Pencarian

Lembah Nirmala 2

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 2


ingat baik-baik." selesai mengucapkan perkataan itu Kiam sianseng segera kembali kedalam kamarnya.
sedangkan pemuda itu melongo dan tak mampu berbicara tapi ia sadar urusannya sudah amat
gawat, karena itu sambil menahan diri diapun kembali kekamarnya.
"Tengah malam itu diam-diam pemuda itu menyelinap kedalam kamar tidur Kiam sianseng.
Dilihatnya ruangan itu gelap dan sama sekali tak bersuara tapi dengan kesempurnaan tenaga
dalamnya biarpun berada dalam kegelapan pemuda itu masih dapat memperhatikan keadaan pada
jarak lima kaki dengan jelas.
setibanya didalam kamar, ia menjumpai Kiam sianseng duduk bersandar diatas dinding dan
sorot matanya sedang mengawasi semua hiolo dengan termangu- mangu.
Baru saja dia hendak menyapa, tiba-tiba didengarnya Kiam sianseng berbisik dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suaranya.
"Nak, jangan berisik, tutup pintu rapat-rapat lalu duduklah disampingku."
Pemuda itu menurut dan segera merapatkan pintu kamar sementara dalam hati kecilnya timbul
perasaan keheranan dan kaget atas ketelitian dan keseriusan Kiam sianseng sebagai seorang
tokoh yang menjagoi seluruh kolong langit, apa pula yang dia takuti"
sementara pemuda itu masih termenung, Kiam sianseng telah berbisik lagi dengan ilmu
menyampaikan suaranya: "Nak. kau tentu merasa heran apa sebabnya gurumu selalu bermuram durja" Aaaai susah
rasanya kemulai dengan keterangan ini, tapi dengarlah baik-baik dan jangan bersuara, daripada
perbuatan kita sampai kedengaran olehnya."
Kiam sianseng berkata lebih laniut setelah berhenti sejenak,
"Aku telah melakukan suatu kesalahan yang amat besar, dan kesalahan besar yang kulakukan
ini membuat aku tak punya muka lagi untuk hidup lebih lanjut. Aaaai...."
Ketika pemuda itu mendengar perkataan dari Kiam sianseng diucapkan dengan nada yang amat
sedih, tanpa terasa dia turut melelehkan air mata meski tak berani bersuara kuatir kedengaran
sumoaynya, dia memaksakan diri untuk menelan air mata serta kepedihannya kedalam perut.
Mendengar sampai disini, dengan keheranan Kim Thi sia segera bertanya:
"Persoalan apa sih yang membuat tokoh sakti itu menjadi gelagapan serta tak tahu bagaimana
mesti mengatasinya?"
Manusia berbaju perlente itu termenung sejenak. kemudian menggerakkan rantingnya lagi dan
menulis lebih jauh. "Rupanya disaat pemuda itu sedang turun gunung untuk melaksanakan perintah gurunya,
diatas gunung tinggal Kiam sianseng serta sumoaynya berdua. Kiam sianseng yang suka akan
ketenangan ketika itu sedang berada didalam kemar sambil membaca buku, memang inilah satusatunya
hobi dan kegemaran tokoh sakti itu dalam sepuluh tahun terakhir......."
"Waktu itu, dikala Kiam sianseng sedang memikirkan suatu persoalan dengan penuh pesona,
tiba-tiba dari luar pintu kedengaran suara orang merintih disusul suara ketukan pintu yang lemah."
Kiam sianseng segera mengenali rintihan itu berasal dari suara murid perempuan sebagai
seorang guru yang menyayangi muridnya cepat-cepat dia bangkit berdiri serta membukakan pintu.
segera terlihat olehnya murid perempuannya itu masuk kedalam ruangan dengan sempoyongan
lalu jatuh diatas pelukan gurunya.
Kiam sianseng segera membopong tubuh muridnya dengan seksama, dilihatnya gadis itu pucat
pias, mandi peluh dingin dan napasnya tersengkal-sengkal. Maka dengan kening berkerut diapun
bertanya: "Muridku, siapa yang telah melukai kau?"
sementara dia masih tercengang dan dilanda penuh rasa kaget karena melihat murid
perempuannya yang hebat terluka, gadis itu telah menjawab dengan perkataan terputus-putus .
"Bukan......bukan orang lain yang melukainya. Aku.....aku sendiri yang kurang berhati-hati
dalam latihan, se.....sehingga peredaran darah mengalir terbalik dan menyumbat jantung . "
Belum habis perkataan itu diutarakan, orangnya sudah tak sadar dan tubuhnya lemas tak
bertenaga. sebagai seorang tokoh yang berkepandaian silat tinggi, Kiam sianseng segera menotok semua
jalan darah penting ditubuhnya dan membopongnya keatas pembaringan sendiri.
Tapi persoalan lain segera muncul untuk menyembuhkan luka yang diderita nona itu, yang
penting adalah tangan menempel tubuh secara langsung, padahal disitu cuma ada Kiam sianseng
seorang, tapi antara lelaki dan wanita toh ada batas-batasnya.
Betul Kiam sianseng sudah dapat menjauhi kehidupan keduniawian, tapi dia toh tak mungkin
menelanjangi gadis itu untuk mengobati lukanya, persoalan inilah yang membuat Kiam sianseng
jadi kelabakan. Apalagi setelah melihat murid kesayangannya makin melemah, wajahnya yang semula merah
bercahaya kini berubah menjadi kuning, lalu dari kuning berubah menjadi hijau dan akhirnya dari
hijau menjadi kelabu. sudah jelas ini merupakan pertanda tersumbatnya dan aliran darah dan
terancamnya jiwa gadis itu.
Tentu saja Kiam sianseng tak bisa membiarkan muridnya mati karena lukanya itu, tapi untuk
menolong jiwanya terpaksa dia harus menelanjangi gadis itu, dua pilihan yang segera membuat
Kiam sianseng bingung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Akhirnya diapun teringat untuk menggunakan ilmu menotok jarak jauh untuk menahan makin
meluasnya penyakit itu menyerang kejantung, tapi kesulitan lain timbul. Cara ini hanya bisa
bermanfaat selama satu hari, apalagi selewatnya satu hari belum tentu jiwanya bisa dipertahankan
sekalipun tersedia obat mujarab.
Kiam sianseng segera merasa cara ini mustahil bisa dilaksanakan, karena dalam waktu satu hari
diapun belum tentu bisa menjumpai seorang perempuan berilmu tinggi yang bisa mengobati luka
muridnya itu, dengan demikian harapan Kiam siansengpun menjadi buyar. sementara dia masih
ragu, murid perempuannya telah merintih makin menghebat, kesemuanya ini membuat Kiam
sianseng makin bingung dan kelabakan dia baru menyesal mengapa tidak menerima murid
perempuan lain sehingga dalam keadaan begini ada yang bisa mengatasi kesulitan tersebut.....
Tiba-tiba Kim Thi sia menyela:
"Kiam sianseng toh seorang pendekar besar, mengapa dia bimbang untuk menyelamatkan
murid kesayangannya?"
Manusia berbaju perlente itu memandang sekejap kearahnya, kemudian menulis.
"Kau ini mengerti apa, gadis itu masih suci bersih dan belum ternoda bagaimana mungkin
tubuhnya dapat dilihat orang lain sekalipun mereka adalah guru dan murid tapi bila ia
menelanjangi gadis itu serta mengobati lukanya, maka setelah kejadian itu sang murid tak akan
punya muka untuk kawin dengan orang lain selain dengan gurunya sendiri." Kim Thi sia segera
terbungkam dalam seribu bahasa tapi dihati kecilnya merasa terkejut bercampur keheranan atas
peraturan tersebut sebagai seorang pemuda yang semenjak kecil hingga dewasa hidup terpencil
ditengah gunung. Tentu saja dia tak akan memahami aturan semacam itu.....
Manusia berbaju perlente itu kembali menulis. "setelah menderita seharian penuh, napas gadis
itu makin bertambah lemah dan lirih menjumpai keadaan demikian akhirnya Kiam sianseng
mengambil keputusan, ia rela mengorbankan diri untuk menyelamatkan muridnya. Maka sambil
memejamkan mata diapun mencopoti pakaian yang dikenakan muridnya satu persatu."
"Dengan menggunakan tenaga dalamnya yang sempurna Kiam sianseng segera menotok
seluruh jalan darah muridnya serta mendobrak sumbatan pada peredaran darahnya. Untuk itu,
Kiam sianseng harus berjuang sampai setengah harian lamanya hingga paras mukanya menjadi
pucat pias, dari sini dapat diketahui betapa sulitnya untuk mengobati luka tersebut."
"Sepertanak nasi kemudian gadis itupun sadar, ketika menjumpai tubuhnya berada dalam
keadaan bugil serta berbaring dihadapan Kiam sianseng yang sedang duduk bersemedi dia segera
menangis tersedu-sedu. Walaupun Kiam sianseng telah berusaha untuk membujuk dan
menghiburnya tapi isak tangisnya belum juga mereda......"
JILID 3 "Tangisan gadis itu benar-benar mengharukan sekali, dalam waktu singkat Kiam sianseng
dibuat kelabakan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan-"
Dalam keadaan beginilah tiba-tiba gadis itu menjatuhkan diri kedalam pelukan gurunya serta
merangkulnya erat-erat sambil membenamkan wajahnya diatas dada Kiam sianseng lalu dengan
sedih dia berkata: "Suhu, tecu sudah tak punya muka untuk hidup terus didunia ini kecuali kau bersedia
mengawiniku suhu, kecuali cara ini, rasanya tak mungkin ada cara penyelesaian lain yang lebih
tepat." Kiam sianseng meniadi amat terkeiut, segera dia berseru:
"Tidak mungkin, hal ini tidak mungkin terjadi, kau adalah muridku. Bagaimana mungkin
seorang guru akan mengawini muridnya sendiri" orang lain bisa metertawakan kita."
Tapi gadis itu mendesak terus bahkan mengancam kalau Kiam sianseng tidak bersedia
mengawininya maka dia akan menggorok leher sendiri untuk melindungi kesucian tubuhnya.
Sudah barang tentu Kiam sianseng tidak membiarkan muridnya berbuat demikian, pada saat
itulah gadis itu mulai menciumi pipi gurunya, Kiam sianseng terkejut dan segera membuka
matanya. Begitu mata dibuka maka musibahpun tak terelakkan lagi, kendatipun Kiam sianseng
mempunyai ilmu yang kuat, namun gadis itu benar-benar merupakan bidadari dari kahyangan
yang berparas cantik dan tubuh sangat montok dan menggiurkan hati.
sebagai seorang yang pernah putus cinta dan hidup menyendiri ditengah gunung yang sepi,
Kiam sianseng tak sanggup mengendalikan gejolak hawa napsu birahinya, dan apa yang
diharapkan gadis itupun segera terjadi...
Ketika peristiwa itu telah berlangsung Kiam sianseng amat menyesal, dia tak menyangka
latihannya selama puluhan tahun akhirnya berantakan karena tak mampu menahan godaan, sejak
itu setiap hari dia bermuram durja dan merasa tak tenang, apalagi atas desakan murid
perempuannya itu dia harus menyerahkan ilmu Tay yu sin kang yang merupakan kepandaian
andalannya... Ternyata apa yang telah terjadi merupakan rangkaian siasat sigadis itu semenjak dia menderita
kekalahan ditangan suhengnya tempo hari, rupanya hal itu selalu mengganjel didalam hatinya, dia
mengira Kiam sianseng pilih kasih dan lebih banyak mewariskan ilmu sakti kepada suhengnya
ketimbang dirinya karena itu diapun mempergunakan kecantikan wajahnya untuk menjebak Kiam
sianseng kemudian memaksanya untuk mewariskan ilmu Tay yu sinkang kepadanya.
Tatkala Kiam sianseng menyadari akan hal ini, nasi sudah menjadi bubur dan keadaan tak
mungkin bisa dirubah lagi, karena itu dia hanya bisa menyesali diri sendiri...
sang murid yang berhasil memperoleh ilmu Tay yu sinkang dengan akal ternyata tidak menjadi
puas karena keberhasilannya itu. sebagai seorang perempuan yang berwatak jelek. dia memang
setiap waktu berkeinginan mewakili kedudukan Kiam sianseng dalam dunia persilatan bahkan
selalu berupaya agar Kiam sianseng menuruti semua perkataan dan permintaannya .
sebaliknya Kiam sianseng sendiri menjadi putus asa sejak melakukan kesalahan besar waktu
itu, dalam sedih dan menderitanya diapun menjadi acuh tak acuh terhadap sikap kurang ajar
muridnya itu....... setelah mengatur napas sejenak. manusia berbaju perlente itu menulis lebih jauh.
"sesungguhnya Kiam sianseng merupakan seorang manusia yang berwajah dingin tapi
berperasaan hangat, dia kuatir murid perempuannya setelah mempelajari Tay yu sinkang akan
mencelakakan umat persilatan dengan kepandaiannya itu, maka secara diam-diam diapun
mewariskan ilmu Tay goan sinkangnya kepada sang murid lelaki dengan pesan untuk mengawasi
gerak gerik seperguruannya itu. Apabila suatu ketika adik seperguruannya menunjukkan gejala
hendak melanggar rel kebenaran maka dia diwajibkan untuk menandingi ilmu Tay yu sinkang
tersebut dengan ilmu Tay goan sinkang."
" Ketika Kiam sianseng selesai mewariskan Tay goan sinkang dan mendapat tahu kalau murid
lelakinya telah menguasai penuh kepandaian tersebut, ditengah suatu malam yang gelap diapun
pergi dari situ. Menunggu kedua orang muridnya menyadari hal ini, Kiam sianseng yang
termasyhur selama dua puluh tahunan didalam dunia persilatan itu sudah pergi entah
kemana........." semenjak kepergian Kiam sianseng sepasang kakak beradik satu perguruan inipun makin tidak
cocok. akhirnya mereka berpisah untuk turun gunung bersama.
Tak selang berapa waktu kemudian, dalam dunia persilatan mulai dihebohkan dengan
munculnya seorang perempuan siluman yang berwajah amat cantik dan berilmu silat amat hebat,
secara beruntun perempuan itu brhasil membinasakan puluhan orang jago lihay.
Ketika sang murid lelaki mendapat kabar itu dia segera tahu kalau peristiwa itu hasil perbuatan
adik seperguruannya, serta merta dilakukan pencarian hampir satu bulan lamanya, terakhir
dipuncak bukit Go bie san ia berhasil menemukan adik seperguruannya itu.
Waktu itu sang adik seperguruan belum tahu kalau kakak seperguruannya telah mempelajari
ilmu Tay goan sinkang yang merupakan tandingan dari ilmu Tay yu sinkang melihat posisinya
didesak terus, bukan saja dia enggan menerima nasehat, sebaliknya malahan menyerang dengan
mengandalkan ilmu Tay yu sinkang tersebut.
