Pencarian

Lembah Nirmala 17

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 17


"Kau tidak usah kuatir, aku tidak bakal mati, aku bersumpah akan membantumu keluar dari
lembah ini." Selesai menulis surat tadi, ia mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang,
gumamnya: "Hay jin-......aku tidak berani memastikan berhasil, tapi aku bersedia untuk berkorban bagimu."
Ia melipat surat tersebut dan dilemparkan keluar gua lewat celah-celah yang ada, dia percaya
Nirmala nomor tujuh tentu akan menemukan suratnya itu.
Sekarang perasaan hatinya merasa puas sekali. Kalau toh harus berkorban, dia tidak akan
segan-segan melakukannya, sebab gadis cantik berbaju putih itu telah mengirim tiga pucuk surat
kepadanya. Dengan semangat yang berkobar-kobar kembali pemuda itu melatih ilmu silatnya dengan lebih
tekun dan bersungguh-sungguh. Pada hari keempat.......
Begitu mendusin tidurnya, maka tindakan pertama yang dilaukan adalah memeriksa apakah
ada surat untuknya^ Ternyata apa yang diharapkan menjadi kenyataan, kembali sepucuk surat muncul didepan
mata. Kali ini surat tersebut berbunyi begini:
"Thi sia." "Ketika kubaca suratmu yang kau tulis dengan darah, hatiku merasa terharu disamping sedih,
mengapa kau harus membuang darahmu yang berharga secara percuma?"
"Kau tahu setiap kali kupejamkan mata, aku seolah-olah menyaksikan raut mukamu yang
murung dan sedih karena sekapan selama empat hari ini, aku rasa kau tentu kurus sekali."
"Pagi tadi, Nirmala nomor tujuh memberitahukan kepadaku bahwa ibuku telah membunuh lagi
lima orang yang tak bersalah. Aaaai.......mengapa ibu harus berbuat demikian?"
"Mungkin juga dia berbuat demikian karena perasaan hatinya kurang baik, selama ini diapun
tak pernah datang untuk menjengukku. Namun akupun tidak mmebutuhkan kasih sayangnya yang
penuh kemunafikan. Aku telah bertekad akan pergi meninggalkannya."
"Bersabarlah, setiap hari aku menulis surat kepadamu, kata-kata tersebut selain mendengung
dihatiku, kuharap kaupun dapat berbuat demikian."
"Menurut kabar dari Nirmala nomor tujuh, lusa ibuku hendak pergi ke Tionggoan. Aku merasa
gembira sekali setelah mendengar berita ini, dengan kepergiaannya bukankah kaupun akan
berkurang dalam penderitaan?" "Salam, Hay jin-"
Kim Thi sia merasakan perasaannya bergolak keras sehabis membaca tulisan ini, tiba-tiba saja
dia berpikir: "Bila ditinjau dari tulisannya, setiap patah kata semuanya mengandung perasan kuatir serta
perhatian yang sangat besar apakah dia menaruh hati kepadaku?"
Tapi perasaan rendah diri segera memotong jalan pemikiran tersebut, pikirnya lebih jauh:
"Aku tak lebih hanya seorang manusia gelandangan yang kasar dan tak tahu sopan santun dari
dunia persilatan- Bagaimanapun juga aku bukan tandingannya, sungguh menggelikan kalau aku
punya ingatan katak buduk mengharapkan daging angsa. IHmmmm, dia toh cuma berniat
menghiburku dengan kata-kata senasib sependeritaan- Masa aku lantas menganggapnya punya
minat kepadaku" Huuuuuh, ingatan yang benar-benar tak tahu malu......"
Dengan cepat dia membuang jauh-jauh semua pikiran itu dan meneruskan lagi latihannya.
Pada hari kelima...... Dengan penuh pengharapan dia membuka batunya, tapi ia sangat kecewa, ternyata gadis
cantik berbaju putih itu tidak menulis surat untuknya.
Entah mengapa, tiba-tiba saja pemuda itu merasa sangat mendongkol. Dalam jengkelnya ia
segera menghimpun seluruh kekuatan tubuhnya dan melancarkan sebuah pukulan keatas batu
cadas itu. "Blaaaaaarrmm........"
Tiba-tiba saja batu raksasa itu bergoncang keras sambil menimbulkan suara yang angat aneh.
Kim Thi sia hampir saja tak percaya kalau apa yang telah terjadi merupakan suatu kenyataan-
Dengan cepat berpikir: "Mungkinkah berkat latihanku siang dan malam, tenaga pukulan Tay goan sinkang ku telah
mencapai puncak kesempurnaan?"
Sekali lagi dia menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya dan melepaskan sebuah
pukulan lagi. "Blaaaaammmmm........"
Ditengah benturan keras, hancuran batu berserakan kemana-mana, kembali batu raksasa itu
bergoncang keras. Kali ini dia sudah makin yakin kalau ilmu Tay goa sinkangnya telah memperoleh kemajuan
pesat, meski begitu ia belum berhasil menjebloskannya untuk melarikan diri.
Tapi timbul juga rasa percaya pada kemampuan sendiri, sekalipun batu itu belum berhasil
disingkirkan, tapi ia percaya akhirnya apa yang diharapkan dapat tercapai juga.
Maka dengan membuang jauh-jauh segala pikiran, dia melanjutkan kembali latihannya dengan
tekunTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tengah harinya terdengar suara langkah kaki manusia bergema mendekati gua tersebut,
kemudian tampak secarik kertas disisipkan lewat celah gua. Buru-buru Kim Thi sia mengambil
kertas itu dan dibaca isinya. "Adik Thi sia."
"Hari yang penuh pengharapan akhirnya semakin mendekat, setiap kupandang cuaca, hatiku
selalu mengomel mengapa waktu berlalu begitu lambat, mengapa bukan hari ini saja ibuku pergi
meninggalkan lembah?"
" Nirmala nomor tujuh telah memberitahukan kepadaku, ibu telah bertekad hendak berangkat
kedaratan Tionggoan. Sepeninggalannya dia akan mengutus Nirmala nomor empat sampai nomor
tujuh untuk mengawasi gerak gerik kami."
"Berhubung posisi Nirmala nomor tujuh sekarang sudah lain, dia dilarang meninggalkan
jabatannya. oleh sebab itu akupun tak pernah memberitahukan kepadanya tentang rencana kita
untuk melarikan diri dari lembah ini. Bagaimana rencanamu selanjutnya" Apakah kau yakin untuk
meloloskan diri dari sana?"
" Kudengar setiap hari kau selalu melatih diri dengan tekun, aku yakin akan kemajuan yang
pesat pasti tercapai dalam waktu yang begitu singkat. Nirmala nomor tujuh tidak melaporkan
peristiwa ini kepada ibuku. Katanya bila ada kesempatan dikemudian hari, kau harus berterima
kasih kepadanya." "Perasaan hatiku belakangan ini berangsur membaik, tapi aku tetap merasa kuatir karena ibu
telah mengurungku didalam sebuah kamar yang berterali besi. Bila kau tidak memiliki kemampuan
untuk merusak terali besi tersebut, bukankah sama artinya usaha dan rencana kita selama berharihari
akan sia-sia belaka?"
"Apakah kau telah menyelidiki keadaan medan didalam lembah ini" Bagaimana pula caramu
untuk menghadapi orang-orang yang mengawasi kita berdua" Aku benar-benar menyesal
mengapa tidak belajar silat dari ibuku dulu. Kalau tidak. aku pasti dapat membantu usahamu."
" Kemudian apakah kau sudah pertimbangkan baik-baik. Kemanakah kita akan pergi setelah
meninggalkan lembah ini" Bagaimana untuk melanjutkan hidup?"
"Adik Kim Thi sia, aku percaya kau adalah seorang yang pintar, semua harapanku telah
kuserahkan semua kepadamu......"
"Tertanda, Hay jin."
Kim Thi sia termenung sebentar, kemudian dengan darahnya dia membalas surat tersebut,
tulisannya: "Segala sesuatunya kita bicarakan setelah bersua nanti."
Setelah membuang surat itu keluar dari gua dia mempergiat latihan ilmu silatnya.
Waktu sudah semakin mendesak. berhasil atau gagal akan ditentukan dengan tindakan
tersebut, karenanya bagaimanapun jua dia harus mempergiat latihannya.
Pada hari keenam, cuaca sangat buruk. awan mendung menyelimuti angkasa dan hujan turun
dengan derasnya. Memandang pakaian yang dikenakan olehnya, Kim Thi sia mulai termenung.
" Dengan pakaianku yang compang camping, dengan tubuhku yang bau keringat, mana
mungkin aku bisa melakukan perjalanan bersamanya?"
Surat dari gadis berbaju putih itu kembali ditemukan disela-sela gua, ketika dibuka surat
tersebut, ditemukan tulisannya sangat kacau dan tergesa-gesa. Hal ini sangat mengejutkan
hatinya. Terbaca olehnya surat tersebut berbunyi begini:
"Hari ini datang tamu asing, ibu telah menyerahkan diriku kepada tamu asing itu untuk
membawanya kedaratan Tionggoan. oooh, pikiranku sangat kalut....." Surat itu tanpa nama tanpa
tanda tangan selain sebaris tulisan yang singkat.
Tapi Kim Thi sia mengenali surat itu ditulis oleh Hay jin, gadis cantik berbaju putih itu, dengan
perasaan terkejut segera pikirnya:
"Aneh, siapakah tamu asing itu" Mengapa Dewi Nirmala menyerahkan putri kandungnya
kepada orang itu?" Kemudian ia berpikir lebih jauh:
"Bila ditinjau dari tulisannya yang tergesa-gesa, nampaknya ia seperti dikejar waktu Janganjangan
sekarang juga dia akan meninggalkan lembah nirmala?"
Angin dingin yang menghembus masuk melalui celah-celah gua mendatangkan perasaan tak
sedap ditubuhnya, tiba-tiba saja ia merasa badannya menggigil, pikirnya:
" Habis sudah kali ini, sudah jelas Dewi Nirmala berniat menyerahkan gadisnya kepada tamu
asing itu, bedebah tamu asing itu, entah siapakah dia?" Dengan sedih ia menggelengkan
kepalanya berulang kali, lalu gumamnya lirih:
"Seandainya dia telah meninggalkan lembah nirmala, aku bertekad akan menemukannya
kembali. ooooh..... rencana yang telah disusun berhari-hari lamanya, kini sudah hancur
berantakan. Ditinjau dari hubungan sitamu asing yang begitu akrab dengan Dewi Nirmala, sudah
pasti diapun bukan manusia baik-baik. Bagaimana mungkin ia bisa peroleh kebahagiaan?"
Perasaan yang sangat sedih dan sakit hati bagaikan diiris-iris dengan pisau tajam segera
mencekam perasaannya, mendadak dia membentak keras lalu membabat batu raksasa itu dengan
sepenuh tenaga. "Blaaaarrrr......."
Batu raksasa itu hanya bergoncang keras namun sama sekali tidak bergerak dari posisinya
semula. Dengan napas terengah-engah ia menjatuhkan diri tertunduk. umpatnya kemudian sambil
menggertak gigi: "Maknya, Dewi Nirmala, kau bedebah terkutuk. manusia keparat"
Dengan susah payah akhirnya ia berhasil juga mengendalikan hawa amarahnya. Hari itu
sepanjang waktu dia tak pernah beristirahat, tiada hentinya dia hajar batu raksasa tersebut
dengan sepenuh tenaga. Menanti tenaganya sudah habis dan tiada bertenaga lagi untuk melepaskan pukulan dan baru
tertidur nyenyak. Mungkin karena rasa lelah yang amat sangat, tidurnya kali ini cukup lama.......
Tatkala mendusin kembali dari tidurnya, hari sudah malam. Angin dingin yang berhembus
masuk melalui celah-celah gua, membuat udara terasa amat dingin membekikan-
Dengan cepat dia bersemedi untuk menghimpun kembali kekuatan tubuhnya, tak lama
kemudian ia merasakan tenaga yang terhimpun telah penuh, kekuatan yang menyusup keempat
anggota badannya terasa lebih kuat dan mantap.
Dengan dicekam perasaan heran dan ingin tahu, pemuda itu segera menghimpun segenap
kekuatannya dan melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat kearah batu raksasa itu.
"Blaaaammmm......"
Diiringi deruan angin puyuh yang sangat mengerikan hati, batu cadas seberat berapa ribu kati
itu segera terhajar telak dan mencelat keluar dari mulut gua.
Dengan demikian muncullah sebuah lubang kecil seluas tujuh delapan depa didepannya. Rasa
terkejut bercampur girangnya Kim Thi sia tidak membuang banyak waktu lagi, dengan langkah
lebar dia menerobos keluar dari ruangan gua itu.
Ditengah hembusan angin malam yang dingin dan membekukan badan, ternyata ia sama sekali
tidak merasa kedinginan sadarlah pemuda kita bahwa kemampuannya telah meningkat berapa kali
daripada keadaan semula. Berdiri ditengah hembusan angin topan pemuda itu merasa hatinya berat dan sedih sebab
sekalipun ia berhasil menerobos keluar dari sekapan, namun kemanakah dia harus pergi untuk
menemukan jejak gadis cantik berbaju putih itu"
Tiba-tiba ia mendengar suara helaan napas seseorang yang amat lirih, Kim Thi sia segera
berpaling dan memperhatikan sekejap sumber dari suara helaan napas itu.
Setelah menemukan arahnya, pelan-pelan dia berjalan mendekati tempat tersebut yang
ternyata berupa sebuah gua kecil, lalu dengan suara lirih dia bertanya: "Siapakah yang berada
didalam sana?" Tiada jawaban dari balik gua, ketika peronda itu makin mendekat gua tadi, seperti apa yang
pernah diceritakan ayahnya, ia menyaksikan ada sepasang biji mata yang jeli dan tajam
mengawasinya tajam-tajam.
Tak disangka lagi didalam gua itu terdapat penghuninya. Sekalipun dalam kegelapan Kim Thi
sia bisa menyaksikan raut mukanya, namun sorot mata orang itujels berbeda daripada orang
biasa. Dengan perasaan ingin tahu dia segera bertanya:
"Sobat, siapa namamu" Bila kudengar dari helaan napasmu yang begitu sedih, agaknya ada
suatu persoalan yang memedihkan dirimu. Bolehkah aku tahu persoalan apakah itu?"
Tanpa bergerak dari posisinya semula, orang itu balik bertanya: "Kau datang dari mana?"
