Lembah Nirmala 22
Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 22
perasaan gelisah Kim Thi sia berseru: "Bagaimana sih kau ini, jangan membuat aku gelisah........"
Lama sekali suasana menjadi hening, akhirnya Yu Hong menuding kearahnya.
"Siapa orang itu" Nona mengatakan aku orangnya?" seru Kim Thi sia keheranan-
Sambil tersenyum Yu Hong manggut- manggut.
Kim Thi sia betul-betul dibuat tak habis mengerti, katanya cepat:
"Nona, jangan salah menuduh, buat apa aku mesti bergurau denganmu?"
Dengan wajah serius, Yu Hong menggelengkan kepalanya berulang kali.
Kim Thi sia berpikir bahwa keadaan seperti ini kalau dibiarkan berlangsung terus, niscaya tak
akan ada habisnya, maka dia pun berseru kemudian:
"Nona, aku akan memeriksa dulu tubuhmu, kemudian baru berusaha untuk membebaskan
totokan jalan darahmu."
Habis berkata ia segera memeriksa tengkuk sinona dengan seksama, diatas jalan darah bisunya
ia segera menemukan sebuah titik berwarna hitam, tapi tak diketahui olehnya tertotok karena ilmu
apa. Sesudah termenung sebentar, diapun berkata kemudian:
"Aku segera akan membebaskan jalan darahmu dengan menggunakan tenaga dalam." Yu Hong
memandang sekejap kearahnya dengan pandangan kaget.
Kim Thi sia sama sekali tak menggubris apakah gadis itu setuju atau tidak. Sambil menghimpun
tenaga dalamnya dia menempelkan telapak tangannya diatas tangan sinona.
Dalam waktu singkat Yu Hong merasakan munculnya aliran hawa panas yang menyusup
kedalam telapak tangannya bagaikan aliran listrik, kemudian dengan melewati pusar membalik
keatas menembusi bagian-bagian penting dibadannya hingga akhirnya terhimpun dibalik telinga
dan tidak mampu lagi mengalir lewat.
Makin lama hawa panas yang terhimpun disitu makin banyak dan deras, tapi kenyataannya
jalan darah bisunya belum berhasil juga ditembusi.
Yu Hong mulai merasakan kepanasan setengah mati, hampir saja dia tak mampu menahan diri.
Melihat kejadian ini, Kim Thi sia segera menarik kembali sebagian tenaganya untuk mengurangi
penderitaan dari Yu Hong.
Pada saat itulah tiba-tiba dari belakang tubuhnya muncul sesosok bayangan manusia.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat orang itu menyusup kebelakang punggung Kim Thi sia,
lalu menempelkan ujung pedangnya dipunggung pemuda tersebut.
Dalam keadaan begini, asal orang tersebut menghujamkan senjatanya, niscaya Kim Thi sia
akan tewas seketika. Namun Kim Thi sia masih tidak menyadari hal tersebut, seluruh perhatian dan tenaganya
sekarang telah terhimpun untuk berusaha menembusi jalan darah bisu Yu Hong.
Mendadak dia mengerahkan kembali tenaganya kuat-kuat. Yu Hong yang sama sekali tak
menyangka akan hal ini menjadi terperanjat sekali tahu-tahu segulung hawa panas yang luar biasa
hebatnya menerjang tembus jalan darah bisunya dan memancarkan peredaran darah dengan
hebatnya. Yu Hong tak mampu menahan diri lagi ia segera berseru tertahan, kemudian teriaknya: "Sute,
cepat hentikan perbuatanmu"
Sementara itu Kim Thi sia pun merasa hatinya lega setelah mendengar Yu Hong dapat
berteriak. Hawa murninya segera membuyar dan tubuhnya tertunduk lemas diatas tanah.
Berada dalam keadaan begini, dia sama sekali tidak menaruh perhatian lagi atas teriakan gadis
tersebut. Dia hanya tahu duduk bersila dan segera mengatur kembali pernapasannya .
Yu Hong pun tidak mengusiknya, kepada orang yang dipanggil sute tadi ia memberi tanda agar
menyingkir dari situ. Lelaki yang disebut sute tadi bernama Li Beng poo, dengan gelisah segera bertanya: "Sute, kau
tidak terluka bukan?"
"Luka sih tidak" jawab Yu Hing. "Tapi aku sudah tiga hari tak berbicara Untung dia telah
membantuku membebaskan totokan jalan darah bisuku." Seraya berkata, dia segera memandang
sekejap kearah Kim Thi sia dengan mesrah. Dengan perasaan tak habis mengerti Li Beng poo
bertanya lagi: "Bukankah dia berada bersama mereka"Jangan-jangan orang ini mempunyai maksud dan
tujuan tertentu?" Yu Hong tertawa dingin. "Sekarang, kekuatanku sudah pulih kembali seperti sedia kala. Seandainya ia berniat melakukan
sesuatu, memangnya kekuatan kita berdua tak mampu untuk menghadapinya?"
"Suci" Li Beng poo segera berbisik, "Mengapa kita tak manfaatkan kesempatan yang baik saat
ini untuk membelkuknya dulu, bila duduk persoalan yang sebenarnya telah jelas, kita baru
melepaskannya kembali?" Dengan cepat Yu Hong menggeleng.
"Bila kita membekuknya sekarang, dia tentu akan menuduh kita benar-benar rakus. Hmmm,
aku tak sudi berbuat begitu" Kemudian setelah mendengus lagi, dia berkata lebih jauh: "Sute,
apakah kau telah berjumpa dengan ayahku?"
"Semenjak berpisah dengan suhu, aku tak pernah bersua lagi dengan dia orang tua.
Kemungkinan besar suhu sedang mengejar jejak sipedang emas......."
"Dengan kekuatan ayah seorang, aku kuatir kena dicelakai mereka......." kata Yu Hong risau.
"Yaa, anak murid si Malaikat pedang berbaju perlente memang rata-rata berakal busuk dan
kejam. Dengan kemampuan suhu seorang, belum tentu ia sanggup menghadapi kerubutan orang
banyak akupun amat menguatirkan keselamatannya" Mendadak terdengar Kim Thi sia membentak
keras: "Hey, kau jangan bicara sembarangan- Siapa bilang anak murid Malaikat pedang berbaju
perlente semuanya orang jahat?"
"Maksud anda semuanya orang baik?"jengek Li Beng poo dengan suara keras.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia setelah mendengar ucapan ini, cepat-cepat dia
berkata: "Paling tidak aku, Kim Thi sia toh bukan manusia sebangsa apa yang kau katakan"
"Aaaah, tahu muka, tahu wajah belum tentu tahu hatinya" sela Yu Hong tersipu-sipu.
"Siapa tahu kaupun mempunyai rencana lainnya?"
Dengan wajah serius Kim Thi sia segera berkata: "Siapa bilang aku mempunyai maksud
tertentu" Kau jangan memfitnah orang baik"
"orang baik?" Yu Hong tertawa dingin. "Tak nyana kau berani menempeli wajah sendiri dengan
emas. Huuuh, tak tahu malu"
"Apakah nonapun tidak percaya kepadaku?" seru Kim Thi sia gelisah. "Bukankah aku telah
membebaskan-...." "Jadi kau anggap setelah menolongku lantas kau menganggap dirimu sebagai orang baik"
IHmmm, apa yang telah kauperbuat dengan ciciku?" Sambil melompat bangun Kim Thi sia
berseru: "cicimu telah ditangkap orang-orang Tay sang pang. Sekarang pun aku sedang bersiap-siap
pergi menolongnya. coba tidak bertemu denganmu, aku telah pergi mencarinya. Nona bagaimana
kalau kita bersama-sama pergi menolong cicimu?"
"Kalau hendak pergi, kau boleh pergi sendiri" kata Yu Hong sambil mencibirkan bibirnya. "Aku
hendak pergi mencari ayah. Bila kau tak berhasil menolong ciciku, tanggung ada orang yang akan
datang untuk membunuhmu."
"Hmmm, siapa orangnya" Orang-orang dari Tay sang pang" Aku sih tak bakal takut"
"Orang itu bukan anggota Tay sang pang"
"Lantas siapa?"
LoBeng poo menyela secara tiba-tiba:
"Suci, tak usah ribut dengannya, mari kita mengurusi pekerjaan sendiri." Dengan mata melotot
Kim Thi sia segera menegur:
"sewaktu aku berbicara dengannya, lebih baik kau jangan turut menimbrung......"
"Hmmm, kau tak usah berlagak sok sekarang." jengek Li Beng poo sinis. "Andaikata suci tidak
melarang ku tadi, semenjak tadi pedangku telah menembusi punggung mu"
"oooh, rupanya kau berbuat begitu?" seru Kim Thi sia sambil tertawa dingin dengan angkuhnya.
"Mari, mari kita coba sekarang dan buktikan bersama, punggung siapa yang bakal ditembusi
pedang" Seraya berkata dia segera mencabut ke luar pedang Leng gwat kiamnya siap melancarkan
serangan. Li Beng poo menyiapkan pula pedangnya seraya berkata: "Memangnya kau anggap aku takut
kepadamu?" Kedua belah pihak sama-sama telah meloloskan pedang masing-masing, nampaknya
pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi..... Dengan perasaan gelisah Yu Hong segera berseru:
"Kalian jangan berkelahi dulu, bukan suteku yang berniat membinasakan kau......."
Dengan pedang terhunus Kim Thi sia segera berpaling kehadapan gadis itu, katanya dengan
perasaan mendongkol: "Bila kau tidak menerangkan hingga jelas, jangan harap bisa pergi dari sini"
Dengan geram Li Beng poo maju selangkah kedepan, tapi ia segera ditarik oleh Yu Hong dan
melarangnya untuk turun tangan-
"Hey, jangan kau halangi dirinya" teriak Kim Thi sia setelah melihat kejadian itu.
"Terus terang saja aku katakan kepadamu, si pelajar bermata sakti ang berniat membunuhmu."
"ooh, rupanya orang ini" Kim Thi sia segera tertawa tergelak^ "Haaah.....haaah....haaah.....
cepat atau lambat aku memang akan mengajaknya untuk berduel serta menentukan siapa mati.
Baiklah, sehabis menyelamatkan jiwa cicimu nanti, aku segera akan pergi mencarinya"
Belum lagi pergi meninggalkan tempat tersebut, tiba-tiba dia berpaling dan tanyanya lagi:
"Apalagi yang telah dia katakan kepadamu?" Yu Hong tertawa misterius.
"Dia bilang, selama kau masih berkelana didalam dunia persilatan, maka tak pernah ada
kedamaian ditempat ini, tapi bila kau telah menolong jiwa ciciku, akupun bersedia membantumu
untuk menengahi masalah tersebut......."
"Hmmm, siapa yang kesudian dengan maksud baikmu itu?"
Selesai berkata ia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dengan perasaan
mendongkol. Dari kejauhan sana kedengaran Yu Hong sempat mengomel. "Huuuh, betul-betul manusia yang
tahu diri" Dengan membawa perasaan mangkel dan mendongkol, Kim Thi sia berangkat meninggalkan
kedua orang itu, dia tak menyangka air susu telah dibalas dengan air tuba.
Kini dia berencana untuk berangkat mencari Nyoo Soat hong terlebih dulu, ia kuatir gadis
tersebut menunggunya terlalu lama.
Baru berjalan sejauh empat, lima li angin terasa berhembus amat kencang. Pemuda kita
merasa haus, ketika melihat ada warung teh dikejauhan situ, cepat-cepat dia berjalan
menghampirinya . Diluar kedai teh parkir sebuah kereta kuda, semenjak pandangan pertama Kim Thi sia sudah
menaruh perhatian atas kereta tersebut dan berkeinginan untuk melongoknya, namun diapun
merasa rikuh untuk melongok kereta orang tanpa sebab musabab yang jelas, untuk berapa saat
lamanya dia menjadi bimbang dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Tiba didalam warung, terdengar si kusir kereta sedang menggerutu dengan keringat bercucuran
membasahi wajahnya. "Menyuruh orang lain menempuh perjalanan siang malam, tapi enggan membayar mahal, apaapaan
ini....." Kim Thi sia yang mendengar omelan itu segera berpaling dan memandang lagi kearah kereta
yang diparkir didepan pintu, pikirnya: "Entah barang apa yang diangkat didalam kereta tersebut."
Karenanya dia semakin menaruh perhatian atas kereta tersebut.
Ketika si kusir kerera melihat pemuda kita berbaju kotor karena debu, dia tahu orang ini pasti
sedang menempuh perjalanan jauh, maka segera tegurnya: "Siangkong, apakah kau hendak
menuju kebarat pula?"
Kim Thi sia segera manggut- manggut dan bersiap-siap mengadakan perkenalan dengan si
kusir kereta itu. Terdengar si kusir kembali berkata:
"Kebetulan sekali keretaku akan menuju kebarat juga. Siangkong, bila kau bersedia memberi
uang arak untukku, mari ikut menumpang diatas keretaku saja."
Kim Thi sia segera merasakan pucuk dicinta ulam tiba, serta merta dia mengangguk tanda
setuju. Selesai minum teh diapun duduk disisi si kusir kereta itu.
Mendadak..... Dari balik kereta terdengar seseorang mendengus dingin dengan suara yang tinggi melengking.
Dengan cepat Kim Thi sia menghentikan langkah kakinya.
Menyusul kemudian dari balik kereta menongol sebuah kepala orang. Sebetulnya wajah orang
itu diliputi hawa amarah, tapi setelah melihat Kim Thi sia, semua amarahnya seperti lenyap tak
berbekas. Kim Thi sia memperhatikan kembali wajah orang itu, dia menjumpai tamu tersebut beralis mata
tipis, mata yang tajam bagaikan kilat, hidung mancung mulut kecil dan suatu perpaduan yang
serasi sekali. Segera pikirnya cepat: "Aaaah, rupanya aku telah salah sasaran-"
Baru saja hendak mengundurkan diri dari situ, orang tersebut telah manggut- manggut sambil
tertawa kepadanyha, dengan kejadian ini terpaksa dia harus keraskan kepala dan naik keatas
kereta. Ketika saling memperkenalkan diri, orang itu mengaku bernama Lam wi, sedang Kim Thi sia
memperkenalkan nama yang sebenarnya.
orang itu kelihatan sangat aneh, agaknya dia belum pernah mendengar nama Kim Thi sia
bahkan sama sekali tak memandang sekejappun kearah pedang Leng gwat kiamnya.
Menjelang tengah hari, ketika kereta mereka melalui sebuah kota. Lam wi berkata sambil
tersenyum: "Saudara Kim, tempat ini bernama Ban kian, si sute berniat beristirahat dulu disini, kemudian
baru meneruskan perjalanan lagi magrib nanti"
Terpaksa Kim Thi sia harus manggut- manggut menyetujui, selain itu dia sendiripun merasa
amat penat dan berniat manfaatkan kesempatan tersebut untuk beristirahat.
Kereta berhenti didepan sebuah rumah penginapan, kedua orang itu segera turun dari kereta.
Lam wi langsung menuju kesebuah tumpukan batu diluar rumah penginapan agaknya ia sedang
menghitung hari. Kim Thi sia masuk kedalam penginapan lebih dulu dan memesan sebuah kamar. Lam wi segera
menyusuk pula dari belakang dan berseru pelan: "Pelayan, kami memesan dua buah kamar"
Kim Thi sia yang mendengar perkataan itu menjadi tertegun segera pikirnya:
"Aneh, mengapa mesti memesan dua kamar" Atau mungkin dia enggan tidur sekamar
denganku?" Karenanya diapun membungkam dalam seribu bahasa.
Agaknya Lam wi dapat menebak jalan pemikiran pemuda kita, dia segera berpaling dan berkata
sambil tertawa: "Saudara Kim, siaute sudah terbiasa tidur sendirian, harap kau jangan marah"
"Aaah, mana, mana, silahkan saudara Lam."
Setelah masuk kedalam kamar, Kim Thi sia segera membaringkan diri keatas ranjang. Menurut
perhitungannya sudah beberapa hari dia tak dapat tidur nyenyak maka saat ini tanpa berpikir
panjang lagi ia tidur dengan nyenyaknya.
Ditengah kegelapan tidurnya, mendadak terdengar suara yang pelan mengejutkan hatinya
ketika pemuda itu membuka matanya, ia seakan-akan melihat ada sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat. Melihat kejadian ini Kim Thi sia segera melompat bangun, ia menjumpai pintu kamar masih
tertutup rapat. Pedang Leng gwat kiampun masih utuh dibawah ranjangnya.
Maka diapun menghembuskan napas lega, ketika mendekati jendela, ternyata sore telah
menjelang. Keluar dari kamar ia segera bertanya kepada seorang pelayan:
"Hey pelayan, apakah siangkong yang datang bersamaku belum bangun?"
"Siangkong itu belum bangun, apakah perlu hamba memanggilnya?"
"ooh, tidak usah, biarkan ia tidur......"
Pelayan itu mengiakan berulang kali.
Sampai sekarang Kim Thi sia masih teringat dengan bayangan manusia yang
membangunkannya dari tidur tadi. Pelan-pelan dia berjalan keluar dari penginapan dan
memandang sekejap sekeliling tempat itu.
Mendadak ia melihat dari seberang jalan sana terdapat dua orang yang membalikkan badan
segera tiba-tiba kemudian beranjak pergi dengan langkah tergesa-gesa. Melihat kejadian ini timbul
rasa curiga dihati kecilnya, ia segera berpikir: "Kebetulan sekali, aku memang sedang risau karena
tak dapat mencari jejak kalian-" Maka sambil menguntil dibelakang kedua orang tersebut, dia
melakukan pengejaran-baru berjalan berapa langkah, tiba-tiba pikirnya lagi:
"Mereka mempunyai banyak akal muslihat, aku tak boleh terperangkap oleh siasatnya, lagi pula
pedang Leng gwat kiam tidak kubawa. Aku tidak boleh bertindak gegabah."
Maka diapun meninggalkan kedua orang tersebut dan cepat-cepat balik kembali kedalam rumah
penginapan. Belum lama ia tiba didalam kamar, pelayan telah muncul menghantarkan hidangan dasar sudah
laparpemuda itu segera bersantap dengan lahapnya.
Tiba-tiba pintu kamar didorong orang dan muncul seseorang, ternyata orang itu adalah Lam wi.
Dengan cepat Lam wi duduk disisinya seraya berseru: "Saudara Kim, bagaimana kalau aku
turut bersantap?" Buru-buru Kim Thi sia mengangguk ketika melihat wajah dan kulit tubuh rekannya yang putih
bersih dan halus itu, untuk sesaat ia nampak tertegun dan termangu-mangu.
Lam wi kelihatan berkerut kening, dengan pancaran sinar tajam dia mengawasi pemuda itu
lekat-lekat. Kim Thi sia segera menyadari kehilafannya, sambil tertawa minta maaf katanya: "Selesai
bersantap nanti, kita harus melanjutkan perjalanan, setuju bukan-....?"
"Tentu saja......"
Kim Thi sia memang ingin cepat-cepat berangkat, mendengar jawaban tersebut ia segera
mengambil pedangnya dan siap berangkat.
Keluar dari kota, sampailah mereka ditepi sungai, terdengar Lam wi berkata secara tiba-tiba:
"Saudara Kim, bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan dengan menumpang perahu?"
"Bagus sekali" sahut Kim Thi sia sambil mengangguk.
"Mari kita mencari perahu." Lam wi segera mencari perahu lalu mengajak Kim Thi sia keatas
sebuah perahu kecil. Tak lama kemudian perahu mulai berlayar, ketika Lam wi melongok ketepi pantai tiba-tiba saja
dia mendengus dingin. Kim Thi sia pun melihat ditepi pantai berdiri dua orang manusia yang sedang mengawasi gerak
gerik mereka, tanpa terasa dia berpikir: "Besar kemungkinan kedua orang itu datang mencari
gara-gara denganku"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berpikir begitu, hatinya pun menjadi gusar bercampur mendongkol sehingga tanpa terasa dia
turut mendengus. Lam wi segera berpaling dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu dia awasi sekejap
pemuda kita. Sekulum senyumanpun segera tersungging diujung bibirnya.
Waktu itu senja telah menjelang tiba, setelah berlayar sekian waktu sampailah perahu itu ditepi
sebuah dermaga. Tiba-tiba Kim Thi sia menemukan lagi ada tiga, empat lelaki sedang mengawasi gerak gerik
mereka dengan tindak tanduk yang sangat mencurigakan-
Dengan perasaan amat mendongkol Kim Thi sia melotot sekejap kearah beberapa orang itu,
kemudian dengan langkah lebat berjalan mendekatinya.
Paras muka ketiga, empat orang lelaki itu berubah hebat. Tanpa banyak bicara mereka segera
terjunkan diri kedalam sungai.
Melihat kawanan manusia itu bernyali sekecil tikus hingga kabur dalam keadaan mengenaskan,
tanpa terasa lagi Kim Thi sia tertawa bangga. Sekembalinya keatas perahu, terdengar Lam wi
menyapa sambil tertawa terkekeh: "Saudara Kim, mengapa sih kau mengusir orang-orang itu
kedalam air?" Sambil mengangkat bahu Kim Thi sia tertawa nyaring, sahutnya:
"Siapa suruh kawanan cecunguk itu mengikuti diriku terus" Aku memang bermaksud
membekuk mereka untuk ditanyai keterangan- Aaah slapa tahu mereka telah terjun semua
kedalam air" "Jadi kau tak kenal dengan mereka?"
"seorangpun tak kukenal, memang aneh sekali."
"Aku sih tahu" batin Lam wi. "Kejadian semacam ini sama sekali bukan kejadian aneh"
Tapi diluaran dia tersenyum, lalu sambil menyambar pedang Leng gwat kiam ditangan pemuda
itu, katanya hambar: "Kelihatannya pedangmu ini bukan barang sembarangan"
Kim Thi sia sama sekali tak menduga sampai kesitu, dia amat terperanjat dan buru-buru
merebut kembali pedang tersebut dari tangannya.
"Soal ini......bukan......." saking gelagapannya dia sampai tak tahu apa yang mesti dikatakan-
Melihat kepanikan pemuda itu, Lam wi kembali tertawa geli.
"Buat apa kau panik dan gelisah macam cacing kepanasan" Aku toh cuma melihatnya sebentar.
Bila sampai diambil orang-orang tadi, bagaimana jadinya......?"
"sore tadi.........siapakah dia?"
Tanpa terasa dia teringat kembali dengan bayangan manusia yang lamat-lamat terlihat sewaktu
mendusin dari tidurnya sore tadi. Dengan rasa curiga bercampur keheranan dia segera mengawasi
rekannya lekat-lekat Kembali Lam wi tertawa misterius.
Mendadak....... Dari arah pantai sana berkumandang datang suara langkah kaki manusia yang ramai sekali. Kali
ini Kim Thi sia tak bisa menahan diri lagi, dengan membawa pedang Leng gwat kiamnya, ia
melompat keatas daratan- Sementara itu, kawanan manusia tersebut sudah mendekat ketika Kim Thi sia mengamati
dengan lebih seksama, terlihat olehnya jumlah mereka semua mencapai belasan orang, maka dia
pun segera menghadang jalan perginya.
Mendadak terdengar seseorang berseru: "Yaa betul, dia orangnya"
Kim Thi sia mengalihkan perhatiannya ternyata orang yang berbicara tak lain adalah sipendek
yang bertarung dengannya kemarin.
JILID 43 Rombongan jago itu serentak menghentikan perjalanannya. Salah seorang diantara mereka,
seorang pendek yang tangan kanannya masih dibalut kain putih segera berseru lagi keras-keras:
"Keparat ini satu rombongan dengan bajingan tersebut, sewaktu aku hendak mengambil
pedangnya sore tadi, bajingan itu mengacau secara diam-diam....." Mendengar pembicaraan ini,
tanpa terasa Kim Thi sia berpikir:
"Bangsat, rupanya kalian mempunyai maksud untuk mengincar pedang Leng gwat kiam ini.
Bagus hari ini aku harus memberi pelajaran yang setimpal kepada kalian."
Berpikir sampai disini, diapUn bersiap sedia untuk memberi pelajaran yang setimpal kepada
mereka. Pada saat itulah, seorang lelaki setengah umur berbadan bungkuk yang berdiri ditepi arena
telah berkata dengan serius:
"Tutup mulut, kau jangan membuat aku kehilangan muka."
Bila didengar dari nada pembicaraan, jelas dia adalah pemimpin dari rombongan tersebut.
Seorang lelaki setengah umur yang lain segera tampailkan diri pula, serunya sambil menuding
kearah Kim Thi sia: "Sembilan pedang dunia persilatan mengandalkan ilmu silatnya untuk membantai rekan-rekan
perguruan dan melukai banyak diantaranya. Untuk itu aku khusus datang untuk minta petunjuk.
Harap sobat jangan bersungkan-sungkan lagi."
Selesai berkata dia berdiri dengan angkuh siap menanti serangan dari Kim Thi sia.
Baru sekarang Kim Thi sia dapat menangkap bahwa dibalik pembicaraan terselip arti lain,
segera pikirnya: "Entah dari mana datangnya rombongan manusia ini, kenapa urusan dari sembilan pedang
dunia persilatan diselesaikan denganku."
Makin dipikir dia semakin keheranan, baru saja akan menanyakan persoalan ini hingga jelas.....
Mendadak terdengar lelaki setengah umur itu berkata lagi sambil tertawa dingin.
"Sobat, apakah kau merasa ketakutan karena berada seorang diri" Sebutkan kau adalah
pedang yang mana dari sembilan pedang" Aku bersedia memberi waktu satu dua hari kepadamu,
bila kau telah menghimpun kembali rekan-rekanmu yang lain, barulah perhitungan kita mulai
dengan begitu perkumpulan kamipun tak usah membuang banyak waktu lagi untuk mencari kalian
satu persatu......."
Ucapan yang berbau memandang rendah ini dengan cepat mengobarkan hawa amarah Kim Thi
sia, sambil menarik muka serunya hambar
"Kau jangan bicara sembarangan, memangnya kau anggap aku takut kepadamu. Sambutlah
seranganku ini......"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, dia telah melancarkan serangan dengan jurus
"kelembutan mengatasi air dan api" dari ilmu Tay goan sinkang. Gerakan tubuhnya cepat bagaikan
sambaran petir, cengkeraman mautnya lansung mengancam tubuh lelaki setengah umur itu
dengan membawa desiran angin tajam.
Lelaki setengah umur itu adalah seorang Liong bon thamau dari perkumpulan cahaya emas
yang bernama sipeluru perak Si Goanpah.
Sesungguhnya dia sama sekali tak kenal dengan Kim Thi sia, tentu saja dla tak mengira kalau
musuhnya akan menyerang begitu mengatakan hendak menyerang, bahkan serangannya begitu
cepat dan ganas. Keadaannya waktu itu benar-benar, sangat kritis dan berbahaya sekali.
Dalam waktu singkat angin serangan dari Kim Thi sia telah menghimpit didepan dadanya,
membuat thamcu dari perkumpulan bahaya emas ini tak sampai lagi melancarkan serangan untuk
menyambut datangnya serangan tersebut.
Untung saja kepandaian silat yang dimilikinya cukup tangguh, berada dalam keadaan begini dia
harus memikirkan keselamatan diri lebih dulu.
Mendadak sepasang lengannya ditekan kebawah. perawakan tubuhnya yang tinggi besar
segera dijatuhkan kesisi kanan- Secara nyaris sekali dia meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Kendatipun berhasil lolos dari kematian, tak urung seluruh badannya kotor juga dibuatnya,
keadaannya waktu itu sungguh mengenaskan.
Akhirnya si Goanpah melompat bangun dan melihat Kim Thi sia masih berdiri tak bergerak dari
posisi semula, dari diam dia menjadi naik darah, serta merta ruyung baja beruas tiganya diloloskan
dari pinggang, lalu teriaknya keras-keras:
"Bocah keparat, mari kita beradu kepandaian dengan senjata"
Kim Thi sia sama sekali tak ambil pusing atas teriakan lawan, melihat senjata ruyung musuh
meluncur datang dengan kekuatan dahsyat, dia segera tahu bahwa musuh memiliki tenaga dalam
yang sempurna. Ia tak berani Berayal lagi, sambil membalikkan badan, pedang Leng gwat kiam segera
diloloskan dari sarungnya.
Kedua belah pihak sama-sama telah menghimpun tenaganya, agaknya mereka bermaksud
menentukan menang kalah dalam satu gebrakan. Pada saat itulah,
mendadak....... Tampak seseorang melompat turun diantara kedua orang itu, dengan pedang terhunus orang
itu berseru nyaring: "Si thamcu, beristirahatlah dulu untuk sementara waktu biar kongcu yang menghadapinya "
si Goanpah segera mengenal orang itu sebagai ciu thong kongcu Kim Si dari perkumpulannya,
tahu kalau ilmu pedang orang ini sangat lihay, diapun menyahut:
"Kalau toh kongcunya berniat turun tangan, tentu saja aku orang she Si akan menuruti
perintah." ciu thong kongcu Kim Si segera berpaling dan melotot sekejap kearah Kim Thi sia, lalu katanya
dingin. "Selama ini kami orang-orang dari perkumpulan cahaya emas cukup jelas membedakan mana
budi dan mana dendam, tapi nyatanya selama ini sembilan pedang dari dunia persilatan selalu
mencari gara-gara dengan ulah dimana-mana dosa dan kejahatan sudah melampaui batas. Nah
sobat, sebutkan terlebih dahulu siapa dirimu, kau adalah pedang yang mana diantara pedang
emas, besi, tembaga, perak, kayu, air, api, tanah dan bintang?"
