Lembah Nirmala 14
Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 14
berkeyakinan untuk mengalahkan dirinya."
"Oooh....aku percaya dan tentu akan menang" puji putri Kim huan sambil tersenyum manis.
"Aku memang sudah cukup memahami akan kemampuan ilmu silatmu yang hebat itu......."
sipedang tembaga menjadi sangat girang semangatnya semakin berkobar. Dengan suara
lantang bentaknya keras-keras:
"Sembilan pedang dari dunia persilatan datang memenuhi janji. silahkanPek kut sinkun
munculkan diri untuk berjumpa."
suara bentakannya amat nyaring hingga menggema seluruh angkasa. Jelas dia hendak
memperlihatkan kebolehan tenaga dalamnya dihadapan gadis cantik tersebut.
Begitu ucapan tersebut menggelora keluar, suara hiruk pikuk disekitar arena seketika menjadi
sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suarapun- Beratus-ratus pasang mata serentak dialihkan
kearahnya. Dengan wajah tersipu putri Kim huan segera menyembunyikan diri dibalik tandu. Perasaannya
menjadi amat tegang. "Haaah.....haaah......haaaah.......rupanya sinkun datang sendiri untuk menyambut, hal ini
menunjukkan bahwa aku masih terpandang sebagai seorang manusia dihadapan sinkun.........."
Tampak seorang sastrawan setengah umur berjubah kuning berikat kepala emas berjalan
mendekat dengan langkah lebar.
Disekeliling sastrawan setengan umur utu mengikuti empat orang kakek yang rata-rata bermata
tajam. dilihat dari kening mereka yang menonjol keluar dari sorot mata yang tajam bagaikan sembilu,
dapat diketahui bahwa keempat orang itu merupakan jago-jago yang berilmu tinggi.
sastrawan setengah umur itu amat gagah dan berwibawa, tak malu menjadi pemimpin suatu
perkumpulan, sambil tampilkan diri segera katanya sambil tertawa nyaring:
"Sembilan pedang dari dunia persilatan bernama besar, tentu saja aku tak berani berayal.
Haaaah.....haaaah.......haaaah......silahkan masuk. silahkan masuk."
sambil berkata dia mengulapkan tangannya, dari balik kerumunan orang banyak muncullah
serombongan lelaki kekar yang menyambut kedatangan mereka dengan sikap amat menghormat.
sipedang perak berpaling dan memberi tanda dengan kerdipan mata kepada sipedang tembaga,
sipedang tembaga segera manggut- manggut, katanya kepada putri Kim huan-
"Silahkan nona turun dari tandu untuk bertemu dengan Pek kut sinkun, kami tidak boleh
bersikap kelewat sombong. Ya a, apa boleh buat, terpaksa harus menyiksamu sebentar."
Putri Kim huan paling takut munculkan diri dihadapan umum, keningnya segera berkerut
setelah mendengar perkataan itu, tapi terpaksa dia turun juga dari tandunya dengan wajah
tersipu-sipu. Agaknya sastrawan setengah umur itu tak menyangka kalau orang yang berada didalam tandu
adalah seorang wanita yang cantik. Ia kelihatan agak tertegun lalu pikirnya:
"sejak dulu hingga sekarang, kaum wanita jarang sekali keluar pintu, biasanya hanya pendekar
wanita yang berilmu tinggi atau mempunyai asal usul besaryang berani keluar rumah. Gadis ini
cantik bak bidadari dari khayangan sudah pasti kecerdikannyapun luar biasa, jangan-jangan dia
adalah tokoh lihay yang diundang sembilan pedang untuk membantu mereka.........?"
Dia mencoba membayangkan siapa gerangan perempuan ini, namun seingatnya tidak terdapat
manusia seperti ini dalam deretan tokoh-tokoh persilatan, hal mana tentu saja semakin meragukan
hatinya. Keempat orang kakek yang berada disisinyapun segera menunjukkan perasaan tercengang,
diawasinya gerak gerik putri Kim huan sekejap. kemudian salah seorang diantaranya berbisik:
"sinkun harus memperhatikan gadis ini secara sungguh-sungguh, jangan dilihat sikapnya begitu
tegang, biasanya makin kalem seseorang makin berbahaya pula ilmu silat yang dimilikinya."
sastrawan setengah umur itu manggut- manggut.
"Aku sudah mengawasinya sejak tadi, nampaknya dia seperti tak pandai bersilat, tapi mungkin
saja pandangan mataku belum bisa menembusi lapisan berikutnya. Ya a, aku pasti akan berjagajaga
terhadapnya." Tak lama kemudian, sampailah mereka didalam sebuah barak tamu.
Didalam barak sudah duduk lima orang jago gedang yang masih muda begitu melihat
kedatangan pedang perak, serentak mereka bangkit berdiri dan memberi hormat kepadanya,
kemudian baru memberi hormat kepada pedang tembaga serta pedang besi.
Putri Kim huan segera merasakan bahwa kelima orang itu sedang mengawasi wajahnya dengan
seksama. seakan-akan sedang mengamati suatu benda mestika saja, rasa malu yang luar biasa
membuat hatinya berdebar keras dan kepalanya tak berani didongakkan kembali. sipedang
tembaga segera berkata: "Harap sute sekalian duduk dulu, biar kuperkenalkan nona itu kepada kalian, dia adalah putri
dari kerajaan Kim yang khusus datang kedaratan Tiong goan untuk menikmati keindahan alam,
mari kalian saling memberi hormat...."
Kelima orang jago muda itu saling berpandangan sekejap lalu tersenyum, kemudian serentak
manggut- manggut tanda hormat.
Dengan tersipu-sipu putri Kim huan pun mengangguk sambil tersenyum sebagai balasan dari
anggukan kepala mereka. Terdengar sipedang tembaga berkata lebih jauh:
"Kita semua adalah orang sendiri, apa yang hendak dibicarakan silahkan dibicarakan, tak usah
sungkan-sungkan lagi."
Kemudian diapun membisikkan asal usul sipedang air, pedang ayu, pedang api, pedang tanah
danpedang bintang kepada putri Kim huan.
sipedang air segera bangkit berdiri dan menyerahkan tempat duduknya kepada putri Kim huan,
sedang sipedang tanahpun menyingkir juga dari situ, maka diatur oleh para sutenya, sipedang
tembaga bisa duduk dengan senang disisi putri Kim huan.
Tentu saja kejadian tersebut sangat menjengkelkan hati sipedang besi yang mengawasi terus
peristiwa itu sedari tadi.
sementara itu sipedang perak telah mendonggakkan kepalanya melihat sekejap cuaca lalu
tanyanya kepada sipedang kayu. "Apakah toa suheng belum datang?"
" Kemungkinan besar dia datang agak terlambat, kemarin sute bertemu dengannya dan dia
hanya berpesan begini......."
sipedang perak segera menemukan paras adik seperguruannya ini kurang sedap dipandang,
pikirnya tanpa terasa: "Heran, biasanya ngo sute adalah seorang yang selalu riang gembira. Mengapa dia
menunjukkan sikap semacam ini" Mungkinkah dia sedang menjumpai persoalan yang tak
berkenan dihatinya?"
sebetulnya dia hendak menanyakan persoalan itu hingga jelas. Namun sehabis memberi
keterangan sipedang kayu segera beranjak pergi ketempat lain dengan sikap yang dingin dan
tawar. sipedang perak tahu, adik seperguruannya pasti sedang menghadapi masalah pelik maka
diapun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh.
sipedang kayu duduk seorang diri ditepi barat, sementara sorot matanya yang tajam
mengawasi terus putri Kim huan tanpa berkedip.
Dia masih teringat dengan jelas, dulu putri Kim huan pernah tertawan olehnya, tapi semenjak
kedatangan Kim Thi sia, gadis itu telah ditolongnya malah itu banyak sekali jago yang terbunuh
ditangan Kim Thi sia. Hal ini membuat pamornya dihadapan pembesar negeri itu merosot berapa
tingkat. sekalipun semua peristiwa ini menjadi tanggung jawab Kim Thi sia, namun setelah bertemu
dengannya tanpa terasa diapun teringat akan semua sakit hatinya itu.
Perintah dari sipembesar pun menyusahkan hatinya, dia pernah menyanggupi permintaannya
untuk menemukan kembali putri Kim huan, tapi sekarang putri Kim huan telah berada ditangan
sipedang tembaga. Padahal pedang tembaga adalah abang seperguruannya, bagaimana mungkin
dia bisa menculik kekasih hatinya untuk dipersembahkan kepada pembesar itu"
Maka pelbagai masalah yang pelikpun membuat hatinya risau gundah dan tak senang.
Tampaknya putri Kim huanpun telah menemukan raut wajah sipedang kayu yang terasa dikenal
olehnya. Diam-diam ia mencoba kembali pengalamannya dimasa lalu, mendadak ia teringat akan
sesuatu, sepasang matanya segera terbelalak lebar-lebar.
Dengan cepat sipedang tembaga menyaksikan rasa kaget yang mencekam wajahnya ia menjadi
terperanjat dan segera menegur: "Nona, mengapa kau?"
ingin sekali putri Kim huan menceritakan kejadian yang sesungguhnya, namun ketika ucapan
tersebut sampai dibibir, ternyata dia tak mampu untuk mengutarakannya keluar, akhirnya sambil
menggelengkan kepala dan menghela napas katanya: "Aaaah, tidak apa-apa"
Meski begitu, sepasang matanya masih menatap wajah sipedang kayu tanpa berkedip.
Tergerak perasaan sipedang tembaga, dengan cepat dia bangkit berdiri dan menghampiri
sipedang kayu, lalu tanyanya: "sute, apakah kau kenal dengannya?" Dengan wajah sungguhsungguh
sahut sipedang kayu: "Mungkin kenal, mungkin juga tidak. siaute hanya merasa raut mukanya agak kukenal, namun
lupa dimanakah kami pernah bersua, coba kau bilang kejadian ini aneh tidak?"
"Yaa, memang aneh sekali" sahut pedang tembaga. Namun hati kecilnya merasa amat
mendongkol, pikirnya: " Kurang ajar, pedang kayu, kau berani mengelabuhi aku" Hmmm, tunggu saja sampai tanggal
mainnya." sementar itu suasana dibawah panggung amat hening tak kedengaran sedikit suarapun banyak
sekali kawanan jago yang datang karena mengagumi nama besar mereka yang bakal bertarung
berdiri berjajar ditepi arena suara bisik-bisik kedengaran disana sini.
sipedang perak yang seksama, sementara itu sudah mengamati berapa kejap suasana disekitar
arena . Diarena mereka yang hadir, dia hanya mengenali beberapa diantaranya seperti si Pukulan
berapi. si tukang besi dari supeng, si kucing bungkuk dan lain sebagainya.
Baginya, jago-jago tersebut bukan merupakan, ancaman yang serius, tapi terhadap wajahwajah
asing yang tak dikenalnya, dia justru menaruh perasaan tegang. sekalipun dia pingin tahu
siapa gerangan orang-orang tersebut. Namun kedudukannya didalam dunia persilatan mencegah
dia berbuat begitu, terpaksa dia harus mengandalkan ketajaman matanya untuk menduga-duga
kemampuan silat orang-orang itu.
setelah diamati berulang kali, akhirnya dia berkesimpulan hanya keempat kakek yang berada
disamping Pek kut sinkun terhitung jagoan paling tangguh, terutama salah seorang diantaranya,
sewaktu berbicara dan menggoyangkan telapak tangannya, dia melihat adanya sinar merah dari
balik telapak tangan tersebut. Dengan perasaan terkejut segera pikirnya.
"Hmmmm, sudah jelas orang ini memiliki ilmu Kim cu khikang yang sudah seratus tahun
lamanya lenyap dari dunia persilatan. Tidak disangka hari ini bisa muncul ditangannya, aku tak
boleh memandang enteng kemampuan orang ini............."
Mendadak terdengar suara gembrengan dibunyikan, lalu muncul seorang lelaki kekar ketengah
arena dan berseru dengan lantang:
"Atas perintah sinkun, diharapkan para penonton membuka sebuah lapangan agar mereka yang
bakal bertarung mampu mengembangkan segenap ilmu silat yang dimilikinya, atas kesudian
kalian, kami ucapkan terima kasih sebelumnya......."
Habis berkata dia memberi hormat keempat penjuru lalu mengundurkan diri dengan langkah
lebar. Terpaksa para penontonpun saling berdesakan untuk mundur kebelakang, dengan susah payah
akhirnya siaplah sebuah tanah lapang seluas lima kaki persegi.
Menyusul kemudian suara gembrenganpun kembali dibunyikan keras-keras, seketika suasana
menjadi hening dan semua orang mengalihkan perhatiannya kearena. sipedang tembaga melirik
sekejap kearah putri Kim huan, lalu bisiknya pelan:
"Bila suara gembrengan dibunyikan sekali lagi, berarti saat bertarung akan segera dimulai
saksikanlah pertarungan ini baik-baik." habis berkata dia segera tertawa lebar.
sebelum suara gembrengan ketiga kalinya dibunyikan dari barak sebelah barat telah muncul
seorang kakek yang semula berada disisi Pek kut sinkun dia menjura dulu keempat penjuru
kemudian baru berkata dengan suara lantang:
"sobat-sobat, para jago dan orang gagah hari ini Pek kut sinkun sengaja menyelenggarakan
pertandingan silat untuk memperebutkan dua jenis mestika. Apakah benda mestika itu maaf kalau
kami tak bisa sebutkan namun yang jelas tujuan dari pertarungan ini adalah untuk mendapatkan
mestika tersebut, siapa menang dia berhak mendapatkannya. Karena itu baik terluka atau bahkan
tewas, kami kedua belah pihak sama-sama tak akan menyesali atapun menggerutu. selain itu
pertarungan diselenggarakan menurut peraturan. Dilarang mengandalkan jumlah banyak, dilarang
juga main bokong dengan cara yang licik..."
Tepuk tangan yang riuh menutup ucapan terakhir kakek tersebut, dengan langkah lebar ia
kembali kesamping Pek kut sinkun.
Pelan-pelan sipedang perak memperhatikan sekejap sekitar arena, mendadak dari barat sebelah
kiri, dia menyaksikan seorang tosu tua duduk bersila disitu.
Dandanan tosu itu aneh sekali, tubuhnya kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, tulang
jidatnya menonjol dan matanya lengkuk kedalam, rambutnya yang kuning nampak kusut.
Disamping tosu tua itu duduk pula seorang pemuda berwajah jelek. saat itu mereka berdua
sedang berbisik-bisik sambil menuding kesana kemari. Agaknya ada semacam persoalan sedang
dibicarakan- Tiba-tiba pemuda bermuka jelek itu kena diterjang oleh seorang lelaki yang sedang bergurau
disisinya. Pemuda jelek itu segera melotot, tidak nampak apa yang dilakukan-Tiba-tiba lelaki itu
menjerit kesakitan dan robih tak sadarkan diri.
suasanapun menjadi ribut, beramai-ramai rekanannya menggotong pergi lelaki tersebut dari
situ. Tapi bagi sipedang perak yang bermata tajam, ia telah melihat dengan jelas bagaimana
pemuda jelek itu mengayunkan tangannya disusul kemudian lelaki tadipun roboh tak sadarkan diri.
Entah kepandaian apa yang dipergunakan pemuda jelek itu, nyatanya dia sanggup merobohkan
orang dari jarak tiga depa tanpa menimbulkan desingan suara. Dari sini bisa diketahui tenaga
dalamnya amat hebat, terutama sekali kekejaman hatinya, sungguh mengejutkan hati siapapun.
selama ini sitosu tua berdandan aneh itu tetap duduk bersila tanpa menggubris tingkah laku
pemuda jelek itu. seakan-akan pikirannya sudah dipisahkan oleh suatu dinding penyekat dengan
kejadian dihadapannya. Diam-diam sipedang perak menghela napas panjang pikirnya:
"Dua orang guru dan murid ini betul-betul manusia tak berperasaan, pembunuh tanpa
berkedip. Aaaai.....entah dia musuh atau kawan" Tampaknya akupun harus waspada terhadap
mereka." suara gembrengan yang amat keras menyadarkan kembali sipedang perak dari lamunan. Inilah
suara gembrengan untuk ketiga kalinya, berarti pertarungan segera akan dilangsungkan.
Mendadak ia bergumam lagi:
"sungguh aneh, mengapa hingga sekarang toa suheng belum datang juga........?"
Dimasa-masa lampau, toa suhengnya selalu menjadi pemimpin rombongan. segala sesuatunya
diputus dan dilakukan toa suhengnya termasuk menitahkan para adik seperguruannya untuk
menghadapi lawan. Tapi hingga sekarang, yang ditunggu-tunggu belum nampak juga, apalagi menghadapi suasana
seperti ini, sipedang perak jadi bimbang dan kehilangan pegangan. Dia tak tahu harus
memerintahkan siapa untuk turun tangan lebih dulu. selang berapa saat kemudian.....
Dari barak sebelah barat pelan-pelan muncul dua orang lelaki kekar, tanpa mengucapkan
sepatah katapun mereka langsung saling bertarung dengan serunya ditengah arena.
Mula-mula sipedang perak agak tercengang, tapi setelah dipikir sejenak. tanpa terasa dia
tertawa geli. Rupanya kedua orang itu hanya bertarung sebagai pembukaan saja, jadi bukan
bertarung secara bersungguh-sungguh.....
sorak sorai yang gegap gempita bergema dari bawah panggung, sementara dua orang lelaki
kekar tadi masih saling menyerang dengan serunya.
sekalipun pertarungan berjalan sengit, bagi pandangan pedang perak. ilmu silat semacam itu
masih belum berharga untuk ditonton olehnya.
Entah sejak kapan, sipedang kayu Gi Tin yong telah berada disisinadan berkata dengan suara
dalam. "Ji suheng, aku tahu pikiranmi pasti ragu untuk mengambil keputusan, bagaimana kalau sute
saja yang turun dalam pertarungan babak pertama ini?"
Kesulitan yang dihadapi sipedang perak seketika hilang lenyap tak berbekas, dengan gembira
dia menepuk bahu adik seperguruannya itu dan berkata sambil tertawa.
"Bagus sekali, rupanya sute cukup memahami perasaan hatiku, nah hadapilah musuh dengan
berhati-hati." sambil tertawa sipedang kayu, mengangguk pelan-pelan dia berjalan menuju ketepi arena.
suara gembrengan kembali dibunyikan, dua orang lelaki yang saling bertarung segera menarik
kembali permainannya, memberi hormat kepada penonton dan mengundurkan diri dari situ.
Dari barak sebelah barat segera muncul seorang manusia bermuka hitam yang bertubuh tinggi
kekar dan berseru dengan suara keras:
"Sudah cukup lama sembilan pedang dari dunia persilatan malang melintang didalam dunia
kangouw, tapi sayang aku si Raja bengis dari seantero jagad paling tak percaya dengan segala
tahayul. Boleh aku tahu, siapakah diantara sembilan pedang yang bersedia melayani
tantanganku?" "Hey raja bengis dari seantero jagad, aku sipedang kayu sudah menanti sejak tadi."
seraya berkata, dengan langkah yang amat santai sipedang kayu beranjak masuk kedalam
arena dan berdiri disitu sambil bersiap sedia.
orang ini masih muda namun mempunyai nama besar yang amat termashur, tak heran
kemunculannya memancing tepuk tangan yang meriah dari para penonton.
Dengan mengayunkan langkah kakinya yang berat, siraja bengis dari seantero jagad masuk
kedalam arena dan berdiri saling berhadapan dengan sipedang kayu.
Pedang kayu tertawa dingin, sejak tadi ia sudah bertekad untuk menangkan pertarungan ini
dalam waktu singkat. secara diam-diam ia segera memberi tanda kepada pedang perak yang
berada disisi arena. Pedang perak segera memahami maksudnya dan berkata sambil tersenyum:
"Ambisi ngo sute tidak kecil. Aku pikir dalam tiga gebrakan saja kau dapat merobohkan
musuhmu bukan?" Dengan sikap acuh tak acuh sipedang tembaga menimpali:
"Yaa, setahuku......raja bengis dari seantero jagad hanya mempunyai tenaga kasar yang besar.
Aku percaya dalam tiga gebrakan saja ia dapat dirobohkan oleh ngo sute dengan ilmu guntingan
tangannya." Baru selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba terdengar siraja bengis dari seantero jagad
meraung keras dan roboh terjungkal keatas tanah, tahu-tahu dia sudah jatuh mencium tanah.
Tempik sorak yang gegap gempitapun bergema memecahkan keheningan-
Dengan wajah berseri-seri, sipedang kayu balik kembali ketempat duduknya semula.
sipedang kayu memang tidak membual, dia benar-benar berhasil merobohkan musuhnya
dengan ilmu guntingan tangannya dalam tiga jurus gebrakan saja. Bukan hanya begitu, malahan
siraja bengis dari seantero jagad belum sempat mengembangkan permainan jurus tangguhnya,
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika nadi darahnya sudah tergores oleh serangan musuh.
Dalam malu dan gusarnya, siraja bengis dari seantero jagad segera berlarian meninggalkan
arena. sepanjang jalan dia menumbuk beberapa puluh orang penonton yang segera menimbulkan
gerutuan dari sana sini. Tiba-tiba terdengar putri Kim huan berbisik:
"Coba kau lihat, dari barak sebelah barat telah muncul seseorang lagi........"
seorang jago pedang berusia pertengahan yang berwajah dingin menyeramkan pelan-pelan
berjalan masuk kedalam arena, lalu berkata:
"Nama besar sembilan pedang memang nyata bukan nama kosong belaka aku si lelaki tampan
ular berbisa berniat mencoba kepandaian dari salah seorang diantara sembilan pedang."
Pedang perak segera berpaling dan memperhatikan sekejap sekelilingnya, kemudian berkata:
"orang ini sangat licik, kejam dan banyak jurus pembunuh Ji sute, kau saja yang
menghadapinya dengan pedang apimu."
sipedang api mengiakan dan turun dari barak langsung menghampiri silelaki tampan ular
berbisa. sambil tertawa seram Coa longkun segera berkata: "silahkan anda menyerang lebih duluan"
"Tidak" sahut pedang api sambil menggeleng. "selamanya kami tak pernah mendahului musuh
lebih baik anda saja yang menyerang lebih duluan"
"sreeeeetttt......"
Coa longkun segera meloloskan sepasang pit besi dari pinggangnya, dibawah cahaya sang
surya, nampak dengan jelas cahaya biru memantul keluar dari ujung senajta tersebut sudah jelas
senjatanya telah diolesi dengan racun ganas.
Menyaksikan hal ini, sipedang api segera meningkatkan kewaspadaannya dengan
menggeserkan langkahnya setengah tindak kesamping, pikirnya:
"Ngo suheng berhasil merobohkan musuhnya didalam tiga jurus, aku tak boleh menunjukkan
kelemahan dihadapan orang banyak."
Hawa murninya segera dihimpun dan pedang api diloloskan dari sarungnya dengan suatu
gerakan amat cepat. Pantulan cahaya api yang kemerah-merahan segera memantulkan sinarnya
menyinari wajah Coa longkun yang dingin menyeramkan itu.
Coa longkun memejamkan matanya sebentar lalu dipentangkan kembali secara tiba-tiba. Dua
cahaya tajam yang menggidikkan hati segera menyorong keluar, menyusul suara bentakan keras,
dia menerobos maju kemuka dan melepaskan sebuah tusukan dengan jurus "sambil tertawa
menunjuk kelangit selatan".
sipedang api mengebaskan ujung bajunya segulung tenaga pukulan yang keras segera
membendung datangnya serangan lawan, sementara itu pedangnya berputar kencang dan sambil
membawa lapisan cahaya bianglala langsung mengurung tubuh musuh.
Dalam satu gebrakan saja Coa longkun sudah mengetahui kehebatan musuhnya yang bukan
bernama kosong saja, cepat-cepat dia menarik kembali senjata pitnya untuk melakukan
penangkisan- Kemudian memanfaatkan peluang tadi dia melepaskan satu totokan jari tangan dengan
kecepatan luar biasa, segulung desingan tajam langsung menyergap kedada lawan-
Pedang api segera memutarkan tubuhnya menggunakan ujung kaki sebagai porosnya dengan
suatu gerakan lincah dia mengubah diri keposisi lain guna menghindarkan diri dari ancaman
musuh, dari situ dia bersiap melancarkan serangan balasan-
Coa longkun menjadi amat terperanjat, cepat-cepat dia melompat kesamping kanan untuk
menghindarkan diri sipedang api tertawa dingin, secepat kilat dia menerobos maju kedepan, sekalipun serangannya
tak berhasil membacok tubuh musuh, namun berhasil memapas kutung senjata pena lawan-
"Traaaaaaanngggg.......... "
Kutungan senjata pena itu segera rontok keatas tanah.
Berubah hebat paras muka Coa longkun menghadapi kejadian tersebut, cepat-cepat dia
pergunakan kutungan senjatanya sebagai senjata rahasia untuk ditimpukkan kedepan-
Sipedang api yang berhasil merebut posisinya diatas angin tidak berdiam diri saja. Pedangnya
segera diayunkan kedepan untuk menangkis sambitan pena itu hingga rontok keatas tanah.
Melihat gelagat tidak menguntungkan, coa longkun cepat-cepat membalikkan badan dan
berusaha melarikan diri, tapi pedang api keburu menyusulnya dari belakang, dalam sekali ayunan
tangan, tubuh Coa longkun segera terbabat hingga terluka, darah segarpun jatuh bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya....
Berbicara yang sesungguhnya, selisih kepandaian antar kedua orang itu berbeda jauh sekali,
itulah sebabnya sekalipun coa longkun mempunyai akal muslihat yang amat banyakpun tak
mampu mengapa-apakan pedang api, dalam keadaan begini terpaksa dia harus melarikan diri
dalam keadaan yang mengenaskan sekali.
Kekalahan yang diderita dua kali secara berturut-turut membuat semangat tempur kawanan
jago dibarak sebelah barat mengendor. Pek kut sinkun nampak amat masgul dan tak senang hati.
Cepat dia melirik sekejap kearah kawanan kakek yang berada disampingnya, dengan cepat
seorang diantaranya mengerti dan bangkit berdiri seraya berkata:
"Harap sinkun jangan gusar, biar siaute yang turun didalam pertarungan babak ketiga ini."
Dengan tersenyum puas Pek ku sinkun manggut- manggut, katanya:
"sembilan pedang rata-rata berilmu silat sangat hebat, kau mesti menghadapi mereka dengan
berhati-hati, usahakan untuk merebut kembali muka kita yang telah ternoda."
Dengan wajah serius kakek itu manggut- manggut.
"sinkun tidak usah kuatir, siaute pasti akan menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki
untuk berjuang tetapi seandainya saja aku kurang beruntung dan menderita kekalahan, siaute tak
akan punya muka untuk bertemu lagi dengan sinkun." selesai berkata kakek itu segera berpaling
ketengah arena dan berseru dengan lantang:
"wahai sembilan pedang dari dunia persilatan, dengarkan baik-baik. Pihak kami telah dua kali
menderita kekalahan secara beruntun hingga semangat bertempur jauh berkurang, karenanya aku
hendak mewakili sinkun untuk menantang kalian semoga dari pihak kalian bersedia mengirim dua
orang pedang untuk bertarung melawanku. Atas kelancangan ini kumohon kalian sudi
memakluminya." Mendengar ucapan tersebut, pedang perak segera berkata sambil tertawa:
"Sute sekalian, orang ini bermaksud menghadapi kita dengan satu melawan dua entah
bagaimana pendapat kalian?" Dengan penuh kegusaran sipedang besi berkata:
"orang ini kelewat sombong dan tak tahu diri, biar aku seorang yang pergi menghadapinya . "
Begitu selesai berkata, tanpa menunggu jawaban dari sipedang perak lagi segera melompat
ketengah arena dan serunya kepada kakek tersebut:
"Maksud baik anda biar kuterima dalam hati saja, tapi aku pikir sebelum anda bisa bertarung
satu melawan dua, lebih baik robohkan aku lebih dulu. Entah bagaimana menurut pendapat
anda?" "Begitupun baik juga, sembilan pedang memang merupakan jago-jago kenamaan semua aku
sudah menduga kalian tak akan bersedia untuk bertarung satu melawan dua orang."
setelah maju dua langkah kedepan, tiba-tiba dia memasang kuda-kuda dengan suatu gaya
yang aneh sekali katanya lagi singkat:
"Persoalan tak perlu ditunda-tunda lagi, mari kita selesaikan perta rungan ini selekasnya."
"Silahkan" kata pedang besi sambil berkerut kening.
