Pencarian

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 15

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma Bagian 15


ujudnya itu menghilang. Sampai sekarang pun belum dapat, bahkan sekadar untuk
menduganya, siapa mereka berdua itu. Pernah kuduga dia adalah
anggota Partai Pengemis, tetapi kukira pernyataannya sendiri tadi
sudah menggugurkannya. Kukira memang benar dia bukan
sembarang pengemis, dalam arti bukan pengemis yang menjadi
pengemis karena tersingkir dari khala?yaknya. Juga bukan bagian
1387 dari para pengemis yang tergabung dalam Partai Pengemis, yang
hanya seperti meminjam cara-cara kehidupan pengemis dan
mengatasnamakan pengemis padahal selalu mampu minum arak
di mana pun mereka berada.
Suara keramaian masih saja terdengar di kejauhan, tetapi seperti
menegaskan kekosongan pojok ini.
"Sedekah apakah kiranya yang mampu daku berikan kepadamu,
wahai pengemis sakti," kataku, "tidakkah dikau sudah begitu kaya
dengan kelebihan sehingga tidak perlu apa pun lagi?"
Sanxian-nya masih berbunyi, dalam pendengaranku sungguhsungguh indah sekali.
"Ah, siapakah yang bisa begitu penuh kelebihan seperti Pendekar
Tanpa Nama" Namun jika dikau begitu merendah, kita bisa saling
bertukar saja," katanya, ''Kuberikan dikau sesuatu, dan sebagai
gantinya berikanlah daku sesuatu."
Kuingat lagi cerita Yan Zi bahwa setelah dilemparkannya uang
setail perak, pengemis ini segera memberikan keterangan tentang
agama Harimau Perang. Apakah yang akan disampaikannya
sekarang" 1388 Aku mencari-cari uang tail di balik baju. Namun pengemis itu
berkata lagi. "Sedekahilah daku sebuah jurus, nanti kupersembahkan kepada
dikau sebuah jurus pula."
Aku terhenyak, meskipun hanya satu jurus, ini seperti sebuah
tantangan bertarung. Dalam dunia persilatan, mengajarkan jurus,
meski hanya satu jurus, kepada siapa pun di luar perguruan,
adalah suatu pengkhianatan. Justru melalui pertarunganlah
seorang pendekar dapat mempelajari jurus-jurus lawannya dengan
sah. Itulah saat ketika pendekar yang satu akan berkata pendekar
lainnya, "Daku sangat berterima kasih jika bisa mendapat sedikit
pelajaran." Sang Buddha berkata: jangan percaya apa pun karena seorang bijak mengatakannya 1
Bunyi sanxian itu mendadak berhenti. Ia berkelebat. Aku
berkelebat. Dalam sekejap kami berdua sudah menjadi gulungan
cahaya yang sebentar terlihat dan sebentar menghilang. Ilmu silat
pengemis sakti ini sangat tinggi, tetapi tidak satu pun manusia di
dunia persilatan mengetahui namanya. Sangat mungkin ia tidak
1389 pernah bertarung, karena dengan ilmu setinggi itu suatu
pertarungan memang tidak akan pernah terjadi. Kami bahkan tidak
pernah sempat bersentuhan, karena kecepatan tertinggi selalu
tertandingi oleh kecepatan yang lebih tinggi lagi, dan hanya satu
sentuhan telah dengan segera menyelesaikannya.
Tubuhnya berputar dan jatuh, tengkurap menimpa sanxian yang
sempat berbunyi sebentar, tetapi lantas terdiam untuk selamalamanya karena tiga dawainya terputus.
Untuk sejenak aku berdiri mematung dan tercenung. Sudah berapa
kali diriku lolos dari lubang jarum dan terlontar dari lubang jarum
yang satu ke lubang jarum yang lain. Dunia persilatan menjadi
tempat para pendekar mencari kematian terindah, dalam
pertarungan yang dengan cara bagaimanapun adalah berdarah.
Namun aku segera mendekati dan membalikkan tubuhnya. Ia
masih bernapas, dengan setitik darah di sudut mulutnya. Ia sudah
cukup berumur, rambutnya berwarna perak, tetapi tubuhnya
tampak muda. Betapapun aku membunuh seorang tua. Patutkah
semua kematian ini, meskipun atas nama pendakian menuju
puncak kesempurnaan di dalam dunia"
1390 Wajahnya tersenyum ramah, bahkan menunjukkan kepuasan.
Apakah aku pun harus bersyukur karena telah menjadi jalan
menuju kepuasannya itu" Dalam dunia persilatan masalahnya bisa
juga lebih sederhana, yakni sekadar membunuh atau dibunuh...
"Hadapilah," katanya, dengan mata yang menatap tajam.
Aku tentu tampak tidak mengerti.
"Para padri pengawal Muhu dan para pembunuh Kalakuta..."
Aku hanya bisa memberi tanda betapa diriku telah mendengarnya.
Ia menutup mata dan pergi.
KAUM Muhu yang berada di Kotaraja Chang'an dan berbagai
tempat lain di Negeri Atap Langit sebetulnya adalah bagian dari
tersebarnya kaum pelarian dari Persia, ketika pada tahun 635 para
pemeluk Islam dari Arab menggulingkan Wangsa Sassania, dan
umat agama setempat yang mengikuti ajaran Zarathushtra ditindas
dengan keras. Sebagai umat beragama, di Negeri Atap Langit para penyembah
atau pemuja api ini disebut Kaum Muhu. Tidak seperti Buddha,
bersama Kaum Ta'chin tempat peribadatan Kaum Muhu digolongkan sebagai kuil-kuil asing, yang juga menunjukkan
1391 bagaimana penerimaan terhadapnya. Dalam penyebarannya, para
pengikut Zarathushtra yang oleh orang-orang Yunani disebut
Zoroaster, diterima dengan jauh lebih baik di Jambhudvipa, tempat
mereka kemudian lantas disebut sebagai "Parsi" yang memang
berarti Persia. Di tempat asalnya, sekitar 1.300 tahun yang lalu Zarathushtra
menyusun kembali cara-cara pemujaan alam yang purba, seperti
perlindungan terhadap binatang-binatang setempat, meningkatkan
panen, dan memelihara daya-daya hidup mendasar seperti api,
bumi, dan air. Banyak dewa setempat digabungkan oleh
Zarathushtra, tetapi terbagi dalam dua kedewaan, yakni yang
dermawan maupun penuh kedengkian, antara Ahura Mazda atau
Ormuzd dan Angra Mainyu atau Ahriman, antara penguasa
Cahaya dan pe?nguasa Kegelapan.
Kemenduaan penguasa merupakan bagian terkuat ajaran Zarathusthra, yang tidak sepenuhnya merupakan kemenduaan,
karena diandaikan bahwa Ormudz,yang baik akan mengalahkan
Ahriman yang jahat. Sebagai bentuk kepercayaan yang purba,
bahkan Zarathusthra tercatat hanya menyusunnya, sedikit banyak
jejaknya terdapat pula dalam berbagai agama yang muncul
kemudian 1. Dengan segala kerendahhatian, para padri Zoroaster
yang di Negeri Atap Langit disebut Muhu ini menjalankan
1392 peribadatannya dengan damai meski berada di bawah pemerintahan Wangsa Tang yang penuh gejolak. Seperti tahu diri
atas kedudukan mereka sebagai kelompok yang diselamatkan,
didukung, dan sudah seratus tahun lebih ditampung.
Namun ini tidak berarti Harimau Perang bisa membunuh dua padri
Muhu begitu saja dan melenggang pergi tanpa hukuman.
Tampaknya bahkan sudah ditetapkan di antara Kaum Muhu bahwa
hukumannya adalah kematian.
Zarathusthra berkata: tempat-tempat Kehampaan dan Kesendirian yang kita rasakan,
kenyamanan mempercayai yang kita saksikan, tiada terbatas,
seperti hasrat jiwa kita untuk mengada 2
Demikianlah aku belajar mengenal dan memahami ajaran para
padri di Kuil Muhu ini, dan tanpa bermaksud mencuri dapatlah
kuketahui pula rahasia ilmu silat padri-padri pengawal Kaum Muhu
yang tersohor sebagai petarung andal itu. Jika diriku boleh
mengungkapkannya, terhubungkan ternyata dengan ilmu silat kepercayaannya, mereka seperti memang hubungan perseteruan antara Cahaya dan Kegelapan yang seharusnyalah
pada akhirnya dimenangkan oleh Cahaya. Di kuil ini mereka tiada
1393 pernah abai melatih diri, dengan kepercayaan yang besar kepada
diriku yang juga tinggal dan menyaksikan segalanya di sini.
Tidak dapat kuingkari, betapa bimbang diriku menghadapi
kemungkinan harus menghadapi 50 padri pengawal ini, semuanya,
jika kuputuskan bahwa betapapun Harimau Perang harus tetap
hidup untuk mengungkapkan rahasia terbunuhnya Panglima
Amrita Vighnesvara dalam perebutan Kota Thang-long di Daerah
Perlindungan An Nam kepadaku. Tidak juga dapat kuingkari
betapa sungkan dan betapa malunya aku kepada diriku sendiri,
apabila kusadari betapa naluri menghadapi kemungkinan pertarungan itulah yang sebetulnya membuatku tanpa sadar
mencari kunci rahasia keunggulan ilmu silat para padri pengawal
itu. Panah Wangi pun tidak luput dari kegundahan yang sama.
"Sebaiknya kita mengajak para padri ini bicara," ujar Panah Wangi,
"Sangat mengerikan jika berlangsung pertarungan antara kita
berdua melawan mereka. Pihak mana pun yang menang hasilnya
pasti menyedihkan." Aku mengangguk, kata-katanya sama sekali tidak keliru.
1394 "Hampir setiap orang yang mengikuti perkembangan pertempuran
di perbatasan mendengar peristiwa mengejutkan itu," ujar Panah
Wangi lagi, "Gabungan pasukan pemberontak yang tinggal
selangkah lagi untuk merebut Thang-long mendadak terpukul
mundur, bahkan hancur lebur oleh pengkhianatan dari dalam.
Setiap orang yang peduli dengan keadilan tentu mengerti
kepentingan kita." Namun aku belum mengerti kepentingan Panah Wangi. Apakah
aku harus menanyakannya sekarang" Aku menghela napas
panjang, meskipun hanya dalam hatiku sendiri saja. Dalam
hubungannya dengan Harimau Perang, semua orang bagaikan
mengetahui masalahku, tetapi masalah Panah Wangi tiada
seorang pun mengetahuinya!
PADA suatu malam, di bawah cahaya rembulan, Panah Wangi
bercerita. "Kukira tidak seorang pun masih ingat dengan nama apa ia
dipanggil. Ia adalah salah seorang serdadu bayaran yang
tergabung dalam pasukan Karluk pimpinan ayahku yang disebut
Panah Besar. Di dalam pasukan ayahku terdapatlah Panah Sakti,
seorang muda yang menjadi tangan kanannya, dan berkat jasa
Panah Sakti dalam menata pasukan, maka pasukan ayahku
1395 menjadi sangat berdaya sebagai pasukan tempur, yang meminta
harga tinggi bagi pihak mana pun yang bermaksud menggunakan
tenaganya. "Pasukan Karluk, dari sifatnya sebagai tentara bayaran, tidak
membatasi diri kepada suku bangsa tertentu, melainkan menerima
tenaga asing dari mana pun, selama kemampuan tempurnya bisa
diandalkan. Betapapun, karena sebagian besar pasukan memang
terdiri atas orang Karluk, maka mereka yang bukan orang Karluk
seperti harus menerima persyaratan lebih berat. Maka ketika
seorang muda yang tampak asing ingin bergabung, meskipun
tubuhnya tinggi besar, Panah Besar sebetulnya menolak, tetapi
Panah Sakti mengatakan sebaiknya seorang Karluk mengalahkan
anak muda itu dalam pertarungan lebih dulu sebelum menolaknya.
"Tidak kurang dari 100 orang Karluk berusaha menjatuhkannya,
tetapi anak muda itu tetap bertahan, bahkan seperti tidak ada yang
akan bisa mengalahkannya, sampai Panah Sakti sendiri yang
harus masuk gelanggang. Menurut Panah Sakti, meskipun anak
muda itu akhirnya kalah, siapa pun orangnya yang bisa
menundukkan 100 prajurit Karluk, sangat layak bergabung sebagai
anggota pasukan Karluk, dan tiada seorang pun bisa membantahnya. Maka anak muda itu pun hidup bersama kami,
1396 berburu bersama kami, bertempur bersama kami, dan Panah Sakti
mengajarkan segala hal yang diketahuinya kepada anak muda itu.
"Daku masih seorang remaja waktu itu. Panah Besar, ayahku yang
menjadi kepala suku, menjodohkan diriku dengan Panah Sakti,
dan kami hanya bisa berbahagia karena sejak lama memang
sudah saling mencintai. Meskipun tertunda oleh berbagai
pertempuran, kami mengerti betapa perkawinan hanyalah soal
waktu. Dalam perburuan, pertempuran, dan berbagai pertemuan
antarsuku, setiap kali mata kami bertatapan dada kami berdebar,
dan betapa bersyukur kami bahwa dalam hidup ini kami telah
dipertemukan. Semua ini berlangsung dalam tatapan anak muda
tersebut, yang tidak pernah kuduga ternyata menyimpan suatu
hasrat terhadapku.

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suatu ketika kami berdua mendapat tugas melakukan pengintaian
malam. Di balik batu kami melakukan pengamatan atas suatu
pasukan Tang, yang dalam jumlah besar melakukan pergerakan
malam. Seperti biasa kami menghitung jumlah pasukan, banyak
sedikitnya perbekalan, dan memperhatikan apakah terdapat tandatanda yang memberi petunjuk tertentu. Di balik dua batu besar
dengan lubang pengintaian pada celahnya, terletak di atas bukit
pula, kedudukan kami dapat dikatakan sangat menguntungkan dan
1397 aman, sehingga dengan tenangnya daku membalikkan tubuh yang
semula tengkurap menjadi telentang menatap bintang.
"Saat itulah anak muda yang sangat disayangi Panah Sakti itu
mendadak berusaha memperkosa diriku. Begitu mendadak, begitu
cepat, begitu kuat, dan begitu mengejutkan, sehingga membunuh
daya perlawananku, dan karena itu nyaris berhasil jika tidak
muncul Panah Sakti sendiri. Panah Sakti, yang melakukan
pengintaian di bagian lain, sedang berpindah tempat ketika
memergoki kejadian itu. Memenuhi perasaannya, tentu anak muda
yang wajahnya selalu tertutup bayangan dan rambut lurus panjang
itu akan dibunuhnya, tetapi berada dalam tugas pengintaian,
sebaliknya tidak satu suara pun boleh dikeluarkan.
"Panah Sakti sempat menotoknya dari jarak jauh, dan tentu sangat
mudah membunuhnya dalam keadaan seperti itu. Namun, selain
Panah Sakti sangat patuh kepada peraturan, bahwa kebersalahan
seseorang di dalam pasukan ditentukan oleh peradilan ketentaraan, kami harus segera bergabung dengan pasukan
berkuda Karluk. "Pasukan berkuda ini diperintahkan oleh Panah Besar untuk
memecah perhatian pasukan Tang di bawah, dengan justru
memancingnya dengan serangan mendadak, tetapi lantas segera
1398 pergi dengan harapan dikejar. Saat itulah pasukan Ta-shih
berjubah hitam Abbassiyah disepakati menyerang. Meski kejadian
tahun 751 di Sungai Talas itu sebetulnya sudah lama berlalu, tetapi
bentrokan di wilayah tersebut, yang melibatkan orang Karluk,
masih selalu terjadi. "Maka totokan itu pun dipudarkan oleh Panah Sakti, dan kami
bertiga terwajibkan untuk menyisihkan masalah masing-masing,
karena terlibat ke dalam pertempuran yang akan segera
berlangsung." PANAH Wangi berhenti bercerita. Ia mendongak ke atas.
