Lembah Nirmala 3
Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 3
angin berhembus permukaan air yang beriak memancarkan gelombang kecil seperti beribu-ribu
ekor ular yang sedang berkelejitan.
Dengan perasaan hati yang kebat kebit ayah beranak dari marga Nyoo itu berdiri kaku
ditempat, sebentar-sebentar mereka celingukan kian kemari dengan perasaan gugup dan tebang.
Hanya Kim Thi sia yang sama sekali tidak mengerti arti kata "Takut" ketika dilihatnya
permukaan telaga amat tenang, tanpa terasa diawasinya tempat tersebut dengan termangu.
Mendadak dari balik permukaan air muncul tiga buah titik hitam yang pelan-pelan bergerak
mendekati pantai. "Waaah, besar amat ikan tersebut" pikir Kim Thi sia dalam hati.
Dengan cepat ia mengambil sebutir batu besar lalu ditimpuk kemuka dengan sepenuh tenaga.
"Pluuuuuuuung .........."
Percikan air memancar keempat penjuru, tahu-tahu terdengar suara tertawa seram bergema
memecahkan keheningan, lalu tampak tiga sosok bayangan hitam melompat keluar dari balik
permukaan air dan melayang ketepi pantai.
Menyaksikan hal tersebut, dengan perasaan tak senang hati Kim Thi sia segera berpikir.
"Sialan, rupanya bukan ikan tapi manusia, kalau begitu aku sudah ditipu mereka habishabisan?"
saat itulah terdengar Nyoo Lo enghiong berkata sambil tertawa nyaring:
"Tiga setan dari szuchuan, aku datang untuk memenuhi undangan kalian, tapi jika kalian
memaksa aku untuk menyerahkan kotak wasiat Hong toh tersebut, biar matipun tak bakal
kupenuhi." Gerakan tubuh ketiga sosok bayangan manusia itu benar-benar amat cepat, begitu mencapai
diatas daratan- serentak mereka melepaskan pakaian luarnya yang berwarna hitam sehingga
tampaklah pakaian ringkas, yang dilengkapi dengan tiga buah ruyung besi yang sangat besar.......
orang yang berada dibagian tengah adalah seorang kakek bermuka putih bersih yang beralis
pendek dan hidung pesek. sambil tertawa seram ia segera berkata:
"setiap orang tahu kalau kotak wasiat Hong toh menyimpan rahasia yang amat besar jangan
lagi kami tiga setan dari szuchuan, bahkan semua jago silatpun menginginkan benda tersebut.
Nah Nyoo lo enghiong, banyak berbicarapun tak ada gunanya, sebagai sama-sama jago kenamaan
yang bercokol didaerah szuchuan, mari kita saling beradu kepandaian untuk menentukan siapa
yang lebih unggul diantara kita, kasihan para jago persilatan lainnya kalau tak punya bahan cerita
untuk mengisi waktu senggang mereka." Dalam pada itu Nyoo Jin hui telah berkata pula:
"Kim hiante, ketajaman matamu benar-benar mengagumkan sungguh tak nyana kau dapat
melihat kalau tiga setan dari szuchuan telah bersembunyi didasar telaga. Menggelikan sekali diriku
ini, aku masih menyangka mereka belum datang" Kemudian setelah berhenti sejenak dia berkata
lebih jauh: "Kakek berwajah putih bersih itu merupakan pemimpin dari tiga setan orang menyebutnya
sisetan berwajah putih, disampingnya sikakek bermuka hitam itu menduduki urutan kedua orang
menyebutnya si setan bermuka hitam sedang yang ketiga adalah sisetan bermuka merah."
"Tiga setan dari szuchuan mulai angkat nama diwilayah szuchuan, masing-masing semuanya
memiliki kepandaian silat yang begitu luar biasa dan malang melintang diwilayahnya tanpa
tandingan, banyak sudah kejahatan yang telah mereka lakukan, namanya makin lama makin
busuk. Tak nyana dia justru datang mencari gara-gara dengan ayahku" Dengan kening berkerut
Kim Thi sia berkata: "Serahkan saja sisetan bermuka putih itu kepadaku, sedang saudara Nyoo berdua serta empek
menghadapi kedua setan lainnya"
sesungguhnya tiga setan dari szuchuan dapat termasyur didunia persilatan, separuhnya
dikarenakan ilmu silat yang dimiliki sisetan berwajah putih amat lihay dan tiada taranya didunia ini,
bahkan jauh melebihi loji maupaun losam.
oleh karena itu ketenaran tiga setan dari szuchuan boleh dibilang merupakan hasil karya sisetan
bermuka putih seorang. Kim Thi sia menyayangi untuk menghadapi sisetan bermuka putih ini berarti kedua orang
lainnya akan lebih mudah untuk dihadapi Dengan perasaan amat berterima kasih Nyoo Jin hui
segera berkata: "Hiante, biarpun ilmu silatmu sangat lihay, tapi janganlah gegabah. Kau harus berhati-hati,
sisetan bermuka putih ini selain berilmu tinggi, otaknya juga amat cerdas, kalau kurang waspada
kau bisa dipecundangi olehnya"
Kim Thi sia segera manggut-manggut, kemudian dengan suara lantang serunya:
"Hey sisetan bermuka putih, hayo turut aku bila kau tak takut mampus, mari kita bertarung
dibelakang sana" Rupanya anak muda itu kuatir ia mendapat malu dihadapan keluarga Nyoo sehingga
mengecewakan mereka, karenanya dia sengaja menantang sisetan bermuka putih agar bertarung
dibelakang hutan saja. Pikirnya kemudian-
"Bagaimanapun juga aku toh sudah berlatih ilmu Ciat khi mi khi sehingga tidak takut digebuk,
kenapa tidak kumanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk menghisap tenaga dalamnya"
menurut keterangan suhu, makin tinggi musuh yang dihadapi makin besar pula manfaat yang
akan diperoleh. Padahal sisetan bermuka putih adalah pentolan dari tiga setan, ilmu silatnya paling
hebat, bukankah dia paling cocok untuk menambah tenaga dalamku?"
Maka tanpa menunggu jawaban dari sisetan bermuka putih, Kim Thi sia segera beranjak dari
situ dengan langkah perlahansebagai
seorang gembong iblis yang berilmu tinggi, tentu saja sisetan bermuka putih jadi amat
mendongkol setelah melihat ada orang berani menantangnya untuk berduel, apalagi orang itu
adalah seorang pemuda ingusan yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Dengan amarah yang
berkobar-kobar segera pikirnya:
"sialan benar bocah keparat ini, sejak terjun kedunia persilatan, hampir semua jago kenal
denganku sisetan bermuka putih, selama inipun belum pernah ada yang berani menantangku
secara kasar macam begini. siapa sih orang ini" berani betul dia menantangku."
Tapi sebagai manusia yang licik biarpun hatinya jengkel perasaan tersebut tak sampai
diutarakan keluar, malah serunya sambil tertawa nyaring:
"Kalau ingin mampus silahkan saja, bocah keparat. Tak nyana kalau kau bernyali besar
sungguh hebat, sungguh hebat"
Padahal dalam hati kecilnya ia sudah memutuskan akan membunuh Kim Thi sia secepatnya.
Begitulah, dengan langkah cepat mereka berdua berjalan keluar dari hutan dan menuju
ketanah lapang dibelakang hutan tersebut.
Begitu terlepas dari pengamatan keluarga Nyoo, nyali Kim Thi sia semakin membesar, sambil
menjura ia tertawa licik segera serunya:
"Hey setan bermuka putih, aku dengar ilmu silatmu jauh melebihi kedua setan lainnya, apa
betul berita ini?" setan bermuka putih ini yang sudah bertekad akan menyelesaikan dirinya secepat mungkin
agar bisa membantu kedua orang saudaranya, tentu saja tak sudi banyak berbicara lagi.
Diiringi suara tertawa yang menyeramkan, dia segera menghimpun tenaga dalamnya dan tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun melepaskan satu pukulan kedepan.
Dengan suatu gerakan cepat Kim Thi sia mundur sejauh lima enam langkah kebelakang,
kemudian tegurnya dengan marah:
"Hey setan bermuka putih, kenapa sih kau menyerang tanpa bersuara"Huuh, sungguh
memalukan-" Terkesiap juga perasaan sisetan bermuka putih setelah melihat bocah muda itu sama sekali
tidak roboh walaupun sudah terkena serangan, malah sempat memaki dirinya habis-habisan-
Ditinjau dari hal ini bisa diketahui bahwa kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki sungguh
diluar dugaan. Menyadari akan kelihayan lawannya, dia tak berani untuk bertindak gegabah lagi dengan
menambahi tenaga pukulannya dengan bagian tenaga murni, dia lancarkan kembali sebuah
pukulan dahsyat. Kali ini Kim Thi sia sudah melakukan persiapan, ia sambut datangnya serangan tersebut dengan
kekerasan. sementara simhoat ilmu ciat khi mi khi segera dilakukan guna menghisap tenaga dalam
lawannya. "Blaaaaaaammmmmm........."
Tubuh Kim Thi sia terpental sejauh satu kaki lebih dan roboh terjungkal keatas tanah, dadanya
terasa sesak dan hawa darahnya bergolak amat kencang.
Dalam kagetnya tanpa terasa ia berpekik didalam hati. "Habis sudah riwayatku kali ini. Tak
nyana ilmu ciat khi mi khi yang diajarkan suhu kepadaku bukan saja tidak mendatangkan hasil
apa-apa, keempat anggota badanku malah dibikin lemas tak bertenaga dan kepala jadi pusing
tujuh keliling." sementara dia masih berpikir, sisetan bermuka putih itu telah berseru sambil tertawa seram:
"Heeeehhh......heeeehhh....heeeehhhh.... bocah keparat, rupanya kau cuma bisa begitu-begitu
saja, hampir saja aku terkecoh. Heeehhh.....heeeeehhh..........."
Berbicara sampai disitu, kembali ia mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan dahsyat. Kim Thi sia berpekik kaget lalu memejamkan matanya rapat-rapat menantikan datangnya saat
ajal. Disaat yang terakhir itulah mendadak terjadi suatu keanehan, hawa darah yang semula
bergelora dengan hebatnya tahu-tahu menjadi tenang kembali dan pelan-pelan mengalir mengitari
seluruh badan, bukan cuma begitu, malah kekuatannya berapa kali lipat jauh lebih hebat dari pada
keadaan semula. Dalam kejut dan gembiranya, tak sempat lagi berpikir panjang, dia segera melompat mundur
sejauh setengah kaki lebih. "Blaaaaaaaammmmmmm..........."
segulung desiran angin tajam segera menyambar lewat dengan amat hebatnya, pasir dan debu
segera beterbangan memenuhi seluruh angkasa tahu-tahu diatas tanah dimana ia berdiri tadi telah
muncul sebuah liang sedalam setengah depa lebih. Dengan perasaan tertegun sisetan bermuka
putih seger berseru: "Hey bocah keparat belum mampus kau rupanya kau sengaja menipuku?"
sambil mengincer posisi Kim Thi sia berdiri, dengan telapak tangan kiri melancarkan sodokan-
Mendadak dia lancarkan serangan kembali dengan kecepatan yang mengerikan hati.
Begitu mengetahui kalau dirinya tidak terluka, Kim Thi sia merasakan hatinya semakin mantap
dan keberaniannya bertambah besar. seluruh tenaga dalamnya segera dihimpun kedalam tubuh
lalu dengan tangan kiri memainkan jurus "Kelincahan menyebrangi empat samudra" dari ilmu Tay
goan sinkang sementara tangan kanan mengeluarkan jurus "Tangan sakti menyembah Buddha"
dari ilmu Ngo hud ciang, ia sambut datangnya ancaman lawan dengan keras melawan keras.
Tentu saja ilmu ciat khi mi khi yang khusus menghisap tenaga dalam lawan digunakan pula.
Diantara kilatan bayangan manusia yang saling menyambar, terjadilah ledakan keras yang
memekikkan telinga. "Blaaaammmmmm..........."
Tubuh Kim Thi sia terdorong mundur sejauh beberapa kaki lebih, sementara sisetan bermuka
putih memegangi baju pada bahu kirinya yang robek besar sambil berdiri termangu-mangu.
JILID 5 Sampai lama kemudian ia baru bergumam:
"Sungguh aneh, sungguh aneh, ilmu pukulan apaan itu" Tak kusangka begitu ganas, lihay dan
luar biasa, pada hakekatnya belum pernah kudengar sebelumnya, heran padahal keparat ini sudah
berapa kali termakan oleh seranganku, kenapa dia tetap segar bugar."
Tanpa terasa dia mulai meragukan keampuhan ilmu silat yang dimilikinya, dengan perasaan
ingin tahu dihimpunnya tenaga dalam kedalam telapak tangan kiri, kemudian dihantamnya
sebatang pohon besar yang tumbuh disisinya. "Kraaaaaaakkkk......."
Begitu terbacok, pohon besar itu segera patah menjadi dua bagian dan roboh keatas tanah.
"Heran" gumamnya kemudian, "pohon sebesar itupun berhasil kutumbangkan dalam sekali
bacokan, kenapa ia tak mampus biarpun sudah kuhajar berapa kali?"
Sambil tertawa terbahak-bahak Kim Thia sia segera berseru:
"Haaah......haaaah.......haaaah.... jangan panik dulu, kalau memang jantan, mari kita bertarung
lagi" dengan dicekam perasaan kaget dan curiga, sisetan bermuka putih harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi lawannya tapi berapa gebrakan kemudian kembali dia dibuat terperanjat.
Walaupun serangan demi serangannya berhasil menghajar pemuda itu secara telak, namun
saban kali Kim Thia sia hanya mundur berapa langkah tanpa cidera sedikitpun juga malah sambil
tertawa terbahak-bahak maju menyongsong kearahnya.
Tak terlukiskan rasa kaget dan terkesiap yang mencekam perasaan sisetan bermuka putih
waktu itu apalagi setelah diperlihatkannya jurus-jurus serangan lawan makin lama semakin
tangguh. setiap kali sesudah terjadi bentrokan secara kekerasan, lawannya pasti berhenti sejenak, tapi
ketika maju menyerang lagi, tenaga dalam yang dimiliki ternyata bertambah tangguh.
Betul, tenaga dalamnya masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan kepandaiannya, toh tak
urung kejadian tersebut sempat menggidikkan juga hatinya.
"Aneh, sungguh aneh, kalau keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terus, lama kelamaan
aku bakal kehabisan tenaga, padahal keparat ini makin bertarung semakin jantan, makin digebuk
makin kuat. Akhirnya bukan aku yang berhasil membunuhnya malah dia yang akan mencabut
selembar nyawaku......"
Begitu semangat tempurnya lenyap. setan bermuka putih segera mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melepaskan dua buah pukulan secara beruntun kemudian tanpa
menengok lagi dia membalikkan badan dan mengambil langkah seribu.
Akibat dari dua buah pukulan beruntun yang sangat kuat ini, Kim Thia sia terlempar jauh dari
posisi semula, angin pukulan yang menembusi tubuhnya seketika membuat kepalanya pening dan
pandangan matanya berkunang-kunang, sampai lama sekali belum berhasil juga untuk merangkak
bangun. Entah berapa lama sudah lewat ketika rasa linu dan kesemutan yang menyelimuti badannya
mulai hilang, secara lamat-lamat dia baru mendengar suara bentrokan senjata yang nyaring serta
bentakan yang menggelegar. Dengan dicekam perasaan gelisah pemuda itu segera merangkak
bangun dan berlarian kedepan.
Dari kejauhan dia sudah melihat tiga setan dari szuchuan sedang mengurung Nyoo lo enghiong
bertiga dari tiga penjuru.
serangan-serangan tangan kosong dan ruyung baja yang saling bisa bantu membantu
menciptakan deruan angin serangan yang mengerikan, boleh dibilang posisi Nyoo lo enghiong
bertiga amat terdesak dan jiwanya terancam bahaya. Dengan kening berkerut Kim Thia sia segera
membentak: "Empek. saudara Nyoo, jangan panik siauwte datang membantu kalian......."
Tanpa menggubris apakah kemampuannya sanggup mengalahkan ketiga setan dari szuchuan
atau tidak, dia langsung menyerbu kedalam arena dan menyerang kearah musuh-musuhnya
secara nekad dengan mengeluarkan pukulan ngo hud ciang hoat.
setan bermuka hitam paling berangasan diantara ketiga bersaudara itu, dia segera berpekik
nyaring dan melancarkan sapuan ruyung bajanya.
Kim Thia sia tak sempat menghindarkan diri, ia mendengus tertahan, bukan mundur pemuda
itu malahan maju lebih kemuka, sepasang telapak tanganya diayunkan berulang kali dan
menyerang dengan jurus "Kuda marah membelah bulu."
Ditengah jeritan kaget, ayunan ruyung dari si setan yang bermuka hitam persis menghantam
diatas bahu Kim Thia sia, sebaliknya sepasang telapak tangan Kim Thia sia juga berhasil
menghantam tubuh sisetan bermuka hitam.
sambil menjerit kesakitan Kim Thia sia jatuh terjungkal keatas tanah.
sebaliknya sisetan bermuka hitam mundur dua langkah dari posisi semula. Kendatipun kerugian
yang dideritanya tidak terlalu besar, namun dia merasa sangat sakit hati.
Diiringi suara bentakan nyaring, ruyungnya kembali diayunkan kedepan melancarkan sapuan
dahsyat. Nyoo Jin hui yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, untuk memberi
pertolongan jelas sudah terlambat, tampaknya pemuda tersebut segera akan terluka ditangan
lawan. Disaat yang terakhir itulah, mendadak terlihat Kim Thia sia menggerakkan sepasang telapak
tangannya tidak jelas gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu dia sudah menerima serangan
tersebut dengan kekerasan, bahkan berhasil pula mencengkeram ruyung panjang yang terbuat
dari baja murni itu. sisetan bermuka hitam segera membetot dengan sepenuh tenaga, akibatnya Kim Thia sia jadi
sempoyongan dan menerjang kearah tubuh lawan.
Tapi ditengah jalan pemuda itu berbuat cekatan sekali, dengan pinjam tenaga memanfaatkan
tenaga, ia membentak keras, sepasang telapak tangannya segera didorong kemuka.
Akibat dari gerakan ini tenaga betotan dari sisetan bermuka hitam jadi mengendor, kudakudanya
jadi gempur dan diiringi jeritan kesakitan tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah terkena
serangan berganda dari Kim Thia sia.
setan bermuka hitam memang tak malu disebut satu diantara tiga setan dari wilayah szuchuan,
sekalipun termakan oleh serangan Kim Thia sia dengan sepenuh tenaga ia masih sanggup
menyembuhkan sebuah sapuan kilat dengan gerakan san tong tui. Kim Thia sia segera jatuh
terjerembab keatas tanah.
sisetan bermuka hitam segera manfaatkan kesempata itu dengan melepaskan sebuah pukulan
tambahan. Kim Thia sia sama sekali tidak mengeluh, begitu termakan serangan lawan yang dahsyat, ia
balas melancarkan sebuah pukulan.
setan bermuka hitam jadi amat terperanjat, cepat-cepat dia melompat sejauh satu kaki lebih
sambil mengayunkan ruyungnya kebawah. "Plaaakk......"
Baju yang dikenakan Kim Thia sia terutama bagian bahunya segera robek dan hancur, darah
segera menyembur keluar dengan derasnya.
Berhasil dengan serangan ruyungnya setan bermuka hitam tidak berayal lagi, secara beruntun
dia lancarkan tiga buah serangan berantai yang semuanya bersarang telak diatas dan bawah
tubuh anak muda tersebut.
Darah segar berhamburan keluar seperti mata air, sementara tubuh Kim Thia sia sempoyongan
kian kemari. Namun pemuda itu tidak mengeluh, mengerutkan dahipun tidak diiringi gelak tertawa
yang keras menerjang kembali sambil melancarkan pukulan. Diam-diam sisetan bermuka hitam
berpikir dengan kening berkerut.
"sejak terjun kedalam dunia persilatan tiga setan dari szuchuan tersohor diseluruh dunia
persilatan karena keganasannya, padahal bocah keparat ini sudah termakan tiga serangan ruyung
ku secara telak, jiwanya jelas terancam maut, tapi ia tidak berteriak kesakitan atau mengeluh,
malah sebaliknya tertawa tergelak. Waaah tampaknya kehebatan bocah keparat ini mengerikan
hati bila dibiarkan hidup setahun lagi, niscaya nama besar kami tiga setan dari szuchuan akan
dipersembahkan kepadanya."
Berpikir sampai disitu, dia tidak menghentikan gerak serangannya, dengan cepat ruyungnya
dibuang keatas tanah, lalu melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan. "Bluuukkk........."
serangan tersebut bersarang telak ditubuh Kim Thia sia yang mengakibatkan tubuhnya mundur
berapa langkah dengan sempoyongan, tapi begitu berhenti sejenak. sambil tertawa keras ia
menerjang maju lagi dengan garangnya.
setan bermuka hitam benar-benar merasa amat terperanjat, segera teriaknya keras-keras:
" Kehebatan bocah keparat ini sungguh megerikan hati. Hmmmm, tapiaku justru tak percaya
kalau kau benar-benar terbuat dari baja atau besi......"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendadak terdengar sisetan bermuka putih berteriak keras:
"Jite, cepat mundur, kau boleh menyerang siapa saja yang berada disini kecuali sibocah keparat
itu. Cucu kura-kura itu sangat hebat, makin dihajar makin kuat, bila dihadapi lebih jauh, kitalah
yang bakal menderita kerugian"
seperti diketahui, ilmu silat yang dimiliki sisetan bermuka putih paling hebat diantara ia
saudara-saudaranya, otomatis perkataannya mempunyai pengaruh yang besar pula.
Sisetan bermuka hitam yang selain menuruti saja perkataan kakaknya, tentu saja amat
menaruh kepercayaan terhadapnya begitu terdengar seruan-seruan tersebut, dipandangnya Kim
Thia sia sekejap dengan pandangan kaget bercampur tercengang. Lalu cepat-cepat mundur
kebelakang. Dengan suara keras Kim Thia sia berkata:
"Hey, apakah kau tidak takut" Huuuh pengecut, tak punya nyali, h ayo cepat kemari, menang
kalah diantara kita toh belum selesai ditentukan"
Tak terlukiskan rasa gusar sisetan bermuka hitam, dia ingin menerjang maju kedepan tapi
sebelum ia sempat bertindak terdengar sisetan bermuka putih telah membentak keras. "Jite,
jangan masuk perangkap. bila kau layani tantangannya tak akan ada manfaat yang kau raih, h ayo
cepat mundur." Dengan perasaan gemas dan benci sisetan bermuka hitam memandang sekejap kearah Kim
Thia sia, kemudian berjalan mendekati Nyoo enghiong bertiga dan ikut mengerubuninya.
Waktu itu, Nyoo lo enghiong bertiga yang sedang bertarung melawan sisetan bermuka merah
sudah keteter hebat, apalagi setelah bertambah dengan setan bermuka hitam, posisinya makin
kritis dan bahaya sekali.
Kim Thia sia sangat mengaatirkan keselamatan kakek angkatnya sambil membentak keras dia
segera memburu kedepan-Mendadak......
Nyoo Lo enghiong menjerit kesakitan, lalu mundur dengan tubuh sempoyongan. Jeritan
kesakitan itu membelah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad membuat suasana
disekitar situ terasa lebih mengerikan hati.
Kim Thia sia tidak sempat menggubris dua bersaudara Nyoo lagi dia langsung mendekati Nyoo
lo enghiong yang terluka.
setan bermuka merah tertawa seram tiada hentinya, dia segera mengayunkan ruyung siap
melepaskan serangan..... Kim Thia sia membentak keras, belum lagi tubuhnya mencapai sasaran sebuah pukulan telah
dilontarkan kedepan- Dengan suatu gerakan cepat sisetan bermuka putih melompat keluar dari arena, kemudian
teriaknya keras-keras: "samte, cepat mundur, jangan kau tangkis serangan dari bocah keparat itu"
Dengan muka tertegun sisetan bermuka merah melompat mundur kearah belakang, untuk
beberapa saat dia tak tahu bagaimana harus menghadapi situasi tersebut.
Kim Thia sia menemukan paras muka Nyoo lo enghiong telah berubah menjadi pucat pias
seperti mayat, peluh dingin bercucuran tiada hentinya, sekujur badannya gemetar keras, sudah
jelas serangan beracun yang bersarang ditubuhnya membuat jiwa tuanya terancam bahaya.
satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya. "Aku harus menotok jalan darahnya
dengan cepat, kalau tidak hawa racun pasti akan menyerang kejantung, bila dia sampai begini
jiwa tuanya pasti tak akan tertolong lagi......."
Berpikir sampai disitu, ia segera berjongkok dan mengayunkan tangannya untuk menotok jalan
darah Yu hong hiat dan ciang bun hiat ditubuh orang tua tersebut.
Pada saat itulah, mendadak terdengar desiran angin tajam menyambar lewat, disusul kemudian
bahunya terasa amat dingin.
Ketika dia berpaling, dilihatnya nona berbaju merah itu sudah berdiri dibelakang tubuhnya
dengan wajah penuh amarah.
"Hey, apa yang hendak kau lakukan?" terdengar nona itu membentak dengan suara nyaring.
"Tentu saja menolong jiwa dia orang tua, mengapa kau menghalangi perbuatanku" sahut Kim
Thia sia tertegun. setelah punggungnya terasa dingin tadi, rasa sakit yang tak terkirakan serasa menusuk tulang.
Pemuda itu mencoba meraba bagian yang sakit itu, ternyata basah kuyup.
Menanti ia periksa tangannya yang basah, baru diketahui darah kental telah menodai seluruh
tubuhnya. Ia tahu luka yang mengakibatkan pendarahan itu pasti merupakan hasil perbuataan Nyoo soat
hong, tapi sebagai pemuda yang jadian tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
membalikkan tubuhnya lagi serta menotok jalan darah Yu hong hiat dan ciang bun hiat ditubuh
Nyoo lo enghiong. setelah itu dia membopong tubuh orang tua itu dan beranjak pergi dari situ dengan langkah
lebar. sementara itu tiga setan dari szuchuan yang takut dengan kelihayan ilmu silat Kim Thia sia
terutama daya kemampuannya untuk menahan serangan tanpa mati, serta makin digebuk makin
perkasa itu, diam-diam ngeloyor pergi dari situ tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Nyoo soat hong berdiri termangu- mangu ditempat dengan mulut membungkam, sekarang dia
baru menyesal karena telah bertindak gegabah sehingga membalas air susu dengan air tuba.
Ia tak menyangka kalau Kim Thia sia sedang berusaha menolong jiwa ayahnya setelah
membacok tubuh Kim Thia sia tadi yang menyebabkan munculnya luka yang cukup dalam serta
bercucurannya darah segar dia jadi malu sendiri hingga untuk sesaat malah berdiri termangu.
Pancaran rasa menyesal mencorong keluar dari balik matanya yang jeli, bibirnya digigit
kencang-kencang, untuk beberapa saat lamanya dia tak tahu bagaimana perasaannya waktu itu.
Dilain pihak Nyoo Jin hui telah membantu untuk membalutkan luka yang dideritanya Kim Thia
sia kemudian katanya dengan perasaan terkejut:
"Hiante, lukamu begitu parah darah yang mengalirpun begitu banyak, cepatlah beristirahat biar
aku yang merawat ayah......"
Kim Thia sia tertawa. "Tidak apa-apa luka yang kuderita ini tidak terhitung seberapa, bila aku tak dapat menahannya
bagaimana mungkin aku bisa membalaskan dendam sakit hati guruku dikemudian hari?"
Melihat pemuda tersebut kukuh dengan pendiriannya, Nyoo Jin huipun menghela napas
panjang dan tidak mendesak lebih jauh.
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, diawasinya wajah Nyoo soat hong dengan
pandangan tajam, kemudian hardiknya:
"Adikku, orang lain toh sudah berulang kali mengalah kepadamu, mengapa kau justru
mendendam terus kepadanya" bahkan membalas air susu dengan air tuba" Bila ayah telah sadar
nanti dan menanyakan duduknya persoalan, akan kulihat bagaimana jawabmu nanti."
Waktu itu Nyoo soat hong sedang dicekam perasaan menyesal yang amat tebal, begitu ditegur
oleh kakaknya, ia menjadi sedih sekali sehingga tak tertahan lagi dua titik air mata jatuh berlinang
membasahinya. sambil tertawa Kim Thia sia segera berpaling seraya katanya:
"sudahlah saudara Nyoo, lukaku toh tidak parah dan aku masih sanggup menahan diri, kalau
dibicarakan betul justru akulah yang harus berterima kasih kepada nona Nyoo, seandainya dia
tidak berbelas kasihan dengan mengurangi tenaga serangannya sebesar tiga bagian. Mungkin aku
tak akan mempunyai kesempatan lagi untuk berjumpa muka dengan dirimu."
Nyoo soat hong merasakan hatinya makin pedih dan tersiksa akhirnya sambil menggertak gigi
ia membalikkan badan dan segera berlalu dari situ.
sepeninggal gadis tersebut, Nyoo Jin hui baru berkata lagi sambil menghela napas.
