Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 37

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 37


Tadi, waktu menawan Soe hwee liong, Boe Kie sudah
bercuriga, sebab orang itu ternyata tak punya kepandaian
tinggi yang sesuai kedudukannya. Kecurigaannya jadi
makin lebih besar karena melihat orang itu tak punya
pendirian dan selalu menurut perkataan Tan Yoe Liang.
Maka itu, begitu mendengar perkataan si baju kuning yang
menamakan orang itu sebagai "penipu yang menyamar
sebagai Soe pangcoe", ia tidak bersangsi lagi. Ia
mengangguk dan lalu melompat ke arah Soe hwee liong.
Soe hwee liong meninju dengan pukulan Tiong tian pauw.
Boe Kie tertawa terbahak bahak.
"Apa ini Hang liong Sip pat ciang?" teriaknya seraya
mencengkeram baju di dada Soe Hwee liong yang lalu
diangkat tinggi tinggi. Tan Yoe Liang tahu, bahwa ia bukan
tandingan Boe Kie. Tanpa mengeluarkan sepatah kata ia
mundur dan menghilang di antara para pengemis.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong konyong si nona cilik menangis keras. Ia
menubruk dan mencengkeram baju Soe hwee liong, dan
bagaikan kalap memukulnya berulang ulang. "Binatang!"
teriaknya. Kau sudah membinasakan ayahku! Kau
membunuh ayahku! Aku akan cincang badanmu!" Ia
menjambret rambut Soe hwee liong dan" rambut itu
terlepas dan terlihatlah kepala yang gundul.
Rambut palsu! Dengan punggung ditekan Boe Kie, orang itu tidak
berdaya. Si nona cilik terus memukul. Beberapa tinju
menimpa hidungnya, tapi hidung itu tidak mengeluarkan
darah. Hidungnya juga hidung palsu!
Para pengemis lantas saja berteriak-teriak.
"Siapa kau?" tanya yang satu.
"Binatang! Mengapa kau berani menyamar sebagai Soe
pangcoe?" caci yang lain.
"Dimana Soe pangcoe?" dan sebagainya.
Sambil tersenyum Boe Kie mengangkat tubuh orang itu
tinggi tinggi yang kemudian dibanting ke lantai. Dia
berteriak kesakitan dan tidak bisa bangun lagi. Ia merasa
bahwa urusan itu adalah urusan pribadi Kay pang yang
harus diselesaikan oleh orang orang Kay pang sendiri.
Ciang pang Liong tauw yang berangasan lantas saja
mengirim tinju delapan gaplokan ke pipi si penipu yang
lantas saja menjadi bengkak.
"Bukan aku!?" ia sesambat. "Aku" aku diperintah oleh
Tan" Tan" Tiangloo!..."
Cie hoat Tiangloo terkejut, "Mana Tan Yoe Liang?"
tanyanya. Tapi Tan Yoe Liang tak kelihatan mata hidungnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu dia lihat gelagat jelek, begitu dia kabur.
"Kejar!" bentak Cie hoat Tiangloo. Beberapa murid
tujuh karung lantas saja mengiakan dan berlari lari keluar
dari gedung itu untuk mencari manusia yang kabur itu.
"Bangsat!" caci Ciang pang Liong tauw. "Sungguh
penasaran aku musti berlutut di hadapanmu dan memanggil
kau sebagai Soe pangcoe." Ia mengangkat tangannya dan
mau menggapelok lagi. "Pang Heng tee, tahan!" cegah Cie hoat Tiang loo.
"Kalau dia mati, kita sukar mencari keterangan." Ia
memutar badan dan berkata kepada si baju kuning sambil
merangkap kedua tangannya. "Kalau tak mendapat
petunjuk Kouwnio, sampai sekarang kami masih dikelabui
oleh manusia itu. Bolehkah kami mendapat tahu she dan
nama Kouwnio yang harum" Seluruh Kaypang sangat
berhutang budi kepada Kouwnio."
Si nona tertawa tawar dan berkata, "Aku sudah biasa
hidup di gunung dan tak pernah berhubungan dengan dunia
luar. Aku sendiri sudah lupa she dan namaku. Tapi apakah
benar-benar di antara kalian tiada yang mengenali adik
ini?" Semua pengemis lantas saja mengawasi si gadis cilik.
Tiba-tiba Coan kang Tiangloo maju beberapa tindak dan
berkata dengan suara parau. "Dia" dia" seperti Soe
pangcoe Hoejin.. apa"apa?"
"Benar," kata si baju kuning. "Dia Soe Hong Sek, puteri
tunggal dari Soe Hwee Liong Pangcoe. Waktu menghadapi
kebinasaan Soe Pangcoe telah memerintahkan murid
kepalanya, Ong Siauw Thian untuk membawa lari anak itu
dan Tah Kauw pang mencari aku supaya di kemudian hari
sakit hatinya bisa dibalas. Hanya sayang sebab terluka berat
dalam pertempuran, jiwa Ong Siauw Thian tak dapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditolong. Tapi ia sedikitnya sudah bisa mengantarkan Hong
Sek kepadaku." "Kouw" kouw" nio," kata Coan kang Tiang loo suara
terputus-putus. "Kau kata Soe Pangco sudah meninggal
dunia?" Bagaimana matinya Soe Pangcoe?"
* * * * * Pada dua puluh tahun lebih yang lalu, karena tenaga
dalamnya tidak mencukupi dalam latihan Hang liong Sip
pat ciang, badan Soe Hwee liong lumpuh separoh dan tidak
bisa menggerakkan kedua lengannya. Dengan mengajak
isterinya, ia pergi ke gunung gunung untuk mencari obat
dan menyerahkan urusan Kay pang kepada Coan kang dan
Cie hoat Tiangloo, Ciang poen dan Ciang pang Liong tauw.
Karena kekurangan seorang pemimpin yang pandai dan
keempat tetua itu hanya mengurus bidang masing-masing
dan tidak bekerja sesama keras, maka kian lama Kay pang
yang besar jadi kian lemah.
Waktu Pangcoe palsu mendadak muncul, murid-murid
yang berusia muda tentu saja tidak mengenalnya, sedang
para tetua juga kena dikelabui sebab mereka sudah
berpisahan selama bertahun-tahun dan muka si penipu
memang sangat mirip dengan muka Soe Pangcoe.
* * * * * Si baju kuning menghela napas dan berkata dengan suara
perlahan. "Soe Pangcoe binasa dalam tangan Hoen goan
Pek lek chioe Seng Koen!"
"Hah!" Boe Kie mengeluarkan seruan tertahan. Dalam
pertempuran di Kong beng teng, dengan mata sendiri ia
menyaksikan bagaimana Seng Koen dipukul mati oleh
pamannya. Maka itu, ia lantas saja bertanya. "Kouwnio,
lagi kapan Soe Pangcu dibinasakan?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahun yang lalu, tanggal enam bulan sepuluh,"
jawabnya. "Sampai sekarang sudah dua bulan lebih."
"Heran sungguh!" kata pula Boe Kie. "Cara bagaimana
Kouwnio tahu bahwa yang turunkan tangan jahat adalah
bangsat Seng Koen?" "Ong Siauw Thian yang memberitahukan kepadaku,"
jawabnya. "Ong Siauw Thian mengatakan, bahwa Soe
Pangcoe telah beradu tangan dua belas kali dengan seorang
kakek. Kakek ini muntah darah dan lari. Soe Pangcoe pun
mendapat luka di dalam dan ia tahu lukanya tak dapat
disembuhkan laagi. Ia menduga, bahwa tiga hari kemudian,
sesudah sembuh, si kakek akan menyateroni lagi. Maka itu
ia segera memberi pesanan terakhir kepada Ong Siauw
Thian dan memberitahukan, bahwa musuh itu adalah Hoe
goan Pek lek Thioe Seng Koen. Pada waktu itu lumpuhnya
Soe pangcoe sudah hampir sembuh. Ia memiliki dua belas
pukulan dari Hang liong Sip pat ciang dan di dalam dunia,
ia sudah jarang tandingan. Dalam pertempuran melawan
Seng Koen, ia sudah menggunakan kedua belas pukulan itu
dan sesudah itu, ia tidak bisa menyelamatkan diri lagi dari
tangan jahatnya musuh." Mendengar itu Soe Hong Sek
menangis lagi. Dengan paras muka berduka Coan kang Tiang loo
mengeluarkan sapu tangannya yang kotor dan menyusut air
mata si nona. "Siauw sumoay," katanya. "Sakit hati
Pangcoe adalah sakit hati berlaksa murid Kay pang. Kami
akan membekuk Seng Koen dan mencincang badannya jadi
laksaan potong. Kami pasti akan membalas sakit hati
mendiang ayahmu. Tapi dimanakah adanya ibumu?"
"Ibu sedang berobat ke rumah Yo Cie ci," jawabnya
sambil mengunjuk si baju kuning. Sekarang baru orang tahu
bahwa gadis itu seorang she Yo.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Soe hoejin juga kena dipukul Seng Koen dan mendapat
luka yang sangat berat," kata si baju kuning sambil
menghela nafas. "Ia datang di rumahku sesudah melalui
perjalanan jauh dan sampai kini ia belum tersadar dari
pingsannya. Apa ia masih bisa ditolong" sukar dikatakan."
"Tapi" apa dosanya pangcoe, sehingga binatang Seng
Koen sudah menurunkan tangan jahatnya?" tanya Cie hoat
tiangloo dengan suara penasaran. "Sakit hati apa sudah
terjadi di antara mereka?"
"Menurut perasaan Soe pangcoe, ia sama sekali belum
pernah mengenal Seng Koen," menerangkan si baju kuning.
"Sama sekali tidak ada soal sakit hati. Sampai pada detik
terakhir, Soe pangcoe juga tak tahu sebab musababnya.
Menurut dugaan Soe pangcoe, mungkin sekali ada orang
Kay pang yang berbuat suatu kesalahan dan Seng Koen
mencari Soe pangcoe untuk membalas sakit hati."
Cie hoat menundukkan kepalanya. Sesudah berpikir
beberapa saat, ia berkata pula. "Untuk menyingkirkan diri
dari kejaran Cia Soen, selama beberapa puluh tahun Seng
Koen tidak pernah muncul dalam dunia Kang ouw. Mana
bisa jadi murid Kay pang kebentrok dengan dia" Dalam hal
ini mungkin terselip salah mengerti yang sangat hebat."
Ciang poen Liong tauw yang sedari tadi tak pernah
mengeluarkan sepatah kata, tiba2 mengambil sebatang
golok bengkok dan menandalkan senjata itu di lehernya si
penipu. "Binatang!" bentaknya. "Siapa namamu" Mengapa
kau menyamar sebagai Soe pangcoe" Lekas mengaku!
Kalau kau berdusta" huh" huh" Ia mengangkat
goloknya dan menyabet sebuah kursi yang lantas saja
terbelah dua. Dengan badan bergemetaran, si gundul berkata, "Aku"
aku" siauw jin Lay tauw goan Lauw Ngauw (Lauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ngauw, si kura-kura kepala buduk), salah seorang tauwbak
(kepala kelompok) perampok dari kawanan perampok di
Loan sek kang, kota Kay koan, propinsi Soa say. Apa mau,
waktu merampok, Siauwjin bertemu dengan Tan toaya dan
guru Tan toaya menendang Siauwjin sehingga roboh dan
selagi Tan toaya mengangkat pedangnya, siauwjin meminta
ampun. Setelah mengawasi siauwjin, tiba2 Tan Toaya
berkata, "Soe hoe, roman bangsat kecil ini mirip orang yang
kita temui kemarin dulu." Gurunya menggeleng-gelengkan
kepala dan berkata, "Huh..huh" lain, tidak sama. Usianya
tak cocok, hidungnya terlalu kecil, kepalanya gundul." Tan
toaya tertawa dan berkata, "Soe hoe jangan kuatir, teecu
mempunyai daya untuk mengubah itu semua." Tan toaya
lalu mengajak siauwjin ke sebuah rumah penginapan di Kay
koan. Ia menggunakan sek-ko untuk meninggikan hidung
Siauwjin dan memberi rambut palsu" sehingga siauwjin
beroman seperti sekarang. Para loya, andaikata siauwjin
punya nyali sebesar langit, siauwjin takkan berani
mempermalukan para looya. Siauwjin sudah melakukan ini
semua karena diperintah oleh Tan toaya. Jiwa anjing
siauwjin berada dalam tangannya. Siauwjin tidak berani
tidak menurut. Siauwjin mempunyai seorang ibu sudah
berusia delapan puluh tahun" siauwjin mohon para looya
sudi mengampuni jiwa anjing Siauwjin." Sehabis berkata
begitu, sambil berlutut ia manggut manggutkan kepalanya.
Cie hoat Tiangloo mengerutkan alisnya. Tan Yoe Liang
murid Siauw lim pay dan gurunya pendeta Siauw lim sie,"
katanya. "Apa dia mempunyai lain guru?"
Pertanyaan itu menyadarkan Boe Kie. "Benar," ia
menyambungi. "Seng Koen adalah gurunya." Ia lalu
memberi tahu, bahwa dengan menggunakan nama Goan
tin, Seng Koen masuk ke Siauw lim sie dan berguru kepada
pendeta suci Kong kian. Selanjutnya ia menceritakan cara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana di waktu kecil ia pernah dicelakakan oleh Goan
tin di dalam kuil Siauw lim sie, cara bagaimana Goan tin
turut menyerang Kong beng teng dan akhirnya binasa
dalam tangan pamannya, In Ya Ong. Ia menambahkan,
bahwa memang benar mayat Goan tin sekonyong konyong
hilang. "Kalau begitu, kita boleh tak usah bersangsi lagi, bahwa
di waktu itu Seng Koen pura pura mati dan kemudian
kabur," kata Cie hoat Tiangloo.
"Tapi penjahat yang paling besar dan yang paling jadi
dalangnya adalah bangsat Tan Yoe Liang," kata Coan kang
Tiangloo. "Mereka berdua, guru dan murid, mempunyai
angan angan untuk merajai di kolong langit. Mereka
membunuh Soe pangcoe, menyuruh buaya kecil ini
menyamar sebagai Pangcoe, coba mempengaruhi Beng
kauw, berusaha untuk menguasai Siauw lim, Boe tong dan
Go Bie pay. Huh..huh..! Angan angan mereka benar benar
tak kecil" Eeh!" mana Song Ceng Soe?"
Ternyata pada waktu perhatian semua orang ditujukan
kepada Pangcoe tetiron, si baju kuning dan Soe Hong Sek,
diam diam Song Ceng Soe turut menghilang.
Sesudah rahasia kejahatan Tan Yoe Liang terbuka,
sambil menyoja si baju kuning, Coan kang Tiangloo
berkata, "Kouwnio telah membuang budi yang sangat besar
kepada Kay pang dan kami tak tahu cara bagaimana untuk
membalasnya." Si nona tertawa tawar. "Orang tuaku punya hubungan
erat dengan Pangcoe yang dulu," katanya. "Bantuan yang
tiada artinya ini tidak berharga untuk disebut sebut. Aku


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya mengharap kalian suka merawat baik ba ik adik Soe
ini." Ia membungkuk dan dengan berkelebat, ia sudah
berada di atas genteng. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kouwnio tunggu dulu!" teriak Coan kang tiangloo.
Hampir berbareng, empat wanita baju hitam dan empat
baju putih turun melompat ke atap gedung, diiringi dengan
suara khim dan seruling. Dalam sekejap suara tetabuhan itu
telah terdengar sayup sayup di tempat jauh dan kemudian
menghilang dari pendengaran. Dengan mulut ternganga
semua orang mengawasi ke atas genteng.
