menjaga dirinya, nyawanya akan cepat melayang."
"Aku telah salah paham kepadamu, tidak disangka kau lebih memperhatikan dia," Sun-ming
tersenyum. Dengan senang Tuan Jian berkata:
"Lebih baik dia tidak tahu bahwa dia adalah putra ketua Zheng-yi-bang, agar hatinya lebih
tenang berlatih silat. Apakah tiga pesilat Zheng-yi-bang bisa menjaga rahasia ini?"
Dua bersaudara Wang dan Tao-chu menyaksikan sendiri bagaimana hebatnya ilmu silat Tuan
Jian tadi, mereka benar-benar kagum kepadanya. Mereka segera menjawab:
"Kami janji akan merahasiakan!" Zhong-jie yang sejak tadi diam di dalam rumah sekarang
berlari keluar. Dia mendekati Sun-ming. Sun-ming mengelus-elus rambutnya, dan berkata:
"Entah kapan ayah Xiao Jie baru bisa bertemu denganmu" Jika dia seperti almarhum suamiku,
bagaimana dengan Xiao Jie dan Ling-er?"
Ling-lin mengomel: "Ibu, jangan terus membicarakan hal ini!" Dia seperti tidak suka mendengar nama Zhong-jing
disebut. Tuan Jian menuntun tangan Xiao Jie, dengan serius dia berkata:
"Seumur hidupku, aku belum pernah menerima murid. Ling-er hanya belajar beberapa jurus
dariku, dia bukan muridku. Aku sudah tua, hampir masuk liang kubur, aku tidak mau ilmu silatku
terkubur bersamaku, Xiao Jie ikutlah kakek guru beberapa tahun. Aku akan menurunkan ilmuku
padamu. Dendam kakek dan pencarian ayahmu, kau yang harus melakukan."
Sun-ming dengan senang berkata:
332 "Xiao Jie, cepat berterima kasih kepada kakek guru!"
Xiao Jie segera berlutut dan berkata:
"Terima kasih, kakek guru!"
"Jie-er, kau telah mengabulkan harapan ibu." kata Ling-lin juga senang.
"Jika kau ingin belajar, aku tetap akan mengajarimu, untuk apa berebut dengan putri sendiri?"
Tuan Jian tersenyum. "Aku sudah tua untuk apa belajar ilmu silat lagi" Asal Jie-er bisa menguasai sepersepuluh ilmu
guru, aku sudah merasa senang dan puas."
"Lihat anak ini, di depan Tuan Jian mengatakan kalau dia sudah tua, benar-benar memalukan."
Sun-ming tertawa "Umur tidak bisa dibohongi, generasi muda akan terus muncul, aku benar-benar merasa sudah
tua," ucap Tuan Jian.
Sun-ming mengganti topik pembicaraan:
"Anak Ruan-wei benar-benar mempunyai masa depan cerah, baik sekali jika dijodohkan dengan
Xiao Jie!" "Betul! Ini ide yang bagus. Jika Xiao Jie telah mempelajari ilmu silatku, ilmu silatnya tidak akan
jauh dari Ruan-wei. Kelak kalau kalian berdua berkelana di dunia persilatan akan membuat dunia
persilatan menjadi cerah."
Xiao Jie berusia 13 tahun, dia sudah mengerti hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Dengan malu-malu dia berlari masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba Ling-lin berkata:
"Aku tidak mau Xiao Jie menikah dengan Ruan-wei...." Suaranya sangat kecil tapi Sun-ming
bisa mendengarnya dan bertanya, "apa yang kau katakan tadi?"
"Menurutku, tinggal terus di sini kalian sudah tidak aman lagi, lebih baik kalian pindah ke
wilayah kekuasaan Zheng-yi-bang." kata Tao-chu
"Betul! Aku akan membawa Jie-er pergi dari sini, tidak ada yang menjaga kalian berdua, apalagi
Tian-zheng-jiao sangat jahat. Kalian tidak bisa menjaga diri, lebih baik kalian ikut Pendekar Tao
pergi," usul Tuan Jian.
Sun-ming bertanya dengan sedih:
"Apakah kau akan pergi lagi?"