"Kim hiante, aku merasa amat bersalah kepadamu, bayangkan saja dengan watak adikku yang
begitu keras kepala, berulang kali dia mematuhi dirimu. Coba kalau berganti orang lain- mungkin
sedari tadi sudah pergi meninggalkan aku. Untung Hiante adalah seorang yang berjiwa besar dan
berpikir luhur. Tidak mengikat dendam, tidak membenci orang. Aaai.......perbuatan adikku
memang keterlaluan, aku sampai tak tahu bagaimana harus meminta maaf kepadamu" Kim Thia
sia tertawa tergelak. "Haaaaahh......haaaahh.....haaahh....kenapa kau yang harus berkata begitu" kita kan
bersaudara, masa ada persoalan yang harus dimaafkan segala" biarpun watak adikmu agak keras
kepala tapi dia adalah seorang yang jujur dan baik hati....."
Namun ketika teringat bahwa dia tidak menaruh simpatik terhadapnya, pemuda itupun
menghentikan kata-kata pujiannya.
Nyoo Jin hui juga tidak banyak berbicara lagi, ia sangat terharu atas kebesaran jiwa adik
angkatnya yang baru ini terutama sekali keluhuran budinya yang tidak mengingat-ingat soal
dendam. "Tidak sia-sia aku berkelana dalam dunia persilatan selama banyak tahun, akhirnya kudapatkan
juga seorang saudara angkat yang berbudi luhur......" demikian ia berpikir.
Ia segera mengeluarkan pil mustika dari sakunya dan dijejalkan kemulut Nyoo lo enghiong,
kemudian mengambil sebutir lagi dan diserahkan kepada Kim Thia sia. Tapi pemuda itu segera
menampik, katanya sambil menggelengkan kepalanya:
"Aku sudah terbiasa digebuk orang, jadi tulangku sudah kebal dan mengeras seperti batu. Luka
kecil seperti itu mah bukan masalah, lewat berapa hari lagi toh akan sembuh sendiri Kenapa mesti
repot-repot makan obat?"
setibanya dirumah dan selesai merawat lo enghiong dikamarnya, diapun mengajak Kim Thia sia
menuju keruangan yang telah tersedia bagi tamunya itu. saat itulah Nyoo Jin hui baru mohon diri
dan meninggalkan tempat tersebut.
Setelah suasana menjadi tenang kembali, Kim Thia sia baru merasakan sekujur badannya sakit
bukan kepalang, terutama luka cambuk dan luka tusukan tersebut. sedikit saja dia bergoyang,
sekujur badannya terasa pedih dan panas menderitanya setengah mati. Akhirnya pemuda itu tak
bisa menahan diri lagi, dia mulai merintih kesakitan-
Peristiwa yang baru saja dialaminya membuat dia sangat masgul dan murung, bayangkan saja,
belum lama ia terjun kedalam dunia persilatan bahkan baru hari pertama ia sudah harus menderita
luka yang begitu menyiksa badan, siapa yang tak bersedih hati"
Dia mencoba untuk melepaskan pakaiannya dan tiduran dengan bertelanjang dada, namun
darah yang mengalir keluar makin lama semakin banyak sehingga semua seprei sudah kotor dan
basah kuyup, Biarpun ia pernah mempelajari sim hoat tenaga dalam, namun tanpa dukungan tenaga dalam
toh rasa sakit membuatnya harus mengertak giginya kencang-kencang.
Pemuda itu tak ingin merintih, apalagi menjerit keras-keras sebagai pemuda yang keras hati,
dia tak ingin ditertawakan seisi rumah itu terutama para pelayannya.
Kentongan pertama sudah bergema rembulan telah bersembunyi dibalik awan gelap suasana
amat hening dan gelap gulita.
Baru saja Kim Thia sia habis memadamkan lampu dan bersiap-siap akan tidur, mendadak
terdengar suara langkah kaki manusia yang amat lirih berkumandang datang. Dengan cepat
pemuda itu berpikir: "Jangan-jangan tiga setan dari szuchuan datang mencari gara-gara lagi?"
Waktu itu keadaannya amat letih dan lemah, jangan lagi berjumpa dengan ketiga setan dari
szuchuan yang berilmu silat tinggi, sekalipun seorang centeng yang berilmu biasapun sudah cukup
untuk menghabisi nyawanya. Dalam keadaan begini dia hanya bisa berusaha untuk memperingan
pernapasannya agar tidak terdengar orang lain. sementara sepasang matanya dipentangkan lebarlebar
dan memperhatikan langkah kaki yang mendekat itu dengan seksama.
suara langkah kaki yang lirih itu mendadak terhenti sampai ditengah jalan agaknya ada seorang
telah tiba didepan pintu dan kini sedang mempertimbangkan apakah akan masuk kedalam atau
tidak. Tiba-tiba saja Kim Thia sia merasakan seluruh hatinya menjadi tegang, andaikata yang datang
adalah sahabatnya masih mendingan, bila musuh yang munculkan diri, sudah jelas dia tak mampu
melakukan perlawanan. Padahal dendam kesumat kematian gurunya belum sempat dibalas, tiba-tiba saja dia merasa
hatinya amat pedih. Waktu sedetik demi sedetik lewat dengan cepatnya.......
suasana hening yang menyeramkan serasa mencekam seluruh jagad, sekalipun Kim Thia sia
memiliki nyali yang lebih besarpun tak urung bermandi keringat dingin juga saking ngeri dan
seramnya. Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya:
jangan-jangan ada setan atau dedemit yang datang" malam sudah begini kelam semua orang
sudah pergi beristirahat, siapa lagi yang mau berjalan-jalan ditempat luaran" Aaaaa, benar-benar
tak kusangka kalau dalam perkampungan Liong lim ceng benar ada setannya."
Dengan perasaan ngeri bercampur seram dia segera celingukan kemana-mana, tetapi yang
terdengar hanya suara hembusan angin yang menderu-deru menggoyangkan ranting pohon dan
menerbangkan pasir dan dedaunan kering, ditambah pula suara aneka binatang kecil yang
membentuk irama malam rasanya suasana disitu makin lama semakin menggidikkan hati.
Biarpun Kim Thia sia tidak takut dengan setan, tak urung hatinya mulai goyah juga setelah
menghadapi keadaan seperti ini.
Cucuran peluh dingin hampir saja menembusi seprei dan pembaringan-...
Ketika ditunggunya sesaat kemudian tanpa terdengar sesuatu kejadian, nyalinya menjadi besar
kembali, segera pikirnya:
"Waah, jangan-jangan aku telah salah mendengar" mana ada suara langkah
manusia"Aaah...bikin hati orang kebat kebit......"
Begitu keberaniannya timbul, semua khayalan yang menyeramkanpun hilang lenyap tak
berbekas. Dia segera menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk tidur. Pada saat itulah......
"Took, took, took......."
Pintu kamarnya diketuk seseorang dengan suara yang amat pelan.
Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, beberapa kali ketukan pintu itu tak
sebuahpun yang lolos dari pendengaran Kim Thia sia kontan saja semua khayalan yang
menyeramkan muncul kembali mencekam perasaannya.
Dengan menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya pemuda itu segera menyilangkan telapak
tangannya didepan dada untuk berjaga-jaga atas terjadinya sesuatu peristiwa yang tidak
diinginkan....... Mendadak terdengar seseorang menghela napas lalu bergumam dengan suara pelan-
"Aaaai.....aku tahu, kau sangat marah kepadaku dan tak sudi berjumpa denganku tapi entah
mengapa.......hatiku tak pernah merasa tenteram sebelum aku datang menemuimu......."
Kim Thia sia merasa suara tersebut sangat dikenal, tapi seperti lupa-lupa ingat, ketika
memperhatikan dengan seksama, akhirnya dia mengerti bahwa orang yang sedang bergumam
didepan pintu tak lain adalah adik perempuan Nyoo Jin hui yakni Nyoo soat hong.
" Heran sudah semalam ini mau apa dia mengetuk pintu kamarku?" demikian pemuda itu
berpikir. "Waaaah, jangan-jangan dia siluman rase yang menirukan logat suara adik perempuannya
Nyoo lin hui untuk menggoda aku?"
semula bulu kuduknya pada bangun berdiri, peluh dingin kembali membasahi seluruh
badannya, tentu saja dia semakin tak berani membukakan pintu.
Dari luar pintu kembali terdengar suara gemerisik, nampaknya gadis itu sedang membersihkan
debu dari pakaiannya kemudian baru terdengar ia menegur: "Kim Thia sia kau sudah tidur?"
sekarang suaranya makin jelas, tak salah lagi dia memang Nyoo soat hong. Kim Thia sia segera
berpikir lebih jauh: "Perduli amat dia setan atau dedemit atau siluman yang datang menggoda, toh mati hidup
manusia berada ditangan Thian- Coba kulihat peristiwa apakah yang terjadi?" Berpikir begitu,
diapun segera menyahut: "Apakah nona Nyoo disitu" Aku belum tidur lagi pula pintu kamar tidak dikunci silahkan masuk"
Agaknya orang diluar pintu terkejut tapi setelah sangsi sejenak akhirnya dia mendorong pintu
dan berjalan masuk kedalam.....
Cahaya api berkilauan menyinari seluruh ruangan ternyata gadis itu muncul dengan membawa
setengah pohon lilin, angin yang bertiup membuat cahaya api bergoyang kian kemari, tapi masih
terlihat dengan jelas bahwa orang itu memang tak lain adalah Nyoo soat hong yang keras hati.
Keangkuhan dan ketinggian hatinya telah lenyap dari mimik mukanya waktu itu keningnya
nampak berkerut kencang dan bibirnya terkatup rapat, sekalipun tidak melunturkan kecantikan
wajahnya, namun terpampang jelas kemasgulan dan rasa murung yang tebal.
Pelan-pelan ia duduk sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah, mulutnya terbungkam
dalam seribu bahasa rupanya dia sedang mempertimbangkan bagaimana mesti membuka suara
hingga kedengarannya serasi dan tak janggal.
Tidak jamak seorang perempuan mengunjungi kamar tidur seorang lelaki, apalagi ditengah
malam buta begini, betul mereka berdua sama-sama merupakan anggota persilatan, namun
sedikit banyak tradisi dan adat istiadat toh mesti dipegang teguh.
Sebab bila kejadian tersebut sampai tersiar luas ditempat luaran bukan saja dapat berakibat
nama rusak martabat hancur, bahkan berita sensasi yang tersebar luas dapat mengundang
pandangan rendah dan hina orang lain terhadap dirinya.
setengah harian sudah dia memutar otak. namun belum juga ditemukan kata-kata yang
rasanya pantas untuk diucapkan lama kelamaan dia menjadi gelisah dan panik sendiri sehingga
paras mukanya berubah menjadi merah padam dan kepalanya ditundukkan semakin rendah. sejak
masuk kedalam kamar, nona itu hanya duduk melalui tanpa berbicara ataupun melakukan sesuatu
perbuatan, rasa main membuat mukanya memerah dan tertunduk rendah.
Berapa kali ia mencoba untuk buka suara tapi setiap kali seperti teringat akan sesuatu sehingga
niat tersebut akhirnya diurungkan kembali. Kim Thia sia jadi keheranan, tiba-tiba ia menegur:
"Nona, sebenarnya kau ada urusan apa" katakan saja berterus terang, pokoknya asal dapat
kulakukan,aku pasti tak akan membuat kau merasa kecewa."
Pelan-pelan Nyoo soat hing mendongakkan kepalanya, dengan pancaran sinar-sinar mata
penuh rasa menyesal dia berkata:
"semenjak aku salah melukaimu tadi, hatiku menjadi risau dan tak pernah merasa tenang,
seolah-olah aku telah melakukan suatu perbuatan yang jahat sekali. Maka aku datang dengan
membawa obat luka, sebab bila lukamu tak dapat sembuh, selamanya akupun tak akan merasa
tenteram." Cepat-cepat Kim Thia sia menggelengkan kepalanya.
"Lukaku sangat ringan, mengapa sih harus kau risaukan" Lewat berapa hari, luka itu toh akan
sembuh dengan sendirinya, harap nona tak usah risau."
Ia memang tidak menaruh kesan baik terhadap gadis ini, didalam hati kecilnya kembali dia
berpikir: "Huuuuh, siapa tahu kalau kau berpura-pura sedih, seperti kucing menangisi tikus.... sudah
melukai orang, kini ingin mengobati. Huuuuh....apa gunanya" Tahu begini, mengapa harus
berbuat diwaktu itu?"
Terdengar Nyoo soat hong berkata lagi sambil menghela napas.
"Aku tahu kau amat membenciku, tak sudi menerima kebaikanku, aku dapat memahami
perasaanmu itu.....tapi........aku tak pernah tenteram sebelum mengobati lukamu itu, karenanya
sengaja aku kemari dengan membawa obat luka yang khusus ayah bawa dari wilayah Bian- asal
lukamu diobati, tanggung dalam dua hari saja luka tersebut sudah sembuh kembali"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona tak usah salah paham, terus terang saja aku telah melupakan peristiwa tersebut, apalagi
membenci nona. Harap engkau jangan memandang rendah karakterku"
Berkilat sinar gembira dari balik mata Nyoo soat hong setelah mendengar perkataan itu, segera
tegasnya: "Jadi kau benar-benar tidak membenciku?"
"Aku tidak pernah berbohong kepada siapapun"
Nyoo soat hong makin kegirangan, dia segera melompat bangun, tapi sesaat kemudian dengan
kening berkerut pelan-pelan dia duduk kembali, katanya sambil menghela napas sedih:
" Kalau memang tidak membenciku lagi, mengapa kau melarangku untuk mengobati lukamu
itu?" Kim Thia sia tertawa getir.
"Aku toh seorang manusia kasar yang tak ada harganya dikasihani, penderitaan macam apa
saja pernah kuderita, lalu apa artinya luka sekecil itu" biarlah maksud baikmu kuterima didalam
hati saja." "sekalipun kau berpendapat begitu, tapi tidak demikian dengan perasaanku, gara-gara peristiwa
ini, aku tak bisa tidur dengan tentram......."
sewaktu mengucapkan perkataan tersebut, wajahnya nampak murung dan sedih rasa menyesal
jelas menyelimuti seluruh wajahnya. sampai disini, Kim Thia sia kembali berpikir.
"Biarpun dia keras kepala dan kasar, namun sikapnya tak terlepas dari kegagahan seorang
pendekar wanita dari kaum lurus." Tanpa terasa pemuda itu mulai menaruh kesan baik
terhadapnya. setelah berhasil menenangkan hatinya, diapun berkata: "Nona, pulanglah
kekamarmu, luka ditubuhku tak dapat diobati........"
Berubah hebat paras muka Nyoosoat hong setelah mendengar pemuda itu mengusirnya dari
sana, dengan sedih dia berkata:
"Aaaaai......aku mengerti kau tak akan puas sebelum melihat aku menderita selama berapa
hari, tapi.......yaa, siapa suruh aku membalas air susu dengan air tuba......."
Dua titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi wajahnya, perasaan murung sedih
dan masgul bercampur aduk menjadi satu mencekam perasaan hatinya.
Tak tega juga Kim Thia sia melihat keadaan nona itu, segera ujarnya dengan perasaan iba:
"Baiklah, daripada timbul kesalahan paham didalam hatimu, lebih baik aku menuruti saja
kehendakmu itu" " Jadi kau menuruti?" seru Nyoo soat hong girang, semua kemurungan dan kemasgulan yang
menyelimuti wajahnya hilang lenyap tak berbekas.
Tiba-tiba gadis itu merasa jengah sendiri, bagaimana tidak" ditengah malam buta begini dia
berada dalam satu kamar bersama seorang pemuda, bahkan tanpa sebab menunjukkan perasaan
girang yang meluap. apakah hal semacam ini tidak mudah menimbulkan kecurigaan orang.
Karenanya dengan tersipu-sipu ia menundukkan kembali kepalanya.
"Hayolah" desak Kim Thia sia kemudian- "Bila ingin mengobati lukaku, lakukanlah secepatnya,
aku sudah letih sekali......."
Begitu ucapan tersebut diucapkan, Nyoo soat hong kembali mengerutkan dahinya rapat-rapat
katanya kemudian- "Darahmu sudah kelewat banyak yang mengalir keluar, tak heran kalau tubuhmu gampang letih
dan mengantuk. Aaaaai......kesemuanya ini memang kesalahanku, akulah yang telah
mencelakaimu.......entah bagaimana jadinya bila ayah menegurku besok."
"tak usah kuatir, bila ayahmu berniat menegur atau mengumpatmu, aku tentu akan
mengbelamu." Berbicara sampai disini, dia merasa letih dan mengantuk sekali sehingga tanpa sadar dia
terlelap tidur. Rasa sesal memancar jelas dari balik mata Nyoo soat hong yang jeli, ia merasa malu disamping
menyesal kalau dapat semua luka ditubuh Kim Thia sia bisa dialihkan keatas tubuh sendiri
Ia mengeluarkan botol obat dari sakunya, bau harum semerbak memenuhi seluruh ruangan
tapi Kim Thia sia telah tertidur nyenyak.
Ia sangsi tapi akhirnya sambil menggertak gigi dia mengambil keputusan ditutupinya pintu
kamar rapat-rapat lalu pelan-pelan berjalan kedepan pembaringan Kim Thia sia. Namun......tibatiba
saja mukanya bersemu merah lagi karena jengah....
sebagaimana diketahui, Kim Thia sia tidur dengan bertelanjang dada, bahu dan dadanya yang
kekar berotot serta hembusan napasnya teratur menyiarkan bau khas lelaki yang amat tebal.
setiap bagian tubuh setiap jengkal kulit badannya tak satupun yang tidak memancarkan hawa
kelakian. sebagai seorang gadis remaja, kapankah Nyoo soat hong pernah menyaksikan tubuh lelaki" Tak
urung hatinya toh berdebar juga mukanya terasa merah dan panas. Biarpun malu namun rasa
ingin tahu membuatnya meraba juga sianak muda itu.
Entah mengapa tiba-tiba timbul suatu perasaan yang sangat aneh didalam hatinya suatu
gejolak perasaan yang begitu keras dan belum pernah dialaminya selama ini.
sekali sentuhan rasanya belum cukup memenuhi rasa ingin tahunya. Pelan-pelan gadis itu mulai
meraba-raba dada sang pemuda yang lapang dengan otot-ototnya yang kekar dan menonjol
keluar. Hawa kelakian yang tebal membuatnya tak berani bertindak lebih jauh, namun diapun
merasa berat untuk meninggalkannya.
Mendadak Kim Thia sia menghembuskan napas panjang sambil membalikkan badannya rasa
letih membuat dia tertidur nyenyak sekali. Nyoo soat hong merasa amat terperanjat, mukanya jadi
panas dan memerah .Jantungnya berdebar begitu keras sehingga hampir saja kedengaran jelas .
Dalam sekejap mata dia merasa kegagahannya seolah-olah luluh, tiba-tiba ia merasa dirinya
begitu dan tak berkemampuan, bila dibandingkan Kim Thia sia yang gagah dan perkasa, ia merasa
seakan-akan tertinggal jauh sekali.
Baru sekarang dia sadar bahwa antara lelaki dan perempuan sesungguhnya terdapat tulisan
yang begitu besar. sementara itu Kim Thia sia yang tertidur nyenyak tiba-tiba merasakan punggungnya dingin
sekali, ia tersentak kaget dan segera mendusin kembali dari tidurnya.
Ia menjumpai Nyoo soat hong sedang menarik tangannya dengan cepat, sorot matanya
memancarkan sinar gugup dan tak tenteram, seakan-akan takut rahasia ketahuan orang.
sikap tersebut dengan cepat akan menimbulkan kecurigaan didalam hatinnya, ia segera
bertanya: "Apakah nona sedang mengobati lukaku?"
"Benar......." memanfaatkan kesepatan tersebut Nyoo soat hong segera mengangguk dengan
wajah tersipu-sipu. "Sudah selesai?" kembali pemuda itu bertanya.
Nyoo soat hong merasa jantungnya berdebar semakin keras cepat-cepat dia menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Belum"
" Kalau begitu lanjutkanlah pengobatanmu?"
siapa tahu lantaran dia bergerak kesana kemari, akibatnya mulut luka menjadi merekah
kembali, rasa sakit yang luar biasa membuatnya merintih pelan.
Luka pedang maupun luka ruyung, semuanya mengucurkan darah segar, Nyoo soat hong
menyaksikan luka pedang tersebut panjangnya mencapai satu depa dan dalamnya beberapa inci.
Entah kasihan atau menyesal gadis itu merasa hatinya sakit hingga butiran air mata bercucuran
semakin deras. Gadis itu seperti telah berubah menjadi seorang yang lain ia nampak lemah dan lembut
dibukanya botol obat lalu dibubuhinya mulut luka ditubuh Kim Thia sia dengan obat tersebut,
kemudian dibalutkan dengan sangat berhati-hati.
"Hey nona, kau menangis?" tiba-tiba Kim Thia sia bertanya. Nyoo soat hong menggigit bibirnya
kencang-kencang tanpa menjawab. Kembali Kim Thia sia berkata sambil menghela napas.
"Aku tahu hatimu tak tenteram tapi aku berani bersumpah dihadapan Thian bahwa aku tak
pernah membencimu" Nyoo soat hong merasakan hatinya jadi hangat dan tak terlukiskan gembiranya, semua
kesedihan dan kemasgulan yang mencekam perasaannya selama ini seolah-olah hilang lenyap
dengan begitu saja setelah mendengar perkataan itu, sebaliknya sekulum senyuman yang aneh
segera menghiasi wajahnya.
sebetulnya Nyoo soat hong merupakan seorang gadis cantik, senyuman tersebut membuat
wajahnya nampak lebih manis dan menawan hati, jauh berbeda dengan sikap dingin, ketus dan
angkuh yang diperlihatkan sebelumnya. Kim Thia sia menjadi termangu- mangu bisiknya
kemudian-"Nona, kau benar-benar sangat cantik"
sebagai seorang pemuda gunung yang belum pernah bergaul dalam kehidupan masyarakat,
apa yang ingin diucapkan Kim Thia sia segera diutarakan olehnya tanpa tedeng aling.
Hal ini membuat Nyoo soat hong menjadi makin girang, ucapan tersebut dirasakan jauh lebih
menarik dan menghangatkan tubuhnya daripada beribu-ribu patah kata lainnya. sambil tersenyum
lirih segera serunya: "omong kosong.........."
Kim Thia sia tertegun tapi kembali katanya:
"Tidak, aku tidak bohong, aku berbicara dengan bersungguh hati"
senyuman yang menghiasi wajah Nyoo soat hong makin cerah dan makin manis ia seperti lagi
menikmati hangatnya perkataan tersebut. Kentongan kedua berkumandang dari kejauhan sana.....
Gerakan Nyoo soat hong yang mengobati luka tubuh anak muda itupun makin lama semakin
perlahan- Dia berhenti bergerak, berhenti untuk selamanya.
Selama ini, pikirannya melayang entah sampai kemana dan entah apa saja yang dipikirkan
olehnya selama ini. Kim Thia sia mulai tak sabar, tiba-tiba tegurnya: "Nona, sudah selesaikah?"
Bagaikan baru sadar dari impian, dengan wajah berseru merah cepat-cepat Nyoo soat hong
menyelesaikan pekerjaannya, kemudian baru berkata sambil tertawa: "selesai sekarang, dua hari
kemudian tentu akan segar kembali seperti sedia kala."
"Terima kasih" sahut Kim Thia sia.
Dia segera menarik selimut dan tertidur kembali dengan nyenyaknya...
Dengan pandangan murung Nyoo soat hong memandang sekejap kearahnya, seolah-olah
sedang menggerutu atas sikapnya itu, sikap yang tak mengerti keadaan.
Tapi akhirnya dia menghela napas panjang, dipadamkan lampu lentera lalu beranjak pergi dari
situ sambil merapatkan kembali pintu kamarnya. Ia pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Walaupun hanya didalam dua jam yang amat singkat, namun seringkali akan terjadi suatu
perubahan yang amat besar atas suatu kejadian atau keadaan didunia ini.
Begitu pula keadaan Nyoo Soat hong saat itu, bagaikan orang linglung ia sedang berpikir
seorang diri "Aaai......apa yang telah kuperbuat selama dua jam ini" Yaa....sekujur tubuhnya bagaikan
segulung api......."
Ia telah meraba dadanya yang bidang dan berotot, dan dari situ pula ia seperti telah terbakar
oleh gulungan api itu. sang surya baru menyingsing, matahari memancarkan cahaya keemas-emasannya menyinari
langit yang biru, udara terasa amat segar. Kim Thia sia membuka matanya baru mendusin dari
tidur, mendadak ia melompat bangun sambil berpikir:
"Aduh celaka, matahari sudah jauh diangkasa, kalau aku masih tidur terus bisa ditertawakan
orang." Baru selesai mencuci muka, seorang lelaki setengah umur berdandan centeng telah muncul
didepan pintu dengan wajah tak sabar tapi nampaknya dia tak berani mengganggu tamunya itu,
maka ketika melihat anak muda tersebut munculkan diri, cepat-cepat ia maju mendekat dan
berkata sambil tertawa: "oooh, rupanya Kim sanya, telah bangun Nyoo loya sudah menanti sedari tadi"
"Sekarang juga aku menemuinya" sahut Kim Thia sia segera.
Dengan mengikuti dibelakang centeng tersebut dia berjalan menelusuri serambi samping
sebelum tiba diruang tamu.
Ruangan tersebut sangat megah dan indah, saat itu tampak ada tiga orang sedang duduk
menanti disitu dengan wajah gelisah. Agaknya mereka sedang menunggu sesuatu. Cepat-cepat
dia menghampiri sambil menyapa: "Lopek saudara Nyoo, selamat pagi."
Merasakan udara amat segar, tak tahan lagi pemuda itu merentangkan tangannya lebar-lebar
sambil menarik napas panjang.
Tanpa alasan tiba-tiba paras muka Nyoo soat hong berubah merah dadu, tapi ketika dilihatnya
Kim Thia sia hanya menyapa ayahnya dan kakaknya tanpa memperdulikan dirinya, ia jadi
mengambek. sambil cemberut cepat-cepat membuang muka kearah lain.
Waktu itu Nyoo lo enghiong dan Nyoo Jin hui sudah bersiap-siap untuk bicara tapi setelah
melihat sikapnya, wajah mereka segera menunjukkan rasa kaget dan tercengang.
Dengan perasaan tak habis mengerti Kim Thia sia celingukan kesana kemari namun ia tak
berhasil menemukan sesuatu yang aneh.
Angin pagi berhembus lewat udara terasa agak dingin, tanpa terasa Kim Thia sia bersin
beberapa kali kemudian tanyanya: "Lopek. adakah sesuatu yang tak beres?"
Tiba-tiba ia menemukan dirinya masih berada dalam keadaan bertelanjang dada, sadarlah
pemuda itu atas apa yang terjadi, cepat-cepat dia kembali kekamarnya untuk mengenakan
pakaian. Nyoo soat hong tertawa cekikikan, suaranya kedengaran aneh. Dengan perasaan tertegun Kim
Thia sia berpaling. Hari ini gadis tersebut mengenakan gaun panjang berwarna hijau dengan ikat
pinggangnya yang berwarna biru, gerak geriknya lemah lembut dan kemalu-maluan.Jauh berbeda
dengan sikap angkuhnya kemarin, dimana ia mengenakan baju ringkas berwarna merah dengan
pedang tersoren dipinggangnya.
Dandannya tak jauh berbeda dengan gadis remaja lainnya, lemah lembut halus dan agak
kemalu-maluan. kesemuanya ini membuat sang pemuda jadi tertegun dan mengamatinya lebih
lama. "Kau sedang mentertawakan aku?" tanyanya kemudiansekali
lagi Nyoo soat hong tertawa ringan- sambil menggigit bibir ia tidak menjawab maupun
berbicara. Kim Thia sia segera berkerut kening dan tidak menggubris lagi, kepada Nyoo lo enghiong
mengelus jenggotnya sambil memuji.
"Ehmm, benar-benar sebuah batu kemala yang amat berharga, walau bagaimanapun
ketajaman mata malaikat pedang berbaju perlente memang jauh melebihi diriku."
sesudah berhenti sejenak. dia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak yang
dibungkus kain, kemudian sambil meletakkannya keatas meja, ujarnya dengan wajah serius:
"Sobat kecil, tahukah kau akan asal usul kotak Hong toh ini?"
Kim Thia sia menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu"
Mendadak seperti teringat akan sesuatu dia menyambung lebih jauh:
"Bukankah kedatangan tiga setan dari szuchuan kemaripun khusus karena kotak Hong toh itu"
menurut dugaanku, kotak Hong toh pastilah semacam benda yang amat berharga kalau tidak. tiga
setan dari szuchuan tak bakal mengerahkan kekuatan sebesar itu Dan berusaha keras untuk
mendapatkannya, lopek benar bukan dugaanku ini?" Nyoo lo enghiong segera tertawa.
"Nak biarpun kau nampak polos dan sederhana, ternyata kecerdasanmu sungguh luar biasa.