Kim Thi sia segera dibuat kebingungan setengah mati oleh perkataan tersebut, padahal dari
sembilan pedang, sudah lima orang diantaranya telah mati. Namun kenyataan mereka masih
belum mengetahuinya, maka dari itu diapun menjawab lantang: "Aku bukan pedang yang
manapun dari sembilan pedang" Begitu perkataan tersebut diutarakan, para jago pun menjadi
gempar dibuatnya. Tiba-tiba terdengar salah seorang diantara mereka berteriak: "Hey sobat,
apakah kau hendak menyangkal?" Dengan amarah yang meluap-luap sahut Kim Thi sia:
"Aku bernama Kim Thi sia, aku adalah murid kesepuluh dari Malaikat pedang berbaju perlente"
ciu thong kongcu segera tertawa dingin.
"Asalkan saja kau masih anak muridnya Malaikat pedang berbaju perlente, hutang piutang ini
masih menjadi bebanmu, sungguh tak disangka anak-anak murid dari Malaikat pedang ternyata
telah menjalin hubungan dengan kelima naga dan seorang burung hong dari raja langit berlengan
delapan, silahkan mulai menyerang"
Sehabis berkata dia segera menudingkan pedangnya keluar, menanti Kim Thi sia melancarkan
serangannya. Kim Thi sia semakin kebingungan setengah mati, biarpun dia mencoba memikirkan persoalan
ini namun belum juga peroleh jawabnya:
"Ia memang pernah mendengar nama si Raja langit berlengan delapan dari Nyoo Soat hong,
tapi siapa pula kelima naga dan burung hong yang dimaksud" Apa pula hubungan dengan
dirinya?" Biarpun demikian, beberapa patah kata lawan sempat membangkitkan juga hawa amarahnya,
tanpa berpikir panjang lagi dia menggetarkan pedang Leng gwat kiamnya dan berseru lantang:
"Hey orang she Kim, akan kusuruh kau rasakan kelihayan ilmu silat dari si Malaikat pedang
berbaju perlente" "Bocah keparat, kau jangan takabur" seru ciu thong kongcu sambil tertawa dingin.
"Dalam sepuluh gebrakan bila aku tak berhasil mengungguli dirimu, aku bersedia dihukum
menurut keputusan kalian-"
Mendengar itu, ciu thong kongcu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak.
"Haaaah....haaaaah......haaaaah.......sungguh tak disangka di kawasan Kanglam terdapat begitu
banyak orang gila, bila dalam sepuluh gebrakan kongcu sampai menderita kalah ditanganmu,
mulai saat ini jangan anggap diriku sebagai anggota perkumpulan cahaya emas. Kecuali dendam
sakit hati ini bisa terbalas, kalau tidak aku tak akan menginjakkan kaki lagi diwilayah Kanglam ini,
tapi bila hari ini kongcu bisa mengungguli dirimu, maka kau mesti meninggalkan selembar
nyawamu" Kim Thi sia tidak banyak berbicara lagi, pedangnya segera dipersiapkan dengan jurus "awan
muncul kabut membuka" dari ilmu pedang panca Buddha. Ujung pedangnya menuding kelangit
sementara kakinya melangkah kedepan, ia siap mengancam alis mata ciu thong kongcu.
Sebaliknya ciu thong kongcu pun tak malu menjadi anak didik ketua perkumpulan cahaya emas
serta Kim seng nio-nio pedangnya segera digetarkan pula sambil serunya lantang:
"Ilmu pedang bagus, selama ini kongcu selalu membanggakan ilmu pedangku, sungguh
beruntung aku bisa menjumpai anak murid dari Malaikat pedang berbaju perlente untuk mencoba
kemampuannya." Pedangnya segera digetarkan dan melancarkan serangan dengan jurus "Malaikat bengis sukma
dingin pekikan beku". Pedangnya dengan membawa suara guntur segera mendesing kedepan-
Sebaliknya ilmu pedang panca Buddha dari Kim Thi sia yang merupakan sejenis ilmu pedang
yang luar biasa hebatnya dibalik setiap jurus serangan terselip banyak perubahan-Tampak ia
menyambut serangan musuh dengan ujung pedang ditujukan keujung pedang.
Waktu itu kendatipun ciu tong kongcu telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, namun ia selalu berpendapat tiada kekuatan yang bisa digunakan- Melihat pedang
musuh berulang kali mengejar dirinya bagaikan bayangan badan hatinya benar-benar amat
terperanjat dibuatnya. Tak salah lagi Kim Thi sia memang mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya yang khusus
digunakan untuk menghisap sari hawa murni pihak lawan sebagai orang yang awam tentu saja ciu
tong kongcu tak sempat menduga sampai kesitu....
Diam-diam perasaan hati ciu tong kongcu tersekat dalam waktu singkat dia telah merubah
jurus serangannya menjadi gerakan "awan menyelimut dipuncak bukit."
Tampak berpuluh-puluh jalur cahaya pedang yang memancarkan hawa pedang menyelimuti
angkasa seperti gulungan ombak dahsyat.
Kim Thi sia segera melakukan gerakan pancingan dengan pedang Leng gwat kiamnya,
kemudian dengan gerakan kedua "bintang lenyap rembulan sirna" dia menangkal pergi pedang ciu
tong kongcu. Dalam keadaan begini, ciu tong kongcu segera merubah jurus serangannya menjadi "Bangau
berpekik terbang tinggi". Pedang berikut tubuhnya berputar kencang melingkari tubuh musuh.
Kebetulan sekali Kim Thi sia telah merubah gerak serangannya menjadi Jaring langit perangkap
bumi." kabur hawa pedang yang menyelimuti angkasa segera menyambar kebawah dengan
hebatnya. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung tiga jurus enam gerakan-Sementara
para penonton menyaksikan jalannya pertarungan dengan mata terbelalak mulut melongo. Selama
hidup belum pernah mereka saksikan pertarungan setegang dan sesengit ini.
Tampak kedua orang itu saling menempel kemudian berpisah. cahaya putih hawa perak amat
menyilaukan mata, pertarungan kedua orang ini benar-benar tegang dan mencekam perasaan.
Berapa gebrakan kemudian, Liong hou tha meu Si Goanpah serta dua orang jago lihay dari
perkumpulan cahaya emas lainnya dapat melihat gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya,
dengan mata melotot besar mereka menggenggam senjata masing-masing lebih kencang dan
bersiap sedia untuk turun tangan memberi bantuan.
Sekejap kemudian, antara ciu tong kongcu dengan Kim Thi sia telah bertarung sebanyak
delapan jurus. Kini, ciu tong kongcu telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dengan jurus
"mencari pahlawan memburu naga" terlihat cahaya perak memancar rata diatas permukaan tanah,
hawa serangan memercik bagaikan gulungan ombak yang terhembus angin-
Kim Thi sia mendengus dingin, sambil mengerahkan ilmu ciat khi mi khinya, dengan jurus
"Buddha mengembang kejahatan sirna" pedang Leng gwat kiamnya memancarkan berpuluh
cahaya putih yang langsung menerobos masuk kebalik sinar keperakan musuh.
Ditengah bentorkan inilah terdengar ciu tong kongcu menjerit kesakitan dan terhuyung mundur
kebelakang. Hampir pada saat yang bersamaan Si Goanpah sekalian tiga orang jago membentak keras dan
secara beruntun melompat ke arena langsung menerjang Kim Thi sia.
Mendadak terdengar lagi suara bentakan nyaring, tiga titik cahaya emas secara terpisah
menyergap ketiga orang itu.
Sebagai jago-jago lihay dari dunia persilatan, rata-rata mereka bermata tajam, dalam sekilas
pandangan saja ketiga orang itu tahu kalau senjata rahasia yang mengancam mereka merupakan
sejenis senjata rahasia yang paling lihay, yaitu jarum emas penembus jalan darah.
Tergopoh-gopoh mereka menyelinap kesamping untuk menghindarkan diri dan melompat
mundur sejauh tiga depan.
Terlihatlah seseorang melayang turun dari atas sebatang pohon tak jauh dari arena
pertarungan- Ketika Kim Thi sia memperhatikan dengan lebih seksama, dia segera mengenali orang itu
sebagai Lam Wi, tentu saja hal ini membuatnya terkejut bercampur keheranan, diam- diam
pikirnya : "Jangan-jangan orang inipun memiliki ilmu silat yang sangat tangguh.......?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Lam Wi telah berkata dengan nada santai:
"Kalian beberapa orang adalah kawanan jago yang datang dari utara, tak disangka rupanya
jagoan dari utara cuma bisanya mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak. Bila
kalian ingin berbuat sesuatu, silahkan saja mencari gara-gara denganku."
Waktu itu, meskipun ciu tong kongcu belum menderita kekalahan secara total, dalam
kenyataan sudah kalah satu jurus. Paras mukanya nampaknya amat tak sedap dipandang.
sewaktu mendengar perkataan itu, ia segera berkata: "Jadi kaupun bermaksud membuat
perselisihan dengan kami....."
"Heeeeh......heeeeh.......heeeeh.......berkelahipun sudah, apalagi soal persilatan?" jengek Lam
wi sambil tertawa dingin. Liong hou tamcu Si Goanpah turut menimbrung:
"Bila dilihat dari gerak gerikmu, agaknya sobat mempunyai asal usul yang besar. Aku bersedia
untuk memenuhi keinginanmu itu." selesai berkata, diapun, bersiap sedia untuk turun tangan.
"Si thamcu, tunggu dulu." mendadak ciu tong kongcu mencegah. "Apakah kongcu masih ada
pendapat lain?" "Kedatanganku keselatan kali ini tak lain adalah hendak menyelidiki duduk persoalan yang
sebenarnya hingga tuntas sehingga sekembalinya dari sini bisa memberi laporan kepada kongcu
nio-nio. Padahal apakah betul dua orang yang berada didepan kita adalah orang yang sedang
dicari, hingga kini persoalannya belum jelas, karena itu aku pikir kita tak usah membuang waktu
dengan sia-sia" Mendengar perkataan itu, Lamwi segera mendengus dingin. "Perkataan kongcu
memang benar, silahkan anda mengambil keputusan." ciu tong kongcu mendehem pelan,
kemudian katanya kepada kedua orang lawannya:
"Aku selalu membedakan mana budi, mana dendam serta tidak melakukan pembunuhan secara
mengawur, sekarang aku ingin mengajukan pertanyaan kepada kalian, bersediakan kalian untuk
menjawabnya?" Sekarang, Kim Thi sia pun sudah mulai jelas dengan masalah yang dihadapinya, mengetahui
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa persoalan dapat diselesaikan secepatnya, buru-buru dia berseru sesudah mendengar
perkataan ini: "Bila hendak bertanya, cepat ajukan pertanyaanmu"
Sebaliknya Lam wi dengan mata melotot dan menghentakkan kakinya keatas tanah segera
berseru kepada Kim Thi sia: "Hmmm, kau hanya tahu berkentut"
Kemudian sambil berpaling kearah, ciu tong kongcu serunya lagi:
"Kalau ingin bertanya, lebih baik ajukan saja kepadaku" ciu tong kongcu tertawa tergelak.
"Haaah........haaaah.......haaaah........sobat memang seorang yang amat terbuka"
"Sudah tak usah banyak ngebacot lagi" tukas lam wi tak sabar. Merah padam selembar wajah
ciu tong kongcu, katanya kemudian:
"Tiga hari berselang, kantor-kantor cabang perkumpulan kami disepanjang sungai Tiang kang
telah menerima selembar kartu undangan secara tiba-tiba yang menerangkan bahwa pemimpin
dari sembilan pedang dunia persilatan yakni sipedang emas dengan membawa pusaka lentera
hijau dan seorang wanita yang punya asal-usul besar hendak melewati daerah disekitar sini
apakah sipenulis surat tersebut adalah anda?"
"Benar" jawab Lam wi lantang.
"Apakah kau telah mencatut nama perkumpulan kami untuk melakukan banyak perselisihan
dengan sembilan pedang dunia perselisihan hingga menimbulkan serangan dari sembilan pedang
yang melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap anggota perkumpulan kami, dengan
peristiwa tersebut perkumpulan kami jadi bermusuhan dengan sembilan pedang sedang kau
berpeluk tangan saja menonton kami saling gontok-gontokan. Apakah perbuatan inipun
merupakan hasil karyamu?"
"Benar......" "Hmmm, semua orang yang dikirim perkumpulan kami untuk menguntilmu akhirnya
dipecundangi semua. Sekalipun hatimu keji, namun cara kerjamu kurang bersih hingga
meninggaikan bekas yang sengaja memancing anak buah kami datang kekawasan Kanglam,
apakah perbuatan inipun benar-benar dilakukan olehmu?"
"Benar.........."
"Benarkah anda telah membuat persiapan disekeliling kawasan kota Kanglam ini, yang
membuat sobat-sobat dari perkumpulan kami yang tidak mengetahui persoalan sebenarnya
menjadi bermusuhan dengan pelbagai partai dan perkumpulan lain?"
"Memang begitu."
"Dari nada jawabanmu, aku percaya kau telah menjawab jujur, tapi aku ingin bertanya.
Sesungguhnya apa maksud dan tujuanmu dengan semua perbuatan ini?"
"Soal ini kau tak perlu turut campur"
"Kau harus tahu, sejak perkumpulan cahaya emas muncul didalam dunia persilatan kami tak
pernah takut dengan siapa saja. Apakah kau tak berani mengutarakannya keluar?"
"Kenapa tak berani?"
"Kalau memang berani, ayoh katakan"
"Aku hanya melaksanakan perintah."
Mendengar jawaban tersebut semua orang menjadi terperanjat dibuatnya.
Bukan hanya orang-orang dari perkumpulan cahaya emas yang dibikin tercengang, bahkan Kim
Thi sia timbul kecurigaan didalam hatinya. Diam-diam iapun berpikir:
"Kalau dibilang dia melaksanakan perintah dari Dewi Nirmala, lantas Nirmala nomor berapakah
dia" Semua utusan Nirmala memiliki ilmu silat yang sangat tangguh, bahkan sipedang
tembagapun tewas ditangan Nirmala nomor tujuh."
"Tapi setahuku, para utusan Nirmala rata-rata sudah berusia lanjut, sedangkan dia baru
berumur dua puluhan tahun, mana mungkin" Tapi..... Kalau dipikir-pikir Dewi Nirmalalah yang
paling mencurigakan-"
"Atau mungkin juga dia sedang melaksanakan perintah dari ketua perkumpulan Tay sang pang,
sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing, Tapi setahuku perkumpulan Tay sang pang tidak
mempunyai ikatan dendam yang terlalu dalam dengan sembilan pedang dunia persilatan, jadi
kemungkinannya kecil."
"Selain kedua orang ini, rasanya cuma si Pukulan sakti tanpa bayangan serta ciang sianseng
yang berhasrat merebut lentera hijau......tapi siapakah atasan orang ini?"
Sementara dia masih berpikir, ciu tong kongcu telah berkata lagi sambil tertawa dingin:
"Seorang lelaki sejati tak akan melakukan perbuatan gelap. perduli perintah siapa yang sedang
kau laksanakan- Perkumpulan cahaya emas pasti akan menanggapi peristiwa ini dengan serius.
Nah, apakah anda bersedia memberi penjelasan lebih dulu?"
"Tak perlu terburu napsu" tukas Lamwi dingin. "Sampai waktunya kalian toh akan mengetahui
dengan sendirinya" Mendadak terdengar seseorang berseru keras:
"Bajingan ini sangat menggemaskan, biar siaute yang membereskan dirinya lebih dulu" Lam wi
segera tertawa terkekeh-kekeh, serunya mendadak.......
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....benar-benar menggelikan, katanya saja dari perkumpulan
cahaya emas, ternyata ilmu jarum emas penembus jalan darah pun tidak dikenali, sungguh
mengenaskan. Benar-benar mengenaskan-"
Sambil berkata ia menggelengkan kepalanya berulang kali dengan wajah mengejek.
orang itu sangat gusar, dnegan mata melotot besar ia membentak dan menyiapkan senjatanya
untuk melancarkan serangan-
Siapa tahu dia cepat, Lam wi jauh lebih cepat lagi, tampak dia mengayunkan tangan kanannya,
beberapa titik cahaya emas segera meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa.
"Kawanan tikus yang tak tahu diri" serunya sambil tertawa. "coba kau rasakan dulu bagaimana
hebatnya jarum emasku"
Waktu itu selisih jarak antara kedua belah pihak tidak terlalu jauh, walaupun orang itu
menyerang lebih dulu namun serangan dari Lam wi ternyata mengenai sasaran duluan.
Terdengar orang itu menjerit kesakitan, tubuhnya terbanting keatas tanah berikut senjata dan
tak mampu merangkak bangun lagi. Ternyata jalan darahnya sudah ditotok oleh Lam wi.
Tidak menunggu sampai orang lain berbicara, kembali Lam wi mengayunkan tangan kanannya
berulang kali. Lagi-lagi tampak berapa kali cahaya emas berkelebat lewat dan menyerang
kawanan jagoan tersebut. Dalam waktu singkat suasana menjadi kalut sekali, kembali ada dua orang yang roboh terluka
oleh serangan jarum itu. Para jago lainnya yang selamat segera membentak sambil menyerbu kedepan, tak selang
sesaat Kim Thi sia serta Lam wi sudah terkepung rapat-rapat ditengah arena.
Berada dalam keadaan begini, sekalipun Kim Thi sia tidak berniat untuk turun tanganpun tak
bisa. Apalagi tiga orang jago langsung menyerang kearahnya sambil tertawa, pedang Leng gwat
kiam dengan jurus "guntur menggelegar angin berhembus" dengan membawa cahaya putih yang
berkilauan langsung menyambar tiga orang itu. Terdengar salah seorang diantaranya berteriak:
"Bocah keparat, kau jangan takabur, enam harimau dari bukit saiju siharimau hijau bermuka
besi cu Ho tin siap membereskan dirimu"
Dengan mengayunkan senjata ia maju menyongsong datangnya serangan tersebut.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman dalam pertarungan, begitu melihat
jurus pedang yang digunakan Kim Thi sia membawa segulung tenaga hisapan tak berwujud yang
kuat, ia segera sadar kalau musuhnya memang tangguh dan bukan bernama kosong belaka.
Maka pergelangan tangannya segera diputar, tangan kanannya langsung menyerang pinggang
musuh. Sementara tangan kirinya menotok jalan darah siau yau hat ditubuh pemuda itu.
Dari senjata poan koan pit yang digunakan lawan, Kim Thi sia pun tahu kalau musuhnya
seorang ahli dalam menotok jalan darah. Kewaspadaannya segera ditingkatkan-
Dengan mengandalkan ilmu tay goan sinkang, ilmu pedang panca Buddha serta ciat khi mi khi
dia segera melayani musuhnya dengan cermat dan seksama. Sebab dia sadar, sekali bertindak
kurang hati-hati, niscaya dia akan roboh terjungkal ditangan lawan-
Saat ini, ketika ia melihat sepasang penanya menyodok tiba, cepat-cepat tubuhnya berkelit
kesamping untuk menghindarkan diri. Ketika berpaling ia melihat dua orang lainnya dengan
senjata terhunus sedang bersiap sedia dengan penuh keseriusan-Kim Thi sia yang melihat
kejadian tersebut segera berpikir:
"Mereka berjumlah sangat banyak. bila aku tak menyelesaikan pertarungan ini secepatnya,
rasanya sulit untuk meninggalkan tempat ini secara gampang......"
Berpikir sampai disini, dia segera berpekik nyaring dan mengeluarkan jurus serangan terampuh
dari ilmu pedang panca Buddhanya.
Tampak bayangan pedang yang amat tebal menyelimuti seluruh angkasa dan mengurung
ketiga orang musuhnya rapat-rapat.
Ketiga orang itu sama sekali tak menduga kalau Kim Thi sia bernyali begitu besar. Dimana
dengan seorang diri berani melawan tiga orang musuh sekaligus.
Si Harimau bermuka besi cu ci tin segera mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk melancarkan serangan, sepasang penanya dengan gerakan menotok, memukul, mengetuk,
mencukil dan merejam semuanya ditunjukkan untuk merobohkan musuh. Dalam waktu singkat,
keempat orang itu sudah bertarung puluhan gebrakan lebih.
Sementara itu, dipihak lain Lam wi telah bertarung pula melawan tiga orang musuh, hanya saja
sistim pertarungannya berbeda dengan keempat orang dipihak sini.
Tampak sepasang tangannya diayunkan berulang kali memancarkan bertitik cahaya emas yang
meluncur kedepan sambil menyerang serunya sambil tertawa:
"Aku mah tak ada waktu banyak untuk bermain-main dengan kawanan harimau kertas
semacam kalian." Mendadak terdengar ketiga orang jago yang mengerubutinya menjerit kesakitan pada saat
yang bersamaan dan serentak melompat mundur kebelakang.
Dipihak sini, begitu merasa gelagat kurang menguntungkan, salah seorang diantaranya seorang
lelaki bergolok besar segera mengayunkan pula tangan kirinya. "criiiiing.....criiiing......criiing......."
Tiga dentingan nyaring berbunyi bersamaan dengan melesetnya tiga batang senjata rahasia
Kim Chee piau mengarah ketubuh Kim Thi sia.
Sementara itu, Kim Thi sia sedang mengeluarkan jurus "bintang lenyap rembulan punah",
melihat datangnya sambaran Kim cheepiau, cepat-cepat dia mengerahkan ilmu ciat khi mi khi
untuk melindungi tubuh. Aneh memang kalau dibicarakan, tatkala ketiga batang Kim cheepiau tersebut hampir mengena
pada sasarannya, tiba-tiba seperti membentur suatu dinding tak berwujud yang kuat sekali, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun segera rontok keatas tanah.
orang yang melancarkan serangan dengan ketiga Kim cheepiau itu bukan lain adalah orang
kedua dari Enam harimau puncak salju, yaitu si harimau sutera berwajah kemala.
Betapa terkejutnya jagoan ini setelah melihat kemampuan Kim Thi sia untuk mematahkan
serangan senjata rahasianya yang begitu aneh. Pada saat itulah, mendadak terdengar suara
teriakan seseorang. "Angin kencang cepat mundur" Ternyata yang berteriak adalah ciu tong
kongcu. Begitu mendengar teriakan tersebut, serentak orang-orang itu mengundurkan diri dari sana.
Baru saja Kim Thi sia hendak melakukan pengejaran, mendadak Lamwi menghalangi jalan
perginya seraya berseru: "Saudara Kim, penjahat yang melarikan diri tak perlu dikejar. Dengan siasat licik mereka jangan
bisa lolos dari cengkeramanku. Kenapa kita mesti terburu napsu" sekarang yang penting kita mesti
mencari jejak Yu Kilem lebih dahulu." Kim Thi sia menjadi terperanjat sekali setelah mendengar
kata itu, pikirnya segera: "Aneh, darimana dia bisa mengetahui semua urusanku?"
Tanpa terasa dia mulai mengamati Lam wi yang misterius asal usulnya itu dengan lebih
seksama. Lam wi segera tertawa rahasia, katanya:
"Saudara Kim, kau tak usah banyak bertanya ikutlah aku"
Dalam keadaan begini, Kim Thi sia segera merasa bahwa kepandaian silatnya seakan-akan
sama sekali tak berguna lagi, terpaksa dia mengiakan. "Baiklah"
Lamwi pun segera berangkat menuju ketenggara. Gerakan tubuhnya amat cepat dan tak bisa
ditandingi Kim Thi sia. Sampai detik itulah Kim Thi sia baru sadar bahwa Lam wi sesungguhnya
merupakan seorang jagoan yang berilmu silat sangat hebat, hanya saja hingga kini ia masih belum
mengetahunya secara pasti akan asal usulnya.
Setelah menempuh perjalanan berapa saat akhirnya sampailah mereka didekat sebuah bukit
kecil. Mendadak...... Ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagad, terdengar seseorang membentak keras:
"Berhenti" Baru saja suara itu bergema, tampak bayangan manusia munculkan diri diatas puncak bukit
kecil itu. Lam wi yang berjalan dimuka segera menghentikan langkahnya, sedangkan Kim Thi sia yang
membuntuti dari belakang turut berhenti pula. Terdengar orang yang berada dibukit itu berseru
lagi: "Ada urusan apa sobat berdua berkunjung kemari ditengah malam buta begini?"
"Kami datang untuk menjenguk seorang sahabat kami" sahut Lam wi cepat-cepat.
"Kalau toh kedatangan kalian untuk menjenguk seorang teman, lebih baik sebutkan dulu siapa
nama kalian, agar kami bisa memberi laporan dengan segera."
Tampaknya Lam wi sudah mempunyai perhitungan yang masak. ketika mendengar perkataan
itu segera sahutnya dengan suara hambar:
"Boleh saja bila ingin mengetahui namaku, tapi kalian mesti memperkenalkan diri terlebih dulu."
"Kami adalah orang-orang Tay sang pang" sahut orang diatas bukit cepat. "Nah harap sahabat
menyebutkan nama kalian."
Selama ini Kim Thi sia hanya berdiri dibelakang Lam wi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sewaktu mendengar nama "Tay sang pang", darahnya segera mendidih, hampir saja dia akan
turun tangan melancarkan serangan-Mendadak terdengar Lam wi berkata lagi:
"Kami datang untuk menjenguk si Ulung beracun. Aku bernama Lam wi, sedang dia adalah Kim
Thi sia." Belum habis perkataan itu diucapkan tampak Lam wi telah menerobos maju kedepan dan
langsung menyerbu keatas bukit. Bersamaan waktunya ia mengayunkan tangan kanannya, dua
titik cahaya emas segera melesat kedepan menghajar tubuh kedua orang tersebut.
Terdengar dua kali dengusan tertahan, tahu-tahu kedua orang itu sudah roboh terjungkal
keatas tanah. Setibanya diatas bukit ternyata Lam wi sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya,
kembali dia melambung ketengah udara. Sepasang tangannya diayunkan berulang kali masingmasing
diayunkan kebalik semak belukar sana.
Berapa kali jeritan kesakitan dan suara robohnya tubuh berat segera bergema susul menyusuli.
Mendadak....... Terdengar suara ledakan keras ditengah udara, ternyata ada sebatang anak panah berapi yang
meledak ditengah udara. Cahaya api berwarna merah yang tersebar keempat penjuru dapat
terlihat jelas dari jarak berapa puluh li.
Lam wi tahu, musuh telah melepaskan tanda bahaya, ini berarti jejak mereka segera akan
ketahuan musuh. Maka sambil berpaling kearah Kim Thi sia yang berada dibawah tebing, serunya lantang:
"Saudara Kim ayoh, cepatlah naik keatas pertunjukkan bagus segera akan dimulai"
Dalam pada itu Kim Thi sia sedang berpikir keras setelah menyaksikan kemampuan Lam wi
untuk mencabut berapa lembar jiwa sekaligus dalam berapa kali gebrakan saja, pikirnya:
"Sepintas lalu ia kesakitan begitu lembut dan halus, tapi nyatanya serangan yang dilancarkan
tidak mengenal ampun- Bahkan kekejamannya melebihi aku, aku mesti bersikap lebih waspada
terhadap sobat kejam seperti ini."
Ketika dilihatnya Lam wi sedang menggapainya, diapun segera melejit keudara dan melompat
naik kepuncak tebing itu. Sambil tersenyum Lam wi segera berkata:
"Bila kulihat dari tampang wajahmu, bukankah dalam hati kau sedang mengumpat kekejaman
hatiku?" Kim Thi sia yang mendengar teguran mana, dalam hati kecilnya segera berpikir:
"Lihay amat ketajaman mata orang ini. Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, kau sudah
dapat membacanya secara tepat." Berpikir begitu, agak tersipu-sipu iapun berkata:
"Aaaaah, mana, mana. Aku hanya berpikir bahwa kepandaian silatmu ternyata jauh lebih hebat
berapa kali lipat ketimbangan aku......"
Sampai disini tanpa terasa dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.
"Saudara Kim" Lam wi segera menegur lagi dengan wajah gusar. "Diantara kita berdua boleh
dibilang hanya perkenalan biasa, berteman karena cocok dalam pandangan pertama. Sekarang
mengapa kau justru mengucapkan kata-kata semacam ini" Padahal bicara sesungguhnya ilmu
silatmu masih beratus kali lipat lebih hebat ketimbang kemampuanku, cuma tenaga dalamnya saja
belum mencapai kesempurnaan. Dengan usia semuda itu, apakah kau takut dikemudian hari tak
bisa mengejar ketinggalan itu?"
"orang ini benar-benar lihay......." batin Kim Thi sia lagi.
Baru saja dia hendak membantah, mendadak......