Tuan Jian tidak berani menatap Sun-ming, dia hanya menjawab:
"Xiao Jie akan ikut ke gunung untuk belajar silat, aku jamin dia akan bisa menguasai ilmu silat
tinggi." Ling-lin dengan senang berkata:
"Bu, jika Xiao Jie pergi, kita sama-sama pergi ke markas Zheng-yi-bang. Di sana ada Kakak Lu
yang bisa melindungi kita sehingga kita tidak akan merasa kesepian."
"Apakah kau tidak senang kesepian?" tanya Sun-ming.
BAB 97 Remaja yang penuh teka teki
Dengan sedih Ruan-wei meninggalkan Jin-ling, sepanjang jalan dia terus berpikir mengapa
jurus yang katanya nomor satu di dunia persilatan, dalam 3 jurus berhasil dikalahkan oleh Tuan
Jian. Akhirnya dia menemukan suatu alasan, selama 3 tahun belajar sendiri, dia belum memahami
inti sari dari kedasyatan Tian-long-shi-san-jian. Dia teringat biksu harimau pernah berkata, "empat
tahun kemudian kau harus pergi ke perbatasan Tibet mencariku." kata-katanya pasti bukan tanpa
alasan. Setelah dihitung-hitung, janjinya dengan tetua biksu harimau masih ada waktu setengah
tahun lagi. Jika dia berangkat sekarang masih cukup waktunya.
Apalagi persetujuan pertarungan antara biksu harimau dengan Tuan Jian harus diberitahukan
kepada biksu harimau, karena itu dia mengambil keputusan untuk pergi ke Tibet.
Selama beberapa hari perjalanan, Ruan-wei mendengar kabar mengenai dirinya: "Seorang
pemuda berusia sekitar 25-26 tahun, di Jin-ling telah berhasil menebas putus pergelangan dua
ketua berbaju emas Tian-zheng-jiao dan melukai pesilat tiga bunga Tao-chu dari Zheng-yi-bang."
333 Begitu kabar ini menyebar, dunia persilatan menjadi geger. Siapakah orang yang berani
bermusuhan dengan Tian-zheng-jiao juga Zheng-yi-bang"
Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang adalah dua perkumpulan terbesar di dunia persilatan.
Orang-orang yang berilmu rendah selalu mencari kesempatan untuk bergabung dengan Tianzhengjiao
atau Zheng-yi-bang, mereka menganggap adalah suatu kebanggaan jika bisa masuk
menjadi anggota dua perkumpulan itu. Tapi pesilat muda ini dalam waktu bersamaan berhasil
melukai orang-orang terpenting dari dua perkumpulan itu. Karena kabar ini, semua pesilat
menebak kalau pemuda itu pasti seorang yang mempunyai dukungan kuat. Tapi begitu mereka
mencari tahu pemuda yang tidak terkenal ini dan identitasnya, yang tidak jelas dari pemuda ini
ternyata bermarga Ruan. Karena kabar ini terus menyebar, pemuda bermarga Ruan ini menjadi sosok sangat misterius.
Kabar ini tidak membuat Ruan-wei merasa senang, dia malah merasa malu karena penghinaan
yang diterinanya dari Tuan Jian, dalam tiga jurus telah dikalahkan oleh Tuan Jian. Dia takut kalau
orang-orang akan mengenalinya.
Karena itu dia kembali merubah ke wajah aslinya, pakaiannya pun diganti menjadi pakaian
seorang pelajar, 'Fei-long-jian' dibungkus dengan kain hitam dan dijepit di ketiaknya. Dia juga
membeli buku-buku dan dibungkus menjadi buntelan dan digendongnya di pundak. Sekarang dia
seperti seorang pelajar berusia 17-18 tahun.
Musim panas telah berlalu, musim gugur telah tiba. Ruan-wei sudah sampai di selatan Huang
He. Sekarang Ruan-wei memasuki kota 'Kai-feng'. Di kota ini jalan-jalan sangat ramai. Kota Kai-feng
terlihat sangat makmur. Karena lapar Ruan-wei masuk ke sebuah rumah makan besar.
Di rumah makan itu tamunya tidak terlalu banyak, masih banyak tempat yang kosong. Dia
memilih tempat yang agak pojok dan duduk di sana.
