Pencarian

Kaki Tiga Menjangan 40

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 40


"Yang lalu biarkanlah... berlalu, asal... lain kali ja... ngan terulang la... gi. Hong
Kaucu mem... punyai wibawa ibarat pa... ra dewa, kekuasa... annya tidak ter... kalahkan....
Dalam waktu sekejap... pasti berhasil membangkitkan lagi perkumpulan.-.. Sin Liong
Kau.... Ini,., yang dinama... kan semakin dibakar semakin... matang, semakin
diledakkan... semakin semarak, Kaucu dan Hujin mempunyai rejeki yang tidak bisa
disamakan dengan orang biasa...."
"Bagus sekali!" teriak Hong Kaucu sembari mendupak Siau Po keras-keras. Tubuh si
pemuda melayang ke atas lalu terjerembab di tanah dengan menimbulkan suara Bukk!
Tulang belulang di tubuh Siau Po seakan remuk, sakitnya tidak terkatakan, bahkan
dia tidak sanggup merangkak bangun.
Cin Ju ketakutan melihat kegarangan Hong Kaucu, meskipun demikian dia tetap
menghampiri Siau Po dan membantunya berdiri.
Oey Liong Su maju ke depan dan membungkukkan tubuhnya memberi hormat
kepada sang Kaucu. "Lapor kepada Kaucu! Pengkhianat ini jahat sekali, jangan sekali-sekali dikasih
ampun, Biar hamba menebasnya dengan golok agar tubuhnya hancur tanpa bentuk!"
katanya. Hong Kaucu mendengus satu kali.
"Tidak usah terburu-buru!" ujarnya, Lewat sesaat dia berkata lagi. "Di dalam hati
bocah ini terdapat sebuah rencana besar yang dirahasiakan Kebangkitan perkumpulan
kita kemungkinan tergantung dari rahasia tersebut Oleh karenanya, untuk sementara ini
dia tidak boleh dibunuh dulu!"
"Baik, baik," sahut Oey Liong Su. "Pandangan Kaucu sangat jauh, kecerdasannya
pun melebihi manusia biasa, hamba yang bodoh ini tentu saja tidak mengerti jalan
pemikiran Kaucu yang hebat!"
Hong Kaucu duduk di atas sebongkah batu besar, untuk sesaat tampak ia merenung.
"Untuk menghasilkan urusan yang maha besar, mulanya pasti banyak rintangan dan
kendala, Apa yang dialami perkumpulan kita kali ini, tidak perlu diberatkan lagi.
Sekarang ini para anggota kita sudah kucar-kacir. Yang penting sekarang kita mencari
jalan untuk menyelesaikan masalah ini. Harap kalian tidak sungkan-sungkan
mengeluarkan pendapat yang berharga!" ujarnya kembaIi.
"Kaucu adalah seorang jenius, Biarpun kami berpikir sepuluh hari sepuluh malam,
tetap saja kalah dengan pemikiran Kaucu sesaat, Lebih baik Kaucu saja yang
memberikan jalan pemecahannya, hamba sekalian tinggal melaksanakannya dengan
segenap kekuatan," sahut Oey Liong Su.
Hong Kaucu mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Yang penting sekarang ini kita harus mengumpulkan kembali anggota-anggota kita,
Meskipun tempo hari para tentara Tatcu meledakkan tempat ini sehingga banyak yang
terluka serta tewas, tapi kalau dihitung-hitung paling sepertiganya, sisanya yang dua
pertiga mungkin kabur untuk menyelamatkan diri, Pertama-tama, Liok Kho Hian harus
diangkat menjadi Pek Liong Su, dengan demikian lima duta besar kita menjadi genap
kembali," katanya pula.
Liok Kho Hian segera membungkukkan tubuhnya sebagai tanda terima kasih.
"Kalian berlima harus segera kembali ke cabang-cabang kita di berbagai daerah, cari
sisa anak buah kita, dan cari pula pemuda pemudi yang bisa ilmu silat serta ajak
mereka menjadi anggota kita, Kita bina kembali mereka demi membangkitkan
perkumpulan kita ini," ujar Hong Kaucu pula.
Oey Liong Su, Tio Tam Goat serta Liok Kho hian segera memberi hormat.
"Hamba sekalian menerima perintah!" sahut mereka serentak.
Bu Kin Tojin dan Kho Soat Teng tidak bersuara sama sekali, Hong Kaucu melirik
kedua orang itu sekilas. "Gi Liong Su dan Ce Liong Su, apakah ada yang ingin kalian katakan?" tanyanya.
"Jawab kepada kaucu! Hamba mempunyai dua buah permintaan. Harap Kaucu
bersedia mempertimbangkannya!" sahut Kho Soat Teng.
Kembali Hong Kaucu mendengus dingin.
"Urusan apa?" tanyanya kembali.
"Selama ini hamba sangat setia kepada Kaucu, tapi tampaknya Kaucu tidak
sepenuhnya mempercayai kami, hal ini membuat hati kami menjadi gundah, Yang
pertama, hamba mohon Kaucu memberikan pil penawar racun, Dengan demikian
perasaan kami jadi tenang dan kami dapat melakukan tugas tanpa ada yang perlu
dikhawatirkan," sahut Kho Soat Teng.
"Apabila aku tidak bersedia memberikan pil penawar racun, tentunya kalian akan
bekerja dengan setengah hati, bukan?" tanya Hong Kaucu dengan nada dingin.
"Hamba tidak berani. Urusan yang kedua yaitu mengenai penerimaan anggota yang
masih muda belia, mereka tidak dapat diandalkan, bahkan bisa memberikan kerusuhan
bagi kita, Begitu bertemu dengan urusan berat, mereka langsung kocar-kacir
perkumpulan kita sedang menghadapi musibah, lihat saja... orang-orang yang masih
setia dan bersedia mengikuti Kaucu hanya beberapa orang, yakni kami-kami ini.
Pada waktu biasa, mulut para pemuda-pemudi itu sungguh manis, setiap hari
mengatakan bahwa diri mereka akan setia, tidak takut menghadapi kematian, Tapi
begitu benar-benar ada bencana, mana buktinya" Karena itu, hamba berpendapat lebih
baik kita kumpulkan anggota tua yang masih setia kepada Kaucu, Mengenai para
pemuda-pemudi yang tadi Kaucu katakan, sebaiknya dibatalkan saja.
Sebagai contoh, Wi Siau Po ini, bukankah dia yang dianggap setia serta dapat
diandalkan" Akhirnya dia pula yang mencelakai kita!" sahut Kho Soat Teng.
Setiap dia menambahkan sepatah kata, wajah Hong Kaucu semakin kelam, Hati Kho
Soat Teng berdebar-debar, namun dia mengeraskan hati untuk menyelesaikan
ucapannya. Perlahan-lahan sinar mata Hong Kaucu beralih kepada Bu Kin Tojin, tatapannya
tajam menusuk. "Bagaimana dengan engkau?"
Bu Kin Tojin menyurut mundur dua langkah.
"Hamba sependapat dengan Ce Liong Su, jalanan yang dulu penuh diri, kita tidak
boleh kita lalui lagi. Pepatah mengatakan, sebelum mencoba, bagaimana bisa tahu apa
rasanya" Karena itu hamba yakin setelah pengalaman pahit ini, Kaucu yang cerdas
tentu sudah mengerti sendiri bahwa anggota yang masih muda-muda tidak ada
gunanya, Mereka tidak dapat diandalkan maka... maka," sahut pendeta itu sembari
menunjuk kepada Bhok Kiam Peng.
"Seperti nona cilik Bhok Kiam Peng itu, sebetulnya dia anggota dari Gi Liong Su
kami. Kaucu telah menanam budi besar kepadanya, tapi begitu menghadapi masa sulit,
dia langsung berkhianat dan memihak kepada musuh, Orang semacam dia harus dicari
kembali satu per satu, Mereka harus ditebas dengan golok agar menjadi contoh bagi
anggota lain yang berani berkhianat," sahutnya.
Mata Hong Kaucu beralih kepada Liok Kho Hian dan yang lainnya.
"Apakah urusan ini telah kalian rundingkan sebelumnya?" tanya pemimpin tersebut.
Para hadirin tidak ada yang bersuara, sesaat kemudian Poan Tau To baru menyahut.
"Jawab Kaucu! Kami belum pernah merundingkan urusan ini, Tapi... tapi hamba
merasa apa yang dikatakan Gi Liong Su dan Ce Liong Su memang beralasan."
Hong Kaucu menatap kepada Thio Tam Goat seakan menunggu pendapatnya.
"Bencana yang dialami oleh perkumpulan kita kali ini, tidak perlu diragukan lagi
bahwa Wi Siau PoIah biang keladinya, Hamba paling tidak bisa percaya kepada
manusia sepertinya," sahut Thio Tam Goat penuh semangat.
Hong Kaucu menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Bagus! Rupanya kau juga berpihak kepada mereka, Liok Kho Hian, bagaimana
dengan engkau?" tanyanya setengah menyindir.
"Hamba telah mendapat budi besar dari Kaucu, bahkan sekarang diangkat menjadi
Pek Liong Su. Tentu saja hamba akan mengeluarkan segenap kemampuan untuk
bekerja serta berbakti kepada Kaucu, Apa yang dikatakan oleh Ce Liong Su sekalian
tentunya demi kepentingan perkumpulan kita juga. Hamba yakin mereka tidak
mempunyai niat Iain," sahut Liok Kho Hian.
"Kata-kata kalian keliru sekali!" ujar Oey Liong Su. "Kecerdasan Kaucu melebihi kita
semua ratusan kali lipat, Untuk apa kalian bicara banyak" Yang penting kita
mendengarkan petunjuk dari Kaucu dan Hujin. Meriam yang ditembakkan oleh tentara
Tatcu sebetulnya malah membantu kita membersihkan perkumpulan Sin Liong Kau,
karena dengan demikian para pengkhianat perkumpulan kita juga sudah pada mati oleh
ledakannya, Lagipula kita menjadi tahu siapa yang setia dan siapa yang tidak!
Kita para hamba ibarat katak dalam tempurung, yang terlihat hanya kegagalan
sesaat, pandangan kita mana mungkin disamakan dengan pandangan Kaucu yang
jauhnya mencapai tepi langit?"
Kho Soat Teng marah sekali mendengar ucapan itu.
"Keruntuhan perkumpulan kita pada hakekatnya justru terjadi karena adanya orangorang
yang pandai menepuk pantat kuda semacam engkau! Kau sesumbar setinggitingginya,
coba apa faedahnya bagi perkumpulan kita" Apa pula manfaatnya bagi
Kaucu kita?" tanyanya keras.
"Apa maksudmu dengan mengatakan menepuk pantat kuda?" teriak Oey Liong Su
tidak mau kalah, "Bukankah sekarang kau sudah menunjukkan pembangkanganmu?"
Kho Soat Teng semakin gusar.
"KauIah manusia rendah yang tidak tahu malu! Kau merusak perkumpulan kita,
kaulah yang membangkang!" Sembari menyahut, tangannya menggenggam gagang
pedang. Oey Liong menyurut mundur satu langkah.
"Tempo hari kau membuat keributan dan membantah ucapan Kaucu! Untung saja
jiwa Kaucu serta Hujin sangat besar sehingga urusan itu tidak diperpanjang, Ternyata...
hari ini kau berani membangkang lagi!" katanya.
Kho Soat Teng, Bu Kin Tojin, Thio Tam Goat, Liok Kho Hian, serta Poan Tau To
menoleh kepada Hong Kaucu, semuanya memendam kegusaran tanpa mengucapkan
sepatah kata pun. Hong Kaucu sendiri memalingkan wajahnya kepada Oey Liong Su. Sinar matanya
menyiratkan kekejian serta kebekuan yang mencekam, Oey Liong Su terkejut setengah
mati. Dia kembali mundur satu langkah lalu berkata.
"Kaucu, mereka... berlima sudah sepakat untuk berkhianat Mereka harus menerima
hukuman mati..." Hong Kaucu memicingkan matanya sedikit.
"Apa yang barusan kau katakan?" tanyanya dengan suara dalam.
Oey Liong Su melihat mimik wajah pemimpinnya yang garang, hatinya semakin takut
Dengan nada bergetar dia menyahut.
"Ham... ba sangat... setia ter... hadap Kaucu, hamba ti... dak sudi bekerja sama de...
ngan para pengkhianat ini...."
"Tempo hari kita semua sudah bersumpah berat Siapa pun yang mengingat kembali
dendam lama, maka dia harus dimasukkan ke telaga Liong Tam agar tubuhnya
dimakan oleh ribuan ekor ular...."
Oey Liong Su begitu terkejutnya sehingga sepertinya selembar jiwanya melayang
entah ke mana. "Mohon Kaucu mengampuni kesalahan hambamu..." ratapnya.
"Urusan itu sudah selesai, semua orang telah melupakannya sama sekali, hanya kau
seorang yang masih mengingatnya terus, Begitu ada kesempatan, kau malah
menggunakannya untuk mengadu domba. Apa maksudmu sebetulnya" Apa yang kau
inginkan?" Begitu pucatnya wajah Oey Liong Su seakan tidak mengandung darah setetes pun.
Kedua lututnya menjadi lemas, dia menjatuhkan dirinya berlutut seketika.
"Hamba tahu salah! Lain kali hamba tidak berani mengungkitnya kembali!" sahutnya
panik, Dengan tenang Hong Kaucu berkata, "Sumpah yang pernah diucapkan oleh
perkumpulan kami, kau kira boleh dilanggar seenaknya" apabila bukan kau yang
termakan sumpah itu, maka akulah yang harus merasakannya, Coba kau katakan,
apakah kau yang harus diceburkan ke telaga Liong Tham atau aku yang lebih pantas
menerima hukuman tersebut?"
Oey Liong Su memekik keras-keras, tubuhnya nencelat jauh lalu mengembangkan
langkah seribu untuk kabur
Hong Kaucu membiarkan orang itu mencelat sampai sejauh beberapa depa.
Dipungutnya sebuah batu, timbul suara mendesir, timpukannya tepat mengenai bagian
belakang kepala Oey Liong Su, Orang itu meraung kesakitan, tubuhnya terhempas ke
atas kemudian jatuh di atas tanah. Setelah bergeliat beberapa kali, nyawanya pun
melayang. Hong Kaucu dapat melihat kalau Kho Soat Teng berlima sudah bersepakat,
meskipun ilmunya sendiri sangat tinggi dan dibantu pula oleh Hong Hujin serta Oey
Liong Su, kemungkinan dia akan berhasil meringkus kelima orang tersebut.
Namun apabila hal itu sampai terjadi, maka perkumpulannya semakin terancam
kemusnahan, orang-orang yang dapat diandalkan hanya tinggal segelintir, sedangkan
Oey Liong Su cuma pandai mencari muka, tidak banyak kegunaannya.
Kalau dia sampai membunuh Kho Soat Teng berlima, berarti anak buahnya tidak
bersisa, Dengan pemikiran yang matanglah, ia mengambil keputusan ini. Lebih baik
kehilangan sedikit daripada banyak. Dengan dibunuhnya Oey Liong Su, maka
kemarahan Kho Soat Teng berlima akan surut.
Liok Kho Hian dan Thio Tam Goat langsung membungkukkan tubuhnya memberi
hormat. "Ucapan Kaucu beratnya ibarat gunung, terbukti dengan hukuman yang dilaksanakan
barusan, hamba sekalian benar-benar merasa kagum."
Kho Soat Teng, Bu Kin Tojin serta Poan Tau To juga serentak menyatakan terima
kasihnya. Kelima orang ini sudah lama merasa sebal dengan sikap Oey Liong Su yang selalu
mencari muka, Orang itu mempunyai watak yang rendah dan dibenci oleh mereka
semua. Melihat Kaucu mengambil tindakan tegas dengan membunuhnya, tentu saja
mereka merasa puas sekali.