Mendadak kakek itu mengayunkan tangan kirinya kedepan kelima jari tangannya yang
dipentangkan bagaikan kaitan menyapu kemuka dengan membawa deruan angin serangan yang
dahsyat. Pedang besi tak berani menghadapi musuhnya secara gegabah, sambil memutar badan dia
menggeserkan tubuhnya kesamping, menggunakan gerakan tadi, dia balas melepaskan dua buah
serangan berantai. Kakek itu tertawa dingin, bukannya mundur dia malah maju dengan jari tangan yang tajam ia
mengancam sepasang mata lawan sementara tangan yang lain disodok sejajar dada.
Pedang besi tidak menduga kalau reaksi musuhnya begitu cepat, dia berkesiap dalam gugupnya
tak sempat lagi mendesak mundur musuh, dia berusaha melindungi diri dari ancaman bahaya
maut. Mendadak dia menarik diri sambil menghindar kesamping, dengan membawa desingan tajam.
Kedua jari tangan kakek itu menyambar lewat persis disamping mukanya.
Berhasil meraih posisi diatas angin, kakek itu melejit setinggi tujuh delapan depa ketengah
udara dan mengayunkan kembali sepasang tangannya kebawah. Angin pukulan menderu- deru,
kekuatannya betul-betul mengerikan hatisiapapun-
Pedang besi sadar bahwa tenaga dalamnya amat sempurna, dia segera beradu kekerasan
dengan lawannya. Namun perubahan jurus sekarang kakek itu kelewat cepat, terdesak dalam posisi yang amat
berbahaya, mau tak mau terpaksa dia harus mengayunkan pula sepasang tangannya kedepan
untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Blaaaaammmmm......."
Begitu sepasang telapak tangannya saling beradu, terjadilah suara ledakan yang amat
memekikkan telinga. ditengah bertebaran abu dan pasir nampak kedua orang itu sama-sama tergetar mundur satu
langkah kebelakang. Dengan bentrokan barusan, kedua belah pihak sama-sama membuktikan bahwa kekuatan
mereka ternyata berimbang sipedang besi segera berpikir dengan cepat:
"Tenaga dalamku hanya berimbang dengan kekuatan lawan, ini berarti bila ingin mengalahkan
dia, aku harus mengandalkan ilmu pedangku."
Ia bisa berpendapat demikian karena dengan meng andaikan pedangnya, ia sudah malang
melintang disepanjang sungai tiang kang tanpa menjumpai musuh tandingan itulah sebabnya dia
berharap bisa mengubah pertarungan tangan kosong menjadi pertarungan senjata dengan begitu
diapun bisa menunjukkan kebolehannya dalam permainan pedang besinya.
sementara itu sikakek hanya berhenti sejenak. Tidak memberi kesempatan kepada musuhnya
untuk berganti napas dia mendesak lebih jauh.
Ia sadar bila pedang besi tak berhasil dikalahkan berarti dia tak akan mampu menghadapi
musuhnya satu melawan dua, ini berarti diapun tak mampu untuk merebut kembali nama baik Pek
kut sinkun. Itulah sebabnya begitu pertarungan berlangsung, dia segera mengerahkan segenap
kemampuan yang dimilikinya.
Dalampada itu sipedang besi telah mengambil keputusan, tanpa mengucapkan sepatah katapun
dia menerobos maju ketengah arena sambil melancarkan sebuah bacokan langsung.
Kakek itu tidak menyangka kalau musuhnya berani bersikap memandang rendah terhadap
dirinya. Tiba-tiba muncul perasaan sedih dan gusar dihati kecilnya, bukan mundur dia bahkan
mendesak maju kedepan. Disambutnya ancaman lawan dengan keras melawan keras, sementara
kakinya melepaskan sebuah sapuan kilat.
Pedang besi cepat-cepat membuang tubuhnya kebelakang dengan gerakanjembatan gantung,
punggung ditekuk kebelakang nyaris menempel diatas permukaan tanah.
Dengan begitu sapuan dari sikakekpun hanya menyambar diatas lambungnya, begitu lolos dari
ancaman, dia melejit bangun kembali sambil melancarkan cengkeraman maut.
serangan ini selain ganaspun sangat menyerempet bahaya, tentu saja kakek tersebut cukup
mengetahui keadaannya, tapi sayang dia sendiripun berada dalam posisi berbahaya sehingga tak
berkekuatan untuk melancarkan serangan balasan.
Dalam situasi semacam ini, sikakek tak berpikir panjang lagi, dia tahu andaikata senjatanya
tidak diloloskan maka sulit baginya untuk lolos dari cengkeraman musuh.
Maka disaat tubuhnya menungging kebelakang, sepasang roda besinya segera diloloskan
sambil menyodok kemuka. Tak terlukiskan rasa gembira pedang besi ketika melihat musuhnya masuk perangkap. sambil
membentak dia melejit ketengah udara, dari situ dia meloloskan pedangnya dan langsung
membacok kebawah dengan jurus "suara guntur menggetarkan bumi".
Merah padam selembar wajah sikakek setelah dipaksa meloloskan senjatanya tadi, kini diapun
tak banyak berbicara lagi, sepasang roda besinya saling dibenturkan keras lalu diputar kencang
menciptakan lingkaran-lingkaran cahaya yang amat menyilaukan mata.
Diantara deruan angin serangan yang mengguntur, tampak nyata kekuatan daya serangannya
yang menggidikkan hati. Pedang besi berpekik nyaring, sambil mengerahkan segenap tenaga dalamnya kedalam telapak
tangan, tiba-tiba dia menerobos masuk kebalik lingkaran cahaya yang berlapis-lapis itu dan menari
kian kemari bagaikan seekor burung hong.
Begitu indah dan manisnya gerakan tubuh pemuda ini sehingga memancing temcik sorak yang
gegap gempita diseluruh arena.
Kedua orang itu sama-sama merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan, tak heran
kalau gerak serangan mereka takpernah bisa digunakan hingga selesai, hal ini dikarenakan
kecepatan perubahan jurus mereka yang luar biasa, kendatipun demikian, asal salah satu pihak
bertindak salah, niscaya akan berakibat keadaan yang fatal.
Dalam waktu singkat sikakek telah merasakan bahwa ilmu pedang musuhnya betul-betul sangat
hebat, banyak jurus serangannya yang begitu tangguh sehingga susah diduga sebelumnya. Hal ini
membuat perasaan hatinya bertambah terkesiap.
Rasa sedih, gusar dan ngeri seketika itu juga menyelimuti seluruh perasaan hatinya, tanpa
berpikir panjang lagi tiba-tiba dia mengeluarkan ilmu langkah tujuh bintang.
senjata roda besinya diputar kencang dengan jurus "anak naga munculkan diri" kemudian
langsung menyergap jidat musuh dengan membawa desingan angin tajam.
Tampaknya sipedang besipun mempunyai niat yang sama, dia berpekik nyaring. Pedangnya
diputar satu lingkaran ditengah udara dan meluncur kemuka. "Traaaaaanngggg........"
Dengan cepatnya dua macam senjata itu saling membentur satu sama lainnya ditengah udara
hingga menimbulkan percikan bunga api.
Rasa tegang yang semula mencekam perasaan pedang perak. lambat laun mengendor kembali
bersamaan dengan terjadinya perubahan ditengah arena, katanya kemudian:
"su sute telah berhasil mengembangkan jurus serangan tertangguh dari ilmu gedangnya secara
lancar, aku yakin musuh tak akan mampu lolos dari ujung pedangnya dalam tiga gebrakan lagi."
Baru selesai dia berkata, terdengar kakek itu menjerit kesakitan dan mundur sejauh satu kaki
dari posisi semula. Ketika semua orang mengalihkan perhatiannya kedepan, tampak darah telah
bercucuran membasahi lengannya, jelas sudah kakek itu telah menderita kekalahan total.
Dengan gaya yang dibuat sipedang besi segera menjura kearah lawannya seraya berkata:
"Maaf, maaf........"
sambil berkata dia melangkah kembali kebaraknya.
sebaliknya kakek itu masih tetap berdiri diposisi semula smbil memandang keangkasa dan
menghela napas panjang, entah sejak kapan terlihat titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya . Melihat sikap sikakek itu, Pek kut sinkun yang berada dibarak sebelah barat segera bangkit
berdiri dan berseru: "Menang kalah dalam suatu pertarungan adalah kejadian yang lumrah. Hiante, harap pikiranmu
lebih terbuka, cepatlah kembali kebarak."
Entah karena malu untuk bertemu lagi Pek kut sinkun, entah karena perasaan hatinya sedang
dilanda kesedihan, ternyata kakek itu tidak mendengar suara teguran tersebut namun tetap
mengawasi awan diangkasa sambil termangu-mangu.
Mendadak ia membentak keras, senjata roda raksasanya yang berat dihantamkan keatas
kepalanya secara langsung.
Para penonton yang menyaksikan peristiwa itu kontan saja menjerit ngeri dan serentak
melengos kearah lain. Dalam waktu singkat ditengah arena telah bertambah dengan sesosok mayat yang berada
dalam keadaan mengerikan- Tadi bila ditinjau dari perawakan tubuhnya, mayat tersebut jelas
merupakan mayat sikakek tadi.
Pek kut sinkun segera meninggalkan baraknya mendekati mayat kakek tadi, lama sekali dia
berdiri termangu-mangu didepan mayat, kemudian baru menitahkan orang-orangnya untuk
menggotong pergi mayat tersebut.
Selama ini Pek kut sinkun tidak memberi pernyataan apa-apa, namun ketiga orang kakek yang
berada disisinya telah mengepal tinjunya siap melakukan serangan.
Hingga sekarang putri Kim huan baru berani membuka matanya, akan tetapi melihat noda
darah yang masih berceceran diatas tanah, cepat-cepat dia melengos kembali kearah lain dengan
wajah pucat pias. Entah sejak kapan, Pek kut sinkun telah muncul kembali ditengah arena sembari berkata:
"Aku tak ingin menunda-nunda lagi untuk memperebutkan kedua jenis mestika tersebut. Aku
telah memutuskan untuk tampil sendiri mewakili pihakku seandainya terbukti akupun menderita
kekalahan maka kedua jenis mestika tersebut akan kupersembahkan kepada kalian, kuharap dari
pihak sembilan pedang segera mengirimkan wakilnya untuk bertarung melawanku."
Walaupun perkataan tersebut tidak diucapkan dengan suara keras, akan tetapi setiap orang
dapat menangkap pembicaraannya secara jelas, hal ini menunjukkan bahwa tenaga dalamnya
amat sempurna. JILID 27 Pedang perak tahu kalau Pek kut sinkun telah dibangkitkan amarahnya dan berniat turun
tangan sendiri, meski dia sendiri tak takut menghadapi musuhnya itu, namun berhubung
suhengnya hingga kini belum- juga munculkan diri, dia tak berani mengambil keputusan secara
gegabah. Perasaannya menjadi amat gelisah, bahkan mengumpat sipedang emas yang tidak menepati
janji, menjelang pertarungan yang menentukan mati hidup ternyata dia belum- juga munculkan
diri. Mendadak terdengar putri Kim huan menjerit tertahan sambil melengos kearah lain, sewaktu
pedang tembaga berpaling, dia saksikan seorang pemuda jelek berdandan aneh sedang
mengerling dan main mata secara cabul kearah sinona.
Kejadian tersebut kontan saja membuat paras mukanya berubah hebat, segera pikirnya:
"Bocah keparat, dengan mengandalkan nama besar sembilan pedang dari dunia persilatan, kau
simakhluk jelek pun berani memandang kekasihku dengan cara begitu. IHmmmm tampaknya ia
sudah bosan hidup........"
Berpikir demikian dia segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kearah arena.
Mendadak sipedang perak melompat kemuka menghalangi jalan perginya, dengan suara dalam
dia berseru: "Sute, jangan bertindak gegabah, sebelum toa suheng datang. Kedudukannya biar kuwakili
untuk sementara waktu."
sambil berkata dia segera beranjak menuju ketengah arena pertarungan.
Dengan wajahnya yang lembut dan sikapnya yang tenang, pemunculan sipedang perak segera
memancing tepuk tangan yang meriah dari para penonton bahkan ada pula yang segera berteriak
keras: "Itu dia, sipedang emas telah tampil sendiri kearena, dialah sipedang emas. Cepat kita
tengok........" Baru sekarang sipedang tembaga tahu kalau abang seperguruannya telah salah paham. Tapi
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk menyaksikan kemampuan suhengnya dalam pertarungan tersebut, terpaksa dia menahan
hawa amarahnya dan duduk kembali ketempat semula.
sementara itu pemuda jelek tadi sudah tertawa terkekeh-kekeh mendadak ia menarik ujung
baju sitosu tua tadi dan menunjuk kearah sipedang tembaga sambil membisikkan sesuatu, tosu
tua itu segera tertawa tergelak. Wajahnya kelihatan bangga sekali.
Pedang tembaga yang mengikuti semua tingkah laku orang tersebut meski tak mendengar apa
yang dikatakan sipemuda jelek kepada tosu tua tersebut, tapi ia bisa menebak kalau ucapannya
tak akan lebih merupakan cemoohan. Kontan saja hawa amarahnya bergelora dan hampir saja
mau meledak. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, pemuda jelek itu mengawasi terus kearah
sinona, baru saja putri Kimhuan berpaling, cepat-cepat pemuda itu menundukkan kepalanya
kembali .Jelas dia merasa takut untuk melihat sorot mata sipemuda jelek yang berhawa sesat dan
sangat mengerikan itu. Tampaknya pemuda jelek itu berhasrat besar untuk mendekati gadis terseut, melihat sinona
tidak menggubris, sambil tebaikan muka dia segera berjalan mendekat.
Putri Kim huan menjadi terperanjat sekali ketika tiba-tiba dihadapannya muncul wajah jelek dari
pemuda tadi, begitu kagetnya dia sampai menjerit tertahan.
Dengan muka cengar cengir pemuda jelek itu langsung duduk dihadapan sinona, bukan cuma
begitu, dia malah melongok-longok keatas dengan sikap yang kurang ajar.
Cepat-cepat putri Kim huan merapatkan gaunnya, seakan-akan kuatir kalau pemuda jelek itu
mengintip pahanya. Tingkah laku pemuda jelek itu memang kelewat batas, apalagi dihadapan orang banyak berani
mengintip bagian yang rahasia dari seorang gadis. Pada hakekatnya perbuatan seperti ini
merupakan perbuatan yang lebih rendah daripada binatang.
Paras muka sipedang tembaga berubah hebat, dia merasakan hawa panas yang menggelora
didadanya mendidih, sambil membentak keras ia melompat turun dari barak dan sambil
meloloskan pedangnya langsung membacok orang itu.
Pemuda jelek itu menjerit aneh sambil menhindarkan diri kesamping, dia hanya termangumangu
tanpa berniat melancarkan serangan balasan.
Keadaan sipedang tembaga saat itu bagaikan orang yang kerasukan roh jahat. secara beruntun
dia melepaskan tiga buah serangan berantai dan semuanya ditujukan kebagian mematikan
ditubuh lawan. Dengan cekatan sekali pemuda jelek itu berputar kian kemari, dalam beberapa kali gerakan
yang amat ringan dan sederhana. Tahu-tahu saja dia sudah meloloskan diri dari semua sergapan
musuh. selama ini dia hanya berdiri termangu- mangu saja, sedikitpun tidak bermaksud melancarkan
serangan balasan. Pedang tembaga semakin sewot, dia tak ambil eprduli siapakah dirinya dan bagaimana
kedudukannya didalam dunia persilatan. Diapun tak perduli dengan cara apa pemuda jelek
tersebut meloloskan diri dari sergapannya. Dia hanya tahu, setiap kali bertemu dengannya, timbul
perasaan muak dan sebal yang tebal dihatinya.
sementara itu putri Kim huan telah berganti posisi duduknya, diapun merasa amat benci dan
berniat mencaci maki kebrutalan pemuda tersebut. Setelah melihat pedang tembaga
menyerangnya secara gencar, perasaan tersebut sedikit banyak baru merasa agak lega.
Berapa jurus serangannya yang gagal melukai musuh dengan cepat menyadarkan pula
sipedang tembaga dari amarahnya, dengan cepat diapun berpikir:
"Berulang kali orang ini berhasil meloloskan diri dari serangan pedang ku, hal mana
membuktikan kalau dia memiliki kemampuan yang luar biasa sekali. Aku harus berhati-hati
menghadapi serangan balasannya."
Berpikir demikian, pikirannyapun menjadi lebih tenang, ia segera menegur dengan lantang:
"Sobat, siapa kau dan datang dari mana" Mengapa kau begitu tak tahu malu" Hmmm, apakah
kau anggap ilmu silatmu sudah tiada tandingannya lagi didunia ini" Ayoh cepat kemukakan
alasannya. Kalau tidak. hari ini aku sipedang tembaga akan membuatmu mampus ditengah
genangan darah." Pemuda jelek itu tertawa bodoh, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera membalikkan
badan dan beranjak pergi dari situ. Agaknya dia seperti malas untuk melayani pertanyaan itu.
Tak terlukiskan rasa gusar sipedang tembaga, sambil tertawa ringan ia mendesak maju
kedepan. Lalu pedangnya langsung diayunkan kedepan menusuk punggung orang itu.
Pedang tembaga bukan manusia sembarangan, bila tertusuk oleh pedangnya maka besipun
pasti berlubang, apalagi hanya tubuh yang terdiri dari darah dan daging.
Namun pemuda jelek itu seperti tidak merasakan datangnya sergapan itu, ia tetap melanjutkan
perjalanannya dengan langkah lebar.
Pedang tembaga mendengus dingin, dia segera menghimpun tenaga dalamnya siap
melancarkan serangan maut.
Mendadak....... Disaat yang kritis itulah tiba-tiba dari sisi arena berhembus lewat segulung angin dingin yang
tajam bagaikan pisau. Begitu hebatnya sergapan tersebut membuat pedang tembaga amat
terperanjat. Tak sempat lagi untuk melukai musuhnya cepat-cepat dia melejit kebelakang sejauh satu kaki
lebih. Ternyata orang yang melancarkan sergapan tersebut tak lain adalah tosu tua berambut putih.
Pedang tembaga sadar bahwa musuhnya memiliki kepandaian silat yang sudah mencapai pada
puncaknya dan jelas ia bukan tandingannya, untuk sesaat dia menjadi tertegun.
tosu tua berambut kuning itu tertawa cengir lalu mengikuti dibelakang pemuda jelek tadi
beranjak meninggalkan tempat tersebut.
sampai lama sekali pedang tembaga berdiri tertegun, seingatnya tiada jagoan semacam ini
dalam dunia persilatan. Akhirnya ia mendepak-depakkan kakinya dengan gemas dan kembali
kedalam baraknya. Dalam pada itu sipedang perak dan Pek kut sinkun yang berada dittngah arena telah saling
memberi hormat dan mengambil posisi masing-masing. Dalam waktu sekejap suasana disekitar
situ menjadi sepi sekali hingga tak kedengaran sedikit suarapun. Pedang perak telah meloloskan
pedangnya sambil bersiap sedia melancarkan serangannya.
sementara ituPek kut sinkun telah melepaskan pula kain pengikat kepalanya sehingga
membiarkan rambutnya yang panjang terurai dibahunya.
Iapun bersenjata sebilah pedang bercahaya hijau. Dilihat dari hiasan cahayanya yang
menggidikkan, dapat diketahui bahwa senjata yang dipergunakan adalah sebilah pedang mestika.
Mendadak sepasang pedang saling berkelebat lewat lalu terlihatlah dua orang itu bergerak
pelan mengitari arena. Hanya sekarang paras muka sipedang perak telah berubah menjadi amat
berat dan serius sekali. Mendadak...... Tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dengan kecepatan yang luar biasa, begitu
cepatnya sehingga tak sempat melihat dengan jelas raut mukanya.
Tahu-tahu saja orang tersebut sudah muncul ditengah arena dengan tenangnya, hal ini
membuktikan kalau orang tersebut memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna.
orang ini berperawakan tinggi, jangkung, mukanya ditutupi dengan selembar kain berwarna
hijau. sejak kemunculannya ditengah arena, manusia berkerudung itupun tidak mengucapkan sepatah
katapun, apa yang hendak diperbuat orang tersebut"
sementara itu sipedang perak sudah mengetahui siapa yang hadir, tiba-tiba ia memberi hormat
seraya berkata: "Toa suheng, mengapa hingga sekarang kau baru datang" Apakah telah terjadi sesuatu?"
Dengan cepat para hadirinpun menjadi sadar, ternyata manusia berkerudung ini adalah
pemimpin dari sembilan pedang, sipedang emas.
Tapi mengapakah dia munculkan diri dengan menutup mukanya" Apa maksud tujuannya"
sementara itu sipedang tembaga, pedang besi, pedang kayu, pedang air, pedang api, pedang
tanah, dan pedang bintang telah berhamburan dari barak untuk memberi hormat kepada toa
suhengnya. Dengan cepat sipedang emas membalas hormat adik-adik seperguruannya, kemudian baru
berkata kepada Pek kut sinkun:
"sinkun, bolehkah aku berbicara sebentar dengan adik seperguruanku.........?"
"Anda terlalu sungkan" sahut Pek kut sinkun cepat, ia segera bergeser dari posisinya semula.
sesudah memberi hormat, sipedang emas berkata kepada pedang perak:
"Sekalipun sute tidak berkata apa-apa, namun akupun tahu dihati kecilmu pasti menyalahkan
aku yang sudah datang terlambat. Padahal aku bisa tiba disini dengan selamatpun sudah
merupakan suatu keberuntungan besar bagiku."
"Apa maksud perkataan itu?" buru- buru pedang perak bertanya.
Pedang emas memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu katanya lagi dengan suara
dalam: "sampai sekarang aku tetap masih keheranan, padahal antara aku dengan manusia aneh
tersebut boleh dibilang tidak saling mengenal. Tapi dia justru selalu mencari gara-gara denganku
bahkan mendesakku untuk bertarung dalam keadaan seperti ini, terpaksa aku harus bertarung
sebanyak ratusan jurus dengannya sebelum berhasil menaklukkan dirinya. seingatku, tidak banyak
jagoan selihay ini didalam dunia persilatan dewasa ini. semestinya dia terhitung manusia
kenamaan tapi nyatanya aku tetap tak berhasil mengenali siapakah dirinya."
"Apakah dia telah menyebutkan namanya?" tanya pedang perak segera dengan hati berdebar.
"Yaa, namanya aneh sekali....." sahut pedang emas dengan suara yang rendah.
Belum sempat perkataan itu selesai diucapkan, pedang perak telah berkata lebih duluan:
"Tahu, aku namanya menggunakan kata Nirlama bukan?" Pedang emas menjadi tertegun
segera bertanya: "sute apakah kaupun berjumpa dengan......."
Dengan perasaan berat pedang perak mengangguk sahutnya sambil menghela napas:
"Ya a, orang yang siaute jumpai adalah Nirmala nomor sepuluh dan Nirmala nomor sebelas
bagaimana dengan suheng?"
" Nirmala nomor sembilan-"
Paras muka pedang perak berubah sangat hebat gumamnya:
"Toa suheng, semenjak menemui peristiwa aneh itu siaute selalu memutar otak untuk
memecahkan masalah ini, kini setelah toa suheng jelaskan maka siautepun menjadi lebih paham,
terbukti sudah bahwa apa yang siaute duga memang benar. Nirmala nomor sepuluh jelas
merupakan orang kesepuluh, atau dengan perkataan lain masih ada orang yang bernomor satu
sampai sembilan. Aaaai, semula siaute berharap nomor itu bukan nomor urut, sebab ilmu silat
mereka kelewat hebat, tapi nyatanya apa ang kukuatirkan akhirnya terjelma juga........."
"Apakah sute mengetahui asal usul orang ini?" tanya pedang emas sambil maju selangkah.
"siaute amat menyesal, percuma aku berkelana dalam dunia persilatan selama ini, siaute tak
mengetahui asal usul dari Nirmala nomor sepuluh........"
"Tampaknya mereka merupakan sisa musuh besar semasa suhu masih hidup dulu. Tapi siaute
tak perlu putus asa, musuh datang kita hadapi, air datang bendung. Asal kita sembilan bersaudara
bersatu padu, aku yakin orang-orang dari dewi nirmala bisa kita hadapi."
Mencorong sinar tajam dari balik mata pedang perak setelah mendengar perkataan itu,
katanya: "Perkataan toa suheng memang benar, yang bernama dewi nirmala hanya satu orang, sedang
nirmala sepuluh sekalian tak lebih hanya manusia-manusia yang diperalat olehnya. Dengan nama
besar kita didalam dunia persilatan, apalagi yang mesti kita takuti?"
"oya, masih ada satu persoalan lagi hampir saja kulupakan....." dengan sorot mata yang tajam
pedang emas mengawasi adik seperguruannya lekat-lekat. "Aku dengar situa bangka Malaikat
pedang berbaju perlente telah menyerahkan seluruh kepandaian silatnya kepada seseorang yang
bernama "Kim Thi sia" menjelang saat ajalnya. Benarkah ada peristiwa semacam ini.......?"
Dengan perasaan berat pedang perak manggut- manggut.
"Ya a, memang ada kejadian seperti ini, Kim Thi sia dengan bakat anehnya telah mendapatkan
warisan ilmu silatnya, bahlan kemampuannya kian hari kian menonjol. Namun kelemahannya
masih banyak bila bertemu lagi lain waktu, aku yakin tidak sulit untuk membereskannya......"
"Bagus sekali, kalau begitu kuserahkan pelaksanaan tugas ini kepadamu........"
Mendadak sipedang perak seperti teringat akan sesuatu, dengan dingin katanya:
"Toa suheng, masih ada satu persoalan lagi yang mungkin tidak kau ketahui, belakangan ini
sam sute telah jatuh cinta kepada seorang gadis cantik, segala tingkah lakunya hampir boleh
dibilang dikendalikan gadis tersebut, peristiwa ini menimbulkan perasaan tak puas bagi sute
lainnya. Menurut pendapatmu apa yang harus kita lakukan?"
Tanpa terasa sipedang emas mendongakkan kepalanya menengok sekejap kearah pedang
tembaga, lalu beralih kewajah putri Kim huan, setelah itu tanyanya pelan: "Kau maksudkan nona
bergaun panjang itu. Dia berasal dari mana?"
"Berbicara soal indentitasnya, dia mempunyai asal usul yang luar biasa, dia adalah putri
Kesayangan raja negeri Kim dan bernama putri Kim huan. Hal ini disebabkan rambutnya selalu
digulung dengan gelang emas, justru karena dia berasal dari keluarga bangsawan. wajahnyapun
amat cantik, pedang tembaga tergila-gila olehnya dan rela takluk dibawah gaunnya."
"sungguh memalukan" ucap gedang emas tak senang hati. "kalau orang ini memang sudah
tergila-gila oleh perempuan, jangan serahkan tugas-tugas penting kepadanya......."
Jelas sudah, sipedang emas berniat menyingkirkan atau mengucilkan sipedang tembaga dari
pergaulan mereka. Pedang perak tertawa dingin, melihat toa suhengnya sudah naik darah, diapun tak banyak
berbicara lagi. Pedang emas berkata kemudian:
"sekarang kau boleh kembali dulu kebarak biar aku yang membereskan Pek kut sinkun-"
Habis berkata dia segera berjalan menuju kehadapan Pek kut sinkun dengan langkah lebar,
katanya kemudian sambil tertawa sungkan:
"sinkun, maaf kalau terpaksa harus menunggu agak lama. sekarang kita boleh mulai
bertarung." Melihat sipedang emas yang bernama besar tidak menggunakan senjata, Pek kut sinkun segera
menyimpan kembali pedang mestikanya, sambil menjura ia berkata:
"Aku dengan anda mempunyai suatu pertarungan yakni tak akan menyerang lebih dulu
benarkah begitu?" "silahkan sinkun melancarkan serangan lebih dulu" ucap sipedang emas sambil tertawa.
sewaktu berbicara hawa murninya telah dihimpun kedalam telapak tangannya.
Pek kut sinkun tidak sungkan-sungkan lagi ditengah pekikan nyaring telapak tangan kirinya
segera diayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Dalam serangan tersebut sama sekali tak nampak deruan angin pukulan, tapi pedang emas
yang berpengalaman cukup mengetahui akan kelihayan ancaman tersebut.
Tiba-tiba dia berpekik nyaring, menggunakan kesempatan tersebut hawa murninya segera
dipancarkan keluar dari seluruh tubuhnya.
Melihat pihak lawan tanpa menggeser kaki sudah berubah arah, Pek kut sinkin segera
mengetahui kalau musuhnya memiliki ilmu langkah silang yang sakti.
Maka sebelum serangan tangan kirinya itu selesai dilontarkan tiba-tiba dia menyapu kekanan,
segulung tenaga pukulan yang dahsyat pun meluncur kedepan.