Dia memesan beberapa macam sayur terkenal, setelah melakukan perjalanan jauh dia merasa
lelah. Arak yang dipesan juga arak terkenal di sana yang bernama Zhu Ye-qing. Sambil minum
arak dengan santai, Ruan-wei melihat tamu-tamu yang turun naik di rumah makan itu. Meski
hanya minum sedikit arak dia sudah membuat wajahnya menjadi merah karena dia tidak terbiasa
minum arak.
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba terdengar suara denting lonceng yang sangat nyaring, ternyata ada lima perempuan
cantik dan anggun datang. Mereka berdandan sangat menor dan terus tertawa-tawa. Suara
gemerincing lonceng terdengar dari tangan dan kaki mereka, penampilan lima perempuan ini
bukan pelayan juga bukan istri muda dari tuan kaya, tapi siapakah orang yang mempunyai nasib
begitu bagus, bisa memiliki perempuan-perempuan yang begitu cantik"
Begitu mereka menaiki loteng, mereka memilih tempat tepat di depan Ruan-wei. Mereka terus
mengobrol dan tertawa tapi tidak ada yang duduk.
Ruan-wei merasa kelima perempuan itu sangat cantik tapi sepertinya mereka bukan perempuan
baik-baik maka muncul perasaan tidak suka. Dengan perasaan tidak suka dia melihat mereka.
Tidak lama kemudian datang seorang tuan muda dengan perawakan gemuk, dia berpakaian
biru dan hijau, kulitnya sangat putih, sekali melihat sudah tahu kalau dia adalah anak orang kaya
yang sejak kecil hidupnya dimanja. Di belakangnya ada lima orang perempuan ber- pakaian
mewah yang mengikutinya. Kelima perempuan itu juga seperti bukan perempuan baik-baik.
Melihat tuan muda gemuk itu datang, kelima perempuan di loteng itu segera mengham-pirinya.
Mereka seperti mengangkat seekor burung phoenix, mengangkatnya ke sisi meja untuk duduk.
Melihat begitu banyak tamu, pelayan segera mengantarkan sayur-sayur hingga memenuhi
meja. Perempuan-perempuan itu mengeliling tuan muda yang gemuk itu. Mereka mengobrol dan
tertawa tapi tidak ada yang berani duduk.
Sesudah semua sayur lengkap disajikan, tuan muda yang gemuk itu baru tertawa
mempersilakan mereka duduk. Begitu mendapat perintah duduk, mereka segera menuangkan teh
atau ada yang mengambilkan sayur untuk tuan muda yang gemuk itu, mereka mengurusnya
seperti mengurus anak yang baru berusia tiga tahun. Ruan-wei selalu merasa mata tuan muda
gemuk itu terus berkedip-kedip. Sepertinya dia adalah seorang pesilat tangguh, jika dia bukan
seorang pesilat mengapa begitu tidak tahu diri"
Dia segera berpaling ke tempat lain, tidak sudi melihat orang seperti itu.
334 Tiba-tiba ada seorang perempuan yang tertawa dan berkata:
"Tuan Muda, malam ini aku tidak bisa menemuimu. Tadi Kakak Chun mengatakan kalau Anda
sudah lama tidak mencarinya, malam ini carilah dia!"
Tuan muda itu tertawa: "Hari ini aku memilihmu untuk menemaniku."
Perempuan yang lain terus menggoda perempuan yang bernama 'Ju-mei'. Ada yang berkata:
"Tuan Muda sudah jatuh cinta kepadamu." Ju-mei dengan suara kecil berkata:
"Aku tidak bisa menemaini Tuan, karena hari ini aku...." Tawa penuh birahi membahana ke
seluruh rumah makan, membuat kepala Ruan-wei menmbesar. Dia sama sekali tidak menyangka
di hari yang masih begitu terang mereka berani mengeluarkan kata-kata begitu mesum. Dia
memandang tuan muda gemuk yang tubuhnya seperti tumpukan sampah itu.
Banyak tamu melihat situasi tidak enak ini, mereka dengan cepat pergi sambil menggelenggelengkan
kepala. Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Walaupun perempuan itu adalah istri mudanya,
tapi tidak layak begitu terang-terangan berkata seperti itu didepan umum, apalagi mereka adalah
dayang-dayangnya." Maka Ruan-wei cepat-cepat makan dan ingin segera meninggalkan tempat
ini. Pada waktu itu datang seorang pemuda berpakaian biru. Gurauan di meja makan segera
berhenti, mereka terus melihat ke arah pemuda yang masih berdiri di depan pintu.