Rembulan tertutup awan. Namun ia segera melanjutkan ceritanya.
"Pertempuran, sebagaimana biasanya pertempuran, berlangsung
cepat, keras, dan ganas. Berlangsung sekitar 15 tahun lalu, yakni
tahun 785, ketika umurku masih 15 tahun. Tidak ada bedanya
kapan dan di mana pertempuran itu berlangsung, sama saja, darah
muncrat dan memancar ke mana-mana. Bacokan kelewang,
tusukan tombak, lecutan cambuk berduri, jeratan rantai berbandul
besi, ayunan kapak, gebukan gada, lesatan anak panah, lemparan
bola peledak, sambaran pisau terbang, deru sumpit dan jarumjarum beracun dengan segera menerbangkan banyak nyawa
kedua belah pihak. Tak pernah dapat kubayangkan bagaimana
1399 kesiapan seseorang untuk bertempur, terutama jika itu termasuk
kesiapan untuk mati... "Namun pertempuran yang sedang kami jalani itu semestinya tidak
memakan banyak korban, bahkan seharusnya tidak menelan
korban sama sekali, karena hanya merupakan siasat agar dikejar
pasukan induk Tang, supaya perhatian lawan terpecah. Betapapun, karena kesan pancingan tidak boleh terlihat, serbuan
pasukan berkuda Karluk ini mesti masuk cukup dalam dan tajam,
sehingga kesan hanya karena terdesak kembalilah maka kami
melarikan diri yang harus tampak nanti. Saat mundur kami tidak
melihat Panah Sakti maupun anak muda tinggi besar bersenjata
pedang panjang melengkung yang telah mencoba memperkosaku
itu, tetapi kami harus mundur terus dan tidak bisa kembali.
"Pada malam hari, Panah Besar memerintahkan sejumlah orang
kembali ke lembah yang menjadi tempat pertempuran. Mereka
kembali dengan tubuh Panah Sakti yang sudah tidak bernyawa
lagi. Pemeriksaan atas lukanya menunjukkan dengan jelas bahwa
ia ditusuk dari belakang dengan pedang panjang melengkung,
yang guratan pada sisi tajamnya akan meninggalkan jejak tertentu.
Jika hanya ada satu hal yang dimengerti orang Karluk, maka itu
pastilah senjata. Tidak terdapat keraguan lagi bahwa Panah Sakti
ditusuk dari belakang, menggunakan pedang panjang melengkung
1400 milik anak muda tinggi besar berambut lurus panjang, yang sudah
hilang tidak tentu rimbanya itu.
"Dapat dikau bayangkan bagaimana perasaanku sebagai remaja
menerimanya, sebagai gadis gunung yang setiap hari membayangkan perkawinan terindah, yang impiannya hancurlebur seketika oleh kejadian seperti itu. Perasaan cinta terindah
berubah menjadi luka terdalam yang tak tersembuhkan. Setelah
usai menamatkan ilmu silat daku pun mengembara. Maaf?kanlah
diriku bahwa ceritaku tidak lengkap waktu itu, tetapi sekarang dikau
tentu mengerti betapa berat bagiku jika mesti membongkar
kenangan itu lagi. Betapapun daku tidak ingin larut dalam
kesedihan, dan mencari penebusan dengan mencari pembunuh
Panah Sakti yang pengecut itu.
"Setelah mengembara dan mencarinya ke tempat yang salah,
karena bentuk tubuhnya mengarahkan diriku ke utara, daku baru
mengendus jejaknya di selatan setelah bergabung dengan jaringan
mata-mata tentara Negeri Atap Langit. Di sinilah daku dengar
tentang sepak terjang seorang Harimau Perang, yang menyoren
dua pedang panjang melengkung yang saling bersilang di
punggungnya, nun sebagai kepala mata-mata pasukan pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam. Namun baru
setelah ia berbalik mengkhianati para pemberontak itu, sehingga
1401 bahkan Panglima Amrita menjadi korban karenanya dan maharaja
menariknya sebagai kepala mata-mata Negeri Atap Langit, dapat
kujejaki dirinya sebagai orang yang kuburu.
"Limabelas tahun lamanya kucari dia di seantero negeri, dan kini
sudah 30 tahun umurku. Selama itu teramat amat sulit bagiku untuk
menjalin hubungan cinta dengan siapa pun jua, sampai bertemu
dirimu sekarang, dan terasa kembali betapa daku sebetulnya
ternyata memiliki hati. Maka, janganlah kita biarkan penguasa
kejahatan itu merajalela, Pendekar Tanpa Nama, tapi jangan
sampai dia mati tanpa kejelasan atas dosanya. Ketika mendengar
cara kematian Panglima Amrita, sulit bagiku menyingkirkan
gagasan bahwa sangat mungkin Harimau Perang inilah yang
membunuhnya, dan sangat mungkin pula dari belakang."
Aku terkesiap. Mengapa kemungkinan ini kenapa tidak pernah
kupikirkan" Sun Tzu berkata: biarkan kecepatanmu seperti angin
biarkan kepaduanmu seperti hutan
dalam menyerang dan menjarah seperti api
1402 dan tidak bergerak seperti gunung 1
Aku mendongak ke atas. Tiada lagi awan menutupi rembulan.
Panah Wangi menatapku. Aku menatapnya. Tiada apa pun lagi
selain itu. PARA padri pengawal Kaum Muhu, petarung-petarung terbaik
yang bisa ditemukan di Chang'an, ternyata bisa memahami
kepentingan kami. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh 50 padri
pengawal disepakati bahwa siapa pun yang lebih dulu berhasil
melumpuhkan Harimau Perang diandaikan tidak akan membunuhnya. Ini merupakan tugas yang tidak lebih mudah
daripada membunuhnya, karena jika hanya ditangkap, bukankah
Harimau Perang bisa menghilang" Namun karena para padri tidak
mempermasalahkan soal itu, kukira diriku pun semestinya percaya
kepada mereka. Lagi pula, sihir tidaklah asing bagi para padri
Kaum Muhu bukan" "Jika masalah Harimau Perang sudah jelas," ujar Panah Wangi,
"bagaimana dengan orang-orang Kalakuta?"
"Hmmh! Tikus-tikus perkumpulan rahasia, kukira tanpa harus
menunggu pun sebaiknya mereka kita selesaikan saja riwayat
hidupnya," ujar salah seorang padri.
1403 "Setuju," sahut salah seorang yang lain.
"Setuju, bukankah mereka pun pembunuh bayaran yang harus
dibasmi?" "Betul, sebaiknya kita cari mereka."
Cari dan bunuh. Tentu itu maksudnya. Namun mereka adalah para
padri Muhu yang seharusnyalah merawat kehidupan, bukan
membunuhnya. Maka mereka hanya menyampaikan gagasan
untuk mencari, dan bukan membunuh, padahal maksudnya tiada
lain selain membunuhnya. Kemudian terdengar gagasan yang berbeda dari padri kepala,
pengganti kedua padri kepala yang dibunuh Harimau Perang itu.
"Kita memang harus mencari keempat anggota Kalakuta itu,''
katanya, ''tetapi bukan untuk membunuhnya."
Semua orang tersentak, tetapi tidak berani mempertanyakan
maupun menyetujui, apalagi menyanggahnya. Padri kepala itu pun
mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
"Sudah beberapa lama kita memburu Harimau Perang, tetapi
jejaknya pun sama sekali tidak kita dapatkan. Kini telah tiba di kota
1404 ini para anggota perkumpulan rahasia Kalakuta, yang pernah
mengawal Harimau Perang dari Thang-long menyeberangi lautan
kelabu pegunungan berbatu-batu. Mereka rupanya memiliki
urusan sendiri dengan Harimau Perang, yang menurut Pendekar
Tanpa Nama, bukan saja telah membantai kawan-kawan mereka
di tengah jalan, melainkan juga mempergunakannya untuk
memfitnah Pendekar Tanpa Nama.
"Mereka memburu Pendekar Tanpa Nama sampai ke Chang'an
karena Harimau Perang itulah yang mengatakan siapa pembunuh
kawan-kawan mereka, dan menjatuhkannya ke jurang. Pendekar
Tanpa Nama berhasil menundukkan salah satu pemburunya, dan
secara tidak langsung meyakinkan yang lain bahwa Harimau
Perang itulah yang harus bertanggung jawab sepenuhnya. Jadi,
seperti kalian semua, mereka juga memburu Harimau Perang,
tetapi dengan perbedaan besar.
"Kalian 50 padri pengawal adalah manusia siap tempur dengan
kemampuan bertarung tingkat tinggi, tetapi separo diri kalian
adalah padri jujur, yang meskipun tidak asing dengan sihir, tidak
terlalu akrab dengan tipu daya golongan hitam; sebaliknya empat
anggota Kalakuta ini, sebagai warga perkumpulan rahasia, dari
hari ke hari hidup dari kerahasiaan satu ke kerahasiaan lainnya,
yang tentu akrab dengan segenap jejak langkah Harimau Perang.
1405 Sedangkan mereka pun pernah menjadi pengawal pribadi Harimau
Perang, yang sedikit banyak tentu mengenal cara berpikirnya
dalam dunia kerahasiaan. "Makanya carilah empat orang anggota Kalakuta ini untuk
menunjukkan jalan kalian menuju Harimau Perang. Bagaimana
pendapat kalian?" Kukira sulit menanggapi jalan pikiran padri kepala ini selain
menyetujuinya dengan beberapa catatan, bahwa keempat anggota
Kalakuta ini tidak boleh mengetahui betapa diri mereka sedang
dibuntuti. Jika tidak, aku sungguh berharap mereka tidak
sebaliknya menjalankan tipu dayanya kepada 50 orang padri
pengawal Muhu ini. Wu Zi berkata: sebagaimana medan pertempuran
merupakan tempat abadi dari yang mati;
maka yang memutuskan mati akan hidup, dan
yang menginginkan hidup, akan mati. 1
1406 Begitulah di balik kehidupan Chang'an, yang mulai kembali ceria
setelah diharu biru kekacauan yang diakibatkan penge?pungan,
pembakaran, penjarahan, dan penganiayaan, tetap berlangsung
pertarungan rahasia dalam kelam yang penuh ketegangan. Lima
puluh padri pengawal memilih bergerak di balik tabir, sehingga
mereka bisa melihat semuanya tetapi tiada sesuatu pun bisa
melihat mereka, baik burung maupun manusia, termasuk anggota
perkumpulan rahasia Kalakuta.
Namun mereka yang tergabung dalam Kalakuta tentulah bukan
sembarang manusia. Seseorang tidaklah akan hidup dalam dunia
kerahasiaan yang bagaikan tidak ada dalam dunia, jika dirinya
hanyalah sama dengan tetangga-tetangga dan setiap orang di
kampungnya. SETIAP kali menatap Anggrek Putih melukis dengan tiada
habisnya, dari titik ke garis, lantas bercak-bercak-bercak, titik-titiktitik, dan garis-garis-garis lagi, aku mengembara di antara ruangruang kosong, dan menemukan jurus-jurus baru. Siapakah kiranya
pewaris Ilmu Silat Aliran Shannan sekarang ini" Harimau Perang
sudah jelas kehilangan peluang, dan begitu pula Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang. Padahal Guru Besar Ilmu Silat Aliran
Shannan terus-menerus mengirimkan pengembangan jurus1407
jurusnya ke dalam kepala Anggrek Putih yang setiap hari
melukiskannya.

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku dan Panah Wangi setiap hari melatih diri dengan Ilmu Silat
Aliran Shannan, bahkan mengajak pula 50 padri pengawal Muhu
untuk belajar menafsirkannya, karena kuinginkan siapa pun di
antara kami jika mendadak bentrok dengan Harimau Perang,
sudah menguasainya. Dari berbagai bentrokan selintas-pintas
yang pernah kualami dapat kukatakan betapa kelebihan Harimau
Perang sebetulnya adalah penguasaannya atas jurus-jurus yang
tidak dikenal, sehingga lawan yang tidak mengetahui dengan jurus
apa serangannya bisa ditangkal, segera saja tewas olehnya.
Namun bukan lagi Harimau Perang yang menjadi perhatianku
sekarang, melainkan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang.
Tidakkah dia orangnya yang dengan begitu licik telah membuat
kekacauan di mana-mana, semua itu tanpa pernah memperlihatkan dirinya" Ilmu Pemisah Suara dan Ilmu Pemecah
Suara sungguh merupakan nama yang mengecoh untuk Ilmu
Pemindahan Tubuh maupun Ilmu Pemecahan Tubuh. Ilmu
Pemindahan Tubuh adalah pembalikan dari Ilmu Pemisah Suara,
bahwa tubuhnyalah yang bisa berjarak dari suaranya. Tetapi Ilmu
Pemecahan Tubuh lebih dari sekadar pembalikan dari Ilmu
Pemecah Suara, yakni tak dapat diketahui sumber suaranya ketika
1408 berbicara, karena ilmu ini membuat seseorang dalam satu ketika
bisa berada di mana-mana.
Dengan mempelajari dan menyusun kembali Ilmu Silat Aliran
Shannan, bukan hanya sebagai jurus-jurus yang dilukiskan secara
terbatas oleh Anggrek Putih, melainkan dari cara jurus-jurus itu
dikirimkan kepadanya. Sejak awal aku sudah membedakan antara
cara jurus-jurus itu dilukiskan pada kain putih, dengan cara jurusjurus itu dikirimkan oleh Guru Besar Aliran Shannan yang tidak
dapat diketahui sedang berada di mana.
Memperhatikan Anggrek Putih melukiskan jurus-jurus itu maupun
memperhatikan jurus-jurus itu sendiri, yang telah diputus-putus
oleh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, aku merasa telah
mendapatkan seni belajar yang menunjukkan bahwa jurus-jurus
terbaik tidak datang dan dihafalkan, melainkan ditafsirkan dan
digubah kembali oleh para pembelajarnya sendiri. Namun kukira
aku pun menemukan, seperti dimungkinkan oleh penafsiranku,
bahwa Ilmu Silat Aliran Shannan tidaklah terletak pada jurus-jurus
yang dilukiskan oleh Anggrek Putih, melainkan pada cara-cara
segenap jurus itu dikirimkan setiap hari.
Tentu cara-cara ini tidaklah tampak seperti diajarkan, melainkan
dijejaki dari bagaimana caranya jurus-jurus itu telah diterima. Tidak
1409 mudah, nyaris mustahil, tetapi selama ada jejak, itu berarti selalu
ada yang bisa dirunut kembali. Dari jejak ke jejak terbacalah cara
dan keterbacaan itulah yang menjadi jalur menuju sumber-sumber
dari mana datangnya jurus. Ini tentu sesuatu yang lebih merupakan
pendekatan menuju pengetahuan daripada pengetahuan itu
sendiri. Namun pendekatan itulah yang menentukan bagaimana
sesuatu itu menjadi pengetahuan atau sesuatu yang bukan
pengetahuan. Dhammapada berkata: kupanggil Brahmana ia yang mengetahui kehancuran,
dan penjelmaan kembali manusia di mana-mana,
yang terbebas dari ikatan, harta, dan matanya telah terbuka 1
"Apa yang harus kita lakukan nanti?"
Panah Wangi sudah membayangkan sebuah pertemuan dengan
Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang semula dapat menemui
kami, tetapi tak dapat kami temui; yang tak dapat kami dengar,
tetapi dapat mendengar kami; yang tak dapat kami lihat, tetapi
dapat melihat kami; yang telah menggerakkan segalanya, tanpa
dapat kami ketahui; yang membuat dirinya bagaikan dewa, dan
kami hanya manusia. 1410 "Kita tidak usah bicara apa-apa," kataku.
