Pencarian

Tembang Tantangan 19

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 19


tertentu, bukan dalam arti memberikan perlindungan tetapi justru sebaliknya"
"Sangga Geni. Apakah kau sadari apa yang kau lakukan sekarang ini?"
"Ya. Aku menyadari sepenuhnya. Aku berhadapan dengan seorang yang bernama Kiai Pentog, yang mengaku anak
genderuwo dari Gunung Prau agar namanya semakin ditakuti.
Orang yang telah memanfaatkan cacat diwajahnya untuk menambah wibawanya"
"Cukup" bentak Kiai Pentog "agaknya kau memang belum mengenal aku dengan baik. Kau seharusnya tahu, bahwa beberapa orang yang datang sebelum kau datang, telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalami nasib buruk. Lebih dari lima orang telah aku bantai di Ngadireja dan sekitarnya. Tetapi aku tidak pernah merasa puas, karena mereka adalah orang-orang yang sekedar ingin menyombongkan diri. Aku benci kepada orang-orang seperti itu, sehingga aku hancurkan mereka menjadi debu. Sekarang aku berhadapan dengan orang yang juga menantang aku.
Mudah-mudahan kau dapat sedikit memberikan imbangan jika kita benar-benar akan bermain. Tetapi jika tidak, maka kau akan mengalami nasib yang sama seperti orang-orang yang pernah datang kepadaku. Aku akan mengulitimu dan
melemparkan tubuhmu kepada anjing-anjing liar"
"Aku sudah mendengar ceritera tentang kebengisanmu.
Tentang keganasan sikapmu yang tidak berperikemanusiaan.
Aku telah mendengar, bahwa sifatmu tidak kurang dari sifat binatang buas dan liar itu. Sekarang aku datang untuk menghentikannya. Aku datang untuk membunuhmu"
Kiai Pentog itupun tertawa meledak.Di sela-sela derai tertawanya iapun berkata "Kau boleh bermimpi sekarang meskipun wayah bedug ndrandang seperti ini, sebelum kau sendiri terkapar di bawah teriknya matahari"
"Bagus. Kita akan melihat, siapakah yang bermimpi
sekarang ini*" Kiai Pentog itupun melangkah maju lagi. Demikian pula Ki Sangga Geni.
"Jangan sesali kematianmu, Sangga Geni. Kau hanya
sekedar akan ngundhuh wohing pakarti"
Sangga Geni itu tidak menjawab lagi. Tetapi Sangga Geni itu sempat terkejut ketika ia mendengar Kiai Pentog itu Sekali lagi orang itu terpelanting dan jatuh terkapar di tanah. Sementara kawannya meloncat sambil memutar
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya. Kakinya terayun mendatar mengarah ke kening Ki Sangga Geni.
liba-tiba tanpa ancang-ancang telah berteriak keras sekali.
Suaranya bergema melingkar-lingkar, mengumandang
bagaikan mengguncang alam di sekitarnya.
Orang-orang Ngadireja yang berniat melihat perang tanding itu dari kejauhan telah memegangi dadanya dengan telapak tangan. Isi dadanya terasa telah terguncang oleh teriakan Kiai Pentog yang seakan-akan telah mengguncang alam di sekitarnya itu.
Tetapi teriakan itu hanya sekedar mengejutkan saja bagi Ki Sangga Geni yang tidak mengira bahwa Kiai Pentog itu akan berteriak. Tetapi getar teriakan serta kemandangannya sama sekali tidak menggoyahkan jantungnya.
Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah
berhadapan. Bahwa teriakannya tidak menggetarkan jantung Ki Sangga Geni, merupakan peringatan bagi Kiai Pentog, bahwa lawannya kali ini memiliki kelebihan dari orang kebanyakan.
Tetapi Kiai Pentog tidak pernah membayangkan bahwa ada orang yang mampu mengimbangi kemampuannya. Bagi Kiai Pentog, rriaka ilmunya adalah ilmu yang tertinggi yang pernah di gapai oleh seseorang. Karena itu, maka semua orang yang mencoba melawannya akan dapat dikalahkannya, siapapun orang itu. Bahkan pada suatu saat Kiai Pentog berniat untuk berhadapan dengan para pemimpin di Mataram.
Karena itu, siapapun yang berada di hadapannya, beberapa saat lagi tentu akan terkapar mati di hadapannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni yang terkejut itu segera dapat menguasai dirinya. Bahkan iapun kemudian justru melangkah semakin dekat. Tiba-tiba saja kaki Ki Sangga Geni itupun telah terjulur kearah lambung.
Kiai Pentog bergeser setapak. Tetapi menjadi tabiatnya, bahwa Kiai Pentog itu tidak senang jika ia didahului.
Karena itu, tanpa ancang-ancang maka Kiai Pentog itupun segera meloncat menyerang seperti banjir bandang.
Sekali lagi Ki Sangga Geni terkejut. Sikap Kiai Pentog itu memang tidak banyak dilakukan orang. Namun Ki Sangga Geni yang menyimpan pengalaman sebangsal itu, dengan cepat mengelak dan bahkan kemudian menyesuaikan diri dengan serangan-serangan lawannya yang datang beruntun itu.
Bahkan Kiai Pentoglah yang kemudian terkejut, bahwa Ki Sangga Geni yang berloncatan surut itu, tiba-tiba saja telah melenting dengan cepat sambil mengayunkan tangannya
mendatar. Hampir saja tangan Ki Sangga Geni itu mengenai
keningnya. Tetapi Kiai Pentog masih berhasil menarik dan memiringkan kepalanya, sehingga serangan Ki Sangga Geni tidak mengenainya. Meskipun demikian, Kiai Pentog yang kemudian meloncat mengambiljarak itu harus mengerutkan dahinya. Ia merasakan sambaran angin serangan Ki Sangga Geni yang tidak mengenainya itu bagaikan menyengat
kulitnya. "Gila orang ini" berkata Kiai Pentog didalam hatinya
"ternyata orang ini memiliki bekal yang cukup untuk datang menemuiku"
Karena itu, maka Kiai Pentogpun berkata "Mudah-mudahan kau dapat memberikan sedikit kepuasan kepadaku. Selama ini http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku tidak pernah mendapatkan lawan yang jangankan
seimbang, sekedar memberikan perlawananpun tidak mampu.
Nampaknya kau agak berbeda Sangga Geni"
"Ya, Akupun merasa bahwa di Ngadireja aku akan
mendapat lawan yang mampu memberikan sedikit perlawanan. Sudah lama aku tidak menemukan orang seperti kau ini"
"Persetan Sangga Geni" geram Kiai Pentog "kau jangan merasa dirimu mampu mengimbangi ilmuku. Kita baru mulai.
Kita belum menyentuh tataran ilmu yang sesungguhnya.
Terutama aku. Aku sedang melakukan sedikit pemanasan"
"Apakah kau kira aku sudah mulai" Bahkan rasa-rasanya aku mulai mengantuk"
Kiai Pentogpun menggeram. Namun kemudian ia mulai
bergeser. Langkah-langkahnya menjadi semakin cepat.
Bahkan tiba-tiba saja Kiai Pentogpun telah melenting sambil menjulurkan kakinya.
Dengan demikian, maka pertarungan yang sebenar-nyapun telah berlangsung. Keduanya segera meningkatkan ilmu mereka semakin lama semakin tinggi.
Namun Kiai Pentog harus mengakui, bahwa lawannya kali ini adalah seorang yang memiliki bekal yang memadai. Jika lawan-lawannya sebelumnya pada tataran yang sama telah terkapar dan tidak mampu memberikan perlawanan lagi, sehingga Kiai Pentog itu, dapat memperlakukan mereka sesuka hatinya, namun pada saat itu, lawannya masih saja mampu memberikan perlawanan yang dapat mengimbangi
ilmunya. Kedua orang yang datang bersama Kiai Pentog itupun
menjadi semakin tegang. Mereka tidak pernah melihat
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang yang mampu memberikan perlawanan yang
demikian gigihnya menghadapi Kiai Pentog. Apalagi ketika mereka melihat kaki Sangga Geni itu sempat menghantam lambung Kiai Pentog, sehingga Kiai Pentog itu tergetar surut selangkah.
"Gila orang ini" geram Kiai Pentog "kau benar-benar tidak tahu diri. Kau telah melakukan kesalahan yang sangat besar, sehingga kau akan menyesalinya di saat-saat terakhir hidupmu. Kau akan menderita menjelang kematianmu. Aku akan mengikatmu dibawah grojogan"
Namun demikian mulut Kiai Pentog itu terkatub, Ki Sangga Geni itu meloncat dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Tubuhnya berputar dan kakinya terayun mendatar.
Tidak seorangpun pernah menduga, bahwa Kiai Pentog
akan mendapat serangan yang demikian cepat dan kerasnya, sehingga Kiai Pentog itu tidak sempat mengelak atau
menangkisnya. Serangan kaki Ki Sangga Geni itu benar-benar mengenai kening Kiai Pentog, sehingga Kiai Pentog itu terpelanting dan jatuh ke samping.
Ki Sangga Geni tidak memburunya. Ia berdiri saja
memandang saat Kiai Pentog itu meloncat bangkit sambil mengumpat-umpat kasar.
Sambil mengusap keningnya yang terasa nyeri Kiai Pentog itupun menggeram "Kau telah menyurukkan kepalamu di
kandang serigala. Sebut nam aorang tuamu sebelum aku akhiri hidupmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni yang berdiri tegak itupun menyahut "Kau terlalu banyak bicara. Tetapi kau tidak mampu berbuat apaapa"
Jantung Kiai Pentog itupun serasa telah membara oleh kemarahan yang membakar seisi dadanya. Kiai Pentog itupun kemudian berteriak keras sekali, sehingga rasa-rasanya seluruh kademangan Ngadireja itu terguncang.
Orang-orang yang memperhatikan pertarungan itu dari
tempat yang jauh merasakan getar suara Kiai Pentog itu bagaikan menusuk dada, sehingga tanpa mereka sadari, mereka telah menahan gejolak dada mereka dengan telapak tangan.
Demikianlah sesaat lagi, maka pertempuranpun telah
berkobar lagi. Semakin lama semakin sengit. Kedua belah pihak telah berhasil menembus pertahanan lawan, sehingga serangan-serangan mereka mampu mengenai sasaran.
Ki Sangga Genipun telah tergetar beberapa langkah surut ketika telapak tangan Kiai Pentog itu berhasil mengenai dadanya. Bahkan terasa dada Ki Sangga Geni itu menjadi sesak. Telapak tangn Kiai Pentog itu bagaikan tapak besi yang menghantam iga-iganya sehingga seakan-akan iga-iganya menjadi retak.
Tetapi dengan mengambil jarak, Ki Sangga Geni sempat menarik nafas panjang. Ditingkatnya daya lahan tubuhnya, sehingga rasa-rasanya nyeri didadanya itupun dengan cepat berangsur hilang.
Kiai Pentog yang berusaha memburunya, segera melenting tinggi. Tubuhnya meluncur dengan kaki terjulur seperti sebatang lembing yang dilontarkan dengan kekuatan raksasa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ki Sangga Geni dengan sengaja tidak menghindarinya. Ki Sangga Geni ingin menunjukkan kepada lawannya, bahwa iapun memiliki kekuatan yang besar.
Karena itu, maka Ki Sangga Geni sengaja membentur
serangan Kiai Pentog itu dengan menyilangkan tangannya di dadanya.
Yang terjadi adalah benturan kekuatan yang sangat besar.
Dengan mengerahkan tenaga dalamnya, Ki Sangga Geni
menahan serangan yang sangat kuai itu. Namun Ki Sangga Genipun telah tergetar selangkah surut. Terasa tangan dan bahkan dadanya menjadi sakit. Sekali lagi tulang-tulang iganya serasa menjadi retak. Namun dengan mengerahkan daya
tahannya, maka nyeri itupun perlahan-lahan dapat teratasi.
Sementara itu, Kiai Pentogpun telah terdorong surut
beberapa langkah. Namun Kiai Pentog masih mampu
mempertahankan kesimbangannya, sehingga Kiai Pentog itu tidak jatuh terlentang di tanah.
Meskipun demikian, maka kemarahan Kiai Pentogpun telah membakar ubun-ubunnya. Ternyata kali ini ia benar-benar menghadapi lawan yang sangat berat. Sebelumnya lawan-lawan Kiai Pentog tidak mampu bertahan sepengi-nang. Tetapi kali ini, Ki Sangga Geni itu bahkan mampu menggoyahkan pertahanannya.
Kiai Pentog yang marah itu mengumpat kasar. Iapun
kemudian memberi isyarat kepada orang yang menyertainya serta membawa kapaknya, yang agaknya adalah senjata
andalannya. "Sangga Geni" geram Kiai Pentog "Aku akan merasa puas mendapat lawan yang cukup baik kali ini. Tetapi aku sudah jemu barmain terlalu lama. Sekarang aku akan sampai pada http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balas terakhir kesabaran ku. Aku akan membelah kepalamu dengan kapakku ini"
Ki Sangga Geni berdiri tegak dengan wajah yang tegang.
Pandangan matanya bagaikan menyala memperhatikan kapak orang yang menyebut dirinya Kiai Pentog itu.
"Sangga Geni. Kau memperhatikan kapakku ini" Sebentar lagi aku akan membelah kepalamu menjadi sigar mrapat"
Ki Sangga Geni termangu-mangu sejenak. Kemudian iapun berkata "Belum lagi kulitmu terluka, kau sudah menyiapkan senjata mu. Baiklah jika kau banggakan kapakmu itu, maka akupun akan membanggakan pedangku. Tetapi bermain-main dengan senjata biasanya akan memperpendek umur salah sedrng diantara kita. Tetapi agaknya kali ini, kaulah yang akan terkapar mati"
"Kau ternyata adalah orang yang paling sombong yang
pernah aku temui. Tetapi karena itulah, maka kau adalah orang yang akan mengalami nasib paling buruk diantara mereka yang pernah dalang kepadaku"
Sangga Geni tidak menjawab. Tetapi ditangannya telah tergenggam pedangnya
yang kehitam-hitaman dengan pamornya yang berkeredipan memantulkan cahaya matahari dari pangkal sampai keujungnya.
"Kau adalah orang yang paling malang, Kiai Pentog. Kau yang ditakuti oleh orang-orang Ngadireja dan sekelilingnya, akhirnya harus mati dihadapan mereka.