Begitu ucapan tersebut bergema, Kim Thi sia menjadi sangat terperanjat. Suara jawaban orang
tersebut begitu keras dan nyaring hingga menusuk pendengarannya. "Aku datang dari luar",
sahutnya cepat-cepat. "Tahukah kau akan peraturan dari lembah ini"
"Aku sudah disekap dalam beberapa hari baru saja aku berhasil menjebol gua dan meloloskan
diri ketika akan pergi dari sini, kudengar suara helaan napasmu yang amat memedihkan hati,
karena terdorong rasa ingin tahulah maka aku balik lagi kemari. Hay kalau toa gua ini tanpa batu
raksasa yang menyumbat, kenapa kau tak ingin pergi dari sini untuk mencari kebebasan dan
kemerdekaan?" "omong kosong, siapakah manusia didunia ini yang tak ingin kebebasan dan kemerdekaan-
......." " Lantas mengapa kau tak ingin keluar dari situ?"
"Perempuan jahanam itu telah membelah aliran hawa murniku hingga bercabang. Bagaimana
mungkin aku bisa lolos dari sini?"
"oooh, soal ini......." Kim Thi sia sangat beriba hati. "Apakah kau bisa berilmu, tidak ada
salahnya untuk dicoba" kata orang itu gembira. "Aku sudah hampir dua puluh tahunan berdiam
diri disini. sejak aliran hawa murniku terbelah dua, setiap hari aku merasakan siksaan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata, untung saja kau datang sekarang. Hey sobat, silahkan untuk dicoba,
bila akhirnya memang gagal akupun hanya akan pasrah pada nasib."
Sambil berkata ia segera menjulurkan tangannya dari balik goa.
Kim Thi sia melangkah maju kdepan, baru saja dia hendak bertanya bagaimana caranya untuk
membantu orang itu, tiba-tiba saja tangan orang itu sudah menyambar kebawah melakukan
cengkeraman kilat. Mimpipun Kim Thi sia tidak menyangka kalau dirinya bakal disergap secara licik, tak sempat lagi
untuk menghindarkan diri tahu-tahu jalan darahnya sudah kena dicengkeram.
Serangan dari orang itu sangat berat dan mantap. jelas ilmu silat ang dimilikinya merupakan
ilmu silat tingkat tinggi.
Kim Thi sia menjadi sangat marah, dia tak mengira maksud baiknya justru disalah gunakan
orang tersebut. Dengan wajah hijau membesi, segera bentaknya keras-keras:
"Lepaskan aku, sesungguhnya apa maksud tujuanmu" cepat lepaskan aku........."
Mendadak orang itu tertawa keras, suara tertawanya tak berbeda seperti jeritan kuntilanak
ditengah malam, "akhirnya aku berhasil juga menangkapmu."
Kim Thi sia benar-benar sangat gusar, sekuat tenaga dia meronta, namun gagal melepaskan
diri dari cengkeraman, akhirnya dengan perasaan terkejut serunya:
"Maknya, telur busuk, cucu kura-kura, antara toaya dengan dirimu toh tak punya dendam sakit
hati apa-apa, mengapa kau membekukku dengan menggunakan akal selicik ini?"
"Demi kebebasanku, terpaksa aku harus menyiksamu sebentar."
"Apa maksud perkataanmu itu?" seru Kim Thi sia semakin naik darah.
"Terus terang saja aku katakan, aku terpaksa harus menangkapmu dengan menggunakan akal,
tapi aku akan segera menjelaskan apa sebabnya, harap kau tenangkan hatimu lebih dulu."
Setelah berhenti sejenak. dia memandang hujan yang turun diluar gua lalu terusnya:
"Dua puluh tahun berselang, dalam suatu pertarungan ilmu silat aku telah kalah ditangan Dewi
Nirmala siperempuan bedebah itu, sesuai dengan perjanjian sebelum pertarungan dilakukan, pihak
yang menderita kalah akan menerima kurungan dari pihak yang menang."
Setelah mendengus marah, lanjutnya:
"siapa sangka Dewi Nirmala tidak mengurungku saja bahkan dia menggunakan taktik
mengurungku sampai kelaparan untuk memaksaku menyetujui permintaannya yakni memulihkan
ilmu Tay yu sinkangnya yang telah menderita kerugian besar. Sebagai pihak yang kalah tentu saja
aku harus menuruti perkataannya, maka diapun mengurungku disini dengan tenang bila ingin
memulihkan kemerdekaanmu, hanya ada sebuah jalan saja yang tersedia, yaitu membuat pahala
untuk menebus kekalahanmu itu......."
" Waktu itu aku segera bertanya, bagaimana yang dimaksud membuat pahala" Iapun bilang
bila aku mampu menangkap lima orang yang berani memasuki daerah terlarang dilembah Nirmala,
maka akupun akan peroleh kebebasan."
"Maka akupun menanti dengan sabar, siapa tahu nama besar lembah nirmala sudah kelewat
termashur hingga orang ada yang berani berkunjung kemari, dengan sendirinya akupun tak punya
pengharapan untuk memperoleh kebebasan. Sekarang aku baru tahu, rupanya perempuan
jahanan itu berhati keji dan sengaja menyusahkan aku, tapi aku telah menyanggupi
permintaannya.Jadi akupun harus melaksanakan dengan sungguh-sungguh."
"oleh sebab itu aku harus menderita selama dua puluh tahun dengan harapan ada orang yang
datang kemari." "Nah sahabat, tidak mudah bagiku untuk mencari kesempatan guna peroleh kebebasan-Apakah
aku akan melepaskan dirimu dengan begitu saja?"
"Hmm, apakah kau mengira dirimu masih hanya harapan untuk memperoleh kebebasanku?"
dengus Kim Thi sia. Orang itu manggut-manggut.
"Tentu saja, termasuk dirimu, aku telah berhasil menangkap empat orang, bila nasibku masih
mujur, dengan muncul seorang lagi bukankah saatku peroleh segera akan tiba?"
Kim Thi sia menjadi gusar sekali setelah mendengar perkataan itu, kontan dia mencaci maki
kalang kabut. "Maknya, aku tak mengira kau sebagai anggota dunia persilatan ternyata begitu tak tahu malu.
Gara-gara kepentingan sendiri kau telah mencelakai tiga orang tak berdosa. Hmmm, tahu begitu,


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah dari tadi kuhajar dirimu sampai mampus." orang itu balas tertawa dingin.
"Hmmm.....ketiga orang yang terjatuh ketanganku dulupun pernah berkata demikian tapi aku
tak pernah memikirkannya didalam hati."
Berbicara sampai disitu, kelima jari tangannya segera mencengkeram dengan lebih bertenaga.
Kontan saja Kim Thi sia kesakitan setengah mati, sambil menggertakkan giginya kencangkencang
dia berseru dengan penuh kebencian.
"Maknya, tampaknya didalam lembah Nirmala tak ada seorang manusiapun yang mirip
manusia." Mendadak orang itu bangkit berdiri dan berseru pula:
"Sobat, tidak sedikit manusia yang mati penasaran didalam lembah ini, namun tidak
seorangpun diantara mereka yang punya semangat seperti kau."
Kim Thi sia tidak menjawab, ia mengalihkan sorot matanya memperhatikan sekejap sekeliling
ruangan, dengan cepat dia saksikan kaki orang itu diikat dengan sebuah rantai besar, diujung
rantai merupakan sebuah bola besi yang beratnya mencapai ratusan kati. Menyaksikan
kesemuanya itu, kembali pemuda kita berpikir:
"Tak heran kalau dia tak mampu keluar dari situ, rupanya gerak geriknya telah dibatasi dengan
rantai besi." Menyusul kemudian dia berpikir lebih lanjut:
"Hmmm, untuk menghadapi manusia pengecut yang takut mati seperti dia, sudah sepantasnya
kalau dihadapi dengan cara yang paling keji dan buas. HHmmm, moga-moga saja orang yang
terakhir tak pernah datang sehingga dia harus mampus disini." Ketika orang itu melihat korbannya
hanya termangu- mangu saja, mendadak serunya:
"Bila kutinjau dari usiamu, paling banter tak sampai dua puluh tahunan, tak disangka kau
memiliki keberanian untuk datang kelembah Nirmala ini. Hmmmm......."
"Silahkan menutup bacotmu" tukas Kim Thi sia sinis. "Toaya tak punya waktu untuk mengobrol
terus denganmu." Kembali orang itu tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmm...aku tahu, kaupun tak lebih cuma seorang yang berlagak sebagai seorang hohan-
Padahal dihati kecilmu sudah timbul perasaan ngeri dan ketakutan-"
"HHmmmm^ coba kalau aku tidak jatuh pecundang ditanganmu. Sekarang juga aku telah
mencincang tubuhmu hingga hancur berkeping-keping" seru Kim Thi sia sambil memejamkan
matanya. "Malam ini merupakan malam terakhir kau hidup didunia ini, bila petugas datang besok pagi,
kau akan segera menerima hukuman yang setimpal dan nyawamu sudah pasti akan melayang,
mengapa sih kau tidak memanfaatkan kesempatan yang terakhir ini untuk berbincang-bincang
sepuasnya" " Tampaknya orang ini sudah kesepian hampir puluhan tahun lamanya sehingga sangat berharap
bisa menemukan teman untuk berbicara.
Kim Thi sia tetap membungkam diri dalam seribu bahasa, sementara dihati kecilnya dia
berpikir: "Aku harus menggunakan akalku untuk meloloskan diri dari cengkeramannya, kalau tidak bila
aku terjatuh ketangan Dewi Nirmala lagi esok pagi, akibatnya tak akan terbayang dengan katakata."
Berpikir begitu, diapun berlagak menghela napas sambil bergumam:
"Sudah, sudahlah......kalau memang nasib menghendaki begini apa gunanya aku marah
kepadamu......." orang itu menjadi kegirangan, cepat-cepat dia menimpali:
"Yaa, sesungguhnya akupun tidak berniat mencelakaimu, tapi penderitaan disini benar-benar
amat berat, kelaparan, kedinginan hidup menyendiri merupakan siksaan lahir batin yang telah
kualami hampir dua puluh tahun lamanya aku tidak mengetahui bagaimanakah perubahan dunia
saat ini. Karena itu aku ingin secepatnya mendapatkan kebebasan kembali, aku ingin terjun dan
berkelana lagi didalam dunia persilatan- Bila kau bisa memahami kesulitanku ini, setelah bebas
nanti, aku pasti akan mendirikan sebuah tugu peringatan untukmu."
"Besok, kemungkinan besar aku akan mati" kata Kim Thi sia pura-pura amat sedih. "Padahal
masih banyak tugasku yang belum sempat kuselesaikan- Bila kau bersedia membantuku, sekalipun
sudah berada dialam bakapun aku tetap berterima kasih kepadamu." Orang itu manggut-manggut.
"coba kau katakan, asal aku mempunyai kesanggupan itu, memandang diatas hubungan kita
sebagai sesama umat persilatan, sudah sepantasnya bila kubantu dirimu." Pelan-pelan Kim Thi sia
duduk diatas lantai, kemudian katanya:
"Aku adalah seorang anak tunggal, setelah aku mati nanti mungkin orang tuaku tidak ada yang
merawat. Aaaa i......percuma dibicarakan, sekalipun sudah kuutarakanpun tidak ada gunanya"
"Bolehkah aku tahu dimana desa kelahiranmu?"
"Desaku berada diluar perbatasan sana, tapi ayahku adalah orang Tionggoan, maka ibuku yang
dilahirkan diluar perbatasanpun mengikuti dia orang tua pindah kedaratan Tionggoan."
Sementara berbicara, dengan secara diam-diam tangannya yang lain digeserkan kearah depan
lanjutnya: "Ayahku mempunyai sebuah bidang usaha yang sangat besar, kekayaannya boleh dibilang
menguasahi suatu wilayah tertentu. Aaaa i.......setelah aku mati nanti, usaha ayahku itu tentu tak
ada yang meneruskan-......"
Sementara itu tangannya sudah tinggal setengah depa dari ujung kakinya, ia merasa tegang
sekali, namun diluarnya dia berlagak sangat sedih, lanjutnya:
"Semua sanak keluargaku hampir seluruhnya berambisi untuk menguasahhi harta kekayaan
orang tuaku. Bila aku benar-benar tewas besok rencana mereka tentu akan terwujud menjadi
kenyataan tanpa bersusah payah barang sedikitpun jua......"
orang itu mengira apa yang diceritakan merupakan kenyataan, dia turut bersedih hati, tiba-tiba
selanya: "Aku rasa sebelum ayahmu mati, tak mungkin mereka akan memperlihatkan ambisinya itu."
Kim Thi sia segera menghela napas panjang.
"Aaaai, kau tidak tahu kesehatan ayahku sangat jelek......."
Ketika berbicara sampai disitu, telapak tangannya sudah hampir menyentuh ujung kaki orang
itu, cepat-cepat dia memanfaatkan kesempatan yang sangat baik itu dengan segera. Sambil
membentak keras, dia mendorong kaki orang itu kuat-kuat.
Mimpipun orang itu tak menyangka kalau Kim Thi sia bakal mempercundangi dirinya dengan
cara selicik itu, tak sempat lagi lengannya mengeluarkan tenaga kakinya sudah terhajar telak.
Segulung tenaga besar segera menerjang kakinya membuat orang itu tak mampu berdiri tegak
dan mundur kebelakang dengan sempoyongan-
Sementara itu, Kim Thi sia yang terlepas dari cengkeraman, buru-buru melompat kebelakang
dan mengundurkan diri dari gua tersebut.
Dengan kecepatan tinggi orang itu menekan tubuhnya, tapi sayang Kim Thi sia telah berada
diluar gua, dengan rantai yang terbatas panjangnya, sulitlah baginya untuk melakukan pengejaran
lebih lanjut. Bisa dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya orang ketika melihat daging gemuk yang
berada didepan mulut seraya terlepas kembali. Sambil tertawa dinginKim Thi sia segera mengejek:
"IHey sobat, inilah yang dinamakan pembalasan dendam, apakah kau tidak puas?"
Orang itu membungkam dalam seribu bahasa, namun sorot matanya yang tajam mengawasi
korbannya lekat-lekat. Dia gusar bercampur mendongkol, kalau bisa dia ingin menelan pemuda
tersebut bulat-bulat. "Sobat" kembali Kim Thi sia berkata. "Harusnya kau mendendam atau membasmi Dewi Nirmala,
karena dialah yang telah menyekap dirimu, apa sebabnya kau marah kepadaku" Sedikitlah tahu
keadaan-" "Hmmmm^ kau tak usah berbangga hati dulu" tukas orang itu singkat. "Setelah memasuki
lembah Nirmala, jangan harap kau bisa meninggalkan lembah ini dalam keadaan hidup," Kim Thi
sia mendengus dingin, pikirnya:
"Hmmm^ terhadap manusia keparat seperti ini, buat apa mesti menggubrisnya terus?"
Berpikir demikian, ia segera membalikkan badan dan beranjak pergi meninggalkan tempat
tersebut. Malam itu sangat gelap angin dingin berhembus kencang, suasana begini memang sangat ideal
bagi Kim Thi sia untuk meloloskan diri, karena jejaknya tidak mudah diketahui orang.
Dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuhnya, dia berlarian menuju kegedung utama. Tujuh
hari berselang dia pernah berkunjung satu kali kesitu keadaan yang disekitar sana boleh dibilang
sudah hapal sekali, dengan menelusuri jalan setapak ia segera bergerak mendekati sasaran-
Sekalipun dia tahu bahwa tenaga dalam yang dimilikinya telah memperoleh kemajuan yang
pesat, namun dapatkah menandingi kepandaian silat yang dimiliki Dewi Nirmala, hal tersebut
masih menjadi tanda tanya besar.
Membawa tekad untuk beradu jiwa, pemuda itu sama sekali tidak merasakah ketegangan yang
mencekam. Tak selang berapa saat kemudian, dia telah tiba didepan gedung yang amat besar itu, dengan
gerakan amat lincah dia menyelinap kebalik kegelapan dan menyembunyikan diri baik-baik.
Tak lama kemudian, dari jalan setapak depan situ muncul dua sosok bayangan hitam terdengar
salah seorang diantaranya sedang berkata:
" Nirmala nomor enam, apakah kau telah melaksanakan tugas yang diberikan sin li kepadamu?"
"Menggusur orang maksudmu?" kata Nirmala nomor enam dengan suara tidak habis mengerti.
"Aku benar-benar heran, dalam keadaan seperti ini apa gunanya mesti menggusur orang?"
"Kau tahu, tabiat sin li makin lama semakin jelek" kata seorang yang lain- "Terutama setelah
kepergian putrinya, sifat buas dan garangnya setiap saat diperlihatkan keluar. Aaaai.....kasihan
benar dengan bocah itu."
Sambil meneruskan langkahnya, Nirmala nomor enam berkata lagi:
"Sekarang ia sudah mulai melakukan pembunuhan secara besar-besaran- Dua hari berselang,
lima orang telah menjadi korban keganasannya, aku lihat bocah itu sangat keras kepala, rasanya
sulit baginya untuk lolos dari mara bahaya malam ini." Ketika mendengar perkataan itu, diam-diam
Kim Thi sia merasa amat terkejut, pikirnya:
"Aduh celaka, bila mereka berdua tiba didepan gua dan melihat tawanannya hilang, mereka
pasti akan menyampaikan berita tersebut kepada Dewi Nirmala, meski aku tak takut kepadanya,
tapi akupun tak bisa melakukan pengacauan secara diam-diam."
Melihat kedua orang itu makin lama berjalan makin jauh, sadarlah pemuda kita bahwa
persoalan ini tak bisa ditunda lagi, cepat-cepat dia lari kesisi gedung.
Dengan langkah yang sangat berhati-hati, dia menyusup kedalam kebun, lalu pelan-pelan
mendekati jendela dan mengintip kedalam.
Apa yang kemudian terlihat hampir saja membuatnya menjerit tertahan saking kagetnya,
ternyata dia menemukan ciang sianseng tokoh persilatan yang amat termashur namanya dalam
dunia persilatan itu hadir pula disitu.
Senyuman ramah tetap menghiasi ujung bibirnya ciang sianseng, saat itu pula diapun sedang
duduk berhadapan dengan Dewi Nirmala sambil berbincang-bincang, meski suaranya amat lirih,
namun ditengah malam buta begini dia dapat mendengar semua pembicaraan dengan jelas.
Dengan penuh amarah pemuda itu segera berpikir:
"Hmmm^ sungguh tak kusangka ciang sianseng adalah komplotan dengan Dewi Nirmala
rupanya dia telah mengelabuhi seluruh umat persilatan dengan segala kemunafikan, bisa jadi
tindakannya selama ini hanya bertujuan untuk menjadi seorang pemimpin dunia persilatan-"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, terdengar ciang sianseng telah berkata: "Betulkah
sipedang tembaga telah tewas?" sambil tertawa merdu sahut Dewi Nirmala:
"Menurut laporan dari Nirmala nomor delapan, sipedang tembaga telah tewas seketika itu juga,
sipedang besi terluka parah dan melarikan diri dibopong oleh sipedang perak." Berbicara sampai
disitu dia berhenti sejenak. kemudian lanjutnya:
" Dengan laporan tersebut, aku yakin Nirmala nomor delapan tak akan berani membohongi aku
atau memutar balikkan kenyataan dihadapanku. Siapapun tak akan berani berbicara bohong."
ciang sianseng segera manggut-manggut katanya kemudian:
"Aku dengar, lentera hijau, mestika yang tak ternilai harganya itu sudah terjatuh ketangan
pedang emas. Kau harus menitahkan anak buahmu untuk membinasakan pedang emas. Kalau
tidak maka akupun tak akan menggubris urusanmu lagi." Kembali Dewi Nirmala tertawa.
" ciang sianseng, kita sudah bekerja sama amat lama, masa kau masih belum memahami
tabiatku?" "Bukan begitu maksudku ketahuilah lentera hijau tersebut amat penting artinya bagiku sehari
tanpa dia berarti tenaga dalamku yang paling sempurna tak bisa terwujud......."
Berbicara sampai disini, mendadak ia berhenti sejenak sambil buru-buru mengalihkan sorot
matanya kewajah Dewi Nirmala, kemudian terusnya lebih jauh:
" Kaupun tahu malaikat pedang berbaju perlente sibangsat tersebut telah menghancurkan ilmu
Kun goan sam coat khlkang ku dengan ilmu Tay goan sinkannya, padahal saat ini ilmu silat dari
murid durhakaku itu sudah peroleh kemajuan yang sangat pesat. Andaikata aku tidak cepat-cepat
memulihkan kembali ilmu Kun goan sam coat khlkang ku dengan lentera hijau, bukankah pada
akhirnya aku sendiripun akan dipecundangi olehnya?"
Kim Thi sia yang menyadap pembicaraan tersebut menjadi terkejut sekali, segera pikirnya:
"Ternyata ilmu silat yang dimiliki sisastrawan bermata sakti sudah jauh melebihi kepandaian
silatnya, tak heran kalau dalam pertemuan tempo hari dia menunjukkan sikap sinis dan menghina
terhadap ciang sianseng." Dalam pada itu ciang sianseng telah berkata lagi:
"Murid murtadku itu rupanya sudah tahu kalau ilmu Kun goan sam coat khikang ku sudah
punah, karena itu dia berani menegur dan memakiku secara terus terang. Aku benar-benar sudah
tidak tahan menghadapinya. HHmmmm^ coba aku tidak yakin kalau kekuatan dari lentera hijau
mampu memulihkan kembali kekuatanku, aku benar-benar sudah putus asa. Begitu kekuatanku
pulih kembali aku segera akan melenyapkan dirinya dari muka bumi......."
Mendengar sampai disini, Kim Thi sia segera berpikir lagi:
" Kelihatannya sipelajar bermata sakti adalah seorang jagoan dari golongan lurus, tak disangka
ciang sianseng yang disebut tokoh persilatan ternyata dibalik kealimannya telah melakukan
perbuatan terkutuk keparat ini. Hmmmm, bila bersua kembali dengan pelajar bermata sakti
dikemudian hari, aku harus menyampaikan berita tersebut kepadanya." Terdengar ciang sianseng
berkata lagi dengan sedih:
"Semua orang persilatan mengira aku sudah bosan berkelana didalam dunia persilatan dan
tidak berniat nama dan kedudukan lagi. Siapa yang mengira kalau ilmu silatku sesungguhnya telah
punah sehingga aku tak berani bertindak secara sembarangan yang bisa berakibat rahasiaku
terbongkar. Bisa dibayangkan betapa maluku seandainya rahasia ini sampai terbongkar......"
Dewi Nirmala segera tertawa.
"Padahal didalam dunia persilatan yang begitu luas paling banter cuma aku seorang yang
mengetahui bahwa dewasa ini kau cuma seekor macan kertas........"
"Kau mesti tahu" kata ciang sianseng lagi. " Lentera hijau tersebut dapat pula membantumu
untuk memulihkan kekuatan ilmu Tay yu sinkang, tapi hal ini baru bisa terwujud bila ilmu Kun
goan sam coat khikang ku telah pulih kembali dan aku mampu membantumu. ......"
"Sesungguhnya aku benar-benar tak habis mengerti" kata Dewi Nirmala tercengang.
"Sebetulnya kekuatan rahasia apakah yang dimiliki Malaikat pedang berbaju perlente" Mengapa
kepandaian itu mampu menghilangkan daya kekuatan serangan yang mengancam tubuhnya?"
"Yaa, hingga sekarang aku sendiripun tidak habis mengerti" ucap ciang sianseng sambil
menghela napas. "Akupun tidak tahu kekuatan rahasia apakah yang terselip dibalik ilmu Tay goan
sinkang sehingga ilmu kun goan sam coat khikang ku juga tak berguna sama sekali..........?"
JILID 33 Sementara kedua orang itu memperbincangkan masalah tersebut, Kim Thi sia yang menyadap
pembicaraan itu menjadi kegirangan setengah mati, tanpa terasa pikirnya:
"Kalau benar ilmu Tay goan sinkang begitu dahsyat, aku tidak usah takut dengan kalian lagi."
Tiba-tiba terdengar Dewi Nirmala berkata:
"Sebentar lagi bocah keparat she Kim itu akan dihadapkan kemari, sampai waktunya kita harus
memaksanya untuk mengungkapkan rahasia ilmu Tay goan sinkang tersebut, dengan berpegang
pada rahasia itu, masa kita tak mampu untuk memecahkan sendiri?"
"Hmmm, kau sedang bermimpi disiang hari bolong" batin Kim Thi sia. "Toaya sudah kabur dari
kurunganmu, bahkan sekarang pun telah berada disisimu" Dengan suara dalam terdengar ciang
sianseng berkata: "Aku sudah berapa kali bertemu dengan anak muda itu, sebentar dia pasti akan mengenali
diriku. Bagaimanapun juga, dia tak bisa dibiarkan hidup terus didunia ini."
Mendengar perkataan tersebut, kontan saja Kim Thi sia naik pitam, umpatnya didalam hati:
"Bajingan munafik, tak kusangka hatimu begitu keji."
Dengan cepat terdengar Dewi Nirmala menyahut sambil tertawa ringan:
"Seandainya putriku masih berada disini, tentu banyak kesulitan yang akan kita jumpai. Dia tak
pernah memperkenankan aku membunuh orang, bahkan untuk membunuh seekor semutpun dia
tak boleh." Menyinggung soal Hay-jin, tanpa terasa Kim Thi sia merogoh kedalam sakunya dan meraba
kembali beberapa carik kertas itu. Entah mengapa dia menaruh pandangan yang masih lain
terhadap setiap benda itu hanya secarik kertas rongsokan. ciang sianseng telah berkata lagi:
"Sesungguhnya putrimu memiliki bakat yang bagus sekali, sayang dia tak pandai bersilat."
"Ya, siapa suruh wataknya begitu lembut jangan salahkan aku enggan mewariskan ilmu silat
kepadanya" ucap Dewi Nirmala tertawa.
"Menurut pendapatmu, apa jeleknya membiarkan putriku pergi bersamanya" "
"Aku rasa tidak apa-apa, mereka merupakan sepasang sejoli yang amat serasi sekali. Yang
lelaki tampan, yang perempuan cantik jelita."
"Yaa, akupun berpendapat demikian....." kata Dewi Nirmala pula sambil tertawa ringan-
Kim Thi sia yang dibalik gedung menjadi sangat gusar, paras mukanya berubah menjadi hijau
membesi, kulit mukanya mengejang keras menahan gejolak perasaan didalam hatinya, dia merasa
apa yang didengarnya merupakan suatu kejadian yang benar-benar memedihkan hati.
Tiba-tiba saja dia melimpahkan pertanggung jawab atas kejadian itu kepada Dewi Nirmala,
pikirnya: "coba kalau bukan gara-gara kau siperempuan rendah yang membuat gila, dia tak akan pergi
dengan lelaki lain. Hmmmm, perempuan bedebah, aku ingin sekali menghajarmu sampai
mampus." Segulung hawa napas tiba-tiba saja bergelora didalam dadanya, dalam waktu singkat api
kegusaranpun meletus bagaikan gunung berapi dan serasa tidak terkendali lagi......
Tapi pada saat itulah tiba-tiba terdengar ciang sianseng berkata:
"Ahli waris dari si pukulan sakti tanpa tandingan tak nanti akan selemah yang diduga, aku rasa
dengan kekuatannya, tak mungkin ada orang yang berani mengusiknya lagi."
Dengan perkataan mana, Kim Thi sia pun segera mengerti rupanya lelaki asing yang membawa
pergi Hay jin tak lain adalah ahli waris dari sipukulan sakti tanpa tandingan dari Tiang pak san itu,
dengan cepat ia bersumpah dihati kecilnya untuk mencari lelaki tersebut sampai dapat.
Ia berani berpendapat demikian, karena diapun mempunyai keyakinan, dia tahu kepergian
gadis cantik berbaju putih itu bukan atas dasar kehendak sendiri, oleh sebab itu dia berani
mencari orang tersebut untuk diajak berduel.
Begitulah, ketika selesai menyadap pembicaraan antara ciang sianseng dengan Dewi Nirmala,
tiba-tiba saja timbul keinginan Kim Thi sia untuk mencoba kekuatan yang sesungguhnya dari ilmu
Tay goan sinkang.

Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cepat seluruh perhatian dan pikirannya dipusatkan menjadi satu, pelan-pelan hawa
murninya disalurkan kedalam telapak tangannya.
Namun sebelum serangan dilancarkan, tiba-tiba saja timbul niat jahatnya untuk
mempermainkan kedua orang musuh itu, diambilnya dua genggam pasir lembut lalu dilontarkan
kedalam jendela. Hembusan angin dingin yang sangat kencang menyebarkan pasir itu keempat penjuru, dalam
waktu singkat seluruh wajah ciang sianseng dan Dewi Nirmala terkurung oleh pasir lembut itu.
Waktu itu Dewi Nirmala duduk membelakangi jendela, ia sempat melihat datangnya pasir yang
memaksa ciang sianseng memejamkan matanya, tanpa terasa sambil menengok sekejap keluar
jendela, katanya sambil tertawa minta maaf:
"Waaah, udara memang kurang baik, terutama disaat angin kencang begini, pasir memang
gampang terhembus masuk kedalam ruangan, harap kau jangan tak senang hati jadinya........."
Sambik mengucak matanya ciang sianseng menyahut:
"Aku merasa curiga dengan datangnya pasir tadi, seakan-akan ada orang yang sengaja
menimpuk kedalam........"
Baru saja Dewi Nirmala hendak mengucapkan sesuatu, tiba-tiba dari luar jendela telah muncul
kembali sebuah batu bata yang menghantam ketubuhnya.
cepat-cepat dia mengigos kesamping, batu bata itu segera menyambar lewat dari sisi badannya
dan menghantam diatas dinding keras-keras.
