Pencarian

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 14

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma Bagian 14


kejauhan pun hanya akan kelihatan capingnya.
Di seberang gardu aku sudah lama menunggu, dalam arti sudah
berhari-hari aku menunggu, karena tidak terdapat pengulangan
tertata dalam cara kerja para penyedia jasa hantaran di lorong itu.
Tanpa pengulangan tertata, tidak ada yang dapat kami hitung,
selain mengamati dan menunggu, tetapi sekarang inilah saatnya!
Perempuan pengemis yang tentu saja Panah Wangi itu memberi
tanda kepadaku bahwa aku sudah harus siap mengikuti dan
menggantikan anak muda yang dibuntutinya, mengantarkan
makanan hangat mengepul ke tempat penyekapan Anggrek Putih
kekasih Harimau Perang...
LANTAS tampaklah anak muda yang ditunjuknya itu. Ia
mengenakan fu tou hitam dan celana komprang kuning seperti
banyak orang mengenakannya, sehingga jika hanya itu yang
menjadi petunjuk, tentu mudah hilang dalam arus ribuan manusia
1290 di jalanan yang mengalir seperti sungai. Namun, setelah ia muncul
di gardu dan menerima keranjang makanan, ternyata ia cukup
mencolok karena mengenakan baju sutra biru, yang mungkin saja
hasil curian. Segera kubuntuti ia yang melangkah lebar setengah berlari. Panah
Wangi segera menyalip dan mendahului. Pengantar itu telah kami
ketahui akan tiga kali berbelok. Gardu Pengawal Burung Emas
terletak di seberang petak terdapatnya Balai Tatakota, dan bekas
kediaman resmi Harimau Perang sebagai kepala mata-mata
Negeri Atap Langit terletak di dalam petak yang sama, sehingga
perempuan tua yang mengantarkan makanan itu tinggal berjalan
lurus ke arah timur untuk menyampaikan keranjang makanannya.
Adapun rumah penyekapan Anggrek Putih terletak di sisi barat
bagian selatan, di sebuah gedung tempat pemiliknya telah
menggali dan mengubur kembali tulang-belulang seorang panglima karena kuburannya terlalu dekat dengan gedung
tersebut. Untuk mencapai gedung itu dari gardu Pengawal Burung
Emas, anak muda berbaju sutra biru itu akan berjalan ke selatan,
dan berbelok ke barat di sudut petak rumah abu kemaharajaan.
Setelah berjalan lurus ke barat melewati lima petak, ia berbelok ke
selatan lagi ketika pada sudut yang berserongan di kanan terdapat
gedung Putri Taiping. 1291 Setelah berbelok ke selatan, ia akan melewati lima petak lagi,
termasuk petak tempat terdapatnya gedung kerja wali kota
Chang'an untuk berbelok ke barat lagi dan pada petak kedua
terdapatlah rumah penyekapan Anggrek Putih. Pada petak itu
terdapat juga sebuah rumah abu, sebuah kuil Dao, dan sejumlah
kuburan. Sebelum berbelok, di tepi kanal, keranjang makanan itu
sudah harus berpindah tangan.
Ketika anak muda itu tiba di sana, Panah Wangi telah bersila di
perempatan, mengemis. Di hadapannya, pada perserongan di
sebe?rangnya adalah sudut dinding tembok terdapatnya penginapan sehingga wajar jika siang itu seorang pengemis
berada di sana, mengharap sekadar derma dari para pedagang
yang punya uang untuk biaya perjalanan dan menginap.
Anak muda yang bergegas itu lewat, Panah Wangi mengajukan
kaki yang tadi bersila bagai tidak sengaja, padahal memang
maksudnya menjegal. Di tengah orang banyak, anak muda itu
terhuyung-huyung dan berbenturan dengan sejumlah orang yang
bukan hanya menggerutu dan mengumpat, melainkan lantas
memegang dan memukulnya pula.
"Kamu mabuk"!"
1292 "Matamu ke mana"!"
Pada saat itu aku yang sudah tidak menyamar sebagai pengemis
segera menyambar keranjang makanan yang dibawanya dan
segera melejit. Rencana semula, jika tidak berlangsung kejadian
seperti ini, pada saat jatuh Panah Wangi harus memberikan
Totokan Lupa Peristiwa, tetapi dengan perkembangan tidak
terduga ini akulah yang menotoknya sebelum berkelebat pergi.
Dalam sekejap aku sudah berada di depan gedung itu.
"Kiriman untuk Nona Anggrek Putih!"
Terdapat lima petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang tampak
sedang bermain ziangqi atau catur yang sudah dimainkan
ber?abad-abad lamanya di Negeri Atap Langit. Dua orang
menghadapi papan catur dengan pemusatan perhatian penuh, tiga
yang lain mengikutinya tanpa mengeluarkan suara. Namun salah
seorang melihatku. "Ganti orang lagi," katanya, "banyak sekali permintaan ya?"
"Sampai habis juga orang yang mengganti, maka saya diminta ke
sini." 1293 Seorang perempuan pengurus rumah tangga muncul di depan
pintu. Ia mengulurkan tangannya.
"Ada pesan untuk Nona dari Ibu Tua di rumah," kataku menahan
keranjang itu. "Serahkan saja," kata perempuan itu, mungkin dipikirnya sepucuk
surat. "Harus disampaikan sendiri," kataku lagi.
Perempuan pengurus rumah tangga itu menoleh kepada para
petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang mengerumuni papan
ziangqi tersebut. "Biarlah gadis bisu-tuli itu menerima sendiri pesannya," kata salah
seorang yang bicara kepadaku tadi.
Bisu-tuli" Ini baru kuketahui sekarang! Aku dan Panah Wangi luput
untuk memikirkan dan menduga, apalagi mengetahui, bahwa gadis
itu bisu-tuli. Rupanya gadis itu dipanggil karena pesan untuk orang
bisu-tuli tentu hanya bisa disampaikan oleh orang yang mengerti
bahasa bisu-tuli, sedangkan diriku sedikit pun tidak menguasai
bahasa itu! 1294 Tiba-tiba saja gadis itu sudah muncul di depanku
GADIS yang disebut bernama Anggrek Putih itu menatapku, dan
waktu seperti berhenti ketika aku pun menatapnya. Kukira
kebisutuliannya itulah yang membuatnya terus-menerus melukis.
Dalam kebisutulian gadis itu berbicara dengan pandangannya.
Jadi ia melukiskan segala sesuatu yang dipikirkan dan dirasakannya ketika memandang dunia dalam kehidupannya.
Namun kini Anggrek Putih yang selalu disebut sebagai gadis yang
terus-menerus melukis itu menatapku. Apakah yang dipikirkannya" Dalam waktu yang begitu singkat, apa yang bisa kutafsirkan"
Sepasang matanya menatapku, mata yang bertanya-tanya!
Apakah yang dipertanyakannya"
"Apakah nasibku akan berubah?"
"Apakah aku akan dibebaskan?"
"Siapakah kamu?"
Sekian pertanyaan terpancar dalam seketika, yang memberi
perasaan bersalah, sehingga kujawab seketika juga. Dengan cepat
kutarik lengan Anggrek Putih. Perempuan pengurus rumah tangga
1295 itu sempat berteriak kaget dan seekor tikus terloncat dari
tangannya. Para petugas Dewan Peradilan Kerajaan hanya
sempat menoleh karena langsung kukirim Totokan Lupa Peristiwa
jarak jauh, yang membuat mereka jatuh terkulai ke lantai tanpa
menyentuh papan ziangqi. Ketika terbangun nanti mereka akan
langsung melanjutkan permainan itu.
Sekejap kemudian aku sudah berada di luar gedung, tentu setelah
tidak lupa memberikan Totokan Lupa Peristiwa kepada perempuan
pengurus rumah tangga itu. Di dalam petak terlihat sejumlah
peziarah ke kuil Dao, ke rumah abu, maupun ke kuburan itu.
Mereka melihat kami keluar dari gerbang rumah gedung dan sama
sekali tidak mencurigai kami, karena kami bersikap seperti tidak
terjadi apa-apa. Keluar dari gerbang petak di selatan aku langsung
mengambil arah ke kanan atau ke barat, karena langsung
mencapai jalan di tepi tembok kota bagian timur.
Jalan di tepi tembok benteng selalu sepi, karena demi keamanan
pada bagian ini dijaga agar tidak ada keramaian dalam bentuk apa
pun, meski khalayak tidak dilarang menggunakannya. Di bagian
utara jalan ini dulu Yan Zi membuntuti Harimau Perang sampai ke
kuil Kaum Penyembah Api, yang di Negeri Atap Langit disebut
Kaum Muhu itu. 1296 Memang ke sanalah kami bermaksud menyembunyikan Anggrek
Putih, tempat Harimau Perang dulu memenggal kepala seorang
padri Kaum Muhu hanya agar keberadaan dirinya sebagai bagian
dari Kaum Ta ch'in yang berlambang salib itu tidak diketahui.
Dhammapada berkata: meski khotbahnya seribu kata
tapi kata-katanya tanpa nalar,
satu kata bernalar lebih baik
yang jika didengar menenangkan 1
Aku memang telah membicarakan tentang penempatan Anggrek
Putih dengan Panah Wangi. Kenyataannya kami bersembunyi di
kuil Kaum Penyembah Api atau Muhu itu, sebelum terpaksa
meninggalkannya untuk melebur ke dalam dunia kaum pengemis,
membuatku teringat kembali cerita Yan Zi. Kepada para padri yang
menampung kami, kusampaikan kembali cerita itu, dan mereka
sungguh tersentak. "Memang benar kami menemukan tubuh saudara kami dalam kuil
kami di bagian utara kota, dalam keadaan mengenaskan," katanya,
"Jadi benarkah pembunuhnya adalah Harimau Perang?"
1297 "Demikianlah cerita kawan saya itu, Padri," kataku, "Dan menurut
pengemis sakti yang bisa berada di mana-mana dalam saat
bersamaan itu, Harimau Perang adalah pemeluk Ta ch'in. Ia
bermaksud menyamarkan dirinya sebagai Kaum Muhu dengan
cara memasuki kuil, tetapi seorang padri memergokinya dan
mungkin mengetahui siapa Harimau Perang, setidaknya bukan
sebagai Kaum Muhu. Mendengar cara berbahasanya, mungkin
mereka berasal dari wilayah yang sama, sehingga tahu perbedaan
masing-masing. Sebetulnya tidak jelas juga apa yang dipertengkarkan itu, tetapi kawan saya masih di sana ketika
Harimau Perang membuang kepala itu lewat jendela."
Padri Kaum Muhu yang memuja api itu manggut-manggut.
"Tetapi bukan karena agamanyalah maka ia berbuat seperti itu,"
katanya. "Tentu, Padri, ia hanyalah seorang pembunuh," Panah Wangi
memastikan, seperti yang mengetahui dengan pasti siapa itu
Harimau Perang. Lantas kami ungkap rencana penculikan ini, dan ia bersedia
membantu karena Harimau Perang pun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Kuil Muhu.
1298 "Kita akan gunakan kuil kami yang di utara, di ujung barat, dia boleh
menyerahkan diri demi kebebasan kekasihnya yang bisu tuli itu,"
katanya. Sampai aku melangkah bersama Anggrek Putih sekarang ini
sebetulnya belum terlalu jelas hubungan Harimau Perang
dengannya, tetapi kukira manusia seperti Harimau Perang tidak
akan menampungnya jika bukan karena sesuatu yang dianggap
penting. Namun, dari arah belakangku, tiba-tiba terdengar teriakan,
"Awas!!!" RIBUAN jarum beracun menyerbu dari segala penjuru. Panah
Wangi yang sejak tadi mengikuti dan menjaga kami dari belakang
dengan masih berbusana pengemis, membuka capingnya dan
mengebutkannya dengan daya lwe-kang sehingga jarum-jarum
beracun itu pun rontok sebelum mencapai tujuan. Saat itu jalan
sedang sepi. Jarum-jarum bertebaran di jalanan.
Kami bersiap untuk serbuan berikutnya, tetapi tidak ada serangan
apa pun. Dari setiap mulut jalan, seperti berjanji, muncul orangorang yang tentunya biasa melewati jalan ini.
1299 "Banyak sekali jarum di sini," kata seorang perempuan yang
membawa anak kecil, "Awas jangan sampai menginjak jarumjarum itu."
Aku pun khawatir dengan racun pada jarum-jarum itu, yang sedikit
goresannya sudah menerbangkan nyawa orang. Namun perempuan itu bahkan memungutnya sambil terus berjalan.
"Tapi jarum ini tidak bisa digunakan untuk menjahit karena tidak
ada lubang jarumnya," katanya, "Apakah dibuang karena tidak bisa
dijual" Tapi mengapa dibuang ke jalanan?"
Betapa berjaraknya dunia persilatan dengan kehidupan seharihari. Perempuan itu tidak mengetahui keberadaan jarum-jarum
sebagai senjata rahasia. Kuharap jarum itu akan segera


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibuangnya ketika jari-jarinya terasa gatal karena racunnya, dan
kuharap pula setelah itu ia tidak makan sesuatu menggunakan
tangan ... Semakin banyak lagi orang yang melalui jalan ini meski belum
menjadikannya terlalu ramai. Seorang Ta ch'in yang tinggi besar
berambut merah tampak menaiki unta yang juga disediakan Usaha
Jasa Keledai Cepat, dengan seorang penuntun membawa tali
kekangnya di depan. Di mana pelempar jarum itu" Mengingat
1300 jarumnya datang dari segala arah secara serentak, berarti
gerakannya sangat amat cepat, begitu cepat, bagaikan tiada lagi
yang bisa lebih cepat. "Ini tidak bagus," kata Panah Wangi, "lebih baik siapa pun keluar
dan menyerbu daripada diam-diam bersembunyi tetapi mengikuti
dan mengetahui ke mana kita pergi."
Kuil Muhu di bagian utara masih setengah perjalanan lagi
tempatnya. Tidak ada orang lain yang mengetahui rencana
penculikan ini selain padri Kaum Muhu itu. Jadi serangan ini
mungkin saja tidak ada hubungannya sama sekali.
"Kita mesti memancingnya," kataku, "Yang diserang bukan dirimu,
dan jika berurusan dengan masalah ini, lebih baik dia tidak
menyerang tetapi membuntuti. Bawalah Anggrek Putih ke kuil itu
dan aku tetap di sini, nanti aku menyusul."
Dalam samaran busana pengemisnya yang meyakinkan, Panah
Wangi tampak dekil dan bau, tetapi di balik bayang-bayang
capingnya kulihat sepasang mata cemerlang yang tampak sangat
mengkhawatirkan diriku. "Pendekar Tanpa Nama, berjanjilah akan menyusul segera,"
katanya. 1301 Aku mengangguk saja, karena dalam dunia persilatan suatu janji
sangatlah mahal harganya. Bagaimanakah kiranya jika diriku
berjanji akan menyusul segera, tetapi sesaat kemudian aku tewas
oleh serangan gelap dari belakang"
Dalam sekelebat aku teringat begitu banyak kisah mengharukan
tentang janji ini dalam dunia persilatan, seperti tentang dua
pendekar yang selalu bertemu untuk bertarung setiap tahun di
puncak bukit pada malam purnama, karena sejak pertarungan
pertama tidak pernah ada yang kalah atau menang. Mereka selalu
bertarung setiap tahun setelah menambah ilmu masing-masing,
tetapi tetap saja hasilnya selalu seimbang dan setiap kali berjanji
untuk bertarung lagi tahun depan, sehingga dunia persilatan tidak
tahu lagi apakah hubungan keduanya adalah lawan atau kawan.
Demikianlah dikisahkan suatu ketika salah seorang tidak datang
dan yang lain tetap menunggu demi janji yang telah diucapkan.