"Pedangku yang sudah aku tarik dari warangkanya ini, akah menjadi haus. Hanya
darahmulah yang akan dapat mengobatinya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila kau Sangga Geni. Kau kira kau ini siapa" Kau benar-benar tidak mengenalku serta kapakku ini"
"Jadi kau ini siapa" Bukankah kau mengaku anak gendruwo dari Gung Pfau" Tetapi pengakuanmu itu tidak dapat menakuti aku, karena dongeng itu adalah dongeng ngayawara, sekedar intuk membuat orang semakin takut kepadamu. Sementara itu, kau juga tidak mengenalku"
"Tetapi pada akhirnya, kau akan mengakui bahwa kau tidak akan
berdaya menghadapi aku. Akulah yang akan membebaskan orang-orang Ngadireja dari cengkeraman
tanganmu". Kiai Pentog tidak menjawab. Tetapi Kiai Pentogpun segera meloncat menyerang dengan kapaknya.
Tetapi dengan tangkasnya Sangga Geni menangkis ayunan kapak itu dengan pedangnya. Ketika kedua senjata itu beradu, maka bunga apipun telah memercik kesegala arah.
Demikianlah, maka keduanya telah melanjutkan pertarungan mereka. Keduanya telah menggenggam senjata masing-masing ditangan. Kiai Pentog yang bertubuh raksasa itu
mengayun-ayunkan kapaknya yang besar dengan garangnya. Sementara itu, Ki Sangga Geni lelah memutar pedangnya, sehingga seakan-akan disekitar tubuhnya telah melingkar kabut tipis yang kehitam-hitaman.
Dengan demikian, maka pertarungan itu menjadi semaki menggetarkan
jantung. Keduanya berloncatan dengan tangkasnya. Bahkan pertarungan itu sekali-sekali seakan-akan terjadi di udara. Seakan-akan keduanya mampu terbang dan bertarung dengan dahsyatnya.
Kedua orang yang datang bersama Kiai Pentog itupun
menjadi semakin berdebar-debar. Mereka belum pernah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat pertempuran yang demikian dahsyatnya. Setiap kali Kiai Pentog hanya memerlukan waktu tidak terlalu lama untuk menghentikan
pertarungan serta menundukkan lawan- lawnnya. Kemudian memperlakukannya sekehendak hatimu sehingga lawan-lawannya itu terbunuh.
Tetapi kali ini Kiai Pentog benar-benar Karus mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi lawannya.
Namun betapapun Kiai Pentog meningkatkan ilmunya,
ternyata ia tidak mampu menghentikan perlawanan Ki Sangga Geni. Meskipun kapaknya berhasil melukai Ki Sangga Geni, tetapi ujung pedang Ki Sangga Genipun telah menggores bahunya, lengannya dan bahkan dadanya.
Kemarahan Kiai Pentog telah sampai puncaknya. Tiba-tiba saja iapun segera meloncat surut untuk mengambil jarak.
Ki Sangga Geni tidak memburunya. Ia menjadi ragu-ragu.
Apa lagi ketika ia melihat Kiai Pentog itu menyerahkan kapaknya kepada pengikutnya.
Dengan demikian, Ki Sangga Genipun sadar, bahwa Kiai Pentog akan mempergunakan ilmu pamungkasnya untuk
mengakhiri pertempuran itu"
Karena itu, maka Ki Sangga Genipun segera menyarungkan pedangnya. Ketika Kiai Pentog mengambil ancang-ancang, maka Ki Sangga Genipun melakukannya pula.
Sejenak kemudian, tiba-tiba seakan-akan meluncur dari telapak tangan Kiai Pentog yang terbuka dan dihen-takkannya mengahadap kepada Ki Sangga Geni, gumpalan cahaya yang kemerah-merahan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun pada saat yang hampir bersamaan, Ki Sangga
Genipun telah meluncurkan segumpal bulatan api yang merah keputihan seperti bara besi baja.
Kedua kekuatan ilmu yang sangat tinggi itupun telah
berbenturan. Gelombang getarnnya seakan-akan telah saling mendorong dengan kekuatan yang sangat tinggi.
Benturan dua ilmu puncak yang sangat tinggi itu me-!
rupakan penentuan, siapakah yang terbaik dari kedua orang itu.
Ki Sangga Genipun terdorong beberapa langkah surut.
Dadanya bagaikan dihentak oleh segumpal batu padas,
sehingga tulang-tulang iganya bagaikan berpatahan. Nafasnyapun menjadi sesak.
Sejenak Ki Sangga Geni itupun terhuyung-huyung.
Kemudian iapun jatuh berlutut sambil menyangga tubuhnya dengan kedua belah tangannya. Dari sela-sela bibirnya, nampak darah yang meleleh, kemudian menitik di tanah.
Sementara itu, Kiai Pentogpun telah terdorong beberapa langkah surut. Ternyata bahwa ilmu Ki Sangga Geni masih selapis di atas ilmunya. Sehingga karena itu, maka Kiai Pentog tidak mampu mengatasinya meskipun ia sudah mengerahkan daya tahannya.
Kiai Pentog itupun kemudian jatuh terjerembab di tanah.
Kedua orang pengikutnyapun segera berlari-lari mendekatinya. Mereka perlahan-lahan telah menelentangkan tubuh Kiai Pentog yang sudah tidak berdaya.
Bahkan sejenak kemudian, nafas Kiai Pentog itupun
menjadi semakin sendat, sehingga akhirnya, nafasnya itupun berhenti mengalir.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang pengikutnya menjadi sangat marah. Apalagi ketika mereka melihat Ki Sangga Geni yang berlutut dengan lemahnya.
"Kau telah membunuh guru. Kaupun harus mati pula"
geram seorang diantara mereka.
Kedua Orang itupun segera bangkit. Seorang diantaranya telah mengayun-ayunkan kapak Kiai. Pentog yang besar itu.
Namun langkah mereka terhenti. Seorang tua yang
rambutnya sudah ubanan berkata lantang "Sudah cukup.
Pentog telah memetik buah dari tanamannya sendiri"
"Kiai " kedua orang itupun bergumam "Kiai berada disini?"
"Aku melihat apa yang terjadi. Kemarin ketika berita tentang perang tanding ini tersebar, telah timbul niatku untuk menyaksikannya. Karena yang terjadi adalah perang tanding, maka kalian tidak dapat ikut campur. Jika Pentog harus mati dalam perang tanding ini, maka itulah yang telah terjadi"
"Lalu, apa yang harus kami lakukan, Kiai?"
"Bawa tubuh itu pulang ke sarangnya. Nanti aku akan
segera menyusul" Kedua orang itupun kemudian telah mengusung tubuh Kiai Pentog yang tinggi dan besar itu ke sarangnya.
Sementara itu, orang tua yang rambutnya telah memutih itupun melangkah mendekati Ki Sangga Geni yang tertatih-tatih bangkit berdiri.
Kemenangan Ki Sangga Geni telah membuat orang-orang
Ngadireja bersorak di dalam hati. Namun mereka kemudian menjadi tegang kembali ketika orang berambut putih itu melangkah mendekati Ki Sangga Geni yang nampaknya juga terluka dibagian dalam tubuhnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi agaknya orang berambut putih itu tidak bersikap bermusuhan dengan Ki Sangga Geni.
"Ki Sangga Geni" berkata orang itu "Kau telah terluka.
Sebaiknya kau beristirahat dahulu"
Ki Sangga Gern termangu-mangu sejenak. Ia memang
terluka. Tetapi ia tidak tahu, dimana ia harus beristirahat.
"Kemenanganmu adalah kemenangan orang-orang Ngadireja. Karena itu, maka setiap orang Ngadireja akan dapat menerimamu dengan senang hati"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Sangga Geni.menarik nafas panjang. Ia mencoba untuk mengurangi rasa sakitnya dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya.
"Marilah. Aku akan membawamu ke banjar"
"Kau siapa Ki Sanak?"
"Aku saudara sepupu orang yang menyebut dirinya Kiai Pentog. Pentog menyebutku kakang"
"Kau akan membalas dendam kematian Kiai Pentog?"
"Tidak. Yang kau lakukan adalah perang tanding. Aku harus menghormati kemenanganmu"
Ki Sangga Geni termangu-mangu sejenak. Namun kemudian orang itu telah membantu melangkah menuju ke banjar
kademangan Ngadireja. Dalam waktu singkat, maka para bebahupun telah berada di banjar. Di halaman banjarpun telah berkumpul banyak orang.
Sementara itu, orang berambut ubanan itu masih berada di banjar itu pula.
Tetapi orang itu berkata "Aku tidak ingin bermusuhan dengan kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para bebahu masih saja nampak curiga. Sementara itu, Ki Sangga Geni duduk di pringgitan banjar kademangan.
Seseorang telah memberikan minuman kepadanya.
Demikian Ki Sangga Geni meneguk minuman itu, terasa
tubuhnya menjadi agar segar.
"Apa yang akan kau lakukan terhadapku, Ki Sanak?"
bertanya Ki Sangga Geni kepada orang berambut ubanan itu.
"Sudah aku katakan, bahwa aku tidak akan berbuat apaapa, karena yang kau lakukan adalah perang tanding. Tetapi akupun dapat mengerti, bahwa kau telah mencurigai aku karena aku adalah kakak sepupu Kiai Pentog yang telah kau bunuh. Namun aku tidak akan menodai kejujuran dalam
perang tanding yang sudah kau lakukan melawan Pentog:
"Terima kasih, Ki Sanak" berkata Ki Sangga Geni "mudah-mudahan para murid Kiai Pentogpun dapat mengerti apa yang telah terjadi sebagaimana Ki Sanak"
"Aku akan menjelaskan kepada mereka" berkata orang
berambut putih itu. Bahkan iapun kemudian berkata
"Sementara itu, jika Ki Sangga Geni tidak berkeberatan, aku akan mencoba mengobati luka-luka dalam Ki Sangga Geni.
Agaknya luka-luka dalam Ki Sangga Geni memerlukan
penanganan yang sungguh-sungguh"
"Terima kasih, Ki Sanak. Aku sudah membawa beberapa
jenis obat sendiri. Aku akan mencoba mengobati luka-lukaku ini"
Orang berambut ubanan itu menarik nafas panjang. Namun iapun menyadari, bahwa Ki Sangga Geni tentu tidak akan dapat dengan serta-merta mempercayainya.
Namun orang itu tidak ingin mempersoalkannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, maka orang-orang Ngadirejapun menjadi semakin banyak berdatangan. Seorang perempuan tiba-tiba saja telah berlari naik ke pringgitan. Iapun menjatuhkan dirinya dihadapan Ki Sangga Geni sambil menangis. Katanya di sela-sela tangisnya "Aku mengucapkan terima kasih, Ki Sangga Geni. Ki Sangga Geni telah menghukum orang yang telah menyiksa keluargaku. Anak perempuanku satu-satunya yang telah dibawa Kiai Pentog selama sepekan ke sarangnya telah pulang dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Ia telah kehilangan kesadarannya. Ia menjadi gila. Bahkan tiga hari setelah ia berada di rumah, ia telah membunuh diri"
Ki Sangga Geni menarik nafas panjang. Tangis perempuan itu ternyata telah menyentuh hatinya.
Tidak hanya perempuan itu saja yang telah menyatakan terima kasih mereka kepada Ki Sangga Geni. Kematian Kiai Pentog merupakan permulaan dari satu kehidupan baru di Ngadireja.
Meskipun Kiai Pentog mempunyai beberapa orang pengikut, tetapi orang-orang Ngadireja akan sanggup melakukan
perlawanan terhadap mereka, karena mereka tidak lagi dipimpin oleh seseorang yang dipercaya anak genderuwo.
Tetapi orang berambut ubanan yang masih berada di banjar itupun berkata "Omong kosong. Pentog bukan anak
genderuwo. Ia memang lahir cacat. Wajahnya nampak
menakutkan. Itulah sebabnya laki-laki yang seharusnya menjadi ayahnya, tidak menghiraukannya lagi. Semula laki-laki itu sudah bersedia menikahi ibu Pentog yang dihamilinya.
Tetapi anak itu telah lahir sebelum waktunya, justru saat-saat pernikahan dipersiapkan. Namun keadaan anak itu telah membuat laki-laki yang seharusnya menjadi ayahnya itu pergi.
Sehingga dengan demikian, maka timbulah dongeng bahwa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pentog adalah anak genderuwo. Tetapi agaknya Pentog
sendiri justru telah memanfaatkan dongeng tentang dirinya itu. Ia justru mengaku anak genderuwo dari Gunung Prau untuk membuat orang-orang Ngadireja semakin ketakutan"
"Ia benaar-benar telah menjadi hantu di kademangan ini berkata seorang bebahu kademangan Ngadireja.
"Itulah yang dikehendakinya" jawab orang berambut
ubanan itu "latar belakang hidupnya telah membentuknya menjadi hantu yang sangat menakutkan itu. Hidupnya yang sulit. Bahkan anak itu seakan-akan telah dibuang oleh ibunya pula. Ia jatuh ketangan seorang gegedug yang memimpin gerombolan
perampok yang ganas dan kemudian membesarkannya. Sejak kecil Pentog selalu dibayangi oleh kebencian dan dendam yang ditanamkan oleh gegedug yang membimbingnya memasuki rimba kehidupan yang sangat
garang. Ia tidak pernah merasakan cinta kasih ayah dan ibunya. Bahkan kakek dan neneknya menjadi ketakutan jika mereka melihat Pentog itu datang kepada mereka. Itulah sebabnya, maka Pentog telah mendendam kepada setiap
orang dibumbui oleh cara hidup orang yang mengasuhnya, sehingga akhirnya pentog menjadi seorang iblis yang sangat menakutkan"
"Ki Sanak sendiri bagaimana?" bertanya Ki Sangga Geni.
"Sejak sepekan aku berusaha menemuinya dan berbicara dengan Pentog. Tetapi gagal"
"Apakah Kiai Pentog itu masih mengenali Ki Sanak"
"Ia mengenalku dengan baik. Akulah satu-satunya
keluarganya yang dikenalnya, aku datang untuk sekedar menengoknya. Tetapi Pentog justru berjalan semakin jauh.
Tidak ada orang yang dapat membwanya kembali ke jalan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang benar. Jalan satu-satunya bagi Pentog adalah
sebagaimana yang dijalaninya sekarang, yang telah ditunjukkan oleh Ki Sangga Geni"
Ki Sangga Geni menarik nafas panjang, sementara orang yang rambutnya ubanan itu berkata selanjutnya "Pentog memang bersalah. Tetapi lingkungannya tentu juga ikut bersalah. Ibunya telah bersalah. Laki-laki yang seharusnya menjadi ayahnya tetapi justru meninggalkannya. Ibunya yang seakan-akan telah membuang anak itu. Kakek dan neneknya yang selalu menjauhinya. Pentog yang tidak mempunyai kawan bermain sejak kanak-kanak, karena anak-anak
sebayanya menjadi ketakutan melihat wajahnya yang cacat"
Orang-orang yang mendengarkan ceritera orang berambut ubanan itu mengangguk-angguk. Namun yang penting bagi orang-orang
Ngadireja adalah, bahwa mereka telah dibebaskan dari keganasan Kiai Pentog.