Benar kotak Hong toh memang sangat berharga, tapi isinya bukan benda sebangsa mutiara atau
intan permata yang tidak ternilai harganya......."
"Bersediakah lopek untuk memberitahukan kepadaku benda apakah yang sebenarnya berada
dalam kotak itu?" sela Kim Thia sia lagi.
Nyoo lo enghiong termenung sambil berpikir sejenak. kemudian sahutnya:
"Tentu, tentu, tapi sebelum kuberitahukan soal ini kepadamu ingin sekali kuajukan beberapa
buah pertanyaan lebih dulu"
setelah berhenti sejenak dan menghela napas panjang, katanya lebih jauh:
"Aaaai, siapa yang menyimpan benda mestika, ibaratnya dia menyimpan bibit bencana bagi diri
sendiri sesungguhnya kotak Hong toh memang sebuah benda mestika yang diincar setiap umat
persilatan semua orang berharap bisa mendapatkannya, sayang aku tak mampu untuk
menyimpannya sehingga tiada kesempatan pula bagiku untuk mencicipi rejeki tersebut.
Aaaai......." setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Terus terang saja kukatakan sobat kecil, semenjak kulihat kau memiliki kepandaian silat yang
amat lihay, timbul satu ingatan aneh didalam hatiku. Kalau toh aku tak bisa menyimpan benda
mestika tersebut secara baik-baik, daripada direbut oleh kawan iblis dan orang jahat, toh lebih
baik kuhadiahkan saja kepadamu, agar kau yang bisa meraih keuntungan tersebut. Kemudian
kedua akupun bermaksud. Aaaai....biar tak usah kusinggung dulu sekarang, toh pada akhirnya kita
akan menjadi orang sendiri, kenapa mesti dibedakan lagi mana tuan rumah dan mana tamu?"
Berbicara sampai disini, dia lemparkan sekulum senyuman aneh kepada Kim Thia sia lalu
tambahnya: "sesungguhnya benda itu kuperoleh dengan susah payah, rencanaku semula hendak kuberikan
kepada putraku agar dia mendapatkan rejeki tersebut. Tapi sayang kepandaian silat putraku amat
rendah, walaupun mendapatkan mestika, toh belum tentu dapat melindunginya dari perampasan.
oleh karena itu, setelah kupertimbangkan semalaman suntuk. akhirnya kuputuskan akan
menghadiahkan benda mestika ini kepadamu."
Kim Thia sia kebingungan setengah mati pada hakekatnya dia tak habis mengerti apa yang
terjadi, sebagai seorang pemuda yang berpikiran sederhana, sama sekali tiada pikiran serakah
yang melintas dalam benaknya oleh karena benda mestika tersebut. setelah tertawa nyaring,
segera katanya: "Lopek, biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati saja, tapi soal kotak mestika Hong toh
tersebut maaf kalau aku tak dapat menerimanya, lebih baik seperti rencanamu semula berikan
saja kepada saudara Nyoo."
Nyoo Lo enghiong agak tertegun tapi segera katanya lagi dengan tegas,
"Tidak. lebih baik kau saja yang menyimpan benda itu. Putraku tak becus dan tidak memiliki
kemampuan apa-apam mengapa dia mesti menyimpan bibit bencana baginya" Dan lagi bukankah
dikemudian hari kita akan menjadi orang sendiri kenapa kau harus menampik lagi"
Haaah.....haaah....haaah..."
Dengan perasaan bingung dan tak habis mengerti Kim Thia sia termenung sebentar, tapi belum
juga diperoleh jawaban maka diapun bertanya dengan wajah keheranan-
"Maafkanlah kebodohanku, aku tak mengerti apa yang empek maksudkan dengan menjadi
orang sendiri itu?" Nyoo lo enghiong seperti ingin mengucapkan sesuatu namun niat tersebut kemudian
diurungkan setelah tertawa aneh, katanya pelan:
"Dikemudian hari toh akan mengerti sendiri, kenapa mesti ditanyakan sekarang"
Haaaah.....haaaah.......haaah........"
Kim Thia sia segera memutar biji matanya sambil berpikir sejenak, tiba-tiba dia seperti teringat
akan sesuatu, karena dianggap sudah memahami maksud orang, diapun turut tertawa terbahakbahak.
"Haaaahh.....haaahh.......haaah.....betul, kita memang orang sendiri, aku telah mengangkat
saudara dengan saudara Nyoo. Bila dihitungkan kembali, aku masih terhitung putra angkat empek.
Yaa....betul, betul sekali, kita memang orang sendiri Haaaahh.....haaaahh.......haaahh......."
Tanpa sebab musabab tiba-tiba Nyoo soat hong mengerling sekejap kearahnya dengan kening
berkerut, sebaliknya Nyoo Jin hui menundukkan kepala dengan wajah tersipu-sipu, sebab dia malu
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan tak tenteram karena merasa dirinya tak berkemampuan untuk melindungi kotak mestika Hong
toh. Dengan suara yang lembut dan penuh keramahan, Nyoo lo enghiong berkata lagi:
"Mari sobat kecil, simpan dulu kotak mestika Hong toh tersebut kedalam sakumu ketahuilah
para pengincar benda mestika itu tersebar dimana-mana, bahkan bisa jadi mereka telah
bersembunyi disekitar tempat ini. Baik- baiklah kau simpan benda itu, siapa tahu kalau dikemudian
hari kau bisa menggunakan kotak mana untuk ditukar dengan semacam ilmu pukulan yang maha
dahsyat dari Ciang sianseng (tuan pukulan)........"
"Siapa sih tuan pukulan atau ciang sianseng itu?" tanya Kim Thia sia tertegun. "Mengapa
dengan membawa kotak tersebut, kita dapat menukar dengan ilmu pukulannya?"
"susah untuk menerangkan siapakah tuan pukulan tersebut dalam sepatah dua patah kata
pokoknya seperti juga gurumu mereka sipukulan sakti dan sipedang sakti masing-masing merajai
seluruh dunia persilatan tanpa tandingan, tentang apa isi kotak Hong toh tersebut, aku sendiri
juga tak tahu, namun satu hal yang kuketahui yakni tuan pukulan memandang kotak ini seperti
nyawa sendiri Dia tak segan-segan mewariskan ilmu pukulannya untuk ditukar dengan kotak
tersebut......" Berbicara sampai disitu, dia mengambil kotak tadi dan katanya lebih jauh:
"Nak. kaulah satu-satunya tumpuan hati kita semua, berbahagialah kau karena memiliki rejeki
yang amat besar ini. Aaaaai..... ombak belakang sungai Tiang kang selalu mendorong ombak
didepannya, orang-orang baru memang sempantasnya menggantikan orang lama, dunia persilatan
dimasa mendatang tentu akan menjadi dunianya kalian kaum muda."
sementara itu Kim Thia sia sedang mempertimbangkan haruskah menerima pemberian itu atau
tidak, pikirnya: "Sebetulnya kotak mestika Hong toh itu menjadi hak milik saudara Nyoo, masa aku harus
berebut rejeki dengannya" bagaimanapun juga aku toh sudah menerima warisan ilmu silat
malaikat pedang berbaju perlente. Asal kepandaian itu mau dilatih secara tekun tak ada habisnya
manfaat yang bisa kutimba. Yaa.....kenapa aku mesti serakah dengan menginginkan ilmu silat dari
tuan pukulan?" Akhirnya diapun mengambil keputusan didalam hati: "Bagaimanapun juga benda tersebut harus
kuserahkan kepada Nyoo Jin hui"
Mendadak terasa eg ulung desiran angin tajam menyambar tiba dengan cepatnya lalu tampak
Nyoo lo enghiong membelalakkan matanya lebar-lebar menyusul jari tangannya mengendor......
"Braaaaaak.........."
Tahu-tahu kotak tersebut terjatuh keatas tanah.
Tampak semua kulit wajah lo enghiong mengejang amat keras, bibirnya gemetar dan mukanya
pucat pasi, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang mampu
diutarakan keluar. Akhirnya terdengar ia mengerang lirih kemudian memejamkan matanya rapat-rapat.
Beberapa perubahan itu berlangsung hampir bersamaan waktunya, bahkan ketiga muda mudi
itu belum sempat mengerdipkan mata, tahu-tahu saja Nyoo lo enghiong telah tak sadar diri.
Kim Thia sia yang melihat kejadian tersebut segera membatin:
"Bagaimana sih kakek ini" mengapa dia nampak begitu lemah" betapa tidak" baru berbicara
setengah jalan, masa ia sudah pejamkan mata dan tertidur?"
Ia berusaha untuk membangunkannya dengan berseru. "Empek. empek." berulang kali, tapi
Nyoo lo enghiong sama sekali tak bergerak. agaknya sudah tertidur nyenyak.
Dua bersaudara Nyoo segera menjadi curiga, mereka tahu biarpun ayahnya sudah lanjut usia
namun dihari biasa masih rajin berlatih silat, dengan tanag dalamnya yang bertambah sempurna,
bukan saja kesehatan tubuhnya tak mengalami kemunduran akibat usia yang menanjak. bahlan
sebaliknya kelihatan lebih segar dan gagah.
Lalu apa sebabnya dia tertidur nyenyak disaat masih berbincang-bincang" mungkinkah hal ini
dikarenakan tenaga dalamnya mengalami kerusakan akibat pertarungan mati-matian melawan tiga
setan dari szuchuan semalam"
Nyoo Jin hui yang pertama-tama tak bisa menahan diri, dia segera mendorong tubuh ayahnya
sambil berseru: "Ayah......ayah.........mengapa kau?"
Nyoo lo enghiong sama sekali tak bersuara, menggerakkan kelopak matanyapun tidak.
Nyoo soat hong segera memburu kesampingnya dan menggoyangkan lengannya berulang kali,
makin digoyangkan ternyata kakek itu makin terkulai tak bertenaga.
Kejadian ini kontan saja membuat Nyoo soat hong terperanjat tanpa sadar ia segera memeriksa
pernapasannya. Begitu diperiksa, nona itu langsung saja tertegun, paras mukanya berubah menjadi pucat pias
seperti mayat. Agaknya Nyoo Jin hui turut merasakan sesuatu segera teriaknya keras-keras: "Apakah telah
tewas?" Tiba-tiba pandangan matanya menjadi mendelong kaku, sementara tubuhnya berdiri tertegun
seperti sebuah patung batu.
Kim Thia sia pun cepat-cepat memusatkan perhatiannya kembali dengan memeriksa denyutan
jantung sikakek ternyata detak jantungnya memang sudah berhenti.
"Dia sudah mati........." bisiknya kemudian.
Tapi seluruh badannya sama sekali tidak meninggalkan bekas apapun, Nyoo lo enghiong telah
meninggal dunia dengan tenang sekali.
Darah panas kontan saja bergelora dengan hebatnya didalam tubuh Kim Thia sia mendadak ia
membentak dengan suara menggeledek:
"Bajingan keparat manakah yang melakukan perbuatan ini" Hayo cepat menggelinding keluar"
suaranya menggema diseluruh ruangan dan bergetar tiada hentinya, namun tak seorangpun
yang menjawab. Mendadak tampak bayangan hitam berkelewat lewat, disusul kemudian terasa segulung tenaga
pukulan yang beratnya mencapai berapa ribu kali menghantam kearah dadanya.
serta merta Kim Thia sia mengayunkan tangannya untuk menyambut ancaman tersebut dengan
kekerasam...... "Blaaaammmm............."
Ditengah benturan yang amat keras, tubuhnya segera terlempar sejauh tiga kali dari posisi
semula oleh hembusan angin pukulan yang sangat kuat itu sehingga roboh terjengkang diatas
tanah. Menanti rasa kagetnya sudah hilang dan merangkak bangun dari atas tanah, kotak Hong toh
yang berada doatas meja, kini sudah lenyap tak berbekas. "Ayah" sambil menangis terseduh Nyoo
soat hong menjerit keras sekali. Tiba-tiba tubuhnya terjungkal keatas tanah.
Untung Kim Thia sia bertindak cepat dia maju dua langkah kedepan dan menyambar
pinggangnya, ketika diperiksa, tampak nona itu pejamkan matanya rapat-rapat, ternyata sudah
roboh tak sadarkan diri Maka dengan cepat pemuda itu menarik tubuhnya serta didudukkan keatas kursi.
Kemudian ketika dilihatnya Nyoo Jin hui berdiri kaku ditempat yang seperti orang linglung yang
kehilangan pikiran danperasaan seakan-akan tak merasakan lagi kejadian didepan matanya. Kim
Thia sia segera mendekatinya, lalu tanpa berpikir panjang dia mendorong tubuh saudaranya
sambil membentak: "Hey, Nyoo Jin hui......."
Nyoo Jin hui masih tidak merasa maupun mendengar, menanti pukulan itu hampir mengenai
tubuhnya ia baru tersentak bangun dari lamunannya, namun tubuhnya toh sempat terdorong maju
sejauh tiga empat langkah lebih. sesudah berhasil memulihkan kesadarannya pemuda itu baru
menangis sambil memeluk jenasah ayahnya, suara tangisannya amat keras dan memedihkan hati.
Kim Thia sia berkerut kening, teriaknya lagi keras-keras. "saudara Nyoo cepat ambilkan pedang
milikku itu" setelah menangis sekian waktu, pelan-pelan Nyoo Jin hui dapat mengendalikan kembali
emosinya dengan sepasang mata merah membara ia bertanya: "Mau apa kau?"
"HHmm, tentu saja membalaskan dendam bagi lopek" jawab Kim Thia sia sambil mendengus
marah. "Mari kita berangkat bersama"
Kemudian setelah mengambil pedang Leng Gwat kiam tersebut dan diserahkan kepada Kim
Thia sia, dia berkata lagi:
"Mari kita mencari dengan pisah jalan, kau kebarat dan aku ketimur"
JILID 6 Kemudian tanpa memperdulikan Kim Thi sia dan Nyoo Soat hong lagi, dia segera menjejakkan
kakinya dan berkelebat pergi dengan menerobos jendela.
Dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Setelah menyorenkan pedangnya Kim Thi sia bersiap-siap pula akan berangkat, tapi secara
tiba-tiba ia saksikan Nyoo Soat hong bersandar dikursi dengan wajah pucat pias maka segera
pikirnya: "Kalau kami berdua pergi semua, bagaimana dengan dia" seandainya musuh jahanam itu
datang lagi dan menghadiahkan sebuah tusukan ketubuhnya dalam keadaan tidak sadar niscaya
dia akan mati, bukankah jiwanya akan melayang dengan penasaran?"
jangan dilihat dia polos dan sederhana, padahal orangnya cermat dan seksama, maka setelah
mempertimbangkan sejenak, buru-buru diambilnya semangkuk air dan diguyur keatas wajahnya.
Nyoo Soat hong segera mendusin kembali dari pingsannya, dengan cepat dia memandang
sekejap kesekeliling tempat itu, tapi keningnya segera berkerut, perasaan sedihpun menyelimuti
wajahnya. "Mana kakakku?" tanyanya kemudian.
"Engkoh mu sedang pergi mencari musuh yang jahanam itu, dia ketimur dan aku kebarat.
Baik-baiklah kau berada disini untuk menjaga jenasah lopek, disamping itu kaupun harus
berhati-hati, jangan memberi kesempatan kepada musuh untuk mencelakai jiwamu tanpa kau
sadari. Nah aku pergi dulu."
Dengan melompati jendela, dia beranjak pergi dari situ dengan langkah besar. Tiba-tiba
terdengar Nyoo soat hong berseru dari belakang: "Hay tunggu sebentar, aku ikut dirimu."
sambil menggertak gigi Nyoo soat hong melompati jendela dan memburu kebelakang anak
muda tersebut. Dengan kening berkerut Kim Thi sia segera berteriak keras:
" Kau tak boleh ikut pergi, bila kaupun pergi lantas siapa yang akan menjaga jenasah empek?"
"Tidak, aku harus pergi dari sini" seru Nyoo soat hong bersikeras. "Ayah tewas tanpa sebab
yang jelas, aku harus mencari musuh jahanam itu sampai ketemu dan mencincang tubuhnya
hingga hancur berkeping-keping."
Kim Thi sia menjadi amat gusar tanpa berpikir panjang lagi dia segera mendorong tubuh nona
itu sambil bentaknya: "Kenapa sih kau tak mau menurut" Bukan saja hal ini akan menyulitkan kau sendiri, bahkan
akan mencelakai seluruh keluargamu"
Nyoo soat hong sama sekali tidak menyangka kalau Kim Thi sia bakal mendorong tubuhnya,
sementara masih tertegun tak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri.
Tak ampun lagi, dadanya kena didorong keras-keras sehingga kehilangan keseimbangan
badannya, kontan tubuhnya mundur sejauh tiga langkah kebelakang.
Biarpun tak disengaja ternyata dorongan Kim Thi sia ini persis mengenai sepasang payudara
sinona yang montok dan empuk itu.
sekalipun Nyoo soat hong berada dalam keadaan sedih tak urung dibuat tersipu-sipu juga
setelah payudaranya dipedang orang kepalanya segera tertunduk rendah.
selang berapa saat kemudian, dia baru mengangkat kepalanya kembali, dari balik sepasang
matanya yang terbelalak besar, terlintas rasa malu yang amat sangat.
sebaliknya Kim Thi sia tetap bersikap wajar, dia sama sekali tidak nampak jengah atau tersipu
karena perbuatan itu. Malah dengan suara rendah dan mendalam dia berkata lagi:
"Nona, turutilah perkataanku, kau tak usah ikut menyerempet bahaya, bila aku tidak pulang
berarti telah terjadi suatu hal yang tak dlinginkan atas diriku.Jagalah diri kalian baik-baik, atau
carilah bantuan orang lain, atau dalam ilmu silat kalian, tapi yang penting janganlah bertindak
menuruti emosi, mengerti?"
Pemuda itu tidak mengerti adat kesopanan ataupun tata cara pergaulan baginya apa yang ingin
dibicarakan, langsung diutarakan secara blak-blakan. sehingga tanpa disadari ucapannya itu
bernada memerintah. seandainya kejadian tersebut berlangsung diwaktu biasa, Nyoo soat hong yang tinggi hati pasti
tak akan tahan. Tapi keadaannya saat ini jauh berbeda, kesatu karena ayahnya baru saja
terbunuh sehingga pikiran Nyoo soat hong masih kalut, kedua nona itupun sudah menaruh suatu
perasaan aneh terhadap pemuda tersebut.
oleh karenanya terhadap ucapan Kim Thi sia yang bernada memerintah itu bukan saja tidak
memancing keangkuhannya malah sebaliknya justru mengangguk dengan menurut sekali. Malah
dengan penuh rasa kuatir berpesan:
"Bila ilmu silat yang dimiliki musuh jahanam itu terlalu hebat dan kalian tak mampu
menandinginya, tak usah dihadapi secara kekerasan. Pulanglah cepat-cepat dan kita bertindak
setelah berunding nanti."
Mendadak Kim Thi sia mencabut pedangnya sehingga terdengarlah suara nyaring bergema
memecahkan keheningan. cahaya hijau yang menyilaukan mata segera memancar keluar dari
tubuh pedang Leng Gwat kiam tersebut.
sambil membelai pedangnya yang bersinar tajam itu, Kim Thi sia berseru keras-keras:
"Aku bersumpah tak akan kembali kemari lagi sebelum dapat membalaskan dendam sakit hati
empek. Nona Nyoo, aku segera akan pergi, segala sesuatunya atasilah secara baik-baik........"
Nyoo soat hong menjadi terkejut sekali, setelah mendengar perkataan itu serunya tertahan:
"Kau............"
Dia tak tahu bagaimana harus melanjutkan perkataan itu, menanti nona itu menemukan katakata
yang sesuai bayangan tubuh Kim Thi sia yang kekar telah lenyap dibalik pepohonan yang
gelap nan jauh didepan sana.
Nyoo soat hong merasa sedih sekali, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi
wajahnya. Kesedihan yang datang secara bertubi-tubi membuat perasaannya bergolak keras seperti
dilanda gelombang yang menggunung.
Ia tak mengerti apa sebabnya air mata bercucuran membasahi wajahnya, sedih karena
kematian ayahnya" atau sedih karena kepergian pemuda itu"
Tapi yang jelas dia merasa sedih sekali sehingga ingin menangis tersedu-sedu sampai puas.
Kim Thi sia menghentikan langkahnya setelah berjalan beberapa saat pikirnya:
"Kemana aku harus pergi" dengan pengalamanku yang cetek dan tak mengenal daerah
disekitar tempat ini, bagaimana mungkin aku dapat menemukan musuh jahanam itu" Lagipula
syarat yang terutama bagi pencarian ini yakni raut wajah lawanpun tak kuketahui, biar bertemu
ditengah jalanpun belum tentu aku bisa mengenalinya......."
Pikir punya pikir dia menjadi putus asa dunia begini luas, kemanakah dia mesti menemukan
musuh tersebut" akhirnya sambil menghela napas panjang dia duduk bersandar disisi dahan
pohon. Mendadak......... saat itulah ia saksikan sesosok bayangan hitam berkelebat lewat dari hadapannya sana dengan
kecepatan tinggi dalam sekilas pandangan saja bayangan tersebut telah lenyap tak berbekas. Kim
Thi sia segera merasakan hatinya melonjak-lonjak. segera pikirnya: "Aaah, jangan- jangan orang
ini......." Dia segera mempercepat langkahnya menyusul kebalik hutan yang lebat itu sambil melakukan
pencarian. Lebih kurang dua kali sudah dia berjalan hingga tembus dari balik hutan ternyata ia tak berhasil
menemukan jejak bayangan hitam yang terlihat tadi.
Ia mencoba menunggu sebentar, tapi tiada kecurigaan yang ditemukan harapan yang semula
tumbuh kontan lenyap tak berbekas. Tanpa terasa gumamnya seorang diri:
"Yaa, siapa suruh aku tak becus, ilmu meringankan tubuh tak mampu kalau tidak, niscaya
orang itu dapat kususul."
Dengan kepala tertunduk dia melanjutkan kembali perjalanannya dengan pikiran yang
melayang entah kemana, jangan lagi memperhatikan jalanan, pemandangan disekelilingnyapun
tidak dipandang barang sekejappun. Tiba-tiba.......
Kembali terlihat sesosok bayangan-bayangan hitam melesat naik keatas pohon dari suatu
tempat tak jauh dihadapannya menyusul kemudian tapak orang itu meluncur kedepan dengan
cepatnya. Kim Thi sia menjadi sangat kegirangan sambil mengejar dibelakang manusia berbaju hitam itu
pikirnya : "Bagaimanapun juga, kali ini aku tak akan membiarkan dia lolos dengan begitu saja."
Bayangan manusia berbaju hitam itu mempunyai perawakan tubuh yang kurus dan kecil, dia
memakai pakaian ringkas berwarna hitam dengan sepasang pedang tersoren dipunggungnya.
Gerak g erik orang itu sangat ringan dan lincah, sekali lompatan beberapa kaki dapat tercapai.
Untukng saja dia sedang berlari dengan kepala tertunduk. kalau tidak tak nanti Kim Thi sia dapat
menyusul. Tak selang berapa saat kemudian, Kim Thi sia sudah kehabisan napas, dia ngos-ngosan seperti
kerbau, kakinya letih dan lemas sehingga nyaris tak sanggup diangkat kembali, tapi dengan
mengeraskan hatinya dan menggertak gigi kencang-kencang dia mengikuti terus tiada hentinya.
setelah masuk kota, tiba-tiba manusia berbaju hitam itu mengurangi kecepatan geraknya masih
dengan kepala tertunduk dia selalu menghindari tempat keramaian dengan memilih jalan yang
sepi tapi kadang kala dia mengangkat kepalanya juga untuk memperhatikan keadaan disekitar
situ. Waktu itu Kim Thi sia sudah kepayahan untuk mengikuti terus, ketika melihat orang itu
kegirangan setengah mati. Maka dengan berlagak seolah-olah tiada bermaksud apa-apa dia
memegang gagang pedangnya dan membusungkan dada berjalan dengan langkah lebar, padahal
secara diam-diam dia awasi terus kemanapun orang itu pergi.
Begitulah, dengan tanpa arah tujuan tertentu ia mengguntil terus dibelakang manusia berbaju
hitam itu, setelah menikung dua tiga kali akhirnya mereka masuk kedalam sebuah lorong sempit.
Tiba-tiba manusia berbaju hitam itu berhenti sambil celingukan kian kemari untung Kim Thi sia
telah bersiap sedia, cepat-cepat dia menyembunyikan diri kesudut lorong. Beberapa kali orang
berbaju hitam itu berjalan mondar mandir diseputar lorong tersebut menanti dia sudah yakin kalau
disekitar sana tiada orang lain, orang itu baru melompat setinggi tiga kaki dan melayang keatas
sebuah bangunan loteng dan menerobos masuk melalui jendela yang terbuka lebar.
Hal itu tentu saja amat menyulitkan Kim Thi sia yang tidak mengerti ilmu meringankan tubuh,
dia harus membuang waktu hampir setengah harian lamanya untuk merangkak nani keatas
dinding pekarangan lalu setingkat demi setingkat dia menaiki loteng tadi. Tatkala tiba ditepi
jendela tersebut dia sudah kecapaian serta bermandikan keringat. Jendela itu belum ditutup
sehingga Kim Thi sia dapat mengintip kedalam ruangan itu
Disana ia jumpai sebuah ruangan yang sangat indah dan mewah, diatas dinding penuh
bergantung lukisan-lukisan mahal. Disudut ruangan terdapat lemari yang penuh dengan buku,
barang antik serta jambangan indah. sudah jelas kamar tersebut milik orang kaya.
Ruangan itu kosong melompong, sedang manusia berbaju hitam tadi entah sudah menyusup
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemana, diam-diam Kim Thi sia menerobos masuk kedalam ruangan dan bersembunyi dibalik
kelambu. Disamping ruangan itu terdapat pula ruangan lain yang jauh lebih megah dan mewah daripada
ruangan pertama, diatas pembaringan yang terbuat dari gading gajah. Tampak seorang lelaki
bertubuh kekar sedang tidur menghadap kedalam, hanya dengkurannya yang terdengar jelas tapi
terlihat bagaimanakah raut mukanya.
Dis isi pembaringan terdapat lemari manusia berbaju hitam yang dijumpainya tadi sedang
membongkar lemari tersebut. Entah apa yang sedang dicari, tapi cara kerjanya sangat cekatan,
meskipun sedang menggeledah namun sama sekali tak terdengar sedikit suarapun.
Diam-diam Kim Thi sia berpikir:
"ooh, rupanya dia cuma seorang pencuri. Aaai......sialan, tak nyana setelah dikuntil setengah
harian, yang diikuti cuma seorang pencuri kecil."
Manusia berbaju hitam itu agaknya belum emrasa kalau ada orang lain sedang mengintip dari
balik pintu, ketika ia gagal menemukan benda yang dicari setelah menggeledahnya sekian lama.
orang itu nampak murung dan kesal sekali, terhadap emas dan perak yang memenuhi lantai
ternyata ia tak memandang sekejappun.
selama ini dia tak pernah berpaling sehingga Kim Thi sia tidak sempat untuk nelihat raut
wajahnya, tapi dia dapat membayangkan wajahnya saat itu tentu murung sekali.
Tiba-tiba manusia berbaju hitam itu menghentikan pencariannya lalu berdiri termenung disitu
agaknya ada sesuatu yang sedang dipikirkan.
Berapa saat kemudian, agaknya ia telah mengambil suatu keputusan besar, selangkah demi
selangkah dia berjalan mendekati lelaki yang masih tertidur nyenyak itu.
Tiba-tiba rasa gusar muncul dalam hati Kim Thi sia, dengan kening berkerut sebera bentaknya:
"Ada pencuri" suaranya begitu keras, sampai membuat manusia berbaju hitam itu menjadi tertegun.
Mendadak lelaki yang berbaring diatas ranjang itu tertawa terbahak-bahak. agaknya diapun
telah membuat persiapan sementara manusia berbaju hitam itu masih tertegun ia telah
melancarkan sebuah serangan dengan mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
manusia berbaju hitam itu.
Dengan sekuat tenaga manusia berbaju hitam itu berusaha untuk meronta, tapi gagal, akhirnya
sambil menghela napas sedih ia menghentikan rontaannya dan pasrah pada nasib.
Menyaksikan peristiwa tersebut Kim Thi sia menjadi menyesal sendiri, dari apa yang terjadi
didepan mata dapat disimpulkan kalau lelaki setengah umur yang bertubuh kekar itu sudah
melakukan persiapan yang matang.
Melihat manusia berbaju hitam itu begitu lemah dan menghentikan perlawanannya untuk
pasrah pada nasib tiba-tiba suatu perasaan membantu kaum lemah timbul dalam hati kecilnya.
sementara itu lelaki setengah umur itu sudah tertawa nyaring, dia segera menarik ikat kepala
manusia berbaju hitam itu sehingga terurailah rambutnya yang panjang. terdengar lelaki kekar itu
berkata dengan bangga: "Nona, lebih baik padamkan saja niatmu itu, bila raja akherat telah menetapkan kentongan
ketiga saat kematianmu, nyawamu tak bakal lolos sampai kentongan kelima. Bah rupanya nasibmu
memang lagi naas, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji kepadamu."
selesai berkata dia segera membereskan pakaian sendiri tanpa memandang kearah Kim Thi sia
barang sekejappun. seakan-akan dia memang tak memandang sebebah matapun kepadanya.