"Sreeeettt..... Sreeeettt..... Sreeeet......."
Ditengah desingan angin tajam, tampak ada lima sosok bayangan manusia melayang turun
ketengah arena, seorang diantaranya adalah seorang kakek yang membawa kipas lebar.
Begitu muncul ditengah arena, kakek tersebut segera menegur sambil menuding kearah kedua
orang tersebut "Bocah keparat, siapa yang menyuruh kalian datang menghantar kematian?"
Kemudian, seorang yang lain menyambung pula:
"Kim Thi sia, tak disangka kita akan bersua kembali disini"
Selesai berkata ia tertawa dingin tiada hentinya.
Kim Thi sia segera mengenali orang tersebut sebagai salah satu diantara dua belas orang
tongcu dari perkumpulan Tay sang pang, tanpa terasa sahutnya sambil tertawa dingin pula:
"Dimanakah ketua kalian" Aku sedang mencarinya."
"Bocah keparat" tukas kakek berkipas lebar itu gusar. "Kau anggap ketua kami adalah orang
yang bisa ditemui secara sembarangan-"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak ditengah kegelapan malam terdengar lagi
dua kali ledakan yang amat keras. Satu berasal dari arah barat laut, sedang yang lain berasal dari
selatan- Rupanya kembali ada dua batang panah api yang meluncur ketengah udara dan meledak keras.
Pancaran cahaya merah segera menghiasi kegelapan malam.
Paras muka kelima orang jago dari perkumpulan Tay sang pang ini segera berubah hebat,
sebab ditinjau dari tanda bahaya yang dilepaskan hampir saja yang bersamaan waktunya dari dua
arah yang berbeda, menunjukkan bahwa anggota perkumpulan mereka telah bertemu dengan
musuh tangguh hampir pada saat yang bersamaan. Bila keadaan tidak semakin kritis, tak mungkin
orang-orang itu akan melepaskan tanda bahana untuk mohon bantuan-
Pada saat itulah..... Dari arah jalan raya disebelah selatan, kembali muncul ketiga sosok bayangan hitam yang
meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Dalam waktu singkat ketiga orang tersebut telah muncul disisi arena, ternyata mereka terdiri
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari dua pria dan seorang wanita.
Dalam sekilas pandangan saja, Kim Thi sia segera kenali orang yang berjalan dipaling muka
adalah sastrawan bermata sakti, dibelakangnya mengikuti Yu Hong serta adik seperguruannya Li
Beng po. Begitu tiba, sipelajar bermata sakti segera berseru nyaring:
"Selamat bersua Selamat bersua Rupanya kedatangan kami tepat pada waktunya......."
"Hey pelajar bermata sakti" Kim Thi sia segera menegur. "HHutang piutang diantara kita berdua
harus diperhitungkan lebih dulu."
"Aku harap kalian bersedia menolong ciciku lebih dulu sebelum melakukan perhitungan atas
hutang piutang kalian" seru Yu Hong cepat-cepat.
"Tentu saja begitu" sahut pelajar bermata sakti keras.
Sampai disitu, dia lantas berpaling kearah kelima orang musuhnya dan berseru lagi: "Benarkah
nona Yu Kiem telah kalian tangkap?"
Kakek berkipas lebar itu segera mendehem beberapa kali, kemudian baru menyahut: "Benar
atau tidak. rasanya tak perlu kau campuri urusannya"
Perlu diketahui, kakek tersebut merupakan salah satu diantara dua belas orang tongcu dari
perkumpulan Tay sang pang. orang menyebutnya si Rajawali emas berkipas baha Cu Kim,
kepandaian gwakang maupun kwekangnya begitu hebat, boleh dibilang jarang menjumpai musuh
tandingan dikawasan Kanglam oleh sebab itu sikapnya menjadi sombong, angkuh dan sangat
takabur. "Kalau aku bersikeras akan mencampuri, mau apa kau?" teriak sipelajar bermata sakti sambil
mendelik. "Ya a, bila kalian tidak membebaskan ciciku, kalian akan kami bantai sampai ludes" sambung
Yu Hong dengan marah. "Kalian mau membebaskannya atau tidak" teriak Kim Thi sia pula keras-keras.
Dalam pada itu sikap Lam wi lebih santai, dia berdiri disisi Kim Thi sia dengan senyuman
dikulum. Seakan-akan persoalan tersebut sama sekali tiada sangkut paut dengan dirinya.
si Rajawali emas berkipas besi cu Kim kontan saja tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeeh......heeeeeh......heeeeeh........akan kulihat sampai dimana sih kehebatan dari jagoan
yang disebut "manusia yang paling susah dilayani dari dunia persilatan-...."
Kim Thi sia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya dan siap untuk turun tangan-Tapi
saat itulah........ Mendadak dari arah barat laut muncul dua sosok bayangan manusia yang meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa, kalau dilihat dari gerak tubuh mereka, dapat diketahui bahwa
mereka adalah sepasang jagoan yang berilmu tinggi. Belum lagi orangnya muncul, terdengar ia
sudah berteriak keras: "Thian tong, semua orang yang kita cari telah berkumpul disini. Rasanya tidak sia-sia
penjelasan kita ayah beranak kali ini."
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang tersebut sudah muncul dihadapan banyak
orang. Hal mana tentu saja amat mengejutkan semua orang tanpa terasa mereka sama berpikir.
"Kenapa si tua bangka inipun bisa mencari sampai disini?"
Ternyata dua orang yang datang tak lain adalah ketua Tiang pek pay, sipukulan sakti tanpa
bayangan serta putra kesayangan Ang Thian tong." Begitulah munculkan diri, sipukulan sakti
tanpa bayangan segera berseru:
"Kalian jangan bertarung dulu, tunggu sampai persoalannya menjadi jelas sebelum kita
membuat penyelesaian hingga tuntas."
"Makhluk tua, kau jangan mencampuri urusanku" teriak Kim Thi sia. Sipukulan sakti tanpa
bayangan segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.......haaaah.....kau masih ada kesempatan hidup selama sepuluh hari lagi.
Sekarang aku tak ingin ribut denganmu."
"Kalau ingin berkelahu, sekarang juga aku dapat melayani" seru Kim Thi sia marah. "Kenapa
kita mesti menunggu sepuluh hari lagi di Lembah Nirmala?"
"Jadi kau benar-benar tak takut mampus" Kau anggap paling susah dilayani?"
Kim Thi sia tertawa dingin. "Hmmm, jadi kau baru tahu sekarang?" Mendadak terdengar Ang
Thian tong menyela. "Ayah, tak usah banyak cincong dengannya, yang penting kita selidiki dulu jejak Hay Jin"
"Apa" Nona Hay Jin telah lenyap?" sela Kim Thi sia terperanjat.
"Hmmm, soal ini bukan urusanmu. Lebih baik tak usah turut campur" tukas sipukulan sakti
tanpa bayangan dingin. Lalu sambil berpaling kearah lima orang jago dari perkumpulan Tay sang pang, ia berkata lebih
jauh: "Apakah kalian telah berjumpa dengan menantuku?"
"Hmmm, kau toh tidak pernah serahkan menantuku kepadaku, dari mana aku bisa tahu?" sahut
si rajawali emas berkipas besi Cu Kim sambil tertawa dingin. Sipukulan sakti tanpa bayangan
kembali tertawa seram. "Hmmm, menantuku telah hilang di kawasan Kanglam, sedang perkumpulan Tay sang pa
adalah penguasa diwilayah ini. Kalau tidak bertanya kepada kalian, lantas kepada siapa aku mesti
bertanya?" Tuduhan yang dilontarkan setengah paksa ini tentu saja membuat kelima orang jago dari Tay
sang pang menjadi meringis dan serba salah. Mau mengaku tak bisa, tak mengakupun rasanya tak
mungkin, bisa diduga suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Tiba-tiba terdengar si Pelajar bermata sakti menyela:
"Ang locianpwee, harap jangan gusar dulu. Sekalipun apa yang locianpwee katakan memang
benar, namun sebelum diperoleh bukti yang nyata, kau tidak boleh bersikeras menuduh pihak Tay
sang pang sebagai biang keladinya, kuharap locianpwee suka berpikir tiga kali dulu sebelum
bertindak" "Bocah keparat, jadi kau hendak membonceng nama besar gurumu untuk mencampuri urusan
orang lain?" seru sipukulan sakti tanpa bayangan dengan wajah merah membara.
"Hmmm, ilmu cakar kucing gurumu masih belum kupandang sebelah matapun.Jika kau berani
mencabut gigi harimau disini, hakekatnya tindakanmu ini benar-benar kelewat memandang rendah
orang." Buru-buru sipelajar bermata sakti menjelaskan-
"Ang locianpwee, aku sama sekali tidak bermaksud begitu, tapi kalau ingin berkelahi kita harus
lihat dulu siapa duluan dan siapa belakangan. Tunggulah sampai kudapatkan kembali orang yang
kucari sebelum locianpwee membuat perhitungan dengan pihak Tay sang pang."
"Kurang ajar........" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan semakin sewot. "Jadi hanya kau yang
boleh meminta orang sedang orang lain tidak......?"
"Tentu saja boleh, cuma aku datang menuntut karna dasar dan bukti yang nyata, aku tidak
menuntut secara mengawur"
Agaknya hawa amarah sipukulan sakti tanpa bayangan sudah tak terbendung lagi, dengan
suara keras teriaknya: "Menantu ku telah hilang tak berbekas. Apakah kejadian ini bukan suatu fakta yang jelas"
Bocah keparat, kalau kau tidak memberi penjelasan yang memuaskan hati ini akan kubunuh
dirimu lebih dulu sebelum membuat perhitungan dengan sisetan tua"
Tampaknya si Pukulan sakti tanpa bayangan sudah mata gelap sehingga siapa saja dituduh
sebagai pembawa lari menantunya.
Sementara itu semua orang membungkam diri tanpa banyak bicara siapapun. Berselisih dengan
sipukulan sakti tanpa bayangan mencari penyakit buat diri sendiri. Hanya Kim Thi sia seorang yang
masih saja tertawa dingin tiada hentinya.
Dalam pada itu, sikap sipelajar bermata sakti nampak lebih tenang dan mantap pelan-pelan ia
berkata: "Aku merasa beruntung sekali bisa peroleh petunjuk dari cianpwee. Bila aku disuruh memberi
penjelasan, mungkin aku tak berkemampuan begitu, hanya saja aku dapat memberi sebuah
petunjuk kepadamu?" Sipukulan sakti tanpa bayangan ingin mengetahui kata-kata selanjutnya dengan cepat, buruburu
dia menyela: "cepat katakan, asal betul aku pasti akan memberi kebaikan untukmu"
"Itu sih tak perlu, cara pertama yang paling baik tentu saja mencari keterangan langsung
kepada pihak Tay sang pang .Jalan kedua, silahkan locianpwee mengunjungi Lembah Nirmala,
sedangkan cara yang ketiga......rasanya jauh lebih sulit lagi."
"Ngaco belo, benar-benar ngaco belo. Ayoh cepat katakan bagaimanakah caramu yang ketiga
itu" seru sipukulan sakti tanpa bayangan tidak sabar.
"Belakangan ini, didalam dunia persilatan telah muncul Lima naga satu burung hong. Konon
mereka adalah murid-murid kesayangan dari Pat pit thian ong si raja langit berlengan delapan dari
bukit sin bau toa san. Aku dengan orang-orang kenamaan dari daratan Tiong goan, bisa jadi
menantu cianpwee telah diculik oleh lima orang naga satu burung hong"
Paras mukanya Ang Thian tong segera menunjukkan kegelisahan yang amat sangat sesudah
mendengar perkataan ini. Sedang sipukulan sakti tanpa bayangan nampak termenung sebentar, kemudian serunya:
"Bocah keparat, kenapa bicaramu makin lama semakin melantur"
Lam Wi melirik sekejap kearah sipelajar bermata sakti, lalu serunya pula, sambil mendengus
dingin: "Hmmm, pendapatmu memang bagus sekali."
Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan melancarkan sebuah pukulan kearah lima orang jago
dari perkumpulan Tay sang pang itu.
Kelima orang jagoan tersebut pun bukan manusia sembarangan- Mereka sudah mengerahkan
tenaga dalamnya untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, begitu
serangan dilancarkan merekapun serentak melakukan perlawanan.
Pertarungan sengitpun berkobar dengan hebatnya, kedua belah pihak sama-sama
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk merobohkan lawan-
Kim Thi sia gembira sekali setelah menyaksikan peristiwa ini. Diapun bersiap-siap untuk terjun
kearena pertarungan- Pada saat itulah bergema suara gelak tertawa yang amat keras dari tengah udara. Suara
tertawa itu yang amat nyaring dan menggema tiada hentinya ditengah kegelapan malam, dari sini
bisa disimpulkan bahwa orang tersebut memiliki tenaga dalam yang teramat sempurna.
Walaupun gelak tertawa itu kedengarannya amat mengejutkan hati, akan tetapi para jago yang
hadir disitu rata-rata merupakan jagoan berilmu tinggi. Nyatanya mereka sama sekali tak
terpengaruh oleh gelak tertawa ini.
Ditengah gelak tertawa yang amat nyaring inilah, kembali muncul dia orang manusia.
Ketika melihat kehadiran dua orang tersebut, kelima orang jago dari perkumpulan Tay sang
pang itu segera menunjukkan wajah berseri.
orang yang baru datang itu memiliki perawakan badan setinggi tujuh depa, Jenggotnya panjang
dan jubahnya berwarna hijau, hidung belang, mata tajam dan wajahnya amat licik serta
menyeramkan- Ternyata orang ini tak lain adalah kelima perkumpulan Tay sang pang, sipukulan sakti
penggetar langit Khu It cing, sedang dibelakangnya mengikuti si utusan beracun Hon chin.
Dengan sorot matanya yang tajam sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing memperhatikan
sekejap kesekeliling arena lalu dengan senyum tak senyum ia berkata:
"Setelah kehadiran sobat sekalian disini, rasanya bila aku tak datang sendiri, kalian akan
menganggap aku Khu It cing kurang bersahabat. Sekarang aku tak ambil perduli apa maksud
kedatangan kalian semua, paling tidak aku adalah tuan rumah disini, mumpung jarak dari sini ke
Siau yan lo tak begitu jauh bagaimana kalian memberi muka kepadaku dengan ikuti aku kesana?"
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera tertawa tergelak.
"Haaaaah.....haaaaaah......haaaaah.......sudah lama kukagumi nama siau yau lo. Beruntung
sekali aku bisa membuka mata hari ini" Kim Thi sia tak mau kalah, serunya pula:
"Sekalipun harus memasuki sarang naga gua harimau, aku Kim Thi sia tetap akan
mengunjunginya pula"
"Bagus sekali" seru Khu It cing kemudian- "Kalau toh kalian bersedia memberi muka untukku.
Nah Yap tongcu, Cu tongcu, cepat membawa jalan....."
Dua orang anak buahnya segera mengiakan dan beranjak lebih dulu meninggalkan tempat
tersebut. Walaupun semua orang tahu bahwa kepergian mereka kali ini tak akan membuahkan
keberuntungan, akan tetapi tak seorangpun yang berbicara, bagaimanapun juga mereka enggan
memperlihatkan kelemahan sendiri dihadapan orang lain- Sebab itu, biarpun harus mendaki bukit
golok terjun ke kuali berminyak mendidih, mereka tidak akan menolak.
Sipukulan sakti tanpa bayangan bersama putranya Ang Thian tong berjalan lebih dulu
mengikuti dibelakang musuhnya sipelajar bermata sakti, Yu Hong dan Li Beng po bertiga menyusul
pada rombongan kedua, sedangkan Kim Thi sia dan Lam wi mengikuti dipaling belakang.
Setelah melewati sebuah tikungan bukit loteng, Siau yau lo telah nampak didepan mata.
Tak lama kemudian sampailah mereka didepan gedung itu, pintu gerbang nampak terpentang
lebar, cahaya lentera memancarkan sinarnya menerangi setiap sudut ruangan-
Ketika para anggota perkumpulan melihat kedatangan tamunya, ternyata tak seorangpun yang
menghalangi jalan perginya .
Dengan menelusurijalan besar, secara mudah mereka tiba dibawah sebuah bangunan loteng
yang amat tinggi. Waktu itu semua orang sudah mengambil tempat duduk maka Kim Thi sia dan
Lam wipun segera mencari tempat duduk yang kosong.
Tak lama kemudian, ketua Tay sang pang sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing bangkit
berdiri dari tempat duduknya, sambil mengangkat cawan arak. ia berseru lantang:
"Jarang sekali aku mendapat kesempatan sebaik malam ini untuk menyelenggarakan suatu
pertemuan, apalagi pertemuan yang dihadiri dua orang murid dari dua tokoh termashur dalam
dunia persilatan, ditambah lagi kehadiran ketua Tay sang pang dari tepi perbatasan- benar-benar
suatu kehormatan besar untukku. Nah, silahkan saudara sekalian mengeringkan secawan arak
lebih dahulu" Selesai berkata dia mengeringkan isi cawannya lebih dulu.
Namun tak seorangpun dari tamunya yang menanggapi ajakan itu, jangan lagi mengeringkan
isi cawan, menyantun cawan arakpun tidak.
Sudah barang tentu Khu It cing dapat menyaksikan kejadian ini secara jelas sekalipun hati
kecilnya tak senang namun ia tak sampai hati untuk mengumbar hawa amarahnya dalam keadaan
begini. Setelah berhenti sejenak. Khu It cing memperhatikan kembali kawanan jago tersebut dengan
mata siangnya, kemudian berkata lebih jauh:
"Aku cukup memahami maksud kedatangan anda sekalian, tapi ada satu hal perlu kujelaskan
dulu. Yu Kiem adalah menghianat partai, soal ini menyangkut urusan rumah tangga kami yang tak
bisa dicampuri urusan orang luar. Tentang lenyapnya menantu ketua Ang, aku berani bersumpah
tidak tahu menahu. Kuharap saudara sekalian dapat memahami dan memaklumi keadaan ini."
"Hmmm, maknya" tiba-tiba Kim Thi sia berteriak keras. "Perkumpulan apaan Tay sang pang ini,
aku mah tak ambil perduli urusan rumah tangga atau bukan. Pokoknya jika kalian tidak
membebaskan Yu Kiem maka siauya akan segera membakar habis gedung atau yau lo ini"
Teriakannya yang begitu lantang seketika membangkitkan hawa amarah itu dari para jago
perkumpulan Tay sang pang. Hampir bersamaan waktunya mereka berpaling dan melotot kearah
pemuda tersebut. Sedangkan sipelajar bermata sakti tertawa dingin tiada hentinya.
Mendadak...... Belasan orang lelaki kekar yang berdiri ditepi arena melompat bangin bersama-sama dan
menghampiri Kim Thi sia, dengan mata mendelik mereka berteriak: "sobat, tak usah berkaok-kaok
terus disini, kalau berani kita berbicara diluar saja."
Kesepuluh orang lelaki kekar itu kesemuanya memakai baju biru dengan senjata tersoren
dipinggang, wajahnya keren dan tenaganya sempurna. Sambil tertawa dingin Kim Thi sia balas
menjengek: "Apa salahnya kalau berbincang disini saja?"
Belum habis perkataan itu diutarakan seorang lelaki bermata tajam telah mendesak maju
secara tiba-tiba dan secepat kilat mencengkeram jalan darah Sang hi hiat ditubuh pemuda itu.
Dalam waktu singkat belasan orang lelaki kekar itu telah mengepung Kim Thi sia ditengah
arena. Suasana menjadi amat tegang.
Kontan saja Kim Thi sia naik darah setelah diperlakukan begitu, melihat datangnya sambaran
tersebut cepat-cepat doa menarik lengan kirinya kebelakang, sementara telapak tangan kanannya
didorong kedepan-" Duuuuukkkk. ....."
Lelaki kekar itu segera terhantam hingga mundur sejauh dua langkah kebelakang.
Dalam pada itu ketua Tay sang pang Khu It cing cuma tertawa dingin tiada hentinya tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Setelah berhasil berdiri tegak. lelaki kekar tadi kembali membentak nyaring. "Bocah keparat,
kau berani bersikap kasar" Saudara sekalian, beresi bajingan ini"
Dalam waktu singkat deruan angin pukulan telah menyambar kian kemari, tubuh Kim Thi sia
seketika terkepung ditengah arena.
Kim Thi sia berpekik nyaring, dengan cepat dia menggunakan dua jurus terdahsyat dari ilmu
Tay goan sinkang yakni jurus mati hidup ditangan nasib dan kelembutan mengatasi air dan api.
Begitu dua serangan tersebut dilontarkan bayangan pukulan yang berlapis-lapis segera
mengurung sepuluh orang musuhnya ditengah ancaman mautnya. "Duuuukkkkkk Duuuuukkkkk
Duuuukkkkk" Beruntun kedengaran suara benturan keras yang saling menyusul, berapa orang lelaki kekar
diantaranya segera tergetar mundur sejauh empat lima langkah sembari memegangi dada sendiri,
rasa kaget dan ngeri jelas terpancar dari balik wajahnya.
Mendadak...... "Berhenti" terdengar seseorang membentak keras.
Waktu itu Kim Thi sia sedang asyik bertarung, ia sama sekali tidak menggubris teriakan
tersebut. Bacokan demi bacokan dilancarkan terus secara gencar.
Sebaliknya kesepuluh orang lelaki itu serentak mengundurkan diri setelah mendengar bentakan
ini. Akibatnya beberapa orang diantaranya yang sial kena dihajar oleh Kim Thi sia hingga roboh
terjungkal diatas tanah. Pelan-pelan muncullah seorang kakek ceking dihadapan anak muda itu.
JILID 44 Begitu melihat tampang muka orang tersebut, sambil tertawa dingin Kim Thi sia segera
berseru: "ooooh, rupanya kau adalah Yap tongcu bagus sekali, bagaimana kalau kita bertarung berapa
ratus jurus lagi?" Ternyata kakek ceking itu tak lain adalah satu diantara dua belas tongcu perkumpulan Tay sang
pang, si Utusan langit Yap Jit beng.
Sambil menarik mukanya yang seram Yap Jit beng mendengus dingin, tiba-tiba saja ia
melancarkan sebuah cengkeraman maut kedepan. cengkeraman itu dilancarkan dengan
menggunakan satu diantara jurus-jurus ilmu Thian sim heng.
Kim Thi sia yang tidak mengenal kelihayan lawan sama sekali tidak melakukan sesuatu
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tindakanpun. Menanti ia sadar akan datangnya ancaman bahaya, untuk berkelit sudah tak sempat
lagi. "Breeeettt......"
Tak ampun lagi pakaian dibagian bahunya kena tersambar hingga robek besar sekali. Kim Thi
sia sangat gusar, dia segera melancarkan serangan balasan sambil teriaknya:
"Hey si jenggot ceking, cakar setanmu hebat betul. Ayoh coba dilancarkan sekali lagi."
Dengan suatu gerakan yang cekatan Yap Jit beng berkelit kesamping menghindarkan diri dari
serangan Kim Thi sia, kemudian serunya dingin:
"Bocah keparat, kau kelewat sombong tempo hari aku pernah membebaskan dirimu. Tapi hati
ini.... hmmmm, jangan harap bisa lolos kembali. Hari yang sama pada tahun mendatang
merupakan hari ulang tahun kematianmu yang pertama"
Selesai berkata ia mendesak maju kemuka, tiba-tiba saja sepasang telapak tangannya diputar
balik sambil mendorong kedepan- Dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat segera saling
bertemu satu sama lainnya. "Blaaaaammm....."
Ditengah benturan yang amat keras Kim Thi sia tak sanggup lagi berdiri tegak. Tubuhnya roboh
terpelanting diatas tanah.
Semua jago menjadi gempar, Lam wi menggerakkan pula tangan kanannya siap
membangunkan pemuda tersebut.
Namun Kim Thi sia telah merangkak bangun dengan amat cepatnya, merah padam selembar
wajahnya, tanpa mengeluh ataupun mengucapkan sepatah katapun dia menerjang kembali
kedepan sambil melepaskan pukulan dahsyat. Dengan penuh kegusaran Yap Jit beng segera
membentak: "Bocah keparat, nampaknya kau benar-benar sudah bosah hidup."
Ia menarik napas panjang, dada dan lambungnya segera ditarik lima inci kedalam, kemudian
sambil membentak nyaring, telapak tangannya diputar sambil mendorong kedepan-Angin pukulan
yang maha dahsyatpun segera meluncur kedepan dengan cepatnya.
Kali ini Yap Jit beng telah menggunakan sepuluh bagian tenaga dalamnya. ia berhasrat
membinasakan Kim Thi sia diujung pukulannya, maka begitu sepasang tangan mereka saling
bertemu. Kim Thi sia yang memang lemah dalam tenaga dalam kontan saja tergetar hingga
mencelat sejauh berapa kaki kebelakang, kepalanya menjadi pusing tujuh keliling. Matanya
berkunang-kunang dan hampir saja ia tak sanggup merangkak bangun kembali. Anggap semua
orang waktu itu, Kim Thi sia pasti akan mampus saat ini.
Pelajar bermata sakti yang melihat peristiwa itu kontan saja berseru sambil mendengus dingin.
"Hmmm, sampai akupun merasa kehilangan muka karena perbuatanmu itu......"
Ternyata serangan yang dipergunakan Kim Thi sia barusan adalah jurus serangan yang
diajarkan ciang sianseng kepadanya. Tapi sayang berhubungan tenaga dalamnya kurang
sempurna, dia tak mampu menunjukkan kehebatan dari serangannya itu. Yu Hong segera berseru
tertahan- Tapi saat itulah mendadak terdengar Yap Jit beng mendengus tertahan dan ikut roboh
terjungkal keatas tanah. Pelan-pelan Kim Thi sia merangkak bangun, sewaktu melihat Yap Jit beng roboh terkapar, dia
masih mengira hal itu merupakan hasil serangannya.
Dipihak Tay sang pang, suasana pun menjadi gempar setelah melihat tongcu mereka roboh
terjungkal, serentak mereka maju kedepan-
"Jangan bertindak sembarangan" tiba-tiba terdengar seseorang berteriak nyaring. Rupanya
ketua Tay sang pang Khu It cing yang mencegah anak buahnya maju kedepan-
Hampir pada saat yang bersamaan, dari luar gedung kedengaran suara suitan yang berpekik
saling bersahutan. Mendengar suara suitan itu, sambil tertawa seram Khu It cing segera bergumam:
"Heeeeh.....heeeeeh......heeeeeh.......entah darimana lagi yang datang berkunjung?"
Kemudian dengan suara keras dia berseru:
"Apa yang hendak kusampaikan telah diselesaikan kuutarakan, kalian boleh pergi sekarang"
Habis berkata dia segera mengundurkan diri dari situ.
"Jangan kabur" teriak Kim Thi sia tiba-tiba.
Dengan suatu gerakan cepat dia mengejar dari belakang.
Lam wi menggerakkan badannya pula menyusul dari belakang pemuda tersebut. Saat itulah
dari luar kedengaran ada orang berteriak keras:
"ciu tong kongcu dari Kim kong kau serta thameu harimau naga Si Goanpah datang
berkunjung" Lam wi segera nampak bangga dan gembira setelah mendengar seruan nyaring tadi.
Ketika tiba diluar lorong, mereka berdua melihat Khu It cing masih berlarian dimuka, segera
pengejaran dilakukan dengan lebih ketat.
"Hey bajingan tua, mau kabur kemana kau?" teriak Kim Thi sia keras-keras.
Mendadak ia melancarkan serangan dengan jurus "kejujuran meretakkan batu emas".
kelihatannya serangan tersebut segera akan mencapai sasaran secara telak. Disaat yang kritis
inilah, tiba-tiba.... "Aduuuuuh........"
Lam wi yang mengikuti dari belakang menjerit tertahan, kemudian bayangan tubuhnya lenyap
tak berbekas. dalam keadaan begini tak mungkin lagi buat Kim Thi sia untuk melanjutkan pengejaran-Dia
segera membalikkan badan melakukan pemeriksaan, tapi aneh sekali, keadaan disitu tetap seperti
sedia kala tanpa gejala apapun untuk sesaat pemuda itu jadi tertegun dan tidak habis mengerti.
Tiba-tiba...... Dari atas tiang besar disisinya muncul sepasang tangan raksasa yang mengancam tubuhnya.
Kim Thi sia tidak begitu menaruh perhatian terhadap hal tersebut, tak ampun pinggangnya
kena dirangkul sepasang tangan raksasa itu erat-erat. Menyusul kemudian tiang besar itu
terperosok jatuh kedalam tahan- dalam waktu singkat tibalah ditengah sebuah ruang bawah
tanah. Kim Thi sia segera sadar kalau terjebak. serentak dia meloloskan pedang Leng gwat kiamnya
sambil membacok lengan raksasa itu secara bertubi-tubi, begitu mencapai atas tanah, ia melihat
ada sebuah jalan setapak membujur kesana, maka diapun berjalan menelusurinya .