Pendekar yang menunggu itu sungguh-sungguh menunggu
sampai bertahun-tahun lamanya, sampai membuat gubuk di
pun?cak bukit itu, bahkan setelah meninggal dunia pun berkubur
di situ. Malam setelah pengu?buran, lawannya datang dengan
rambut putih, janggut putih, dan tangan buntung.
1302 Darah segar mengalir dari tangan buntungnya itu. Ternyata dalam
perjalanannya ke puncak bukit itu dahulu kala, ia telah dicegat
lawan demi lawan yang terus ada meski selalu bisa dikalahkannya.
Setiap kali terluka parah ia harus menyembuhkannya dahulu
sebelum mampu meneruskan perjalanan, sehingga baru tiba
setelah lawan bebuyutannya itu meninggal. Lawan terakhir
memang bisa ditewaskannya, tetapi tangannya terbabat buntung
dan mengeluarkan banyak darah.
"Aku datang untuk memenuhi janji," katanya, sebelum ia jatuh
berlutut, dan mati tertunduk dalam keadaan bersimpuh di depan
kuburan lawannya. Itulah yang membuatku tidak berani terlalu gegabah berjanji, juga
kepada Panah Wangi, meski sekali berjanji harus kupenuhi sampai
mati. "Terima kasih telah menungguku, Pendekar Tanpa Nama."
Kudengar suara yang mantap dan berat di belakangku, yang
sekaligus juga menandakan kedalaman ilmu.
Aku tidak menoleh, karena menoleh sama dengan kematian!
1303 SEPERTI yang sempat kuduga, ia tidak ada hubungannya dengan
semua urusan ini kecuali satu hal, yakni menguji kesempurnaan
ilmunya dengan menantangku bertarung. Dalam dunia persilatan,
di mana pun tempatnya, kapan pun saatnya, bagaimana pun
keadaannya, suatu tantangan bertarung harus dilayani, sebab jika
tidak beritanya akan disebarkan angin dari kedai ke kedai, dan
nama siapa pun yang menolak bertarung akan disebut di sungai
telaga dengan nada melecehkan.
Kupejamkan mataku dan kurapal ilmu Mendengar Semut Berbisik
di Dalam Liang. Melalui suara angin yang terbelah, tergambar
dalam keterpejaman mataku sebuah sosok dengan dua tangan
terpentang memegang pedang jian, yang ternyata juga membelakangiku! Baru kusadari diriku tidak membawa senjata, kecuali jika uang tail
emas dan perak bisa dianggap senjata karena sebetulnya memang
aku sedang berada dalam penyamaran. Aku sungguh harus
berhati-hati, bukan karena tidak membawa senjata, melainkan
karena dalam kedudukan membelakangi seperti itu kepekaannya
akan menjadi berlipat ganda. Sangat mungkin dia juga memejamkan mata. 1304 Kukutuk dia dalam hatiku karena menantangku bertarung di tengah
jalanan di dalam kota seperti ini, ketika orang berlalu-lalang tanpa
bisa diketahui akan melintasi wilayah pertarungan atau tidak.
Pertarungan seperti ini adalah pertarungan tersulit karena seorang
pendekar sejati tidak akan menumpahkan darah siapa pun yang
tidak bersalah. Berbeda dengan pertarungan di tengah medan
pertempuran, tempat hampir semua pembunuhan adalah sahih,
sehingga ketika angin pukulan seorang pendekar tanpa sengaja
membunuh banyak orang tidak akan disalahkan. Pertarungan di
tengah kota memiliki hukum lain.
Dalam pertarungan di tengah kota yang merupakan dunia awam,
para pendekar wajib untuk memisahkan dunia persilatan dari dunia
awam itu karena sebenarnya dunia persilatan merupakan dunia
yang lain. Dalam dunia persilatan para pendekar berkelebat tak
terlihat, melayang dengan ilmu meringankan tubuh, menotok dari
jarak jauh, menepuk batu menjadi tepung, dan membelah rambut,
bukan memotong, menjadi tujuh dengan pedang mestika, jelas
tidak untuk menjadi bagian dari dunia awam, melainkan sebaliknya
untuk melepaskan dan membebaskan diri dari dunia awam itu.
Kong Fuzi berkata: ia tidak memamerkan 1305 nilai akhlaknya betapapun semua pangeran mengikuti langkahnya. 1 Aku membelakanginya dan ia membelakangiku dengan dua
pedang jian terpentang ke arah bawah, ciri Ilmu Pedang Wilayah
Timur yang sangat ternama. Berarti dia sudah datang dari tempat
yang jauh untuk menantangku. Mungkin saja selama ini ia telah
mengembara dan mengalahkan banyak pendekar. Barangkali ia
yang menantang, barangkali ia yang ditantang, tetapi dapat
kubayangkan dia melangkah dari tahun ke tahun dari wilayah timur,
mengalahkan lawan satu demi satu sampai kemari.
Orang-orang mengalir dari depan dan belakang. Untuk sesaat,
sesaat saja, mereka akan melihat kami, tetapi kami segera lenyap
dalam pertarungan silat tingkat tinggi yang begitu cepat, sangat
amat cepat, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih cepat, sehingga
tiada seorang awam pun bisa melihatnya. Orang-orang yang
berlalu-lalang ini kemudian memang tidak mengetahui betapa di
sekitarnya kami telah bertarung dengan kecepatan yang tidak
terlihat itu. Mungkin terasakan kesiur angin dan kelebat bayangan
1306 sepintas, tetapi yang tidak akan pernah disadari betapa di
sekitarnya berlangsung pertarungan antara hidup dan mati.
Dalam waktu terlalu singkat, telah kuhindari 500 sambaran pedang
di tangan kanan maupun 500 sambaran pedang di tangan kiri yang
silih berganti dalam paduan indah Ilmu Pedang Wilayah Timur
yang sulit dibedakan dengan tarian, meski tentu saja bukan
sekadar tarian melainkan tarian dua pedang dengan ancaman
kematian dalam jarak setipis benang untuk menamatkan kehidupan. Beberapa kali pendekar yang tidak menyebutkan
namanya itu berjungkir balik di atas kepalaku sembari menggunting, yang tanpa kewaspadaan tinggi terhadapnya tentu
kepalaku ini tiada lagi. Maka dengan segala hormat kugunakan Ilmu Bayangan Cermin
untuk menyerap segenap jurus Ilmu Pedang Wilayah Timur yang
ternama itu untuk kukembalikan kepadanya sebagai jurus tangan
kosong dalam pembalikan cermin yang membingungkannya. Ia
membuka mata dan dengan begitu justru kepekaan inderanya
semakin berkurang, karena hanya tipu dayalah yang terlihat oleh
matanya itu. Demikianlah ia berkelebat menghindar, tetapi aku tidak membiarkannya. 1307 PERTARUNGAN dunia persilatan di jalanan orang awam di kota
besar akan menjadi pertarungan tersulit ketika banyak orang
berlalu lalang, karena bagi pendekar yang bertarung jatuhnya
korban akibat sabetan pedang jian salah sasaran wajib
dihindarkan. Pertarungan yang tidak dapat dilihat mata awam itu
sendiri, karena berlangsung lebih cepat dari cepat, memang tidak
akan mengganggu kehidupan selama pergerakannya tidak
berhenti karena petarungnya tewas.
Demikianlah pendekar yang datang dari wilayah timur, dengan
mengandalkan Ilmu Pedang Wilayah Timur yang ternama itu, yang
sambaran dan sabetannya begitu cepat, sehingga jarak ujung
pedangnya dengan kulitku hanya setipis benang, telah berhasil
kudesak dengan Ilmu Bayangan Cermin. Di setiap tempat ia
kucegat, sambil menunggu jalanan kosong, karena bila aku
menjatuhkannya sekarang ketika orang-orang masih berlalu
lalang, tentu akan terjadi kegemparan. Bagaimana tidak akan
terjadi kegemparan jika tiba-tiba muncul tubuh bersimbah darah
yang seperti terlontar begitu saja dari ketiadaan"
Maka tetap kutunggu jalanan kosong, dan untunglah memang
semakin kosong ketika angin menjadi semakin dingin. Ilmu Pedang
Wilayah Timur telah kuserap semuanya ke dalam perbendaharaan
ilmu silatku, dan kukembalikan kepadanya de?ngan seketika,
1308 dalam pembalikan yang mengacaukan pemusatan perhatiannya.
Meski diriku bertangan kosong, dengan kecepatan yang lebih
tinggi kedua pedangnya kehilangan arti. Bukan diriku tetapi dialah
yang mesti menghindari sambaran tanganku yang sekeras besi
membara api. Pada saat jalanan kosong, aku merasa sudah waktunya
menyelesaikan kisah pertarungan selingan ini. Kuhentikan
seranganku dengan mendadak, secepat kilat ia menebaskan dua
pedang dengan guntingan membuka. Pedang di tangan kiri
menebas ke kiri, pedang di tangan kanan menebas ke kanan,
dengan pengandaian leherku tergunting putus. Namun kedua
pedangnya menebas angin, karena kepalaku lebih cepat lagi
menghindar, dan sambil berkelit telapak tangan kiriku mendorong
dadanya yang tanpa pertahanan sama sekali dengan pukulan
Telapak Tangan. Terlontarlah ia ke dunia awam dengan gambar
telapak berdarah pada dadanya itu.
Kubuka mataku. Ia terguling-guling di jalanan lantas berhenti. Ia
terkapar dengan napas tersengal dan mulut memuntahkan darah.
Aku bisa berkelebat pergi, tetapi aku mendatanginya.
"Aku sudah memperkirakan betapa diriku akan perlaya melawanmu, yang tidak menjadi masalah bagiku asalkan aku
1309 dapat mencicipi Jurus Tanpa Bentuk. Tetapi rupanya ilmuku tidak
cukup tinggi untuk itu," katanya, "Betapapun aku bersyukur kamu
sudi bertarung denganku."
"Mengapa kamu tidak menyebutkan nama, wahai Tuan Pendekar?" Menjelang ajalnya dia masih bisa tersenyum.
"Pendekar Tanpa Nama, kamu saja tiada bernama, mengapa pula


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku harus menyebutkan nama?"
Lantas ia memejamkan mata dan mengembuskan napas untuk
terakhir kalinya. Selintas kuperhatikan pendekar dari wilayah timur
itu. Rambutnya yang putih tertutup fu tou putih tetapi yang
warnanya sudah tidak begitu putih lagi. Busananya seperti busana
setiap pengembara yang tidak akan membeli baju atau celana baru
sebelum menjadi aus dan sungguh-sungguh tidak bisa dikenakan
lagi, yang tidak harus berarti kotor dan menjijikkan karena dia
membawa pakaian ganti dan dari waktu ke waktu selalu
mencucinya. Sepatunya dari kulit tetapi sudah sangat butut. Ia telah menempuh
ratusan ribu li hanya dengan berjalan kaki saja, mencari lawan dari
tempat yang satu ke tempat lainnya sejak muda untuk menguji dan
1310 meningkatkan keberdayaan ilmu pedangnya. Berapa tahunkah ia
sudah mengembara" Jika ia keluar dari perguruan pada usia 20
tahun, dan kini usianya 60 tahun, maka itu berarti sudah 40 tahun
ia mengembara mencari lawan yang bisa mengalahkannya. Ia bisa
berhenti pada usia 40 dan mendirikan perguruan. Saat itu berarti
sudah 20 tahun ia tidak terkalahkan, dan itu akan mengundang
banyak murid untuk mengukuhkan perguruan, tetapi ia tidak
melakukannya. Kupungut sepasang pedangnya dan kuamati. Sepasang pedang
jian itu menunjukkan jejak pertarungan yang sangat keras dan
sangat panjang. Berdasarkan tanda-tandanya tampak jejak ribuan
perbenturan dengan senjata lawan yang juga menunjukkan betapa
pe?miliknya selalu berada di ambang maut.
Kuletakkan kembali sepasang pedang itu di kiri dan kanan
tubuhnya. Kudengar langkah-langkah kaki sejumlah orang di balik
kelokan. Aku berkelebat pergi. Siapa pun itu, biarlah mereka yang
menguburnya. DI kuil Muhu yang terletak di bagian utara Chang'an, para padri
memandangku dengan cara yang tidak membuatku merasa
tenteram. 1311 "Ada apa?" Aku bertanya tak sabar. Namun mereka hanya menepi ke dinding
kuil, seperti memberi tanda agar aku berjalan terus. Kuil yang
terletak sepetak dengan sebuah wihara Buddha, kuil Dao, dan
kuburan itu kurasakan gelap dan dingin, mungkin karena
dindingnya yang serbatebal, meskipun sepanjang dinding sudah
terdapat penerangan lilin. Apa yang terjadi sehingga tidak seorang
pun tampak seperti ingin atau bisa berbicara sama sekali" Aku
berjalan terus sampai ke sebuah ruang yang lebih luas, dan segera
tampaklah pemandangan yang telah membuat segalanya menjadi
muram. Di atas sebuah altar marmar, tampaklah tubuh Padri Das yang
terbaring dengan luka sayatan pedang di dada saling menyilang.
Tidak kulihat Panah Wangi. Namun kulihat Anggrek Putih yang
tertunduk diam seperti patung di depan altar itu. Aku tidak tahu
harus mengatakan apa. Luka sayatan saling menyilang adalah ciri
sabetan pedang Harimau Perang. Apakah dia mengawasi kami
yang justru sedang mencari dia"
Kukira Panah Wangi mengejar Harimau Perang, dan apa yang
terjadi sangat mungkin seperti berikut:
1312 Harimau Perang tidak pernah sama sekali melepaskan pengawasannya terhadap Anggrek Putih. Selama ini telah
diketahuinya kami mengawasi gadis bisu-tuli itu, meskipun kami
dengan sangat berhasil telah menyamar sebagai pengemis,
bahkan menjadi pengemis itu sendiri. Betapapun penculikan
Anggrek Putih oleh kami itu baginya mengun?tungkan, karena
bagaikan tinggal memetik hasilnya, meskipun harus kuakui tidak
sepenuhnya begitu. Mengawasi kami melaksanakan kerja penculikan Anggrek Putih
tanpa sedikit pun kami ketahui adalah kerja besar ter?sendiri.
Meskipun Harimau Perang bertingkat kepala mata-mata dalam
pekerjaan rahasia, tetap tidak dapat kubayangkan bagaimana kami
tidak mengenalinya. Apakah dia juga menyamar sebagai pengemis
secara jauh lebih berhasil daripada kami, sehingga dia dapat
mengetahui keberadaan kami dan sebaliknya kami tidak dapat
mengetahuinya" Jika pada tingkat seperti inilah pekerjaan rahasia
yang dilakukannya, maka tidaklah dapat disebutkan betapa
Harimau Perang itu tinggal memetik hasilnya.
Sebaliknya, apakah ini juga berarti pekerjaan kami menjadi gagal"
Jika tujuan kami dengan menculik Anggrek Putih adalah
memancing kemunculan Harimau Perang, maka sebetulnya itulah
yang sudah terjadi meskipun terjadinya tidak seperti kami
1313 harapkan. Betapapun begitulah rupanya pertarungan dalam dunia
kerahasiaan itu. Harimau Perang begitu cerdik masuk ke dalam
celah yang terbuka, ketika Panah Wangi dan diriku terpisah karena
melayani tantangan dunia persilatan yang tidak bisa kuabaikan
demi kehormatan seorang pendekar yang datang dari jauh dan
siap mati dalam pertarungan.