Dari pembicaraan yang barusan berlangsung, Kim Thi sia dapat menyimpulkan kalau antara
lelaki setengah umur dengan manusia berbaju hitam itu jelas sudah saling mengenal satu sama
lainnya. Siapa tahu gara-gara kecerobohannya, menyebabkan urusan pribadi orang jadi
berantakan. Tiba-tiba manusia berbaju hitam itu berpaling dan memandang sekejap kearah Kim Thi sia
sepasang matanya berkaca-kaca penuh air mata, wajahnya yang cantik nampak sedih dan murung
terdengar ia berkata dengan suara lirih:
"sejak semula aku sudah tahu kalau kau sudah menguntit dibelakangku, tapi tak mengira kalau
kau bakal berteriak"
suaranya lembut dan lemah sama sekali tidak mengandung nada benci atau marah seolah-olah
dia hanya menyalahkan nasib sendiri yang kurang mujur.
Kim Thi sia berdiri termangu ditempat untuk sesaat dia tak tahu bagaimana harus menjawab
perkataan itu Dalam pada itu, lelaki kekar itu telah berkata lagi dengan suara yang keren-
"Murid murtad, pangcu loya sudah tahu kalau kau berniat menghianatinya, karena selama
berapa hari terakhir ini aku selalu mengawasi gerak gerikmu. Hmmm tak disangka kau berani
datang mencuri obat. Nah, tahu rasa sekarang"
"Paling banter toh mati, kenapa aku mesti membantu kaum durjana untuk berbuat kejahatan
lagi" Aku tak sudi lagi membantu kalian untuk menindas dan menyiksa rakyat biasa.........."
Biar bodoh Kim Thi sia tidak tuli atau buta, sekilas pandangan saja ia sudah tahu kalau nona
berbaju hitam itu bukan orang jahat rasa simpatik segera berkobar dalam hatinya.
Dalam pada itu lelaki setengah umur bertubuh kekar itu sudah berkata lagi sambil tertawa
dingini "Kurang ajar, kau berani mengupat pangcu" Hmm, kali ini jangan lagi hidup bebas, mau
matipun tak gampang Hmm, tunggu saja hukuman berat yang bakal menimpamu sesuai dengan
peraturan yang berlaku......."
Kemudian teriaknya keras-keras: "Pengawal........."
Terdengar suara langkah bergema tiba, nampak tiga orang lelaki berbaju perlente munculkan
diri dengan langkah lebar. Begitu tiba dalam ruangan, serentak mereka berseru: "Tongcu, ada
perintah apa?" "Gusur dia pergi dari sini dan serahkan kepada Tongcu bagian hukuman untuk
membereskannya " Kim Thi sia merasa darahnya mendidih mendadak ia mendesak maju kemuka lain bentaknya
penuh amarah. "Bebaskan dia, kalau tidak........"
"Kalau tidak kenapa?" jengek lelaki kekar itu tanpa menengok barang sekejappun kearahnya.
Kim Thi sia jadi tertegun, bicara sejujurnya dia memang tak yakin dapat mengungguli orang itu.
sinona berbaju hitam itu tertawa getir pelan-pelan dia beranjak pergi dari situ mengikuti disisi
ketiga orang lelaki berdandan busu tersebut.
senyum getir mana seolah-olah sedang mentertawakan nasib sendiri yang jelek tapi bisa
diartikan pula mentertawakan Kim Thi sia yang tak akan memiliki kemampuan untuk
membantunya. "Hey berhenti kalian bertiga."
Tiba-tiba lelaki setengah umur bertubuh kekar itu tertawa nyaring serunya:
"Hey, anak muda. Lagakmu pada hari ini sudah cukup banyak. andaikata aku tidak mengingat
bahwa kau telah memberi kabar kepadaku atas kejadian hari ini, kemunculan dalam kamar tidur
pribadiku hari inipun sudah cukup bagimu untuk menerima kematian.
Haaaah......haaaah.......haaaah........."
Kim Thi sia gusar sekali tiba-tiba dia melepaskan sebuah pukulan kemuka.
Lelaki setengah umur itu mendengus dingin, lengan kirinya segera dikebaskan keatas, seketika
itu juga muncul segulung kekuatan besar yang menumbuk anak muda tersebut.
Kim Thi sia tak sanggup berdiri tegak. secara beruntun tubuhnya mundur sejauh lima langkah
lebih. Kedengaran lelaki itu berkata lagi dengan suara dingin:
"Hey anak muda, kau masih ketinggalan jauh Bila ingin menjadi seorang pendekar yang mampu
menahan sepuluh jurus seranganku, lebih baik berlatih sepuluh tahun lagi."
Dengan penuh amarah, Kim Thi sia menyerbu kedepan, dia segera mengeluarkan jurus-jurus
ampuh seperti " bintang lenyap rembulan hilang" dan "awan muncul kabut membuyar" dari ilmu
pedang Ngo hud kiam hoat untuk melancarkan serangan kanan kiri.
Lelaki setengah umur itu kelewat memandang enteng musuhnya. Tahu-tahu dia merasa
bayangan tangan berkelebat lewat dihadapannya. sebelum ia sempat berseru tertahan, tahu-tahu
dadanya sudah termakan sebuah logam mentah.
Masih untung tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna sehingga pukulan tersebut hanya
menyebabkan badannya sedikit goyah, serta merta dia merentangkan cakar mautnya untuk
mencengkeram tubuh sianak muda itu.
Biarpun serangan dari Kim Thi sia berhasil menghantam dada orang, sayang tenaganya kurang
sehingga tidak memberi hasil yang sepandan, maka ketika dilihatnya cengkeraman lawan
menyambar datang secepat kilat sehingga tidak memberikan kesempatan baginya untuk
menghindar, cepat-cepat dia mengeluarkan lagi jurus-jurus tangguh seperti "guntur menggelegar
angin berhembus dan batu retak gunung gugur" dari ilmu Ngo hud ciang kiam hoat untuk balas
menghajar dada lelaki itu.
Berubah hebat paras muka lelaki setengah umur itu, dia kaget lantaran musuhnya meski
bertenaga dalam rendah ternyata memiliki jurus serangan yang begitu tangguh.
sadarlah dia, apalagi tenaga dalamnya tidak dipergunakan untuk meraih kemenangan
secepatnya bisa jadi dia akan menderita kerugian dan rasa malu yang tidak terlukiskan besarnya.
Berpendapat begitu, maka tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia segera menghimpun tenaga
dalamnya sebesar lima bagian, kemudian sebuah pukulan kembali dilancarkan.
Kim Thi sia bukan orang bodoh, diam-diam diapun mengerahkan ilmu menghisap tenaganya
ciat khi mi khi untuk menyongsong datangnya ancaman lawan. "Bluuuuukkk. ........ "
Akibat dari bentrokan tersebut, badannya mencelat sejauh tiga kaki lebih sehingga
punggungnya menumbuk diatas daun jendela dan menimbulkan suara gaduh yang memekikkan
telinga. sambil tertawa terbahak-bahak lelaki setengah umur itu sebera mengejek.
"HaaaaHH.....haaaaH.....haaaaHh..... bagaimana rasauya seranganku ini" cukup enak bukan
dirasakan dalam tubuhmu?"
Baru saja dia berniat untuk membekuk Kim Thi sia serta memaksauya untuk menyerahkan
jurus-jurus pukulannya yang hebat itu kepadanya, mendadak tampak bayangan manusia
berkelebat lewat, tahu-tahu Kim Thi sia telah merangkak bangun kembali dari atas tanah. sembari
mengayunkan telapak tangannya pemuda itu segera bergerak kembali.
"Hey kunyuk, busuk. Mari, mari, mari kita bertarung lagi. jangan berhenti sebelum salah
seorang tanpa diantara kita mampus."
Lelaki setengah umur itu menjadi tertegun, tanpa terasa pikirnya didalam hati: "Aneh, kenapa
bocah keparat ini belum juga mampus setelah termakan seranganku?"
Dengan mengerahkan tenaga dalamnya sebesar tujuh bagian sekali lagi dia melancarkan
sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Bagaikan layang-layang yang putus benang, kali ini Kim Thi sia mencelat kebelakang hingga
menumbuk diatas dinding ruangan, darah segar muncrat keluar dari jidatnya yang terluka.
Baru saja lelaki setengah umur itu merasa sayang karena tak berhasil mengorek jurus serangan
lawannya yang hebat, tiba-tiba Kim Thi sia telah melompat bangun lagi sambil menerjang
kearahnya. "Hmmm, baru dua serangan- mari kita bertarung dua ratus gebrakan lagi sebelum berhenti"
terdengar ia berteriak. Terkesiap sekali hati lelaki setengah umur itu, segera teriaknya keras-keras:
"Aku tak percaya kalau dikolong langit terdapat ilmu sesat sehebat ini. Wahai bocah keparat,
ingin kubuktikan sendiri apakah tubuhmu terbuat dari baja asli atau terdiri dari tembaga."
" Weeeesssss ......... . weeeesssss ......."
secara beruntun dia melancarkan dua buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Kim Thi sia sama sekali tidak mencoba menghindar diapun berkedip. ia sambut datangnya
ancaman tersebut sambil melontarkan sepasang tangannya kedepan, ia lebih suka memilih
pertarungan keras melawan keras daripada main menghindar.
sementara itu ketiga lelaki kekar yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena telah
dibuat terbelalak matanya dengan mulut melongo.
sebaliknya sinona berbaju hitam itu merasa kuatir sekali, dia heran mengapa pemuda itu tidak
mengendalikan jurus serangannya yang tangguh untuk meraih kemenangan, sebaliknya justru
menggunakan ketidak mampuan dirinya untuk melangsungkan pertarungan keras melawan keras.
Lama kelamaan dia menjadi tak tega sendiri untuk mengikuti jalannya pertarungan itu, sepasang
mata segera dipejamkan rapat-rapat. Dia tak rega menyaksikan Kim Thi sia mati konyol ditangan
lawan-"Blaaaamm......"
Kembali terdengar suara benturan keras bergema memecahkan keheningan- Tubuh Kim Thi sia
terpental sampai menubruk meja dan kursi.
Dengan perasaan terkejut bercampur gusar lelaki setengah umur itu segera berseru:
"Mampus kau kali ini......"
Belum habis perkataan itu diucapkan tampaklah Kim Thi sia dengan pakaian compang camping
sedang merangkak bangun dari balik hancuran meja kursi, lalu dengan pandangan mata penuh
kegusaran dia mengawasi lelaki setengah umur itu tanpa berkedip.
Betapapun besarnya nyali lelaki setengah umur itu keder juga hatinya setelah menghadapi
kejadian seperti ini, tanpa terasa dia mundur selangkah kebelakang ini. Lalu teriaknya dengan
suara sangat aneh: "Sungguh aneh, sungguh aneh, hari ini toaya bersumpah akan menjagal dirimu."
sambil menerjang kedepan, sepasang tangan dan kakinya melancarkan serangan secara
bertubi-tubi, seperti hembusan angin puyuh dan hujan badai, secara beruntun dia menghadiahkan
pukulannya keatas kepala, badan, bahu, lengan dan kaki si anak muda tersebut.
Kim Thi sia sedikitun tidak mengeluh ataupun merintih kesakitan- sekalipun sekujur badannya
sudah kena digebuk dan serangan yang meluncur tiba yang satu lebih cepat dari sebelumnya,
namun setiap kali tubuhnya berhasil mempertahankan diri secara kokoh, malah sanggup pula
melancarkan serangan balasan...
selang berapa saat kemudian, sekujur badan lelaki setengah umur itu sudah basah
bermandikan keringat, napasnya makin lama semakin tersengkal tapi pemuda itu justru seperti
seekor harimau ganas yang menerkam secara ngawur tanpa aturan- Lagipula yang mengerikan
adalah semakin bertarung pemuda itu semakin kosen, makin bertahan, tenaga dalamnya semakin
bertambah sempurna. Seratus jurus sudah lewat tanpa terasa, keringat yang telah membuat seluruh badan lelaki
setengah umur itu basah kuyup, tenaga dalamnya makin lemah.
Ketika dia mencoba untuk memperhatikan lawannya Kim Thi sia justru bagaikan orang gila saja,
sepasang kepalanya menyerang secara membabi buta, ia seperti tak pernah mengincar
sasarannya secara tepat. Asal kepalanya bisa bersarang ditubuh lawan seakan-akan hal itu sudah
lebih dari cukup baginya. Begitu mendongkol dan marahnya lelaki setengah umur itu sampai
mukanya yang hitam pekat seperti pantat kuali itu kini berubah menjadi pucat pias.
Bukan cuma begitu, suatu peristiwa yang sama sekali tak terdugapun kini telah muncul didepan
mata, kalau tadi ia sama sekali tidak gemilang meski termakan oleh pukulan Kim Thi sia, maka
sekarang keadaannya justru berbeda, setiap serangan yang disambut olehnya dengan kekerasanselalu
mengakibatkan seluruh tubuhnya tergetar mundur setengah langkah.
Keadaan dari ketiga orang lelaki kekar lainnya yang berada disisi arenapun tak jauh berbeda
dengan keadaan pemimpin mereka semakin menonton jalannya pertarungan itu, perasaan hati
mereka makin tercekat. Lain halnya dengan sinona berbaju hitam, kini sekulum senyuman telah menghiasi ujung
bibirnya, ia berpikir: " Heran, siapakah pemuda ini" tak nyana kalau dia memiliki ilmu kebal yang mampu menahan
pukulan..... waaah, sekalipun seorang jago persilatan kelas satupun belum tentu bisa mengapaapakan
dirinya dalam berapa ratus gebrakan kemudian, kebanyakan mereka akan pusing
sendiri.........." Waktu itu Kim Thi sia dengan ilmu ciat khi mi khinya telah berhasil menghisap tenaga dalam
lawan dalam jumlah yang cukup banyak. la sedang merasa gembira ketika menyaksikan tenaga
serangan lelaki setengah umur itu makin lama semakin bertambah lemah.
Keadaan ini segera menimbulkan kembali jiwa mudanya, maka sambil meneruskan
pertarungan, ia berteriak keras:
"Hey, kenapa sih kau makin loyo begitu" masa makin bertarung makin tak berkekuatan
saja......" Huuuh kalau begini terus keadaannya lama kelamaan aku bisa bosan sendiri"
Cemas bercampur mendongkol silelaki setengah umur itu mendengar ejekan tersebut tapi
diapun tak bisa berkutik sebab pertarungan sekian lama benar-benar telah menguras hampir
sebagian besar tenaga dalamnya, sebab itu biar musuh berkaok-kaok seperti apapun, dia tetap
membungkam diri dalam seribu bahasa padahal otaknya berputar terus untuk mencari cara terbaik
guna mengatasi keadaan tersebut.
sinona berbaju hitam itu merasa amat geli melihat kepolosan dan kelucuan pemuda itu, serunya
kemudian- "siauwhiap. hebat sekali ilmu silatmu, selama hidup belum pernah siauwli menyaksikan
kepandaian semacam ini."
Tapi kemudian, setelah menghela napas sedih ia berkata lebih jauh:
"Aa aai. ...setela h menyaksikan caramu bertarung tadi biar harus matipun aku akan mati
dengan perasaan tenteram."
"Eeei....siapa bilang kau bakal mati?" teriak Kim Thi sia penasaran- "Mereka saja tak berkutik
terhadapku bagaimana mungkin bisa membunuhmu?"
Segera timbul keinginan didalam hatinya untuk memperhatikan kebolehannya didepan nona
manis itu sambil menghimpun tenaga ia segera mengeluarkan jurus "hancuran batu mengejutkan
langir" dan " gapaian maut mencabut sukma" dari ilmu Ngo hud kiam hoat untuk melancarakn
serangan. sebagai mana diketahui sekalipun Ngo hud kiam hoat atau ilmu pedang panca Buddha ini
merupakan sejenis ilmu pedang yang luar biasa hebatnya, namun tanpa memegang senjatapun,
serangan tersebut dapat dilakukan dengan memakai telapak tangan sebagai pengganti senjata,
kelihayan dan keganasan jurus serangannya sama sekali tak terpengaruh.
Padahal lelaki setengah umur itu sudah tak mampu untuk mempertahankan diri lagi, bayangkan
saja, bagaimana mungkin ia mampu menahan datangnya dua serangan berantai yang muncul
seperti amukan angin puyuh dan hujan badai itu"
Tampak bayangan telapak tangan menyelimuti angkasa, sementara ia merasa kaget dan siap
untuk menghindarkan diri kesamping, keadaan sudah terlambat. "Duuuuk. .... d uuukkk. .... "
Dua kali suara bentura keras bergema memecahkan keheningan secara beruntun dua buah
bogem mentah telah menghantam tepat diatas dadanya.
Dalam keadaan amat lemah serangan tersebut kontan saja membuat tubuhnya kehilangan
keseimbangan badan- tak tercegah lagi badannya mundur tiga langkah kebelakang dengan
sempoyongan- "Bagus......." pekik nona berbaju hitam itu gembira.
Merasa dirinya dipuji, Kim Thi sia semakin kegirangan, ia segera mendesak maju lebih kedepan-
.... Mendadak lelaki setengah umur itu membentak keras.
"Tahan, hey bocah keparat, diantara kita berdua telah terikat dendam sakit hati mulai sekarang.
selama gunung nan hijau kita pasti akan bersua kembali dilain saat. Dalam dua hari mendatang
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku pasti akan datang kembali untuk memenggal batok kepala anjingmu."
seusai berkata, tanpa membuang waktu lagi ia segera menerobos jendela dan melarikan diri
dari situ. Dengan suara keras Kim Thi sia sebera berteriak:
"Huuuuh, apa itu dendam sakit hati atau tidak. hakekatnya aku tak suka dengan perkataan
semacam itu. Kalau toh menganggap dirinya mampu bila bersua kembali dilain waktu, bisa saja
kita bertarung lagi sebanyak dua tiga ratus jurus. Hmmmmmm...." sembari mengoceh, dia segera
berjalan mendekati ketiga orang lelaki kekar lainnya.
Waktu itu, ketiga orang lelaki kekar itu sudah dibuat keder oleh kehebatan dan kekosenan
lawannya, dimana pemuda itu mandah digebuk tanpa menderita sedikit cederapun-
Maka ketika melihat ia mendekati mereka dengan langkah lebar, sambil membentak keras
serentak mereka meloloskan senjata senjata masing-masing. Kim Thi sia menjadi tertegun-
"oooh, rupanya kalianpun pingin bertarung melawan" bagus, bagus sekali silahkan kalian
bertiga maju bersama-sama.....nah begitu baru bertambah asyik,..."
Padahal ketiga orang lelaki itu sudah pecah nyalinya, bagaimana mungkin mereka berani
bertarung lebih jauh" senjata yang mereka cabut tadi tak lebih hanya merupakan gertak sambal
belaka. Begitu melihat musuhnya agak tertegun, tanpa kompromi lagi serentak mereka membalikkan
badan dan melarikan diri terbirit-birit. Menanti semua lawan sudah kabur meninggalkan tempat
itu, nona berbaju hitam itu baru berjalan mendekat dan berkata sambil memberi hormat:
"siankong terima kasih banyak atas budi pertolonganmu, sambutlah hormat dari siauli"
"Eeeei.....nanti dulu, kau memanggil apa kepadaku?" tanya Kim Thi sia melongo. Nona berbaju
hitam itupun kelihatan agak tertegun, tapi segera jawabnya: "siauli memanggil siangkong
kepadamu" "Apa itu siangkong?" seru Kim Thi sia semakin keheranan. "Huuuuh.....sebutan itu tak sedap
didengar, jangan pakai sebutan itu lagi, lain kali panggil saja Kim Thi sia kepadaku"
selesai berkata ia segera beranjak pergi dari situ dtngan langkah lebar.
Nona berbaju hitam itu menjadi gelisah sekali cepat-cepat dia memburu kedepan sambil
serunya: "Kim.....Kim.....Kim Thi sia.....kau hendak kemana?"
"Dunia sangat luas banyak sekali tempat yang akan kudatangi, tapi tak sebuah nama
tempatpun yang kukenal. oya......siapa namamu" hampir saja aku lupa bertanya...."
sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah, nona berbaju hitam itu menyahut:
"siauli bernama Yu Kien, untung ada siauhiap yang telah menyelamatkan jiwaku, budi kebaikan
ini tak pernah akan kulupakan untuk selamanya."
"Menolong yaa menolong, apa sih gunanya bicara setumpuk" lagi pula aku yang merusak
rencana pekerjaanmu lebih dulu. Masih mending keadannya tidak bertambah parah..."
Ketika dilihatnya sepasang mata nona itu berkaca-kaca seperti orang yang sedang menangis,
tanpa terasa dia bertanya lagi:
"Yu Kien, mau kau datang kemari" kalau toh bukan pencuri, bukan pula perampok, barang apa
sih yang sedang kau cari?"
Dasar pemuda gunung yang tak mengerti tata krama, apa yang terlintas dalam benaknya
segera diutarakan begitu saja, dia tak ambil perduli apakah perkataan itu sedap didengar atau
tidak. Merah jengah selembar wajah Yu Kien, setelah menghela napas sedih katanya kemudian:
"Aaaai.....siali telah berbuat kesalahan dengan menggabungkan diri kedalam perkampungan
Tay sanpang tapi setelah kusadari bahwa sebagian besar anggota perkumpulan itu merupakan
bandit yang banyak melakukan kejahatan dan menindas kaum lemah, tiba-tiba aku mendusin
bahwa setelah melakukan kesalahan- Tak boleh mengulangi kembali dengan kesalahan lain, oleh
sebab itu akupUn bertekad untuk keluar dari perkumpulan ini serta melepaskan diri dari dosa-dosa
yang mereka lakukan-"
"Kalau toh kau sudah mengerti bahwa Tay sanpang banyak melakukan kejahatan dan menindas
kaum lemah, mengapa dulunya kau bersedia masuk menjadi anggota mereka?" air mata
bercucuran membasahi wajah Yu Kien ujarnya sambil terseduh:
"sebenarnya aku adalah putri dari ketua perkumpulan penunggang kuda. suatu hari ketika aku
sedang melakukan perjalanan didalam dunia persilatan dalam suatu kesempatan yang tak terduga,
aku telah terkena siasat buruk anggota perkampungan Tay sanpang sehingga menelan sejenis
obat racun yang mempunyai daya kerja lambat. obat beracun itu merupakan bikinan dari ketua
tay sanpang sendiri, sehingga barang siapa yang terkena racun itu dan tak sudi menuruti
perintahnya, setengah tahun kemudian dia akan muntah darah sampai mati. sebaliknya bila
bersedia masuk menjadi anggota Tay sanpang, maka dia akan memberi pil pemusnah untuk
menetralkan daya kerja racun tersebut."
"Begitulah, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa siauli menggabungkan diri dengan mereka
dan menjadi salah satu anggota perkumpulannya."
" Kemudian karena siauli mendapat warisan ilmu silat dari ayahku maka aku diangkat menjadi
seorang Tongcu didalam perkampungan sejak itu aku semakin menyadari bahwa semua perbuatan
yang sangat jahat dan amoral. Hal tersebut membuat rasa kesalku kian hari kian bertambah,
akhirnya akupun mengambil keputusan untuk meloloskan diri dari perkumpulan itu serta
mendapatkan kembali kebebasanku."
"Lalu apa tujuanmu datang kemari?" tanya Kim Thi sia.
"seperti apa yang siauli katakan tadi aku sudah terkena racun dari ketua Tay sang pang yang
bersifat lambat, bila aku berani meninggalkan perkumpulan ini maka tak sampai setengah tahun
jiwa ku pasti akan melayang itulah sebabnya siauli berniat mencari sejumlah obat pemusnah racun
untuk menyelamatkan jiwaku......"
"Jadi orang tadi mempunyai obat pemusnahnya?" sela Kim Thi sia cepat. Yu Kien mengangguk.
"Yaa, orang itu bernama Utusan racun, hatinya keji dan jiwanya busuk. Dia amat disayang oleh
ketua Tay sang pang dan merupakan satu diantara kedua belas tongcu orang itu juga bertugas
menyimpan obat penawar racun kami. siauli mengerti bila ingin mendapatkan pil pemusnah racun
itu dari tangan pangcu sendiri jelas hal ini mustahil bisa tercapai itulah sebabnya akupun berniat
mengincar obat tersebut dari tangannya, siapa tahu......."
Kim Thi sia segera memukuli kepala sendiri sambil berseru:
" Goblok. goblok aku benar-benar sangat goblok. mengapa kubiarkan dia kabur tadi"
Aaaai......kalau negitu rencana nona menjadi berantakan gara-gara kecerobohanku...."
Dari sikap gugup, panik dan gelisah yang terpancar keluar dari wajah pemuda itu. Yu Kien
mengerti bahwa Kim Thisia adalah seorang pemuda yang berjiwa polos dan jujur, dia merasa
terharu sekali segera hiburnya.
"Nasi toh sudah menjadi bubur apa gunanya kau risaukan" paling tidak siauli masih punya
kesempatan hidup selama setengah tahun lagi. siapa tahu kalau selama jangka waktu ini aku akan
memperoleh satu dua butir obat pemusnah....."
"satu dua butir paling cuma memperpanjang usiamu selama satu tahun bagaimana selewatnya
itu" Dengan cara apa kau akan menjamin kehidupanmu berikut" sebagai manusia, kau toh tak
mungkin harus menggantungkan hidupmu dari jatah pil pemusnah racun?"
Perkataan itu mengenai persis luka didalam hati Yu Kien- Kontan saja seluruh badannya
gemetar keras, sambil melelehkan air mata segera katanya:
"siauli mengerti bahwa dosa dan kesalahan yang kuperbuat sudah kelewat besar. Aku sudah
tak punya muka lagi untuk melanjutkan hidup didunia ini. Aaaai jiwaku bisa diperpanjang satu dua
tahun saja, hatiku sudah puas sebab aku dapat memanfaatkan peluang waktu yang ada untuk
bersama-sama membasmi perkumpulan Tay sangpang yang terkutuk dan banyak melakukan
kejahatan itu, bila cita-citaku ini dapat terwujud biar matipun aku mati dengan mata meram"
"Tidak bisa" seru Kim Thi sia tegas. "kau adalah orang baik. orang sebaik kau tidak boleh mati.
Tunggu saja disini, aku akan segera pergi mencarikan sebotol besar obat penawar racun agar kau
bisa hidup seratus tahun lagi."
Yu Kien merasa sangat terharu digenggamnya tangan pemuda itu erat-erat, lalu katanya:
"Kau tak usah menyerempet bahaya ketahuilah pihak Tay sang pang mempunyai jago-jago
lihay yang sangat banyak. Markas mereka ibaratnya sarang naga gua harimau.Jiwamu bisa
terancam bahaya kalau pergi kesana, aku memang pantas mati, dosaku sudah kelewat banyak.
Tak ada harganya untuk berkorban demiku.....biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati
saja." Dengan cepat Kim Thi sia mendorong mundur tubuh nona itu lalu bertanya:
"Yu Kien, tempat manakah yang paling termashur dikota ini" Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku" Yu Kien tidak mengerti apa maksudnya, setelah berpikir sejenak segera sahutnya:
"Tebing Bwe hia nia diluar kita sebelah barat merupakan tempat rekreasi yang paling banyak
dikunjungi orang. Apakah kau ada sesuatu persoalan disitu?"
"Tunggulah aku ditebing Bwe hoa nia tiga hari kemudian, pokoknya sebelum bertemu tak akan
buyar jika sehari setelah lewat saat yang dijanjikan aku belum datang juga, ini berarti sudah
terjadi sesuatu yang tak diinginkan atas diriku, tapi kau tak perlu berputus asa. Pokoknya asal
gunung tetap menghijau jangan kuatir akan kehabisan bahan bakar, Nah, aku pergi dulu, baikbaiklah
kau menjaga diri" setelah mendorong tubuh sinona berbaju hitam itu, dia segera beranjak pergi dari sana dengan
langkah lebar. setelah menelusuri sebuah jalan raya, pemuda itu baru teringat kalau dia tidak tahu
dimanakah letak markas besar perkumpulan Tay sang pang. Tanpa alamat yang pasti, bagaimana
mungkin ia bisa mencuri obat" setelah mengumpat kebodohan sendiri, dia meneruskan kembali
langkahnya kedepan. sebagai seorang pemuda yang keras kepala dia segan untuk balik kembali ketempat semula
untuk menanyakan persoalan ini kepada sinona berbaju hitam itu, baginya biarpun harus
menderita siksaan dan penderitaan berapapun besarnya, ia tak akan mundur sebelum tujuannya
tercapai. Jalan raya penuh dengan aneka ragam manusia yang berlalu lalang diantaranya terdapat pula
kaum gelandangan para jago dari golongan putih maupun hitam kaum saudagar, opas, tentara
Kucing Suruhan 12 Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Tokoh Besar 4
angin berhembus permukaan air yang beriak memancarkan gelombang kecil seperti beribu-ribu
ekor ular yang sedang berkelejitan.