Sambil menuntun tangan Soe Hong Sek, Coan kang
Tiangloo berkata kepada Boe Kie. "Thio Kauwcoe, mari
masuk." Ia mempersilahkan Boe Kie berjalan lebih dahulu dan
tanpa sungkan2 Boe Kie segera bertindak masuk dengan
melewati dua baris pengemis yang berdiri sebagai pengawal
kehormatan. Setelah berduduk dengan Cie Jiak di
sampingnya, Boe Kie segera berkenalan dengan para tetua
Kay pang dan lalu menanyakan halnya Cia Soen.
"Coan Tiangloo," katanya. "Jika ayah angkatku, Kim
mo Say ong berada di tempat kalian, kuminta bertemu."
Coan kang tiangloo menghela nafas. "Karena perbuatan
bangsat Tan Yoe Liang, Kay pang mendapat malu besar
terhadap segenap orang gagah," katanya. "Memang benar,
waktu berada di Kwan gwa, Cia tayhiap dan Cioe kouwnio
diundang oleh kami. Ketika itu Cia Tayhiap sakit, ia selalu
di pembaringan. Kami belum pernah bertempur dengannya.
Belakangan aku membawa beliau ke gedung ini. Pada
malam yang lalu, Cia tayhiap telah membinasakan murid
murid kami yang menjaganya dan lalu kabur. Peti peti mati
para korban masih berada di belakang gedung ini dan
belum dikuburkan. Jika tak percaya, Thio Kauwcoe boleh
lihat dengan mata sendiri."
Mendengar keterangan yang diucapkan dengan sungguh
sungguh dan juga memang telah menyaksikan sendiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbinasanya beberapa murid Kay pang, Boe Kie segera
berkata, "Perkataan Coan Tiangloo tidak bisa tidak
dipercaya." Ia menundukkan kepala dan coba menebak nebak
kemana perginya sang ayah angkat. Dia ingat, bahwa pada
malam kaburnya Cia Soen, ia melihat bayangan seorang
wanita yang melompat turun dari atas tembok. Apakah
wanita itu si baju kuning" Mengingat itu, ia lantas menanya
Soe Hong Sek. "Tiauw moay moay, dimana rumah Yo
Ciecie" Apa dahulu memang telah mengenal dia?"
Si nona cilik menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak
pernah mengenal Yo Ciecie sebelum pertemuan di hari itu,"
jawabnya. "Sesudah mendapat pesanan Thia thia, dengan
membawa tongkat bambu ini Ong tiangloo membawa ibu
dan aku dengan naik kereta. Di tengah jalan aku bertemu
dengan orang jahat. Dalam pertempuran, Ong tiangloo
terluka. Beberapa hari kami naik kereta, naik gunung Ong
toako tidak bisa berjalan lagi dan merangkak di tanah.
Belakangan kami tiba di luar sebuah hutan. Ong tiangloo
berteriak teriak. Belakangan datang seorang ciecie kecil
yang memakai baju hitam. Belakangan datang Yo ciecie
yang berbicara lama dengan Ong toako dan meneliti
tongkat bambu ini. Belakangan Ong tiangloo mati dan ibu
pingsan. Yo ciecie lalu membawa aku ke kereta, bersama
sama delapan ciecie kecil yang memakai baju putih dan
baju hitam." Sebab masih kecil, keterangan Soe Hong Sek
tak terang dan Boe Kie tidak bisa mengorek sesuatu yang
diinginkan dari mulutnya.
Boe Kie menghela nafas dan untuk beberapa saat, semua
orang membungkam. Akhirnya Coan kang tiangloo berkata, "Thio Kauwcoe,
putera Han San Tong berbicara ayah masih berada di
tempat kami!" Ia lalu berbicara dengan seorang pengemis
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lantas masuk ke dalam dengan tindakan cepat.
Tak lama kemudian, terdengarlah cacian Han lim Jie.
"Pengemis, kau lagi lagi coba menipu tuan besarmu!"
teriaknya. Thio Kauwcoe seorang agung dan mulia. Mana
boleh jadi ia sudi datang di sarang kawanan pengemis bau"
Sudahlah! Lekas lekas kau hantarkan aku ke See tian (dunia
baka)! Segala akal bulusnya tidak dapat digunakan
terhadapku." Boe Kie merasa kagum. Di dalam hati ia memuji
pemuda itu, yang setia jujur dan bernyali besar. Buru buru
ia bangkit dan menyambut, "Han toako," katanya, "aku
berada di sini. Selama beberapa hari kau banyak
menderita." Melihat Boe Kie, Han Lim Jie terkesiap. Dengan
kegirangan yang meluap luap sedetik kemudian ia berlutut
dan berkata, "Thio Kauwcoe, benar benar kau berada di
sini!" bunuhlah pengemis pengemis bau itu!"
Sambil tertawa Boe Kie membangunkannya. "Han
toako," katanya dengan terharu. "Para tiangloo ditipu
orang dan sudah terjadi salah mengerti. Sekarang segala apa
sudah menjadi terang. Dengan memandang mukaku,
kuharap Han Toako sudi melupakan segala apa yang sudah
terjadi." Sesudah bangun berdiri dengan mata melotot Han Lim
Jie mengawasi para tokoh pengemis. Ia ingin mencaci
untuk melampiaskan rasa dongkolnya, tapi sesudah
mendengar perkataan Boe Kie, ia terpaksa menahan sabar.
"Thio kauwcoe," kata Cie hoat tiangloo. "Kunjunganmu
membikin terang muka partai kami. Kami ingin mengundang kalian dalam sebuah perjamuan sederhana
untuk menyambut Thio Kauwcoe dan menghaturkan maaf
kepada Kouwnio serta Han toako." Ia berpaling kepada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang murid dan berkata pula, "Lekas sediakan meja
perjamuan!" Murid itu lantas saja mengiakan.
Karena memikir ayah angkatnya dan ingin bicara banyak
dengan Cioe Cie Jiak, Boe Kie tak punya kegembiraan
untuk makan minum. Maka itu, sambil merangkap kedua
tangannya ia berkata, "Aku menghaturkan banyak terima
kasih atas undangan kalian. Tapi aku tak bisa membuang
buang waktu karena perlu mencari Gie hoe. Di lain hari aku
mau datang berkunjung pula. Kuharap kalian suka
memaafkan untuk penolakan ini."
Tapi Coan kang Tiangloo dan yang lain2 tidak mau
mengerti sehingga Boe Kie terpaksa juga menerima
undangan itu. Selagi makan minum, para tetua Kaypang
kembali menghaturkan maaf dan berjanji akan menyebar
murid murid Kaypang untuk bantu mencari Cia Soen.
Begitu lekas mendapat warta baik, mereka akan segera
melaporkan kepada Beng kauw, kata mereka. Untuk
kebaikan itu, Boe Kie menghaturkan banyak terima kasih.
Biarpun berkepandaian dan berkedudukan tinggi, ia
sedikitpun tidak mengunjuk kesombongan. Ia bahkan
sangat merendah, sehingga para pengemis merasa kagum
dan takluk. Sesudah bersantap, Boe Kie bertiga segera
berpamitan. Para pengemis mengantar mereka sampai
sepuluh li di luar kota Louw liong dan mereka berpisahan
dengan hati berat. Dengan menunggang kuda kuda hadiah Kay pang, Boe
Kie, Cie Jiak dan Han Lim Jie meneruskan perjalanan ke
selatan dengan mengambil jalan raya. Han Lim Jie berlaku
sangat hormat. Ia tidak berani merendengkan kudanya
dengan Boe Kie dan Cie Jiak dan hanya mengikuti dari
belakang. Di sepanjang jalan, ia melayani Boe Kie dan Cie
Jiak seperti seorang pelayan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie merasa sangat tidak enak. "Han Toako,"
katanya, "biarpun kau seorang anggota agama kita, kau
hanya diharap mendengar segala perintahku dalam urusan
urusan yang resmi. Dalam pergaulan pribadi sehari hari,
kita adalah orang orang yang sepantar, yang berkedudukan
sama tinggi, seperti saudara dan sahabat. Sedalam
dalamnya aku sangat menghormati kepribadianmu."
Han Lim Jie kelihatan bingung dan jengah. "Dengan
setulus hati aku yang rendah berdiri sama tinggi dengan
Kauwcoe?" Aku sudah merasa sangat beruntung, bahwa
aku mendapat kesempatan untuk melayani Kauwcoe."
"Aku bukan Kauwcoe," kata Cie Jiak sambil tersenyum.
"Kau jangan mengunjuk kehormatan yang begitu besar
terhadapku." "Coe kouwnio bagaikan seorang dewi," jawabnya.
"Bahwa siauwjin bisa berbicara sepatah dua patah kata
dengan Kouwnio sudah merupakan kebahagiaan seumur
hidup. Siauwjin hanya kuatir, sebagai manusia kasar
siauwjin sering bicara kasar dan untuk segala kekurang
ajaran, siauwjin mohon Kouwnio suka memaafkan."
Mendengar kata kata memuja itu yang tulus ikhlas,
sebagai manusia biasa, diam diam Cie Jiak merasa girang.
Sambil berjalan Boe Kie menanya Cie Jiak, cara
bagaimana dia ditangkap oleh orang orang Kay pang. Si
nona memberitahukan, bahwa hari itu, sesudah Boe Kie
meninggalkan rumah penginapan untuk menyelidiki siasat
Kay pang, badan Cia Soen bergemetaran dan mulutnya
ngaco. Ia ketakutan dan berusaha untuk menentramkannya,
tapi tidak berhasil. Cia Soen seolah olah tidak mengenalnya
lagi. Dia melompat dan kemudian roboh pingsan. Pada saat
itu, di tengah enam tujuh orang tokoh Kay pang yang lantas
menerobos masuk ke dalam kamar. Sebelum keburu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghunus pedang, jalan darahnya sudah ditotok.
Kemudian bersama Cia Soen, ia dibawa ke Louw liong.
Mendengar keterangan itu, Boe Kie manggut manggutkan kepalanya. Sedari kecil ia memang sudah tahu,
bahwa sebagai akibat dari latihan Cit Siang kocu, ayah
angkatnya mendapat serupa penyakit kalap dan kadang
kadang kumat dengan mendadak. Tapi dimana adanya
ayah angkat itu sekarang?"
"Kota raja adalah tempat berkumpulnya macam macam
manusia," kata Boe Kie akhirnya. "Kurasa, dalam
perjalanan ke selatan, sebaiknya kita mampir di kota raja
untuk menyelidiki. Mungkin sekali, dari Ceng ek Hok ong
Wie hong aku bisa mendapat keterangan berharga."
Cie Jiak tertawa, "Ke kota raja?" ia menegas dengan
nada mengejek. "Apa benar benar kau hanya ingin
menemui Wie It Siauw?"
Boe Kie mengerti maksud tunangannya, sehingga paras
mukanya lantas saja berubah merah. "Memang belum tentu
kita bisa menemui Wie heng," jawabnya. Tujuan kita
adalah mencari Giehoe, kalau kita bisa bertemu dengan
Wie heng, Kouw tauwtoo atau Yo Co Soe, sedikit banyak
kita akan mendapat bantuan."
"Kukenal seorang yang pintar luar biasa," kata Cie Jiak
sambil tersenyum. "Dia seorang wanita cantik. Jika kau cari
dia, kau akan mendapat banyak bantuan. Orang-orang
seperti Yo Co soe atau Kouw Tauw tok tidak akan bisa
menyaingi kepintaran nona cantik itu."
Boe Kie pernah menceritakan pertemuannya dengan Tio
Beng di kelenteng Biek lek hoed, tapi tak urung ia kena
disindir juga. "Kau tidak pernah melupakan Tio kouwnio
dan setiap ada kesempatan, kau selalu mengejek aku,"
katanya dengan suara jengah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cie Jiak tertawa, "Apa aku atau kau yang tidak pernah
melupakan dia?" tanyanya. "Apa kau rasa kutak tahu
rahasia hatimu?" Boe Kie adalah seorang yang polos dan jujur. Ia
menganggap, bahwa sesudah berjanji untuk hidup sebagai
suami isteri, ia tak boleh menyembunyikan sesuatu di
hadapan tunangannya itu. Maka itu dengan memberanikan
hati ia lantas saja berkata, "Ada satu hal yang aku harus
beritahukan kepada kau. Kuharap kau tidak jadi gusar."
"Kalau pantas gusar, aku akan gusar, kalau tak pantas
gusar, aku pasti tak akan gusar," jawabnya.
Boe Kie menjadi lebih jengah. Di hadapan tunangannya
pernah bersumpah untuk membunuh Tio Beng guna
membalas sakit hatinya In Lee. Tapi waktu bertemu dengan
nona Tio, bukan saja ia tidak turun tangan, ia bahkan jalan
bersama sama dengan nona itu. Sebagai seorang yang tidak
biasa berpura pura, ia tidak berani membuka suara lagi.
Tak lama kemudian mereka tiba di kota kecil dan waktu
itu matahari sudah mulai menyelam ke barat. Mereka
segera mencari penginapan kecil untuk bermalam. Sesudah
makan Boe Kie mengurut punggung Cie Jiak untuk
memperlancar aliran darah. "Hiat" yang tertotok sudah
terbuka sendiri, tapi otot masih agak kaku dan mengalirnya
darah masih kurang lancar. "Ilmu menotok Kay pang
memang istimewa," kata Boe Kie di dalam hati. "Cie Jiak
angkuh dan sungkan minta pertolongan, sedang orang yang
menotok berlagak lupa. Hmm" kawanan pengemis itu
mati matian mau coba menolong muka. Sesudah kalah,
mereka ingin memperhatikan keunggulan dalam tiam-
hoat." Karena hawa udara panas, sesudah diurut, Cie Jiak
berkata, "Mari kita jalan jalan di luar."


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah," kata Boe Kie.
Dengan Boe Kie menuntun tangan si nona, mereka
berjalan sampai di luar kota. Ketika itu sang surya sudah
menyelam ke barat, dan sesudah berjalan beberapa lama
lagi, mereka lalu duduk di bawah sebuah pohon.
Di situlah antara kesunyian dan pemandangan alam
yang indah, Boe Kie lalu menuturkan segala pengalamannya " cara bagaimana ia bertemu dengan Tio
Beng di kelenteng Bie lek hoed, cara bagaimana ia menemui
jenazah Boh Seng kok, pertemuannya dengan rombongan
Song Wan Kiauw dan kejarannya terhadap tanda gambar
obor dari Louw liong, sampai di Louw liong lagi. Sesudah
selesai bercerita, sambil memegang tangan si nona, ia
berkata dengan suara sungguh sungguh. "Cie Jiak, kau
adalah tunanganku dan tak bisa aku menyimpan saja apa
yang dipikir olehku. Tio kouwnio berkeras untuk menemui
Giehoe dan mengatakan, bahwa ia ingin bicara dengan
Giehoe. Ketika itu aku sudah bercuriga. Sekarang, makin
kupikir, makin kutakut." Waktu mengucapkan perkataan
perkataan paling belakang suara bergemetar.
"Kau takut apa?" tanya Cie Jiak.
Boe Kie merasa, bahwa kedua tangan tunangannya
dingin seperti es dan juga bergemetaran.
"Kuingat, bahwa Giehoe mempunyai semacam penyakit
kalap dan kalau lagi kumat ia tak ingat segala apa,"
jawabnya. "Dalam kekalapannya, ia pernah melakukan sesuatu
yang tidak pantas terhadap ibu, sehingga kedua matanya
buta. Waktu aku lahir, dalam kalapnya Giehoe coba
membunuh ayah dan ibu. Sungguh mujur, pada detik yang
sangat berbahaya, aku menangis keras dan suara tangisanku
itu telah menyadarkannya. Ah!" aku kuatir.. ku kuatir?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kuatir apa?" Boe Kie menghela nafas. "Sebenarnya aku tak boleh
membuka rahasia hatiku ini kepada siapa pun jua," katanya
dengan suara hampir tak kedengaran. "Aku.. aku" kuatir
piauwmoay" dibunuh" oleh Giehoe?"