"sesuai dengan pesan gurunya, sang murid lelaki itupun menghadapi ancaman dengan ilmu Tay
goan sinkang, baru dua gebrakan sang adik seperguruan telah melarikan diri dengan membawa
luka......sejak itu dunia pers ilatanpun tak pernah lagi mendengar kabar beritanya........"
sang murid lelaki itupun mengembara dalam dunia persilatan seorang diri, tetapi dengan
wataknya yang aneh dia sering merasa tak leluasa melihat suatu kejadian hingga selalu turut
campur lama kelamaan dia sendiripun tak dapat mengendalikan semua nasehat Kiam sianseng
dianggap angin berlalu peristiwa demi peristiwa berlangsung terus tanpa bisa dicegah lagi.
"Dengan kepandaian silatnya yang tinggi dan lagi memiliki Tay goan sinkang, ibarat harimau
tumbuh sayap dalam satu tahun saja tak seorangpun bisa menandingi kemampuannya, maka
kejayaan Kiam siansengpun terwakil kembali, semua orang menyebutnya sebagai malaikat pedang
berbaju perlente karena orang itu gemar berdandan perlente."
Tiba-tiba Kim Thi sia melompat bangun, lalu sambil menuding manusia berbaju perlente itu
serunya: "orang itu adalah kau, sang murid lelaki adalah kau bukan" Yaa, pasti kau........"
Manusia berbaju perlente itu termenung sejenak. lalu menulis lebih jauh:
"Nama besar Malaikat pedang berbaju perlente segera menjadi lambang "Kematian" bagi
kalangan hitam dan rimba hijau dan menjadi lambang "Kengerian" bagi golongan putih dan lurus
sebab tinda tanduknya aneh dan tak menentu, selalu berbuat menurut perasaan sendiri Hingga
orang menggolongkan dirinya sebagai manusia diantara lurus dan sesat....."
"suatu waktu dia berhasrat akan menerima murid, ketika berita itu tersiar maka dunia
persilatanpun menjadi gempar, banyka putra putri raja muda dan hartawan kaya berbondongbondong
datang melamar bahkan bersedia membayar tinggi."
"Tapi malaikat pedang berbaju perlente memandang harta kekayaan bagaikan sampah. Belum
lagi orang-orang itu masuk kepintu, kebanyakan telah diusir pergi, tapi yang datang melamar
justru makin meningkat sehingga hal ini mendatangkan perasaan muak."
Dalam keadaan inilah tiba-tiba muncul sebuah pikiran aneh dibenaknya, dia ingin menerima
murid secara paksa dan ingin menonton betapa canggung dan lucunya orang-orang itu sewaktu
belajar silat, karenanya diapun kembali berkelana.
"Suatu hari, disaat dia sedang berpesiar ditelaga see ou dikota Hangciu, dia telah bertemu
dengan seorang gadis yang amat cantik, dengan cepat gadis itu mendapat tahu kalau manusia
berbaju perlente yang sedang memandangnya sambil tersenyum-senyum tak lain adalah Malaikat
pedang berbaju perlente yang termashur namanya itu, ia nampak tertegun lalu cemberut dan
berlalu dengan wajah dingin."
Padahal semenjak termashur malaikat pedang berbaju perlente yang muda dan tampan itu
sudah banyak menarik perhatian kaum wanita tapi selama ini tak seorangpun yang penuju dihati
entah mengapa sejak bertemu dengan gadis itu timbul suatu perasaan yang aneh dalam hatinya,
maka ketika gadis itu pergi diapun segera membuntutinya.
"sinona cantik berbaju hijau itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna tapi
dibandingkan simalaikat pedang berbaju perlente justru ketinggalan jauh sekali, makin cepat dia
berlalu makin cepat pula malaikat pedang mengikutinya."
sepertanak nasi kemudian dia berpaling dengan wajah tersipu-sipu tapi ketika melihat malaikat
pedang berbaju perlente masih mengikuti terus, dalam gelisahnya dia segera memakinya sebagai
hidung bangor. Tapi si malaikat pedang berbaju perlente bukannya marah malah menyahut sambil tertawa:
"Nona, kalau toh kau menganggapku sebagai hidung bangor, baiklah kali ini aku berperan
sebagai hidung bangor, toh bagaimanapun juga aku telah kau maki."
sinona berbaju hijau itu menjadi merah dadu selembar wajahnya, setelah mendengus dia
berlarian lagi meninggalkan tempat itu dengan kecepatan lebih tiggi.....
Ketika berbicara sampai disitu, paras muka manusia berbaju perlente itu kelihatan agak berseri,
seakan-akan dia membayang kembali kejadian manis saat itu. Berapa saat kemudian, ia baru
berkata lebih lanjut: "Sambil tertawa ringan, malaikat berbaju perlente itu membuntuti terus dibelakangnya, lama
kelamaan nona berbaju hijau itu menjadi sangat mendongkol sehingga hampir saja mau
menangis." Tiba-tiba ia membalikkan badan lalu sambil bertolak pinggang bentaknya keras:
"Dulu, nona mengira malaikat pedang berbaju perlente adalah seoang manusia luar biasa.
Hmm lebih baik cuma mendengar namanya daripada bertemu dengan orangnya ternyata kau tidak
lebih hanya seorang manusia hidung bangor yang tak tahu malu"
Mendengar perkataan ini malaikat pedang berbaju perlente segera menjawab sambil tertawa:
"Tapi, akupun mengira nona adalah seorang perempuan berkeras hati yang tak takut urusan
dan gangguan kaum lelaki iseng oleh sebab itu aku segera menampakkan diri tak tahunya kau tak
lebih hanya seorang perempuan pengecut yang berhati sekecil tikus."
"Jalanan ini toh milik negara, kau boleh memakainya, masa aku tak boleh memakainya pula"
atas dasar apa kau melarangku melewati jalan ini?"
Nona berbaju hijau itu menjadi tertegun, lalu dengan pipi yang bersemu merah karena jengah
ia menjawab: "Hmm, mengapa kau mengikutiku terus menerus" biasanya manusia begini delapan puluh
persen pasti manusia tidak genah."
"Wah kalau begitu aku masih punya kesempatan sebesar dua puluh persen untuk menjadi
orang baik?" kata simalaikat pedang berbaju perlente kemudian seraya tertawa. Nona berbaju
hijau itu tidak apa-apa lagi dengan wajah tak senang hati dia segera berlalu dari situ.....
Dasar memang sudah jodoh setelah terjadinya pertemuan yang tak terduga itu, akhirnya dia
menjadi istriku, ia memang lemah lembut dan amat setia dalam tahun-tahun berikut ia telah
memberi tiga orang putri untukku. Kehidupanku waktu itu bagaikan didalam sorga saja, ketika
bicara sampai disini sorot matanya yang semula penuh pancaran sinar kebahagiaan itu tiba-tiba
berubah menjadi menyeramkan. Ranting yang dipergunakan untuk menulispun ditekan keraskeras
sehingga pasirpun beterbangan
"Dikalau aku mendapat tahu kalau ayahnya telah tewas ditangan sekawan manusia
menganggap dirinya sebagai perlente kaum lurus, aku menjadi marah sekali. seluruh cinta kasih
yang ia berikan kepadaku merubahnya menjadi sesuatu kekuatan untuk membalaskan dendam
baginya, ia berusaha untuk membujukku agar menyudahi saja persoalan ini dengan begitu saja.
Tapi aku tak dapat menerimanya dengan begitu saja, maka kucari semua musuh besar yang
pernah membunuh ayahnya, kemudian menghina mereka habis-habisan."


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Untung saja istriku memang berhati mulia, dia telah menganjurkan kepadaku agar mau
mengampuni mereka patut diampuni. coba kalau tidak begitu, niscaya mereka telah kubereskan
semua." " Kawanan manusia itu hampir semuanya merupakan jago-jago kawakan dimasa itu namun
setelah bertemu denganku, justru menjadi ketakutan setengah mati. Dibawah desakanku, akhirnya
merekapun harus mempersembahkan putra kesayangannya masing-masing untuk mengangkatku
sebagai gurunya." " Cara ku menerima murid dengan sistim paksaan ini boleh dibilang belum pernah terjadi dalam
sejarah kehidupan manusia. Tak heran kalau berita itu begitu tersiar, semua orangpun melukiskan
diriku sebagai seorang manusia yang dingin, sadis dan berwatak aneh. Padahal meski watakku
aneh, sifatku tak jauh berbeda dengan manusia lain pada umumnya."
sinar mata kebencian mendorong semakin tebal dari balik mata manusia berbaju perlente itu,
terusnya kemudian- "Adapun kesembilan orang itu adalah say Pak It siu (kakek sakti dari luar perbatasan), Pek Peh
sin Kun (pukulan sakti seratus langkah), siJin cinjiu, Raja laba-laba, sin Heng ci, Ku Tiok tojiu,
telapak tangan sakti dari Tiong Lam san, tiang le bagian hukuman dari Tay Kek Bun yang bernama
Ih Ceng Yong serta iblis beracun mencabut nyawa. Putra-putra mereka telah kupaksa menjadi
murid-muridku setiap orang hanya berhak mempelajari sepersepuluh dari kepandaianku bahkan
dengan sesumbar akupun berkata waktu itu. Apabila suatu ketika mereka sudah yakin dapat
mengalahkan diriku, mereka kupersilahkan untuk turun tangan setiap waktu."
"Menurut urutannya adalah Kim kim (pedang emas) Gin Kiam (Pedang perak) Tong Kiam
(Pedang tembaga) Thi Kiam (Pedang baja) Bok Kiam (Pedang kayu) sul Kiam (Pedang air) Hwee
Kiam (Pedang api) Toh Kiam (Pedang bumi) seng Kiam (Pedang bintang) setiap orang cuma dapat
sepersepuluh bagian ilmu silatku saja hmm bukan aku sengaja mencemooh mereka, tapi dengan
rasul pedang sebagai gurunya, tidak sulit bagi kesembilan orang itu untuk mendapatkan sedikit
nama besar dalam dunia persilatan"
"Bagaimana ceritanya dengan ayahku?" tanya Kim Thi sia penuh curiga. "Apa sebabnya diapun
kau paksa........." "Ayahmu tak tahu diri dan memaksaku untuk beradu kepandaian, sebelum bertarung masingmasing
orang mengajukan syarat, bila aku yang kalah, maka batok kepalaku akan segera
kupersembahkan, sebaliknya jika dia yang kalah maka selain pedang mustika Leng Gwat Kiam itu
harus diserahkan padaku kaupun diwajibkan belajar silat dariku, tentunya sarat itu tidak terlalu
merugikan bukan?" sebagai putranya, Kim Thi sia merasa lemas juga ketika mengingat ayahnya kehilangan muka,
katanya kemudian agak tergagap: "Akhirnya ayahku kalah?"
Manusia berbaju perlente itu mengangguk tulisnya:
" Walaupun kepandaian silatnya cukup tangguh, namun dia toh tak mampu bertahan sebanyak
sepuluh gebrakan ditanganku."
"Tutup mulutmu" bentak Kim Thi sia tiba-tiba dengan kening berkerut.
Manusia berbaju perlente itu tertegun, tapi setelah menyaksikan raut wajahnya yang diliputi
marah, dengan cepat dia memahami jalan pikiran pemuda itu, dengan kening berkerut segera
tulisnya: "Kau tak usah emosi karena memang demikianlah kenyataannya. Aku sama sekali tidak
bermaksud menyombongkan diri"
Kemudian setelah berhenti sebentar, dia menulis lebih jauh:
"setelah memperoleh warisan sepersepuluh bagian ilmu silatku, kesembilan muridku itu menjadi
lupa daratan, suatu ketika sewaktu aku pulang dari bepergian jauh. Kujumpai musibah besar telah
menimpa keluargaku, bukan saja anak istriku terbunuh, bahkan mereka diperkosa secara bergilir
oleh kawanan manusia yang lebih rendah dari binatang itu, bagaikan disambar guntur ditengah
siang hari bolong aku jadi tertegun dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun......."
sampai disitu, tangan manusia berbaju perlente itu nampak gemetar keras sehingga tulisannya
menjadi miring tak karuan- Andaikata tidak diperhatikan dengan seksama, rasanya untuk
mengenali tulisan itu..........
"Anakku tersayang, istriku tercinta terkapar ditengah ruangan bermandikan darah. Aku menjadi
marah kalap, akhirnya setelah berteriak-teriak bagaikan orang gila, akupun roboh tak sadarkan
diri......" "Tatkala aku sadar kembali, kujumpai ilmu silatku telah musnah. Kesembilan jahanam yang
terkutuk itu telah meninggalkan pelbagai macam luka cacad yang mengerikan ditubuhku. Mereka
mengelilingi dan mencemooh aku, tapi tidak berusaha untuk menghabisi nyawaku. saat itu aku
telah merasakan siksaan dan penderitaan yang paling keji didunia ini, aku tidak merintih waktu itu
aku baru sadar bahwa pembalasan yang harus kuterima akibat kesalahan yang telah kuperbuat
ternyata begitu kejam dan tak berperasaan-....kutatap mereka dengan pandangan penuh
kebencian, tapi mereka selalu menghindar dan tak berani saling beradu pandang denganku,
kobaran rasa benci dan dendam seketika menyelimuti seluruh benakku."
Dengan penuh emosi manusia berbaju perlente itu menghapus tulisannya dari atas tanah,
kemudian ia tulis lebih jauh:
"Akhirnya mereka naikkan aku keatas seekor kuda kurus dan membiarkan kuda kurus itu
membawaku berkelana kesuatu tempat yang jauh, aku memahami tujuan mereka. Kawanan
biadab itu menginginkan agar semua orang didunia ini dapat menyaksikan keadaanku yang
mengenaskan ini, perbuatan mereka benar-benar amat keji......kelewat keji..."
"Muridku, sebenarnya aku sudah merasa putus asa dan amat kecewa, tapi aku tak dapat
melupakan dendam sedalam lautan ini. Aku memang salah dan tidak menyesal untuk mati. Tapi
apa salahnya dengan anak istriku" mengapa mereka harus diperkosa dulu sebelum dibunuh......"
Tetesan darah segar jatuh bercucuran membasahi wajahnya yang sendu mendadak tulisannya
kembali: "Muridku, aku tak perduli apakah kau membenciku karena aku telah membuat malu ayahmu
tapi kau harus membalaskan dendam bagi sakit hatiku ini segenap ilmu silatku akan kuwariskan
kepadamu dan disaat kau tak tega untuk turun tangan, nyanyikanlah lagu ciptaanku ini. Kusebut
lagu itu sebagai nyanyian sembilan dendam kesumat. setiap kali kau bawakan lagu itu, dalam
benakmu pasti akan muncul bayangan kekejian dan kebuasan dari kesembilan manusia biadap itu,
perhatikan baik-baik syairnya."