Karena merasa aneh, Ruan-wei ikut melihat. Pemuda itu beralis melengkung, hidung mancung,
mata bening seperti air, kulitnya licin berminyak, tubuhnya bergerak ringan, sepertinya dia
mempunyai daya tarik yang sangat kuat.
Dia lebih tampan beratus-ratus lipat dibandingkan pemuda-pemuda umumnya. Begitu dilihat
dengan teliti, dia seperti seorang perempuan cantik.
Dia berdiri di depan pintu sambil mencari tempat duduk kosong. Akhirnya dia duduk di sisi
Ruan-wei. Ketika pelayan datang, dia berkata:
"Bawakan sayur dan arak!" Tadinya para tamu mengira dia adalah perempuan yang berpakaian
laki-laki tapi setelah melihat gerak gerik dan suaranya, mereka baru sadar kalau perkiraan mereka
salah. Dalam hati semua orang mengeluh, 'Bagaimana di dunia ini bisa ada laki-laki begitu
tampan"' Sayur dibawakan oleh pelayan. Seorang perempuan yang tadinya melayani tuan muda gemuk
itu datang dan berkata: "Sayur dan arak pesanan tuan ini tolong pindahkan ke meja tuan mudaku."
Pelayan hanya orang kecil, melihat tuan muda gemuk itu seperti orang kaya, dia tidak bertanya
lebih dulu kepada pemuda berpakaian biru itu. Sayur dan arak segera ingin dipindahkan ke meja
tuan muda gemuk itu. Pemuda berpakaian biru itu menjadi marah dan melarangnya. Dia berkata
kepada perempuan berpakaian mewah:
"Aku tidak kenal dengan tuan mudamu, mengapa tanpa bertanya sudah mengambil keputusan
sendiri?" Perempuan itu tertawa: "Tuan muda kami sangat suka berteman dengan Tuan, melihat Tuan begitu tampan, dia ingin
berkenalan dengan Tuan."
"Apakah benar tuan mudamu ingin berteman denganku?"
"Tentu saja! Tuan mudaku berkata kalau kami harus berteman sebanyak-banyaknya."
"Letakkan sayur itu!" bentak pemuda berpakaian biru itu.
Melihat tamunya marah, pelayan segera tertawa. Dengan aneh perempuan berpakaian
mewah itu berkata: "Mengapa Tuan Mu da tidak...."
Pemuda berpakaian biru itu tertawa:
"Kalau tuan mudamu yang ingin bertemu denganku, maka dia yang harus pindah kemari."
Wajah perempuan itu mulai terlihat resah, dan berkata: "Ini...."
Tuan muda gemuk itu berteriak:
"Chun-nu (budak Chun), kemarilah! Kalau saudara kecil itu tidak ingin datang ke sini, biar
Kakak saja yang kesana saja!" Dia menunggu pemuda berpakaian biru itu setuju, dia sudah
memanggil pemuda itu saudara kecil.
335 Pemuda berpakaian biru itu kelihatan tidak senang, dia melihat keluar jendela.
Wajah bulat tuan muda gemuk bertambah senang, tangannya menepuk-nepuk, dia berjalan
menghampiri meja pemuda berpakaian biru itu. Perempuan-perempuan itu segera memindahkan
semua sayur dan arak. Tuan muda gemuk itu berdiri di depan pemuda berpakaian biru dan memperkenalkan dirinya:
"Kakak bermarga Jian dan bernama Shao-wu, siapakah marga Adik?"
Dengan sopan pemuda berpakaian biru itu menjawab:
"Margaku Wen dan namaku Yi."
"Ternyata Adik Yi...." Dia memberi tanda dengan tangannya, sayur dan arak sudah berada di
atas meja. Jian Shao-wu tanpa sungkan menarik kursi dan duduk di sana, dia tertawa:
"Aku sudah berteman dengan banyak orang. Melihat Saudara begitu tampan, terpaksa dengan
muka tebal aku jadi ingin berteman."