Bagaikan dipagut ular, Cie Jiak melompat bangun.
"Apa?" tanyanya dengan suara parau. "Cia tayhiap seorang
ksatria budiman yang mencintai kita. Mana boleh jadi ia
membunuh In Kouwnio?"
"Aku hanya berkuatir," kata Boe Kie. "Aku merasa
syukur, beribu syukur, jika kekuatiranku itu tidak benar.
Tapi" andai kata benar Gie hoe membunuh Piauw moay,
ia melakukan itu dalam keadaan tidak sadar. Hei!..
Semua" gara gara bangsat Seng Koen."
Cie Jiak menggeleng gelengkan kepalanya. "Tak bisa, tak
bisa jadi," katanya. "Apakah racun Sip hiang Joad kin san
juga ditaruh oleh Gie hoe" Darimana Gie hoe mendapat
racun itu?" Boe Kie tak menyahut. Kedua matanya mengawasi ke
tempat jauh. Ia tak dapat menembus kabut tebal yang
menyelimuti teka teki itu.
"Boe Kie Koko," kata Cie Jiak dengan suara dingin.
"Dengan macam macam cara kau berusaha untuk
melindungi Tio Beng."
"Kalau Tio Kouwnio benar2 pembunuhnya, mengapa ia
berkeras ingin menemui Giehoe dan ingin bicara
dengannya?" kata Boe Kie.
Si nona tertawa dingin. "Tio kouwnio pintar luar biasa,"
katanya. "Andai kata ia bertemu dengan Gie hoe, ia pasti
mempunyai siasat lain untuk meloloskan diri." Tiba tiba
nada suara Cie Jiak berubah lunak dan ia berkata dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara lemah lembut. "Boe Kie koko, kau seorang yang
sangat jujur. Dalam kepintaran dan mengatur siasat, kau
bukan tandingan Tio Kouwnio."
Boe Kie menghela nafas pula. Ia mengakui benarnya
perkataan Cie Jiak. Sambil memegang tangan si nona, ia
berkata, "Cie Jiak, aku merasa bahwa hidup di dunia seperti
hidup dalam siksaan. Kau lihatlah, sekarang aku bahkan
harus curigai ayah angkatku sendiri. Aku hanya
mengharap, bahwa sesudah Tat coe bisa diusir pergi, aku
akan bisa hidup ber-sama2 kau di pegunungan yang sepi,
jauh dari pergaulan, jauh dari manusia lain."
"Kurasa tak mungkin," kata Cie Jiak. "Kau adalah
Kauwcoe dari Beng kauw. Apabila, atas berkah Tuhan, Tat
coe bisa terusir, tugas mengurus negara jatuh di tangan
Beng kauw. Mana bisa kau menikmati penghidupannya
yang tenteram itu?" "Kepandaianku tak cukup untuk menjadi Kauwcoe dan
akupun sebenarnya tak ingin menjadi kauwcoe. Jika di
kemudian hari beban Kauwcoe Beng Kauw terlalu berat,
maka aku harus menyerahkan kedudukan itu kepada orang
yang lebih pandai." "Kau masih berusia muda, kalau sekarang kepandaianmu belum cukup, apa kau tak bisa menambah
pengetahuanmu" Mengenai aku sebagai Ciang boen Go bie
pay, akupun mempunyai pikulan yang sangat berat. Soehoe
telah menyerahkan cincin besi Ciang boen kepadaku
dengan pesanan, supaya aku mengangkat naik derajat kami.
Maka itulah, andaikata kau benar2 menyembunyikan diri di
pegunungan, aku sendiri tak punya rejeki untuk menuntut
penghidupan begitu."
Waktu melihat cincin itu di tangan Tan Yoe Liang, aku
bingung bukan main. Kukuatir akan keselamatanmu. Kalau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
punya sayap, aku tentu sudah terbang waktu itu juga. Cie
Jiak, siapa yang memulangkannya kepadamu?"
"Song Ceng Soe Siauw hiap."
Mendengar disebutkannya nama Song Ceng Soe, jantung
Boe Kie memukul keras. "Song Ceng Soe sangat baik
terhadapmu bukan?" tanyanya.
"Mengapa kau menanya begitu?" menegas si nona. Ia
menangkap nada luar biasa dalam suara tunangannya.
"Tak apa2," jawabnya. "Kutahu bahwa Song Soeko
sangat mencintai kau. Dia rela mengkhianati partai dan
ayah kandung sendiri. Dia bahkan rela membunuh paman
seperguruan sendiri. Tak usah dikatakan lagi, terhadapmu
dia baik luar biasa."
Cie Jiak menengadah dan sambil mengawasi sang
rembulan yang baru muncul di sebelah timur, ia berkata
dengan suara perlahan. "Jika perlakuanmu terhadapku
separuh saja dari perlakuannya, aku sudah merasa sangat
puas." "Aku bukan Song Soeko. Jika untukmu aku harus
melakukan perbuatan put hauw dan put gie (tidak berbakti
dan tidak mengenal persahabatan), biar bagaimanapun jua
aku takkan dapat melakukannya.
"Untukku tak bisa melakukan segala apa. Di pulau kecil
kau pernah bersumpah akan membunuh perempuan
siluman itu, guna membalas sakit hatinya In Kouwnio. Tapi
setelah bertemu muka, kau melupakan semua sumpahmu."
"Cie Jiak, manakala terbukti bahwa To Liong to dan Ie
thian kiam dibawa oleh Tio Kouwnio dan piauwmoay
dibinasakan olehnya, aku pasti takkan mengampuninya.
Tapi apabila tak berdosa, aku tentu tak mengambil jiwanya.
Meskipun sekali aku khilaf dalam mengucapkan sumpah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu." Cie Jiak membungkam. "Mengapa kau diam saja" Apa aku salah?" tanya Boe
Kie. "Tidak!" jawabnya. "Aku sendiri sedang memikiri
sumpahku sendiri yang diucapkan di hadapan Soehoe di
menara Ban hoat sei. Aku merasa sangat menyesal bahwa
waktu menerima lamaranmu, aku tak memberitahukan
sumpah itu kepadamu secara terang-terangan."
Boe Kie terkejut. "Kau" kau" sumpah apa?" tanyanya.
"Di hadapan Soehoe, aku telah bersumpah bahwa jika di
hari kemudian aku menikah dengan kau, maka roh kedua
orang tuaku takkan mendapat ketenteraman di dunia baka,
bahwa roh Soehoe akan menjadi setan jahat yang akan
terus menggangguku, bahwa anak cucuku akan menjadi
manusia2 hina, yang lelaki menjadi budak, yang perempuan
menjadi pelacur!" Tak kepalang kagetnya Boe Kie. Ia berdiri terpaku dan
badannya menggigil. Sesudah lewat beberapa lama dan
sesudah dapat menetapkan hatinya, barulah ia berkata. "Cie
Jiak, sumpah itu tak boleh dianggap sungguh2. Gurumu
sudah memaksa kau mengucapkan sumpah itu sebab ia
anggap Beng kauw sebagai agama siluman dan aku sendiri
sebagai manusia jahat yang tak mengenal malu. Kalau ia
tahu hal yang sebenarnya, ia pasti takkan menyuruh kau
bersumpah begitu." Air mata si nona lantas mengucur. "Tapi" tapi" ia
sudah tak tahu lagi," katanya. Tiba-tiba ia menubruk Boe
Kie dan sambil menangis tersedu-sedu, ia menyesapkan
kepalanya di pangkuan pemuda itu.
Sambil mengusap usap rambut tunangannya, Boe Kie
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata. "Cie Jiak, apabila roh gurumu benar-benar angker,
ia pasti takkan mempersalahkan kau. Apakah aku benar-
benar seorang penjahat cabul, jahanam yang tidak
mengenal malu?" "Sekarang memang belum, tapi siapa tahu karena
dipengaruhi Tio Beng, di belakang hari kau tidak menjadi
manusia yang tidak mengenal malu?"
Mau tak mau Boe Kie tertawa. "Ah, Cie Jiak!" katanya.
"Kau menilai aku terlalu rendah. Apakah kau mengharap
mempunyai suami manusia jahat?"
Si nona mengangkat kepalanya. Kedua matanya masih
basah, tapi sinarnya sinar tertawa. "Tak malu kau!"
bentaknya dengan suara perlahan. "Apa kau sudah menjadi
suamiku?" Kalau kau terus bersahabat dengan perempuan
siluman itu, aku sungkan menjadi isterimu. Siapa berani
memastikan, bahwa kau tidak akan meneladani Song Ceng
Soe yang rela melakukan perbuatan terkutuk karena gara
gara paras cantik?" Boe Kie menunduk dan mencium dahi tunangannya.
"Siapa suruh kau begitu cantik?" katanya. "Inilah salahnya
kedua orang tuamu yang melahirkan seorang puteri yang
terlalu cantik, sehingga kaum pria mabok otaknya."
Mendadak saja, di belakang pohon dalam jarak kira-kira
tiga tombak terdengar suara tertawa dingin. "Huh..huh!?"
Hampir berbareng terlihat berkelebatnya bayangan manusia
yang kabur dengan kecepatan kilat.
Cie Jiak melompat bangun. "Tio Beng!?" serunya
dengan suara parau. Suara tertawa itu, memang suara wanita, tapi Boe Kie
masih bersangsi, apakah benar Tio Beng" "Perlu apa dia
menguntit kita?" tanyanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lantaran dia mencintai kau!" jawabnya dengan gusar.
"Mungkin kau berdua diam diam sudah berjanji untuk
bertemu di sini guna mempermainkan aku."
Boe Kie bersumpah keras keras, membantah terkaan
tunangannya. Cie Jiak berdiri dengan darah meluap. Tiba-
tiba karena mengingat nasibnya, ia menangis lagi.
Dengan tangan kiri memeluk pundak, Boe Kie menyeka
air mata tunangannya dengan tangan baju kanannya.
"Mengapa kau menangis?" tanyanya dengan suara lemah
lembut. "Kalau aku menjanjikan Tio Kouwnio datang di
sini untuk mempermainkan kau, biarlah aku dikutuk langit
dan bumi. Coba kau pikir, apabila benar aku mencintai dia
dan kutahu bahwa dia berada dekat, mana boleh jadi aku
mengucapkan kata kata cinta terhadapmu" Bukankah
dengan berbuat begitu, aku sengaja menyakiti hatinya?"
Cie Jiak merasa perkataan itu beralasan juga. Ia
menghela nafas dan berkata. "Boe Kie koko, hatiku sangat
tidak tenteram." "Mengapa?" "Aku tidak dapat melupakan sumpahku. Selain itu, Tio
Beng pun tentu tak bisa mengampuni aku. Baik dalam ilmu
silat maupun dalam kepintaran, aku tak dapat menandinginya." "Aku melindungi kau dengan segenap tenagaku. Kalau
dia berani melanggar selembar rambut isteriku, aku pasti
takkan mengampuni dia."
"Apabila aku lantas mati dibunuh olehnya, ya sudah
saja. Apa yang ditakuti olehku adalah, karena disiasatkan
olehnya, kau bergusar terhadapku dan lalu membunuhku.


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau aku mati cara begitu, aku mati dengan penasaran,
dengan mata melek." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau benar sudah gila!" kata Boe Kie dengan tertawa.
"Berapa banyak manusia sudah mencelakai aku, berbuat
kedosaan terhadapku, tapi toh aku tak membunuh mereka.
Mana boleh jadi aku bunuh isteri tercinta?" Ia membuka
bajunya dan seraya mengunjuk bekas luka tusukan pedang,
ia berkata pula, "Tusukan siapa ini" Cie Jiak, makin dalam
tusukanmu, makin dalam pula rasa cintaku terhadapmu."
Dengan rasa menyesal dan rasa cinta yang sangat besar,
Cie Jiak meraba raba tanda luka itu. Sekonyong-konyong
mukanya berubah pucat. "Tikaman dibalas dengan
tikaman?" katanya dengan suara parau. "Di belakang
hari" andaikata benar kau membunuh aku, aku takkan
penasaran lagi?" Buru2 Boe Kie memeluk si nona. "Sudahlah Cie Jiak!"
katanya. Kita harus lekas2 cari Gie hoe supaya orang tua
itu segera bisa menikahkan kita. Setelah menikah kalau kau
senang, kau boleh menikam aku lagi beberapa kali dan aku
takkan merasa menyesal."
Sambil menyandarkan kepalanya di dada Boe Kie, Cie
Jiak berbisik, "Aku mengharap, bahwa sebagai laki laki
sejati, kau takkan melupakan perkataanmu di malam ini."
Lama mereka berdiam di situ, ber-omong2 dengan penuh
kasih, di antara sinar rembulan yang putih bagaikan perak.
Sesudah larut malam barulah mereka kembali ke rumah
penginapan. Pada keesokan pagi, bersama Han Lim Jie, mereka
meneruskan perjalanan ke selatan. Pada suatu magrib,
tibalah mereka di kota raja. Mereka mendapat kenyataan
bahwa rakyat di seluruh kota sedang sibuk membersihkan
rumah dan jalan, dan di depan setiap rumah terdapat hio to
(meja sembahyang). Mereka lalu mencari rumah penginapan dan menanya seorang pelayan mengenai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerepotan itu. "Kedatanganmu sungguh kebetulan," kata si pelayan.
"Kalian mempunyai rejeki besar, besok adalah hari arak
arakan besar di Hong shia (kota tempat tinggalnya kaisar)."
"Arak arakan apa?"
"Besok adalah hari pesiarnya Hong shia (kaisar),
kejadian ini hanya terjadi satu tahun sekali. Tujuan Hong
shia adalah bersembahyang di kelenteng Keng sioe sie.
Malam ini kalian harus tidur siang siang dan besok bangun
pagi pagi." "Pagi pagi sekali kau harus pergi di mulut pintu istana
Giok tek tian untuk mendapat tempat yang baik. Kalau
untung bagus, kau bisa lihat wajah Hong siang, Hong houw
(permaisuri), Koei hoi (selir kaisar), putera mahkota dan
puteri kaisar. Coba kalian pikir, kalau sebagai rakyat jelata
kita tidak berada di kota raja mana bisa kita melihat wajah
Hong siang dengan mata sendiri?"
Bukan main mendongkolnya Han Lim Jie. Tanpa bisa
menahan sabar lagi, ia lantas saja mengeluarkan suara di
hidung. "Huh!" manusia apa kau!" bentaknya. "Kau
pengkhianat yang tak mengenal malu, yang mengakui
musuh sebagai ayahmu sendiri. Apa senangnya melihat
muka kaisar Tat coe?"
Si pelayan kaget. Ia menatap muka Han Lim Jie dengan
mulut ternganga. Akhirnya sambil menuding ia berkata.
Kau!" kau" perkataan memberontak! Apa kau tak takut
potong kepala?" "Kau seorang Han, tapi kau begitu mendewa-dewakan
kaisar Tat coe," kata Han Lim Jie. "Kau sungguh tak
mengenal malu, lelaki tak punya tulang punggung!"
Melihat sikap Han Lim Jie yang galak garang, si pelayan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berani berkata apa apa lagi. Ia memutar badan dan
berlalu. Tapi Cie Jiak lantas melompat dan menotok jalan
darah di punggungnya. "Dia tentu banyak mulut dan kalau
dia dibiarkan pergi, kita mungkin ditangkap," katanya.