Dengan perasaan hati yang kebat kebit ayah beranak dari marga Nyoo itu berdiri kaku
ditempat, sebentar-sebentar mereka celingukan kian kemari dengan perasaan gugup dan tebang.
Hanya Kim Thi sia yang sama sekali tidak mengerti arti kata "Takut" ketika dilihatnya
permukaan telaga amat tenang, tanpa terasa diawasinya tempat tersebut dengan termangu.
Mendadak dari balik permukaan air muncul tiga buah titik hitam yang pelan-pelan bergerak
mendekati pantai. "Waaah, besar amat ikan tersebut" pikir Kim Thi sia dalam hati.
Dengan cepat ia mengambil sebutir batu besar lalu ditimpuk kemuka dengan sepenuh tenaga.
"Pluuuuuuuung .........."
Percikan air memancar keempat penjuru, tahu-tahu terdengar suara tertawa seram bergema
memecahkan keheningan, lalu tampak tiga sosok bayangan hitam melompat keluar dari balik
permukaan air dan melayang ketepi pantai.
Menyaksikan hal tersebut, dengan perasaan tak senang hati Kim Thi sia segera berpikir.
"Sialan, rupanya bukan ikan tapi manusia, kalau begitu aku sudah ditipu mereka habishabisan?"
saat itulah terdengar Nyoo Lo enghiong berkata sambil tertawa nyaring:
"Tiga setan dari szuchuan, aku datang untuk memenuhi undangan kalian, tapi jika kalian
memaksa aku untuk menyerahkan kotak wasiat Hong toh tersebut, biar matipun tak bakal
kupenuhi." Gerakan tubuh ketiga sosok bayangan manusia itu benar-benar amat cepat, begitu mencapai
diatas daratan- serentak mereka melepaskan pakaian luarnya yang berwarna hitam sehingga
tampaklah pakaian ringkas, yang dilengkapi dengan tiga buah ruyung besi yang sangat besar.......
orang yang berada dibagian tengah adalah seorang kakek bermuka putih bersih yang beralis
pendek dan hidung pesek. sambil tertawa seram ia segera berkata:
"setiap orang tahu kalau kotak wasiat Hong toh menyimpan rahasia yang amat besar jangan
lagi kami tiga setan dari szuchuan, bahkan semua jago silatpun menginginkan benda tersebut.
Nah Nyoo lo enghiong, banyak berbicarapun tak ada gunanya, sebagai sama-sama jago kenamaan
yang bercokol didaerah szuchuan, mari kita saling beradu kepandaian untuk menentukan siapa
yang lebih unggul diantara kita, kasihan para jago persilatan lainnya kalau tak punya bahan cerita
untuk mengisi waktu senggang mereka." Dalam pada itu Nyoo Jin hui telah berkata pula:
"Kim hiante, ketajaman matamu benar-benar mengagumkan sungguh tak nyana kau dapat
melihat kalau tiga setan dari szuchuan telah bersembunyi didasar telaga. Menggelikan sekali diriku
ini, aku masih menyangka mereka belum datang" Kemudian setelah berhenti sejenak dia berkata
lebih jauh: "Kakek berwajah putih bersih itu merupakan pemimpin dari tiga setan orang menyebutnya
sisetan berwajah putih, disampingnya sikakek bermuka hitam itu menduduki urutan kedua orang
menyebutnya si setan bermuka hitam sedang yang ketiga adalah sisetan bermuka merah."
"Tiga setan dari szuchuan mulai angkat nama diwilayah szuchuan, masing-masing semuanya
memiliki kepandaian silat yang begitu luar biasa dan malang melintang diwilayahnya tanpa
tandingan, banyak sudah kejahatan yang telah mereka lakukan, namanya makin lama makin
busuk. Tak nyana dia justru datang mencari gara-gara dengan ayahku" Dengan kening berkerut
Kim Thi sia berkata: "Serahkan saja sisetan bermuka putih itu kepadaku, sedang saudara Nyoo berdua serta empek
menghadapi kedua setan lainnya"
sesungguhnya tiga setan dari szuchuan dapat termasyur didunia persilatan, separuhnya
dikarenakan ilmu silat yang dimiliki sisetan berwajah putih amat lihay dan tiada taranya didunia ini,
bahkan jauh melebihi loji maupaun losam.
oleh karena itu ketenaran tiga setan dari szuchuan boleh dibilang merupakan hasil karya sisetan
bermuka putih seorang. Kim Thi sia menyayangi untuk menghadapi sisetan bermuka putih ini berarti kedua orang
lainnya akan lebih mudah untuk dihadapi Dengan perasaan amat berterima kasih Nyoo Jin hui
segera berkata: "Hiante, biarpun ilmu silatmu sangat lihay, tapi janganlah gegabah. Kau harus berhati-hati,
sisetan bermuka putih ini selain berilmu tinggi, otaknya juga amat cerdas, kalau kurang waspada
kau bisa dipecundangi olehnya"
Kim Thi sia segera manggut-manggut, kemudian dengan suara lantang serunya:
"Hey sisetan bermuka putih, hayo turut aku bila kau tak takut mampus, mari kita bertarung
dibelakang sana" Rupanya anak muda itu kuatir ia mendapat malu dihadapan keluarga Nyoo sehingga
mengecewakan mereka, karenanya dia sengaja menantang sisetan bermuka putih agar bertarung
dibelakang hutan saja. Pikirnya kemudian-
"Bagaimanapun juga aku toh sudah berlatih ilmu Ciat khi mi khi sehingga tidak takut digebuk,
kenapa tidak kumanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk menghisap tenaga dalamnya"
menurut keterangan suhu, makin tinggi musuh yang dihadapi makin besar pula manfaat yang
akan diperoleh. Padahal sisetan bermuka putih adalah pentolan dari tiga setan, ilmu silatnya paling
hebat, bukankah dia paling cocok untuk menambah tenaga dalamku?"
Maka tanpa menunggu jawaban dari sisetan bermuka putih, Kim Thi sia segera beranjak dari
situ dengan langkah perlahansebagai
seorang gembong iblis yang berilmu tinggi, tentu saja sisetan bermuka putih jadi amat
mendongkol setelah melihat ada orang berani menantangnya untuk berduel, apalagi orang itu
adalah seorang pemuda ingusan yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Dengan amarah yang
berkobar-kobar segera pikirnya:
"sialan benar bocah keparat ini, sejak terjun kedunia persilatan, hampir semua jago kenal
denganku sisetan bermuka putih, selama inipun belum pernah ada yang berani menantangku
secara kasar macam begini. siapa sih orang ini" berani betul dia menantangku."
Tapi sebagai manusia yang licik biarpun hatinya jengkel perasaan tersebut tak sampai
diutarakan keluar, malah serunya sambil tertawa nyaring:
"Kalau ingin mampus silahkan saja, bocah keparat. Tak nyana kalau kau bernyali besar
sungguh hebat, sungguh hebat"
Padahal dalam hati kecilnya ia sudah memutuskan akan membunuh Kim Thi sia secepatnya.
Begitulah, dengan langkah cepat mereka berdua berjalan keluar dari hutan dan menuju
ketanah lapang dibelakang hutan tersebut.
Begitu terlepas dari pengamatan keluarga Nyoo, nyali Kim Thi sia semakin membesar, sambil
menjura ia tertawa licik segera serunya:
"Hey setan bermuka putih, aku dengar ilmu silatmu jauh melebihi kedua setan lainnya, apa
betul berita ini?" setan bermuka putih ini yang sudah bertekad akan menyelesaikan dirinya secepat mungkin
agar bisa membantu kedua orang saudaranya, tentu saja tak sudi banyak berbicara lagi.
Diiringi suara tertawa yang menyeramkan, dia segera menghimpun tenaga dalamnya dan tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun melepaskan satu pukulan kedepan.
Dengan suatu gerakan cepat Kim Thi sia mundur sejauh lima enam langkah kebelakang,
kemudian tegurnya dengan marah:
"Hey setan bermuka putih, kenapa sih kau menyerang tanpa bersuara"Huuh, sungguh
memalukan-" Terkesiap juga perasaan sisetan bermuka putih setelah melihat bocah muda itu sama sekali
tidak roboh walaupun sudah terkena serangan, malah sempat memaki dirinya habis-habisan-
Ditinjau dari hal ini bisa diketahui bahwa kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki sungguh
diluar dugaan. Menyadari akan kelihayan lawannya, dia tak berani untuk bertindak gegabah lagi dengan
menambahi tenaga pukulannya dengan bagian tenaga murni, dia lancarkan kembali sebuah
pukulan dahsyat. Kali ini Kim Thi sia sudah melakukan persiapan, ia sambut datangnya serangan tersebut dengan
kekerasan. sementara simhoat ilmu ciat khi mi khi segera dilakukan guna menghisap tenaga dalam
lawannya. "Blaaaaaaammmmmm........."
Tubuh Kim Thi sia terpental sejauh satu kaki lebih dan roboh terjungkal keatas tanah, dadanya
terasa sesak dan hawa darahnya bergolak amat kencang.
Dalam kagetnya tanpa terasa ia berpekik didalam hati. "Habis sudah riwayatku kali ini. Tak
nyana ilmu ciat khi mi khi yang diajarkan suhu kepadaku bukan saja tidak mendatangkan hasil
apa-apa, keempat anggota badanku malah dibikin lemas tak bertenaga dan kepala jadi pusing
tujuh keliling." sementara dia masih berpikir, sisetan bermuka putih itu telah berseru sambil tertawa seram:
"Heeeehhh......heeeehhh....heeeehhhh.... bocah keparat, rupanya kau cuma bisa begitu-begitu
saja, hampir saja aku terkecoh. Heeehhh.....heeeeehhh..........."
Berbicara sampai disitu, kembali ia mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan dahsyat. Kim Thi sia berpekik kaget lalu memejamkan matanya rapat-rapat menantikan datangnya saat
ajal. Disaat yang terakhir itulah mendadak terjadi suatu keanehan, hawa darah yang semula
bergelora dengan hebatnya tahu-tahu menjadi tenang kembali dan pelan-pelan mengalir mengitari
seluruh badan, bukan cuma begitu, malah kekuatannya berapa kali lipat jauh lebih hebat dari pada
keadaan semula. Dalam kejut dan gembiranya, tak sempat lagi berpikir panjang, dia segera melompat mundur
sejauh setengah kaki lebih. "Blaaaaaaaammmmmmm..........."
segulung desiran angin tajam segera menyambar lewat dengan amat hebatnya, pasir dan debu
segera beterbangan memenuhi seluruh angkasa tahu-tahu diatas tanah dimana ia berdiri tadi telah
muncul sebuah liang sedalam setengah depa lebih. Dengan perasaan tertegun sisetan bermuka
putih seger berseru: "Hey bocah keparat belum mampus kau rupanya kau sengaja menipuku?"
sambil mengincer posisi Kim Thi sia berdiri, dengan telapak tangan kiri melancarkan sodokan-
Mendadak dia lancarkan serangan kembali dengan kecepatan yang mengerikan hati.
Begitu mengetahui kalau dirinya tidak terluka, Kim Thi sia merasakan hatinya semakin mantap
dan keberaniannya bertambah besar. seluruh tenaga dalamnya segera dihimpun kedalam tubuh
lalu dengan tangan kiri memainkan jurus "Kelincahan menyebrangi empat samudra" dari ilmu Tay
goan sinkang sementara tangan kanan mengeluarkan jurus "Tangan sakti menyembah Buddha"
dari ilmu Ngo hud ciang, ia sambut datangnya ancaman lawan dengan keras melawan keras.
Tentu saja ilmu ciat khi mi khi yang khusus menghisap tenaga dalam lawan digunakan pula.
Diantara kilatan bayangan manusia yang saling menyambar, terjadilah ledakan keras yang
memekikkan telinga. "Blaaaammmmmm..........."
Tubuh Kim Thi sia terdorong mundur sejauh beberapa kaki lebih, sementara sisetan bermuka
putih memegangi baju pada bahu kirinya yang robek besar sambil berdiri termangu-mangu.
JILID 5 Sampai lama kemudian ia baru bergumam:
"Sungguh aneh, sungguh aneh, ilmu pukulan apaan itu" Tak kusangka begitu ganas, lihay dan
luar biasa, pada hakekatnya belum pernah kudengar sebelumnya, heran padahal keparat ini sudah
berapa kali termakan oleh seranganku, kenapa dia tetap segar bugar."
Tanpa terasa dia mulai meragukan keampuhan ilmu silat yang dimilikinya, dengan perasaan
ingin tahu dihimpunnya tenaga dalam kedalam telapak tangan kiri, kemudian dihantamnya
sebatang pohon besar yang tumbuh disisinya. "Kraaaaaaakkkk......."
Begitu terbacok, pohon besar itu segera patah menjadi dua bagian dan roboh keatas tanah.
"Heran" gumamnya kemudian, "pohon sebesar itupun berhasil kutumbangkan dalam sekali
bacokan, kenapa ia tak mampus biarpun sudah kuhajar berapa kali?"
Sambil tertawa terbahak-bahak Kim Thia sia segera berseru:
"Haaah......haaaah.......haaaah.... jangan panik dulu, kalau memang jantan, mari kita bertarung
lagi" dengan dicekam perasaan kaget dan curiga, sisetan bermuka putih harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi lawannya tapi berapa gebrakan kemudian kembali dia dibuat terperanjat.
Walaupun serangan demi serangannya berhasil menghajar pemuda itu secara telak, namun
saban kali Kim Thia sia hanya mundur berapa langkah tanpa cidera sedikitpun juga malah sambil
tertawa terbahak-bahak maju menyongsong kearahnya.
Tak terlukiskan rasa kaget dan terkesiap yang mencekam perasaan sisetan bermuka putih
waktu itu apalagi setelah diperlihatkannya jurus-jurus serangan lawan makin lama semakin
tangguh. setiap kali sesudah terjadi bentrokan secara kekerasan, lawannya pasti berhenti sejenak, tapi
ketika maju menyerang lagi, tenaga dalam yang dimiliki ternyata bertambah tangguh.
Betul, tenaga dalamnya masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan kepandaiannya, toh tak
urung kejadian tersebut sempat menggidikkan juga hatinya.
"Aneh, sungguh aneh, kalau keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terus, lama kelamaan
aku bakal kehabisan tenaga, padahal keparat ini makin bertarung semakin jantan, makin digebuk
makin kuat. Akhirnya bukan aku yang berhasil membunuhnya malah dia yang akan mencabut
selembar nyawaku......"
Begitu semangat tempurnya lenyap. setan bermuka putih segera mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melepaskan dua buah pukulan secara beruntun kemudian tanpa
menengok lagi dia membalikkan badan dan mengambil langkah seribu.
Akibat dari dua buah pukulan beruntun yang sangat kuat ini, Kim Thia sia terlempar jauh dari
posisi semula, angin pukulan yang menembusi tubuhnya seketika membuat kepalanya pening dan
pandangan matanya berkunang-kunang, sampai lama sekali belum berhasil juga untuk merangkak
bangun. Entah berapa lama sudah lewat ketika rasa linu dan kesemutan yang menyelimuti badannya
mulai hilang, secara lamat-lamat dia baru mendengar suara bentrokan senjata yang nyaring serta
bentakan yang menggelegar. Dengan dicekam perasaan gelisah pemuda itu segera merangkak
bangun dan berlarian kedepan.
Dari kejauhan dia sudah melihat tiga setan dari szuchuan sedang mengurung Nyoo lo enghiong
bertiga dari tiga penjuru.
serangan-serangan tangan kosong dan ruyung baja yang saling bisa bantu membantu
menciptakan deruan angin serangan yang mengerikan, boleh dibilang posisi Nyoo lo enghiong
bertiga amat terdesak dan jiwanya terancam bahaya. Dengan kening berkerut Kim Thia sia segera
membentak: "Empek. saudara Nyoo, jangan panik siauwte datang membantu kalian......."
Tanpa menggubris apakah kemampuannya sanggup mengalahkan ketiga setan dari szuchuan
atau tidak, dia langsung menyerbu kedalam arena dan menyerang kearah musuh-musuhnya
secara nekad dengan mengeluarkan pukulan ngo hud ciang hoat.
setan bermuka hitam paling berangasan diantara ketiga bersaudara itu, dia segera berpekik
nyaring dan melancarkan sapuan ruyung bajanya.
Kim Thia sia tak sempat menghindarkan diri, ia mendengus tertahan, bukan mundur pemuda
itu malahan maju lebih kemuka, sepasang telapak tanganya diayunkan berulang kali dan
menyerang dengan jurus "Kuda marah membelah bulu."
Ditengah jeritan kaget, ayunan ruyung dari si setan yang bermuka hitam persis menghantam
diatas bahu Kim Thia sia, sebaliknya sepasang telapak tangan Kim Thia sia juga berhasil
menghantam tubuh sisetan bermuka hitam.
sambil menjerit kesakitan Kim Thia sia jatuh terjungkal keatas tanah.
sebaliknya sisetan bermuka hitam mundur dua langkah dari posisi semula. Kendatipun kerugian
yang dideritanya tidak terlalu besar, namun dia merasa sangat sakit hati.
Diiringi suara bentakan nyaring, ruyungnya kembali diayunkan kedepan melancarkan sapuan
dahsyat. Nyoo Jin hui yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, untuk memberi
pertolongan jelas sudah terlambat, tampaknya pemuda tersebut segera akan terluka ditangan
lawan. Disaat yang terakhir itulah, mendadak terlihat Kim Thia sia menggerakkan sepasang telapak
tangannya tidak jelas gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu dia sudah menerima serangan
tersebut dengan kekerasan, bahkan berhasil pula mencengkeram ruyung panjang yang terbuat
dari baja murni itu. sisetan bermuka hitam segera membetot dengan sepenuh tenaga, akibatnya Kim Thia sia jadi
sempoyongan dan menerjang kearah tubuh lawan.
Tapi ditengah jalan pemuda itu berbuat cekatan sekali, dengan pinjam tenaga memanfaatkan
tenaga, ia membentak keras, sepasang telapak tangannya segera didorong kemuka.
Akibat dari gerakan ini tenaga betotan dari sisetan bermuka hitam jadi mengendor, kudakudanya
jadi gempur dan diiringi jeritan kesakitan tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah terkena
serangan berganda dari Kim Thia sia.
setan bermuka hitam memang tak malu disebut satu diantara tiga setan dari wilayah szuchuan,
sekalipun termakan oleh serangan Kim Thia sia dengan sepenuh tenaga ia masih sanggup
menyembuhkan sebuah sapuan kilat dengan gerakan san tong tui. Kim Thia sia segera jatuh
terjerembab keatas tanah.
sisetan bermuka hitam segera manfaatkan kesempata itu dengan melepaskan sebuah pukulan
tambahan. Kim Thia sia sama sekali tidak mengeluh, begitu termakan serangan lawan yang dahsyat, ia
balas melancarkan sebuah pukulan.
setan bermuka hitam jadi amat terperanjat, cepat-cepat dia melompat sejauh satu kaki lebih
sambil mengayunkan ruyungnya kebawah. "Plaaakk......"
Baju yang dikenakan Kim Thia sia terutama bagian bahunya segera robek dan hancur, darah
segera menyembur keluar dengan derasnya.
Berhasil dengan serangan ruyungnya setan bermuka hitam tidak berayal lagi, secara beruntun
dia lancarkan tiga buah serangan berantai yang semuanya bersarang telak diatas dan bawah
tubuh anak muda tersebut.
Darah segar berhamburan keluar seperti mata air, sementara tubuh Kim Thia sia sempoyongan
kian kemari. Namun pemuda itu tidak mengeluh, mengerutkan dahipun tidak diiringi gelak tertawa
yang keras menerjang kembali sambil melancarkan pukulan. Diam-diam sisetan bermuka hitam
berpikir dengan kening berkerut.
"sejak terjun kedalam dunia persilatan tiga setan dari szuchuan tersohor diseluruh dunia
persilatan karena keganasannya, padahal bocah keparat ini sudah termakan tiga serangan ruyung
ku secara telak, jiwanya jelas terancam maut, tapi ia tidak berteriak kesakitan atau mengeluh,
malah sebaliknya tertawa tergelak. Waaah tampaknya kehebatan bocah keparat ini mengerikan
hati bila dibiarkan hidup setahun lagi, niscaya nama besar kami tiga setan dari szuchuan akan
dipersembahkan kepadanya."
Berpikir sampai disitu, dia tidak menghentikan gerak serangannya, dengan cepat ruyungnya
dibuang keatas tanah, lalu melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan. "Bluuukkk........."
serangan tersebut bersarang telak ditubuh Kim Thia sia yang mengakibatkan tubuhnya mundur
berapa langkah dengan sempoyongan, tapi begitu berhenti sejenak. sambil tertawa keras ia
menerjang maju lagi dengan garangnya.
setan bermuka hitam benar-benar merasa amat terperanjat, segera teriaknya keras-keras:
" Kehebatan bocah keparat ini sungguh megerikan hati. Hmmmm, tapiaku justru tak percaya
kalau kau benar-benar terbuat dari baja atau besi......"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendadak terdengar sisetan bermuka putih berteriak keras:
"Jite, cepat mundur, kau boleh menyerang siapa saja yang berada disini kecuali sibocah keparat
itu. Cucu kura-kura itu sangat hebat, makin dihajar makin kuat, bila dihadapi lebih jauh, kitalah
yang bakal menderita kerugian"
seperti diketahui, ilmu silat yang dimiliki sisetan bermuka putih paling hebat diantara ia
saudara-saudaranya, otomatis perkataannya mempunyai pengaruh yang besar pula.
Sisetan bermuka hitam yang selain menuruti saja perkataan kakaknya, tentu saja amat
menaruh kepercayaan terhadapnya begitu terdengar seruan-seruan tersebut, dipandangnya Kim
Thia sia sekejap dengan pandangan kaget bercampur tercengang. Lalu cepat-cepat mundur
kebelakang. Dengan suara keras Kim Thia sia berkata:
"Hey, apakah kau tidak takut" Huuuh pengecut, tak punya nyali, h ayo cepat kemari, menang
kalah diantara kita toh belum selesai ditentukan"
Tak terlukiskan rasa gusar sisetan bermuka hitam, dia ingin menerjang maju kedepan tapi
sebelum ia sempat bertindak terdengar sisetan bermuka putih telah membentak keras. "Jite,
jangan masuk perangkap. bila kau layani tantangannya tak akan ada manfaat yang kau raih, h ayo
cepat mundur." Dengan perasaan gemas dan benci sisetan bermuka hitam memandang sekejap kearah Kim
Thia sia, kemudian berjalan mendekati Nyoo enghiong bertiga dan ikut mengerubuninya.
Waktu itu, Nyoo lo enghiong bertiga yang sedang bertarung melawan sisetan bermuka merah
sudah keteter hebat, apalagi setelah bertambah dengan setan bermuka hitam, posisinya makin
kritis dan bahaya sekali.
Kim Thia sia sangat mengaatirkan keselamatan kakek angkatnya sambil membentak keras dia
segera memburu kedepan-Mendadak......
Nyoo Lo enghiong menjerit kesakitan, lalu mundur dengan tubuh sempoyongan. Jeritan
kesakitan itu membelah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad membuat suasana
disekitar situ terasa lebih mengerikan hati.
Kim Thia sia tidak sempat menggubris dua bersaudara Nyoo lagi dia langsung mendekati Nyoo
lo enghiong yang terluka.
setan bermuka merah tertawa seram tiada hentinya, dia segera mengayunkan ruyung siap
melepaskan serangan..... Kim Thia sia membentak keras, belum lagi tubuhnya mencapai sasaran sebuah pukulan telah
dilontarkan kedepan- Dengan suatu gerakan cepat sisetan bermuka putih melompat keluar dari arena, kemudian
teriaknya keras-keras: "samte, cepat mundur, jangan kau tangkis serangan dari bocah keparat itu"
Dengan muka tertegun sisetan bermuka merah melompat mundur kearah belakang, untuk
beberapa saat dia tak tahu bagaimana harus menghadapi situasi tersebut.
Kim Thia sia menemukan paras muka Nyoo lo enghiong telah berubah menjadi pucat pias
seperti mayat, peluh dingin bercucuran tiada hentinya, sekujur badannya gemetar keras, sudah
jelas serangan beracun yang bersarang ditubuhnya membuat jiwa tuanya terancam bahaya.
satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya. "Aku harus menotok jalan darahnya
dengan cepat, kalau tidak hawa racun pasti akan menyerang kejantung, bila dia sampai begini
jiwa tuanya pasti tak akan tertolong lagi......."
Berpikir sampai disitu, ia segera berjongkok dan mengayunkan tangannya untuk menotok jalan
darah Yu hong hiat dan ciang bun hiat ditubuh orang tua tersebut.
Pada saat itulah, mendadak terdengar desiran angin tajam menyambar lewat, disusul kemudian
bahunya terasa amat dingin.
Ketika dia berpaling, dilihatnya nona berbaju merah itu sudah berdiri dibelakang tubuhnya
dengan wajah penuh amarah.
"Hey, apa yang hendak kau lakukan?" terdengar nona itu membentak dengan suara nyaring.
"Tentu saja menolong jiwa dia orang tua, mengapa kau menghalangi perbuatanku" sahut Kim
Thia sia tertegun. setelah punggungnya terasa dingin tadi, rasa sakit yang tak terkirakan serasa menusuk tulang.
Pemuda itu mencoba meraba bagian yang sakit itu, ternyata basah kuyup.
Menanti ia periksa tangannya yang basah, baru diketahui darah kental telah menodai seluruh
tubuhnya. Ia tahu luka yang mengakibatkan pendarahan itu pasti merupakan hasil perbuataan Nyoo soat
hong, tapi sebagai pemuda yang jadian tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
membalikkan tubuhnya lagi serta menotok jalan darah Yu hong hiat dan ciang bun hiat ditubuh
Nyoo lo enghiong. setelah itu dia membopong tubuh orang tua itu dan beranjak pergi dari situ dengan langkah
lebar. sementara itu tiga setan dari szuchuan yang takut dengan kelihayan ilmu silat Kim Thia sia
terutama daya kemampuannya untuk menahan serangan tanpa mati, serta makin digebuk makin
perkasa itu, diam-diam ngeloyor pergi dari situ tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Nyoo soat hong berdiri termangu- mangu ditempat dengan mulut membungkam, sekarang dia
baru menyesal karena telah bertindak gegabah sehingga membalas air susu dengan air tuba.
Ia tak menyangka kalau Kim Thia sia sedang berusaha menolong jiwa ayahnya setelah
membacok tubuh Kim Thia sia tadi yang menyebabkan munculnya luka yang cukup dalam serta
bercucurannya darah segar dia jadi malu sendiri hingga untuk sesaat malah berdiri termangu.
Pancaran rasa menyesal mencorong keluar dari balik matanya yang jeli, bibirnya digigit
kencang-kencang, untuk beberapa saat lamanya dia tak tahu bagaimana perasaannya waktu itu.
Dilain pihak Nyoo Jin hui telah membantu untuk membalutkan luka yang dideritanya Kim Thia
sia kemudian katanya dengan perasaan terkejut:
"Hiante, lukamu begitu parah darah yang mengalirpun begitu banyak, cepatlah beristirahat biar
aku yang merawat ayah......"
Kim Thia sia tertawa. "Tidak apa-apa luka yang kuderita ini tidak terhitung seberapa, bila aku tak dapat menahannya
bagaimana mungkin aku bisa membalaskan dendam sakit hati guruku dikemudian hari?"
Melihat pemuda tersebut kukuh dengan pendiriannya, Nyoo Jin huipun menghela napas
panjang dan tidak mendesak lebih jauh.
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, diawasinya wajah Nyoo soat hong dengan
pandangan tajam, kemudian hardiknya:
"Adikku, orang lain toh sudah berulang kali mengalah kepadamu, mengapa kau justru
mendendam terus kepadanya" bahkan membalas air susu dengan air tuba" Bila ayah telah sadar
nanti dan menanyakan duduknya persoalan, akan kulihat bagaimana jawabmu nanti."
Waktu itu Nyoo soat hong sedang dicekam perasaan menyesal yang amat tebal, begitu ditegur
oleh kakaknya, ia menjadi sedih sekali sehingga tak tertahan lagi dua titik air mata jatuh berlinang
membasahinya. sambil tertawa Kim Thia sia segera berpaling seraya katanya:
"sudahlah saudara Nyoo, lukaku toh tidak parah dan aku masih sanggup menahan diri, kalau
dibicarakan betul justru akulah yang harus berterima kasih kepada nona Nyoo, seandainya dia
tidak berbelas kasihan dengan mengurangi tenaga serangannya sebesar tiga bagian. Mungkin aku
tak akan mempunyai kesempatan lagi untuk berjumpa muka dengan dirimu."
Nyoo soat hong merasakan hatinya makin pedih dan tersiksa akhirnya sambil menggertak gigi
ia membalikkan badan dan segera berlalu dari situ.
sepeninggal gadis tersebut, Nyoo Jin hui baru berkata lagi sambil menghela napas.