Dendam sakit hatiku jauh melebihi samudra.
Haruskah aku mati dalam keadaan begini"
Biar badan hancur, biar tubuh remuk.
akan kucuci semua sakit takit ini.....
Lidahku dipotong Mataku dicukil,
Rambutku dipapas, Tulangku dikunci,
Telingaku diiris, ototku dicabut,
Lenganku dikutungi dan kakiki dipotong......
Rasa dendam merasuk tulang.
Aku merasa pedih, aku merasa sedih.
Dendam kusumat ini harus dituntut balas.
Dengan perasaan yang amat berat Kim Thi sia manggut-manggut katanya: "Baik, aku
bersumpah akan mengabulkanmu itu."
"Didalam hati kecilnya, dia merasa amat marah atas kekejaman dan kebengisan kesembilan
orang " Kakek seperguruannya" itu, sekalipun manusia berbaju perlente itu pernah melakukan
kesalahan besar, toh cukup dia seorang yang pantas menerima hukuman, apa dosanya anak dan
istirnya?" "Mengapa mereka harus diperkosa dulu sebelum dibunuh?" Manusia berbaju perlente itu
kembali menulis: "Dalam kehidupanku kini hanya ada dua keinginan yang ingin dapat terpenuhi, kesatu aku ingin
tahu kemana kaburnya adik seperguruanku itu aku takut setelah sembuh dari lukanya dia akan
melakukan keonaran lagi didalam dunia persilatan, kedua membalaskan dendam sakit hatiku bila
kedua hal ini bisa terpenuhi biar matipun aku akan tersenyum didalam baka."
Dengan semangat berkobar-kobar Kim Thi sia segera berkata:
"Asal kau bersedia mempercayai aku, biarpun harus terjun kedalam lautan api aku tak akan
menampik." Pancaran sinar mata yang mencorong keluar dari balik matanya mencerminkan kobaran
semangat yang tinggi. Dengan tangan tunggalnya, manusia berbaju perlente itu menggenggam tangan Kim Thi sia
erat-erat, selang berapa saat kemudian ia baru menulis lagi:
"Kau sebagai muridku yang kesepuluh, benar-benar memiliki kelebihan daripada orang lain-
Moga- moga saja kau dapat teringat selalu dengan lagu, "Sembilan dendam kusumat" serta
mencuci bersih sakit hatiku ini."
senja telah menjelang tiba, angin gunung yang berhembus kencang terasa membawa suasana
yang penuh semangat. Kim Thi sia melepaskan kancing bajunya dan membiarkan dadanya yang bidang dan berotot itu
dihembus angin gunung. Dia menarik napas panjang-panjang lalu berkata:
"Suhu, jadi kau tidak menghendaki pedang mustika Leng Gwat Kiam ini lagi?"
Manusia berbaju perlente itu menggelengkan kepalanya dan menulis: "Coba kau perhatikan
keadaanku ini, mungkinkah bagiku untuk bertarung lagi dengan orang lain" Leng Gwat Kiam
sebagai pedang mustika milik keluarga Kim kalian, sudah sepantasnya kalau disimpan pula oleh
keturuunan keluarga Kim."
Kim Thi sia menjadi sangat gembira, segera serunya:
"Ya, memang paling baik begitu, sebab terus terang saja suhu, seandainya pedang Leng Gwat
Kiam itu sampai kau ambil. Maka disaat aku telah berhasil menguasai ilmu silat nanti, pedang
tersebut akan kusebut kembali dari tanganmu."
Berubah hebat paras muka manusia berbaju perlente itu setelah mendengar ucapan tersebut
pikirnya kemudian: "Kesalahan apakah yang telah aku lakukan" mengapa setiap orang murid yang kuterima selalu
berniat mengerjai diriku?"
Namun ketika dilihatnya Kim Thi sia berwajah gagah, jujur dan polos sedikitpun tidak
menunjukkan sifat licik, keji atau sesat, hatinyapun segera menjadi tenang kembali, tulisnya
kemudian: "Muridku, apakah kau merasa lapar?"
Kim Thi sia tertegun, ia merasa gurunya amat memperhatikan sebuah kerlingan penuh rasa
terima kasih kepadanya. Pelan-pelan manusia berbaju perlente itu mengeluarkan sebuah botol porselen kecil dari
sakunya, kemudian menulis:
"Botol ini berisikan obat anti lapar, bila kau merasa kelaparan telanlah dua butir maka semua
rasa laparmu akan hilang."
Dari gerak gerik serta tingkah laku Kim Thi sia, ia tahu pemuda itu polos, berpikiran sederhana
dan tak mirip orang yang pantas menggunakan akal muslihat oleh sebab itu kendatipun dia
menghadiahkan pil mustika yang dapat menambah tenaga murni seseorang ini kepadanya namun
sama sekali tidak dijelaskan kalau obat tersebut.
sesungguhnya adalah buah Lian som ki yang berusia ratusan tahun dan merupakan benda
langka dalam dunia saat itu.
Kim Thi sia dan segera menelan dua butir dalam waktu singkat dia merasakan seluruh mulut
dan tenggorokannya terasa harum semerbak. begitu kena ludah, pil tersebut segera mencair dan
mengalir masuk kedalam perutnya. Yang aneh rasa laparya seketika itu juga hilang lenyap tak
berbekas. satu ingatan segera melintas didalam benaknya, cepat-cepat dia berkata:
"Terima kasih atas pemberianmu obat ini sangat harum dan rasa laparku hiolang lenyap, bila
dugaanku tidak salah isi botol itu pastilah obat mustika hasil bikinan suhu dengan susah payah,
kasiatnyapun pasti luar biasa."
Diam-diam manusia berbaju perlente itu merasa terkeut setelah mendengar perkataan itu,
pikirnya: "Tak nyana dengan sikapnya yang begitu polos, sederhana dan kasar ternyata dia memiliki otak
yang cerdas dan teliti, kalau begitu aku telah salah menilainya." Berpendapat demikian, diapun
segera menulis kembali: "Muridku, ucapanmu tadi memang tepat sekali, pil itu memang terbuat dari sari buah Lian som
ko yang telah berusia seratus tahun lebih, khasiatnya luar biasa, bawalah serta dalam sakumu.
sebab ajal gurumu sudah tak jauh lagi, aku hanya berharap kau jangan lupa melaksanakan kedua
permintaan itu." Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali dia menulis:
"Menurut pengamatanku, tenaga dalam yang kau miliki saat ini tidak terlalu tinggi itu berarti
walaupun segenap ilmu silatku telah kuwariskan kepadamu, tak mungkin dapat kau serap dan
manfaatkan secara penuh, karenanya kau harus giat berlatih terutama sekali ilmu Tay goan
sinkang yang paling sulit dipelajari. sekalipun kau dapat menguasai dari semua teori-teori dan
rahasianya secara matang-matang tapi tanpa disertai tenaga dalam yang sempurna tak nanti ilmu
tersebut dapat kau pergunakan sebagai mana mestinya, tahukah kau bahwa berlatih rajin setiap
hari, kemajuan pesat baru dapat dicapai disinilah letak rahasia orang belajar silat."
Dengan wajah serius dan sikap menghormat Kim Thi sia segera menyahut:
"Ucapan suhu memang tepat sekali, sejak kecil hingga dewasa tecu hidup menyendiri diatas
sebuah bukit yang terpencil meski selama ini sudah banyak yang kudengar namun sedikit sekali
yang kulihat sehingga tidak banyak mengandung manfaat yang dapat kuserap Apalagi ayahku
belum pernah secara resmi memberi petunjuk ilmu silat kepadaku akibatnya dalam bidang tenaga
dalam, tidak banyak kemajuan yang bisa kucapai." Kembali malaikat pedang berbaju perlente
menulis: "Ilmu silatku memang sedikit berbeda dengan kepandaian silat aliran lain, lantaran kau belum
pernah belajar tenaga dalam dengan sendirinya sulit pula bagimu untuk mendalami ilmu tenaga
dalamku ini." "Tapi kau tak usah kecewa, sekarang akan kuwariskan dulu rahasia ilmu pedang dan pukulan,
setelah itu akan kuajarkan pula ilmu "Ciat Khi Mi Khi" yakni semacam ilmu sakti yang dapat
menghisap tenaga dalam orang lain untuk memperkuat tenaga dalam sendiri. Bila tenaga
dalammu telah mencapai kesempurnaan dikemudian hari, kau bisa mulai melatih diri menurut teori
yang akan kuturunkan kepadamu nanti, aku yakin kau pasti akan memperoleh kemajuan yang
pesat sekali." "Apakah ilmu Ciat Khi Mi Khi itu?" tanya Kim Thi sia keheranan.
" Kepandaian tersebut merupakan semacam ilmu rahasia tingkat tinggi dari perguruan kami.
Dan merupakan sebab suatu utama mengapa Kiam sianseng dapat menjagoi dunia persilatan
sebelum berusia lima puluh tahun. siapa saja dapat mempelajari ilmu ini, bahkan sekalipun tidak
memiliki tenaga dalam, dia dapat bertarung melawan orang lain dengan mengandalkan
kepandaian tersebut, justru disaat terjadi benturan kekerasan dengan secara diam-diam kita hisap
tenaga dalam lawan. Lambat laun tenaga dalam yang berhasil kita curi akan bertambah banyak.
Apalagi jika kau sering beradu tenaga dalam dengan orang lain, tenaga dalammu makin hari akan
semakin sempurna, berapa tahun kemudian tenaga dalam seorang jago lihay manapun" Kim Thi
sia segera tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian:
"Hahaa.......hahaa......rupanya ilmu silat ini baru dapat terwujud apabila kita sering berkelahi,
ayahku pernah bilang watak keluarga Kim kami paling ulet kami tidak takut bertarung. Tidak takut
pula digebrak orang. Hahaa....hahaa.....hahaa....kalau sudah berhasil mempelajari ilmu Ciat Khi Mi
Khi itu, aku pasti akan mencari beberapa musuh tangguh untuk diajak berkelahi."
"Anak muda tak boleh mempunyai pikiran semacam itu, dikemudian ahri kau bisa tersesat
kejalan yang salah" tulis manusia berbaju perlente itu cepat dengan kening berkerut.
"Tapi suhu....bukankah kau sendiri yang bilang bahwa ilmu tersebut baru dapat terwujud
apabila kita sering berkelahi dengan orang" siapa bilang aku hendak menjadi bandit."
Dengan kening berkerut, manusia berbaju perlente itu kembali menulis:
"Kancingkan pakaianmu itu, jangan kau perlihatkan dadamu dihadapan orang lain, karena cuma
bandit yang bersikap demikian- sebagai seorang lelaki sejati yang belajar silat, kita harus bersikap
sopan santun dan tak tahu adat, dengan begitu penampilan kita baru akan menarik simpati orang
lain-" Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, cepat-cepat dia membetulkan kancing bajunya.
setelah tersenyum manusia berbaju perlente itu baru menulis lagi:
"Ilmu Ciat Khi Mi Khi diciptakan oleh Leng Kong hweesio pada seribu tahun lalu, hingga jaman
Kiam sianseng. sedikit sekali orang persilatan yang mengetahui tentang kehebatan ilmu tersebut,
Kiam sianseng mengerti, apabila dia sampai membocorkan kehebatan dari kepandaian tersebut,
sudah pasti kejadian tersebut akan menimbulkan kegemparan didalam dunia persilatan, kawanan
jago lihay pasti akan berdatangan untuk memaksakannya menyerahkan ilmu sakti itu. Untuk
menghindari segala macam kesulitan dan kerepotan, belum pernah Kiam sianseng membocorkan
persoalan ini, tatkala mewariskan kepadaku, suhu berulang kali berpesan kepadaku agar tidak
menceritakan masalah ilmu Ciat Khi Mi Khi tersebut kepada siapa saja. oleh sebab itu sekarang
aku hendak berpesan pula kepadamu agar waspada dan jangan sampai membocorkan rahasia ini
kepada orang lain, kalau tidak bibit rencana pasti akan menimpa dirimu."
Dengan perasaan kaget Kim Thi sia segera berseru:
"suhu, apakah kau juga mewariskan ilmu Ciat Khi Mi Khi tersebut kepada kesembilan orang
muridmu yang lain?" "Hmm, kawanan kurcaci macam mereka tak mempunyai rejeki sebesar itu Untuk mempelajari
kepandaian tersebut maka seseorang harus mempunyai delapan prinsip yaitu, keras, lembut, jujur,
yakin, damai, tenang, luwes dan cerdas. Kurang satu saja dari kedelapan unsur itu, tak mungkin
kepandaian tersebut dapat dipelajari."
"Didalam menghadapi musuh, ilmu Ciat Khi Mi Khi ini mempunyai daya guna menghisap sari
hawa murni lawan, tanpa disadari banyak manfaat yang diperoleh dari sini, tapi kau harus
memperhatikan bila musuh yang dihadapi perempuan, maka kau harus menghadapi dengan unsur
kelembutan, sebaliknya kalau musuhnya laki, kau harus menghadapi dengan unsur keras. Bagi
mereka yang melatih ilmu ini, kemungkinan peredaran dari yang berbalik hampir tidak ada. Cuma
dalam menghadapi musuh yang tangguh tenaga dalamnya, tak urung kau akan menderita luka
dalam. Tapi kau tak usah kuatir, walaupun saat itu kau akan merasakan getaran yang keras
sehingga tak mampu melanjutkan pertarungan lagi, tapi sebentar kemudian keadaanmu akan
pulih kembali seperti sedia kala bahkan dari satu pukulan yang terhisap. kaki akan memperoleh
manfaat yang tak terhingga......."
"Wah, kalau begitu bukankah aku akan menjadi kebal?" seru Kim Thi sia kegirangan.
Dengan cepat manusia berbaju perlente itu menggelengkan kepalanya berulang kali tulisnya:
"Kau harus tahu setiap ilmu silat makin hebat daya gunanya, penyakit yang terkandungpun
sering kali makin besar. Walaupun bagi orang yang berlatih ilmu Ciat Khi Mi Khi tersebut, tenaga
dalamnya bertambah sempurna. Toh kau tetap memiliki titik kelemahan yang sama sekali tak
terduga, misalkan saja sewaktu kau berlatih ilmu tersebut mata kau gunakan sebagai titik
konsentrasi maka titik kelemahanmu akan terletak dimata, oleh sebab itu walaupun kau
mempunyai kepandaian sakti setiap saat tetap harus waspada kalau tidak kemungkinan bagimu
untuk tewaspun tetap besar........"