Pedang emaws sedikitpun tak gentar, tiba-tiba tubuhnya yang tinggi besar melejit ketengah
udara dan berhenti berapa detik disitu. Disaat itulah dia telah menghimpun kembali kekuatannya.
Dalam waktu singkat dia telah beberapa kali menggerakkan kakinya untuk berubah posisi.
sedemikian cepatnya tersebut dilakukan sehingga sukar untuk diikuti dengan mata telanjang.
Pek kut sinkun segera merasakan munculnya sebuah tangan yang lincah bagaikan seekor ular
menembusi dan menerjang lingkaran angin serangan yang dipancarkan olehnya. Dia tahu inilah
hasil dari ilmu langkah menyilang yang amat dahsyat itu.
Dalam keadaan begini dia tak sempat berganti jurus lagi sehingga mendengus keras-keras.
Padahal waktu itu tangan sipedang emas sudah hampir menempel diujung bahu, tapi begitu
Pek kut sinkun mendengus, tahu-tahu serangan tadi telah memental balik kebelakang bahkan
bergetar mundur dua langkah kesisi kiri
siapapun tak akan menyangka kalau dibalik dengusan Pek kut sinkun sesungguhnya terkandung
daya kekuatan yang luar biasa, bahkan boleh dibilang keberhasilan Pek kut sinkun mengangkat
nama didalam dunia persilatanpun dikarenakan kehebatan tenaga khikang dengusannya itu.
Pedang emas terkesiap. baru sekarang dia tahu kalau musuhnya memiliki kepandaian
mendengus yang luar biasa.
Dengan cepat Pek kut sinkun memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk
mendengus beberapa kali, seketika sipedang emas terdesak mundur terus berulang kali.
Delapan jago pedang dibarak sebelah barat mulai merasa tegang ketika melihat pedang emas
terdesak hebat, serentak mereka bangkit berdiri dari tempat duduk masing-masing dan
menguatirkan keselamatan toa suhengnya.
Pedang emas yang berulang kali didesak hingga mundur sejauh delapan langkahpun mulai naik
darah dibuatnya, kali ini dia tak mundur lagi, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan berpekik
nyaring, suaranya keras membumbung tinggi keangkasa.
Tampak dia bertekuk lutut membuat tubuhnya lebih pendek separuh bagian, tetapi serangan
Pek Kut sinkun dengan ilmu mendengusnya bagaikan mercon yang meledak secara beruntun
meluncur keluar tiada hentinya menghantam diatas dadanya hal ini membuat tubuhnya gontai
kian kemari tiada hentinya.
Peluh sebesar kacang kedelai telah jatuh bercucuran membasahi jidat pedang emas akan tetapi
sinar matanya justru kelihatan bertambah tajam menggidikkan hati.
Pek kut sinkun segera mendesak maju lebih kedepan, walaupun ilmu dengusannya berhasil
mencabik-cabik pakaian yang dikenakan lawan, namun ia sendiripun merasakan akibatnya.
Bagaikan kerbau kesakitan, gerakannya semakin lamban dan berat.
Mendadak ia melejit ketengah udara setinggi tiga kaki lebih, tindakan tersebut tentu saja
mencengangkan hati semua orang, mengapa Pek kut sinkun tidak memanfaatkan kesempatan itu
untuk mendesak musuhnya habis-habisan" Mengapa dia justru melejit ketengah udara dan
memberi kesempatan kepada musuhnya untuk mengatur napas.
Namun baru saja tubuhnya mencapai tengah udara, mendadak Pek kut sinkun seperti
kehilangan seluruh kekuatan tubuhnya, bagaikan layang-layang yang putus tali tubuhnya terjatuh
dari tengah udara dan roboh terguling diatas tanah.
Yang lebih aneh lagi, Pek kut sinkun yang semula nampak gagah perkasa dan lincah bagaikan
naga, kini sudah tak sanggup untuk merangkak bangun kembali.
sipedang emas sama sekali tidak menggubrisnya lagi, dia mendongakkan kepalanya dan
menarik napas panjang-panjang, kemudian duduk diatas tanah dengan letihnya, terhadap urusan
disekelilingnya boleh dibilang dia tidak memperdulikan lagi.
Diantara semua yang hadir mungkin hanya kawanan jago berilmu tinggi yang mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya .Jelas Pek kut sinkun sudah menderita kekalahan karena
menderita tenaga pantulan yang dihasilkannya sendiri, bahkan kemungkinan besar isi perut Pek
kut sinkun telah menderita luka yang amat parah.
Dengan cepat tampak bayangan manusia berkelebat lewat, muncul seorang jago yang segera
memeriksa napas Pek kut sinkun, disusul kemudian dari barak sebelah timur. Muncul lagi delapan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang jago pedang yang bersama-sama menyebarkan diri disekitar arena dan membentuk jaring
manusia disitu, namun tak seorangpun diantara mereka yang berani mengusik sipedang emas.
Peristiwa ini dinilai sangat janggal oleh para penonton- Rata-rata mereka dibuat tercengang dan
tak habis mengerti, ada pula yang berpikir dalam hatinya:
"Mungkinkah menang kalah sudah diketahui hasilnya" Tapi siapa yang menang dan siapa yang
kalah?" Tak selang berapa saat kemudian Pek kut sinkun telah digotong kembali kebarak sebelah timur.
Kemudian seorang kakek berjenggot pendek munculkan diri dan berkata dengan suara dalam:
"Menang kalah antara Pek kut sinkun melawan sembilan pedang dari dunia persilatan telah
ditetapkan. Aku harap bagi mereka yang tiada persoalan lagi disini untuk segera meninggalkan
tempat serta kembali kerumah masing-masing."
Mendengar perkataan tersebut, para penontonpun beramai-ramai membubarkan diri dari situ.
Ketika datang mereka muncul bagaikan air bah, waktu pergi merekapun menyusul lebih cepat dari
air. Dalam waktu singkat semua orang telah meninggalkan tempat tersebut.
Menanti para hadirin telah mengundurkan diri, kakek berjenggot pendek itu baru berkata lagi
kepada sipedang perak: "sinkun telah menemui ajalnya, hutang piutang pun kita akhiri sampai disini saja. Barang yang
anda harapkan akan segera kuurus orang untuk mengambil, harap kalian menunggu sebentar."
Ketika selesai mengucapkan perkataan itu, air mata nampak jatuh bercucuran membasahi
wajah kakek tersebut. Jelas terlihat ia amat sedih hanya saja rasa sedihnya tak sampai diutarakan
keluar. tak selang berapa saat kemudian muncul dua orang lelaki kekar yang membawa dua
bungkusan. sebuah adalah pedang mestika sepanjang empat depa, sedang yang lain adalah
sebuah kotak yang dibungkus dengan kain sutera......
sipedang perak tampilkan diri mewakili toa suhengnya untuk menerima hasil kemenangan
mereka, saat itu juga dia periksa kedua benda tadi. setelah terbukti benda tersebut bukan barang
palsu, dia baru berkata kepada sikakek sambil tertawa:
"Bagi pertarungan antara jago-jago lihay, menang kalah memang tak bisa ditentikan secara
aman dan selamat. Nasib buruk yang menimpa Pek kut sinkun amat memedihkan hati kami
semua. Kami hanya bisa berharap arwahnya beristirahat dengan tenang dialam baka. Lo
enghiong, kaupun tak usah sedih, toh manusia tentu akan mati pada akhirnya biar sekarang tak
mati, siapakah yang bisa lolos dari simaut?"
Kakek itu tidak berkata apa-apa, ia membalikkan badan dan pergi meninggalkan tempat
tersebut, tak lama kemudian para jago yang berkumpul dibarak sebelah timur pun bubaran
semua. Kini ditengah arena yang luas hanya tinggal putri Kim huan serta sembilan pedang dari dunia
persilatansementara itu sipedang tembaga telah menarik putri Kim huan kesamping serta bisiknya lirih:
"Aku rasa nona tentu menyukai pedang Leng gwat kiam tersebut bukan" sebentar akan
kumintakan benda tersebut dari toa suheng, pasti akan kuberikan pedang itu kepadamu."
Menyaksikan pedang leng gwat tersebut, tanpa terasa putri Kim huan teringat pula akan
kesalahan pahamnya dengan Kim Thi sia. sebetulnya dia ingin menampik, tapi entah mengapa
ketika ucapan hendak meluncur dari ujung bibirnya, satu ingatan aneh melintas didalam
benaknya. Ia segera manggut-manggut dan berkata:
"Kau benar-benar baik sekali kepadaku, bila ada kesempatan aku tentu akan berterima kasih
kepadamu." "ooooh, tidak usah. Nona tak usah sungkan-sungkan terhadap diriku" jawab sipedang tembaga
cepat. sedang dihati kecilnya dia mengulangi kembali apa yang terdengar tadi, rasa hangat dan
mesrah menyelimuti perasaanku, membuat dia berseri dan gembira sekali.
Dipihak lain, sipedang emas telah pulih kembali kesehatannya sesudah bersemedi sebentar,
sambil bangkit berdiri dia berkata:
"Apakah mestikanya sudah diperoleh?"
"Yaa, semuanya berada disini" jawab pedang perak.
sambil berkata dia menyodorkan pedang Leng gwat kiam dan kotak sutera itu kehadapannya.
Tanpa sungkan-sungkan sipedang emas mengambil kotak tersebut dan dimasukkan kedalam
saku, tapi pedang Leng gwat kiam tidak diambilnya, sambil tertawa ia berkata:
"Kesembilan pedang mestika kita sudah cukup termashur dalam dunia persilatan, aku rasa
pedang tersebut tidak kita butuhkan lagi, bila diantara kalian ada yang tertarik dengan pedang
Leng gwat kiam ini, ambillah saja....." Dengan cepat sipedang besi berseru:
"Pedang mestika ini cukup berguna bagiku. Toa suheng, bagaimana kalau dihadiahkan saja
kepadaku?" Belum sempat sipedang emas memberikan- jawabannya, sipedang tembaga telah menampilkan
diri seraya berseru pula:
"siaute juga menginginkan pedang mestika itu........"
Dengan pandangan dingin sipedang emas melirik sekejap kearahnya lalu berkata:
"Ilmu silat yang dimiliki sam sute jauh lebih hebat daripada sute, aku rasa pedang leng gwat
kiam lebih berguna bagi sute"
Putri Kim huan yang mendengar perkataan itu dengan cepat berpikir:
"Diberikan kepada siapapun sama saja, toh akhrirnya akan diberikan juga kepadaku."
Maka diapun mengerlingkan senyuman genit kepada sipedang besi membuat pemuda tadi
kontan saja terpesona. sementar itu pedang perak telah berkata pula:
"Perkataan toa suheng memang benar kalau begitu serahkan saja gedang leng gwat kiam ini
untuk adik keempat."
Dengan wajah berseri-seri karena gembira sipedang besi segera menerima pedang tersebut
tentu saja kejadian ini menggusarkan hati pedang tembaga. Diam-diam dia mencaci maki ketidak
adilan toa suhengnya sehingga membuat dia kehilangan muka dihadapan gadis pujaan hatinya.
Perasaan murung, masgul dan tak senang hati yang mencekam perasaannya membuat dia
segera melimpahkan semua rasa benci itu kepada sipedang besi pikirkan lagi.
"Hmmm, sekarang kau jangan keburu berkenang hati, suatu saat aku pasti akan memberi
pelajaran yang setimpal kepadamu."
sipedang besi telah menggantungkan pedang Leng gwat kiam dipinggangnya tentu saja dia
enggan menyerahkan pedang tersebut kepada putri Kim huan dihadapan orang banyak. Dia ingin
mencari kesempatan yang baik dikemudian hari sekalian mencurahkan isi hatinya kepada gadis
tersebut. Pedang emas telah beranjak berapa langkah ketika mendadak berhenti lagi seraya berkata:
"sekarang aku masih ada urusan penting yang harus diselesaikan. sementara ini aku hendak
mohon diri dulu kepada sute sekalian, harap kalian bisa menjaga diri baik-baik sepanjang jalan."
Sebelum berangkat, dia memanggil pedang tembaga untuk menghadap lalu dengan wajah
serius berkata: "Aku dengar belakangan ini sam sute sedang tergila-gila oleh wanita cantik hingga
menimbulkan hubungan yang kurang menggembirakan diantara sesama saudara seperguruan.
Apakah benar demikian?"
Tidak menanti sipedang tembaga membentak kembali dia berkata lebih lanjut:
"Walaupun putri Kim huan memiliki kecantikan wajah yang melebihi bidadari dari khayangan
sehingga siapapun akan terpesona bila melihatnya, tapi sam sute harus ingat puluhan tahun
kemudian dia toh akan berubah menjadi seonggokan tulang belulang janganlah dikarenakan
terburu oleh napsu sehingga melupakan pendidikan yang pernah diterimanya dimasa silam."
Pedang tembaga menundukkan kepalanya rendah-rendah, tanyanya agak tergagap: "Toa
suheng mendengar kesemua ini dari siapa?"
"Kau tak usah tahu siapa yang mengatakan, aku hanya minta kepadamu untuk mengingat baikbaik
semua perkataanku ini." setelah berhenti sejenak. kembali dia menambahkan:
"Kau harus membayangkan kembali asal usulmu, kau tak lebih hanya putra siraja laba-laba
atau lebih tegasnya ayahmu tak lebih cuma pentolan perampok disuatu wilayah berbicara
kedudukanmu sekarang maka kau tak bakal serasi untuk mendampingi gadis tersebut dalam
perkawinan yang bahagia daripada hidup sengsara dikemudian hari mengapa kau tidak
melepaskan diri dari kemelut cinta mulai sekarang juga. Apa salahnya bila kau
curahkan semua perhatianmu untuk menggalang sesuatu usaha besar?"
"Toa suheng tak usah salah paham, aku tidak menaruh harapan apa-apa terhadapnya."
"Hmmm, tak nyana kau mampu berkata begitu" bentak sipedang emas. "Apakah kau
bermaksud mempermainkan orang lain?"
sipedang tembaga terbungkam dalam seribu bahasa, sampai lama kemudian dia baru berkata:
"Toa suheng, kau jangan marah kepadaku lagi, aku akan teringat selalu dengan perkataanmu
itu." selesai berkata dia segera membalikkan badan dan meninggalkan tempat tersebut tanpa
memperdulikan sipedang emas lagi.
Pedang emas tahu kalau adik seperguruannya pergi dtngan perasaan mendongkol. Walaupun ia
merasa tak senang hati akan tetapi tak ingin bentrok pula dengannya, maka setelah berhenti
sejenak. sambil menahan rasa gusarnya, diapun beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
sepeninggal pedang emas, pedang kayu, pedang air, pedang tanah dan pedang bintang
sekalianpun berpamitan dan pergi untuk melakukan kesibukan masing-masing.
sedang rombongan semulapun kini berlalu pula dalam rombongan yang tak berbeda, seperti
sipedang perak. pedang tembaga dan besi, mereka tetap bergabung dalam satu rombongan tanpa
kurang satu kelebihan seorangpun......
sepanjang jalan sipedang perak menunjukkan sikap yang dingin dan hambar, dia tak
mengucapkan sepatah katapun sehingga menimbulkan perasaan yang susah diraba oleh orang
lain. Pedang tembagapun dicekam oleh perasaan yang tak menentu, dia tak habis mengerti siapa
yang telah membocorkan persoalan tersebut kepada toa suhengnya, perasaan tak senang
membuat diapun segan banyak berbicara.
sipedang besi menganggap kesempatan baik telah tiba, ia segera mendekati putri Kim huan
dan berbisik pelan: "Apa yang pernah kujanjikan kepadamu selamanya tak pernah kuingkari kembali. Coba lihat,
bukankah pedang leng gwat kiam telah kembali ketanganmu lagi?" Putri Kim huan segera tertawa
merdu: "Dugaankupun tak keliru, aku tahu kau adalah seseorang yang amat menepati janji." Pedang
besi kegirangan setengah mati, kembali dia berkata:
"Aku tahu suheng menaruh minat yang amat besar kepadamu. Karenanya sepanjang hari
hatiku tak gembira, tahukah kau apa yang sebetulnya membuat hatiku risau dan murung?"
Putri Kim huan tidak menjawab, dia adalah gadis yang cerdik, sejak kecilpun sudah sering
bergaul dengan putra-putra bangsawan. sudah barang tentu diapun memahami lain dari perkataan
sipedang besi. Terdengar sipedang besi berkata lagi:
"Antara aku dengan Kim Thi sia sesungguhnya tak pernah terikat dendam sakit hati Tapi
tahukah kau kenapa aku sering menganiaya serta mencemooh dirinya?"
"Aaaaai......." putri Kim huan menghela napas panjang. "Aku tahu kau menaruh simpatik
terhadap musibah yang menimpa diriku, maka saban kali melihat ada orang hendak menganiaya
diriku, kau jadi berang dan timbul keinginan untuk membelaiku."
Jawabannya amat diplomatis dan tepat sekali membuat sipedang merasa tak perlu untuk
melanjutkan kata-katanya lagi.
Padahal sipedang besipun tahu bahwa sinona sengaja hendak memotong pembicaraannya, tapi
dia tidak ambil perduli. Baginya asal nona itu tidak mengacuhkan dirinya hal ini sudah lebih dari
cukup baginya. Tiba-tiba sipedang tembaga mendengus dingin dan maju mendekat, katanya sambil
mengulurkan tangannya. "su sute, bolehkah kupinjam sebentar pedang leng gwat kiam tersebut........?"
Jawab sipedang besi sambil tertawa getir:
"siaute telah menghadiahkan pedang leng gwat kiam kepada nona, bila suheng ingin
meminjam, pinjamlah langsung kepada nona."
secara manis sekali dia telah memutar balikkan persoalan untuk menghadapi abang
seperguruannya, dengan tindakan tersebut boleh dibilang sekali tepuk mendapat dua hasil.
Bukan cuma pedang tersebut telah diberikan kepada putri Kim huan, diapun dapat
menjatuhkan abang seperguruannya dihadapan gadis tersebut.
Mimpipun sipedang tembaga tidak menyangka kalau adik seperguruannyapun begitu licik dan
cerdik, saking mendongkolnya ia mengumpat kalang kabut dihati kecilnya.
Mendadak ditengah jalan didepan situ muncul seseorang yang berdiri menghalangi jalan pergi
mereka tatkala keempat orang itu mendongakkan kepalanya, mereka segera kenali orang tadi
sebagai sipemuda jelek berdandan aneh yang tak mengenal rasa malu itu.
Melihat kemunculan orang tersebut, putri Kim huan merasa amat terkesiap bagaikan disengat
ular berbisa, tubuhnya kontan gemetar keras, tanpa sadar dia mundur berapa langkah hingga
berdiri berjajar disamping sipedang perak.
Mengendus bau harum yang tersiar keluar dari tubuh sinona pedang perak merasakan hatinya
terangsang. Namun dia adalah seorang yang berperhitungan luas, perasaan tersebut sama sekali
tak diperlihatkan diluar wajahnya....
"Kenapa nona ketakutan?" ia berbisik kemudian. "Apakah kau kenal dengan dirinya?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan terdengar sipedang tembaga sudah membentak keras
sambil menerjang kearah pemuda jelek itu.
sebaliknya paras muka putri Kim huan berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus,
dia teringat kembali apa yang belum lama dialaminya dengan pemuda jelek tersebut.
Mendadak tampak sesosok bayangan manusia melayang turun dari atas pohon sambil
melepaskan sebuah pukulan.
Angin serangan yang menyambar dengan hebatnya seketika memaksa sipedang tembaga
tergetar mundur satu langkah.
Begitu hebatnya kepandaian silat sipendata ng membuat pedang perak yang berilmu tinggipun
dibuat terperanjat sekali, apalagi sipedang besi.
Ketika berhasil memukul mundur sipedang tembaga, orang itu menerjang pula sipedang perak.
Agaknya sipedang perak cukup mengetahui akan kelihayan musuhnya. Dia melepaskan sebuah
pukulan dahsyat disusul kemudian pedangnya diloloskan dari sarung.
Pendatang tersebut hanya berhenti sejenak untuk menyambut serangan sipedang perak
dengan keras melawan keras. Kemudian meneruskan terkamannya kearah putri Kim huan,
beberapa gerakan ini dilakukan olehnya dalam waktu singkat dengan kecepatan yang mengerikan
hati. Pedang perak sadar kalau telah bertemu musuh tangguh, sejak permulaan pertarungan dia
telah mengeluarkan ilmu pukulan Hud tim ciangnya untuk menghadapi serangan musuh.
Pendatang tersebut segera tergetar mundur satu langkah, dengan begitu maka wajahnyapun
terlihat jelas, ternyata dia adalah sitosu tua berambut kuning itu Berhasil memukul mundur
musuhnya dengan dahsyat, pedang perak segera membentak keras:
"Hey tosu tua, kau sungguh tak tahu adat, kenapa kau tidak mencari berita dulu siapakah diriku
ini?" Tosu tua berambut kuning itu tertawa lebar tanpa menjawab.
Pedang perak semakin gusar, tiba-tiba dia menerjang maju kemuka sambil melepaskan sebuah
pukulan dahsyat. Tosu tua berambut kuning itu menyambut datangnya serangan dengan keras melawan keras,
tapi sesaat sebelum keempat tangan saling beradu, mendadak ia melejit ketengah udara dan
berkelebat lewat melalui atas kepala pedang perak.
Dengan suatu gerakan yang cepat sekali tosu tua itu menyambar tubuh putri Kim huan
kemudian kabur ke depan dengan kecepatan tinggi.
Tampak bayangan kuning berkelebat lewat, hanya didalam berapa kali kelebatan saja tubuhnya
sudah lenyap dibalik pepohonan sana.
Sekujur badan putri Kim huan gemetar keras, dia hampir pingsan saking kaget dan paniknya,
beberapa kali dia mencoba untuk meronta dengan sepenuh tenaga, akan tetapi dalam pelukan
tosu tua berambut kuning itu, dia tak mampu berkutik barang sedikit pun
Menggunakan kesempatan disaat ketiga orang pemuda itu berdiri tertegun, dengan cepat
pemuda jelek itu menyelinap pula kedalam hutan. Menanti ketiga orang itu berpaling bayangan
tubuhnya telah lenyap pula daripandangan mata.
Melihat kekasih hati mereka diculik orang tanpa sempat menolongnya pedang tembaga
danpedang besi menjadi gusar sekali. Mereka berpekik nyaring dengan penuh amarah. Pedang
perakpun menghentakkan kakinya keatas tanah seraya berseru:
"Kegagalan kita untuk melindungi nona tersebut hakekatnya merupakan pecundang besar
untuk kita bertiga. Bila nona tersebut tak bisa dikejar balik, kita bakal kehilangan muka
dikemudian hari. Ayoh cepat kita bertiga melakukan pengejaran secara terpisah."
Karena keraguan itu, sitosu tua berambut kuning tadi sudah kabur jauh beberapa li dari posisi
semula. Disuatu tempat dia menurunkan putri Kim huan dari bopongannya lalu mengancam:
"Bocah perempuan, kau jangan mencoba melarikan diri, ketahuilah ilmu meringankan tubuhku
ibarat burung yang terbang diangkasa kemanapun kau mencoba untuk melarikan diri aku akan
tetap bisa membekukmu kembali dan waktu itu. Heeeeeh.....heeeeeh........tidak sedikit jago lihay
didalam dunia persilatan yang berubah menjadi iblis ditanganku apalagi dia hanyalah seorang
bocah perempuan seperti kau."
Putri Kim huan ketakutan setengah mati, tubuhnya gemetar keras, dengan kecantikan
wajahnya dia nampak begitu mengenaskan sekali.
Tosu tua berambut kuning itu menjadi tak tega melihat gadis tersebut bercucuran air mata,
cepat dia menghibur: "Padahal kaupun tak usah takut, walaupun wajahku jelek dan tak sedap dipandang, namun
orangnya ramah sekali. Asal kau tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perasaan
hatiku, sudah barang tentu akupun tak akan mencelakaimu."
sementara itu pemuda jelek tadi salah muncul diri, bertemu dengan putri Kim huan dia tak
berkata apa-apa, tapi seperti perbuatannya tadi, ia mengamati gadis tersebut dari atas hingga
kebawah lalu tertawa terkekeh-kekeh dan menggigit ujung telunjuknya dengan bangga.
Putri Kim huan ngeri sekali bertemu dengan pemudaini, begitu ngerinya seperti bertemu degan
ular berbisa saja, dia tak ingin bersua dengannya, tapi ia sudah terjatuh ketangan lawan sekarang.
Mati hidunya sudah berada ditangan orang, karenanya mau tidak mau dia harus bersabarkan diri
Kedengaran tosu tua berambut kuning itu berkata:
"Hey bocah muda, pengharapanmu sudah menjadi kenyataan sekarang, mulai sekarang aku tak
akan melakukan perbuatan jahat begitu lagi. Kaupun tak usah merecoki diriku terus menerus, hatihati
kalau aku tidak senang hati, aku bisa menghajar pantatmu." Pemuda jelek itu tertawa
terkekeh-kekeh. "sekalipun suhu tidak berbicara, tecupun tak berani lagi mengajukan permintaan yang kelewat
batas, asal dia berada disampingku maka segalanya telah terpenuhi. Akupun tuk ingin mencampuri
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan macam apapun."
sambil berkata, kembali ia masukkan jari telunjuknya kedalam mulut, seakan-akan sedang
menikmati paha ayam yang lezat.
"Benar-benar manusia tak becus" umpat tosu tua berambut kuning itu sambil tertawa. "setiap
kali melihat tampangmu, hatiku terasa mendongkol sekali."
Dalam pada itu putri Kim huan berusaha keras untuk menghindari beradu pandangan dengan
pemuda jelek itu sekarang hatinya terkejut, gelisah dan tak tentram. Tiba-tiba saja dia teringat
akan Kim Thi sia, bahkan sangat berharap pemuda itu bisa muncul diri untuk menolongnya dari
ancaman bahaya. Mau tak mau dia harus berpendapat bahwa ilmu silat yang dimiliki Kim Thi sia adalah tertinggi
diantara kakak adik seperguruan tersebut, sebab selama beberapa hari dia bersamanya, belum
pernah ditemui mara bahaya seperti apa yang dialaminya hari ini. Tapi begitu berpisah dengan
pemuda tersebut, ternyata ia terjerumus lagi dalam situasi yang begitu gawat.
sungguh menggelikan sipedang perak, pedang besi tembaga dan pedang besi yang dihari-hari
biasa mengunggulkan diri sebagai tokoh paling top dalam dunia persilatan, kenyataan d isaat
bencana menjelang tiba mereka tak mampu menanggulanginya dia telah diculik orang tanpa
berhasil melakukan sesuatu.
Mendadak terdengar pemuda jelek itu memuji: "Ehmmm, harum, harum sekali baunya......."
Lalu sambil tertawa kepada sinona, ujarnya lebih jauh:
"Wajah cici amat cantik, selama hidup baru pertama kali kujumpai nona secantik ini. Itulah
sebabnya sejak bersua denganmu, aku telah berharap bisa menjalin hubungan persahabatan
denganmu. Aku rasa.....oya, aku lupa menanyakan nama cici. Benar-benar patut mati benar-benar
pantas mati........"
Keadaannya saat ini takjauh berbeda dengan badut yang sedang membanyol diatas panggung,
sayang putri Kim huan segan menggubris dirinya, bahkan bersikap acuh tak acuh seakan-akan tak
pernah melihatnya . Pemuda jelek itu benar-benar bermuka tebal, dia merecoki gadis tersebut tak henti-hentinya.
Lama kelamaan putri Kim huan menjadi sangat mendongkol. Tiba-tiba dia berkerut kening sambil
membentak: "Enyah kau dari sini, manusia yang memuakkan"
Pemuda jelek itu sama sekali tidak gusar, sambil tetap cengar cengir dia berkata:
"Mungkin nona menganggap wajahku terlalu jelek sehingga tak sudi menggubris aku. Padahal
setelah bergaul cukup lama denganku, kaupasti akan tahu bahwa aku adalah seorang yang amat
menarik." "Hey bocah kunyuk. kau benar-benar tak tahu malu" umpat tosu tua berambut kuning itu.
"Kalau toh orang lain enggan menggubrismu kau harus berusaha mencari akal untuk
menggembirakan hatinya buat apa kau merecokinya terus dengan cara-cara yang menyebalkan-
....." sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal dan tertawa getir, pemuda jelek itu berkata:
"suhu, tecu tidak mengetahui bagaimana caranya untuk menarik perhatiannya serta membuat
hatinya gembira." "Hmmm, kalau dibilang kau bodoh, nyatanya memang goblok seperti baki dungu" seru tosu tua
berambut kuning itu tak senang hati. "Masa perbuatan semacam inipun masih membutuhkan
pengajaran dariku?" Pemuda jelek itu berpikir sebentar, tiba-tiba dia bertepuk tangan sambil berteriak: "Yaa,
yaa.......aku tahu sekarang, aku tahu sekarang......."