Satu dua orang yang sudah separo baya memang menaruh iba kepada orang yang menyebut dirinya Kiai Pentog itu.
Namun apa yang dilakukan oleh Kiai Pentog sudah keterlaluan.
Orang tua yang telah kehilangan anak perempuannya, suami yang isterinya direnggut dari sisinya serta perbuatan-perbuatan terkutuk lainnya, selain merampas harta benda serta apa saja yang dikehendakinya. Bukan saja di
kademangan Ngadireja, tetapi daerah jelajah Kiai Pentog semakin lama menjadi semakin luas. Gegedug yang merasa daerahnya telah dirambah oleh Kiai Pentog telah datang Untuk melawannya. Tetapi mereka seakan-akan menjadi tidak
berdaya. Orang-orang yang berniat menantang perang
tanding melawan Kiai Pentogpun kemudian telah berakhir dengan sangat menyakitkan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun tiba-tiba telah datang Ki Sangga Geni. Ternyata Ki Sangga Geni telah berhasil membunuhnya orang yang
bernama Kiai Pentog, yang selama ini dianggap anak
genderuwo dari Gunung Prau. Dongeng yang justru di-
hembus-hembuskan oleh Kiai Pentog sendiri.
Dalam pada itu, Ki Sangga Geni telah mendapat
penghormatan yang sangat tinggal di kademangan Ngadireja.
Bahkan beberapa orangbebahu dari kademangan disekitar Ngadireja yang telah mendengar apa yang terjadi, dikeeso-kan harinya telah berdatangan pula ke banjar kademangan
Ngadireja untuk mengucapkan selamat keapda Ki Sangga Geni serta menyampaikan rasa terima kasihnya.
Sementara itu. Kiai Sangga Geni sendiri terpaksa tinggal di Ngadireja untuk dua tiga hari. Ia harus memulihkan tenaga serta kemmpuannya. Ia harus menyembuhkan luka-luka
didalam tubuhnya. Selama Sangga Geni berada di Ngadireja, orang yang
rambutya ubanan, yang mengaku sepupu Kiai Pentog itupun telah mengunjungi disetiap hari.
"Aku telah berhasil meredam dendam para pengikut
Pentog" berkata orang itu "Mereka bukan lagi sekelompok serigala yang buas dan liar. Kematian Pentog benar-benar telah membuat keberanian mereka menyusut, sehinggaaku berharap bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi, mereka akan meninggalkan sarang mereka. Aku berharap bahwa
mereka akan pulang ke rumah mereka masing-masing. Pentog adalah cermin bagi mereka. Orang yang ilmunya demikian tinggi itupun akhirnya masih ada yang melampauinya. Apalagi para pengikut pentog yang menggantungkan dirinya kepada kemampuan Kiai Pentog"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sukurlah" berkata Ki Sangga Geni "semoga mereka
kembali ke jalan yang benar"
Namun Ki Sangga Geni sendiri menjadi berdebar-debar
mendengar kata-katanya itu. Bahkan Ki Sangga Geni menjadi ragu, apakah mulutnya yang telah mengatakannya"
Setelah berada di banjar kademangan Ngadireja selama tiga hari, maka keadaan Ki Sangga Geni telah benar-benar pulih kembali. Luka dalamnyapun telah sembuh sama sekali. Ia tidak lagi merasa nyeri, di dadanya, serta pernafasannyapun telah menjadi lancar kembali.
Para bebahu di kademangan Ngadireja mencoba untuk
menahannya barang dua tiga hari lagi. Tetapi Ki Sangga Genipun berkata "Aku masih mempunyai banyak beban di bahuku yang harus aku usung. Karena itu, maka aku terpaksa minta diri untuk melanjutkan perjalanan"
Pada saat Ki Sangga Geni meninggalkan kademangan
Ngadireja, maka seakan-akan seluruh penghuni kademangan Ngadireja telah keluar dari rumahnya untuk mengucapkan selamat jalan serta hampir setiap mulut telah mengucapkan terima kasih kepadanya. Bahkan beberapa orang bebahu dari kademangan di sekitarnyapun telah datang pula untuk
melepaskan kepergian Ki Sangga Geni. Agaknya Ki Sangga Geni telah mereka anggap sebagai pahlawan terbesar yang pernah hadir di kademangan Ngadireja dan sekitarnya.
Sejenak kemudian, maka Ki Sangga Genipun telah terlepas dari kademangan Ngadireja. ketika ia berpaling, ia masih melihat beberapa orang berkumpul di pintu gerbang
kademangan memandanginya. Sementara itu, Ki Sangga Geni telah berjalan semakin cepat. Semakin lama semakin jauh.
"Gila orang-orang Ngadireja" geram Ki Sangga Geni.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ia tidak dapat menghapus kesan yang telah tergores dihatinya. Begitu besar terima kasih orang-orang Ngadireja kepadanya karena ia telah membebaskan mereka dari
ketakutan yang mencengkam mereka untuk waktu yang lama.
"Persetan dengan mereka" berkata Ki Sangga Geni "Aku akan berbuat sebagaimana Kiai Pentog itu kapan saja aku ingin"
Tetapi tiba-tiba iapun teringat ceritera orang yang
rambutnya ubanan yang telah menceriterkan kehidupan
Pentog di masa kecil, seolah-olah orang itu telah minta maaf atas nama Pentog atas segala kelakuan buruknya. Orang itu telah berniat membagi kesalahan sehingga tidak semua kesalahan akan bertimbun pada diri Kiai Pentog. Kehidupan yang pahit di masa kecilnya, kebencian dan dendam yang telah merasuk didalam jiwanya, sejak ia masih kanak-kanak telah
membentuknya menjadi orang yang terganggu keseimbangan jiwanya. "Apakah aku juga mengalaminya di masa kecilku?" bertanya Ki Sangga Geni kepada dirinya. Dicobnya untuk mencari-cari cacat yang ada didalam lingkungan keluarganya, agar ia mempunyai alasan bahwa ia melakukan hal-hal yang buruk itu bukan karena kesalahannya saja. Tetapi juga kesalahan lingkungannya.
Tetapi Ki Sangga Geni tidak dapat menemukannya. Ketika ia mencoba mengenang keluarganya, maka ternyata ayah dan ibunya sangat mengasihinya. Bahkan neneknya menjadi sakit-sakitan ketika nenek itu mendengar bahwa Sangga Geni telah terpengaruh oleh satu lingkungan kehidupan yang buruk.
Ibunya hampir, saja pingsan ketika buat pertama kali ia mendengar anaknya itu berbuat jahat. Sementara kakeknya telah menjadi pendiam. Kakeknya seorang yang berpengaruh http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam lingkungannya, mereka telah kehilangan mukanya karena perbuatan cucunya.
Ketika ayahnya memanggilnya dan ingin berbicara tentang tingkah lakunya, maka Sangga Geni muda itu telah berani memaki-makinya.
Bahkan atas ajakan beberapa orang kawannya, Sangga
Geni itu telah memasuki lingkungan perguruan yang sesat.
Semakin lama ia menjadi semakin dalam terperosok ke dalam ilmu hitam.
"Persetan. Aku tidak peduli. Sekarang aku akan pergi ke Karawelang mencari kakang Naga Wereng. Aku akan
menantangnya dalam perang tanding serta mengalahkannya.
Jika kakang Naga Wereng mau menyerah maka kau tidak akan membunuhnya. Aku hanya ingin mengatakan, bahwaa aku
telah berhasil mengusai ilmu kami sampai tuntas. Tetapi jika ia menjadi keras kepala dan harus mati, apa boleh buat"
geramnya. Sangga Geni itupun kemudian tidak menghiraukan apapun diperjalanannya. Ia hanya berhenti untuk minum dan makan jika ia haus dan lapar.
Di malam hari Ki Sangga Geni menghentikan perjalanannya di tengah malam. Ki Sangga Geni sempat tidur beberapa saat di sebuaah gubug kecil di tengah sawah.
Ketika menjelang fajar, pemilik sawah itu turun untuk mengairi sawahnya, karena menurut kesepakatan dengan para tetangganya, hari itu ia mendapat bagian air menjelang fajar, maka Ki Sangga Geni yang telah terbangunpun segera
meloncat turun dari gubug itu. "Jika pemilik gubug itu marah, maka aku akan mengetuk kepalanya dan melubangi ubun-ubunnya dengan jari-jariku. Ia http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan mati dan tidak akan dapat mengumpanku lagi" geram Sangga Geni.
Pemilik sawah itu melangkah mendekati Sangga Geni.
Namun orang itu ternyata tidak marah. Bahkan dengan"ramah iapun bertanya "Ki Sanak tidur di gubugku semalam?"
"Ya" jawab Sangga Geni singkat
"Ki Sanak tentu sedang menempuh perjalanan jauh.
Marilah, aku persilahkan Ki Sanak singgah. Barangkali ada seteguk minuman hangat yang dapat menyegarkan tubuh Ki Sanak"
"Gila orang ini. Kenapa ia tidak marah. Seharusnya ia marah dan mengumpati aku karena aku tidur di gubugnya. kemudian akulah yang membuatnya diam untuk selama-lamanya" geram Ki Sangga Geni didalam hatinya.
Karena Ki Sangga Geni tidak menjawab, maka petani itupun kemudian berkata pula "Aku tidak lama Ki Sanak. Aku hanya akan membuka pematang dan membendung air yang mengalir di parit itu. Aku segera dapat pulang. Nanti matahari sepenggalah aku harus menutup pematang itu kembali dan membuka agar air parit itu dapat mengalir untuk mengairi sawah sebelah"
Di luar sadarnya, maka Ki Sangga Genipun menjawab
"Terima kasih Ki Sanak. Aku harus melanjutkan perjalanan.
Aku tergesa-gesa. Aku minta maaf bahwa semalam aku tidur di gubug Ki Sanak tanpa minta ijin. Selanjurnya aku
mengucapkan terima kasih"
"Tidak apa-apa Ki Sanak. Bukankah kau hanya menumpang tidur tanpa merugikan aku sama sekali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni itupun kemudian minta diri untuk
melanjutkan perjalanan. Sambil meloncat tanggul parit dan turun ke jalan Ki Sangga Geni itu masih mengumpat, kenapa petani itu tidak marah ke padanya karena ia telah tidur di gubug itu.
Tetapi tiba-tiba saja telah timbul satu pertanyaan "Apakah aku sekedar mencari sebab untuk berbuat onar" Bahkan membunuh seseorang yang tidak bersalah?"
Ki Sangga Geni itupun menghentakkan kakinya, la
menganggap pertanyaan itu sebagai sisi kelemahan diliatinya.
"Persetan. Jika aku ingin membunuh, aku akan membunuh.
Ada atau tidak ada sebabnya"
Ki Sangga Geni itupun segera menghentakkan kakinya. Ia berjalan semakin cepat menuju ke Karawelang untuk menemui saudara tua seperguruannya, Naga Wereng, yang belum
pernah dikalahkannya meskipun sudah beberapa kali ia berkelahi
dengan saudara tuanya itu. Ki Sangga Geni yang berjalan semakin cepat itu merasa seakan langkah-langkahnya itu terlalu lamban, sehingga karena itu, maka Ki Sangga Geni itupun berjalan semakin lama menjadi semakin cepat.
Ketika matahari menjadi semakin rendah, maka Ki Sangga Genipun telah mendekati sebuah padepokan kecl yang berada di Karawelang yang juga disebut perguruan Karawelang.
Padepokan yang hanya berisi beberapa orang itu nampak sepi.
Ki Sangga Geni berhenti sejenak di depan regol halaman padepokan kecil dan terpencil itu. Dengan ragu-ragu ia melangkah masuk.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padepokan itu nampaknya sudah berubah. Halamannya
nampak bersih dan terpelihara rapi.
"Apakah penghuninya sudah berganti?" bertanya Ki Sangga Geni di dalam hatinya.
Ki Sangga Genipun berjalan terus memasuki halaman
padepokan itu. Didepan bangunan Utama padepokan Karawelang, seorang cantrik menyongsongnya. Sambil mengangguk hormat cantrik itu bertanya" Selamat datang di padepokan kecil kami, Ki Sanak. Jika Ki Sanak tidak berkeberatan, kami ingin tahu, siapakah Ki Sanak itu dan siapakah yang ingin Ki Sanak Temui"
Ki Sangga Geni mengerutkan dahinya. Ia ingin bertemu dengan seorang cantrik yang membentaknya dan kemudian mencoba mengusirnya. Tetapi cantrik ini nampaknya bersikap lembut.
Namun Ki Sangga Geni memang sengaja membuat perkara.
Karena itu, justru Ki Sangga Genilah yang bersikap kasar.
Dengan lantang iapun bertanya "Bukankah ini padepokan Karawelang?"
"Ya, Ki Sanak" "Aku ingin bertemu dengan Ki Rubaya yang kemudian
menyebut dirinya Kiai Guntur Ketawang"
"Ki Sanak ingin bertemu dengan guru" Baiklah. Silahkan Ki Sanak
naik dan duduk di pringgitan. Aku akan menyampaikannya kepada Guru. Tetapi siapakah nama Ki Sanak?"
"Katakan, namaku Sangga Geni"
"Baiklah, Ki Sangga Geni. Silahkan duduk"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni yang memang berniat untuk membangkitkan persoalan itu segera naik ke pendapa dan duduk di pringgitan.
Sementara itu, cantrik yang menemuinya, lewat pintu
seketeng langsung menghadap orang yang dicari oleh Ki Sangga Geni yang sedang duduk di serambi menikmati suara burung perkutut.
"Guru" cantrik itu mengangguk hormat.
"Ada apa, Sumbaga?"
"Ada tamu, guru"
"Tamu" Siapa?"
"Sangga Geni" Jadi Sangga Geni datang kemari?"
"Ya, guru" Wajah Ki Guntur Ketawang menjadi cerah. Iapun segera bangkit berdiri. Tetapi Ki Guntur Ketawang ternyata tidak dapat lagi berdiri tegak tanpa disangga oleh sebatang tongkat kayu.
"Dimana ia sekarang?"
"Aku persilahkan duduk di pringgitan, guru"
"Sumbaga. Ki Sangga Geni adalah paman gurumu. Marilah, ikut aku menemuinya. Beri tahu adikmu Lumintu agar ia menyiapkan minuman dan makan untuk dihidangkan kepada pamanmu itu"
"Baik, guru" Sumbagapun berlari-lari kecil ke belakang untuk menemui Lumintu. Kemudian Sumbagapun kembali lagi mendapatkan gurunya dan membimbingnya ke pringgitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian mereka muncul di pintu pringgitan, maka Ki
Sangga Genipun segera bangkit berdiri. Tetapi wajahnya tidak seceria Ki Guntur Ketawang. Wajah Ki Sangga Geni yang ingin membuat persoalan sebagai alasan untuk menantang kakak seperguruannya untuk berperang tanding itu tetap saja nampak gelap.