Diam-diam Kim Thi sia merasakan hatinya bergidik dan tak berani banyak berbicara lagi. selang
sejenak kemudian, manusia berbaju perlente itu baru menulis lagi:
"Yang paing berbahaya bagi orang yang melatih Ciat Khi Mi Khi adalah titik kelemahan itu


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri Karenanya kau harus selalu ingat bahwa rahasia titik kelemahanmu itu tak boleh kau
ceritakan kepada siapapun termasuk terhadap orang yang paling kau kasihi sekalipun- Ketahuilah
manusia licik yang berkeliaran didalam dunia persilatan tak sedikit jumlahnya, siapa tahu diantara
sanak keluargamu itu terdapat pula manusia sebangsa itu........."
Peluh dingin jatuh bercucuran membasahi badan Kim Thi sia tanyanya kemudian-"Suhu,
dimanakah letak titik kelemahanmu?"
"Berhubung saat ajalku telah dekat, tak ada salahnya kuberitahukan hal ini kepadamu.
sesungguhnya titik kelemahanku terletak diatas rambutku tak nanti tenaga dalamku yang sangat
sempurna itu bisa hilang lenyap kalau kesembilan manusia terkutuk itu tidak memapas habis
rambutku?" "Suhu, bagaimana dengan aku?" cepat-cepat Kim Thi sia berseru dengan perasaan cemas.
"setelah berlatih ilmu Ciat Khi Mi Khi nanti, dimanakah titik kelemahanku?"
"Anak bodoh, aku toh bukan malaikat, dari mana aku bisa tahu titik kelemahanmu itu" Tapi
untuk mengetahui letak titik kelemahan tersebut, kita memiliki suatu ciri yang khas, yaitu disaat
kau selesai mempelajari kepandaian tersebut, disuatu bagian dari tubuhmu akan terasa sakit
sekali. Nah, bagian yang terasa sakit itulah terletak titik kelemahanmu, rasa sakit mana baru akan
hilang setelah lewat dua minggu kemudian mengertikah kau sekarang?"
sementara anak muda itu ingin bertanya lagi, manusia berbaju perlente itu sudah mengulapkan
tangannya sambil menulis.
"saat ajalku sudah hampir tiba, kita jangan sampai membuang banyak waktu lagi dengan
percuma, kemarilah suhu akan mulai mewariskan ilmu silat kepadamu, tapi oleh karena aku tak
dapat berbicara maka penjelasan akan kutulis diatas tanah kau harus perhatikan dengan sungguhsungguh
karena selewatnya hari ini, tiada kesempatan baik lagi bagimu bila kurang jelas, segera
tanyakan jangan berlagak sok pintar sehingga merugikan dirimu sendiri....."
Kim Thi sia manggut-manggut dan segera bergeser kesisi gurunya.
Mendaak ia saksikan sorot mata gurunya memancarkan sinar kebencian yang amat tebal lalu
tampak ia menulis diatas tanah. "Nyanyikan dulu lagu sembilan dendam kusumat"
Kim Thi sia manggut-manggut, kemudian dengan suara lantang ia bersenandung:
"Dendam sakit hatiku, jauh melebihi samudra.
Haruskah aku mati dalam keadaan begini.
Biar badan hancur, biar tubuh remuk.
Akan kucuci semua sakit hatiku ini.....
Lidahku dipotong, mataku dicukil.
Rambutku dipapas, tulangku dikunci.....
Telingaku diiris, ototku dicabut.
Lenganku dikutung kakiku ditebas.....
Rasa dendam serasa masuk ketulang.
Aku merasa pedih, aku merasa sedih.
Dendam kesumat ini harus kutuntut balas."
Membayangkan penderitaan dan siksaan yang dialami gurunya, pemuda itu merasakan luapan
api berkobar-kobar. semakin bersenandung suaranya semakin nyaring, apalagi ketika mencapai
pada klimaksnya, aliran darah yang mengalir didalam tubuhnya serasa mendidih.
Manusia berbaju perlente itu sendiri hanya termangu- mangu sambil menikmati senandung
tersebut, dia seakan-akan sedang membayangkan kembali semua nasib tragis yang telah
menimpa dirinya selama ini. Hingga Kim Thi sia menegurnya, ia baru tersentak bangun dari
lamunannya. sementara air mata telah membasahi seluruh wajahnya.
"Anak pintar" tulisnya kemudian- "Daya ingatanmu memang sangat hebat, tak sepatah katapun
yang salah kau ucapkan- Moga-moga saja kau dapat mengingat selalu bait-bait syair didalam lagu
sembilan dendam kesumatku ini"
Paras muka Kim Thi sia yang putih itu tiba-tiba nampak bersemu merah, dengan alis mata
berkerut segera serunya: "Suhu akan kuingat selalu dendam sakit hatimu, tak usah kuatir. selama aku masih bernapas
dendam sakit hati kau orang tua pasti akan kubalas." Manusia berbaju perlente itu segera
menepuk-nepuk bahu Kim Thi sia lalu ia menulis: "Kau memang anak yang hebat, belum pernah
kujumpai bocah semacam kau" Kedua orang itu segera saling bertukar pandangan sekejap. lalu
sama-sama tertawa. "Sekarang akan kuwariskan dulu bagaimana cara berlatih ilmu ciat Khi Mi Khi tersebut."
Menyusul tulisan tersebut, malaikat pedang berbaju perlente segera melukis delapan belas
gambar manusia. Ada yang berdiri ada yang berbaring, ada yang berjongkok ada pula yang duduk
semuanya dalam posisi yang sangat aneh.
Dengan mengikuti petunjuk dari gurunya Kim Thi sia mulai melatih diri. Pada mulanya ia
merasa perkataan dari gurunya terlalu berlebihan tapi sejak menirukan gambar yang kelima entah
mengapa setiap kali ia mencoba untuk menirukan gerakan tersebut, selalu ada saja kesalahannya,
tidak seperti permulaan tadi berjalan lancar kali ini banyak sekali hambatan yang dijumpai
sekarang ia baru sadar akan sulitnya kepandaian itu untuk dipelajari.
Baru saja ia mempelajari tujuh buah lukisan tiba-tiba manusia berbaju perlente itu menulis:
"Segala sesuatu tak boleh dipelajari kelewat cepat apalagi dalam waktu singkat kau bisa
menguasai tujuh gerakan. itu sudah terhitung luar biasa, hayo berlatihlah kembali" Kim Thi sia
berpikir. "Aaaaah, omong kosong. Buktinya aku sekaligus dapat menguasai enam buah gerakan tanpa
menjumpai halangan, apa salahnya kalau aku berusaha mempelajari semua gerakan itu dalam
waktu singkat?" Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba tangan dan kakinya terasa linu dan kaku,
kepalanjya pening dan sekujur badannya terasa sakit sekali, tak kuasa lagi dia tertunduk diatas
tanah sambil memegangi perutnya kencang-kencang.$
Malaikat pedang berbaju perlente segera tertawa menyaksikan keadaan itu, tulisnya kemudian:
"Nah bocah keras kepala, sekarang kau tentunya sudah percaya dengan perkataanku bukan"
dulu suhupun keras kepala seperti kau sekarang tapi daya kemampuanmu jauh lebih hebat
denganku karena sekaligus bisa menguasahi enam gerakan. Benar-benar tak kusangka dengan
potongan wajahmu yang begitu sederhana ternyata memiliki kecerdasan otak yang luar biasa aku
merasa gembira sekali karena ilmu silatku bakal ada pewarisnya."
saking letihnya tanpa terasa Kim Thi sia jatuh tertidur ketika mendusin kembali ia jumpai alis
mata gurunya yang semula hitam kini telah berubah menjadi kelabu wajahnyapun menjadi layu
dan kering. Dengan perasaan terkejut ia segera berseru:
"suhu mengapa wajahmu bisa berubah menjadi setua ini dalam waktu yang singkat?" Manusia
berbaju perlente itu tertawa hambar kemudian tulisnya:
"Tenaga dalamku telah hancur usiaku melaju tambah cepat, inilah pertanda ajalku telah
mendekat." Belum habis perkataan itu diucapkan ia sudah menutup matanya dan mengantuk seolah-olah ia
merasa sangat penat hingga tak mampu menahan diri lagi.
Kim Thi sia merasa amat terkejut ia tahu kalau gurunya dibiarkan tidur, kemungkinan besar dia
tak akan mendusin lagi. Dalam keadaan demikian satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
Tiba-tiba ia menyanyikan lagu sembilan dendam kusumat dengan suara lantang....
Benar juga malaikat pedang berbaju perlente segera mendusin dan membuka matanya lebarlebar.
setelah mendengar nyanyian tersebut sorot matanya yang kabur oleh air mata
memancarkan sinar kebencian yang amat tebal, dia seolah-olah memperoleh semangat hidupnya,
setelah mendengar lagu itu.
"Muridku kau sudah menguasai enam gerakan, berarti masih ada dua belas gerakan yang harus
kau latih baik-baik, Mumpung gurumu belum mati berusahalah sebanyak-banyaknya dariku."
Kim Thi sia sadar saat-saat semacam ini merupakan detik yang paling berharga baginya, detik
yang akan merubah seluruh kehidupan dimasa yang akan datang, ia segera memejamkan
matanya dan mulai melatih kedua belas gerakan yang belum terselesaikan itu Entah berapa saat
telah berlalu, kini fajar telah menyingsing diufuk timur, angin sejuk berhembus sepoi-sepoi
dibawah timpaan cahaya matahari yang berwarna keemas-emasanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Kim Thi sia merasa amat letih, seluruh tenaganya sudah terkuras habis, terutama ruas-ruas
tulang belakangnya yang terasa begitu linu dan sakit seakan-akan hampir patah semua.
Tapi ia tahu kesempatan baik tak akan ditemui lagi dimasa yang akan datang, maka sambil
menahan penderitaan yang luar biasa, ia pentangkan matanya yang merah membara lebar-lebar,
kemudian dengan lantang nyanyikan lagi lagu sembilan dendam kusumat. semangat manusia
berbaju perlente itu kembali terpacu dengan cepat ia menulis:
"Kini kau telah menguasai ilmu Ciat Khi Mi Khi aku percaya dengan bakatmu yang baik, asal
mau berlatih dengan sungguh-sungguh kemajuan pasti akan tercapai dalam waktu yang singkat
sekarang pusatkan semua perhatianmu karena akan kuwariskan ilmu Tay Goan sinkang
kepadamu." setelah berhenti sejenak. kembali ia melanjutkan-
"Tay Goan sinkang merupakan sejenis ilmu yang maha sakti, yang merupakan hasil ciptaan
seorang tokoh dunia persilatan apakah nantinya kau berhasil menguasai ilmu tersebut atau tidak
disamping tergantung pada bakatmu sendiri kaupun harus banyak melatih diri, perhatikan inilah
jurus yang pertama Hawa sakti menembusi angkasa."
Dengan semangat yang menyala-nyala Kim Thi sia melatih jurus tersebut mengikugti petunjuk
gurunya. Kemudian manusia berbaju perlente itu menulis kembali:
"Kau harus mengingat baik-baik teori ilmu Tay Goan sinkang ini, disaat Ciat Khi Mi Khimu sudah
mendatangkan hasil yang lumayan- Ilmu tersebut akan nampak kehebatannya. Perhatikan jurus
kedua "Sukma gentayangan dalam kebingungan, jurus keempat " Kejujuran melumati batu emas",
jurus kelima "Kepercayaan menyapu jagad", jurus keenam "Kepercayaan menguasai bumi", jurus
ketujuh " Kelembutan mengatasi bencana", jurus kedelapan "Ketenangan bagaikan awan mega",
jurus kesembilan "Kedamaian membumbung kelangit sembilan" jurus kesepuluh "Hembusan angin
mencabut pohon".......
secara beruntung ia mewariskan kesepuluh jurus ilmu Tay Goan sinkang tersebut kepada Kim
Thi sia dengan semangat yang bernyala-nyala pula pemuda itu mempelajari dan mengingat semua
pelajaran itu dalam benaknya.
sehari telah berlalu tatkala Tay Goan sinkang telah mewariskan semua kepada Kim Thi sia
kondisi badan malaikat pedang berbaju perlente semakin memburuk.
setelah memuntahkan darah segar dan mewariskan ilmu pedang ngo Hud Kiam (ilmu pedang
ilmu buddha) yang maha dahsyat itu kepada Kim Thi sia kondisinya menjadi amat lemah.
Tiba-tiba ia meronta untuk bangun lalu dengan gerakan tangan yang amat berat ia menulis
kembali: "setelah aku mati nanti kuburlah jenasah ku dibukit tengkorak ini, muridku bila engkau telah
menguasai ilmu silatku nanti pergunakanlah seluruh batok-batok kepala dari sembilan jahanam
tersebut untuk bersembahyang didepan kuburanku jangan lupa ukirlah lagu sembilan dendam
kesumat didepan batu nisan, bila malam Tiong ciu tiba berilah seuntai bunga kepadaku dan
nyanyikanlah lagu sembilan dendam kusumat untuk menghibur arwahku,
sekarang......cepatlah.......nyanyikan laguku sekali lagi.....sampai matipun aku tak akan melupakan
dendam kesumatku." Kim Thi sia segera melompat bangun lalu sambil membusung- busungkan dadanya dia
membawakan lagu itu dengan penuh semangat.
Manusia berbaju perlente itu tersenyum dan manggut-manggut, ditengah gema lagu sembilan
dendam kesumat jago ini mengakhiri hidupnya dengan menghembuskan napasnya yang
penghabisanseorang tokoh dari dunia persilatan yang pernah termahsur dan disegani setiap orang akhirnya
harus mengakhiri hidupnya dibukit tengkorak yang jauh dari keramaian orang.
Matahari senja memancarkan sinarnya menyorotijenasah itu, ia pernah merasakan kebahagiaan
hidup bagaikan dewata, tapi sekarang harus mengakhiri hidupnya sambil memendam dendam.
Kim Thi sia menangis tersedu-sedu air matanya jatuh bercucuran dengan amat derasnya,
kemudian tubuhnya roboh terguling disisi gurunya dan tertidur nyenyak.
Entah berapa saat telah lewat, dari depan jalan bergema suara derap kuda yang amat nyaring,
disusul munculnya sepasang muda mudi ditempat itu.
Mereka mempunyai wajah yang amat menarik. yang lelaki berwajah tampan dan gagah sedang
yang perempuan cantik bagaikan bidadari dari kahyangan-
Rupanya pemuda berwajah tampan itu telah melihat adanya dua sosok tubuh yang tergeletak
ditengah jalan, cepat-cepat ia menarik tali les kudanya sambil berseru:
"Adikku, coba kau lihat didepan sana ada mayat" nona berbaju merah itu agaknya tertegun lalu
melompat turun dari kudanya gerakan yang amat ringan, diamatinya kedua sosok itu dengan
seksama lalu katanya: "Koko yang cacad telah mati dan yang muda itu masih bernapas rupanya ia sedang tertidur,
kita tak usah mencampuri urusan orang lain mari kita pergi saja dari sini."