Hong Kaucu menunjuk kepada Siau Po.
"Bukannya aku ingin mengampuni selembar jiwa bocah ini, tapi dia mengetahui
sebuah tempat penyimpanan harta karun di perbatasan Liau Tong. Kalau bukan dia
yang menunjukkan kita tidak akan menemukannya, Setelah mendapatkan harta karun
itu, tentu mudah bagi kita untuk membangun kembali perkumpulan Sin Liong Kau kita,"
katanya. Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan lagi, "Tadi kalian mengatakan bahwa
anggota-anggota yang muda tidak ada gunanya dan kalian menasehati aku agar
mempertimbangkannya lagi, Setelah aku memikirkannya baik-baik, kata-kata kalian
memang beralasan. Oleh karena itu aku mengambil keputusan untuk menuruti permintaan kalian. Kelak
apabila kita membangun kembali partai Sin Liong Kau, kita harus lebih teliti memilih
anggota baru, sebaiknya memang orang yang lebih tua karena dapat diandalkan, dan
jangan sampai kegagalan yang dulu terulang Iagi."
Wajah Kho Soat Teng dan yang lainnya menjadi cerah, serentak mereka memberi
hormat dan menyatakan perasaan terima kasih.
Hong Kaucu mengeluarkan dua botol kecil dari saku pakaiannya, Dari botol masingmasing
dituangkannya lima butir pil, Lima butir berwarna kuning, dan lima butir lainnya
berwarna merah. BotoI pil itu dimasukkannya kembali ke dalam saku, butiran pilnya
sendiri tetap digenggam dalam tangan.
"lnilah pil-pil penawar racun I Kin Wan, kalian masing-masing menelan dua butir..."
Tentu saja Kho Soat Teng beserta rekannya senang sekali mendengar ucapan Hong
Kaucu, Mereka segera menyatakan terima kasih, Kemudian pil yang disodorkan itu pun
langsung mereka terima. "Lekas kalian minum pil penawar racun itu!" kata Hong Kaucu.
Kelima orang itu segera memasukkan dua butir pil ke mulut masing-masing lalu
ditelannya tanpa ragu-ragu lagi.
Bibir Hong Kaucu menyunggingkan senyuman.
"Bagus sekali!" katanya. Tapi tiba-tiba dia membentak "Liok Kho Hian, apa yang ada
di tangan kirimu?" Liok Kho Hian menyurut mundur dua langkah.
"Tidak.... Tidak ada apa-apa...." Tangan kirinya diturunkan ke bawah, telapaknya
dikepalkan. "Buka kepalan tangan kirimu!" kata Hong Kaucu dengan nada tajam suaranya begitu
keras sehingga telinga orang-orang yang mendengarnya merasa mendengung.
Tubuh Liok Kho Hian limbung, perlahan-lahan dia membuka telapak tangan kirinya,
Terdengar suara trak!, sebutir pil terjatuh di atas tanah.
Wajah Kho Soat Teng berempat langsung berubah hebat, tapi mereka sadar bahwa
otak Liok Khi Hian brillian sekali, tentu ada rencana tertentu mengapa dia berbuat
demikian Dia pasti mempunyai alasan tersendiri mengapa pil tersebut tidak ditelannya.
Tapi mereka berempat sudah menelan pil itu ke dalam perut Apa lagi yang harus
disesalkan" Dengan sinis Hong kaucu berkata.
"Pil itu merupakan pil Soat Som yang dapat menguatkan badan serta menyehatkan,
mengapa kau menaruh kecurigaan kepada Kaucumu ini sehingga secara diam-diam
kau menyembunyikan pil itu dan tidak mau menelannya?"
"Hamba... tidak berani... namun belakangan i... ni kesehatan hamba sedang
terganggu, karena kesalahan dalam latihan, maka jalan darah di tubuh hamba tidak
da... pat menga... lir dengan lancar.... itu... lah sebabnya.,, hamba menyimpan pil
vitamin pemberian Kaucu ini. Maksud hamba baru akan menelannya setelah bersemedi
melancarkan jalan da... rah nanti malam Hamba khawatir... khasiatnya a... kan sia-sia
bila ditelan sekarang..."
Mimik wajah Hong Kaucu berubah agak lunak.
"Begitu rupanya, jalan darah bagian mana yang tersumbat" Masalah itu mudah
sekali, aku bisa membantumu melancarkan kembali jalan darah itu. Kau kemarilah!"


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liok Kho Hian melangkah mundur satu tindak.
"Hamba tidak berani merepotkan Kaucu," sahutnya, "Asal hamba rajin bersemedi,
lama-kelamaan penyakit ini pasti akan sembuh."
Hong Kaucu menarik nafas panjang.
"Kalau begitu, kau masih tidak bisa mempercayai aku sepenuh hati?" tanyanya.
"Hamba tidak berani mempunyai pikiran demikian," sahut Liok Kho Hian.
Hong Kaucu menunjuk ke arah pil yang sudah dipungut oleh Liok Kho Hian.
"Sebaiknya kau telan saja pil itu sekarang, seandainya nanti jalan darahmu masih
tersumbat juga, aku toh tidak mungkin berdiam diri?"
Liok Kho Hian menatap pil di tangannya, Untuk sesaat dia tidak berkata apa-apa.
Tiba-tiba dia menjentikkan jari telunjuknya sehingga pil itu melayang jauh serta
menghilang di balik bukit.
"Hamba sudah menelan pilnya, terima kasih Kaucu!" katanya.
Hong Kaucu tertawa terbahak-bahak.
"Bagus, bagus! Ternyata nyalimu tidak kecil juga!"
"Hamba sangat setia kepada Kaucu, Apabila Kaucu sudah memutuskan untuk
memberikan pil penawar racun, mengapa Kaucu harus menambahkan sebutir pil
lainnya yang daya racunnya terlebih berat lagi" Hamba tidak merasa bersalah, karena
itu hamba tidak sudi menerima hukuman," sahut Liok Kho Hian.
Kho Soat Teng serta yang lainnya terkejut sekali mendengar pernyataan itu.
"Pil yang racunnya lebih dahsyat" Pil racun apa itu?" tanya mereka serentak.
"Kaucu mengumpulkan bisa dari seratus ekor ular berbisa serta seratus ekor ulat
yang berbisa pula, Racunnya diracik menjadi pil ini. Apakah pil ini dapat digunakan
sebagai "Racun lawan racun", hamba tidak jelas, Kemungkinan memang ada
khasiatnya, tapi nyali hamba terlalu kecil sehingga tidak berani mencobanya." Sahut
Liok Kho Hian sebagai penjelasan.
Rasa terkejut di hati Kho Soat Teng dan yang lainnya semakin menjadi-jadi. serentak
mereka maju ke samping Liok Kho Hian dan berdiri berendeng dengannya. Dengan
mata mengandung kecurigaan, mereka menatap ke arah Hong Kaucu.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa ini pil seratus racun?" tanya Hong Kaucu dengan
nada dingin, "Kau hanya mengoceh sembarangan dengan maksud mengadu domba
sehingga perasaan yang lainnya menjadi bingung."
Liok Kho Hian menunjuk kepada Pui Ie. "Tempo hari aku melihat Nona Pui sedang
mencari keong siput, aku bertanya untuk apa, dia bilang telah mendapat perintah Kaucu
mencari siput untuk meracik obat, sedangkan kertas yang menuliskan komposisi
pembuatan pil tersebut, juga tanpa sengaja telah terlihat olehku, Meskipun di sana juga
tertera bahwa racun dalam pil ini baru akan bekerja setelah tiga tahun sejak diminum,
tapi yang mengkhawatirkan justru Kaucu belum pernah membuat pil ini, jadi kita tidak
bisa yakin bahwa racunnya baru akan bekerja setelah tiga tahun, Kedua, hamba masih
ingin hidup lebih lama lagi, tidak sudi hidup tiga tahun saja lalu mati."
Rona wajah Hong Kaucu berubah kehitam-hitaman.
"Bagaimana kau bisa melihat kertas racikan obatku?" tanyanya.
Liok Kho Hian melirik sekilas ke arah Hong Hujin.
"Hujin menyuruh aku mengambilkan obat untuknya di peti obat Kaucu, Kertas racikan
obat itu justru adanya di dalam peti tersebut," sahut Liok Kho Hian.
"Ngaco belo! seandainya Hujin ingin meminum obat, dia pasti akan memintanya
kepadaku, mengapa dia harus menyuruhmu mengambilnya" Lagi-pula peti obatku itu
selamanya dalam keadaan terkunci, mengapa kau berani membukanya dengan
lancang?" bentak Hong Kaucu.
Sesaat kemudian, dia menoleh kepada istrinya. "Apakah kau yang membukakan?"
tanyanya pula. Wajah Hong Hujin menjadi pucat pasi, kemudian dengan perlahan-lahan dia
menganggukkan kepalanya. "Obat apa yang kau cari" Mengapa kau tidak mengatakannya kepadaku?" tanya
Hong Kaucu kembali. Tiba-tiba wajah Hong Hujin berubah menjadi merah padam, lalu menjadi pucat
kembali. Tubuhnya terhuyung-huyung, mendadak dia meraba perutnya dan
terdengarlah suara Hoakkk!! sebanyak dua kali. Rupanya dia termuntah-muntah, tapi
yang terlihat hanya air yang berwarna kehijauan.
Hong Kaucu mengerutkan alisnya, Kemudian dia berkata dengan nada lembut.
"Apa yang terasa tidak enak" Lebih baik kau duduk saja agar dapat beristirahat
sejenak." Tiba-tiba Tuan Puteri berteriak.
"Dia sudah ada bayi dalam perutnya, Dasar Tua bangkai sendirinya akan punya anak
saja, tidak tahu!" Hong Kaucu terkejut setengah mati. DicekaInya lengan Hong Hujin lalu bertanya
dengan nada tajam. "Apakah benar apa yang dikatakannya.
Hong Hujin kembali mendekap perutnya, muntahnya semakin menjadi-jadi.
"Kau ingin mencari obat untuk menggugurkan kandunganmu, bukan?" tanya Hong
Kaucu dengan suara menyeramkan.
Selain Liok Kho Hian, orang-orang lainnya semua merasa heran, Hong Kaucu tidak
mempunyai keturunan, lagipula dia sayang sekali kepada Hong Hujin, istrinya,
seandainya perempuan itu melahirkan seorang anak baginya, baik laki-laki maupun
perempuan, tentu merupakan hal yang menggembirakan.
Mengapa wanita itu justru ingin menggugurkan kandungannya" Mereka menduga
kemungkinan terkaan Hong Kaucu kali ini pasti keliru.
Siapa sangka Hong Hujin malah menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.
"BetuI, aku memang ingin menggugurkan kandungan ini. Sekarang kau bunuh saja
aku!" tantangnya. Hong Kaucu menaikkan telapak tangannya, lalu kembali bertanya dengan nada
tajam. "Siapa ayahnya?"
Semua orang tahu kepandaian Hong Kaucu tinggi sekali, Kalau tangannya itu sampai
diayunkan, pasti nyawa Hong Hujin akan melayang seketika. Tapi wanita itu malah
mendongakkan kepalanya dan menyahut dengan tenang.
"Aku sudah bilang, kau boleh membunuhku, mengapa kau tidak segera turun
tangan?" Sinar mata Hong Kaucu seakan memancarkan api. Dengan suara bergetar ia
berkata. "Aku tidak akan membunuhmu Kau katakan saja, anak siapa yang ada dalam
kandunganmu itu?" Hong Hujin menutup mulutnya rapat-rapat, sikapnya keras kepala seakan dia
memang sudah bersiap untuk mati.
Hong Kaucu menolehkan kepalanya ke arah Liok Kho Hian.
"Apakah kau ayahnya?" tanyanya dengan mata mendelik.
"Bukan, bukan," sahut Liok Kho Hian cepat, "Hamba sangat menghormati Hujin yang
seperti Dewi, mana berani hamba melakukan pelanggaran sebesar itu?"
Sinar mata Hong Kaucu yang tadinya tertuju kepada Liok Kho Hian secara perlahanlahan
beralih kepada Kho Soat Teng, Thio Tam Goat, Bu Kin Tojin lalu Poan Tau To. Di
mana sinar matanya berhenti, orang itu pasti merasa bergidik.
"Bukan siapa-siapa!" teriak Hong Hujin, "Kau bunuh saja aku, untuk apa banyak
tanya?" "Dia toh istrimu, tentunya yang ada dalam perutnya pasti anakmu, Kenapa malah
curiga yang bukan-bukan" Dasar pikun!" kata Kian Leng kongcu dengan suara keras.
"Tutup mulutmu! Kalau kau mengucapkan satu patah kata lagi, pertama lehermu
yang akan kupelintir!" bentak Hong Kaucu.
Kian Leng Kongcu segera menutup mulutnya rapat-rapat, meskipun hatinya merasa
tidak puas, Mana dia tahu bahwa sejak muda Hong Kaucu belajar ilmu tenaga dalam
tingkat tinggi yang membuat dirinya tidak boleh berhubungan intim dengan wanita.
Pernikahannya dengan Hong Hujin hanya untuk menjaga mukanya, kenyataannya
dia tidak pernah menyentuh wanita itu. Karena itu pula, dia segera menyadari bahwa
wanita itu telah menyeleweng dengan orang lain sehingga hamil, ini juga merupakan
salah satu alasan mengapa dia sangat menyayangi wanita itu.
Dia merasa dirinya bukanlah suami yang sempurna, Dengan menuruti apa pun
kemauan Hong Hujin, mungkin dia dapat memberinya sedikit kebahagiaan.
Saat ini, tiba-tiba saja dia mengetahui kehamilan istrinya, Berbagai perasaan
berkecamuk dalam batinnya, malu, kecewa, marah, sesal, kasihan, sedih.
Tangannya yang terangkat di udara tidak sanggup diayunkannya ke kepala
perempuan itu, Dia menolehkan kepalanya kepada Kho Soat Teng dan yang lainnya,
Wajah mereka memancarkan perasaan takut, Dalam hati, Hong Kaucu berpikir.... -Urusan yang memalukan ini telah diketahui oleh mereka semua, mana aku ada muka
lagi untuk menjadi Kaucu mereka" Orang-orang ini harus dibasmi bersih, tidak boleh
meninggalkan seorang pun yang hidup, Asal ada setitik saja desas-desus yang tersebar
keluar, orang-orang dari dunia kangouw pasti akan menertawakan aku, pendekar
macam apa aku jadinya" Hawa pembunuhan telah memenuhi hatinya, Dia langsung melepaskan cekalannya
pada lengan Hong Hujin, Tiba-tiba dia menghambur ke depan dan meringkus Liok Kho
Hian. "Semua ini gara-gara engkau yang memulai kekacauan!" bentaknya.
"Kau ingin membunuhku agar mulut ini bung.,." sahut Liok Kho Hian setengah jalan.
Kata-kata "bungkam" belum sempat diselesaikannya, tiba-tiba batok kepalanya
terasa ditepuk dengan keras, Rupanya telapak tangan Hong Kaucu telah
menghajarnya. Kedua matanya mendelik seketika, dan dalam waktu kurang dari tiga
detik jiwanya pun sudah melayang.
Melihat perubahan itu, Kho Soat Teng dan yang lainnya sadar bahwa Hong Kaucu
memang ingin membunuh mereka semua agar rahasianya tidak bocor.
Keempat orang itu segera mencabut senjata masing-masing dan melintangkannya di
depan dada untuk melindungi diri.
"Kaucu, semua ini merupakan urusan pribadimu, tidak ada hubungannya dengan
hamba sekalian!" teriak Kho Soat Teng.
"Hari ini semua orang kembali ke asalnya bersama-sama, satu pun jangan harap
dapat meloloskan diri!" bentak Hong Kaucu sembari menerjang kepada Kho Soat Teng
berempat. Poan Tau To mengangkat goloknya yang seberat dua puluh kati lebih tinggi-tinggi,
dari atas dia membacok ke bawah, serangannya dahsyat bukan main.