Tergopoh-gopoh dia berjalan menuju kehadapan putri Kim huan, lalu bagaikan seekor monyet
berjumpalitan kian kemari sehingga membuat pasir dan debu beterbangan kemana-mana.
Cepat-cepat putri Kim huan memejamkan matanya rapat-rapat, dia mendengar pemuda jelek
itu masih berjumpalitan tiada hentinya sembari memperdengarkan suara mencicit yang aneh.
Menyaksikan adegan tersebut, tampaknya tosu tua berambut kuning itu menjadi mendongkol
sekali, setelah menghentakkan kakinya berapa kali dia menyingkir dari situ.
Tak lama kemudian pemuda jelek itu sudah bermandi keringat busuk. ketika dilihatnya putri
Kim huan belum- juga nampak gembira, ia menjadi amat gelisah dan buru-buru berjumpalitan
kembali diatas tanah dan berjalan dengan sepasang kaki diatas.
Putri Kim huan sama sekali tak menyangka kalau didunia ini masih terdapat manusia sedungu
itu, meski tidak sampai diutarakan keluar, diam-diam dia mengumpat pemuda tersebut sebagai
"keledai dungu".
Sementara itu pemuda jelek tersebut sudah menengok sekejap kearahnya, ketika dilihatnya
gadis itu tidak tergerak hatinya, dengan gelisah dia melompat bangun lalu berteriak keras-keras:
"Nona apa yang mesti kulakukan untuk membuatmu gembira" katakanlah yang jelas, jangan
membuat aku bermain joget ketek secara percuma......."
Putri Kim huan tidak tahan, hampir saja dia menggampar wajahnya keras-keras, dengan gemas
serunya: "Aku akan gembira bila melihat kau sudah mampus" Pemuda jelek itu tertegun, lalu serunya
cepat: "Waaah, tidak bisa Jika aku mati, kau pasti akan menjadi bininya orang lain-"
Berubah hebat paras muka putri Kim huan baru saja dia hendak mengumpatnya dengan berapa
patah kata, tiba-tiba saja satu ingatan melintas dalam benaknya, dia segera berpikir:
"orang ini goblok sekali, mengapa aku tidak memperalat dirinya bagi kepentinganku?" Berpikir
demikian, ia segera berkata dengan suara dingini
"Kalau begitu akan kuberitahukan kepadamu, didalam dunia persilatan terdapat seseorang yang
paling kubenci, asal kau sanggup menangkapnya, aku pasti akan merasa amat gembira."
"sungguh?" tanya pemuda jelek itu gelisah. "siapakah namanya?"
"Dia she Kim bernama Kim Thi sia, aku ingin sekali menampar wajahnya berapa kali."
Sementara berbicara, diam-diam dia berpikir.
"Seandainya dia bisa terpancing datang, berarti akupun punya harapan untuk meloloskan diri
dari bahaya, kenapa aku tidak memberikan janji yang muluk-muluk kepadanya?"
Berpikir demikian, dia berlagak tersenyum manis dan berjanji:
"Asal kau bisa menangkap Kim Thi sia serta membawanya kehadapanku, akupun akan menjadi
milikmu." Pemuda jelek itu kegirangan setengah mati buru-buru teriaknya kepada sitosu tua berambut
kuning itu. "suhu, sudahkah kau mendengar" Asal aku dapat menangkap orang itu, dia bersedia pula
kawin denganku." Merah padam selembar wajah putri Kim huan, kepalanya ditundukkan rendah-rendah. sikap
dan tingkah laku demikian spontan membuat pemuda jelek itu terpesona dan tergiur seperti
terbang diatas awan saja.
Terdengar tosu tua berambut kuning itu mendengus dingin: "Hmmm, apa urusannya
denganku?" "Baik" kata pemuda jelek itu kemudian. "Kita tetapkan dengan perkataan tersebut, dan
siapapun tak boleh menyesal."
Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu putri Kim huan yang dilarikan pemuda
jelek. Sementara itu Kim Thi sia yang pergi tanpa pamit dari rumah penginapan Liong pia pada
malam itu telah berangkat menuju kebarat menurut petunjuk dari ranting pohon yang dilemparkan
kearahnya. suasana gelap gulita disepanjang jalan membuat Kim Thi sia yang semula dibekap gelora emosi
menjadi agak mereda. Dia menengok sekejap kekiri kanan lain sambil mempercepat langkahnya
dia melanjutkan perjalanannya menuju kedepan.
Angin malam yang berhembus lewat disisi telinganya menimbulkan suara gemerisik aneh.
Mendadak Kim Thi sia menghentikan langkahnya seraya bergumam:
"Kenapa aku harus berjalan dengan langkah cepat" Padahal saat ini aku tidak ada urusan
penting, mungkinkah aku takut dengan setan.......?"
Bergumam sampai disitu, dia segera tertawa geli, pikirnya lagi:
"Seandainya memang begini, nyata sekali kalau nyaliku memang rada kecil."
Pelan-pelan dia berjalan menelusurijalan mendadak pikirnya lagi:
"Suheng sekalian tentu akan gusar sekali setelah membaca suratku, terutama putri Kim huan,
sengaja aku menyebutnya siputri bangsawan dengan niat menyindirnya. Bisa jadi dia akan
menangis sedih saking gusar dan mendongkolnya."
Tanpa terasa bayangan cantik sinonapun terlintas kembali didalam benaknya, dia merasa
seakan-akan gadis itu sedang memandangnya dengan sorot mata penuh cinta. Rasa kuatir dan
sedih yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Tanpa terasa dia menghela napas sambil bergumam
lagi: "Aaaai, selama ini aku selalu sedang menipu diri sendiri. sudah jelas dia menaruh kasih sayang
kepadaku bahkan berusaha untuk merahasiakannya. Kenapa aku hanya berani membayangkan
dirinya disaat suasana sunyi atau menyendiri.......?"
Terbayang kembali pengalamannya selama ini, tanpa terasa dia manggut- manggut seraya
bergumam: "Yaa benar, dia adalah putri raja negeri Kim. Kedudukannya amat terhormat, maka manusia liar
seperti akujadi merasa rendah diri. Tak berani membayangkan apa yang tak mungkin bisa
diharapkan......." Perasaan rendah diri segera mencegah dia berpikir lebih jauh, dengan menundukkan kepalanya
pelan-pelan dia melanjutkan kembali perjalanannya kedepan.
Mendadak dari jarak lima kaki dihadapan situ muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi
besar. Kim Thi sia amat terperanjat, dengan suara rendah dan dalam ia segera menegur: "siapakah
sobat yang berada didepan sana?"
Bayangan manusia yang tinggi besar itu berdiri tak bergerak ditengah jalan, keadaannya tak
berbeda seperti sukma gentayangan saja, bila seseorang tidak memperhatikan secara serius,
mungkin dia akan dianggap sebagai batang ranting kering.
Kim Thi sia tak senang hati, tapi keberaniannya makin meningkat, sambil maju lagi sejauh
berapa langkah, dia membentak keras:
"sobat, harap menyinkir dari situ, semua orang boleh melalui jalan raya ini, atas dasar apa kau
menghalangi jalan pergiku?"
Bayangan manusia itu masih tetap berdiri tak bergerak. dengan suara yang parau rendah dan
berat ia tertawa dingin tiada hentinya, kemudian ujarnya:
"Gampang sekali untuk dapat melalui hambatanku, tapi kau mesti meninggalkan tiga puluh tahil
perak sebagai ongkos lewat, kalau tidak. heeemmm......heeemmm.......lebih baik memilih jalan
lain." Kim Thi sia agak tertegun, serunya cepat:
"Apakah jalanan ini milikmu?"
"Benar" jawab orang yang tinggi besar itu sambil tertawa dingin. "Aku meminjam jalanan ini
untuk membiayai hidup sejumlah saudara, jadi sudah sepantasnya kalau kupungut biaya bagi
setiap orang yang melewati jalanan ini. Nah tak usah banyak bicara lagi, cepat serahkan ketiga
puluh tahil perak itu kepadaku."
sambil berkata dia segera mengulurkan tangannya yang besar, kasar dan bertenaga itu keluar.
sesudah mengetahui duduknya persoalan Kim Thi sia segera tertawa terbahak-bahak katanya:
"Haaaah.....haaaah......haaaah......bagus sekali. Sungguh beruntung aku orang she Kim bisa
bertemu dengan raja gunung macam kau."
Berhenti tertawa dia maju dua langkah kemuka, dan katanya lebih jauh dengan suara dalam:
"Sesungguhnya jumlah yang sobat tuntut tidak terhitung banyak. tapi kebetulan sekali akupun
berasal dari aliran yang sama bagaimanapun juga aku toh tak bisa hitam maka hitam, apalagi
kulihat kau adalah seorang lelaki rudin begitu juga dengan diriku kalau toh kita sama-sama
mencari sesuap nasi dari sokongan orang banyak. daripada ribut sendiri apa salahnya kalau
menjalin tali persahabatan saja."
"Tidak bisa" tukas orang yang tinggi besar itu kaku. "Aku tak bisa melanggar peraturan sendiri
lantaran perkataanmu itu. Apalagi kaupun tak usah beralasan yang macam-macam, bila aku mesti
melepaskan sama seporsi, bukankah sepanjang tahun kami bakal kekurangan uang dan hidup
kelaparan. sudah, tak usah banyak bicara lagi, pokoknya kau harus menyerahkan tiga puluh tahil
perak dulu sebelum pergi dari sini?"
"Baik" dengan kening berkerut Kim Thi sia berkata. "kalau memang begitu, akupun tak usah
bentrok denganmu gara-gara tiga puluh tahil perak ini dia uangnya ada disini ambillah sendiri"
sambil berkata diapun meroboh kedalam sakunya dan mengeluarkan uangnya yang tinggal tiga
tahil itu, kemudian pelan-pelan berjalan kedepan-
"Berhenti" kembali orang itu membentak keras. " Letakkan uang itu keatas tanah lalu
menyingkir jauh-jauh. Kalau tidak aku akan tetap melarangmu melewati-jalanan ini."
JILID 28 Kim Thi sia tidak banyak berbicara lagi, dia meletakkan uangnya keatas tanah dan menyingkir
dari situ. Bagaikan seekor harimau kelaparan orang itu segera menerkam kedepan dan langsung
menyambar uang tersebut. Mungkin pengalaman segera memberitahukan kepadanya bahwa uang tersebut masih jauh dari
nilai yang sebenarnya, tiba-tiba dia membentak gusar dengan wajah berubah hebat.
"Telur busuk, yang kuminta adalah tiga puluh tahil perak. Kurang ajar, rupanya kau sengaja
hendak mempermainkan aku?"
"Sesungguhnya aku sendiripun seorang miskin" kata Kim Thi sia pelan- "Uang yang adapun
sebetulnya kusiapkan untuk bersantap nanti, tapi karena kulihat kau kelewat rudin sehingga
hampir edan, timbul rasa iba dihatiku untuk memberikan uang tersebut kepadamu lebih dulu.
Masa kau malah menuduh aku sedang mempermainkan dirimu?"
Mendengar ucapan ini, orang tersebut menjadi mencak-mencak karena gusarnya, dia
membentak keras: "Yang kuminta adalah tiga puluh tahil perak, setahilpun tak boleh kurang. Bila kau tak punya
maka tubuhmu harus dijadikan sandera sampai kau lunas membayar sisanya. Ayoh berdiri saja
disitu." Habis berkata dia segera mendesak maju kedepan dan memeluk dengan sepasang tangan yang
besar kuat. Dengan cekatan Kim Thi sia berkelit kesamping, lalu katanya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Hey raja gunung, dengarkan baik-baik. Bila tenaga untuk melanjutkan hidup saja sudah tak
kau miliki, lebih baik pergilah bersamaku. Buat apa sih kau menjual harga diriku hanya disebabkan
berapa tahil perak?"
Tiba-tiba lelaki yang tinggi besar itu mengurungkan gerakannya lalu bergumam seorang diri:
"Rupanya sobatpun seorang jago silat, tak heran kau berani mempermainkan aku, baiklah
sudah cukup lama aku hidup menyendiri disini. Tanganku juga sudah mulai gatal, hari ini akan
kucoba sampai dimanakah kemampuan yang kau miliki." Telapak tangannya segera diayunkan
kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Kim Thi sia menyambut serangan tadi dengan kekerasan pula. Akibat bentrokan tersebut
tubuhnya tergetar mundur satu langkah. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan hati.
"Tunggu dulu" dia berteriak kemudian. "Dari kepandaian silatmu yang cukup hebat, aku yakin
kau mempunyai asal usul yang luar biasa. sungguh heran manusia semacam kau mengapa rela
menjadi begal digunung?"
"Maknya, siapa bilang aku begal gunung?" teriak orang itu marah. "Bocah keparat, kau jangan
salah menilai orang."
Berbicara sampai disini, dia baru sadar kalau telah salah berbicara, cepat-cepat ujarnya lagi:
"Bocah keparat, kau tak usah banyak berbicara lagi, lebih baik kita selesaikan persoalan ini
dengan pertarungan."
Kim Thi sia bukan orang tolol mendengar perkataan itu dengan cepat dia berpikir sejenak.
Cepat- ceepat ia bisa menarik kesimpulan bahwa orang ini bukan begal sungguh, atau mungkln
juga dia terpaksa berbuat begini karena mempunyai kesulitan yang tak bisa diungkapkan.
Berpikir demikian, dia sengaja melompat mundur sejauh satu kaki lebih dari posisi semula dan
berteriak keras: "Tenaga pukulan san tayong memang sangat hebat, aku sadar bukan tandinganmu, baiklah kita
rundingkan lagi harga yang kau minta tadi."
"Tak bisa ditawar-tawar lagi, sekali membuka harga, aku tetap menuntut tiga puluh tahil perak.
kokoknya bila kau tidak menyerahkan jumlah tersebut kepadaku sejak kini biar sampai diujung
langitpun aku tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."
Tergerak pikiran Kim Thi sia, kembali dia bertanya: "Benarkah sobat membutuhkan tiga puluh
tahil perak?" "Kau jangan mengira aku memandang tiga puluh tahil perak?"
"Kau jangan mengira aku memandang uang bagaikan nyawa sendiri, sesungguhnya..........
hmmmm........" Mendadak ia tergagap dan tak mampu melanjutkan perkataannya lagi, tampaknya ada sesuatu
yang sulit baginya untuk diutarakan keluar.
Kim Thi sia yang mengamati perubahannya semakin yakin kalau apa yang diduganya memang
benar, maka dengan nada menyelidik dia berkata:
"Kulihat sobat adalah seorang yang berjiwa ksatria, jujur dan polos. Akupun tahu sobat bukan
manusia yang kemaruk harta serta menganggap uang seperti nyawa sendiri, aku tahu pasti ada
orang yang memaksamu untuk berbuat demikian atau mungkin disebabkan alasan lain sehingga
memaksamu mau tak mau harus mengingkari suara hatimu sendiri membegal harta kekayaan
orang lain." Ketika mendengar perkataan tersebut, lelaki tinggi besar itu seperti tersengat lebah saja, ia
melompat bangun dan berteriak keras:
"Maknya, serahkan uang itu, aku tak punya waktu untuk ribut terus denganmu."
"siapa yang memaksamu berbuat demikian" Cepat katakan?" Nada suaranya kali ini
mengandung nada perintah.
Meski hanya sepatah kata yang singkat ternyata mendatangkan daya pengaruh yang besar.
Lelaki tinggi besar itu seketika dibuat tertegun lalu tanpa disadari jawabnya:
"Maknya, telur busuk itu bernama si Unta, mukanya tampang rudin, andaikata aku bukan kalah
dalam taruhan, siapa yang kesudian melakukan perbuatan seperti ini."
Menyinggung soal "unta", semua rasa mangkel dan gusarnyapun turut diutarakan keluar,
umpatnya: "Maknya siunta keparat itu, tampaknya perbuatan macam apapun dapat dia lakukan padahal
aku hanya kalah dalam taruhan, dia telah memaksaku menjadi begal untuk memeras uang orang
lain, bahkan suruh aku bilang bahwa uang tadi dipakai untuk membiayai hidup saudara-saudaraku.
Maknya, tak kusangka perbuatan terkutuk yang memalukan seperti inipun bisa dia pikirkan. Tahu
begitu, aku tak sudi berkenalan dengannya, bukan saja hidup tersiksa, malah harus menyandang
gelar sebagai begal."
Begitu mendengar nama orang itu adalah si "unta", Kim Thi sia segera tahu bahwa orang ini
telah dibodohi olehnya, dia cukup memahami keadaan serta sifat siunta, terutama tampang
kerenya yang menyebalkan itu. Dia tak menyangka kalau dirinya akan dijadikan korban lagi oleh
ulahnya.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, tampaknya lelaki tinggi besar itu telah sadar
kembali, tahu kalau rahasia hatinya sudah terbongkar, dengan wajah berubah hebat bentaknya:
"Bagaimana, kenapa belum nampak uangnya diserahkan" Apakah kau hendak bermain gila lagi
denganku?" "sobat" kata Kim Thi sia dengan perasaan lebih tenang. "Akupun kenal dengan manusia yang
bernama Unta itu. orang tersebut licik, berhati busuk dan berbahaya sekali. Aku yakin sobat telah
dibodohi olehnya. Bila kau tak menampik aku bicara terus terang, lebih baik jangan kau gubris
manusia rendah seperti itu. Kalau tidak kau akan mengalami lagi nasib yang sama, dan akhirnya
kau akan konyol sendiri"
"Kau kenal dengannya?" tanya lelaki kekar itu tertegun-
Melihat Kim Thi sia mengangguk. ia segera tertawa terbahak-bahak sambil berkata lebih jauh:
"Haaaah......haaaah......haaaah........bagus sekali, aku yakin setiap orang yang pernah
berkenalan dengannya pasti pernah menderita kerugian pula ditangannya. Itu berarti kita senasib
sependeritaan-" orang ini benar-benar berjiwa terbuka dan periang, ketika selesai berkata dia telah
menganggap pemuda itu sebagai sahabat sendiri, malah menepuk bahunya kuat-kuat.
Kim Thi sia pun segera berpendapat bahwa jalan pemikiran maupun watak orang ini persis
seperti dirinya, tanpa sadar timbul pula kesan baiknya terhadap utang inu sambil tertawa
terbahak-bahak diapun turut berkata:
"Haaaah......haaaah......haaaah.......perkataan loheng memang betul tak sedikit kerugian yang
pernah kualami dari tangannya."
"Aku bernama Lu Ci, dan kau?"
"Aku Kim Thi sia"
Tiba-tiba Lu Ci membelalakan matanya lebar-lebar teriaknya tanpa terasa:
"Kau adalah orang yang tersohor sebagai manusia yang paling susah dilayani......."
Tampaknya dia rikuh untuk melanjutkan kata-katanya sehingga terhenti ditengah jalan. Kim Thi
sia sama sekali tidak tersinggung sahutnya sambil manggut- manggut:
"Yaa benar, setiap orang mengatakan aku adalah manusia yang paling susah dihadapi. Padahal
dalam kenyataannya aku sangat pakai aturan. saudara Lu Ci, kita sama-sama adalah manusia
kasar yang tidak mengurusi segala persoalan tetek bengek. bagaimana kalau kita jalin
persahabatan yang akrab?"
Lu Ci menganggukkan kepalanya berulang kali, sahutnya sambil tertawa:
"Akupun mempunyai keinginan tersebut. Haaaah.......haaaah.......haaaaah........mulai hari ini
kita sudah terhitung bersahabat karib."
Dia seakan-akan merasa bangga sekali karena dapat menjalin persahabatan dengan manusia
yang bernama Kim Thi sia, setelah meminta maaf berulang kali mendadak dia seperti teringat
akan sesuatu. sambil bermuram durja, katanya kembali: "saudara Thi sia. Aku.......aku.......kau
punya tiga puluh tahil perak?"
Lu Ci tidak menjawab secara langsung tapi menghela napas panjang. Kim Thi sia ingin
mengetahui duduk persoalan yang sebenarya dengan nada bergurau dia segera berkata:
"saudara Lu, dari orang asing kita telah menjadi sahabat karib, apakah kau masih tetap
menuntut tiga puluh tahil perak sebagai ongkos lewat" Waaaah.....kau benar-benar kebangetan"
sebagai orang kasar, Lu Ci tidak terbiasa dengan gurauan seperti itu, dia mengira ucapan
tersebut sungguhan, dengan wajah merah padam karena cemas dan gelisah, serunya berulang
kali: "Bukan begitu Bukan begitu saudara Thi sia jangan salah paham, sebenarnya aku telah kalah
taruh dengan siunta sebesar tiga puluh tahil perak karena itu aku ingin meminjamnya dari loheng.
Apakah loheng tidak merasa keberatan?"
"Waaah.....maaf, sesungguhnya seluruh harta kekayaanku sudah berada ditanganmu sekarang.
Yang tersisa kini cuma kantung yang kosong....."
Paras muka Lu Ci semakin memerah, ternyata tiga tahil perak masih berada dalam
genggamannya erat-erat. seandainya Kim Thi sia tidak mengingatkan hampir saja dia
melupakannya. Dengan wajah tersipu-sipu dia mengembalikan hancuran perak itu kepada Kim Thi sia.
Kim Thi sia sendiripun mengerti bahwa uang sejumlah itu tak mungkin bermanfaat apa-apa.
Dalam keadaan apa boleh buat diapun menerima kembali.
Ketika menyaksikan Lu Ci masih bermuram durja dan tak gembira, sambil tertawa dingin
katanya segera: "saudara Lu Ci, bukanku menuduhmu tak becus. sesungguhnya dalam menghadapi manusia
rendah seperti siunta, lebih baik kita anggap setiap perkataannya sebagai kentut busuk, tak usah
digubris lagi. Dengan berbuat demikian niscaya tiada kesulitan yang akan membebani pikiranmu. "
Dengan cepat Lu Ci menggelengkan kepalanya berulang kali, dia berkata:
"sepanjang hidup aku paling menepati janji. setiap perkataan yang sudah diutarakan keluar tak
pernah kupungkiri kembali, aku tak bisa mengingkari janji."
" Untuk menepati janjipun kita wajib melihat dulu dengan siapa kita berbicara" seru Kim Thi sia
dengan nada tak senang. "Kalau tyerhadap siunta si telur busuk itu. Hmmm, kenapa kita mesti
pegang janji" Dia orangnya licik dan sering menggunakan akal muslihat untuk menjebak orang.
Bila kita mesti menepati janji terhadapnya, ibarat memetik harpa didepan kerbau saja."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menambahkan:
"Kau harus berpikir kembali, seandainya dia yang kalah, kujamin dia tentu akan angkat kaki
mengambil langkah seribu, tapi manusia hebat macam dia tak pernah akan kalah, sebab dia tak
akan melakukan perbuatan yang belum diyakini seratus persen keberhasilannya, justru kaulah
yang suda ditipu habis-habisan."
"Aku ingin menyesali kejadian tersebut dan tidak menepati janji, namun liang simku berkata
lain, aku merasa batinku amat tersiksa."
"Begini saja, kaupun tidak usah menjadi begal, serahkan saja siunta kepadaku, asal kau tidak
menampilkan diri, urusan toh bakal beres."
Tergerak hati Lu Ci selesai mendengar perkataan itu, tergesa-gesa dia berkata:
"Caramu itu bagus sekali, hanya saja......hanya saja.......apakah kau yakin bisa meloloskan diri
darinya?" "Bila kau tak mau tahu keadaan, akan kutaklukkan dirinya dengan menggunakan kekerasan-"
sejak mengetahui siapakah pemuda yang dihadapinya, kepercayaan Lu Ci terhadapnya semakin
bertambah besar. Dia percaya walaupu ilmu silat yang dimiliki siunta cukup hebat, tak mungkin ia
mampu menandingi Kim Thi sia yang sudah termashur sebagai manusia yang paling susah dilayani
itu. Maka diapun segera berkata:
"sekarang ia sedang tidur dibalik semak belukar sana, pergilah kesitu seorang diri. Aku akan
menunggumu didepan sana."
Begitulah, dua orang kasar itu berbicara kesana kemari namun tak berhasil menemukan cara
yang lebih baik lagi, maka keputusanpun diambil.
sesuai dengan petunjuk dari Lu ci tadi, Kim Thi sia segera berangkat kebalik semak belukar.
sedangkan Lu Ci menuju keujung jalan sana dengan langkah lebar.
Waktu itu rembulan yang berbentuk sabit mulai menampakkan diri dari balik awan tebal.
suasana yang semula gelappun lambat laun diterangi sedikit cahaya. Meminjam cahaya rembulan
yang redup dengan lancar Kim Thi sia tiba ditempat yang dimaksud Lu Ci.
Ia cukup mengerti bahwa siunta adalah manusia licik yang sangat berbahaya, dia menganggap
kecerdasan otaknya melebihi siapapun, maka sejak memasuki kawasannya, diapun meningkatkan
kewaspadaannya untuk berjaga-jaga atas segala kemungkinan yang tidak diinginkansetelah
berjalan berapa jauh dengan langkah berhati-hati, mendadak ia temukan seseorang
sedang berbaring dibawah pohon dikejauhan sana. sinar yang redup sukar untuk dipakai melihat
lebih jelas, tapi ia bisa melihat bahwa orang itu berperawakan kurus kecil dengan sepasang kaki
yang pendek. Ciri khas dari siunta.
Ia berhenti lebih kurang lima kaki dibelakang siunta, karena dia kuatir musuhnya yang licik itu
bakal bermain gila dengannya.
Akan tetapi siunta masih tetap tertidur amat nyenyak. dia seakan-akan tidak merasakan akan
kehadiran orang lain. sebagai seorang lelaki berjiwa ksatria, sudah barang tentu Kim Thi sia enggan melakukan
bokongan disaat orang lain tak siap. dengan suara keras segera tegurnya: "Hey setan tua,
sobatmu telah datang."
Unta tetap membungkam, seakan-akan tidak mendengar, ia tetap tidur dengan amat
nyenyaknya. Kim Thi sia mulai curiga, dia cukup mengerti bahwa siunta bukan manusia sederhana, tapi
kenyataannya orang itu tidak menunjukkan reaksi apapun, atau mungkin hal ini disebabkan dia
menganggap ditempat yang terpencil ini tidak bakal terjadi peristiwa yang tak diinginkan"
Dengan menyabarkan diri Kim Thi sia mencoba menegur lagi, kali ini dia menegur dengan suara
lebih keras sehingga burung-burung diatas pohonpun berterbangan lantaran kaget, tapi siunta
tetap tidur amat nyenyak.
Tak tahan lagi pemuda kita malu kedepan, baru empat langkah dia menghentikan kembali
perjalanannya seraya berpikir:
"siunta licik dan banyak akal muslihatnya jangan-jangan dia sedang mengatur perangkap untuk
menjebakku." Dengan cepat dia mencari akal lain, tiba-tiba ia membungkukkan badan dan memungut sebutir
batu, lalu disambitnya kearah depan. "Blaaakkk......."
Dengan cepat batu tersebut menimpuk diatas sesuatu yang lembek dan sama sekali tiada
tenaga pantulannya. Mendengar suara pantulan yang dihamilkan, paras muka Kim Thi sia segera berubah hebat,
pikirnya: "Aaaaah, ternyata dugaanku tak salah, bayangan manusia itu hanya tumpukkan rumput."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba saja ia merasa jalan darah Gi siang
hiatnya menjadi kesemutan, disusul kemudian terdengar seseorang menjengek sambil tertawa
dingin. "Hey bocah kunyuk. sudah lama kita tak bertemu, aku benar-benar merindukan dirimu."
Mimpipun Kim Thi sia tidak mengira kalau tindakannya yang sudah begitu berhati-hati akhirnya
masih terperangkap juga oleh ulah siunta, ia merasa peristiwa ini merupakan suatu penghinaan
baginya. Dengan amarah yang berkobar-kobar segera bentaknya keras-keras:
"Maknya, tak kusangka kau situa bangka benar-benar lihay, akhirnya aku terpecundang kembali
ditanganmu, tapi kau tak usah keburu senang hati. sanya masih mempunyai cara lain untuk
menghadapi dirimu." siunta tertawa dingin dan berkata lagi:
"Hey bocah kunyuk, seandaiknya aku tidak memandang pada hubungan kita dimasa lampau
mungkin caramu untuk menghadapi diriku itu baru dapat kau laksanakan sesudah tiba diakhirat
nanti. sudahlah, tak usah banyak berbicara lagi, aku ingin bertanya kepadamu, antara kita berdua
Raden Banyak Sumba 3 Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Rahasia Kampung Garuda 4
berkeyakinan untuk mengalahkan dirinya."