Pemuda berpakaian biru itu tertawa dengan terpaksa:
"Aku tidak berpengalaman dan tidak senang mengobrol, nanti akan membuat Tuan Muda
kecewa." Jian Shao-wu tertawa terbahak-bahak: "Aku tidak akan kecewa, tidak akan kecewa! Adik begitu
tampan, jika didandan akan menjadi seorang perempuan yang sangat cantik, dan membuat
banyak lelaki jatuh cinta." Dia membalikkan kepala dan bertanya, "Apakah kata-kataku ini benar?"
"Jika Tuan Muda. Wen didandan menjadi seorang perempuan, dia pasti akan lebih cantik 30%
dariku!" jawab Chun-nu.
Jian Shao-wu berkata lagi: "Sana, sana! Mana bisa kalian bersaing dengannya, jangan
menghina adikku." Sikapnya sangat cabul, dia menjadikan pemuda berpakaian biru itu seperti pacarnya.
Wen-yi benar-benar marah, Ruan-wei juga merasa tidak enak mendengar kata-kata penghinaan
tadi. Jian Shao-wu berkata lagi:
"Chun-nu, tuangkan arak!"
Perempuan berpakaian mewah itu menuangkan dua cangkir besar arak. Dengan tangannya
yang gemuk, Jian Shao-wu memberi-kan secangkir arak pada Wen-yi:
"Adik kecil, mari kita bersulang!"
Wei Yi mulai marah kepada tuan muda gemuk ini, mana mungkin dia sudi meminumnya.
Dia menolak: "Aku tidak bisa minum, silakan Tuan minum sendiri!" Dia membawa dompet dan siap-siap akan
membayar. Dengan muka tebal Jian Shao-wu berkata lagi:
"Adik kecil, mengapa sudah memesan sayur dan arak malah tidak dimakan" Berarti kau
berbohong, bagaimana pun arak ini harus kau minum."
Wen-yi mengerutkan alis: "Aku benar-benar tidak bisa minum. Aku harap kau jangan memaksaku."
Sifat asli Tuan muda Jian mulai terlihat. Dia sama sekali tidak mau tahu, tangan kirinya
menutup, tangan kanan mencekok arak dengan memaksa.
Wen-yi tidak menyangka orang ini akan memaksa minum dengan cara seperti itu. Gelas hampir
mencapai bibirnya, dia menarik lehernya untuk menghindar dan berkata dengan terkejut:
"Tidak! Tidak...."
Ruan-wei sudah sedikit mabuk, dia tidak tahan lagi dengan kelakuan mereka dan membentak:
"Hentikan!" Jian Shao-wu berhenti dan tertawa dingin:
"Siapa yang berani berkata tidak sopan?"
Ruan-wei mendekati tuan muda gemuk itu, dengan gagah dia berkata:
"Kakak Wen tidak bisa minum, jangan dipaksa. Sekarang hari masih siang, kau sudah begitu
kurang ajar!" Wajah gemuk Jian Shao-wu terus bergetar, begitu tangannya melambai, gelas arak itu sudah
melayang ke arah dinding:
336 "Bocah! Wakili dia minum arak ini!"
Arak yang ada di dalam cangkir satu tetes pun tidak tumpah. Dengan tenang gelas itu
melayang, Ruan-wei berpikir, 'Jika cangkir ini disambut begitu saja, aku tentu terluka!'
Begitu cangkir tinggal tiga puluh centimeter lagi, tiba-tiba Ruan-wei meloncat dan memburu
cangkir itu, kemudian menyedot dengan mulutnya, dia menghabiskan arak yang ada di dalam
gelas kemudian dia bergerak kembali ke tempat semula. Gelas terus melayang dan menabrak
dinding hingga pecah. Dengan tenang Ruan-wei berkata:
"Aku sudah mewakili Kakak Wen minum, apakah kau sudah puas?"
Dengan sudut matanya, Jian Shao-wu melihat Ruan-wei. Di bawah berserakan pecahan gelas
tapi setetes arak pun tidak tampak. Segera dia berteriak:
"Coba terima segelas lagi!"
Satu cangkir arak melayang kembali dari tangannya. Orang yang tahu kemampuan tuan muda
gemuk itu melihat melayangnya gelas ini lebih sulit disambut dibandingkan gelas tadi.