Hong Kaucu menggeser badannya sedikit untuk menghindar telapak tangan
kanannya menghantam ke arah kepala Tio Tam Goat, sepasang Poan Koan Pit yang
merupakan senjata andalan Tio Tam Goat secara berturut-turut- mengirimkan dua buah
serangan kepada Hong Kaucu.
Dalam waktu yang bersamaan, golok Bu Kin lojin juga mengancam bagian pinggang
ketua itu. Hong Kaucu mendengus keras, tubuhnya mencelat ke udara, tapi arahnya
tetap kepada Tio Tam Goat.
Sepasang senjata Tio Tam Goat seolah sepasang belati yang bukan main tajamnya,
dalam sekejap digerakkannya sebanyak tujuh delapan kali, jurus ini dinamakan "Jit
Seng Kit Goat" (Tujuh bintang mengerumuni rembulan), juga merupakan jurus serangan
yang diandalkannya, serangannya lihay sekali.
Telapak tangan Hong Kaucu yang diarahkan kepadanya tiba-tiba mendarat perlahanlahan
di pinggang Tio Tam Goat. Serentak orang tua itu juga mencelat mundur
Terdengar suara teriakan Tio Tam Goat. Tubuhnya terjatuh dan bergulingan di atas
tanah. Kemudian melonjak bangun, tapi mendadak dia merasa sebagian kiri tubuhnya
ngilu dan nyeri. "Hari ini kalau kita tidak membunuhnya, siapa pun jangan harap bisa meloloskan diri
dalam keadaan hidup!" teriaknya.
Keempat orang itu menggerakkan senjata masing-masing dan lagi-lagi menyerang
Hong Kaucu, Keempat orang ini merupakan tokoh nomor satu dalam perkumpulan Sin
Liong kau, apalagi ilmu silat yang dikuasai oleh Poan Tau To dan Kho Soat Teng,
kehebatannya jangan ditanyakan lagi.
Golok besar Poan Tau To digerakkan secara memutar ke atas sebanyak delapan
sembilan kali, Suara golok itu sampai mendengung-dengung, bagian yang ditujunya
selalu bagian mematikan, sepasang Poan Koan Pit di tangan Kho Soat Teng justru
merupakan sepasang senjata kecil yang ber-bahaya, Setiap jurusnya mengarah jalan
darah yang mematikan. Pedang putih Bu Kin To jin menimbulkan seberkas cahaya putih keperakan, dalam
hati dia merasa hidupnya tidak akan dapat bertahan lama lagi, karena dia telah menelan
pil racun yang mematikan.
Sebelum mati, bagaimanapun dia harus berhasil membunuh musuh besarnya yang
licik itu. Karena itu, dari sepuluh serangannya, sembilan di antaranya pasti merupakan
serangan yang mengandung maut. Setidaknya dia ingin mati bersama orang yang
dibencinya itu. Sedangkan Tio Tam Goat teringat kegagaIannya dalam melaksanakan tugas yakni
mencuri kitab "Si Cap Ji Cin Keng", Apabila tidak ada bantuan dari Bu Kin lojin dan Kho
Soat Teng, hari itu juga dia sudah dihukum mati oleh Hong Kaucu.
Dia sudah mendapat perpanjangan hidup, nyawanya sendiri seakan hasil pungutan
dari tengah jalan, Karena itu, meskipun sebagian tubuhnya terasa ngilu dan nyeri, dia
tetap melancarkan serangan.
Ilmu silat Hong Kaucu sendiri jauh di atas ke empat orang itu. Apabila dia ingin
mencabut nyawa salah seorang di antaranya, tentu merupakan hal yang mudah
baginya. Tapi keempat orang itu menyerangnya dengan gencar, bila dia ingin membunuh
salah satu di antaranya, tentu dirinya sendiri tidak bisa menghindarkan diri dari
ancaman terluka. Setelah bertempur kurang lebih puluhan gebrakan, hawa amarah dalam dadanya
lambat laun mereda, Begitu hatinya terasa tenang, jurus yang dimainkannya pun
semakin mantap. sepasang tapak tangannya menghantam ke sana-sini untuk
mengelakkan serangan lawan-lawannya.
Tampaknya, meskipun dikeroyok empat orang, pimpinan Sin Liong kau itu masih
belum terjatuh di bawah angin, Dia melihat serangan tangan kiri Tio Tam Goat semakin
melemah, dalam hati dia yakin inilah saat yang bagus untuk turun tangan, tanpa ragu
lagi dia membalas serangan dengan dahsyat.
Sementara itu, Siau Po melihat kelima orang itu sedang bertempur dengan seru,
Diam-diam dia menjawil ujung lengan baju si Tuan Puteri dan Bhok Kiam Peng, Dia
juga memberi isyarat kepada Cin Ju agar mereka jangan bersuara, Keempat orang itu
membalikkan tubuhnya dan mengendap-endap berjalan ke kaki gunung, Hong Kaucu
sedang bertempur menghadapi keempat lawannya, siapa pun tidak ada yang
memperhatikan gerak-gerik mereka. seandainya mereka melihat sekali pun, tentu tidak
ada yang sempat meluangkan waktu untuk mencegah kepergian mereka.
Setelah berjalan beberapa saat, jarak antara mereka dengan Hong Kaucu sudah
agak jauh, maka hati mereka terasa tenang, Siau Po menolehkan kepalanya, tampak
kelima orang itu bertempur semakin seru. Dalam waktu yang singkat tentu sulit
menentukan siapa yang akan kalah atau menang.
"Mari kita pergi selekasnya!" seru Siau Po kepada yang lainnya,
Keempat orang itu mempercepat langkah kaki-nya. Tiba-tiba dari belakang terdengar
suara langkah susulan, rupanya ada dua orang yang mengejar ke arah mereka.
Kedua orang itu ialah Hong Hujin dan Pui Ie. Ke empat orang itu terkejut sekali,
Senjata mereka telah dilucuti musuh ketika tertawan Masih lumayan kalau hanya
menghadapi Pui Ie, tapi justru Hong Hujin ikut mengejar sedangkan ilmu silat wanita itu
tinggi sekali. Mereka merasa tidak sanggup menghadapi lawan, maka mereka segera
mengambil langkah seribu.
Baru berlari puluhan Iangkah, tiba-tiba kaki si Tuan Puteri tersandung batu, sambil
berteriak, tubuhnya terkulai.
Siau Po berpikir dalam hati.
- Di dalam rahimnya ada anakku, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja.
Karena itu, dia berlari kembali untuk membimbing gadis itu.
Tampak Hong Hujin berloncatan beberapa kali, tahu-tahu dia sudah sampai di
hadapan Siau Po. perempuan itu berdiri tegak sambil bertolak pinggang.
"Siau Po, kau masih hendak kabur?" tanyanya sinis.
Siau Po tertawa. "Kami bukan kabur, tapi pemandangan di sini lebih indah, lagipula anginnya juga
sejuk, karena itu kami berniat bermain-main di sini," sahutnya.
Hong Hujin tertawa dingin.
"Bagus, kalau kalian memang ingin melihat pemandangan indah! Mengapa aku tidak
diajak?" Ketika dia berbicara, Pui Ie pun sudah tiba di sampingnya.
Bhok Kiam Peng serta Cin Ju melihat Siau Po tertahan oleh Hong Hujin, mereka
berjalan kembali lalu berdiri mendampinginya.
"Pui suci, kau ikut saja dengan kami, dia..." kata Bhok Kiam Peng sambil menunjuk
kepada Siau Po. "Dia... dia selalu baik... terhadapmu, lagi... pula... dulu kau sudah
pernah bersumpah, tentunya kau belum lupa, bukan?"
"Aku hanya taat kepada Hujin, hanya perintah Hujin yang pantas aku jalankan," sahut
Pui Ie. "Kau taat karena dicekoki obat olehnya, Dulu aku juga pernah mengalami hal yang
sama," kata Kiam Peng pula.
Siau Po baru tersadar, rupanya berkali-kali dia dikhianati oleh Pui Ie hanya karena
gadis itu telah menelan obat dari Hong Hujin, Untuk sesaat dia termangu-mangu, rasa
benci di dalam hatinya sirna seketika.
"Pui cici, ikutlah dengan kami!" katanya.
Panggilan "Pui cici" sudah terbiasa diucap oleh mulut Siau Po, yakni ketika mereka
sama-sama naik perahu datang ke Sin Liong to ini. Tentu saja Pui Ie dapat
mendengarnya dengan jelas, tanpa terasa pipinya berona merah.
Tiba-tiba, terdengar suara teriakan Hong Kau-cu,
"Hujin! Hujin! A Cuan! A Cuan! Ke mana kau?" Nada suaranya seperti panik, seakan
takut ditinggalkan oleh istrinya.


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun, Hong Hujin pura-pura tidak mendengar Hong Kaucu memanggil lagi
beberapa kali, tapi perempuan itu tetap tidak menyahut.
Siau Po berlima mengalihkan pandangannya kepada Hong Hujin, Dalam hati mereka
berpikir --Kaucu toh memanggilmu mengapa kau tidak menjawab" Mengapa kau tidak
kembali ke sisi suamimu" -"Kau tentu mendengar Kaucu memanggilmu bukan?" tanya Siau Po.
Perlahan-lahan Hong Hujin menggelengkan kepalanya, wajahnya merah padam.
"Cepat kita tinggalkan tempat ini, kita naik perahu saja!." ujar Hong Hujin dengan
suara lirih. Hati Siau Po girang sekaligus terkejut mendengar kata-katanya,
"Kau... kau juga ikut dengan kami?"
"Di atas pulau ini hanya ada satu perahu, Biar bagaimana aku harus ikut denganmu!
Lagipula, Kaucu ingin membunuhku, apakah kau masih belum menyadarinya?" Sahut
Hong Hujin. Sekali wajahnya merah padam, lalu dia mendahului yang lainnya
melangkah ke depan. Beramai-ramai mereka berlari ke bawah sejauh belasan depa, Iagi-lagi terdengar
suara teriakan Hong Kaucu.
"Hujin! Hujin! A Cuan! A Cuan! Cepat kau kembali!"
Tiba-tiba terdengar pula suara teriakan seorang lainnya, tidak salah lagi, nada suara
itu merupakan jeritan menyayat sebelum jiwanya melayang, Hanya saja mereka tidak
yakin siapa di antara ke empat lawan Hong Kaucu yang berpulang terlebih dahulu.
Kembali Hong Kaucu berkoak-koak.
"Kau lihat! Si tua bangka Tio Tam Goat ini sudah kuhabisi! Sejak muda dia ikut
denganku, sudah tua malah mau membangkang, benar-benar goblok! A Cuan! A Cuan!
Mengapa kau masih belum kembali ke sini" Aku tidak menyalahkanmu, kau sudah
kumaafkan! Maknya! Kau berhasil membacok aku! Ha... ha... ha... ha.,., Poan Tau To!
Coba kau rasakan, apakah seranganku kali ini tidak bisa mencabut selembar nyawa
anjingmu! Otakmu tumpul! Mengapa kau ikut-ikutan dengan mereka mengkhianati aku"
sekarang kau cari mati! Ha ha ha!"
Hong Hujin menghentikan langkah larinya, wajahnya tampak agak berubah.
"Dia sudah berhasil membunuh dua Iawan!" katanya.
Siau Po jadi panik mendengarnya.
"Lekas kita lari!" serunya gugup, Dan, tanpa menunda waktu lagi, dia mempercepat
langkah kakinya. Tiba-tiba terdengar suara geraman marah Hong Kaucu.
"Kalian berdua sang pengkhianat! Nanti aku akan kembali membereskan kalian!
Hujin! Hujin! jangan pergi!"
Suara teriakannya semakin lama semakin mendekat Tampaknya pemimpin Sin Liong
kau itu sudah mulai turun gunung melakukan pengejaran. Siau Po menoleh, tampak
Hong Kaucu sedang menghambur ke arah mereka dengan rambut awut-awutan dan
pakaian Iusuh. Kali ini rasa terkejutnya jangan ditanyakan Iagi, sukmanya malah terasa terbang
entah ke mana. "Halangi dia! Halangi dia!" Terdengar suara teriakan Kho Soat Teng. "Dia sudah
terluka parah! Kalau bukan sekarang, kelak kita tidak akan mempunyai kesempatan
untuk membunuhnya lagi!"
"Dia tidak bisa lari ke mana-mana!" sahut Bu Kin tojin.
Kedua orang itu mengejar Hong Kaucu dari belakang sambil mengangkat tinggitinggi
senjata masing-masing, Tidak lama kemudian, Siau Po dan yang lainnya sudah
sampai di tepi pantai, Namun, langkah kaki Hong Kaucu, Bu kin tojin dan Kho Soat
Teng bukan main cepatnya, langkah kaki depan segera disusul langkah kaki belakang.
Bagian 83 Sekejap saja mereka sudah sampai di kaki gunung, Tampak wajah mereka penuh
dengan bercak darah. "Hujin, mengapa kau tidak menjawab panggilanku" Mau ke mana kau?" bentak Hong
Kaucu. "Hujin sudah tidak menginginkanmu lagi, dia sudah punya pacar yang muda dan
tampan!" sahut Kho Soat Teng.
Hong Kaucu marah sekali mendengarnya.
"Ngaco!" Dia membalikkan tubuhnya sambil menghantam Kho Soat Teng.
Kho Soat teng menangkis dengan Poan Koan Pitnya, Dalam waktu yang bersamaan,
Bu Kin Tojin juga sudah menyusul datang. ia mengayunkan goloknya ke arah pinggang
Hong Kaucu. Pada saat itu, lawan Hong Kaucu sudah tinggal dua orang, tapi paha kirinya sudah
terluka parah, tentu saja gerakannya pun menjadi lamban.
"A Cuan, sebentar lagi aku pasti berhasil membunuh kedua pengkhianat ini. Kau
bunuh dulu ke empat penjahat itu, sisakan si maling cilik, aku ingin dia mengantarkan
kita mengambil harta pusaka!" teriak Hong Kaucu pula.
Meskipun mulutnya berkaok-kaok, gerakan tangan dan tubuhnya tidak berhenti Kho
Soat Teng dan Bu Kin Tojin mendapat kesulitan untuk mendekatinya.
Bibir Hong Hujin mengembangkan senyuman sinis, matanya perlahan-lahan melirik
kepada Cin Ju berempat. "Hujin, satu saja di antara keempat perempuan ini terluka, aku segera bunuh diri! Biar
jadi setan pun, aku tidak akan mengampunimu! Kata-kata seorang laki-laki sejati,
entah... entah kuda apa pun sulit mengejarnya," teriak Siau Po.
Seperti biasa, dalam keadaan panik, ucapan Siau Po pun jadi ngaco. Bahkan "Kuda
mati" yang sering disebutnya juga terlupakan
Tiba-tiba terdengar suara hantaman keras, bagian pinggang Kho Soat Teng terhajar
oleh Hong Kaucu. Tubuh Kho Soat Teng terhuyung-huyung beberapa kali kemudian
terkulai di atas tanah, Hong Kaucu tertawa terbahak-bahak. ia menggerakkan kakinya
untuk mengirimkan sebuah tendangan.
Dengan panik Kho Soat Teng melonjak bangun Tendangan Hong Kaucu telak
mengenai dadanya, Terdengar suara krek yang beruntun Tentu beberapa tulang di
dadanya patah seketika, Tapi, meskipun demikian, paha kanan Hong Kaucu berhasil
dipeluknya erat-erat.. Hong Kaucu menghentakkan kakinya sekuat tenaga, tetapi pelukan Kho Soat Teng
tetap tidak terlepas, Bu Kin Tojin menggunakan kesempatan itu untuk menghambur ke
depan, goloknya diayunkan Hong Kaucu memiringkan kepalanya untuk menghindarkan
diri, sekaligus tangannya mengirimkan serangan.