Memang aku membayangkan sesuatu, tetapi aku tidak mau
mengatakannya sekarang. Kulihat Anggrek Putih masih melukis. Kukira bukan kebetulan
bahwa sebagai perantara Ilmu Silat Aliran Shannan keadaannya
bisu tuli. Apakah kira-kira yang berada dalam pikirannya"
Benarkah dirinya juga bisu dan tuli di dalam hati dan pikirannya"
Karena tentunya tidak mungkin, kini aku berpikir betapa pasti ada
sesuatu yang dilakukannya, dan betapa gelisahnya diriku jika
sama sekali tidak dapat mengetahuinya!
ANGGREK Putih ternyata selalu bangun lebih pagi dari kami. Hari
masih gelap ketika ia bersiap menyambut matahari pagi dengan
latihan olah pernapasan yang disebut tai chi. Namun tai chi
sebenarnya adalah juga olah kejiwaan. Diperlukan daya pengendalian diri terbaik agar gerak mendukung aliran napas ke
seluruh tubuh, yang diperlihatkan oleh ketenangan gerakan, yang
mengalir perlahan tanpa kelambanan selain keteraliran yang
betapapun pelan adalah lawan kebuntuan, lawan kehampaan,
lawan kematian... 1411 Maka, gerak pernapasan menjadi gerak kehidupan tanpa harus
berdegup melainkan sekadar mengalir, mengalir, dan mengalir
ketika degupan terleburkan menjadi aliran sebagai bentuk
kehidupan terbaik selama itu mengalir dan tiada lain selain
mengalir, dalam ketenangan tiada tergoyahkan yang sama sekali
bukanlah berhentinya gerakan untuk menjelma diam melainkan
aliran waktu dalam ruang keabadian yang tak terlampaukan.
Dalam keadaan bisu dan keadaan tuli, betapa keheningan yang
dicapai Anggrek Putih itu tergandakan.
Ada kalanya Anggrek Putih menepukkan tangan dan secepat kilat
menendang. Namun, bahkan sebelum disadari, Anggrek Putih
hanyalah kembali menjadi aliran ketenangan, yang mengalir dan
mengalir tiada lebih dan tiada kurang menunjukkan keberadaan
ketenangan. Apabila pernapasan dan gerakan berhasil melebur ke
dalam ketenangan, dan ketenangan dalam keberalirannya
mencapai keheningan berdasarkan kendali kejiwaan, maka
pengendali yang bernapas dan bergerak itu pun tidak lagi sekadar
berada di dalam ruang dan di dalam waktu, melainkan mengada
bersama ruang dan bersama waktu. Saat itulah tubuhnya meleburhablur pada ruang dan waktu dan tunduk kepada kehendak apa
pun dalam pembayangan pengendali.
1412 Masih kupandang Anggrek Putih dalam gerak tai chi. Betapa
banyak rahasia tersimpan dalam diri seorang gadis bisu tuli.
Apakah yang kupandang ini memang seperti yang kupandang,
ataukah terlalu banyak yang telah berlangsung selama aku
memandangnya tanpa pernah mengetahuinya" Mungkinkah jurusjurus yang disebut-sebut dikirimkan oleh Guru Besar Aliran
Shannan itu hanya melalui saja dirinya dan menjadi lukisan bercakbercak titik-titik garis-garis tanpa disadarinya, ataukah sepenuhnya
dalam pengendaliannya untuk tetap merahasiakan atau mengungkapnya" Artinya, mungkinkah jurus-jurus itu tidak dikirim
melainkan diambilnya"
Guru Hung-jen bertanya kepada Hui-neng:
"Dikau datang dari Lingnan, dan lebih jauh lagi
dikau seorang barbar,bagaimana dikau bisa menjadi Buddha?"
Hui-neng pun menjawab: "Meskipun khalayak terbedakan sebagai orang utara atau orang
selatan, baik utara maupun selatan tidak ada dalam sifat-Buddha.
Dalam ketubuhan raga, yang barbar dan yang pendeta berbeda.
Namun apakah bedanya dalam sifat-Buddha mereka?" 1
1413 Betapapun aku tidak boleh mengabaikan keberadaannya di Kuil
Muhu itu. Bahkan kukira kami semua telah menjadi abai dari
kesadaran yang seharusnya kami camkan sejak lama. Kukira kami
semua masih selamat, hanya karena Anggrek Putih mengetahui
bahwa kami tidaklah berada di pihak yang salah.
Panah Wangi dengan berbisik-bisik bertanya kepadaku.
"Pendekar Tanpa Nama, apakah dikau yakin bahwa Anggrek Putih
bisu tuli," katanya, ''Apakah dia sungguh-sungguh tidak bisa
berbicara dan tidak bisa mendengar kita berbicara?"
Namun aku menjawab dengan nada biasa.
"Persoalannya bukan apakah Anggrek Putih bisa berbicara atau
tidak bisa berbicara, bisa mendengar atau tidak bisa mendengar,
melainkan bagaimana caranya dengan ketuliannya itu ia bisa
mendengarkan kita, dan dengan kebisuannya itu tetap berbicara
kepada kita." Panah Wangi belum menanggapi.
"Bagaimana caranya Anggrek Putih dengan segala kebisutuliannya memahami kita, dan menyampaikan apa yang
ingin dikatakannya kepada kita," kataku lagi.
1414 Panah Wangi mengangguk. "Kehendaknya tidak terhalangi," katanya.
"Kehendaknya sama sekali tidak terhalangi," kataku pula, ''Ia tahu
bagaimana caranya agar Harimau Perang tidak dapat mempelajari
Ilmu Silat Aliran Shannan, dan ia tahu pula cara menyampaikannya
kepada kita, berdasarkan semua perkembangan yang dipahaminya belaka."
Betapapun, jika bahasa Anggrek Putih yang bisu tuli itu setara
dengan bahasa orang yang bisa mendengar dan bisa berbicara,
mungkinkah seperti juga bahasa kebanyakan orang Anggrek Putih
mempermainkan bahasanya sendiri"
"Apakah maksud Pendekar Tanpa Nama, gadis bisu tuli itu
mempermainkan kebisutuliannya?"
Aku tidak perlu menjawabnya, karena Panah Wangi tentu terlalu
cerdas untuk tidak memahaminya.
Kami beranjak dan siap mengikuti Anggrek Putih mengalir dalam
keheningan semesta tai chi, ketika kelebat cahaya kilat
menyambar ke arah gadis bisu tuli itu!
1415 KAMI melihat tetapi seperti tidak melihatnya. Pada pagi buta itu
seorang penyusup tiba-tiba menggelinding dari wuwungan Kuil
Muhu. Kami memang melihat kelebat cahaya kilat menyambar ke
arah Anggrek Putih yang sedang tenggelam dalam aliran
keheningan tai chi. Apalah kiranya yang bisa memecah
perhatiannya jika berada dalam ketenangan aliran seperti itu, yang
kiranya tiada lain dan tiada bukan hanyalah akan berarti betapa
cahaya kilat itu akan menyambar, dan berarti juga membunuhnya"
Namun selenyapnya cahaya itu ternyata Anggrek Putih masih
berdiri dalam kedudukan tai chi, bergerak sepasti peredaran bumi
yang tanpa henti, tanpa tanda seperti sebuah senjata rahasia telah
menembus tubuhnya, karena memang tidak ada senjata rahasia
apa pun yang menancap di tubuhnya itu. Sebaliknya sesosok
tubuh berbusana hitam dengan kerudung hitam yang hanya
memperlihatkan kegelapan di dalamnya, tampak menggelinding
dengan sebilah pisau menancap di dadanya.
Anggrek Putih tampak bergerak seperti biasanya, tetapi jika bukan
dirinya yang menangkap dan melontarkan kembali pisau terbang
tersebut, lantas siapa yang melakukannya" Anggrek Putih
bergerak mengalirkan dirinya seperti tidak terdapat sesuatu pun
yang telah terjadi. Betapapun bagiku peristiwa ini bukan sekadar
berlaku sekadar untuk hari ini. Jika Anggrek Putih hari ini bukanlah
1416 Anggrek Putih seperti tampaknya, maka siapakah Anggrek Putih
pada hari sebelumnya, bahkan semenjak hari pertama" Seberapa
jauhkah kami semua telah terkecoh olehnya"
Persoalannya bukanlah lantas Anggrek Putih ini sebetulnya bisu
atau tidak bisu maupun tuli atau tidak tuli, karena jika bisu tuli yang
menjadi masalah, maka sungguhlah tiada kuragukan betapa
Anggrek Putih ini memang bisu dan memang tuli, meskipun
ternyata memanglah tidak sebisu dan setuli tampaknya. Apakah
Anggrek Putih sebenarnya bisa berbicara" Tidak. Apakah Anggrek
Putih sebetulnya bisa mendengar" Tidak juga. Namun inilah gadis
bisu tuli yang bisa mengerti sama seperti kami mengerti, dan bisa
menyampaikan sesuatu yang tidak bisa lebih besar lagi, seperti
Ilmu Silat Aliran Shannan yang telah kami terima sampai hari ini.
Dalam Sutra Yoga Patanjali disebutkan: sesuatu itu diketahui atau tidak diketahui
bagi pikiran tergantung kepada pewarnaan 1417 yang mereka berikan bagi pikiran 1 Anggrek Putih yang masih terus mengalirkan dirinya bersama tai
chi tidak tampak seperti melihat betapa dari empat sudut gelap
berkelebatlah empat bayangan hitam, yang berwajah kelam seperti
malam dan berpedang jian, ke arahnya dengan satu tujuan yang
tiada lain selain pembunuhan.
Gadis bisu tuli itu tidak kelihatan seperti mengetahui terdapatnya
serangan, hanya menghayati tai chi, tetapi keempatnya segera
menggelinding dan jatuh terbanting tanpa nyawa lagi. Masihkah
aku harus ragu bahwa Anggrek Putih bukanlah sekadar gadis bisu
yang perlu dituntun, dirawat, dan dilindungi, melainkan perempuan
pendekar dengan gerakan tercepat yang pernah kulihat, begitu
cepat,

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga sesungguhnyalah dengan mata awam gerakannya tiada dapat terlihat.
Pagi masih begitu gelap dan sunyi tetapi kudengar lebih dari 50
pasang langkah berjingkat dan mengendap di luar tembok.
Aku dan Panah Wangi saling berpandangan dan segera saling
mengerti. 1418 "Kita sergap mereka di luar tembok," bisikku.
Kami pun melenting dalam kegelapan, hinggap di atas dinding, dan
berjungkir balik ke luar untuk memergoki, bahwa 50 orang
berbusana hitam demi samaran malam itu sedang merayapi
tembok, semuanya dengan ilmu cicak dan ilmu bunglon yang
mutlak diperlukan dalam penyusupan malam.
Angin dingin bertiup kencang ketika kami mendarat di atas bumi di
belakang mereka. Mengikuti kebiasaan yang berlaku dalam dunia
persilatan, maka Panah Wangi dapat melepaskan 50 anak panah
atau diriku berlari miring sepanjang tembok sembari membuat
goresan panjang dengan pedang jian. Tentu itulah goresan
berdarah yang akan menerbangkan jiwa, sebetulnya sebagai
akibat yang lebih dari layak untuk sebuah penyusupan yang gagal
seperti sekarang. Sebetulnya aku ragu apakah cara beradab ini lebih baik tetapi aku
lakukan juga. "Siapa kalian"! Menyatroni rumah orang malam-malam?"
Betapa terperanjat mereka, sampai sebagian berjatuhan, meski
sebagian langsung mengepung kami
1419 "Siapa pula kalian"!"
Salah seorang ganti bertanya.
"Kami dari Dewan Peradilan Kerajaan."
TENTU saja. Dewan Peradilan Kerajaan! Kami telah menculik
Anggrek Putih dari sekapan resmi mereka, dan memang sangatlah
tidak mungkin bahwa mereka tidak akan mencarinya. Belum terlalu
jelas bagaimana cara para petugas Dewan Peradilan Kerajaan ini
mengendus, melacak, sampai akhirnya menemukan dan sekarang
mengepung tempat ini, tetapi segera kuketahui betapa masalah
akan berkembang pelik. Pemimpin mereka berbicara.
"Ketua Dewan Peradilan Kerajaan Hakim Hou sangat kecewa
dengan saudara-saudara kami yang berdiam di Kuil Muhu ini, baik
yang memeluk keyakinan Muhu maupun tamu-tamu mereka yang
bagi kami tidak jelas kepercayaannya, karena mereka telah
bekerja sama dalam penculikan dan penyekapan tahanan resmi
kami yang bernama Anggrek Putih. Saudara-saudara kami para
pengikut kepercayaan Muhu sejak lama telah berteduh di Negeri
Atap Angin sebagai pelarian dari Jambhudvipa, setelah terusir dari
1420 Persia, tetapi telah melanggar kesepakatan untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri kami.
"Tentu penampungan Anggrek Putih merupakan pelanggaran
berat, tetapi atas nama persahabatan dan masa silam, ketua kami
Hakim Hou menyampaikan bahwa denda dan hukuman akan
diabaikan jika Anggrek Putih diserahkan tanpa syarat. Ketentuan
yang sama juga berlaku bagi penyerahan diri Pendekar Panah
Wangi, meskipun tugas penangkapan Pendekar Panah Wangi dan
bekas Kepala Mata-mata Negeri Atap Langit Harimau Perang telah
dialihkan kepada Pasukan Hutan Bersayap, karena Pendekar
Panah Wangi kami ketahui terlibat pula dalam penculikan.
Sebetulnya kami ketahui terdapat seorang pengemis kudisan tidak
tahu diri, yang terlibat sebagai mata-mata dalam penculikan, yang
tidak kami ketahui siapa orangnya saat ini, tetapi kami yakin suatu
saat tentu akan dapat kami ringkus."
Anggrek Putih. Bagaimana kami menyikapinya" Jika semula kami
menculiknya sebagai cara untuk memancing Harimau Perang, dan
menangkapnya, maka kemungkinan untuk itu sebetulnya sudah
kami dapatkan sekarang dengan keberadaan empat anggota
perkumpulan rahasia Kalakuta di Chang'an yang juga sedang
memburunya itu. Kami bahkan juga memiliki kemungkinan kedua,
jika kemungkinan pertama itu gagal, melalui Ilmu Silat Aliran
1421 Shannan yang kami pelajari dari Anggrek Putih, yang akan
membuat kami menemukan Harimau Perang di mana pun dia
berada. Namun setelah kami merasa bahwa Harimau Perang telah diburu
dengan cara yang jauh lebih cerdik, lebih ketat, dan lebih
meyakinkan oleh lebih banyak orang dengan kepentingan yang
dapat dikatakan sama, kami, yakni aku dan Panah Wangi, lebih
memusatkan perhatian pada perburuan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang, yang peluangnya sungguh diberikan oleh Ilmu
Silat Aliran Shannan. Masalahnya, sudah cukupkah jurus-jurus
yang kami dapatkan dari hari ke hari melalui lukisan Anggrek Putih
itu untuk menghadapi Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang
selama ini hadir bagaikan dewa" Tidak adakah yang mesti kami
ketahui lagi dari Anggrek Putih untuk mengimbangi Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang yang jauh lebih dulu mempelajarinya"
Kami belum mengetahui apakah kiranya kerugian kami seandainya
Anggrek Putih ditahan kembali oleh para petugas Dewan Peradilan
Kerajaan. Inilah yang sebenarnya terasakan sebagai kepelikan
bagiku. 1422 "Jika saudara-saudara kami Kaum Muhu ingin menunjukkan iktikad
baik, mohon serahkan kedua pesakitan itu, gadis bisu tuli Anggrek
Putih dan Pendekar Panah Wangi, sekarang."