"Adi" demikian akrabnya sambutan Ki Guntur Ketawang
mimpi apa aku semalam, bahwa adi telah datang
mengunjungiku dari tempat yang jauh"
Sikap itu sama sekali tidak menyenangkan bagi Ki Sangga Geni. Sikap kakak seperguruannya itupun tidak lagi
sebagaimana sikapnya dahulu. Sikapnya itu sudah berubah sebagaimana wajah dari padepokan kecilnya itu.
"Silahkan. Silahkan duduk adi"
Ki Sangga Geni itupun kemudian duduk kembali bersama Ki Guntur Ketawang serta muridnya yang disebutnya bernama Sumbaga itu.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana kabarmu adi" Bukankah kau baik-baik saja?"
Ki Sangga Geni tidak ingin bersikap baik. Tetapi di luar sadarnya iapun mengangguk sambil menjawab "Aku baik-baik saja kakang. Bagaimana dengan kakang disini?"
"Akupun baik-baik saja adi Sangga Geni. Nah, ini adalah salah seorang dari tiga orang muridku. Namanya Sumbaga. Ia adalah murid yang tertua"
"Jadi murid kakang hanya tiga orang?"
"Ya. Dahulu memang lebih dari tiga orang, adi. Tetapi yang lain telah pergi. Ada yang pergi untuk selamanya, tetapi ada uang pergi meninggalkan aku yang sudha mulai menjadi pikun ini" Ki Guntur Ketawang berhenti sejenak, lalu katanya kepada http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumbaga "ini pamanmu, Subaga. Ia adalah murid terbaik dari perguruan kami dahulu"
Ki Sangga Geni terkejut mendengar kakak seperguruannya itu menyebutnya sebagai murid terbaik. Sementara itu Ki Guntur Ketawangpun berkata selanjutnya "meskipun aku adalah saudara seperguruannya yang lebih tua, tetapi aku tidak pernah dapat
menyamainya. Jika aku berhasil meningkatkan ilmuku selapis, adi Sangga Geni sudah
meningkatkan ilmunya dua lapis, sehingga jaraknya semakin lama menjadi semakin jauh" Ki Sangga Geni itu justru termangu-mangu. Seingatnya, ia tidak pernah mampu
menyamai tataran kemampuan kakak seperguruannya itu.
Sampai mereka dinyatakan telah menguasai ilmu yang utuh di perguruannya, sehingga tidak mengembangkannya saja sesuai dengan langkah yang akan diambil oleh masing-masing murid di perguruannya, ia masih saja merasa iri atas kelebihan kakak seperguruannya. Bahkan setelah beberapa tahun mereka meninggalkan perguruan, ketika timbul benturan kepentingan dengan kakak seperguru-annnya itu, sehingga mereka berdua terjerat dalam perang tanding, Sangga Geni masih belum dapat mengimbangi ilmu kakak seperguruannya itu. Namun waktu itu kakak seperguruannya itu tidak membunuhnya.
Sangga Genilah yang mengancam, bahwa pada suatu saat ia akan datang lagi untuk menantang berperang tanding serta akan membunuh kakak seperguruannya itu.
Tetapi ketika kemudian ia datang menemui kakak
seperguruannya itu, maka rasa-rasanya segala-galanya telah berubah, bahkan kakak seperguruannya itu mengatakan, bahwa ia adalah murid yang terbaik.
Tetapi Ki Sangga Geni sudah bertekad untuk datang dan membuat perhitungan. Iapun ingin menguji ilmunya, apakah ia sudah pantas untuk tampil lagi melawan Ki Margawasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun agaknya keadaan kakak seperguruannya itu telah berubah pula. Nampaknya Ki Guntur Ketawang itu mengalami keadaan kesehatan yang buruk atau mungkin cacat setelah ia bertempur dengan seorang yang berilmu tinggi.
"Kakang" tiba-tiba saja Ki Sangga Geni itupun bertanya
"Apakah hanya penglihatanku saja, atau keadaan kakang memang telah memburuk sehingga kakang harus berjalan dibantu oleh tongkat kakang, serta harus dibimbing?"
Ki Guntur Ketawang itu menarik nafas panjang. Katanya
"Aku telah mengalami masa-masa yang buruk, adi. Bukan maksudku mengeluh tentang keadaanku ini. Aku akan
menerima keadaan apapun yang harus aku sandang dengan senang hati. Tentu bukan maksud Yang Maha Agung untuk menyiksaku. Tetapi keadaanku ini merupakan kendali atas sikap hidupku"
"Kendali" Maksud kakang?"
"Kau tentu tahu adi, bahwa aku adalah orang yang sangat liar dan buas. Aku adalah hantutli pesisir Utara ini. Tidak ada orang yang dapat menghalangiku. Aku dapat berbuat apa saja
"Ki Guntur Ketawang itupun terdiam sejenak, seakan-akan sedang mengingat apa yang pernah dilakukannya.
Sebenarnyalah Ki Guntur Ketawang adalah hantu di pesisir Utara. Namanya sangat ditakuti. Bahkan melampaui Kiai Pentog di Ngadireja.
Tangannya berlumuran darah orang-orang yang tidak
bersalah. Bahkan perempuan dan kanak-kanak.
Tetapi Ki Guntur Ketawang itu tidak akan mampu melawan kuasa Yang Maha Kuasa. Ketika itu Ki Guntur Ketawang merampok seorang yang sangat kaya di Kaliwungu dengan hasil yang sangat besar, tetapi Ki Guntur Ketawang itu harus http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melewati pertempuran yang sengit melawan para pengawal orang yang sangat kaya raya itu.
Tiga orang kawannya telah terbunuh, sehingga Ki Guntur Ketawang itu menjadi sangat marah. Semua orang yang
tinggal di rumah itu telah dibunuhnya. Bahkan perempuan dan kanak-kanak.
Bahkan Ki Guntur Ketawang sempat menghancurkan semua perabot di rumah itu, sehingga tidak ada barang yang tersisa yang dapat dipergunakannya lagi.
Dengan kemarahan yang membakar jantungnya, Ki Guntur Ketawang meninggalkan tiga orang kawannya terbaring
diantara mayat para pengawal dan seisi rumah orang yang sangat kaya itu.
Ki Guntur Ketawang yang masih saja mengumpat-umpat
marah itu melarikan kudanya kencang sekali bersama dengan enam orang pengikutnya yang tersisa.
Tetapi di perjalanan kembali ke sarangnya itu, kuda Ki Guntur Ketawang telah terperosok ke dalam lubang gorong-gorong yang menyilang jalan. Gorong-gorong yang terbuat dari kayu serta sudah mulai menjadi rapuh.
Kuda Ki Guntur Ketawang itu kehilangan keseimbangan.
Dengan derasnya kuda bersama penunggangnya itu telah terlempar ke dalam jurang yang dalam.
Tetapi yang tidak masuk di akal Ki Guntur Ketawang adalah, bahwa tidak
seorangpun pengikutnya, yang berkuda dibelakangnya melihatnya ia terperosok dan terlempar kedalam jurang. Meskipun malam gelap serta jaraknya
beberapa puluh langkah, tetapi seseorang yang berkuda di paling depan diantara para pengikutnya itu seharusnya melihatnya atau mendengar suara ringkik kudanya serta saat-saat ia terlempar ke dalam jurang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ternyata tidak seorangpun yang mengetahuinya.
Ki Guntur Ketawang sendiri waktu itu telah pingsan untuk beberapa lama. Ketika ia sadar, maka ia terkejut. Ki Guntur Ketawang itu berada di sebuah rumah kecil berdinding bambu dan beratap ilalang.
Seorang laki-laki tua dan anaknya yang masih remaja
merawatnya dengan tekun. Mengobati luka-luka dengan
dedaunan yang mereka cari di tebing jurang yang dalam itu.
"Sayang bahwa kuda Ki Sanak telah mati" berkata laki-laki tua itu.
Ki Guntur Ketawang memandang laki-laki tua itu dengan mata yang menyala. Katanya "Kau biarkan kudaku mati"
Kenapa kau tidak merawatnya dan mengobatinya?"
"Maaf Ki Sanak. Ketika aku ketemukan di jurang, kuda itu sudah mati. Tetapi Ki Sanak masih hidup, sehingga aku dan anakku ini berusaha merawat Ki Sanak serta mengobati luka-luka Ki Sanak dengan dedaunan"
"Setan tua. Kau biarkan kudaku mati. Buat apa kau
merawatku" Kau kira tanpa kau rawat aku tidak dapat bangkit sendiri" Aku adalah seorang yang mempunyai nyawa rangkap.
Tanpa campur tangan orang lain, maka matipun aku dapat hidup lagi"
"Maaf Ki Sanak. Kami minta maaf atas kelancangan kami.
Kami tidak mengetahui bahwa Ki Sanak mempunyai nyawa rangkap. Yang kami lakukan adalah berusaha menolong Ki Sanak. Kami benar-benar bermaksud baik. Tetapi jika yang kami lakukan tidak berkenan di hati Ki Sanak, kami minta maaf. Barang-barang yang Ki Sanak bawa telah kami
kumpulkan pula, karena berserakkan di jurang itu. Kami akan menyerahkannya kembali kepada Ki Sanak " orang tua itupun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian memerintahkan anaknya yang sudah remaja
mengambil seikal bungkusan yang besar yang semula dibawa oleh K i Guntur Ketawang"
Ki Guntur Ketawang sendiri lidak tahu, apa saja yang telah dibawanya. Tetapi bungkusan benda-benda berharga yang dikumpulkan oleh orang tua itu, nampaknya masih utuh, meskipun seandainya ada satu dua benda-benda kecil atau perhiasan yang hilang di jurang itu.
-oo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 18 "Kau tahu bahwa barang-barang
itu adalah barang-barang berharga?" "Aku tahu, Ki Sanak" jawab orang
tua itu. "Kau tahu dari mana aku mendapatkan barang-barang itu?"
"Aku tahu Ki Sanak"
"Jadi kau tahu bahwa aku seorang perampok yang baru saja
merampok rumah orang kaya?"
"Aku thau Ki Sanak"
Tiba-tiba saja Guntur Ketawang itu mencabut kerisnya.
Keris yang diambilnya di rumah orang yang kaya raya itu.
Dijulurkannya keris itu sehingga melekat didada orang tua yang menolongnya "Kalau demikian, maka kau akan dapat melaporkannya kepada orang yang berwenang memerintah disini.
"Ayah" terdengar suara anak remaja itu.
"Kaupun akan mati anak cengeng" bentak Ki Guntur
Ketawang. Anak itu justru melangkah setapak-setapak mendekati
ayahnya yang berdiri bagaikan membeku. Ujung keris Ki Guntur Ketawang masih tetap melekat didadanya.
"Aku akan membunuhmu. Kemudian aku akan pergi
meninggalkan rumahmu yang buruk ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki tua itu sama sekali tidak berbuat apa-apa.
Wajahnyapun nampak dingin tanpa gejolak apapun yan
menyiratkan gejolak perasaannya.
"Aku akan membunuhmu, kau dengar" Ki Guntur Ketawang itu membentak semakin keras.
Tetapi laki-laki itu tetap saja berdiri dengan wajah yang beku pula.
Ki Guntur Ketawang tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Ia ingin segera pergi. Namun ia tidak mau meninggalkan jejak dirumah itu. Karena itu, maka laki-laki tua itu dan anaknya yang remaja harus mati.
Tanpa belas kasihan, maka Ki Guntur Ketawang itu
berusaha menguhujamkan keris itu di dada laki-laki tua yang telah menolongnya.
Tetapi tiba-tiba keris di tangannya itu bagaikan menyala.
Nyalanya memancar kebiru-biruan sangat
menyilaukan. Bahkan terasa hulu keris itu menjadi sangat panas di tangan Ki Guntur Ketawang, sehingga seakan-akan Ki Guntur
Ketawang itu sedang menggenggam bara.
Dengan gerak naluriah, Ki Guntur Ketawang ingin
melepaskan keris itu. Tetapi rasa-rasanya telapak tangannya telah melekat pada hulu keris yang sangat panas melampaui panasnya bara batok kelapa.
"Lepaskan, lepasakan" teriak Ki Guntur Ketawang. Tetapi keris itu tidak lepas dari tangannya. Bahkan ketika ia meloncat surut sambil mengibas-kibaskan keris itu, namun keris itu tetap melekat ditalapak tangannya. Bahkan Ki Guntur
Ketawang itu tidak mempu membuka genggaman tangannya sendiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam kebingungan itu, serasa ada gelaran panas yang mengalir dari keris itu menyusup ke urat-urat darahnya, mengalir sampai ke jantung.
Ki Guntur Ketawang itupun seakan-akan telah terpelanting dan jatuh terbaring di pembaringan.
Ki Guntur Ketawang itu menjadi pingsan lagi. Ketika ia sadar, laki-laki tua itu masih menungguinya bersama anaknya yang sudah remaja. Bahkan laki-laki tua itu ialah menitikkan air di mulut Ki Guntur Ketawang itu.
Tubuh Ki Guntur Ketawang terasa sakit dimana-mana.
Sendi-sendinya menjadi sangat lemah. Tulang-tulangnya bagaikan tidak berdaya lagi menyangga tubuhnya.
"Ki Sanak" gumam Ki Guntur Ketawang yang masih
berbaring di amben bambu yang beralaskan tikar pandan di atas galar bambu wulung "Kenapa kau biarkan aku hidup"
Ketika kau menemukan aku di jurang serta sempat
mengumpulkan harta benda yang berharga itu, kenapa kau tidak membiarkan aku mati dan memiliki harta benda berharga itu" Kemudian ketika aku jatuh pingsan di rumah ini, kenapa kau tidak membunuhku, meskipun aku sudah berniat
membunuhmu. Jika kau membunuhku, maka harta benda
itupun akan menjadi milikmu"
"Aku tidak berhak mengambil nyawa seseorang, Ki Sanak.
Bahkan jika ada kemungkinan, aku justru harus berusaha menolong nyawa seseorang yang berada dalam bahaya,
meskipun keputusan akhir ada di tanganNya.
Selain itu, harta yang tidak ternilai harganya itu bukan milikku, sehingga aku tidak boleh memilikinya meskipun aku dapat melakukannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tutup mulutmu, Ki Guntur Ketawang berteriak. Tetapi dadanya menjadi sangat sakit. Bahkan terasa cairan yang hangat mengalir di sela-sela bibirnya"
Ki Guntur Ketawang itu mengeluh tertahan.