Sementara dia masih berjalan, tiba-tiba terlihat olehnya Lam wi dengan tubuh basah kuyup
sedang berjalan keluar dari sudut ruangan-
Kim Thi sia kegirangan setengah mati, selesai berunding mereka berduapun melanjutkan
perjalannnya menelusuri jalan setapak tadi.
Sepanjang jalan Lam wi menyeka wajahnya dari butiran air, sementara tangannya kelihatan
gemetar keras. Rupanya meski ia memiliki ilmu silat yang luar biasa, tapi sayang tidak mengerti ilmu berenang.
Akibatnya begitu terjebur kedalam penjara air, tubuhnya menjadi basah kuyup dan keadaannya
mengenaskan sekali. Kim Thi sia tak tega melihat keadaan rekannya itu, cepat-cepat dia menyeka wajahnya dengan
ujung bajunya. Dengan manja Lam wi menjatuhkan diri bersandar diatas dadanya, lalu sambil mendekap
pemuda itu erat-erat serunya gemetar: "oooh........dingin........dingin sekali......."
Kim Thi sia mengira rekannya masih dicekam rasa kaget, dengan lembut diapun menghibur:
"Saudara Lam tak usah takut, kalau memang takut dingin, lepaskan dulu pakaianmu yang
basah itu." "Kalau kulepas pakaianku yang basah, lantas aku mesti memakai apa?"
"Kalau begitu pakailah jubahku lebih dulu mau bukan?" sambil berkata Kim Thi sia melepaskan
jubah luarnya. Tapi Lam wi mendekap Kim Thi sia semakin erat katanya lagi:
"ogah, aku tak mau memakai bajumu"
sikap maupun gerak gerik tak berbeda seperti anak gadis.
Terpaksa Kim Thi sia mengurungkan niatnya, ia menyaksikan pakaian yang basah membungkus
tubuhnya yang kecil ramping. Wajahnya nampak agak putih kepucat-pucatan-Ketika melihat
bagian dadanya, ia seperti menyaksikan dua gumpalan bola daging yang cukup besar menonjol
disitu. Yang jelas ia merasa tak memiliki gumpalan bola daging seperti itu.
Dasar bodoh, Kim Thi sia tidak berpikir lebih lanjut, dia hanya menganggap kejadian tersebut
wajar saja. Saat itulah tiba-tiba terdengar Lam wi berkata:
"Aku sangat lelah bagaimana kalau beristirahat sebentar sebelum meneruskan perjalanan?"
Sebenarnya Kim Thi sia bermaksud kabur dulu dari ruang bawah tanah sebelum berbuat lain,
tapi setelah melihat wajah Lam wi yang penat, pakaiannya yang basah kuyup, diapun berpikir:
"Sebagai seorang lelaki, ia benar-benar tak becus, baru tercebur kedalam air, keadaannya
sudah berubah begini rupa. percuma saja dia belajar ilmu silat"
Mendadak..... Dari langit-langit ruangan itu terdengar ada dua orang sedang berbincang-bincang, salah
seorang diantaranya terdengar sedang berkata:
"Yap tongcu telah berpesan untuk menangkap hidup, hidup dua orang tawanan kita yang
terjerumus kebawah. Li Piau, kita harus segera masuk melalui gua nomor tiga."
Agaknya orang yang dipanggil Li Piau tidak sependapat dengan rekannya, terdengar dia
berkata: "Apa sesungguhnya menangkap hidup,hidup" Kim Thi sia sudah tertangkap tangan Buddha,
jelas jiwanya tak akan melayang, berbeda dengan orang yang tercebur kedalam penjara air. Kita
mesti menolong lebih dulu, kalau kita sampai membiarkan dia banyak minum air, wajah kita bakal
berani. Hey si antik, aku rasa kita mesti pergi kepenjara air dulu, untuk pergi kepenjara air
seharusnya kita jangan lewat gua nomor tiga bukan?"
"Betul...Betul... Nampaknya kau lebih pintar dari padaku, baru saja aku minum berapa mangkuk
arak, sekarang kepalaku mulai pusing.....yaaa, kita mesti lewat jalan yang mana......?"
"coba lihat, makin lama kau semakin tak berguna saja" terdengar Li Piau berkata lagi. "Bicara
soal ilmu silat, aku Li Piau memang tak mampu mengunggulimu, tetapi takaran arakku jauh lebih
hebat dari padamu. Aku rasa kita mesti turun lewat gua nomor tujuh"
"Li Piau, kau jangan ngoceh terus, selesai bertugas nanti bagaimana kalau kita beradu seratus
cawan arak lagi" Sementara itu Kim Thi sia telah dibuat terperanjat sekali setelah mendengar pembicaraan itu,
langsung dia mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. Ternyata seluruh
dinding gua tersebut dari baja murni, hal ini menunjukkan bahwa usahanya untuk keluar dari situ
bukan suatu pekerjaan yang mudah.
cepat-cepat Kim Thi sia menerobos maju kedepan, dia melihat dari tempat tersebut mencorong
masuk cahaya rembulan, cepat-cepat tubuhnya melejit keatas. "Bluuuukkk"
Tampak Kim Thi sia terjatuh kembali sambil memegangi batok kepala sendiri dan berkaok-kaok
kesakitan- Ternyata diatas lubang kecil itu dipasang terali besi yang amat besar, karena sama sekali tak
menduga akan hal tersebut, tentu saja batok kepala anak muda itu menjadi kesakitan setengah
mati. Sementara itu Lam wi telah berjalan mendekat sambil menghibur dengan suara lembut:
"Saudara Kim, lebih baik berhematlah dengan tenagamu"
Kim Thi sia tidak menggubris anjuran tersebut, sekali lagi dia mengerahkan tenaganya untuk
menggempur, tapi akibat dari gempuran tersebut kembali kepalanya terasa pusing tujuh keliling.
Pandangan matanya berkunang-kunang dan telinganya terasa mendengung keras sekali.
Sekali lagi usahanya untuk menerobos keluar dari tempat tersebut mengalami kegagalan total.
"Nah, coba lihat sendiri" seru Lam wi kemudian- "Siapa suruh kau tak menuruti perkataanku,
akibatnya mencari penyakit buat diri sendiri."
Hawa amarah berkobar dengan hebatnya didalam dada pemuda itu, dengan gemas dia melotot
sekejap kearah rekannya, lalu berseru angkuh: "Saudara Lam, lihat saja nanti"
Kali ini dia telah menghimpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya sambil melejit keatas.
"Blaaaaammmm......."
Benturan keras yang terjadi kali ini segera membuat anak muda itu roboh terkapar diatas tanah
dan untuk berapa saat lamanya tak mampu untuk merangkak bangun kembali. Agaknya anak
muda itu sudah jatuh pingsan-
Sebagaimana diketahui Kim Thi sia merupakan seorang pemuda yang keras kepala serta tak
pernah mengaku kalah kepada siapapun. Akibatnya dia terlalu tak tahu diri serta tak ammpu
menilai kekuatan sendiri.
Lam wi menjadi amat terperanjat setelah melihat kejadian ini, buru-buru dia menotok dua buah
jalan darahnya. Tak selang berapa saat kemudian.....
Kim Thi sia berseru tertahan dan merangkak bangun dari atas tanah.
Steelah beristirahat sejenak. tiba-tiba saja dia teringat kembali dengan pedang Leng gwat
kiamnya, diam-diam ia berpiklr. "Dasar tolol, kenapa aku lupa dengan senjataku itu"
Dengan suatu gerakan cepat dia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya.
Dibawah cahaya rembulan terlihat pancaran cahaya tajam berkilauan dari tubuh pedang
tersebut serta menyebar kemana-mana.
Dengan memnggenggam pedangnya kencang-kencang, ia segera maju kedepan sambil
melakukan babatan- Pedang Leng gwat kiam memang nyata sebilah pedang mestika yang tajam sekali. "Sreeeet
Sreeeet Sreeeeet" Diiringi tiga kali desingan tajam, ketiga batang terali besi sebesar kepalan diatas
langit-langit gua itu seketika terpapas kutung dan rontok keatas tanah.
Tak terlukiskan rasa girang Kim Thi sia setelah menyaksikan keberhasilannya itu.
Sedangkan Lam wi memuji dengan suara hambar:
"Pedang mestikamu memang nyata sekali sebilah pedang hebat"
"Saudara Lam, mari kita keluar dari sini secepatnya" seru Kim Thi sia cepat-cepat.
Steelah menyimpan kembali pedangnya kedalam sarung, dia menerobos keluar lebih dulu
melalui lubang gua tadi. Mendadak....... "Bocah keparat, kau berani menjebol penjara untuk melarikan diri?" suara bentakan keras
bergema memecahkan keheningan-
Menyusul suara bentakan itu, tampak empat lima sosok bayangan hitam berkelebat lewat
dengan kecepatan luar biasa.
Waktu itu Kim Thi sia sudah menahan rasa mendongkolnya dan tak ada tempat pelampiasan-
Melihat datangnya musuh yang menyerang, kontan saja dia menghimpun kekuatan tubuhnya serta
melepaskan dua buah serangan berantai yang amat gencar.
Mencorong sinar tajam dari balik mata keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu, setelah
mengawasi sekejap sekeliling tempat itu mereka segera mengepung Kim Thi sia ditengah arena.
Empat gulung angin pukulan yang maha dahsyat menyambar tiba dalam waktu singkat Kim Thi
sia segera terdesak mundur sejauh satu kaki lebih.
Melihat musuhnya tergetar mundur, keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu mendesak maju
lebih kedepan sambil tertawa dingin mereka menjengek sinis: "Bocah keparat, hendak kabur
kemana kau?" Sementara mengejek. tubuh mereka sama sekali tak menganggur. Dengan menghimpun
kekuatan yang dimilikinya, kembali delapan gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat bak
gulungan ombak ditengah samudra melanda kedepan-
Kim Thi sia membungkam diri dalam seribu bahasa, diam-diam ia mengerahkan ilmu ciat khi mi
khinya, meski akibat gempuran tersebut tubuhnya tergetar mundur berulang kali, namun secara
paksakan diri ia masih sanggup untuk menahan diri.
Melihat kemampuan musuhnya, kelima orang lelaki kasar itu saling berpandangan sekejap. lalu
sambil tertawa dingin sekali lagi mereka ayunkan tangan melancarkan seranganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Kim Thi sia segera mengincar salah seorang musuhnya, lalu melepaskan sebuah serangan
balasan- Dengan sikap lelaki kekar berbaju biru itu mengayunkan tangannya menyambut ancaman tadi.
"Blaaaammmm....."
Begitu empat tangan saling beradu satu sama lainnya, terjadilah suara benturan keras yang
memekikkan telinga, seketika itu juga lelaki kekar tadi tergetar mundur sejauh dua langkah.
Diiringi caci maki yang sengit kelima orang lelaki itu segera melancarkan serangan kembali.
Mendadak...... Salah seorang diantara mereka berteriak keras:
"cepat kejar, keparat yang satunya berusaha melarikan diri, cepat kalian hadang jalan
perginya......." Belum habis teriakan itu, dua orang rekannya sudah melejit kedepan serta melakukan
pengejarandalam repotnya Kim Thi sia sempatkan diri untuk melirik sekejap kedepan, ia menemukan Lam
wi sedang berusaha melarikan diri dari sana.
Rasa gusar dan gemas segera berkecamuk dalam benak Kim Thi sia, ia segera mengubah
semua perasaannya itu menjadi kekuatan, diiringi bentakan keras, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan ketubuh seorang lelaki berbaju biru.
Lelaki kekar itupun bukan jagoan yang berkepandaian lemah, serta merta dia melontarkan pula
sepasang tangannya kedepan. "Blaaaammmm......."
Ledakan keras kembali menggelegar memecahkan keheningan, diantara pasir dan batuan yang
beterbangan kemana-mana, lelaki berbaju biru itu nampak terpental kebelakang, memuntahkan
darah segar dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Melihat keberhasilannya ini, ia tertawa seram, sekali lagi dia melepaskan serangan dengan jurus
"angin menggoncangkan pohon siong" dari Tay goan sinkangnya.
dalam serangan kali ini, dia telah sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, belum lagi
ancamannya tiba, batu dan pasir yang beterbangan memenuhi angkasa telah mencekatkan hati
kedua orang lawannya. Dengan cepat enam tangan saling beradu satu sama lainnya, lelaki-lelaki berbaju biru itu
segera tergetar mundur sejauh tiga kaki lebih lalu rontok keatas tanah dan tak mampu merangkak
bangun lagi. Sebaliknya Kim Thi sia sendiripun terpental jauh sekali, punggungnya menumbuk diatas
sebatang pohon besar. "Blaaaammmm" Daun dan ranting berguguran ketanah, tapi pemuda itu tertawa keras, dengan cepat dia
melompat bangun dan selangkah demi selangkah maju mendekat kemuka.
Biar suara tertawanya amat nyaring, sayang langkahnya kelihatan mulai gontai, mukanya
penuh berpelepotan darah, jelas luka yang dideritanya cukup parah.
Mendadak....... Beberapa kali suara bentakan keras bergema memecahkan keheningan, lalu terdengar desingan
angin tajam dan muncullah tiga sosok bayangan manusia ditengah arena.
"Aku akan beradu jiwa dengan kalian" bentak Kim Thi sia keras-keras.
Dengan mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, dia melancarkan sebuah pukulan kedepan-
Tapi dengan cepat pemuda itu berseru tertahan. lalu roboh terjungkal keatas tanah.
Rupanya dibawah kerubutan beberapa orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang tadi, Kim
Thi sia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya berusaha menghalau serangan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
musuh dan menanti bala bantuan dari rekannya Lam wi.
Siapa tahu belum sempat serangan tersebut dilontarkan keluar, lima gulung tenaga serangan
yang maha dahsyat bak bukit Tay san yang runtuh saja, serentak menggempur keatas dadanya.
dalam keadaan begitu, buru-buru Kim Thi sia mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya untuk
menahan serangan mana. Sayang sekali keadaan sudah terlambat dia mendengus tertahan dan tubuhnya roboh terpental
keatas tanah. Tapi pada saat yang bersamaan, kelima enam orang jagoan dari Tay sang pang pun turut
roboh terjungkal keatas tanah.
Pada saat itulah Lam wi muncul kembali ditepi arena, terdengar ia berseru sambil tertawa
dingin: "Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh.....siapa saja yang bosan hidup silahkan maju kedepan-"
Disaat dia berbicara, Kim Thi sia kembali merangkak bangun sembari memegangi batok kepala
sendiri, terdengar ia bergumam:
"Huah, sungguh tak kusangka beberapa orang cecunguk dari Tay sang pang memiliki tenaga
dalam yang begini sempurna."
"Saudara Lim, kau tidak terluka bukan?" tanya Lam wi sambil maju menghampirinya.
"Hmmm, hanya mengandalkan kemampuan dari beberapa orang cecunguk ini, bagaimana
mungkin ia mampu melukai diriku?"
Tiba-tiba dia menyaksikan keenam, tujuh orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang itu
sudah roboh binasa semua, dengan perasaan tak habis mengerti pemuda itu berpikir lagi:
"Munginkah mereka tewas karena pengaruh ilmu ciat khi mi khi ku" Tapi hanya kepandaianku
tak seberapa hebatnya." Sementara dia masih termenung, Lam wi telah menjelaskan:
"Saudara Kim, tak usah diperiksa lagi, mereka tewas karena jalan darah sang Hiatnya sudah
terhajar sebatang jarum emasku." Mendengar itu, Kim Thi sia segera berpikir: "Sungguh keji
caramu membunuh orang."
Tapi setelah melihat keadaan rekannya yang begitu mengenaskan, ia pun berseru pula: "Ya a,
mereka memang pantas dibunuh, pantas dibunuh." Menyusul kemudian dia berkata lagi:
"Saudara Lam, lebih baik kita tinggalkan tempat ini secepatnya"
Waktu itu Lam wi memang merasa amat letih, mendengar ajakan tersebut ia segera
mengangguk seraya berkata:
"Ya a, bajuku yang basah kuyup memang harus ditukar secepatnya, kalau hendak pergi kita
harus pergi sebelum bala bantuan mereka tiba. Kalau tidak. kita pasti akan kerepotan sendiri,
bukan begitu saudara Kim?"
Sesungguhnya Kim Thi sia berniat melakukan penyelidikan digedung Siau yau lo tapi setelah
Lam wi berkata begitu, diapun tidak bersikeras lagi, maka berangkatlah mereka berdua
meninggalkan gedung ini. dalam keadaan begini Kim Thi sia tidak memperhatikan arah perjalanan lagi, begitu
meninggalkan gedung atau yau lo, mereka segera menempuh perjalanan hampir satu jam
lamanya. Makin berjalan Lam wi semakin merasakan keadaan yang tak beres, saat itu mereka berdua
telah tiba ditepi sungai, sebuah perahu kecil sedang membuang sauh disitu. sambil menghentikan
perjalanan Lam wi berbisik:
"Saudara Kim, bagaimana kalau kita beristirahat diatas kapal saja" Aku rasa disitu tentu lebih
aman?" Kim Thi sia memang lagi kebingungan, mendengar itu diapun mendekati perahu tadi dan
berseru: "Hey pemilik perahu, kami ingin menyewa perahumu"
Tampaknya sipemilik perahu terjaga dari tidurnya karena teriakan Kim Thi sia, dia membuka
mata dan memandang sekejap keadaan cuaca. Lalu sahutnya kemalas-malasan: "Tuan, sekarang
hari masih gelap. kami tak bermaksud untuk berlayar." Tak sampai perkataan itu selesai
diutarakan, Lam wi telah menyela:
"Tak apa kalau tak ingin berlayar sekarang, tapi kami sudah memastikan diri untuk menyewa
perahu ini. Hey pemilik perahu, kau boleh tidur sekarang dan baru berangkat esok pagi. Hantar
kami kekota terdekat, pokoknya akan kubayar sewa perahunya lipat dua."
Lalu tanpa menunggu persetujuan dari pemilik perahunya lagi, Lam wi ikut melompat naik
keatas perahu disusul Kim Thi sia.
Walaupun sipemilik perahu nampaknya keberatan, tapi setelah memegang uang, iapun tak
banyak bicara lagi dan segera bergeser dari tempatnya.
Lam wi memandang sekejap kearah Kim Thi sia, mendadak ia mendorong pemuda itu sambil
serunya: "Sekarang masuklah dulu dalam ruangan perahu, aku hendak mengeringkan pakaian dulu
diluar." Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, lalu tanpa banyak bicara masuk keruang dalam.
Memandang bayangan punggungnya sekulum senyuman segera menghiasi wajah Lam wi,
diapun duduk diujung perahu bermaksud mengeringkan pakaiannya yang basah.
Tapi gara-gara perbuatannya ini, tanpa ia sadar racun keji telah menyusup kedalam tubuhnya
serta mengancam jiwanya. Ternyata air yang berada didalam penjara air gedung Siau yau lo telah dicampuri racun yang
amat keji sebab Khu It cing sadar bahwa penjara air yang umum tak mungkin bisa mengurung
jagoan lihay apalagi melukai serta membunuhnya.
oleh sebab itulah diapun memohon bantuan dari si utusan racun Goa chin sebagai seorang ahli
racun untuk mencampuri sejenis racun kedalam air penjara itu. Barang siapa tercebur kesitu dan
meneguk air penjara niscaya dia akan keracunan yang menyebabkan kematian-
Sejak didirikan, entah sudah banyak jiwa yang melayang dalam penjara air tersebut.
Ketika Lam wi tercebur tadi, beruntung seali ia tak sampai meneguk air penjara tersebut,
namun tubuhnya cukup lama berendam dalam air beracun itu ditambah lagi setelah basah kuyup
dia enggan tukar pakaian-
Bukan hanya begitu, dalam keadaan demikian ia sempat bertarung pula dengan jag-jago dari
perkumpulan Tay sang pang, akibatnya sari racunpun secara pelan-pelan menyusup masuk
kedalam tubuhnya melalui pori-pori badannya.
Masih untung tenaga dalam yang dimiliki Lam wi cukup sempurna sehingga sari racun tersebut
sempat dibendung untuk sementara waktu, tapi bibit racunnya sempat tertanam dalam tubuhnya
tanpa dia sadari. Sementara itu Kim Thi sia telah menerobos masuk kedalam ruang perahu dan merebahkan diri
untuk beristirahat. Setelah melakukan pertarungan sengit dan menempuh perjalanan cukup jauh, Kim Thi sia
merasa tubuhnya agak penat, begitu pejamkan mata diapun tertidur dengan nyenyaknya.
Entah berapa lama sudah berlalu, tatkala ia membuka matanya kembali secercah cahaya pagi
telah mencorong masuk melalui celah-celah jendela.
Pelan-pelan Kim Thi sia menggeserkan badannya, mendadak ia merasa ada orang tidur
disisinya, orang itu tertidur dengan napas yang amat berat.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, dengan cepat dia membalikkan badan untuk
memeriksa. Ternyata Lam wi tidur melingkar disisinya, napas berat yang terdengar tadi tidak lain berasal
dari hidungnya. Kim Thi sia mencoba memeriksa air mukanya, tampak wajah Lam wi merah dadu bagaikan
bunga tho, ketika ia mencoba meraba jidatnya, segera tangannya menyentuh jidat yang amat
panas. Kim Thi sia segera sadar bahwa Lam wi telah jatuh sakit, perasaan hatinya mulai tak tenang.
Mendadak Lam wi menggerakkan tubuhnya dan pelan-pelan membuka matanya kembali,
sewaktu menyaksikan Kim Thi sia berada disisinya, sekulum senyuman segera tersungging diujung
bibirnya. Tiba-tiba Lam wi merintih: "Dingin-.....dingin-....."
Mendengar itu cepat-cepat Kim Thi sia melepaskan jubah luarnya dan diselimutkan diatas
tubuhnya tapi Lam wi masih saja berteriak kedinginan-
Kim Thi sia menjadi kebingungan setengah mati, akhirnya karena kehabisan akal diapun
memeluk tubuh Lam wi erat-erat, maksudnya hendak menghangatkan tubuh rekannya dengan
panas tubuhnya. Ternyata cara tersebut memang amat manjur, begitu tubuh Lam wi sudah dipeluk erat-erat
iapun tidak berteriak kedinginan lagi.
Tak lama kemudian fajarpun telah menyingsing, Kim Thi sia mencoba memperhatikan wajah
Lam wi, tiada rasa sakit atau mengeluh yang terpancar dari balik mukanya. Keadaan mana sedikit
banyak melegakan juga hatinya.
Sementara itu sipemilik perahu telah bangun dari tidurnya dan mendayung perahu itu
menelusuri sungai. Kim Thi sia tak ingin membangunkan rekannya, diapun tidak melepaskan pelukannya karena
takut membangunkan Lam wi dari tidurnya.
Waktu itu kebetulan sekali tangan kanan Kim Thi sia berada diatas dada Lam wi, setelah
dipeluk sekian lama, mendadak pemuda kita menemukan sesuatu yang aneh.
Tiba-tiba saja dia merasa tangannya menyentuh suatu gumpalan bola daging yang empuk.
montok dan aneh kalau dipegang. Yang lebih mencekam hatinya, ia merasa tidak memiliki
gumpalan bola daging semacam itu pada dadanya.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, Kim Thi sia segera memegang bola daging itu serta
meremasnya berapa kali, ia segera merasakan suatu perasaan yang amat aneh, makin diremas
gumpalan bola daging itu, perasaannya terasa makin nyaman saja.
Dengan perasaan semakin keheranan, pemuda itu mulai menggerayangi seluruh dada Lam wi,
ia segera menemukan bahwa rekannya memiliki sepasang payudara yang montok. padat berisi
serta sepasang puting susu yang mengeras tegang, sepasang payudara yang indah dan nikmat
dipegang. Kim Thi sia semakin bernapsu lagi setelah meraba sekarang dia ingin melihat sendiri apa
gerangan gumpalan bola daging itu serta bagaimanakah bentuk sebenarnya.
Pelan-pelan ia bangkit dari tidurnya dan mulai meraba kancing baju Lam wi kemudian secara
berhati-hati sekali berusaha melepaskan kancing baju itu serta membuka pakaiannya. Tapi saat
itulah Lam wi telah menggerakkan badannya.
Kim Thi sia tahu rekannya telah terjaga dari tidurnya, maka diapun segera menegur: "Kau
masih kedinginan?" Lam wi menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu menggeserkan badannya, kali ini dia tidak
membiarkan tangan pemuda tersebut berada diatas dadanya.
Kim Thi sia segera bertanya lagi: "Saudara Lam, apakah kau merasa haus?" Lam wi
mengangguk. cepat-cepat Kim Thi sia mengambil secawan air dan memberikan kepadanya, selesai meneguk
air tersebut Lam wi menghembuskan napas panjang dan menatap pemuda itu dengan pandangan
yang lembut dan mesrah. sudah beberapa kali Kim Thi sia mengalami tatapan mata selembut dan semesrah ini. Mula
pertama, Lin lin yang memandang begitu kepadanya.
Kemudian Nyoo soat hong pun pernah memandangnya dengan sinar mata hangat, lembut dan
penuh rasa cinta. Selanjutnya putri Kim huan pernah memandang mesrah pula dirinyha, pandangan yang
membuat perasaan hatinya tak karuan-
Terakhir pandangan dari Hay Jin putri tunggal Dewi Nirmala sempat membuat perasaan hatinya
kebat kebit. Teringat kesemuanya itu, Kim Thi sia seperti menyadari akan sesuatu, ia segera balas menatap
rekannya. Lam wi segera menyadari akan hal itu, merah padam selembar wajahnya secara tiba-tiba
bisiknya kemudian: "Saudara Kim, sekarang kita sudah tiba dimana?" Setelah berhenti sejenak, kembali dia
berkata: "Tak usah perduli sudah sampai dimana yang penting kau harus tidur dulu dengan perasaan
lega." Sekali lagi Lam wi memandang sekejap kearahnya dengan pandangan berterima kasih,
kemudian baru ujarnya: "Aku tak ingin tidur lagi."
Selesai berkata, ia menyandarkan kembali tubuhnya dalam pelukan Kim Thi sia dan pejamkan
matanya rapat-rapat. Berapa saat kemudian terdengar s ipemilik perahu berseru keras: "Tuan, sudah sampai
ditempat tujuan" Kim Thi sia segera membangunkan Lam wi dan membantunya naik kedaratan, dari sakunya
Lam wi mengeluarkan sekeping uang dan diserahkan kepada pemilik perahu sambil berkata:
"Uang kembalinya tak usah diberikan kepadaku, anggap saja sebagai hadiah untuk minum
arak." Tentu saja pemilik itu kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia berterima kasih kepada kedua
orang tersebut. Tiba didaratan, Kim Thi sia berdua menelusuri jalan masuk kedalam kota, kota itu sangat ramai
dan banyak orang berlalu lalang. Setelah menempuh perjalanan berapa waktu, tiba-tiba Lam wi
berbisik: "Saudara Kim, mari kita mencari rumah penginapan untuk beristirahat."
Melihat ada rumah penginapan dengan merek "Sim-an" dikejauhan sana, Kim Thi sia mengajak
Lam wi menuju kesitu. setibanya didalam penginapan, Lam wi baru berbisik kepada Kim Thi sia:
"Kita pesan sebuah kamar saja"
Kim Thi sia menurut dan segera berteriak:
"ciangkwee, kami pesan sebuah kamar kelas satu yang baik dan tenang......."
Pemilik penginapan mengiakan berulang kali, ia perintahkan pelayan untuk menghantar
tamunya kekamar terbaik diruang timur.
Melihat kamar itu luas lagi dan bersih, Lam wi sangat puas, ia segera memerseni pelayan tadi
sambil bertanya: "Apakah disitu ada tabib kenamaan" Tolong undang dia kemari secepatnya......"
Pelayan itu menyahut dan beranjak pergi cepat-cepat.
Tak lama kemudian pelayan telah muncul kembali dengan membawa obat yang dipesan-Malam
itu mereka berdua bersantap d idalam kamar, kemudian masing-masing pergi tidur. Keesokan
harinya, Lam wi berkata kepada Kim Thi sia:
"Saudara kim, aku memang benar-benar tak berguna, baru terendam air saja sudah jatuh sakit,
sampai sekarang kepalaku masih terasa pening dan lemas badan- Sudah berapa kali aku mencoba
untuk mengatur pernapasan, tapi setiap kali usahaku selalu gagal." Kim Thi sia tidak berbicara, ia
membungkam diri dalam seribu bahasa. Melihat itu, Lam wi segera berkata lagi sambil tertawa:
"Perutku agak lapar, bersediakah kau keluar sebentar untuk membelikan berapa macam
hidangan lezat untukku?"
Kim Thi sia memang ingin berjalan-jalan keluar, mendengar itu segera sahutnya: "Tentu boleh
saja, aku segera berangkat"
Dengan riang gembira Kim Thi sia keluar penginapan dan membeli berapa macam hidangan,
kemudian dengan riang gembira balik kembali kekamar. Begitu melangkah masuk kedalam kamar
segera teriaknya keras-keras:
Kisah Para Pendekar Pulau Es 11 Sepak Terjang Hui Sing Murid Perempuan Cheng Ho Karya Tosaro Pedang Hati Suci 8
perasaan gelisah Kim Thi sia berseru: "Bagaimana sih kau ini, jangan membuat aku gelisah........"