Perut Bu Kin Tojin terkena pukulan, tapi goloknya juga sempat menancap di pundak
kanan Hong Kaucu. Darah berhamburan dari mulut Bu Kin Tojin, bagian belakang leher
Hong Kaucu sampai terciprat, Ketika dia ingin melanjutkan serangannya, tenaganya
sudah tidak ada lagi, golok yang tertancap di pundak Hong Kaucu tidak sanggup
dicabutnya. "Cepat... cepat... tarik dia!" teriak Hong Kaucu.
Hong Hujin malah berdiri termangu-mangu, entah dia terkejut melihat kenyataan
yang dihadapinya atau memang sengaja tidak sudi memberikan bantuan kepada
suaminya, Melihat ketiga orang itu sedang mengadu jiwa, dia malah berdiri tertegun,
tanpa bergerak sedikit pun
Sebelah tangan Kho Soat Teng meraih sebuah Poan Koan Pitnya yang terjatuh di
atas tanah, Dengan sekuat tenaga digerakkannya senjata itu dan tepat mengenai perut
Hong Kaucu. pimpinan Sin Liong kau itu menjerit histeris, tapi masih sempat
mengirimkan tendangan ke tubuh Kho Soat Teng, sehingga tubuh Kho Soat Teng
terpental ke udara. ia lalu menghentakkan kakinya ke belakang mengarah ke tubuh Bu
Kin Tojin. Tendangan itu tepat pada sarannya, dan perlahan-lahan tubuh Bu Kin Tojin
terkulai di atas tanah. Hong Kaucu tertawa terbahak-bahak.
"Memangnya pengkhianat-pengkhianat ini bisa menandingi aku" Mereka... mereka
ingin mem... berontak" Huk... huk... huk! Toh akhirnya... me-reka... ma... ti di
tangan., ku!" Dia membalikkan tubuhnya menghadap Hong Hujin "Hujin... mengapa kau tidak
mem... bantu a... ku?" tanyanya.
Hong Hujin menggelengkan kepalanya.
"llmu silatmu toh nomor satu di dunia, buat apa aku membantumu?"
Hong Kaucu marah sekali mendengar jawaban istrinya.
"Kau juga membantah" Kau juga ingin menjadi anggota Sin Liong kau yang
memberontak?" teriaknya gusar.
"Tidak salah! selamanya kau hanya mementingkan dirimu sendiri! Biarpun aku
membantumu, toh akhirnya kau akan membunuh aku juga!" sahut Hong Hujin dingin.
"Kubacok kau! Akan kubacok kau si pengkhianat!" teriak Hong Kaucu kalap, Sembari
ber-seru, dia menerjang ke arah Hong Hujin.
Hong Hujin mendesah terkejut, lalu dengan gugup dia menghindarkan diri, Meskipun
dalam keadaan terluka parah, gerakan Hong Kaucu masih cukup cepat, Dalam sekejap
tangan kirinya sudah berhasil mencekal belakang leher baju Hong Hujin, tubuhnya
memutar, tangan kanannya menjepit tenggorokan perempuan itu.
"Lekas jawab, kau masih ingin memberontak" Kalau kau mengatakan tidak, aku akan
mengampunimu?" teriaknya.
Terdengar Hong Hujin menyahut dengan suara perlahan.
"Dulu,., dulu sekali hatiku sebenarnya sudah memberontak yaitu di saat kau
memaksaku menjadi istrimu, Hari itu pula kebencianku kepadamu sudah merasuk ke
dalam tulang, Kau cekik mati saja aku!"
Darah di bibir dan muka Hong Kaucu terus menetes ke atas kepala istrinya, Hong
Hujin menatapnya dengan mata mendelik Seakan tidak merasa takut sedikit pun.
"Bangsat! Dasar pemberontak! Kalian semuanya pengkhianat! Aku... aku akan
mencari anggota baru untuk membangun kembali Sin Liong kau!" teriak Hong Kaucu,
sebenarnya Siau Po yang melihat dari samping ketakutan setengah mati.
Apalagi dia melihat cekikan di tenggorokan Hong Hujin diperketat sehingga nafas
perempuan itu tersendat-sendat. Tampaknya perempuan itu tidak bisa bertahan lebih
lama lagi, Perlahan-lahan tangannya memungut sebongkah batu besar yang ada di tepi
pantai, Dengan kencang disambitkannya batu itu ke arah Hong Kaucu, dan tepat
mengenai punggung orang itu. Mata Hong Kaucu langsung berkunang-kunang, dan
cekikan tangannya pun merenggang seketika, Kemudian sembari membalikkan
tubuhnya dia berteriak. "Kau.,, kau bangsat cilik, aku tidak menginginkan harta pusaka lagi, a... ku... lebih
baik,., membunuh kau lebih... dahulu...!" Dia menerjang ke arah Siau Po sambil
melakukan penyerangan. Siau Po mengambil langkah seribu, Hong Kaucu menggerakkan kakinya mengejar
Tanah pasir bekas dia berlari meninggalkan jejak berdarah.
Siau Po sadar, apabila dirinya sampai tertangkap, nyawanya sulit dipertahankan lagi.
Karena itu, dia mengerahkan segenap kekuatannya untuk berlari
Tiba-tiba, bagian lehernya mengencang, rupanya kerahnya telah tercekal oleh Hong
Kaucu, Kalau saja dia tidak mengenakan pakaian mustika, kemungkinan daging di
punuknya juga sudah copot dicengkeram orang tua itu.
Dalam keadaan terkejut, larinya semakin cepat, dikerahkannya ilmu "Sin Heng Pak
Pian" yang dipelajarinya asal-asalan. Di atas tanah. berpasir dia berlari serabutan,
kadang ke kiri, kadang ke kanan, kadang memutar pula, Meskipun beberapa kali Hong
Kaucu menjulurkan tangannya dan tampaknya akan berhasil mencekal si pemuda,
namun kenyataannya tetap luput.
Meskipun Siau Po sudah berlari sekuatnya, namun tenaganya memang terbatas,
seharusnya sejak tadi dia sudah tertangkap, tapi ilmu "Sin Heng Pak Pian" justru
mempunyai keistimewaan tersendiri dan merupakan ilmu andalan partai Tiat Kiam Bun.
Apalagi Bok Sang sudah merubah beberapa gerakannya tempo hari. Hal ini
membuat ilmu itu seakan mengandung keajaiban, Kedua huruf "Sin Heng" (Bayangan
Dewa) tentu tidak pas diberikan kepada Siau Po, tapi "Pak Pian" (Seratus perubahan),
memang cocok dengan watak asli si pemuda yang angin-anginan, itulah sebabnya,
Siau Po bisa mempelajari ilmu yang satu ini, meskipun hanya sebanyak empat puluh
bagian. Karena itu pula, meskipun dia bukan pesilat unggul, tapi dalam dunia persilatan dia
boleh disebut sebagai pelari nomor satu atau nomor dua. Untuk jaman itu, Siau Po
sudah sulit dicari tandingannya dalam hal mengambil langkah seribu.
Berkali-kali Hong Kaucu menjerit kalap, tangannya juga tidak hentinya melancarkan
serangan, Siau Po sudah berhasil menghindarkan dua kali serangannya, namun ketika
pukulan yang ketiga datang, dia tidak sanggup mengelak lagi, Pukulan Hong Kaucu
telak mengenai belakang punggungnya sehingga tubuhnya terpental cukup jauh,
untung saja Hong Kaucu dalam keadaan terluka parah, kalau tidak, nyawa Siau Po
pasti sudah tidak tertolong lagi.
Apalagi ia juga mengenakan baju mustika, ditambah berkurang banyaknya tenaga
pemimpin Sin Liong kau itu, Namun, meskipun demikian, mata Siau Po tetap
berkunang-kunang jadinya, kepalanya pun pusing tujuh keliling. Baru saja dia berusaha
untuk bangkit, sekali lagi leher bajunya tercekal oleh tangan Hong Kaucu.
Kali ini, rasanya jantung Siau Po hampir mencelat keluar dari dalam hatinya, Dalam
keadaan panik, dia meringkukkan tubuhnya serta secepat kilat molos dari selangkangan
si orang tua, Begitu dia ingat lagi, dia baru sadar bahwa ilmu yang digunakannya adalah
satu jurus yang pernah diajarkan Hong Kaucu pula, Benar-benar "Senjata makan tuan.
Kalau tidak salah, jurus ini dinamakan "Selir Kui menunggang kerbau", atau "Si She
menunggang kambing?" Ah! Dalam keadaan bingung seperti ini, siapa yang kerajinan
mengingatnya! Siau Po mengerahkan tenaga untuk berjungkir balik, kemudian dia hinggap di atas
pundak Hong kaucu, jurus yang satu ini sebetulnya belum pernah dilatih Siau Po secara
sungguh-sungguh, namun gerakannya ternyata sudah lumayan.
Lagipula, untuk menggunakannya terhadap orang lihai seperti Hong Kaucu,
sepertinya mustahil, tapi keadaan pemimpin Sin Liong kau itu sedang kacau, pertama
dia baru saja melawan empat anak buahnya yang mempunyai ilmu tinggi-tinggi.
Kedua, pikirannya kusut membayangkan penyelewengan istrinya, Dirinya dalam
keadaan terluka pula, Pisau belati Siau Po menancap di punggungnya, perutnya
tertikam oleh sebatang Poan Koan Pit, Karena berlari tanpa mengingat kesehatannya,
darah mengalir semakin banyak, itulah faktor-faktor yang membuat Siau Po bisa
menggunakan ilmunya secara sembarangan.
Siau Po hinggap di atas pundak Hong Kaucu, kedua jari tengahnya serta merta
ditujukan ke arah sepasang biji mata orang tua itu.
Tiba-tiba saja sebuah ingatan berkelebat di benak Hong Kaucu, Dia ingat pernah
mengajari Siau Po langkah yang satu ini, yakni segera mencongkel kedua biji mata
musuh begitu berhasil hingga di pundaknya.
Hong Kaucu adalah seorang tokoh besar dalam dunia persilatan Orang yang
sanggup melawannya dapat dihitung dengan jari tangan Sekarang, kemungkinan dia
bisa dikalahkan oleh seorang pemuda bau kencur, dan yang paling menyakitkan jurus
yang digunakannya juga berasal dari ilmu yang diajarkannya.
Kemungkinan ini semua merupakan hukum karma, Dari matanya mengalir darah
yang deras, namun Hong Kaucu tidak merasakan sakit lagi, Dia ingat, untuk seumur
hidupnya, entah berapa banyak orang yang telah dibunuhnya, rasanya dia tidak perlu
penasaran apabila ajalnya memang sudah sampah Orang tua itu menjadi pasrah
dengan nasibnya, Kedua tangannya yang diangkat ke atas untuk menyerang Siau Po
perlahan-lahan terkulai ke bawah, Begitu menarik nafas panjang yang menandakan
kelegaan hatinya, kedua lutut Hong Kaucu pun menjadi lunglai serta jatuh berlutut di
atas tanah berpasir Siau Po menyangka Hong Kaucu sedang menjalankan akal licik lainnya, Dengan
gugup dia melompat dari pundak orang tua itu dan mencelat jauh untuk menghindarkan
setiap kemungkinan Terdengar suara Hong Kaucu yang tersendat-sendat.
"A Cuan.,, A... Cuan, ke... marilah!" Hong Hujin maju beberapa langkah, namun
berhenti di depan orang tua itu kurang lebih satu depa setengah.
"Se... betulnya... siapa ayah bayi... da... lam kandunganmu... itu?" tanya Hong
Kaucu. Hong Hujin menggelengkan kepalanya.
"Untuk apa lagi kau mengetahuinya?" sahut wanita itu. Dia melirik sekilas ke arah
Siau Po. Hong Kaucu mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Meskipun kedua matanya
mengeluarkan darah, tapi tekanan jari Siau Po hanya melukai bagian kelopaknya saja.
Orang mengira dia sudah buta, kenyataannya, samar-samar dia masih dapat melihat.
Karena itu, dia juga tahu arti lirikan mata Hong Hujin tadi.
"Apakah bocah itu... yang.,.?" tanyanya tergagap.
Hong Hujin menggigit bibirnya sendiri, Dia bungkam seribu bahasa, Tapi diamnya
justru menandakan apa yang ditanyakan adalah benar. Hong Kaucu menjadi kalap.
"Kubunuh kau, setan cilik!" teriaknya sambil menerjang ke arah Siau Po.
Tampak wajah Hong Kaucu berlumur darah, mulutnya terbuka lebar sehingga
tampak giginya yang kuning, tangannya yang terjulur juga penuh dengan noda darah,
benar-benar menyeramkan Siau Po ketakutan setengah mati, Cepat-cepat dia
menyelinap lalu menyusup lewat selangkangan Hong Hujin dan bersembunyi di
belakang wanita itu. Hong Hujin merentangkan kedua tangannya berdiri berhadapan dengan Hong
Kaucu. "Seumur hidupmu, kau sudah merasakan berbagai kekuasaan dan kebanggaan,
rasanya sudah lebih dari cukup!" katanya datar.
Tubuh Hong Kaucu sedang melayang di tengah udara, mendengar nada suara Hong
Hujin. Sisa hawa murninya yang terakhir entah menghempas ke mana, dia terjatuh
tepat di bawah kaki istrinya.
"Aku adalah... se... orang... kau... cu!" katanya dengan tampang bengis, "Kalian..
ha... rus mendengar apa... yang ku pe... rintahkan! Me... ngapa ka... lian justru mem.bangkang" Perbuatan... kalian sa... lah, hanya... aku seo... rang yang benar di...
dunia ini.... Ka... lian a... kan ku... bu... nuh, hanya... aku... seo... rang yang ber...
umur pan...

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jang se... perti para De...." Kata-kata "Dewa" tidak berhasil diselesaikannya. Mulutnya
terbuka lebar untuk menghembuskan nafas yang penghabisan Kedua matanya tetap
mendelik lebar-Iebar. Siau Po maju beberapa langkah, Dia mencelat ke depan untuk membalikkan tubuh
Hong Kaucu lalu mundur kembali secepatnya, Setelah itu, dia baru membalikkan
tubuhnya untuk menatap Hong Kaucu.
Tampak orang tua itu tidak bergerak sama sekali, tapi matanya masih terbuka lebar
Siau Po menunggu lagi beberapa saat tetapi tetap tidak ada perubahan Namun hatinya
masih ragu. "Apakah dia sudah mati?" tanyanya entah kepada siapa.
Hong Hujin menarik nafas panjang. "Ya, dia sudah mati," sahutnya perlahan.
Siau Po maju lagi dua langkah.
"Kenapa matanya tidak terpejam?" tanyanya penasaran.
Tiba-tiba, terdengar suara Plok! pipinya kena tamparan yang keras, lalu terasa
telinganya dijewer pula, Siapa lagi kalau bukan Kian Leng Kongcu yang melakukannya"
Malah kaki perempuan itu sempat mendepak pantat Siau Po satu kali.
"Kau benar-benar telur busuk! Matanya mendelik karena kau telah mempermainkan
istrinya! Bagaimana... kau bisa berhubungan dengan wanita yang tidak tahu malu itu?"
bentak Kian Leng kongcu dengan suara garang.
Hong Hujin mendengus satu kali, lalu tangannya menjulurkan ke depan untuk
mencengkeram leher baju Kian Leng kongcu, menyusul telapak tangannya yang satu
lagi menampar pipi perempuan itu keras-keras.
Plok!!! Kemudian, dia juga mengibaskan tangannya sehingga tubuh sang Tuan puteri
terhempas ke beIakang. Kali ini, keadaan Siau Po benar-benar runyam, Telinganya sedang dijewer oleh Kian
Leng kongcu, sedangkan tubuh perempuan itu terbanting ke beIakang, otomatis dia
sendiri ikut terbawa bahkan jatuh menindih tubuh perempuan itu.