"Kim hiante, aku merasa amat bersalah kepadamu, bayangkan saja dengan watak adikku yang
begitu keras kepala, berulang kali dia mematuhi dirimu. Coba kalau berganti orang lain- mungkin
sedari tadi sudah pergi meninggalkan aku. Untung Hiante adalah seorang yang berjiwa besar dan
berpikir luhur. Tidak mengikat dendam, tidak membenci orang. Aaai.......perbuatan adikku
memang keterlaluan, aku sampai tak tahu bagaimana harus meminta maaf kepadamu" Kim Thia
sia tertawa tergelak. "Haaaaahh......haaaahh.....haaahh....kenapa kau yang harus berkata begitu" kita kan
bersaudara, masa ada persoalan yang harus dimaafkan segala" biarpun watak adikmu agak keras
kepala tapi dia adalah seorang yang jujur dan baik hati....."
Namun ketika teringat bahwa dia tidak menaruh simpatik terhadapnya, pemuda itupun
menghentikan kata-kata pujiannya.
Nyoo Jin hui juga tidak banyak berbicara lagi, ia sangat terharu atas kebesaran jiwa adik
angkatnya yang baru ini terutama sekali keluhuran budinya yang tidak mengingat-ingat soal
dendam. "Tidak sia-sia aku berkelana dalam dunia persilatan selama banyak tahun, akhirnya kudapatkan
juga seorang saudara angkat yang berbudi luhur......" demikian ia berpikir.
Ia segera mengeluarkan pil mustika dari sakunya dan dijejalkan kemulut Nyoo lo enghiong,
kemudian mengambil sebutir lagi dan diserahkan kepada Kim Thia sia. Tapi pemuda itu segera
menampik, katanya sambil menggelengkan kepalanya:
"Aku sudah terbiasa digebuk orang, jadi tulangku sudah kebal dan mengeras seperti batu. Luka
kecil seperti itu mah bukan masalah, lewat berapa hari lagi toh akan sembuh sendiri Kenapa mesti
repot-repot makan obat?"
setibanya dirumah dan selesai merawat lo enghiong dikamarnya, diapun mengajak Kim Thia sia
menuju keruangan yang telah tersedia bagi tamunya itu. saat itulah Nyoo Jin hui baru mohon diri
dan meninggalkan tempat tersebut.
Setelah suasana menjadi tenang kembali, Kim Thia sia baru merasakan sekujur badannya sakit
bukan kepalang, terutama luka cambuk dan luka tusukan tersebut. sedikit saja dia bergoyang,
sekujur badannya terasa pedih dan panas menderitanya setengah mati. Akhirnya pemuda itu tak
bisa menahan diri lagi, dia mulai merintih kesakitan-
Peristiwa yang baru saja dialaminya membuat dia sangat masgul dan murung, bayangkan saja,
belum lama ia terjun kedalam dunia persilatan bahkan baru hari pertama ia sudah harus menderita
luka yang begitu menyiksa badan, siapa yang tak bersedih hati"
Dia mencoba untuk melepaskan pakaiannya dan tiduran dengan bertelanjang dada, namun
darah yang mengalir keluar makin lama semakin banyak sehingga semua seprei sudah kotor dan
basah kuyup, Biarpun ia pernah mempelajari sim hoat tenaga dalam, namun tanpa dukungan tenaga dalam
toh rasa sakit membuatnya harus mengertak giginya kencang-kencang.
Pemuda itu tak ingin merintih, apalagi menjerit keras-keras sebagai pemuda yang keras hati,
dia tak ingin ditertawakan seisi rumah itu terutama para pelayannya.
Kentongan pertama sudah bergema rembulan telah bersembunyi dibalik awan gelap suasana
amat hening dan gelap gulita.
Baru saja Kim Thia sia habis memadamkan lampu dan bersiap-siap akan tidur, mendadak
terdengar suara langkah kaki manusia yang amat lirih berkumandang datang. Dengan cepat
pemuda itu berpikir: "Jangan-jangan tiga setan dari szuchuan datang mencari gara-gara lagi?"
Waktu itu keadaannya amat letih dan lemah, jangan lagi berjumpa dengan ketiga setan dari
szuchuan yang berilmu silat tinggi, sekalipun seorang centeng yang berilmu biasapun sudah cukup
untuk menghabisi nyawanya. Dalam keadaan begini dia hanya bisa berusaha untuk memperingan
pernapasannya agar tidak terdengar orang lain. sementara sepasang matanya dipentangkan lebarlebar
dan memperhatikan langkah kaki yang mendekat itu dengan seksama.
suara langkah kaki yang lirih itu mendadak terhenti sampai ditengah jalan agaknya ada seorang
telah tiba didepan pintu dan kini sedang mempertimbangkan apakah akan masuk kedalam atau
tidak. Tiba-tiba saja Kim Thia sia merasakan seluruh hatinya menjadi tegang, andaikata yang datang
adalah sahabatnya masih mendingan, bila musuh yang munculkan diri, sudah jelas dia tak mampu
melakukan perlawanan. Padahal dendam kesumat kematian gurunya belum sempat dibalas, tiba-tiba saja dia merasa
hatinya amat pedih. Waktu sedetik demi sedetik lewat dengan cepatnya.......
suasana hening yang menyeramkan serasa mencekam seluruh jagad, sekalipun Kim Thia sia
memiliki nyali yang lebih besarpun tak urung bermandi keringat dingin juga saking ngeri dan
seramnya. Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya:
jangan-jangan ada setan atau dedemit yang datang" malam sudah begini kelam semua orang
sudah pergi beristirahat, siapa lagi yang mau berjalan-jalan ditempat luaran" Aaaaa, benar-benar
tak kusangka kalau dalam perkampungan Liong lim ceng benar ada setannya."
Dengan perasaan ngeri bercampur seram dia segera celingukan kemana-mana, tetapi yang
terdengar hanya suara hembusan angin yang menderu-deru menggoyangkan ranting pohon dan
menerbangkan pasir dan dedaunan kering, ditambah pula suara aneka binatang kecil yang
membentuk irama malam rasanya suasana disitu makin lama semakin menggidikkan hati.
Biarpun Kim Thia sia tidak takut dengan setan, tak urung hatinya mulai goyah juga setelah
menghadapi keadaan seperti ini.
Cucuran peluh dingin hampir saja menembusi seprei dan pembaringan-...
Ketika ditunggunya sesaat kemudian tanpa terdengar sesuatu kejadian, nyalinya menjadi besar
kembali, segera pikirnya:
"Waah, jangan-jangan aku telah salah mendengar" mana ada suara langkah
manusia"Aaah...bikin hati orang kebat kebit......"
Begitu keberaniannya timbul, semua khayalan yang menyeramkanpun hilang lenyap tak
berbekas. Dia segera menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk tidur. Pada saat itulah......
"Took, took, took......."
Pintu kamarnya diketuk seseorang dengan suara yang amat pelan.
Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, beberapa kali ketukan pintu itu tak
sebuahpun yang lolos dari pendengaran Kim Thia sia kontan saja semua khayalan yang
menyeramkan muncul kembali mencekam perasaannya.
Dengan menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya pemuda itu segera menyilangkan telapak
tangannya didepan dada untuk berjaga-jaga atas terjadinya sesuatu peristiwa yang tidak
diinginkan....... Mendadak terdengar seseorang menghela napas lalu bergumam dengan suara pelan-
"Aaaai.....aku tahu, kau sangat marah kepadaku dan tak sudi berjumpa denganku tapi entah
mengapa.......hatiku tak pernah merasa tenteram sebelum aku datang menemuimu......."
Kim Thia sia merasa suara tersebut sangat dikenal, tapi seperti lupa-lupa ingat, ketika
memperhatikan dengan seksama, akhirnya dia mengerti bahwa orang yang sedang bergumam
didepan pintu tak lain adalah adik perempuan Nyoo Jin hui yakni Nyoo soat hong.
" Heran sudah semalam ini mau apa dia mengetuk pintu kamarku?" demikian pemuda itu
berpikir. "Waaaah, jangan-jangan dia siluman rase yang menirukan logat suara adik perempuannya
Nyoo lin hui untuk menggoda aku?"
semula bulu kuduknya pada bangun berdiri, peluh dingin kembali membasahi seluruh
badannya, tentu saja dia semakin tak berani membukakan pintu.
Dari luar pintu kembali terdengar suara gemerisik, nampaknya gadis itu sedang membersihkan
debu dari pakaiannya kemudian baru terdengar ia menegur: "Kim Thia sia kau sudah tidur?"
sekarang suaranya makin jelas, tak salah lagi dia memang Nyoo soat hong. Kim Thia sia segera
berpikir lebih jauh: "Perduli amat dia setan atau dedemit atau siluman yang datang menggoda, toh mati hidup
manusia berada ditangan Thian- Coba kulihat peristiwa apakah yang terjadi?" Berpikir begitu,
diapun segera menyahut: "Apakah nona Nyoo disitu" Aku belum tidur lagi pula pintu kamar tidak dikunci silahkan masuk"
Agaknya orang diluar pintu terkejut tapi setelah sangsi sejenak akhirnya dia mendorong pintu
dan berjalan masuk kedalam.....
Cahaya api berkilauan menyinari seluruh ruangan ternyata gadis itu muncul dengan membawa
setengah pohon lilin, angin yang bertiup membuat cahaya api bergoyang kian kemari, tapi masih
terlihat dengan jelas bahwa orang itu memang tak lain adalah Nyoo soat hong yang keras hati.
Keangkuhan dan ketinggian hatinya telah lenyap dari mimik mukanya waktu itu keningnya
nampak berkerut kencang dan bibirnya terkatup rapat, sekalipun tidak melunturkan kecantikan
wajahnya, namun terpampang jelas kemasgulan dan rasa murung yang tebal.
Pelan-pelan ia duduk sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah, mulutnya terbungkam
dalam seribu bahasa rupanya dia sedang mempertimbangkan bagaimana mesti membuka suara
hingga kedengarannya serasi dan tak janggal.
Tidak jamak seorang perempuan mengunjungi kamar tidur seorang lelaki, apalagi ditengah
malam buta begini, betul mereka berdua sama-sama merupakan anggota persilatan, namun
sedikit banyak tradisi dan adat istiadat toh mesti dipegang teguh.
Sebab bila kejadian tersebut sampai tersiar luas ditempat luaran bukan saja dapat berakibat
nama rusak martabat hancur, bahkan berita sensasi yang tersebar luas dapat mengundang
pandangan rendah dan hina orang lain terhadap dirinya.
setengah harian sudah dia memutar otak. namun belum juga ditemukan kata-kata yang
rasanya pantas untuk diucapkan lama kelamaan dia menjadi gelisah dan panik sendiri sehingga
paras mukanya berubah menjadi merah padam dan kepalanya ditundukkan semakin rendah. sejak
masuk kedalam kamar, nona itu hanya duduk melalui tanpa berbicara ataupun melakukan sesuatu
perbuatan, rasa main membuat mukanya memerah dan tertunduk rendah.
Berapa kali ia mencoba untuk buka suara tapi setiap kali seperti teringat akan sesuatu sehingga
niat tersebut akhirnya diurungkan kembali. Kim Thia sia jadi keheranan, tiba-tiba ia menegur:
"Nona, sebenarnya kau ada urusan apa" katakan saja berterus terang, pokoknya asal dapat
kulakukan,aku pasti tak akan membuat kau merasa kecewa."
Pelan-pelan Nyoo soat hing mendongakkan kepalanya, dengan pancaran sinar-sinar mata
penuh rasa menyesal dia berkata:
"semenjak aku salah melukaimu tadi, hatiku menjadi risau dan tak pernah merasa tenang,
seolah-olah aku telah melakukan suatu perbuatan yang jahat sekali. Maka aku datang dengan
membawa obat luka, sebab bila lukamu tak dapat sembuh, selamanya akupun tak akan merasa
tenteram." Cepat-cepat Kim Thia sia menggelengkan kepalanya.
"Lukaku sangat ringan, mengapa sih harus kau risaukan" Lewat berapa hari, luka itu toh akan
sembuh dengan sendirinya, harap nona tak usah risau."
Ia memang tidak menaruh kesan baik terhadap gadis ini, didalam hati kecilnya kembali dia
berpikir: "Huuuuh, siapa tahu kalau kau berpura-pura sedih, seperti kucing menangisi tikus.... sudah
melukai orang, kini ingin mengobati. Huuuuh....apa gunanya" Tahu begini, mengapa harus
berbuat diwaktu itu?"
Terdengar Nyoo soat hong berkata lagi sambil menghela napas.
"Aku tahu kau amat membenciku, tak sudi menerima kebaikanku, aku dapat memahami
perasaanmu itu.....tapi........aku tak pernah tenteram sebelum mengobati lukamu itu, karenanya
sengaja aku kemari dengan membawa obat luka yang khusus ayah bawa dari wilayah Bian- asal
lukamu diobati, tanggung dalam dua hari saja luka tersebut sudah sembuh kembali"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona tak usah salah paham, terus terang saja aku telah melupakan peristiwa tersebut, apalagi
membenci nona. Harap engkau jangan memandang rendah karakterku"
Berkilat sinar gembira dari balik mata Nyoo soat hong setelah mendengar perkataan itu, segera
tegasnya: "Jadi kau benar-benar tidak membenciku?"
"Aku tidak pernah berbohong kepada siapapun"
Nyoo soat hong makin kegirangan, dia segera melompat bangun, tapi sesaat kemudian dengan
kening berkerut pelan-pelan dia duduk kembali, katanya sambil menghela napas sedih:
" Kalau memang tidak membenciku lagi, mengapa kau melarangku untuk mengobati lukamu
itu?" Kim Thia sia tertawa getir.
"Aku toh seorang manusia kasar yang tak ada harganya dikasihani, penderitaan macam apa
saja pernah kuderita, lalu apa artinya luka sekecil itu" biarlah maksud baikmu kuterima didalam
hati saja." "sekalipun kau berpendapat begitu, tapi tidak demikian dengan perasaanku, gara-gara peristiwa
ini, aku tak bisa tidur dengan tentram......."
sewaktu mengucapkan perkataan tersebut, wajahnya nampak murung dan sedih rasa menyesal
jelas menyelimuti seluruh wajahnya. sampai disini, Kim Thia sia kembali berpikir.
"Biarpun dia keras kepala dan kasar, namun sikapnya tak terlepas dari kegagahan seorang
pendekar wanita dari kaum lurus." Tanpa terasa pemuda itu mulai menaruh kesan baik
terhadapnya. setelah berhasil menenangkan hatinya, diapun berkata: "Nona, pulanglah
kekamarmu, luka ditubuhku tak dapat diobati........"
Berubah hebat paras muka Nyoosoat hong setelah mendengar pemuda itu mengusirnya dari
sana, dengan sedih dia berkata:
"Aaaaai......aku mengerti kau tak akan puas sebelum melihat aku menderita selama berapa
hari, tapi.......yaa, siapa suruh aku membalas air susu dengan air tuba......."
Dua titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi wajahnya, perasaan murung sedih
dan masgul bercampur aduk menjadi satu mencekam perasaan hatinya.
Tak tega juga Kim Thia sia melihat keadaan nona itu, segera ujarnya dengan perasaan iba:
"Baiklah, daripada timbul kesalahan paham didalam hatimu, lebih baik aku menuruti saja
kehendakmu itu" " Jadi kau menuruti?" seru Nyoo soat hong girang, semua kemurungan dan kemasgulan yang
menyelimuti wajahnya hilang lenyap tak berbekas.
Tiba-tiba gadis itu merasa jengah sendiri, bagaimana tidak" ditengah malam buta begini dia
berada dalam satu kamar bersama seorang pemuda, bahkan tanpa sebab menunjukkan perasaan
girang yang meluap. apakah hal semacam ini tidak mudah menimbulkan kecurigaan orang.
Karenanya dengan tersipu-sipu ia menundukkan kembali kepalanya.
"Hayolah" desak Kim Thia sia kemudian- "Bila ingin mengobati lukaku, lakukanlah secepatnya,
aku sudah letih sekali......."
Begitu ucapan tersebut diucapkan, Nyoo soat hong kembali mengerutkan dahinya rapat-rapat
katanya kemudian- "Darahmu sudah kelewat banyak yang mengalir keluar, tak heran kalau tubuhmu gampang letih
dan mengantuk. Aaaaai......kesemuanya ini memang kesalahanku, akulah yang telah
mencelakaimu.......entah bagaimana jadinya bila ayah menegurku besok."
"tak usah kuatir, bila ayahmu berniat menegur atau mengumpatmu, aku tentu akan
mengbelamu." Berbicara sampai disini, dia merasa letih dan mengantuk sekali sehingga tanpa sadar dia
terlelap tidur. Rasa sesal memancar jelas dari balik mata Nyoo soat hong yang jeli, ia merasa malu disamping
menyesal kalau dapat semua luka ditubuh Kim Thia sia bisa dialihkan keatas tubuh sendiri
Ia mengeluarkan botol obat dari sakunya, bau harum semerbak memenuhi seluruh ruangan
tapi Kim Thia sia telah tertidur nyenyak.
Ia sangsi tapi akhirnya sambil menggertak gigi dia mengambil keputusan ditutupinya pintu
kamar rapat-rapat lalu pelan-pelan berjalan kedepan pembaringan Kim Thia sia. Namun......tibatiba
saja mukanya bersemu merah lagi karena jengah....
sebagaimana diketahui, Kim Thia sia tidur dengan bertelanjang dada, bahu dan dadanya yang
kekar berotot serta hembusan napasnya teratur menyiarkan bau khas lelaki yang amat tebal.
setiap bagian tubuh setiap jengkal kulit badannya tak satupun yang tidak memancarkan hawa
kelakian. sebagai seorang gadis remaja, kapankah Nyoo soat hong pernah menyaksikan tubuh lelaki" Tak
urung hatinya toh berdebar juga mukanya terasa merah dan panas. Biarpun malu namun rasa
ingin tahu membuatnya meraba juga sianak muda itu.
Entah mengapa tiba-tiba timbul suatu perasaan yang sangat aneh didalam hatinya suatu
gejolak perasaan yang begitu keras dan belum pernah dialaminya selama ini.
sekali sentuhan rasanya belum cukup memenuhi rasa ingin tahunya. Pelan-pelan gadis itu mulai
meraba-raba dada sang pemuda yang lapang dengan otot-ototnya yang kekar dan menonjol
keluar. Hawa kelakian yang tebal membuatnya tak berani bertindak lebih jauh, namun diapun
merasa berat untuk meninggalkannya.
Mendadak Kim Thia sia menghembuskan napas panjang sambil membalikkan badannya rasa
letih membuat dia tertidur nyenyak sekali. Nyoo soat hong merasa amat terperanjat, mukanya jadi
panas dan memerah .Jantungnya berdebar begitu keras sehingga hampir saja kedengaran jelas .
Dalam sekejap mata dia merasa kegagahannya seolah-olah luluh, tiba-tiba ia merasa dirinya
begitu dan tak berkemampuan, bila dibandingkan Kim Thia sia yang gagah dan perkasa, ia merasa
seakan-akan tertinggal jauh sekali.
Baru sekarang dia sadar bahwa antara lelaki dan perempuan sesungguhnya terdapat tulisan
yang begitu besar. sementara itu Kim Thia sia yang tertidur nyenyak tiba-tiba merasakan punggungnya dingin
sekali, ia tersentak kaget dan segera mendusin kembali dari tidurnya.
Ia menjumpai Nyoo soat hong sedang menarik tangannya dengan cepat, sorot matanya
memancarkan sinar gugup dan tak tenteram, seakan-akan takut rahasia ketahuan orang.
sikap tersebut dengan cepat akan menimbulkan kecurigaan didalam hatinnya, ia segera
bertanya: "Apakah nona sedang mengobati lukaku?"
"Benar......." memanfaatkan kesepatan tersebut Nyoo soat hong segera mengangguk dengan
wajah tersipu-sipu. "Sudah selesai?" kembali pemuda itu bertanya.
Nyoo soat hong merasa jantungnya berdebar semakin keras cepat-cepat dia menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Belum"
" Kalau begitu lanjutkanlah pengobatanmu?"
siapa tahu lantaran dia bergerak kesana kemari, akibatnya mulut luka menjadi merekah
kembali, rasa sakit yang luar biasa membuatnya merintih pelan.
Luka pedang maupun luka ruyung, semuanya mengucurkan darah segar, Nyoo soat hong
menyaksikan luka pedang tersebut panjangnya mencapai satu depa dan dalamnya beberapa inci.
Entah kasihan atau menyesal gadis itu merasa hatinya sakit hingga butiran air mata bercucuran
semakin deras. Gadis itu seperti telah berubah menjadi seorang yang lain ia nampak lemah dan lembut
dibukanya botol obat lalu dibubuhinya mulut luka ditubuh Kim Thia sia dengan obat tersebut,
kemudian dibalutkan dengan sangat berhati-hati.
"Hey nona, kau menangis?" tiba-tiba Kim Thia sia bertanya. Nyoo soat hong menggigit bibirnya
kencang-kencang tanpa menjawab. Kembali Kim Thia sia berkata sambil menghela napas.
"Aku tahu hatimu tak tenteram tapi aku berani bersumpah dihadapan Thian bahwa aku tak
pernah membencimu" Nyoo soat hong merasakan hatinya jadi hangat dan tak terlukiskan gembiranya, semua
kesedihan dan kemasgulan yang mencekam perasaannya selama ini seolah-olah hilang lenyap
dengan begitu saja setelah mendengar perkataan itu, sebaliknya sekulum senyuman yang aneh
segera menghiasi wajahnya.
sebetulnya Nyoo soat hong merupakan seorang gadis cantik, senyuman tersebut membuat
wajahnya nampak lebih manis dan menawan hati, jauh berbeda dengan sikap dingin, ketus dan
angkuh yang diperlihatkan sebelumnya. Kim Thia sia menjadi termangu- mangu bisiknya
kemudian-"Nona, kau benar-benar sangat cantik"
sebagai seorang pemuda gunung yang belum pernah bergaul dalam kehidupan masyarakat,
apa yang ingin diucapkan Kim Thia sia segera diutarakan olehnya tanpa tedeng aling.
Hal ini membuat Nyoo soat hong menjadi makin girang, ucapan tersebut dirasakan jauh lebih
menarik dan menghangatkan tubuhnya daripada beribu-ribu patah kata lainnya. sambil tersenyum
lirih segera serunya: "omong kosong.........."
Kim Thia sia tertegun tapi kembali katanya:
"Tidak, aku tidak bohong, aku berbicara dengan bersungguh hati"
senyuman yang menghiasi wajah Nyoo soat hong makin cerah dan makin manis ia seperti lagi
menikmati hangatnya perkataan tersebut. Kentongan kedua berkumandang dari kejauhan sana.....
Gerakan Nyoo soat hong yang mengobati luka tubuh anak muda itupun makin lama semakin
perlahan- Dia berhenti bergerak, berhenti untuk selamanya.
Selama ini, pikirannya melayang entah sampai kemana dan entah apa saja yang dipikirkan
olehnya selama ini. Kim Thia sia mulai tak sabar, tiba-tiba tegurnya: "Nona, sudah selesaikah?"
Bagaikan baru sadar dari impian, dengan wajah berseru merah cepat-cepat Nyoo soat hong
menyelesaikan pekerjaannya, kemudian baru berkata sambil tertawa: "selesai sekarang, dua hari
kemudian tentu akan segar kembali seperti sedia kala."
"Terima kasih" sahut Kim Thia sia.
Dia segera menarik selimut dan tertidur kembali dengan nyenyaknya...
Dengan pandangan murung Nyoo soat hong memandang sekejap kearahnya, seolah-olah
sedang menggerutu atas sikapnya itu, sikap yang tak mengerti keadaan.
Tapi akhirnya dia menghela napas panjang, dipadamkan lampu lentera lalu beranjak pergi dari
situ sambil merapatkan kembali pintu kamarnya. Ia pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Walaupun hanya didalam dua jam yang amat singkat, namun seringkali akan terjadi suatu
perubahan yang amat besar atas suatu kejadian atau keadaan didunia ini.
Begitu pula keadaan Nyoo Soat hong saat itu, bagaikan orang linglung ia sedang berpikir
seorang diri "Aaai......apa yang telah kuperbuat selama dua jam ini" Yaa....sekujur tubuhnya bagaikan
segulung api......."
Ia telah meraba dadanya yang bidang dan berotot, dan dari situ pula ia seperti telah terbakar
oleh gulungan api itu. sang surya baru menyingsing, matahari memancarkan cahaya keemas-emasannya menyinari
langit yang biru, udara terasa amat segar. Kim Thia sia membuka matanya baru mendusin dari
tidur, mendadak ia melompat bangun sambil berpikir:
"Aduh celaka, matahari sudah jauh diangkasa, kalau aku masih tidur terus bisa ditertawakan
orang." Baru selesai mencuci muka, seorang lelaki setengah umur berdandan centeng telah muncul
didepan pintu dengan wajah tak sabar tapi nampaknya dia tak berani mengganggu tamunya itu,
maka ketika melihat anak muda tersebut munculkan diri, cepat-cepat ia maju mendekat dan
berkata sambil tertawa: "oooh, rupanya Kim sanya, telah bangun Nyoo loya sudah menanti sedari tadi"
"Sekarang juga aku menemuinya" sahut Kim Thia sia segera.
Dengan mengikuti dibelakang centeng tersebut dia berjalan menelusuri serambi samping
sebelum tiba diruang tamu.
Ruangan tersebut sangat megah dan indah, saat itu tampak ada tiga orang sedang duduk
menanti disitu dengan wajah gelisah. Agaknya mereka sedang menunggu sesuatu. Cepat-cepat
dia menghampiri sambil menyapa: "Lopek saudara Nyoo, selamat pagi."
Merasakan udara amat segar, tak tahan lagi pemuda itu merentangkan tangannya lebar-lebar
sambil menarik napas panjang.
Tanpa alasan tiba-tiba paras muka Nyoo soat hong berubah merah dadu, tapi ketika dilihatnya
Kim Thia sia hanya menyapa ayahnya dan kakaknya tanpa memperdulikan dirinya, ia jadi
mengambek. sambil cemberut cepat-cepat membuang muka kearah lain.
Waktu itu Nyoo lo enghiong dan Nyoo Jin hui sudah bersiap-siap untuk bicara tapi setelah
melihat sikapnya, wajah mereka segera menunjukkan rasa kaget dan tercengang.
Dengan perasaan tak habis mengerti Kim Thia sia celingukan kesana kemari namun ia tak
berhasil menemukan sesuatu yang aneh.
Angin pagi berhembus lewat udara terasa agak dingin, tanpa terasa Kim Thia sia bersin
beberapa kali kemudian tanyanya: "Lopek. adakah sesuatu yang tak beres?"
Tiba-tiba ia menemukan dirinya masih berada dalam keadaan bertelanjang dada, sadarlah
pemuda itu atas apa yang terjadi, cepat-cepat dia kembali kekamarnya untuk mengenakan
pakaian. Nyoo soat hong tertawa cekikikan, suaranya kedengaran aneh. Dengan perasaan tertegun Kim
Thia sia berpaling. Hari ini gadis tersebut mengenakan gaun panjang berwarna hijau dengan ikat
pinggangnya yang berwarna biru, gerak geriknya lemah lembut dan kemalu-maluan.Jauh berbeda
dengan sikap angkuhnya kemarin, dimana ia mengenakan baju ringkas berwarna merah dengan
pedang tersoren dipinggangnya.
Dandannya tak jauh berbeda dengan gadis remaja lainnya, lemah lembut halus dan agak
kemalu-maluan. kesemuanya ini membuat sang pemuda jadi tertegun dan mengamatinya lebih
lama. "Kau sedang mentertawakan aku?" tanyanya kemudiansekali
lagi Nyoo soat hong tertawa ringan- sambil menggigit bibir ia tidak menjawab maupun
berbicara. Kim Thia sia segera berkerut kening dan tidak menggubris lagi, kepada Nyoo lo enghiong
mengelus jenggotnya sambil memuji.
"Ehmm, benar-benar sebuah batu kemala yang amat berharga, walau bagaimanapun
ketajaman mata malaikat pedang berbaju perlente memang jauh melebihi diriku."
sesudah berhenti sejenak. dia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak yang
dibungkus kain, kemudian sambil meletakkannya keatas meja, ujarnya dengan wajah serius:
"Sobat kecil, tahukah kau akan asal usul kotak Hong toh ini?"
Kim Thia sia menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu"
Mendadak seperti teringat akan sesuatu dia menyambung lebih jauh:
"Bukankah kedatangan tiga setan dari szuchuan kemaripun khusus karena kotak Hong toh itu"
menurut dugaanku, kotak Hong toh pastilah semacam benda yang amat berharga kalau tidak. tiga
setan dari szuchuan tak bakal mengerahkan kekuatan sebesar itu Dan berusaha keras untuk
mendapatkannya, lopek benar bukan dugaanku ini?" Nyoo lo enghiong segera tertawa.
"Nak biarpun kau nampak polos dan sederhana, ternyata kecerdasanmu sungguh luar biasa.