Seraya berkata begitu, ia menendang tubuh si pelayan ke
kolong ranjang dan berkata pula. "Biar dia kelaparan
beberapa hari. Kita baru lepaskan dia waktu mau
meninggalkan kota ini."
Tak lama kemudian pengurus rumah penginapan
berteriak teriak memanggil pelayan itu yang sedang
mengaso di kolong ranjang. "A Hok! A Hok! Kemana kau"
Ambil air untuk tamu kamar nomor tiga!"
Sambil menahan tertawa, Han Lim Jie menepuk meja,
"Hei! Lekas sediakan makanan dan arak!" bentaknya. Tuan
besarmu sudah lapar!"
Makanan dan minuman diantarkan oleh seorang pelayan
lain yang datang dengan menggerutu. "Si A Hok tentu
kabur untuk melihat keramaian. Kurang ajar! Dia enak-
enakan, aku yang capai."
Pada keesokan paginya, baru tersadar Boe Kie sudah
dengar ramai ramai. Ia keluar dan melihat ribuan rakyat,
lelaki, perempuan, tua dan muda, berjalan ber-bondong2 ke
jurusan utara dengan mengenakan pakaian baru. Semua
orang riang gembira. Di antara gelak tertawa, terdengar
pula suara merotoknya petasan. Keramaian itu melebihi
keramaian tahun baru. Tak lama kemudian Cie Jiak pun turut keluar. "Mari kita
nonton," ajaknya. "Kita pernah bertempur dengan boesoe gedung Jie lam
ong," kata Boe Kie. "Aku kuatir kita akan dikenali. Kalau
mau menonton, kita harus menyamar."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersama Han Lim Jie, mereka lalu mengenakan pakaian
orang dusun dan kemudian menuju ke Hong shia bersama
sama rombongan rakyat. Ketika itu baru masuk Sin sie (jam tujuh sampai jam
sembilan pagi), tapi di dalam dan di luar Hong shia sudah
penuh dengan manusia. Dengan Boe Kie sebagai pembuka
jalan, mereka maju dengan perlahan. Akhirnya mereka
berdiri menunggu di bawah payon sebuah gedung besar, di
luar pintu Yan coen boen.
Tak lama kemudian, di sebelah kejauhan terdengar suara
gembrengan dan tambur. "Sudah datang! Mereka datang!"
teriak rakyat yang menunggu sambil memanjangkan leher
mereka. Suara itu makin lama jadi makin keras sehingga
terlihatlah rombongan pertama dari arak-arakan itu.
Mereka terdiri dari 108 orang yang bertubuh tinggi besar
dan mengenakan seragam hijau. Tangan kiri mereka
memegang sebuah gembereng besar dan tangan kanan
memukulnya dengan menurut irama.
Hebatnya suara 108 gembereng dapat dibayangkan.
Rombongan gembereng diikuti rombongan tambur yang
terdiri dari 30 orang. Di belakang mereka mengikuti
tetabuhan " ada rombongan pi-poe (semacam gitar) dari See
hek, rombongan terompet dari Mongol dan sebagainya.
Jumlah anggota rombongan2 itu berkisar antara seratus
orang lebih sampai seribu. Sesudah rombongan musik,
muncul dua bendera sutera yang sangat besar. Yang satu
dengan huruf "An pang Hoe kok" (menenteramkan dan
melindungi negara), yang lain dengan "Tin sia Hok mo"
(menindih yang kotor, menakluki siluman). Kedua bendera
itu dikawal oleh 400 serdadu Mongol " di depan 200, di
belakang 200, yang menunggang kuda putih dan memegang
macam macam senjata. Melihat keangkeran itu, rakyat
bersorak sorai tak henti-hentinya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Boe Kie, Han Lim Jie terkesiap. Dengan
kegirangan yang meluap luap sedetik kemudian ia berlutut
dan berkata, "Thio Kauwcoe, benar benar kau berada di
sini!" bunuhlah pengemis pengemis bau itu!"
Sambil tertawa Boe Kie membangunkannya. "Han
toako," katanya dengan terharu. "Para tiangloo ditipu
orang dan sudah terjadi salah mengerti. Sekarang segala apa
sudah menjadi terang. Dengan memandang mukaku,
kuharap Han Toako sudi melupakan segala apa yang sudah
terjadi." Sesudah bangun berdiri dengan mata melotot Han Lim
Jie mengawasi para tokoh pengemis. Ia ingin mencaci
untuk melampiaskan rasa dongkolnya, tapi sesudah
mendengar perkataan Boe Kie, ia terpaksa menahan sabar.
"Thio kauwcoe," kata Cie hoat tiangloo. "Kunjunganmu
membikin terang muka partai kami. Kami ingin mengundang kalian dalam sebuah perjamuan sederhana
untuk menyambut Thio Kauwcoe dan menghaturkan maaf
kepada Kouwnio serta Han toako." Ia berpaling kepada
seorang murid dan berkata pula, "Lekas sediakan meja
perjamuan!" Murid itu lantas saja mengiakan.
Karena memikir ayah angkatnya dan ingin bicara banyak
dengan Cioe Cie Jiak, Boe Kie tak punya kegembiraan
untuk makan minum. Maka itu, sambil merangkap kedua
tangannya ia berkata, "Aku menghaturkan banyak terima
kasih atas undangan kalian. Tapi aku tak bisa membuang
buang waktu karena perlu mencari Gie hoe. Di lain hari aku
mau datang berkunjung pula. Kuharap kalian suka
memaafkan untuk penolakan ini."
Tapi Coan kang Tiangloo dan yang lain2 tidak mau
mengerti sehingga Boe Kie terpaksa juga menerima
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
undangan itu. Selagi makan minum, para tetua Kaypang
kembali menghaturkan maaf dan berjanji akan menyebar
murid murid Kaypang untuk bantu mencari Cia Soen.
Begitu lekas mendapat warta baik, mereka akan segera
melaporkan kepada Beng kauw, kata mereka. Untuk
kebaikan itu, Boe Kie menghaturkan banyak terima kasih.
Biarpun berkepandaian dan berkedudukan tinggi, ia
sedikitpun tidak mengunjuk kesombongan. Ia bahkan
sangat merendah, sehingga para pengemis merasa kagum
dan takluk. Sesudah bersantap, Boe Kie bertiga segera
berpamitan. Para pengemis mengantar mereka sampai
sepuluh li di luar kota Louw liong dan mereka berpisahan
dengan hati berat. Dengan menunggang kuda kuda hadiah Kay pang, Boe
Kie, Cie Jiak dan Han Lim Jie meneruskan perjalanan ke
selatan dengan mengambil jalan raya. Han Lim Jie berlaku
sangat hormat. Ia tidak berani merendengkan kudanya
dengan Boe Kie dan Cie Jiak dan hanya mengikuti dari
belakang. Di sepanjang jalan, ia melayani Boe Kie dan Cie
Jiak seperti seorang pelayan.
Boe Kie merasa sangat tidak enak. "Han Toako,"
katanya, "biarpun kau seorang anggota agama kita, kau
hanya diharap mendengar segala perintahku dalam urusan
urusan yang resmi. Dalam pergaulan pribadi sehari hari,
kita adalah orang orang yang sepantar, yang berkedudukan
sama tinggi, seperti saudara dan sahabat. Sedalam
dalamnya aku sangat menghormati kepribadianmu."
Han Lim Jie kelihatan bingung dan jengah. "Dengan
setulus hati aku yang rendah berdiri sama tinggi dengan
Kauwcoe?" Aku sudah merasa sangat beruntung, bahwa
aku mendapat kesempatan untuk melayani Kauwcoe."
"Aku bukan Kauwcoe," kata Cie Jiak sambil tersenyum.
"Kau jangan mengunjuk kehormatan yang begitu besar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadapku." "Coe kouwnio bagaikan seorang dewi," jawabnya.
"Bahwa siauwjin bisa berbicara sepatah dua patah kata
dengan Kouwnio sudah merupakan kebahagiaan seumur
hidup. Siauwjin hanya kuatir, sebagai manusia kasar
siauwjin sering bicara kasar dan untuk segala kekurang
ajaran, siauwjin mohon Kouwnio suka memaafkan."
Mendengar kata kata memuja itu yang tulus ikhlas,
sebagai manusia biasa, diam diam Cie Jiak merasa girang.
Sambil berjalan Boe Kie menanya Cie Jiak, cara
bagaimana dia ditangkap oleh orang orang Kay pang. Si
nona memberitahukan, bahwa hari itu, sesudah Boe Kie
meninggalkan rumah penginapan untuk menyelidiki siasat
Kay pang, badan Cia Soen bergemetaran dan mulutnya
ngaco. Ia ketakutan dan berusaha untuk menentramkannya,
tapi tidak berhasil. Cia Soen seolah olah tidak mengenalnya
lagi. Dia melompat dan kemudian roboh pingsan. Pada saat
itu, di tengah enam tujuh orang tokoh Kay pang yang lantas
menerobos masuk ke dalam kamar. Sebelum keburu
menghunus pedang, jalan darahnya sudah ditotok.
Kemudian bersama Cia Soen, ia dibawa ke Louw liong.
Mendengar keterangan itu, Boe Kie manggut manggutkan kepalanya. Sedari kecil ia memang sudah tahu,
bahwa sebagai akibat dari latihan Cit Siang kocu, ayah
angkatnya mendapat serupa penyakit kalap dan kadang
kadang kumat dengan mendadak. Tapi dimana adanya
ayah angkat itu sekarang?"
"Kota raja adalah tempat berkumpulnya macam macam
manusia," kata Boe Kie akhirnya. "Kurasa, dalam
perjalanan ke selatan, sebaiknya kita mampir di kota raja


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menyelidiki. Mungkin sekali, dari Ceng ek Hok ong
Wie hong aku bisa mendapat keterangan berharga."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cie Jiak tertawa, "Ke kota raja?" ia menegas dengan
nada mengejek. "Apa benar benar kau hanya ingin
menemui Wie It Siauw?"
Boe Kie mengerti maksud tunangannya, sehingga paras
mukanya lantas saja berubah merah. "Memang belum tentu
kita bisa menemui Wie heng," jawabnya. Tujuan kita
adalah mencari Giehoe, kalau kita bisa bertemu dengan
Wie heng, Kouw tauwtoo atau Yo Co Soe, sedikit banyak
kita akan mendapat bantuan."
"Kukenal seorang yang pintar luar biasa," kata Cie Jiak
sambil tersenyum. "Dia seorang wanita cantik. Jika kau cari
dia, kau akan mendapat banyak bantuan. Orang-orang
seperti Yo Co soe atau Kouw Tauw tok tidak akan bisa
menyaingi kepintaran nona cantik itu."
Boe Kie pernah menceritakan pertemuannya dengan Tio
Beng di kelenteng Biek lek hoed, tapi tak urung ia kena
disindir juga. "Kau tidak pernah melupakan Tio kouwnio
dan setiap ada kesempatan, kau selalu mengejek aku,"
katanya dengan suara jengah.
Cie Jiak tertawa, "Apa aku atau kau yang tidak pernah
melupakan dia?" tanyanya. "Apa kau rasa kutak tahu
rahasia hatimu?" Boe Kie adalah seorang yang polos dan jujur. Ia
menganggap, bahwa sesudah berjanji untuk hidup sebagai
suami isteri, ia tak boleh menyembunyikan sesuatu di
hadapan tunangannya itu. Maka itu dengan memberanikan
hati ia lantas saja berkata, "Ada satu hal yang aku harus
beritahukan kepada kau. Kuharap kau tidak jadi gusar."
"Kalau pantas gusar, aku akan gusar, kalau tak pantas
gusar, aku pasti tak akan gusar," jawabnya.
Boe Kie menjadi lebih jengah. Di hadapan tunangannya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah bersumpah untuk membunuh Tio Beng guna
membalas sakit hatinya In Lee. Tapi waktu bertemu dengan
nona Tio, bukan saja ia tidak turun tangan, ia bahkan jalan
bersama sama dengan nona itu. Sebagai seorang yang tidak
biasa berpura pura, ia tidak berani membuka suara lagi.
Tak lama kemudian mereka tiba di kota kecil dan waktu
itu matahari sudah mulai menyelam ke barat. Mereka
segera mencari penginapan kecil untuk bermalam. Sesudah
makan Boe Kie mengurut punggung Cie Jiak untuk
memperlancar aliran darah. "Hiat" yang tertotok sudah
terbuka sendiri, tapi otot masih agak kaku dan mengalirnya
darah masih kurang lancar. "Ilmu menotok Kay pang
memang istimewa," kata Boe Kie di dalam hati. "Cie Jiak
angkuh dan sungkan minta pertolongan, sedang orang yang
menotok berlagak lupa. Hmm" kawanan pengemis itu
mati matian mau coba menolong muka. Sesudah kalah,
mereka ingin memperhatikan keunggulan dalam tiam-
hoat." Karena hawa udara panas, sesudah diurut, Cie Jiak
berkata, "Mari kita jalan jalan di luar."
"Baiklah," kata Boe Kie.
Dengan Boe Kie menuntun tangan si nona, mereka
berjalan sampai di luar kota. Ketika itu sang surya sudah
menyelam ke barat, dan sesudah berjalan beberapa lama
lagi, mereka lalu duduk di bawah sebuah pohon.
Di situlah antara kesunyian dan pemandangan alam
yang indah, Boe Kie lalu menuturkan segala pengalamannya " cara bagaimana ia bertemu dengan Tio
Beng di kelenteng Bie lek hoed, cara bagaimana ia menemui
jenazah Boh Seng kok, pertemuannya dengan rombongan
Song Wan Kiauw dan kejarannya terhadap tanda gambar
obor dari Louw liong, sampai di Louw liong lagi. Sesudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selesai bercerita, sambil memegang tangan si nona, ia
berkata dengan suara sungguh sungguh. "Cie Jiak, kau
adalah tunanganku dan tak bisa aku menyimpan saja apa
yang dipikir olehku. Tio kouwnio berkeras untuk menemui
Giehoe dan mengatakan, bahwa ia ingin bicara dengan
Giehoe. Ketika itu aku sudah bercuriga. Sekarang, makin
kupikir, makin kutakut." Waktu mengucapkan perkataan
perkataan paling belakang suara bergemetar.
"Kau takut apa?" tanya Cie Jiak.
Boe Kie merasa, bahwa kedua tangan tunangannya
dingin seperti es dan juga bergemetaran.
"Kuingat, bahwa Giehoe mempunyai semacam penyakit
kalap dan kalau lagi kumat ia tak ingat segala apa,"
jawabnya. "Dalam kekalapannya, ia pernah melakukan sesuatu
yang tidak pantas terhadap ibu, sehingga kedua matanya
buta. Waktu aku lahir, dalam kalapnya Giehoe coba
membunuh ayah dan ibu. Sungguh mujur, pada detik yang
sangat berbahaya, aku menangis keras dan suara tangisanku
itu telah menyadarkannya. Ah!" aku kuatir.. ku kuatir?"
"Kuatir apa?" Boe Kie menghela nafas. "Sebenarnya aku tak boleh
membuka rahasia hatiku ini kepada siapa pun jua," katanya
dengan suara hampir tak kedengaran. "Aku.. aku" kuatir
piauwmoay" dibunuh" oleh Giehoe?"
Bagaikan dipagut ular, Cie Jiak melompat bangun.
"Apa?" tanyanya dengan suara parau. "Cia tayhiap seorang
ksatria budiman yang mencintai kita. Mana boleh jadi ia
membunuh In Kouwnio?"