"Kalau kau masih berani sembarangan bicara, aku akan membunuhmu saat ini juga!"
bentak Hong Hujin marah. Kian Leng kongcu gusar sekali, Dia bangun dan langsung menerjang kepada Hong
Hujin, tapi wanita itu hanya mendorongnya sedikit dan sekali tubuh Kian Leng Kongcu
terhempas jatuh. Tiga kali berturut-turut Kian Leng kongcu menerjang Hong Hujin, namun setiap kali
dia tetap terdorong jatuh, Dalam hati dia segera sadar bahwa ilmunya masih kalah jauh
dengan wanita itu. Dia terduduk di atas tanah sambil menangis meraung-raung, sekarang dia tidak
berani memaki Hong Hujin lagi, tapi Siau Polah yang jadi sasarannya.
"Telur busuk! Anak haram! Thay-kam mampus! Siau Kui Cu jelek!" teriaknya
berulang-ulang. Siau Po meraba telinganya, tiba-tiba dia melihat tangannya penuh dengan bercak
darah, Rupanya, saking kerasnya tarikan tangan Kian Leng kongcu, bagian atas daun
telinganya jadi terkoyak.
"Biar bagaimanapun aku dan dia adalah suami istri." Mendadak Hong Hujin berkata,
"Bagaimana kalau aku menguburkannya secara baik-baik?" Dari nada suaranya,
seakan dia meminta persetujuan dari Siau Po. ucapannya lembut.
Siau Po terkejut sekaligus gembira mendengarnya. "Baik, baik!" sahutnya.
Tanpa menunda waktu lagi, dia memungut sebatang Poan Koan Pit dari atas tanah
lalu mulai menggali bersama Hong Hujin, Pui Ie dan Bhok Kiam heng bergegas
menghampiri untuk memberikan bantuan.
Dalam waktu yang singkat, jenasah Hong Kaucu sudah dimakamkan secara
sederhana, Hong Hujin menyembah di depan kuburan, Diantukkannya kepalanya
beberapa kali di atas tanah, dan dengan suara lirih dia berkata.
"Meskipun aku menikah denganmu karena terpaksa, tapi selama ini kau
memperlakukan aku dengan baik, Sebaliknya, aku tidak pernah tulus hati terhadapmu.
Sebelum mati kau mengetahui hal ini, sekarang kau sudah pergi, semoga hal yang
menyakitkan ini tidak kau simpan dalam hati."
Selesai berkata, dia berdiri. Tanpa dapat ditahan lagi air matanya mengucur dengan
deras. Untuk beberapa saat Hong Hujin berdiri terpaku di depan kuburan itu, kemudian dia
mengusap air matanya lalu bertanya kepada Siau Po.
"Kita akan tinggal di sini seterusnya atau kembali ke wilayah Tiong Goan?"
Siau Po menggelengkan kepalanya, "Tempat ini tidak boleh ditinggali lebih lama,
arwah penasaran Liok sin she, Hong Kaucu dan yang lainnya pasti gentayangan setiap
hari," katanya. "Tapi, untuk kembali ke Tiong Goan, kesulitannya Iain lagi, Raja cilik justru sedang
mencariku Kalau sampai ketemu, aku pasti dibunuhnya, Lebih baik kita cari tempat
tinggal Iain yang aman."
Tiba-tiba matanya bersinar terang, "Ah! Sudah ada! Aku ingat sekarang, sebaiknya
kita pergi ke Tong Sip To saja, Di sana pasti tidak ada setan penasaran dan si Raja
cilik juga tidak bisa menemukan aku."
"Di mana letaknya pulau Tong Sip to?" tanya Hong Hujin.
Siau Po menunjuk ke arah timur.
"Di sana ada sebuah pulau kecil, aku menamakannya pulau Tong Sip to," sahut Siau
Po sembari tertawa. Hong Hujin manggut-manggut.
"Kalau kau senang ke sana, yah sudah, kita ke sana saja," kata Hong Hujin.
Entah mengapa, tiba-tiba saja wanita ini jadi menurut sekali kepada Siau Po.
Siau Po senang sekali. "Ayo, ayo! Kita semua pergi ke sana!" Dihampirinya Kian Leng kongcu, sembari
tertawa dia melanjutkan "Ayo, semuanya naik ke perahu!"
Sekali lagi Kong cu menggerakkan tangannya untuk memukul Siau Po. Si pemuda
menggeserkan kepalanya untuk menghindar Hal ini membuat kemarahan si Tuan puteri
semakin meluap. "Kau pergi saja sendiri, Aku tidak mau ikut!" teriaknya.
"Di pulau ini banyak hantu, Ada setan tanpa kepala, ada setan buntung kakinya, juga
ada setan banyak tangan yang suka meraba perut besar.,." kata Siau Po.
Kongcu yang mendengarnya jadi ketakutan, Sembari menghentakkan kakinya di atas
tanah, dia berteriak. "Masih ada setan semacam kau yang banyak mulut!" Kaki kirinya digerakkan ke
depan, Siau Po tidak sempat menghindar pantatnya kena tendangan. Tanpa dapat
ditahan lagi, mulutnya mengeluarkan suara aduhan yang keras.
Perlahan-lahan Hong Hujin maju ke depan, Kian Leng kongcu segera menyurut
mundur beberapa tindak. "Lain kali, kalau kau memukul Wi kongcu satu kali, aku akan memukulmu sepuluh
kali, Kau menendangnya satu kali, aku akan menendangmu sepuluh kali, Apa yang
pernah kuucapkan, selamanya tidak pernah kupungkiri." kata wanita mantan istri Hong
Kaucu itu. Saking marahnya, wajah Kian Leng kongcu sampai berubah pucat pasi.
"Memang kau apanya dia" Suamimu sendiri sudah mampus, jadi sekarang kau ingin
merebut suami orang?" teriaknya kesal.
"Suamimu sendiri juga sudah mampus!" tukas Pui Ie.
Sang tuan puteri bukan main gusarnya, "Dasar Maling perempuan! Suamimu sendiri
juga sudah mampus!" teriaknya tidak mau kalah.
"Kalau lain kali mulutmu berani sembarangan bicara lagi, aku akan meninggalkanmu
seorang diri di pulau ini dan tidak boleh ada seorang pun yang menemanimu" kata Hong
Hujin sepatah demi sepatah.
Kian Leng kongcu tahu sifat Hong Hujin yang berani bicara pasti berani bertindak,
seandainya dia benar-benar ditinggalkan seorang diri di pulau ini dengan sekian
banyaknya setan tanpa kepala, setan buntung dan yang lain-lainnya, entah apa yang
harus dilakukannya! Seumur hidupnya, Tuan Puteri ini selalu dimanja dan dituruti apa pun kehendaknya,
Namun, dalam keadaan seperti saat ini, dia terpaksa menahan kekesalan hatinya dan
tidak berani bicara lagi.
Dan yang paling senang tentu saja Siau Po. Dalam hatinya berpikir.
-- sekarang Kongcu benar-benar kena batunya, sekarang ada orang yang bisa
mengendalikannya, tentu dia tidak berani sembarangan main pukul lagi! - Tanpa sadar
tangannya meraba-raba kupingnya yang berdarah, rasanya masih sakit sekali.
Hong Hujin berkata kepada Pui Ie.
"Nona Pui, tolong kau perintahkan kepada tukang perahu untuk mempersiapkan
keberangkatan kita!"
"Baik," sahut Pui Ie. "Mengapa Hujin demikian sungkan terhadap hamba" Hamba
jadi tidak enak hati mendengarnya."
Hong Hujin tersenyum lembut.
"MuIai sekarang kita harus saling menyapa dengan sebutan kakak dan adik,
hilangkan segala formalitas Hujin dan hamba, Begini saja, kau panggil aku cici Cuan,
aku akan memanggilmu adik Pui Mengenai obat penawar racun di tubuhmu, begitu naik
ke atas perahu, aku akan memberikannya kepadamu, Sejak hari ini, tak ada yang perlu
kau khawatirkan lagi," katanya.
Pui Ie dan Bhok kiam Peng senang sekali mendengar ucapannya.
Rombongan itu segera naik ke atas perahu, Layarnya berkembang ke arah barat
Siau Po tidak henti-hentinya celingak-celinguk ke sana-ke mari, tampangnya seperti
orang yang merasa bangga sekali.
Apalagi Hong Hujin benar-benar menepati janjinya. Dia memberikan obat penawar
racun untuk Pui Ie. Senjata serta uang perak Siau Po juga dikembalikan Demikian pula
dengan senjata orang-orang lainnya.
Siau Po tertawa senang. "MuIai sekarang aku juga ingin memanggilmu Cici Cuan, bagaimana pendapatmu?"
Wajah Hong Hujin langsung berseri-seri.
"Bagus sekali! sekarang kita urutkan usia kita masing-masing, dengan demikian kita
bisa tahu, siapa yang paling besar dan siapa yang lebih muda."
Mereka masing-masing menyebutkan tahun kelahirannya, Ternyata Sou Cuan (Hong
Hujin) yang paling tua, kedua jatuh pada Pui Ie, ketiga Kiam Leng kongcu, Cin Ju, Siau
Po dan Bhok Kiam Peng seumur Cin Ju lebih tua beberapa bulan, sedangkan Bhok
Kiam Peng justru lebih muda beberapa hari dari Siau Po.
Sou Cuan, Cin Ju, Bhok Kiam Peng dan Pui Ie saling menyebut cici serta moay-moay
dengan riang gembira, Hanya Kian Leng kongcu sendiri yang menatap mereka dari
samping dengan perasaan mendongkol.
"Dia terlahir sebagai seorang puteri, tentunya tidak sudi saling menyapa dengan
panggilan kakak atau adik dengan kita semua, sebaiknya kita tetap memanggilnya
Kongcu saja," kata Sou Cuan.
Kian Leng kongcu mencibirkan bibirnya.
"Aku benar-benar tidak berani menerima penghormatan sebesar itu." Dalam hatinya
dia membayangkan persekongkolan keempat perempuan, sedangkan ia hanya seorang
diri, Lagipula, si thay-kam tidak tahu mampus Siau Kui cu tampaknya malah lebih pro
kepada mereka berempat daripada kepadanya. Memikirkan hal itu, tanpa terasa hatinya
menjadi sedih, dia pun menangis meraung-raung,
Siau Po segera mendekatinya, ia menarik tangan si Tuan Puteri, lalu berusaha
menghiburnya. "Sudahlah! Kita kan sedang bergembira, tidak perlu menangis...."
Ucapan Siau Po belum selesai, Kian Leng kongcu sudah mengangkat tangan
kanannya untuk menampar pipi Siau Po. Namun tangannya belum sampai mendarat di
pipi Siau Po, tiba-tiba ia teringat ancaman Sau Cuan, Akhirnya dia mengalihkan
pukulannya sehingga mendarat di dada sendiri.
Tanpa dapat ditahan lagi, dia mengaduh kesakitan, Orang-orang lainnya merasa geli
sehingga mereka tertawa terbahak-bahak, Kian Leng kongcu semakin mendongkol Dia
menangis keras-keras dalam pelukan Siau Po.
"Sudah, sudah, jangan bertengkar lagi! Lebih baik kita bermain judi, aku yang jadi
bandarnya!" Tapi, meskipun dia sudah mengubek-ubek seluruh peti milik Sou Cuan,
dadu-dadunya tidak berhasil ditemukan, kemungkinan sudah diambil oleh Liok Kho
Hian ketika menggeledah sakunya tempo hari.
Siau Po jadi uring-uringan. wajahnya tampak murung, Sou Cuan malah tersenyum
simpul melihatnya. "Kita gunakan kayu saja untuk membuat biji dadu," katanya,
"Kayu terlalu ringan, tidak enak kalau dilempar," sahut Siau Po.
Cin Ju memasukkan tangannya ke dalam saku, kemudian dikeluarkannya dalam
keadaan terkepal. "Coba tebak, apa ini?" tanyanya.
"Jadi kita tebak-tebakan uang logam" BoIeh juga, pokoknya masih lumayan daripada
tidak main," sahut Siau Po.
"Tebak saja berapa?" tanya Cin Ju kembali.
Siau Po tersenyum. "Tiga keping," jawabnya.
Perlahan-lahan Cin Ju membuka telapak tangannya, Di dalam tangan yang halus
dan lembut itu ternyata ada dua biji dadu.
Mata Siau Po sampai mendelik, dia melonjak bangun sembari bertanya berulang kaIi.
"Darimana kau mendapatkan itu" Dari mana kau mendapatkan dadu itu?"
Cin Ju hanya tersenyum simpul, lalu meletakkan kedua biji dadu itu di atas meja.
Siau Po segera meraihnya. Berulang kali dia melemparkan dadu itu ke atas meja,
wajahnya ber-seri-seri. Dia dapat merasakan bobot setiap sisi dadu itu berlainan
sehingga tahulah dia bahwa dadu itu telah diisi dengan cairan kristal serta menjadi
dadu yang dapat dipergunakan untuk mengakali lawan.
Dalam hati dia merasa bingung, Cin Ju adalah seorang gadis yang lembut dan
pendiam, mana mungkin dia menggunakan dadu-dadu ini untuk menipu orang,
Beberapa saat dia merenungkan hal itu. Tiba-tiba dia tersadar, bukan main gembiranya,
Sekali tomplok dia langsung memeluk pinggang Cin Ju dan mengecup pipinya,
"Terima kasih, cici Cin Ju. Untung kau selalu menyimpan dadu-daduku dalam
sakumu?" Wajah Cin Ju langsung berubah merah padam, Dia berlari ke geladak perahu,
Rupanya tempo hari, ketika bertaruh nyawa dengan para murid Ong Ok Pai, Cin Ju
keluar dari kemah dan meminta kedua biji dadunya, Urusan ini Siau Fo sendiri sudah
melupakannya, Namun ternyata sampai saat ini Cin Ju masih menyimpan kedua butir
dadu tersebut. Meskipun sekarang sudah ada dadu, tapi di antara perempuan-perempuan itu, tidak
ada seorang pun yang berbakat main judi, Mereka hanya merasa iba melihat Siau Po
dan iseng-iseng menemaninya bermain, jumlah taruhannya pun terlalu kecil, lagipula
mereka tidak perduli menang atau kalah.
Meskipun telah bermain beberapa saat, mereka masih tidak bersemangat kalau
dibandingkan dengan perjudian yang pernah dimainkan Siau Po di kota Yang-ciu, atau
pun berjudi dengan para thay-kam di istana, suasananya sangat jauh berbeda. Hati
Siau Po pun jadi tawar. "Jangan main lagi! jangan main lagi! Kalian semuanya tidak mengerti bagaimana
bermain judi!" teriaknya kesal.
Dia langsung membayangkan kehidupannya yang akan datang di pulau Tong Sip to.
Meskipun ada lima wanita cantik yang menemaninya, namun dengan tiadanya
perjudian serta sandiwara yang dapat ditonton, tentu hidupnya akan terasa tawar.
Lagipula, meskipun di atas pulau itu dia memiliki beberapa puluh laksa uang emas
dan perak, untuk apa" Tidak ada tempat untuk menghambur-hamburkan uangnya!
Pikiran ini membuat Siau Po semakin kesal, sedangkan ke mana perginya A Ko dan
mati hidupnya Song Ji selalu terbayang-bayang dalam ingatannya, Mana mungkin dia
melupakan kedua gadis yang paling disukainya"
Semakin berpikir, hatinya semakin tawar.
"Lebih baik kita jangan pergi pulau Tong Sip to," katanya.
"Kenapa?" tanya Sou Cuan. "LagipuIa, ke mana lagi sebaiknya kita pergi?"
Siau Po merenung sesaat. "Kita pergi ke Liau Tong, kita ambil harta karun di sana."