"Kenapa Ki Sanak?" bertanya orang tua itu.
"Dadaku sakit sekali. Tulang-tulangku diseluruh tubuhku"
Orang ilupun kemudian iclah menuangkan beberapa tetes cairan ke dalam mulut Ki Guntur Ketawang.
Keadaan Ki Guntur Ketawang ternyata menjadi lebih buruk daripada sebelum ia berniat membunuh orang tua itu. Namun sikap oran tua itu tidak berubah. Bersama anak remajanya ia tetap saja dengan sungguh-sungguh merawat
Guntur Ketawang. Ternyata orang tua itu memerlukan waktu beberapa hari untuk merawat Ki Guntur Keiawang sehingga ia mampu
bangkit berdiri. Namun keadaan tubuhnya sudah lidak dapat pulih lagi sebagaimana sebelumnya.
Sejak saat itulah, Guntur Ketawang merasa seakan-akan sorot kuasa yang tidak terlawan menembus jantungnya, sehingga setiap kali perasaan Guntur Ketawang telah disisipi oleh perasaan yang sebelumnya lidak pernah di kenalnya dengan sungguh-sungguh selain baru didengarnya seperti dongeng saja.
Dan sejak saat itulah tubuh Ki Guntur Ketawang menjadi cacat.
Semula Ki Guntur Ketawang tidak mau menerima kenyataan itu. Bahkan Ki Guntur Ketawang merasa lebih baik mati saja daripada hidup dengan cacat ditubuhnya. Namun akhirnya Ki Guntur Ketawang merasakan bahwa cacat itulah yang telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melemparkannya kembali ke dunianya yang terang. Cacat itu justru diterimanya dengan rasa terima kasih yang tinggi, karena Yang Maha Agung telah berkenan mengendalikannya, sehingga ia tidak mampu lagi untuk melanglang di daerah pesisir Utara, menakut-nakuti para penghuninya. Menyebar kematian dan bahkan kematian yang sia-sia. Ia bukan lagi menjadi bagaikan burung elang yang buas yang memburu anak_ayam yang tidak berdaya..
Akhirnya Ki Guntur Ketawang itupun merasa bahwa ia telah sembuh meskipun ia tidak dapat melepaskan diri dari kendali cacat butuhnyaitu.
"Aku benar-benar telah sembuh adi. Maksudku bukan
sembuh dari cacat di tubuhku. Tetapi aku telah sembuh dari cacat di jiwaku"
Wajah Ki Sangga Geni justru menjadi tegang. Jika benar yang dikatakan oleh kakak seperguruannya itu, maka Ki Sangga Geni merasa bahwa kepergiannya ke pesisir utara dengan menempuh perjalanan yang jauh itu akan sia-sia. Ia sudah bertekad untuk menantang kakak seperguruannya itu untuk berperang tanding. Selain untuk memenuhi janjinya, bahwa ia akan datang menantang kakak seperguruannya itu, maka iapun ingin menguji kemampuannya setelah ia
menempa diri dan menyelesaikan laku sampai tuntas.
Hampir diluar sadarnya, Ki Sangga Geni itupun berkata
"Kakang, apakah kakang berkata sebenarnya, bahwa kakang telah cacat?"
"Ya, adi. Tubuhku telah cacat bersamaan dengan
kesembuhan cacat di jiwaku"
"Tidak. Kakang tentu hanya berpura-pura. Kakang hanya ingin menghindari agar aku tidak dapat memenuhi janjiku http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menantang kakang berperang tanding. Kakang telah menghinaku dengan tidak mau membunuhku saat kakang
telah mengalahkan aku. Waktu itu aku berjanji, bahwa pada suatu saat aku akan datang mencari kakang. Melanjutkan perang tanding itu hingga tuntas"
"Kenapa adi tidak percaya?"
"Aku harus dapat memenuhi pernyataanku pada waktu itu"
Ki Guntur Ketawang itupun tersenyum. Iapun kemudian
berpaling kepada muridnya sambil berkata "Surnbaga.
Bantulah adikmu Luminta"
Surnbaga mengerti maksud gurunya. Gurunya tentu tidak ingin ia ikut mendengarkan pembicaraan gurunya dengan adik seperguruannya itu.
Karena itu, maka iapun berkata "Baik, guru. Aku akan ke belakang"
Tetapi Surnbaga sudah mendengar serba sedikit pernyataan Ki Sangga Geni. Karena itu, maka jantung Surnbaga itupun telah tergetar.
Karena itu, maka Sumbagapun justru dengan hati-hati telah mendekati pintu pringgitan dari ruang dalam untuk
mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh gurunya serta paman gurunya itu. Gurunya sudah menjadi cacat. Karena itu, maka ia tidak akan dapat membiarkan perlakuan yang tidak adil terhadap gurunya itu meskipun Surnbaga tahu, bahwa ilmu paman gurunya yang disebut murid terbaik itu, tentu sangat tinggi, bahkan mungkin melampaui ilmu gurunya.
Dalam pada itu, di pringgitan, Ki Sangga Geni itupun berkata "Kakang jangan menjadi pengecut. Mungkin kakang tahu, bahwa aku telah menyelesaikan laku yang harus aku http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalani. Karena itu, maka tiba-tiba saja kakang telah berpura-pura cacat agar kakang tidak usah melakukan perang tanding karena kakang yakin bahwa dalam perang tanding itu kakang akan kalah"
"Aku tahu, adi Sangga Geni. Aku tahu, seandainya aku tidak cacat, aku memang akan kalah. Apalagi setelah aku cacat seperti ini. Aku sama sekali sudah tidak bertenaga. Aku tidak lagi mampu menggerakkan tangan dan kakiku seperti dahulu.
Aku sudah kehilangan segala-galanya. Yang ada sekarang dalam diriku adalah pasrah, apa yang akan terjadi pada diriku"
"Bohong. Omong kosong" bentak Ki Sangga Geni. Lalu
katanya "Kakang. Bagaimanapun keadaan kakang, aku akan tetap melakukan sebagaimana yang sudah aku ucapkan. Aku datang untuk menantangmu berperang tanding sampai tuntas.
Aku tidak peduli, apakah kau akan melawan atau tidak"
Ki Guntur Ketawang itupun mengangguk-angguk. Katanya
"Jika demikian, adi. Terserah saja kepadamu. Tetapi sayang, bahwa aku tidak akan mampu rnelayanimu. Aku tidak lagi menguasai unsur-unsur gerak yang manapun juga. Tulang-tulangku telah rapuh pula. Karena itu, maka pekerjaanmu akan menjadi sangat
mudah meskipun akan sangat
mengecewakanmu" Namun sementara itu, pintu pringgitanpun terbuka. Luminta keluar dari pintu pringgitan dengan ragu-ragu. Ia membawa nampan berisi minuman dan beberapa potong
makanan" Ki Guntur Ketawang tersenyum. Katanya "Letakkan saja di situ Luminta"
"Baik, guru" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian Luminta meletakkan nampan berisi minuman dan makanan, maka iapun segera masuk kembali ke pintu
pringgitan. Demikian ia menutup pintu pringgitan, maka iapun justru
bergeser ke samping Sumbaga untuk ikut mendengarkan pembicaraan gurunya dengan adik seperguruannya itu. "Kakang" berkata Ki Sangga Geni kemudian "Aku tidak
mempunyai banyak waktu. Marilah, kita akan menyelesaikan persoalan kita itu dengan cara seorang laki-laki"
"Minumlah dahulu adi. Seorang cantrikku telah membuatkan minuman bagimu"
"Tidak. Aku tidak datang*untuk semangkuk minuman dan sepotong makanan. Tetapi aku datang untuk membuat
perhitungan" "Adi" berkata Ki Guntur Ketawang "bagiku segala
sesuatunya telah lewat"
"Tidak. Terbukti kakang masih mempunyai murid yang
tentu masih akan melanjutkan tindak kekerasan yang pernah kakang lakukan sebelumnya"
"Tidak, adi. Aku justru minta kepada mereka untuk
menebus segala macam kejahatan yang pernah aku lakukan.
Aku ajari mereka untuk melakukan kebaikan, membantu
mereka yang memerlukan bantuan dalam ujud apapun
menurut kemampuan mereka. Aku berharap agar murid-
muridku tidak berbuat sebagaimana aku lakukan"
"Jika kakang benar-benar cacat serta tulang-tulang kakang menjadi rapuh, bagaimana kakang dapat membimbing murid kakang?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah aku masih mempunyai mulut untuk memberikan aba-aba kepada mereka" Aku memang tidak berharap agar mereka menjadi orang yang berilmu sangat tinggi bahkan tidak terbatas. Aku justru berharap agar mereka dapat mernbantu memberikan penyuluhan tentang garap sawah.
Tentang kerajinan tangan dan mengenai berbagai bidang kerja yang lain"
"Cukup, kakang. Sekarang aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Aku telah datang memenuhi janjiku. Aku tidak percaya bahwa kakang sekarang sudah cacat. Kakang tentu hanya ingin agar aku tidak dapat memenuhi janjiku pada waktu itu untuk
menantang kakang berperang tanding sampai tuntas"
"Adi. Terserah, apa yang akan kau lakukan. Tetapi aku sekarang benar-benar sudah rapuh. Aku tidak mempunyai kekuatan lagi apalagi ilmu yang tinggi sebagaimana ilmumu.
Sedangkan pada saat aku masih menjadi hantu di pesisir Utara aku merasa tidak dapat mengalahkanmu, apalagi sekarang"
"Cukup, cukup. Kakangbersiaplah. Turunlah ke halaman.
Melawan atau tidak melawan, aku akan membunuhmu"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah adi. Jika itu yang kau kehendaki. Jika kau benar-benar
inginkan kematianku, maka aku tidak akan berkeberatan. Mungkin memang sudah menjadi garis hidupku, bahwa aku harus mati di tangan saudara seperguruanku"
Ki Sangga Geni itupun segera bangkit dan melangkah ke halaman. Sementara itu dengan susah payah, Ki Guntur Ketawangpun telah bangkit pula dan berjalan bertumpu pada tongkatnya turun ke halaman.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah beberapa saat kemudian keduanya telah
berhadapan di halaman bangunan utama padepokan kecil yang sepi itu.
"Kakang. Bersiaplah. Kau tahu bahwa aku bukan orang
yang mempunyai belas kasihan. Kau pernah menyebutku
sebagai iblis yang biadab. Aku memang berguru pada iblis yang biadab itu. Karena itu, jangan berharap bahwa aku akan mengasihanimu dengan sikapmu yang pura-pura itu"
"Terserah kepadamu. Apa yang akan kau lakukan, adi"
"Berhentilah berpura-pura. Hadapi aku sebagaimana kau hadapi aku beberapa tahun yang lalu. Kau tentu tidak ingin perang tanding yang akan kita lakukan itu menghapus
kebanggaanmu bahwa kau telah mengalahkan aku serta
menghinaku dengan tidak membunuhku, karena kau tahu, bahwa sekarang aku sudah menuntaskan laku yang harus aku jalani dan yang belum sempat aku jalani beberapa tahun yang lalu"
"Semuanya sudah lampau bagiku, adi. Tidak ada lagi
kebanggaan atas satu kemenangan. Tidak ada pula dendam dan kebencian. Apalagi kepura-puraan. Karena itu, jika kau memang berniat membunuhku, sekarang adalah waktunya.
Aku sudah pasrah jika kematian itu memang akan menjemput sekarang dengan perantaraan tanganmu"
"Persetan. Jangan mengiba-iba seperti laki-laki cengeng"
"Tidak. Aku tidak mengiba-iba. Tetapi aku memang tidak dapat berbuat apa-apa"
Ki Sangga Geni termangu-mangu sejenak. Ia memang
menjadi ragu-ragu. Nampaknya Ki Guntur Ketawang itu benar-benar pasrah serta tidak ingin me lakukan perlawanan sama sekali.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, tiba-tiba saja ketiga muridnyapun telah turun pula ke halaman. Surnbaga yang tertua diantara merekapun berkata "Paman. Jika paman ingin membunuh
guru, maka selesaikan pula kami bertiga. Kami tahu, bahwa paman adalah seorang berilmu tinggi yang tidak terlawan, apalagi kami adalah para murid yang tidak memusatkan kemampuan kami pada olah kanuragan. Karena itu, kami yang tentu tidak akan berarti apa-apa bagi paman, sudah
seharusnya pasrah pula sebagaimana guru menyerahkan
segala sesuatunya kepada ke-mauan paman"
"Gila. Kau ajari murid-muridmu menjadi laki-laki cengeng, kakang"
"Aku ajari mereka untuk melihat kenyataan"
"Tetapi bukan seharusnya seorang laki-laki mati dengan tangan bersilang didada. Matilah dengan tangan terentang"
"Bagi kami apapun yang terjadi, tidak ada bedanya, paman.
Nah, paman dapat segera menyelesaikan kami berempat
dalam sekejap. Kemudian paman dapat meninggalkan
padepokan ini dengan jiwa yang sudah terpuaskan karena paman sudah memenuhi janji paman kepada diri sendiri, bahwa paman akan datang kembali untuk membunuh guru
dan sebaiknya sekaligus dengan murid-muridnya yang tersisa"
Ki Sangga Geni itupun berdiri termangu-mangu. Wajahnya menjadi sangat tegang sehingga seakan-akan telah membara.
"Licik. Lic ik. Dengan cara yang sangat licik dan pengecut kalian membuat aku menjadi sangat kecewa seumur hidupku"
"Tidak paman. Lakukan apahttp://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila. Kalian semua sudah gila. Licik dan pengecut. Buat apa aku membunuh pengecut seperti kalian. Kemenanganku bukan lagi satu kebanggaan"
"Maafkan aku, adi Sangga Geni. Aku memang tidak dapat berbuat apa-apa. Demikian pula murid-muridku. Kami tentu sangat mengecewakanmu"
Gigi Ki Sangga Genipun gemeretak. Dengan suara yang
bergetar iapun menggeram "Perjalananku sia-sia. Aku sudah menempuh jarak yang jauh, sehingga aku sampai di pesisir Utara. Tetapi yang aku temui adalah seorang pengecut serta murid-muridnya yang juga pengecut"
Ki Guntur Ketawang tidak sempat menjawab. Tiba-tiba saja Ki Sangga Geni itupun melangkah dengan tergesa-gesa
meninggalkan padepokan kecil yang sepi di Karawelang itu.