Mungkinkah tantangan itu sebetulnya bagian dari penjebakan
Harimau Perang, dalam arti dialah yang menggiring dan
memancing pendekar pedang dari wilayah timur itu sebagai cara
untuk memisahkan diriku dari Panah Wangi, sehingga akan lebih
mudah baginya untuk menculik Anggrek Putih" Dalam dunia
kerahasiaan, tidak ada yang akan pernah menjadi jelas
sepenuhnya. Dhammapada berkata: panjanglah malamnya bagi ia yang berjaga;
panjanglah jaraknya bagi ia yang keletihan;
panjanglah hidupnya bagi si bodoh
yang tak tahu hukum sebenarnya. 1
1314 Belum jelas juga apa yang terjadi sehingga Padri Das, satusatunya orang yang mengetahui rencana rahasia kami, dan
menjadi bagian dari rencana kami dalam memancing Harimau
Perang kini mati terbunuh. Juga Panah Wangi tidak kelihatan dan
Anggrek Putih masih di sini. Gadis bisu-tuli itu tentu tahu banyak
tetapi bagaimana cara mengetahuinya, pun misalnya jika ia
bersedia menyampaikannya"
Kupandang tubuh yang terbaring di altar itu, Padri Das, salahkah
diriku telah melibatkannya" Betapapun ia tidak boleh mati sia-sia.
Jadi aku melangkah ke arah kerumunan padri Kaum Penyembah
Api ini dan langsung berbicara panjang, menyampaikan apa yang
perlu mereka ketahui. Penting bagiku agar mereka mengetahui
betapa Harimau Perang telah membunuh bukan hanya Padri Das,
tetapi juga padri lain dengan kejam, dan menjadi penyebab
terlibatnya Padri Das dalam penculikan Anggrek Putih, serta
rencana penyediaan penampungannya di kuil ini. Mereka tidak
punya kesulitan sama sekali untuk memahami.
Salah seorang padri itu berbicara.
"Saudaraku yang tidak bernama tidak perlu ragu, kami serikat padri
Kaum Muhu di Chang'an akan berpihak ke?padamu," katanya,
1315 "Harimau Perang telah membunuh dua padri Kaum Muhu dan
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."
PANAH Wangi muncul pada senja hari dengan wajah muram.
"Dia lolos di balik cahaya kekuningan," ujarnya.
Saat aku bertarung dengan pendekar dari wilayah timur, Panah
Wangi tiba dengan membawa Anggrek Putih di kuil Kaum
Penyembah Api, tanpa pernah mengira betapa seseorang
berambut lurus panjang, dengan tubuh tinggi dan tegap, telah
berada di dalam kuil, bersembunyi di dalam kegelapan.
"Waktu aku masuk ia sudah menekan Padri Das dengan dua ujung
pedangnya," kisah Panah Wangi.
"Serahkan perempuan tidak berguna itu, nanti kubiarkan padri
yang satu ini hidup," kata sosok yang wajahnya tidak dapat dilihat
baik karena tertutup rambut yang terurai ke depan maupun karena
sudah berada dalam kegelapan.
Panah Wangi segera memperhatikan Anggrek Putih.
1316 "Ia tidak tampak seperti senang, mulutnya mengeluarkan suarasuara aneh, tangannya mencengkeram lenganku dengan erat
sekali seperti meminta perlindungan."
"Ia tidak suka dengan Harimau Perang!"
"Bukan hanya tidak suka, melainkan ketakutan dan membencinya,
bagaikan terlalu banyak kejadian buruk yang telah dialaminya
bersama Harimau Perang itu!"
Panah Wangi melanjutkan ceritanya.
"Jika perempuan malang ini kamu sebut tiada berguna untukmu,
mengapa pula harus aku serahkan kepadamu" Lepaskan padri itu
dan marilah kita bertarung."
Mengikuti tata kehormatan dunia persilatan, sosok berambut lurus
panjang bertubuh tegap bersenjatakan sepasang pedang panjang
melengkung itu seharusnya melayani tantangan Panah Wangi.
Namun, siapakah manusia yang wajahnya selalu tertutup rambut
dan tabir kegelapan ini, yang di tempat terang tabirnya tiada hilang,
yang bahkan ketika digambarkan pada selebaran pencarian
kejelasannya pun tiada berhasil didapatkan"
"Hmmhh!" 1317 Hanya itulah jawaban yang terdengar, yang segera disusul oleh
suatu gerak tipu untuk merebut Anggrek Putih. Namun, Panah
Wangi bukan anak kemarin sore yang baru dua tiga langkah
memasuki dunia persilatan. Dalam sekejap mata tiada kurang dari
198 gerak tipu sosok berambut panjang itu telah dimentahkan,
sehingga dengan sepasang pedang panjangnya ia tidak mau lagi
melakukan gerak tipu. Diserangnya Panah Wangi dengan jurusjurus mematikan yang segera berbenturan ratusan kali dalam
tangkisan tongkat pengemis Panah Wangi.
Tongkat pengemis yang dipegang Panah Wangi memang bukan
sembarang tongkat pengemis, karena sebetulnya ibarat pedang
dengan sarungnya saja, yakni bila ditarik bagian yang dipegang
ternyata akan muncul pedang pipih dengan dua sisi tajam.
Meskipun menyamar sebagai pengemis, periksa dulu senjata apa
yang perlu ditinggal dan apa yang perlu tetap dibawa.
Di dalam bangsal Kuil Penyembah Api yang gelap, letik api tampak
banyak sekali bagai pesta kembang api, menandakan terjadinya
ratusan perbenturan antara satu pedang melawan sepasang
pedang dalam waktu yang singkat, begitu singkat, bagaikan tiada
lagi yang lebih singkat, karena memang ruangan kembali
menggelap. Dalam kegelapan, segala sesuatunya berlangsung
tanpa dapat dilihat, sampai mata kembali terbiasa melihat dalam
1318 gelap, dan dalam cahaya lampu damar yang muram tampak Padri
Das terkapar tanpa nyawa. Luka sayatan panjang dan dalam saling
bersilang di dadanya. Panah Wangi tidak kelihatan lagi, mengejar siapa pun dia yang
berada di balik sosok tegap berbahu lebar berambut lurus panjang,
yang wajahnya seperti selalu diliputi tabir kegelapan itu.
"Di luar hari masih terang, kulihat dia berlari di atas tembok dari
petak ke petak menuju ke arah Taman Terlarang," kisah Panah
Wangi. "Kuawasi dia dengan cara melompat dari wuwungan ke
wuwungan yang kedudukannya lebih tinggi, sehingga bisa
mengambil jalan pintas dan hampir mencegatnya di tembok yang
membatasi barak Pasukan Siasat Langit dengan Taman Terlarang.
"Namun dia lolos masuk ke Taman Terlarang, kulepaskan seribu
panah yang akan merajamnya, tetapi disampoknya semua tanpa
menoleh dengan kedua pedangnya berganti-ganti. Kukejar masuk
ke Taman Terlarang. Sekitar 20 anggota Pasukan Hutan Bersayap
menyambutku. Langsung kuistirahatkan mereka dengan panah di
dahinya, tetapi saat itu kulihat pembunuh kejam yang mungkin juga
telah menindas Anggrek Putih terlalu lama, menghilang ke balik
cahaya senja pertama."
1319 Aku tertegun. Jika Harimau Perang masuk dan menghilang di
Taman Terlarang, apakah kiranya yang akan dia lakukan di sana"
Tidakkah segala usahanya di sana telah dihancurkan, sementara
Pasukan Hutan Bersayap kini bertugas resmi untuk menangkapnya" KAMI putuskan untuk menyusup ke dalam Taman Terlarang
setelah gelap untuk menyatroni keberadaan Harimau Perang.
Kukira kami memang tidak bisa lagi menunggu. Selama ini
Harimau Perang seperti selalu selangkah berada di depan kami,
jadi sebaiknya kami jangan memberinya peluang bernapas dan
apalagi berpikir. "Berangkatlah," ujar salah satu dari para padri Kaum Muhu di kuil
itu, yang menggantikan Padri Das sebagai kepala kuil. "Kami telah
mengirim utusan ke setiap Kuil Muhu di Chang'an meminta mereka
agar mengirimkan padri pengawal mereka yang terbaik kemari
untuk menjaga gadis bisu-tuli ini.
"Sebetulnya kami juga ingin memburu sendiri pembunuh dua padri
Muhu ini, tetapi kami mengetahui bahwa pada tahap ini sebaiknya
kami mendukung saja perburuan yang sudah dirintis oleh
Pendekar Tanpa Nama dan Pendekar Panah Wangi."
1320 Kalimat yang sopan ini kurasa tidaklah setenang tampaknya.
Apalagi setelah para padri pengawal yang disebutkan itu segera
tiba sebelum gelap. Sebagai kuil asing, tidak banyak kuil Kaum
Penyembah Api di Chang'an sehingga hanya terdapat tiga orang
padri pengawal. Sepintas lalu ketiganya seperti padri biasa, tetapi setelah jubah
padrinya yang hitam mereka buka, terlihatlah ketiganya sebagai
petarung yang tangguh. Ketiga padri pengawal yang tegap dan
tinggi ini mengenakan serban, wajahnya berbulu dan bersenjatakan dua pedang yang saling bersilang di punggungnya.
Di balik jubahnya saling bersilang sabuk pisau terbang, dan pada
ikat pinggangnya kulihat kantung-kantung bola peledak yang
sangat kuat, sehingga tidak akan meledak apabila terkena


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tendangan lawan dalam pertarungan, di samping terdapat pula kait
bertali tergulung rapi yang akan sangat berguna dalam penyusupan. Namun bukan kelengkapan persenjataannya yang membuatku
terkesan, melainkan sikap rendah hati dan kematangannya
sebagai padri yang tetap terjaga, meski pada sekujur tubuh mereka
terlihat begitu banyak bekas luka sebagai penanda atas
pengalaman bertarung mereka yang panjang. Kedudukan Kaum
Penyembah Api sebagai kelompok kecil, bahkan diresmikan
1321 sebagai agama asing di Negeri Atap Langit, dan terutama di
Chang'an, agaknya mengundang tekanan dan penindasan
kelompok-kelompok besar sampai kepada taraf membutuhkan
pembelaan. Dalam perkara terbunuhnya dua padri Muhu atau Penyembah Api,
sekarang tampaknya hanya tiga orang berada di sini. Itu pun hanya
menjaga gadis bisu-tuli. Namun dalam waktu yang tidak terlalu
lama, kukira serikat padri Kaum Penyembah Api akan mengirimkan
padri pengawal sebanyak-banyaknya untuk memburu Harimau
Perang. Kong Fuzi berkata: manusia sejati tidak punya kekhawatiran;
manusia bijak tidak punya kebingungan;
manusia berani tidak punya ketakutan 1
Kami sudah berada di Taman Terlarang. Hujan turun. Gelap. Angin
ribut. Kami tahu harus siap menghadapi peronda dalam cuaca
seperti ini, tetapi bukanlah peronda yang harus kami waspadai
sekarang ini, melainkan sosok yang begitu mahir begitu licin dan
begitu licik dalam permainan dengan kegelapan.
1322 Hujan, angin, dan kegelapan bagai tirai-tirai yang mengelabui silihberganti, dari balik tirai itulah memang berlangsung kelebat
serangan berkecepatan kilat, yang muncul secepat menghilangnya, sehingga kami hanya bisa menangkis dan tidak
bisa menyerang balik. Setiap kali dari kegelapan itu muncul suatu
sosok yang dengan pedangnya membabat, yang seperti hanya
perlu ditangkis sekali segera menghilang kembali.
Begitulah kami melangkah di dalam taman setengah hutan, yang
seringkali menjadi ajang pelampiasan semangat berburu sang
maharaja itu, menghadapi serangan demi serangan yang sama
sekali gelap, yang jika tidak diakhiri, tampaknya memang akan
mungkin mengakhiri riwayat hidup kami.
Ketika kilat berkeredap dan guntur menggelegar, kubisikkan
sesuatu di telinga Panah Wangi yang segera mengangguk.
Kami berdua melangkah dalam keadaan basah kuyup dan kepala
tertunduk, dan saat itulah suatu serangan kilat datang dari
belakang dan kubiarkan saja. Pedang itu seperti menembus
punggungku dan penyerang itu langsung menghilang.
Aku jatuh terguling di rerumputan basah. Panah Wangi menjerit
dan ikut menjatuhkan diri memelukku. Hujan bukannya mereda
1323 melainkan semakin keras. Pada saat itu kami tahu berpuluh-puluh
bayangan keluar dari balik kegelapan dan saling berebut untuk
merajam kami. "Sekarang!" Kudorong Panah Wangi sehingga terlontar ke atas.
HUJAN, angin, dan kegelapan. Hmm. Ketiganya kawan penyusup,
lawan bagi yang disusupi. Ketiganya melindungi kami dalam
penyusupan, tetapi justru menyulitkan jika kami yang menjadi
sasaran penyerangan. Betapapun cara penyerangan seperti itu dilakukan dengan
anggapan bahwa kami berdua mampu bergerak begitu cepat, amat
sangat cepat, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih cepat, sehingga
kukira tidak keliru jika kulakukan tipu daya itu. Dengan gerak yang
mendadak lamban, bahkan jatuh dan berhenti, dalam pergerakan
luar biasa cepat perubahan itu harus segera ditanggapi. Maka,
keluarlah mereka semua dari balik segala tabir dan menyerbu
kami! Pemikiran itulah yang secara ringkas kubisikkan kepada Panah
Wangi, yang dari keadaan memelukku di atas rerumputan basah
yang berhasil mengecoh itu telah kulontarkan ke atas, sehingga ia
1324 bisa menggeliat dan berputar sambil melepaskan ratusan panah
mantranya. Demikianlah serbuan itu tidak dapat ditarik kembali.
Dari balik hujan dan kegelapan para penyerang dengan berbagai
macam senjata melayang dan melesat lebih cepat dari kilat, hanya
untuk disambut badai anak panah yang meski meruapkan
wewangian tetap sangat mematikan.
Suara tubuh-tubuh yang jatuh bergulingan terdengar di sela hujan.
Setelah itu berhenti. Kami diam mendengarkan, dan yang
terdengar tiada lain selain suara hujan dan angin yang mendesau
menggelisahkan. Setidaknya 200 mayat berge?limpangan dengan
anak panah menancap di dahi. Semua pengepung itu mati. Jelas
korban tidak bersalah dari perwira yang telah menugaskan
mereka, yang sudah tahu-menahu betapa mereka semua
hanyalah akan mati di tangan kami.
Ketika kilat berkeredap sebelum petir menggelegar, tampaklah
seragam pasukan itu, yang tiada lain dan tiada bukan adalah
Pasukan Hutan Bersayap. Berarti semua orang yang tewas itu
pastilah orang-orang kebiri. Tetapi orang-orang kebiri pada pihak
yang mana" Mereka yang bersekongkol dengan Harimau Perang
untuk mengangkut uang emas perbendaharaan negara ke wilayah
Khaganat Uighur, tampaknya tidak mungkin tetap hidup. Jadi atas
nama siapakah penjagaan ini dilakukan" Sudah jelas betapa ini
1325 bukanlah perondaan biasa, karena tampak jelas mengandung
siasat yang dipersiapkan untuk menyambut kami.
Dalam gelap kami berpandangan. Berlarinya Harimau Perang
memasuki Taman Terlarang hanya berarti dirinya merasa aman
berada di tempat itu. Mengzi berkata: segala sesuatu tertentukan menjadi baik atau buruk
hanya tergantung penghargaan atau nilai yang diberikan
terhadapnya 1 Kami telah berada di Istana Terlarang lagi. Apa yang membuat
Harimau Perang sungguh mengira betapa akan bisa menghentikan
kami" "Mungkin bukan Harimau Perang lagi yang berperan di sini," ujar
Panah Wangi. "Jadi siapa yang berperan?"
"Itu tergantung apa yang kita dapat di sini," katanya lagi.