Dari balik kabut pagi muncul sosok-sosok 50 padri pengawal
bersenjata lengkap yang siap tempur. Meskipun aku percaya
betapa ilmu silat para petugas pilihan dari Dewan Peradilan
Kerajaan ini sangat tinggi, dari pengalamanku membaca gerak
untuk mengukur tinggi rendahnya ilmu seseorang dalam dunia
persilatan, aku tahu bahwa jika terjadi pertarungan maka 50
petugas Dewan Peradilan Kerajaan itu akan bertumbangan hanya
dalam sekali bacok. Padri kepala, yang seperti mendadak saja sudah ada di sana, tentu
segera mengetahui perbandingan kekuatan yang tiada setara itu
dan tentu ingin mencegahnya.
"Saudara-saudaraku para penyandang tugas dari Dewan Peradilan Kerajaan yang terhormat, kami sungguh sangat mengerti
kegeraman saudara-saudaraku semua, terutama ketika hak
perburuan penjahat itu dialihkan kepada Pasukan Hutan Bersayap.
Kami tentu juga sangat berterima kasih dengan kelonggaran dan
belas kasih yang telah dilimpahkan kepada kami, pada pagi ini,
1423 maupun selama berada dalam naungan Wangsa Tang beberapa
puluh tahun terakhir. "Namun tentang Anggrek Putih dan Pendekar Panah Wangi,
dengan sangat menyesal kami tidak dapat membantu banyak,
karena keduanya datang ke kuil kami bukan sebagai tahanan siapa
pun, melainkan sebagai orang merdeka."
Mata pemimpin para petugas Dewan Peradilan Kerajaan itu
langsung terbeliak! PAGI masih sangat dingin, tetapi ketegangan segera merebak
pada kedua belah pihak. "Apa"! Orang merdeka"! Apakah saudaraku padri Muhu tidak
tahu-menahu, ataukah akan pura-pura tidak tahu bahwa kedua
perempuan itu adalah tahanan dan buronan resmi Dewan
Peradilan Kerajaan"!"
Limapuluh petugas Dewan Peradilan Kerajaan serentak mencabut
pedang, tetapi adalah nyawa mereka sendiri yang kukhawatirkan,
karena bagi Panah Wangi misalnya, menancapkan 50 anak panah
pada 50 dahi para petugas itu hanyalah soal membalik tangan.
1424 Namun padri kepala rupanya sudah menang selangkah dalam
siasatnya. "Maafkanlah kami para padri yang setiap harinya hanya sibuk
berdoa ini Saudaraku. Kami sungguh tidak tahu sama sekali segala
kejadian di luar tembok kuil ini," katanya, ''makanya kami tidak akan
pernah mengira bahwa Anggrek Putih yang bisu tuli adalah
tahanan resmi kerajaan, dan Pendekar Panah Wangi adalah
seorang buronan. Bahkan mereka itu siapa saja kami sebelumnya
juga tiada tahu." "Huh! Selebaran pencarian Harimau Perang dan Panah Wangi
hidup atau mati ditempelkan di mana-mana, apakah Saudaraku
juga tidak tahu"!"
"Maafkanlah kami para padri Muhu ini, karena bagi kami persoalan
semacam itu merupakan masalah duniawi, dan kami para padri di
kuil ini tidak dianjurkan terlibat terlalu dalam dengan masalahmasalah duniawi."
Kalimat seperti itu tentu sangat menjengkelkan, tetapi sulit
dibantah. Padri kepala segera menambahkan, ''Namun kami juga
tidak ingin ikut campur urusan Saudara-Saudaraku, sehingga
dalam perkara Anggrek Putih dan Panah Wangi, tentu lebih baik
1425 urusan Saudara-Saudaraku ini dilemparkan kembali kepada
mereka sendiri saja."
Pemimpin para petugas Dewan Peradilan Kerajaan itu mengerutkan keningnya. "Apa yang dimaksud Saudaraku padri kepala Kuil Muhu?"
"Bukankah Saudaraku bisa langsung menangkap Anggrek Putih
dan Panah Wangi itu."
Ini sebuah jebakan, yang tampaknya tidak diketahui oleh siapa pun
di antara para petugas Dewan Peradilan Kerajaan itu, ketika
mereka yang telah berada di atas tembok berlompatan turun dan
merangsek Anggrek Putih untuk meringkusnya. Para padri
pengawal yang siap tempur itu tidak bergerak, karena padri kepala
memberi tanda untuk jangan menyentuh mereka. Namun sepuluh
petugas langsung bergelimpangan akibat totokan.
Padahal Anggrek Putih masih saja mengalir bersama tai chi dalam
kebisutuliannya sendiri. Tenang, begitu tenang, bagaikan tiada lagi
yang lebih tenang, Anggrek Putih mengalir bersama tai chi dengan
ketenangan yang begitu meyakinkan, sehingga bagaikan bumi
yang tampak bergerak. Jika dialah yang sebetulnya telah menotok
sepuluh petugas itu, bagaimanakah cara melakukannya"
1426 "Kurang ajar!" Pemimpin para petugas Dewan Peradilan Kerajaan itu terlihat
seperti akan memberi tanda untuk menyerang lagi, tetapi padri
kepala segera mengangkat tangannya.
"Tahan!" Maka tiada serangan lagi.
"Saudaraku tahu serangan berikutnya juga hanya akan membuat
mereka bergelimpangan," kata padri kepala.
"Tidak jika dengan ini," kata pemimpin penangkapan tersebut.
Rupanya para petugas Dewan Peradilan Kerajaan itu membawa
sandera. Dua petugas maju membawa seorang ibu paro baya ke
depan dan memasuki gerbang petak itu. Rupa-rupanya itulah ibu
paro baya yang serumah dengan Anggrek Putih ketika masih
tinggal di rumah kediaman resmi Harimau Perang sebagai kepala
mata-mata Negeri Atap Langit. Ibu paro baya ini adalah satusatunya orang yang diketahui sebagai akrab dengan Anggrek
Putih, dan terutama dapat saling mengerti dengan Anggrek Putih
karena seperti memiliki bahasa mereka sendiri.
1427 Ibu paro baya itu dibawa ke depan, dua petugas Dewan Peradilan
Kerajaan di samping kiri dan kanan menghunus pedang, dan
menempelkannya di depan dan belakang lehernya, seperti siap
memenggalnya. Anggrek Putih masih meneruskan aliran gerak tai chi, tetapi kali ini
mulutnya mengeluarkan suara seperti suara geraman dengan
nada naik turun yang dapat ditafsirkan seperti sedang berbicara.
Ibu paro baya itu pun menerjemahkan maksudnya.
"Anggrek Putih menyatakan dirinya bersedia menyerah, tetapi dia
bermaksud menyerahkan diri hanya setelah menyelesaikan jurus
tai chi terakhir. Jika tidak dirinya lebih baik melawan, katanya."
Para padri lain penghuni kuil Muhu itu sudah bangun semua, begitu
pula para penghuni kuil Kaum Dao dan wihara Buddha yang
berada di petak yang sama. Para penghuni petak-petak lain
mungkin akan berdatangan pula, karena ingin tahu terdapat
kejadian apa dan peristiwa ini akan segera menjadi tontonan
semua orang. Namun pada pagi yang dingin ini mendung di langit sudah
bergulung-gulung diiringi suara guntur seperti menjanjikan hujan.
1428 "BAIKLAH selesaikan saja jurusnya itu! Hmmhh! Jurus! Seperti
ilmu silat saja!" Bagi pemimpin para petugas Dewan Peradilan Kerajaan, kalimat
itu hanyalah berarti sebagai cara untuk menghindari korban lebih
banyak, setelah kehilangan lima orang yang tewas pada
penyerangan pertama, dan sepuluh orang terlumpuhkan pada
penyerangan kedua. Ia seharusnyalah tahu bahwa penyerahan diri
Anggrek Putih adalah suatu keuntungan baginya, karena dengan
kejadian tersebut, bahkan 500 orang pun sangat mungkin akan
mengalami nasib yang sama, jika memaksakan kehendak melalui
cara yang juga masih sama.
Namun justru karena kemungkinan itulah aku berpikir mengapa
Anggrek Putih tidak memilih untuk melawan saja dengan
kemampuannya yang sulit ditandingi seperti itu" Mengapa ia lebih
memilih untuk menyelesaikan sebuah jurus yang disebut jurus
terakhir tai chi " Kuingat bagaimana pemimpin rombongan Dewan
Peradilan Kerajaan itu menggerutu. Memang benar bahwa
seseorang itu mempelajari tai chi sebagai bentuk olah pernapasan,
dan dengan penataan ketenangan yang didapatnya akan
melangkah kepada olah kejiwaan, bukan untuk bertarung. Tiada


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jurus dalam tai chi, baik itu digunakan untuk menyerang, maupun
1429 untuk bertahan, tetapi kenapa melalui perempuan paro baya yang
serumah dengannya itu secara tegas disebut sebagai jurus"
Aku tersentak ketika menyadari betapa penyebutannya sebagai
jurus tidak mungkin merupakan kebetulan. Penyebutannya
merupakan sebuah pesan! Pesan apa" Kepada siapa"
Selama ini yang telah berlaku sebagai murid terhadap Anggrek
Putih hanyalah diriku dan Panah Wangi, dalam arti bahwa kami
berguru kepada Guru Besar Ilmu Silat Aliran Shannan yang selalu
mengirimkan pengembangan jurus-jurusnya ke dalam kepala
Anggrek Putih, yang tidak akan bisa berhenti melukiskannya di
atas kain putih. Namun selama keberadaan Guru Besar Ilmu Silat
Aliran Shannan ini hanyalah sebagai dongeng, sebetulnya adalah
Anggrek Putih itu satu-satunya tempat kami mempelajari Ilmu Silat
Aliran Shannan ini bukan" Sebenarnyalah kami telah berguru
kepada Anggrek Putih yang bisu tuli. Pada gilirannya, mungkinkah
tidak terlalu keliru jika Anggrek Putih melihat dirinya sendiri sebagai
guru bagi kami" "Jurus terakhir itu ditujukan kepada kita," ujar Panah Wangi dengan
bisikan yang seolah-olah merupakan bisikan terpelan di dunia.
1430 Ini bagaikan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaanku sendiri
selama ini, seberapa cukupkah Ilmu Silat Aliran Shannan yang
telah kami pelajari untuk mengalahkan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang" Seperti yang pernah kuceritakan, meskipun
segenap jurus yang kudapatkan adalah perkembangan terakhir,
yang bahkan tidak didapatkan oleh Yang Mulia Paduka BayangBayang, terjamin akan bisa menangkah jika menghadapi kelipatan
pembelajaran yang jauh lebih lama sebelumnya"
"Inilah jawaban atas pertanyaanmu dulu," bisik Panah Wangi lagi,
''disebut jurus terakhir karena bukan jurus yang selalu diulang
untuk diperbaiki, tetapi merupakan jurus baru. Jadi mungkin jurus
inilah yang akan menentukan kelebihan, dan juga kemenangan
kita." Penyergapan mendadak para petugas Dewan Peradilan Kerajaan
yang tidak terduga ini, tentu mengacaukan susunan pembelajaran
yang biasa dilakukan Anggrek Putih, yakni dengan melukiskan
jurus-jurus sebagai titik-titik, garis-garis, dan bercak-bercak pada
kain putih. Anggrek Putih mengajukan syarat bagi penyerahan
dirinya jika bagi para petugas terdengar seperti bagian terakhir
rangkaian gerak tai chi, bagi Anggrek Putih tentunya adalah jurus
baru Ilmu Silat Aliran Shannan. Melalui ucapan ibu paro baya yang
menjadi sandera, pengertian dan kata jurus itu berhasil
1431 diungkapkan kembali dengan keras oleh pemimpin pasukan
Dewan Peradilan Kerajaan. Maksudnya menghina, tetapi melaluinya justru terbuka jalan rahasia.
Nagarjuna berkata: segalanya dinyatakan kosong
karena tidak ada yang tidak berasal;
dari musabab dunia, hukum musabab,
betapapun hanya sementara
meskipun di sinilah terletak jalan tengah 1
Begitulah Anggrek Putih seperti masih melanjutkan gerak tai chi,
tetapi ia telah mengelabui semua orang karena bergerak dengan
dua kecepatan dalam waktu bersamaan. Dalam gerakan lambat
semua orang melihat Anggrek Putih mengalirkan dirinya dalam
keheningan tai chi. Dalam gerakan yang lebih cepat dan tiada lain
selain cepat, begitu cepat sehingga tiada seorang pun yang bisa
melihatnya, kecuali diriku dan Panah Wangi, gadis bisu tuli itu
memperagakan jurus terbaru Ilmu Silat Aliran Shannan dalam
gerak yang bagi kami terlihat lambat, amat sangat lambat,
bagaikan tiada lagi yang bisa lebih lambat. Jurus yang sangat kami
1432 perlukan, untuk mencari, menemukan, dan mungkin terpaksa
membunuh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang kesaktiannya seperti dewa..
"PENDEKAR Panah Wangi, dikau terlibat dengan penculikan
Anggrek Putih, karena itulah dikau kami tangkap, menyerahlah!"
Sepuluh orang petugas Dewan Peradilan Kerajaan telah pergi
membawa Anggrek Putih. Sepuluh orang masih bergelimpangan
dalam pengaruh totokan, dan lima orang sejak dini hari sudah kaku
beku tanpa nyawa lagi. Tinggal 25 orang kini mengepung Panah
Wangi. Namun sebetulnya mereka juga terkepung oleh 50 padri
pengawal Kaum Muhu, para petarung terbaik yang tampak sangat
gatal bertindak, tetapi sungguh patuh, sabar, dan setia untuk
bergerak hanya jika ada perintah dari padri kepala.
Memang benar, sejauh Kaum Muhu yang berasal dari Persia, dan
setelah melalui Jambhudvipa kini menikmati perlindungan Wangsa
Tang, sehingga sudah berpuluh tahun menjadi bagian Kotaraja
Chang'an, tetap berkedudukan pengungsi, mereka tidak memiliki
hak terlibat persoalan negeri. Maka mereka hanya diam tetapi tidak
pergi, meskipun kepentingan mereka sendiri sudah semakin
berkurang. 1433 Mendengar perintah agar dirinya menyerah, Panah Wangi
menggeleng-gelengkan kepala sembari tersenyum mencibir.
"Menyerah" Kalian minta agar diriku menyerah" Apakah daku
tidak salah mendengar" Coba tangkaplah daku sekarang!"
Senyum Panah Wangi itu membuat aku curiga. Apakah yang akan
dilakukannya" Semua orang yang menonton pun pagi itu menjadi
berharap-harap cemas dan penasaran. Mereka telah mengenali
Panah Wangi dari selebaran kertas pengumuman, baik yang
ditempelkan pada papan pengumuman seantero Negeri Atap
Langit maupun dari selebaran yang dibagi-bagikan di pasar, di
jalanan, maupun pintu gerbang kota pada empat sisi mata angin.
Wajahnya yang cantik jelita tiada tara, dalam dua kali pengumuman resmi, menjadi sumber dongeng di mana-mana.
Berita dengan cepat tersebar bahwa Panah Wangi ada di bagian
kota ini. "Mau melihat dengan mata kepala sendiri wajah Panah Wangi"
Marilah ikut kami sekarang juga! Katanya dia sedang dikepung
pasukan Dewan Peradilan Kerajaan di Kuil Muhu di sebelah utara
kota!" "Kuil Muhu" Apakah dia seorang penyembah api?"
1434 Tidak dapat dicegah bagaimana seseorang berpikir dan berbicara
tentang seseorang yang lain. Kudengar bisik-bisik di antara orangorang yang berkerumun itu. Kukira aku lebih khawatir kepada
perkembangan yang mungkin menyudutkan kawan-kawan Muhu,
sebagai kelompok asing pelarian yang ditampung atas kebijakan
pemerintah Wangsa Tang daripada yang mungkin menimpa Panah
Wangi. Ketika kami saling bertatapan sejenak, dengan cepat melalui
pandangan mata kutancapkan penanda, bahwa apa pun yang
akan dilakukannya haruslah segera diselesaikannya.
Ia tersenyum, manis sekali, tetapi dengan pandangan tertentu!