"Oooh....aku percaya dan tentu akan menang" puji putri Kim huan sambil tersenyum manis.
"Aku memang sudah cukup memahami akan kemampuan ilmu silatmu yang hebat itu......."
sipedang tembaga menjadi sangat girang semangatnya semakin berkobar. Dengan suara
lantang bentaknya keras-keras:
"Sembilan pedang dari dunia persilatan datang memenuhi janji. silahkanPek kut sinkun
munculkan diri untuk berjumpa."
suara bentakannya amat nyaring hingga menggema seluruh angkasa. Jelas dia hendak
memperlihatkan kebolehan tenaga dalamnya dihadapan gadis cantik tersebut.
Begitu ucapan tersebut menggelora keluar, suara hiruk pikuk disekitar arena seketika menjadi
sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suarapun- Beratus-ratus pasang mata serentak dialihkan
kearahnya. Dengan wajah tersipu putri Kim huan segera menyembunyikan diri dibalik tandu. Perasaannya
menjadi amat tegang. "Haaah.....haaah......haaaah.......rupanya sinkun datang sendiri untuk menyambut, hal ini
menunjukkan bahwa aku masih terpandang sebagai seorang manusia dihadapan sinkun.........."
Tampak seorang sastrawan setengah umur berjubah kuning berikat kepala emas berjalan
mendekat dengan langkah lebar.
Disekeliling sastrawan setengan umur utu mengikuti empat orang kakek yang rata-rata bermata
tajam. dilihat dari kening mereka yang menonjol keluar dari sorot mata yang tajam bagaikan sembilu,
dapat diketahui bahwa keempat orang itu merupakan jago-jago yang berilmu tinggi.
sastrawan setengah umur itu amat gagah dan berwibawa, tak malu menjadi pemimpin suatu
perkumpulan, sambil tampilkan diri segera katanya sambil tertawa nyaring:
"Sembilan pedang dari dunia persilatan bernama besar, tentu saja aku tak berani berayal.
Haaaah.....haaaah.......haaaah......silahkan masuk. silahkan masuk."
sambil berkata dia mengulapkan tangannya, dari balik kerumunan orang banyak muncullah
serombongan lelaki kekar yang menyambut kedatangan mereka dengan sikap amat menghormat.
sipedang perak berpaling dan memberi tanda dengan kerdipan mata kepada sipedang tembaga,
sipedang tembaga segera manggut- manggut, katanya kepada putri Kim huan-
"Silahkan nona turun dari tandu untuk bertemu dengan Pek kut sinkun, kami tidak boleh
bersikap kelewat sombong. Ya a, apa boleh buat, terpaksa harus menyiksamu sebentar."
Putri Kim huan paling takut munculkan diri dihadapan umum, keningnya segera berkerut
setelah mendengar perkataan itu, tapi terpaksa dia turun juga dari tandunya dengan wajah
tersipu-sipu. Agaknya sastrawan setengah umur itu tak menyangka kalau orang yang berada didalam tandu
adalah seorang wanita yang cantik. Ia kelihatan agak tertegun lalu pikirnya:
"sejak dulu hingga sekarang, kaum wanita jarang sekali keluar pintu, biasanya hanya pendekar
wanita yang berilmu tinggi atau mempunyai asal usul besaryang berani keluar rumah. Gadis ini
cantik bak bidadari dari khayangan sudah pasti kecerdikannyapun luar biasa, jangan-jangan dia
adalah tokoh lihay yang diundang sembilan pedang untuk membantu mereka.........?"
Dia mencoba membayangkan siapa gerangan perempuan ini, namun seingatnya tidak terdapat
manusia seperti ini dalam deretan tokoh-tokoh persilatan, hal mana tentu saja semakin meragukan
hatinya. Keempat orang kakek yang berada disisinyapun segera menunjukkan perasaan tercengang,
diawasinya gerak gerik putri Kim huan sekejap. kemudian salah seorang diantaranya berbisik:
"sinkun harus memperhatikan gadis ini secara sungguh-sungguh, jangan dilihat sikapnya begitu
tegang, biasanya makin kalem seseorang makin berbahaya pula ilmu silat yang dimilikinya."
sastrawan setengah umur itu manggut- manggut.
"Aku sudah mengawasinya sejak tadi, nampaknya dia seperti tak pandai bersilat, tapi mungkin
saja pandangan mataku belum bisa menembusi lapisan berikutnya. Ya a, aku pasti akan berjagajaga
terhadapnya." Tak lama kemudian, sampailah mereka didalam sebuah barak tamu.
Didalam barak sudah duduk lima orang jago gedang yang masih muda begitu melihat
kedatangan pedang perak, serentak mereka bangkit berdiri dan memberi hormat kepadanya,
kemudian baru memberi hormat kepada pedang tembaga serta pedang besi.
Putri Kim huan segera merasakan bahwa kelima orang itu sedang mengawasi wajahnya dengan
seksama. seakan-akan sedang mengamati suatu benda mestika saja, rasa malu yang luar biasa
membuat hatinya berdebar keras dan kepalanya tak berani didongakkan kembali. sipedang
tembaga segera berkata: "Harap sute sekalian duduk dulu, biar kuperkenalkan nona itu kepada kalian, dia adalah putri
dari kerajaan Kim yang khusus datang kedaratan Tiong goan untuk menikmati keindahan alam,
mari kalian saling memberi hormat...."
Kelima orang jago muda itu saling berpandangan sekejap lalu tersenyum, kemudian serentak
manggut- manggut tanda hormat.
Dengan tersipu-sipu putri Kim huan pun mengangguk sambil tersenyum sebagai balasan dari
anggukan kepala mereka. Terdengar sipedang tembaga berkata lebih jauh:
"Kita semua adalah orang sendiri, apa yang hendak dibicarakan silahkan dibicarakan, tak usah
sungkan-sungkan lagi."
Kemudian diapun membisikkan asal usul sipedang air, pedang ayu, pedang api, pedang tanah
danpedang bintang kepada putri Kim huan.
sipedang air segera bangkit berdiri dan menyerahkan tempat duduknya kepada putri Kim huan,
sedang sipedang tanahpun menyingkir juga dari situ, maka diatur oleh para sutenya, sipedang
tembaga bisa duduk dengan senang disisi putri Kim huan.
Tentu saja kejadian tersebut sangat menjengkelkan hati sipedang besi yang mengawasi terus
peristiwa itu sedari tadi.
sementara itu sipedang perak telah mendonggakkan kepalanya melihat sekejap cuaca lalu
tanyanya kepada sipedang kayu. "Apakah toa suheng belum datang?"
" Kemungkinan besar dia datang agak terlambat, kemarin sute bertemu dengannya dan dia
hanya berpesan begini......."
sipedang perak segera menemukan paras adik seperguruannya ini kurang sedap dipandang,
pikirnya tanpa terasa: "Heran, biasanya ngo sute adalah seorang yang selalu riang gembira. Mengapa dia
menunjukkan sikap semacam ini" Mungkinkah dia sedang menjumpai persoalan yang tak
berkenan dihatinya?"
sebetulnya dia hendak menanyakan persoalan itu hingga jelas. Namun sehabis memberi
keterangan sipedang kayu segera beranjak pergi ketempat lain dengan sikap yang dingin dan
tawar. sipedang perak tahu, adik seperguruannya pasti sedang menghadapi masalah pelik maka
diapun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh.
sipedang kayu duduk seorang diri ditepi barat, sementara sorot matanya yang tajam
mengawasi terus putri Kim huan tanpa berkedip.
Dia masih teringat dengan jelas, dulu putri Kim huan pernah tertawan olehnya, tapi semenjak
kedatangan Kim Thi sia, gadis itu telah ditolongnya malah itu banyak sekali jago yang terbunuh
ditangan Kim Thi sia. Hal ini membuat pamornya dihadapan pembesar negeri itu merosot berapa
tingkat. sekalipun semua peristiwa ini menjadi tanggung jawab Kim Thi sia, namun setelah bertemu
dengannya tanpa terasa diapun teringat akan semua sakit hatinya itu.
Perintah dari sipembesar pun menyusahkan hatinya, dia pernah menyanggupi permintaannya
untuk menemukan kembali putri Kim huan, tapi sekarang putri Kim huan telah berada ditangan
sipedang tembaga. Padahal pedang tembaga adalah abang seperguruannya, bagaimana mungkin
dia bisa menculik kekasih hatinya untuk dipersembahkan kepada pembesar itu"
Maka pelbagai masalah yang pelikpun membuat hatinya risau gundah dan tak senang.
Tampaknya putri Kim huanpun telah menemukan raut wajah sipedang kayu yang terasa dikenal
olehnya. Diam-diam ia mencoba kembali pengalamannya dimasa lalu, mendadak ia teringat akan
sesuatu, sepasang matanya segera terbelalak lebar-lebar.
Dengan cepat sipedang tembaga menyaksikan rasa kaget yang mencekam wajahnya ia menjadi
terperanjat dan segera menegur: "Nona, mengapa kau?"
ingin sekali putri Kim huan menceritakan kejadian yang sesungguhnya, namun ketika ucapan
tersebut sampai dibibir, ternyata dia tak mampu untuk mengutarakannya keluar, akhirnya sambil
menggelengkan kepala dan menghela napas katanya: "Aaaah, tidak apa-apa"
Meski begitu, sepasang matanya masih menatap wajah sipedang kayu tanpa berkedip.
Tergerak perasaan sipedang tembaga, dengan cepat dia bangkit berdiri dan menghampiri
sipedang kayu, lalu tanyanya: "sute, apakah kau kenal dengannya?" Dengan wajah sungguhsungguh
sahut sipedang kayu: "Mungkin kenal, mungkin juga tidak. siaute hanya merasa raut mukanya agak kukenal, namun
lupa dimanakah kami pernah bersua, coba kau bilang kejadian ini aneh tidak?"
"Yaa, memang aneh sekali" sahut pedang tembaga. Namun hati kecilnya merasa amat
mendongkol, pikirnya: " Kurang ajar, pedang kayu, kau berani mengelabuhi aku" Hmmm, tunggu saja sampai tanggal
mainnya." sementar itu suasana dibawah panggung amat hening tak kedengaran sedikit suarapun banyak
sekali kawanan jago yang datang karena mengagumi nama besar mereka yang bakal bertarung
berdiri berjajar ditepi arena suara bisik-bisik kedengaran disana sini.
sipedang perak yang seksama, sementara itu sudah mengamati berapa kejap suasana disekitar
arena . Diarena mereka yang hadir, dia hanya mengenali beberapa diantaranya seperti si Pukulan
berapi. si tukang besi dari supeng, si kucing bungkuk dan lain sebagainya.
Baginya, jago-jago tersebut bukan merupakan, ancaman yang serius, tapi terhadap wajahwajah
asing yang tak dikenalnya, dia justru menaruh perasaan tegang. sekalipun dia pingin tahu
siapa gerangan orang-orang tersebut. Namun kedudukannya didalam dunia persilatan mencegah
dia berbuat begitu, terpaksa dia harus mengandalkan ketajaman matanya untuk menduga-duga
kemampuan silat orang-orang itu.
setelah diamati berulang kali, akhirnya dia berkesimpulan hanya keempat kakek yang berada
disamping Pek kut sinkun terhitung jagoan paling tangguh, terutama salah seorang diantaranya,
sewaktu berbicara dan menggoyangkan telapak tangannya, dia melihat adanya sinar merah dari
balik telapak tangan tersebut. Dengan perasaan terkejut segera pikirnya.
"Hmmmm, sudah jelas orang ini memiliki ilmu Kim cu khikang yang sudah seratus tahun
lamanya lenyap dari dunia persilatan. Tidak disangka hari ini bisa muncul ditangannya, aku tak
boleh memandang enteng kemampuan orang ini............."
Mendadak terdengar suara gembrengan dibunyikan, lalu muncul seorang lelaki kekar ketengah
arena dan berseru dengan lantang:
"Atas perintah sinkun, diharapkan para penonton membuka sebuah lapangan agar mereka yang
bakal bertarung mampu mengembangkan segenap ilmu silat yang dimilikinya, atas kesudian
kalian, kami ucapkan terima kasih sebelumnya......."
Habis berkata dia memberi hormat keempat penjuru lalu mengundurkan diri dengan langkah
lebar. Terpaksa para penontonpun saling berdesakan untuk mundur kebelakang, dengan susah payah
akhirnya siaplah sebuah tanah lapang seluas lima kaki persegi.
Menyusul kemudian suara gembrenganpun kembali dibunyikan keras-keras, seketika suasana
menjadi hening dan semua orang mengalihkan perhatiannya kearena. sipedang tembaga melirik
sekejap kearah putri Kim huan, lalu bisiknya pelan:
"Bila suara gembrengan dibunyikan sekali lagi, berarti saat bertarung akan segera dimulai
saksikanlah pertarungan ini baik-baik." habis berkata dia segera tertawa lebar.
sebelum suara gembrengan ketiga kalinya dibunyikan dari barak sebelah barat telah muncul
seorang kakek yang semula berada disisi Pek kut sinkun dia menjura dulu keempat penjuru
kemudian baru berkata dengan suara lantang:
"sobat-sobat, para jago dan orang gagah hari ini Pek kut sinkun sengaja menyelenggarakan
pertandingan silat untuk memperebutkan dua jenis mestika. Apakah benda mestika itu maaf kalau
kami tak bisa sebutkan namun yang jelas tujuan dari pertarungan ini adalah untuk mendapatkan
mestika tersebut, siapa menang dia berhak mendapatkannya. Karena itu baik terluka atau bahkan
tewas, kami kedua belah pihak sama-sama tak akan menyesali atapun menggerutu. selain itu
pertarungan diselenggarakan menurut peraturan. Dilarang mengandalkan jumlah banyak, dilarang
juga main bokong dengan cara yang licik..."
Tepuk tangan yang riuh menutup ucapan terakhir kakek tersebut, dengan langkah lebar ia
kembali kesamping Pek kut sinkun.
Pelan-pelan sipedang perak memperhatikan sekejap sekitar arena, mendadak dari barat sebelah
kiri, dia menyaksikan seorang tosu tua duduk bersila disitu.
Dandanan tosu itu aneh sekali, tubuhnya kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, tulang
jidatnya menonjol dan matanya lengkuk kedalam, rambutnya yang kuning nampak kusut.
Disamping tosu tua itu duduk pula seorang pemuda berwajah jelek. saat itu mereka berdua
sedang berbisik-bisik sambil menuding kesana kemari. Agaknya ada semacam persoalan sedang
dibicarakan- Tiba-tiba pemuda bermuka jelek itu kena diterjang oleh seorang lelaki yang sedang bergurau
disisinya. Pemuda jelek itu segera melotot, tidak nampak apa yang dilakukan-Tiba-tiba lelaki itu
menjerit kesakitan dan robih tak sadarkan diri.
suasanapun menjadi ribut, beramai-ramai rekanannya menggotong pergi lelaki tersebut dari
situ. Tapi bagi sipedang perak yang bermata tajam, ia telah melihat dengan jelas bagaimana
pemuda jelek itu mengayunkan tangannya disusul kemudian lelaki tadipun roboh tak sadarkan diri.
Entah kepandaian apa yang dipergunakan pemuda jelek itu, nyatanya dia sanggup merobohkan
orang dari jarak tiga depa tanpa menimbulkan desingan suara. Dari sini bisa diketahui tenaga
dalamnya amat hebat, terutama sekali kekejaman hatinya, sungguh mengejutkan hati siapapun.
selama ini sitosu tua berdandan aneh itu tetap duduk bersila tanpa menggubris tingkah laku
pemuda jelek itu. seakan-akan pikirannya sudah dipisahkan oleh suatu dinding penyekat dengan
kejadian dihadapannya. Diam-diam sipedang perak menghela napas panjang pikirnya:
"Dua orang guru dan murid ini betul-betul manusia tak berperasaan, pembunuh tanpa
berkedip. Aaaai.....entah dia musuh atau kawan" Tampaknya akupun harus waspada terhadap
mereka." suara gembrengan yang amat keras menyadarkan kembali sipedang perak dari lamunan. Inilah
suara gembrengan untuk ketiga kalinya, berarti pertarungan segera akan dilangsungkan.
Mendadak ia bergumam lagi:
"sungguh aneh, mengapa hingga sekarang toa suheng belum datang juga........?"
Dimasa-masa lampau, toa suhengnya selalu menjadi pemimpin rombongan. segala sesuatunya
diputus dan dilakukan toa suhengnya termasuk menitahkan para adik seperguruannya untuk
menghadapi lawan. Tapi hingga sekarang, yang ditunggu-tunggu belum nampak juga, apalagi menghadapi suasana
seperti ini, sipedang perak jadi bimbang dan kehilangan pegangan. Dia tak tahu harus
memerintahkan siapa untuk turun tangan lebih dulu. selang berapa saat kemudian.....
Dari barak sebelah barat pelan-pelan muncul dua orang lelaki kekar, tanpa mengucapkan
sepatah katapun mereka langsung saling bertarung dengan serunya ditengah arena.
Mula-mula sipedang perak agak tercengang, tapi setelah dipikir sejenak. tanpa terasa dia
tertawa geli. Rupanya kedua orang itu hanya bertarung sebagai pembukaan saja, jadi bukan
bertarung secara bersungguh-sungguh.....
sorak sorai yang gegap gempita bergema dari bawah panggung, sementara dua orang lelaki
kekar tadi masih saling menyerang dengan serunya.
sekalipun pertarungan berjalan sengit, bagi pandangan pedang perak. ilmu silat semacam itu
masih belum berharga untuk ditonton olehnya.
Entah sejak kapan, sipedang kayu Gi Tin yong telah berada disisinadan berkata dengan suara
dalam. "Ji suheng, aku tahu pikiranmi pasti ragu untuk mengambil keputusan, bagaimana kalau sute
saja yang turun dalam pertarungan babak pertama ini?"
Kesulitan yang dihadapi sipedang perak seketika hilang lenyap tak berbekas, dengan gembira
dia menepuk bahu adik seperguruannya itu dan berkata sambil tertawa.
"Bagus sekali, rupanya sute cukup memahami perasaan hatiku, nah hadapilah musuh dengan
berhati-hati." sambil tertawa sipedang kayu, mengangguk pelan-pelan dia berjalan menuju ketepi arena.
suara gembrengan kembali dibunyikan, dua orang lelaki yang saling bertarung segera menarik
kembali permainannya, memberi hormat kepada penonton dan mengundurkan diri dari situ.
Dari barak sebelah barat segera muncul seorang manusia bermuka hitam yang bertubuh tinggi
kekar dan berseru dengan suara keras:
"Sudah cukup lama sembilan pedang dari dunia persilatan malang melintang didalam dunia
kangouw, tapi sayang aku si Raja bengis dari seantero jagad paling tak percaya dengan segala
tahayul. Boleh aku tahu, siapakah diantara sembilan pedang yang bersedia melayani
tantanganku?" "Hey raja bengis dari seantero jagad, aku sipedang kayu sudah menanti sejak tadi."
seraya berkata, dengan langkah yang amat santai sipedang kayu beranjak masuk kedalam
arena dan berdiri disitu sambil bersiap sedia.
orang ini masih muda namun mempunyai nama besar yang amat termashur, tak heran
kemunculannya memancing tepuk tangan yang meriah dari para penonton.
Dengan mengayunkan langkah kakinya yang berat, siraja bengis dari seantero jagad masuk
kedalam arena dan berdiri saling berhadapan dengan sipedang kayu.
Pedang kayu tertawa dingin, sejak tadi ia sudah bertekad untuk menangkan pertarungan ini
dalam waktu singkat. secara diam-diam ia segera memberi tanda kepada pedang perak yang
berada disisi arena. Pedang perak segera memahami maksudnya dan berkata sambil tersenyum:
"Ambisi ngo sute tidak kecil. Aku pikir dalam tiga gebrakan saja kau dapat merobohkan
musuhmu bukan?" Dengan sikap acuh tak acuh sipedang tembaga menimpali:
"Yaa, setahuku......raja bengis dari seantero jagad hanya mempunyai tenaga kasar yang besar.
Aku percaya dalam tiga gebrakan saja ia dapat dirobohkan oleh ngo sute dengan ilmu guntingan
tangannya." Baru selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba terdengar siraja bengis dari seantero jagad
meraung keras dan roboh terjungkal keatas tanah, tahu-tahu dia sudah jatuh mencium tanah.
Tempik sorak yang gegap gempitapun bergema memecahkan keheningan-
Dengan wajah berseri-seri, sipedang kayu balik kembali ketempat duduknya semula.
sipedang kayu memang tidak membual, dia benar-benar berhasil merobohkan musuhnya
dengan ilmu guntingan tangannya dalam tiga jurus gebrakan saja. Bukan hanya begitu, malahan
siraja bengis dari seantero jagad belum sempat mengembangkan permainan jurus tangguhnya,
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika nadi darahnya sudah tergores oleh serangan musuh.
Dalam malu dan gusarnya, siraja bengis dari seantero jagad segera berlarian meninggalkan
arena. sepanjang jalan dia menumbuk beberapa puluh orang penonton yang segera menimbulkan
gerutuan dari sana sini. Tiba-tiba terdengar putri Kim huan berbisik:
"Coba kau lihat, dari barak sebelah barat telah muncul seseorang lagi........"
seorang jago pedang berusia pertengahan yang berwajah dingin menyeramkan pelan-pelan
berjalan masuk kedalam arena, lalu berkata:
"Nama besar sembilan pedang memang nyata bukan nama kosong belaka aku si lelaki tampan
ular berbisa berniat mencoba kepandaian dari salah seorang diantara sembilan pedang."
Pedang perak segera berpaling dan memperhatikan sekejap sekelilingnya, kemudian berkata:
"orang ini sangat licik, kejam dan banyak jurus pembunuh Ji sute, kau saja yang
menghadapinya dengan pedang apimu."
sipedang api mengiakan dan turun dari barak langsung menghampiri silelaki tampan ular
berbisa. sambil tertawa seram Coa longkun segera berkata: "silahkan anda menyerang lebih duluan"
"Tidak" sahut pedang api sambil menggeleng. "selamanya kami tak pernah mendahului musuh
lebih baik anda saja yang menyerang lebih duluan"
"sreeeeetttt......"
Coa longkun segera meloloskan sepasang pit besi dari pinggangnya, dibawah cahaya sang
surya, nampak dengan jelas cahaya biru memantul keluar dari ujung senajta tersebut sudah jelas
senjatanya telah diolesi dengan racun ganas.
Menyaksikan hal ini, sipedang api segera meningkatkan kewaspadaannya dengan
menggeserkan langkahnya setengah tindak kesamping, pikirnya:
"Ngo suheng berhasil merobohkan musuhnya didalam tiga jurus, aku tak boleh menunjukkan
kelemahan dihadapan orang banyak."
Hawa murninya segera dihimpun dan pedang api diloloskan dari sarungnya dengan suatu
gerakan amat cepat. Pantulan cahaya api yang kemerah-merahan segera memantulkan sinarnya
menyinari wajah Coa longkun yang dingin menyeramkan itu.
Coa longkun memejamkan matanya sebentar lalu dipentangkan kembali secara tiba-tiba. Dua
cahaya tajam yang menggidikkan hati segera menyorong keluar, menyusul suara bentakan keras,
dia menerobos maju kemuka dan melepaskan sebuah tusukan dengan jurus "sambil tertawa
menunjuk kelangit selatan".
sipedang api mengebaskan ujung bajunya segulung tenaga pukulan yang keras segera
membendung datangnya serangan lawan, sementara itu pedangnya berputar kencang dan sambil
membawa lapisan cahaya bianglala langsung mengurung tubuh musuh.
Dalam satu gebrakan saja Coa longkun sudah mengetahui kehebatan musuhnya yang bukan
bernama kosong saja, cepat-cepat dia menarik kembali senjata pitnya untuk melakukan
penangkisan- Kemudian memanfaatkan peluang tadi dia melepaskan satu totokan jari tangan dengan
kecepatan luar biasa, segulung desingan tajam langsung menyergap kedada lawan-
Pedang api segera memutarkan tubuhnya menggunakan ujung kaki sebagai porosnya dengan
suatu gerakan lincah dia mengubah diri keposisi lain guna menghindarkan diri dari ancaman
musuh, dari situ dia bersiap melancarkan serangan balasan-
Coa longkun menjadi amat terperanjat, cepat-cepat dia melompat kesamping kanan untuk
menghindarkan diri sipedang api tertawa dingin, secepat kilat dia menerobos maju kedepan, sekalipun serangannya
tak berhasil membacok tubuh musuh, namun berhasil memapas kutung senjata pena lawan-
"Traaaaaaanngggg.......... "
Kutungan senjata pena itu segera rontok keatas tanah.
Berubah hebat paras muka Coa longkun menghadapi kejadian tersebut, cepat-cepat dia
pergunakan kutungan senjatanya sebagai senjata rahasia untuk ditimpukkan kedepan-
Sipedang api yang berhasil merebut posisinya diatas angin tidak berdiam diri saja. Pedangnya
segera diayunkan kedepan untuk menangkis sambitan pena itu hingga rontok keatas tanah.
Melihat gelagat tidak menguntungkan, coa longkun cepat-cepat membalikkan badan dan
berusaha melarikan diri, tapi pedang api keburu menyusulnya dari belakang, dalam sekali ayunan
tangan, tubuh Coa longkun segera terbabat hingga terluka, darah segarpun jatuh bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya....
Berbicara yang sesungguhnya, selisih kepandaian antar kedua orang itu berbeda jauh sekali,
itulah sebabnya sekalipun coa longkun mempunyai akal muslihat yang amat banyakpun tak
mampu mengapa-apakan pedang api, dalam keadaan begini terpaksa dia harus melarikan diri
dalam keadaan yang mengenaskan sekali.
Kekalahan yang diderita dua kali secara berturut-turut membuat semangat tempur kawanan
jago dibarak sebelah barat mengendor. Pek kut sinkun nampak amat masgul dan tak senang hati.
Cepat dia melirik sekejap kearah kawanan kakek yang berada disampingnya, dengan cepat
seorang diantaranya mengerti dan bangkit berdiri seraya berkata:
"Harap sinkun jangan gusar, biar siaute yang turun didalam pertarungan babak ketiga ini."
Dengan tersenyum puas Pek ku sinkun manggut- manggut, katanya:
"sembilan pedang rata-rata berilmu silat sangat hebat, kau mesti menghadapi mereka dengan
berhati-hati, usahakan untuk merebut kembali muka kita yang telah ternoda."
Dengan wajah serius kakek itu manggut- manggut.
"sinkun tidak usah kuatir, siaute pasti akan menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki
untuk berjuang tetapi seandainya saja aku kurang beruntung dan menderita kekalahan, siaute tak
akan punya muka untuk bertemu lagi dengan sinkun." selesai berkata kakek itu segera berpaling
ketengah arena dan berseru dengan lantang:
"wahai sembilan pedang dari dunia persilatan, dengarkan baik-baik. Pihak kami telah dua kali
menderita kekalahan secara beruntun hingga semangat bertempur jauh berkurang, karenanya aku
hendak mewakili sinkun untuk menantang kalian semoga dari pihak kalian bersedia mengirim dua
orang pedang untuk bertarung melawanku. Atas kelancangan ini kumohon kalian sudi
memakluminya." Mendengar ucapan tersebut, pedang perak segera berkata sambil tertawa:
"Sute sekalian, orang ini bermaksud menghadapi kita dengan satu melawan dua entah
bagaimana pendapat kalian?" Dengan penuh kegusaran sipedang besi berkata:
"orang ini kelewat sombong dan tak tahu diri, biar aku seorang yang pergi menghadapinya . "
Begitu selesai berkata, tanpa menunggu jawaban dari sipedang perak lagi segera melompat
ketengah arena dan serunya kepada kakek tersebut:
"Maksud baik anda biar kuterima dalam hati saja, tapi aku pikir sebelum anda bisa bertarung
satu melawan dua, lebih baik robohkan aku lebih dulu. Entah bagaimana menurut pendapat
anda?" "Begitupun baik juga, sembilan pedang memang merupakan jago-jago kenamaan semua aku
sudah menduga kalian tak akan bersedia untuk bertarung satu melawan dua orang."
setelah maju dua langkah kedepan, tiba-tiba dia memasang kuda-kuda dengan suatu gaya
yang aneh sekali katanya lagi singkat:
"Persoalan tak perlu ditunda-tunda lagi, mari kita selesaikan perta rungan ini selekasnya."
"Silahkan" kata pedang besi sambil berkerut kening.