Lama sekali suasana menjadi hening, akhirnya Yu Hong menuding kearahnya.
"Siapa orang itu" Nona mengatakan aku orangnya?" seru Kim Thi sia keheranan-
Sambil tersenyum Yu Hong manggut- manggut.
Kim Thi sia betul-betul dibuat tak habis mengerti, katanya cepat:
"Nona, jangan salah menuduh, buat apa aku mesti bergurau denganmu?"
Dengan wajah serius, Yu Hong menggelengkan kepalanya berulang kali.
Kim Thi sia berpikir bahwa keadaan seperti ini kalau dibiarkan berlangsung terus, niscaya tak
akan ada habisnya, maka dia pun berseru kemudian:
"Nona, aku akan memeriksa dulu tubuhmu, kemudian baru berusaha untuk membebaskan
totokan jalan darahmu."
Habis berkata ia segera memeriksa tengkuk sinona dengan seksama, diatas jalan darah bisunya
ia segera menemukan sebuah titik berwarna hitam, tapi tak diketahui olehnya tertotok karena ilmu
apa. Sesudah termenung sebentar, diapun berkata kemudian:
"Aku segera akan membebaskan jalan darahmu dengan menggunakan tenaga dalam." Yu Hong
memandang sekejap kearahnya dengan pandangan kaget.
Kim Thi sia sama sekali tak menggubris apakah gadis itu setuju atau tidak. Sambil menghimpun
tenaga dalamnya dia menempelkan telapak tangannya diatas tangan sinona.
Dalam waktu singkat Yu Hong merasakan munculnya aliran hawa panas yang menyusup
kedalam telapak tangannya bagaikan aliran listrik, kemudian dengan melewati pusar membalik
keatas menembusi bagian-bagian penting dibadannya hingga akhirnya terhimpun dibalik telinga
dan tidak mampu lagi mengalir lewat.
Makin lama hawa panas yang terhimpun disitu makin banyak dan deras, tapi kenyataannya
jalan darah bisunya belum berhasil juga ditembusi.
Yu Hong mulai merasakan kepanasan setengah mati, hampir saja dia tak mampu menahan diri.
Melihat kejadian ini, Kim Thi sia segera menarik kembali sebagian tenaganya untuk mengurangi
penderitaan dari Yu Hong.
Pada saat itulah tiba-tiba dari belakang tubuhnya muncul sesosok bayangan manusia.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat orang itu menyusup kebelakang punggung Kim Thi sia,
lalu menempelkan ujung pedangnya dipunggung pemuda tersebut.
Dalam keadaan begini, asal orang tersebut menghujamkan senjatanya, niscaya Kim Thi sia
akan tewas seketika. Namun Kim Thi sia masih tidak menyadari hal tersebut, seluruh perhatian dan tenaganya
sekarang telah terhimpun untuk berusaha menembusi jalan darah bisu Yu Hong.
Mendadak dia mengerahkan kembali tenaganya kuat-kuat. Yu Hong yang sama sekali tak
menyangka akan hal ini menjadi terperanjat sekali tahu-tahu segulung hawa panas yang luar biasa
hebatnya menerjang tembus jalan darah bisunya dan memancarkan peredaran darah dengan
hebatnya. Yu Hong tak mampu menahan diri lagi ia segera berseru tertahan, kemudian teriaknya: "Sute,
cepat hentikan perbuatanmu"
Sementara itu Kim Thi sia pun merasa hatinya lega setelah mendengar Yu Hong dapat
berteriak. Hawa murninya segera membuyar dan tubuhnya tertunduk lemas diatas tanah.
Berada dalam keadaan begini, dia sama sekali tidak menaruh perhatian lagi atas teriakan gadis
tersebut. Dia hanya tahu duduk bersila dan segera mengatur kembali pernapasannya .
Yu Hong pun tidak mengusiknya, kepada orang yang dipanggil sute tadi ia memberi tanda agar
menyingkir dari situ. Lelaki yang disebut sute tadi bernama Li Beng poo, dengan gelisah segera bertanya: "Sute, kau
tidak terluka bukan?"
"Luka sih tidak" jawab Yu Hing. "Tapi aku sudah tiga hari tak berbicara Untung dia telah
membantuku membebaskan totokan jalan darah bisuku." Seraya berkata, dia segera memandang
sekejap kearah Kim Thi sia dengan mesrah. Dengan perasaan tak habis mengerti Li Beng poo
bertanya lagi: "Bukankah dia berada bersama mereka"Jangan-jangan orang ini mempunyai maksud dan
tujuan tertentu?" Yu Hong tertawa dingin. "Sekarang, kekuatanku sudah pulih kembali seperti sedia kala. Seandainya ia berniat melakukan
sesuatu, memangnya kekuatan kita berdua tak mampu untuk menghadapinya?"
"Suci" Li Beng poo segera berbisik, "Mengapa kita tak manfaatkan kesempatan yang baik saat
ini untuk membelkuknya dulu, bila duduk persoalan yang sebenarnya telah jelas, kita baru
melepaskannya kembali?" Dengan cepat Yu Hong menggeleng.
"Bila kita membekuknya sekarang, dia tentu akan menuduh kita benar-benar rakus. Hmmm,
aku tak sudi berbuat begitu" Kemudian setelah mendengus lagi, dia berkata lebih jauh: "Sute,
apakah kau telah berjumpa dengan ayahku?"
"Semenjak berpisah dengan suhu, aku tak pernah bersua lagi dengan dia orang tua.
Kemungkinan besar suhu sedang mengejar jejak sipedang emas......."
"Dengan kekuatan ayah seorang, aku kuatir kena dicelakai mereka......." kata Yu Hong risau.
"Yaa, anak murid si Malaikat pedang berbaju perlente memang rata-rata berakal busuk dan
kejam. Dengan kemampuan suhu seorang, belum tentu ia sanggup menghadapi kerubutan orang
banyak akupun amat menguatirkan keselamatannya" Mendadak terdengar Kim Thi sia membentak
keras: "Hey, kau jangan bicara sembarangan- Siapa bilang anak murid Malaikat pedang berbaju
perlente semuanya orang jahat?"
"Maksud anda semuanya orang baik?"jengek Li Beng poo dengan suara keras.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia setelah mendengar ucapan ini, cepat-cepat dia
berkata: "Paling tidak aku, Kim Thi sia toh bukan manusia sebangsa apa yang kau katakan"
"Aaaah, tahu muka, tahu wajah belum tentu tahu hatinya" sela Yu Hong tersipu-sipu.
"Siapa tahu kaupun mempunyai rencana lainnya?"
Dengan wajah serius Kim Thi sia segera berkata: "Siapa bilang aku mempunyai maksud
tertentu" Kau jangan memfitnah orang baik"
"orang baik?" Yu Hong tertawa dingin. "Tak nyana kau berani menempeli wajah sendiri dengan
emas. Huuuh, tak tahu malu"
"Apakah nonapun tidak percaya kepadaku?" seru Kim Thi sia gelisah. "Bukankah aku telah
membebaskan-...." "Jadi kau anggap setelah menolongku lantas kau menganggap dirimu sebagai orang baik"
IHmmm, apa yang telah kauperbuat dengan ciciku?" Sambil melompat bangun Kim Thi sia
berseru: "cicimu telah ditangkap orang-orang Tay sang pang. Sekarang pun aku sedang bersiap-siap
pergi menolongnya. coba tidak bertemu denganmu, aku telah pergi mencarinya. Nona bagaimana
kalau kita bersama-sama pergi menolong cicimu?"
"Kalau hendak pergi, kau boleh pergi sendiri" kata Yu Hong sambil mencibirkan bibirnya. "Aku
hendak pergi mencari ayah. Bila kau tak berhasil menolong ciciku, tanggung ada orang yang akan
datang untuk membunuhmu."
"Hmmm, siapa orangnya" Orang-orang dari Tay sang pang" Aku sih tak bakal takut"
"Orang itu bukan anggota Tay sang pang"
"Lantas siapa?"
LoBeng poo menyela secara tiba-tiba:
"Suci, tak usah ribut dengannya, mari kita mengurusi pekerjaan sendiri." Dengan mata melotot
Kim Thi sia segera menegur:
"sewaktu aku berbicara dengannya, lebih baik kau jangan turut menimbrung......"
"Hmmm, kau tak usah berlagak sok sekarang." jengek Li Beng poo sinis. "Andaikata suci tidak
melarang ku tadi, semenjak tadi pedangku telah menembusi punggung mu"
"oooh, rupanya kau berbuat begitu?" seru Kim Thi sia sambil tertawa dingin dengan angkuhnya.
"Mari, mari kita coba sekarang dan buktikan bersama, punggung siapa yang bakal ditembusi
pedang" Seraya berkata dia segera mencabut ke luar pedang Leng gwat kiamnya siap melancarkan
serangan. Li Beng poo menyiapkan pula pedangnya seraya berkata: "Memangnya kau anggap aku takut
kepadamu?" Kedua belah pihak sama-sama telah meloloskan pedang masing-masing, nampaknya
pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi..... Dengan perasaan gelisah Yu Hong segera berseru:
"Kalian jangan berkelahi dulu, bukan suteku yang berniat membinasakan kau......."
Dengan pedang terhunus Kim Thi sia segera berpaling kehadapan gadis itu, katanya dengan
perasaan mendongkol: "Bila kau tidak menerangkan hingga jelas, jangan harap bisa pergi dari sini"
Dengan geram Li Beng poo maju selangkah kedepan, tapi ia segera ditarik oleh Yu Hong dan
melarangnya untuk turun tangan-
"Hey, jangan kau halangi dirinya" teriak Kim Thi sia setelah melihat kejadian itu.
"Terus terang saja aku katakan kepadamu, si pelajar bermata sakti ang berniat membunuhmu."
"ooh, rupanya orang ini" Kim Thi sia segera tertawa tergelak^ "Haaah.....haaah....haaah.....
cepat atau lambat aku memang akan mengajaknya untuk berduel serta menentukan siapa mati.
Baiklah, sehabis menyelamatkan jiwa cicimu nanti, aku segera akan pergi mencarinya"
Belum lagi pergi meninggalkan tempat tersebut, tiba-tiba dia berpaling dan tanyanya lagi:
"Apalagi yang telah dia katakan kepadamu?" Yu Hong tertawa misterius.
"Dia bilang, selama kau masih berkelana didalam dunia persilatan, maka tak pernah ada
kedamaian ditempat ini, tapi bila kau telah menolong jiwa ciciku, akupun bersedia membantumu
untuk menengahi masalah tersebut......."
"Hmmm, siapa yang kesudian dengan maksud baikmu itu?"
Selesai berkata ia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dengan perasaan
mendongkol. Dari kejauhan sana kedengaran Yu Hong sempat mengomel. "Huuuh, betul-betul manusia yang
tahu diri" Dengan membawa perasaan mangkel dan mendongkol, Kim Thi sia berangkat meninggalkan
kedua orang itu, dia tak menyangka air susu telah dibalas dengan air tuba.
Kini dia berencana untuk berangkat mencari Nyoo Soat hong terlebih dulu, ia kuatir gadis
tersebut menunggunya terlalu lama.
Baru berjalan sejauh empat, lima li angin terasa berhembus amat kencang. Pemuda kita
merasa haus, ketika melihat ada warung teh dikejauhan situ, cepat-cepat dia berjalan
menghampirinya . Diluar kedai teh parkir sebuah kereta kuda, semenjak pandangan pertama Kim Thi sia sudah
menaruh perhatian atas kereta tersebut dan berkeinginan untuk melongoknya, namun diapun
merasa rikuh untuk melongok kereta orang tanpa sebab musabab yang jelas, untuk berapa saat
lamanya dia menjadi bimbang dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Tiba didalam warung, terdengar si kusir kereta sedang menggerutu dengan keringat bercucuran
membasahi wajahnya. "Menyuruh orang lain menempuh perjalanan siang malam, tapi enggan membayar mahal, apaapaan
ini....." Kim Thi sia yang mendengar omelan itu segera berpaling dan memandang lagi kearah kereta
yang diparkir didepan pintu, pikirnya: "Entah barang apa yang diangkat didalam kereta tersebut."
Karenanya dia semakin menaruh perhatian atas kereta tersebut.
Ketika si kusir kerera melihat pemuda kita berbaju kotor karena debu, dia tahu orang ini pasti
sedang menempuh perjalanan jauh, maka segera tegurnya: "Siangkong, apakah kau hendak
menuju kebarat pula?"
Kim Thi sia segera manggut- manggut dan bersiap-siap mengadakan perkenalan dengan si
kusir kereta itu. Terdengar si kusir kembali berkata:
"Kebetulan sekali keretaku akan menuju kebarat juga. Siangkong, bila kau bersedia memberi
uang arak untukku, mari ikut menumpang diatas keretaku saja."
Kim Thi sia segera merasakan pucuk dicinta ulam tiba, serta merta dia mengangguk tanda
setuju. Selesai minum teh diapun duduk disisi si kusir kereta itu.
Mendadak..... Dari balik kereta terdengar seseorang mendengus dingin dengan suara yang tinggi melengking.
Dengan cepat Kim Thi sia menghentikan langkah kakinya.
Menyusul kemudian dari balik kereta menongol sebuah kepala orang. Sebetulnya wajah orang
itu diliputi hawa amarah, tapi setelah melihat Kim Thi sia, semua amarahnya seperti lenyap tak
berbekas. Kim Thi sia memperhatikan kembali wajah orang itu, dia menjumpai tamu tersebut beralis mata
tipis, mata yang tajam bagaikan kilat, hidung mancung mulut kecil dan suatu perpaduan yang
serasi sekali. Segera pikirnya cepat: "Aaaah, rupanya aku telah salah sasaran-"
Baru saja hendak mengundurkan diri dari situ, orang tersebut telah manggut- manggut sambil
tertawa kepadanyha, dengan kejadian ini terpaksa dia harus keraskan kepala dan naik keatas
kereta. Ketika saling memperkenalkan diri, orang itu mengaku bernama Lam wi, sedang Kim Thi sia
memperkenalkan nama yang sebenarnya.
orang itu kelihatan sangat aneh, agaknya dia belum pernah mendengar nama Kim Thi sia
bahkan sama sekali tak memandang sekejappun kearah pedang Leng gwat kiamnya.
Menjelang tengah hari, ketika kereta mereka melalui sebuah kota. Lam wi berkata sambil
tersenyum: "Saudara Kim, tempat ini bernama Ban kian, si sute berniat beristirahat dulu disini, kemudian
baru meneruskan perjalanan lagi magrib nanti"
Terpaksa Kim Thi sia harus manggut- manggut menyetujui, selain itu dia sendiripun merasa
amat penat dan berniat manfaatkan kesempatan tersebut untuk beristirahat.
Kereta berhenti didepan sebuah rumah penginapan, kedua orang itu segera turun dari kereta.
Lam wi langsung menuju kesebuah tumpukan batu diluar rumah penginapan agaknya ia sedang
menghitung hari. Kim Thi sia masuk kedalam penginapan lebih dulu dan memesan sebuah kamar. Lam wi segera
menyusuk pula dari belakang dan berseru pelan: "Pelayan, kami memesan dua buah kamar"
Kim Thi sia yang mendengar perkataan itu menjadi tertegun segera pikirnya:
"Aneh, mengapa mesti memesan dua kamar" Atau mungkin dia enggan tidur sekamar
denganku?" Karenanya diapun membungkam dalam seribu bahasa.
Agaknya Lam wi dapat menebak jalan pemikiran pemuda kita, dia segera berpaling dan berkata
sambil tertawa: "Saudara Kim, siaute sudah terbiasa tidur sendirian, harap kau jangan marah"
"Aaah, mana, mana, silahkan saudara Lam."
Setelah masuk kedalam kamar, Kim Thi sia segera membaringkan diri keatas ranjang. Menurut
perhitungannya sudah beberapa hari dia tak dapat tidur nyenyak maka saat ini tanpa berpikir
panjang lagi ia tidur dengan nyenyaknya.
Ditengah kegelapan tidurnya, mendadak terdengar suara yang pelan mengejutkan hatinya
ketika pemuda itu membuka matanya, ia seakan-akan melihat ada sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat. Melihat kejadian ini Kim Thi sia segera melompat bangun, ia menjumpai pintu kamar masih
tertutup rapat. Pedang Leng gwat kiampun masih utuh dibawah ranjangnya.
Maka diapun menghembuskan napas lega, ketika mendekati jendela, ternyata sore telah
menjelang. Keluar dari kamar ia segera bertanya kepada seorang pelayan:
"Hey pelayan, apakah siangkong yang datang bersamaku belum bangun?"
"Siangkong itu belum bangun, apakah perlu hamba memanggilnya?"
"ooh, tidak usah, biarkan ia tidur......"
Pelayan itu mengiakan berulang kali.
Sampai sekarang Kim Thi sia masih teringat dengan bayangan manusia yang
membangunkannya dari tidur tadi. Pelan-pelan dia berjalan keluar dari penginapan dan
memandang sekejap sekeliling tempat itu.
Mendadak ia melihat dari seberang jalan sana terdapat dua orang yang membalikkan badan
segera tiba-tiba kemudian beranjak pergi dengan langkah tergesa-gesa. Melihat kejadian ini timbul
rasa curiga dihati kecilnya, ia segera berpikir: "Kebetulan sekali, aku memang sedang risau karena
tak dapat mencari jejak kalian-" Maka sambil menguntil dibelakang kedua orang tersebut, dia
melakukan pengejaran-baru berjalan berapa langkah, tiba-tiba pikirnya lagi:
"Mereka mempunyai banyak akal muslihat, aku tak boleh terperangkap oleh siasatnya, lagi pula
pedang Leng gwat kiam tidak kubawa. Aku tidak boleh bertindak gegabah."
Maka diapun meninggalkan kedua orang tersebut dan cepat-cepat balik kembali kedalam rumah
penginapan. Belum lama ia tiba didalam kamar, pelayan telah muncul menghantarkan hidangan dasar sudah
laparpemuda itu segera bersantap dengan lahapnya.
Tiba-tiba pintu kamar didorong orang dan muncul seseorang, ternyata orang itu adalah Lam wi.
Dengan cepat Lam wi duduk disisinya seraya berseru: "Saudara Kim, bagaimana kalau aku
turut bersantap?" Buru-buru Kim Thi sia mengangguk ketika melihat wajah dan kulit tubuh rekannya yang putih
bersih dan halus itu, untuk sesaat ia nampak tertegun dan termangu-mangu.
Lam wi kelihatan berkerut kening, dengan pancaran sinar tajam dia mengawasi pemuda itu
lekat-lekat. Kim Thi sia segera menyadari kehilafannya, sambil tertawa minta maaf katanya: "Selesai
bersantap nanti, kita harus melanjutkan perjalanan, setuju bukan-....?"
"Tentu saja......"
Kim Thi sia memang ingin cepat-cepat berangkat, mendengar jawaban tersebut ia segera
mengambil pedangnya dan siap berangkat.
Keluar dari kota, sampailah mereka ditepi sungai, terdengar Lam wi berkata secara tiba-tiba:
"Saudara Kim, bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan dengan menumpang perahu?"
"Bagus sekali" sahut Kim Thi sia sambil mengangguk.
"Mari kita mencari perahu." Lam wi segera mencari perahu lalu mengajak Kim Thi sia keatas
sebuah perahu kecil. Tak lama kemudian perahu mulai berlayar, ketika Lam wi melongok ketepi pantai tiba-tiba saja
dia mendengus dingin. Kim Thi sia pun melihat ditepi pantai berdiri dua orang manusia yang sedang mengawasi gerak
gerik mereka, tanpa terasa dia berpikir: "Besar kemungkinan kedua orang itu datang mencari
gara-gara denganku"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berpikir begitu, hatinya pun menjadi gusar bercampur mendongkol sehingga tanpa terasa dia
turut mendengus. Lam wi segera berpaling dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu dia awasi sekejap
pemuda kita. Sekulum senyumanpun segera tersungging diujung bibirnya.
Waktu itu senja telah menjelang tiba, setelah berlayar sekian waktu sampailah perahu itu ditepi
sebuah dermaga. Tiba-tiba Kim Thi sia menemukan lagi ada tiga, empat lelaki sedang mengawasi gerak gerik
mereka dengan tindak tanduk yang sangat mencurigakan-
Dengan perasaan amat mendongkol Kim Thi sia melotot sekejap kearah beberapa orang itu,
kemudian dengan langkah lebat berjalan mendekatinya.
Paras muka ketiga, empat orang lelaki itu berubah hebat. Tanpa banyak bicara mereka segera
terjunkan diri kedalam sungai.
Melihat kawanan manusia itu bernyali sekecil tikus hingga kabur dalam keadaan mengenaskan,
tanpa terasa lagi Kim Thi sia tertawa bangga. Sekembalinya keatas perahu, terdengar Lam wi
menyapa sambil tertawa terkekeh: "Saudara Kim, mengapa sih kau mengusir orang-orang itu
kedalam air?" Sambil mengangkat bahu Kim Thi sia tertawa nyaring, sahutnya:
"Siapa suruh kawanan cecunguk itu mengikuti diriku terus" Aku memang bermaksud
membekuk mereka untuk ditanyai keterangan- Aaah slapa tahu mereka telah terjun semua
kedalam air" "Jadi kau tak kenal dengan mereka?"
"seorangpun tak kukenal, memang aneh sekali."
"Aku sih tahu" batin Lam wi. "Kejadian semacam ini sama sekali bukan kejadian aneh"
Tapi diluaran dia tersenyum, lalu sambil menyambar pedang Leng gwat kiam ditangan pemuda
itu, katanya hambar: "Kelihatannya pedangmu ini bukan barang sembarangan"
Kim Thi sia sama sekali tak menduga sampai kesitu, dia amat terperanjat dan buru-buru
merebut kembali pedang tersebut dari tangannya.
"Soal ini......bukan......." saking gelagapannya dia sampai tak tahu apa yang mesti dikatakan-
Melihat kepanikan pemuda itu, Lam wi kembali tertawa geli.
"Buat apa kau panik dan gelisah macam cacing kepanasan" Aku toh cuma melihatnya sebentar.
Bila sampai diambil orang-orang tadi, bagaimana jadinya......?"
"sore tadi.........siapakah dia?"
Tanpa terasa dia teringat kembali dengan bayangan manusia yang lamat-lamat terlihat sewaktu
mendusin dari tidurnya sore tadi. Dengan rasa curiga bercampur keheranan dia segera mengawasi
rekannya lekat-lekat Kembali Lam wi tertawa misterius.
Mendadak....... Dari arah pantai sana berkumandang datang suara langkah kaki manusia yang ramai sekali. Kali
ini Kim Thi sia tak bisa menahan diri lagi, dengan membawa pedang Leng gwat kiamnya, ia
melompat keatas daratan- Sementara itu, kawanan manusia tersebut sudah mendekat ketika Kim Thi sia mengamati
dengan lebih seksama, terlihat olehnya jumlah mereka semua mencapai belasan orang, maka dia
pun segera menghadang jalan perginya.
Mendadak terdengar seseorang berseru: "Yaa betul, dia orangnya"
Kim Thi sia mengalihkan perhatiannya ternyata orang yang berbicara tak lain adalah sipendek
yang bertarung dengannya kemarin.
JILID 43 Rombongan jago itu serentak menghentikan perjalanannya. Salah seorang diantara mereka,
seorang pendek yang tangan kanannya masih dibalut kain putih segera berseru lagi keras-keras:
"Keparat ini satu rombongan dengan bajingan tersebut, sewaktu aku hendak mengambil
pedangnya sore tadi, bajingan itu mengacau secara diam-diam....." Mendengar pembicaraan ini,
tanpa terasa Kim Thi sia berpikir:
"Bangsat, rupanya kalian mempunyai maksud untuk mengincar pedang Leng gwat kiam ini.
Bagus hari ini aku harus memberi pelajaran yang setimpal kepada kalian."
Berpikir sampai disini, diapUn bersiap sedia untuk memberi pelajaran yang setimpal kepada
mereka. Pada saat itulah, seorang lelaki setengah umur berbadan bungkuk yang berdiri ditepi arena
telah berkata dengan serius:
"Tutup mulut, kau jangan membuat aku kehilangan muka."
Bila didengar dari nada pembicaraan, jelas dia adalah pemimpin dari rombongan tersebut.
Seorang lelaki setengah umur yang lain segera tampailkan diri pula, serunya sambil menuding
kearah Kim Thi sia: "Sembilan pedang dunia persilatan mengandalkan ilmu silatnya untuk membantai rekan-rekan
perguruan dan melukai banyak diantaranya. Untuk itu aku khusus datang untuk minta petunjuk.
Harap sobat jangan bersungkan-sungkan lagi."
Selesai berkata dia berdiri dengan angkuh siap menanti serangan dari Kim Thi sia.
Baru sekarang Kim Thi sia dapat menangkap bahwa dibalik pembicaraan terselip arti lain,
segera pikirnya: "Entah dari mana datangnya rombongan manusia ini, kenapa urusan dari sembilan pedang
dunia persilatan diselesaikan denganku."
Makin dipikir dia semakin keheranan, baru saja akan menanyakan persoalan ini hingga jelas.....
Mendadak terdengar lelaki setengah umur itu berkata lagi sambil tertawa dingin.
"Sobat, apakah kau merasa ketakutan karena berada seorang diri" Sebutkan kau adalah
pedang yang mana dari sembilan pedang" Aku bersedia memberi waktu satu dua hari kepadamu,
bila kau telah menghimpun kembali rekan-rekanmu yang lain, barulah perhitungan kita mulai
dengan begitu perkumpulan kamipun tak usah membuang banyak waktu lagi untuk mencari kalian
satu persatu......."
Ucapan yang berbau memandang rendah ini dengan cepat mengobarkan hawa amarah Kim Thi
sia, sambil menarik muka serunya hambar
"Kau jangan bicara sembarangan, memangnya kau anggap aku takut kepadamu. Sambutlah
seranganku ini......"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, dia telah melancarkan serangan dengan jurus
"kelembutan mengatasi air dan api" dari ilmu Tay goan sinkang. Gerakan tubuhnya cepat bagaikan
sambaran petir, cengkeraman mautnya lansung mengancam tubuh lelaki setengah umur itu
dengan membawa desiran angin tajam.
Lelaki setengah umur itu adalah seorang Liong bon thamau dari perkumpulan cahaya emas
yang bernama sipeluru perak Si Goanpah.
Sesungguhnya dia sama sekali tak kenal dengan Kim Thi sia, tentu saja dla tak mengira kalau
musuhnya akan menyerang begitu mengatakan hendak menyerang, bahkan serangannya begitu
cepat dan ganas. Keadaannya waktu itu benar-benar, sangat kritis dan berbahaya sekali.
Dalam waktu singkat angin serangan dari Kim Thi sia telah menghimpit didepan dadanya,
membuat thamcu dari perkumpulan bahaya emas ini tak sampai lagi melancarkan serangan untuk
menyambut datangnya serangan tersebut.
Untung saja kepandaian silat yang dimilikinya cukup tangguh, berada dalam keadaan begini dia
harus memikirkan keselamatan diri lebih dulu.
Mendadak sepasang lengannya ditekan kebawah. perawakan tubuhnya yang tinggi besar
segera dijatuhkan kesisi kanan- Secara nyaris sekali dia meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Kendatipun berhasil lolos dari kematian, tak urung seluruh badannya kotor juga dibuatnya,
keadaannya waktu itu sungguh mengenaskan.
Akhirnya si Goanpah melompat bangun dan melihat Kim Thi sia masih berdiri tak bergerak dari
posisi semula, dari diam dia menjadi naik darah, serta merta ruyung baja beruas tiganya diloloskan
dari pinggang, lalu teriaknya keras-keras:
"Bocah keparat, mari kita beradu kepandaian dengan senjata"
Kim Thi sia sama sekali tak ambil pusing atas teriakan lawan, melihat senjata ruyung musuh
meluncur datang dengan kekuatan dahsyat, dia segera tahu bahwa musuh memiliki tenaga dalam
yang sempurna. Ia tak berani Berayal lagi, sambil membalikkan badan, pedang Leng gwat kiam segera
diloloskan dari sarungnya.
Kedua belah pihak sama-sama telah menghimpun tenaganya, agaknya mereka bermaksud
menentukan menang kalah dalam satu gebrakan. Pada saat itulah,
mendadak....... Tampak seseorang melompat turun diantara kedua orang itu, dengan pedang terhunus orang
itu berseru nyaring: "Si thamcu, beristirahatlah dulu untuk sementara waktu biar kongcu yang menghadapinya "
si Goanpah segera mengenal orang itu sebagai ciu thong kongcu Kim Si dari perkumpulannya,
tahu kalau ilmu pedang orang ini sangat lihay, diapun menyahut:
"Kalau toh kongcunya berniat turun tangan, tentu saja aku orang she Si akan menuruti
perintah." ciu thong kongcu Kim Si segera berpaling dan melotot sekejap kearah Kim Thi sia, lalu katanya
dingin. "Selama ini kami orang-orang dari perkumpulan cahaya emas cukup jelas membedakan mana
budi dan mana dendam, tapi nyatanya selama ini sembilan pedang dari dunia persilatan selalu
mencari gara-gara dengan ulah dimana-mana dosa dan kejahatan sudah melampaui batas. Nah
sobat, sebutkan terlebih dahulu siapa dirimu, kau adalah pedang yang mana diantara pedang
emas, besi, tembaga, perak, kayu, air, api, tanah dan bintang?"