Semua ini berlangsung cepat sekali, dalam ketegangan yang
kurang memungkinkan pertimbangan seksama, ditambah dengan
semakin banyaknya khalayak yang memasuki petak ini, ketika
mendung di langit menunjukkan betapa setiap saat hujan akan
turun, dengan janji kederasan yang lebih dari biasa.
Panah Wangi masih melirikku dengan tajam, ia tampak penasaran
bahwa aku terlihat belum memahami sesuatu. Maka aku
mengangguk saja, supaya apa pun yang dipikirkannya segera
dijalankan. 1435 Lima petugas Dewan Peradilan Kerajaan merangseknya dari lima
arah dengan pedang terhunus. Panah Wangi pun melenting ke
udara dengan ringan, begitu ringan, bagaikan tiada lagi yang lebih
ringan, tetapi ketika turun itulah aku mulai bisa menduga apa yang
akan dilakukan Panah Wangi.
Ia turun sambil memperagakan gerak tai chi, tetapi harus segera
melenting kembali ke atas ketika lima petugas dengan pedang
terhunus menyam?barnya lagi dari lima arah yang berbeda. Ketika
turun kembali dengan ringan, Panah Wangi memperagakan gerak
tai chi sambungannya. Semacam cahaya gagasan meletup di kepalaku. Panah Wangi
ingin aku mengerti betapa dirinya sudah lang?sung menguasai
jurus yang diturunkan kepada kami berdua itu, dan ingin langsung
mengujikannya sekarang juga. Namun karena diriku meskipun
mengangguk tidak tampak mengerti, Panah Wangi memperlihatkan gerak tai chi itu lebih dulu, sehingga ketika sampai
pada sambungannya aku diandaikan akan mengerti, bahwa jurus
yang bukanlah tai chi tadi akan dimunculkannya setelah rangkaian
tai chi berakhir. Tentu sekarang aku mengerti, bahkan menanti. Sekian kali dibabat
lima pedang, sekian kali pula Panah Wangi melenting ke atas,
1436 untuk turun dengan bobot seringan bulu sambil memperagakan tai
chi. Setelah rangkaian gerak itu habis, tibalah saat jurus baru itu
dikeluarkannya. Itulah saat ketika Panah Wangi turun perlahanlahan seusai melenting ke atas karena sabetan lima pedang.
Namun kini tidak kurang dari 25 petugas Dewan Peradilan
Kerajaan menantinya dengan pedang terhunus.
PANAH Wangi turun perlahan-lahan dengan bobot bulu burung. Di
bawahnya 25 petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang sejak tadi
telah dipermalukannya, menanti dengan kehendak sepenuhnya
untuk membunuh, merajam, dan melumatnya. Mereka lupakan
sudah kecantikan tiada tara yang menjadi perbincangan di manamana itu, dari kedai ke kedai, dari pasar ke pasar, dari pojok jalan
yang satu ke pojok jalan yang lain, di bawah setiap selebaran di
segenap sudut Kotaraja Chang'an, yang kemudian dibawa kafilah
para pedagang asing sepanjang Jalur Sutra menuju negeri-negeri
yang jauh. Mereka lupakan semua dongeng terindah tentang keindahan
Pendekar Panah Wangi yang selalu menghukum mati alias
membunuh para pemerkosa maupun calon pemerkosa. Disebut
calon hanya karena digagalkan oleh Panah Wangi, jika tidak pasti
sudah menelan korban, jadi harus tetap dihukum juga. Khalayak
tiada lebih dan tiada kurang mengerti sepenuhnya apa makna
1437 tertancapnya anak panah pada bagian tubuh yang akan dan sudah
digunakan untuk memperkosa, dan khalayak menyepakatinya.
Namun tidak begitu dengan para petugas Dewan Peradilan
Kerajaan, karena dalam dongeng itu diri mereka selalu disertakan
sebagai pelengkap penderita, yakni sebagai pihak resmi yang
dengan segala kelengkapan sejak lama tidak berhasil menangkapnya. Hari ini mereka ingin membuktikan yang
sebaliknya. Demi keberhasilan penangkapan, telah mereka persiapkan jurusjurus berpadanan untuk menjebak Panah Wangi. Segalanya tepat
sesuai perhitungan, bahwa setelah setiap kali dicecar dengan
serangan lima pedang, Panah Wangi akan selalu siap menghadapi
jenis serangan yang sama, seperti dibuktikannya dengan setiap
kali lolos dari cecaran lima pedang dan melenting kembali. Namun
ia tidak diharapkan akan siap untuk serangan yang amat sangat
berbeda, seperti sergapan 25 pedang dengan jurus berpadanan,
yang tidak memberi celah bagi siapa pun untuk lolos dari sergapan
itu. Jika sebelumnya Panah Wangi selalu mendapatkan celah dalam
serangan lima pedang dari lima arah dalam waktu bersamaan,
sekarang setiap celah itu ditutup oleh 20 pedang dalam waktu yang
tidak bersamaan, melainkan berturut-turut. Akibatnya, setiap kali
1438 lolos setidaknya empat kali pada satu dari lima celah Panah Wangi
selalu terancam. Panah Wangi pun melayang turun dan begitu menginjak bumi tiada
lagi celah untuk lolos selain mati. Bagaikan sayap-sayap dewa
maut berturut-turut 25 pedang dalam lingkaran sabit terayun untuk
merajam Panah Wangi. Dua puluh lima pedang membabat dalam
antrean kilat menuju ke satu arah dengan satu tujuan, yang tiada
lain dan tiada bukan adalah membelah tubuh Panah Wangi
menjadi 25 bagian... Tak sampai sekejap mata, kedua puluh lima pedang itu berturutturut tiba pada tujuannya. Semua orang yang berkerumun
menyaksikan pertarungan di dalam petak itu menahan napas,
akankah perempuan pendekar yang cantik jelita dan gagah
perkasa ini berubah menjadi potongan-potongan daging yang
bersimbah darah" Saat itulah terdengar letupan. Panah Wangi lenyap. Meninggalkan
asap letupan yang segera hilang disapu angin.
Orang-orang berdesis dan berdecak. Para petugas Dewan
Peradilan Kerajaan tampak kebingungan dan kehilangan akal,
saling memandang dengan wajah bertanya-tanya.
1439 Sun Tzu berkata: hadapi satu pasukan seolah satu orang
berlakukan mereka kepada tugasnya
tanpa kata-kata yang menjelaskan
hadapkan mereka dengan kemajuan
tetapi jangan jelaskan bahayanya 1
Hujan turun jauh lebih deras dari biasanya. Pada pagi yang begitu
dingin dan berangin sangat kencang, begitu kencang, bagaikan
tiada lagi yang lebih kencang, titik hujan menjadi serpihan es yang
terlalu tajam dan harus dihindarkan, sehingga dengan segera pula
membubarkan kerumunan, mengosongkan

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

petak, tetapi menyisakan para petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang harus
membawa tubuh kawan-kawan mereka yang tewas maupun tak
berdaya karena tertotok. Sekilas, hanya sekilas, di antara orangorang terakhir yang menyingkir, kulihat Pangeran Song dalam
busana penyamaran sebagai rakyat biasa.
Apakah yang dilakukannya di sini" Apakah karena berita kehadiran
Panah Wangi yang dikepung di petak ini"
1440 Aku masuk ke dalam kuil dan seperti telah kuduga Panah Wangi
berada di sana, bahkan tidak seperti biasanya yang mampu
menahan diri, ia berlari memelukku.
"Kita berhasil! Kita berhasil!"
Ia telah menguasai ilmu silat yang sama dengan Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang! AKU dan Panah Wangi beberapa kali menguji Ilmu Pemindahan
Tubuh maupun Ilmu Pemecahan Tubuh sebagai bagian dari Ilmu
Silat Aliran Shannan yang dikuasai oleh Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang, dan sebagian tampaknya sempat dipelajari pula
secara terbatas oleh Harimau Perang, sehingga ketika telah
terpojok dalam bentrokannya dengan Panah Wangi bisa menghilang dalam letupan dan meninggalkan asap.
Dengan Ilmu Pemindahan Tubuh, apabila kami dengar lagi suara
Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang tanpa terlihat orangnya, yang
membuatnya hadir seperti dewa, maka kali ini kami akan bisa
menjejaki dan melacak di manakah kiranya Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang berada. Dengan Ilmu Pemecahan Tubuh, jika
benar apa yang dikisahkan banyak orang dari kedai yang satu ke
1441 kedai yang lain, bahwa Harimau Perang bisa berada di mana-mana
pada saat yang sama, maka kami pun bisa melakukannya pula.
Kami menggunakan Kotaraja Chang'an sebagai gelanggang
pengujian, dengan saling bertukar tubuh dan muncul di manamana pada saat yang sama.
Dalam pengujian Ilmu Pemindahan Tubuh kami bertukar saling
bersilang dengan Panah Wangi berdiri di Gerbang Chunming di sisi
timur bagian utara dan aku berdiri di Gerbang Yanping di sisi barat
bagian selatan. Setelah pertukaran berhasil, artinya diriku tiba-tiba
muncul di Gerbang Chunming, segeralah aku berkelebat dan
melenting-lenting ke Gerbang Yanxing di sebelah selatan Gerbang
Chunming itu, untuk segera bertukar tempat dengan Panah Wangi
yang setelah muncul di Gerbang Yanping segera melesat ke utara
menuju Gerbang Jinguang. Dalam pengujian Ilmu Pemindahan
Tubuh ini kami ujikan dahulu pertukaran suara yang sama dengan
pengalaman kami ketika bercakap-cakap untuk pertama kali,
bahkan hanya sekali itu, dengan yang disebut Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang. Dalam pengujian Ilmu Pemecahan Tubuh kami menggunakan
Pasar Timur dan Pasar Barat sebagai ajang pengujiannya. Di
Pasar Timur, Panah Wangi muncul sebagai 50 sosok Panah Wangi
1442 yang memperkenalkan dirinya kepada 50 orang pengunjung pasar
di tempat yang berbeda-beda dengan seketika.
"Saya adalah Panah Wangi, apakah Andika mengenali saya?"
Lima puluh orang di Pasar Timur menanggapi dengan lima puluh
cara pula, tetapi sebagian besar dari mereka bertemu di kedai,
ketika masing-masing merasa hanya diri merekalah yang bertemu
dengan perempuan terindah dalam selebaran tersebut.
"Daku juga bertemu!"
"Daku juga bertemu!"
"Daku juga bertemu!"
"Dialah yang memperkenalkan dirinya sebagai Panah Wangi
terlebih dulu, dan bertanya apakah daku mengenalinya."
"Cantik sekali ya!"
"Cantik sekali!"
"Cantik sekali!"
1443 Namun bukti pengujiannya barulah ternyatakan kemudian, ketika
disadari bahwa terdapat 50 sosok Panah Wangi muncul pada 50
titik di dalam pasar secara bersamaan, karena memang tidak
mungkin Panah Wangi berpindah-pindah tempat sebanyak itu
dalam waktu yang terlalu singkat.
Di Pasar Barat, aku menotok 50 pengunjung yang sedang berdiri
tegak di tempat yang berbeda-beda tepat ketika tambur ditabuh
sebagai tanda pembukaan pasar, yang sengaja kulakukan sebagai
penanda kesamaan waktu. Lima puluh pengunjung ini akan berdiri
tegak sampai saat makan siang tiba.
Kenyataan bahwa mereka berdiri tegak akan membuat mereka
hanya tampak sebagai orang yang sedang berdiri tegak, yang tidak
akan sampai menghentikan arus lalu lintas pasar yang sibuk dan
tidak akan terlalu waspada, apakah sosok yang kutotok itu berdiri
tegak karena memang sedang berdiri tegak, ataukah terusmenerus berdiri tegak karena tertotok. Kenyataan bahwa mereka
adalah pengunjung dan bukan penjual atau pedagang yang
tenaganya setiap saat dibutuhkan, akan menghindarkan pasar dari
kegemparan yang tidak perlu.
Pada saat makan siang tiba, empat kedai pada empat sudut pasar
akan lebih ramai dari biasa. Pada setiap kedai itu akan terdapat 12
1444 atau 13 orang yang bercerita dengan berapi-api tentang kejadian
yang mereka alami, sehingga pada empat kedai berlangsung
kegemparan kecil seperti berikut.
"Daku mendadak tak bisa bergerak sejak tambur pertama kali
berbunyi pagi tadi," kata seseorang, "sekarang mendadak bisa
bergerak sehingga daku langsung kemari karena lapar sekali."
"Daku juga mengalami hal yang sama saat tambur pertama kali
berbunyi!" "Daku mengalaminya juga!"
"Daku juga!" "Daku juga." "Daku juga." Aku dapat menyaksikan sendiri hasil pengujianku atas penguasaan Ilmu Pemecahan Tubuh itu pada empat kedai, karena
aku berada di sana dan makan siang pada keempat-empatnya!
KEMUDIAN datanglah pemberitahuan bahwa Harimau Perang
sudah terkepung. Empat anggota perkumpulan rahasia Kalakuta,
yang mampu melacak jejak seseorang hanya dengan 1445 mengendusnya, setelah pelacakan berbulan-bulan yang melelahkan, akhirnya berhasil menyudutkannya, betul-betul pada
sebuah sudut tembok dalam petak tempat terdapatnya kolam di
Pasar Timur di Kotaraja Chang'an.
Agaknya Harimau Perang telah memilih untuk menyembunyikan
dirinya di tengah keramaian daripada di tempat yang terpencil dan
sepi, karena melacak jejak di antara orang banyak sesungguhnya
jauh lebih terkelabuhi dan terganggu daripada di tempat yang jauh
dari keramaian. Namun para anggota perkumpulan rahasia
Kalakuta sudah terlalu lama hidup di dalam rahasia itu sendiri. Di
mana pun jejak dihapus, wajah disamarkan, dan tubuh menguap
bersama udara, justru di dalamnyalah mereka berada.
Maka ke mana pun Harimau Perang pergi bersembunyi, di sanalah
orang-orang Kalakuta menanti. Harimau Perang dapat menyelinap
ke balik kelam dan kegelapan, melebur ke dalam cahaya dan
terang cuaca, mengebutkan tirai pengelabuan dan memecah diri
ke dalam setiap titik debu yang beterbangan, tetapi setiap kali, lagilagi, orang-orang perkumpulan rahasia yang betapapun memang
hidup bersama, bahkan di dalam rahasia itu sendiri, selalu sudah
berada di sana. 1446 Kini orang-orang perkumpulan rahasia Kalakuta, yang pernah
disewanya untuk menjadi pengawal pribadi ketika menyeberangi
lautan kelabu gunung batu, dalam perjalanan dari Daerah
Perlindungan An Nam ke Negeri Atap Langit, telah mengepungnya, menyudutkannya, menekannya, memepetnya,
membuat dirinya tiada berkutik dan siap menerima pembunuhan.
Keempat orang Kalakuta itu telah melakukan sisiran sihir, masingmasing dari setiap sudut kota, yang bisa menemukan titik
ketubuhan Harimau Perang. Dari empat sudut kota keempat
anggota perkumpulan rahasia mengarahkan dirinya menuju titik
yang adalah Harimau Perang, yang ke mana pun menghindar atau
pergi bersembunyi, tetap saja akan terlacak dan terkepung.
Harimau Perang yang wajahnya tidak pernah terlihat, dikepung
anggota perkumpulan rahasia yang di dalam kerudungnya tampak
seperti tidak berwajah. "Harimau Perang! Tiada tempat lagi bagimu untuk lari dan
bersembunyi sekarang! Bersiaplah untuk mati!"
Harimau Perang mendengis bengis.
"Hmmh! Mati" Siapa yang mau mati?"
1447 Ia menarik sepasang pedang panjang melengkung yang saling
bersilang di punggungnya. Empat orang Kalakuta itu pun menarik
pula pedangnya. "Sebelum mati katakanlah dulu, wahai Harimau Perang, mengapa
dikau bantai kawan-kawan kami yang mengawal dirimu sepenuh
hati dengan kejam sekali?"