Dengan terjadinya peristiwa ini, yakinlah perempuan tersebut bahwa datangnya hamburan
pasir tadi memang merupakan hasil permainan seseorang, paras mukanya berubah hebat, dengan
suatu gerakan cepat dia melesat keluar dari jendela.
Angin masih berhembus kencang diluar ruangan, suasana malam itu gelap gulita hingga sulit
untuk melihat kelima jari tangannya sendiri, kendatipun tenaga dalam yang dimilikinya cukup
sempurna, namun sulit baginya untuk melihat keadaan yang sebenarnya.
Keadaan tersebut kontan saja mengejutkan hatinya, dengan perasaan tertegun ia berpikir:
"Sejak aku benahi Lembah Nirmala hingga kini daerah ini merupakan wilayah terlarang yang tak
mungkin bisa ditembusi siapapun. Aaaai, manusia dari manakah yang begitu bernyali hingga
berani mengusik diriku?"
Sementara itu Kim Thi sia sudah menyelinap menuju kebelakang, diam-diam dia menyingkap
tirai sambil mengintip kedalam mendadak hatinya terasa amat terkejut.
Entah sejak kapan, disekeliling tubuhnya telah bermunculan begitu banyak jago, dengan
perasaan terkejut diapun bersiap-siap untuk melancarkan serangan, tapi ada satu hal yang
membuatnya tercengang, ternyata kawanan "musuh" itu bukan saja mempunyai dandanan yang
serupa, bahkan raut mereka pun memiliki bentuk yang tak jauh berbeda.
Sebelum mengetahui secara pasti kekuatan yang dimiliki pihak lawan, pemuda kita tak berani
bergerak secara sembarangan.
Rupanya belasan sosok manusia yang berwajah serupa itupun sedang dikecam perasaan
terkejut bercampur curiga. Mereka sama-sama berdiri tegak dan sama sekali tidak melakukan
sesuatu gerakanpun. Sampai lama sekali mereka berdua berdiri saling berhadapan akhirnya habis sudah kesabaran
Kim Thi sia dengan cepat dia maju selangkah kedepan sambil mengayunkan telapak tangannya.
Bersamaan dengan gerakan tersebut, tahu-tahu belasan manusia yang berdandan sama itu
bergerak maju pula kedepan secara serentak sambil mengangkat telapak tangan mereka tinggitinggi.
Sikapnya seakan-akan siap melancarkan serangan-Melihat itu Kim Thi sia segera berpikir:
"Jangan-jangan mereka semua adalah bisu?"
Perasaan hatinya waktu itu benar-benar bingung dan kalut, dia tak habis mengerti siapa
gerangan orang-orang tersebut. Benarkah didunia ini terdapat sekian banyak manusia yang
berwajah mirip satu dengan lainnya" Kehadiran orang-orang itu sungguh amat mengejutkan
hatinya. Namun terdorong keinginannya untuk melakukan pengacauan, tampa memikirkan akibatnya
lagi dia mendesak kemuka sambil melancarkan serangan yang hebat kearah orang yang berada
paling dekat dengannya. Tapi pada saat yang bersamaan, tampak orang yang berada dihadapannya berkerut kening
pula sambil mengayunkan telapak tangannya menyongsong serangan tersebut.
"Braaaaakkkkkkk......."
Tiba-tiba bayangan manusia itu hilang lenyap tak berbekas, disusul kemudian Kim Thi sia
merasakan telapak tangannya seakan-akan menghantam diatas sebuah benda yang keras dan
lincah. Ketika ia perhatikan dengan lebih seksama, tampak telapak tangannya telah robek berapa
bagian tercocok benda tajam hingga mengucurkan darah segar.
Dengan penasaran Kim Thi sia memperhatikan musuhnya dengan lebih seksama, ia saksikan
banyak bayangan manusia sedang mengamati pula kearahnya dengan mata melotot.
Tapi keadaan tersebut hanya berlangsung sejenak saja, sebab dengan cepat ia telah menyadari
apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, pikirnya kemudian sambil tertawa geli:
"Sialan, rupanya aku sedang berdiri didepan cermin, tak aneh kalau muncul begitu banyak
bayangan manusia yang berwajah dan berdandan serupa dengan wajahku."
Rupanya dia telah berada didalam sebuah ruangan yang sekeliling dindingnya dilapisi cermin,
begitu hebat konstruksinya sehingga seseorang yang berada disitu akan menyangka dirinya
sedang terkepung oleh begitu banyak musuh dari sekeliling tubuhnya.
Begitu mengetahui apa gerangan yang telah terjadi, sifat kekanak-kanakannya segera kambuh,
sambil menuding kearah cermin umpatnya:
"Bocah keparat, kitakan sama-sama orang sendiri, mengapa sih kau bertampang seram untuk
menakut-nakuti aku?"
Tentu saja tak ada yang menjawab pertanyaan itu, maka pemuda tadi berkata lebih jauh:
"Sewaktu melihat baju kalian yang begitu compang camping, muka yang begitu kotor, aku
mengira kalian adalah kawanan pengemis. Tak tahunya hanya malah memaki diri sendiri.
Haaaah......haaaah......haaaah........"
Dengan cepat dia memadamkan lentera dalam ruangan itu, kemudian ditengah kegelapan dia
menyelinap menuju keruangan lain-
Perlengkapan didalam kamar ini sangat mewah, disisi kiri terdapat sebuah cermin besar dan
dibawah cermin tadi terdapat sebuah rak yang penuh berisikan bedak, gincu serta perlengkapan
kewanitaan lainnya. Kim Thi sia tidak tertarik dengan benda-benda begitu, dengan sebuah pukulan dia segera
menghajar benda-benda tadi hingga jatuh berserakan diatas tanah.
Mendadak ia menyaksikan ada sebuah benda berkilat tergeletak diatas lantai, ketika diambilnya,
ternyata benda itu adalah sebuah kemala hijau yang antik sekali bentuknya.
Benda itu panjangnya hanya satu inci dan berkilau tajam, Kim Thi sia segera membolak
balikkan benda tersebut dengan seksama.
Mendadak dibawah kemala tadi terlihat ada ukiran dua huruf, sewaktu diamati dengan lebih
seksama, terbacalah tulisan itu berbunyi: "Hay Jin."
Menyahut nama tersebut, tanpa terasa Kim Thi sia teringat kembali dengan gadis cantik
berbaju putih itu, mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, diam-diam ia berseru:
"Aduh celaka, rupanya barang yang berada didalam ruangan ini adalah miliknya.
waaah.....kenapa aku telah menghancurkannya........"
Baru saja dia hendak membenahi benda-benda itu, mendadak terdengar seseorang berseru dari
kejauhan situ: "Hey, coba dengar, suara apakah itu?"
Ternyata orang itu adalah Dewi Nirmala agaknya suara jatuhnya benda-benda dari rak cermin
tadi telah mengejutkan dirinya.
Kim Thi sia memang berniat membuat kekacauan, cepat-cepat dia menyambar lentera perak
yang berada dimeja kemudian dilemparkan keluar kamar.
Ia sama sekali tidak takut dengan Dewi Nirmala, tujuannya tak lebih hanya ingin membuat
kegaduhan dan kekacauan disitu. Dengan cepatnya diapun menyelinap kegedung ketiga.
Ternyata isi gedung ini adalah benda-benda yang hampir semuanya terbuat dari emas, ada
golok emas, pedang emas, toya emas, kapak emas, pokoknya delapan belas macam senjata
lengkap berada disitu dan yang lebih hebat lagi, semuanya terbuat dari emas murni.
Setelah tertegun beberapa saat, akhirnya tanpa sungkan-sungkan pemuda itu memilih sebilah
pedang yang segera disoren dipinggangnya dan menyambar pula sebatang tombak.
Pada saat inilah dari kamar sebelah terdengar seseorang berseru dengan penuh kegusaran:
"Hmmm, ternyata benar-benar ada orang yang sedang mengacau. Hmmm, akan kulihat
Malaikat sakti dari manakah yang bernyali begitu besar."
Kim Thi sia mendengar suara teguran itu makin lama bergema semakin dekat sekali, dia sudah
tahu perempuan keji itu sudah berhasil menemukan tempat persembunyiannya, cepat- cepat dia
memadamkan lentera dan segera menyembunyikan diri dibelakang pintu.
Apa yang diduga ternyata memang benar tak selang berapa saat kemudian Dewi Nirmala
dengan wajah hijau membesi telah muncul didalam ruangan-
Kim Thi sia mengincar hingga musuhnya masuk kedalam lingkaran serangannya, tiba-tiba saja
dia membentak dan sebuah tusukan kilat dilancarkan kedepan.
Segulung desingan angin tajam menyambar kepunggung Dewi Nirmala dengan kecepatan luar
biasa. Untung saja Dewi Nirmala berpengalaman amat luas, dalam keadaan kritis dan tak sempat lagi
untuk menghindarkan diri, ia tangkis serangan tersebut dengan lengannya. Ujung tombak segera
menyambar lewat persis disisinya tanpa melukai seujung rambutpun.
Gagal dengan tusukan pertama Kim Thi sia tak berani berayal lagi, tiba-tiba dia menyambar
sebuah kapak dan langsung diayunkan kedepan.
Sekarang Dewi Nirmala sudah melihat dengan jelas paras muka lawannya, ia nampak agak
tertegun melihat sambaran kapak tajam yang menyambar datang dengan disertai desingan angin
tajam itu hampir melukai paras mukanya yang halus dan cantik, dia menjadi marah.
Pada detik yang terakhir, perempuan itu berhembus keras-keras, segulung deruan angin tajam
yang tak berwujudpun segera menyembur keluar serta merontokkan kapak tersebut.
Secara beruntun Kim Thi sia melontarkan kembali tombak, golok dan pelbagai senjata lainnya,
namun satu demi satu berhasil dihindari semua oleh perempuan lihay ini.
Dewi Nirmala sebagai perempuan yang berhati sombong tentu saja akan menjadi mendongkol
sekali setelah berulang kali mendapat serangannya yang bertubi-tubi tanpa berkemampuan
melancarkan serangan balasan, paras mukanya berubah sangat hebat.
Kim Thi sia sendiripun mulai merasakan ketegangan yang luar biasa setelah beberapa kali
serangannya gagal melukai lawan, dalam terdesaknya dia mengambil senjata rantai dan diputar
dengan sepenuh tenaga. Desingan angin tajampun menderu- d eri menyelimuti angkasa dan amat menusuk
pendengaran. Dewi Nimala tertawa dingin tiada hentinya, sambil mundur dua langkah katanya kemudian:
"Tak kusangka kepandaian silatmu cukup tangguh, bukan saja dapat meloloskan diri dari
sekapan, berkemampuan pula menggangguku. Hmmm tapi sayang kau telah bertemu denganku,
akhirnya toh jalan kematian yang bakal kau peroleh."
Kim Thi sia masih saja memutar senjata rantainya secara gencar, ujung rantai yang berupa bola
besi raksasa menyambar kian kemari dengan amat dahsyatnya. Hal ini membuat perempuan
tersebut boleh dibilang tak mampu mendekati korbannya. Berada dalam keadaan seperti ini,
dengan gemas ia segera berseru:
"Hey perempuan busuk, bila kau memang berkemampuan ayoh maju dan bekuklah aku."
"Heeeh.....heeeeh.....heeeeh......bila aku berniat mencabut nyawamu, akan kulakukan hal mana
semudah kubalikkan telapak tanganku sendiri, tapi aku justru tak berniat membunuhmu
secepatnya, akan kulihat kau menderita siksaan lebih dulu sebelum mampus secara pelan-pelan-"
"Sudahlah, tak usah mengingau terus, bila kau berani maju dua langkah kedepan, aku akan
takluk kepadamu." "Huuuh, kalau itu mah gampang."
Sambil berkata perempuan itu segera mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah
pukulan- Termakan oleh getaran tenaga yang dihasilkan dari serangan tersebut, bola besi diujung rantai
Kim Thi sia seketika terhenti secara mendadak, kemudian berbalik menghantam tubuh anak muda
tersebut. Kim Thi sia terkejut sekali, buru-buru dia membentakkan rantainya keras-keras, bola besi itu
dengan cepat meluncur keluar lewat daun jendela. "Blaaaammmm......."
Diiringi suara benturan yang sangat keras, jendela bambu yang berbentuk sangat indah dan
menarik itu seketika terhajar hingga muncul sebuah lubang besar.
Menanti Kim Thi sia melongok kedepan, tampak olehnya Dewi Nirmala telah melangkah maju
dua tindak kedepan dengan aman tenteram. Terdengar perempuan itu mengejek: "Bagaimana"
Apakah kau sudah takluk?"
Terkejut bercampur gusar menyelimuti perasaan Kim Thi sia dengan suatu gerakan cepat dia
meloloskan pedangnya, lalu berteriak keras:
"Tempat ini kelewat kecilnya, tidak leluasa untuk melangsungkan pertarungan- Hey perempuan
busuk. jika kau bernyali, ayoh kita lanjutkan pertarungan ini diluaran situ"
"Hmmmm, nampaknya kau belum akan mengucurkan air mata sebelum melihat petu mati, baik
berangkatlah lebih dulu."
Kim Thi sia segera melepaskan sebuah pukulan menggempur pintu kamar hingga mencelat
sejauh tiga kaki lebih, katanya kemudian: "Ayoh lewat dari sini."
Ia takut Dewi Nirmala menyergapnya secara licik hingga sengaja berubah arah dan melalui
ruang tengah. Ciang sianseng segera menyongsong kemunculannya, ketika saling bertatapan muka, jago tua
itu berseru tertahan dan segera menegur: "oooh.......rupanya kau. Hey sobat kecil kau hendak
kemana?" "Urusan toayamu tak berhak untuk kau campuri, mengerti?" Jengek Kim Thi sia sinis.
Ketika ciang sianseng tidak melihat kehadiran Dewi Nirmala disitu, ia kuatir pemuda
dihadapannya akan kabur dari lembah tersebut, dengan cepat serunya: "Hey sobat kecil, mengapa
sih kau bersikap begitu kurang ajar kepadaku.......?"
Sambil berkata sebuah pukulan segera dilontarkan kedepan-
Kim Thi sia mendengus dingin, disambutnya serangan tersebut dengan keras melawan keras.....
Duuuuukkkkk. Dua gulung tenaga yang amat besar itu saling membentur satu sama lainnya, ditengah
benturan dahsyat yang memekikkan telinga, menang kalah segera ketahuanciang
sianseng sama sekali tak berkutik dari posisinya semula, sedangkan Kim Thi sia tergetar
mundur sejauh tiga langkah lebih. Mendadak ciang sianseng berseru dengan mata terbelalak.
"Sobat kecil, kemajuan yang kau capai dalam hal tenaga dalam benar-benar amat pesat, baru
tak bertemu berapa hari kemampuanmu sudah sejajar dengan tokoh termashur dalam dunia
persilatan-" Sembari berkata telapak tangan yang lain dibacokkan kebawah secara tiba-tiba.