"Aku hanya berkuatir," kata Boe Kie. "Aku merasa
syukur, beribu syukur, jika kekuatiranku itu tidak benar.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi" andai kata benar Gie hoe membunuh Piauw moay,
ia melakukan itu dalam keadaan tidak sadar. Hei!..
Semua" gara gara bangsat Seng Koen."
Cie Jiak menggeleng gelengkan kepalanya. "Tak bisa, tak
bisa jadi," katanya. "Apakah racun Sip hiang Joad kin san
juga ditaruh oleh Gie hoe" Darimana Gie hoe mendapat
racun itu?" Boe Kie tak menyahut. Kedua matanya mengawasi ke
tempat jauh. Ia tak dapat menembus kabut tebal yang
menyelimuti teka teki itu.
"Boe Kie Koko," kata Cie Jiak dengan suara dingin.
"Dengan macam macam cara kau berusaha untuk
melindungi Tio Beng."
"Kalau Tio Kouwnio benar2 pembunuhnya, mengapa ia
berkeras ingin menemui Giehoe dan ingin bicara
dengannya?" kata Boe Kie.
Si nona tertawa dingin. "Tio kouwnio pintar luar biasa,"
katanya. "Andai kata ia bertemu dengan Gie hoe, ia pasti
mempunyai siasat lain untuk meloloskan diri." Tiba tiba
nada suara Cie Jiak berubah lunak dan ia berkata dengan
suara lemah lembut. "Boe Kie koko, kau seorang yang
sangat jujur. Dalam kepintaran dan mengatur siasat, kau
bukan tandingan Tio Kouwnio."
Boe Kie menghela nafas pula. Ia mengakui benarnya
perkataan Cie Jiak. Sambil memegang tangan si nona, ia
berkata, "Cie Jiak, aku merasa bahwa hidup di dunia seperti
hidup dalam siksaan. Kau lihatlah, sekarang aku bahkan
harus curigai ayah angkatku sendiri. Aku hanya
mengharap, bahwa sesudah Tat coe bisa diusir pergi, aku
akan bisa hidup ber-sama2 kau di pegunungan yang sepi,
jauh dari pergaulan, jauh dari manusia lain."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa tak mungkin," kata Cie Jiak. "Kau adalah
Kauwcoe dari Beng kauw. Apabila, atas berkah Tuhan, Tat
coe bisa terusir, tugas mengurus negara jatuh di tangan
Beng kauw. Mana bisa kau menikmati penghidupannya
yang tenteram itu?" "Kepandaianku tak cukup untuk menjadi Kauwcoe dan
akupun sebenarnya tak ingin menjadi kauwcoe. Jika di
kemudian hari beban Kauwcoe Beng Kauw terlalu berat,
maka aku harus menyerahkan kedudukan itu kepada orang
yang lebih pandai." "Kau masih berusia muda, kalau sekarang kepandaianmu belum cukup, apa kau tak bisa menambah
pengetahuanmu" Mengenai aku sebagai Ciang boen Go bie
pay, akupun mempunyai pikulan yang sangat berat. Soehoe
telah menyerahkan cincin besi Ciang boen kepadaku
dengan pesanan, supaya aku mengangkat naik derajat kami.
Maka itulah, andaikata kau benar2 menyembunyikan diri di
pegunungan, aku sendiri tak punya rejeki untuk menuntut
penghidupan begitu."
Waktu melihat cincin itu di tangan Tan Yoe Liang, aku
bingung bukan main. Kukuatir akan keselamatanmu. Kalau
punya sayap, aku tentu sudah terbang waktu itu juga. Cie
Jiak, siapa yang memulangkannya kepadamu?"
"Song Ceng Soe Siauw hiap."
Mendengar disebutkannya nama Song Ceng Soe, jantung
Boe Kie memukul keras. "Song Ceng Soe sangat baik
terhadapmu bukan?" tanyanya.
"Mengapa kau menanya begitu?" menegas si nona. Ia
menangkap nada luar biasa dalam suara tunangannya.
"Tak apa2," jawabnya. "Kutahu bahwa Song Soeko
sangat mencintai kau. Dia rela mengkhianati partai dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah kandung sendiri. Dia bahkan rela membunuh paman
seperguruan sendiri. Tak usah dikatakan lagi, terhadapmu
dia baik luar biasa."
Cie Jiak menengadah dan sambil mengawasi sang
rembulan yang baru muncul di sebelah timur, ia berkata
dengan suara perlahan. "Jika perlakuanmu terhadapku
separuh saja dari perlakuannya, aku sudah merasa sangat
puas." "Aku bukan Song Soeko. Jika untukmu aku harus
melakukan perbuatan put hauw dan put gie (tidak berbakti
dan tidak mengenal persahabatan), biar bagaimanapun jua
aku takkan dapat melakukannya.
"Untukku tak bisa melakukan segala apa. Di pulau kecil
kau pernah bersumpah akan membunuh perempuan
siluman itu, guna membalas sakit hatinya In Kouwnio. Tapi
setelah bertemu muka, kau melupakan semua sumpahmu."
"Cie Jiak, manakala terbukti bahwa To Liong to dan Ie
thian kiam dibawa oleh Tio Kouwnio dan piauwmoay
dibinasakan olehnya, aku pasti takkan mengampuninya.
Tapi apabila tak berdosa, aku tentu tak mengambil jiwanya.
Meskipun sekali aku khilaf dalam mengucapkan sumpah
itu." Cie Jiak membungkam. "Mengapa kau diam saja" Apa aku salah?" tanya Boe
Kie. "Tidak!" jawabnya. "Aku sendiri sedang memikiri
sumpahku sendiri yang diucapkan di hadapan Soehoe di
menara Ban hoat sei. Aku merasa sangat menyesal bahwa
waktu menerima lamaranmu, aku tak memberitahukan
sumpah itu kepadamu secara terang-terangan."
Boe Kie terkejut. "Kau" kau" sumpah apa?" tanyanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di hadapan Soehoe, aku telah bersumpah bahwa jika di
hari kemudian aku menikah dengan kau, maka roh kedua
orang tuaku takkan mendapat ketenteraman di dunia baka,
bahwa roh Soehoe akan menjadi setan jahat yang akan
terus menggangguku, bahwa anak cucuku akan menjadi
manusia2 hina, yang lelaki menjadi budak, yang perempuan
menjadi pelacur!" Tak kepalang kagetnya Boe Kie. Ia berdiri terpaku dan
badannya menggigil. Sesudah lewat beberapa lama dan
sesudah dapat menetapkan hatinya, barulah ia berkata. "Cie
Jiak, sumpah itu tak boleh dianggap sungguh2. Gurumu
sudah memaksa kau mengucapkan sumpah itu sebab ia
anggap Beng kauw sebagai agama siluman dan aku sendiri
sebagai manusia jahat yang tak mengenal malu. Kalau ia
tahu hal yang sebenarnya, ia pasti takkan menyuruh kau
bersumpah begitu." Air mata si nona lantas mengucur. "Tapi" tapi" ia
sudah tak tahu lagi," katanya. Tiba-tiba ia menubruk Boe
Kie dan sambil menangis tersedu-sedu, ia menyesapkan
kepalanya di pangkuan pemuda itu.
Sambil mengusap usap rambut tunangannya, Boe Kie
berkata. "Cie Jiak, apabila roh gurumu benar-benar angker,
ia pasti takkan mempersalahkan kau. Apakah aku benar-
benar seorang penjahat cabul, jahanam yang tidak
mengenal malu?" "Sekarang memang belum, tapi siapa tahu karena
dipengaruhi Tio Beng, di belakang hari kau tidak menjadi
manusia yang tidak mengenal malu?"
Mau tak mau Boe Kie tertawa. "Ah, Cie Jiak!" katanya.
"Kau menilai aku terlalu rendah. Apakah kau mengharap
mempunyai suami manusia jahat?"
Si nona mengangkat kepalanya. Kedua matanya masih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

basah, tapi sinarnya sinar tertawa. "Tak malu kau!"
bentaknya dengan suara perlahan. "Apa kau sudah menjadi
suamiku?" Kalau kau terus bersahabat dengan perempuan
siluman itu, aku sungkan menjadi isterimu. Siapa berani
memastikan, bahwa kau tidak akan meneladani Song Ceng
Soe yang rela melakukan perbuatan terkutuk karena gara
gara paras cantik?" Boe Kie menunduk dan mencium dahi tunangannya.
"Siapa suruh kau begitu cantik?" katanya. "Inilah salahnya
kedua orang tuamu yang melahirkan seorang puteri yang
terlalu cantik, sehingga kaum pria mabok otaknya."
Mendadak saja, di belakang pohon dalam jarak kira-kira
tiga tombak terdengar suara tertawa dingin. "Huh..huh!?"
Hampir berbareng terlihat berkelebatnya bayangan manusia
yang kabur dengan kecepatan kilat.
Cie Jiak melompat bangun. "Tio Beng!?" serunya
dengan suara parau. Suara tertawa itu, memang suara wanita, tapi Boe Kie
masih bersangsi, apakah benar Tio Beng" "Perlu apa dia
menguntit kita?" tanyanya.
"Lantaran dia mencintai kau!" jawabnya dengan gusar.
"Mungkin kau berdua diam diam sudah berjanji untuk
bertemu di sini guna mempermainkan aku."
Boe Kie bersumpah keras keras, membantah terkaan
tunangannya. Cie Jiak berdiri dengan darah meluap. Tiba-
tiba karena mengingat nasibnya, ia menangis lagi.
Dengan tangan kiri memeluk pundak, Boe Kie menyeka
air mata tunangannya dengan tangan baju kanannya.
"Mengapa kau menangis?" tanyanya dengan suara lemah
lembut. "Kalau aku menjanjikan Tio Kouwnio datang di
sini untuk mempermainkan kau, biarlah aku dikutuk langit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bumi. Coba kau pikir, apabila benar aku mencintai dia
dan kutahu bahwa dia berada dekat, mana boleh jadi aku
mengucapkan kata kata cinta terhadapmu" Bukankah
dengan berbuat begitu, aku sengaja menyakiti hatinya?"
Cie Jiak merasa perkataan itu beralasan juga. Ia
menghela nafas dan berkata. "Boe Kie koko, hatiku sangat
tidak tenteram." "Mengapa?" "Aku tidak dapat melupakan sumpahku. Selain itu, Tio
Beng pun tentu tak bisa mengampuni aku. Baik dalam ilmu
silat maupun dalam kepintaran, aku tak dapat menandinginya." "Aku melindungi kau dengan segenap tenagaku. Kalau
dia berani melanggar selembar rambut isteriku, aku pasti
takkan mengampuni dia."
"Apabila aku lantas mati dibunuh olehnya, ya sudah
saja. Apa yang ditakuti olehku adalah, karena disiasatkan
olehnya, kau bergusar terhadapku dan lalu membunuhku.
Kalau aku mati cara begitu, aku mati dengan penasaran,
dengan mata melek." "Kau benar sudah gila!" kata Boe Kie dengan tertawa.
"Berapa banyak manusia sudah mencelakai aku, berbuat
kedosaan terhadapku, tapi toh aku tak membunuh mereka.
Mana boleh jadi aku bunuh isteri tercinta?" Ia membuka
bajunya dan seraya mengunjuk bekas luka tusukan pedang,
ia berkata pula, "Tusukan siapa ini" Cie Jiak, makin dalam
tusukanmu, makin dalam pula rasa cintaku terhadapmu."
Dengan rasa menyesal dan rasa cinta yang sangat besar,
Cie Jiak meraba raba tanda luka itu. Sekonyong-konyong
mukanya berubah pucat. "Tikaman dibalas dengan
tikaman?" katanya dengan suara parau. "Di belakang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari" andaikata benar kau membunuh aku, aku takkan
penasaran lagi?" Buru2 Boe Kie memeluk si nona. "Sudahlah Cie Jiak!"
katanya. Kita harus lekas2 cari Gie hoe supaya orang tua
itu segera bisa menikahkan kita. Setelah menikah kalau kau
senang, kau boleh menikam aku lagi beberapa kali dan aku
takkan merasa menyesal."
Sambil menyandarkan kepalanya di dada Boe Kie, Cie
Jiak berbisik, "Aku mengharap, bahwa sebagai laki laki
sejati, kau takkan melupakan perkataanmu di malam ini."
Lama mereka berdiam di situ, ber-omong2 dengan penuh
kasih, di antara sinar rembulan yang putih bagaikan perak.
Sesudah larut malam barulah mereka kembali ke rumah
penginapan. Pada keesokan pagi, bersama Han Lim Jie, mereka
meneruskan perjalanan ke selatan. Pada suatu magrib,
tibalah mereka di kota raja. Mereka mendapat kenyataan
bahwa rakyat di seluruh kota sedang sibuk membersihkan
rumah dan jalan, dan di depan setiap rumah terdapat hio to
(meja sembahyang). Mereka lalu mencari rumah penginapan dan menanya seorang pelayan mengenai
kerepotan itu. "Kedatanganmu sungguh kebetulan," kata si pelayan.
"Kalian mempunyai rejeki besar, besok adalah hari arak
arakan besar di Hong shia (kota tempat tinggalnya kaisar)."
"Arak arakan apa?"
"Besok adalah hari pesiarnya Hong shia (kaisar),
kejadian ini hanya terjadi satu tahun sekali. Tujuan Hong
shia adalah bersembahyang di kelenteng Keng sioe sie.
Malam ini kalian harus tidur siang siang dan besok bangun
pagi pagi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pagi pagi sekali kau harus pergi di mulut pintu istana
Giok tek tian untuk mendapat tempat yang baik. Kalau
untung bagus, kau bisa lihat wajah Hong siang, Hong houw
(permaisuri), Koei hoi (selir kaisar), putera mahkota dan
puteri kaisar. Coba kalian pikir, kalau sebagai rakyat jelata
kita tidak berada di kota raja mana bisa kita melihat wajah
Hong siang dengan mata sendiri?"
Bukan main mendongkolnya Han Lim Jie. Tanpa bisa
menahan sabar lagi, ia lantas saja mengeluarkan suara di
hidung. "Huh!" manusia apa kau!" bentaknya. "Kau
pengkhianat yang tak mengenal malu, yang mengakui
musuh sebagai ayahmu sendiri. Apa senangnya melihat
muka kaisar Tat coe?"
Si pelayan kaget. Ia menatap muka Han Lim Jie dengan
mulut ternganga. Akhirnya sambil menuding ia berkata.
Kau!" kau" perkataan memberontak! Apa kau tak takut
potong kepala?" "Kau seorang Han, tapi kau begitu mendewa-dewakan
kaisar Tat coe," kata Han Lim Jie. "Kau sungguh tak
mengenal malu, lelaki tak punya tulang punggung!"
Melihat sikap Han Lim Jie yang galak garang, si pelayan
tidak berani berkata apa apa lagi. Ia memutar badan dan
berlalu. Tapi Cie Jiak lantas melompat dan menotok jalan
darah di punggungnya. "Dia tentu banyak mulut dan kalau
dia dibiarkan pergi, kita mungkin ditangkap," katanya.
Seraya berkata begitu, ia menendang tubuh si pelayan ke
kolong ranjang dan berkata pula. "Biar dia kelaparan
beberapa hari. Kita baru lepaskan dia waktu mau
meninggalkan kota ini."
Tak lama kemudian pengurus rumah penginapan
berteriak teriak memanggil pelayan itu yang sedang
mengaso di kolong ranjang. "A Hok! A Hok! Kemana kau"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ambil air untuk tamu kamar nomor tiga!"
Sambil menahan tertawa, Han Lim Jie menepuk meja,
"Hei! Lekas sediakan makanan dan arak!" bentaknya. Tuan
besarmu sudah lapar!"