Ruan-wei mengambil sebuah sumpit dari atas meja, dia mengangkat sumpit dan menjadikan
pedang lalu menusuk ke depan. Cara ini adalah jurus dasar Tian-long-shi-san-jian yang ber-nama
'Xiao-fu-zhi-tian' (Budha tertawa menunjuk langit).
Terdengar TAK, sumpit itu melewati cangkir dan berhenti di tengah udara.
Cangkir arak diberhentikan dan arak ditumpahkan:
"Aku hanya mewakili Kakak Wen minum satu cangkir arak, yang lainnya tidak!"
Jian Shao-wu tertawa terbahak-bahak: "Hari ini dengan cara apa pun aku harus memaksa
saudara tampan ini untuk minum, kau mau apa?"
Dia menuangkan secangkir arak lagi dan memaksa Wen-yi minum. Cangkir belum sampai di
bibir, Wen-yi sudah berteriak, dia sepertinya sangat lemah. Ruan-wei mulai marah, dia memukul
wajah Jian Shao-wu dan berteriak:
"Letakkkan kembali, binatang!"
Tangan Jian Shao-wu berputar, dia menyerang Ruan-wei dengan kepalan tangannya. Gelas
arak belum sampai di depan, Ruan-wei sudah merasa angin gelas sangat kencang. Dia segera
menarik tangannya, tapi Jian Shao-wu tidak berhenti. Dia memegang cangkir dan masih mengejar,
tangannya dengan cepat mencengkram dada depan Ruan-wei.
Ruan-wei hanya menguasai ilmu pedang, ilmu kepalan dan ilmu telapak dia sama sekali tidak
dimengerti dan dia tidak bisa membalasnya. Terpaksa dengan ilmu meringankan tubuh yang
diajarkan Xiao San-ye, dia berusaha menghindar.
Ilmu meringankan tubuh milik Xiao San-ye memang habat. Semua serangan Jian Shao-wu bisa
dihindari oleh Ruan-wei. Tapi ilmu telapak Jian Shao-wu sangat aneh. Tangan kanan yang memegang cangkir mencoba
memukul ketiak kiri Ruan-wei. Ruan-wei menghindar, tapi Jian Shao-wu sudah memperhitungkan
kalau dia akan menghindar ke kanan maka tangan kiri dengan lima jari terbuka sudah menunggu
menyerang Ruan-wei. Melihat keadaan seperti ini, Ruan-wei terkejut. Dia mundur menghindar serangan tapi telapak
Jian Shao-wu seperti garuk tiba-tiba membuka dan mencengkram lengan baju Ruan-wei. Ruan-wei
sudah seperti sebuah bola dilempar ke bawah loteng.
Sambil tertawa terbahak-bahak dia meletak kan cangkir arak. Setetes arak pun tidak tumpah,
dengan sombong Jian Shao-wu melihat Wen-yi dan berkata:
"Kepandaian telapak kakakmu bagus bukan" Bocah itu hanya seperti kunang-kunang di depan
mataku." Wen-yi sudah memalingkan wajahnya, dia tidak suka dengan perkataan Jian Shao-wu.
Tiba-tiba ada bayangan berkelebat, ternyata Ruan-wei sudah loncat dari bawah ke atas loteng
lagi. Dengan kepalan dia menyerang Jian Shao-wu lagi.
Tapi ilmu mereka berbeda jauh, hanya beberapa jurus, baju bagian dadanya sudah dicengkram
dan dia terbanting lagi ke bawah.
Tamu-tamu yang duduk di loteng sudah berlari keluar rumah makan karena ketakutan. Hanya
tinggal Jian Shao-wu, Ruan-wei dan sepuluh orang perempuan berpakaian mewah.
337 Tidak lama kemudian, Ruan-wei naik lagi. Sifat Ruan-wei memang seperti itu, pantang mundur.
Walaupun tidak bisa mengalahkan tuan muda gemuk itu, paling sedikit dia tidak boleh menghina
Wen-yi lagi. Tidak lewat dari lima jurus, Ruan-wei terlempar lagi. Wen-yi tahu kalau Ruan-wei tidak bisa
melawan tuan muda gemuk, dia tidak tega melihat Ruan-wei tersiksa karena dirinya, maka dia pun
berteriak: "Kakak Jian, 'Perjanjian Bei-bao 20 tahun' masih ada dua tahun lagi, apakah Bei-bao (wisma
utara) tidak bisa menepati janji?"