Dengan amat cekatan Kim Thi sia berkelit kesamping untuk menghindarkan diri, lalu serunya
dengan penuh amarah: "Maknya, kalau ingin bertarung ayoh bertarung diluar saja, jangan berlagak pengecut disini"
Sebagaimana diketahui, dengan mata kepala sendiri dia menyaksikan kemunafikan ciang
sianseng, karena itulah pandangannya pun turut berubah, dalam perkataanpun dia tak sungkansungkan
lagi. Berubah hebat paras muka ciang sianseng, dia ingin sekali membunuhnya secara keji namun
ketika melihat Dewi Nirmala telah mundurkan diri disitu, nada pembicaraannyapun segera
berubah, katanya kemudian:
"ooooh, rupanya kaupun sudah mengetahui jejaknya. Haaaah....haaaah.......bagus, bagus
sekali." Dengan langkah yang lemah gemulai Dewi Nirmala menuruni anak tangga, sahutnya sambil
tertawa pula: "Bocah keparat ini sudah bosan hidup rupanya, dia menantangku untuk berduel."
Dengan cepat ciang sianseng memberi tanda dengan kerdipan mata kepada rekannya lalu
ujarnya lagi: "Yaa hal ini bisa dimaklumi, anak muda memang berdarah panas, tapi kau jangan melukai
kasihan bukan......."
Dewi Nirmala tertawa, dia dapat memahami keinginan rekannya itu, cepat katanya: "Antara aku
dengan dia sama sekali tak terjalin ikatan dendam sakit hati apapun, tentu saja aku tak usah
mencabut nyawanya." Sementara pembicaraan berlangsung, mereka berdua telah menuruni anak tangga dan tiba
disebuah kebun yang luas.
Mendadak Kim Thi sia mendesak maju tiga langkah kesamping kiri, lalu serunya dengan
lantang: "Aku telah bersiap sedia, silahkan mulai melancarkan serangan." Dewi Nirmala segera
tersenyum manis. "Malam ini, aku telah melanggar kebiasaanku dengan turun tangan sendiri melawanmu,
sepantasnya kau berbangga hati karena peristiwa ini. Kenapa sih cara dan sikapmu berbicara
harus menunjukkan mimik yang galak dan garang?"
"Kau jangan berniat memikatku dengan kecantikan wajahmu, aku tak bakal termakan oleh tipu
muslihatmu itu" "Waaaah.......waaaah........ucapanmu itu sungguh aneh" seru Dewi Nirmala sambil tertawa geli.
"Aku tak habis mengerti, atas dasar apa kau berkata begitu."
Ketika berbicara sampai disitu, kebetulan angin kencang berhembus lewat membuat bajunya
melekat dengan badan, bentuk tubuhnya yang ramping dengan sepasang payudaranya besar dan
montokpun segera menonjol secara menyolok sekali. Gerak geriknya benar-benar merangsang
hawa napsu birahi setiap lelaki. Terdengar ia berkata lagi:
"Kau tentu sudah terlalu banyak mendengar kata-kata jelek orang lain dibelakang ku sehingga
timbul kesan yang kurang baik terhadapku, tak heran kalau kau selalu menuduhku hendak
memikatmu dengan kecantikan wajah ini. Padahal usiamu sekarang lebih pantas menjadi kekasih
putriku. Kenapa sih aku mesti repot-repot merayumu?"
"Sekarang bukan saatnya untuk memperbincangkan masalah seperti ini, ayoh cepat bersiapsiaplah
untuk melancarkan serangan-"
"Kau anggap ilmu Tay goan sinkang mu sudah tiada tandingannya dikolong langit" Kau anggap
kepandaianmu itu sanggup merobohkan aku" Ketahuilah, belum tentu kau sanggup bertahan
sebanyak sepuluh gebrakan ditanganku."
Kim Thi sia menjadi mendongkol sekali setelah mendengar perkataan itu, segera teriaknya:
"Aku justru ingin mencoba, kepandaian silat macam apakah yang sebenarnya kau miliki."
Mendadak dia maju tiga langkah kedepan, lalu sambil merentangkan telapak tangannya yang
besar ia melancarkan sebuah pukulan dengan jurus "Tiga batu menindih bocah" satu diantara ilmu
pukulan panca Buddha yang maha dahsyat.
Sekarang dia merasakah tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan amat pesat
dibandingkan dulu. Perbedaannya sudah menyolok sekali, oleh sebab itu paras mukanya sama
sekali tak berubah kendatipun berdiri dihadapan seorang gembong iblis yang amat lihay.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Disamping itu, setelah menyadap pembicaraan perempuan itu dengan ciang sianseng tentang
keampuhan ilmu Tay goan sinkang ia sudah mempunyai rasa percaya pada keampuhan
kepandaiannya, karena itu diapun melancarkan serangan lebih dulu.
Jurus "tiga batu menindih bocah" yang dipergunakan ini merupakan jurus serangan paling
tangguh dari ilmu pukulan panca BUddha, ditinjau dari tindakan yang diambil Kim Thi sia yang
telah mengeluarkan jurus tangguhnya dalam kontak pertama, bisa disimpulkan bahwa dia telah
memandang tinggi kemampuan musuhnya itu.
Dengan suatu gerakan yang cekatan Dewi Nirmala merubah posisinya, lalu berseru:
"Tak kusangka kau memang benar-benar adalah murid si Malaikat pedang yang berbaju
perlente, dilihat dari keputusannya untuk mewariskan ilmu pukulan panca Buddhanya kepadamu,
agaknya dia menaruh pengharapan yang sangat besar terhadapmu."
Padahal dalam hati kecilnya dia tetap tak habis mengerti, dia tak mengerti apa sebabnya si
Malaikat pedang berbaju perlente yang begitu tinggi hati, ternyata sudi mewariskan seluruh ilmu
silatnya kepada seorang bocah tolol yang sama sekali tak menarik hati ini"
Sementara itu Kim Thi sia telah merubah jurus serangannya menjadi jurus "Timbul api dibalik
batu" setelah serangannya yang pertama tidak mendatangkan hasil.
Tampak angin pukulan menderu- deru, tiga kuntum bayangan tangan dengan cepat dan hebat
mengelilingi tubuh musuh dan masing-masing menyergap jalan darah Thian leng hiat, Tee hiat
serta lambung. Dewi Nirmala memang tak malu disebut gembong iblis wanita yang berilmu tinggi sekalipun
menghadapi serangan yang begitu gencar, ia sama sekali tak gugup, Bagaikan kupu-kupu yang
terbang kian kemari diantara aneka bebungahan, dia menyelinap diantara serangan-serangan
musuh. Sementara sepasang telapak tangannya bergerak lincah menutup seluruh angkasa dari
jangkauan lawan- Kim Thi sia terkejut sekali, tergopoh-gopoh dia mengubah jurus serangannya ditengah jalan
menjadi jurus "Buddha tua membelah bukit."
Dewi Nirmala tertawa ringan, tiba-tiba saja dari balik ujung bajunya bertebaran bayangan jari
tangan yang berlapis-lapis bagaikan jala ikan. Dalam waktu singkat seluruh tubuh Kim Thi sia telah
terkurung dibalik ancamannya.
Tak terlukiskan rasa kaget Kim Thi sia melihat musuhnya berhasil merebut posisi diatas angin
hanya dalam satu gebrakan saja, didalam gugupnya dia semakin tidak berani berayal, ujung
kakinya dijejakkan keras-keras diatas tanah, lalu sambil bertekuk pinggang dia melengos
kesamping berusaha menjauhkan diri dari jangkauan angin serangan musuh. ciang sianseng
segera bersorak memuji, serunya sambil tertawa:
"Betul- betul sebuah jurus serangan yang amat tangguh, tidak malu kau menjadi murid seorang
jago kenamaan." Kim Thi sia segera berpaling dengan gemas, entah sedari kapan, si Malaikat pukulan itu sudah
muncul ditepi arena, dan saat itu sedang menonton pertarungannya dengan senyum penuh
ejekan- Betapa geram dan kejinya pemuda kita, diam-diam umpatnya dihati:
"Hmmm, sekarang kau boleh bergaya, tunggu saja sampai tanggal mainnya nanti, akan
kugencet dirimu habis-habisan-"
Sementara itu Dewi Nirmala telah mengebaskan kembali ujung bajunya keras-keras. Belum
sampai ujung bajunya menyambar datang, segulung tenaga pukulan yang sangat kuat dan
dahsyat telah mendesak Kim Thi sia mundur dua langkah kebelakang. Tiba-tiba Kim Thi sia
berpikir: "Emangnya kau anggap tenaga dalamku masih ketinggalan jauh ketimbang kemampuanmu?"
Terburu-buru dia mengeluarkan jurus serangan "panca Buddha naik teratai" sepasang telapak
tangannya diayunkan secara menyilang, dalam sekejap mata dia telah memancarkan bunga-bunga
pukulan yang melindungi diri dari ancaman musuh. Dewi Nirmala tertawa ringan, serunya
mengejek: "Hey, mengapa kau tak berani mengeluarkan ilmu Tay goan sinkang mu?"
"Tunggu saja nanti" sahut Kim Thi sia tak senang hati. "Apabila ilmu pukulan panca Buddha ku
sudah tak sanggup menandingimu, pasti akan kugunakan ilmu Tay goan sinkang. Sekarang
menang kalah belum lagi diketahui. Apa gunanya kau banyak berbicara?" Sementara itu dalam
hati kecilnya dia berpikir.
"Ehmmm, dia tidak berusaha membunuhku secepatnya, tapi sengaja meluangkan waktu untuk
bertarung melawanku. Rupanya dia ingin mencuri rahasia ilmu Tay goan sinkang dari permainanku
nanti. Hmmm, bila dugaanku ini memang benar, aku mesti meningkatkan kewaspadaanku"
Sementara dia masih berpikir, Dewi Nirmala telah berkata lagi:
"Baiklah, lihat saja bagaimana kupaksa dirimu untuk mengeluarkan kepandaianmu itu." Sambil
berkata secara beruntun ia melancarkan tiga buah serangan berantai.
Serangan-serangan itu bukan saja dilancarkannya dengan suatu kecepatan yang luar biasa lagi
pula disertai dengan tenaga dalamnya yang begitu amat dahsyat. Jelas dia telah mengerahkan
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Secara beruntun Kim Thi sia mundur sejauh tiga langkah, baru saja ia hendak membalik badan
sambil melancarkan seragnan balasan, tahu-tahu ujung baju musuh telah menyapu tiba bagaikan
sebilah panah tajam. Karena tak sempat lagi untuk menghindarkan diri, tergopoh-gopoh dia menangkis dengan
lengannya. Sekilas pandangan, ujung baju itu seperti lewat tanpa membawa kekuatan yang luar biasa,
akan tetapi Kim Thi sia segera mendengus tertahan dan melompat mundur kebelakang. seketika
itu juga, tangannya terasa linu, kaku dan kesemutan-
Sekarang dia mengerti, ilmu silat Dewi Nirmala memang amat dahsyat dimana dalam sekali
ayunan tangan saja mampu membinasakan dirinya, tapi berulang kali perempuan itu menarik
kembali serangannya ditengah jalan- Sedang kalau mengenai tubuhnyapun hanya menimbulkan
sakit diluar badannya saja, dari sini terbukti sudah bahwa orang itu memang mempunyi maksudmaksud
tertentu. Diapun mengerti, yang diartikan mempunyai "maksud" tertentu, tak lebih adalah memaksanya
untuk menghadapi serangan-serangan tersebut dengan mempergunakan ilmu Tay goan sinkang.
Dengan dasar wataknya yang keras kepala, sekalipun dia sadar andaikata ilmu Tay goan
sinkang tidak segera dipergunakan maka lambat laun banyak penderitaan yang bakal dialaminya,
namun ia justru bersikeras enggan mengeluarkan ilmu simpanannya itu.
Dalam waktu singkat sepuluh jurus telah lewat, Kim Thi sia sudah bermandi peluh, napasnya
tersengkal-sengkal bagaikan napas kerbau, tapi ia tak mau menyerah.
Dewi Nirmala menghentikan serangannya secara tiba-tiba, katanya sambil tertawa dingin:
"Ilmu pukulan panca Buddha mu bukan tandinganku, lebih baik pergunakan saja ilmu Tay goan
sinkang." Lalu setelah mendengus dingin, lanjutnya:
"Seandainya aku tidak terdorong oleh rasa ingin tahu dan pingin melihat sampai dimanakah
ketangguhan ilmu Tay goan sinkang tersebut, sudah sedari tadi kuhabisi nyawamu."
Semula Kim Thi sia beranggapan dengan kemajuan tenaga dalam yang dicapainya, paling tidak
ia bisa bertarung seimbang dengan lawan- Tapi setelah kenyataan menunjukkan bahwa dia masih
bukan tandingan Dewi Nirmala, perasaan hatinya menjadi pedih sekali pikirnya tanpa terasa:
"Menurut suhu, ilmu pukulan panca Buddha merupakan ilmu silat andalannya, jelas
kehebatannya tidak kalah dari ilmu Tay goan sinkang. Mengapa jatuh ketanganku, kemampuannya
tidak sehebat kuperkirakan semula. Mungkinkah dibalik kepandaian tersebut masih terselip rahasia
kekuatan lainnya yang hingga sekarang belum berhasil kupelajari?"
Dia mencoba memperhatikan Dewi Nirmala sekejap. melihat perempuan itu sedang
memandangnya dengan sinis, kontan saja hawa darah didalam dadanya bergelora hebat, kembali
pikirnya : "Tay goan sinkang merupakan ilmu tandingan dari Tay yu sinkangnya, sekalipun dia berhasil
melihat rahasianya, bisa tahu akupun mampu membekuknya" Kenapa aku mesti takut
kepadanya?" Semakin dipikir rasa percaya pada dirinya makin meningkat, tak kuasa lagi dia manggutmanggut.
"Apakah kau telah mempertimbangkannya?" tanya Dewi Nirmala kemudian-
"Yaa, sudah kupertimbangkan" sahut Kim Thi sia keras-keras, mencorong sinar tajam dari balik
matanya. Tiba-tiba ia mendesak maju kemuka sambil melepaskan sebuah pukulan hardiknya. " Lihat
serangan" Jurus "Kecerdikan menguasahi jagad" yang disertai deruan angin tajam dan suara guntur yang
menggelegar ini segera memancing Dewi Nirmal tercekam dalam ketegangan yang luar biasa.
"Akhirnya ilmu Tay goan sinkang muncul juga" diam-diam dia bergumam. "iHmmmm Dendam
sakit hatiku dimasa itutakpernah kulupakan hingga kini, aku harus menghancurkan ilmu tersebut
dengan ilmu Tay yu sinkang ku."
Paras mukanya berubah menjadi dingin kaku, sepasang matanya yang melotot besar
memancarkan sinar tajam yang aneh sekali.