Benar kotak Hong toh memang sangat berharga, tapi isinya bukan benda sebangsa mutiara atau
intan permata yang tidak ternilai harganya......."
"Bersediakah lopek untuk memberitahukan kepadaku benda apakah yang sebenarnya berada
dalam kotak itu?" sela Kim Thia sia lagi.
Nyoo lo enghiong termenung sambil berpikir sejenak. kemudian sahutnya:
"Tentu, tentu, tapi sebelum kuberitahukan soal ini kepadamu ingin sekali kuajukan beberapa
buah pertanyaan lebih dulu"
setelah berhenti sejenak dan menghela napas panjang, katanya lebih jauh:
"Aaaai, siapa yang menyimpan benda mestika, ibaratnya dia menyimpan bibit bencana bagi diri
sendiri sesungguhnya kotak Hong toh memang sebuah benda mestika yang diincar setiap umat
persilatan semua orang berharap bisa mendapatkannya, sayang aku tak mampu untuk
menyimpannya sehingga tiada kesempatan pula bagiku untuk mencicipi rejeki tersebut.
Aaaai......." setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Terus terang saja kukatakan sobat kecil, semenjak kulihat kau memiliki kepandaian silat yang
amat lihay, timbul satu ingatan aneh didalam hatiku. Kalau toh aku tak bisa menyimpan benda
mestika tersebut secara baik-baik, daripada direbut oleh kawan iblis dan orang jahat, toh lebih
baik kuhadiahkan saja kepadamu, agar kau yang bisa meraih keuntungan tersebut. Kemudian
kedua akupun bermaksud. Aaaai....biar tak usah kusinggung dulu sekarang, toh pada akhirnya kita
akan menjadi orang sendiri, kenapa mesti dibedakan lagi mana tuan rumah dan mana tamu?"
Berbicara sampai disini, dia lemparkan sekulum senyuman aneh kepada Kim Thia sia lalu
tambahnya: "sesungguhnya benda itu kuperoleh dengan susah payah, rencanaku semula hendak kuberikan
kepada putraku agar dia mendapatkan rejeki tersebut. Tapi sayang kepandaian silat putraku amat
rendah, walaupun mendapatkan mestika, toh belum tentu dapat melindunginya dari perampasan.
oleh karena itu, setelah kupertimbangkan semalaman suntuk. akhirnya kuputuskan akan
menghadiahkan benda mestika ini kepadamu."
Kim Thia sia kebingungan setengah mati pada hakekatnya dia tak habis mengerti apa yang
terjadi, sebagai seorang pemuda yang berpikiran sederhana, sama sekali tiada pikiran serakah
yang melintas dalam benaknya oleh karena benda mestika tersebut. setelah tertawa nyaring,
segera katanya: "Lopek, biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati saja, tapi soal kotak mestika Hong toh
tersebut maaf kalau aku tak dapat menerimanya, lebih baik seperti rencanamu semula berikan
saja kepada saudara Nyoo."
Nyoo Lo enghiong agak tertegun tapi segera katanya lagi dengan tegas,
"Tidak. lebih baik kau saja yang menyimpan benda itu. Putraku tak becus dan tidak memiliki
kemampuan apa-apam mengapa dia mesti menyimpan bibit bencana baginya" Dan lagi bukankah
dikemudian hari kita akan menjadi orang sendiri kenapa kau harus menampik lagi"
Haaah.....haaah....haaah..."
Dengan perasaan bingung dan tak habis mengerti Kim Thia sia termenung sebentar, tapi belum
juga diperoleh jawaban maka diapun bertanya dengan wajah keheranan-
"Maafkanlah kebodohanku, aku tak mengerti apa yang empek maksudkan dengan menjadi
orang sendiri itu?" Nyoo lo enghiong seperti ingin mengucapkan sesuatu namun niat tersebut kemudian
diurungkan setelah tertawa aneh, katanya pelan:
"Dikemudian hari toh akan mengerti sendiri, kenapa mesti ditanyakan sekarang"
Haaaah.....haaaah.......haaah........"
Kim Thia sia segera memutar biji matanya sambil berpikir sejenak, tiba-tiba dia seperti teringat
akan sesuatu, karena dianggap sudah memahami maksud orang, diapun turut tertawa terbahakbahak.
"Haaaahh.....haaahh.......haaah.....betul, kita memang orang sendiri, aku telah mengangkat
saudara dengan saudara Nyoo. Bila dihitungkan kembali, aku masih terhitung putra angkat empek.
Yaa....betul, betul sekali, kita memang orang sendiri Haaaahh.....haaaahh.......haaahh......."
Tanpa sebab musabab tiba-tiba Nyoo soat hong mengerling sekejap kearahnya dengan kening
berkerut, sebaliknya Nyoo Jin hui menundukkan kepala dengan wajah tersipu-sipu, sebab dia malu
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan tak tenteram karena merasa dirinya tak berkemampuan untuk melindungi kotak mestika Hong
toh. Dengan suara yang lembut dan penuh keramahan, Nyoo lo enghiong berkata lagi:
"Mari sobat kecil, simpan dulu kotak mestika Hong toh tersebut kedalam sakumu ketahuilah
para pengincar benda mestika itu tersebar dimana-mana, bahkan bisa jadi mereka telah
bersembunyi disekitar tempat ini. Baik- baiklah kau simpan benda itu, siapa tahu kalau dikemudian
hari kau bisa menggunakan kotak mana untuk ditukar dengan semacam ilmu pukulan yang maha
dahsyat dari Ciang sianseng (tuan pukulan)........"
"Siapa sih tuan pukulan atau ciang sianseng itu?" tanya Kim Thia sia tertegun. "Mengapa
dengan membawa kotak tersebut, kita dapat menukar dengan ilmu pukulannya?"
"susah untuk menerangkan siapakah tuan pukulan tersebut dalam sepatah dua patah kata
pokoknya seperti juga gurumu mereka sipukulan sakti dan sipedang sakti masing-masing merajai
seluruh dunia persilatan tanpa tandingan, tentang apa isi kotak Hong toh tersebut, aku sendiri
juga tak tahu, namun satu hal yang kuketahui yakni tuan pukulan memandang kotak ini seperti
nyawa sendiri Dia tak segan-segan mewariskan ilmu pukulannya untuk ditukar dengan kotak
tersebut......" Berbicara sampai disitu, dia mengambil kotak tadi dan katanya lebih jauh:
"Nak. kaulah satu-satunya tumpuan hati kita semua, berbahagialah kau karena memiliki rejeki
yang amat besar ini. Aaaaai..... ombak belakang sungai Tiang kang selalu mendorong ombak
didepannya, orang-orang baru memang sempantasnya menggantikan orang lama, dunia persilatan
dimasa mendatang tentu akan menjadi dunianya kalian kaum muda."
sementara itu Kim Thia sia sedang mempertimbangkan haruskah menerima pemberian itu atau
tidak, pikirnya: "Sebetulnya kotak mestika Hong toh itu menjadi hak milik saudara Nyoo, masa aku harus
berebut rejeki dengannya" bagaimanapun juga aku toh sudah menerima warisan ilmu silat
malaikat pedang berbaju perlente. Asal kepandaian itu mau dilatih secara tekun tak ada habisnya
manfaat yang bisa kutimba. Yaa.....kenapa aku mesti serakah dengan menginginkan ilmu silat dari
tuan pukulan?" Akhirnya diapun mengambil keputusan didalam hati: "Bagaimanapun juga benda tersebut harus
kuserahkan kepada Nyoo Jin hui"
Mendadak terasa eg ulung desiran angin tajam menyambar tiba dengan cepatnya lalu tampak
Nyoo lo enghiong membelalakkan matanya lebar-lebar menyusul jari tangannya mengendor......
"Braaaaaak.........."
Tahu-tahu kotak tersebut terjatuh keatas tanah.
Tampak semua kulit wajah lo enghiong mengejang amat keras, bibirnya gemetar dan mukanya
pucat pasi, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang mampu
diutarakan keluar. Akhirnya terdengar ia mengerang lirih kemudian memejamkan matanya rapat-rapat.
Beberapa perubahan itu berlangsung hampir bersamaan waktunya, bahkan ketiga muda mudi
itu belum sempat mengerdipkan mata, tahu-tahu saja Nyoo lo enghiong telah tak sadar diri.
Kim Thia sia yang melihat kejadian tersebut segera membatin:
"Bagaimana sih kakek ini" mengapa dia nampak begitu lemah" betapa tidak" baru berbicara
setengah jalan, masa ia sudah pejamkan mata dan tertidur?"
Ia berusaha untuk membangunkannya dengan berseru. "Empek. empek." berulang kali, tapi
Nyoo lo enghiong sama sekali tak bergerak. agaknya sudah tertidur nyenyak.
Dua bersaudara Nyoo segera menjadi curiga, mereka tahu biarpun ayahnya sudah lanjut usia
namun dihari biasa masih rajin berlatih silat, dengan tanag dalamnya yang bertambah sempurna,
bukan saja kesehatan tubuhnya tak mengalami kemunduran akibat usia yang menanjak. bahlan
sebaliknya kelihatan lebih segar dan gagah.
Lalu apa sebabnya dia tertidur nyenyak disaat masih berbincang-bincang" mungkinkah hal ini
dikarenakan tenaga dalamnya mengalami kerusakan akibat pertarungan mati-matian melawan tiga
setan dari szuchuan semalam"
Nyoo Jin hui yang pertama-tama tak bisa menahan diri, dia segera mendorong tubuh ayahnya
sambil berseru: "Ayah......ayah.........mengapa kau?"
Nyoo lo enghiong sama sekali tak bersuara, menggerakkan kelopak matanyapun tidak.
Nyoo soat hong segera memburu kesampingnya dan menggoyangkan lengannya berulang kali,
makin digoyangkan ternyata kakek itu makin terkulai tak bertenaga.
Kejadian ini kontan saja membuat Nyoo soat hong terperanjat tanpa sadar ia segera memeriksa
pernapasannya. Begitu diperiksa, nona itu langsung saja tertegun, paras mukanya berubah menjadi pucat pias
seperti mayat. Agaknya Nyoo Jin hui turut merasakan sesuatu segera teriaknya keras-keras: "Apakah telah
tewas?" Tiba-tiba pandangan matanya menjadi mendelong kaku, sementara tubuhnya berdiri tertegun
seperti sebuah patung batu.
Kim Thia sia pun cepat-cepat memusatkan perhatiannya kembali dengan memeriksa denyutan
jantung sikakek ternyata detak jantungnya memang sudah berhenti.
"Dia sudah mati........." bisiknya kemudian.
Tapi seluruh badannya sama sekali tidak meninggalkan bekas apapun, Nyoo lo enghiong telah
meninggal dunia dengan tenang sekali.
Darah panas kontan saja bergelora dengan hebatnya didalam tubuh Kim Thia sia mendadak ia
membentak dengan suara menggeledek:
"Bajingan keparat manakah yang melakukan perbuatan ini" Hayo cepat menggelinding keluar"
suaranya menggema diseluruh ruangan dan bergetar tiada hentinya, namun tak seorangpun
yang menjawab. Mendadak tampak bayangan hitam berkelewat lewat, disusul kemudian terasa segulung tenaga
pukulan yang beratnya mencapai berapa ribu kali menghantam kearah dadanya.
serta merta Kim Thia sia mengayunkan tangannya untuk menyambut ancaman tersebut dengan
kekerasam...... "Blaaaammmm............."
Ditengah benturan yang amat keras, tubuhnya segera terlempar sejauh tiga kali dari posisi
semula oleh hembusan angin pukulan yang sangat kuat itu sehingga roboh terjengkang diatas
tanah. Menanti rasa kagetnya sudah hilang dan merangkak bangun dari atas tanah, kotak Hong toh
yang berada doatas meja, kini sudah lenyap tak berbekas. "Ayah" sambil menangis terseduh Nyoo
soat hong menjerit keras sekali. Tiba-tiba tubuhnya terjungkal keatas tanah.
Untung Kim Thia sia bertindak cepat dia maju dua langkah kedepan dan menyambar
pinggangnya, ketika diperiksa, tampak nona itu pejamkan matanya rapat-rapat, ternyata sudah
roboh tak sadarkan diri Maka dengan cepat pemuda itu menarik tubuhnya serta didudukkan keatas kursi.
Kemudian ketika dilihatnya Nyoo Jin hui berdiri kaku ditempat yang seperti orang linglung yang
kehilangan pikiran danperasaan seakan-akan tak merasakan lagi kejadian didepan matanya. Kim
Thia sia segera mendekatinya, lalu tanpa berpikir panjang dia mendorong tubuh saudaranya
sambil membentak: "Hey, Nyoo Jin hui......."
Nyoo Jin hui masih tidak merasa maupun mendengar, menanti pukulan itu hampir mengenai
tubuhnya ia baru tersentak bangun dari lamunannya, namun tubuhnya toh sempat terdorong maju
sejauh tiga empat langkah lebih. sesudah berhasil memulihkan kesadarannya pemuda itu baru
menangis sambil memeluk jenasah ayahnya, suara tangisannya amat keras dan memedihkan hati.
Kim Thia sia berkerut kening, teriaknya lagi keras-keras. "saudara Nyoo cepat ambilkan pedang
milikku itu" setelah menangis sekian waktu, pelan-pelan Nyoo Jin hui dapat mengendalikan kembali
emosinya dengan sepasang mata merah membara ia bertanya: "Mau apa kau?"
"HHmm, tentu saja membalaskan dendam bagi lopek" jawab Kim Thia sia sambil mendengus
marah. "Mari kita berangkat bersama"
Kemudian setelah mengambil pedang Leng Gwat kiam tersebut dan diserahkan kepada Kim
Thia sia, dia berkata lagi:
"Mari kita mencari dengan pisah jalan, kau kebarat dan aku ketimur"
JILID 6 Kemudian tanpa memperdulikan Kim Thi sia dan Nyoo Soat hong lagi, dia segera menjejakkan
kakinya dan berkelebat pergi dengan menerobos jendela.
Dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Setelah menyorenkan pedangnya Kim Thi sia bersiap-siap pula akan berangkat, tapi secara
tiba-tiba ia saksikan Nyoo Soat hong bersandar dikursi dengan wajah pucat pias maka segera
pikirnya: "Kalau kami berdua pergi semua, bagaimana dengan dia" seandainya musuh jahanam itu
datang lagi dan menghadiahkan sebuah tusukan ketubuhnya dalam keadaan tidak sadar niscaya
dia akan mati, bukankah jiwanya akan melayang dengan penasaran?"
jangan dilihat dia polos dan sederhana, padahal orangnya cermat dan seksama, maka setelah
mempertimbangkan sejenak, buru-buru diambilnya semangkuk air dan diguyur keatas wajahnya.
Nyoo Soat hong segera mendusin kembali dari pingsannya, dengan cepat dia memandang
sekejap kesekeliling tempat itu, tapi keningnya segera berkerut, perasaan sedihpun menyelimuti
wajahnya. "Mana kakakku?" tanyanya kemudian.
"Engkoh mu sedang pergi mencari musuh yang jahanam itu, dia ketimur dan aku kebarat.
Baik-baiklah kau berada disini untuk menjaga jenasah lopek, disamping itu kaupun harus
berhati-hati, jangan memberi kesempatan kepada musuh untuk mencelakai jiwamu tanpa kau
sadari. Nah aku pergi dulu."
Dengan melompati jendela, dia beranjak pergi dari situ dengan langkah besar. Tiba-tiba
terdengar Nyoo soat hong berseru dari belakang: "Hay tunggu sebentar, aku ikut dirimu."
sambil menggertak gigi Nyoo soat hong melompati jendela dan memburu kebelakang anak
muda tersebut. Dengan kening berkerut Kim Thi sia segera berteriak keras:
" Kau tak boleh ikut pergi, bila kaupun pergi lantas siapa yang akan menjaga jenasah empek?"
"Tidak, aku harus pergi dari sini" seru Nyoo soat hong bersikeras. "Ayah tewas tanpa sebab
yang jelas, aku harus mencari musuh jahanam itu sampai ketemu dan mencincang tubuhnya
hingga hancur berkeping-keping."
Kim Thi sia menjadi amat gusar tanpa berpikir panjang lagi dia segera mendorong tubuh nona
itu sambil bentaknya: "Kenapa sih kau tak mau menurut" Bukan saja hal ini akan menyulitkan kau sendiri, bahkan
akan mencelakai seluruh keluargamu"
Nyoo soat hong sama sekali tidak menyangka kalau Kim Thi sia bakal mendorong tubuhnya,
sementara masih tertegun tak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri.
Tak ampun lagi, dadanya kena didorong keras-keras sehingga kehilangan keseimbangan
badannya, kontan tubuhnya mundur sejauh tiga langkah kebelakang.
Biarpun tak disengaja ternyata dorongan Kim Thi sia ini persis mengenai sepasang payudara
sinona yang montok dan empuk itu.
sekalipun Nyoo soat hong berada dalam keadaan sedih tak urung dibuat tersipu-sipu juga
setelah payudaranya dipedang orang kepalanya segera tertunduk rendah.
selang berapa saat kemudian, dia baru mengangkat kepalanya kembali, dari balik sepasang
matanya yang terbelalak besar, terlintas rasa malu yang amat sangat.
sebaliknya Kim Thi sia tetap bersikap wajar, dia sama sekali tidak nampak jengah atau tersipu
karena perbuatan itu. Malah dengan suara rendah dan mendalam dia berkata lagi:
"Nona, turutilah perkataanku, kau tak usah ikut menyerempet bahaya, bila aku tidak pulang
berarti telah terjadi suatu hal yang tak dlinginkan atas diriku.Jagalah diri kalian baik-baik, atau
carilah bantuan orang lain, atau dalam ilmu silat kalian, tapi yang penting janganlah bertindak
menuruti emosi, mengerti?"
Pemuda itu tidak mengerti adat kesopanan ataupun tata cara pergaulan baginya apa yang ingin
dibicarakan, langsung diutarakan secara blak-blakan. sehingga tanpa disadari ucapannya itu
bernada memerintah. seandainya kejadian tersebut berlangsung diwaktu biasa, Nyoo soat hong yang tinggi hati pasti
tak akan tahan. Tapi keadaannya saat ini jauh berbeda, kesatu karena ayahnya baru saja
terbunuh sehingga pikiran Nyoo soat hong masih kalut, kedua nona itupun sudah menaruh suatu
perasaan aneh terhadap pemuda tersebut.
oleh karenanya terhadap ucapan Kim Thi sia yang bernada memerintah itu bukan saja tidak
memancing keangkuhannya malah sebaliknya justru mengangguk dengan menurut sekali. Malah
dengan penuh rasa kuatir berpesan:
"Bila ilmu silat yang dimiliki musuh jahanam itu terlalu hebat dan kalian tak mampu
menandinginya, tak usah dihadapi secara kekerasan. Pulanglah cepat-cepat dan kita bertindak
setelah berunding nanti."
Mendadak Kim Thi sia mencabut pedangnya sehingga terdengarlah suara nyaring bergema
memecahkan keheningan. cahaya hijau yang menyilaukan mata segera memancar keluar dari
tubuh pedang Leng Gwat kiam tersebut.
sambil membelai pedangnya yang bersinar tajam itu, Kim Thi sia berseru keras-keras:
"Aku bersumpah tak akan kembali kemari lagi sebelum dapat membalaskan dendam sakit hati
empek. Nona Nyoo, aku segera akan pergi, segala sesuatunya atasilah secara baik-baik........"
Nyoo soat hong menjadi terkejut sekali, setelah mendengar perkataan itu serunya tertahan:
"Kau............"
Dia tak tahu bagaimana harus melanjutkan perkataan itu, menanti nona itu menemukan katakata
yang sesuai bayangan tubuh Kim Thi sia yang kekar telah lenyap dibalik pepohonan yang
gelap nan jauh didepan sana.
Nyoo soat hong merasa sedih sekali, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi
wajahnya. Kesedihan yang datang secara bertubi-tubi membuat perasaannya bergolak keras seperti
dilanda gelombang yang menggunung.
Ia tak mengerti apa sebabnya air mata bercucuran membasahi wajahnya, sedih karena
kematian ayahnya" atau sedih karena kepergian pemuda itu"
Tapi yang jelas dia merasa sedih sekali sehingga ingin menangis tersedu-sedu sampai puas.
Kim Thi sia menghentikan langkahnya setelah berjalan beberapa saat pikirnya:
"Kemana aku harus pergi" dengan pengalamanku yang cetek dan tak mengenal daerah
disekitar tempat ini, bagaimana mungkin aku dapat menemukan musuh jahanam itu" Lagipula
syarat yang terutama bagi pencarian ini yakni raut wajah lawanpun tak kuketahui, biar bertemu
ditengah jalanpun belum tentu aku bisa mengenalinya......."
Pikir punya pikir dia menjadi putus asa dunia begini luas, kemanakah dia mesti menemukan
musuh tersebut" akhirnya sambil menghela napas panjang dia duduk bersandar disisi dahan
pohon. Mendadak......... saat itulah ia saksikan sesosok bayangan hitam berkelebat lewat dari hadapannya sana dengan
kecepatan tinggi dalam sekilas pandangan saja bayangan tersebut telah lenyap tak berbekas. Kim
Thi sia segera merasakan hatinya melonjak-lonjak. segera pikirnya: "Aaah, jangan- jangan orang
ini......." Dia segera mempercepat langkahnya menyusul kebalik hutan yang lebat itu sambil melakukan
pencarian. Lebih kurang dua kali sudah dia berjalan hingga tembus dari balik hutan ternyata ia tak berhasil
menemukan jejak bayangan hitam yang terlihat tadi.
Ia mencoba menunggu sebentar, tapi tiada kecurigaan yang ditemukan harapan yang semula
tumbuh kontan lenyap tak berbekas. Tanpa terasa gumamnya seorang diri:
"Yaa, siapa suruh aku tak becus, ilmu meringankan tubuh tak mampu kalau tidak, niscaya
orang itu dapat kususul."
Dengan kepala tertunduk dia melanjutkan kembali perjalanannya dengan pikiran yang
melayang entah kemana, jangan lagi memperhatikan jalanan, pemandangan disekelilingnyapun
tidak dipandang barang sekejappun. Tiba-tiba.......
Kembali terlihat sesosok bayangan-bayangan hitam melesat naik keatas pohon dari suatu
tempat tak jauh dihadapannya menyusul kemudian tapak orang itu meluncur kedepan dengan
cepatnya. Kim Thi sia menjadi sangat kegirangan sambil mengejar dibelakang manusia berbaju hitam itu
pikirnya : "Bagaimanapun juga, kali ini aku tak akan membiarkan dia lolos dengan begitu saja."
Bayangan manusia berbaju hitam itu mempunyai perawakan tubuh yang kurus dan kecil, dia
memakai pakaian ringkas berwarna hitam dengan sepasang pedang tersoren dipunggungnya.
Gerak g erik orang itu sangat ringan dan lincah, sekali lompatan beberapa kaki dapat tercapai.
Untukng saja dia sedang berlari dengan kepala tertunduk. kalau tidak tak nanti Kim Thi sia dapat
menyusul. Tak selang berapa saat kemudian, Kim Thi sia sudah kehabisan napas, dia ngos-ngosan seperti
kerbau, kakinya letih dan lemas sehingga nyaris tak sanggup diangkat kembali, tapi dengan
mengeraskan hatinya dan menggertak gigi kencang-kencang dia mengikuti terus tiada hentinya.
setelah masuk kota, tiba-tiba manusia berbaju hitam itu mengurangi kecepatan geraknya masih
dengan kepala tertunduk dia selalu menghindari tempat keramaian dengan memilih jalan yang
sepi tapi kadang kala dia mengangkat kepalanya juga untuk memperhatikan keadaan disekitar
situ. Waktu itu Kim Thi sia sudah kepayahan untuk mengikuti terus, ketika melihat orang itu
kegirangan setengah mati. Maka dengan berlagak seolah-olah tiada bermaksud apa-apa dia
memegang gagang pedangnya dan membusungkan dada berjalan dengan langkah lebar, padahal
secara diam-diam dia awasi terus kemanapun orang itu pergi.
Begitulah, dengan tanpa arah tujuan tertentu ia mengguntil terus dibelakang manusia berbaju
hitam itu, setelah menikung dua tiga kali akhirnya mereka masuk kedalam sebuah lorong sempit.
Tiba-tiba manusia berbaju hitam itu berhenti sambil celingukan kian kemari untung Kim Thi sia
telah bersiap sedia, cepat-cepat dia menyembunyikan diri kesudut lorong. Beberapa kali orang
berbaju hitam itu berjalan mondar mandir diseputar lorong tersebut menanti dia sudah yakin kalau
disekitar sana tiada orang lain, orang itu baru melompat setinggi tiga kaki dan melayang keatas
sebuah bangunan loteng dan menerobos masuk melalui jendela yang terbuka lebar.
Hal itu tentu saja amat menyulitkan Kim Thi sia yang tidak mengerti ilmu meringankan tubuh,
dia harus membuang waktu hampir setengah harian lamanya untuk merangkak nani keatas
dinding pekarangan lalu setingkat demi setingkat dia menaiki loteng tadi. Tatkala tiba ditepi
jendela tersebut dia sudah kecapaian serta bermandikan keringat. Jendela itu belum ditutup
sehingga Kim Thi sia dapat mengintip kedalam ruangan itu
Disana ia jumpai sebuah ruangan yang sangat indah dan mewah, diatas dinding penuh
bergantung lukisan-lukisan mahal. Disudut ruangan terdapat lemari yang penuh dengan buku,
barang antik serta jambangan indah. sudah jelas kamar tersebut milik orang kaya.
Ruangan itu kosong melompong, sedang manusia berbaju hitam tadi entah sudah menyusup
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemana, diam-diam Kim Thi sia menerobos masuk kedalam ruangan dan bersembunyi dibalik
kelambu. Disamping ruangan itu terdapat pula ruangan lain yang jauh lebih megah dan mewah daripada
ruangan pertama, diatas pembaringan yang terbuat dari gading gajah. Tampak seorang lelaki
bertubuh kekar sedang tidur menghadap kedalam, hanya dengkurannya yang terdengar jelas tapi
terlihat bagaimanakah raut mukanya.
Dis isi pembaringan terdapat lemari manusia berbaju hitam yang dijumpainya tadi sedang
membongkar lemari tersebut. Entah apa yang sedang dicari, tapi cara kerjanya sangat cekatan,
meskipun sedang menggeledah namun sama sekali tak terdengar sedikit suarapun.
Diam-diam Kim Thi sia berpikir:
"ooh, rupanya dia cuma seorang pencuri. Aaai......sialan, tak nyana setelah dikuntil setengah
harian, yang diikuti cuma seorang pencuri kecil."
Manusia berbaju hitam itu agaknya belum emrasa kalau ada orang lain sedang mengintip dari
balik pintu, ketika ia gagal menemukan benda yang dicari setelah menggeledahnya sekian lama.
orang itu nampak murung dan kesal sekali, terhadap emas dan perak yang memenuhi lantai
ternyata ia tak memandang sekejappun.
selama ini dia tak pernah berpaling sehingga Kim Thi sia tidak sempat untuk nelihat raut
wajahnya, tapi dia dapat membayangkan wajahnya saat itu tentu murung sekali.
Tiba-tiba manusia berbaju hitam itu menghentikan pencariannya lalu berdiri termenung disitu
agaknya ada sesuatu yang sedang dipikirkan.
Berapa saat kemudian, agaknya ia telah mengambil suatu keputusan besar, selangkah demi
selangkah dia berjalan mendekati lelaki yang masih tertidur nyenyak itu.
Tiba-tiba rasa gusar muncul dalam hati Kim Thi sia, dengan kening berkerut sebera bentaknya:
"Ada pencuri" suaranya begitu keras, sampai membuat manusia berbaju hitam itu menjadi tertegun.
Mendadak lelaki yang berbaring diatas ranjang itu tertawa terbahak-bahak. agaknya diapun
telah membuat persiapan sementara manusia berbaju hitam itu masih tertegun ia telah
melancarkan sebuah serangan dengan mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
manusia berbaju hitam itu.
Dengan sekuat tenaga manusia berbaju hitam itu berusaha untuk meronta, tapi gagal, akhirnya
sambil menghela napas sedih ia menghentikan rontaannya dan pasrah pada nasib.
Menyaksikan peristiwa tersebut Kim Thi sia menjadi menyesal sendiri, dari apa yang terjadi
didepan mata dapat disimpulkan kalau lelaki setengah umur yang bertubuh kekar itu sudah
melakukan persiapan yang matang.
Melihat manusia berbaju hitam itu begitu lemah dan menghentikan perlawanannya untuk
pasrah pada nasib tiba-tiba suatu perasaan membantu kaum lemah timbul dalam hati kecilnya.
sementara itu lelaki setengah umur itu sudah tertawa nyaring, dia segera menarik ikat kepala
manusia berbaju hitam itu sehingga terurailah rambutnya yang panjang. terdengar lelaki kekar itu
berkata dengan bangga: "Nona, lebih baik padamkan saja niatmu itu, bila raja akherat telah menetapkan kentongan
ketiga saat kematianmu, nyawamu tak bakal lolos sampai kentongan kelima. Bah rupanya nasibmu
memang lagi naas, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji kepadamu."
selesai berkata dia segera membereskan pakaian sendiri tanpa memandang kearah Kim Thi sia
barang sekejappun. seakan-akan dia memang tak memandang sebebah matapun kepadanya.