Tuan muda gemuk itu terkejut:
"Apa" Kau adalah 'Nan-gu-wen'...." (Wen dari lembah selatan).
"Tidak perlu banyak bicara lagi, jika Kakak Jian bisa menepati janji, 2 tahun lagi kita baru
bertemu." Tuan muda gemuk itu tertawa terbahak-bahak:
"Baiklah, baiklah! Kita akan bertemu dua tahun lagi." Kemudian dia membawa perempuanperempuan
itu pergi, Begitu Ruan-wei naik lagi ke loteng, di loteng hanya tinggal Wen-yi, dia sedang berdiri sambil
tersenyum. Ruan-wei mendekatinya dan bertanya:
"Kemana tuan jahat itu?"
"Kakak dengan gagah sudah melawannya, dia tidak bisa melawanmu maka dia pun pergi." kata
Wen-yi tersenyum. Ruan-wei menggelengkan kepala, "Tidak! Aku bukan lawannya, mengapa dia tiba-tiba pergi
begitu saja?" Diam-diam Wen-yi memuji, dia lucu dan jujur. Dengan serius dia berkata:
"Aku Wen-yi, Kakak sudah membantuku, apakah aku boleh tahu marga dan nama Kakak?"
"Aku bermarga Ruan, namaku Wei. Tadi hanya sedikit bantuan tidak perlu diingat, asalkan tuan
muda jahat itu tidak menghina Kakak Wen lagi, aku sudah merasa tenang." Kemudian dia
memberi hormat dan pamit.
Melihat dia berpakaian seperti pelajar tapi memiliki sifat pendekar Wen-yi mengaguminya.
Ruan-wei turun dan membayar makanannya di kasir. Dengan terhuyung-huyung dia meninggalkan
tempat itu karena sedikit mabuk.
Matahari sudah terbenam, hari sudah sore. Ruan-wei sudah menempuh perjalanan lumayan
jauh dia selalu merasa ada orang yang mengikutinya. Apakah orang itu adalah orangTian-zhengjiao"
Tiba-tiba dia berbelok ke suatu tempat untuk bersembunyi, benar saja di belakang ada
seorang datang dengan terburu-buru.
"Apakah kau mencariku?" bentaknya "Kakak Ruan, aku adalah Wen-yi!" teriak orang itu
"Mengapa kau mengikutiku?" Wen-yi meneteskan air mata, dengan sedih dia menjawab:
"Aku hanya seorang diri, aku tidak tahu harus pergi ke mana maka aku memutuskan mengikuti
Kakak." "Apakah Kakak Wen tidak mempunyai orang tua?"
"Ayahku sangat ketat. Ibu dan ayah tidak akur juga tidak menyayangiku. Walaupun mempunyai
ayah ibu tapi sama seperti tidak punya."
"Di dunia ini tidak ada orang tua yang mengabaikan putra-putrinya. Aku beri nasehat, lebih baik
kakak Wen kembali saja ke rumah."
"Aku harap kau jangan menasehatiku, karena aku bertengkar dengan ayah lalu pergi
meninggalkan rumah. Jika kau terus menasehatiku, aku akan marah."
"Dunia persilatan sangat berbahaya, kau hanya seorang diri berkelana, sangat mudah tersesat."
"Jika Kakak Ruan selalu memberi petunjuk, aku tidak akan menempuh jalan sesat."
"Aku mempunyai dendam yang sangat dalam juga mempunyai banyak masalah yang harus
kuselesaikan, maka aku tidak ada waktu mengurusimu."
"Tidak apa-apa. Kemana pun Kakak pergi, aku akan mengikuti Kakak."
"Mana boleh seperti itu!"
"Apa Kakak akan membiarkan aku seorang diri berkelana di dunia persilatan?" Wen-yi menangis
sambil meninggalkan tempat itu.
"Kakak Wen, ayo kembali!"
338 "Apakah Kakak Ruan setuju?"
"Baiklah, baiklah!" jawab Ruan-wei terpaksa
"Berapa usia Kakak Ruan?"