Sementara Kim Thi sia pun dapat merasakan kemajuan tenaga dalam yang berhasil dicapainya
terbukti sekarang kemajuannya mencapai tiga kali lipat, hal ini membuat rasa percaya pada dirinya
semakin meningkat semangat tempurnyapun semakin meningkat.
Pelan-pelan Dewi Nirmala menggerakkan telapak tangannya, lengan yang putih bersih bak saiju
ditanah itu mulai mengejang keras memancarkan kekuatan luar biasa.
Perasaan dendam yang telah terpendam puluhan tahun membuat perempuan ini berubah
menjadi seram dan mengerikan hati. Dibalik pancaran sinar matanya yang tajam entah terselip
perasaan benci ataupun girang"
Tanpa menimbulkan sedikit suarapun kedua orang itu saling beradu kekuatan satu kali......
Tiba-tiba saja Kim Thi sia merasakan hatinya bergetar keras, seolah-olah tergempur oleh
serangan yang maha dahsyat. Meski tubuhnya tak sampai tergetar mundur, namun perasaan
tegang telah menyelimuti seluruh perasaan hatinya.
Sementara itu, Dewi Nirmala berdiri pula tanpa bergerak bagaikan patung dewi. sepintas lalu
sikapnya menyerupai seseorang yang sedang melamunkan sesuatu, padahal dalam kenyataan dia
sedang mengerahkan ilmu Tay yu sinkang tingkat atasnya.
Paras muka ciang sianseng pun kelihatan amat tak sedap dipandang, saat itu dia terkenang
kembali saat pertarungannya melawan Malaikat pedang berbaju perlente, gumamnya lirih:
"Aaaah......itulah jurus kelima, pada jurus yang kelima aku..........aku telah menjadi macan
kertas......." Ditengah keheningan, deruan angin dingin dalam Lembah Nirmala terasa berhembus makin
kencang. Pakaian compang camping yang dikenakan Kim Thi sia seakan-akan hampir rontok terhembus
angin, tiba-tiba saja ia membentak lagi: " Lihat serangan"
Jurus kedua, "kelincahan menguasahi empat samudra" dilontarkan kemuka dengan kekuatan
besar. Dewi Nirmala membentak gusar, telapak tangannya diputar, segulung kekuatan besar kembali
menyergap keluar. Dalam waktu yang hampir bersamaan kedua gulung tenaga pululan itu saling beradu satu sama
lainnya. " Duuuuukkkkk. ......"
Tiba-tiba saja Kim Thi sia menjerit keras sambil memuntahkan darah segar, sebaliknya Dewi
Nirmala melototkan matanya bulat-bulat sambil mundur selangkah.
"Aaaah.... jurus kedua......" gumam ciang sianseng lagi. "Tiga jurus lagi berarti mencapai jurus
kelima." Kim Thi sia mendongakkan kepalanya sambik berpekik panjang, dengan mengerahkan ilmu ciat
khi mi khi nya dia mencoba menekan luka dalam yang dideritanya saat itu peluh telah bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya, meski yang berada ditengah udara yang dingin, namun badannya
terasa panas bagaikan berada diatas gerangan api.
Sejak mempelajari ilmu Tay goan sinkang baru pertama kali ini dia melakukan perlawanan
paling hebat, karena itu pula isi perutnya telah terluka oleh getaran tenaga Dewi Nirmala.
Masih untung ilmu Tay goan sinkang merupakan tandingan dari ilmu Tay yu sinkang kendatipun
tenaga dalam kedua belah pihak selisih jauh, namun hal mana tak bisa ditinjau dari keadaan
umum yang berlaku. Dengan pelbagai alasan itulah maka selisih tenaga dalam Kim Thi sia dengan lawannya
menyusut makin sedikit, coba kalau bukan begitu, dengan kesempurnaan tenaga dalam Dewi
Nirmala yang begitu hebat, niscaya ia sudah mati terbunuh semenjak tadi.
Sebaliknya Dewi Nirmala sendiripun terjerumus dalam keadaan apa boleh buat. Mula-mula dia
hanya ingin menyelidiki rahasia ilmu Tay goan sinkang, tak disangka ilmu sakti tersebut ternyata
sanggup melepaskan diri dari kontrol tenaga dalamnya dengan menjerumuskan dia sendiri
kelumpur kehancuran- Itu berarti bila ia ingin hidup aman dikemudian hari, satu-satunya jalan adalah berusaha
mengalahkan musuh. Disinilah letak kehebatan dari ilmu Tay goan sinkang, sekali pertarungan sudah berlangsung
maka tidak mungkin pertarungan bisa diakhiri sampai ditengah jalan, maka kedua belah pihakpun
terlibat dalam suatu pertarungan mati-matianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Keadaan Kim Thi sia pun bagaikan anak panah yang berada diujung gendewa, bagaimanapun
pertarungan harus dilanjutkan, maka sambil menggertak gigi menahan diri, dia membentak keras
dan melancarkan serangan yang ketiga dengan jurus mati hidup berada pada nasib.
Begitu kedua belah pihak saling membentur, masing-masingpun melompat mundur kebelakang,
tiada suara, tiada deruan angin tajam, hanya Kim Thi sia memuntahkan kembali darah segar.
Sebagai pemuda yang keras kepala, meskipun dia sadar bakal roboh ditangan lawan, namun
dia tak rela untuk menyerah dengan begitu saja, sambil menghimpun tenaganya dia menyerang
hingga kejurus kelima. Saat itu kekuatan untuk menyerangnya sudah bertambah lemah, meski begitu masih terdapat
juga semacam kekuatan aneh yang memaksa Dewi Nirmala tak berani mengendorkan
perhatiannya. ciang sianseng dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu mengawasi setiap gerakan
dari jurus yang kelima itu dengan seksama, gumamnya lirih:
"Yaa, yaa benar, sudut yang miring kesisi kiri persis menghantam lambungku, sedang gerakan
menyodok keatas persis menghantam jalan darah Ki hay hiat^......."
Mendadak terdengar Dewi Nirmala menjerit lengking dan mundur tiga langkah dengan
sempoyongan- Menyusul kemudian Kim Thi sia mendengus tertahan dan roboh terjungkal keatas
tanah. ciang sianseng mengira dia telah tewas diam-diam gumamnya:
"Sayang, sungguh amat sayang masih ada lima jurus lagi berarti seluruh kepandaian itu selesai
dipergunakan-" Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, Kim Thi sia telah merangkak bangun secara
pelan-pelan- Dadanya sudah basah oleh darah segar yang mengucur keluar, sorot matanya pun
semakin sayu, ia nampak begitu berat dan lamban segala gerak geriknya.
Dengan napas tersengkal-sengkal dia melepaskan baju luarnya, membiarkan dadanya yang
telanjang dihembusi angin dingin.
Sementara itu Dewi Nirmala telah maju pula dengan langkah sangat lamban, sorot matanya
yang tajam mengawasi pemuda tersebut tanpa berkedip.
Entah sejak kapan, dibelakang tubuh perempuan itu sudah muncul empat orang kakek, seorang
diantaranya amat dikenal oleh Kim Thi sia karena dia tak lain adalah Nirmala nomor tujuh.
Tentu saha dalam keadaan demikian, ia tak berhasrat lagi untuk memperdulikan soal-soal
seperti ini. Secara diam-diam ia mencoba mengatur kembali kekuatannya dengan ilmu ciat khi mi khi, tapi
entah mengapa, ternyata kemajuan yang dicapainya amat lamban, seakan-akan jauh lebih lemah
daripada keadaan dulu. Dengan perasaan yang kalut dia segera berpikir:
"Aku harus menghimpun sisa kekuatan yang kumiliki, sepantasnya aku akan tewas disini.
Apalagi yang mesti kuragukan?"
Berpikir demikian, diapun segera mengayunkan telapak tangannya yang berat dan melepaskan
serangan dengan jurus keenam dari ilmu Tay goan sinkang, yakni "kelembutan mengatasi air dan
api." Paras muka Dewi Nirmala telah berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, ditengah
kegelapan orang lain memang tak sempat melihat secara jelas, tapi perempuan itu sadar bahwa
tenaga dalamnya telah berkorban sangat banyak, ia sudah makin tak mampu untuk
mempertahankan diri. Pelan-pelan telapak tangannya diangkat keatas, dengan jurus "bocah sakti menyembah
Buddha" dia sambut datangnya serangan tersebut. " Duuuukkkkk. ....... .
Kembali serangan kedua belah pihak saling membentur satu sama lainnya, tanpa menimbulkan
sedikit suarapun tubuh Kim Thi sia mencelat sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
Langkah kaki Dewi Nirmala pun mulai kalut ternyata dia tak mampu berdiri tegak dengan
sempoyongan badannya bergeser kekiri, tapi dia menggigit bibir dan memaksakan diri untuk
berdiri tegak. Mimpipun dia tak menyangka kalau seorang pemuda rudin macam Kim Thi sia ternyata harus
memeras begitu banyak tenaga miliknya, bukan cuma begitu, bahkan sekalipun sudah
mengeluarkan banyak tenaga, dia masih belum berhasil juga melengkapkannya.
Dengan perasaan benci yang meluap. dia segera menghimpun seluruh kekuatan ilmu Tay yu
sinkangnya untuk menggempur pemuda tersebut habis-habisan.
Baru saja Kim Thi sia merangkak separuh jalan, tubuhnya sudah tergempur oleh ilmu Tay yu
sinkang yang maka dahsyat itu, kini tenaga untuk berteriakpun tak dimilikinya lagi. Tubuh anak
muda tersebut mencelat sejauh tiga kaki lebih dan tercebur kedalam kolam.
Waktu itu udara sangat gelap. awan tebal menyelimuti angkasa, ditambah lagi rumput ilalang
yang tumbuh disekeliling kolam sangat lebat dan tinggi, oleh sebab itu tiada orang yang tahu
secara pasti dimanakah pemuda itu tercebur.
Dengan sekuat tenaga Dewi Nirmala berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya, lalu
kepada ketiga orang anak buahnya ia berseru: " cepat kalian angkat keluar mayatnya"
Habis berkata, pelan-pelan ia berjalan menuju keruang tengah.
"Terima perintah" sahut Nirmala nomor tujuh sigap.
Tergesa-gesa dia mengacak rekan-rekan lainnya lari menuju kearah kolam. Terdengar ciang
sianseng berseru sambil menghela napas panjang:
"Aaaaai......sejak kini Tay goan sinkang akan lenyap dari dunia, coba kalau aku berhasil
memperlajari kepandaian sakti tersebut hatiku tentu akan merasa puas sekali."
Tiba-tiba Dewi Nirmala berpaling seraya menegur: "Jadi kau menyalahkan aku?" Melihat ciang
sianseng tidak menjawab kembali dia berkata:
"Dengan mengorbankan banyak waktu dan tenaga kuberi kesempatan kepadamu untuk
menikmati keindahan ilmu tersebut, apakah kesemuanya ini masih belum cukup bagimu?"
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, wajahnya diliputi perasaan gusar yang meluap-luap. ciang
sianseng segera tertawa. "Maafkan aku bila perkataanku salah, tapi aku betul-betul tidak bermaksud apa-apa."
"Lantas apakah kau berhasil mempelajari sesuatu?" ciang sianseng segera tertawa getir.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin aku sudah kelewat tua, nyatanya walaupun sudah memperhatikan sekian lama, tak
ada sesuatu yang berhasil kutemukan-"
"Bagus, besok pagi kau harus tinggalkan lembah ini" tukas Dewi Nirmala kemudian-
" Kenapa?" ciang sianseng agak tertegun. Sambil tertawa dingin Dewi Nirmala berkata:
"Kau jangan menganggap aku sangat bodoh, dengan pengetahuan serta pengalamanmu yang
begitu luas, mustahil tiada sesuatu yang berhasil diraih. Sudah jelas kau sedang menipu secara
licik." "Aaaaai.......mengapa sih kau selalu mencurigai aku?" keluh ciang sianseng dengan perasaan
apa boleh buat. "Kau benar-benar tidak tahu bagaimana mesti memberi pernyataan kepadamu."
Tampaknya Dewi Nirmala sudah teramat lelah dan kehabisan tenaga akibat pertarungan sengit
yang baru saja berlangsung.
Ia tak banyak berbicara lagi, bahkan menggubris ciang sianseng pun tidak. begitu selesai
berkata tadi, ia segera membalikkan badan dan menyingkir dari situ untuk mengatur pernapasanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ciang sianseng pun tidak berkata apa-apa dia hanya menghela napas sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali seolah-olah ia merasa keputusan rekannya itu tak adil.
-00d0w00k0z00- Tempat dimana Kim Thi sia tercebur kebetulan merupakan bagian kolam yang paling cetek
airnya namun paling lebat rumput ilalangnya. Ketika ia tercebur tadi, meski tak sampai tenggelam
namun keempat anggota badannya yang linu dan kaku membuatnya berbaring didalam air tanpa
mampu berkutik. Keempat orang pencari menyebarkan diri keempat penjuru dan mulai melakukan pencarian
dengan menelusuri rumput ilalang yang tinggi.
Waktu itu angin dingin berhembusan kencang, langit sangat gelap. jangan lagi kolam itu luas
sekali. Biarpun luasnya hanya satu kakipun bila tidak dilakukan pencarian secara teliti, sulit
rasanya untuk menemukan jejak pemuda tersebut. Apalagi air yang menggenangi tempat itu
setinggi lutut, bagaimana mungkin jejak korbannya bisa ditemukan secara mudah" sudah sekian
lama mereka berempat melakukan pencarian namun hasilnya tetap nihil.
Mendadak Nirmala nomor tujuh tiga langkah kedepan, kini kakinya sudah mencebur kedalam
air katanya: "Perintah dari sin li tak bisa dibangkang aku lihat lebih baik kalian bertiga terjun pula kekolam
untuk melakukan pencarian- Sedang aku biar menunggu disini saja, maklumlah aku tak mengerti
ilmu dalam air?" Padahal persis dibawah kakinya inilah tubuh Kim Thi sia berbaring, menggelikan sekali memang
ternyata sampai sekarang jejaknya belum juga diketahui.
"Mungkin juga hal ini dikarenakan rumpun ilalang yang tingginya selutut dan susah dicapai
dengan pandangan mata, sehingga dia sama sekali tidak tahu kalau dibalik lumpur lembut disisi
kakinya tergeletak tubuh Kim Thi sia."
Waktu itu Kim Thi sia merasakan sekujur badannya kaku dan kesemutan, sama sekali tak
mampu bergerak kalau tidak. ia pasti akan terperanjat sekali dibuatnya.
Sementara itu, tiga orang jagoan telah terjun keair, mereka mulai melakukan pencarian yang
seksama didalam kolam dengan air yang dingin membekukan badan itu.