Sepeninggal Ki Sangga Geni, Ki Guntur Ketawangpun
berkata "Aku bangga terhadap kalian, bahwa kalian tidak berniat melawan. Sukurlah bahwa kalian tahu benar ajaran-ajaran yang telah aku berikan kepadamu disamping olah kanuragan. Meskipun kalian sudah tuntas menyerap ilmu dari kitab yang aku berikan kepadamu dengan beberapa perbaikan watak dan sifat dari unsur-unsur geraknya disana-sini, sehingga nafas sesat yang terdapat dalam ilmu itu sudah tersingkir, serta dengan sisipan-sisipan dari hasil perenungan kita bersama, dan ajaran agama yang kita anut, namun kalian tidak menjadi kumalungkung serta deksura untuk melawan pamanmu. Aku melihat pamanmu masih berpijak pada ilmu iblisnya"
"Kami berusaha menyesuaikan dengan keadaan guru"
"Tetapi adi Sangga Geni tidak percaya, bahwa aku benar-benar sudah menjadi catat seperti ini. Cacat yang telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melemparkan aku kembali ke kehidupan yang benar menurut ajaran agama"
"Seperti yang guru katakan, bahwa catat badani pada guru itu justru telah menyembuhkan cacat jiwani yang guru sandang sebelumnya"
"Ya. Karena itu, aku berpesan mawanti-wanti kepada kalian, ilmu yang telah kalian kuasai itu jangan justru mendorong kalian untuk menjadi cacat secara jiwani. Aku berhadap bahwa kalian dapat membantu aku, menebus semua kesalahan yang pernah aku lakukan sebelumnya. Karena secara badani aku sendiri tidak mampu lagi melakukannya, maka aku hanya dapat berharap, bahwa kalianlah yang akan melakukannya"
"Kami akan menjalankan segala perintah guru" jawab
ketiganya hampir berbareng.
"Sudahlah. Kita bersukur, bahwa tidak terjadi apa-apa.
Mudah-mudahan yang kita lakukan dapat memberikan sedikit bahan perenungan bagi adi Sangga Geni"
"Ya, guru. Semoga"
"Sumbaga dan Lumintu. Bersiap-siaplah. Pekan mendatang aku minta kalian menelusuri perjalanan pamanmu kembali ke pertapaannya di lambung Gunung Sumbing. Kalian dengan diam-diam harus mencari keterangan serba sedikit tentang pamanmu"
"Baik, guru" "Usahakan agar tidak terjadi benturan kekerasan dengan pamanmu. Tetapi dalam keadaan yang memaksa, jika tidak dapat dihindari kalian boleh melindungi diri kalian sendiri.
Tetapi kalian masing-masing tentu masih belum dapat
menandingi kemampuan pamanmu. Tetapi jika kalian berdua http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergabung, maka aku berharap bahwa kalian akan mampu menyelamatkan diri. Jangan segan-segan menghindar dari pertempuran jika itu terjadi diluar kemampuan kalian untuk menghindari"
"Ya, guru" "Tetapi ingat, kalian tidak boleh menyimpang dari pijakan pegangan hidup kalian"
"Sendika guru" "Nah, sekarang beristirahatlah. Bawa minuman dan
makanan itu ke belakang. Nampaknya pamanmu tidak sempat makan dan minum. Sejak di perjalanan, hatinya tentu sudah dibalut
oleh niatnya untuk membalas dendam atas kekalahannya beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku tidak membunuhnya, karena ia adalah adik seperguruanku. Tetapi justru karena itu, maka ia merasa terhina sehingga ia berniat pada kesempatan lain untuk datang dan menantangku
berperang tanding sampai tuntas"
Ketiga orang murid Ki Guntur Ketawang itupun kemudian pergi ke belakang sambil membawa hidangan yang berada di pringgitan.
Dalam pada itu, dengan kemarahan dan kecewa yang
membakar jantungnya, dengan tergesa-gesa Ki Sangga Geni telah meninggalkan padepokan Karawelang yang kecil dan sepi itu. Tetapi didalam padukuhan yang sepi itu ternyata telah menyala api neraka yang panasnya tujuh kali lipat panasnya baja yang membara.
"Bodoh, dungu" geram Ki Sangga Geni "Kenapa aku juga menjadi cengeng sehingga aku tidak berani membunuh
mereka berempat" Kenapa aku justru melarikan diri dari bingkai niat kepergianku ke padepokan di Karawelang itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni menghentakkan kakinya. Tetapi kemudian Ki Sangga Geni berjalan terus.
Ketika senja turun, maka Ki Sangga Genipun telah berdiri di atas pasir basah di pesisir Utara.
Jantung di dada Ki Sangga Geni rasa-rasanya masih saja membara oleh kemarahan, kekecewaan dan kebenciannya
terhadap kakak seperguruannya yang tiba-tiba telah menjadi cengeng dan pengecut. Juga murid-muridnya yang begitu mudahnya siap untuk membunuh diri, mati bersama-sama gurunya yang menurut pengakuannya telah menjadi cacat itu.
"Persetan dengan mereka" geram Ki Sangga Geni kemudian
"Mereka bukan sasaranku yang sebenarnya. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan mereka. Persoalan yang ada padaku sekarang adalah persoalanku dengan Ki Margawasana. Aku tidak akan peduli lagi dengan orang lain. Yang penting, aku dapat membunuh Ki Margawasana. Waktuku tidak terlalu banyak lagi"
Ki Sangga Genipun kemudian telah mengambil keputu-san untuk kembali ke padepokannya di kaki Gunung Sumbing. Dari padepokannya ia akan langsung pergi ke Gebang untuk
menemui Ki Margawasana. Ia akan menantangnya berperang tanding sampai tuntas. Seorang diantara keduanya, apakah dirinya atau Ki Margawasana harus mati"
Dengan demikian, maka Ki Sangga Genipun segera
meninggalkan pesisir Utara, sementara senjapun telah bertukar menjadi malam.
Ki Sangga Seni masih saja berjalan meskipun malam
menjadi semakin gelap. Ia baru berhenti setelah kakinya yang terantuk-antuk batu padas yang berujung runcing terasa pedih http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika kakinya itu terperosok ke dalam air yang merembes dari tanggul parit yang bocor sehingga menggenangi jalan.
Ki Sangga Geni termangu-mangu sejenak. Namun kemudian Ki Sangga Geni itu berniat untuk bermalam di banjar
padukuhan yang ada dekat dihadapannya.
"Mudah-mudahan aku mendapat kesempatan tidur di
banjar. Itu tentu akan lebih baik dari pada aku harus membakar banjar itu"
Sebenarnyalah ketika Ki Sangga Geni sampai di banjar, maka iapun telah pergi menemui penunggu banjar.
"Ki Sanak" berkata Sangga Geni "Aku minta ijin untuk bermalam di banjar ini. Bukankah itu diperkenan?"
Penunggu banjar yang sedang duduk-duduk bersama
isterinya di ruang dalam, segera bangkit berdiri sambil bertanya "Siapa diluar?"
"Aku Ki Sanak, aku kemalaman di perjalanan, aku ingin minta ijin untuk bermalam di banjar ini"
Penunggu banjar itupun dengan tergesa-gesa membuka
pintu rumahnya. Dilihatnya Ki Sangga Geni berdiri di depan rumahnya.
"Ki Sanak kemalaman di perjalanan?"
"Ya, Karena itu, aku minta ijin untuk bermalam di sini"
Ternyata penunggu banjar itu menerima permintaan itu dengan senang hati. Dengan ramah iapun menjawab "Baiklah Ki Sanak. Marilah, aku siapkan sebuah bilik di serambi banjar yang dapat kau pergunakan"
"Terima kasih" sahut Ki Sangga Geni. Tetapi ia tidak begitu senang terhadap keramahan seseorang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biar orang lain menganggapnya seorang yang ramah, yang baik hati dan yang suka menolong. Apa artinya kebaikan yang sekedar untuk mendapat pujian" berkata Ki Sangga Geni didalam hatinya "Kenapa ia tidak bersikap wajar saja?"
Penunggu banjar itupun kemudian membuka pintu sebuah bilik di serambi banjar. Menyalakan lampu minyak kelapa yang ada di ajug-ajug. Kemudian membersihkan sebuah amben yang sudah dialasi dengan sebuah tikar pandan yang putih dengan tebah sapu lidi.
"Silahkan Ki Sanak. Tetapi aku tidak dapat menyediakan tempat yang lebih baik dari ini"
"Terima kasih. Ini sudah cukup bagiku. Sebenarnya aku dapat tidur dimana saja. Tetapi karena kebetulan aku berjalan melewati sebuah banjar, maka akupun singgah untuk
bermalam" "Silahkan beristirahat. Ki Sanak nampak letih"
"Tidak. Aku tidak pernah merasa letih. Jika aku berhenti dan bermalam di banjar ini, karena pada umumnya di malam hari kita sebaiknya tidur. Itu saja"
Penunggu banjar itu mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian menyahut "Ya. Sebaiknya kita tidur di malam hari"
Ketika penunggu banjar itu kemudian meninggalkan Ki
Sangga Geni di biliknya, maka Ki Sangga Genipun
membaringkan tubuhnya di amben itu. Ia memang tidak
merasa letih. Tetapi ia memang ingin berbaring.
Tetapi sejenak kemudian Ki Sangga Geni itupun bangkit lagi untuk pergi ke pakiwan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Ki Sangga Geni itu masuk kembali ke biliknya, maka penunggu banjar itu menyusulnya sambil berkata "Ki Sanak.
Aku silahkan Ki Sanak singgah di rumahku sejenak"
"Ada apa?" bertanya Ki Sangga Geni. Ia mulai curiga
kepada penunggu banjar itu. Tetapi penunggu banjar itu menjawab "Isteriku telah menyiapkan makan malam bagi Ki Sanak"
"Bagiku?" "Ya" "Ki Sanak dan isteri Ki Sanak belum pernah mengenal aku.
Kenapa Ki Sanak dan isteri Ki Sanak memerlukan menyibukkan diri untuk menyiapkan makan malamku" Bukankah aku hanya seorang yang menumpang tidur di banjar itu"
"Ya. Tetapi bukankah sudah seharusnya kita saling
membantu. Ki Sanak hari ini menempuh perjalanan panjang.
Menurut pendapat kami, Ki Sanak tentu letih, lapar dan haus.
Maaf jika ternyata dugaan ini keliru. Namun tidak ada salahnya jika kami menyediakan selain tempat untuk
beristirahat, juga makan dan minuman hangat. Kami juga melakukannya bagi orang-orang lain yang bermalam di banjar ini"
Ki Sangga Geni mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak
menolak. Sebenarnyalah bahwa Ki Sangga Geni memang
merasa lapar setelah ia mandi dan berbenah diri"
Sejenak kemudian, maka Ki Sangga Geni telah berada di rumah penunggu banjar itu. Rumah yang sederhana dengan perabot yang sederhana pula. Penunggu banjar itu pasti bukan orang yang berkelebihan. Tetapi ia sudah memberikan sebagian dari miliknya yang sedikit itu kepada orang yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermalam di banjar. Bahkan semua orang yang bermalam di banjar.
"Kenapa ia tidak menghemat saja agar ia dapat menabung dan membeli kambing atau bahkan lembu. Kenapa ia harus membelanjakan uangnya untuk orang-orang yang tidak
dikenalnya" Tetapi Ki Sangga Genipun kemudian tidak menghiraukannya lagi. Dihadapannya ada nasi hangat serta minuman yang hangat pula.
"Telur itu kami ambil dari petarangan di belakang. Kami mempunyai beberapa ekor ayam yang kebetulan ada diantaranya yang sedang bertelur" berkata isteri penunggu banjar itu. Lalu katanya "Sedangkan sayuran itu kami petik dari kebun kami sendiri. Lembayung dan kacang panjang.
Demikian pula tuntut pisang keluthuk itu"
Ki Sangga Geni mengangguk-angguk. Makan malam yang
disediakan oleh isteri penunggu banjar itu, meskipun sederhana, tetapi rasanya enak sekali. Demikian pula wedang jahe yang bukan saja masih hangat, tetapi juga dapat menghangatkan tubuhnya.
Setelah makan dan minum, maka Ki Sangga Genipun
dipersilahkan untuk kembali ke bilik yang disediakan baginya di serambi belakang banjar.
Malam itu Ki Sangga Geni yang kenyang itu dapat tidur nyenyak. Demikian ia menyelarak pintu dari dalam, serta merenungi sikap penunggu banjar itu, maka Ki Sangga
Genipun telah membaringkan dirinya di pembaringan. Sejenak kemudian, maka iapun telah tertidur lelap.
Pagi-pagi sekali Ki Sangga Geni telah terbangun. Setelah mandi dan berbenah diri, maka sebelum matahari terbit, Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sangga Geni itupun minta diri, maka sebelum matahari terbit, Ki Sangga Geni itupun minta diri untuk melanjutkan
perjalanan. Tetapi ternyata sebelum Ki Sangga Geni berangkat
meninggalkan banjar itu, isteri penunggu banjar itu sudah menyediakan minuman hangat serta ketela pohon yang
direbusnya pakai legen kelapa.
Ki Sangga Geni termangu-mangu sejenak. Bahkan diluar sadarnya Ki Sangga Genipun bertanya "Kenapa kalian
bersusah payah menyediakan minuman dan makanan bagiku.
Orang yang lewat dan bermalam di banjar ini" Kenapa
kalian begitu peduli kepadaku?"
Kedua orang suami isteri penunggu banjar itu saling
berpandangan sejenak. Namun kemudian penunggu banjar itupun berkata "Ki Sanak. Seperti sudah aku katakan, bahwa kami melakukannya kepada siapapun yang bermalam di banjar ini. Kami merasa berkewajiban untuk melakukannya sebagai sesama.
Kadang-kadang kami membayangkan, betapa letihnya jika kami sendiri yang melakukan perjalanan dan kemalaman sehingga harus menginap di banjar padukuhan.
Bukankah kami harus bertenggang-rasa, sehingga kami
merasa wajib untuk melakukannya"
Ki Sangga Geni tidak menjawab. Tetapi ada dorongan didalam dirinya untuk tidak menolak kebaikan penunggu banjar itu
Ki Sangga Geni pun kemudian duduk sambil menghirup
minuman hangat, kemudian makan ketela pohon yang direbus dengan legen kelapa.
Sudah puluhan, bahkan ratusan kali Ki Sangga Geni makan ketela pohon yang direbus dengan legen kelapa. Tetapi pagi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu rasa-rasanya agak lain. Terasa betapa nikmatnya ketela pohon itu, sehingga tanpa disadarinya Ki Sangga Geni telah menghabiskan dua kerat besar ketela pohon rebus itu.
Baru kemudian Ki Sangga Geni itu menyadarinya. Karena itu, maka iapun berkata "Maaf Ki Sanak. Ketela pohon rebus Ki Sanak
terasa nikmat sekali, sehingga aku hampir menghabiskannya" "Silahkan Ki Sanak. Silahkan. Masih banyak tersisa di dapur.