Harimau Perang meludah ke tanah.
"Hmmh! Mereka memang patut mati!"
"Itu bukan jawaban, wahai Harimau Perang, tetapi kukira dijawab
atau tidak dijawab, sudah jelas dan tegas bahwa kami akan
membunuhmu atas kematian mereka!"
Hari sudah senja. Jika malam tiba kegelapan akan membuat
pertarungan mereka semakin sulit dilihat. Kedua belah pihak
berasal dari dunia kerahasiaan yang tentunya menjadi kawan
kegelapan dalam gelap segala rahasia pertarungan terang
benderang bagi yang bertarung. Namun itu tidak akan dan tidak
perlu terjadi. Harimau Perang memang dikepung empat anggota perkumpulan
rahasia Kalakuta yang telah mencari, melacak, dan 1448 membuntutinya berbulan-bulan, sehingga akhirnya sekarang
bekas kepala mata-mata Negeri Atap Langit itu terkepung di sudut
barat laut, pada petak di sudut barat laut di Pasar Barat tempat
terdapatnya sebuah kolam. Keempat orang Kalakuta memunggungi kolam tersebut dan melangkah semakin dekat
kepada Harimau Perang yang sudah tidak bisa mundur ke manamana lagi. Sungguh Harimau Perang berada dalam kedudukan
yang sangat memungkinkan perajaman dan pembantaian.
Apakah Harimau Perang akan menghilang, seperti ketika Panah
Wangi telah memojokkannya di Taman Terlarang saat itu, ketika ia
lenyap diiringi bunyi letupan dan hanya menyisakan asap yang
segera disapu angin"
Ia masih di sana, menyiapkan jurus pertahanan terakhir. Keempat
anggota perkumpulan rahasia Kalakuta itu masing-masing
mengangkat senjata mereka, sepasang pisau panjang melengkung, yang berkeredap samar kuning kehijauan karena
endapan racun dalam rendaman bertahun-tahun lamanya.
"Hiruplah napas sedalam-dalamnya, wahai Harimau Perang,
hiruplah saat-saat terakhir kehidupanmu di bumi, karena arwah
kawan-kawan kami yang dikau bunuh dengan tiada semena-mena
menuntut bela. Mereka menantimu di langit sekarang, agar bisa
1449 bergantian membantaimu dengan sesuka hati! Harimau Perang,
bersiaplah untuk mati!"
BEGITULAH Harimau Perang bagaikan tidak lagi bisa berkutik.
Ketika kami datang, kami saksikan ia tersandar lemas di pojok
tembok, seperti menanti pukulan terakhir. Padahal, seperti
dibisikkan seorang padri pengawal Kaum Muhu, belum ada
bentrokan terjadi, dan tidak boleh terjadi karena Harimau Perang
masih harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setelah itu
barulah ia boleh dihukum, yang dalam hal ini tampaknya tiada lain
selain hukuman mati. Ia tampak lemas meskipun belum terjadi bentrokan, sebagai akibat
pengejaran dan perburuan berbulan-bulan yang melelahkan dan
menyiksa, karena ketepatan pelacakan empat anggota perkumpulan rahasia Kalakuta, yang lebih dari mampu terhindar
dari penyesatan dan penjebakan, sehingga Harimau Perang selalu


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada dalam kedudukan nyaris terkepung dalam jarak yang amat
tipis, dan hanya karena Harimau Perang sangat licin saja masih
terus-menerus bisa terhindar dari maut.
Artinya Harimau Perang dari saat ke saat nyaris tidak bisa
bernapas, bahkan ibarat kata juga nyaris tidak bisa berkedip,
apalagi makan dan minum. Apabila ternyata ini memang
1450 berlangsung berbulan-bulan tanpa pernah agak sedikit berjarak
sama sekali, memang tidak perlu bentrokan apa pun untuk
membuat siapa pun tampak sangat kurang berdaya dalam
keterpojokan seperti itu. Sementara penderitaan yang sama tidak
terjadi pada pengejarnya, bukan saja karena jumlah empat orang
berarti tenaga perburuan juga terbagi empat, tetapi kehidupan
dalam dunia kerahasiaan juga berarti keberadaannya dalam
pekerjaan rahasia, tiada lebih dan tiada kurang adalah seperti ikan
di dalam air. Apakah Harimau Perang bukan seorang petugas rahasia" Tidak
dapat diingkari betapa Harimau Perang memang seorang matamata, tetapi dunia kerahasiaan mata-mata yang membermaknai
kerahasiaan dalam pengertian luas, sangatlah berbeda dengan
dunia kerahasiaan perkumpulan rahasia yang menjalankan tugastugas
penyusupan. Bukan berarti perbedaan makna kerahasiaannya tidak dapat dirangkap oleh satu orang, tetapi
perbedaan itulah yang telah membuat Harimau Perang terdesak
karena gelanggang pertarungannya adalah gelanggang pertarungan para penyusup.
Harimau Perang tidaklah asing dengan dunia penyusupan, ilmu
silatnya pun tidak diragukan, tetapi orang-orang Kalakuta sedang
membalaskan dendam atas kematian mengenaskan teman1451
temannya, yang tewas bukan oleh suatu pertarungan yang adil,
melainkan serangan mendadak dan tidak terduga, justru oleh
orang yang sedang mereka kawal dan lindungi. Dalam dunia
perkumpulan rahasia, ini setara dengan pengkhianatan, ditambah
kemungkinan betapa mereka nyaris teradudombakan denganku,
bahkan salah satu kawan mereka tewas ketika mencoba
membunuhku yang mereka kira telah membunuh kawan-kawan
mereka, seperti yang telah disampaikan Harimau Perang.
"Mengadu domba kami dengan Pendekar Tanpa Nama, yang
seperti tidak bisa dibunuh kecuali dewa sendiri yang mencabut
nyawanya, serta menguasai Jurus Tanpa Bentuk pula, sama
dengan menjerumuskan kami ke dalam jurang kematian. Mengapa
dikau melakukannya wahai Harimau Perang" Membunuh demi
pembunuhan itu sendiri ataukah membunuh demi suatu tugas
tiada terhindarkan seperti yang selalu kami lakukan"
"Persoalannya bukanlah dikau membunuh atau dibunuh, melainkan mengapa dikau membunuh atau dibunuh! Dikau
membunuh tanpa suatu kehormatan yang bisa dipertanggungjawabkan. Kecuali dikau dapat menjawab apa yang
menjadi tanggunganmu sekarang, maka kami akan mengirim
dirimu ke neraka sekarang, sepotong demi sepotong! Jangan
mimpi dikau bisa mengelabui kami seperti mengelabui Pendekar
1452 Panah Wangi, muncul dan menghilang adalah pekerjaan kami
sehari-hari!" Pertanyaanku sekarang mendapat jawaban. Setiap kali terdesak,
terpepet, dan terkepung dalam perburuan berbulan-bulan yang
sangat melelahkan dan sangat menyiksa itu, Harimau Perang
sudah menghilang dalam letupan dan meninggalkan asap yang
segera lenyap tertiup angin, tetapi selalu berhasil diikuti oleh para
anggota perkumpulan rahasia Kalakuta itu, yang pada akhirnya
bukan hanya mengikuti, melainkan bisa mencegatnya ke mana
pun ia menghilang dan menuju, bahkan setelah menghilang
terkadang masih dipegang dan ditarik kembali.
Meskipun akhirnya tetap lolos berkat kelicinannya yang luar biasa,
dapat kubayangkan kelelahan dan ketersiksaan ketika dikejar dan
diburu nyaris tanpa jarak dan tanpa kesempatan mengambil napas
sama sekali seperti itu. Setelah berbulan-bulan nyaris tanpa
makan, kecuali jika sempat menyambar kue kukus dari keranjang
penjaja ketika sedang berkelebat dalam pelarian yang langsung
dimasukkan ke dalam mulut maupun kurang tidur, kecuali terlelap
sebentar dalam persembunyian sebelum terpergok kembali,
sekarang semua itu sudah berakhir.
1453 Orang-orang Kalakuta itu mengangkat senjatanya yang sangat
beracun. Mata Harimau Perang terpejam, bukan karena takut,
tetapi karena sudah tidak berdaya membukanya lagi.
KULIHAT Harimau Perang memejamkan mata. Tahukah ia betapa
dirinya sedang diloloskan melalui lubang jarum" Saat ia membuka
matanya, empat anggota perkumpulan rahasia Kalakuta dari
Daerah Perlindungan An Nam itu sudah terkapar tanpa nyawa lagi.
Matanya terbuka lebih lebar. Dari jauh dapat kulihat cercah
harapan dan kegembiraan, untuk sebentar, karena tentu disadarinya kemudian betapa orang-orang Kalakuta itu dibunuh
bukanlah untuk menolongnya.
Dengan mata seorang mata-mata akan segera terpindai dan
tertemukan olehnya betapa dirinya sudah terkepung. Tidak kurang
dari 50 padri pengawal Kaum Muhu telah mengunci kedudukannya
di sudut barat laut dari dinding tembok petak yang terletak di sudut
paling barat laut di Kotaraja Chang'an. Ia tidak akan bisa lolos
dengan cara apa pun, dengan ilmu penyusupan maupun ilmu sihir,
karena bagi Kaum Muhu apa yang disebut sihir bahkan menjadi
permainan kanak-kanak belaka.
Demikianlah selama berbulan-bulan para anggota perkumpulan
rahasia Kalakuta mencari, melacak, dan memburu Harimau
1454 Perang, dan selama itu pula para padri pengawal Kaum Muhu
membuntuti orang-orang Kalakuta tersebut. Limapuluh padri
pengawal dibagi menjadi empat regu untuk membuntuti empat
anggota perkumpulan rahasia Kalakuta, dengan dua regu terdiri
atas 12 orang dan dua regu lain terdiri atas 13 orang. Dengan cara
ini, setiap orang Kalakuta dapat diikuti secara ketat dari 12 sampai
13 sudut pandang, sehingga tiada lagi celah yang memungkinkan
para padri pengawal Muhu itu kehilangan jejak maupun
pandangan. Kemampuan Harimau Perang untuk menyamar, menyusup, dan
menghilang, sesungguhnya tiada memiliki kelemahan, kecuali
bahwa para bekas pengawal pribadinya, meski hanya sewaan,
telanjur menggenggam segenap perbendaharaan siasat Harimau
Perang. Tanpa kesempatan menyerap pengetahuan ketika
menjadi pengawal pribadi seperti itu, tidak seorang pun akan bisa
mengikuti ke mana Harimau Perang berkelebat keluar dan masuk
lagi dari tabir kerahasiaan yang satu ke tabir kerahasiaan yang lain.
Maka mencari, menemukan, dan menangkap Harimau Perang
dengan cara mengikuti segenap gerak dan langkah orang-orang
Kalakuta yang sedang memburunya adalah siasat terbaik.
1455 Namun karena tujuan orang-orang Kalakuta adalah membunuh
Harimau Perang, setelah menemukan Harimau Perang mereka
harus segera dibunuh, dan kini sudah terbunuh.
Laozi berkata: meninggalkan kehidupan, memasuki kematian:
sepertiga teman kehidupan, sepertiga teman kematian,
dan mereka yang menghargai kehidupan
dengan hasil memasuki alam kematian,
ini juga sepertiga, mengapa bisa"
karena jalan hidupnya terlalu kasar 1
Harimau Perang mendongak, kukira kini ia juga melihatku dan
Panah Wangi di atas wuwungan ini. Apakah hanya kepada kami
yang berada di sini Harimau Perang harus bertanggung jawab"
Sebetulnya aku pun belum menuduhkan apa-apa kepadanya,
apalagi tuduhan menusuk Amrita dari belakang seperti dikatakan
Panah Wangi, tetapi kawan-kawan yang lain di sini memang lebih
pasti. Harimau Perang telah membunuh kekasih Panah Wangi
yang bernama Panah Sakti dari belakang, membunuh dua padri
1456 Kaum Muhu dengan tiada semena-mena yang tak mungkin tidak
mendapat hukuman, dan betapapun Amrita telah membisikkan
kepadaku sebelum perlaya, ''Harimau Perang segalanya..."
Gerimis turun membasahi genting-genting rumah dan rerumputan.
Senja mulai meremang. Panah Wangi memandangku. Aku
menghela napas panjang. Kami dapat merebut Harimau Perang
dari orang-orang Kalakuta, tetapi aku tidak dapat merebutnya dari
kawan-kawanku sendiri. Telah diputuskan betapapun Harimau
Perang hari ini harus mati. Bukan sekadar karena dirinya akan bisa
melebur dalam kegelapan ketika senja lenyap berganti malam. Jika
hanya itu, semenjak Ilmu Silat Aliran Shannan kami bagi rata maka
kami semua akan mampu memburunya ke balik malam. Kami telah
bersepakat, Harimau Perang tidak perlu lagi diberi kesempatan
memamerkan kelicinan dan siasatnya yang telah dan selalu
memakan korban. Senja itu petak yang terletak di sudut barat laut tersebut menjadi
ruang pengadilan, dengan terdakwa, tertuduh, dan tersangka yang
terpaku di sudut barat laut dinding petak itu juga.
Dari atas genting Panah Wangi meng?ajukan pertanyaan,
"Jawablah Harimau Perang, seperti terbukti, mengapa dikau
membunuh Panah Sakti kekasihku, calon menantu Panah Besar
1457 ayahku, kepala gabungan suku-suku Karluk, secara pengecut dari
belakang?" HARIMAU Perang yang semakin tenggelam dalam senja semakin
tak terlihat wajahnya. Aku tahu dia tidak akan menjawab pertanyaan ini.
Panah Wangi tampak kesal.
"Harimau Perang, dikau berhak tidak menjawab," katanya, "tetapi
jika dewa-dewa membiarkanmu mati hari ini, ketahuilah bahwa
dikau tidak akan mati hari ini, jika tidak pernah secara licik menikam
Panah Sakti di tengah kemelut pertempuran dari belakang, pada
masa mudamu yang memalukan."
Dari sudut itu terdengar suara orang meludah.
Panah Wangi mengepalkan kedua tangannya, penanda dirinya
menahan amarah. Seketika tergenggam pada masing-masing
kepalan itu sebatang anak panah yang seperti siap menancap
pada dahi siapa pun. 1458 "Kuharap dikau tahu bagaimana daku menghukum pemerkosa dan
calon pemerkosa," kata Panah Wangi lagi, "karena hukuman yang
sama pasti terjadi padamu!"
Seperti ancaman tetapi bukan ancaman.
Gerimis menderas, betapapun belum menjadi hujan. Salah
seorang padri pengawal berkata, ''Jawablah Harimau Perang,
mengapa dikau membunuh dua padri Kaum Muhu yang tidak
mempunyai kesalahan apa pun kepadamu, dengan sangat kejam"
Dikau memenggal kepala dan menyayat-nyayat dada para petinggi
agama kami dengan tiada semena-mena. Apakah kiranya dikau
tiada memikirkan betapa tindakan seperti itu bisa dilakukan tanpa
mendapat hukuman atau pembalasan setimpal?"