Sampai lama...... lama kemudian, ketiga orang itu baru merangkak naik kedaratan dengan
tubuh menggigil, seru mereka bersama:
"Mungkin tubuh pemuda itu sudah terseret arus air dan terseret entah kemana, kami telah
melakukan pencarian yang seksama disekeliling tempat ini, namun nyatanya belum juga
ditemukan-" "Bagaimana baiknya sekarang?" kata Nirmala nomor tujuh kemudian sambil tertawa getir. "Sin
li hanya tahu menurunkan perintah, dia tak akan mau tahu atas kesulitan yang kita hadapi."
"Yaa, kenyataan telah berkembang menjadi begini, rasanya kita hanya bisa mohon maaf
kepadanya." "Baiklah, kalau begitu mari kita pergi minta maaf kepadanya." kata Nirmala nomor tujuh
kemudian- Selesai berkata, dia segera mengajak ketiga orang rekannya balik menelusuri jalan semula.
Secepat sambaran kilat mereka berangkat menuju kegedung besar berwarna emas itu. Ditengah
jalan, mendadak Nirmala nomor tujuh menghentikan larinya seraya berseru:
"Aduuuuuh.........aku hendak membuang hajat sebentar, harap kalian berangkat duluan. Aku
segera akan menyusul."
Ketiga orang rekannya tidak menaruh curiga apa-apa, mereka segera meneruskan
perjalanannya. Ternyata Nirmala nomor tujuh tidak pergi membuang hajat, menanti ketiga orang rekannya
sudah pergi jauh, cepat-cepat dia kembali ketepi kolam dan membopong keluar tubuh Kim Thi sia
dari air, kemudian setelah menguruti beberapa buah jalan darahnya dia menegur:
"Nak, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Kim Thi sia tak mampu mengucapkan sepatah katapun selain dari tenggorokannya bergema
suara pelan- Sekujur badannya sangat letih, setitik kesadarannya meski belum hilang sama sekali
toh rada kabur. Apa yang dibicarakan Nirmala nomor tujuh memang terdengar olehnya sayang dia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun-
Dengan penuh kasih sayang Nirmala nomor tujuh membelai jidatnya yang membeku, lalu
gumamnya: "Bocah yang bernasib malang......setelah berhasil kabur dari gua, mengapa kau tak berupaya
untuk melarikan diri.......?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali gumamnya:
"Yaa, mengingat aku menaruh kesan yang begitu sangat baik kepadamu, bagaimanapun juga
aku harus berupaya untuk menolongmu."
cepat-cepat dia duduk bersila kemudian mengatur pernapasan, tak selang berapa saat
kemudian, kabut putih telah mengepul keluar dari jidatnya. Sepasang telapak tangannya segera
dia tempelkan diatas dada Kim Thi sia dan menguruti jalan darahnya.
Tak selang berapa saat kemudian, segulung hawa napasnya muncul dari pusat pemuda itu dan
pelan-pelan menyebar keseluruh badan.
Begitu memperoleh kembali sebagian tenaganya, Kim Thi sia pun berkata:
"Terima kasih banyak empek atas bantuanmu, budi kebaikanmu tak pernah akan
kulupakan,aku.....aku pasti akan berusaha membalas budi ini." Kemudian setelah terbatuk-batuk
sesaat lanjutnya: "Empek, aku tiada harapan lagi, kau.......kau tak usah bersusah payah."
Nirmala nomor tujuh segera tertawa ramah, katanya:
"Nak, semangat adalah kekuatan, atas dasar apa kau mengatakan tiada harapan lagi.
Ayohjangan bicara sembarangan, aku akan membantu untuk memperlancar peredaran darahmu."
Berbicara sampai disitu, dia benar-benar meninggalkan teganya dan melipat gandakan
kekuatannya. Tak lama kemudian, napas Nirmala nomor tujuh makin memburu, paras mukanya yang semula
merah kini berubah menjadi pucat pias, peluh sebesar kacang kedelepun jatuh bercucuran
membasahi jidatnya dan menetes diatas wajah pemuda itu. Mendadak Kim Thi sia berkata:
"Empek. budi kebaikanmu ini bagaikan cucuran keringatmu yang membasahi tubuhku
sekarang, bila aku beruntung dapat lolos dari maut, suatu keita aku pasti akan balik lagi ke
Lembah Nirmala untuk membalas kebaikanmu itu."
Nirmala nomor tujuh menyadari bahwa pemuda ini berhati mulia dan tahu budi, karenanya
diapun berkata: "Ingat baik-baik perkataanku, disaat tenagamu pulih kembali segera berangkatlah menuju
ketimur. Tinggalkan lembah ini disaat malam masih mencekam. Tentang kedatanganmu kembali
dilain waktu, aaaaai......"
Tiba-tiba saja nada suaranya kedengaran begitu sedih dan memilukan hati, terusnya dengan
parau: "Mungkin waktu itu aku sudah tak berada didunia ini lagi."
Kim Thi sia amat terkesiap. baru saja dia hendak berbicara kakek itu telah menukas kembali:
"Kita tak perlu membicarakan soal itu. Nak, aku ingin tahu tinggal berapa banyak obat yang
kuberikan kepadamu?"
"Aku tidak menghitungnya satu per satu. Tapi kemungkinan besar masih sepuluhan biji." sambil
tertawa Nirmala nomor tujuh manggut-manggut, ucapannya: "Aku sangat gembira karena kau
tidak menghilangkannya." setelah berhenti sejenak, dengan cepat dia menambahkan:
"sepeninggalku nanti, telanlah seluruh pil tersebut sekaligus, obat-obat itu akan memberikan
manfaat yang tak terhingga bagimu."
"Akan kuingat terus."
"Soal nona Hay jin, dia telah pergi bersama putra tunggal sipukulan sakti tanpa bayangan dari
Tiang pek san" kata Nirmala nomor tujuh lebih jauh. Kemudian setelah menatap pemuda itu lekatlekat,
terusnya dengan wajah serius:
"Biarpun ibu dari nona ini banyak melakukan kejahatan, namun gadis tersebut sesuci dirimu.
Sebelum berangkat dia pernah memohon kepadaku untuk menyampaikan berita ini kepadamu,
karenya kuharap kau jangan menyia-nyiakan pengharapannya......"
Rasa terkejut dan gembira segera menyelimuti perasaan Kim Thi sia begitu mendengar
perkataan itu, entah semangat apa yang berkobar didalam dadanya, tiba-tiba dia bangun terduduk
dan berseru: "Benarkah dia berkata begitu" Empek kau tidak membohong bukan?"
Sambil membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang, Nirmala nomor tujuh berkata lagi:
" Kupandang dirimu seperti anak kandungku sendiri, buat apa aku berbohong kepadamu?"
Tiba-tiba saja Kim Thi sia mempunyai keyakinan yang besar atas masa depan sendiri, segera
katanya: "Empek. aku tidak akan mati, aku pasti akan berhasil keluar dari lembah ini." Kemudian sambil
meraba kemala dalam sakunya, dia berkata lebih-jauh:
"Aku tidak tahu kalau ia berpesan begitu kepadamu. oooh.....^aku harus menyayangi
keselamatan jiwaku sendiri."
"Nak. kesemuanya ini tergantung jodoh. Kuharap kau bisa memperoleh kehidupan yang
bahagia" bisik sikakek sambil menatap pemuda itu lekat-lekat.
Mendengar perkataan itu, tanpa terasa Kim Thi sia menggenggam sepasang tangannya eraterat.
Tiba-tiba Nirmala nomor tujuh bangkit berdiri dan melepaskan diri dari genggamannya, ia
berkata singkat: "Nak. aku harus pergi, selamat berjuang"
Begitu selesai berkata, dia segera membalikkan tubuh dan beranjak pergi dari situ.
-00d0w00k0z00- JILID 34 Memandang bayangan punggungnya yang menjauh dan mengenang kembali suara
pembicaraannya yang memilukan hati, merasa hatinya pedih hingga tanpa sadar titik air mata
jatuh bercucuran. Saat ini dia merasakan hawa murni yang bergolak dalam tubuhnya telah menambah
kekuatannya berlipat ganda, ia sadar Nirmala nomor tujuh tak segan-segan mengorbankan tenaga
dalam hasil latihannya selama puluhan tahun untuk menolong dan membantunya. Budi kebaikan
setinggi bukit ini membuat pemuda kita merasa makin terharu.
Perlahan ia merangkak naik keatas daratan lalu memandang sekejap sekeliling tempat itu,
lampu dalam gedung emas telah lama padam. Jelas Dewi Nirmala menganggap dia benar-benar
telah mati tenggelam didasar kolam.
Pelan-pelan dia menelususri jalan setapak ditepi kolam berangkat menuju kearah timur.
Diujung timur sana terdapat tebing curam yang menjulang tinggi keangkasa. Batu karang yang
tajam berserakan dimana-mana dan amat sulit didaki.
Namun Kim Thi sia tidakputus asa, sambil menggertak gigi dia berusaha dengan sekuat tenaga
mendaki keatas. Dengan watak kerbaunya yang keras kepala dan pantang mundur, pemuda itu tak rela
menyerah dengan begitu saja semakin susah berjalan, semakin bersemangat dia berusaha untuk
menanggulanginya. Akhirnya dengan napas tersengal-sengal ia berhasil juga mencapai puncak bukit itu.
Sesudah beristirahat sejenak. pemuda itu melanjutkan kembali perjalanannya menelusuri jalan
setapak. Berapa li kemudian sampailah dia ditepi jalan raya yang amat lebar.
Rasa gembira yang meluap-luap membuat tubuhnya yang lelah tak tertahan lagi, dia terjatuh
ditepi jalan dan tertidur amat nyenyak.
Entah berapa saat sudah lewat, dia baru tersadar dari tidurnya ketika sebuah tangan yang
berbulu muncul dihadapan matanya.
Dengan perasaan amat kaget ia segera melompat bangun dari atas tanah.
Ternyata benda berbulu itu tak lain adalah seekor anjing liar, sewaktu melihat pemuda itu
terjaga dari tidurnya, binatang itu segera melarikan diri terbirit-birit. Kim Thi sia segera berpikir:
"Sialan benar binatang itu, aku sampai terperanjat setengah mati........aku mesti memberi
pelajaran yang setimpal kepadanya."
Dengan perasaan sangat menolongkol dia memburu maju kedepan dan melepaskan sebuah
pukulan- Selisih jarak antara kedua belah pihak mencapai dua kaki lebih, tapi begitu angin serangan
tersebut menyambar lewat, tiba-tiba anjing itu mengaing kesakitan dan roboh terkapar diatas
tanah. Sewaktu diperiksa, ternyata anjing itu sudah tewas dalam keadaan sangat mengerikan-
Kemampuannya itu tentu saja sangat mengejutkan hatinya, bukan saja ia menemukan tenaga
dalamnya telah pulih kembali, malah jauh lebih sempurna dibandingkan sebelum pertarungannya
melawan Dewi Nirmala di Lembah Nirmala tadi.
"Aneh betul" tanpa terasa ia berpikir. "Bukan saja isi perutku tidak terluka, sebaliknya
kekuatanku malah berlipat ganda, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Sampai lama sekali ia mencoba memecahkan persoalan tersebut, namun tak berhasil
menemukan sebab-sebabnya.
Ia hanya teringat sewaktu pertarungan yang sengit semalam, ia telah mengeluarkan ilmu ciat
khi mi khi kemudian ilmu ciat khi mi khi nya kehilangan kasiat, membuat dia amat kecewa.
Siapa tahu bukan saja ilmu sakti tersebut sama sekali tak kehilangan kasiatnya, malahan
semakin meningkatkan kemampuan tenaga dalamnya. Hal inilah yang sama sekali diluar dugaan-
Begitulah, ditengah pancaran sinar sang surya yang terang benderang, pemuda itu meneruskan
perjalanannya menuju keselatan-sepanjang jalan, dia mulai berpikir:
"Pedang tembaga dan pedang bintang telah tewas, ini berarti aku harus mempercepat usahaku
untuk membalaskan dendam sakit hati guruku. Kalau sampai didahului Dewi Nirmala, sudah pasti
kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang sangat tidak menggembirakan-"
Berpikir sampai disitu, hawa darah panas dalam dadanya serasa bergolak keras, dia ingin
secepatnya tiba disarang sembilan pedang dari dunia persilatan dan mengendalikan kepandaian
silat yang dimilikinya untuk membalaskan dendam sakit hati gurunya.
Lambat laun senjapun menjelang, kegelapan mulai mencekam kembali seluruh jagad saat itu
dia telah tiba disebuah tanah perbukitan yang jauh dari rumah penduduk.
Sementara dia menelusuri pepohonan yang lebat, mendadak dari depan sana bergema datang
suara langkah kaki manusia yang ringan- Ketika berpaling, dia menyaksikan ada tiga sosok
manusia sedang berjalan mendekat.
Berapa saat kemudian, ia telah melihat dengan jelas raut wajah pendatang itu, kontan hatinya
merasa amat terperanjat. Rupanya dari ketiga orang itu, seorang diantaranya adalah seorang gadis yang cantik jelita,
gadis itu tak lain adalah putri Kim huan yang sangat dikenalnya.
"Aaaaai.....kalau sudah bermusuhan, dunia terasa begitu smepit, tempo hari aku pernah
menjengkelkan hatinya dengan meninggalkan surat kali ini dia tak akan berpeluk tangan belaka."
Ia berusaha menundukkan kepalanya rendah-rendah, akan tetapi putri Kim huan telah
mengetahui kehadirannya, sewaktu melihat pemuda itu berambut kusut dan berdandan seperti
seorang pengemis, gadis itu nampak tertegun dan menghentikan langkahnya.
Berbicara sejujurnya, Kim Thi sia memang menaruh perasaan kagum terhadap gadis ini, tapi
benaknya selalu dipenuhi dengan perkataan yang pernah diucapkan gadis tersebut. "Aku hendak
membunuhnya......." ucapan itu membuat rasa rendah diri menyelimuti benaknya, membuat ia
berusaha menekan rasa kagumnya dan selalu menganggap gadis itu bagaikan musuh besarnya.
Terlebih-lebih setelah dia melihat disisi gadis itu muncul seorang pendamping lain, sekalipun
pendampingnya hanya seorang pemuda berwajah jelek. namun hal mana cukup menyedihkan
hatinya. Ia melihat juga sikakek berambut kuning yang berjalan disamping pemuda jelek itu, meski dia
tak kenal dengan kakek itu namun dandanannya yang aneh membuat pemuda tersebut segera
mendengus. Sementara putri Kim huan masih berdiri termangu- mangu dengan langkah lebar Kim Thi sia
berjalan menghampirinya seraya menegur: "Selamat bersua."