Mendadak kakek itu mengayunkan tangan kirinya kedepan kelima jari tangannya yang
dipentangkan bagaikan kaitan menyapu kemuka dengan membawa deruan angin serangan yang
dahsyat. Pedang besi tak berani menghadapi musuhnya secara gegabah, sambil memutar badan dia
menggeserkan tubuhnya kesamping, menggunakan gerakan tadi, dia balas melepaskan dua buah
serangan berantai. Kakek itu tertawa dingin, bukannya mundur dia malah maju dengan jari tangan yang tajam ia
mengancam sepasang mata lawan sementara tangan yang lain disodok sejajar dada.
Pedang besi tidak menduga kalau reaksi musuhnya begitu cepat, dia berkesiap dalam gugupnya
tak sempat lagi mendesak mundur musuh, dia berusaha melindungi diri dari ancaman bahaya
maut. Mendadak dia menarik diri sambil menghindar kesamping, dengan membawa desingan tajam.
Kedua jari tangan kakek itu menyambar lewat persis disamping mukanya.
Berhasil meraih posisi diatas angin, kakek itu melejit setinggi tujuh delapan depa ketengah
udara dan mengayunkan kembali sepasang tangannya kebawah. Angin pukulan menderu- deru,
kekuatannya betul-betul mengerikan hatisiapapun-
Pedang besi sadar bahwa tenaga dalamnya amat sempurna, dia segera beradu kekerasan
dengan lawannya. Namun perubahan jurus sekarang kakek itu kelewat cepat, terdesak dalam posisi yang amat
berbahaya, mau tak mau terpaksa dia harus mengayunkan pula sepasang tangannya kedepan
untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Blaaaaammmmm......."
Begitu sepasang telapak tangannya saling beradu, terjadilah suara ledakan yang amat
memekikkan telinga. ditengah bertebaran abu dan pasir nampak kedua orang itu sama-sama tergetar mundur satu
langkah kebelakang. Dengan bentrokan barusan, kedua belah pihak sama-sama membuktikan bahwa kekuatan
mereka ternyata berimbang sipedang besi segera berpikir dengan cepat:
"Tenaga dalamku hanya berimbang dengan kekuatan lawan, ini berarti bila ingin mengalahkan
dia, aku harus mengandalkan ilmu pedangku."
Ia bisa berpendapat demikian karena dengan meng andaikan pedangnya, ia sudah malang
melintang disepanjang sungai tiang kang tanpa menjumpai musuh tandingan itulah sebabnya dia
berharap bisa mengubah pertarungan tangan kosong menjadi pertarungan senjata dengan begitu
diapun bisa menunjukkan kebolehannya dalam permainan pedang besinya.
sementara itu sikakek hanya berhenti sejenak. Tidak memberi kesempatan kepada musuhnya
untuk berganti napas dia mendesak lebih jauh.
Ia sadar bila pedang besi tak berhasil dikalahkan berarti dia tak akan mampu menghadapi
musuhnya satu melawan dua, ini berarti diapun tak mampu untuk merebut kembali nama baik Pek
kut sinkun. Itulah sebabnya begitu pertarungan berlangsung, dia segera mengerahkan segenap
kemampuan yang dimilikinya.
Dalampada itu sipedang besi telah mengambil keputusan, tanpa mengucapkan sepatah katapun
dia menerobos maju ketengah arena sambil melancarkan sebuah bacokan langsung.
Kakek itu tidak menyangka kalau musuhnya berani bersikap memandang rendah terhadap
dirinya. Tiba-tiba muncul perasaan sedih dan gusar dihati kecilnya, bukan mundur dia bahkan
mendesak maju kedepan. Disambutnya ancaman lawan dengan keras melawan keras, sementara
kakinya melepaskan sebuah sapuan kilat.
Pedang besi cepat-cepat membuang tubuhnya kebelakang dengan gerakanjembatan gantung,
punggung ditekuk kebelakang nyaris menempel diatas permukaan tanah.
Dengan begitu sapuan dari sikakekpun hanya menyambar diatas lambungnya, begitu lolos dari
ancaman, dia melejit bangun kembali sambil melancarkan cengkeraman maut.
serangan ini selain ganaspun sangat menyerempet bahaya, tentu saja kakek tersebut cukup
mengetahui keadaannya, tapi sayang dia sendiripun berada dalam posisi berbahaya sehingga tak
berkekuatan untuk melancarkan serangan balasan.
Dalam situasi semacam ini, sikakek tak berpikir panjang lagi, dia tahu andaikata senjatanya
tidak diloloskan maka sulit baginya untuk lolos dari cengkeraman musuh.
Maka disaat tubuhnya menungging kebelakang, sepasang roda besinya segera diloloskan
sambil menyodok kemuka. Tak terlukiskan rasa gembira pedang besi ketika melihat musuhnya masuk perangkap. sambil
membentak dia melejit ketengah udara, dari situ dia meloloskan pedangnya dan langsung
membacok kebawah dengan jurus "suara guntur menggetarkan bumi".
Merah padam selembar wajah sikakek setelah dipaksa meloloskan senjatanya tadi, kini diapun
tak banyak berbicara lagi, sepasang roda besinya saling dibenturkan keras lalu diputar kencang
menciptakan lingkaran-lingkaran cahaya yang amat menyilaukan mata.
Diantara deruan angin serangan yang mengguntur, tampak nyata kekuatan daya serangannya
yang menggidikkan hati. Pedang besi berpekik nyaring, sambil mengerahkan segenap tenaga dalamnya kedalam telapak
tangan, tiba-tiba dia menerobos masuk kebalik lingkaran cahaya yang berlapis-lapis itu dan menari
kian kemari bagaikan seekor burung hong.
Begitu indah dan manisnya gerakan tubuh pemuda ini sehingga memancing temcik sorak yang
gegap gempita diseluruh arena.
Kedua orang itu sama-sama merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan, tak heran
kalau gerak serangan mereka takpernah bisa digunakan hingga selesai, hal ini dikarenakan
kecepatan perubahan jurus mereka yang luar biasa, kendatipun demikian, asal salah satu pihak
bertindak salah, niscaya akan berakibat keadaan yang fatal.
Dalam waktu singkat sikakek telah merasakan bahwa ilmu pedang musuhnya betul-betul sangat
hebat, banyak jurus serangannya yang begitu tangguh sehingga susah diduga sebelumnya. Hal ini
membuat perasaan hatinya bertambah terkesiap.
Rasa sedih, gusar dan ngeri seketika itu juga menyelimuti seluruh perasaan hatinya, tanpa
berpikir panjang lagi tiba-tiba dia mengeluarkan ilmu langkah tujuh bintang.
senjata roda besinya diputar kencang dengan jurus "anak naga munculkan diri" kemudian
langsung menyergap jidat musuh dengan membawa desingan angin tajam.
Tampaknya sipedang besipun mempunyai niat yang sama, dia berpekik nyaring. Pedangnya
diputar satu lingkaran ditengah udara dan meluncur kemuka. "Traaaaaanngggg........"
Dengan cepatnya dua macam senjata itu saling membentur satu sama lainnya ditengah udara
hingga menimbulkan percikan bunga api.
Rasa tegang yang semula mencekam perasaan pedang perak. lambat laun mengendor kembali
bersamaan dengan terjadinya perubahan ditengah arena, katanya kemudian:
"su sute telah berhasil mengembangkan jurus serangan tertangguh dari ilmu gedangnya secara
lancar, aku yakin musuh tak akan mampu lolos dari ujung pedangnya dalam tiga gebrakan lagi."
Baru selesai dia berkata, terdengar kakek itu menjerit kesakitan dan mundur sejauh satu kaki
dari posisi semula. Ketika semua orang mengalihkan perhatiannya kedepan, tampak darah telah
bercucuran membasahi lengannya, jelas sudah kakek itu telah menderita kekalahan total.
Dengan gaya yang dibuat sipedang besi segera menjura kearah lawannya seraya berkata:
"Maaf, maaf........"
sambil berkata dia melangkah kembali kebaraknya.
sebaliknya kakek itu masih tetap berdiri diposisi semula smbil memandang keangkasa dan
menghela napas panjang, entah sejak kapan terlihat titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya . Melihat sikap sikakek itu, Pek kut sinkun yang berada dibarak sebelah barat segera bangkit
berdiri dan berseru: "Menang kalah dalam suatu pertarungan adalah kejadian yang lumrah. Hiante, harap pikiranmu
lebih terbuka, cepatlah kembali kebarak."
Entah karena malu untuk bertemu lagi Pek kut sinkun, entah karena perasaan hatinya sedang
dilanda kesedihan, ternyata kakek itu tidak mendengar suara teguran tersebut namun tetap
mengawasi awan diangkasa sambil termangu-mangu.
Mendadak ia membentak keras, senjata roda raksasanya yang berat dihantamkan keatas
kepalanya secara langsung.
Para penonton yang menyaksikan peristiwa itu kontan saja menjerit ngeri dan serentak
melengos kearah lain. Dalam waktu singkat ditengah arena telah bertambah dengan sesosok mayat yang berada
dalam keadaan mengerikan- Tadi bila ditinjau dari perawakan tubuhnya, mayat tersebut jelas
merupakan mayat sikakek tadi.
Pek kut sinkun segera meninggalkan baraknya mendekati mayat kakek tadi, lama sekali dia
berdiri termangu-mangu didepan mayat, kemudian baru menitahkan orang-orangnya untuk
menggotong pergi mayat tersebut.
Selama ini Pek kut sinkun tidak memberi pernyataan apa-apa, namun ketiga orang kakek yang
berada disisinya telah mengepal tinjunya siap melakukan serangan.
Hingga sekarang putri Kim huan baru berani membuka matanya, akan tetapi melihat noda
darah yang masih berceceran diatas tanah, cepat-cepat dia melengos kembali kearah lain dengan
wajah pucat pias. Entah sejak kapan, Pek kut sinkun telah muncul kembali ditengah arena sembari berkata:
"Aku tak ingin menunda-nunda lagi untuk memperebutkan kedua jenis mestika tersebut. Aku
telah memutuskan untuk tampil sendiri mewakili pihakku seandainya terbukti akupun menderita
kekalahan maka kedua jenis mestika tersebut akan kupersembahkan kepada kalian, kuharap dari
pihak sembilan pedang segera mengirimkan wakilnya untuk bertarung melawanku."
Walaupun perkataan tersebut tidak diucapkan dengan suara keras, akan tetapi setiap orang
dapat menangkap pembicaraannya secara jelas, hal ini menunjukkan bahwa tenaga dalamnya
amat sempurna. JILID 27 Pedang perak tahu kalau Pek kut sinkun telah dibangkitkan amarahnya dan berniat turun
tangan sendiri, meski dia sendiri tak takut menghadapi musuhnya itu, namun berhubung
suhengnya hingga kini belum- juga munculkan diri, dia tak berani mengambil keputusan secara
gegabah. Perasaannya menjadi amat gelisah, bahkan mengumpat sipedang emas yang tidak menepati
janji, menjelang pertarungan yang menentukan mati hidup ternyata dia belum- juga munculkan
diri. Mendadak terdengar putri Kim huan menjerit tertahan sambil melengos kearah lain, sewaktu
pedang tembaga berpaling, dia saksikan seorang pemuda jelek berdandan aneh sedang
mengerling dan main mata secara cabul kearah sinona.
Kejadian tersebut kontan saja membuat paras mukanya berubah hebat, segera pikirnya:
"Bocah keparat, dengan mengandalkan nama besar sembilan pedang dari dunia persilatan, kau
simakhluk jelek pun berani memandang kekasihku dengan cara begitu. IHmmmm tampaknya ia
sudah bosan hidup........"
Berpikir demikian dia segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kearah arena.
Mendadak sipedang perak melompat kemuka menghalangi jalan perginya, dengan suara dalam
dia berseru: "Sute, jangan bertindak gegabah, sebelum toa suheng datang. Kedudukannya biar kuwakili
untuk sementara waktu."
sambil berkata dia segera beranjak menuju ketengah arena pertarungan.
Dengan wajahnya yang lembut dan sikapnya yang tenang, pemunculan sipedang perak segera
memancing tepuk tangan yang meriah dari para penonton bahkan ada pula yang segera berteriak
keras: "Itu dia, sipedang emas telah tampil sendiri kearena, dialah sipedang emas. Cepat kita
tengok........" Baru sekarang sipedang tembaga tahu kalau abang seperguruannya telah salah paham. Tapi
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk menyaksikan kemampuan suhengnya dalam pertarungan tersebut, terpaksa dia menahan
hawa amarahnya dan duduk kembali ketempat semula.
sementara itu pemuda jelek tadi sudah tertawa terkekeh-kekeh mendadak ia menarik ujung
baju sitosu tua tadi dan menunjuk kearah sipedang tembaga sambil membisikkan sesuatu, tosu
tua itu segera tertawa tergelak. Wajahnya kelihatan bangga sekali.
Pedang tembaga yang mengikuti semua tingkah laku orang tersebut meski tak mendengar apa
yang dikatakan sipemuda jelek kepada tosu tua tersebut, tapi ia bisa menebak kalau ucapannya
tak akan lebih merupakan cemoohan. Kontan saja hawa amarahnya bergelora dan hampir saja
mau meledak. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, pemuda jelek itu mengawasi terus kearah
sinona, baru saja putri Kimhuan berpaling, cepat-cepat pemuda itu menundukkan kepalanya
kembali .Jelas dia merasa takut untuk melihat sorot mata sipemuda jelek yang berhawa sesat dan
sangat mengerikan itu. Tampaknya pemuda jelek itu berhasrat besar untuk mendekati gadis terseut, melihat sinona
tidak menggubris, sambil tebaikan muka dia segera berjalan mendekat.
Putri Kim huan menjadi terperanjat sekali ketika tiba-tiba dihadapannya muncul wajah jelek dari
pemuda tadi, begitu kagetnya dia sampai menjerit tertahan.
Dengan muka cengar cengir pemuda jelek itu langsung duduk dihadapan sinona, bukan cuma
begitu, dia malah melongok-longok keatas dengan sikap yang kurang ajar.
Cepat-cepat putri Kim huan merapatkan gaunnya, seakan-akan kuatir kalau pemuda jelek itu
mengintip pahanya. Tingkah laku pemuda jelek itu memang kelewat batas, apalagi dihadapan orang banyak berani
mengintip bagian yang rahasia dari seorang gadis. Pada hakekatnya perbuatan seperti ini
merupakan perbuatan yang lebih rendah daripada binatang.
Paras muka sipedang tembaga berubah hebat, dia merasakan hawa panas yang menggelora
didadanya mendidih, sambil membentak keras ia melompat turun dari barak dan sambil
meloloskan pedangnya langsung membacok orang itu.
Pemuda jelek itu menjerit aneh sambil menhindarkan diri kesamping, dia hanya termangumangu
tanpa berniat melancarkan serangan balasan.
Keadaan sipedang tembaga saat itu bagaikan orang yang kerasukan roh jahat. secara beruntun
dia melepaskan tiga buah serangan berantai dan semuanya ditujukan kebagian mematikan
ditubuh lawan. Dengan cekatan sekali pemuda jelek itu berputar kian kemari, dalam beberapa kali gerakan
yang amat ringan dan sederhana. Tahu-tahu saja dia sudah meloloskan diri dari semua sergapan
musuh. selama ini dia hanya berdiri termangu- mangu saja, sedikitpun tidak bermaksud melancarkan
serangan balasan. Pedang tembaga semakin sewot, dia tak ambil eprduli siapakah dirinya dan bagaimana
kedudukannya didalam dunia persilatan. Diapun tak perduli dengan cara apa pemuda jelek
tersebut meloloskan diri dari sergapannya. Dia hanya tahu, setiap kali bertemu dengannya, timbul
perasaan muak dan sebal yang tebal dihatinya.
sementara itu putri Kim huan telah berganti posisi duduknya, diapun merasa amat benci dan
berniat mencaci maki kebrutalan pemuda tersebut. Setelah melihat pedang tembaga
menyerangnya secara gencar, perasaan tersebut sedikit banyak baru merasa agak lega.
Berapa jurus serangannya yang gagal melukai musuh dengan cepat menyadarkan pula
sipedang tembaga dari amarahnya, dengan cepat diapun berpikir:
"Berulang kali orang ini berhasil meloloskan diri dari serangan pedang ku, hal mana
membuktikan kalau dia memiliki kemampuan yang luar biasa sekali. Aku harus berhati-hati
menghadapi serangan balasannya."
Berpikir demikian, pikirannyapun menjadi lebih tenang, ia segera menegur dengan lantang:
"Sobat, siapa kau dan datang dari mana" Mengapa kau begitu tak tahu malu" Hmmm, apakah
kau anggap ilmu silatmu sudah tiada tandingannya lagi didunia ini" Ayoh cepat kemukakan
alasannya. Kalau tidak. hari ini aku sipedang tembaga akan membuatmu mampus ditengah
genangan darah." Pemuda jelek itu tertawa bodoh, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera membalikkan
badan dan beranjak pergi dari situ. Agaknya dia seperti malas untuk melayani pertanyaan itu.
Tak terlukiskan rasa gusar sipedang tembaga, sambil tertawa ringan ia mendesak maju
kedepan. Lalu pedangnya langsung diayunkan kedepan menusuk punggung orang itu.
Pedang tembaga bukan manusia sembarangan, bila tertusuk oleh pedangnya maka besipun
pasti berlubang, apalagi hanya tubuh yang terdiri dari darah dan daging.
Namun pemuda jelek itu seperti tidak merasakan datangnya sergapan itu, ia tetap melanjutkan
perjalanannya dengan langkah lebar.
Pedang tembaga mendengus dingin, dia segera menghimpun tenaga dalamnya siap
melancarkan serangan maut.
Mendadak....... Disaat yang kritis itulah tiba-tiba dari sisi arena berhembus lewat segulung angin dingin yang
tajam bagaikan pisau. Begitu hebatnya sergapan tersebut membuat pedang tembaga amat
terperanjat. Tak sempat lagi untuk melukai musuhnya cepat-cepat dia melejit kebelakang sejauh satu kaki
lebih. Ternyata orang yang melancarkan sergapan tersebut tak lain adalah tosu tua berambut putih.
Pedang tembaga sadar bahwa musuhnya memiliki kepandaian silat yang sudah mencapai pada
puncaknya dan jelas ia bukan tandingannya, untuk sesaat dia menjadi tertegun.
tosu tua berambut kuning itu tertawa cengir lalu mengikuti dibelakang pemuda jelek tadi
beranjak meninggalkan tempat tersebut.
sampai lama sekali pedang tembaga berdiri tertegun, seingatnya tiada jagoan semacam ini
dalam dunia persilatan. Akhirnya ia mendepak-depakkan kakinya dengan gemas dan kembali
kedalam baraknya. Dalam pada itu sipedang perak dan Pek kut sinkun yang berada dittngah arena telah saling
memberi hormat dan mengambil posisi masing-masing. Dalam waktu sekejap suasana disekitar
situ menjadi sepi sekali hingga tak kedengaran sedikit suarapun. Pedang perak telah meloloskan
pedangnya sambil bersiap sedia melancarkan serangannya.
sementara ituPek kut sinkun telah melepaskan pula kain pengikat kepalanya sehingga
membiarkan rambutnya yang panjang terurai dibahunya.
Iapun bersenjata sebilah pedang bercahaya hijau. Dilihat dari hiasan cahayanya yang
menggidikkan, dapat diketahui bahwa senjata yang dipergunakan adalah sebilah pedang mestika.
Mendadak sepasang pedang saling berkelebat lewat lalu terlihatlah dua orang itu bergerak
pelan mengitari arena. Hanya sekarang paras muka sipedang perak telah berubah menjadi amat
berat dan serius sekali. Mendadak...... Tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dengan kecepatan yang luar biasa, begitu
cepatnya sehingga tak sempat melihat dengan jelas raut mukanya.
Tahu-tahu saja orang tersebut sudah muncul ditengah arena dengan tenangnya, hal ini
membuktikan kalau orang tersebut memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna.
orang ini berperawakan tinggi, jangkung, mukanya ditutupi dengan selembar kain berwarna
hijau. sejak kemunculannya ditengah arena, manusia berkerudung itupun tidak mengucapkan sepatah
katapun, apa yang hendak diperbuat orang tersebut"
sementara itu sipedang perak sudah mengetahui siapa yang hadir, tiba-tiba ia memberi hormat
seraya berkata: "Toa suheng, mengapa hingga sekarang kau baru datang" Apakah telah terjadi sesuatu?"
Dengan cepat para hadirinpun menjadi sadar, ternyata manusia berkerudung ini adalah
pemimpin dari sembilan pedang, sipedang emas.
Tapi mengapakah dia munculkan diri dengan menutup mukanya" Apa maksud tujuannya"
sementara itu sipedang tembaga, pedang besi, pedang kayu, pedang air, pedang api, pedang
tanah, dan pedang bintang telah berhamburan dari barak untuk memberi hormat kepada toa
suhengnya. Dengan cepat sipedang emas membalas hormat adik-adik seperguruannya, kemudian baru
berkata kepada Pek kut sinkun:
"sinkun, bolehkah aku berbicara sebentar dengan adik seperguruanku.........?"
"Anda terlalu sungkan" sahut Pek kut sinkun cepat, ia segera bergeser dari posisinya semula.
sesudah memberi hormat, sipedang emas berkata kepada pedang perak:
"Sekalipun sute tidak berkata apa-apa, namun akupun tahu dihati kecilmu pasti menyalahkan
aku yang sudah datang terlambat. Padahal aku bisa tiba disini dengan selamatpun sudah
merupakan suatu keberuntungan besar bagiku."
"Apa maksud perkataan itu?" buru- buru pedang perak bertanya.
Pedang emas memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu katanya lagi dengan suara
dalam: "sampai sekarang aku tetap masih keheranan, padahal antara aku dengan manusia aneh
tersebut boleh dibilang tidak saling mengenal. Tapi dia justru selalu mencari gara-gara denganku
bahkan mendesakku untuk bertarung dalam keadaan seperti ini, terpaksa aku harus bertarung
sebanyak ratusan jurus dengannya sebelum berhasil menaklukkan dirinya. seingatku, tidak banyak
jagoan selihay ini didalam dunia persilatan dewasa ini. semestinya dia terhitung manusia
kenamaan tapi nyatanya aku tetap tak berhasil mengenali siapakah dirinya."
"Apakah dia telah menyebutkan namanya?" tanya pedang perak segera dengan hati berdebar.
"Yaa, namanya aneh sekali....." sahut pedang emas dengan suara yang rendah.
Belum sempat perkataan itu selesai diucapkan, pedang perak telah berkata lebih duluan:
"Tahu, aku namanya menggunakan kata Nirlama bukan?" Pedang emas menjadi tertegun
segera bertanya: "sute apakah kaupun berjumpa dengan......."
Dengan perasaan berat pedang perak mengangguk sahutnya sambil menghela napas:
"Ya a, orang yang siaute jumpai adalah Nirmala nomor sepuluh dan Nirmala nomor sebelas
bagaimana dengan suheng?"
" Nirmala nomor sembilan-"
Paras muka pedang perak berubah sangat hebat gumamnya:
"Toa suheng, semenjak menemui peristiwa aneh itu siaute selalu memutar otak untuk
memecahkan masalah ini, kini setelah toa suheng jelaskan maka siautepun menjadi lebih paham,
terbukti sudah bahwa apa yang siaute duga memang benar. Nirmala nomor sepuluh jelas
merupakan orang kesepuluh, atau dengan perkataan lain masih ada orang yang bernomor satu
sampai sembilan. Aaaai, semula siaute berharap nomor itu bukan nomor urut, sebab ilmu silat
mereka kelewat hebat, tapi nyatanya apa ang kukuatirkan akhirnya terjelma juga........."
"Apakah sute mengetahui asal usul orang ini?" tanya pedang emas sambil maju selangkah.
"siaute amat menyesal, percuma aku berkelana dalam dunia persilatan selama ini, siaute tak
mengetahui asal usul dari Nirmala nomor sepuluh........"
"Tampaknya mereka merupakan sisa musuh besar semasa suhu masih hidup dulu. Tapi siaute
tak perlu putus asa, musuh datang kita hadapi, air datang bendung. Asal kita sembilan bersaudara
bersatu padu, aku yakin orang-orang dari dewi nirmala bisa kita hadapi."
Mencorong sinar tajam dari balik mata pedang perak setelah mendengar perkataan itu,
katanya: "Perkataan toa suheng memang benar, yang bernama dewi nirmala hanya satu orang, sedang
nirmala sepuluh sekalian tak lebih hanya manusia-manusia yang diperalat olehnya. Dengan nama
besar kita didalam dunia persilatan, apalagi yang mesti kita takuti?"
"oya, masih ada satu persoalan lagi hampir saja kulupakan....." dengan sorot mata yang tajam
pedang emas mengawasi adik seperguruannya lekat-lekat. "Aku dengar situa bangka Malaikat
pedang berbaju perlente telah menyerahkan seluruh kepandaian silatnya kepada seseorang yang
bernama "Kim Thi sia" menjelang saat ajalnya. Benarkah ada peristiwa semacam ini.......?"
Dengan perasaan berat pedang perak manggut- manggut.
"Ya a, memang ada kejadian seperti ini, Kim Thi sia dengan bakat anehnya telah mendapatkan
warisan ilmu silatnya, bahlan kemampuannya kian hari kian menonjol. Namun kelemahannya
masih banyak bila bertemu lagi lain waktu, aku yakin tidak sulit untuk membereskannya......"
"Bagus sekali, kalau begitu kuserahkan pelaksanaan tugas ini kepadamu........"
Mendadak sipedang perak seperti teringat akan sesuatu, dengan dingin katanya:
"Toa suheng, masih ada satu persoalan lagi yang mungkin tidak kau ketahui, belakangan ini
sam sute telah jatuh cinta kepada seorang gadis cantik, segala tingkah lakunya hampir boleh
dibilang dikendalikan gadis tersebut, peristiwa ini menimbulkan perasaan tak puas bagi sute
lainnya. Menurut pendapatmu apa yang harus kita lakukan?"
Tanpa terasa sipedang emas mendongakkan kepalanya menengok sekejap kearah pedang
tembaga, lalu beralih kewajah putri Kim huan, setelah itu tanyanya pelan: "Kau maksudkan nona
bergaun panjang itu. Dia berasal dari mana?"
"Berbicara soal indentitasnya, dia mempunyai asal usul yang luar biasa, dia adalah putri
Kesayangan raja negeri Kim dan bernama putri Kim huan. Hal ini disebabkan rambutnya selalu
digulung dengan gelang emas, justru karena dia berasal dari keluarga bangsawan. wajahnyapun
amat cantik, pedang tembaga tergila-gila olehnya dan rela takluk dibawah gaunnya."
"sungguh memalukan" ucap gedang emas tak senang hati. "kalau orang ini memang sudah
tergila-gila oleh perempuan, jangan serahkan tugas-tugas penting kepadanya......."
Jelas sudah, sipedang emas berniat menyingkirkan atau mengucilkan sipedang tembaga dari
pergaulan mereka. Pedang perak tertawa dingin, melihat toa suhengnya sudah naik darah, diapun tak banyak
berbicara lagi. Pedang emas berkata kemudian:
"sekarang kau boleh kembali dulu kebarak biar aku yang membereskan Pek kut sinkun-"
Habis berkata dia segera berjalan menuju kehadapan Pek kut sinkun dengan langkah lebar,
katanya kemudian sambil tertawa sungkan:
"sinkun, maaf kalau terpaksa harus menunggu agak lama. sekarang kita boleh mulai
bertarung." Melihat sipedang emas yang bernama besar tidak menggunakan senjata, Pek kut sinkun segera
menyimpan kembali pedang mestikanya, sambil menjura ia berkata:
"Aku dengan anda mempunyai suatu pertarungan yakni tak akan menyerang lebih dulu
benarkah begitu?" "silahkan sinkun melancarkan serangan lebih dulu" ucap sipedang emas sambil tertawa.
sewaktu berbicara hawa murninya telah dihimpun kedalam telapak tangannya.
Pek kut sinkun tidak sungkan-sungkan lagi ditengah pekikan nyaring telapak tangan kirinya
segera diayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Dalam serangan tersebut sama sekali tak nampak deruan angin pukulan, tapi pedang emas
yang berpengalaman cukup mengetahui akan kelihayan ancaman tersebut.
Tiba-tiba dia berpekik nyaring, menggunakan kesempatan tersebut hawa murninya segera
dipancarkan keluar dari seluruh tubuhnya.
Melihat pihak lawan tanpa menggeser kaki sudah berubah arah, Pek kut sinkin segera
mengetahui kalau musuhnya memiliki ilmu langkah silang yang sakti.
Maka sebelum serangan tangan kirinya itu selesai dilontarkan tiba-tiba dia menyapu kekanan,
segulung tenaga pukulan yang dahsyat pun meluncur kedepan.