Tiada terdengar jawaban apa pun selain suara dengusan, apalagi
jika bukan penghinaan. Angin kencang menyibak gerimis sehingga
titik-titik gerimis beterbangan membasuh wajah-wajah para padri
pengawal, yang tampak begitu waspada terhadap setiap perkembangan. Apakah kiranya yang dipikirkan oleh Harimau Perang" Apakah ia
berpikir betapa konyol semua pertanyaan ini, karena hidup pada
dasarnya memang bantai-membantai" Untuk sejenak aku 1459 menyadari keadaan ini sebagai pertarungan antara kebiadaban
dan peradaban. Angin semakin kencang ketika giliranku tiba. Dalam perbincangan
menghadapi keadaan ini telah diminta pengertianku bahwa
pertanyaan diajukan bukan dalam semangat penyidikan, melainkan pengesahan untuk memberikan hukuman, yakni
hukuman mati, yang sama juga sebagai pengesahan untuk
membunuhnya, yang nadanya bukan tidak dikenali oleh Harimau
Perang. Pantaslah ia sejak tadi hanya meludah dan mendengus tanpa
kebahagiaan. Laozi berkata: mengetahui dan tidak diketahui adalah terbaik.
menjadi bebal tetapi mengira paham adalah bencana.
mengetahui kesalahan seseorang adalah cara

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuju ketidakbersalahan 1 Masalahku memang berbeda dengan Panah Wangi dan para padri
Muhu itu, yang kehendak dan tujuannya sudah jelas, yakni balas
dendam, meski telah diadabkan sebagai penegakan keadilan.
1460 Namun aku memburu Harimau Perang sama sekali bukan dengan
pikiran untuk membunuhnya, bahkan tidak pernah terpikir olehku
sebelum Panah Wangi menyebutnya bahwa kemungkinan
terbesar adalah Harimau Perang yang menjadi pembunuh Amrita.
Tidak mudah bagiku menyingkirkan gagasan terdapatnya persekongkolan, dan tujuanku untuk mencari Harimau Perang
adalah mempertanyakannya, dengan cara yang juga belum
kuketahui. Sekarang aku tidak punya waktu lagi. Harimau Perang
sudah berada pada saat-saat terakhirnya. Panah Wangi dan 50
padri pengawal Muhu yang mengepungnya tidak mungkin
membiarkan Harimau Perang hidup lebih lama dari hari ini.
"Jawablah Harimau Perang," kataku, "apakah maknanya ketika
Panglima Amrita Vighnesvara berkata 'Harimau Perang merusak
segalanya.'?" Setelah dua pertanyaan sama sekali tidak dijawab, aku merasa
sudah tahu bahwa pertanyaan ketiga ini juga tidak akan dijawab.
Namun tubuh Harimau Perang yang semula terpuruk bagaikan
mendapat ruh baru. Ia langsung menjawab pertanyaan ini dengan
pertanyaan pula! "Merusak segalanya, itu yang dikatakan Panglima Amrita?"
1461 "Ya, apa maksudya?"
Harimau Perang tertawa kecil, seperti menertawakan sesuatu di
dalam pikirannya sendiri, tetapi kemudian tawanya itu menjadi
semakin keras. "Hahahahahaha! Akhirnya dia mengakui apa yang semula
diingkarinya! Hahahahaha!"
Apakah yang diingkarinya"
Harimau Perang masih tertawa, seperti lupa betapa hidupnya
sungguh akan berakhir. Aku melayang dari atas wuwungan menuju
tempat dirinya tersudut itu, lantas turun dengan bobot bulu burung
angsa. "Ceritakanlah semua," kataku, ''hidupmu tinggal beberapa saat
lagi." Aku berharap Harimau Perang berpikir seperti aku berpikir, bahwa
sebelum mati yang terasa begitu dekat di depan hidung ini,
sepantasnyalah manusia itu berbuat baik sebaik-baiknya, dengan
begitu baik, sangat amat baik, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih
baik. 1462 Namun ternyata aku keliru!
AKU sudah begitu dekat dengan Harimau Perang, tetapi wajahnya
tetap tidak terlihat, meskipun dari kesamar-samaran yang sempat
membayang di bagian wajahnya itu, terlihat sekilas cahaya
senyuman. Hmm. Senyuman orang yang sebentar lagi akan mati,
apakah maknanya" Lantas terdengar suara Harimau Perang itu.
"Pendekar Tanpa Nama, sungguh begitu pentingkah cerita itu
untukmu?" "Jika bukan karena cerita itu, diriku tidak akan berada di sini,
Harimau Perang." Terlihat lagi kilas senyuman itu.
"Pendekar Tanpa Nama, jika memang demikian, cerita itu ada
harganya." Permainan apakah ini" Apakah aku harus mengatakannya kurang
penting, Tentu cerita itu sangat penting bagiku. Amrita tewas oleh
jebakan dan pengkhianatan yang belum jelas latar belakangnya
dan kini segalanya mungkin akan segera terbuka.
1463 Berarti kilas senyuman itu menunjukkan kelicinannya!
Namun jika aku mengatakannya kurang penting, apalagi tidak
penting, terutama dengan tujuan agar justru dia menceritakannya,
bagi orang seperti Harimau Perang siasat seperti ini tentu mudah
dibaca. Jadi dia tidak akan menceritakannya pula.
"Apa maksudmu Harimau Perang"Jika dikau bermaksud menukarnya dengan jiwamu, apalagi kebebasanmu, dikau pun
tahu itu mustahil." "Tentu tidak, wahai Pendekar, tetapi jika dikau menganggapnya
begitu penting dan begitu menginginkannya, maka cerita itu
sungguh pantas dikau bayar."
Aku tertegun. Gerimis dan keremangan mengundang malam,
tetapi hari masih cukup terang untuk memperlihatkan rambutnya
yang lurus panjang. Ia telah memasukkan kembali pedang panjang
melengkung itu ke dalam sarungnya, tersoren saling menyilang di
punggungnya, seperti mengerti betapa dihunus pun tiada gunanya.
Punggungnya tegak dan dadanya bidang, dengan bahu lebar pada
tubuh tinggi besar, sesuai dengan keberasalannya, tempat Kaum
Ta ch'in, yang sama dengan Kaum Muhu, juga berasal dari Persia.
1464 Hanya saja Harimau Perang bukanlah golongan pelarian atau
pengungsi, bukan pula keturunan pelarian atau keturunan
pengungsi, melainkan seorang pengembara. Bahkan lebih dari
pengembara, kukira Harimau Perang adalah seorang petualang.
Jika seorang pengembara melakukan perjalanan demi perjalanan
itu sendiri, maka bagi seorang petualang suatu perjalanan tidak
ada artinya tanpa menguji dan melayani setiap kemungkinan yang
dilihat sebagai tantangan.
Itulah yang membedakan diriku dengan Harimau Perang. Sebagai
pengembara, yang pada dasarnya adalah orang asing di setiap
tempat yang kulewati, aku berusaha keras membatasi diriku
sekadar sebagai orang yang lewat, sebagai penonton yang tidak
melibatkan diri dengan masalah setempat, kecuali jika sangat
terpaksa. Celakanya, seperti selalu terjadi dalam dunia persilatan, terlalu
sulit untuk menghindarkan diri dari tantangan persilatan yang
apabila dilakukan oleh seorang pendekar yang terlibat dalam
permainan kekuasaan akan membuat siapa pun yang ditantangnya, jika tak dapat dikalahkannya, menjadi terlibat ke
dalam permainan kekuasaan pula. Seperti yang terjadi dengan
tantangan bertarung Amrita kepadaku di pelabuhan Funan waktu
1465 itu, ketika belum lagi sehari menginjak Tanah Kambuja, yang jika
tidak pernah terjadi tentu tidak akan menyeretku sampai sejauh ini.
Sedangkan pada Harimau Perang, dengan sengaja sebagai orang
asing mengajukan diri untuk bergabung ke dalam tentara bayaran
Karluk. Setelah membunuh Panah Sakti, ia menyembunyikan
dirinya jauh ke An Nam, melibatkan diri dalam kegiatan mata-mata
kaum pemberontak sampai berhasil mengepalai kesatuan matamata pemberontak gabungan. Namun ia pun lantas berganti
pemihakan, dengan mengorbankan ribuan orang, barangkali
membunuh Amrita pula, yang membuatnya mendapat jabatan
kepala mata-mata Negeri Atap Langit.
Itulah perbedaan antara pengembara dan petualang. Seorang
pengembara mungkin mempunyai tujuan, mungkin pula tidak
mempunyai tujuan, tetapi hanya menerima apa pun yang lewat
dalam hidupnya selama mengembara. Seorang petualang tidak
akan pernah merasa cukup dengan hanya menerima, karena ia
memang mencari, menguji, mencoba, tetapi hanya sejauh masih
menyenangkan dan sesuai dengan tujuannya sendiri.
Apakah Harimau Perang telah sampai kepada akhir petualangannya" Apakah yang masih mungkin dilakukannya untuk
menyelamatkan diri dalam keadaan seperti ini" Ternyata ia
1466 memiliki rahasia, yang bagiku mungkin saja sangat berharga,
karena berhubungan dengan apa yang diucapkan Amrita. Namun
ia meminta bayaran. "Dengan apa Harimau Perang" Apakah kiranya yang masih cukup
berharga bagi orang mati?"
"Dengan memberiku kesempatan bertarung," katanya, "satu lawan
satu." HARIMAU Perang tentu sedang memberdayakan akalnya, dan itu
tentu akal yang bagus, meskipun kami tidak boleh terkecoh.
Matahari sudah berada di balik tembok perbentengan Kotaraja
Chang'an. Seharusnya Harimau Perang sudah mati sejak tadi,
tetapi ia sungguh-sungguh liat.
Ia meminta sebuah pertarungan satu lawan satu sebagai ganti
cerita yang akan disampaikannya kepadaku.
Jika permintaan ini tidak dituruti, kami akan menjadi bahan
perbincangan di setiap kedai dengan nada mencibir. Maka
pertarungan itu harus terjadi. Sekarang aku tahu bagaimana ia
menjadi licin! 1467 "Dikau tidak berpikir akan bebas bukan" Bagi kami dikau harus
mati hari ini, dan tiada lain selain mati. Apa katamu?"
"Pendekar Tanpa Nama, daku pun orang dunia persilatan, daku
juga ingin mati sebagai pendekar, dan pertarungan ini adalah ganti
untuk cerita itu. Tiada hubungan dengan hidup dan matiku.
Menang atau kalah diriku dalam pertarungan itu, daku siap untuk
kalian hukum." Aku mengernyit, tampaknya adil.
"Dakulah yang akan menghadapimu nanti, Harimau Perang,"
kataku, ''sekarang ceritakanlah apa yang mau dikau ceritakan itu."
"Tunggu!" Itu suara Panah Wangi, yang bersama itu juga melesat
mendekat. "Dakulah yang akan menghadapinya nanti, Pendekar Tanpa
Nama," ujarnya Aku baru akan menyanggahnya, ketika Panah Wangi melanjutkan.
"Mengapa kami semua tidak dikau ajak bicara lebih dahulu" Tapi
di antara kita semua, kukira dakulah yang paling dalam merasakan
penderitaan akibat kejahatannya. Kaum Muhu terderitakan oleh
1468 terbunuhnya dua padri mereka dengan tiada semena-mena, dikau
terderitakan oleh terbunuhnya Panglima Amrita, tetapi daku tidak
hanya terderitakan oleh terbunuhnya kekasihku Panah Sakti,
melainkan diriku pun hampir berhasil diperkosa olehnya, yang jika
bukan karena pertolongan Panah Sakti, tidak dapat kubayangkan
bagaimana daku menjalani hidup selanjutnya. Biarlah daku yang
bertarung melawannya!"
Kata-katanya benar belaka, di antara kami semua adalah Panah
Wangi yang memiliki alasan terkuat untuk bertarung dan
membinasakan Harimau Perang dengan tangannya sendiri.
Namun Harimau Perang bukan cacing dan bukan pula semut yang
terlalu mudah dibunuh, sebaliknya dalam keadaannya sekarang
pun masih akan mampu bertarung dan melenyapkan jiwa
lawannya. Apakah ini juga telah diperhitungkan oleh Harimau
Perang" Demi kekhawatiranku atas keselamatan Panah Wangi, aku rela
membatalkan perjanjian dan kehilangan kesempatan menguak
kabut kematian Amrita, tetapi dalam dunia persilatan apa yang
sudah disepakati tidak dapat ditarik kembali. Maka Harimau
Perang akan mengungkapkan apa yang terjadi di Thang-long
waktu itu dan bertarung melawan Panah Wangi. Setelah itu,
1469 menang atau kalah, Harimau Perang dihukum mati oleh para padri
pengawal Muhu. Kong Fuzi berkata: orang-orang muda mestinya jadi anak baik-baik di rumah,
sopan dan bermartabat di antara khalayak;
mereka harus hati-hati dalam tingkah laku,
dan setia, mencintai sesama, serta menghubungkan
diri mereka sendiri dengan orang-orang baik.
jika setelah mempelajari semua ini,
masih tersisa tenaga, biarlah mereka membaca kitab-kitab 1
Demikianlah Harimau Perang sebagai kepala gabungan matamata pasukan pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam, telah
bertemu Amrita sebagai panglima pasukan pemberontak, untuk
membicarakan perkembangan pertempuran. Dalam perbincangan
itu Harimau Perang menyampaikan, betapa rawan ketahanan
pasukan pemberontak itu, bukan dalam pertempuran, melainkan
dalam menghadapi penyuapan, karena para pemimpin pasukan
disebutnya silau terhadap kilau uang tail emas.
1470 Amrita meyakinkan Harimau Perang bahwa para pemimpin
pasukan pemberontak kebal akan suap macam apa pun, seperti
telah terbukti dalam perjuangan bersama selama berbulan-bulan
yang berat di dalam hutan. Mereka pun berdebat dan keyakinan
Amrita menjengkelkan Harimau Perang, bahkan pada gilirannya
menimbulkan rasa dengki. Alih-alih sekadar mencari bukti,
Harimau Perang memperjuangkan pembuktian yang sebaliknya,
yakni menyuap, merayu, mempengaruhi, dan barangkali menipu
juga, terhadap para pemimpin pasukan pemberontak, hanya untuk
mengalahkan keyakinan Amrita.
Maka Harimau Perang yang dengan kemampuannya dalam tugas
rahasia seharusnya mencegah, menangkap, dan memusnahkan
daya-daya pelemahan pasukan, sebaliknya justru menggunakan
dirinya sendiri untuk memberdayakan pelemahan-pelemahan itu.
Harimau Perang kemudian juga ternyata menjual kedudukan
seperti ini kepada pihak lawan!
Adapun yang terjadi kemudian,

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para pemimpin pasukan pemberontak ini bukan saja tidak mendapat apa pun, tidak tail
emas, tidak pula apa pun yang dijanjikan, karena mereka semua
tergiring dan terjebak menuju ladang pembantaian!
1471 AKU teringat kembali bagaimana gabungan pasukan pemberontak
yang tinggal selangkah lagi menguasai Thang-long, pusat
pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam yang berada di
bawah pengaruh Wangsa Tang, menjadi kacau-balau setelah api
berkobar di garis belakang, karena seorang perempuan penyusup
menyalakan bahan-bahan peledak dalam gerobak. Pasukan
pemberontak yang mundur dengan penuh kekacauan diserang
pasukan berkuda pemerintah andalan yang menyerbu dari balik
kegelapan secara mengejutkan, mendesak kaum pemberontak
sampai ke tengah Sungai Merah yang begitu dingin di musim
dingin. Dulu itu pun diriku tidak bisa mengerti betapa pasukan
pemberontak gabungan yang terdiri atas orang-orang tangguh,
dan oleh Amrita dilatih seperti tentara, dengan pengalaman tempur
dalam berbagai medan berat, mengapa bisa didesak dan
dihancurkan dengan begitu cepat ketika selalu unggul di berbagai
medan berbulan-bulan sebelumnya.
Memang segala keunggulan berkat jasa kerja mata-mata yang
dipimpin oleh Harimau Perang, tetapi ternyata adalah Harimau
Perang pula yang telah menghancurkannya. Aku tidak pernah bisa
mengerti bagaimana seseorang bisa menghancurkan segala
sesuatu yang dengan susah payah telah dibangunnya sendiri.