Sekarang hujan, angin, dan kegelapan kembali berpihak kepada
kami. Kukira para penjaga yang ada di sini pun belum tahu betapa
1326 setidaknya 200 orang kawan mereka sudah bergelimpangan di
balik kegelapan. Pengalaman kami dulu ketika menyusup kemari
sangat membantu, karena lekuk-liku dan kedalaman Istana
Terlarang bagaikan sudah begitu kami kenal.
Menggunakan gabungan ilmu cecak, ilmu bunglon, dan kadangkadang ilmu halimunan, kami lewati setiap lapis penjagaan,
bahkan sampai bisa masuk ke dalam zhengfang atau bangunan
utama, meski di sini kami sungguh tidak boleh gegabah. Kami
menyusup cukup sampai ke balik pintu lantas diam di situ.
Sejumlah orang berbicara mengelilingi meja bundar yang besar.
Dengan tidak adanya satu pun pengawal di ruangan itu, berarti
pertemuan tersebut bersifat sangat rahasia.
Dari tempat kami bersembunyi, tidak seorang pun yang dapat kami
lihat, tetapi bergerak sedikit saja sekarang ini hanya akan
mengacaukan pengintaian. Sudah berapa lama mereka berbicara"
Sayang sekali jika tidak semua rahasia dapat kami ketahui
sekarang ini. "Saudara saya Harimau Perang sudah berada bersama kami di
sini," terdengar sebuah suara, "tetapi bagaimana kami bisa yakin
bahwa kami sedang menghadapi Harimau Perang sejati yang tidak
1327 pernah memperlihatkan dirinya itu, bahkan konon tiada seorang
pun pernah melihatnya?"
Jangankan mereka, kami yang bersembunyi pun sangat penasaran untuk mendengar jawabannya. Ternyata bukan hanya
kami yang tidak kunjung dapat memastikan keutuhan sosok
Harimau Perang itu! SEPERTI semua orang di meja itu, kami pun menunggu. Kami
tidak mengira betapa perkara keutuhan Harimau Perang itu
ternyata juga menjadi masalah semua orang. Bukan hanya lawan,
tetapi juga kawan. Benarkah Harimau Perang adalah sebuah nama
bagi banyak orang" Atau sebaliknya mungkinkah satu manusia
hadir di banyak tempat seketika dengan satu nama, seperti yang
selalu diceritakan banyak orang dari kedai ke kedai"
Dari tempat persembunyian, kami dengar helaan napas panjang.
''Saudara-saudaraku yang baik, mengapa kita tidak bisa mulai
dengan saling percaya" Aku bukan seorang terdakwa di sini, dan
kita berkumpul di sini bukan karena diriku yang menjadi masalah..."
Semua terdiam. Lalu, salah seorang berbicara.
1328 ''Ada banyak masalah, dan saudaraku Harimau Perang adalah
salah satunya." Sepi kembali. Aku berpikir keras. Pertemuan apakah ini" Istana Terlarang adalah
tempat peristirahatan maharaja. Apakah ini berarti maharaja
mengetahui dan mengizinkan pertemuan, yang dihadiri musuh
resmi pemerintah seperti Harimau Perang"
''Saudara-saudaraku mempermasalahkan keberadaanku, sementara aku jelas berada di hadapan kalian,'' ujar Harimau
Perang, ''Tapi bagaimana dengan sekutu yang saudaraku sebut
Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu" Dia itu dulu musuh kita,
mengepung kota ini, menjatuhkan banyak korban! Mengapa tidak
dipersoalkan selama ini hanya mengirimkan utusan tanpa pernah
menunjukkan batang hidungnya" Untuk pertemuan sepenting ini,
mengapa itu tidak ditafsirkan sebagai penghinaan" Rasanya aku
lebih suka menjadi musuh yang memburunya daripada bersekutu
dengannya!'' ''Huh!" Lantas kami dengar suara kursi jatuh dan seseorang berdiri.
1329 ''Siapa menghina siapa"! Betapapun Tuanku yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang tidak berada di ruangan ini dan melakukan
penghinaan!" Tentu inilah suara utusan yang menggantikan kehadiran Yang
Mulia Paduka Bayang-Bayang. Tetapi suara Harimau Perang tetap
tenang, tentunya ia bicara sambil tetap duduk.
''Saudaraku yang menjadi utusan, tenanglah, tidak ada sesuatu
pun yang akan bisa menghalangimu, jika memang ingin mati bagi
tuanmu Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang,'' katanya. ''Tetapi jika
memang kematian semacam itulah yang Saudaraku inginkan
untuk memberi makna hidupmu sendiri, ketahuilah terlebih dahulu
siapa Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu sebenarnya.''
''Aku mengerti siapa Tuanku!''
''Tidak. Saudaraku tidak mengerti. Yang Mulia Paduka BayangBayang memiliki Ilmu Pemecah Suara, sehingga Saudaraku dan
kita semua tak dapat mengetahui sumber suaranya ketika tuanmu
itu berbicara, dan pada saat yang sama juga memiliki Ilmu Pemisah
Suara, yakni suaranya bisa berada di suatu tempat sementara
tuanmu berada di tempat lain.''
1330 ''Kami tahu tuanku memiliki ilmu-ilmu tak terbayangkan. Itulah yang
membuat kami percaya kepadanya!"
''Hohohohohohoho! Percaya saja tidak cukup Saudaraku, percaya
saja tidaklah cukup,'' ujar Harimau Perang, ''Apakah Saudaraku
pernah melihat tuanmu yang terpercaya itu?"
''Kami tidak perlu melihatnya untuk percaya.''
''Itulah soalnya sekarang bagi kita Saudara-saudaraku," Harimau
Perang sekarang jelas mengarahkan kata-katanya kepada orangorang lain di meja itu. ''Bagaimana caranya kita percaya kepada
sesuatu tanpa memiliki atau menguasai cara-cara pengujiannya.
Hal itu mungkin berlaku dalam kepercayaan beragama, tetapi tidak
perlu berlaku dalam urusan dunia, apalagi urusan kita, tempat
segala sesuatu harus bisa dihitung, dijabarkan, dipertimbangkan,
dan terhadapnya dilakukan penalaran dengan rinci, berkali-kali,
sampai keraguannya tiada lagi.''
Aku tertegun. Dengan perbincangan seperti itu Harimau Perang
bisa mengubah sikap pengikut Yang Mulia Paduka BayangBayang agar meninggalkannya.
''Dengan ilmu-ilmu yang sama, tidakkah Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang bisa saja berada di dekat-dekat kita, tetapi pada
1331 saat yang sama memberikan kepada kita suatu kesan betapa
dirinya seolah-olah jauh sekali, dan karena itu sungguh-sungguh
sakti?" Kesenyapan yang menegangkan kembali mencekam. Kukutuk
diriku sendiri karena tidak bisa berada dalam kedudukan yang
memungkinkan kami untuk melihat siapa saja yang berada di
sekitar meja itu. Panah Wangi memberi tanda bahwa sebaiknya
kami merayap ke atas dengan gabungan ilmu cicak, ilmu bunglon,
dan ilmu halimunan, tetapi kuberi tanda betapa melakukannya
sekarang adalah sangat berbahaya.
Utusan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu berbicara, ''Jika
demikian pendapat Saudaraku Harimau Perang, barangkali
pertemuan ini lebih baik dibubarkan dan persekutuan dilupakan,''
katanya, ''Bukankah di antara kita sudah tidak ada saling percaya"''
AKU tidak tahu perwakilan kelompok apa saja yang berada di meja
itu, tetapi bahwa terdapat gagasan agar Harimau Perang
bersekutu dengan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu saja
sudah membuatku sangat penasaran. Bukankah Harimau Perang
sengaja dipanggil dari Daerah Perlindungan An Nam terutama
untuk melumpuhkan jaringan Yang Mulia Paduka BayangBayang"


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1332 Apakah pertemuan ini sepengetahuan maharaja" Sejauh yang
kami alami, Taman Terlarang ini merupakan wilayah yang
keamanannya ditangani oleh Pasukan Hutan Bersayap, pasukan
orang-orang kebiri yang tugas utamanya adalah melindungi
keselamatan maharaja. Jika mengingat apa yang terjadi dengan
peti-peti uang emas itu, maka letak Taman Terlarang yang berada
di luar tembok Chang'an, bahkan tidak berbatas apa pun dengan
keluasan padang di wilayah utara, keterlarangannya justru
menutupi segala persekongkolan orang-orang kebiri dengan pihak
mana pun. Pasukan Siasat Langit memang telah menggagalkan penyelundupan yang dilakukan Pasukan Hutan Bersayap, tetapi
selain terdapat berbagai kelompok di kalangan orang-orang kebiri,
pengukuhan kembali telah didapatkan setelah peristiwa bentrokan
antara pasukan Pangeran Song dengan para petugas Dewan
Peradilan Kerajaan di bekas Taman An Lushan. Namun yang
sedang berlangsung sekarang ini adalah perselisihan antara
Harimau Perang dengan utusan Yang Mulia Paduka BayangBayang yang tampaknya sulit diselesaikan.
Terdengar suara yang lain. Suara seorang laki-laki yang halus
sekali. 1333 "Mohon Saudaraku berdua menahan diri sejenak, kepentingan
persekutuan sekarang ini jauh lebih penting daripada kepentingan
kelompok, apalagi kepentingan pribadi," ujarnya. "Mohon duduklah
Saudaraku berdua dengan tenang.''
Terdengar dengusan napas jengkel dari utusan Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang. Agaknya ia mengambil kembali kursi
yang dijatuhkannya, meletakkannya kembali dengan setengah
membantingnya, yang agaknya mengundang kemarahan pula.
Suara laki-laki terdengar memperingatkannya.
"Saudaraku berhadapan dengan Pangeran Tong! Bersikap
sopanlah sedikit!" Pangeran Tong" Aku terhenyak. Pastilah ini pertemuan yang
sangat penting. Pangeran Tong, adik tiri Pangeran Song, lahir
bukan Permaisuri Wang yang sudah meninggal tahun 786. Segera
aku teringat apa yang pernah disampaikan jaringan mata-mata
tentara bahwa Putra Mahkota Li Song atau Pangeran Song tidak
pernah terlalu suka dengan pengaruh orang-orang kebiri, baik di
Istana Daming, pemerintahan Wangsa Tang, dan juga di dalam
jenjang ketentaraan. 1334 Sebaliknya Maharaja Dezong disebut semakin mempercayai orang
kebiri ini. Daripada Menteri Utama Zheng Yuqing, maharaja
terbukti lebih percaya kepada Dou Wenchang dan Huo Xianming,
yang juga menjadi para panglima Pasukan Siasat Langit.
Mozi berkata: Pembelajaran itu berguna.
Alasannya diberikan oleh mereka yang melawannya. 1
Utusan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu tidak bersuara lagi.
Mungkinkah Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang sendiri telah
membisikkan sesuatu ke telinganya"
Terdengar suara itu melanjutkan.
"Sudah lama sekali orang-orang kebiri mengabdi kepada Negeri
Atap Langit, baik sepanjang masa pemerintahan Wangsa Tang
maupun semenjak masa wangsa-wangsa sebelumnya. Selama itu
jejak jasa-jasanya tercatat dengan jelas, baik dari penyebarannya
dalam jabatan pemerintahan, ketentaraan, maupun begitu banyak
bidang pengab?dian yang sudah tidak bisa disebutkan satu per
satu. Untuk itu semua, seorang kebiri masih harus mengawalinya
dengan sebuah pengorbanan, tetapi siapakah yang menghargainya?" 1335 "Sepanjang sejarah hanyalah hinaan dan umpatan yang diterimanya, meski mereka yang tahu menghargainya tidaklah
berkurang, terutama di antara bangsawan, bahkan pengakuan
terhadap kemampuannya masih terus dilakukan."
Ia berhenti sejenak, memperhatikan apakah kata-katanya cukup
memiliki arti. "Namun sekarang kita melihat bahwa bukan saja penghinaan
masih terus dilakukan terhadap orang-orang kebiri, tetapi juga
keberadaannya di Istana Daming sangat terancam, karena
kemungkinannya yang sangat besar untuk dipunahkan."
Kukira arah perbincangan dan pertemuan ini jelas. Putra Mahkota
Li Song yang akan menggantikan Maharaja Dezong, tidak
menyukai terdapatnya jaringan orang-orang kebiri. Ketika untuk
pertama kalinya Maharaja Dezong berbicara empat mata dengan
Pangeran Song, tanpa seorang kebiri pun di ruang tertutup di salah
satu ruangan di Istana Daming, maka untuk pertama kalinya pula
orang-orang kebiri itu menangkap gelagat, betapa kedudukan
istimewa mereka terancam berakhir.
"Apakah yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya?"
1336 Jika Pangeran Tong ternyata berada di sini, apakah itu berarti ia
telah menempatkan diri dalam kedudukan untuk melawan
kakaknya" AKU tercekat mendengar pertanyaan itu. Sungguh pertanyaan
yang berbahaya karena jelas tiada akan ada jawaban lain selain
menyingkirkan Pangeran Song, putra mahkota Negeri Atap Angin.
Sunyi kembali mencekam. Suara hujan terdengar sangat jelas.
Bagaimana caranya mengetahui siapa saja yang duduk di meja
itu" Aku juga dengan perasaan was-was menanti-nanti, setiap saat
seorang pengawal akan masuk dan menyampaikan betapa 200
anggota Pasukan Hutan Bersayap yang diperintahkan untuk
mencegat diriku dan Panah Wangi telah bergelimpangan sebagai
mayat, dengan anak panah menancap pada dahinya masingmasing. Jika saat itu tiba, kuharapkan segenap kejelasannya
sudah muncul ke permukaan.
Suara halus Pangeran Tong yang sebelumnya bernama Li Chen,
yang bersama dengan Pangeran Song, Pangeran Shu yang
sebelumnya bernama Li Yi, Pangeran Qian, Pangeran Su, dan
1337 Pangeran Zi, ditahbiskan sebagai pangeran pada tahun 779, kini
terdengar lagi. "Saudara-saudaraku, daku mengerti belaka betapa segala
sesuatunya sudah sangat jelas, terang seperti siang," ujarnya, "jika
keberadaan huan kuan ini ingin dipertahankan maka kemungkinan
pemunahnya harus disingkirkan.
"Kita semua di ruangan ini dapatlah diandaikan paham tentang
siapa kiranya yang semestinya dihapus keberadaannya karena
itu." Betapa halus suara Pangeran Tong, tetapi betapa berat
pertimbangan yang dibebankan kepada setiap kepala yang ada di
situ. Hujan dan angin terdengar semakin jelas.
Aku mengerti, ini saat yang genting karena merupakan saat
menentukan keberpihakan, sedangkan atas setiap pilihan dalam
penentuan tersebut terdapatlah suatu harga dalam permainan
kekuasaan yang harus dibayar. Yakni jika berpihak akan menjadi
kawan, dan jika tidak berpihak akan menjadi lawan, yang menjadi
berat karena setiap jawaban diandaikan membawa nama
kelompok atau bahkan golongannya.
1338 Panah Wangi memandangku. Tanpa membalas pandangannya
aku sudah mengerti apa yang dimaksudnya, bahwa pertemuan
atas nama persekutuan ini merupakan setengah jebakan, jika
bukan sebagai ajang pengujian untuk menentukan siapa kawan
dan siapa lawan. Siapa pun yang merencanakan pertemuan ini
sungguh mengail di air keruh, ketika maharaja memusatkan
perhatiannya kepada pembakangan para panglima wilayah, yang
seperti ingin menjadi raja kecil di wilayahnya masing-masing.