Kedua orang itu melanjutkan kembali perjalanannya tapi beberapa saat kemudian balik lagi
kesana. Tampak sinona berbaju merah itu berkerut kening sambil mengomel:
"Koko, bagaimana sih kau ini, sudah setengah harian kita menempuh perjalanan tapi akhirnya
balik lagi kesini. Huuh makanya jangan sok menyombongkan diri katanya saja kau menguasai
daerah sekitar sini, tapi bagaimana kenyataannya sekarang?" Dengan tersipu-sipu pemuda tampan
itu tertawa. "Kau memang benar adikku, koko mengaku salah. Gara-gara aku, kau jadi ikut menderita"
sewaktu mereka berdua melewati lagi disamping tubuh Kim Thi sia serta manusia berbaju
perlente itu, nona berbaju merah itu melirik lagi sekejap lalu berkata:
"Koko yang berbaju perlente itu sudah mati tapi siapakah pemuda itu" kalau dibiarkan tidur
ditepi jalan bagaimana nanti kalau sampai diterkam binatang buas" bagaimana kalau kita tolong
saja?" Pemuda berwajah tampan itu memperhatikan sekejap mayat simalaikat pedang berbaju
perlente, mendadak seluruh tubuhnya bergetar keras. Ditatapnya mayat itu dengan pandangan
termangu, lalu gumamnya: "Bu.....bukankah dia adalah......ia malaikat pedang berbaju perlente" Aaaah.....pasti
dia.....tapi.......mengapa dia berada disini?"
Nona berbaju merah itu tersenyum geli ketika melihat pemuda itu mengawasi jenasah tersebut
dengan pandangan termangu, segera tegurnya:
"Koko bagaimana sih kau ini" apanya yang aneh" memangnya dia kau anggap ia bukan
manusia?" Pemuda tampan itu seperti tidak mendengar perkataannya kembali dia bergumam:
" Ya h, pasti dia.....aku pernah bertemu dengannya terutama alis matanya yang tebal dan
hidungnya yang mancung, aku tak eprnah akan lupa.....bukankah ia berilmu sangat hebat?"
"Mengapa tangannya, kakinya, telinganya, rambutnya.............dan segala sesuatunya dicacadin
orang" Tidak mungkin mustahil ini bisa terjadi?"
seperti mau mendusin dari impian buruk ia bergumam sambil menyeka keringat yang
membasahi dahinya. Rupanya sinona berbaju merah itu mulai merasakan keluar biasaan persoalan tersebut.
sepasang matanya yang bening dialihkan pula keatas mayat simanusia berbaju perlente itu tapi ia
tidak menemukan sesuatu yang aneh, sehingga tanpa terasa serunya: "Koko, siapakah ia kau
kenal dengan orang itu?"
"Ya dia adalah simalaikat pedang berbaju perlente. Tokoh sakti yang menguasai seluruh jagad"
Nona berbaju merah itu terperanjat pandangan matanya menjadi kaku, meskipun ia belum
bertemu dengan malaikat pedang berbaju perlente, namun sudah banyak cerita yang didengar
olehnya. Hampir saja dia tak akan mempercayai pendengarannya, bahwa manusia cacad yang
berada dihadapannya adalah malaikat pedang berbaju perlente yang amat termasyur itu, serunya
dengan gelisah: "Masa dia adalah malaikat pedang berbaju perlente. Aku dengar simalaikat pedang itu berwajah
tampan, sedang dia berwajah sayu dan cacad badan jangan- jangan kau salah melihat jangan kau
anggap semua orang yang berbaju perlente adalah simalaikat pedang berbaju perlente itu, lagi
pula bukankah ia berilmu sangat hebat mana mungkin bisa mati terbunuh disini?"
Cepat-cepat pemuda berwajah tampan itu menggelengkan kepalanya.
"Pasti dia, aku pernah berjumpa dengan orang ini dan selama hidup tak akan terlupakannya . "
Untuk sesaat suasana menjadi hening, dengan pandangan terkejut bercampur curiga mereka
berdua mengawasi mayat itu tiada hentinya.
selang sesaat kemudian pemuda berwajah tampan itu baru berkata sambil menghela napas
panjang: " Celaka, ternyata simalaikat pedang berbaju perlente telah mati terbunuh orang yang sanggup
membunuhnya pasti memiliki kepandaian silat yang sangat hebat, mendingan kalau hatinya
bersifat baik, kalau hatinya jahat dan punya ambisi besar, bukankah dunia persilatan akan
terancam kembali oleh badai pembunuhan yang mengerikan?"
"Koko" seru nona berbaju merah itu tiba-tiba dengan perasaan terkesipa. "Mungkinkah pemuda
ini yang membunuhnya?"
Paras muka pemuda tampan itu berubah tapi sesaat kemudian dia menggelengkan kepalanya
sambil berkata: "Tidak mungkin usia pemuda ini paling banter baru delapan belas tahun, sekalipun sedari dalam
rahim ibunya dia sudah mulai belajar tenaga dalam tak mungkin ia mampu bertahan sebanyak
sepuluh gebrakan saja bisa jadi ia adalah seorang diantara kesembilan orang murid simalaikat
pedang berbaju perlente itu."
"Aku dengar kesembilan orang muridnya adalah sipedang emas, pedang perak- pedang
tembaga, pedang besi, pedang kayu pedang api, pedang air, pedang tanah, dan pedang bintang,
bukankah begitu" aku dengar kesembilan orang itu masing-masing memiliki sejenis kepandaian
silat yang luar biasa, apakah kita perlu menolongnya?" Pemuda tampan itu segera menghela
napas panjang. "Menolong selembar jiwa manusia berarti telah melakukan kebajikan yang terpuji, meski
kesembilan orang murid simalaikat pedang berbaju perlente mempunyai watak yang liar dan
memandang rendah orang lain, namun selama berada dalam pengawasan gurunya mereka tak
berani banyak bertingkah. Koko kuatir setelah matinya simalaikat pedang ini, kesembilan orang
muridnya jadi tak terkendalikan lagi sehingga menjadi bibit bencana bagi dunia persilatan-"
"Kalau begitu kita tak usah menggubrisnya lagi, biarkan saja dia diterkam binatang buas....."
kata nona berbaju merah itu dengan kening berkerut. Tapi pemuda tampan itu segera
mengulapkan tangannya sambil menukas:
"Adikku, kau jangan berbicara sembarangan, menurut pendapat koko, pemuda ini bukan salah
seorang diantara kesembilan murid malaikat pedang berbaju perlente. sebab aku dengar usia yang
termuda dari kesembilan orang murid simalaikat pedang telah mencapai dua puluh tiga empat
tahunan, sedang orang ini baru tujuh belas delapan belas tahunan, tak mungkin dia adalah
muridnya." "Lantas siapakah dia" coba kau lihat, disisi tubuhnya terdapat sebilah pedang mustika?"
cepat-cepat pemuda tampan itu memungut pedang tersebut, dia tahu pedang yang baik
panjangnya hanya empat depa, tapi ia belum pernah mendengar ada pedang yang lebih panjang


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari empat depa, maka pedang tersebut segera diloloskan dari sarungnya.
Namun setelah menyaksikan sinar tajam berwarna hijau yang memancar keluar dari pedang itu,
pemuda tadi segera berseru memuji.
"Pedang bagus, pedang bagus, seandainya pedang ini adalah milikku. oooh...... betapa
bahagianya hatiku." "Koko" seru nona berbaju merah itu dengan tegang. "Mungkin pedang itu merupakan salah
satu diantara pedang yang digunakan kesembilan murid simalaikat pedang."
"Aku memang belum pernah menyaksikan kesembila orang murid dari malaikat pedang berbaju
perlente menggunakan pedang tapi menurut cerita dan aku yakin sepenuhnya, pedang ini
bukanlah termasuk salah satu diantara pedang "emas, baja, tembaga, perak, kayu, api, air, tanah,
dan bintang" sebab cahaya yang memancar keluar dari pedang ini berwarna hijau lembut seperti
cahaya rembulan. Namanya pasti tak akan terlepas dari kata rembulan."
Nona berbaju merah itu segera menghembus napas panjang. "Lalu apakah koko akan
menolongnya?" "Tentu saja mari kita kubur dulu-jenasah dari simalaikat pedang berbaju perlente ini, meski
hanya berapa tahun dia munculkan diri didalam dunia persilatan, namun dengan kemampuannya
ia berhasil menjadi termashur diseantero-jagad, berbanggalah kita dapat melakukan sedikit bakti
baginya." Nona berbaju merah itu segera tertawa.
"Ya, siapa yang tak tahu kalau kau sangat menaruh hormat kepadanya, kalau ingin dikubur
ayolah dikubur, apalah artinya banyak bicara lagi?"
Mereka berdua segera menggali sebuah liang sepanjang satu kaki dan lebar lima depa,
kemudian dengan hormat mengubur jenasah simalaikat pedang berbaju perlente, setelah
menimbun dengan tanah, merekapun mengukir berapa huruf pada sebuah batu cadas dengan
pedang mustika Leng Gwat Kiam itu, tertulis pada batu nisan itu. "Disini dimakamkan jenasah dari
malaikat pedang berbaju perlente." " Hormat kami: sechuan siang kiat"
selesai bekerja, kedua orang itu saling berpandangan sekejap sambil tertawa. Nona berbaju
merah itupun berkata: "Koko, dengan meninggalkan nama kita berdia diatas batu nisan tersebut, andaikata ada yang
membaca tulisan ini, tentu nama kita akan turut dihormati pula."
"Huuuusss kita kan belum mati masa engkau samakan dengan mereka yang sudah mati?"
Bersemu merah selembar wajah gadis berbaju merah itu dia segera mengayunkan cambuknya
siap hendak memukul. sambil tertawa nyaring pemuda tampan itu menyambar tubuh Kim Thi sia kemudian melompat
naik keatas kuda dan beranjak pergi dari situ, sementara sinona sambil mencibirkan bibirnya
cepat-cepat menyusul dari belakang.
sehari kemudian Kim Thi sia mendusin dari tidurnya ketika teringat kembali dengan kejadian
yang dialaminya sejari berselang, ia menjadi terkejut sehingga tak mampu berkata-kata.
Ternyata dia telah menemukan tubuhnya berbaring diatas sebuah pembaringan yang indah
dengan kelambu serta seprei yang putih bersih disamping pembaringan terdapat rak kain serta
lukisan kuno yang menghiasi dinding.
sejak kecil sampai sebesar ini Kim Thi sia boleh dibilang menghabiskan waktu diatas bukit yang
terpencil, tentu saja dia tak pernah menjumpai keadaan senyaman ini. Tanpa terasa lagi teriaknya
keras-keras: "Hey, siapa yang menggotong aku kesini" mana guruku" hey, cepat kemari, kalau tidak aku
akan bertindak kurang ajar."
JILID 4 Pintu kamar segera dibuka dan muncul seorang pemuda tampan dengan senyuman dikulum,
sambil meniura ia berkata:
"Saudara benar-benar telah tertidur nyenyak berhubung aku kuatir kau akan diterkam binatang
buas bila dibiarkan tertidur ditempat alam terbuka, maka tanpa menunggu persetujuan saudara,
aku telah memindahkan dirimu kemari. Untuk itu mohon saudara sudi memaafkan"
Sebelum Kim Thi sia sempat menjawab, dari balik pintu telah muncul kembali selembar wajah
cantik terdengar nona itu menegur: "Apakah sudah mendusin?"
Bayangan merah tampak berkelebat lewat, sinona yang berwajah cantik itu sudah muncul pula
didalam ruangan-Dengan wajah tertegun Kim Thi sia berseru:
"Siapakah kalian" aku sama sekali tidak kenal dengan kalian berdua"
Perkataannya yang berterus terang tanpa embel-embel kata yang bernada sungkan membuat
nona berbaju merah itu segera berkerut kening dan menunjukkan wajah tak senang hati.
cepat-cepat pemuda tampan itu mengerdipkan matanya mencegah nona itu berang, lalu sambil
menjura dan tertawa katanya:
"Aku Nyoo Jin hut, sedang dia adalah adikku Nyoo Soat hong, kami dua bersaudara bernama
szuchuan siang kiat, sepasang orang gagah dari szuehuan. Bolehkah aku tahu siapa nama anda?"
"Aku bernama Kim Thi sia."
setelah mengucapkan kata-kata yang singkat itu, ia segera duduk kembali dan termenung.
Muda mudi berdua itu berpandangan sekejap. agaknya mereka merasa tak enak hati atas sikap
Kim Thi sia yang tak tahu sopan santun itu.
Pertama-tama sinona berbaju merah itu yang tak mampu menahan diri lebih dulu, dia segera
berseru: "Huuh, apa sih yang hebat dengan dirimu" kau tak usah berlagak sok......."
selesai berkata ia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ. Tiba-tiba Kim Thi sia
mengangkat kepalanya sambil menegur: "Kau mengatakan aku?"
"Hmm, ya kau Apa sih yang hebat denganmu?" dengus nona berbaju merah itu sambil
berpaling. sekali lagi Kim Thi sia tertegun, ujarnya keheranan:
" Kapan sih kukatakan kalau diriku hebat?" tampaknya pemuda tampan itu lebih
berpengalaman dan lebih tebal imannya buru-buru dia menengahi sambil tertawa.
" Harap saudara jangan marah, karena adikku memang masih kecil dan tak tahu urusan, harap
kau sudi memaafkan dirinya."
Kemudian dengan berlagak marah dia berkata kembali:
"Adikku, orang lain kan tamu, mana kau bersikap tak hormat dengan tamu kita" Hayo cepat
minta maaf dan lain kali jangan berbuat demikian lagi."
Nona berbaju merah itu merasa amat tertekan batinnya. Apalagi setelah mendengar ucapan
dari kakaknya hampir saja air matanya jatuh bercucuran setelah mendengus ia segera
membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ. sementara itu Kim Thi sia telah berkata lagi:
"Aku kan tak pernah mengatakan dia bersalah, kenapa mesti dimaafkan-....."
Agaknya pemuda tampan itu tidak menyangka kalau tamunya bisa mengucapkan perkataan
tersebut ia menjadi tersipu-sipu sendiri
sinona berbaju merah yang berhasil mendapatkan kesempatan baik itu, dengan cepat
memanfaatkan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya, sambil tertawa dingin dia berseru:
"Hmm, orang berbaik hati ternyata tidak mendapat balasan yang setimpal, koko buat apa kau
mesti mencari penyakit buat diri sendiri."