Makanan dan minuman diantarkan oleh seorang pelayan
lain yang datang dengan menggerutu. "Si A Hok tentu
kabur untuk melihat keramaian. Kurang ajar! Dia enak-
enakan, aku yang capai."
Pada keesokan paginya, baru tersadar Boe Kie sudah
dengar ramai ramai. Ia keluar dan melihat ribuan rakyat,
lelaki, perempuan, tua dan muda, berjalan ber-bondong2 ke
jurusan utara dengan mengenakan pakaian baru. Semua
orang riang gembira. Di antara gelak tertawa, terdengar
pula suara merotoknya petasan. Keramaian itu melebihi
keramaian tahun baru. Tak lama kemudian Cie Jiak pun turut keluar. "Mari kita
nonton," ajaknya. "Kita pernah bertempur dengan boesoe gedung Jie lam
ong," kata Boe Kie. "Aku kuatir kita akan dikenali. Kalau
mau menonton, kita harus menyamar."
Bersama Han Lim Jie, mereka lalu mengenakan pakaian
orang dusun dan kemudian menuju ke Hong shia bersama
sama rombongan rakyat. Ketika itu baru masuk Sin sie (jam tujuh sampai jam
sembilan pagi), tapi di dalam dan di luar Hong shia sudah
penuh dengan manusia. Dengan Boe Kie sebagai pembuka
jalan, mereka maju dengan perlahan. Akhirnya mereka
berdiri menunggu di bawah payon sebuah gedung besar, di
luar pintu Yan coen boen.
Tak lama kemudian, di sebelah kejauhan terdengar suara
gembrengan dan tambur. "Sudah datang! Mereka datang!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teriak rakyat yang menunggu sambil memanjangkan leher
mereka. Suara itu makin lama jadi makin keras sehingga
terlihatlah rombongan pertama dari arak-arakan itu.
Mereka terdiri dari 108 orang yang bertubuh tinggi besar
dan mengenakan seragam hijau. Tangan kiri mereka
memegang sebuah gembereng besar dan tangan kanan
memukulnya dengan menurut irama.
Hebatnya suara 108 gembereng dapat dibayangkan.
Rombongan gembereng diikuti rombongan tambur yang
terdiri dari 30 orang. Di belakang mereka mengikuti
tetabuhan " ada rombongan pi-poe (semacam gitar) dari See
hek, rombongan terompet dari Mongol dan sebagainya.
Jumlah anggota rombongan2 itu berkisar antara seratus
orang lebih sampai seribu. Sesudah rombongan musik,
muncul dua bendera sutera yang sangat besar. Yang satu
dengan huruf "An pang Hoe kok" (menenteramkan dan
melindungi negara), yang lain dengan "Tin sia Hok mo"
(menindih yang kotor, menakluki siluman). Kedua bendera
itu dikawal oleh 400 serdadu Mongol " di depan 200, di
belakang 200, yang menunggang kuda putih dan memegang
macam macam senjata. Melihat keangkeran itu, rakyat
bersorak sorai tak henti-hentinya.
BOE KIE mendongkol bukan main. Ia menganggap
penduduk kota raja tidak mengenal malu dan melupakan,
bahwa negara mereka dijajah orang.
Baru saja kedua bendera itu lewat didepan Boe Kie, dari
sebelah barat tiba-tiba menyambar dua helai sinar putih
kearah tiang bendera. Sinar itu adalah sinar golok terbang
yang masing-masing terdiri dari tujuh batang. Walaupun
tiang bendera itu besar, tapi kedua tiang itu tidak dapat
bertahan dari serangan tujuh golok, sehingga di lain saat
kedua-duanya patah dan roboh bersama sama benderanya.
Keadaan lantas saja berubah kalut. Belasan orang terguling
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertimpa tiang. Kejadian yang tidak diduga-duga itu turut mengejutkan
Boe Kie dan Cie Jiak. Han Lim Jie kegirangan dan tanpa
merasa mulutnya terbuka untuk. bersorak. Untung juga
sebelum suaranya keluar mulutnya keburu ditekap Cie Jiak.
Boe Kie tahu, bahwa golok terbang itu dilepaskan oleh ahli
silat kelas satu, hanya sayang ia tak lihat siapa yang
melepaskannya. Empat ratus serdadu Mongol yang melindungi bendera
gusar tercampur takut. Secara serampangan mereka
menangkap tujuh delapan orang yang segera dibinasakan
ditempat itu juga. Han Lim Jie meluap darahnya. "Binatang!" cacinya
dengan suara tertahan. Yang melepaskan golok sudah
kabur, yang dibinasakan rakyat tidak berdosa".
"Sst! Han Toako!" bisik Cie Jiak. "Kita mau nonton,
bukan mau bikin ribut".
Han Lim Jie manggutkan kepalanya dan tidak berani
buka suara lagi. Sesudah ribut ribut sebentar dari belakang datang lagi
rombongan-rombongan tetabuhan. Rakyat mulai bersorak-
sorak pula dan kejadian tadi yang mengenaskan segera
dilupakan orang. Dibelakang rombongan tetabuhan yang kedua itu
mengikuti rombongan-rombongan wayang, seperti wayang
po-tee-hie dan lain-lain, dan selewatnya, rombongan
wayang muncullah kereta-kereta hias yang ditunggu-
tunggu. Setiap kereta ditarik kuda pilihan dan diatas kereta
terdapat pemuda-pemudi dengan bermacam-macam pakaian yang menggambarkan ceritera-ceritera atau dongeng jaman dahulu, seperti "Pek-Nio nio merendam
http://dewi-kz.info/

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim san," "Tong Som Cong mengambil kitab suci di See
thian". "Tong Beng pesta di istana rembulan dan
sebagainya. Disaban kereta terdapat sehelai bendera suram dengan
nama pembesar yang mempersembahkannya. Makin ke
belakang kereta itu makin indah dan pembesar-pembesar
yang namanya tertera di bendera juga makin tinggi
pangkatnya. Dengan mendapat tempik sorak gegap gempita, kereta-
kereta lewat satu demi satu. Tiba-tiba suara tetabuhan yang
mengiring setiap kereta berubah secara menyolok yang
diperdengarkan sebuah lagu kuno. Boe Kie melihat, bahwa
di kereta yang sedang mendatangi tertancap sehelai bendera
putih, dengan tulisan. "Cioe Kong Lioe hong Koan coan (
Cie Kong membuang Koan Siok dan Coa Siok ). Di kereta
itu terdapat seorang pria setengah tua yang memegang
peranan Cioe Kong dan disampingnya berduduk seorang
kanak-kanak yang mengenakan pakaian raja yaitu Raja Yan
seng ong. Dua orang lain yang mengenakan pakaian
sebagai Koan Siok dan Coa Siok, berbisik-bisik satu sama
lain dan menuding-nuding Cioe Kong. Dibelakang kereta
tersebut mengikuti lain kereta dengan bendera dengan
tulisan yang berbunyi: "Ong Bong Kee-jin Kee Gie" (Ong
Bong berlagak jadi manusia budiman) "Ong Bong" di kereta
itu, yang mukanya dipoles bedak putih, sedang membagi
bagian uang kepada beberapa rakyat miskin, D i belakang
kedua kereta itu mengikuti empat bendera dengan tulisan
yang merupakan sajak. "Cioe Kong pernah dicaci.
Ong Bong pernah dipuja. Kalau waktu itu mereka mati,
Tulen palsunya yang tahu siapa?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Membaca sajak itu. Boe Kie manggut-manggut
manggutkan kepala. "Benar," pikirnya. "dalam dunia ini,
salah atau benar, hitam atau putih, sukar sekali bisa
diketahui. Cioe Kong seorang nabi, tapi, waktu membuang
Koan Siok dan Coa Siok orang menuduhnya sebagai
pengkhianat yang ingin merebut tahta kerajaan. Ong-bong
seorang menteri dorna. Tapi semula pada waktu ia
merendahkan diri dan menghormat rakyat ia dipuji. Inilah
apa yang dikatakan sesudah berjalan jauh, barulah kita tahu
seekor kuda, sesudah diuji lama. barulah kita mengenal hati
manusia. Orang yang menerangkan kedua kereta itu bukan
sembarang orang. Ia termenung. Ia ingat segala pengalaman
yang akhir-akhir ini. Ia ingat duga-dugaannya dalam sebuah
teka-teki yang ditutup kabut. Manusia apa sebenarnya Tio
Beng" Apa dia membunuh atau tidak membunuh In Lee"
Sekonyong-konyong ia disadarkan oleh suara gembereng
pecah. Ia menengadah dan melihat sebuah kereta yang
ditarik oleh dua kuda kurus. Berbeda dari yang lain, kereta
itu polos tanpa hiasan apapun jua.
Beberapa orang tertawa mengejek. "Masakah kereta
begitu turut diarak?" kata seorang.,
Tapi waktu kereta ita mendekati, Boe Kie terkesiap. Ia
terkesiap karena diatas kereta, disebuah dipan, bersila
seorang tinggi besar yang rambutnya kuning, dan kedua
matanya meram. Siapa lagi, kalau yang digambarkan bukan
Kim-mo Say ong Cia Soen" Disamping "Cia Soen" berdiri
seorang wanita cantik yang memegang cangkir teh.
Keayuan wanita itu belum menyamai Cie Jiak, tapi pakaian
dan geriknya tidak berbeda dari nona Cioe.
"Cioe Kouwnio, dia mirip kau!" bisik Han Lim Jie
dengan suara kaget. Cie Jiak tidak menyahut, Boe Kie menengok dan melihat
muka si nona yang pucat pasi dan dada yang turun naik. Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa tunangannya sedang bergusar. Ia mencekal
tangan orang yang dingin bagaikan es.
Kereta yang disebelah belakang masih memperlihatkan
ceritera "Cia Soen Cie Jiak", Cie Jiak menotok punggung
"Cia Soen" dan kemudian mengangkat pedang untuk
membunuh oraug tua itu. "Benar! benar!Bunuh dia!" teriak
beberapa orang. Kereta ketiga masih juga cerita "Cia Soen Cie Jiak"
Enam tujuh orang mengenakan pakaian pengemis sedang
menahan 'Cia Soen dan Cie Jiak."
Boe Kie tak merasa sangsi lagi, bahwa ketiga kereta itu
dibuat atas suruhan Tio beng, untuk menghina tunangannya. Ia membungkuk, menjemput enam butir batu
kecil dan menimpuk Hebat sungguh timpukan itu! Setiap batu mampir tepat
di mata kanan setiap kuda dan batu itu terus masuk ke otak,
sehingga sesudah berbenger dan berjingkrak-jingkrak, enam
ekor kuda itu lantas saja roboh binasa. Keadaan berubah
kalut. Kecuali Cie Jiak dan Han Liem Jie, tak seorangpun
mendapat tahu timpukan dari dalam tangan bajunya.
Nona Cioe menggigit bibirnya, "Boe Kie koko," katanya,
perempuan siluman itu . . .. terlalu, terlalu menghina
aku....." Ia tak bisa meneruskan suaranya yang parau dan
badannya agak bergemetaran.
Dengan rasa kasihan, Boe Kie mencekal tangan
tunangannya. "Cie Jiak," katanya dengan suara membujuk,
perempuan itu memang dapat melakukan apa pun jua. Kau
jangan ladeni. Asal aku mencintai kau, orang luar tak akan
bisa berbuat sesuatu apa."
Cie Jiak mengangguk. Lewat beberapa saat mendadak ia
berkata. "Ah, sekarang ku ingat! Hari itu Giehoe sehat-sehat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja dan tiba-tiba ia bergemetaran, lalu roboh. Sesudah
roboh mulutnya ngaco. Apa tak bisa jadi.....perempuan
siluman itu bersembunyi di rumah penginapan dan
melepaskan senjata rahasia terhadap Gie hoe?"
"Kurasa tak mungkin" jawab Boe Kie.
"Kalau itu perbuatannya aku rasa tak akan keburu
menyusul ke kelenteng Bie tek-hoed. Mungkin juga
kerajaan Hian beng Jie loo.
Sementara itu sejumlah serdadu Mongol sudah datang
dan menyingkirkan bangkai2 kuda supaya arak-arakan
tidak terhalang. Boe Kie dan Cie Jiak tak punya kegembiraan lagi untuk
menonton kereta-kereta hias lewat tanpa diperhatikan
mereka. Sesudah kereta hias, datanglah rombongan pendeta
yang mengenakan jubah merah, diikuti oleh 2000 serdadu
Gie lim koen yang bersenjata tombak dan 3000 serdadu
pilihan yang bersenjata gendewa dan anak panah.
Kemudian, diantara asap hio yaag mengepul keatas,
berjalan rerotan joli dengan patung-patung malaikat,
semuanya 360 patung. Dengan paling dulu joli Kwan
teeSeng koen (Kwan Kong ). Rakyat menyambut rerotan itu
dengan mengucapkan doa, banyak diantaranya berlutut
ditanah. Akhirnya, sesudah lewatnya barisan yang membawa
alat-alat upacara, seperti kim koa (labu emas), kim toei
(martil emas) dan sebagainya, rakyat bersorak, "Hongsiang!
Hongsiang!" teriak mereka.
Sebuah joli besar yang ditutup dengan sutera kuning dan
digotong oleh 32 sie wie baju sulam kelihatan mendatangi.
Joli itu joli kaisar. Boe Kie mengawasi dengan mata tajam.
Ia mendapat kenyataan, bahwa kaisar itu pucat mukanya
dan suatu tanda dari pelesir dan arak yang tidak mengenal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batas. Putera mahkota mengikuti dengan menunggang
kuda. Dengan menggendong gendewa tertawa emas, putera
kaisar itu kelihatan gagah dan angker dan cocok untuk
menjadi sesorang putera Mongol.
"Kauwcoe," bisik Han Lim Jie, "mengapa kau tidak mau
menggunakan kesempatan ini untuk membinasakan kaisar
Tat coe itu?" "Hm!" jawabnya. Ia tidak bisa lantas mengambil
keputusan dan lalu menimbang-nimbang baik tidaknya.
"Dengan membinasakan dia Kauwcoe menyingkirkan
satu bahaya bagi rakyat," bisik pula Han Lim Jie. "Biarpun
dia banyak pengawalnya2, mana bisa menghalangi
serangan Kauwcoe." Mendadak, seorang yang berdiri disebelah kiri Boe Kie,
berbisik. "Tidak boleh! Jangan!"
Boe Kie terkejut dan melirik orang itu, seorang penjual
obat setengah tua . Sekonyong-konyong dia mengacungkan
kedua jempolnya dan membuat tanda obor didepan
dadanya. "Pheng Eng Giok menghadap kepada Kauwcoe,"
bisiknya. Boe Kie kegirangan dan berkata dengan suara tertahan.
"Kau! ... Pheng ..."
Pandai sungguh Pheng Hweeshio menyamar, sehingga
Boe Kie yang berdiri disampingnya tidak dapat
mengenalinya. "Disini bukan tempat bicara," bisik Pheng Eng Giok.
"Kauwcoe tidak beleh binasakan kaisar Tat coe."