Mozi berkata: membuktikan ketiadaan jiwa,
tetapi belum belajar upacara pengorbanan,
sama dengan mempelajari keramahtamahan tanpa tamu,
atau melempar jala ketika tiada ikan 1
Beberapa saat terasa begitu lama, kurasa mereka yang berkumpul
di meja itu kini merasakan jebakan tersebut. Bahkan siapa pun
yang beranggapan bahwa Pangeran Song layak disingkirkan, tentu
tidak akan menyampaikannya di sini dan sekarang.
Meski rupanya Harimau Perang merupakan perkecualian.
1339 "Kuketahui betapa diriku telah disebut-sebut sebagai pengadu
domba, antara para petugas Dewan Peradilan Kerajaan dengan
pasukan yang diperbantukan kepada Pangeran Song dalam
peristiwa di bekas Taman An Lushan, dan setelah itu diriku diburu
Pasukan Hutan Bersayap. Namun untunglah daku berhasil
meyakinkan Dou Wenchang dan Huo Xianming bahwa seseorang
telah menyaru sebagai diriku, sebagaimana telah memfitnahku
dengan membunuhi para penjahat kambuhan itu.
"Itulah yang membuatku diloloskan Pasukan Hutan Bersayap
sampai bisa masuk kemari. Meskipun begitu, daku tidak bisa begitu
saja berpihak kepada kaum huan kuan dan ikut menyingkirkan
putra mahkota. Putra mahkota tidak suka kepada kaum huan kuan
bukan karena mereka adalah kaum huan kuan, melainkan karena
pengaruh mereka yang menancap terlalu kuat ke dalam urusan
pemerintahan maupun hampir semua urusan yang sama sekali
bukan pekerjaan mereka. "Kalau kaum huan kuan ini bekerja sesuai dengan tugas mereka
saja, dan hanya bekerja dalam bidang lain jika memang memiliki
kepandaian dalam bidang tersebut, tentu Pangeran Song juga
tidak akan keberatan dengan keberadaan mereka di istana
sebagai pelayan maupun pelayan keluarga ma?haraja. Jadi jalan
keluar masalah ini bukanlah menyingkirkan putra mahkota, karena
1340 kelak sebagai maharaja ditakutkan akan menyingkirkan kaum
huan kuan, melainkan justru penyesuaian kaum huan kuan dalam
pengabdian terhadap maharaja, yang setiap zamannya pasti
berbeda." Harimau Perang berhenti di sana. Dalam gelap kami saling
berpandangan. Kami tidak terlalu yakin sekarang, apakah buruan
kami ini memang bijak atau sebetulnyalah sangat licin serta licik
sekali. TERDENGAR pintu dibuka dan langkah pengawal yang tergopoh.
"Tuanku..." "Sudah kukatakan kami jangan diganggu bukan?"
Apakah yang akan dilakukannya jika ia dengar 200 anggota
Pasukan Hutan Bersayap telah bergelimpangan sebagai mayat
dengan anak panah di dahinya"
Kami bersembunyi di dekat pintu, sehingga kejadiannya dapat
kami saksikan, yakni ketika pengawal itu baru saja akan membuka
mulutnya, sebilah tombak melayang dan menancap di punggungnya. Begitu kuat tenaga yang melempar tombak itu
sampai tubuh pengawal tersebut terdorong jatuh jauh ke depan,
1341 dan baru berhenti di hadapan pemimpin pertemuan yang bagiku
juga belum jelas siapa itu.
Ia yang sudah siap untuk marah semula tertegun melihat tombak
yang menancap di punggung pengawal tersebut, tetapi ketika ia
melihat ke arah pintu, saat itu pula wajahnya menjadi pucat.
Pintu telah ditendang sampai terbuka, seorang gagah yang
mengenakan busana tempur jenis kulit dengan gambar singa dan
harimau, muncul di sana. "Tuanku Dou!" Wibawa Panglima Pasukan Siasat Langit ini rupanya begitu kuat,
sehingga orang kebiri yang tampaknya menjadi pemandu
pertemuan itu langsung menyungkum lantai, mengetuk-ketukkan
dahinya pada lantai dan tidak bangkit lagi.
"Ampun, Tuanku, ampun!"
Dengan bergeser sedikit, sementara perhatian semua orang
mengikuti kejadian itu, kami bisa melihat semuanya dengan jelas.
Jadi inilah salah satu dari dua panglima Pasukan Siasat Langit
yang terkenal, Dou Wenchang. Ia tidak datang sendiri, tidak kurang
1342 dari 100 orang Pasukan Siasat Langit memasuki zheng fang atau
ruang utama, yang dahulu menjadi tempat persembunyian
maharaja bayangan. "Tangkap semua orang di ruangan ini," perintahnya.
"Tikus-tikus kecil! Coba lihat ke luar! Duaratus orang tidak mampu
membekuk Panah Wangi, bahkan semuanya mati, sungguh berani
merancang pembunuhan calon maharajamu sendiri!"
Pasukannya bergerak sangat cepat, sehingga nyaris tiada
perlawanan dari sekitar 20 orang yang berkumpul itu, kecuali dari
utusan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang.
"Daku tidak sudi menjadi tawanan kalian," ujarnya.
Lantas ia meloncat ke atas meja, sembari melepaskan senjata
rahasia jarum-jarum beracun kepada lima orang yang langsung
berlesatan menyusulnya. Lima orang langsung bergelimpangan
dengan kulit membiru. Ketika lima orang lagi berlompatan ke atas
meja dengan jurus ilmu pedang berpaduan yang mematikan, ia
berjungkir balik ke atas untuk langsung menggantung seperti
kelelawar pada kayu melintang yang merupakan kuda-kuda
bangunan zheng fang ini. Dari sanalah melesat lima pisau terbang
1343 yang langsung menancap ke jantung lima pengejar, yang telanjur
melenting ke atas tanpa sempat menangkis lagi.


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mampus kalian kebiri bodoh!"
Terdengar makian seperti itu, meski berbeda dengan Pasukan
Hutan Bersayap yang semuanya terdiri dari orang-orang kebiri,
dalam hal Pasukan Siasat Langit hanya para panglimanyalah yang
terdiri atas orang kebiri.
Lima tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi jatuh bergedebukan di
atas meja untuk kemudian terpental ke lantai maupun jatuh
langsung ke lantai. Serentak 90 anggota Pasukan Siasat Langit
melesatkan anak panah dengan busur silang masing-masing, yang
dengan jaminan tepat sasaran mengancam setiap titik mematikan
pada tubuh utusan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Jika
panah-panah itu menancap semuanya, tubuh yang tergantung
seperti kelelawar itu akan berubah menjadi seperti landak.
Namun kedua tangannya kini telah memegang sepasang pedang.
Dalam sekali putar panah-panah itu rontok dan jatuh berserak
dalam keadaan patah. Pasukan Siasat Langit masih terus
memanah utusan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu. Jika
tidak serentak, yang selalu berhasil dirontokkan, juga dengan
1344 berturutan, yang tetap seperti mengalir masuk ke sebuah gilingan
untuk dimuntahkan kembali sebagai anak-anak panah yang patah
dan terbelah. "Heh-heh-heh-heh! Semakin bodoh!" Ia tertawa menghina.
Setelah diulang sepuluh kali, Panglima Dou Wenchang memberi
tanda berhenti. Maka pasukan itu pun berhenti memanah.
Panglima itu mencabut pedang seperti akan melenting ke atas
dengan ilmu meringankan tubuh untuk mengejarnya sendiri.
Namun Harimau Perang, yang bersama Pangeran Tong ternyata
tidak disentuh sedikit pun, mencegahnya.
"Panglima tidak perlu mengotori tangan untuk seekor tikus kecil,"
ujarnya. Lantas ia pun mencabut sepasang pedang panjang melengkung
yang tersoren saling bersilang di punggungnya.
"Heh-heh-heh-heh! Satu lagi yang bodoh!" ujar yang menggantung
seperti kelelawar di atas itu.
Setelah itu hanya kediaman dan bunyi hujan. Harimau Perang
menatap ke atas. Mata keduanya bertatapan.
1345 APA jadinya jika dua orang yang saling membenci untuk pertama
kalinya mendapat kesempatan bertarung" Utusan Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang dan Harimau Perang sejak awal sudah
terlibat perang mulut, yang sangat mungkin membuat keduanya
dalam waktu singkat saling membenci. Kemungkinan untuk
mengungkapkan kebencian dengan tindakan nyata kini terbuka,
dan keduanya tidak membuang kesempatan sedikit pun untuk
menyalurkan kebenciannya.
Keduanya saling menatap. Harimau Perang melenting ke atas
dengan sepasang pedang di tangan, utusan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang yang sejak bentrokan pertama dengan Pasukan
Siasat Langit sudah menggantung pada kuda-kuda bangunan
seperti kelelawar tinggal meluncur turun. Pada titik pertemuan
keduanya langsung bertarung dan tidak dapat dilihat lagi kecuali
sebagai kelebat bayangan dan kesiur angin, yang kadang ada dan
kadang tidak ada, tergantung dari kecepatan gerak antara terlalu
cepat atau lebih cepat dari cepat.
Semua orang tidak melihat apa pun kecuali mereka yang berasal
dari dunia persilatan, itu pun jika tingkat ilmunya setara atau
melebihinya. Jika berada di bawahnya, maka pertarungan itu
hanya akan terlihat ketika sedang melambat, dan tidak terlihat lagi
ketika kecepatannya kembali seperti semula.
1346 Namun itulah yang membuat dunia persilatan selalu menarik bagi
orang awam, karena merupakan sebuah dunia yang penuh
keajaiban. Betapa tidak akan tampak seperti keajaiban jika
Harimau Perang akan tampak muncul sebentar di udara dalam
gerak sangat lamban, sambil merentangkan dua pedang bagaikan
tarian dalam impian, hanya untuk kembali menghilang...
Betapapun, bagi kami jelas belaka, bahwa utusan Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang itu sudah kehabisan daya dalam
usahanya mempertahankan kecepatan untuk mengimbangi gerakan Harimau Perang. Setiap kali melambat busananya
tercabik, kulitnya tersayat, dan pedangnya terpental ke dunia
awam, jatuh berdentang-dentang di lantai batu.
Sekarang setiap orang melihat ke atas. Keduanya tidak akan turun
kembali. Utusan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang tertancap
pada salah satu tiang penyangga kuda-kuda, dengan pedang
Harimau Perang menembus tepat di tengah dadanya. Sedangkan
Harimau Perang sendiri sudah tidak kelihatan lagi.
Sun Tzu berkata: petarung terampil berdiri pada dasar kokoh;
ia tidak membuang kesempatan mengalahkan lawan. 1
1347 Saat yang sama kami sudah berkelebat keluar. Mula-mula ke
liyuan atau lapangan dalam utama, lantas melenting naik ke
wuwungan zhengfang itu, tempat kami temukan genting sudah
terbuka, kiranya dari sanalah Harimau Perang meloloskan diri.
Meskipun di setiap sudut terdapat pengawal dari Pasukan Siasat
Langit, yang telah mengambil alih Istana Terlarang dari Pasukan
Hutan Terlarang, dalam hujan deras berangin kencang dan
kegelapan pekat seperti ini siapakah kiranya yang bisa melihat
kelebat Harimau Perang"
Namun di Taman Terlarang yang lebih mirip hutan, karena juga
merupakan tempat berburu, kami melihat bayangan berkelebat itu,
yang pada mulanya seperti menjauh dan menghilang, ketika kami
kejar ternyata berbalik mendekat dan dengan kecepatan kilat
menyerang! Harimau Perang yang selalu menghilang menantang kami
bertarung" Betapapun serangan kedua pedangnya sungguh
mematikan, seperti serangan dalam jurus ilmu pedang yang
sengaja dibuat untuk sepasang pedang panjang melengkung, yang
membuat kegelapan. serbuannya Dalam seperti malam sambaran berhujan, kelelawar bagaimanakah dalam cara menghindarinya" 1348 Maka kami pun memisahkan diri untuk menghindari bentrokan dan
membingungkannya, tetapi lantas kembali secepat serangannya
dengan angin pukulan melumpuhkan. Demikianlah dalam hujan
deras dan gelap malam di Taman Terlarang, kami bertarung
seperti kelelawar beterbangan yang saling menyambar.
Suatu ketika angin pukulanku melambaikan tirai hujan yang tetestetes airnya segera berubah menjadi senjata rahasia tertajam,
yang berdering dan berdenting dalam putaran tangkisan sepasang
pedang Harimau Perang. Namun panah-panah wangi yang
dilepaskan Panah Wangi sebagian menancap di tubuhnya, meski
bukan di tempat yang mematikan.
Ia tersudut pada sebuah pohon. Panah menancap pada bahunya.
Pada pahanya. Pada lengannya. Darah mengalir dari segenap
lukanya. Namun pada saat kilat berkeredap, untuk disusul gelegar
guntur, dan bumi sesaat terang benderang, tidak juga dapat kami
lihat dengan jelas wajahnya.
Hujan deras sudah berubah menjadi gerimis. Panah Wangi
mengangkat anak panah yang dipegangnya, seperti siap
memberikan pukulan terakhir, tetapi aku mengangkat tangan
mencegahnya. Di kejauhan terlihat suatu regu Pasukan Siasat
Langit membawa obor, mencari-cari mayat para anggota Pasukan
1349 Hutan Bersayap yang tewas oleh panah-panah mantra Panah
Wangi. Saat itu terdengar letupan, Harimau Perang berubah menjadi asap,
lantas menghilang.. TAHUN 799 adalah tahun yang sulit bagi pemerintahan Wangsa
Tang, terutama bagi Maharaja Dezong. Tidak jelas apa sebabnya,
panglima wilayah pembangkang Wu Shaocheng masih memerintah Lingkar Zhangyi, bahkan mulai menjarah lingkarlingkar wilayah di sekitarnya. Maharaja Dezong memerintahkan
para panglima wilayah sekitar Zhangyi, termasuk panglima wilayah
Lingkar Shannan Timur Yu Di, panglima wilayah Lingkar Xuanwu
Han Hong, panglima wilayah Lingkar Anhuang Yi Shen, dan
panglima wilayah Lingkar Chenxu Shangguan, untuk menyerang
Wu. Para panglima wilayah itu pada mulanya berhasil mendesak Wu,
tetapi tanpa kesatuan kepemimpinan mereka tidak dapat menata
penyerbuannya, sehingga Wu akhirnya justru berbalik mendesak
para pengepungnya. Keadaan ini menyita perhatian maharaja
begitu rupa, sehingga perebutan pengaruh di Chang'an sendiri
mungkin tidak terlalu disadarinya. Orang-orang kebiri berusaha
keras mempertahankan pengaruhnya di Istana Daming, baik
1350 melalui jaringan pemerintahan, jaringan ketentaraan, dan terutama
jaringan keluarga istana.
Tidak jelas bagi kami nasib Pangeran Tong yang telah diadu
domba dengan kakaknya, Putra Mahkota Negeri Atap Langit
Pangeran Li Song, yang tidak pula jelas apa sebabnya telah
menjadi sakit-sakitan. Namun mengingat cara-cara permainan
kekuasaan telah diberlangsungkan, diriku sendiri tidak terlalu yakin
apakah Pangeran Tong yang berada di dalam zhengfang atau
ruangan utama Istana Terlarang memang adalah Pangeran Tong
atau hanya pemeran bayangan Pangeran Tong.
Beberapa minggu telah berlalu setelah kejadian itu tetapi belum
terlihat jejak Harimau Perang. Apakah kiranya ia ditampung oleh
jaringan rahasianya yang setia" Para padri pengawal Kaum Muhu
yang didatangkan dari segala penjuru sampai 50 orang telah
berkumpul di Chang'an dan disebar menyelusuri segenap lorong
serta mengendus setiap sudut kota untuk melacaknya. Kukira
Harimau Perang menyembunyikan diri terutama untuk menyembuhkan luka-luka yang didapat dari Panah Wangi.