Kim Thi sia segera dibuat kebingungan setengah mati oleh perkataan tersebut, padahal dari
sembilan pedang, sudah lima orang diantaranya telah mati. Namun kenyataan mereka masih
belum mengetahuinya, maka dari itu diapun menjawab lantang: "Aku bukan pedang yang
manapun dari sembilan pedang" Begitu perkataan tersebut diutarakan, para jago pun menjadi
gempar dibuatnya. Tiba-tiba terdengar salah seorang diantara mereka berteriak: "Hey sobat,
apakah kau hendak menyangkal?" Dengan amarah yang meluap-luap sahut Kim Thi sia:
"Aku bernama Kim Thi sia, aku adalah murid kesepuluh dari Malaikat pedang berbaju perlente"
ciu thong kongcu segera tertawa dingin.
"Asalkan saja kau masih anak muridnya Malaikat pedang berbaju perlente, hutang piutang ini
masih menjadi bebanmu, sungguh tak disangka anak-anak murid dari Malaikat pedang ternyata
telah menjalin hubungan dengan kelima naga dan seorang burung hong dari raja langit berlengan
delapan, silahkan mulai menyerang"
Sehabis berkata dia segera menudingkan pedangnya keluar, menanti Kim Thi sia melancarkan
serangannya. Kim Thi sia semakin kebingungan setengah mati, biarpun dia mencoba memikirkan persoalan
ini namun belum juga peroleh jawabnya:
"Ia memang pernah mendengar nama si Raja langit berlengan delapan dari Nyoo Soat hong,
tapi siapa pula kelima naga dan burung hong yang dimaksud" Apa pula hubungan dengan
dirinya?" Biarpun demikian, beberapa patah kata lawan sempat membangkitkan juga hawa amarahnya,
tanpa berpikir panjang lagi dia menggetarkan pedang Leng gwat kiamnya dan berseru lantang:
"Hey orang she Kim, akan kusuruh kau rasakan kelihayan ilmu silat dari si Malaikat pedang
berbaju perlente" "Bocah keparat, kau jangan takabur" seru ciu thong kongcu sambil tertawa dingin.
"Dalam sepuluh gebrakan bila aku tak berhasil mengungguli dirimu, aku bersedia dihukum
menurut keputusan kalian-"
Mendengar itu, ciu thong kongcu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak.
"Haaaah....haaaaah......haaaaah.......sungguh tak disangka di kawasan Kanglam terdapat begitu
banyak orang gila, bila dalam sepuluh gebrakan kongcu sampai menderita kalah ditanganmu,
mulai saat ini jangan anggap diriku sebagai anggota perkumpulan cahaya emas. Kecuali dendam
sakit hati ini bisa terbalas, kalau tidak aku tak akan menginjakkan kaki lagi diwilayah Kanglam ini,
tapi bila hari ini kongcu bisa mengungguli dirimu, maka kau mesti meninggalkan selembar
nyawamu" Kim Thi sia tidak banyak berbicara lagi, pedangnya segera dipersiapkan dengan jurus "awan
muncul kabut membuka" dari ilmu pedang panca Buddha. Ujung pedangnya menuding kelangit
sementara kakinya melangkah kedepan, ia siap mengancam alis mata ciu thong kongcu.
Sebaliknya ciu thong kongcu pun tak malu menjadi anak didik ketua perkumpulan cahaya emas
serta Kim seng nio-nio pedangnya segera digetarkan pula sambil serunya lantang:
"Ilmu pedang bagus, selama ini kongcu selalu membanggakan ilmu pedangku, sungguh
beruntung aku bisa menjumpai anak murid dari Malaikat pedang berbaju perlente untuk mencoba
kemampuannya." Pedangnya segera digetarkan dan melancarkan serangan dengan jurus "Malaikat bengis sukma
dingin pekikan beku". Pedangnya dengan membawa suara guntur segera mendesing kedepan-
Sebaliknya ilmu pedang panca Buddha dari Kim Thi sia yang merupakan sejenis ilmu pedang
yang luar biasa hebatnya dibalik setiap jurus serangan terselip banyak perubahan-Tampak ia
menyambut serangan musuh dengan ujung pedang ditujukan keujung pedang.
Waktu itu kendatipun ciu tong kongcu telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, namun ia selalu berpendapat tiada kekuatan yang bisa digunakan- Melihat pedang
musuh berulang kali mengejar dirinya bagaikan bayangan badan hatinya benar-benar amat
terperanjat dibuatnya. Tak salah lagi Kim Thi sia memang mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya yang khusus
digunakan untuk menghisap sari hawa murni pihak lawan sebagai orang yang awam tentu saja ciu
tong kongcu tak sempat menduga sampai kesitu....
Diam-diam perasaan hati ciu tong kongcu tersekat dalam waktu singkat dia telah merubah
jurus serangannya menjadi gerakan "awan menyelimut dipuncak bukit."
Tampak berpuluh-puluh jalur cahaya pedang yang memancarkan hawa pedang menyelimuti
angkasa seperti gulungan ombak dahsyat.
Kim Thi sia segera melakukan gerakan pancingan dengan pedang Leng gwat kiamnya,
kemudian dengan gerakan kedua "bintang lenyap rembulan sirna" dia menangkal pergi pedang ciu
tong kongcu. Dalam keadaan begini, ciu tong kongcu segera merubah jurus serangannya menjadi "Bangau
berpekik terbang tinggi". Pedang berikut tubuhnya berputar kencang melingkari tubuh musuh.
Kebetulan sekali Kim Thi sia telah merubah gerak serangannya menjadi Jaring langit perangkap
bumi." kabur hawa pedang yang menyelimuti angkasa segera menyambar kebawah dengan
hebatnya. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung tiga jurus enam gerakan-Sementara
para penonton menyaksikan jalannya pertarungan dengan mata terbelalak mulut melongo. Selama
hidup belum pernah mereka saksikan pertarungan setegang dan sesengit ini.
Tampak kedua orang itu saling menempel kemudian berpisah. cahaya putih hawa perak amat
menyilaukan mata, pertarungan kedua orang ini benar-benar tegang dan mencekam perasaan.
Berapa gebrakan kemudian, Liong hou tha meu Si Goanpah serta dua orang jago lihay dari
perkumpulan cahaya emas lainnya dapat melihat gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya,
dengan mata melotot besar mereka menggenggam senjata masing-masing lebih kencang dan
bersiap sedia untuk turun tangan memberi bantuan.
Sekejap kemudian, antara ciu tong kongcu dengan Kim Thi sia telah bertarung sebanyak
delapan jurus. Kini, ciu tong kongcu telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dengan jurus
"mencari pahlawan memburu naga" terlihat cahaya perak memancar rata diatas permukaan tanah,
hawa serangan memercik bagaikan gulungan ombak yang terhembus angin-
Kim Thi sia mendengus dingin, sambil mengerahkan ilmu ciat khi mi khinya, dengan jurus
"Buddha mengembang kejahatan sirna" pedang Leng gwat kiamnya memancarkan berpuluh
cahaya putih yang langsung menerobos masuk kebalik sinar keperakan musuh.
Ditengah bentorkan inilah terdengar ciu tong kongcu menjerit kesakitan dan terhuyung mundur
kebelakang. Hampir pada saat yang bersamaan Si Goanpah sekalian tiga orang jago membentak keras dan
secara beruntun melompat ke arena langsung menerjang Kim Thi sia.
Mendadak terdengar lagi suara bentakan nyaring, tiga titik cahaya emas secara terpisah
menyergap ketiga orang itu.
Sebagai jago-jago lihay dari dunia persilatan, rata-rata mereka bermata tajam, dalam sekilas
pandangan saja ketiga orang itu tahu kalau senjata rahasia yang mengancam mereka merupakan
sejenis senjata rahasia yang paling lihay, yaitu jarum emas penembus jalan darah.
Tergopoh-gopoh mereka menyelinap kesamping untuk menghindarkan diri dan melompat
mundur sejauh tiga depan.
Terlihatlah seseorang melayang turun dari atas sebatang pohon tak jauh dari arena
pertarungan- Ketika Kim Thi sia memperhatikan dengan lebih seksama, dia segera mengenali orang itu
sebagai Lam Wi, tentu saja hal ini membuatnya terkejut bercampur keheranan, diam- diam
pikirnya : "Jangan-jangan orang inipun memiliki ilmu silat yang sangat tangguh.......?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Lam Wi telah berkata dengan nada santai:
"Kalian beberapa orang adalah kawanan jago yang datang dari utara, tak disangka rupanya
jagoan dari utara cuma bisanya mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak. Bila
kalian ingin berbuat sesuatu, silahkan saja mencari gara-gara denganku."
Waktu itu, meskipun ciu tong kongcu belum menderita kekalahan secara total, dalam
kenyataan sudah kalah satu jurus. Paras mukanya nampaknya amat tak sedap dipandang.
sewaktu mendengar perkataan itu, ia segera berkata: "Jadi kaupun bermaksud membuat
perselisihan dengan kami....."
"Heeeeh......heeeeh.......heeeeh.......berkelahipun sudah, apalagi soal persilatan?" jengek Lam
wi sambil tertawa dingin. Liong hou tamcu Si Goanpah turut menimbrung:
"Bila dilihat dari gerak gerikmu, agaknya sobat mempunyai asal usul yang besar. Aku bersedia
untuk memenuhi keinginanmu itu." selesai berkata, diapun, bersiap sedia untuk turun tangan.
"Si thamcu, tunggu dulu." mendadak ciu tong kongcu mencegah. "Apakah kongcu masih ada
pendapat lain?" "Kedatanganku keselatan kali ini tak lain adalah hendak menyelidiki duduk persoalan yang
sebenarnya hingga tuntas sehingga sekembalinya dari sini bisa memberi laporan kepada kongcu
nio-nio. Padahal apakah betul dua orang yang berada didepan kita adalah orang yang sedang
dicari, hingga kini persoalannya belum jelas, karena itu aku pikir kita tak usah membuang waktu
dengan sia-sia" Mendengar perkataan itu, Lamwi segera mendengus dingin. "Perkataan kongcu
memang benar, silahkan anda mengambil keputusan." ciu tong kongcu mendehem pelan,
kemudian katanya kepada kedua orang lawannya:
"Aku selalu membedakan mana budi, mana dendam serta tidak melakukan pembunuhan secara
mengawur, sekarang aku ingin mengajukan pertanyaan kepada kalian, bersediakan kalian untuk
menjawabnya?" Sekarang, Kim Thi sia pun sudah mulai jelas dengan masalah yang dihadapinya, mengetahui
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa persoalan dapat diselesaikan secepatnya, buru-buru dia berseru sesudah mendengar
perkataan ini: "Bila hendak bertanya, cepat ajukan pertanyaanmu"
Sebaliknya Lam wi dengan mata melotot dan menghentakkan kakinya keatas tanah segera
berseru kepada Kim Thi sia: "Hmmm, kau hanya tahu berkentut"
Kemudian sambil berpaling kearah, ciu tong kongcu serunya lagi:
"Kalau ingin bertanya, lebih baik ajukan saja kepadaku" ciu tong kongcu tertawa tergelak.
"Haaah........haaaah.......haaaah........sobat memang seorang yang amat terbuka"
"Sudah tak usah banyak ngebacot lagi" tukas lam wi tak sabar. Merah padam selembar wajah
ciu tong kongcu, katanya kemudian:
"Tiga hari berselang, kantor-kantor cabang perkumpulan kami disepanjang sungai Tiang kang
telah menerima selembar kartu undangan secara tiba-tiba yang menerangkan bahwa pemimpin
dari sembilan pedang dunia persilatan yakni sipedang emas dengan membawa pusaka lentera
hijau dan seorang wanita yang punya asal-usul besar hendak melewati daerah disekitar sini
apakah sipenulis surat tersebut adalah anda?"
"Benar" jawab Lam wi lantang.
"Apakah kau telah mencatut nama perkumpulan kami untuk melakukan banyak perselisihan
dengan sembilan pedang dunia perselisihan hingga menimbulkan serangan dari sembilan pedang
yang melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap anggota perkumpulan kami, dengan
peristiwa tersebut perkumpulan kami jadi bermusuhan dengan sembilan pedang sedang kau
berpeluk tangan saja menonton kami saling gontok-gontokan. Apakah perbuatan inipun
merupakan hasil karyamu?"
"Benar......" "Hmmm, semua orang yang dikirim perkumpulan kami untuk menguntilmu akhirnya
dipecundangi semua. Sekalipun hatimu keji, namun cara kerjamu kurang bersih hingga
meninggaikan bekas yang sengaja memancing anak buah kami datang kekawasan Kanglam,
apakah perbuatan inipun benar-benar dilakukan olehmu?"
"Benar.........."
"Benarkah anda telah membuat persiapan disekeliling kawasan kota Kanglam ini, yang
membuat sobat-sobat dari perkumpulan kami yang tidak mengetahui persoalan sebenarnya
menjadi bermusuhan dengan pelbagai partai dan perkumpulan lain?"
"Memang begitu."
"Dari nada jawabanmu, aku percaya kau telah menjawab jujur, tapi aku ingin bertanya.
Sesungguhnya apa maksud dan tujuanmu dengan semua perbuatan ini?"
"Soal ini kau tak perlu turut campur"
"Kau harus tahu, sejak perkumpulan cahaya emas muncul didalam dunia persilatan kami tak
pernah takut dengan siapa saja. Apakah kau tak berani mengutarakannya keluar?"
"Kenapa tak berani?"
"Kalau memang berani, ayoh katakan"
"Aku hanya melaksanakan perintah."
Mendengar jawaban tersebut semua orang menjadi terperanjat dibuatnya.
Bukan hanya orang-orang dari perkumpulan cahaya emas yang dibikin tercengang, bahkan Kim
Thi sia timbul kecurigaan didalam hatinya. Diam-diam iapun berpikir:
"Kalau dibilang dia melaksanakan perintah dari Dewi Nirmala, lantas Nirmala nomor berapakah
dia" Semua utusan Nirmala memiliki ilmu silat yang sangat tangguh, bahkan sipedang
tembagapun tewas ditangan Nirmala nomor tujuh."
"Tapi setahuku, para utusan Nirmala rata-rata sudah berusia lanjut, sedangkan dia baru
berumur dua puluhan tahun, mana mungkin" Tapi..... Kalau dipikir-pikir Dewi Nirmalalah yang
paling mencurigakan-"
"Atau mungkin juga dia sedang melaksanakan perintah dari ketua perkumpulan Tay sang pang,
sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing, Tapi setahuku perkumpulan Tay sang pang tidak
mempunyai ikatan dendam yang terlalu dalam dengan sembilan pedang dunia persilatan, jadi
kemungkinannya kecil."
"Selain kedua orang ini, rasanya cuma si Pukulan sakti tanpa bayangan serta ciang sianseng
yang berhasrat merebut lentera hijau......tapi siapakah atasan orang ini?"
Sementara dia masih berpikir, ciu tong kongcu telah berkata lagi sambil tertawa dingin:
"Seorang lelaki sejati tak akan melakukan perbuatan gelap. perduli perintah siapa yang sedang
kau laksanakan- Perkumpulan cahaya emas pasti akan menanggapi peristiwa ini dengan serius.
Nah, apakah anda bersedia memberi penjelasan lebih dulu?"
"Tak perlu terburu napsu" tukas Lamwi dingin. "Sampai waktunya kalian toh akan mengetahui
dengan sendirinya" Mendadak terdengar seseorang berseru keras:
"Bajingan ini sangat menggemaskan, biar siaute yang membereskan dirinya lebih dulu" Lam wi
segera tertawa terkekeh-kekeh, serunya mendadak.......
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....benar-benar menggelikan, katanya saja dari perkumpulan
cahaya emas, ternyata ilmu jarum emas penembus jalan darah pun tidak dikenali, sungguh
mengenaskan. Benar-benar mengenaskan-"
Sambil berkata ia menggelengkan kepalanya berulang kali dengan wajah mengejek.
orang itu sangat gusar, dnegan mata melotot besar ia membentak dan menyiapkan senjatanya
untuk melancarkan serangan-
Siapa tahu dia cepat, Lam wi jauh lebih cepat lagi, tampak dia mengayunkan tangan kanannya,
beberapa titik cahaya emas segera meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa.
"Kawanan tikus yang tak tahu diri" serunya sambil tertawa. "coba kau rasakan dulu bagaimana
hebatnya jarum emasku"
Waktu itu selisih jarak antara kedua belah pihak tidak terlalu jauh, walaupun orang itu
menyerang lebih dulu namun serangan dari Lam wi ternyata mengenai sasaran duluan.
Terdengar orang itu menjerit kesakitan, tubuhnya terbanting keatas tanah berikut senjata dan
tak mampu merangkak bangun lagi. Ternyata jalan darahnya sudah ditotok oleh Lam wi.
Tidak menunggu sampai orang lain berbicara, kembali Lam wi mengayunkan tangan kanannya
berulang kali. Lagi-lagi tampak berapa kali cahaya emas berkelebat lewat dan menyerang
kawanan jagoan tersebut. Dalam waktu singkat suasana menjadi kalut sekali, kembali ada dua orang yang roboh terluka
oleh serangan jarum itu. Para jago lainnya yang selamat segera membentak sambil menyerbu kedepan, tak selang
sesaat Kim Thi sia serta Lam wi sudah terkepung rapat-rapat ditengah arena.
Berada dalam keadaan begini, sekalipun Kim Thi sia tidak berniat untuk turun tanganpun tak
bisa. Apalagi tiga orang jago langsung menyerang kearahnya sambil tertawa, pedang Leng gwat
kiam dengan jurus "guntur menggelegar angin berhembus" dengan membawa cahaya putih yang
berkilauan langsung menyambar tiga orang itu. Terdengar salah seorang diantaranya berteriak:
"Bocah keparat, kau jangan takabur, enam harimau dari bukit saiju siharimau hijau bermuka
besi cu Ho tin siap membereskan dirimu"
Dengan mengayunkan senjata ia maju menyongsong datangnya serangan tersebut.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman dalam pertarungan, begitu melihat
jurus pedang yang digunakan Kim Thi sia membawa segulung tenaga hisapan tak berwujud yang
kuat, ia segera sadar kalau musuhnya memang tangguh dan bukan bernama kosong belaka.
Maka pergelangan tangannya segera diputar, tangan kanannya langsung menyerang pinggang
musuh. Sementara tangan kirinya menotok jalan darah siau yau hat ditubuh pemuda itu.
Dari senjata poan koan pit yang digunakan lawan, Kim Thi sia pun tahu kalau musuhnya
seorang ahli dalam menotok jalan darah. Kewaspadaannya segera ditingkatkan-
Dengan mengandalkan ilmu tay goan sinkang, ilmu pedang panca Buddha serta ciat khi mi khi
dia segera melayani musuhnya dengan cermat dan seksama. Sebab dia sadar, sekali bertindak
kurang hati-hati, niscaya dia akan roboh terjungkal ditangan lawan-
Saat ini, ketika ia melihat sepasang penanya menyodok tiba, cepat-cepat tubuhnya berkelit
kesamping untuk menghindarkan diri. Ketika berpaling ia melihat dua orang lainnya dengan
senjata terhunus sedang bersiap sedia dengan penuh keseriusan-Kim Thi sia yang melihat
kejadian tersebut segera berpikir:
"Mereka berjumlah sangat banyak. bila aku tak menyelesaikan pertarungan ini secepatnya,
rasanya sulit untuk meninggalkan tempat ini secara gampang......"
Berpikir sampai disini, dia segera berpekik nyaring dan mengeluarkan jurus serangan terampuh
dari ilmu pedang panca Buddhanya.
Tampak bayangan pedang yang amat tebal menyelimuti seluruh angkasa dan mengurung
ketiga orang musuhnya rapat-rapat.
Ketiga orang itu sama sekali tak menduga kalau Kim Thi sia bernyali begitu besar. Dimana
dengan seorang diri berani melawan tiga orang musuh sekaligus.
Si Harimau bermuka besi cu ci tin segera mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk melancarkan serangan, sepasang penanya dengan gerakan menotok, memukul, mengetuk,
mencukil dan merejam semuanya ditunjukkan untuk merobohkan musuh. Dalam waktu singkat,
keempat orang itu sudah bertarung puluhan gebrakan lebih.
Sementara itu, dipihak lain Lam wi telah bertarung pula melawan tiga orang musuh, hanya saja
sistim pertarungannya berbeda dengan keempat orang dipihak sini.
Tampak sepasang tangannya diayunkan berulang kali memancarkan bertitik cahaya emas yang
meluncur kedepan sambil menyerang serunya sambil tertawa:
"Aku mah tak ada waktu banyak untuk bermain-main dengan kawanan harimau kertas
semacam kalian." Mendadak terdengar ketiga orang jago yang mengerubutinya menjerit kesakitan pada saat
yang bersamaan dan serentak melompat mundur kebelakang.
Dipihak sini, begitu merasa gelagat kurang menguntungkan, salah seorang diantaranya seorang
lelaki bergolok besar segera mengayunkan pula tangan kirinya. "criiiiing.....criiiing......criiing......."
Tiga dentingan nyaring berbunyi bersamaan dengan melesetnya tiga batang senjata rahasia
Kim Chee piau mengarah ketubuh Kim Thi sia.
Sementara itu, Kim Thi sia sedang mengeluarkan jurus "bintang lenyap rembulan punah",
melihat datangnya sambaran Kim cheepiau, cepat-cepat dia mengerahkan ilmu ciat khi mi khi
untuk melindungi tubuh. Aneh memang kalau dibicarakan, tatkala ketiga batang Kim cheepiau tersebut hampir mengena
pada sasarannya, tiba-tiba seperti membentur suatu dinding tak berwujud yang kuat sekali, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun segera rontok keatas tanah.
orang yang melancarkan serangan dengan ketiga Kim cheepiau itu bukan lain adalah orang
kedua dari Enam harimau puncak salju, yaitu si harimau sutera berwajah kemala.
Betapa terkejutnya jagoan ini setelah melihat kemampuan Kim Thi sia untuk mematahkan
serangan senjata rahasianya yang begitu aneh. Pada saat itulah, mendadak terdengar suara
teriakan seseorang. "Angin kencang cepat mundur" Ternyata yang berteriak adalah ciu tong
kongcu. Begitu mendengar teriakan tersebut, serentak orang-orang itu mengundurkan diri dari sana.
Baru saja Kim Thi sia hendak melakukan pengejaran, mendadak Lamwi menghalangi jalan
perginya seraya berseru: "Saudara Kim, penjahat yang melarikan diri tak perlu dikejar. Dengan siasat licik mereka jangan
bisa lolos dari cengkeramanku. Kenapa kita mesti terburu napsu" sekarang yang penting kita mesti
mencari jejak Yu Kilem lebih dahulu." Kim Thi sia menjadi terperanjat sekali setelah mendengar
kata itu, pikirnya segera: "Aneh, darimana dia bisa mengetahui semua urusanku?"
Tanpa terasa dia mulai mengamati Lam wi yang misterius asal usulnya itu dengan lebih
seksama. Lam wi segera tertawa rahasia, katanya:
"Saudara Kim, kau tak usah banyak bertanya ikutlah aku"
Dalam keadaan begini, Kim Thi sia segera merasa bahwa kepandaian silatnya seakan-akan
sama sekali tak berguna lagi, terpaksa dia mengiakan. "Baiklah"
Lamwi pun segera berangkat menuju ketenggara. Gerakan tubuhnya amat cepat dan tak bisa
ditandingi Kim Thi sia. Sampai detik itulah Kim Thi sia baru sadar bahwa Lam wi sesungguhnya
merupakan seorang jagoan yang berilmu silat sangat hebat, hanya saja hingga kini ia masih belum
mengetahunya secara pasti akan asal usulnya.
Setelah menempuh perjalanan berapa saat akhirnya sampailah mereka didekat sebuah bukit
kecil. Mendadak...... Ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagad, terdengar seseorang membentak keras:
"Berhenti" Baru saja suara itu bergema, tampak bayangan manusia munculkan diri diatas puncak bukit
kecil itu. Lam wi yang berjalan dimuka segera menghentikan langkahnya, sedangkan Kim Thi sia yang
membuntuti dari belakang turut berhenti pula. Terdengar orang yang berada dibukit itu berseru
lagi: "Ada urusan apa sobat berdua berkunjung kemari ditengah malam buta begini?"
"Kami datang untuk menjenguk seorang sahabat kami" sahut Lam wi cepat-cepat.
"Kalau toh kedatangan kalian untuk menjenguk seorang teman, lebih baik sebutkan dulu siapa
nama kalian, agar kami bisa memberi laporan dengan segera."
Tampaknya Lam wi sudah mempunyai perhitungan yang masak. ketika mendengar perkataan
itu segera sahutnya dengan suara hambar:
"Boleh saja bila ingin mengetahui namaku, tapi kalian mesti memperkenalkan diri terlebih dulu."
"Kami adalah orang-orang Tay sang pang" sahut orang diatas bukit cepat. "Nah harap sahabat
menyebutkan nama kalian."
Selama ini Kim Thi sia hanya berdiri dibelakang Lam wi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sewaktu mendengar nama "Tay sang pang", darahnya segera mendidih, hampir saja dia akan
turun tangan melancarkan serangan-Mendadak terdengar Lam wi berkata lagi:
"Kami datang untuk menjenguk si Ulung beracun. Aku bernama Lam wi, sedang dia adalah Kim
Thi sia." Belum habis perkataan itu diucapkan tampak Lam wi telah menerobos maju kedepan dan
langsung menyerbu keatas bukit. Bersamaan waktunya ia mengayunkan tangan kanannya, dua
titik cahaya emas segera melesat kedepan menghajar tubuh kedua orang tersebut.
Terdengar dua kali dengusan tertahan, tahu-tahu kedua orang itu sudah roboh terjungkal
keatas tanah. Setibanya diatas bukit ternyata Lam wi sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya,
kembali dia melambung ketengah udara. Sepasang tangannya diayunkan berulang kali masingmasing
diayunkan kebalik semak belukar sana.
Berapa kali jeritan kesakitan dan suara robohnya tubuh berat segera bergema susul menyusuli.
Mendadak....... Terdengar suara ledakan keras ditengah udara, ternyata ada sebatang anak panah berapi yang
meledak ditengah udara. Cahaya api berwarna merah yang tersebar keempat penjuru dapat
terlihat jelas dari jarak berapa puluh li.
Lam wi tahu, musuh telah melepaskan tanda bahaya, ini berarti jejak mereka segera akan
ketahuan musuh. Maka sambil berpaling kearah Kim Thi sia yang berada dibawah tebing, serunya lantang:
"Saudara Kim ayoh, cepatlah naik keatas pertunjukkan bagus segera akan dimulai"
Dalam pada itu Kim Thi sia sedang berpikir keras setelah menyaksikan kemampuan Lam wi
untuk mencabut berapa lembar jiwa sekaligus dalam berapa kali gebrakan saja, pikirnya:
"Sepintas lalu ia kesakitan begitu lembut dan halus, tapi nyatanya serangan yang dilancarkan
tidak mengenal ampun- Bahkan kekejamannya melebihi aku, aku mesti bersikap lebih waspada
terhadap sobat kejam seperti ini."
Ketika dilihatnya Lam wi sedang menggapainya, diapun segera melejit keudara dan melompat
naik kepuncak tebing itu. Sambil tersenyum Lam wi segera berkata:
"Bila kulihat dari tampang wajahmu, bukankah dalam hati kau sedang mengumpat kekejaman
hatiku?" Kim Thi sia yang mendengar teguran mana, dalam hati kecilnya segera berpikir:
"Lihay amat ketajaman mata orang ini. Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, kau sudah
dapat membacanya secara tepat." Berpikir begitu, agak tersipu-sipu iapun berkata:
"Aaaaah, mana, mana. Aku hanya berpikir bahwa kepandaian silatmu ternyata jauh lebih hebat
berapa kali lipat ketimbangan aku......"
Sampai disini tanpa terasa dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.
"Saudara Kim" Lam wi segera menegur lagi dengan wajah gusar. "Diantara kita berdua boleh
dibilang hanya perkenalan biasa, berteman karena cocok dalam pandangan pertama. Sekarang
mengapa kau justru mengucapkan kata-kata semacam ini" Padahal bicara sesungguhnya ilmu
silatmu masih beratus kali lipat lebih hebat ketimbang kemampuanku, cuma tenaga dalamnya saja
belum mencapai kesempurnaan. Dengan usia semuda itu, apakah kau takut dikemudian hari tak
bisa mengejar ketinggalan itu?"
"orang ini benar-benar lihay......." batin Kim Thi sia lagi.
Baru saja dia hendak membantah, mendadak......