"Bukankah sebaiknya kita mencari kehidupan yang tenang di pulau yang kau katakan
itu" walaupun kita bisa mengambil harta karun tersebut, apa manfaatnya bagi kita?"
tanya Sou Suan. "Raja Tatcu pasti sudah menyebar tentara-tentaranya untuk menangkapmu Lebih
baik kita menyembunyikan diri dulu selama satu dua tahun," usul Pui Ie. "Kalau
urusannya sudah lewat, waktu itu kalau kau masih ingin pergi ke Liau Tong untuk
mengambil harta karun, toh masih belum terlambat."
"Harta karun selalu menjadi bahan rebutan dari jaman dahulu kala, bagaimana tidak
ada gunanya?" Lalu dia menoleh kepada Bhok Kiam Peng dan Cin Ju. "Bagaimana
kalian berdua?" "Aku rasa apa yang dikatakan Pui suci ada benarnya," sahut Bhok Kiam Peng.
"Kalau kau merasa kesal, kita boleh menyembunyikan diri beberapa bulan saja," kata
Cin Ju memberikan pendapatnya, "Dia melihat wajah Siau Po masih murung, maka dia
melanjutkan kembali." Setiap hari kami akan menemanimu bermain dadu, yang kalah
boleh kau pukul telapak tangannya, bagaimana?"
Dalam hati Siau Po berpikir, -- Dasar maknya! Mana enak sih bertaruh judi dengan
pukulan telapak tangan" -- Tapi dia melihat wajah Cin Ju yang tersipu-sipu sehingga
menambah kemanisannya, tanpa terasa hatinya menjadi hangat Maka dia berkata,
"Baiklah, baiklah! Aku akan menurut saja kepada kalian!"
Pui Ie berdiri dan tersenyum, "DuIu aku banyak bersalah terhadapmu sekarang aku
akan masuk ke dalam dan masak beberapa macam sayur, Hitung-hitung saja sebagai
balasan atas hutangku kepadamu Aku akan mengundangmu minum arak, bagaimana?"
Siau Po semakin senang, "Bagus, bagus sekali!" katanya. Pui Ie segera masuk ke dalam untuk memasak sayur


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya gadis itu seorang ahli masak. Apa pun yang diolahnya terasa sedap,
meskipun bahan yang tersedia di atas perahu amat sederhana, Mereka semua makan
dengan lahap, "Mari kita main tebak-tebakan!" ajak Siau Po. semuanya setuju, Mereka pun main
tebak-tebakan. Padahal sejak tadi Kian Leng kongcu uring-uringan terus, tapi setelah
ikut main beberapa kali dan minum beberapa cawan arak, dia sudah bisa tertawa serta
bercanda, Sepanjang malam mereka berlayar dengan perahu, dan pada hari kedua mereka
sudah sampai di pulau Tong Sip to. Tampak di sana-sini masih banyak bekas-bekas
perkemahan para tentara tempo hari, tapi pangkat dan kekuasaan yang pernah dimiliki
Siau Po kenyataannya sudah sirna.
Siau Po sendiri bersikap masa bodoh, dan sembari menggandeng tangan Pui Ie, dia
tertawa. "Cici Pui, tempo hari di pulau inilah aku pernah diketahui cici naik ke atas perahu,
Hampir saja selembar nyawa ini amblas di tangan orang-orang dari negara Lo Sat,"
katanya. Pui Ie tersenyum kecut. "Aku kan sudah mengaku bersalah, apa aku harus menyembah di hadapanmu untuk
minta maaf?" "ltu sih tidak perlu, Tapi orang sering mengatakan kalau kita sering berbuat kebaikan
pasti ada balasannya, Biarpun aku sudah mengalami berbagai penderitaan, akhirnya
aku benar-benar bisa menemanimu," kata Siau Po pula.
Bhok Kiam Peng menukas dari belakangnya.
"Apa sih yang kalian bicarakan" Biar kita juga ikut dengar!"
Pui Ie tertawa. "Dia bilang akan menangkapmu lalu mengukir gambar seekor kura-kura di wajahmu,"
katanya. "Kita jangan bercanda lagi. sekarang kita harus memikirkan hal-hal yang penting
terlebih dahulu," ujar Sou Cuan.
Tanpa menunda waktu lagi, dia memerintahkan tukang perahu untuk memindahkan
berbagai perbekalan dan ransum ke atas pulau tersebut semuanya dimasukkan ke
dalam sebuah goa. Siau Po langsung memuji. "Cici Cuan benar-benar teliti, Yang penting kita harus perhatikan barang-barang ini,
biar mereka yang mengangkatnya satu per satu. Dengan demikian mereka tidak bisa
melarikan perahu ini."
Belum lagi ucapan Siau Po selesai, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara Bam!
Bum! yang beruntun, seperti suara ledakan bom. Keenam orang itu terkejut setengah
mati, Mereka segera menoleh ke arah laut.
Tampak asap putih dan kabut memenuhi tengah-tengah Iautan. Di antara kabut itu
tampak dua buah kapal sedang melaju ke arah mereka.
"Celaka!" teriak Siau Po. "Si Raja Cilik mengutus orang untuk menangkapku!"
Terdengar lagi suara ledakan sebanyak dua kali. Ternyata memang suara meriam
yang ditembakkan dari atas kapal.
"Cepat kita kembali ke perahu untuk kabur!" kata Cin Ju.
"Layar sudah diturunkan, tidak sempat lagi kita memasangnya, Lebih baik kita
bersembunyi dan melihat perkembangannya!" ujar Sou Cuan. .
Di antara keenam orang itu, terkecuali Kian Leng kongcu, mereka rata-rata sudah
bisa menghadapi marabahaya, oleh karena itu mereka juga tidak merasa panik.
Terdengar Sou Cuan berkata kembali.
"Di mana pun kita bersembunyi pasti akan ditemukan oleh para tentara itu, sebaiknya
kita bersembunyi di goa atas bukit Tanjakannya berliku-liku, tentara-tentara itu hanya
dapat mendaki satu per satu. Pokoknya, ketemu satu kita bunuh satu. jangan memberi
harapan untuk mereka mendaki sekaligus."
"Betul, ini yang dinamakan sekali raih dua keuntungan," kata Siau Po.
Sou Cuan tersenyum. "Benar."
Tanpa dapat menahan lagi, Kian Leng Kongcu tertawa terbahak-bahak.
Siau Po mendelikkan matanya sambil membentak.
"Apa yang kau tertawakan?"
Kian Leng kongcu mencibirkan bibirnya.
"Tidak apa-apa, hanya pepatah yang kau ucapkan selalu mengandung arti yang
dalam, Orang yang mendengarnya sampai merasa kagum sekali."
Sedikit banyaknya Siau Po mempunyai kecerdasan dibandingkan orang lain, dia
mengerti pasti ucapannya tadi tidak tepat pada tempatnya, Dengan menahan rasa
dongkol dia mendelik sekali lagi kepada Kian Leng Kongcu.
Keenam orang itu segera memasuki goa. Sou Cuan menebas ranting pohon di
sekitar tempat itu dan digunakannya untuk menutupi mulut goa agar bayangan mereka
tidak tampak jelas, Dari ceIah-celah ranting itu mereka dapat memandang ke luar.
Tampak kedua kapal itu berjalan beriringan, keduanya melaju ke arah pulau Tong
Sip to. Kapal yang di belakang tidak henti-hentinya menembakkan meriam ke arah
kapal yang depan, Namun tembakannya tidak jitu, hanya air di sekitar kapal yang depan
tampak melonjak-Ionjak karena ledakan meriam.
"Rupanya kapal yang di belakang sedang menembaki kapal yang ada di depannya,"
kata Siau Po. "Memang benar Tampaknya mereka sedang berperang," ujar Sou Cuan.
Wajah Siau Po langsung berseri-seri..
"Kalau begitu, kemungkinan kedua kapal itu bukan utusan si Raja cilik untuk
meringkus aku," katanya pula.
"Semoga saja demikian Tapi tujuan mereka sudah jelas pulau Tong Sip to ini. Kalau
sudah sampai, mereka pasti bertanya pada tukang perahu, dan dalam waktu sekejap
saja mereka pasti tahu siapa yang ada di atas pulau ini. Meskipun kita bisa mendahului
mereka membunuh si tukang perahu, tetap saja kita tidak mempunyai waktu cukup
untuk mengubur mayatnya," ujar Sou Cuan.
"Kenapa kapal yang di depan tidak membalas tembakan" Benar-benar tidak
berguna! Paling bagus kalau keduanya tembak-menembak. Kalau sama-sama kena
tembakan kan kapal mereka akan tenggelam, dengan demikian kita tidak perlu merasa
khawatir lagi," gerutu Siau Po.
Kapal yang di depan lebih kecil dibandingkan dengan kapal yang mengejar di
belakangnya, layarnya terkembang lebar karena hembusan angin, Maka itu lanjutnya
pun cepat sekali. Tiba-tiba kapal yang di belakang kembali menembakkan meriam, Kali ini telak
mengenai bagian geladak, dan dalam sekejap mata layar yang sedang berkembang
terbakar orang-orang yang ada di atas kapal itu terkejut setengah mati, demikian pula
dengan rombongan Siau Po. Tampak orang-orang yang di kapal depan itu segera
menurunkan sebuah sampan. Belasan orang melompat ke atas sampan dan langsung
mendayung sekuat tenaga. Sebetulnya jarak mereka dengan pulau Tong Sip to sudah dekat sekali, Tapi karena
di tepian airnya sangat dangkal, maka kapal yang ada di belakang tidak dapat maju Iagi.
Mereka juga menurunkan sampan untuk mengejar Bahkan mereka menurunkan lima
sampan sekaligus. Sungguh suatu pemandangan yang menegangkan Sampan yang di depan melarikan
diri, dan lima sampan yang di belakang mengejar dengan ketat. Tidak lama kemudian,
belasan orang yang ada di sampan sudah melompat turun ke daratan.
Mereka langsung celingak-celinguk untuk memeriksa keadaan di sekitarnya, atau
kemungkinan mereka sedang mencari jalan untuk melarikan diri.
Terdengar seseorang berseru.
"Sebelah sana lebih terlindung, kita kabur ke sebelah sana saja!"
Siau Po dapat mendengar suara orang yang berseru itu mirip sekali dengan suara
gurunya, Tan Kin Lam. Belasan orang itu segera berlari ke arah yang ditunjuk orang
tadi. Begitu mendekat, tampak salah satunya membawa pedang panjang, Dia berdiri
tegak sambil memberikan perintah, Siapa lagi kalau bukan Tan Kin Lam"
Siau Po senang sekali melihat kenyataan ini. dia segera menyibakkan ranting-ranting
yang menghalangi mulut goa lalu menghambur ke luar.
"Suhu! Suhu!" serunya.
Tan Kin Lam membalikkan tubuhnya, dia juga melihat Siau Po. Rasa terkejut dan
senang membaur jadi satu dalam hatinya.
"Siau Po, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyanya.
Siau Po menghambur mendekati Tan Kin Lam, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti, dan
wajahnya termangu-mangu. Di antara belasan orang itu, dia melihat seorang gadis
cantik jelita bak bidadari, yakni A Ko, pujaan hatinya.
"A Ko!" teriaknya keras-keras sambil berlari ke depan. Di belakang gadis itu berdiri
seseorang yakni The Kek Song, si pemuda tengil yang dibenci sekali oleh Siau Po.
Sebetulnya, sudah tidak heran lagi kalau di mana ada A Ko pasti ada The Kek Song,
Siau Po justru sedang kegirangan setengah mati dapat bertemu dengan A Ko, tapi
begitu melihat ada The Kek Song yang menyebalkan itu, hatinya seperti anjlok ke dasar
lautan, Karena itulah untuk sesaat dia sampai berdiri termangu-mangu.
"Siangkong!" panggil seseorang dari samping.
"Siangkong!" Terdengar pula suara seorang lainnya.
Tanpa sadar Siau Po menyahuti, tapi matanya tidak melirik sedikit pun.Dia hanya
memandangi A Ko dengan terkesima, Tiba-tiba terasa ada sebuah tangan yang lembut
memegang telapak tangan kanannya.
Tubuh Siau Po bergetar, dia menoleh, tampaklah seraut wajah yang manis namun
penuh dengan derai airmata dan sedang menatap kepadanya lekat-lekat Siapa lagi
kalau bukan Song Ji"
Siau Po merasa gembira sekali, dan langsung memeluk Song Ji erat-erat.
"Oh, Song Ji ku yang baik! Aku benar-benar rindu kepadamu!"
Hatinya merasa gembira bukan kepalang, kebahagiaan yang menyelimuti
sanubarinya seakan hampir meledak, Bahkan untuk sesaat A Ko pun tidak diingatnya
lagi. "Hong toako, Pang toako, kalian jaga di sini!" kata Tan Kin Lam.
Kedua anak buahnya itu segera menuruti perintahnya, Mereka mengeluarkan senjata
masing-masing dan berdiri di jalan setapak untuk berjaga-jaga.
Secara mendadak bertemu dengan begitu banyak orang yang dikenalnya, Siau Po
hanya dapat bertanya. "Bagaimana kalian bisa datang ke tempat ini?"
"Hong toaya mengajak aku mencari siangkong ke mana-mana, Dalam perjalanan,
kami bertemu dengan cong tocu. Akhirnya kami mendengar seIentingan bahwa
siangkong telah berlayar dengan perahu, karena itu... karena itu...." Saking
terharunya, tenggorokan Song Ji jadi tersendat, dia tidak sanggup meneruskan kata-katanya,
hatinya terlalu bahagia. Pada saat itu, kelima sampan yang mengejar tadi sudah mendarat Mereka beramairamai
melompat turun, Dari atas bukit Siau Po dan rombongannya dapat melihat bahwa
mereka adalah para tentara kerajaan, yang jumlahnya mencapai tujuh delapan puluhan
orang. Yang paling depan adalah seorang laki-laki yang membawa "golok panjang, Gerakan
tubuh laki-laki itu gesit sekali, tapi karena jaraknya terlalu jauh, wajahnya tidak
jelas terlihat. Orang itu memberi aba-aba kepada para tentara untuk berbagi diri menjadi
kelompok-kelompok. Sekelompok tentara berdiri tegak. Begitu pemimpin mereka menurunkan perintah,
mereka mengeluarkan setumpuk anak panah dari punggung masing-masing, lalu
mengarahkannya ke atas bukit.
"Semua tiarap!" seru Tan Kin Lam.
Dalam keadaan seperti ini, Siau Po tidak perlu menunggu perintah dari gurunya lagi,
Begitu melihat rombongan tentara itu melompat turun ke daratan, dia lalu
menyembunyikan kepalanya rendah-rendah di balik sebongkah batu besar.
Terdengar Panglima yang memimpin rombongan tentara itu berseru.
"Lepaskan panah!"
Dalam sekejap mata, anak-anak panah melesat ke arah rombongan Siau Po.
Meskipun bukit itu cukup tinggi, dan anak panah dilepas dari bawah bukit yang jaraknya
cukup jauh, tapi tenaga para tentara itu sungguh mengagumkan Luncuran anak panah
dapat mencapai tempat persembunyian Siau Po.
Kedua anak buah Tan Kin Lam yang menjaga di luar goa mengayunkan senjata di
tangan mereka ke sana ke mari untuk menangkis anak panah.
"Si Long, kau pengkhianat bangsa yang tidak tahu malu! Kalau kau memang berani,
naiklah ke sini dan duel dengan aku!" teriak Pang Ci Hoan.
- Rupanya pemimpin para tentara ini si Sie Long, Orang ini memang ahlinya kalau
soal perang atau mengepung musuh, -- pikir Siau Po dalam hati.
"Kalau kau memang bernyali, turunlah ke sini! Satu lawan satu, aku pasti tidak akan
mundur!" terdengar sahutan Sie Long.
"Baik!" teriak Pang Ci Hoan.