Betapapun kiranya musuh Harimau Perang tentu bertambah
banyak. Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang semula hanya
merupakan musuh resmi, dengan cara membunuh anak buahnya
1351 yang seperti itu, tentulah kini akan menjadi musuh dalam arti
sesungguhnya! Chang Tao-ling berkata: manusia, binatang, hantu, iblis, semuanya pantas menerima
pertimbangan yang bersahabat. 1
Kami masih tinggal di Kuil Muhu dan mengamati apa yang
dilakukan Anggrek Putih dengan lukisannya. Para padri Kaum
Muhu telah memberikan kain putih dan alat-alat untuk melukis bagi
Anggrek Putih, dan semenjak itu gadis bisu-tuli tersebut tidak
pernah berhenti melukis. "Biarkanlah gadis itu menerjemahkan apa yang dipikirkannya," ujar
salah seorang padri, "Barangkali dengan itu kita akan dapat
mengetahui apa yang dicari Harimau Perang."
Maka kami pun mengikuti dan menafsirkan segala titik, garis, dan
bagaimana titik serta garis itu dapat menentukan pembidangan
semesta pada lukisan tersebut. Jadi bagai mengadakan sebuah
dunia. Lukisan apakah kiranya" Ternyata bahwa kami tidak pernah
dapat bersepakat mengenai lukisan apakah itu kiranya.
"Itu burung." 1352 "Bukan, itu ikan."
"Itu bulu." "Bukan, itu mega."
"Itu laut." "Bukan, itu tangan."
"Itu gunung." "Bukan, itu..."
Lantas kami pun mencoba melihatnya secara lain. Titik sebagai
titik. Garis sebagai garis. Bidang sebagai bidang. Sampai
keutuhannya hilang sama sekali. Ketika ditarik unsur-unsurnya
lukisan hilang, dunia hilang, karena sesuatu hanya akan menjadi
sesuatu hanyalah dalam keutuhannya. Namun pengetahuan
tentang keutuhan itu sendiri tidak akan pernah utuh tanpa
pengetahuan tentang unsur-unsurnya, karena unsur-unsur itu tidak
pernah membentuk dirinya sendiri menjadi sesuatu yang utuh,
melainkan, "Seperti ilmu silat," kata Panah Wangi, "Ilmu silat tidak akan
menjadi ilmu tanpa menguasai jurus, dan jurus tidak akan menjadi
1353 jurus tanpa mampu menguasai pukulannya. Unsur-unsur tidak bisa
berdiri sendiri dan ilmu silat tidak bisa hadir tanpa unsur-unsur.
Cara kita memperlakukan unsur-unsur itulah yang akan menentukan apakah ilmu silat kita menjadi ilmu yang kuat dan
tahan uji, ataukah sekadar seolah-olah seperti ilmu silat yang akan
sangat rapuh dalam pertarungan antara hidup dan mati."
Aku mengangguk setuju dan memandangnya dengan riang karena
akhirnya kami menemukan sesuatu!
"Itulah yang dicari oleh Harimau Perang," kataku, "rahasia ilmu


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persilatan." "Yang sudah diketahui semua orang."
"Tapi tidak mudah dijalankan..."
Kami masih mengamati Anggrek Putih melukis. Gerak tangannya
yang memegang kuas tampak memiliki kematangan tingkat tinggi.
Benarkah gadis bisu-tuli ini sebisu tuli tampaknya dan tidak sedang
mengelabui kami" TANGAN gadis yang bergerak melukis itu apalah bedanya dengan
tangan seorang pendekar dalam dunia persilatan" Kematangan
titik dan garis yang disapukannya setara belaka dengan
1354 kematangan gerak pedang yang menusuk sebagaimana membuat
titik, lantas menarik garis yang membelah kulit, daging, dan jika
perlu tubuh berikut tulang-tulangnya. Bagaimanakah caranya
Harimau Perang belajar dari gadis bisu tuli ini" Jika dari titik dan
garisnya dapat dipelajari kematangan sebuah gerakan, sangat
mungkin Harimau Perang mempelajarinya untuk diterapkan ke
dalam ilmu silat. Apalagi yang bisa lebih hebat dari kenyataan,
betapa kematangan bisa dipelajari dari bagaimana titik menjadi
garis saja" Namun Anggrek Putih melukis tiap hari dengan tiada habisnya.
Seperti ini pulakah Harimau Perang telah meman?faatkannya"
Bagi Anggrek Putih sendiri melukis tentu merupakan pengganti
kebisuannya, dalam suatu dunia tempat dirinya tidak mendengarkan apa pun, sehingga yang tergambarkan melalui
lukisan bukanlah sesuatu untuk dipandang, melainkan untuk
didengarnya. Demikianlah Anggrek Putih sebenarnya dengan
melukis itu berbicara kepada dirinya sendiri. Bagaimanakah
seseorang akan bisa masuk ke dalam dunianya"
"Anggrek Putih tidak menyukai bahkan takut dengan Harimau
Perang," ujar Panah Wangi, "Jadi terhadapnya ia tidak ingin
mengungkap apa pun."
1355 Jika ia seorang tawanan, siapakah Anggrek Putih ini" Apakah
hubungannya dengan Harimau Perang dan bagaimana dirinya bisa
berada di Chang'an" Sementara kami tidak bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini, kami terus memperhatikan lukisanlukisannya. Sangatlah rumit dan nyaris membuat putus asa usaha
memecahkan rahasia lukisan-lukisan Anggrek Putih, tetapi lambat
laun akhirnya kami mengerti juga.
Panah Wangi menjajarkan lukisan-lukisan tinta hitam di atas kain
putih di sepanjang tembok Kuil Muhu. Semula segenap noktah,
bercak, garis, serta sapuan itu tampak sekadar sebagai tinta yang
mencoreng atau bahkan tumpah tanpa sengaja sehingga jika tidak
seperti tanpa makna apa pun, sebaliknya juga seperti bisa berarti
gambar apa pun. Suatu ketika, bayangan tubuhku ketika jendela dibuka menimpa
salah satu lukisan yang terbentang berjajar pada tembok kuil itu,
mengisi ruang kosong antara noktah, bercak, garis, serta sapuan
yang seolah bertebaran tiada beraturan tersebut.
Apabila noktah, bercak, garis, dan sapuan itu semuanya
dihubungkan, maka akan terbentuklah gambaran suatu sosok
yang memperagakan jurus tertentu. Sedangkan jika seluruh
1356 lukisan yang dibentangkan berjajar-jajar itu diikuti terus jurusjurusnya, maka semua itu tersusun bagaikan suatu kitab ilmu silat.
Lukisan-lukisan itu harus dilihat dengan tiga cara berbeda.
Pertama, dilihat tinta hitamnya; kedua, dilihat kain putihnya; ketiga,
ruang kosong antara noktah, bercak, garis, dan sapuan, harus diisi
sendiri oleh pemandangnya. Begitu sang pemandang dapat
mengisi sendiri ruang-ruang kosong itu, maka ia akan dapat
melihat gerakan-gerakan orang bersilat.
Ketika aku dan Panah Wangi mulai memperagakannya, ternyatalah bahwa jurus-jurus itu tiada bisa diingkari lagi sangatlah
indah. Di dalam bangsal Kuil Muhu yang luas, ketika kami tanpa
sengaja terus-menerus memperagakan dan mengujinya, kami
telah terbang melayang dengan ringan dan riang, seperti bukan
bersilat, bahkan seperti kanak-kanak bermain, tetapi yang jika
dibacok langsung berputar masuk menembus kelemahan lawan
dan menewaskannya. Harimau Perang telah menemukan rahasia kematangan gerak dari
titik menjadi garis, tetapi ia belum mengetahui bagaimana noktah,
bercak, garis, dan sapuan itu bisa menjadi jurus, lantas bagaimana
jurus demi jurus tersusun sebagai suatu bangunan ilmu silat.
Harimau Perang sudah lama menjadikan Anggrek Putih sebagai
1357 tawanan, tetapi belum pernah berhasil menemukan kunci rahasia
ilmu silat di balik lukisan, bukan karena dirinya kurang cerdas,
melainkan karena Anggrek Putih telah menutupi atau bahkan
menyesatkannya. Dalam Chung Yung dituliskan: untuk tidak memiliki perasaan senang atau marah
sedih atau gembira adalah suatu mala:
ini disebut keadaan chung.
memiliki rasa mala tetapi secara imbang:
ini disebut keadaan ho atau selaras. 1
Siapakah kiranya Anggrek Putih itu sebenarnya" Mungkinkah
gadis kecil bisu tuli itu memang tidak menguasai apa yang
digambarkannya" "Serahkan saja kepada kami," kata seorang padri, "pasti akan kami
dapatkan nanti asal-usulnya."
Saat itu kami belum menyadari betapa terbongkarnya asal-usul
Anggrek Putih itu nanti akan mengubah jalan cerita sama sekali.
1358 PIKIRANKU sekarang bukan tertuju kepada Harimau Perang
karena setidaknya 50 padri pengawal Kaum Muhu dengan
kemampuan bertarung tingkat tinggi berada di luar sana, siap
menangkap dengan cepat apabila setiap saat petugas rahasia
unggul itu memunculkan dirinya. Kematian dua padri Muhu yang
mengenaskan, yang satu dengan kepala terpenggal yang lain
dengan luka sabetan di dada yang saling bersilang, merupakan
dorongan yang lebih dari cukup untuk menjamin perburuan ketat
sampai dapat atas bekas kepala kesatuan mata-mata Negeri Atap
Langit itu. Memang masih banyak yang belum terjelaskan dari kedudukan
Harimau Perang dalam permainan kekuasaan, dan ketidakjelasan
selayaknyalah menggelisahkan, tetapi kini pikiranku terus tertuju
kepada Anggrek Putih. Aku masih saja bertanya-tanya apakah
memang benar gadis bisu tuli itu tidak menguasai ilmu silat yang
terkandung dalam lukisan-lukisannya" Jika tidak, siapakah kiranya
yang mungkin menyelundupkan ilmu silat itu ke dalam lukisanlukisan tersebut, dan terutama bagaimanakah caranya masuk ke
dalam kepala Anggrek Putih dan menjadi lukisan"
Semula aku tidak terlalu percaya bahwa Anggrek Putih dapat
dikuasai oleh sesuatu di luar dirinya. Bukankah ia yang menahan
diri untuk tidak menggambarkan jurus-jurus silat itu dengan
1359 seutuhnya supaya tidak dapat dipelajari oleh Harimau Perang yang
tidak tampak seperti disukainya. Namun jika memang Harimau
Perang yang menjadi masalah, mengapa ia tidak berhenti
sepenuhnya saja" Kurasa oleh suatu sebab yang belum dapat
kuketahui, memang Anggrek Putih tidak dapat menahan diri untuk
terus-menerus melukis, dan oleh suatu sebab yang belum
kuketahui maka ada sesuatu yang juga terus-menerus menahannya, agar apa pun yang diungkapkannya tidak hadir
secara utuh. Mungkinkah Harimau Perang yang menekan atau memaksa,
bahkan mungkin menyihir telah membuatnya terpaksa melukiskan
rangkaian jurus-jurus ilmu silat itu" Siapa pula yang mungkin telah
menghalangi pengungkapan Anggrek Putih seutuhnya, sehingga
seorang Harimau Perang pun tiada mampu membongkar rahasia
ilmu silat di balik lukisan-lukisannya.
Betapapun jika dengan lukisan-lukisan yang dibuat di Kuil Muhu
saja diriku dan Panah Wangi telah mendapat keberdayaan dalam
ilmu silat yang begitu rupa, tiada dapat kubayangkan betapa kaya
perbendaharaan ilmu silat yang telah dialirkan Anggrek Putih sejak
ditawan Harimau Perang, bahkan mungkin jauh sebelumnya.
1360 Hsun Tzu berkata: setiap orang di jalan memiliki kemampuan untuk mengetahui
kasih manusia, kebenaran, ketaatan kepada hukum dan kejujuran,
serta kesungguhan untuk menjalankan pokok-pokok ini,
itulah bukti bahwa ia bisa menjadi Yu 1
Para padri Kaum Muhu mengerjakan tugasnya dengan sangat
baik. Dengan berbagai cara dapatlah kami ketahui sekarang
bahwa Anggrek Putih memang bukan kekasih Harimau Perang,
tetapi juga bukan sepenuhnya seorang tawanan. Demikianlah
disebutkan betapa Anggrek Putih sebetulnya adalah putri Yang
Mulia Paduka Bayang-Bayang!
Kabar ini semula sangat sulit dipercaya, tetapi para padri Kaum
Muhu meyakinkan kami bahwa pemeriksaan dan pengkajian ulang
telah berkali-kali dilakukan, dengan hasil yang selalu sama, yakni
memang masih tetap anak perempuan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang, yang dengan suatu cara agaknya telah diculik
oleh Harimau Perang! Apa yang sebenarnya terjadi"
1361 "Pengepungan yang dilakukan balatentara Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang waktu itu memang membingungkan. Karena
ketika kota sudah berada dalam keadaan lemah sekalipun, suatu
penyerbuan akhir tidak pernah dilakukan, selain menyelundupkan
dan menyusupkan para penjahat kambuhan serta orang-orang
golongan hitam," ujar Panah Wangi.
"Mereka rupanya masuk hanya dengan satu tugas, yakni mencari
Harimau Perang, yang dalam kenyataannya selama hari-hari itu
memang sangat sulit ditemui," katanya lagi.
"Jadi Harimau Perang dan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang
berhadapan sebagai lawan, sejajar dengan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang berhadapan sebagai lawan dengan maharaja
Negeri Atap Langit, meski Harimau Perang saat itu adalah bagian
dari Negeri Atap Langit. "Pada saat Harimau Perang dipanggil dan ditugaskan Maharaja
Dezong untuk mengatasi, mengimbangi, dan membongkar
jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang semakin
terasakan sebagai ancaman, rupanya tindakan pertamanya adalah
menculik Anggrek Putih dari rumahnya di Shannan, yang menjadi
lebih mudah karena Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang dapat
1362 diandaikan tidak pernah bermukim di rumah induk keluarga besar
Yan Guifei tersebut.'' BERDASARKAN penemuan jaringan padri Kaum Muhu, Panah
Wangi dapat membuat perkiraan jauh ke belakang yang kukira
untuk sementara dapat diterima, sebelum ditemukan bukti lain
yang mengarahkan kepada kenyataan berbeda.
"Mengapa Harimau Perang menculik Anggrek Putih" Aku masih
ingat apa yang dikatakan Harimau Perang, 'Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang memiliki Ilmu Pemecah Suara, sehingga Saudaraku dan kita semua tak dapat mengetahui sumber suaranya
ketika tuanmu itu berbicara, dan pada saat yang sama juga
memiliki Ilmu Pemisah Suara, yakni suaranya bisa berada di suatu
tempat sementara tuanmu berada di tempat lain.'
"Dengan kedua ilmu yang bermiripan itu saja, Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang sudah dapat merajai sebagian dari dunia
persilatan, nyaris tanpa pernah bertarung. Tidak dapat kubayangkan seperti apakah kiranya ilmu silat Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang itu, jika segenap jurus silat yang pernah diungkap
Anggrek Putih telah dikuasainya pula, dan kukira tentu sudah
dikuasainya, sejauh pernah ia lihat dan serap ketika melihatnya itu.
''Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang disebutkan tidak pernah
1363 bermukim di Shannan karena sejak kecil memang sudah pergi
menghindari perburuan orang banyak atas keluarga besar Yan
Guifei. Ini berarti nama Ilmu Pemecah Suara dan Ilmu Pemisah
Suara itu bisa mengecoh, karena tidak menjelaskan betapa
dengan berada di suatu tempat, tetapi pada saat yang sama dapat
bicara dan mendengar di tempat lain, sebetulnya apa yang berlaku
bagi mulut dan telinganya berlaku pula bagi matanya!"
"Seperti dewa!"
"Tidak dapat diingkari, bagaikan kesaktian seorang dewa, tetapi
yang bukan tidak dapat dipelajari manusia, seperti juga Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang telah mempelajari maupun mempergunakannya untuk mempelajari ilmu silat dalam lukisanlukisan Anggrek Putih dari suatu tempat berbeda. Jika tidak, siapa
pula yang dapat menjadi guru bagi Yang Mulia Paduka BayangBayang yang sudah setingkat dewa" Ia hanya dapat mempelajari
ilmu silat keluarganya sendiri, Ilmu Silat Aliran Shannan, dengan
menengok lukisan-lukisan Anggrek Putih dari jauh.


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Untuk bisa melakukan hal ini Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang
sebelum meninggalkan Shannan telah mendapatkan bekal Ilmu
Pemecah Suara dan Ilmu Pemisah Suara dari Guru Besar Ilmu
Silat Aliran Shannan yang juga tidak pernah terlihat ujudnya. Untuk
1364 menjaga kerahasiaan, Ilmu Silat Aliran Shannan tidak pernah
dituliskan sebagai sebuah kitab, melainkan diendapkan ke dalam
kepala seseorang yang pandai melukis. Dalam lukisan ini
terkandung sebuah jurus yang tidak diungkapkan secara terbuka,
sehingga untuk mengenalinya terdapat cara pembacaan tertentu.
"Pada mulanya tentulah bukan Anggrek Putih yang bertugas
memperagakan jurus-jurus itu secara tersembunyi, karena pada
saat Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang meninggalkan kampung
halamannya pada tahun 756, untuk menghindari perburuan
keluarga besar Yan Guifei, tentunya ia belum dilahirkan. Secara
turun-temurun selalu terdapat gadis yang pandai melukis dalam
keluarga besar Yan Guifei, dan secara turun-temurun pula selalu
mendapat tugas yang sama. Ilmu Silat Aliran Shannan itu sendiri
selalu berubah, sehingga selalu ada jurus atau pengembangan
jurus baru yang harus selalu dilukiskan kembali.
"Begitulah zaman berganti dan waktu berlalu, sampai Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang yang telah membangun jaringan rahasia
terbesar di seluruh Negeri Atap Langit berhadapan dengan
Harimau Perang yang juga telah membangun jaringan rahasianya
sendiri. Dari penyelidikannya itulah Harimau Perang kemudian
dapat mengetahui, betapa ketinggian ilmu silat Yang Mulia Paduka
1365 Bayang-Bayang yang disebut-sebut menyamai dewa itu, terhubungkan dengan gadis bisu tuli di suatu kampung di Shannan.
"Waktu Harimau Perang menculiknya, dengan ilmu tingkat dewa
yang membuatnya dapat melihat ke mana-mana, Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang sempat menghapus sebagian endapan
jurus-jurus ilmu silat di dalam kepala Anggrek Putih, sehingga
meski dapat mengetahui rahasia kematangan gerak dari titik
menjadi garis, Harimau Perang tidak dapat menemukan kunci
untuk memecahkan kebuntuannya. Apalagi sebagai tawanan,
meski tiada mampu menunda atau menahan hasrat melukis,
Anggrek Putih dapat mengurangi pelukisan jurus-jurus silat yang
terdapat dalam endapan kenangannya."
Aku tahu, di sinilah letak keberuntungan kami. Alih-alih menahan,
bersama kami di Kuil Muhu ini Anggrek Putih melukiskan
segalanya yang tersisa dari endapan jurus-jurus silat di dalam
kepalanya, sehingga kami masih dapat mengenali dan mempelajari Ilmu Silat Aliran Shannan itu..
MEMPELAJARI Ilmu Silat Aliran Shannan artinya mempelajari
suatu bangunan ilmu yang selalu berubah, karena Guru Besar Ilmu
Silat Aliran Shannan sendiri, jika mempertimbangkan pemeriksaan
atas urutan jurus-jurusnya, selalu mempelajari dan menggubah
1366 jurus-jurus baru. Setidaknya sampai saat ini tidak seorang pun tahu
di manakah kiranya kedudukan Guru Besar Ilmu Silat Aliran
Shannan, tetapi perkembangan jurus-jurusnya menampakkan
pengamatan atas gerak-gerik binatang, pertumbuhan tanaman,
sapuan angin, dan pergerakan bintang-bintang, yang dalam
keberulangannya tetap saja berubah, berubah, dan selalu
berubah. Ini dapat berarti bahwa dirinya bermukim di tengah alam
terbuka. Andaikan telah terbangun suatu rangkaian jurus, yang terurutkan
dari jurus ke-1 sampai ke-100, maka dengan terendapkannya
jurus-jurus baru urutannya tidak menjadi jurus ke-1 sampai ke-101,
ke-102, dan seterusnya, melainkan mulai dari jurus ke-2 sampai
ke-101, berlanjut dengan jurus ke-3 sampai ke-102, jurus ke-4
sampai ke-103, dan seterusnya yang menunjukkan betapa bukan
hanya jurus-jurus itu telah menjadi semakin canggih, melainkan
bahwa Ilmu Silat Aliran Shannan bisa dipelajari dari mana saja
selama tetap urut, karena akan tetap sampai kepada jurus yang
semula merupakan jurus ke-1 dan seterusnya.
Sebaliknya, jika tidak pernah lagi mengikuti perkembangan jurusjurus itu, berarti Ilmu Silat Aliran Shannan yang dikuasainya akan
berada di bawah siapa pun yang mempelajarinya lebih kemudian,
meski dalam pertarungan belum tentu yang mempelajarinya paling
1367 akhir akan menjadi pemenang. Maka dapat dibayangkan apa yang
dikhawatirkan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang ketika Harimau
Perang berhasil menculik Anggrek Putih dan menawannya. Isi
kepala Anggrek Putih, tanpa disadari Anggrek Putih sendiri,
menjadi ajang pertarungan pengaruh jarak jauh antara Harimau
Perang yang berusaha menarik keluar segenap endapan jurusjurus Ilmu Silat Aliran Shannan, dengan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang yang berusaha menghapusnya.
Anggrek Putih sendiri, sementara tidak tahu-menahu persoalan
perebutan pengaruh atas kepalanya, juga berada dalam tarikmenarik antara menahan segalanya agar jurus-jurus itu tidak dapat
dikenali Harimau Perang, yang telah menyekap dirinya cukup
lama, dengan memberikan segalanya kepada kami berdua, yang
telah membebaskannya. Namun meski maksud hati memberikan
semua, daya pengungkapannya sudah terbatas, karena campur
tangan pengaruh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang terhadap
endapan jurus-jurus dalam kepalanya yang dikirim Guru Besar
Ilmu Silat Aliran Shannan itu.
Laozi berkata: ia tidak memperlihatkan dirinya sendiri;
karenanya terlihat di mana pun.
1368 ia tidak menjelaskan dirinya sendiri;
karenanya berbeda. ia tidak menegaskan dirinya sendiri;
karenanya berhasil. ia tidak membanggakan dirinya sendiri;
karenanya bertahan. ia tidak bersaing, dan karena alasan itu
tidak seorang pun di dunia ini
dapat bersaing dengannya. 1
Betapapun, bagi kami, Ilmu Silat Aliran Shannan yang kami
dapatkan lebih dari cukup, karena dengan sifat pembelajaran jarak
jauh yang menjadi cara dan ciri ilmu silat ini, maka apa yang bisa
dilakukan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang akan dapat pula
kami lakukan. Sekarang kami tahu, itulah rupanya yang dicari
Harimau Perang, yakni cara untuk mencari, mencapai, menangkap, dan tentu jika perlu membunuh Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang dengan menggunakan ilmunya sendiri!
1369 Panah Wangi bertanya,"Siapa yang harus kita kejar dahulu
sekarang, Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang ataukah Harimau
Perang?" "Keduanya bermusuhan," kataku, "Jika kita biarkan saja suatu
ketika mereka pun akan saling berbunuhan."
"Tapi kita tidak tahu kapan," sahut Panah Wangi, "sedangkan aku
tidak mau menjadi tua dan mati di Chang'an."
Sampai sekarang aku belum mengetahui apakah yang menjadi
sebab perburuannya atas Harimau Perang. Ia teringat bagaimana
Harimau Perang menghilang dan meninggalkan asap ketika sudah
terkepung dan terluka. "Apakah kita juga harus belajar ilmu sulap dan ilmu sihir supaya
bisa menangkapnya?" Pertanyaan itu di dunia persilatan tidak memerlukan jawaban.
Panah Wangi pun lebih tampak menertawakan dirinya sendiri
daripada sungguh-sungguh bertanya. Mungkin saja Panah Wangi
setengah putus asa. "Dengan Ilmu Silat Aliran Shannan ini tentu tidak perlu," kataku,
"Bukan hanya kita akan menguasai ilmu dewa seperti Ilmu
1370 Pemecah Suara dan Ilmu Pemisah Suara, tetapi seperti apa yang
disebut-sebut orang banyak tentang Harimau Perang, kita bisa
muncul di tempat yang berbeda-beda, di mana pun tempatnya
pada waktu yang sama."
PADA malam kesembilan, bulan kesembilan, yang di Javadvipa
disebut bulan Caitra, sebagian orang di Kotaraja Chang'an pergi ke
luar kota, terutama ke pegunungan, untuk berwisata. Namun
sebagian lagi lebih memilih untuk membuka bekalnya di puncak
pagoda, atau di Danau Lekuk Ular. Sejak malam itu berlangsung
liburan selama tiga hari, dalam rangka Pesta Makanan Dingin.
Rangkaian pesta dan upacara selalu dihubungkan dengan bunga
matahari sebagai lambang panjang umur, karena bentuk bunganya
yang seperti matahari pemberi kehidupan itu sendiri. Batang dan
daunnya dikumpulkan pada hari kesembilan tersebut, ditambahkan
pada peragian gandum, dan bisa diseduh sepanjang tahun.
Semenjak pemerintahan Wangsa Tang sudah menjadi kebiasaan
untuk meminum sari bunga matahari sepanjang rangkaian pesta
dan upacara. Kami bertiga, aku, Panah Wangi, dan Anggrek Putih, sedang
menikmati minuman tersebut pada malam kesembilan di teras atas
kuil Kaum Muhu, ketika sesosok bayangan melenting dari atas
wuwungan kuil Kaum Muhu menuju wuwungan wihara Buddha,
1371 melenting lagi ke wuwungan kuil Kaum Dao, lantas berkelebat ke
atas tembok pembatas petak dan menghilang...
Panah Wangi siap berkelebat tetapi kucegah dan akulah yang
berkelebat menyusulnya, karena sudah jelas betapa dia sengaja
memperlihatkan diri agar diikuti. Kucegah Panah Wangi mengikutinya karena ia tidak tampak seperti menyadari pancingan
itu. Jika pancingan ini bermaksud jahat, kukira biarlah diriku saja
yang menghadapinya. Di dalam dunia persilatan yang penuh
dengan tipuan sulap, sihir, dan keajaiban tidak masuk akal, sedikit
kelengahan sudah akan langsung menerbangkan nyawa ke langit,
dan aku sama sekali tidak akan membiarkannya terjadi atas Panah
Wangi. Sembari melesat, melejit, dan berkelebat mengikutinya dari atap
ke tembok ke lorong dan ke atap lagi, aku terkesiap dalam hatiku
menyadari apa yang kupikirkan tentang Panah Wangi. Mungkinkah
karena Amrita, Elang Merah, dan Yan Zi Si Walet, semuanya pergi
dengan begitu mendadak, dengan cara yang tidak pernah kuduga
akan mungkin terjadi" Apalagi Yan Zi, yang tanpa dapat kucegah
dalam ketaksengajaan tewas oleh tanganku sendiri!
Dalam catatan tambahan pada I Ching tertulis: adalah cara Langit 1372 untuk mengurangi yang berlebihan
dan menambah yang sederhana;
adalah cara Bumi untuk menebang yang berlebihan
dan memberikan hidangan cuma-cuma
bagi yang sederhana 1 Begitulah bayangan itu melesat naik dan menukik turun dengan
gerakan yang teracu kepada burung camar dan kelelawar silih
berganti. Ya, selintas pintas aku teringat gerakan Pangeran
Kelelawar yang sekarang tentunya masih tertancap dua pedang,
menempel pada dinding batu Puncak Tiga Rembulan di Tanah
Kambuja, tempat kisah cintaku dengan Amrita Vighnesvara, yang
kukira terlalu sederhana sebagai kisah cinta bermula.
Namun bayangan ini juga memanfaatkan kesetimbangan burung
camar, yang bisa diam tetapi tetap meluncur dengan tangan
terbentang di atas kotaraja yang sedang berpesta, karena larangan
keluar rumah pada malam hari tidaklah berlaku selama tiga malam
ini. Jika kelelawar mengandalkan daya kepak, dan caranya
1373 menukik seperti menjatuhkan diri, mirip dengan gerakan kegelisahan, maka ketenangan burung camar menjadi imbangan
yang anggun dalam seni gin-kang atau ilmu meringankan tubuh.
Keindahan paduan keduanya dalam terbang malam seperti ini
membuatku nyaris melupakan betapa bayangan yang kuikuti naik
turun dari atas genting turun ke lorong sunyi dan naik lagi menjejak
dinding tembok, dan berlari miring sepanjang dinding, sangat
mungkin merupakan sosok yang sangat berbahaya!
Kami masih berlari miring sepanjang dinding tembok selatan ketika
dari arahnya meluncur bola-bola kecil hitam, yang aku tahu betapa
diriku lebih baik menghindar dan jangan sampai tersentuh maupun
menyentuhnya. Bola-bola hitam itu lewat melesat hanya berjarak
tiga jari dari wajahku, yang mengingatkanku kepada nasib burukku
ketika sebuah bola peledak membakar wajahku tanpa bisa
kuhindari lagi. Wuzzzzzz! Meski hanya selintas dapat kuketahui ini bukanlah bola peledak
yang bisa membuat seekor kuda berlari terpanggang api,
melainkan bola yang

Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika mengenai sasarannya akan meletupkan serbuk beracun, yang jika terhirup sedikit saja akan
mengakibatkan kematian dengan cara yang sangat mengenaskan,
1374 begitu mengenaskan, sehingga aku merasa lebih baik sedikit pun
tidak perlu menggambarkannya kembali..
MALAM serasa lebih kelam ketika kami semakin menjauhi
keramaian. Kami masih berlari miring pada tembok. Namun
bayangan ini tidak hanya berlari miring, ia juga melompat miring,
melenting miring, melejit miring, meluncur miring, terbang miring,
untuk kembali berlari miring. Betapapun dalam pemusatan
perhatian yang tinggi, tiada lagi lurus miring atas bawah kiri kanan,
selain diri yang melesat berkelebat mengikuti bayangan hitam yang
juga melesat berkelebat ke depan.
Lantas bukan hanya bola-bola peletup yang melewatiku dengan
ancaman bahayanya yang mengerikan sehingga aku memilih
untuk tidak menceritakannya, tetapi juga tabung-tabung beracun
yang ditangkis maupun tidak ditangkis, tetap saja mengeluarkan
uap racun yang meruap melalui lubang-lubang pada tabung itu.