Boe Kie tahu, bahwa pembantunya itu mempunyai
pemandangan yang sangat luas. Ia mengangguk dan
mencekal tangannya erat-erat, sebagai tanda rasa girangnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar dan putera mahkata diiringi oleh barisan Gie lim
koen dengan kekuatan 3000 orang dan rerotan yang terakhir
adalah berlaksa rakyat jelata yang mengenakan pakaian
beraneka-warna. "Mari lihat Hong houw Nio nio dan Kong
coe Nio nio!" seru beberapa orang sambil menggapai
sahabat atau kenalannya. "Aku ingin sekali lihat mereka," kata Coe Jiak kepada
Boe Kie. Ia mengangguk dan bersama Pheng Eng Giok dan
Han Lim Jie, mereka lalu menuju ke arah Giok tek tian,
bersama-sama rerotan rakyat. Tak lama kemudian mereka
melihat tujuh buah loteng indah yang dihias secara indah
pula. Dibawah loteng dijaga oleh sepasukan Gie lim koen
bersenjata rotan yang digunakan untuk mengusir rakyat
yang datang terlalu dekat. Dengan tak banyak susah Boe
Kie berempat mendesak ke depan. Di loteng yang di
tengah-tengah berduduk sang kaisar disebuah kursi naga-
nagaan dengan diapit oleh dua orang permaisurinya yang
berbadan gemuk dan berpakaian mewah. Putera mahkota
duduk di sebelah kiri, sedang yang duduk di sebelah kanan
seorang wanita muda yang berusia kira-kira dua puluh
tahun. "Dia tentulah puteri kaisar," kata Boe Kie di dalam hati
sambil mengawasi loteng kedua yang terletak disebelah kiri.
Tiba-tiba jantungnya mengetuk lebih keras, karena di
loteng ini berduduk Tio Beng yang mengenakan baju bulu
dan perhiasan mahal. Di tengah-tengah loteng itu berduduk
seorang raja muda yang berparas agung dan bukan lain
daripada Kuhkun Temur, ayahanda Beng-beng Koencoe.
Kuhkun Temur, kakak Tio Beng kelihatan berjalan di sisi
loteng dengan tindakan seperti tindakan harimau.
Dengan mata mendelong Cie Jiak mengawasi kedua
permaisuri yang mewah itu. Tanpa merasa ia maju
beberapa tindak dan melewati perbatasan yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperbolehkan untuk rakyat jelata. Seorang anggota Gie lim
koen segera menyabet dengan rotannya.
Bagaikan kilat Cie Jiak menangkap ujung rotan. Dengan
mudah ia akan dapat merobohkan serdadu itu, tapi sejenak
kemudian ia melepaskan cekalannya dan mundur, akan
kemudian menghilang diantara orang banyak.
Ketika itu didepan loteng mulai diadakan latihan barisan
Thian mo Thia tin oleh rombongan Han ceng (pendeta
asing). "Tin" yang diperlihatkan di keluarga kaisar benar-
benar hebat dengan perubahan-perubahan yang sangat
aneh, sehingga saban-saban mendapat sambutan yang
gegap gempita dari berlaksa rakyat. Tapi Cie Jiak tidak
tertarik oleh latihan itu. Sesudah mengawasi Tio Beng
beberapa lama, ia menghela napas, dan berkata. "Mari kita
pulang." Setibanya di rumah penginapan, Pheng Eng Giok
memberi hormat kepada Boe Kie sebagai mana layaknya
dan masing-masing lalu menceriterakan pengalamannya.
Pheng Hweeshio yang baru kembali dari Hway see ternyata
tak tahu kalau Cia Soen sudah pulang ke Tiong goan. Ia
memberitahu, bahwa Coe Goan Cang, Cie Tat dan Siang
Gie Coen telah memperoleh banyak kemajuan sehingga
Beng kauw sangat disegani.
Pheng Taysoe," kata Han Lim Jie sesudah Pheng Eng
Giok selesai menutur. "Apabila tadi kita melompat untuk
naik ke loteng dan membunuh kaisar Tat coe itu, bukankah
dengan demikian kita menyingkirkan satu bencana bagi
rakyat?" Pheng Hweeshio menggeleng-gelengkan kepala, "Kaisar
bebodoran itu justru pembantu kita yang sangat berharga,"
jawabnya. "Mana boleh kita membunuh dia?"
"Han Heng tee" kata Pheng Eng Giok sambil tersenyum,
http://dewi-kz.info/

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"kaisar itu tolol, kejam dan doyan pelesir. Paling belakang
dia memerintahkan penggalian sungai Hong ho. Rakyat
sangat menderita dan bergusar. Mengapa saudara-saudara
kita sudah memperoleh hasil-hasil baik di medan perang"
Apa benar tentara rakyat serba kekurangan bisa melawan
tentara Mongol yang gagah perkasa" Sebab musabab dari
kemenangan kita ialah karena rakyat sudah. membenci Tat
coe. Dalam setiap pertempuran, rakyat membantu kita.
Kaisar tolol itu tak bisa menggunakan orang-orang pandai,
Jenderal yang seperti Jie Lam ong selalu dihalang-halangi
dan dicurigai. Kaisar bebodoran itu kuatir, bahwa kalau
pahalanya sudah terlalu besar, raja muda tersebut akan
merebut kerajaan. Maka itu perlahan-lahan dia mengurangi
kekuasaan Jie Lam ong atas ketentaraan dan mengangkat
jenderal-jenderal tolol untuk memimpin tentara, sehingga
biarpun gagah perkasa, pasukan-pasukan Mongol sering
kalah dalam medan perang. Inilah sebabnya mengapa aku
mengatakan bahwa kaisar Tat coe itu pembantu kita yang
sangat berharga." Han Lim Jie tersadar. Ia manggut-manggutkan
kepalanya dan merasa kagum akan pandangan Pheng Eng
Giok yang sangat jauh. "Apabila kita membunuh kaisar Tat coe itu, putera
mahkota akan menggantikannya" kata pula Pheng
Hweeshio. "Meskipun bodoh, dia tentu tak sebodoh
ayahnya. Jika dia bisa menggunakan panglima-panglima
yang pandai usaha kita bisa gagal seanteronya.''
"Syukur sekali Taysoe berada disini" kata Boe Kie.
"Kalau tidak, mungkin aku sudah menyerang dan merusak
urusan besar." "Kauwcoe adalah seorang yang sangat penting dan
memikul tugas berat untuk mengusir kekuasaan Tat coe"
kata Pheng Eng Giok. "Maka itu Kauwcoe tak boleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menempuh bahaya secara sembrono. Seorang kaisar selalu
dijaga keras dan diantara pengawalnya terdapat banyak
orang yang berkepandaian tinggi. Meskipun gagah,
Kauwcoe belum tentu bisa melawan mereka yang
berjumlah sangat besar."
Boe Kie mengangkat kedua tangannya dan berkata. "Aku
merasa sangat berterima kasih untuk nasihat Taysoe dan
aku berjanji akan memperhatikannya."
Cie Jiak menghela napas. "Memang kau juga tidak boleh
sembarangan menerjang bahaya" katanya. Di hari
kemudian sesudah usaha kita berhasil, kursi naga tentu
akan diduduki oleh Thio Kauwtjoe."
Han Lim Jie bertepuk tangan. "Benar!" serunya dengan
suara perlahan. "Thio Kauwcoe jadi Hongtee. Cioe Kouwnio jadi Hong
houw. Pheng dan Yo coesoe sebagai Yoe sin siang."
Muka nona Cioe lantas saja berubah merah. Ia
menunduk dengan sikap kemalu-maluan tapi sinar ujung
matanya menandakan bahwa ia merasa girang sekali.
Dengan sikap bingung Boe Kie sendiri buru-buru
menggoyang-goyangkan kedua tangannya. "Han Hengtee,
perkataanmu itu tak boleh dikeluarkan lagi!" katanya
dengan suara sungguh-sungguh. "Aku hanya bertujuan
untuk menolong rakyat dari penderitaan, sesudah berhasil
aku akan segera mengundurkan diri. Aku sedikitpun tak
kemaruk akan kekayaan dan kedudukan tinggi."
Pheng Eng Giok tertawa. "Kauwcoe mempunyai
kepandaian dan kebijaksanaan yang jarang tandingan"
katanya, "Kalau waktunya tiba andaikata Kauwcoe mau
menolak, Kauwcoe takkan bisa menolak. Dahulu, Tio
Kong In pun belum pernah mimpi akan menjadi kaisar." (
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ti Kong In adalah, pertama dari kerajaan Song)
"Tidak bisa!" kata Boe Kie. "Bila dalam usaha ini hatiku
bercabang dan mempunyai angan-angan untuk keuntungan
pribadi, biarlah langit dan bumi mengutuk aku, biarlah aku
mati secara tidak baik!"
Mendengar penolakan yang disertai sumpah itu, paras
muka Cie Jiak lantas saja berubah. Ia melongok keluar
jendela dan berkata, "Pemimpin Beng Kauw menjadi kaisar
bukan kejadian yang terlalu luar biasa. Dahulu ayahku
mengangkat diri sendiri sebagai raja. Kalau berhasil,
bukankah ayah sudah menjadi Hong-tee?"
"Ya, hanya sayang Cioe Coe Ong Cioe Soeheng gagal
dalam usahanya," kata Pheng Eng giok dengan suara duka.
"Kalau berhasil, Cioe Kouwnio sudah menjadi Kong coe
Nio-nio." Cie Jiak tertawa dingin. "Mm!....." Ia mengeluarkan
suara di hidung. "Apakah keistimewaan Koen coe dari Jie-
lam ong" Tapi toh ada yang mengawasinya tanpa berkedip
dan mendewi-dewikannya. Kalau aku jadi lelaki dan aku
mau menikah dengan keluarga kaisar sendiri, kalau bisa
menjadi Hoe-ma barulah boleh dibuat bangga. (Hoe ma
adalah Menantu lelaki dari seorang kaisar)
Pheng Eng Giok dan Han Lim Jie yang menafsirkan
perkataan Cie Jiak sebagai guyonan, lantas saja tertawa
terbahak-bahak. Tapi Boe Kie sendiri bukan main rasa
jengahnya. "Cie-Jiak sangat halus budi pekerti, tapi
mengapa ha ri ini ia mengeluarkan kata-kata itu?" pikirnya.
"Mungkin sekali waktu tadi aku mengawasi Tio
Kouwnio, Cie Jiak merasa tak senang. Tapi... ah! ...
Perkataannya itu hanya membuktikan kecintaannya
terhadapku." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Pheng Eng Giok melaporkan hasil-hasil
gerakan Beng Kauw dalam keseluruhannya. Ia mengatakan
bahwa biarpun sering juga menderita kekalahan di medan
perang tapi tenaga kekuatan Beng kauw makin lama jadi
makin besar! Hanya sayang dalam Rimba Persilatan masih
terdapat partai-partai yang merasa jelus atau mengiri,
persatuan yang sempurna belum tercapai. Maka itu kata
Pheng Eng Giok alangkah baiknya jika bisa diadakan
pertemuan dan musyawarah besar antara orang-orang
gagah Rimba Persilatan. Apabila tercapai persatuan yang
kokoh, maka usaha mengusir Tat-coe pasti akan terwujud.
"Taysoe benar," kata Boe Kie. "Nanti sesudah bertemu
dengan Yo-CoSoe, kita akan berdamai lebih jauh."
Sesudah makan malam Boe Kie berkata, "Aku dan
Pheng Taysoe ingin jalan-jalan sambil mendengar-dengar
halnya Giehoe." Ia menengok kepada Han Lim Jie dan
berkata pula: "Han Heng-tee, kau dan Cie Jiak tak usah
mengikut. Kalian mengaso saja." Ia tidak mau mengajak
Han Lim Jie sebab kuatir saudara yang berangasan itu
menerbitkan onar. Sesudah keluar dari rumah penginapan, mereka
berpencaran, yang satu mengambil jalan ke barat, yang lain
ke timur dan berjanji akan pulang ke penginapan sebelum
jam dua lewat tengah malam.
Boe Kie yang menuju ke barat memasang mata dan
kuping. Tapi apa yang didengarnya hanya omong-omongan
rakyat tentang keramaian siang tadi dan cerita-cerita
ngawur tentang pemberontakan Beng kauw. Ia tak
mendapat sesuatu yang penting. Ia berjalan dengan
menuruti mau nya kaki, makin lama jalan jadi makin sepi.
Tiba-tiba jantungnya memukul keras karena ia mendapat
kenyataan, bahwa ia berada didepan sebuah rumah makan
kecil, dimana dahulu ia pernah minum arak bersama-sama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tio Beng. "Mengapa aku bisa datang kesini" Apa lantaran
aku selalu tidak dapat melupakan Tio Kouwnio?" tanyanya
didalam hati. Pintu rumah makan itu separuh dirapati, di dalam tidak
terdengar suara, seperti juga tiada tamunya. Ia mendorong
pintu dan bertindak masuk. Seorang pegawai kelihatan
tertidur sambil mendekam di meja. Ia terus masuk kedalam.
Ternyata, pada sebuah meja di suatu sudut berduduk
seorang tamu yang sedang bersantap dengan muka
menghadap kedalam, dibawah penerangan sebatang lilin.
Hati Boe Kie berdebar-debar sebab ia segera mengenali,
bahwa meja itu adalah dimana ia pernah minum arak
bersama nona Tio. Sebab mendengar tindakan, tamu itu mendadak
berbangkit dan menengok dan ... orang itu bukan lain dari
pada Tio Beng sendiri! Untuk sejenak kedua-duanya berdiri terpaku dan Kedua-
duanya mengeluarkan seruan kaget.
"Kau! ... mengapa kau datang kesini?" kata Tio Beng.
Suaranya bergemetaran. Sebagai tanda dari goncangan
hatinya. "Aku keluar jalan-jalan dan kebetulan lewat disini dan
tak dinyana......" kata Boe Kie sambil mendekati. Melihat
seperangkat piring mangkok dan sepasang sumpit didepan
si nona, ia berkata pula "Apa kau sedang menunggu
seseorang ?" Tio Beng lantas bersemu dadu. "Tidak" jawabnya. "Dua
kali kita pernah minum arak di sini dan kau duduk
dihadapanku. Maka itu ... maka itu ... kuperintahkan
pelayan menyediakan piring mangkok itu."
Boe Kie merasa sangat berterimakasih. Ia lihat empat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat macam sayur di meja dan ke empat macam sayur itu
tidak berbeda dengan sayur yang pernah dimakannya
bersama sama nona Tio. Tak kepalang rasa terharunya Boe Kie. Tanpa merasa ia
memegang tangan si nona dan berkata dengan perlahan.
"Tio Kouwnio .... "
"Aku hanya merasa menyesal ..." kata si nona,
"menyesal aku terlahir dalam keluarga raja muda Mongol
yang menjadi musuhmu ..."
Pada saat itulah, di luar jendela mendadak terdengar
"heh-heh," suara tertawa dingin, dan serupa benda
menyambar lilin yang lantas saja menjadi padam. Boe Kie
dan Tio Beng mengenal bahwa suara itu suara Cie Jiak.
Mereka jadi serba salah keluar salah, berdiam diruangan
yang gelap itupun salah. Dalam detik itu, di atap rumah
terdengar suara berkeresekan dan bagaikan angin, Cie Jiak
sudah berlalu. "Apa benar kau sudah bertunangan sama dia?" bisik Tio
Beng. "Benar," jawabnya. "Aku tidak boleh berdusta."
"Hari itu waktu bersembunyi dibelakang pohon,
kudengar perkataan-perkataanmu yang penuh kecintaan,
yang manis seperti madu. Ketika itu, aku ingin lantas mati,
aku tak mau hidup lebih lama lagi di dunia ini. Aku tertawa
dingin dua kali. Sekarang ia membalasnya. Tapi . . . tapi . . .
dari mulutmu aku tidak pernah mendengar sepatah katapun
yang bisa menghibur hatiku ..."
"Tio Kouwnio, sebenarnya aku tidak boleh datang kesini
lagi, tidak boleh bertemu muka lagi dengan kau. Aku sudah
mengikat janji dan aku tak pantas melakukan sesuatu yang
dapat membangkitkan rasa dukamu. Tio Kouwnio ibarat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon kau bercabang emas dan berdaun kemala. Mulai dari
sekarang kau harus melupakan aku ...."