"17 tahun." "Aku baru 16 tahun, aku akan menganggapmu sebagai kakak. Lebih baik kita bersumpah
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengangkat saudara angkat di bawah bulan."
"Baiklah!" Ruan-wei tertawa.
Di bawah sinar bulan mereka berlutut dan bersumpah. Kemudian Ruan-wei berdiri dan
memanggil: "Adik!" Dengan penuh tawa Wen-yi berteriak, "Da-ge." (Toako).
Tadi mereka hanya dua orang yang berjalan bersama, sekarang mereka sudah menjadi saudara
angkat, mereka merasa senang dan terus tertawa.
Sesampainya di kota Kai-feng hari sudah malam. Mereka berputar-putar di kota, baru mencari
penginapan. Pelayan datang menghampiri mereka dan bertanya:
"Apakah Tuan ingin kamar spesial?"
"Satu kamar besar sudah cukup!" jawab Ruan-wei.
"Kamar besar banyak, silakan masuk!"
"Jangan, jangan! Cukup kamar yang kecil saja," Wen-yi cepat-cepat menyela.
"Tarif kamar kecil tidak berbeda jauh dengan kamar besar," sahut pelayan.
"Aku ingin kamar yang kecil, jangan cerewet!" bentak Wen-yi.
"Adik, kakak masih banyak uang, kita sewa yang besar saja!"
"Apa," Wen-yi terkejut, tapi dia segera berkata, "Bukan, aku tidak rriau kamar yang besar, aku
tidak bisa tidur dengan orang lain dalam satu kamar."
"Kalau yang kecil, kita tetap akan satu kamar?"
"Oh, tidak! Kita memesan dua kamar kecil saja, kita tidur di kamar terpisah."
"Mudah saja. Tuan-tuan, di sini kamar kecil sangat banyak, silakan masuk!"
"Adik, lebih baik kau tidur sekamar dengan kakak. Kita bisa mengobrol sepanjang malam,
bukankah itu lebih baik?"
"Aku mempunyai sifat tidak baik, jika tidur bersama orang lain dalam satu kamar, aku tidak bisa
tidur nyenyak," jelas Wen-yi.
"Benar-benar penyakit aneh."
"Apakah Kakak marah?"
"Aku tidak akan marah, ini hanya hal kecil tapi aku berharap kebiasaanmu ini harus diubah. Jika
tidak bagaimana nanti?"
"Nanti, nanti... baru dibicarakan...." wajah Wen-yi menjadi merah.
"Tuan-tuan, silakan masuk!"
"Kakak, kalau kita terus mengobrol akan menganggu waktu tidur orang lain."
Ruan-wei masuk ke kamarnya. Ketika sedang tidur tiba-tiba dari kamar sebelah terdengar suara
BUG. Dan Wen-yi tidur di kamar sebelah, Ruan-wei sangat terkejut. Dengan cepat dia keluar dari
kamarnya. Sambil mengetuk pintu, dia terus berteriak:
"Adik, apa yang terjadi!"
Wen-yi memegang kerah bajunya, dia seperti sedang bersiap-siap akan tidur. Dengan santai
dia menjawab: "Tidak ada apa-apa, hanya ada yang orang mengintip maka aku memukulnya."
Tapi Ruan-wei masih merasa tidak tenang. Memang ada sebuah cangkir yang pecah berantakan
di bawah jendela. Kertas jendela pun robek, air teh membasahi jendela.
Ruan-wei membuka jendela. Di luar jendela bulan bersinar sangat terang tapi tidak terlihat ada
bayangan seorang pun. Dia berlari keluar dan naik ke atas dinding, tetap tidak terlihat sosok
seorang pun. Karena malam semakin larut maka semua kejadian tadi tidak sampai membuat
tamu-tan penginapan terbangun.
Dengan bingung dia kembali ke kamar Wen-yi. Wen-yi membawa sebuah karung dan diletakkan
di atas meja, dia sedang termenung melihat nya Pelan-pelan Ruan-wei bertanya:
339 "Dari mana datangnya benda ini?"
"Aku ambil dari jendela...."
Anak Berandalan 1 Peristiwa Merah Salju Karya Gu Long Angrek Tengah Malam 4