1472 Betapapun kini aku menemukan kata kunci dan itulah yang disebut
keberpihakan. Harimau Perang tidak pernah berpihak kepada
pihak mana pun selain dirinya sendiri. Apa yang bagi seseorang
merupakan pilihan antara setia atau berkhianat, bagi Harimau
Perang hanyalah berganti pihak, tanpa tujuan apa pun selain demi
suatu petualangan. Baginya lebih penting membuktikan kepada Amrita betapa dirinya
benar, bahwa para pemimpin pemberontak bisa disuap, meskipun
kemerdekaan suatu bangsa terjajah bukan hanya tertunda,
melainkan jatuh pula beribu-ribu korban.
Adapun yang menjadikan Harimau Perang sebagai penjahat besar
adalah tindakannya yang sungguh berdaya untuk meng?ubah para
pemimpin pemberontak menjadi pengkhianat, dan baginya ini
bukanlah keberpihakan kepada pihak mana pun selain sebuah
petualangan. Untuk itulah kukira dia layak dihukum mati.
"Bagaimana dengan Amrita?"
Ia berhenti bicara, menghela napas panjang.
"Panglima Amrita itu, mengapa begitu sulit untuk percaya..."
1473 Aku menunggu. Cukup lama Harimau Perang berhenti di sini.
Apakah kiranya yang begitu mengganjal sehingga begitu sulit
baginya untuk bercerita"
Sun Tzu berkata: mereka yang mahir dalam seni perang
mengizinkan Jiwa Langit mengalir di dalam dan di luar diri mereka
1 "Sulit percaya bahwa kesetiaan macam apa pun bisa berubah
menjadi pengkhianatan, sehingga perlu teman sendiri untuk
membunuhnya agar ia bisa percaya," sambung Harimau Perang,
''tetapi baru hari ini daku mendengar bahwa ternyata ia
mengakuinya, meski tetap menyalahkan diriku seorang sebagai
sumber segenap kegagalan pasukan pemberontak itu."
Teman sendiri" Siapakah yang dimaksudnya itu"
"Harimau Perang, jadi bukanlah dirimu yang menusuk Amrita
Vighnesvara dari belakang?"
"Pendekar Tanpa Nama, tidakkah jelas masalahnya bagimu bahwa
jika daku yang membunuhnya tentu Panglima Amrita lebih sulit
1474 diyakinkan betapa teman seperjuangan bisa berbalik mengkhianatinya." Aku tertegun. Kata-katanya tidak keliru.
"Daku sedang berada di hadapannya ketika itu," kata Harimau
Perang lagi, "jadi dia pun tahu bukanlah diriku melainkan teman di
belakangnya, yang seharusnya melindunginya, yang membunuhnya. Daku segera berkelebat ketika dirimu tiba, begitu
juga dirinya. Janganlah bertanya siapa pembunuhnya, wahai
Pendekar Tanpa Nama, karena betapapun adalah diriku yang
membuatnya membunuh Panglima Amrita kekasihmu itu. Jadi
dikau tetap bisa beranggapan dakulah pembunuhnya."
Sangatlah kuhargai cara Harimau Perang mengambil alih
tanggung jawab pembunuhan Amrita, tetapi ini tidak mengurangi
kemarahan dan tuntutanku kepada pembunuh Amrita yang
menusuknya dari belakang itu. Sama seperti sikap Kaum Muhu
terhadap Harimau Perang yang telah membunuh dua padri mereka
dengan tiada semena-mena, untuk mempertanggungjawabkan
tindakannya, begitu pula sikapku terhadap pembunuh Amrita siapa
pun orangnya. Ibarat kata ke mana pun dia pergi, ke mana pun
kakinya melangkah, ke ujung dunia sekalipun, akan tetap kukejar.
1475 "Itulah ceritaku," kata Harimau Perang, "apakah daku bisa
mendapatkan pertarunganku sekarang?"
Panah Wangi sudah hampir beranjak, tetapi aku menahannya.
"Oh, tidak semudah itu Harimau Perang. Dikau harus tetap
memberi tahu kami siapa yang telah membunuh Amrita."
Gerimis masih tetap saja, tidak mereda, tidak juga menderas.
Harimau Perang menadah gerimis itu dengan kedua tangan, lantas
membasuh wajahnya. "Apakah daku harus menyebutkan namanya?"
APAKAH Harimau Perang terikat kepada suatu perjanjian rahasia
dengan pembunuh Amrita" Demi pertarungan yang kami berikan
kepadanya, dengan segala keterlibatannya dalam seluk-beluk tipu
daya permainan kekuasaan, jika masih ingin mati dengan
kehormatan dunia persilatan, maka ia harus menyerahkan
semuanya, termasuk nama pembunuh Amrita. Namun sangat
mungkin Harimau Perang juga terikat, jika bukan perjanjian,
mungkin tata kehormatan tertentu, baik dari dalam hati maupun
sekadar siasat agar yang bersangkutan bersedia membunuh
Amrita untuk tidak mengungkapkan siapa pelakunya.
1476 Dalam persilangan dengan tata kehormatan yang lain, yakni tawarmenawar yang kemudian menjadi kesepakatan dengan kami,
justru pengungkapan atas pelaku itu tidak bisa dikecualikan. Kukira
dalam tarik-menarik inilah muncul pertanyaan Harimau Perang,
yakni apakah dirinya harus menyebut suatu nama yang mungkin
ditafsirkannya melanggar tata kehormatan dunia persilatan.
"Dengan cara apa pun, wahai Harimau Perang, asal jika daku
menangkap dan membuatnya bertanggung jawab atas perbuatannya, maka memang dialah orang yang membunuh
Panglima Amrita." Kukira dengan jawaban seperti itu Harimau Perang berpeluang
memberitahukan siapa pembunuhAmrita, tanpa melanggar tata
kehormatan, meskipun yang dipikirkannya hanyalah cara mengakali tata kehormatan tersebut. Namun jawabannya sungguh
tidak terduga. "Daku memang tidak dapat memberitahukan namanya, tetapi daku
dapat memberitahukan bahwa orangnya sedang dalam perjalanan
menuju Dunhuang." Dunhuang! Terdengar seperti ujung dunia!
1477 "Janganlah ragu kepadaku, wahai Pendekar Tanpa Nama. Daku
tidak sedang mengelabuimu," kata Harimau Perang, "Ini adalah
ucapan seseorang yang sudah siap dan bersedia untuk
meninggalkan dunia, dan diriku tidak ingin meninggalkan dunia ini
dengan nama yang diucapkan di berbagai kedai dengan mulut
mencibir. Jika dikau tiba di Gua-gua Mogao tahun ini juga di
Dunhuang, dikau akan segera menemui dan mengenalinya."
Sebuah nama, sebuah wajah berkelebat, dan menimbulkan rasa
sesak di dadaku, tetapi aku tidak ingin memikirkannya sekarang.
Jika diriku percaya dan harus percaya, jika pun tidak terpaksa
percaya, masih tetap saja urusan Harimau Perang ini harus
diselesaikan segera, sebelum keremangan senja digantikan
kegelapan malam yang kemudian menguasai Chang'an dan
membantunya untuk kembali menghilang.
Sun Tzu berkata: pengelabuan mesti dipekerjakan sebagai muslihat/bukan muslihat
artinya tiada mempengaruhi sikap atas pengelabuan keadaan
penipuan/bukan penipuan berarti dirimu maju tanpa terpengaruh oleh gagasan menang atau
kalah 1 1478 Petak tempat Harimau Perang berhadapan dengan Panah Wangi
di dalam Pasar Barat tersebut luasnya sepersembilan dari petak
biasa, karena luas petak Pasar Barat dan Pasar Timur yang sama
saja dengan semua petak di dalam Kotaraja Chang'an, tetapi yang
dibagi rata menjadi masing-masing sembilan petak, dengan
sebuah kolam pada petak paling timur laut di Pasar Timur dan
paling barat laut di Pasar Barat.
Harimau Perang masih tetap berada di sudut paling barat laut, di
depan sebuah kolam, sama seperti ketika empat anggota
perkumpulan rahasia Kalakuta berhasil mengurung dan tadi siap
membunuhnya. Harimau Perang masih terulur hidupnya karena
para padri pengawal Kaum Muhu telah lebih dahulu membunuhnya. Ia masih tetap hidup sampai saat ini karena
berhasil mengajukan penawaran, yakni sebuah pertarungan satu
lawan satu atas kesediaannya mengungkap seluk-beluk pembunuhan maupun siapakah kiranya pembunuh Panglima
Amrita Vighnesvara. Tawaran ini diterima karena apakah dirinya
menang atau kalah tidak mengubah ketentuan hukuman mati dari
50 padri pengawal Kaum Muhu, yang harus diterimanya juga
sebagai tanggung jawab atas segala tindak pembunuhannya.
Kini Harimau Perang memiliki dua pilihan, antara bertarung dan
terbunuh, atau bertarung dan menang tetapi tetap menerima
1479 hukuman mati. Keduanya memang sama-sama berakhir dengan
kematian, tetapi betapapun aku menggeleng-gelengkan kepala
dalam hatiku, bukan hanya menyadari langkah-langkah yang
berhasil ditempuhnya dalam penguluran waktu, melainkan juga
mengubah kedudukannya, dari seorang pesakitan terhukum
menjadi seorang petarung.
Harimau Perang masih berada di tempatnya semula. Ia telah
mencabut kedua pedangnya yang panjang melengkung, dalam
kuda-kuda yang siap untuk sebuah pertarungan antara hidup dan
mati. Hanya sekitar sepuluh langkah di hadapannya, Panah Wangi
juga telah mencabut pedang jian dari punggungnya dan
memasang kuda-kuda. Mata Panah Wangi menatap Harimau
Perang dengan tajam, begitu tajam, bagaikan tiada lagi yang lebih
tajam... Saat itulah gerimis berubah menjadi hujan.
HUJAN deras menghapus sisa lembayung senja di kejauhan.
Senja belum berakhir tetapi sisa keremangan yang diguyur hujan
meningkatkan perasaan yang semula hanya rawan menjadi gawat.
Mereka yang siap mengadu jiwa telah beradu pandang, dan kini
tatapan dipertajam karena kederasan hujan yang mengaburkan
pandangan sangat mungkin segera dimanfaatkan lawan.
1480 Harimau Perang dan Panah Wangi tegak berhadapan terhalang
hujan. Dalam kuda-kuda masing-masing, mata mereka menyipit
berjuang menembus hujan, yang dalam kederasannya sekarang
nyaris tidak memperlihatkan apa pun. Para padri pengawal
meningkatkan kewaspadaan karena inilah peluang besar Harimau
Perang untuk menghilang. Namun dalam kemungkinan menghilang, aku tidak terlalu khawatir,
karena ke mana pun Harimau Perang menghilang sekarang,
Panah Wangi akan bisa menyusulnya. Aku lebih khawatir kepada
ilmu-ilmu silat Harimau Perang yang lain, seperti ilmu pedang untuk
dua pedang panjang melengkung itu, yang cukup jarang terlihat,
meskipun aku pun merasa betapa kekhawatiranku mungkin
berlebihan. Bukankah Panah Wangi telah mengenal Harimau
Perang sebelum bernama Harimau Perang di dalam pasukan
orang-orang Karluk" Hujan deras yang semakin deras kini ditambah dengan kilat
berkeredap dan petir menggelegar. Kedua pihak yang bertarung,
untuk sesaat dapat melihat wajah masing-masing, sehingga ketika
cuaca kembali menggelap dapat mereka pastikan ke mana harus
melihat. Pertarungan memang seperti belum dimulai, tetapi dalam
pertarungan silat, beradu pandang sudah merupakan bagian dari


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1481 pertarungan. Aku agak khawatir apakah Panah Wangi akan terus
mencari mata Harimau Perang"
Betapapun beradu pandang dalam pertarungan silat tidak selalu
harus berarti pandangan mata beradu pandangan mata. Masih
kuingat Sepasang Naga dari Celah Kledung mengajarkan, ''Jangan
tancapkan matamu pada suatu bagian dari lawan. Dikau perlu
melihat gerakan lawan tanpa melihatnya. Ini untuk mencegah
lawan membaca pikiranmu, dan tetap menangkap setiap gerakan
lawan. Dikau tidak dapat melihat pohon besar jika pikiranmu hanya
terpusatkan pada selembar daun. Sekali dikau merebut peluang,
dengan harga berapa pun dikau harus menjaganya." 1
Kilat kembali berkeredap disusul guntur menggelegar. Terlihat
olehku Panah Wangi melihat ke arah lain. Ini melegakan hatiku
karena apa yang akan dilakukannya tidak akan terbaca oleh
Harimau Perang. Namun ketika sekilas kutatap Harimau Perang,
ternyata ia melakukan siasat yang sama! Mereka setara!
Sun Tzu berkata: mengetahui masalah seperti ini adalah satu hal:
memahami kapan dan di mana
untuk bertindak atasnya adalah hal lain 2
1482 Harimau Perang bergerak menggeser kedudukannya. Panah
Wangi pun bergerak menggeser kedudukannya. Keduanya sudah
basah kuyup. Para padri pengawal, semuanya juga basah kuyup,
tetapi tetap terpaku di tempatnya. Siap dengan segala senjata dan
sihir mereka. Apakah Harimau Perang masih memiliki peluang
berbuat licik, licin, dan curang" Kuharap ia tidak akan pernah
melakukannya lagi, pada saat-saat terakhir dari peluangnya untuk
meninggalkan dunia ini sebagai pendekar. Namun jika ia bertarung
dengan jujur, dan betapapun sangat kuhormati pertarungan secara
ksatria, diriku sangat tidak menghendaki Harimau Perang
memenangkan pertarungan ini dan menewaskan Panah Wangi!
Kilat berkeredap lagi, kulihat kini keduanya memejamkan mata!
Mereka mungkin melakukannya karena derasnya hujan memang
tidak memperlihatkan apa pun, sehingga lebih mempercayai dan
lebih mengandalkan pendengarannya, tetapi kukira ini adalah cara
melawan siasat: "Jika dikau memperlihatkan kemampuan untuk
membaca pikiran lawan, dia akan begitu terganggu sehingga
dirinya gentar, membuat kesalahan, dan memberimu kesempatan
mengalahkannya." 3 Namun siasat ini sebetulnya hanyalah pilihan yang tidak
mengubah langkah dari siasat lainnya: ''Jika dikau tidak dapat
melihat ke dalam kepala lawan, dikau harus bersikap seolah-olah
1483 dapat melakukannya, dan membuat gerakan yang menandakan
dirimu akan secepatnya menyerang. Ini akan membuat lawan
memperlihatkan tanggapannya, memungkinkan dikau mengubah
seketika itu juga cara dikau menyerang, menjebak, dan
memergokinya dalam keadaan tidak siap. Inilah yang disebut
menggerakkan bayangan." 4
Pergeseran mereka sudah berhenti karena masing-masing tampak
seperti telah maklum betapa tidak mungkin lagi saling mengelabui.
Tiada lagi siasat, tinggal mengadu kecepatan dan ketepatan pada
saat yang menentukan. Aku pun ikut memejamkan mata agar bisa mengikuti pertarungan
ini melalui Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang.
Namun suara hujan yang deras mendadak berubah, seperti
mereda dan akan berhenti..
MENDENGARKAN suara hujan sebetulnya seperti mendengarkan
seseorang bercerita, tetapi yang tidak terlalu jelas bagaimana
alurnya, siapa saja tokohnya, dan seperti apa latar belakangnya.
Hanya seperti sesuatu sedang terjadi, sesuatu yang bisa
menimbulkan perasaan tertentu, atau sesuatu yang seperti bisa
dimaklumi, seperti nyanyian yang tidak diperta?nyakan lagi.
1484 Begitulah suara hujan terdengar seperti nyanyian yang bernada
dan berirama tetap, dan karena itu seperti bisa ditinggalkan, sebab
tujuanku bukanlah mendengarkan suara hujan melainkan suarasuara dari gelanggang pertarungan, agar dalam keterpejaman
Hati Budha Tangan Berbisa 11 Pendekar Kelana Karya Kho Ping Hoo Pendekar Setia 2
^