Tio Beng memegang tangan Boe Kie dan mengusap-usap
tanda bekas luka dibelakang tangan itu. "Luka ini karena
gigitanku." katanya, "Biarpun ilmu silatmu tinggi, biarpun
ilmu ketabibanmu tinggi, tak bisa kau menghilangkan tanda
luka dalam hatiku?" Sehabis berkata begitu, ia menatap
wajah Boe Kie dengan air mata yang tak bisa dilukiskan.
Sekonyong-konyong kedua tangaanya memegang kepala
Boe Kie dan ia . . .. menggigit bibir pemuda itu sehingga
mengeluarkan darah! Sesudah itu ia mondorong dan
melompat keluar dari jendela. "Penjahat cabul! Aku benci
kau!... aku benci kau ..." serunya.
o)0o-dw-o0(o SESUDAH Boe Kie dan Pheng Eng Giok berlalu, Han
Lim Jie berkata "Cioe Kouwnio, kau tidurlah siang-siang."
Sehabis berkata begitu, ia segera berlalu dan pergi ke
kamarnya sendiri. Cie Jiak tertawa, "Han Toako," katanya. "Mengapa kau
begitu takut" Duduk omong omong sebentar saja kau tidak
mau." "Tidak ! tidak!" jawabnya. Ia mempercepat tindakannya,
masuk ke kamarnya dan lalu menapal pintu.
Sambil rebah diatas pembaringan batu, ia membayangkan kecantikan dan kehalusan Cie Jiak yang
dipandangnya seperti dewi. Tak lama kemudian ia tertidur.
Kira-kira tengah malam mendadak pintu terketuk. Ia
melompat bangun dan bertanya, "Siapa?"
"Aku," demikian terdengar suara Cie Jiak. "Buka pintu!
Aku ingin bicara denganmu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Lim Jie melompat turun dari pembaringan,
membuka tapal pintu dan menyalakan lilin. Dengan kaget
ia lihat kedua mata si nona yang merah dan sikapnya yang
luar biasa. "Cioe Kauwnio, kau . . . kau. . . kenapa?"
tanyanya. Untuk sejenak ia berdiri terpaku dan kemudian
sambil lari keluar ia berkata, "Aku mau ambil air." Tak
lama kemudian ia masuk lagi dengan membawa sepaso air.
"Kau . . . cucilah mukamu," katanya.
Cie Jiak tidak menyahut. Ia hanya menggelengkan
kepalanya dan mengawasi api lilin dengan mata


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendelong. Mendadak air matanya mengucur. Han Lim Jie
kaget bercampur bingung, ia tak tahu apa yang harus
diperbuatnya. Lama juga nona Cioe berdiri bengong seperti orang
linglung. Tiba-tiba ia tersadar dan mengeluh dengan suara
perlahan. "Cioe Kouwnio, siapa yang menyakitimu?" tanya Han
Lim Jie. "Beritahukanlah kepadaku. Si orang she Han akan
tikam dia." Cie Jiak tetap membungkam. Sambil menghela napas, ia
bertindak keluar dan masuk ke kamarnya sendiri. Sesudah
duduk beberapa lama, ia keluar lagi.
Han Lim Jie jadi makin bingung. Tak lama kemudian
kentong berbunyi tiga kali. "Mengapa Kauwcoe dan Pheng
Taysoe belum juga balik?" tanyanya didalam hati, "Tak
lama ada jalan lain dari pada tunggu pulangnya mereka."
Walaupun berkuatir, ia tidak berani menengok si nona yang
sudah masuk lagi ke kamarnya. Ia lalu merebahkan diri di
pembaringan. Dalam keadaan setengah tidur, sekonyong-konyong ia
mendengar suara gedubrukan di kamar Cie Jiak, seperti
jatuhnya kursi. Ia melompat bangun dan berlari-lari ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar nona Cioe. Dengan bantuan sinar rembulan, dari
luar jendela ia lihat bayangan sesosok tubuh manusia yang
bergelantungan dan bergoyang-goyang dengan perlahan.
Dengan hati mencelos ia berteriak "Cioe Kouwnio ! ... Cioe
Kouwnio ..." Ia menolak pintu, tapi pintu ditimpal dari dalam. Tanpa
memikir panjang lagi, dengan seantero tenaga, ia
mendorong pintu dengan pundaknya, sehingga timpal pintu
patah. Ia masuk ke dalam dan segera menyalakan lilin.
Cocok dengan dugaannya, nona Cioe menggantung diri
dengan seutas tambang yang diikatkan pada balok rumah
dengan lehernya sendiri. Bagaikan kalap, ia melompat
tinggi, menjambret tambang dan menarik sekuat-kuatnya,
sehingga tambang itu putus. Dengan tangan bergemetaran,
ia mendukung tubuh si nona dan merebahkannya diatas
pembaringan. Seperti disambar halilintar, ia mendapat
kenyataan, bahwa nona Cioe sudah tidak bernapas! "Cioe
Kouwnio !.... Cioe Kouwnio !..." ia sesambat.
Tiba-tiba diluar kamar terdengar suara seorang. "Han
Toako, ada apa?" Orang itu lantas masuk kedalam dan dia
bukan lain daripada Boe Kie sendiri. Melihat tunangannya,
bukan main kagetnya, pemuda itu. Buru-buru ia membuka
ikatan tambang pada leher Cie Jiak dan meraba dadanya.
Untung juga jantungnya masih berdenyut. "Masih bisa
ditolong," katanya dengan suara lega. Ia lalu mengurut
punggung Cie Jiak dan mengirim Kioeyang Cin khie
kedalam tubuh si nona. Beberapa saat kemudian Cie Jiak berteriak, "Uah!" dan
lalu menangis. Ia membuka matanya dan begitu melibat
Boe Kie ia berkata "Biar aku mati! Aku lebih baik mati!"
Mendadak ia lihat bibir Boe Kie yang berdarah dan
bertanda tapak gigi, darahnya lantas saja bergolak dan
dengan sekuat tenaga ia menggaplok.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Lim Jie terkesiap. Ia berdiri terpaku dan mengawasi
dengan mata membelalak. Pihak mana yang harus diambil
olehnya" Di satu pihak Kauwcoe yang dipujanya, dilain
pihak calon nyonya Kauwcoe yang juga dipandangnya
seperti dewi. Selagi kebingungan mendadak pundaknya
ditepuk orang. Ia menengok dan ternyata orang itu bukan
lain dari pada Pheng hweeshio. "PhengTay soe" katanya
dengan suara girang. "Lekas bujuk Cioe Kouwnio!"
Pheng Eng Giok tertawa. "Bujuk apa?" tanyanya. "Mari
kita keluar". "Tidak bisa! Mereka akan berkelahi! Cioe Kouwnio
bukan tandingan Kauwcoe," kata si tolol.
Pheng Eng Giok tertawa terbahak bahak. "Han Heng-tee,
apakah kita berdua bisa menandingi Kauwcoe?" tanyanya.
"Aku berani pastikan dengan seorang diri Cioe Kouwnio
akan mendapat kemenangan." Seraya berkata begitu, ia
memberi isyarat dengan kedipan mata dan lalu menarik
taagan Han Lim Jie. Sementara itu, sesudah menggapelok tunangannya, Cie
Jiak lalu membanting diri di pembaringan dan menangis
tersedu-sedu. Boe Kie duduk di pinggir ranjang dan sambil
mengusap-usap pundak si nona, ia berkata dengan suara
lemah lembut. "Sungguh mati aku tidak berjanji dengan dia
untuk mengadakan pertemuan di situ. Hal itu telah terjadi
karena kebetulan saja."
"Justa! Bohong! Aku tidak percaya!"
Boe Kie menghela napas. "Cie Jiak, apa kau tak ingat
riwayat Cioe Kong dan Ong Bong?" tanyanya. "Dalam
dunia ini banyak sekali kejadian-kejadian kebetulan yang
bisa menimbulkan salah mengerti".
Si nona bangun duduk. "Kau sungguh kejam!" teriaknya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koencoe Nio nio-mu menghina aku dengan sajaknya dan
kau bahkan menyebut-nyebutnya lagi. Lihat bibirmu! Apa
kau tak malu?" Sehabis berkata begitu, mukanya sendiri
berubah merah. Boe Kie mengerti, bahwa ia takkan dapat membela diri.
Jalan satu-satunya ia harus bersabar. Melihat muka
tunangannya yang kemerah-merahan, lehernya yang masih
bertanda bekas ikatan tambang dan matanya yang merah, di
dalam hatinya lantas saja timbul rasa kasihan. Ia ingat,
bahwa jika tidak keburu ditolong oleh Han Lim Jie,
tunangannya itu pasti sudah binasa. Mengingat begitu,
dengan rasa terharu ia segera memeluk. Cie Jiak coba
memberontak, tapi Boe Kie terus memeluk erat-erat dan
mencium dahinya. Lama ia memeluk dan Cie Jiak pun tidak memberontak
lagi. Tiba-tiba ia merasa jengah sendiri. Perlahan-lahan ia
melepaskan pelukannya dan berkata. "Cie Jiak, kau
tidurlah. Besok kita bicara lagi. Kalau aku berani menjustai
kau lagi dan diam-diam mengadakan pertemuan dengan
Tio Kouwnio, kau boleh bunuh aku."
Si nona tidak menjawab. Ia terus menangis dengan
perlahan. Makin dibujuk, ia menangis makin keras.
Akhirnya Boe Kie bersumpah, bahwa ia tidak akan
berkhianat dan bahwa ia masih tetap mencintai si nona
deagan segenap jiwa. "Aku tak mempersalahkan kau, aku hanya merasa
menyesal akan nasibku yang buruk..." kata Cie Jiak dengan
suara hampir tak kedengaran.
"Diwaktu masih kecil, kita bersama-sama bernasib
buruk," kata Boe Kie. "Dengan Tat coe yang berkuasa,
seluruh rakyat bernasib buruk. Nanti sesudah Tat coe
terusir, kita akan hidup beruntung."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Cie Jiak mengangkat kepalanya dan berkata
dengan suara sungguh-sungguh, "Boe Kie Koko, kutahu
kecantikanmu terhadapku. Ku tahu ini semua karena gara-
gara bujukan si perempuan siluman... bukan kau yang
berhati bercabang. Tapi ... tapi ... dengan sebenarnya aku
tak bisa menjadi isterimu. Aku ingin mati. Tapi si Han Lim
Jie menolong aku. Sesudah gagal satu kali, aku tak berani
mencoba untuk kedua kali. Aku... akan mengikuti contoh
Soehoe, aku akan mencukur rambut dan menjadi pendeta.
Ya! Ciang ... boenjin dari Gobie pay memang biasanya
seorang wanita yang tidak menikah."
"Mengapa kau mempunyai pikiran begitu " Apakah kau
bergusar terhadap Tio Kouwnio karena kau anggap Tio
Kouwnio memberi petunjuk, bahwa kaulah yang sudah
mencelakai ayah angkatku ?"
"Apa kau percaya ?"
"Tentu saja tidak!"
"Kalau tidak percaya, baguslah. Siapapun juga tak akan
percaya." "Tapi mengapa kau terus berduka?"
Cie Jiak menggigit bibirnya. "Karena ... karena ..."
katanya. Sehabis mengatakan dua kali perkataan "karena",
ia memalingkan mukanya ke jurusan lain. "Boe Kie Koko,"
katanya pula dengan suara parau. "Sebenarnya kau lebih
baik tidak pernah bertemu dengan aku. Mulai dari
sekarang, kau jangan ingat-ingat lagi diriku. Kau boleh
menikah dengan Tio Kouwnio atau dengan wanita lain.
Aku . . . aku tak perduli ..." Mendadak kedua kakinya
menjejak pembaringan dan tubuhnya melesat keluar dari
jendela dan kemudian hinggap diatas rumah.
Boe Kie tertegun. Ia tak pernah menduga bahwa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tunangannya memiliki ilmu mengentengkan badan yang
begitu. Sesaat itu ia tidak sempat memikir panjang-panjang
lagi dan segera menguber.
Si nona kabur ke jurusan timur. Boe Kie mengejar
dengan mengambil jalan mutar dan dengan cepat, ia sudah
menghadang didepan. Sebab tidak keburu menghentikan
tindakannya, Cie JiaK menubruk Boe Kie yang segera
memeluknya, mereka berada di dekat sungai kecil. Boe Kie
lalu mendukung tunangannya ke sebuah batu besar di
pinggir sungai. "Cie Jiak," katanya dengan suara halus,
"Suami isteri harus sama-sama senang dan sama-sama
susah. Penderitaanmu adalah penderitaanku juga. Ganjelan
apa yang sedang dipikir olehmu. Bilanglah! ... kau
bilanglah..." Sambil menyesapkan kepalanya di dada Boe Kie, si nona
menangis tersedu-sedu. "Aku ... aku ...." katanya terputus-
putus. "Kehormatanku sudah dirusak orang! ... Aku sudah
ternoda ... Aku ... aku sudah ... hamil! Bagaimana aku bisa
menikah dengan kau?"
Pengakuan itu bagaikan halilintar ditengah hari bolong.
Boe Kie terpaku ia merasa kepalanya puyeng dan matanya
berkunang-kunang. Perlahan-lahan Cie Jiak bangun berdiri. "Itulah sudah
nasibku," katanya. "Kau harus bisa melupakan aku."
Boe Kie tidak menyahut. Ia menatap wajah tunangannya
dengan mata membelalak. Ia tak percaya kupingnya sendiri.
Si nona menghela napas. Ia memutar badan dan berlalu.
Boe Kie melompat dan seraya mencekal tangan
tunangannya, ia bertanya dengan suara gemetar. "Apa ....
bangsat Song Ceng Soe?"
Cie Jiak mengangguk. Dengan air mata berlinang-linang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia berkata, "Aku ditotok dan aku tidak bisa melawan ... "
Pada detik itu juga Boe Kie sudah mengambil keputusan.
Ia memeluk Cie Jiak dan berkata dengan suara halus. "Cie
Jiak, itu semua bukan salahmu. Sesudah beras menjadi
bubur, jengkelpun tiada gunanya. Cie Jiak karena
penderitaanmu itu, aku lebih mencintai kau, aku lebih
merasa kasihan terhadapmu. Besok kita berangkat ke Hway
see dan mengumumkan kepada saudara-saudara agamaku,
bahwa kita akan segera menikah. Mengenai anak dalam
kandunganmu, anggap saja, bahwa anak itu adalah anakku
sendiri. Cie Jiak, bagiku kau masih tetap suci, kau tetap
putih bersih, karena segala kejadian itu adalah diluar
kemauanmu." "Perlu apa kau menghibur aku" Aku sudah ternoda.
Mana bisa aku menjadi hoe jin (isteri) dari seorang
Kauwcoe?" "Cie Jiak, dengan berkata begitu kau memandang rendah
kepadaku Thio Boe Kie seorang laki-laki tulen. Pemandanganku berlainan dengan pemandangan orang
biasa. Andai kata, karena khilaf, kau terpeleset dan jatuh,
aku masih bisa melupakan segala kesalahanmu. Apalagi
dalam hal ini, dimana bencana sudah datang diluar
keinginanmu?" Bukan main rasa berterima kasihnya Cie Jiak. "Boe Kie
Koko," katanya, "apa benar kau begitu mulia" Kukuatir kau
menjustai aku." "Kecintaanku ... kebaikanku terhadapmu, kau akan tahu
dihari kemudian. Pada hakekatnya, sekarang ini aku belum
Kisah Pendekar Bongkok 13 Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Amarah Pedang Bunga Iblis 4
^