Baru saja dia hendak turun dari atas bukit, Tan Kin Lam sudah mencegahnya.
"Pang toako, kau jangan masuk perangkapnya, Orang itu licik sekali Kejahatan apa
pun sanggup dilakukannya."
Pang Ci Hoan langsung menghentikan langkahnya.
"Kau bilang tidak takut duel satu lawan satu, mengapa kau membawa lima buah
sampan.,., Mak-nya! Enam malah, sampan kami juga kalian rebut! Pengkhianat bau!
Kau menyuruh orang membawa sampan menuju kapalmu, tentunya kau ingin
menjemput anak buahmu yang lain bukan" Bukankah kau ingin mengambil keuntungan
dari jumlahmu yang jauh lebih banyak?" teriak Pang Ci Hoan kesal.
Sie Long tertawa. "Tan kunsu, Pang Tui tiong, ilmu silat kalian sangat tinggi! selamanya aku orang
marga Sie ini merasa kagum sekali! Pepatah mengatakan "Orang yang pandai pasti
bijaksana", sebaiknya kalian giring The kongcu turun ke mari serta menyerah! Kaisar
kami pasti akan menganuagerahkan kalian pangkat yang tinggi!" katanya.
Dulunya Sie Long adalah salah satu anak buah andalan The Seng Kong, Dia
bersama Tio Kim Bu, Kam Hui, Ma Sing, Liu Kok Kan disebut sebagai lima Jenderal
Harimau. Tan Kin Lam menjabat sebagai Kunsu, sedangkan Pang Ci Hoan, meskipun memiliki
ilmu yang tinggi, tapi otaknya kurang cerdas, dia diberi kedudukan sebagai komandan
tentara oleh The Seng Kong.
Mereka bertiga pernah bahu-membahu melawan musuh cukup lama, Mereka juga
sudah banyak mengalami berbagai penderitaan bersama-sama, Karena itulah sampai
sekarang dia masih menyebut Tan Kin Lam serta Pang Ci Hoan dengan sebutannya
dulu. Meskipun jarak dari atas bukit ke bawah ada sekitar tujuh delapan depa, tapi karena
semangat Sie Long ber-kobar-kobar, maka suaranya dapat terdengar jelas sekali.
Wajah The Kek Song langsung berubah hebat, lalu dengan suara gemetar dia
berkata. "Pang suhu, jangan sekali-kali kau menyerah...!"
"Kongcu tidak perlu khawatir Selama orang marga Pang ini masih ada sedikit nafas,
dia pasti tidak akan menyerah." Sahut Pang Ci Hoan.
Sebetulnya Tan Kin Lam tahu bahwa Pang Ci Hoan juga sangat licik, beberapa kali
orang ini berusaha mencelakainya yang tentu saja tujuannya ingin mengangkat The Kek
Song sebagai Kuncu di masa yang akan datang.
Namun, pada saat ini dia mendengar suara Pang Ci Hoan yang tulus dan pantang
menyerah, maka timbul juga rasa hormat dalam hatinya.
"Peng toako, kita bahu-membahu mengadu jiwa, biar bagaimanapun kita harus
melindungi Ji kong-cu," katanya.
"Tentu saja sebawahanmu ini akan menuruti perintah Kunsu," sahut Pang Ci Hoan.
"Kalau sekarang Kunsu menunjukkan jasa yang besar, sepulangnya ke Taiwan nanti,
aku pasti akan memberi laporan kepada Hu ong, dan tentu Kunsu akan mendapat...
mendapat hadiah yang besar," ujar The Kek Song.
"lni adalah kewajiban kami sebagai hamba," sahut Tan Kin Lam sembari berjalan ke
tepi bukit untuk melihat situasi musuh.
Siau Po tertawa. "The kongcu, hadiah besar sih tidak perlu, Asal kau tidak berbalik muka dengan
tanpa perasaan dan berusaha menjatuhkan guruku, kami akan mengucapkan banyakbanyak
terima kasih kepadamu," katanya.
The Kek Song tidak berani banyak bicara, hanya matanya yang mendelik lebar-lebar
kepada Siau Po. Siau Po berkata kembali dengan suara lirih.
"Su ci, bagaimana kalau kita serahkan saja The kongcu kepada tentara itu?"
A Ko mendelik satu kali kepadanya.
"Setiap kali bertemu muka, ucapanmu pasti yang bukan-bukan. Mengapa kau suka
sekali menakut-nakutinya?"
Sekali lagi Siau Po tertawa.
"Di takut-takuti beberapa kali saja toh tidak apa-apa, jauh dari mati, seandainya mati
pun kan lebih bagus lagi!" katanya.
A Ko menarik nafas panjang, Tiba-tiba saja wajahnya merona merah, Kepalanya
ditundukkan dalam-dalam. "Kok kalian bisa bersama-sama?" tanya Siau Po kepada Song Ji.
"Tan Cong tocu mengajak Hong toaya dan aku berlayar mencarimu Aku ingat kau
pernah bercerita tentang pulau Tong Sip to, maka aku segera mengatakannya kepada
Cong tocu, Kami pun segera menuju ke mari untuk melihat-lihat, Di tengah perjalanan
kami melihat para tentara kerajaan mengejar The kongcu sambil menembakinya
dengan meriam, perahunya tenggelam, The kongcu sendiri terjun ke laut, kami
menolongnya lalu sama-sama ke mari, Terima kasih kepada langit dan bumi, akhirnya
kami berhasil menemukan siangkong juga." Berkata sampai di sini, kelopak mata Song


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ji memerah kembali. Siau Po menepuk-nepuk pundak gadis itu.
"Song Ji ku yang baik, selama ini, aku selalu terbayang padamu." Ucapannya kali ini
tidak bohong, Setiap hari, kalau tidak sepuluh kali, paling tidak ada delapan kali dia
memikirkan Song Ji dan A Ko. Malah kalau dihitung-hitung, ingatannya kepada Song Ji
lebih banyak. "Saudara-saudara sekalian, mumpung regu bantuan bangsa Tatcu belum datang,
kita terjang dan bunuh mereka terlebih dahulu, Kalau sampai keenam sampan itu
datang lagi ke sini, jumlah mereka jadi semakin banyak, pada saat itu tentu kita akan
kewalahan melawan mereka!" seru Tan Kin Lam.
Orang-orang yang ada di atas bukit itu menyatakan persetujuannya, Kali ini
rombongan dari Thian Te Hwee berjumlah belasan orang, pengawal The Kek Song ada
tiga orang, belum lagi yang ilmunya agak rendah ada delapan orang, Jadi jumlah
mereka cukup banyak juga.
"The kongcu, Tan kouwnio, Siau Po, Song Ji, kalian tinggal di sini! Yang lainnya ikut
aku menerjang ke bawah!" seru Tan Kin Lam. ia lalu mengayunkan pedang panjangnya,
dan mendahului yang lainnya menerjang ke bawah bukit.
Hong Cit Tiong dan belasan orang lainnya segera menyusul Terdengar suara
bentakan mereka yang lantang, Para tentara segera melepaskan anak panah, tapi
semuanya berhasil ditangkis oleh rombongan Tan Kin Lam.
Sebelumnya mereka berperang di atas lautan, Sie Long mempunyai kapal yang
perlengkapannya hebat. Terpaksa Tan Kin Lam dan yang lainnya mendiamkan saja.
Tapi sekarang mereka bertempur di daratan, Kecuali Sie Long sendiri, para tentara
yang lain tidak ada seorang pun yang berilmu tinggi.
Mana mungkin mereka sanggup menghadang rombongan Tan Kin Lam. Anak buah
Thian Te Hwee serta pengawal The Kek Song juga mempunyai ilmu silat yang lumayan,
Begitu mereka semua menerjang ke bawah, para tentara pun jadi kalang kabut.
"Su ci, Song Ji, kita juga turun ke bawah untuk membantu mereka melawan tentaratentara
itu!" ajak Siau Po. A Ko dan Song Ji segera menyetujui usul pemuda itu.
"Aku juga ikut!" seru The Kek Song, Tampak Siau Po telah menghunus pisau
belatinya. A Ko dan Song Ji juga sudah mengeluarkan senjata masing-masing. Mereka
bertiga segera menghambur ke bawah bukit.
Tadinya Kek Song mengikuti dari belakang, tapi baru beberapa tindak, dia segera
menghentikan langkahnya. Dalam hati dia berpikir,
-- Aku terlahir sebagai seorang pangeran, kenapa harus menempuh bahaya dengan
para hamba sahaya" Dengan membawa pikiran demikian, dia berteriak. "A Ko, kau tidak perlu pergi!"
A Ko tidak memperdulikan teriakannya, dia tetap berlari mengikuti Siau Po.
Walaupun ilmu silat Siau Po biasa-biasa saja, tapi dia mempunyai empat macam
pusaka, Begitu terjun ke arena pertempuran, keuntungan yang dapat diraih pihak Thian
Te Hwee semakin banyak, Empat pusaka" Apa saja" Yang pertama, pisau belatinya yang tajam, boleh dibilang
sulit dicari tandingannya di dunia ini. Kedua, baju mustikanya, Senjata apa pun tidak
mempan mengenai tubuhnya asal dia mengenakan baju mustika ini.
Ketiga, dia memiliki ilmu meringankan tubuh yang ajaib, Musuh tidak sanggup
mengejar dirinya, Keempat, ada Song Ji di sampingnya yang siap melindunginya
dengan pertaruhan jiwa. Dibandingkan dengan orang lain, keuntungannya sudah jelas jauh lebih banyak,
Malah kalau bertempur dengan jago berilmu tinggi, dengan adanya keempat macam
pusaka ini, boleh dibilang Siau Po tidak usah merasa takut lagi.
Paling tidak kedudukan mereka seimbang, Apalagi digunakan untuk melawan para
tentara kerajaan, dalam waktu singkat saja sudah ada beberapa tentara yang roboh di
tangannya, semangatnya semakin berkobar-kobar.
Para tentara lari pontang-panting menghadapi rombongan orang-orang Thian Te
Hwee, Tan Kim Lam berduel dengan Sie Long. Dalam waktu yang singkat sulit
diperkirakan siapa yang akan menang atau kalah.
Pang Ci Hoan dan Hong Ci Tiong menggerakkan senjata mereka seakan-akan
sedang menebas sayuran, Dalam waktu sekejap mata, sudah lima puluhan tentara
yang terluka dan mati. Para tentara yang terluka segera terjun ke dalam air. Mereka
sudah lama mendapat latihan untuk berperang di lautan, karena rata-rata dari mereka
jago berenang. Tanpa memperdulikan nasib kawan-kawannya yang lain, mereka
segera menghambur berenang ke arah kapal.
Di pihak Thian Te Hwee, sudah ada dua orang yang mati dan satunya terluka,
sisanya mengepung Sie Liong.
Golok di tangan Sie Long menebas ke sana ke mari, Meskipun dirinya terancam
bahaya besar, tapi ketenangannya sungguh mengagumkan Dia tidak memperlihatkan
rasa jeri sedikit pun. Bagian 84 "Sie Ciangkun! Kalau kau tidak mau melemparkan golokmu dan menyerah dalam
sekejap mata kau bisa jadi bola daging!" teriak Siau Po.
Sie Long memusatkan perhatiannya kepada pertempuran yang sedang berlangsung,
maka tidak memperdulikan ucapan orang-orang disekitarnya.
Pertarungan berlangsung dengan seru. Terdengar Tan Kin Lam bersiul panjang,
sekaligus melancarkan tiga buah serangan. Pada serangan ketiga, pedangnya sudah
saling menempel dengan golok Sie Long. Tampak tangannya bergetar karena
mengerahkan tenaga dalam Mendadak Sie Long mendengus keras, dan diluncurkan
pedangnya ke depan dan tepat mengancam tenggorokkan Sie Long.
"Bagaimana sekarang?" bentak Tan Kim lam.
Sie Long marah sekali. "Kau toh sudah menang, mau membunuhku silahkan! Apa yang harus kukatakan
lagi?" "Sampai saat ini kau masih menganggap dirimu sebagai seorang laki-laki sejati" Kau
pernah mengkhianati atasanmu, dan pernah menjual temanmu sendiri! Apakah seorang
laki-laki sejati akan melakukan hal-hal seperti itu?" tanya Tan Kin Lam.
Tiba-tiba tubuh Sie Long mencelat lalu menggelinding di atas tanah, Gerakannya
sungguh tepat, lalu mengirimkan sebuah tendangan ke arah paha Tan Kin Lam.
Tam Kin Lam mengerahkan pedang di tangannya lurus ke samping bawah untuk
melindungi pahanya, Apabila Sie Long berkeras menendang pahanya, kakinya pasti
tidak akan luput dari tebasan pedang di tangan Tan Kin Lam.
Dengan nekat Sie Long menahan gerakan kakinya, kedua telapak tangannya
menumpu di atas tanah, lalu bersalto ke belakang sebanyak dua kali, Namun ketika dia
berhasil berdiri tegak kembali, sekali lagi pedang di tangan Tan Kin Lam mengancam
tenggorokannya. Hati Sie Long dingin seketika. Dia sadar bahwa dirinya masih bukan tandingan Tan
Kin Lam. Tiba-tiba dia mengajukan pertanyaan.
"Kunsu, bagaimana perlakuan Kok Seng Ya terhadapku?"
Pertanyaan yang diajukannya kali ini benar-benar di luar dugaan Tan Kin Lam. Saat
itu juga, budi dan dendam yang pernah ada antara The Seng Kong dan Sie Long
membayang di depan pelupuk matanya, Akhirnya dia menarik nafas panjang.
"Kalau dikatakan secara terus terang, Kok Seng Ya pun pernah berbuat kesalahan
terhadapmu, tapi kita semua juga pernah menerima budi besar Kok Seng Ya. Apabila
sesekali kita menerima hinaan, apa pula yang dapat kita katakan?"
"Apakah aku harus mati penasaran seperti halnya Yok Hui?" tanya Sie Long.
Tan Kin Lam segera menyahut dengan suara tajam.
"Meskipun kau tidak bisa berbuat seperti Yok Hui, tapi perbuatanmu juga tidak benar,
Kau berhasil melarikan diri dengan selamat, ya sudah. sebagai seorang laki-laki sejati,
mana boleh kau menjual bangsamu sendiri dan mengangkat bangsa Tat-cu sebagai
majikanmu" Seorang pengkhianat lebih rendah dari seekor anjing maupun babi di mata
kami!" "Apa kesalahan kedua orang tua, istri saudara dan anak-anakku" Mengapa Kok
Seng Ya harus menghukum mati mereka semua" Dia telah membunuh keluargaku,
maka dari itu, aku pun ingin membunuh seluruh keluarganya untuk membalas dendam!"
teriak Sie Long. "Balas dendam adalah urusan kecil, sedangkan jadi pengkhianat adalah urusan yang
maha besar Kalau sekarang aku membunuhmu, aku ingin tahu apakah arwahmu masih
mempunyai muka bila bertemu dengan Kok Seng Ya!"
Sie Long menegakkan kepalanya.
"Kalau memang mau membunuhku, silahkan! Kemungkinan Kok Seng Ya yang tidak
mempunyai muka untuk bertemu denganku, bukan aku yang tidak mempunyai muka
untuk bertemu dengannya!" sahut Sie Long.
"Ternyata sampai saat ini kau belum sadar juga!" kata Tan Kin Lam dengan suara
tajam. Rasanya dia ingin menghunjamkan ujung pedangnya ke tenggorokan Sie Long, tapi
tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya pernah bahu-membahu dengan orang ini melawan
musuh, Pada saat itu, tanpa rasa takut sedikit pun Sie Long yang dalam keadaan
tubuhnya penuh dengan luka, menghadang di depan The Kek Song. Kalau dibayangkan
kembali, jasa orang ini sebetulnya tidak kecil.