Terdengar suara langkah kaki bergema makin jauh dan akhirnya lenyap di kejauhan sana.
Mendadak Kim Thi sia seperti teringat akan sesuatu, dia segera berseru: "Nyoo Jin hui, mana
pedang Leng Gwat kiam ku?"
oleh karena semenjak kecil dia hidup dipegunungan yang terpencil dan belum pernah terjun
dalam pergaulan manusia, karena itu diapun tidak mengetahui tentang sopan santun dan tata
krama. setelah mengetahui kalau pemuda itu bernama Nyoo Jin hui, diapun menyebut nama itu
secara langsung. Pemuda tampan itu tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, dia menganggap tamunya tak
tahu sopan santun, sudah berulang kali dia membantunya, namun selalu ditanggapi secara
menghina. Meski begitu, dia toh cukup berpengalaman dalam pergaulan, maka setelah menenangkan
hatinya diapun berkata sambil tertawa:
"Pedang mustika anda memang berada ditanganku, bila anda menginginkannya, sekarang juga
aku akan mengambilkan untukmu."
"oooh disimpan ditempatmupun tidak jadi soal lagipula aku belum membutuhkannya sekarang,
tolong simpankan berapa hari bagiku." Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata:
"Nyoo Jin hui mana guruku" Dia orang tua telah meninggal dunia kau simpan jenasahnya
dimana?" Nyoo Jin hui segera merasakan hatinya berdebar keras cepat dia balik bertanya: "Apakah si
malaikat pedang berbaju perlente Loocianpwee?" Kim Thi sia manggut-manggut.
"Benar, darimana kau bisa mengetahui nama dia orang tua?"
Terkejut juga Nyoo Jin hui setelah mendengar perkataan itu, tapi diapun segera tertegun
pikirnya : "Aneh benar orang ini nama besar Malaikat pedang berbaju perlente termasyhur diseantero
jagad dan dikenal setiap orang, benar-benar aneh sekali sikap dan tindak tanduk pemuda ini."
sambil tertawa diapun berkata:
" Kepandaian silat yang dimiliki gurumu menjagoi seluruh dunia persilatan, segenap umat
persilatan menaruh hormat kepadanya karena itu mestinya aku tidak becus, nama besar malaikat
pedang berbaju perlente masih dapat kukenal." Kim Thi sia yang mendengar ucapan tersebut
segera berpikir: "Ternyata perkataan suhu memang benar, dia bergelar malaikat pedang tentu saja ilmu silatnya
menjagoi seluruh dunia persilatan dan dihormati segenap umat persilatan benar-benar
menggelikan jalan pikiranku, aku masih mengira dia lagi mengibul." Berpikir begitu, diapun
bertanya: "Kau telah menguburnya dimana?"
"Dibukit tengkorak. sungguh minta maaf berhubung kami berdua harus melakukan perjalanan
dengan tergesa-gesa sehingga tak sempat bagi kami untuk mengubur jenasah dia orang tua
disebuah tempat yang berpemandangan permai." Dengan gembira Kim Thi sia berseru:
"Kau telah mengubur ditempat yang benar, sebab dia orang tua memang minta kepadaku agar
dikubur dibukit tengkorak sungguh tak disangka kau telah membantuku untuk menyelesaikan
tugas ini. Kalau begitu aku harus berterima kasih kepadamu." selesai berkata dia segera menjura
dan memberi hormat. Cepat-cepat Nyoo Jin hui balas memberi hormat selain itu timbul juga perasaan simpatiknya
atas sikap keterbukaan pemuda itu ujarnya kemudian-
"Bantuan yang tak seberapa buat apa mesti pikirkan, bolehkah kutahu anda adalah murid
keberapa dari malaikat pedang berbaju perlente loocianpwee?"
"Murid yang keberapa?"
"ooooh, kau adalah sipedang bintang Go An bin" tapi mengapa kau mengaku bermarga Kim?"
seru Nyoo Jin hui keheranan-
"Aku memang berasal dari marga Kim, aku termasuk murid kesepuluh dari malaikat pedang
berbaju perlente" Baru sekarang Nyoo Jin hui memahami duduknya persoalan, katanya kemudian-
"Tak heran kalau aku menaruh kesalah pahaman, rupanya kau adalah murid yang baru diterima
oleh malaikat pedang berbaju perlente. Ilmu silat malaikat pedang tiada tandingannya didunia ini,
nama besarnya disanjung diseantero jagad, benar-benar mujur sekali nasib anda karena dapat
diterima menjadi muridnya. Hanya sayang......."
Tiba-tiba ia merasa kurang leluasa untuk melanjutkan kata-kata sehingga segera menutup
mulut. Dengan perasaan tertegun Kim Thi sia segera bertanya: "Apanya yang sayang?" setelah
mempertimbangkan setengah harian, Nyoo Jin hui baru berkata:
"sayang sekali malaikat pedang berbaju perlente loocianpwee meninggal dunia kelewat cepat.
Kalau tidak. ilmu silat yang anda miliki pasti sepuluh kali lebih hebat lagi." Kim Thi sia segera
tertawa. "Apa gunanya memiliki ilmu silat yang hebat, seperti misalnya suhu, dia orang tua memiliki
kepandaian silat yang luar biasa, tapi kenyataannya......"
Tiba-tiba ia merasa gurunya tak boleh dibocorkan, karena itu cepat-cepat membungkam
kembali. Ketika Nyoo Jin hui melihat pemuda itu menghentikan pembicaraannya ditengah jalan, dengan
perasaan tegang ia segera bertanya:
"Maksud saudara, dengan kepandaian silat yang begitu hebat dari si malaikat pedang berbaju
perlentepun akhirnya masih mati terbunuh ditangan orang?"
Namun dia segera merasa kata "mati terbunuh" mencerminkan sikap yang kurang sopan
terhadap malaikat pedang berbaju perlente, maka cepat- cepat dia menengok sekejap kearah Kim
Thi sia, dalam anggapannya pemuda tersebut tentu akan marah dan meninggalkannya.
siapa tahu Kim Thi sia masih duduk disitu dengan tenang, malah seakan-akan tidak mengambil
perduli atas ucapannya yang tak senonoh itu. Tanpa terasa diapun menjadi lega. sementara itu
Kim Thi sia telah berkata:
"Hari ini aku telah berbicara kelewat banyak, sebetulnya kata-kata itu tak baik kuucapkan, tapi
entah kenapa setelah melihat wajahmu yang penuh senyuman itu, aku jadi tak tahan untuk
mengutarakannya keluar. Aaaai......"
Melihat sewaktu berbicara, pemuda itu menunjukkan sikap yang polos dan jujur, Nyoo Jin hui
segera tahu kalau apa yang diucapkan memang benar diam-diam ia menjadi terharu. segera
pikirnya: "orang ini jujur dan polos, kalau berbicara blak-blakan, dia adalah seorang teman yang
sejati........" Tanpa terasa ia semakin menaruh simpatik kepadanya. selang sejenak kemudian, Nyoo Jin hui
berkata lagi: "Aku ingin mengajukan sebuah permintaan yang kurang pantas, apakah saudara bersedia
untuk mengabulkan?" "Asal dapat kulaksanakan, tentu akan kupenuhi"
"Terus terang saja kukatakan sejak mengetahui saudara adalah murid malaikat pedang berbaju
perlente loocianpwee, timbul suatu ingatan aneh dalam benakku, aku tahu malaikat pedang
berbaju perlente menjagoi dunia persilatan dengan ilmu silatnya yang maha sakti, oleh sebab itu
aku ingin mencoba kehebatan loocianpwee tersebut melalui tanganmu, apakah saudara bersedia
memenuhi pengharapan yang sudah bertahun lamanya terpendam didalam hati ini?"
Kim Thi sia segera berkerut kening. "Aku tidak mengerti ilmu silat"
Tapi secara tiba-tiba ia teringat kalau dasar tenaga dalamnya hanya akan memperoleh
kemajuan bila sering melatih diri dengan menggunakan ilmu Ciat Khi Mi Khi, maka sambil tertawa
nyaring dia bangkit berdiri seraya berkata:
"Baik, kalau memang saudara Nyoo mempunyai kegembiraan ini, baiklah kuturuti saja
kemauanmu itu." Ketika mendengar pemuda itu mengaku tak berilmu, Nyoo Jin hui mengira
lawannya tak sudi beradu kepandaian dengannya, sementara dia masih tak senang hati, tahu-tahu
mendengar teriakan mana dengan perasaan gembira dia segera berkata:
"Terima kasih banyak atas kesudian anda memberi muka, bila aku bodoh nanti harap kau sudi
mengampuniku." "Aaah, saudara Nyoo jangan berkata begitu mestinya kaulah yang mesti berbelas kasihan
kepadaku" sahut Kim Thi sia sambil tertawa nyaring.
Ditengah ucapan saling merendah, mereka berdua berjalan keluar dari kamar dan selang
sejenak kemudian telah tiba disebuah kebun yang amat luas, sekeliling kebun penuhi ditumbuhi
pepohonan yang rindang serta aneka bunga yang berwarna warni, benar-benar sebuah taman
yang indah dan permai. Tak kuasa lagi dia berseru:
"Aaaah, Nyoo Jin hui, kau benar-benar bernasib baik tempat kediamanmu indah bagaikan
disorga." Nyoo Jin hui segera tertawa.
"Bila saudara mempunyai kegembiraan tak ada salahnya untuk berdiam disini, siauwte akan
menyambutmu dengan senang hati."
Paras muka Kim Thi sia segera berubah menjadi redup, katanya kemudian:
"Maksud baik saudara Nyoo biar kuterima dalam hati saja, sesungguhnya aku tertarik dengan
tawaranmu itu, tapi apa boleh buat masih banyak urusan yang harus kuselesaikan secepatnya
lagipula masa depanku masih mengambang, mati hidupku masih menjadi tanda tanya aku tak
ingin mengganggu ketenangan saudara Nyoo."
Nyoo Jin hui mengira dia mendapat pesan dari gurunya untuk membalaskan dendam bagi
kematian gurunya, sedang lawannya berilmu tinggi sehingga mati hidup tidak menentu. segera
timbul perasaan simpatik dalam hati kecilnya cepat dia berkata:
"saudara tak usah sedih, nasib manusia berada ditangan Yang kuasa asalkan saudara
mempunyai tekad yang besar dan jiwa yang lurus, aku percaya nasib jelekpun akan berubah
menjadi baik. siauwte hanya menyesal tidak memiliki kepandaian silat yang hebat sehingga tak
dapat membantumu, karenanya bisa suatu hari kau telah menyelesaikan perintah gurumu,
silahkan datang kemari dan berdiamlah bersama kami." Dengan perasaan amat berterima kasih
Kim Thi sia berkata: "Beruntung sekali aku Kim Thi sia bisa menjumpai sahabat macam saudara Nyoo dalam
perjalanan turun gunungku saat ini, bila terjadi sesuatu apapun aku tentu akan mati dengan mata
meram" Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seorang nona menegur dengan suara merdu: "Koko, apa
yang sedang kalian lakukan"
Nona berbaju merah itu munculkan diri diiringi seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang
berwajah saleh tapi bermata amat tajam bagaikan sembilu. Nyoo Jin hui segera berbisik: "saudara
Kim, ayahku sudah datang." Kemudian dengan suara lantang serunya:
"Ayah, apakah kau orang tua sedang berjalan-jalan mencari angin?"
Dengan senyuman dikulum kakek berwajah saleh itu memperhatikan Kim Thi sia sekejap lalu
katanya: "Sobat kecil inikah yang menjadi murid Rasul dari selaksa pedang" sudah lama aku mengagumi
nama besar Malaikat pedang berbaju perlente, sungguh tak nyana aku dapat bertemu dengan
murid kesayangan dari malaikat pedang, benar-benar suatu kemujuran bagiku" Dengan cepat Kim
Thi sia maju memberi hormat seraya serunya: "Empek, terimalah hormat dari Kim Thi sia"
sambil tertawa kakek itu manggut-manggut.
"Bagus sekali, memang tak main menjadi seorang tokoh kenamaan tidak sombong tidak
angkuh merendahkan diri dan tahu sopan santun- Ehmmm, murid orang kenamaan memang
berbeda dengan manusia biasa, berapa usiamu ini sobat kecil?"
"Baru tujuh belas tahun-"
"Sungguh hebat" kembali kakek itu memuji sambil tertawa, "dikemudian hari kau pasti akan
menjadi sekuntum bunga ajaib dari dunia persilatan dan menjadi tenar diseluruh dunia."
sementara itu sinona berbaju merah hanya memandang sekejap kearah Kim Thi sia dengan
pandangan dingin, kemudian mendongakan kepala dan sama sekali tak mendongkol. Terdengar
Nyoo Jin hui berkata lagi:
"Ayah, sudah lama anak Hui mengagumkan akan kelihayan ilmu silat yang dimiliki malaikat
pedang berbaju perlente. Mumpung ada kesempatan baik hari ini, aku ingin mencoba berapa jurus
dari saudara Kim. siapa tahu dari percobaan tersebut akan mendatangkan manfaat besar bagiku,
entah bagaimana menurut pendapat ayah?"
"Bagus sekali, kalian dua orang bocah kecil yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi
memang pantas diberi pelajaran agar kalian sadar bahwa diatas langit masih ada langit, diatas


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukit masih ada bukit. Haaah......haaah......haaah....."
Kepada Kim Thi sia katanya pula:
"Sobat kecil sebagai murid dari malaikat pedang berbaju perlente tentu memiliki ilmu silat yang
sangat hebat, kuharap kau sudi berbuat kebajikan dengan memperingan seranganmu nanti yang
penting berilah pelajaran kepada putraku itu agar rasa angkuhnya bisa lenyap dari tubuhnya...."