Bahkan jika selera Ki Sanak sesuai, Ki Sanak dapat
membawanya untuk bekal dijalan"
"Tidak. Tidak. Terima kasih"
Sejenak kemudian ketika cahaya matahari mulai membayang di langit, maka Ki Sangga Geni itupun minta diri.
Ada perubahan sikap pada Ki Sangga Geni. Orang yang jarang sekali tersenyum itu, dapat juga tersenyum sambil minta diri.
"Selamat jalan Ki Sanak. Semoga Ki Sanak selamat sampai ke tujuan"
Ki Sangga Genipun kemudian meninggalkan banjar itu.
Ketika ia melewati gerbang padukuhan, maka dihadapannya terbentang sawah yang luas. Padi yang mulai bergerak disentuh angin pagi yang lembut.
Ki Sangga Geni masih terkesan sikap penunggu banjar itu.
Ia belum pernah mengenal dirinya. Tetapi tanggapannya begitu baik kepadanya. Bahkan isterinyapun telah menjadi sibuk untuk menyediakan makan malamnya serta minuman dan makanan menjelang keberangkatannya pagi ini.
Namun kemudian iapun menggeram "Hanya orang-orang
dungu yang hatinya lemah berbuat demikian. Mereka berbuat baik untuk mendapat pujian serta usaha mereka untuk
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkan diri. Kalau orang lain menganggapnya orang baik, maka mereka tidak akan diganggu orang"
Ki Sangga Geni itupun kemudian menggeleng-gelengkan
kepalanya, seakan-akan mengibaskan kesannya terhadap suami isteri penunggu banjar itu. Tetapi ternyata kesan itu masih saja selalu melekat di kepalanya. Bahkan bukan saja sikap ramah dan kepedulian penunggu banjar itu. Tetapi juga sikap beberapa orang lain yang pernah di temuinya di perjalanan.
Ternyata masih banyak, bahkan justru pada umumnya
orang-orang yang dijumpainya bersikap baik.
Ki Sangga Geni itu menarik nafas panjang. Namun
kemudian iapun mempercepat langkahnya agar ia dapat
segera sampai ke sebuah padepokan kecil di kaki Gunung Sumbing. Ki Sangga Geni berniat untuk tidak bermalam lagi di perjalanannya meskipun ia akan berjalan sampai tengah malam.
Ki Sangga Geni yang tubuh dan jiwanya telah ditempa oleh laku
yang berat itu memang tidak merasa letih diperjalanannya yang panjang. Karena itu, maka Ki Sangga Geni jarang sekali berhenti untuk beristirahat. Hanya ketika terik matahari terasa membakar tubuhnya, sekali-sekali Ki Sangga Geni berhenti ditempat yang teduh oleh bayangan pepohonan di pinggir jalan. Tetapi hanya sebentar. Ki Sangga Genipun segera berjalan pula.
Tidak seperti saat ia berangkat, maka diperjalanan pulang, Ki Sangga Geni tidak lagi tertarik untuk membunuh. Bahkan Ki Sangga Geni agaknya tidak sempat lagi menguji tingkat ilmunya dengan mencari lawan yang namanya mencuat di daerah yang dilewatinya. Segenap perhatiannya telah
dipusatkannya kepada Ki Margawasana. Ia telah berjanji untuk http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang kepadanya setahun setelah kekalahannya dari Ki Margawasana.
Ternyata Ki Sangga Geni memang kemalaman di
perjalananya seperti yang telah diduganya. Jalan yang dilaluinya kadang-kadang tidak terlalu bersahabat. Jalan-jalan sempit berbatu-batu padas serta lorong-lorong yang licin dijalan yang menelusuri tebing, justru menghambatnya.
Tetapi Ki Sangga Geni memang tidak berniat untuk
berhenti. Meskipun malam turun, namun Ki Sangga Geni masih juga berjalan terus.
Demikian besar kemauannya untuk segera sampai di.
padepokannya, maka Ki Sangga Geni itupun berjalan terus sampai menjelang tengah malam.
Kedatangan Ki Sangga Geni memang mengejutkan
beberapa orang yang menunggui padepokannya. Seperti Ki Guntur Ketawang maka Ki Sangga Genipun hanya mempunyai beberapa orang murid saja di padepokannya yang berada di kaki


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gunung Sumbing tidak jauh dari sebuah goa tempatnya
bertapa serta tempatnya menerima sorot kegelapan dari dunia yang kelam.
Malam itu, setelah beristirahat sebentar, kemudian mandi dan berbenah diri, maka Ki Sangga Genipun langsung pergi ke goanya yang telah ditinggalkannya untuk beberapa hari.
Di depan patung wajah iblisnya, Ki Sangga Geni itupun bersujud sambil berkata "Iblis Yang Mulya. Tolong hambamu ini. Kuatkan kepercayaan dan keyakinanku akan ajaran-ajaranmu. Beberapa orang yang sangat aku benci telah mengguncang keyakinanku. Mereka berusaha mempengaruhi aku dengan perbuatan-perbuatan baiknya yang dengan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja dilakukan di depanku. Perbuatan yang tidak kau sukai ya Iblis yang Mulya"
Ki Sangga Geni itupun memandang patung wajah iblisnya dengan gejolak didalam dadanya.
Tiba-tiba saja mata wajah iblis itupun mulai menjadi merah membara. Terdengar gaung yang menggetarkan ruangan
didalam goa itu seakan-akan goa itu telah diguncang oleh gempa.
"Kepadamu akan mengabdi Iblis Yang Mulya. Berilah
kekuatan jiwani agar aku tidak goyah dari keyakinanku akan ajaran-ajaranmu semua"
Getar didalam goa itu menjadi semakin keras. Gaung yang terdengar didalam goa itupun seakan-akan menjadi semakin keras pula.
Baru beberapa saat kemudian, semuanya mereda. Akhirnya segala sesuatunya menjadi tenang kembali. Mata patung wajah iblis itupun menjadi semakin pudar pula sehingga akhirnya padam sama sekali.
"Terima kasih Iblis yang Mulya. Aku akan melupakan semua kebaikan itu. Kebaikan orang-orang cengeng itu kepadaku, serta kebaikan yang pernah aku lakukan dengan tidak
sengaja" Ki Sangga Geni itupun membungkuk hormat sampai
dahinya menyentuh lantai goa itu sambil berkata "Tuntun hambamu ini menemui Ki Margawasana. Beri hambamu
kekuatan untuk dapat membunuhnya"
Ki Sangga Genipun kemudian keluar dari goa itu dan
kembali ke padepokan kecilnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murid-muridnya kemudian telah melayaninya. Ada yang
mempersiapkan minuman. Ada yang mempersiapkan makanan serta yang lain mempersiapkan makan bagi Ki Sangga Geni yang baru saja datang itu.
Terdengar di kandang seekor ayam berkaok-kaok. Namun suaranyapun segera lenyap di telan sepinya malam.
Beberapa saat kemudian, seorang cantrik telah menghin-dangkan minuman hangat serta beberapa potong makanan yang ada. Jadah ketan ireng serta jenang nangka yang dibuat oleh seorang cantrik karena nangkanya yang masak di
halaman belakang padepokan itu jatuh sendiri dari pohonnya karena sudah terlalu matang.
"Nasi serta lauknya sedang dipersiapkan guru" berkata cantrik itu.
"Ya. Aku menunggu"
Di dapur dua orang cantrik yang memang terbiasa masak, sedang sibuk mempersiapkan makan bagi Ki Sangga Geni.
Ketika nasi masak, maka lauk serta sayurnyapun telah masak pula. Seekor ayam telah disembelih. Dua ekor gurameh yang besar, yang diambil langsung dari belumbang di kebun belakang padepokan kecil itu.
Demikian nasi serta lauknya masak, maka dua orang
cantrikpun segera menghidangkannya.
Selera Ki Sangga Geni memang sesuai dengan masakan
kedua orang cantriknya itu. Karena itu, ketika tercium bau lauk pauk yang disiapkan oleh kedua orang cantrik itu, Ki sangga Genipun justru merasa semakin lapar.
Tetapi ketika Ki Sangga Geni itu makan, maka rasa-rasanya nasi serta lauk pauknya itu tidak senikmat yang di suguhkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semalam oleh penunggu banjar itu. Meskipun masakannya jauh lebih sederhana, tetapi ketika ia makan, rasa-rasanya ia tengah berada dalam satu bujana andrawina di satu
perhelatan yang mewah. Tetapi malam itu ia tidak begitu dapat menikmati masakan kedua orang cantriknya yang biasanya dianggapnya mampu menyediakan makanan terbaik baginya.
Namun kemudian Ki Sangga Geni itupun menggeram
"Tidak. Aku tidak mau dipengaruhi oleh kebaikannya sehingga keyakinan serta kepercayaan kepada diriku menjadi goyah"
Dengan menuntaskan ilmunya serta menjalani laku terakhir dari kitab yang dimilikinya, maka Ki Sangga Geni harus benar-benar tenggelam dalam ajaran-ajaran dalam keyakinan dan kepercayaannya. Bahwa akhirnya, kuasa di bumi serta di dunia abadi akan berada di tangan Iblis Yang Mulya. Segala macam kuasa kebaikan akan musna dan kehilangan pengikutnya, karena ternyata kuasa kebaikan itu tidak menjanjikan apa-apa kecuali mimpi-mimpi yang akhirnya akan lenyap dihembus oleh kenyataan yang justru baka.
Demikianlah, maka Ki Sangga Geni itupun berniat untuk beristirahat satu dua hari dipadepokannya. Kemudian iapun akan segera menempuh perjalanan ke Gebang. Perjalanan ke Gebang memang tidak sejauh perjalanan ke pesisir Utara.
Tetapi ia sengaja akan datang sedikit lebih awal dari yang dijanjikan. Jika ia berangkat dua hari lagi, maka masih ada waktu tersisa menjelang waktu yang setahun dijanjikannya itu.
"Jika Ki Margawasana juga mengasah ilmunya, aku akan sempat melihat, apa saja yang dilakukannya" berkata Ki Sangga
Geni didalam hatinya "Mudah-mudahan Ki Margawasana itu belum selesai. Ia memperhitungkan masih ada waktu sekitar sebulan lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Ki Sangga Genipun berada di padepokannya untuk beristirahat selama dua hari. Dalam dua hari itu, ia sempat menilik tingkat kemampuan murid-muridnya yang hanya beberapa orang saja itu"
"Lusa aku akan pergi lagi" berkata Ki Sangga Geni "Aku akan memenuhi janjiku untuk membuat perhitungan dengan Ki Margawasana. Meskipun aku masih mempunyai waktu
sebulan kurang sedikit, tetapi aku sengaja datang lebih awal.
Jika saja persiapan Ki Margawasana masih belum selesai, aku akan dapat melihat, apa saja yang diperisiapkan menjelang kematiannya"
"Apakah ada diantara kami yang akan ikut bersama guru?"
Ki Sangga Geni termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Dua orang diantara kalian akan ikut bersamaku.
Tetapi kalian tidak akan mencampuri urusanku dengan Ki Margawasana. Kalian hanya akan menjadi saksi, apa yang akan terjadi. Kalian akan menjadi saksi, bahwa aliran perguruan kita akan dapat mengalahkan seorang yang
dibangga-banggakan oleh mereka yang menyebut dirinya menganut aliran putih. Selanjutnya, kalian akan menjadi saksi, bahwa mereka yang menyebut aliran putih itu semakin lama akan semakin terkikis habis sehingga akhirnya, aliran hitamlah yang akan menguasai bumi ini"
Murid-muridnya mendengarkannya dengan sungguh- sungguh. Tetapi Ki Sangga Geni masih belum menunjuk, siapakah yang dimaksud dengan kedua orang yang akan ikut bersamanya itu.
"Dengarlah. Pengaruh Iblis yang Mulya tidak akan dapat terhapus dari muka bumi ini. Justru sebaliknya, mereka yang mengaku
pengikut aliran putih, akan dimusnahkan. Kebohongan, dendam dan dengki serta segala jenis kejahatan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak akan dapat dihapuskan sepanjang masa. Jika kemudian nampak warna-warna putih, itu hanya sekedar kulitnya saja.
Tetapi isinya tentu pancaran aliran hitam"
Murid-muridnya masih mengangguk-angguk. Namun Ki
Sangga Genipun kemudian berkata "Sekarang beristirahatlah.
Besok aku akan menunjuk dua orang diantara kalian"
Murid-muridnyapun segera meninggalkan Ki Sangga Geni yang kemudian duduk sendiri. Ia masih berusaha meyakinkan murid-muridnya bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan terbaik menghadapi tantangan kehidupan.
Jika sekilas-sekilas masih terbayang kelakuan baik dari beberapa orang, maka Ki Sangga Genipun segera mengusirnya dari relung-relung diliatinya.
Bahkan iapun mencoba untuk memaksa dirinya menyesali pesan-pesannya yang diucapkan dihadapan orang-orang yang merasa ditolongnya dari penindasan Ki Pentog di Ngadireja.
Bahkan Ki Sangga Genipun mulai mentertawakan dirinya sendiri karena ia telah berharap agar murid-murid Kiai Pentog itu kembali kejalan yang benar.
"Jalan yang benar yang mana?" Ki Sangga Geni itu tiba-tiba saja menggeram.
Demikianlah, maka dihari berikutnya, Ki Sangga Geni telah bersiap-siap untuk berangkat. Ia telah menunjuk dua orang diantara murid-muridnya yang hanya sedikit itu untuk pergi bersamanya ke Gebang, menemui Ki Margawasana yang akan ditantangnya berperang tanding sampai tuntas.
"Jika Ki Margawasana juga berpura-pura cacat seperti kakang Guntur Ketawang, atau alasan-alasan apa saja, maka aku tidak akan membiarkannya hidup. Aku tidak peduli. Ki Margawasana harus mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka Ki Sangga Geni telah memantapkan niatnya. Membunuh Ki Margawasana.
Di hari berikutnya, di saat matahari terbit. Ki Sangga Geni bersama dua orang muridnya telah siap untuk berangkat ke Gebang.
Kepada murid-muridnya yang ditinggalkannya, Ki Sangga Geni telah memberikan beberapa pesan untuk menjaga
padepokan mereka dengan baik.
Perjalanan ke Gebang memang tidak begitu panjang. Jika tidak" ada hambatan di perjalanan, maka Ki Sangga Geni akan sampai di Gebang pada saat malam turun menjelang wayah sepi bocah. Bahkan lebih cepat lagi.
Pada saat matahari mulai merayap naik, Ki Sangga Geni serta dua orang muridnya itupun meninggalkan regol
padepokan kecilnya yang berada dekat sebuah goa yang dipergunakan oleh Ki Sangga Geni untuk bertapa.