Pedang emaws sedikitpun tak gentar, tiba-tiba tubuhnya yang tinggi besar melejit ketengah
udara dan berhenti berapa detik disitu. Disaat itulah dia telah menghimpun kembali kekuatannya.
Dalam waktu singkat dia telah beberapa kali menggerakkan kakinya untuk berubah posisi.
sedemikian cepatnya tersebut dilakukan sehingga sukar untuk diikuti dengan mata telanjang.
Pek kut sinkun segera merasakan munculnya sebuah tangan yang lincah bagaikan seekor ular
menembusi dan menerjang lingkaran angin serangan yang dipancarkan olehnya. Dia tahu inilah
hasil dari ilmu langkah menyilang yang amat dahsyat itu.
Dalam keadaan begini dia tak sempat berganti jurus lagi sehingga mendengus keras-keras.
Padahal waktu itu tangan sipedang emas sudah hampir menempel diujung bahu, tapi begitu
Pek kut sinkun mendengus, tahu-tahu serangan tadi telah memental balik kebelakang bahkan
bergetar mundur dua langkah kesisi kiri
siapapun tak akan menyangka kalau dibalik dengusan Pek kut sinkun sesungguhnya terkandung
daya kekuatan yang luar biasa, bahkan boleh dibilang keberhasilan Pek kut sinkun mengangkat
nama didalam dunia persilatanpun dikarenakan kehebatan tenaga khikang dengusannya itu.
Pedang emas terkesiap. baru sekarang dia tahu kalau musuhnya memiliki kepandaian
mendengus yang luar biasa.
Dengan cepat Pek kut sinkun memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk
mendengus beberapa kali, seketika sipedang emas terdesak mundur terus berulang kali.
Delapan jago pedang dibarak sebelah barat mulai merasa tegang ketika melihat pedang emas
terdesak hebat, serentak mereka bangkit berdiri dari tempat duduk masing-masing dan
menguatirkan keselamatan toa suhengnya.
Pedang emas yang berulang kali didesak hingga mundur sejauh delapan langkahpun mulai naik
darah dibuatnya, kali ini dia tak mundur lagi, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan berpekik
nyaring, suaranya keras membumbung tinggi keangkasa.
Tampak dia bertekuk lutut membuat tubuhnya lebih pendek separuh bagian, tetapi serangan
Pek Kut sinkun dengan ilmu mendengusnya bagaikan mercon yang meledak secara beruntun
meluncur keluar tiada hentinya menghantam diatas dadanya hal ini membuat tubuhnya gontai
kian kemari tiada hentinya.
Peluh sebesar kacang kedelai telah jatuh bercucuran membasahi jidat pedang emas akan tetapi
sinar matanya justru kelihatan bertambah tajam menggidikkan hati.
Pek kut sinkun segera mendesak maju lebih kedepan, walaupun ilmu dengusannya berhasil
mencabik-cabik pakaian yang dikenakan lawan, namun ia sendiripun merasakan akibatnya.
Bagaikan kerbau kesakitan, gerakannya semakin lamban dan berat.
Mendadak ia melejit ketengah udara setinggi tiga kaki lebih, tindakan tersebut tentu saja
mencengangkan hati semua orang, mengapa Pek kut sinkun tidak memanfaatkan kesempatan itu
untuk mendesak musuhnya habis-habisan" Mengapa dia justru melejit ketengah udara dan
memberi kesempatan kepada musuhnya untuk mengatur napas.
Namun baru saja tubuhnya mencapai tengah udara, mendadak Pek kut sinkun seperti
kehilangan seluruh kekuatan tubuhnya, bagaikan layang-layang yang putus tali tubuhnya terjatuh
dari tengah udara dan roboh terguling diatas tanah.
Yang lebih aneh lagi, Pek kut sinkun yang semula nampak gagah perkasa dan lincah bagaikan
naga, kini sudah tak sanggup untuk merangkak bangun kembali.
sipedang emas sama sekali tidak menggubrisnya lagi, dia mendongakkan kepalanya dan
menarik napas panjang-panjang, kemudian duduk diatas tanah dengan letihnya, terhadap urusan
disekelilingnya boleh dibilang dia tidak memperdulikan lagi.
Diantara semua yang hadir mungkin hanya kawanan jago berilmu tinggi yang mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya .Jelas Pek kut sinkun sudah menderita kekalahan karena
menderita tenaga pantulan yang dihasilkannya sendiri, bahkan kemungkinan besar isi perut Pek
kut sinkun telah menderita luka yang amat parah.
Dengan cepat tampak bayangan manusia berkelebat lewat, muncul seorang jago yang segera
memeriksa napas Pek kut sinkun, disusul kemudian dari barak sebelah timur. Muncul lagi delapan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang jago pedang yang bersama-sama menyebarkan diri disekitar arena dan membentuk jaring
manusia disitu, namun tak seorangpun diantara mereka yang berani mengusik sipedang emas.
Peristiwa ini dinilai sangat janggal oleh para penonton- Rata-rata mereka dibuat tercengang dan
tak habis mengerti, ada pula yang berpikir dalam hatinya:
"Mungkinkah menang kalah sudah diketahui hasilnya" Tapi siapa yang menang dan siapa yang
kalah?" Tak selang berapa saat kemudian Pek kut sinkun telah digotong kembali kebarak sebelah timur.
Kemudian seorang kakek berjenggot pendek munculkan diri dan berkata dengan suara dalam:
"Menang kalah antara Pek kut sinkun melawan sembilan pedang dari dunia persilatan telah
ditetapkan. Aku harap bagi mereka yang tiada persoalan lagi disini untuk segera meninggalkan
tempat serta kembali kerumah masing-masing."
Mendengar perkataan tersebut, para penontonpun beramai-ramai membubarkan diri dari situ.
Ketika datang mereka muncul bagaikan air bah, waktu pergi merekapun menyusul lebih cepat dari
air. Dalam waktu singkat semua orang telah meninggalkan tempat tersebut.
Menanti para hadirin telah mengundurkan diri, kakek berjenggot pendek itu baru berkata lagi
kepada sipedang perak: "sinkun telah menemui ajalnya, hutang piutang pun kita akhiri sampai disini saja. Barang yang
anda harapkan akan segera kuurus orang untuk mengambil, harap kalian menunggu sebentar."
Ketika selesai mengucapkan perkataan itu, air mata nampak jatuh bercucuran membasahi
wajah kakek tersebut. Jelas terlihat ia amat sedih hanya saja rasa sedihnya tak sampai diutarakan
keluar. tak selang berapa saat kemudian muncul dua orang lelaki kekar yang membawa dua
bungkusan. sebuah adalah pedang mestika sepanjang empat depa, sedang yang lain adalah
sebuah kotak yang dibungkus dengan kain sutera......
sipedang perak tampilkan diri mewakili toa suhengnya untuk menerima hasil kemenangan
mereka, saat itu juga dia periksa kedua benda tadi. setelah terbukti benda tersebut bukan barang
palsu, dia baru berkata kepada sikakek sambil tertawa:
"Bagi pertarungan antara jago-jago lihay, menang kalah memang tak bisa ditentikan secara
aman dan selamat. Nasib buruk yang menimpa Pek kut sinkun amat memedihkan hati kami
semua. Kami hanya bisa berharap arwahnya beristirahat dengan tenang dialam baka. Lo
enghiong, kaupun tak usah sedih, toh manusia tentu akan mati pada akhirnya biar sekarang tak
mati, siapakah yang bisa lolos dari simaut?"
Kakek itu tidak berkata apa-apa, ia membalikkan badan dan pergi meninggalkan tempat
tersebut, tak lama kemudian para jago yang berkumpul dibarak sebelah timur pun bubaran
semua. Kini ditengah arena yang luas hanya tinggal putri Kim huan serta sembilan pedang dari dunia
persilatansementara itu sipedang tembaga telah menarik putri Kim huan kesamping serta bisiknya lirih:
"Aku rasa nona tentu menyukai pedang Leng gwat kiam tersebut bukan" sebentar akan
kumintakan benda tersebut dari toa suheng, pasti akan kuberikan pedang itu kepadamu."
Menyaksikan pedang leng gwat tersebut, tanpa terasa putri Kim huan teringat pula akan
kesalahan pahamnya dengan Kim Thi sia. sebetulnya dia ingin menampik, tapi entah mengapa
ketika ucapan hendak meluncur dari ujung bibirnya, satu ingatan aneh melintas didalam
benaknya. Ia segera manggut-manggut dan berkata:
"Kau benar-benar baik sekali kepadaku, bila ada kesempatan aku tentu akan berterima kasih
kepadamu." "ooooh, tidak usah. Nona tak usah sungkan-sungkan terhadap diriku" jawab sipedang tembaga
cepat. sedang dihati kecilnya dia mengulangi kembali apa yang terdengar tadi, rasa hangat dan
mesrah menyelimuti perasaanku, membuat dia berseri dan gembira sekali.
Dipihak lain, sipedang emas telah pulih kembali kesehatannya sesudah bersemedi sebentar,
sambil bangkit berdiri dia berkata:
"Apakah mestikanya sudah diperoleh?"
"Yaa, semuanya berada disini" jawab pedang perak.
sambil berkata dia menyodorkan pedang Leng gwat kiam dan kotak sutera itu kehadapannya.
Tanpa sungkan-sungkan sipedang emas mengambil kotak tersebut dan dimasukkan kedalam
saku, tapi pedang Leng gwat kiam tidak diambilnya, sambil tertawa ia berkata:
"Kesembilan pedang mestika kita sudah cukup termashur dalam dunia persilatan, aku rasa
pedang tersebut tidak kita butuhkan lagi, bila diantara kalian ada yang tertarik dengan pedang
Leng gwat kiam ini, ambillah saja....." Dengan cepat sipedang besi berseru:
"Pedang mestika ini cukup berguna bagiku. Toa suheng, bagaimana kalau dihadiahkan saja
kepadaku?" Belum sempat sipedang emas memberikan- jawabannya, sipedang tembaga telah menampilkan
diri seraya berseru pula:
"siaute juga menginginkan pedang mestika itu........"
Dengan pandangan dingin sipedang emas melirik sekejap kearahnya lalu berkata:
"Ilmu silat yang dimiliki sam sute jauh lebih hebat daripada sute, aku rasa pedang leng gwat
kiam lebih berguna bagi sute"
Putri Kim huan yang mendengar perkataan itu dengan cepat berpikir:
"Diberikan kepada siapapun sama saja, toh akhrirnya akan diberikan juga kepadaku."
Maka diapun mengerlingkan senyuman genit kepada sipedang besi membuat pemuda tadi
kontan saja terpesona. sementar itu pedang perak telah berkata pula:
"Perkataan toa suheng memang benar kalau begitu serahkan saja gedang leng gwat kiam ini
untuk adik keempat."
Dengan wajah berseri-seri karena gembira sipedang besi segera menerima pedang tersebut
tentu saja kejadian ini menggusarkan hati pedang tembaga. Diam-diam dia mencaci maki ketidak
adilan toa suhengnya sehingga membuat dia kehilangan muka dihadapan gadis pujaan hatinya.
Perasaan murung, masgul dan tak senang hati yang mencekam perasaannya membuat dia
segera melimpahkan semua rasa benci itu kepada sipedang besi pikirkan lagi.
"Hmmm, sekarang kau jangan keburu berkenang hati, suatu saat aku pasti akan memberi
pelajaran yang setimpal kepadamu."
sipedang besi telah menggantungkan pedang Leng gwat kiam dipinggangnya tentu saja dia
enggan menyerahkan pedang tersebut kepada putri Kim huan dihadapan orang banyak. Dia ingin
mencari kesempatan yang baik dikemudian hari sekalian mencurahkan isi hatinya kepada gadis
tersebut. Pedang emas telah beranjak berapa langkah ketika mendadak berhenti lagi seraya berkata:
"sekarang aku masih ada urusan penting yang harus diselesaikan. sementara ini aku hendak
mohon diri dulu kepada sute sekalian, harap kalian bisa menjaga diri baik-baik sepanjang jalan."
Sebelum berangkat, dia memanggil pedang tembaga untuk menghadap lalu dengan wajah
serius berkata: "Aku dengar belakangan ini sam sute sedang tergila-gila oleh wanita cantik hingga
menimbulkan hubungan yang kurang menggembirakan diantara sesama saudara seperguruan.
Apakah benar demikian?"
Tidak menanti sipedang tembaga membentak kembali dia berkata lebih lanjut:
"Walaupun putri Kim huan memiliki kecantikan wajah yang melebihi bidadari dari khayangan
sehingga siapapun akan terpesona bila melihatnya, tapi sam sute harus ingat puluhan tahun
kemudian dia toh akan berubah menjadi seonggokan tulang belulang janganlah dikarenakan
terburu oleh napsu sehingga melupakan pendidikan yang pernah diterimanya dimasa silam."
Pedang tembaga menundukkan kepalanya rendah-rendah, tanyanya agak tergagap: "Toa
suheng mendengar kesemua ini dari siapa?"
"Kau tak usah tahu siapa yang mengatakan, aku hanya minta kepadamu untuk mengingat baikbaik
semua perkataanku ini." setelah berhenti sejenak. kembali dia menambahkan:
"Kau harus membayangkan kembali asal usulmu, kau tak lebih hanya putra siraja laba-laba
atau lebih tegasnya ayahmu tak lebih cuma pentolan perampok disuatu wilayah berbicara
kedudukanmu sekarang maka kau tak bakal serasi untuk mendampingi gadis tersebut dalam
perkawinan yang bahagia daripada hidup sengsara dikemudian hari mengapa kau tidak
melepaskan diri dari kemelut cinta mulai sekarang juga. Apa salahnya bila kau
curahkan semua perhatianmu untuk menggalang sesuatu usaha besar?"
"Toa suheng tak usah salah paham, aku tidak menaruh harapan apa-apa terhadapnya."
"Hmmm, tak nyana kau mampu berkata begitu" bentak sipedang emas. "Apakah kau
bermaksud mempermainkan orang lain?"
sipedang tembaga terbungkam dalam seribu bahasa, sampai lama kemudian dia baru berkata:
"Toa suheng, kau jangan marah kepadaku lagi, aku akan teringat selalu dengan perkataanmu
itu." selesai berkata dia segera membalikkan badan dan meninggalkan tempat tersebut tanpa
memperdulikan sipedang emas lagi.
Pedang emas tahu kalau adik seperguruannya pergi dtngan perasaan mendongkol. Walaupun ia
merasa tak senang hati akan tetapi tak ingin bentrok pula dengannya, maka setelah berhenti
sejenak. sambil menahan rasa gusarnya, diapun beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
sepeninggal pedang emas, pedang kayu, pedang air, pedang tanah dan pedang bintang
sekalianpun berpamitan dan pergi untuk melakukan kesibukan masing-masing.
sedang rombongan semulapun kini berlalu pula dalam rombongan yang tak berbeda, seperti
sipedang perak. pedang tembaga dan besi, mereka tetap bergabung dalam satu rombongan tanpa
kurang satu kelebihan seorangpun......
sepanjang jalan sipedang perak menunjukkan sikap yang dingin dan hambar, dia tak
mengucapkan sepatah katapun sehingga menimbulkan perasaan yang susah diraba oleh orang
lain. Pedang tembagapun dicekam oleh perasaan yang tak menentu, dia tak habis mengerti siapa
yang telah membocorkan persoalan tersebut kepada toa suhengnya, perasaan tak senang
membuat diapun segan banyak berbicara.
sipedang besi menganggap kesempatan baik telah tiba, ia segera mendekati putri Kim huan
dan berbisik pelan: "Apa yang pernah kujanjikan kepadamu selamanya tak pernah kuingkari kembali. Coba lihat,
bukankah pedang leng gwat kiam telah kembali ketanganmu lagi?" Putri Kim huan segera tertawa
merdu: "Dugaankupun tak keliru, aku tahu kau adalah seseorang yang amat menepati janji." Pedang
besi kegirangan setengah mati, kembali dia berkata:
"Aku tahu suheng menaruh minat yang amat besar kepadamu. Karenanya sepanjang hari
hatiku tak gembira, tahukah kau apa yang sebetulnya membuat hatiku risau dan murung?"
Putri Kim huan tidak menjawab, dia adalah gadis yang cerdik, sejak kecilpun sudah sering
bergaul dengan putra-putra bangsawan. sudah barang tentu diapun memahami lain dari perkataan
sipedang besi. Terdengar sipedang besi berkata lagi:
"Antara aku dengan Kim Thi sia sesungguhnya tak pernah terikat dendam sakit hati Tapi
tahukah kau kenapa aku sering menganiaya serta mencemooh dirinya?"
"Aaaaai......." putri Kim huan menghela napas panjang. "Aku tahu kau menaruh simpatik
terhadap musibah yang menimpa diriku, maka saban kali melihat ada orang hendak menganiaya
diriku, kau jadi berang dan timbul keinginan untuk membelaiku."
Jawabannya amat diplomatis dan tepat sekali membuat sipedang merasa tak perlu untuk
melanjutkan kata-katanya lagi.
Padahal sipedang besipun tahu bahwa sinona sengaja hendak memotong pembicaraannya, tapi
dia tidak ambil perduli. Baginya asal nona itu tidak mengacuhkan dirinya hal ini sudah lebih dari
cukup baginya. Tiba-tiba sipedang tembaga mendengus dingin dan maju mendekat, katanya sambil
mengulurkan tangannya. "su sute, bolehkah kupinjam sebentar pedang leng gwat kiam tersebut........?"
Jawab sipedang besi sambil tertawa getir:
"siaute telah menghadiahkan pedang leng gwat kiam kepada nona, bila suheng ingin
meminjam, pinjamlah langsung kepada nona."
secara manis sekali dia telah memutar balikkan persoalan untuk menghadapi abang
seperguruannya, dengan tindakan tersebut boleh dibilang sekali tepuk mendapat dua hasil.
Bukan cuma pedang tersebut telah diberikan kepada putri Kim huan, diapun dapat
menjatuhkan abang seperguruannya dihadapan gadis tersebut.
Mimpipun sipedang tembaga tidak menyangka kalau adik seperguruannyapun begitu licik dan
cerdik, saking mendongkolnya ia mengumpat kalang kabut dihati kecilnya.
Mendadak ditengah jalan didepan situ muncul seseorang yang berdiri menghalangi jalan pergi
mereka tatkala keempat orang itu mendongakkan kepalanya, mereka segera kenali orang tadi
sebagai sipemuda jelek berdandan aneh yang tak mengenal rasa malu itu.
Melihat kemunculan orang tersebut, putri Kim huan merasa amat terkesiap bagaikan disengat
ular berbisa, tubuhnya kontan gemetar keras, tanpa sadar dia mundur berapa langkah hingga
berdiri berjajar disamping sipedang perak.
Mengendus bau harum yang tersiar keluar dari tubuh sinona pedang perak merasakan hatinya
terangsang. Namun dia adalah seorang yang berperhitungan luas, perasaan tersebut sama sekali
tak diperlihatkan diluar wajahnya....
"Kenapa nona ketakutan?" ia berbisik kemudian. "Apakah kau kenal dengan dirinya?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan terdengar sipedang tembaga sudah membentak keras
sambil menerjang kearah pemuda jelek itu.
sebaliknya paras muka putri Kim huan berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus,
dia teringat kembali apa yang belum lama dialaminya dengan pemuda jelek tersebut.
Mendadak tampak sesosok bayangan manusia melayang turun dari atas pohon sambil
melepaskan sebuah pukulan.
Angin serangan yang menyambar dengan hebatnya seketika memaksa sipedang tembaga
tergetar mundur satu langkah.
Begitu hebatnya kepandaian silat sipendata ng membuat pedang perak yang berilmu tinggipun
dibuat terperanjat sekali, apalagi sipedang besi.
Ketika berhasil memukul mundur sipedang tembaga, orang itu menerjang pula sipedang perak.
Agaknya sipedang perak cukup mengetahui akan kelihayan musuhnya. Dia melepaskan sebuah
pukulan dahsyat disusul kemudian pedangnya diloloskan dari sarung.
Pendatang tersebut hanya berhenti sejenak untuk menyambut serangan sipedang perak
dengan keras melawan keras. Kemudian meneruskan terkamannya kearah putri Kim huan,
beberapa gerakan ini dilakukan olehnya dalam waktu singkat dengan kecepatan yang mengerikan
hati. Pedang perak sadar kalau telah bertemu musuh tangguh, sejak permulaan pertarungan dia
telah mengeluarkan ilmu pukulan Hud tim ciangnya untuk menghadapi serangan musuh.
Pendatang tersebut segera tergetar mundur satu langkah, dengan begitu maka wajahnyapun
terlihat jelas, ternyata dia adalah sitosu tua berambut kuning itu Berhasil memukul mundur
musuhnya dengan dahsyat, pedang perak segera membentak keras:
"Hey tosu tua, kau sungguh tak tahu adat, kenapa kau tidak mencari berita dulu siapakah diriku
ini?" Tosu tua berambut kuning itu tertawa lebar tanpa menjawab.
Pedang perak semakin gusar, tiba-tiba dia menerjang maju kemuka sambil melepaskan sebuah
pukulan dahsyat. Tosu tua berambut kuning itu menyambut datangnya serangan dengan keras melawan keras,
tapi sesaat sebelum keempat tangan saling beradu, mendadak ia melejit ketengah udara dan
berkelebat lewat melalui atas kepala pedang perak.
Dengan suatu gerakan yang cepat sekali tosu tua itu menyambar tubuh putri Kim huan
kemudian kabur ke depan dengan kecepatan tinggi.
Tampak bayangan kuning berkelebat lewat, hanya didalam berapa kali kelebatan saja tubuhnya
sudah lenyap dibalik pepohonan sana.
Sekujur badan putri Kim huan gemetar keras, dia hampir pingsan saking kaget dan paniknya,
beberapa kali dia mencoba untuk meronta dengan sepenuh tenaga, akan tetapi dalam pelukan
tosu tua berambut kuning itu, dia tak mampu berkutik barang sedikit pun
Menggunakan kesempatan disaat ketiga orang pemuda itu berdiri tertegun, dengan cepat
pemuda jelek itu menyelinap pula kedalam hutan. Menanti ketiga orang itu berpaling bayangan
tubuhnya telah lenyap pula daripandangan mata.
Melihat kekasih hati mereka diculik orang tanpa sempat menolongnya pedang tembaga
danpedang besi menjadi gusar sekali. Mereka berpekik nyaring dengan penuh amarah. Pedang
perakpun menghentakkan kakinya keatas tanah seraya berseru:
"Kegagalan kita untuk melindungi nona tersebut hakekatnya merupakan pecundang besar
untuk kita bertiga. Bila nona tersebut tak bisa dikejar balik, kita bakal kehilangan muka
dikemudian hari. Ayoh cepat kita bertiga melakukan pengejaran secara terpisah."
Karena keraguan itu, sitosu tua berambut kuning tadi sudah kabur jauh beberapa li dari posisi
semula. Disuatu tempat dia menurunkan putri Kim huan dari bopongannya lalu mengancam:
"Bocah perempuan, kau jangan mencoba melarikan diri, ketahuilah ilmu meringankan tubuhku
ibarat burung yang terbang diangkasa kemanapun kau mencoba untuk melarikan diri aku akan
tetap bisa membekukmu kembali dan waktu itu. Heeeeeh.....heeeeeh........tidak sedikit jago lihay
didalam dunia persilatan yang berubah menjadi iblis ditanganku apalagi dia hanyalah seorang
bocah perempuan seperti kau."
Putri Kim huan ketakutan setengah mati, tubuhnya gemetar keras, dengan kecantikan
wajahnya dia nampak begitu mengenaskan sekali.
Tosu tua berambut kuning itu menjadi tak tega melihat gadis tersebut bercucuran air mata,
cepat dia menghibur: "Padahal kaupun tak usah takut, walaupun wajahku jelek dan tak sedap dipandang, namun
orangnya ramah sekali. Asal kau tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perasaan
hatiku, sudah barang tentu akupun tak akan mencelakaimu."
sementara itu pemuda jelek tadi salah muncul diri, bertemu dengan putri Kim huan dia tak
berkata apa-apa, tapi seperti perbuatannya tadi, ia mengamati gadis tersebut dari atas hingga
kebawah lalu tertawa terkekeh-kekeh dan menggigit ujung telunjuknya dengan bangga.
Putri Kim huan ngeri sekali bertemu dengan pemudaini, begitu ngerinya seperti bertemu degan
ular berbisa saja, dia tak ingin bersua dengannya, tapi ia sudah terjatuh ketangan lawan sekarang.
Mati hidunya sudah berada ditangan orang, karenanya mau tidak mau dia harus bersabarkan diri
Kedengaran tosu tua berambut kuning itu berkata:
"Hey bocah muda, pengharapanmu sudah menjadi kenyataan sekarang, mulai sekarang aku tak
akan melakukan perbuatan jahat begitu lagi. Kaupun tak usah merecoki diriku terus menerus, hatihati
kalau aku tidak senang hati, aku bisa menghajar pantatmu." Pemuda jelek itu tertawa
terkekeh-kekeh. "sekalipun suhu tidak berbicara, tecupun tak berani lagi mengajukan permintaan yang kelewat
batas, asal dia berada disampingku maka segalanya telah terpenuhi. Akupun tuk ingin mencampuri
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan macam apapun."
sambil berkata, kembali ia masukkan jari telunjuknya kedalam mulut, seakan-akan sedang
menikmati paha ayam yang lezat.
"Benar-benar manusia tak becus" umpat tosu tua berambut kuning itu sambil tertawa. "setiap
kali melihat tampangmu, hatiku terasa mendongkol sekali."
Dalam pada itu putri Kim huan berusaha keras untuk menghindari beradu pandangan dengan
pemuda jelek itu sekarang hatinya terkejut, gelisah dan tak tentram. Tiba-tiba saja dia teringat
akan Kim Thi sia, bahkan sangat berharap pemuda itu bisa muncul diri untuk menolongnya dari
ancaman bahaya. Mau tak mau dia harus berpendapat bahwa ilmu silat yang dimiliki Kim Thi sia adalah tertinggi
diantara kakak adik seperguruan tersebut, sebab selama beberapa hari dia bersamanya, belum
pernah ditemui mara bahaya seperti apa yang dialaminya hari ini. Tapi begitu berpisah dengan
pemuda tersebut, ternyata ia terjerumus lagi dalam situasi yang begitu gawat.
sungguh menggelikan sipedang perak, pedang besi tembaga dan pedang besi yang dihari-hari
biasa mengunggulkan diri sebagai tokoh paling top dalam dunia persilatan, kenyataan d isaat
bencana menjelang tiba mereka tak mampu menanggulanginya dia telah diculik orang tanpa
berhasil melakukan sesuatu.
Mendadak terdengar pemuda jelek itu memuji: "Ehmmm, harum, harum sekali baunya......."
Lalu sambil tertawa kepada sinona, ujarnya lebih jauh:
"Wajah cici amat cantik, selama hidup baru pertama kali kujumpai nona secantik ini. Itulah
sebabnya sejak bersua denganmu, aku telah berharap bisa menjalin hubungan persahabatan
denganmu. Aku rasa.....oya, aku lupa menanyakan nama cici. Benar-benar patut mati benar-benar
pantas mati........"
Keadaannya saat ini takjauh berbeda dengan badut yang sedang membanyol diatas panggung,
sayang putri Kim huan segan menggubris dirinya, bahkan bersikap acuh tak acuh seakan-akan tak
pernah melihatnya . Pemuda jelek itu benar-benar bermuka tebal, dia merecoki gadis tersebut tak henti-hentinya.
Lama kelamaan putri Kim huan menjadi sangat mendongkol. Tiba-tiba dia berkerut kening sambil
membentak: "Enyah kau dari sini, manusia yang memuakkan"
Pemuda jelek itu sama sekali tidak gusar, sambil tetap cengar cengir dia berkata:
"Mungkin nona menganggap wajahku terlalu jelek sehingga tak sudi menggubris aku. Padahal
setelah bergaul cukup lama denganku, kaupasti akan tahu bahwa aku adalah seorang yang amat
menarik." "Hey bocah kunyuk. kau benar-benar tak tahu malu" umpat tosu tua berambut kuning itu.
"Kalau toh orang lain enggan menggubrismu kau harus berusaha mencari akal untuk
menggembirakan hatinya buat apa kau merecokinya terus dengan cara-cara yang menyebalkan-
....." sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal dan tertawa getir, pemuda jelek itu berkata:
"suhu, tecu tidak mengetahui bagaimana caranya untuk menarik perhatiannya serta membuat
hatinya gembira." "Hmmm, kalau dibilang kau bodoh, nyatanya memang goblok seperti baki dungu" seru tosu tua
berambut kuning itu tak senang hati. "Masa perbuatan semacam inipun masih membutuhkan
pengajaran dariku?" Pemuda jelek itu berpikir sebentar, tiba-tiba dia bertepuk tangan sambil berteriak: "Yaa,
yaa.......aku tahu sekarang, aku tahu sekarang......."