Kim Thi sia merasa rikuh, sekalipun dia memiliki jurus rahasia yang amat hebat tanpa
penunjang tenaga dalam yang sempurna bisa jadi dia akan menderita kekalahan total. Kalau cuma
dia saja yang malu masih mendingan. Andaikata nama gurunya ikut tercemar bukankah hal ini
menjadi berabe" Maka dari itu dia segera berseru:
"Empek terlalu memuji, padahal siauwtit baru sempat belajar silat selama tiga hari ketika suhu
meninggal dunia secara mendadak pelajaran silat yang kuperolehpun amat minim. Bila
dibandingkan dengan saudara Nyoo sesungguhnya masih selisih jauh sekali."
sementara ini wajah sinona berbaju merah itu sudah berseri ketika mendengar kalau dua orang
pemuda tersebut akan beradu ilmu silat, tapi sesudah mendengar kata-kata merendah dari Kim
Thi sia itu, disangkanya pemuda itu memandang rendah ilmu silat keluarganya sehingga tanpa
terasa ia mendengus. Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, rasa anti patiknya semakin tebal tapi ia tak ingin
mengutarakan perasaan tersebut. setelah menjura katanya: "Silahkan saudara Nyoo"
Nyoo Jin hui sudah lama mengagumi nama besar serta kesaktian ilmu silat dari malaikat
pedang berbaju perlente, diapun tidak merendah lagi, katanya sambil tertawa:
"saudara Kim, berbelas kasihanlah kepadaku nanti, maaf bila siauwte takan bertindak kasar
lebih dulu." Begitu selesai berkata, sepasang telapak tangannya secara direntangkan kesamping dengan
melancarkan totokan berantai kearah dua buah jalan darah penting ditubuh Kim Thi sia. sianak
muda itu sama sekali tidak bergerak dari posisi semula. sampai ancaman tersebut hampir
mencapai diatas tubuhnya, ia masih belum tahu bagaimana caranya untuk mematahkan ancaman
tersebut. Dalam gelisahnya, pemuda itu merasa pikirannya makin cemas dan kalut, otomatis semakin tak
mampu melancarkan serangan balasan- sebagai mana diketahui, baru pertama kali ia bertarung
melawan orang, saking tegang dan boleh dibilang pemuda itu seperti lupa dengan semua
pelajaran yang pernah diterima dari malaikat pedang berbaju perlente.
sampai serangan dahsyat dari Nyoo Jin hui hampir mengenai tubuhnya, ia tetap belum
bergerak bergerak dari posisi semula. Hanya rasa malu bagi ketidak mampuannya serta nama baik
gurunya segera meliputi seluruh benaknya, tanpa terasa peluh dingin jatuh bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya. Mendadak Nyoo Jin hui menarik kembali serangannya sambil mundur selangkah kebelakang,
serunya kemudian dengan perasaan kagum. "saudara Kim benar-benar bermata tajam rupanya
sudah kau dugakan kalau seranganku ini hanya tipuan belaka. Kagum, sungguh mengagumkan-
....." Rupanya dia kelewat jeri terhadap kelihayan ilmu silat yang dimiliki simalaikat pedang berbaju
perlente sehingga dalam jurus yang pertama dia melancarkan tipuan secara berhati-hati sekali dan
tak berani memandang enteng lawan-
Tentu saja ia tak menyangka kalau Kim Thi sia justru bisa bersikap demikian lantaran dia
sendiri panik dan gugup sehingga tak tahu bagaimana caranya mengatasi ancaman tersebut.
Akan tetapi disaat Nyoo Jin hui melancarkan serangannya yang kedua, Kim Thi sia telah
bulatkan tekad untuk menjaga nama baik gurunya dengan cara apapun, kendati dia harus
pertaruhkan selembar nyawapun.....
Dengan cepat tangan kanannya mengeluarkan jurus babatan pedang menggetarkan ranting
dari ilmu pedang lima Buddha untuk melancarkan sebuah sapuan kedepan, sementara telapak
tangan kirinya mengeluarkan jurus kejujuran melebihi kerasnya emas dari ilmu Tay goan sinkang
untuk menyongsong ancaman lawan secara ngawur.
Ia tak ambil perduli apakah gerakannya itu benar atau salah, pokoknya begitu serangan
dilepaskan maka diapun mengikuti simhoat dari ilmu ciat Khi Mi Khi untuk berusaha menghisap
tenaga dalam lawan sebanyak-banyaknya.
Jangan dilihat serangan tersebut dilancarkan secara mengawur, tapi sikakek dan Nyoo Hui yang
mengikuti dari samping justru dibuat sangat terkesiap.
Nyata sekali kalau kedua jurus serangan tersebut memiliki daya kemampuan yang luar biasa.
Sekalipun tabokan dan bacokan itu dilepaskan dalam satu jurus, padahal setiap sendi gerakannya
memiliki perubahan yang berbeda-beda.
Dalam setiap perubahan mengandung pula entah berapa banyak gerakan pembunuh yang
secara lambat-lambat muncul susul menyusul ibarat sebuah jaring besar yang mengurung
sekelompok ikan disamudra luas, membuat pandangan orang berkunang-kunang dan kepalanya
terasa amat pening..... Malaikat pedang berbaju perlente sendiri memang memiliki ilmu silat yang cukup
menggemparkan seluruh daratan Tiong goan, ditambah lagi beberapa jurus ilmu pukulan dan
pedang itu merupakan kepandaian yang dibanggakan olehnya selama ini.
sekalipun tenaga dalam yang dimiliki Kim Thi sia belum memadahi dan didalam ayunan
tangannya tidak berapa banyak kekuatan yang terkandung tapi berbeda sekali hasil yang
terpampang dihadapan Nyoo Jin hui saat itu......
Ketika ia berniat menarik kembali serangannya, keadaan sudah terlambat dan jurus serangan
Kim Thi sia yang maha dahsyat itu sudah menyerang tiba seperti gulungan ombak ditengah
samudra. Dalam keadaan demikian, terpaksa dia harus mengeraskan kepala dan menyambut datangnya
serangan tersebut dengan sepenuh tenaga.......
"Breeeeeeeeetttttt........."
Dibawah serangan Kim Thi sia yang maha dahsyat dan luar bisa itu Nyoo Jin hui tak mampu
menghindarkan diri lagi sehingga baju dibagian bahunya kena tersambar dan robek besar.
sebaliknya disaat itu pula Kim Thi sia merasakan datangnya tenaga dorongan yang maha
dahsyat menindih badannya tenaga itu begitu besar sehingga dia tak sanggup undur diri dan
mundur beberapa langkah kebelakang.
Disaat itulah, mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya:
"Aaaah, bukankah dalam ilmu Tay goan sinkang terdapat sebuah jurus serangan yang bisa
memanfaatkan gerakan mundur untuk melancarkan serangan?"
Begitu ingatan tadi melintas lewat, ia tidak berusaha untuk menghentikan gerak langkahnya
yang menyusut kebelakang. sambil membentak nyaring, dia mengeluarkan jurus "sin seng mi li"
untuk melakukan serangan balasan-
Jurus serangan tersebut memang jauh berbeda dengan jurus-jurus serangan pada umumnya,
tahu-tahu tubuhnya berputar setengah lingkaran busur, sikut kanannya segera ditekuk sambil
menyodok. sementara telapak tangan kirinya melancarkan tiga buah serangan berantai.
Menyusul kemudian telapak tangan kanannya secara tiba-tiba menggeliat masuk seperti seekor
ular berbisa. Tak terlukiskan rasa terkejut Nyoo Jin hui menghadapi ancaman tersebut, untuk mundur jelas
sudah terlambat, padahal sekeliling tubuhnya tertutup oleh jaringan angin serangan yang begitu
rapat dan dahsyat kesemuanya ini membuat ia tak mampu berkelit lagi. sambil menggretak
giginya kencang-kencang, dia segera menutup sepasang matanya. "sreeeeett........"
Lagi-lagi sebagian baju diatas bahu kanannya tersambar sehingga robek besar.
Lengan kanan Kim Thi sia bagai seekor ular sakti saja melintas lewat dengan suatu gerakan
yang luar biasa, kemudian dengan cepat menariknya kembali kebelakang. Dengan wajah menyesal
bercampur kagum, Nyoo Jin hui segera menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas belas kasihan saudara Kim, cukup menyaksikan kedua buah
serangan yang lihay dan maha dahsyat tersebut, kesemuanya jauh berbeda diluar dugaan siauwte
nyata sekali kalau ilmu silatmu luar biasa hebatnya, siauwte betul-betul merasa sangat kagum......"
Diam-diam Kim Thi sia bersyukur didalam hati, cepat-cepat hiburnya sambil tertawa.
"Kedua jurus serangan tersebut merupakan jurus sakti yang diandalkan suhuku dihari-hari biasa
saudara Nyoopun tak usah putus asa atau malu kepada diri sendiri, sebab selama guruku
mengembara diutara maupun selatan sungai besar dengan mengandalkan jurus serangan yang
amat hebat itulah beliau tak pernah menjumpai tandingannya....."
Paras muka Nyoo Jin hui segera berubah hebat, tapi kemudian menghela napas panjang lagi
setelah tertawa getir ujarnya:
"Suhumu memang seorang tokoh sakti yang tiada taranya didunia ini, beberapa jurus erangan
yang sederhanapun cukup membuat siauwte takluk dan tunduk apalagi jurus serangan yang
digunakan Kim tadi merupakan jurus serangan yang luar biasa biarkanlah iauwte merasa bangga
mana mungkin aku jadi putus asa?" sikakek segera menimbrung juga.
"Ya, setelah menyaksikan kepandaian silat dari sobat kecil, pengetahuankupun bertambah satu
bagian. Aaaai.....bila teringat kembali akan sepak terjangku dimasa muda dulu, begitu latah dan
begitu sombong pada hakekatnya tidak memandang sebelah matapun terhadap orang lain-
Perbuatanku waktu itu benar-benar tak tahu diri dan memalukan- Kini aku baru sadar bahwa
diatas langit, diatas manusia pandai masih ada manusia pandai, tidak sedikitjago lihay yang
tersebar luas didunia ini. Aaaaai........."
Rasa sedih yang amat tebal jelas membekas diatas wajahnya yang tua, seakan-akan dia
memang sedang menyesali perbuatannya yang tak tahu diri dimasa lalu.
"Empek tak usah bersedih hati, sesungguhnya beberapa orang sih yang dapat menandingi
empek didunia ini?" sinona berbaju merah yang selama ini tidak digubris dan berdiri seorang diri segera cemberut
sambil bergumam: "Huah apanya sih yang luar biasa, baru bisa menggunakan beberapa jurus serangan saja
gayanya sudah hebat. Hmm, nonamu justru tak mau percaya dengan tahayul"
Entah disengaja entah tidak. tapi yang pasti gumaman itu diutarakan dengan suara keras dan
nyaring sehingga dapat terdengar oleh ketiga orang lainnya.
Kim Thi sia sesungguhnya merupakan seorang lelaki yang berlapang dada dan berjiwa terbuka,
tapi diapun memiliki sifat keras hati.
Entah mengapa, ternyata gumaman tersebut menyinggung perasaan hatinya hawa amarah
segera berkobar didalam dadanya, dengan suara keras serunya kemudian-"Kalau kau tak puas
silahkan dicoba sendiri kau anggap aku takut kepadamu"
Nona berbaju merah itu segera berkerut kening, dengan sepasang matanya yang jeli dia
memandang sekejap wajah Kim Thi sia, lalu serunya lagi sambil tertawa merdu.
"Nonamu justru tak percaya dengan segala macam tahayul kepingin kulihat, apa yang bisa kau
lakukan terhadapku" sambil berkata dia segera meloloskan pedangnya, diantara kilauan cahaya hijau yang membias
diangkasa, pelan-pelan dia berjalan menuju ketengah arena. Hampir pada saat yang bersamaan,
sikakek dan Nyoo Jin hui membentak bersama. "soat hong, jangan bertindak kurang ajar, dia kan
tamu kita......." Hawa amarah yang berkobar didalam dada nona berbaju merah itu membara sambil
menggertak gigi serunya: "Tamu" Hmmm, kalau sudah tamu lantas kenapa" melihat tampangnya yang begitu sombong
dan tak tahu diri, aku sudah muak rasanya......."
sesudah terjadi bentrokan kekerasan dengan Nyoo Jin hui tadi, tak sedikit tenaga dalam yang
secara diam-diam berhasil dihisap oleh Kim Thi sia ditambah pula pengalamannya dalam
pertarungan tadi, diapun tak sudi memperlihatkan kelemahan dihadapan orang dengan suara
lantang segera serunya: "Kalau memang begitu, mari kita buktikan kehebatan kita berdua diujung senjata"
Dengan suatu gerak cepat Nyoo Jin hui menerjang ketengah arena dan merampas pedang
ditangan nona berbaju merah, kemudian ujarnya dengan suara tak senang hati: "Adikku, mengapa
sih kau selalu memusuhi" Hayo cepat kau mesti minta maaf kepadanya"
"Tidak aku tidak mau, heran-.....kenapa sih kalian malah membantunya" apakah aku bukan
anggota keluarga kalian?" Nyoo Jin hui tertawa getir.
"Adikku, kau tak boleh berkata begitu jika kau tetap berkeras kepala semacam ini, bagaimana
caraku untuk memberi penjelasan. Bagaimanapun juga, dia toh tamu kita, sekalipun ada hal yang
kurang berkenan dihatimu sebagai tuan rumah kita harus bersikap sewajar mungkin, apalagi dia
toh tak pernah menyalahi dirimu?"
"Hmmm tamu, tamu, tamu, tamu melulu.... sungguh membosankan Tamu begini, tak sudi
kutolong dirinya tempo hari.... coba kau lihat. Huuuuh......gayanya saja soknya luar biasa"
Kim Thi sia jadi tertegun, mendadak ia berkata dengan suara bersungguh-sungguh.
"Baik, anggap saja aku memang bersalah, aku tak pantas berada disini, terima kasih banyak
kuucapkan atas pertolongan kalian berdua yang telah membawaku kemari, budi kebaikan tersebut
tak akan kulupakan untuk selamanya. sekarang juga aku akan pergi dari sini" selesai memberi
hormat kepada semua orang, dengan langkah lebar ia beranjak pergi dari situ.
Betapapun sayangnya kakek tiu terhadap putrinya, ia tak bisa berpeluk tangan belaka setelah
peristiwa itu berkembang lebih jauh dan membuat murid simalaikat berbaju perlente pergi
lantaran marah. Dengan suara keras bentaknya:
"soat hong, bila kau tidak segera minta maaf kepada sobat kecil ini serta menahannya disini,
hubungan kita berdua sebagai ayah dan anak lebih baik berakhir sampai disini saja." setelah
mengucapkan kata-kata tadi, agaknya sinona berbaju merah itupun sadar kalau perbuatan sudah
kelewatan apalagi setelah ditegur ayahnya dengan muka dengan muka penuh amarah dan
diancam akan putus hubungannya sebagai ayah dan anak ia makin kebingungan dibuatnya. Tapi
sebagai seorang gadis yang keras kepala, diapun enggan minta maaf dengan begitu saja kepada
Kim Thi sia setelah terlanjur mengejeknya. Karena itu untuk beberapa saat lamanya ia jadi
tertegun dan berdiri melongo disitu. sementara suasana diliputi serba rikuh mendadak kedengaran
seorang berseru keras: "Cengcu........"
Kemudian tampak seorang centeng berlari mendekat dengan wajah gugup dan langkah
tergopoh-gopoh, kepada kakek tersebut dia membisikkan sesuatu. Paras muka kakek itu segera
berubah hebat, dengan suara keras bentaknya.