Dari pembicaraan yang barusan berlangsung, Kim Thi sia dapat menyimpulkan kalau antara
lelaki setengah umur dengan manusia berbaju hitam itu jelas sudah saling mengenal satu sama
lainnya. Siapa tahu gara-gara kecerobohannya, menyebabkan urusan pribadi orang jadi
berantakan. Tiba-tiba manusia berbaju hitam itu berpaling dan memandang sekejap kearah Kim Thi sia
sepasang matanya berkaca-kaca penuh air mata, wajahnya yang cantik nampak sedih dan murung
terdengar ia berkata dengan suara lirih:
"sejak semula aku sudah tahu kalau kau sudah menguntit dibelakangku, tapi tak mengira kalau
kau bakal berteriak"
suaranya lembut dan lemah sama sekali tidak mengandung nada benci atau marah seolah-olah
dia hanya menyalahkan nasib sendiri yang kurang mujur.
Kim Thi sia berdiri termangu ditempat untuk sesaat dia tak tahu bagaimana harus menjawab
perkataan itu Dalam pada itu, lelaki kekar itu telah berkata lagi dengan suara yang keren-
"Murid murtad, pangcu loya sudah tahu kalau kau berniat menghianatinya, karena selama
berapa hari terakhir ini aku selalu mengawasi gerak gerikmu. Hmmm tak disangka kau berani
datang mencuri obat. Nah, tahu rasa sekarang"
"Paling banter toh mati, kenapa aku mesti membantu kaum durjana untuk berbuat kejahatan
lagi" Aku tak sudi lagi membantu kalian untuk menindas dan menyiksa rakyat biasa.........."
Biar bodoh Kim Thi sia tidak tuli atau buta, sekilas pandangan saja ia sudah tahu kalau nona
berbaju hitam itu bukan orang jahat rasa simpatik segera berkobar dalam hatinya.
Dalam pada itu lelaki setengah umur bertubuh kekar itu sudah berkata lagi sambil tertawa
dingini "Kurang ajar, kau berani mengupat pangcu" Hmm, kali ini jangan lagi hidup bebas, mau
matipun tak gampang Hmm, tunggu saja hukuman berat yang bakal menimpamu sesuai dengan
peraturan yang berlaku......."
Kemudian teriaknya keras-keras: "Pengawal........."
Terdengar suara langkah bergema tiba, nampak tiga orang lelaki berbaju perlente munculkan
diri dengan langkah lebar. Begitu tiba dalam ruangan, serentak mereka berseru: "Tongcu, ada
perintah apa?" "Gusur dia pergi dari sini dan serahkan kepada Tongcu bagian hukuman untuk
membereskannya " Kim Thi sia merasa darahnya mendidih mendadak ia mendesak maju kemuka lain bentaknya
penuh amarah. "Bebaskan dia, kalau tidak........"
"Kalau tidak kenapa?" jengek lelaki kekar itu tanpa menengok barang sekejappun kearahnya.
Kim Thi sia jadi tertegun, bicara sejujurnya dia memang tak yakin dapat mengungguli orang itu.
sinona berbaju hitam itu tertawa getir pelan-pelan dia beranjak pergi dari situ mengikuti disisi
ketiga orang lelaki berdandan busu tersebut.
senyum getir mana seolah-olah sedang mentertawakan nasib sendiri yang jelek tapi bisa
diartikan pula mentertawakan Kim Thi sia yang tak akan memiliki kemampuan untuk
membantunya. "Hey berhenti kalian bertiga."
Tiba-tiba lelaki setengah umur bertubuh kekar itu tertawa nyaring serunya:
"Hey, anak muda. Lagakmu pada hari ini sudah cukup banyak. andaikata aku tidak mengingat
bahwa kau telah memberi kabar kepadaku atas kejadian hari ini, kemunculan dalam kamar tidur
pribadiku hari inipun sudah cukup bagimu untuk menerima kematian.
Haaaah......haaaah.......haaaah........."
Kim Thi sia gusar sekali tiba-tiba dia melepaskan sebuah pukulan kemuka.
Lelaki setengah umur itu mendengus dingin, lengan kirinya segera dikebaskan keatas, seketika
itu juga muncul segulung kekuatan besar yang menumbuk anak muda tersebut.
Kim Thi sia tak sanggup berdiri tegak. secara beruntun tubuhnya mundur sejauh lima langkah
lebih. Kedengaran lelaki itu berkata lagi dengan suara dingin:
"Hey anak muda, kau masih ketinggalan jauh Bila ingin menjadi seorang pendekar yang mampu
menahan sepuluh jurus seranganku, lebih baik berlatih sepuluh tahun lagi."
Dengan penuh amarah, Kim Thi sia menyerbu kedepan, dia segera mengeluarkan jurus-jurus
ampuh seperti " bintang lenyap rembulan hilang" dan "awan muncul kabut membuyar" dari ilmu
pedang Ngo hud kiam hoat untuk melancarkan serangan kanan kiri.
Lelaki setengah umur itu kelewat memandang enteng musuhnya. Tahu-tahu dia merasa
bayangan tangan berkelebat lewat dihadapannya. sebelum ia sempat berseru tertahan, tahu-tahu
dadanya sudah termakan sebuah logam mentah.
Masih untung tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna sehingga pukulan tersebut hanya
menyebabkan badannya sedikit goyah, serta merta dia merentangkan cakar mautnya untuk
mencengkeram tubuh sianak muda itu.
Biarpun serangan dari Kim Thi sia berhasil menghantam dada orang, sayang tenaganya kurang
sehingga tidak memberi hasil yang sepandan, maka ketika dilihatnya cengkeraman lawan
menyambar datang secepat kilat sehingga tidak memberikan kesempatan baginya untuk
menghindar, cepat-cepat dia mengeluarkan lagi jurus-jurus tangguh seperti "guntur menggelegar
angin berhembus dan batu retak gunung gugur" dari ilmu Ngo hud ciang kiam hoat untuk balas
menghajar dada lelaki itu.
Berubah hebat paras muka lelaki setengah umur itu, dia kaget lantaran musuhnya meski
bertenaga dalam rendah ternyata memiliki jurus serangan yang begitu tangguh.
sadarlah dia, apalagi tenaga dalamnya tidak dipergunakan untuk meraih kemenangan
secepatnya bisa jadi dia akan menderita kerugian dan rasa malu yang tidak terlukiskan besarnya.
Berpendapat begitu, maka tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia segera menghimpun tenaga
dalamnya sebesar lima bagian, kemudian sebuah pukulan kembali dilancarkan.
Kim Thi sia bukan orang bodoh, diam-diam diapun mengerahkan ilmu menghisap tenaganya
ciat khi mi khi untuk menyongsong datangnya ancaman lawan. "Bluuuuukkk. ........ "
Akibat dari bentrokan tersebut, badannya mencelat sejauh tiga kaki lebih sehingga
punggungnya menumbuk diatas daun jendela dan menimbulkan suara gaduh yang memekikkan
telinga. sambil tertawa terbahak-bahak lelaki setengah umur itu sebera mengejek.
"HaaaaHH.....haaaaH.....haaaaHh..... bagaimana rasauya seranganku ini" cukup enak bukan
dirasakan dalam tubuhmu?"
Baru saja dia berniat untuk membekuk Kim Thi sia serta memaksauya untuk menyerahkan
jurus-jurus pukulannya yang hebat itu kepadanya, mendadak tampak bayangan manusia
berkelebat lewat, tahu-tahu Kim Thi sia telah merangkak bangun kembali dari atas tanah. sembari
mengayunkan telapak tangannya pemuda itu segera bergerak kembali.
"Hey kunyuk, busuk. Mari, mari, mari kita bertarung lagi. jangan berhenti sebelum salah
seorang tanpa diantara kita mampus."
Lelaki setengah umur itu menjadi tertegun, tanpa terasa pikirnya didalam hati: "Aneh, kenapa
bocah keparat ini belum juga mampus setelah termakan seranganku?"
Dengan mengerahkan tenaga dalamnya sebesar tujuh bagian sekali lagi dia melancarkan
sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Bagaikan layang-layang yang putus benang, kali ini Kim Thi sia mencelat kebelakang hingga
menumbuk diatas dinding ruangan, darah segar muncrat keluar dari jidatnya yang terluka.
Baru saja lelaki setengah umur itu merasa sayang karena tak berhasil mengorek jurus serangan
lawannya yang hebat, tiba-tiba Kim Thi sia telah melompat bangun lagi sambil menerjang
kearahnya. "Hmmm, baru dua serangan- mari kita bertarung dua ratus gebrakan lagi sebelum berhenti"
terdengar ia berteriak. Terkesiap sekali hati lelaki setengah umur itu, segera teriaknya keras-keras:
"Aku tak percaya kalau dikolong langit terdapat ilmu sesat sehebat ini. Wahai bocah keparat,
ingin kubuktikan sendiri apakah tubuhmu terbuat dari baja asli atau terdiri dari tembaga."
" Weeeesssss ......... . weeeesssss ......."
secara beruntun dia melancarkan dua buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Kim Thi sia sama sekali tidak mencoba menghindar diapun berkedip. ia sambut datangnya
ancaman tersebut sambil melontarkan sepasang tangannya kedepan, ia lebih suka memilih
pertarungan keras melawan keras daripada main menghindar.
sementara itu ketiga lelaki kekar yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena telah
dibuat terbelalak matanya dengan mulut melongo.
sebaliknya sinona berbaju hitam itu merasa kuatir sekali, dia heran mengapa pemuda itu tidak
mengendalikan jurus serangannya yang tangguh untuk meraih kemenangan, sebaliknya justru
menggunakan ketidak mampuan dirinya untuk melangsungkan pertarungan keras melawan keras.
Lama kelamaan dia menjadi tak tega sendiri untuk mengikuti jalannya pertarungan itu, sepasang
mata segera dipejamkan rapat-rapat. Dia tak rega menyaksikan Kim Thi sia mati konyol ditangan
lawan-"Blaaaamm......"
Kembali terdengar suara benturan keras bergema memecahkan keheningan- Tubuh Kim Thi sia
terpental sampai menubruk meja dan kursi.
Dengan perasaan terkejut bercampur gusar lelaki setengah umur itu segera berseru:
"Mampus kau kali ini......"
Belum habis perkataan itu diucapkan tampaklah Kim Thi sia dengan pakaian compang camping
sedang merangkak bangun dari balik hancuran meja kursi, lalu dengan pandangan mata penuh
kegusaran dia mengawasi lelaki setengah umur itu tanpa berkedip.
Betapapun besarnya nyali lelaki setengah umur itu keder juga hatinya setelah menghadapi
kejadian seperti ini, tanpa terasa dia mundur selangkah kebelakang ini. Lalu teriaknya dengan
suara sangat aneh: "Sungguh aneh, sungguh aneh, hari ini toaya bersumpah akan menjagal dirimu."
sambil menerjang kedepan, sepasang tangan dan kakinya melancarkan serangan secara
bertubi-tubi, seperti hembusan angin puyuh dan hujan badai, secara beruntun dia menghadiahkan
pukulannya keatas kepala, badan, bahu, lengan dan kaki si anak muda tersebut.
Kim Thi sia sedikitun tidak mengeluh ataupun merintih kesakitan- sekalipun sekujur badannya
sudah kena digebuk dan serangan yang meluncur tiba yang satu lebih cepat dari sebelumnya,
namun setiap kali tubuhnya berhasil mempertahankan diri secara kokoh, malah sanggup pula
melancarkan serangan balasan...
selang berapa saat kemudian, sekujur badan lelaki setengah umur itu sudah basah
bermandikan keringat, napasnya makin lama semakin tersengkal tapi pemuda itu justru seperti
seekor harimau ganas yang menerkam secara ngawur tanpa aturan- Lagipula yang mengerikan
adalah semakin bertarung pemuda itu semakin kosen, makin bertahan, tenaga dalamnya semakin
bertambah sempurna. Seratus jurus sudah lewat tanpa terasa, keringat yang telah membuat seluruh badan lelaki
setengah umur itu basah kuyup, tenaga dalamnya makin lemah.
Ketika dia mencoba untuk memperhatikan lawannya Kim Thi sia justru bagaikan orang gila saja,
sepasang kepalanya menyerang secara membabi buta, ia seperti tak pernah mengincar
sasarannya secara tepat. Asal kepalanya bisa bersarang ditubuh lawan seakan-akan hal itu sudah
lebih dari cukup baginya. Begitu mendongkol dan marahnya lelaki setengah umur itu sampai
mukanya yang hitam pekat seperti pantat kuali itu kini berubah menjadi pucat pias.
Bukan cuma begitu, suatu peristiwa yang sama sekali tak terdugapun kini telah muncul didepan
mata, kalau tadi ia sama sekali tidak gemilang meski termakan oleh pukulan Kim Thi sia, maka
sekarang keadaannya justru berbeda, setiap serangan yang disambut olehnya dengan kekerasanselalu
mengakibatkan seluruh tubuhnya tergetar mundur setengah langkah.
Keadaan dari ketiga orang lelaki kekar lainnya yang berada disisi arenapun tak jauh berbeda
dengan keadaan pemimpin mereka semakin menonton jalannya pertarungan itu, perasaan hati
mereka makin tercekat. Lain halnya dengan sinona berbaju hitam, kini sekulum senyuman telah menghiasi ujung
bibirnya, ia berpikir: " Heran, siapakah pemuda ini" tak nyana kalau dia memiliki ilmu kebal yang mampu menahan
pukulan..... waaah, sekalipun seorang jago persilatan kelas satupun belum tentu bisa mengapaapakan
dirinya dalam berapa ratus gebrakan kemudian, kebanyakan mereka akan pusing
sendiri.........." Waktu itu Kim Thi sia dengan ilmu ciat khi mi khinya telah berhasil menghisap tenaga dalam
lawan dalam jumlah yang cukup banyak. la sedang merasa gembira ketika menyaksikan tenaga
serangan lelaki setengah umur itu makin lama semakin bertambah lemah.
Keadaan ini segera menimbulkan kembali jiwa mudanya, maka sambil meneruskan
pertarungan, ia berteriak keras:
"Hey, kenapa sih kau makin loyo begitu" masa makin bertarung makin tak berkekuatan
saja......" Huuuh kalau begini terus keadaannya lama kelamaan aku bisa bosan sendiri"
Cemas bercampur mendongkol silelaki setengah umur itu mendengar ejekan tersebut tapi
diapun tak bisa berkutik sebab pertarungan sekian lama benar-benar telah menguras hampir
sebagian besar tenaga dalamnya, sebab itu biar musuh berkaok-kaok seperti apapun, dia tetap
membungkam diri dalam seribu bahasa padahal otaknya berputar terus untuk mencari cara terbaik
guna mengatasi keadaan tersebut.
sinona berbaju hitam itu merasa amat geli melihat kepolosan dan kelucuan pemuda itu, serunya
kemudian- "siauwhiap. hebat sekali ilmu silatmu, selama hidup belum pernah siauwli menyaksikan
kepandaian semacam ini."
Tapi kemudian, setelah menghela napas sedih ia berkata lebih jauh:
"Aa aai. ...setela h menyaksikan caramu bertarung tadi biar harus matipun aku akan mati
dengan perasaan tenteram."
"Eeei....siapa bilang kau bakal mati?" teriak Kim Thi sia penasaran- "Mereka saja tak berkutik
terhadapku bagaimana mungkin bisa membunuhmu?"
Segera timbul keinginan didalam hatinya untuk memperhatikan kebolehannya didepan nona
manis itu sambil menghimpun tenaga ia segera mengeluarkan jurus "hancuran batu mengejutkan
langir" dan " gapaian maut mencabut sukma" dari ilmu Ngo hud kiam hoat untuk melancarakn
serangan. sebagai mana diketahui sekalipun Ngo hud kiam hoat atau ilmu pedang panca Buddha ini
merupakan sejenis ilmu pedang yang luar biasa hebatnya, namun tanpa memegang senjatapun,
serangan tersebut dapat dilakukan dengan memakai telapak tangan sebagai pengganti senjata,
kelihayan dan keganasan jurus serangannya sama sekali tak terpengaruh.
Padahal lelaki setengah umur itu sudah tak mampu untuk mempertahankan diri lagi, bayangkan
saja, bagaimana mungkin ia mampu menahan datangnya dua serangan berantai yang muncul
seperti amukan angin puyuh dan hujan badai itu"
Tampak bayangan telapak tangan menyelimuti angkasa, sementara ia merasa kaget dan siap
untuk menghindarkan diri kesamping, keadaan sudah terlambat. "Duuuuk. .... d uuukkk. .... "
Dua kali suara bentura keras bergema memecahkan keheningan secara beruntun dua buah
bogem mentah telah menghantam tepat diatas dadanya.
Dalam keadaan amat lemah serangan tersebut kontan saja membuat tubuhnya kehilangan
keseimbangan badan- tak tercegah lagi badannya mundur tiga langkah kebelakang dengan
sempoyongan- "Bagus......." pekik nona berbaju hitam itu gembira.
Merasa dirinya dipuji, Kim Thi sia semakin kegirangan, ia segera mendesak maju lebih kedepan-
.... Mendadak lelaki setengah umur itu membentak keras.
"Tahan, hey bocah keparat, diantara kita berdua telah terikat dendam sakit hati mulai sekarang.
selama gunung nan hijau kita pasti akan bersua kembali dilain saat. Dalam dua hari mendatang
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku pasti akan datang kembali untuk memenggal batok kepala anjingmu."
seusai berkata, tanpa membuang waktu lagi ia segera menerobos jendela dan melarikan diri
dari situ. Dengan suara keras Kim Thi sia sebera berteriak:
"Huuuuh, apa itu dendam sakit hati atau tidak. hakekatnya aku tak suka dengan perkataan
semacam itu. Kalau toh menganggap dirinya mampu bila bersua kembali dilain waktu, bisa saja
kita bertarung lagi sebanyak dua tiga ratus jurus. Hmmmmmm...." sembari mengoceh, dia segera
berjalan mendekati ketiga orang lelaki kekar lainnya.
Waktu itu, ketiga orang lelaki kekar itu sudah dibuat keder oleh kehebatan dan kekosenan
lawannya, dimana pemuda itu mandah digebuk tanpa menderita sedikit cederapun-
Maka ketika melihat ia mendekati mereka dengan langkah lebar, sambil membentak keras
serentak mereka meloloskan senjata senjata masing-masing. Kim Thi sia menjadi tertegun-
"oooh, rupanya kalianpun pingin bertarung melawan" bagus, bagus sekali silahkan kalian
bertiga maju bersama-sama.....nah begitu baru bertambah asyik,..."
Padahal ketiga orang lelaki itu sudah pecah nyalinya, bagaimana mungkin mereka berani
bertarung lebih jauh" senjata yang mereka cabut tadi tak lebih hanya merupakan gertak sambal
belaka. Begitu melihat musuhnya agak tertegun, tanpa kompromi lagi serentak mereka membalikkan
badan dan melarikan diri terbirit-birit. Menanti semua lawan sudah kabur meninggalkan tempat
itu, nona berbaju hitam itu baru berjalan mendekat dan berkata sambil memberi hormat:
"siankong terima kasih banyak atas budi pertolonganmu, sambutlah hormat dari siauli"
"Eeeei.....nanti dulu, kau memanggil apa kepadaku?" tanya Kim Thi sia melongo. Nona berbaju
hitam itupun kelihatan agak tertegun, tapi segera jawabnya: "siauli memanggil siangkong
kepadamu" "Apa itu siangkong?" seru Kim Thi sia semakin keheranan. "Huuuuh.....sebutan itu tak sedap
didengar, jangan pakai sebutan itu lagi, lain kali panggil saja Kim Thi sia kepadaku"
selesai berkata ia segera beranjak pergi dari situ dtngan langkah lebar.
Nona berbaju hitam itu menjadi gelisah sekali cepat-cepat dia memburu kedepan sambil
serunya: "Kim.....Kim.....Kim Thi sia.....kau hendak kemana?"
"Dunia sangat luas banyak sekali tempat yang akan kudatangi, tapi tak sebuah nama
tempatpun yang kukenal. oya......siapa namamu" hampir saja aku lupa bertanya...."
sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah, nona berbaju hitam itu menyahut:
"siauli bernama Yu Kien, untung ada siauhiap yang telah menyelamatkan jiwaku, budi kebaikan
ini tak pernah akan kulupakan untuk selamanya."
"Menolong yaa menolong, apa sih gunanya bicara setumpuk" lagi pula aku yang merusak
rencana pekerjaanmu lebih dulu. Masih mending keadannya tidak bertambah parah..."
Ketika dilihatnya sepasang mata nona itu berkaca-kaca seperti orang yang sedang menangis,
tanpa terasa dia bertanya lagi:
"Yu Kien, mau kau datang kemari" kalau toh bukan pencuri, bukan pula perampok, barang apa
sih yang sedang kau cari?"
Dasar pemuda gunung yang tak mengerti tata krama, apa yang terlintas dalam benaknya
segera diutarakan begitu saja, dia tak ambil perduli apakah perkataan itu sedap didengar atau
tidak. Merah jengah selembar wajah Yu Kien, setelah menghela napas sedih katanya kemudian:
"Aaaai.....siali telah berbuat kesalahan dengan menggabungkan diri kedalam perkampungan
Tay sanpang tapi setelah kusadari bahwa sebagian besar anggota perkumpulan itu merupakan
bandit yang banyak melakukan kejahatan dan menindas kaum lemah, tiba-tiba aku mendusin
bahwa setelah melakukan kesalahan- Tak boleh mengulangi kembali dengan kesalahan lain, oleh
sebab itu akupUn bertekad untuk keluar dari perkumpulan ini serta melepaskan diri dari dosa-dosa
yang mereka lakukan-"
"Kalau toh kau sudah mengerti bahwa Tay sanpang banyak melakukan kejahatan dan menindas
kaum lemah, mengapa dulunya kau bersedia masuk menjadi anggota mereka?" air mata
bercucuran membasahi wajah Yu Kien ujarnya sambil terseduh:
"sebenarnya aku adalah putri dari ketua perkumpulan penunggang kuda. suatu hari ketika aku
sedang melakukan perjalanan didalam dunia persilatan dalam suatu kesempatan yang tak terduga,
aku telah terkena siasat buruk anggota perkampungan Tay sanpang sehingga menelan sejenis
obat racun yang mempunyai daya kerja lambat. obat beracun itu merupakan bikinan dari ketua
tay sanpang sendiri, sehingga barang siapa yang terkena racun itu dan tak sudi menuruti
perintahnya, setengah tahun kemudian dia akan muntah darah sampai mati. sebaliknya bila
bersedia masuk menjadi anggota Tay sanpang, maka dia akan memberi pil pemusnah untuk
menetralkan daya kerja racun tersebut."
"Begitulah, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa siauli menggabungkan diri dengan mereka
dan menjadi salah satu anggota perkumpulannya."
" Kemudian karena siauli mendapat warisan ilmu silat dari ayahku maka aku diangkat menjadi
seorang Tongcu didalam perkampungan sejak itu aku semakin menyadari bahwa semua perbuatan
yang sangat jahat dan amoral. Hal tersebut membuat rasa kesalku kian hari kian bertambah,
akhirnya akupun mengambil keputusan untuk meloloskan diri dari perkumpulan itu serta
mendapatkan kembali kebebasanku."
"Lalu apa tujuanmu datang kemari?" tanya Kim Thi sia.
"seperti apa yang siauli katakan tadi aku sudah terkena racun dari ketua Tay sang pang yang
bersifat lambat, bila aku berani meninggalkan perkumpulan ini maka tak sampai setengah tahun
jiwa ku pasti akan melayang itulah sebabnya siauli berniat mencari sejumlah obat pemusnah racun
untuk menyelamatkan jiwaku......"
"Jadi orang tadi mempunyai obat pemusnahnya?" sela Kim Thi sia cepat. Yu Kien mengangguk.
"Yaa, orang itu bernama Utusan racun, hatinya keji dan jiwanya busuk. Dia amat disayang oleh
ketua Tay sang pang dan merupakan satu diantara kedua belas tongcu orang itu juga bertugas
menyimpan obat penawar racun kami. siauli mengerti bila ingin mendapatkan pil pemusnah racun
itu dari tangan pangcu sendiri jelas hal ini mustahil bisa tercapai itulah sebabnya akupun berniat
mengincar obat tersebut dari tangannya, siapa tahu......."
Kim Thi sia segera memukuli kepala sendiri sambil berseru:
" Goblok. goblok aku benar-benar sangat goblok. mengapa kubiarkan dia kabur tadi"
Aaaai......kalau negitu rencana nona menjadi berantakan gara-gara kecerobohanku...."
Dari sikap gugup, panik dan gelisah yang terpancar keluar dari wajah pemuda itu. Yu Kien
mengerti bahwa Kim Thisia adalah seorang pemuda yang berjiwa polos dan jujur, dia merasa
terharu sekali segera hiburnya.
"Nasi toh sudah menjadi bubur apa gunanya kau risaukan" paling tidak siauli masih punya
kesempatan hidup selama setengah tahun lagi. siapa tahu kalau selama jangka waktu ini aku akan
memperoleh satu dua butir obat pemusnah....."
"satu dua butir paling cuma memperpanjang usiamu selama satu tahun bagaimana selewatnya
itu" Dengan cara apa kau akan menjamin kehidupanmu berikut" sebagai manusia, kau toh tak
mungkin harus menggantungkan hidupmu dari jatah pil pemusnah racun?"
Perkataan itu mengenai persis luka didalam hati Yu Kien- Kontan saja seluruh badannya
gemetar keras, sambil melelehkan air mata segera katanya:
"siauli mengerti bahwa dosa dan kesalahan yang kuperbuat sudah kelewat besar. Aku sudah
tak punya muka lagi untuk melanjutkan hidup didunia ini. Aaaai jiwaku bisa diperpanjang satu dua
tahun saja, hatiku sudah puas sebab aku dapat memanfaatkan peluang waktu yang ada untuk
bersama-sama membasmi perkumpulan Tay sangpang yang terkutuk dan banyak melakukan
kejahatan itu, bila cita-citaku ini dapat terwujud biar matipun aku mati dengan mata meram"
"Tidak bisa" seru Kim Thi sia tegas. "kau adalah orang baik. orang sebaik kau tidak boleh mati.
Tunggu saja disini, aku akan segera pergi mencarikan sebotol besar obat penawar racun agar kau
bisa hidup seratus tahun lagi."
Yu Kien merasa sangat terharu digenggamnya tangan pemuda itu erat-erat, lalu katanya:
"Kau tak usah menyerempet bahaya ketahuilah pihak Tay sang pang mempunyai jago-jago
lihay yang sangat banyak. Markas mereka ibaratnya sarang naga gua harimau.Jiwamu bisa
terancam bahaya kalau pergi kesana, aku memang pantas mati, dosaku sudah kelewat banyak.
Tak ada harganya untuk berkorban demiku.....biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati
saja." Dengan cepat Kim Thi sia mendorong mundur tubuh nona itu lalu bertanya:
"Yu Kien, tempat manakah yang paling termashur dikota ini" Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku" Yu Kien tidak mengerti apa maksudnya, setelah berpikir sejenak segera sahutnya:
"Tebing Bwe hia nia diluar kita sebelah barat merupakan tempat rekreasi yang paling banyak
dikunjungi orang. Apakah kau ada sesuatu persoalan disitu?"
"Tunggulah aku ditebing Bwe hoa nia tiga hari kemudian, pokoknya sebelum bertemu tak akan
buyar jika sehari setelah lewat saat yang dijanjikan aku belum datang juga, ini berarti sudah
terjadi sesuatu yang tak diinginkan atas diriku, tapi kau tak perlu berputus asa. Pokoknya asal
gunung tetap menghijau jangan kuatir akan kehabisan bahan bakar, Nah, aku pergi dulu, baikbaiklah
kau menjaga diri" setelah mendorong tubuh sinona berbaju hitam itu, dia segera beranjak pergi dari sana dengan
langkah lebar. setelah menelusuri sebuah jalan raya, pemuda itu baru teringat kalau dia tidak tahu
dimanakah letak markas besar perkumpulan Tay sang pang. Tanpa alamat yang pasti, bagaimana
mungkin ia bisa mencuri obat" setelah mengumpat kebodohan sendiri, dia meneruskan kembali
langkahnya kedepan. sebagai seorang pemuda yang keras kepala dia segan untuk balik kembali ketempat semula
untuk menanyakan persoalan ini kepada sinona berbaju hitam itu, baginya biarpun harus
menderita siksaan dan penderitaan berapapun besarnya, ia tak akan mundur sebelum tujuannya
tercapai. Jalan raya penuh dengan aneka ragam manusia yang berlalu lalang diantaranya terdapat pula
kaum gelandangan para jago dari golongan putih maupun hitam kaum saudagar, opas, tentara
Kucing Suruhan 12 Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Tokoh Besar 4