Tergopoh-gopoh dia berjalan menuju kehadapan putri Kim huan, lalu bagaikan seekor monyet
berjumpalitan kian kemari sehingga membuat pasir dan debu beterbangan kemana-mana.
Cepat-cepat putri Kim huan memejamkan matanya rapat-rapat, dia mendengar pemuda jelek
itu masih berjumpalitan tiada hentinya sembari memperdengarkan suara mencicit yang aneh.
Menyaksikan adegan tersebut, tampaknya tosu tua berambut kuning itu menjadi mendongkol
sekali, setelah menghentakkan kakinya berapa kali dia menyingkir dari situ.
Tak lama kemudian pemuda jelek itu sudah bermandi keringat busuk. ketika dilihatnya putri
Kim huan belum- juga nampak gembira, ia menjadi amat gelisah dan buru-buru berjumpalitan
kembali diatas tanah dan berjalan dengan sepasang kaki diatas.
Putri Kim huan sama sekali tak menyangka kalau didunia ini masih terdapat manusia sedungu
itu, meski tidak sampai diutarakan keluar, diam-diam dia mengumpat pemuda tersebut sebagai
"keledai dungu".
Sementara itu pemuda jelek tersebut sudah menengok sekejap kearahnya, ketika dilihatnya
gadis itu tidak tergerak hatinya, dengan gelisah dia melompat bangun lalu berteriak keras-keras:
"Nona apa yang mesti kulakukan untuk membuatmu gembira" katakanlah yang jelas, jangan
membuat aku bermain joget ketek secara percuma......."
Putri Kim huan tidak tahan, hampir saja dia menggampar wajahnya keras-keras, dengan gemas
serunya: "Aku akan gembira bila melihat kau sudah mampus" Pemuda jelek itu tertegun, lalu serunya
cepat: "Waaah, tidak bisa Jika aku mati, kau pasti akan menjadi bininya orang lain-"
Berubah hebat paras muka putri Kim huan baru saja dia hendak mengumpatnya dengan berapa
patah kata, tiba-tiba saja satu ingatan melintas dalam benaknya, dia segera berpikir:
"orang ini goblok sekali, mengapa aku tidak memperalat dirinya bagi kepentinganku?" Berpikir
demikian, ia segera berkata dengan suara dingini
"Kalau begitu akan kuberitahukan kepadamu, didalam dunia persilatan terdapat seseorang yang
paling kubenci, asal kau sanggup menangkapnya, aku pasti akan merasa amat gembira."
"sungguh?" tanya pemuda jelek itu gelisah. "siapakah namanya?"
"Dia she Kim bernama Kim Thi sia, aku ingin sekali menampar wajahnya berapa kali."
Sementara berbicara, diam-diam dia berpikir.
"Seandainya dia bisa terpancing datang, berarti akupun punya harapan untuk meloloskan diri
dari bahaya, kenapa aku tidak memberikan janji yang muluk-muluk kepadanya?"
Berpikir demikian, dia berlagak tersenyum manis dan berjanji:
"Asal kau bisa menangkap Kim Thi sia serta membawanya kehadapanku, akupun akan menjadi
milikmu." Pemuda jelek itu kegirangan setengah mati buru-buru teriaknya kepada sitosu tua berambut
kuning itu. "suhu, sudahkah kau mendengar" Asal aku dapat menangkap orang itu, dia bersedia pula
kawin denganku." Merah padam selembar wajah putri Kim huan, kepalanya ditundukkan rendah-rendah. sikap
dan tingkah laku demikian spontan membuat pemuda jelek itu terpesona dan tergiur seperti
terbang diatas awan saja.
Terdengar tosu tua berambut kuning itu mendengus dingin: "Hmmm, apa urusannya
denganku?" "Baik" kata pemuda jelek itu kemudian. "Kita tetapkan dengan perkataan tersebut, dan
siapapun tak boleh menyesal."
Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu putri Kim huan yang dilarikan pemuda
jelek. Sementara itu Kim Thi sia yang pergi tanpa pamit dari rumah penginapan Liong pia pada
malam itu telah berangkat menuju kebarat menurut petunjuk dari ranting pohon yang dilemparkan
kearahnya. suasana gelap gulita disepanjang jalan membuat Kim Thi sia yang semula dibekap gelora emosi
menjadi agak mereda. Dia menengok sekejap kekiri kanan lain sambil mempercepat langkahnya
dia melanjutkan perjalanannya menuju kedepan.
Angin malam yang berhembus lewat disisi telinganya menimbulkan suara gemerisik aneh.
Mendadak Kim Thi sia menghentikan langkahnya seraya bergumam:
"Kenapa aku harus berjalan dengan langkah cepat" Padahal saat ini aku tidak ada urusan
penting, mungkinkah aku takut dengan setan.......?"
Bergumam sampai disitu, dia segera tertawa geli, pikirnya lagi:
"Seandainya memang begini, nyata sekali kalau nyaliku memang rada kecil."
Pelan-pelan dia berjalan menelusurijalan mendadak pikirnya lagi:
"Suheng sekalian tentu akan gusar sekali setelah membaca suratku, terutama putri Kim huan,
sengaja aku menyebutnya siputri bangsawan dengan niat menyindirnya. Bisa jadi dia akan
menangis sedih saking gusar dan mendongkolnya."
Tanpa terasa bayangan cantik sinonapun terlintas kembali didalam benaknya, dia merasa
seakan-akan gadis itu sedang memandangnya dengan sorot mata penuh cinta. Rasa kuatir dan
sedih yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Tanpa terasa dia menghela napas sambil bergumam
lagi: "Aaaai, selama ini aku selalu sedang menipu diri sendiri. sudah jelas dia menaruh kasih sayang
kepadaku bahkan berusaha untuk merahasiakannya. Kenapa aku hanya berani membayangkan
dirinya disaat suasana sunyi atau menyendiri.......?"
Terbayang kembali pengalamannya selama ini, tanpa terasa dia manggut- manggut seraya
bergumam: "Yaa benar, dia adalah putri raja negeri Kim. Kedudukannya amat terhormat, maka manusia liar
seperti akujadi merasa rendah diri. Tak berani membayangkan apa yang tak mungkin bisa
diharapkan......." Perasaan rendah diri segera mencegah dia berpikir lebih jauh, dengan menundukkan kepalanya
pelan-pelan dia melanjutkan kembali perjalanannya kedepan.
Mendadak dari jarak lima kaki dihadapan situ muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi
besar. Kim Thi sia amat terperanjat, dengan suara rendah dan dalam ia segera menegur: "siapakah
sobat yang berada didepan sana?"
Bayangan manusia yang tinggi besar itu berdiri tak bergerak ditengah jalan, keadaannya tak
berbeda seperti sukma gentayangan saja, bila seseorang tidak memperhatikan secara serius,
mungkin dia akan dianggap sebagai batang ranting kering.
Kim Thi sia tak senang hati, tapi keberaniannya makin meningkat, sambil maju lagi sejauh
berapa langkah, dia membentak keras:
"sobat, harap menyinkir dari situ, semua orang boleh melalui jalan raya ini, atas dasar apa kau
menghalangi jalan pergiku?"
Bayangan manusia itu masih tetap berdiri tak bergerak. dengan suara yang parau rendah dan
berat ia tertawa dingin tiada hentinya, kemudian ujarnya:
"Gampang sekali untuk dapat melalui hambatanku, tapi kau mesti meninggalkan tiga puluh tahil
perak sebagai ongkos lewat, kalau tidak. heeemmm......heeemmm.......lebih baik memilih jalan
lain." Kim Thi sia agak tertegun, serunya cepat:
"Apakah jalanan ini milikmu?"
"Benar" jawab orang yang tinggi besar itu sambil tertawa dingin. "Aku meminjam jalanan ini
untuk membiayai hidup sejumlah saudara, jadi sudah sepantasnya kalau kupungut biaya bagi
setiap orang yang melewati jalanan ini. Nah tak usah banyak bicara lagi, cepat serahkan ketiga
puluh tahil perak itu kepadaku."
sambil berkata dia segera mengulurkan tangannya yang besar, kasar dan bertenaga itu keluar.
sesudah mengetahui duduknya persoalan Kim Thi sia segera tertawa terbahak-bahak katanya:
"Haaaah.....haaaah......haaaah......bagus sekali. Sungguh beruntung aku orang she Kim bisa
bertemu dengan raja gunung macam kau."
Berhenti tertawa dia maju dua langkah kemuka, dan katanya lebih jauh dengan suara dalam:
"Sesungguhnya jumlah yang sobat tuntut tidak terhitung banyak. tapi kebetulan sekali akupun
berasal dari aliran yang sama bagaimanapun juga aku toh tak bisa hitam maka hitam, apalagi
kulihat kau adalah seorang lelaki rudin begitu juga dengan diriku kalau toh kita sama-sama
mencari sesuap nasi dari sokongan orang banyak. daripada ribut sendiri apa salahnya kalau
menjalin tali persahabatan saja."
"Tidak bisa" tukas orang yang tinggi besar itu kaku. "Aku tak bisa melanggar peraturan sendiri
lantaran perkataanmu itu. Apalagi kaupun tak usah beralasan yang macam-macam, bila aku mesti
melepaskan sama seporsi, bukankah sepanjang tahun kami bakal kekurangan uang dan hidup
kelaparan. sudah, tak usah banyak bicara lagi, pokoknya kau harus menyerahkan tiga puluh tahil
perak dulu sebelum pergi dari sini?"
"Baik" dengan kening berkerut Kim Thi sia berkata. "kalau memang begitu, akupun tak usah
bentrok denganmu gara-gara tiga puluh tahil perak ini dia uangnya ada disini ambillah sendiri"
sambil berkata diapun meroboh kedalam sakunya dan mengeluarkan uangnya yang tinggal tiga
tahil itu, kemudian pelan-pelan berjalan kedepan-
"Berhenti" kembali orang itu membentak keras. " Letakkan uang itu keatas tanah lalu
menyingkir jauh-jauh. Kalau tidak aku akan tetap melarangmu melewati-jalanan ini."
JILID 28 Kim Thi sia tidak banyak berbicara lagi, dia meletakkan uangnya keatas tanah dan menyingkir
dari situ. Bagaikan seekor harimau kelaparan orang itu segera menerkam kedepan dan langsung
menyambar uang tersebut. Mungkin pengalaman segera memberitahukan kepadanya bahwa uang tersebut masih jauh dari
nilai yang sebenarnya, tiba-tiba dia membentak gusar dengan wajah berubah hebat.
"Telur busuk, yang kuminta adalah tiga puluh tahil perak. Kurang ajar, rupanya kau sengaja
hendak mempermainkan aku?"
"Sesungguhnya aku sendiripun seorang miskin" kata Kim Thi sia pelan- "Uang yang adapun
sebetulnya kusiapkan untuk bersantap nanti, tapi karena kulihat kau kelewat rudin sehingga
hampir edan, timbul rasa iba dihatiku untuk memberikan uang tersebut kepadamu lebih dulu.
Masa kau malah menuduh aku sedang mempermainkan dirimu?"
Mendengar ucapan ini, orang tersebut menjadi mencak-mencak karena gusarnya, dia
membentak keras: "Yang kuminta adalah tiga puluh tahil perak, setahilpun tak boleh kurang. Bila kau tak punya
maka tubuhmu harus dijadikan sandera sampai kau lunas membayar sisanya. Ayoh berdiri saja
disitu." Habis berkata dia segera mendesak maju kedepan dan memeluk dengan sepasang tangan yang
besar kuat. Dengan cekatan Kim Thi sia berkelit kesamping, lalu katanya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Hey raja gunung, dengarkan baik-baik. Bila tenaga untuk melanjutkan hidup saja sudah tak
kau miliki, lebih baik pergilah bersamaku. Buat apa sih kau menjual harga diriku hanya disebabkan
berapa tahil perak?"
Tiba-tiba lelaki yang tinggi besar itu mengurungkan gerakannya lalu bergumam seorang diri:
"Rupanya sobatpun seorang jago silat, tak heran kau berani mempermainkan aku, baiklah
sudah cukup lama aku hidup menyendiri disini. Tanganku juga sudah mulai gatal, hari ini akan
kucoba sampai dimanakah kemampuan yang kau miliki." Telapak tangannya segera diayunkan
kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Kim Thi sia menyambut serangan tadi dengan kekerasan pula. Akibat bentrokan tersebut
tubuhnya tergetar mundur satu langkah. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan hati.
"Tunggu dulu" dia berteriak kemudian. "Dari kepandaian silatmu yang cukup hebat, aku yakin
kau mempunyai asal usul yang luar biasa. sungguh heran manusia semacam kau mengapa rela
menjadi begal digunung?"
"Maknya, siapa bilang aku begal gunung?" teriak orang itu marah. "Bocah keparat, kau jangan
salah menilai orang."
Berbicara sampai disini, dia baru sadar kalau telah salah berbicara, cepat-cepat ujarnya lagi:
"Bocah keparat, kau tak usah banyak berbicara lagi, lebih baik kita selesaikan persoalan ini
dengan pertarungan."
Kim Thi sia bukan orang tolol mendengar perkataan itu dengan cepat dia berpikir sejenak.
Cepat- ceepat ia bisa menarik kesimpulan bahwa orang ini bukan begal sungguh, atau mungkln
juga dia terpaksa berbuat begini karena mempunyai kesulitan yang tak bisa diungkapkan.
Berpikir demikian, dia sengaja melompat mundur sejauh satu kaki lebih dari posisi semula dan
berteriak keras: "Tenaga pukulan san tayong memang sangat hebat, aku sadar bukan tandinganmu, baiklah kita
rundingkan lagi harga yang kau minta tadi."
"Tak bisa ditawar-tawar lagi, sekali membuka harga, aku tetap menuntut tiga puluh tahil perak.
kokoknya bila kau tidak menyerahkan jumlah tersebut kepadaku sejak kini biar sampai diujung
langitpun aku tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."
Tergerak pikiran Kim Thi sia, kembali dia bertanya: "Benarkah sobat membutuhkan tiga puluh
tahil perak?" "Kau jangan mengira aku memandang tiga puluh tahil perak?"
"Kau jangan mengira aku memandang uang bagaikan nyawa sendiri, sesungguhnya..........
hmmmm........" Mendadak ia tergagap dan tak mampu melanjutkan perkataannya lagi, tampaknya ada sesuatu
yang sulit baginya untuk diutarakan keluar.
Kim Thi sia yang mengamati perubahannya semakin yakin kalau apa yang diduganya memang
benar, maka dengan nada menyelidik dia berkata:
"Kulihat sobat adalah seorang yang berjiwa ksatria, jujur dan polos. Akupun tahu sobat bukan
manusia yang kemaruk harta serta menganggap uang seperti nyawa sendiri, aku tahu pasti ada
orang yang memaksamu untuk berbuat demikian atau mungkin disebabkan alasan lain sehingga
memaksamu mau tak mau harus mengingkari suara hatimu sendiri membegal harta kekayaan
orang lain." Ketika mendengar perkataan tersebut, lelaki tinggi besar itu seperti tersengat lebah saja, ia
melompat bangun dan berteriak keras:
"Maknya, serahkan uang itu, aku tak punya waktu untuk ribut terus denganmu."
"siapa yang memaksamu berbuat demikian" Cepat katakan?" Nada suaranya kali ini
mengandung nada perintah.
Meski hanya sepatah kata yang singkat ternyata mendatangkan daya pengaruh yang besar.
Lelaki tinggi besar itu seketika dibuat tertegun lalu tanpa disadari jawabnya:
"Maknya, telur busuk itu bernama si Unta, mukanya tampang rudin, andaikata aku bukan kalah
dalam taruhan, siapa yang kesudian melakukan perbuatan seperti ini."
Menyinggung soal "unta", semua rasa mangkel dan gusarnyapun turut diutarakan keluar,
umpatnya: "Maknya siunta keparat itu, tampaknya perbuatan macam apapun dapat dia lakukan padahal
aku hanya kalah dalam taruhan, dia telah memaksaku menjadi begal untuk memeras uang orang
lain, bahkan suruh aku bilang bahwa uang tadi dipakai untuk membiayai hidup saudara-saudaraku.
Maknya, tak kusangka perbuatan terkutuk yang memalukan seperti inipun bisa dia pikirkan. Tahu
begitu, aku tak sudi berkenalan dengannya, bukan saja hidup tersiksa, malah harus menyandang
gelar sebagai begal."
Begitu mendengar nama orang itu adalah si "unta", Kim Thi sia segera tahu bahwa orang ini
telah dibodohi olehnya, dia cukup memahami keadaan serta sifat siunta, terutama tampang
kerenya yang menyebalkan itu. Dia tak menyangka kalau dirinya akan dijadikan korban lagi oleh
ulahnya.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, tampaknya lelaki tinggi besar itu telah sadar
kembali, tahu kalau rahasia hatinya sudah terbongkar, dengan wajah berubah hebat bentaknya:
"Bagaimana, kenapa belum nampak uangnya diserahkan" Apakah kau hendak bermain gila lagi
denganku?" "sobat" kata Kim Thi sia dengan perasaan lebih tenang. "Akupun kenal dengan manusia yang
bernama Unta itu. orang tersebut licik, berhati busuk dan berbahaya sekali. Aku yakin sobat telah
dibodohi olehnya. Bila kau tak menampik aku bicara terus terang, lebih baik jangan kau gubris
manusia rendah seperti itu. Kalau tidak kau akan mengalami lagi nasib yang sama, dan akhirnya
kau akan konyol sendiri"
"Kau kenal dengannya?" tanya lelaki kekar itu tertegun-
Melihat Kim Thi sia mengangguk. ia segera tertawa terbahak-bahak sambil berkata lebih jauh:
"Haaaah......haaaah......haaaah........bagus sekali, aku yakin setiap orang yang pernah
berkenalan dengannya pasti pernah menderita kerugian pula ditangannya. Itu berarti kita senasib
sependeritaan-" orang ini benar-benar berjiwa terbuka dan periang, ketika selesai berkata dia telah
menganggap pemuda itu sebagai sahabat sendiri, malah menepuk bahunya kuat-kuat.
Kim Thi sia pun segera berpendapat bahwa jalan pemikiran maupun watak orang ini persis
seperti dirinya, tanpa sadar timbul pula kesan baiknya terhadap utang inu sambil tertawa
terbahak-bahak diapun turut berkata:
"Haaaah......haaaah......haaaah.......perkataan loheng memang betul tak sedikit kerugian yang
pernah kualami dari tangannya."
"Aku bernama Lu Ci, dan kau?"
"Aku Kim Thi sia"
Tiba-tiba Lu Ci membelalakan matanya lebar-lebar teriaknya tanpa terasa:
"Kau adalah orang yang tersohor sebagai manusia yang paling susah dilayani......."
Tampaknya dia rikuh untuk melanjutkan kata-katanya sehingga terhenti ditengah jalan. Kim Thi
sia sama sekali tidak tersinggung sahutnya sambil manggut- manggut:
"Yaa benar, setiap orang mengatakan aku adalah manusia yang paling susah dihadapi. Padahal
dalam kenyataannya aku sangat pakai aturan. saudara Lu Ci, kita sama-sama adalah manusia
kasar yang tidak mengurusi segala persoalan tetek bengek. bagaimana kalau kita jalin
persahabatan yang akrab?"
Lu Ci menganggukkan kepalanya berulang kali, sahutnya sambil tertawa:
"Akupun mempunyai keinginan tersebut. Haaaah.......haaaah.......haaaaah........mulai hari ini
kita sudah terhitung bersahabat karib."
Dia seakan-akan merasa bangga sekali karena dapat menjalin persahabatan dengan manusia
yang bernama Kim Thi sia, setelah meminta maaf berulang kali mendadak dia seperti teringat
akan sesuatu. sambil bermuram durja, katanya kembali: "saudara Thi sia. Aku.......aku.......kau
punya tiga puluh tahil perak?"
Lu Ci tidak menjawab secara langsung tapi menghela napas panjang. Kim Thi sia ingin
mengetahui duduk persoalan yang sebenarya dengan nada bergurau dia segera berkata:
"saudara Lu, dari orang asing kita telah menjadi sahabat karib, apakah kau masih tetap
menuntut tiga puluh tahil perak sebagai ongkos lewat" Waaaah.....kau benar-benar kebangetan"
sebagai orang kasar, Lu Ci tidak terbiasa dengan gurauan seperti itu, dia mengira ucapan
tersebut sungguhan, dengan wajah merah padam karena cemas dan gelisah, serunya berulang
kali: "Bukan begitu Bukan begitu saudara Thi sia jangan salah paham, sebenarnya aku telah kalah
taruh dengan siunta sebesar tiga puluh tahil perak karena itu aku ingin meminjamnya dari loheng.
Apakah loheng tidak merasa keberatan?"
"Waaah.....maaf, sesungguhnya seluruh harta kekayaanku sudah berada ditanganmu sekarang.
Yang tersisa kini cuma kantung yang kosong....."
Paras muka Lu Ci semakin memerah, ternyata tiga tahil perak masih berada dalam
genggamannya erat-erat. seandainya Kim Thi sia tidak mengingatkan hampir saja dia
melupakannya. Dengan wajah tersipu-sipu dia mengembalikan hancuran perak itu kepada Kim Thi sia.
Kim Thi sia sendiripun mengerti bahwa uang sejumlah itu tak mungkin bermanfaat apa-apa.
Dalam keadaan apa boleh buat diapun menerima kembali.
Ketika menyaksikan Lu Ci masih bermuram durja dan tak gembira, sambil tertawa dingin
katanya segera: "saudara Lu Ci, bukanku menuduhmu tak becus. sesungguhnya dalam menghadapi manusia
rendah seperti siunta, lebih baik kita anggap setiap perkataannya sebagai kentut busuk, tak usah
digubris lagi. Dengan berbuat demikian niscaya tiada kesulitan yang akan membebani pikiranmu. "
Dengan cepat Lu Ci menggelengkan kepalanya berulang kali, dia berkata:
"sepanjang hidup aku paling menepati janji. setiap perkataan yang sudah diutarakan keluar tak
pernah kupungkiri kembali, aku tak bisa mengingkari janji."
" Untuk menepati janjipun kita wajib melihat dulu dengan siapa kita berbicara" seru Kim Thi sia
dengan nada tak senang. "Kalau tyerhadap siunta si telur busuk itu. Hmmm, kenapa kita mesti
pegang janji" Dia orangnya licik dan sering menggunakan akal muslihat untuk menjebak orang.
Bila kita mesti menepati janji terhadapnya, ibarat memetik harpa didepan kerbau saja."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menambahkan:
"Kau harus berpikir kembali, seandainya dia yang kalah, kujamin dia tentu akan angkat kaki
mengambil langkah seribu, tapi manusia hebat macam dia tak pernah akan kalah, sebab dia tak
akan melakukan perbuatan yang belum diyakini seratus persen keberhasilannya, justru kaulah
yang suda ditipu habis-habisan."
"Aku ingin menyesali kejadian tersebut dan tidak menepati janji, namun liang simku berkata
lain, aku merasa batinku amat tersiksa."
"Begini saja, kaupun tidak usah menjadi begal, serahkan saja siunta kepadaku, asal kau tidak
menampilkan diri, urusan toh bakal beres."
Tergerak hati Lu Ci selesai mendengar perkataan itu, tergesa-gesa dia berkata:
"Caramu itu bagus sekali, hanya saja......hanya saja.......apakah kau yakin bisa meloloskan diri
darinya?" "Bila kau tak mau tahu keadaan, akan kutaklukkan dirinya dengan menggunakan kekerasan-"
sejak mengetahui siapakah pemuda yang dihadapinya, kepercayaan Lu Ci terhadapnya semakin
bertambah besar. Dia percaya walaupu ilmu silat yang dimiliki siunta cukup hebat, tak mungkin ia
mampu menandingi Kim Thi sia yang sudah termashur sebagai manusia yang paling susah dilayani
itu. Maka diapun segera berkata:
"sekarang ia sedang tidur dibalik semak belukar sana, pergilah kesitu seorang diri. Aku akan
menunggumu didepan sana."
Begitulah, dua orang kasar itu berbicara kesana kemari namun tak berhasil menemukan cara
yang lebih baik lagi, maka keputusanpun diambil.
sesuai dengan petunjuk dari Lu ci tadi, Kim Thi sia segera berangkat kebalik semak belukar.
sedangkan Lu Ci menuju keujung jalan sana dengan langkah lebar.
Waktu itu rembulan yang berbentuk sabit mulai menampakkan diri dari balik awan tebal.
suasana yang semula gelappun lambat laun diterangi sedikit cahaya. Meminjam cahaya rembulan
yang redup dengan lancar Kim Thi sia tiba ditempat yang dimaksud Lu Ci.
Ia cukup mengerti bahwa siunta adalah manusia licik yang sangat berbahaya, dia menganggap
kecerdasan otaknya melebihi siapapun, maka sejak memasuki kawasannya, diapun meningkatkan
kewaspadaannya untuk berjaga-jaga atas segala kemungkinan yang tidak diinginkansetelah
berjalan berapa jauh dengan langkah berhati-hati, mendadak ia temukan seseorang
sedang berbaring dibawah pohon dikejauhan sana. sinar yang redup sukar untuk dipakai melihat
lebih jelas, tapi ia bisa melihat bahwa orang itu berperawakan kurus kecil dengan sepasang kaki
yang pendek. Ciri khas dari siunta.
Ia berhenti lebih kurang lima kaki dibelakang siunta, karena dia kuatir musuhnya yang licik itu
bakal bermain gila dengannya.
Akan tetapi siunta masih tetap tertidur amat nyenyak. dia seakan-akan tidak merasakan akan
kehadiran orang lain. sebagai seorang lelaki berjiwa ksatria, sudah barang tentu Kim Thi sia enggan melakukan
bokongan disaat orang lain tak siap. dengan suara keras segera tegurnya: "Hey setan tua,
sobatmu telah datang."
Unta tetap membungkam, seakan-akan tidak mendengar, ia tetap tidur dengan amat
nyenyaknya. Kim Thi sia mulai curiga, dia cukup mengerti bahwa siunta bukan manusia sederhana, tapi
kenyataannya orang itu tidak menunjukkan reaksi apapun, atau mungkin hal ini disebabkan dia
menganggap ditempat yang terpencil ini tidak bakal terjadi peristiwa yang tak diinginkan"
Dengan menyabarkan diri Kim Thi sia mencoba menegur lagi, kali ini dia menegur dengan suara
lebih keras sehingga burung-burung diatas pohonpun berterbangan lantaran kaget, tapi siunta
tetap tidur amat nyenyak.
Tak tahan lagi pemuda kita malu kedepan, baru empat langkah dia menghentikan kembali
perjalanannya seraya berpikir:
"siunta licik dan banyak akal muslihatnya jangan-jangan dia sedang mengatur perangkap untuk
menjebakku." Dengan cepat dia mencari akal lain, tiba-tiba ia membungkukkan badan dan memungut sebutir
batu, lalu disambitnya kearah depan. "Blaaakkk......."
Dengan cepat batu tersebut menimpuk diatas sesuatu yang lembek dan sama sekali tiada
tenaga pantulannya. Mendengar suara pantulan yang dihamilkan, paras muka Kim Thi sia segera berubah hebat,
pikirnya: "Aaaaah, ternyata dugaanku tak salah, bayangan manusia itu hanya tumpukkan rumput."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba saja ia merasa jalan darah Gi siang
hiatnya menjadi kesemutan, disusul kemudian terdengar seseorang menjengek sambil tertawa
dingin. "Hey bocah kunyuk. sudah lama kita tak bertemu, aku benar-benar merindukan dirimu."
Mimpipun Kim Thi sia tidak mengira kalau tindakannya yang sudah begitu berhati-hati akhirnya
masih terperangkap juga oleh ulah siunta, ia merasa peristiwa ini merupakan suatu penghinaan
baginya. Dengan amarah yang berkobar-kobar segera bentaknya keras-keras:
"Maknya, tak kusangka kau situa bangka benar-benar lihay, akhirnya aku terpecundang kembali
ditanganmu, tapi kau tak usah keburu senang hati. sanya masih mempunyai cara lain untuk
menghadapi dirimu." siunta tertawa dingin dan berkata lagi:
"Hey bocah kunyuk, seandaiknya aku tidak memandang pada hubungan kita dimasa lampau
mungkin caramu untuk menghadapi diriku itu baru dapat kau laksanakan sesudah tiba diakhirat
nanti. sudahlah, tak usah banyak berbicara lagi, aku ingin bertanya kepadamu, antara kita berdua
Raden Banyak Sumba 3 Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Rahasia Kampung Garuda 4