Aku tahu sekarang inilah jenis tabung yang akan diikatkan pada
anak panah, dan dilesatkan ke dalam kamar seseorang atau ruang
pertemuan, sehingga racunnya meruap dan menyatu bersama
udara, tiada berbau dan tiada berwarna, yang dengan segera
menidurkan, memingsankan, kemudian melepaskan nyawa dari
tubuhnya. 1375 Ia melemparkan lima pisau terbang ke belakang. Dengan sebat
aku meraup kelimanya, lantas dengan menambah daya Ilmu Naga
Berlari di Atas Langit kulewati dirinya sambil tetap berlari miring.
Ketika berada dalam keadaan sejajar, kutengok wajahnya di dalam
kerudung, tetapi hanya terdapat kegelapan yang kosong, seperti
yang biasanya menjadi ciri anggota perkumpulan rahasia.
Begitulah kucegat dia dalam keadaan miring, dengan kedua
telapak sepatu menempel pada tembok, menyambutnya yang
berlari dalam keadaan miring dengan lemparan lima pisau
terbangnya sendiri! Masih berlari miring ia melepaskan lima pisau
terbang untuk memapas lima pisau terbangnya itu. Tentulah
sangat tidak menarik untuk mati oleh senjata sendiri.
Dengan segera kami terlibat pertarungan seru. Hanya dalam
beberapa saat pertarungan telah mencapai 500 jurus, karena
berlangsung dengan kecepatan bayangan yang 100 kali lebih
cepat daripada kecepatan tubuh yang berdarah dan berdaging.
Bayangan ini memang seperti bayangan, tidak dapat dipukul dan
tidak dapat ditusuk dengan benda padat; tetapi sungguh bayangan
ini bukan sembarang bayangan, karena segala serangannya,
dengan senjata apa pun yang disukainya, jika tidak dihindari akan
mengenai sasarannya. 1376 Mozi berkata: jika ada pengetahuan terdapat perbincangan tentangnya;
jika tidak ada pengetahuan
tidak ada artinya perbincangan 1
Maka aku hanya bisa meningkatkan kecepatan. Pertama kali
memang supaya serangannya tidak ada yang mengenaiku, tetapi
sebetulnya aku meningkatkan kecepatan sedikit demi sedikit agar
bayangan itu juga meningkatkan kecepatannya sedikit demi sedikit
saja, sehingga tidak akan disadarinya betapa ia telah berada di luar
batas kemampuan, dan memang itulah yang akan membunuhnya.
Dalam kecepatan tinggi yang tidak bisa dipelankan atau ditariknya
kembali, bayangan itu tidak bisa mengendalikannya lagi, karena
sebaliknya kecepatan itulah yang telah menyeretnya tanpa dirinya
sendiri bisa mencegahnya. Pada suatu titik, ketika kecepatan yang
menyeret geraknya tidak mungkin dikuasainya lagi, bayangan
hitam yang wajahnya hanyalah kegelapan itu lambat laun menyala
seperti bara, yang akhirnya menyala dan berapi dan betapa apinya
berapi-api, sementara terdengar desis menahan sakit yang tidak
tertahankan dari dalamnya.
1377 "Zzzzzzhhhhhkkkkkhhhh!"
Demikianlah cahaya api yang berubah menjadi putih menyilaukan
itu kini meredup dan mengembalikan kegelapan, meski sempat
kulihat sosok bayangan hitam yang berdiri miring di tembok itu
rontok ke bumi seperti bara yang berubah menjadi abu.
Aku masih berdiri miring pada dinding tembok dan masih tertegun.
Apa jadinya jika Panah Wangi yang berkelebat memburunya tadi"
Betapapun kegagahan, kecerdasan, dan ketinggian ilmu silat
Panah Wangi tidak kuragukan, tetapi bahkan diriku pun tiada akan
pernah mengira telah mengalami pertarungan seperti itu.
Dalam kelam aku menghela napas panjang. Namun di balik kelam
itu ternyata lebih banyak lagi sosok bayangan hitam berada di
sekelilingku. "Heh-heh-heh-heh..., " terdengar tawa dalam gelap, yang belum
dapat kuduga apakah kiranya yang menjadi makna.
"Tidaklah kami sama sekali mengira betapa sudi Pendekar Tanpa
Nama melayani permainan saudara kami, padahal dengan Jurus
Tanpa Bentuk bisalah ia menyelesaikannya dengan sekejap mata."
1378 "Siapakah kiranya Tuan-Tuan Pendekar ini," kataku, "yang telah
membuang waktu dan tenaga hanya untuk peduli kepada seorang
lata yang bahkan sepotong nama pun tidak memilikinya?"
AKU masih berdiri miring dengan telapak sepatu menempel
tembok. Setidaknya empat sosok bayangan mengepungku pada
empat arah mata angin.Tiga sosok berdiri miring pada tiga arah
mata angin seperti diriku, sosok keempat berdiri tegak di atas bumi
pada arah mata angin keempat.
Berarti semula mereka berjumlah lima orang, satu orang sudah
menjadi abu. Apakah empat orang ini siap menuntut bela" Jika
empat sosok bayangan hitam ini bergerak serempak dengan ilmu
yang sama, aku tidak dapat mengatasinya dengan cara yang
sama, karena jelas mereka telah mengetahuinya.
Apakah harus kugunakan Jurus Tanpa Bentuk" Perasaan
memenangkan pertarungan dengan terlalu mudah tidak pernah
menyenangkan hatiku, meskipun bertarung tanpa jurus itu
sungguh sering berarti sebagai pertarungan antara hidup dan mati.
Lagi pula jika kugunakan Ilmu Bayangan Cermin, yang dengan
sendirinya menyerap ilmu silat lawan, perbendaharaan ilmu silatku
akan bertambah, sembari menggunakannya untuk melawan diri
mereka sendiri. 1379 "Pendekar Tanpa Nama, sudah benar lupakah kepada Kalakuta?"
Tentu aku ingat, perkumpulan rahasia dengan jaringan wilayah
kerja yang luas di Daerah Perlindungan An Nam, bahkan
menembus perbatasan kelautan kelabu gunung. Apakah kepentingan mereka di Chang'an" Kalakuta terkenal sebagai
perkumpulan rahasia yang piawai menggunakan racun dan dari
sanalah mereka mendapatkan namanya yang sangat menakutkan
itu. Ya, Kalakuta, aku belum melupakannya sebagai para
pengawal Harimau Perang ketika menyeberangi lautan kelabu
gunung batu dengan pisau panjang melengkungnya yang
mengerikan. Cerita yang berkembang tentang kepiawaian anggota Kalakuta
adakalanya mirip dongeng, seperti dongeng bahwa cukup dengan
menjilat tapak kakinya, maka di mana pun lawannya berada akan
tewas karena lidahnya yang berbisa.
Kukira ini adalah dongeng. Namun aku juga teringat bagaimana Si
Cerpelai, orang kebiri yang kabur jauh ke selatan, dan membuka
kedai mata-mata di tepi jurang di lautan kelabu gunung batu yang
membatasi Daerah Perlindungan An Nam dan Negeri Atap Langit,
tewas dengan wajah membiru.
1380 Sekilas teringat pula olehku pemandangan pisau panjang
melengkung milik para anggota Kalakuta, yang ketika kuangkat
tampak redup kuning kehijauan oleh rendaman racun bertahuntahun. Apa yang mereka inginkan dariku sekarang"
"Daku teringat anggota kalian gagal membunuhku, dan anggota
kalian yang mengeroyok orang kebiri itu tewas semua di
tangannya, meski racun kalian menewaskannya," kataku, ''apakah
kalian masih akan membunuhku sekarang?"
Mereka tertegun. "Jadi bukan Pendekar Tanpa Nama yang membunuh dan
melemparkan saudara-saudara kami ke jurang?"
"Daku melemparkan lima mayat ke jurang yang tiada bernama
demi kesucian mereka sendiri," kataku, "tetapi bukanlah diriku
yang membunuh mereka, meskipun mereka sangat bernafsu
membunuhku." Apakah kelima anggota Kalakuta yang sudah mati satu itu
memburuku karena alasan yang keliru"
"Siapakah yang telah memberitahu kalian bahwa daku yang telah
membunuh saudara-saudara kalian itu?"
1381 Kuperhatikan sosok-sosok bayangan hitam yang semula menyatu
dengan kegelapan malam itu, sedikit demi sedikit memisahkan
dirinya, menjadi sosok-sosok berdarah dan berdaging yang
memang berbusana serbahitam, bertutup kepala hitam, berbalut
wajah kain hitam yang hanya menyisakan sepasang mata
menyorot tajam. Namun tiga orang tetap berdiri miring dengan
telapak menempel tembok pada arah tiga mata angin, orang
keempat tegak di atas bumi pada arah mata angin keempat. Jika
kami bertarung, kukira kedudukan semacam itu adalah bagian dari
penerapan suatu jurus tertentu. Diam-diam kusiapkan Jurus Tanpa
Bentuk. Terdengar suara orang-orang tertawa riang di kejauhan, malam
Pesta Makanan Dingin masih panjang. Mereka tidak juga
menjawab, tetapi akhirnya salah seorang bersuara juga.
"Pendekar Tanpa Nama kami yakini telah mengatakan yang
sebenarnya, dan kami yakin Pendekar Tanpa Nama juga telah
mengetahui apa yang telah terjadi. Kami mohon maaf atas
kebodohan kami, kebodohan yang telah membuat kami kehilangan
saudara kami. Sekali lagi kami mohon maaf, dan izinkanlah kami
sekarang pergi, memburu seseorang yang semestinyalah harus
bertanggung jawab kepada kami."
1382 Angin berhembus lebih kencang dan malam seperti makin dingin.
Aku tidak menjawab. Mereka tidak pergi.Tanpa pernah beranjak
dari tempatnya, empat anggota perkumpulan rahasia Kalakuta itu
memudar dan melebur ke dalam kegelapan malam...
TINGGAL diriku sendiri bersama malam. Bagaimana jika diriku
menjadi Harimau Perang sekarang, yang diburu 50 padri pengawal
Kaum Muhu, dan masih ditambah empat anggota perkumpulan
rahasia Kalakuta dengan segenap ilmu racunnya" Sebetulnya juga
ditambah ratusan petugas Dewan Peradilan Kerajaan yang tidak
kalah tinggi ilmu silatnya. Namun jika dalam hal para petugas
Dewan Peradilan Kerajaan sudah terbukti betapa Harimau Perang
dapat menghindarinya, menghadapi perburuan padri pengawal
Kaum Muhu dan perkumpulan rahasia Kalakuta adalah tantangan
berbeda. Kecakapan bertarung padri pengawal Kaum Muhu yang memadukan keterampilan ilmu silat dan ilmu sihir, pastilah jauh
lebih sebanding dengan ilmu silat Harimau Perang yang juga
memanfaatkan ilmu sihir. Dalam ilmu sihir itulah Harimau Perang
akan mendapatkan tandingannya, karena jika ilmu silat harus
dilawan dengan ilmu silat, maka ilmu sihir juga harus dilawan
dengan ilmu sihir. Menghadapi para padri pengawal Kaum Muhu
1383 itu, Harimau Perang tidak hanya akan diburu oleh 50 manusia
petarung dari segala arah, tetapi juga tebaran mantra yang
menggenang di udara. Katakanlah mantra dan teluh yang disebarkannya adalah mantra
api, meskipun jika Harimau Perang memiliki mantra yang sama,
tetap akan terbakar menyala ketika melewati genangannya.
Harimau Perang hanya bisa mengetahui keberadaannya, tetapi
tidak kebal darinya. Itulah yang akan membuat perburuan dan
pertarungan akan menjadi sebanding dan setara. Namun bukan
hanya betapa jumlah padri pengawal Kaum Penyembah Api,
dengan kemampuan bertarung tingkat tinggi, itu cukup banyak
untuk mengepung, mengurung, dan merajam Harimau Perang
sampai mati, melainkan juga masih ditambah empat bekas
pengawal pribadinya sendiri yang berasal dari perkumpulan
rahasia Kalakuta. Tentu racun bukanlah barang baru bagi Harimau Perang, tetapi
dengan kenyataan betapa mereka berempat adalah bekas
pengawal pribadi, tentu merupakan ancaman tersendiri karena
pengawal pribadi akan mengenali pula kelemahan pribadi!
Bagaimana caranya Harimau Perang akan bisa meloloskan diri"
1384 Aku ternyata masih berdiri miring pada tembok. Tiada lagi keempat
anggota perkumpulan rahasia itu. Adapun yang kupikirkan
sekarang justru bagaimana caranya menyelamatkan Harimau
Perang! Inilah peliknya menjadi diriku dalam urusan Harimau Perang. Apa
pun yang dilakukannya aku harus menghindarkannya dari
kematian, selama aku belum berhasil membuatnya berbicara
tentang kematian Amrita. Apakah ini membuatku berhadapan dengan 50 padri pengawal
Kaum Muhu dan empat anggota perkumpulan rahasia Kalakuta"
Bentrokan itu hanya bisa dihindarkan jika aku bisa menangkap
Harimau Perang lebih dulu. Jika tidak, setiap kali Harimau Perang
nyaris terbekuk, saat itu pula aku harus menolong, membantu,
membebaskan, dan menghindarkannya dari penggorokan. Maklumlah, jika bagi para petugas Dewan Peradilan Kerajaan
menangkap dan mengadilinya menjadi tujuan utama, dan hanya


Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jika terpaksa karena melawan maka dipersilakan untuk membunuhnya. Bagi 54 orang itu pembunuhan adalah hal terbaik
yang wajib segera diberlakukan bagi Harimau Perang. Sedangkan
apabila aku menghalangi, apalagi menghindarkannya, kukira hal
yang sama akan diberlakukan kepadaku pula.
1385 Betapapun aku harus siap menghadapi 54 orang itu, satu per satu
maupun bersama-sama, jika aku tidak pernah berhasil mendahului
mereka. Namun sudah setahun lebih aku berada di Chang'an, dan
belum juga aku menangkap Harimau Perang.
Hui Shih berkata: yang terbesar tidak memiliki apa pun di balik dirinya,
dan disebut Yang Besar, yang terkecil tidak memiliki apa pun di dalam dirinya,
dan disebut Yang Kecil. 1
Dari kedudukanku yang berdiri miring pada dinding tembok, aku
sudah melenting ke atas dinding itu, dan siap berkelebat kembali
ke Kuil Muhu ketika terdengar suara sanxian atau bunyi-bunyian
petik dengan tiga dawai yang jernih sekali bunyinya.
Aku terkesiap. Sejak kapan pemetik sanxian ada di sana" Jika
ibarat kata semut berbisik di dalam liang pun dapat kudengar,
bagaimana caranya pengemis berbusana compang-camping ini
bisa seperti tiba-tiba saja berada, di sudut jalan gelap dan sepi
yang tidak seorang pun akan sekadar lewat untuk memberinya
sedekah" 1386 Sudah jelas betapa dirinya tentu bukan sembarang pengemis,
melainkan salah seorang penyoren pedang yang menyamar
sebagai pengemis. "Pendekar Tanpa Nama," katanya, "berilah daku sedekah..."
HMM. Sekarang aku ingat. Inilah pengemis bercaping yang
menggumamkan ayat dari Daodejing, meminta sedekah sebuah
pedang kepada Yan Zi, dan menyatakan betapa dirinya memang
pengemis, tetapi bukan sembarang pengemis. Aku ingat dialah
yang memberi tahu bahwa Harimau Perang bukanlah pemeluk
Muhu melainkan Ta ch'in, dan ketika bertemu lagi dan Yan Zi
membacoknya, meski jaraknya sudah seujung rambut dirinya
tenang-tenang saja. Pada pemba-cokan kedua terdapat sebuah
pedang menangkisnya, dan seketika itu pula baik pengemis
tersebut maupun penangkis ba?cokan yang tiada pernah terlihat
Iblis Sungai Telaga 16 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Istana Kumala Putih 15
^