Kalau tidak ada kejadian dengan Tong Hujin, orang ini sampai sekarang pasti masih
menjadi salah satu Jenderal andalan pihak Taiwan, Meskipun akhirnya dia memihak
kepada musuh, namun sekeluarganya telah dihukum mati sebagai tebusan atas dosadosanya,
sebetulnya Sie Long ini patut dikasihani juga.
"Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi, mulai sekarang kau harus bertobat!
Akuilah kesalahanmu dan kembalilah ke Taiwan! Gunakan tenagamu untuk mendirikan
jasa sebagai balasan dosamu. seandainya kau berhasil mendirikan jasa besar, rasanya
masih belum terlambat untuk menganggapmu sebagai seorang laki-laki sejati, Saudara
Sie, dengan setulus hati aku menasehatimu, sadar-lah!" katanya kemudian.
Sie Long menundukkan kepalanya, wajahnya menunjukkan perasaan malu.
"Apabila aku kembali lagi ke Taiwan, bukankah aku akan dianggap sebagai manusia
rendah yang tidak punya keyakinan?"
Tan Kin Lam menyarungkan pedangnya, lalu menghampiri Sie Long untuk menjabat
tangannya. "Saudara Sie, bagi seorang manusia, yang paling utama adalah budi dan jiwa
besarnya, Asal sejak sekarang kau bersetia kepada negara dan bangsa, tidak ada
seorang pun yang akan menertawakan kecerobohanmu di masa lalu, Bahkan Kwan
Ongya sendiri, di jaman dulu pun pernah melakukan kesalahan."
Tiba-tiba di belakangnya ada seseorang yang menukas.
"Orang ini mengatakan bahwa kakekku telah membunuh seluruh keluarganya,
negara Taiwan kami tentu tidak dapat menerimanya lagi. sebaiknya kau bunuh saja dia
secepatnya." Tan Kin Lam menolehkan kepalanya, ternyata yang berbicara barusan ialah The Kek
Song. "Ji kongcu, Sie Ciangkun adalah seorang ahli peperangan, boleh dikatakan tidak ada
seorang pun anak buah Kok Seng Ya yang dapat menandinginya, Apabila dia bersedia
kembali ke kita, justru merupakan keuntungan besar di pihak kita. Kita harus
mementingkan negara daripada dendam pribadi Apa yang sudah terjadi janganlah
diingat lagi," sahut Tan Kin Lam.
The Kek Song tertawa dingin.
"Huh! seandainya orang ini kembali ke Taiwan dan menjabat kembali kedudukannya
sebagai Jenderal, mungkinkah dia membiarkan kami sekeluarga tanpa memikirkan
dendamnya?" "Asal Sie Ciangkun bersedia mengucapkan sumpah berat, aku akan
mempertaruhkan seluruh keluargaku bahwa dia akan setia," sahut Tan Kin Lam.
"Kalau dia sudah berhasil membasmi kami sekeluarga, apakah keluarga Tan kalian
sanggup menggantikan nyawa kami" Lagipula, keluarga The adalah milik kami, tidak
ada hubungannya dengan keluarga Tan kalian!" kata The Kek Song sekali lagi dengan
nada dingin. Saking kesalnya, kaki dan tangan Tan Kin Lam sampai keluar keringat dingin,
Dipaksakannya dirinya untuk menahan emosi, Baru saja dia ingin berbicara, tiba-tiba
Sie Long sudah mencelat sejauh mungkin sambil berseru.
"Kunsu, rasa solidaritasmu terhadap saudaramu ini dalam sekali, Adikmu ini tidak
akan melupakannya, Tapi, maaf, adikmu ini tidak sudi menjadi hamba keluarga The
lagi...." "Saudara Sie, kembalilah!" teriak Tan Kin Lam. "Ada kata-kata...." Tiba-tiba
punggungnya terasa nyeri, Sebatang pedang telah menembus dari belakang
punggungnya sampai ke dada.
Tikaman ini dilakukan oleh The Kek Song secara membokong, Padahal melihat ilmu
silat yang dimiliki oleh Tan Kin Lam, sepuluh orang The Kek Song pun belum sanggup
membunuhnya, justru karena melihat ada tanda-tanda bahwa Sie Long akan
menyerahkan diri, Tan Kin Lam pun berusaha membujuknya, tidak tahunya kata-kata
The Kek Song yang menusuk malah membuat orang itu kabur Tan Kin Lam masih
berusaha memanggilnya kembali, hal ini karena dia menyayangkan bakat Sie Long.
Tidak disangka-sangkanya The Kek Song yang berdiri di belakangnya bisa
menurunkan tangan beracun.
Pada waktu dulu, ketika The Kek Song berhasil menduduki Taiwan, dia mengutus
puteranya The Keng untuk menjaga di Kim Bun dan Sia Bun. The Keng seorang ahli
strategi, sayangnya suka berfoya-foya. Dia malah berzinah dengan salah seorang inang
pengasuhnya sehingga sempat mendapatkan seorang anak.
Di saat The Seng Kong mengetahui hal ini, dia marah bukan main, Diutusnya
beberapa orang andalannya ke Kim Bun untuk membunuh The Keng. Orang-orang
utusannya menganggap The Seng Kong tidak bersungguh sungguh, apabila sudah
lewat beberapa lama, dia pasti akan menyesali perintahnya.
Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang bersedia melaksanakan tugas itu.
Kejadian ini membuat The Seng Kong semakin marah. Tidak lama kemudian, dia jatuh
sakit dan meninggal Usianya tiga puluh sembilan tahun.
Para panglima dan Jenderal di Taiwan segera mengadakan perundingan, akhirnya
mereka memilih adik The Seng Kong, The Long menjadi pemimpin The Keng pun
kembali ke Taiwan, dia menuntut haknya sebagai Raja. istri The Seng Kong, yakni Tong
Hujin merasa seluruh bencana yang di alami keluarganya justru dimulai sejak The Keng
berzinah dengan inang pengasuhnya.
Maka dari itu, ketika The Keng menyatakan ingin mengangkat anaknya sebagai
pengganti Raja Taiwan kelak, dialah yang paling tidak setuju, Dia benci sekali terhadap
anak haram The Keng. Dengan segala upaya, dia berharap cucunya yang satu lagi,
yakni Kek Songlah yang kelak akan menggantikan kedudukan kakeknya.
The Keng tidak sudi menuruti perkataan ibunya, Tan Kin Lam sendiri selamanya
sangat setia terhadap The Keng. Apalagi anak perempuannya diambil sebagai istri oleh
anak pertama The Keng, Akhirnya Tong Hujin dan Pang Ci Hoan serta yang lainnya
mengadakan pertemuan rahasia.
Mereka merundingkan rencana secara diam-diam. Mereka sadar, agar Kek Song
dapat tercapai cita-citanya seperti yang mereka idam-idamkan, maka pertama-tama
mereka harus membunuh Tan Kin Lam, jangan sampai orang ini menggagalkan
rencana mereka kelak. Itulah sebabnya, berulang kali mereka berusaha mencelakai Tan Kin Lam, namun
selalu gagal Tanpa disangka-sangka, Tan Kin Lam sendiri yang menyelamatkan The
Kek Song malah mati di tangan orang ini pula.
Baru saja Pang Ci Hoan berniat mengejar Sie Long, mendadak dia melihat Siau Po
menghunus belatinya yang tajam untuk menyerang The Kek Song.
Pang Ci Hoan segera membalikkan tubuhnya menangkis serangan itu, Terdengarlah
suara Traak!! tahu-tahu pedangnya telah terkutung menjadi dua bagian.
Namun karena tenaga dalamnya sudah tinggi sekali, getarannya saja sanggup
membuat pisau belati di tangan Siau Po terpental Dalam waktu yang bersamaan, Pang
Ci Hoan juga mengirimkan tendangannya, Tubuh Siau Po sampai terpelanting jatuh.
Baru saja dia berniat mengirimkan serangan susulan, Song Ji sudah menghadang di
depannya, Hong Ci Tiong dan dua orang anggota Thian Te hwee lainnya juga ikut
menyerang. Dengan memaksakan diri, Siau Po merangkak bangun, Dipungutnya pisau belati
yang terpental tadi, lalu dengan seruan meratap dia berteriak.
"Orang ini telah membunuh Cong tocu kita. Mari kita adu jiwa dengannya!" Tanpa
menunda waktu, dia menerjang kembali ke arah The Kek Song.
Kek Song menggeser tubuhnya untuk menghindar pedangnya dibalikkan dan
mengancam di belakang kepala Siau Po. ilmu silat The Kek Song memang jauh lebih
tinggi dari pada pemuda itu, Tampaknya Siau Po akan mendapat kesulitan untuk
menghindarkan diri, tapi tiba-tiba ada sebatang golok yang menyambar dari sebelah
kanannya. Kek Song terpaksa menarik kembali serangannya, Dalam waktu yang
bersamaan, dia mendengar suara bentakan.
"Jangan lukai adik seperguruanku!" Rupanya A Ko yang menyerangnya barusan,
Dua orang anak murid Thian Te Hwee pun ikut menyerang The Kek Song.
Dengan seorang diri, Pang Ci Hoan melawan Hong Ci Tiong, Song Ji dan dua anak
murid Thian Te Hwee lainnya, ilmu silat orang ini memang tinggi sekali, Meskipun
dikeroyok empat orang, dia sama sekali tidak merasa kewalahan, bahkan masih sempat
menghantamkan sebuah pukulan kepada salah seorang anak murid Thian Te Hwee
sehingga muntah darah dan mati seketika.
Tiba-tiba dia mendengar suara jeritan Kek Song, Tanpa berpikir panjang dia
meninggalkan lawan-lawannya untuk membantu Kek Song, Begitu sampai di samping
majikannya, kembali salah seorang anak murid Thian Te Hwee mati di tangannya.
Dia sadar, begitu Tan Kin Lam mati, orang-orang Thian Te Hwee pasti menganggap
Siau Po sebagai pimpinannya, Agar dapat menguasai orang-orang Thian Te Hwee,
pertama-tama dia harus membunuh si setan cilik itu dulu, Olah karena itu, dengan keji
dia mengirimkan sebuah pukulan ke atas kepala Siau Po.
"Siangkong, cepat lari!" teriak Song Ji sambil menghambur ke bagian punggung


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pang Ci Hoan. "Kau sendiri harus hati-hati!" sahut Siau Po sambil mengambil langkah seribu.
"Dalam hati pun, kita harus melindungi Ji kong-cu," katanya.
Peng Ci Hoan berpikir. -- Ka!au aku mengejar setan cilik itu, tentu tidak ada orang yang melindungi Kongcu Diulurkannya lengan kirinya untuk meraih pinggang Kek Song kemudian tetap mengejar
ke arah Siau Po. Meskipun dia sedang menggendong seseorang, langkah kakinya tetap saja lebih
cepat dari langkah Siau Po.
Siau Po menolehkan kepalanya, ia terkejut setengah mati, Tangannya sudah terulur
untuk menekan tombol senjata rahasia, tapi. dengan demikian, langkah kakinya pasti
tertunda sebentar sedangkan gerakan kaki Pang Ci Hoan begitu cepat perbedaan
waktu yang sekian detik saja kemungkinan dapat membuat batok kepalanya pecah.
Berpikir demikian, dia membatalkan niatnya. Akhirnya dia mengerahkan ilmu langkah
ajaib-nya untuk menghindarkan diri dari serangan Pang Ci Hoan,
Kali ini Pang Ci Hoan terlalu kencang mengejarnya, hampir saja ia tidak sanggup
menghentikan langkah kakinya, Ketika melihat Siau Po sudah lari ke arah lain, dia
segera menahan langkahnya dan mengejar ke arah si pemuda.
"Awas, arwah guruku datang mengejar! Dia akan memegang kepalamu!" teriak Siau
Po. Bisa berteriak beberapa patah saja, Siau Po sudah lega, namun saat itu Pang Ci
Hoan malah sudah bertambah dekat Di belakangnya, Song Ji dan Hong Ci Tiong tetap
mengejar dengan ketat Mereka berharap dapat menghajar mati Pang Ci Hoan.
Siau Po berlari ke sana ke mari. Langkahnya benar-benar ajaib, Meskipun berusaha
mengejar, tapi Pang Ci Hoan tetap tidak berhasil Apalagi ia menggendong seseorang,
langkahnya jadi kurang leluasa, Ditambah pula ada dua orang yang mengejarnya dari
belakang. Setelah berlari-larian sekian Iama, Siau Po mulai letih, dan nafasnya pun
tersengalsengal Dalam keadaan gugup tanpa sadar, dia berlari ke atas bukit.
Pang Ci Hoan merasa senang melihatnya. Dalam hati dia berpikir bahwa bocah itu
mencari mati sendiri Sejak tadi dia sudah melihat jalan menuju ke atas bukit itu hanya
jalan setapak yang sempit sedangkan di kanan kirinya terdapat jurang, jalan mundurpun
tidak ada. Karena itu, dia jadi mengejar Siau Po dengan ayal-ayalan, tidak perlu tergesa-gesa
pikirnya, Yang celaka justru Siau Po. Di jalanan setapak yang sempit dan menanjak
seperti ini, ilmu langkah ajaibnya sama sekali tidak dapat dikerahkan sedangkan jarak
antara Pang Ci Hoan dengan dirinya semakin dekat.
Siau Po hanya dapat berteriak-teriak,
"Hei, istri tua, istri tengah, istri muda, istri kecil, kalau kalian tidak cepat-cepat
memberikan bantuan, sebentar lagi kalian pasti jadi janda!"
Dia terus berlari ke atas bukit, sedangkan para wanita yang ada di atas bukit
sebetulnya sudah melihatnya sejak tadi, Sou Cuan sendiri sudah melihat kalau Pang Ci
Hoan berlari sambil menggendong seseorang, tapi langkah kakinya cepat sekali.
Dari kenyataan ini saja dia sudah dapat menduga bahwa ilmu silat Pang Ci Hoan
tinggi sekali, mungkin hanya kalah satu tingkat bila dibandingkan dengan Hong Kaucu,
Karena itu, dia sudah bersiap-siap dengan goloknya di tepi bukit Begitu Pang Ci Hoan
sampai di atas, dia akan menebasnya dengan golok itu.
Pang Ci Hoan yang mendengar Siau Po berkaok-kaok barusan hanya mengira kalau
bocah itu sedang mengecohnya, Dia sama sekali tidak menyangka di atas bukit ada
banyak orang, Maka dari itu, ketika sampai di atas dan mendapat serangan dari Sou
Cuan, dia terkejut setengah mati.
Apalagi gerakan yang dilancarkan wanita itu dahsyat sekali, Dalam keadaan
terperanjat tubuhnya terhuyung-huyung, tapi dia sempat menyurut mundur satu
langkah, menyusul kaki kirinya mengirimkan sebuah tendangan sambil membentak
keras. Tendangannya telak mengenai pergelangan tangan Sou Cuan sehingga goloknya
terlepas dan melayang ke udara.
Sedangkan Siau Po yang cerdik memang sudah menunggu saat ini. Di saat Pang Ci
Hoan kelabakan membalas serangan Sou Cuan, dia sudah berdiri dengan mantap,
Senjata rahasia diarahkan kepada kedua musuhnya.
Sekali tekan, berpuluh-puluh batang senjata rahasia meluncur ke depan. Beberapa di
antaranya menancap di tubuh Pang Ci Hoan dan The Kek Song.
Pang Ci Hoan meraung histeris, dan cekalan tangannya pada pinggang Kek Song
otomatis terlepas. Tubuh kedua orang itu menggelinding turun ke bawah bukit Pada
saat itu, Song Ji dan Hong Ci Tiong sudah mengejar sampai pertengahan bukit. Melihat
kedua sosok tubuh itu menggelinding ke bawah dengan cepat, mereka segera
menjejakkan kakinya serta melayang ke tengah udara untuk menghindar.
Pendekar Panji Sakti 9 Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Pedang Asmara 10
^