"sudahlah, kalau toh tiga setan dari szuchuan mempunyai keinginan tersebut akupun tak akan
memikirkan hal yang lain lagi."
Kim Thi sia segera berpaling setelah mendengar perkataan itu, dia saksikan paras muka
locengcu telah berubah menjadi hijau menyeramkan rambut dan jenggotnya serasa berdiri kaku
bagaikan landak. sudah jelas dia sedang dicekam rasa gusar dan yang luar biasa. Perubahan
tersebut tentu saja sangat mencengangkan hati sianak muda tersebut.
Nyoo Jin hui telah merasakan juga betapa gawatnya persoalan yang sedang dihadapi ayahnya,
sementara dia masih termangu tiba-tiba dilihatnya Kim Thi sia berpaling. satu ingatan dengan
cepat melintas didalam benaknya, dengan suara keras dia berseru:
"saudara Kim, pedangmu masih kusimpan sebentar biar kusuruh adikku minta maaf kepadamu,
apalagi kita berduapun sudah cocok satu dengan lainnya, mengapa tidak menginap selama
beberapa hari lagi disini."
Teringat kembali dengan pedang Leng Gwat po kiam miliknya, cepat-cepat Kim Thi sia berjalan
balik sambil berkata: "Maksud baik saudara Nyoo biar kuterima didalam hati saja, harap saudara Nyoo sudi
mengembalikan prdang ku itu, soal menginap toh kemudian hari masih banyak kesempatan biar
kupenuhi undanganmu itu dilain waktu saja"
Tapi sewaktu melihat sinona berbaju merah memandanganya dengan wajah penuh kegusaran,
keningnya kembali berkerut pikirnya:
"Perempuan itu benar-benar keras kepala belum pernah kutemui perempuan macam
begini......biar kujauhi saja perempuan semacam ini dikemudian hari......"
Untuk menghilangkan rasa mangkel yang menyesakkan napas diapun mengangkat kepala dan
menarik napas panjang lalu kancing baju bagian dadanya dilepas.
Tiba-tiba ia saksikan paras muka nona berbaju merah itu berubah menjadi merah dadu dan
melengos kedepan sikapnya yang tersipu-sipu itu jauh berbeda dengan sikap garang dan keras
kepala yang diperlihatkan tadi.
"Sikap semacam ini adalah sikap yang begitu amat tak sopan" teringat kembali dengan nasehat
gurunya itu cepat-cepat dia mengancingkan kembali pakaian dibagian dadanya. setelah itu dia
berpikir lebih jauh: "Heran, begitu banyak peraturan yang harus ditaati manusia didunia ini" padahal membuka
kancing baju dibagian dada toh bukan suatu perbuatan asusila" Mengapa hal inipun dilarang"
sungguh mengherankan-..."
sementara itu sikakek telah menghela napas berulang kali dan pelan-pelan beranjak pergi dari
situ. Kim Thi sia dapat merasakan bahwa langkah sikakek itu begitu besar, penuh diliputi perasaan
gusar bercampur sedih. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu didalam hatinya. Buru-buru dia
berseru: "Empek tua, apakah kau menjumpai sesuatu kesulitan?" Kakek itu tertawa getir.
"Yaa, tiga setan dari Szuchuan telah datang mencari gara-gara.........benar-benar bedebah"
"Tiga setan dari szuchuan" HHmm didengar dari namanya saja sudah diketahui kalau mereka
bukan manusia baik-baik. Empek. kalau toh ketiga setan dari szuchuan itu tanpa alasan datang
mencari gara-gara, ini berarti merekalah yang bersalah. Keponakan bersedia untuk mewakili
empek dalam menghadapi mereka.........."
Begitu mendengar perkataan tersebut, rasa murung dan sedih yang semula menyelimuti wajah
kakek tersebut kontan hilang lenyap tak berbekas segera serunya dengan gembira: "sungguh"
sobat kecil benar-benar bersedia membantu diriku?"
"Tentu saja" sahut Kim Thi sia sambil bertepuk dada. "setiap perkataan yang kuucapkan, tentu
saja harus kulaksanakan. Apalagi sebelum wafat ayahpun telah berpesan demikian kepadaku,
masa aku berani membangkang pesannya?" Dengan perasaan gembira Nyoo Jin hui ikut berseru:
"Asal saudara Kim bersedia membantu kami, niscaya musibah yang mengancam perkampungan
Liong lim ceng akan terhapus sama sekali, hayo jalan biar siauwte siapkan sedikit sayur dan arak
untuk menyampaikan rasa terima kasih kami kepadamu."
sekilas cahaya girang sempat pula memancar keluar dari balik mata nona berbaju merah itu,
namun ketika Kim Thi sia berpaling kearahnya, dengan cepat dia menarik muka sambil
mendengus. Kepalanya didongakkan keatas dan menunjukkan sikap acuh tak acuh.
Untung saja Kim Thi sia tidak menggubris atas sikap gadis tersebut malah ujarnya sambil
tertawa: "Saudara Nyoo terlalu sungkan, urusan sekecil ini sudah sepantasnya kalau kuhadapi, buat apa
sih kau persiapkan hidangan segala?"
"sudah dua hari lamanya saudara Kim tidur pulas, selama inipun kau belum pernah mengisi
perut, apakah engkau tidak merasa lapar?"
"Aaaah, iya.......betul juga perkataan itu, ayoh berangkat, kita segera bersantap. Terus terang
saja saudara Nyoo, selama hidup aku belum pernah minum arak, tapi ayahku sering bercerita,
sebetulnya macam apa sih arak?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, suara tertawa cekikikan yang amat nyaring telah bergema
memecahkan keheningan. Menanti Kim Thi sia berpaling dengan perasaan tertegun dilihatnya sinona berbaju merah itu
telah menunjukkan kembali sikapnya yang dingin dan kaku. Tanpa terasa dia berpikir kembali:


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana sih dengan perempuan ini" sebentar marah, sebentar tertawa, sebentar jengkel,
sebentar lagi girang........ jangan-jangan taknya rada kurang waras?"
Ketika melangkah masuk kedalam ruangan, hidangan yang beraneka ragam telah disiapkan
diatas meja, tanpa sadar pemuda itu berpikir kembali:
"Wah cepat betul sekejap mata saja hidangan telah siap." Ketika melihat empat orang centeng
berdiri mendampinginya tanpa mengucapkan sepatah katapun, Kim Thi sia mengangkat cawan
araknya dan meneguk seteguk. lalu serunya:
"Hey, mari kalian berempatpun mencicipi secawan arak." Tapi setelah dilibatkan keempat orang
itu tetap berdiri dan berkutik dan sama sekali tak menggubris tawarannya,
Kim Thi sia segera menggerutu.
"Kalau toh kalian tak berani minum, lebih baik jangan minum. Memang lebih baik jangan
minum, atau mungkin kalian tak berani" Hayo cepat kemari dan rasanya enak kok." Keempat
orang centeng itu tetap tak bergerak dari posisinya semula. Akhirnya Nyoo Jin hui yang berpaling
dan serunya sambil berkata:
"Kalau toh saudara Kim menghendaki demikian, kalian jangan menampik maksud baiknya itu,
teguklah secawan-" Keempat orang itu saling berpandang sekejap kemudian setelah menerima cawan dan meneguk
isinya sampai kering dengan sikap hormat mereka mundur kembali ketempat semula. melihat itu
Kim Thi sia kembali berpikir:
"Bagus sekali, tadi kusuruh kalian minum, kalian enggan Nyoo Jin hui cuma menggapai, kalian
segera datang. Kalian berempat memang terlalu menghina orang."
Ketika perjamuan telah berlangsung setengah jalan, mendadak terdengar Nyoo Jin hui berkata:
"Saudara Kim, aku rasa cita-cita dan jalan pemikiran kita berdua hampir sama dan sejalan, apa
salahnya kalau kita mengangkat diri menjadi saudara saja?"
"Aku tak ada usul lain- Asal kau bersedia pokoknya aku menurut saja........"
Kontan saja Nyoo Jin hui kegirangan setengah mati dengan wajah berseri-seri.
"Bagus sekali, tak kusangka jiwa saudara Kim begitu terbuka, aku jadi malu sendiri karena
keraguanku tadi anggap saja secawan arak ini sebagai ikatan persaudaraan diantara kita.
Selanjutnya kita berdua tak akan terpisahkan oleh apapun- Tahun ini aku berusia dua puluh tahun,
bagaimana dengan dirimu?"
"Aku tujuh belas tahun" sahut Kim Thi sia dengan wajah bersemu merah.
"Adikku, mari kita teguk habis isi cawan ini" ucap Nyoo Jin hui lagi.
Tanpa banyak bicara, Kim Thi sia segera meneguk habis isi cawannya, sementara dalam
hatinya berpikir: "Tadi kau masih memanggil aku saudara kini berubah menjadi adik, besar amat perubahan ini."
Dalam pada itu, Nyoo Jin hui telah menuding kearah nona berbaju merah itu sambil berkata
lagi: "Dia adalah adi perempuan kita yang keras kepala dan selanjutnya menjadi adik perempuanmujuga.
Kuharap kalian jangan saling mendongkol lagi, toh kita sudah menjadi orang sendiri......"
Tanpa sebab merah jengah selembar wajah nona berbaju merah itu, setelah melotot kearah
kakaknya, dia menunduk dan membungkam dalam seribu bahasa. sebaliknya Kim Thi sia segera
berpikir sambil berkerut kening.
"Hmm, aku mah tak sudi menerima saudara dengan perempuan judes itu Aaaaai....tapi apa
boleh buat?" sementara perjamuan berlangsung dengan meriah mendadak Kim Thi sia berjongkok kebawah.
Ternyata telapak kakinya terasa amat sakit sekali, tanpa berpikir panjang dia melepaskan sepatu
dan memeriksa telapak kakinya itu, ternyata disitu telah muncul sebuah bisul kecil yang
membengkak dan berwarna merah membara.
Tindakannya mencopot sepatu dihadapan orang banyak merupakan suatu perbuatan yang amat
tak sopan, tak heran kalau para centeng yang berada disekitar sana kontan menutup mulut sambil
tertawa geli. Tapi Kim Thi sia tak ambil perduli sehabis memeriksa telapak kakinya itu segera pikirnya:
"Yaa, bukankah aku sudah berhasil menghisap tenaga murni orang dengan menggunakan ilmu
Ciat Khi Mi Khi" kata suhu, bagian yang merasa sakit itu merupakan titik kelemahan, sudah pasti
disitulah terletak titik kelemahan itu........"
Tapi diapun bersyukur karena titik kelemahannya justru terletak diatas telapak kakinya. Padahal
letaknya justru berada dipaling bawah dan paling tertutup dan aman, sekalipun sedang bertarung
dengan orang lainpun mustahil orang bisa mengarah telapak kakinya itu.
sementara dia masih kegirangan, Nyoo Jin hui telah menegur dengan penuh perhatian:
"Adik Kim, adakah sesuatu yang kurang beres?"
"ooooh tidak. aku cuma merasa telapak kakiku gatal sekali."
"Jangan-jangann kena penyakit koreng?"
Maksudnya dia mengira Kim Thi sia menderita sakit maka pertanyaan tersebut diajukan dengan
penuh rasa kuatir. Tapi Kim Thi sia yang polos justru salah mengira kalau-kalau lawan telah mengetahui
rahasianya, teringat kembali perkataan gurunya tempo hari ia menjadi amat terkesiap. sambil
melompat bangun segera teriaknya keras-keras:
"Ooooh bukan, bukan, siauwte bilang bukan yaa bukan"
sambil berkata mukanya jadi merah membara dan terasa panas sekali.
Nyoo Jin hui dibuat tertegun, sebaliknya Nyoo soat hong atau nona berbaju merah itu segera
tertawa cekikikan, seperti mengejek seperti juga mentertawakannya.
Buru-buru Kim Thi sia berpaling kebetulan Nyoo soat hong juga sedang menengok kearahnya
empat mata segera saling bertemu.
Tiba-tiba Nyoo soat hong merasakan hatinya berdebar, suatu perasaan aneh timbul didalam
hati kecilnya, segera pikirnya:
" orang ini benar-benar aneh, sewaktu pertama kali bertemu dengannya, aku tidak merasakan
sesuatu yang aneh, tapi ketika bertemu untuk kedua kalinya, dia seakan-akan lebih cakep. dan
sampai pada pandangan yang ketiga rasanya ia lebih ganteng dan menarik. padahal jika diamati
dengan seksama rasanya ia tak punya keistimewaan apa-apa. Waaah............ jangan-jangan dia
punya ilmu sihir sehingga membuat orang yang melihat makin menarik?"
Yaa, kalau berbicara yang sejujurnya, Kim Thi sia memang bukan termasuk pemuda yang
ganteng, tapi ia justru memiliki banyak bagian yang jauh menarik kaum wanita ketimbang
ketampanan wajahnya. Dia seperti segulung api yang menyala-nyala dengan hebatnya, sifat
jantan dan gagah yang memancar dari wajahnya, mendatangkan perasaan simpatik orang tanpa
dia sadari. Kini malam sudah makin larut suasana yang mencekam sekeliling tempat itupun bertambah
hening.... Nyoo Jin hui pelan-pelan bangkit berdiri sambil mengangkat cawannya kemudian berkata:
"Kesediaan Kim siauwhiap membantu kami pada hari ini jauh melebihi bantuan dari seratus
orang jago biasa. sebentar lagi kita akan mulai bertindak, untuk menghormati Kim siauwhiap kami
ayah dan anak bertiga akan mengajak serta para centeng tersebut, sebab mereka lebih hanya
gentong nasi yang sama sekali tak ada gunanya." Kim Thi sia pun tidak banyak bicara lagi,
bersama ketiga orang itu berangkatlah mereka meninggalkan tempat dengan langkah lebar.....
Entah berapa jauh mereka berjalan, yang jelas jalanan setapak yang dilewati penuh berliku-liku
dan belok kesana belok kemari tiada hentinya, sampai akhirnya sampailah mereka disebuah
tempat terpencil. Tempat itu amat liar, semak belukar tumbuh amatr lebat dan subur, ranting pohon bercabang
kian kemari daun kering hampir menutupi permukaan tanah, suasana betul-betul menyeramkan.
Dibawa h sinar rembulan yang redup ditambah lagi suasana disekitar situ gelap gulita,
hembusan angin dingin yang sepoi-sepoi justru membuat bulu kuduk orang pada bangkit berdiri.
Ditepi batu gunung yang besar terhentang sebuah telaga yang luas, air telaga amat jernih, ketika
Bentrok Rimba Persilatan 17 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Kisah Si Rase Terbang 12
^