"Sreeeettt..... Sreeeettt..... Sreeeet......."
Ditengah desingan angin tajam, tampak ada lima sosok bayangan manusia melayang turun
ketengah arena, seorang diantaranya adalah seorang kakek yang membawa kipas lebar.
Begitu muncul ditengah arena, kakek tersebut segera menegur sambil menuding kearah kedua
orang tersebut "Bocah keparat, siapa yang menyuruh kalian datang menghantar kematian?"
Kemudian, seorang yang lain menyambung pula:
"Kim Thi sia, tak disangka kita akan bersua kembali disini"
Selesai berkata ia tertawa dingin tiada hentinya.
Kim Thi sia segera mengenali orang tersebut sebagai salah satu diantara dua belas orang
tongcu dari perkumpulan Tay sang pang, tanpa terasa sahutnya sambil tertawa dingin pula:
"Dimanakah ketua kalian" Aku sedang mencarinya."
"Bocah keparat" tukas kakek berkipas lebar itu gusar. "Kau anggap ketua kami adalah orang
yang bisa ditemui secara sembarangan-"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak ditengah kegelapan malam terdengar lagi
dua kali ledakan yang amat keras. Satu berasal dari arah barat laut, sedang yang lain berasal dari
selatan- Rupanya kembali ada dua batang panah api yang meluncur ketengah udara dan meledak keras.
Pancaran cahaya merah segera menghiasi kegelapan malam.
Paras muka kelima orang jago dari perkumpulan Tay sang pang ini segera berubah hebat,
sebab ditinjau dari tanda bahaya yang dilepaskan hampir saja yang bersamaan waktunya dari dua
arah yang berbeda, menunjukkan bahwa anggota perkumpulan mereka telah bertemu dengan
musuh tangguh hampir pada saat yang bersamaan. Bila keadaan tidak semakin kritis, tak mungkin
orang-orang itu akan melepaskan tanda bahana untuk mohon bantuan-
Pada saat itulah..... Dari arah jalan raya disebelah selatan, kembali muncul ketiga sosok bayangan hitam yang
meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Dalam waktu singkat ketiga orang tersebut telah muncul disisi arena, ternyata mereka terdiri
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari dua pria dan seorang wanita.
Dalam sekilas pandangan saja, Kim Thi sia segera kenali orang yang berjalan dipaling muka
adalah sastrawan bermata sakti, dibelakangnya mengikuti Yu Hong serta adik seperguruannya Li
Beng po. Begitu tiba, sipelajar bermata sakti segera berseru nyaring:
"Selamat bersua Selamat bersua Rupanya kedatangan kami tepat pada waktunya......."
"Hey pelajar bermata sakti" Kim Thi sia segera menegur. "HHutang piutang diantara kita berdua
harus diperhitungkan lebih dulu."
"Aku harap kalian bersedia menolong ciciku lebih dulu sebelum melakukan perhitungan atas
hutang piutang kalian" seru Yu Hong cepat-cepat.
"Tentu saja begitu" sahut pelajar bermata sakti keras.
Sampai disitu, dia lantas berpaling kearah kelima orang musuhnya dan berseru lagi: "Benarkah
nona Yu Kiem telah kalian tangkap?"
Kakek berkipas lebar itu segera mendehem beberapa kali, kemudian baru menyahut: "Benar
atau tidak. rasanya tak perlu kau campuri urusannya"
Perlu diketahui, kakek tersebut merupakan salah satu diantara dua belas orang tongcu dari
perkumpulan Tay sang pang. orang menyebutnya si Rajawali emas berkipas baha Cu Kim,
kepandaian gwakang maupun kwekangnya begitu hebat, boleh dibilang jarang menjumpai musuh
tandingan dikawasan Kanglam oleh sebab itu sikapnya menjadi sombong, angkuh dan sangat
takabur. "Kalau aku bersikeras akan mencampuri, mau apa kau?" teriak sipelajar bermata sakti sambil
mendelik. "Ya a, bila kalian tidak membebaskan ciciku, kalian akan kami bantai sampai ludes" sambung
Yu Hong dengan marah. "Kalian mau membebaskannya atau tidak" teriak Kim Thi sia pula keras-keras.
Dalam pada itu sikap Lam wi lebih santai, dia berdiri disisi Kim Thi sia dengan senyuman
dikulum. Seakan-akan persoalan tersebut sama sekali tiada sangkut paut dengan dirinya.
si Rajawali emas berkipas besi cu Kim kontan saja tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeeh......heeeeeh......heeeeeh........akan kulihat sampai dimana sih kehebatan dari jagoan
yang disebut "manusia yang paling susah dilayani dari dunia persilatan-...."
Kim Thi sia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya dan siap untuk turun tangan-Tapi
saat itulah........ Mendadak dari arah barat laut muncul dua sosok bayangan manusia yang meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa, kalau dilihat dari gerak tubuh mereka, dapat diketahui bahwa
mereka adalah sepasang jagoan yang berilmu tinggi. Belum lagi orangnya muncul, terdengar ia
sudah berteriak keras: "Thian tong, semua orang yang kita cari telah berkumpul disini. Rasanya tidak sia-sia
penjelasan kita ayah beranak kali ini."
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang tersebut sudah muncul dihadapan banyak
orang. Hal mana tentu saja amat mengejutkan semua orang tanpa terasa mereka sama berpikir.
"Kenapa si tua bangka inipun bisa mencari sampai disini?"
Ternyata dua orang yang datang tak lain adalah ketua Tiang pek pay, sipukulan sakti tanpa
bayangan serta putra kesayangan Ang Thian tong." Begitulah munculkan diri, sipukulan sakti
tanpa bayangan segera berseru:
"Kalian jangan bertarung dulu, tunggu sampai persoalannya menjadi jelas sebelum kita
membuat penyelesaian hingga tuntas."
"Makhluk tua, kau jangan mencampuri urusanku" teriak Kim Thi sia. Sipukulan sakti tanpa
bayangan segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.......haaaah.....kau masih ada kesempatan hidup selama sepuluh hari lagi.
Sekarang aku tak ingin ribut denganmu."
"Kalau ingin berkelahu, sekarang juga aku dapat melayani" seru Kim Thi sia marah. "Kenapa
kita mesti menunggu sepuluh hari lagi di Lembah Nirmala?"
"Jadi kau benar-benar tak takut mampus" Kau anggap paling susah dilayani?"
Kim Thi sia tertawa dingin. "Hmmm, jadi kau baru tahu sekarang?" Mendadak terdengar Ang
Thian tong menyela. "Ayah, tak usah banyak cincong dengannya, yang penting kita selidiki dulu jejak Hay Jin"
"Apa" Nona Hay Jin telah lenyap?" sela Kim Thi sia terperanjat.
"Hmmm, soal ini bukan urusanmu. Lebih baik tak usah turut campur" tukas sipukulan sakti
tanpa bayangan dingin. Lalu sambil berpaling kearah lima orang jago dari perkumpulan Tay sang pang, ia berkata lebih
jauh: "Apakah kalian telah berjumpa dengan menantuku?"
"Hmmm, kau toh tidak pernah serahkan menantuku kepadaku, dari mana aku bisa tahu?" sahut
si rajawali emas berkipas besi Cu Kim sambil tertawa dingin. Sipukulan sakti tanpa bayangan
kembali tertawa seram. "Hmmm, menantuku telah hilang di kawasan Kanglam, sedang perkumpulan Tay sang pa
adalah penguasa diwilayah ini. Kalau tidak bertanya kepada kalian, lantas kepada siapa aku mesti
bertanya?" Tuduhan yang dilontarkan setengah paksa ini tentu saja membuat kelima orang jago dari Tay
sang pang menjadi meringis dan serba salah. Mau mengaku tak bisa, tak mengakupun rasanya tak
mungkin, bisa diduga suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Tiba-tiba terdengar si Pelajar bermata sakti menyela:
"Ang locianpwee, harap jangan gusar dulu. Sekalipun apa yang locianpwee katakan memang
benar, namun sebelum diperoleh bukti yang nyata, kau tidak boleh bersikeras menuduh pihak Tay
sang pang sebagai biang keladinya, kuharap locianpwee suka berpikir tiga kali dulu sebelum
bertindak" "Bocah keparat, jadi kau hendak membonceng nama besar gurumu untuk mencampuri urusan
orang lain?" seru sipukulan sakti tanpa bayangan dengan wajah merah membara.
"Hmmm, ilmu cakar kucing gurumu masih belum kupandang sebelah matapun.Jika kau berani
mencabut gigi harimau disini, hakekatnya tindakanmu ini benar-benar kelewat memandang rendah
orang." Buru-buru sipelajar bermata sakti menjelaskan-
"Ang locianpwee, aku sama sekali tidak bermaksud begitu, tapi kalau ingin berkelahi kita harus
lihat dulu siapa duluan dan siapa belakangan. Tunggulah sampai kudapatkan kembali orang yang
kucari sebelum locianpwee membuat perhitungan dengan pihak Tay sang pang."
"Kurang ajar........" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan semakin sewot. "Jadi hanya kau yang
boleh meminta orang sedang orang lain tidak......?"
"Tentu saja boleh, cuma aku datang menuntut karna dasar dan bukti yang nyata, aku tidak
menuntut secara mengawur"
Agaknya hawa amarah sipukulan sakti tanpa bayangan sudah tak terbendung lagi, dengan
suara keras teriaknya: "Menantu ku telah hilang tak berbekas. Apakah kejadian ini bukan suatu fakta yang jelas"
Bocah keparat, kalau kau tidak memberi penjelasan yang memuaskan hati ini akan kubunuh
dirimu lebih dulu sebelum membuat perhitungan dengan sisetan tua"
Tampaknya si Pukulan sakti tanpa bayangan sudah mata gelap sehingga siapa saja dituduh
sebagai pembawa lari menantunya.
Sementara itu semua orang membungkam diri tanpa banyak bicara siapapun. Berselisih dengan
sipukulan sakti tanpa bayangan mencari penyakit buat diri sendiri. Hanya Kim Thi sia seorang yang
masih saja tertawa dingin tiada hentinya.
Dalam pada itu, sikap sipelajar bermata sakti nampak lebih tenang dan mantap pelan-pelan ia
berkata: "Aku merasa beruntung sekali bisa peroleh petunjuk dari cianpwee. Bila aku disuruh memberi
penjelasan, mungkin aku tak berkemampuan begitu, hanya saja aku dapat memberi sebuah
petunjuk kepadamu?" Sipukulan sakti tanpa bayangan ingin mengetahui kata-kata selanjutnya dengan cepat, buruburu
dia menyela: "cepat katakan, asal betul aku pasti akan memberi kebaikan untukmu"
"Itu sih tak perlu, cara pertama yang paling baik tentu saja mencari keterangan langsung
kepada pihak Tay sang pang .Jalan kedua, silahkan locianpwee mengunjungi Lembah Nirmala,
sedangkan cara yang ketiga......rasanya jauh lebih sulit lagi."
"Ngaco belo, benar-benar ngaco belo. Ayoh cepat katakan bagaimanakah caramu yang ketiga
itu" seru sipukulan sakti tanpa bayangan tidak sabar.
"Belakangan ini, didalam dunia persilatan telah muncul Lima naga satu burung hong. Konon
mereka adalah murid-murid kesayangan dari Pat pit thian ong si raja langit berlengan delapan dari
bukit sin bau toa san. Aku dengan orang-orang kenamaan dari daratan Tiong goan, bisa jadi
menantu cianpwee telah diculik oleh lima orang naga satu burung hong"
Paras mukanya Ang Thian tong segera menunjukkan kegelisahan yang amat sangat sesudah
mendengar perkataan ini. Sedang sipukulan sakti tanpa bayangan nampak termenung sebentar, kemudian serunya:
"Bocah keparat, kenapa bicaramu makin lama semakin melantur"
Lam Wi melirik sekejap kearah sipelajar bermata sakti, lalu serunya pula, sambil mendengus
dingin: "Hmmm, pendapatmu memang bagus sekali."
Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan melancarkan sebuah pukulan kearah lima orang jago
dari perkumpulan Tay sang pang itu.
Kelima orang jagoan tersebut pun bukan manusia sembarangan- Mereka sudah mengerahkan
tenaga dalamnya untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, begitu
serangan dilancarkan merekapun serentak melakukan perlawanan.
Pertarungan sengitpun berkobar dengan hebatnya, kedua belah pihak sama-sama
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk merobohkan lawan-
Kim Thi sia gembira sekali setelah menyaksikan peristiwa ini. Diapun bersiap-siap untuk terjun
kearena pertarungan- Pada saat itulah bergema suara gelak tertawa yang amat keras dari tengah udara. Suara
tertawa itu yang amat nyaring dan menggema tiada hentinya ditengah kegelapan malam, dari sini
bisa disimpulkan bahwa orang tersebut memiliki tenaga dalam yang teramat sempurna.
Walaupun gelak tertawa itu kedengarannya amat mengejutkan hati, akan tetapi para jago yang
hadir disitu rata-rata merupakan jagoan berilmu tinggi. Nyatanya mereka sama sekali tak
terpengaruh oleh gelak tertawa ini.
Ditengah gelak tertawa yang amat nyaring inilah, kembali muncul dia orang manusia.
Ketika melihat kehadiran dua orang tersebut, kelima orang jago dari perkumpulan Tay sang
pang itu segera menunjukkan wajah berseri.
orang yang baru datang itu memiliki perawakan badan setinggi tujuh depa, Jenggotnya panjang
dan jubahnya berwarna hijau, hidung belang, mata tajam dan wajahnya amat licik serta
menyeramkan- Ternyata orang ini tak lain adalah kelima perkumpulan Tay sang pang, sipukulan sakti
penggetar langit Khu It cing, sedang dibelakangnya mengikuti si utusan beracun Hon chin.
Dengan sorot matanya yang tajam sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing memperhatikan
sekejap kesekeliling arena lalu dengan senyum tak senyum ia berkata:
"Setelah kehadiran sobat sekalian disini, rasanya bila aku tak datang sendiri, kalian akan
menganggap aku Khu It cing kurang bersahabat. Sekarang aku tak ambil perduli apa maksud
kedatangan kalian semua, paling tidak aku adalah tuan rumah disini, mumpung jarak dari sini ke
Siau yan lo tak begitu jauh bagaimana kalian memberi muka kepadaku dengan ikuti aku kesana?"
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera tertawa tergelak.
"Haaaaah.....haaaaaah......haaaaah.......sudah lama kukagumi nama siau yau lo. Beruntung
sekali aku bisa membuka mata hari ini" Kim Thi sia tak mau kalah, serunya pula:
"Sekalipun harus memasuki sarang naga gua harimau, aku Kim Thi sia tetap akan
mengunjunginya pula"
"Bagus sekali" seru Khu It cing kemudian- "Kalau toh kalian bersedia memberi muka untukku.
Nah Yap tongcu, Cu tongcu, cepat membawa jalan....."
Dua orang anak buahnya segera mengiakan dan beranjak lebih dulu meninggalkan tempat
tersebut. Walaupun semua orang tahu bahwa kepergian mereka kali ini tak akan membuahkan
keberuntungan, akan tetapi tak seorangpun yang berbicara, bagaimanapun juga mereka enggan
memperlihatkan kelemahan sendiri dihadapan orang lain- Sebab itu, biarpun harus mendaki bukit
golok terjun ke kuali berminyak mendidih, mereka tidak akan menolak.
Sipukulan sakti tanpa bayangan bersama putranya Ang Thian tong berjalan lebih dulu
mengikuti dibelakang musuhnya sipelajar bermata sakti, Yu Hong dan Li Beng po bertiga menyusul
pada rombongan kedua, sedangkan Kim Thi sia dan Lam wi mengikuti dipaling belakang.
Setelah melewati sebuah tikungan bukit loteng, Siau yau lo telah nampak didepan mata.
Tak lama kemudian sampailah mereka didepan gedung itu, pintu gerbang nampak terpentang
lebar, cahaya lentera memancarkan sinarnya menerangi setiap sudut ruangan-
Ketika para anggota perkumpulan melihat kedatangan tamunya, ternyata tak seorangpun yang
menghalangi jalan perginya .
Dengan menelusurijalan besar, secara mudah mereka tiba dibawah sebuah bangunan loteng
yang amat tinggi. Waktu itu semua orang sudah mengambil tempat duduk maka Kim Thi sia dan
Lam wipun segera mencari tempat duduk yang kosong.
Tak lama kemudian, ketua Tay sang pang sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing bangkit
berdiri dari tempat duduknya, sambil mengangkat cawan arak. ia berseru lantang:
"Jarang sekali aku mendapat kesempatan sebaik malam ini untuk menyelenggarakan suatu
pertemuan, apalagi pertemuan yang dihadiri dua orang murid dari dua tokoh termashur dalam
dunia persilatan, ditambah lagi kehadiran ketua Tay sang pang dari tepi perbatasan- benar-benar
suatu kehormatan besar untukku. Nah, silahkan saudara sekalian mengeringkan secawan arak
lebih dahulu" Selesai berkata dia mengeringkan isi cawannya lebih dulu.
Namun tak seorangpun dari tamunya yang menanggapi ajakan itu, jangan lagi mengeringkan
isi cawan, menyantun cawan arakpun tidak.
Sudah barang tentu Khu It cing dapat menyaksikan kejadian ini secara jelas sekalipun hati
kecilnya tak senang namun ia tak sampai hati untuk mengumbar hawa amarahnya dalam keadaan
begini. Setelah berhenti sejenak. Khu It cing memperhatikan kembali kawanan jago tersebut dengan
mata siangnya, kemudian berkata lebih jauh:
"Aku cukup memahami maksud kedatangan anda sekalian, tapi ada satu hal perlu kujelaskan
dulu. Yu Kiem adalah menghianat partai, soal ini menyangkut urusan rumah tangga kami yang tak
bisa dicampuri urusan orang luar. Tentang lenyapnya menantu ketua Ang, aku berani bersumpah
tidak tahu menahu. Kuharap saudara sekalian dapat memahami dan memaklumi keadaan ini."
"Hmmm, maknya" tiba-tiba Kim Thi sia berteriak keras. "Perkumpulan apaan Tay sang pang ini,
aku mah tak ambil perduli urusan rumah tangga atau bukan. Pokoknya jika kalian tidak
membebaskan Yu Kiem maka siauya akan segera membakar habis gedung atau yau lo ini"
Teriakannya yang begitu lantang seketika membangkitkan hawa amarah itu dari para jago
perkumpulan Tay sang pang. Hampir bersamaan waktunya mereka berpaling dan melotot kearah
pemuda tersebut. Sedangkan sipelajar bermata sakti tertawa dingin tiada hentinya.
Mendadak...... Belasan orang lelaki kekar yang berdiri ditepi arena melompat bangin bersama-sama dan
menghampiri Kim Thi sia, dengan mata mendelik mereka berteriak: "sobat, tak usah berkaok-kaok
terus disini, kalau berani kita berbicara diluar saja."
Kesepuluh orang lelaki kekar itu kesemuanya memakai baju biru dengan senjata tersoren
dipinggang, wajahnya keren dan tenaganya sempurna. Sambil tertawa dingin Kim Thi sia balas
menjengek: "Apa salahnya kalau berbincang disini saja?"
Belum habis perkataan itu diutarakan seorang lelaki bermata tajam telah mendesak maju
secara tiba-tiba dan secepat kilat mencengkeram jalan darah Sang hi hiat ditubuh pemuda itu.
Dalam waktu singkat belasan orang lelaki kekar itu telah mengepung Kim Thi sia ditengah
arena. Suasana menjadi amat tegang.
Kontan saja Kim Thi sia naik darah setelah diperlakukan begitu, melihat datangnya sambaran
tersebut cepat-cepat doa menarik lengan kirinya kebelakang, sementara telapak tangan kanannya
didorong kedepan-" Duuuuukkkk. ....."
Lelaki kekar itu segera terhantam hingga mundur sejauh dua langkah kebelakang.
Dalam pada itu ketua Tay sang pang Khu It cing cuma tertawa dingin tiada hentinya tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Setelah berhasil berdiri tegak. lelaki kekar tadi kembali membentak nyaring. "Bocah keparat,
kau berani bersikap kasar" Saudara sekalian, beresi bajingan ini"
Dalam waktu singkat deruan angin pukulan telah menyambar kian kemari, tubuh Kim Thi sia
seketika terkepung ditengah arena.
Kim Thi sia berpekik nyaring, dengan cepat dia menggunakan dua jurus terdahsyat dari ilmu
Tay goan sinkang yakni jurus mati hidup ditangan nasib dan kelembutan mengatasi air dan api.
Begitu dua serangan tersebut dilontarkan bayangan pukulan yang berlapis-lapis segera
mengurung sepuluh orang musuhnya ditengah ancaman mautnya. "Duuuukkkkkk Duuuuukkkkk
Duuuukkkkk" Beruntun kedengaran suara benturan keras yang saling menyusul, berapa orang lelaki kekar
diantaranya segera tergetar mundur sejauh empat lima langkah sembari memegangi dada sendiri,
rasa kaget dan ngeri jelas terpancar dari balik wajahnya.
Mendadak...... "Berhenti" terdengar seseorang membentak keras.
Waktu itu Kim Thi sia sedang asyik bertarung, ia sama sekali tidak menggubris teriakan
tersebut. Bacokan demi bacokan dilancarkan terus secara gencar.
Sebaliknya kesepuluh orang lelaki itu serentak mengundurkan diri setelah mendengar bentakan
ini. Akibatnya beberapa orang diantaranya yang sial kena dihajar oleh Kim Thi sia hingga roboh
terjungkal diatas tanah. Pelan-pelan muncullah seorang kakek ceking dihadapan anak muda itu.
JILID 44 Begitu melihat tampang muka orang tersebut, sambil tertawa dingin Kim Thi sia segera
berseru: "ooooh, rupanya kau adalah Yap tongcu bagus sekali, bagaimana kalau kita bertarung berapa
ratus jurus lagi?" Ternyata kakek ceking itu tak lain adalah satu diantara dua belas tongcu perkumpulan Tay sang
pang, si Utusan langit Yap Jit beng.
Sambil menarik mukanya yang seram Yap Jit beng mendengus dingin, tiba-tiba saja ia
melancarkan sebuah cengkeraman maut kedepan. cengkeraman itu dilancarkan dengan
menggunakan satu diantara jurus-jurus ilmu Thian sim heng.
Kim Thi sia yang tidak mengenal kelihayan lawan sama sekali tidak melakukan sesuatu
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tindakanpun. Menanti ia sadar akan datangnya ancaman bahaya, untuk berkelit sudah tak sempat
lagi. "Breeeettt......"
Tak ampun lagi pakaian dibagian bahunya kena tersambar hingga robek besar sekali. Kim Thi
sia sangat gusar, dia segera melancarkan serangan balasan sambil teriaknya:
"Hey si jenggot ceking, cakar setanmu hebat betul. Ayoh coba dilancarkan sekali lagi."
Dengan suatu gerakan yang cekatan Yap Jit beng berkelit kesamping menghindarkan diri dari
serangan Kim Thi sia, kemudian serunya dingin:
"Bocah keparat, kau kelewat sombong tempo hari aku pernah membebaskan dirimu. Tapi hati
ini.... hmmmm, jangan harap bisa lolos kembali. Hari yang sama pada tahun mendatang
merupakan hari ulang tahun kematianmu yang pertama"
Selesai berkata ia mendesak maju kemuka, tiba-tiba saja sepasang telapak tangannya diputar
balik sambil mendorong kedepan- Dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat segera saling
bertemu satu sama lainnya. "Blaaaaammm....."
Ditengah benturan yang amat keras Kim Thi sia tak sanggup lagi berdiri tegak. Tubuhnya roboh
terpelanting diatas tanah.
Semua jago menjadi gempar, Lam wi menggerakkan pula tangan kanannya siap
membangunkan pemuda tersebut.
Namun Kim Thi sia telah merangkak bangun dengan amat cepatnya, merah padam selembar
wajahnya, tanpa mengeluh ataupun mengucapkan sepatah katapun dia menerjang kembali
kedepan sambil melepaskan pukulan dahsyat. Dengan penuh kegusaran Yap Jit beng segera
membentak: "Bocah keparat, nampaknya kau benar-benar sudah bosah hidup."
Ia menarik napas panjang, dada dan lambungnya segera ditarik lima inci kedalam, kemudian
sambil membentak nyaring, telapak tangannya diputar sambil mendorong kedepan-Angin pukulan
yang maha dahsyatpun segera meluncur kedepan dengan cepatnya.
Kali ini Yap Jit beng telah menggunakan sepuluh bagian tenaga dalamnya. ia berhasrat
membinasakan Kim Thi sia diujung pukulannya, maka begitu sepasang tangan mereka saling
bertemu. Kim Thi sia yang memang lemah dalam tenaga dalam kontan saja tergetar hingga
mencelat sejauh berapa kaki kebelakang, kepalanya menjadi pusing tujuh keliling. Matanya
berkunang-kunang dan hampir saja ia tak sanggup merangkak bangun kembali. Anggap semua
orang waktu itu, Kim Thi sia pasti akan mampus saat ini.
Pelajar bermata sakti yang melihat peristiwa itu kontan saja berseru sambil mendengus dingin.
"Hmmm, sampai akupun merasa kehilangan muka karena perbuatanmu itu......"
Ternyata serangan yang dipergunakan Kim Thi sia barusan adalah jurus serangan yang
diajarkan ciang sianseng kepadanya. Tapi sayang berhubungan tenaga dalamnya kurang
sempurna, dia tak mampu menunjukkan kehebatan dari serangannya itu. Yu Hong segera berseru
tertahan- Tapi saat itulah mendadak terdengar Yap Jit beng mendengus tertahan dan ikut roboh
terjungkal keatas tanah. Pelan-pelan Kim Thi sia merangkak bangun, sewaktu melihat Yap Jit beng roboh terkapar, dia
masih mengira hal itu merupakan hasil serangannya.
Dipihak Tay sang pang, suasana pun menjadi gempar setelah melihat tongcu mereka roboh
terjungkal, serentak mereka maju kedepan-
"Jangan bertindak sembarangan" tiba-tiba terdengar seseorang berteriak nyaring. Rupanya
ketua Tay sang pang Khu It cing yang mencegah anak buahnya maju kedepan-
Hampir pada saat yang bersamaan, dari luar gedung kedengaran suara suitan yang berpekik
saling bersahutan. Mendengar suara suitan itu, sambil tertawa seram Khu It cing segera bergumam:
"Heeeeh.....heeeeeh......heeeeeh.......entah darimana lagi yang datang berkunjung?"
Kemudian dengan suara keras dia berseru:
"Apa yang hendak kusampaikan telah diselesaikan kuutarakan, kalian boleh pergi sekarang"
Habis berkata dia segera mengundurkan diri dari situ.
"Jangan kabur" teriak Kim Thi sia tiba-tiba.
Dengan suatu gerakan cepat dia mengejar dari belakang.
Lam wi menggerakkan badannya pula menyusul dari belakang pemuda tersebut. Saat itulah
dari luar kedengaran ada orang berteriak keras:
"ciu tong kongcu dari Kim kong kau serta thameu harimau naga Si Goanpah datang
berkunjung" Lam wi segera nampak bangga dan gembira setelah mendengar seruan nyaring tadi.
Ketika tiba diluar lorong, mereka berdua melihat Khu It cing masih berlarian dimuka, segera
pengejaran dilakukan dengan lebih ketat.
"Hey bajingan tua, mau kabur kemana kau?" teriak Kim Thi sia keras-keras.
Mendadak ia melancarkan serangan dengan jurus "kejujuran meretakkan batu emas".
kelihatannya serangan tersebut segera akan mencapai sasaran secara telak. Disaat yang kritis
inilah, tiba-tiba.... "Aduuuuuh........"
Lam wi yang mengikuti dari belakang menjerit tertahan, kemudian bayangan tubuhnya lenyap
tak berbekas. dalam keadaan begini tak mungkin lagi buat Kim Thi sia untuk melanjutkan pengejaran-Dia
segera membalikkan badan melakukan pemeriksaan, tapi aneh sekali, keadaan disitu tetap seperti
sedia kala tanpa gejala apapun untuk sesaat pemuda itu jadi tertegun dan tidak habis mengerti.
Tiba-tiba...... Dari atas tiang besar disisinya muncul sepasang tangan raksasa yang mengancam tubuhnya.
Kim Thi sia tidak begitu menaruh perhatian terhadap hal tersebut, tak ampun pinggangnya
kena dirangkul sepasang tangan raksasa itu erat-erat. Menyusul kemudian tiang besar itu
terperosok jatuh kedalam tahan- dalam waktu singkat tibalah ditengah sebuah ruang bawah
tanah. Kim Thi sia segera sadar kalau terjebak. serentak dia meloloskan pedang Leng gwat kiamnya
sambil membacok lengan raksasa itu secara bertubi-tubi, begitu mencapai atas tanah, ia melihat
ada sebuah jalan setapak membujur kesana, maka diapun berjalan menelusurinya .