Ternyata mereka bertiga tidak mengalami hambatan yang berarti diperjalanan. Ketika terjadi salah paham di sebuah kedai, maka murid-murid Ki Sangga Geni telah dapat
mengatasinya, sehingga Ki Sangga Geni sendiri tidak perlu untuk ikut turun tangan.
Dua orang yang merasa dirinya tidak terkalahkan, dengan wajah tengadah memasuki sebuah kedai sementara Ki Sangga Geni dan kedua muridnya sedang berada di kedai itu. Ketika pelayan kedai itu menghidangkan pesanan Ki Sangga Geni dan kedua orang muridnya, kedua orang itu telah membentak-bentak dengan kasar.
"Seharusnya kalian melayani kami lebih dahulu" teriak seorang diantara mereka, sehingga orang-orang lain yang berada di kedai itu menjadi ketakutan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi, tetapi Ki Sanak itu bertiga telah datang lebih dahulu, serta sudah memesan minuman dan makanan sejak tadi"
Yang seorang lagi tiba-tiba saja telah bangkit. Ditendangnya minuman dan makanan yang akan dihidangkan itu sehingga tumpah berhamburan di lantai. Bahkan minuman yang tumpah itu telah membasahi baju salah seorang murid Ki Sangga Geni.
"Kau basahi bajuku" bentak murid Ki Sangga Geni.
"Persetan kau. Kau tidak tahu siapa kami?"
Murid Ki Sangga Geni itu tidak menjawab. Tetapi tangannya langsung menampar mulut orang itu sehingga orang itu terdorong beberapa langkah surut.
"Setan kau" geram yang seorang. Sementara itu orang yang telah ditampar mulutnya itupun telah meloncat menyerang dengan kakinya. Tetapi sikap kedua orang itu telah menjadi bencana bagi diri mereka sendiri.
Dalam sekejap seorang diantara mereka berteriak. Kakinya telah dipatahkan oleh murid Ki Sangga Geni, sementara yang lainpun menjadi kesakitan pula. Tangannya yang dipilin itupun telah menjadi retak pula.
Keduanyapun kemudian terkapar di lantai kedai itu. Muridmurid Ki Sangga Geni itu masih juga merusak susunan syaraf keduanya sehingga keduanyan akan menjadi cacat sepanjang umur
mereka. Keduanya tidak akan dapat lagi menyombongkan diri karena kemampuan mereka.
Ki Sangga Geni dan kedua orang niuridnyapun segera
meninggalkan kedai itu sebelum sempat makan dan minum.
Pemilik kedai itu tidak berani bertanya apapun kepada Ki Sangga Geni serta kedua orang muridnya. Namun seorang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid Ki Sangga Geni itupun berkata "Jika kedua orang itu sering membuat onar disini, ia tidak akan lagi dapat berbuat apa-apa untuk selanjutnya. Keduanya akan menjadi cacat di sisa hidupnya.
Pemilik kedai serta orang-orang yang ada didalam kedai itu termangu-mangu. Jika yang dikatakan itu benar, maka mereka akan merasa berterima kasih. Terutama pemilik kedai itu.
Kedua orang itu setiap kali telah datang ke kedai itu dengan sikap yang sangat kasar, sementara pemilik kedai serta orang-orang
yang menyaksikannya tidak ada yang berani mencegahnya. Namun kedua orang itu telah terkapar di lantai di dalam kedai itu.
Pemilik kedai itupun kemudian telah menghubungi Ki Bekel untuk memberikan laporan tentang kedua orang itu "Apa yang terjadi?"
Pemilik kedai itu menceriterakan apa yang telah terjadi dengan kedua orang itu dengan kesaksian orang-orang yang melihatnya.
Ki Bekelpun kemudian telah memberitahukan keadaan
kedua orang itu kepada keluarga mereka, yang kemudian telah mengambil mereka untuk dibawa pulang.
Seorang tabib yang diminta untuk mengobati mereka
mengatakan, bahwa sulit untuk dapat memulihkannya
kembali. Tetapi orang-orang disekitarnya justru berharap, agar keduanya tidak akan dapat menjadi pulih kembali.
Sementara itu Ki Sangga Geni dan kedua orang muridnya telah melanjutkan perjalanan. Merekapun kemudian singgah di http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedai berikutnya. Ternyata di kedai itu mereka tidak menjumpai persoalan yang dapat membuat mereka harus
bertindak. Perjalanan mereka selanjutnya tidak menjumpai hambatan sama sekali. Karena itulah, maka mereka sampai di Gebang lebih cepat dari dugaan mereka.
Keduanya sampai di Gebang pada saat matahari tenggelam di balik bukit. Senja yang kemerah-merahan bagaikan telah membakar langit.
Tetapi Ki Sangga Geni dan kedua orang muridnya tidak dapat menjumpai Ki Margawasana di Gebang, karena Ki
Margawasana sedang berada di bukit kecilnya.
Dengan mendapat ancar-ancar dari orang tua yang
menunggu rumah Ki Margawasana di Gebang, maka Ki Sangga Genipun langsung naik ke bukit kecil itu. Sehingga sedikit di lewat senja, mereka telah sampai di gubug kecil Ki
Margawasana yang berada di atas bukit kecil itu.
"Bukan main" berkata Ki Sangga Geni "satu tempat yang sangat menarik. Sayang, kita sampai disini setelah lewat senja,
sehingga kita tidak dapat melihat betapa menyenangkannya tempat ini"
"Besok kita akan dapat melihatnya, guru?"
"Ya. Besok kita akan dapat melihatnya"
Dalam pada itu, Ki Margawasana yang sedang menyalakan beberapa lampu minyak kelapa di gubug kecilnya terkejut melihat kedatangan Ki Sangga Geni bersama dua orang
muridnya. Dengan ramah Ki Margawasanapun memper-
silahkan Ki Sangga Geni serta kedua orang muridnya itu masuk ke ruang dalam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni dan kedua orang muridnyapun kemudian
masuk kedalam rumah kecil itu dan duduk di ruang dalam di temui oleh Ki Margawasana.
"Kalian dalam keadaan baik-baik saja Ki Sangga Geni?"
bertanya Ki Margawasana. "Kami baik-baik saja. Mungkin Ki Margawasana belum
mengenal kedua orang ini. Keduanya adalah muridku. Tetapi jangan cemas, bahwa aku akan melibatkan mereka dalam persoalan diantara kita. Aku membawa mereka sekedar untuk nenjadi saksi atas kematangan ilmu gurunya. Mereka harus yakin, bahwa ilmu gurunya adalah ilmu terbaik di muka bumi ini"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Dengan nada datar
iapun bertanya "Apa yang akan mereka saksikan?"
"Bukankah aku berjanji untuk datang kepadamu setahun lagi sejak kita bertarung di padepokan yang pernah kau pimpin dan yang sekarang dipimpin oleh muridmu itu"
"Apakah kau masih selalu mengingatnya?"
"Tentu Ki Margawasana"
"Kenapa kau tidak dapat melupakannya?"
"Aku bukan pengecut. Aku tentu akan datang memenuhi
janjiku. Bahkan aku datang sedikit lebih awal. Waktunya masih sekitar sebulan kurang sedikit"
"Sudah cukup lama Ki Sangga Geni. Sudah waktunya untuk dilupakan"
"Tidak. Bahkan seandainya waktunya dua tahun, lima tahun atau sepuluh tahun sekalipun"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Margawasana menarik nafas panjang. Sementara Ki
Sangga Genipun berkata "Tetapi aku tidak akan mempercepat waktu sebagaimana aku janjikan. Jika kau masih belum selesai dengan
persiapan-persiapanmu, lanjutkan saja sampai waktunya datang. Kita akan berperang tanding sampai tuntas"
Ki Margawasana menarik nafas panjang.
"Ki Margawasana" berkata Ki Sangga Geni kemudian "Kau jangan mencari-cari alasan untuk membatalkan perang
tanding ini. Apapun yang akan terjadi, maka aku akan tetap menantangmu perang tanding sampai tuntas"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Katanya "Kalau itu keputusanmu yarjg tidak dapat ditawar lagi, maka akupun tidak akan dapat ingkar"
"Baik. Tetapi aku tetap berperang pada waktu yang kita sepakati. Kita akan berperang tanding sebulan lagi. Sambil menunggu, aku akan tetap berada di sini. Sementara itu, Ki Margawasana dapat meneruskan persiapan Ki Margawasana menghadapi perang tanding itu"
"Apa yang harus aku persiapkan?"
"Mungkin Ki Margawasana masih harus menyempurnakan
beberapa unsur gerak yang kurang mapan. Mungkin Ki
Margawasana masih harus menjalani laku untuk mempersiapkan unsur-unsur gerak yang akan dapat Ki
Margawasana andalkan"
"Aku sudah lama siap, Ki Sangga Geni. Akupun telah siap pula dengan andalanku, karena aku Kuasa di atas segala Kuasa"
Ki Sangga Geni tertawa. Katanya "Beberapa kali akan
menjumpai orang yang berkata seperti yang kau katakan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi aku selalu dapat membunuhnya. Ternyata kekuasaan Tuhan hanyalah sekedar khayalan, kekuasaan Tuhan akan berakhir kecewa. Bahkan jika keyakinan itu ditrapkan untuk melawanku, maka ia akan menjadi lumat seperti debu.
Beberapa orang pernah aku bantai tanpa sempat mengaduh.
Kekuasaan Tuhan itu ternyata membiarkannya tersayat-sayat oleh kekuatanku"
"Kaupun tentu mempunyai andalan. Aku tahu, bahwa aku menggantungkan kekuatanmu itu kepada Iblis"
"Ya. Aku adalah hamba terkasih dari Iblis Yang Mulya itu.
Iblis yang Mulya itu akan mematahkan Kekuasaan Tuhan, dan menjadikannya budaknya"
"Kau bermimpi buruk, Ki Sangga Geni"
"Aku memang sering bermimpi buruk. Tetapi untunglah aku selalu
mampu menghindari bujukan-bujukan untuk menggoyahkan keyakinanku"
"Kau pernah merasa terbujuk karenanya?"
"Ya. Tetapi keyakinanku teguh"
"Jika demikian, kau pernah mendapatkan peringatan
langsung ke pusat jantungmu. Sayang, bahwa kau telah mennyia-nyiakannya"
"Peringatan apa yang kau maksud" Ki Margawasana. Aku memang harus mengibaskan godaan-godaan yang berusaha menggoyahkan keyakinaku itu. Agaknya kau juga akan
berusaha berbuat demikian itu. Tetapi jangan berharap bahwa keyakinanku itu dapat goyah"
Ki Margawasana menarik nafas panjang. Ia tidak dapat mengerti, kenapa sikap seseorang menghadapi pergulatan antara baik dan buruk dapat terbalik sama sekali. Tetapi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampaknya Ki Sangga Geni bahkan berusaha untuk tetap berpegang kepada keyakinannya yang sesat itu.
"Keyakinannya itu akan terhapus bersamaan dengan akhir dari hayatnya" berkata Ki Margawasana di dalam hatinya.
Namun dalam pada itu, maka Ki Margawasanapun berkata
"Kita akan berbicara lagi nanti. Sekarang aku akan pergi ke dapur. Aku sendiri disini Ki Sangga Geni. Karena itu, maka aku harus merebus air dan membuat minuman sendiri. Aku harus menanak nasi serta membuat lauknya untuk menjamu Ki
Sangga Geni serta murid-muridnya"
"Kau akan menyiapkan hidangan buat kami?"
"Ya, Ki Sangga Geni"
"Murid-muridku semuanya pandai masak. Sayang aku tidak mengajak dua orang muridku yang terbaik. Meskipun
demikian, murid-muridku ini akan dapat membantumu"
"Aku sudah terbiasa melakukannya sendiri"
"Tetapi hanya untuk kau minum dan kau makan sendiri.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang kami ada disini, sehingga harus disiapkan minuman dan makanan lebih banyak. Karena itu, biarlah kedua orang muridku ini membantumu"
"Baiklah "Lalu katanya kepada kedua murid Ki Sangga Geni marilah. Kita akan pergi ke dapur"
Dibantu oleh kedua orang murid Ki Sangga Geni, maka Ki Margawasanapun telah menyiapkan minuman dan makan bagi tamu-tamunya. Ki Margawasana sempat memetik kacang
panjang serta daun ketela pohon yang masih muda. Sambal terasi dan telur dadar.
Setelah makan malam, maka Ki Margawasanapun mempersilahkan ketiga orang tamunya beristirahat.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiganyapun kemudian masuk ke dalam bilik yang
disediakan bagi, mereka bertiga. Satu-satunya bilik yang ada di rumah kecil itu.
"Kau akan tidur dimana Ki Margawasana?" bertanya Ki
Sangga Geni. "Bukankah ada amben yang lebih besar dari pembaringan di bilik itu di ruang depan" sahut Ki Margawasana.
Ki Sangga Geni tertawa. Namun ternyata Ki Sangga Geni dan kedua orang
cantriknya tidak segera tidur. Mereka mendengar derit pintu terbuka. Agaknya Ki Margawasana telah keluar lewat pintu burukan.
Kepada murid-muridnya Ki Sangga Geni berkata "Lihat, apa yang akan dikerjakan oleh Margawasana. Mungkin ia sedang berlatih untuk meningkatkan ilmunya. Selain sanggarnya, Ki Margawasana mempunyai banyak tempat untuk berlatih disini.
Satu sanggar terbuka yang sangat luas"
Dengan hati-hati kedua orang muridnya itupun telah keluar pula dari biliknya. Mereka berniat untuk mengikuti Ki Margawasana yang keluar dari dalam rumahnya lewat pintu butulan. Tetapi mereka keluar lewat pintu dapur yang menghadap ke pakiwan yang berada disebelah sumur.
Kedua orang itu telah mengenali pintu itu karena mereka mendapat kesempatan untuk membantu Ki Margawasana
menyiapkan hidangan makan malam bagi Ki Sangga Geni
serta dua orang muridnya.
Demikian mereka berada di luar, maka merekapun dengan sangat berhati-hati bergeser ke arah pintu butulan. Tetapi mereka sudah tidak melihat bayangan Ki Margawasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam kegelapan mereka beringsut terus. Mereka menduga, bahwa Ki Margawasana telah pergi ke sebuah
padang rumput yang agak luas, yang agaknya juga
merupakan sanggar terbuka bagi Ki Margawasana. Di padang rumput itu terdapat berbagai macam alat untuk melakukan latihan-latihan agar tubuh Ki Margawasana tetap tegar di hari-hari tuanya.
Tusuk Kondai Pusaka 1 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Ilmu Ulat Sutera 5
^