"Siapa kau?" bentak pemuda jelek itu sambil maju kedepan dan menghadang didepan gadis
tersebut. Kim Thi sia mengira pemuda itu adalah kekasih putri Kim huan, ia sangat mendongkol dan
sama sekali tidak menggubrisnya. Kembali kepada gadis tersebut dia berseru: "cepat serahkan
uang kepadaku, aku butuh pakaian baru." Putri Kim huan manggut-manggut, kepada pemuda
jelek itu dia berseru: "Kau menyingkirlah dulu."
Kemudian tanpa menunggu jawaban dari pemuda jelek itu, ia maju kedepan menghampiri Kim
Thi sia. Bertemu dengan pemuda itu, sinona seperti melupakan segala sesuatunya, sambil tertawa
lembut ia bertanya: "Berapa tahil yang kau butuhkan?"
"Aku hanya membutuhkan dua tiga tahil perak saja" sahut Kim Thi sia sambil mengulurkan
tangannya kemuka. "Aaaah, dua tiga tahil kelewat sedikit, tak bakal cukup untuk membeli apa-apa. Biar kuberi tiga
puluh tahil perak saja."
Sambil berkata ia mengambil sekeping uang perak dari sakunya dan segera disodorkan
kedepan- "Terima kasih" kata Kim Thi sia sambil menerimanya.
setelah mundur setengah langkah, tiba-tiba dia berseru lagi dengan kening berkerut:
"Nampaknya kau anggap aku pengemis yang minta sedekah" IHmmmm, kalau begitu aku tak
sudi menerima sedekahmu itu"
Habis berkata ia segera membanting uang itu keatas tanah danpergi meninggalkan tempat itu.
Putri Kim huan nampak agak tertegun, lalu sambil memburu maju kedepan serunya: "Apakah
kau tak butuh pakaian baru?"
"Sebenarnya aku ingin meminjam tiga puluh tahil perak darimu untuk membeli pakaian, siapa
tahu kau tunjukkan sikap seakan-akan memberi sedekah kepada pengemis, sekali beri tiga puluh
tahil. Hmmm, kau anggap aku ini tamak akan harta" Terus terang saja aku bilang, aku sih tidak
butuh dengan uangmu itu."
"Aku toh tidak bermaksud begitu, kau benar-benar pandai membolak balikkan duduknya


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persoalan-.....aaaah. Bagaimana kalau kau sampai tak bisa makan nanti?"
Sebenarnya Kim Thi sia berniat tak akan menggubris, tapi setelah mendengar perkataan itu,
bagaikan ditusuk dengan jarum tajam, ia melompat dan sahutnya keras-keras: "Tak usah kuatir,
sekalipun toaya bakal mati kelaparan, tak akan kucari dirimu lagi."
Pelan-pelan putri Kim huan memejamkan matanya rapat-rapat, dia merasa amat bersedih hati,
coba kalau disekelilingnya tak ada orang lain, niscaya dia akan menangis sejadi-jadinya.
Mendadak pemuda jelek itu bertanya: "Hey, siapa sih orang itu?"
Putri Kim huan berpaling, lalu jawabnya: "Kim Thi sia"
"Kim Thi sia......." Kim Thi sia.......?" gumam pemuda jelek itu berapa kali,
tiba-tiba ia berteriak keras. "Aaaai, dialah orangnya bocah keparat, sudah lama aku mencarimu.
Beruntung sekali kita dapat bersua muka ditempat ini."
Dengan suatu gerakan amat cepat dia meluncur kedepan, menyusul kemudian sepasang
telapak tangannya direntangkan dan secara beruntun melepaskan dua buah pukulan berantai.
Ketika merasakan datangnya desungan angin tajam dari belakang tubuhnya, dengan suatu
gerakan cepat Kim Thi sia membalikkan tubuhnya, ia menjadi gusar sekali setelah melihat pemuda
jelek itu sedang menyerangnya secara garang dan buas.
Tanpa berpikir panjang lagi, diapun mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah
pukulan dahsyat. Suara benturan keras bergema memecahkan keheningan, ketika dua gulung tenaga dahsyat itu
saling beradu, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur satu langkah.
Semenjak tenaga dalamnya peroleh kemajuan yang amat pesat, Kim Thi sia belum sempat
mencari sasaran untuk mencoba kemampuannya itu, maka didalam gusarnya sekarang, tanpa
banyak bicara lagi ia melepaskan tiga buah serangan berantai secara beruntun.
Tampaknya pemuda jelek itu tak pernah menyangka kalau seorang pengemis memiliki tenaga
dalam yang begitu hebatnya, diam-diam ia terkesiap dibuatnya dan tak berani lagi melancarkan
serangan secara sembaranganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Pada saat itulah tiga gulung tenaga pukulan Kim Thi sia yang maha dahsyat telah menggulung
tiba dengan kecepatan luar biasa.
Dengan suatu gerakan cepat pemuda jelek itu mengayunkan pula telapak tangannya untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut. Seketika itu juga ia merasakan pukulan yang
menyergap datang makin lama makin bertambah hebat, paras mukanya kontan berubah hebat,
tak kuasa tubuhnya mundur pula tiga langkah kebelakang.
Baru pertama kali ini Kim Thi sia berhasil memukul mundur musuhnya dengan tenaga kekuatan
angin pukulannya, dalam luapan rasa gembiranya pun dia makin bersemangat kembali dia maju
kemuka sambil melepaskan tiga buah pukulan berantai lagi.
Pemuda jelek itu segera sadar bahwa kemampuannya bukan tandingan lawan, tetapi dia malu
dengan putri Kim huan bila harus menyerah dengan begitu saja, maka dengan nekad ia menggigit
bibirnya kencang-kencang dan menyambut setiap serangan musuh dengan keras melawan keras.
Tiga kali benturan keras bergema memecahkan keheningan. Kim Thi sia tetap berdiri tegak
diposisinya semula, sedangkan pemuda jelek itu mundur berulang kali kebelakang dengan
keadaan kepayahan- Kim Thi sia memang berhasrat mengalahkan musuhnya secara tragis, ia tertawa melihat sang
korban mundur terus, ia tetawa keras dan mendesak maju kedepan, tiba-tiba dia melepaskan
sebuah pukulan dahsyat dengan jurus "kecerdikan menguasahi jagad" dari ilmu Tay goan sinkang.
Terkejut bercampur ngeri mencekam perasaan pemuda jelek itu, dia ingin mengerahkan
seluruh kekuatan tubuhnya untuk beradu jiwa, tapi disaat yang kritis itu menyelinap masuk dari
sisi arena dan tanpa mengucapkan sepatah katapun melepaskan segulung pukulan yang maha
dahsyat. Begitu dua kekuatan saling bertemu, Kim Thi sia terseret oleh segulung tenaga lembek yang
amat kuat hingga tergeser kesamping dan tak mampu berdiri tegak. tubuhnya mundur selangkah
kebelakang. Berada dalam keadaan begini, pemuda tersebut segera berpikir cepat:
"Manusia sebangsa Dewi nirmala pun berani kuhajar, apalagi hanya seorang tosu tua berambut
kuning macam kau. Hmmm, hari ini aku mesti menghajarnya habis-habisan."
Dengan semangat yang berkobar-kobar ia segera mendongakkan dan berpekik nyaring, jurus
kedua dari ilmu Tay goan sinkang yaitu "kelincahan menyelimuti empat samudra" kembali
dilontarkan- Dalam waktu singkat angin dan guntur menggelegar, segulung kekuatan maha dahsyat
menyambar kedepan dan menyapu segala sesuatu yang dijumpai.....
Didalam serangannya kali ini dia telah pergunakan tenaga dalamnya sebesar sembilan bagian,
tentu saja kekuatan yang dihasilkan luar biasa sekali.
Tosu tua berambut kuning itu sangat terkesiap. ia tak berani bertindak gegabah dan buru-buru
mengayunkan serangan tersebut dengan keras melawan keras. Tanpa menimbulkan suara kedua
belah pihak telah saling beradu pukulan satu kali.
Kim Thi sia tetap berdiri tak bergerak. hawa napas mengepul dari jidatnya dan menyebar
kemana-mana, rupanya kedua belah pihak telah saling beradu tenaga dalam tingkat tinggi.
Sementara itu tosu tua berambut kuning itu sedang berpikir dengan perasaan terkejut.
" Entah ilmu pukulan apakah yang dipergunakan bocah muda ini, sungguh lihay dan luar biasa
sekali. coba aku tidak mundur secepatnya, sudah pasti akan menderita kekalahan ditangannya.
Waaa h....... rupanya ilmu khikang kepiting saljuku tak akan mampu menandinginya ....... "
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Kim Thi sia telah melancarkan serangan berikut.
Jurus "mati hidup ditangan nasib" yang dilancarkan kali ini nampaknya sederhana tanpa suatu
yang luar biasa, yang nampak pun cuma gerakan telapak tangan yang berputar tapi serangan
hawa khikang kepiting salju yang dipancarkan tosu tua berambut kuning itu seketika terbelenggu
dan terkurung oleh tenaga lawan-
Kejadian tersebut amat mengejutkan hati tosu tua yang berambut kuning itu,
kendatipun ia sudah begitu cukup berpengalaman didalam menghadapi pertarungan namun kali
ini, ia gagal untuk menduga arah manakah serangan musuh akan tiba.
Dalam keadaan begitu, terpaksa dia menarik kembali serangannya secara tergesa-gesa dan
melompat mundur kebelakang.
"Hendak kabur kemana kau?" Kim Thi sia membentak keras.
Mendadak jurus "mati hidup ditangan nasib" nya berubah arah sasaran, lengannya diputar
kencang menjangkau dada lawan, kemudian menggunakan kesempatan disaat musuh gelagapan,
kaki kirinya melancarkan sebuah sapuan kilat.
Jurus serangan ini merupakan hasil ciptaan-nya sendiri yang dikombonasikan dengan ilmu Tay
goan sinkang. Tentu saja sitosu tua berambut kuning itu tidak menyangka kalau musuhnya memiliki
perubahan jurus yang begitu banyak. Sedikit dia kurang berhati-hati, kakinya segera tersipu telak
dan tak ampun lagi tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Kim Thi sia memutar badannya dengan ujung kaki sebagai as, tiba-tiba dia menyerang dengan
jurus keempat dari ilmu Tay goan sinkang yakni gerakan "kejujuran menghancurkan batu emas".
Sitosu tua berambut kuning itu seketika merasakan selapis jaring hitam menyelimuti batok
kepalanya dan sulit baginya untuk meloloskan dirinya kembali.
Belum hilang perasaan ngeri yang mencekam perasaan hatinya, serangan yang maha dahsyat
itu telah menghantam ubun-ubunnya membuat orang itu tewas seketika.
Putri Kim huan sebagai seorang gadis yang bernyali kecil, buru-buru menutupi mukanya dengan
ujung baju dan tak berani menonton adegan seram ini.
Sebaliknya pemuda jelek itu mengawasi mayat gurunya yang terkapar dengan wajah termangumangu,
gumamnya: "Aaaaah, sudah tewas, sudah tewas."
Mendadak dia mengalihkan sorot matanya yang tajam menyeramkan itu kewajah putri Kim
huan, lalu serunya lagi dengan penuh kebencian: "Aaaah, kau lah penyebab dari segala
sesuatunya ini." Hawa napsu membunuh seketika berkobar dalam dadanya, menggunakan kesempatan disaat
Kim Thi sia tidak menaruh perhatian, tiba-tiba ia melesat kedepan dan mengayunkan telapak
tangannya menghantam tubuh putri Kim huan-
Mimpipun putri Kim huan tak mengira akan kejadian tersebut, ia menjadi bergidik ketika hawa
dingin yang menusuk tulang tahu-tahu menyusup ketubuhnya. "ooooh, dingin amat......" keluhnya
lirih. Mendengar keluhan tersebut Kim Thi sia segera berpaling, begitu dilihatnya pemuda jelek itu
sedang mengayunkan telapak tangannya menerkam gadis tersebut dan seolah-olah berhasrat
untuk membinasakan dirinya, ia segera membentak nyaring, dengan menghimpun tenaga Tay
goan sinkangnya hingga mencapai sepuluh bagian, dia melepaskan sebuah pukulan dahsyat
kedepan- Waktu itu telapak tangan pemuda jelek itu sudah menempel dibagian mematikan dari putri Kim
huan dan baru saja hendak memuntahkan tenaga dalamnya untuk membunuh gadis tersebut.
Mimpipun dia tak mengira kalau secara tiba-tiba akan muncul segulung tenaga serangan yang
begitu dahsyat dari belakang tubuhnya.
Berada dalam keadaan begini, terpaksa dia harus menghentikan serangannya untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut. "Duuuukkkk........."
Tahu-tahu saja badannya seperti kena dihantam oleh martil yang sangat berat, pandangan
matanya terasa gelap. tenggorokkannya terasa manis dan ia memuntahkan darah segar, tubuhnya
langsung roboh terjerembab keatas tanah.
Ketika Kim Thi sia memburu kedepan dan memeriksa dengusan napasnya, dia temukan
musuhnya telah menemui ajalnya.
Kematian mereka antara guru dan murid yang beruntun membuat Kim Thi sia tersadar. Kembali
dari luapan emosinya, tiba-tiba saja dia merasa tindakannya kelewat keji. Namun nasi telah
menjadi bubur menyesalpun tak ada gunanya.
Pelan-pelan dia mendongakkan kepala dan memandang sekejap kearah gadis tersebut. ia temui
paras muka nona itu pucat pias bagaikan mayat, mukanya sangat menderita sekali.
Baru saja dia ingin bertanya, "Apakah kau terluka?" mendadak putri Kim huan telah
membungkukkan badannya dengan menggigit bibir serta merintih tiada hentinya. Dengan
perasaan terkejut pemuda itu segera menegur:
"IHey, apakah kau sudah terbokong oleh nya"J angan sembarangan bergerak. aku akan
mencarikan tabib bagimu........"
Belum sempat dia melangkah pergi dari situ, putri Kim huan telah bangkit berdiri seraya
menyambut: "Aku tidak apa-apa, hanya tubuhku merasa agak kedinginan-" Kemudian sambil menatap
sekejap kearah Kim Thi sia, kembali berkata: "Bagaimana kalau kita menempuh perjalanan
bersama-sama?" Kim Thi sia merasakan suasana yang aneh sekali, tapi sebelum dia sempat berbicara, putri Kim
huan telah beranjak menghampirinya namun belum beberapa langkah tubuhnya kembali telah
menggigil keras. Menyaksikan hal ini, Kim Thi sia segera berpikir:
"Aduh celaka, rupanya dia telah terkena pukulan hawa dingin yang amat beracun........"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat tiba-tiba saja ia saksikan gadis itu roboh
terjerembab keatas tanah.
cepat-cepat Kim Thi sia memburu maju kedepan dan membopong tubuhnya yang indah
menawan itu, sewaktu diperiksa dengan seksama, tampaklah dibalik paras mukanya yang pucat
Pendekar Satu Jurus 7 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Imam Tanpa Bayangan 4
^