Sementara dia masih berjalan, tiba-tiba terlihat olehnya Lam wi dengan tubuh basah kuyup
sedang berjalan keluar dari sudut ruangan-
Kim Thi sia kegirangan setengah mati, selesai berunding mereka berduapun melanjutkan
perjalannnya menelusuri jalan setapak tadi.
Sepanjang jalan Lam wi menyeka wajahnya dari butiran air, sementara tangannya kelihatan
gemetar keras. Rupanya meski ia memiliki ilmu silat yang luar biasa, tapi sayang tidak mengerti ilmu berenang.
Akibatnya begitu terjebur kedalam penjara air, tubuhnya menjadi basah kuyup dan keadaannya
mengenaskan sekali. Kim Thi sia tak tega melihat keadaan rekannya itu, cepat-cepat dia menyeka wajahnya dengan
ujung bajunya. Dengan manja Lam wi menjatuhkan diri bersandar diatas dadanya, lalu sambil mendekap
pemuda itu erat-erat serunya gemetar: "oooh........dingin........dingin sekali......."
Kim Thi sia mengira rekannya masih dicekam rasa kaget, dengan lembut diapun menghibur:
"Saudara Lam tak usah takut, kalau memang takut dingin, lepaskan dulu pakaianmu yang
basah itu." "Kalau kulepas pakaianku yang basah, lantas aku mesti memakai apa?"
"Kalau begitu pakailah jubahku lebih dulu mau bukan?" sambil berkata Kim Thi sia melepaskan
jubah luarnya. Tapi Lam wi mendekap Kim Thi sia semakin erat katanya lagi:
"ogah, aku tak mau memakai bajumu"
sikap maupun gerak gerik tak berbeda seperti anak gadis.
Terpaksa Kim Thi sia mengurungkan niatnya, ia menyaksikan pakaian yang basah membungkus
tubuhnya yang kecil ramping. Wajahnya nampak agak putih kepucat-pucatan-Ketika melihat
bagian dadanya, ia seperti menyaksikan dua gumpalan bola daging yang cukup besar menonjol
disitu. Yang jelas ia merasa tak memiliki gumpalan bola daging seperti itu.
Dasar bodoh, Kim Thi sia tidak berpikir lebih lanjut, dia hanya menganggap kejadian tersebut
wajar saja. Saat itulah tiba-tiba terdengar Lam wi berkata:
"Aku sangat lelah bagaimana kalau beristirahat sebentar sebelum meneruskan perjalanan?"
Sebenarnya Kim Thi sia bermaksud kabur dulu dari ruang bawah tanah sebelum berbuat lain,
tapi setelah melihat wajah Lam wi yang penat, pakaiannya yang basah kuyup, diapun berpikir:
"Sebagai seorang lelaki, ia benar-benar tak becus, baru tercebur kedalam air, keadaannya
sudah berubah begini rupa. percuma saja dia belajar ilmu silat"
Mendadak..... Dari langit-langit ruangan itu terdengar ada dua orang sedang berbincang-bincang, salah
seorang diantaranya terdengar sedang berkata:
"Yap tongcu telah berpesan untuk menangkap hidup, hidup dua orang tawanan kita yang
terjerumus kebawah. Li Piau, kita harus segera masuk melalui gua nomor tiga."
Agaknya orang yang dipanggil Li Piau tidak sependapat dengan rekannya, terdengar dia
berkata: "Apa sesungguhnya menangkap hidup,hidup" Kim Thi sia sudah tertangkap tangan Buddha,
jelas jiwanya tak akan melayang, berbeda dengan orang yang tercebur kedalam penjara air. Kita
mesti menolong lebih dulu, kalau kita sampai membiarkan dia banyak minum air, wajah kita bakal
berani. Hey si antik, aku rasa kita mesti pergi kepenjara air dulu, untuk pergi kepenjara air
seharusnya kita jangan lewat gua nomor tiga bukan?"
"Betul...Betul... Nampaknya kau lebih pintar dari padaku, baru saja aku minum berapa mangkuk
arak, sekarang kepalaku mulai pusing.....yaaa, kita mesti lewat jalan yang mana......?"
"coba lihat, makin lama kau semakin tak berguna saja" terdengar Li Piau berkata lagi. "Bicara
soal ilmu silat, aku Li Piau memang tak mampu mengunggulimu, tetapi takaran arakku jauh lebih
hebat dari padamu. Aku rasa kita mesti turun lewat gua nomor tujuh"
"Li Piau, kau jangan ngoceh terus, selesai bertugas nanti bagaimana kalau kita beradu seratus
cawan arak lagi" Sementara itu Kim Thi sia telah dibuat terperanjat sekali setelah mendengar pembicaraan itu,
langsung dia mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. Ternyata seluruh
dinding gua tersebut dari baja murni, hal ini menunjukkan bahwa usahanya untuk keluar dari situ
bukan suatu pekerjaan yang mudah.
cepat-cepat Kim Thi sia menerobos maju kedepan, dia melihat dari tempat tersebut mencorong
masuk cahaya rembulan, cepat-cepat tubuhnya melejit keatas. "Bluuuukkk"
Tampak Kim Thi sia terjatuh kembali sambil memegangi batok kepala sendiri dan berkaok-kaok
kesakitan- Ternyata diatas lubang kecil itu dipasang terali besi yang amat besar, karena sama sekali tak
menduga akan hal tersebut, tentu saja batok kepala anak muda itu menjadi kesakitan setengah
mati. Sementara itu Lam wi telah berjalan mendekat sambil menghibur dengan suara lembut:
"Saudara Kim, lebih baik berhematlah dengan tenagamu"
Kim Thi sia tidak menggubris anjuran tersebut, sekali lagi dia mengerahkan tenaganya untuk
menggempur, tapi akibat dari gempuran tersebut kembali kepalanya terasa pusing tujuh keliling.
Pandangan matanya berkunang-kunang dan telinganya terasa mendengung keras sekali.
Sekali lagi usahanya untuk menerobos keluar dari tempat tersebut mengalami kegagalan total.
"Nah, coba lihat sendiri" seru Lam wi kemudian- "Siapa suruh kau tak menuruti perkataanku,
akibatnya mencari penyakit buat diri sendiri."
Hawa amarah berkobar dengan hebatnya didalam dada pemuda itu, dengan gemas dia melotot
sekejap kearah rekannya, lalu berseru angkuh: "Saudara Lam, lihat saja nanti"
Kali ini dia telah menghimpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya sambil melejit keatas.
"Blaaaaammmm......."
Benturan keras yang terjadi kali ini segera membuat anak muda itu roboh terkapar diatas tanah
dan untuk berapa saat lamanya tak mampu untuk merangkak bangun kembali. Agaknya anak
muda itu sudah jatuh pingsan-
Sebagaimana diketahui Kim Thi sia merupakan seorang pemuda yang keras kepala serta tak
pernah mengaku kalah kepada siapapun. Akibatnya dia terlalu tak tahu diri serta tak ammpu
menilai kekuatan sendiri.
Lam wi menjadi amat terperanjat setelah melihat kejadian ini, buru-buru dia menotok dua buah
jalan darahnya. Tak selang berapa saat kemudian.....
Kim Thi sia berseru tertahan dan merangkak bangun dari atas tanah.
Steelah beristirahat sejenak. tiba-tiba saja dia teringat kembali dengan pedang Leng gwat
kiamnya, diam-diam ia berpiklr. "Dasar tolol, kenapa aku lupa dengan senjataku itu"
Dengan suatu gerakan cepat dia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya.
Dibawah cahaya rembulan terlihat pancaran cahaya tajam berkilauan dari tubuh pedang
tersebut serta menyebar kemana-mana.
Dengan memnggenggam pedangnya kencang-kencang, ia segera maju kedepan sambil
melakukan babatan- Pedang Leng gwat kiam memang nyata sebilah pedang mestika yang tajam sekali. "Sreeeet
Sreeeet Sreeeeet" Diiringi tiga kali desingan tajam, ketiga batang terali besi sebesar kepalan diatas
langit-langit gua itu seketika terpapas kutung dan rontok keatas tanah.
Tak terlukiskan rasa girang Kim Thi sia setelah menyaksikan keberhasilannya itu.
Sedangkan Lam wi memuji dengan suara hambar:
"Pedang mestikamu memang nyata sekali sebilah pedang hebat"
"Saudara Lam, mari kita keluar dari sini secepatnya" seru Kim Thi sia cepat-cepat.
Steelah menyimpan kembali pedangnya kedalam sarung, dia menerobos keluar lebih dulu
melalui lubang gua tadi. Mendadak....... "Bocah keparat, kau berani menjebol penjara untuk melarikan diri?" suara bentakan keras
bergema memecahkan keheningan-
Menyusul suara bentakan itu, tampak empat lima sosok bayangan hitam berkelebat lewat
dengan kecepatan luar biasa.
Waktu itu Kim Thi sia sudah menahan rasa mendongkolnya dan tak ada tempat pelampiasan-
Melihat datangnya musuh yang menyerang, kontan saja dia menghimpun kekuatan tubuhnya serta
melepaskan dua buah serangan berantai yang amat gencar.
Mencorong sinar tajam dari balik mata keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu, setelah
mengawasi sekejap sekeliling tempat itu mereka segera mengepung Kim Thi sia ditengah arena.
Empat gulung angin pukulan yang maha dahsyat menyambar tiba dalam waktu singkat Kim Thi
sia segera terdesak mundur sejauh satu kaki lebih.
Melihat musuhnya tergetar mundur, keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu mendesak maju
lebih kedepan sambil tertawa dingin mereka menjengek sinis: "Bocah keparat, hendak kabur
kemana kau?" Sementara mengejek. tubuh mereka sama sekali tak menganggur. Dengan menghimpun
kekuatan yang dimilikinya, kembali delapan gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat bak
gulungan ombak ditengah samudra melanda kedepan-
Kim Thi sia membungkam diri dalam seribu bahasa, diam-diam ia mengerahkan ilmu ciat khi mi
khinya, meski akibat gempuran tersebut tubuhnya tergetar mundur berulang kali, namun secara
paksakan diri ia masih sanggup untuk menahan diri.
Melihat kemampuan musuhnya, kelima orang lelaki kasar itu saling berpandangan sekejap. lalu
sambil tertawa dingin sekali lagi mereka ayunkan tangan melancarkan seranganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Kim Thi sia segera mengincar salah seorang musuhnya, lalu melepaskan sebuah serangan
balasan- Dengan sikap lelaki kekar berbaju biru itu mengayunkan tangannya menyambut ancaman tadi.
"Blaaaammmm....."
Begitu empat tangan saling beradu satu sama lainnya, terjadilah suara benturan keras yang
memekikkan telinga, seketika itu juga lelaki kekar tadi tergetar mundur sejauh dua langkah.
Diiringi caci maki yang sengit kelima orang lelaki itu segera melancarkan serangan kembali.
Mendadak...... Salah seorang diantara mereka berteriak keras:
"cepat kejar, keparat yang satunya berusaha melarikan diri, cepat kalian hadang jalan
perginya......." Belum habis teriakan itu, dua orang rekannya sudah melejit kedepan serta melakukan
pengejarandalam repotnya Kim Thi sia sempatkan diri untuk melirik sekejap kedepan, ia menemukan Lam
wi sedang berusaha melarikan diri dari sana.
Rasa gusar dan gemas segera berkecamuk dalam benak Kim Thi sia, ia segera mengubah
semua perasaannya itu menjadi kekuatan, diiringi bentakan keras, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan ketubuh seorang lelaki berbaju biru.
Lelaki kekar itupun bukan jagoan yang berkepandaian lemah, serta merta dia melontarkan pula
sepasang tangannya kedepan. "Blaaaammmm......."
Ledakan keras kembali menggelegar memecahkan keheningan, diantara pasir dan batuan yang
beterbangan kemana-mana, lelaki berbaju biru itu nampak terpental kebelakang, memuntahkan
darah segar dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Melihat keberhasilannya ini, ia tertawa seram, sekali lagi dia melepaskan serangan dengan jurus
"angin menggoncangkan pohon siong" dari Tay goan sinkangnya.
dalam serangan kali ini, dia telah sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, belum lagi
ancamannya tiba, batu dan pasir yang beterbangan memenuhi angkasa telah mencekatkan hati
kedua orang lawannya. Dengan cepat enam tangan saling beradu satu sama lainnya, lelaki-lelaki berbaju biru itu
segera tergetar mundur sejauh tiga kaki lebih lalu rontok keatas tanah dan tak mampu merangkak
bangun lagi. Sebaliknya Kim Thi sia sendiripun terpental jauh sekali, punggungnya menumbuk diatas
sebatang pohon besar. "Blaaaammmm" Daun dan ranting berguguran ketanah, tapi pemuda itu tertawa keras, dengan cepat dia
melompat bangun dan selangkah demi selangkah maju mendekat kemuka.
Biar suara tertawanya amat nyaring, sayang langkahnya kelihatan mulai gontai, mukanya
penuh berpelepotan darah, jelas luka yang dideritanya cukup parah.
Mendadak....... Beberapa kali suara bentakan keras bergema memecahkan keheningan, lalu terdengar desingan
angin tajam dan muncullah tiga sosok bayangan manusia ditengah arena.
"Aku akan beradu jiwa dengan kalian" bentak Kim Thi sia keras-keras.
Dengan mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, dia melancarkan sebuah pukulan kedepan-
Tapi dengan cepat pemuda itu berseru tertahan. lalu roboh terjungkal keatas tanah.
Rupanya dibawah kerubutan beberapa orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang tadi, Kim
Thi sia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya berusaha menghalau serangan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
musuh dan menanti bala bantuan dari rekannya Lam wi.
Siapa tahu belum sempat serangan tersebut dilontarkan keluar, lima gulung tenaga serangan
yang maha dahsyat bak bukit Tay san yang runtuh saja, serentak menggempur keatas dadanya.
dalam keadaan begitu, buru-buru Kim Thi sia mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya untuk
menahan serangan mana. Sayang sekali keadaan sudah terlambat dia mendengus tertahan dan tubuhnya roboh terpental
keatas tanah. Tapi pada saat yang bersamaan, kelima enam orang jagoan dari Tay sang pang pun turut
roboh terjungkal keatas tanah.
Pada saat itulah Lam wi muncul kembali ditepi arena, terdengar ia berseru sambil tertawa
dingin: "Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh.....siapa saja yang bosan hidup silahkan maju kedepan-"
Disaat dia berbicara, Kim Thi sia kembali merangkak bangun sembari memegangi batok kepala
sendiri, terdengar ia bergumam:
"Huah, sungguh tak kusangka beberapa orang cecunguk dari Tay sang pang memiliki tenaga
dalam yang begini sempurna."
"Saudara Lim, kau tidak terluka bukan?" tanya Lam wi sambil maju menghampirinya.
"Hmmm, hanya mengandalkan kemampuan dari beberapa orang cecunguk ini, bagaimana
mungkin ia mampu melukai diriku?"
Tiba-tiba dia menyaksikan keenam, tujuh orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang itu
sudah roboh binasa semua, dengan perasaan tak habis mengerti pemuda itu berpikir lagi:
"Munginkah mereka tewas karena pengaruh ilmu ciat khi mi khi ku" Tapi hanya kepandaianku
tak seberapa hebatnya." Sementara dia masih termenung, Lam wi telah menjelaskan:
"Saudara Kim, tak usah diperiksa lagi, mereka tewas karena jalan darah sang Hiatnya sudah
terhajar sebatang jarum emasku." Mendengar itu, Kim Thi sia segera berpikir: "Sungguh keji
caramu membunuh orang."
Tapi setelah melihat keadaan rekannya yang begitu mengenaskan, ia pun berseru pula: "Ya a,
mereka memang pantas dibunuh, pantas dibunuh." Menyusul kemudian dia berkata lagi:
"Saudara Lam, lebih baik kita tinggalkan tempat ini secepatnya"
Waktu itu Lam wi memang merasa amat letih, mendengar ajakan tersebut ia segera
mengangguk seraya berkata:
"Ya a, bajuku yang basah kuyup memang harus ditukar secepatnya, kalau hendak pergi kita
harus pergi sebelum bala bantuan mereka tiba. Kalau tidak. kita pasti akan kerepotan sendiri,
bukan begitu saudara Kim?"
Sesungguhnya Kim Thi sia berniat melakukan penyelidikan digedung Siau yau lo tapi setelah
Lam wi berkata begitu, diapun tidak bersikeras lagi, maka berangkatlah mereka berdua
meninggalkan gedung ini. dalam keadaan begini Kim Thi sia tidak memperhatikan arah perjalanan lagi, begitu
meninggalkan gedung atau yau lo, mereka segera menempuh perjalanan hampir satu jam
lamanya. Makin berjalan Lam wi semakin merasakan keadaan yang tak beres, saat itu mereka berdua
telah tiba ditepi sungai, sebuah perahu kecil sedang membuang sauh disitu. sambil menghentikan
perjalanan Lam wi berbisik:
"Saudara Kim, bagaimana kalau kita beristirahat diatas kapal saja" Aku rasa disitu tentu lebih
aman?" Kim Thi sia memang lagi kebingungan, mendengar itu diapun mendekati perahu tadi dan
berseru: "Hey pemilik perahu, kami ingin menyewa perahumu"
Tampaknya sipemilik perahu terjaga dari tidurnya karena teriakan Kim Thi sia, dia membuka
mata dan memandang sekejap keadaan cuaca. Lalu sahutnya kemalas-malasan: "Tuan, sekarang
hari masih gelap. kami tak bermaksud untuk berlayar." Tak sampai perkataan itu selesai
diutarakan, Lam wi telah menyela:
"Tak apa kalau tak ingin berlayar sekarang, tapi kami sudah memastikan diri untuk menyewa
perahu ini. Hey pemilik perahu, kau boleh tidur sekarang dan baru berangkat esok pagi. Hantar
kami kekota terdekat, pokoknya akan kubayar sewa perahunya lipat dua."
Lalu tanpa menunggu persetujuan dari pemilik perahunya lagi, Lam wi ikut melompat naik
keatas perahu disusul Kim Thi sia.
Walaupun sipemilik perahu nampaknya keberatan, tapi setelah memegang uang, iapun tak
banyak bicara lagi dan segera bergeser dari tempatnya.
Lam wi memandang sekejap kearah Kim Thi sia, mendadak ia mendorong pemuda itu sambil
serunya: "Sekarang masuklah dulu dalam ruangan perahu, aku hendak mengeringkan pakaian dulu
diluar." Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, lalu tanpa banyak bicara masuk keruang dalam.
Memandang bayangan punggungnya sekulum senyuman segera menghiasi wajah Lam wi,
diapun duduk diujung perahu bermaksud mengeringkan pakaiannya yang basah.
Tapi gara-gara perbuatannya ini, tanpa ia sadar racun keji telah menyusup kedalam tubuhnya
serta mengancam jiwanya. Ternyata air yang berada didalam penjara air gedung Siau yau lo telah dicampuri racun yang
amat keji sebab Khu It cing sadar bahwa penjara air yang umum tak mungkin bisa mengurung
jagoan lihay apalagi melukai serta membunuhnya.
oleh sebab itulah diapun memohon bantuan dari si utusan racun Goa chin sebagai seorang ahli
racun untuk mencampuri sejenis racun kedalam air penjara itu. Barang siapa tercebur kesitu dan
meneguk air penjara niscaya dia akan keracunan yang menyebabkan kematian-
Sejak didirikan, entah sudah banyak jiwa yang melayang dalam penjara air tersebut.
Ketika Lam wi tercebur tadi, beruntung seali ia tak sampai meneguk air penjara tersebut,
namun tubuhnya cukup lama berendam dalam air beracun itu ditambah lagi setelah basah kuyup
dia enggan tukar pakaian-
Bukan hanya begitu, dalam keadaan demikian ia sempat bertarung pula dengan jag-jago dari
perkumpulan Tay sang pang, akibatnya sari racunpun secara pelan-pelan menyusup masuk
kedalam tubuhnya melalui pori-pori badannya.
Masih untung tenaga dalam yang dimiliki Lam wi cukup sempurna sehingga sari racun tersebut
sempat dibendung untuk sementara waktu, tapi bibit racunnya sempat tertanam dalam tubuhnya
tanpa dia sadari. Sementara itu Kim Thi sia telah menerobos masuk kedalam ruang perahu dan merebahkan diri
untuk beristirahat. Setelah melakukan pertarungan sengit dan menempuh perjalanan cukup jauh, Kim Thi sia
merasa tubuhnya agak penat, begitu pejamkan mata diapun tertidur dengan nyenyaknya.
Entah berapa lama sudah berlalu, tatkala ia membuka matanya kembali secercah cahaya pagi
telah mencorong masuk melalui celah-celah jendela.
Pelan-pelan Kim Thi sia menggeserkan badannya, mendadak ia merasa ada orang tidur
disisinya, orang itu tertidur dengan napas yang amat berat.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, dengan cepat dia membalikkan badan untuk
memeriksa. Ternyata Lam wi tidur melingkar disisinya, napas berat yang terdengar tadi tidak lain berasal
dari hidungnya. Kim Thi sia mencoba memeriksa air mukanya, tampak wajah Lam wi merah dadu bagaikan
bunga tho, ketika ia mencoba meraba jidatnya, segera tangannya menyentuh jidat yang amat
panas. Kim Thi sia segera sadar bahwa Lam wi telah jatuh sakit, perasaan hatinya mulai tak tenang.
Mendadak Lam wi menggerakkan tubuhnya dan pelan-pelan membuka matanya kembali,
sewaktu menyaksikan Kim Thi sia berada disisinya, sekulum senyuman segera tersungging diujung
bibirnya. Tiba-tiba Lam wi merintih: "Dingin-.....dingin-....."
Mendengar itu cepat-cepat Kim Thi sia melepaskan jubah luarnya dan diselimutkan diatas
tubuhnya tapi Lam wi masih saja berteriak kedinginan-
Kim Thi sia menjadi kebingungan setengah mati, akhirnya karena kehabisan akal diapun
memeluk tubuh Lam wi erat-erat, maksudnya hendak menghangatkan tubuh rekannya dengan
panas tubuhnya. Ternyata cara tersebut memang amat manjur, begitu tubuh Lam wi sudah dipeluk erat-erat
iapun tidak berteriak kedinginan lagi.
Tak lama kemudian fajarpun telah menyingsing, Kim Thi sia mencoba memperhatikan wajah
Lam wi, tiada rasa sakit atau mengeluh yang terpancar dari balik mukanya. Keadaan mana sedikit
banyak melegakan juga hatinya.
Sementara itu sipemilik perahu telah bangun dari tidurnya dan mendayung perahu itu
menelusuri sungai. Kim Thi sia tak ingin membangunkan rekannya, diapun tidak melepaskan pelukannya karena
takut membangunkan Lam wi dari tidurnya.
Waktu itu kebetulan sekali tangan kanan Kim Thi sia berada diatas dada Lam wi, setelah
dipeluk sekian lama, mendadak pemuda kita menemukan sesuatu yang aneh.
Tiba-tiba saja dia merasa tangannya menyentuh suatu gumpalan bola daging yang empuk.
montok dan aneh kalau dipegang. Yang lebih mencekam hatinya, ia merasa tidak memiliki
gumpalan bola daging semacam itu pada dadanya.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, Kim Thi sia segera memegang bola daging itu serta
meremasnya berapa kali, ia segera merasakan suatu perasaan yang amat aneh, makin diremas
gumpalan bola daging itu, perasaannya terasa makin nyaman saja.
Dengan perasaan semakin keheranan, pemuda itu mulai menggerayangi seluruh dada Lam wi,
ia segera menemukan bahwa rekannya memiliki sepasang payudara yang montok. padat berisi
serta sepasang puting susu yang mengeras tegang, sepasang payudara yang indah dan nikmat
dipegang. Kim Thi sia semakin bernapsu lagi setelah meraba sekarang dia ingin melihat sendiri apa
gerangan gumpalan bola daging itu serta bagaimanakah bentuk sebenarnya.
Pelan-pelan ia bangkit dari tidurnya dan mulai meraba kancing baju Lam wi kemudian secara
berhati-hati sekali berusaha melepaskan kancing baju itu serta membuka pakaiannya. Tapi saat
itulah Lam wi telah menggerakkan badannya.
Kim Thi sia tahu rekannya telah terjaga dari tidurnya, maka diapun segera menegur: "Kau
masih kedinginan?" Lam wi menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu menggeserkan badannya, kali ini dia tidak
membiarkan tangan pemuda tersebut berada diatas dadanya.
Kim Thi sia segera bertanya lagi: "Saudara Lam, apakah kau merasa haus?" Lam wi
mengangguk. cepat-cepat Kim Thi sia mengambil secawan air dan memberikan kepadanya, selesai meneguk
air tersebut Lam wi menghembuskan napas panjang dan menatap pemuda itu dengan pandangan
yang lembut dan mesrah. sudah beberapa kali Kim Thi sia mengalami tatapan mata selembut dan semesrah ini. Mula
pertama, Lin lin yang memandang begitu kepadanya.
Kemudian Nyoo soat hong pun pernah memandangnya dengan sinar mata hangat, lembut dan
penuh rasa cinta. Selanjutnya putri Kim huan pernah memandang mesrah pula dirinyha, pandangan yang
membuat perasaan hatinya tak karuan-
Terakhir pandangan dari Hay Jin putri tunggal Dewi Nirmala sempat membuat perasaan hatinya
kebat kebit. Teringat kesemuanya itu, Kim Thi sia seperti menyadari akan sesuatu, ia segera balas menatap
rekannya. Lam wi segera menyadari akan hal itu, merah padam selembar wajahnya secara tiba-tiba
bisiknya kemudian: "Saudara Kim, sekarang kita sudah tiba dimana?" Setelah berhenti sejenak, kembali dia
berkata: "Tak usah perduli sudah sampai dimana yang penting kau harus tidur dulu dengan perasaan
lega." Sekali lagi Lam wi memandang sekejap kearahnya dengan pandangan berterima kasih,
kemudian baru ujarnya: "Aku tak ingin tidur lagi."
Selesai berkata, ia menyandarkan kembali tubuhnya dalam pelukan Kim Thi sia dan pejamkan
matanya rapat-rapat. Berapa saat kemudian terdengar s ipemilik perahu berseru keras: "Tuan, sudah sampai
ditempat tujuan" Kim Thi sia segera membangunkan Lam wi dan membantunya naik kedaratan, dari sakunya
Lam wi mengeluarkan sekeping uang dan diserahkan kepada pemilik perahu sambil berkata:
"Uang kembalinya tak usah diberikan kepadaku, anggap saja sebagai hadiah untuk minum
arak." Tentu saja pemilik itu kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia berterima kasih kepada kedua
orang tersebut. Tiba didaratan, Kim Thi sia berdua menelusuri jalan masuk kedalam kota, kota itu sangat ramai
dan banyak orang berlalu lalang. Setelah menempuh perjalanan berapa waktu, tiba-tiba Lam wi
berbisik: "Saudara Kim, mari kita mencari rumah penginapan untuk beristirahat."
Melihat ada rumah penginapan dengan merek "Sim-an" dikejauhan sana, Kim Thi sia mengajak
Lam wi menuju kesitu. setibanya didalam penginapan, Lam wi baru berbisik kepada Kim Thi sia:
"Kita pesan sebuah kamar saja"
Kim Thi sia menurut dan segera berteriak:
"ciangkwee, kami pesan sebuah kamar kelas satu yang baik dan tenang......."
Pemilik penginapan mengiakan berulang kali, ia perintahkan pelayan untuk menghantar
tamunya kekamar terbaik diruang timur.
Melihat kamar itu luas lagi dan bersih, Lam wi sangat puas, ia segera memerseni pelayan tadi
sambil bertanya: "Apakah disitu ada tabib kenamaan" Tolong undang dia kemari secepatnya......"
Pelayan itu menyahut dan beranjak pergi cepat-cepat.
Tak lama kemudian pelayan telah muncul kembali dengan membawa obat yang dipesan-Malam
itu mereka berdua bersantap d idalam kamar, kemudian masing-masing pergi tidur. Keesokan
harinya, Lam wi berkata kepada Kim Thi sia:
"Saudara kim, aku memang benar-benar tak berguna, baru terendam air saja sudah jatuh sakit,
sampai sekarang kepalaku masih terasa pening dan lemas badan- Sudah berapa kali aku mencoba
untuk mengatur pernapasan, tapi setiap kali usahaku selalu gagal." Kim Thi sia tidak berbicara, ia
membungkam diri dalam seribu bahasa. Melihat itu, Lam wi segera berkata lagi sambil tertawa:
"Perutku agak lapar, bersediakah kau keluar sebentar untuk membelikan berapa macam
hidangan lezat untukku?"
Kim Thi sia memang ingin berjalan-jalan keluar, mendengar itu segera sahutnya: "Tentu boleh
saja, aku segera berangkat"
Dengan riang gembira Kim Thi sia keluar penginapan dan membeli berapa macam hidangan,
kemudian dengan riang gembira balik kembali kekamar. Begitu melangkah masuk kedalam kamar
segera teriaknya keras-keras:
Kisah Para Pendekar Pulau Es 11 Sepak Terjang Hui Sing Murid Perempuan Cheng Ho Karya Tosaro Pedang Hati Suci 8